Teknologi & frekuensi Penyiaran - Universitas...

29
TEKNOLOGI & FREKUENSI PENYIARAN MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM

Transcript of Teknologi & frekuensi Penyiaran - Universitas...

TEKNOLOGI & FREKUENSI PENYIARANMUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM

APA YANG TERJADI KETIKA FREKUENSITIDAK DIATUR?

• Harmful interference

audience

Lembaga Media

Tayangan

ACUAN PENGATURAN FREKUENSI

Internasional

• International Telecommunication Union (ITU).

• World Radiocommunication Conference (WRC)

• Radio Regulation (RR).

• Asia Pacific Telecommunity (APT).

• ASEAN Telecommunication Regulatory Council (ATRC).

• Koordinasi Bilateral antar negara. (perbatasan)

Nasional

• Perundang-undangan tingkat Nasional.

• Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi.

• Peraturan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi.

• Peraturan sektor lain yang terkait.

PENGATURAN TEKNIK SPEKTRUMFREKUENSI RADIO

• Dilakukan oleh Ditjen Postel

• Mengatur kriteria penggunaan bersama/sharing

• Mengatur batasan daya pancar/power

• Mengatur standar serta spesifikasi

SEJARAH FREKUENSI RADIO

• 1945 – 1975 sistem siaran masih menggunakan teknologi

AM sebelum FM stereo muncul

• Setelah teknologi FM muncul dan adanya otonomi daerah

stasiun radio banyak muncul dan perizinannya tidak

tertata dan terstandar

• Akhirnya Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 15

Tahun 2003 mengatur Frekuensi radio FM

PENGATURAN FREKUENSI RADIO

• FM berada pada pita frekuensi 87,5-108 MHz

mempunyai spasi antar kanal sebesar 100 kHz

• Jarak minimal antar kanal 800 kHz, kecuali kota besar

400 kHz

• 87,5-88,3 FM; 88,400-89,3 FM;dst

• Frekuensi penyiaran radio terestrial dialokasikan pada

pita frekuensi MF, HF(penyiaran radio publik), dan VHF.

PENGELOMPOKAN KELAS SIARANRADIO FM

SEJARAH FREKUENSI TELEVISI

• Tahun 1962 TVRI menggunakan VHF

• 1990 disediakan frekuensi UHF yang terdiri 7 kanal

untuk tiap daerah

• 1998 memberi izin 5 televisi baru, dan harus

menyediakan 10 kanal untuk 10 tv swasta ditambah

TVRI(10 kanal ini hanya di Jabodetabek dan ibukota

propinsi)

• Tahun 1970 Penyiaran satelit diawali peluncuran SKSD Palapa

(Sistem Komunikasi satelit Domestik Palapa)

• Tahun 1997 TV digital via satelit (Digital Video Broadcasting)

muncul setelah diluncurkan satelit cakrawarta-1

• Televisi berlangganan satelit muncul dengan satelit Palapa

telkom dan Palapa c-1 dengan standar TV digital DVB-S

(MPEG-2)

DISTRIBUSI KANAL TV UHF ANALOG DI INDONESIA

Layanan

Wilayah

Kanal TV

Swasta

Kanal TVRI Kanal TV

Digital

Kanal TV

Lokal

Jabodetabek 10 1 2 1

Daerah Lain 5 0 1 1

KEKACAUAN PENYIARAN ANALOG

• Otonomi daerah menjadi pemicu tumpang tindih

kewenangan

• Banyak muncul siaran swasta dan banyak tidak mengikuti

master plan

• Pemberian izin yang kacau (Depkominfo, KPI, KPID,

Pemda)

PENYIARAN DIGITAL

KUALITAS SIARAN DIGITAL(SUBIAKTO, 2016)

“Kualitas siaran digital adalah relatif sama dalam suatu wilayah

jangkauan dan secara drastis menurun hingga menimbulkan suatu

cliff atau ‘jurang’ yang memisahkan antara wilayah jangkauan

dengan no-service area”

“perlunya manajemen perencanaan jaringan radio yang optimal,

dengan dukungan kebijakan SFN atau MFN”

KENAPA DIGITAL?

• Teknologi Digital memberikan peningkatan efisiensi

berlipat-lipat (pada TV s/d 18 kali lipat, dan bisa

bertambah lagi dengan teknologi kompresi)

• Kualitas suara dan gambar lebih bagus

(SUBIAKTO, 2016)

• International Telecommunication Union (ITU) pada the

Geneva 2006 Frequency Plan (GE06) Agreement

mencanangkan tanggal 17 Juni 2015 adalah batas waktu

negara-negara di seluruh dunia migrasi dari tv analog ke

digital*).

• Teknologi analog semakin mahal biaya operasinya dan

ketinggalan jaman

• Beralih ke digital adalah bentuk penghematan spektrum

frekuensi

17

(SUBIAKTO, 2016)

• Kita mulai tahun 2003 telah memulai persiapan tv digital

yang dijadwalkan Selama 10 tahun

• Kanal frekuensi sudah habis untuk pengajuan ijin baru

sehingga perlu efisiensi melalui teknologi digital mendesak

diperlukan

• Negara berpotensi kehilangan keuntungan yang besar

dan juga akan mengalami kerugian bila migrasi tidak

dilakukan

KEUNTUNGAN PENYIARAN DIGITAL(SUBIAKTO, 2016)

19

• Kualitas Audio dan visual lebih baik

• Lebih banyak pilihan program siaran

• Banyak tambahan fitur : EPG, EWS, aplikasi lainnyaKonsumen

• Efisiensi infrastruktur (75%) dan biaya operasional serta merupakan teknologi ramahlingkungan

Lembaga Penyiaran

• Membuka lebar industri konten nasional danlokalIndustri Kreatif

• Peluang industri nasional untuk memproduksi Set Top Box

Industri Perangkat

• Efisiensi spektrum frekuensi radio dan potensiPNBP dari digital deviden serta peningkatanpertumbuhan ekonomi dari broadband

Pemerintah

PENYELEGGARAAN SIARAN DIGITAL

• Akan diadakan pemisahan antara penyelenggara

infrastruktur dan lembaga penyiaran eksisting

• Diperlukan alat penerima set-top-box DVB-T atau DAB

dengan harga terjangkau

• Dibutuhkan kuantitas dan kualitas siaran yang lebih

• Dibutuhkan infrastruktur seperti tower dan jaringan

transmisi

478 MHz 806 MHz

KANAL TV DIGITAL Ch. 22 – 48 (27 kanal)

478 MHz 806 MHz694 MHz

Efisiensi 14 kanal

DIGITALDIVIDEND

(112 MHz)

EFISIENSI FREKUENSI(SUBIAKTO, 2016)

AKHIR MIGRASI

KANAL TV ANALOG Ch. 22 – 62 (41 kanal / 328 MHz)

Ch 22-27

Future use

Ch 28-45 (18 kanal)

Free-to-air

46-48

Cadangan

Free-to-air

MOBILE BROADBAND SPECTRUM DEMAND

(SUBIAKTO, 2016)

• Asumsi:

• Pertumbuhan Traffic Data 60% per tahun

• Pertumbuhan Site Tower 28.8% per tahun

50

13

-16

-53

-100

-157

-214

-297

-383

-500

-600

-500

-400

-300

-200

-100

0

100

Sp

ectr

um

(M

Hz)

Demand Spectrum Forecast in Indonesia

2011 2012

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

• Monopoli perlu dihindari dengan hanya mengizinkan

penyelenggara multipleks yang terpisah dari lembaga

penyiaran eksisting.

KRITERIA PENYELENGGARAMULTIPLEKS DIGITAL

• memiliki infrastruktur dasar sebagai penyelenggara multipleks

• memanfaatkan seoptimal mungkin infrastruktur telekomunikasi

• memberikan komitmen penggelaran jaringan infrastruktur dan

pemasangan pemancar DVB-T dan DAB di seluruh wilayah

Indonesia dalam jangka waktu secepat-cepatnya.

• memberikan komitmen untuk membuka akses kapasitas

infrastruktur kepada penyelenggara konten/lembaga

penyiaran secara non diskriminasi dan akses terbuka.

Silahkan dicari informasi selanjutnya…

• AM menggunakan aturan GE-75 Plan

• Indonesia mendapatkan jatah sekitar 307 kanal untuk 50

kota

AGENDA PERTEMUAN TENTANG FREKUENSIBILATERAL DAN MULTILATERAL

• Harmonisasi perencanaan dan penggunaan frekuensi di daerah

perbatasan.

• Koordinasi frekuensi radio di daerah perbatasan, antara lain

koordinasi frekuensi TV Siaran, Radio Siaran FM, selular GSM,

microwave link.

• Koordinasi untuk perencanaan servis komunikasi radio di masa yang

akan datang.

• Registrasi frekuensi bersama.

• Pemecahan masalah gangguan interferensi di kedua Negara

REFERENSI

• Subiakto, Henri (2016). Digitalisasi TV, Konvergensi

Media, dan Politik. Staff Ahli Kementerian Informasi dan

Informatika. Jakarta.