Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

29
TEKNIK TES DAN TEKNIK NONTES SEBAGAI ALAT EVALUASI HASIL BELAJAR A. Pengertian Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi 1. Penilaian adalah proses pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk. Penilaian bersifat kualitatif (berbentuk pernyataan) seperti baik, cukup, sedang, dan kurang. 2. Pengukuran adalah proses membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kantitatif (penilaian dalam bentuk angka) seperti 6, 7, 45, 85. 3. Evaluasi adalah proses melakukan penilaian dan pengukuran. B. Teknik Evaluasi 1. TEKNIK TES Adalah merupakan suatu kenyataan bahwa manusia dalam hidupnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain. Tidak ada dua individu yang persis sama, baik dari segi fisik maupun psikisnya. Ini merupakan salah satu bukti keagungan Allah SWT atas segala ciptaanNya dan agar kita semua berbakti kepadaNya.

Transcript of Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

Page 1: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

TEKNIK TES DAN TEKNIK NONTES SEBAGAI ALAT EVALUASI HASIL BELAJAR

A. Pengertian Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi

1.Penilaian adalah proses pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan

ukuran baik dan buruk. Penilaian bersifat kualitatif (berbentuk pernyataan)

seperti baik, cukup, sedang, dan kurang.

2.Pengukuran adalah proses membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.

Pengukuran bersifat kantitatif (penilaian dalam bentuk angka) seperti 6, 7, 45,

85.

3.Evaluasi adalah proses melakukan penilaian dan pengukuran.

B. Teknik Evaluasi

1. TEKNIK TES

Adalah merupakan suatu kenyataan bahwa manusia dalam hidupnya berbeda

antara individu yang satu dengan individu yang lain. Tidak ada dua individu yang

persis sama, baik dari segi fisik maupun psikisnya. Ini merupakan salah satu bukti

keagungan Allah SWT atas segala ciptaanNya dan agar kita semua berbakti

kepadaNya.

1. Pengertian Tes

Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno: testum dengan

arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan

menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia

yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam

bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian” atau “percobaan”. Dalam

bahasa Arab: Imtihan.

Page 2: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian di

atas, yaitu : test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka

pengukuran dan penilaian; testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa

berlangsungnya pengukuran dan penilaian; tester artinya orang yang melaksanakan

tes, atau pembuat tes, atau eksperimentor, yaitu orang yang sedang melakukan

percobaan (eksperimen); sedangkan testee (mufrad) dan testees (jamak) adalah

pihak yang dikenai tes (=peserta tes = peserta ujian), atau pihak yang sedang

dikenai pekerjaan (= tercoba).

Adapun dari segi istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul

Psychological testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang

mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta

dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis

atau tingkah laku individu. Adapun menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya

berjudul Essential of Psychological Testing, tes merupakan suatu prosedur yang

sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Sedangkan

menurut F.L. Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang

diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk

membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lainnya. Dan menurut

Grounland (1968) mengatakan bahwa, “An achievement test is a systematic

procedure for determining the amount a student has learned”.

Dari definisi-definisi di atas kiranya dapat dipahami bahwa dalam dunia evaluasi

pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau

prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang

pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa

Page 3: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus

dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil

pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau

prestasi testee.

2. Fungsi Tes

Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:

1. a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes

berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai

oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam

jangka waktu tertentu.

b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes

tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah

ditentukan.

3. Tujuan Tes

Evaluasi dengan menggunakan teknik tes bertujuan untuk mengetahui,

yaitu:

1. Tingkat kemampuan awal siswa

2. Hasi belajar siswa

3. Perkembangan prestasi siswa

4. Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

5. Kemampuan memecahkan masalah

6. Proses berpikir terutama melihat hubungan sebab akibat

7. Kemampuan menggunakan bahasa lisan

Page 4: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

Kemampuan mempertanggungjawabkan pendapat atau konsep yang dikemukakan.

4. Ciri-ciri Tes yang Baik

Sebuah tes dikatakan baik sebagai alat pengukur, harus memenuhi

persyaratan tes, yaitu memiliki:

Validitas

Reliabilitas

Objektivitas

5. Penggolongan Tes

Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan,

tergantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes itu dilakukan.

a. Penggolongan Tes Berdasarkan Fungsinya Sebagai Alat Pengukur

Perkembangan/ Kemajuan Belajar Peserta Didik.

1) Tes Seleksi.

Tes seleksi sering dikenal dengan istilah “ujian ringan” atau “ujian masuk”. Tes ini

dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, di mana hasil tes

digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian

banyak calon yang mengikuti tes. Materi tes pada tes seleksi merupakan materi

prasyarat untuk mengikuti program pendidikan yang akan diikuti oleh calon peserta

didik. Isi materi terdiri atas butir-butir soal yang cukup sulit.

2) Tes Awal.

Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan

tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan

Page 5: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang

dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Karena itu

maka butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah.

3) Tes Akhir.

Tes akhir sering dikenal dengan post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan

untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah

dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Isi materi tes akhir

adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting.

4) Tes Diagnostik.

Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat , jenis

kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran

tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik

itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan yang tepat. Tes

ini juga bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan “Apakah peserta didik

sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk

dapat menerima pengetahuan selanjutnya?” Materi tes diagnostik pada umumnya

ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman

sulit dipahami peserta didik. Tes jenis ini dapat dilaksanakan dengan cara lisan,

tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.

5) Tes Formatif.

Tes formatif atau formative test adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk

mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” (sesuai dengan

tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses

Page 6: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Tes formatif dilaksanakan pada

pertengahan program pembelajaran, yaitu dilaksanakannya pada setiap kali satuan

pelajaran atau subpokok bahasan terakhir. Perlu diketahui bahwa istilah “formatif” itu

berasal dari kata “form” yang berarti “bentuk”.

6) Tes Sumatif.

Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan

program pengajaran selesai diberikan. Di sekolah tes ini dikenal dengan istilah

“Ulangan Umum” atau “EBTA” (Evaluasi Belajar Tahap Akhir), dimana hasilnya

digunakan untuk mengisi rapor atau mengisi ijazah (STTB). Tes sumatif

dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama. Butir-

butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga lebih sulit

atau lebih berat daripada butir-butir soal tes formatif. Tujuan tes sumatif adalah

untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah

mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

b. Penggolongan Tes Berdasarkan Aspek Psikis yang Ingin Diungkap

Ditilik dari segi aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes setidak-tidaknya dapat

dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:

1. Tes Intelegensi (intellegency test)

Yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan atau mengetahui

tingkat kecerdasan seseorang.

Page 7: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

2. Tes Kemampuan (aptitude test)

Yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar

atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.

3. Tes Sikap (attitude test)

Yaitu tes yang dipergunakan untuk mengungkap predis posisi atau

kecendrungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu

terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun

obyek-obyek tertentu.

4. Tes Kepribadian (personality test)

Yaitu tes yang dilaksanakan dnegan tujuan mengungkapkan cirri-ciri khas

dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, sperti gaya bicara, cara

berpakaian, nada suara dan lain-lain.

5. Tes Hasil Belajar (achievement test)

Yaitu tes yang biasa digunakan untuk mengungkapkan tingkat pencapaian

atau prestasi belajar.

c. Penggolongan Tes Berdasarkan Jumlah Peserta Didik

Ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi

dua golongan, yaitu:

1) Tes individual, yakni tes di mana tester hanya berhadapan dengan satu orang

testee saja, dan;

2) Tes kelompok, yakni tes di mana tester berhadapan dengan lebih dari satu

orang testee.

Page 8: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

d. Penggolongan Tes Berdasarkan Waktu yang Disediakan

Ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes, tes

dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

1) Power test, yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk

menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi, dan;

2) Speed test, yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk

menyelesaikan tes tersebut dibatasi.

e. Pengenggolongan Berdasarkan Bentuk Respon

Ditilik dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan,yaitu:

1) Verbal test, yakni suaut tes yang menghendaki respon (jawaban) yang

tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun

secara tertulis, dan;

2) Nonverbal test, yakni tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee

bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau

tingkah laku; jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa

perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.

f. Penggolongan Tes Berdasarkan Segi Cara Mengajukan Pertanyaan dan Cara

Memberikan Jawaban

Apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan

jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

Page 9: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

1) Tes tertulis (pencil and paper test), yakni jenis tes dimana tester dalam

mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee

memberikan jawabannya juga secara tertulis.

2) Tes lisan (nonpencil and paper test), yakni tes di mana tester di dalam

mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan testee

memberikan jawabannya secara lisan pula.

2. TEKNIK NONTES

Teknik nontes: yaitu teknik evaluasi yang tidak menggunakan perangkat soal yang

harus dikerjakan oleh siswa. Yang termasuk teknik non-tes seperti:

a. Skala bertingkat (Rating Scale)

b. Kuesioner (Questionaire)

c. Daftar cocok (Check List)

d. Wawancara (Interview)

e. Pengamatan (Observation)

f. Pemeriksaan dokumen (Documentary Analysis)

g. Riwayat hidup

h. Skala sikap

a. Skala bertingkat (Reting Scale)

Page 10: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil

pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan: “Rating gives a numerical value to

some kind of judgement”, maka suatu skala selal disajikan dalam bentuk angka.

Sebagai contoh adalah skor atau nilai yang diberikan oleh guru di sekolah untuk

menggambarkan tingkat pretasi belajar siswa. Siswa yang mendapat skor 8,

digambarkan di tempat yang lebih kanan dalam skala, dibandingkan penggambaran

skor 5.

. . . . .

4 5 6 7 8

Angka-angka yang digunakan diterangkan pada skala dengan jarak yang sama,

meletakkannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi, hal ini disebut

dengan skala bertingkat.

b. Kuesioner (Questionaire)

Kuesioner (Questionair) juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya,

kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan

diukur (responden). Dengan kuesioner dapat diketahuin tentang keadaan atau data

diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya.

Macam-macam kuesioner ditijau dari beberapa segi.

a). Ditinjau dari segi siapa yang menjawab

(1) Kuesioner Langsung

Page 11: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung

oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.

(2) Kuesioner Tidak Langsung

Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan

orang yang diminta keterangannya. Kuesioner tidak langsung biasanya digunakan

untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tentangga, dan

sebagainya.

b). Ditinjau dari segi cara menjawab

Ditinjau dari segi cara menjawabnya, kuesioner dibedakan atas:

(1) Kuesioner Tertutup

Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan

jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang

dipilih. Kuesioner tertutup merupakan daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih

jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada

awaban yang ia anggap sesuai.

Contoh:

Tingkat pendidikan yang sekarang Anda ikuti adalah:

SD SMP SMA SMK

Perguruan Tinggi

Tanda cek ( X ) dibubuhkan pada kotak di depan “Perguruan Tinggi” jika pengisi

berstatus mahasiswa.

Page 12: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

(2) Kuesioner Terbuka

Kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan

memberikan jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia

ketahui. Keterangan tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara

memilih plihan jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk

meminta pendapat seseorang.

Contoh:

Untuk membimbing mahasiswa ke arah kebiasaan membaca buku asing, maka

sebaiknya setiap dosen menunjuk buku asing sebagai salah satu buku wajib.

Bagaimana pendapat Saudara?

Jawab: ............................

(3) Daftar Cocok

Daftar cocok (check lst) adalah deretan pertanyaan (yang bisanya singkat-singkat ),

dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok ( ) di tempat

yang sudah disediakan.

Contoh:

Berilah tanda pada kolom yang sesuai dengan pendapat Saudara.

Pendapat

Pernyataan

Penting Biasa Tidak Penting

Page 13: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

1. Melihat

pemandangan indah

2. Olahraga setiap

pagi

3. Melihat film

4. Belajar Menari

5. Tulisan bagus

6. Berkunjung ke

kawan

(4) Wawancara (interview)

Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-

bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara

sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara, responden tidak diberi

kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya Alat

yang digunakan adalah pedoman wawancara yang mengacu pada tujuan yang telah

ditetapkan. Menurut Zakiah Daradjat (1996: 177) Wawancara adalah pertemuan

antarpribadi yang dilakukan secara informal antara seorang atau sejumlah murid

dengan seorang dewasa untuk memperoleh pendapat otoritatif atas keterangan-

keterangan informal mengenai beberapa hal.

Sedangkan menurut Sobry Sutikno (2009:134) wawancara adalah komunikasi

Page 14: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

langsung. Wawancara terdapat dua jenis yang digunakan sebagai alat evaluasi,

yaitu

1. Wawancara terpimpin (guided interview) yang dikenal juga dengan wawancara

berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis adalah wawancara

yang sudah memiliki pertanyaan-pertanyaan dalam catatan pribadi. Dalam hal

ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang

sudah dipersiapkan oleh penanya. Pertanyaan tersebut kadang-kadang bersifat

sebagai yang memimpin, mengarahkan, dan penjawab sudah dipimpin oleh

sebuah cocok, sehingga dalam menuliskan jawaban, ia tinggal membubuhkan

tanda cocok di tempat yang sesuai dengan keadaan responden.

2. Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang dikenal juga dengan

wawancara sederhana (simple interview), wawancara tidak sistematis atau

wawancara bebas. Dalam wawancara bebas, pewawancara selaku evaluator

mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya

tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu. Mereka dengan bebas

mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganalisis dan menarik

kesimpulan dari hasil wawancara bebas ini pewawancara atau evaluator akan

dihadapkan pada kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka

beraneka ragam. Mengingat daya ingat manusia dibatasi oleh ruang dan waktu,

maka sebaiknya hasil-hasil wawancara tersebut dicatat seketika. Mencatat hasil

wawancara terpimpin tidaklah terlalu sulit, sebab pewawancara sudah dilengkapi

dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, sebaliknya mencatat hasil

wawancara bebas adalah jauh lebih sulit, dan oleh karenanya pewawancara

harus terampil dalam mencatat pokok-pokok jawaban yang diberikan oleh para

interview.

Page 15: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

Tujuan wawancara adalah :

1. Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan

suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu

2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah

3. Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau

orang tertentu.

Wawancara juga dapat dilengkapi dengan alat bantu berupa tape recorder (alat

perekam suara), sehingga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

dapat dicatat secara lebih lengkap. Penggunaan pedoman wawancara dan alat

bantu perekam suara itu akan sangat embantu kepada pewawancara dalam

mengategorikan dan menganalisis jawaban-jawaban yang diberikan oleh peserta

didik atau orang tua peserta didik untuk pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan.

Kelebihan dari wawancara adalah dapat berkomuniakasi secara langsung kepada

peserta didik sehingga informasi yang diperoleh dapat diketahui objektivitasnya,

dapat memperbaiki proses dan hasil belajar, dan pelaksanaan wawancara lebih

fleksibel, dinamis, dan personal. Sementara kelemahan dari wawancara yaitu

wawancara memerlukan waktu yang lama jika peserta didiknya banyak, adakalanya

terjadi wawancara yang berlarut-berlarut tanpa arah sehingga data kurang valid, dan

sering timbulnya sikap kurang baik dari peserta didik yang diawawancarai dan sikap

over action dari pewawancara. Pedoman menyususn wawancara sebagai berikut :

1. Merumuskan tujuan wawancara.

2. Membuat kisi-kisi pedoman wawancara.

Page 16: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

3. Menyusun pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan dan bentuk

pertanyaan yang diinginkan. Untuk itu perlu diperhatikan kata-kata yang

digunakan, cara bertanya, dan jangan membuat peserta didik bersikap

defensif.

4. Melaksanakan uji coba untuk melihat kelemahan-kelemahan pertanyaan yang

disiusun sehingga dapat diperbaiki.

5. Melaksanakan wawancara dalam situasi yang sebenarnya.

(5) Pengamatan (observasi)

Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan

keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran

pengamatan. Alat yang digunakan berupa lembar observasi yang disusun dalam

bentuk check list atau skala penilaian. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data

dan informasi mengenai suatu fenomena dan untuk mengukur perilaku kelas,

interaksi, dan kecakapan sosial.

5.1 Karakteristik Observasi

Observasi memiliki karakteristik antara lain:

1. Mempunyai arah dan tujuan yang jelas, berarti agar pelaksanaan observasi tidak

menyimpang dari permasalahan. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya

evaluator harus menggunakan alat yang disebut dengan pedoman observasi.

2. Bersifat ilmiah, berarti dilakukan secara sisitematis, logis, kritis, objektif, fan

rasional.

Page 17: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

3. Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi

4. Praktis penggunaannya.

Menurut Good dkk. mengemukakan enam ciri observasi, yaitu:

1. Observasi mempunyai arah yang khusus, bukan secara tidak teratur melihat

sekeliling untuk mencari kesan-kesan umum.

2. Observasi ilmiah tentang tingkah laku adalah sistematis, bukan secara sesuka

hati dan untung-untungan mendekati situasi.

3. Observasi bersifat kuantitaif, mencatat jumlah peristiwa tentang tipe-tipe tingkah

laku tertentu.

4. Observasi mengadakan pencatatan dengan segera; pencatatan-pencatatan

dilakuakan secepat-cepatnya, bukan penyadarkan diri pada ingatan.

5. Observasi meminta keahlian, dilakukan seseorang yang memang telah terlatih

untuk melakukannya.

6. hasil-hasil observasi dapat di cek dan dibuktikan untuk menjamin keadaan dan

kesahihan

5.2Penggolangan Observasi

Dilihat dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

1. Observasi berstruktur yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah

ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-faktor

yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan

dan dibatasi dengan jelas dan tegas.

Page 18: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

2. Observasi tidak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observasi tidak

dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan observer hanya dibatasi

oleh tujuan observasi itu sendiri.

Dilihat dari teknis pelaksanannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu :

1. Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap

objek yang diselidiki.

2. Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik

teknik maupun alat tertentu.

3. Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil

bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.

5.3Kelebihan dan Kelemahan Observasi

Kelebihan peneliti menggunakan observaasi dalam mengumpulkan data dan

informasi sebagai berikut

1. Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena

2. Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang

sedang melakukan kegiatan

3. Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi justru dapat diukur melalui

observasi

4. Tidak terikat dengan laporan pribadi

Sementara kelemahan dari observasi sendiri, yaitu

Page 19: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

1. Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada

kesan yang kurang menyenangkan dari observer

2. Biasanya masalah pribadi sulit diamati

3. Jika proses yang diamati memakan waktu lama, maka observer mengalami

kejenuhan.

6. Langkah-langkah Menyusun Observasi

Langkah-langkah menyusun pedoman observasi adalah

1. Merumuskan tujuan observasi

2. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi

3. Menyusun pedoman observasi

4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan

dengan proses belajar peserta didik dan kepribadiannya maupun

penampilan guru dalam pembelajaran

5. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-

kelemahan pedoman observasi

6. Merevisi pedoman observasi berdasarkan uji coba

7. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung

8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi

(6) Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)

Page 20: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

Evaluasi mengenai kemajuan perkembangan atau keberhasilan peserta didik tanpa

menguji (teknik non tes) juga dilengkapi dan diperkaya dengan cara melakuakn

pemeriksaan terhadap dokumen, misalnya dokumen yang memuat informasi

mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan dan dimana peserta didik

dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak di dalam keluarga misalnya anak

kandung atau anak tiri beserta data-data yang berkaitan dengan anak peserta didik

lainnya. Selain itu, disamping dokumen yang memuat data-data mengenai peserta

didik, dokumen juga memuat informasi mengenai peserta didik. seperti informasi

mengenai nama, tempat tinggal, tempat dan tanggal lahir, tingkat jenjang

pendidikan, rata-rata penghasilan setiap bulan, berkerja dalam bidang apa dan

sebagainya yang berhubungan dengan informasi-informasi mengenai orang tua

peserta didik.

(7) Riwayat Hidup

Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama

dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka

subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang

kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai.

(8) Skala Sikap

Skala sikap merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan mengenai sikap

suatu objek. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari. Sikap menentukan

bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang

dicari individu dalam kehidupannya. Sikap merupakan suatu

kecenderungan untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik dan

pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun

berupa obyek-obyek tertentu. Untuk mengukur sikap, dapat dilakukan

Page 21: Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar

dengan menggunakan skala sikap yang dikembangkan oleh Likert. Ada 2

bentuk pertanyaan yang menggunakan skala Likert ini yaitu :

1. Bentuk pertanyaan positif untuk mengukur sikap positif

2. Bentuk pertanyaan negatif untuk mengukur sikap negatif.

Dari uraian tersebut dapatlah dipahami, bahwa dalam rangka evaluasi

hasil belajar peserta didik, evaluasi itu tidak harus semata-mata dilakukan

dengan menggunakan alat berupa tes-tes hasil belajar. Teknik-teknik

nontes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi

hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi

kejiwaan peserta didik, seperti persepsinya terhadap mata pelajaran

tertentu, persepsinya terhadap guru, minatnya, bakatnya, tingkah laku

atau sikapnya dan sebagainya, yang kesemuanya itu tidak mungkin

dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat pengukurnya.