Teknik Pengulangan

25
Algoritma dan Pemrograman 1 5. Teknik Pengulangan Counter Teknik kounter dipakai untuk mengontrol pengulangan proses. Pengontrolan ini dilakukan dengan memeriksa isi variabel yang digunakan sebagai kounter, sehingga junlah pengulangan dapat diketahui. Misalnya terdapat beberapa proses yang harus dilakukan dengan urutan sebagai berikut : Proses A Proses B Proses C Proses D Proses B Proses C Proses D Proses B Proses C Proses D Proses E Dari contoh di atas bahwa proses B, C, dan D diulang sebanyak tiga kali. Pengulangan ini terjadi setelah proses A dan sebelum proses E dikerjakan. Jika diimplementasikan ke bentuk flowchart, maka terbentuk rangkaian symbol yang tersusun berderet. Hal ini tidak efisien. Agar flowchart menjadi lebih efisien maka digunakan kounter sebagai pengontrol jumlah pengulangan ketiga proses tersebut. Teknik pengulangan 1

description

looping

Transcript of Teknik Pengulangan

Page 1: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

5. Teknik Pengulangan Counter

Teknik kounter dipakai untuk mengontrol pengulangan proses. Pengontrolan ini

dilakukan dengan memeriksa isi variabel yang digunakan sebagai kounter, sehingga

junlah pengulangan dapat diketahui.

Misalnya terdapat beberapa proses yang harus dilakukan dengan urutan sebagai

berikut :

Proses A

Proses B

Proses C

Proses D

Proses B

Proses C

Proses D

Proses B

Proses C

Proses D

Proses E

Dari contoh di atas bahwa proses B, C, dan D diulang sebanyak tiga kali.

Pengulangan ini terjadi setelah proses A dan sebelum proses E dikerjakan.

Jika diimplementasikan ke bentuk flowchart, maka terbentuk rangkaian symbol yang

tersusun berderet. Hal ini tidak efisien.

Agar flowchart menjadi lebih efisien maka digunakan kounter sebagai pengontrol

jumlah pengulangan ketiga proses tersebut.

Teknik pengulangan 1

Page 2: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

Contoh :

START

PROSES B

PROSES D

PROSES C

PROSES E

K = K + 1

K = 3

END

T

Y

K = 0

Dari flowchart di atas dapat ditelusuri sebagai berikut :

1. Pertama kali dikerjakan adalah proses A.

2. Persiapkan variabel yang digunakan sebagai kounter yaitu K= 0. Variabel ini

digunakan untuk mengontrol jumlah pelaksanaan proses B, C dan D yang telah

dikerjakan.

3. Kerjakan proses B, C, D secara berurutan.

4. Variabel kounter ditambah 1. Isi variabel ini menunjukkan jumlah pelaksanaan

untuk proses B, C dan D.

5. Periksa isi variabel kounter yaitu K untuk membatasi jumlah perulangan. Jika isi

variabel K =3, maka kerjakan proses E. Sebaliknya jika K lebih kecil dari 3 berarti

proses B, C, D masih perlu diulang.

Teknik pengulangan 2

Page 3: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

Berikut ini sebuah contoh untuk memperjelas penerapan teknik kounter dalam

flowchart.

Sebuah perusahaan ingin mencetak data pegawai melalui komputer. Data tersebut

tersimpan di dalam disk dan dicetak melalui printer.

Spesifikasi proses adalah :

Input data diperoleh dari dik yang terdiri dari nomor pegawai, nama pegawai dan

alamat.

Data habis jika input data yang dibaca /*

Setiap halaman terdapat judul .

Satu halaman hanya memuat 30 baris data.

Karena dalam satu halaman hanya memuat 30 baris data, maka diperlukan suatu

variabel kounter. Kounter ini digunakan untuk menghitung jumlah data yang telah

dicetak pada setiap halaman.

Selain itu juga terdapat proses pemeriksaan isi variabel kounter. Jika ternyata isinya

telah mencapai 30 maka pencetakan dilakukan pada halaman berikutnya dan

lakukan proses pencetakan judul.

Teknik pengulangan 3

Page 4: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

Bentuk flowchart dari persoalan diatas :

START

N = 0

PRINTJUDUL

READNO, NM,

ALM

/*

N = N + 1

END

PRINTNO, NM,

ALM

N =30

N = 0

1

1

Y

T

Y

T

Berdasarkan flowchart di atas dapat ditelusuri sebagai berikut :

1. Siapkan variabel yang digunakan untuk kounter yaitu N = 0.

2. Cetak judul.

3. Baca data dan simpan di dalam variabel :

NO untuk data nomor pegawai.

NM untuk data nama pegawai.

ALM untuk data alamat pegawai

4. Periksa input data. Bila isinya berupa simbol /* maka proses berakhir.

5. Variabel N ditambah 1. Variabel ini digunakan sebagai kounter untuk mengetahui

jumlah data yang telah dicetak untuk setiap halaman.

6. Cetak rincian data yaitu NO, NM, ALM.

7. Periksa isi variabel N. Jika N = 30 berarti data telah dicetak sebanyak 30 baris.

Oleh karena itu proses selanjutnya adalah kembali ke langkah 1 yaitu mencetka

Teknik pengulangan 4

Page 5: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

judul halaman baru. Sedangkan jika N lebih kecil dari 30 maka proses

selanjutnya kembali ke langkah 3 untuk membaca data berikutnya tanpa

mencetak judul lagi.

LOOPING Merupakan pengolahan data yang berulang yang lebih dari satu diadalam arus

diagram alur untuk itu digunakan tanda panah ke pengolahan data tersebut.

Contoh :

START

READA, B

C = A + B

C > 5

D = C + 3

PRINTC

PRINTD

Y

N

Untuk menghentikan proses diatas dapat digunakan :

Flag

Digunakan jika ada instruksi read atau input data . Fungsi dari flag ini adalah :

a. Untuk menghindari out of data.

b. Flag biasanya digunakna berupa data string atau character dan bisa berupa

data numeric atau angka-angka.

Contoh : String = “XXX”, “ZZZ”

Numeric = “999”, “000”

Teknik pengulangan 5

Page 6: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

c. Variabel dari flag harus benar-benar data yang tidak dipakai didalam

pelaksanaan proses.

d. Banyaknya flag yang digunakan dan jenisnya harus disesuaikan dengan

variabel yang dibaca.

Contoh : READ A, B Maka Flagnya yang digunakan ada 2 flag.

Contoh :

START

READA,B

C = A + B

PRINTC

data 1,2,3,4,5,6,999,99 START

READA,B

A = 999

C = A + B

PRINTC

ENDY

N

Hasil : 3 Hasil: 3

7 7

11 11

999 = out of data

NESTED LOOP ( LOOPING BERSARANG) Dalam sebuah kalang FOR-NEXT diperbolehkan untuk membuat kalang

FOR-NEXT lainnya. Pada operasi kalang dalam kalang tersebut, urutan eksekusi

dimulai dari kalang yang paling dalam sehingga instruksi-instruksi yang didapat

pada kalang yang paling dalam akan paling banyak dieksekusi.

Syarat yang harus diperhatikan untuk operasi FOR-NEXT kalang tersarang :

Setiap kalang tidak boleh menggunakan variabel counter yang sama

Antara kalang-kalang tersebut tidak boleh saling berpotongan (overlapping)

Teknik pengulangan 6

Page 7: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

Contoh kalang berpotongan (Salah ) Contoh kalang Bersarang (Benar)

START

FOR I = 1 TO10

FOR J = 1 TO10

Print I,J

NEXT J

NEXT I

START

FOR I = 1 TO10

FOR J = 1 TO10

Print I,J

NEXT J

NEXT I

END END

Teknik pengulangan 7

Page 8: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

Contoh dua Loop yang terpisah (Benar, tapi bukan Nested )

START

FOR I = 1 TO 10

Print J

NEXT I

NEXT J

FOR J = 1 TO10

Print I

END

contoh

1. Buat flowchart untuk mencetak hasil sbb :

1 1

1 2

2 1

2 2

3 1

3 2

2. Apa output flowchart dibawah ini

Teknik pengulangan 8

Page 9: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

Teknik pengulangan 9

Page 10: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

3. Hasil dari flowchart dibawah ini adalah :

Start

FOR J = 1 TO 2

NEXT I

FOR I = 1 TO 2

NEXT J

J , I

End

Teknik pengulangan 10

Page 11: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

ARRAY ( Variabel Berindeks )

Pengertian Array ( Variabel Berindeks ) adalah veriabel yang mempunyai tipe

data sejenis, misalnya numerik atau string, yang mampu menampung banyak nilai

dan didefinisikandengan Sebuah nama variabel berindeks.

Contoh suatu variabel berindeks adalah matriks. Misalkan matriks X berisi :

1 2 3

4 5 6

7 8 9

Untuk menyimpan nilai matriks X tidak dapat digunakan sebuah variabel. Untuk itu

harus digunakan variabel berindeks, yaitu X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8 dan X9.

Berdasarkan jumlah dimensi indeks dalam sebuah variabel array, dikenal

adanya array dimensi satu dan arrray dimensi banyak.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan bila ingin memasukkan

deretan data kedalam variabel array adalah :

a. Tipe data yang akan disimpan kedalam variabel harus diketahui, karena

variabel array numerik hanya dapat menerima data numerik dan variabel array

string hanya dapat menerima data string.

b. Banyaknya data harus lebih kecil atau sama dengan jumlah subkrip ( indeks )

dari array tersebut.

c. Untuk memasukkan deretan data dalam suatu variabel indeks dapat digunakan

intruksi perulangan.

d. Banyaknya indeks yang ditentukan menunjukkan banyknya ruang memori yang

dialokasikan, oleh karena itu dalam menentukan banyaknya indeks sebaiknya

disesuaikan dengan banyaknya data sehingga tidak memboroskan

pengalokasian ruang memori.

Teknik pengulangan 11

Page 12: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

Contoh 1.

Perhatikan flowchart dibawah ini, tentukan hasil jika diketahui datanya

5,10,15,20

Start

Baca A(K)

FOR K = 1 TO 3

NEXT K

A (K)

END

Hasil : 5 10 15

Teknik pengulangan 12

Page 13: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

Contoh 2 :

Algoritma Program dari penjumlahan matriks :

Berapa Jumlah Ordonya.

Berapa jumlah baris ? Diisi ke variabel B.

Berapa jumlah kolomnya ? Diisi ke variabel K.

Memesan varaibel A, B dan C, yang masing-masing dapat menampung sebanyak B

baris dan K kolom.

Pengisian angka-angka di Matriks A :

a. Untuk BRS dari 1 hingga B, kerjakan nomor 3b.

b. Untuk KLM dari 1 hingga K, kerjakan nomor 3c.

c. Posisi untuk baris :

YA = BRS + 2 d. Posisi untuk kolom :

XA = 3 * KLM

e. Pada baris ke YA dan kolom ke XA, angka untuk matriks A diisi, dimasukkan

ke variabel :

A ( BRS , KLM )

f. Bertemu NEXT KLM, menuju ke nomor 3b.

g. Bertemu NEXT BRS, menuju ke nomor 3a

.

Pengisian angka – angka di Matriks B.

a. Untuk BRS dari 1 hingga B, dikerjakan nomor 4b.

b. Untuk KLM dari 1 hingga K, kerjakan nomor 4c.

c. Posisi untuk baris :

YA = BRS + 2 d. Posisi untuk kolom :

XA = 40 + ( 3 * KLM )

e. Pada baris ke YA dan kolom ke XA, angka untuk matriks B diisi, dimasukkan

ke

variabel :

B ( BRS , KLM )

Teknik pengulangan 13

Page 14: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

f. Bertemu NEXT KLM, menuju ke nomor 4b.

g. Bertemu NEXT BRS, menuju ke nomor 4a.

Proses penjumlahan dan cetak matriks C :

a. Untuk BRS dari 1 hingga B kerjakan nomor 5b.

b. Untuk KLM dari 1 hingga K kerjakan nomor 5c.

c. Menjumlahkan matriks A dan matriks B untuk dimasukkan ke matriks C :

C ( BRS , KLM ) = A ( BRS , KLM ) + B ( BRS , KLM )

d. Cetak matriks C dari variabel :

C ( BRS , KLM )

Untuk angka-angka berikut, dicetak disebelah kanan

e. Bertemu NEXT KLM, menuju ke nomor 5b.

f. Kosongkan 1 baris.

g. bertemu NEXT BRS, menuju ke nomor 5a.

Teknik pengulangan 14

Page 15: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

Start

Masukkan nilaiB ?

Masukkan nilaiB ?

DIM A(B,K),B(B,K),C(B,K),

FOR BRS 1 =TO B

FOR KLM 1 =TO K

Masukkan nilaiA (BRS, KLM)

NEXT BRS

NEXT KLM

A

A

FOR KLM 1 =TO K

FOR BRS 1 =TO B

Masukkan nilaiB (BRS, KLM)

NEXT KLM

NEXT BRS

FOR KLM 1 =TO B

FOR BRS 1 =TO K

A(BRS,KLM) B(BRS,KLM) + C(BRS,KLM)

NEXT KLM

CetakC (BRS,KLM)

B

NEXT BRS

B

End

Teknik pengulangan 15

Page 16: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

Contoh 3.

Perhatikan flowchart dibawah ini, kemudian tentukan outputnya jika diketahui

datanya 10,20,30,40

Start

FOR U = 10 SAMPAI 40 STEP 10

BACA A(U)

JUMLAH 1 + A(U)

A(U);

NEXT U

JUMLAH

END

Hasil : 11 21 31 41

104

Teknik pengulangan 16

Page 17: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

SUB PROGRAM (SUB RUTIN) Semula subprogram, yang sering disebut dengan nama subrutin,

dikembangkan untuk mempersingkat penulisan program. Tetapi kemudian tujuan

penulisan subprogram menjadi berkembang. Sesuai dengan namanya maka

subprogram adalah satu bagian program yang bisa dikatakan terpisah dari program

utamanya. Struktur program yang demikian disebut dengan struktur modular. Tujuan

lain dari penulisan subprogram adalah dalam hal kemudahan pelacakan dan

pembacaan program tersebut. Karena program tersusun atas modul-modul, dimana

setiap modul biasanya tidak terlalu panjang, maka jika dalam sebuah modul terjadi

kesalahan, kita tidak perlu melacak seluruh program, tetapi cukup kita lihat dari

modul dimana kesalahan terjadi.

Secara garis besar sebuah program yang berisi sub rutin, alur flowchartnya

dapat digambar sebagai berikut :

Teknik pengulangan 17

START

GO SUB 200

CALL

END

RETURN

SUBRUTIN 2

SUB…..

END SUB

PROSES

SUBRUTIN 1

Page 18: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

Beberapa cara pemanggilan subrutin yaitu :

1. Statemen GOSUB RETURN Misal GOSUB 200

Berarti memanggil Subrutin yang diawali dengan label 200 dan diakhiri dengan

RETURN

2. Statemen FN Subrutin yang dipanggil dengan fungsi FN ini harus diawali dengan statemen DEF

FN dengan atau diakhiri dengan statemen END DEF

3. Satemen CALL

untuk memanggil subrutin yang diawali dengan SUB dan diakhiri dengan END SUB

4. Statemen FUNCTION untuk memanggil subrutin yang diawali dengan FUNCTION dan diakhiri dengan

END FUNCTION

contoh :

START

GOSU

B 200

? “Contoh subrutin”

END

Hitung

t 2

Input bil1 Input bil2

Rata=(bil1+bil2)/2

Print rata

RETURN

Teknik pengulangan 18

Page 19: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

IMPLEMENTASI DALAM PROGRAM BASIC

Berikut contoh program yang menggunakan kounter.

♣ REM PROGKOUNTER1

DATA 2,4,6,8,999

C = 0

10 READ BIL

IF BIL = 999 THEN 20

C = C + 1

GO TO 10

20 PRINT C

END

Output :

4

Pada program di atas yang dimaksud variable kounter adalah C. Setiap kali

statemen C = C + 1 dilaksanakan, maka harga C bertambah dengan 1.

♣ REM PROGKOUNTER2

N = 0 : K=0

10 READ X

K = K + 1

IF K = 9 THEN 30

IF X > 3 THEN 20

GOTO 10

20 N = N + 1

GOTO 10

30 PRINT N

DATA 1,4,2,3,5,6,5,9,2,8

END

Output :

5

Teknik pengulangan 19

Page 20: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

Program di atas akan menghitung banyaknya bilangan-bilangan yang lebih besar

dari 3. Variabel kounter dari program diatas adalah K, yang juga digunakan sebagai

pemberhentian perulangan saat K = 9. Sedangkan N adalah variable penampung

yang menghitung banyaknya bilangan yang lebih besar dari 3.

Array Dimensi Satu Bentuk umum deklarasi array dimensi satu adl :

DIM namavar ({cacah | awal to akhir}) [As tipe]

Dengan cacah : banyaknya elemen array

Awal : nomor awal subskrib

Akhir : nomor akhir subskrib

Tipe : tipe data elemen array.

Contoh : DIM baristabel(5)

DIM baristabel( 1 to 5)

DIM baristabel(5) As Integer

Dari contoh deklarasi di atas maka akan disediakan ruang memori untuk

array baristabel dengan jumlah elemen 5.

40 30 100 80 75

Untuk mengoperasikan array digunakan subskrib.

Baristabel(1) = 40, Baristabel(2) = 30, Baristabel(3) = 100

Baristabel(4) = 80, Baristabel(5) = 75

♣ REM PROGARRAY1

DIM A(5)

LET A(1)=40 : A(2)=30 : A(3)=100 : A(4)=80 : A(5)=75

C = A(1) + A(2) + A(3) + A(4) + A(5)

Teknik pengulangan 20

Page 21: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

PRINT A(1) , A(2) , A(3) , A(4) , A(5)

PRINT “HASIL JUMLAH = “; C

END

Output:

40 30 100 80 75

HASIL JUMLAH = 325

Array Dimensi Dua

Bentuk umum deklarasi array dimensi 2 adalah :

DIM namavar (baris,kolom) [As tipe] atau

DIM namavar ( baris1 to baris2, kolom1 to kolom2) [As tipe]

Dengan Namavar : nama variable yang akan dideklarasikan sebagai array dua

dimensi

Baris : cacah baris

Kolom : cacah kolom

Contoh : DIM M(2,3) atau

DIM M( 1 to 2, 1 to 3)

Dari contoh deklarasi di atas maka akan disediakan ruang memori untuk

array M dengan jumlah elemen 2 baris dan 3 kolom..

30 50 20

10 10 10

Untuk mengoperasikan array digunakan subskrib.

M(1,1)=30, M(1,2)=50, M(1,3)=20,

M(2,1)=10, M(2,2)=10, M(2,3)=10

Teknik pengulangan 21

Page 22: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

♣ REM PROGARRAY2 output :

DIM M(2,3) 40

M(1,1)=30: M(1,2)=50: M(1,3)=20 10

M(2,1)=10: M(2,2)=10: M(2,3)=10

PRINT M(1,1) +M(2,2)

PRINT M(2,3)

END

Array Dimensi Banyak Bentuk umum deklarasinya :

DIM namavar (b,k,h,…,dn) [As tipe ] atau

DIM namavar (b1 to b2,k1to k2, h1 to h2,…, dn1 to dn2) [As tipe]

Contoh : DIM M(2,3,4) atau

DIM M(1 to 2, 1 to 3, 1 to 4)

Dalam operasinya menggunakan subskrib 3 dimensi, yaitu :

M(1,1,1),M(1,1,2),M(1,1,3),M(1,1,4)

M(1,2,1),M(1,2,2),M(1,2,3),M(1,2,4)

M(1,3,1),M(1,3,2),M(1,3,3),M(1,3,4)

M(2,1,1),M(2,1,2),M(2,1,3),M(2,1,4)

M(2,2,1),M(2,2,2),M(2,2,3),M(2,2,4)

M(2,3,1),M(2,3,2),M(2,3,3),M(2,3,4)

Teknik pengulangan 22

Page 23: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

Latihan

1. Buatlah sebuah program untuk menghasilkan laporan sbb:

DAFTAR GAJI PEGAWAI

NAMA TOTAL GAJI

----------------------------------

INA 1500000

ANI 1300000

NIA 1250000

ANE 1000000

ANU 7500000

Dengan variable subskrib nama, gapok, tunjangan diinput dengan looping

menggunakan teknik kounter.

Total gaji diperoleh dari gapok ditambah tunjangan.

Jawab :

DIM NAMA$(5), GAPOK (5), TUNJ(5), TOTALGAJI(5)

K= 1

10 INPUT “NAMA = “, NAMA$(K)

INPUT “GAJI POKOK = “,GAPOK(K)

INPUT “TUNJANGAN = “,TUNJ(K)

TOTALGAJI(K) = GAPOK(K) + TUNJ(K)

IF K=5 THEN 20

K = K + 1

GOTO 10

20 PRINT “DAFTAR GAJI PEGAWAI”

PRINT

PRINT “ NAMA”;TAB(15);”TOTAL GAJI”

PRINT “-----------------------------------“

FOR K = 1 TO 5

Teknik pengulangan 23

Page 24: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

PRINT NAMA$(K);TAB(15);TOTALGAJI(K)

NEXT K

END

ON n GOTO

Bentuk Umum :

ON n GOTO nomor baris [.,nomor baris]…

Contoh :

CLS

PRINT “Ketik 1, 2, 3, 4 atau 5

INPUT n

ON n GOTO 60, 40, 80, 100, 110

40 PRINT “ANDA MASUK GROUP BASIC”

GOTO 110

60 PRINT “ANDA MASUK GROUP COBOL”

GOTO 110

80 PRINT “ANDA MASUK GROUP PASCAL”

GOTO 110

100 PRINT “ANDA MASUK GROUP FORTRAN”

110 END

ON GOSUB

Statement ini sifatnya adalah gabungan antara statement ON n GOTO dan

GOSUB-RETURN itu sendiri.

Dimana :

ON n GOTO, proses menuju ke nomor baris yang tergantung dari nilai N nya,

untuk kemudian proses berlanjut seperti biasa.

Teknik pengulangan 24

Page 25: Teknik Pengulangan

Algoritma dan Pemrograman 1

ON n GOSUB-RETURN, proses ini juga akan menuju ke nomor baris yang

tergantung dari nilai N nya, tetapi proses akan kembali lagi ke program yang

memanggilnya di bawah statement ON n GOSUB bersangkutan bila ditemui

statement RETURN. Contoh :

FOR I = 1 to 2

ON I GOSUB 50, 60

NEXT I

PRINT “END”

END

50 PRINT “I = ” ; I ; “ Ke nomor baris 50”

RETURN

60 PRINT “I = ” ; I ; “ Ke nomor baris 60”

RETURN

END

Teknik pengulangan 25