Teknik Pengolahan Getah Pinus Menjadi Gondorukem Dan Terpentin
-
Upload
fera-arinta -
Category
Documents
-
view
859 -
download
146
Transcript of Teknik Pengolahan Getah Pinus Menjadi Gondorukem Dan Terpentin
Nama : Fera ArintaNIM : 5213412017Matkul : Tek. Peng. BATI
Teknik Pengolahan Getah Pinus Menjadi Gondorukem dan Terpentin
A. PINUS
Tusam atau pinus adalah sebutan bagi sekelompok tumbuhan yang semuanya
tergabung dalam marga pinus. Di Indonesia penyebutan tusam atau pinus biasanya ditujukan
pada tusam Sumatera (Pinus merkusii Jungh. et deVries). Tusam kebanyakan bersifat
berumah satu (monoecious), yaitu dalam satu tumbuhan terdapat organ jantan dan betina
namun terpisah, meskipun beberapa spesies bersifat setengah berumah dua (sub-
dioecious). Adapun klasifikasi pinus sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Coniferophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : Pinaceae
Genus : Pinus
Spesies : Pinus merkusii Jungh.& De Vr
Getah Pinus sebagai bahan baku untuk produksi Gondorukem & Terpentin, dihasilkan
dari hasil penyadapan pohon Pinus Merkusii. Getah pinus, merupakan bahan baku pembuatan
minyak gondorukem dan terpentin. Mutu getah pinus ditentukan oleh kadar kotoran dan
warnanya. Warna getah yang putih adalah warna yang baik, dan merupakan getah pinus
dengan Mutu A. Sedangkan warna yang lebih tua merupakan Mutu B. Warna getah yang
lebih tua dikarenakan getah pinus mengandung banyak kotoran. Di Indonesia, telah dibuat
standarisasi mengenai mutu getah pinus yang di kelompokkan sebagai berikut:
Grade 1 : X (Rex)
Grade 2 : WW (White Water)
Grade 3 : WG (Window Glass )
Grade 4 : N (Nancy).
Warna getah pinus disebut dengan X (Rex) untuk warna yang paling jernih, kemudian
WW (Water White) untuk warna yang beningnya seperti air dan WG (Window Glass) untuk
warna yang bening seperti kaca jendela dan N (Nancy) untuk warna Kuning kecoklat-
coklatan, dan M dan seterusnya untuk warna yang lebih gelap. Softening point, adalah
komponen mengenai kekerasannya yang ditunjukkan dengan derajat Celcius (°C).
B. PENYADAPAN GETAH PINUS
1. Pinus yang Baik Diambil Getahnya
Getah pinus berada pada batang dimana didalam saluran getah yang arahnya vertical
(longitudinal) maupun horizontal (radial). Saluran getah ini terbentuk secara lisigen, sizogen,
maupun sizoligen. Beberapa ketentuan pohon pinus yang akan disadap :
a) Diameter limit cupping, diameter pohon pinus yang akan disadap adalah diatas 15 cm.
b) Selective cupping, pohon-pohon yang akan disadap adalah pohon yang waktu
mendatang dijarangi atau ditebang yaitu sejak umur 10 tahun sampai pada umur
tebangan atau umur penjarangan. Biasanya dilakukan pada perusahan pengelolaan
pinus yang menggunakan pinus untuk berbagai kegunaan.
2. Teknik Penyadapan
Beberapa cara teknik penyadapan :
a. Bentuk koakan
Teknik ini dilakukan dengan cara mengerok kulit batang lebih dulu, kemudian
kayunya dilukai sedalam 1-2 cm, sedang lebarnya 10 cm. Pelukaan dengan cara ini
membentuk huruf U terbalik dengan jarak dari permukaan tanah sekitar 15-20 cm.
Pelukaan yang baru diatas luka lama dengan tebal jarak 5 mm.
b. Bentuk V
Teknik ini hamper sama dengan teknik diatas tetapi berbebtuk huruf V, dapat juga
dimodifikasi menjadi V ganda atau seri arah keatas (rill) yang bentuknya seperti sirip
ikan.
c. Goresan atau guratana
Cara ini pada penyadapan pinus jarang dilakukan, umumnya dilakukan pada agathis
(kopal). Hal ini mengimgat kulit pinus yang tebal. Goresan dilakukan dengan
kemiringan 45° atau melingkar.
d. Dengan bor
Dengan syarat diameter 3 cm, 3-12 cm keatas atau kedalam.
Dari keempat teknik tersebut yang paling efektif atau paling banyak menghasilkan
getah pinus adalah dengan menggunakan metode koakan, kemudian teknik bentuk V dan
teknik bor.
3. Cara Penyadapan Koakan Pada Pinus :
a) Mula-mula kulit batang pada tempat yang akan dibuat pelukaan dibersihkan selebar
10-12 cm kearah atas dimulai dari bawah.
b) Kualitas Getah Pinus; Kualitas getah pinus sadapan dibedakan atas dua kelas yaitu :
Mutu A
a) Berwarna putih bening
b) Tidak ada campuran tanah/lumpur dan kotoran lain (kandungan kotoran kurang
dari 2%)
c) Kadar air kurang dari 3 %
Mutu B
a) Berwarna keruh coklat
b) Ada campuran tanah dal lumpur (kandungan kotoran 2-5%)
c) Kadar air lebih dari 3%
Produk getah yang tidak memenuhi ketentuan kelas kualitas tersebut diatas ditolak
untuk diterima.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Getah Pinus Hasil Sadapan
a) Faktor internal pohon :
1. Jenis pohon Pinus yaitu pinus yang berbeda hasil getahnya
Misalnya jenis pinus letak persen :
Pinus merkusii 6kg/phn/thn gubal 36,3 %
Pinus palustris 4,2 kg/phn/thn pangkal 0,64 %
Pinus maritime 3 kg/phn/thn 10 m dpl 0,33 %
Pinus khasya 7 kg/phn/thn akar 0,70%
2. Persen kayu gubal, yaitu batang kayu Pinus dengan jumlah kayu gubal terbanyak
dapat menghasilkan getah maksimum sebab kayu gubal adalah tempat akumulasi
getah tertinggi (36 %)
3. Kesehatan pohon, yaitu jika pohon sehat mungkin menghasilkan getah lebih
banyak.
4. System perakaran, yaitu Pinus dengan perakaran yang luas berarti mampu
menyerap lebih banyak zat makanan dari tanah, sehingga getah lebih banyak.
5. Persen tajuk (lebar dan tinggi tajuk pohon) yaitu, Pinus dengan tajuk lebih banyak
memungkinkan proses fotosintesis lebih optimal dan menghasilkan banyak getah.
b) Faktor Ekstern (Lingkungan luar pohon)
Jarak tanam yaitu hutan pinus dengan jarak tanam yang jarang iklim mikronya
tidak lembab dan bersuhu tinggi sehingga menghasilkan getah pinus lebih banyak,
demikian sebaliknya. Iklim dan tempat tumbuh yaitu pohon pinus yang tumbuh
didaerah dengan curah hujan tinggi, dingin atau di daerah dengan tinggi > 700 m dpl
menghasilkan getah sedikit curah hujan rata-rata. Bonita yaitu pada tanah yang subur
memungkinkan menghasilkan getah pinus yang lebih banyak ( ada 7 kelas bonita)
c) Faktor perlakuan oleh manusia
1) Bentuk sadapan yaitu hasil sadapan dari bentuk koakan lebih banyak dari rill dan
bor
2) Arah sadapan yaitu arah menghadapnya luka sadapan menghadap timur paling
banyak menghasilkan getah kemudian disusul arah utara, selatan dan barat.
3) Arah pembaruan, yaitu kea rah atas atau bawah pembaruan ke atas menghasilkan
lebih banyak getah.
4) Upaya stimulansia, yaitu upaya perangsangan pada luka sadapan dengan bahan
kimia asam upaya stimulansia harus menggunakan pedoman yang teliti agar tidak
merugikan bahan stimulansia yang dapat dipakai misalnya asam sulfat, asam
oksalat, CuSO4, bolus alba, Ethrel dengan jumlah tertentu yang ditentukan.
C. PENGOLAHAN GETAH PINUS
Dalam proses pengolahan Getah Pinus di Pabrik Gondorukem & Terpentin (PGT)
Perum Perhutani, bahan baku industri berupa Getah Pinus (Pinus Merkusii) diproses melalui
beberapa tahapan :
1) Pengenceran
2) Pencucian
3) Penyaringan
4) Pemanasan/pemasakan
5) Pengujian & Pengemasan
Pentahapan proses produksi gondorukem dan terpentin secara sederhana dapat diuraikan
sebagai berikut :
1) Proses Pengenceran
Pengenceran larutan getah dilakukan dengan cara menambahkan 1.000 liter dalam
tangki melter, kemudian dipanaskan pada suhu 68-80 ºC (derajad Celcius) selama 10-
15 menit.
2) Proses Pencucian
Pencucian larutan getah pada tangki settler dilakukan denga cara mencampurkan
Asam Oksalat 3-5 kg/batch untuk mengendapkan ion besi yang berasal dari kotoran
getah.
3) Proses Penyaringan
Larutan getah disaring secara bertahap pada aliran sebagai berikut :
a. Aliran dari tangki melter - settler dengan filter RGT4 – aliran dari tangki settler –
tangki penampung dengan filter Gaf Stainer
b. Aliran dari tangki penampung – Ketel pemasak dengan filter Gaf Staner.
4) Proses Pemasakan
Getah bersih dari tangki penampung dipompakan ke ketel pemasak melalui filter Gaf
PO.1 mikron dan dipanaskan pada suhu 160-165 ºC dan vacuum menunjukkan 40-60
cmHg selama ± 3 jam, sehingga larutan tersebut matang menjadi gondorukem dan
dialirkan pada instalasi pengemasan (canning).
5) Proses Pengemasan (canning)
Proses canning merupakan proses akhir dari pemasakan getah pinus yang mana
gondorukem tersebut dicurahkan ke dalam wadah drum kerucut. Pada saat pengisian
gondorukem tersebut (canning) dilakukan penimbangan dengan berat netto 240
kg/drum.
Dalam perdagangan, gondorukem dibedakan dalam beberapa mutu/kualitas. Faktor utama
yang menentukan mutu adalah :
- warna
- titik lunak
- kadar kotoran.
Di Indonesia telah dibuat standardisasi mengenai mutu gondorukem, yang
dikelompokan dalam mutu I, mutu II, mutu III serta lokal. Warna gondorukem disebut
dengan X (Rex) untuk warna yang paling jernih, kemudian WW (Water White) untuk warna
yang beningnya seperti air dan WG (Window Glass) untuk warna yang bening seperti kaca
jendela dan N (Nancy) untuk warna Kuning kecoklat-coklatan, dan M dan seterusnya untuk
warna yang lebih gelap. Softening point, adalah komponen mengenai kekerasannya yang
ditunjukkan dengan derajat Celcius (°C). Kadar kotoran yang ditunjukkan dalam prosen (%)
adalah kotoran-kotoran kasar yang terkandung dalam gondorukem.
Untuk terpentin hanya ditentukan satu mutu, yakni :
warna jernih
kandungan kotoran
komposisi Alpha pinene & Betha pinene
Aroma Khas Terpentin.
Getah Pinus sebagai bahan baku untuk produksi Gondorukem & Terpentin, dihasilkan
dari hasil penyadapan pohon Pinus Merkusii. Getah Pinus yang dikumpulkan dan diterima di
PGT berupa :
cairan kental yang bercampur dengan kristal,
air,
serpihan kayu,
daun pinus,
kembang pinus,
dan kotoran-kotoran lain yang sengaja/tak sengaja dicampurkan (tanah, pasir dll).
Oleh karenanya Kualitas Getah ditentukan oleh kadar kotoran dan warnanya. Untuk
memperoleh Gondorukem berkualitas baik diperlukan getah yang baik pula. Karenanya
sangat membantu bila sekiranya getah bisa dipisahkan sesuai dengan kualitasnya. Kalau
tidak, maka diperlukan peralatan yang baik dan canggih untuk mendapatkan kembali getah
yang berkualitas baik.
Dalam proses pengenceran getah dengan penambahan beberapa liter terpentin sesuai
dengan kondisi getah yang akan diproses. Pengenceran getah ini dimaksudkan untuk
memudahkan pemisahan kotoran dari getah maupun memudahkan didalam pemindahan dan
penyaringannya. Setelah mencapai kondisi pengenceran yang diinginkan maka larutan getah
didiamkan/diendapkan beberapa menit untuk memberikan kesempatan terjadinya endapan
kotoran dan air turun kebawah, setelah itu dilakukan pembuangan dan penyaringan.
Dari hasil akhir proses pada tangki pemurnian dapat diketahui hasil gondorukem dan
terpentin yang baik atau tidak. Pada proses tangki pemurnian ini pula sangat ditentukan
perlakuan yang cermat dan trampil, karena meskipun dari hasil proses pencucian berhasil
sempurna namun tanpa ada dukungan dari proses pemasakan yang baik maka hasil dari
gondorukem pun jadi bermutu rendah, misalnya titik lunak terlalu rendah, browning/hangus,
atau berkristal.
Untuk itu didalam menangani tangki pemasakan ini diperlukan ketelitian dan
kecermatan operator didalam melakukan pemasakan maupun mengenal peralatan yang
ditangani (karakter alat).
Pada proses pemasakan yang perlu diperhatikan antara lain :
Pemanasan harus bertahap
Tekanan vakum
Tekanan uap dari uap penekan (Open steam) tidak terlalu besar (golakan tidak
terlalu besar)
Suhu pemanasan
Suhu peludangan (canning)
Bahan Bakar ± 300 Liter.
Proses terakhir adalah proses pengemasan, dengan setiap kaleng kemasan berisi 240
kg. Kemudian di diamkan untuk proses pengendapan Gondorukem sebelum akhirnya di jual
ke pasar.
D. Manfaat Getah Pinus
Pohon pinus yang biasa kita lihat didaerah pegunungan ternyata menghasilkan getah
yang sangat berguna untuk kita, hasil dari getah pinus itu bisa menghasilkan minyak terpentin
yang mengandung senyawa terpene yaitu salah satu isomer hidrokarbon tak jenuh dari
C10 H163 terutama monoterpene alfa-pinene dan beta-pinene, terpentin biasanya digunakan
sebagai pelarut untuk mengencerkan cat minyak, bahan campuran vernis yang biasa kita
gunakan untuk mengkilapkan permukaan kayu dan bisa untuk bahan baku kimia
lainnya. Aroma terpentin harum seperti minyak kayu putih, karena keharumannya itu
terpentin bisa digunakan untuk bahan pewangi lantai atau pembunuh kuman yang biasa kita
beli, tapi ada lagi kegunaan lain dari terpentin sebagai bahan baku pembuat parfum, minyak
esensial dari getah pinus ini diekstrak sehingga bisa menghasilkan terpinol yaitu alfa-terpinol
merupakan salah satu dari 3 jenis alkohol isomer beraroma harum. Terpineol bisa bermanfaat
untuk kesehatan yaitu untuk relaksasi bila digunakan sebagai bahan campuran minyak pijat.
Aromanya yang harum dijadikan minyak pijat aromaterapi karena saat dioleskan
kekulit akan terasa relaksasinya bila digunakan dengan dosis sesuai aturan. Bisa digunakan
juga untuk bahan makanan tapi bukan dalam bentuk getahnya melainkan dari gum rosin yang
telah diesterfikasi dengan gliserol dibawah atmosfir nitrogen menjadi gum rosin ester, salah
satu bahan tambahan pembuatan permen karet sehingga menjadi kenyal dan lentur. Aman
untuk dikonsumsi karena sudah diuji oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika
Serikat, jadi Anda tidak perlu khawatir memakan permen karetnya. Gondorukem didapat dari
hasil pengolahan getah pinus, bersifat rapuh, bening, mempunyai titik leleh rendah dan bau
khas terpentin serta tidak larut dalam air. Manfaat gondorukem adalah :
1) Industri Batik : bahan penyampur lilin batik sehingga diperolehmalam.kebutuhan
kira-kira 2.500 ton/thn
2) Industry kertas : bahan pengisi dalam pembuatan kertas.kebutuhan kira-kira 0,5 %
dari produksi kertas atau 2.000 ton/thn
3) Industry sabun : sebagai campuran kira-kira 5-10% dari berat sabun.
4) Pembuatan Vernish, tinta, bahan isolasi listrik, korek api,lem, industry kulit dan lalin-
lain.
5) Di luar negeri manfaat lain gondorukem dan derivatnya digunakan untuk membuat
resin sintetis, plastic, lem, aspal, bahan pliitur, lak sintetis, industry sepatu, galangan
kapal, dll.
Untuk minyak terpentinnya dapat digukana secara langsung dan murni melalui upaya
distilalsi ulang serta melalui pengolahan lanjutan, misalnya untuk pelarut organic, pelarut
resin, bahan semir sepatu, logam dan kayu dan bahan kamfer sintetis dll.