PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) PADA HUTAN … · 2020. 4. 6. · ii HALAMAN PENGESAHAN Judul...
Transcript of PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) PADA HUTAN … · 2020. 4. 6. · ii HALAMAN PENGESAHAN Judul...
PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) PADAHUTAN RAKYATPOLA AGROFORESTRY
DI KECAMATAN TINGGIMONCONGKABUPATEN GOWA
SULHAJI105950041813
PROGRAM STUDI KEHUTANANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2020
i
PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) PADAHUTAN RAKYATPOLA AGROFORESTRY
DI KECAMATAN TINGGIMONCONGKABUPATEN GOWA
SULHAJI105950041813
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana KehutananStrata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI KEHUTANANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2020
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii) Pada HutanRakyat Pola Agroforestry di Kecamatan TinggiMoncong Kabupaten Gowa
Nama : Zulhaji
Nim : 105950041813
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Hikmah, S.Hut, M.Si., IPM Ir. M. Daud , S.Hut., M.Si., IPMNIDN: 0011077101 NIDN. 0929118502
Diketahui
Dekan FakultasPertanian Ketua Program Studi Kehutanan
Dr. H. Burhanuddin, S.Pi.,M.P. Dr. Ir. Hikmah. S.Hut, M.Si., IPMNIDN: 0912066901 NIDN: 0011077101
iii
HALAMAN KOMISI PENGUJI
Judul : Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii) Pada HutanRakyat Pola Agroforestry di Kecamatan TinggiMoncong Kabupaten Gowa
Nama : Zulhaji
Stambuk : 105950041813
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
SUSUNAN TIM PENGUJI
NAMA TANDA TANGAN
Dr. Ir. Hikmah, S.Hut, M.Si., IPM (………………………………)
Ir. M. Daud , S.Hut., M.Si., IPM (..................................)Pembimbing II
(………………………………)
Dr. Ir. Hasanuddin Molo, S. Hut, M.P., IPM.Penguji I
(………………………………)
Muthmainnah S.Hut., M. Hut.Penguji II
(………………………………)
Tanggal lulus : 4 Februari 2020
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi :
“Produksi Getah Pinus (Pinus Mekusii) Pada Hutan Rakyat Pola
Agroforestry Di Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa” adalah karya
saya dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Makassar, Januari 2020
Zulhaji105950041813
v
@Hak Cipta Milik Unismuh Makassar, Tahun 2019
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan penelitian,
penulisan karyailmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar unismuh
makassar
vi
MOTTO
Jangan berputus asa jika menghadapi kesulitan
Karena kesulitan adalah sebuah proses yang menjadi awal dari
segala keberhasilan. Doa dan usaha adalah salah satu kekuatan untuk
mencapai segala cita-cita. Ilmu adalah peganganku pengetahuan
adalah landasanku......
vii
ABSTRAK
Zulhaji (105950041813). Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii) pada HutanRakyat Pola Agroforestry di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.Dibawah bimbingan Hikmah dan M.Daud.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas getah pinus dan hubungandiameter batang terhadap produktivitas getah pinus (Pinus merkusii) pada hutanrakyat pola agroforestry di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Datayang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Pengambilan data dilakukandengan metode observasi, wawancara, quisioner, survey dan studi pustakakemudian dianalisis dengan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitianmenujukkan bahwa diameter pinus yang disadap pada pada hutan rakyat polaagroforestry di Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa bervariasi antara37.58-81.21 cm dengan diameter rata-rata 50.15 cm dengan produktivitas getahpinus setiap pohon antara 4.57-27.71 gram/pohon per hari dengan rata-rata getahpinus 12.85 gram/pohon per hari. Produktivitas getah pinus setiap koakan antara4.57-48.29 gram/pohon per hari dengan rata-rata getah pinus 15.06 gram/koakanper hari antara 4.57-25.57 gram/pohon per hari dengan rata-rata getah pinus 10.22gram/koakan per hari. Terdapat korelasi (hubungan) antara diameter danproduktivitas getah pinus setiap pohon per hari, dengan nilai korelasi positif0.52112 (positif hubungan keeratan sedang). Persamaan regresi hubungan antaradiameter batang terhadap produktivitas getah pinus (Pinus merkusii) pada hutanrakyat pola agroforestry di hutan Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowaadalah: Y (Produktivitas getah pinus, gram/pohon per hari) = -4.80 + 0.35 X(Diameter Pohon, cm) dengan nilai koefisien korelasi (R) positif 0.52112 dankoefisien determinasi (R2) 0.2713 dengan nilai sig 0.001.
Kata Kunci: getah pinus, produktivitas, diameter, hutan rakyat
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-
Nya, sehingga penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul. Produksi Getah
Pinus (Pinus Merkusii) Pada Hutan Rakyat Pola Agroforesty di Kecamatan
Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Sholawat dan salam kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW suritauladan seluruh ummat.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian studi
untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penghargaan dan terimakasih penulis berikan kepada Ibunda Dr. Ir.
Hikmah S.Hut.,M.Si IPM selaku pembimbing I dan Bapak Ir. M. Daud , S.Hut.,
M.Si., IPM selaku pembimbing II yang telah membantu penulisan skripsi ini.
Serta ucapan terimakasih kepada:
1. Ayahanda H. Burhanuddin S.Pi.,MP selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Ibunda Dr. Hikmah S.Hut.,M.Si selaku Ketua Program Studi Kehutanan,
yang selama ini meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan
bimbingan.
3. Dosen Prodi Kehutanan dan Staf Tata Usaha yang telah banyak
memberikan didikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Terimakasih kepadaseluruh masyarakat di Kecamatan Tinggimoncong
yang telah memberikan arahan dan bantuan penelitian kepada penulis.
ix
Penghargaan dan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada
Ayahanda Jamiruddin dan Ibunda yang kusayangi Nurhayati semoga Allah
SWT selalu melimpahkan Rahmat, Kesehatan, Karunia dan Keberkahan di
dunia dan di akhirat atas budi baik yang telah diberikan kepada penulis.
Akhirnya, Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada
semua pihak dan apabila ada yang tidak tersebutkan mohon maaf, dengan
besar harapan semoga skripsi yang ditulis oleh Penulis ini dapat
bermanfaat khususnya bagi Penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.
Makassar, Januari 2020
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI..................................................................iii
PERNYATAAN SKRIPSI..................................................................................iv
HAK CIPTA........................................................................................................v
MOTTO...............................................................................................................vi
ABSTRAK ..........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian ...............................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hutan Rakyat........................................................................................4
2.2. Deskripsi dan Sistematika Pinus ..........................................................6
2.3. Pinus Sebagai Penghasil Getah ............................................................8
2.4. Manfaat Getah Pinus............................................................................8
xi
2.5. Potensi Produksi Getah Pinus ..............................................................9
2.6. Sistem Penyadapan Getah Pinus ..........................................................11
2.7. Kerangka Pikir .....................................................................................13
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu ...............................................................................14
3.2. Alat dan Bahan.....................................................................................14
3.3. Jenis Data .............................................................................................14
3.4. Teknik Pengumpulan Data...................................................................15
3.5. Penentuan Populasi dan Sampel...........................................................15
3.6. Analisis Data .......................................................................................16
3.7. Defenisi Oprasional..............................................................................18
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Administrasi dan Batas Geografis ..............................................20
4.2. Kependudukan ......................................................................................20
4.3. Kondisi Ekonomi ..................................................................................22
4.4. Aksibilitas (Transportasi Darat, Laut dan Udara).................................23
4.5. Kondisi Wilayah ...................................................................................24
4.6. Topografi...............................................................................................24
4.7. Penggunaan Lahan ................................................................................24
4.8. Pertanian ...............................................................................................25
4.9. Kehutanan .............................................................................................25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden..............................................................................27
5.1.1. Umur Responden ........................................................................27
5.1.2. Jumlah Laki-Laki dan Perempuan ..............................................28
5.1.3. Tingkat Pendidikan .....................................................................28
5.2. Produktivitas Pohon Getah Pinus..........................................................28
5.3. Hubungan Diameter Batang Terhadap Produktivitas Getah Pinus.......31
xii
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan ...........................................................................................34
6.2. Saran .....................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Umur Responden....................................................................................... 27
2. Jumlah Laki-Laki dan Perempuan ............................................................ 28
3. Produktivitas Getah Pada Hutan Rakyat Pola Agroforesty....................... 30
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitan............................................................................. 13
2. Grafik Hubungan Antara Diameter Batang Getah Pinus ............................ 32
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Data Identitas Responden/ Penyadap Getah Pinus (Pinus merkusii)Pada hutan rakyat pola agroforestry di Kecamatan TinggimoncongKabupaten Gowa ......................................................................................... 39
2. Data Mentah Penyadapan Getah Pinus (Pinus merkusii) pada hutanRakyat pola agroforestry di Kecamatan Tinggimoncong KabupatenGowa ........................................................................................................... 40
3. Hasil Analisis Regresi hubungan) antara Diameter Dan ProduktivitasGetah Pinus Setiap Pohon Per Hari Pada Hutan Rakyat PolaAgroforestry di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.................. 42
4. Dokumentasi Penelitian............................................................................... 43
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, Pengertian Hutan dijelaskan dalam undang undang No.
41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatau kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan
dalam persekutuan alam dan lingkunganya, yang satu dengan yang lain tidak
dapat dipisahkan. Hutan menyimpan sumber daya alam yang berlimpah bagi
masyarakat sekitarnya. Hutan terbagi atas 3 yaitu : hutan lindung, hutan
produksi, dan hutan konservasi.
Hutan Rakyat menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya
yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Hutan rakyat adalah
hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas minimal 0,25 ha,
penutupan tajuk didominasi oleh pohon dan jumlah tanaman tahun pertama
minimal 500 batang. Sedangkan menurut Departemen Kehutanan dan
Perkebunan (1999), hutan rakyat adalah suatu lapangan di luar kawasan hutan
negara yang bertumbuhan pohon sedemikian rupa sehingga secara
keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta lingkungan
dan lahannya dimiliki oleh rakyat.
2
Hasil hutan sebagai fungsi ekonomi dari hutan, secara umum
digolongkan dalam dua jenis yaitu hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan
kayu. Sejak dahulu hasil hutan kayu merupakan sumberdaya dari hutan yang
sangat populer dan banyak diminati karena kayu memiliki nilai jual yang
tinggi. Secara umum ada tiga pemanfaatan strategis kayu, yaitu : bahan dasar
pembuatan pulp, bahan bangunan,dan bahan kerajinan. Beragam hasil hutan
bukan kayu juga ikut memberikan kontribusi besar bagi kehidupan manusia.
Beberapa hasil hutan bukan kayu di antaranya yaitu : rotan, bambu, sagu,
gaharu, getah pinus, getah damar, minyak kayu putih, madu dan lain-lain.
Getah pinus merupakan hasil dari kegiatan penyadapan pohon pinus.
Kegiatan penyadapan getah pinus tentu saja membutuhkan tenaga kerja yang
terbilang cukup banyak. Secara tidak langsung hal ini bisa di jadikan sebagai
salah satu sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar kawasan hutan.
Salah satu penghasil getah pinus di Sulawesi Selatan terdapat di
Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Masyarakat di Kecamatan
Tinggimoncong banyak yang mempunyai mata pencaharian sebagai penyadap
getah pinus untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. data tentang produksi
getah pinus di daerah tersebut belum diketahui, oleh karena ini perlu
dilakukan penelitian tentang produksi getah pinus pada hutan dataran
rendahDi Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.
3
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Berapa produktivitas getah pinus (Pinus merkusii) pada hutan rakyat
polaagroforestrydi Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.
2. Bagaimana hubungan diameter batang terhadap produktivitas getah pinus
(Pinus merkusii) pada hutan rakyat pola agroforestrydi Kecamatan
Tinggimoncong Kabupaten Gowa.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui produktivitas getah pinus (Pinus merkusii) pada hutan
rakyatpola agroforestrydiKecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.
2. Mengetahui hubungan diameter batang terhadap produksi getah pinus
(Pinus merkusii) pada hutan rakyat pola agroforestry Di Kecamatan
Tinggimoncong Kabupaten Gowa.
2.3.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat untuk
memberikan informasi dan arahan pertimbangan dalam pengembangan getah
pinus di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Hutan Rakyat
Hutan rakyat ialah hutan yang terdapat di atas tanah yang dibebani hak
atas tanah seperti hak milik, hak guna usaha dan hak pakai. Lahan yang
dibebani dengan hak-hak seperti itu adalah lahan milik masyarakat. Oleh
karenanya, hutan rakyat disebut juga dengan hutan milik. Hutan rakyat dapat
diartikan sebagai tanaman kayu yang ditanam pada lahan-lahan milik
masyarakat. Keberadaan hutan rakyat di Indonesia semakin penting karena
turut menyumbang pasokan kebutuhan kayu bagi industri perkayuan.
Disamping itu hutan rakyat merupakan salah satu sarana dalam upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya yang tinggal di
pedesaan.(Pramono, dkk., 2010)
Komposisi seperti itu saling melengkapi baik dari segi ekologi maupun
ekonomi. Karena budidaya hutan rakyat merupakan kebiasaan turun-menurun
maka para petani sudah terbiasa melakukan rehabilitasi dalam arti setiap
pemanenan komoditi yang ditanam di atas lahan miliknya segera disusul
dengan penanaman kembali. Hal ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat
karena mereka telah merasakan hasil yang diperoleh dari budidaya hutan
rakyat.
Pengelolaan hutan rakyat tersebut sampai saat ini praktis tidak ada
perubahan baik ditinjau dari segi manajemennya, teknik budidaya sampai
pemasarannya.(Trison dan Hero, 2011)
5
Manfaat hutan rakyat adalah untuk merehabilitasi dan meningkatkan
produktivitas lahan serta kelestarian sumberdaya alam agar dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya kepada pemiliknya, sehingga kesejahteraan
hidup pemiliknya meningkat. (Hasanu, 1995)
Manfaat pembangunan hutan rakyat tersebut adalah meningkatkan
pendapatan petani pedesaan terutama di daerah lahan kritis, memperbaiki tata
air dan lingkungan pada lahan milik rakyat, memanfaatkan secara optimal
lahan yang tidak produktif untuk usaha tani tanaman semusim maupun
tahunan, serta meningkatkan poduktivitas lahan kritis atau areal yang tidak
produktif secara optimal dan lestari. Penganekaragaman komoditas dan hasil
pertanian yang diperlukan masyarakat, dan meningkatkan produksi kayu bakar
dan kayu perkakas serta membantu masyarakat dalam penyediaan kayu
bangunan dan bahan baku industri lainnya. (Pramono, dkk., 2010).
Hutan rakyat memiliki prinsip-prinsip dalam pengelolaannya yaitu,
masyarakat atau rakyat sebagai pelaku utama dalam pengambilan manfaatnya,
sebagai pengambil keputusan dan menentukan sistem pengusahaan dan
pengelolaan yang tepat. Pemerintah sebagai fasilitator dan pemantau kegiatan,
kepastian dan kejelasan hak dan kewajiban semua pihak. Kelembagaan
pengusahaan ditentukan oleh masyarakat atau rakyat. Pendekatan
pengusahaan didasarkan pada keanekaragaman hayati dan budaya, khususnya
mendorong lahir dan berkembangnya kegiatan usaha yang produktif dan
efisien.
6
2.2. Deskripsi dan Sistematika Pinus
Pinus (Pinus mercusiiJungh et de Vriese), merupakan salah satu jenis
anggota family Pinaceae. Pohon ini biasa juga disebut dengan nama Damar
Batu, Damar Bunga, Huyam, Kayu Sala, Kayu Sugi, Uyam dan Tusam
(Sumatra) atau Pinus (Jawa). Pohon ini menyebar di daerah Aceh, Sumatra
Utara, Sumatra Barat dan seluruh Jawa (Aziz, 2010).
Menurut Martawijaya et.al.(1989), ciri-ciri Pinus merkusi Jungh et de
Vriese adalah batang lurus, bulat, dan umumnya tidak bercabang. Daun
berbentuk jarum dan tajuk berbentuk kerucut. Pinus juga mempunyai nama
daerah damar batu, damar bunga, hunyam, kayu sala, kayu sugi, tusam, uyam
(Sumatra), dan pinus (Jawa). Batang pinus berukuran sedang sampai besar,
tinggi pohon 20-40 meter dan diameter pohon mencapai 100 cm. Kulit luar
kasar berwarna cokelat kelabu sampai cokelat tua, tidak mengelupas, beralur
lebar dan dalam. Warna kayu teras cokelat kuning muda dengan pita atau
serat yang berwarna lebih gelap, kayu yang berdamar berwarna cokelat tua,
sedangkan kayu gubal berwarna putih kekuningan-kuningan dengan tebal 6-8
cm.Pinus dapat tumbuh pada daerah yang jelek dan kurang subur, pada tanah
berpasir dan tanah berbatu, tapi tidak tumbuh baik pada tanah becek. Iklim
yang cocok adalah iklim basah sampai agak kering dengan tipe curah hujan A
sampai C, pada ketinggian 200 – 1700 mdpl, kadang-kadang tumbuh dibawah
200 mdpl dan mendekati daerah pantai contohnya di daerah Aceh Utara.
Pinus merkusii Jungh et de Vriese merupakan jenis pinus yang tumbuh baik
di Indonesia khususnya Jawa dan Sumatra. Keunggulannya sebagai jenis
7
pioneer, tumbuh cepat dan mempunyai hasil yang multiguna. Kayunya dapat
dipakai sebagai bahan kayu pertukangan, papan tiruan, meubel, moulding,
korek api, pulp dan kertas, serta kayu kerajinan. Getahnya dapat
menghasilkan gondorukem dan minyak terpentin (Kasmudjo, 1992).
Dengan makin pesatnya perkembangan dan makin meningkatnya
kebutuhan manusia, maka prospek gondorukem dan terpentin untuk industri
sangat cerah, sehingga peranan hutan pinus sebagai penyuplai industri
gondorukem dan terpentin harus tetap lestari. Produksi gondorukem untuk
keperluan industri di Indonesia masih kurang, maka untuk memenuhi
kebutuhan tersebut perlu diadakan peningkatan produksi getah pinus.
Taksonomi pohon pinus (pinus mercusi) dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kindom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionata (Tumbuhan berpembuluh)
Super Devisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Devisi : Coniferophyta
Kelas : Pinipsida
Ordo : Pinales
Famili : Pinacae
Genus : Pinus
Spesies :Pinus merkusiJungh.& De V
8
2.3. Pinus Sebagai Penghasil Getah
Getah pinus adalah semacam oleoresin yaitu campuran senyawa komplek
resin dan terpentin cairan kental dan lengket,benim atau buram.Oleoresin ini
larut dalam alcohol, benzene,eter dan banyak pelarut lainnya,tetapi tidak larut
dablam air (Sumadiwangse et al 1999)
Menurut wibowo (2006) getah pinus merupakan campuran asam-asam
resin yang larut dalam pelarut netral atau pelarut organik non polaseperti eter.
Getah pinus terdapat pada saluran resin (interseluler). Pada kayu daun jarum
terdapat dua macam saluran resin,yaitu saluran resim normal dan saluran
resin traumatis yang terbentuk akibat pelukaan dalam kayu. Getah pinus
terdapat pada saluran resin atau cela-cela antar sel. Saluran tersebut sering
disebut saluran interseluler.Saluran ini terbentuk baik kearah memanjang
batang diantara sel-sel trakeida maupun ke arahmelintang dalam jaringan jari-
jari kayu.
2.4. Manfaat Getah Pinus
Selama ini masyarakat hanya memanfaatkan pinus sebagai sumber kayu
untuk bahan bangunan, Mebel,dan kerajinan lainnya. Padahal pinus juga
dapat disadap untuk diambil getahnya tanpa harus menebang pohonnya.
Penyadapan getah pinus baru dilakukan dikawasan hutan Negara yang
lakukan perusahaan swasta (Sundawati dan Alfonsus,2008).
Getah pinus bermanfaat untuk menghasilkam gondurkem dan
terpentin.Kegunaan dari gondurkem adalah sebagai bahan vernis,cat dan lain-
9
lain. Terpentin bisa digunakan sebagai bahan pengencer cat dan vernis,bahan
pelarut lilin.
Getah pinus bagi petani penyadap merupakan lahan penting untuk
mencukupi kebutuhan rumah tangga,hal ini terbukti dengan meningkatnya
hasil sadapan.Penyadapan pinus telah berhasil meningkatkan kesejahteraan
petani penyadap dengan meningkatkan pendapatan petani penyadap.
2.5. Potensi Produksi Getah Pinus
Hasil getah diambil dari pohon pinus melalui penyadapan, tegakan pinus
dapat disadap bila telah mencapai umur tertentu atau disebut masak sadap,
yakni mulai umur 11 tahun sampai 30 tahun atau Kelas Umur III sampai VI
(Purwandari, 2002).
(1). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produksi getah pinus, yaitu:
a) Jenis pohon
Produksi getah berbeda menurut jenis, misalnya Pinus caribea
menghasilkan getah lebih banyak dengan kerak yang menempel lebih
sedikit daripada Pinus palustris (Suharlan, Herbagung dan Riyadi,
1988).
b) Diameter dan tinggi pohon
Bidang dasar atau diameter pohon, tinggi pohon, jarak antar pohon
yang berpengaruh terhadap produksi getah Pinus merkusi.Dari ketiga
perubah tersebut, bidang dasar mempunyai peranan yang paling besar
terhadap produksi getah pinus kemudian berturut-turut tinggi pohon
dan jarak antar pohon (Suharlan et.al, 1980).
10
c) Umur tegakan
Menurut Purwandari (2002), tegakan Pinus merkusi yang berumur
muda menghasilkan per hektar getah lebih banyak daripada yang
berumur lebih tua. Produktivitas pinus menurun dengan semakin
tuanya tegakan, hal ini sesuai dengan berkurangnya jumlah pohon
perhektar (N/ha) sebagai akibat tebang penjarangan dalam rangka
pemeliharaan hutan.
d) Kerapatan pohon per hektar
Menurut Hadi Poernomo (1980), kerapatan jumlah pohon per hektar
pada tegakan yang terlalu rapat akan banyak pohon yang hidup
tertekan. Pohon yang tertekan ini tidak banyak mengeluarkan getah,
bahkan sering tidak mengeluarkan getah sama sekali pada waktu
disadap. Produksi getah 6 tiap hektar tegakan pinus merupakan hasil
dari seluruh pohon yang disadap yang terdapat di kawasan tersebut.
e) Tinggi tempat tumbuh
Rochidayat dan Sukawi (1979) menyatakan bahwa tinggi tempat
tumbuh berpengaruh terhadap kelancaran keluarnya getah. Hal ini
terjadi karena dengan semakin tingginya tempat tumbuh pohon pinus
dari muka laut, ada kecenderungan suhu menjadi lebih sejuk yang
berakibat getah mudah membeku sehingga aliran getah tertahan.
f) Teknik penyadapan
Riyanto (1980) menyatakan dari hasil pengamatan bahwa penggunaan
perangsangan dengan HCl 2,5% maupun H2SO4 3,5% mampu
11
meningkatkan produksi getah, dimana HCl lebih nyata dengan
memberi peningkatan 24%.
g) Jumlah koakan per pohon
Riyanto (1980) menyatakan bahwa dari hasil pengamatan Biro
Perencanaan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, jumlah koakan
maksimal yang dapat diterima sebagai berikut :
Qmax = (3/4 D) / dmdimana:
qmax = jumlah koakan maksimal per pohon
D = diameter pohon (cm)
Dm = lebar koakan (10 cm)
h) Tenaga penyadap
Berbeda dengan masyarakat Magersaren di wilayah hutan jati yang
memang kehidupannya mutlak tergantung pada hutan, para penyadap
getah pinus yang merupakan pekerja “freelance”mengerjakan
sadapannya. Kecuali itu pendapatan dari bidang sadapan tidak jauh
berbeda dengan upah kerja di bidang lain, kadang-kadang ikut pula
memberikan andil dalam hal ini yaitu tidak penuhnya waktu bekerja
pada kegiatan penyadapan getah pinus (Riyanto, 1980).
2.6. Sistem Penyadapan Getah Pinus
Soetomo (1971) menyatakan ada tiga sistem penyadapan yang
digunakan dalam menyadap getah pinus:
a) Sistem koakan (quarre system)
b) Sistem bor
12
c) Sistem amerika (ritser system)
Di Indonesia yang umum digunakan adalah sistem koakan. Sistem
koakan dilakukan,yang pertama pembersihan kulit pohon kemudian
dilukai dengan alat petel atau kadukul sehingga terjadi koakan (Tapping
face quarre) dan mengalirkan getah kedalam mangkok (tempurung
kelapa) yang disediakan sebagai tempat penampung getah. Setiap tiga
hari sekali koakan diperbaharui. Banyaknya getah yang mengalir pada
koakan dari hari pertama hingga hari keempat menurut pengamatan
Lembaga Penelitian Hasil Hutan adalah sebagai berikut :
1. Hari pertama = 61,5%
2. Hari kedua = 23,5%
3. Hari ketiga = 15,0%
4. Hari keempat=0%
Menurut Riyanto (1980), teknik penyadapan yang digunakan di
Indonesia adalah sadapan bentuk huruf U terbalik, koakan sejajar batang
dengan kedalaman 2 cm dan lebar 10 cm. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
saluran getah yang dibuka akan menutup pada hari ketiga sehingga perlu
pembaharuan luka 3-5 mm diatas luka yang lama, untuk itu luka sadapan
maksimal satu tahun mencapai 60 cm ditambah 10 cm koakan permulaan.
Untuk menghindari berkurangnya kualitas dan kuantitas kayu, Riyanto (1980)
menambahkan penyadapan dengan sistem tersebut di atas sebaiknya tidak
lebih dari dua tahun dengan ketinggian maksimal 130.
13
2.7. Kerangka Pikir
Pokok penelitian ini adalah hutan produksi yang ada di wilayah Kecamatan
Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Tegakan pinus mendominasi hutan
produksi Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Tegakan pinus ini
merupakan penghasil hasil hutan bukan kayu (HHBK) yaitu berupa getah
pinus. Kegiatan penyadapan getah pinus yang dapat menjadi pekerjaan pokok
dan sampingan dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat sekitar hutan.
Hutan Rakyat
Agroforestry
Hasil Hutan Bukan Kayu
Getah Pinus
Produktivitas GetahPinus Hubungan Diameter terhadap
Produkditivitas Getah Pinus
Produktivitas Getah Pinus pada Hutan Rakyat Pola Agroforestry di Desa BissoloroKabupaten Gowa
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
14
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di hutan rakyat pola agroforestry diKecamatan
Tinggimoncong,Kabupaten Gowa. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan
yaitu bulan Februari sampai bulan Agustus2019.
3.2.Alat dan Bahan
1. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah petani penyadap getah pinusdi hutan rakyat
pola agroforestry diKecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.
2. Alat penelitian
a.Daftar pertanyaan
b.Buku, Pulpen
c.Kamera
d. Kalkulator
e. Meteran Roll
f. Timbangan digital
3.3. Jenis Data
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data primer dan data
sekunder, data primer merupakan data yang berhubungan erat dengan penelitian
ini, sedangkan data sekunder merupakan data penunjang dari penelitian ini.
15
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung
dengan melakukan observasi, survey (pengukuran), wawancara langsung
dengan informan pada objek yang diteliti
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait
serta berupa dokumen-dokumen dan literatur yang relevan dengan tugas
akhir ini.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengambilan data adalah sebagai berikut :
1. Wawancara adalah proses tanya jawab antara dua orang kepada informan
2. Observasi adalah suatu cara dengan mengamati secara langsung pada objek
yang akan diteliti.
3. Survey dilakukan dengan mengukur karakteristik lokasi meliputi ketinggian
tempat tumbuh dari permukaan laut, diameter pinus, bentuk koakan dan
produksi getah pinus per hari.
4. Studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari hasil-hasil
penelitian, literatur, internet serta sumber lain yang relevan dengan
penelitian.
3.5. Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan objek yang berfungsi sebagai informan
atau objek yang dapat memberikan informasi sehubungan dengan pokok
permasalahan. Menurut Arikunto (2005) populasi diartikan seluruh objek
penelitian. Populasi penelitian ini adalah pohon pinus yang telah disadap oleh
masyarakat di hutan rakyat dataran tinggi di wilayah Kecamatan Tinggimoncong.
16
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode pupossive sampling with
random start. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Dan agar hasil kesimpulan penelitian dapat
digeneralisasikan untuk seluruh populasi, maka sampel yang diambil harus benar-
benar representative (Sugiono, 2012). Menurut Cohen, et.al, (2007) semakin besar
sample dari besarnya populasi yang ada adalah semakin baik, akan tetapi ada
jumlah batas minimal yang harus diambil oleh peneliti yaitu sebanyak 30 sampel
(pohon pinus). Sebagaimana dikemukakan oleh Baley dalam Mahmud (2011)
yang menyatakan bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data
statistik, ukuran sampel paling minimum adalah 30 sampel. Data ≥ 30 sampel
dianggap data besar dan mengikuti sebaran normal baku (sebaran z). Agar
distribusi data bisa normal syaratnya adalah data harus random, dan jumlah
sampel besar.
3.6. Analisis Data
Teknik analisis ini merupakan suatu usaha untuk menentukan jawaban atas
pertanyaan tentang rumusan dan hal-hal yang diperoleh dalam suatu penelitian.
Data yang sudah masuk dan terkumpul dianalisis untuk menjawab tujuan
penelitian. Teknik analisis data disesuaikan dengan tujuan penelitian, adapun
teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Produktivitas getah pinus
Perhitungan produktivitas getah pinus dinyatakan dalam satuan
gram/pohon/hari dihitung sebagai berikut:
17
=
Dimana:Y = Produktivitas getah Pinus (gram/pohon per hari)
V = Berat getah pinus yang diproduksi dalam waktu tertentu (hari)
I = Waktu Pengumpulan Getah Pinus (hari)
2. Hubungan Diameter Pohon Terhadap Produktivitas getah pinus
Hubungan diameter pohon terhadap produktivitas getah pinus dilakukan
dengan analisis regresi linier sederhana dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Variabel Produktivitas Getah Pinus (gram/pohon per hari)
a = Konstanta
X = Diameter Pohon (cm)
b = Koefisien regresi
Dimana untuk melakukan proses penghitungan, terlebih dahulu mencari
nilai konstan (b) dari (diameter pohon) dan koefisien regresi (a) dengan rumus
=(∑ ) (∑ ) − (∑ )(∑ )
(∑ ) − (∑ )
= (∑ ) − (∑ )(∑ )
(∑ ) − (∑ )
18
Dimana:
Y= variabel dependen (Variabel Produktivitas Getah Pinus)
a = konstanta (nilai Y jika tidak ada X)
b = koefisien regresi (kecenderungan perubahan Y dengan adanya X)
X = variabel independen (Diameter Pohon)
3.7. Defenisi Operasional
Batasan-batasan oprasional yang di gunakan dalam penelitian ini
mencakup beberapa istilah.
1. Hutan hak atau hutan rakyat adalah hutan yang berada pada tanah yang
dibebani hak atas dengan luas minimal 0.25 ha dan penutupan tajuk
didominasi oleh tanaman perkayuan, dan atau tanaman tahun pertama
minimal 500 batang
2. Pinus (Pinus mercusiiJungh et de Vriese), merupakan salah satu jenis
anggota family Pinaceae.
3. Getah pinus adalah semacam oleoresin yaitu campuran senyawa komplek
resin dan terpentin cairan kental dan lengket,benim atau buram.
4. Getah pinus bermanfaat untuk menghasilkam gondurkem dan
terpentin.Kegunaan dari gondurkem adalah sebagai bahan vernis,cat dan
lain-lain. Terpentin bisa digunakan sebagai bahan pengencer cat dan
vernis,bahan pelarut lilin.
5. Hasil getah diambil dari pohon pinus melalui penyadapan, tegakan pinus
dapat disadap bila telah mencapai umur tertentu atau disebut masak sadap,
yakni mulai umur 11 tahun sampai 30 tahun.
19
6. Hasil Soetomo (1971) menyatakan ada tiga sistem penyadapan yang
digunakan dalam menyadap getah pinus:
a) Sistem koakan (quarre system)
b) Sistem bor
c) Sistem amerika (ritser system).
20
IV. KEADAAN UMUM LOKASI
4.1.Letak Administrasi dan Batas Geografis
Kecamatan Tinggi Moncong yang terdiri dari 7 desa yang meliputi Desa
Parigi, Desa Bulutana, Desa Bontolerung, Desa Pattapang, Kelurahan Malino,
Kelurahan Gantarang dan Desa Garassi.
Wilayah administrasi kabupaten Gowa terdiri dari 18 kecamatan dan 167
desa/kelurahan dengan luas sekitar 1.883,33 kilometer persegi atau sama
dengan 3,01 persen dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah
Kabupaten Gowa sebagian besar merupakan dataran tinggi yaitu Parangloe,
Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan,
Tompobulu, dan Biringbulu. Dari total luas Kabupaten Gowa 35,30 %
mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah
kecamatan Tinggimoncong.
4.2.Kependudukan
Penduduk yang tersedia dalam hal kuantitas merupakan potensi yang cukup
besar dalam membangun suatu daerah. yang Kekurangan jumlah penduduk
akan mempersulit jalannya suatu proses pembangunan sebab penduduk
disamping sebagai obyek pembangunan juga sebagai berfungsi sebagai
subyek pembangunan. Sebagai obyek merupakan faktor yang sangat penting,
disamping merupakan uama dalam suatu proses penduduk . pangkalan
kualitas penduduk adalah hal yang mutlak harus dilakukan, sebab penduduk
adalah titik sentral faktor produksi lainnya atau sebagai motor penggerak dari
faktor-faktor produksi lainnya.
21
Upaya upaya peningkatan produktivitas penduduk senantiasa dilakukan,
dalam pengertian kuantitas penduduk diusahakan untuk dibina, diterampilkan
agar bisa berproduksi atau mendatangkan manfaat. Yang tentu dengan
sendirinya akan menghasilkan kesejahteraan pembangunan. Pembangunan
kependudukan dilaksanakan dengan mempertimbangkan keterkaitannya
dengan upaya pelestarian lingkungan hidup dan sumber daya alam,
penciptaan keserasian antara generasi serta peningkatan kesejahteraan rakyat.
Penduduk usia lanjud memiliki pengalaman dan kearifan yang luas sehingga
perlu diberikan perhatian untuk berperan jumlah penduduk didalam
pembangunan. Selanjutnya pengendalian pertumbuhan penduduk juga
dilakukan terutama untuk menurunkan angka kelahiran melalui gerakan KB
Mandiri. Menurunkan angka kematian ibu dan anak Balita melalui program
sayang ibu dan anak. Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan dengan
langkah yang berhubungan dengan penetapan jumlah, struktur dan komposisi
serta pertumbuhan dan persebaran penduduk yang ideal. Pengarahan
mobilitas dan persebaran penduduk harus memperhatikan kemampuan daya
dukung alam dan sesuai dengan tata ruang yang diselenggarakan melalui
transmigrasi, menggunakan peningkatan sarana penunjang pertumbuhan
ekonomi di wilayah sebaran, serta pemberian intensif bagi tenaga kerja
sehingga mampu menggairahkan tenaga terdidik/terlatih untuk mengabdi di
wilayah pertumbuhan baru.
22
4.3.Kondisi Ekonomi
Kecamatan Tinggimoncong merupakan wilayah dataran tinggi dengan
ketinggian kira-kira 1050 mdpl yang sebagian besar wilayahnya berupa lahan
pertanian menyebabkan mayoritas penduduknya menggantungkan hidupnya
pada sektor pertanian, baik sebagai petani pemilik lahan, petani penggarap
ataupun buruh tani. Selain sebagai petani, sebagian lainnya bekerja sebagai
pedagang, pegawai atau karyawan. Sektor informal yang banyak membantu
masyarakat Tinggimoncong dalam memperoleh pekerjaan adalah keberadaan
tempat/obyek wisata beragam yang merupakan sumber penghasilan yang
cukup memadai. Dalam bidang pertanian, pemanfaatan pengairan yaitu irigasi
sederhana dengan memanfaatkan air dari sungai kondisi jeneberang dan
sungai Bulang yang mampu mengairi areal persawahan walaupun pada
musim kemarau. Musim panen terutama padi dua kali dalam satu tahun dan
hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga satu tahun
kedepan diharapkan pemanfaatan sungai tersebut dapat menampung air
dengan teknologi yang lebih canggih dan produksi pertanian terutama padi
diharapkan akan semakin meningkat. Bidang perdagangan dalam satu tahun
kedepan diharapkan akan semakin besar kontribusinya terhadap peningkatan
perekonomian masyarakat kecamatan Tinggimoncong. Bidang pariwisata
merupakan bidang yang diharapkan dapat meningkatkan tingkat pendapatan
penduduk, kerna ditunjang dengan beragamnya tempat dan obyek wisata di
kecamatan ini seperti air terjun Takapala, lembah biru air terjun Bulang serta
perbaikan akses jalan menuju wilayah ini diharapkan akan lebih baik.
23
Perkembangan positif dibidang pertanian, perdagangan dan pariwisata di
wilayah ini diperkirakan akan menyebabkan perekonomian di wilayah
kecamatan Tinggimoncong tahun yang akan datang semakin menjanjikan.
4.4. Aksessibilitas (Transportasi Darat, Laut dan Udara)
Transportasi merupakan kebutuhan sarana dan prasarana yang sangat
menunjang dalam perkembangan interaksi antar daerah dan diharapkan dapat
mendorong percepatan perkembangan interaksi antar daerah dan diharapkan
dapat mendorong percepatan perkembangan antar wilayah khususnya dalam
mendukung proses pertumbuhan dan pemerataan di bidang ekonomi,
perdagangan, pariwisata, sosial budaya, jasa pelayanan dan stabilitas
keamanan. Sistem jaringan transportasi yang dimaksud adalah sistem jaringan
jalan raya, kapal laut dan kapal udara, berfungsi menghubungkan sentra-
sentra produksi ke sentrasentra/ node konsumsi. Dari segi fungsinya jalan
raya meliputi jalan lokal, jalan kolektor, dan jalan arteri. Sedangkan dari segi
manajemennya jalan raya meliputi jalan desa, jalan kabupaten, jalan provinsi
dan jalan negara. Dalam menunjang perkembangan suatu wilayah, sistem
transportasi sangat memegang peranan yang penting, sehingga
penyediaan/pengembangan sarana dan prasarana perhubungan dalam suatu
wilayah harus memadai dalam arti dapat menampung dan menunjang
kelancaran aktivitas pergerakan yang ada dalam daerah itu sendiri maupun
hubungan dengan daerah lain. Penentuan Struktur Ruang tidak bisa
dilepaskan dari kondisi transportasi wilayah. Transportasi wilayah
menentukan tingkat aksebilitas wilayah. Kondisi transportasi darat untuk
24
menghubungkan antar wilayah masih sangat minim, kondisinya juga masih
sangat memprihatinkan.
4.5.Kondisi Wilayah
Jenis tanah di Kecamatan Tinggimoncong antara lain Tropodult, Troporthent,
dan Tropohumult. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson bahwa
dikecamatan Tinggimoncong memiliki rata – rata bulan basah 9 (> 100mm)
dan rata – rata bulan kering 3 (< 65mm) termasuk dalam tipe iklim C.
Kecamatan Tinggimoncong memiliki curah hujan tertinggi pada bulan
Desember, Januari, Februari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada
bulan Agustus dan September. Adapun penggunaan lahan dikecamatan
Tinggimoncong pada umumnya didominasi oleh hutan, selain itu juga banyak
terdapat belukar, ladang.
4.6.Topografi
Wilayah Kecamatan Tinggimoncong memiliki topografi yang berfariasi,
secara umum mulai dari datar, datar berbukit, datar bergelombang,
bergelombang, dan curam.
4.7.Penggunaan Lahan
Dikecamatan Tinggimoncong penggunaan wilayah yaitu hutan, ladang,
belukar, dan sawah. Pola pembangunan tanah yang sudah ada peruntukannya
dan rencana alokasi penggunaan ruang berdasarkan Rencana Tata Ruang.
Untuk mewujudkan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
pada skala wilayah dan kawasan, maka pola pemanfaatan ruang di Kecamatan
Tinggimoncong Kabupaten Gowa terbagi dalam 2 (dua) kawasan, yaitu
25
Kawasan Non-Budidaya dan Kawasan Budidaya. Dengan pola ini, proses
penetapan kebijakan, peraturan, serta mekanisme peraturan perizinan dapat
menjadi alat pengambilan keputusan dalam rangka perwujudan pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang secara efektif. Kawasan-kawasan
tersebut adalah sebagai berikut: Kawasan Non-Budidaya yaitu Kawasan
Lindung, Hutan Suaka Alam dan Cagar Alam, dan Kawasan Perkebunan,
Kawasan Budidaya Non-Pertanian yaitu Kawasan Pemukiman, Kawasan
Pemukiman Transmigrasi dan Kawasan Pariwisata.
4.8. Pertanian
Potensi pertanian tanaman buah-buahan pada umumnya mengalami
peningkatan, antara lain Markisa yang mengalami peningkatan dari 1 kw pada
tahun 2007 menjadi 37.847 kw pada tahun 2008. Produksi sayur-sayuran
bahkan mengalami peningkatan drastis, kacang panjang misalnya, dari 71,2
ton naik menjadi 150 ton pada tahun 2008 atau naik sebesar 110,57%.
4.9. Kehutanan
Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Kehutanan Kabupaten Gowa
bahwa potensi kehutanan yang ada di kawasan Hutan berupa kayu yaitu Kayu
Rimba Campuran, meranti, jati dan kayu indah potensi luas 13500 ha dan
potensi produksi 15000 m3, Getah pinus 80000 ton dan potensi luas 15126 ha
(8377 ha di Kecamatan Tinggimoncong) dan Rotan potensi produksi 5000 ton
(267 ha di Kecamatan Tinggimoncong). Disamping itu terdapat juga hasil
non kayu lainnya Getah Damar Mata Kucing, Damar Batu, Damar Kopal,
26
Damar Pilan, Damar Rasak, Damar Daging dan damar Gaharu. Hasil lainnya
madu, Gula aren ijuk, Kemiri, Kenari, Asam, Sutra dan Kulit kayu manis.
27
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden
Identitas responden adalah gambaran tentang kondisi atau keadaan
narasumber yang menjadi obyek penelitian. Identitas responden dalam
penelitian ini meliputi tingkatan umur, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan.
5.1.1. Umur Responden
Umur dan pendapatan berdasarkan penelitian ini tidak mempunyai hubungan
satu sama lain karena ada responden yang umurnya sudah tua teteapi
menghasilkan pendapatan yang lebih banyak dibandingkan penyadap yang
muda.
Berdasarkan penelitian dari hasil wawancara responden sebanyak 12
orang masyarakat yang bekerja sebagai penyadap getah pinus, umur
penyadap berkisar antara 24 – 65 tahun, jumlah responden berdasarkan
kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur Jumlah (Orang)
21– 35
36-50
51–65
4
6
2
Jumlah 12
28
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa sebanyak 4 orang berumur
21 - 35 tahun, 6 orang berumur 36 - 50 tahun, 2 orang umur 51 – 65 tahun.
5.1.2. Jumlah Laki-Laki dan Perempuan
Berdasarkan penelitian hasil wawancara responden jumlah laki-laki dan
perempuan penyadap getah pinus terdapat 12 orang, laki-laki 10 orang
sedangkan perempun 2 orang, yang ada dikecamatan Tinggimoncong
Kabupaten Gowa, dapat dilihat dari tabel 2.
Tabel 2. Jumlah laki-laki dan perempuan
No Jenis kelamin jumlah
1 Laki-laki 10
2 Perempuan 2
jumlah 12
5.1.3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penyadap getah pinus yang ada di Kecamatan
Tinggimoncong Kabupaten Gowa dari 12 responden.
Pendidikan sangat penting untuk dimiliki seseorang. Tingkat pendidikan yang
semakin tinggi akan mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitas
yaitu dalam mencari pekerjaan. Dengan adanya pendidikan seseorang akan
memiliki kemampuan berfikir yang baik dan mudah mencari solusi dari
masalah-masalah yang dihadapinya khususnya yang dapat berhubungan
dengan pengelolaan hutan.
29
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi dalam mengelolah
usahanya yaitu bagaimana cara yang tepat dalam mengelolah usahanya untuk
meningkatkan jumlah produksi dan juga pendapatannya. Tingkat pendidikan
dan besar pendapatan seseorang juga mempunyai hubungan satu sama lain.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin banyak pula
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh, sehingga seseorang mampu
untuk menerapkan dalam kehidupan terutama dalam mengelolah hutan. Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi serta penerapannya
dalam mengelolah hutan dengan baik maka pendapatan seseorang akan
meningkat.
Tingkat pendidikan responden didasarkan atas tidak tamat SD, SD,
SMP, dan SMA. Tingkat pendidikan responden yang tinggi yaitu SMA
seperti yang dilampirkan pada lampiran 1.
5.2.Produktivitas Pohon Getah Pinus
Penyadapan getah pinus pada hutanrakyat pola agroforestrydi
Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa dilakukan dengan metode
koakan (quare).Produktivitas getah pinus yang dihasilkan dengan
menggunakan metode tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel
3. Diameter pinus yang disadap pada pada hutan rakyat pola agroforestrydi
Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa bervariasi antara 37.58-81.21
cm dengan diameter rata-rata 50.15 cm menghasilkan produktivitas getah
pinus setiap pohon antara 4.57-27.71 gram/pohon per hari dengan rata-rata
getah pinus 12.85 gram/pohon per hari. Jumlah koakan sadapan getah pinus
30
pada umumnya 1 koakan lainnya adalah 2 koakan. Produktivitas getah pinus
setiap koakan antara 4.57-25.57 gram/pohon per hari dengan rata-rata 10.22
gram/koakan per hari.
Tabel 3.Produktivitas Getah pada hutan rakyat pola agroforestrydi KecamatanTinggimoncong Kabupaten Gowa
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019
Penyadapan getah dengan metode quare, menghasilkan getah yang kotor
dan bercampur dengan berbagai kotoran seperti daun, serangga, serpihan
No.Pohon Diameter(cm)
JumlahKoakan Per
Pohon
Produksi PerPohon
(gram/pohon)
Produksi PerKoakan
(gram/koakan)
Jumah HariPengumpul
(hari)
Produksi Per Pohon(gram/pohon per
hari)
Produksi/KoakanPer Hari
(gram/koakan per1 51.27 1 112 112 7 16.00 16.002 56.69 1 34 34 7 4.86 4.863 51.27 2 82 41 7 11.71 5.864 39.49 1 53 53 7 7.57 7.575 55.41 2 59 30 7 8.43 4.216 52.87 2 62 31 7 8.86 4.437 39.81 1 60 60 7 8.57 8.578 49.04 2 76 38 7 10.86 5.439 44.90 2 72 36 7 10.29 5.14
10 41.72 1 151 151 7 21.57 21.5711 47.13 2 95 48 7 13.57 6.7912 52.55 2 149 75 7 21.29 10.6413 67.83 2 194 97 7 27.71 13.8614 40.76 1 38 38 7 5.43 5.4315 48.41 2 157 79 7 22.43 11.2116 46.82 1 67 67 7 9.57 9.5717 49.36 1 54 54 7 7.71 7.7118 45.86 1 71 71 7 10.14 10.1419 60.51 1 101 101 7 14.43 14.4320 42.99 1 57 57 7 8.14 8.1421 58.28 1 159 159 7 22.71 22.7122 57.96 2 124 62 7 17.71 8.8623 43.95 1 37 37 7 5.29 5.2924 40.76 2 115 58 7 16.43 8.2125 45.54 1 74 74 7 10.57 10.5726 49.36 1 65 65 7 9.29 9.2927 63.38 2 175 88 7 25.00 12.5028 45.86 1 58 58 7 8.29 8.2929 44.90 1 131 131 7 18.71 18.7130 41.72 1 68 68 7 9.71 9.7131 56.69 1 90 90 7 12.86 12.8632 81.21 1 179 179 7 25.57 25.5733 50.32 1 113 113 7 16.14 16.1434 70.06 1 49 49 7 7.00 7.0035 37.58 1 32 32 7 4.57 4.5736 41.40 1 51 51 7 7.29 7.2937 41.72 1 63 63 7 9.00 9.00
Jumlah 1855.41 49.00 3327.00 2647.00 259.00 475.29 378.14Rata-rata 50.15 1.32 89.92 71.54 7.00 12.85 10.22
31
kayu dan tanah, luka sadap yang lebar menyebabkan pohon mudah roboh dan
harga kayu di akhir daur menjadi rendah. Penyadapan getah pinus dengan
metode bor hingga saat ini belum pernah dilaksanakan secara operasional di
lapangan. Penyadapan getah pinus dengan metode bor yang pernah
dilaksanakan selama ini masih dalam bentuk uji coba. Perum Perhutani Unit
II Jawa Timur pernah melaksanakan uji coba penyadapan dengan metode bor
di KPH Malang dan KPH Kediri. Produksi getah yang dihasilkan masih
bervariasi. Uji coba di BKPH Singosari KPH Malang tahun 2006 dilakukan
pada tegakan pinus umur 21 tahun (Kelas Umur V), sebanyak 100 pohon,
dengan produksi getah rerata sebesar 2,5 g/pohon/hari, terendah 0 g dan
tertinggi 9 g/pohon/hari (Perum Perhutani, 2006). Uji coba di RPH
Bendungan, BKPH Trenggalek KPH Kediri pada tahun 2008, dengan
produksi getah rerata sebesar 8,6 g/pohon/hari, terendah 5,5 g/pohon/hari dan
tertinggi 10,3 g/pohon/hari.
Penelitian produksi getah pinus dengan penyadapan metode quare yang telah
dilakukan selama ini di Jember dan Sumedang dengan produksi getah rerata
21,8 g/7 hari/pohon (Leksono, 1994). Rodriques et al. (2007) melakukan
penelitian pada P. ellioti di Brazil dengan kisaran produksi getah 1,8-2,1
kg/th/pohon. Penelitian pendahuluan penyadapan getah dengan metode bor
telah dilaksanakan pada tanaman uji keturunan pinus provenans Aceh di RPH
Sempolan KPH Jember pada tahun 2008. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pohon dari famili T-7 dengan diameter batang 32,5 cm memproduksi
getah sebesar 0,47 g/pohon/3 hari. Sementara pohon dengandiameter pohon
32
22,9 cm memproduksi getah sebesar 90,7 g/pohon/3 hari (Sukarno, et. al.,
2012).
5.3. Hubungan Diameter Batang Terhadap Produktivitas Getah Pinus
Produksi getah pinus dipengaruhi oleh faktor intern dan
ekstern. Faktor ekstern berupa tempat tumbuh serta tindakan
pengelolaan yang berpengaruh terhadap produksi getah secara
langsung atau tidak langsung melalui faktor-faktor intern.Faktor intern yang
berpengaruh terhadap produksi getah pinusantara lain genetik (antar jenis atau
antar galur dalam satu jenispohon), umur tanaman, diameter dan tinggi
pohon, kondisi tajuk,volume kayu gubal, dan kerapatan tegakan. Getah
adalah bagian dari hasil proses fisiologi tumbuhan, makafaktor-faktor yang
mempengaruhipertumbuhan tanaman padaumumnya juga berpengaruh
terhadap produksi getah. Faktor-faktorekstern yang berpengaruh terhadap
produksi getah antara lain lingkungan (cahaya dan temperatur, tempattumbuh,
unsur hara, udara, dan air), kegiatan pengelolaan(pengembalaan, pembakaran,
dan pemangkasan cabang,penjarangan tanaman dan teknik penyadapan).
Teknik penyadapangetah pinus meliputi bentuk luka sadap, pola sadap,
ukuran lebar dankedalaman luka sadap, arah luka sadap, intensitas
pemungutan danpembaharuan luka sadap, serta penggunaan
stimulan(Lempang, 2018).
Hasil analisis regresi hubunganantara diameter batang terhadap
produktivitas getah pinus (Pinus merkusii) pada hutan rakyat pola
agroforestrydi Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa dapat dilihat
33
pada data Lampiran 2.Terdapat korelasi (hubungan) antara diameter dan
produktivitas getah pinus setiap pohon per hari.Nilai korelasi antara korelasi
antara diameter dan produktivitas getah pinus setiap pohon per hari adalah
positif 0.52112. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi diameter batang
pinus maka produk produktivitas getah pinus setiap pohon per hari juga akan
semakin besar, begitupula sebaliknya. Nilai korelasi positif 0.52112
menunjukkan bahwa hubungan korelasinya tergolong sedang.Menurut
Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien
korelasi 0.40-0.599 tergolong sedang. Grafik hubungan antara diameter
batang terhadap produktivitas getah pinus dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Diameter Batang Terhadap ProduktivitasGetah Pinus
y = -4.80 + 0.35xR² = 0.2713
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00
Prod
uksi
Get
ah P
inus
Per
Poh
on (g
ram
/poh
on)
Dimaeter (cm)
Produksi Per Pohon (gram/pohon per hari)
34
Angka R square adalah 0.2713(adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi).
R square dapat disebut sebagai koefisien determinasi, yang dalam hal ini
berarti 27.13% produktivitas getah pinus dapat dijelaskan oleh variabel
diameter pohon. Sedangkan sisanya (100% - 27.13% = 72.87%) dijelaskan
oleh sebab-sebab lain. R square berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan
catatan semakin kecil angka R square, semakin lemah hubungan kedua
variabel. Persamaan regresi hubungan hubungan antara diameter batang
terhadap produktivitas getah pinus (Pinus merkusii) pada hutan rakyat pola
agroforestrydi Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa adalah:
Y = -4.80 + 0.35 X
Keterangan
Y = Variabel Produktivitas Getah Pinus (gram/pohon per hari)
-4.80 = Konstanta
X = Diameter Pohon (cm)
0.35= Koefisien regresi
Dari uji anova atau F test, didapat nilai tingkat signifikan 0,001. Oleh
karena probabilitas (0,001) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi
dapat dipakai untuk memprediksi produktivitas getah pinus. Hasil uji
terhadap konstanta regresi, terlihat P-valueadalah 0.001, atau probabilitas
jauh di bawah 0.05, maka koefisien regresi signifikan, atau diameter batang
pinus benar-benar berpengaruh sangat nyata terhadap Produktivitas getah
pinus (gram/pohon per hari. Berdasarkan persamaan regresi menunjukkan
35
bahwa setiap penambahan diameter pohon 1cm akan menyebabkan
peningkatan produktivitas getah pinus sebesar 0.35 gram/pohon per hari).
36
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:
1. Diameter pinus yang disadap pada pada hutan rakyat pola agroforestry di
Kecamatan TinggiMoncong Kabupaten Gowa bervariasi antara 37.58-81.21
cm dengan diameter rata-rata 50.15 cm dengan produktivitas getah pinus
setiap pohon antara 4.57-27.71 gram/pohon per hari dengan rata-rata getah
pinus 12.85 gram/pohon per hari. Produktivitas getah pinus setiap koakan
antara 4.57-48.29 gram/pohon per hari dengan rata-rata getah pinus 15.06
gram/koakan per hari antara 4.57-25.57 gram/pohon per hari dengan rata-rata
getah pinus 10.22 gram/koakan per hari
2. Terdapat korelasi (hubungan) antara diameter dan produktivitas getah pinus
setiap pohon per hari, dengan nilai korelasi positif 0.52112 (positif hubungan
keeratan sedang). Persamaan regresi hubungan antara diameter batang
terhadap produktivitas getah pinus (Pinus merkusii) pada rakyat pola
agroforestry di hutan Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa adalah: Y
(Produktivitas getah pinus, gram/pohon per hari) = -4.80 + 0.35 X (Diameter
Pohon, cm) dengan nilai koefisien korelasi (R) positif 0.52112 dan koefisien
determinasi (R2) 0.2713 dengan nilai sig 0.001.
37
6.2. Saran
Perlu perbaikan metode penyadapan pada hutan rakyat pola agroforestrydi
Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowakarena getah yang dihasilkan
sebagian masih kotor dan memiliki kualitas yang belum merata
38
DAFTAR PUSTAKA
Aziz F, 2010. Peningkatan Produktifitas Getah Pinus MelaluiPenggunaanStimulansia Organik. Skripsi. Departemen Manajemen HutanFakultas Kehutanan IPB. Bogor
Bismark M, NM Herianto dan S Iskandar. 2008. Biomasa dan kandungan karbonBismark M, E Subiandono dan NM Heriyanto. 2008b Keragaman dan potensi
jenis serta kandungan karbon hutan mangrove di Sungai Sibelen Siberut,Sumatera Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.
Brazilian Amazonia . For Ecol. Man-agement.Chazdon RI. and FG Coe. 1999. Ethn ob otany of woody species in
secondgrowth, old growth, and selectively logged forest of northeasternCosta Rica. Conserv. Biol.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1999. Hutan Rakyat Adalah SuatuLapangan di Luar Kawasan Hutan Negara.Dordrechtming , Boston. London
Fearnside PM and WM Guimares . 1996. Carbon uptake by secondary forest inHadipoernomo, 1980.Faktor Yang Mempengaruhi Getah Pinus. Duta Rimba. Vol
VII.Kasmudjo.n1992. Dasar-Dasar Pengelolaan Minyak Kayu Putih. Yayasan
Pembina Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.Kun Y and G Dongsheng. 2008 . Change in forest biomass and carbon stock in
the Pearl River Delta between 1989 and 2003. Journal Of EnvironmentalScience 20.
Laumonier , Y. 1997 . The Vegetation of Sumatera. Kluwer Academic Publishers,Leksono B. and Hardiyanto, E.B. 1996. Genetic Variation of Oleoresin yield of
Pinus merkusiiJungh. Et de Vriese. In Dieters, M.J., Matheson,A.C.,Nilkles, D.G., Harwood, C.E.,and Walker, S.M. (eds.). 1996. TreeImprovement for Sustainable TropicalForestry. Proc. QFRI-IUFRO Conf.,Calaundra, Queensland, Australia. 27 October-1November 1996. pp.202-203
Lembang, M. 2018. Pemungutan Getah Pinus Dengan Tiga SistemPenyadapa. Jurnal Info Teknis Eboni.5 (1) : 1 – 16
Ludang Y and HP Jaya. 2007. Biomass and carbon content in tropical forest ofCentral Kalimantan. Journal of Applied Sciences in EnvironmentalSanitation.
Martawijaya A et al. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Bogor. DepartemenKehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Martawijaya, A, 1 Kartasujana, K Kadir dan SA Prawira. 1989. Atlas KayuIndonesia Jilid 1. Balai Penelitian Hutan dan Balai Penelitian Hasil HutanBogor.
39
pada hutan produksi di cagar biosfer Pulau Siberut, Sumatra Barat. JurnalPenelitian Hutan dan Konservasi Alam.Pada Penyadapan Pinus (pinus merkusi). Duta Rimba. September 1999.
Peraturan Pemerintah NO 10 tahun 2010. Tentang Cara Perubahan Peruntukandan Fungsi Kawasan Hutan
Perum Perhutani, 2006a. Uji Coba Penyadapan Getah Secara Bor. KesatuanPemangkuan Hutan Malang. Laporan tidak dipublikasikan
Purwandari. 2002. Potensi Produksi Getah Pinus. Skripsi. DepartemenManajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Riyanto T.W, 1980. Penaksiran Hasil Getah Pinus merkusii. Duta Rimba Vol IV.Jakarta.
Rochidayat dan Sukawi.1979. Pengaruh Tinggi Tempat Tumbuh pada ProduksiGetah Pinus merkusii pada Petak-Petak Coba di Kalibakung KPHPekalongan.Laporan No.321 Lembaga Penelitian Hutan. Bogor.
Rodrigues K.C.S., Azevedo P.C.N., Sobreiro L.E., Pelissari P., Neto. A.G.F,2007. Oleoresin Yieldof Pinus elliottii Plantations in a SubtropicalClimate: Effect of Tree Diameter, Wound Shape and Concentration ofActive Adjuvants in Resin Stimulating Paste. Journal Industrial Crops andProducts. Elsevier-Science Direct
Soetomo, 1971.Pemungutan dan Pengolahan Getah Pinus Perum Perhutani KPHPekalongan Timur. Perum Perhutani. Jakarta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta
Suharlan A, Herbagung dan D.M. Riyadi, 1980. Hubungan antara ProduksiGetah Pinus merkusii dan Luas Bidang Dasar, Tinggi Tempat Tumbuh,Tinggi Pohon dan Jarak Relatif Antar Pohon. Laporan No.349. LembagaPenelitian Hutan. Bogor.
Sujarwo W dan IDP Darma, 2011. Analisis Vegetasi dan pendugaan karbontersiimpan pada pohon di kawasan sekitar gunung dan danau BaturKintamani Bali. Jurnal Bumi Lestari.
Sukarno, A., E.B. Hardiyanto, S. N. Marsoem,M. Na’iem. 2012. PengaruhPerbedaan Kelas Umur terhadap Produktivitas Getah Pinusmerkusii Jungh et de Vriese Ras Lahan Jawa melalui PenyadapanGetahMetode Bor. J-PAL3 (1): 28-31
Sumadiwangsa S, dkk 1999.Pengaruh Kadar Stimulan dan Penutupan LukaSadapSundawati, L. dan Alfonsus H. 2008. Sumber Pendapatan Rumah Tangga Yang
Potensial di Danau Toba. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan danKonservasi Alam.
Tresnawan H dan U Rosalina. Pendugaan biomasa di atas tanah di ekosistemhutan primer dan hutan bekas tebangan: Studi kasus hutan dusun Aro,jambi. Jurnal Manajemen Hutan Tropika.
Undang-Undang No.41. Pengertian Hutan. Tahun 1999
40
Wibowo. 2006. Produktifitas Penyadapan Getah Pinus merkusi Jungh Et DeVriese dengan System. Koakan (Quarre System) di Hutan PendidikanGunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. [skripsi]. Bogor:Fakultas Kehutanan. Institut Pe rtanian Bogor.
41
L
A
M
P
I
R
A
N
42
Lampiran 1.Data Identitas Responden/ Penyadap Getah Pinus (Pinus merkusii)pada hutan rakyat pola agroforestry di Kecamatan TinggimoncongKabupaten Gowa
No Nama Umur
Tingkat
Pendidikan
Tanggungan
Keluarga
Keluarga
yang kerja
1 Mile 44
Tidak tamat
SD 5 2
2 Tanring 24 SMA 3 1
3 Lalang 48 SMA 3 2
4 Rasi 34 SD 4 3
5 Hasan 29 SMP 3 3
6 Naccing 37 SD 3 2
7 Halimah 40 SD 3 2
8 Dg Nyarrang 48 SD 4 2
9 Dg Pammu 65 SD 2 1
10 Aris 35 SD 2 1
11 Dg Cocok 60 SD 4 2
12 Dg Sino 45 SD 4 2
43
Lampiran 2. Data Mentah Penyadapan Getah Pinus (Pinus merkusii) pada hutanRakyat pola agroforestry di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa
No.Pohon MetodePenyadapan
Diameter(cm)
Jumlah Koakan PerPohon (Koakan)
Jumah HariPengumpul (hari)
1 Koakan (quare) 51.27 1 72 Koakan (quare) 56.69 1 73 Koakan (quare) 51.27 2 74 Koakan (quare) 39.49 1 75 Koakan (quare) 55.41 2 76 Koakan (quare) 52.87 2 77 Koakan (quare) 39.81 1 78 Koakan (quare) 49.04 2 79 Koakan (quare) 44.90 2 710 Koakan (quare) 41.72 1 711 Koakan (quare) 47.13 2 712 Koakan (quare) 52.55 2 713 Koakan (quare) 67.83 2 714 Koakan (quare) 40.76 1 715 Koakan (quare) 48.41 2 716 Koakan (quare) 46.82 1 717 Koakan (quare) 49.36 1 718 Koakan (quare) 45.86 1 719 Koakan (quare) 60.51 1 720 Koakan (quare) 42.99 1 721 Koakan (quare) 58.28 1 722 Koakan (quare) 57.96 2 723 Koakan (quare) 43.95 1 724 Koakan (quare) 40.76 2 725 Koakan (quare) 45.54 1 726 Koakan (quare) 49.36 1 727 Koakan (quare) 63.38 2 728 Koakan (quare) 45.86 1 729 Koakan (quare) 44.90 1 730 Koakan (quare) 41.72 1 731 Koakan (quare) 56.69 1 732 Koakan (quare) 81.21 1 733 Koakan (quare) 50.32 1 734 Koakan (quare) 70.06 1 735 Koakan (quare) 37.58 1 736 Koakan (quare) 41.40 1 737 Koakan (quare) 41.72 1 7
Jumlah 1855.41 49.00 259Rata-rata 50.15 1.32 7
44
Lampiran 3. Hasil Analisis Regresihubungan) antara Diameter Dan ProduktivitasGetah Pinus Setiap Pohon Per HariPada Hutan Rakyat PolaAgroforestry di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa
SUMMARY OUTPUT
Regression StatisticsMultiple R 0,520879285R Square 0,27131523Adjusted R Square 0,250495665Standard Error 5,578458359Observations 37
ANOVAdf SS MS F Significance F
Regression 1 405,5374034 405,5374034 13,0317435 0,000948727Residual 35 1089,171918 31,11919766Total 36 1494,709322
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0%Intercept -4,773014684 4,965975108 -0,961143497 0,3430735 -14,85448012 5,308450754 -14,85448 5,308450754X Variable 1 0,351343287 0,097326341 3,60995063 0,00094873 0,15376031 0,548926264 0,1537603 0,548926264
45
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Gambar L4.1. Hutan Rakyat Pola Agroforestry di Kecamatan TinggimoncongKabupaten Gowa
46
Gambar L4.2. Tanaman Kopi dibawah Tegakan Pinus pada Hutan Rakyat PolaAgroforestry di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa
47
Gambar L4.3. Pengukuran Diameter Pinus pada Hutan Rakyat Pola Agroforestrydi Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa
48
Gambar L4.4. Bentuk Sadapan Model Koakan (Quare)
49
Gambar L4.5. Penimbangan Getah Pinus
50
Gambar L4.6. Pengisian Tally Sheet
51
Gambar L4.7. Pengambilan Data Responden/Penyadap Getah Pinus denganMetode Quisioner
RIWAYAT HIDUP
Zulhaji (105950041813) dengan judul Skripsi “Produksi
Getah Pinus (Pinus merkusii) pada Hutan Rakyat Pola
Agroforestry di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten
Gowa” Dibawah bimbingan Hikmah dan M.Daud.
Penulis Lahir pada tanggal 31Mei 1993 Sunggguminasa, Kabupaten Gowa,
Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis merupakan anak pertama dari empat
bersaudara, dari pasangan Bapak Jamiruddin dan Ibu Nurhayati. Penulis
pertama kali menyelesaikan pendidikan formal di SDN Toboloit pada Tahun 2000
dan tamat pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan ke SMP Negeri 1 Lampasia dan tamat pada tahun 2008, Penulis
melanjutkan pendidikan ke SMK Gowa Raya dan tamat pada tahun 2011. Dan
pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah
Makassar Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan.