LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS PENDAPATAN, … · Biaya atas pelaksanaan kegiatan sadapan getah...
Transcript of LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS PENDAPATAN, … · Biaya atas pelaksanaan kegiatan sadapan getah...
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS PENDAPATAN, BIAYA, DAN INVESTASI TAHUN 2014
DAN 2015 (S.D SEMESTER I) PADA PERUM PERHUTANI
DI
JAKARTA, JAWA BARAT, BANTEN, JAWA TENGAH,
JAWA TIMUR, DAN PAPUA BARAT
AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA VII
TAHUN ANGGARAN 2015
Nomor : 15/AUDITAMA VII/PDTT/01/2016
Tanggal : 29 JANUARI 2016
Auditorat Keuangan Negara VII.C |
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN PEMERIKSAAN
ATAS PENDAPATAN, BIAYA, DAN INVESTASI
TAHUN 2014 DAN 2015 (S.D SEMESTER I)
PADA PERUM PERHUTANI
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
(BPK RI) telah memeriksa pendapatan, biaya, dan investasi Tahun 2014 dan 2015 (s.d
Semester I) pada Perum Perhutani. Pemeriksaan ini merupakan Pemeriksaan Dengan
Tujuan Tertentu (PDTT) yang bersifat eksaminasi, yang bertujuan untuk memperoleh
keyakinan memadai guna mendeteksi penyimpangan dari ketentuan perundang-undangan
yang berdampak material terhadap hal yang diperiksa dan membuat simpulan bahwa
pendapatan, biaya, dan investasi telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan Standar Pemeriksaan yang ditetapkan oleh BPK
RI, yang meliputi prosedur-prosedur yang kami pandang perlu sesuai dengan keadaan.
Berdasarkan pemeriksaan kami atas pendapatan, biaya, dan investasi Tahun 2014 dan
2015 (s.d Semester I) pada Perum Perhutani menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan
tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu
sebagai berikut.
A. Pendapatan
1. Perum Perhutani berpotensi kehilangan pendapatan sebesar Rp1.400.469.000,00
karena PT PCM tidak dapat memenuhi produksi sesuai dengan perjanjian
makloon air minum dalam kemasan;
2. Pelaksanaan jasa makloon pada Divisi Industri Kayu I Sub Janten tidak sesuai
ketentuan;
3. Direksi Perum Perhutani tidak tegas dan konsisten dalam memberikan sanksi
kepada agen atas keterlambatan pembayaran penjualan ekspor gondorukem dan
terpentin tahun 2014 dan 2015 (s.d Juni);
4. Addendum/perubahan Confirmation Of Sales (COS) gondorukem dan terpentin
tahun 2014 dan 2015 (s.d. Juni) ditetapkan setelah melewati batas waktu
pengapalan sehingga Perum Perhutani kehilangan pendapatan minimal sebesar
$43.680;
5. Realisasi pembayaran PSDH dan kewajiban keuangan lainnya terkait izin pinjam
Auditorat Keuangan Negara VII.C |
pakai kawasan hutan oleh PT Bumi Suksesindo tidak sesuai ketentuan;
6. Perum Perhutani belum mengenakan denda keterlambatan sebesar
Rp231.928.808,56 atas kerjasama optimalisasi aset oleh PT Pertamina EP Cepu
Konsorsium; dan
7. KBM Wisata dan Jasa Lingkungan I kurang membayar pajak daerah sebesar
Rp160.840.019,74 dan kurang membayar PPN sebesar Rp218.669.866,59.
B. Biaya
1. Pembayaran premi asuransi purna jabatan bagi Direksi melebihi ketentuan yang
ditetapkan sebesar Rp1.510.985.682,11 dan bagi Sekretaris Dewan Pengawas
belum sesuai ketentuan sebesar Rp121.005.000,00;
2. Bukti pertanggungjawaban penghasilan Direksi berupa fasilitas biaya komunikasi
dan biaya keanggotaan klub (club membership/corporate member) tidak mengacu
pada Keputusan Menteri BUMN;
3. Pengelolaan kegiatan produksi dan persediaan hasil hutan kayu Perum Perhutani
tidak memadai;
4. Penetapan kompensasi atas kelebihan biaya Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)
Senilai Rp7.305.246.012,00 tidak ditindaklanjuti secara konsisten;
5. Pekerjaan jasa konsultan dan pekerjaan pendampingan tim supervisor pada
kegiatan pengembangan tanaman karet tumpang tindih sehingga berpotensi tidak
efisien sebesar Rp1.786.830.548,00;
6. Kegiatan investasi Tahun 2014 pada KBM Komersial Kayu I Jawa Tengah
membebani biaya usaha sebesar Rp447.937.380,00;
7. Kegiatan studi banding Tahun 2014 tidak tepat dilaksanakan oleh Biro
Pembinaan Sumber Daya Hutan sebesar Rp2.713.816.027,00 dan sebagian bukti
pertanggungjawaban penggunaan uang belum memadai sebesar
Rp307.544.055,00;
8. Realisasi belanja perjalanan dinas tidak didukung bukti pertanggungjawaban
yang memadai sebesar Rp105.960.350,00;
9. Pelaksanaan pekerjaan land clearing tanaman karet tidak didukung dengan
standar yang memadai;
10. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di KPH Pekalongan Timur dan KPH
Pekalongan Barat tidak sesuai dengan aturan yang berlaku; dan
11. Biaya atas pelaksanaan kegiatan sadapan getah pinus pada KPH Kediri, KPH
Banyuwangi Selatan, KPH Banyuwangi Utara, dan KPH Banyuwangi Barat tidak
sesuai ketentuan.
C. Investasi
1. Kontrak pembangunan pabrik derivate gondorukem terpentin senilai
Rp190.590.469.650,00 beserta pelaksanaannya tidak berpihak kepada
kepentingan Perum Perhutani dan Perum Perhutani kehilangan potensi
pendapatan sebesar Rp62.536.943.000,00 sebagai akibat belum tercapainya
kinerja pabrik sesuai performance guarantee;
Auditorat Keuangan Negara VII.C | i
DAFTAR ISI
SIMPULAN HASIL PEMERIKSAAN
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. i
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. vi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. x
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1
A. Dasar Hukum Pemeriksaan …………………………………… 1
B. Standar Pemeriksaan …………………………………………… 1
C. Tujuan Pemeriksaan …………………………………………… 1
D. Sasaran Pemeriksaan …………………………………………… 1
E. Entitas yang Diperiksa ………………………………………… 1
F. Jenis Pemeriksaan ……………………………………………… 1
G. Kriteria Pemeriksaan …………………………………………… 2
H. Metodologi Pemeriksaan ……………………………………… 2
I. Cakupan Pemeriksaan ………………………………………… 3
J. Jangka Waktu Pemeriksaan …………………………………… 4
K. Hambatan Pemeriksaan ………………………………………… 5
BAB II GAMBARAN UMUM …………………………………………… 6
A. Profil Perusahaan ……………………………………………… 6
1. Pendirian Perusahaan …………………………………….. 6
2. Tujuan Perusahaan ………………………………………… 6
3. Kegiatan Perusahaan ……………………………………… 7
4. Struktur Organisasi ……………………………………… 7
5. Susunan Pengurus Perusahaan …………………………… 9
6. Kondisi Keuangan Perusahaan …………………………… 10
B. Proses Bisnis Perusahaan ……………………………………… 13
1. Pendapatan ………………………………………………… 13
2. Biaya ……………………………………………………… 14
3. Investasi …………………………………………………… 16
C. Evaluasi Sistem Pengendalian Intern ………………………… 18
1. Lingkungan Pengendalian ………………………………… 18
Auditorat Keuangan Negara VII.C | ii
2. Penaksiran Risiko ………………………………………… 22
3. Aktivitas Pengendalian …………………………………… 24
4. Informasi dan Komunikasi ……………………………… 26
5. Monitoring ………………………………………………… 27
BAB III HASIL PEMERIKSAAN ……………………………………….. 28
A. Pendapatan …………………………………………………. 28
1. Perum Perhutani berpotensi kehilangan pendapatan
sebesar Rp1.400.469.000,00 karena PT PCM tidak dapat
memenuhi produksi sesuai dengan perjanjian makloon air
minum dalam kemasan …………………………………… 28
2. Pelaksanaan jasa makloon pada Divisi Industri Kayu I
Sub Janten tidak sesuai ketentuan ………………………… 31
3. Direksi Perum Perhutani tidak tegas dan konsisten dalam
memberikan sanksi kepada agen atas keterlambatan
pembayaran penjualan ekspor gondorukem dan terpentin
tahun 2014 dan 2015 (s.d Juni) …………………………… 40
4. Addendum/perubahan confirmation of sales (COS)
gondorukem dan terpentin tahun 2014 dan 2015 (s.d.
Juni) ditetapkan setelah melewati batas waktu pengapalan
sehingga Perum Perhutani kehilangan pendapatan
minimal sebesar $43.680 …………………………………. 43
5. Realisasi pembayaran PSDH dan kewajiban keuangan
lainnya terkait izin pinjam pakai kawasan hutan oleh PT
Bumi Suksesindo tidak sesuai ketentuan ………………… 46
6. Perum Perhutani belum mengenakan denda
keterlambatan sebesar Rp231.928.808,56 atas kerjasama
optimalisasi aset oleh PT Pertamina EP Cepu
Konsorsium ………………………………………………. 48
7. KBM Wisata dan Jasa Lingkungan I kurang membayar
pajak daerah sebesar Rp160.840.019,74 dan kurang
membayar PPN sebesar Rp218.669.866,59 ……………….. 50
B. Biaya ………………………………………………………….. 56
1. Pembayaran premi asuransi purna jabatan bagi Direksi
melebihi ketentuan yang ditetapkan sebesar
Rp1.510.985.682,11 dan bagi Sekretaris Dewan
Pengawas belum sesuai ketentuan sebesar
Rp121.005.000,00 ………………………………………… 56
2. Bukti pertanggungjawaban penghasilan Direksi berupa
fasilitas biaya komunikasi dan biaya keanggotaan klub
(club membership/corporate member) tidak mengacu
pada Keputusan Menteri BUMN ………………………… 61
Auditorat Keuangan Negara VII.C | iii
3. Pengelolaan kegiatan produksi dan persediaan hasil hutan
kayu Perum Perhutani tidak memadai ……………………. 67
4. Penetapan kompensasi atas kelebihan biaya Provisi
Sumber Daya Hutan (PSDH) Senilai Rp7.305.246.012,00
tidak ditindaklanjuti secara konsisten …………………… 77
5. Pekerjaan jasa konsultan dan pekerjaan pendampingan
tim supervisor pada kegiatan pengembangan tanaman
karet tumpang tindih sehingga berpotensi tidak efisien
sebesar Rp1.786.830.548,00 …………………………….. 80
6. Kegiatan investasi Tahun 2014 pada KBM Komersial
Kayu I Jawa Tengah membebani biaya usaha sebesar
Rp447.937.380,00 ……………………………………….. 85
7. Kegiatan studi banding Tahun 2014 tidak tepat
dilaksanakan oleh Biro Pembinaan Sumber Daya Hutan
sebesar Rp2.713.816.027,00 dan sebagian bukti
pertanggungjawaban penggunaan uang belum memadai
sebesar Rp307.544.055,00 ……………………………...... 87
8. Realisasi belanja perjalanan dinas tidak didukung bukti
pertanggungjawaban yang memadai sebesar
Rp105.960.350,00 ………………………………………… 94
9. Pelaksanaan pekerjaan land clearing tanaman karet tidak
didukung dengan standar yang memadai ………………… 95
10. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di KPH
Pekalongan Timur dan KPH Pekalongan Barat tidak
sesuai dengan aturan yang berlaku ……………………….. 101
11. Biaya atas pelaksanaan kegiatan sadapan getah pinus
pada KPH Kediri, KPH Banyuwangi Selatan, KPH
Banyuwangi Utara, dan KPH Banyuwangi Barat tidak
sesuai ketentuan ………………………………………….. 107
C. Investasi ……………………………………………………….. 114
1. Kontrak pembangunan pabrik derivat gondorukem
terpentin senilai Rp190.590.469.650,00 beserta
pelaksanaannya tidak berpihak kepada kepentingan
Perum Perhutani dan Perum Perhutani kehilangan potensi
pendapatan sebesar Rp62.536.943.000,00 sebagai akibat
belum tercapainya kinerja pabrik sesuai performance
guarantee ………………………………………………… 114
2. Pelaksanaan pembangunan pabrik sagu di Papua tahun
2013 tidak efektif ………………………………………… 136
3. Pekerjaan jasa konsultan manajemen konstruksi
pekerjaan EPCC pembangunan pabrik sagu di Papua
Tahun 2013 tidak didukung dengan bukti yang memadai
Auditorat Keuangan Negara VII.C | iv
sebesar Rp1.496.000.000,00 serta terdapat kelebihan
bayar senilai Rp182.000.000,00 ………………………….. 155
4. Investasi pekerjaan jasa EPC dan commisioning
pembangunan Pabrik Sagu Papua tidak tepat dibebankan
pada biaya produksi sebesar Rp24.672.249.786,00 ……… 160
5. Jenis perikatan lumpsum dalam perjanjian pekerjaan jasa
konsultan manajemen konstruksi senilai
Rp3.587.285.900,00 kurang melindungi kepentingan
Perum Perhutani ……………………………………….. 163
Auditorat Keuangan Negara VII.C | v
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Diagram Alir Prosedur Permohonan dan Persetujuan Investasi
Kantor Pusat …………………………………………………….. 17
Gambar 3.1. Tempat Penimbunan Kayu (TPK) yang menyewa di Ponorogo ….. 72
Gambar 3.2. Pekerjaan direct heating sistem yang tidak bisa dimanfaatkan …… 148
Auditorat Keuangan Negara VII.C | vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Sampel pemeriksaan pendapatan …………………………………… 3
Tabel 1.2. Sampel pemeriksaan biaya ………………………………………… 4
Tabel 1.3. Sampel pemeriksaan investasi ……………………………………… 4
Tabel 2.1. Data aset, liabilitas dan ekuitas Perum Perhutani …………………… 10
Tabel 2.2. Data RKAP dan realisasi rugi laba Perum Perhutani ………………… 12
Tabel 2.3. Pendapatan usaha Tahun 2013 dan 2014 …………………………… 13
Tabel 2.4. Beban produksi entitas induk Tahun 2014 dan 2013 ………………… 14
Tabel 2.5. Beban usaha dan beban diluar usaha entitas induk Tahun 2014
dan 2013 ……………………………………………………………… 15
Tabel 2.6. Investasi entitas induk Tahun 2014 dan 2013 ……………………… 16
Tabel 3.1. Laporan realisasi KBM Agribisnis III AMDK Tahun Anggaran
2014 …………………………………………………………………. 28
Tabel 3.2. Volume produksi PT PCM berdasarkan perjanjian makloon ……… 29
Tabel 3.3. Kekurangan produksi PT PCM ……………………………………... 29
Tabel 3.4. Perhitungan potensi pendapatan AMDK …………………………… 29
Tabel 3.5. Spesifikasi kontrak jasa makloon CV PM …………………………. 33
Tabel 3.6. Realisasi jasa makloon CV PM …………………………………… 33
Tabel 3.7. Perbandingan kontrak dan realisasi CV Prima Mitra ……………… 33
Tabel 3.8. Spesifikasi rendemen kontrak jasa makloon CV RRM ……………… 34
Tabel 3.9. Realisasi kontrak jasa makloon CV RRM …………………………… 35
Tabel 3.10. Nilai kehilangan pendapatan atas pekerjaan CV RRM ……………… 35
Tabel 3.11. Realisasi kontrak jasa makloon PK IMG …………………………… 36
Tabel 3.12. Nilai kehilangan potensi pendapatan PK IMG ……………………… 36
Tabel 3.13. Kinerja Divisi Wisata dan Agribisnis 2014 dan 2015 (s.d. Juni) ……. 50
Tabel 3.14. Anggaran dan realisasi KBM Wijasling 1 ……………………….. 51
Tabel 3.15. Kekurangan pajak Hotel Cikole Jaya Giri Resort …………………… 52
Tabel 3.16. Kekurangan pajak Hotel Patuha Resort …………………………… 52
Tabel 3.17. Nilai paket wisata termasuk PPN 1% (Tarif 10% x DPP 10%) ……… 53
Tabel 3.18. Nilai PPN atas kontrak paket wisata ………………………………… 53
Auditorat Keuangan Negara VII.C | vii
Tabel 3.19. Besaran gaji bulanan Direktur Utama dan Direksi lainnya TA
2008 s.d. 2014 ………………………………………………………. 56
Tabel 3.20. Kelebihan pembayaran premi Direksi TA 2008 s.d. 2014 …………… 57
Tabel 3.21. Jenis dan besaran penghasilan Sekretaris Dewan Pengawas ………… 58
Tabel 3.22. Keputusan Direksi perihal asuransi purna jabatan …………………… 58
Tabel 3.23. Rincian biaya keanggotaan klub Tahun 2014 ……………………… 63
Tabel 3.24. Realisasi biaya keanggotaan klub Tahun 2015 (s.d. Juni 2015) ……... 64
Tabel 3.25. Jenis kayu slow moving dan waktu tersimpannya ………………… 68
Tabel 3.26. Daftar volume penjualan KBM Tahun 2013 – 2015 ………………… 70
Tabel 3.27. Realisasi penjualan dan produksi kayu Tahun 2013 s.d. 2015 ……… 71
Tabel 3.28. Rincian volume persediaan kayu bundar jati dan rimba produksi
tahun 2014 dan sebelumnya sampai dengan bulan Maret 2015
pada Divisi Regional Jatim, Jateng dan Janten ……………………… 71
Tabel 3.29. Anggaran biaya pengembangan tanaman karet Tahun 2012 s.d
2015 (Rp) …………………………………………………………… 80
Tabel 3.30. Realisasi biaya pengembangan tanaman karet tahun 2012 s.d
2015 (Rp) …………………………………………………………. 81
Tabel 3.31. Rekapitulasi kontrak konsultan 2012 s.d 2015 ……………………… 81
Tabel 3.32. Realisasi Pembayaran tim supervisi 2012 s.d 2015 ………………… 82
Tabel 3.33. Perbandingan ruang lingkup pekerjaan jasa konsultan dan tim
supervisi …………………………………………………………… 83
Tabel 3.34. Laporan Laba Rugi Tahun 2014 KBM Komersial Kayu I Jawa
Tengah …………………………………………………………….. 85
Tabel 3.35. Rincian realisasi pembayaran kegiatan studi banding tanaman dan
capacity building di KPH Pasuruan Tahun 2014 …………………… 90
Tabel 3.36. Rincian pertanggungjawaban biaya studi banding ………………… 91
Tabel 3.37. Rincian realisasi biaya studi banding ke KPH Pasuruan
berdasarkan jumlah peserta yang mengikuti kegiatan ……………… 92
Tabel 3.38. Anggaran dan realisasi biaya Tahun 2014 s.d 2015 ………………… 95
Tabel 3.39. Kontrak LC bongkar tunggul ………………………………………… 97
Tabel 3.40. Kontrak LC PT BCA 2015 ………………………………………… 98
Tabel 3.41. Rincian pembebanan ganda pekerjaan LC PT BCA 2015 …………… 98
Tabel 3.42. Pengadaan tempurung dan talang sadap KPH Pekalongan Timur
Tahun 2014 dan 2015 ……………………………………………… 101
Tabel 3.43. Pengadaan tempurung KPH Pekalongan Barat Tahun 2014 ………… 102
Auditorat Keuangan Negara VII.C | viii
Tabel 3.44. Anggaran dan realisasi biaya produksi sadapan pada KPH Kediri,
Banyuwangi Selatan, Banyuwangi Utara dan Banyuwangi Barat …… 107
Tabel 3.45. Penerimaan getah di PGT Garahan bulan Januari s.d. Desember
2014 ……………………………………………………………….. 108
Tabel 3.46. Kelebihan pembayaran penerimaan getah mutu premium bulan
Oktober s.d. Desember tahun 2014 pada KPH Banyuwangi
Selatan dan KPH Banyuwangi Utara ……………………………… 109
Tabel 3.47. Perhitungan iname getah premium Juni s.d. Agustus 2014 di KPH
Banyuwangi Barat ………………………………………………… 110
Tabel 3.48. Rincian biaya pembuatan Feasibility Study dan Pembuatan Basic
Engineering Design ………………………………………………… 114
Tabel 3.49. Perbedaan substansi perjanjian EPC dan perjanjian
Commisioning …………………………………………………….. 116
Tabel 3.50. Spesifikasi produk gondorukem …………………………………… 123
Tabel 3.51. Spesifikasi produk terpentin ………………………………………… 123
Tabel 3.52. Spesifikasi produk derivat …………………………………………… 123
Tabel 3.53. Pencapaian kinerja PDGT Pemalang Per 15 Desember 2014 ……… 125
Tabel 3.54. Rincian biaya perbaikan selama commissioning dilakukan PMU
Perum Perhutani …………………………………………………… 130
Tabel 3.55. Rincian biaya investasi pembangunan PDGT di Pemalang ………… 132
Tabel 3.56. Perbandingan antara realisasi produksi PDGT dengan RKAP
Tahun 2014 dan 2015 Sampai dengan bulan Juni (Semester I) ……… 133
Tabel 3.57. Status komisioning PDGT Per 17 September 2015 …………………… 133
Tabel 3.58. Daftar kekurangan volume pekerjaan Engineering Procurement
Construction (EPC) & Comisioning pembangunan pabrik sagu di
Papua Tahun 2013 …………………………………………………. 148
Tabel 3.59. Realisasi sesuai kontrak perjanjian pekerjaan pembangunan
EPCC pabrik sagu …………………………………………………... 152
Tabel 3.60. Perbedaan jasa konstruksi dan EPC ………………………………… 153
Tabel 3.61. Kekurangan volume pekerjaan ……………………………………… 153
Tabel 3.62. Realisasi pelaksanaan kehadiran tenaga ahli dan tenaga asisten
ahli serta tanpa didukung bukti pertanggungjawaban invoice
tagihan ……………………………………………………………… 156
Tabel 3.63. Realisasi pelaksanaan perjalanan domestik tenaga ahli dan tenaga
asisten ahli tanpa didukung bukti pertanggungjawaban …………… 157
Auditorat Keuangan Negara VII.C | ix
Tabel 3.64. Daftar kelebihan bayar pekerjaan konsultan manajemen
konstruksi Engineering Procurement Construction dan
Commisioning (EPCC) pembangunan pabrik sagu di Papua
Tahun 2013 …………………………………………………………. 158
Tabel 3.65. Realisasi pembayaran pekerjaan EPC dan Commisioning
pembangunan pabrik sagu di Papua ………………………………… 161
Tabel 3.66. Rekapitulasi rencana anggaran biaya pekerjaan manajemen
konstruksi jasa rekayasa, pengadaan, dan konstruksi pabrik
derivat gondorukem & terpentin di Pemalang TA 2011/2012 ……… 164
Auditorat Keuangan Negara VII.C | x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Denda keterlambatan jasa makloon CV Prima Mitra Tahun 2014
Lampiran 2. Denda keterlambatan jasa makloon PT Quartindo Sejati Tahun 2014
Lampiran 3. Rincian pembeli yang melakukan pembayaran lebih dari 90 hari sejak
tanggal B/L penjualan ekspor gondorukem dan terpentin Tahun 2014 dan
2015 (s.d Juni)
Lampiran 4. Rincian kehilangan pendapatan denda atas keterlambatan pembayaran
penjualan ekspor gondorukem dan terpentin Tahun 2014 dan 2015 (s.d.
Juni)
Lampiran 5. Rincian selisih harga addendum Confirmation of Sales (CoS)
Gondorukem dan Terpentin Tahun 2014 dan 2015 (s.d. Juni)
Lampiran 6. Rincian Buku Besar dan Pembayaran Pajak Hotel Cikole Jaya Giri Resort
Lampiran 7. Rincian Buku Besar dan Pembayaran Pajak Hotel Patuha Resort
Lampiran 8. Rincian Pembayaran Premi Asuransi Purna Jabatan Direksi dan
Sekretaris Dewan Pengawas
Lampiran 9. Rincian Perhitungan Biaya Tebangan pada Perum Perhutani
Lampiran 10. Rekap register SPPD KPH Divisi Regional Jawa Tengah Bulan Oktober
2014
Lampiran 11. Rincian Realisasi Perjalanan Dinas Pusdikbang Madiun Tahun 2014 dan
2015 (s.d Juni)
Lampiran 12. Rincian Kontrak Tahun 2014 Pekerjaan Land Clearing Tanaman Karet
Lampiran 13. Kronologis Penugasan dari Pemerintah kepada Perum Perhutani untuk
Membangun Pabrik Sagu di Papua Barat
Lampiran 14. Rincian Biaya Honor Tim Supervisi (2013 - 2015)
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 1
1 Pendahuluan
A. Dasar Hukum Pemeriksaan
1) Undang-Undang Dasar 1945, Perubahan ketiga pasal 23 huruf E dan G;
2) Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3) Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4) Undang-undang Nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
B. Standar Pemeriksaan
Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) mengacu pada Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dalam Peraturan BPK RI
No.1 Tahun 2007, meliputi:
1) PSP 01 mengenai Standar Umum;
2) PSP 06 mengenai Standar Pelaksanaan Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu;
3) PSP 07 mengenai Standar Pelaporan Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu.
C. Tujuan Pemeriksaan
Pemeriksaan ini merupakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) yang
bersifat eksaminasi, dengan tujuan untuk menilai apakah pendapatan, biaya, dan
investasi telah dilaksanakan dengan tertib dan taat terhadap ketentuan yang
berlaku
D. Sasaran Pemeriksaan
1) Pendapatan Tahun 2014 dan 2015 (s.d semester I);
2) Biaya Tahun 2014 dan 2015 (s.d semester I)
3) Investasi Tahun 2014 dan 2015 (s.d semester I)
E. Entitas yang Diperiksa
Entitas yang diperiksa adalah Perum Perhutani, yang meliputi Kantor Pusat, Kantor
Divisi Regional I, II, dan III, Kantor Divisi Wisata dan Agribisnis, Kantor
Pemanfaatan dan Pengelolaan Aset, Kantor Divisi Komersial Kayu, Kontor Divisi
Industri Kayu, Kantor Divisi Gondorukem, Kayuputih dan Terpentin, Pusat
Penelitian dan Pengembangan, dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan.
F. Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 2
G. KriteriaPemeriksaan
1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan
Usaha Milik Negara (BUMN);
2) Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2008 tanggal 3 September 2008
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa BUMN;
3) Keputusan Menteri Negara BUMN No.KEP101/MBU/2002 tentang Penyusunan
RKAP;
4) Keputusan Menteri Negara BUMN No.KEP102/MBU/2002 tentang Penyusunan
RJPP;
5) Anggaran Dasar Perusahaan, Keputusan RPS dan Keputusan Direksi Perum
Perhutani yang berlaku maupun pedoman pelaksanaannya, termasuk Standard
Operational Procedure (SOP);
6) Kontrak kerja atau perjanjian dengan pihak lain beserta dokumen pendukungnya;
H. Metodologi Pemeriksaan
Metodologi yang digunakan dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
adalah sebagai berikut.
1) Perencanaan Pemeriksaan
(1) Pemahaman entitas dan sistem pengendalian intern melalui pemeriksaan
database yang dimiliki dan peraturan/kebijakan yang berlaku;
(2) Menelaah hasil pemantauan tindak lanjut dan diskusi atas temuan
sebelumnya dengan tim pemeriksa sebelumnya;
(3) Pemahaman atas pelaksanaan pendapatan, biaya, dan investasi;
(4) Prosedur pemeriksaan dirancang sesuai dengan proses bisnis perusahaan,
pendapatan, biaya, dan investasi mulai dari perencanaan sampai dengan
realisasi;
(5) Penyusunan tim pemeriksa dan program kerja perorangan (PKP).
2) Pelaksanaan Pemeriksaan
(1) Pemeriksaan dilaksanakan sesuai prosedur pemeriksaan yang ada dalam
PKP;
(2) Pengumpulan bukti dilakukan melalui wawancara, review dokumen,
kuesioner, mengunduh data dari sistem informasi dan analisis data dari
internal maupun eksternal perusahaan;
(3) Pengujian bukti dilakukan melalui analisis data, analisis perbandingan,
analisis perhitungan, wawancara, konfirmasi dan pemeriksaaan fisik serta
prosedur lain yang dianggap perlu; dan
(4) Pembuatan kesimpulan awal berdasarkan pengujian yang telah dilakukan.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 3
3) Pelaporan Pemeriksaan
Penyusunan konsep Temuan Pemeriksaan yang dikomunikasikan terlebih dahulu
kepada entitas terkait. Temuan tersebut meliputi kelemahan sistem pengendalian
intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan
ketidakberesan (irregularities) yang material terhadap hal yang diperiksa. Konsep
Temuan Pemeriksaan disampaikan ketua tim pemeriksa kepada pejabat yang
berwenang di entitas terkait untuk mendapatkan tanggapan tertulis. Penyampaian
Temuan Pemeriksaan tersebut merupakan akhir dari pekerjaan lapangan.
Temuan Pemeriksaan selanjutnya disusun dalam Konsep Hasil Pemeriksaan
(KHP), termasuk usulan rekomendasi perbaikan dan/atau penyelesaian masalah
yang telah dibahas dan tanggapan oleh manajemen entitas yang diperiksa, sesuai
standar yang telah ditetapkan BPK RI. KHP disampaikan kepada entitas terkait
untuk mendiskusikan usulan rekomendasi agar mendapatkan rencana aksi dari
pihak entitas. Setelah rencana aksi entitas disampaikan ke BPK, maka KHP
tersebut dapat diterbitkan dengan perubahan konsep menjadi Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) final dan selanjutnya didistribusikan kepada pihak-pihak
terkait dan dipublikasikan sesuai ketentuan yang berlaku.
I. Cakupan Pemeriksaan
1) Pendapatan
Realisasi penjualan tahun 2014 dan 2015 (s.d. Semester I) pada masing-masing
entitas yang menjadi sampel pemeriksaan adalah sebagai berikut.
Tabel 1.1. Sampel Pemeriksaan Pendapatan
(dalam rupiah)
Entitas Pendapatan Sampel Pemeriksan
% 2014 2015 (Semester I) Total 2014 2015 (Semester I) Total
(1) (2) (3) (4) = (2) + (3) (5) (6) (7) = (5) + (6) (7) : (4)
Divisi Industri Kayu 398.712.086.891,00 93.871.293.538,00 492.583.380.429,00 289.476.193.334,65 78.459.909.946,28 367.936.103.280,93 74,70%
Divisi Komersial Kayu 1.799.649.576.532,00 570.465.357.682,00 2.370.114.934.214,00 889.056.429.990,00 106.575.055.125,00 995.631.485.115,00 42,01%
Divisi GTD & MKP 1.824.167.041.611,00 590.217.662.633,00 2.414.384.704.244,00 1.376.803.045.144,00 463.791.836.663,26 1.840.594.881.807,26 76,23%
Divisi BW dan Agribisnis 107.235.477.735,00 45.818.288.787,00 153.053.766.522,00 30.306.907.100,00 14.275.629.463,00 44.582.536.563,00 29,13%
Divisi PPA 3.426.008.024,00 2.924.844.123,00 6.350.852.147,00 2.239.708.711,00 381.839.469,00 2.621.548.180,00 41,28%
Total 4.133.190.190.793,00 1.303.297.446.763,00 5.436.487.637.556,00 2.587.882.284.279,65 663.484.270.666,54 3.251.366.554.946,19 59,81%
2) Biaya
Realisasi biaya tahun 2014 dan 2015 (s.d. semester I) pada entitas yang menjadi
sampel pemeriksaan adalah sebagai berikut.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 4
Tabel 1.2. Sampel Pemeriksaan Biaya
(dalam rupiah)
Entitas Biaya Sampel Pemeriksan
% 2014 2015 (Semester I) Total 2014 2015 (Semester I) Total
(1) (2) (3) (4) = (2) + (3) (5) (6) (7) = (5) + (6) (7) : (4)
Kantor Pusat 508.189.388.553,00 102.404.117.987,00 610.593.506.540,00 278.825.036.358,00 20.170.402.307,00 298.995.438.665,00 48,97%
Divisi Regional I 982.763.537.266,00 433.905.046.072,00 1.416.668.583.338,00 391.911.353.597,00 158.143.585.434,00 550.054.939.031,00 38,83%
Divisi Regional II 976.341.404.450,00 430.603.755.473,00 1.406.945.159.923,00 378.481.287.808,00 169.061.460.192,00 547.542.748.000,00 38,92%
Divisi Regional III 684.321.441.755,00 282.246.627.802,00 966.568.069.557,00 241.792.568.301,00 35.730.122.753,05 277.522.691.054,05 28,71%
Divisi Industri Kayu 242.443.403.579,00 91.945.118.510,00 334.388.522.089,00 190.008.574.913,00 70.966.807.133,00 260.975.382.046,00 78,05%
Divisi Komersial Kayu 184.448.333.110,00 81.715.252.495,00 266.163.585.605,00 113.267.802.612,00 50.332.528.779,00 163.600.331.391,00 61,47%
Divisi GTD & MKP 330.617.839.937,00 107.517.300.812,00 438.135.140.749,00 156.159.952.204,00 53.097.698.130,00 209.257.650.334,00 47,76%
Divisi BW dan Agribisnis 149.201.453.514,00 57.218.844.414,00 206.420.297.928,00 20.201.755.808,00 9.881.903.865,00 30.083.659.673,00 14,57%
Divisi PPA 8.320.849.833,00 5.213.852.083,00 13.534.701.916,00 4.674.846.627,00 3.022.237.272,00 7.697.083.899,00 56,87%
Pusdikbang SDM 32.565.457.876,00 11.654.633.021,00 44.220.090.897,00 32.565.457.876,00 11.654.633.021,00 44.220.090.897,00 100,00%
Total 4.099.213.109.873,00 1.604.424.548.669,00 5.703.637.658.542,00 1.807.888.636.104,00 582.061.378.886,05 2.389.950.014.990,05 41,90%
3) Investasi
Realisasi investasi tahun 2014 dan 2015 (s.d. semester I) pada entitas yang
menjadi sampel pemeriksaan adalah sebagai berikut.
Tabel 1.3. Sampel Pemeriksaan Investasi
(dalam rupiah)
Entitas Investasi Sampel Pemeriksan %
2014 2015 (Semester I) Total 2014 2015 (Semester I) Total
(1) (2) (3) (4) = (2) + (3) (5) (6) (7) = (5) + (6) (7) : (4)
Kantor Pusat 108.786.384.643,00 158.693.833.886,00 267.480.218.529,00 71.198.378.277,00 27.781.257.400,00 98.979.635.677,00 37,00%
Divisi Regional I 22.326.507.314,00 1.640.967.000,00 23.967.474.314,00 7.649.789.700,00 - 7.649.789.700,00 31,92%
Divisi Regional III 19.556.187.449,00 30.164.316.000,00 49.720.503.449,00 6.093.919.467,00 1.034.780.635,00 7.128.700.102,00 14,34%
Divisi Industri Kayu 4.524.928.100,00 - 4.524.928.100,00 1.187.645.800,00 - 1.187.645.800,00 26,25%
Divisi GTD & MKP 12.926.776.800,00 - 12.926.776.800,00 2.390.622.758,00 - 2.390.622.758,00 18,49%
Divisi BW dan Agribisnis 2.315.431.000,00 - 2.315.431.000,00 2.010.931.000,00 - 2.010.931.000,00 86,85%
Total 170.436.215.306,00 190.499.116.886,00 360.935.332.192,00 90.531.287.002,00 28.816.038.035,00 119.347.325.037,00 33,07%
J. Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan dilaksanakan dari tanggal 18 Agustus 2015 sampai dengan tanggal 6
Oktober 2015 selama 45 hari, di Kantor Pusat Jakarta selama 12 hari, Jawa Barat
Jawa Tengah dan Jawa Timur 33 hari.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 5
K. Hambatan Pemeriksaan
Luasnya lingkup pemeriksaan pada Perum Perhutani yang meliputi seluruh pulau
Jawa, dari Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur
termasuk Pembangunan Pabrik Sagu di Provinsi Papua Barat. Selain itu juga
tersebarnya Kuasa Pemangku Hutan (KPH) dari Divisi Sumber Daya Hutan di
beberapa kabupaten, termasuk juga para General Manager Industri Kayu dan
Agribisnis dan Wisata, maka pelaksanaan kegiatan pemeriksaan ini membutuhkan
waktu perjalanan antar provinsi, kabupaten dan kota yang cukup lama.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 6
2 Gambaran Umum
A. Profil Perusahaan
1. Pendirian Perusahaan
Perusahaan umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) pertama kali didirikan
berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 tahun 1972 dan diubah dengan PP
Nomor 36 tahun 1986. Dengan terbitnya PP Nomor 13 tahun 1998 tentang
Perusahaan Umum (Perum), peraturan yang mendasari terbentuknya Perum
Perhutani diatur kembali, yaitu dengan PP Nomor 53 tahun 1999 tentang Perusahaan
Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani).
Kemudian berdasarkan akta notaris Imas Fátima Nomor 3 tanggal 2 Juli 2001 yang
merupakan tindak lanjut dari PP Nomor 14 tahun 2001 tanggal 23 Maret 2001
tentang pengalihan bentuk Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani)
menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Akta pendirian tersebut telah mendapat
persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dengan SK Nomor C-
05080. HT.01.01.TH.2001 tanggal 7 Agustus 2001.
Pada tahun 2003, perusahaan kembali berubah menjadi Perusahaan Umum Negara
sesuai dengan PP Nomor 30 tahun 2003 tentang Perusahaan Umum Kehutanan
Negara (Perum Perhutani). Perubahan ini telah dicatat dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 67. Sebagian telah diubah dan diatur kembali
dengan PP Nomor 72 tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan
Negara.
2. Tujuan Perusahaan
Sesuai dengan pasal 11 PP Nomor 72 tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum)
Kehutanan Negara, tujuan perusahaan adalah menyelenggarakan usaha yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
berhubungan dengan pengelolaan hutan dan hasil hutan yang berkualitas dengan
harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip hutan lestari (PHL) dan
tata kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance; GCG).
Visi Perusahaan
Menjadi Perusahaan Unggul dalam Pengelolaan Hutan Lestari.
Misi Perusahaan
a. Mengelola Sumberdaya Hutan secara Lestari (Planet);
b. Meningkatkan Manfaat Pengelolaan Sumberdaya Hutan bagi Seluruh Pemangku
Kepentingan (People); dan
c. Menyelenggarakan Bisnis Kehutanan dengan Prinsip GCG (Profit).
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 7
3. Kegiatan Perusahaan
Untuk mencapai tujuan tersebut, Perum Perhutani menyelenggarakan tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, yang meliputi
pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu
dan bukan kayu, pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu, rehabilitasi dan
reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam, pengelolaan hasil hutan
menjadi bahan baku atau bahan jadi, pendidikan dan pelatihan di bidang kehutanan,
penelitian dan pengembangan di bidang kehutanan, pengembangan agroforestri,
membangun dan mengembangkan hutan rakyat dan/atau hutan tanaman rakyat dan
perdagangan hasil hutan dan hasil produksi sendiri maupun produksi pihak lain.
Mengacu pada tujuan pembentukan Perusahaan, Perum Perhutani menetapkan
kebijakan strategis sebagaimana diuraikan dibawah ini:
a. Kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Hutan (SDH) secara lestari beserta seluruh
manfaat dan fungsinya sebagai sistem penyangga kehidupan (life support system)
yang mencakup 3 aspek: People, Planet, dan Profit (3P) sebagai aktivitas utama
(core activities);
b. Kegiatan pengelolaan industri dan pemasaran sebagai aktifitas bisnis (business
activities) yang terdiri dari pengelolaan industri kayu terpadu (integrated wood
industry), industri non kayu: gondorukem dan terpentin beserta derivatnya,
industri minyak-minyak atsiri (minyak kayu putih (MKP), nilam, dan lain-lain),
industri butiran lak (seedlak), industri sutera alam, industri Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK), Madu/Minuman air madu (MIDU), industri berbasis
agroforestri (pangan dan bioenergi) dan industri kayu rakyat serta kegiatan
pemasaran kayu tebangan dan pemasaran hasil industri kayu dan non kayu;
c. Pemasaran dari kegiatan ekowisata, jasa lingkungan, agroforestri dan usaha lain
(trading agroforestri dan trading kayu rakyat) sebagai salah satu aktifitas bisnis
yang dikembangkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Juga optimalisasi aset
perusahaan sebagai aktifitas bisnis yang mampu mendukung pertumbuhan
perusahaan;
d. Aliansi strategis dan sinergi BUMN bersama Masyarakat Desa Hutan (MDH)
dalam kegiatan ekonomi dan pengelolaan hutan dan lahan hutan dengan azas
manfaat mutual (mutual benefit) untuk kesejahteraan masyarakat’
e. Menyiapkan aktifitas pendukung (enablers activities) yang dibutuhkan untuk
menjadi perusahaan kehutanan yang modern berbasis manajemen mutu, teknologi
informasi dengan SDM yang profesional;
f. Menjadikan “Research & Development” sebagai “Sumber Inovasi Tiada Henti”
untuk pengembangan perusahaan; dan
g. Terus meningkatkan kualitas pelayanan kepada segenap stakeholder.
4. Struktur Organisasi
a. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Perum Perhutani berdasarkan Keputusan Direksi
No.007/Kpts/Dir/2014 tanggal 13 Januari 2014 menetapkan struktur organisasi di
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 8
Kantor Pusat, Kantor unit, Kesatuan Pemangku Hutan (KPH), Pusdiklat SDM
dan Puslitbang SDH telah bersifat desentralisasi, dimana setiap unit/bagian
dipimpin oleh Direktur/kepala/Deputi sehingga tugas, wewenang, dan
tanggungjawab telah didelegasikan sesuai fungsinya.
Perum Perhutani memiliki tujuh Direktur yang membawahi setiap fungsi
organisasi yaitu Direktur Utama, Direktur Keuangan, Direktur SDM dan Umum,
Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis, Direktur Pengelolaan SDH,
Direktur Komersial Kayu, dan Direktur Komersial Non Kayu
Berdasarkan hasil Evaluasi Potensi tahun 2013, kawasan hutan yang dikelola
Perum Perhutani seluas 2.444.998 Ha, terdiri dari Hutan Produksi seluas
1.806.440 Ha dan bukan untuk produksi seluas 638.557 Ha. Satuan kerja
perusahaan terbagi menjadi 8 Divisi, 1 Pusat Pendidikan dan Pengembangan
SDM, 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhutani, 57 Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH), dan 17 Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM).
1) Divisi Regional Jawa Tengah terdiri dari 20 KPH dan 4 SPH; dengan
wilayah kerja di area Provinsi Jawa Tengah pada kawasan hutan seluas
635.747 Ha;
2) Divisi Regional Jawa Timur terdiri dari 23 KPH dan 5 SPH; dengan wilayah
kerja di area Provinsi Jawa Timur pada kawasan hutan seluas 1.133.386 Ha;
3) Divisi Regional Jawa Barat dan Banten terdiri dari 14 KPH dan 4 SPH;
dengan wilayah kerja di area Provinsi Jawa Barat dan Banten pada kawasan
hutan seluas 675.243 Ha;
4) Divisi Komersial Kayu terdiri dari 3 KBM Pemasaran Kayu;
5) Divisi Industri Kayu terdiri dari 2 KBM Industri Kayu;
6) Divisi Gondorukem, Terpentin dan Derivat (GTD) dan MKP terdiri dari 3
KBM Industri Gondorukem dan Terpentin dan 1 KBM Industri Kayu Putih;
7) Divisi Bisnis Wisata dan Agribisnis terdiri dari 2 KBM Wisata dan Jasa
Lingkungan dan 3 KBM Agribisnis;
8) Divisi Pemanfaatan dan Pengelolaan Aset terdiri dari 3 KBM Pemanfaatan
dan Pengelolaan Aset;
9) Pusat Pendidikan dan Pengembangan SDM yang berada di Madiun; dan
10) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhutani yang berada di Cepu.
b. Restrukturisasi Organisasi
Sejalan dengan portofolio bisnisnya, Perum Perhutani telah melakukan
restrukturisasi organisasi melalui keputusan Direksi Nomor 007/KPTS/Dir/2014
tanggal 13 Januari 2014 tentang Struktur Organisasi Perum Perhutani. Sehingga
kegiatan operasi bisnis perusahaan dibagi menurut aktivitas berikut:
1) Core Activities, yang merupakan kegiatan operasi bisnis Pengelolaan SDH
Dilaksanakan oleh Divisi Regional (sebelumnya disebut Unit) yang
membawahi KPH dan Seksi Perencanaan Hutan (SPH). Jumlahnya tetap 3,
yaitu Divre Jawa Tengah, Divre Jawa Timur dan Divre Jawa Barat &
Banten. Pelaksanaan kegiatannya dikoordinasikan oleh Direktorat PSDH.
Kegiatan Perencanaan SDH dikoordinasikan oleh Pusat Perencanaan SDH di
bawah Direktur Utama.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 9
2) Business/Commercial Activities, yang merupakan kegiatan operasi bisnis
komersial
Fungsi komersial yang dulu masih melekat di Unit dialihkan kepada divisi-
divisi baru dengan harapan kegiatan komersial akan lebih fokus dan cepat
melahirkan inovasi-inovasi untuk meningkatkan kinerja. Adapun divisi-
divisi tersebut adalah:
a) Divisi Komersial Kayu melayani penjualan kayu bulat.
b) Divisi Industri Kayu mengelola produksi dan pemasaran industri kayu.
Kedua divisi ini berada dalam koordinasi Direktorat Komersial Kayu.
c) Divisi Gondorukem, Terpentin, dan Derivat & Minyak Kayu Putih
mengelola produksi dan pemasaran industri non kayu.
d) Divisi Bisnis Wisata dan Agribisnis mengelola wisata dan agribisnis.
e) Divisi Pemanfaatan dan Pengelolaan Asset mengelola pemanfaatan asset-
asset perusahaan.
Ketiga divisi ini berada dalam koordinasi Direktorat Komersial Non Kayu.
3) Enabler Activities, yang merupakan pendukung kegiatan operasi bisnis.
Termasuk ke dalam fungsi ini yaitu: Direktorat Umum & SDM, Direktorat
Perencanaan dan Pengembangan Bisnis, Direktorat Keuangan, Deputi
Direktorat Pengendalian dan Peningkatan Kinerja (merupakan satuan kerja
baru), Satuan Pengawasan Internal, Sekretariat Perusahaan, Puslitbang SDH
dan Pusdikbang SDM.
c. Pembentukan Holding BUMN Kehutanan
Berdasarkan PP No. 73 Tahun 2014 tentang Penambahan Penyertaan Modal
Negara Republik Indonesia Ke Dalam Modal Perusahaan Umum (Perum)
Kehutanan Negara, Perum Perhutani menjadi induk Holding BUMN Kehutanan
dimana PT Inhutani I, PT Inhutani II, PT Inhutani III, PT Inhutani IV dan PT
Inhutani V menjadi anak Perusahaan Holding.
Penambahan penyertaan modal Negara berasal dari pengalihan seluruh saham
milik Negara pada:
PT. Inhutani I (didirikan berdasarkan PP No. 21/1972 di Kalimantan Timur);
PT. Inhutani II (didirikan berdasarkan PP No.32/1974 di Kalimantan
Selatan);
PT. Inhutani III (didirikan berdasarkan PP No.31/1974 di Kalimantan
Tengah);
PT. Inhutani IV (didirikan berdasarkan PP No.22/1991 di Sumatera Utara);
dan
PT. Inhutani V (didirikanberdasarkan PP No.23/1991 di Sumatera Selatan)
yang nilai penyertaannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
5. Susunan Pengurus Perusahaan
Susunan Dewan Pengawas dan Dewan Direksi Perum Perhutani berdasarkan
Keputusan Menteri Negara BUMN Republik Indonesia Nomor KEP–171/MBU/2011
tanggal 22 Juli 2011, Nomor SK-190/MBU/2012 tanggal 8 Mei 2012, Nomor SK-
177/MBU/2012 tanggal 8 Maret 2013, Nomor SK-326/MBU/2013 tanggal 19
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 10
Agustus 2013, Nomor SK-77/MBU/2014 tanggal 10 April 2014, Nomor SK-
139/MBU/2014 tanggal 26 Juni 2014, tentang Pemberhentian dan Pengangkatan
Anggota-Anggota Dewan Pengawas Perusahaan Umum (PERUM) Kehutanan
Negara, susunan Dewan Pengawas Perum Perhutani adalah sebagai berikut:
a. Dewan Pengawas
Ketua
Anggota
:
:
Hadi Daryanto
Adiari Nurcahyanto
Wawan Ridwan
Yustra Iwata Alsa
Upik Roslina Wasrin
Akhmad Sukardi
Wawan Siswantoro
S. Widjonarko
b. Dewan Direksi
Direktur Utama
Direktur Keuangan
Direktur SDM dan Umum
Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis
Direktur Pengelolaan SDH
Direktur Komersial Kayu
Direktur Komersial Non Kayu
:
:
:
:
:
:
:
Mustoha Iskandar
Mohamad Soebagja
Morgan S Lumban Batu
Teguh Hadi Siswanto
Heru Siswanto
Teguh Hadi Siswanto
Agus Setya Prastawa
6. Kondisi Keuangan Perusahaan
Kondisi keuangan Perum Perhutani, meliputi aset, liabilitas dan ekuitas, disajikan
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Data Aset, Liabilitas dan Ekuitas Perum Perhutani
(dalam jutaan Rupiah)
Uraian 2012
Disajikan Kembali
2013 Disajikan Kembali
2014 Perkembangan (%)
2013 2014
Aset Lancar
Kas dan Setara Kas 827.066 1.299.180 1.497.913 57,08 15,30
Piutang Usaha 179.134 238.839 368.497 33,33 54,29
Persediaan Hasil Hutan 539.660 283.859 400.448 (47,40) 41,07
Pajak Dibayar di Muka 127.760 94.457 48.630 (26,07) (48,52)
Biaya Dibayar di Muka 37.863 44.467 38.444 17,44 (13,55)
Aset Keuangan Lancar Lainnnya 54.669 103.197 327.603 88,77 217,45
Aset Lancar Lainnya - 1.006 1.537 100,00 52,78
Jumlah Aset Lancar 1.766.152 2.065.005 2.683.072 16,92 29,93
Aset Tidak Lancar
Aset Tanaman -
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 11
Uraian 2012
Disajikan Kembali
2013 Disajikan Kembali
2014 Perkembangan (%)
2013 2014
Investasi pada Entitas Asosiasi - 194.303 62.611 100,00 (67,78)
Tanaman Tahunan - Menghasilkan (TTM)
- 12.079 12.746 100,00 5,53
Tanaman Tahunan – Belum Menghasilkan (TTBM)
- 42.151 38.450 100,00 (8,78)
HTI Siap Panen - 28.405 25.033 100,00 (11,87)
HTI Dalam Pengembangan - 188.770 230.783 100,00 22,26
Aset Tetap 536.704 772.531 888.187 43,94 14,97
Aset Tak Berwujud 33.482 44.913 57.412 34,14 27,83
Aset Pajak Tangguhan 75.950 95.399 118.088 25,61 23,78
Biaya Ditangguhkan - - -
Aset Keuangan Tidak Lancar Lainnnya
28.718 10.740 8.071 (62,60) (24,85)
Aset Tidak Lancar Lainnya - 25.392 15.040 100,00 (40,77)
Jumlah Aset Tidak Lancar 674.854 1.414.683 1.456.421 109,63 2,95
Total Aset 2.441.010 3.479.691 4.139.493 42,55 18,96
Utang dan Ekuitas
Kewajiban
Utang Jangka Pendek 479.564 601.648 1.017.743 25,46 69,16
Utang Jangka Panjang 135.609 357.134 432.468 163,36 21,09
Total Kewajiban 615.173 958.782 1.450.211 55,86 51,26
Ekuitas
Hak Minoritas (4.762) 3.975 (640) 183,47 (116,11)
Modal Saham 700.000 700.000 1.882.448 - 168,92
Laba (Rugi) Ditahan 1.130.600 1.816.936 807.484 60,71 (55,56)
Total Ekuitas 1.825.838 2.520.911 2.689.291 38,07 6,68
Total Utang & Ekuitas 2.441.011 3.479.693 4.139.504 42,55 18,96
Aset lancar tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 30% dari aset tahun 2013
atau setara dengan Rp618,07 miliar. Peningkatan asset tersebut terdiri dari Aset
Lancar Entitas Induk sebesar Rp2.080,68 miliar atau 78% dan dari Entitas Anak
sebesar Rp611,64 miliar atau 22%. Penambahan tersebut antara lain nilai kas dan
setara kas mengalami peningkatan sebesar 15% atau setara dengan Rp198,73
miliar, Persediaan meningkat sebesar 41% atau setara Rp116,59 miliar. Piutang
Usaha meningkat sebesar 54% atau setara dengan Rp129,66 miliar. Sedangkan
Aset tidak lancar hanya mengalami peningkatan sebesar 3% atau setara dengan
Rp41,74 miliar. Aset tidak lancar di dominasi oleh Aset tetap sebesar Rp888,19
miliar dan asset tanaman pada entitas anak sebesar Rp307,02 miliar.
Liabilitas per 31 Desember 2014 sebesar Rp1.450,21 miliar, meningkat 51% bila
dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp958,78 miliar, terdiri dari liabilitas Induk
sebesar Rp888,26 miliar dan entitas anak sebesar Rp561,95 miliar. Selanjutnya,
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 12
ekuitas tahun 2014 sebesar Rp2.689,29 miliar meningkat 7% bila dibandingkan
dengan tahun 2013 sebesar Rp2.520,91 miliar.
Realisasi pendapatan Perum Perhutani pada Tahun 2014 lebih rendah dibanding
RKAP, sedangkan total laba komprehensif tahun berjalan melebihi RKAP,
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Data RKAP dan Realisasi Rugi Laba Perum Perhutani
(dalam jutaan Rupiah)
URAIAN Tahun 2013 Tahun 2014
Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi %
1 2 3 4=3 :2 5 6 7=6:5
Pendapatan 3.891.473 4.235.168 108,83 5.153.157 4.604.886 89,36
Penerimaan/Penugasan Dari Pemerintah
- - - -
Jumah Pendapatan 3.891.473 4.235.168 108,83 5.153.157 4.604.886 89,36
HPP
HPP (2.684.703) (3.110.497) (3.710.390) (3.031.897) 81,71
HPP Penugasan Dari Pemerintah
- - - -
Laba (rugi) kotor 1.206.770 1.124.671 93,20 1.442.767 1.572.989 109,03
Beban Usaha (945.552) (873.373) 92,37 (1.150.245) (1.346.978) 117,10
Beban Lainnya (61.150) (124.809) 204,10 (82.159) (203.556) 247,76
Pendapatan Lain-lain 59.010 176.573 299,23 129.634 431.392 332,78
Laba (Rugi) Usaha 259.078 303.162 117,02 339.998 453.846 133,48
Pajak Penghasilan dan Pajak Tangguhan
(64.601) (64.855) 100,39 (76.191) (80.277) 105,36
Laba (Rugi) Sebelum Penyesuaian Proforma
194.477 238.307 122,54 263.807 373.569 141,61
Efek Penyesuaian Proforma - (30.743) - - -
Laba (Rugi) Setelah Penyesuaian Proforma
194.477 207.564 106,73 263.807 373.569 141,61
Pendapatan/ (Beban) Komprehensif Lain
- (5.998) - - (3.204) -
Total Laba Komprehensif Tahun Berjalan
194.477 201.565 103,64 263.807 370.365 140,39
Kepentingan Non Pengendali (644) 310 (48,14) (1.670) (5.815) 348,20
Laba Bersih Setelah Kepentingan Non Pengendali
195.120 201.256 103,14 265.477 376.180 141,70
Realisasi pendapatan usaha sampai dengan tahun 2014 sebesar Rp4.604,88
miliar. Jika dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar Rp4.235,17 miliar
mengalami peningkatan sebesar Rp369,72 miliar atau 9%. Laba komprehensif
sampai dengan 31 Desember 2014 sebesar Rp373,57 miliar dan bila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 sebesar Rp207,56 miliar,
mengalami peningkatan sebesar Rp166,01 miliar atau 180%.
Pencapaian laba sebesar Rp.373,57 miliar terdiri dari:
- Pendapatan Usaha pokok mencapai Rp4.604,87 miliar, meningkat 9% bila
dibanding tahun 2013 sebesar Rp4,235,17 miliar, yaitu pendapatan dari entitas
induk sebesar Rp4.155,35 miliar atau 90% dan entitas anak perusahaan
sebesar Rp449,52 miliar.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 13
- Pendapatan diluar usaha pokok (antara lain berupa pendapatan ganti rugi
tegakan, jasa giro dan bunga deposito, sewa gedung, selisih kurs dan
sebagainya) terealisasi sebesar Rp431,39 miliar atau meningkat 144% dari
tahun 2013 sebesar Rp176,57 miliar, yaitu entitas induk Rp219,42 miliar atau
51% dan entitas anak sebesar Rp211,97% atau 49%.
Beban Pokok Penjualan tahun 2014 sebesar Rp3.031,90 miliar atau menurun 3%
dibanding tahun 2013 sebesar Rp3.110,50 miliar. Beban Usaha tahun 2014
sebesar Rp1.346,98 miliar atau meningkat 54% bila dibanding dengan tahun
2013 sebesar Rp873,37 miliar, yaitu entitas Induk sebesar Rp1.215,86 miliar dan
entitas anak sebesar Rp131,12 miliar. Realisasi Beban Usaha diluar usaha pokok
meningkat 66% dari tahun 2013 sebesar Rp124,71 miliar, terdiri dari entitas
Induk sebesar Rp121,42 miliar dan entitas anak sebesar Rp85,18 miliar
Berdasarkan hasil evaluasi liquiditas per 31 Desember 2014, perusahaan
memiliki dana likuid yang cukup berupa kas dan setara kas sebesar Rp1.497,91
miliar atau mengalami peningkatan sebesar 15% atau setara dengan Rp209,25
miliar dibandingkan dengan tahun 2013.
B. Proses Bisnis Perusahaan
1. Pendapatan
Pendapatan usaha Perum Perhutani Tahun 2013 dan 2014 disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 2.3. Pendapatan Usaha Tahun 2013 dan 2014 (dalam jutaan Rupiah)
No Pendapatan RKAP 2014 Realisasi (%)
2014 2013 (4:3) (4:5)
1 2 3 4 5 6 7
I Dalam Negeri
Hasil Kayu Tebangan 1.583.551 1.799.650 1.607.913 114 112
Hasil Kayu Olahan 173.644 200.640 118.252 116 170
Hasil Hutan Lainnya 962.396 447.499 572.876 46 78
Sub Jumlah 2.719.591 2.447.788 2.299.041 90 106
Luar Negeri
Hasil Kayu Olahan 380.153 156.716 180.938 41 87
Hasil Hutan Lainnya 1.423.551 1.550.843 1.339.067 108 116
Sub Jumlah 1.812.703 1.707.559 1.520.005 94 112
Jumlah Pendapatan Usaha 4.532.294 4.155.347 3.819.046 92 109
II Pendapatan Diluar Usaha 71.118 219.418 90.611 309 242
Total Pendapatan 4.603.412 4.374.765 3.909.657 95 112
Pendapatan sampai dengan Tahun 2014 mencapai sebesar Rp4.374,77 miliar atau
95% dari RKAP tahun 2014 sebesar Rp4.603,41 miliar, dan bila dibandingkan
dengan tahun 2013 sebesar Rp3.909,66 miliar mengalami peningkatan sebesar
Rp465,11 miliar atau 12%. Pendapatan tersebut meliputi pendapatan usaha mencapai
sebesar Rp4.155,35 miliar atau 92% dari RKAP tahun 2014 dan 109% bila
dibandingkan dengan pendapatan tahun 2013. Pencapaian pendapatan ini diperoleh
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 14
RKAP
Tahun 2014 2013 (4:3) (5:4)
1 2 3 4 5 6 7
A BIAYA PRODUKSI
1. Beban Produksi Kayu Tebangan
Perencanaan 80.078 71.195 57.515 89 124
Penanaman 398.898 341.540 272.424 86 125
Pemeliharaan & Pembin. Hutan 60.194 52.991 47.592 88 111
Pengend. & Pengamanan Hutan 140.257 147.647 140.504 105 105
Pemungutan Hasil Hutan 338.142 348.709 323.311 103 108
Pemenuhan Kewajiban Finan Kpd 234.052 224.705 213.369 96 105
Negara dan Lingkungan Sosial 15.769 - - -
Pemeliharaan Sarana & Prasarana 88.916 73.992 63.845 83 116
Produksi Kayu Tebangan lainnya 374.732 514.018 340.078 137 151
Biaya Prod. Kayu Tebangan (1) 1.731.038 1.774.797 1.458.637 103 122
2. Biaya Produksi Kayu Olahan
Produksi Kayu Gergajian 58.646 66.705 56.818 114 117
Produksi Hasil Pabrikasi Veneer 3.241 1.577 2.352 49 67
Produksi Hasil Pabrikasi TOP 43.782 29.532 17.547 67 168
Prod. Hasil Pabrikasi Moulding 14.827 21.295 15.259 144 140
Prod. Hasil Pabrikasi Parquet - - - - -
Pemeliharaan Sarana & Prasarana 5.612 5.476 3.974 98 138
Eksploitasi Industri Pihak III 36.733 37.184 19.730 101 188
Biaya Produksi Kayu Olahan (2) 162.842 161.769 115.679 99 140
3. Biaya Produksi Hasil Hutan Lain
a. Yang Belum/Tidak Diolah
Produksi/Pungut Getah Pinus 442.988 404.829 330.057 91 123
Produksi/Pungut Getah Damar 4.037 5.007 2.844 124 176
Produksi/Pungut Daun Murbai 1.342 - - - -
Produksi/Pungut Ulat Sutera 1.397 328 554 23 59
Produksi/Pungut Kokon Pintal 754 168 4 22 3.780
Produksi/Pungut Daun Kayu Putih 31.623 1.101 3.296 3 33
Produksi/Pungut Lak Cabang 1.280 947 828 74 114
Produksi/Pungut Hasil Hutan Lain 123.995 136.033 113.166 110 120
Biaya Prod. Belum/Tidak Diolah 607.416 548.412 450.749 90 122
b. Yang Sudah Diolah
Prod. Gondorukem & Terpentin 170.893 167.956 114.154 98 147
Produksi Minyak Kayu Putih 23.279 44.915 14.443 193 311
Produksi Rozin Soap/MC 255.729 8.209 4.611 3 178
Produksi Lak Butiran 1.169 221 504 19 44
Produksi Sutera Alam 6.539 1.019 1.129 16 90
Eksploitasi Industri Pihak III 3.424 61 1.284 2 5
Biaya Prod. Sudah Diolah 461.032 222.380 136.126 48 163
c. Hasil Usaha Lain
Produksi Perlebahan 15.821 11.678 9.863 74 118
Prod. Penangkaran Rusa 387 640 311 165 206
Prod. Penangkaran Buaya 494 - - - -
Prod. Penangkaran Primata - - - -
Prod. Wana Wisata 57.998 60.191 71.150 104 85
Prod. KPA & Hutan Wisata 836 - - - -
Prod. Pertambangan Galian - - - - -
Prod. Ekskresi Satwa - - - - -
Prod. Air 10.574 7.720 15.533 73 50
Prod. Wanatani 34.606 - - - -
Prod. Silvofishery 26.566 17.384 46.451 65 37
Prod. Hasil Usaha Lainnya 112.823 26.466 205.735 23 13
Eksploitasi dengan Pihak III - - - - -
Pemel. Sarana & Prasarana - - 238 - -
Biaya Prod. Hasil Usaha Lainnya 260.105 124.081 349.280 48 36
Biaya Prod. Hasil Hutan Lain 3 (a+b+c) 1.328.553 894.873 936.155 67 96
Jumlah Biaya Produksi (A=1+2+3) 3.222.433 2.831.439 2.510.471 88 113
(Dalam Jutaan Rupiah)
No. UraianRealisasi %
dari penjualan kayu tebangan baik Jati maupun Rimba, hasil industri kayu dan non
kayu (Gondorukem, Terpentin, Derivat dan Minyak Kayu Putih) dan hasil hutan
lainnya.
Sedangkan pendapatan di Luar Usaha Pokok sebesar Rp219,42 Miliar atau 309% dari
RKAP tahun 2014 dan bila dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar Rp3.819,05
miliar mengalami peningkatan sebesar 9% atau setara dengan Rp336,30 miliar.
2. Biaya
a. Biaya Produksi
Realisasi dan anggaran beban produksi Perum Perhutani sebagai entitas induk
untuk tahun 2014 disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.4. Beban Produksi Entitas Induk Tahun 2014 dan 2013
Realisasi beban produksi sampai dengan tahun 2014 sebesar Rp2.831,44 miliar
atau 88% dari RKAP tahun 2014 sebesar Rp3.222,43 miliar, dan bila
dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar Rp2.510,47 miliar mengalami
peningkatan sebesar Rp320,97 miliar atau setara 13%.
Beban produksi sendiri terdiri dari beban kayu tebangan realisasi sebesar
Rp1.774,80 milyar atau 103% dari RKAP tahun 2014 sebesar Rp1.731,03 miliar
dan bila dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp1.458,64 miliar mengalami
peningkatan sebesar Rp316,16 miliar atau 22%.
Beban kayu olahan realisasi sebesar Rp161,77 miliar atau 99% dari RKAP
tahun 2014 sebesar Rp162,84 miliar dan bila dibanding tahun 2013 sebesar
Rp115,68 miliar mengalami peningkatan sebesar Rp46,10 miliar atau 40%.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 15
RKAP
Tahun 2014 2014 2013 (4:3) (5:4)
1 2 3 4 5 6 7
B BIAYA USAHA
a. Biaya Pemasaran
Mengatur Hasil Hutan 64.613 55.241 52.163 85 106
Penjualan 55.844 146.626 41.546 263 353
Promosi 13.884 9.581 4.210 69 228
Pemel. Sarana & Prasarana 13.258 15.091 9.061 114 167
Penyusutan 2.221 2.897 2.098 130 138
Beban Lain-lain Pemasaran 53.185 62.923 45.623 118 138
Jumlah Biaya Pemasaran 203.005 292.372 154.701 144 189
b. Biaya Umum & Administrasi
Pegawai 83.863 87.116 65.913 104 132
Kesejahteraan Pegawai 6.202 3.818 4.946 62 77
Kesejahteraan Umum 396.187 515.381 258.925 130 199
Perjalanan Dinas 65.828 76.263 62.176 116 123
Penelitian, Pendidikan, & Penyuluhan 50.794 34.338 31.790 68 108
Kantor 140.453 145.919 127.434 104 115
Pemeliharaan Sarana & Prasarana 44.597 44.225 33.327 99 133
Penyusutan 10.440 9.540 14.175 91 67
Jumlah Biaya Umum dan Administrasi 798.364 916.600 598.685 115 153
c. Biaya Hutan Lindung 10.063 6.891 5.537 68 124
Jumlah Biaya Usaha ( B ) 1.011.432 1.215.864 758.923 120 160
C. BIAYA LAIN-LAIN
Usaha di Luar Usaha Pokok 31.274 21.820 11.948 70 183
Pemel. Sarana & Prasarana 5.265 2.845 1.836 54 155
Penyusut. Sarana & Prasarana 178 - - -
Pemeriksaan 16.081 15.250 16.806 95 91
Kerugian Penghapusan piutang/aktiva - 55.552 7.002 - 793
Beban Lain-lain 11.877 25.779 40.214 217 64
Jumlah Biaya lain-lain ( C ) 64.497 121.424 77.807 188 156
JUMLAH BIAYA ( A + B + C ) 4.298.362 4.168.726 3.347.200 97 125
No. UraianRealisasi %
Sedangkan beban produksi hasil hutan lain realisasi sebesar Rp894,87 miliar atau
67% dari RKAP tahun 2014 sebesar Rp1.328,55 miliar dan bila dibandingkan
dengan tahun 2013 sebesar Rp936,15 mengalami penurunan sebesar Rp41,28
miliar atau 4%.
b. Biaya Usaha dan Beban diluar Usaha Pokok
Realisasi biaya entitas induk Perum Perhutani Tahun 2014 sebesar 97% dari
RKAP dan lebih besar dari realisasi biaya Tahun 2013 sebagaimana ditunjukkan
pada tabel 2.5
Tabel 2.5. Beban Usaha dan Beban Diluar Usaha Entitas Induk Tahun 2014 dan 2013
(dalam jutaan Rupiah)
Realisasi Beban Usaha sampai dengan tahun 2014 sebesar Rp. 1.215,85 miliar
atau 120% dari RKAP Tahun 2014 sebesar Rp1.011,43 miliar dan 160% bila
dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar Rp.758,92 miliar mengalami
peningkatan sebesar 60%.
Beban diluar Usaha pokok sampai dengan tahun 2014 sebesar Rp.121,42 miliar
atau 188% dari RKAP tahun 2014 sebesar Rp.64,50 miliar, dan bila dibanding
tahun 2013 sebesar Rp.77,78 miliar mengalami kenaikan 56% atau setara
Rp.43,64 miliar, peningkatan tersebut akibat adannya kerugian nilai Piutang dan
aset akibat dilaksanakan impairment sebesar Rp.55,55 miliar.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 16
RKAP
Tahun 204 2014 2013 (4:3) (4:5)
1 2 3 4 5 6 7
Investasi
1 Bangunan & Tanah 409.963 123.159 226.926 30 184
2 Jalan Dan Jembatan 29.550 18.145 15.861 61 114
3 Bengkel & Instalasi 4.338 3.604 - -
4 Tempat Penimbunan - - - -
5 Mesin / Alat Industri 24.493 14.981 13.437 61 90
6 Kendaraan Bermotor & Alat berat - - 1.652 - -
7 Perlengkapan Kantor & Kendaraan Tak Bermotor 28.289 15.548 4.537 55 343
Jumlah 496.634 175.437 262.413 35 67
8 Penyertaan Modal BUMN HL 2.000 - - -
9 Penyertaan Modal (Palawi) 15.000 15.000 - 100 -
Total Investasi 513.634 190.437 262.413 37 73
(Dalam Jutaan Rupiah)
No. UraianRealisasi %
3. Investasi
Investasi Entitas Induk Tahun 2014 dan 2013 pada Perum Perhutani disajikan pada
tabel berikut.
Tabel 2.6. Investasi Entitas Induk Tahun 2014 dan 2013
Realisasi investasi sampai dengan tahun 2014 sebesar Rp190,44 miliar atau 37% dari
RKAP tahun 2014 sebesar Rp513,63 miliar, dan bila dibandingkan dengan tahun
2013 sebesar Rp262,41 miliar mengalami penurunan sebesar 27%.
Ada beberapa kegiatan investasi yang belum bisa dilaksanakan pada tahun 2014,
tetapi akan dilaksanakan pada tahun 2015, antara lain Pembangunan Gedung Kantor
Pusat senilai Rp63,31 miliar dan Pembangunan Apartemen (diwilayah Jakarta
sebagai upaya pengembangan bisnis perusahaan) senilai Rp153,51 miliar,
pembangunan Pabrik sagu rencana sebesar Rp118,20 miliar baru terealisasi Rp82,02
miliar. Sesuai dengan informasi dari manajemen, pembangunan kantor pusat dan
apartemen yang sedianya akan dilaksanakan di tahun 2015, tidak jadi dilaksanakan
dengan berbagai pertimbangan.
Pengeluaran yang dilakukan dalam rangka investasi pada Perum Perhutani
berpedoman pada Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 1071/KPTS/DIR/2013
tentang Pedoman Tata Cara Pengajuan dan Pelaksanaan Investasi Perum Perhutani.
Sebelum investasi dilakukan terlebih dahulu dilakukan Feasibility Study (FS) yang
dilakukan oleh masing-masing unit, kantor pusat atau divisi yang mengajukan
investasi. Prosedur pengajuan investasi dimulai dari pengajuan FS yang kemudian
dilakukan pengajian oleh tim kajian pada masing-masing unit, kantor pusat atau
divisi. Setelah mendapatkan persetujuan dari kepala unit terkait maka FS tersebut
diajukan kepada Direktur Utama dengan tembusan Direktur Teknis yang terkait dan
Direktur Keuangan. Hasil kajian dari tim kajian pada unit terkait kemudian di
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 17
sampaikan kepada direktur keuangan sebagai bahan RKAP. Direktur Keuangan
menyampaikan FS kepada Tim Kajian Investasi di kantor pusat untuk dicermati dan
dikaji kembali. Hasil kajian dari Tim Kajian Investasi di kantor pusat disampaikan
kepada Direktur Keuangan sebagai bahan rekomendasi kepada Direktur Utama untuk
mendapatkan persetujuan. Setelah mendapatkan persetujuan dari Direktur Utama, FS
tersebut digunakan sebagai dasar penyusunan usulan RKAP. Khusus untuk investasi
yang mengandung konstruksi baik bangunan maupun mesin harus dilengkapi dengan
Detail Enggineering Design (DED). DED dibuat oleh internal perusahaan untuk nilai
dibawah 3 milyar sedangkan untuk diatas 3 milyar dikerjakan bersama konsultan
independen.
Gambar 2.1. Diagram Alir Prosedur Permohonan dan Persetujuan Investasi Kantor Pusat
Gambar 2.1. menjelaskan alur pengajuan investasi yang dilakukan pada kantor unit,
namun demikian mulai tahun 2014 kantor unit sudah tidak ada dan digantikan dengan
kantor divisi regional dengan struktur organisasi yang baru. Belum terdapat pedoman
investasi baru yang mengakomodir adanya perubahan struktur organisasi Perum
Perhutani berdasarkan Keputusan Direksi Nomor 007/KPTS/Dir/2014 tanggal 13
Januari 2014 tentang Struktur Organisasi Perum Perhutani yang sebelumnya terdiri
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 18
dari Kantor Pusat, Kantor Unit dan Satuan Kerja Lainnya menjadi Kantor Pusat, 3
Kantor Divisi Regional, dan 7 Divisi lainnya.
Proses Investasi yang dilakukan oleh Perum Perhutani dilakukan melalui dua metode
yaitu untuk yang berupa fisik atau kegiatan dilakukan dengan proses pengadaan
barang dan jasa sedangkan yang lain berupa pengeluaran investasi penanaman modal
pada perusahaan anak. Dalam rangka pengadaan barang dan jasa yang merupakan
salah satu metode dalam proses investasi, Perhutani berpedoman pada Keputusan
Direksi Perum Perhutani Nomor 2391/KPTS/DIR/2014 tanggal 24 Februari 2014
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Perum Perhutani. Dalam
keputusan tersebut diatur terkait ketentuan umum pengadaan, pejabat yang
berwenang dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dan proses pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa.
Secara umum ketentuan pengadaan barang dan jasa di lingkungan Perum Perhutani
menggunakan prinsip Efisien, Efektif, Kompetitif, Transparan, Adil dan Wajar serta
Akuntabel. Pejabat yang berwenang dalam rangka pemberian izin penyelenggaraan
pengadaan secara garis besar dibagi dua yaitu untuk di atas 10 Milyar harus Direktur
Utama, sedangkan untuk di bawah 10 Milyar menyesuaikan dengan kewenangan
pada masing-masing divisi dan satuan kerja lainnya yang diatur lebih rinci dengan
batasan tertentu. Proses pelaksanaan pengadaan barang dan jasa secara umum dibagai
menjadi dua yaitu untuk pengadaan di atas 250 juta dan di bawah 250 juta. Untuk
pengadaan di atas 250 juta dilakukan oleh Panitia Pengadaan Barang dan Jasa
sedangkan untuk yang di bawah 250 juta dilakukan oleh pejabat pengadaan barang
dan jasa. Penunjukkan pejabat pengadaan dan pembentukan panitia pengadaan pada
kantor pusat, kantor divisi regional, kantor divisi lainnya dan satuan kerja terkait
diatur secara rinci pada peraturan tersebut. Untuk metode pengadaan barang di atas
250 juta dengan metode lelang sedangkan untuk di bawah 250 juta dapat dilakukan
dengan penunjukkan langsung. Untuk penunjukan langsung atas pengadaan diatas
250 juta dimungkinkan untuk kondisi tertentu yang diatur lebih detail.
C. Evaluasi atas Sistem Pengendalian Intern
Penilaian atas Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Perum Perhutani dilakukan
dengan pendekatan dari COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the
Treadway Commission) yang dibagi dalam lima area yaitu: lingkungan pengendalian,
penaksiran resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan
monitoring. Hasil dari penilaian SPI tersebut sebagai berikut.
1. Lingkungan Pengendalian
a. Integritas dan Nilai Etika
Dalam rangka menjalankan perusahaan dengan baik, Perum Perhutani telah
memiliki Code of Conduct berdasarkan Keputusan Direksi No.
1015/KPTS/DIR/2013 tanggal 24 Oktober 2013 tentang Pedoman Perilaku
Perusahaan (Code of Conduct/CoC) Perum Perhutani. CoC tersebut telah
diketahui oleh seluruh pegawai di lingkungan Perum Perhutani dan dapat
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 19
diakses melalui website korporat. www.perumperhutani.com.
Dalam beberapa kesempatan, pimpinan perusahaaan kerap kali
menyampaikan masalah etika Perusahaan seperti pada saat rapat internal atau
melakukan sidak kehadiran karyawan. Integritas menjadi bagian dari soft
competency Perhutani, dan telah menjadi kompetensi wajib bagi pimpinan
serta sudah menjadi Keputusan Direksi No. 244/Kpts/Dir/2015 tanggal 8
April 2015. Hal tersebut sering disampaikan baik melalui media cetak,
website, banner Perhutani, saat temu pelanggan, maupun ketika rapat kinerja.
Pelanggaran terhadap kode etik dalam Perusahaan diatur dalam SK Direksi
No. 155 Tahun 2012 mengenai peraturan disiplin pegawai. Sedangkan atas
tindakan disiplin terhadap pelanggaran yang terjadi belum dikomunikasikan
secara luas untuk menimbulkan dampak menjerakan. Selain itu, manajemen
belum memiliki aturan yang jelas mengenai kapan, siapa, dan dalam hal apa
terkait kemugkinan pengambilan kebijaksanaan yang menyimpang dari
ketentuan atau prosedur yang berlaku.
Terkait dengan kesejahteraan, peningkatan kesejahteraan seperti pemberian
bonus, secara bertahap dilakukan sesuai dengan kemampuan perusahaan
yang dituangkan dalam Perjanjian Kerja Bersama antara serikat karyawan
dengan Direksi. Bonus dihitung berdasarkan pencapaian kinerja setelah audit
KAP dan disetujui pemilik modal. Kompensasi berupa bonus dan apresiasi
kinerja berupa jangka pendek sedangkan promosi diatur dalam pola karir.
Kompensasi dan Promosi selain didasarkan pada penilaian kinerja, juga
didasarkan pada penilaian administrasi, penilaian manajemen, dan penilaian
kompetensi individu.
b. Komitmen terhadap Kompetensi
SK Direksi Perum Perhutani No. 007/Kpts/Dir/2014 tanggal 13 Januari 2014
tentang Struktur Organisasi juga mengatur mengenai job description.
Perusahaan juga telah menerapkan manajemen sumber daya manusia berbasis
kompetensi (MSDM-BK) berdasarkan Keputusan Direksi No.
244/Kpts/Dir/2015 tanggal 8 April 2015 tentang Kamus Kompetensi dan
Profil Kompetensi. Perusahaan juga saat ini sedang melaksanakan analisa
jabatan secara menyeluruh dari Jenjang I-A sampai dengan Staf oleh
Konsultan dan Tim Internal berdasarkan Keputusan Direksi no.
275/Kpts/Dir/2015 tanggal 22 April 2015.
Penempatan seorang personil melalui mekanisme promosi maupun mutasi
didasarkan sesuai keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan sebagaimana
tertuang dalam prosedur kerja promosi mutasi karyawan. Selain itu, dalam
upaya memotivasi peningkatan kompetensi personil maupun direksi,
perusahaan memberikan penghargaan yang biasanya dilakukan pada saat
ulang tahun perusahaan.
c. Filosofi Manajemen dan Gaya Operasi
Dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian dalam aktivitas perusahaan,
manjemen akan bertindak setelah melalui analisis mendalam terhadap resiko
dan kemungkinan manfaat yang diperoleh dengan membentuk Biro Analisa
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 20
Bisnis dan Manajemen Risiko dan adanya Kebijakan atau Manual Manajemen
Risiko. Manajemen juga sudah memandang penting fungsi pengolahan data,
fungsi akuntansi, keandalan laporan keuangan dengan membangun beberapa
aplikasi diantaranya ERP Modul keuangan, DKP online, dan Sistem
manajemen aset. Untuk melindungi aset yang dimiliki dari akses pihak yang
tidak berwenang, perusahaan saat ini sedang melakukan proses kerjasama
dengan entitas lain, dibuatkan non disclosure agreement, pemasangan tanda
kepemilikan dan pemagaran, serta sertifikasi tanah perusahaan.
Koordinasi antar unit pelaksana dengan penanggung jawab dilakukan setiap 3
bulan sekali dan rapat kerja bulanan di unit pelaksana. Interaksi antara
pimpinan dan manjemen pelaksana di daerah dilakukan dengan melakukan
kunjungan baik kedinasan maupun non dinas (misal: Tarawih Keliling), dan
rapat evaluasi kinerja triwulan serta tahunan. Manajemen mengadakan
pertemuan rutin 2 tahun sekali dengan serikat pekerja untuk pembahasan
PKB. Selain itu dibentuk LKS Bipartit untuk membuka komunikasi antara
manajemen dan karyawan.
Mekanisme pelaporan dari unit didaerah sampai ke pusat dilakukan secara
berjenjang dan terkesan melalui jalur birokrasi yang panjang.
d. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Perum Perhutani disusun berdasarkan proses bisnis yang
mempertimbangkan rantai penciptaan nilai (value chain) di masing-masing
entitas. Sesuai sifat organisasi, struktur organisasi telah desentralisasi kecuali
untuk SPI dan PPK. Struktur organisasi terdesentralisasi dalam beberapa
divisi. Setiap tahunnya dibentuk tim-tim antar fungsi organisasi seperti : Tim
RKAP, Tim GCG, Tim KPKU, Tim investasi, Tim pertimbangan pegawai,
dan Komite TI.
Sesuai dengan SK No. 244/Kpts/Dir/2015 tanggal 8 April 2015 tentang
Kamus Kompetensi dan Profil Kompetensi, setiap pimpinan sudah
mempunyai persyaratan jabatan yang disyaratkan. Jika yang bersangkutan
belum sesuai dengan persyaratan jabatan, maka dilakukan pelatihan.
Dalam rangka pelaporan, telah tersedia laporan kegiatan formal (DKP online)
dan laporan sementara yang bersifat informal serta laporan manajemen setiap
triwulan. DKP online telah digunakan sebagai alat analisa kinerja. DKP
online bisa diakses dan memberikan informasi sampai ke level manajer.
Selain itu juga terdpat analisa lingkungan ekonomi makro setiap 3 bulan
dalam rangka menjawab perubahan kondisi lingkungan yang terjadi.
e. Tanggung Jawab dan wewenang
Setiap jabatan dalam perusahaan mempunyai uraian jabatan yang jelas. job
description tersebut juga menjelaskan tanggung jawab pengambilan
keputusan dikaitkan dengan wewenang dan tanggung jawab. Untuk
pembagian tanggung jawab dan wewenang direksi diatur dalam SK
No.261/Kpts/Dir/2015 mengenai pembagian tugas anggota direksi.
Sedangkan untuk Dewan Pengawas diatur dalam SK Ketua Dewan Pengawas
tentang pembagian tugas anggota Dewas Nomor 07/DWAS-PHT/2014.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 21
Namun terkait dengan pengolahan data dan fungsi akuntansi, perusahaan
perlu memiliki personil data analis dan penambahan personil akuntasi untuk
menganalisa data-data perusahaan.
f. Kebijakan dan Praktik SDM
Perusahaan telah memiliki ketentuan terkait kebijakan dan praktik SDM
berupa Keputusan Direksi dan Prosedur Kerja bidang SDM, antara lain:
Prosedur Kerja Promosi Mutasi PK SMPHT-037, Penggajian Pegawai SK
2772/Kpts/Dir/2014, Prosedur Kerja Pelatihan .10-036, SK Rekrutmen SMK
tahun 2015 nomor 317/Kpts/Dir/2015 tanggal 3 Juni 2015.
Untuk proses perekrutan karyawan, perusahaan bekerjasama dengan institusi
penyedia jasa rekruitment dengan dilengkapi persyaratan teknis calon
pegawai. Pemilihan personil dilakukan berdasarkan latar belakang,
pendidikan dan hasil. Selanjutnya calon pegawai diberikan pembekalan divisi
Pusdikbang SDM Madiun.
Dalam rangka mengevaluasi kinerja personil, setiap triwulan dilakukan
pengukuran kinerja dan kegiatan konseling oleh pimpinan masing-masing
namun masih belum optimal. Selain itu pengukuran KPI dan Sistem
Manajemen Kinerja yang dikaitkan dengan apresiasi kinerja bulanan dan
triwulan.
Perusahaan berupaya menjalankan Code of Conduct perusahaan. Integritas
menjadi bagian dari kompetensi yang harus dimiliki setiap individu. Terkait
dengan karir, promosi didasarkan pada penilaian kinerja, juga didasarkan pada
penilaian administrasi, penilaian manajemen, dan penilaian kompetensi
individu sebagaimana diatur dalam Prosedur Kerja Promosi Mutasi (PK
SMPHT-037).
g. Kegiatan Pengawasan
1) Fungsi SPI
Perum Perhutani telah memiliki unit SPI yang kedudukannya dalam
struktur organisasi bertanggungjawab langsung ke direktur utama dan
secara formal tujuan, kewenangan dan tanggungjawabnya telah
dinyatakan dengan jelas sebagaimana diatur dalam PP No.72 /2010 dan
SK Direksi nomor 007/Kpts/Dir/2014. SPI Perum Perhutani telah
memiliki audit charter.
Salah satu fungsi SPI adalah menyampaikan memori hasil pemeriksaan
dan laporan hasil pemeriksaan serta mekanisme rapat dengan manajemen
(Board Of Director). Berdasarkan audit charter yang dimiliki, SPI juga
memiliki kewenangan untuk melakukan akses terhadap catatan,
karyawan, sumber daya dan dana serta aset organisasi lainnya yang
berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan. Selain itu SPI juga memiliki
kebebasan dalam menetapkan ruang lingkup, pelaksanaan dan pelaporan
hasil pemeriksaan.
Atas hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh SPI, manajemen sebagai
objek yang diperiksa memberikan tanggapan terhadap temuan
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 22
pemeriksaan yang selanjutnya disusun laporan hasil pemeriksaan. Dalam
rangka memantau tindak lanjut hasil pemeriksaannya, kepala SPI dapat
melakukan komunikasi langsung dengan komite audit melalui rapat
koordinasi dengan komite audit Dewan Pengawas.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh pegawai SPI ditetapkan dalam
board manual. Dalam memenuhi syarat kompetensinya pegawai SPI
mengikuti pelatihan dan seleksi menggunakan lembaga eksternal. Selain
itu juga petugas SPI mengikuti proses pendidikan profesional
berkelanjutan yang bekerjasama dengan lembaga pendidikan eksternal
misal dengan YPIA. Berdasarkan formasi dan bezeting pegawai jumlah
pegawai SPI saat ini dirasa sudah cukup memadai dengan jumlah total
sebanyak 57 personil yang tersebar diseluruh kantor divreg dan KPH.
Program Kerja Pemeriksaan Tahunan (PKPT) ditandatangani Direktur
Utama dan disampaikan juga kepada Dewan Pengawas seijin Direktur
Utama. Pelaksanaan pemeriksaan didasarkan pada pedoman-pedoman
kerja meliputi pemeriksaan rutin dan pemeriksaan khusus. Hasill dari
kegiatan pemeriksaan dilaporkan oleh kepala SPI kepada Direktur Utama
dan Dewan Komisaris secara Triwulan, Semesteran dan Tahunan.
Dalam menjamin pelaksanaan fungsi unit internal audit sesuai dengan
standar dan kode etik internal auditor Kepala SPI memiliki program
quality assurance sebagaimana tercantum dalam audit charter. Pihak
eksternal yang melakukan reviu adalah BPKP sehubungan degan
penilaian penerapan GCG pada Perum Perhutani.
SPI Perum Perhutani sampai saat ini belum mengevaluasi tingkat
kecukupan, efisiensi dan efektifitas sistem pengendalian.
2) Peran Komite Audit
Salah satu peran komite audit pada Perum Perhutani selama ini adalah
memberikan tanggapan atas hasil pemeriksaan SPI dalam rapat gabungan.
Keterlibatan komite audit dalam kegatan pengendalian pelaporan
keuangan dan pencegahan fraud adalah dengan cara memberikan
masukan dan melakukan kunjungan lapangan. Selain itu juga komite
audit melakukan reviu pemeriksaan internal dengan memberikan
tanggapan atas hasil pemeriksaan. Dalam menjaga kompetensinya, ketua
dan anggota komite audit berasal dari lingkungan auditor eksternal.
2. Penaksiran Risiko
Rencana kegiatan pelestarian maupun komersial Perum Perhutani kemungkinan
akan menghadapi resiko yang akan terjadi dimasa mendatang. Untuk
mengendalikan dampak negatif adanya risiko, maka dibuat langkah antisipasi
berupa mitigasi risiko.
a. Penetapan Tujuan Perusahaan
Direksi telah menetapkan tujuan perusahaan dalam bentuk Rencana
Jangka Panjang (RJP). Tujuan perusahaan juga telah disosialisasikan
melalui website Perhutani, Agenda, kalender, dan media internal Duta
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 23
Rimba. Perusahaaan juga telah memiliki saluran komunikasi yang cukup
efektif antara lain melalui portal Perhutani dan kotak saran.
Dalam RJP telah disusun strategi berupa scorecard-scorecard yang
mencerminkan prioritas dan alokasi sumberdaya. Asumsi yang
digunakan dalam menyusun RKAP menggunakan hasil pencapaian tahun
sebelumnya. Usulan RKAP disusun secara berjenjang mulai dari tingkat
manajer yang paling rendah sampai ke tingkat Direksi sesuai dengan
prosedur kerja penyusunan RKAP.
b. Penetapan Tujuan Operasional Entitas
Kegiatan utama pada setiap jenjang perusahaan memiliki tujuan yang
jelas sebagaimana tercermin dalam KPI masing-masing level unit kerja.
Kegiatan utama tersebut memiliki relevansi dengan visi, misi, tujuan dan
sasaran perusahaan sebgaimana tercermin dalam cascading KPI dengan
framework Balance score card. Setiap kegiatan utama perusahaan
mempunyai sasaran strategis yang menopang Visi & Misi.
Kontrak manajemen dibuat sebagai acuan atau kriteria penialian
keberhasilan kegiatan utama pada setiap jenjang perusahaan. Direksi
memberikan perhatian khusus dan memantau secara berkala kinerja
kegiatan perusahaan yang signifikan dengan melakukan pemantauan
melalui ERP modul dan DKP online.
c. Identifikasi Risiko
Dalam rangka mengelola resiko, perusahaan telah memiliki unit dalam
struktur organisasinya yaitu Biro Analisa Bisnis & Manajemen Risiko
sesuai SK Direksi No. 007/Kpts/Dir/2014 tgl 13 Januari 2014 tentang
Struktur Organisasi. Sesuai dengan Pedoman dan Prosedur Manajemen
Risiko, perusahaan melakukan identifikasi resiko yang kemudian
dikomunikaskan kepada para manajer dan karyawan terkait baik pada
rapat tingkat BOD maupun level manajemen.
RJP yang disusun oleh perusahaan sudah berbasis resiko. Namun, untuk
RKAP belum memperhitungkan resiko karena saat ini prosedur kerja
manajemen resiko masih dalam proses reviu. Selain itu, identifikasi
resiko belum dijadikan dasar pertimbangan dalam temuan pemeriksaan,
evaluasi atau penilaian lainnya. Perusahaan juga belum
mengidentifikasikan risiko potensial akibat dari proses yang
terdesentralisasi.
d. Analisis Risiko
Perusahaan sudah mengidentifikasi resiko akibat dari investasi yang tidak
tepat misalnya terdapat dalam dokumen manajemen risiko wisata.
Prosedur analisis dan kriteria tingkat resiko sudah ditetapkan oleh
perusahaan serta sudah melibatkan karyawan dan manajer dalam
aktivitasnya.
Monitoring atau evaluasi atas implementasi aktivitas pengendalian telah
dilakukan secara berkala minimal 1 tahun sekali. Namun, perusahaan
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 24
belum membuat analisis manfaat-biaya (cost-benefit) dari aktivitas
pengendalian resiko, untuk menunjukkan besaran resiko residual yang
dapat diterima perusahaan
e. Mengelola Risiko Akibat Perubahan
Risiko-risiko akibat kondisi yang berubah secara signifikan sudah
diperhitungkan sebagai risiko yang tinggi bagi entitas sehingga akibatnya
dapat diperhitungkan dan diantisipasi. Misalnya risiko rekruitmen
pegawai baru sudah diantisipasi dalam KAK rekruitmen.
Perusahaan juga sudah memberikan pertimbangan khusus tentang risiko
akibat pertumbuhan dan ekspansi yang cepat atau penciutan entitas
contohnya pengembangan bisnis korporasi ke industri hilir Derivat
Gondorukem Terpentin (DGT) dan Sagu sudah dilakukan analisis
risikonya. Pertimbangan tentang risiko akibat penggunaan teknologi dan
aplikasi baru misal terdapat dalam dokumen Manajemen Risiko
Pemasaran Kayu Online. Selain itu juga ada petimbangan risiko terkait
produksi atau pembentukan operasi diwilayah baru, misalnya tercantum
dalam dokumen Manajemen Risiko Pengelolaan Wisata dan Tanaman
Porang dan dokumen Manajemen Risiko Pemanfaatan Hutan Sagu di
Papua.
3. Aktivitas Pengendalian
Dalam menjalankan aktivitas perusahaan, Perum Perhutani menyusun prosedur
berkaitan dengan proses bisnis perusahaan yang disahkan oleh Direksi. Prosedur
tersebut antara lain adalah:
a. Pelaksanaan reviu oleh manajemen pada tingkat atas (top-level reviews)
Mekanisme reviu dari pejabat tinggi atau manajer senior untuk
mengawasi pencapaian suatu entitas terhadap rencana yang telah dibuat
masih dalam bentuk draft pengendalian kinerja namun sudah
dipergunakan sebagai acuan kerja.
Rapat evaluasi rutin berkala di setiap fungsi merupakan salahsatu
mekanisme reviu pada semua tingkat manajemen fungsional untuk
menelaah kinerja suatu aktivitas atau fungsi terhadap rencana yang telah
dibuat
b. Pengelolaan informasi untuk memastikan tingkat keakuratan dan
kelengkapan informasi
Pembukuan semua transaksi dilakukan secara sekuensial berdasarkan
chart of account yang telah ditetapkan. Jumlah-jumlah transaksi telah
dicocokkan dengan jumlah pengendali. Akses atas data dan dokumen lain
dikendalikan sebagaimana diatur dalam prosedur kerja Pengaturan
Kerahasiaan Data Dokumen Perusahaan.
c. Menetapkan dan memantau indikator dan ukuran kinerja
Sesuai SK nomor 2766/Kpts/Dir/2014 tentang Sistem Manajemen
Kinerja, indikator dan ukuran kinerja telah dibuat untuk setiap bagian dan
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 25
level dalam organisasi sampai kepada individu. SMK divalidasi setiap 3
bulan dan hasil validasi terakhir menghilangkan indikator kinerja yang
bersifat kualitatif.
d. Memisahan tugas atau fungsi
Sesuai dengan SK Direksi No. 007/Kpts/Dir/2014 tgl 13 Januari 2014
tentang Struktur Organisasi, kewenangan untuk mengendalikan seluruh
aktifitas kunci dipisahkan. Dalam SK ini diatur juga mengenai job
description, pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam penyetujuan
(approval), pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam pencatatan,
pembayaran/penerimaan uang, dalam pemeriksaan, dan fungsi
penyimpanan.
e. Mereviu otorisasi kepada personil tertentu dalam melakukan suatu
transaksi
Transaksi yang diakui hanya transaksi-transaksi yang valid sesuai
ketentuan manajemen setelah dilakukan Verifikasi oleh Korektor
Keuangan. Transaksi hanya dilakukan oleh orang yang memiliki
wewenang misal oleh Pemegang persekot Cabang (PPC). Prosedur
otorisasi telah dikomunikasikan kepada seluruh pegawai melalui surat
atau nota dinas.
f. Mereviu pencatatan atas transaksi dengan menguji:
Setiap transaksi telah diklasifikasi dan dicatat secara memadai guna
mendukung pengendalian operasi dan pengambilan keputusan sesuai
dengan Nomor Rekening Kegiatan. Pengklasifikasian dan pencatatan
tersebut telah meliputi seluruh siklus mulai dari otorisasi, inisiasi,
pemrosesan sampai dengan klasifikasi final dalam pencatatan secara
keseluruhan sebagaimana diatur dalam prosedur kerja pembukuan
transaksi.
g. Membuat pembatasan akses dan akuntabilitas terhadap sumber daya dan
catatan-catatan
Pembatasan terhadap akses atas sumber daya dan catatan dilakukan
dengan penggunaan Username dan Password, contoh: E-Office.
Prosedur dan operasi atas pembatasan akses telah ditetapkan misal
Prosedur Kerja CBHRM, SMPHT, IKAT. Penetapan hak akses personel
ditetapkan misalnya dalam penentuan admin SMK.
h. Pendokumentasian
SPI, semua transaksi dan kejadian penting lainnya telah
didokumentasikan secara memadai seperti halnya Dokumen Keuangan.
Dokumentasi tersebut tersedia untuk kepentingan pengujian sebagaimana
diatur dalam Prosedur Kerja Pengendalian Dokumen dan Data dan
Prosedur Kerja Pengendalian Dokumen dan Data Pada area yg
bersertifikasi ISO 9001 memungkinkan dilakukan pengujian.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 26
4. Informasi dan Komunikasi
a. Informasi
Perum Perhutani telah memiliki prosedur kerja tentang mekanisme
pelaporan. Informasi yang diperoleh telah diproses dan dilaporkan
melalui suatu sistem informasi yaitu sistem DKP online dan ERP modul
keuangan. Sumber informasi internal meliputi kondisi perusahaan
diperoleh melalui DKP online. Sedangkan informasi eksternal seperti
kondisi pasar diperoleh melalui secondary research berupa outlook
ekonomi dan berlangganan data, misalnya, untuk komoditas gondorukem
pada rosin.net.
Sistem DKP online dan ERP modul keuangan memungkinkan pimpinan
entitas di semua tingkatan memperoleh informasi yang dibutuhkan guna
melaksanakan tanggungjawabnya. Pemberian hak akses/admin atas
infomasi yang diperlukan diatur oleh perusahaan. DKP dan ERP Online
beroperasi berbasis Web sehingga dapat diakses dimana dan kapan saja.
b. Komunikasi
1) Komunikasi Internal
Pedoman dan arahan mengenai bentuk-bentuk komunikasi internal
dan eksternal, baik yang bersifat reguler maupun insidental telah
diatur dalam prosedur kerja komunikasi. Jaringan komunikasi telah
tersedia melalui portal SMPHT.
Telah disediakan media melalui kotak pengaduan bagi setiap orang
untuk melaporkan adanya dugaan penyimpangan. Pelapor harus jelas
identitasnya dan dilindungi kerahasiaannya. Namun belum semua
pegawai benar-benar menggunakan saluran komunikasi yang ada.
2) Komunikasi Eksternal
Terdapat mekanisme mengenai saluran komunikasi yang terbuka dan
efektif dengan masyarakat melalui Website dan Majalah Duta
Rimba. Apabila ada penyimpangan yang dilakukan oleh pegawai
telah dilaporkan oleh pihak luar kepada pejabat yang berwenang
melalui surat pengaduan. Keluhan atau pengaduan tersebut
disampaikan kepada unit kerja terkait. Saat ini sedang dibangun
aplikasi customer relationship management (CRM) sebagai media
untuk memperoleh umpan balik dengan pihak-pihak terkait. Setiap
tahun Direktur melaporkan Manajemen Risiko kepada Dewan
pengawas mengkomunikasikan/ melaporkan baik formal maupun
non formal secara rutin permasalahan GCG.
c. Bentuk dan alat komunikasi
Pimpinan entitas menggunakan metode komunikasi efektif antara lain
melalui majalah internal Duta Rimba. Perusahaan juga memiliki rencana
strategis sistem informasi yang tertuang dalam master plan teknologi
informasi 2012-2016. Komite IT dibentuk untuk mengidentifkasi
kebutuhan informasi yang mendesak.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 27
5. Monitoring
Perusahaan telah mempunyai metode pemantauan yang cukup memadai atas
kegiatan pengendalian antara lain melalui sistem skoring terhadap tindaklanjut
hasil SPI di masing-masing unit. Manajemen telah mempunyai strategi
pemantauan yang mencakup identifikasi kegiatan operasi penting dan sistem
pendukung pencapaian misi yang memerlukan reviu atau evaluasi khusus melalui
Dokumen Manajemen Risiko dan Proses Monitoring Pengendalian Risiko.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 28
3 Hasil Pemeriksaan
BPK RI telah memeriksa pendapatan, biaya, dan I nvestasi pada Perum Perhutani Tahun
Anggaran 2014 dan 2015 (s.d. semester I) dengan hasil sebagai berikut.
A. Pendapatan
1. Perum Perhutani berpotensi kehilangan pendapatan sebesar Rp1.400.469.000,00
karena PT PCM tidak dapat memenuhi produksi sesuai dengan perjanjian
makloon air minum dalam kemasan
Perum Perhutani sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
mengelola sumber daya hutan secara lestari juga menyelenggarakan bisnis air minum
dalam kemasan (AMDK). Bisnis AMDK dikelola oleh Divisi Bisnis Wisata dan
Agribisnis yang secara teknis dilaksanakan oleh Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM)
Agribisnis III Jawa Barat. Rencana dan realisasi kegiatan bisnis AMDK oleh KBM
Agribisnis III Jawa Barat Tahun Anggaran 2014 sebagai berikut.
Tabel 3.1. Laporan Realisasi KBM Agribisnis III AMDK Tahun Anggaran 2014
Uraian Anggaran Realisasi %
Pendapatan 12.131.791.000 3.597.655.307 29,65
Persediaan Awal 83.462.298 83.462.298 100,00
Biaya:
Bahan Baku 7.820.165.276 2.862.213.241 36,60
Bahan Penolong 444.238.040 762.047.566 171,54
Upah tenaga langsung 288.888.000 810.768.951 280,65
Penyusutan 1.025.225.241 1.417.204.754 138,23
Persediaan Akhir 376.770.750 376.770.750 100,00
HPP 9.285.208.105 5.558.926.060 59,87
Laba Kotor 2,846,582,895 (1.961.270.753) (68,90)
Biaya Gaji - -
Biaya Umum 964.570.712 1.750.171.650 181,45
Biaya Usaha 964.570.712 1.750.171.650 181,45
Laba sebelum Pajak 1.882.012.183 (3.711.442.403) (197,21)
Berdasarkan Tabel 3.1. diketahui bahwa kegiatan AMDK tahun 2014 mengalami
kerugian yang cukup material yaitu sebesar Rp3.711.443.496,00. Rendahnya capaian
pendapatan dari rencana yang ditetapkan antara lain disebabkan berhentinya
operasional pabrik AMDK di Sentul Bogor. Pada September 2014, Perum Perhutani
menghentikan pabrik tersebut dikarenakan inefisiensi biaya yang menimbulkan
kerugian terus menerus. Atas kondisi tersebut, perusahaan melakukan pemutusan
hubungan kerja kepeda beberapa pegawai di pabrik tersebut. Untuk pelayanan
pemasaran AMDK diwilayah Bandung dan sekitarnya, KBM Agribisnis III tetap
melakukan produksi AMDK melalui kerjasama dengan pihak ketiga (makloon).
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 29
Perjanjian makloon untuk produksi AMDK dilaksanakan oleh PT Patisa Chakra
Mandiri (PT PCM) dengan kontrak No.014/DIR-PCM/IV/2014 dan
No.02/PKS/KBM-AGR/III tanggal 1 April 2014. Perjanjian tersebut mengatur agar
PT PCM memproduksi AMDK merk Perhutani dengan kemasan yang telah
disediakan oleh Perum Perhutani. Jumlah produksi AMDK disepakati setiap bulan
dan dituangkan dalam kontrak tersebut.
Berdasarkan perjanjian kerjasama (makloon) dengan PT PCM, diketahui hal sebagai
berikut.
a. Dalam Pasal 3, PT PCM setiap bulan dapat memenuhi volume sebagai berikut.
Tabel 3.2. Volume Produksi PT PCM berdasarkan Perjanjian Makloon
Ukuran Pemenuhan per bulan (karton)
240 ml isi 48 gelas 10.000
300 ml isi 24 botol 1.500
600 ml isi 24 botol 2.000
Galon isi 19 ltr 5.000
Hasil pemeriksaan atas laporan produksi PT PCM, volume produksi AMDK dari
periode April s.d Desember 2014 (9 bulan) tidak sesuai dengan volume produksi
yang ditetapkan dalam perjanjian, sehingga terjadi kekurangan produksi dengan
jumlah sebagai berikut.
Tabel 3.3. Kekurangan produksi PT PCM
Ukuran
Pemenuhan sesuai perjanjian Realisasi
produksi
oleh PT PCM
Kekurangan
produksi oleh
PT PCM Per bulan 9 bulan
240 ml isi 48 gelas 10.000 90.000 25.396 64.604
300 ml isi 24 botol 1.500 13.500 836 12.664
600 ml isi 24 botol 2.000 18.000 11.544 6.456
Galon isi 19 ltr 5.000 45.000 24.526 20.474
Atas kekurangan volume produksi AMDK yang tidak dapat dipenuhi PT PCM,
KBM Agribisnis III kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan sebesar
Rp1.400.469.000,00 dengan rincian berikut.
Tabel 3.4. Perhitungan potensi pendapatan AMDK
Ukuran Kuantitas
(karton)
Harga jual
(Rp)
Nilai
(Rp)
Ukuran 240 ml 64.604 12.500,00 807.550.000,00
Ukuran 300 ml 12.664 20.500,00 259.612.000.00
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 30
Ukuran Kuantitas
(karton)
Harga jual
(Rp)
Nilai
(Rp)
Ukuran 600 ml 6.456 21.500,00 138.804.000,00
Ukuran galon 19 ltr 20.474 9.500,00 194.503.000,00
Jumlah 1.400.469.000,00
b. Dalam perjanjian makloon antara Perum Perhutani dengan PT PCM, tidak
mengatur:
1) Sanksi atau denda atas wanprestasi dalam hal ini tidak terpenuhinya volume
produksi oleh PT PCM sesuai dengan perjanjian;
2) Tata cara pembayaran atas jasa produksi yang dihasilkan; dan
3) Perhitungan biaya angkut dari gudang makloon ke gudang Perhutani.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-05/MBU/2008 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-
15/MBU/2012 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
BUMN
1) Pasal 2 yang menyatakan bahwa pengadaan barang dan jasa wajib
menerapkan prinsip-prinsip antara lain sebagai berikut.
a) Efisien, berarti pengadaan barang dan jasa harus diusahakan untuk
mendapatkan hasil yang optimal dan terbaik dalam waktu yang cepat
dengan menggunakan kemampuan seminimal mungkin secara wajar dan
bukan hanya didasarkan pada harga terendah;
b) Efektif, berarti pengadaan barang dan jasa harus sesuai dengan
kebutuhan yang telah ditetapkan dan memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.
2) Pasal 11 ayat (2) yang menyatakan bahwa kontrak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tetap harus mengindahkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance) serta prinsip kehati-hatian dalam pengambilan
keputusan bisnis (business judgement rule);
b. Perjanjian kerja sama PT PCM dengan Perum Perhutani dengan kontrak Nomor
014/DIR-PCM/IV/2014 dan nomor 02/PKS/KBM-AGR/III tanggal 1 April 2014,
pasal 3 dan pasal 5.
Hal tersebut mengakibatkan Perum perhutani kehilangan kesempatan memperoleh
pendapatan sebesar Rp1.400.469.000,00 dan tidak dapat mengenakan sanksi kepada
pihak penerima makloon.
Hal tersebut disebabkan:
a. Manager Agribisnis III tidak cermat dalam membuat perjanjian kerjasama
makloon AMDK dengan PT PCM.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 31
b. General Manager KBM Agribisnis tidak optimal dalam mengawasi kinerja
Manager Pemasaran AMDK.
c. Pengendalian dari Kepala Divisi Wisata dan Agribisnis belum optimal.
Perum Perhutani menjelaskan bahwa:
a. Akan melakukan perhitungan ulang terhadap hasil produksi Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) dengan melibatkan pihak mitra PT. Patisa Chakra Mandiri
dan hasilnya akan kami tuangkan dalam BAP (Berita Acara Pemeriksaan) yang
ditandatangani kedua belah pihak guna penyelesaian selanjutnya.
b. Terhadap perjanjian kerjasama makloon akan kami kaji ulang.
BPK-RI merekomendasikan agar:
a. Perum Perhutani segera melakukan perhitungan ulang atas produksi AMDK
dengan melibatkan pihak mitra PT. PCM.
b. Perum Perhutani segera melakukan kajian ulang kerjasama makloon dan
mengoptimalkan pabrik AMDK Perhutani.
2. Pelaksanaan jasa makloon pada Divisi Industri Kayu I Sub Janten tidak sesuai
ketentuan
Pada tahun 2014 Divisi Industri Kayu Perum Perhutani melakukan kerja sama
pengolahan kayu yang dilakukan dengan mitra kerja atau pihak lain dengan pola
kemitraan dalam upaya meningkatkan nilai tambah atas produk kayu (jasa makloon).
Dalam kerjasama ini Divisi Industri Kayu Perum Perhutani berkewajiban
menyerahkan bahan baku industri (BBI) pengolahan kayu berupa kayu bundar (log)
/atau Raw Saw Timber/RST (kayu gergajian) untuk diolah lebih lanjut.
Perjanjian kerja sama jasa makloon ini diharapkan dapat mendorong peningkatan
kontribusi industri terhadap pendapatan Perum Perhutani dan mendorong pengolahan
industri kayu yang saling menguntungkan. Selain itu, pemanfaatan jasa makloon dari
pihak ketiga dilakukan karena keterbatasan kapasitas industri pengolahan kayu Perum
Perhutani. Syarat yang harus dipenuhi mitra kerjasama jasa makloon antara lain harus
berbentuk badan usaha, memiliki pabrik pengolahan kayu dengan perijinan yang sah,
mempunyai atau menyediakan pejabat penerbit faktur angkutan kayu olahan,
mempunyai Sertifikasi Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), tidak mengolah kayu
sejenis, dan mampu memberikan jaminan tercapainya rendemen pengolahan yang
ditetapkan Perhutani yang dituangkan dalam surat pernyataan. Pedoman tatacara
pelaksanaan jasa makloon telah diatur khusus dalam Surat Keputusan Direksi Perum
Perhutani Nomor 2328/KPTS/DIR/2014 tanggal 24 Febuari 2014.
Pada tahun 2014 Divisi Industri Kayu Sub Jawa Barat dan Banten telah
melaksanakan kontrak kerjasama jasa makloon dengan sembilan perusahaan
makloon, dengan jenis kayu yang dimakloonkan antara lain adalah jati, rasamala,
akasia mangium dan mahoni untuk diubah menjadi produk setengah jadi Raw Saw
Timber (RST) berupa kaso, reng, papan lebar dan papan kecil, dan produk jadi berupa
decking, flooring, parquet block, papan, balok dan kayu reng.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 32
Sebelum kesepakatan rendemen kontrak dibuat biasanya dilakukan sawing test yaitu
uji penggergajian atas beberapa kayu BBI untuk mengetahui jumlah presentase rata-
rata rendemen yang akan dihasilkan dan dituangkan sebagai syarat minimal rendemen
dalam kontrak.
Proses penyerahan kayu BBI sampai dengan kayu olahan makloon pada KBM IK I
untuk Sub Janten antara lain sebagai berikut.
a. Pemilihan BBI atas kayu bulat yang dikuasai oleh KBM Komersial Kayu di
tempat penimbunan kayu (TPK) dilakukan bersama oleh KBM IK I Sub Janten
dan KBM Komersial Kayu yang dituangkan dalam Berita Acara (BA) Pemilihan
BBI.
b. Penyerahan kayu bulat dari Pihak KBM Komersial Kayu kepada Pihak KBM IK
I Sub Janten hanya yang dituangkan dalam BA penyerahan kayu bulat dari KBM
Komersial Kayu. Fisik kayu masih tetap berada di TPK walaupun telah dilakukan
penyerahan karena KBM Industri Kayu tidak memiliki gudang penyimpanan.
c. Penyerahan kayu bulat (BBI) dari Pihak KBM IK I Sub Janten kepada pihak
mitra jasa maklon dituangkan dalam BA penyerahan kayu bulat. Fisik kayu BBI
berpindah dari TPK ke pihak mitra jasa makloon.
d. Penyerahan kayu hasil olahan dari pihak mitra jasa maklon kepada pihak KBM
IK dituangkan dalam BA penyerahan hasil olahan makloon.
Hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap beberapa perjanjian kerja sama jasa
makloon pada KBM Industri Kayu (IK) Sub Janten ditemukan hal-hal sebagai
berikut.
a. Hasil olahan makloon kayu tidak sesuai spesifikasi dengan yang diperjanjikan
sehingga Perum Perhutani kehilangan potensi pendapatan sebesar
Rp738.011.006,85
1) Hasil olahan CV Prima Mitra (PM) tidak sesuai spesifikasi rendemen yang
disepakati senilai Rp424.389.206,85.
Berdasarkan kontrak kerjasama makloon Nomor
03/073.1/MAKLOON/DIV.IK.I/JANTEN 2014 tanggal 25 Maret 2014. Div.
IK Sub Janten telah menunjuk CV PM sebagai pelaksana jasa makloon
dengan lingkup perjanjian adalah mengubah bahan baku kayu log akasia
mangium menjadi RST akasia mangium. Dalam pelaksanaan pekerjaan telah
terjadi satu kali addendum kontrak yaitu Nomor 01/PHT.DIV.IK-CV Prima
Mitra/Makloon 2014 tanggal 25 September 2014. Hasil sawing test tanggal
12 Maret 2014 dan 14 Maret 2014 menunjukan bahwa rendemen rata-rata
yang diperoleh masing-masing pada tanggal tersebut adalah 49,83% dan
50,11%, sementara jumlah rendemen yang diperjanjikan pada awal kontrak
adalah 52,00% dan diubah berdasarkan addendum menjadi 53,2%. Rincian
input dan output jasa makloon setelah addendum dapat dilihat pada Tabel
3.5.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 33
Tabel 3.5. Spesifikasi Kontrak Jasa Makloon CV PM
Uraian Jumlah
Input Uraian Output Output Rendemen
1 2 3 4 5 = 4:2x100%
Kayu Bulat
Akasia Mangium
5.500 m3 1. RST Kaso (24x14x1000) 1.347,50 m3 24,50 %
2. RST Reng (24x11x1000) 357,50 m3 6,50 %
3. RST Papan Lebar (24x11x1000) 451,00 m3 8,20 %
4. RST Papan Kecil (24x11x1000) 770,00 m3 14,00 %
Jumlah Input 5.500 m3 Jumlah Output 2.926,00 m3 53,20 %
Sumber Data: Kontrak & Addendum
Realisasi produksi berdasarkan Berita Acara Serah Terima (BAST) Hasil
Olahan, data mutasi persediaan serta data evaluasi bisnis CV PM diketahui
bahwa realisasi input kayu bulat adalah 5.887,38 m3 dengan realiasasi
rendemen total hasil olahan hanya mencapai 50,07% dengan rincian sebagai
berikut.
Tabel 3.6. Realisasi Jasa Makloon CV PM
Uraian Realisasi Input
(m3) Uraian Output
Output
(m3) Rendemen
1 2 3 4 5 = 4:2x100%
Kayu Bulat Akasia
Mangium
5.887,38 1. RST Kaso (24x14x1000) 914,44 15,54 %
2. RST Reng (24x11x1000) 1.613,22 27,41%
3. RST Papan Lebar (24x11x1000) 337,09 5,73 %
4. RST Papan Kecil (24x11x1000) 82,72 1,41 %
Jumlah Input 5.887,38 Jumlah Output 2.947,47 50,07 %
Atas perbedaan hasil olahan dari rendemen yang telah disepakati Div. IK Sub
Janten kehilangan potensi pendapatan sebesar Rp424.389.206,85 dengan
rincian sebagai berikut.
Tabel 3.7. Perbandingan Kontrak dan Realisasi CV Prima Mitra
Uraian Output
Output Seharusnya
Berdasarkan
Realisasi Input
5.887,38 m3 (m3)
Realisasi
Output
(m3)
Selisih
(m3)
Harga
Satuan
Pasar (Rp)
Nilai Kehilangan
Pendapatan (Rp)
1 2 3 4 = 2 – 3 5 6 = 4 x 6
1. RST Kaso (24x14x1000) 1.442,41 914,44 527,97 1.363.636 719.958.898,92
2. RST Reng (24x11x1000) 382,68 1.613,22 -1.230,54 1.227.273 (1.510.208.517,42)
3. RST Papan Lebar
(24x11x1000)
482,77 337,09 145,68 2.090.909 304.603.623,12
4. RST Papan Kecil
(24x11x1000)
824,23 82,72 741,51 1.227.273 910.035.202,23
Jumlah Output 3.132,09 2.947,47 184,62 424.389.206,85
Sumber Data: Evaluasi Bisnis dan Mutasi Persediaan
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 34
Tabel 3.7. menunjukan terdapat selisih realisasi produk RST sebanyak 184,62
m3 dibandingkan rendemen yang dijanjikan. Berdasarkan pasal 2 ayat 4.h
dalam kontrak dijelaskan bahwa CV PM berkewajiban menjamin atas
kehilangan dan ketidaksesuaian spesifikasi produk. Atas kehilangan tersebut
CV PM berkewajiban untuk melakukan ganti rugi sebesar nilai bahan baku
ditambah biaya angkut dan olah serta kerugian akibat kehilangan keuntungan
senilai Rp771.359,68 per m3
bahan baku industri BBI. Mengacu pada jumlah
rendemen yang dijanjikan sebesar 53,20% maka selisih RST sebanyak
184,62 m3 equivalen jumlahnya dengan BBI sebanyak 347,03 m
3 (184,62 m
3
x 100/53,20). Jumlah sanksi yang seharusnya dikenakan kepada CV PM
adalah sebesar Rp267.684.949,75 (Rp771.359,68 per m3 x 347,03 m
3).
Atas ketidaksesuaian rendemen tersebut, CV PM menjelaskan bahwa kayu
bulat Acasia Mangium dari industri kayu banyak yang busuk dan rusak
namun tidak dituangkan dalam berita acara berapa jumlah kayu busuk dan
rusak. Penjelasan dari CV PM tersebut bertolak belakang dengan penjelasan
dari manager KBM Komersial Kayu Bogor bahwa kayu yang busuk dan
tidak layak pakai ditolak untuk diuji sejak kayu tersebut berada di tempat
penampungan sementara dan Div industri kayu dapat menolak kayu yang
tidak layak pakai dan busuk tersebut.
2) Hasil olahan CV Rimba Raya Makmur tidak sesuai spesifikasi rendemen
yang disepakati senilai Rp177.622.200,00
Berdasarkan kontrak kerjasama makloon Nomor
04/073.1/MAKLOON/DIV.IK.I/JANTEN 2014 tanggal 4 April 2014. Div.
IK Sub Janten telah menunjuk CV Rimba Raya Makmur (RRM) sebagai
pelaksana jasa makloon dengan lingkup perjanjian adalah mengubah bahan
baku kayu bulat mahoni menjadi finished product berupa E2E Mahoni.
Dalam pelaksanaannya telah terjadi perubahan rendemen kontrak dari 33,39
% menjadi 35,00 % hal tersebut dituangkan dalam berita acara kesepakatan
bersama bermaterai tanggal 28 Agustus 2014 antara manager operasional
industri kayu I dan Direktur CV RRM yang mengacu pada kontrak. Rincian
rendemen jasa maklon CV RRM adalah sebagai berikut.
Tabel 3.8. Spesifikasi Rendemen Kontrak Jasa Makloon CV RRM
Uraian Input Uraian Output Rendemen
Awal Kontrak
Rendemen Berdasarkan Kesepakatan 28
Agustus 2014
Kayu Bulat Mahoni
(100%)
1. Finished Product E2E Jumbo
(18 x 120 x 450 – 900 mm)
25,97% 26,00 %
2.Finished Product E2E standar
(18 x 90 x 450 – 900 mm)
7,42% 9,00 %
Jumlah Output 33,39% 35,00 %
Sumber Data: Kontrak &Berita Acara Kesepakatan
Realisasi produksi berdasarkan Berita Acara Serah Terima (BAST) Hasil
Olahan, data mutasi persediaan serta data evaluasi bisnis CV RRM diketahui
bahwa realisasi input kayu bulat mahoni adalah 3.267,44 m3 dengan
realiasasi rendemen total hasil olahan hanya mencapai 34,10% dengan
rincian pada Tabel 3.9.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 35
Tabel 3.9. Realisasi Kontrak Jasa Makloon CV RRM
Uraian Realisasi Input (m3)
Realisasi Output Output (m3) Rendemen
1 2 3 4 5 = 4:2x100%
Kayu Bulat
Mahoni
3.267,44 1. Finished Product E2E Jumbo
(18 x 120 x 450 – 900 mm)
851,35 26,06%
2. Finished Product E2E standar
(18 x 90 x 450 – 900 mm)
262,77 8,05%
Jumlah Input 3.267,44 Jumlah Output 1.114,12 34,10 %
Manager Operasional KBM IK I Sub Janten menjelaskan bahwa rendemen
dalam berita acara kesepakatan bersama pihak CV RRM bukan merupakan
addendum kontrak karena kesepakatan tersebut dibuat sebagai upaya
manager operasional dalam meningkatkan rendemen dari 33,39 % menjadi
35,00%. Hal tersebut tidak sesuai dengan SK Direksi Nomor
2328/KPTS/DIR/2014 tentang Pedoman Kerjasama Jasa Pengolahan Kayu
tanggal 24 Febuari 2014 yang antara lain menyatakan penandatangan
perjanjian kerjasama Perhutani hanya bisa diwakili oleh General Manager
Industri Kayu dan orang yang berwenang mewakili badan usaha mitra
kerjasama.
Jika kontrak didasarkan pada rendemen yang telah disepakati Manager
Operasional Sub Janten dan CV RRM sebesar 35,00% maka Div. IK I Sub
Janten kehilangan potensi pendapatan sebesar Rp177.622.200,00 (Tabel
3.10)
Tabel 3.10. Nilai Kehilangan Pendapatan atas Pekerjaan CV RRM
Uraian Output
Output
Seharusnya
Berdasarkan
Realisasi Input
3.267,44 m3 (m3)
Realisasi
Output
(m3)
Selisih
(m3)
Harga
Satuan
Pasar (Rp)
Nilai
Kehilangan
Pendapatan
(Rp)
1 2 3 4 = 2 – 3 5 6 = 4 x 5
1. Finished Product E2E Jumbo (18 x
120 x 450 – 900 mm)
849,53 851,35 -1,82 7.140.000 (12.994.800)
2.Finished Product E2E standar (18 x
90 x 450 – 900 mm)
294,07 262,77 31,3 6.090.000 190.617.000
Jumlah Output 1.143,60 1.114,12 29,48 177.622.200,00
Sumber Data: Evaluasi Bisnis dan Mutasi Persediaan
3) Hasil olahan PK Indokai Mas Group tidak sesuai spesifikasi rendemen yang
disepakati senilai Rp135.999.600,00
Berdasarkan kontrak kerjasama makloon Nomor
06/073.1/MAKLOON/DIV.IK.I/JANTEN 2014 Tanggal 9 April 2014, Div.
IK Sub Janten telah menunjuk PK Indokai Mas Group (IMG) sebagai
pelaksana jasa makloon dengan lingkup perjanjian adalah mengubah bahan
baku kayu log jati menjadi RST jeblosan jati dengan input 2000 m3 kayu log
jati dan output 1.600 m3 kayu log jati atau rendemen 80%. Dalam masa
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 36
pelaksanaan kontrak pada tanggal 14 Agustus 2014 Div. IK I sub Janten telah
merubah lingkup jasa makloon untuk menindaklanjuti surat dari Divisi
Industri Kayu No: 399/076.1/Div-IK tanggal 14 Juli 2014 dalam rangka
memenuhi kebutuhan RST Decking dan Flooring dari Divisi Industri Kayu II
di Gresik. Atas perubahan lingkup tersebut General Manager tidak pernah
melakukan addendum perubahan pelaksanaan pekerjaan sehingga rendemen
minimal atas RST Decking, Flooring tidak terukur.
Realisasi produksi berdasarkan Berita Acara (BA) penyerahan hasil olahan,
sisa persediaan, data pengoperan kepada Div. IK II Gresik serta data evaluasi
bisnis PK IMG diketahui bahwa realisasi input kayu bulat Jati adalah 274,03
m3 dengan realiasasi rendemen total hasil olahan hanya mencapai 43,23%
dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3.11. Realisasi Kontrak Jasa Makloon PK IMG
Uraian Realisasi
Input Realisasi Output
Sisa
Persediaan Penjualan Pengoperan Output Rendemen
1 2 3 4 5 6 7 8 = 7:2x100%
Kayu Bulat
Jati
274,03 m3 RST Jeblosan Jati 0,00 35,48 0,00 35,48 12,95%
RST Decking 2,23 0,00 2,76 4,99 1,82%
RST Flooring 39,97 0,00 18,67 58,64 21,40%
RST Parquet Block 17,32 0,00 0,00 17,32 6,32%
RST Reng 1,92 0,00 0,09 2,01 0,74%
Jumlah Input 274,03 m3 Jumlah Output 61,44 35,48 21,52 118,44 43,23%
Sisa persediaan pada tabel diatas diakibatkan tidak seluruhnya persediaan
RST Decking, Flooring, Parquet Block dan Reng dioper kepada Div Industri
kayu II dan direncanakan untuk dijual melalui lelang pada tahun 2015. Hal
tersebut bertentangan dengan SK Direksi Nomor 2328/KPTS/DIR/2014 yang
antara lain menyatakan bahwa kerjasama jasa pengolahan kayu dapat
dilaksanakan apabila sudah terdapat confirmation of sales (C.o.S) yang
menurut hasil sawing test dan analisa bisnis dianggap menguntungkan.
Atas perubahan spesifikasi tanpa didukung addendum Div. IK Sub Janten
kehilangan potensi pendapatan sebesar Rp135.999.600,00 (Tabel 3.12).
Tabel 3.12. Nilai Kehilangan Potensi Pendapatan PK IMG
Uraian Output
Output Kontrak Awal
Berdasarkan Realisasi
Input 274,03 (m3)
Realisasi
Output (m3)
Selisih
(m3)
Harga Satuan
Pasar per m3
(Rp)
Nilai Kehilangan
Pendapatan
(Rp)
1 2 3 4 = 2-3 5 6 =4x5
1. RST Jeblosan 219,22 35,48 183,74 7.300.000 1.341.302.000
2. RST Decking 0,00 4,99 (4,99) 22.000.000 (109.780.000)
3. RST Flooring 0,00 58,64 (58,64) 15.660.000 (918.302.400)
4. RST Parquet Block 0,00 17,32 (17,32) 10.000.000 (173.200.000)
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 37
Uraian Output
Output Kontrak Awal
Berdasarkan Realisasi
Input 274,03 (m3)
Realisasi
Output (m3)
Selisih
(m3)
Harga Satuan
Pasar per m3
(Rp)
Nilai Kehilangan
Pendapatan
(Rp)
1 2 3 4 = 2-3 5 6 =4x5
5. RST Reng 0,00 2,01 (2,01) 2.000.000 (4.020.000)
Jumlah Output 219,22 118,44 Jumlah 135.999.600
Sumber Data: Evaluasi Bisnis, data pengoperan ke Div. IK II Gresik dan Mutasi Persediaan
b. Pengenaan denda atas keterlambatan pelaksanaan pengolahan kayu oleh mitra
jasa makloon sebesar Rp698.916.642,30 tidak dilakukan
Berdasarkan SK Direksi Nomor 2328/KPTS/DIR/2014 tentang Pedoman Jasa
Pengolahan Kayu Tanggal 24 Febuari 2014 antara lain dijelaskan bahwa
penyerahan Bahan Baku Industri (BBI) berupa kayu bulat (log) dilakukan secara
bertahap dan harus diikuti pembuatan BAST antara perhutani dan mitra
kerjasama jasa pengolahan yang didalamnya menyebutkan jenis, ukuran, mutu,
jumlah batang, volume dan nilai (harga). Begitu juga halnya dengan penyerahan
hasil olahan dilakukan secara bertahap dan diikuti oleh pembuatan BAST
penyerahan hasil olahan. Dalam setiap kontrak makloon terdapat dua jangka
waktu yaitu jangka waktu pengolahan bahan baku dan jangka waktu kontrak
berakhir.
Hasil pemeriksaan terhadap kesesuaian realiasi waktu pengolahan BBI dengan
waktu pengolahan dalam kontrak diketahui hal-hal sebagai berikut.
1) CV Prima Mitra tidak dikenakan denda keterlambatan sebesar
Rp373.697.059,57.
Berdasarkan kontrak kerjasama makloon Nomor
03/073.1/MAKLOON/DIV.IK.I/JANTEN 2014 tanggal 25 Maret 2014, CV
Prima Mitra (PM) sebagai pelaksana makloon memiliki kewajiban untuk
melakukan pengolahan bahan baku kayu akasia mangium menjadi RST
akasia mangium dalam waktu maksimal 15 (lima belas) hari terhitung sejak
BAST bahan baku kayu bulat ditandatangani para pihak. Hasil perbandingan
antara BAST penyerahan BBI dan hasil olahan kayu menunjukan bahwa
hampir seluruh pelaksanaan pengolahan mengalami keterlambatan sekitar 18
s.d 94 hari. Atas keterlambatan tersebut yang seharusnya penyedia jasa
maklon dikenakan denda sebesar Rp373.697.059,57, namun sampai
pemeriksaan berakhir denda tidak dikenakan. (Rincian Perhitungan Denda
lihat Lampiran 1)
2) PT Quartindo Sejati Furnitama tidak dikenakan denda keterlambatan sebesar
Rp325.219.582,73
Berdasarkan kontrak kerjasama makloon Nomor
98/073.1/MAKLOON/DIV.IK.I/JANTEN 2014 tanggal 4 Maret 2014, PT
Quartindo Sejati Furnitama (QSF) sebagai pelaksana makloon memiliki
kewajiban untuk melakukan pengolahan bahan baku kayu jati menjadi
finished product Garden Furnituredan Parquet Block dalam waktu maksimal
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 38
60 (enam puluh) hari terhitung sejak BAST bahan baku kayu bulat
ditandatangani para pihak. Hasil perbandingan antara BAST penyerahan BBI
dan hasil olahan kayu menunjukan bahwa hampir seluruh pelaksanaan
pengolahan mengalami keterlambatan sekitar 37 s.d 129 hari. Atas
keterlambatan tersebut yang seharusnya penyedia jasa maklon dikenakan
denda sebesar Rp325.219.582,73, namun sampai pemeriksaan berakhir denda
tidak dikenakan. (Rincian Perhitungan Denda lihat Lampiran 2).
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu rekanan yaitu pihak CV PM
diketahui bahwa pemahaman CV PM atas waktu pengolahan tersebut adalah CV
PM harus melaporkan hasil produksi per 15 hari bukan menyelesaikan pekerjaan
selama 15 hari, oleh karena itu pihak CV PM berpendapat harus ada perbaikan
dalam bahasa kontrak.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Perjanjian Kerjasama Pengolahan Nomor.03/073.1/MAKLOON/DIV.IK.I/
JANTEN/ 2014 tanggal 25 Maret 2014
Pasal 2 ayat (4):
1) Huruf e “Pihak Kedua berkewajiban untuk mengolah bahan baku kayu bulat
akasia yang diserahkan Pihak Kesatu menjadi RST Racuk dengan mengacu
pada rendemen minimal sebagaimana dimuat dalam lampiran 1b).”
2) Huruf f “Pengolahan sebagaimana dimaksud huruf d, harus selesai dalam
waktu 15 hari terhitung sejak tanggal BAST bahan kayu bulat ditandatangani
para pihak.”
3) Huruf g “Menyerahkan hasil produksi sesuai dengan lampiran 1b kepada
Pihak Kesatu dan membuat Berita Acara Serah Terima hasil Produksi.”
b. Perjanjian Kerjasama Pengolahan No.01/ 073.1/ MAKLOON/ DIV.IK.I/
JANTEN/ 2014 tanggal 4 Maret 2014
Pasal 2 ayat (4):
1) Huruf e “Pihak Kedua berkewajiban untuk mengolah bahan baku kayu bulat
jati yang diserahkan Pihak Kesatu menjadi Finished Product Garden
Furniture dengan mengacu pada rendemen minimal sebagaimana dimuat
dalam lampiran 1b).”
2) Huruf f “Pengolahan sebagaimana dimaksud huruf e, harus selesai dalam
waktu 60 hari terhitung sejak tanggal BAST bahan kayu bulat ditandatangani
para pihak.”
3) Huruf g “Menyerahkan hasil produksi sesuai dengan lampiran 1 kepada
Pihak Kesatu dan membuat Berita Acara Serah Terima hasil Produksi.”
c. Pasal Sanksi dalam tiap kontrak kerja sama makloon yang menyatakan bahwa :
1) Keterlambatan dan ketidaksesuaian proses produksi oleh Pihak Kedua
melewati batas waktu yang telah disepakati diberi toleransi maksimal 30 hari
kalender dengan dikenakan denda sebesar 0,05% per hari untuk 10 hari
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 39
pertama, 0,10% untuk 10 hari kedua dan 0,15% untuk 10 hari ketiga dan
seterusnya.
2) Prosentasi denda dihitung dari nilai pendapatan seharusnya diterima Pihak
Kesatu yaitu sebesar nilai bahan baku ditambah biaya angkut, biaya olah dan
kerugian akibat kehilangan keuntungan sebesar 2% (dua perseratus).
3) Kehilangan dikenakan ganti rugi yang nilainya merupakan nilai bahan baku
ditambah dengan biaya angkut, biaya olah dan kerugian akibat kehilangan
keuntungan sebesar 2%(dua perseratus).
d. SK Direksi Nomor 2328/KPTS/DIR/2014 tanggal 27 Febuari 2014 tentang
Pedoman Kerjasama Jasa Pengolahan Kayu
1) Pasal 3 huruf a yang menyatakan bahwa “Kerjasama Jasa Pengolahan Kayu
dapat dilaksanakan apabila sudah terdapat confirmation of sales (C.o.S) yang
menurut hasil Sawing Test dan analisa bisnis dianggap menguntungkan.
2) Pasal 4 huruf f yang menyatakan bahwa “Calon Mitra Kerjasama pada
prinsipnya harus memenuhi persyaratan mampu memberikan jaminan
tercapainya rendemen pengolahan yang ditetapkan Perhutani yang
dituangkan dalam Surat Pernyataan.
3) Pasal 5 angka (6) Penandatanganan Perjanjian Kerjasama untuk Perhutani
diwakili oleh General Manager Industri Kayu, sedangkan Mitra Kerjasama
diwakili oleh orang yang berwenang mewakili Badan Usaha Mitra
Kerjasama.
4) Pasal 6 angka (1) a dan (1) b yang menyatakan bahwa Penyerahan BBI
dilaksanakan secara bertahap dan harus diikuti dengan pembuatan Berita
Acara Serah Terima (BAST) antara Perhutani dengan Mitra Kerjasama Jasa
Pengolahan, yang didalamnya menyebutkan jenis, ukuran, mutu, jumlah
batang, volume dan Nilai (harga) bahan baku.
5) Pasal 9 huruf a dan b “Penyerahan output kerjasama dilakukan secara
bertahap dan harus diikuti dengan pembuatan Berita Acara Serah Terima
(BAST) Output antara Perhutani dengan Mitra Jasa Pengolahan.
Hal tersebut mengakibatkan:
a. Perum Perhutani kehilangan memperoleh potensi pendapatan sebesar
Rp738.011.006,85 (Rp424.389.206,85+ Rp177.622.200,00 + Rp135.999.600,00)
b. Perum Perhutani kurang memperoleh pendapatan yang bersumber sanksi
kehilangan BBI karena ketidaksesuaian proses produksi yang dilakukan mitra
jasa makloon CV PM sebesar Rp267.684.949,75,00 dan denda keterlambatan dari
mitra pelaksana jasa makloon sebesar Rp698.916.642,30 yang terdiri dari CV PM
sebesar Rp373.697.059,57 dan PT QSF sebesar Rp325.219.582,73.
Hal tersebut disebabkan:
a. Ketidaktegasan pihak Perum Perhutani atas rekanan jasa maklon dalam mengolah
kayu BBI yang tidak sesuai dengan spesifikasi minimal rendemen dan jangka
waktu kontrak.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 40
b. Manajer Operasional IK sub Janten bertindak tidak sesuai kewenangannya
membuat berita acara kesepakatan bersama dengan rekanan mitra jasa maklon
CV RRM
c. General Manager Divisi IK I dan Manajer Operasional IK sub Janten tidak
cermat dalam mengambil keputusan merubah spesifikasi yang diperjanjikan
dalam kontrak dengan PK IMG.
d. General Manager Divisi IK I dan Manajer Operasional IK sub Janten tidak tegas
dalam memberikan sanksi dan denda keterlambatan kepada CV PM dan PT QSF.
Perum Perhutani menjelaskan bahwa akan melakukan perhitungan ulang bersama
mitra atas hasil kerjasama pengolahan kami hitung dan dibuat Berita Acara yang
ditandatangani kedua belah pihak, guna penyelesaian selanjutnya.
BPK-RI merekomendasikan agar Direksi Perum Perhutani:
a. Memerintahkan Kepala Divisi Industri Kayu untuk melakukan perhitungan ulang
atas hasil kerjasama pengolahan industri kayu dengan Mitra Makloon.
b. Memerintahkan Kepala Divisi Industri Kayu untuk menarik sanksi kehilangan
BBI sebesar Rp267.684.949,75 dan denda keterlambatan sebesar
Rp698.916.642,30 dari mitra pelaksana jasa makloon terkait.
c. Memerintahkan Kepala Divisi Industri Kayu untuk memberikan sanksi kepada
GM dan Manager yang lalai dalam mengambil keputusan yang berakibat
hilangnya potensi pendapatan Perum Perhutani sebesar Rp738.011.006,85.
3. Direksi Perum Perhutani tidak tegas dan konsisten dalam memberikan sanksi
kepada agen atas keterlambatan pembayaran penjualan ekspor gondorukem
dan terpentin tahun 2014 dan 2015 (s.d Juni)
Pedoman Penjualan Luar Negeri (PPLN) Hasil Hutan Bukan Kayu, Hasil Hutan
Olahan Bukan Kayu dan Agribisnis yang ditetapkan oleh Direksi Perum Perhutani
tanggal 8 April 2014 berdasarkan Keputusan Nomor : 2684/KPTS/DIR/2014
menjelaskan bahwa saluran penjualan luar negeri dapat melalui Agen, spot market
dan lelang. Untuk penjualan melalui agen, dimulai dengan pengajuan permohonan
pembelian (PO) kepada Direktur Komersial Non Kayu oleh agen/calon pembeli. Atas
dasar PO tersebut, Direktur Komersial Non Kayu menerbitkan Confirmation Of Sales
(COS) yang berisi alokasi penjualan meliputi jenis, volume, mutu dan harga dalam
periode tertentu. Agen kemudian melakukan komunikasi dengan calon pembeli
perihal permintaan dan penawaran meliputi jenis, volume, mutu dan harga hingga
timbul kesepakatan jual beli. Berdasarkan kesepakatan tersebut, agen mengirimkan
shipping instruction kepada Kesatuan Bisnis Mandiri Gondorukem dan Terpentin
(KBM GT) yang berisi nama dan alamat pembeli/penerima, jenis, volume serta mutu.
KBM GT segera melengkapi dokumen penjualan luar negeri (PEB, B/L, COO,
Invoice dan dokumen lainnya) dan melakukan pengiriman kepada pembeli. Dalam
waktu 2 sampai dengan 3 hari setelah menerima pembayaran atas penjualan,
Perhutani membayarkan komisi agen dengan nilai sesuai perjanjian keagenan dengan
sebelumnya memperhitungkan/memotong tambahan harga atas overdue
interest/keterlambatan pembayaran.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 41
Pembayaran atas penjualan secara rinci diatur dalam Perjanjian Keagenan yaitu dapat
menggunakan L/C at sight atau L/C usance maksimal 60 (enam puluh) hari kalender
dari tanggal yang diterima bank pembeli, atau melalui transfer telegrafik/TT,
termasuk pembayaran usance maksimal 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak
tanggal B/L dalam mata uang Dollar AS, yang wajib dibayarkan penuh untuk harga
FOB total ditambah ongkos angkut dan asuransi, selama jangka waktu pengiriman
yang disebutkan di dalam COS. Keterlambatan pembayaran lebih dari 30 hari
kalender akan dikenakan tambahan harga 0,75% (tahun 2014) dan 0,5% (tahun 2014)
dari harga jual ekspor per bulan dari tanggal jatuh tempo yang disepakati dan
maksimal keterlambatan pembayaran adalah 90 hari kalender. Keterlambatan
pembayaran lebih dari 90 hari kalender dianggap sebagai gagal bayar dan Agen wajib
membayar sesuai harga produk ditambah beban tambahan harga.
Pada Tahun 2014 Divisi Gondorukem dan Terpentin merealisasikan penjualan
Gondorukem sebesar 60.204 Ton atau 100,93% dari target RKAP 59.649 Ton dengan
nilai Rp1.445.598.294,000 atau 124,42% dari target RKAP Rp1.161.868.450,000.
Kemudian pada Tahun 2015 sampai dengan bulan Juni Divisi GT telah
merealisasikan penjualan Gondorukem sebesar 19.096,40 Ton atau 33,38% dari
target RKAP 57.214 Ton dengan nilai Rp430.964.882,990 atau 29,20% dari target
RKAP Rp1.475.962.453,000.
Berdasarkan pemeriksaan dan evaluasi lebih lanjut atas laporan penjualan luar negeri
KBM GT I Tahun 2014 dan 2015 (s.d. Juni) melalui agen serta dokumen terkait
lainnya diketahui bahwa Direksi Perum Perhutani dalam melaksanakan ketentuan
tersebut tidak tegas dan konsisten. Hal ini dapat dijelaskan dengan adanya 21
pembeli yang melakukan pembayaran lebih dari 90 hari sejak tanggal B/L pada
Tahun 2014 dan 6 pembeli pada Tahun 2015 s.d. Juni (Rincian pada Lampiran 3)
namun tidak dianggap sebagai gagal bayar dan tetap menunggu pembayaran tanpa
mencairkan jaminan. Selain itu terdapat beberapa pembeli yang dikenakan tambahan
harga atas keterlambatan pembayaran dengan perhitungan yang tidak sesuai dengan
perjanjian keagenan serta terdapat pembeli yang tidak dikenakan tambahan harga atas
keterlambatan pembayaran sehingga secara keseluruhan pada Tahun 2014 Perum
Perhutani kehilangan pendapatan denda sebesar $140.896,40 dan Tahun 2015 s.d.
Juni sebesar $29.746,02 (Rincian pada Lampiran 4).
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Pedoman Penjualan Luar Negeri Tahun 2014 Pasal 12 ayat (2), “Apabila
pembayaran melewati waktu yang telah disepakati setelah tanggal penerbitan
B/L, maka setiap kelipatan 30 (tiga puluh) hari dikenakan biaya tambahan yang
akan diperhitungkan pada harga jual, dan batas maksimal keterlambatan adalah
90 (sembilan puluh) hari.”
b. Perjanjian Keagenan Produk Hasil Hutan Non Kayu Tahun 2014 dan Tahun 2015
Pasal 5,
1) Ayat (1).a, “Pembayaran akan dilaksanakan dengan surat kredit atas
unjuk/LC (Irrevocable Letter of Credit at sight atau Letter of Credit Usance)
yang akan dibuka oleh pembeli kepada prinsipal yang menyatakan bahwa
prinsipal sebagai pengirim dan/atau berdasarkan CAD (Cash Against
Document), D/P (Document Against Payment at sight), D/A (Document
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 42
Against Acceptance) maksimal 60 (enam puluh) hari kalender dari tanggal
yang diterima bank Pembeli; atau
2) Ayat (1).b, ”Pembayaran dapat dilakukan melalui Transfer Telegrafik/TT,
termasuk pembayaran Usance maksimal 90 (sembilan puluh) hari kalender
sejak tanggal Bill of Lading dalam mata uang Dollar AS, yang wajib
dibayarkan penuh untuk harga FOB total ditambah ongkos angkut (freight
cost) dan asuransi, selama jangka waktu pengiriman yang disebutkan di
dalam konfirmasi penjualan/COS.
3) Ayat (3), “Agen akan memberikan setoran jaminan (Bank Garansi) sebesar
25% (dua puluh lima persen) dari jumlah volume yang tertera dalam
pernyataan kesanggupan menjual per bulan.
4) Ayat (4), “Bank Garansi (BG) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan
sebagai jaminan apabila pembeli gagal bayar.
5) Ayat (6), “Keterlambatan pembayaran lebih dari 30 (tiga puluh) hari kalender
akan dikenakan tambahan harga 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen)
dari harga jual ekspor per bulan dari tanggal jatuh tempo yang disepakati dan
maksimal keterlambatan pembayaran adalah 90 (sembilan puluh) hari.
6) Ayat (7), ” Keterlambatan pembayaran lebih dari 90 (sembilan puluh) hari
kalender dianggap sebagai gagal bayar dan agen wajib membayar sesuai
harga produk ditambah beban tambahan harga.
Hal tersebut mengakibatkan Perum Perhutani kehilangan pendapatan denda sebesar
$140.896,40 pada Tahun 2014 dan Tahun 2015 (s.d. Juni) sebesar $29.746,02.
Hal tersebut disebabkan:
a. Direksi Perum Perhutani belum memiliki alat pengendalian kepatuhan atas
pembayaran per kontrak penjualan Luar Negeri Gondorukem dan Terpentin.
b. Direksi Perum Perhutani tidak segera mengambil tindakan tegas dalam:
1) Menetapkan pembeli yang belum melakukan pembayaran > 90 hari dari
tanggal BL sebagai gagal bayar;
2) Mengenakan sanksi berupa tambahan harga atas overdue
interest/keterlambatan pembayaran.
Perum Perhutani menjelaskan bahwa:
a. Jangka waktu pembayaran menggunakan L/C at sight ataupun usance dihitung
mulai dari pembeli menerima dokumen pengapalan lengkap, bukan dari pada
saat B/L terbit.
b. Jangka waktu pembayaran untuk T/T, termasuk usance maksimal 90 hari
ditambah masa tenggang waktu 30 hari total 120 hari sesuai dengan hal tersebut
maka hasil tahun 2014 dan tahun 2015 masih dibawah 120 hari sehingga belum
bisa dikenakaan denda.
BPK RI tidak sependapat dengan tanggapan dari Perum Perhutani, karena tidak
ditemukan dalam penjanjian maupun dalam aturan tentang adanya masa tenggang
dengan waktu 30 hari.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 43
BPK-RI merekomendasikan agar:
a. Direksi Perum Perhutani menetapkan alat pengendalian kepatuhan atas
pembayaran per kontrak penjualan Luar Negeri Gondorukem dan Terpentin.
b. Direksi Perum Perhutani segera mengambil tindakan tegas dalam:
1) Menetapkan pembeli yang belum melakukan pembayaran > 90 hari dari
tanggal BL sebagai gagal bayar sehingga mewajibkan Agen membayar sesuai
harga produk ditambah beban tambahan harga.
2) Mengenakan sanksi berupa tambahan harga atas overdue
interest/keterlambatan pembayaran.
4. Addendum/perubahan Confirmation Of Sales (COS) gondorukem dan terpentin
tahun 2014 dan 2015 (s.d. Juni) ditetapkan setelah melewati batas waktu
pengapalan sehingga Perum Perhutani kehilangan pendapatan minimal sebesar
$43.680
Pedoman Penjualan Luar Negeri (PPLN) Hasil Hutan Bukan Kayu, Hasil Hutan
Olahan Bukan Kayu dan Agribisnis yang ditetapkan oleh Direksi Perum Perhutani
tanggal 8 April 2014 dan 26 Januari 2015 menjelaskan bahwa saluran penjualan luar
negeri dapat melalui Agen, spot market dan lelang. Untuk penjualan melalui agen,
diawali dengan pengajuan permohonan pembelian (Purchase Order/PO) kepada
Direktur Komersial Non Kayu (Tahun 2014) atau kepada Kepala Divisi (Tahun 2015)
oleh agen. Atas dasar PO tersebut, Direktur Komersial Non Kayu/Kepala Divisi
menerbitkan Confirmation Of Sales (COS) yang berisi alokasi penjualan meliputi
jenis, volume, mutu dan harga dalam periode tertentu namun sifatnya tidak mengikat
karena bukan merupakan suatu kontrak penjualan. Harga yang tercantum dalam COS
tersebut mengacu pada harga jual yang yang ditetapkan oleh Direksi setiap periode
(Harga Jual Dasar/HJD). Agen kemudian melakukan komunikasi dengan calon
pembeli perihal permintaan dan penawaran meliputi jenis, volume, mutu dan harga
hingga timbul kesepakatan jual beli. Berdasarkan kesepakatan tersebut, agen
mengirimkan shipping instruction kepada Kesatuan Bisnis Mandiri Gondorukem dan
Terpentin (KBM GT) yang berisi nama dan alamat pembeli/penerima, jenis, volume
serta mutu. KBM GT segera menerbitkan invoice, melengkapi dokumen penjualan
luar negeri (PEB, B/L, COO, invoice dan dokumen lainnya) dan melakukan
pengiriman kepada pembeli.
Di dalam COS terdapat beberapa informasi diantaranya tentang masa berlaku yang
ditandai dengan batas akhir waktu pengapalan pada akhir bulan dan keterangan
bahwa penundaan pengapalan dapat mengakibatkan pembatalan COS atau dapat
dilanjutkan dengan HJD yang baru. Dalam pelaksanaannya, sering terjadi
addendum/perubahan COS terkait dengan harga, jumlah alokasi, jenis/mutu dan
waktu pengapalan. Perubahan tersebut bisa terjadi atas permintaan agen maupun
Perum Perhutani yang umumnya disebabkan oleh ketidaktersediaan produk dengan
jumlah dan mutu sesuai alokasi COS, agen belum mendapatkan pembeli, agen
mendapatkan tambahan pesanan dari pembeli, serta adanya kebijakan diskon harga
oleh Perum Perhutani. Perum Perhutani tidak mengatur secara rinci tentang
pelaksanaan addendum/perubahan COS tersebut baik didalam PPLN maupun
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 44
perjanjian keagenan Tahun 2014 dan 2015. Selain itu, Perum Perhutani juga tidak
mengatur tentang konsekuensi bagi Perum Perhutani apabila tidak mampu
menyediakan produk sejumlah alokasi dalam COS kepada agen maupun konsekuensi
bagi agen apabila tidak mampu menjual produk sejumlah alokasi dalam COS.
Berdasarkan pemeriksaan dan evaluasi atas laporan penjualan luar negeri KBM GT I
Tahun 2014 dan 2015 s.d. Juni melalui agen serta dokumen terkait lainnya diketahui
bahwa Direksi Perum Perhutani membuat addendum/perubahan COS setelah
melewati batas waktu pengapalan dengan tetap menggunakan harga COS awal
sehingga Perum Perhutani kehilangan pendapatan sebesar US$43.680 atau setara
dengan Rp511.879.680,00 bila dihitung menggunakan kurs tengah BI pada tanggal
invoice. Setelah melewati batas waktu pengapalan, seharusnya diterbitkan COS baru
dengan mengacu pada HJD yang baru/HJD bulan berjalan yang nilainya lebih tinggi
dari HJD saat COS awal. Rincian selisih harga addendum COS sebesar US$43.680
dapat dilihat pada Lampiran 5. Addendum/perubahan COS pada Tahun 2014 dan
2015 tersebut dilakukan terhadap COS yang diterbitkan oleh Direksi pada Tahun
2014. Pada Tahun 2015 Kepala Divisi sebagai penerbit COS menerapkan kebijakan
bahwa COS yang telah lewat bulan hangus dan tidak dilanjutkan sehingga tidak
terdapat addendum/perubahan COS lewat bulan.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Pedoman Penjualan Luar Negeri (PPLN) Hasil Hutan Bukan Kayu Hasil Hutan
Olahan Bukan Kayu dan Agribisnis Tahun 2014 dan 2015:
1) Pasal 8 ayat (1) dan Pasal 8 ayat (2), “Agen mendapat alokasi penjualan yang
ditetapkan oleh Direksi (2014)/Kepala Divisi (2015) meliputi jenis, volume,
mutu dan harga dalam periode tertentu.”
2) Pasal 11 ayat (1), “Harga jual luar negeri dan harga penawaran lelang
ditetapkan oleh Direksi.”
b. Perjanjian Keagenan Produk Hasil Hutan Non Kayu Tahun 2014 dan 2015 Pasal
4,
1) Ayat (1), “Harga jual PRODUK ditetapkan PRINSIPAL mengikuti
perkembangan harga jual internasional dan sudah termasuk komisi agen.”
2) Ayat (2), ”Penetapan harga dilakukan setiap bulan paling lambat pada
tanggal 25 (dua puluh lima) untuk periode berikutnya.”
3) Ayat (3), “Harga jual yang ditetapkan oleh Prinsipal merupakan harga jual
ekspor FOB (Free On Board) yang akan menjadi acuan penetapan harga
yang tercantum pada COS ditambah biaya angkutan, asuransi, dan document
fee pada setiap pengapalan.”
4) Ayat (5), “Harga yang ditetapkan oleh PRINSIPAL tercantum pada setiap
penerbitan harga jual dan COS yang berlaku dalam jangka waktu 1 (satu)
bulan.
c. Ketentuan mengenai masa berlaku dan batas waktu pengapalan dalam setiap
penerbitan Confirmation of Sales.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 45
Hal tersebut mengakibatkan Perum Perhutani kehilangan pendapatan atas selisih
harga sebesar US$43.680.
Hal tersebut disebabkan Direksi Perum Perhutani tidak cermat dalam menerbitkan
Addendum COS yang telah melewati batas waktu pengapalan.
Perum Perhutani menjelaskan bahwa:
a. Sisa persediaan Gondorukem khususnya mutu WW siap ekspor (persediaan yang
ada di gudang KBM) tidak mencukupi karena permintaannya lebih banyak
dibandingkan realisasi produksi, rincian terlampir.
b. Penerbitan COS berdasarkan rencana produksi Gondorukem 1 bulan, tetapi
realisasi produksi lebih kecil dari rencana awal karena produksi getah yang tidak
memenuhi target, sehingga kekurangan volume COS diterbitkan Addendum COS
pada bulan berikutnya.
c. Bahan baku getah pinus biasanya terakumulasi di akhir bulan sehingga produk
gondorukem yang siap kirim melewati jangka waktu yang tertera didalam COS
(produk siap dikirim setelah 3 hari dari waktu produksi).
d. Keterlambatan barang dari pabrik yang belum dikirim ke KBM, sehingga
menunggu barang cukup baru dikirim ke Pelabuhan.
e. Permohonan yang serempak (dalam 1 invoice volume yang diinginkan besar),
barang yang tersedia belum mencukupi sehingga menunggu jadwal pengapalan
berikut nya (1 minggu kemudian).
f. Konfirmasi pembelian dari pembeli sebagian ada di akhir bulan sehingga
kelengkapan dokumen banyak yang baru selesai lewat bulan karena banyak
kaitannya dengan pihak eksternal diluar kendali Perhutani.
g. Kemampuan stuffing masing-masing KBM rata-rata 30 kontainer/hari, akan
tetapi pada akhir bulan terutama hari kamis atau Jumat permintaan stuffing biasa
terjadi lebih dari kemampuan KBM sehingga dimungkinkan permintaan stuffing
tidak bisa ditepati pada hari tersebut yang mengakibatkan timbul addendum COS.
h. Harga jual tetap mengacu pada harga saat penerbitan COS awal dengan resiko
kalau harga pada bulan berikutnya naik Perhutani mengalami kerugian tetapi bila
harganya turun maka Perhutani mendapatkan keuntungan, resiko yang sama bisa
dialami jika pada addendum ditetapkan harga yang berlaku adalah harga bulan
berjalan, maka jika harga turun Perhutani mengalami kerugian dan dan jika harga
naik Perhutani mendapat keuntungan, rincian terlampir.
BPK-RI tidak sependapat dengan tanggapan dari Perum Perhutani karena naik
turunnya permintaan itu adalah mekanisme pasar dan merupakan risiko bisnis,
sehingga tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan addendum COS. Selain itu
hal tersebut tidak sejalan dengan perjanjian keagenan produk hasil hutan non kayu
Tahun 2014 dan 2015 Pasal 4 ayat (1) diatas.
BPK-RI merekomendasikan agar Direksi Perum Perhutani memperbaiki ketentuan
dalam COS sehingga dapat tetap komitmen dengan HJD tanpa mengabaikan
fleksibilitas atas kondisi di lapangan.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 46
5. Realisasi pembayaran PSDH dan kewajiban keuangan lainnya terkait izin
pinjam pakai kawasan hutan oleh PT Bumi Suksesindo tidak sesuai ketentuan
Pada September 2014 Menteri Kehutanan Republik Indonesia mengeluarkan
keputusan Nomor SK.812/Menhut-II/2014 tentang izin pinjam pakai kawasan hutan
untuk kegiatan operasi produksi emas dan mineral pengikutnya, serta sarana
penunjangnya kepada PT. Bumi Suksesindo (PT BS) pada kawasan hutan produksi
tetap (HP) Bagian Hutan Genteng, Petak 75, 76, 77, dan 78, RPH Kesilir Baru,
BKPH Sukamade, KPH Banyuwangi Selatan, di Kabupaten Banyuwangi, Provinsi
Jawa Timur seluas 194,72 Hektar. Dalam Surat Keputusan tersebut disebutkan bahwa
kewajiban PT BS antara lain:
a. Membayar penggantian nilai tegakan, Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan
kewajiban keuangan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan, dengan
memperkerjakan Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Tetap Lestari
Pengujian Kayu Bulat Rimba (GANISPHL-PKB-R);
b. Mengganti biaya investasi kepada Perum Perhutani;
c. Menanggung seluruh biaya sebagai akibat adanya pinjam pakai kawasan hutan.
Dalam pelaksanaannya PT BS telah memanfaatkan lahan seluas 194,72 Ha.
Sehubungan dengan hal tersebut, Perum Perhutani mengirimkan surat kepada
Direktur PT BS dengan Nomor 45/044.3/PU-Sdh/RenSDH/II tanggal 27 Januari 2015
perihal kompensasi nilai tegakan dan investasi terhadap kawasan hutan yang
digunakan untuk kegiatan operasi produksi emas dan mineral pengikutnya, serta
sarana penunjangnya.
Berdasarkan hasil perhitungan Biro Perencanaan SDH dan Perhutani ditetapkan
bahwa besaran penggantian nilai tegakan yang ditetapkan oleh Perhutani adalah
Rp16.960.640.797,70 (terdiri dari Rp15.480.069.621,07 untuk penggantian nilai
tegakan dan Rp1.480.571.176,63 sebagai pengganti biaya investasi) dengan
perhitungan sebagai berikut.
I. Kompensasi nilai tegakan dan investasi
1. Kompensasi nilai tegakan Rp 15.480.069.621,06
2. Kompensasi nilai investasi Rp 1.480.571.176,63
3. PPN 10% Rp 1.696.064.079,77
Jumlah penggantian (I) Rp 18.656.704.877,46
II. Telah dibayar untuk kawasan hutan seluas 13,9 Ha Tgl 07 November 2014
1. Kompensasi nilai tegakan Rp 2.000.106.314,45
2. PPN 10% Rp 200.010.631,44
Jumlah (II) Rp 2.200.116.945,89
III. Kekurangan bayar ( I – II) Rp 16.456.587.931,57
Nilai Pokok Pembayaran Rp 14.960.534.483,25
PPN 10% Rp 1.496.053.448,32
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 47
PT BS telah melakukan pembayaran dengan mentransfer uang tersebut ke rekening
Perhutani pada Bank BNI 46 dengan no rekening 053089078 sebesar
Rp14.960.534.483,25 dan pada rekening 0164523003 sebesar Rp1.496.053.448,32.
Dokumen pemberitahuan yang diterima berupa email dari Bank Permata terkait
adanya transfer dari rekening PT BS ke rekening Perhutani pada tanggal 24 Maret
2015. Pembayaran ini hanya untuk mengganti nilai tegakan dan nilai investasi Perum
Perhutani.
Terkait dengan pembayaran PSDH hasil tebangan dari Petak 75 sampai dengan petak
78 pada BKPH Genteng berdasarkan hasil konfirmasi kepada Administratur/Kepala
KPH Banyuwangi Selatan menunjukkan bahwa jumlah pembayaran PSDH yang
sudah dibayarkan sampai dengan bulan Agustus 2015 periode I sebesar
Rp239.051.568,00 masih menggunakan uang dari Perhutani dikarenakan menghindari
keterlambatan terhadap penjualan kayu. Sampai dengan saat pemeriksaan pada bulan
September 2015 atas pembayaran yang telah dilakukan oleh Perhutani tersebut belum
ditagihkan kepada PT BS sebagai pihak yang seharusnya melakukan pembayaran atas
PSDH tersebut.
Dari data surat keputusan Menteri Kehutanan dan surat dari Perhutani kepada PT BS
diketahui bahwa semua kewajiban keuangan seperti pembayaran PSDH dan
kewajiban keuangan lainnya adalah tanggung jawab dari PT BS, namun demikian
terkait mekanisme pembayaran PSDH dan kewajiban keuangan lainnya seperti
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan atas petak yang dijadikan objek pinjam pakai
lahan tersebut masih belum diatur mekanisme pembayarannya.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Surat Keputusan 812/Menhut-II/2014 tentang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Untuk Kegiatan Operasi Produksi Emas dan Mineral Pengikutnya, Serta Sarana
Penunjangnya atas nama PT. BS pada Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP)
Bagian Hutan Genteng, Petak 75, 76, 77, dan 78, RPH Kesilir Baru, BKPH
Sukamade, KPH Banyuwangi Selatan, di Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa
Timur seluas 194,72 (Seratus Sembilan Puluh Empat dan Tujuh Puluh Dua
Perseratus) Hektar. Dalam Surat Keputusan tersebut disebutkan bahwa diantara
kewajiban PT BS diantaranya adalah:
1) Membayar penggantian nilai tegakan, Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)
dan kewajiban keuangan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan,
dengan memperkerjakan Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Tetap
Lestari Pengujian Kayu Bulat Rimba (GANISPHL-PKB-R);
2) Mengganti biaya investasi kepada Perum Perhutani;
3) Menanggung seluruh biaya sebagai akibat adanya pinjam pakai kawasan
hutan.
b. Peraturan Daerah tentang PBB yang mengatur bahwa kewajiban pembayaran
PBB oleh pihak yang menguasai bumi dan/atau bangunan.
Hal tersebut mengakibatkan perusahaan dibebani biaya PSDH yang seharusnya sudah
dibayar oleh PT. Bumi Suksesindo senilai Rp239.051.568,00.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 48
Hal tersebut disebabkan karena Direksi Perum Perhutani membayarkan terlebih
dahulu PSDH tersebut untuk menghindari keterlambatan terhadap penjualan kayu,
dan sehubungan dengan itu Perhutani belum membuat penagihan kepada PT BS atas
pembayaran PSDH yang telah dilakukan.
Perum Perhutani menjelaskan bahwa sependapat dengan BPK untuk menghitung
ulang kewajiban-kewajiban PT. BS dan selanjutnya akan diterbitkan surat tagihan.
BPK-RI merekomendasikan agar Direksi Perum Perhutani segera menerbitkan surat
tagihan kepada PT BS untuk mengganti pembayaran PSDH yang telah dilakukan oleh
KPH Banyuwangi Selatan dan seluruh biaya sebagai akibat adanya pinjam pakai
kawasan hutan sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Nomor 812/Menhut-
II/2014 tentang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Untuk Kegiatan Operasi Produksi
Emas dan Mineral Pengikutnya, Serta Sarana Penunjangnya.
6. Perum Perhutani belum mengenakan denda keterlambatan sebesar
Rp231.928.808,56 atas kerjasama optimalisasi aset oleh PT Pertamina EP Cepu
Konsorsium
Sesuai Keputusan Direksi Perum Perhutani No. 007/KPTS/DIR/2014 tanggal 13
Januari 2014 tentang Struktur Organisasi Perum Perhutani, sebagai salah satu upaya
guna mendukung pendapatan dan pertumbuhan perusahaan, Direksi membentuk
Divisi Pemanfaatan dan Pengelolaan Aset (PPA). Ruang lingkup kegiatan bisnis
Divisi PPA adalah menjalankan kegiatan operasi bisnis hilir melalui kegiatan operasi
pemanfaatan dan pengelolaan aset perusahaan dalam bentuk usaha-usaha produktif
baik usaha properti, penyediaan jasa dan kegiatan lain terkait dengan proses
optimalisasi aset perusahaan untuk menciptakan nilai setinggi-tingginya.
Pada tahun 2014, Divisi PPA melakukan kesepakatan dengan PT Pertamina EP Cepu
dan PT Geo Link Nusantara dalam pemanfaatan bekas jalan lori yang berada pada
tanah perusahaan untuk pemasangan jalur pipa minyak mentah dari Sumur Banyuurip
ke Mudi seluas 79.481,84 m2 yang terletak di:
a. Bagian Hutan Dander dengan Inventaris I nomor 7 berupa jalan DK dari TPK
Bojonegoro menuju petak 68, RPH Kebonagung, BPKH Tengger, KPH
Bojonegoro seluas 68.763,20 m2 dengan panjang 8.595,40 m dan lebar 8 m;
b. Bagian Hutan Dander dengan Inventaris II nomor 4 di TPK Bojonegoro seluas
10.718,64 m2 dengan panjang 1.339,83 m dan lebar 8 m.
Kesepakatan tersebut diatur dalam Perjanjian Perpanjangan Tahap I Kerjasama
Optimalisasi Aset dengan PT Pertamina EP Cepu dan PT Geo Link Nusantara No.:
02/SJ/DIV-PPA/2014 No.: SP-05/CP0000/2014-SO No.: 1377-EPCI-
BOO/GLN/JKT/VII/2014 tanggal 24 Juli 2014. Selain itu, dalam perjanjian tersebut
juga diatur mengenai hal-hal sebagai berikut.
a. Jangka waktu perjanjian adalah 1 (satu) tahun, terhitung sejak tanggal 8 Agustus
2014 dan berakhir pada tanggal 7 Agustus 2015;
b. Nilai kompensasi/kontribusi pemanfaatan lahan sebesar Rp1.826.211.091,00
yang terdiri dari sewa atas pemanfaatan lahan sebesar Rp1.660.191.90,00 dan
PPN sebesar Rp166.091.190,00;
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 49
c. Tata cara pembayaran adalah bahwa kontribusi sebesar Rp1.826.211.091,00
dilaksanakan 2 (dua) minggu setelah penandatanganan perpanjangan perjanjian
kerjasama;
d. Keterlambatan pembayaran dari waktu yang telah ditentukan akan dikenakan
denda 1‰ (satu permil) dari total kompensasi perhari keterlambatan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen pendukung pembayaran kompensasi
pemanfaatan lahan ternyata realisasi pembayaran sebesar Rp1.826.211.091,00
diterima oleh KBM PPA II Jawa Timur pada tanggal 12 Desember 2014 dari yang
seharusnya tanggal 7 Agustus 2014. Dengan demikian telah terjadi keterlambatan
pembayaran selama 127 hari. Atas keterlambatan tersebut, Perhutani belum
mengenakan denda kepada PT Pertamina EP Cepu Konsorsium. Denda keterlambatan
pembayaran tersebut adalah sebesar Rp231.928.808,56(127 hari x 1‰ x
Rp1.826.211.091,00).
Hal tersebut tidak sesuai dengan Perjanjian Perpanjangan Tahap I Kerjasama
Optimalisasi Aset dengan PT Pertamina EP Cepu dan PT Geo Link Nusantara No.:
02/SJ/DIV-PPA/2014 No.: SP-05/CP0000/2014-SO No.: 1377-EPCI-
BOO/GLN/JKT/VII/2014 tanggal 24 Juli 2014, Pasal 10 Tata Cara Pembayaran:
a. Ayat (1): Kontribusi atas pemakaian lahan seluas 79.481,84 m2sebagaimana Pasal
6 ayat (1) dengan total sebesar Rp1.826.211.091 dibayarkan 2 (dua) minggu
setelah penandatanganan Perpanjangan Perjanjian Kerjasama Perhutani;
b. Ayat (6): Keterlambatan pembayaran dari waktu yang telah ditentukan akan
didendakan sebesar 1‰ (satu permil) dari total kompensasi perhari
keterlambatan.
Hal tersebut mengakibatkan Perum Perhutani kehilangan potensi pendapatan atas
denda keterlambatan sebesar Rp231.928.808,56.
Hal tersebut disebabkan:
a. Kepala Divisi Pemanfaatan dan Pengelolaan Aset (PPA) Perum Perhutani kurang
tegas dalam melaksanakan perjanjian pemanfaatan lahan;
b. Pengendalian Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis atas PPA belum
optimal.
Perum Perhutani menjelaskan bahwa belum ditagihnya denda atas keterlambatan
pembayaran penggunaan tanah Perusahaan oleh Pertamina EP Cepu dan PT. Geo
Link Nusantara:
a. Kurang cermatnya petugas yang menangani perjanjian tersebut, sehingga
terhadap keterlambatan pembayaran Pihak Pertamina EP Cepu dan PT. Geo Link
Nusantara belum dikenakan denda.
b. Langkah – langkah:
◦ Telah dilakukan koordinasi dengan pihak Pertamina EP Cepu, dan
selanjutnya denda akan ditagihkan.
◦ Ke depan akan dilakukan evalusi secara berkala terhadap seluruh perjanjian
optimalisasi aset yang telah dilakukan.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 50
BPK-RI merekomendasikan agar:
a. Direksi Perum Perhutani segera menagih denda keterlambatan sebesar
Rp231.928.808,56 kepada Pertamina EP Cepu
b. Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis atas PPA lebih meningkatkan
pengendalian atas optimalisasi aset Perum Perhutani melalui monitoring atas
jangka waktu berakhirnya perjanjian
7. KBM Wisata dan Jasa Lingkungan I kurang membayar pajak daerah sebesar
Rp160.840.019,74 dan kurang membayar PPN sebesar Rp218.669.866,59
Anggaran dan realisasi pendapatan Divisi Wisata dan Agribisnis Perum Perhutani
selama tahun 2014 dan 2015 (s.d. Juni) adalah sebagai berikut.
Tabel 3. 13. Kinerja Divisi Wisata dan Agribisnis 2014 dan 2015 (s.d. Juni) (Dalam Ribuan Rupiah)
No Unit Kerja 2014 2015
RKAP Realisasi RKAP Realisasi
1 Wisata KBM
KBM. Wisata I (Jabar) 46.701.436 46.966.865 55.111.602 21.601.088
KBM. Wisata II (Jatim) 27.612.769 22.497.643 31.135.251 4.961.323
2 Agribisnis
KBM Agribisnis I (Jateng) 57.589.393 5.125.261 40.370.199 346.138
KBM Agribisnis II (Jatim) 79.096.070 16.711.192 52.213.950 3.518.264
KBM Agribisnis III (Jabar dan
Banten)
74.904.646 15.198.576 54.883.402 3.043.508
3 Kantor Divisi WA 307.000 50.662 179 4.181
JUMLAH 286.211.314 106.550.199 233.714.583 33.474.502
Sumber Data: Kinerja Divisi Wisata dan Agribisnis
Atas realisasi pendapatan tersebut pemeriksaan difokuskan terhadap KBM Wisata
dan Jasa Lingkungan (Wijasling) I Jabar yang bertugas mengelola lokasi-lokasi
wisata alam yang memiliki keindahan yang khas di Daerah Jawa Barat dan Banten.
Pengelolaan dilakukan secara profesional dengan tetap mengedepankan keaslian
alami dan ekologi yang utuh. Selain menampilkan atraksi budaya lokal dan
menawarkan keindahan obyek alam itu sendiri, wisata alam Perhutani juga
menyediakan penginapan Outing, Outbound, perkemahan dan acara keluarga lainnya.
Pada Tahun 2014 KBM Wijasling I memperoleh pendapatan sebesar
Rp46.996.865.376,00 atau sebesar 100,64% dari RKAP dan sampai dengan bulan
Juni tahun 2015 memperoleh pendapatan sebesar Rp21.601.088.478,00 atau sebesar
39,20% dari RKAP. Pendapatan tersebut sebagian besar diperoleh dari paket wisata,
penginapan dan tiket masuk lokasi wisata serta penggunaan sarana dan prasarana di
sekitar lokasi wisata. Adapun anggaran dan pendapatan yang diperoleh dari beberapa
objek wisata dan penginapan selama Tahun 2014 dan s.d Bulan Juni Tahun 2015
diuraikan dalam tabel 3.14.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 51
Tabel 3.14. Anggaran dan Realiasi KBM Wijasling 1
No Tempat Wisata/
Penginapan
Tahun 2014 Tahun 2015 (s.d. Juni)
RKAP Realisasi % RKAP Realisasi %
1 Wisata Kawah Putih 16.904.571.000 17.626.785.310 104,28% 18.990.073.000 8.280.495.600 43,61%
2 Wisata Cilember 6.511.303.000 6.694.101.725 102,81% 7.921.286.000 3.359.403.500 42,41%
3 Wisata Cimanggu 3.027.491.000 2.656.591.270 87,75% 3.399.161.000 1.012.997.250 29,81%
4 Wisata Ranca Upas 3.190.795.000 2.683.401.140 84,10% 3.310.453.000 697.331.000 21,07%
5 Wisata Patuha Resort 2.901.429.000 3.696.624.300 127,41% 3.955.792.000 1.837.562.625 46,46%
6 Wisata Cibolang 1.454.545.000 843.233.500 57,98% 1.222.372.000 181.324.500 14,84%
7 Wisata Blanakan 724.269.000 306.396.182 42,31% 312.466.080 115.439.677 36,95%
8 Cikole Jaya Giri Resort 5.279.068.500 6.404.116.450 121,32% 6.998.812.000 3.479.037.830 49,71%
9 Cipanas Galunggung 1.600.000.000 1.742.005.000 108,88% 1.995.046.000 792.172.000 39,71%
10 Lain-Lain 5.107.964.500 4.343.610.499 85,04% 7.006.141.175 1.845.324.496 26,34%
JUMLAH 46.701.436.000 46.996.865.376 100,64% 55.111.602.255 21.601.088.478 39,20%
Sumber data : Laporan Laba Rugi KBM Wijasling 1
Hasil pemeriksaan terhadap laporan laba rugi, buku besar wisata Patuha Resort,
Cikole Jayagiri Resort dan Wisata Kawah Putih dan dokumen pembayaran pajak
pada objek wisata pada KBM Wijasling I diketahui hal-hal sebagai berikut.
a. Kekurangan penyetoran pajak hotel pada objek wisata Cikole Jayagiri Resort
sebesar Rp114.655.332,73
Berdasarkan tanda daftar usaha pariwisata Kabupaten Bandung Barat Nomor :
PM. 88/005/KWP/PAR/2015, jenis usaha yang didaftarkan oleh Cikole Jayagiri
Resort antara lain adalah pondok wisata, bumi perkemahan, café dan arena
bermain. Sehubungan kegiatan usaha tersebut sebagai objek pendapatan pajak
hotel maka sesuai dengan Perda Kabupaten Bandung Barat Nomor 5 Tahun 2009
tentang Pajak Hotel tanggal 17 Juli 2009 diketahui bahwa atas pendapatan yang
diperoleh Cikole Jayagiri Resort seharusnya dikenakan pajak daerah berupa tarif
pajak hotel sebesar 10%.
Hasil pemeriksaan terhadap dokumen pembayaran pajak daerah diketahui bahwa
pendapatan yang diterima oleh Cikole Jayagiri Resort seluruhnya disetorkan ke
rekening KBM Wijasling I dan kewajiban perpajakan menjadi tanggungjawab
dari KBM Wijasling I. Perbandingan antara pendapatan yang diterima dari
kegiatan perhotelan berdasarkan buku besar dan jumlah pajak daerah yang
dibayar diketahui bahwa masih terdapat kekurangan jumlah pembayaran pajak
daerah sebesar Rp114.655.332,73 yang terdiri dari kurang bayar pajak tahun
2014 sebesar Rp72.993.932,73 dan kurang bayar pajak tahun s.d Juni 2015
sebesar Rp41.661.400,00 (Tabel 3.15).
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 52
Tabel 3.15. Kekurangan Pajak Hotel Cikole Jaya Giri Resort
No Uraian Tahun 2014
(Rp)
s.d Juni 2015
(Rp)
1 Jumlah Pendapatan yang seharusnya Dikenakan
Pajak Hotel berdasarkan Buku Besar (100% DPP +
10% Pajak Hotel)
1.638.716.450,00 1.107.260.000,00
2 Tarif Pajak Hotel 10% 148.974.222,73 100.660.000,00
3 Jumlah Pajak Hotel yang Dibayar 75.980.290,00 58.998.600,00
4 Kekurangan Pajak Hotel 72.993.932,73 41.661.400,00
Rincian buku besar dan rincian pembayaran pajak hotel lihat Lampiran 6
b. Kekurangan penyetoran pajak hotel pada objek wisata Patuha Resort sebesar
Rp46.184.687,01.
Berdasarkan tanda daftar izin usaha pariwisata Kabupaten Bandung Nomor:
556.11/B.07/BPMP tanggal 29 Januari 2013, jenis usaha yang didaftarkan oleh
Patuha Resort antara lain adalah penginapan, WC umum dan area parkir. Sesuai
dengan Perda Kabupaten Bandung Nomor 11 tahun 2011 tentang Pajak Daerah
tanggal 10 Januari 2011 diketahui bahwa atas pendapatan yang diperoleh Patuha
Resort seharusnya dikenakan pajak daerah berupa tarif pajak hotel sebesar 10%.
Hasil pemeriksaan terhadap dokumen pembayaran pajak daerah diketahui bahwa
pendapatan yang diterima oleh Patuha Resort seluruhnya disetorkan ke rekening
KBM Wijasling 1 dan kewajiban perpajakan menjadi tanggungjawab dari KBM
Wijasling 1. Perbandingan antara pendapatan yang diterima dari kegiatan
perhotelan berdasarkan buku besar dan jumlah pajak daerah yang dibayar
diketahui bahwa masih terdapat kekurangan jumlah pembayaran pajak daerah
sebesar Rp46.184.687,01 yang terdiri dari kurang bayar pajak tahun 2014 sebesar
Rp39.174.027,28 dan kurang bayar pajak tahun s.d juni 2015 sebesar
Rp7.010.659,73 (Tabel 3.16).
Tabel 3.16. Kekurangan Pajak Hotel Patuha Resort
No Uraian Tahun 2014
(Rp)
Tahun 2015 (s.d. Juni)
(Rp)
1 Jumlah Pendapatan yang seharusnya Dikenakan Pajak Hotel
berdasarkan Buku Besar (100% DPP + 10% Pajak Hotel)
1.543.868.725,00 699.417.375,00
2 Tarif Pajak Hotel 10% 140.351.702,28 63.583.397,73
3 Jumlah Pajak Hotel yang Dibayar 101.177.675,00 56.572.738,00
4 Kekurangan Pajak Hotel 39.174.027,28 7.010.659,73
Rincian buku besar dan rincian pembayaran pajak hotel lihat Lampiran 7
c. Kekurangan penyetoran PPN atas penyediaan paket jasa wisata oleh KBM
Wijasling I dan unit wisata Kawah Putih, Patuha Resort dan Cikole Jayagiri
Resort sebesar Rp218.669.866,59.
KBM Wijasling I selain sebagai pengelola lokasi wisata dalam pelaksanaannya
juga memiliki fungsi untuk memasarkan dan melaksanakan kontrak paket-paket
wisata kepada masyarakat atau badan usaha. Demikian juga halnya Unit Wisata
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 53
Kawah Putih, Patuha Resort dan Cikole Jayagiri Resort selain menerima
penghasilan dari penghasilan utamanya yaitu tiket masuk dan penginapan juga
melakukan kontrak paket-paket wisata kepada masyarakat dan badan usaha.
Paket wisata yang ditawarkan oleh Unit Usaha Wisata Kawah Putih dan Patuha
Resort antara lain adalah wisata kunjungan ke beberapa objek wisata disekitar
Kawasan Kawah Putih antara lain Wahana Wisata (WW) Ranca Upas, dan WW
Cimanggu. Sementara Cikole Jayagiri Resort menawarkan wahana wisata
perkemahan dan kunjungan beberapa tempat wisata alam disekitar Cikole.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM
dan PMK Nomor 56/PMK.03/2015 tentang nilai lain sebagai dasar pengenaan
Pajak diketahui bahwa Paket Wisata yang ditawarkan oleh KBM Wijasling 1 dan
Unit Usaha Wisata Kawah Putih substansinya termasuk jasa kena pajak sehingga
pendapatan paket wisata harus dikenakan PPN tarif 10% dari 10% DPP. Hasil
pemeriksaan terhadap dokumen pembayaran PPN diketahui bahwa KBM
Wijasling 1 tidak pernah memungut dan membayar Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) atas jasa paket wisata yang dikontrakan oleh KBM Wijasling 1, Unit
Wisata Kawah Putih, Cikole Jayagiri Resort dan Patuha Resort.
Berdasarkan rekapitulasi kontrak kerjasama paket wisata KBM Wijasling 1,
Rekapitulasi penerimaan paket wisata Unit Wisata Kawah Putih, Cikole Jayagiri
Resort, Patuha Resort terdapat pendapatan jasa paket wisata yang seharusnya
dikenakan PPN antara lain sebagai berikut.
Tabel 3.17. Nilai Paket Wisata Termasuk PPN 1% (Tarif 10% x DPP 10%)
No Kontrak Paket Wisata Nilai KontrakTahun
2014 (Rp)
Nilai Kontrak
s.d Juni Tahun 2015 (Rp)
1 KBM Wijasling 1 7.609.400.000,00 3.181.490.000,00
2 Unit Usaha Wisata Kawah Putih 2.122.524.000,00 798.025.500,00
3 Cikole Jayagiri Resort 3.588.782.000,00 2.078.016.000,00
4 Patuha Resort 1.609.184.025,00 1.098.235.000,00
Jumlah 14.929.890.025,00 7.155.766.500,00
Sumber Data: Rekap Kontrak KBM Wijasling 1, Rekapitulasi Penerimaan Paket Kawah Putih, Cikole dan Patuha
Berdasarkan Nilai kontrak paket wisata pada Tabel 4 seharusnya pendapatan
paket wisata tersebut dikenakan PPN sebesar Rp218.669.866,59 yang terdiri dari
kurang pungut 2014 sebesar Rp147.820.693,32 dan kurang pungut s.d Juni Tahun
2015 sebesar Rp70.849.173,27 (Tabel 3.18).
Tabel 3.18. Nilai PPN atas Kontrak Paket Wisata
No Uraian Nilai Kontrak Tahun 2014
(Rp)
Nilai Kontrak s.d Juni Tahun 2015
(Rp)
1 Jumlah Penerimaan Paket Wisata KBM Wijasling 1
,Kawah Putih, Cikole Jayagiri Resort, dan Patuha Resort
termasuk PPN
14.929.890.025,00 7.155.766.500,00
2 DPP PPN (Penerimaan Paket Wisata x 10% / 101%) 1.478.206.933,17 708.491.732,68
3 Tarif PPN (10% x DPP PPN) 147.820.693,32 70.849.173,27
Sumber data: Bagian Keuangan KBW Wijasling 1 dan Unit Wisata Kawah Putih
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 54
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 5 Tahun 2009 tanggal 17
Juli 2009 Tentang Pajak Hotel:
1) Pasal 1 ayat 8 “Pajak hotel adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan yang
disediakan hotel termasuk rumah penginapan, fasilitan penginapan/fasilitas
tinggal jangka pendek, pelayanan penunjang, fasilitas olah raga dan hiburan
yang disediakan atau dikelola hotel, dengan pembayaran.”
2) Pasal 5 “Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran yang
dilakukan kepada hotel”
3) Pasal 6 “Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10%”
4) Pasal 10 ayat 1“Setiap Wajib Pajak mengisi SPTPD”
5) Pasal 11 ayat 1 “Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10
ayat (1) Bupati menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan SKPD”
6) Pasal 11 ayat 2 “Apabila SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
atau kurang dibayar setelah lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi berupa bunga sebesar 2% sebulan
dan ditagih dengan menerbitkan STPD.”
b. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 1 tahun 2011 tanggal 10 Januari
2011 Tentang Pajak Daerah:
1) Pasal 3 ayat 2 “Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel
dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel
yang sifatnya member kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas
olahraga dan hiburan.”
2) Pasal 5 “Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada hotel”
3) Pasal 6 “Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen)”
4) Pasal 70 ayat 2 “Jumlah kekurangan pajak terutang dalam SKPDKB
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1) dan angka 2)
dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka
waktu 24 bulang dihitung sejak saat terutangnya pajak.
c. Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 tanggal 15 Oktober 2009 tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah:
1) Pasal 7 ayat 1“Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10%”
2) Pasal 8A ayat 1“Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif sebagai mana dimaksud pasal 7 dengan Dasar Pengenaan
Pajak yang meliputi harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor atau
nilai lain.
3) Pasal 9 ayat 4f “Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4e), Dirjen Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 55
Kurang Bayar, jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksi
administrasi berupa bunga sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (2)
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tatacara
perpajakan dan perubahannya.
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK03/2010 tanggal 31 Maret 2010
tentang Nilai Lain Sebagai Dasar Pengenaan Pajak:
1) Pasal 1 ayat 3 Nilai lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai
dasar pengenaan pajak.
2) Pasal 2 huruf k Nilai Lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ditetapkan
sebagai berikut untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro
pariwisata adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang
seharusnya ditagih.
Hal tersebut mengakibatkan Perum Perhutani berpotensi dikenakan sanksi
administrasi pajak oleh pemerintah pusat dan daerah karena kurang membayar pajak
hotel sebesar Rp160.840.019,74 dan PPN sebesar Rp218.669.866,59.
Hal tersebut disebabkan:
a. Kepala Urusan Keuangan KBM Wijasling I tidak cermat dalam melakukan
perhitungan pajak hotel dan PPN yang harus dibayar.
b. General Manager dan Manajer Administrasi dan Umum KBM Wijasling I tidak
optimal dalam mengawasi perhitungan dan pembayaran pajak hotel dan PPN.
Perum Perhutani menjelaskan bahwa terhadap kekurangan pembayaran pajak paket
wisata akan kami selesaikan (dibayarkan) sesuai ketentuan yang berlaku.
BPK-RI merekomendasikan agar Direksi Perum Perhutani memerintahkan Kepala
Devisi Wisata dan Agribisnis segera melakukan pembayaran atas pajak daerah
kepada Pemkab Bandung dan Bandung Utara atas pajak paket wisata
Rp160.840.019,74, dan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp218.669.866,59 sesuai
ketentuan.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 56
B. Biaya
1. Pembayaran premi asuransi purna jabatan bagi Direksi melebihi ketentuan
yang ditetapkan sebesar Rp1.510.985.682,11 dan bagi Sekretaris Dewan
Pengawas belum sesuai ketentuan sebesar Rp121.005.000,00
Pembayaran premi asuransi untuk Direktur Utama dan/atau Direksi lainnya yang
diangkat pada tahun 2011 dan setelahnya dilakukan dengan pembayaran premi
sekaligus pada awal tahun menjabat dengan jangka waktu lima tahun. Sedangkan
untuk Direktur Utama dan/atau Direksi lainnya yang diangkat sebelum tahun 2011
dilakukan pembayaran premi pada pertengahan masa jabatan yang bersangkutan.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pengeluaran asuransi purna jabatan
dibayarkan melebihi ketentuan, yaitu:
a. Pembayaran premi asuransi purna jabatan bagi Direksi Perum Perhutani melebihi
ketentuan yang ditetapkan sebesar Rp1.510.985.682,11
Setiap tahunnya, Menteri BUMN mengeluarkan Surat Menteri terkait persetujuan
dan pengesahan Laporan Keuangan Perum Perhutani. Dalam surat tersebut salah
satunya diatur terkait besaran gaji yang diterima oleh Direktur Utama dan
Direktur lainnya. Besaran gaji untuk tahun 2014 diatur didalam Surat Menteri
BUMN No. S-241/MBU/2014 tanggal 10 April 2014 tentang Persetujuan
Laporan Tahunan dan Pengesahan Laporan Keuangan Perum Kehutanan Negara
(Perum Perhutani) Tahun Buku 2013, rincian pada Tabel 3.19.
Tabel 3.19. Besaran Gaji Bulanan Direktur Utama dan Direksi Lainnya TA 2008 s.d. 2014
Jabatan Gaji per bulan
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Direktur Utama 27.000.000 62.000.000* 61.217.000 68.600.000 68.600.000 79.013.000 79.013.000
Direksi 24.300.000 55.800.000 55.095.300 61.740.000 61.740.000 71.111.700 71.111.700
* besaran gaji yang diterima pada tahun 2009 adalah Rp61.217.000,00 namun terdapat kebijakan pembulatan menjadi
Rp62.000.000,00 sedangkan pada tahun 2010 tidak terdapat kebijakan pembulatan gaji.
Besaran gaji tersebut yang menjadi dasar perhitungan dalam melakukan
pembayaran asuransi purna jabatan bagi Direktur Utama dan Direksi. Asuransi
yang dibayarkan untuk Direktur Utama dan Direksi Perum Perhutani dilakukan
dengan bekerjasama dengan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dengan jenis
asuransi Dwi Guna Prima Eksekutif. Berdasarkan data dari PT Asuransi
Jiwasraya (Persero) diketahui bahwa dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014
terdapat premi asuransi bagi beberapa Direksi yang dibayarkan Perum Perhutani
sebesar Rp4.970.968.598,00 dengan realisasi manfaat klaim yang telah
dibayarkan kepada Direksi Perum Perhutani tersebut adalah sebesar
Rp5.937.497.911,00.
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap besaran pembayaran premi asuransi dan
ketetapan gaji Direksi menunjukkan hal – hal sebagai berikut.
1) Asuransi yang diselenggarakan adalah Asuransi Jiwa Kumpulan dengan
Pemegang Polis adalah Direksi Perum Perhutani;
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 57
2) Pembayaran premi asuransi tidak dilakukan per tahun namun waktu
pembayarannya tidak tentu, hal ini dapat dilihat dari beberapa Direksi yang
baru dibayarkan premi asuransinya setelah beberapa tahun menjabat;
3) Pembayaran manfaat klaim asuransi langsung diserahkan oleh PT Asuransi
Jiwasraya (Persero) kepada Direktur Utama dan Direksi yang bersangkutan.
4) Perhitungan dengan menggunakan dasar gaji yang diterima setiap tahunnya
untuk masing-masing Direksi menunjukkan terdapat kelebihan pembayaran
premi sebesar Rp1.510.985.682,11 (Tabel 3.20).
Tabel 3.20. Kelebihan pembayaran premi Direksi TA 2008 s.d. 2014
No. Nama Premi Asuransi yang
Dibayarkan
Premi Asuransi
Seharusnya
Kelebihan
Pembayaran Premi
(a) (b) (c) (d) (e) = (c) - (d)
1 Bambang Sukmananto 976.729.576,00 721.213.882,19 255.515.693,81
2 Tedjo Rumekso 1.254.363.930,00 946.583.820,00 307.780.110,00
3 Achmad Fachroji 783.493.073,00 675.469.578,08 108.023.494,92
4 Anthonius Nicholas
Stephanus Kosasih
1.369.937.546,00 632.192.091,78 737.745.454,22
5 Ir. Haryono Kusumo 586.444.473,00 484.523.543,84 101.920.929,16
TOTAL 4.970.968.598,00 3.459.982.915,89 1.510.985.682,11
b. Pembayaran premi asuransi purna jabatan kepada Sekretaris Dewan Pengawas
tidak sesuai ketentuan sebesar Rp121.005.000,00
Dalam Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-12/MBU/2012 tanggal 24
Agustus 2012 tentang Organ Pendukung Dewan Komisaris/Dewan Pengawas
BUMN yang menggantikan Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-
10/MBU/2012 tanggal 24 Juli 2012 tentang Organ Pendukung Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas BUMN dan Peraturan Menteri BUMN Nomor:
PER-05/MBU/2006 tanggal 20 Desember 2006 tentang Komite Audit bagi
BUMN disebutkan bahwa salah satu organ pendukung Dewan Pengawas adalah
Sekretariat Dewan Pengawas yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Dewan
Pengawas.
Pemberhentian dan Pengangkatan Sekretaris dan Staf Sekretariat Dewan
Pengawas beserta penghasilannya ditetapkan oleh Dewan Pengawas. Berdasarkan
Keputusan Dewan Pengawas Perum Perhutani Nomor: 10/DWAS-PHT/2011
tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Sekretaris dan Staf Sekretariat Dewan
Pengawas tanggal 10 Nopember 2011 diketahui hal-hal sebagai berikut.
1) Mengangkat Sdri. Siti Fauziyah sebagai Sekretaris Dewan Pengawas;
2) Honorarium Sekretaris Dewan Pengawas sebesar Rp9,3 juta/bulan dan
tunjangan/fasilitas lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pada tahun 2014 terdapat Keputusan Dewan Pengawas Perum Perhutani Nomor:
10/DWAS-PHT/2014 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Sekretaris dan
Staf Sekretariat Dewan Pengawas tanggal 11 Agustus 2014 diketahui hal-hal
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 58
sebagai berikut:
1) Memberhentikan Sdri. Siti Fauziyah sebagai Sekretaris Dewan Pengawas;
2) Mengangkat Sdr. Dody Heriawan Priatmoko sebagai Sekretaris Dewan
Pengawas.
3) Bagi Sekretaris Dewan Pengawas yang diangkat diberikan penghasilan
sebagai berikut.
Tabel 3.21. Jenis dan besaran penghasilan Sekretaris Dewan Pengawas
No. Jenis Penghasilan Sekretaris Dewas
a) Honorarium bulanan 15% dari gaji Direktur Utama
b) Tunjangan transportasi 20% dari honorarium bulanan
c) Tunjangan komunikasi 5% dari honorarium bulanan
d) Tunjangan Hari Raya 1 kali honorarium bulanan
e) Bonus/Insentif Kinerja sesuai dengan penetapan
Selain diatur dalam Keputusan Dewan Pengawas, penghasilan Sekretaris Dewan
Pengawas juga diatur dalam Keputusan Direksi. Berikut adalah ketetapan
mengenai asuransi purna jabatan yang terdapat dalam Keputusan Direksi.
Tabel 3.22. Keputusan direksi perihal asuransi purna jabatan
No. No. SK Direksi Tanggal Keterangan
1) 746/Kpts/Dir/2010 3-Des-10 Mengatur santunan purna jabatan bagi Sekretaris Dewan Pengawas
2) 161/Kpts/Dir/2011 17-Mar-11 Mengatur santunan purna jabatan bagi Sekretaris Dewan Pengawas
3) 603/Kpts/Dir/2011 4-Okt-11 Tidak mengatur santunan purna jabatan bagi Sekretaris Dewan
Pengawas
4) 829/Kpts/Dir/2013 25-Jul-13 Mengatur santunan purna jabatan bagi Sekretaris Dewan Pengawas
5) 2784/Kpts/Dir/2014 19-Mei-14 Tidak mengatur santunan purna jabatan bagi Sekretaris Dewan
Pengawas
Perum Perhutani memberikan tunjangan berupa asuransi jiwa kumpulan
bekerjasama dengan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dengan jenis asuransi
Arthadana Eksekutif bagi Sekretaris Dewan Pengawas. Pembayaran premi
asuransi tersebut adalah sebesar Rp121.005.000,00 dengan rincian pada
Lampiran 8.
Dalam Keputusan Dewan Pengawas tidak disebutkan adanya pemberian
tunjangan berupa asuransi jiwa bagi Sekretaris Dewan Pengawas namun hanya
diatur dalam Keputusan Direksi seperti terlihat pada tabel diatas. Hal ini
menunjukkan bahwa pengeluaran atas premi asuransi yang dibayarkan Perum
Perhutani sebesar Rp121.005.000,00 tidak sesuai ketentuan.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-04/MBU/2014 yang
menggantikan Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-07/MBU/2010 dan
Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-04/MBU/2013 tentang Pedoman
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 59
Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas Badan
Usaha Milik Negara pada Lampiran BAB II tentang Penghasilan Direksi, Dewan
Komisaris, dan Dewan Pengawas BUMN bagian C. Tunjangan pada point d.
yang menyatakan bahwa ‘Asuransi purna jabatan sebagaimana dimaksud pada
huruf a angka 3), diberikan dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Asuransi purna jabatan diberikan selama menjabat (mulai diangkat sampai
berhenti);
2) Premi yang ditanggung oleh perusahaan paling banyak 25% (dua puluh lima
persen) dari Gaji dalam satu tahun;
3) Pemilihan program untuk asuransi purna jabatan ditetapkan oleh masing-
masing anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas BUMN;
4) Pemberian premi, iuran atau istilah lain yang relevan untuk asuransi purna
jabatan, sudah termasuk di dalamnya premi untuk asuransi kecelakaan dan
kematian.
b. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-12/MBU/2012 tentang
Organ Pendukung Dewan Komisaris/Dewan Pengawas Badan Usaha Milik
Negara tanggal 24 Agustus 2012, Bagian Kelima tentang Penghasilan Sekretaris
Dewan Komisaris/Dewan Pengawas, Pasal 7 yaitu:
1) Ayat (1): Penghasilan dan Staf Sekretaris Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas ditetapkan oleh Dewan Komisaris/Dewan Pengawas dengan
memperhatikan kemampuan Perusahaan.
2) Ayat (2): Besaran dan jenis penghasilan Sekretaris Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat terdiri dari:
a. Honorarium maksimal sebesar 15% dari gaji Direktur Utama Perusahaan;
b. Fasilitas;
c. Tunjangan; dan/atau
d. Tantiem atau insentif kerja.
c. Keputusan Dewan Pengawas Perum Perhutani Nomor: 10/DWAS-PHT/2014
tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Sekretaris dan Staf Sekretariat Dewan
Pengawas tanggal 11 Agustus 2014, Diktum Keenam: Bagi Sekretaris dan Staf
Sekretariat Dewan Pengawas yang diangkat sebagaimana dimaksud Diktum
Kedua keputusan.
1) Sekretaris Dewan Pengawas
No. Jenis Penghasilan Keterangan
a) Honorarium bulanan 15% dari gaji Direktur Utama
b) Tunjangan transportasi 20% dari honorarium bulanan
c) Tunjangan komunikasi 5% dari honorarium bulanan
d) Tunjangan Hari Raya 1 kali honorarium bulanan
e) Bonus/Insentif Kinerja sesuai dengan penetapan
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 60
2) Staf Sekretariat Dewan Pengawas
No. Jenis Penghasilan Keterangan
a) Honorarium bulanan 7,5% dari gaji Direktur Utama
b) Tunjangan transportasi 20% dari honorarium bulanan
c) Tunjangan komunikasi 5% dari honorarium bulanan
d) Tunjangan Hari Raya 1 kali honorarium bulanan
e) Bonus/Insentif Kinerja sesuai dengan penetapan
Hal tersebut mengakibatkan:
a. Terjadi kelebihan pembayaran premi asuransi purna jabatan yang dibayarkan
kepada PT Asuransi Jiwasraya (Persero) bagi Direksi Perum Perhutani sebesar
Rp1.510.985.682,11;
b. Terjadinya pembayaran premi asuransi purna jabatan yang dibayarkan kepada PT
Asuransi Jiwasraya (Persero) bagi Sekretaris Dewan Pengawas yang tidak sesuai
ketentuan sebesar Rp121.005.000,00.
Permasalahan tersebut disebabkan karena:
a. Direktur Umum dan SDM Perum Perhutani tidak memperhitungkan besaran gaji
yang diterima oleh Direksi pada masa jabatan Direksi yang bersangkutan sebagai
dasar pembayaran premi asusansi purna jabatan.
b. Dewan Pengawas Perum Perhutani belum mengatur ketentuan yang jelas
mengenai tunjangan asuransi purna jabatan bagi Sekretaris Dewan Pengawas.
Perum Perhutani menjelaskan bahwa:
Tanggapan Premi Asuransi Purna Jabatan bagi Direksi:
a. Pembayaran premi Asuransi Purna Jabatan Direksi dilakukan dengan
mempertimbangkan surat dari PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) nomor: 659.SM-
QB.08.2011 tanggal 2 Agustus 2011 yang menyampaikan beberapa alternatif
dengan tujuan memperkecil nilai premi yang harus dibayar dibandingkan dengan
secara berkala pertahun, sehingga dapat menghemat biaya Perusahaan.
b. Sesuai hasil rapat Direksi Perum Perhutani tanggal 16 Agustus 2011 telah
diputuskan memilih alternatif yang paling menghemat biaya Perusahaan yaitu
dengan membayar 5 tahun premi sekaligus.
c. Untuk selanjutnya telah ditindak lanjuti dengan diterbitkannya Surat Keputusan
Direksi nomor: 915/Kpts/Dir/2015 tanggal 8 September 2015 tentang
Penghasilan bagi Direksi dan Dewan Pengawas Perum Perhutani yang didalam
pasal 10 mengatur tentang Asuransi Purna Jabatan dibayarkan secara tahunan dan
pada setiap akhir Jabatan Direksi dan Dewan Pengawas maka pihak Asuransi
melakukan pembayaran klaim kepada Perum Perhutani selaku pemegang Polis,
selanjutnya Perum Perhutani yang akan membayarkan kepada Direksi dan Dewan
Pengawas yang Purna tugas sesuai ketentuan yang berlaku.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 61
Tanggapan Premi Asuransi bagi Sekretaris Dewas:
a. Pemberian fasilitas Asuransi Purna Jabatan bagi Sekretaris Dewan Pengawas
telah diatur dalam Keputusan Direksi nomor:829/Kpts/Dir/2013 tanggal 25 juli
2013 tentang Penetapan Remunerasi Bagi Direksi dan Dewan Pengawas Perum
Perhutani BAB III Lain-lain pasal 7 ayat 2 yaitu “Santunan Purna Jabatan
diberikan melalui mekanisme Program Asuransi yang Premi tahunannya
ditanggung oleh Perusahaan dan pemilihan Program sepenuhnya diserahkan
kepada Direksi, Dewan Pengawas, dan Sekretaris Dewan Pengawas yang
bersangkutan.
b. Dewan Pengawas Perum Perhutani telah menerbitkan surat Keputusan nomor:
04/DWAS-PHT/2015 tanggal 6 Oktober 2015 tentang Penghasilan Organ
Pendukung Dewan Pengawas, sesuai Lampiran Keputusan Dewan Pengawas
nomor 2 Tunjangan dan Bonus/Insentif yaitu Asuransi Purna Jabatan.
BPK RI tidak sependapat dengan tanggapan dari Direksi Perum Perhutani, karena
keputusan Menteri BUMN sudah tegas dan jelas terkait tentang penetapan
penghasilan Dewas, Direksi maupun Sekretasis Dewas. Adapun keputusan Direksi
tentang pemberian asuransi untuk sekretaris dewas melampaui keputusan Menteri
BUMN tersebut.
BPK-RI merekomendasikan agar Direksi Perum Perhutani menarik kembali
kelebihan pembayaran atas premi asuransi purna jabatan bagi Direksi dan Sekretaris
Dewan Pengawas sebesar Rp1.510.985.682,11 dan Rp121.005.000,00 untuk disetor
ke rekening kas Perum Perhutani.
2. Bukti pertanggungjawaban penghasilan Direksi berupa fasilitas biaya
komunikasi dan biaya keanggotaan klub (club membership/corporate member)
tidak mengacu pada Keputusan Menteri BUMN
Direksi Perum Perhutani menetapkan penghasilan Direksi berdasarkan Peraturan
Menteri BUMN Nomor Per-04/MBU/2014 tanggal 10 Maret 2014 tentang Pedoman
Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas BUMN.
Selain itu, dasar penetapan penghasilan Direksi mengacu pada Surat Menteri BUMN
nomor S.241/MBU/2014 tanggal 10 April 2014 perihal Persetujuan Laporan
Tahunan dan Pengesahan Laporan Keuangan Perum Kehutanan Negara (Perum
Perhutani) Tahun 2013 dan Surat Menteri BUMN nomor S.304/MBU/05/2015
tanggal 29 Mei 2015 perihal Persetujuan Laporan Tahunan dan Pengesahan Laporan
Keuangan Perum Kehutanan Negara (perum Perhutani) Tahun 2014 yang mengatur
perihal penetapan penghasilan bagi Direksi dan Dewan Pengawas Perum Perhutani.
Selanjutnya Direksi Perum Perhutani menerbitkan Surat Keputusan dalam rangka
mengatur penghasilan direksi dan dewan pengawas Tahun Buku 2014 dan 2015
dengan rincian sebagai berikut.
a. Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 2783/Kpts/Dir/2014 tanggal 19
Mei 2014 tentang Penetapan Penghasilan Bagi Direksi dan Dewan Pengawas
Perum Perhutani;
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 62
b. Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 2784/Kpts/Dir/2014 tanggal 19
Mei 2014 tentang Penetapan Penghasilan Bagi Direksi dan Dewan Pengawas
Perum Perhutani;
c. Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 915/Kpts/Dir/2015 2014
tanggal 8 September 2015 tentang Penetapan Penghasilan Bagi Direksi dan
Dewan Pengawas Perum Perhutani.
Peraturan tersebut antara lain menjelaskan tentang gaji/honorarium, tunjangan,
fasilitas dan tantiem/insentif kinerja yang merupakan penghasilan yang dapat
diterima oleh Direksi dan Dewan Pengawas Perum Perhutani. Penghasilan Direksi
Perum Perhutani berupa fasilitas terdiri dari lima komponen, dengan uraian sebagai
berikut.
a. Fasilitas Kendaraan dinas;
b. Fasilitas kesehatan;
c. Fasilitas Bantuan Hukum;
d. Fasilitas memberikan biaya komunikasi setiap bulannya, dan tantiem.;
e. Fasilitas keanggotaan klub (club membership/corporate member) paling banyak
dua keanggotaan.
Hasil pemeriksaan atas dokumen peraturan Menteri BUMN Per-04/MBU/2014
tanggal 10 Maret 2014 diketahui bahwa, pemberian fasilitas berupa lima komponen
fasilitas diatas tersebut tidak diatur lagi. Dalam lampiran Peraturan Menteri BUMN
Nomor Per-04/MBU/2014 tanggal 10 Maret 2014 tentang Pedoman Penetapan
Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Badan Usaha Milik
Negara sebagaimana tercantum dalam Bab II poin A (2) yang menyebutkan bahwa
pemberian fasilitas hanya terdiri atas fasilitas kesehatan dan fasilitas bantuan hukum.
Selanjutnya dalam Bab III Ketentuan Lain-lain, pada poin (8) menyebutkan bahwa
Perusahaan dapat menganggarkan sebagai biaya operasional kepada Direksi untuk
biaya komunikasi, pakaian seragam (bagi BUMN yang menerapkan ketentuan
pemakaian seragam), keanggotaan perkumpulan profesi, club membership/corporate,
member dan biaya representasi (dalam bentuk corporate credit card). Hal ini berarti
mulai tahun 2014 fasilitas yang dapat diberikan kepada Direksi sebagai bagian dari
penghasilan Direksi hanya berupa fasilitas kesehatan dan bantuan. Sedangkan
fasilitas lain diluar kesehatan dan bantuan meliputi biaya komunikasi, pakaian
seragam (bagi BUMN yang menerapkan ketentuan pemakaian seragam), keanggotaan
perkumpulan profesi, club membership/corporate, member dan biaya representasi
(dalam bentuk corporate credit card) bukan merupakan unsur peghasilan Direksi,
namun termasuk dalam biaya operasional. Perbedaan pengklasifikasian fasilitas
tersebut ke dalam penghasilan dan biaya operasional menimbulkan konsekuensi
bentuk pertanggungjawaban penggunaan keuangan yang harus dipenuhi dalam
rangka mendapatkan fasilitas tersebut. Sehingga pemberian fasilitas diluar kesehatan
dan bantuan hukum, harus mengikuti ketentuan pertanggungjawaban biaya opersional
dimana setiap biaya opersional yang dikeluarkan harus dilengkapi dengan bukti
pertanggungjawaban yang rinci, sah dan memadai.
Hasil pemeriksan terhadap dokumen pendukung pembayaran fasilitas komunikasi dan
keanggotaan klub (club membership/corporate member) diketahui bahwa realisasi
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 63
penghasilan direksi berupa fasilitas komunikasi dan fasilitas keanggotaan klub (club
membership/corporate member) tidak sesuai dengan ketentuan keseluruhannya
sebesar Rp1.852.350.960,00 dengan uraian sebagai berikut.
a. Realisasi pembayaran penghasilan direksi berupa fasilitas biaya komunikasi
Tahun 2014 dan Tahun 2015 keseluruhannya senilai Rp524.795.904,00 dengan
rincian sebagai berikut.
1) Realisasi pembayaran fasilitas biaya komunikasi Tahun 2014 senilai
Rp331.706.898,00 dialokasikan pada akun 63641 (Biaya langganan
Keperluan Dinas) yaitu berupa pemberian fasilitas pembayaran tagihan
telepon seluler dari pihak operator selular kepada Direktur Produksi, Direktur
Pemasaran, Direktur Keuangan, Direktur Umum, Direktur Utama.
Selanjutnya berdasarkan tagihan tersebut dilakukan verifikasi oleh petugas
khusus Direktorat Keuangan Kantor Pusat Perum Perhutani dan pembayaran.
2) Realisasi pembayaran fasilitas biaya komunikasi Tahun 2015 senilai
Rp193.089.006,00 dialokasikan pada akun 63641 (Biaya langganan
Keperluan Dinas) yaitu berupa pemberian fasilitas pembayaran tagihan
telepon seluler dari pihak operator selular kepada Direktur Utama, Direktur
Produksi, Direktur Pemasaran, Direktur Keuangan, Direktur Umum,.
Selanjutnya melalui tagihan tersebut setelah dilakukan verifikasi oleh
Petugas Khusus Direktorat Keuangan Kantor Pusat Perum Perhutani
dilakukan pembayaran.
b. Realisasi pembayaran penghasilan direksi berupa fasilitas keanggotaan klub
dalam tahun 2014 dan tahun 2015 keseluruhanya senilai Rp1.327.555.056,00,
dengan rincian sebagai berikut.
1) Realisasi pembayaran fasilitas keanggotaan klub (club membership/corporate
member) tahun 2014 senilai Rp990.081.345,00 dialokasikan pada akun
51951 (Biaya Khusus Kantor Direksi) yaitu berupa pemberian fasilitas kartu
kredit (corporate card) kepada Direktur Utama, Direktur Produksi, Direktur
Pemasaran, Direktur Keuangan, Direktur Umum. Selanjutnya melalui tagihan
tersebut setelah melalui verifikasi oleh Petugas Khusus Direktorat Keuangan
Kantor Pusat Perum Perhutani dilakukan pembayaran. Adapun rincian dari
biaya keanggotaan klub (club membership/corporate member) tahun 2014
sebagai berikut.
Tabel 3.23. Rincian Biaya Keanggotaan Klub Tahun 2014
No Uraian Unit Nilai (Rp)
1 Biaya Corporate Card Biaya Khusus Direktorat Produksi 149.376.446,00
2 Biaya Corporate Card Biaya Khusus Direktorat Pemasaran
80.899.064,00
3 Biaya Corporate Card Biaya Khusus Direktorat Keuangan 161.954.257,00
4 Biaya Corporate Card Biaya Khusus Direktorat Umum 37.962.808,00
5 Biaya Corporate Card Biaya Khusus Satuan Pengawas Intern
29.515,946,00
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 64
No Uraian Unit Nilai (Rp)
6 Biaya Corporate Card Biaya Khusus Direktur Utama 286.841.760,00
7 Biaya Corporate Card Biaya Khusus Kantor Direksi Lainnya
243.531.064,00
Jumah 990.081.345,00
2) Realisasi pembayaran fasilitas keanggotaan klub (club membership/corporate
member) tahun 2015 (s.d bulan Juni) senilai Rp337.473.711,00 dialokasikan
pada akun 51951 (Biaya Khusus Kantor Direksi) yaitu berupa pemberian
fasilitas kartu kredit (corporate card) kepada Direktur Utama Direktur
Produksi, Direktur Pemasaran, Direktur Keuangan, Direktur Umum.
Selanjutnya melalui tagihan tersebut setelah melalui verifikasi oleh Petugas
Khusus Direktorat Keuangan Kantor Pusat Perum Perhutani.
Tabel 3.24. Realisasi Biaya Keanggotaan Klub Tahun 2015 (s.d. Juni 2015)
No Uraian Unit Nilai (Rp)
1 Biaya Corporate Card Biaya Khusus Direktorat Produksi 92.565.006,00
2 Biaya Corporate Card Biaya Khusus Direktorat Pemasaran 17.022.140,00
3 Biaya Corporate Card Biaya Khusus Direktorat Keuangan 80.185.068,00
4 Biaya Corporate Card Biaya Khusus Direktorat Umum 10.166.113,00
5 Biaya Corporate Card Biaya Khusus Satuan Pengawas Intern 8.417.300,00
6 Biaya Corporate Card Biaya Khusus Direktur Utama 24.493.719,00
7 Biaya Corporate Card Biaya Khusus Kantor Direksi Lainnya 104.624.365,00
Jumah 337.473.711,00
Pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa bukti dokumen pertanggungjawaban atas
realisasi biaya tersebut (biaya komunikasi dan keanggotaan klub) hanya berupa
lembar penagihan Perusahaan dari Bank penerbit kartu kredit tanpa didukung dengan
dokumen berupa kwitansi atau nota rincian nilai pembelian atas barang atau jasa
yang digunakan, sehingga kebenaran rincian nilai harga barang serta jumlah volume
barang sulit ditelusuri kebenarannya.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Menteri Badan usaha Milik Negara Nomor Per-04/MBU/2014 tanggal
10 Maret 2014 tentang Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan
Komisaris dan Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara pada pasal 4 yang
menyebutkan Gaji/honorarium. Tunjangan, fasilitas dan tantiem/insentif kinerja
anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas BUMN yang berbeda
dengan Peraturan Menteri ini, harus segera dilakukan penyesuaian dengan
Peraturan Menteri ini;
b. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Badan usaha Milik Negara Nomor Per-
04/MBU/2014 tanggal 10 Maret 2014 tentang Pedoman Penetapan Penghasilan
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 65
Direksi, Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara
pada:
1) Bab I Pendahuluan ada poin D (13) yang menyebutkan bahwa Fasilitas
adalah Penghasilan berupa sarana dan/atau kemanfaatan adan/atau
penjaminan yang digunakan/dimanfaatkan oleh anggota Direksi, Dewan
Komisaris, dan Dewan Pengawas dalam rangka pelaksanaan tugas
wewenang, kewajiban dan tanggungjawab berdasarkan peraturan
perundangundangan;
2) Bab II Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas BUMN
pada poin A (2) yang menyebutkan Penghasilan anggota Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas BUMN dapat terdiri dari:
a) Honorarium;
b) Tunjangan yang terdiri atas:
(1) Tunjangan hari raya;
(2) Tunjangan Transportasi;
(3) Asuransi Purna jabatan
c) Fasilitas, yang terdiri atas:
(1) Fasilitas Kendaraan;
(2) Fasilitas Kesehatan;
(3) Fasilitas bantuan hukum dan
d) Tantiem/Insentif Kinerja, dimana di dalam Tantiem tersebut dapat
diberikan tambahan berupa Penghargaan Jangka Panjang (Long Term
Incentive/LTI).
3) Bab III Ketentuan Lain-lain pada poin (8) yang menyebutkan Perusahaan
dapat menganggarkan biaya operasional:
a) Kepada Direksi untuk biaya komunikasi, pakaian seragam (bagi BUMN
yang menerapkan ketentuan pemakaian seragam), keanggotaan
perkumpulan profesi, club membership/corporate, member dan biaya
representasi (dalam bentuk corporate credit card);
c. Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani tentang Pedoman Persyaratan dan Tata
cara Penerimaan /Pembayaran Nomor 100/kpts/Dir/2012 tanggal 30 Januari 2012
pada:
1) Pasal 1 angka (3) yang menyebutkan bahwa Pengguna Anggaran (PA) Perum
Perhutani adalah setiap Orang atau pejabat pemegang kewenaNgan
penggunaan anggaran Perum Perhutani yang berhak untuk menguji,
membebankan pada anggaran yang telah disediakan, Pengguna anggaran
berwenang Menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak dan
kewajiban Perum Perhutani;
2) Pasal 1 angka (13) yang menyebutkan bahwa Surat Bukti keuangan adalah
suatu lembaran kertas dengan format tertentu yang dipergunakan sebagai
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 66
bukti penerimaan atau pembayaran uang yang mengakibatkan perubahan
kekayaan, kewajiban dan modal Perum Perhutani;
3) Pasal 1 angka (18) yang menyebutkan bahwa Biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang terjadi atau
kemungkinan yang akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu;
4) Pasal 2 Maksud dan tujuan angka pada (1) yang menyebutkan bahwa
Pedoman ini disusun dengan maksud untuk menyempurnakan pemakaian
surat-surat bukti keuangan, persyaratan yang harus dipenuhi agar setiap surat
bukti keuangan memenuhi ketentuan dan peraturan perundangan
perbendaharaan yang berlaku;
5) Pasal 11 angka (1) yang menyebutkan bahwa Kuitansi pembayaran
digunakan untuk Pembayaran biaya perjalanan dinas, Pembayaran biaya
bahan bakar yang mempergunakan kendaraan dinas berdasarkan Surat
Perintah Perjalanan Dinas/model C; Pembayaran lain-lain, berdasarkan bukti
pendukung yang berasal dari transaksi pembayaran lain-lain, termasuk ayat
silang;
6) Pasal 15 Persyaratan Surat Bukti Pembayaran pada angka (1) d Pembelian
barang /jasa baik langsung maupun melalui proses pengadaan barang/jasa
harus dilampiri kuitansi/nota pembelian/faktur pembelian, dokumen
pengadaan barang/jasa; dan
7) Pasal 20 Setiap pejabat, pegawai atau petugas yang menandatangai dan atau
yangmengesahkan surat bukti keuangan yang menjadi dasar penerimaan dan
pembayaran keuangan Perum perhutani, bertanggungjawab atas kebenaran
dan akibat yang timbul dari penerimaan dan pengeluaran tersebut
Hal tersebut mengakibatkan realisasi pembayaran biaya komunikasi dan keanggotaan
klub belum dipertanggungjawabkan seperti pengeluaran biaya lainnya yang
dilakukan dalam kegiatan perusahaan sebesar Rp1.852.350.960,00
(Rp524.795.904,00 + Rp1.327.555.056,00).
Hal tersebut disebabkan Direksi Perum Perhutani dalam menetapkan (berupa SK
Direksi) serta merealisasikan biaya untuk pembayaran fasilitas biay1a komunikasi
keanggotaan klub Direksi tidak memperhatikan Peraturan Menteri BUMN Nomor.
Per-04/MBU/2014 tanggal 10 Maret 2014.
Perum Perhutani menjelaskan bahwa:
a. Direksi Perum perhutani akan memperhatikan Peraturan Menteri BUMN nomor :
Per-04/MBU/2014 tanggal 10 Maret 2014 tentang Pedoman Penetapan
Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Badan Usaha Milik
Negara, serta Salinan Peraturan Menteri BUMN nomor: Per-04/MBU/2014
tentang Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris dan Dewan
Pengawas Badan Usaha Milik Negara BAB III Ketentuan Lain-lain point 8 yaitu
“Perusahaan dapat menganggarkan biaya operasional, a) Kepada Direksi untuk
biaya komunikasi, pakaian seragam (bagi BUMN yang menerapkan ketentuan
pemakaian seragam) keanggotaan perkumpulan profesi, club
membership/corporate member, dan biaya representasi (dalam bentuk corporate
credit card).
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 67
b. Kami sependapat dengan BPK, untuk selanjutnya akan diterbitkan Surat
Keputusan tentang penetapan fasilitas biaya komunikasi dan Corporate Credit
Card (draf SK terlampir), dengan ketentuan setiap tagihan biaya komunikasi dan
Corporate Credit Card akan dibuatkan Pertanggungjawabkan dengan
melampirkan bukti tagihan transaksi (bukti pembelanjaan).
BPK-RI merekomendasikan agar Direksi Perum Perhutani membuat standar
pertanggungjawaban terkait pengeluaran biaya yang dilakukan oleh seluruh Direksi
dan wajib mempertanggungjawabkan pengeluaran biaya operasional sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan.
3. Pengelolaan kegiatan produksi dan persediaan hasil hutan kayu Perum
Perhutani tidak memadai
Produk utama dari hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani adalah kayu. Hasil
hutan berupa kayu baik jenis kayu jati maupun kayu rimba pada umumnya diminati
pasar. Untuk kayu yang kurang diminati pasar atau pasar sedang kurang baik, maka
kayu tersebut akan sulit terjual sehingga akan tetap menumpuk sebagai persediaan di
Tempat Penimbunan Kayu (TPK) dan Tempat Penimbunan Kayu Khusus (TPKh).
Semakin lama kayu tersebut berada di TPK, terutama untuk kayu jenis rimba,
berpotensi terjadi penurunan mutu dan nilai persediaan hasil hutan kayu. Dalam
rangka mengantisipasi hal tersebut, Direksi Perum Perhutani telah mengambil
langkah-langkah dengan menerbitkan beberapa keputusan sebagai berikut.
a. Pedoman Pencairan Persediaan Hasil Hutan Kayu Bundar Jati dan Rimba melalui
Surat Keputusan Nomor 3477/KPTS/DIR/2014 tanggal 30 Desember 2014.
Keputusan Direksi tersebut bertujuan:
1) Untuk memudahkan pelaksanaan pencairan hasil hutan kayu bundar jati dan
rimba yang belum laku dijual dengan umur persediaan atau umur kapling
yang cukup lama, sehingga dapat menurunkan mutu dan nilai persediaan
hasil hutan kayu;
2) Untuk mengamankan aset dan mencegah kerugian yang lebih besar karena
menurunnya mutu dan nilai persediaan hasil hutan kayu yang belum laku
dijual dengan umur persediaan atau umur kapling yang lama;
3) Untuk memudahkan melakukan penjualan terhadap kayu yang belum laku
dan mengoptimalkan pendapatan perusahaan.
Setiap bulan petugas melakukan pengamatan umur persediaan atau umur kapling
atas kayu-kayu yang masih tersimpan di TPK/TPKh. Kayu-kayu tersebut
diklasifikasikan sesuai dengan lama waktu tersimpan di TPK/TPKh tersebut.
Untuk kayu-kayu yang sudah tersimpan dalam jangka waktu tertentu
dikategorikan sebagai persediaan slow moving.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 68
Tabel 3.25. Jenis Kayu Slow Moving dan Waktu Tersimpannya
No Uraian Waktu Tersimpan
1 Jati AI (Teresan), AII dan AIII 3 bulan
2 Jati AI (Non Teresan) 1 bulan
3 Rimba Mewah 2 bulan
4 Rimba Industri dan Rimba Lain 1 bulan
Persediaan hasil kayu hutan jati dan rimba yang telah dilakukan lelang satu kali
namun tetap belum laku dan juga telah mempunyai umur persediaan atau umur
kapling yang lama sebagaimana dimaksud diatas dapat diperlakukan sebagai
berikut.
1) Untuk yang mutunya tetap, tidak berubah dan telah dilakukan penjualan
lelang dengan Harga Penawaran Lelang (HPL) sama dengan HJD namun
belum laku, maka diperlakukan sebagai berikut.
(a) Pada pelaksanaan lelang berikutnya dapat dilakukan penjualan dengan
HPL minus 10%;
(b) Apabila belum laku, maka dapat dilelang lagi dengan HPL minus 20%;
(c) Apabila masih belum juga laku, maka dapat dilelang lagi dengan HPL
minus 30%;
(d) Apabila setelah dilelang dengan HPL minus 30% belum laku, maka
Kepala Divisi dapat mengusulkan sebagai harga khusus kepada Direksi
Perum Perhutani untuk dipasarkan melalui saluran penjualan yang paling
mengutungkan dengan dilampiri Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
2) Untuk yang mutunya turun maka perlu diusulkan uji ulang;
3) Kayu yang mutunya turun dijual melalui lelang dengan HPL yang berlaku
sesuai mutu baru tersebut. Apabila setelah satu kali lelang belum laku, dapat
diperlakukan sebagai berikut.
(a) Pada pelaksanaan lelang berikutnya dapat dilakukan penjualan dengan
HPL minus 10%;
(b) Apabila masih belum laku, maka dapat dilelang kembali dengan HPL
minus 20%;
(c) Apabila masih belum laku, maka dapat dilelang lagi dengan HPL minus
30 %;
(d) Apabila setelah dilelang dengan HPL minus 30 % belum laku, maka
Kepala Divisi dapat mengusulkan sebagi harga khusus kepada Direksi
Perum Perhutani untuk dipasarkan melalui saluran penjualan yang paling
menguntungkan dengan dilampiri Berita acara Pemeriksaan (BAP).
b. Surat Direksi Perum Perhutani Nomor 671/053.4/PSDH-Prod/Dir/2015 tanggal
25 September 2015 Perihal Kebijakan Pemenuhan Tebangan Tahun 2015 kepada
Kepala Divisi Regional Jawa Tengah, Kepala Divisi Regional Jawa Timur,
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 69
Kepala Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, Kepala Divisi Komersial Kayu
pada poin 3) dan poin 4) yang menyebutkan sebagai berikut.
1) Beberapa putusan yang perlu ditindaklanjuti adalah:
a) Divreg Jawa Timur
(1) Target tebangan tahun 2015 mengacu target RKAP 2015 dengan
jumlah nakap/penundaan tebangan sebanyak 81.021m3 (dari target
RKAP dan tambahan RTT);
(2) Apabila terdapat tebangan di luar RKAP 2015 akibat bencana alam,
hama/penyakit dan tebangan C (target tembahan RTT) dilaksanakan
sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
b) Divreg Jawa Tengah
(1) Jumlah nakap/penundaan tebangan tahun 2015 sebesar 29.744 m3
agar dikawal dengan baik;
c) Divreg Jawa Barat dan Banten
(1) Jumlah nakan/penundaan tebangan sebesar 9.454 m3;
(2) Terhadap petak-petak rencana nakap atau penundaan tebangan
apabila manager Pemasaran sanggup menjual hasil produksi kayunya
maka dapat dilaksanakan penebangan;
2) Perlakuan Rencana Teknik Tahunan (RTT) terhadap petak-petak yang
dinakapkan atau penjarangan yang ditunda, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
c. Surat Direksi Perum Perhutani Nomor 598/053.4/PSDH-Prod/Dir/2015 tanggal
31 Agustus 2015 Perihal Kebijakan Produksi Tebangan Kayu Tahun 2015 kepada
Kepala Divisi Regional Jawa Tengah, Kepala Divisi Regional Jawa Timur,
Kepala Divisi Regional Jawa Barat dan Banten yang menyebutkan sebagai
berikut.
1) Tebangan A2 dihentikan/dinakapkan kecuali petak yang tebangannya sudah
berjalan;
2) Seluruh tebangan B dilanjutkan kecuali Divreg Janten (Jenis Rimba) dan
Divreg Jatim KPH Malang (Jenis Rimba) dihentikan;
3) Seluruh tebangan E jenis Jati dan Rimba dihentikan per tanggal 1 September
2015 kecuali Divreg Jatim KPH Jember (Jenis Pinus sudah ada kontrak) dan
KPH Kediri (Jenis Sengon);
4) Seluruh tebangan D akibat serangan penyakit dan bencana alam dilanjutkan;
5) Untuk petak tebangan B jenis Jati dan Rimba yang sudah berjalan, tetap
diselesaikan sesuai luas petak tersebut;
6) Khusus untuk tebangan di KPH Madura yang berasal dari kepulauan agar
dihentikan;
7) Kayu hasil tebangan yang berada di petak tebang/tempat pengumpulan (TP)
segera diangkut ke TPK;
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 70
8) Petak-petak yang dinakapkan dimasukkan dalam RKAP Tahun 2016;
9) Untuk Divreg Jatim tebangan C untuk Pinjam Pakai/ Bumi Sukses Indo (BSI)
di KPH Banyuwangi Selatan tetap dilanjutkan;
10) Setiap Manager Pemasaran agar berkoordinasi dengan KPH Pemasok terkait
dengan target pemenuhan kayu yang akan dijual;
11) Bila masih terdapat sisa bibit siap tanam agar dicarikan lokasi tanah kosong.
Pemeriksaan atas dokumen pendukung atas realisasi produksi dan penjualan kayu
serta persediaan dalam Laporan Manajemen Tahun 2013, Tahun 2014, serta Tahun
2015 diketahui pengelolaan persediaan Perum Perhutani tidak memadai dengan
uraian sebagai berikut.
a. Realisasi penjualan kayu dalam 3 tahun terakhir menurun
Realisasi keseluruhan volume penjualan kayu oleh Kesatuan Bisnis Mandiri
(KBM) Komersial Kayu wilayah wilayah Divisi Regional Jawa Tengah, Divisi
Regional Jawa Timur dan Divisi Regional Jawa Barat dan Banten selama tiga
tahun yaitu Tahun 2013, tahun 2014, tahun 2015 diketahui bahwa prosentase
volume penjualan kayu oleh KBM mengalami penurunan apabila dibandingkan
dengan volume produksi yang dihasilkan oleh KPH selama tiga tahun terakhir
yaitu Tahun 2013 sebesar 831.259 m3, Tahun 2014 sebesar 697.011 m
3, Tahun
2015 (s.d. April) sebesar 100.841m3 (Tabel 3.26).
Tabel 3.26. Daftar Volume Penjualan KBM Tahun 2013 - 2015
NO DIVRE JENIS VOLUME PENJUALAN (m3)
2013 2014 s.d. April 2015
1 JATENG JATI 133.069 142.869 27.555
RIMBA 114.409 110.661 10.512
JUMLAH 247.478 253.530 38.067
2 JATIM JATI 174.614 157.790 31.836
RIMBA 251.448 134.295 18.366
JUMLAH 426.062 292.085 50.202
3 JANTEN JATI 69.289 52.251 7.351
RIMBA 88.430 99.145 5.221
JUMLAH 157.719 151.396 12.572
TOTAL JATI 376.972 352.910 66.742
RIMBA 454.287 344.101 34.099
JUMLAH 831.259 697.011 100.841
Keterangan : Data di atas tidak termasuk kayu bakar
Perbandingan antara realisasi keseluruhan volume penjualan kayu oleh KBM
dengan realisasi keseluruhan volume produksi kayu oleh KPH mengalami
penurunan selama tiga tahun terakhir yaitu 2013 sebesar 87%, 2014 sebesar 75%,
dan 2015 (sd Juli) sebesar 46% (Tabel 3.27).
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 71
Tabel 3.27. Realisasi Penjualan dan Produksi Kayu Tahun 2013 s.d. 2015
No Uraian VOLUME (m3)
2013 2014 2015
1 Produksi KPH 957.669,82 926.734,10 529.021,49
2 Penjualan KBM 831.259,00 697.011,00 100.841,00
3 Prosentase (2/1x100%) 86,80% 75,21% 19,06%
Keterangan: Data di atas tidak termasuk kayu bakar
b. Nilai kayu bundar jati dan rimba produksi Tahun 2014 dan sebelumnya dengan
volume keseluruhannya sebesar 40.669,00 M3 senilai Rp94.780.619.227,82
belum terjual
Pada tahun 2015 Kepala Divisi Komersial Kayu menerbitkan Surat Nomor
98/073.4/PMS/Divikom Kayu tanggal 16 Februari 2015 perihal kebijakan
penjualan kayu produksi Tahun 2015 dan sebelumnya, yang ditujukan kepada
General Manager Komersial Kayu Jawa Tengah, Manager Komersial Kayu,
(angka 3 c) bahwa penjualan kayu bundar jati dan rimba produksi tahun 2014 dan
sebelumnya harus menjadi prioritas dan harus habis/nihil sampai dengan akhir
TW I tahun 2015.
Berdasarkan Laporan Sisa Awal Tahun, Produksi, Penjualan , BBI dan Sisa
Persediaan dari Divisi Komersial Kayu sampai dengan 31 Maret 2015 diketahui
bahwa nilai kayu bundar jati dan rimba produksi tahun 2014 dan sebelumnya
keseluruhannya sebesar 40.669,00m3 senilai Rp94.780.619.227,82 belum terjual
dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3.28. Rincian Volume Persediaan Kayu Bundar Jati dan Rimba Produksi Tahun 2014 dan Sebelumnya sampai dengan Bulan Maret 2015 Pada Divisi Regional Jatim, Jateng dan Janten
No URAIAN PERSEDIAAN AKHIR
Vol (m3) NILAI PERSEDIAAN
(Rp)
1 JATI 34.764,00 91.699.289.967,44
2 RIMBA 5.905,00 3.081.329.260,38
JUMLAH 40.669,00 94.780.619.227,82
Pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa kebijakan tersebut hanya mengatur
pembatasan penjualan kayu, namun tidak mengatur sistem dan prosedur
pembatasan produksi kayu tebangan yang menyesuaikan dengan kondisi
permintaan pasar atas penjualan kayu yang menurun..
c. Penjualan kayu bundar jati dan rimba produksi Tahun 2014 dan sebelumnya
sampai dengan bulan Maret 2015 yang Belum Terjual memberikan dampak
ketidakefisienan komponen biaya senilai Rp38.044.328.903,933
Dari nilai volume kayu bundar jati dan rimba produksi tahun 2014 dan
sebelumnya yang belum terjual keseluruhannya sebesar 40.669,00m3,
memberikan dampak ketidakefisienan komponen biaya penebangan kayu, apabila
ada kebijakan pembatasan tebangan kayu atau tidak melakukan tebangan sesuai
sisa kayu sebesar 40.669,00m3 bulan berikutnya atau pada bulan April 2015
pada area Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) wilayah Divisi Regional Jawa
Tengah, Divisi Regional Jawa Timur dan Divisi Regional Jawa Barat dan Banten
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 72
Perum Perhutani, maka kondisi masih berupa tegakkan pohon, sehingga
mengurangi risiko kerusakan umur persediaan kayu sekaligus menghemat
komponen biaya tebangan pada TW II Tahun 2015 yang terdiri dari Biaya
Persiapan Tebangan Jati dan rimba , Biaya Pemotongan /Iname jati dan rimba,
Biaya Angkutan Rimba, Biaya Provisi Sumber Daya Hutan atas nilai volume
tebagan kayu keseluruhannya senilai Rp38.044.329.043,94 dengan rincian pada
lampiran 9.
Selain permasalahan tersebut pemeriksaan secara uji petik atas persediaan kayu
pada Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Madiun pada tahun 2014 diketahui bahwa
atas kelebihan persediaan produksi kayu mengakibatkan menambah biaya
penyimpanan berupa sewa lahan untuk Tempat Penimbunan Kayu (TPK) antara
Perum Perhutani Komersial Kayu Madiun dengan M/ Soleh (Pemilik lahan) di
Ponorogo berdasarkan Surat Perjanjian nomor 01/SP/KOM KY/II/2014 tanggal
30 September 2014 dengan jangka waktu satu tahun atas lahan seluas 2.064 M2,
dengan biaya senilai Rp20.000.000,00.
Gambar 3.1 Tempat Penimbunan Kayu (TPK) yang menyewa di Ponorogo
Gambar 3.1. menunjukkan bahwa Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Madiun pada
tahun 2014 memiliki kelebihan persediaan produksi kayu membebani biaya
penyimpanan berupa sewa lahan untuk TPK di Ponorogo.
Berdasarkan penjelasan pada Berita Acara Permintaan Keterangan tanggal 2
Oktober 2015 Direktur Komersial menyatakan bahwa Rencana Teknik Tahunan
(RTT) adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan Pengelolaan Hutan Lestari didasari dengan penyusunan RTT, antara
lain:
1) RTT Persemaian (Pembuatan Bibit);
2) RTT Tanaman;
3) RTT Pemeliharaan Tanaman;
4) RTT Penjarangan; dan
5) RTT Tebangan.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 73
b. Tata waktu tebangan akan mempengaruhi kegiatan pengelolaan hutan lainnya
seperti penyiangan bibit dan persiapan lapangan tanaman yang harus
dilaksanakan mengikuti tata waktu dan pertimbangan musim tanam (musim
hujan), dengan demikian apabila bibit sudah disiapkan, sementara tebangan
dihentikan/dibatalkan maka bibit tidak bisa teralokasikan. Kegiatan
Tebangan sendiri harus diselesaikan sebelum musim hujan tiba.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor: 3477/KPTS/DIR/2014 tentang
Pedoman Pencairan Persediaan Hasil Hutan kayu Bundar Jati dan Rimba, pada
pasal sebagai berikut.
1) Pasal 1 angka 29 yang menyatakan bahwa Pencairan Persediaan adalah
percepatan penjualanbarang yang ada di gudang/TPK/TPKh untuk
mengurangi jumlah stock barang yang ada di gudang/TPK/TPKh dan
menghindari terjadi menurunnya kualitas persediaan yang ada di
gudang/TPK/TPKh karena berpengaruh terhadap nilai jual sehingga dapat
merugikan perusahaan
2) Pasal 1 angka 30 yang menyatakan bahwa Persediaan Fast Moving adalah
segala jenis produk berupa persediaan yang lakunya cepat dijual baik melalui
saluran penjualan kontrak, penjuala langsung, online mapupun lelang karana
sangat diminati sehingga dapat respon oleh pasar;
3) Persediaan Slowmoving adalah persediaan yang tidak laku dijual melalui
saluran penjualan kontrak, penjualan langsung, online dan lelang karena
tidak diminati pasar dengan umur persediaan atau umur kapling yang cukup
lama.
b. Surat Kepala Divisi Komersial Kayu Nomor 98/073.4/PMS/Divikom Kayu
tanggal 16 Februari 2015 Kepada General Manager Komersial Kayu Jawa
Tengah, General Manager Komersial Kayu Jawa Timur dan General Manager
Komersial Kayu Jawa Barat dan Banten, Perihal Kebijakan Penjualan Kayu
Produksi Tahun 2015 dan Sebelumnya pada angka 3 (c) Penjualan Kayu Produksi
tahun 2014 dan sebelumnya yang menyebutkan bahwa Penjualan kayu bundar
jati dan rimba produksi tahun 2014 dan sebelumnya harus menjadi prioritas dan
harus habis/nihil sampai dengan akhir TW I tahun 2015;
c. Program Kerja Biro Pengendalian Produksi Hasil Hutan Tahun 2014, tanggal 20
Maret 2014 Bab III Kebijakan Bidang Produksi Tahun 2014 kebijakan produksi
hasil hutan secara umum masih sama dengan kebijakan tahun sebelumnya, masih
mendasarkan kegiatan pada ketentuan berikut.
1) Poin (9) yang menyebutkan Menyusun logging plan berdasarkan informasi
pasar: jumlah volume, spesifikasi ukuran (diameter dan panjang), serta status
(vinir/hara/ in, local);
2) Poin (13) Melakukan efisiensi Biaya Produksi sebesar 5-10%;
3) Poin (14) Masing-masing Divreg menyusun logging plan dengan Normal
Progress Schedule (NPS) atau target operasional + 10% dari NPS Direktorat
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 74
Komersial Kayu (sesuai rapat Product Planning Inventory Control (PPIC),
selesai minggu II Februari 2014;
d. Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 007/KPTS/DIR 2014 tanggal
13 Januari 2014 tentang Struktur Organisasi Perum Perhutani pada
1) Pasal 4 ayat (2a) Tujuan jabatan Direktur Utama adalah menentukan arah
(sasaran strategis kebijakan, dan strategi perusahaan, memimpin dan
mengkoordinasikan proses pembinaan seluruh fungsi pengelolaan perusahaan
serta memaksimalkan kinerja untuk menjamin pertumbuhan perusahaan
secara efektif, efisien dan berkelanjutan dalam rangka mencapai visi,
melaksanakan Misi dan mewujudkan Tujuan Perusahaan;
2) Pasal 4 ayat (2b) Tujuan jabatan Direktur PSDH adalah merumuskan arah
(sasaran strategis) kebijakan, dan strategi pengelolaan SDH, meliputi
pembinaan hutan, produksi hasil hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan,
perlindungan hutan dan konservasi alam, pembinaan masyarakat desa hutan,
kontribusi ketahanan pangan dan pengambangan hutan rakyat serta
melakukan proses pembinaan dalam pengelolaan SDH dalam rangka
meningkatkan produktivitas SDH dengan prinsip pengelolaan hutan lestari
(PHL), untuk keberlanjutan fungsi dan manfaat SDH;
3) Pasal 4 ayat (2d) Tujuan jabatan Direktur Komersial Kayu adalah
merumuskan arah (sasaran strategis) kebijakan, dan strategi pemanfaatan
hasil kayu, pengolahan hasil hutan kayu, perdagangan hasil hutan kayu, serta
melakukan pembinaan dalam pengelolaan usaha atau bisnis kayu dengan
prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik dan professional, untuk
menghasilkan keuntungan guna menjamin keberlangsungan dan pertumbuhan
perusahaan.
Hal tersebut mengakibatkan:
a. Penurunan nilai mutu kayu serta umur persediaan yang masih tersisa, volume
keseluruhannya sebesar 40.669,00m3 atau senilai Rp94.780.619.227,82 yang
membebani keuangan Perum Perhutani;
b. Terjadinya potensi pemborosan keuangan Perum Perhutani sebesar
Rp38.044.328.903,93.
Hal tersebut disebabkan:
a. Kepala Divisi Regional Jawa Tengah, Divisi Regional Jawa Timur dan Divisi
Regional Jawa Barat dan Banten dalam menerapkan Kebijakan Produksi Kayu
tidak melakukan koordinasi dengan Divisi Komersial kayu masing-masing
wilayah;
b. Kepada Divisi, General Manager Komersial Kayu Jawa Tengah, General
Manager Komersial Kayu Jawa Timur dan General Manager Komersial Kayu
Jawa Barat dan Banten dalam menerapkan Kebijakan Penjualan Kayu tidak
mempedomani Kebijakan Perum Perhutani;
c. Direksi Perum Perhutani belum menetapkan sistem dan prosedur yang mengatur
pembatasan produksi menyangkut pembatasan tebangan kayu yang
menyesuaiakan permintaan pasar.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 75
Perum Perhutani menjelaskan bahwa:
a. Koreksi redaksional :
◦ KPOTS seharusnya KPTS
◦ Hutang seharusnya hutan
◦ 5.290.021,49 seharusnya 481.984
◦ 0,46 % seharusnya 0,51 %
◦ Nilai persediaan sd April 2015 Rp116.189.351.152 seharusnya
Rp89.584.813.733,00.
b. NPS (Normalized Progress Schedule), disusun sebagai arahan mencapai target
tahunan. NPS berupa prosentase, yang ditetapkan sebagai target bulanan.
Disampaikan bahwa NPS Produksi besarnya 10 % diatas NPS Komersial Kayu,
artinya volume target produksi 10 % diatas volume target penjualan perbulan.
Ditetapkan 10 %. Karena selain volume tebangan ynag dijual, produksi juga
harus mengarahkan tebangan untuk spesifikasi Bahan Baku Industri (BBI) untuk
kebutuhan pabrik milik Perhutani, sehingga hal tersebut bersifat wajar dan telah
dilaksanakan secara rutin.
c. Berdasarkan data time series pengamatan volume produksi, penjualan, dan
pendapatan (terlampir), bahwa grafik hubungan penjualan/pendapatan seiring
grafik produksi, artinya bila angka produksi naik, dan penjualan disupport kayu
baru maka angka penjualan/pendapatan juga naik. Adapun hal-hal lain terkait
grafik tersebut yaitu :
a) Produksi berhubungan linier dengan penjualan dan pendapatan, jadi apabila
produksi rendah, maka BBI (Bahan Baku Industri) yang dikirim rendah, dan
volume kayu yang dijual juga rendah.
b) Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, produksi sd April tahun
2015 sebesar 75.199 m3 turun jauh dengan produksi tahun 2013 sebesar
184.979 m3 dan tahun 2014 sebesar 192.620 m3, hal tersebut berdampak
langsung dengan pencapaian pendapatan tahun 2015, sebesar Rp169,58
Milyar yang berselisih jauh dengan tahun 2013 sebesar Rp624,81 Milyar dan
tahun 2014 sebesar Rp722,38 Milyar.
c) Penyebab utama turunnya produksi tahun 2015 adalah adanya penyesuaian
TUHH (Tata Usaha Hasil Hutan) yang sebelumnya menggunakan SK Direksi
516/KPTS/DIR/2011 tanggal 24 Januari 2012 diubah menjadi Permenhut
P.42/Menhut-II/2014 tanggal 10 Juni 2014 dan SK Direksi nomor
3169/KPTS/DIR/2014 tanggal 24 Nopember 2014.
d) Jika dihubungkan dengan NPS, target pendapatan dari penjualan kayu bundar
sebesar 31 % terhadap RKAP 2015 penjualan kayu Jati Rp900,21 Milyar atau
Rp279,07 Milyar. Sedangkan realisasi penjualan kayu Jati sd April 2015
sebesar Rp168,22 Milyar (tabel 2). Apabila ditambahkan sisa persediaan sd
April 2015 sebesar Rp85,34 diasumsiakan semua persedian terjual habis dan
tidak ada tambahan produksi maka jumlah pendapatan yang diperoleh
Rp253,56 Milyar atau 29 %, artinya masih terdapat kekurangan target
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 76
sebesar Rp18 Milyar atau 2 % terhadap NPS sd April dari RKAP kayu Jati
2015.
e) Selain kekurangan pendapatan, juga kekurangan pasokan BBI sebesar 9.086
m3, yang seharusnya sesuai NPS BBI sd April 2015, penyediaan bahan baku
ditargetkan minimal sebesar 15.289 m3 atau 23 % dari target 66.474 m3.
f) Jadi pelaksanaan kegiatan tebangan, yang diasumsikan sebagai pemborosan
dirasakan kurang tepat, dikarenakan jika tebangan dihentikan maka bukan
saja berpengaruh pada pendapatan perusahaan, tapi juga pada pasokan bahan
baku industri (BBI) dan tata waktu tanaman, yang secara tidak langsung
mempengaruhi daur kelestarian hutan.
d. Berdasarkan laporan sisa persediaan dari Divisi Komersial Kayu, bahwa sisa
persediaan sd Maret 2015 sebesar 61.407 m3, dengan dominasi sortimen A.I
sebesar 39.401,21 m3 atau 65 % terhadap total, dengan rincian A.I Jati sebesar
34.130 m3 dan A. I Rimba sebesar 5.270,91 m3. Sedangkan kebutuhan industri
kayu nasional, didominasi sortimen A.II dan A.III, sehingga perlu support
tebangan A yang mayoritas menyediakan ukuran sortimen A.II dan A.III.
Selain memenuhi permintaan industri kayu, pendapatan dari penjualan kayu
sortimen A.II dan A.III memberikan kontrbusi besar terhadap total penjualan
kayu bundar, hal tersebut dapat diamati dari grafik perbandingan penjualan sd
Maret tahun 2013, 2014 dan 2015.
e. Berkenaan dengan masalah kurangnya koordinasi antara bidang produksi dan
komersial kayu, baik itu tingkat Direksi, Divisi (Regional-Komersial), GM
Komersial dengan Karo Produksi hingga Manager dengan Administratur, dapat
disampaikan bahwa Komersial Kayu & Produksi rutin melaksanakan rapat
Prodisar (Produksi, Industri dan Pemasaran), baik itu membahas Rencana
tebangan tahun mendatang, pasokan BBI, maupun penundaan tebangan atau
Nakap.
f. Penundaan tebangan atau nakap, diberlakukan dengan tujuan penyesuaian
terhadap pasar, efisiensi biaya dengan tetap memperhatikan rencana kegiatan
penanaman. Dikarenakan harus mempertimbangkan situasi pasar maka Nakap
dilaksanakan pada Triwulan III, dan Nakap merupakan salah satu bentuk
koordinasi antara Produksi dan Komersial Kayu
g. Kayu bundar, merupakan hasil produk hutan yang secara alami menghasilkan
kayu fast moving dan slow moving. Salah satu yang termasuk slow moving
adalah A.I, apalagi jika A.I asal pohon JPP yang putihan, akan semakin tidak
diminati pasar dan bersaing dengan kayu rakyat.
h. Salah satu prosedur penyesuaian produksi dengan kondisi pasar, dan salah
satunya diimplementasikan dengan surat Direksi nomor 002/SI/APKL-
KOMKAYU/DIR/2015 tanggal 2 Januari 2015 perihal Kebijakan Penjualan
Kayu Bundar Tahun 2015 dan surat Direksi nomor 598/PSDH-Prod/Dir/2015
tanggal 31 Agustus 2015 perihal Kebijakan Produksi Tebangan Kayu Tahun
2015, yang telah meyampaikan arahan Direksi untuk melakukan tebangan sesuai
kondisi pasar.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 77
BPK RI tidak sependapat dengan penjelasan dari Perum Perhutani, yang menjadi
substansi masalahnya adalah pada saat ini permintaaan akan kayu sedang lesu tetapi
target penebangan tetap dilakukan dan termasuk juga trend penjulan yang turun terus
tiap tahun. Hal ini terlihat bahwa secara organisasi antara Direksi PSDH dengan
Direksi Komersial Kayu tidak sinkron, hal ini terjadi karena Direksi Utama Perum
Perhutani belum menetapkan sistem dan prosedur yang mengatur antara kesesuaian
pembatasan tingkat produksi tebangan kayu dengan kondisi permintaan pasar sebagai
dasar untuk membuat kebijakan, hal ini mengakibatkan masing-masing Direksi dalam
membuat kebijakan hanya mengejar target per Divisi bukan target perusahaan secara
utuh. Sehingga alokasi biaya yang telah ditetapkan dalam RKAP seharusnya dapat
dikaji ulang dengan memperhatikan kondisi yang terjadi.
BPK-RI merekomendasikan agar Direksi Perum Perhutani menetapkan sistem dan
prosedur yang mengatur pembatasan produksi menyangkut pembatasan tebangan
kayu yang menyesuaikan permintaan pasar sehingga dapat menjadi pedoman bagi
Divisi PSDH maupun Divisi Komersial Kayu.
4. Penetapan kompensasi atas kelebihan biaya Provisi Sumber Daya Hutan
(PSDH) Senilai Rp7.305.246.012,00 tidak ditindaklanjuti secara konsisten
Neraca Laporan Keuangan Perum Perhutani pada 33 Kesatuan Pemangkuan Hutan
(KPH) pada Tahun 2014 dan 2015 menunjukkan bahwa nilai Akun Biaya Dibayar
Dimuka Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) senilai Rp7.305.246.012,00 yang
terdiri dari PSDH Divisi Regional Jawa Tengah (15 KPH) senilai
Rp4.692.581.039,00 dan Divisi Regional Jawa Timur (18 KPH) senilai
Rp2.612.864.97,00. Nilai tersebut merupakan Perhitungan kelebihan bayar PSDH
Perum Perhutani terhitung mulai tanggal 20 Maret 2014 sampai dengan 25 Agustus
2014 yang belum bisa terkompensasi sampai dengan selesai pemeriksaan tanggal 7
Oktober 2015.
Kronologis kelebihan bayar PSDH Perum Perhutani tahun 2014 dan 2015 dengan
uraian sebagai berikut.
a. Dasar penetapan Harga patokan Hasil Hutan untuk perhitungan PSDH sampai
dengan bulan Januari tahun 2014 mempedomani Peraturan Menteri Perdagangan
RI Nomor 22/M-DAG/PER/4/2012;
b. Selanjutnya Terbit PP RI Nomor 12 Tahun 2014 tanggal 14 Februari 2014
tentang Jenis dan tariff atas penerimaan Negara bukan pajak yang berlaku pada
Kementrian Kehutanan pada 58 jenis kayu jati (Tectona Grandis);
c. Dari perubahan peraturan tersebut terjadi perubahan peraturan dari semula (tarip
10% x harga patokan) berubah menjadi (tarip 6% x harga patokan).
d. Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran PSDH Tahun 2014 tanggal
28 November 2014 diajukan ke Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
sebesar Rp9.594.767.592,00;
Jawaban dari Dirjen Bina Usaha Kehutanan (BUK) berdasarkan Surat Nomor
S.52/VI-BIKPHH/2015 tanggal 6 Februari 2015 sebagai berikut.
1) Divreg Jawa Barat sudah disetujui sejumlah Rp1.714.660.163,40;
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 78
2) Divreg Jawa Tengah kelebihan pembayaran sebesar Rp4.692.581.039,99 masih
meminta kelengkapan data karena masih kurang dokumen pendukung berupa
Surat Perintah Pembayaran (SPP) PSDH 2014; dan
3) Divreg Jawa Timur kelebihan pembayaran sebesar Rp2.612.664.973,00.
Berdasarkan penjelasan pada Berita Acara Permintaan Keterangan tanggal 17
September 2015 menyatakan bahwa Kepala KPH Madiun dan KPH Saradan
menjelaskan bahwa pada tahun berjalan KPH selaku wajib bayar tetap terbebani
merealisasikan biaya PSDH tahun 2015 tanpa mendapatkan kompensasi atas
kelebihan bayar PSDH tahun 2014.
Berdasarkan penjelasan pada Berita Acara Permintaan Keterangan tanggal 6 Oktober
2015 Petugas Khusus Pajak Direktorat Keuangan Perum Perhutani menerangkan
bahwa mekanisme pelaksanaan kelebihan bayar PSDH Perum Perhutani melalui 2
tahap:
a. Mekanisme PSDH pada Divisi Regional Jawa Barat dan Banten pelaksanaannya
melalui Kantor Dinas Kehutanan Pemerintah Provinsi daerah Setempat,
selanjutnya memfasilitasi ke Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup
karena sebagai Pihak yang memberi persetujuan kompensasi PSDH adalah
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; dan
b. Mekanisme PSDH pada Divisi Regional Jawa Timur dan Jawa Tengah
pelaksanaannya melalui Kantor Pusat karena Kantor Dinas Kehutanan
Pemerintah Provinsi daerah Setempat meminta supaya kelebihan PSDH
dimintakan langsung ke Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Untuk Perum Perhutani Divisi Regional Jatim mengusulkan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran PSDH tahun 2014 ke Direksi tertanggal 9 Juni
2015 dan sampai dengan pemeriksaan berakhir kompensasi lebih bayar PSDH
tersebut belum terealisir. Untuk kelanjutan proses Tindak lanjut permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran PSDH tahun 2014 ke Kementrian KLH, sampai
dengan tanggal 6 Oktober 2015 posisi dokumen masih di Kantor Pusat, sambil
menunggu kelengkapan dokumen dari Divreg Jawa Tengah, sedangkan Divisi
regional Jawa Timur sudah lengkap posisi di Kantor Pusat (Kepala Biro Akuntansi
dan pajak).
Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah mempersiapkan bukti pendukung dari
masing-masing KPH di Divreg Jateng masih dikumpulkan di kantor Divreg Jateng,
karena masih kurang dokumen pendukung berupa Surat Perintah Pembayaran (SPP)
PSDH 2014.
Pemeriksaan lebih lanjut diketahui sebagai berikut.
a. Pada tanggal 26 Mei 2014 kantor Divisi Regional Jatim menerbitkan Surat
Nomor 78/025/025.1/Keu/II perihal Penetapan tarip PSDH;
b. Antara periode antara tanggal 23 Juli 2014 sampai dengan tanggal tanggal 30
September 2014, pada 18 KPH wilayah Divisi Regional Jawa Timur telah
melakukan pemeriksaan bersama dengan masing-masing Dinas Kehutanan
Kabupaten setempat terhadap perhitungan kelebihan setoran PSDH
keseluruhannya senilai Rp2.612.864.97,00;
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 79
c. Selanjutnya Kantor Divisi Regional menerbitkan Surat Nomor
563/026.Keu/Divre Jawa Timur tanggal 23 Oktober 2014 perihal Perubahan
Penetapan Harga Patokan PSDH kepada segenap Administrator;
d. Perum Perhutani Divisi Regional Jatim mengusulkan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran PSDH tahun 2014 ke Direksi tertanggal 9 Juni 2015 dan
sampai dengan pemeriksaan berakhir kompensasi lebih bayar PSDH tersebut
belum terealisir. Untuk kelanjutan proses Tindak lanjut permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran PSDH tahun 2014 ke Kementrian KLH
merupakan kewenangan dari Direksi.
Hasil reviu terhadap pelaksanaan kompensasi lebih bayar PSDH di level KPH
Madiun dan KPH Saradan tahun Buku 2014 dan 2015 diketahui bahwa nilai
kompensasi lebih bayar PSDH Perhutani KPH Madiun senilai Rp446.806.344,00 dan
Perhutani KPH Saradan senilai Rp388.719.528,00 diketahui sampai dengan tanggal
19 September 2015 belum bisa terealisir.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang
Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran PNBP yang terutang pasal
1angka 4 dan pasal 1 (1), (2) dan (3) bahwa wajib bayar dapat mengajukan
permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran PNBP yang terutang kepada
pimpinan Instansi Pemerintah dalam hal ini Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan dengan disertai dokumen pendukung yang sah dan lengkap Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberikan persetujuan atau penolakan atas
permohonan Wajib Bayar tersebut, dan apabila disetujui maka kelebihan pembayaran
diperhitungkan sebagai pembayaran dimuka atas jumlah PNBP yang terutang dari
wajib bayar yang bersangkutan pada periode berikutnya.
Hal tersebut mengakibatkan dana yang tidak segera dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan yang lain pada Perum Perhutani sebesar Rp7.305.246.012,00.
Hal tersebut disebabkan:
a. Kepala Biro Akuntansi dan pajak Direktorat Keuangan Perum Perhutani tidak
segera memproses Surat Ketetapan Lebih Bayar PSDH Perum Perhutani pada 18
KPH Divisi Regional Jawa Timur sebagai bahan kompensasi kelebihan
pembayaran PSDH tahun 2014 untuk tahun berjalan kepada Kementrian
Kehutanan dan Lingkungan Hidup;
b. Masing-masing Kepala KPH Divisi pada Regional Jawa Tengah tidak segera
memproses kekurangan Surat Ketetapan Lebih Bayar PSDH berupa dokumen
pendukung berupa Surat Perintah Pembayaran (SPP) PSDH 2014 Perum
Perhutani pada 18 KPH Regional Jawa Tengah sebagai bahan kompensasi
kelebihan pembayaran PSDH tahun 2014 untuk tahun berjalan kepada
Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.
Perum Perhutani menjelaskan bahwa Direksi telah mengajukan kembali permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran PSDH kepada Direktur Jenderal Pengelolaan
Hutan Produksi Lestari Kementerian Lingkungan hidup dan Kehutanan untuk Divisi
Regional Jawa Timur dan Divisi Regional Jawa Tengah, sesuai surat Direksi Perum
Perhutani nomor: 409/026.3/Keu/Dir/2015 tanggal 27 Oktober 2015, perihal
Kelebihan Pembayaran PSDH tahun 2014.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 80
BPK-RI merekomendasikan agar Direksi Perum Perhutani berkoordinasi dengan
pihak Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta kepada pihak Pemerintah Daerah yang
bersangkutan, terkait penyelesaian kelebihan PSDH dari masing-masing KPH.
5. Pekerjaan jasa konsultan dan pekerjaan pendampingan tim supervisor pada
kegiatan pengembangan tanaman karet tumpang tindih sehingga berpotensi
tidak efisien sebesar Rp1.786.830.548,00
Tahun 2012 Perum Perhutani melaksanakan Program Pengembangan Tanaman
Agroforestry Karet (PTA-Karet). Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan
Banten menjadi pioneer dalam pengembangan tanaman karet pada Perum Perhutani,
yang berkedudukan di Kota Majalengka, dengan wilayah pengembangan tanaman
karet ini dilakukan di wilayah Indramayu (Sanca dan Cikamurang), Majalengka
(Sahbandar dan Cisahang) dan Sumedang (Ujung Jaya dan Karamat). PTA- Karet
dilaksanakan sesuai Surat Keputusan Direksi No 404/052.1/Can/Dir Tanggal 9 Juli
2012 perihal Pengembangan Tanaman Karet dengan luas ± 20.000 Ha. Luas
pengembangan PTA-Karet periode 2012 s.d 2015 adalah 4.238,03 ha dengan rincian;
seluas 562,43 ha, tahun 2013 seluas 1.007,93 ha, tahun 2014 seluas 2.110,66 ha dan
tahun 2015 seluas 557,01 ha. Tanaman karet dikelola oleh satuan kerja yaitu Kantor
Pengembangan Tanaman Agroforestry Karet yang dipimpin oleh seorang Kepala
Proyek (Kapro) beserta jajarannya yaitu Pimpinan Pelaksana (Pinlak), Kepala Seksi
Tanaman, Asper, KTU, KBB dan lainnya yang berkedudukan di Majalengka.
Tujuan dilaksanakanya PTA – Karet adalah mengoptimalkan sumber daya hutan dan
meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan serta memberikan kesempatan berusaha
dan peningkatan ekonomi bagi masyarakat, dengan sasaran tetap menjaga eksistensi
kawasan hutan dan peningkatan produktivitas sumber daya hutan dan dapat
meningkatan pendapatan perusahaan. Pendanaan pengembangan tanaman karet,
dituangkan dalam Rencana Operasional Pengembangan Tanaman Karet dengan
Anggaran dan Realisasi Biaya sebagai berikut.
Tabel 3.29. Anggaran Biaya Pengembangan Tanaman Karet tahun 2012 s.d 2015 (Rp)
Uraian Biaya 2012 2013 2014 2015 Jumlah
I. BIAYA TEKNIS
A. Persemaian 858.498.190,00 1.030.119.596,00 1.888.617.786,00
B. Tanaman Karet 9.493.487.824,00 33.235.472.325,00 49.985.914.959,00 45.960.195.544,00 138.675.070.652,00
D. Kebun Entrys 0 226.276.437,00 527.743.300,00 699.546.200,00 1.453.565.937,00
E.
Tanaman Tepi Dan Non
Karet 0 1.432.861.081,00 1.175.804.095,00 736.439.755,00 3.345.104.931,00
II. BIAYA NON TEKNIS
A. Biaya Perencanaan 20.061.300,00 1.220.000.000,00 1.119.000.000,00 2.359.061.300,00
B Biaya Non Teknis 2.342.544.000,00 6.196.027.500,00 1.078.260.000,00 9.616.831.500,00
C. Biaya SDM dan Umum 9.000.929.008,00 9.964.913.400,00 18.965.842.408,00
III. SARANA DAN PRASARANA
1. Investasi 3.743.906..876,00 7.203.737.000,00 7.829.350.000,00 586.246.320,00 19.363.240.196,00
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 81
Uraian Biaya 2012 2013 2014 2015 Jumlah
2. Pemeliharaan Rutin 1.428.000.000,00 860.172.000,00 2.288.172.000,00
3. Sarana dan Prasarana
JUMLAH 15.600.000.000,00 48.294.374.343,00 73.104.499.552,00 60.956.460.815,00 197.955.506.710,00
Tabel 3.30. Realisasi Biaya Pengembangan Tanaman Karet tahun 2012 s.d 2015 (Rp)
Uraian Biaya 2012 2013 2014 2015 Jumlah
I. BIAYA TEKNIS
A. Persemaian
827.739.933,00 356.857.900,00 1.184.597.833,00
B. Tanaman Karet 2.848.821.309,00 20.503.789.757,00 45.729.064.319,00 7.079.700.279,05 76.161.375.664,00
D. Kebun Entrys 15.474.666,00 436.838.886,00 44.968.650,00 497.282.202,00
E.
Tanaman Tepi Dan Non Karet
206.166.735,00 784.695.510,00 13.102.540,00 1.003.964.785,00
II. BIAYA NON TEKNIS
A. Biaya Perencanaan
1.201.049.982,00 135.005.500,00 1.336.055.482,00
B Biaya Non Teknis
5.825.000.423,00 4.975.952.300,00
10.800.952.723,00
C. Biaya SDM dan Umum
6.476.350.752,00 2.944.084.259,00 9.420.435.011,00
III. SARANA DAN PRASARANA
1. Investasi
3.343.039.178,00 6.877.379.314,00 490.037.251,00 10.710.455.743,00
2. Pemeliharaan Rutin
1.277.028.851,00 - 1.277.028.851,00
3. Sarana dan Prasarana
594.450.251,00 594.450.251,00
JUMLAH 2.848.821.309,00 29.893.470.759,00 68.586.099.847,00 11.658.206.630,05 112.986.598.545,00
Dari tabel 3.30. diketahui anggaran dan realisasi biaya pengembangan karet sejak
tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 masing-masing sebesar Rp197.955.506.710,00
dan Rp112.986.598.545,00. Uji petik telah dilakukan atas biaya Sumber Daya
Manusia (SDM) dan Umum tahun 2014 sebesar Rp6.476.350.752,00 dan 2015
Rp2.944.084.259,00.
Untuk mendukung pelaksanaan program tersebut Perum Perhutani dhi Direktur SDM
dan Umum terkait dengan persiapan SDM telah melakukan rekruitment dari internal
dan eksternal sejak tahun 2012 s.d tahun 2015. Salah satu rekruitmen eksternal yang
dilakukan adalah dengan melaksanakan perjanjian kerjasama dengan PT. Pennurin
yang dipimpin oleh mantan Direktur Produksi PTPN VIII yaitu Bapak Ir. Iyan
Heryanto S. dan kerjasama Pendamping Teknis lapangan oleh Supervisor dengan
pensiunan pegawai PTPN VIII. Rincian kontrak sebagai berikut.
Tabel 3.31. Rekapitulasi kontrak Konsultan 2012 s.d 2015
No Tahun
Kontrak Konsultan
Jangka
waktu
Kontrak Tim Supervisor pensiunan pegawai
PTPN VIII Jangka waktu PT. Pennurin
No Kontrak/tgl Nilai No Kontrak Nilai
1 2012 10/SP/Dir/2012, 04-5-2012 737.556.000 4-5-
‘12s.d 31
Des –‘12
01 s.d 13//PKS/Tan
Karet/PTK/III,
318.000.000 30-11-2012.s.d
30 -05-2013
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 82
No Tahun
Kontrak Konsultan
Jangka
waktu
Kontrak Tim Supervisor pensiunan pegawai
PTPN VIII Jangka waktu PT. Pennurin
No Kontrak/tgl Nilai No Kontrak Nilai
2 2013 6/SJ/III/2013, 08-03-2013 414.033.400 8-3-’12
s.d 31-
12-‘13
Addendum kontrak 01 s.d
13//PKS/TanKaret/PTK/III
318.000.000 27 -05-2013 s.d
27 -12-2014
3 2014 044/052.1/SDH/DV 419.794.650 22 s.d
23/PKS/TanKaret/PTK/III,
318.000.000 06-03-2014 s.d
31-12-2014
27 Des 2014
4 2015 05//SJ/DRJB/2015,19-6-
2015
247.468.100 1 s.d 15/PKS/Bin-SDH/Divreg
Janten
318.000.000 1-1-2015 s.d 31-
12-2015
Jumlah 1.818.852.150 Jumlah 1.272.000.000
Dari tabel di atas diketahui perjanjian dengan PT Penurin dilakukan sejak tahun 2012
oleh Perum Perhutani dhi Direktur SDM dan Umum dengan Ir. Iyan Heryanto.
Selanjutnya berdasarkan surat No.044/052.1/SDH/DV tanggal 1 Februari 2013
perihal persetujuan perpanjangan pekerjaan jasa konsultan pendampingan tanaman
karet tahun 2013, dinyatakan bahwa pekerjaan jasa konsultan dapat diperpanjang dan
proses pengadaannya dilaksanakan di Unit III Jawa Barat Banten (Divreg Janten),
sehingga atas dasar surat tersebut pekerjaan jasa konsultan setiap tahun dilakukan
addendum yang disepakati antara Kepala Divreg Janten dengan Direktur PT Penurin
Ir. Iyan Heryanto. Harga pekerjaan untuk kontrak konsultan bersifat lumpsum fixed
price. Pembayaran dilakukan 3 tahap yaitu tahap I 20%, tahap II 30 % dan tahap III
50 % dari nilai kontrak.
Disamping itu Divreg Janten juga melakukan perjanjian kerjasama lainnya yaitu
“Pendamping Tim Supervisor” dengan pensiunan pegawai PTPN VIII atas nama
pribadi sejak 30 Nopember 2012 dan setiap tahun diperpanjang s.d 31 Desember
2015. Harga Pekerjaan berdasarkan kesepakatan sesuai dengan jabatan masing-
masing supervisor dan luas area yang di supervisi. Komponen biaya yang dikeluarkan
adalah: Honor (sesuai nilai kontrak per individu) di tambah fasilitas antara lain
transport, tunjangan perumahan dan jamsostek. Realisasi biaya tim supervisi dengan
rincian berikut.
Tabel 3.32. Realisasi Pembayaran Tim Supervisi 2012 s.d 2015
Tahun Nilai Pembayaran
2012 Rp 318.000.000
2013 Rp 616.022.808
2014 Rp 511.232.090
2015 Rp 341.575.650
Jumlah Rp1.786.830.548
Hasil pemeriksaan atas pekerjaan pendampingan jasa konsultan pendampingan dan
jasa pendampingan oleh tim Supervisi tanaman karet tahun 2014 dan 2015 diketahui
hal-hal sebagai berikut.
a. Terdapat tumpang tindih pada ruang lingkup pekerjaan
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 83
Pada pasal 3 atas ruang lingkup pekerjaan atas jasa konsultan adalah melakukan
pendampingan pada pihak ke satu terhadap rencana pengebangan tanaman karet
di lokasi unit III, dengan rincian:
1) Melakukan penyusunan rencana pengembangan Tanaman Karet di pihak ke
Satu
2) Memberikan supervisi dan pendampingan di lapangan
3) Memberikan masukan strategis dan teknis pada pihak ke I
4) Membantu dalam penyusunan organisasi, seleksi dan pelatihan SDM
5) Melayani konsultasi bersifat teknis maupun administrasi sesuai dengan
urgensi.
Sedangkan ruang lingkup pekerjaan tim supervisi adalah pendampingan
(supervisi) pelaksanaan kegiatan penanaman tanaman karet mulai persiapan
lapangan sampai dengan proses pemeliharaan, Keberadaan Tim Supervisor
diketahui dengan penandatanganan daftar hadir secara manual di masing-masing
lokasi, setiap bulan membuat laporan kemajuan pekerjaan.
Dari uraian ruang lingkup pekerjaan antara jasa konsultan dan tim supervisi
terdapat lingkup pekerjaan yang saling tumpang tindih yang merupakan lingkup
pekerjaan utama sebagaimana dalam tabel berikut
Tabel 3.33. Perbandingan Ruang Lingkup Pekerjaan Jasa Konsultan dan Tim Supervisi
No Tim Konsultan Tim Supervisi
1 Memberikan supervisi dan pendampingan di
lapangan ( bagaimana cara penanaman,
pemupukan) mulai dari kegiatan persiapan
sampai pemeliharaan tanaman karet
Memberikan supervisi dan pendampingan di
lapangan ( bagaimana cara penanaman,
pemupukan) mulai dari kegiatan persiapan
sampai pemeliharaan tanaman karet
2 Memberikan masukan strategis dan teknis pada
pihak ke I (bagaimana cara pembibitan dan
persemaian yang baik)
Memberikan masukan strategis dan teknis
pada pihak ke I (bagaimana cara pembibitan
dan persemaian yang baik)
b. Hasil wawancara dengan pimpro Pengambangan Tanaman karet No.
1/BAW/Subtim 1/09/Perhutani/2015 tanggal 11 September 2015 menjelaskan
bahwa tim konsultan dapat di minta ke lapangan pada saat diperlukan,
sedangakan tim supervisi setiap saat ada di lapangan sehingga pegawai/mandor
di PTK dapat bertanya dan berkonsultasi langsung kepada supervisor atas
permasalahan yang ada di lapangan. Tim supervisor melakukan pendampingan
langsung ke lapangan, misalnya bagaimana cara melakukan persemaian yang
baik, bagaimana cara menanam yang baik. Namun tim supervisi ini tidak
dibutuhkan setiap saat,
c. Keberadaan tim supervisi di harapkan dapat mengubah etos kerja di lingkungan
Pengembangan Tanaman karet
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 84
d. Sistem pembayaran yang dilakukan untuk pekerjaan konsultan sebayak 3 tahap,
yaitu:
1) Tahap I 20% dari nilai pekerjan setelah pihak ke dua menyerahkan laporan
pendahuluan
2) Tahap II 30 % dari nilai pekerjaan setelah pihak kedua menyerahkan laporan
antara yang memuat laporan kemajuan pekerjaan
3) Tahap III 50% dari nilai pekerjan setelah pihak ke dua menyerahkan laporan
Final
e. Sedangkan untuk tim supervisi pembayaran dilakukan setiap bulan berlaku sejak
perjanjian ditandatangani. Untuk tahun 2012 dan 2013 telah terealisasi masing-
masing sebesar Rp318.000.000 dan Rp616.022.808. Sedangkan untuk tahun
2014 realisasi pembayaran dilakukan selama 10 bulan (Maret s.d. Desember
2014) sebesar Rp511.232.090,00 dan tahun 2015 selama 6 bulan (Januari s.d
Juni 2015) sebesar Rp341.575.650,00. Rincian biaya honor tim supervisi (2013 -
2015) terlampir. (Lampiran 14).
Dari uraian di atas atas total biaya yang sudah dikeluarkan untuk pekerjaan tim
supervisor sebesar Rp1.786.830.548,00.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Perjanjian pekerjaan Jasa Konsultan antara antara Perum Perhutani Unit III Jawa
Barat dan Banten dengan PT. Pennurin, No tanggal 19 Juni 2015 pasal 3 tentang
ruang lingkup pekerjaan dan keluaran;
b. Perjanjian Kerjasama Pendampingan Supervisi Penanaman Tanaman Karet antara
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten dengan pensiunan pegawai
PTPN VIII atas nama Pribadi, sesuai kontrak No01 s.d 13//PKS/Tan
Karet/PTK/III, yang dilakukan addendum tahun 2014 dan 2015.pasal 3 tentang
ruang lingkup pekerjaan yang diaddendum dengan kontrak No 1 s.d 15/PKS/Bin-
SDH/Divreg Janten tanggal 1 Januari 2015;
c. Pedoman pelaksanaan RKAP tahun 2012 perum Perhutani, Bab III, Rencana
angara biaya merupakan batas maksimum pengeluaran yang harus diupayakan
secara efisien dan efektif; dan
d. Surat Direksi No 044/052.1/SDH/DV tanggal 1 Februari 2013 perihal
Persetujuan perpanjangan Pekerjaan Jasa konsultan pendampingan tanaman
karet.
Hal tersebut mengakibatkan terjadinya inefisiensi atas biaya pendampingan tim
supervisi tahun 2012 – 2015 (s.d. Juni) sebesar Rp1.786.830.548,00.
Hal tersebut disebabkan:
a. Kepala Divreg Janten kurang memperhatikan ruang lingkup pekerjaan dalam
menyusun kontrak jasa konsultan dan tim supervisor yang tumpang tindih.
b. Kepala Pelaksanaan Proyek Pengembangan Tanaman Karet lalai dalam
menentukan tingkat kepentingan masing-masing kegiatan.
c. Direksi lemah dalam pengendalian program tanaman karet.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 85
Perum Perhutani menjelaskan bahwa sesuai dengan hasil rapat tanggal 01 Oktober
2015 (surat No. 528/006.6/SDM-PTAK/Divre Janten) keberadaan konsultan dan
supervisor perlu dievaluasi dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Keberadaan Konsultan masih diperlukan sampai batas waktu tertentu dengan
tugas pokok untuk pendampingan kegiatan strategis dan kebijakan ditingkat
Divreg dan akan disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan (baik jumlah tenaga
ahli maupun tenggang waktunya);
b. Keberadaan Supervisor akan dikurangi jumlah personilnya pada tahun 2016,
sesuai dengan kebutuhan di lapangan; dan
c. Direksi sudah bersurat kepada Kadivre Janten agar mengurangi jumlah
Supervisi Lapangan sebagaimana terlampir.
BPK-RI merekomendasikan agar Direksi Perum Perhutani meninjau kembali baik
kontrak dengan konsultan ataupun supervisi dari mantan pegawai PTPN yang tidak
dapat diukur kompetensi teknisnya seperti konsultan teknis pada umumnya
diantaranya didukung dengan sertifikat keahlian yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang.
6. Kegiatan investasi Tahun 2014 pada KBM Komersial Kayu I Jawa Tengah
membebani biaya usaha sebesar Rp447.937.380,00
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi No.007/Kpts/Dir/2013 tentang Struktur
Organisasi Perum Perhutani, salah satu divisi yang dimiliki oleh Perum Perhutani
adalah Divisi Komersial Kayu. Ruang lingkup kegiatan bisnis Divisi Komersial Kayu
adalah menjalankan kegiatan operasi bisnis hilir melalui perdagangan (trading) kayu
log (kayu bundar) hasil produksi kawasan hutan Perum Perhutani untuk menciptakan
nilai sebesar-besarnya guna mendukung pendapatan dan pertumbuhan perusahaan.
Divisi Komersial Kayu dipimpin oleh Kepala Divisi dan membawahi 3 (tiga)
Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM), diantaranya KBM Komersial Kayu I Jawa Tengah
yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan usaha bisnis perusahaan
secara mandiri untuk meningkatkan pendapatan perusahaan dengan bisnis inti
pemasaran kayu. KBM Komersial Kayu I Jawa Tengah pada Divisi Komersial Kayu
memasarkan kayu yang berasal dari Divisi Regional I Jawa Tengah.
Dalam Laporan Laba Rugi, khusus pada entitas akuntansi untuk periode yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 KBM Komersial Kayu I Jawa Tengah
memperoleh laba sebesar Rp242.766.476.693,00. Selama tahun 2014, KBM
Komersial Kayu I memperoleh pendapatan sebesar Rp934.330.261.575,00 dan
membukukan biaya usaha sebesar Rp56.488.985.541,00 (Tabel 3.34).
Tabel 3.34. Laporan Laba Rugi Tahun 2014 KBM Komersial Kayu I Jawa Tengah
Nama Rekening RKAP Realisasi %
Pendapatan
Penjualan 695.070.000.000,00 801.014.748.512,00 115,25%
Penyerahan Hasil Hutan
133.315.513.063,00
Jumlah Pendapatan 695.070.000.000,00 934.330.261.575,00 134,43%
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 86
Nama Rekening RKAP Realisasi %
Harga Pokok Penjualan 2.182.594.000,00 635.962.334.786,00 29137,92%
Laba (Rugi) Kotor 692.887.406.000,00 298.367.926.789,00 43,07%
Biaya Usaha
Biaya Pemasaran 44.689.775.000,00 49.285.377.801,00 110,29%
Biaya Umum dan Administrasi 5.550.718.000,00 7.203.607.740,00 129,78%
Jumlah Biaya Usaha 50.240.493.000,00 56.488.985.541,00 112,44%
Laba (Rugi) Bersih 642.646.913.000,00 241.878.941.248,00 37,64%
Pendapatan/Biaya Diluar Usaha Pokok
Pendapatan di Luar Usaha Pokok 220.000.000,00 964.531.824,00 438,43%
Biaya di Luar Usaha Pokok - 76.996.379,00
Jumlah Pendapatan/Biaya Diluar Usaha Pokok 220.000.000,00 887.535.445,00 403,43%
Laba (Rugi) 642.866.913.000,00 242.766.476.693,00 37,76%
Berdasarkan tabel di atas, KBM Komersial Kayu I Jawa Tengah menganggarkan
biaya usaha sebesar Rp50.240.493.000,00 dan telah direalisasikan sebesar
Rp56.488.985.541,00 atau 112,44% dari anggaran selama tahun 2014.
Beban usaha adalah beban yang berhubungan dengan pelaksanaan usaha tetapi tidak
dapat dibebankan secara langsung kepada produk dan jasa yang dijual. Beban usaha
terdiri atas:
a. Beban distribusi adalah beban untuk kegiatan pemasaran atau penjualan serta
distribusi barang dan jasa yang djual
b. Beban administrasi adalah beban untuk kegiatan administrasi usaha, termasuk
biaya pegawai yang bersifat manajemen dan administrasi
Hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap biaya usaha pada KBM Komersial Kayu I
menunjukan bahwa pada tahun 2014 terdapat pengeluaran-pengeluaran atas kegiatan
investasi yaitu pekerjaan pembuatan los TPK Doplang senilai Rp269.792.820,00 dan
pembuatan pagar tembok batu bata dan pemasangan kawat duri di TPK senilai
Rp178.144.560,00. Pengeluaran atas kegiatan investasi tersebut tidak dibebankan ke
dalam investasi sebagai aset tetap, namun dibebankan ke dalam biaya penjualan yaitu
biaya lelang besar (kode rekening 61.61.19). Dalam RKAP Tahun 2014, kegiatan
investasi atas pembuatan los TPK dan pembuatan pagar tembok batu bata dan
pemasangan kawat duri di TPK telah dianggarkan pada anggaran investasi sub
rekening 14.42.00.
Berdasarkan keterangan dari GM Komersial Kayu I diketahui bahwa terdapat
kesalahan input oleh petugas pembukuan, yang seharusnya dibuku sebagai investasi
sebagaimana dalam dokumen rekening 14.42.00 namun terbuku pada biaya usaha
rekening 61.61.19.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Dalam Keputusan Direksi Perum Perhutani No. 100/Kpts/Dir/2012 tanggal 30
Januari 2012 tentang Pedoman Persyaratan dan Tata Cara Penerimaan
Pembayaran Pasal 19 Ayat (5) dinyatakan bahwa Kasir melakukan pembayaran
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 87
berupa uang tunai/cek/Bilyet Giro/transfer serta melakukan pencatatan dalam
buku Kliker Kas/Bank, memberikan tanda “Lunas/Telah Dibayar, Tanggal dan
Paraf” termasuk pada lampiran-lampirannya, dan selanjutnya surat bukti
diserahkan ke Bagian Keuangan untuk diberi nomer urut dan dibuku dalam Buku
Harian Kas/Bank.
b. Keputusan Direksi Perum Perhutani No.817/KPTS/DIR/2013 tentang Kebijakan
Akuntansi Pada Perum Perhutani
1) Angka 2 Kebijakan Akuntansi Aset huruf d Angka 01, menyatakan bahwa
aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dengan dibangun lebih dulu, dimiliki untuk digunakan dalam operasi dan
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan usaha, mempunyai
umur manfaat lebih dari satu periode, dan layak dikapitalisasi.
2) Angka 5 Kebijakan Akuntansi Pendapatan dan Beban huruf d, menyatakan
bahwa Beban usaha adalah beban yang berhubungan dengan pelaksanaan
usaha tetapi tidak dapat dibebankan secara langsung kepada produk dan jasa
yang dijual. Beban usaha terdiri atas:
a) Beban distribusi adalah beban untuk kegiatan pemasaran serta distribusi
barang dan jasa yang djual
b) Beban administrasi adalah beban untuk kegiatan administrasi usaha,
termasuk biaya pegawai yang bersifat manajemen dan administrasi
Hal tersebut mengakibatkan mengurangi laba sebesar Rp447.937.380,00 dan nilai
aset tetap yang tidak tercatat.
Hal tersebut disebabkan karena ketidakcermatan petugas pembukuan yang ditunjuk
dalam melakukan input kode rekening atas transaksi pembayaran kegiatan investasi
pekerjaan pembuatan los TPK Doplang dan pembuatan pagar tembok batu bata dan
pemasangan kawat duri di TPK.
Perum Perhutani menjelaskan bahwa sependapat dengan temuan BPK, hal tersebut
terjadi karena kesalahan entry kode rekening oleh petugas dan akan kami tindak
lanjuti dengan melakukan koreksi rekening pembukuan dengan KAP pada audit
laporan keuangan tahun 2015, dan untuk selanjutnya kami akan lebih cermat.
BPK-RI merekomendasikan agar Direksi Perum Perhutani memerintahkan Kepala
Divisi Komersial Kayu untuk meningkatkan pengendalian atas ketidakcermatan
petugas pembukuan.
7. Kegiatan studi banding Tahun 2014 tidak tepat dilaksanakan oleh Biro
Pembinaan Sumber Daya Hutan sebesar Rp2.713.816.027,00 dan sebagian bukti
pertanggungjawaban penggunaan uang belum memadai sebesar
Rp307.544.055,00
Pada Tahun 2014 Perum Perhutani Kantor Divisi Regional (Divreg) Jawa Tengah
membukukan Harga Pokok Penjualan (HPP) sebesar Rp96.870.589.858,00 atau
sebesar 77,10% dari anggaran sebesar Rp125.646.001.000,00. Komponen penyusun
HPP di Kantor Divreg Jawa Tengah Tahun 2014 antara lain biaya produksi kayu
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 88
tebangan, biaya produksi hasil hutan lain yang belum/tidak diolah, biaya produksi
hasil hutan lain yang diolah, biaya produksi lainnya dan biaya produksi hasil usaha
lainnya.
Hasil pemeriksaan secara uji petik atas voucher pertanggungjawaban biaya produksi
Tahun 2014 pada Kantor Divreg Jateng diketahui sebagian diantaranya terdapat
pembebanan biaya untuk delapan kegiatan studi banding dengan anggaran biaya
sebesar Rp2.713.816.027,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp2.713.816.027,00,
(100%) yaitu terdiri dari:
a. Studi banding PLDT tanaman porang integrated farming Rp173.060.000,00
b. Studi banding tanaman & capacity building ke KPH Pasuruan Rp559.280.100,00
c. Studi banding Capacity Building bidang Tanaman ke KPH Banyuwangi Utara
Rp444.422.927,00
d. Studi banding Integrated Farming Rp163.030.000,00
e. Studi banding tanaman sengon Rp614.680.000,00
f. Studi banding koperasi LMDH Rp342.572.000,00
g. Studi banding tanaman karet dan bina karya Kelola SDH Rp193.775.000,00
h. Studi banding TN Baluran Rp222.996.000,00
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen diketahui bahwa kegiatan studi banding ini
dilaksanakan oleh Biro Pembinaan Sumber Daya Hutan (SDH). Tugas dan fungsi
(tusi) Biro SDH adalah kegiatan produksi hasil hutan, sedangkan untuk kegiatan yang
sifatnya pengembangan pengetahuan dan penelitian serta perencanan hasil hutan
merupakan tusi Biro Perencanaan ataupun tusi bidang pengemabangan dan
penetlitian pada divisi yang berbeda. Sehingga tidak tepat untuk kegiatan studi
banding dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan personil bagian
produksi dilaksanakan oleh Biro SDH. Seharusnya kegiatan tersebut dilakanakan
oleh biro perencanaan dengan peserta dari pelaksana teknis yaitu Biro Pembinaan
SDH.
Hasil pengujian terbatas pada salah satu kegiatan studi banding, yaitu untuk tanaman
dan capacity building ke KPH Pasuruan dengan anggaran sebesar Rp559.280.100,00
dan direalisasikan sebesar Rp559.280.100,00, diperoleh informasi secara kronologis
sebagai berikut.
a. Kepala Biro Pembinaan SDH mengajukan proposal berdasarkan Nota Dinas
Nomor 184/Bin.SDH/I Tanggal 29 September 2014. Proposal tersebut memuat
informasi antara lain:
1) Studi banding tanaman dan capacity building dilaksanakan di KPH Pasuruan
dalam dua tahap pelaksanaan, yaitu Tahap I Tanggal 15 – 18 Oktober 2014
dan Tahap II Tanggal 20 s.d 23 Oktober 2014.
2) Masing-masing tahap direncanakan diikuti peserta sebanyak 80 orang.
3) Anggaran masing-masing tahap sebesar Rp279.640.050,00, menggunakan
anggaran tanaman Kantor Divisi Regional Jawa Tengah yang tersedia pada
RKAP Tahun 2014 rekening 51.36.53.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 89
b. Atas proposal tersebut, Kepala Divreg Jawa Tengah mengeluarkan disposisi
tanggal 4 Oktober 2014 dengan catatan untuk dilaksanakan sesuai ketentuan.
Selanjutnya Kepala Biro Pembinaan SDH memberikan disposisi kepada Kasi
Tanaman pada tanggal 6 Oktober 2014 untuk mempersiapkan dan melaksanakan
dengan sebaik-baiknya, dan pada tanggal 8 Oktober 2014, Kasi Tanaman
memberikan disposisi kepada Kepala Sub Seksi (KSS) Tanaman untuk mencari
Event Organizer (EO) yang berkualitas dan murah sesuai ketentuan.
c. Pada tanggal 14 Oktober 2014 Kepala Biro Pembinaan Sumber Daya Hutan
mengirimkan Undangan Nomor 218/006.6/Bin.SDH/Divre Jateng yang ditujukan
kepada segenap administratur/KKPH dalam wilayah kerja Divisi Regional Jawa
Tengah. Undangan tersebut memuat informasi studi banding tanaman dan
capacity building bagi petugas berprestasi yang akan dilaksanakan pada tanggal
15 s.d 18 Oktober 2014 dan bertempat di KPH Pasuruan Perum Perhutani Divisi
Regional Jawa Timur.
Undangan tersebut disertai lampiran daftar peserta studi banding, yaitu masing-
masing 9 (sembilan) peserta untuk KPH berprestasi (KPH Blora, KPH Gundih,
KPH Kebunharjo, KPH Kendal, KPH Mantingan dan KPH Telawa) dan masing-
masing 1 (satu) peserta untuk KPH lainnya (KPH Balapulang, KPH Banyumas
Barat, KPH Banyumas Timur, KPH Cepu, KPH Kedu Selatan, KPH Kedu Utara,
KPH Pati, KPH Pekalongan Barat, KPH Pekalongan Timur, KPH Pemalang,
KPH Purwodadi, KPH Randublatung, KPH Semarang, dan KPH Surakarta).
Total peserta studi banding yang diundang dari KPH-KPH adalah 68 peserta.
d. Pada Tanggal 27 Oktober 2014 Kepala Biro Pembinaan SDH membuat Laporan
Pelaksanaan tanaman dan capacity building bagi petugas pelaksana tanaman
Tahun 2014 berdasarkan Nota Dinas Nomor 193/Bin.SDH/I. Laporan tersebut
memuat informasi sebagai berikut.
1) Studi banding dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu Tahap I dilaksanakan
tanggal 15 – 18 Oktober 2014 dan Tahap II dilaksanakan tanggal 20 – 23
Oktober 2014.
2) Kedua tahap tersebut diikuti oleh peserta berbeda.
(a) Studi banding Tahap I diikuti oleh pelaksana teknis Bidang Tanaman
KPH wilayah kerja Rayon I dan Rayon II. KPH Rayon I meliputi KPH
Balapulang, KPH Pemalang, KPH Pekalongan Barat, KPH Pekalongan
Timur, KPH Kendal; sedangkan KPH Rayon II meliputi KPH Banyumas
Barat, KPH Banyumas Timur, KPH Kedu Utara, KPH Kedu Selatan,
KPH Surakarta.
(b) Studi banding Tahap II diikuti oleh pelaksana teknis Bidang Tanaman
KPH wilayah kerja Rayon III dan Rayon IV. KPH Rayon III meliputi
KPH Purwodadi, KPH Gundih, KPH Randublatung, KPH Telawa, KPH
Semarang; sedangkan KPH Rayon IV meliputi KPH Pati, KPH
Mantingan, KPH Blora, KPH Cepu, KPH Kebunharjo
e. Biro Pembinaan SDH sebagai pelaksana kegiatan membuat pertanggungjawaban
kegiatan untuk dua tahap kegiatan sesuai dengan proposal yang diajukan yaitu
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 90
sebesar Rp559.280.100,00 terdiri dari biaya tahap I sebesar Rp279.640.050,00
dan biaya Tahap II sebesar Rp279.640.050,00.
Pertanggungjawaban untuk kegiatan studi banding Tahap I dibuat dengan nomor
voucher BK 044 yang antara lain berisi lampiran (fotokopi) sebagai berikut.
1) Persekot Tanggal 15 Oktober 2014 sebesar Rp200.000.000,00 dan cek tunai
Nomor CFE 194544 Tanggal 11 November 2014 sebesar Rp79.640.050,00
2) Itinerary (rencana perjalanan) kegiatan studi banding tanggal 15 s.d 18
Oktober 2014 dengan EO PT Haryono Tour & Travel
3) Daftar hadir peserta tanggal 15 s.d 18 Oktober 2014, dengan peserta berasal
dari KPH Rayon I, II, III dan IV sejumlah 80 peserta
4) Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) peserta studi banding (bagian
belakang) tanpa tanggal dan tanpa keterangan nama yang bertanda tangan.
SPPD bagian depan tidak dilampirkan.
Pertanggungjawaban untuk kegiatan studi banding Tahap II dibuat dengan nomor
voucher BK 080, yang antara lain berisi lampiran (fotokopi) sebagai berikut.
1) Cek tunai Nomor CFE 196351 Tanggal 17 November 2014 sebesar
Rp279.640.050,00
2) Itinerary kegiatan studi banding tanggal 15 s.d 18 Oktober 2014 dengan EO
PT Haryono Tour & Travel
3) Daftar hadir peserta tanggal 20 – 23 Oktober 2014, dengan nama-nama
peserta yang sama seperti pada lampiran pertanggungjawaban Tahap I
sebanyak 80 peserta.
4) SPPD peserta studi banding (bagian depan) tanggal 20 – 23 Oktober 2014.
Nomor SPPD tersebut terdaftar di registers SPPD masing-masing KPH untuk
kegiatan tanggal 15 – 18 Oktober 2015. SPPD bagian belakang tidak
dilampirkan.
Tabel 3.35. Rincian realisasi pembayaran kegiatan studi banding tanaman dan capacity
building di KPH Pasuruan Tahun 2014
Uraian Kegiatan Persekot Pertanggungja
waban
Pengembalian
Persekot
Kurang
Pembayaran Keterangan
Studi banding
tanaman &
capacity building
Tahap I
200.000.000,00 279.640.050,00 200.000.000,00 79.640.050,00 Untuk kekurangan pembayaran
diberikan cek bank BRI dengan
cek:
CFE 194544 Tanggal 11
November 2014 sebesar
Rp79.640.050,00
Studi banding
tanaman &
capacity building
Tahap II
- 279.640.050,00 - 279.640.050,00 CFE 196351 Tanggal 17
November 2014 sebesar
Rp279.640.050,00
TOTAL 200.000.000,00 559.280.100,00 200.000.000,00 359.280.100,00
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 91
Penelusuran dan analisa lebih lanjut atas dokumen dan hasil konfirmasi menunjukkan
hal-hal sebagai berikut.
a. Hasil pemeriksaan atas register SPPD KPH menunjukkan bahwa kegiatan ini
diikuti oleh 66 orang peserta dari 20 KPH pada tanggal 15 s.d 18 Oktober 2014,
sedangkan pada tanggal 20 s.d 23 Oktober 2014 tidak ada register SPPD yang
menunjukkan pegawai dari KPH mengikuti kegiatan studi banding ke KPH
Pasuruan. Rekapitulasi peserta studi banding sesuai register SPPD tercantum
pada Lampiran 10.
b. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Tanaman dan Staf Bagian
Tanaman diketahui bahwa tidak ada SK atau penunjukan tertulis mengenai
panitia pelaksana (Biro PSDH) untuk kegiatan studi banding ini dan tidak ada
SPPD untuk kegiatan studi banding. Hasil pemeriksaan atas daftar hadir dan
register SPPD di Biro Pembinaan SDH diketahui jumlah pegawai sebanyak 9
(sembilan) orang dan pada Bulan Oktober diketahui terdapat tiga panitia yang
mengikuti kegiatan berbeda pada tanggal 15 – 18 Oktober 2014 sehingga
diragukan untuk mengikuti kegiatan studi banding. Sedangkan enam lainnya
tidak memiliki kegiatan pada tanggal tersebut sehingga dapat diyakini untuk
mengikuti kegiatan studi banding.
c. Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Tanaman dan Staf Bagian Tanaman
menunjukkan kegiatan studi banding ke KPH Pasuruan hanya dilakukan 1 (satu)
kali, yaitu tanggal 15 – 18 Oktober 2014, yang merupakan gabungan dari peserta
Tahap I dan Tahap II. Adapun pertanggungjawaban tetap dibuat untuk dua tahap
kegiatan, dengan alasan menyesuaikan dengan proposal kegiatan.
d. Hasil wawancara dengan peserta studi banding dari KPH Cepu, KPH
Randublatung dan KPH Pekalongan Barat, serta konfirmasi dengan
Administratur KPH Pasuruan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan studi banding
menunjukkan kegiatan studi banding ke KPH Pasuruan hanya dilakukan 1 (satu)
kali, yaitu tanggal 15 – 18 Oktober 2014.
e. Berdasarkan dokumen pertanggungjawaban kegiatan studi banding (BK 044 dan
BK 080), biaya studi banding untuk 160 peserta sesuai dengan proposal yang
diajukan adalah 80 peserta tahap I dan 80 peserta tahap II dengan biaya sebesar
Rp559.280.100,00 dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3.36. Rincian Pertanggungjawaban Biaya Studi Banding
Uraian Harga (Rp) Satuan Total Harga (Rp)
Biaya studi banding (EO) 80 orang peserta 3.150.000,00 80 252.000.000,00
Spanduk Ukuran 5 x 1,5 m 40.000,00 7,5 300.000,00
Paket tas dan perlengkapan 100.000,00 80 8.000.000,00
Pembuatan kaos, topi dan name tag peserta 218.000,00 80 17.440.000,00
Jilid spiral kawat 4.500,00 80 360.000,00
Fotokopi materi 150,00 8.267 1.240.050,00
Cetak ukuran 3R 150.000,00 2 300.000,00
BIAYA PER TAHAP
279.640.050,00
TOTAL BIAYA 2 TAHAP 279.640.050,00 2 559.280.100,00
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 92
Jika dibandingkan antara hasil rekap atas SPPD dengan kegiatan studi banding
diketahui bahwa yang mengikuti kegiatan tersebut adalah 72 orang, yaitu 66 peserta
dari 18 KPH dan 6 orang panitia dari Biro Pembinaan SDH, sehingga biaya yang
digunakan untuk kegiatan studi banding adalah sebagai berikut.
Tabel 3.37. Rincian Realisasi Biaya Studi Banding ke KPH Pasuruan Berdasarkan Jumlah Peserta yang Mengikuti
Kegiatan
Uraian Harga (Rp) Satuan Total Harga (Rp)
Biaya studi banding (EO) 80 orang peserta 3.150.000,00 72 226.800.000,00
Spanduk Ukuran 5 x 1,5 m 40.000,00 7,5 300.000,00
Paket tas dan perlengkapan 100.000,00 72 7.200.000,00
Pembuatan kaos, topi dan name tag peserta 218.000,00 72 15.696.000,00
Jilid spiral kawat 4.500,00 72 324.000,00
Fotokopi materi 150,00 7.440 1.116.000,00
Cetak ukuran 3R 150.000,00 2 300.000,00
TOTAL BIAYA
251.736.000,00
Dengan demikian terdapat pertanggungjawaban kegiatan studi banding tanaman dan
capacity building ke KPH Pasuruan belum memadai sebesar Rp307.544.100,00
(Rp559.280.100,00 - Rp251.736.000,00) dan berpotensi terjadi pemborosan uang
perusahaan karena diberikan kepada PT Haryono Tour & Travel sebagai Event
Organizer (EO) dengan total biaya sebesar Rp559.280.100,00, sehingga dana yang
telah diberikan kepada EO tidak dapat untuk dikembalikan karena sifatnya telah
mengikat.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor
100/Kpts/Dir/2012 Tanggal 30 Januari 2012 Tentang Pedoman Persyaratan dan Tata
Cara Penerimaan dan Pembayaran
a. Bab V Prosedur Penerimaan/Pembayaran Pasal 19 Prosedur Pembayaran
1) Kemudian surat bukti pembayaran diajukan kepada Bendahara untuk
dilakukan pemeriksaan/menguji sahnya tagihan, setelah membubuhkan paraf,
surat bukti diajukan kepada Pengguna Anggaran.
2) Pengguna anggaran membubuhkan tanda tangan “mengetahui/setuju” sebagai
tanda mengetahui atas pelaksanaan pekerjaab dan setuju untuk dilakukan
pembayaran oleh bendahara umum/kuasa bendahara umum.
3) Bendahara umum/kuasa bendahara umum membubuhkan tanda tangan
“boleh dibayar” pada surat bukti sebagai perintah pembayaran.
b. Bab VI Pertanggungjawaban Pasal 20: Setiap pejabat, pegawai atau petugas yang
menandatangani dan atau yang mengesahkan surat bukti keuangan yang menjadi
dasar peneriaan dan pembayaran keuangan Perum Perhutani, bertanggungjawab
atas kebenaran dan akibat yang timbul dari penerimaan dan pengeluaran tersebut.
Kondisi tersebut mengakibatkan penganggaran biaya studi banding tidak tepat
dilaksanakan oleh Biro PSDH Kantor Divisi Regional Jawa Tengah Tahun 2014 dan
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 93
bukti pertanggungjawaban yang tidak memadai sebesar Rp307.544.100,00 berpotensi
memboroskan keuangan perusahaan.
Hal tersebut disebabkan:
a. Kepala Biro Pembinaan SDH membuat laporan kegiatan dan mengajukan
pertanggungjawaban tidak sesuai dengan realisasi
b. Bendahara Umum Divisi Regional Jawa Tengah tidak melaksanakan tugasnya
dengan baik untuk memeriksa/menguji sahnya tagihan
c. Kepala Divisi Regional Jawa Tengah kurang cermat dalam memberikan
persetujuan pengeluaran biaya melakukan pembayaran dan verifikasi bukti
kegiatan studi banding tanaman dan capacity building Tahap II Tahun 2014
Perum Perhutani menjelaskan bahwa:
a. Kegiatan studi banding dilaksanakan sesuai dengan proposal yang telah mendapat
persetujuan Kepala Divisi Regional Jawa Tengah (Nota Dinas nomor:
184/BinSDH/Divre Jateng, tgl 29 September 2014)
b. Dalam proposal kegiatan dilakukan dua tahap, akan tetapi dalam pelaksanaannya
dilakukan satu tahap pada tanggal 15 - 18 Oktober 2015, sesuai saran KPH
Pasuruan mengingat keterbatasan waktu dan personil. Perubahan waktu
pelaksanaan tidak berpengaruh pada biaya.
c. Meskipun dilakukan dalam satu tahap tetapi jumlah peserta tetap sebanyak 80
orang (Rayon 1 +2) + 80 orang (Rayon 3+4). Menggunakan 4 (empat) unit bis
besar.
d. Biaya dipertanggungjawabkan sebesar Rp279.640.050,00 + Rp279.640.050,00
karena merupakan gabungan 2 group. Sedangkan surat bukti pertanggungjawab
keuangan dibuat menjadi 2 tahap sesuai dengan proposal kegiatan.
e. Realisasi kegiatan dilaporkan dalam Nota Dinas Kepala Biro Pembinaan SDH
Nomor 193/Bin SDH/I tanggal 27 Oktober 2014
f. Selanjutnya untuk menjadi perhatian dalam pelaksanaan studi banding yang akan
datang, sesuai dengan arahan BPK (dilaksanakan oleh Biro Perencanaan dengan
peserta dari Pelaksana Teknis).
g. Bukti pendukung, terlampir.
BPK-RI merekomendasikan agar Direksi Perum Perhutani:
a. Memerintahkan kepada seluruh Divisi untuk tidak menganggarkan biaya yang
tidak berhubungan dengan bidangnya dan termasuk memamsukkan kegiatan yang
tidak sesuai dengan akun biaya dan rincian akun biaya pada masing-masing
RKAP.
b. Melalui Kepala Divisi Regional Jawa Tengah agar meminta pertanggungjawaban
Kepala Biro SDH Jawa Tengah atas pelakanaan studi banding yang masuk dalam
biaya produksi, serta mengkaji ulang RKAP yang akan datang.
c. Memerintahkan Kepala Divisi Regional Jawa Tengah untuk lebih meningkatkan
pengendalian.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 94
8. Realisasi belanja perjalanan dinas tidak didukung bukti pertanggungjawaban
yang memadai sebesar Rp105.960.350,00
Dalam pengelolaan pertanggungjawaban perjalanan dinas Tahun 2014 dan 2015
pada KPH Madiun Pusdikbang mempedomani Surat Keputusan Perum Perhutani
Nomor: 400/KPTS/DIR/2009 tanggal 10 Juli 2009 perihal Ketentuan Perjalanan
Dinas Dalam Negeri Bagi Direksi, Dewan Pengawas dan Karyawan Perum Perhutani,
yang dialokasikan pada akun 63411.
Hasil pemeriksaan secara uji petik atas dokumen pertanggungjawaban belanja Pusat
Pendidikan dan Pengembangan (Pusdikbang) Madiun menunjukkan terdapat realisasi
belanja barang yang tidak didukung bukti pertanggungjawaban sebesar
Rp105.960.350,00 yang terdiri yaitu realisasi perjalanan dinas pada Tahun 2014
senilai Rp68.118.600,00 dan realisasi perjalanan dinas pada Tahun 2015 senilai
Rp37.841.750,00 dengan rincian pada Lampiran 11.
Berdasarkan keterangan dari Kepala Tata Usaha menjelaskan bahwa dalam
pengelolaan pertanggungjawaban Perjalanan Dinas Tahun 2014 dan 2015 belum
sepenuhnya memadai karena kurang koordinasi antara petugas yang mendapat
penugasan setelah mendapat pengesahan lembar pengesahan hanya menyerahkan
kepada bagian SDM sedangkan Bagian Keuangan tidak mendapatkan bukti tersebut,
perlakuan terhadap SPJ yang tidak lengkap tersebut tetap dibayarkan karena petugas
dalam realisasinya melaksanakan perjalanan dinas.
Dalam mekanisme pembayaran melalui pembayaran uang muka yang diberikan
kepada petugas yang mendapat penugasan, selanjutnya setelah menyelesaikan
penugasan baru mempertanggungjawabkan uang muka tersebut.
Permasalahan di atas tidak sesuai dengan Surat Keputusan Perum Perhutani Nomor:
400/KPTS/DIR/2009 tanggal 10 Juli 2009 perihal Ketentuan Perjalanan Dinas Dalam
Negeri Bagi Direksi, Dewan Pengawas dan Karyawan Perum Perhutani pasal 10:
a) Ayat (2) yang menyatakan apabila perjalanan dinas tidak dilaksanakan sesuai
yang tertera dalam SPPD yang dibuktikan dengan penyerahan tiket/boarding pass
dari sarana transportasi yang digunakan maka kelebihan atau kekurangan uang
saku tersebut harus dikembalikan atau dibayarkan pada saat dilakukan
pertanggungjawaban;
b) Jika Direksi, Dewan Pengawas dan karyawan tidak sanggup melakukan
pertanggungjawaban seperti disebut dalam ayat (,) diatas baik tidak mampu
melampirkan bukti maupun tidak melakukan pertanggungjawaban sesuai waktu
yang ditetapkan, maka seluruh bagian dari perjalanan dinas yang tidak dapat
dipertanggungjawaban/tidak dipertanggungjawabkan tepat waktu akan dipotong
dari gaji karyawan yang bersangkutan pada bulan berikutnya.
Hal tersebut mengakibatkan realisasi biaya perjalanan dinas sebesar
Rp105.960.350,00 tidak dapat diyakini kewajarannya.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 95
Hal tersebut disebabkan:
a. Kepala Pusat Pendidikan dan Pengembangan (Pusdikbang) Madiun tidak optimal
dalam mengawasi pelaksanaan anggaran belanja pada masing-masing unit yang
dipimpinnya;
b. Kepala Tata Usaha serta Kepala Urusan Keuangan selaku pejabat penatausahaan
keuangan dalam melakukan verifikasi pertanggungjawaban realisasi perjalanan
dinas lalai dalam mempedomani ketentuan yang berlaku;
c. Karyawan Perum Perhutani yang mendapat penugasan dalam melaksanakan
belanja perjalanan dinas lalai dalam mempedomani ketentuan yang berlaku.
Perum Perhutani menjelaskan bahwa sependapat dengan BPK dan terhadap bukti-
bukti pertanggungjawaban SPPD yang belum lengkap akan ditelusuri, dan apabila
masih belum bisa dipenuhi akan ditagihkan kepada masing-masing yang
bersangkutan untuk dikembalikan dengan melalui pemotongan gaji yang
bersangkutan.
BPK-RI merekomendasikan agar Direksi Perum Perhutani supaya memerintahkan
Kepala Pusat Pendidikan dan Pengembangan (Pusdikbang) Madiun untuklebih
optimal dalam mengawasi pelaksanaan anggaran belanja yang menjadi
tanggungjawabnya serta mempertanggungjawabkan SPPD sebesar Rp105.960.350,00
yang belum lengkap dan apabila tidak ada bukti diperintahkan kepada yang
bersangkutan untuk mengembalikan ke kas Perum Perhutani.
9. Pelaksanaan pekerjaan land clearing tanaman karet tidak didukung dengan
standar yang memadai
Dalam rangka mengoptimalkan sumber daya hutan dan meningkatkan nilai serta
meningkatkan perekonomian masyarakat, Perum Perhutani telah mengembangkan
komoditi karet pada tahun 2012. Penetapan lokasi tanaman karet Perum Perhutani
adalah Majalengka, Indramayu, Sumedang dan Purwakarta berdasarkan hasil survey
kesesuaian lahan dan feasibility study yang telah dilakukan. Tahun 2012 Perum
Perhutani melaksanakan Program Pengembangan Tanaman Agroforestry Karet
(PTA-Karet). Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten menjadi
pioneer dalam pengembangan tanaman karet pada Perum Perhutani, yang
berkedudukan di Kota Majalengka. PTA-Karet dilaksanakan sesuai Surat Keputusan
Direksi No404/052.1/Can/Dir Tanggal 9 Juli 2012 perihal PengembanganTanaman
Karet dengan luas ± 20.000 Ha.
Selama tahun 2014 dan 2015 jumlah anggaran dan realisasi biaya pengembangan
tanaman karet adalah sebagai berikut.
Tabel 3.38. Anggaran dan Realisasi Biaya tahun 2014 s.d 2015
Uraian Biaya TAHUN 2014 TAHUN 2015
RKAP Realisasi RKAP Realisasi
I. BIAYA TEKNIS
A. Persemaian 858.498.190,00 827.739.933,33 1.030.119.595,99 356.857.900,00
B. Tanaman Karet 49.985.914.959,10 45.729.064.318,65 45.960.195.543,50 7.079.700.279,05
D. Kebun Entrys 527.743.300,00 436.838.886,00 699.546.200,00 44.968.650,00
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 96
Uraian Biaya TAHUN 2014 TAHUN 2015
RKAP Realisasi RKAP Realisasi
E. Tanaman Tepi Dan Non Karet 1.175.804.095,00 784.695.510,00 736.439.755,00 13.102.540,00
II. BIAYA NON TEKNIS
A. Biaya Perencanaan 1.220.000.000,00 1.201.049.982,00 1.119.000.000,00 135.005.500,00
B. Biaya SDM dan Umum 9.000.929.008,00 6.476.350.752,00 9.964.913.400,00 2.944.084.259,00
III. SARANA DAN PRASARANA
1. Investasi 7.829.350.000,00 6.877.379.314,00 586.246.320,00 490.037.251,00
2. Pemeliharaan Rutin 1.428.000.000,00 1.277.028.851,00 - -
3. Sarana dan Prasarana - - 1.446.418.320,00 594.450.251,00
JUMLAH 72.026.239.552,10 63.610.147.546,98 61.542.879.134,49 11.658.206.630,05
Sumber Data : Laporan Anggaran dan Realisasi PTAK
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa anggaran biaya terbesar Tahun 2014 dan
2015 adalah biaya teknis tanaman karet yang antara lain terdiri dari persiapan
tanaman, pembibitan, dan penanaman. Biaya persiapan tanaman yang terdiri dari land
clearing/LC merupakan komponen biaya terbesar dari biaya teknis tanaman karet
dengan anggaran biaya pada tahun 2014 dan 2015 masing-masing sebesar
Rp11.258.554.800,00 dan Rp4.313.604.729,00 dengan realisasi masing masing
sebesar Rp9.162.104.680,00 dan Rp524.842.800,00. Kegiatan LC meliputi pekerjaan
dongkel tunggak, dorong dan merumpuk, terasering, ripper, serta pembuatan lubang
tanam dengan uraian pekerjaan sebagai berikut.
a. Bongkar tunggul merupakan pekerjaan awal persiapan lahan yaitu membersihkan
tunggul bekas penebangan pohon jati/rimba agar lahan bebas dari jamur pohon
jati/rimba menggunakan traktor rantai atau backhoe.
b. Dorong tunggul dan merumpuk adalah kegiatan pengumpulan seluruh tunggul
yang dibongkar, cabang dan ranting dan diatur pada posisi yang telah ditentukan.
c. Ripper adalah kegiatan memotong akar sisa dengan menggunakan ripper/garpu
yang ditarik dengan traktor dengan kedalaman 45 cm, Ripper dilakukan hanya
pada jalur tanaman karet dan dikerjakan bolak balik dengan lebar 2 meter.
d. Terasering adalah kegiatan membentuk terasan sebesar 6 meter dengan lebar
terasan 120 – 150 cm. untuk lahan yang memiliki kemiringan > 25 %.
Berdasarkan kontrak tahun 2014 pekerjaan terasering termasuk didalamnya
pekerjaan dongkel, dorong dan merumpuk tunggak.
e. Pembuatan lubang tanam adalah kegiatan dengan menggunakan traktor ban yang
dilengkapi hole digger, lubang tanam diatur dengan spesifikasi jarak lubang 6 x 3
meter dengan diameter 60 cm.
Seluruh proses penunjukan rekanan pada tahun 2014 dan 2015 ditentukan dengan
melalui proses pemilihan langsung. Hasil pemeriksaan terhadap kontrak LC dan
pendukungnya menunjukan hal-hal sebagai berikut.
a. Penentuan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) pekerjaan bongkar tunggul tidak
memiliki standar
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 97
Pelaksanaan pekerjaan land clearing pada tahun 2014 seluas 1.521 Ha dengan
realiasi biaya sebesar Rp9.162.104.680,00 yang terdiri dari 17 kontrak LC.
Pemeriksaan terhadap harga kontrak diketahui bahwa harga dorong dan
merumpuk tunggul, terasering dan ripper serta pembuatan lubang memiliki harga
satuan kontrak yang sama antara satu kontrak LC dengan kontrak LC yang lain,
sementara untuk bongkar tunggul bersifat variatif.
Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan No.1/BAW/Subtim1/09/Perhutani/2015
tanggal 11 September 2015, Tim Penyusun HPS menyatakan bahwa perbedaan
Harga Kontrak dan HPS untuk bongkar tunggul dikarenakan kondisi jumlah
kepadatan sisa tunggul pohon jati/rimba per hektar berbeda-beda.
Hasil pemeriksaan terhadap data rencana tebangan tahunan jati/rimba tahun 2014
menunjukan bahwa penentuan nilai HPS bongkar tunggul tidak proporsional
dengan data kepadatan tunggul sisa tebang. Dengan rician sebagai berikut.
Tabel 3. 39. Kontrak LC Bongkar Tunggul
No Keterangan Kontrak
Rata2 Kepadatan
Sisa Tunggul RTT
Per Hektar
Jumlah
Kontrak Land
Clearing
Luas Pekerjaan
Bongkar
Tunggul (Ha)
Nilai Total Bongkar
Tunggul (Rp)
1 2 3 4 5 6
1 Kontrak dengan HPS/Harga
Kontrak Bongkar Tunggul
Rp812.000,00/ per hektar
0 s.d 177 tunggul
pohon
2 Kontrak 91,74 74.492.880
2 Kontrak dengan HPS/Harga
Kontrak Bongkar Tunggul
Rp1.624.000,00/ per hektar
0 s.d 132 tunggul
pohon
9 Kontrak 939,04 1.525.000.960
3 Kontrak dengan HPS/Harga
Kontrak Bongkar Tunggul
Rp2.030.000,00/ per hektar
0 s.d 107 tunggul
pohon
2 Kontrak 160,61 326.038.300
Sumber data : RTT dan Dokumen Kontrak Tahun 2014
(Rincian per kontrak lihat Lampiran 12)
Hasil pemeriksaan terhadap standar tarif upah dan berdasarkan Berita Acara
Wawancara Nomor 1/BAW/Subtim1/09/Perhutani/2015 Tanggal 11 September
2015 diketahui bahwa Kepala Proyek PTA - Karet menyatakan belum ada standar
dan parameter yang jelas terhadap penentuan HPS land clearing.
b. Lingkup pekerjaan terasering Tahun 2015 tidak mengacu pada lingkup pekerjaan
tahun sebelumnya
Berdasarkan kontrak Nomor 02/Kontrak/PAN/III/2015 tanggal 13 Juli 2015 PTK
Karet menunjuk PT Bougenville Cipta Abadi melalui pemilihan langsung untuk
melaksanakan kegiatan land clearing seluas 114,02 hektar, diantaranya
merupakan pekerjaan terasering seluas 28,27 hektar. Jangka waktu yang
ditetapkan dalam kontrak adalah 90 hari kalender dengan nilai kontrak
Rp986.023.500,00. Rincian pekerjaan kontrak pada Tabel 3.40.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 98
Tabel 3.40. Kontrak Land Clearing PT BCA 2015
No Uraian Kontrak Satuan Volume Harga Satuan
(Rp) Jumlah (Rp)
1 Bongkar Tunggul Ha 114,02 1.800.000 205.236.000
2 Dorong dan Merumpuk Tunggul Ha 114,02 1.900.000 216.638.000
3 Terasering Ha 28,27 9.000.000 254.430.000
4 Riper Ha 85,75 1.260.000 108.045.000
5 Lubang Tanam Lubang 65.904 1.700 112.036.800
Nilai Kontrak Sebelum PPN 896.385.800
Dibulatkan 896.385.000
Nilai Kontrak Setelah PPN dan Pembulatan 986.023.500
Sumber data : Kontrak Tahun 2015
Berdasarkan uraian kontrak di atas diketahui bahwa luasan volume pekerjaan
bongkar tunggul, dorong dan merumpuk tunggul seluas 114,02 Ha sama dengan
volume terasering seluas 28,27 Ha ditambahkan dengan Ripper seluas 85,75 Ha,
hal tersebut menunjukan pekerjaan bongkar tunggul serta dorong dan merumpuk
tunggul tidak termasuk lingkup pekerjaan terasering. Hal tersebut berbeda bila
dibandingkan dengan seluruh pekerjaan terasering pada tahun 2014 seluas 182
Ha dari delapan kontrak diketahui bahwa seluruh pekerjaan terasering sudah
termasuk didalamnya pekerjaan bongkar tunggul serta dorong dan merumpuk
tunggul. Hal tersebut mencerminkan ketidakkonsistenan atas pekerjaan bongkar
tunggul serta dorong dan merumpuk tunggul senilai Rp104.599.000,00. Adapun
rincian perhitungan pembebanan ganda LC PT BCA adalah sebagai berikut.
Tabel 3.41. Rincian Pembebanan Ganda Pekerjaan LC PT BCA 2015
No Uraian Kontrak Satuan Volume
Kontrak
Volume
Seharusnya Selisih
Harga
Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 2 3 4 5 6 = 4-5 7 8 = 6 x 7
1 Bongkar Tunggul Ha 114,02 85,75 28,27 1.800.000 50.886.000
2 Dorong dan Merumpuk Tunggul Ha 114,02 85,75 28,27 1.900.000 53.713.000
Jumlah 104.599.000
Penjelasan dari Tim Pengadaan diketahui bahwa perbedaan perlakuan untuk
pekerjaan terasering tahun 2014 dan 2015 disebabkan pada pengalaman tahun
2014 ada rekanan yang mengerjakan bongkar tunggul serta dorong dan
merumpuk. Ada juga yang tidak mengerjakan dalam item pekerjaan terasering.
c. Pelaksanaan pekerjaan land clearing tidak didukung oleh gambar perencanaan,
gambar pelaksanaan dan perhitungan pendukung volume pekerjaan (back up data
quantity)
As Built Drawing dan Back-Up Data Quantity merupakan dokumen akhir
pelaksanaan pekerjaan untuk menilai pekerjaan telah sesuai rencana terakhir dan
volume yang telah dibayar sesuai fisik di lapangan. Hasil pemeriksaan terhadap
seluruh dokumen kontrak LC Tahun 2014 senilai Rp9.162.104.680,00
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 99
menunjukan bahwa pekerjaan LC tidak didukung oleh Gambar Rencana (Shop
Drawing), Gambar Pelaksanaan (As Built Drawing) dan Data Pendukung
Perhitungan Volume Akhir (Back Up Data Quantity Final) dikarenakan pada
kontrak tidak diatur persyaratan kewajiban rekanan untuk membuat As Built
Drawing dan Back Up Data Quantity Final sebagai dokumen penyerahan
pekerjaan. Dengan tidak adanya dokumen tersebut maka pemeriksaan dan
pengukuran fisik pelaksanaan pekerjaan sulit dilakukan karena tidak dapat
diketahui di wilayah mana saja tempat dilakukan LC.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara Pasal
5 ayat (3), yaitu: "Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi harus
mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib
melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi,
kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran.”
b. Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor: 636/KPTS/DIR/2013 Pasal 16 ayat
(3) HPS dibuat dan disusun oleh Tim Penyusun HPS dan ditetapkan atasan
langsung pejabat pengguna yang memerlukan barang/jasa/oleh pejabat yang
berwenang. Dalam penyusunan HPS bila dianggap perlu dapat menunjuk tenaga
ahli dari pihak eksternal. Penyusunan HPS dilakukan dengan perhitungan
harga/biaya yang dikalkulasikan secara keahlian berdasarkan harga pasar
setempat yang diperoleh melalui survey menjelang dilakukan pengadaan
barang/jasa dan/atau mempertimbangkan data lain yang dapat
dipertanggungjawabkan paling lama 20 hari kalender sebelum tanggal
pembukaan penawaran atau tanggal pengadaan langsung serta memperhatikan
ketersediaan anggaran.
c. Surat Keputusan Kepala Proyek Agroforestry Nomor 04/KPTS/PTAK/Divre-
Janten/2015 tentang penunjukan tim penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
2015 yang menyatakan bahwa tugas tim penyusunan HPS adalah Menyusun HPS
untuk pengadaan barang/jasa berdasarkan data – data hasil survey maupun data –
data tertulis lainnya yang dapat dijadikan acuan dalam penyusunan HPS.
Hal tersebut mengakibatkan:
a. Pekerjaan bongkar tunggak lahan tanaman karet berpotensi kurang efisien.
b. Pekerjaan terasering tahun 2015 berpotensi memboroskan keuangan perusahaan
sebesar Rp104.599.000,00.
c. Volume pelaksanaan pekerjaan land clearing tidak dapat diyakini sesuai dengan
kontrak.
Hal tersebut disebabkan:
a. Tim Penyusun HPS tidak cermat dalam menggunakan data pendukung dan tidak
konsisten dalam menyusun harga HPS.
b. Kepala Proyek PTA Karet lalai tidak mensyaratkan back up data quantity dan as
built drawing sebagai kelengkapan kontrak yang harus dipenuhi oleh rekanan.
c. Pengendalian PTA Karet oleh Direksi belum optimal.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 100
Perum Perhutani menjelaskan bahwa:
a. Pengertian Tanah Kosong (TK) adalah lapangan yang gundul/hampir gundul
dengan kepadatan bidang dasar kurang 0,05 atau jumlah pohon tiap hektar kurang
dari 5 % dari standar normal. (SK Dirjen Kehutanan no. 43/KPTS/DJ/I/1974).
Berdasarkan pengertian diatas yang dimaksud dengan TK tersebut di lapangan
masih terdapat tegakan tanaman jati atau rimba lainnya bisa berupa tunggak
akibat kerusakan hutan dan pohon-pohon yang memiliki keliling kecil yang tidak
masuk dalam perhitungan batasan klem produksi tebangan (keliling kurang dari
35cm).
Untuk kegiatan Land clearing tahun 2015 HPS dongkel tunggak telah mengacu
kepada klasifikasi sesuai dengan hasil klem tebangan pada petak tersebut serta
hasil sensus terhadap semua ukuran tunggak dan pohon-pohon yang masih ada
(klasifikasi dongkel tunggak terlampir).
b. Terhadap kegiatan terasering tahun 2015, sudah ditindaklanjuti dengan
melakukan evaluasi ulang di lapangan dan disepakati untuk melakukan
addendum kontrak perjanjian (addendum kontrak perjanjian nomor. 07/ Add/
Kontrak/ PAN/ PTAK / Divre-Janten / 2015 tanggal 01 Oktober 2015)
(terlampir).
c. Untuk pelaksanaan LC back up data quantity dan as built drawing sebagai
kelengkapan kontrak, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Peta rencana (peta hasil groundcheck) sudah lengkap.
2) Peta dan gambar realisasi kegiatan terasering sedang dalam proses
pengukuran dan penggambaran.
d. Untuk waktu yang akan datang, akan dilakukan perbaikan sistem pengadaan
Land Clearing kegiatan agroforestry karet.
BPK tidak sependapat dengan tanggapan dari Direksi Perum Perhutani, karena
substansi masalah yang menjadi perhatian adalah bahwa Perum Perhutani tidak
memiliki standar/parameter penentuan HPS kegiatan land clearing karena tiap tahun
mengalami perubahan, termasuk dalam kegiatan terasering yang seharusnya
merupakan bagian pekerjaan bongkar tunggul serta dorong dan merumpuk tunggul
tetapi dihitung tersendiri pada tahun 2015. Walupun peta dan gambar realisasi
kegiatan telah dilakukan tetapi pada saat pemeriksaan Pimpinan Proyek PTA Karet
tidak dapat menunjukkan sampai batas mana pada setiap petak maupun hektar yang
selesai dikerjakan oleh masing-masing kontraktor. Hal ini berkaitan dengan gambar
kerja selanjutnya dituangkan dalam gambar terlaksana (as built drawing) sehingga
memudahkan perhitungan jumlah atau volume luasan yang telah dikerjakan.
Sehingga terdapat kepastian volume pekerjaan yang telah diselesaikan.
BPK-RI merekomendasikan agar Direksi Perum Perhutani:
a. Menyusun standar pekerjaan land clearing yang disesuaikan dengan biaya
satuannya berdasarkan kontur dan kesulitan lahan yang akan dikerjakan.
b. Memerintahkan Kepala Proyek PTA Karet untuk menyusun HPS sesuai dengan
kebutuhan lahan berdasarkan hasil survei fisik pekerjaan yang akan dilakukan.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 101
c. Memerintahkan Kepala Proyek PTA Karet untuk mensyaratkan dalam kontrak
agar dibuatkan gambar pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan termasuk
patok, petak maupun petanya.
10. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di KPH Pekalongan Timur dan KPH
Pekalongan Barat tidak sesuai dengan aturan yang berlaku
Divisi Regional Jawa Tengah memiliki 20 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)
dengan Kelas Perusahaan (KP) Jati dan KP Pinus. Dari 20 KPH tersebut terdapat 8
(delapan) KPH dengan KP Pinus, yaitu Banyumas Barat, Banyumas Timur,
Pekalongan Timur, Pekalongan Barat, Kedu Selatan, Kedu Utara, Surakarta dan Pati.
Anggaran sarana prasarana (sarpra) untuk KPH KP Pinus dimasukkan dalam Rencana
Kegiatan dan Anggaran Perusahaan (RKAP) pada akun 53111 biaya persiapan
sadapan. Anggaran biaya persiapan sadapan pada tahun 2014 adalah sebesar
Rp20.835.212.000,00 dengan realisasi sebesar Rp22.200.509.079,00 atau sebesar
107%. Sedangkan untuk tahun 2015 dianggarkan biaya pengadaan alat sebesar
Rp19.804.227.000,00 dan telah direalisasikan sampai dengan Juni 2015 sebesar
Rp6.586.388.190,00.
Hasil pemeriksaan secara uji petik pada KPH Pekalongan Timur dan Pekalongan
Barat atas pengadaan sarpra tahun 2014 dan tahun 2015 menunjukkan hal-hal sebagai
berikut.
a. Panitia pengadaan barang dan jasa KPH Pekalongan Timur melakukan
pengadaan proforma Tahun 2014 dan 2015
Kebutuhan tempurung KPH Pekalongan Timur (KPH PKT) Tahun 2014 adalah
2.344.837 buah dengan anggaran sebesar Rp644.830.175,00 (tarif Rp275,00) dan
realisasi sebanyak 2.110.353 buah atau 90%, sedangkan kebutuhan tempurung
Tahun 2015 adalah sebanyak 1.712.988 buah dengan anggaran sebesar
Rp471.071.700,00 (tarif Rp275,00) dan realisasi sebanyak 1.627.798 buah atau
95%.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, KPH PKT melakukan pengadaan sarpra
tempurung, dengan realisasi pengadaan Tahun 2014 dan 2015 pada Tabel 3.42.
berikut.
Tabel 3.42. Pengadaan Tempurung dan Talang Sadap KPH Pekalongan Timur Tahun 2014 dan 2015
Metode No. SPB Tanggal SPB Pelaksana Volume (Buah)
Nilai (Rp) Pengadaan Tanggal Mutasi
Gudang
Tahun 2014
Penunjukan Langsung
SPB No. 01/SPB/Pkt/Divre-JTG 3 Maret 2014 CV Citra Abadi 703.451 175.862.750 Tempurung 20 Feb 2014
Penunjukan Langsung
SPB No. 02/SPB/Pkt/Divre-JTG 2 Mei 2014 CV Ngupoyo Makaryo 2.296.983 176.867.691 Talang Sadap 20 Feb 2014
Pemilihan Langsung SPB No. 03/SPB/Pkt/Divre-JTG 3 Mei 2014 CV Surya Mandira 1.406.902 351.725.500 Tempurung 17 April 2014
Pembelian Langsung 227/022.5/Keu/Pkt/I Maret 2014 CV Ngupoyo Makaryo 1.148.491 88.747.032 Talang Sadap 20 Feb 2014
Tempurung 2.110.353 527.588.250
Talang Sadap 3.445.474 265.614.723
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 102
Metode No. SPB Tanggal SPB Pelaksana Volume (Buah)
Nilai (Rp) Pengadaan Tanggal Mutasi
Gudang
Tahun 2015
Penunjukan langsung SPB No 01/SPB/Pkt/Divre Jateng
24 Feb 2015 Primkopar 513.890 141.319.750 Tempurung 28 Feb 2015
Penunjukan langsung SPB No 02/SPB/PKT/Divre Jateng
27 Feb 2015 Primkopar 928.856 78.674.103 Talang 5 Maret 2015
Pemilihan Langsung SPB 03/SPB/Pkt/Divre Jateng 8 Juni 2015 Primkopar
1.113.908 278.477.000 Tempurung 15 Mei 2015
2.122.281 163.415.637 Talang 15 Mei 2015
Tempurung 1.627.798 419.796.750
Talang Sadap 3.051.137 242.089.740
Dari tabel di atas tampak bahwa semua pengiriman talang dan tempurung
dilakukan sebelum penerbitan Surat Pesanan Barang (SPB), baik pada pengadaan
sarpra dengan metode penunjukan langsung (nilai pengadaan kurang dari
Rp250.000.000,00) dan atau pengadaan sarpra dengan metode pemilihan
langsung (nilai pengadaan lebih dari Rp250.000.000,00). Hal ini menunjukkan
bahwa pengadaan yang dilakukan hanya bersifat administrasi atau proforma.
Menurut Panitia Pengadaan hal ini dilakukan untuk mengakomodir keinginan
penyadap dalam rangka mengejar produksi getah.
Pengadaan talang dan tempurung ini adalah pengadaan rutin yang dilakukan
setiap tahun, biasanya pada awal Triwulan I dan awal Triwulan II, bukan
pengadaan yang sifatnya mendadak dan darurat,
b. Metoda pengadaan tempurung di KPH Pekalongan Barat tidak sesuai dengan
ketentuan
Kebutuhan tempurung KPH Pekalongan Barat (KPH PKB) Tahun 2014 adalah
sebesar 2.060.480 buah, yaitu kebutuhan Tahap I sebanyak 618.143 buah dan
kebutuhan Tahap II dan III sebanyak 1.236.288 buah, dan Tahap IV sebanyak
206.049 buah. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut KPH PKB melakukan lima
kali pengadaan tempurung, dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3.43. Pengadaan Tempurung KPH Pekalongan Barat Tahun 2014
No Metode Pengadaan No SPB Tanggal Pelaksana Volume Harga Satuan
Nilai (Rp)
1 Pengadaan Langsung 01/Pan-Da/Pkb/I 19 Feb 2014 Ngadino 295.998 250 73.999.500
2 Pengadaan Langsung 02/Pan-Da/Pkb/I 25 Feb 2014 Ngadino 322.145 250 80.536.250
3 Penunjukan Langsung 04/004.1/SPB/Pkb/I 5 Mei 2014 CV Bangun Jaya Mandiri 602.936 249 *165.144.170
4 Penunjukan Langsung 07/004.1/SPB/Pkb/I 2 Juni 2014 CV Bangun Jaya Mandiri 633.352 249 *173.475.113
5 Penunjukan Langsung 18/004.1/SPB/Pkb/I 5 Nov 2014 CV Cahaya Cemerlang 206.049 248 *56.210.167
2.060.480 564.818.775
*Nilai sesuai kontrak include PPN (penunjukkan langsung)
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 103
Pemeriksaan atas dokumen dan hasil wawancara terkait pengadaan tempurung
Tahap II dan III menunjukkan hal-hal sebagai berikut.
1) Kebutuhan tempurung Tahap II dan III adalah 1.236.288 buah dengan
anggaran sebesar Rp339.979.200,00. Dengan nilai anggaran tersebut, metode
pengadaan yang harus dilakukan oleh Panitia Pengadaan KPH PKB adalah
Metode Pemilihan Langsung.
2) Berdasarkan Surat No. 04/004.1/Pang.Da/Pkb/I Tanggal 25 April 2014
Panitia Pengadaan Barang dan Jasa KPH PKB mengusulkan pengadaan
tempurung menjadi dua kali pengadaan, masing-masing menjadi 602.936
buah dengan anggaran sebesar Rp165.807.400,00 dan 633.352 buah dengan
anggaran sebesar Rp174.171.800,00. Metode yang digunakan kedua
pengadaan tersebut adalah metode penunjukan langsung. Berdasarkan hasil
wawancara hal ini dilakukan oleh Panitia Pengadaan Barang dan Jasa
dikarenakan keterbatasan tempurung di pasaran. Surat usulan dari Panitia
Pengadaan Barang dan Jasa KPH PKB disetujui oleh KKPH dengan Surat
No. 452/022.3/Keu/Pkb/I Tanggal 25 April 2014.
3) Panitia Pengadaan Barang dan Jasa KPH PKB melakukan proses penunjukan
langsung, dengan menunjuk CV Bangun Jaya Mandiri sebagai pelaksana.
Pengadaan tempurung sebanyak 602.936 buah dilakukan sesuai Surat
Pemesanan Barang (SPB) No. 04/004.1/SPB/Pkb/I Tanggal 5 Mei 2014.
Waktu pelaksanaan SPB selama 45 hari, berakhir sampai dengan Tanggal 18
Juni 2014. Sesuai dengan kartu mutasi gudang, barang dari CV Bangun Jaya
Mandiri diterima di gudang KPH Tanggal 5 Mei 2014.
4) Pengadaan tempurung berikutnya dilakukan pada bulan Juni 2014 sesuai
dengan SPB No. 07/004.1/SPB/Pkb/I Tanggal 2 Juni 2014 dengan CV
Bangun Jaya Mandiri sebagai pelaksana. Waktu pelaksanaan SPB selama 45
hari, berakhir sampai dengan Tanggal 16 Juli 2014. Sesuai dengan kartu
mutasi gudang, barang dari CV Bangun Jaya Mandiri diterima di gudang
KPH Tanggal 2 Juli 2014.
5) Sebelum melakukan penunjukan langsung, Panitia Pengadaan Barang dan
Jasa KPH PKB belum melakukan pengadaan dengan metode pemilihan
langsung untuk mengetahui kemampuan penyedia barang (tempurung).
Hal tersebut tidak sesuai dengan SK Direksi No. 636/KPTS/Dir/2013 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Perum Perhutani Tanggal 30 April
2013:
Pasal 4: Prinsip dasar dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa adaiah sebagai
berikut.
1) Kompetitif, yang berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia
barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang
sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria
tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan;
2) Transparan, yang berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan
Barang/Jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi,
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 104
hasil evaluasi, penetapan calon Penyedia Barang/Jasa, sifatnya terbuka bagi
Peserta penyedia barang/jasa yang berminat;
3) Adil dan wajar, yang berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon
penyedia barang/jasa yang memenuhi syarat;
4) Akuntabel, yang berarti harus mencapai sasaran dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga menjauhkan dari potensi penyalahgunaan dan
penyimpangan.
Pasal 6 Etika pengadaan barang/jasa
Etika pengadaan barang/jasa meliputi melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa
tanggung jawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan
pengadaan barang/jasa
Pasal 19: Pemilihan/Seleksi Langsung
Pemilihan/seleksi langsung dengan ketentuan:
1) Nilai pekerjaan di atas Rp250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai
dengan Rp1.000.000.000,- (satu milyar rupiah);
2) Diumumkan secara terbatas melalui papan pengumuman di Kantor Satuan Kerja
dan/atau mengundang penyedia barang/jasa yang mempunyai rekam jejak (track
record) baik;
3) Diikuti oleh penyedia barang/jasa yang mempunyai rekam jejak (track record)
baik dan/atau penyedia barang/jasa lain yang memenuhi persyaratan dalam
dokumen pengadaan;
4) Diikuti oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) penyedia barang/jasa sesuai
kualifikasinya.
Pasal 20: Penunjukan Langsung
1) Pengadaan barang/jasa melalui penunjukan langsung dilakukan dengan menunjuk
langsung 1 (satu) penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan
dilakukan negosiasi untuk mendapatkan harga yang wajar dan dapat
dipertanggungjawabkan
2) Penunjukan langsung di Kantor Pusat dengan nilai sampai dengan
Rp250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) dilaksanakan oleh Pejabat
Pengadaan
3) Penunjukan langsung di Kantor Unit, PUSDIKLAT SDM, PUSLITBANG SDH,
Biro Perencanaan & Pengembangan Usaha, KPH dan KBM dengan nilai sampai
dengan Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) dilaksanakan oleh Pejabat
Pengadaan, sedangkan untuk nilai Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) sampai
dengan Rp250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) dilaksanakan oleh
Panitia Pengadaan
4) Penunjukan langsung dengan nilai di atas Rp250.000.000,- (dua ratus lima puluh
juta rupiah) dapat dilakukan apabila memenuhi minimal salah satu dari
persyaratan sebagai berikut.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 105
a) Apabila pelelangan/seleksi terbuka atau pemilihan/seleksi langsung
mengalami 2 (dua) kali kegagalan;
b) Pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan bagi kinerja utama perusahaan dan
tidak dapat ditunda keberadaannya. Barang/jasa yang dimaksud akan
ditetapkan melalui Surat Keputusan Direksi;
c) Penyedia barang/jasa dimaksud hanya satu-satunya
d) Barang/jasa yang bersifat knowledge intensive dimana untuk menggunakan
dan memelihara produsi tersebut dibutuhkan kelangsungan pengetahuan dari
penyedia barang/jasa;
e) Barang/jasa yang dimiliki oleh peegang Hak Atas Kekayaan Intelektual
(HAKI) atau yang memiliki jaminan (warranty) dari original equipment
manufacture;
f) Penanganan darurat untuk keamanan, keselamatan masyarakat dan aset
strategis perusahaan
g) Barang/jasa yang merupakan pembelian berulang (repeat order) sepanjang
harga yang ditawarkan menguntungkan dan tidak mengorbankan kualitas
h) Penanganan darurat akibat bencana alam, baik yang bersifat local maupun
nasional;
i) Barang/jasa lanjutan yang secara teknis merupakan satu kesatuan yang
sifatnya tidak dapat dipecah-pecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan
sebelumnya;
j) Penyedia barang/jasa adalah BUMN dan/atau anak perusahaan sepanjang
barang/jasa yang dibutuhkan merupakan produk atau layanan dari BUMN
atau anak perusahaan dimaksud dengan ketentuan apabila BUMN dan/atau
anak perusahaan yang memproduksi atau memberi pelayanan yang
dibutuhkan lebih dari satu, maka harus dilakukan pemilihan langsung
terhadap BUMN dan/atau anak perusahaan tersebut;
k) Pengadaan barang/jasa yang bersifat khusus/strategis
(1) Penunjukan langsung sebagaimana ditentukan dalam butir 4 tersebut
dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan tertulis dari Pejabat
Berwenang sesuai batas kewenangan masing-masing
(2) Penunjukan langsung dilaksanaan dengan Surat Pesanan Barang
(SPB)/Purchase Order (PO), Surat Perintah Kerja (SPK) atau Surat
Perjanjian.
Hal tersebut mengakibatkan KPH Pekalongan Barat dan KPH Pekalongan Timur
kehilangan kesempatan memperoleh harga terbaik dalam pengadaan tempurung dan
talang sadap.
Hal tersebut disebabkan karena Panitia Pengadaan Barang dan Jasa KPH Pekalongan
Timur dan KPH Pekalongan Barat tidak menjalankan SOP Pengadaan Barang dan
Jasa yang berlaku.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 106
Perum Perhutani menjelaskan bahwa:
A. KPH Pekalongan Timur
a. Hasil pemeriksaan BPK ditemukan bukti distribusi/pengiriman barang berupa
sarpra tempurung triwulan ke II tahun 2015 diterima Asper tanggal 15 dan 18
Mei 2015, sementara proses pengadaan barang mulai tanggal 20 Mei – 3 Juni
2015, sehingga terindikasi pengadaan performa.
b. Tanggapan atas temuan sebagaimana yang kami sampaikan saat pemeriksaan
sebagaimana penjelasan berikut :
a) Dasar pengadaan tempurung sesuai dengan surat Kepala Divre Jateng No.
170/065.5/Prod.NK/Divre-Jtg tanggal 06 Mei 2015 perihal Pengadaan Sarpra
Tempurung untuk Sadapan Getah Pinus Tahun 2015.
b) Tempurung diadakan oleh Primkokar KPH Pekalongan Timur.
c) Atas dasar permintaan penyadap untuk segera dicukupinya sarpra berupa
tempurung sebagai pengganti baik yang rusak (karena bencana alam,
kebakaran hutan, dirusak babi hutan) maupun sebagai cadangan / sulaman
yang diakomodir Asper dan disampaikan pada saat pertemuan dengan
manajemen KPH.
d.) Sambil menunggu proses pengadaan, permintaan penyadap dipenuhi oleh
Primkokar.
c. Panitia Pengadaan Barang dan Jasa sudah mendapatkan surat teguran lisan dari
Administratur KPH Pekalongan Timur tersebut surat nomor :
71/019.1/Rhs/SDM/ Pkt/Divre Jateng tanggal 30 September 2015.
d. Untuk selanjutnya dalam pengadaan barang dan jasa akan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku.
B. KPH Pekalongan Barat
a. Tempurung diadakan sesuai Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
Perum Perhutani Nomor: 636/KPTS/DIR/2013 tanggal 30 April 2013 tersebut
Pasal 28 Pengulangan Pengadaan/Repeat Order.
b. Tempurung bukan barang pabrikan tetapi merupakan barang yang dikumpulkan
oleh pengepul, sehingga sulit untuk memastikan ketersediaan tempurung
sejumlah 1.248.000 bh sekaligus.
c. Dalam kondisi ketersediaan tempurung sulit, maka Panitia Pengadaan
mengusulkan 2 (dua) tahap dengan pertimbangan:
a) Segera memenuhi kecukupan sarana tempurung di lapangan yang diperlukan
untuk proses produksi getah pinus, agar produksi getah pinus tidak
terhambat.
b) Rekanan yang sanggup mengadakan tempurung hanya mampu mengadakan
sekitar 600.000 buah.
c) Dilakukan 2 (dua) tahap dengan prioritas BKPH yang produksi getahnya
besar.
d) Pengadaan tahap I dilaksanakan oleh CV. Bangun Jaya Mandiri sejumlah
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 107
602.936 buah dengan harga Rp249,- ( belum termasuk PPN 10%).
e) Pengadaan tahap II dilaksanakan oleh CV Bangun Jaya Mandiri dengan
metoda repeat order. (sesuai Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan
Jasa Perum Perhutani Nomor : 636/KPTS/DIR/2013 tanggal 30 April 2013
tersebut Pasal 28 Pengulangan Pengadaan/ Repeat Order sebagaimana
terlampir) dengan harga per satuan yang sama.
f) Akan dilakukan perbaikan atas sistem Pengadaan Barang/Jasa yang
dibutuhkan secara Rutin, seperti pengadaan tempurung, talang sadap, alat
sadap (petel) dan stimulant pemacu getah.
BPK-RI merekomendasikan kepada Direksi Perum Perhutani untuk mengevaluasi
seluruh pengadaan barang yang bersifat rutin agar dipersiapkan sejak awal persiapan
pekerjaan. Selanjutnya memerintahkan kepada seluruh Kepala Divisi agar
memberikan alasan tertulis kepada Direksi terkait pemilihan metode pengadaan
dengan pemilihan dan penunjukan langsung.
11. Biaya atas pelaksanaan kegiatan sadapan getah pinus pada KPH Kediri, KPH
Banyuwangi Selatan, KPH Banyuwangi Utara, dan KPH Banyuwangi Barat
tidak sesuai ketentuan
Salah satu produk kimia hasil hutan Perum Perhutani berupa gondorukem dan
terpentin. Pengelolaan atas gondorukem dan terpentin merupakan tanggung jawab
Divisi Industri Gondorukem, Terpentin, Derivate, dan Minyak Kayu Putih (GTD
MKP). Divisi Industri GTD MKP dipimpin oleh Kepala Divisi yang membawahi
empat Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) yang dipimpin oleh General Manager (GM),
dua diantaranya khusus menangani produk Gondorukem dan Terpentin, yaitu GM
Industri Gondorukem dan Terpentin I untuk wilayah Jawa Tengah, Jawa Barat,
Banten dan GM Industri Gondorukem dan Terpentin II untuk wilayah Jawa Timur.
Pada KBM Industri Gondorukem dan Terpentin II untuk wilayah Jawa Timur
terdapat tiga Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) yaitu PGT Sukun, PGT
Garahan, dan PGT Rejowinangun.
Proses bisnis kegiatan sadapan getah pinus dimulai dari perencanaan produksi,
penerimaan getah, proses produksi hingga pemasaran produk. Produk ini diperoleh
dari proses pengolahan atas getah pinus yang dilakukan pada Pabrik Gondorukem
dan Terpentin (PGT) sedangkan pengelolaan produksi getah pinus dilakukan di
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH). Dalam menunjang produksi gondorukem mutu
X dan WW diperlukan peningkatan produksi getah pinus secara optimal baik dari
segi kualitas/mutu maupun kuantitas. Anggaran dan realisasi biaya produksi sadapan
(Akun 5312) pada KPH Kediri, Banyuwangi Selatan, Banyuwangi Utara, dan
Banyuwangi Barat dapat dilihat pada Tabel 3.44.
Tabel 3.44. Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Sadapan pada KPH Kediri, Banyuwangi Selatan, Banyuwangi
Utara dan Banyuwangi Barat
KPH
Biaya Produksi Tahun 2014 %
Biaya Produksi Tahun 2015 (s.d. Semester I) %
RKAP Realisasi
Realisasi
KPH Kediri 31.231.273.000 29.952.230.465 95,91 38.288.426.000 8.303.100.538 21,69
KPH Banyuwangi Barat 13.520.607.000 13.361.499.368 98,83 15.865.931.000 2.883.472.312 18,18
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 108
KPH
Biaya Produksi Tahun 2014 %
Biaya Produksi Tahun 2015 (s.d. Semester I) %
RKAP Realisasi
Realisasi
KPH Banyuwangi
Selatan
2.934.392.000 3.074.352.802 104,77 3.334.118.000 449.198.116 13,48
KPH Banyuwangi Utara 1.393.860.000 1.428.123.532 102,46 1.569.090.000 311.956.964 19,89
Hasil pemeriksaan atas pengelolaan biaya atas pelaksanaan kegiatan sadapan getah
pinus pada KPH Kediri, Banyuwangi Selatan, Banyuwangi Utara, dan Banyuwangi
Barat menunjukkan hal–hal sebagai berikut.
a. Kelebihan pembayaran upah penerimaan getah pinus mutu premium pada KPH
Banyuwangi Selatan dan KPH Banyuwangi Utara sebesar Rp23.393.000,00
Pada tahun 2014, pengelompokan mutu getah dibagi menjadi tiga yaitu mutu II,
mutu I, dan mutu premium. KPH Banyuwangi Selatan dan KPH Banyuwangi
Utara mengirimkan hasil sadapan getah pinus tersebut ke PGT Garahan. Berikut
adalah jumlah penerimaan getah di PGT Garahan bulan Januari s.d. Desember
2014.
Tabel 3.45. Penerimaan getah di PGT Garahan bulan Januari s.d. Desember 2014
Mutu Getah Pinus
Penerimaan Getah Di PGT Garahan (kg)
dari KPH Banyuwangi Selatan dari KPH Banyuwangi Utara
Rencana Realisasi % Rencana Realisasi %
Mutu II - - - - - -
Mutu I - 883.193 - - 388.854 -
Mutu Premium - 21.511 - - 11.130 -
Jumlah * 900.071 904.704 101% * 423.922 399.984 94%
* Pada rencana pasokan getah dari KPH ke PGT tidak dirinci berdasarkan mutu melainkan hanya secara total
Berdasarkan Surat Direksi Perum Perhutani No. 645/077.3/PSDH-Prod/Dir/2014
tanggal 13 Oktober 2014 perihal Reward Getah Pinus dan Getah Mutu Premium
dan Surat Kepala Divisi Regional Jawa Timur No. 320/056.5/Prod/Divreg Jatim
tanggal 23 Oktober 2014 perihal Reward Getah Pinus dan Getah Mutu Premium
diketahui bahwa adanya pemberlakuan kenaikan tarif getah premium mulai
tanggal 1 Oktober 2014 dari Rp4.000,00/kg menjadi Rp5.000,00/kg, dengan
syarat hasil rendemen Gondorukem dan Terpentin minimal 95%.
Hasil pemeriksaan terhadap dokumen pembayaran atas penerimaan getah mutu
premium pada bulan Oktober s.d. Desember 2014 pada KPH Banyuwangi
Selatan dan KPH Banyuwangi Utara diketahui bahwa tarif iname/penerimaan
yang dibayarkan adalah sebesar Rp5.000,00/kg. Berdasarkan data dari PGT
Garahan diketahui bahwa rendemen Gondorukem Terpentin pada bulan Oktober
s.d. Desember tahun 2014 adalah yang terendah sebesar 94,00% dan yang
tertinggi sebesar 94,15%.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 109
Dengan syarat dan ketentuan tersebut di atas serta dibandingkan dengan realisasi
rendemen maka terdapat kelebihan pembayaran penerimaan getah mutu premium
bulan Oktober s.d. Desember tahun 2014 pada KPH Banyuwangi Selatan dan
KPH Banyuwangi Utara sebesar Rp23.393.000,00 dengan perhitungan sebagai
berikut.
Tabel 3.46. Kelebihan pembayaran penerimaan getah mutu premium bulan Oktober s.d. Desember tahun
2014 pada KPH Banyuwangi Selatan dan KPH Banyuwangi Utara
No. Bulan
Volume Getah
Premium (Kg)
Tarif yang digunakan
(Rp)
Tarif seharusnya
(Rp) Kelebihan Pembayaran (Rp)
(a) (b) (c) (d) (e) (f) = (c) x ((d) –(e))
1 Banyuwangi Utara
Oktober 851 5.000 4.000 851.000
Nopember 2.277 5.000 4.000 2.277.000
Subtotal 3.128
3.128.000
2 Banyuwangi Selatan
Oktober 7.094 5.000 4.000 7.094.000
Nopember 13.171 5.000 4.000 13.171.000
Subtotal 20.265
20.265.000
Total 23.393
23.393.000
Hasil konfirmasi kepada Administratur KPH Banyuwangi Selatan menyebutkan
bahwa pembayaran iname getah pinus mutu premium untuk produksi bulan
Oktober s.d. Desember tahun 2014 dilakukan berdasarkan koreksi Perni 51 oleh
di PGT Garahan atas kandungan kotoran dan kandungan air < 5% sehingga
nantinya rendemen atas gondorukem dan terpentin yang dihasilkan akan sama
dengan koreksi perni tersebut. Perni 51 terkoreksi merupakan dokumen angkut
internal Perum Pehutani yang menginformasikan kualitas getah, berat getah di
TPG (berat kotor), berat getah terkoreksi di PGT (berat bersih), kandungan
kotoran dan kandungan air.
b. Pelaksanaan pembayaran upah sadap getah pinus mutu premium pada KPH
Banyuwangi Barat tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Berdasarkan surat Kepala Biro Produksi No. 157/056.5/Prod/Divre-Jatim tanggal
13 Juni 2014 perihal Tindak Lanjut Sosialisasi Produksi Getah Pinus Mutu
Premium dan Penjelasan Teknis Uji Coba Sadapan Getah Pinus Umur 6-10
Tahun disebutkan bahwa tambahan biaya Rp1.000,00/kg untuk getah premium
dialokasikan dengan rincian: tambahan iname Rp300,00/kg dan biaya proses
sebesar Rp700,00/kg yang terdiri dari kompensasi susut berat sebesar Rp120/kg
yang diberikan kepada mandor, tenaga kerja (aduk, saring, timbang) sebesar
Rp440,00/kg, dan pembelian minyak tanah untuk memproses getah premium
sebesar Rp140/kg.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 110
Hal ini dipertegas lagi dengan dikeluarkannya surat oleh Kepala Divisi Regional
Jawa Timur No. 165/056.5/Prod/Divre-Jatim tanggal 16 Juni 2014 perihal Tarip
Getah Pinus Mutu Premium 2014 disebutkan bahwa:
1) Tarip iname getah Premium yang ditetapkan sebesar Rp4.000,00/kg dengan
penerimaan di Tempat Pengumpulan Getah (TPG) untuk mutu I Rp3.000,00
sedangkan tambahan Rp1.000,00/kg diberikan setelah getah diuji di Pabrik
Gondorukem dan Terpentin (PGT) sebagai mutu Premium (DK 304 b/1 atau
Perni 51 terkoreksi) sebagaimana tertuang dalam Prosedur Kerja.
2) Tambahan sebesar Rp1.000,00/kg sesuai point 1 adalah sebagai apresiasi atas
produksi getah premium dengan rincian:
a) Sebesar Rp300,00/kg sebagai tambahan iname getah bagi penyadap atas
upaya menghasilkan bahan baku getah Premium. Volume yang
diperhitungkan adalah volume yang diterima di PGT sebagai getah
premium.
b) Sebesar Rp700,00/kg sebagai biaya proses di TPG menjadi getah
Premium (biaya tenaga kerja, kompensasi susut berat, dan pembelian
bahan pengujian). Volume yang diperhitungkan adalah volume getah
yang diterima PGT.
Hasil pemeriksaan terhadap bukti pertanggungjawaban realisasi pembayaran
uang kerja sadapan getah pinus selama bulan Juni sampai dengan Agustus 2014
ternyata pembayaran iname getah premium diberikan langsung sebesar
Rp4.000,00/kg untuk volume getah premium sebanyak 62,694 kg dari mandor
kepada penyadap pada saat penerimaan getah premium (Tabel 3.47).
Tabel 3.47. Perhitungan iname getah premium Juni s.d. Agustus 2014 di KPH Banyuwangi Barat
(a) (b) (c) (d) = (c) x (a)
Iname Getah Premium yang dibayarkan 4.000 62.694 250.776.000,00
Iname Getah Premium untuk penyadap sesuai
surat Kepala Divre Jawa Timur
3.300 62.694 206.890.200,00
Selisih (Biaya Proses) 700 62.694 43.885.800,00
Hal ini menunjukkan terdapat uang yang diterimakan kepada penyadap yang
tidak sesuai senilai Rp43.885.800,00.
Hasil konfirmasi kepada Mandor dan Asper pada BKPH Rogojampi diketahui
bahwa penerimaan getah pinus untuk mutu premium dimulai pada saat penyadap
datang ke TPG kemudian oleh mandor atas getah yang disetorkan dinilai apakah
tergolong kedalam mutu I, mutu II atau premium berdasarkan contoh getah dari
PGT. Apabila dilihat oleh mandor getah yang disetorkan dapat menjadi mutu
premium maka akan disendirikan yang kemudian dilakukan penyaringan dengan
alat untuk kemudian ditimbang, berdasarkan hasil timbangan tersebut kemudian
mandor membayar kepada penyadap sebesar Rp4.000,00 dikalikan jumlah kg
hasil penyaringan tersebut.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 111
c. Pelaksanaan pembayaran subsidi alat sadap Tahun 2015 sampai dengan bulan
Juli sebesar Rp367.432.894,00 pada KPH Kediri tidak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
Berdasarkan surat Kepala Divisi Regional Jawa Timur No. 18/056.5/Prod/Divre
Jatim tanggal 22 Januari 2015 perihal Pengelompokan Mutu Getah Pinus dan
Tarif Penerimaan 2015, yang merupakan tindak lanjut atas surat Direksi No.
788/077.3/PSDH-Prod/Dir/2014 tanggal 29 Desember 2014 disebutkan bahwa
salah satu upaya guna meningkatkan daya tarik penyadap adalah dengan
memberikan subsidi alat sadap sebesar Rp62,00/kg. Sebelum kebijakan tersebut
dijalankan untuk alat sadap diadakan oleh Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)
yang kemudian dibagikan kepada para penyadap. Dengan adanya kebijakan baru
tersebut, KPH tidak lagi melakukan pengadaan namun atas setiap kg getah yang
diserahkan oleh penyadap akan diberi tambahan sebesar Rp62,00.
Konfirmasi kepada mandor dan Asper KPH Banyuwangi Barat diketahui bahwa
atas pemberian subsidi tersebut diterimakan langsung berupa uang kepada
penyadap namun atas sejumlah pecahan uang yang tidak genap hasil perkalian
jumlah kg dengan Rp62,00 tersebut diberikan secara pembulatan ke atas atau
kebawah sesuai dengan jumlah yang diterima.
Berdasarkan bukti pertanggungjawaban uang kerja sadapan getah pinus pada
KPH Kediri diketahui bahwa dana realisasi pembayaran subsidi alat sadap
Periode II Januari 2015 s.d. Periode II Juli 2015 adalah sebesar
Rp367.432.894,00. Pembayaran subsidi alat sadap di transfer dari rekening KPH
ke rekening Asper yang menyatu dengan uang kerjanya. Dari Asper kemudian
diberikan kepada mandor yang akan memberikan tambahan Rp62,00/kg kepada
penyadap pada setiap pembelian getah. Pada dokumen pertanggungjawaban
tersebut telah memuat tanda terima atas uang subsidi tersebut oleh para penyadap
sesuai dengan jumlah kg yang dihasilkan.
Hasil konfirmasi lisan kepada mandor dan penyadap pada BKPH Kediri
menunjukkan bahwa subsidi alat sadap sebesar Rp62,00/kg tidak diberikan tunai
kepada penyadap sebagai bentuk tambahan penerimaan iname namun dikelola
oleh mandor. Uang yang dikelola oleh mandor tersebut digunakan oleh mandor
untuk membeli peralatan sadap dan obat-obatan yang dapat menambah produksi
getah.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Surat Direksi Perum Perhutani No. 645/077.3/PSDH-Prod/Dir/2014 tanggal 13
Oktober 2014 perihal Reward Getah Pinus dan Getah Mutu Premium;
b. Surat Kepala Divisi Regional Jawa Timur No. 320/056.5/Prod/Divreg Jatim
tanggal 23 Oktober 2014 perihal Reward Getah Pinus dan Getah Mutu Premium;
c. Kepala Biro Produksi No. 157/056.5/Prod/Divre-Jatim tanggal 13 Juni 2014
perihal Tindak Lanjut Sosialisasi Produksi Getah Pinus Mutu Premium dan
Penjelasan Teknis Uji Coba Sadapan Getah Pinus Umur 6-10 Tahun;
d. Surat Kepala Divisi Regional Jawa Timur No. 165/056.5/Prod/Divre-Jatim
tanggal 16 Juni 2015 perihal Tarip Getah Pinus Mutu Premium 2014;
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 112
e. Surat Kepala Divisi Regional Jawa Timur No. 18/056.5/Prod/Divre Jatim tanggal
22 Januari 2015 perihal Pengelompokan Mutu Getah Pinus dan Tarif Penerimaan
2015.
Hal tersebut mengakibatkan:
a. Kelebihan pembayaran penerimaan getah mutu premium bulan Oktober s.d.
Desember tahun 2014 pada KPH Banyuwangi Selatan dan KPH Banyuwangi
Utara sebesar Rp23.393.000,00;
b. Tambahan biaya proses atas penerimaan iname getah premium senilai
Rp43.885.800,00 diterimakan kepada yang tidak berhak;
c. Penerapan kebijakan direksi perhutani terkait pemberian subsidi alat sadap
sebesar Rp62,00/kg tidak dilaksanakan seragam membebani keuangan
perusahaan sebesar Rp367.432.894,00.
Hal tersebut disebabkan:
a. Kepala KPH Banyuwangi Selatan dan Banyuwangi Utara yang melaksanakan
pembayaran tidak sesuai dengan surat edaran yang berlaku;
b. Kepala KPH Banyuwangi Barat kurang memahami surat edaran terkait
pembagian pemberian tambahan iname mutu premium;
c. Kepala Divisi Regional Jawa Timur kurang cermat dalam melakukan
pengendalian terhadap penerapan tarif atas pelaksanaan kegiatan sadapan;
d. Keputusan Direksi yang menetapkan pemberian subsidi alat sadap dengan satuan
rupiah yang tidak genap, sehingga menyulitkan KKPH melakukan pembayaran
kepada penyadap, karena kesulitan uang kecil.
Perum Perhutani menjelaskan bahwa:
a. KPH Banyuwangi Selatan dan KPH Banyuwangi Utara
Pengenaan tarif getah pinus premium Oktober - Desember 2014 = Rp5.000/kg
berdasarkan surat Kepala Divisi Regional Jawa Timur nomor
320/056.5/Prod/Divre Jatim tanggal 23 Oktober 2014 perihal Reward Getah
Pinus dan Getah Pinus Mutu Premium dalam amar 2 disebutkan tarif getah
premium dinaikkan dari Rp4.000/kg menjadi Rp5.000/kg dengan rendemen
Gondorukem dan Terpentin minimal 95%.
Pembayaran iname getah pinus premium untuk produksi Oktober-Desember 2014
dilakukan berdasarkan Perni 51 dari PGT Garahan Jember (Divisi Komersial Non
Kayu) atas kandungan kotoran dan kandungan air kurang atau sama dengan ( ≤ )
5% dan beranggapan bahwa Gondorukem dan Terpentin rendemen sama dengan
hasil koreksi Perni 51 yang dilakukan oleh PGT Garahan Jember (Divisi
Komersial Non Kayu).
Berdasarkan laporan dari PGT Garahan Jember untuk Rayon V mutu P rendemen
sebesar 94,15% sehingga terdapat kelebihan biaya iname sebesar 23.393 kg x
Rp1.000 = Rp23.393.000,00. Kelebihan biaya iname tersebut telah dikembali ke
rekening Perhutani.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 113
b. KPH Banyuwangi Barat
Tambahan biaya iname mutu getah premium pada sadapan uji coba umur 6-10
tahun sebesar Rp1.000/kg (dengan perincian Rp300/kg untuk iname bagi
penyadap dan biaya proses di TPG sebesar Rp700/kg). Sedangkan biaya proses
yang diterimakan untuk mandor TPG terdiri dari biaya kompensasi susut
Rp120/kg, biaya aduk saring timbang Rp440/kg dan minyak tanah sebagai bahan
penolong Rp140/kg. Namun dalam pertanggungjawaban keuangan dijadikan satu.
Pembayaran iname getah dan insentif peningkatan mutu untuk selanjutnya akan
dilaksanakan sesuai ketentuan dan pedoman yang berlaku.
c. KPH Kediri
Subsidi sarpra di KPH Kediri sesuai dengan Surat Kadivre Jatim nomor:
18/056.5/prod/Divre Jatim, tanggal 22 Januari 2015 perihal pengelompokan mutu
getah pinus dan tarif penerimaan 2015.
Berdasarkan keterangan Kelompok Penyadap TPG Joho (Sdr. Suriyanto) dan
Kelompok Penyadap TPG Igir-igir (Sdr. Salamun) serta mandor TPG Joho
BKPH Kediri (Sdr. Suntoko) saat wawancara dengan auditor BPK yang
melakukan sampling pemeriksaan BPK atas biaya subsidi alat sadapan getah
pinus sebesar Rp62/kg, bahwa biaya tersebut tetap dibayarkan ke penyadap.
Namun atas kesepakatan penyadap di TPG Joho dan Igir-igir biaya tersebut
dikumpulkan dan diserahkan kepada mandor TPG untuk dimanfaatkan pembelian
sarpra sadapan (pethel, batu asah, dll) sehingga jika penyadap memerlukan
tambahan sarpra sadapan tinggal meminta kepada Mandor TPG.
Dengan demikian biaya sarpra bagi penyadap, tidak membebani keuangan
perusahaan karena memang seharusnya dikeluarkan oleh perusahaan setiap kg
produksi getah.
Untuk selanjutnya biaya subsidi alat akan dibayarkan kepada penyadap sesuai
ketentuan yang berlaku.
Bukti pendukung yang berupa Surat Pernyataan Kelompok Penyadap, terlampir.
BPK-RI merekomendasikan agar Direksi Perum Perhutani:
a. Dalam menetapkan pemberian subsidi alat dengan satuan rupiah
memperhitungkan kemudahan bagi KKPH dalam melakukan pembayaran kepada
penyadap.
b. Melalui Kepala Divisi Regional mamerintahkan seluruh KPH untuk konsisten
dalam menerapkan pemberian reward atas kelebihan produksi maupun produksi
premium.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 114
C. Investasi
1. Kontrak pembangunan pabrik derivat gondorukem terpentin senilai
Rp190.590.469.650,00 beserta pelaksanaannya tidak berpihak kepada
kepentingan Perum Perhutani dan Perum Perhutani kehilangan potensi
pendapatan sebesar Rp62.536.943.000,00 sebagai akibat belum tercapainya
kinerja pabrik sesuai performance guarantee
Sebagai perusahaan yang diberikan wewenang untuk mengolah produk-produk
kehutanan termasuk produk dari hutan pinus, Perum Perhutani pada tahun 2012
melakukan investasi pembangunan Pabrik Derivat Gondorukem dan Terpentin
(PDGT) di Pemalang, Jawa Tengah. Anggaran atau nilai investasi yang ditetapkan
dalam RKAP untuk Pembangunan PDGT dan disetujui oleh Menteri Negara BUMN
sesuai dengan surat Nomor S-296/MBU/2011 tanggal 31 Mei 2011 adalah sebesar
Rp238.700.000.000,00. Rencana Investasi pembangunan PDGT yang dilakukan oleh
Perum Perhutani terbagi menjadi empat macam pabrik yaitu:
a. Pabrik 1 pengolahan getah menjadi gondorukem dan terpentin, dengan kapasitas
produksi 24.500 ton getah pinus per tahun menjadi 17.100 ton/tahun gondorukem
dan 3.400 ton/tahun terpentin.
b. Pabrik 2 fraksionasi terpentin menjadi produk turunannya (α Pinen, β Pinen, δ-
Carene, dan δ-Limonen), dengan kapastitas pengolahan terpentin sejumlah 7.500
Ton/Tahun.
c. Pabrik 3 pengolah gondorukem menjadi produk turunan gondorukem, Gliserol
Rosin Esther, dengan kapasitas produk 18.000 ton/tahun.
d. Pabrik 4 pengolah α Pinen menjadi produk α Terpineol dan Cineol, dengan
kapasitas produk 1.800 ton/tahun untuk α Terpineol dan 180 Ton/tahun untuk
Cineol.
Sebelum dilakukan proses pelelangan, Perum Perhutani telah melakukan Feasibility
Study (FS) Pembangunan Pabrik Derivat Gondorukem dan Terpentin di Perum
Perhutani.
Tabel 3.48. Rincian biaya pembuatan Feasibility Study dan Pembuatan Basic Engineering Design
No Uraian Pekerjaan Pelaksana Nilai Kontrak
(tidak termasuk PPN)
Realisasi Pembayaran
(tidak termasuk PPN)
1 Jasa Konsultan Feasibility Study (FS)
Pembangunan Pabrik Derivat
Gondorukem dan Terpentin di Perum
Perhutani Unit I Jawa Tengah
PT. Pasadena
Engineering
330.000.000,00
330.000.000,00
2 Jasa Konsultan Feasibility Study (FS)
Pembangunan Pabrik Derivat
Gondorukem dan Terpentin di Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat & Banten
PT. Pasadena
Engineering
402.950.000,00 402.950.000,00
3 Pembuatan Basic Engineering Design
Pabrik Derivat Gondorukem dan
Terpentin
PT. Titis Sampurna 522.800.000,00 522.800.000,00
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 115
Setelah hasil kajian dan penelitian studi kelayakan investasi diperoleh, Perum
Perhutani melakukan pelelangan terbuka untuk Pembangunan Pabrik Derivat
Gondorukem dan Terpentin (PDGT) pada tahun 2011.
Berdasarkan Nota Dinas No. 664/UM/2011 tanggal 19 Desember 2011 perihal usul
Penetapan Calon Pemenang Lelang Terbuka dan Surat Perum Perhutani No.
02/004.1/Dir/2011 tanggal 2 Januari 2012 perihal Pemberitahuan Pemenang maka
Pembangunan PDGT dilakukan oleh PT Rekayasa Industri. Adapun pelaksanaan
pembangunan PDGT oleh PT Rekayasa Industri didasarkan pada beberapa hal
sebagai berikut.
a. Surat Perintah Mulai Kerja Nomor 15/004.1/SPMK/DIR/2012 tanggal 9 Januari
2012 yang ditandatangani oleh Perum Perhutani dan PT Rekayasa Industri;
b. Surat Penyerahan Lahan dari Perum Perhutani kepada PT Rekayasa Industri
untuk Pekerjaan Engineering Procurement Construction (EPC) Pembangunan
PDGT di Pemalang Nomor 03/SP/DIR/2012 tanggal 2 Febuari 2012;
c. Perjanjian Jasa Engineering Procurement Construction (EPC) Pembangunan
PDGT di Pemalang antara Perum Perhutani dengan PT Rekayasa Industri No.
05/SP/DIR/2012 tanggal 13 Februari 2012 senilai Rp180.814.000.000,00 belum
termasuk PPN 10% dengan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama 540 hari
kalender atau mulai sejak tanggal 13 Februari 2012 sampai dengan tanggal 6
Agustus 2013.
d. Addendum Pertama Nomor: 05A/SP/DIR/2013 tanggal 15 Agustus 2013 yang
memperpanjang jangka waktu pelaksanaan pekerjaan EPC selama 57 hari
kalender, mulai sejak tanggal 6 Agustus 2013 sampai dengan tanggal 1 Oktober
2013 dengan pertimbangan antara lain terdapat perubahan Basic Engineering
Design (BED) pada bagian proses (Pabrik 4).
e. Addendum Kedua Nomor 05A/ADD/SP/DIR/2013 tanggal 18 Oktober 2013.
Addendum ini tidak memberikan perpanjangan jangka waktu pekerjaan EPC
melainkan hanya mengubah ketentuan pengenaan denda keterlambatan EPC yang
diperhitungkan atas harga sisa pekerjaan yang belum diselesaikan. Hal tersebut
dilakukan dengan pertimbangan bahwa bagian pekerjaan yang sudah
dilaksanakan oleh PT Rekayasa Industri dapat berfungsi.
Pada tahun 2013 PT Rekayasa Industri telah menyerahkan seluruh pekerjaan Jasa
EPC Pembangunan PDGT di Pemalang, Jawa Tengah kepada Perum Perhutani sesuai
dengan kontrak/perjanjian. Penyerahan pekerjaan EPC tersebut dilakukan melalui
penandatanganan Berita Acara Serah Terima (BAST) I Pekerjaan Jasa EPC
Pembangunan PDGT di Pemalang tanggal 13 Desember 2013 yang ditandatangani
oleh Direktur Utama Perum Perhutani dan Direktur Utama PT Rekayasa Industri.
Pekerjaan Jasa EPC Pembangunan PDGT yang telah diselesaikan tersebut tanpa
diketahui secara pasti apakah dapat berjalan sesuai dengan desainnya (temasuk
spesifikasi teknisnya), dan berapa besar output yang akan dihasilkan.
Oleh karena itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja PDGT maka Perum Perhutani
dan PT Rekayasa Industri sepakat untuk melakukan pekerjaan commissioning/uji
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 116
coba PDGT. Kesepakatan tersebut dituangkan kedua belah pihak pada Perjanjian No:
03/SP/DIR/2014 tanggal 25 Februari 2014 dan addendum perjanjian nomor
15/ADD/SP/DIR/2014 tanggal 8 September 2014.
Berdasarkan uraian di atas serta hasil pemeriksaan dokumen lebih lanjut diketahui
bahwa terdapat dua perjanjian pokok terkait dengan investasi pembangunan PDGT
yang dilakukan oleh Perum Perhutani. Perjanjian tersebut yaitu:
a. Perjanjian Nomor : 05/SP/DIR/2012 tanggal 13 Februari 2012, Addendum
Pertama Nomor: 05A/SP/DIR/2013 tanggal 15 Agustus 2013, dan Addendum
Kedua Nomor: 05A/ADD/SP/DIR/2013 tanggal 18 Oktober 2013 antara Perum
Perhutani dengan PT Rekayasa Industri atas Pekerjaan Engineering,
Procurement, dan Construction (EPC) Pembangunan PDGT di Pemalang.
b. Perjanjian Nomor 03/SP/DIR/2014 tanggal 25 Februari 2014 dan Addendum
Pertama Nomor 15/ADD/SP/DIR/2014 tanggal 8 September 2014 antara Perum
Perhutani dengan PT Rekayasa Industri atas Pekerjaan Commisioning/Uji Coba
Pabrik Derivat Gondorukem dan Terpentin.
Kontrak/perjanjian sebagaimana yang diuraikan dalam huruf a dan b di atas memiliki
kesamaan para pihak yaitu Perum Perhutani (Pihak Pertama) dan PT Rekayasa
Industri (Pihak Kedua), namun demikian kedua perjanjian tersebut memiliki
substansi/materi perjanjian yang berbeda. Adapun perbedaan substansi perjanjian
tersebut dapat diuraikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.49. Perbedaan Substansi Perjanjian EPC dan Perjanjian Commisioning
No Substansi
Kontrak Perjanjian Pekerjaan EPC PDGT Pekerjaan Comissioning/Uji Coba PDGT
1 Ruang
Lingkup
Pekerjaan Jasa Engineering Procurement Construction (EPC)
PDGT di Pemalang yang mencakup,
a. Manajemen Proyek meliputi pekerjaan persiapan dan
pelaporan status pekerjaan
b. Engineering meliputi survey topografi, pembuatan Detail
Engineering Design dan as built drawing
c. Pengadaan, meliputi pengadaan peralatan dan bahan serta
penyediaan suku cadang untuk proses pengujian individual
d. Konstruksi
e. Pengujian Individual
Tujuan dari perjanjian ini adalah untuk melaksanakan
pekerjaan commisioning/Uji Coba terhadap hasil pekerjaan
Jasa Rekayasa, Pengadaan dan Konstruksi (EPC)
Pembangunan Pabrik milik Perum Perhutani guna
mengetahui hasil keluaran/kapasitas produksi sesuai dengan
performance guarantee yang dimuat dalam lampiran 3
perjanjian commissioning.
Tanggung jawab PT Rekayasa Industri adalah untuk
melaksanakan pekerjaan dengan pencapaian sekurang-
kurangnya sebagai berikut.
a. Ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan sesuai batas
waktu yang telah ditetapkan
b. Ketepatan kualitas dan kuantitas sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan dan di sepakati para pihak
dalam lampiran 3 dari perjanjian commissioning
(performance guarantee).
2. Nilai Kontrak Harga/Nilai Pekerjaan EPC sebesar Rp180.814.000.000,00
belum termasuk PPN 10%.
Harga/nilai pekerjaan commissioninig sebesar
Rp10.754.116.615,00 termasuk PPN 10% dan pajak lain yang
berlaku.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 117
Berdasarkan pemeriksaan lanjut yang dilakukan terhadap dokumen-dokumen
pengadaan, konfirmasi pihak-pihak terkait serta hasil pemeriksaaan fisik di lapangan
diketahui permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan pembangunan PDGT
sebagai berikut.
a. Pemisahan Perjanjian antara Pekerjaan EPC dengan Pekerjaan Commissioning
dalam proyek pembangunan PDGT di Pemalang belum sepenuhnya melindungi
kepentingan Perum Perhutani
Sebagaimana yang telah diuraikan pada tabel 3.49. di atas, proyek pembangunan
PDGT di Pemalang Jawa Tengah terdiri dari dua perjanjian pokok. Berdasarkan
analisa dokumen perjanjian dan konfirmasi yang telah dilakukan pemeriksa
kepada pihak terkait diketahui bahwa adanya pemisahan perjanjian antara
pekerjaan EPC dengan Pekerjaan commissioning dalam proyek pembangunan
PDGT di Pemalang belum sepenuhnya melindungi kepentingan Perum Perhutani.
Hal ini dikarenakan terdapat beberapa kelemahan akibat adanya pemisahan
kontrak tersebut. Adapun kelemahan-kelemahan kontrak dapat diuraikan sebagai
berikut.
1) Ruang lingkup pekerjaan pada perjanjian EPC hanya mengatur sampai
dengan pengujian individual
Ruang lingkup pekerjaan dalam Perjanjian EPC yang diatur pada pasal 2
mengatur pekerjaan sebagai berikut.
a) Manajemen proyek, meliputi pekerjaan persiapan dan pelaporan status
pekerjaan.
b) Engineering, meliputi survey topograpi dan pembuatan Detail
Engineering Design serta As Built Drawing.
c) Pengadaan, meliputi pengadaan peralatan dan bahan serta penyediaan
suku cadang untuk proses pengujian individual.
d) Konstruksi, meliputi penyiapan dan pematangan lokasi pekerjaan,
mobilisasi dan demobilisasi peralatan konstruksi serta konstruksi
pembangunan PDGT dan fasilitas lain sebagai sarana penunjang
kelancaran proses produksi.
e) Pengujian Individual, kegiatan pengujian mekanis dari masing-masing
peralatan, setelah pekerjaan konstruksi selesai dilaksanakan sehingga
kinerja mekanis dari peralatan dapat sesuai dengan lingkup, persyaratan,
dan standar teknis yang ditetapkan dalam perjanjian dan dinyatakan baik
serta diterima oleh Perum Perhutani yang akan dituangkan dalam BAST
I.
Ruang lingkup pekerjaan EPC yang ditetapkan dalam perjanjian di atas
sangat melemahkan kepentingan Perum Perhutani. Hal ini dikarenakan ruang
lingkup Perjanjian EPC tidak mengatur sampai dengan pencapain target
kinerja PDGT (performance guarantee). Dengan demikian tanggung jawab
atau kewajiban PT Rekayasa Industri dalam pekerjaan EPC berdasarkan
kontrak atau perjanjian EPC hanya sebatas sampai dengan pengujian
individual. Lebih lanjut berdasarkan hasil konfirmasi yang dilakukan oleh
pemeriksa kepada Manejemen Konstruksi, PT Indah Karya, diketahui bahwa
Pengujian individual sebagaimana yang terdapat dalam perjanjian EPC
merupakan proses pengujian masing-masing komponen/unit yang merupakan
bagian dari pabrik. Pengujian individual dilakukan tanpa beban dalam artian
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 118
tidak dilakukan pengujian pemrosesan mulai dari penerimaan bahan baku
sampai dengan menghasilkan suatu produk. Berdasarkan hasil konfirmasi
tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dari pengujian individual hanya
sebatas melihat apakah masing-masing komponen/unit dalam suatu pabrik
bekerja sesuai fungsinya tanpa melihat kinerja suatu pabrik secara
keseluruhan.
2) Adanya ketentuan serah terima hasil pekerjaan yang menyatakan pekerjaan
EPC telah selesai
Berita Acara Serah Terima (BAST) dalam perjanjian EPC terbagi menjadi
dua macam yaitu:
a) BAST I yang telah ditandatangani oleh para pihak pada hari Jum’at
tanggal 13 Desember 2013, merupakan berita acara yang menyatakan
bahwa PT Rekayasa Industri telah menyelesaikan 100% (seratus per
seratus) pekerjaan sesuai dengan perjanjian ini dan diterima dengan baik
oleh Perum Perhutani, dibuat 2 (dua) rangkap.
b) BAST II merupakan berita acara yang menyatakan bahwa PT Rekayasa
Industri telah menyelesaikan kewajiban selama masa pemeliharaan,
dibuat 2 (dua) rangkap. Sampai dengan pemeriksaan berakhir para pihak
belum membuat dan menandatangani BAST II.
Ketentuan lebih lanjut terkait serah terima hasil pekerjaan EPC diatur dalam
pasal 10 Perjanjian EPC yang antara lain berisi sebagai berikut.
a) Atas penyelesaian semua pekerjaan (kecuali punch list), maka dilakukan
serah terima hasil pekerjaan dengan ketentuan sebagai berikut.
(1) Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus per seratus), kecuali punch
list yang dapat diselesaikan pada masa pemeliharaan, PT Rekayasa
Industri mengajukan permintaan secara tertulis kepada Perum
Perhutani untuk menyerahkan hasil pekerjaan;
(2) Perum Perhutani menerima penyerahan hasil pekerjaan hanya jika
hasil pekerjaan diselesaikan sesuai dengan ketentuan perjanjian dan
atas penerimaan tersebut dibuat BAST I.
b) Serah terima hasil pekerjaan yang dilakukan berdasarkan ketentuan huruf
a) di atas merupakan serah terima kesatu. Setelah serah terima kesatu,
berlaku masa pemeliharaan yang mengatur kewajiban PT Rekayasa
Industri untuk melaksanakan perbaikan atau penggantian terhadap bagian
pekerjaan yang cacat karena sebab yang bersumber kepada PT Rekayasa
Industri dan PT Rekayasa Industri akan menyediakan jaminan
pemeliharaan sebesar 5% dari Harga Pekerjaan.
c) Setelah masa pemeliharaan berakhir, maka dilakukan serah terima kedua
dengan ketentuan sebagai berikut.
(1) PT Rekayasa Industri mengajukan permintaan secara tertulis kepada
Perum Perhutani untuk melakukan serah terima kedua;
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 119
(2) Perum Perhutani menerima serah terima kedua hanya jika semua
kewajiban selama masa pemeliharaan telah dilaksanakan dengan
baik. Atas penerimaan tersebut dibuat BAST II.
d) Jika selama masa pemeliharaan PT Rekayasa Industri tidak
melaksanakan kewajiban pemeliharaan sebagaimana mestinya dan tetap
gagal untuk mulai melakukan perbaikan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan meskipun telah diingatkan secara tertulis oleh Perum
Perhutani, maka Perum Perhutani berhak mencairkan seluruh Surat
Jaminan Pemeliharaan.
Ketentuan terkait serah terima pekerjaan sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 10 Perjanjian EPC ini kurang melindungi kepentingan Perum
Perhutani. Hal ini dikarenakan dalam ketentuan tersebut diatur bahwa
pekerjaan EPC dinyatakan selesai 100% (seratus per seratus) manakala ruang
lingkup pekerjaan EPC sebagaimana yang terdapat dalam pasal 2 perjanjian
EPC telah dilaksanakan sesuai kontrak dan telah ditandatanganinya BAST I
oleh para pihak. Dengan kata lain, pekerjaan EPC dianggap telah selesai
100% meskipun Perum Perhutani belum dapat mengetahui secara pasti
apakah kinerja/performa PDGT yang merupakan hasil pekerjaan EPC
tersebut dapat menghasilkan produk yang diharapkan baik secara kualitas
(kemurnian produk) maupun kuantitas (kapasitas produk).
3) Ketentuan tata cara dan syarat pembayaran yang tidak sepenuhnya
melindungi kepentingan Perum Perhutani
Ketentuan tata cara dan syarat pembayaran pekerjaan EPC diatur dalam pasal
5 Perjanjian EPC yaitu sebagai berikut.
a) Pembayaran kemajuan prestasi pekerjaan dilakukan dengan cara
sebagaimana tertuang didalam lampiran A perjanjian EPC, dengan
ketentuan sebagai berikut.
(1) Pembayaran pertama dilaksanakan setelah PT Rekayasa Industri
mencapai kemajuan Pekerjaan minimum sebesar 5% (lima per
seratus).
(2) Pembayaran selanjutnya dilaksanakan apabila PT Rekayasa Industri
mencapai kemajuan pekerjaan minimum sebesar 10% (sepuluh per
seratus)
b) PT Rekayasa Industri harus melampirkan dokumen-dokumen syarat
pembayaran sebagaimana tertuang dalam kontrak antara lain
tagihan/invoice (asli), salinan laporan kemajuan pekerjaan, berita acara
lapangan dan surat rekomendasi pembayaran.
c) Pembayaran setelah Serah Terima I akan dilakukan oleh Perum Perhutani
setelah dikeluarkannya Berita Acara Serah Terima I dan telah
diserahkannya Dokumen As Built Drawing dan buku manual operasi
peralatan oleh PT Rekayasa Industri, serta dilengkapi Jaminan
Pemeliharaan berupa Bank Garansi dari bank umum/pemerintah sebesar
5% (lima per seratus) dari Harga Pekerjaan dengan masa berlaku selama 12
(dua belas) bulan.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 120
Ketentuan pembayaran tersebut kurang melindungi kepentingan Perum
Perhutani. Hal ini dikarenakan Perum Perhutani dibebani kewajiban untuk
melaksanakan pembayaran terakhir/pelunasan dari seluruh harga pekerjaan
EPC senilai Rp180.814.000.000,00 setelah dikeluarkannya Berita Acara
Serah Terima I. Dalam hal ini, meskipun telah dilakukan BAST I dan
pekerjaan EPC telah dinyatakan selesai 100% oleh kedua belah pihak, Perum
Perhutani belum dapat mengetahui secara pasti apakah kinerja/performa
PDGT tersebut dapat menghasilkan produk yang diharapkan baik secara
kualitas (kemurnian produk) maupun kuantitas (kapasitas produksi). Hal ini
disebabkan ruang lingkup pekerjaan EPC berdasarkan kontrak hanya sebatas
sampai pada pengujian individual. Dengan demikan berdasarkan perjanjian
EPC, Perum Perhutani tidak mempunyai hak untuk dapat menangguhkan sisa
pembayaran pekerjaan EPC yang telah dilakukan PT Rekayasa Industri
manakala kinerja/performa PDGT tidak dapat mencapai target yang telah
ditetapkan dan disepakati oleh kedua belah pihak (performa guarantee).
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam angka 1), 2), dan 3) maka
pemisahan kontrak antara pekerjaan EPC dan pekerjaan Commissioning
mempunyai akibat sebagai berikut.
1) Masing-masing kontrak memiliki titik penyelesaian yang berbeda, hal
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a) Kontrak Pekerjaan EPC dinyatakan telah selesai 100% manakala telah
dilakukan pengujian individual tiap-tiap komponen atau unit dalam suatu
pabrik. Pada tahapan ini Perum Perhutani tidak dapat mengetahui secara
pasti apakah hasil pekerjaan EPC Pembangunan PDGT yang dilakukan
oleh PT Rekayasa Industri dapat menghasilkan kinerja atau mencapai
target kinerja yang telah ditetapkan dan disepakati oleh kedua belah
pihak dalam perjanjian commissioning (performa guarantee).
b) Kontrak Pekerjaan Commissioning dinyatakan telah selesai 100%
manakala kinerja PDGT telah dapat mencapai performance guarantee
yang telah disepakati para pihak sebagaimana yang terdapat dalam
lampiran 3 perjanjian commissioning. Hal ini dikarenakan kewajiban
untuk membuktikan kinerja PDGT hanya ada pada kontrak
commissioning dan tidak terdapat dalam kontrak EPC.
2) Perum Perhutani diwajibkan untuk melakukan pembayaran atau pelunasan
dari seluruh harga pekerjaan EPC senilai Rp180.814.000.000,00 tanpa
adanya suatu jaminan bahwa hasil pekerjaan EPC pembangunan PDGT yang
telah dilakukan oleh PT Rekayasa Industri dapat mencapai kinerja sesuai
performance guarantee yang telah disepakati kedua belah pihak. Berdasarkan
perjanjian EPC, Perum Perhutani tidak mempunyai hak untuk menangguhkan
pembayaran/pelunasan atas pekerjaan EPC yang telah diselesaikan oleh PT
Rekayasa Industri meskipun kinerja PDGT belum dapat mencapai
performance guarantee.
b. Belum tercapainya kesepakatan antara kedua belah pihak terkait
denda/kompensasi keterlambatan yang dapat dikenakan atas terlambatnya
penyelesaian pekerjaan EPC Pembangunan PDGT di Pemalang
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 121
Pekerjaan EPC Pembangunan PDGT di Pemalang didasarkan pada Perjanjian
Nomor: 05/SP/DIR/2012 tanggal 13 Februari 2012. Berdasarkan ketentuan pasal
9 ayat (1) perjanjian tersebut diketahui bahwa PT Rekayasa Industri
berkewajiban untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan selama 540 (lima ratus
empat puluh) hari kalender terhitung efektif sejak ditandatanganinya perjanjian
EPC.
Jangka waktu sebagaimana yang terdapat dalam pasal 9 ayat (1) perjanjian EPC
tersebut diperpanjang oleh para pihak melalui addendum I Nomor:
05A/SP/DIR/2013 tanggal 15 Agustus 2013. Dengan demikian PT Rekaysa
Industri wajib menyelesaikan seluruh pekerjaan selama 597 (lima ratus sembilan
puluh tujuh) hari kalender terhitung efektif sejak ditandatanganinya perjanjian
EPC oleh para pihak atau dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai dengan 1
Oktober 2013. Addendum I perjanjian EPC tersebut belum mengubah sanksi
berupa denda/kompensasi keterlambatan yang dapat dikenakan apabila
penyelesaian pekerjaan EPC mengalami keterlambatan. Kompensasi/denda atas
keterlambatan penyelesaian pekerjaan EPC diubah kemudian dalam addendum II
Nomor 05A/ADD/SP/DIR/2013 tanggal 18 Oktober 2013 yang antara lain berisi
sebagai berikut.
1) Apabila PT Rekayasa Industri tidak dapat menyelesaikan atau mengalami
keterlambatan atas penyelesaian pekerjaan sesuai jangka waktu ditentukan (1
Oktober 2013), maka PT Rekayasa Industri akan memberikan kompensasi
kepada Perum Perhutani atas keterlambatan tersebut sebesar 10/00 (satu per
mil) dari sisa pekerjaan yang belum diselesaikan untuk setiap hari
keterlambatan sebagaimana yang tertuang dalam Berita Acara Progress
Pekerjaan;
2) Batas maksimal pembayaran kompensasi dari PT Rekaysa Industri atas
keterlambatan penyelesaian pekerjaan tersebut adalah 5% (lima per seratus)
dari harga sisa pekerjaan yang belum diselesaikan, berlaku terhitung sejak
tanggal 2 Oktober 2013.
Berdasarkan hasil konfirmasi kepada Direktur Utama Perum Perhutani diketahui
bahwa Perum Perhutani telah melakukan penagihan kompensasi/denda atas
keterlambatan penyelesaian pekerjaan EPC kepada PT Rekayasa Industri
sebagaimana Surat Perum Perhutani Nomor 39/004.1/Um/Dir/2014 tanggal 27
Januari 2014. Namun atas penagihan tersebut mendapat sanggahan dari PT
Rekayasa Industri dalam suratnya Nomor 019/1000-LT/01/14 tanggal 29 Januari
2014. Perbedaan perhitungan antara Perum Perhutani dan PT Rekayasa Industri
terkait denda/kompensasi yang dapat ditagihkan atas keterlambatan penyelesaian
pekerjaan EPC disebabkan adanya perbedaan perhitungan sisa prestasi yang
belum dilakukan oleh PT Rekayasa Industri pada pekerjaan EPC dengan
penjelasan sebagai berikut.
1) Sisa pekerjaan yang belum dilaksanakan oleh PT Rekayasa Industri dalam
perhitungan kompensasi keterlambatan oleh Perum Perhutani adalah sebesar
6,75%. Dengan demikian Perum Perhutani menagihkan kompensasi/denda
keterlambatan kepada PT Rekayasa Industri sebesar Rp610.247.250 (5% x
6,75% x Rp180.814.000.000,00).
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 122
2) Sisa pekerjaan yang belum dilaksanakan oleh PT Rekayasa Industri dalam
perhitungan kompensasi keterlambatan oleh PT Rekayasa Industri adalah
sebesar 1,8%. Hal tersebut didasarkan Berita Acara Progress Lapangan pada
tanggal 2 Oktober 2013 yang telah disetujui oleh Manajemen Konstrultan, PT
Indah Karya, dimana dalam Berita Acara tersebut dinyatakan progress
lapangan per tanggal 1 Oktober sebesar 98,2%. Dengan demikian PT
Rekayasa Industri menyatakan bahwa denda/kompensasi keterlambatan atas
penyelesaian pekerjaan EPC yang dapat ditagihkan hanya sebesar
Rp162.732.600 (5% x 1,8% x Rp180.814.000.000,00).
Berdasarkan hasil konfirmasi lebih lanjut yang dilakukan oleh Pemeriksa kepada
Direktur Utama Perum Perhutani tertanggal 7 September 2015 diketahui bahwa
belum tercapai suatu kesepakatan antara Perum Perhutani dan PT Rekayasa
Industri atas perbedaan perhitungan kompensasi/denda yang dapat dikenakan
sehubungan dengan keterlambatan penyelesaian pekerjaan EPC oleh PT
Rekayasa Industri. Hal tersebut mengakibatkan belum adanya kepastian terkait
nilai denda/kompensasi yang wajib dibayar oleh PT Rekayasa Industri atas
keterlambatan penyelesaian pekerjaan EPC.
c. PT Rekayasa Industri belum sepenuhnya melaksanakan kewajiban dan tanggung
jawab sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan dalam perjanjian pekerjaan
comissioning/uji coba PDGT
Berdasarkan ketentuan pasal 19 ayat (4) perjanjian EPC, pelaksanaan
commssioning/uji coba PDGT di Pemalang dilakukan dengan berdasarkan
perjanjian tersendiri. Atas dasar tersebut maka pelaksanaan commissioning
dilakukan dengan berdasarkan perjanjian/kontrak commissioning sebagai berikut.
1) Perjanjian Pekerjaan Commissioning/uji coba Pabrik Derivat Gondorukem
dan Terpentin di Pemalang Tahun 2014 antara Perum Perhutani dengan PT
Rekayasa Industri Nomor 03/SP/DIR/2014 tanggal 25 Februari 2014;
2) Addendum Perjanjian Pekerjaan Commissioning Nomor:
15/ADD/SP/DIR/2014 tanggal 8 September 2014.
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas perjanjian/kontrak commissioning diatas
diketahui bahwa tujuan utama dari pekerjaan commissioning PDGT adalah untuk
melaksanakan uji coba terhadap hasil pekerjaan jasa rekayasa, pengadaan,
konstruksi (EPC) pembangunan Pabrik milik Perum Perhutani guna mengetahui
hasil keluaran/kapasitas produksi sesuai dengan performance guarantee yang
telah ditetapkan dan disepakati para pihak dalam perjanjian. Adapun target
pencapaian kinerja PDGT (performance guarantee) yang ditetapkan dan
disepakati para pihak dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Pabrik pengolahan getah menjadi gondorukem dan terpentin (Pabrik 1),
dengan kapasitas produksi 24.500 ton getah pinus per tahun menjadi 17.100
ton/tahun gondorukem dan 3.400 ton/tahun terpentin. Spesifikasi produk dari
pabrik 1 dapat dilihat pada Tabel 3.50 dan Tabel 3.51.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 123
Tabel 3.50. Spesifikasi Produk Gondorukem
Sifat Fisik
Grade
X WW WG N
Softening point ring and ball ≥ 78°C ≥ 78°C ≥ 76°C ≥ 74°C
Color by lovibond comparator X WW WG N
Impurity/Solubility in Toluen ≤ 0,02% ≤ 0,05% ≤ 0,07% ≤ 0,1%
Acid Value 160-190 160-190 160-190 160-190
Saponification Value 170-220 170-220 170-220 170-220
Iodine Value 5-25 5-25 5-25 5-25
Ash content ≤ 0,01% ≤ 0,04% ≤ 0,05% ≤ 0,08%
Volatile Oil Content ≤ 2% ≤ 2% ≤ 2,5% ≤ 3%
Tabel 3.51. Spesifikasi Produk Terpentin
Sifat Fisik A B
Specific Gravity at 25°C 0,848 – 0,865 0,848 – 0,865
Refractive Index at 25°C 1,464 – 1,478 1,464 – 1,478
Fatty oil Negative Negative
Flash point 33-38°C 33-38°C
Distillation tempereture at 760 mmHg 150-160°C 150-160°C
Residu after evaporation ≤ 2% > 2%
Distilant under temperatur 170°C ≥ 90% < 90%
Colour Clear Clear
Alpha Pinene Content ≥80% < 80 %
Optical Rotation +≥32%°C +<32% °C
2) Pabrik fraksionasi terpentin menjadi produk turunannya yaitu α Pinen, β
Pinen, δ-Carene, dan δ-Limonen (Pabrik 2), dengan kapastitas pengolahan
bahan baku terpentin sejumlah 7.500 Ton/Tahun. Spesifikasi produk dari
pabrik 2 dapat dilihat pada Tabel 3.52.
Tabel 3.52. Spesifikasi Produk Derivat
Nama Produk Kandungan / Purity
(Minimal)
Kadar air
(Maksimal)
α Pinen 97,5% 0,1%
β Pinen 95% 0,1%
δ-Carene 95% 0,1%
δ-Limonen 95% 0,1%
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 124
3) Pabrik pengolah gondorukem menjadi produk turunan gondorukem yaitu
Gliserol Rosin Ester (GRE) dengan kapasitas produksi GRE 18.000
Ton/tahun. Spesifikasi produk dengan kualitas bahan baku grade X yaitu,
a) Softening point min : 76°C
b) Acid Number : 10 mg KOH/g rosin (maks)
c) Colour (Fe-Co) : maksimum 8
4) Pabrik pengolah α Pinen menjadi produk α Terpineol dan Cineol, dengan
kapasitas produksi 1.800 ton/tahun untuk α Terpineol dan 180 Ton/tahun
untuk cineol. Spesifikasi produk yang dihasilkan dari pabrik ini yaitu
a) α Terpineol dengan spesifikasi minimal 95%
b) Cineol dengan spesifikasi minimal 95%
Berdasarkan hasil pemeriksaan lebih lanjut atas perjanjian/kontrak
commissioning diketahui garis besar ketentuan-ketentuan comisioning/uji coba
PDGT adalah sebagai berikut.
1) Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan commissioning yaitu selama 163 hari
kalender terhitung sejak pembayaran pertama oleh Perum Perhutani kepada
PT Rekayasa Industri atau selambat-lambatnya sampai dengan tanggal 29
September 2014.
2) Tanggung jawab PT Rekayasa Industri adalah untuk melaksanakan pekerjaan
dengan pencapaian sekurang-kurangnya sebagai berikut.
a) Ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan sesuai batas waktu yang telah
ditetapkan di dalam perjanjian ini;
b) Ketepatan kualitas dan kuantitas sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan di dalam lampiran 3 dari perjanjian ini (Performance
Guarantee);
3) Pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan tahapan persiapan, pelaksanaan dan
penyelesaian. Pada tahap pelaksanaan/proses, PT Rekayasa Industri
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan lingkup pekerjaan sebagaimana
dalam lampiran 2 perjanjian. PT Rekayasa Industri harus membuktikan
bahwa pabrik mampu menghasilkan produk sesuai kualitas dan kuantitas
yang dipersyaratkan di dalam lampiran 3 dari perjanjian commisioning atau
performance guarantee.
4) Dalam pelaksanaan comissioning/uji coba PDGT, Perum Perhutani
berkewajiban atas biayanya sendiri, menyiapkan kebutuhan bahan
baku/material dan tenaga operator yang diperlukan sebagaimana lampiran 4
dari perjanjian commissioning untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai
permintaan dari PT Rekayasa Industri dan hal-hal lain yang diusulkan oleh
PT Rekayasa Industri untuk mendapat persetujuan Perum Perhutani.
Hasil pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik lebih lanjut diketahui bahwa
sampai dengan berakhirnya masa pemeliharaan EPC atau sampai dengan tanggal
14 Desember 2014, kinerja PDGT belum mampu mencapai performance
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 125
guarantee sebagaimana yang dituangkan dalam lampiran 3 Perjanjian/kontrak
Commissioining. Hal ini dapat diketahui dari laporan Berita Acara Prestasi
Pekerjaan (BAPP) Nomor 06/BAPP/C-PDGT/XII/2014 tanggal 15 Desember
2014 yang telah ditandatangani oleh tiga pihak yaitu Perum Perhutani, PT
Rekayasa Industri, dan PT Indah Karya. Berdasarkan BAPP tersebut dapat
dijelaskan status kinerja pabrik sampai dengan tanggal 15 Desember 2014 dengan
rincian pada Tabel 3.53.
Tabel 3.53. Pencapaian Kinerja PDGT Pemalang Per 15 Desember 2014
No Pabrik Ruang Lingkup Commissioning Keterangan Pencapaian Kinerja PDGT
1 Pabrik 1 a. Uji Coba Produksi Kinerja Pabrik I telah sesuai dengan
performance guarantee sehingga dapat
menghasilkan gondorukem dan terpentin
sesuai kapasitas dan spesifikasi produk.
PGT - Memasukkan bahan utama ke dalam alat dan melakukan pemrosesan sesuai dengan
kondisi operasi yang telah direncanakan, maksimal untuk 4 batch
- Hanya Line produksi 1 yang dijalankan, untuk mendapatkan kualitas produk yang sesuai
b Tes Performa Pabrik
- Melakukan proses produksi sebanya 2 batch untuk membuktikan bahwa pabrik mamu
menghasilkan sejumlah produk dengan kualitas dan kuantitas sesuai yang dipersyaratkan
- Hanya line produksi 1 yang dilakukan pengujian performance
c Tes Poduksi Normal untuk mensuplai kebutuhan (input) pabrik 3 sesuai kebutuhan pabrik 3
(PGRE)
2. Pabrik 2 a. Production Trial Pencapaian kinerja pabrik 2 :
Fraksinasi
Terpentin
melakukan fluid in, total refluks, run manual/auto Produksi A-Pinen telah sesuai dengan
performance guarantee (Kualitas, recovery
dan kapasitas produk)
Produksi B-Pinen seluruhnya belum sesuai
dengan perfomance guarantee
Produksi D Caren, kualitas produk telah
tercapai namun kapasitas dan recovery
Produk belum sesuai performance
guarantee
Produksi D-Limonen seluruhnya belum
sesuai dengan perfomance guarantee
b. Tes Pabrik
Melakukan pengoperasian sistem fraksinasi secara kontinu selama 1 x 24 jam untuk
menghasilkan sejumlah produk dengan kualitas dan kuantitas sesuai yang dipersyaratkan
3 Pabrik 3 a. Production Trial Pencapaian kinerja pabrik 3 :
Pabrik Gliserol
Rosin Ester
- menjalankan produksi sesuai SOP yang telah disusun untuk mendapatkan produk dengan
kualitas yang sesuai maksimal untuk 4 batch
Kinerja Unit Reaktor telah sesuai dengan
Performance Guarantee yang meliputi
durasi produksi, kapastias pengolahan dan
kualitas produk
- Proses reaksi dijalankan dengan menggunakans alah satu reaktor, dan salah satu flaker.
Estimasi waktu untuk per batch reaksi dan pencetakan flake adalah 2 hari
b. Tes Pabrik Kinerja Unit Flaker, telah tercapai kualitas
produk sesuai dengan Performance
guarantee namun kapasitas produksi belum
sesuai performance guarantee
- Melakukan proses produksi sebanyak 2 batch, sesuai dengan sequence SOP, untuk
menghasilkan produk sesuai dengan yang dipersyaratkan
- Hanya 1 Reaktor yang dilakukan pengujian performance
4 Pabrik 4 a. Production trial Pencapaian kinerja pabrik 4 :
Pabrik alpha - Menjalankan sesuai dengan SOP Terpin Hidrat dan Dehidrasi belum
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 126
No Pabrik Ruang Lingkup Commissioning Keterangan Pencapaian Kinerja PDGT
Terpineol - Proses reaksi dijalankan secara bertahan mencapai performance guarantee
- menjalankan reaksi pembentukan terpin hidrat masksimal 4 batch Pabrik 4 belum dapat menghasilkan kualitas
terpineol dan cineol sesuai performance
guarantee
menjalankan reaksi dehidrasi katalitik maksimal untuk 4 batch
- menjalankan fraksionasi sekaligus performance test
b Tes Pabrik
Melakuka proses produksi 2 run (2 sequential batch) untuk semua tahapan proses, secara
berturut-turut, sesuai sequence SOP, untuk menghasilkan produk dengan kualitas dan
kuantitas sesuai yang dipersyaratkan
Berdasarkan uraian tabel di atas, PT Rekayasa Industri belum sepenuhnya
menjalankan kewajiban dan tanggung jawab sesuai dengan jangka waktu yang
ditetapkan dalam perjanjian commissioning. Hal ini disebabkan sampai dengan
batas waktu yang ditentukan dalam kontrak/perjanjian commissioning (29
Sepetember 2014) dan sampai dengan berakhirnya realisasi pekerjaan
commissioning (14 Desember 2014), PT Rekayasa Industri tidak dapat
membuktikan bahwa PDGT mampu menghasilkan produk sesuai kualitas dan
kuantitas yang dipersyaratkan dalam lampiran 3 dari perjanjian commisioning
atau performance guarantee. Hasil pemeriksaan dokumen dan konfirmasi lebih
lanjut kepada PT Rekayasa Industri diketahui bahwa belum tercapainya kinerja
PDGT sesuai dengan lampiran 3 perjanjian commissioning sesuai dengan jangka
waktu yang terdapat dalam kontrak dikarenakan masih diperlukan perbaikan
lebih lanjut dalam bentuk modifikasi peralatan/komponen yang terdapat dalam
pabrik 2, 3, dan 4 dimana hal tersebut masih merupakan tanggung jawab PT
Rekayasa Industri selaku kontraktor EPC.
d. Tidak diperpanjangnya jaminan pelaksanaan pekerjaan commissioning oleh PT
Rekayasa Industri mengakibatkan kepentingan Perum Perhutani tidak
sepenuhnya terlindungi dan Perum Perhutani kehilangan potensi pendapatan atas
pencairan jaminan pelaksanaan sebesar Rp537.705.830,00
Addendum perjanjian pekerjaan commissioning Pabrik Derivat Gondorukem
Terpentin di Pemalang tahun 2014 antara Perum Perhutani dengan PT Rekayasa
Industri Nomor 15/ADD/SP/DIR/2014 tanggal 8 September 2014 telah
memberikan perlindungan kepada Perum Perhutani dalam hal PDGT tidak dapat
mencapai kinerja sebagaimana yang terdapat dalam perjanjian (performance
guarantee). Perlindungan tersebut terdapat dalam pasal 11 dan pasal 12 yang
mengatur beberapa hal antara lain sebagai berikut.
1) PT Rekayasa Industri wajib menyerahkan Jaminan Pelaksanaan berupa Bank
Garansi dari Bank Umum/Pemerintah yang disetujui oleh Perum Perhutani,
minimal sebesar Rp537.705.831,00 atas nama Bendaharawan Keuangan
Perum Perhutani dengan masa berlaku sampai dengan tanggal 25 November
2014;
2) PT Rekayasa Industri akan menangguhkan penagihan biaya commissioning
sampai dengan pabrik berfungsi sesuai performance guarantee sebagaimana
dimaksud dalam pasal 1 dan lampiran 3 perjanjian commissioning/uji coba
atau sampai diterbitkannya Berita Acara Serah Terima oleh Perum Perhutani,
mana yang lebih awal terjadi;
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 127
3) Jaminan Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan menjadi
milik Perum Perhutani apabila tanpa alasan yang dapat diterima oleh Perum
Perhutani, PT Rekayasa Industri mengundurkan diri, tidak memulai
pekerjaan pada waktu yang telah ditetapkan atau tidak mampu melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam perjanjian
ini;
4) Perum Perhutani berhak untuk mencairkan jaminan pelaksanan atau berhak
untuk mengajukan klaim agar pabrik diperbaiki apabila sampai dengan
tanggal 20 November 2014, pabrik yang dibangun oleh PT Rekayasa Industri
tidak dapat mencapai performance guarantee, sebagaimana dimaksud dalam
pasal 1 dan lampiran 3 perjanjian commissioning/uji coba PDGT;
5) Apabila PT Rekayasa Industri melalaikan kewajiban yang berakibat pada
keterlambatan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan sehingga melebihi jangka
waktu pekerjaan, maka PT Rekayasa Industri dikenakan kompensasi atas
keterlambatan sebesar 10/00 yang akan diperhitungkan secara proporsional
terhadap bagian dari harga pekerjaan commissioning yang belum diselesaikan
per hari kalender keterlambatan, sampai dengan batas maksimal waktu
pengenaan kompensasi tersebut adalah tanggal 20 November 2014;
6) Apabila kompensasi atas keterlambatan telah mencapai batas waktu tanggal
20 Nopember 2014 dan ternyata PDGT tidak dapat mencapai performance
guarantee maka Perum Perhutani berhak mencairkan jaminan pelaksanaan
tersebut dan Perum Perhutani berhak untuk melakukan pemutusan perjanjian
Hasil pemeriksaan dokumen dan konfirmasi lebih lanjut yang telah dilakukan
kepada Direktur Utama Perum Perhutani diketahui hal-hal sebagai berikut.
1) PT Rekayasa Industri telah menyerahkan Jaminan Pelaksanaan (Bank
Garansi) No. MBG666017670914N tertanggal 13 Maret 2014 sebagai
jaminan pelaksanan pekerjaan commissioning/uji coba PDGT dengan nilai
Rp537.705.830 yang mempunyai masa berlaku sampai dengan tanggal 05
Agustus 2014;
2) Sehubungan dengan adanya Addendum perjanjian pekerjaan commissioning
Pabrik Derivat Gondorukem Terpentin di Pemalang tahun 2014 antara Perum
Perhutani dengan PT Rekayasa Industri Nomor 15/ADD/SP/DIR/2014
tanggal 8 September 2014, PT Rekayasa Industri belum menyampaikan atau
memperbarui jaminan pelaksanaan terkait pelaksanaan pekerjaan
commissioning/uji coba PDGT di Pemalang.
3) Hasil konfirmasi kepada Direktur Utama Perum Perhutani diketahui bahwa
tidak disampaikannya pembaruan jaminan pelaksanaan oleh PT Rekayasa
Industri tersebut dikarenakan telah tercapainya kesepakatan bersama antara
Perum Perhutani dengan PT Rekayasa Industri tanggal 22 Desember 2014.
4) Hasil pemeriksaan lebih lanjut terhadap dokumen kesepakatan bersama
antara Perum Perhutani dengan PT Rekayasa Industri tanggal 22 Desember
2014 diketahui bahwa tidak ada satupun pembahasan yang dilakukan terkait
jaminan pelaksanaan pekerjaan commissioning. Kesepakatan bersama tanggal
22 Desember 2014 tersebut hanya mengatur kesepakatan terkait pemberian
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 128
uang tunai sebesar Rp9.944.770.000,00 oleh PT Rekayasa Industri yang
nilainya sama dengan jaminan pemeliharaan EPC sebagai pengganti jaminan
pemeliharaan pekerjaan EPC.
Tidak adanya penyesuaian jangka waktu (perpanjangan) jaminan pelaksanaan
pekerjaan commissioning oleh PT Rekayasa Industri mengakibatkan tidak
terlindunginya kepentingan Perum Perhutani apabila kinerja PDGT tidak juga
dapat mencapai performance guarantee sampai dengan batas waktu yang
ditentukan dalam kontrak commissioning/uji coba PDGT. Lebih lanjut dengan
tidak dilakukannya perpanjangan jaminan pelaksanaan pekerjaan commisioning
oleh PT Rekayasa Industri maka Perum Perhutani kehilangan potensi pendapatan
dari jaminan pelaksanaan commissioning sebesar Rp537.705.830,00 yang
seharusnya telah dapat dicairkan. Hal tersebut disebabkan karena sampai dengan
jangka waktu yang ditetapkan dalam addendum perjanjian commissioning
(tanggal 20 November 2014), PDGT belum dapat mencapai kinerja sesuai dengan
Performa Guarantee yang telah disepakati para pihak dan ditetapkan dalam
(lampiran 3) kontrak comissioning.
e. Belum diaturnya kontrak lebih lanjut atas perjanjian commissioning PDGT yang
telah berakhir mengakibatkan hak dan kewajiban antara Perum Perhutani dan PT
Rekayasa Industri tidak jelas
Pekerjaan commissioing atau uji coba PDGT dilakukan PT Rekayasa Industri
berdasarkan Perjanjian Nomor 03/SP/DIR/2014 tanggal 25 Februari 2014 dan
Addendum Perjanjian Nomor: 15/ADD/SP/DIR/2014 tanggal 8 September 2014.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen dan konfirmasi lebih lanjut diketahui
beberapa hal sebagai berikut.
1) Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan commissioning berdasarkan pasal 6 ayat
(1) addendum perjanjian commissioning adalah 163 hari terhitung sejak
tanggal diterimanya pembayaran pertama dari Perum Perhutani kepada PT
Rekayasa Industri atau selambat-lambatnya sampai dengan tanggal 29
September 2014;
2) Realisasi pelaksanaan commissioning/uji coba PDGT oleh PT Rekayasa
Industri dilakukan sampai dengan masa pemeliharaan EPC berakhir (tanggal
14 Desember 2014) dan sampai dengan jangka waktu tersebut PT Rekayasa
Industri tidak dapat membuktikan bahwa PDGT mampu mencapai kinerja
yang diharapkan sesuai dengan performance guarantee. Hal tersebut
disebabkan masih diperlukannya perbaikan lebih lanjut dalam bentuk
modifikasi peralatan/komponen yang terdapat dalam pabrik 2, 3, dan 4
dimana hal tersebut masih merupakan tanggung jawab PT Rekyasa Industri
selaku kontraktor EPC;
3) PT Rekayasa Industri telah menghentikan pekerjaan perbaikan peralatan
terhitung sejak tanggal 6 Februari 2015 atas instruksi lisan Perum Perhutani.
Hal tersebut dapat diketahui dari Surat PT Rekayasa Industri No. 093/1000-
LT/03/2015 tanggal 18 Maret 2015 yang ditujukan kepada Perum Perhutani
perihal permohonan melanjutkan pekerjaan perbaikan peralatan dan
commissioning;
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 129
4) Berdasarkan konfirmasi lebih lanjut yang dilakukan pemeriksa kepada
Direktur Utama Perum Perhutani diketahui bahwa Pelaksanaan perbaikan dan
commissioning PDGT lebih lanjut dilaksanakan oleh Tim Project
Management Unit (PMU) Perum Perhutani. PMU Perum Perhutani tersebut
dibentuk berdasarkan Keputusan Direksi Nomor 080/KPTS/DIR/2015
tanggal 26 Januari 2015 dengan tugas pokok antara lain sebagai berikut.
(a) Melakukan koordinasi dengan seluruh pihak yang terkait dalam
penyelesaian pembangunan Pabrik Derivat Gondorukem dan Terpentin;
(b) Melaksanakan dan mengawasi seluruh kegiatan pengadaan barang/jasa
yang diperlukan dalam penyelesaian pembangunan Pabrik Derivat
Gondorukem & Terpentin Perum Perhutani;
Selama pelaksanaan pekerjaan perbaikan dan comissioning dilakukan oleh
PMU Perum Perhutani, peran PT Rekayasa Industri adalah sebagai supervisi.
5) Hasil konfirmasi lebih lanjut yang dilakukan pemeriksa kepada PT Rekayasa
Industri diketahui bahwa PT Rekayasa Industri belum melaksanakan
supervisi selama pelaksanaan pekerjaan perbaikan dan comissioning PDGT
dilakukan oleh PMU Perum Perhutani. Hal ini dikarenakan tidak adanya
perjanjian atau kontrak yang jelas terkait teknis pelaksanaan supervisi.
Penunjukan PT Rekayasa Industri sebagai supervisi hanya didasarkan pada
surat Perum Perhutani yang ditujukan kepada PT Rekayasa Industri Nomor
335/004.1/Um/Dir tanggal 8 Mei 2015. Hasil pemeriksaan dokumen lebih
lanjut diketahui bahwa PT Rekayasa Industri telah mengajukan permohonan
agar diterbitkan perjanjian atau kesepakatan baru sebagai dasar hukum
pelaksanaan pekerjaan perbaikan sebagaimana Surat PT Rekayasa Industri
Nomor 228/1000-LT/07/2015 tanggal 8 Juli 2015. Namun sampai dengan
pemeriksaan berakhir (7 Oktober 2015) surat tersebut belum mendapat
balasan dari Perum Perhutani dan belum ada kontrak baru terkait teknis
pelaksanaan pekerjaan perbaikan dan commissioning PDGT.
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa terhitung sejak jangka waktu
commissioning dan masa pemeliharaan EPC berakhir (15 Desember 2014) belum
ada pengaturan kontrak atau perjanjian yang jelas terkait pelaksanaan
commissioning maupun perbaikan peralatan atau komponen PDGT. Hal ini
dikarenakan tidak ada sikap tegas dari Perum Perhutani dimana Perum Perhutani
tidak memperpanjang jangka waktu kontrak/perjanjian pekerjaan commisioning,
tidak melakukan pemutusan perjanjian pekerjaan commissioning, maupun tidak
melakukan/mengadakan perjanjian baru terkait teknis pelaksanaan perbaikan dan
comissioning PDGT.
Lebih lanjut berdasarkan hasil konfirmasi dan pemeriksaan dokumen diketahui
bahwa Perum Perhutani telah mengeluarkan biaya tambahan sebesar
Rp298.837.000,00 sehubungan dengan perbaikan dan pelaksanaan
commissioning PDGT yang dilakukan PMU Perum Perhutani (Tabel 3.54).
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 130
Tabel 3.54. Rincian Biaya Perbaikan selama commissioning dilakukan PMU Perum Perhutani
No Pabrik Uraian Pekerjaan Nilai SPK
(incl PPN)
Realisasi
Pembayaran oleh
Perhutani
1. Pabrik II a. Pengadaan Pump Set Vakum Type LPHE
65320
147.070.000,00 147.070.000,00
b. Rerouting kolom destilasi 15.965.000,00 -
c. Pompa Vacuum B SIHI LPHX 2350 147.070.000,00 -
2. Pabrik III a. Modifikasi Flaker B 135.300.000,00 121.770.000,00
b. Modifikasi Flaker A 135.080.000,00 -
c. Modifikasi jalur distribusi flaker C 97.031.000,00 -
d. Modifikasi Line Suction Flaker A 41.800.000,00 -
3. Pabrik IV a. Pemasangan Sight Glass (ML) 6.050.000,00 -
b. Modifikasi sistem filtrasi dengan pompa
diafragma
20.903.000,00 -
4. Lain-lain Perbaikan pagar 29.997.000,00 29.997.000,00
Jumlah 776.266.000,00 298.837.000,00
Berdasarkan uraian di atas dengan tidak adanya perjanjian/kontrak yang
mengatur teknis pelaksanaan pekerjaan perbaikan dan commissioning PDGT
terhitung mulai 15 Desember 2014 maka terdapat beberapa potensi permasalahan
sebagai berikut.
1) Belum adanya pengaturan yang jelas terkait hak dan kewajiban masing-
masing pihak (Perum Perhutani dan PT Rekayasa Industri) atas pelaksanaan
comissioning dan pekerjaan perbaikan setelah tanggal 15 Desember 2014.
Lebih lanjut keterlibatan PT Indah Karya pada pelaksanaan commissioning
dan pekerjaan perbaikan PDGT setelah tanggal 15 Desember 2014 hanya
didasarkan pada Surat Perintah Kerja (SPK) tertanggal 31 Juli 2015 dimana
SPK tersebut tidak mengatur secara jelas terkait hak dan kewajiban serta
tanggung jawab PT Indah Karya selaku konsultan pendamping. Hal tersebut
mengakibatkan adanya potensi over lapping/tumpang tindih pekerjaan antara
PT Rekayasa Industri, PT Indah Karya dan PMU Perum Perhutani.
2) Belum adanya pengaturan lebih rinci terkait mekanisme, tata cara dan syarat
pembayaran guna penggantian oleh PT Rekayasa Industri atas biaya-biaya
yang telah dikeluarkan oleh PMU Perum Perhutani selama pelaksanaan
commissioning dan perbaikan peralatan/kompenen PDGT. Pengaturan terkait
mekanisme penggantian biaya tersebut sangat penting untuk melindungi
kepentingan Perum Perhutani. Hal ini dikarenakan jangka waktu masa
pemeliharaan sebagaimana diatur dalam Perjanjian EPC hanya selama 12
bulan sejak BAST I (13 Desember 2013) sehingga apabila berdasarkan
kontrak maka masa pemeliharaan telah berakhir pada tanggal 14 Desember
2014. Lebih lanjut PT Rekayasa Industri pada tanggal 22 Desember 2014
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 131
telah menyerahkan uang tunai dengan jumlah Rp9.944.770.000,00 yang
nilainya sama dengan nilai jaminan pemeliharaan EPC kepada Perum
Perhutani sebagai uang jaminan pengganti jaminan pemeliharaan EPC.
Dengan demikian perlu adanya pengaturan yang jelas dan tegas dalam
bentuk kontrak atau perjanjian terkait mekanisme penggantian biaya oleh PT
Rekayasa Industri atas seluruh biaya yang telah dikeluarkan oleh Perum
Perhutani sehubungan dengan pelaksanaan commissioning dan pekerjaan
perbaikan PDGT.
3) Tidak adanya jaminan batas waktu yang jelas terkait pelaksanaan
commissioning dan perbaikan PDGT sampai dengan tercapainya
performance guarantee sebagaimana yang diatur dalam kontrak;
4) Tidak adanya pihak yang bertanggung jawab secara langsung manakala
pelaksanaan commissioning dan perbaikan PDGT berlarut-larut dan PDGT
belum juga dapat mencapai kinerja sebagaimana yang terdapat dalam
performance guarantee.
5) Tidak adanya pihak yang bertanggung jawab secara langsung manakala
terdapat kerusakan komponen pabrik akibat kesalahan pengoperasioan
selama masa commissioning dan perbaikan PDGT yang dapat mempengaruhi
kinerja pabrik secara kesuluruhan.
f. Penyelesaian yang berlarut-larut atas proyek pembangunan PDGT
mengakibatkan Perum Perhutani kehilangan potensi pendapatan sebesar
Rp62.536.943.000,00
Pada tahun 2012 Perum Perhutani melakukan Investasi proyek Pembangunan
Pabrik Derivat Gondorukem dan Terpentin (PDGT) di Pemalang yang terdiri dari
empat macam pabrik sebagai berikut.
1) Pabrik pengolahan getah pinus menjadi gondorukem dan terpentin, dengan
kapasitas produksi 24.500 ton getah pinus per tahun menjadi 17.100
ton/tahun gondorukem dan 3.400 ton/tahun terpentin.
2) Pabrik fraksionasi terpentin menjadi produk turunannya (α Pinen, β Pinen, δ-
Carene, dan δ-Limonen), dengan kapastitas pengolahan bahan baku terpentin
sejumlah 7.500 Ton/Tahun.
3) Pabrik pengolah gondorukem menjadi produk turunan gondorukem, Gliserol
Rosin Ester, dengan kapasitas produk 18.000 Ton/tahun.
4) Pabrik pengolah α Pinen menjadi produk α Terpineol dan Cineol, dengan
kapasitas produk 1.800 ton/tahun untuk α Terpineol dan 180 Ton/tahun untuk
cineol.
Berdasarkan pemeriksaan dokumen diketahui bahwa perencanaan proyek
pembangunan PDGT di Pemalang tersebut sudah dimulai sejak tahun 2010.
Rincian realisasi biaya terkait kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan
pembangunan PDGT dapat dilihat pada Tabel 3.55.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 132
Tabel 3.55. Rincian Biaya Investasi Pembangunan PDGT di Pemalang
No Uraian Pekerjaan Pelaksana Nilai Kontrak
(tidak termasuk PPn)
Realisasi Pembayaran
(tidak termasuk PPn)
Sisa Pembayaran (tidak
termasuk PPn)
1. Jasa Konsultan Feasibility Study (FS)
Pembangunan Pabrik Derivat
Gondorukem dan Terpentin di Perum
Perhutani Unit I Jawa Tengah
PT. Pasadena
Engineering
330.000.000,00
330.000.000,00
-
2. Jasa Konsultan Feasibility Study (FS)
Pembangunan Pabrik Derivat
Gondorukem dan Terpentin di Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat & Banten
PT. Pasadena
Engineering
402.950.000,00 402.950.000,00 -
3. Pembuatan Basic Engineering Design
Pabrik Derivat Gondorukem dan
Terpentin
PT. Titis Sampurna 522.800.000,00 522.800.000,00 -
4. Pekerjaan jasa konsultan manajemen
konstruksi sehubungan dengan
pekerjaan EPC
PT Indah Karya 3.261.169.000,00 3.041.040.093,00 220.128.907,00
5. Pekerjaan Engineering, Procurement,
dan Construction (EPC) pembangunan
PDGT di Pemalang
PT Rekayasa
Industri
180.814.000.000,00 169.219.302.250,00 11.594.697.750,00
6. Pekerjaan jasa konsultan manajemen
konstruksi sehubungan dengan
pekerjaan Commissioning
PT Indah Karya 302.512.500,00 - 302.512.500,00
7. Pekerjaan Commissioning uji coba
PDGT
PT Rekayasa
Industri
9.776.469.650,00 1.955.293.930,00 7.821.175.720,00
Jumlah 195.409.901.150,00 175.471.386.273,00 19.938.514.877,00
Hasil pemeriksaan dokumen lebih lanjut diketahui bahwa Proyek Pembangunan
PDGT dengan realisasi biaya investasi minimal sebesar Rp175.471.386.273,00
tersebut belum sepenuhnya memberikan manfaat kepada Perum Perhutani. Hal
ini dikarenakan PDGT belum juga mencapai kinerja sesuai dengan performance
guarantee sehingga PDGT tidak dapat menghasilkan produk derivat gondorukem
dan terpentin sesuai dengan spesifikasi. Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut
atas data produksi, data penjualan, dan RKAP Perhutani Pine Chemical Industri
(PPCI) Tahun 2014 dan 2015, diketahui bahwa penyelesaian yang berlarut-larut
atas proyek PDGT mengakibatkan Perum Perhutani kehilangan potensi
pendapatan sebesar Rp62.536.943.000,- (Rp18.782.050.000,- +
Rp43.754.893.000,-).
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 133
Tabel 3.56. Perbandingan antara Realisasi Produksi PDGT dengan RKAP Tahun 2014 dan 2015 Sampai
dengan bulan Juni (Semester I)
No Produk
Realisasi Produksi
sesuai Performance
Guarantee Tahun 2014 Okt s.d Des
2014
Target Penjualan berdasarkan RKAP Tahun 2014
Realisasi Produksi
sesuai Performance
Guarantee Tahun 2015 s.d
Juni 2015 (semester I)
Target Penjualan RKAP Tahun 2015
Bulan Oktober s.d Desember 2014
s.d Juni 2015
(semester I)
Vol Nilai Vol (Ton) Nilai Vol Nilai Vol
(Ton) Nilai
1 B- pinen - - 27 765.178.000 - - 47 1.954.693.000
2 D- Carene - - - - - - 436 13.682.851.000
3 D- Limonen - - 14 567.435.000 - - 47 2.321.199.000
4 Terpineol - - 384 12.080.379.000 - - 426 18.736.503.000
5 Cineol - - 39 5.369.058.000 - - 43 7.059.647.000
Jumlah - - 18.782.050.000 - - 43.754.893.000
Berdasarkan hasil konfirmasi yang dilakukan pemeriksa kepada Kepala Divisi
GTD & MKP Perum Perhutani diketahui bahwa target pendapatan yang terdapat
dalam RKAP diatas ditetapkan dengan asumsi proyek pembangunan PDGT dapat
selesai tepat waktu baik secara fisik maupun secara fungsi.
Hasil pemeriksaan fisik dan dokumen serta konfirmasi lebih lanjut yang
dilakukan oleh pemeriksa diketahui bahwa hilangnya potensi pendapatan atas
penjualan produk derivat gondorukem dan terpentin dapat lebih besar dari
perhitungan pada tabel 8 diatas. Hal ini dikarenakan sampai dengan pemeriksaan
di PPCI berakhir (18 September 2015) kinerja PDGT belum juga mencapai
performance guarantee yang terdapat dalam kontrak dengan rincian pada Tabel
3.57.
Tabel 3.57. Status Komisioning PDGT Per 17 September 2015
No Pabrik Hal yang sudah dilakukan PMU dan PPCI Keterangan Pencapaian Kinerja PDGT
1. Pabrik 2 a. Rerouting jalur pipa antar kolom destilasi Pencapaian kinerja pabrik 2 :
Fraksinasi
Terpentin
Produksi A-Pinen telah sesuai dengan
performance guarantee (Kualitas, recovery dan
kapasitas produk)
Produksi B-Pinen, kualitas dan kapasitas
sudah sesuai dengan performance guarantee.
Terjadi peningkatan recovery menjadi 84,4%
Produksi D Caren, kualitas dan recovery
produk dapat tercapai sesuai performance
guarantee. Kapasitas belum tercapai.
Produksi D-Limonen seluruhnya belum
sesuai dengan perfomance guarantee
3 Pabrik 3 - Rekayasa Proses pada Feeding Flaker Pencapaian kinerja pabrik 3 :
Pabrik Gliserol - Rekayasa Proses pada line suction Kinerja Unit Reaktor telah sesuai dengan
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 134
No Pabrik Hal yang sudah dilakukan PMU dan PPCI Keterangan Pencapaian Kinerja PDGT
Rosin Ester Performance Guarantee yang meliputi durasi
produk, kapastias pengolahan dan kualitas
produk
Kinerja Unit Flaker, telah tercapai kualitas
produk sesuai dengan Performance guarantee.
Kapasitas produksi Flaker A dan Flaker B
sudah sesuai performance guarantee
4 Pabrik 4 a. Rekayasa Proses di unit hidrasi Pencapaian kinerja pabrik 4 :
Pabrik alpha
b. Rekayasa proses di Unit filtrasi dan
dehidrasi
Terpin Hidrat dan Dehidrasi belum mencapai
performance guarantee
Terpineol
Pabrik 4 belum dapat menghasilkan kualitas
terpineol dan cineol sesuai performance
guarantee
Dengan demikian proses penyelesaian pembangunan PDGT yang berlarut-larut
dan belum juga mencapai performance guarantee sampai dengan pemeriksaan di
PPCI berakhir (18 September 2015) mengakibatkan Perum Perhutani belum
sepenuhnya memperoleh manfaat ekonomis atas investasi pembangunan PDGT
tersebut.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-05/MBU/2008 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-
15/MBU/2012 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
BUMN
1) Pasal 2 yang menyatakan bahwa pengadaan barang dan jasa wajib
menerapkan prinsip-prinsip antara lain sebagai berikut.
a) Efisien, berarti pengadaan barang dan jasa harus diusahakan untuk
mendapatkan hasil yang optimal dan terbaik dalam waktu yang cepat
dengan menggunakan kemampuan seminimal mungkin secara wajar dan
bukan hanya didasarkan pada harga terendah;
b) Efektif, berarti pengadaan barang dan jasa harus sesuai dengan
kebutuhan yang telah ditetapkan dan memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.
2) Pasal 11 ayat (2) yang menyatakan bahwa kontrak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tetap harus mengindahkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance) serta prinsip kehati-hatian dalam pengambilan
keputusan bisnis (business judgement rule);
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 135
b. Perjanjian Nomor : 05/SP/DIR/2012 tanggal 13 februari 2012, Addendum
Pertama Nomor : 05A/SP/DIR/2013 tanggal 15 Agustus 2013, dan Addendum
Kedua Nomor : 05A/ADD/SP/DIR/2013 tanggal 18 Oktober 2013 antara Perum
Perhutani dengan PT Rekayasa Industri atas Pekerjaan Engineering,
Procurement, dan Construction (EPC) Pembangunan PDGT di Pemalang.
c. Perjanjian Nomor 03/SP/DIR/2014 tanggal 25 Februari 2014 dan Addendum
Nomor 15/ADD/SP/DIR/2014 tanggal 8 September 2014 antara Perum Perhutani
dengan PT Rekayasa Industri atas Pekerjaan Commisioning/Uji Coba Pabrik
Derivat Gondorukem dan Terpentin
Hal tersebut mengakibatkan:
a. Pemisahan perjanjian antara pekerjaan EPC dan pekerjaan commissioning dalam
pelaksanaan proyek pembangunan PDGT di Pemalang mengakibatkan
kepentingan Perum Perhutani tidak sepenuhnya terlindungi;
b. Belum adanya kepastian terkait nilai denda/kompensasi yang wajib dibayar oleh
PT Rekyasa Industri atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan EPC.
c. Kepentingan Perum Perhutani dalam pelaksanaan pekerjaan commissioning
PDGT tidak sepenuhnya terlindungi dan Perum Perhutani kehilangan potensi
pendapatan atas jaminan pelaksanaan senilai Rp537.705.830,00 yang seharusnya
telah dapat dicairkan.
d. Belum diaturnya kontrak pekerjaan commissioning/uji coba PDGT setelah
tanggal 15 Desember 2014 mengakibatkan hak dan kewajiban antara Perum
Perhutani dan PT Rekayasa Industri tidak jelas serta berpotesi terjadinya
permasalahan dikemudian hari.
e. Penyelesaian yang berlarut-larut atas proyek pembangunan PDGT
mengakibatkan Perum Perhutani kehilangan Potensi Pendapatan sebesar
Rp62.536.943.000,00.
Hal tersebut disebabkan:
a. Direksi Perum Perhutani lalai dalam mengadakan atau membuat perjanjian EPC
dan Commissioning pembangunan PDGT dengan PT Rekayasa Industri.
b. Direksi Perum Perhutani sebagai si pemilik pekerjaan tidak tegas dalam
memfinalisasi perhitungan sisa prestasi yang belum dilakukan oleh PT Rekayasa
Industri sampai dengan penyelesaian pekerjaan EPC.
c. Direksi Perum Perhutani tidak meminta jaminan pelaksanaan commissioning atas
penyesuaian (perpanjangan) jangka waktu sesuai dengan addendum perjanjian
Nomor 15/ADD/SP/DIR/2014 tanggal 8 September 2014 antara Perum Perhutani
dengan PT Rekayasa Industri atas Pekerjaan Commisioning/Uji Coba Pabrik
Derivat Gondorukem dan Terpentin.
d. Direksi Perum Perhutani tidak tegas terkait pelaksanaan commissioning dan
perbaikan PDGT setelah berakhirnya masa pemeliharaan EPC (tanggal 15
Desember 2014) dimana Perum Perhutani tidak melakukan pemutusan perjanjian,
tidak melakukan perpanjangan jangka waktu perjanjian dan tidak juga
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 136
mengatur/membuat kontrak baru terkait teknis pelaksanaan commissioning dan
pekerjaan perbaikan PDGT.
Perum Perhutani menjelaskan bahwa
a. Direksi Perum Perhutani telah berupaya melindungi kepentingan Perusahaan
dengan cara:
1) Masih menahan sebagian pembayaran pekerjaan EPC
2) Melakukan upaya pencairan Jaminan Pemeliharaan EPC sebagaimana tersebut
pada poin 1b
3) Kedepan akan diperbaiki Sistem Perikatan Jasa Konsultan sesuai dengan
Kebutuhan dan Kompetensi Tenaga Ahli.
b. Akan di tindaklanjuti pembahasan bersama antara Perum Perhutani, PT Rekayasa
Industri dan MK untuk membahas :
1) Kesepakatan Denda
2) Perpanjangan jaminan Pelaksanaan Commissioning
3) Menuangkan kesepakatan-kesepakatan yang tertuang dalam bentuk surat
menyurat kedalam bentuk Perjanjian/Kesepakatan Bersama.
c. Upaya Direksi dalam rangka melindungi korporat terhadap Perjanjian EPC&C
PDGT:
1) Surat Undangan Pembahasan No. 844/004.1/Um/Dir tanggal 22 Desember
2014 Perihal: Undangan (Pencairan Jaminan) terlampir.
2) Kesepakatan yang perlu dituangkan dalam bentuk payung hukum, Surat
Rekind tanggal 18 Maret 2015 Nomor 093/1000-LT/03/2015 Perihal
Permohonan Melanjutkan Pekerjaan Perbaikan Peralatan dan Commissioning
dan Surat Perhutani tanggal 8 Mei 2015 Nomor 335/004.1/Um/Dir Perihal
Tindak Lanjut Penanganan PDGT (terlampir).
BPK-RI merekomendasikan agar:
a. Direksi Perum Perhutani bertindak tegas dalam memfinalisasi perhitungan sisa
prestasi yang belum dilakukan oleh PT Rekayasa Industri sampai dengan
penyelesaian pekerjaan EPC dan selanjutnya dibuat laporan final atas
pembangunan PDGT untuk disampaikan Ke Menteri BUMN.
b. Direksi Perum Perhutani membuat pertanggungjawaban karena tidak meminta
jaminan pelaksanaan commissioning atas penyesuaian (perpanjangan) jangka
waktu kepada PT Rekayasa Industri atas Pekerjaan Commisioning/Uji Coba
Pabrik Derivat Gondorukem dan Terpentin untuk disampaikan Ke Menteri
BUMN, termasuk juga mengkaji ulang terkait kontrak baru atas teknis
pelaksanaan commissioning dan pekerjaan perbaikan PDGT.
2. Pelaksanaan pembangunan pabrik sagu di Papua tahun 2013 tidak efektif
Dalam rangka percepatan pembangunan Indonesia bagian timur khususnya Provinsi
Papua Barat, Sesuai dengan program pemerintah yang dituangkan dalam rencana
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 137
percepatan pembangunan Papua Barat yang ditugaskan kepada BAPENAS di bawah
kendali unit UP4B. Salah satu kegiatan yang akan dilakukan adalah pengembangan
sagu sebagai kebutuhan pokok masyarakat papua barat. Oleh karena itu maka Menteri
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menugaskan Direksi Perum Perhutani untuk
mengembangkan industri sagu di Papua Barat berdasarkan Surat Nomor S-
90/MBU/2012 tanggal 29 Februari 2012 perihal pekerjaan penugasan khusus dari
Meneg BUMN untuk pelaksanaan pengembangan industri Sagu. Kronologis
penugasan dari Pemerintah kepada Perum Perhutani dapat dilihat pada Lampiran 13.
Dalam RKAP Perum Perhutani Tahun 2013, 2014 dan 2015, telah disediakan
anggaran untuk pembangunan pabrik sagu di Papua dengan total anggaran selama
tiga tahun tersebut senilai Rp218.586.626.000,00, dengan anggaran tiap tahun
masing-masing senilai Rp70.000.000.000,00, Rp118.200.000.000,00 dan
Rp30.386.626.000,00.
Pelaksanaan pembangunan pabrik sagu dilakukan melalui dua pekerjaan yaitu:
- Pekerjaan Engineering Procurement Construction (EPC) dan Commisioning
Pembangunan Pabrik Sagu yang dilaksanakan oleh PT Barata Indonesia (Persero)
berdasarkan Surat Perjanjian Kontrak nomor 24/SP/DIR/2013 tanggal 4
Desember 2013
- Pekerjaan konsultan manajemen konstruksi EPC yang dilaksanakan oleh PT
Indah Karya (Persero)
Dalam rangka menindaklanjuti penugasan dari Menteri BUMN tersebut, Direksi
Perum Perhutani melaksanakan kegiatan feasibility study (FS) melalui konsultan
independen PT Sarbi Moeharni Lestari dengan hasil nilai investasi rencana
pembangunan industri sagu papua sebesar Rp209.662.000.000,00. Hasil analisis
finansial diusulkan layak diusahakan dengan IRR=23,15%,
NPV=Rp41.296.728.000,00, pay back period 5 tahun 5 bulan, dengan catatan ada
sarana dan prasarana yang dibangun Pemerintah berupa:
a. Investasi jalan darat sepanjang ± 8 km dari Distrik Kais ke Siranggo;
b. Kebutuhan pelabuhan angkutan produk;
c. Kebutuhan energi listrik.
Direktur Utama Perum Perhutani selanjutnya berkoordinasi dengan Deputi Bidang
Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pendanaan Program pada Unit Percepatan
Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (UP4B) melalui surat nomor
461/062.5/Pink/DIR tanggal 6 Desember 2012 perihal penjelasan fasilitas sarana dan
prasarana di wilayah usaha pengembangan industri sagu di Kais Kabupaten Sorong
Selatan, yang menyebutkan sebagai berikut.
a. Bahwa penugasan Perum Perhutani di Papua Barat berdasarkan Surat Menteri
BUMN nomor:S-90/MBU/2012 tanggal 29 Februari 2012 disebutkan dengan
jelas “..menugaskan kepada Direktur Utama Perum Perhutani untuk
melaksanakan pengembangan industri Sagu di Papua Barat sepanjang layak dari
segi usaha..”;
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 138
b. Memperhatikan isi surat penugasan tersebut dan berdasar kajian studi kelayakan
usaha yang telah dilakukan, usaha pengembangan industri sagu Perum Perhutani
akan layak dengan syarat ada sarana prasarana yang tersedia berupa:
1). Jalan darat sepanjang 8 km dari Distrik Kais menuju Siranggo;
2). Pelabuhan kelas nasional untuk keperluan angkutan produk 2.500 ton sd
3.000 ton tepung sagu kering per bulan;
3). Pembangkit tenaga listrik untuk operasional pabrik sebesar 1,8-5,0 Mega
KVA atau 1.800 KVA sd 5.000 KVA;
4). Lain-lain (kemudahan perijinan dan insentif perpajakan)
c. Sebagai informasi Direktur Utama Perum Perhutani menyampaikan bahwa pabrik
sagu yang akan dibangun oleh Perum Perhutani adalah:
1). Kapasitas produksi 30.000 ton tepung sagu kering per tahun;
2). Pabrik dibangun di Distrik Kais seluas 5 Ha pada areal pabrik seluas 70 Ha
dengan 2 line pabrik masing-masing dengan kapasitas 50 ton tepung per hari;
3). Kebutuhan energi jika tidak ada PLN (hitungan sementara, mengingat
dokumen final dari Basic Engineering Design yang disusun ITS belum
selesai) adalah 150 liter solar per jam. Kondisi ini sangat berat dari segi
bisnis karena harga solar saat ini di Teminabuan ibu kota Sorong Selatan
adalah Rp10.000 per liter;
4). Asumsi yang digunakan dalam studi kelayakan adalah harga jual tepung sagu
kering Rp5.000 per kg dan biaya produksi Rp3.750 per kg, yang jika
energinya menggunakan BBM solar maka biaya produksi akan menjadi besar
dan akan menjadi tidak layak dari segi usaha;
d. Terkait dengan fakta tersebut, mohon penjelasan dari UP4B tentang kepastian
sarana prasarana yang sudah masuk program dan pasti akan dibangun di tahun
2013.
Berdasarkan surat tersebut, Deputi Bidang Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan
Pendanaan Program UP4B memberikan jawaban kepada Direktur Utama Perum
Perhutani melalui surat nomor 218/D1-UP4B/XII/2012 tanggal 12 Desember 2012
perihal Penjelasan Fasilitas Sarana dan Prasarana yang menyebutkan bahwa untuk
fasilitas sarana prasarana di wilayah usaha pengembangan industri Sagu di Kais
Kabupaten Sorong Selatan, Pemerintah merencanakan:
a. Pembangunan jalan Kais Siranggo sepanjang 8 km melalui DIPA Tahun 2013
Kementrian PU;
b. Pembangunan peningkatan pelabuhan laut di Teminabuan, Kabupaten Sorong
Selatan menjadi pelabuhan nasional yang pembangunannya di mulai tahun 2013
melalui DIPA Kementrian Perhubungan;
c. Pembangunan DEPO BBM untuk mengatasi kesulitan penyediaan BBM di
wilayah Kabupaten Sorong Selatan melalui DIPA Tahun 2013 Kementrian
ESDM/Pertamina.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 139
Menindaklanjuti surat tersebut, Dirut Perum Perhutani menyampaikan surat
permohonan rekomendasi pembangunan industri sagu di Papua kepada Dewan
Pengawas Perum Perhutani dengan surat Nomor.459/0016/Ind/Dir tanggal 27
November 2012 yang menjelaskan antara lain sebagai berikut.
a. Rencana lokasi proyek sagu di Papua adalah di Distrik Kais, Kabupaten Sorong
Selatan Papua Barat seluas 16.055 Ha yang dibagi dalam 3 blok pemanfaatan
sesuai daerah Aliran Sungai (DAS), sedangkan lokasi rencana pembangunan
pabrik berada di Kampung Tapuri Distrik Kais Kabupaten Sorong Selatan
Provinsi Papua Barat;
b. Sumber bahan baku pohon sagu berasal dari kawasan hutan yang relatif homogen
berupa hutan produksi sagu alam dengan luas efektif seluas 13.000 Ha, dan
potensi pohon sagu masak tebang sebesar 74 pohon/ha dengan produktivitas pati
sagu kering 150 kg/pohon;
c. Potensi pohon sagu tersebut di atas mampu layak untuk memasok bahan baku
pabrik dengan kapasitas 30.000 ton tepug sagu/tahun atau untuk memenuhi
kebutuhan pabrik sejumlah 200.000 pohon/tahun;
d. Penyerapan lapangan kerja sekitar 656 orang untuk kegiatan penebangan,
pembinaan dan industri;
e. Rencana pembangunan industri sagu tersebut diharapkan dapat dibangun pada
awal tahun 2013 dan diharapkan selesai pada pertengahan tahun 2013. Anggaran
untuk pembangunan pabrik sagu tersebut telah dimasukkan dalam RKAP tahun
2013.
Dewan Pengawas memberikan tanggapan kepada Dirut Perum Perhutani dengan surat
nomor 79/001.6/Ind/Dwas/2012 pertanggal 28 Desember 2012 perihal permohonan
rekomendasi pembangunan industri sagu di Papua yang menjelaskan antara lain
sebagai berikut.
a. Sesuai hasil feasibility study yang dilaksanakan oleh konsultan independent (PT.
Sarbi Moeharni Lestari) dinyatakan bahwa usaha pemanfaatan sagu alam dan
pembangunan industri Papua di Papua dengan investasi sebesar Rp209,662 miliar
dinilai layak secara financial untuk dilaksanakan, dengan catatan pemerintah
dapat membangun/menyediakan sarana prasarana umum, terutama transportasi,
listrik dan jaringan komunikasi untuk mendukung kelancaran operasional;
b. Berkenaan dengan catatan tersebut, sampai dengan saat ini Dewan Pengawas
belum mendapatkan informasi mengenai kesediaan pemerintah (pusat /daerah)
untuk membangun sarana prasarana sebagaimana tersebut pada butir satu diatas.
Juga belum diperoleh informasi yang mendalam tentang kelayakan proyek
berdasarkan aspek pasar dan pemasaran aspek sosial, aspek keamanan, dan aspek
lingkungan;
c. Mengingat usaha pemanfaatan sagu alam dan pembangunan industri sagu
tersebut memerlukan investasi yang besar dan belum adanya kepastian mengenai
kesediaan/kesanggupan pemerintah untuk membangun sarana prasarana tersebut,
maka Dewan Pengawas belum dapat memberikan rekomendasi mengenai
pembangunan industri sagu di Papua;
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 140
d. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, Dewan Pengawas menyarankan agar
dilakukan koordinasi dengan pemerintah (pusat/daerah) guna memperoleh
kepastian mengenai kesediaan/kesanggupan untuk membangun sarana/prasarana
tersebut. Disamping itu, perlu adanya informasi kelayakan proyek berdasarkan
aspek pasar dan pemasaran, aspek sosial, aspek keamanan, dan aspek lingkungan.
Memperhatikan rekomendasi Ketua Dewan Pengawas, selanjutnya Direksi segera
menindaklanjuti dan menyampaikan laporan kemajuan pekerjaan persiapan
pembangunan Industri Sagu di Papua melalui Surat Direksi kepada Dewan Pengawas
Perum Perhutani Nomor: 10/001.6/IND/DIR tanggal 7 Januari 2013 perihal
rekomendasi pembangunan industri sagu di Papua yang memuat antara lain sebagai
berikut.
a. Perkembangan Rencana Pembangunan Industri Sagu di Papua sampai dengan 31
Desember 2012 sebagai berikut :
1). Sudah diperoleh Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu
(IUPHHBK) dari Bupati Sorong Selatan pada Tanggal 14 Desember 2012
melalui Keputusan Bupati Sorong Selatan Nomor : 522/233/BSS/XII;
2). Proses pengurusan ijin-ijin lain (IMB, HO, IUI, Ijin Gangguan,dll) baru bisa
diproses setelah Dokumen AMDAL selesai disusun (saat ini masih dalam
proses survey lapangan dan diperkirakan akan selesai pada Maret 2013);
3). Pendampingan oleh Tim BPKP dalam proses pengadaan Pembangunan
Industri Sagu di Papua Barat merekomendasikan bahwa Perhutani sebaiknya
menunggu selesainya Dokumen AMDAL dalam mengurus perijinan IMB,
sedangkan pelaksanaan pembangunan pabriknya agar menunggu kepastian
dukungan infra struktur yang disiapkan pemerintah.
b. Berkaitan dengan sarana dan prasarana pendukung yang dibutuhkan untuk
menunjang pembangunan industri sagu di Kais, Unit Percepatan Pembangunan
Provinsi Papua dan Papua Barat melalui suratnya kepada Direktur Utama Perum
Perhutani Nomor : 218/D1-UP4B/XII/2012 tanggal 12 Desember 2012
menjelaskan bahwa :
1). Pembangunan Jalan Kais Siranggo sepanjang ± 8 km telah masuk dalam
DIPA Tahun 2013 Kementrian PU;
2). Pembangunan/Peningkatan pelabuhan laut di Teminabuan, Kabupaten
Sorong Selatan menjadi pelabuhan nasional telah masuk dalam DIPA Tahun
2013 Kementrian Perhubungan;
3). Pembangunan DEPO BBM untuk mengatasi kesulitan penyediaan BBM di
wilayah Kabupaten Sorong Selatan melalui DIPA Tahun 2013 Kementrian
ESDM/Pertamina;
c. Dengan penjelasan tersebut di atas, industri sagu yang akan dibangun di Papua
masih sangat berat mengingat kebutuhan BBM untuk genset diesel kapasitas 2
Mega KVA dibutuhkan 150 liter per jam;
d. Mengingat kebutuhan energi yang sangat besar dan sesuai arahan dari
Kementrian BUMN, maka Perum Perhutani telah melakukan kajian sebagai
berikut :
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 141
1). Alternatif sumber energi melalui pembangunan Power Plant (menurut
mantan Dirut LEN dan berdasarkan hitungan BED-ITS dimana kebutuhan
energi pabrik sagu beserta seluruh rangkaian kantor dan rumah-rumah dinas
sebesar 5 Mega KVA) adalah sebagai berikut.
(a) Dengan menggunakan Solar Cell dibutuhkan biaya investasi Rp25
Milyar per Mega KVA atau Rp125 Milyar untuk 5 Mga KVA;
(b) Dengan menggunakan kincir angin tidak memungknkan disebabkan tidak
tersedia cukup udara untuk menggerakkan turbin;
(c) Dengan menggunakan mikro hydro juga tidak memungkinkan karena
tidak tersedia sumber air terjun sebagai penggerak turbin.
2). Hasil FGD dengan Tim ITS sebagai berikut.
(a) Dengan memanfaatkan limbah kulit pohon sagu dibutuhkan investasi
sebesar Rp18-28 Milyar per Mega KVA atau Rp80-140 Milyar untuk 5
Mega KVA;
(b) Dengan menggunakan batubara diperlukan investasi sebesar Rp12 Milyar
per Mega KVA atau Rp60 Milyar untuk 5 Mega KVA.
e. Kelayakan usaha di Papua masih terkendala masalah utama yaitu kebutuhan
energi listrik. Belum lagi masalah sosial dan non teknis lainnya.
Dari hasil kemajuan kegiatan koordinasi tindak lanjut pengembangan sagu di
Kabupaten Sorong Selatan antara pihak Direktur Industri Kayu dan Non Kayu Perum
Perhutani dengan pihak terkait antara lain Deputi I UP4B, Kepala Badan Kebijakan
Fiskal, Kementrian Keuangan, Kepala Bappeda Provisi Papua Barat, selanjutnya
Direksi Perum Perhutani melaporkan kepada Menteri Negara BUMN RI u.p. Deputi
Bidang Industri Primer dengan tembusan kepada Dewan Pengawas Perum Perhutani
perihal progress sampai dengan 31 Desember 2012 pengembangan industri Sagu di
Papua melalui Surat nomor 14/062.5/IND/DIR tanggal 15 Januari 2013 yang
menyebutkan sebagai berikut.
a. Perum Perhutani telah memperoleh Surat Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu (IUPHHBK) Hutan Alam Sagu dari Bupati Sorong Selatan tersebut
SK Bupati Sorsel nomor 522/223/BSS/XII Tahun 2012 tanggal 14 Desember
2012;
b. Proses pengurusan ijin-ijin lain (IMB,HO, IUI, Ijin Gangguan,dll) baru bisa
diproses dengan melampirkan dokumen Amdal yang masih dalam proses
penyusunan;
c. Pendampingan oleh Tim BPKP dalam proses pengadaan Pembangunan Industri
Sagu di Papua Barat merekomendasikan bahwa Perhutani sebaiknya menunggu
selesainya Dokumen Amdal dalam mengurus perijinan IMB sedangkan
pelaksanaan pembangunan pabrikya agar menunggu kepastian dukungan
infrastruktur yang disiapkan pemerintah;
d. Perum Perhutani telah mendapat jawaban dari UP4B tentang dukungan
infrastruktur Surat UP4B nomor: 218/D1-UP4B/XII/2012 tanggal 12 Desember
2012 dengan penjelasan sebagai berikut.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 142
1). Pembangunan jalan darat sepanjang 8 km dari Distrik Kais ke Siranggo telah
masuk dalam DIPA Tahun 2013 Kementrian PU;
2). Pembangunan peningkatan jalan pelabuhan laut di teminabuan Kabupaten
Sorong Selatan mejadi pelabuhan nasional telah masuk dalam DIPA
Kemetrian Perhubungan mulai Tahun 2013;
3). Pembangunan DEPO BBM untuk mengatasi kesulitan BBM di wilayah
Kabupaten Sorong Selatan melalui DIPA Tahun 2013 Kementrian
ESDM/Pertamina; dengan tidak adanya listrik, maka industri sagu akan
dibangun masih sangat berat mengingat kebutuhan BBM untuk genset Diesel
kapasitas 2 Mega KVA saja dibutuhkan 150 liter per jam.
e. Alternatif sumber energi melalui pembangunan Power Plant (menurut mantan
Dirut LEN dan berdasarkan hitungan BED –ITS dimana kebutuhan energy pabrik
sagu beserta seluruh rangaian kantor dan rumah-rumah Dinas sebesr 5 Mega
KVA) adalah sebagai berikut.
1). Dengan menggunakan Solar Cell dibutuhkan biaya investasi Rp25 Milyar per
Mega KVA atau Rp125 Milyar untuk 5 Mega KVA;
2). Dengan menggunakan kincir angin tidak memungkinkan disebabkan tidak
tersedia cukup udara untuk menggerakkan turbin;
3). Dengan menggunakan mikro hydro juga tidak memungkinkan karena tidak
tersedia sumber air terjun sebgai penggerak turbin.
f. Hasil FGD dengan Tim Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) adalah
sebagai berikut.
1). Dengan memanfaatkan limbah kulit pohon sagu dibutuhkan investasi sebesar
Rp25 Milyar per Mega KVA atau Rp125 Milyar untuk 5 Mega KVA;
2). Dengan menggunakan batubara diperlukan investasi sebesar Rp12 Milyar per
mega KVA atau Rp60 Milyar untuk 5 Mega KVA;
g. Kelayakan usaha di Papua masih terkendala masalah utama yaitu kebutuhan
Energi listrik belum lagi masalah sosial dan non teknis lainnya.
Ketua Dewan Pengawas memberikan tanggapan kepada Direksi Perum Perhutani
melalui Surat nomor 11/001.6/IND/Dwas/2013 per tanggal 20 Februari 2013 perihal
tanggapan atas perkembangan pembangunan industri sagu di Papua yang
menyebutkan antara lain dalam rangka memperlancar pelaksanaan pembangunan
industri sagu di Papua dengan saran sebagai berikut.
a. Direksi agar mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan industri sagu di
Papua setelah selesainya pembangunan sarana prasarana, yaitu jalan Kais-
Siranggo, pembangunan/peningkatan pelabuhan laut Teminabuan serta
pembangunan Depo BBM yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan BBM
Kabupaten Sorong Selatan;
b. Direksi agar melakukan penghitungan kalkulasi mengenai alternatif energi
listrik yang akan dibangun untuk memenuhi kebutuhan energi bagi industri sagu
secara cermat dan paling menguntungkan termasuk menghitung biaya tambahan
yang mungkin diperlukan untuk angkutan BBM dari Depo BBM ke lokasi
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 143
industri sagu serta dampaknya terhadap kelayakan industri sagu yang akan
dibangun;
c. Direksi agar melakukan kajian mengenai biaya yang mungkin akan terjadi dan
harus dibayar yang berkaitan dengan hak ulayat atas lahan yang dikelola dan atas
pohon sagu yang ditebang dan dampaknya terhadap kelayakan industri sagu yang
akan dibangun;
d. Direksi agar melakukan kajian mengenai potensi konflik yang mungkin terjadi
dan masalah keamanan serta upaya untuk mengatasinya.
Memperhatikan rekomendasi Ketua Dewan Pengawas selanjutnya Direksi Perum
Perhutani segera menindaklanjuti kembali dan menyampaikan laporan
pengembangan industri sagu di Papua melalui Surat Direksi kepada Dewan Pengawas
Perum Perhutani Nomor74/001.6/IND/DIR tanggal 26 Maret 2013 yang
menyebutkan antara lain sebagai berikut.
a. Pembangunan pabrik sagu di Papua menunggu ketersediaan sarana dan prasarna
pendukung jalan, dermaga dan ketersediaan energi dari Pemerintah, sesuai Surat
UP4B nomor: 218/D1-UP4B/XII/2012 tanggal 12 Desember 2012;
b. Ada beberapa alternatif sumber energy yang akan digunakan untuk pabrik Sagu
di Papua, antara lain:
1). Menggunakan mesin genset diesel berbahan bakar solar;
2). Menggunakan solar cell;
3). Memanfaatkan limbah kulit pohon sagu;
4). Menggunakan batubara
c. Dari ke 4 alternatif tersebut, kajian resmi yang dipakai adalah Basic Engenering
Design (BED) yang disusun oleh ITS yaitu menggunakan genset 2,250 KVA,
yang akan dimatangkan kembali dalam Detail Engenering Design (DED) dengan
penyempurnaan boiler berbahan bakar limbah kulit pohon sagu.
Direksi Perum Perhutani juga menyampaikan laporan pengembangan industri sagu di
Papua kepada pihak UP4B, pihak Gubernur Papua Barat, dan pihak Direktur
Konstruksi & EBT PT PLN (Persero) melalui Surat Direksi kepada masing-masing
pihak dengan uraian sebagai berikut.
a. Surat Direksi Perum Perhutani kepada pihak UP4B nomor 85/062.5/IND/DIR
tanggal 9 April 2013 yang menyebutkan antara lain sebagai berikut.
1). Perum Perhutani telah memperoleh Surat IUPHHKBK dhi Bupati Sorong;
2). Penyusunan BED untuk Pembangunan pabrik sagu oleh ITS telah selesai
proses selanjutnya adalah pelaksanaan Engineering, Procurement and
Costruction (EPC);
3). Mohon kepastian perihal rencana pembangunan sarana dan prasarana
sebagaimana dalam Surat UP4B nomor: 218/D1-UP4B/XII/2012 tanggal 12
Desember 2012;
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 144
4). Proses persiapan lainnya tetap akan dilanjutkan sesuai tata waktu seperti
Pemetaan Hak Ulayat, Penyusuan Dokumen Amdal serta perijinan lainnya
(IMB, Ijin operasional, ijin gangguan, Ijin Usaha Industri)
b. Surat Direksi Perum Perhutani kepada pihak Gubernur Papua Barat nomor
86/062.5/IND/DIR tanggal 9 April 2013: Permohonan dukungan Pemerintah
Provinsi untuk dapat mempercepat proses sarana dan prasarana.
c. Surat Direksi Perum Perhutani kepada pihak Direktur Konstruksi & EBT PT PLN
(Persero) nomor 114/062.5/IND/DIR tanggal 6 Mei 2013 yang menyebutkan
antara lain permohonan ketersediaan power plant, supaya dapat bersinergi dalam
rangka memenuhi kebutuhan pasokan energi di lokasi tersebut.
Direksi Perum Perhutani menyampaikan laporan pengembangan industri sagu di
Papua kepada Menteri Negara BUMN RI cq. Deputi Bidang Industri Primer melalui
Surat Nomor 167/062.5/IND/DIR tanggal 9 April 2013 per tanggal tanggal 18 Juni
2013:
a. Penyusunan BED untuk Pembangunan pabrik Sagu oleh ITS telah selesai pada
tanggal 31 Maret 2013, proses selanjutnya adalah pelaksanaan Engineering,
Procurement and Costruction (EPC);
b. Pembangunan Pabrik Sagu Perhutani di Papua Barat akan segera dimulai dengan
tahapan sebagai berikut.
1). Pengumuman lelang EPC di Surat kabar Nasional (Kompas, Jawa Pos) pada
tanggal 15 Juni 2013;
2). Pelaksanaan aanwijzing tanggal 24 Juni 2013
3). Penetapan pemenang lelang;
4). Pembangunan Power Plant untuk operasional pabrik sedang dalam proses.
Selanjutnya dilakukan proses pengadaan barang dan jasa dengan uraian sebagai
berikut.
a. Lelang pertama dilakukan pada tanggal 15 Juni 2013 diumumkan melalui harian
Kompas, pada saat penjelasan/aanwijzing peserta yang mendaftar ada empat
rekanan yaitu PT Asindo Tech, PT Surya Mas Perkasa, PT Maribaya Electrindo
Jaya, PT Karya Muda Jaya. Selanjutnya pada tahap rapat
pemasukkan/penyampaian dokumen penawaran pelelangan terbuka Pekerjaan
Jasa Engineering Procurement Construction (EPC) Pembangunan Pabrik Sagu di
Papua Tahun 2013 sampai dengan batas waktu pada tanggal 8 Juli pukul 13.00
tidak ada satupun dari perusahaan yang memasukkan atau menyampaikan
dokumen penawaran pelelangan terbuka untuk pekerjaan tersebut, sehubungan
dengan hal tersebut Panitia Pengadaan barang/jasa menyatakan Pelaksanaan
Pelelangan terbuka tersebut gagal dan akan diumumkan kembali untuk dilelang
ulang;
b. Lelang Kedua dilakukan dilakukan pada tanggal 10 Juli 2013 diumumkan
melalui harian Koran Tempo pada saat penjelasan/aanwijzing peserta yang
mendaftar ada enam peserta yaitu PT Adhi Karya, PT Sumber Tjipta Djaya, PT
Karunia Guna Inti Semesta, PT Bunga Tanjung Raya, PT Hutama Karya, PT
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 145
Posco E & C Indonesia. Selanjutnya pada tahap rapat pemasukkan/penyampaian
dokumen penawaran pelelangan terbuka pekerjaan tersebut dengan hasil
dokumen penawaran yang masuk dari rekanan sebanyak 3 buah dengan rincian
PT Bunga Tanjung Raya senilai Rp142.755.580.000,00, PT Karuniagung Inti
Semesta senilai Rp126.370.000.000,00 dan PT Adhi Karya (Persero) senilai
Rp212.845.000.000,00. Ketiganya masih diatas pagu nilai HPS yaitu senilai
Rp115.235.457.945,41 (tanpa PPN 10%) atau senilai Rp126.759.003.739,95
(dengan PPN 10%). Atas hal tersebut kemudian Panitia Pengadaan Barang dan
Jasa melakukan evaluasi dan penilaian terhadap dokumen penawaran tersebut
dengan hasil PT Bunga Tanjung Raya dinyatakan tidak lengkap, PT Karuniaguna
Intisemesta dinyatakan gugur. Sehubungan dengan hal tersebut Panitia
Pengadaan barang/jasa menyatakan Pelaksanaan Pelelangan terbuka tersebut
gagal dan akan diumumkan kembali untuk dilelang ulang;
c. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor 636/Kpts/Dir/2013 tanggal 30 April
2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa sebagaimana
pada pasal 20 ayat 4a, pekerjaan tersebut dilakukan dengan cara penunjukkan
langsung karena mengalami gagal pelelangan sebanyak dua kali. Penunjukan
langsung dilakukan pada tanggal 20 September 2013 kepada PT Barata Indonesia
(Persero), dengan harga penawaran senilai Rp131.759.000.000,00. Sehubungan
nilai tersebut masih diatas nilai HPS yaitu senilai Rp115.235.457.945,41 (tanpa
PPN 10%) atau senilai Rp126.759.003.739,95 (dengan PPN 10%), selanjutnya
melakukan upaya negoisasi dengan rekanan, dengan hasil terjadi kesepakatan
harga penawaran menjadi senilai Rp101.068.000.000,00 (tanpa PPN10%) atau
senilai Rp111.174.800,00 (dengan PPN 10%), namun dilakukan pengurangan
pekerjaan berupa pekerjaan Power Plant Dryer dan Horizontal double shall
biomas air heater sistem/supply hot air (untuk head exenger menjadi beban PT
Barata Indonesia) berdasarkan risalah rapat klarifikasi Pekerjaan EPC Pabrik
Sagu di Papua Tahun 2013 pada tanggal 28 Oktober 2013;
d. Selanjutnya dilakukan perikatan melalui Surat Perjanjian nomor
24/SP/DIR/2013 tanggal 4 Desember 2013 perihal Pekerjaan Engineering
Procurement Construction (EPC)& Comisioning Pembangunan Pabrik Sagu di
Papua antara Perum Perhutani dengan PT Barata Indonesia (Persero) dengan
jangka waktu penyelesaian selama 450 hari atau harus selesai tanggal 27 Februari
2015.
Hasil Pemeriksaan atas dokumen pendukung kontrak pekerjaan EPC dan
Commisioning Pembangunan Pabrik Sagu di Papua dianggarkan senilai
Rp126.759.000.000,00 pada RKAP tahun 2013. Hasil pemeriksaan diketahui bahwa
realisasi fisik maupun keuangan sampai dengan 9 September 2015 adalah senilai
Rp86.390.121.050,00 (Belum termasuk PPN dan PPH).
Dalam pelaksanaannya, pekerjaan mengalami 3 kali addendum dengan rincian:
a. Addendum I atas Perjanjian Pekerjaan dengan nomor 10/ADD/DIR/2014 tanggal
14 Mei 2014 pada pasal 3 ayat (4a) yang menyebutkan perubahan pekerjaan
yang semula berupa pekerjaan pembukaan lahan seluas 5 ha berubah menjadi 8
ha dengan penambahan biaya sebesar Rp1.217.371.220,00 sehingga harga
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 146
kontrakyang semula Rp. 101.068.000.000,- menjadi Rp102.285.317.220,- (tanpa
PPN) atau senilai Rp111.174.800.000,00 (dengan PPN);
b. Addendum II atas Perjanjian Pekerjaan dengan nomor 02/ADD/SP/DIR/2015
tanggal 20 Maret 2015 pada pasal 5 ayat (1) yang menyebutkan perubahan waktu
pekerjaan selama yang semula 450 hari menjadi 562 hari, atau pekerjaan yang
semula harus selesai tanggal 27 Februari 2015 menjadi tanggal 19 Juni 2015;
c. Addendum III atas Perjanjian Pekerjaan dengan nomor 09/ADD/SP/DIR/2015
tanggal 10 Juni 2015 pada:
1). Pasal 5 ayat (1) yang menyebutkan perubahan waktu pekerjaan yang semula
562 hari menjadi 732 hari, atau pekerjaan yang semula harus selesai tanggal
19 Juni 2015 menjadi tanggal 30 Desember 2015. Hasil perhitungan
penetapan pada tanggal 30 Desember 2015 tidak tepat seharusnya tanggal 6
Desember 2015 dengan perhitungan tanggal dimulainya perjanjian pada
tanggal 4 Desember 2013 ditambah perpanjangan hari selama 732 hari, selain
hal tersebut permohonan perpanjangan tersebut tanpa didukung dengan
alasan perpanjangan serta rincian perhitungan jumlah perubahan hari,
sehingga diragukan kewajarannya.
2). Pasal 8 ayat (1) yang menyebutkan perubahan penambahan item pekerjaan
yaitu air heating Sistem dan Genset 700 Kva dengan penambahan biaya
sebesar Rp13.825.000.000,00 (tanpa PPN) sehingga harga kontrak yang
semula Rp102.285.317.220,00 (tanpa PPN) menjadi senilai
Rp116.110.317.220,00 (tanpa PPN) atau senilai Rp127.721.348.942,00
(dengan PPN).
Pemeriksaan atas bukti dokumen pendukung pertanggungjawaban pembangunan
pabrik sagu di Papua diketahui bahwa pelaksanaan pembangunan Pabrik Sagu di
Papua belum efektif, terdapat alat yang tidak dapat difungsikan dan terdapat
kekurangan volume dengan uraian sebagai berikut.
a. Pembangunan pabrik sagu belum efektif
1). Berdasarkan hasil cek fisik BPK di lapangan bersama rekanan pelaksana,
serta konsultan Manajemen Konstruksi dan Panitia Pengadaan Barang dan
Jasa per tanggal 9 September 2015 kemajuan progress pekerjaan fisik
mencapai 94,87% sedangkan progress realisasi keuangan yang telah
dibayarkan sebesar 87,99 %. Realisasi pembayaran berdasarkan progress
fisik bukan per termin. Pekerjaan yang belum selesai berupa pekerjaan kolam
air baku, kolam air bersih, pekerjaan air heating sistem dan pekerjaan piping
water treatment, dan penerangan jalan umum;
2). Laporan realisasi kemajuan fisik kegiatan dengan laporan kemajuan
keuangan belum disajikan secara rinci karena laporan kemajuan fisik dan
keuangan disajikan berdasarkan progress pekerjaan EPCC secara kumulatif
tidak berdasarkan item pekerjaan sebagaimana dalam RAB, namun disajikan
berdasarkan pekerjaan Engineering, Procurement, Construction, and
Commissiong secara kumulatif.
Menteri BUMN tetap mengesahkan RKAP Korporat Perum Perhutani Tahun
2013, Tahun 2014 dan Tahun 2015 termasuk didalamnya anggaran
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 147
pembangunan pabrik sagu di Papua dengan total selama tiga tahun anggaran
senilai Rp218.586.626.000,00 dengan rincian anggaran masing-masing tahun
senilai Rp70.000.000.000,00, Rp118.200.000.000,00 dan
Rp30.386.626.000,00, meskipun sarana dan prasarana pendukung yang
direncanakan oleh pemerintah belum terlaksana.
3). Pembangunan sarana dan prasarana pendukung yang direncanakan oleh
pemerintah belum terlaksana sampai dengan berakhirnya pemeriksaan,
dengan perincian sebagai berikut.
(a) Pembangunan jalan darat sepanjang 8 km dari Distrik Kais ke Siranggo
telah masuk dalam DIPA Tahun 2013 Kementrian PU, namun belum
terealisasi;
(b) Pembangunan peningkatan jalan pelabuhan laut di Teminabuan
Kabupaten Sorong Selatan menjadi pelabuhan nasional telah masuk
dalam DIPA Kemetrian Perhubungan mulai Tahun 2013, namun belum
terealisasi;
(c) Pembangunan DEPO BBM untuk mengatasi kesulitan BBM di wilayah
Kabupaten Sorong Selatan melalui DIPA Tahun 2013 Kementrian
ESDM/Pertamina, namun belum terealisasi.
UP4B yang bertugas membantu Presiden dalam melaksanakan dukungan
koordinas dan sinkronisasi perencanaan, fasilitasi, serta pengendalian
pelaksanaan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat telah selesai masa kerjanya. UP4B hanya memiliki masa kerja dari
Tahun 2011 sampai dengan tahun 2014, sesuai Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2011 tanggal 20 September 2011 Tentang Unit
Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pasal 1
angka (2) yang menyebutkan UP4B memiliki masa kerja sampai dengan
tahun 2014.
4). Pekerjaan commisioning test yang sudah dilakukan berupa test mesin secara
individual dan running tes untuk proses pengupasan dan pemarutan dan
pemerasan. Proses yang belum dilakukan test running adalah proses
penyaringan pemekatan dan pengeringan karena menunggu tenaga ahli dari
vendor untuk peralatan fine fiber sieve, hydrocyclone, starch concentrator,
vacuum drum dan menunggu penyelesaian pekerjaan air heating sistem;
5). Sehubungan dengan belum terealisasinya tenaga dukungan listrik PLN,
mengakibatkan pekerjaan pengadaan alat pemanas pada proses pengolahan
sagu mentah menjadi sagu kering senilai Rp5.664.000.000,00 tidak dapat
dimanfaatkan. Semula rancangan pekerjaannnya dengan direct heating sistem
dari tenaga dukungan listrik PLN menjadi tenaga indirect heating sistem
yaitu sistem pemanas dengan dukungan pemanas berbahan bakar kulit batang
pohon sagu sisa proses produksi. Pengadaan indirect heating sistem
merupakan pekerjaan perubahan (addendum III) berupa penambahan item
pekerjaan yaitu air heating sistem dan Genset 700 Kva dengan penambahan
biaya sebesar Rp13.825.000.000,00 (tanpa PPN). Dengan adanya
penambahan biaya tersebut membebani keuangan Perum Perhutani, sehingga
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 148
harga kontrak yang semula Rp102.285.317.220,00 (tanpa PPN) bertambah
menjadi senilai Rp116.110.317.220,00 (tanpa PPN) atau senilai
Rp127.721.348.942,00 (dengan PPN).
Pada gambar di bawah, terlihat bahwa rancangan bagian pekerjaan direct
heating sistem senilai Rp5.664.000.000,00 yang tidak bisa dimanfaatkan
karena tidak tersedia tenaga dukungan listrik PLN dengan uraian gambar
sebagai berikut.
Gambar 3.2. Pekerjaan direct heating sistem yang tidak bisa dimanfaatkan
b. Terdapat kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp1.020.000.000,00
Pemeriksaan fisik atas Pekerjaan Engineering Procurement Construction (EPC)
& Comisioning Pembangunan Pabrik Sagu di Papua Tahun 2013 diketahui
terdapat kekurangan volume pekerjaan senilai Rp1.020.000.000, (Tabel 3.58).
Tabel 3.58. Daftar Kekurangan Volume Pekerjaan Engineering Procurement Construction (EPC) & Comisioning Pembangunan Pabrik Sagu di Papua Tahun 2013
No
Pekerjaan
Satuan
Volume Harga Satuan
(Rp) Jumlah Harga (Rp) Kontrak
yg dibayar Cek Fisik Kekurangan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (4)–(5) (7) (8) = (6) x (7)
1 Alat Berat Roler Drum Walles unit 1,00 0,00 1,00 360.000.000,00 360.000.000,00
2 Jetty/Dermaga Kontruksi Drump Apung unit 1,00 0,00 1,00 180.000.000,00 180.000.000,00
3 Mobilisasi dan Demobilisasi Bangunan
Produksi*
unit 1,00 0,00 1,00 80.000.000,00 80.000.000,00
4 Mobilisasi pada Pekerjaan Pondasi Kantor
Gudang sementara*
unit 1,00 0,00 1,00 25.000.000,00 25.000.000,00
5 Pekerjaan Gudang Sarana Olah Raga out
door
375.000.000,00 375.000.000,00
Jumlah 1.020.000.000,00
* Pekerjaan mobilisasi pada masing-masing item pekerjaan tidak laksanakan karena bahan dan alat yang dibutuhkan sudah terdapat dilokasi pekerjaan.
Dengan permasalahan tersebut terjadi indikasi kerugian atas kekurangan volume
pekerjaan pada pekerjaan Engineering Procurement Construction (EPC) &
Comisioning pembangunan pabrik sagu di Papua Tahun 2013 senilai
Rp1.020.000.000,00, serta belum terealisasinya tenaga dukungan listrik PLN,
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 149
mengakibatkan pekerjaan pengadaan alat pemanas pada proses pengolahan sagu
mentah menjadi sagu kering senilai Rp5.664.000.000,00 tidak bisa dimanfaatkan
disebabkan karena yang semula rancangan pekerjaannnya dengan direct heating
sistem dari tenaga dukungan listrik PLN menjadi tenaga indirect heating sistem
yaitu sistem pemanas dengan dukungan pemanas berbahan bakar kulit batang
pohon sagu sisa proses produksi. Pengadaan indirect heating sistem merupakan
pekerjaan perubahan (addendum III) berupa penambahan item pekerjaan yaitu
air heating sistem dan Genset 700 Kva dengan penambahan biaya sebesar
Rp13.825.000.000,00 (tanpa PPN), yang membebani keuangan perusahaan.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan
Usaha Milik Negara pada:
1) Pasal 66 ayat (1) yang menyebutkan Pemerintah dapat memberikan
penugasan khusu kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi
kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan
BUMN;
b. Lampiran atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003
Tentang Badan Usaha Milik Negara pada:
1) Pasal 66 ayat (1) yang menyebutkan Meskipun BUMN didirikan dengan
maksud dan tujuan untuk mengejar keuntungan, tidak tertutup kemungkinan
untuk hal-hal yang mendesak, BUMN diberikan penugasan khusus oleh
pemerintah. Apabila penugasan tersebut menurut kajian secara finansial tidak
fisibel, pemerintah harus memberikan kompensasi atas semua biaya yang
telah dikeluarkan oleh BUMN tersebut termasuk margin yang diharapkan;
2) Pasal 66 Ayat (2) Karena penugasan pada prinsipnya mengubah rencana
kerja dan anggaran perusahaan yang telah ada, penugasan tersebut harus
diketahui dan disetujui pula oleh RUPS/Menteri;
c. Surat Perjanjian nomor 24/SP/DIR/2013 tanggal 4 Desember 2013 perihal
Pekerjaan Engineering Procurement Construction (EPC) & Comisioning
Pembangunan Pabrik Sagu di Papua Tahun 2013, pasal 5.b menyatakan, “Pihak
Kesatu wajib membayar kepada Pihak Kedua atas pelaksanaan, penyelesaian, dan
perbaikan pekerjaan berdasarkan prestasi pekerjaan yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga.”
d. Surat UP4B nomor: 218/D1-UP4B/XII/2012 tanggal 12 Desember 2012 dengan
penjelasan sebagai berikut.
1). Pembangunan jalan darat sepanjang 8 km dari Distrik Kais ke Siranggo telah
masuk dalam DIPA Tahun 2013 Kementrian PU;
2). Pembangunan peningkatan jalan pelabuhan laut di teminabuan Kabupaten
Sorong Selatan mejadi pelabuhan nasional telah masuk dalam DIPA
Kementrian Perhubungan mulai Tahun 2013;
3). Pembangunan DEPO BBM untuk mengatasi kesulitan BBM di wilayah
Kabupaten Sorong Selatan melalui DIPATahun 2013 Kementrian
ESDM/Pertamina; dengan tidak adanya listrik, maka industri sagu akan
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 150
dibangun masih sangat berat mengingat kebutuhan BBM untuk genset Diesel
kapasitas 2 Mega KVA saja dibutuhkan 150 liter per jam;
e. Surat Dewan Pengawas nomor 79/001.6/Ind/Dwas/2012 pertanggal 28 Desember
2012 perihal Tanggapan Permohonan Rekomendasi Pembangunan Industri Sagu
di Papua kepada Direktur Utama Perum Perhutani yang menjelaskan antara lain
sebagai berikut.
1). Sesuai hasil Feasibility Study yang dilaksanakan oleh konsultan independen
(PT. Sarbi Moeharni Lestari) dinyatakan bahwa usaha pemanfaatan sagu
alam dan pembangunan industri Papua di Papua dengan investasi sebesar
Rp209,662 miliar dinilai layak secara finansial untuk dilaksanakan, dengan
catatan pemerintah dapat membangun/menyediakan sarana prasarana umum,
terutama transportasi, listrik dan jaringan komunikasi untuk mendukung
kelancaran operasional atau dengan kata lain pembangunan industri sagu di
Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat tidak layak
secara finansial untuk dilakukan apabila biaya untuk membangun sarana
jalan, sarana pelabuhan, sarana listrik, dan sarana komunikasi ditanggung
oleh Perum Perhutani;
2). Berkenaan dengan catatan tersebut, sampai dengan saat ini Dewan Pengawas
belum mendapatkan informasi mengenai kesediaan pemerintah (Pusat
/Daerah) untuk membangun sarana prasarana sebagaimana tersebut pada
butir satu diatas. Juga belum diperoleh informasi yang mendalam tentang
kelayakan proyek berdasarkan aspek pasar dan pemasaran aspek sosial, aspek
keamanan, dan aspek lingkungan;
3). Mengingat usaha pemanfaatan sagu alam dan pembangunan industri sagu
tersebut memerlukan investasi yang besar dan belum adanya kepastian
mengenai kesediaan/kesanggupan pemerintah untuk membangun sarana
prasarana tersebut, maka Dewan Pengawas belum dapat memberikan
rekomendasi mengenai pembangunan industri sagu di Papua
f. Prosedur Kerja Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
Perum Perhutani Tahun 2014 Nomor Dokumen PK-SMPHT.)1-0 pada:
1) Angka (1) yang menyebutkan bahwa Tujuan Rencana Kerja RKAP disusun
untuk menjamin bahwa setiap kegiatan di Perum Perhutani sudah sesuai
dengan rencana, persyaratan dan ketentuan yang ditetapkan
2) Angka 4. (6.2) yang menyebutkan bahwa Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP) adalah penjabaran Rencana Jangka Panjang (RKAP)
secara tahunan, yang merupakan sarana pengawasan/pengendalian usaha,
pemantauan, monitoring dan evaluasi serta mencakup rincian Rencana Kerja
dan Anggaran Perusahaan untuk jangka waktu satu tahun;
3) Angka 4 (6.3) yang menyebutkan bahwa Rencana Operasional (RO)
merupakan penjabaran Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
yang dirinci per bulan dan triwulan dalam satu tahun, sebagai dasar
pelaksanaan pekerjaan baik fisik maupun keuangan;
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 151
4) Angka 4 (6.4) yang menyebutkan bahwa Normal Progressive Schedule (NPS)
merupakan dasar perhitungan alokasi anggaran
tiap bulan dan triwulan dalam satu tahun.
g. Prosedur Kerja (PK) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
(RKAP) tanggungjawab Menteri BUMN sebagai pihak yang bertanggungjawab
mengesahkan RKAP Korporat, Ketua Dewan Pengawas melakukan penilaian
terhadap rancangan RKAP Korporat, sedangkan Direktur Utama Menetapkan
Tim Penyusun RKAP Korporat, Menetapkan RKAP Korporat, Mengesahkan
RKAP Divisi, RKAP Pusdikbang SDM, RKAP Puslitbang dan RKAP Anak
Perusahaan.
Proses selanjutnya yaitu mekanisme penyusunan RKAP setelah Tahap Direktur
Utama menyampaikan RKAP ke Dewan Pengawas untuk dilakukan pembahasan
dan penilaian selanjutnya Direktur Utama menyampaikan RKAP ke Rapat
Pembahasan Bersama (RPB) dengan Kementrian BUMN. Tahap berikutnya Hasil
Pembahasan RKAP dengan Kementrian BUMN ada 2 (dua) kemungkinan yaitu
RKAP diterima/disahkan atau ditolak.
Hal tersebut mengakibatkan:
a. Indikasi kerugian senilai Rp1.020.000.000,00 karena kekurangan volume
pekerjaan Engineering Procurement Construction (EPC) & Comisioning
Pembangunan Pabrik Sagu di Papua Tahun 2013;
b. Pemborosan yang membebani keuangan Perum Perhutani senilai
Rp5.664.000.000,00; dan
c. Hasil produksi berupa tepung sagu kering berpotensi tidak dapat dipasarkan ke
luar negeri.
Hal tersebut disebabkan:
a. Direksi Perum Perhutani tetap mengeksekusi pembangunan industri sagu
meskipun sarana dan prasarana pendukung yang direncanakan oleh Pemerintah
belum terlaksana;
b. Panitia Pemeriksaan dan Penerimaan Barang/Jasa dhi. Manajemen Konstruksi
lalai dan tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk menguji
kesesuaian volume hasil pekerjaan dengan volume RAB kontrak pekerjaan;
c. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, fasilitasi, serta
pengendalian pelaksanaan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat antara Direksi Perum Perhutani dengan Kepala dan Tim Pengarah
UP4B tidak efektif.
Perum Perhutani menjelaskan bahwa Pekerjaan Pembangunan EPCC Pabrik Sagu
bersifat multiyears, sehingga tiap tahun harus diusulkan rencana anggarannya.
Selama Tahun 2013 s/d 2015 akumulasi anggaran RKAP untuk Pembangunan Sagu
sebesar Rp218.586.626.000,00, sedangkan realisasi sesuai Kontrak Perjanjian sebesar
Rp132.628.908.342,00, sebagaimana rincian pada Tabel 3.59.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 152
Tabel 3.59. Realisasi sesuai Kontrak Perjanjian Pekerjaan Pembangunan EPCC Pabrik Sagu
Rencana Rp Realisasi Kontrak Rp Keterangan
RKAP 2013 70.000.000.000 Pembuatan FS 451.000.000
Sudah termasuk pajak yang
berlaku
RKAP 2014 118.200.000.000 Pembuatan BED 450.000.000
RKAP 2015 30.386.626.000 Pemetaan Partisipatif Hak Ulayat 410.000.000
Penyusunan Amdal 940.500.000
Jasa Konsultan MK 2.656.000.000
Pembangunan EPCC Sagu
Kontrak Awal 111.174.800.000
Adendum 1 1.339.108.342
Adendum 2 -
Adendum 3 15.207.500.000
JUMLAH 218.586.626.000 132.628.908.342
- Panitia Pemeriksaan/Penerimaan Barang/Jasa melakukan tugasnya dengan
melakukan pemeriksaan fisik/kesesuaian fisik antara DED (Detail Enginering
Design) dengan realisasi fisik di lapangan yang dituangkan dalam BAP, bukan
berdasarkan RAB seperti pekerjaan konstruksi konvensional.
- Bahwa untuk pekerjaan engineering procurement contruction,yang menjadi dasar
acuan pekerjaan adalah DED. Sedangkan material/finishing termasuk alat yang
terpasang dapat berubah disesuaikan dengan fase engineering yang telah
dilaksanakan, perubahan spesifikasi dari penawaran terjadi pada saat engineering
(DED) (selama tidak merubah harga lump sum dan out put kapasitas).
- Sinergitas antara BUMN dan Pihak terkait sudah mulai berjalan antara lain:
a) Rencana pembangunan Power Plant oleh PT. EMI (Energi Management
Indonesia) (BUMN);
b) Pembangunan Infrastruktur jalan menuju kampung Kais oleh Kementerian
PU & PR;
c) Penyiapan DEPO Bahan Bakar oleh Pertamina;
d) Dermaga dan Infrastruktur lainnya oleh Pemda setempat; dan
e) Rencana Pembangunan Perumahan untuk Karyawan Pabrik Sagu oleh
Kementerian PU & PR sebanyak 50 unit.
- Kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp. 1.020.000.000,- telah dialihkan
untuk pekerjaan lain (Tabel 3.61).
a) Alat Berat Roler Drum Walles tidak didatangkan dikarenakan daya dukung
tanah tidak memungkinkan, sebagai gantinya adalah Dump Truck dan telah
dilaksanakan pengadaan barangnya.
b) Jetty/Dermaga Drum Apung tidak layak untuk loading/unloading material
karena kondisi perubahan air sungai yang drastis (ekstrim) yang mencapai ±
1.5 M, berdasarkan pertimbangan teknis, diganti dermaga permanen (risalah
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 153
rapat terlampir) dan telah dilaksanakan pekerjaannya.
c) Mobilisasi dan Demobilisasi Bangunan Produksi dan Kantor Gudang untuk
tenaga konstruksi bukan alat berat.
d) Pekerjaan Sarana olah raga out door belum dilaksanakan, namun material on
site.
Tabel 3.60. Perbedaan Jasa Konstruksi dan EPC
Tabel 3.61. Kekurangan volume pekerjaan
No
Pekerjaan
Satuan
Volume Harga Satuan
(Rp) Keterangan Kontrak
yg dibayar Cek Fisik
Kekurangan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (4)–(5) (7) (8)
1 Alat Berat Roler Drum
Walles
unit 1,00 1,00 0,00 360.000.000 Diganti Dump
Truck
NO URAIAN KONSTRUKSI EPC
1 2 3 4
1 Istilah Lain Konstruksi tradisional/konvensional Konstruksi terintegrasi (integrator)
2 Pengertian - Suatu kegiatan konstruksi bangunan yang - Suatu kegiatan konstruksi yang tidak hanya
mengutamakan pembangunan fisik saja mengutamakan pembangunan fisik saja
Contoh : Bangunan Gedung, Jembatan tetapi juga mengutamakan pembangunan
suatu sistem/proses dengan tujuan mencapai
output tertentu
- Dengan kata lain EPC adalah untuk melakukan
rekayasa (engineering ), dilanjutkan dengan
melakukan pembelian (procurement ) barang
barang dan equipment yang terkait dan kemu
dian mendirikan/membangun (contruction )
- Dan pada proses akhir untuk mengetahui out
put akan dilakukan commisioning dan atau
intalation.
Contoh : Eksplorasi & eksploitasi SDA, Pem-
bangkit Tenaga, Produksi manufaktur
3 Tanggung Jawab (Lelang) - Tanggung Jawab secara proporsional - Tanggung jawab penuh oleh satu badan
(Pelaku EPC)
4 Ciri-ciri - Spesifikasi Detail, karena sudah dilakukan - Berisikan tentang pokok-pokok spesifikasi
engineering dan mengikat mengikat dan ini yang menjadi acuan utama
- Gambar, BoQ sudah final dan mengikat keberterimaan EPC
- Material/finishing termasuk alat yang terpa- - Belum ada gambar, BoQ, yang ada hanya in-
sang sesuai dengan kontrak (item pekerjaan) formasi awal tentang proyek.
jika ada perubahan spesifikasi maka dilakukan - Material/finishing termasuk alat yang ter-
melalui mekanisme CCO/Addendum pasang dapat berubah disesuaikan dengan
- Pedoman evaluasi sudah standar dipahami fase engineering yang disampaikan. Perubah-
umum an spesifikasi dari penawaran terjadi pada saat
- Kontrak bersifat Unit Price, Lumpsum atau engineering .
kontrak gabungan. - Evaluasi dilakukan oleh Ahli yang terintegrasi
(Multy disiplin)
- Kontrak bersifat Lumpsum Fix Cost
5 Penyusunan RAB - Sesuai analisa yang berlaku - Untuk pekerjaan konstruksi : sesuai analisa
- Untuk pekerjaan procuremen : tidak dapat
menggunakan analisa dengan alasan :
1. Mesin/peralatan yang diadakan spesifikasi
nya tidak siap dipasaran (fabrikasi)
2. Perlu dan terdapat beberapa rekayasa/modi
fikasi
3. Keberadaan satu peralatan , mesin merupa-
kan satu rangkaian sistem dengan peralatan
lainnya.
PERBEDAAN JASA KONSTRUKSI DAN EPC
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 154
No
Pekerjaan
Satuan
Volume Harga Satuan
(Rp) Keterangan Kontrak
yg dibayar Cek Fisik
Kekurangan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (4)–(5) (7) (8)
2 Jetty/Dermaga
Kontruksi Drump
Apung
unit 1,00 1,00 0,00 180.000.000 Diganti Dermaga
Permanen
3 Mobilisasi dan
Demobilisasi
Bangunan Produksi*
unit 1,00 1,00 0,00 80.000.000 Mobilisasi Man Power ( Bangunan sdh jadi)
4 Mobilisasi pada
Pekerjaan Pondasi
Kantor Gudang
sementara*
unit 1,00 0,00 1,00 25.000.000 Mobilisasi Man Power (bangunan sdh jadi)
5 Pekerjaan Gedang
Sarana Olah Raga out
door
unit 1,00 0,00 1,00 375.000.000 Belum dikerjakan (penyelesaian terakhir)
TOTAL 1.020.000.000
g) Terjadi Pemborosan yang membebani keuangan perum Perhutani senilai
Rp19.489.000.000,00 (Rp5.664.000.000,00 + Rp13.825.000.000,00),
dijelaskan sebagai berikut.
▪ Perubahan Head Exchanger dengan nilai sebesar Rp. 5.664.000.000,-
dikarenakan sumber panas akan disediakan dari Power Plant yang akan
dibangun oleh PT. PLN (Persero)
▪ Agar Pabrik dapat beroperasi sampai out put sagu kering di perlukan Air
Heating dan Genset dengan nilai sebesar Rp. 13.825.000.000,-
▪ Semua peralatan di atas akan berfungsi dan dimanfaatkan setelah Power
Plant dibangun
▪ Head Exchanger akan digunakan untuk pengering sagu basah
▪ Air Heating untuk mengeringkan kulit sagu sebagai bahan baku biomas
▪ Genset sebagai stand by genset di gunakan pada saat terjadi kerusakan
power plant atau pada saat ada perbaikan mesin (over houle)
BPK-RI merekomendasikan agar:
a. Direksi Perum Perhutani membuat pertanggungjawaban kepada Menteri BUMN
tekait pembangunan pabrik sagu di Papua dengan total keseluruhan senilai
Rp218.586.626.000,00 meskipun sarana dan prasarana pendukung yang
direncanakan oleh pemerintah belum terlaksana seluruhnya serta melakukan
koordinasi dengan pihak terkait lainnya dalam rangka menggiatkan pembangunan
sarana dan prasarana pendukung pabrik sagu di Papua (pembangunan jalan darat
sepanjang 8 km dari Distrik Kais ke Siranggo telah masuk dalam DIPA Tahun
2013 Kementrian PU, pembangunan peningkatan jalan pelabuhan laut di
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 155
Teminabuan Kabupaten Sorong Selatan menjadi pelabuhan nasional, dan
pembangunan DEPO BBM untuk mengatasi kesulitan BBM di wilayah
Kabupaten Sorong).
b. Direksi Perum Perhutani mempertanggungjawabkan adanya perubahan kontrak
terkait tidak dgunakan alat pengering dengan sumber tenaga listrik sebesar
Rp5.664.000.000,00 dan penambahan biaya sebesar Rp13.825.000.000,00 terkait
pembuatan tungku pemanas;
c. Direksi Perum Perhutani memberikan sanksi kepada Panitia Pemeriksaan dan
Penerimaan Barang/Jasa serta Konsultan Manajemen Konstruksi yang lalai dan
tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk menguji kesesuaian
volume hasil pekerjaan dengan volume RAB kontrak pekerjaan.
3. Pekerjaan jasa konsultan manajemen konstruksi pekerjaan EPCC
pembangunan pabrik sagu di Papua Tahun 2013 tidak didukung dengan bukti
yang memadai sebesar Rp1.496.000.000,00 serta terdapat kelebihan bayar
senilai Rp182.000.000,00
Pada RKAP 2013 dan 2014 Perum Perhutani menganggarkan pekerjaan konsultan
manajemen konstruksi Engineering Procurement Construction dan Commisioning
(EPCC) pembangunan pabrik sagu di Papua senilai Rp1.800.000.000,00. Pekerjaan
tersebut dilaksanakan oleh pihak PT Indah Karya (Persero) berdasarkan surat
perjanjian Nomor 06//SP/DIR/2013 tanggal 17 Juni 2013 antara Perum Perhutani
dengan PT Indah Karya (Persero) senilai Rp2.656.000.000,00 termasuk PPN, melalui
seleksi langsung dengan mengundang penyedia barang/jasa dari BUMN yang
berkompeten di bidangnya. Jangka waktu pelaksanaan selama 210 hari sejak
ditandatangani perjanjian dari tanggal 17 Juni 2013 atau harus selesai tanggal 17
Januari 2014. Perhitungan penetapan jangka waktu hari tersebut tidak tepat
seharusnya selesai sampai dengan tanggal 13 Januari 2014 atau kelebihan
perhitungan jumlah hari sebanyak 4 hari kalender. Sampai dengan 7 Oktober 2015,
realisasi fisik mencapai 88% sedangkan realisasi keuangan termasuk PPN mencapai
sebesar 76% atau senilai Rp2.018.560.000,00.
Pelaksanaan pekerjaan mengalami satu kali addendum yaitu addendum I atas
perjanjian pekerjaan dengan nomor 06/SP/DIR/2013 tanggal 28 Januari 2013 pada
Pasal 6 ayat (1) yang menyebutkan perubahan pekerjaan yang semula dengan jangka
waktu 210 hari berubah menjadi 615 hari atau pekerjaan yang semula harus selesai
tanggal 13 Januari 2014 berubah menjadi tanggal 22 Februari 2015 dengan
penambahan biaya sebesar Rp656.200.000,00 sehingga harga kontrak yang semula
Rp1.999.800.000,00 menjadi Rp2.656.000.000,00 (termasuk PPN) atau senilai
Rp2.414.545.455,00 (tanpa PPN).
Pemeriksaan atas bukti dokumen pendukung pertanggungjawaban pembangunan
pabrik sagu di Papua Tahun 2013 dan cek fisik di lapangan tanggal 9 September 2015
diketahui bahwa hanya dua orang arsitek yang ada/menetap di lokasi pekerjaan.
Sedangkan dokumen pertanggungjawaban senilai Rp1.076.000.000,00 atas realisasi
pelaksanaan pekerjaan konsultan dengan kehadiran 11 tenaga ahli dan 5 (lima) tenaga
asisten ahli tanpa didukung bukti pertanggungjawaban berupa daftar hadir, dan
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 156
realisasi biaya perjalanan domestik dan allowance tenaga ahli serta mobilisasi dan
demobilisasi field team dengan total nilai Rp420.000.000,00 tidak didukung bukti
pertanggungjawaban, serta terdapat kelebihan bayar sebesar Rp182.000.000,00
dengan uraian sebagai berikut.
a. Realisasi pelaksanaan kehadiran 11 tenaga ahli dan 5 tenaga asisten ahli tanpa
didukung bukti pertanggungjawaban invoice tagihan senilai Rp1.076.000.000,00
yaitu untuk tenaga ahli senilai Rp698.000.000,00 dan asisten tenaga ahli sebesar
Rp378.000.000,00.
Tabel 3.62. Realisasi pelaksanaan kehadiran tenaga ahli dan tenaga asisten ahli serta tanpa didukung bukti pertanggungjawaban invoice tagihan
Nomor Uraian Jumlah
Orang Jumlah Bulan Billing Rate (Rp) Total Biaya (Rp)
1 2 3 4 5 6=(3x4x5)
Tenaga Ahli
1 Team leader 1 7 14.000.000,00 98.000.000,00
2 Tenaga Ahli Sipil 1 7 12.000.000,00 84.000.000,00
3 Tenaga Ahli Arsitek 1 7 12.000.000,00 84.000.000,00
4 Tenaga Ahli Mekanikal 1 5 12.000.000,00 60.000.000,00
5 Tenaga Ahli Elektrikal 1 5 12.000.000,00 60.000.000,00
6 Tenaga Ahli MK 1 7 12.000.000,00 84.000.000,00
7 Tenaga Ahli Geodasi 1 3 12.000.000,00 36.000.000,00
8 Tenaga Ahli Geoteknik 1 3 12.000.000,00 36.000.000,00
9 Tenaga Ahli Quality
Assurance
1 7 12.000.000,00 84.000.000,00
10 Tenaga Ahli Lingkungan 1 3 12.000.000,00 36.000.000,00
11 Tenaga Ahli Industri 1 3 12.000.000,00 36.000.000,00
Jumlah I 698.000.000,00
Tenaga Asisten Ahli
1 Tenaga Ass. Ahli Sipil 2 6 7.000.000,00 84.000.000,00
2 Tenaga Ass Ahli Arsitek 2 6 7.000.000,00 84.000.000,00
3 Tenaga Ass Ahli Mekanikal 2 6 7.000.000,00 84.000.000,00
4 Tenaga Ass Ahli Elektrikal 2 6 7.000.000,00 84.000.000,00
5 Tenaga Ass Ahli Estimator 1 6 7.000.000,00 42.000.000,00
Jumlah II 378.000.000,00
Jumlah I + II 1.076.000.000,00
b. Realisasi pelaksanaan perjalanan domestik 11 tenaga ahli dan 10 tenaga asisten
ahli tanpa didukung bukti pertanggungjawaban berupa bukti pembelian tiket
transport perjalanan domestik dan allowance senilai Rp420.000.000,00 yaitu
untuk tenaga ahli senilai Rp252.000.000,00 dan mobilisasi dan demobilisasi field
team untuk assisten tenaga ahli sebesar Rp168.000.000,00
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 157
Tabel 3.63. Realisasi pelaksanaan perjalanan domestik tenaga ahli dan tenaga asisten ahli tanpa didukung
bukti pertanggungjawaban
Nomor Uraian Jumlah
Perjalanan
Jumlah
orang Unit Price (Rp) Total Biaya (Rp)
1 2 3 4 5 6=(3x4x5)
Tenaga Ahli
1 Team leader 5 1 7.000.000,00 35.000.000,00
2 Tenaga Ahli Sipil 4 1 7.000.000,00 28.000.000,00
3 Tenaga Ahli Arsitek 3 1 7.000.000,00 21.000.000,00
4 Tenaga Ahli Mekanikal 3 1 7.000.000,00 21.000.000,00
5 Tenaga Ahli Elektrikal 3 1 7.000.000,00 21.000.000,00
6 Tenaga Ahli MK 4 1 7.000.000,00 28.000.000,00
7 Tenaga Ahli Geodasi 2 1 7.000.000,00 14.000.000,00
8 Tenaga Ahli Geoteknik 2 1 7.000.000,00 14.000.000,00
9 Tenaga Ahli Quality Assurance 3 1 7.000.000,00 21.000.000,00
10 Tenaga Ah Lingkungan 3 1 7.000.000,00 21.000.000,00
11 Tenaga Ahli Industri 4 1 7.000.000,00 28.000.000,00
Jumlah I 252.000.000,00
Tenaga Asisten Ahli
1 Team Leader 2 1 6.000.000,00 12.000.000,00
2 Tenaga Ass. Ahli Sipil 2 2 6.000.000,00 24.000.000,00
3 Tenaga Ass Ahli Arsitek 2 2 6.000.000,00 24.000.000,00
4 Tenaga Ass Ahli Mekanikal 2 2 6.000.000,00 24.000.000,00
5 Tenaga Ass Ahli Elektrikal 2 2 6.000.000,00 24.000.000,00
6 Tenaga Ass Ahli Estimator 2 2 6.000.000,00 12.000.000,00
7 Sekretaris 2 1 6.000.000,00 12.000.000,00
8 Administrasi Proyek 2 1 6.000.000,00 12.000.000,00
9 Surveyor 2 1 6.000.000,00 12.000.000,00
10 Drafter 2 1 6.000.000,00 12.000.000,00
Jumlah II 168.000.000,00
Jumlah I +II 420.000.000,00
c. Kelebihan bayar realisasi pelaksanaan dua tenaga ahli dan biaya sewa rumah
keseluruhannya senilai Rp182.000.000,00, yaitu satu tenaga ahli Manajemen
Konstruksi (MK) dan satu tenaga ahli Quality Inssurance yang seharusnya dalam
RAB masing-masing tenaga ahli sekaligus sebagai unsur tenaga MK serta
sebagai Quality Inssurance yang sudah termasuk dalam bagian sebagai tenaga
ahli senilai Rp168.000.000,00, dan terdapat kelebihan bayar sewa rumah untuk
field team senilai Rp14.000.000,00 (Tabel 3.64).
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 158
Tabel 3.64. Daftar Kelebihan Bayar Pekerjaan Konsultan Manajemen Konstruksi Engineering Procurement Construction dan Commisioning (EPCC) Pembangunan Pabrik Sagu di Papua Tahun 2013
No
Uraian
Satuan
Volume
Harga Satuan
(Rp)
Jumlah Harga (Rp)
Kontrak yg
dibayar
Cek Fisik
Kelebihan Bayar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (4)–(5) (7) (8) = (6) x (7)
1 Tenaga Ahli MK Bulan 7,00 0,00 7,00 12.000.000,00 84.000.000,00
2 Tenaga Ahli Quality Assurance Bulan 7,00 0,00 7,00 12.000.000,00 84.000.000,00
3 Sewa rumah untuk Field Team Bulan 7,00 0,00 7,00 2.000.000,00 14.000.000,00
Jumlah 182.000.000,00
Pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa sampai dengan akhir pemeriksaan
pekerjaan Konsultan Manajemen Konstruksi EPC Pembangunan Pabrik Sagu di
Papua Tahun 2013 belum selesai karena belum ada BAST.
Mekanisme kerja dalam Managemen Konstruksi PT Indah Karya Persero adalah
memantau kesesuaian antara target dengan realisasi pekerjaan EPCC melalui kurva
S. Dalam pelaksanaan realisasi pekerjaan EPCC yang dilakukan oleh pelaksana PT
Barata mengalami perubahan atau addendum kontrak yaitu perubahan jangka waktu
pekerjaan yang semula 562 hari menjadi 732 hari, atau pekerjaan yang semula harus
selesai tanggal 19 Juni 2015 menjadi tanggal 30 Desember 2015, sehingga atas
perubahan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan tersebut PT Indah Karya Persero
selaku pihak Managemen Konstruksi juga mengalami perubahan karena realisasi
pekerjaannnya mengikuti kemajuan fisik pekerjaan EPCC, namun surat perjanjian
Managemen Konstruksi PT Indah Karya Persero perihal perpanjangan jangka waktu
pekerjaan tersebut belum didukung dengan addendum, karena dari pihak Perum
Perhutani masih dalam tahap menyusun konsep addendum. Atas permasalahan
tersebut mengakibatkan pelaksanaan pekerjaan tidak sah karena tidak ada dasar untuk
melaksanakan pekerjaan.
Terhadap dokumen pembayaran beserta kegiatan yang tagihan pembayaran oleh PT
Indah Karya (Persero) tidak disertai rincian berupa bukti-bukti pengeluaran yang
sebenarnya dikeluarkan penyedia jasa atas pengeluaran-pengeluaran yang
sesungguhnya (at cost) mengakibatkan pembayaran sebesar Rp1.496.000.000,00
(Rp1.076.000.000,00+ Rp420.000.000,00) diragukan kebenarannya, Pembayaran
hanya berdasarkan progress pelaksanaan EPCC, tidak berdasarkan penugasan
masing-masing para ahli, serta kelebihan bayar realisasi pelaksanaan dua tenaga ahli
dan biaya sewa rumah keseluruhannya senilai Rp182.000.000,00
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Addendum I Surat Perjanjian nomor 06//SP/DIR/2013 tanggal 17 Juni 2013
perihal Konsultan Manajemen Konstruksi Engineering Procurement
Construction (EPC) Pembangunan Pabrik Sagu di Papua Tahun 2013 antara
Perum Perhutani dengan PT Indah Karya (Persero) Nomor 6/ADD/SP/Dir/2014
tanggal 28 Januari 2014 pada pasal 6 yang menyatakan:
1) Jangka waktu dapat berubah mengikuti lamanya pekerjaan Jasa Engineering
Procurement Construction dan Commisioning (EPCC) Pembangunan Pabrik
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 159
sagu di Papua Tahun 2013-2014 dengan dibuatkan Addendum perubahan
waktu dan biaya;
b. Kerangka Acuan Kerja (KAK) jasa konsultan managemen konstruksi
Pembangunan Pabrik Sagu di Papua Tahun 2013 pada angka X A.1) Keluaran
yang menyebutkan Keluaran yang diminta dari konsultan manajemen konstruksi
berdasarkan Kerangka acuan kerja ini adalah Program Kerja, alokasi tenaga dan
konsepsi pekerjaan managemen konstruksi;
c. Surat Keputusan Perum Perhutan Nomor: 400/KPTS/DIR/2009 tanggal 10 Juli
2009 perihal Ketentuan Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Direksi , Dewan
Pengawas dan Karyawan Perum Perhutani pasal 10 pada:
1) Ayat (2) yang menyatakan apabila perjalanan dinas tidak dilaksanakan
sesuai yang tertera dalam SPPD yang dibuktikan dengan penyerahan
tiket/boarding pass dari sarana transportasi yang digunakan maka kelebihan
atau kekurangan uang saku tersebut harus dikembalikan atau dibayarkan pada
saat dilakukan pertanggungjawaban;
2) Ayat (5) a. Komponen Biaya perjalanan Dinas yang menyebutkan Biaya
perjalanan dinas yang ditanggung perusahaan meliuti Biaya transportasi dari
dank e tempat tujuan dinas dengan fasilitas at cost;
d. Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani tentang Pedoman Persyaratan dan Tata
cara Penerimaan /Pembayaran Nomor 100/kpts/Dir/2012 tanggal 30 Januari
2012 pada pasal 15 Persyaratan Surat Bukti Pembayaran pada:
1) Ayat (1) g. yang menyebutkan Pembayaran kepada lebih dari 1 orang harus
dilampiri Lampiran Daftar Pembayaran, Lampiran 3.1;
2) Ayat (1) h. yang menyatakan Pembayaran upah tenaga borong.outsourching,
harus dilampiri Daftar Hadir , Lampiran 3.2.
Hal tersebut mengakibatkan:
a. Pengeluararan tanpa bukti pertanggungjwaban yang memeadai sebesar
Rp1.496.000.000,00 atas realisasi pembayaran pekerjaan manajemen konstruksi
yang diragukan kebenarannya;
b. Terjadi Indikasi pembayaran yang tidak perlu senilai Rp182.000.000,00; dan
c. Pelaksanaan perpanjangan waktu pekerjaan Konsultan Manajemen Konstruksi
Engineering Procurement Construction (EPC) Pembangunan Pabrik Sagu di
Papua Tahun 2013 tidak sah karena tidak ada dasar untuk melaksanakan
pekerjaan;
Hal tersebut disebabkan:
a. Direktur SDM dan Umum Perum Perhutani sebagai pihak yang melakukan
perikatan dalam merealisasikan Pembangunan Pabrik Sagu Di Papua Tahun 2013
lalai dan tidak mempedomani peraturan yang berlaku; dan
b. Ketua Tim Project Managemen Unit (PMU) Pembangunan Pabrik Sagu Di Papua
Tahun 2013 lalai dalam mengendalikan pelaksanaan kontrak pekerjaan.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 160
Perum Perhutani menjelaskan bahwa:
a. Kelengkapan dokumen pembayaran dan kelengkapan pendukung seperti : daftar
hadir, realisasi biaya perjalanan domistik dan allowance tenaga ahli serta
mobilisasi & demobilisasi field team akan dimintakan ke Pihak MK.
b. Tidak ada kelebihan/double bon bayar realisasi pelaksanaan dua tenaga ahli dan
biaya sewa rumah keseluruhannya senilai Rp182.000.000,00, yaitu satu tenaga
ahli Managemen Konstruksi (MK) dan satu tenaga ahli Quality Inssurance yang
seharusnya dalam RAB masing-masing tenaga ahli sekaligus sebagai unsur
tenaga MK serta sebagai Quality Inssurance yang sudah termasuk dalam bagian
sebagai tenaga ahli senilai Rp168.000.000,00, dan terdapat kelebihan bayar Sewa
rumah untuk Field Team senilai Rp. 14.000.000,00 dikarenakan dalam hal
pembayaran Perum Perhutani kepada Konsultan MK adalah berdasarkan
kesepakatan dalam kontrak/perjanjian kedua belah pihak, dimana pembayaran
dilakukan mengikuti progres kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
kontraktor pelaksana berdasarkan berita acara lapangan.
c. Saran/masukan BPK-RI akan menjadikan perhatian untuk perbaikan ke depan.
BPK RI tidak sependapat dengan penjelasan Direksi Perum Perhutani, yang
dinyatakan dalan kontrak manajemen konstruksi adalah untuk menjamin kualitas dan
kuantitas yang akan dihasilkan oleh pelaksana dan dinilai oleh konsultan penilai.
Artinya setiap tenaga ahli dari konsultan penilai yang ditugaskan pada proyek
pembangunan pabrik sagu adalah Quality Insurance yang benar-benar untuk menilai
baikkualitas maupun kuantitas barang ato pekerjaan yang telah selesai dikerjakan
oleh kontraktor pelaksana. Contoh Ahli Struktur maka hasil yang harus disampaikan
oleh ahli struktur adalah nilai kualitas maupun kuantitas yang menurut keahliannya
telah sesuai atau tidak sesuai. Tidak ada satupun di Indonesia ini ada ahli Quality
Insurance.
BPK-RI merekomendasikan agar Direksi Perum Perhutani:
a. Membuat pertanggungjawaban kepada Menteri BUMN atas pembayaran
pelaksanakan pekerjaan jasa Konsultan yang tidak dipertanggungjawabkan
Rp1.496.000.000,00 sebagaimana mestinya.
b. Menarik kembali pengeluaran yang tidak perlu kepada Konsultan Manajemen
sebesar Rp182.000.000,00.
c. Mereviu kontrak jasa konsultan tentang hak dan kewajiban para pihak sesuai
dengan kontrak yang telah disepakati, mengacu kepada ketentuan yang lebih
tinggi.
4. Investasi pekerjaan jasa EPC dan commisioning pembangunan Pabrik Sagu
Papua tidak tepat dibebankan pada biaya produksi sebesar Rp24.672.249.786,00
Pada tahun 2012, Perum Perhutani memperoleh penugasan khusus dari Menteri
Negara BUMN untuk pelaksanaan pengembangan industri sagu berdasarkan Surat
Meneg BUMN Nomor S-90/MBU/2012 tanggal 29 Februari 2012. Untuk
mewujudkan penugasan dalam rangka percepatan pembangunan Indonesia Bagian
Timur terutama Provinsi Papua Barat tersebut, Perum Perhutani melaksanakan
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 161
pembangunan pabrik sagu di Papua pada tahun 2013. Pelaksanaan pekerjaan
dilakukan oleh PT Barata Indonesia (Persero) berdasarkan Surat Perjanjian nomor
24/SP/DIR/2013 tanggal 4 Desember 2013 perihal Pekerjaan Engineering
Procurement Construction (EPC) & Comisioning Pembangunan Pabrik Sagu di
Papua Tahun 2013 antara Perum Perhutani dengan PT Barata Indonesia (Persero).
Pekerjaan EPC dan Commisioning Pembangunan Pabrik Sagu di Papua tahun 2013
dianggarkan senilai Rp126.759.000.000,00 dan telah dilaksanakan oleh PT Barata
Indonesia (Persero) dengan realisasi keuangan senilai Rp104.701.987.201,00 (tidak
termasuk PPN) dengan rincian sebagaimana tercantum pada tabel 3.65.
Tabel 3.65. Realisasi Pembayaran Pekerjaan EPC dan Commisioning Pembangunan Pabrik Sagu di Papua
No No. Bukti
Pembayaran Tanggal Uraian
Nilai (tidak termasuk
PPN)
1 BK 088/12/2013 18 Desember 2013 Uang Muka Pekerjaan EPC Pabrik Sagu ke PT Barata 20.213.600.000,00
2 BK 118/07/2014 18 Juli 2014 Pemby. I Pek. Pabrik Sagu di Papua 7.412.135.091,00
3 BK 065/09/2014 15 September 2014 Thp II Pek. Jasa Enginering % Pembangunan Pabrik Sagu 11.480.113.710,00
4 BK 022/11/2014 3 November 2014 Thp III Pek. Jasa EPC & Commisioning Pemb. Pabrik Sagu 14.697.885.760,00
5 BK 190/12/2014 30 Desember 2014 Thp IV Pek. Jasa EPC & Commisioning Pemb. Pabrik Sagu 24.672.249.786,00
6 BK 007/06/2015 3 Juni 2015 Pembyr ke 5 Pek Jasa EPC dan Commisioning Pabrik Sagu 26.226.002.854,00
Jumlah 104.701.987.201,00
Realisasi pembayaran tersebut menggunakan anggaran pada Kantor Pusat Perum
Perhutani. Hasil pemeriksaan secara uji petik atas realisasi pembayaran Pekerjaan
EPC dan Commisioning Pembangunan Pabrik Sagu di Papua menunjukan bahwa
Perum Perhutani melakukan pembayaran termin ke-IV sebesar Rp24.672.249.786,00
(tidak termasuk PPN) atas pekerjaan jasa EPC dan Commisioning Pembangunan
Pabrik Sagu kepada PT Barata Indonesia dengan menggunakan biaya produksi sesuai
dengan bukti keuangan BK No.190/12/2014 tanggal 30 Desember 2014. Pembayaran
tersebut tidak dicatat ke dalam akun aset dalam penyelesaian, namun dibebankan ke
dalam biaya produksi yaitu akun gaji dan tunjangan (kode rekening 54.19.11).
Pekerjaan jasa EPC dan Commisioning Pembangunan Pabrik Sagu tersebut
merupakan kegiatan investasi yang seharusnya dicatat sebagai penambahan aset.
Dalam Voucher No Register 801.01685 yang ditandatangani pengguna anggaran dan
bendahara umum diketahui terdapat kode rekening yang digunakan oleh Bagian
Keuangan sebagai dasar untuk melakukan pembukuan atau pencatatan dalam jurnal
buku harian.pekerjaan Pembangunan Pabrik Sagu.
Dalam Keputusan Direksi Perum Perhutani No. 100/Kpts/Dir/2012 tanggal 30 Januari
2012 tentang Pedoman Persyaratan dan Tata Cara Penerimaan Pembayaran Pasal 19
Ayat (1) dinyatakan bahwa Surat bukti pembayaran dikoreksi oleh Korektor yang
ditunjuk/ditetapkan Pimpinan Unit Kerja setempat, mengenai syarat-syarat sahnya
surat bukti, baik dasar-dasar tagihan, surat persetujuan, tarif, volume perhitungan
nilai uang, penerima uang yang berhak, pajak, meterai, pemberian nomer rekening,
nomer kegiatan (Uang Muka) dan lain-lain.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-36/PJ/2011 tentang Pengenaan Pajak
Bumi dan Bangunan Sektor Perhutanan Pasal 1 Angka 13, menyatakan bahwa
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 162
biaya produksi adalah seluruh biaya langsung yang terkait dengan kegiatan
produksi hasil hutan, sampai di log ponds/log yards untuk hasil hutan kayu atau
sampai di tempat pengumpulan lain untuk hasil hutan bukan kayu pada Hutan
Alam.
b. Keputusan Direksi Perum Perhutani No.817/KPTS/DIR/2013 tentang Kebijakan
Akuntansi Pada Perum Perhutani Huruf d Angka 01, menyatakan bahwa aset
tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan
dibangun lebih dulu, dimiliki untuk digunakan dalam operasi dan tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan usaha, mempunyai umur
manfaat lebih dari satu periode, dan layak dikapitalisasi.
c. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.23/Menhut-II/2012
Tentang Pedoman Pelaporan Keuangan Pengelolaan Hutan Pada Perum Perhutani
pada Penjelasan Komponen Utama Laporan Posisi Keuangan Angka (6) Aset
Tetap, menyatakan bahwa Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam
bentuk siap pakai, baik melalui pembelian maupun dibangun lebih dahulu, yang
digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun. Aset tetap dapat berupa :
(1) Pemilikan Langsung
Pos ini merupakan aset tetap yang siap pakai, transaksinya telah selesai, dan
menjadi hak perusahaan secara hukum. Aset ini dicatat sebesar biaya
perolehan.
(2) Aset Sewa
Pos ini merupakan aset tetap yang diperoleh melalui transaksi sewa yang
memenuhi kriteria sewa pembiayaan (finance lease). Aset sewa dicatat
sebesar nilai kini (present value) dari seluruh pembayaran sewa minimum
atau nilai wajar aset sewaan, mana yang lebih rendah dan disajikan setelah
dikurangi akumulasi penyusutan.
(3) Aset dalam Penyelesaian
Pos ini merupakan aset yang masih dalam proses pembangunan dan belum
siap untuk digunakan, serta dimaksudkan untuk dipergunakan oleh
perusahaan dalam kegiatan usahanya. Aset ini dicatat sebesar biaya yang
telah dikeluarkan.
Hal tersebut mengakibatkan Biaya produksi Tahun 2014 lebih saji (overstated)
sebesar Rp24.672.249.786,00 dan nilai aset dalam penyelesaian per 31 Desember
2014 kurang saji (understated) sebesar Rp24.672.249.786,00.
Hal tersebut disebabkan:
a. Bagian Keuangan tidak cermat dalam pemberian kode/nomor rekening pada surat
bukti pembayaran termin ke-IV atas pekerjaan jasa EPC dan Commisioning
Pembangunan Pabrik Sagu
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 163
b. Bagian Keuangan yang tidak cermat dalam melakukan pencatatan kode rekening
atas transaksi pembayaran termin ke-IV atas pekerjaan jasa EPC dan
Commisioning Pembangunan Pabrik Sagu
c. Pengendalian dari Kepala Biro Keuangan maupun diresktur Keuangan masih
Lemah.
Perum Perhutani menjelaskan bahwa sependapat dengan BPK, untuk selanjutnya
akan ditindak lanjuti dengan KAP pada saat melakukan Audit Laporan Keuangan
tahun buku 2015, untuk melakukan jurnal koreksi atas kesalahan pembukuan.
No No. Bukti
Pembayaran Tanggal Uraian
Nilai (tidaktermasuk
PPN)
1 BK 088/12/2013 18 Desember 2013 Uang Muka Pekerjaan EPC Pabrik Sagu ke
PT Barata
20.213.600.000,00
2 BK 118/07/2014 18 Juli 2014 Pemby. I Pek. Pabrik Sagu di Papua 7.412.135.091,00
3 BK 065/09/2014 15 September 2014 Thp II Pek. Jasa Enginering % Pembangunan
Pabrik Sagu
11.480.113.710,00
4 BK 022/11/2014 3 November 2014 Thp III Pek. Jasa EPC & Commisioning Pemb.
PabrikSagu
14.697.885.760,00
5 BK 190/12/2014 30 Desember 2014 Thp IV Pek. Jasa EPC &CommisioningPemb.
PabrikSagu
24.672.249.786,00 **
6 BK 007/06/2015 3 Juni 2015 Pembyrke 5 PekJasa EPC
danCommisioningPabrikSagu
26.226.002.854,00
Jumlah 104.701.987.201,00
** akan dijurnal kembali dan menjadi beban biaya Investasi.
BPK-RI merekomendasikan agar Direksi Perum Perhutani melalui:
a. Direktur Keuangan memerintahkan Kepala Biro Keuangan dan Bagian Keuangan
untuk lebih cermat dan teliti dalam pemberian kode/nomor rekening pada surat
bukti pembayaran termin ke-IV atas pekerjaan jasa EPC dan Commisioning
Pembangunan Pabrik Sagu termasuk pencatatan kode rekening atas transaksi
pembayaran termin ke-IV atas pekerjaan jasa EPC dan Commisioning
Pembangunan Pabrik Sagu
b. Direktur Keuangan secara berjenjang ke Kepala Biro Keuangan dan Kepala
Bagian Keuangan untuk meningkatkan pengendalian melalui monitoring dan
pengawasan yang optimal dalam pelaporan keuangan atas pencatatan yang tidak
tepat.
5. Jenis perikatan lumpsum dalam perjanjian pekerjaan jasa konsultan
manajemen konstruksi senilai Rp3.587.285.900,00 kurang melindungi
kepentingan Perum Perhutani
Perum Perhutani pada tahun 2011 melakukan pengadaan Jasa Konsultan Manajemen
Konstruksi (MK). Pengadaan jasa konsultan MK ini dilakukan Perum Perhutani
sehubungan dengan investasi pekerjaan EPC Pembangunan Pabrik Derivat
Gondorukem dan Terpentin (PDGT) yang akan dilakukan Perum Perhutani di
Pemalang. Berdasarkan Nota Dinas dari Direktur Utama kepada Direktur SDM dan
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 164
Umum Nomor 687A/ND/CSLH/2011 tanggal 21 November 2011 diketahui bahwa
Proses pengadaan Jasa Konsultan MK dilakukan dengan mekanisme Penunjukan
Langsung. Lebih lanjut berdasarkan Nota Dinas No. 616/UM/2011 tanggal 21
November 2011, proses pengadaan Jasa Konsultan MK mulai diproses dengan
anggaran untuk biaya kegiatan tersebut sebesar + 3,9 milyar dengan beban rekening
No.14.32.12 RKAP Tahun 2011, 2012, dan 2013 (Multi Years). Adapun rekanan
yang diundang untuk mengajukan proposal penawaran harga jasa konsultan MK
berdasarkan surat undangan Nomor:534a/004.1/Um/Dir tanggal 22 November 2011
adalah PT Indah Karya.
Berdasarkan Surat PT Indah Karya Nomor. K.6/13/13/XII/2011 tanggal 24
November 2011 diketahui bahwa harga penawaran yang diajukan sehubungan dengan
jasa konsultan MK adalah sebesar Rp4.104.900.000,00 (termasuk PPN 10% dan
pajak lain yang berlaku) dengan jangka waktu 540 hari (Tabel 3.66).
Tabel 3.66. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Manajemen Konstruksi Jasa Rekayasa, Pengadaan,
dan Konstruksi Pabrik Derivat Gondorukem & Terpentin di Pemalang TA 2011/2012
No Uraian Harga (Rp)
I. Biaya Langsung Personil
a. Tenaga Ahli 1.600.000.000,00
b. Asisten Ahli 1.085.000.000,00
c. Tenaga Pendukung 431.500.000,00
Sub Jumlah I 3.116.500.000,00
II. Biaya Langsung Non Personil
a. Operasional & Peralatan Kantor 64.400.000,00
b. Komunikasi & kurir 48.450.000,00
c. Alat tulis & bahan habis 28.000.000,00
d. Pelaporan 77.550.000,00
e. Akomodasi & Transportasi 267.750.000,00
f. Perjalanan Domestik & Allowance 45.000.000,00
g. Mobilisasi & Demobilisasi Field Team 84.100.000,00
Sub Jumlah II 615.250.000,00
Jumlah 3.731.750.000,00
PPN 10% 373.175.000,00
Total 4.104.925.000,00
Pembulatan 4.104.900.000,00
Berdasarkan Berita Acara Pemasukan, Pembukaan, Klarifikasi dan Negosiasi Harga
yang dilaksanakan pada tanggal 25 November 2011 telah dilakukan klarifikasi dan
negosiasi harga sehingga tercapai harga yang disepakati sebesar Rp3.587.285.900,00
termasuk PPn 10% dan pajak lain yang berlaku.
Pada tanggal 6 Desember 2012 para pihak (Perum Perhutani dan PT Indah Karya)
menandatangani Perjanjian Pekerjaan Jasa Konsultan Manajemen Konstruksi (MK)
Pekerjaan Engineering Procurement Construction (EPC) Pembangunan PDGT di
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 165
Pemalang No. 37/SP/DIR/2011. Adapun isi perjanjian Jasa Konsultan Manajemen
Konstruksi antara lain dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Ruang lingkup pekerjaan meliputi tahap pra-konstruksi dan tahap konstruksi
dimana pada tahap konstruksi dibagi lagi menjadi tahap evaluasi hasil
perencanaan (engineering), tahap pengadaan peralatan (procurement), dan tahap
pelaksanaan (construction);
b. Perum Perhutani berhak memperoleh jaminan tersedianya petugas yang
memenuhi kualifikasi dan kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan dan PT
Indah Karya berkewajiban menyediakan tim pelaksana pekerjaan yang memenuhi
kualifikasi dan kompetensi untuk melaksankan pekerjaan;
c. Nilai kontrak sebesar Rp3.587.285.900,00 termasuk PPn 10% dan pajak-pajak
yang berlaku. Harga pekerjaan tersebut adalah harga tetap (lumpsum fixed price);
d. Cara pembayaran harga/nilai kontrak dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Pembayaran ke I sebesar 10% dari nilai kontrak atau sebesar
Rp358.728.590,00 termasuk PPn 10% dibayarkan setelah PT Indah Karya
mendampingi Perum Perhutani dalam Pelaksanaan Pelelangan Terbuka dan
telah diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) serta menyerahkan
Laporan Tahapan Pelelangan sebanyak 3 (tiga) eksemplar;
2) Pembayaran ke-II dan seterusnya mengikuti tahapan pembayaran pekerjaan
EPC Pembangunan Pabrik Derivat Gondorukem dan Terpentin di Pemalang.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut secara uji petik terhadap dokumen pembayaran jasa
MK tahap V diketahui hal-hal sebagai berikut.
a. Pembayaran dilakukan berdasarkan kemajuan pekerjaan EPC periode 15 Oktober
2012 sampai dengan 6 Januari 2013 yang didasarkan Berita Acara Lapangan;
b. Berdasarkan Berita Acara Lapangan Progress Termijn ke-4 yang ditandatangani
oleh PT Rekayasa Industri dan Manajemen Konstruksi diketahui bahwa
kemajuan pekerjaan EPC periode 15 Oktober 2012 sampai dengan 06 Januari
2013 telah mencapai 48,27% dimana mengalami peningkatan 17,04 % dari
periode sebelumnya yaitu 31,23%.
c. Atas kemajuan pekerjaan sebesar 17,04% tersebut, dibayarkan jasa konsultan MK
sebesar Rp611.273.517,36 (17,04% x 3.587.285.900,00).
d. Dalam dokumen pendukung pembayaran tidak terdapat adanya dokumen berupa
absensi atau bukti kehadiran personil Manajemen Konstruksi dalam periode 15
Oktober 2012 sampai dengan 6 Januari 2013.
Berdasarkan uraian pemeriksaan terhadap dokumen pembayaran tahap V Jasa
Konsultan MK sebagaimana yang diuraikan diatas diketahui bahwa pembayaran
hanya didasarkan pada Berita Acara Lapangan sebagai syarat untuk mengajukan
tagihan tanpa adanya dokumen pendukung berupa absensi sebagai bukti kehadiran
MK di lokasi pekerjaan. Hal ini dikarenakan jenis kontrak yang dipilih oleh Perum
Perhutani adalah kontrak lumpsum. Berdasarkan pasal 51 ayat (1) Peraturan Presiden
No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah diketahui bahwa
kontrak lumpsum merupakan kontrak pengadan barang/jasa atas penyelesaian seluruh
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 166
pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dengan
ketentuan sebagai berikut.
a. Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga;
b. Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa;
c. Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai
dengan isi kontrak;
d. Sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based);
e. Total harga penawaran bersifat mengikat; dan
f. Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.
Penggunaan jenis kontrak lumpsum terkait jasa konsultan Manajemen Konstruksi di
atas kurang melindungi kepentingan Perum Perhutani dengan pertimbangan sebagai
berikut.
a. Perum Perhutani tidak dapat memperoleh kepastian kinerja atas masing-masing
personel dari Manajemen Konstruksi baik Tenaga Ahli, Asissten Tenaga Ahli dan
Tenaga Pendukung. Hal ini dikarenakan penagihan yang dilakukan oleh PT Indah
Karya mengikuti progress pekerjaan EPC yang dibuktikan dengan Berita Acara
Lapangan tanpa adanya absensi maupun bukti kehadiran personel MK di Lokasi
Pekerjaan EPC. Hal tersebut kurang melindungi Perum Perhutani karena
berdasarkan kontrak atau perjanjian jasa konsultan MK, Perum Perhutani berhak
memperoleh jaminan atas tersedianya petugas yang memenuhi kualifikasi dan
kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan dan PT Indah Karya berkewajiban
menyediakan tim pelaksana pekerjaan yang memenuhi kualifikasi dan
kompetensi untuk melaksankan pekerjaan.
b. Harga atau nilai kontrak jasa Konsultan MK dibentuk berdasarkan penawaran
yang terdiri dari biaya langsung personil dan biaya tidak langsung personil.
Dimana biaya langsung personil ditentukan atau dihitung berdasarkan jumlah
orang, lamanya penugasan dan billing rate. Dengan demikian pembayaran jasa
konsultan MK yang tidak didukung dengan absensi atau kehadiran personel MK
di lokasi pekerjaan mengakibatkan kepentingan Perum Perhutani kurang
terlindungi.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 07/PRT/M/2011 tentang Standar
dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi pasal 9 ayat
(3) yang menyatakan bahwa kontrak pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi
dapat menggunakan:
1) Kontrak Lump Sum, Harga satuan, Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan
untuk pekerjaan tunggal atau terintegrasi.
2) Kontrak Lump Sum Jasa Konsultansi didasarkan atas produk/keluaran (output
based) yang harus dihasilkan konsultan sesuai dengan Kerangka Acuan
Kerja/TOR. Jenis pekerjaan pada kelompok ini yaitu feasibility study, design,
study,evaluasi, kajian, telaah, pedoman, petunjjuk, produk hukum, sertifikasi,
dan lainnya.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 167
Kontrak Harga Satuan Jasa Konsultansi didasarkan atas input (tenaga ahli
dan biaya-biaya langsung terkait termasuk perjalanan dinas) yang harus
disediakan konsultan (input based) untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan Kerangka Acuan Kerja/TOR. Jenis pekerjaan pada kelompok ini
yaitu supervisi/pengawasan pekerjaan fisik, monitoring dan evaluasi,
manajemen kontrak, survey, dan lainnya.
b. Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-05/MBU/2008 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-
15/MBU/2012 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
BUMN
3) Pasal 2 yang menyatakan bahwa pengadaan barang dan jasa wajib
menerapkan prinsip-prinsip antara lain sebagai berikut.
c) Efisien, berarti pengadaan barang dan jasa harus diusahakan untuk
mendapatkan hasil yang optimal dan terbaik dalam waktu yang cepat
dengan menggunakan kemampuan seminimal mungkin secara wajar dan
bukan hanya didasarkan pada harga terendah;
d) Efektif, berarti pengadaan barang dan jasa harus sesuai dengan
kebutuhan yang telah ditetapkan dan memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.
4) Pasal 11 ayat (2) yang menyatakan bahwa kontrak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tetap harus mengindahkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance) serta prinsip kehati-hatian dalam pengambilan
keputusan bisnis (business judgement rule);
Hal tersebut tersebut mengakibatkan Perum Perhutani tidak dapat mengetahui secara
pasti kinerja masing-masing personel Manajemen Konstruksi sesuai dengan
penawaran yang diajukan PT Indah Karya.
Hal tersebut disebabkan karena Direksi Perum Perhutani kurang cermat dalam
membuat perjanjian pekerjaan jasa konsultan Manajemen Konstruksi (MK) Pekerjaan
Engineering Procurement Construction (EPC) Pembangunan PDGT di Pemalang.
Perum Perhutani menjelaskan bahwa Direksi Perum Perhutani memandang bahwa
pada dasarnya Pembangunan Pabrik Derivat Gondorukem dan Terpentin di Pemalang
menggunakan skema EPC&C. Meski tertuang dalam 2 buah Perjanjian, akan tetapi
tetap memiliki benang merah /saling keterkaitan yang erat, dengan penjelasan :
a. Sebagaimana tersebut dalam Kontrak Perjanjian EPC nomor: 05/SP/DIR/2012
tanggal 13 Februari 2012, ayat (4) PIHAK KEDUA akan melaksanakan
commissioning terhadap hasil pekerjaan atas biaya PIHAK KESATU yang akan
diatur tersendiri…dst
b. Upaya pencairan Jaminan Pemeliharaan EPC, adalah akibat pekerjaan
Commissioning yang dilaksanakan oleh Rekind dianggap kurang berhasil.
Terlampir surat-menyurat antara Perum Perhutani dan PT Rekind terkait dengan
upaya pencairan tsb.
Auditorat Keuangan Negara VII.C | 168
c. Berdasarkan kesepakatan bersama antara PT Rekayasa Industri dan Perum
Perhutani tgl 22 Desember 2015, Rekind menyetujui penggantian Jaminan
Pemeliharaan dengan Uang Tunai. Dengan adanya Kesepakatan bersama
tersebut, berarti Rekind juga menerima bahwa EPC&C PDGT Pemalang masih
merupakan satu kesinambungan.
Meski demikian Direksi Perum Perhutani menyikapi positif atas hasil temuan BPK
ini dan aklan menjadi perhatian dalam penyusunan Perjanjian Kontrak EPCC
selanjutnya.
BPK-RI merekomendasikan agar Direksi Perum Perhutani:
a. Mempertanggungjawabkan hal tersebut kepada Menteri BUMN karena tidak
dapat mengetahui secara pasti kinerja masing-masing personel Manajemen
Konstruksi sesuai dengan penawaran yang diajukan PT Indah Karya dengan
alasan kontrak lumpsum; dan
b. Memintakan pertanggungjawaban kepada personel Manajemen Konstruksi PT
Indah Karya dengan melaporkan bukti kinerjanya.
LAMPIRAN 1. DENDA KETERLAMBATAN JASA MAKLOON CV PRIMA MITRA TAHUN 2014
VOLUME
TANGGAL NOMOR M3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 5/9/2014 01/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 327.5600 174.2619 174.2619 1 01/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 6/11/2014 Papan,Kaso,Reng 47.2538 47.2538
2 02/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 6/11/2014 Papan,Kaso,Reng 72.5965 119.8503
3 03/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 6/27/2014 Papan,Kaso,Reng 68.9667 188.8170
2 5/15/2014 02/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 298.5700 158.8392 333.1012 4 04/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 6/27/2014 Papan,Kaso,Reng 102.8506 291.6676
5 05/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 7/15/2014 Papan,Kaso,Reng 68.9667 360.6343
3 5/24/2014 03/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 698.4900 371.5967 704.6978 6 06/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 7/15/2014 Papan,Kaso,Reng 15.0107 375.6450
7 07/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 7/21/2014 Papan,Kaso,Reng 50.8176 426.4626
8 08/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 7/21/2014 Papan,Kaso,Reng 29.5388 456.0014
9 09/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 8/11/2014 Papan,Kaso,Reng 68.9667 524.9681
10 10/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 8/15/2014 Papan,Kaso,Reng 137.9335 662.9016
4 5/24/2014 04/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 79.4100 42.2461 746.9440 11 11/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 8/15/2014 Papan,Kaso,Reng 68.9667 731.8683
5 5/24/2014 05/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 192.4800 102.3994 849.3433 12 12/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 8/22/2014 Papan,Kaso,Reng 134.3036 866.1719
6 6/1/2014 06/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 103.7900 55.2163 904.5596 13 13/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 8/22/2014 Papan,Kaso,Reng 65.6744 931.8463
7 6/2/2014 07/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 130.0200 69.1706 973.7302 14 14/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 8/22/2014 Papan,Kaso,Reng 65.3369 997.1832
8 6/2/2014 08/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 31.5600 16.7899 990.5202
9 6/10/2014 09/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 89.5400 47.6353 1,038.1554 15 15/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 9/5/2014 Papan,Kaso,Reng 68.9667 1,066.1499
10 6/17/2014 10/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 347.1400 184.6785 1,222.8339 16 16/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 9/24/2014 Papan,Kaso,Reng 116.1545 1,182.3044
11 6/17/2014 11/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 14.7200 7.8310 1,230.6650
12 6/17/2014 12/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 102.3500 54.4502 1,285.1152 17 17/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 9/24/2014 Papan,Kaso,Reng 108.8948 1,291.1992
13 6/24/2014 13/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 15.9800 8.5014 1,293.6165 18 18/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 9/24/2014 Papan,Kaso,Reng 7.1863 1,298.3855
14 6/25/2014 14/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 105.9400 56.3601 1,349.9766
15 7/1/2014 15/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 165.6600 88.1311 1,438.1077
16 7/1/2014 16/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 74.3100 39.5329 1,477.6406
17 7/1/2014 17/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 46.0200 24.4826 1,502.1233
18 7/14/2014 18/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 121.3200 64.5422 1,566.6655
19 7/15/2014 19/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 80.7000 42.9324 1,609.5979
20 7/17/2014 20/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 72.7800 38.7190 1,648.3169 19 19/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 9/24/2014 Papan,Kaso,Reng 362.9829 1,661.3684
21 7/17/2014 21/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 65.6300 34.9152 1,683.2320
22 7/26/2014 22/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 248.9300 132.4308 1,815.6628
23 7/26/2014 23/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 62.5800 33.2926 1,848.9554 20 20/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 10/17/2014 Papan,Kaso,Reng 154.6833 1,816.0517
24 7/26/2014 24/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 31.5200 16.7686 1,865.7240
25 8/15/2014 25/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 158.7900 84.4763 1,950.2003 21 21/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 10/27/2014 Papan,Kaso,Reng 230.1391 2,046.1908
26 8/16/2014 26/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 254.8700 135.5908 2,085.7911 22 22/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 11/11/2014 Papan,Kaso,Reng 89.5508 2,135.7416
23 23/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 11/17/2014 Papan,Kaso,Reng 10.5780 2,146.3196
27 9/1/2014 27/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 376.9400 200.5321 2,286.3232 24 24/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 11/24/2014 Papan,Kaso,Reng 99.4341 2,245.7537
28 9/1/2014 28/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 256.0200 136.2026 2,422.5258 25 25/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 12/12/2014 Papan,Kaso,Reng 145.5398 2,391.2935
29 9/1/2014 29/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 257.3700 136.9208 2,559.4467 26 26/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 12/19/2014 Papan,Kaso,Reng 274.2089 2,665.5024
30 9/16/2014 30/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 360.1100 191.5785 2,751.0252 27 27/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 12/26/2014 Papan,Kaso,Reng 134.7677 2,800.2701
31 9/16/2014 31/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 377.9600 201.0747 2,952.0999 28 28/BA.Penyerahan/Olahan/PKS.CV.Prima Mitra/2014 12/26/2014 Papan 147.2016 2,947.4717
32 9/16/2014 32/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 96.7400 51.4657 3,003.5656
33 9/27/2014 33/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 65.8400 35.0269 3,038.5925
34 9/27/2014 34/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 161.7800 86.0670 3,124.6594
35 9/27/2014 35/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014 13.9600 7.4267 3,132.0862
5,887.3800 3,132.0861 2,947.4717 JUMLAH BBI DAN HASIL RENDEMEN JUMLAH HASIL OLAHAN
Akumulasi
Rendemen NONO
BERITA ACARA PENYERAHAN BBIJUMLAH
KAYU LOG Rendemen
Seharusnya NOMOR TANGGAL M3
BERITA ACARA PENYERAHAN HASIL OLAHAN
JENIS PRODUKAkumulasi
Realisasi
Halaman 1 dari 2
TANGGAL NOMOR
1 2 3
1 5/9/2014 01/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
2 5/15/2014 02/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
3 5/24/2014 03/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
4 5/24/2014 04/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
5 5/24/2014 05/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
6 6/1/2014 06/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
7 6/2/2014 07/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
8 6/2/2014 08/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
9 6/10/2014 09/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
10 6/17/2014 10/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
11 6/17/2014 11/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
12 6/17/2014 12/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
13 6/24/2014 13/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
14 6/25/2014 14/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
15 7/1/2014 15/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
16 7/1/2014 16/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
17 7/1/2014 17/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
18 7/14/2014 18/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
19 7/15/2014 19/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
20 7/17/2014 20/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
21 7/17/2014 21/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
22 7/26/2014 22/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
23 7/26/2014 23/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
24 7/26/2014 24/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
25 8/15/2014 25/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
26 8/16/2014 26/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
27 9/1/2014 27/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
28 9/1/2014 28/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
29 9/1/2014 29/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
30 9/16/2014 30/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
31 9/16/2014 31/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
32 9/16/2014 32/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
33 9/27/2014 33/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
34 9/27/2014 34/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
35 9/27/2014 35/BAP.Penyerahan/IK/CV. Prima Mitra/2014
JUMLAH BBI DAN HASIL RENDEMEN
NO
BERITA ACARA PENYERAHAN BBI
18
94
0.05% 0.10% 0.15%
10 hari
pertama
10 hari
kedua
10 hari
ketiga dst
13 = 9 - 2 14 = 13-(15 hari) 16 16 17 18 19 20 =17+18+19 21 22 23 24 = 21+22+23 25 =16 x 20 x 24
33 18 81.9760 81.9760 0.50% 0.80% 0.00% 1.30% 461,507 294,728 15,125 771,360 822,029.10
33 18 125.9405 125.9405 0.50% 0.80% 0.00% 1.30% 461,507 294,728 15,125 771,360 1,262,891.03
49 34 119.6435 119.6435 0.50% 1.00% 2.10% 3.60% 461,507 294,728 15,125 771,360 3,322,375.57
43 28 178.7253 178.7253 0.50% 1.00% 1.20% 2.70% 461,507 294,728 15,125 771,360 3,722,261.78
52 37 119.8447 119.8447 0.50% 1.00% 2.55% 4.05% 461,507 294,728 15,125 771,360 3,743,958.02
52 37 34.6873 34.6873 0.50% 1.00% 2.55% 4.05% 461,507 294,728 15,125 771,360 1,083,634.03
58 43 117.4311 117.4311 0.50% 1.00% 3.45% 4.95% 461,507 294,728 15,125 771,360 4,483,791.84
58 43 68.2593 68.2593 0.50% 1.00% 3.45% 4.95% 461,507 294,728 15,125 771,360 2,606,298.44
79 64 159.3707 159.3707 0.50% 1.00% 6.60% 8.10% 461,507 294,728 15,125 771,360 9,957,506.84
83 68 318.7416 318.7416 0.50% 1.00% 7.20% 8.70% 461,507 294,728 15,125 771,360 21,390,213.29
83 68 79.4100 79.4100 0.50% 1.00% 7.20% 8.70% 461,507 294,728 15,125 771,360 5,329,071.69
90 75 192.4800 192.4800 0.50% 1.00% 8.25% 9.75% 461,507 294,728 15,125 771,360 14,475,958.85
82 67 103.7900 103.7900 0.50% 1.00% 7.05% 8.55% 461,507 294,728 15,125 771,360 6,845,083.35
81 66 130.0200 130.0200 0.50% 1.00% 6.90% 8.40% 461,507 294,728 15,125 771,360 8,424,547.08
95 80 31.560 31.5600 0.50% 1.00% 9.00% 10.50% 461,507 294,728 15,125 771,360 2,556,132.77
87 72 89.540 89.5400 0.50% 1.00% 7.80% 9.30% 461,507 294,728 15,125 771,360 6,423,284.42
99 84 347.140 347.1400 0.50% 1.00% 9.60% 11.10% 461,507 294,728 15,125 771,360 29,722,460.05
99 84 14.720 14.7200 0.50% 1.00% 9.60% 11.10% 461,507 294,728 15,125 771,360 1,260,340.53
99 84 102.350 102.3500 0.50% 1.00% 9.60% 11.10% 461,507 294,728 15,125 771,360 8,763,305.26
92 77 15.9800 15.9800 0.50% 1.00% 8.55% 10.05% 461,507 294,728 15,125 771,360 1,238,796.45
91 76 105.9400 105.9400 0.50% 1.00% 8.40% 9.90% 461,507 294,728 15,125 771,360 8,090,069.96
85 70 165.6600 165.6600 0.50% 1.00% 7.50% 9.00% 461,507 294,728 15,125 771,360 11,500,514.78
85 70 74.3100 74.3100 0.50% 1.00% 7.50% 9.00% 461,507 294,728 15,125 771,360 5,158,778.54
85 70 46.0200 46.0200 0.50% 1.00% 7.50% 9.00% 461,507 294,728 15,125 771,360 3,194,818.85
72 57 121.3200 121.3200 0.50% 1.00% 5.55% 7.05% 461,507 294,728 15,125 771,360 6,597,488.36
71 56 80.7000 80.7000 0.50% 1.00% 5.40% 6.90% 461,507 294,728 15,125 771,360 4,295,163.89
69 54 72.7800 72.7800 0.50% 1.00% 5.10% 6.60% 461,507 294,728 15,125 771,360 3,705,212.33
92 77 65.6300 65.6300 0.50% 1.00% 8.55% 10.05% 461,507 294,728 15,125 771,360 5,087,747.86
83 68 248.9300 248.9300 0.50% 1.00% 7.20% 8.70% 461,507 294,728 15,125 771,360 16,705,274.10
83 68 62.5800 62.5800 0.50% 1.00% 7.20% 8.70% 461,507 294,728 15,125 771,360 4,199,638.67
93 78 31.520 31.5200 0.50% 1.00% 8.70% 10.20% 461,507 294,728 15,125 771,360 2,479,953.25
73 58 158.790 158.7900 0.50% 1.00% 5.70% 7.20% 461,507 294,728 15,125 771,360 8,818,866.32
87 72 227.9445 227.9445 0.50% 1.00% 7.80% 9.30% 461,507 294,728 15,125 771,360 16,351,936.07
77 62 26.9255 26.9255 0.50% 1.00% 6.30% 7.80% 461,507 294,728 15,125 771,360 1,620,001.79
84 69 376.940 376.9400 0.50% 1.00% 7.35% 8.85% 461,507 294,728 15,125 771,360 25,731,944.80
102 87 256.020 256.0200 0.50% 1.00% 10.05% 11.55% 461,507 294,728 15,125 771,360 22,809,354.32
109 94 257.370 257.3700 0.50% 1.00% 11.10% 12.60% 461,507 294,728 15,125 771,360 25,014,140.32
101 86 360.110 360.1100 0.50% 1.00% 9.90% 11.40% 461,507 294,728 15,125 771,360 31,666,287.25
101 86 377.960 377.9600 0.50% 1.00% 9.90% 11.40% 461,507 294,728 15,125 771,360 33,235,927.72
373,697,059.57 JUMLAH DENDA
Biaya
Angkut dan
Pengolahan
per m3 BBI
Keuntungan
(2%)
Nilai Pengenaan
Denda Per m3
BBI
Nilai DendaKeterlambatan
HariJumlah BBI Jumlah BBI
Denda per hari
Jumlah Denda Nilai BBI
Per m3
Jk Waktu
Penyelesaian
Halaman 2 dari 2
LAMPIRAN 2. DENDA KETERLAMBATAN JASA MAKLOON PT QUARTINDO SEJATI TAHUN 2014
VOLUME
(M³) GF PB PB
1 2 3 4 5 6 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 3/19/2014 01/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 24.2900 4.6151 0.243 0.2429 4.8580 4.8580
2 3/23/2014 02/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 24.1500 4.5885 0.242 0.2415 4.8300 9.6880
3 3/23/2014 03/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 26.2600 4.9894 0.263 0.2626 5.2520 14.9400 1 01/BAST- FP/KSP/PT.QSF/2014 5/16/2014 FP Garden Furniture 14.0600 14.0600
4 3/24/2014 04/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 24.6800 4.6892 0.247 0.2468 4.9360 19.8760
5 3/26/2014 05/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 19.8100 3.7639 0.198 0.1981 3.9620 23.8380 2 02/BAST- FP/KSP/PT.QSF/2014 5/16/2014 FP Garden Furniture 13.9485 28.0085
6 3/28/2014 06/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 26.4300 5.0217 0.264 0.2643 5.2860 29.1240
7 3/28/2014 07/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 19.0900 3.6271 0.191 0.1909 3.8180 32.9420
8 3/28/2014 08/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 26.6600 5.0654 0.267 0.2666 5.3320 38.2740 3 03/BAST- FP/KSP/PT.QSF/2014 5/24/2014 FP Garden Furniture 13.0359 41.0444
9 3/29/2014 09/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 16.6000 3.1540 0.166 0.1660 3.3200 41.5940
10 3/29/2014 10/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 13.9700 2.6543 0.140 0.1397 2.7940 44.3880
11 3/29/2014 11/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 22.0200 4.1838 0.220 0.2202 4.4040 48.7920 4 04/BAST- FP/KSP/PT.QSF/2014 7/10/2014 FP Garden Furniture 11.4538 52.4982
12 4/3/2014 12/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 25.3800 4.8222 0.254 0.2538 5.0760 53.8680
13 4/4/2014 13/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 24.0100 4.5619 0.240 0.2401 4.8020 58.6700 5 05/BAST- FP/KSP/PT.QSF/2014 7/10/2014 FP Garden Furniture 8.0651 60.5633
14 4/5/2014 14/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 16.0600 3.0514 0.161 0.1606 3.2120 61.8820
15 4/5/2014 15/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 24.0400 4.5676 0.240 0.2404 4.8080 66.6900
16 4/6/2014 16/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 14.4700 2.7493 0.145 0.1447 2.8940 69.5840 6 06/BAST- FP/KSP/PT.QSF/2014 9/10/2014 FP Garden Furniture 11.0923 71.6556
17 4/6/2014 17/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 14.5900 2.7721 0.146 0.1459 2.9180 72.5020
18 4/6/2014 18/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 25.2900 4.8051 0.253 0.2529 5.0580 77.5600
19 4/6/2014 19/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 17.6700 3.3573 0.177 0.1767 3.5340 81.0940
20 4/10/2014 20/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 10.1500 1.9285 0.102 0.1015 2.0300 83.1240 7 07/BAST- FP/KSP/PT.QSF/2014 9/10/2014 FP Garden Furniture 13.8911 85.5467
21 4/10/2014 21/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 20.5200 3.8988 0.205 0.2052 4.1040 87.2280
22 4/10/2014 22/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 14.6800 2.7892 0.147 0.1468 2.9360 90.1640
23 4/12/2014 23/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 22.8500 4.3415 0.229 0.2285 4.5700 94.7340
24 4/14/2014 24/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 25.4200 4.8298 0.254 0.2542 5.0840 99.8180 8 08/BAST- FP/KSP/PT.QSF/2014 9/18/2014 FP Garden Furniture 14.8955 100.4422
25 4/18/2014 25/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 14.7100 2.7949 0.147 0.1471 2.9420 102.7600
26 4/22/2014 26/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 20.8000 3.9520 0.208 0.2080 4.1600 106.9200
27 4/23/2014 27/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 15.1300 2.8747 0.151 0.1513 3.0260 109.9460
17 4/24/2014 28/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 15.1100 2.8709 0.151 0.1511 3.0220 112.9680 9 09/BAST- FP/KSP/PT.QSF/2014 9/18/2014 FP Garden Furniture 14.6706 115.1128
18 4/24/2014 29/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 15.1700 2.8823 0.152 0.1517 3.0340 116.0020
19 4/24/2014 30/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014 17.3100 3.2889 0.173 0.1731 3.4620 119.4640 10 10/BAST- FP/KSP/PT.QSF/2014 10/30/2014 FP Garden Furniture 3.3950 118.5078
597.3200 113.4908 5.973 5.9732 119.4640 118.5078
Rend 19%
Tanggal NomorNo
BERITA ACARA PENYERAHAN BBIJUMLAH
JENIS PRODUK AkumulasiM3
JUMLAH JUMLAH
Rend 1% Rend 1%Jumlah Prod
SeharusnyaAkumulasi NO
BERITA ACARA PENYERAHAN HASIL OLAHAN
NOMOR TANGGAL
Halaman 1 dari 2
1 2 3
1 3/19/2014 01/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
2 3/23/2014 02/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
3 3/23/2014 03/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
4 3/24/2014 04/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
5 3/26/2014 05/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
6 3/28/2014 06/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
7 3/28/2014 07/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
8 3/28/2014 08/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
9 3/29/2014 09/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
10 3/29/2014 10/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
11 3/29/2014 11/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
12 4/3/2014 12/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
13 4/4/2014 13/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
14 4/5/2014 14/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
15 4/5/2014 15/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
16 4/6/2014 16/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
17 4/6/2014 17/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
18 4/6/2014 18/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
19 4/6/2014 19/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
20 4/10/2014 20/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
21 4/10/2014 21/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
22 4/10/2014 22/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
23 4/12/2014 23/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
24 4/14/2014 24/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
25 4/18/2014 25/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
26 4/22/2014 26/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
27 4/23/2014 27/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
17 4/24/2014 28/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
18 4/24/2014 29/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
19 4/24/2014 30/BA.penyerahan /BBI/PKS-PT.Quartindo/2014
Tanggal NomorNo
BERITA ACARA PENYERAHAN BBI
JUMLAH
37
129
0.05% 0.10% 0.15%
10 hari
pertama
10 hari
kedua
10 hari
ketiga dst
15 = 11-2 16 = 15 - (60 hari) 17 18 19 2021 =
18+19+2022 23 24
25 =
22+23+2426 = 17 x 21 x 25
58 0 24.2900 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 -
54 0 24.1500 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 -
54 0 26.2600 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 -
53 0 24.6800 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 -
51 0 19.8100 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 -
57 0 26.4300 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 -
57 0 19.0900 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 -
57 0 26.6600 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 -
103 43 16.6000 0.50% 1.00% 3.45% 4.95% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 5,888,920.94
103 43 13.9700 0.50% 1.00% 3.45% 4.95% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 4,955,917.20
103 43 22.0200 0.50% 1.00% 3.45% 4.95% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 7,811,689.10
98 38 25.3800 0.50% 1.00% 2.70% 4.20% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 7,639,472.03
97 37 24.0100 0.50% 1.00% 2.55% 4.05% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 6,968,986.45
158 98 16.0600 0.50% 1.00% 11.70% 13.20% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 15,192,943.02
158 98 24.0400 0.50% 1.00% 11.70% 13.20% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 22,742,113.96
157 97 14.4700 0.50% 1.00% 11.55% 13.05% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 13,533,230.53
157 97 14.5900 0.50% 1.00% 11.55% 13.05% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 13,645,461.88
157 97 25.2900 0.50% 1.00% 11.55% 13.05% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 23,652,757.43
157 97 17.6700 0.50% 1.00% 11.55% 13.05% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 16,526,066.58
153 93 10.1500 0.50% 1.00% 10.95% 12.45% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 9,056,446.60
161 101 20.5200 0.50% 1.00% 12.15% 13.65% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 20,073,931.82
161 101 14.6800 0.50% 1.00% 12.15% 13.65% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 14,360,883.00
159 99 22.8500 0.50% 1.00% 11.85% 13.35% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 21,862,000.86
157 97 25.4200 0.50% 1.00% 11.55% 13.05% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 23,774,341.39
153 93 14.7100 0.50% 1.00% 10.95% 12.45% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 13,125,155.61
149 89 20.8000 0.50% 1.00% 10.35% 11.85% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 17,664,612.79
148 88 15.1300 0.50% 1.00% 10.20% 11.70% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 12,686,657.83
147 87 15.1100 0.50% 1.00% 10.05% 11.55% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 12,507,453.17
189 129 15.1700 0.50% 1.00% 16.35% 17.85% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 19,406,456.28
189 129 17.3100 0.50% 1.00% 16.35% 17.85% 5,758,250 1,267,978 140,525 7,166,753 22,144,084.26
325,219,582.73
Nilai DendaJk Waktu
Penyelesaian
Keterlambatan
HariJumlah BBI
Denda
JUMLAH DENDA KETERLAMBATAN
Jumlah
Denda
Nilai BBI Per
m3
Biaya Angkut
dan
Pengolahan
per m3 BBI
Keuntungan
(2%)
Nilai
Pengenaan
Denda Per m3
BBI
Halaman 1 dari 2
Halaman 1 dari 1
Lampiran 3.
Rincian Pembeli yang Melakukan Pembayaran Lebih Dari 90 Hari Sejak
Tanggal B/L Penjualan Ekspor Gondorukem dan Terpentin
Tahun 2014 dan 2015 (s.d Juni)
NO NO
INVOICE AGEN TGL BL
TGL PEMBAYARAN
JENIS TRANSAKSI
HARI TERLAMBAT
1 2 3 4 5 6 7 = 5-4-(30
hari)
TAHUN 2014
1 1 NINDYA 16 Januari 2014 25 April 2014 T/T 69
2 7 MILATRONIKA 24 Januari 2014 30 Mei 2014 T/T 96
3 11 MEWANI 03 Februari 2014 06 Mei 2014 T/T 62
4 12 MILATRONIKA 03 Februari 2014 30 Mei 2014 T/T 86
5 13 SKYV HOLDINGS 03 Februari 2014 20 Mei 2014 T/T 76
6 14 SKYV HOLDINGS /NAVAL 09 Februari 2014 20 Mei 2014 T/T 70
7 37 G.LAJU 21 Februari 2014 30 Mei 2014 T/T 68
8 161 MEWANI 07 Mei 2014 07 Agustus 2014 T/T 62
9 177 MILATRONIKA 08 Juni 2014 09 September 2014 T/T 63
10 387 MEWANI 09 Oktober 2014 15 Januari 2015 T/T 68
11 436 NINDYA 22 Nopember 2014 23 Februari 2015 T/T 63
12 439 MEWANI 20 Nopember 2014 20 Februari 2015 T/T 62
13 458 MEWANI 27 Nopember 2014 02 Maret 2015 T/T 65
14 481 MEWANI 07 Desember 2014 10 Maret 2015 T/T 63
15 483 MILA 13 Desember 2014 16 Maret 2015 T/T 63
16 484 MILA 13 Desember 2014 16 Maret 2015 T/T 63
17 486 AJL 13 Desember 2014 16 Maret 2015 T/T 63
18 487 MEWANI 13 Desember 2014 18 Maret 2015 T/T 65
19 494 MILA 20 Desember 2014 25 Maret 2015 T/T 65
20 495 MILA 20 Desember 2014 24 Maret 2015 T/T 64
21 515 MILA 03 Januari 2015 07 April 2015 T/T 64
TAHUN 2015
1 59 AMES 2 April 2015 7 Juli 2015 T/T 66
2 110 G. LAJU 2 Mei 2015 3 Agustus 2015 T/T 63
3 114 MEWANI 27 April 2015 12 Agustus 2015 T/T 77
4 115 AMES 25 April 2015 27 Juli 2015 T/T 63
5 142 NINDYA 15 Mei 2015 14 Agustus 2015 T/T 61
6 256 AJL 7 April 2015 11 Agustus 2015 T/T 96
Halaman 1 dari 10
Lampiran 4.
Rincian Kehilangan Pendapatan Denda Atas Keterlambatan Pembayaran Penjualan Ekspor Gondorukem dan Terpentin
Tahun 2014 dan 2015 (s.d Juni)
A. Rincian Penjualan Luar Negeri KBM GT I Tahun 2014
NO NO INV AGEN KWALITAS
JUMLAH NILAI KONTRAK
FOB ($) TGL BL
TGL JATUH TEMPO
TGL PEMBAYAR
AN
KETERLAMBATAN INTEREST POTONGAN
KOMISI AGEN TOTAL
INTEREST ($) FCL TON DRUM HARI BULAN
Tarif (%)
NILAI ($) NO SI
NILAI ($)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 = 11-
10 13 14
15 = 8x13x14
16 17 18 = 15-17
1 65 MEWANI ISOTANK 1 20 80 55.000 22-Mar-14 21-Apr-14 25-Apr-14 4 1 0,75% 412,50
412,50
2 74 MILATRONIKA X 2 38,4 160 89.088 20-Mar-14 19-Apr-14 8-May-14 19 1 0,75% 668,16 74
668,16
3 74 MILATRONIKA WW 3 38,4 240 89.088 20-Mar-14 19-Apr-14 8-May-14 19 1 0,75% 668,16 74 2.400,00 (1.731,84)
4 76 G.LAJU X 1 19,2 80 44.544 21-Mar-14 20-Apr-14 30-May-14 40 2 0,75% 668,16
668,16
5 78 G.LAJU WW 3 57,6 240 132.480 20-Mar-14 19-Apr-14 28-Apr-14 9 1 0,75% 993,60 78 138,82 854,78
6 80 MEWANI X 5 96 400 222.720 19-Mar-14 18-Apr-14 22-May-14 34 2 0,75% 3.340,80
3.340,80
7 82 SREE INTERNATIONAL T. OIL 1 13,6 80 37.400 29-Mar-14 28-Apr-14 20-May-14 22 1 0,75% 280,50
280,50
8 85 MILATRONIKA WW 2 38,4 160 88.320 27-Mar-14 26-Apr-14 5-Jun-14 40 2 0,75% 1.324,80 85 960,00 364,80
9 86 MEWANI T. OIL 3 13,6 240 37.400 29-Mar-14 28-Apr-14 7-May-14 9 1 0,75% 280,50
280,50
10 87 MEWANI WW 1 19,2 80 44.160 26-Mar-14 25-Apr-14 13-May-14 18 1 0,75% 331,20
331,20
11 89 MEWANI WW 1 19,2 80 44.160 26-Mar-14 25-Apr-14 8-May-14 13 1 0,75% 331,20
331,20
12 96 MEWANI X 3 57,6 240 133.632 30-Mar-14 29-Apr-14 9-May-14 10 1 0,75% 1.002,24
1.002,24
13 99 MEWANI X 1 19,2 80 44.544 6-Apr-14 6-May-14 26-May-14 20 1 0,75% 334,08
334,08
14 106 MILATRONIKA WW 7 134,4 560 309.120 8-Apr-14 8-May-14 19-Jun-14 42 2 0,75% 4.636,80 106 3.360,00 1.276,80
15 112 NINDYA X 5 96 400 222.720 10-Apr-14 10-May-14 22-May-14 12 1 0,75% 1.670,40
1.670,40
16 113 NINDYA WW 5 96 400 220.800 19-Apr-14 19-May-14 22-May-14 3 1 0,75% 1.656,00
1.656,00
17 122A NINDYA WW 2 38,4 160 89.472 23-Apr-14 23-May-14 27-May-14 4 1 0,75% 671,04
671,04
18 124 MILATRONIKA WW 1 19,2 80 44.736 27-Apr-14 27-May-14 16-Jul-14 50 2 0,75% 671,04
671,04
19 126 MEWANI T. OIL 2 27,2 160 74.800 27-Apr-14 27-May-14 4-Jun-14 8 1 0,75% 561,00
561,00
Halaman 2 dari 10
NO NO INV AGEN KWALITAS
JUMLAH NILAI KONTRAK
FOB ($) TGL BL
TGL JATUH TEMPO
TGL PEMBAYAR
AN
KETERLAMBATAN INTEREST POTONGAN
KOMISI AGEN TOTAL
INTEREST ($) FCL TON DRUM HARI BULAN
Tarif (%)
NILAI ($) NO SI
NILAI ($)
20 129 NINDYA WW 5 96 400 223.680 25-Apr-14 25-May-14 10-Jul-14 46 2 0,75% 3.355,20
3.355,20
21 141 MEWANI WW 3 57,6 240 134.208 3-May-14 2-Jun-14 3-Jul-14 31 2 0,75% 2.013,12
2.013,12
22 148 G.LAJU WW 2 38,4 160 89.472 16-May-14 15-Jun-14 17-Jul-14 32 2 0,75% 1.342,08 148 1.424,45 (82,37)
23 153 NINDYA WW 3 57,6 240 134.208 16-May-14 15-Jun-14 30-Jul-14 45 2 0,75% 2.013,12
2.013,12
24 155 MEWANI WW 2 38,4 160 89.472 17-May-14 16-Jun-14 14-Jul-14 28 1 0,75% 671,04
671,04
25 156 MILATRONIKA WW 4 76,8 320 178.944 22-May-14 21-Jun-14 21-Jul-14 30 1 0,75% 1.342,08 156 1.305,60 36,48
26 161 MEWANI WW 1 19,2 80 45.120 7-May-14 6-Jun-14 7-Aug-14 62 2 0,75% 676,80
676,80
27 164 MEWANI X 1 19,2 80 45.504 24-May-14 23-Jun-14 11-Jul-14 18 1 0,75% 341,28
341,28
28 166 NINDYA WW 5 96 400 225.600 31-May-14 30-Jun-14 2-Jul-14 2 1 0,75% 1.692,00
1.692,00
29 170 NINDYA X 7 134,4 560 318.528 4-Jun-14 4-Jul-14 13-Aug-14 40 2 0,75% 4.777,92
4.777,92
30 171 MILATRONIKA X 3 57,6 240 136.512 4-Jun-14 4-Jul-14 13-Aug-14 40 2 0,75% 2.047,68
2.047,68
31 171 MILATRONIKA WW 2 57,6 160 136.512 4-Jun-14 4-Jul-14 13-Aug-14 40 2 0,75% 2.047,68
2.047,68
32 172 AJL WW 2 38,4 160 90.240 5-Jun-14 5-Jul-14 15-Jul-14 10 1 0,75% 676,80
676,80
33 174 MEWANI X 4 76,8 320 182.016 31-May-14 30-Jun-14 14-Aug-14 45 2 0,75% 2.730,24
2.730,24
34 177 MILATRONIKA T. OIL 1 13,6 80 37.400 8-Jun-14 8-Jul-14 9-Sep-14 63 2 0,75% 561,00 177 544,00 17,00
35 185 MEWANI WW 2 38,4 160 90.240 7-Jun-14 7-Jul-14 18-Aug-14 42 2 0,75% 1.353,60
1.353,60
36 187 MILATRONIKA WW 7 134,4 560 315.840 19-Jun-14 19-Jul-14 25-Aug-14 37 2 0,75% 4.737,60 187 3.360,00 1.377,60
37 198 MILATRONIKA T. OIL 2 27,2 160 74.800 21-Jun-14 21-Jul-14 19-Sep-14 60 2 0,75% 1.122,00 198 1.088,00 34,00
38 202 MEWANI X 3 57,6 240 136.512 21-Jun-14 21-Jul-14 29-Aug-14 39 2 0,75% 2.047,68
2.047,68
39 204 MEWANI WW 1 19,2 80 45.120 27-Jun-14 27-Jul-14 6-Aug-14 10 1 0,75% 338,40
338,40
40 205 MEWANI WW 1 19,2 80 45.120 27-Jun-14 27-Jul-14 6-Aug-14 10 1 0,75% 338,40
338,40
41 206 G.LAJU WW 1 19,2 80 45.120 6-Jul-14 5-Aug-14 7-Aug-14 2 1 0,75% 338,40
338,40
42 209 MEWANI WW 2 38,4 160 90.240 27-Jun-14 27-Jul-14 4-Aug-14 8 1 0,75% 676,80
676,80
43 211 MILATRONIKA X 4 76,8 320 182.016 26-Jun-14 26-Jul-14 25-Aug-14 30 1 0,75% 1.365,12 211 1.920,00 (554,88)
44 212 MILATRONIKA X 6 115,2 480 273.024 30-Jun-14 30-Jul-14 4-Aug-14 5 1 0,75% 2.047,68
2.047,68
45 213 MILATRONIKA WW 6 115,2 480 270.720 30-Jun-14 30-Jul-14 9-Aug-14 10 1 0,75% 2.030,40
2.030,40
Halaman 3 dari 10
NO NO INV AGEN KWALITAS
JUMLAH NILAI KONTRAK
FOB ($) TGL BL
TGL JATUH TEMPO
TGL PEMBAYAR
AN
KETERLAMBATAN INTEREST POTONGAN
KOMISI AGEN TOTAL
INTEREST ($) FCL TON DRUM HARI BULAN
Tarif (%)
NILAI ($) NO SI
NILAI ($)
46 214 MEWANI T. OIL 2 27,2 160 74.800 30-Jun-14 30-Jul-14 4-Aug-14 5 1 0,75% 561,00
561,00
47 215 NINDYA X 9 172,8 720 409.536 10-Jul-14 9-Aug-14 11-Sep-14 33 2 0,75% 6.143,04 215 4.320,00 1.823,04
48 219 MEWANI X 2 38,4 160 91.008 5-Jul-14 4-Aug-14 25-Aug-14 21 1 0,75% 682,56
682,56
49 223 NINDYA WW 1 19,2 80 45.120 7-Jul-14 6-Aug-14 21-Aug-14 15 1 0,75% 338,40
338,40
50 247 MILATRONIKA WW 4 96 320 207.360 24-Jul-14 23-Aug-14 1-Oct-14 39 2 0,75% 3.110,40 247 2.400,00 710,40
51 248 MEWANI WW 5 96 400 207.360 27-Jul-14 26-Aug-14 7-Oct-14 42 2 0,75% 3.110,40
3.110,40
52 255 MILATRONIKA WW 5 96 400 207.360 7-Aug-14 6-Sep-14 20-Oct-14 44 2 0,75% 3.110,40 255 2.400,00 710,40
53 256 AJL WW 1 19,2 80 41.472 9-Aug-14 8-Sep-14 22-Sep-14 14 1 0,75% 311,04
311,04
54 257 AJL WW 1 19,2 80 41.472 9-Aug-14 8-Sep-14 13-Sep-14 5 1 0,75% 311,04
311,04
55 258 AJL WW 1 19,2 80 41.472 9-Aug-14 8-Sep-14 13-Sep-14 5 1 0,75% 311,04
311,04
56 261 MEWANI X 5 96 400 209.280 8-Aug-14 7-Sep-14 10-Sep-14 3 1 0,75% 1.569,60
1.569,60
57 263 MEWANI T. OIL 2 27,2 160 65.280 9-Aug-14 8-Sep-14 15-Oct-14 37 2 0,75% 979,20
979,20
58 268 NINDYA WW 4 76,8 320 165.888 14-Aug-14 13-Sep-14 27-Oct-14 44 2 0,75% 2.488,32 268 192,00 2.296,32
59 274 NINDYA WW 1 18 80 38.250 20-Aug-14 19-Sep-14 24-Oct-14 35 2 0,75% 573,75
573,75
60 281 MEWANI X 4 76,8 320 163.584 28-Aug-14 27-Sep-14 28-Oct-14 31 2 0,75% 2.453,76
2.453,76
61 284 MEWANI WW 1 19,2 80 40.608 21-Aug-14 20-Sep-14 9-Oct-14 19 1 0,75% 304,56
304,56
62 285 MILATRONIKA WW 5 96 400 203.040 29-Aug-14 28-Sep-14 6-Nov-14 39 2 0,75% 3.045,60 285 2.304,00 741,60
63 288 MEWANI WW 1 19,2 80 40.608 28-Aug-14 27-Sep-14 29-Sep-14 2 1 0,75% 304,56
304,56
64 290 AJL WW 2 38,4 160 81.216 29-Aug-14 28-Sep-14 29-Oct-14 31 2 0,75% 1.218,24
1.218,24
65 291 AJL WW 1 19,2 80 40.608 28-Aug-14 27-Sep-14 15-Oct-14 18 1 0,75% 304,56
304,56
66 295 G.C. ROBINSON WW 1 18 80 38.070 31-Aug-14 30-Sep-14 24-Oct-14 24 1 0,75% 285,53
285,53
67 302 AJL WW 1 19,2 80 40.608 31-Aug-14 30-Sep-14 28-Oct-14 28 1 0,75% 304,56
304,56
68 306 MILATRONIKA WW 5 96 400 203.040 5-Sep-14 5-Oct-14 14-Nov-14 40 2 0,75% 3.045,60 306 2.304,00 741,60
69 310 MEWANI WW 10 96 800 203.040 4-Sep-14 4-Oct-14 12-Nov-14 39 2 0,75% 3.045,60
3.045,60
70 316 AJL WW 1 19,2 80 40.608 19-Sep-14 19-Oct-14 3-Nov-14 15 1 0,75% 304,56
304,56
71 317 AJL WW 2 38,4 160 81.216 12-Sep-14 12-Oct-14 11-Nov-14 30 1 0,75% 609,12
609,12
Halaman 4 dari 10
NO NO INV AGEN KWALITAS
JUMLAH NILAI KONTRAK
FOB ($) TGL BL
TGL JATUH TEMPO
TGL PEMBAYAR
AN
KETERLAMBATAN INTEREST POTONGAN
KOMISI AGEN TOTAL
INTEREST ($) FCL TON DRUM HARI BULAN
Tarif (%)
NILAI ($) NO SI
NILAI ($)
72 318 NINDYA WW 2 38,4 160 81.216 13-Sep-14 13-Oct-14 29-Oct-14 16 1 0,75% 609,12
609,12
73 320 MILATRONIKA WW 5 96 400 203.040 11-Sep-14 11-Oct-14 21-Nov-14 41 2 0,75% 3.045,60 320 2.304,00 741,60
74 321 NINDYA X 2 38,4 160 81.792 13-Sep-14 13-Oct-14 16-Sep-14 8 1 0,75% 613,44
613,44
75 324 MEWANI WW 2 38,4 160 81.216 12-Sep-14 12-Oct-14 30-Oct-14 18 1 0,75% 609,12
609,12
76 330 MILATRONIKA WW 2 27,2 160 62.560 13-Sep-14 13-Oct-14 3-Sep-14 22 1 0,75% 469,20
469,20
77 332 MEWANI WW 1 19,2 80 40.608 13-Sep-14 13-Oct-14 20-Oct-14 7 1 0,75% 304,56
304,56
78 337 MILATRONIKA T. OIL 2 27,2 160 62.560 21-Sep-14 21-Oct-14 26-Aug-14 1 1 0,75% 469,20
469,20
79 338 MEWANI T. OIL 3 40,8 240 93.840 29-Sep-14 29-Oct-14 22-Dec-14 54 2 0,75% 1.407,60
1.407,60
80 339 MEWANI T. OIL 4 54,4 320 125.120 20-Sep-14 20-Oct-14 21-Nov-14 32 2 0,75% 1.876,80
1.876,80
81 340 NINDYA WW 6 115,2 480 243.648 19-Sep-14 19-Oct-14 1-Dec-14 43 2 0,75% 3.654,72 340 2.764,80 889,92
82 342 MILATRONIKA WW 2 38,4 160 81.216 18-Sep-14 18-Oct-14 2-Dec-14 45 2 0,75% 1.218,24 342 921,60 296,64
83 345 MEWANI WW 1 19,2 80 40.608 20-Sep-14 20-Oct-14 19-Nov-14 30 1 0,75% 304,56
304,56
84 348 MILATRONIKA WW 3 57,6 240 121.824 25-Sep-14 25-Oct-14 5-Dec-14 41 2 0,75% 1.827,36 348 1.382,40 444,96
85 354 G.LAJU X 2 38,4 160 81.792 1-Oct-14 31-Oct-14 17-Oct-14 10 1 0,75% 613,44
613,44
86 356 MILATRONIKA WW 2 38,4 160 81.216 25-Sep-14 25-Oct-14 10-Dec-14 46 2 0,75% 1.218,24 356 921,60 296,64
87 361 MEWANI X 2 38,4 160 81.792 28-Sep-14 28-Oct-14 21-Nov-14 24 1 0,75% 613,44
613,44
88 362 MEWANI T. OIL 1 13,6 80 31.280 11-Oct-14 10-Nov-14 18-Dec-14 38 2 0,75% 469,20
469,20
89 364 MILATRONIKA WW 4 76,8 320 162.432 2-Oct-14 1-Nov-14 15-Dec-14 44 2 0,75% 2.436,48 364 1.843,20 593,28
90 365 MILATRONIKA WW 3 57,6 240 121.824 9-Oct-14 8-Nov-14 16-Dec-14 38 2 0,75% 1.827,36 365 1.382,40 444,96
91 372 MEWANI WW 1 19,2 80 40.608 4-Oct-14 3-Nov-14 12-Dec-14 39 2 0,75% 609,12
609,12
92 373 MEWANI WW 1 19,2 80 40.608 4-Oct-14 3-Nov-14 12-Dec-14 39 2 0,75% 609,12
609,12
93 374 MEWANI WW 1 19,2 80 40.608 4-Oct-14 3-Nov-14 14-Nov-14 11 1 0,75% 304,56
304,56
94 375 MEWANI WW 1 19,2 80 40.608 4-Oct-14 3-Nov-14 14-Nov-14 11 1 0,75% 304,56
304,56
95 380 NINDYA X 2 76,8 160 162.432 9-Oct-14 8-Nov-14 19-Dec-14 41 2 0,75% 2.436,48 380 1.843,20 593,28
96 387 MEWANI WW 1 19,2 80 40.608 9-Oct-14 8-Nov-14 15-Jan-15 68 2 0,75% 609,12
609,12
97 389 G.LAJU X 1 19,2 80 40.896 13-Oct-14 12-Nov-14 14-Nov-14 2 1 0,75% 306,72
306,72
Halaman 5 dari 10
NO NO INV AGEN KWALITAS
JUMLAH NILAI KONTRAK
FOB ($) TGL BL
TGL JATUH TEMPO
TGL PEMBAYAR
AN
KETERLAMBATAN INTEREST POTONGAN
KOMISI AGEN TOTAL
INTEREST ($) FCL TON DRUM HARI BULAN
Tarif (%)
NILAI ($) NO SI
NILAI ($)
98 390 MILATRONIKA WW 7 76,8 560 162.432 16-Oct-14 15-Nov-14 24-Dec-14 39 2 0,75% 2.436,48 390 1.843,20 593,28
99 391 MILATRONIKA X 15 288 1200 610.560 15-Oct-14 14-Nov-14 17-Nov-14 3 1 0,75% 4.579,20
4.579,20
100 392 AJL WW 1 19,2 80 40.608 17-Oct-14 16-Nov-14 29-Nov-14 13 1 0,75% 304,56
304,56
101 393 AJL WW 1 19,2 80 40.608 26-Oct-14 25-Nov-14 29-Nov-14 4 1 0,75% 304,56
304,56
102 398 MILATRONIKA WW 5 96 400 203.040 24-Oct-14 23-Nov-14 29-Dec-14 36 2 0,75% 3.045,60 398 2.284,80 760,80
103 410 G.LAJU X 2 38,4 160 81.408 30-Oct-14 29-Nov-14 4-Dec-14 5 1 0,75% 610,56
610,56
104 411 MILATRONIKA WW 11 211,2 880 446.688 30-Oct-14 29-Nov-14 9-Jan-15 41 2 0,75% 6.700,32 411 5.026,56 1.673,76
105 431 MEWANI X 5 96 400 181.920 15-Nov-14 15-Dec-14 14-Jan-15 30 1 0,75% 1.364,40
1.364,40
106 432 NINDYA WW
134,4 0 253.344 20-Nov-14 20-Dec-14 30-Jan-15 41 2 0,75% 3.800,16 432 2.849,00 951,16
107 434 AJL T. OIL 2 27,2 160 52.360 22-Nov-14 22-Dec-14 31-Dec-14 9 1 0,75% 392,70
392,70
108 435 MEWANI WW 1 19,2 80 36.192 20-Nov-14 20-Dec-14 16-Jan-15 27 1 0,75% 271,44
271,44
109 439 MEWANI WW 5 96 400 180.960 20-Nov-14 20-Dec-14 20-Feb-15 62 2 0,75% 2.714,40
2.714,40
110 440 NINDYA WW 7 134,4 560 253.344 26-Nov-14 26-Dec-14 3-Feb-15 39 2 0,75% 3.800,16 440 2.850,00 950,16
111 446 MILATRONIKA WW 1 38,4 80 72.384 3-Dec-14 2-Jan-15 6-Jan-15 4 1 0,75% 542,88
542,88
112 449 AJL T. OIL 1 13,6 80 26.180 29-Nov-14 29-Dec-14 31-Dec-14 2 1 0,75% 196,35
196,35
113 458 MEWANI WW 5 96 400 180.960 27-Nov-14 27-Dec-14 2-Mar-15 65 2 0,75% 2.714,40
2.714,40
114 459 MEWANI T. OIL 5 68 400 130.900 29-Nov-14 29-Dec-14 2-Feb-15 35 2 0,75% 1.963,50
1.963,50
115 466 NINDYA WW 7 134,4 560 253.344 7-Dec-14 6-Jan-15 12-Feb-15 37 2 0,75% 3.800,16 466 2.850,00 950,16
116 468 MEWANI X 5 96 400 181.920 6-Dec-14 5-Jan-15 4-Feb-15 30 1 0,75% 1.364,40
1.364,40
117 469 MEWANI WW 1 19,2 80 36.192 4-Dec-14 3-Jan-15 5-Feb-15 33 2 0,75% 542,88
542,88
118 473 MEWANI X 4 76,8 320 145.536 6-Dec-14 5-Jan-15 2-Feb-15 28 1 0,75% 1.091,52
1.091,52
119 474 MEWANI T. OIL 6 81,6 480 157.080 7-Dec-14 6-Jan-15 23-Feb-15 48 2 0,75% 2.356,20
2.356,20
120 475 NINDYA WW 3 57,6 240 108.576 7-Dec-14 6-Jan-15 17-Feb-15 42 2 0,75% 1.628,64 475 1.222,00 406,64
121 476 AJL T. OIL 2 27,2 160 52.360 7-Dec-14 6-Jan-15 5-Feb-15 30 1 0,75% 392,70
392,70
122 477 AJL T. OIL 5 68 400 130.900 7-Dec-14 6-Jan-15 5-Feb-15 30 1 0,75% 981,75
981,75
123 480 AJL T. OIL 3 40,8 240 77.520 13-Dec-14 12-Jan-15 12-Mar-15 59 2 0,75% 1.162,80
1.162,80
Halaman 6 dari 10
NO NO INV AGEN KWALITAS
JUMLAH NILAI KONTRAK
FOB ($) TGL BL
TGL JATUH TEMPO
TGL PEMBAYAR
AN
KETERLAMBATAN INTEREST POTONGAN
KOMISI AGEN TOTAL
INTEREST ($) FCL TON DRUM HARI BULAN
Tarif (%)
NILAI ($) NO SI
NILAI ($)
124 481 MEWANI WW 6 115,2 480 217.152 7-Dec-14 6-Jan-15 10-Mar-15 63 2 0,75% 3.257,28
3.257,28
125 482 MEWANI WW
76,8 0 144.768 11-Dec-14 10-Jan-15 6-Mar-15 55 2 0,75% 2.171,52
2.171,52
126 483 MILATRONIKA T. OIL 4 54,4 320 103.360 13-Dec-14 12-Jan-15 16-Mar-15 63 2 0,75% 1.550,40
1.550,40
127 484 MILATRONIKA T. OIL 4 54,4 320 103.360 13-Dec-14 12-Jan-15 16-Mar-15 63 2 0,75% 1.550,40
1.550,40
128 486 AJL T. OIL 3 40,8 240 77.520 13-Dec-14 12-Jan-15 16-Mar-15 63 2 0,75% 1.162,80
1.162,80
129 487 MEWANI X 4 76,8 320 145.536 13-Dec-14 12-Jan-15 18-Mar-15 65 2 0,75% 2.183,04
2.183,04
130 488 MEWANI T. OIL 6 81,6 480 155.040 13-Dec-14 12-Jan-15 11-Feb-15 30 1 0,75% 1.162,80
1.162,80
131 498 AJL T. OIL 3 40,8 240 77.520 21-Dec-14 20-Jan-15 16-Mar-15 55 2 0,75% 1.162,80
1.162,80
132 499 MEWANI T. OIL 5 68 400 129.200 21-Dec-14 20-Jan-15 21-Feb-15 32 2 0,75% 1.938,00
1.938,00
133 503 MILATRONIKA X 2 38,4 160 72.768 27-Dec-14 26-Jan-15 5-Feb-15 10 1 0,75% 545,76
545,76
134 506 MEWANI X 5 96 400 181.920 3-Jan-15 2-Feb-15 27-Feb-15 25 1 0,75% 1.364,40
1.364,40
135 507 MEWANI WW 3 57,6 240 108.576 2-Jan-15 1-Feb-15 17-Mar-15 44 2 0,75% 1.628,64
1.628,64
136 508 MILATRONIKA X 3 57,6 240 109.152 4-Jan-15 3-Feb-15 13-Feb-15 10 1 0,75% 818,64
818,64
137 509 NINDYA X 7 134,4 560 254.688 4-Jan-15 3-Feb-15 13-Feb-15 10 1 0,75% 1.910,16
1.910,16
138 511 AJL T. OIL 1 40,8 80 77.520 27-Dec-14 26-Jan-15 26-Mar-15 59 2 0,75% 1.162,80
1.162,80
139 514 MEWANI T. OIL 1 13,6 80 25.840 8-Jan-15 7-Feb-15 6-Mar-15 27 1 0,75% 193,80
193,80
TOTAL 203.606,06 62.709,63 140.896,43
Halaman 7 dari 10
B. Rincian Penjualan Luar Negeri KBM GT I Tahun 2015
NO NO INV AGEN KWALITAS
JUMLAH NILAI KONTRAK
FOB ($) TGL BL
TGL JATUH TEMPO
TGL PEMBAYARAN
KETERLAMBATAN INTEREST POTONGAN TOTAL INTEREST
($) FCL TON DRUM HARI BULAN Tarif (%)
NILAI ($) NO SI
NILAI ($)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 =
11-10 13 14
15 = 8x13x14
16 17 18 = 20-22
1 23 AJL T.OIL 2 27,2 160 51.680 19-Feb-15 21-Mar-15 20-Apr-15 30 1 0,50% 258,40
258,40
2 37 MEWANI WW 4 54,4 320 103.360 7-Mar-15 6-Apr-15 24-Apr-15 18 1 0,50% 516,80
516,80
8 38 MEWANI WW 3 57,6 240 108.000 8-Mar-15 7-Apr-15 11-Mei-15 34 2 0,50% 1.080,00
1.080,00
10 44 AJL WW 1 19,2 80 36.000 19-Mar-15 18-Apr-15 29-Apr-15 11 1 0,50% 180,00
180,00
11 45 NINDYA WW 8 153,6 640 288.000 19-Mar-15 18-Apr-15 15-Mei-15 27 1 0,50% 1.440,00 45 2.159,67
(719,67)
12 46 NINDYA WW 4 76,8 320 144.000 22-Mar-15 21-Apr-15 4-Jun-15 44 2 0,50% 1.440,00 46 1.619,71
(179,71)
13 47 AJL WW 2 38,4 160 72.000 19-Mar-15 18-Apr-15 27-Apr-15 9 1 0,50% 360,00
360,00
14 50 MILA X 2 172,8 160 324.000 21-Mar-15 20-Apr-15 21-Apr-15 1 1 0,50% 1.620,00
1.620,00
15 51 MILA X 20 384 1600 723.840 21-Mar-15 20-Apr-15 4-Mei-15 14 1 0,50% 3.619,20
3.619,20
17 53 G. LAJU WW 2 38,4 160 72.000 26-Mar-15 25-Apr-15 6-Mei-15 11 1 0,50% 360,00
360,00
18 55 MILA WW 4 76,8 320 144.000 28-Mar-15 27-Apr-15 10-Mei-15 13 1 0,50% 720,00 55 1.619,71
(899,71)
21 60 MEWANI T.OIL 3 40,8 240 75.480 28-Mar-15 27-Apr-15 28-Mei-15 31 2 0,50% 754,80
754,80
22 61 MEWANI T.OIL 5 68 400 125.800 28-Mar-15 27-Apr-15 30-Apr-15 3 1 0,50% 629,00
629,00
23 63 MILA WW 4 76,8 320 144.000 28-Mar-15 27-Apr-15 23-Jun-15 57 2 0,50% 1.440,00 63 1.619,71
(179,71)
24 64 NINDYA WW 2 38,4 160 72.000 5-Apr-15 5-Mei-15 22-Jun-15 48 2 0,50% 720,00 64 809,86
(89,86)
25 70 MEWANI T.OIL 5 68 400 125.800 2-Apr-15 2-Mei-15 8-Mei-15 6 1 0,50% 629,00
629,00
26 73 NINDYA WW 1 19,2 80 34.368 4-Apr-15 4-Mei-15 11-Mei-15 7 1 0,50% 171,84
171,84
28 77 MILA WW 6 115,2 480 206.208 9-Apr-15 9-Mei-15 22-Jun-15 44 2 0,50% 2.062,08 77 2.320,00
(257,92)
30 79 MEWANI WW 1 19,2 80 34.368 9-Apr-15 9-Mei-15 12-Mei-15 3 1 0,50% 171,84
171,84
31 82 AJL WW 4 76,8 320 137.472 15-Apr-15 15-Mei-15 22-Mei-15 7 1 0,50% 687,36
687,36
32 86 MILA WW 6 115,2 480 206.208 20-Apr-15 20-Mei-15 29-Jun-15 40 2 0,50% 2.062,08 86 2.290,00
(227,92)
33 87 MILA WW 5 96 400 171.840 20-Apr-15 20-Mei-15 29-Jun-15 40 2 0,50% 1.718,40 87 1.933,00
Halaman 8 dari 10
NO NO INV AGEN KWALITAS
JUMLAH NILAI KONTRAK
FOB ($) TGL BL
TGL JATUH TEMPO
TGL PEMBAYARAN
KETERLAMBATAN INTEREST POTONGAN TOTAL INTEREST
($) FCL TON DRUM HARI BULAN Tarif (%)
NILAI ($) NO SI
NILAI ($)
(214,60)
34 95 AMES X 2 38,4 160 69.120 18-Apr-15 18-Mei-15 19-Mei-15 1 1 0,50% 345,60
345,60
35 96 MEWANI WW 1 19,2 80 34.368 18-Apr-15 18-Mei-15 22-Mei-15 4 1 0,50% 171,84
171,84
38 102 MEWANI WW 3 57,6 240 103.104 23-Apr-15 23-Mei-15 25-Jun-15 33 2 0,50% 1.031,04
1.031,04
39 105 MILA WW 8 153,6 640 274.944 27-Apr-15 27-Mei-15 6-Jul-15 40 2 0,50% 2.749,44 105 3.093,00
(343,56)
40 107 AMES WW 1 19,2 80 34.368 25-Apr-15 25-Mei-15 14-Jul-15 50 2 0,50% 343,68 107 175,19 168,49
41 108 NINDYA WW 3 57,6 240 103.104 27-Apr-15 27-Mei-15 23-Jun-15 27 1 0,50% 515,52 108 882,00
(366,48)
45 116 G. LAJU T.OIL 2 27,2 160 50.320 1-Mei-15 31-Mei-15 5-Jun-15 5 1 0,50% 251,60
251,60
46 117 NINDYA WW 6 115,2 480 206.208 30-Apr-15 30-Mei-15 13-Jul-15 44 2 0,50% 2.062,08 117 2.320,00
(257,92)
47 123 AMES WW 1 19,2 80 34.368 1-Mei-15 31-Mei-15 14-Jul-15 44 2 0,50% 343,68 123 171,84 171,84
48 127 NINDYA WW 6 38,4 480 68.736 2-Mei-15 1-Jun-15 4-Jun-15 3 1 0,50% 343,68
343,68
49 128 NINDYA WW 6 115,2 480 206.208 12-Mei-15 11-Jun-15 16-Jul-15 35 2 0,50% 2.062,08 128 2.320,00
(257,92)
50 129 MILA XB 2 38,4 160 69.120 10-Mei-15 9-Jun-15 10-Jun-15 1 1 0,50% 345,60
345,60
51 132 MILA X 8 153,6 640 273.408 9-Mei-15 8-Jun-15 9-Jun-15 1 1 0,50% 1.367,04
1.367,04
52 134 MEWANI T.OIL 2 27,2 160 50.320 9-Mei-15 8-Jun-15 10-Jul-15 32 2 0,50% 503,20 134 251,60 251,60
53 135 MEWANI WW 2 38,4 160 67.968 9-Mei-15 8-Jun-15 9-Jul-15 31 2 0,50% 679,68 135 339,84 339,84
54 137 MILA WW 10 192 800 339.840 11-Mei-15 10-Jun-15 11-Jun-15 1 1 0,50% 1.699,20
1.699,20
55 139 G. LAJU WW 1 19,2 80 33.984 15-Mei-15 14-Jun-15 11-Agust-15 58 2 0,50% 339,84 139 169,92 169,92
56 142 NINDYA T.OIL 3 40,8 240 75.480 15-Mei-15 14-Jun-15 14-Agust-15 61 2 0,50% 754,80 142 1.215,14
(460,34)
57 144 MEWANI WW 1 19,2 80 33.984 15-Mei-15 14-Jun-15 15-Jul-15 31 2 0,50% 339,84
339,84
58 145 MILA WW 5 96 400 169.920 14-Mei-15 13-Jun-15 15-Jul-15 32 2 0,50% 1.699,20 145 1.550,00 149,20
59 146 MILA WW 10 192 800 339.840 21-Mei-15 20-Jun-15 4-Agust-15 45 2 0,50% 3.398,40 146 3.823,00
(424,60)
60 148 MILA WW 2 38,4 160 67.968 23-Mei-15 22-Jun-15 23-Jun-15 1 1 0,50% 339,84
339,84
61 151 AJL WW 4 76,8 320 135.936 20-Mei-15 19-Jun-15 26-Jun-15 7 1 0,50% 679,68
679,68
Halaman 9 dari 10
NO NO INV AGEN KWALITAS
JUMLAH NILAI KONTRAK
FOB ($) TGL BL
TGL JATUH TEMPO
TGL PEMBAYARAN
KETERLAMBATAN INTEREST POTONGAN TOTAL INTEREST
($) FCL TON DRUM HARI BULAN Tarif (%)
NILAI ($) NO SI
NILAI ($)
62 156 MEWANI WW 2 38,4 160 67.968 25-Mei-15 24-Jun-15 4-Agust-15 41 2 0,50% 679,68 156 339,84 339,84
63 158 MEWANI T.OIL 2 27,2 160 50.320 23-Mei-15 22-Jun-15 21-Jul-15 29 1 0,50% 251,60
251,60
64 159 MEWANI WW 2 38,4 160 67.968 25-Mei-15 24-Jun-15 29-Jun-15 5 1 0,50% 339,84
339,84
65 161 MILA X 10 192 800 341.760 28-Mei-15 27-Jun-15 13-Jul-15 16 1 0,50% 1.708,80
1.708,80
66 164 AMES WW 1 19,2 80 33.984 30-Mei-15 29-Jun-15 14-Jul-15 15 1 0,50% 169,92
169,92
67 168 MEWANI WW 3 57,6 240 101.952 30-Mei-15 29-Jun-15 30-Jul-15 31 2 0,50% 1.019,52 168 509,76 509,76
68 169 MEWANI WW 1 19,2 80 33.984 28-Mei-15 27-Jun-15 30-Jul-15 33 2 0,50% 339,84 169 169,92 169,92
69 176 MEWANI T.OIL 2 27,2 160 50.320 4-Jun-15 4-Jul-15 4-Agust-15 31 2 0,50% 503,20
503,20
70 177 NINDYA WW 1 18 80 31.860 10-Jun-15 10-Jul-15 21-Jul-15 11 1 0,50% 159,30
159,30
71 180 MEWANI WW 1 19,2 80 32.704 13-Jun-15 13-Jul-15 28-Jul-15 15 1 0,50% 163,52
163,52
72 182 MILA WW 7 134,4 560 223.104 12-Jun-15 12-Jul-15 28-Jul-15 16 1 0,50% 1.115,52
1.115,52
73 183 MEWANI T.OIL 4 54,4 320 97.974 13-Jun-15 13-Jul-15 14-Agust-15 32 2 0,50% 979,74 183 516,80 462,94
74 185 NINDYA WW 3 96 240 167.246 13-Jun-15 13-Jul-15 12-Agust-15 30 1 0,50% 836,23
836,23
75 187 AJL WW 4 76,8 320 127.327 17-Jun-15 17-Jul-15 23-Jul-15 6 1 0,50% 636,63
636,63
76 188 MEWANI WW 1 19,2 80 31.872 18-Jun-15 18-Jul-15 19-Agust-15 32 2 0,50% 318,72
318,72
77 191 AMES WW 1 19,2 80 31.776 18-Jun-15 18-Jul-15 30-Jul-15 12 1 0,50% 158,88
158,88
78 192 AMES WW 1 19,2 80 30.816 18-Jun-15 18-Jul-15 30-Jul-15 12 1 0,50% 154,08
154,08
79 193 AMES WW 1 19,2 80 30.816 18-Jun-15 18-Jul-15 30-Jul-15 12 1 0,50% 154,08
154,08
80 195 MEWANI T.OIL 4 54,4 320 99.334 18-Jun-15 18-Jul-15 21-Agust-15 34 2 0,50% 993,34 195 516,80 476,54
81 196 AJL T.OIL 3 40,8 240 75.473 20-Jun-15 20-Jul-15 5-Agust-15 16 1 0,50% 377,37
377,37
82 197 MILA T.OIL 4 40,8 320 75.677 20-Jun-15 20-Jul-15 27-Jul-15 7 1 0,50% 378,38
378,38
84 200 AMES WW 2 19,2 160 31.611 26-Jun-15 26-Jul-15 14-Agust-15 19 1 0,50% 158,06
158,06
86 202 AMES WW 2 38,4 160 63.327 18-Jun-15 18-Jul-15 14-Agust-15 27 1 0,50% 316,63
316,63
87 203 AMES WW 1 19,2 80 31.698 18-Jun-15 18-Jul-15 30-Jul-15 12 1 0,50% 158,49
158,49
88 204 AJL WW 2 38,4 160 63.367 20-Jun-15 20-Jul-15 21-Jul-15 1 1 0,50% 316,83
316,83
89 214 MEWANI WW 1 19,2 80 31.603 22-Jun-15 22-Jul-15 29-Jul-15 7 1 0,50% 158,02
158,02
Halaman 10 dari 10
NO NO INV AGEN KWALITAS
JUMLAH NILAI KONTRAK
FOB ($) TGL BL
TGL JATUH TEMPO
TGL PEMBAYARAN
KETERLAMBATAN INTEREST POTONGAN TOTAL INTEREST
($) FCL TON DRUM HARI BULAN Tarif (%)
NILAI ($) NO SI
NILAI ($)
90 215 MEWANI WW 1 19,2 80 31.603 22-Jun-15 22-Jul-15 29-Jul-15 7 1 0,50% 158,02
158,02
91 219 MEWANI WW 1 19,2 80 32.198 30-Jun-15 30-Jul-15 10-Agust-15 11 1 0,50% 160,99
160,99
93 229 AMES WW 2 38,4 160 63.396 6-Jul-15 5-Agust-15 14-Agust-15 9 1 0,50% 316,98
316,98
94 231 MILA X 5 96 400 160.533 30-Jun-15 30-Jul-15 3-Agust-15 4 1 0,50% 802,66
802,66
95 233 AMES WW 1 19,2 80 31.776 28-Jun-15 28-Jul-15 14-Agust-15 17 1 0,50% 158,88
158,88
96 236 MEWANI WW 5 96 400 158.016 30-Jun-15 30-Jul-15 3-Agust-15 4 1 0,50% 790,08
790,08
98 242 G. LAJU WW 2 38,4 160 63.196 3-Jul-15 2-Agust-15 18-Agust-15 16 1 0,50% 315,98
315,98
99 244 AMES WW 1 19,2 80 31.698 3-Jul-15 2-Agust-15 14-Agust-15 12 1 0,50% 158,49
158,49
100 246 AMES WW 1 19,2 80 31.698 3-Jul-15 2-Agust-15 14-Agust-15 12 1 0,50% 158,49
158,49
101 247 AMES WW 1 19,2 80 31.698 4-Jul-15 3-Agust-15 14-Agust-15 11 1 0,50% 158,49
158,49
102 252 MEWANI X 3 57,6 240 95.328 30-Jun-15 30-Jul-15 11-Agust-15 12 1 0,50% 476,64
476,64
103 255 AJL WW 6 115,2 480 190.993 8-Jul-15 7-Agust-15 18-Agust-15 11 1 0,50% 954,97
954,97
104 256 AJL WW 1 19,2 80 31.808 7-Apr-15 7-Mei-15 11-Agust-15 96 2 0,50% 318,08
318,08
TOTAL
62.482,33 32.736,31 29.746,02
Halaman 1 dari 1
Lampiran 5.
Rincian Selisih Harga Addendum Confirmation Of Sales (COS) Gondorukem dan Terpentin Tahun 2014 dan 2015 (s.d. Juni)
No. No. COS Batas Waktu
Pengapalan
Tanggal Addendum
Invoice
KW Volume (TON)
FOB/ TON Awal
(US $)
HJD Baru (US $)
Selisih (US $)
Selisih (Rp) Tanggal No
Kurs Tengah
BI X WW
Rp /TON
Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14=9x13 15=7x14
1 17/Dir/III/2014 Add II 31/03/2014 01/04/2014 03/04/2014 106 11.310 WW 134,40 2.300 2.350 2.330 (30) (4.032,00) (45.601.920,00)
2 17/Dir/III/2014 Add II 31/03/2014 01/04/2014 07/04/2014 111 11.282 WW 19,20 2.300 2.350 2.330 (30) (576,00) (6.498.432,00)
3 19/Dir/III/2014 Add I 31/03/2014 01/04/2014 01/04/2014 98 11.271 X 96,00 2.320 2.350 2.330 (30) (2.880,00) (32.460.480,00)
4 19/Dir/III/2014 Add I 31/03/2014 01/04/2014 07/04/2014 112 11.282 X 96,00 2.320 2.350 2.330 (30) (2.880,00) (32.492.160,00)
5 19/Dir/III/2014 Add I 31/03/2014 01/04/2014 08/04/2014 113 11.309 WW 96,00 2.300 2.350 2.330 (30) (2.880,00) (32.569.920,00)
6 21/Dir/III/2014 Add II 31/03/2014 01/04/2014 01/04/2014 99 11.271 X 19,20 2.320 2.350 2.330 (30) (576,00) (6.492.096,00)
7 21/Dir/III/2014 Add II 31/03/2014 01/04/2014 03/04/2014 103 11.310 WW 19,20 2.300 2.350 2.330 (30) (576,00) (6.514.560,00)
8 21/Dir/III/2014 Add II 31/03/2014 01/04/2014 03/04/2014 104 11.310 WW 19,20 2.300 2.350 2.330 (30) (576,00) (6.514.560,00)
9 21/Dir/III/2014 Add II 31/03/2014 01/04/2014 08/04/2014 115 11.309 WW 57,60 2.300 2.350 2.330 (30) (1.728,00) (19.541.952,00)
10 24/Dir/III/2014 Add II 31/03/2014 01/04/2014 01/04/2014 100 11.271 WW 19,20 2.300 2.350 2.330 (30) (576,00) (6.492.096,00)
11 24/Dir/III/2014 Add II 31/03/2014 01/04/2014 01/04/2014 101 11.271 WW 19,20 2.300 2.350 2.330 (30) (576,00) (6.492.096,00)
12 24/Dir/III/2014 Add II 31/03/2014 01/04/2014 07/04/2014 110 11.282 WW 57,60 2.300 2.350 2.330 (30) (1.728,00) (19.495.296,00)
13 24/Dir/III/2014 Add II 31/03/2014 01/04/2014 14/04/2014 118 11.444 WW 19,20 2.300 2.350 2.330 (30) (576,00) (6.591.744,00)
14 26/Dir/III/2014 Add I 31/03/2014 01/04/2014 01/04/2014 102 11.271 WW 19,20 2.300 2.350 2.330 (30) (576,00) (6.492.096,00)
15 29/Dir/IV/2014 Add II 30/04/2014 08/05/2014 06/05/2014 145 11.511 X 96,00 2.350 2.370 2.350 (20) (1.920,00) (22.101.120,00)
16 29/Dir/IV/2014 Add II 30/04/2014 08/05/2014 06/05/2014 145 11.511 WW 96,00 2.330 2.370 2.350 (20) (1.920,00) (22.101.120,00)
17 29/Dir/IV/2014 Add II 30/04/2014 08/05/2014 07/05/2014 149 11.527 X 115,20 2.350 2.370 2.350 (20) (2.304,00) (26.558.208,00)
18 29/Dir/IV/2014 Add II 30/04/2014 08/05/2014 16/05/2014 156 11.415 WW 76,80 2.330 2.370 2.350 (20) (1.536,00) (17.533.440,00)
19 29/Dir/IV/2014 Add II 30/04/2014 08/05/2014 19/05/2014 162 11.351 X 19,20 2.350 2.370 2.350 (20) (384,00) (4.358.784,00)
20 31/Dir/IV/2014 Add I 30/04/2014 02/05/2014 12/05/2014 153 11.536 WW 57,60 2.330 2.370 2.350 (20) (1.152,00) (13.289.472,00)
21 33/Dir/IV/2014 Add II 30/04/2014 02/05/2014 13/05/2014 155 11.525 WW 38,40 2.330 2.370 2.350 (20) (768,00) (8.851.200,00)
22 37/Dir/IV/2014 Add I 30/04/2014 02/05/2014 08/05/2014 150 11.624 WW 38,40 2.330 2.370 2.350 (20) (768,00) (8.927.232,00)
23 37/Dir/IV/2014 Add I 30/04/2014 02/05/2014 08/05/2014 151 11.624 WW 19,20 2.330 2.370 2.350 (20) (384,00) (4.463.616,00)
24 37/Dir/IV/2014 Add I 30/04/2014 02/05/2014 08/05/2014 152 11.624 WW 19,20 2.330 2.370 2.350 (20) (384,00) (4.463.616,00)
25 37/Dir/IV/2014 Add I 30/04/2014 02/05/2014 13/05/2014 154 11.525 WW 19,20 2.330 2.370 2.350 (20) (384,00) (4.425.600,00)
26 112/DIR/XII/2014 Add I 31/12/2014 01/01/2015 07/01/2015 2 12.732 X 57,6 1.895 2.010 2.000 (115) (6.624,00) (84.336.768,00)
27 112/DIR/XII/2014 Add I 31/12/2014 01/01/2015 08/01/2015 3 12.731 WW 38,4 1.885 2.010 2.000 (115) (4.416,00) (56.220.096,00)
TOTAL (43.680,00) (511.879.680,00)
Lampiran 6
Pendapatan Pondokan Cikole Tahun 2014 1,638,716,450 Realisasi Pembayaran Pajak Pondokan Cikole 201475,980,290
Akun
Besar Nama Akun Besar Tanggal No.Bukti Jenis Uraian
Jumlah
Pendapatan Tahun
Masa Pajak
(Bulan)
Tanggal
Setor
Besar Setoran
(Rp)
41911 Penjualan Lainnya 4/15/2014 M M004B Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd I April 2014 19,860,000 2014 Januari
41911 Penjualan Lainnya 4/30/2014 M M011B Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd II April 2014 33,700,000 2014 Febuari
41911 Penjualan Lainnya 5/15/2014 M M002B Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd I Mei 2014 21,600,000 2014 Maret
41911 Penjualan Lainnya 5/15/2014 M M002B cafe Pendapatan Café Cikole Prd I Mei 2014 48,485,000 2014 April 3-Jun-14 4,717,000
41911 Penjualan Lainnya 5/31/2014 M M009B Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd II Mei 2014 59,265,000 2014 Mei 30-Jun-14 7,251,500
41911 Penjualan Lainnya 6/15/2014 M M002B cafe Pendapatan Café Cikole Prd I Juni 2014 19,550,000 2014 Juni 22-Aug-14 8,157,840
41911 Penjualan Lainnya 6/15/2014 M M002B Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd I Juni 2014 61,867,500 2014 Juli 28-Aug-14 11,924,250
41911 Penjualan Lainnya 6/30/2014 M M009B Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd II Juni 2014 35,735,000 2014 Agustus 30-Sep-14 6,879,000
41911 Penjualan Lainnya 7/15/2014 M M002B Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd I Juli 2014 19,315,000 2014 September 31-Oct-14 5,853,000
41911 Penjualan Lainnya 7/15/2014 M M002B cafe Pendapatan Café Cikole 135,441,000 2014 Oktober 12-Dec-14 2,668,000
41911 Penjualan Lainnya 7/31/2014 M M008B cafe Pendapatan Café Cikole Brakfast Prd II Juli 2014 9,900,000 2014 November 13-Jan-15 9,675,500
41911 Penjualan Lainnya 7/31/2014 M M008B cafe Pendapatan Café Cikole Prd II Juli 2014 15,282,700 2014 Desember 25-Feb-15 18,854,200
41911 Penjualan Lainnya 7/31/2014 M M008B Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd II Juli 2014 112,507,500
41911 Penjualan Lainnya 8/15/2014 M M005B Pondok Penghasilan WW Cikole Bulan januari sd Maret 2014 169,228,250
41911 Penjualan Lainnya 8/15/2014 M M012B cafe Pendapatan Wijas Café Cikole 15,900,000
41911 Penjualan Lainnya 8/15/2014 M M012B Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd I Agustus 2014 40,330,000
41911 Penjualan Lainnya 8/31/2014 M M019 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd II Agustus 2014 35,980,000
41911 Penjualan Lainnya 9/15/2014 M M003 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd I September 2014 50,190,000
41911 Penjualan Lainnya 9/15/2014 M M003 cafe Pendapatan Wijas Café Cikole 95,647,500
41911 Penjualan Lainnya 9/30/2014 M M011 cafe Terima Pendapatan Café Cikole 10,180,000
41911 Penjualan Lainnya 9/30/2014 M M011 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd II September 2014 18,200,000
41911 Penjualan Lainnya 10/15/2014 M 002 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd I Oktober 2014 8,150,000
41911 Penjualan Lainnya 10/31/2014 M 006 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd II Oktober 2014 21,420,000
41911 Penjualan Lainnya 10/31/2014 M 006 cafe Terima Pendapatan Café Cikole 30,067,500
41911 Penjualan Lainnya 11/15/2014 M 004 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd I November 2014 47,470,000
41911 Penjualan Lainnya 11/29/2014 M 011 cafe Terima Pendapatan Café Cikole 4,225,000
41911 Penjualan Lainnya 11/29/2014 M 011 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd II November 2014 70,905,000
41911 Penjualan Lainnya 12/15/2014 M 002 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd I Desember 2014 40,830,000
41911 Penjualan Lainnya 12/15/2014 M 002 cafe Pendapatan Café Cikole 95,356,250
41911 Penjualan Lainnya 12/31/2014 M 016 cafe Pendapatan Cafe Cikole Wijas 1 97,716,250
41911 Penjualan Lainnya 12/31/2014 M 016 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd II Desember 2014 194,412,000
Rincian Buku Besar dan Pembayaran Pajak Hotel Cikole Jaya Giri Resort
Halaman 1 dari 2
Lampiran 6
Pendapatan Pondokan Cikole Tahun 2015 1,107,260,000 Realisasi Pembayaran Pajak Pondokan Cikole 201558,998,600
Akun
Besar Nama Akun Besar Tanggal No.Bukti Jenis Uraian
Jumlah
Pendapatan Tahun
Masa Pajak
(Bulan)
Tanggal
Setor
Besar Setoran
(Rp)
41911 Penjualan Lainnya 1/15/2015 M 003 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd I Januari 2015 56,846,000 2015 Januari 25-Feb-15 11,342,600
41911 Penjualan Lainnya 1/15/2015 M 003 Cafe Pendapatan Café Cikole 83,838,000 2015 Febuari 24-Mar-15 9,292,100
41911 Penjualan Lainnya 1/31/2015 M 009 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd II Januari 2015 64,740,000 2015 Maret 15-Apr-14 12,322,350
41911 Penjualan Lainnya 1/31/2015 M 009 Cafe Pendapatan Cafe Cikole Wijas 1 83,344,750 2015 April 22-May-15 7,431,300
41911 Penjualan Lainnya 2/14/2015 M 002 Cafe Pendapatan Café Cikole 19,252,500 2015 Mei 19-Jun-15 10,844,500
41911 Penjualan Lainnya 2/14/2015 M 002 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd I Pebruari 2015 38,790,000 2015 Juni 14-Jul-15 7,765,750
41911 Penjualan Lainnya 2/28/2015 M 006 Cafe Pendapatan Café Cikole 35,612,500
41911 Penjualan Lainnya 2/28/2015 M 006 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd II Pebruari 2015 63,431,000
41911 Penjualan Lainnya 3/14/2015 M 002 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd I Maret 2015 82,473,000
41911 Penjualan Lainnya 3/31/2015 M 006 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd II Maret 2015 57,340,500
41911 Penjualan Lainnya 4/15/2015 M 002 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd I April 2015 43,183,000
41911 Penjualan Lainnya 4/15/2015 M 002 Cafe Pendapatan Wijas Cafe Cikole 59,766,000
41911 Penjualan Lainnya 4/30/2015 M 008 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd II April 2015 41,690,000
41911 Penjualan Lainnya 5/15/2015 M 002 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd I Mei 2015 66,565,000
41911 Penjualan Lainnya 5/30/2015 M 007 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd II Mei 2015 57,150,000
41911 Penjualan Lainnya 6/15/2015 M 003 Cafe Pendapatan Wijas Café Cikole 19,207,500
41911 Penjualan Lainnya 6/15/2015 M 003 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd I Juni 2015 59,700,000
41911 Penjualan Lainnya 6/30/2015 M 007 Pondok Pendapatan Pondok WW Cikole Prd II Juni 2015 28,907,500
41911 Penjualan Lainnya 6/30/2015 M 007 Cafe Pendapatan Wijas Cafe Cikole 39,910,250
41911 Penjualan Lainnya 6/30/2015 M 007 Cafe Pendapatan Wijas Cafe Cikole 105,512,500
Halaman 2 dari 2
Lampiran 7
Pendapatan Pondokan Patuha Tahun 2014 1,543,868,725 Realisasi Pembayaran Pajak Pondokan Patuha 2014101,177,675
Akun
Besar Nama Akun Besar Tanggal No.Bukti Jenis Uraian
Jumlah
Pendapatan Tahun
Masa Pajak
(Bulan) Tanggal Setor
Besar Setoran
(Rp)
41911 Penjualan Lainnya 1/15/2014 M M002C Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I Januari 2014 19,707,975 2014 Januari 5-Mar-14 8,385,750
41911 Penjualan Lainnya 1/30/2014 M M009C Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II Januari 2014 3,172,500 2014 Febuari 28-Mar-14 1,778,350
41911 Penjualan Lainnya 2/15/2014 M M006C Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I Pebruari2014 10,009,350 2014 Maret 30-Apr-14 11,660,625
41911 Penjualan Lainnya 2/28/2014 M M012C Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II Pebruari 2014 5,995,800 2014 April 3-Jun-14 8,704,925
41911 Penjualan Lainnya 3/15/2014 M M004C Patuha Pendapatan Brekfest Patuha Rsort Prd I Maret2014 1,440,000 2014 Mei 30-Jun-14 17,883,325
41911 Penjualan Lainnya 3/15/2014 M M004C Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I Maret2014 14,983,650 2014 Juni 22-Aug-14 8,594,400
41911 Penjualan Lainnya 3/31/2014 M M007C Patuha Pendapatan AMDK Patuha Rsort Prd II Maret 2014 788,000 2014 Juli 10-Sep-14 5,365,250
41911 Penjualan Lainnya 3/31/2014 M M007C Patuha Pendapatan cafe Patuha Resort Prd II Maret 2014 7,880,000 2014 Agustus 30-Sep-14 8,271,850
41911 Penjualan Lainnya 3/31/2014 M M007C Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II Maret 2014 81,826,475 2014 September 31-Oct-14 7,554,050
41911 Penjualan Lainnya 3/31/2014 M M008C Patuha Pendapatan WW Patuha Januari Dan Pebruari 2014 12,820,450 2014 Oktober 20-Nov-14 8,818,525
41911 Penjualan Lainnya 3/31/2014 M M010C Patuha Pendapatan Prd II Maret 2014 Patuha Resort 9,004,275 2014 November 24-Dec-14 3,753,000
41911 Penjualan Lainnya 4/15/2014 M M004B Patuha Pendapatan AMDK Patuha Rsort Prd I April 2014 383,000 2014 Desember 26-Jan-15 10,407,625
41911 Penjualan Lainnya 4/15/2014 M M004B Patuha Pendapatan Brekfest Patuha Rsort Prd I April 2014 1,480,000
41911 Penjualan Lainnya 4/15/2014 M M004B Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I April 2014 15,664,250
41911 Penjualan Lainnya 4/30/2014 M M011B Patuha Pendapatan AMDK Patuha Rsort Prd II April 2014 448,000
41911 Penjualan Lainnya 4/30/2014 M M011B Patuha Pendapatan cafe Patuha Resort Prd II April 2014 4,480,000
41911 Penjualan Lainnya 4/30/2014 M M011B Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II April 2014 51,524,500
41911 Penjualan Lainnya 5/15/2014 M M002B Patuha Pendapatan Brekfest Patuha Rsort Prd I Mei 2014 4,480,000
41911 Penjualan Lainnya 5/15/2014 M M002B Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I Mei 2014 57,910,750
41911 Penjualan Lainnya 5/15/2014 M M002B Patuha Pendapatan Café Patuha Prd I Mei 2014 63,070,000
41911 Penjualan Lainnya 5/31/2014 M M009B Patuha Pendapatan Café Patuha Prd II Mei 2014 18,200,500
41911 Penjualan Lainnya 5/31/2014 M M009B Patuha Pendapatan Café Patuha Prd II Mei 2014 38,782,500
41911 Penjualan Lainnya 5/31/2014 M M009B Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II Mei 2014 73,192,500
41911 Penjualan Lainnya 5/31/2014 M M009B Patuha Pendapatan Patuha Rsort Prd II Mei 2014 90,505,000
41911 Penjualan Lainnya 6/15/2014 M M002B Patuha Pendapatan Café Patuha Prd I Juni 2014 34,672,500
41911 Penjualan Lainnya 6/15/2014 M M002B Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I Juni 2014 35,805,000
41911 Penjualan Lainnya 6/30/2014 M M009B Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II Juni 2014 62,887,000
41911 Penjualan Lainnya 7/15/2014 M M002B Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I Juli 2014 3,403,500
41911 Penjualan Lainnya 7/15/2014 M M002B Patuha Pendapatan Wijas Café Patuha 49,845,000
41911 Penjualan Lainnya 7/31/2014 M M008B Patuha Pendapatan Café Patuha Breakfas Prd II Juli 2014 2,800,000
41911 Penjualan Lainnya 7/31/2014 M M008B Patuha Pendapatan Café Poatuha Prd II Juli 2014 19,896,000
41911 Penjualan Lainnya 7/31/2014 M M008B Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II Juli 2014 54,125,000
41911 Penjualan Lainnya 8/15/2014 M M012B Patuha Pendapatan Wijas Café Patuha 9,310,000
41911 Penjualan Lainnya 8/15/2014 M M012B Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I Agustus 2014 56,061,500
41911 Penjualan Lainnya 8/31/2014 M M019 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II Agustus 2014 34,865,000
41911 Penjualan Lainnya 9/15/2014 M M003 Patuha Pendapatan Wijas An Agus Patuha Resort 5,062,500
41911 Penjualan Lainnya 9/15/2014 M M003 Patuha Pendapatan Wijas An Save The Cildren Patuha 8,145,000
41911 Penjualan Lainnya 9/15/2014 M M003 Patuha Pendapatan Wijas Café Patuha 44,920,000
41911 Penjualan Lainnya 9/15/2014 M M003 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I September 2014 45,015,000
41911 Penjualan Lainnya 9/30/2014 M M011 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II September 2014 17,082,500
41911 Penjualan Lainnya 9/30/2014 M M011 Patuha Terima Pendapatan Café Patuha Resort 49,850,000
41911 Penjualan Lainnya 10/15/2014 M 002 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I Oktober 2014 29,947,500
41911 Penjualan Lainnya 10/31/2014 M 006 Patuha Pendapatan AMDK Patuha Rsort Prd II Oktober 2014 2,190,000
41911 Penjualan Lainnya 10/31/2014 M 006 Patuha Terima Pendapatan Café Patuha Resort 13,505,000
41911 Penjualan Lainnya 10/31/2014 M 006 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II Oktober 2014 38,235,000
41911 Penjualan Lainnya 11/15/2014 M 004 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I November 2014 28,192,500
41911 Penjualan Lainnya 11/29/2014 M 011 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II November 2014 15,142,500
41911 Penjualan Lainnya 11/29/2014 M 011 Patuha Terima Pendapatan Café Patuha 50,576,750
41911 Penjualan Lainnya 12/15/2014 M 002 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I Desember 2014 25,203,750
41911 Penjualan Lainnya 12/15/2014 M 002 Patuha Pendapatan Café Patuha 42,927,500
41911 Penjualan Lainnya 12/31/2014 M 016 Patuha Pendapatan Cafe Patuha Wijas 1 83,490,750
41911 Penjualan Lainnya 12/31/2014 M 016 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II Desember 2014 92,254,500
41911 Penjualan Lainnya 1/15/2014 M M002C Patuha Pendapatan AMDK Patuha Rsort Prd I Januari 2014 136,000
41911 Penjualan Lainnya 1/30/2014 M M009C Patuha Pendapatan AMDK Patuha Rsort Prd II Januari 2014 20,000
41911 Penjualan Lainnya 2/15/2014 M M006C Patuha Pendapatan AMDK Patuha Rsort Prd I Pebruari2014 76,000
41911 Penjualan Lainnya 2/28/2014 M M012C Patuha Pendapatan AMDK Patuha Rsort Prd II Pebruari 2014 28,000
41911 Penjualan Lainnya 5/15/2014 M M002B Patuha Pendapatan AMDK Patuha Rsort Prd I Mei 2014 448,000
Rincian Buku Besar dan Pembayaran Pajak Hotel Patuha Resort
Halaman 1 dari 2
Lampiran 7
Pendapatan Pondokan Patuha Tahun 2015 699,417,375 Realisasi Pembayaran Pajak Pondokan Patuha 201556,572,738
Akun
Besar Nama Akun Besar Tanggal No.Bukti Jenis Uraian
Jumlah
Pendapatan Tahun
Masa Pajak
(Bulan) Tanggal Setor
Besar Setoran
(Rp)
41911 Penjualan Lainnya 1/15/2015 M 003 Patuha Pendapatan Café Patuha 33,271,000 2015 Januari 13-Feb-15 5,786,313
41911 Penjualan Lainnya 1/15/2015 M 003 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I Januari 2015 58,686,375 2015 Febuari 20-Mar-15 7,754,100
41911 Penjualan Lainnya 1/31/2015 M 009 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II Januari 2015 5,793,750 2015 Maret 23-Apr-15 4,562,500
41911 Penjualan Lainnya 1/31/2015 M 009 Patuha Pendapatan Cafe Patuha Resort Wijas 1 7,820,000 2015 April 10-Jun-15 5,977,300
41911 Penjualan Lainnya 2/14/2015 M 002 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I Pebruari 2015 41,902,500 2015 Mei 25-Jun-15 12,512,600
41911 Penjualan Lainnya 2/14/2015 M 002 Patuha Pendapatan Café Patuha 51,538,750 2015 Juni 30-Jul-15 5,742,325
41911 Penjualan Lainnya 2/28/2015 M 006 Patuha Pendapatan Café Patuha Resort 4,600,000 2015 Juli 21-Aug-15 14,237,600
41911 Penjualan Lainnya 2/28/2015 M 006 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II Pebruari 2015 46,562,500
41911 Penjualan Lainnya 3/14/2015 M 002 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I Maret 2015 26,077,500
41911 Penjualan Lainnya 3/14/2015 M 002 Patuha Pendapatan Café Patuha 49,305,000
41911 Penjualan Lainnya 3/31/2015 M 006 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II Maret 2015 24,957,500
41911 Penjualan Lainnya 4/15/2015 M 002 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I April 2015 26,982,500
41911 Penjualan Lainnya 4/15/2015 M 002 Patuha Pendapatan Wijas Cafe Patuha Resort 52,113,500
41911 Penjualan Lainnya 4/30/2015 M 008 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II April 2015 40,276,500
41911 Penjualan Lainnya 5/15/2015 M 002 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I Mei 2015 7,485,000
41911 Penjualan Lainnya 5/30/2015 M 007 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II Mei 2015 49,875,000
41911 Penjualan Lainnya 6/15/2015 M 003 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd I Juni 2015 8,457,500
41911 Penjualan Lainnya 6/15/2015 M 003 Patuha Pendapatan Wijas Café Patuha 123,296,500
41911 Penjualan Lainnya 6/30/2015 M 007 Patuha Pendapatan Pondok Patuha Rsort Prd II Juni 2015 40,416,000
Halaman 2 dari 2
Halaman 1 dari 4
Lampiran 8.
Rincian Pembayaran Premi Asuransi Purna Jabatan Direksi dan Sekretaris Dewan Pengawas
No. Nama Nomor Polis Induk No.
Sertifikat
Tanggal
Asuransi
Premi
Sekaligus
Premi
Tahunan Subtotal
Manfaat
Klaim
Tanggal
Pembayaran
1 Bambang Sukmananto PK/DGE-3723/TI 00001 01-Jul-11 870.547.859 - 870.547.859 1.091.851.463 11-Sep-14
PK/DGE-3723/TI 00010 01-Mar-14 106.181.717 - 106.181.717 108.265.534 11-Sep-14
Subtotal 976.729.576 1.200.116.997
2 Tejo Rumekso PK/DGE-3723/TI 00006 01-Jul-11 783.493.073 - 783.493.073 928.104.887 04-Sep-14
PK/DGE-3723/TI 00015 01-Mar-14 47.300.000 - 47.300.000 47.584.800 04-Sep-14
PK/DGE-3623/TI 00005 01-Nop-10 256.170.857 167.400.000 423.570.857 525.192.160 29-Sep-11
Subtotal 1.254.363.930 1.500.881.847
3 Achmad Fachroji PK/DGE-3723/TI 00003 01-Jul-11 783.493.073 - 783.493.073 893.126.083 28-Jan-14
Subtotal 783.493.073 893.126.083
4
Anthonius Nicholas Stephanus
Kosasih PK/DGE-3723/TI 00005 01-Jul-11 783.493.073
783.493.073 807.793.601 01-Jun-12
PK/DGE-3623/TI 00004
01-Agust-
10 419.044.473 167.400.000 586.444.473 716.942.702 29-Sep-11
Subtotal 1.369.937.546 1.524.736.303
6 Ir. Haryono Kusumo PK/DGE-3623/TI 00003
01-Agust-
10 419.044.473 167.400.000 586.444.473 818.636.681 19-Okt-11
4.970.968.598 5.937.497.911
Halaman 2 dari 4
No. Nama Jabatan Tanggal
Menjabat
Tanggal
Berhenti Tahun
Asuransi seharusnya
(25% dari gaji setahun)
1 Bambang Sukmananto Direktur Utama 22-Jul-11 16-Okt-14 2011 (22 Juli - 31 Des) 91.341.369,86
2012 205.800.000,00
2013 237.039.000,00
2014 (1 Jan - 16 Okt) 187.033.512,33
Subtotal 721.213.882,19
2 Tedjo Rumekso Direktur RUPHR 01-Sep-09 22-Jul-11 2009 (1 Sept - 31 Des) 55.494.246,58
Dir Can Bang & Strat 22-Jul-11 01-Sep-14 2010 165.285.900,00
2011 185.220.000,00
2012 185.220.000,00
2013 213.335.100,00
2014 (1 Jan - 1 Sept) 142.028.573,42
Subtotal 946.583.820,00
3 Achmad Fachroji Dir SDM dan Umum 27-Jun-10 13-Jan-14 2010 (27 Jun - 31 Des) 84.680.721,37
2011 185.220.000,00
2012 185.220.000,00
2013 213.335.100,00
2014 (1 Jan - 13 Jan
2014) 7.013.756,71
Halaman 3 dari 4
No. Nama Jabatan Tanggal
Menjabat
Tanggal
Berhenti Tahun
Asuransi seharusnya
(25% dari gaji setahun)
Subtotal 675.469.578,08
4
Anthonius Nicholas Stephanus
Kosasih DirekturKeuangan 28-Apr-08 08-Mei-12 2008(28Apr – 31Des) 49.332.328,77
2009 167.400.000,00
Plt. Dir SDM dan Umum 2010 165.285.900,00
2011 185.220.000,00
2012 (1 Jan - 8 Mei) 64.953.863,01
Subtotal 632.192.091,78
6 Ir. Haryono Kusumo
Direktur Perencanaan
dan Pengelolaan Hutan 28-Apr-08 22-Jul-11 2008(28Apr – 31Des) 49.332.328,77
2009 167.400.000,00
2010 165.285.900,00
2011 (1 Jan - 22 Jul) 102.505.315,07
Subtotal 484.523.543,84
TOTAL 3.459.982.915,89
Halaman 4 dari 4
No. Nama Jabatan Tanggal
Menjabat
Tanggal
Berhenti
Pembayaran untuk
periode Nilai Premi Keterangan No. Bukti
Manfaat
Klaim Tanggal
Mulai
Tanggal
Berakhir
1 Siti Fauziah Sekretaris Dewas 10-Nop-11 11-Agust-14 01-Mar-14 01-Mar-15 3.465.000 Premi Sekaligus BK No. 77/04/2014
01-Mar-14 01-Mar-15 2.970.000 Premi Tahunan BK No. 77/04/2014
01-Des-11 01-Des-12 27.900.000 Premi Tahunan
01-Des-12 01-Des-13 27.900.000 Premi Tahunan BK No. 009/04/2014
01-Des-13 01-Des-14 27.900.000 Premi Tahunan BK No. 009/04/2014
Subtotal 90.135.000
90.195.035
2
Doddy Heriawan
Priatmoko Sekretaris Dewas 11-Agust-14 - 01-Sep-14 01-Sep-15 30.870.000 Premi Tahunan BK No. 104/09/2014
Subtotal 30.870.000
Belum
dicairkan
TOTAL 121.005.000
Vol (M3) Rupiah (Rp.)
Persediaan TW I
2014 yg masih sisa
(m3)
Biaya Tebangan
Rata-rata (Rp/m3)
1 2 3 4 5 6 7 (5:4) 8 (6x7)
JATI Persiapan Tebangan Jati 72,167 17,589,021,843 34,764.00 243,726.66 8,472,913,608.24
Iname/Pemotongan Jati 72,167 7,319,157,156 34,764.00 101,419.72 3,525,755,146.08
Angkutan Jati 72,167 11,435,271,012 34,764.00 158,455.68 5,508,553,259.52
RIMBA Persiapan Tebangan Rimba 43,540 1,818,667,743 5,905.00 41,770.04 246,652,086.20
Iname/Pemotongan Rimba 43,540 414,149,844 5,905.00 9,511.94 56,168,005.70
Angkutan Rimba 43,540 921,524,212 5,905.00 21,165.00 124,979,325.00
Eksploitasi hutan lainnya 115,707 43,441,580,742 40,669.00 375,444.71 15,268,960,910.99
PSDH PSDH 115,707 13,771,225,746 40,669.00 119,018.09 4,840,346,702.21
JUMLAH 115,707 96,710,598,298 835,823.23 38,044,329,043.94
Ket : Nilai Realisasi sd April sumber dari ERP Keuangan
Lampiran 9. Rincian Perhitungan Biaya Tebangan pada Perum Perhutani
Nomor Jenis Uraian
Realisasi biaya S.D April 2015 Nilai Pemborosan (Nilai
Penghematan bila Tidak
Melakukan Tebangan pada
Bulan April) (Rp)
Nilai
Halaman 1 dari 1
Halaman 1 dari 2
Lampiran 10. Rekap register SPPD KPH Divisi Regional Jawa Tengah Bulan Oktober 2014
No. KPH
Peserta
Yang
Diundang
(orang)
Peserta Yang
Mengikuti
Sesuai
Register SPPD
Nama
Peserta Jabatan No SPPD
Tanggal
kegiatan sesuai
SPPD
1. Balapulang 1 1 Hari Dwi Hutanto
Kasi PSDH 1314 15 – 18 Okt 2014
2. Blora 9 10 Parman 1369 15 – 18 Okt 2014
Suparman 1370 15 – 18 Okt 2014
Hery Kristiono
1371 15 – 18 Okt 2014
Sudarto 1372 15 – 18 Okt 2014
Rr. S. KSP 1373 15 – 18 Okt 2014
Akhmad 1374 15 – 18 Okt 2014
Suradji 1375 15 – 18 Okt 2014
Supanji 1376 15 – 18 Okt 2014
Pamin 1377 15 – 18 Okt 2014
Dwi Wahyono
1378 15 – 18 Okt 2014
3. Banyumas Barat
1 1 Sugeng Bowo
15 – 18 Okt 2014
4. Banyumas Timur
1 0 - - - -
5. Cepu 1 1 M. farkhan Kasi PSDH 2720 15 – 18 Okt 2014
6. Gundih 9 9 Atang Purnama
Kasi PSDH 2512 15 – 18 Okt 2014
Sarjono KSS Ren 2513 15 – 18 Okt 2014
Darmanto K Tan 2514 15 – 18 Okt 2014
Suherman Asper Dalem 2515 15 – 18 Okt 2014
Wagiyono KKPN 2516 15 – 18 Okt 2014
Suroto Mandom Tanaman
2517 15 – 18 Okt 2014
Bambang Sugiyanto
Mandor Tanaman
2518 15 – 18 Okt 2014
M. Ustad 2519 15 – 18 Okt 2014
Sujio Mandor Persemaian
2520 15 – 18 Okt 2014
7. Kebunharjo 9 9 Supangat Kaur Tanaman
2297 15 – 18 Okt 2014
Chorirotun Nur U
Kasi PSDH 2305 15 – 18 Okt 2014
Ari Kartika P KSS Ren 2306 15 – 18 Okt 2014
Yudi Susanto
Asper 2307 15 – 18 Okt 2014
Samani KRPH 2308 15 – 18 Okt 2014
Warsidan Mandor 2309 15 – 18 Okt 2014
Sutikno Mandor 2310 15 – 18 Okt 2014
Junaedi Sp Tanaman 2311 15 – 18 Okt 2014
Mujianto Sp Tanaman 2312 15 – 18 Okt 2014
8. Kedu Selatan 1 1 Hartanto Kasi PSDH 1579 15 – 18 Okt 2014
9. Kendal 9 9 Dedi S.J. Mulyantoko
796 14 – 18 Okt 2014
Suparmin 797 14 – 18 Okt 2014
Maswan 798 14 – 18 Okt 2014
Halaman 2 dari 2
No. KPH
Peserta
Yang
Diundang
(orang)
Peserta Yang
Mengikuti
Sesuai
Register SPPD
Nama
Peserta Jabatan No SPPD
Tanggal
kegiatan sesuai
SPPD
Hadi Suroso 799 14 – 18 Okt 2014
Kriswantoro 800 14 – 18 Okt 2014
Joko Lesmono
801 14 – 18 Okt 2014
Agus Yusrianto
802 14 – 18 Okt 2014
Maman maryati
803 14 – 18 Okt 2014
Suwardi 812 14 – 18 Okt 2014
10. Kedu Utara 1 1 Sartono Kaur Tanaman
1457 15 – 18 Okt 2014
11. Mantingan 9 9 Setya Riyadi Kasi PSDH 1318 15 – 18 Okt 2014
Moch. Latif 1319 15 – 18 Okt 2014
Suhermadi 1320 15 – 18 Okt 2014
Anies Tri 1321 15 – 18 Okt 2014
Slamet 1322 15 – 18 Okt 2014
Moh Rosidi 1323 15 – 18 Okt 2014
M. Jamhari 1324 15 – 18 Okt 2014
M. Budiman 1325 15 – 18 Okt 2014
M. Arief Mustakhin
1326 15 – 18 Okt 2014
12. Pati 1 1 Priyono 1714 15 – 18 Okt 2014
13. Pekalongan Barat
1 1 Bagas Avianto
Kasi PSDH 1449 15 – 18 Okt 2014
14. Pekalongan Timur
1 0 - - - -
15. Pemalang 1 1 Rana Gumelar
Kasi 1543 17 – 18 Okt 2014
16. Purwodadi 1 1 Dwi Anggoro Kasih
Kasi PSDH 393 15 – 18 Okt 2014
17. Randublatung 1 1 Rani Maharto
Kasi PSDH 2218 15 – 18 Okt 2014
18. Semarang 1 1 Kurnia Dewi Y
Kasi PSDH 913 15 – 18 Okt 2014
19. Surakarta 1 1 Tuti Minarti 1042 15 – 18 Okt 2014
20 Telawa 9 8 Anthonie Alfrits Tandayu
Kasi PSDH 1609 15 – 18 Okt 2014
Hadi Suwignyo
Kaur Tanaman
1610 15 – 18 Okt 2014
Alimin Asper Karangrayung
1611 15 – 18 Okt 2014
Susanto KRPH Lengkong
1612 15 – 18 Okt 2014
Pardiyanto Mandor Persemaian
1613 15 – 18 Okt 2014
Sutiyo Mandor Tanam
1614 15 – 18 Okt 2014
Wahyu Tri Prakoso
Staf Tanaman 1615 15 – 18 Okt 2014
Ari Santoso Staf Tanaman 1616 15 – 18 Okt 2014
Total 68 66
A. Rincian Realisasi Perjalanan Dinas Pusdikbang Madiun Tahun 2014
No Kode Akun Tanggal No.Bukti Uraian Mutasi Debet (Rp) Keterangan
517 1002 1/13/2014 KK 071/01/2014 BYA TRANSPORT RIDWAN CAHYONO 950,000 Tidak ada stempel tujuan
518 1002 1/13/2014 KK 072/01/2014 BYA TRANSPORT MITA YULIA NUGRAHANI.SE 950,000 Tidak ada stempel tujuan
531 1002 2/3/2014 KK 021/02/2014 BYA TRANSPORT IR.LUCY MARDIANA 4,550,000 Tidak ada stempel tujuan
535 1002 2/7/2014 KK 054/02/2014 BYA TRANSPORT DARSONO 75,000 Tidak ada stempel tujuan
539 1002 2/13/2014 KK 104/02/2014 BYA TRANSPORT RIDWAN CAHYONO 950,000 Tidak ada stempel tujuan
540 1002 2/13/2014 KK 113/02/2014 BYA TRANSPORT ANDI MINARWAN.S.TP 950,000 Tidak ada stempel tujuan
49 1001 2/20/2014 KK 178/02/2014 BYA PERJALANAN DARSONO 75,000 Tidak ada stempel tujuan
545 1002 2/20/2014 KK 178/02/2014 BYA TRANSPORT DARSONO 75,000 Tidak ada stempel tujuan
572 1002 3/28/2014 KK 289/03/2014 BYA TRANSPORT IPIN RUDIANTO 137,500 Tidak ada stempel tujuan
783 1999 3/28/2014 KK 289/03/2014 BYA HOTEL IPIN RUDIANTO 320,000 Tidak ada stempel tujuan
573 1002 3/28/2014 KK 314/03/2014 BYA TRANSPORT IR.LUCY MARDIANNA 2,100,000 Tidak ada stempel tujuan
575 1002 4/4/2014 KK 029/04/2014 BYA TRANSPORT IR.SUGENG DJAROT S.MP 150,000 Tidak ada stempel tujuan
576 1002 4/4/2014 KK 030/04/2014 BYA TRANSPORT IR.A BUDI S 150,000 Tidak ada stempel tujuan
577 1002 4/7/2014 KK 049/04/2014 BYA TRANSPORT IR.A BUDI S 1,150,000 Tidak ada stempel tujuan
784 1999 4/7/2014 KK 049/04/2014 BYA HOTEL IR.A BUDI S 600,000 Tidak ada stempel tujuan
584 1002 4/15/2014 KK 173/04/2014 BYA TRANSPORT SUJOTO 275,000 Tidak ada stempel tujuan
585 1002 4/15/2014 KK 174/04/2014 BYA TRANSPORT DEWI SUPADMI ASTUTI 275,000 Tidak ada stempel tujuan
586 1002 4/15/2014 KK 175/04/2014 BYA TRANSPORT ONGKY ARIES TYANTO.SH 275,000 Tidak ada stempel tujuan
603 1002 5/5/2014 KK 048/05/2014 BYA TRANSPORT L.HANDOKO 925,000 Tidak ada stempel tujuan
604 1002 5/5/2014 KK 049/05/2014 BYA TRANSPORT EKO NUR AHMADI.S.Hut 925,000 Tidak ada stempel tujuan
605 1002 5/5/2014 KK 050/05/2014 BYA TRANSPORT EKO PURNOMO.SE 925,000 Tidak ada stempel tujuan
606 1002 5/5/2014 KK 051/05/2014 BYA TRANSPORT IR.JOKO BAROTO ABK 925,000 Tidak ada stempel tujuan
614 1002 5/16/2014 KK 185/05/2014 BYA TRANSPORT AGA LEOFIANDRA 275,000 Tidak ada stempel tujuan
187 1001 5/22/2014 KK 231/05/2014 BYA PERJALANAN DWI HARI PRASETYA.ST 200,000 Tidak ada stempel tujuan
194 1001 6/2/2014 KK 019/06/2014 BYA PERJALANAN IPIN RUDIANTO 75,000 Tidak ada stempel tujuan
624 1002 6/5/2014 KK 044/06/2014 BYA TRANSPORT DARSONO 75,000 Tidak ada stempel tujuan
207 1001 6/10/2014 KK 126/06/2014 BYA PERJALANAN PENDI SUSANTO 150,000 Tidak ada stempel tujuan
211 1001 6/13/2014 KK 167/06/2014 BYA PERJALANAN GATOT WALUYO.SE 200,000 Tidak ada stempel tujuan
629 1002 6/13/2014 KK 171/06/2014 BYA TRANSPORT AGUSTINUS CAHYODARU 950,000 Tidak ada stempel tujuan
214 1001 6/16/2014 KK 200/06/2014 BYA PERJALANAN IR.URIP INDERA NURVANA.Msi 100,000 Tidak ada stempel tujuan
232 1001 6/30/2014 KK 352/06/2014 BYA PERJALANAN IR.MUH AKNAMTORO 100,000 Tidak ada stempel tujuan
636 1002 7/4/2014 KK 027/07/2014 BYA TRANSPORT DARSONO 75,000 Tidak ada stempel tujuan
649 1002 7/17/2014 KK 125/07/2014 BYA TRANSPORT IR.JOKO BAROTO ABK.Msi 1,231,000 Tidak ada stempel tujuan
279 1001 8/4/2014 KK 027/08/2014 BYA PERJALANAN DARSONO 300,000 Tidak ada stempel tujuan
283 1001 8/11/2014 KK 047/08/2014 BYA PERJALANAN DWI HARI PRASETYA.ST 475,000 Tidak ada stempel tujuan
658 1002 8/11/2014 KK 047/08/2014 BYA TRANSPORT DWI HARI PRASETYA.ST 950,000 Tidak ada stempel tujuan
291 1001 8/15/2014 KK 133/08/2014 BYA PERJAL IR.LUCY M 250,000 Tidak ada stempel tujuan
298 1001 8/19/2014 KK 179/08/2014 BYA PERJALANAN DWI HARI PRASETYA.ST 200,000 Tidak ada stempel tujuan
671 1002 8/22/2014 KK 213/08/2014 BYA TRANSPORT DARMOKO 275,000 Tidak ada stempel tujuan
791 1999 8/22/2014 KK 213/08/2014 BYA HOTEL DARMOKO 500,000 Tidak ada stempel tujuan
316 1001 9/3/2014 KK 045/09/2014 BYA PERJALANAN PENDI SUSANTO 75,000 Tidak ada stempel tujuan
680 1002 9/5/2014 KK 064/09/2014 BYA TRANSPORT DIMAS MURRU HAMARDANA.SE 150,000 Tidak ada stempel tujuan
681 1002 9/5/2014 KK 065/09/2014 BYA TRANSPORT DARMOKO.SE 150,000 Tidak ada stempel tujuan
323 1001 9/5/2014 KK 066/09/2014 BYA PERJALANAN NUR EKA S 300,000 Tidak ada stempel tujuan
793 1999 9/5/2014 KK 066/09/2014 BYA HOTEL NUR EKA S 640,000 Tidak ada stempel tujuan
794 1999 9/5/2014 KK 067/09/2014 BYA HOTEL DARMOKO.SE 1,000,000 Tidak ada stempel tujuan
795 1999 9/5/2014 KK 068/09/2014 BYA HOTEL IR.LUCY MARDIANNA 1,600,000 Tidak ada stempel tujuan
686 1002 9/10/2014 KK 100/09/2014 BYA TRANSPORT IR.JOKO BAROTO ABK.Msi 275,000 Tidak ada stempel tujuan
335 1001 9/11/2014 KK 137/09/2014 BYA PERJALANAN IPIN RUDIANTO 75,000 Tidak ada stempel tujuan
692 1002 9/16/2014 KK 203/09/2014 BYA TRANSPORT IR.LUCY MARDIANNA 75,000 Tidak ada stempel tujuan
353 1001 9/26/2014 KK 360/09/2014 BYA PERJALANAN PENDI SUSANTO 75,000 Tidak ada stempel tujuan
355 1001 9/29/2014 KK 381/09/2014 BYA PERJALANAN PENDI SUSANTO 150,000 Tidak ada stempel tujuan
358 1001 9/29/2014 KK 385/09/2014 BYA PERJALANAN DARSONO 225,000 Tidak ada stempel tujuan
702 1002 10/8/2014 KK 081/10/2014 BYA TRANSPORT AGSUTINUS C 150,000 Tidak ada stempel tujuan
705 1002 10/8/2014 KK 088/10/2014 BYA TRANSPORT YUYUN VINA Y 1,150,000 Tidak ada stempel tujuan
365 1001 10/10/2014 KK 129/10/2014 BYA PERJALANAN DARSONO 75,000 Tidak ada stempel tujuan
706 1002 10/10/2014 KK 129/10/2014 BYA TRANSPORT DARSONO 75,000 Tidak ada stempel tujuan
713 1002 10/15/2014 KK 184/10/2014 BYA TRANSPORT EKO PURNOMO.SE 1,125,000 Tidak ada stempel tujuan
391 1001 10/23/2014 KK 275/10/2014 BYA PERJALANAN DIMAS MERRU HAMARDANA.SE 100,000 Tidak ada stempel tujuan
806 1999 10/29/2014 KK 349/10/2014 BYA HOTEL IPIN RUDIANTO 320,000 Tidak ada stempel tujuan
410 1001 11/5/2014 KK 035/11/2014 BYA PERJALANAN GUNUNG SEWANDONO 150,000 Tidak ada stempel tujuan
731 1002 11/6/2014 KK 080/11/2014 BYA TRANSPORT DWI HARI P 275,000 Tidak ada stempel tujuan
807 1999 11/6/2014 KK 080/11/2014 BYA HOTEL DWI HARI P 500,000 Tidak ada stempel tujuan
Lampiran 11. Rincian Realisasi Perjalanan Dinas Pusdikbang Madiun Tahun 2014 dan 2015 (s.d Juni)
Page 1 of 3
No Kode Akun Tanggal No.Bukti Uraian Mutasi Debet (Rp) Keterangan
809 1999 11/7/2014 KK 091/11/2014 BYA HOTEL HARY BAGUS 320,000 Tidak ada stempel tujuan
425 1001 11/12/2014 KK 155/11/2014 BYA PERJALANAN JAYANTO ERY WIBOWO 75,000 Tidak ada stempel tujuan
810 1999 11/18/2014 KK 278/11/2014 BYA HOTEL IPIN RUDIANTO 640,000 Tidak ada stempel tujuan
436 1001 11/19/2014 KK 294/11/2014 BYA PERJALANAN DIMAS MERRU HAMARDANA.SE 725,000 Tidak ada stempel tujuan
735 1002 11/19/2014 KK 294/11/2014 BYA HOTEL DIMAS MERRU HAMARDANA.SE 1,150,000 Tidak ada stempel tujuan
437 1001 11/19/2014 KK 295/11/2014 BYA TTRANSPORT DWI HARI P.ST 725,000 Tidak ada stempel tujuan
736 1002 11/19/2014 KK 295/11/2014 BYA TRANSPORT DWI HARI P.ST 1,150,000 Tidak ada stempel tujuan
438 1001 11/19/2014 KK 296/11/2014 BYA PERJALANAN N.A.SRI ROKHAYATI.S.Hut 400,000 Tidak ada stempel tujuan
737 1002 11/19/2014 KK 296/11/2014 BYA TRANSPORT N.A.SRI ROKHAYATI.S.Hut 275,000 Tidak ada stempel tujuan
441 1001 11/25/2014 KK 333/11/2014 BYA PERJALANAN MITA YULIA N.SE 475,000 Tidak ada stempel tujuan
739 1002 11/25/2014 KK 333/11/2014 BYA TRANSPORT MITA YULIA N.SE 1,150,000 Tidak ada stempel tujuan
740 1002 11/27/2014 KK 355/11/2014 BYA TRANSPORT IPIN RUDIANTO 150,000 Tidak ada stempel tujuan
445 1001 11/28/2014 KK 380/11/2014 BYA PERJALANAN GATOT WALUYO.SE 1,225,000 Tidak ada stempel tujuan
741 1002 11/28/2014 KK 380/11/2014 BYA TRANSPORT GATOT WALUYO 1,150,000 Tidak ada stempel tujuan
446 1001 11/30/2014 M 09/11/2014 PEMBUKUAN KOREKSI BYA PERJAL IR.LUCY M 250,000 Tidak ada stempel tujuan
812 1999 11/30/2014 M 19/11/2014 MEMBUKU BYA AKOMODASI HOTEL IR.LUCY M 2,080,000 Tidak ada stempel tujuan
813 1999 11/30/2014 M 21/11/2014 MEMBUKU BYA AKOMODASI HOTEL IR.LUCY M 2,400,000 Tidak ada stempel tujuan
742 1002 12/3/2014 KK 027/12/2014 BYA TRANSPORT SUGIANTO 180,000 Tidak ada stempel tujuan
744 1002 12/3/2014 KK 032/12/2014 BYA TRANSPORT IR.LUCY MARDIANNA 2,100,000 Tidak ada stempel tujuan
745 1002 12/4/2014 KK 058/12/2014 BYA TRANSPORT IR.MUH AKNAMTORO.MP 275,000 Tidak ada stempel tujuan
747 1002 12/4/2014 KK 060/12/2014 BYA TRANSPORT N.A.SRI ROKHAYATI.S.Hut 360,000 Tidak ada stempel tujuan
814 1999 12/4/2014 KK 060/12/2014 BYA HOTEL N.A.SRI ROKHAYATI.S.Hut 500,000 Tidak ada stempel tujuan
748 1002 12/4/2014 KK 061/12/2014 BYA TRANSPORT IR.LUCY MARDIANNA 360,000 Tidak ada stempel tujuan
815 1999 12/4/2014 KK 062/12/2014 BYA HOTEL IPIN RUDIANTO 640,000 Tidak ada stempel tujuan
818 1999 12/10/2014 KK 138/12/2014 BYA HOTEL IPIN RUDIANTO 320,000 Tidak ada stempel tujuan
754 1002 12/12/2014 KK 188/12/2014 BYA TRANSPORT DIMAS MERRU H.SE 275,000 Tidak ada stempel tujuan
757 1002 12/12/2014 KK 194/12/2014 BYA TRANSPORT JOKO PURWANTO 1,125,000 Tidak ada stempel tujuan
820 1999 12/15/2014 KK 206/12/2014 BYA HOTEL IPIN RUDIANTO 320,000 Tidak ada stempel tujuan
479 1001 12/16/2014 KK 232/12/2014 BYA PERJALANAN RIDWAN CAHYONO 150,000 Tidak ada stempel tujuan
758 1002 12/16/2014 KK 232/12/2014 BYA TRANSPORT RIDWAN CAHYONO 275,000 Tidak ada stempel tujuan
759 1002 12/16/2014 KK 233/12/2014 BYA TRANSPORT AGUSTINUS CAHYODARU 275,000 Tidak ada stempel tujuan
481 1001 12/17/2014 KK 246/12/2014 BYA PERJALANAN IPIN RUDIANTO 150,000 Tidak ada stempel tujuan
821 1999 12/17/2014 KK 246/12/2014 BYA HOTEL IPIN RUDIANTO 320,000 Tidak ada stempel tujuan
482 1001 12/17/2014 KK 247/12/2014 BYA PERJALANAN DARMOKO 200,000 Tidak ada stempel tujuan
760 1002 12/17/2014 KK 247/12/2014 BYA TRANSPORT DARMOKO 400,000 Tidak ada stempel tujuan
483 1001 12/17/2014 KK 248/12/2014 BYA PERJALANAN IR.JOKO BAROTO ABK.Msi 200,000 Tidak ada stempel tujuan
761 1002 12/17/2014 KK 248/12/2014 BYA TRANSPORT IR.JOKO BAROTO ABK.Msi 400,000 Tidak ada stempel tujuan
763 1002 12/17/2014 KK 250/12/2014 BYA TRANSPORT IR.LUCY MARDIANNA 2,030,100 Tidak ada stempel tujuan
494 1001 12/22/2014 KK 320/12/2014 BYA PERJALANAN TUKIMAN 150,000 Tidak ada stempel tujuan
765 1002 12/22/2014 KK 320/12/2014 BYA TRANSPORT TUKIMAN 275,000 Tidak ada stempel tujuan
766 1002 12/22/2014 KK 321/12/2014 BYA TRANSPORT MIA ROSALIA F.SE 275,000 Tidak ada stempel tujuan
497 1001 12/22/2014 KK 323/12/2014 BYA PERJALANAN DWI HARI P.ST 725,000 Tidak ada stempel tujuan
768 1002 12/22/2014 KK 323/12/2014 BYA TRANSPORT DWI HARI P.ST 1,150,000 Tidak ada stempel tujuan
498 1001 12/22/2014 KK 324/12/2014 BYA PERJALANAN DIMAS MERRU H.SE 725,000 Tidak ada stempel tujuan
769 1002 12/22/2014 KK 324/12/2014 BYA TRANSPORT DIMAS MERRU H.SE 1,150,000 Tidak ada stempel tujuan
505 1001 12/30/2014 KK 371/12/2014 BYA PERJALANAN DIMAS MERRU H.SE 200,000 Tidak ada stempel tujuan
824 1999 12/30/2014 KK 371/12/2014 BYA HOTEL DIMAS MERRU H.SE 500,000 Tidak ada stempel tujuan
506 1001 12/30/2014 KK 372/12/2014 BYA PERJALANAN TUKIMAN 150,000 Tidak ada stempel tujuan
825 1999 12/30/2014 KK 372/12/2014 BYA HOTEL TUKIMAN 500,000 Tidak ada stempel tujuan
288 1001 8/13/2014 KK 082/08/2014 BYA PERJALANAN JOKO PURWANTO 300,000 Tidak ada stempel tujuan
397 1001 10/29/2014 KK 349/10/2014 BYA PERJALANAN IPIN RUDIANTO 150,000 Tidak ada stempel tujuan
420 1001 11/7/2014 KK 090/11/2014 BYA PERJALANAN DIMAS MERRU HAMARDANA.SE 200,000 Tidak ada stempel tujuan
808 1999 11/7/2014 KK 090/11/2014 BYA HOTEL DIMAS MERRU HAMARDANA.SE 500,000 Tidak ada stempel tujuan
455 1001 12/4/2014 KK 043/12/2014 BYA PERJALANAN IR.JOKO BAROTO ABK.Msi 50,000 Tidak ada stempel tujuan
753 1002 12/10/2014 KK 140/12/2014 BYA TRANSPORT RIDWAN CAHYONO 1,150,000 Tidak ada stempel tujuan
480 1001 12/16/2014 KK 233/12/2014 BYA PERJALANAN AGUSTNUS CAHYODARU 150,000 Tidak ada stempel tujuan
762 1002 12/17/2014 KK 249/12/2014 BYA TRANSPORT MIA ROSALIA FADILA.SE 1,125,000 Tidak ada stempel tujuan
485 1001 12/17/2014 KK 250/12/2014 BYA PERJALANAN IR.LUCY MARDIANNA 500,000 Tidak ada stempel tujuan
489 1001 12/18/2014 KK 276/12/2014 BYA PERJALANAN DIMAS MERRU H.SE 200,000 Tidak ada stempel tujuan
Jumlah 68,118,600.00
Page 2 of 3
B. Realisasi Perjalanan Dinas Pusdikbang Madiun Tahun 2015 (s.d Juni)
No Nama Akun Tanggal No.Bukti Uraian Mutasi Debet (Rp) Keterangan
632 06 00 0 000 1/8/2015 KK 021/01/2015 BYA PERJALANAN TOFAN DWI P (SMK) 37,500 Tidak ada stempel tujuan
540 06 00 0 000 1/8/2015 KK 026/01/2015 BYA PERJALANAN IR.SLAMET WINARTA (SLTA) 100,000 Tidak ada stempel tujuan
541 06 00 0 000 1/8/2015 KK 028/01/2015 BYA PERJALANAN PENDI SUSANTO (SLTA) 470,000 Tidak ada stempel tujuan
542 06 00 0 000 1/8/2015 KK 029/01/2015 BYA PERJALANAN IR.DEDI HERIYADI M (SLTA) 800,000 Tidak ada stempel tujuan
543 06 00 0 000 1/8/2015 KK 030/01/2015 BYA PERJALANAN IR.MUH AKNAMTORO (SLTA) 800,000 Tidak ada stempel tujuan
637 06 00 0 000 1/12/2015 KK 052/01/2015 BYA PERJALANAN DWI CAHYO (SMK) 37,500 Tidak ada stempel tujuan
638 06 00 0 000 1/12/2015 KK 053/01/2015
BYA PERJALANAN LINTANG PURBONINGTYAS
(SMK) 50,000 Tidak ada stempel tujuan
639 06 00 0 000 1/12/2015 KK 054/01/2015 BYA PERJALANAN IR.SLAMET WINARTA (SMK) 50,000 Tidak ada stempel tujuan
643 06 00 0 000 1/12/2015 KK 065/01/2015
BYA PERJALANAN LINTANG PURBONINGTYAS
(SMK) 100,000 Tidak ada stempel tujuan
555 06 00 0 000 1/14/2015 KK 103/01/2015 BYA PERJALANAN PENDI SUSANTO (SLTA) 75,000 Tidak ada stempel tujuan
560 06 00 0 000 1/14/2015 KK 108/01/2015
BYA PERJALANAN IR.HERU HARTANTO.MM
(SLTA) 100,000 Tidak ada stempel tujuan
572 06 00 0 000 1/16/2015 KK 146/01/2015 BYA PERJALANAN IR.GIRI IRWANTO (SLTA) 1,075,000 Tidak ada stempel tujuan
574 06 00 0 000 1/19/2015 KK 150/01/2015 BYA PERJALANAN PENDI SUSANTO (SLTA) 75,000 Tidak ada stempel tujuan
583 06 00 0 000 1/19/2015 KK 159/01/2015 BYA PERJALANAN IR.ABDUL HASAN.Msi (SLTA) 800,000 Tidak ada stempel tujuan
586 06 00 0 000 1/22/2015 KK 195/01/2015 BYA PERJALANAN PENDI SUSANTO (SLTA) 75,000 Tidak ada stempel tujuan
321 00 00 0 000 1/27/2015 KK 226/01/2015 BYA TRANSPORT EKO PURNOMO.SE 1,125,000 Tidak ada stempel tujuan
322 06 00 0 000 1/27/2015 KK 227/01/2015 BYA TRANSPORT SUYITNO.Spd 1,125,000 Tidak ada stempel tujuan
323 06 00 0 000 1/27/2015 KK 228/01/2015 BYA TRANSPORT WIWIK ANDRIYANI.S.Hut 1,125,000 Tidak ada stempel tujuan
603 06 00 0 000 1/27/2015 KK 238/01/2015 BYA PERJALANAN PENDI SUSANTO (SLTA) 150,000 Tidak ada stempel tujuan
330 06 00 0 000 1/27/2015 KK 254/01/2015 BYA TRANSPORT EKO NUR AHMADI.S.Hut 1,125,000 Tidak ada stempel tujuan
611 00 00 0 000 1/27/2015 KK 256/01/2015
BYA PERJALANAN IR.TRI ESTI KURNI
K.M.FOR.Sci (SLTA) 50,000 Tidak ada stempel tujuan
616 06 00 0 000 2/3/2015 KK 010/02/2015 BYA PERJALANAN ARIYANTO (SLTA) 37,500 Tidak ada stempel tujuan
54 06 00 0 000 2/4/2015 KK 031/02/2015 BYA PERJALANAN DARSONO 75,000 Tidak ada stempel tujuan
60 06 00 0 000 2/4/2015 KK 037/02/2015 BYA PERJALANAN PENDI SUSANTO 150,000 Tidak ada stempel tujuan
472 06 00 0 000 2/4/2015 KK 037/02/2015 BYA HOTEL PENDI SUSANTO 320,000 Tidak ada stempel tujuan
474 06 00 0 000 2/5/2015 KK 044/02/2015 BYA HOTEL TUKIMAN 500,000 Tidak ada stempel tujuan
477 06 00 0 000 2/9/2015 KK 079/02/2015 BYA HOTEL TUKIMAN 500,000 Tidak ada stempel tujuan
478 06 00 0 000 2/9/2015 KK 080/02/2015 BYA HOTEL DWI HARI PRASETYA.ST 500,000 Tidak ada stempel tujuan
479 00 00 0 000 2/9/2015 KK 081/02/2015 BYA HOTEL DIMAS MERRU H.SE 500,000 Tidak ada stempel tujuan
76 06 00 0 000 2/13/2015 KK 125/02/2015 BYA PERJALANAN IR.LUCY MARDIANNA 300,000 Tidak ada stempel tujuan
338 05 10 0 000 2/13/2015 KK 125/02/2015 BYA TRANSPORT IR.LUCY MARDIANNA 2,100,000 Tidak ada stempel tujuan
618 00 00 0 000 2/15/2015 M 01/02/2015 BYA PRATUGAS SLTA 280,650 Tidak ada stempel tujuan
340 06 00 0 000 2/16/2015 KK 152/02/2015 BYA TRANSPORT IPIN RUDIANTO 175,000 Tidak ada stempel tujuan
341 06 00 0 000 2/17/2015 KK 156/02/2015 BYA TRANSPORT IR.JOKO BAROTO ABK.Msi 275,000 Tidak ada stempel tujuan
346 06 00 0 000 2/20/2015 KK 190/02/2015 BYA TRANSPORT AGUSTINUS C 275,000 Tidak ada stempel tujuan
366 06 00 0 000 3/12/2015 KK 123/03/2015 BYA TRANSPORT IPIN RUDIANTO 75,000 Tidak ada stempel tujuan
394 06 00 0 000 4/10/2015 KK 075/04/2015 BYA TRANSPORT MIA ROSALIA F 1,125,000 Tidak ada stempel tujuan
396 06 00 0 000 4/10/2015 KK 077/04/2015 BYA TRANSPORT DIMAS MERRU H.SE 1,125,000 Tidak ada stempel tujuan
501 06 00 0 000 4/15/2015 KK 123/04/2015 BYA HOTEL AGUS SUPRIYONO 320,000 Tidak ada stempel tujuan
185 06 00 0 000 4/16/2015 KK 132/04/2015 BYA PERJALANAN TOTOK EKO S 300,000 Tidak ada stempel tujuan
398 06 00 0 000 4/16/2015 KK 132/04/2015 BYA TRANSPORT TOTOK EKO S 1,125,000 Tidak ada stempel tujuan
399 06 00 0 000 4/16/2015 KK 133/04/2015 BYA TRANSPORT GATOT WALUYO 1,125,000 Tidak ada stempel tujuan
400 06 00 0 000 4/16/2015 KK 134/04/2015 BYA PERJALANAN EKO NUR AHMADI.S.Hut 1,125,000 Tidak ada stempel tujuan
401 06 00 0 000 4/20/2015 KK 138/04/2015 BYA TRANSPORT IR.LUCY MARDIANNA 1,125,000 Tidak ada stempel tujuan
190 06 00 0 000 4/20/2015 KK 139/04/2015 BYA PERJALANAN IR.JOKO BAROTO ABK.Msi 400,000 Tidak ada stempel tujuan
402 00 00 0 000 4/20/2015 KK 139/04/2015 BYA TRANSPORT IR.JOKO BAROTO ABK.Msi 1,125,000 Tidak ada stempel tujuan
191 00 00 0 000 4/20/2015 KK 140/04/2015 BYA PERJALANAN PANSIYATUN.SE 400,000 Tidak ada stempel tujuan
403 00 00 0 000 4/20/2015 KK 140/04/2015 BYA TRANSPORT IR.JOKO BAROTO ABK.Msi 1,125,000 Tidak ada stempel tujuan
192 00 00 0 000 4/20/2015 KK 141/04/2015 BYA PERJALANAN EKO PURNOMO.SE 400,000 Tidak ada stempel tujuan
404 06 00 0 000 4/20/2015 KK 141/04/2015 BYA TRANSPORT EKO PURNOMO 1,125,000 Tidak ada stempel tujuan
193 00 00 0 000 4/20/2015 KK 154/04/2015 BYA PERJALANAN J ANGGA E 150,000 Tidak ada stempel tujuan
504 06 00 0 000 4/20/2015 KK 154/04/2015 BYA HOTEL J ANGGA E 320,000 Tidak ada stempel tujuan
194 06 00 0 000 4/20/2015 KK 155/04/2015 BYA PERJALANAN TUKIMAN 300,000 Tidak ada stempel tujuan
405 06 00 0 000 4/20/2015 KK 155/04/2015 BYA TRANSPORT TUKIMAN 1,125,000 Tidak ada stempel tujuan
195 06 00 0 000 4/22/2015 KK 163/04/2015 BYA PERJALANAN ENDANG SETYOWATI 150,000 Tidak ada stempel tujuan
406 00 00 0 000 4/22/2015 KK 163/04/2015 BYA TRANSPORT ENDANG SETYOWATI 275,000 Tidak ada stempel tujuan
425 06 00 0 000 5/22/2015 KK 215/05/2015 BIAYA PERJALANAN LUCY M 776,100 Tidak ada stempel tujuan
429 06 00 0 000 5/29/2015 KK 298/05/2015 BYA TRANSPORT YUYUN VINA Y 1,150,000 Tidak ada stempel tujuan
246 06 00 0 000 6/5/2015 KK 011/06/2015 BIAYA PERJALANAN DIMAS MERRU 100,000 Tidak ada stempel tujuan
247 06 00 0 000 6/5/2015 KK 012/06/2015 BIAYA PERJALANAN AGUSTINUS C 375,000 Tidak ada stempel tujuan
431 06 00 0 000 6/5/2015 KK 012/06/2015 BIAYA PERJALANAN AGUSTINUS 1,150,000 Tidak ada stempel tujuan
436 06 00 0 000 6/8/2015 KK 052/06/2015 BIAYA PERJALANAN SUYITNO 1,150,000 Tidak ada stempel tujuan
256 06 00 0 000 6/8/2015 KK 053/06/2015 BIAYA PERJALANAN INDRO TRI 475,000 Tidak ada stempel tujuan
437 06 00 0 000 6/8/2015 KK 053/06/2015 BIAYA PERJALANAN INDRO TRI 1,150,000 Tidak ada stempel tujuan
446 06 00 0 000 6/10/2015 KK 081/06/2015 BIAYA PERJALANAN DARMOKO 410,000 Tidak ada stempel tujuan
290 00 00 0 000 6/22/2015 KK 261/06/2015 BYA PERJALANAN DWI CAHYO 150,000 Tidak ada stempel tujuan
524 00 00 0 000 6/22/2015 KK 261/06/2015 BYA HOTEL DWI CAHYO 320,000 Tidak ada stempel tujuan
293 00 00 0 000 6/23/2015 KK 283A/06/2015 BYA PERJALANAN JAYANTO ERY W 150,000 Tidak ada stempel tujuan
303 06 00 0 000 6/30/2015 KK 336/06/2015 BYA PERJALANAN PENDI SUSANTO 112,500 Tidak ada stempel tujuan
304 00 00 0 000 6/30/2015 KK 347/06/2015 BYA PERJALANAN DIMAS MERRU H.SE 200,000 Tidak ada stempel tujuan
530 00 00 0 000 6/30/2015 KK 347/06/2015 BYA HOTEL DIMAS MERRU H.SE 500,000 Tidak ada stempel tujuan
Jumlah 37,841,750
Page 3 of 3
Volume
Pekerjaan
Kontrak
(ha)
Harga Satuan
Kontrak
(Rp)
HPS
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 = 7 x 9 8
1 08/Kontrak/PAN/III/2014 15-Aug-14 CV Fajar Putra Mandiri 70 0 Tunggul 23.04 812,000 812,000 18,708,480 Sumedang
2 04/Kontrak/PAN/III/2014 4-Jul-14 CV Diah Segah Utama 9 66 Tunggul 45.93 812,000 812,000 37,295,160 Majalengka
10 177 Tunggul 22.77 812,000 812,000 18,489,240 Majalengka
177 Tunggul 91.74 Jumlah 74,492,880
1 02/Kontrak/PAN/III/2014 30-Jun-14 CV Damar Adji 48 21 Tunggul 25.69 1,624,000 1,624,000 41,720,560 Sumedang
52 62 Tunggul 8.44 1,624,000 1,624,000 13,706,560 Sumedang
53 58 Tunggul 38.67 1,624,000 1,624,000 62,800,080 Sumedang
2 05a/Kontrak/PAN/III/2014 5-Aug-14 PT Delta Makmur 24 19 Tunggul 127 1,624,000 1,624,000 206,248,000 Indramayu
25 6 Tunggul 38.76 1,624,000 1,624,000 62,946,240 Indramayu
3 06/Kontrak/PAN/III/2014 12-Aug-14 PT Poetra Jaya Sukses 71 19 Tunggul 71.27 1,624,000 1,624,000 115,742,480 Sumedang
72 0 Tunggul 40.8 1,624,000 1,624,000 66,259,200 Sumedang
4 07/Kontrak/PAN/III/2014 13-Aug-14 PT Delta Makmur 33 5 Tunggul 39.29 1,624,000 1,624,000 63,806,960 Indramayu
34 31 Tunggul 82.09 1,624,000 1,624,000 133,314,160 Indramayu
5 09/Kontrak/PAN/III/2014 25-Aug-14 PT Miranthi Rekayasa 75 22 Tunggul 14.00 1,624,000 1,624,000 22,736,000 Sumedang
77 90 Tunggul 32.86 1,624,000 1,624,000 53,364,640 Sumedang
78 132 Tunggul 28.82 1,624,000 1,624,000 46,803,680 Sumedang
6 13/Kontrak/PAN/III/2014 3-Sep-14 CV Damar Adji 54 17 Tunggul 49.33 1,624,000 1,624,000 80,111,920 Sumedang
55 20 Tunggul 28.22 1,624,000 1,624,000 45,829,280 Sumedang
56 5 Tunggul 8.75 1,624,000 1,624,000 14,210,000 Sumedang
7 14/Kontrak/PAN/III/2014 5-Sep-14 CV Fajar Putra Mandiri 20 78 Tunggul 145.29 1,624,000 1,624,000 235,950,960 Indramayu
8 15/Kontrak/PAN/III/2014 8-Sep-14 PT Bougenville Cipta Abadi 23 15 Tunggul 42.2 1,624,000 1,624,000 68,532,800 Indramayu
32 0 Tunggul 56.3 1,624,000 1,624,000 91,431,200 Indramayu
9 19/Kontrak/PAN/III/2014 30-Sep-14 PT. Bougenville Cipta Abadi 31 20 Tunggul 61.26 1,624,000 1,624,000 99,486,240 Indramayu
132 Tunggul 939.04 Jumlah 1,525,000,960
12 10/Kontrak/PAN/III/2014 27-Aug-14 PT Ifos Satria Mahkota 79 107 Tunggul 35.77 2,030,000 2,030,000 72,613,100 Sumedang
80 0 Tunggul 49.04 2,030,000 2,030,000 99,551,200 Sumedang
13 12/Kontrak/PAN/III/2014 3-Sep-14 CV Mulia Mandiri 86 21 Tunggul 75.8 2,030,000 2,030,000 153,874,000 Sumedang
107 Tunggul 160.61 Jumlah 326,038,300
Lampiran 12. Rincian Kontrak Tahun 2014 Pekerjaan Land Clearing Tanaman Karet
Kepadatan Tertinggi
Kepadatan Tertinggi
Bongkar TunggulTotal Harga
Kontrak Bongkar
Tunggul
(Rp)
Keterangan
Wilayah
Kepadatan Tertinggi
Kepadatan
Tunggul per
hektar
No Nomor Tanggal Pelaksana Petak
Halaman 1 dari 1
Halaman 1 dari 10
Lampiran 13. Kronologis Pembangunan Pabrik Sagu Perum Perhutani di Papua Barat
FGD dengan mengundang tenaga ahli dari
BPPT, RPN, Peneliti dari IPB maupun
Pengusaha di Bid INDUSTRI SAGU yg
dituangkan dlm TOR
30-31 Januari 2012
ORIENTASI LAPANGAN
10 Februari 2012 Rencana lokasi :
Jayapura
Sorong Selatan
Bintuni
Permohonan untuk menjadi Konsultan
1. Dr. Ir. Yan Renwarin
2. Prof. Dr. Ir. H. Nadirman Haska
22 Februari 2012
PENUGASAN PERUM PERHUTANI UNTUK
PELAKSANAAN PENGEMBANGAN
INDUSTRI SAGU 29 FEBRUARI 2012
Laporan Perkembangan Rencana
Pembangunan Industri Sagu di Papua
6 Februari 2012
Rapat Rencana Kerja tim survey potensi dan
kelayakan pengembangan industri sagu
Perhutani di Papua mengundang :
1. Prof. Nadirman Haska
2. Yusuf Sigit AF
SURAT PERINTAH TUGAS survey pendahuluan
kegiatan Pengembangan industri Sagu di
Papua tgl 21Feb – 11 Maret 2012:
1. Susilo Budi Wacono
2. Ronald Guido Suitela
3. Daniel Budi Cahyono
4. Hyronimus Rahayaan
PERMOHONAN BANTUAN TENAGA KE BPKH
20 Februari 2012
PEMBAHASAN RENCANA SURVEY POTENSI
SAGU DI PAPUA
15 Februari 2012
Laporan Perkembangan Tugas
Mengembangkan industri Sagu di Papua
kepada Menteri Negara BUMN RI
27 Februari 2012
PERMOHONAN PENCADANGAN AREAL
17 Februari 2012
Lokasi di Sorong Selatan
Ijin Survey pendahuluan kpd :
1. Gubernur Papua Barat
2. Bupati Sorong
3. Bupati sorong Selatan
17 Februari 2012
KEPDIR TTG PEMBENTUKAN TIM SURVEY
INDUSTRI SAGU DI PAPUA BARAT PERUM
PERHUTANI
21 Februari 2012
Halaman 2 dari 10
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Penyusunan
Dokumen Studi Kelayakan Pembangunan
Pabrik Pengolahan Sagu
4 Juni 2012
PROGRES II PENGEMBANGAN INDUSTRI
SAGU DI PAPUA KE MENTERI NEGARA
BUMN RI 27 MARET 2012
Lokasi Pabrik Primer akan dibagun di Kampung
Kais, Distrik kais
PERMOHONAN IJIN LOKASI
PENGEMBANGAN INDUSTRI SAGU DI KAB
SORONG SELATAN 30 MARET 2012
Kunjungan ke Papua (Distrik Kais)
dilakukan oleh Tim Survey Papua II dari
Perencanaan
10-16 April 2012
Hasil Konsultasi Publik Pembangunan
Industri Pengolahan Sagu di Distrik Kais
(14 APRIL 2012)
Permohonan Ijin Lokasi/Arahan Lahan
Pengembangan Industri Sagu di Distrik
Kais ke Bupati Sorong Selatan
21 Mei 2012
Permohonan Ijin Kunjungan/Lawatan ke
Kilang Sagu di Pusa dan Mukah Serawak
Malaysia
29 Mei – 2 Juni 2012
Laporan Perkembangan Survey Potensi
Sagu di Papua 12 Maret 2012
TERM OF REFERENCE (TOR)
PENGEMBANGAN INDUSTRI SAGU 3 APRIL 2012
Laporan Hasil Studi Banding ke PT.
National Sago Prima Tanggal 18-20 April
2012
23 April 2012
PROGRES III PENGEMBANGAN INDUSTRI
SAGU DI PAPUA
17 April 2012
Laporan Hasil pertemuan dengan Bupati
Sorong Selatan tgl 28 April 2012
30 April 2012
Pembahasan Rencana Penyusunan
Dokumen Studi Kelayakan dan ANDAL
dengan UNIPA
9 Mei 2012
Penyusunan dok FS dan ANDAL
Pemanfaatan hutan Alam Sagu dan
Pengembangan Industri sagu dan Paparan
di Kab sorong Selatan
3 Mei 2012
Hasil Rapat pembahasan Penggunaan Jasa
KJPP dalam Rangka Penyusunan Studi
Kelayakan Pengembangan Industri Sagu di
Papua
8 Mei 2012
Laporan Hasil Studi Banding Pabrik Sagu
di Malaysia
14 Agustus 2012
Laporan Hasil FGD Pembangunan Pabrik
Sagu dengan ITS
10 September 2012
Halaman 3 dari 10
Pengadaan Jasa Konsultan Perencana
(BED) Pembangunan Pabrik Sagu di Papua
17 September 2012
Usulan Struktur Organisasi SPH Sagu di
Papua Barat
18 september 2012
Struktur Organisasi Industri Sagu Perum
Perhutani di Papua (No.
536/KPTS/DIR/2012)
5 Oktober 2012
Mengangkat Sdr. Prof. Dr. Ir. H. Nadirman
Haska sebagai Konsultan Ahli Perum
Perhutani Bidang Pengembangan Industri
Sagu (No. 455/Kpts/Dir/2012)
28 september 2012
Survey lokasi rencana pabrik dilakukan
oleh tenaga ahli LPPM-ITS
10-24 Oktober 2012
Keputusan Direksi Perum Perhutani No.
565/Kpts/Dir/2012 tgl. 25 Oktober 2012
untuk Mengikuti “2nd ASEAN Sago
Symposium 2012” di Malaysia
menugaskan :
1. Ronald G. Suitela
2. Prof. Dr. Nadirman Haska
29-31 Oktober 2012
Laporan Perjalanan mengikuti “2nd
ASEAN Symposium 2012”
6 November 2012
Usulan lelang pengadaan baramng dan
jasa konsultan penyusunan dokumen
AMDAL pengembngan Industri Sagu
Perum Perhutani di Papua Barat
12 Oktober 2012
Permohonan Ijin Usaha Pemanfaatan
HHBK Hutan Alam Sagu di Distrik Kais
Sorong Selatan Seluas 16.505 Ha
16 Oktober 2012
Pemaparan Proses Pengadaan Barang &
Jasa Proyek EPC Pembangunan Pabrik
Sagu Perum Perhutani di Papua oleh Tim
BPKP
7 November 2012
Undangan Rapat dari UP4B tentang tindak
lanjut pengembangan Industri Sagu
Sorong Selatan
12 November 2012
Laporan Hasil Rapat
19 November 2012
Koreksi Bidang Hukum Perjanjian
Kerjasama Pemetaan Parsipatif Hak
Ulayat Masyarakat Adat dengan UNIPA
22 November 2012
Tenaga Penyusunan Dokumen AMDAL
22 Oktober 2012
Pertimbangan Teknis IUPHHBK Hutan
Alam Sagu a.n Perum Perhutani di Distrik
Kais, Kab. Sorong Selatan
31 Oktober 2012
Pembahasan Rencana Lelang Pengadaan
Barang & Jasa Konsultan Penyusunan
Dokumen AMDAL Pengembangan Industri
Sagu
2 November 2012
Halaman 4 dari 10
Usulan Biaya Perijinan
31 November 2012
Penetapan besarnya tunjangan kontrak
rumah, uang jalan tetap dan tunjangan
daerah khusus bagi pejabat/karyawan
proyek industri sagu (No.
629/KPTS/DIR/2012)
12 Desember 2012
Perubahannya (No. 706/KPTS/DIR/2012)
28 Desember 2012
Kajian KJPP untuk Proyek Pembangunan
Industri Sagu
22 & 30 November 2012
Penjelasan tentang Fasilitas Sarana
Prasarana
6 Desember 2012
Pemberian Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Bukan Kayu (Sagu) pada Hutan
Alam kepada Perusahaan Umum
Kehutanan Negara (Perum Perhutani) di
Kabupaten Sorong Selatan No.
522/223/BSS/XII tahun 2012
14 Desember 2012
Halaman 5 dari 10
Kronologis Pembangunan Pabrik Sagu Perum Perhutani di Papua Tahap II
Tanggapan Konsultan Ahli terhadap Draft
Final BED Pembangunan Pabrik Sagu di
Papua
20 November 2012
Permohonan Rekomendasi Pembangunan
Industri Sagu di Papua
27 November 2012
Permohonan Rekomendasi Pembangunan
Industri Sagu di Papua
28 Desember 2012
Rekomendasi Pembangunan Industri sagu
di Papua
7 Januari 2013
Laporan Pertimbangan Teknis dari
Konsultan Ahli Sagu Cq Prof. Nadirman
Haska atas paparan Draft I BED ITS
Terlampir :
Catt Penting Diskusi BED, Pabrik Sagu
30 Oktober 2012
Laporan Pertimbangan Teknis dari
Konsultan Ahli Sagu Cq Prof. Nadirman
Haska atas paparan Draft Final BED
Terlampir :
Tanggapan dari Paparan Tim ITS
26 November 2012
Dokumen Manajemen Resiko
Pemanfaatan Hutan Sagu
29 Januari 2013
Undangan Focus Group Discussion
Pembangunan Industri Sagu di Papua &
Hasil diskusinya
29 Januari & 4 Februari 2013
Undangan rapat Diskusi Rancangan Pabrik
Sagu oleh Pabrikan PT. Austindo Tech &
Hasil Diskusinya
25 & 28 Januari 2013
Undangan Paparan BED Pembangunan
Pabrik sagu & Hasil Rapatnya
17 & 18 Januari 2013
Progres IX sd 31 Desember 2012
Pengembangan Industri Sagu di Papua
15 Januari 2013
Penugasan Calon Personil Proyek Industri
Sagu
4 Januari 2013
Penunjukan Pejabat dalam Fungsi
Keuangan Proyek Pengembangan Industri
Sagu di Papua
11 &13 Februari 2013
Pemindahbukuan (RC) Biaya Rapat FGD
Pembangunan Industri Sagu-Papua di
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur
28 Januari 2013
Halaman 6 dari 10
Hasil Rapat Koordinasi Tindak Lanjut
Pengembangan Sagu di Kabupaten Sorong
Selatan, Provinsi Papua Barat
19 Februari 2013
Tanggapan atas Perkembangan
Pembangunan Industri Sagu di Papua
20 Februari 2013
Laporan Hasil Review atas Proses Pra-
Konstruksi Pembangunan Pabrik Tepung
Sagu Perum Perhutani
5 & 18 Februari 2013
Laporan hasil Rapat Koordinasi Tim Teknis
Pengembangan Budidaya Sagu di Papua &
Papua Barat
7, 8 & 18 Maret 2013
Tata Waktu Penyusunan BED Pabrik Sagu-
Papua Barat
15 Maret 2013
Laporan Kemajuan Pengembangan
Industri Sagu di Papua Barat
25 Maret 2013
Laporan Mingguan
26 Maret 2013
Progres Industri Sagu Papua Barat
Triwulan I
23 Maret 2013
Undangan Tindak Lanjut Pembangunan
Pabrik Sagu di Papua Pasca Proses
Penyerahan BED Sagu oleh ITS & Hasilnya
1 & 2 April 2013
Pengembangan Industri Sagu Papua
26 Maret 2013
Penugasan Calon Personil Proyek Industri
sagu ke Unir III Jawa Barat & Banten &
Penarikannya
8 & 30 April 2013
Honorarium Rapat Rancangan Power
Plant sagu-Papua
27 April 2013
Pengembangan Industri sagu di Papua
Barat
9 April 2013
Biaya Kunjungan Kerja ke Industri Sagu-
Papua
24 April 2013
Undangan Paparan AMDAL
Pengembangan Industri Sagu di Papua
Terlampir :
Perjanjian Pekerjaan Jasa Konsultan
Penyusunan Dokumen AMDAL
Pembangunan Pabrik Tepung Sagu Perum
Perhutani di Papua antara PHT dengan PT.
Ayamaru Baktipertiwi
8 & 13 Mei 2013
Undangan Paparan Rancangan Owner
Estimate Pabrik Sagu di Papua Barat &
Hasilnya
8 Mei & 5 Juni 2013
Pengembangan Energi Baru dan
Terbarukan (EBT)
6 Mei 2013
Undangan Pemaparan Rancangan Power
Plant Pabrik Sagu-Papua, Hasil dan
tanggapan
3, 6, 7 & 13 Mei 2013
Halaman 7 dari 10
Hasil Pemantapan Penyusunan HPS Pabrik
Sagu
21 Mei 2013
Pembangunan Industri Sagu-Papua Barat
Terlampir
Laporan Perjalanan Dinas ke Papua 26
April 2013
22 Mei 2013
Honorarium Rapat Rancangan Power
Plant Sagu-Papua
24 Mei 2013
Laporan Hasil Rapat Pembahasan Power
Plant dengan PT. Industry Indonesia
22 Mei 2013
Dukungan Mitra Strategis Penelitian
Pengembangan Potensi Sagu di Papua
Barat
31 Mei 2013
Laporan Progress Kegiatan
Pengembangan Sagu dan Porang
28 Mei 2013
Biaya tiket personil industri sagu Papua
27 Mei 2013
Harga Power Plant untuk Industri Sagu
Papua
27 Mei 2013
Laporan Hasil Rapat Pembahasan Power
Plant dengan PT. ZUG Industry Indonesia
22 Mei & 5 Juni 2013
Laporan Hasil Presentasi Pembagunan
Power Plant dengan PT. ZUG Industry
Indonesia
27 Juni 2013
Laporan Presentasi Hasil Pemetaan Hak
Ulayat Industri Sagu Perhutani di Papua
Barat
27 Juni 2013
Progress Pengembangan Industri Sagu di
Papua Barat
28 Juni 2013
Halaman 8 dari 10
Kronologis Pembangunan Pabrik Sagu Perum Perhutani di Papua Tahap III
Undangan Review FS Industri Sagu
25 Juni 2013
Laporan Presentasi Hasil Pemetaan Hak
Ulayat Industri Sagu dari Dirind ke Dirut
4 Juli 2013
Laporan Hasil Presentasi Pembangunan
Power Plant dgn PT. ZUG Industry
Indonesia dari Dirind ke Dirut
8 Juli 2013
Laporan Hasil Rapat Review FS Sagu dari
Asdir PINK ke Dirind
19 Juli 2013
Undangan Presentasi Hasil Pemetaan Hak
Ulayat Industri Sagu
25 Juni 2013
Progres Pengembangan Industri Sagu di
Papua dari Dirut ke Meneg BUMN
28 Juni 2013
Undangan Pembahasan Koreksi FS
Industri Sagu
15 Juli 2013
Laporan Hasil Rapat Review FS Sagu dari
Dirind ke Dirut
24 Juli 2013
Pembahasan Teknis Pembangunan Power
Plant Industri sagu Papua dari asdir PINK
ke Dirind
14 Agustus 2013
Persiapan Tata Batas IUPHHBK sagu Papua
dari asdir PINK ke DirPPS
16 Agustus 2013
Undangan Rapat Presentasi Proposal
Pembangunan Power Plant Industri Sagu
16 Agustus 2013
Undangan Rapat Tim Teknis
Pembangunan Power Plant Industri Sagu
20 Agustus 2013
Notulen Rapat Pembahasan Tim Teknis
Pembangunan Power Plant Industri Sagu
dari Asdir PINK ke Dirind
26 Agustus 2013
Presentasi Proposal Penyediaan Power
Plant Industri Sagu o/ PT. PLN-Enjiniring
dari Asdir PINK ke Dirind
26 Agustus 2013
Undangan Rapat Pembahasan Draft PKS
dgn PT. PLN-E
6 September 2013
Laporan Hasil rapat dgn PT. PLN-E dari
Asdir PINK ke Dirind
11 September 2013
Usulan Nilai Kompensasi adat dari Dirind
ke Dirut
13 September 2013
Rencana kunjungan dan dialog LMDH dan
tokoh adat kais dari Pimpro ke Dirind
13 September 2013
Halaman 9 dari 10
Laporan Progres sd 6 September 2013
Pengembangan Industri Sagu di Papua
dari Dirut ke Meneg BUMN
13 September 2013
Rencana Kunjungan Meneg BUMN ke
Lokasi Sagu PHT dari Dirind ke DirPPS
19 September 2013
Kunjungan Meneg BUMN ke lOkasi
Rencana Industri sagu di Papua dari Dirind
ke Kanit I & II
19 September 2013
Permohonan Biaya Perjalanan/Tiket
Pesawat sehubungan Kunjungan Meneg
BUMN ke iNdustri Sagu di papua dari KTU
ke Asdir PINK
19 September 2013
Usulan Biaya Pembuatan PK dan Instruksi
tata Batas di Papua dari Asdir PINK ke
Dirind
29 September 2013
Penataan Organisasi Industri sagu di
papua dari Dirind ke Dirkeu
7 Oktober 2013
Kegiatan Studi Banding LMDH Bosiro
Sorong Selatan dari Dirind ke Kanit III
8 Oktober 2013
Analisa Tarif Listrik Power Plant dari
Dirind ke Dirut
11 Oktober 2013
Laporan Progres Pembangunan Power
Plant Sagu di Papua dari Dirind ke Dirut
11 Oktober 2013
Permohonan Pembahasan Trayek batas
dan Peta Kerja Tata Batas IUPHHBK (sagu)
PHT dari Dirind ke DirPPTHK Dirjen
Planologi Kehutanan
28 Oktober 2013
Permohonan Biaya mengikuti symposium
Sagu di Papua dari KTU ke Asdir PINK
29 Oktober 2013
1. Undangan Pembahasan Tindak Lanjut
Pembangunan Power Plant Industri
Sagu di Papua
2. Kapasitas Standby Genset Industri
Sagu Papua dari Asdir PINK ke Asdir
SDM
19 November 2013
Laporan mengikuti the International Sago
Symposium dari Dirind ke Dirut
20 November 2013
Perpanjangan SK Konsultan ahli Industri
Sagu Prof. Dr. Ir. H. Nadirman Haskadari
Dirum ke Dirind
25 November 2013
Perpanjangan SK Konsultan ahli Industri
Sagu Prof. Dr. Ir. H. Nadirman Haskadari
Dirind ke Dirum
26 November 2013
Hasil Rapat Pembahasan Power Plant
Pabrik Sagu
12 Desember 2013
Biaya Review FS Sagu Papua dari Asdir
PINK ke Dirind
10 Desember 2013
Hasil Kajian FS/BED Pekerjaan EPC Pabrik
Sagu di Papua Th. 2013 dari Asdir SDM &
KRTn ke Dirut
29 Oktober 2013
Halaman 10 dari 10
1. Undangan Pembahasan Tim Teknis
Rencana Penyediaan energi Listrik
Industri Sagu di Papua
2. Usulan Pembentukan Tim Counterpart
Pembangunan Industri Sagu di Papua
dari Dirind ke Dirum
31 Desember 2013
Review FS Investasi Pabrik Sagu di Papua
dan PDGT di Pemalang
16 Desember 2013
A. Rekapitulasi Honor tenaga supervisor 2013/bln
Transport Perumahan Jamsostek PPh Jamsostek PPh Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 = 4 + 5 + 6 + 7 + 8 10 11 12 = 10 + 11 13 = 9 - 12
1 Ir Iwan Suwandi Kepala Supervisor 5,636,636.00 450,000.00 800,000.00 388,364.00 225,000.00 7,500,000.00 388,364.00 225,000.00 613,364.00 6,886,636.00
2 Nana Sumpena Asisten Supervisor 3,494,246.00 400,000.00 230,000.00 240,754.00 135,000.00 4,500,000.00 240,754.00 135,000.00 375,754.00 4,124,246.00
3 HM Khusnan Hady Asisten Supervisor 3,494,246.00 400,000.00 230,000.00 240,754.00 135,000.00 4,500,000.00 240,754.00 135,000.00 375,754.00 4,124,246.00
4 Ade rahmat Surana Asisten Supervisor 3,494,246.00 400,000.00 230,000.00 240,754.00 135,000.00 4,500,000.00 240,754.00 135,000.00 375,754.00 4,124,246.00
5 Emay Komar Supervisor III 3,166,807.00 360,000.00 135,000.00 218,193.00 120,000.00 4,000,000.00 218,193.00 120,000.00 338,193.00 3,661,807.00
6 Karno Wahyono Supervisor III 3,166,807.00 360,000.00 135,000.00 218,193.00 120,000.00 4,000,000.00 218,193.00 120,000.00 338,193.00 3,661,807.00
7 Nono Kadir Supervisor III 3,166,807.00 360,000.00 135,000.00 218,193.00 120,000.00 4,000,000.00 218,193.00 120,000.00 338,193.00 3,661,807.00
8 TjeTje Sahudi Supervisor III 3,166,807.00 360,000.00 135,000.00 218,193.00 120,000.00 4,000,000.00 218,193.00 120,000.00 338,193.00 3,661,807.00
9 Apandi Supervisor III 3,166,807.00 360,000.00 135,000.00 218,193.00 120,000.00 4,000,000.00 218,193.00 120,000.00 338,193.00 3,661,807.00
10 Surahman Supervisor II 2,273,365.00 360,000.00 120,000.00 156,635.00 90,000.00 3,000,000.00 156,635.00 90,000.00 246,635.00 2,753,365.00
11 Yusman Supervisor II 2,273,365.00 360,000.00 120,000.00 156,635.00 90,000.00 3,000,000.00 156,635.00 90,000.00 246,635.00 2,753,365.00
12 Tamir Sapari Supervisor II 2,273,365.00 360,000.00 120,000.00 156,635.00 90,000.00 3,000,000.00 156,635.00 90,000.00 246,635.00 2,753,365.00
13 Oman Salam Supervisor II 2,273,365.00 360,000.00 120,000.00 156,635.00 90,000.00 3,000,000.00 156,635.00 90,000.00 246,635.00 2,753,365.00
14 Hasan Ansori Supervisor II 2,273,365.00 360,000.00 120,000.00 156,635.00 90,000.00 3,000,000.00 156,635.00 90,000.00 246,635.00 2,753,365.00
Jumlah 43,320,234.00 5,250,000.00 2,765,000.00 2,984,766.00 1,680,000.00 56,000,000.00 2,984,766.00 1,680,000.00 4,664,766.00 51,335,234.00
Jumlah * 12 616,022,808.00
B. Rekapitulasi Honor tenaga supervisor 2014/bln
Transport Perumahan Jamsostek Bruto Jamsostek PPh
1 2 3 4 5 6 7 8 = 4 + 5 + 6 + 7 9 10 = 8 + 9 11 12 13 = 10 - 11 - 12
1 Ir Iwan Suwandi Kepala Supervisor 5,918,468.00 495,000.00 800,000.00 407,782.00 7,621,250.00 228,638.00 7,849,888.00 407,782.00 228,638.00 7,213,468.00
2 Nana Sumpena Asisten Supervisor 3,668,958.00 440,000.00 230,000.00 252,791.00 4,591,749.00 137,752.00 4,729,501.00 252,791.00 137,752.00 4,338,958.00
3 HM Khusnan Hady Asisten Supervisor 3,668,958.00 440,000.00 230,000.00 252,791.00 4,591,749.00 137,752.00 4,729,501.00 252,791.00 137,752.00 4,338,958.00
4 Ade rahmat Surana Asisten Supervisor 3,668,958.00 440,000.00 230,000.00 252,791.00 4,591,749.00 137,752.00 4,729,501.00 252,791.00 137,752.00 4,338,958.00
5 Emay Komar Supervisor III 3,325,147.00 396,000.00 135,000.00 229,103.00 4,085,250.00 122,558.00 4,207,808.00 229,103.00 122,558.00 3,856,147.00
6 Karno Wahyono Supervisor III 3,325,147.00 396,000.00 135,000.00 229,103.00 4,085,250.00 122,558.00 4,207,808.00 229,103.00 122,558.00 3,856,147.00
7 Nono Kadir Supervisor III 3,325,147.00 396,000.00 135,000.00 229,103.00 4,085,250.00 122,558.00 4,207,808.00 229,103.00 122,558.00 3,856,147.00
8 TjeTje Sahudi Supervisor III 3,325,147.00 396,000.00 135,000.00 229,103.00 4,085,250.00 122,558.00 4,207,808.00 229,103.00 122,558.00 3,856,147.00
9 Apandi Supervisor III 3,325,147.00 396,000.00 135,000.00 229,103.00 4,085,250.00 122,558.00 4,207,808.00 229,103.00 122,558.00 3,856,147.00
10 Surahman Supervisor II 2,387,033.00 396,000.00 120,000.00 164,467.00 3,067,500.00 92,025.00 3,159,525.00 164,467.00 92,025.00 2,903,033.00
11 Yusman Supervisor II 2,387,033.00 396,000.00 120,000.00 164,467.00 3,067,500.00 92,025.00 3,159,525.00 164,467.00 92,025.00 2,903,033.00
12 Tamir Sapari Supervisor II 2,387,033.00 396,000.00 120,000.00 164,467.00 3,067,500.00 92,025.00 3,159,525.00 164,467.00 92,025.00 2,903,033.00
13 Hasan Ansori Supervisor II 2,387,033.00 396,000.00 120,000.00 164,467.00 3,067,500.00 92,025.00 3,159,525.00 164,467.00 92,025.00 2,903,033.00
Jumlah 43,099,209.00 5,379,000.00 2,645,000.00 2,969,538.00 54,092,747.00 1,622,784.00 55,715,531.00 2,969,538.00 1,622,784.00 51,123,209.00
Jumlah * 10 511,232,090.00
C. Rekapitulasi Honor tenaga supervisor 2015/bln
Transport Perumahan Jamsostek Bruto Jamsostek PPh
1 2 3 4 5 6 7 8 = 4 + 5 + 6 + 7 9 10 = 8 + 9 11 12 13 = 10 - 11 - 12
Fasilitas
Fasilitas
Fasilitas
Potongan
Lampiran 14. Rincian Biaya Honor Tim Supervisi (2013 - 2015)
No Pelaksana Jabatan Honor
No Pelaksana Jabatan Honor JumlahPotongan
JumlahNo Pelaksana Jabatan HonorPotongan
PenghasilanJumlah
TUP Penghasilan
TUP Penghasilan
Halaman 1 dari 2
Transport Perumahan Jamsostek Bruto Jamsostek PPh
1 2 3 4 5 6 7 8 = 4 + 5 + 6 + 7 9 10 = 8 + 9 11 12 13 = 10 - 11 - 12
1 Ir Iwan Suwandi Kepala Supervisor 5,918,468.00 495,000.00 800,000.00 407,781.00 7,621,249.00 228,637.00 7,849,886.00 407,781.00 228,637.00 7,213,468.00
2 Nana Sumpena Asisten Supervisor 3,668,958.00 440,000.00 230,000.00 252,791.00 4,591,749.00 137,752.00 4,729,501.00 252,791.00 137,752.00 4,338,958.00
3 HM Khusnan Hady Asisten Supervisor 3,668,958.00 440,000.00 230,000.00 252,791.00 4,591,749.00 137,752.00 4,729,501.00 252,791.00 137,752.00 4,338,958.00
4 Ade rahmat Surana Asisten Supervisor 3,668,958.00 440,000.00 230,000.00 252,791.00 4,591,749.00 137,752.00 4,729,501.00 252,791.00 137,752.00 4,338,958.00
5 Emay Komar Supervisor III 3,325,147.00 396,000.00 135,000.00 229,103.00 4,085,250.00 122,558.00 4,207,808.00 229,103.00 122,558.00 3,856,147.00
6 Karno Wahyono Supervisor III 3,325,147.00 396,000.00 135,000.00 229,103.00 4,085,250.00 122,558.00 4,207,808.00 229,103.00 122,558.00 3,856,147.00
7 Nono Kadir Supervisor III 3,325,147.00 396,000.00 135,000.00 229,103.00 4,085,250.00 122,558.00 4,207,808.00 229,103.00 122,558.00 3,856,147.00
8 TjeTje Sahudi Supervisor III 3,325,147.00 396,000.00 135,000.00 229,103.00 4,085,250.00 122,558.00 4,207,808.00 229,103.00 122,558.00 3,856,147.00
9 Apandi Supervisor III 3,325,147.00 396,000.00 135,000.00 229,103.00 4,085,250.00 122,558.00 4,207,808.00 229,103.00 122,558.00 3,856,147.00
10 Surahman Supervisor II 2,387,033.00 396,000.00 120,000.00 164,467.00 3,067,500.00 92,025.00 3,159,525.00 164,467.00 92,025.00 2,903,033.00
11 Yusman Supervisor II 2,387,033.00 396,000.00 120,000.00 164,467.00 3,067,500.00 92,025.00 3,159,525.00 164,467.00 92,025.00 2,903,033.00
12 Tamir Sapari Supervisor II 2,387,033.00 396,000.00 120,000.00 164,467.00 3,067,500.00 92,025.00 3,159,525.00 164,467.00 92,025.00 2,903,033.00
13 Hasan Ansori Supervisor II 2,387,033.00 396,000.00 120,000.00 164,467.00 3,067,500.00 92,025.00 3,159,525.00 164,467.00 92,025.00 2,903,033.00
14 Kurnia Okulator 2,387,033.00 396,000.00 120,000.00 164,467.00 3,067,500.00 92,025.00 3,159,525.00 164,467.00 92,025.00 2,903,033.00
15 Caryana Okulator 2,387,033.00 396,000.00 120,000.00 164,467.00 3,067,500.00 92,025.00 3,159,525.00 164,467.00 92,025.00 2,903,033.00
Jumlah 47,873,275.00 6,171,000.00 2,885,000.00 3,298,471.00 60,227,746.00 1,806,833.00 62,034,579.00 3,298,471.00 1,806,833.00 56,929,275.00
Jumlah * 6 341,575,650.00
JUMLAH 1,468,830,548.00
FasilitasJumlahNo Pelaksana Jabatan Honor
PotonganTUP Penghasilan
Halaman 2 dari 2