tekling

50
Teknologi Lingkungan 1 1. Devita Rahmaa 2. Amelia Larasati 3. Fadlan Bahar 4. Yunita Elisabeth S. 5. Ridha 7. Ema Agustia Ningsih 8. Gorby Nur Cahyo 9. Ike Ayu Ningsih 10.Nashiha Sakina KA 01

description

energi dan pembangunan

Transcript of tekling

Teknologi Lingkungan 1

Teknologi Lingkungan 1Devita RahmaaAmelia LarasatiFadlan BaharYunita Elisabeth S.Ridha FaturachmiRindi SulistyaniEma Agustia NingsihGorby Nur CahyoIke Ayu NingsihNashiha SakinaWisnu Yan PurnomoAhmad DandiKA 01ENERGI &PEMBANGUNANSejak revolusi industri abad ke-18, telah terjadi perubahan tatanan ekonomi masyarakat di dunia, dari sistem agraris yang berbasis pada energi matahari menjadi sistem industrialisasi yang berbasis pada teknologi yang membutuhkan bahan bakar minyak bumi, gas, dan batubara.Dengan meningkatnya populasi manusia di dunia, meningkat pula kebutuhan hidup manusia seiring dan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan energi untuk menunjang aktivitasnya.1Negara-negara yang mempunyai ketergantungan pada energi semakin sadar akan perlunya konversi, konservasi dan pengembangan sumber-sumber energi terbarukan.Dalam laporan rutin 2 tahunan yang dikeluarkan oleh International Energy Agency (IEA) pada tahun 2004, diperkirakan peningkatan konsumsi energi ini akan terus terjadi dengan kenaikan rata-rata hingga 1,6 % setiap tahunnya, Sementara itu sebuah laporan dari perusahaan minyak BP tahun 2005, pada rentang 20032004, terjadi peningkatan energi mencapai 4,3 %.Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam perekayasaan, harus sesuai faktor tiga E, yaitu energi, ekonomi, dan ekologi. Para rekayasaan itu harus mengembangkan sistem-sistem yang dapat memproduksi energi dalam jumlah besar namun dengan biaya rendah serta berdampak minimal terhadap lingkungan.2Pembangunan mengandung implikasi suatu perubahan yang direncanakn sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan. Peningkatan produksi barang kebutuhan hidup dengan mengolah sumber daya alam secara lebih intensif akan mempengaruhi pola hubungan antarmanusia dengan lingkungannya.Usaha pembangunan sektor ekonomi harus diimbangi dengan usaha memberdayakan masyarakat agar dapat mengambil bagian secara menguntungkan. Terpenuhinya jamainan tersebut juga akan memperkuatkesadaran penduduk untuk mengelola lingkungan hidupnya dan mengolah sumberdayanya secara berkelanjutan demi pelestarian fungsi lingkungannya secara menyeluruh.35.1 PRODUKSI dan KONSUMSI ENERGIBerkembangnya industrialisasi, urbanisasi dan kemakmuran masyarakat merupakan salah satu faktor meningkatnya permintaan (demand) akan energi, telah mengakibatkan distribusi global yang sangat timpang dalam koonsumsi energi primer dunia.Berdasarkan data dari BP Statistical Review Full Report Workbook 2008, Amerika Serikat sebagai negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi didunia, pada tahun 2007 mengkonsumsi energi primer total sebesar 2.361,4 juta ton setara minyak yang berarti 21,6% dari konsumsi energi dunia, Nilai tersebut masih lebih besar dibandingkan total seluruh negara di afrika dengan negara-negara Timur Tengah dan negara Amerika Selatan yang seluruhya berjumlah 12,5%, sedangkan komponen energi terbesar yang memproduksi minyak sebenarnya justru berasal dari negara-negara di Afrika, Timur Tengah dan Amerika Selatan yang memproduksi minya diseluruh dunia mencapai 50,9% (dibandingkan Amerika Serikat yang hanya memproduksi minyaknya hanya 8,5% dari total produksi minyak dunia).Gambaran tersebut menjadi tantangan untuk negara berkembang termasuk indonesia untuk memaju kemajuan industrinya agar kekayaan alamnya tidak dinikmati oleh negara yang sudah maju.4Dua kekuatan ekonomi raksasa asia yakni China dan Jepang masing-masing mengonsumsi 16,8% dan 4,7% energi primer dunia. Indonesia mengonsumsi 1% energi primer dunia. Konsumsi energi didominasi oleh negara-negara raksasa seperti Amerika, China, Rusia, dan Jepang.Hampir 90% produksi energi dibumi berasal dari bahan bakar fosil. Negara maju dengan jumlah penduduk 25% penduduk bumi, mengkonsumsi 75% bahan bakar fosil bumi(energi primer), penggunaan bahan bakar fosil yang tinggi disebabkan karena tingginya kebutuhan energi untuk sistem produksi dan kebutuhan penduduknya terutama untuk pemanasan dan pendinginan serta transportasi. Tidak berbeda dengan mayoritas negara di didunia, penyediaan energi primer di tanah air masih didominasi oleh bahan bakar fosil. Konsumsi energi primer Indonesia pada tahun 2005 banyak digunakan untuk transportasi yaitu sekitar 50 juta ton. Dengan jumlah konsumsi minyak yang lebih besar daripada produksi ditambah belum mencukupinya kapasitas kilang domestik, Indonesia harus mengimpor minyak untuk kebutuhan dalam negerinya.

5Berdasarkan informasi dari Datawarehouse ESDM, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral pada tahun 2007 Indonesia tercatat mengimpor minyak sebesar 35% dari konsumsi minyak dalam negeri. Untuk menjamin keamanan penyediaan energi di dalam negeri, Presiden telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2005 tentang Kebijakan Energi Nasional.

Dalam kurun waktu 3 dekade, 1973-2005, konsumsi energi dunia naik sebesar 86,7%. Berdasarkan informasi dari Energy Information Administration, AIE 2007, diperkirakan pada periode 2004 - 2030, konsumsi energi dunia akan naik sebesar 57%. Dalam kajiannya OPEC yakin bahwa hingga tahun 2030 kebutuhan minyak dunia masih dapat dipenuhi. Kjarstad & johnsson menyatakan bahwa bisa saja terjadi peak oil production dalam waktu dekat akibat berbagai faktor yang menghambat investasi dan produksi minyak.Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, OPEC menyatakan bahwa beberapa hal yang perlu diwaspadai dalam penyediaan minyak dimasa mendatang adalah masalah transportasi serta harga barang dan jasa pendukung industri minyak.

65.1.1 Proyeksi kebutuhan energi dunia di masa depanFakta kebutuhan energi duniaMenurut International Energy Agency (IEA) , sebuah badan di bawah naungan kelompok negara OECD (Organization for Economic cooperation and development) , dalam laporan tahunan yang bertajuk World Energy Outlook 2008 (WEO 2008) , konsumsi tahunan energy primer dunia pada tahun 2008 berada di level 12.000 MTOE (juta ton ekivalen minyak) ; meliputi minyak, batubara, gas, biomassa, nuklir, hidro, dan energi terbarukan lainnya.

Prediksi kebutuhan energi dunia di masa depanBila diproyeksikan ke depan, konsumsi tahunan energ dunia pada tahun 2030 diprediksi berada di level 17.000 MTOE. Angka prediksi ini sudah mengakomodasi skenario berbagai kebijakan yang sudah dibuat dan diimplementasikan berbagai negara di dunia sampai tahun 2008 sampai tahun 2008.

7Pertambahan konsumsi energi dunia 20 tahun kedepan didominasi oleh negaranegara nonOECD yang notabene merupakan negaranegara berkembang di timur tengah, Afrika, Eropa Timur, Amerika latin, dan negara negara Asia termasuk indonesia, hal ini bisa dipahami karena sebagian besar negara nonOECD ini sedang mengalami proses industrialisasi sehingga mengalami tahapan pasokan energi yang lebih banyak dari tahun ke tahun untuk mecukupi kebutuhan energinya hingga mencapai titik ekuilibrium.

Harga kebutuhan energi duniaMelambungnya harga energi dunia di pertengahan tahun 2008, lalu diikuti dengan jatuhnya ekonomi dunia. Harga minyak kemudian terus turun hingga sempat berada dibawah USD 40 per barel. Setelah semester pertama 2009 mulai terlihat tanda tanda awal kepulihan ekonomi dunia. Bursa pasar modal di berbagai pusat keuangan dunia mulai bergairah. Saat ini harga minyak dikisaran USD 6070 per barel. Di negaranegara yang lebih mengandalkan sektor riil dalam transaksi ekonominya, tandatanda ke arah pemulihan ekonomi malah sudah tampak lebih dini.8Kemampuan masing-masing negara dalam mengamankan pasokan energi di masa depanKekuatan ekonomiPenguasaan IPTEKKetercukupan cadangan energiKemampuan lobi di tingkat international.95.1.2 Dampak produksi dan konsumsi energi terhadap lingkunganPengaruh energi terhadap perubahan lingkunganSetiap produksi dan konsumsi energi berpotensi menimbulkan perubahan lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Perubahan ini dapat berasal dari penggunaan energi sehari-hari atau dari suatu musibah kecelakaan dalam penggunaan bahan bakar. Hingga belum tercipta suatu teknologi yang menghilangkan emisi karbon dioksida dari bahan bakar fosil.

Resiko perubahan energi terhadap perubahan lingkunganResiko dan ketidakpastian akibat konsumsi energi yang tinggi di masa mendatang juga menimbulkan masalah, antara lain :

10Peluang terjadinya perubahan iklim akibat adanya efek rumah kaca oleh gas gas yang dilepaskan ke atmosfer, yang paling utama adalah disebabkan oleh gas karbondioksida yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil.

Pencemaran udara perkotaan yang disebabkan oleh pencemar atmosfer hasil pembakaran bahan bakar fosil.

Pengasaman lingkungan.

Resiko kecelakaan nuklir, masalah limbah pembuangan dan pembongkaran reaktor setelah massa baktinya berakhir, dan bahaya yang berkaitan dengan penggunaan energi nuklir.

11Efek penggunaan timah terhadap lingkunganTimah (Pb) diudara tetap merupakan masalah utama dibanyak kota, di mana timah digunakan sebagai bahan adiktif pada bahan bakar bensin untuk meningkatkan angka oktan. Bahkan kadang-kadang dalam konsentrasi tinggi timah (Pb) dapat mengkontaminasi tanah dan debu didekat jalanjalan yang padat lalu lintasnya. Timah dapat berpengaruh terhadap rusaknya syaraf pada anakanak. Hasil studi WHO di Meksiko menunjukan bahwa timah yang dikandung dalam darah anak-anak dimeksiko sebanyak 2-4 kali lipat lebih besar dibanding daerah-daerah dimana digunakan bahan bakar yang mengandung sedikit timah. Nampak bahwa pencemaran karena timah yang terdapat pada bahan bakar fosil merupakan salah satu masalah lingkungan paling serius untuk jangka panjang.

125.1.3 Dilema Penggunaan Bahan Bakar Fosil13Perlunya penerapan kesehatan lingkungan dalam pembuatan keputusan yang berhubungan dengan pengembangan energi baru melalui pengaturan dan teknologi yang digunakan untuk pembuangan limbah guna mencegah dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.Negara-negara berkembang perlu melaksanakan strategi dalam upaya memperhatikan kesehatan lingkungan dengan menggunakan teknologi yang tepat, perencanaan yang bersifat pncegahan, efisien dengan ditunjang sistem manajemen dan kerangka kerja yang baik.Kerjasama bilateral dan multilateral antar negara di dunia.Dalam jangka panjang, negara berkembang sebaiknya menerapkan langkah-langkah peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi yang tidak benar, seperti mengurangi peggunaan mobil pribadi dan beralih ke sistem transportasi yang efisien sehingga dapat menekan penyebaran karbondioksida, polusi udara, dan meningkatkan usaha penghematan energi.Beberapa strategi dan rekomendasi yang dapat diambil dalam penggunaan dan pengadaan energi di antaranya:14Dengan peningkatan efisiensi penggunaan energi, pembakaran bahan bakar fosil per satuan produk atau jasa dapat dikurangi sehingga keuntungan ekonomi yang lebih besar dapat dicapai per satuan energi yang digunakan. Dalam kurun waktu 10 tahun, negara-negara industri dapat menurunkan penggunaan energi per satuan GDP. Penurunan terbesar dicapai oleh Jepang. Hasil penelitian di Denmark menunjukkan bahwa tingkat hidup yang mereka nikmati saat ini sebenarnya dapat dicapai hanya dengan menggunakan 30% energi listrik.Sektor transportasi perlu mendapatkan perhatian terutama sarana transportasi dengan mobil karena laju pertumbuhan jumlah mobil sangat tinggi. Beberapa aspek yang mendapatkan perhatian dunia untuk mengurangi pencemaran udara karena mobil adalah:Efisiensi bahan bakarEfisiensi angkutan penumpang dan barangPola pemukiman dan transportasi

5.1.4 Efisiensi Penggunaan Energi15Pola pemukiman juga memberikan kontribusi terhadap konsumsi bahan bakar untuk transportasi. Pada saat ini pola pemukiman mempunyai kecenderungan untuk menyebar sehingga mengakiatkan kemacetan dan dapat menurunnya efisiensi penggunaan bahan bakar.Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemacetan antara lain:Mengatur lalu lintas dengan membuat jalan satu arah, menyiagakan petugas terutama pada jam sibuk.Memperlebar ruas jalan dan membuat jalan baru.Namun, pengalaman menunjukkan bahwa kedua usaha tersebut efeknya hanya sementara.

16Jika dalam tahun-tahun antara 1950-1960an dan awal tahun 1970an pemakaian energi meningkat dengan pesat untuk mendorong proses industrialisasi di negara-negara maju, efisiensi dalam penggunaan energi tidak dipermasalahkan. Yang penting adalah bagaimana cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi hal ini disebabkan karena harga energi pada umumnya, dan harga minyak bumi pada khususnya sangat rendah. Serta adanya anggapan yang sebenarnya keliru, bahwa energi itu tersedia sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.Dengan adanya ketimpangan yang besar dalam konsumsi energi per kapita antara negara berkembangan dan negara industri pada umumnya menjelaskan tentang cangkupan dan kebutuhan bagi efisiensi energi jauh lebih tinggi di negara industri dari pada di negara berkembang. Namun demikian efisiensi energi penting dilakukan di mana pun. Negara berkembang menghadapi kendala khusus dalam upaya melakukan efisiensi energi. Kesulitan devisa akan menyulitkan mereka untuk membeli alat-alat pemakaian akhir dan konversi energi yang efisien tetapi mahal5.1.5 Konversi Energi17Dewasa ini untuk mendapatkan energi yang terbarukan terus diupayakan. Jika pada abad ke 18 sebelum revolusi industri, energi yang digunakan di muka bumi yang bersandar pada kayu (yang merupakan sumber energi yang terbarukan). Dengan ditemukannya minyak bumi pada abad yang ke 18 maka fungsi kayu sebagai bahan bakar digantikan dengan bahan bakar fosil. Terutama untuk mendukung aktivitas industri pada abad itu. Fungsi kayu semula sebagai bahan bakar pada abad modern berubah menjadi komoditi ekspor non-migas bagi negara berkembang, sehingga kayu yang semula sifatnya sebagai energi yang terbaharukan menjadi tidak terbaharukan karena tingginya laju konsumsi.Krisis energi yang terjadi beberapa dekade yang lalu mengajarkan kepada kita bahwa pola hidup hemat energi perlu terus menerus dimasyarakatkan, ditambah dengan usaha yang serius untuk mengembangkan dan menerapkan sumber energi yang terbaharukan guna mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil perlu segera dilakukan. Menggunakan sumber energi yang terbaharukan yang ramah lingkungan juga berarti menyelamatkan lingkungan hidup.

5.2 SUMBER ENERGI TERBARUKAN 18Terdapat beberapa energi yang terbaharukan yang ramah lingkungan (emisi karbon rendah) yang dapat diterapkan, misalnya tenaga surya, tenaga angin, tenaga panas bumi, tenaga mikrohidro, bioetanol, biodisel, dan sampah/limbah.Dalam 10 Tahun terakhir ini kebutuhan dunia akan sumber energi alternatif (SEA) dan terbaharukan meningkat dengan laju hampir 25% pertahun, peningkatan ini didorong oleh:1. meningkatnya kebutuhan energi listrik2. meningkatnya kesadaran untuk menggunakan teknologi yang bersih3. terus meningkatnya harga bahan bakar fosil4. meningkatnya bangunan saluran transmisi, dan5. meningkatnya jaminan pasokan energi19Dalam gambar 5.5 ditunjukkan perkembangan harga energi yang dibangkitkan dengan SEA selama 20 tahun terakhir. Nampak bahwa harga energi listrik yang di dapat dengan sumber energy alternative terus menurun dan bahkan diantaranya ada yang lebih rendah dari sumber energi konvensional. Perkembangan teknologi menunjukan bahwa harga energi listrik yang dibangkitkan dengan SEA akan terus menurun sehingga kebutuhan akan peralatan yang digunakan dalam pembangkit semacam ini akan meningkat dengan cepat .

Agar peran SEA dapat meningkat dengan cepat maka harga dan keandalan system pembangkit listrik berbasis energi alternatif harus mampu bersaing dengan pembangkit konvensional.20

Energi surya merupakan suatu bentuk energi yang berasal dari matahari. Ada dua cara yang umum digunakan dalam pemanfaatan energi matahari, yaitu menggunakan solar-thermal dan sel fotovoltaik.Pada sistem solar-thermal, panas radiasi dari matahari dikumpulkan menggunakan cermin untuk memanaskan air yang diletakkan dalam suatu ketel (boiler). Uap yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk memutar turbin dan generator. Pada sistem fotovoltaik, energi matahari langsung di ubah menjadi energi listrik menggunakan sel fotovoltaik atau sel surya.Perkembangan terbaru teknologi sel surya adalah teknologi pita tipis silikon (kurang dari 1 mikron) yang di dapat dari uap bahan semikonduktor. Pita tipis ini bisa dilekatkan pada bahan nonfleksibel (kaca) maupun yang fleksibel (metal foil atau polimer). Bahan semikonduktor yang umum digunakan adalah silikon amorphous. Keuntungan utama dari teknologi ini adalah di mungkinkannya pembuatan sel surya secara kontinu dalam bentuk gulungan sehingga mengurangi biaya penyambungan antar sel. Hambatan utamanya adalah mahalnya teknologi peralatan yang dipakai untuk memproduksinya.

5.2.1 Energi Surya21Pembangkit listrik tenaga angin mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam 20 tahun terakhir ini, terutama dibelahan Eropa Utara, Jerman, Belanda, dan Denmark telah menggunakan tenaga angin untuk membangkitkan hampir 20 % kebutuhan energi listriknya. Pada akhir tahun 2010, diperkirakan pembangkit listrik tenaga angin yang terpasang di dunia akan mencapai lebih dari 150 GW. Masalah utama dari penggunaan pembangkit listrik tenaga angin adalah ketersediaannya yang rendah. Untuk mengatasi masalah ini maka pembangkit listrik tenaga angin harus dioperasikan secara paralel dengan pembangkit listrik lain. Walaupun sebuah pembangkit listrik tenaga angin hanya membangkitkan daya kurang dari 100 kW, kita bisa membangun puluhan pembangkit listrik tenaga angin dalam satu daerah. Dengan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga angin maka kebutuhan akan bahan bakar fosil akan jauh berkurang. Selain mengurangi biaya operasi, penggunaan pembangkit listrik tenaga angin akan meningkatkan jaminan pasokan energi suatu daerah.5.2.2 Energi Angin22Biomassa merupakan produk fotosintesis, yakni butir-butir hijau daun yang berkerja sebagai sel-sel surya yang menyerap energi radiasi matahari dan mengkonversi karbondioksida dengan air menjadi senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen.Di negara maju, dengan berkembangnya teknologi dan industri, peranan biomassa sebagai sumber energi sudah makin berkurang, dan diganti dengan energi komersial, mula-mula batubara kemudian minyak bumi, namun di negara berkembang energi biomassa masih merupakan komponen yang besar dalam pola pemakaian energi (termasuk indonesia).Energi dari Biomassa merupakan energi terbarukan dengan potensi yang besar dan belum dimanfaatkan. Potensi energi biomassa sebesar 50.000 MW hanya 320 MW yang sudah dimanfaatkan atau 0,64 % dari seluruh potensi yang ada. Potensi biomassa di indonesia bersumber dari produk samping sawit, penggilingan padi, kayu, polywood, pabrik gula, kakao, dan limbah industri pertanian.5.2.3 Energi Biomassa235.2.4 BIOGAS24Pemanfaatan energi potensial yang terkandung dalam perbedaan pasang dan surut.

pada saat laut pasang, permukaan air laut tinggi, mendekati ujung atas dari bendungan. Waduk diisi dengan air laut, dengan mengalirkannya melalui sebuah turbin air yang dihubungkan dengan sebuah generator listrik sehingga pada proses pengisian waduk dari laut, putaran turbin akan menggerakkan generator dan energi listrik akan dihasilkan.

5.2.5 Energi Pasang Surut Air Laut

25Pada saat laut surut, terjadi hal sebaliknya. Waduk dikosongkan. Dengan sendirinya air mengalir lagi melalui generator turbin yang juga akan menghasilkan energi listrik. Ada spesifikasi khusus untuk turbin yang digunakan, yaitu bahwa turbin harus dapat berputar dua arah.

26Di luar konteks politik dan bisnis, pembangunan seyogyanya diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat, bukan untuk segelintir orang atau penguasa. Berbagai bencana alam yang terjadi di dunia dan di Indonesia khususnya merupakan cermin di mana sebuah kekayaan alam yang sepatutnya dilestarikan justru diabaikan keberadaannya. Ini merupakan puncak dari sebuah paradigma pembangunan yang tidak berbasis lingkungan. Di satu sisi kita bangga menyaksikan hasil pembangunan fisik yang sangat megah dan mentereng, tetapi di sisi lain kita juga dihadapkan sebuah kenyataan akan datangnya bencana yang bertubi-tubi.Lingkungan jangan dipahami sebagai sesuatu yang terpisah satu sama lain. Merusak lingkungan berarti merusak manusia itu sendiri. Merusak lingkungan berarti kehancuran semua. Memelihara lingkungan dalam kasus pembangunan berarti kita sendang membangun sebuah peradaban yang jauh lebih baik dari hari ini.

5.3 PEMBANGUNAN EKONOMI DALAM KONTEKS GLOBAL27Berdasarkan hasil pada KTT bumi di Rio de Janeiro yang tertuang dalam agenda 21, negara berkembang harus memperhatikan proses produksi dalam pembangungan ekonomi yang berdasarkan pada pembangunan yang berkelanjutan (sustailable development). Maka jelas, bila ingin tetap stabil dalam membangun perekonomiannya yang berbasis pada sumber daya alam, negara harus memasukkan kebijakan lingkungan hidup dalam kebijakan ekonominya.Negara maju yang memiliki teknologi lebih advance mendorong terwujudnya perbaikan kualitas hidup dengan cara memberlakukan undang-undang lingkungan hidup domestik yang dapat berpengaruh dan bersinggungan dengan kepentingan negara lain secara universal. Misalnya Amerika dan Uni Eropa serta beberapa negara lain telah meratifikasi undang-undang lingkungan hidup, menolak produk dagang yang tidak ramah lingkungan.

5.3.1 Isu Lingkungan dan Perdagangan Global28Hal ini dianggap melanggar ketentuan WTO (World Trade Organization) dan kesepakatan KTT Bumi dalam Agenda 21 yang didalamnya dikatakan bahwa pasar terbuka, kesetaraan, keamanan, prinsip non-diskriminasi dan sistem perdagangan multilateral merupakan hal yang sangat diperlukan dalam semua bentuk kerjasama perdagangan.Demikian juga dengan isu lingkungan dalam forum perdagangan internasional seperti tentang aturan trade measure, beberapa pasal di GATT/WTO dan juga kebijakan perdagangan negara maju yang dianggap menghambat perdagangan negara berkembang, menjadi semakin jelas adanya hubungan antara perdagangan internasional dengan isu lingkungan hidup. Akibatnya, timbul ketegangan Utara-Selatan karena asumsi dependensi ekonomi negara berkembang terhadap negara maju yang menjadikan isu lingkungan sebagai salah satu sumber konflik. Ketegangan isu lingkungan ini semakin mengemuka dengan adanya desakan penetapan trade measure yang berhubungan dengan lingkungan oleh negara maju. Kondisi ini semakin mengancam produk dagang negara berkembang yang menyebabkan penurunan sejumlah pendapatan ekspor hasil alam.295.3.2 Implikasi Perdagangan Global Terhadap Negara BerkembangPemahaman negara berkembangbahwa isu lingkungan dapat mengancam perdagangan internasional merupakan dampak dari pengaruh global. Dalam hal ini lebih pada sistem perdagangan internasional yang terangkum dalam peraturan WTO. Aturan dan kebijaksanaan dalam WTO dianggap dapat menghambat pelaksanaan pembangunan perekonomian dan perdagangan negara berkembang.Dapat dikatakan bahwa aturan kebijaksanaan dan mekanisme yang berlaku dalam perdagangan internasional ini lebih didominasi oleh kekuatan megara maju. Penolakan terhadap beberapa produk ekspor negara berkembang oleh beberapa negara maju dianggap tidak memenuhi standar mereka dalam hal perlindungan terhadap lingkungan.Adanya standar yang ditetapkan oleh negara maju yang ditetapkan oleh ISO, melalui ISO 14000 tentang lingkungan hidup, membuat negara berkembang harus kembali berada dibawah hegemoni dan pengawasan negara maju karena untuk mengadopsi memenuhi kriteria standar tersebut membutuhkan kerja keras.30Isu lingkungan dalam kancah perdagangan internasional menjadi suatu ancaman tersendiri bagi negara berkembang karena adanya aturan-aturan dalam WTO yang seolah-olah menghambat perdagangan internasional produk negara berkembang. Perkembangan isu lingkungan dalam perdagangan global dapat menjadi konflik potensial (bersifat konfrontatif) antara Utara (negara maju) dan Selatan (negara berkembang). Maka dari itu diperlukan kerjasama global antara negara maju dan negara berkembang mengenai hubungan antara kedua isu ini dengan mengembangkan konsep interdependensi antara keduanya.

315.3.3 Perdagangan Global dan Aspek Ekonomi Negara BerkembangPrinsip-prinsip ekonomi yang menekankan pada efisiensi ekonomi dengan maximizing benefit dan minimizing cost dari sudut pandang teori ekonomi memang sangat rasional. Dalam ekonomi yang semakin liberal, sistem perekonomian pada akhirnya banyak dikuasai oleh perusahaan-perusahaan transnasional yang banyak beroperasi di negara sedang berkembang, baik untuk mendapatkan input, khususnya sumber daya alam, maupun tenaga kerja murah, ataupun untuk memperluas pasar produk mereka.Liberalisasi pasar yang semakin melibas perekonomian di banyak negara juga telah menghambat pembangunan berkelanjutan. Dengan kondisi keuangan negara berkembang yang parah, hutang luar negeri menggunung, fundamental ekonomi yang masih rapuh, disertai dengan kualitas pertumbuhan ekonomi yang memburuk, beberapa negara berkembang dengan mudah terjebak untuk memilih kebijakan ekonomi yang cenderung menguntungkan dalam jangka pendek.32Pilihan antara mengedepankan kepentingan jangka pendek (kepentingan generasi sekarang) dengan kepentingan jangka panjang (kepentingan anak cucu kita) harus segera diputuskan. Sudah saatnya kita hidup bukan hanya untuk kepentingan jangka pendek, namun harus memperhatikan kepentingan generasi mendatang. Oleh karena itu harus ada perubahan paradigma dalam pengelolaan ekonomi agar keputusan apapun yang diambil akan menggunakan perspektif jangka panjang, dengan mengedepankan pembangunan yang berkelanjutan.33Perbincangan dan perdebatan tentang Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development), atau di Indonesia dikenal dengan Pembangunan Berwawasan Lingkungan, diawali dari laporan Brundtland yang disampaikan di depan Komisi Dunia untuk Pembangunan dan Lingkungan dengan judul Our Common Future (1987).

Brundtland report ini semakin diintensifkan dengan Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan atau yang dikenal dengan KTT Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Konsep pembangunan berwawasan lingkungan hasil kesepakatan KTT Bumi di Rio de Janeiro tahun 1992 mengandung 2 gagasan penting, yaitu:

Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidupnya.Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.5.4 PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN34 Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut :Menjamin pemerataan dan keadilanMenghargai keanekaragaman hayatiMenggunakan pendekatan integratifMenggunakan pandangan jangka panjangDengan demikian merupakan hal yang penting untuk membangun kebijakan ekonomi, ekologi, serta kebutuhan sosial dengan cara sinergis, saling memperkuat satu sama lain.

Pembangunan Berwawasan Lingkungan memaparkan suatu pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan generasi saat ini, tetapi tidak membahayakan kesempatan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

355.4.1 Pembangunan, Sumber Daya Alam dan Lingkungan HidupSumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber yang penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumber daya alam menyediakan sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sedangkan ingkungan dalam arti luas merupakan tempat bagi manusia melakukan aktivitas. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya alam seharusnya mengacu kepada aspek konservasi dan pelestarian lingkungan.Eksploitasi sumber daya alam yang hanya berorientasi ekonomi hanya membawa efek positif secara ekonomi tetapi menimbulkan efek negatif bagi kelangsungan hidup umat manusia. Oleh karena itu pembangunan tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi tetapi juga harus memperhatikan aspek etika dan social yang berkaitan dengan kelestarian serta kemampuan dan daya dukung sumber daya alam.Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup menjadi acuan bagi kegiatan pembangunan berbagai sektor agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin. Pemanfaatan sumber daya alam seharusnya memberi kesempatam dan ruang bagi peran serta masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.36Dengan memperhatikan permasalahan dan kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup dewasa ini maka kebijakan di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup ditunjukan pada upaya :Mengelola sumber daya alam, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui melalui penerapan teknologi ramah lingkungan dengan memperhatikan daya dukung lingkunganMemberdayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup bagi peningkatan kesejahteraan masyarakatMemelihara kawasan konservasi yang sudah ada dan menetapkan kawasan konservasi baru di wilayah tertentuMengikutsertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan lingkungan global.Sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.375.4.2 Faktor faktor Lingkungan yang dibutuhkan untuk Mendukung Pembangunan BerkelanjutanTerpeliharanya proses ekologi yang esensialProses fotosintesis merupakan proses esensial untuk menjaga kelangsungan hidup di bumi karena menghasilakan oksigen dan ozon.Pengendalian populasi, menjaga keseimbangan yang dinamis antara tingkat populasi dan daya dukung lingkungan.Kemampuan memperbaharui diri (sesudah mengalami gangguan). Kemampuan memperbaharui diri dari sumber daya alam yang bersifat dapat diperbaharui (udara,air,tanah) ada batasnya. Jadi dibutuhkan suatu kebijaksanaan dalam pemanfaatannya.

38Tersedianya sumber daya yang cukupPembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk dapat meningkatkan manfaat yang didapat dari sumber daya. Kenaikan asas manfaat ini dapat dilakukan dengan :Menggunakan sumber daya alam lebih banyak tetapi secara bijaksana.Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam tanpa meningkatkan jumlah sumber daya alam yang digunakan (misalnya melalui daur ulang)

39Peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tak terbarukan sangat penting karena dengan meningkatkan eksploitasi terhadap kedua jenis sumber daya alam ini maka resiko kerusakan terhadap sumber daya alam tersebut juga akan meningkat.Bagi sumber daya alam yang terbarukan, dengan adanya kerusakan ini akan menjadikannya sebagai sumber daya alam tak terbarukan. Sedangkan bagi sumber daya alam yang tak terbarukan, meningkatnya intensitas eksploitasi akan mempercepat penyusutan sumber daya alam tersebut sehingga sumber daya alam itu akan cepat habis.Penggunaan sumber daya alam dengan kuantitas semakin besar akan meningkatkan pencemaran. Secara umum pencemaran akan mengurangi kemampuan lingkungan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Dibutuhkan adanya usaha daur ulang yang mempunyai efek mengurangi resiko pencemaran dan penyusutan sumber daya, atau mencari sumber daya alam alternatif untuk menjamin persediaan sumber daya alam untuk jangka panjang. Hal ini hanya mungkin dilakukan jika terdapat keanekaragaman sumber daya alam.

405.4.3 Kebijakan yang Dibutuhkan untuk mendukung Pembangunan BerkelanjutanMelestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di muka bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup disekitar kita sesuai dengan kapasitas masing-masing.Beberapa elemen kebijakan publik yang dibutuhkan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan antara lain meliputi: Kebijakan konservasi dan diversifikasi energi ke arah pengurangan penggunaan energi fosil dan meningkatkan penggunaan energi alternatif yang ramah lingkungan.Kebijakan kependudukan, dengan menahan laju pertambahan penduduk sampai ke tingkat yang dapat didukung oleh keberadaan sumber daya alam.

41Kebijakan spasial untuk menjamin penggunaan ruang wilayah sehingga berbagai kegiatan ekonomi manusia dapat berjalan secara serasi didukung oleh infrastruktur fisik yang memadai, sekaligus juga menyediakan sebagian ruang alam di darat dan di perairan untuk konservasi sumber daya alam.Kebijakan untuk menanamkan budaya gaya hidup hemat, bersih, dan sehat, sehingga kualitas hidup manusia dapat terjamin dengan menghindarkan pemborosan energi dan material.Kebijakan di ruang hukum, informasi, pemerintahan, ekonomi, fiskal, pendidikan, dan lainnya untuk menunjang hal-hal diatas.

Berdasarkan kebijakan-kebijakan diatas dapat dikatakan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan memiliki dua dimensi, yaitu dimensi tekno ekologis dan dimensi sosio ekonomis.

42Dimensi tekno ekologisSalah satu masalah pokok dalam dimensi ini adalah perubahan iklim karena pemanasan global akibat meningkatnya konsentrasi gas rendah kaca ( CO2 dan N2O ) di atmosfer bumi. Selain itu perubahan dalam penggunaan sumber daya alam lainnya juga memberikan kontribusi terhadap meningkatnya gas rumah kaca, misalnya penggundulan dan pembakaran hutan untuk dialih-fungsikan sebagai lahan pemukiman untuk transmigrasi dan lainnya.Konsumsi air dari tahun ke tahun juga terus bertambah seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, industri dan usaha-usaha di sektor pertanian. Jika kondisi ini tidak mendapat perhatian maka akan menyeb abkan terjadinya penurunan permukaan tanah sebagaimana yang terjadi di Jakarta.Dalam menyikapi masalah diatas, seyogyanya setiap kegiatan pembangunan ditempatkan pada lokasi yang sesuai (konsep tata ruang) . Kebijakan ini tidak hanya untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam dan menjamin kelajuannya tidak melampaui kemampuan sumber daya alam tersebut untuk memperbaharui diri, tetapi juga menjamin kepastian dan kebaikan bagi para investor yang ingin menanamkan modal.

43Kebijakan yang dapat diambil diantaranya: Mekanisme pengendalian dan pemanfaatan sumber daya alam. Dalam pemanfaatan sumber daya alam terbarukan harus ada jaminan bahwa kelajuannya tidak melampaui kemampuan sumber daya alam tersebut untuk memperbaharui diri pada suatu periode tertentu. Sedangkan pada penggalian sumber daya alam yang tak terperbaharui, pelaksanaannya harus dilakukan secermat dan seefisien mungkin.Pengelolaan limbah. Sebelum dibuang, limbah harus diolah terlebih dahulu agar kuantitasnya tidak melampaui kapasitas asimilasi dari ekosistem (kemampuan ekosistem untuk menerima limbah sampai pada taraf tidak membahayakan lingkungan kehidupan manusia).2. Dimensi sosio ekonomisMasalah utama dalam dimensi ini adalah pertumbuhan jumlah penduduk dunia. Dalam kurun waktu seratus tahun terakhir, pertumbuhan penduduk melonjak dengan cepat, terutama dinegara-negara berkembang. Jumlah penduduk dunia diperkirakan akan menjadi 7,8 milyar pada tahun 2005, dimana 6,7 milyar di antaranya hidup di negara berkembang (UNDP, 2002). Kenaikan jumlah penduduk ini terutama diakibatkan oleh rendahnya tingkat pendidikan, urbanisasi, tidak memadainya jaminan sosial.

44 Hal-hal tersebut menyebabkan tingkat pertumbuhan penduduk tak terkendali, kemiskinan, pengangguran, kerawanan sosial, kekurangan air yang tentunya akan berujung pada kekurangan gizi. Kesehatan manusia yang hidup di negara berkembang diperburuk dengan adanya pencemaran air dan udara. Prioritas kegiatan/kebijakan dan program pembangunan seyogyanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.Pada saat Revolusi Industri, falsafah ekonomi yang dianut menyatakan bahwa biaya pembangunan pada dasarnya hanya berkaitan dengan biaya produksi tanpa mengaitkan dengan pengaruh lingkungan dan biaya sosial (sosial cost). Pembangunan model ini merupakan dengan falsafah faedah yang pendek. Dalam pembangunan berkelanjutan, komponen biaya terhadap risiko rusaknya lingkungan harus dimasukkan dalam proses pengambilan keputusan. Jadi tidak menunggu sampai terjadi pencemaran. 45Untuk itu dibutuhkan pemilihan lingkungan sosial (dimana pembangunan itu akan dilaksanakan) yang mencakup:Pertumbuhan ekonomi, yang menyangkut nilai tambah sebagai akibat adanya pembangunan.Pemerataan pendapatan, dengan membuka lapangan kerja yang lebih luas.Perbaikan alokasi sumber daya alam untuk meningkatkan kualitas hidup.465.4.4 Wajah Pembangunan Berkelanjutan di Negara BerkembangPembangunan yang dilaksanakan di negara berkembang hingga sekarang masih cenderung difokuskan pada pembangunan ekonomi, bahkan mengacu pada pertumbuhan ekonomi yang cenderung jangka pendek sehingga masalah keberlanjutan belum menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila pertumbuhan ekonomi pun kualitasnya semakin buruk. Apalagi dengan keterbatasan APBN dan sumber daya yang dimilikinya, tidak mengherankan apabila pengambil kebijakan memilih jalan pintas, yang cepat kelihatan hasilnya kurang memperhatikan keberlanjutannya.Pembangunan keberlanjutan sudah menjadi tuntutan bagi pengambil kebijakan pembangunan dalam bumi yang semakin rusak ini. Hal ini tertuang dalam Konferensi Stockholm (1972), Agenda 21 di Rio Earth Summit (1992), dan Deklarasi Johannesburg (2002). Meski komitmen dan perhatian besar telah diberikan pada tingkat internasional, namun kondisi lingkungan hidup tetap saja memburuk.Dalam perkembangannya disadari bahwa pembangunan berkelanjutan tidak hanya terkait dengan aspek lingkungan hidup, namun juga pembangunan ekonomi dan sosial yang dikenal dengan the living triangle. Tidaklah mungkin lingkungan dapat dijaga dengan baik bila kondisi sosial dan ekonomi masyarakat buruk. 47Oleh karena itulah dalam rangka melestarikan lingkungan hidup kita secara berkelanjutan, pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan juga perlu dilakukan. Tidaklah mungkin masyarakat yang untuk hidup saja sulit akan dapat menjaga lingkungannya dengan baik. Pembangunan berkelanjutan dalam tingkat global pun seringkali hanya menjadi retorika politik belaka, sehingga tidaklah mengherankan bahwa upaya pembangunan berkelanjutan tidak mudah diimplementasikan ( Cooper & Vegas, 2004 ) .Adanya krisis ekonomi global di awal Abad 21 menurunkan komitmen negara maju dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Hal ini berkaitan erat dengan kalahnya prioritas menjaga lingkungan dengan masalah aktual dinegaranya, seperti meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi atau menjaga dunia usaha dari negaranya yang banyak diwakili industri transnasional agar terus dapat berkembang dalam pasar global.Pembangunan berkelanjutan tidaklah mudah untuk dilakukan oleh negara yang masih menghadapi banyak permasalahan ekonomi, terutama negara berkembang. Beban hutang yang besar, kemiskinan dan pengangguran yang tinggi, serta stabilitas ekonomi yang rapuh serta pertumbuhan ekonomi yang lambat membuat pengambil kebijakan menghadapi tantangan besar dalam mengimplementasikan kebijakan ekonomi berkelanjutan. Kondisi ini mengakibatkan banyak negara berkembang, termasuk Indonesia mudah terjebak untuk memilih kebijakan ekonomi yang cenderung menguntungkan dalam jangka pendek. Khususnya dengan mengeksploitasikan sumber daya alam ataupun memberikan kelonggaran yang lebih besar pada kegiatan ekonomi yang berpotensi merusak lingkungan, baik dari industri domestik maupun asing. Pembangunan berkelanjutan menjadi semakin sulit untuk diimplementasikan.48

50