tegangan permukaan
-
Upload
ogy-goesgiantoro -
Category
Documents
-
view
331 -
download
10
Transcript of tegangan permukaan
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
TEGANGAN PERMUKAAN
Oleh :
Tanggal Praktikum : 11 Mei 2010 Tanggal Penyerahan : 18 Mei 2010 Asisten : Airin Intani
LABORATORIUM FARMASI FISIKAPROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1432H – 2011M
Modul 3
TEGANGAN PERMUKAAN
I. LANDASAN TEORI
Permukaan biasanya dikaitkan dengan batas antara suatu zat dengan udara, sedangkan
batas antar zat cair atau antar zat padat disebut antarmuka. Dalam dunia farmasi fenomena yang
berkaitan dengan permukaan atau antarmuka sangat bermanfaat bagi dunia farmasi seperti untuk
pembuatan sediaan farmasi berbentuk emulsi dan suspensi.
Tegangan permukaan zat cair adalah gaya yang bekerja sejajar dengan permukaan zat
cair yang dapat mengimbangi gaya kohesi antar molekul zat cair dari gaya terhadap zat lain di
permukaan. Pada permukaan suatu zat cair terdapat gaya tarik menarik diantara sesama molekul
air (gaya kohesi). Selain itu molekul zat cair juga mengalami gaya tarik menarik dengan molekul
udara di permukaan (gaya adhesi). Gaya adhesi yang ada relatif lebih kecil dibanding gaya
kohesinya, sehingga molekul cairan lebih tertarik ke arah dalam. Adanya gaya di permukaan
yang disebut tegangan permukaan yang mengimbangi gaya kearah dalam sehingga molekul tetap
berada di permukaan.
Selain tegangan terdapat istilah tegangan antar muka. Secara prinsip tegangan permukan
sama dengan tegangan antarmuka tetapi tegangan tersebut terdapat pada antarmuka dua cairan
yang tidak saling bercampur.
Bila dua fase berada bersamaan, batas antara keduanya disebut suatu antarmuka, sifat dari
molekul-molekulnya yang membentuk antar muka tersebut cukup berbeda dari sifat fase
antarmuka. Walaupun istilah ini tidak benar dalam hal aturan fase, tetapi merupakan suatu
konsep yang berguna. Sebagai contoh, molekul-molekul pada antar muka cair-gas dapat berada
dalam keadaan gas dua dimensi, cair atau padat bergantung pada keadaan suhu dan tekanan antar
muka. Tingkah laku seperti fase dari molekul-molekul tersebut oleh karenanya menjadi nyata.
Beberapa jenis antarmuka dapat terjadi, bergantung pada apakah kedua fase yang
berdekatan adalah dalam keadaan padat, cair, atau gas. Untuk memudahkan menganalisa
sebaiknya harus membagi dalam dua kelompok, yaitu antarmuka cair dan antar muka padat,
dalam kelompok yang pertama adalah penggabungan dari suatu fase cair dengan fase gas atau
fase cair lain dan bagian antarmuka padatan adalah suatu sistem yang memilik antarmuka padat
gas dan antarmuka padat cair.
Tegangan permukaan dan tegangan antarmuka, merupakan keadaan cair, dimana gaya
kohesif antara molekul-molekul yang berdekatan dikembangkan dengan baik, contohnya dalam
satu tetes cairan yang tersuspensi dalam udara, molekul – molekul dalam bulk cairan dikelilingi
oleh molekul lain dari segala arah yang mempunyai gaya tarik menarik yang sama, sebaliknya
molekul pada permukaan, yakni pada antarmuka cair/udara hanya dapat mengembangkan gaya
tarik menarik kohesif dengan molekul cair lain yang terletak berada di bawah atau disamping
molekul tersebut.
Molekul itu dapat mengembangkan gaya tarik menarik adhesif dengan molekul yang
menyusun fase lain yang terlibat antarmuka cair/gas gaya tarik menarik adhesifnya kecil. Efek
bersih adalah molekul pada permukaan cairan tersebut akan mengalami suatu gaya ke arah dalam
bulk, gaya seperti itu akan menarik molekul antarmuka secara bersmaan dan sebagai akibat nya
akan memperkecil (menyusutkan) permukaan. Tetes cairan karenanya cenderung membentuk
bola, karena sebuah bola mempunyai luas permukaan yang paling kecil pesatuan volume.
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus diberikan sejajar pada
permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam, gaya tegangan permukaan mempunyai satuan
dyne/cm dalam system cgs. Hal ini analog dengan keaadan yang terjadi bila suatu objek yang
menggantung dipinggir jurang pada seutas tali yang menggatung ke atas oleh seseorang dan
menarik nya menjauhi tepi jurang.
Tegangan antarmuka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada atarmuka dua
fase cair yang tidak bercampur dan seperti tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm.
Tegangan antarmuka selalu lebih kecil daripada tegangan permukaan karena gaya adhesif antara
dua fase cair yang membentuk suatu antarmuka adalah lebih besar daripada bila suatu fase cair
dan suatu fase gas berada bersama-sama, jadi bila dua cairan bercampur dengan sempurna, maka
tidak akan terjadi tegangan antarmuka.
Pengukuran tegangan permukaan dan tegangan antarmuka. Dari beberapa metode yang
ada untuk mendapatkan tegangan permukaan dan tagangan antarmuka, ada beberapa metode
yaitu :
1. Tensiometer DoNouy
2. Metode Kenaikan kapiler
3. Metode drop out
4. Metode buble pressureode
Tetapi yang akan di uraikan pada praktikum kali ini hanya metode tensiometer Dunouy,
keterangan rinci seperti metode – metode diatas, perlu dicatat bahwa pemilihan suatu metode
tertentu sering bergantung pada apakah tegangan permukaan atau tegangan antarmuka yang akan
ditentukan, ketepatan dan kemudahan yang diinginkan, ukuran sampel yang tersedia, dan apakah
efek waktu pada tegngan permukaan akan diteliti atau tidak. Dalam kenyataan tidak ada suatu
pun metode yang terbaik untuk semua sistem.
Prinsip Tensiometer DuNouy alat ini adalah bergantung pada kenyataan bahwa gaya yang
diperlukan untuk melepaskan suatu cincin platina iridium yang dicelupkan pada permukaan atau
antar muka adalah sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antarmuka. Gaya yang
diperlukan untuk melepaskan cincin dengan cara ini diberikan oleh suatu kawat spiral dan dicatat
dalam satuan dyne pada suatu penunjuk yang dikalibrasi. Tegangan permukaan diberikan oleh
rumus :
[Y = Skala yang terbaca (dyne) X Faktor Koreksi / (2 X Keliling Cincin)]
Metode tensiometer Du Nouy dapat digunakan baik itu untuk penentuan tegangan
permukaan ataupun tegangan antarmuka. Untuk penentuan tegangan permukaan saja dapat
digunakan metode kenaikan kapiler.
Faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan, adalah :
1. Suhu.
2. Zat terlarut (solut)
Sebenarnya alat tersebut mengukur bobot dari cairan yang dikeluarkan dari bidang
antarmuka sebelum cincin tersebut menjadi lepas. Suatu faktor koreksi perlu dalam persamaan
diatas. Karena teori sederhana tersebut tidak memperhitungkan variabel-variabel tertentu seperti
jari-jari dari cincin, jari-jari dari kawat yang dipakai untuk membentuk cincin, dan volume cairan
yang diangkat keluar dari permukaan. Kesalahan sebesar 25 % bisa terjadi bila faktor koreksi
tidak dihitung dan dipakai.
Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah faktor suhu dan faktor zat terlarut (solute).
Faktor suhu tegangan permukaan dari kebanyakan cairan turun hampir secara linier dengan
naiknya temperatur, yaitu dengan naiknya energi kinetik dari molekul tersebut pada daerah
temperatur kritisnya, tegangan permukaan suatu cairan menjadi nol. Tegangan permukaan dari
air pada 0o adalah 75,6 dan pada 75o adalah 63,5 dyne/cm. Oleh karena itu perlu untuk
mengontrol temperatur dari sistem bila melakukan penentuan tegangan permukaan dan tegangan
antar muka.
Faktor terlarut (solut). Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi
besarnya tegangan permukaan, terutama molekul zat yang berada pada permukaan cairan
berbentuk lapisan monomolekuler yang disebut dengan molekul surfaktan senyawa. Surfaktan
(surface active agent) merupakan senyawa amphifil atau mempunyai gugus polar dan nonpolar.
Pada permukaan air bagian nonpolar dari molekul surfaktan akan mengarah ke udara dan bagian
polarnya akan mengarah ke air. Hal tersebut dapat menyebabakan menurunnya tegangan
permukaan akhir meningkatnya gaya adhesi antara molekul air dan udara.
Tegangan permukaan akan menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi surfaktan
sampai akhirnya akan konstan pada saat terbentuknya misel. Pada konsentrasi tertentu surfaktan
yang disebut dengan konsentrasi misel kritis (KMK), yakni molekul surfaktan tidak lagi berada
dipermukaan tetap masuk ke dalam air membentuk agregat yang disebut dengan misel. Dengan
kata lain ketika misel telah terbentuk, maka meningkatnya konsentrasi surfaktan tidak lagi akan
menyebabakan penurunan tegangan permukaan.
II. MONOGRAFI ZAT AKTIF
Zat aktif yang digunakan pada saat praktikum adalah Tween 80 dan Minyak dengan
monografi sebagai berikut (Farmakope Indonesia, Ed. III, 1979. Hal 56) :
1. Tween 80
Polisorbat 80 (dikenal sebagai Alkest TW 80 dan Tween 80) adalah surfaktan non-ionik
yang berasal dari polyethoxylated sorbitan dan asam oleat. Polisorbat bersifat lengket, cair-
kental berwarna kuning. Hidrofilik kelompok dalam senyawa ini adalah poli eter, juga
dikenal sebagai kelompok polioksietilena (polimer etilena oksida). Dalam nomenklatur
polysorbates, penetapan angka berikut polisorbat mengacu pada kelompok lipofilik, dalam
hal ini adalah asam oleat. Polisorbat 80 sering digunakan dalam makanan dan produk lain
sebagai pengemulsi.
2. Minyak
3. Minyak Kelapa adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan endosperm
kering Cocos nucifera L.
4. Pemerian Cairan jernih ; tidak berwarna atau kuning pucat ; bau khas, tidak tengik
5. Kelarutan Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu 600 ; sangat mudah larut
dalam kloroform P dan dalam eter P.
6. Suhu lebur 230 sampai 260
7. Indeks bias 1,445 sampai 1,450 ; penetapan dilakukan pada suhu 400
8. Bilangan asam Tidak lebih dari 0,2 ; penetapan dilakukan menggunakan 20 g
9. Bilangan iodium 7,0 sampai 11,0
10. Zat tak tersabunkan Tidak lebih dari 0,8%
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT BAHAN
Cawan petri Air
Tensiometer Du Nouy Minyak nabati
Pipet volume Tween 80
Gelas Kimia
Batang Pengaduk
Gelas ukur
IV. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
1. PERHITUNGAN
Skala yang terbaca pada Tensiometer Du Nuoy sebanding dengan gaya yang dibutuhkan
untuk melepaskan cincin yang tercelup dalam zat cair (F).
Penentuan faktor koreksi
Dik : air = 72, 8 dyne/cm
F = 2, 1 dyne
r cincin = 3 cm
kel. Lingkaran cincin = 2 x 2 п r = 2 x 2.22/7.3 = 37, 714 cm
Dit : faktor koreksi = ?
Y = F/4 п r x faktor koreksi
72, 8 = 2,1 / 37, 714 x Faktor koreksi
2745, 58 = 2,1 x Faktor koreksi
Faktor koreksi = 2.745, 8 / 2,1= 1.307, 42
Perhitungan tegangan permukaan Tween 80
Konsentrasi 0 gram/100 ml
Dik : F = 2, 1 dyne
Kel. Lingkaran = 37, 714 cm
Faktor koreksi = 1. 307, 42
Dit : Y = ?
Y = F/4 п r x faktor koreksi
= 2,1 / 37, 714 x 1. 307, 42 = 72, 8 dyne/cm
Konsentrasi 0,2 gram/100 ml
Dik : F = 2 dyne
Kel. Lingkaran = 37, 714 cm
Faktor koreksi = 1. 307, 42
Dit : Y = ?
Y = F/4 п r x faktor koreksi
= 2 / 37, 714 x 1. 307, 42 = 69, 333 dyne/cm
Konsentrasi 0,4 gram/100 ml
Dik : F = 1,9 dyne
Kel. Lingkaran = 37, 714 cm
Faktor koreksi = 1. 307, 42
Dit : Y = ?
Y = F/4 п r x faktor koreksi
= 1,9 / 37, 714 x 1. 307, 42 = 65, 867 dyne/cm
Konsentrasi 0,6 gram/100 ml
Dik : F = 1,8 dyne
Kel. Lingkaran = 37, 714 cm
Faktor koreksi = 1. 307, 42
Dit : Y = ?
Y = F/4 п r x faktor koreksi
= 1,8 / 37, 714 x 1. 307, 42 = 62, 400 dyne/cm
Konsentrasi 0,8 gram/100 ml
Dik : F = 1,7 dyne
Kel. Lingkaran = 37, 714 cm
Faktor koreksi = 1. 307, 42
Dit : Y = ?
Y = F/4 п r x faktor koreksi
= 1,7 / 37, 714 x 1. 307, 42 = 58, 933 dyne/cm
Konsentrasi 1,0 gram/100 ml
Dik : F = 1,6 dyne
Kel. Lingkaran = 37, 714 cm
Faktor koreksi = 1. 307, 42
Dit : Y = ?
Y = F/4 п r x faktor koreksi
= 1,6 / 37, 714 x 1. 307, 42 = 55, 467 dyne/cm
Konsentrasi 2,0 gram/100 ml
Dik : F = 1,5 dyne
Kel. Lingkaran = 37, 714 cm
Faktor koreksi = 1. 307, 42
Dit : Y = ?
Y = F/4 п r x faktor koreksi
= 1,5 / 37, 714 x 1. 307, 42 = 52, 000 dyne/cm
Konsentrasi 4,0 gram/100 ml
Dik : F = 1,2 dyne
Kel. Lingkaran = 37, 714 cm
Faktor koreksi = 1. 307, 42
Dit : Y = ?
Y = F/4 п r x faktor koreksi
= 1,2 / 37, 714 x 1. 307, 42 = 41, 600 dyne/cm
Konsentrasi 6,0 gram/100 ml
Dik : F = 1 dyne
Kel. Lingkaran = 37, 714 cm
Faktor koreksi = 1. 307, 42
Dit : Y = ?
Y = F/4 п r x faktor koreksi
= 1 / 37, 714 x 1. 307, 42 = 34, 666 dyne/cm
Konsentrasi 8,0 gram/100 ml
Dik : F = 0,65 dyne
Kel. Lingkaran = 37, 714 cm
Faktor koreksi = 1. 307, 42
Dit : Y = ?
Y = F/4 п r x faktor koreksi
= 0,65 / 37, 714 x 1. 307, 42 = 22, 533 dyne/cm
Konsentrasi 10,0 gram/100 ml
Dik : F = 0,65 dyne
Kel. Lingkaran = 37, 714 cm
Faktor koreksi = 1. 307, 42
Dit : Y = ?
Y = F/4 п r x faktor koreksi
= 0,65 / 37, 714 x 1. 307, 42 = 22, 533 dyne/cm
2. PENIMBANGAN
Diambil masing-masing 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 1,0 ; 2,0 ; 4,0 ; 6,0 ; 8,0 ; 10,0 mg Tween 80
dalam 100 ml air pada gelas kimia. Kemudian, dituangkan pada cawan petri, setengah
dari volume cawan petri. Cawan petri tersebut diletakan pada Tensiometer Du Nuoy
dan diukur tegangan permukaannya.
V. PROSEDUR
1. Tegangan permukaan air dan minyak nabati ditentukan dengan Tensiometer Du Nuoy.
2. Tegangan antar muka air dan minyak nabati ditentukan dengan Tensiometer Du Nuoy.
3. Konsentrasi Misel Kritis (KMK) dari Tween 80 ditentukan dengan metode berikut :
a. Larutan seri Tween dibuat dengan konsentrasi :
( 0 I 0,2 I 0,4 I 0,6 I 1,0 I 2,0 I 4,0 I 6,0 I 8,0 I 10,0 ) mg Tween 80
100 ml Air
b. Tegangan permukaan ditentukan @ larutan Tween 80 dengan metode tensiometer.
c. Dibuat kurva nilai tegangan permukaan terhadap nilai konsentrasi surfaktan.
d. Ditentukan harga KMK dari kurva yang dibuat.
VI. HASIL PENGAMATAN
Tegangan permukaan air : 2,1 dyne
Tegangan permukaan minyak : 1,05 dyne
Tegangan permukaan air-minyak : 1 dyne
Tegangan permukaan Tween 80 dalam 100 ml air
(a) 0,2 Tween 80 dalam 100 ml air : 2 dyne
(b) 0,4 Tween 80 dalam 100 ml air : 1,9 dyne
(c) 0,6 Tween 80 dalam 100 ml air : 1,8 dyne
(d) 0,8 Tween 80 dalam 100 ml air : 1,7 dyne
(e) 1,0 Tween 80 dalam 100 ml air : 1,6 dyne
(f) 2,0 Tween 80 dalam 100 ml air : 1,5 dyne
(g) 4,0 Tween 80 dalam 100 ml air : 1,2 dyne
(h) 6,0 Tween 80 dalam 100 ml air : 1 dyne
(i) 8,0 Tween 80 dalam 100 ml air : 0,65 dyne
(j) 10,0 Tween 80 dalam 100 ml air :0,65 dyne
VII. PEMBAHASAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk dapat menentukan factor-faktor yang
mempengaruhi tegangan permukaan, dapat menggunakan alat-alat untuk penentuan tegangan
permukaan, dapat menentukan tegangan permukaan dan tegangan antar muka zat cair dan dapat
menentukan harga konsentrasi misel kritis (KMK).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan adalah suhu dan zat terlarut.
Pada percobaan kali ini, suhu tidak terlalu diperhatikan, padahal mengontrol temperatur dari
sistem bila melakukan penentuan tegangan permukaan dan tegangan antar muka adalah perlu.
Faktor suhu tegangan permukaan dari kebanyakan cairan turun hampir secara linier dengan
naiknya temperatur, yaitu dengan naiknya energi kinetik dari molekul tersebut pada daerah
temperatur kritisnya, tegangan permukaan suatu cairan menjadi nol. Tegangan permukaan
menurun dengan meningkatnya suhu karena meningkatnya energi kinetik molekul.
Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi besarnya tegangan
permukaan, terutama molekul zat yang berada pada permukaan cairan berbentuk lapisan
monomolekular yang disebut dengan molekul surfaktan. Pada percobaan kali ini, digunakan air,
minyak kelapa dan Tween 80 yang bersifat non-ionik sebagai surfaktan. Surfaktan merupakan
senyawa amphifil atau mempunyai gugus polar dan nonpolar. Pada permukaan air bagian
nonpolar dari molekul surfaktan akan mengarah ke udara dan bagian polarnya mengarah ke air.
Hal tersebut dapat menyebabkan menurunnya tegangan permukaan akhir akibat meningkatnya
gaya adhesi antara molekul air dan udara. Tegangan permukaan akan menurun seiring
bertambahnya konsentrasi surfaktan sampai akhirnya akan konstan pada saat terbentuknya misel.
Pada konsentrasi tertentu surfaktan yang disebut dengan Konsentrasi Misel Kritis
(KMK), yakni molekul surfaktan tidak lagi berada di permukaan tetapi masuk ke dalam air
membentuk agregat yang disebut dengan misel. Dengan kata lain ketika misel telah terbentuk,
maka meningkatnya konsentrasi surfaktan tidak lagi akan menyebabkan penurunan tegangan
permukaan.
Alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah Tensiometer DuNouy. Prinsip
Tensiometer DuNouy alat ini adalah bergantung pada kenyataan bahwa gaya yang diperlukan untuk
melepaskan suatu cincin platina iridium yang dicelupkan pada permukaan atau antar muka
adalah sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antarmuka. Gaya yang diperlukan
untuk melepaskan cincin dengan cara ini diberikan oleh suatu kawat spiral dan dicatat dalam
satuan dyne pada suatu penunjuk yang dikalibrasi.
VIII. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan tegangan permukaan :
1) Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu karena meningkatnya energi
kinetik molekul.
2) Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi besarnya tegangan
permukaan.
3) Tegangan permukaan akan menurun seiring bertambahnya konsentrasi surfaktan sampai
akhirnya akan kosntan pada saat terbentuknya misel.
4) Gaya pada cincin iridium tensiometer DoNouy sebanding dengan tegangan permukaan
atau tegangan antarmuka.
5) Dalam dunia farmasi fenomena yang berkaitan dengan permukaan atau antarmuka sangat
bermanfaat bagi dunia farmasi seperti untuk pembuatan sediaan farmasi berbentuk emulsi
dan suspensi.
IX. DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/File:Polysorbate_80.png (diakses 17 Mei 2011, 13.00 WIB)
Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. 1979. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (halaman
456)
Martin, A et.al. 1993. Farmasi Fisik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.