Technical Report Geothermal_22012015
-
Upload
ipunk-schatzi -
Category
Documents
-
view
25 -
download
4
description
Transcript of Technical Report Geothermal_22012015
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
DAFTAR ISI
PENAPISAN KEGIATAN PANAS BUMI 1
PROSES PENYUSUNAN DAN PENILAIAN DOKUMEN LINGKUNGAN 2 SERTA PENERBITAN SKKL DAN IZIN LINGKUNGAN TAHAPAN KEGIATAN PANAS BUMI 5 PERIZINAN DALAM TAHAPAN KEGIATAN PANAS BUMI 6 PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN YANG PERLU DILAKUKAN 11 OLEH PEMRAKARSA KEGIATAN PANAS BUMI CONTOH OUTLINE DOKUMEN ESIA UNTUK KEGIATAN PANAS BUMI 14
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
Panduan Teknis ini disusun agar dapat memberikan arahan pada pihak-pihak yang terlibat dengan kegiatan Panas Bumi sehingga diperoleh informasi yang lengkap mengenai proses pelaksanaan AMDAL serta perizinannnya dalam kegiatan Panas Bumi untuk memperlancar siklus proyek. Panduan teknis ini dapat digunakan oleh:
1. Pemrakarsa bidang Panas Bumi; 2. Investor yang tertarik untuk mengembangkan proyek Panas Bumi; 3. Kementerian terkait seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan
Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; 4. Pihak terkait lainnya.
Kegiatan Panas Bumi seperti yang disebutkan dalam UU No. 21/2014 tentang Panas Bumi menyatakan bahwa penyelenggaraan Panas Bumi dapat dilakukan dengan Pemanfaatan Langsung dan Tidak Langsung. Pemanfaatan Langsung adalah kegiatan pengusahaan Panas Bumi secara langsung tanpa melakukan proses pengubahan dari energi panas dan/atau fluida menjadi jenis energi lain untuk keperluan nonlistrik. Kegiatan panas bumi untuk Pemanfaatan Langsung digunakan pada kegiatan wisata (perhotelan, pemandian air panas, dan terapi kesehatan), agrobisnis (pengeringan teh, kopra, jagung, dan green house), industri (pengolahan kayu, kulit, dan rotan), dan kegiatan lain yang menggunakan Panas Bumi untuk Pemanfataan Langsung.
Pemanfaatan Tidak Langsung adalah kegiatan pengusahaan pemanfaatan panas bumi melalui proses pengubahan dari energi panas dan/atau fluida menjadi energi listrik. Panduan Teknis ini akan menjelaskan mengenai pelaksanaan AMDAL dalam kegiatan pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung.
Secara umum, posisi AMDAL dan UKL-UPL dalam tahapan kegiatan panas bumi dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini. UKL-UPL dan Izin lingkungan menjadi persyaratan dilaksanakannya kegiatan eksplorasi. Sedangkan untuk kegiatan eksploitasi, diperlukan AMDAL dan Izin Lingkungan. Penjelasan lebih detil mengenai pelaksanaan AMDAL dalam tahapan kegiatan Panas Bumi serta perizinannya dapat dilihat pada Gambar 4.
1
Gambar 1. Dokumen Lingkungan beserta Izin Lingkungan dalam Tahapan Kegiatan Panas Bumi
2. Berdasarkan Skala/Besaran Kegiatan
Menurut Permen LH No. 5/2012 terkait penapisan kegiatan yang
wajib AMDAL pada Lampiran I item 6 disebutkan seperti pada tabel
berikut ini:
Jenis Kegiatan Skala Alasan Ilmiah Khusus
Panas Bumi Tahap Eksploitasi
Berpotensi menimbulkan dampak pada: a. Bentang alam, ekologi
(flora, fauna, dan biota air), geologi, dan hidrologi.
b. Kegiatan juga akan berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap kualitas udara, kebisingan, lalu lintas, dan prasarana jalan, limbah padat dan B3, kualitas air, thermal effluent, serta dampak sosial ekonomi pada masyarakat sekitar.
a. Luas perizinan (WKP Panas Bumi)
≥ 200 ha
b. Luas daerah terbuka untuk usaha Panas Bumi
≥ 50 ha
c. (diklarifikasi), atau
d. Pengembangan uap Panas Bumi dan/atau pembangunan PLTP (pengembangan Panas Bumi)
≥ 55 MW
PENAPISAN KEGIATAN PANAS BUMI
1. Penapisan Berdasarkan Lokasi Kegiatan
Menurut UU No. 21/2014 tentang Panas Bumi Pasal 5, kegiatan Pemanfaatan Panas Bumi secara Tidak Langsung dapat dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Hutan Konservasi, dan Wilayah Laut.
Pasal 24 menyatakan bahwa kegiatan pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung berada di Kawasan Hutan harus mendapatkan izin pinjam pakai untuk menggunakan Kawasan Hutan Produksi atau Kawasan Hutan Lindung atau izin untuk memanfaatkan Kawasan Hutan Konservasi. Izin memanfaatkan Kawasan Hutan Konservasi dilakukan melalui Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan. Namun, belum ada peraturan yang mengatur Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Kawasan Hutan Konservasi sehingga pada Panduan Teknis ini IPPKH yang dimaksud adalah IPPKH untuk Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi.
Selanjutnya pasal 25 menyatakan bahwa untuk kegiatan pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung yang berada pada wilayah konservasi di perairan harus mendapatkan izin dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan.
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
PROSES PENYUSUNAN DAN PENILAIAN DOKUMEN LINGKUNGAN SERTA PENERBITAN SKKL DAN IZIN LINGKUNGAN
Dokumen lingkungan sendiri dapat berupa dokumen AMDAL atau UKL-UPL dimana proses penyusunan dan penilaian dokumen lingkungan serta penerbitan SKKL dan Izin Lingkungan yang didasarkan pada PP No. 27/2012 dijelaskan seperti berikut ini:
1. Proses penyusunan dan penilaian dokumen AMDAL serta penerbitan SKKL dan Izin Lingkungan
- Penyusunan Kerangka Acuan (KA)
Sebelum menyusun KA, Pemrakarsa harus mengikutsertakan masyarakat terkena dampak, pemerhati lingkungan hidup serta masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL melalui pengumumam rencana Usaha dan atau Kegiatan serta konsultasi Publik.
Masyarakat berhak mengajukan Saran, Pendapat, dan Tanggapan (SPT) terhadap rencana Usaha dan/atau Kegiatan dalam jangka waktu 10 hari kerja sejak pengumuman. SPT disampaikan secara tertulis kepada Pemrakarsa dan Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota.
Setelah KA disusun, Pemrakarsa dapat melakukan pengajuan penilaian KA kepada Menteri/Gubernur/Bupati melalui sekretariat KPA.
- Penilaian KA
a. Sekretariat KPA menilai kelengkapan administrasi dokumen KA. Jangka waktu penilaian KA dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak KA diterima dan dinyatakan lengkap secara administrasi.
b. Dokumen KA yang dinyatakan lengkap secara administrasi akan dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL (KPA) dimana KPA akan menugaskan Tim Teknis untuk melakukan penilaian KA.
c. Tim Teknis menyampaikan hasil penilaian KA kepada KPA.
- Penyusunan ANDAL, RKL-RPL
Setelah ANDAL dan RKL-RPL selesai disusun, Pemrakarsa dapat mengajukan Permohonan Izin Lingkungan dan Penilaian ANDAL dan RKL-RPL kepada Menteri/Gubernur/Bupati melalui sekretariat KPA.
- Penilaian ANDAL dan RKL-RPL
a. Sekretariat KPA menilai kelengkapan administrasi dokumen Andal dan RKL-RPL. Jangka waktu penilaian dokumen ANDAL dan RKL-RPL dilakukan paling lama 75 (tujuh puluh lima) hari kerja terhitung sejak ANDAL dan RKL-RPL diterima dan dinyatakan lengkap secara administrasi.
b. Setelah menerima permohonan Izin Lingkungan, Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota wajib mengumumkan permohonan Izin Lingkungan.
c. Dokumen ANDAL dan RKL-RPL yang dinyatakan lengkap secara administrasi akan dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL (KPA) dimana KPA akan menugaskan Tim Teknis untuk melakukan penilaian dokumen ANDAL
dan RKL-RPL.
d. Penilaian dokumen ANDAL dan RKL-RPL oleh KPA. e. KPA menyampaikan rekomendasi hasil penilaian ANDAL dan
RKL-RPL kepada Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota.
- Permohonan Izin Lingkungan
Setelah menerima permohonan Izin Lingkungan, Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota wajib mengumumkan permohonan Izin Lingkungan paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak dokumen ANDAL dan RKL-RPL yang diajukan dinyatakan lengkap secara administrasi. Masyarakat dapat memberikan SPT dalam jangka waktu 10 hari.
- Penerbitan Izin Lingkungan
Izin Lingkungan diterbitkan oleh Menteri/Gubernur/Bupati setelah dilakukan pengumuman Permohonan izin Lingkungan yang dilakukan bersaman dengan diterbitkannya Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup.
Izin Lingkungan yang telah diterbitkan wajib diumumkan melalui media massa dan/atau multimedia, dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) hari sejak diterbitkan.
Bagan alir proses penyusunan dan penilaian AMDAL serta penerbitan SKKL dan Izin Lingkungan dapat dilihat pada Gambar 2.
2. Proses Penyusunan dan Pemeriksaan UKL-UPL serta Penerbitan SKKL dan Izin Lingkungan
- Penyusunan UKL-UPL
Penyusunan UKL-UPL dilakukan pada tahap perencanaan suatu kegiatan oleh Pemrakarsa melalui pengisian formulir UKL-UPL dengan format yang ditentukan oleh Menteri.
- Permohonan Izin Lingkungan dan Pemeriksaan UKL-UPL
Formulir UKL-UPL yang telah diisi disampaikan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota.
- Pemeriksaan Administrasi
Pemeriksaan dilakukan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota.
- Pengumuman Permohonan Izin Lingkungan
Pengumuman dilakukan oleh Menteri/Gubernur/ Bupati/Walikota paling lama 2 (dua) hari kerja sejak formulir UKL-UPL dinyatakan lengkap secara administrasi dimana masyarakat dapat menyampaikan SPT paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diumumkan.
- Pemeriksaan UKL/UPL
Pemeriksaan dilakukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak formulir UKL-UPL dinyatakan lengkap secara administrasi.
Pemeriksaan dan penerbitan rekomendasi UKL-UPL dapat dilakukan oleh: Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri, Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau Kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.
- Penerbitan Rekomendasi UKL UPL dan Izin Lingkungan
Rekomendasi UKL-UPL diterbitkan oleh Menteri/Gubernur /Bupati/Walikota.
2
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
Sumber: http://www.dadu-online.com/infrastruktur/mekanisme/
Gambar 2. Proses Penyusunan dan Penilaian AMDAL serta Penerbitan SKKL dan Izin Lingkungan
3
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
Gambar 3. Proses Penyusunan dan Pemeriksaan UKL-UPL serta Penerbitan SKKL dan Izin Lingkungan
Sumber: http://www.dadu-online.com/infrastruktur/mekanisme/
4
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
5
TAHAPAN KEGIATAN PANAS BUMI
Dalam UU No. 21/2014 tentang Panas Bumi, kegiatan pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung dibagi menjadi eksplorasi, eksploitasi, dan pemanfaatan. Kegiatan eksplorasi sendiri meliputi kegiatan eksplorasi dan studi kelayakan. Sebelum pelaksanaan kegiatan eksplorasi, pemerintah harus melaksanakan survei pendahuluan sebagai dasar untuk menentukan Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) lalu melaksanakan pelelangan untuk menentukan pemenang WKP. Detil output masing-masing tahap pada kegiatan Panas Bumi sebagai berikut:
1. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan dilaksanakan oleh pemerintah dan pada prakteknya akan memerlukan waktu setidaknya 1 tahun untuk menyelesaikan survei pendahuluan. Detil kegiatan dan data yang diperoleh pada tahap ini yaitu:
- Survei Geologi: Laporan hasil penyelidikan geologi termasuk peta dan penampang geologi dengan skala 1:25.000, perkiraan altered ground, surface manifestation, volcanic center.
- Survei Geofisika (Tahanan Jenis): Laporan hasil penyelidikan geofisika termasuk peta geofisika skala 1:10.000 dan penampang geofisika; menyajikan peta dan penampang penyebaran lapisan tahanan jenis rendah dan batas luasan reservoir.
- Survei Geokimia: Laporan hasil penyelidikan geokimia
(air, gas, atau isotop) termasuk diagram-diagram
geokimianya dari data manifestasi permukaan,
penentuan suhu reservoir dari data geotermometer yang
diperoleh dari manifestasi permukaan, menentukan
sistem panas bumi (dominasi air atau uap), menentukan
kualitas fluida reservoir (fisika, kimia).
- Pengeboran Sumur Landaian Suhu (Opsional):
Laporan hasil survei landaian suhu termasuk log komposit
sumur.
- Analisis Data Geosain Terpadu: Model pendahuluan
konseptual Panas Bumi, estimasi sumberdaya/
cadangan mungkin (probable).
2. Penentuan Wilayah Kerja, Proses Pelelangan, dan Penetapan Pemenang Wilayah Kerja, pada tahap ini setelah penetapan pemenang, pemerintah akan menerbitkan Izin Panas Bumi. Tahap ini memerlukan waktu 6 bulan.
3. Eksplorasi
i. Persiapan Eksplorasi
ii. Eksplorasi
- Survei Geologi Detil: Laporan hasil penyelidikan
geologi rinci termasuk peta dan penampang geologi
dengan skala min 1:25.000, mempertegas perkiraan
altered ground, surface manifestation, volcanic center.
- Survei Geofisika Detil (Tahanan Jenis): Laporan
hasil penyelidikan geofisika rinci termasuk peta
geofisika skala 1:10.000 dan penampang geofisika,
data lebih akurat tentang penyebaran lapisan tahanan
jenis rendah dan batas luasan reservoir.
- Survei Geokimia Detil: Laporan hasil penyelidikan geokimia (air, gas, atau isotop) termasuk diagram-diagram geokimianya dari kombinasi data sumur dan manifestasi permukaan, penentuan suhu reservoir dari data geotermometer yang diperoleh dari kombinasi data sumur dan manifestasi permukaan, memastikan sistem panas bumi yang sudah ditentukan di survei pendahuluan (dominasi air atau uap), dan memastikan kualitas fluida reservoir (fisika, kimia).
- Persiapan Konstruksi Sipil: Pembuatan jalan dan tapak sumur.
- Pengeboran Eksplorasi: Log komposit sumur dan potensi cadangan terbukti (proven).
- Analisis Data Geosain Terpadu: Model sistem panas bumi, perhitungan sumberdaya/cadangan terbukti (proven).
iii. Studi Kelayakan
- Rencana pengembangan lapangan Panas Bumi untuk
pembangkit tenaga listrik meliputi: Penentuan cadangan
terbukti yang ekonomis, penerapan teknologi yang tepat
untuk ekploitasi dan penangkapan uap dari sumur produksi,
lokasi sumur produksi dan injeksi, rancangan sumur
produksi dan injeksi, rancangan pemipaan sumur produksi
dan injeksi, sistem pembangkit tenaga listrik.
- Perhitungan keekonomian harga uap atau listrik.
- Rencana jangka pendek (tahunan) dan jangka panjang
eksploitasi.
- Rencana pemberdayaan dan pengembangan masyarakat.
- Rencana keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan
lingkungan dan teknis pengoperasian lapangan Panas
Bumi.
- Upaya konservasi dan kesinambungan sumber daya Panas
Bumi.
- Rencana pemanfaatan barang dan jasa, teknologi serta
kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri,
daftar barang induk.
- Rencana perubahan Wilayah Kerja.
- AMDAL dan izin lingkungan. - Izin usaha penyediaan ketenagalistrikan untuk kepentingan
umum. - Rencana reklamasi dan pasca operasi.
4. Eksploitasi
- Pengeboran sumur pengembangan & sumur injeksi; - Pengujian sumur; - Pembangunan fasilitas lapangan dan operasi sumber daya
panas bumi; - Pembangunan sumur produksi dan injeksi; - Pembangunan infrastruktur untuk mendukung eksploitasi
Panas Bumi dan penangkapan uap Panas Bumi.
5. Pemanfaatan
Pemanfaatan tidak langsung, untuk tenaga listrik setelah mendapat izin usaha ketenagalistrikan.
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
6. Pengembalian WKP
- Wilayah kerja Eksplorasi harus dikembalikan secara bertahap, dan tetap mempertahankan wilayah kerja untuk Eksploitasi seluas 10,000 ha, paling lama 2 (dua) tahun setelah Studi Kelayakan selesai;
- Pemegang Izin Panas Bumi wajib melakukan kegiatan reklamasi dan pelestarian fungsi lingkungan sebelum mengembalikan Wilayah Kerja dan menyampaikan dokumen rencana pasca tambang paling lambat 2 (dua) tahun sebelum kegiatan Usaha Panas Bumi berakhir;
- Bukti pelaksanaan reklamasi dan pelestarian fungsi lingkungan merupakan salah satu syarat dokumen yang harus dilampirkan dalam permohonan tertulis pengembalian Wilayah Kerja.
Bagan alir tahapan kegiatan Panas Bumi dapat dilihat di Gambar 4.
PERIZINAN DALAM TAHAPAN KEGIATAN PANAS BUMI
1. Tahap Survei Pendahuluan, berdasarkan Permen ESDM No. 2/2009 sebagai berikut:
- Untuk melaksanakan survei pendahuluan, Badan Usaha (BUMN, BUMD, Koperasi, atau Swasta) yang ditunjuk Menteri harus mengajukan permohonan tertulis untuk mendapatkan Peta Wilayah Penugasan Survei Pendahuluan (Pasal 6);
- Pengajuan permohonan Penugasan Survei Pendahuluan kepada Menteri c.q Direktur Jenderal dengan tembusan Badan Geologi, Gubernur, dan Bupati/Walikota (Pasal 6);
- Dalam pengajuan permohonan, Badan Usaha wajib melampirkan Peta Wilayah Penugasan Survei Pendahuluan, persyaratan administratif dan teknis, serta keuangan (Pasal 6);
- Direktur Jenderal wajib melakukan penilaian terhadap permohonan penugasan survei pendahuluan dalam jangka waktu 15 hari sejak Badan Usaha mengajukan permohonan penugasan survei pendahuluan (Pasal 10);
- Penetapan penugasan survei pendahuluan diberikan oleh Menteri berdasarkan usulan dari Direktur Jenderal (Pasal 10);
- Kegiatan penugasan survei pendahuluan dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun (Pasal 12);
- Hasil kegiatan Penugasan Survei Pendahuluan digunakan sebagai pertimbangan dalam perencanaan penetapan Wilayah Kerja (Pasal 15).
Sebelum dilaksanakan survei pendahuluan, pelaksana harus mendapatkan surat keterangan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BLHD/BPLHD, Gubernur/Bupati/Walikota. Jangka waktu untuk memproses surat ini adalah 7 hari kerja.
2. Penetapan Wilayah Kerja, Proses Pelelangan dan Penetapan Pemenang Wilayah Kerja berdasarkan UU No. 21/2014 tentang Panas Bumi sebagai berikut:
- Wilayah Kerja ditetapkan pada tanah Negara, hak atas tanah, tanah ulayat, kawasan perairan, dan/atau kawasan hutan (Pasal 16);
- Wilayah Kerja ditetapkan oleh Menteri berdasarkan hasil survei pendahuluan atau survei pendahuluan dan eksplorasi (Pasal 17);
- Menteri melakukan penawaran Wilayah Kerja secara lelang (Pasal 18);
- Izin Panas Bumi memiliki jangka waktu 37 tahun dengan perpanjangan waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun setiap kali perpanjangan (Pasal 29);
- Izin Panas Bumi diberikan untuk melakukan eksplorasi, eksploitasi, dan pemanfaatan (Pasal 30);
- Proses ini akan memerlukan waktu kurang lebih 6 bulan.
3. Tahap Eksplorasi, berdasarkan UU No. 21/2014 tentang Panas Bumi sebagai berikut:
- Tahap eksplorasi memiliki jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang dua kali masing-masing selama 1 tahun termasuk untuk kegiatan studi kelayakan (Pasal 31).
- Izin Lingkungan, sebelum melakukan pengeboran sumur eksplorasi, pemegang Izin Panas Bumi wajib memiliki Izin Lingkungan (Pasal 31). Dalam hal pelaksanaan eksplorasi, pemegang Izin Panas Bumi wajib menyusun UKL-UPL dan memperoleh SKKL serta Izin Lingkungannya (lihat Gambar 3). Waktu penyusunan UKL-UPL biasanya memerlukan waktu sekitar 6-7 bulan.
- Izin Pengelolaan Perlindungan Lingkungan Hidup (PPLH) untuk kegiatan Eksplorasi. Izin yang harus diproses biasanya terkait dengan penyimpanan sementara limbah B3 hasil kegiatan eksplorasi.
- Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH), dalam hal kegiatan pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung berada di Kawasan Hutan, pemegang Izin Panas Bumi wajib mendapatkan IPPKH untuk penggunaan Kawasan Hutan Produksi atau Hutan Lindung atau izin untuk memanfaatkan Kawasan Hutan Konservasi melalui Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan (Pasal 24). Izin Lingkungan digunakan sebagai syarat untuk pengurusan IPPKH. Bagan alir prosedur IPPKH di Kawasan Hutan Lindung atau Produksi untuk survei dan kegiatan eksplorasi dapat dilihat pada Gambar 5.
- Izin Pengelolaan Perlindungan Lingkungan Hidup (PPLH), pada saat pelaksanaan kegiatan eksplorasi diperlukan izin penyimpanan sementara limbah B3.
Kegiatan studi kelayakan dilaksanakan setelah pengeboran eksplorasi. Hasil studi kelayakan menjadi masukan untuk penyusunan dokumen AMDAL.
4. Tahap Eksploitasi dan Pemanfaatan, berdasarkan UU No.
21/2014 tentang Panas Bumi sebagai berikut:
- Pemegang Izin Panas Bumi harus memiliki Izin Lingkungan dalam hal ini pemegang harus menyusun dokumen AMDAL dan memperoleh SKKL serta Izin Lingkungannya (Pasal 32). Gambar 2 menunjukkan proses penyusunan dokumen AMDAL dan penerbitan SKKL serta Izin Lingkungannya. Penyusunan dokumen AMDAL serta pemrosesan SKKL dan Izin Lingkungan dapat dimulai pada tahap eksplorasi sehingga Izin Lingkungan dapat diperoleh bersamaan dengan selesainya tahap studi kelayakan.
6
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
No. Siklus Proyek Panas Bumi
Izin Lingkungan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)
Kegiatan Durasi Pengurusan
Izin Lingkungan
Izin Durasi Pengurusan
IPPKH
1 Survei Pendahuluan (1 tahun)
2
Penentuan Wilayah Kerja, Proses Pelelangan, dan Penetapan Wilayah Kerja (6 bulan)
3.
Eksplorasi (Maksimum 5 tahun dan perpanjangan 2 kali @ 1 tahun)
- Persiapan Eksplorasi
Penyusunan UKL UPL 6-7 bulan
IPPKH untuk eksplorasi
95 hari kerja Pemeriksaan UKL-UPL dan Penerbitan Izin Lingkungan
14 hari kerja
- Kegiatan Eksplorasi Penyusunan Dokumen AMDAL
6-7 bulan
Persetujuan prinsip untuk eksploitasi
75 hari kerja
- Studi Kelayakan Pemeriksaan Dokumen AMDAL dan Penerbitan Izin Lingkungan
115 hari kerja
4
Eksploitasi dan Pemanfaatan (Maksimum 30 tahun dan Maksimum 20 tahun setiap perpanjangan)
Pelaksanaan RKL RPL IPPKH untuk eksploitasi
90 hari kerja setelah Persetujuan Prinsip (jika
persyaratan telah dilengkapi termasuk
dokumen AMDAL dan Pemegang Izin Panas Bumi telah memenuhi
kewajiban)
5 Pengembalian Wilayah Kerja
- Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH), pada kegiatan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung yang dilaksanakan di Kawasan Hutan, Pemegang Izin Panas Bumi wajib mendapatkan IPPKH (Pasal 24). IPPKH ini diproses setelah Izin Lingkungan diperoleh. Bagan alir prosedur IPPKH di Kawasan Hutan Lindung atau Hutan Produksi untuk kegiatan eksploitasi dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan Permenhut No. 16/2014, Sebelum pengurusan IPPKH, pemohon wajib mendapatkan izin prinsip penggunaan kawasan hutan. Setelah mendapatkan izin prinsip ini, pemohon harus melakukan pemenuhan kewajiban sebelum mengajukan IPPKH. Pada saat proses menunggu IPPKH, pemegang izin prinsip pada kegiatan panas bumi dapat mengajukan izin dispensasi dengan syarat seluruh pemenuhan kewajiban pemegang izin prinsip telah dipenuhi kecuali lahan kompensasi. Apabila izin dispensasi telah diperoleh, pemohon dapat memulai kegiatan di kawasan hutan sambal menunggu proses IPPKH.
7
Tabel 1. Tahapan Kegiatan Panas Bumi serta Perijinannya
- Pengadaan Tanah, tahapan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yaitu perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan penyerahan hasil. Tahap perencanaan pengadaan tanah dapat dilaksanakan setelah Izin Lingkungan diperoleh.
- Izin Pengelolaan Perlindungan Lingkungan Hidup (PPLH), pada saat dilaksanakannya kegiatan eksploitasi diperlukan Izin PPLH sebagai berikut : (i) Izin dumping untuk limbah pengeboran; (ii) Izin pengelolaan limbah B3; (iii) Izin penampungan sementara limbah B3; (iv) Izin lain yang dipersyaratkan dalam peraturan.
Integrasi AMDAL dalam Tahapan Kegiatan Panas Bumi dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 4.
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
8
Gambar 4. Integrasi AMDAL dalam Tahapan Kegiatan Panas Bumi serta Perizinannya
*)
SURVEY PENDAHULUAN
maks. 5 tahun dan dapat diperpanjang sebanyak 2 kali @ 1 tahun(termasuk studi kelayakan & izin lingkungan)
6-7 bulan
6-7 bulan
IPPKH untukkegiatan
Eksploitasi (berlaku 5 tahun
dan dapat diperpanjang)
IPPKH ini untuk kegiatan Panas
Bumi yang berlokasi di
Hutan Produksi dan Hutan Lindung
Lihat Gambar 6
PELAKSANAAN UKL - UPL
PELAKSANAAN RKL RPL
TAHAPAN KEGIATAN PANAS BUMI
PENETAPAN WILAYAHKERJA; PROSES
PELELANGAN DAN PENETAPAN PEMENANG
WILAYAH KERJA
EKSPLORASI
PERSIAPAN EKSPLORASI EKSPLORASI STUDI KELAYAKAN
PENERBITAN IZIN PANAS BUMI
EKSPLOITASI PEMANFAATAN PENGEMBALIAN WKP
IZINLINGKUNGAN
AMDAL
UKL/UPL
JANGKA WAKTU PROSES PERIJINAN MENURUT
REGULASI
14 HARI KERJA
115 HARI KERJA
1 tahun 1 tahun
IZIN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
IZIN PPLH UNTUK KEGIATAN EKSPLOITASI:a. Izin dumping limbah pemboranb. Izin pengelolaan limbah B3
c. Izin tempat penyimpanan sementara limbah B3
d. Perizinan lain yang disyaratkan oleh peraturan
PENANGGUNG JAWAB
PENYUSU-
NAN UKL
UPL
PEMERIKSAAN DOKUMEN UKL
UPL DAN
PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN
PENYUSUNAN AMDALPENILAIAN DOKUMEN AMDAL
DAN PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN
Pengadaan Lahan untuk
Infrastruktur
Dilaksanakan oleh pemerintah
Dilaksanakan oleh Badan Usaha
Keterangan :
BADAN USAHA MILIK NEGARA
SEKTOR SWASTA Kompensasi Lahan
Kompensasi Lahan
Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah
Persiapan Pengadaan Tanah
Pelaksanaan Pengadaan
Tanah
PenyerahanHasil
Pengadaan Tanah
Izin Dispensasi
DATA DAN HASIL KEGIATAN PANAS BUMI
Penyiapan data untuk penetapan wilayah Kerja Panas bumi (WKP)
Pengkajian dan pengolahan data-data wilayah kerja
Proses Penetapan WKP
SK Penetapan WKP
Penetapan panitia pelelangan WKP
Pelelangan WKP
Penetapan pemenang WKP
Pembayaran kompensasi dataPembayaran PNBP
SOP Penetapan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi dan
Penerbitan Izin Panas Bumi
Pemanfaatan tidak langsung : untuk
tenaga listrik setelah
mendapatkan izin usaha ketenagalistrikan
Sumber : PP No:
59/2007, Pasal 17
IZIN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH
IZINKEHUTANAN
IPPKH untuk explorasi
IPPKH untuk exploitasi
95 HARI KERJA
90 hari kerja setelah Persetujuan Prinsip (jika persyaratan lengkap
termasuk Dokumen Amdal & Pemegang IUP telah memenuhi
kewajiban)
Persetujuan Prinsip Penggunaan
Kawasan Hutan (IPPKH)
75 HARI KERJA
JANGKA WAKTU PROSES PERIJINAN
MENURUT REGULASI
PENGADAAN LAHAN
Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, BLHD/BPLHD,
Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota)
Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
Kepala Daerah (Gubernur, Bupati,
Walikota), BadanPertanahan
Nasional Wilayah
Kepala Daerah (Gubernur, Bupati,
Walikota), BadanPertanahan
Nasional Wilayah
Penugasan Survei Pendahuluan dari Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM)
SuratPermohonan
Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan jika
lokasi
melalui kawasan
hutan(IPPKH)
IPPKH untuk Kegiatan Survei &
Eksplorasi (berlaku 2 tahun dan dpt
diperpanjang) IPPKH ini untuk kegiatan Panas
Bumi yang berlokasi di Hutan Produksi
dan Hutan LindungLihat Gambar 5
Persetujuan Prinsip
Penggunaan Kawasan
Hutan (IPPKH) (berlaku 2 tahun dan
dapat diperpanjang)
Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah
Persiapan Pengadaan Tanah
Pelaksanaan Pengadaan
Tanah
PenyerahanHasil
Pengadaan Tanah
Persyaratan, permohonan ijin lingkungan
maks. 30 tahun dan maks. 20 tahun @ perpanjangan
SURAT KETERANGAN
MELAKSANAKAN
SURVEI PENDAHULUAN*)
JANGKA WAKTU MEMPROSES SURAT KETERANGAN
ADALAH 7 HARI KERJA
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, BLHD/BPLHD, Kepala
Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota)
Surat Keterangan Melaksanakan Survei
Pendahuluan
IJIN PPLH UNTUK KEGIATAN EKSPLORASI:Contoh Izin tempat
penyimpanan sementara limbah B3
Data Geosain dan Sistem Panasbumi:
Survei Geologi- Termasuk peta dan penampang
geologi dengan skala 1:25.000- Perkiraan altered ground, surface
manifestation, volcanic centerSurvei Geofisika (Tahanan Jenis)
- Laporan hasil penyelidikan geofisika termasuk peta geofisika skala 1:10.000 dan penampang
geofisika- Menyajikan peta dan penampang
penyebaran lapisan tahanan jenis rendah dan batas luasan reservoir
Survei Geokimia- Laporan hasil penyelidikan
geokimia (air, gas, atau isotop)
termasuk diagram-diagram geokimianya dari data manifestasi
permukaan- Penentuan suhu reservoir dari
data geotermometer yang diperoleh dari manifestasi permukaan
- Menentukan sistem panas bumi (dominasi air atau uap)
- Menentukan kualitas fluida reservoir (fisika, kimia)
Pengeboran sumur landaian suhu (Opsional)- Laporan hasil survei landaian
suhu termasuk log komposit sumur
Analisis Data Geosain terpadu - Model pendahuluan konseptual
panas bumi- Estimasi sumberdaya/cadangan
mungkin (probable)
Data GeosainSurvei Geologi Detil
- Laporan hasil penyelidikan geologi rinci termasuk peta dan penampang geologi dengan skala min
1:25.000- Mempertegas perkiraan altered ground, surface
manifestation, volcanic centerSurvei Geofisika Detil (Tahanan Jenis)
- Laporan hasil penyelidikan geofisika rinci termasuk peta geofisika skala 1:10.000 dan penampang geofisika
- Data lebih akurat tentang penyebaran lapisan tahanan jenis rendah dan batas luasan reservoir
Survei Geokimia Detil- Laporan hasil penyelidikan geokimia (air, gas, atau
isotop) termasuk diagram-diagram geokimianya dari kombinasi data sumur dan manifestasi permukaan
- Penentuan suhu reservoir dari data geotermometer yang diperoleh dari kombinasi data sumur dan manifestasi permukaan
- Memastikan sistem panas bumi yang sudah ditentukan di survei pendahuluan (dominasi air atau
uap)- Memastikan kualitas fluida reservoir (fisika, kimia)
Persiapan Konstruksi Sipil - Pembuatan jalan dan tapak sumur
Pengeboran Eksplorasi- Log komposit sumur dan potensi cadangan terbukti
(proven)
Analisis Data Geosain Terpadu - Model sistem panas bumi
- Perhitungan sumberdaya/cadangan terbukti (proven)Ketentuan Luasan
- Maximum 200.000 ha (PP No. 59/2007 Pasal 36 dan Permen ESDM No:11/2009, Pasal 17)
Studi Kelayakan:a. Rencana pengembangan lapangan
panas bumi untuk pembangkitan tenaga listrik meliputi:
- Penentuan cadangan terbukti yang ekonomis;
- Penerapan teknologi yang tepat u/ ekploitasi dan penangkapan uap dari sumur produksi;
- Lokasi sumur produksi dan injeksi;
- Rancangan sumur produksi dan injeksi;
- Rancangan pemipaan sumur produksi dan injeksi;
- Sistem pembangkit tenaga listrik.b. Perhitungan keekonomian harga
uap atau listrik
c. Rencana jangka pendek (tahunan) dan jangka panjang eksploitasi
d. Rencana pemberdayaan dan pengembangan masyarakat
e. Rencana keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan
lingkungan dan teknis pengoperasian lapangan panas bumi
f. Upaya konservasi dan kesinambungan sumber daya
panasbumig. Rencana pemanfaatan barang dan
jasa, teknologi serta kemampuan
rekayasa dan rancang bangun dalam negeri, daftar barang induk
h. Rencana perubahan Wilayah Kerja i. AMDAL dan izin lingkungan
j. Izin usaha penyediaan ketenagalistrikan untuk
kepentingan umumk. Rencana reklamasi dan pasca
operasi
1. Wilayah kerja Eksplorasi harus dikembalikan
secara bertahap, dan tetap mempertahankan
wilayah kerja utk Eksploitasi seluas 10,000 ha, paling lama 2
(dua) tahun setelah Studi Kelayakan selesai;
2. Pemegang IUP wajib melakukan kegiatan
reklamasi dan pelestarian fungsi lingkungan sebelum
mengembalikan WKP dan menyampaikan
dokumen rencana pasca tambang paling lambat 2 (dua) tahun sebelum
kegiatan usaha panas bumi berakhir, kegiatan
tersebut yaitu:- Pembongkaran
instalasi dan rencana reklamasi;
- Penanganan
lingkungan hidup meliputi rencana
reklamasi lahan paska operasi sesuai RDTR pada saat AMDAL
disetujui;- Penanganan program
sosial masyarakat pada masa transisi dan
program pembangunan berkelanjutan.
3. Bukti pelaksanaan
reklamasi dan pelestarian fungsi
lingkungan merupakan salah satu syarat dokumen yg harus
dilampirkan dalam permohonan tertulis
pengembalian WKP.Sumber: PP No. 57/2007
Pasal 40, 41, dan 61.
1. Pengeboran sumur pengembangan & sumur injeksi
2. Pengujian sumur3. Pembangunan fasilitas lapangan dan operasi
sumber daya panas bumi4. Pembangunan sumur produksi dan injeksi;
5. Pembangunan infrastruktur untuk mendukung eksploitasi panas bumi dan penangkapan uap
panas bumi.Sumber: PP No: 59/2007, Pasal 52Maximum 10.000 ha (PP No. 57/2007 Pasal 37
dan Permen ESDM No: 11/2009, Pasal 18)
Berdasarkan pengalaman pemrakarsa
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
Gambar 5. Prosedur Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) untuk Survei dan Eksplorasi (Luas > 5 Ha)
9
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
Gambar 6. Prosedur Izin Pinjam Pakai Kawaasan Hutan (IPPKH) untuk Eksploitasi (Luas > 5 Ha)
10
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
11
PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN YANG PERLU DILAKUKAN OLEH PEMRAKARSA KEGIATAN PANAS BUMI
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dimuat dalam panduan ini berdasarkan World Bank Group Environmental, Health, and Safety (EHS) Guidelines.
1. Pengelolaan Lingkungan
Isu-isu yang dikelola pada kegiatan Panas Bumi yaitu,
a. Bidang Lingkungan
- Limbah Pengeboran dan Pemotongan (Drilling Fluid and Cutting)
Perbaikan dan penyimpanan minyak hasil dari lumpur
pengeboran dan pemotongan (Drilling Fluid and Cutting)
pada tanki penyimpanan atau tempat pengumpulan yang
dilapisi dengan membran kedap air, dilakukan sebelum
perawatan (contoh: pencucian), daur ulang, dan/atau
pengolahan akhir dan pembuangan;
Penggunaan kembali lumpur pengeboran, apabila layak;
Pemindahan tanki atau tempat pengumpulan untuk
menghindari tumpahan minyak ketanah dan sumber air serta
pengolahan/pembuangan muatan untuk saat ini dan yang
akan datang yang dikategorikan sebagai limbah berbahaya
atau tidak berbahaya tergantung dari karakteristiknya;
Pembuangan air dari lumpur pengeboran ke dalam lubang
bor sesuai dengan penilaian kadar racun. Air yang tidak
beracun biasanya digunakan kembali (contoh: seperti
timbunan konstruksi) atau dibuang ke tempat pembuangan
akhir;
Selama pengolahan asam dari sumur bor, menggunakan selubung anti bocor yang baik dengan kedalaman yang tepat sesuai dengan formasi geologi untuk menghindari kebocoran cairan asam ke dalam tanah.
Pengeluaran Cairan Panas Bumi
Secara seksama mengevaluasi potensi dampak lingkungan dari pengeluaran cairan panas bumi tergantung sistem pendinginan yang dipilih;
Jika digunakan peralatan tidak menginjeksi ulang seluruh cairan panas bumi bawah tanah, kualitas pembuangan limbah harus konsisten dengan penerimaan tampungan air, termasuk penyesuaian suhu limbah sesuai dengan peraturan daerah atau suatu standar khusus lapangan berdasarkan potensi dampak pada penerimaan tampungan air;
Jika ditemukan adanya konsentrasi logam berat yang tinggi pada cairan panas bumi, uji kelayakan harus dilakukan untuk pembuangan cairan ke penampungan air yang mungkin memerlukan konstruksi dan operasional yang kompleks dan fasilitas perawatan yang mahal;
Jika injeksi ulang dipilih sebagai alternatif, potensi kontaminasi air tanah harus di minimalisir dengan pemasangan selubung anti bocor di sumur injeksi pada suatu kedalaman formasi geologi yang membawahi tampungan panas bumi;
Penggunaan kembali cairan panas bumi harus dipertimbangkan, termasuk:
o Penggunaan teknologi pembangkit listrik biner; o Pengunaan dalam proses industri hilir apabila tidak
ada kualitas air (termasuk kadar keseluruhan logam berat terlarut) yang konsisten dengan
persyaratan kualitas pemanfaatan yang dimaksudkan. Contoh pemanfaatan hilir termasuk aplikasi pemanasan seperti rumah kaca, akuakultur, pemanasan ruang, proses pada makanan/buah, dan penggunaan lainnya seperti hotel/spa;
o Pembuangan akhir dari cairan yang digunakan sesuai dengan pengolahan dan persyaratan pembuangan yang berlaku, jika ada, dan konsisten dengan kapasitas penampungan air.
- Emisi Udara
Mempertimbangkan pilihan teknologi termasuk injeksi ulang gas secara keseluruhan atau sebagian dengan cairan panas bumi dalam konteks dampak lingkungan potensial dari alternatif teknologi pembangkit bersama dengan faktor-faktor utama lainnya, seperti kesesuaian teknologi terhadap sumber daya geologi dan pertimbangan ekonomi (contoh: modal dan biaya operasi/pemeliharaan);
Apabila berdasarkan penilaian potensi dampak terhadap konsentrasi ambien hasil injeksi ulang keseluruhan tidak layak dan ventilasi hidrogen sulfida serta merkuri yang tidak terkondensasi mudah menguap, tingkat polutan tidak akan melebihi standar keselamatan dan kesehatan yang berlaku;
Jika diperlukan, gunakan sistem pengurangan emisi untuk menghilangkan hidrogen sulfida dan emisi merkuri dari gas yang tidak terkondensasi. Contoh pengendalian hidrogen sulfida yaitu sistem pembersih kering atau fase reduksi cair/sistem oksidasi, sementara pengendalian emisi merkuri termasuk aliran gas kondensasi dengan pemisahan lebih lanjut atau metode adsorption.
- Limbah Padat Limbah padat yang dihasilkan dari menara pendingin (cooling tower), sistem pembersih udara, turbin, dan pemisah uap yaitu belerang, silika, dan karbonat. Limbah ini diklasifikasikan berbahaya tergantung dari konsentrasi dan potensi senyawa silika, klorida, arsenik, merkuri, vanadium, nikel, dan logam berat lainnya. Pengelolaan endapan ini adalah:
Penggunaan tempat penyimpanan dan penampungan yang layak di lapangan sebelum pengolahan akhir dan pembuangan pada fasilitas limbah yang tepat;
Apabila limbah tidak termasuk bahan berbahaya, penggunaan ulang limbah sebagai timbunan secara on-site maupun off-site dapat dilakukan;
Apabila layak, limbah padat yang dapat dipulihkan seperti belerang harus didaur ulang oleh pihak ketiga.
- Ledakan Sumur Gas dan Kegagalan Jaringan Pipa
Pemeliharaan rutin kepala sumur (wellhead) dan jaringan pipa cairan panas bumi, termasuk pengendalian korosi dan inspeksi; pemantauan tekanan; dan penggunaan peralatan pencegahan ledakan seperti katup penutup;
Perencanaan tanggap darurat apabila terjadi ledakan sumur dan jaringan pipa pecah, termasuk tindakan untuk menahan tumpahan cairan panas bumi.
- Konsumsi Air dan Ekstrasi
Mengkaji catatan hidrologi untuk variabilitas arus jangka pendek dan panjang seperti sumber air, dan memastikan aliran kritis dipertahankan selama periode aliran rendah sehingga tidak menghambat jalur ikan atau dampak negatif lain pada biota laut;
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
Pemantauan perbedaan suhu limbah dan kapasitas tampungan air agar disesuaikan dengan peraturan daerah terkait dengan limbah panas.
b. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
- Gas Panas Bumi
Instalasi pemantauan hidrogen sulfida dan sistem peringatan. Jumlah dan lokasi pemantauan harus ditentukan berdasarkan penilaian lokasi tumbuhan yang rentan terhadap emisi hidrogen sulfida;
Pengembangan suatu rencana kontingensi pada saat pelepasan hidrogen sulfida, termasuk seluruh aspek yang dibutuhkan dari evakuasi hingga berjalannya kembali operasional yang normal;
Penyediaan fasilitas untuk tim tanggap darurat dan pekerja di lokasi dengan tingkat resiko paparan yang tinggi. Fasilitas dilengkapi dengan alat pemantauan hidrogen sulfida, alat bantu pernapasan dan pasokan oksigen darurat, dan pelatihan dalam penggunaan yang aman dan efektif;
Penyediaan ventilasi yang memadai pada bangunan yang ditempati untuk mengindari akumulasi gas hidrogen sulfida;
Pembangunan dan pelaksanaan program ruang terbatas untuk daerah yang ditetapkan sebagai “Ruang Terbatas” (lihat poin dibawah ini);
Menyediakan pekerja dengan lembar kerja atau informasi lainnya yang bisa dibaca mengenai komposisi cairan dan gas dengan penjelasan dampak potensial untuk manusia dan keselamatan.
- Ruang Terbatas Ruang terbatas merupakan ruang yang berpotensi terjadi kecelakaan apabila pekerja memasuki ruang tersebut karena adanya fasilitas panas bumi seperti turbin, kondensator, dan menara pendingin (selama kegiatan pemeliharaan), peralatan pemantauan gudang (selama pengambilan sampel), dan lubang sumur “cellar” (penurunan lapisan bawah permukaan yang dibuat untuk pengeboran). Pengelolaan yang dilaksanakan yaitu:
Desain harus dilaksanakan untuk menghilangkan sifat
merugikan dari ruang terbatas;
Izin yang diperlukan untuk ruang terbatas harus ada
keamanan permanen untuk ventilasi, pemantauan, dan
operasi penyelamatan sejauh mungkin. Area penyelamatan
harus cukup untuk operasi dan penyelamatan darurat;
Akses harus mengakomodasi 90% populasi pekerja dengan
penyesuaian alat dan pakaian pelindung berdasarkan
standar ISO dan EN;
Sebelum izin masuk-diperlukan ruang terbatas: o Proses atau jalur logistik menuju ruang terbatas harus
diputus atau dikeringkan, dan dikosongkan dan dikunci;
o Peralatan mekanik diruang terbatas harus diputus,
sumber energi diputus, dikunci, dan diperkuat
secukupnya;
o Atmosfer dalam ruang terbatas harus diperiksa untuk
menjamin kandungan oksigen antara 19.5% dan 23%,
adanya gas yang mudah terbakar atau uap air yang
tidak melebihi 25% dari batas ledakan bawah;
o Jika kondisi atmosfer tidak sesuai, ruang terbatas harus
diventilasi hingga target atmosfer yang aman tercapai,
atau jalur masuk hanya dilakukan dengan tambahan
dan PPE yang sesuai.
Pencegahan keamanan harus termasuk alat bantu
pernapasan, jalur keselamatan, dan keamanan;
Pengamat keselamatan pekerja ditempatkan diluar ruang
terbatas dengan perlengkapan pertolongan pertama;
Sebelum pekerja masuk ke ruangan, pelatihan yang cukup dan memadai perlu dilakukan seperti mengontrol bahaya ruang terbatas, uji atmosfer, memanfaatkan PPE yang perlu, dan kemampuan pelayanan dan integritas PPE harus diverifikasi.
- Panas
Mengurangi waktu yang diperlukan untuk pekerjaan di
lingkungan bersuhu tinggi dan memastikan adanya akses
untuk air minum;
Adanya pelindung permukaan peralatan peralatan listrik,
pipa, dll.;
Penggunaan alat pelindung diri (PPE) yang tepat, termasuk
sarung tangan dan sepatu;
Melaksanakan prosedur pengamanan yang tepat selama
proses pengeboran eksplorasi.
- Kebisingan
Memilih peralatan dengan tingkat suara yang rendah;
Memasang peredam pada kipas;
Memasang saringan yang cocok di knalpot mesin dan
komponen kompresor;
Memasang penutup akustik untuk selubung peralatan yang
memancarkan kebisingan;
Meningkatkan kinerja akustik pada pembangunan gedung,
melakukan isolasi suara;
Memasang hambatan akustik tanpa celah dan dengan
kepadatan permukaan minimum 10 kg/m2 untuk
meminimalkan transmisi suara melalui hambatan. Hambatan
harus dipasang sedekat mungkin dengan sumber atau lokasi
reseptor supaya efektif;
Memasang isolasi getaran untuk peralatan mekanik;
Membatasi jam operasi untuk bagian atau peralatan khusus
atau pengoperasian, khususnya pengoperasioan sumber
seluler yang melalui area pemukiman;
Merelokasi sumber suara ke area yang tidak sensitif;
Jika memungkinkan menaruh fasilitas yang permanen jauh
dari area masyarakat;
Kondisi topografi alami sebagai penyangga kebisingan
selama pembuatan fasilitas;
Jika dimungkinkan, mengurangi rute lalu lintas proyek yang melalui area masyarakat;
Merencanakan rute penerbangan, waktu dan ketinggian
untuk pesawat (pesawat terbang dan helikopter) yang
terbang diatas area masyarakat;
Membangun suatu mekanisme untuk mencatat dan menanggapi keluhan.
12
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
13
c. Kesehatan dan Keselamatan Masyarakat
- Paparan Gas Hidrogen Sulfida
Penempatan sumber potensi emisi yang signifikan dengan
pertimbangan paparan gas hidrogen sulfida ke masyarakat
sekitar (mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan seperti
jarak, morfologi, dan arah angin);
Pemasangan jaringan pemantauan gas hidrogen sulfida
dengan jumlah dan lokasi stasiun pemantauan yang
ditentukan melalui jenis penyebaran udara, dengan
mempertimbangkan lokasi sumber emisi dan daerah
masyarakat serta tempat tinggal;
Operasi berkelanjutan sistem pemantauan gas hidrogen
sulfida untuk memudahkan deteksi dan peringatan dini;
Perencanaan darurat melibatkan masukan dari masyarakat agar memungkinkan respon yang efektif pada pemantauan sistem peringatan.
- Keamanan Infrastruktur
Penempatan penghalang akses, seperti pagar dan tanda
peringatan, untuk mencegah akses dan peringatan bahaya
yang ada;
Meminimalkan panjang sistem pipa yang diperlukan;
Pertimbangan kelayakan pipa bawah tanah atau pelindung
panas untuk mencegah kontak masyarakat dengan pipa
panas bumi;
Mengelola penutupan infrastruktur seperti jalur pipa dan
akses jalan, termasuk: pembersihan, pembongkaran, dan
pemindahan peralatan; analisa kualitas tanah pada lokasi
pembersihan yang diperlukan; revegetasi situs dan blockade;
dan lokasi reklamasi jalan akses yang diperlukan;
Mengelola penutupan kepala sumur termasuk penyegelan dengan semen, memindahkan kepala sumur, dan menimbun area disekitar kepala sumur, jika diperlukan.
- Dampak terhadap Sumber Air
Elaborasi model komprehensif geologi dan hidrogeologi
termasuk seluruh geologi, struktur dan arsitektur tektonik,
ukuran waduk, batas, sifat batuan induk geoteknik dan
hidrolik;
Penyelesaian penilaian keseimbangan hidrologi dan air
selama tahap perencanaan proyek untuk mengidentifikasi
interkoneksi hidrolik antara ekstraksi panas bumi dan titik
injeksi dan setiap sumber air minum atau bentuk air
permukaan;
Isolasi sumber produksi uap dari formasi hidrologi dangkal
yang bisa digunakan sebagai sumber air minum melalui
pemilihan lokasi yang cermat yang di rancang secara layak
dan dipasangi dengan sistem selubung sumur;
Menghindari dampak negatif air permukaan dengan adanya kriteria debit ketat dan cocok untuk membawa kualitas air dan suhu standar yang dapat diterima.
2. Indikator Capaian dan Pemantauan
a. Lingkungan
- Emisi
Pada kondisi normal, kegiatan panas bumi tidak menghasilkan
sumber emisi selama konstruksi dan operasi seperti hidrogen
sulfida, atau tipe emisi lain.
Namun apabila dihasilkan emisi nilainya tidak diperolehkan
melebihi pedoman kualitas air, World Health Organization
(WHO), 2000.
- Limbah
Potensi kontaminasi limbah panas bumi bervariasi tergantung
kondisi mineral pada formasi batuan, suhu air panas bumi, dan
kondisi fasilitas khusus lapangan. Pengeluaran cairan panas
bumi yang menggunakan tipe tidak diinjeksi ulang akan
menghasilkan limbah lebih banyak daripada injeksi ulang.
Limbah harus sesuai dengan tingkat debit tertentu di lapangan
untuk air permukaan.
- Pemantauan Lingkungan
Frekuensi pemantauan lingkungan harus cukup agar tersedia data yang representatif untuk parameter yang dipantau;
Pemantauan harus dilaksanakan oleh tenaga terlatih yang mengikuti pelatihan pemantauan, tata cara pencatatan, dan menggunakan peralatan yang dikalibrasi dan dipelihara secara layak;
Pemantauan data harus dianalisis dan ditinjau pada interval rutin dan dibandingkan dengan standar operasi sehingga dapat diambil tindakan perbaikan yang diperlukan.
b. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
- Kesehatan dan Keselamatan Kerja Capaian kesehatan dan keselamatan kerja harus dievaluasi berdasarkan panduan internasional seperti Threshold Limit Value (TLV), Occupational Exposure Guidelines dan Biological Exposure Indices (BEIs), the Pocket Guide to Chemical Hazard, Permissible Exposure Limits (PELs), Indicative Occupational Exposure Limit Values.
- Tingkat Kecelakaan dan Kematian Pemrakarsa proyek harus mengurangi angka kecelakan pada tingkat nol, khususnya kecelakaan yang dapat mengakibatkan kehilangan waktu kerja, kecacatan, bahkan kematian.
- Pemantauan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Lingkungan kerja harus sesuai dengan resiko kerja proyek;
Pemantauan harus didesain dan dilaksanakan sesuai akreditasi profesi sebagai bagian program pemantauan kesehatan dan keselamatan kerja;
Fasilitas harus menjaga catatan penyakit dan kecelakaan kerja dan kejadian berbahaya dan kecelakaan.
Tambahan panduan pada program pemantauan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dilihat pada Panduan Umum Lingkungan, Kesehatan, dan Keselamatan (EHS), The World Bank.
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
14
Pengawasan Kesehatan Pekerja Saat tindakan perlindungan luar biasa diperlukan (contohnya: paparan komponen berbahaya). Pekerja harus disediakan pengawasan kesehatan yang sesuai dan relevan sebelum paparan pertama. Pengawasan ini dilaksanakan secara rutin.
Pelatihan Kegiatan pelatihan untuk pekerja dan pengunjung harus dimonitor secara cukup dan terdokumentasi (kurikulum, durasi, dan peserta). Pelatihan darurat, termasuk pengeboran api harus terdokumentasi secara cukup. Penyedia jasa dan kontraktor secara kontrak dengan pemrakarsa perlu menyerahkan dokumentasi pelatihan sebelum dan setelah penugasan.
CONTOH OUTLINE DOKUMEN ESIA UNTUK KEGIATAN PANAS BUMI
Judul Proyek: Environmental and Social Impact Assessment (ESIA) Study Report of Suswa Geothermal Development Project in Narok and Kajiado Counties, 2013 Dokumen ini disusun berdasarkan standar The World Bank.
I. LATAR BELAKANG
1.1 Deskripsi Usulan Prospek Suswa untuk Proyek Pengeboran Panas Bumi 1.1.1 Deskripsi Lokasi 1.1.2 Tujuan dan Desain Proyek 1.1.3 Deskripsi Proyek 1.1.4 Strategi Proyek 1.1.5 Kegiatan Proyek 1.1.6 Pembangunan Jalan Akses 1.1.7 Kebutuhan Air untuk Pengeboran Sumur Penyelidikan 1.1.8 Pendistribusian Air ke Lokasi Pengeboran Suswa 1.1.9 Kamp untuk Staf dan Kantin 1.1.10 Pengaturan Keamanan 1.1.11 Tahap Dekomisioning 1.1.12 Deskripsi Alternatif Proyek
II. METODOLOGI DAN PENDEKATAN ESIA
2.1. Pendahuluan 2.2. Pendekatan dan Metodologi 2.3. Konsultasi Publik 2.4. Teknik Pengumpulan Data 2.5. Metode Observasi 2.6. Tinjauan Literatur 2.7. Diskusi Kelompok 2.8. Kuisioner 2.9. Wawancara 2.10. Analisa Data 2.11. Identifikasi Dampak, Dampak Penting, Tindakan Mitigasi 2.12. Tantangan terhadap Pendekatan dan Metodologi Saat Ini
Jaminan Kualitas
III. KERANGKA KEBIJAKAN DAN LEGISLATIF
3.1. Prinsip Panduan ESIA 3.2. Kerangka Kebijakan Nasional
3.2.1. Visi 2030 3.2.2. Sesi Makalah tentang Lingkungan dan Pembangunan 3.2.3. Rumusan Nasional tentang Kebijakan Hutan
3.2.4. Rumusan Kebijakan Pengelolaan Margasatwa 3.2.5. Kebijakan Nasional tentang Energi 3.2.6. Makalah tentang Pembangunan Sumber Daya Air,
1999 3.2.7. Kebijakan Nasional tentang Pemukiman Kembali 3.2.8. Kesehatan Kerja dan Peraturan Keamanan Terkait
dengan Pembangunan Panas Bumi 3.2.9. Hukum Wilayah Setempat
3.3 Kerangka Kerja Hukum Kenya 3.3.1. Konstitusi di Kenya 3.3.2. Undang-Undang Koordinasi dan Manajemen
Lingkungan Tahun 1999 dan Peraturannya 3.3.3. Undang-Undang Energi Tahun 2006 3.3.4. Undang-Undang Sumber Panas Bumi Tahun 2006 3.3.5. Undang-Undang Air Tahun 2002 dan Peraturan
Perundangannya 3.3.6. Hukum Adat Masaai 3.3.7. Undang-Undang Pertanahan (Perwakilan Grup) Tahun
1968 3.3.8. Lisensi dan Perijinan
3.4 Ketentuan Hukum Internasional 3.4.1. Konvensi PBB tentang Perubahan Iklim Tahun 1992
dan Protokol Kyoto (1997) 3.4.2. Konvensi Terkait Perlindungan Budaya Dunia dan
Warisan Alam 3.4.3. Konvensi mengenai Lahan Basah untuk Kepentingan
Internasional khususnya Habitat Unggas Air (Konvensi Ramsar) Tahun 1971
3.4.4. Konvensi Perdagangan Internasional mengenai Spesies yang Terancam Punah dalam Dunia Fauna dan Fauna (CITES) Tahun 1990
3.4.5. Konvensi mengenai Migrasi Spesies Hewan Liar (Konvensi Bonn) Tahun1979
3.4.6. Konvensi PBB untuk Mengatasi Desertifikasi (UNCCD) Tahun 1992
3.4.7. Konvensi mengenai Pelarangan Impor ke Africa dan Kontrol mengenai Pergerakan dan Manajemen Limbah Berbahaya (Konvensi Bamako)
3.4.8. Konvensi Internasional mengenai Zat-zat yang Menguras Lapisan Ozon (Konvensi Vienna) Tahun 1985
3.5 Kebijakan Safeguard Bank Dunia dan Mitra Lainnya mengenai Pengelolaan Lingkungan dan Sosial 3.5.1 Kebijakan Operasional Bank Dunia 4.01-Penilaian
Lingkungan 3.5.2 Kebijakan Operasional Bank Dunia 4.04-Habitat
Natural 3.5.3 Kebijakan Operasional Bank Dunia 4.36-Hutan 3.5.4 Kebijakan Operasional Bank Dunia 4.09-
Manajemen Hama 3.5.5 Kebijakan Operasional Bank Dunia 4.11-Sumber
Budaya Fisik 3.5.6 Kebijakan Operasional Bank Dunia 4.12-
Pemukiman Kembali 3.5.7 Kebijakan Operasional Bank Dunia 4.10-
Masyarakat Adat 3.5.8 Kebijakan Operasional Bank Dunia BP 17.50-
Keterbukaan Publik
3.6. Prinsip-prinsip Khatulistiwa 3.7. Standar Kepatuhan Lingkungan
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
15
IV. PENILAIAN LINGKUNGAN BIOFISIK
4.1 Ukuran, Topografi, Iklim, dan Hujan 4.2 Geologi Gunung Suswa dan Lingkungan 4.3 Hidrogeologi 4.4 Manifestasi, Potensial, dan aksessibilitas Panas Bumi 4.5 Kimia Bumi 4.6 Fumarol 4.7 Sumber Daya Air 4.8 Sifat-sifat Tanah 4.9 Suplai Air 4.9.1 Masalah dan Urusan Suplai Air 4.9.2 Kemungkinan Sumber Air untuk Pengeboran 4.10 Flora dan Fauna
4.10.1 Flora 4.10.2 Fauna 4.10.3 Large-eared Free-tailed Bat/Giant Mastiff Bat
Otomops martiensseni
V. KARAKTERISTIK SOSIAL-EKONOMI AREA PROYEK
5.1 Sistem Sosial-Budaya Masaai dan Aplikasinya terhadap Proyek yang Diusulkan
5.2 Populasi, Demografi, dan Pemukiman Penduduk 5.2.1 Rumah Tangga Masaai dan Keuntungan
Potensial dari Proyek 5.3 Sektor Kesehatan
5.3.1 Akses terhadap Fasilitas Kesehatan 5.3.2 Kesehatan Ibu dan Anak
5.4 Pembangunan Infrastruktur Jalan 5.5 Pertanian dan Peternakan 5.6 Koperasi, Perdagangan, dan Perniagaan 5.7 Kesehatan Lingkungan Hidup 5.8 Penggunaan Nasional dan Internasional terhadap Pupuk
Kelelawar 5.9 Pusat Perkotaan di Area Suswa 5.10 Konservasi Wisata dan Satwa Liar
5.10.1 Konservasi Gunung Suswa 5.10.2 Konservasi Empaash Oloirienito
5.11 Pendidikan
VI. PENILAIAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
6.1 Pendahuluan 6.2 Dampak-dampak Lingkungan Hidup
6.2.1 Pembangunan Jalan, Landasan, dan Pembuatan Bak Penampung
6.2.2 Operasional Pengeboran 6.2.3 Dampak Emisi Gas Panas Bumi 6.2.4 Dampak pada Sumber-Sumber Air Tanah dan
Permukaan 6.2.5 Pembuangan Limbah 6.2.6 Emisi Gas ke Atmosfer 6.2.7 Ruang Terbatas 6.2.8 Saluran Transmisi Tenaga 6.2.9 Pemukiman Kembali dan Relokasi 6.2.10 Pertanian 6.2.11 Keagamaan dan Warisan Budaya 6.2.12 Memanen Uap untuk Kebutuhan Air Domestik
6.3 Dampak Kumulatif dari Pembangunan Tenaga Panas Bumi 6.4 Keserasian dengan Tata Lahan Lainnya 6.5 Pembaruan Sumberdaya Panas Bumi 6.6 Keprihatinan Utama Masyarakat Lokal terhadap Proyek 6.7 Memastikan Kepatuhan
VII. DEKOMISIONING DAN REKLAMASI LAHAN
7.1 Sifat Dekomisioning Umum 7.2 Polusi Suara 7.3 Kualitas Udara 7.4 Sumber Budaya Maasai 7.5 Jasa Ekologi dan Wisata 7.6 Materi Berbahaya dan Pengelolaan Limbah 7.7 Kesehatan dan Keselamatan 7.8 Penggunaan Lahan 7.9 Dampak Sosial dan Ekonomi 7.10 Tanah dan Sumberdaya Batuan 7.11 Sumber Daya Air Permukaan dan Air Tanah
VIII. RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
8.1 Pendekatan 8.2 Pemadatan Tanah, Erosi, dan Devegetasi 8.3 Penggunaan Air dan Konsumsi 8.4 Ekosistem (Flora & Fauna) 8.5 Kimia Gas dan Air 8.6 Kimia dan Tingkatan Air Permukaan dan Air Tanah 8.7 Polusi Udara dan Curah Hujan Kimia 8.8 Kebisingan 8.9 Tenaga Kerja, Kesempatan Usaha, dan Pendapatan
Rumah Tangga 8.10 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 8.11 Prinsip Khatulistiwa
IX. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
9.1 Kesimpulan yang Diambil dari ESIA 9.2 Rekomendasi