tbc.docx

1
Obat anti tuberkulosis merupakan regimen yang diberikan dalam penatalaksanaan penyakit tuberkulosis. Obat anti tuberkulosis memiliki efek samping gangguan fungsi hati yang dapat dilihat secara klinis maupun melalui hasil tes fungsi hati dengan melihat nilai enzim-enzim transaminase dalam serum yang terdiri dari aspartate amino transaminase (AST/GOT) yang diekskresikan secara paralel dengan alanine amino transferase/glutamate pyruvate transaminase (ALT/GPT) yang merupakan penanda lebih spesifik untuk mendeteksi adanya kerusakan hepar. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian hepatitis imbas OAT, yaitu usia, jenis kelamin, status gizi, riwayat konsumsi alkohol, riwayat penyakit hati sebelumnya, dan lain-lain. Penelitian ini dilakukanuntuk mengetahui prevalensi pasien tuberkulosis yang mengalami hepatitis imbas OAT dan faktor apa saja yang mempengaruhi pada tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi hepatitis imbas OAT tahun 2012 adalah 52,2 %. Faktor risiko yang bermakna (p value <0,05) adalah jenis kelamin, status gizi, riwayat konsumsi alkohol, dan konsumsi rokok. Sedangkan faktor risiko lain seperti usia,riwayat penyakit hati sebelumnya, dan konsumsi obat lain tidak bermakna. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi hepatitis imbas OAT tinggi di Indonesia dan ini berhubungan dengan faktor risiko seperti jenis kelamin, status gizi, alkohol, dan rokok.

description

makalah

Transcript of tbc.docx

Page 1: tbc.docx

Obat anti tuberkulosis merupakan regimen yang diberikan dalam penatalaksanaan penyakit tuberkulosis. Obat anti tuberkulosis memiliki efek samping gangguan fungsi hati yang dapat dilihat secara klinis maupun melalui hasil tes fungsi hati dengan melihat nilai enzim-enzim transaminase dalam serum yang terdiri dari aspartate amino transaminase (AST/GOT) yang diekskresikan secara paralel dengan alanine amino transferase/glutamate pyruvate transaminase (ALT/GPT) yang merupakan penanda lebih spesifik untuk mendeteksi adanya kerusakan hepar. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian hepatitis imbas OAT, yaitu usia, jenis kelamin, status gizi, riwayat konsumsi alkohol, riwayat penyakit hati sebelumnya, dan lain-lain. Penelitian ini dilakukanuntuk mengetahui prevalensi pasien tuberkulosis yang mengalami hepatitis imbas OAT dan faktor apa saja yang mempengaruhi pada tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi hepatitis imbas OAT tahun 2012 adalah 52,2 %. Faktor risiko yang bermakna (p value <0,05) adalah jenis kelamin, status gizi, riwayat konsumsi alkohol, dan konsumsi rokok. Sedangkan faktor risiko lain seperti usia,riwayat penyakit hati sebelumnya, dan konsumsi obat lain tidak bermakna. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi hepatitis imbas OAT tinggi di Indonesia dan ini berhubungan dengan faktor risiko seperti jenis kelamin, status gizi, alkohol, dan rokok.