Tatalaksana Diare Pada Anak

3
Manajemen Pada Anak dengan Gizi Buruk Pendahuluan 1.1. Latar belakang Gizi buruk masih merupakan masalah di Indonesia, walaupun Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk menanggulanginya. Bahkan, dari data Depkes juga terungkap masalah gizi di Indonesia tidak hanya diderita anak balita, tetapi semua kelompok umur. Perempuan adalah yang paling rentan, disamping anak-anak. Sekitar 4 juta ibu hamil, setengahnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya kekurangan energi kronis (KEK). Dalam kondisi itu, rata-rata setiap tahun lahir 350.000 bayi lahir dengan kekurangan berat badan (berat badan rendah). Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 sekitar 5 juta anak balita menderita gizi kurang, 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000 menderita gizi buruk tingkat berat. Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita pada tahun 2007 yang diukur berdasarkan BB/Umur adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0%. Prevalensi nasional untuk gizi buruk dan kurang adalah 18,4%. Bila dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk Indonesia sebesar 18,5%, maka secara nasional target-target tersebut sudah terlampaui. Namun pencapaian tersebut belum merata di 33 provinsi. Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi nasional Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan serta elektrolit yang dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Selain gangguan tersebut, invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina

description

tatalaksana diare

Transcript of Tatalaksana Diare Pada Anak

Page 1: Tatalaksana Diare Pada Anak

Manajemen Pada Anak dengan Gizi Buruk

Pendahuluan

1.1. Latar belakang

Gizi buruk masih merupakan masalah di Indonesia, walaupun Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk menanggulanginya. Bahkan, dari data Depkes juga terungkap masalah gizi di Indonesia tidak hanya diderita anak balita, tetapi semua kelompok umur. Perempuan adalah yang paling rentan, disamping anak-anak. Sekitar 4 juta ibu hamil, setengahnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya kekurangan energi kronis (KEK). Dalam kondisi itu, rata-rata setiap tahun lahir 350.000 bayi lahir dengan kekurangan berat badan (berat badan rendah).

Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 sekitar 5 juta anak balita menderita gizi kurang, 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000 menderita gizi buruk tingkat berat.

Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita pada tahun 2007 yang diukur berdasarkan BB/Umur adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0%. Prevalensi nasional untuk gizi buruk dan kurang adalah 18,4%. Bila dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk Indonesia sebesar 18,5%, maka secara nasional target-target tersebut sudah terlampaui. Namun pencapaian tersebut belum merata di 33 provinsi. Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi nasional

Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan serta elektrolit yang dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Selain gangguan tersebut, invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat juga menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi2. Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk:- Mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan

elektrolit dan asam basa, - Mencegah kemungkinan terjadinya intolerasi, - Mengobati kausa diare yang spesifik, - Mencegah dan menanggulangi gangguan gizi - Mengobati penyakit penyerta.

Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif

Page 2: Tatalaksana Diare Pada Anak

dalam mengkoreksi dehidrasi. Namun demikian, jika terdapat kegagalan rehidrasi oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan terganggunya masukan oral, maka diperlukan juga pemberian cairan melalui intravena. Makalah ini membahas tatalaksana diare akut dalam upaya mengurangi kejadian komplikasi akibat diare akut.

1.2. Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui perkembangan diagnosis dan tatalaksana diare pada

anak.

1.2.2 Tujuan Khusus

Mengetahui etiologi, patofisiologi dan manifestasi klinis dari diare

pada anak.

Mengetahui modalitas tatalaksana yang baik untuk diare pada anak.

1.1. Manfaat

Manfaat dari studi ini antara lain :

1.1.1. Ilmiah

Mengetahui perkembangan terbaru mengenai tatalaksana tentang

diare pada anak.

1.1.2. Pelayanan masyarakat

Memberikan gambaran tentang modalitas tatalaksana diare pada

anak yang dapat diaplikasikan.

1.1.3. Pengembangan penelitian

Berperan sebagai referensi yang dapat digunakan dalam

pengembangan penelitian.