TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA...

71
DIKLAT FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Pajak 2016

Transcript of TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA...

Page 1: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

DIKLAT FUNGSIONAL DASAR

BAHAN AJAR

TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA

Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma

Widyaiswara Muda, Pusdiklat Pajak

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan

Pusdiklat Pajak 2016

Page 2: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................

KEGIATAN BELAJAR I : TATA NASKAH DINAS TERKAIT PEMERIKSAAN...........................................................

1

A. Peraturan Tata Naskah Dinas ............................................................................... 1

B. Jenis Naskah Dinas .............................................................................................. 3

1. Jenis naskah dinas umum terkait pemeriksaan ............................................ 3

2. Jenis naskah dinas khusus terkait pemeriksaan ......................................... 16

KEGIATAN BELAJAR II : KAIDAH BAHASA INDONESIA TERKAIT DENGAN PEMBUATAN KKP DAN LHP

B. Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar ............................................ 26

C. Bentuk Bahasa Baku ............................................................................................ 29

D. Ejaan Yang Disempurnakan ................................................................................ 33

1. Penulisan huruf ............................................................................................... 34

2. Penulisan kata ................................................................................................ 38

3. Partikel ........................................................................................................... 42

4. Kata bilangan .................................................................................................. 43

5. Kata-kata yang sering salah penulisan .......................................................... 46

6. Ungkapan idiomatik ......................................................................................... 46

7. Penggunaan Tanda Baca ................................................................................ 46

D Struktur Kalimat Efektif ........................................................................................... 52

LATIHAN ...................................................................................................................... 62

LAMPIRAN

Page 3: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 1

KEGIATAN BELAJAR I

TATA NASKAH DINAS TERKAIT PEMERIKSAAN

Indikator keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat :

1. menjelaskan peraturan tata naskah dinas, baik peraturan tata naskah dinas umum dan

peraturan tata naskan dinas khusus

2. menjelaskan jenis naskah dinas umum terkait yang terkait dengan pemeriksaan dan

naskah dinas khusus terkait pemeriksaan

dan menerapkan peraturan tata naskah dinas dalam setiap penugasan pemeriksaan.

A. Peraturan Tata Naskah Dinas

Tata naskah dinas yang seragam dan berlaku secara nasional akan menciptakan

kelancaran komunikasi tertulis yang efektif dan efisien, dengan demikian nantinya

informasi antar instansi pemerintah dapat dimanfaatkan dalam rangka pelaksanaan tugas

umum pemerintahan. Dalam mencapai tujuan tersebut maka Menteri Negara

Pendayagunaan Apatur Negara mengeluarkan peraturan menteri Nomor 22 Tahun 2008

mengenai Pedoman Umum Tata Naskah Dinas yang digunakan sebagai acuan umum

mengelenggarakan administrasi umum dan acuan penyusunan tata naskah dinas sesuai

kebutuhan instansi.

Selanjutnya, Menteri Keuangan menerbitkan PMK-151/PMK.01/2010 tanggal 27

Agustus 2010, yang mengatur mengenai Pedoman Tata Naskah Dinas di Kementerian

Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan tersebut mengatur mengenai pengelolaan

informasi tertulis (naskah) yang mencakup pengaturan jenis, format, penyiapan,

pengamanan, pengabsahan, distribusi, dan penyimpanan serta media yang digunakan

dalam komunikasi kedinasan.

Mengacu pada ketentuan Menteri Keuangan tersebut, kemudian Direktur Jenderal

Pajak menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : 33/PJ./2013 tentang Tata

Naskah Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Tata Naskah Dinas Direktorat

Jenderal Pajak tersebut digunakan untuk keperluan intern maupun dalam berkoordinasi

dengan instansi atau pihak lain di luar Direktorat Jenderal Pajak.

Asas yang harus diperhatikan dalam penyusunan naskah dinas adalah sebagai

berikut :

Page 4: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 2

1. Asas Efektif dan Efisien

Penyelenggaraan tata naskah dinas perlu dilakukan secara efektif dan efisien dalam

penulisan, penggunaan ruang atau lembar naskah dinas, spesifikasi informasi, serta

dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik, benar, dan lugas.

2. Asas Pembakuan

Naskah dinas diproses dan disusun menurut tata cara dan bentuk yang telah

dibakukan.

3. Asas Pertanggungjawaban

Penyelenggaraan tata naskah dinas dapat dipertanggungjawabkan dari segi isi,

format, prosedur, kearsipan, kewenangan, dan keabsahan.

4. Asas Keterkaitan

Kegiatan penyelenggaraan tata naskah dinas terkait dengan kegiatan administrasi

umum dan unsur administrasi umum lainnya.

5. Asas Kecepatan dan Ketepatan

Untuk mendukung kelancaran tugas dan fungsi satuan kerja atau satuan organisasi,

tata naskah dinas harus dapat diselesaikan tepat waktu dan tepat sasaran, antara

lain dilihat dari kejelasan redaksional, kemudahan prosedural, kecepatan

penyampaian dan distribusi.

6. Asas Keamanan

Tata naskah dinas harus aman secara fisik dan substansi mulai dari penyusunan,

klasifikasi dan kualifikasi, penyampaian kepada yang berhak, pemberkasan,

kearsipan, dan distribusi. Demi terwujudnya tata naskah dinas yang efektif dan

efisien, pengamanan naskah dan aspek legalitasnya perlu dilihat sebagai penentu

yang paling penting.

Dengan diterbitkannya Tata Naskah Dinas ini maka seluruh kegiatan surat

menyurat yang dilakukan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak wajib berpedoman

dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini yang mencakup pengaturan tentang jenis

dan format naskah dinas, penyusunan naskah dinas, logo dan cap dinas, penggunaan

bahasa Indonesia yang baik dan benar, tata persuratan dan penggunaan media surat

menyurat.

Namun demikian terdapat bentuk tata naskah dinas yang sudah diatur dengan

ketentuan yang bersifat khusus maka tetap mengacu ketentuan masing-masing. Tata

Naskah dinas yang bersifat khusus antara lain naskah dinas dalam hal kepegawaian,

penagihan pajak, pemeriksaan pajak.

Dengan demikian, tata naskah dinas yang terkait dengan pemeriksaan pajak dan

sudah diatur secara khusus tetap mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor :

17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan.

Page 5: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 3

B. Jenis Naskah Dinas

Tugas utama pemeriksa pajak adalah melakukan pemeriksaan sesuai tujuan yang

ditetapkan dalam Surat Perintah Pemeriksaan. Sebagai bukti Pemeriksaan telah selesai

dilaksanakan adalah pemeriksa dapat menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP),

Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) dan lampirannya.

Dalam proses pemeriksaan pajak mulai dari tahap persiapan pemeriksaan,

pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan berupa penyusunan KKP dan LHP tentunya

terdapat dokumen tertulis yang bersifat umum dan dibuat terkait pelakasanaan

pemeriksaan. Dalam hal naskah dinas umum yang dibuat oleh Tim Pemeriksa maka

naskah dinas tersebut wajib berpedoman pada tata naskah dinas yang sudah diatur

dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : 33/PJ./2013.

1. Jenis Naskah Dinas Umum Terkait Pemeriksaan

Beberapa jenis naskah dinas yang terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan ini

antara lain :

1.1. Laporan Hasil Rapat (LHR)

Laporan hasil rapat merupakan bagian dari naskah dinas laporan yang disusun

dalam rangka membut laporan mengenai jalannya sesuatu pertemuan yang

disusun secara teratur dan dipertanggungjawabkan oleh si pembuat dan atau

nama peserta pertemuan itu sendiri, sehingga mengikat sebagai dokumen resmi

dari kejadian/peristiwa yang disebut di dalamnya.

Terhadap Laporan Hasil Rapat yang telah disusun tersebut wajib disahkan atau

ditandatangani. Kewenangan pembuatan dan penandatangan untuk Laporan

hasil rapat dilakukan oleh pejabat/pegawai yang diserahi tugas dan atasan

langsung. Salah satu contoh kegiatan yang wajib dibuat LHR adalah

pembahasan usulan pemeriksaan khusus atau rapat penggalian potensi pajak

bersama-sama dengan AR (Account Representative).

Laporan Hasil Rapat (LHR) terdiri dari beberapa bagian terdiri dari :

a. Kepala LHR

Bagian kepala LHR terdiri dari:

1) kepala LHR yang berisi logo Kementerian Keuangan, nama instansi,

Page 6: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 4

dan alamat instansi yang ditulis dengan huruf kapital secara simetris;

2) tulisan laporan hasil rapat (LHR) ditulis dengan huruf kapital di bawah

logo dan nama instansi;

3) kata pengundang diikuti tanda baca titik dua (:) ditulis dengan huruf awal

kapital, terletak di sebelah kiri di bawah kata laporan hasil rapat (LHR);

4) kata referensi surat diikuti tanda baca titik dua (:) ditulis dengan huruf

awal kapital di bawah nama jabatan pengundang, dan di bawahnya

ditulis nomor dan tanggal;

5) kata tempat diikuti tanda baca titik dua (:) ditulis dengan huruf awal

kapital, terletak di sebelah kanan di bawah kata laporan hasil rapat

(LHR);

6) kata waktu diikuti tanda baca titik dua (:) ditulis dengan huruf awal

kapital di bawah kata tempat;

7) kata hari/Tanggal diikuti tanda baca titik dua (:) ditulis dengan huruf awal

kapital di bawah kata waktu;

8) kata topik/agenda rapat ditulis dengan huruf kapital secara simetris di

dalam kolom.

b. Laporan Hasil Rapat berisi:

1) peserta, termasuk keterangan pejabat yang menjadi

pimpinan/pembicara/moderator rapat;

2) uraian pembahasan;

3) usulan;

4) kesimpulan.

c. Kaki LHR

Bagian kaki LHR terdiri dari:

1) tempat dan tanggal pembuatan LHR;

2) kata pembuat LHR ditulis dengan huruf awal kapital dan diakhiri tanda

baca koma (,);

3) tanda tangan pembuat LHR;

4) nama lengkap pembuat LHR;

5) Nomor Induk Pegawai (NIP) pembuat LHR;

6) kata mengetahui ditulis dengan huruf awal kapital dan diakhiri dengan

tanda baca koma (,);

7) tanda tangan atasan langsung pembuat LHR;

8) nama lengkap atasan langsung pembuat LHR;

Page 7: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 5

9) Nomor Induk Pegawai (NIP) atasan langsung pembuat LHR.

Selain unsur-unsur LHR di atas, dalam penyusunan LHR terdapat hal-hal yang

perlu diperhatikan antara lain :

a. LHR berisi uraian suatu kejadian secara tertulis singkat, tepat dan sesuai

dengan tatakrama penulisan naskah.

b. Apabila pembicara mengatakan “off the record,” berarti hal-hal yang

dibicarakannya itu tidak boleh dicatat.

c. Pembuat LHR berkewajiban menghaluskan kata-kata/kalimat yang

dianggap kurang pantas/bijaksana untuk dicantumkan sesuai dengan

aslinya.

d. Agar memudahkan pembahasan maka setiap pokok pembicaraan diberi

nomor urut baru dan berkelanjutan.

e. LHR disampaikan kepada para peserta rapat dengan menggunakan surat

atau nota dinas.

Contoh Format laporan hasil rapat (LHR)

Page 8: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 6

1.2. Nota Dinas

Nota Dinas merupakan naskah dinas intern di lingkungan unit kerja yang

dibuat oleh seorang pejabat dalam melaksanakan tugas guna menyampaikan

laporan, pemberitahuan, pernyataan, permintaan, atau penyampaian pendapat

kepada pejabat lain. Nota dinas memuat hal yang bersifat rutin, berupa catatan

ringkas, dan lengkap. Nota dinas tidak boleh digunakan untuk membuat putusan

mutasi pegawai.

Karena merupakan naskah intern maka nota dinas umumnya digunakan oleh :

atasan kepada bawahan yang memuat instruksi, perintah, atau informasi lainnya

Page 9: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 7

yang disampaikan pimpinan kepada bawahannya atau sebaliknya

Ruang lingkup penggunaan nota dinas yaitu:

a. nota dinas pejabat eselon I kepada Menteri Keuangan;

b. nota dinas antarpejabat di lingkungan Kantor Pusat Direktorat Jenderal

Pajak;

c. nota dinas antarpejabat di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Pajak;

d. nota dinas di lingkungan KPP;

e. nota dinas di lingkungan Unit Pelaksana Teknis.

Kewenangan untuk menandatangani Nota Dinas adalah dilakukan oleh para

pejabat dalam satu unit organisasi yang bersangkutan sesuai dengan lingkup

tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.

Dengan demikian susunan suatu naskah nota dinas terdiri dari :

a. Kepala nota dinas

Bagian kepala nota dinas terdiri dari:

1) Kepala naskah dinas yang berisi logo Kementerian Keuangan, nama

instansi, dan alamat instansi/satuan organisasi yang diletakkan secara

simetris dan ditulis dengan huruf kapital;

2) Garis pemisah horisontal atas dengan panjang sama dengan lebar ruang

penulisan nota dinas dengan ukuran tebal 1½ pt;

3) Frasa nota dinas dicantumkan di bawah garis pemisah, ditulis seluruhnya

dengan huruf kapital secara simetris;

4) Kata nomor ditulis seluruhnya dengan huruf kapital secara simetris di

bawah frasa nota dinas;

5) Singkatan Yth. ditulis di bawah nomor diikuti tanda baca titik dua (:) di

margin kiri;

6) Kata dari diikuti tanda baca titik dua (:), ditulis di bawah singkatan Yth.;

7) Kata sifat ditulis di bawah kata dari diikuti tanda baca titik dua (:) dan

kemudian diikuti kualifikasi nota dinas, yaitu Sangat Rahasia, Rahasia,

atau Biasa, dapat juga digabung dengan klasifikasi nota dinas, yaitu

Sangat Segera, Segera, atau Biasa;

8) Kata lampiran, ditulis lengkap di bawah kata Sifat, diikuti tanda baca titik

dua (:), kemudian diikuti dengan jumlah dan nama barang yang

dilampirkan dengan huruf kecuali bila jumlah kata bilangan lebih dari dua

kata, misalnya Dua Puluh Lembar atau 21 Lembar. Apabila tidak ada

lampiran, tulisan lampiran tidak perlu dicantumkan;

Page 10: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 8

9) Kata hal, bukan perihal, ditulis di bawah lampiran, diikuti tanda baca titik

dua (:), yang mencantumkan masalah pokok nota dinas, sesingkat

mungkin, menggunakan huruf kapital pada setiap awal kata, dan tidak

diakhiri dengan tanda baca titik (.) serta tidak perlu diberi garis bawah;

10) Kata tanggal ditulis paling bawah diikuti tanda baca titik dua (:) dengan

huruf awal kapital;

11) Garis pemisah horisontal bawah dengan panjang sama dengan lebar

ruang penulisan Nota Dinas dengan ukuran tebal ¾ pt.

b. Batang tubuh nota dinas

Bagian batang tubuh nota dinas terdiri dari:

1) Pembuka yang berisi latar belakang, maksud, dan tujuan nota dinas

secara singkat dan jelas;

2) Isi nota dinas yang memuat pokok/uraian inti permasalahan nota dinas;

3) Penutup.

c. Kaki nota dinas

Bagian kaki nota dinas terdiri dari:

1) nama jabatan penanda tangan nota dinas tidak perlu dicantumkan

apabila nama jabatan penanda tangan sama dengan nama pengirim.

Namun, apabila menggunakan konstruksi untuk beliau (u.b.), nama

jabatan penanda tangan perlu dicantumkan dan ditulis dengan huruf awal

kapital serta diakhiri dengan tanda baca koma (,).

2) tanda tangan pejabat;

3) nama lengkap pejabat yang menandatangani nota dinas, ditulis dengan

huruf awal kapital tanpa gelar;

4) Nomor Induk Pegawai (NIP).

Contoh penandatanganan tanpa atas nama: (tanda tangan)

Nama Lengkap NIP … Contoh pejabat penandatanganan untuk beliau (u.b.): Sekretaris Direktorat Jenderal u.b. Kepala Bagian Umum, (tanda tangan) Nama Lengkap NIP …

Page 11: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 9

5) Kata tembusan yang ditulis lengkap di margin kiri bawah diikuti tanda

baca titik dua (:) dan tidak diberi garis bawah. Frasa kepada Yth. atau

Disampaikan kepada Yth. tidak perlu dicantumkan, dan tidak perlu

ditambahkan pula kata sebagai laporan, arsip, atau istilah sejenisnya.

Hal yang perlu diperhatikan :

a. Nota dinas tidak dibubuhi cap dinas.

b. Tembusan nota dinas berlaku di lingkungan intern instansi.

c. Penomoran nota dinas dilakukan dengan mencantumkan nomor nota dinas,

unit organisasi, dan tahun.

d. Untuk nota dinas yang bersifat rahasia, tulisan nota dinas tidak diikuti

dengan kata rahasia.

Page 12: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 10

Page 13: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 11

CONTOH

Page 14: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 12

1.3. Surat Dinas

Surat Dinas merupakan satu-satunya jenis naskah dinas korespondensi

eksternal, yang digunakan dalam pelaksanaan tugas pejabat dalam

menyampaikan informasi kedinasan berupa pemberitahuan, pernyataan,

permintaan, penyampaian naskah dinas atau barang, atau hal kedinasan lainnya

kepada pihak lain baik di dalam maupun di luar Direktorat Jenderal Pajak. Surat

Dinas ini dapat digunakan untuk surat- menyurat antara lain :

a. antarpejabat eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan;

b. antarpejabat eselon II pada dua unit organisasi eselon I yang berbeda di

lingkungan Kementerian Keuangan;

c. pejabat eselon II pada instansi vertikal kepada pejabat eselon I atau pejabat

eselon II Kantor Pusat dalam unit organisasi eselon I yang sama;

d. Kepala Kantor (pejabat eselon III atau pejabat eselon IV) pada kantor

pelayanan/UPT kepada pejabat eselon II/III pada kantor wilayah atau

kepada pejabat di lingkungan kantor pusat dalam satu unit organisasi eselon

I yang sama.

Dalam surat dinas, kewenangan untuk menandatangani surat dinas dilakukan

oleh pejabat sesuai dengan tugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawabnya.

Secara umum penandatangan surat dinas ini adalah kepala kantor mulai unit

eselon I, II, III dan seterusnya.

Dalam menyusun surat dinas, susunan tata naskahnya terdiri dari :

a. Kepala surat dinas

Bagian kepala surat dinas terdiri dari:

1) kepala surat dinas yang berisi logo Kementerian Keuangan, nama

instansi, dan alamat instansi/satuan organisasi yang diletakkan secara

simetris dan ditulis dengan huruf kapital;

2) garis pemisah horisontal atas dengan panjang sama dengan lebar ruang

penulisan surat dinas dengan ukuran tebal 1½ pt;

3) tanggal, bulan, dan tahun pembuatan surat di margin kanan,

sejajar/sebaris dengan nomor surat;

4) nomor surat dinas yang ditulis lengkap di margin kiri, diikuti tanda baca

titik dua (:). Penomoran surat dinas merujuk pada ketentuan pemberian

kode dan nomor surat Direktorat Jenderal Pajak;

5) kata sifat ditulis di bawah nomor, diawali dengan huruf kapital, diikuti

tanda baca titik dua (:) dan diikuti kualifikasi surat, Sangat Rahasia,

Page 15: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 13

Rahasia, atau Biasa, dapat juga digabung dengan klasifikasi surat,

Sangat Segera, Segera, atau Biasa;

6) kata lampiran ditulis di bawah sifat surat, diawali dengan huruf awal

kapital, diikuti tanda baca titik dua (:), dicantumkan jumlah dan nama

barang yang dilampirkan dengan huruf kecuali bila jumlah kata bilangan

lebih dari dua kata, misalnya Dua Puluh Lembar atau 21 Lembar, apabila

tidak ada lampiran tidak perlu dicantumkan tulisan lampiran;

7) kata hal bukan perihal, ditulis di bawah lampiran, diikuti tanda baca titik

dua (:), yang mencantumkan masalah pokok surat, sesingkat mungkin,

menggunakan huruf kapital pada setiap awal kata, dan tidak diakhiri

dengan tanda baca titik (.) serta tidak perlu diberi garis bawah;

8) alamat yang dituju kepada pejabat karena fungsi dan tugasnya berkaitan

langsung dengan informasi surat, ditulis di margin kiri di bawah kata hal,

didahului dengan singkatan Yth. diikuti nama jabatan yang dituju.

Sebutan Ibu, Bapak atau Sdr. hanya digunakan apabila diikuti dengan

nama orang. Penulisan kata jalan pada alamat tidak disingkat, nama jalan

dan nama kota ditulis dengan huruf kapital pada setiap awal kata, nama

kota tidak diberi kata depan di dan tidak diberi garis bawah.

Contoh:

Yth. Direktur Jenderal Pajak

Gedung Utama Lantai 5 KPDJP

Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 40-42

Jakarta 12190

Yth. Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak

Gedung Utama Lantai 5 KPDJP

Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 40-42

Jakarta 12190

Yth. Bapak A. Fuad Rahmany

Gedung Utama Lantai 5 KPDJP

Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 40-42

Jakarta 12190

b. Batang tubuh surat dinas

Bagian batang tubuh surat dinas terdiri dari:

1) pembuka surat dinas yang berisi latar belakang, maksud, dan tujuan

surat secara singkat dan jelas;

Page 16: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 14

2) isi surat dinas yang memuat pokok/uraian inti permasalahan surat;

3) penutup surat dinas.

c. Kaki surat dinas

Bagian kaki surat dinas terdiri dari

1) nama jabatan penanda tangan surat dinas yang ditulis dengan huruf awal

kapital, dan diakhiri tanda baca koma (,). Apabila nama unit organisasi

sudah tercantum lengkap pada kepala surat dinas, nama jabatan tidak

perlu ditulis lengkap;

2) tanda tangan pejabat;

3) nama lengkap pejabat yang menadatangani surat dinas, ditulis dengan

huruf awal kapital tanpa gelar;

4) Nomor Induk Pegawai (NIP);

Contoh: Kepala Bagian Organisasi dan Tatalaksana, (tanda tangan dan cap dinas) Nama Lengkap NIP …................

5) tembusan yang ditulis lengkap di margin kiri bawah diikuti tanda baca titik

dua (:) dan tidak diberi garis bawah, tidak perlu mencantumkan Kepada

Yth., Disampaikan kepada Yth., dan tidak perlu menambahkan kata

sebagai laporan, arsip, atau istilah sejenisnya,

contoh :

Tembusan : 1. Direktur Jenderal Pajak 2. Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak 3. dst.

6) untuk surat Menteri Keuangan atau pejabat eselon I atas nama Menteri

Keuangan yang menggunakan kepala surat berupa lambang negara dan

nama jabatan, pada bagian bawah halaman ditulis alamat lengkap

Kementerian Keuangan secara simetris dengan huruf bercetak tebal dan

berukuran Arial 10.

Penyampaian surat dinas kepada pihak yang dituju, dapat dilakukan dengan

beberapa cara yaitu menggunakan Buku Ekspedisi atau Lembar Pengantar.

Bukti Penyampaian surat dinas ini sebaiknya diadministrasikan secara rapi

sehingga memudahkan dalam menelusuri atau melakukan pengawasan

terhadap tindaklanjut surat dinas dimaksud.

Page 17: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 15

Dalam menyusun surat dinas hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :

a. kepala surat dinas hanya digunakan pada halaman pertama.

b. jika surat dinas disertai dengan lampiran, disertakan keterangan jumlah

lampirannya.

Contoh Format surat dinas

Page 18: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 16

2. Jenis Naskah Dinas Khusus terkait Pemeriksaan

2.1. Surat Kuasa

Surat kuasa adalah naskah dinas yang berisi pemberian wewenang kepada

badan hukum/kelompok orang/perseorangan atau pihak lain dengan atas

namanya untuk melakukan suatu tindakan tertentu dalam rangka kedinasan.

Susunan surat kuasa antara lain :

a. Kepala surat kuasa

Bagian kepala surat kuasa terdiri dari:

1) kepala yang berisi logo Kementerian Keuangan, nama instansi, dan

alamat instansi yang diletakkan secara simetris dan ditulis dengan huruf

kapital;

2) judul surat kuasa ditulis di bawah logo dan nama instansi ditulis dengan

huruf kapital secara simetris;

3) nomor surat kuasa yang ditulis secara simetris. Penomoran surat kuasa

merujuk pada ketentuan pemberian kode dan nomor surat Direktorat

Jenderal Pajak.

b. Batang tubuh surat kuasa

Bagian batang tubuh surat kuasa terdiri dari:

1) nama lengkap dan jabatan yang memberi kuasa;

2) nama lengkap dan jabatan yang menerima kuasa;

3) materi pokok yang dikuasakan untuk dilaksanakan;

4) kalimat penutup.

c. Kaki surat kuasa

Bagian kaki surat kuasa memuat keterangan tempat, tanggal, bulan dan

tahun pembuatan serta nama jabatan, tanda tangan, nama lengkap, dan

NIP pemberi dan penerima kuasa, dibubuhi meterai sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Khusus surat kuasa dalam bahasa Inggris

tidak menggunakan meterai.

Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun surat kuasa antara lain :

a. Menteri Keuangan tidak menggunakan NIP.

b. Meterai dibubuhkan pada kolom pemberi kuasa sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

c. Khusus untuk surat kuasa Menteri Keuangan dalam bahasa Inggris, nama

Menteri Keuangan tidak disertai cap dinas.

Page 19: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 17

Contoh Surat Kuasa

2.2. Surat Pengantar

Surat pengantar adalah naskah dinas yang digunakan untuk

mengantar/menyampaikan barang atau naskah. Dalam proses pemeriksaan surat

pengantar diperlukan dalam rangka menyampaikan atau mengimkan berkas SPT

Wajib Pajak, berkas LHP dan KKP kepada seksi Pelayanan dan seksi terkait,

Page 20: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 18

berkas review ke Kanwil dan lain-lain yang biasanya sekaligus digunakan sebagai

tanda terima dokumen atau bukti pengiriman surat dinas.

Sebagai salah satu jenis naskah resmi maka surat pengantar juga wajib

ditandatangani oleh pihak yang berwenang. Kewenangan untuk

menandatanganani surat pengantar dibuat dan ditandatangani oleh pejabat

sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya.

Susunan naskah surat pengantar yaitu :

a. Kepala surat pengantar

Bagian kepala surat pengantar terdiri dari:

1) kepala surat pengantar yang berisi logo Kementerian Keuangan, nama

instansi, dan alamat instansi yang ditulis dengan huruf kapital secara

simetris;

2) alamat yang dituju, ditulis di margin kiri di bawah logo dan nama instansi

dengan kata Yth. diikuti nama jabatan yang dituju;

3) tanggal, bulan, dan tahun ditulis di margin kanan sebaris dengan kata Yth.;

4) tulisan surat pengantar yang diletakkan secara simetris dan ditulis dengan

huruf kapital;

5) nomor surat pengantar ditulis simetris di bawahnya.

b. Batang tubuh surat pengantar

Bagian batang tubuh surat pengantar terdiri dari:

1) nomor urut;

2) jenis naskah/barang yang dikirim;

3) banyaknya naskah/barang;

4) keterangan.

c. Kaki surat pengantar

Bagian kaki surat pengantar terdiri dari:

1) nama jabatan pembuat surat pengantar;

2) tanda tangan;

3) nama dan NIP;

4) cap dinas.

Hal yang perlu diperhatikan apabila tim pemeriksa menyusun surat pengantar

antara lain :

a. Surat pengantar dikirim rangkap dua, lembar pertama untuk penerima dan

lembar kedua untuk pengirim.

b. Surat Pengantar wajib dibubuhkan tanggal terima, tanda tangan dan nama

jelas pihak yang menerima

Page 21: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 19

c. Surat pengantar yang disampaikan melalui faximile atau pos tercatat

sebaiknya digabungkan dengan bukti pengiriman faximile atau bukti

pengiriman pos tercatat.

d. Surat pengantar wajib diadministrasikan secara rapi guna memudahkan

menelusuri dan melakukan pengawasan atas tindak lanjut surat dinas

dimaksud.

Format surat pengantar.

Page 22: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 20

2.3. Berita Acara

Berita acara merupakan naskah dinas yang berisi uraian tentang proses

pelaksanaan suatu kegiatan yang harus ditandatangani oleh para pihak dan para

saksi. Dalam proses pemeriksaan, Berita Acara sangat penting mengingat

kegiatan Tim pemeriksa cukup banyak dan umumnya berbeda-beda sesuai

kondisi di lapangan. Dalam Tatacata pemeriksaan yang diatur pada Peraturan

Menteri Keuangan Nomor : 17/PMK.03/2013, terdapat beberapa jenis berita acara

yang formatnya sudah diberikan contoh baku, sehingga memudahkan Tim

pemeriksa dalam menyiapkan berita acara pada setiap kegiatan pemeriksaan.

Dalam melakukan penyusunan dokumen/naskah berita acara terdapat beberapa

bagian yang perlu menjadi perhatian antara lain :

a. Kepala berita acara

Bagian kepala berita acara terdiri dari:

1) Kepala naskah dinas yang berisi logo Kementerian Keuangan, nama

instansi, dan alamat instansi/satuan organisasi yang diletakkan secara

simetris dan ditulis dengan huruf kapital;

2) Tulisan berita acara ditulis di bawah logo dan nama instansi yang ditulis

dengan huruf kapital secara simetris;

3) Nomor berita acara ditulis simetris di bawah judul. Penomoran berita acara

merujuk pada ketentuan pemberian kode dan nomor surat Direktorat

Jenderal Pajak.

b. Batang tubuh berita acara

Bagian batang tubuh berita acara terdiri dari :

1) Tulisan hari, tanggal, bulan, tahun, jam, tempat pelaksanaan, nama

lengkap, NIP, dan jabatan para pihak yang membuat berita acara;

2) Uraian materi pelaksanaan kegiatan (substansi berita acara);

3) Kalimat penutup.

c. Kaki berita acara

Bagian kaki berita acara memuat tempat pelaksanaan penandatanganan.

Nama jabatan, tanda tangan, nama lengkap, dan NIP para pihak serta para

saksi.

Page 23: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 21

Contoh format berita acara

Page 24: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 22

3. Penomoran dan Pemberian Kode Naskah

Penomoran dan pemberian kode naskah dinas merupakan bagian penting

dalam rangka mendapatkan kejelasan dan kemudahan untuk mengenali suatu naskah

dinas.

Nomor dan kode yang digunakan dalam tata naskah dinas di lingkungan Direktorat

Jenderal Pajak adalah tanda atau simbol tertentu berupa angka dan huruf sebagai

tanda pengenal dan identifikasi terhadap unit organisasi yang bersangkutan. Dalam

rangka komunikasi administrasi, setiap unit organisasi wajib menggunakan kode

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3.1 Pemberian Kode Naskah Dinas di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak

Kode naskah dinas selain dapat digunakan sebagai sarana untuk

mengidentifikasi naskah dinas, diharapkan mampu memberikan kemudahan

bagi unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dalam mengelola

tata naskah dinas, sehingga dapat memperlancar pelaksanaan tugas dan

fungsi.

Kode naskah dinas di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak disusun menurut

urut-urutan unit organisasi yang berlaku. Oleh karena itu setiap perubahan atau

penyempurnaan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak perlu diikuti

dengan penyempurnaan dan penetapan kode naskah dinas.

a. Sistem penomoran dan pemberian kode didasarkan atas pengelompokan

jenis naskah dinas sebagai berikut :

- Peraturan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan;

- Surat dan naskah dinas yang dipersamakan dengan itu.

b. Asas sistem penomoran dan pemberian kode naskah dinas diatur sebagai

berikut :

- dibedakan antara ketentuan pelaksanaan dari peraturan perundang-

undangan yang menjadi wewenang Direktur Jenderal Pajak dengan

surat biasa dan naskah dinas yang dipersamakan;

- dibedakan antara Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak dan unit

instansi vertikal;

- dibedakan antara penomoran dan kode penunjuk (Kp.). Kode

penunjuk (Kp) digunakan untuk memudahkan penelusuran ke dalam,

guna mengetahui sumber surat, pengonsep, dan dimana verbal

konsep terakhir disimpan;

- Penentuan pejabat yang berhak menandatangani;

Page 25: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 23

- Dibuat agar mudah diingat/dicari kembali serta memberi landasan

bagi pengembangan sistem penomoran unit organisasi di lingkungan

Direktorat Jenderal Pajak.

3.2 Kode Naskah Dinas di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak

Untuk membedakan naskah dinas di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak diberi

kode sebagai berikut :

a. Naskah dinas yang memuat pengaturan, penetapan, dan penugasan :

No. Jenis Naskah Kode

1. Peraturan PER

2. Instruksi INS

3. Surat Edaran SE

4. Keputusan KEP

5. Surat Perintah PRIN

6. Surat Tugas ST

b. Naskah dinas yang bersifat internal dan eksternal :

No. Jenis Naskah Kode

1. Nota Dinas ND

2. Memorandum Mo

3. Surat Dinas S

4. Surat Undangan Und

5. Nota Dinas dengan kualifikasi Rahasia NDR

6. Nota Dinas dengan kualifikasi Sangat Rahasia NDSR

7. Surat Dinas dengan kualifikasi Rahasia SR

8. Surat Dinas dengan kualifikasi Sangat Rahasia SSR

c. Naskah dinas yang bersifat khusus :

No. Jenis Naskah Kode

1. Surat Perjanjian PRJ

2. Surat Kuasa SKU

3. Berita Acara BA

4. Surat Keterangan KET

5. Surat Pengantar SP

6. Pengumuman Peng

Page 26: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 24

d. Naskah dinas yang berupa formulir :

No. Jenis Naskah Kode

1. Telegram TLG

2. Surat Kawat KWT

3. Radiogram RDG

4. Faksimili FAK

5. e-Mail EMAIL

6. Berita Telepon BT

e. Naskah dinas yang berupa catatan/naskah yang bersifat dokumen sebagai

alat pembuktian :

No. Jenis Naskah Kode

1. Lembar Disposisi LD

2. Verbal VRB

3. Berita Acara Pemeriksaan BAP

4. Naskah Serah Terima NST

5. Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU)

MoU

Selain kode naskah dinas tersebut, apabila terdapat naskah dinas yang bersifat

teknis dan mempunyai bentuk khusus dapat dibuat kode naskah dinas tersendiri.

3.3 Penomoran dan Pengodean naskah dinas

Pada setiap naskah dinas wajib diberikan nomor dan kode petunjuk surat. Hal

ini diperlukan dalam rangka memudahkan untuk mengadministrasikan naskah

dinas.

Nomor dan kode naskah dinas ditulis di margin kiri dibawah kepala naskah dinas

tetapi khusus untuk Nota Dinas, Surat Edaran Pengumuman dan lain-lain di

margin tengah bawah kepala naskah dinas.

Dibawah ini akan diuraikan beberapa bagian penomoran naskah dinas yang

berhubungan dengan tatacara pemeriksaan antara lain :

a. Nomor dan kode surat dinas pada kantor pelayanan

Contoh : Nomor : S-……./WPJ.26/KP.01/……..

Penjelasan:

- S = kode jenis naskah dinas : surat, nota dinas, berita acara

- ……… = Nomor urut agenda

- WPJ = Kode Unit Kanwil Ditjen Pajak;

- KP.01 = Kode Unit KPP

- …… = Tahun penerbitan naskah dinas

Page 27: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 25

b. Pemberian nomor dan kode petunjuk Nota dinas

Contoh :

Nomor : ND-…/WPJ.26/KP.01/…….. Penjelasan:

- S = kode jenis naskah dinas : surat, nota dinas, berita acara

- ………= Nomor urut agenda

- WPJ = Kode Unit Kanwil Ditjen Pajak;

- KP.01 = Kode Unit KPP

- …… = Tahun penerbitan naskah dinas

c. Pemberian nomor dan kode petunjuk Berita Acara

Contoh :

Nomor : BA-…/WPJ.26/KP.01/…….. Penjelasan:

- S = kode jenis naskah dinas : surat, nota dinas, berita acara

- …… = Nomor urut agenda

- WPJ = Kode Unit Kanwil Ditjen Pajak;

- KP.01 = Kode Unit KPP

- …… = Tahun penerbitan naskah dinas

3.4 Pemberian kode petunjuk naskah dinas

Kode Petunjuk (Kp.) ditulis di margin kiri bawah surat pada setiap halaman

dengan menggunakan huruf Arial 9.

a. Kode Petunjuk di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak Contoh : Kp.:PJ.011/PJ.0111

Penjelasan:

- Kode penunjuk ditulis Kp.;

- PJ.011 = Kode Bagian Organisasi dan Tatalaksana;

- PJ.0111 = Kode Bagian Organisasi dan Tatalaksana, Subbagian Organisasi

Page 28: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 26

b. Kode Petunjuk di Kantor Wilayah DJP

Contoh : Kp.:BD.03/BD.0301

Penjelasan:

- Kode penunjuk ditulis Kp.;

- BD.03 = Kode bidang Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak;

- BD.0301 = Kode bidang Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak, Seksi Bimbingan Pemeriksaan.

c. Kode Petunjuk di Kantor Pelayanan Pajak

Contoh : Kp.:KP.06/KP0600

Penjelasan:

- Kode penunjuk ditulis Kp.;

- KP.06 = Kode Kantor Pelayanan Pajak;

- KP.0600 = Kode Subbagian Umum

Page 29: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 27

KEGIATAN BELAJAR II KAIDAH BAHASA INDONESIA TERKAIT DENGAN PEMBUATAN KKP DAN LHP

Indikator keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat :

1. menjelaskan pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

2. menjelaskan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan

3. menjelaskan Struktur Kalimat Efektif

dan menerapkan peraturan tata naskah dinas dalam setiap penugasan pemeriksaan.

A. Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Tugas utama pemeriksa pajak adalah melakukan pemeriksaan sesuai tujuan yang

ditetapkan dalam Surat Perintah Pemeriksaan. Sebagai bukti Pemeriksaan telah selesai

dilaksanakan adalah pemeriksa dapat menyerahkan LHP , KKP dan lampirannya.

Dokumen KKP dan LHP ini akan menjadi dasar untuk :

1. Penyusunan Nota Penghitungan, dan penerbitan surat ketetapan pajak dan / atau

STP

2. Bahan dalam melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak

3. Sumber data atau informasi bagi penyelesaian keberatan atau banding yang

diajukan oleh Wajib Pajak

4. Referensi untuk pemeriksaan berikutnya

5. Mempertangungjawabkan pelaksanaan pemeriksaan telah sesuai Standar

pemeriksaan.

Mengingat fungsi KKP dan LHP yang sangat penting maka pemeriksa pajak

seharusnya dapat mengungkapkan proses pemeriksaan yang telah dilakukan dalam

bentuk KKP dan LHP secara ringkas, jelas dan mudah dipahami oleh pembaca.

Dalam penyusunan KKP dan LHP ini perlu memperhatikan penggunakan bahasa

tulisan yang efektif (ringkas, jelas dan mudah dipahami).

Dalam tulisan HB Sumardi, M.Pd mengenai faktor pendukung keefektifan kalimat

dijelaskan bahwa Setiap ide atau informasi dari individu yang ingin disampaikan harus

disusun dengan kalimat efektif sehingga dapat diterima dengan jelas, dan mudah

dipahami oleh pembaca. Dalam mewujudkan kalimat efektif ini terdapat beberapa unsur

yang perlu diperhatikan antara lain :

Page 30: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 28

a. Penggunaan Bahasa yang baik dan benar

b. Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan

c. Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baku

Sedangkan menurut Ida Bagus Putrayasa kalimat efektif harus memenuhi 2 syarat yaitu

syarat awal dan syarat utama.

1. Syarat awal kalimat efektif terdiri dari :

a. Pemilihan kata (diksi) artinya kalimat efektif seharusnya disusun dengan pilihan

kata-kata yang tidak menimbulkan perbedaan pemahaman bagi pembaca.

b. Penggunaan pedoman ejaan yang mencakup penulisan huruf, penulisan kata

dan tanda baca yang mengacu pada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) .

2. Syarat Utama kalimat efektif terdiri dari :

a. Struktur Kalimat Efektif

Struktur kalimat merupakan unsur-unsur yang diperlukan dalam penyusunan

kalimat yang terdiri dari struktur kalimat umum, kalimat pararel dan kalimat

periodik.

b. Ciri-ciri Kalimat Efektif

Ciri-ciri kalimat efektif terdiri dari kesatuan, kehematan, penekanan dan

kevariasian.

Dalam buku Kalimat Efektif, Ida Bagus Putra Yasa, menjelaskan Bahasa Indonesia yang

baik adalah bahasa indonesia yang digunakan sesuia dengan situasi pemakainya,

sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan

sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. Dengan demikian secara keseluruhan yang

dimaksud bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang

penggunaannya sesuai dengan situasi pemakainya dan sesuai dengan kaidah yang

berlaku. Dengan demikian penggunaan bahasa dalam situasi dinas, pembuatan surat

dinas, laporan dinas, seminar, atau penulisan karya ilmiah merupakan situasi resmi yang

memerlukan bahasa yang resmi. Bahasa resmi adalah bahasa yang memenuhi

keresmian yang dapat diartikan sebagai bahasa baku. Dalam bahasa baku atau resmi

tentunya bahasa keseharian harus dihindari.

Contoh :

Tidak baku

- Minggu lalu telah dibilang oleh Kepala kantor untuk mengirimkan surat panggilan

pemeriksaan.

Page 31: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 29

- Surat tugas untuk pemeriksaan pajak sudah dibikin oleh Tim pemeriksa pajak

Seharusnya :

- Minggu lalu Kepala Kantor telah mengatakan untuk mengirimkan surat panggilan

pemeriksaan.

- Surat tugas untuk pemeriksaan pajak sudah dibuat oleh Tim pemeriksa pajak

Secara lebih rinci, pemakaian bahasa sesuai dengan situasi pemakainya adalah

penggunaan bahasa indonesia yang memenuhi kaidah baku dan tidak baku. Apabila

bahasa atau kalimat digunakan untuk penyampaian informasi yang bersifat resmi

misalkan surat menyurat dinas, rapat, laporan dll, maka seharusnya digunakan bahasa

atau kalimat yang dapat mencerminkan sifat keresmian yaitu dengan menggunakan

bahasa/kalimat baku. Sebaliknya dalam menyampaikan informasi yang bersifat tidak

resmi maka bahasa atau kalimat yang digunakan dapat berupa kalimat baku dan tidak

baku. Dalam situasi tidak resmi, bahasa atau kalimat yang disampaikan dapat dipahami

oleh pihak pembaca/penerima pesan maka bahasa tersebut dapat dikatagorikan sebagai

bahasa yang baik.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia yang baik

belum tentu merupakan bahasa Indonesia yang benar dan sebaliknya bahasa Indonesia

yang benar belum tentu merupakan bahasa Indonesia yang baik, tergantung pada situasi

pemakainya dan kaidah bahasa yang berlaku.

Selanjutnya, agar lebih memahami penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

yang menitikberatkan pada pemakaian bahasa resmi maka pada sub bab berikutnya akan

dijelaskan hal-hal terkait dengan penyusunan bahasa baku.

B. Bentuk Bahasa Baku

Bentuk Bahasa baku adalah bahasa resmi atau formal baik tertulis maupun lisan. Ragam

baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar masyarakat

pemakaiannya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukkan norna- norna

bahasa dalam penggunaannya( Ida Bagus putrayasa, 2007).

Ragam baku mempunyai sifat- sifat sebagai berikut :

Page 32: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 30

1. Kemantapan Dinamis

Kemantapan dinamis berupa kaidah- kaidah dan aturan- aturan yang tetap. Bahasa

baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat. Dalam kemantapan bahasa baku

akan ditemukan adanya kata-kata yang menggunakan pola tertentu yang bersifat

sama misalnya perajin bukan pengrajin, perusak bukan pengrusak dll. Meskipun

demikian kemantapan bahasa baku tidak bersifat kaku, yang ditunjukkan dengan

munculnya kosa kata baru yang menggantikan kata sebelumnya, misalnya Langganan

adalah pihak penjual sesuai produk dan Pelanggan adalah pihak pembeli yang selalu

membeli suatu produk pada tempat yang sama.

2. Cendekia

Bahasa baku dinyatakan bersifat cendekia karena ragam bahasa baku umumnya

digunakan pada tempat resmi. Dalam penggunaanya bahasa baku dapat diwujudkan

dengan kalimat, paragrap, dan satuan bahasa yang lain yang lebih besar dengan

mengutamakan pengungkapan nalar atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk

akal. Proses untuk mencendekiaan bahasa itu sangat penting dilakukan mengingat

perkembangan ilmu dan teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber dari

bahasa asing dan harus dapat disampaikan dalam bahasa Indonesia.

3. Seragam

Bentuk bahasa baku bersifat seragam, maksudnya proses pembakuan adalah proses

penyeragaman bahasa yaitu pencarian titik- titik keseragaman. Misalnya untuk

menyebutkan pelayan yang bertugas menjadi awak kabin pesawat di kenal dengan

Pranmugari. Hal ini terjadi atas kesepakatan pihak yang mengusulkan dan kata yang

telah disepakati ini akan menjadi bentuk baku.

Bentuk baku dari bahasa memiliki ciri- ciri sebagai berikut :

a. Memakai ucapan baku

Ucapan baku / benar berkaitan dengan penggunaan bahasa lisan. Pembakuan

ucapan atau pelafalan masih sulit dilakukan sampai sekarang. Sebagai acuan,

pelafalan yang baik adalah pelafalan yang tidak terpengaruh oleh ucapan- ucapan

kedaerahan. Sebagai contoh masyarakat Jawa mengucapkan bunyi b, d, j, dar g,

diucapkan di awal kata: mBandung, mDemak, nJombang, ngGarut. Demikian pula,

pengucapan kata- kata bersuku mati fonem akhir/b/,/ct/, dan lgl, dilafalkan/p/,/t/rtkl

Misalnya pad,akata: bab, murid, ajeg, diucapkan menjadi bap, murit, ajek.

Page 33: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 31

b. Memakai ejaan resmi

Bahasa baku wajib menggunakan ejaan resmi yang dituliskan secara jelas, dan

tetap pada kata, kalimat ,aupun tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempumakan( EYD).

c. Menghindari unsur- unsur daerah baik leksikal maupun gramatikal

1) Unsur- unsur leksikal adalah kata, terutam akata- kata dari bahasa daerah atau kata- kata gaul yang merusak eksistensi bahasa Indoneia. Sebagai contoh, kata yang harus dihindari :

Kata Daerah Seharusnya

Ketemu Bertemu

Situ Kamu

Bikin Membuat

Bilang Mengatakan

Sistim Sistem

2) Unsur gramatikal adalah unsur yang bersifat ketatabahasaan (pembentuk kata

atau kalimat). Contoh

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

Mobilnya orang itu baru Mobil orang itu bagus

Saya sudah tahu dimana dia disekolahkan

Saya sudah tahu tempat sekolahnya

Kerjakan Pekerjaan itu sebaik mungkin Kerjakanlah pekerjaan itu sebaik-baiknya

3) Pemakaian fungsi gramatikal (Subyek, Predikat ) secara eksplisit dan

konsisten Contoh :

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

Kepada Bapak Kepala Kantor kami silahkan

Bapak Kepala Kantor kami silahkan

Kampus STAN yang indah itu Kampus STAN itu indah

Penyusunan laporan ini saya dibantu istri

Dalam penyusunan laporan ini, saya dibantu istri

4) Pemakaian konjungsi bahwa atau karena secara eksplesit dan konsisten

Contoh :

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

Hari ini dia tidak masuk dia wisuda Hari ini dia tidak masuk karena wisuda

Mohon jangan ribut disini ada ujian Mohon jangan ribut karena di sini ada ujian

Page 34: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 32

5) Pemakaian awalan men-, di- atau ber- secara eksplesit dan konsisten.

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

Anak-anak tamatan SMK banyak kerja di toko

Anak-anak tamatan SMK banyak bekerja di toko

Untuk urusan ini saya tidak mau ambil risiko

Untuk urusan ini, saya tidak mau mengambil risiko

Dua orang penduduk lokal curi sepeda Dua orang penduduk lokal mencuri sepeda

6) Pemakaian partikel lah, kah, pun secara eksplesit dan konsisten Contoh :

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

Kerjakan latihan itu dengan baik Kerjakanlah latihan itu dengan baik

Berapa harga solar seliter Berapakah harga solar seliter

Sampai sekarang dia tidak pernah hadir Sampai sekarangpun, dia tidak pernah hadir

7) Pemakaian kata depan, kata sambung secara tepat

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

Hal ini akan saya laporkan sama atasan saya

Hal ini akan saya laporkan pada atasan saya

Kalungnya terbuat daripada emas

Kalungnya terbuat dari emas

Untuk pembangunan asrama itu memerlukan puluhan hektar lahan

Pembangunan asrama itu memerlukan puluhan hektar lahan

8) Pemakaian pola : aspek-pelaku-tindakan secara konsisten

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

Prosedur yang benar sudah saya lalui

Prosedur yang benar telah saya lalui (Saya telah melalui prosedur itu…)

Pengamatan dia belum lakukan Pengamatan belum lakukan (Dia belum melakukan pengamatan …)

Saya akan cari warga baru itu Akan saya cari warga baru itu (Saya akan mencari warga ….)

9) Menghindari pemakaian bentuk-bentuk yang mubazir atau bentuk bersinonim

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

Para hadirin sekalian yang saya hormati

Hadirin yang saya hormati

Ucapannya banyak mengandung kata-kata pedas

Ucapannya mengandung kata-kata pedas

Kalau seandainya saya menjadi camat, akan saya bangun daerah ini

Seandainya saya menjadi camat, akan saya bangun daerah ini

Page 35: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 33

10) Menghindari pemakaian kalimat yang bermakna ganda

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

Seluruh murid dilarang tidak boleh merokok

Seluruh murid dilarang merokok

Ibu Dewi sangat mencintai suaminya, saya juga

Ibu Dewi sangat mencintai suaminya, saya juga mencintai suami saya

11) Memakai konstruksi sintetis

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

Dikasih komentar Dikomentari

Bikin rusak Dirusakan

Dia punya buku Bukunya

12) Kata-kata yang sering salah pemakaiannya

Dibawah ini akan disampaikan contoh kata-kata yang sering digunakan secara

salah, namun pemakaian kata yang sering ini mengakibatkan salah kaprah

sehingga dianggap benar.

Kata Makna sebenarnya

Acuh Peduli

Keberatan Terlalu berat

Penjabat Pejabat sementara

Pejabat Orang yang mempunyai jabatan

Pengacara Penasehat hukum

Pembawa acara Pewara

C. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Pedoman Umum Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan digunakan oleh bagi instansi

pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik

dan benar. Secara teknis yang dimaksud dengan ejaan adalah hal-hal yang terkait

dengan penyusunan kalimat yaitu :

- pemakaian huruf,

- penulisan kata,

- penggunaan tanda baca.

Penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) sebagai mana di atur dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional 46 Tahun 2009, perlu dipahami karena merupakan salah

satu faktor yang mendukung kalimat yang efektif.

Page 36: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 34

1. Pemakaian Huruf

a. Penulisan huruf besar atau huruf kapital

Huruf kapital sering juga disebut dengan huruf besar.

Namun istilah ini dapat membingungkan karena pada

kenyataannya akan ada huruf kapital dalam ukuran kecil,

misalnya font 8. Sebaliknya juga akan ada huruf kecil (bukan kapital) dalam

ukuran besar, misalnya font 40. Oleh karena itu, menurut Eko Sugiarto, yang

dimaksud dengan huruf kapital, yaitu huruf yang berukuran dan berbentuk

khusus.

Berdasarkan EYD, penggunaan huruf kapital adalah sebagai berikut.

No Uraian Contoh

1. Sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat

Dia membaca.

Apa maksudnya?

Kita harus bekerja keras.

Pekerjaan itu belum selesai.

2. Sebagai huruf pertama petikan langsung

Adik bertanya, “Di mana kita makan?”

Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”

“Kemarin engkau datang,” katanya.

“Besok pagi,” kata ibu, “dia akan berangkat”.

3. Sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan

Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen.

Tuhan tunjukkan jalan terbaik kepada hamba-Nya.

Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

4. Sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang

Mahaputra Yamin

Sultan Hasanuddin

Haji Agus Salim

Imam Syafii

Nabi Ibrahim

5. Sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai

Presiden Joko Widodo

Perdana Menteri Nehru

Profesor Supomo

Page 37: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 35

No Uraian Contoh

pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat

Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara

Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan

Gubernur Bali

6. Sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang

Amir Hamzah

Dewi Sartika

Wage Rudolf Supratman

Halim Perdanakusumah

7. Sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa

Bangsa Indonesia, suku Bali, bahasa Inggris

8. Sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah

tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari Galungan, hari Lebaran, hari Natal, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi

Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran TinggiDieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali Brantas, LembahBaliem, Ngarai Sianok, Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Tanjung Harapan,Teluk Benggala, Terusan Suez

10. Sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti dan

Republik Indonesia

Majelis Permusyawaratan Rakyat

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak

Keputusan PresidenRepublik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972

11. Sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi

Perserikatan Bangsa-Bangsa

Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial

Undang-Undang DasarRepulik Indonesia

Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

12. Sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan,

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra

Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan

Page 38: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 36

No Uraian Contoh

yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal

Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”

13. Sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan

Dr. doctor

M.A. master of arts

S.E. sarjana ekonomi

S.H. sarjana hukum

S.S. sarjana sastra

Prof. professor

Tn. tuan

Ny. nyonya

Sdr. saudara

14. Sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan

“Kapan Bapak Berangkat?” tanya Harto.

Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”

Surat Saudara sudah saya terima

“Silakan duduk, Dik!” kata Ucok

Besok Paman akan datang

Mereka pergi ke rumah Pak Camat

Para ibu mengunjungi Ibu Hasan

15. Sebagai huruf pertama kata ganti Anda

Sudahkah Anda tahu?

Surat Anda telah kami terima

Tidak Memakai Huruf Kapital

Terdapat pengecualian pemakaian huruf kapital, yaitu sebagai berikut.

No Uraian Contoh

1. Tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertetu, nama instansi, atau nama tempat.

Dia baru saja diangkat menjadi sultan

Tahun ini dia pergi naik haji

2. Tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?

Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal

3. Tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran

Mesin diesel

10 volt

5 ampere

Page 39: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 37

No Uraian Contoh

4. Tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan

Mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan

5. Tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipkai sebagai nama

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya

Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia

6. Tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri

berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberabangi selat, pergi ke arah tenggara

7. Tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.

garam inggris

gula jawa

kacang bogor

pisang ambon

8. Tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Menjadi sebuah republik

Beberapa badan hukum

Kerja sama antara Pemerintah dan rakyat

Menurut undang-undang yang berlaku

9. Tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga

b. Penulisan huruf miring

Saat ini, pemakaian komputer sudah sangat jamak, sehingga penulisan huruf

miring tidak terkendala, cukup tekan icon italic atau tekan tombol Ctrl+i. Dalam

tulisan tangan atau mesin ketik tidak mudah menulis huruf miring, huruf atau kata

yang akan dicetak miring digarisbawahi. Garis bawah tersebut kata demi kata,

spasi antarkata tidak perlu digarisbawahi. Adapun penggunaan huruf miring

berdasarkan EYD adalah sebagai berikut.

Page 40: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 38

No Uraian Contoh

1. Untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan

majalah Bahasa dan Sastra

buku Negarakertagama karangan Prapanca

surat kabar Suara Rakyat

2. Untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata

Huruf pertama kata abad adalah a

Dia buka menipu, tetapi ditipu

Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital

Buatlah kalimat dengan berlepas tangan

3. Untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia

Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama

Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini

Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’

Tetapi: o Negara itu telah mengalami

empat kali kudeta. o Korps diplomatik memperoleh

perlakuan khusus.

Page 41: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 39

2. Penulisan Kata

a. Kata turunan

No Uraian Contoh

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya

bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan

2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya

bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan

3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulus serangkai

menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai

adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama, bikarbonat, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna, ekawarna, ekstrakurikuler, elektroteknik, infrastruktur, inkonvensional, introspeksi, kolonialisme, kosponsor, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolaborasi, Pancasila, panteisme, paripurna, poligami, pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofessional, subseksi, swadaya, telepon, transmigrasi, tritunggal, ultramodern

Catatan:

1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, diantara kedua unsur itu harus dituliskan tanda hubung (-)

non-Indonesia, pan-Afrikanisme

2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah

Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

Marilah kita beersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

3) Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai

Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.

Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

Page 42: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 40

No Uraian Contoh

4) Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar

Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.

Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.

5) Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan

Taklaik terbang

Taktembus cahaya

Tak bersuara

Tak terpisahkan

b. Kata Depan

Penggunaan kata depan di, ke, dan dari ditulis harus ditulis terpisah dari kata yang

mengikutinya, kecuali kata depan ini ada di dalam gabungan kata yang sudah

lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Pada prinsipnya,

penulisan di dan ke ada dua macam, yaitu sebagai awalan dan sebagai kata

depan.

1) Penulisan di sebagai kata depan harus ditulis terpisah dari kata yang

mengikutinya. Fungsi sebagai kata depan yang menunjukkan tempat atau

keberadaan sesuatu. Biasanya, di sebagai kata depan merupakan penentu

tempat dan jawaban atas pertanyaan yang menanyakan tempat.

Misalnya :

- di rumah, di kantor, di gudang, di pasar, di toko, di jalan raya, dan

sebagainya.

- Kain itu terletak di dalam lemari.

- Bermalam sajalah di sini.

- Di mana Siti sekarang?

- Mereka ada di rumah.

- Ia ikut terjun di tengah kancah perjuangan.

2) Penulisan di sebagai awalan harus ditulis serangkai dengan kata yang

mengikutinya.

Misalnya:

- dibaca, diminum, diambil, diangkat, diselimuti, dan sebagainya.

- Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.

Page 43: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 41

3) Penulisan ke sebagai kata depan harus ditulis terpisah dari kata yang

mengikutinya. Biasanya, ke sebagai kata depan menyatakan arah atau tujuan

dan jawaban atas pertanyaan, “Ke mana?”

Misalnya :

- ke sekolah, ke pasar, ke pantai, ke pusat perbelanjaan, ke Yogyakarta, ke

luar negeri, dan sebagainya.

- Ke mana saja ia selama ini?

- Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.

- Mari kita berangkat ke pasar.

- Saya pergi ke sana-sini mencarinya.

4) Penulisan ke sebagai awalan harus ditulis serangkai dengan kata yang

mengikutinya.

Misalnya:

- Kami percaya sepenuhnya kepadanya.

- Kesampingkan saja surat permohonan yang tidak jelas.

- Ia masuk, lalu keluar lagi.

- Bawa kemari gambar itu.

- Kemarikan buku itu.

- kelima, ketua, kekasih, keterampilan, kemanusiaan, dan sebagainya.

Kata depan di dan ke pada kalimat tertulis dapat digunakan secara tepat dengan

cara menggantikannya dengan kata yang lain. Dibawah ini dijelaskan kata yang

dapat digunakan untuk menguji apakah penulisan kata depat di dan ke sudah tepat

yaitu :

1) Umumnya kata di dan ke ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya (sebagai

kata depan) jika di dan ke tersebut dapat diganti dengan kata dari.

Misalnya:

- Di sini, ke sini dari sini

- Di kantor, ke kantor dari kantor

- Di luar negeri, ke luar negeri dari luar negeri

Page 44: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 42

2) Ke pada kata kemari, meskipun menunjukkan arah, harus ditulis serangkai

karena ke pada kata kemari tidak lazim diganti dengan kata di dan dari.

Misalnya: kemari di mari (tidak lazim), dari mari (tidak lazim)

3) Penulisan kata keluar ada dua macam. Jika merupakan lawan makna masuk,

ditulis serangkai. Jika sebagai lawan makna ke dalam, ditulis terpisah.

Misalnya:

- Pak Farhan baru saja keluar kelas lawan makna masuk

- Pak Farhan berangkat ke luar negeri lawan makna ke dalam

3. Partikel

a. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

- Bacalah buku itu baik-baik.

- Apakah yang tersirat dalam dalam surat itu?

- Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia.

- Siapakah gerangan dia?

- Apatah gunanya bersedih hati?

- Apatah gunanya bersedih hati?

b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

- Apa pun yang dilakukannya, ia tetap terbaik.

- Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.

- Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah berkunjung ke

rumahku.

- Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.

Terdapat kata-kata yang memakai partikel pun pada kelompok yang sudah lazim

dan dianggap padu, contohnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun,

biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun,

walaupun ditulis serangkai.

Misalnya:

- Adapun sumber beritanya belum diketahui.

- Bagaimanapun juga akan dicobanya menghubungi Saudaranya.

- Baik karyawan maupun karyawati ikut berdiskusi.

- Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.

Page 45: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 43

- Walaupun miskin, ia selalu gembira.

c. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat

yang mendahului atau mengikutinya.

Misalnya:

- Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.

- Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.

- Harga kain itu Rp 2.000,00 per helai.

Catatan:

Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai

dengan kata yang mengikutinya.

4. Kata Bilangan

Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang

bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka

Romawi.

- Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

- Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L, C, D, M

a. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii)

satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.

Misalnya:

- 0,5 sentimeter 1 jam 20 menit 5 kilogram

- pukul 15.00 4 meter persegi tahun 1928

- liter 17 Agustus 1945 Rp5.000,00

- 50 dolar Amerika US$3.50* 10 paun Inggris

- $5.10* 100 yen Y100

- 10 persen 27 orang

catatan:

(1) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) karena merupakan satuan mata

uang asing mama menunjukkan tanda desimal

(2) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, ¥ tidak diakhiri dengan

tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang

mengikutinya, kecuali di dalam tabel.

b. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau

kamar pada alamat.

Misalnya:

Page 46: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 44

- Jalan Kemanggisan Raya No.1 Jakarta Barat

- Hotel Indonesia, Kamar 169

c. Angka digunakan juga untuk memberi nomor bagian karangan dan ayat kitab suci.

Misalnya:

- Bab X, Pasal 5, halaman 252

- Surah Yasin: 9

d. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

1) Bilangan utuh Misalnya:

- Dua belas 12

- Dua puluh dua 22

- Dua ratus dua puluh dua 222

2) Bilangan pecahan Misalnya:

- Setengah ½

- Tiga perempat ¾

- Seperenam belas 1/16

- Tiga dua pertiga 3 2/3

- Seperseratus 1/100

- Satu persen 1 %

- Satu permil 1‰

- Satu dua persepuluh 1,2

Catatan:

Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambing bilangan dengan

huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian.

Misalnya:

- 20 2/3 (dua puluh dua-pertiga)

- 22/30 (dua-puluh-dua pertiga puluh)

- 20 15/17 (dua puluh lima-belas pertujuh belas)

- 150 2/3 (seratus lima puluh dua-pertiga)

e. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:

- pada awal abad XX

- dalamkehidupan abad ke-20 ini

- pada awal abad kedua puluh

- kantor di tingkat II gedung itu

- di tingkat ke-2 gedungitu

- di tingkat keduagedung itu

f. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut.

Page 47: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 45

Misalnya:

- tahun ’50-an atau tahun lima puluhan

- uang 5000-an atau uang lima ribuan

- lima uang 1.000-an atau lima uang seribuan

g. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis

dengan huruf,kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan,

seperti dalam perinciandan pemaparan.

Misalnya:

- Amir menonton drama itu sampai tiga kali.

- Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.

- Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan

52 orang memberikan suara blangko.

- Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100

helicak, 100 bemo.

h. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan

kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau

dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.

Misalnya:

- Dua belas orang tewas dalam kecelakaan itu.

- Pak Darmo mengundang 250 orang tamu

Penulisan yang salah :

- 15 orang tewas dalam kecelakaan itu.

- Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.

i. Angka yang menunjukkan bilangan utuh secara besar dapat dieja

Misalnya:

- Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.

- Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 200 juta orang.

j. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali

didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.

Misalnya:

- Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.

- Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.

Bukan:

- Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pgawai.

- Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.

k. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

Page 48: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 46

Misalnya:

- Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus

Sembilanpuluh Sembilan dan tujh puluh lima perseratus rupiah).

Penulisan yang salah :

- Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (Sembilan ratus Sembilan

puluhSembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.

5. Kata-kata yang sering salah penulisan

Terdapat beberapa kata yang dipengaruhi dengan pengucapannya sehingga dalam

menuliskan kata tersebut sering terjadi kesalahan. Beberapa kata yang sering terjadi

kesalahan penulisan adalah :

Penulisan yang salah Penulisan yang benar / baku

Atlit Atlet

Cuman Cuma

Akhli Ahli

Apotik Apotek

kaedah kaidah

6. Ungkapan idiomatik

Ungkapan idiomatik adalah kalimat yang mempunyai pasangan tetap artinya kata

tersebut selalu hadir dengan pasangannya. Contoh

Penulisan yang salah Penulisan yang benar / baku

Sesuai Sesuai dengan

disebabkan Disebabkan oleh

7. Penggunaan Tanda Baca

a. Tanda titik (.)

1) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Misalnya:

- Orang Tuaku tinggal di Denpasar.

- Biarlah mereka duduk di sana.

- Dia menanyakan siapa yang akan datang.

- Hari ini tanggal 06 April 2003.

- Marilah kita mengheningkan cipta.

- Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.

Page 49: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 47

Khusus untuk kalimat yang sudah diakhiri dengan tanda titik, maka tanda (.)

cukup dituliskan satu kali.

Misalnya:

- Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.

- Dia membeli buku, pensil, dsb.

- Dia mengatakan, “Kaki saya sakit.”

2) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,

atau daftar.

Misalnya:

- III. Departemen Dalam Negeri

A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa

B. Direktorat Jenderal Agraria

1. …

- 1. Patokan Umum

1.1 Isi Karangan

1.2 Ilustrasi

1.2.1 Gambar Tangan

1.2.2 Tabel

1.2.3 Grafik

Penulisan tanda titik (.) pada angka atau huruf yang dituliskan pada bagan

atau ikhtisar maka tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf yang tanda

terakhir dalam deratan angka atau huruf.

3) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang

menunjukkan waktu.

Misalnya : Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35

menit, 20 detik)

4) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang

menunjukkan jangka waktu.

Misalnya:

- 2.30.10 jam (2 jam, 30 menit, 10 detik)

- 0.40.20 jam (40 menit, 20 detik)

- 0.0.30 jam (30 detik)

5) Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan

yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.

Page 50: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 48

Misalnya : Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai

Poestaka.

6) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

Misalnya:

- Pulau itu berpenduduk 24.200 orang.

- Bencana Alam yang terjadi tahun lalu menewaskan 1.001 jiwa.

7) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya

yang tidak menunjukkan jumlah.

Misalnya:

- Ia lahir pada tahun 2003 di Jakarta.

- Lihat halaman 2345 seterusnya.

- Nomor gironya 2345678.

8) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan

atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

Misalnya:

- Acara Peresmian Bendungan

- Bentuk dan Kedaulatan (Bab 1 UUD ’45)

- Panti Jompo

9) Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal suat atau

(2) nama dan alamat surat.

Misalnya:

- Jalan Bintaro Raya 12 (tanpa titik)

- Mataram (tanpa titik)

- 6 April 2003 (tanpa titik)

- Yth. Sdr. Moh. Nurkhasan (tanpa titik)

- Jalan Cucur Raya 12 (tanpa titik)

- Probolinggi (tanpa titik)

Atau:

- Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)

- Jalan Sakti 1 (tanpa titik)

- Denpasar (tanpa titik)

b. Tanda koma (,)

1) Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau

pembilangan.

Page 51: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 49

Misalnya:

- Saya menjual beras, tepung, dan Minyak goreng.

- Surat biasa, surat kilat, maupun surat khusus memerlukan prangko.

- Satu, dua, … tiga!

2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat

setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, atau melainkan.

Misalnya:

- Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

- Budi bukan siswa saya, melainkan siswa Ibu Murni.

3) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika

anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Misalnya:

- Kalau hari hujan, saya tida datang.

- Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

4) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat

jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.

Misalnya:

- Saya akan hadir kalau menerima undangan.

- Dia tidak akan datang karena ujian.

- Dia paham bahwa belajar itu penting.

5) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar

kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena

itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.

Misalnya:

- Anak itu tekun dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa

belajar di luar negeri.

- Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi

siswa terbaik.

- Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.

6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan

dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.

Misalnya:

- O, begitu?

- Wah, hebat sekali!

- Hati-hati, ya, nanti jatuh.

- Sudah saatnya istirahat, pak.

Page 52: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 50

7) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain

dalam kalimat.

Misalnya:

- Kata ibu “Saya senang sekali.”

- “Saya Senang sekali,” kata ibu, “karena kamu lulus.”

8) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat,

(iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang

ditulis berurutan.

Misalnya:

- Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Ekonomi,

Universitas Terbuka

- Indonesia, Jalan raya Melawai 4, Jakarta.

- Sdr. Winarsa, Jalan Mawar Merah 12, Bogor.

- Kuala Lumpur, Malaysia.

9) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya

dalam daftar pustaka.

Misalnya : Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa

Indonesia. Jilid 1 dan2. Djakarta: Pustaka Rakjat.

10) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

Misalnya : W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-

mengarang (Jogjakarta:UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

11) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang

mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau

marga.

Misalnya :

- Aditya, S.E.

- Ny. Melati, M.A.

12) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen

yang dinyatakan dengan angka.

Misalnya :

- 12,5 m

- Rp12,50

13) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak

membatasi.

Misalnya :

- Dosen saya, Pak Untung, pandai sekali.

Page 53: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 51

- Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.

- Seluruh pegawai, baik yang laki-laki maupun perempuan, mengikuti

latihan paduan suara.

Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit

tanda koma:

Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.

14) Tanda koma dapat dipakai―untuk menghindari salah baca―di

belakangketerangan yang terdapat pada awal kalimat.

Misalnya:

- Dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan

sikap yang sungguh-sungguh.

- Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.

Bandingkan dengan:

- Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam upaya

pembinaan dan pengembanagan bahasa.

- Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.

15) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain

yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langung itu berakhir dengan

tanda tanya atau seru.

Misalnya:

- “Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.

- “Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.

c. Tanda tanya

1) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

Misalnya:

- Kapan ia berangkat?

- Saudara tahu, bukan?

2) Tanda taya dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat

yangdisangsikan atau yang kurang dapat membuktikan kebenarannya.

Misalnya:

- Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).

- Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

Page 54: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 52

d. Tanda seru

Tanda seru dipakai sesuda ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau

perintah yangmenggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa

emosi yang kuat.

Misalnya:

- Alangkah seramnya peristiwa itu!

- Bersihkan kamar itu sekarang juga!

- Masak! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya.

- Merdeka!

e. Tanda Garis Miring (/)

1) Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomormpada alamat dan

penandaanmasa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Misalnya:

- No. 7/PK/1973

- Jalan Kramat III/10

- tahun anggaran 1985/1986

2) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.

Misalnya:

- dikirimkan lewat darat atau lewat laut ‘dikirim lewat darat/laut’

- harganya Rp25,00/lembar ‘harganya Rp25,00 tiap lembar’

Page 55: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 53

D. STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF

Kalimat dinyatakan efektif apabila kalimat itu mampu menyampaikan suatu informasi

kepada pihak lain secara utuh, sesuai sasaran dan diterima secara sempurna. Informasi

atau pesan dapat diterima dengan sempurna karena pemilihan kata yang mendukung

kalimat sehingga dapat mengungkapkan kandungan gagasan.Dengan demikian kalimat

efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan ditinjau

dari sisi pemilihan kata, struktur, dan logikanya.

1. Syarat Kalimat Efektif

Menururt Ida Bagus Putrayasa, kalimat efektif harus memenuhi dua syarat yaitu syarat

awal dan syarat utama.

a. Syarat awal kalimat efektif

a.1. Pemilihan kata (diksi) yang mencakup :

1) Kata-kata yang memenuhi isoformisme yaitu kesamaan makna karena

kesamaan pengalaman masa lalu atau adanya kesamaan struktur kognitif;

2) Kata-kata yang bersinonim (kesamaan arti) dan berhomofon (kesamaan bunyi);

3) Kata-kata yang bermakna denotasi (makna konseptual atau makna dasar) dan

konotasi (makna yang mengacu pada nilai dan rasa);

4) Kata umun dan khusus. Semakin luas cakupan makna kata maka makin umum

sifatnya. Sebaliknya makin sempit cakupan maknanya maka semkin khusus

sifat kata tersebut;

5) Kata-kata atau istilah asing. Penggunaan kata atau istilah asing sedapat

mungkin dihindari agar isnformasi yang ingin disampaikan dapat diterima

dengan baik oleh lawan bicara kita;

6) Kata abstrak dan konkrit. Kata abstrak lebih sulit dipahami daripada kata

kongkrit. Kata abstrak mempunyai referen berupa konsep, sedangkan kata

kongkret mempunyai referen objek yang dapat diamati. Jika yang didiskripsikan

suatu fakta, tentu saja harus lebih banyak menggunakan kata-kata kongkret;

7) Kata populer dan kata kajian. Kata populer adalah yang dipergunakan pada

berbagai kesempatan dalam komunikasi sehari-hari di kalangan semua

masyarakat adalah kata populer. Sedangkan kata kajian adalah kelompok kata

Page 56: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 54

yang hanya dikenal dan dipergunakan secara terbatas dalam kesempatan-

kesempatan tertentu;

8) Jargon, kata percakapan, dan slang. Untuk tulisan formal untuk khalayak yang

lebih luas, lebih baik dihindari kata-kata yang termasuk ‘jargon’ karena hanya

dipahami oleh kalangan tertentu; dan

9) Bahasa prokem. Bahasa prokem hanya diketahui oleh kalangan tertentu yang

biasanya berbentuk sandi oleh karena itu tidak baik digunakan untuk tulisan

yang bersifat umum.

a.2. Penggunaan pedoman ejaan yang mencakup:

1) Penulisan huruf;

2) Penulisan kata; dan

3) Tanda baca.

Untuk ketiga hal tersebut kita harus mengacu pada Ejaan Yang Disempurnakan

dan akan dibahas dalam bab selanjutnya.

b. Syarat Utama Kalimat Efektif

Menurut Ida Bagus Putrayasa, menjelaskan syarat utama kalimat efektif adalah

struktur dan ciri kalimat efektif.

b.1. Struktur kalimat efektif

Struktur kalimat efektif terdiri dari tiga struktur yaitu kalimat umum, kalimat

pararel atau kesejajaran, dan kalimat periodik.

Struktur kalimat umum

unsur-unsur yangmembangun kalimat dapat dibedaan menjadi dua, yaitu:

unsur wajib dan unsur takwajib (manasuka efektif). Unsur wajib adalah unsur

yang harus ada dalam sebuah kalimat, yaitu subjek (S) dan predikat (P).

Sedangkan unsur takwajib adalah unsur yang boleh ada dan boleh tidak ada,

yaitu kata kerja bantu: harus, boleh; keterangan aspek: sudah, akan;

keterangan: tempat, watu, cara, dan sebagainya. Unsur-unsur tersebut dapat

diikhtisarkan sebagai berikut.

Page 57: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 55

(Aux) (W)

K = FSb + (Asp) + FPr + (T)

(Pnd) (C)

Keterangan :

K : Kalimat FSb : Frase Subjek : FB (Frase Benda) FPr : Frase

Predikat : FB (Frase Benda)

FK (Frase Kerja) FS (Frase Sifat) FD (Frase Depan) Fbil (Frase Bilangan) Aux : Auxilary : Harus, boleh, mau; Asp : Aspek : Sudah, akan, senang; Pnd : : Memang, tidak, hanya; W : : Sebelum, sesudah, ketika; T : : di......., ke......., dari.....,; C : : Sebab, akibat, syarat, perlawanan, keadaan,

dan lain-lain Unsur-unsur yang diapit tanda kurung disebut unsur manasuka, sedangkan

yang lain disebut unsur wajib.

Contoh

Dia memang sudah harus berangkat hari Minggu ke Jakarta untuk diklat.

Fsb Pnd Asp Aux FPr W T C

Unsur wajib kalimat tersebut adalah : Dia berangkat.

Struktur kalimat pararel atau kesejajaran

Pararelisme atau kesejajaran dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-

bentuk bahasa yang sama yang dipakai dalam susunan serial. Jika sebuah

ide dalam suatu kalimat dinyatakan dengan frase (kelompok kata), maka ide-

ide yang sederajat harus dinyatakan dengan frase juga. Jika sebuah ide

dalam suatu kalimat dinyatakan dengan kata benda (misalnya bentuk pe-an,

ke-an), maka ide lain yang sederajat harus dengan kata benda juga. Demiian

juga halnya bila sebuah ide dalam suatu kalimat dinyatakan dengan kata kerja

(misalnya bentuk me-kan, di-kan), maka ide lainnyayang sederajat harus

dinyatakan dengan jenis kata yang sama. Pararelisme akan membantu

memberi kejelasan kalimat secara keseluruhan.

Page 58: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 56

Contoh :

a) Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang paling

mengerikan dan berbahaya, sebab pencegahan dan cara pengobatannya

tak ada yang tahu.

Dalam kalimat tersebut ide yang sederajat adalah kata “mengerikan dan

berbahaya” dan kata “pencegahan dengan cara mengobatanya”. Ide yang

sederajat dalam kalimat tersebut tidak sederajat, agar sederajat maka

sebaiknya kalimat tersebut menjadi sebagai berikut.

Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang paling

mengerikan dan membahayakan, sebab pencegahannya dan cara

pengobatannya tak ada yang tahu.

b) Pemeriksa sudah meminta dokumen pendukung kepada Wajib Pajak dan

sudah diperhitungkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan.

Buat kalimat tersebut menjadi kalimat dengan struktur yang sejajar:

________________________________________________________ __________________________________________________________ __________________________________________________________

Kesejajaran sebuah kalimat terdiri dari dua macam yaitu kesejajaran dari segi

bentuk maupun dari segi makna.

a) Kesejajaran Bentuk

Imbuhan digunaan untuk membentuk kata berperan dalam menentukan

kesejajaran. Berikut ini contoh yang memperlihatkan ketidak-sejajaran

bentuk.

Kegiatan pemeriksaan meliputi peminjaman buku, menghitung pajaknya,

dan menerbitkan ketetapan pajak.

Ubahlah kalimat tersebut agar mempunyai kesejajaran bentuk

__________________________________________________________ ___________________________________________________________

b) Kesejajaran Makna

Dalam sebuah kalimat bentuk dan makna mempunyai kaitan yang erat,

ibarat dua sisi mata uang. Harus ada hubungan kesejajaran makna antara

Page 59: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 57

subjek, predikat, objek, dan sebagainya. Hubungan itu ditentukan oleh

relasi makna antarsatuan.

Contoh

Dia berdebat mempertahankan pendapat masing-masing.

Dalam kalimat tersebut ‘berdebat’ bermakna ‘saling debat’. Hal itu berarti

harus dilakuan oleh lebih dari satu orang. Karena kata ‘dia’ bermakna

tunggal, subjek kalimat tersebut perlu diubah, misalnya ‘mereka’.

Setelah menyiapkan semuanya, pemeriksaanpun segera dimulai.

Ubah kalimat tersebut agar mempunyai kesamaan predikat

Setelah menyiapkan semuanya, mereka segera memulai pemeriksaan.

Setelah semuanya disiapkan, pemeriksaan segera dimulai.

__________________________________________________________ __________________________________________________________

c) Kesejajaran Pilihan Kata

Kadang-kadang, soal ujian dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Soal yang

baik harus memuat perincian pilihan yang sejajar sehingga memberi

peluang yang sama untuk dipilih.

Contoh:

Pemasangan telepon akan menyebabkan…..

a. Melancarkan tugas

b. Menambah wibawa

c. Meningkatkan pengeluaran

Jawaban yang diharapkan adalah (a), tetapi kalimat ‘Pemasangan telepon

akan menyebabkan melancarkan tugas’ bukanlah kalimat yang baik.

Soal tersebut bisa diubah sebagai berikut.

Pemasangan telepon akan meningkatkan…..

a. Kelancaran

b. Wibawa

c. Pengeluaran

Struktur kalimat periodik

Dalam kalimat umum, unsur-unsur yang dikemukakan cenderung unsur

intinya. Sebaliknya, pada kalimat periodik unsur-unsur tambahan yang

Page 60: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 58

terlebih dahulu dikemukakan. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian para

pembaca atau pembicara terhadap pendengarnya.

Contoh :

- Kemarin Penelaah keberatan dari kanwil DJP DIY disambut oleh Wajib

Pajak dengan ramah. (K-S-P-O)

- Oleh peserta diklat tugas tersebut dikerjakan dengan penuh semangat.

(O-K-P-K)

b.2. Ciri-Ciri Kalimat Efektif

Ciri-ciri kalimat efektif ada empat meliputi kesatuan (unity), kehematan

(economy), penekanan (emphasis), dan kevariasian (variety).

1) Kesatuan (unity)

Kalimat yang efektif haruslah mengungkapkan sebuah ide pokok atau satu

kesatuan pikiran. Kesatuan tersebut bisa dibentuk jika ada keselarasan

antara subjek-predikat, predikat-objek, dan predikat-keterangan. Kalimat

yang subjeknya diantarkan oleh pertiel sebaiknya dihindarkan agar

kesatuan gagasan yang hendak disampaikan dapat ditangkap dengan baik

oleh pembaca.

Contoh

Kepada para peserta diklat diharapkan menyerahkan data pribadi di ruang

sekretariat.

Sebaiknya

Para peserta diklat diharapkan menyerahkan data pribadi di ruang

sekretariat.

Ubahlah kalimat di bawah ini agar mempunyai kesatuan (unity).

Di dalam pemeriksaan itu merupakan jalan menghitung pajak menurut

Wajib Pajak maupun Pemeriksa Pajak.

- Pemeriksaan itu merupakan jalan menghitung pajak menurut Wajib

Pajak maupun Pemeriksa Pajak.

- Tahun ini merupakan tahun yang berat untuk merealisasikan

penerimaan pajak.

2) Kehematan (economy)

Kehematan adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dengan

luasnya jangkauan makna yang diacu. Kalimat dikatakan hemat bukan

Page 61: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 59

karena jumlah katanya sedikit, sebaliknya dikatakan tidak hemat karena

jumlah katanya terlalu banyak. Yang utama adalah seberapa banyakkah

kata yang bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu kata-kata yang tidak

perlu bisa dihilangkan.

Untuk penghematan kata, hal-hal berikut perlu diperhatikan.

a) Mengulang subjek kalimat

Tanpa disadari, penulis sering mengulang subjek dalam satu kalimat.

Jika pengulangan tersebut tidak membat kalimat menjadi lebih jelas,

maka tidak diperlukan. Perhatikan kalimat berikut ini.

Pemeriksa itu segera membuat laporannya setelah dia mendapat

dokumen yang diperlukan.

Penelaah keberatan segera bekerja setelah mereka mengetahui

kakanwil akan memasuki ruang kerjanya.

b) Hiponim dihindarkan

Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau

ungkapan yang lebih tinggi. Kata merah sudah mengandung makna

kelompok warna. Kata Desember sudah bermakna bulan. Perhatikan

contoh berikut ini.

Ahkir bulan Maret adalah batas akhir penyampaian SPT Tahunan Wajib

Pajak Orang Pribadi.

Warna unggu dan warna pink adalah warna kesukaan Maemunnah.

c) Pemakaian kata depan ‘dari’ dan ‘daripada’

Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia untuk menunjukkan arah

(tempat), asal (asal-usul). Sedangkan daripada berfungsi untuk

membandingkan sesuatu benda atau hal dengan benda atau hal

lainnya. Pilihlah penggunaan pemakaian ‘dari’ dan ‘daripada’ yang

benar dalam kalaimat di bawah ini.

- Pak GusHar berangkat dari Jogja pukul 19.30. (B / S)

- Kepala Kantor A lebih baik daripada Kepala Kantor B. (B / S)

- Anak dari teman saya hari ini akan dilantik menjadi Penelaah

Keberatan. (B /S)

- Dirjen Pajak menekankan, bahwa di dalam memutuskan keberatan

kepentingan daripada Wajib Pajak harus diutamakan. (B / S)

Page 62: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 60

3) Penekanan (emphasis)

Penekanan dalam kalimat maksudanya adalah upaya pemberian

penekanan aksentuasi, pementingan atau pemusatan perhatian pada

salah satu unsur atau bagian kalimat. Agar unsur atau bagian kalimat yang

diberi penekanan itu lebih mendapat perhatian dari pembaca.

Dalam bahasa lisan hal ini dilakukan oleh pembicara dengan cara

memperlambat ucapan, meninggikan suara, dan sebagainya. Untuk

penulisan ada beberapa cara untuk memberikan penekanan pada kalimat,

antara lain dengan memindahkan letak frase dan mengulangi kata-kata

yang sama.

a) Pemindahan letak frase atau mengutamakan bagian kalimat

GusHar Wegig Pramudito berpendapat bahwa salah satu indikator

keberhasilan pemeriksaan pajak adalah dengan sedikitnya pengajuan

keberatan oleh Wajib Pajak.

Salah satu indikator keberhasilan pemeriksaan pajak, menurut GusHar

Wegig Pramudito adalah sedikitnya pengajuan keberatan oleh Wajib

Pajak.

Sedikitnya pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak merupakan salah satu

indikator keberhasilan pemeriksaan. Demikian pendapat GusHar Wegig

Pramudito.

b) Mengulang kata-kata yang sama

Dalam memutuskan permohonan keberatan harus ada keseimbangan

antara penerimaan pajak dan hak Wajib Pajak juga keseimbangan

antara keadilan dengan kesinambungan usaha.

Pajak dari cara pandang yang lebih luas bisa dilihat dari dimensi

ekonomi, dimensi hukum, dimensi politik, bahkan dimensi budaya.

4) Kevariasian (variety)

Penulisan yang mempergunakan kalimat dengan pola yang sama akan

membuat suasana menjadi monoton atau datar sehingga menimbulkan

kebosanan pada pembaca. Demikian juga jika penulis terus-menerus

Page 63: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 61

memilih kalimat yang pendek. Oleh karena itu, dalam penulisan diperlukan

pola dan kalimat yang bervariasi. Kemungkinan variasi kalimat tersebut

adalah sebagai berikut.

a) Variasi pembuka kalimat

Sebuah kalimat bisa dibuka dengan frase keterangan, frase benda,

frase kerja, dan partikel penghubung. Contohnya adalah sebagai

berikut.

Dibuangnya jauh-jauh rasa lelah karena masih banyak pekerjaan yang

belum diselesaikan. (frase kerja)

Karena tunggakan keberatan terlalu banyak membuatnya semakin

semangat dalam bekerja. (partikel penghubung)

b) Variasi dalam pola kalimat

Penelaah Keberatan itu pandai tapi tidak dikenal kakanwilnya. (S-P-O)

Tidak dikenal kakanwilnya Penelaah Keberatan yang pandai itu. (P-O-

S)

c) Variasi dalam jenis kalimat

Efektivitas sebuah kalimat berita dapat dikatakan dalam kalimat tanya.

Perhatikan contoh berikut ini.

...... Dirjen Pajak sekali lagi menegaskan perlunya seluruh pegawai

DJP mensukseskan SPN. Apakah semua pegawai DJP memahami arti

suksesnya SPN?

d) Variasi bentuk aktif-pasif

Penerimaan pajak bisa tercapai dengan cara menghimbau dan

melakukan konseling. Jika Wajib Pajak tidak merespon himbauan kita

bisa memeriksanya. (aktif-aktif-aktif-aktif)

Penerimaan pajak bisa tercapai dengan cara menghimbau dan

melakukan konseling, jika Wajib Pajak tidak merespon himbauannya

maka akan diperiksa. (aktif-aktif-pasif-pasif)

Page 64: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 62

LATIHAN TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA

Latihan 1 (SURAT DINAS)

Sesuai Surat Perintah Pemeriksaan Pajak Nomor : PRIN-123/WPJ.04/KP.0600/2015 tanggal 12 Juni 2015 kepada tim pemeriksa diperintahkan untuk melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak : Nama : PT. Sempurna Selalu NPWP : 01.234.555.6-011.000 Alamat : Jalan Kuningan No. 23 Jakarta Selatan Tahun Pajak : Januari s.d. Desember 2014 Jenis Pajak : Semua Jenis Pajak Data yang tersedia pada berkas Wajib Pajak dan aplikasi SIDJP antara lain : 1. Data pada Aplikasi SIDJP dan portal DJP :

No. Uraian SPT Aplikasi SIDJP/MPN/PKPM

I Setoran Pajak

a PPh pasal 25 120.000.000,00 89.000.000,00

b PPh pasal 23 25.000.000,00 25.000.000,00

c PPN 50.000.000,00 50.000.000,00

II PPN (Pajak Masukan)

a. PT. Anugerah Sejahtera 35.000.000,00 0,00

b. CV.Aditya Raya 34.000.000,00 0,00

2. Informasi lainnya yang tersedia :

No. Jenis Pajak MPN SSP Tanggal setor

Keterangan

I PPh pasal 25

a. Januari 0 9.000.000 ’05-02-2014 BRI Jakarta

b. Februari 9.000.000 9.000.000 ’06-03-2014 BRI Jakarta

c. Maret 10.000.000 10.000.000 ’09-04-2014 BRI Jakarta

d. April 10.000.000 10.000.000 ’02-05-2014 BRI Jakarta

e. Mei 10.000.000 10.000.000 ’06-06-2014 BRI Jakarta

f. Juni 0 10.000.000 ’04-07-2014 BRI Jakarta

g. Juli 10.000.000 10.000.000 ’04-08-2014 BRI Jakarta

h. Agustus 10.000.000 10.000.000 ’07-09-2014 BRI Jakarta

i. September 10.000.000 10.000.000 ’07-10-2014 BRI Jakarta

j. Oktober 10.000.000 10.000.000 ’04-11-2014 BRI Jakarta

k. November 10.000.000 10.000.000 ’08-12-2014 BRI Jakarta

l. Desember 0 10.000.000 ’05-01-2015 BRI Jakarta

m. Jumlah 89.000.000 118.000.000

3. Data pajak Masukan menunjukkan terdapat yang tidak sama antara lain :

a. Pembelian kepada PT. Anugerah Sejahtera, NPWP : 02.000.123.0-012.000, alamat jalan Sudirman No.1220 Jakarta, Faktur Nomor : 010.14.000000015 tanggal 2 Juni 2014 sebesar Rp 35.000.000,00

b. Pembelian kepada CV. Aditya Raya, NPWP : 01.123.222.0-013.000, alamat jalan Pesanggrahan No.1220 Jakarta, Faktur Nomor : 010.14.000000234 tanggal 23 September 2014 sebesar Rp 34.000.000,00

Diminta : Susunlah surat dinas yang perlu dibuat dengan berpedoman pada tata naskah dinas yang sudah ditentukan pada peraturan Dirjen Pajak Nomor : 33/PJ./2013 !

Page 65: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 63

Latihan 2 (KALIMAT EFEKTIF)

Tn. Parto bekerja sebagai Manager pada PT. Sederhana Bahagia sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak di KPP Kebayoran baru sejak tanggal 23 Mei 2001. Pada tahun pajak 2014 jumlah penghasilan yang diterima sebesar Rp 200.000.000,00 dan PPh pasal 21 yang dipotong oleh perusahaan sebesar 40.000.000,00. Setelah menghitung kembali PPh Orang Pribadinya, Jumlah PPh terhutang ternyata hanya sebesar Rp 20.000.000,00 sehingga peritungan pajak Tn. Parto menjadi lebih bayar. Berdasarkan kondisi tersebut Tn. Parto dilakukan pemeriksaan dan informasi yang diperoleh dalam pemeriksaan antara lain : 1. Tn. Parto sudah menikah dengan Ny. Susi dengan dikarunia seorang putri. 2. Saat ini, anak Tn. Parto masih bersekolah pada kelas 3 SMA 3. Untuk membantu keuangan keluarga Ny. Susi membuka toko pakaian muslim dengan

penghasilan rata-rata sebesar 100 juta per bulan 4. Setiap bulan Tn. Parto menerima penghasilan dari rumah kontrakannya sebesar Rp

5.000.000,00 Berdasarkan informasi di atas, sebagai Tim Pemeriksa, Saudara diminta menyusun kalimat efektif dalam bentuk gambaran kegiatan usaha Tn. Parto untuk tahun 2014 sebagai kelengkapan pada KKP dan LHP. Latihan 3 (KALIMAT EFEKTIF)

Informasi mengenai Wajib Pajak yang diperiksa dan disusun gambaran usaha secara rinci : - Peredaran Usaha Tahun 2014 sebesar Rp 20 Milyar - Wajib Pajak menjual pupuk subsidi kepada kelompok tani di seluruh Jawa Timur - Alamat Wajib Pajak di Jalan Sudirman Nomor 20 Surabaya Jawa Timur - Perusahaan terdaftar dan memperoleh NPWP sejak 2 Juni 2011 - Direktur Perusahaan adalah Tn. Widarto, dia sudah menikah dan mempunyai 2 anak

yang masih sekolah di SMA dan anak tertua sedang mengikuti kuliah di Universitas Brawijaya

- Dagangan utama perusahaan adalah jual pakaian sekolah untuk anak SD sampai dengan SMP

- Perusahaan membeli langsung barang dagangan dan apabila perlu ada juga yang dipesan melalui Pabrik langganan (PT. Pakaian Sekolah).

- Dalam memesan pakaian sekolah perusahaan hanya memberikan ukuran dan motif dan selanjutnya memberikan harga untuk masing-masing jenis pakaian

- Bahan baku yang digunakan perusahaan sebagian besar berasal dari pembelian impor dari India.

- Tidak ada proses lebih lanjut yang dilakukan perusahaan karena semua pekerjaan dilakukan sesuai spesifik yang sudah disiapkan oleh perusahaan

- Jumlah karyawan pada tahun 2014 adalah 50 pegawai tetap untuk staff dan 200 pegawai pabrik bagian produksi dan proses pendukung.

Data hasil pemeriksaan yang ditemukan berdasarkan data laporan laba rugi dan SPT Wajib Pajak antara lain :

- Hasil Equalisasi penyerahan PPN dengan Omzet PPh Badan

- Terdapat pembelian yang belum dilaporkan sebesar Rp 20 Milyar berdasarkan pengujian arus hutang

- Terdapat pembelian yang belum dilaporkan sebesar Rp 20 Milyar berdasarkan pengujian arus piutang

Berdasarkan informasi di atas, susunlah gambaran kegiatan usaha dan penjelasan mengenai dasar koreksi fiskal dengan menggunakan kalimat efektif.

Page 66: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 64

Latihan 4 (BERITA ACARA)

Berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan Nomor : PRIN-123/WPJ.04/KP.0600/2015 tanggal 2 Januari 2015 terhadap Wajib Pajak, PT. Alam Sejatera Mandiri, NPWP : 02.000.000.9-012.000 dengan alamat jalan Kebayoran Nomor 34 Jakarta dilakukan pemeriksaan untuk tahun pajak 2013. Pada tanggal 12 Agustus 2015, Tim pemeriksa sudah selesai melaksanakan pemeriksaan dan telah menerbitkan surat ketetapan pajak. Pada tanggal 15 Agustus 2015, tim pemeriksa menyembalikan dokumen yang dipinjam dalam pemeriksaan dan diketahui terdapat dokumen berupa kartu persediaan dan fotocopy rekening koran dari bank swasta yang rusak karena terkena air hujan. Atas dokumen yang rusak tersebut wajib pajak minta kepada Tim pemeriksa untuk dibuatkan berita acara kerusakan berkas. Atas kondisi tersebut, Saudara sebagai tim pemeriksa diminta membuat berita acara kerusakan berkas Wajib Pajak dan berpedoman pada tata naskah dinas yang telah ditentukan Direktorat Jenderal Pajak. Latihan 5 (SURAT PENGANTAR)

Pada tanggal 23 Agustus 2015, Saudara sebagai tim pemeriksa akan mengirimkan LHP dan KKP ke seksi Pelayanan untuk diterbitkan surat ketetapan pajak. Adapun informasi dokumen yang akan dikirimkan antara lain :

a. SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2014 dan tahun 2013 b. LHP Nomor : LAP-99/WPJ.04/KP.0400/2015 c. Kertas Kerja Pemeriksaan d. Laporan Keuangan Audit KAP Surya & Rekan e. Nota Penghitungan SKPKB PPh Badan f. Nota Penghitungan SKPKB PPN masa Januari s.d. Desember (12 set)

Buatlah Surat Pengantar pengiriman berkas Wajib Pajak, LHP dan KKP ke seksi Pelayanan berdasarkan pada tata naskah dinas yang telah ditentukan Direktorat Jenderal Pajak. Latihan 6

Pada tanggal 23 Juni 2015, tim pemeriksa telah selesai melaksanakan tugas pemeriksaan dan telah diterbitkan surat ketetapan pajak. Setelah 1 bulan dari tanggal surat ketetapan pajak yaitu 22 Juli 2015 diketahui terdapat kekeliruan melakukan perekaman tahun pajak, yaitu tertulis Januari 2011 seharusnya Januari 2013. Atas kekeliruan tersebut Saudara diminta membantalkan surat ketetapan pajak dan menerbitkan surat yang baru Saudara diminta membuat surat permohonan pembatalan skp kepada seksi pelayanan dengan menggunakan kalimat efektif.

Page 67: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 65

Latihan : 7 (NOTA DINAS) PT. ABC, NPWP : 02.000.000.2-001.000 telah dilakukan pemeriksaan untuk tahun 2014, Pemeriksaan telah selesai dilaksanakan dengan LHP Nomor : LAP- /.....dengan data yang diproduksi berupa : 1. Data penjualan bahan baku dari PT. XYZ, NPWP : 01.000.000.2-011.000 sebesar Rp 2

Milyar 2. Data pembagian Deviden kepada pemegang Sdr. Ahmad, NPWP : 06.000.234.4-012.000

sebesar Rp 200 juta Saudara diminta menyusun nota dinas, pengiriman alat keterangan kepada seksi PDI. Latihan : 8 (KALIMAT EFEKTIF) Tim pemeriksa dari KPP X sedang melakukan pemeriksaan terhadap PT.BCD untuk tahun pajak 2013 karena SPT Tahunan PPh yang disampaikan wajib pajak padal tanggal 30 April 2014 menyatakan lebih bayar. Dalam rangka menyelesaikan pemeriksaan tersebut kepada tim pemeriksa telah diterbitkan surat perintah pemeriksaan pajak. Beberapa kondisi yang terjadi dalam pelaksanaan pemeriksaan dapat dijelaskan : 1. Informasi terkait Wajib Pajak :

- Alamat Wajib Pajak di Jalan Kemanggisan I Jakarta Barat

- Wajib Pajak berusaha dalam bidang perdagangan komputer khusus wilayah Jakarta dan sekitarnya

- Barang dagangan dibeli dari PT. JKL (pemasok) yang berlokasi di Mangga Dua 2. SPT PPh Badan yang disampaikan Wajib Pajak menyatakan rugi sebesar Rp 50 juta

ruliah dan PPh pasal 25 yang telah disetorkan selama tahun 2013 adalah sebesar Rp 15 juta

3. Pada saat surat pemberitahuan pemeriksaan disampaikan kepada Wajib Pajak, ternyata alamat yang tercantum pada surat perintah pemeriksaan tidak ditemukan.

4. Wajib Pajak menolak dilakukan pemeriksaan dan akan segera melunasi kewajiban pajak sesuai dengan perhitungan pajak yang dilampirkan dalam surat himbauan AR yaitu sebesar Rp 10 juta

5. Berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan adanya selisih antara lain : a. Pos Peredaran usaha menurut SPT PPh Badan Rp 1 Milyar terdapat selisih sebesar

Rp 100 juta karena berdasarkan hasil pengujian arus piutang jumlah peredaran usaha diketahui sebesar Rp 1,1 Milyar

b. DPP PPN yang dilaporkan pada SPT Masa PPN masa pajak Januari s.d. Desember 2013 menunjukkan sebesar Rp 925 juta sehingga terdapat selisih dengan peredaran usaha menurut PPh Badan sebesar Rp 75 juta

c. Hasil pengujian pembelian terdapat selisih pembelian yang belum dilaporkan sebesar Rp 120 juta dan prosentase laba bersih usaha pada laporan laba rugi menunjukkan sebesar 10%

d. Pada biaya operasional ditemukan pengeluaran untuk pemegang saham yaitu :

- Pembelian paket liburan ke LN untuk pemegang saham sebesar Rp 80 juta

- Biaya bunga sebesar Rp 15 juta untuk pinjaman yang dananya digunakan memperbaiki rumah tinggal pemegang saham.

- Pembayaran SKPKB PPh hasil pemeriksaan tahun pajak 2011 sebesar Rp 130 juta.

- Pembayaran STP PPN pasal 14 ayat 4 sesuai hasil pemeriksaan tahun pajak 2011.

6. Pada data feeding terdapat data pembelian kepada PT.JKL sebesar Rp 700 juta. Atas

Page 68: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 66

data tersebut akan dikirimkan surat permintaan keterangan dan bukti. 7. Walaupun seluruh data yang dipinjam sudah diberikan oleh Wajib Pajak, tim pemeriksa

mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu pengujian karena proses pemeriksaan tidak dapat diselesaikan sesuai jangka waktu.

Berdasarkan data di atas, Saudara diminta menyusun naskah dinas dengan kalimat efektif, sesuai tata naskah dinas terkait dengan :

- Penyusunan SPHP dan lampiran berupa daftar temuan pemeriksaan

- Penyusunan surat dinas perpanjangan jangka waktu pengujian

Page 69: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 67

DAFTAR PUSTAKA Agus Suharsono, 2014. Bahan Ajar Diklat Fungsional Pemeriksa Ahli, Jakarta : Pusdiklat Pajak. Eko Sugiarto, 2013. Master EYD, Yogyakarta: Suaka Media Ida Bagus Putrayasa, 2009. Kalimat Efektif, Bandung: PT. Refika Aditama

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 46 Tahun 2009 tentang Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-33/PJ./2013 tentang Tata Naskah Dinas Peraturan Menteri Keuangan Nomor : PMK-17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan

Page 70: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 68

LAMPIRAN Matriks Tata Naskah Dinas

NO. JENIS URAIAN

1. Peraturan - Tata cara penyusunannya mengikuti Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Menteri Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan Pimpinan Unit Organisasi Eselon I, dan Keputusan Pimpinan Unit Organisasi Eselon I di Lingkungan Kementerian Keuangan

2. Pedoman - Memuat acuan yang bersifat umum. - Penerapan disesuaikan dengan karakteristik tugas Direktorat

Jenderal Pajak. - Merupakan lampiran dari peraturan induk.

3. Petunjuk Pelaksanaan - Memuat cara pelaksanaan kegiatan. - Memuat urutan pelaksanaan. - Menjabarkan kebijakan yang lebih tinggi.

4. Instruksi - Petunjuk/arahan tentang pelaksanaan kebijakan suatu peraturan perundang-undangan.

5. Prosedur Tetap (protap)/Prosedur Operasional Standar

- Pengertian, tata cara, kewenangan (penerbitan dan penandatanganan), bentuk, dan susunannya mengikuti Peraturan Menteri Keuangan tentang pedoman penyusunan Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedures) di lingkungan Kementerian Keuangan.

6. Surat Edaran - Memuat pemberitahuan yang dianggap penting dan mendesak. - Terbatas kepada lingkungan tertentu.

7. Keputusan - Tata cara penyusunannya mengikuti Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Menteri Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan Pimpinan Unit Organisasi Eselon I, dan Keputusan Pimpinan Unit Organisasi Eselon I di Lingkungan Kementerian Keuangan

8. Surat Perintah - Dibuat oleh atasan atau pejabat yang berwenang kepada bawahan atau pejabat lain.

- Digunakan untuk penunjukan Pejabat Pengganti (Pelaksana Tugas atau Pelaksana Harian).

9. Surat Tugas - Dibuat oleh atasan atau pejabat yang berwenang kepada bawahan atau pejabat lain.

- Memuat apa yang harus dilakukan. - Digunakan untuk melaksanakan kegiatan kedinasan dalam jangka

waktu tertentu.

10. Nota Dinas - Ditujukan untuk intern lingkungan unit kerja (Misalnya dalam lingkungan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak atau Kantor Wilayah).

- menyampaikan laporan, pemberitahuan, pernyataan, permintaan, atau penyampaian pendapat.

11. Memorandum - Naskah dinas intern. - Digunakan untuk mengingatkan suatu masalah, menyampaikan

arahan, peringatan, saran, dan pendapat kedinasan.

12. Surat Dinas - Berupa pemberitahuan, pernyataan, permintaan, penyampaian naskah dinas atau barang, atau hal kedinasan lainnya di dalam maupun di luar Direktorat Jenderal Pajak.

Page 71: TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA ... FUNGSIONAL DASAR BAHAN AJAR TATA NASKAH DINAS DAN BAHASA INDONESIA Disusun oleh I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma Widyaiswara Muda, Pusdiklat

Bahasa Indonesia| 69

13. Surat Undangan - Ditujukan untuk mengundang pejabat/pegawai/seseorang untuk menghadiri suatu acara kedinasan tertentu.

14. Surat Perjanjian - Berisi kesepakatan bersama tentang suatu obyek. - Mengikat pihak-pihak yang membuat perjanjian. - Ada kewajiban untuk melaksanakan suatu tindakan atau perbuatan

hukum yang telah disepakati.

15. Surat Kuasa - Berisi pemberian wewenang. - Ditujukan kepada badan hukum/kelompok orang/perseorangan

atau pihak lain. - Ada kewajiban untuk melakukan suatu tindakan tertentu dalam

rangka kedinasan.

16. Berita Acara - Berisi uraian proses pelaksanaan suatu kegiatan. - Ditandatangani oleh para pihak dan para saksi.

17. Surat Keterangan - Berisi informasi dari pejabat mengenai suatu hal/seseorang untuk kepentingan kedinasan.

18. Surat Pengantar - Ditujukan untuk mengantar/menyampaikan barang atau naskah dinas.

19. Pengumuman - Pemberitahuan kepada pejabat/pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak maupun masyarakat umum.

20. Laporan - Berisi pemberitahuan pelaksanaan suatu kegiatan/kejadian.

21. Laporan Hasil Rapat - Laporan mengenai jalannya sesuatu pertemuan yang disusun secara teratur dan dipertanggungjawabkan oleh si pembuat dan atau nama peserta pertemuan itu sendiri, sehingga mengikat sebagai dokumen resmi dari kejadian/peristiwa yang disebut di dalamnya.

22. Telaahan Staf - Berbentuk uraian. - Disampaikan oleh pejabat atau staf. - Memuat analisis. - Singkat dan jelas. - Memberikan alternatif pemecahan suatu masalah.

23. Formulir - Berbentuk pengaturan alokasi ruang atau lembar naskah isian. - Dalam bentuk kartu/lembar cetakan. - Mempunyai judul tertentu. - Berisi keterangan.

24. Surat Perjalanan Dinas - Pengertian, tata cara, kewenangan penandatanganan, bentuk, dan susunannya mengikuti Peraturan Menteri Keuangan mengenai perjalanan dinas bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap.

25. Naskah Serah Terima Jabatan

- Digunakan pada saat penggantian jabatan. - Disaksikan dan ditandatangani oleh pejabat di atasnya. - Ditandatangani pada saat pelantikan atau serah terima jabatan dari

pejabat lama kepada pejabat baru.

26. Naskah Dinas Elektronis - Berupa komunikasi dan informasi yang dilakukan secara elektronis. - Terekam dalam multimedia elektronis.