TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf ·...
Transcript of TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL …binfar.depkes.go.id/dat/lama/1256188191_-Tahubja-.pdf ·...
RANCANGAN
TATA HUBUNGAN KERJA
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR:
TAHUN 2009
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI
TAHUN 2009
KATA PENGANTAR Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa maka telah ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor tahun 2009 tentang Tata Hubungan Kerja Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Penyusunan Tata Hubungan Kerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
merupakan tindak lanjut dari ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan dalam hal
pengaturan tata hubungan kerja yang jelas, sehingga organisasi di lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dapat berlangsung dengan baik.
Penyusunan Tata Hubungan Kerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan ini
telah melalui pembahasan dengan seluruh pihak-pihak yang terkait di lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Dinamika organisasi terus berkembang, oleh karena itu diperlukan masukan dan evaluasi
secara berkala terhadap pedoman tata hubungan kerja.
Dengan berlakunya ketetapan tentang tata hubungan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan ini, semua pelaksana diharapkan dapat melaksanakan
tugas pokok dan fungsi secara baik.
Kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan Tata Hubungan Kerja di Lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan kami sampaikan terima kasih.
Jakarta, 2009
Direktur Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc NIP 195112271980032001
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
BAB II DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN A. Visi dan Misi
B. Tugas Pokok dan Fungsi
C. Struktur Organisasi
D. Uraian Tugas Satuan Organisasi
BAB III PENGERTIAN TATA HUBUNGAN KERJA A. Tata Hubungan Kerja Intern
B. Tata Hubungan Kerja Ekstern
BAB IV TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN A. Tata Hubungan Kerja Intern
B. Tata Hubungan Kerja Ekstern
C. Kegiatan Yang Memerlukan Tata Hubungan Kerja Intern
BAB V PENUTUP
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI
ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005, sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009. Dengan Keputusan
tersebut, tugas pokok Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
Pembinaan Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Agar pelaksanaan tugas pokok Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
dapat berjalan dengan optimal, efisien dan efektif, maka perlu didukung dengan TATA
HUBUNGAN KERJA. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 25 Tahun 1990 tentang Pedoman Organisasi dan Tatalaksana, yang
menyatakan bahwa setiap pelembagaan organisasi harus dilengkapi dengan TATA
HUBUNGAN KERJA, karena keberhasilan suatu organisasi belum dapat dijamin hanya
dengan dibentuknya susunan atau struktur organisasinya saja.
TATA HUBUNGAN KERJA ini telah dibahas bersama dengan unit-unit terkait baik di
lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan maupun antara unit
utama yang lain dengan Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depkes RI. Namun demikian
TATA HUBUNGAN KERJA ini dapat dirubah sesuai dengan perubahan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, perubahan Struktur Organisasi, tugas pokok dan
fungsi serta perubahan kebijakan pimpinan Departemen Kesehatan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud.
Maksud disusunnya tata hubungan kerja adalah untuk acuan bagi unit terkait dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya khususnya dalam penyusunan kebijakan dan
program Direktorat Jenderal Bina Kefarmasain dan Alat Kesehatan.
2. Tujuan .
a) Umum : Meningkatkan pemahaman dalam pengaturan hubungan kerja antara satu
unit dengan unit lainnya dalam bentuk koordinasi fungsional yang didasari tugas
pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam
rangka mendukung tercapainya Visi dan Misi yang jelas sehingga tidak ada
tumpang tindih antar unit dan program Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan.
b) Khusus :
1. Meningkatnya kinerja yang didasarkan dan kejelasan dalam hubungan antar
unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan dan hubungan kerjasama baik lintas program maupun lintas
sektor.
2 Meningkatkan jejaring dengan berbagai pihak khususnya dengan unit-unit di
lingkungan Departemen Kesehatan dengan berbagai sektor terkait maupun
masyarakat dan daerah.
BAB II DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
A. VISI DAN MISI
1. Visi Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat.
2. MISI Misi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Membuat Rakyat Sehat 3. Untuk dapat mewujudkan Visi dan Misi Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
berupaya :
a. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan harga obat dan
perbekalan kesehatan.
b. Menjamin obat dan perbekalan kesehatan memenuhi persyaratan mutu,
keamanan dan kemanfaatan.
c. Meningkatkan mutu pelayanan farmasi komunitas dan farmasi rumah sakit.
d. Meningkatkan kerasionalan penggunaan obat dan perbekalan kesehatan.
B. TUGAS POKOK dan FUNGSI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005, sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009 Pasal 530, tugas pokok
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah “merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan kefarmasian dan
alat kesehatan”
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang bina penggunaan obat rasional, farmasi
komunitas dan klinik, obat publik dan perbekalan kesehatan serta bina produksi dan
distribusi alat kesehatan.
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang bina penggunaan obat rasional,farmasi komunitas
dan klinik, obat publik dan perbekalan kesehatan, serta bina produksi dan distribusi
alat kesehatan.
3. Penyusunan standard, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang bina
penggunaan obat rasional, farmasi komunitas dan klinik, obat publik dan perbekalan
kesehatan serta bina produksi dan distribusi alat kesehatan.
4. Perumusan kebijakan dan perizinan yang berkaitan dengan obat dan makanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi.
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.
C. STRUKTUR ORGANISASI
Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri
dari:
1. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
2. Sekretariat Direktorat Jenderal
3. Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional
4. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
5. Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
6. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan membawahkan
Bagian Program dan Informasi, Bagian Umum dan Kepegawaian, Bagian Keuangan serta
Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat.
Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional membawahkan Subdirektorat Standardisasi
dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat Rasional, Subdirektorat Promosi Penggunaan
Obat Rasional, Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional dan Subbagian Tata Usaha.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik membawahkan Subdirektorat Farmasi
Komunitas, Subdirektorat Farmasi Klinik , Subdirektorat Kerjasama Profesi dan Subbagian
Tata Usaha.
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan membawahkan Subdirektorat
Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Subdirektorat Pengelolaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan serta Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan dan Subbagian Tata Usaha.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan membawahkan Subdirektorat Alat
Kesehatan Elektromedik, Subdirektorat Alat Kesehatan Non Elektromedik, Subdirektorat
Produk Diagnostik dan Reagensia, Subdirektorat Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
dan Subbagian Tata Usaha.
D. URAIAN TUGAS SATUAN ORGANISASI
Dalam Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
(Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, tambahan lembaran Negara Nomor 3041)
sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 169, tambahan lembaran Negara Nomor 3890) tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian pada pasal 17 ayat (2) disebutkan bahwa Pegawai Negeri
Sipil (PNS) diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu. Pada Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Pengangkatan PNS Dalam Jabatan Struktural, jabatan
adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
seseorang PNS dalam suatu organisasi. Sedangkan yang dimaksud dengan Jabatan
Struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan
hak seseorang PNS dalam memimpin suatu organisasi Negara.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan,
sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009, dalam pasal 530 disebutkan bahwa Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan kefarmasian dan
alat kesehatan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan dibantu oleh seorang Sekretaris Direktorat Jenderal dan empat orang Direktur
yaitu Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, Direktur Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dan Direktur Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan.
Untuk kejelasan dalam pelaksanaan tugas setiap satuan organisasi di lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, maka perlu dilengkapi dengan
merumuskan uraian tugas dari setiap satuan organisasi tersebut. Dengan adanya uraian
tugas masing-masing satuan organisasi, diharapkan dapat menjadi acuan bagi setiap
pemangku jabatan dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembannya. Adapun uraian
tugas yang dilampirkan dalam Tata Hubungan Kerja ini hanya sampai setingkat Eselon III,
sedangkan yang lengkap dengan seluruh jabatan struktural dari Eselon I sampai dengan
Eselon IV ada dalam Pedoman Susunan Jabatan dan Uraian Jabatan sebagaimana
ditetapkan dalam KepmenKes Nomor 099/Menkes/SK/I/2009 Tanggal 30 Januari 2009.
BAB III PENGERTIAN TATA HUBUNGAN KERJA
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 Tahun 1990
tentang Pedoman Organisasi dan Tatalaksana, yang dimaksud dengan TATA HUBUNGAN
KERJA (TAHUBJA) adalah pengaturan hubungan kerja antara satu unit dengan unit lainnya
dalam bentuk koordinasi fungsional, administratif operasional dan atau teknis operasional.
Tata Hubungan Kerja perlu dibuat untuk unit-unit kerja yang memiliki tugas-tugas yang
cenderung tumpang tindih dengan tugas-tugas unit lain atau sungguh-sungguh memerlukan
kerjasama yang perlu diatur. TAHUBJA diharapkan akan lebih memperjelas batas tugas
pekerjaan dan batas wewenang antar unit kerja. TAHUBJA disusun sesuai dengan urutan
langkah-langkah kegiatan agar dapat menggambarkan prosedur kerja yang jelas dari kegiatan
tersebut.
TAHUBJA mencakup TAHUBJA INTERN dan TAHUBJA EKSTERN. TAHUBJA Intern adalah
pengaturan hubungan kerja yang menyangkut hanya unit-unit kerja di dalam suatu organisasi.
Sedangkan TAHUBJA Ekstern adalah pengaturan hubungan kerja antara unit-unit kerja dalam
suatu organisasi dengan unit kerja di luar organisasi tersebut.
Dalam Pedoman ini, TAHUBJA yang disajikan lebih banyak berupa TAHUBJA Intern.
A. TAHUBJA INTERN
Pengaturan hubungan kerja yang menyangkut unit-unit kerja di dalam suatu organisasi
merupakan tata hubungan kerja intern. Berdasarkan pengertian tersebut TAHUBJA perlu
dibuat untuk unit-unit kerja yang cenderung tumpang tindih atau memang memerlukan
kerjasama yang harus diatur dengan tata hubungan kerja. TAHUBJA perlu dibuat
terutama untuk tugas-tugas yang bersifat strategis yang memerlukan kejelasan peran,
wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing unit kerja.
Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penyusunan TAHUBJA Intern adalah :
1. Mengidentifikasi tugas-tugas yang cenderung tumpang tindih atau benar-benar
memerlukan pengaturan kerja sama.
2. Menetapkan unit kerja yang menjadi pelaku utama (focal point) dari setiap tugas.
3. Menetapkan peran unit-unit terkait dalam pelaksanaan setiap tugas.
4. Menetapkan urutan kegiatan yang harus dilakukan untuk
melaksanakan/menyelesaikan setiap tugas, sesuai dengan peran masing-masing
unit.
B. TAHUBJA EKSTERN
TAHUBJA Ekstern adalah pengaturan hubungan kerja antara unit-unit kerja dalam suatu
organisasi dengan unit kerja di luar organisasi tersebut. Hubungan kerja dengan unit
organisasi lain tersebut dapat berupa kerjasama lintas program ataupun lintas sektor.
Adapun bentuk hubungan dengan unit-unit kerja di luar organisasi dapat berbentuk:
1. Hubungan teknis fungsional yaitu hubungan yang serasi, selaras dan seimbang
antara dua atau lebih unit organisasi yang secara teknis mempunyai fungsi yang
sama.
2. Hubungan koordinatif yaitu hubungan dalam rangka penyatuan upaya dan daya
dengan unit kerja lain untuk mencapai tujuan bersama.
C. PERAN DAN FUNGSI
Terdapat sejumlah peran dalam TAHUBJA yang menggambarkan fungsi dari suatu unit
kerja. Satu unit kerja dapat melakukan satu atau lebih peran. Adapun peran-peran
tersebut adalah :
1. Pelaku utama (Focal point), yaitu peran unit kerja sebagai penggerak sebab tugas
yang bersangkutan merupakan tugas unit kerja tersebut.
2. Pemberi Rekomendasi (Recommending), yaitu peran unit kerja sebagai pemberi
usul, pertimbangan, atau saran-saran sebagai bahan pengambilan keputusan.
3. Koordinator ( Coordinating) yaitu peran unit kerja/pejabat sebagai pengatur
keselarasan, kesesuaian, ketepatan, dan efektivitas kerjasama dalam pelaksanaan
tugas yang bersangkutan.
4. Pemberi dukungan (Supporting), yaitu peran unit kerja sebagai penyedia sumber
daya dan jasa yang diperlukan unrtuk pelaksanaan tugas yang bersangkutan.
5. Tempat Berkonsultasi (Consulting), yaitu peran unit kerja sebagai pemberi
verifikasi dan mitra untuk mematangkan pertimbangan bilamana diperlukan.
6. Pemberi informasi (Informing), yaitu peran unit kerja sebagai pemberi
data/informasi.
7. Pengambilan Keputusan (Decision Making), yaitu peran unit kerja /pejabat
sebagai pembuat ketetapan akhir (final) terhadap sesuatu atau sejumlah hal dalam
rangka pelaksanaan tugas yang bersangkutan.
BAB IV TATA HUBUNGAN KERJA
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
A. TAHUBJA INTERN
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005, sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009, tugas pokok yang harus
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan lebih banyak
tugas-tugas/kegiatan yang bersifat teknis manajerial, bukan teknis operasional.
Tugas/kegiatan tersebut antara lain :
1. Melaksanakan perumusan kebijakan teknis
2. Melaksanakan perumusan norma, standar, pedoman, prosedur, dan kriteria.
3. Memberikan regulasi
3. Memberikan bimbingan teknis
4. Melaksanakan pemantauan/evaluasi
Hal ini sesuai dengan isi Kepres Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, Pasal 57
yang menyatakan Departemen Kesehatan mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57, Departemen
Kesehatan menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di
bidang kesehatan.
b. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya
c. Penetapan sertifikasi alat kesehatan
d. Pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan tugasnya dalam penyelenggaraan
otonomi daerah yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi dibidangnya;
e. Penetapan standar pemberian izin
f. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan
fungsinya.
Sedangkan tugas-tugas/kegiatan yang bersifat manajemen umum yang menunjang
kelancaran pelaksanaan program yang bersifat teknis manajerial, termasuk ke dalam
kegiatan-kegiatan kesekretariatan yang meliputi antara lain manajemen program,
ketenagaan, perlengkapan, keuangan, serta hukum organisasi dan kehumasan.
Berdasarkan inventarisasi masalah di lingkungan Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan maka tugas-tugas/Kegiatan yang memerlukan pengaturan TAHUBJA
dikelompokkan kedalam dua kelompok besar yaitu :
1. Tugas-tugas/kegiatan pelaksanaan program pembinaan/pelayanan kefarmasian dan
alat kesehatan yang bersifat teknis manajerial.
2. Tugas-tugas/kegiatan kesekretariatan.
Adapun tugas-tugas/kegiatan pelaksanaan program pembinaan/pelayanan kefarmasian
dan alat kesehatan yang bersifat teknis manajerial meliputi antara lain:
a. Penyusunan/pelaksanaan kebijakan, norma, standar, pedoman, prosedur dan
kriteria di bidang penggunaan obat rasional, farmasi komunitas dan klinik, obat
publik dan perbekalan kesehatan serta produksi dan distribusi alat kesehatan.
b. Pemberian perizinan yang terkait dengan obat dan makanan serta sertifikasi alat
kesehatan
c. Bimbingan teknis
d. Pemantauan/evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis.
Sedangkan tugas-tugas/kegiatan kesekretariatan berupa penyusunan kebijakan, norma,
standar, pedoman, prosedur dan kriteria di bidang penyusunan program, ketenagaan,
perlengkapan, keuangan serta hukum, organisasi dan kehumasan meliputi antara lain:
1. Penyusunan program dan informasi
2. Penyusunan kebutuhan tenaga/diklat
3. Penyusunan kebutuhan fasilitas kerja dan pemeliharaannya
4. Pengelolaan anggaran
5. Penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, pertimbangan hukum dan
bantuan hukum
6. Penyusunan rancangan penataan dan evaluasi organisasi, jabatan fungsional dan
ketatalaksanaan.
7. Penyusunan laporan pelaksanaan program
B. TAHUBJA EKSTERN
Dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan melakukan hubungan secara lintas sektor maupun lintas program
yang melibatkan beberapa unit kerja/unit organisasi sebagai berikut:
1) Hubungan hirarkhis dengan Menteri Kesehatan dalam hal-hal antara lain:
a. Penetapan kebijakan/peraturan perundang-undangan
b. Penetapan norma, standar, pedoman, prosedur dan kriteria teknis.
2) Hubungan lintas program koordinasi dengan Unit Utama Depkes, institusi
pendidikan dan hubungan lintas sektor koordinasi dengan organisasi profesi dalam
hal kefarmasian dan alat kesehatan.
2.1 Hubungan koordinatif dengan Ditjen Pelayanan Medik dalam hal:
a) Sosialisasi pengelolaan dan penggunaan obat di Rumah Sakit dan
Puskesmas.
b) Pembinaan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit dan puskesmas.
c) Penyusunan Daftar Harga Eceran Tertinggi untuk Sarana Pelayanan
Kesehatan, Apotek, Rumah Sakit, Obat Program Kesehatan dan Obat
Generik
d) Penyediaan obat untuk pelayanan kesehatan dasar, obat program
kesehatan untuk Puskesmas dan daftar harga obat generik untuk Apotik,
Rumah Sakit dan Sarana Pelayanan Kesehatan.
2.2 Hubungan koordinatif dengan Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat dalam hal
a) Sosialisasi pengelolaan dan penggunaan obat
b) Penyusunan Daftar Harga Eceran Tertinggi untuk Sarana Pelayanan
Kesehatan, Apotik, Rumah Sakit, Obat Program Kesehatan dan Obat
Generik.
c) Pembinaan pelayanan kefarmasian di Apotek, Rumah Sakit dan
Puskesmas.
2.3 Hubungan koordinatif dengan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM
Kesehatan dalam hal :
a) Pendidikan dan pelatihan pegawai
b) Sertifikasi tenaga kefarmasian
3) Hubungan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota dalam hal
pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan dalam hal:
a. Sosialisasi pengelolaan dan penggunaan obat
b. Pembinaan pelayanan kefarmasian di Apotek, Rumah Sakit dan Puskesmas
c. Penyediaan obat untuk pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan
untuk Puskesmas dan daftar harga obat generik untuk Apotek, Rumah Sakit dan
sarana pelayanan kesehatan.
d. Penyusunan kebijakan, norma, standar, pedoman, prosedur dan kritera teknis
4) Hubungan koordinasi dengan program-program terkait di tingkat Kabupaten/Kota,
Propinsi dan Pusat dalam hal perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kefarmasian dan
alat kesehatan.
5) Hubungan koordinasi dengan organisasi profesi dalam hal perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi program kefarmasian dan alat kesehatan dalam hal:
a. Pendidikan Kefarmasian
b. Pembinaan/kerjasama profesi
c. Sosialisasi program-program pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
C. KEGIATAN YANG MEMERLUKAN TATA HUBUNGAN KERJA INTERN
Kegiatan pada Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan penekanannya
lebih banyak pada kegiatan pembinaan teknis pelayanan yang bersifat fungsional dan
kegiatan lain yang bersifat umum meliputi kegiatan penunjang kelancaran pelaksanaan
pelayanan berupa manajemen administratif dan manajemen sumber daya. Disamping itu
kegiatan yang bersifat khusus lebih terarah pada pembinaan teknis pelayanan yang
mengutamakan pedoman/standar pelayanan, prosedur pelayanan dan pengembangan
prosedur tetap (protap/Standard Operating Procedure ).
Tata Hubungan Kerja Intern yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan,
sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009.
Untuk menghindari tumpang tindih dan memperjelas tugas ataupun kegiatan di lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memerlukan penegasan dalam
pengaturan Tata Hubungan Kerja yang jelas, dan khusus mulai dari penyusunan program
kegiatan teknis yang meliputi; perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai penyusunan
teknis operasional.
Secara lebih rinci, kegiatan-kegiatan yang memerlukan TAHUBJA adalah:
a. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan program teknis pelayanan
kefarmasian dan alat kesehatan antara lain:
1. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional;
2. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia;
3. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik;
4. Penyebarluasan Informasi dan Peningkatan Pengetahuan didalam Penggunaan Obat
untuk masyarakat dengan metode CBIA
5. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Daftar dan Harga Patokan Tertinggi Obat
Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) Obat Program Kesehatan (OPK) dan Obat Generik
(OG);
6. Perencanaan Pengadaan Obat Esensial dan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD)
Sangat Esensial (Buffer Stock Nasional);
7. Penyusunan Surat Izin Penyalur Alat Kesehatan dan Sertifikat Produksi Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga;
8. Penyusunan Surat Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga;
9. Monitoring Periklanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
dalam rangka Perlindungan Konsumen.
b. Kegiatan-kegiatan yang termasuk kesekretariatan antara lain:
1. Penyusunan Rencana Kerja Lima Tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan;
2. Penyusunan Laporan Kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan;
3. Perencanaan Program dan Anggaran Tahunan;
4. Perencanaan Kebutuhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
5. Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana di Lingkungan Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
6. Penyusunan Usulan Biaya Pemeliharaan Barang Milik Negara di Lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
7. Penyusunan Laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di Lingkungan Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
8. Penyusunan Rumusan Indeks Satuan Biaya di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
9. Penyusunan Usulan Jenis dan Besaran Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP);
10. Penyusunan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti rugi (TP/TGR);
11. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria di
bidang Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
12. Penyusunan Rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
13. Penyusunan Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan;
14. Penyusunan Standar Operasional Prosedur di Bidang Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan;
15. Penyusunan Penetapan Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri
Kosmetika, Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan Pedagang Besar Bahan Baku
Farmasi (PBBBF);
16. Penyusunan Penetapan Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin
Prinsip Industri Obat Tradisional dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional;
17. Penerbitan Surat Persetujuan Impor dan Ekspor, Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi;
18. Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan.
Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan program teknis pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan antara lain: 1. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional
1) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional menginstruksikan kepada Kepala
Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional untuk melaksanakan penyiapan
Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional (recommending);
2) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional meminta bahan/masukan
penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional dari
para Kepala Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Vertikal,
Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit TNI Polri, pemegang program Direktorat terkait
(focal point);
3) Para Kepala Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Vertikal,
Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit TNI Polri, pemegang program Direktorat terkait
menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang
Daftar Obat Esensial Nasional (informing);
4) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional mengkoordinasikan masukan
penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional dari
para Kepala Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Vertikal,
Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit TNI Polri, pemegang program Direktorat terkait
(coordinating);
5) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional meminta Kepala Seksi
Standardisasi Obat Esensial Nasional, serta Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi
untuk menyiapkan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat
Esensial Nasional (focal point);
6) Kepala Seksi Standardisasi Obat Essensial Nasional, serta Kepala Seksi
Bimbingan dan Evaluasi menyiapkan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes
tentang Daftar Obat Esensial Nasional untuk disampaikan kepada Kepala
Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional (supporting);
7) Para Kepala Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Vertikal,
Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit TNI Polri, pemegang program Direktorat terkait
menyampaikan usulan/masukan untuk penyusunan rancangan Kepmenkes
tentang Daftar Obat Esensial Nasional (supporting);
8) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional menerima dan mengolah data
usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional
(focal point);
9) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan
Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional (consulting);
10) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional mengkoordinir pembahasan rancangan
Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional (coordinating);
11) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan
pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat
Esensial Nasional (recommending);
12) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional menyempurnakan rancangan
Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional dan disampaikan kepada
Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional (focal point);
13) Sekretaris Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali
rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional dan menyampaikan
kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);
14) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan
Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional dan disampaikan kepada
Menteri Kesehatan (decision making).
2. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia 1) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional menginstruksikan kepada Kepala
Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat Rasional
untuk melaksanakan penyiapan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang
Farmakope Herbal Indonesia (recommending);
2) Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat
Rasional meminta bahan/masukan kepada para pakar Perguruan Tinggi Negeri,
Badan POM, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Badan
Standarisasi Nasional, LIPI, BPPT BBPP TO-OT(focal point);
3) Para pakar Perguruan Tinggi Negeri, Badan POM, Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Badan Standarisasi Nasional, LIPI, BPPT BBPP TO-
OT menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang
Farmakope Herbal Indonesia (informing);
4) Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat
Rasional mengkoordinasikan masukan penyusunan rancangan Kepmenkes
tentang Farmakope Herbal Indonesia dari para pakar Perguruan Tinggi Negeri,
Badan POM, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Badan
Standarisasi Nasional, LIPI, BPPT BBPP TO-OT (coordinating);
5) Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat
Rasional meminta Kepala Seksi Standardisasi Penggunaan Obat Rasional, serta
Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional untuk
menyampaikan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope
Herbal Indonesia (focal point);
6) Kepala Seksi Standardisasi Penggunaan Obat Rasional, serta Kepala Seksi
Bimbingan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional untuk menyiapkan bahan
penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia untuk
disampaikan kepada Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis
Penggunaan Obat Rasional (supporting);
7) Para pakar Perguruan Tinggi Negeri, Badan POM, Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Badan Standarisasi Nasional, LIPI, BPPT BBPP TO-
OT menyampaikan usulan/masukan untuk penyusunan rancangan Kepmenkes
tentang Farmakope Herbal Indonesia (supporting);
8) Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat
Rasional menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes
tentang Farmakope Herbal Indonesia (focal point);
9) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan
Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia (consulting);
10) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional mengkoordinir pembahasan rancangan
Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia dan disampaikan kepada
Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional (coordinating);
11) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan
pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope
Herbal Indonesia (recommending);
12) Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat
Rasional menyempurnakan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal
Indonesia dan disampaikan ke Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional (focal
point);
13) Sekretaris Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali
rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia dan menyampaikan
kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);
14) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan
Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia dan disampaikan kepada
Menteri Kesehatan (decision making).
3. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik 1) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional menginstruksikan kepada Kepala
Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional untuk melaksanakan penyiapan
penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik
(recommending);
2) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional meminta Kepala Seksi
bahan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium
Spesialistik dari para pakar Perguruan Tinggi Negeri, Akademisi, Praktisi,
Organisasi Profesi, Dinas Kesehatan Propinsi, Rumah Sakit Pendidikan, Rumah
Sakit Propinsi dan Direktorat terkait. (focal point);
3) Para pakar Perguruan Tinggi Negeri Akademisi, Praktisi, Organisasi Profesi, Dinas
Kesehatan Propinsi, Rumah Sakit Pendidikan, Rumah Sakit Propinsi dan
Direktorat terkait menyampaikan usulan/ masukan penyusunan rancangan
Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik (Informing);
4) Kepala Subdirektorat Bina Obat esensial Nasional mengkoordinasikan masukan
penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik dari para
pakar Perguruan Tinggi Negeri, Akademisi, Praktisi, Organisasi Profesi, Dinas
Kesehatan Propinsi, Rumah Sakit Pendidikan, Rumah Sakit Propinsi dan
Direktorat terkait (coordinating);
5) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional meminta Kepala Seksi
Strandarisasi Obat Esensial Nasional serta Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi
untuk menyiapkan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang
Formularium Spesialistik (focal point);
6) Kepala Seksi Standarisasi Obat Esensial Nasional dan Kepala Seksi Bimbingan
dan Evaluasi Obat Esensial Nasional untuk menyiapkan bahan penyusunan
rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik untuk disampaikan
kepada Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional (supporting);
7) Para pakar Perguruan Tinggi Negeri Akademisi, Praktisi, Organisasi Profesi, Dinas
Kesehatan Propinsi, Rumah Sakit Pendidikan, Rumah Sakit Propinsi dan
Direktorat terkait menyampaikan usulan/ masukan untuk penyusunan rancangan
Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik (supporting);
8) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional menerima dan mengolah data
usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik (focal
point);
9) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan memverifikasi data rancangan Kepmenkes tentang Formularium
Spesialistik (consulting); 10) Direktur Bina Penggunaan Obat rasional mengkoordinir pembahasan rancangan
Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik (coordinating);
11) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan
pertimbangan dalam rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik
(recomending); 12) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional menyempurnakan rancangan
Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik dan disampaikan kepada Direktur
Bina Penggunaan Obat Rasional (focal point); 13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti
kembali rancangan Kepmenkes tenatng Formularium Spesialistik (consulting); 14) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan
Kepmenkes tentangFormularium Spesialistik dan disampaikan kepada Menteri
Kesehatan (decision making).
4. Penyebarluasan Informasi dan Peningkatan pengetahuan didalam Penggunaan Obat untuk masyarakat dengan Metode CBIA 1) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional menginstruksikan kepada Kepala
Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional untuk melaksanakan
penyiapan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi
dan peningkatan Metode CBIA (recommending);
2) Kepala Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional meminta
bahan/masukan untuk Pemberdayaan kepada masyarakat tentang
penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA dari Promosi Kesehatan
Pusat, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, PKM, LSM,
YLKI, IKJ dan Media Elektronik (focal point);
3) Promosi Kesehatan Pusat Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, PKM, LSM, YLKI, IKJ dan Media Elektronik
(Radio) menyampaikan usulan/masukan untuk Pemberdayaan kepada masyarakat
tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA (Informing);
4) Kepala Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional mengkoordinasikan
masukan tentang Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan
informasi dan peningkatan Metode CBIA dari Promosi Kesehatan Pusat
Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, PKM, LSM, YLKI, IKJ dan Media Elektronik (Radio)
(coordinating);
5) Kepala Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional meminta Kepala Seksi
Materi Promosi Penggunaan Obat Rasional serta Kepala Seksi Bimbingan
Kerjasama Promosi Penggunaan Obat Rasional untuk menyiapkan bahan
Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan
peningkatan Metode CBIA (focal point);
6) Kepala Seksi Materi Promosi Penggunaan Obat Rasional serta Kepala Seksi
Bimbingan Kerjasama Promosi Penggunaan Obat Rasional untuk menyiapkan
bahan/masukan tentang Pemberdayaan kepada masyarakat tentang
penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA untuk disampaikan
kepada Kepala Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional (supporting);
7) Promosi Kesehatan Pusat Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, PKM, LSM, YLKI, IKJ dan Media Elektronik
(Radio) menyampaikan usulan/masukan untuk Pemberdayaan kepada masyarakat
tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA (supporting);
8) Kepala Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional menerima dan
mengolah data kegiatan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang
penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA (focal point);
9) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan memverifikasi data Pemberdayaan kepada masyarakat tentang
penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA (consulting); 10) Direktur Bina Penggunaan Obat rasional mengkoordinir usulan Pemberdayaan
kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode
CBIA (coordinating); 11) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan
pertimbangan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan
informasi dan peningkatan Metode CBIA (recomending); 12) Kepala Subdirektorat Promosi Peenggunaan Obat Rasional menyempurnakan
usulan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan
peningkatan Metode CBIA dan disampaikan kepada Direktur Bina Penggunaan
Obat Rasional (focal point); 13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti
kembali usulan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan
informasi dan peningkatan Metode CBIA (consulting); 14) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan usulan
Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan
peningkatan Metode CBIA dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision
making).
5. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Daftar dan Harga Eceran Tertinggi Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), Obat Program Kesehatan (OPK), dan Obat Generik 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Direktur
Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk menyusun rancangan
Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan
dasar, obat program kesehatan, dan obat generik (recommending);
2) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan berdasarkan instruksi dari
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan Kepala
Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk meminta
bahan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan
harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan,
dan obat generik dari para Kepala Subdirektorat di lingkungan Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan (focal point);
3) Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan,
Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Subdirektorat
Pemantauan dan Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan,
menginstruksikan kepada para Kepala Seksi terkait untuk menyiapkan
usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga
eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan, dan
obat generik dari Subdirektorat masing-masing (recommending);
4) Para Kepala Seksi di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes
tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat
program kesehatan, dan obat generik dari Subdirektorat masing-masing
(supporting);
5) Kepala Subbagian Tata Usaha mengkoordinasikan usulan/masukan penyusunan
rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan
kesehatan dasar, obat program kesehatan, dan obat generik di lingkungan
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (coordinating);
6) Para Kepala Subdirektorat di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan
Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan
dasar, obat program kesehatan, dan obat generik dari Subdirektorat masing-
masing untuk disampaikan kepada Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan melalui Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan (informing);
7) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang dilaksanakan oleh
Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang
daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program
kesehatan, dan obat generik (focal point);
8) Para Kepala Subdirektorat di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan memverifikasi data rancangan Kepmenkes tentang daftar
dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program
kesehatan, dan obat generik (consulting);
9) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mengkoordinasikan
pembahasan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi
obat pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan, dan obat generik
(coordinating);
10) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan
pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan
harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan,
dan obat generik (recommending);
11) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang dilaksanakan oleh
Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
menyempurnakan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran
tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan, dan obat
generik (focal point);
12) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan meneliti kembali rancangan
Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan
dasar, obat program kesehatan, dan obat generik (consulting);
13) Sekretaris Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali
rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan
kesehatan dasar, obat program kesehatan, dan obat generik dan menyampaikan
kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);
14) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan
Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan
dasar, obat program kesehatan, dan obat generik untuk disampaikan kepada
Menteri Kesehatan (decision making).
6. Perencanaan Pengadaan Obat Esensial dan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) sangat esensial (Buffer Stok Nasional) 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Direktur
Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk melaksanakan pengadaan
Obat esensial dan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) sangat esensial
(Buffer Stok Nasional) (recommending);
2) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan berdasarkan instruksi dari
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan Kepala
Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk menerima
dan menelaah data sisa Buffer Stok Nasional dari Subdirektorat Pemantauan dan
Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (focal point);
3) Kepala Seksi Pengadaan Obat mengolah dan menyiapkan daftar obat Buffer Stok
Nasional yang akan dibeli pada tahun anggaran berjalan (supporting);
4) Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
menelaah dan meneliti kembali data obat Buffer Stok Nasional yang akan dibeli
(focal point);
5) Tim Teknis membuat SPEK dan meneliti/mengkaji serta memberi rekomendasi
(recommending);
6) Direktur Bina Obat Publik dan perbekalan Kesehatan meneliti dan memverifikasi
jenis obat Buffer Stok Nasional yang akan dibeli (consulting);
7) Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
memperbaiki rancangan jenis obat Buffer Stok Nasional yang akan dibeli dan akan
disampaikan kepada Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (focal
point);
8) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan jenis obat
Buffer Stock Nasional (decision making).
7. Penyusunan Surat Izin Penyalur Alat Kesehatan dan Sertifikat Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Direktur
Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk menyusun surat keputusan Izin
Penyalur Alat Kesehatan, sertifikat produksi alat kesehatan dan PKRT terhadap berkas
pemohon yang disampaikan melalui loket setelah dipenuhi kewajibannya membayar
PNBP (recommending);
2) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan berdasarkan instruksi dari
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan Kepala
Subdirektorat yang terkait untuk menyusun surat keputusan Izin Penyalur Alat
Kesehatan, sertifikat produksi Alat Keswehatan dan PKRT (focal point);
3) Kepala Subdirektorat, Kepala Seksi dan Penilai terkait menyiapkan konsep/net surat
keputusan Izin Penyalur Alat Kesehatan, dan menyampaikan data beserta persyaratan
yang diperlukan (supporting); 4) Kepala Sub Bagian Tata Usaha menyampaikan konsep dan net surat keputusan Izin
Penyalur Alat Kesehatan, Sertifikat Produksi Alat Kesehatan dan PKRT kepada
Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dan Sekretaris Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (supporting); 5) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan surat keputusan
Izin Penyalur Alat Kesehatan, Sertifikat Produksi Alat Kesehatan dan PKRT (decision
making).
8. Penyusunan Surat Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Direktur
Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk menyusun naskah Izin Edar Alat
Kesehatan dan PKRT terhadap berkas yang disampaikan pemohon melalui loket
setelah dipenuhi kewajibannya membayar PNBP (recommending);
2) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan berdasarkan instruksi dari
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan Kepala
Subdirektorat yang terkait untuk menyusun naskah Izin Edar Alat Kesehatan dan
PKRT (focal point);
3) Kepala Subdirektorat, Kepala Seksi dan Penilai yang terkait menyiapkan konsep/net
naskah Izin Edar Alat Kesehatan dan PKRT berikut data dan persyaratan yang
diperlukan (supporting); 4) Kepala Sub Bagian Tata Usaha menyampaikan konsep dan net naskah izin edar
kepada Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (supporting); 5) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan membaca dan meneliti naskah
izin edar (consulting);
6) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan naskah Ijin Edar
Alat Kesehatan dan PKRT (decision making).
9. Monitoring Periklanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dalam rangka Perlindungan Konsumen 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Direktur
Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk melaksanakan monitoring
periklanan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga dalam rangka
perlindungan konsumen (recommending);
2) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan berdasarkan instruksi dari
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan Kepala
Subdirektorat terkait menyusun instrumen monitoring periklanan alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga (focal point);
3) Kepala Subdirektorat terkait berkonsultasi dengan Direktur Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan (consulting);
4) Kepala Seksi terkait menyampaikan surat pemberitahuan ke Dinas Provinsi sebagai
koordinator dan Dinas Kabupaten/Kota sebagai pelaksana (supporting); 5) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaksanakan dan mengirimkan hasil monitoring ke
Dinkes Provinsi (supporting); 6) Dinas Kesehatan Provinsi mengirimkan hasil monitoring ke Pusat/Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alkes (supporting); 7) Kepala Subbagian Tata Usaha mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan monitoring
periklanan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (coordinating);
8) Kepala Subdirektorat terkait bersama dengan Tim Penilai melakukan penilaian
terhadap hasil monitoring yang diterima (focal point);
9) Kepala Subdirektorat terkait menerima dan mengolah data hasil penilaian monitoring
(focal point);
10) Kepala Subdirektorat terkait menyusun laporan hasil monitoring untuk disampikan ke
Direktur (focal point);
11) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan menerima dan menindaklanjuti
hasil monitoring periklanan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga
(decision making).
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1
Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
(2) Kasubdit Bina OEN meminta bahan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang DOEN dari para Ka Dinkes Prop/Kab/Kota, RS Vertikal, RS Swasta, RS TNI Polri, pemegang program Direktorat terkait
(5) Kasubdit Bina OEN meminta Kasie Standarisasi OEN serta Kasie Bimbingan dan Evaluasi untuk menyiapkan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang DOEN
(8) Kasubdit Bina OEN menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang DOEN
(12) Kasubdit Bina OEN menyempurnakan rancangan Kepmenkes tentang DOEN dan disampaikan kepada Direktur Bina POR
(1) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional menginstruksikan kepada Kasubdit Bina OEN untuk melaksanakan penyiapan Kepmenkes tentang DOEN
(11) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang DOEN
(4) Kasubdit Bina OEN mengkoordinasikan masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang DOEN dari para Ka Dinkes Prop/Kab/Kota, RS Vertikal, RS Swasta, RS TNI Polri, pemegang program dan Direktorat terkait
(10) Direktur Bina POR mengkoordinir pembahasan rancangan Kepmenkes tentang DOEN
(6) Kasie Standarisasi OEN serta Kasie Bimbingan dan Evaluasi untuk menyiapkan bahan rancangan Kepmenkes tentang DOEN untuk disampaikan ke Kasubdit Bina OEN
(7) Para Ka Dinkes Prop/Kab/Kota, RS Vertikal, RS Swasta, RS TNI Polri, pemegang program Direktorat terkait menyampaikan usulan/masukan untuk penyusunan rancangan Kepmenkes tentang DOEN
(9) Para Direktur dan Sesditjen memverifikasi data rancangan Kepmenkes tentang DOEN
(13) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan Kepmenkes tentang DOEN dan menyampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes
(3)
Para Ka Dinkes Prop/Kab/Kota, RS Vertikal, RS Swasta, RS TNI Polri, pemegang Program Direktorat terkait menyampaikan usulan/ masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang DOEN
(14) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Kepmenkes tentang DOEN untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan
16
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
2
Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia
(2) Kasubdit Standarisasi Bimtek POR meminta bahan/masukan kepada para pakar Perguruan Tinggi Negeri, Badan POM, Ditjen Yanmedik, Ditjen Binkesmas, Badan Litbangkes, Badan Standarisasi Nasional, LIPI BPPT BBPP TO-OT
(5)
Kasubdit Standarisasi Bimtek POR meminta Kasie Standarisasi POR serta Kasie Bimbingan dan Evaluasi POR untuk menyampaikan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia
(8) Kasubdit Standarisasi Bimtek POR menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia
(12) Kasubdit Standarisasi Bimtek POR menyempurnakan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal dan disampaikan ke Direktur Bina POR
(1) Direktur Bina POR menginstruksikan kepada Kasubdit Standarisasi Bimtek POR untuk melaksanakan penyiapan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia
(11)
Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia
(4) Kasubdit Standarisasi Bimtek POR mengkoordinasi masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia dari para pakar Perguruan Tinggi Negeri, Badan POM, Ditjen Yanmedik, Ditjen Binkesmas, Badan Litbangkes, Badan Standarisasi Nasional, LIPI BPPT BBPP TO-OT
(10) Direktur Bina POR mengkoordinir pembahasan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia
(6) Kasie Standarisasi POR dan Kasie Bimbingan dan Evaluasi POR untuk menyiapkan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia untuk disampaikan ke Kasubdit Standarisasi Bimtek POR
(7)
Para Pakar Perguruan Tinggi Negeri, Badan POM, Ditjen Yanmedik, Ditjen Binkesmas, Badan Litbangkes, Badan Standarisasi Nasional, LIPI BPPT BBPP TO-OT menyampaikan usulan/ masukan untuk penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia
(9) Para Direktur dan Sesditjen Binfar dan Alkes memverifikasi data rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia
(13) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia dan menyampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes
(3) Para Pakar Perguruan Tinggi Negeri, Badan POM, Ditjen Yanmedik, Ditjen Binkesmas, Badan Litbangkes, Badan Standarisasi Nasional, LIPI BPPT BBPP TO-OT menyampaikan usulan/ masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia
(14) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan
19
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
3
Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Formularium Speasialistik
(2) Kasubdit Bina OEN meminta bahan/ masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik dari Para Pakar Perguruan Tinggi Negeri, Akademisi, Praktisi, Organisasi Profesi, Dinkes Propinsi, RS. Pendidikan, RS. Propinsi dan Direktorat terkait
(5) Kasubdit Bina OEN meminta Kasie Standarisasi OEN serta Kasie Bimbingan dan Evaluasi untuk menyampaikan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik
(8)
Kasubdit Bina OEN menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik
(12) Kasubdit Standarisasi Bimtek POR menyempurnakan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik dan disampaikan ke Direktur Bina POR
(1) Direktur Bina POR menginstruksikan kepada Kasubdit Bina OEN untuk melaksanakan penyiapan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik
(11) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik
(4) Kasubdit Bina OEN mengkoordinasi masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik dari Para Pakar Perguruan Tinggi Negeri, Akademisi, Praktisi, Organisasi Profesi, Dinkes Propinsi, RS. Pendidikan, RS. Propinsi dan Direktorat terkait
(10) Direktur Bina POR mengkoordinir pembahasan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik
(6)
Kasie Standarisasi OEN dan Kasie Bimbingan dan Evaluasi OEN untuk menyiapkan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik untuk disampaikan ke Kasubdit Standarisasi Bina OEN
(7) Para Pakar Perguruan Tinggi Negeri, Akademisi, Praktisi, Organisasi Profesi, Dinkes Propinsi, RS. Pendidikan, RS. Propinsi, Direktorat Terkait menyampaikan usulan/ masukan untuk penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik
(9) Para Direktur dan Sesditjen Binfar dan Alkes memverifikasi data rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik
(13) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik
(3) Para Pakar Perguruan Tinggi Negeri, Akademisi, Praktisi, Organisasi Profesi, Dinkes Propinsi, RS. Pendidikan, RS. Propinsi dan Direktorat terkait menyampaikan usulan/ masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik
(14) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan
22
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
4
Penyebarluasan Informasi dan Peningkatan pengetahuan didalam Penggunaan Obat untuk masyarakat dengan Metode CBIA
(2) Kasubdit Promosi POR meminta bahan/masukan untuk Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA dari Promkes Pusat, Dinkes Propinsi, Dinkes Kab/Kota, PKM, LSM YLKI, IKJ dan Media Elektronik
(5)
Kasubdit Promosi POR meminta Kasie Materi Promosi POR serta Kasie Kerjasama Promosi POR menyiapkan bahan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA
(8) Kasubdit Promosi POR menerima dan mengolah data usulan kegiatan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA
(12) Kasubdit Promosi POR menyempurnakan usulan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA dan disampaikan kepada Direktur Bina POR
(1) Direktur Bina POR menginstruksikan kepada Kasubdit Promosi POR untuk melaksanakan penyiapan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA
(11) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA
(4) Kasubdit Promosi POR mengkoordinasi masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA dari Promkes Pusat, Dinkes Propinsi, Dinkes Kab/Kota, PKM, LSM, YLKI, IKJ dan Media Elektronik (Radio)
(10) Direktur Bina POR mengkoordinir usulan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA
(6) Kasie Materi Promosi POR dan Kasie Kerjasama Promosi POR untuk menyiapkan bahan/masukan Pemberdayaan kepada masyarakat untuk disampaikan kepada Kasubdit Promosi POR
(7)
Promkos Pusat Depkes, Dinkes Propinsi, Dinkes Kab/Kota, PKM, LSM, YLKI, IKJ dan Media Elektronik (Radio) menyampaikan usulan/ masukan untuk Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA
(9)
Para Direktur dan Sesditjen Binfar dan Alkes memverifikasi data Pemberdayaan kepada masyarakat tentang Penyebarluasan Informasi dan Peningkatan Metode CBIA (13) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali usulan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang Penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA dan disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes
(3) Promkes Pusat Depkes, Dinkes Propinsi, Dinkes Kab/Kota, PKM, LSM, YLKI, IKJ dan Media Elektronik (Radio) menyampaikan usulan/masukan untuk Pemberdayaan kepada masyarakat tentang Penyebarluasan Informasi CBIA
(14)
Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan usulan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang Penyebarluasan informasi dan peningkatan metode CBIA dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan
25
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
5
Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Daftar dan Harga EceranTertinggi Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), Obat Program Kesehatan (OPK), dan Obat Generik
(2) Direktur Bina Oblik dan Perbekkes menugaskan Kasubdit Penyediaan Oblik dan Perbekes untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi PKD, OPK dan Obat Generik
(7) Kasubdit Penyediaan Oblik dan Perbekkes menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes
(11) Kasubdit Penyediaan Oblik dan Perbekkes menyempurnakan rancangan Kepmenkes
(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk menyusun rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi PKD, OPK dan Obat Generik
(3) Para Kasubdit menginstruksikan kepada Kasie terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Subdit masing-masing
(10) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes
(5) Kasubbag TU mengkoordinasikan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes di lingkungan Direktorat Bina Oblik dan Perbekkes
(9) Direktur Bina Oblik dan Perbekkes mengkoordinasikan pembahasan rancangan Kepmenkes
(4) Para Kasie menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Subdit masing-masing
(8) Para Kasubdit memverifikasi data rancangan Kepmenkes
(12) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan memeriksa kembali rancangan Kepmenkes
(13) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan Kepmenkes
(6) Para Kasubdit menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Subdit masing-masing untuk disampaikan kepada Direktur Bina Oblik dan Perbekkes melalui Kasubdit Penyediaan Oblik dan Perbekkes
(14) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi PKD, OPK dan Obat Generik untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan
28
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
6
Perencanaan Pengadaan Obat Esensial dan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) sangat esensial (Buffer Stok Nasional)
(2) Direktur Bina Oblik dan Perbekkes menugaskan Kasubdit Penyediaan Oblik dan Perbekkes menerima dan menelaah data sisa Buffer Stok Nasional dari Subdit Pemantauan dan Evaluasi
(4) Kasubdit Penyediaan Oblik dan Perbekkes menelaah dan meneliti kembali data obat Buffer Stok Nasional yang akan dibeli
(7) Kasubdit Penyediaan Oblik dan Perbekkes memperbaiki rancangan jenis obat Buffer Stok Nasional yang akan dibeli dan disampaikan kepada Direktur Bina Oblik dan Perbekkes
(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Direktur Bina Oblik dan Perbekkes untuk melaksanakan perencanaan pengadaan Obat Esensial dan PKD sangat esensial (Buffer Stok Nasional)
(5)
Tim Teknis membuat SPEK dan meneliti/mengkaji dan memberi rekomendasi
(3) Kasie Pengadaan Oblik dan Perbekkes mengolah dan menyiapkan daftar obat Buffer Stok Nasional yang akan dibeli pada tahun anggaran berjalan
(6) Direktur Bina Oblik dan Perbekkes meneliti dan memverifikasi jenis obat Buffer Stok Nasional yang akan dibeli
(8) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan jenis obat Buffer Stock Nasional
30
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
7
Penyusunan Surat Izin Penyalur Alat Kesehatan dan Sertifikat Produksi Alat Kesehatan dan PKRT
(2) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat kesehatan menugaskan Kasubdit yang terkait untuk menyusun surat keputusan Izin Penyalur Alat Kesehatan, sertifikat produksi Alkes dan PKRT
(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk menyusun surat keputusan Izin Penyalur Alat Kesehatan, sertifikat produksi Alkes dan PKRT terhadap berkas pemohon yang disampaikan melalui loket setelah dipenuhi kewajiban membayar PNBP
(3) Kasubdit, Kasie dan penilai yang terkait menyiapkan konsep/net surat keputusan Izin Penyalur Alat Kesehatan, dan menyampaikan data beserta persyaratan yang diperlukan
(4) Kasubbag Tata Usaha menyampaikan konsep dan net surat keputusan Izin Penyalur Alat Kesehatan, Sertifikat Produksi Alkes dan PKRT kepada Direktur Bina Produksi dan Distribusi dan Sesditjen Binfar dan Alkes
(5) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan surat keputusan Izin Penyalur Alat Kesehatan, Sertifikat Produksi Alat Kesehatan dan PKRT
32
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
8
Penyusunan Surat Izin Edar Alat Kesehatan dan PKRT
(2) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan berdasarkan instruksi Dirjen Binfar dan Alkes menugaskan Kasubdit terkait untuk menyusun naskah Izin Edar Alat Kesehatan dan PKRT
(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk menyusun naskah Izin Edar Alat Kesehatan dan PKRT terhadap berkas yang disampaikan pemohon melalui loket setelah dipenuhi kewajibannya membayar PNBP.
(3) Kasubdit, Kasie, dan Penilai yang terkait menyiapkan konsep/net naskah Izin Edar Alat Kesehatan dan PKRT berikut data dan persyaratyan yang diperlukan
(4) Kasubbag TU menyampaikan konsep dan net naskah izin edar kepada Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
(5) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan membaca dan meneliti naskah izin edar
(6) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan naskah Izin Edar Alat Kesehatan dan PKRT
34
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
9
Monitoring Periklanan Alkes dan PKRT dalam rangka Perlindungan Konsumen.
(2)
Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan menugaskan Kasubdit terkait menyusun instrumen monitoring periklanan Alkes dan PKRT
(8) Kasubdit terkait bersama dengan Tim Penilai melakukan penilaian terhadap hasil monitoring yang diterima
(9) Kasubdit terkait menerima dan mengolah data hasil penilaian monitoring
(10) Kasubdit menyusun laporan hasil monitoring untuk disampaikan ke Direktur
(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk melaksanakan monitoring periklanan Alkes dan PKRT dalam rangka Perlindungan Konsumen
(7)
Kasubbag TU Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan monitoring periklanan Alkes dan PKRT
(4) Kasie terkait menyampaikan surat pemberitahuan ke Dinkes Propinsi sebagai koordinator dan Dinkes Kab/Kota sebagai pelaksana
(5) Dinkes Kab/Kota melaksanakan dan mengirimkan hasil monitoring ke Dinkes Propinsi
(6) Dinkes Propinsi mengirimkan hasil monitoring ke Pusat/ Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alkes
(3) Kasubdit terkait berkonsultasi dengan Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
(11) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan menerima dan menindaklanjuti hasil monitoring periklanan Alkes dan PKRT
36
Kegiatan-kegiatan yang termasuk kesekretariatan antara lain:
1. Penyusunan Rencana Kerja Lima Tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan
Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk
menyusun rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan (recommending);
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan
instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan
Kepala Bagian Program dan Informasi untuk meminta bahan usulan/masukan
penyusunan rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan dari para Direktur (focal point);
3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi
dan Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat
terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan
dari Direktorat masing-masing (recommending);
4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan
penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Direktorat masing-masing
(supporting);
5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
menginstruksikan Kepala Bagian Program dan Informasi untuk menyiapkan
usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Sekretariat Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
6) Kepala Bagian Program dan Informasi dan para Kepala Subbagian Tata Usaha
menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari
Sekretariat dan Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada atasannya
(supporting);
7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima
tahunan dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);
8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir
usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para Direktur (coordinating);
9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menerima dan mengolah
data usulan menjadi rancangan rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);
10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan
rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (consulting);
11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mengkoordinasikan pembahasan rancangan rencana kerja lima tahunan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (coordinating);
12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan
pertimbangan dalam pembahasan rancangan rencana kerja lima tahunan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menyempurnakan
rancangan rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan (focal point);
14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti
kembali rancangan rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);
15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rencana kerja
lima tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk
disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision making).
2. Penyusunan Laporan Kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
1. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan
Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk
menyusun laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (recommending);
2. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan
instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan
Kepala Bagian Program dan Informasi untuk meminta bahan usulan/masukan
penyusunan laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan dari para Direktur (focal point);
3. Para Direktur menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat terkait untuk
menyiapkan usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Direktorat masing-
masing (recommending);
4. Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi
usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Direktorat masing-masing
(supporting);
5. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
menginstruksikan Kepala Bagian Program dan Informasi untuk menyiapkan
usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
6. Kepala Bagian Program dan Informasi dan para Kepala Subbagian Tata Usaha
menyiapkan usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Sekretariat dan
Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada atasannya (supporting);
7. Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari
Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);
8. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mengkoordinir usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para Direktur (coordinating);
9. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menerima dan mengolah
data usulan menjadi rancangan laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);
10. Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan
laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(consulting);
11. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mengkoordinasikan pembahasan rancangan laporan kegiatan Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (coordinating);
12. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan
pertimbangan dalam pembahasan rancangan laporan kegiatan Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
13. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menyempurnakan
rancangan laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (focal point);
14. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti
kembali rancangan laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan (consulting);
15. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan laporan
kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk
disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision making).
3. Perencanaan Program dan Anggaran Tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan
Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk
menyusun rencana program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan
instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan
Kepala Bagian Program dan Informasi untuk meminta bahan usulan/masukan
penyusunan rencana program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari para Direktur (focal point);
3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi
dan Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan para Kepala Subdirektorat terkait
untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana program dan anggaran
tahunan dari Direktorat masing-masing (recommending);
4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan
penyusunan rencana program dan anggaran tahunan dari Direktorat masing-masing
(supporting);
5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
menginstruksikan Kepala Bagian Program dan Informasi untuk menyiapkan
usulan/masukan penyusunan rencana program dan anggaran tahunan dari
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(recommending);
6) Kepala Bagian Program dan Informasi dan para Kepala Subbagian Tata Usaha
menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana program dan anggaran tahunan
dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada
atasannya (supporting);
7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rencana program dan
anggaran tahunan dari Direktorat masing-masing kepada Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);
8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir
usulan/masukan penyusunan rencana program dan anggaran tahunan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para Direktur (coordinating);
9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menerima dan mengolah
data usulan menjadi rancangan program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);
10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan
program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (consulting);
11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mengkoordinasikan pembahasan rancangan program dan anggaran tahunan
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (coordinating);
12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan
pertimbangan dalam pembahasan rancangan program dan anggaran tahunan
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menyempurnakan
rancangan program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan (focal point);
14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti
kembali rancangan program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting); 15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan program dan
anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk
disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision making).
4. Perencanaan Kebutuhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun
perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan
instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan
Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian untuk meminta bahan usulan/masukan
perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari para Direktur (focal point);
3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat terkait
untuk menyiapkan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan
sumber daya manusia dari Direktorat masing-masing (recommending);
4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan
perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia dari Direktorat
masing-masing (supporting);
5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan
Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian untuk menyiapkan usulan/masukan
perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia dari Sekretariat
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
6) Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian dan Para Kepala Subbagian Tata Usaha
menyiapkan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber
daya manusia dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing untuk disampaikan
kepada atasannya (supporting);
7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan
pengembangan sumber daya manusia dari Direktorat masing-masing untuk
disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui
Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);
8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir
usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para Direktur
(coordinating);
9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menerima dan mengolah
data usulan menjadi rancangan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);
10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan
kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);
11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mengkoordinasikan pembahasan rancangan kebutuhan dan pengembangan sumber
daya manusia Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(coordinating);
12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan
pertimbangan dalam pembahasan rancangan kebutuhan dan pengembangan sumber
daya manusia Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(recommending);
13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menyempurnakan
rancangan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);
14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali
rancangan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting); 15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan kebutuhan dan
pengembangan sumber daya manusia Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
(decision making).
5. Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan
Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk
menyusun kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan
instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan
Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian untuk meminta bahan usulan/masukan
penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari para Direktur (focal point);
3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi
dan Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat
terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan
prasarana dari Direktorat masing-masing (recommending);
4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan
penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari Direktorat masing-masing
(supporting);
5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
menginstruksikan Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian untuk menyiapkan
usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari Sekretariat
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
6) Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian dan Para Kepala Subbagian Tata Usaha
menyiapkan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari
Sekretariat dan Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada atasannya
(supporting);
7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan
prasarana di lingkungan dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);
8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir
usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para Direktur
(coordinating);
9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menerima dan
mengolah data usulan menjadi rancangan kebutuhan sarana dan prasarana di
lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);
10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan
penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);
11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mengkoordinasikan pembahasan rancangan kebutuhan sarana dan prasarana di
lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(coordinating);
12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan
pertimbangan dalam pembahasan rancangan kebutuhan sarana dan prasarana di
lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(recommending);
13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menyempurnakan
rancangan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);
14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti
kembali rancangan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting); 15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan kebutuhan
sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (decision making).
6. Penyusunan Usulan Biaya Pemeliharaan Barang Milik Negara di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun usulan
biaya pemeliharaan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan
instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan
Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menerima usulan biaya pemeliharaan
barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (focal point);
3) Kepala Subbagian Rumah Tangga mengkompilasi dan mengolah berkas usulan
biaya pemeliharaan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (supporting);
4) Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian meneliti berkas usulan biaya pemeliharaan
barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (focal point);
5) Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menyampaikan usulan biaya pemeliharaan
barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (focal point);
6) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan
persetujuan rencana pemeliharaan barang milik negara di lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (decision making).
7. Penyusunan Laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di Lingkungan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan
Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk
menyusun laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan
instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan
Kepala Bagian Keuangan untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan
laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari para Direktur (focal point);
3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala
Subdirektorat terkait untuk menyiapkan data realisasi anggaran dan investasi
barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan KIL) dari Direktorat masing-masing
(recommending);
4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi data realisasi
anggaran dan investasi barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan KIL) dari
Direktorat masing-masing (supporting);
5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
menginstruksikan Kepala Bagian Keuangan untuk menyiapkan data realisasi
anggaran dan investasi barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan KIL) dari
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(recommending);
6) Kepala Bagian Keuangan dan Para Kepala Subbagian Tata Usaha menyiapkan
data realisasi anggaran dan investasi barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan
KIL) dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada
atasannya (supporting);
7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan laporan SAI (SAK dan
SIMAK BMN) di lingkungan dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan
kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);
8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mengkoordinir usulan/masukan penyusunan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)
di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para
Direktur (coordinating);
9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Keuangan menerima dan mengolah data usulan
menjadi rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)di lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);
10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan
laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);
11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mengkoordinasikan pembahasan rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)di
lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(coordinating);
12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan
pertimbangan dalam pembahasan rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK
BMN)di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(recommending);
13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Keuangan menyempurnakan rancangan laporan
SAI (SAK dan SIMAK BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan (focal point);
14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti
kembali rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)di lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting); 15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan Laporan SAI
(SAK dan SIMAK BMN)di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision making).
8. Penyusunan Rumusan Indeks Satuan Biaya di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun rumusan
indeks satuan biaya di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (recommending);
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan
instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan
Kepala Bagian Keuangan meminta data informasi tentang usulan Rumusan Indeks
Satuan Biaya (focal point);
3) Direktorat-direktorat, PK, Bendara Rutin, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa
Bappenas, Rorengar dan Rokeukap memberikan data-data yang diminta
(informating);
4) Kepala Subbagian Anggaran meneliti/memperlajari/mengolah berkas usulan
Rumusan Indeks Satuan Biaya (supporting);
5) Kepala Bagian Keuangan menyusun, meneliti, memverifikasi dan mengkoreksi
rancangan usulan Rumusan Indeks Biaya dan membuat surat undangan untuk
pembahasan (focal point);
6) Panitia membahas rancangan usulan Rumusan Satuan Biaya (recommending);
7) Kepala Bagian Keuangan menyusun kembali rancangan usulan Rumusan Indeks
Satuan Biaya yang telah dibahas dan diteruskan ke Sekretaris Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);
8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti
memverifikasi rancangan Rumusan Indeks Satuan Biaya(consulting);
9) Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan Rumusan
Indeks Satuan Biaya di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (decision making).
9. Penyusunan Usulan Jenis dan Besaran Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginventarisasi dan
menyusun usulan jenis dan besaran tarif penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
(recommending);
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan
instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan
Kepala Bagian Keuangan menerima dan memverifikasi usulan jenis dan besaran tarif
PNPB (focal point);
3) Kepala Subbagian Perbendaharaan meneliti/mempelajari/mengolah berkas usulan
jenis dan besaran tarif PNBP (supporting);
4) Direktorat-Direktorat dan Bagian-Bagian memberikan saran dan usulan jenis dan
besaran tarif PNBP (Informing);
5) Kepala Bagian Keuangan meneliti kembali berkas usulan jenis dan besaran tarif
PNBP yang telah diolah dan diteruskan ke Sekretaris Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);
6) Kepala Bagian Keuangan membuat surat usulan jenis dan besaran tarif PNBP
kepada Biro Keuangan dan Perlengkapan (focal point);
7) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan
menandatangani surat usulan jenis dan besaran tarif PNBP (decision making);
8) Biro Keuangan dan Perlengkapan menyampaikan usulan jenis dan besaran tarif
PNPB Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan kepada Menteri
Keuangan Cq Ditjen Anggaran dan Setkap (coordinating);
9) Biro Keuangan dan Perlengkapan besama Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan melakukan pembahasan dengan Ditjen Anggaran dan Setkap
(coordinating);
10) Ditjen Anggaran dan unit utama memverifikasi dan memperbaiki jenis dan besaran
tarif PNBP (coordinating);
11) Ditjen Anggaran, Setkap dan DepKumHam menyampaikan hasil pembahasan
kepada Setjen Depkes Cq. Biro Keuangan dan Perlengkapan (coordinating);
12) Ditjen Anggaran, DepKumHam melakukan pembahasan usulan jenis dan besaran
tarif PNBP (supporting);
13) Ditjen Anggaran, Setkap, Unit Utama, Biro Keuangan memverifikasi usulan jenis dan
besaran tarif PNBP yang disampaikan kepada Menteri Keuangan (supporting);
14) Menteri Keuangan menindaklanjuti hasil pembahasan menjadi rancangan final
Peraturan Pemerintah tentang tarif PNBP yang akan ditandatangani Presiden
(supporting);
15) Menteri Keuangan menyampaikan tarif PNBP yang telah ditandatangani Presiden
kepada Menteri Kesehatan Cq. Biro Keuangan dan Perlengkapan (supporting);
16) Biro Keuangan dan Perlengkapan menyampaikan kepada Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (coordinating);
17) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menerima dan
meneruskan kepada Bagian Keuangan (coordinating);
18) Kepala Bagian Keuangan membuat surat pengantar kepada Direktorat untuk
melaksanakan pengaturan tarif PNBP (focal point);
19) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberlakukan
pungutan tarif PNBP sesuai Peraturan Pemerintah (decision making).
10. Penyusunan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menginventarisasi
kasus-kasus kerugian negara yang berdasarkan pada hasil pemeriksaan tuntutan
perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi (TP/TGR) di lingkungan Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan
instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan
Kepala Bagian Keuangan menerima dan memverifikasi dan mengkompilasi kasus-
kasus menjadi suatu daftar kasus yang harus segera ditindaklanjuti TP/TGR (focal
point);
3) Kepala Subbagian Perbendaharaan meneliti/mempelajari/mengolah berkas TP/TGR
(supporting);
4) Kepala Bagian Keuangan meneliti kembali daftar usulan TP/TGR yang telah diolah
dan diteruskan ke Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (focal point);
5) Kepala Bagian Keuangan membuat surat daftar inventarisasi TP/TGR untuk segera
diselesaikan kepada Sesjen Cq Biro Keuangan dan Perlengkapan (focal point);
6) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan
menandatangani surat laporan daftar TP/TGR ke Sesjen Cq Biro Keuangan dan
Perlengkapan (decisión making);
7) Biro Keuangan dan Perlengkapan membuat surat usulan Menteri Kesehatan tentang
TP/TGR ditujukan ke Menteri Keuangan u.p. Dirjen Anggaran (coordinating);
8) Kepala Subbagian Perbendaharaan mengkonsultasikan kasus yang terjadi kepada
Inspektorat Jenderal dan Badan Pemeriksa Keuangan tentang kebenaran kasus
(pemeriksaan khusus) (consulting);
9) Pemberian saran dan kebijakan agar kasus dapat diselesaikan dengan upaya damai
(informing);
10) Rekomendasi Inspektorat Jenderal dan Badan Pemeriksa Keuangan tentang
penetapan kasus menjadi TP/TGR (recommending);
11) Menteri Kesehatan atau Sekretariat Jenderal atas nama Menteri Kesehatan
menandatangani surat ketetapan kepada yang bersangkutan (SK TM) (decision
making);
12) Menteri Kesehatan membuat surat kepada Menteri Keuangan melaporkan kasus
yang terjadi (decisión making);
13) Menteri Keuangan u.p. Dirjen Anggaran memproses dan memberikan tanggapan
kepada Menteri Kesehatan (coordinating);
14) Biro Keuangan dan Perlengkapan menyampaikan tanggapan Menteri Keuangan
kepada Dirjen Binfar dan Alkes (coordinating);
15) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menerima dan
meneruskan ke Bagian Keuangan (coordinating);
16) Kepala Bagian Keuangan membuat surat pengantar kepada Unit Kerja di Lingkungan
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan atau kepada yang
bersangkutan untuk menyelesaikan TP/TGR (focal point);
17) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan
menandatangani surat pengantar dan disampaikan kepada Unit Kerja di Lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan kepada yang
bersangkutan (decision making);
18) Unit Kerja yang bersangkutan atau yang bersangkutan menyelesaikan TP/TGR
sesuai ketentuan yang berlaku (supporting).
11. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria di bidang Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan
Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk
menyusun rancangan Kepmenkes tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan (recommending);
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan
instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan
Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat untuk meminta
bahan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang norma,
standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan dari
para Direktur (focal point);
3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi
dan Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat
terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes
tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat
kesehatan dari Direktorat masing-masing (recommending);
4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan
penyusunan rancangan Kepmenkes tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria
di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan dari Direktorat masing-masing
(supporting);
5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
menginstruksikan Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat
untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang
norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat
kesehatan dari Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (recommending);
6) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat dan para Kepala
Subbagian Tata Usaha menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan
Kepmenkes tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina
kefarmasian dan alat kesehatan dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing
untuk disampaikan kepada atasannya (supporting);
7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes
tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat
kesehatan dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);
8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir
usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang norma, standar,
prosedur, dan kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para Direktur (coordinating);
9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat
menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan rancangan Kepmenkes
tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat
kesehatan (focal point);
10) Para Direktur, Sekretaris Direktorat Jenderal, dan Biro Hukum dan Organisasi
memverifikasi rancangan Kepmenkes tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria
di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan (consulting);
11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mengkoordinasikan pembahasan rancangan Kepmenkes tentang norma, standar,
prosedur, dan kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan
(coordinating);
12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan
pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang norma, standar,
prosedur, dan kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat
menyempurnakan rancangan Kepmenkes tentang norma, standar, prosedur, dan
kriteria di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);
14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti
kembali rancangan Kepmenkes tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan (consulting); 15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan
Kepmenkes tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan
(decision making).
12. Penyusunan Rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan sekretaris
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun
rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja di bidang bina kefarmasian dan alat
kesehatan (recommending);
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan
Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat untuk meminta bahan
usulan/masukna penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja di bidang bina
kefarmasian dan alat kesehatan dari para direktur (focal point);
3) Para Direktur menginstruksikan para Kasubdit terkait untuk menyiapkan
usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Direktorat
masing-masing (recommending);
4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan
penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Direktorat masing-masing
(supporting);
5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
menginstruksikan Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat
untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas
Kinerja dari Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(recommending);
6) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat dan para Kepala
Subbagian Tata Usaha menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan
Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing
(supporting);
7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan
Akuntabilitas Kinerja dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);
8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir
usulan/bahan masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari
para Direktur (coordinating);
9) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat menerima dan
mengolah data usulan menjadi rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);
10) Para Direktur, Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Biro Hukum dan
Organisasi memverifikasi rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja (consulting);
11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinasi
pembahasan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (supporting);
12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan
pertimbangan dalam pembahasan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
13) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat menyempurnakan
rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan (focal point);
14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali
rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan (consulting);
15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan RI dengan tembusan kepada
Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan (decision making).
13. Penyusunan Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun penetapan
kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan
instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan
Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat untuk meminta bahan
usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan dari para Direktur (focal point);
3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat terkait
untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja dari Direktorat
masing-masing (recommending);
4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan
penyusunan penetapan kinerja dari Direktorat masing-masing (supporting);
5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan
Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat untuk menyiapkan
usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja dari Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
6) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat dan para Kepala
Subbagian Tata Usaha menyiapkan usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja
dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada atasannya
(supporting);
7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja dari
Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);
8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir
usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan dari Para Direktur (coordinating);
9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat
menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan penetapan kinerja Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);
10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan
penetapan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(consulting);
11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mengkoordinasikan pembahasan rancangan penetapan kinerja Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (coordinating);
12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan
pertimbangan dalam pembahasan rancangan penetapan kinerja Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat
menyempurnakan rancangan penetapan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan (focal point);
14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali
rancangan penetapan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (consulting); 15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan penetapan
kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk disampaikan
kepada Menteri Kesehatan (decision making).
14. Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SOP) di bidang Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun standar
prosedur operasional di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan
(recommending);
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan
instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan
Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat untuk meminta bahan
usulan/masukan penyusunan standar prosedur operasional di bidang bina
kefarmasian dan alat kesehatan dari para Direktur (focal point);
3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi
dan Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat
terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan standar prosedur operasional
di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan dari Direktorat masing-masing
(recommending);
4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan
penyusunan standar prosedur operasional di bidang bina kefarmasian dan alat
kesehatan dari Direktorat masing-masing (supporting);
5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
menginstruksikan Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat
untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan standar prosedur operasional di
bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan dari Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
6) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat dan para Kepala
Subbagian Tata Usaha menyiapkan usulan/masukan penyusunan standar prosedur
operasional di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan dari Sekretariat dan
Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada atasannya (supporting);
7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan standar prosedur
operasional di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan dari Direktorat masing-
masing untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (informing);
8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir
usulan/bahan masukan penyusunan standar prosedur operasional di bidang bina
kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan dari Para Direktur (coordinating);
9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat
menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan standar prosedur
operasional di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);
10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan
standar prosedur operasional di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);
11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mengkoordinasikan pembahasan rancangan standar prosedur operasional di bidang
bina kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (coordinating);
12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan
pertimbangan dalam pembahasan rancangan standar prosedur operasional di bidang
bina kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (recommending);
13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat
menyempurnakan rancangan standar prosedur operasional di bidang bina
kefarmasian dan alat kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (focal point);
14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali
rancangan standar prosedur operasional di bidang bina kefarmasian dan alat
kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting); 15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan program dan
anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk
disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision making).
15. Penyusunan Penetapan Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi (PBBF)
1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun surat
penetapan Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika,
Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi (PBBBF)
(recommending);
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan
instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan
Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat menerima dan meneliti
surat rekomendasi dan berkas persyaratan pemohon dari Dinas Kesehatan Propinsi
dan Badan POM/Balai Besar POM (focal point);
3) Kepala Subbagian Hukum meneliti dan mengolah berkas sesuai dengan persyaratan
(supporting); 4) Tim Penilai melaksanakan pemeriksaan/penelitian sesuai dengan persyaratan
(informing);
5) Kepala Subbagian Hukum menyiapkan konsep verbal pemohon SK Izin Industri
Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, Pedagang Besar Farmasi (PBF),
dan Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi (PBBBF) (supporting); 6) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat meneliti kembali
data/berkas persyaratan dan memaraf konsep verbal SK Izin Industri Farmasi, Industri
Obat Tradisional, Industri Kosmetika, Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan Pedagang
Besar Bahan Baku Farmasi (PBBBF) (focal point);
7) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan
memaraf tanda persetujuan (consulting);
8) Kepala Subbagian Hukum membuat net SK tentang Izin Industri Farmasi, Industri Obat
Tradisional, Industri Kosmetika, Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan Pedagang Besar
Bahan Baku Farmasi (PBBBF) (supporting); 9) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat melakukan
pemeriksaan final SK tentang Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri
Kosmetika, Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan Pedagang Besar Bahan Baku
Farmasi (PBBBF) (focal point);
10) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan
memaraf SK tentang Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika,
Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi (PBBBF)
dan disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(consulting);
11) Menteri Kesehatan menetapkan/menandatangani SK tentang Izin Industri Farmasi,
Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan
Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi (PBBBF) (decision making);
12) Kepala Subbagian Hukum menggandakan dan mengirimkan ke pemohon dan
unit/instansi terkait (supporting).
16. Penyusunan Penetapan Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional 1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun surat
penetapan Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip
Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional (recommending);
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan
instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan
Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat menerima dan meneliti
berkas persyaratan pemohon dan surat Rekomendasi Izin Prinsip dari Badan POM
(focal point);
3) Kepala Subbagian Hukum meneliti dan mengolah berkas sesuai dengan persyaratan
(supporting); 4) Tim Penilai melaksanakan pemeriksaan/penelitian sesuai dengan persyaratan
(informing);
5) Kepala Subbagian Hukum menyiapkan konsep verbal SK (supporting); 6) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat meneliti kembali
data/berkas persyaratan dan memaraf konsep verbal SK Izin Prinsip Industri Farmasi,
Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap
Industri Obat Tradisional (focal point);
7) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan
memaraf tanda persetujuan (consulting);
8) Kepala Subbagian Hukum membuat net SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin
Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri
Obat Tradisional (supporting); 9) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat melakukan
pemeriksaan final SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi,
Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional (focal
point);
10) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan
memaraf SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin
Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional dan
disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(consulting);
11) Menteri Kesehatan menetapkan/menandatangani SK tentang Izin Prinsip Industri
Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin
Tetap Industri Obat Tradisional (decision making);
12) Kepala Subbagian Hukum menggandakan dan mengirimkan ke pemohon dan
unit/instansi terkait (supporting).
17. Penerbitan Surat Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun penerbitan
Surat Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
(recommending);
2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan
instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan
Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat menerima dan meneliti
berkas persyaratan pemohon (focal point);
3) Kepala Subbagian Hukum meneliti dan mengolah berkas sesuai dengan persyaratan
(supporting); 4) Pelaksanaan Koordinasi dengan Ditwas NAPZA Badan POM untuk Analisa Hasil
Pengawasan (coordinating);
5) Kepala Subbagian Hukum menyiapkan konsep verbal SK Persetujuan Impor dan
Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (supporting); 6) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat meneliti kembali
data/berkas persyaratan dan memaraf konsep verbal SK Persetujuan Impor dan
Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (focal point);
7) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan
memaraf tanda persetujuan (consulting);
8) Kepala Subbagian Hukum membuat net SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (supporting); 9) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat melakukan
pemeriksaan final SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika,
dan Prekursor Farmasi (focal point);
10) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti dan
memaraf SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi dan disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan (consulting);
11) Menteri Kesehatan menetapkan/menandatangani SK tentang Persetujuan Impor dan
Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (decision making);
12) Kepala Subbagian Hukum menggandakan dan mengirimkan ke pemohon dan
unit/instansi terkait (supporting).
18. Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun rancangan
Peraturan Perundang-undangan di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan
(recommending);
2) Sekretaris Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan Kepala
Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat untuk meminta bahan
usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang
bina kefarmasian dan alat kesehatan (focal point);
3) Para Direktur menginstruksikan para Kepala Subdirektorat terkait untuk menyiapkan
usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan dari
Direktorat masing-masing (consulting);
4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan
penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan dari Direktorat masing-masing
(supporting);
5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan
Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat untuk menyiapkan
usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan dari
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(recommending);
6) Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat dan para Kepala
Subbagian Tata Usaha menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan
Peraturan Perundang-undangan dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing
(supporting);
7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan
Perundang-undangan dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);
8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir
usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang
bina kefarmasian dan alat kesehatan dari Para Direktur (coordinating);
9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang dilaksanakan
oleh Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat menerima dan
mengolah data usulan menjadi rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang
bina kefarmasian dan alat kesehatan (focal point);
10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi rancangan Peraturan
Perundang-undangan di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan (consulting);
11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mengkoordinasikan pembahasan rancangan rancangan Peraturan Perundang-
undangan di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan (coordinating);
12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan
pertimbangan dalam pembahasan rancangan penetapan kinerja Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);
13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang dilaksanakan
oleh Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat menyempurnakan
rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang bina kefarmasian dan alat
kesehatan (focal point);
14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali
rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang bina kefarmasian dan alat
kesehatan (consulting);
15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan
Peraturan Perundang-undangan di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan untuk
disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision making).
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1
Penyusunan Rencana Kerja Lima Tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
( 2 ) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Program dan Informasi untuk meminta usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari para Direktur
( 9 ) Kabag Program dan Informasi menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan rencana kerja lima tahunan Ditjen Binfar dan Alkes
(13) Kabag Program dan Informasi menyempurnakan rancangan rencana kerja lima tahunan Ditjen Binfar dan Alkes
( 1 ) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun rencana kerja lima tahunan Ditjen Binfar dan Alkes
( 3 ) Para Direktur menginstruksikan kepada para Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Direktorat masing-masing
( 5 )
Sesditjen menginstruksikan Kabag Program dan Informasi untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Setditjen Binfar dan Alkes
(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan rencana kerja lima tahunan
( 8 ) Sesditjen mengkoordinir usulan/ masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Para Direktur
( 11) Sesditjen mengkoordinasikan pembahasan rancangan rencana kerja lima tahunan
( 4 )
Kasubag Tata Usaha mengkompilasi usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Direktorat masing-masing
( 6 ) Kabag Program dan Informasi dan para Kasubbag TU menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing
( 10 ) Para Direktur dan Sesditjen memverifikasi data rancangan rencana kerja lima tahunan
(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan rencana kerja lima tahunan
( 7 ) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar & Alkes
(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rencana kerja lima tahunan untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan
….39
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
2
Penyusunan Laporan Kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Program dan Informasi untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan Ditjen Binfar dan Alkes dari para Direktur
(9) Kepala Bagian Program dan Informasi menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan laporan kegiatan Ditjen Binfar dan Alkes
(13) Kabag Program dan Informasi menyempurnakan rancangan laporan kegiatan Ditjen Binfar dan Alkes
(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun laporan kegiatan Ditjen Binfar dan Alkes
(3) Para Direktur menginstruksikan para Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/ masukan penyusunan laporan kegiatan dari Direktorat masing-masing
(5)
Sesditjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Kabag Program dan Informasi untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Setditjen
(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan laporan kegiatan
(8) Sesditjen mengkoordinir usulan/ masukan penyusunan laporan kegiatan Ditjen dari Para Direktur
(11) Sesditjen mengkoordinasikan pembahasan rancangan laporan kegiatan Ditjen Binfar dan Alkes
(4)
Kasubag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Direktorat masing-masing
(6) Kabag Program dan Informasi dan para Kasubag TU menyiapkan usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing
(10) Para Direktur dan Sesditjen memverifikasi data rancangan laporan kegiatan Ditjen Binfar dan Alkes
(14) Sesditjen meneliti kembali rancangan laporan kegiatan Ditjen Binfar dan Alkes
(7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Direktorat masing-masing kepada Dirjen melalui Sesditjen
(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan laporan kegiatan Ditjen Binfar dan Alkes
42
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
3
Perencanaan Program dan Anggaran Tahunan
(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Program dan Informasi untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan rencana program dan anggaran tahunan dari para Direktur
(9) Kepala Bagian Program dan Informasi menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan program dan anggaran tahunan Ditjen Binfar dan Alkes
(13) Kabag Program dan Informasi menyempurnakan rancangan program dan anggaran tahunan Ditjen Binfar dan Alkes
(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun rencana program dan anggaran tahunan Ditjen Binfar dan Alkes
(3) Para Direktur menginstruksikan para Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/masukan rencana program dan anggaran tahunan dari Direktorat masing-masing
(5)
Sesditjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Kabag Program dan Informasi untuk menyiapkan usulan/ masukan penyusunan rencana program dan anggaran tahunan dari Setditjen
(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan program dan anggaran tahunan
(8) Sesditjen mengkoordinir usulan/masukan rencana program dan anggaran tahunan Ditjen dari Para Direktur
(11) Sesditjen mengkoordinasikan pembahasan rancangan program dan anggaran tahunan Ditjen Binfar dan Alkes
(4) Kasubag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan penyusunan rencana program dan anggaran tahunan dari Direktorat masing-masing
(6) Kabag Program dan Informasi dan Kasubag TU menyiapkan usulan/ masukan rencana program dan anggaran tahunan dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing
(10) Para Direktur dan Sesditjen memverifikasi data rancangan program dan anggaran tahunan Ditjen Binfar dan Alkes
(14) Sesditjen meneliti kembali rancangan program dan anggaran tahunan Ditjen Binfar dan Alkes
(7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan rencana program dan anggaran tahunan dari Direktorat masing-masing kepada Dirjen melalui Sesditjen
(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan program dan anggaran tahunan Ditjen Binfar dan Alkes
45
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
4
Perencanaan Kebutuhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(2) Sesditjen menugaskan Kabag Umum dan Kepegawaian untuk meminta bahan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan SDM Ditjen Binfar dan Alkes dari para Direktur
(9) Kabag Umum dan Kepegawaian menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan perencanaan kebutuhan dan pengembangan SDM
(13) Kabag Umum dan Kepegawaian menyempurnakan rancangan kebutuhan dan pengembangan SDM Ditjen Binfar dan Alkes
(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia Ditjen Binfar dan Alkes
(3) Para Direktur menginstruksikan kepada Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan SDM dari Direktorat masing-masing
(5) Sesditjen menginstruksikan Kabag Umum dan Kepegawaian untuk menyiapkan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan SDM dari Setditjen Binfar dan Alkes
(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan kebutuhan dan pengembangan SDM Ditjen Binfar dan Alkes
(8) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinir usulan/bahan masukan perencanaan dan kebutuhan pengembangan SDM
(11) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinasi pembahasan rancangan kebutuhan dan pengembangan SDM Ditjen Binfar dan Alkes
(4) Kasubbag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukkan perencanaan kebutuhan dan pengembangan SDM dari Direktorat masing-masing
(6) Kabag Umum dan Kepepegawaian dan Para Kasubag TU menyiapkan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan SDM untuk disampaikan ke Sesditjen
(10) Para Direktur dan Sesditjen memverifikasi data rancangan kebutuhan dan pengembangan SDM
(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan kebutuhan dan pengembangan SDM Ditjen Binfar dan Alkes
(7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan SDM untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes melalui Sesditjen Binfar dan Alkes
(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan kebutuhan dan pengembangan SDM Ditjen Binfar dan Alkes
48
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
5
Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Umum dan Kepegawaian untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari para Direktur.
(9) Kabag Umum dan Kepegawaian menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan kebutuhan sarana dan prasarana
(13) Kabag Umum dan Kepegawaian menyempurnakan rancangan kebutuhan sarana dan prasarana
(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes
(3) Para Direktur menginstruksikan kepada Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari Direktorat masing-masing
(5)
Sesditjen menginstruksikan Kabag Umum dan Kepegawaian untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana
(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan kebutuhan sarana dan prasarana.
(8) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinir usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari Para Direktur
(11) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinasi pembahasan rancangan kebutuhan sarana dan prasarana
(4) Kasubbag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukkan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari Direktorat masing-masing
(6) Kabag Umum dan Kepepegawaian dan Para Kasubag TU menyiapkan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana
(10) Para Direktur dan Sesditjen memverifikasi data rancangan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana
(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes
(7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes melalui Sesditjen Binfar dan Alkes
‘
(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes
51
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
6
Penyusunan Usulan Biaya Pemeliharaan Barang Milik Negara (BMN) di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menerima usulan biaya pemeliharaan BMN di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes
(4) Kabag Umum dan Kepegawaian meneliti berkas usulan biaya pemeliharaan BMN di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes
(5) Kabag Umum dan Kepegawaian menyampaikan usulan biaya pemeliharaan BMN di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes
(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen Binfar dan Alkes untuk menyusun usulan biaya pemeliharaan BMN di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes
(3) Kasubbag Rumah Tangga mengkompilasi dan mengolah berkas usulan biaya pemeliharaan BMN di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes
(6) Sesditjen Binfar dan Alkes memberikan persetujuan rencana pemeliharaan BMN di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes
53
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
7
Penyusunan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Keuangan untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) dari para Direktur.
(9) Kabag Keuangan menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)
(13) Kabag Keuangan menyempurnakan rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes
(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes
(3) Para Direktur menginstruksikan kepada Kasubdit terkait untuk menyiapkan data realisasi anggaran dan investasi barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan KIL) dari Direktorat masing-masing
(5) Sesditjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Kabag Keuangan untuk menyiapkan data realisasi anggaran dan investasi barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan KIL) dari Setditjen Binfar dan Alkes
(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)
(8) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinir usulan/ masukan penyusunan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) dari Para Direktur
(11) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinasi pembahasan rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)
(4) Kasubbag TU mengumpulkan dan mengkompilasi data realisasi anggaran dan investasi barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan KIL) dari Direktorat masing-masing
(6) Kabag Keuangan dan Para Kasubag TU menyiapkan data realisasi anggaran dan investasi barang milik negara (BH,BI,BP,KIB, KIR dan KIL)
(10) Para Direktur dan Sesditjen memverifikasi data rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)
(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes
(7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes melalui Sesditjen Binfar dan Alkes
(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan
56
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
8
Penyusunan Rumusan Indeks Satuan Biaya di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Keuangan untuk meminta data informasi tentang usulan Rumusan Indeks Satuan Biaya
(5) Kabag Keuangan menyusun,meneliti, memverifikasi, dan mengkoreksi rancangan usulan Rumusan Indeks Satuan Biaya dan membuat surat undangan untuk pembahasan
(7) Kabag Keuangan menyusun kembali rancangan usulan Rumusan Indeks Satuan Biaya yang telah dibahas dan diteruskan ke Sesditjen Binfar dan Alkes
(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen Binfar dan Alkes untuk menyusun Rumusan Indeks Satuan Biaya di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes
(6) Panitia membahas rancangan usulan Rumusan Indeks Satuan Biaya
(4) Kasubbag Anggaran meneliti/ mempelajari/mengolah berkas usulan Rumusan Indeks Satuan Biaya
(8) Sesditjen Binfar dan Alkes memverifikasi rancangan Rumusan Indeks Satuan Biaya
(3) Direktorat-Direktorat, PK, Bendahara Rutin, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa, Bappenas, Rorengar dan Rokeukap memberikan data-data yang diminta
(9) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan Rumusan Indeks Satuan Biaya di Lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes
58
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
9
Penyusunan Usulan Jenis dan Besaran Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
(2) Sesditjen Binfar dan Alkes berdasarkan instruksi dari Dirjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Keuangan menerima dan memverifikasi usulan jenis dan besaran tarif PNPB
(5) Kepala Bagian Keuangan meneliti kembali berkas usulan jenis dan besaran tarif PNBP yang telah diolah dan diteruskan ke Sesditjen Binfar dan Alkes
(6) Kabag Keuangan membuat surat usulan jenis dan besaran tarif PNBP kepada Biro Keuangan dan Perlengkapan
(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen Binfar dan Alkes menginventarisasi dan menyusun usulan jenis dan besaran tarif penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
(8) Biro Keuangan dan Perlengkapan menyampaikan usulan jenis dan besaran tarif PNPB Ditjen Binfar dan Alkes kepada Menteri Keuangan Cq Ditjen Anggaran dan Setkap
(9)
Biro Keuangan dan Perlengkapan besama Ditjen Binfar dan Alkes melakukan pembahasan dengan Ditjen Anggaran dan Setkap
(10) Ditjen Anggaran dan Unit Utama memverifikasi dan memperbaiki jenis dan besaran tarif PNBP
(3) Kepala Subbagian Perbendaharaan meneliti/mempelajari/mengolah berkas usulan jenis dan besaran tarif PNBP
(4) Para Direktur dan Kepala Bagian memberikan saran dan usulan jenis dan besaran tarif PNBP
(7) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan menanda-tangani surat usulan jenis dan besaran tarif PNBP
61
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
(18) Kepala Bagian Keuangan membuat surat pengantar kepada Direktorat untuk melaksanakan pengaturan tarif PNBP
(11) Ditjen Anggaran, Setkap dan DepKumHam menyampaikan hasil pembahasan kepada Setjen Depkes Cq. Biro Keuangan dan Perlengkapan
(16) Biro Keuangan dan Perlengkapan menyampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes
(17) Sesditjen Binfar dan Alkes menerima dan meneruskan kepada Bagian Keuangan
(12) Ditjen Anggaran, DepKumHam, melakukan pembahasan usulan jenis dan besaran tarif PNBP
(13) Ditjen Anggaran, Setkap, unit utama, Biro Keuangan memverifikasi usulan jenis dan besaran tarif PNBP yang disampaikan kepada Menteri Keuangan
(14) Menteri Keuangan menindaklanjuti hasil pembahasan menjadi rancangan final PP tentang tarif PNBP yang akan ditandatangani Presiden
(15)
Menteri Keuangan menyampaikan usulan tarif PNBP yang telah ditandatangani Presiden kepada Menteri Kesehatan Cq Biro Keuangan dan Perlengkapan
(19) Sesditjen Binfar dan Alkes memberlakukan pungutan tarif PNBP sesuai Peraturan Pemerintah
62
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
10
Penyusunan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR)
(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Keuangan menerima dan memverifikasi dan mengkompilasi kasus-kasus menjadi suatu daftar kasus yang harus segera ditindaklanjuti TP/TGR
(4) Kabag Keuangan meneliti kembali daftar usulan TP/TGR yang telah diolah dan diteruskan ke Sesditjen Binfar dan Alkes
(5) Kabag Keuangan membuat surat daftar inventarisasi TP/TGR kepada Biro Keuangan dan Perlengkapan
(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen Binfar dan Alkes untuk menginventarisir kasus-kasus kerugian negara yang berdasar pada hasil pemeriksaan TP/TGR
(10) Rekomendasi Itjen dan BPK tentang penetapan kasus menjadi TP/TGR
(7) Biro Keuangan dan Perlengkapan membuat surat usulan daftar Menteri Kesehatan tentang TP/TGR ditujukan ke Menteri Keuangan u.p. Dirjen Anggaran
(3) Ka Subbag Perbendaharaan meneliti/ mempelajari/mengolah berkas TP/TGR
(8) Kasubbag Perbendaharaan mengkonsultasikan kasus yang terjadi kepada Itjen dan BPK tentang kebenaran kasus (pemeriksaan khusus)
(9)
Pemberian saran kebijakan agar kasus dapat diselesaikan dengan upaya damai
(6) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan menandatangani surat laporan daftar TP/TGR ke Sesjen Cq Biro Keuangan dan Perlengkapan
65
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
(16) Kabag Keuangan membuat surat pengantar kepada Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes atau kepada yang bersangkutan untuk menyelesaikan TPTGR
(13) Menteri Keuangan u.p. Dirjen Anggaran memproses dan memberikan tanggapan kepada Menteri Kesehatan
(14) Biro Keuangan dan Perlengkapan menyampaikan tanggapan Menteri Keuangan kepada Dirjen Binfar dan Alkes
(15) Sesditjen Binfar dan Alkes menerima dan meneruskan ke Bagian Keuangan
(18) Unit Kerja yang bersangkutan atau yang bersangkutan menyelesaikan TP/TGR sesuai ketentuan yang berlaku
(11) Menteri Kesehatan atau Setjen Depkes atas nama Menteri Kesehatan menandatangani surat ketetapan kepada yang bersangkutan (SK TM)
(12) Menteri Kesehatan membuat surat kepada Menteri Keuangan melaporkan kasus yang terjadi
(17) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan menandatangani surat pengantar dan disampaikan kepada Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes dan kepada yang bersangkutan
66
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
11
Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria di bidang Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
( 2 ) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Hukormas untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang NSPK dari para Direktur
(9) Kabag Hukormas menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang NSPK di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan
(13) Kabag Hukormas menyempurnakan rancangan Kepmenkes tentang NSPK
( 1 ) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun rancangan Kepmenkes tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) di bidang Binfar dan Alkes
(3) Para Direktur menginstruksikan para Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/ masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Direktorat masing-masing
(5) Sesditjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Kabag Hukormas untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Setditjen Binfar dan Alkes
(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang NSPK
(8) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinir usulan/bahan masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Para Direktur
(11) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinasikan pembahasan rancangan Kepmenkes tentang NSPK
(4) Kasubag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Direktorat masing-masing
(6) Kabag Hukormas dan para Kasubag TU menyiapkan usulan/ masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing
(10) Para Direktur, Sesditjen, dan Biro Hukum dan Organisasi memverifikasi rancangan Kepmenkes tentang NSPK
(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan Kepmenkes tentang NSPK
(7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes melalui Sesditjen
\
(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Kepmenkes tentang NSPK dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan
69
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
12
Penyusunan Rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
( 2 ) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Hukormas untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari para Direktur
(9) Kabag Hukormas menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan
(13) Kabag Hukormas menyempurnakan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja
( 1 ) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja di bidang Binfar dan Alkes
(3) Para Direktur menginstruksikan para Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Direktorat masing-masing
(5)
Sesditjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Kabag Hukormas untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Setditjen Binfar dan Alkes
(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja
(8) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinir usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Para Direktur
(11)
Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinasikan pembahasan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja
(4) Kasubag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Direktorat masing-masing
(6) Kabag Hukormas dan para Kasubag TU menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing
(10) Para Direktur, Sesditjen, dan Biro Hukum dan Organisasi memverifikasi rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja
(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja
(7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes melalui Sesditjen
(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan
72
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
13
Penyusunan Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
( 2 ) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Hukormas untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan Penetapan Kinerja di bidang Binfar dan Alkes dari para Direktur
(9) Kabag Hukormas menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan penetapan kinerja di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan
(13) Kabag Hukormas menyempurnakan rancangan Penetapan Kinerja
( 1 ) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun Penetapan Kinerja Ditjen Binfar dan Alkes
(3)
Para Direktur menginstruksikan para Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan Penetapan Kinerja dari Direktorat masing-masing
(5) Sesditjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Kabag Hukormas untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja dari Setditjen Binfar dan Alkes
(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan penetapan kinerja
(8) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinir usulan/bahan masukan penyusunan rancangan penetapan kinerja dari Para Direktur
(11) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinasikan pembahasan rancangan penetapan kinerja
(4)
Kasubag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja dari Direktorat masing-masing
(6) Kabag Hukormas dan para Kasubag TU menyiapkan usulan/masukan penyusunan penetapan kinerja dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing
(10) Para Direktur, Sesditjen, dan Biro Hukum dan Organisasi memverifikasi rancangan penetapan kinerja
(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja
(7)
Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan penetapan kinerja dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes melalui Sesditjen
(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan
75
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
14
Penyusunan Standar Operasional Prosedur di bidang Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
( 2 ) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Hukormas untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan SOP di bidang Binfar dan Alkes dari para Direktur
(9) Kabag Hukormas menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan SOP di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan
(13) Kabag Hukormas menyempurnakan rancangan SOP di bidang Binfar dan Alkes
( 1 ) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun standar operasional prosedur (SOP) di bidang Binfar dan Alkes.
(3) Para Direktur menginstruksikan para Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/ masukan penyusunan SOP di bidang Binfar dan Alkes dari Direktorat masing-masing
(5) Sesditjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Kabag Hukormas untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan SOP di bidang Binfar dan Alkes dari Setditjen Binfar dan Alkes
(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan SOP di bidang Binfar dan Alkes
(8) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinir usulan/bahan masukan SOP di bidang Binfar dan Alkes dari Para Direktur
(11) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinasikan pembahasan rancangan SOP di bidang Binfar dan Alkes
(4) Kasubag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan penyusunan SOP di bidang Binfar dan Alkes dari Direktorat masing-masing
(6) Kabag Hukormas dan para Kasubag TU menyiapkan usulan/ masukan penyusunan SOP di bidang Binfar dan Alkes dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing
(10) Para Direktur dan Sesditjen memverifikasi rancangan SOP di bidang Binfar dan Alkes
(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan SOP di bidang Binfar dan Alkes
(7) Para Direktur menyamwepaikan usulan/masukan penyusunan SOP di bidang Binfar dan Alkes dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes melalui Sesditjen
(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Kepmenkes tentang SOP di bidang Binfar dan Alkes dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan
78
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
15
Penyusunan Penetapan Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi (PBBBF)
(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Hukormas menerima dan meneliti surat rekomendasi dan berkas persyaratan pemohon dari Dinkes Propinsi dan Badan POM/BBPOM.
(6) Kabag Hukormas meneliti kembali data/berkas persyaratan dan memaraf konsep verbal SK tentang Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, PBF dan PBBBF.
(9) Kabag Hukormas melakukan pemeriksaan final SK tentang izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, PBF dan PBBBF.
(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen Binfar dan Alkes untuk menyusun surat penetapan Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, PBF dan PBBBF.
(3)
Kasub Bag Hukum meneliti dan mengolah berkas sesuai persyaratan.
(5)
Kasub Bag Hukum menyiapkan konsep verbal SK tentang Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, PBF dan PBBBF.
(8)
Kasub Bag Hukum membuat net SK tentang Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, PBF dan PBBBF.
(12) Kasub Bag Hukum menggandakan dan mengirimkan ke pemohon dan unit/instansi terkait.
(7) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan memaraf konsep tanda persetujuan.
(10) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan memaraf SK tentang izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, PBF dan PBBBF dan disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes
(4) Tim Penilai melaksanakan pemeriksaan/penelitian sesuai dengan persyaratan.
(11) Menteri Kesehatan menetapkan/menandatangani SK tentang izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, PBF, dan PBBBF.
81
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
16
Penyusunan Penetapan Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional
(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Hukormas menerima dan meneliti berkas persyaratan pemohon dan Surat Rekomendasi Izin Prinsip dari Badan POM
(6) Kabag Hukormas meneliti kembali data/berkas persyaratan dan memaraf konsep verbal SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional.
(9) Kabag Hukormas melakukan pemeriksaan final SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional.
(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen Binfar dan Alkes untuk menyusun surat penetapan Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional.
(3) Kasub Bag Hukum meneliti dan mengolah berkas sesuai persyaratan.
(5) Kasub Bag Hukum menyiapkan konsep verbal SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional.
(8) Kasub Bag Hukum membuat net SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional.
(12) Kasub Bag Hukum menggandakan dan mengirimkan ke pemohon dan unit/instansi terkait.
(7) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan memaraf tanda persetujuan.
(10) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan memaraf SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional dan disampaikan ke Dirjen Binfar dan Alkes
(4) Tim Penilai melaksanakan pemeriksaan/penelitian sesuai dengan persyaratan.
(11) Menteri Kesehatan menetapkan/menandatangani SK tentang Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional.
83
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
17
Penerbitan Surat Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
(2) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Hukormas menerima dan meneliti berkas persyaratan pemohon.
(6) Kabag Hukormas meneliti kembali data/berkas persyaratan dan memaraf konsep verbal SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
(9) Kabag Hukormas melakukan pemeriksaan final SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
(1) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen Binfar dan Alkes untuk menyusun penerbitan Surat Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
(4) Pelaksanaan Koordinasi dengan Ditwas NAPZA Badan POM untuk Analisa Hasil Pengawasan
(3) Kasub Bag Hukum meneliti dan mengolah berkas sesuai persyaratan.
(5) Kasub Bag Hukum menyiapkan konsep verbal SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
(8) Kasub Bag Hukum membuat net SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
(12) Kasub Bag Hukum menggandakan dan mengirimkan ke pemohon dan unit/instansi terkait.
(7) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan memaraf tanda persetujuan.
(10) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti dan memaraf SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dan disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes
(11) Menteri Kesehatan menetapkan/menandatangani SK tentang Persetujuan Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
85
TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN NO KEGIATAN PELAKU UTAMA
(Focal Point) PEMBERI REKOMENDASI
(Recommending) SEBAGAI KOORDINATOR
(Coordinating) PEMBERI DUKUNGAN
(Supporting) PEMBERI VERIFIKASI
(Consulting) PEMBERI INFORMASI
(Informing) PENGAMBIL KEPUTUSAN
(Decision Making) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
18
Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
( 2 ) Sesditjen Binfar dan Alkes menugaskan Kabag Hukormas untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang Binfar dan Alkes dari para Direktur
(9) Kabag Hukormas menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang NSPK di bidang bina kefarmasian dan alat kesehatan
(13) Kabag Hukormas menyempurnakan rancangan Kepmenkes
( 1 ) Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Sesditjen untuk menyusun rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang Binfar dan Alkes
(3) Para Direktur menginstruksikan para Kasubdit terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan dari Direktorat masing-masing
(5) Sesditjen Binfar dan Alkes menginstruksikan Kabag Hukormas untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan dari Setditjen Binfar dan Alkes
(12) Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahan dan pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes
(8) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinir usulan/bahan masukan penyusunan rancangan Kepmenkes dari Para Direktur
(11) Sesditjen Binfar dan Alkes mengkoordinasikan pembahasan rancangan Kepmenkes
(4) Kasubag TU mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan dari Direktorat masing-masing
(6) Kabag Hukormas dan para Kasubag TU menyiapkan usulan/ masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing
(10) Para Direktur, Sesditjen, dan Biro Hukum dan Organisasi memverifikasi rancangan Kepmenkes
(14) Sesditjen Binfar dan Alkes meneliti kembali rancangan Kepmenkes
(7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Dirjen Binfar dan Alkes melalui Sesditjen
(15) Dirjen Binfar dan Alkes menetapkan rancangan Kepmenkes dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan
88
BAB V PENUTUP
Pedoman Tata Hubungan Kerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
diharapkan dapat memberikan kejelasan peran, fungsi dan kewenangan masing-masing unit
kerja sehingga dapat meningkatkan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
Pedoman ini bukanlah sesuatu yang permanen, akan tetapi akan berubah mengikuti perubahan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi,
kebijakan Pimpinan serta kondisi dan situasi lingkungan . Untuk itu Pedoman Tahubja ini harus
dievaluasi secara berkala.
Mudah-mudahan pedoman ini sebagai acuan bagi unit terkait dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsi khususnya dalam penyusunan rencana kebijakan dan program di lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.