Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral

20
Tarik Ulur Kebijakan Ekspor & Peningkatan Nilai Tambah Mineral Maryati Abdullah | Publish What You Pay Indonesia

Transcript of Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral

Page 1: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral

Tarik Ulur Kebijakan Ekspor & Peningkatan Nilai Tambah Mineral

Maryati Abdullah | Publish What You Pay Indonesia

Page 2: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral

Outline

• Pelaku Usaha Pertambangan Mineral • Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah & Tarik Ulur

Relaksasi Ijin Ekspor. • Kinerja Peningkatan Nilai Tambah (Pembangunan

Fasilitas Pengolahan & Pemurnian)• Sikap & Rekomendasi PWYP Indonesia• Argumentasi – Argumentasi

Page 3: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral

Pela

ku U

saha

Pert

amba

ngan

Min

eral

35 Kontrak Karya (14 KK Operasi Produksi, 4 KK Konstruksi, 16 KK Eksplorasi dan

Feasibility Study, 1 KK PU)

25 IUP Terbitan Pemerintah Pusat

19 IUP Pengolahan dan Pemurnian (4 Nikel, 1 Emas, 1 Mangan, 1 Bauksit, 3 Besi,

3 Galena, 4 Zirkon, 1 Zeolit, 1 Kuarsa)

3 IUP BUMN (PT. Antam, PT. Timah, PT. Inalum)

84 IUP Pengangkutan dan Penjualan

6.541 IUP Mineral (Logam, Bukan Logam, & Batuan) – Yang Diterbitkan oleh Pemda

Sumber : Kementerian ESDM, diolah oleh PWYP Indonesia

Page 4: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral

PP No. 23/2010

PP 1/2014

UU 4/2009

Pasal 103:Kewajiban bagi Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi untuk melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri

Pasal 93:Kewajiban melakukan pengolahan dan pemurnian dapat dilakukan secara langsung maupun melalui kerja sama

Sejak 12 Januari 2014, penjualan mineral ke luar negeri dapat dilakukan untuk produk hasil pengolahan mineral logam (konsentrat)

Permen 1/2014

Pengaturan batasan minimum pengolahan dan pemurnian

Pasal 170:Kewajiban pemegang KK untuk melakukan pemurnian selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak diundangkan

Pasal 95:PNT mineral logam dilaksanakan melalui kegiatan pengolahan logam atau pemurnian logamPasal 112:Kewajiban pengolahan dan pemurnian di dalam negeri dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) tahun sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009

Penjualan konsentrat ke luar negeri sampai tanggal 12 Januari 2017

DASAR HUKUM PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINERAL

Sumber : Kementerian ESDM, diolah oleh PWYP Indonesia

Page 5: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral
Page 6: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral
Page 7: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral
Page 8: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral
Page 9: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral

Bagaimana Kinerja Peningkatan Nilai Tambah

(Pelaksanaan Pengolahan & Pemurnian)?

Page 10: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral

PENGOLAHAN PEMURNIAN

1. Ni Matte2. FeNi3. NPI

konsentrat Katoda Tembaga

Anoda Slime

konsentrat 1. Pig iron2. Sponge iron

1. SGA2. CGA

konsentrat

1. ZnO2. Bullion Zn3. Bullion Pb

Export

DomesticDemand

olahan bauksit

BIJIHMARKET DEMAND

?

ALUR PROSES PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINERAL

Tembaga

Nikel

Besi

Bauksit

Timbal& Seng

Sumber : Kementerian ESDM

Page 11: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral

Sumber : Kementerian ESDM (September 2016) - diolah oleh PWYP Indonesia berdasarkan rencana pembangunan smelter yg telah disampaikan kpd Menteri ESDM (Total 84 IUP, 67 Smelter) .

Page 12: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral

PROGRES (%) CAPAIAN KEGIATAN

6 – 10 Progres mencapai AMDAL

11 - 30 Progres mencapai Ground Breaking dan Awal Konstruksi Pabrik

31-50 Progres mencapai Pertengahan Tahap Konstruksi Pabrik

51-80 Progres mencapai Akhir Tahap Konstruksi

81-100 Progres mencapai tahap commissioning/Produksi

Sumber : Kementerian ESDM (Status Agustus 2016) - diolah oleh PWYP Indonesia

Page 13: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral

• Tarik ulur kebijakan dan pembukaan keran ekspor ekspor konsentrat mineral merupakan bentuk inkonsistensi regulasi yang berpotensi menciptakan ketidakadilan ekonomi, kecemburuan sosial dan ketidakpastian hukum/peraturan bagi pelaku ekonomi.

• Pembukaan keran ekspor di tengah penataan pertambangan yang sedang carut marut (masih 2500-an IUP Mineral belum CNC) memicu terjadinya eksploitasi sumberdaya alam secara besar-besaran, pembukaan lahan dan hutan yang masif, timbulnya pertambangan liar, serta praktek pertambangan yang tidak bertanggungjawab. Akibatnya, kerusakan lingkungan semakin masif, konflik dan kerugian sosialbagi masyarakat sekitar, yang dalam jangka panjang sangat tidak efektif bagi pembangunan.

• Defisit Fiskal yang terjadi saat ini seharusnya menjadi pelajaran bagi Pemerintah dan segenap elemen bangsa sebagai akibat dari ketergantungan APBN pada pendapatan dari penjualan langsung komoditas SDA (termasuk komoditas pertambangan mineral).

• Putusan Mahkamah Konstitusi No.10/PUU-XII/2014 memperkuat kewajiban pengolahan dan pemurnian di dalam negeri, dan menyatakan bahwa semangat UU Minerba sejalan dengan Pasal.33 UUD 1945, karena kewajiban ini secara langsung maupun tidak langsung memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Catatan & Sikap PWYP Indonesia

Page 14: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral
Page 15: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral

Studi Kasus : Analisis Pasokan dan Permintaan Tembaga (Kajian Kementerian Perindustrian)

Sejak 2016 produksi nasional diperkirakan menurun?

Menurut keterangan yang diterima tim kajian bahwa

PT.NNT akan mengakhiri pengerukan batuan bijih di Pit

Batu Hijau pada tahun 2017-2018.

Pada tahun-tahun berikutnya PTNNT hanya melakukan

kegiatan pemrosesan bijih kualitas menengah hingga

rendah, yang telah digali pada tahun-tahun sebelumnya.

Diperkirakan produksi logam tembaga akan menurun

mulai periode 2017 hingga tahun 2030 (asumsi masa

kontrak diperpanjang hingga 2030). Di pihak lain, PTFI

memiliki rencana produksi sementara yang cenderung

meningkat hingga 2016 dan menurun cukup drastis pada

2017.

Selanjutnya pada periode 2018-2030 (asumsi masa

kontrak diperpanjang) produksi PTFI diasumsikan tetap.

Sinergi dari penurunan aktivitas kedua perusahaan

tambang, berdampak pada penurunan pasokan nasional

logam tembaga. (Sumber : kajian Kemenperin, 2011)

Sumber : Kajian Kementerian Perindustrian, 2012

Page 16: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral

• Dengan mencermati pola pergerakan produksi dan kebutuhan atau permintaan tembaga nasional seperti pada gambar maka dapat diperkirakan bahwa kebutuhan tembaga akan sama dengan produksinya pada tahun 2016. Sehingga mulai tahun 2017, kebutuhan tembaga nasional akan melampaui tingkat produksi nasional. Berarti secara statistik mulai tahun 2017 Indonesia akan mengalami kelangkaan atau shortage mineral tembaga domestik.

• Tentunya kekurangan tersebut harus dipenuhi oleh impor dari luar negeri. Secara fisik kelangkaan tersebut kemungkinan sudah terjadi lebih awal di pasar jika saja produk tembaga atau mineral yang mengandung tembaga dijual ke luar negeri atau diekspor

• Kelangkaan tersebut bisa ditunda dengan syarat: (1) PTFI dan PTNNT atau produsen lainnya mampu menambah produksinya, (2) produksi mineral mengandung tembaga diolah di dalam negeri dan digunakan sepenuhnya untuk kebutuhan domestik (tidak diekspor).

(Sumber : kajian Kemenperin, 2011)

Studi Kasus : Analisis Pasokan dan Permintaan Tembaga (Kajian Kementerian Perindustrian)

Sumber : Kajian Kementerian Perindustrian, 2012

Page 17: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral

IUP CNC : 3945 IUPIUP NON CNC : 2596 IUP (39,7 %)

Masih Terdapat 2500-an IUP Mineral Yang Non Clear & Clean(Terutama yang Diterbitkan Oleh Pemda)

Relaksasi ijin ekspor di tengah masih adanya IUP NON CNC >> Memicu adanya ekspor ilegal – terutama jika harga komoditas mineral naik kembali. Pembiaran IUP Non- CNC dapat memicu munculnya IUP2 baru yang tidak memenuhi syarat, memicu pembukaan lahan dan hutan baru,

menyebabkan kerugian negara, menimbulkan kerusakan lingkungan dan dampak kerugian sosial/kemanusiaan bagi masyarakat sekitar lokasi pertambangan.

Seharusnya segera diberlakukan moratorium IUP baru, sebagaimana janji Presiden Joko Widodo. Moratorium ijin tambang dapat diatur melalui penerbitan Peraturan Presiden

IUP Mineral (6.541)

IUP Mineral Logam 62,5 %

(4.088)

IUP Eksplorasi (2.236)

IUP Operasi Produksi (1.852)

IUP Mineral Bukan Logam 9,6 % (628)

IUP Eksplorasi (166)

IUP Operasi Produksi (462)

IUP Mineral Batuan 27,9 %

(1.825)

IUP Eksplorasi (120)

IUP Operasi Produksi (1.705)

Page 18: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral

Peningkatan Nilai Tambah & Hilirisasi Industri SDA Merupakan Nawa Cita Jokowi-JK >> Telah Dituangkan Dalam RPJMN & Renstra ESDM 2014 - 2019

Sumber : Nawacita Bidang Energi, SDA dan Lingkungan Hidup. Diolah oleh oleh PWYP Indonesia (2014)

Page 19: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral

• Pemerintah & DPR Harus Konsisten Menerapkan Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah & Hilirisasi Sektor Mineral – Guna menciptakan diversifikasi ekonomi yang lebih baik, mengembangkan industri dalam negeri dan meningkatkan efek berganda dari hilirisasi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan manfaat jangka panjang bagi generasi mendatang.

• Agenda Revisi UU Mineral & Batubara (No.4/2009) Jangan Memberikan Relaksasi (Pengendoran) kebijakan peningkatan nilai tambah/hilirisasi sektor mineral.*Defisit fiskal bukan merupakan penyebab melainkan sebagai sebab dari ketergantungan pendapatan pada komoditas SDA.

• Strategi Peningkatan Nilai Tambah dan Hilirasi Mineral harus diikuti oleh kebijakan dan kesiapan industri dalam negeri secara terintegrasi, terencana dan termonitor secara baik dan konsisten. >> Perlu disejalankan dengan Roadmap Industri Nasional.

• Perlu pengawasan yang menyeluruh dan ketegasan Pemerintah dalam pelaksanaan PNT/hilirisasi, DPR perlu meningkatkan kinerja pengawasannya terhadap pemerintah.

Rekomendasi PWYP Indonesia

Page 20: Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral

Terima Kasih….