Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era...

16
Vol. IV, Edisi 8, Mei 2019 Desa Digital: Potensi dan Tantangannya p. 8 ISO 9001:2015 Certificate No. IR/QMS/00138 ISSN 2502-8685 Peningkatan Kredit UMKM Melalui Rasio Intermediasi Makroprudensial p. 12 Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian p. 3

Transcript of Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era...

Page 1: Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai kegiatan baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, politik,

Vol. IV, Edisi 8, Mei 2019

Desa Digital: Potensi dan Tantangannya

p. 8

ISO 9001:2015Certificate No. IR/QMS/00138 ISSN 2502-8685

Peningkatan Kredit UMKM Melalui Rasio Intermediasi

Makroprudensial p. 12

Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian

p. 3

Page 2: Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai kegiatan baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, politik,

2 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 08, Mei 2019

Terbitan ini dapat diunduh di halaman website www.puskajianggaran.dpr.go.id

Desa Digital: Potensi dan Tantangannyap.8KESENJANGAN pembangunan merupakan hal yang sampai saat ini masih terjadi di Indonesia. Kesenjangan tersebut terjadi antarwilayah serta antar kota dan desa. Kesenjangan yang terjadi antar kota dan desa juga terjadi dalam hal teknologi informasi dan komunikasi. Desa digital merupakan salah satu program untuk mengurangi kesenjangan arus informasi yang terjadi di desa. Konsep desa digital merupakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang terintegrasi dalam pelayanan publik dan kegiatan perekonomian.

Peningkatan Kredit UMKM Melalui Rasio Intermediasi Makroprudensial p.12

USAHA Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi prioritas karena dampaknya terhadap perekonomian. Permodalan masih menjadi permasalahan bagi UMKM. Sehingga pemerintah melakukan kerja sama dan koordinasi dengan BI, OJK, dan LPS guna mempermudah penguatan modal bagi UMKM melalui kredit perbankan. BI menetapkan target rasio kredit UMKM untuk mendukung program tersebut. Untuk meminimalisir risiko likuiditas dan risiko kredit UMKM, BI mengeluarkan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) dengan mencantumkan surat berharga berupa obligasi sebagai alat likuiditas bank jika NPL tinggi. Penetapan RIM dapat memperlebar ruang gerak bank dalam menyalurkan kredit.

Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian p.3

Kritik/Saran

[email protected]

Dewan RedaksiRedaktur

DahiriRatna Christianingrum

Martha CarolinaRendy Alvaro

EditorAde Nurul Aida

Marihot Nasution

KEHADIRAN Revolusi Industi 4.0 sebagai akibat dari perkembangan teknologi yang semakin maju, mau tidak mau memaksa semua lini sektor termasuk pertanian, untuk mampu beradaptasi dan memanfaatkan teknologi digital berbasis internet tersebut. Namun penerapan industri 4.0 tidaklah mudah, karena masih terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi sektor tersebut, seperti minimnya partisipasi kaum muda dan rendahnya kualitas SDM pada sektor pertanian, cakupan jaringan internet yang masih terbatas, maupun belum optimalnya dukungan permodalan.

Penanggung JawabDr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E.,

M.Si.Pemimpin Redaksi

Dwi Resti Pratiwi

Page 3: Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai kegiatan baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, politik,

3Buletin APBN Vol. IV. Ed. 08, Mei 2019

Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian

oleh Ade Nurul Aida*)

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor strategis dalam menopang perekonomian

nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi pertanian pada laju partumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahun 2018 masih cukup besar, yakni mencapai 12,81 persen meski terdapat kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir. Pada sektor ini juga, polemik sektor pertanian masih kerap terjadi salah satunya yakni, produksi maupun cadangan pangan sektor pertanian dalam negeri masih belum mencukupi. Impor yang kemudian dianggap solusi justru menjadi masalah, terutama terkait dengan hajat hidup petani hingga neraca perdagangan.

Di tengah kondisi tersebut, kehadiran revolusi industri 4.0 menjadi sebuah harapan sekaligus tantangan bagi pembangunan sektor pertanian ke depan. Harapan tersebut muncul ketika revolusi industri 4.0 mampu meningkatkan produktivitas pertanian secara efektif dan efisien dari segi waktu maupun biaya dengan kemajuan teknologi yang ada, di sisi lain minimnya tenaga kerja terampil yang ahli di bidang pertanian dan teknologi menjadi salah satu tantangan tersendiri. Dalam kajian ini akan dibahas lebih lanjut, apa saja yang menjadi tantangan sektor pertanian dalam menghadapi revolusi industri 4.0, dan apa yang menjadi strategi dalam

menghadapi tantangan tersebut agar kehadiran industri 4.0 dapat menunjang efisiensi dan produktivitas pertanian sehingga meningkatkan daya saing serta kesejahteraan petani kedepannya.

Perkembangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian IndonesiaMemasuki era revolusi industri 4.0, berbagai kegiatan baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, politik, dan lainnya selalu dikaitkan dengan penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi dengan jaringan internet. Kondisi tersebut pun tentunya tidak dapat dihindari perkembangannya sehingga memaksa semua lini sektor, baik bisnis, pendidikan, politik tak terkecuali pertanian, untuk mampu beradaptasi dan memafaatkan teknologi digital berbasis internet tersebut. Hal ini dikarenakan masa depan pertanian ke depan mungkin tidak lagi berlangsung secara konvensional namun akan tergantikan dengan teknologi berbasis internet. Selain berbasis internet (internet of things), terdapat teknologi utama lainnya yang menopang implementasi revolusi industri 4.0, diantaranya adalah super komputer (artificial inteligence), kendaraan tanpa pengemudi (human-machine interface), teknologi robotik (smart robotic), serta teknologi 3D printing. Sementara konsep pengembangan pertanian yang banyak dikembangkan pada saat

AbstrakKehadiran Revolusi Industi 4.0 sebagai akibat dari perkembangan teknologi

yang semakin maju, mau tidak mau memaksa semua lini sektor termasuk pertanian, untuk mampu beradaptasi dan memanfaatkan teknologi digital berbasis internet tersebut. Namun penerapan industri 4.0 tidaklah mudah, karena masih terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi sektor tersebut, seperti minimnya partisipasi kaum muda dan rendahnya kualitas SDM pada sektor pertanian, cakupan jaringan internet yang masih terbatas, maupun belum optimalnya dukungan permodalan. Untuk itu perlu keseriusan pemerintah dalam menentukan kebijakan agar apa yang menjadi harapan dengan hadirnya Revolusi Industi 4.0 dapat terwujud.

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

primer

Page 4: Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai kegiatan baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, politik,

4 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 08, Mei 2019

ini adalah konsep pertanian cerdas, yang biasa juga disebut smart farming atau precision agriculture. Melalui implementasi tersebut, diharapkan proses usaha tani menjadi lebih efektif dan efisien, baik dalam segi waktu dan biaya sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing produk tani yang dihasilkan.

Selanjutnya, untuk memasuki dan mendukung revolusi industri 4.0 di sektor pertanian, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Litbang Pertanian mulai berinovasi mengembangkan teknologi seperti, cloud computing, mobile internet, dan artificial intelligence yang kemudian akan digabung menjadi teknologi alat mesin pertanian yang lebih modern, misalnya berupa traktor yang mampu beroperasi tanpa operator, pesawat drone untuk deteksi unsur hara, dan robot grafting. Salah satu contoh pengembangan teknologi mekanisasi pertanian yang telah berhasil dibuat oleh Badan Litbang Pertanian adalah sebuah traktor yang diberi nama Autonomous Tractor. Traktor ini berfungsi untuk mengolah tanah menggunakan sistem navigasi real time kinematika (RTK) yang dapat melakukan pengolahan lahan sesuai perencanaan dengan akurasi 5-25 cm.

Selain itu, Kementan juga telah memperkenalkan berbagai macam aplikasi untuk membantu usaha tani,

seperti Sistem Monitoring Pertanaman Padi (Simotandi) yang menggunakan citra satelit beresolusi tinggi untuk bisa membaca standing crop tanaman padi, aplikasi Kalender Tanam (Katam) berfungsi untuk mengetahui waktu tanam, rekomendasi pupuk dan penggunaan varietas. Kemudian aplikasi Si Mantap yang dimanfaatkan PT. Jasindo dalam rangka mem-back-up asuransi pertanian dan membantu pihak asuransi dalam mendeteksi risiko kekeringan dan banjir, bahkan organisme pengganggu tumbuhan.

Minimnya Partisipasi Kaum Muda dan Rendahnya Kualitas SDM pada Sektor PertanianMinimnya jumlah petani muda hingga rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di sektor pertanian merupakan serangkaian tantangan yang terjadi di sektor pertanian. Berdasarkan data statistik ketenagakerjaan sektor pertanian, bahwa sebagian besar SDM yang bekerja di sektor pertanian didominasi oleh kelompok umur 60 tahun ke atas (17,9 persen), sedangkan keterlibatan kaum muda pada pertanian masih sangat rendah. Minimnya minat kaum muda untuk terjun di pertanian yakni kondisi pertanian dianggap kurang menjanjikan, risiko yang tinggi, maupun level gengsi di masyarakat

Selain itu berdasarkan tingkat Gambar 1. Sebaran Tenaga Kerja Sektor Pertanian Berdasarkan Kelompok Umur

dan Tingkat Pendidikan (Persen)

Sumber: Statistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian, Kementerian Pertanian, 2018

Page 5: Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai kegiatan baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, politik,

5Buletin APBN Vol. IV. Ed. 08, Mei 2019

pendidikan, SDM dengan tingkat pendidikan SD sebesar 37,53 persen dan tidak tamat SD sebesar 24,23 persen masih mendominasi SDM pada sektor tersebut, sedangkan SDM dengan tingkat pendidikan SMK, Diploma, dan Sarjana menjadi kelompok minoritas di sebaran tenaga kerja sektor pertanian dengan persentase masing-masing sebesar 3,78 persen; 0,45 persen; dan 1,02 persen.

Padahal partisipasi kaum muda sangat diperlukan dalam menghadapi revolusi industri 4.0 di sektor pertanian, karena petani tua dan/atau berpendidikan rendah yang selama ini masih mendominasi pada sektor tersebut, dikhawatirkan belum mampu beradaptasi dan mengadopsi teknologi yang ada.

Cakupan Jaringan Internet yang Masih TerbatasPemanfaatan teknologi digital akses internet merupakan bagian dan teknologi yang mendukung industri 4.0. Namun terbatasnya jangkauan internet akan menjadi tantangan tersendiri dalam mengimplementasikan industri 4.0 pada sektor pertanian. Seperti yang diketahui, bahwa belum seluruh wilayah Indonesia terjangkau akses internet, khususnya daerah terpencil, pedalaman, maupun pedesaan. Palapa Ring yang merupakan proyek pembangunan jaringan serat optik dan diharapkan mampu membangun jaringan hingga mencakup sampai ke pelosok daerah, sejauh ini belum mampu menjangkau seluruh wilayah, dan masih ada 150 ribu titik tidak bisa dijangkau oleh jaringan optik (Latif dalam Kumparan, 2019). Sementara capaian wilayah pedesaan yang sudah tersentuh oleh jaringan 3G pun baru mencapai 73,02 persen dari total 83.218 desa/kelurahan dan untuk cakupan 4G baru mencapai 55,05 persen saja (Kominfo dalam Detik.com, 2018). Di sisi lain, menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017, bahwa penggunaan internet di pedesaan (rural) sendiri hanya sebesar 48,25 persen. Petani yang merupakan pelaku utama

dalam sektor tersebut hanya sebesar 13,45 persen yang menggunakan internet dan sebagian besar berada dalam wilayah barat Indonesia (Sutas, 2018). Hal yang melatarbelakangi keengganan untuk memanfaatkan internet, salah satunya keterbatasan fisik (infrastruktur) dan biaya yang cukup tinggi untuk mendapatkan akses internet di daerah pedesaan tersebut.

Belum Optimalnya Dukungan Permodalan Industri 4.0 tentu membutuhkan peralatan berteknologi canggih yang membutuhkan modal yang tidak sedikit. Ini juga menjadi satu tantangan bagi pelaku sektor pertanian khususnya petani. Banyak lembaga permodalan dengan berbagai skim kredit yang ditawarkan ke petani, namun pada kenyataannya hanya dapat diakses oleh kelompok tertentu, sedangkan petani kecil kesulitan. Sulitnya petani mengakses permodalan dikarenakan

Sumber: Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS), BPS, 2018

Gambar 2. Jumlah Petani Menurut Provinsi dan Penggunaan Internet

Page 6: Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai kegiatan baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, politik,

6 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 08, Mei 2019

RekomendasiUntuk menerapkan industri 4.0 di Indonesia khususnya dalam sektor pertanian, fokus pemerintah seharusnya tidak hanya pada pengembangan teknologi, tetapi juga harus berfokus pada tantangan yang dihadapi pada sektor tersebut, seperti: dari sisi sumber daya manusia (SDM), apabila melihat pertanian yang saat ini masih banyak dihuni oleh petani tua, maka pemerintah perlu merangkul dan mendorong generasi muda untuk terlibat aktif dan terjun ke bidang pertanian di era digital serta keberpihakan pemerintah pada petani. Kemudian, untuk meningkatan keterampilan dan kemampuan, perlu dikembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan, serta pengembangan pendidikan vokasi. Dengan pengembangan pendidikan vokasi melalui pembenahan kurikulum dan metode pembelajaran diharapkan dapat menjembatani dunia pendidikan dengan dunia kerja dan kebutuhan pasar di samping memiliki peran dalam meningkatkan minat penduduk usia muda untuk terjun ke pertanian desa. Terkait keterbatasan akses internet di pedesaan, perlu peran pemerintah dalam upaya percepatan dan pemerataan jaringan internet hingga pelosok pedesaan. Terakhir mendorong peran lembaga keuangan (Bank dan Non Bank) untuk masuk sektor pertanian dengan skema yang tidak memberatkan petani. Dari kesemuanya itu, koordinasi dan peran serta semua pihak terkait sangat dibutuhkan agar apa yang menjadi harapan dengan hadirnya revolusi industi 4.0 dapat terwujud.

kurangnya kepercayaan lembaga keuangan untuk menyuntikkan dana ke petani sehubungan dengan penghasilan petani dinilai teralu kecil dan tak memiliki agunan memadai untuk jaminan pinjaman. Berbagai kredit program yang dikembangkan untuk usaha pertanian seperti Kredit Ketahanan Pangan-Energi (KKP-E), Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP), Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada perkembangannya

masih jauh dari harapan karena pada pelaksanaannya bank tidak akan memberikan kredit jika tidak memiliki agunan. Pemanfaatan internet melalui financial technology (fintech) yang kiranya diyakini dapat membantu dan mempermudah dalam mengakses permodalan pun (dikarenakan syarat dari fintech tidak terlalu sulit seperti perbankan) nyatanya masih belum memihak petani. Alasannya bunga dari fintech yang masih terlalu tinggi hingga mencapai 30 persen (Huda, 2018).

Daftar Pustaka Akhir, Dani Jumadil. 2018. Revolusi Industri 4.0 Sektor Pertanian, Petani Gunakan Remote Control Saat Panen. Diakses dari https://economy.okezone.com/read/2018/09/28/320/1956769/revolusi-industri-4-0-sektor-pertanian-petani-gunakan-remote-control-saat-panen?page=2 pada 15 April 2019

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. 2018. Penetrasi dan Perilaku Pengguna Inernet Indonesia: Survei 2017

Badan Pusat Statistik. 2018. Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS)

2018

BBPP BATU. Peranan Internet di Bidang Pertanian. Diakses dari http://bbppbatu.bppsdmp.pertanian.go.id/peranan-internet-di-bidang-pertanian/ pada 25 April 2019

Detik.com. 2018. Rangsang Eknomi Digital, Kominfo Bangun Internet ke Pelosok. Diakses dari https://inet.detik.com/telecommunication/d-4043822/rangsang-ekonomi-digital-kominfo-bangun-internet-ke-pelosok pada 29 April 2019

Embu, Wilfridus. 2018. Permodalan Hingga Tenaga Kerja Jadi Tantangan

Page 7: Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai kegiatan baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, politik,

7Buletin APBN Vol. IV. Ed. 08, Mei 2019

Revolusi Industri 4.0. Diakses dari https://www.merdeka.com/uang/permodalan-hingga-tenaga-kerja-jadi-tantangan-revolusi-industri-40.html pada 26 April 2019

Huda, Nailul. 2018. Revolusi Pertanian 4.0. Diakses dari http://www.neraca.co.id/article/109267/revolusi-pertanian-40 pada 24 April 2019

Kementerian Pertanian. 2018. Statistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Tahun 2017-2018

Kumparan. 2019. Mengenal Palapa Ring, ‘Tol Langit’ Penghubung Internet Indonesia. Diakses dari https://kumparan.com/@kumparantech/mengenal-palapa-ring-tol-langit-penghubung-internet-indonesia-1552996901996551352 pada

29 April 2019

Reisha, Tia. 2019. Kementan Dorong Sektor PErtanian Masuki Revolusi Industri 4.0. Diakses dari https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4474423/kementan-dorong-sektor-pertanian-masuki-revolusi-industri-40 pada 15 April 2019

Sayaka Bambang, Rivai Rudi. Peningkatan Akses Petani Terhadap Kredit Kethanan Pangan dan Energi

Wartaekonomi.co.id. 2019. Begini Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian. Diakses dari https://www.wartaekonomi.co.id/reBegini Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanianad215598/begini-revolusi-industri-40-di-sektor-pertanian.html pada 26 April 2019

Page 8: Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai kegiatan baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, politik,

8 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 08, Mei 2019

Desa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Hal ini dinyatakan

dalam salah satu Nawacita Jokowi yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, yang diikuti dengan strategi pembangunan nasional. Berdasarkan RPJMN 2015-2019 pembangunan harus dapat menghilangkan/memperkecil kesenjangan yang ada, termasuk kesenjangan antarwilayah dan antar desa dengan kota.Dalam jangka panjang, kesenjangan pembangunan antarwilayah dapat memberikan dampak negatif pada kehidupan sosial masyarakat sehingga menjadi masalah serius yang harus dapat diselesaikan kedepannya. Kesenjangan antarwilayah terlihat dari masih terdapatnya 122 kabupaten yang merupakan daerah tertinggal. Kesenjangan kota dan desa dapat terlihat dari laju urbanisasi yang cukup pesat beberapa tahun terakhir. Saat ini, laju urbanisasi di desa sebesar 1,2 persen setiap tahunnya (Detik.com, 2018). Kesenjangan pembangunan antara kota dan desa tidak dapat dilepaskan dari dampak sebaran demografi dan kapasitas ekonomi yang tidak seimbang serta kesenjangan ketersediaan infrastruktur yang memadai, termasuk kesenjangan

teknologi informasi dan komunikasi (Darwis, 2016). Menurut Kemkominfo, jumlah desa yang belum tersentuh teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sekitar 40 persen di tahun 2017. Kesenjangan-kesenjangan inilah yang menyebabkan desa menjadi sulit berkembang. Menurut data BPS, jumlah desa dengan status tertinggal masih mendominasi dari jumlah seluruh desa di Indonesia (gambar 1).

Desa Digital: Potensi dan Tantangannyaoleh

Rendy Alvaro*)Emillia Octavia**)

AbstrakKesenjangan pembangunan merupakan hal yang sampai saat ini masih

terjadi di Indonesia. Kesenjangan tersebut terjadi antarwilayah serta antar kota dan desa. Kesenjangan yang terjadi antar kota dan desa juga terjadi dalam hal teknologi informasi dan komunikasi. Desa digital merupakan salah satu program untuk mengurangi kesenjangan arus informasi yang terjadi di desa. Konsep desa digital merupakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang terintegrasi dalam pelayanan publik dan kegiatan perekonomian. Dengan adanya desa digital diharapkan pelayanan publik dapat meningkat dan pemberdayaan ekonomi masyarakat menjadi berkembang.

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]**) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

sekunder

Gambar 1. Jumlah Desa Menurut Indeks Pembangunan Desa

Sumber: LKPP, 2017 dan Kemenkeu, 2018

Di sisi lain, perkembangan teknologi yang sudah memasuki revolusi industri 4.0 akan memberikan tantangan tersendiri dalam hal berjalannya pemerintahan dan ekonomi desa. Desa harus mampu beradaptasi mengikuti kemajuan teknologi tersebut agar tidak tertinggal dalam segala bidang

Page 9: Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai kegiatan baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, politik,

9Buletin APBN Vol. IV. Ed. 08, Mei 2019

serta mendukung roadmap pemerintah Indonesia “Making Indonesia 4.0”. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mempersiapkan desa memasuki revolusi industri 4.0 yaitu dengan cara mengurangi kesenjangan digital antara kota dan desa serta mendigitalisasi desa-desa dengan konsep desa digital. Desa Digital Sebagai Katalisator Perbaikan Layanan Publik dan EkonomiDesa digital merupakan konsep program yang menerapkan sistem pelayanan pemerintahan, pelayanan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat berbasis pemanfaatan teknologi informasi. Program ini bertujuan untuk mengembangkan potensi desa, pemasaran dan percepatan akses serta pelayanan publik. Dalam desa digital, pelayanan publik akan bersifat digital dengan terkoneksi melalui jaringan nirkabel. Pelayanan yang bersifat digital akan mendorong peningkatan layanan publik di desa-desa dan mempermudah perangkat desa untuk melakukan evaluasi dan perbaikan layanan dengan basis data yang nantinya dimiliki. Selain itu, desa digital juga akan memperlancar penggunaan aplikasi sistem keuangan desa (Siskeudes) sehingga pengelolaan keuangan desa termasuk dana desa dapat lebih transparan dan akuntabel. Dalam konteks ekonomi, desa digital dapat dijadikan sebagai katalisator peningkatan kinerja ekonomi desa dan pemberdayaan ekonomi masyarakat desa. Pada desa digital direncanakan akan memiliki website dan akun media sosial untuk promosi dan berita, sistem e-commerce serta aplikasi yang sesuai dengan karakter dan potensi ekonomi di tiap desa.Hingga saat ini, pembentukan beberapa desa digital merupakan kolaborasi antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Dalam pembentukan desa digital, pemerintah daerah mengajukan usulan kepada Kemkominfo sebagai pihak yang menyediakan layanan internet. Sebelum ada program desa digital, telah ada program serupa yaitu desa broadband terpadu yang

dijalankan oleh Kemkominfo bagi desa-desa yang termasuk dalam daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). Desa broadband terpadu merupakan upaya pemerintah menjangkau desa-desa agar dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi guna meningkatkan kesejahteraannya. Desa Mandalamekar di Kabupaten Tasikmalaya dan Desa Rawabiru di Kabupaten Merauke merupakan contoh dua desa broadband dari 278 yang sudah dibentuk oleh Kemkominfo. Dengan program desa broadband terpadu, Kemkominfo melalui BAKTI (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi)1 menyediakan jaringan, perangkat, aplikasi yang sesuai dengan karakteristik penduduk, dan pendampingan yang tepat untuk masyarakat di desa 3T dan lokasi prioritas (LokPri) yang meliputi desa petani, desa nelayan dan desa pedalaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan memperluas akses ke pasar.Melalui penerapan teknologi dan informasi di desa digital diharapkan produktivitas dapat meningkat mengikuti kisah sukses desa lainnya dalam penggunaan internet contohnya desa Majasari di Kabupaten Indramayu. Dengan adanya internet, masyarakat di desa tersebut memperoleh perbaikan dalam cara pertanian dan peternakan organik. Desa Majasari menerapkan teknologi pengolahan pakan dari limbah pertanian untuk penyediaan pakan ternak. Limbah peternakan kemudian digunakan sebagai pupuk di lahan pertanian. Desa Majasari sejak beberapa tahun lalu telah beralih ke pertanian organik. Dengan keberadaan internet, produk pertanian dan peternakan di desa Majasari dapat dipasarkan hingga ke penjuru tanah air sehingga meningkatkan perekonomian desa. Hal tersebut membuat desa Majasari berhasil menurunkan tingkat kemiskinan pada angka 8,24 persen dan meraih peringkat satu desa terbaik tahun 2016.Selain desa digital yang telah disebutkan sebelumnya, masih terdapat desa-desa

1) BAKTI Kominfo sebelumnya bernama Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI).

Page 10: Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai kegiatan baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, politik,

10 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 08, Mei 2019

digital lain yang sudah terbentuk dan tersebar di berbagai provinsi meskipun tidak diketahui sampai sejauh mana proses digitalisasi yang sudah ada di desa digital lainnya (Gambar 2). Desa digital yang terbentuk diharapkan tidak hanya desa dengan fasilitas internet atau wifi saja. Namun lebih jauh lagi, masuknya akses internet ke desa-desa digital tersebut harus mampu meningkatkan potensi ekonomi desa dan pemberdayaan masyarakat (misalnya: pemasaran atau promosi produk-produk BUMDES) serta meningkatkan kualitas pelayanan publik bagi masyakarat desa.Tantangan Mewujudkan Desa DigitalDesa digital merupakan sebuah konsep yang mensyaratkan tersedianya jaringan informasi dan komunikasi yang memadai. Namun, masih banyak wilayah di Indonesia dengan kondisi TIK yang masih rendah atau bahkan tidak ada sama sekali. Menurut data Potensi Desa Badan Pusat Statistik tahun 2018 masih ada sekitar 62 persen desa yang tidak tersedia BTS (Base Transceiver Station)2. Dari sisi kekuatan sinyal telepon seluler dan sinyal internet, masih banyak desa-desa yang kekuatan signalnya lemah dan bahkan tidak ada, yakni 34 persen untuk sinyal telepon dan 21,6 persen untuk sinyal internet (gambar 3). Hal ini menjadi tantangan

tersendiri dalam membentuk desa digital.Tantangan lainnya untuk mewujudkan desa-desa digital adalah butuh dukungan pendanaan yang cukup besar. Saat ini, desa digital merupakan hasil kerjasama antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat melalui BAKTI Kominfo dan juga pihak-pihak lainnya. BAKTI Kominfo bertugas menyediakan akses internet dengan menggunakan dana USO (Universal Service Obligation) bagi desa yang mengajukan usulan melalui pemerintah daerah untuk menjadi desa digital. Sedangkan perangkat dan aplikasi disediakan oleh pemerintah daerah dengan mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penyediaan perangkat dan aplikasi ini membutuhkan dana yang relatif besar. Di sisi lain, masih banyak daerah-daerah (khususnya kabupaten) yang kapasitas keuangannya rendah dan masih sangat bergantung pada dana perimbangan dari pemerintah pusat. Guna meminimalkan dana sementara dapat dibentuk pusat digital di desa yang dapat diakses oleh semua masyarakat sehingga dapat dikontrol penggunaannya.Tantangan berikutnya adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang mampu mengelola berbagai layanan berbasis teknologi informasi. Tidak bisa dipungkiri bahwa di desa-desa masih terdapat aparat dan masyarakat desa yang belum melek internet dan teknologi. Penetrasi pengguna internet tahun 2017 berdasarkan kota/kabupaten

Sumber: Statistik Potensi Desa BPS 2018, (diolah)

Gambar 3. Base Transceiver Station (BTS) dan Sinyal Telepon Seluler di Desa

2) Base Transceiver Station (BTS) adalah alat yang berfungsi sebagai pengirim dan penerima sinyal komunikasi seluler yang biasanya ditandai dengan menara/tower yang dilengkapi antena sebagai perangkat penerima. (BPS, 2018)

Sumber: Kab. Bonebolang, 2017 dan Prov. Jawa Barat, 2018

Gambar 2. Contoh Desa Digital

Page 11: Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai kegiatan baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, politik,

11Buletin APBN Vol. IV. Ed. 08, Mei 2019

RekomendasiUntuk mewujudkan desa digital yang optimal diperlukan berbagai langkah-langkah dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Pertama, perlu adanya dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak dalam hal pendanaan, pendampingan, pelatihan serta literasi digital baik dari pemerintah pusat, pihak swasta, akademisi maupun masyarakat.

Kedua, sinergi dengan program desa broadband terpadu dengan menitikberatkan pada pengembangan aplikasi digital yang terutama pada desa-desa dengan karakteristik yang sama.

terkonsentrasi di area rural sebesar 48,25 persen (APJII, 2017). Untuk penguasaan komputer, rilis BPS dalam Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) menunjukan bahwa nilai indeks persentase rumah tangga di Indonesia yang menguasai komputer hanya bernilai 2 dari skala 0 – 10. Hasil survei dan IP-TIK BPS ini dapat dijadikan parameter yang menunjukkan bahwa melek internet dan teknologi di pedesaan masih relatif rendah. Selain itu, masyarakat desa masih memegang budaya yang kuat yang mungkin dapat menjadi penghambat dalam masuknya sesuatu yang baru dari luar seperti internet. Adanya konten-konten negatif dari akses internet juga menjadi tantangan tersendiri dalam pengadaan desa digital. Dengan demikian maka dibutuhkan sosialisasi, pendampingan, dan literasi digital terhadap SDM dan masyarakat desa yang disesuaikan dengan karakteristik dan budaya masyarakat. Saat ini telah ada pendampingan dari relawan TIK terhadap desa digital namun jumlahnya terbatas sehingga diperlukan keterlibatan pihak lain dalam pendampingan dan literasi digital.

Daftar PustakaAsosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2017). Survei Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2017Badan Pusat Statistik. (2018). Berita resmi Statistik: Perkembangan Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK)Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Potensi Desa 2018Darwis, Robby. (2016). Pengaruh Kesenjangan Digital Terhadap Pembangunan DesaDetik.com. (2018). Dampak Urbanisasi, Warga Desa Diprediksi Tersisa 35% di 2045. Diakses dari https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4191870/dampak-urbanisasi-warga-desa-diprediksi-tersisa-35-di-2045 pada 25 April 2019Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2018). Laporan Kinerja 2017Bonebolang. (2017). Desa Digital Pertama di Indonesia Ada di Bone Bolango. Diakses dari www.bonebolangokab.go.id/web/berita-desa-digital-pertama-di-indonesia-ada-di-bone-bolango.html pada 23 April 2019 Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2018). Kisah Desa Majasari berdaya dengan internet. Diakses dari https://kominfo.go.id/content/detail/15368/kisah-desa-majasari-berdaya-dengan-internet/0/sorotan_media pada 30 April 2019Pemprov Jawa Barat. (2018). Ridwan Kamil Launching Desa Digital. Diakses dari https://jabarprov.go.id/index.php/news/30990/2018/12/10/Ridwan-Kamil-Launching-Desa-Digital pada 23 April 2019

Ketiga, pemerintah perlu mendorong pengelolaan dana desa yang diarahkan untuk mendukung terwujudnya desa digital yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh BUMDes dalam mengoptimalkan kinerjanya.

Page 12: Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai kegiatan baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, politik,

12 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 08, Mei 2019

Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM) merupakan usaha yang memiliki peran strategis

dalam perekonomian, baik dari jumlah unit usaha maupun dari kemampuan menyerap tenaga kerja. Peran ini mengindikasikan pentingnya informasi dan monitoring terhadap kinerja UMKM, khususnya kinerja keuangan. Kinerja keuangan UMKM sangat diperlukan untuk memelihara stabilitas sistem keuangan yang dapat dilihat dari sisi pembiayaan dan permodalan. Secara umum, semakin besar skala UMKM, maka semakin besar nilai aset, utang, dan ekuitas yang dimilikinya. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi operasional yang akhirnya menjadikan UMKM menjadi semakin berkembang. Dengan ini, baik UMKM skala menengah, maupun kecil atau mikro memiliki prospek yang baik dan akan mampu menghasilkan laba.

Meskipun UMKM berpotensi menghasilkan laba, akan tetapi saat ini masih terkendala permodalan. Untuk mengatasinya bank mengeluarkan produk pembiayaan untuk sektor

UMKM yang dinamakan kredit UMKM dengan bunga 22 persen per tahun. Hal ini menyebabkan debitur mengalami kesulitan untuk membayar kewajibannya dan bank mengalami risiko kredit yang tinggi. Melihat adanya permasalahan di pihak debitur dan kreditur, pemerintah melakukan koordinasi dan kerja sama dengan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Koordinasi tersebut menyepakati penyediaan dana untuk dialokasikan kepada sektor UMKM dalam bentuk program pembiayaan bersubsidi yang dinamakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) mulai tahun 2007. Tujuan penyaluran KUR adalah untuk mendukung upaya percepatan dan kualitas pertumbuhan ekonomi dengan upaya pembangunan UMKM.

Setelah dilakukan kerja sama tersebut, maka BI menetapkan target penyaluran kredit UMKM, pada 2015 sebesar 5 persen, 2016 sebesar 10 persen, 2017 sebesar 15 persen, dan 2018 sebesar 20 persen1. Peningkatan target ini dalam rangka pemeringkatan kredit dan ketersediaan informasi laporan keuangan

AbstrakUsaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi prioritas karena dampaknya

terhadap perekonomian. Permodalan masih menjadi permasalahan bagi UMKM, sehingga pemerintah melakukan kerja sama dan koordinasi dengan BI, OJK, dan LPS guna mempermudah penguatan modal bagi UMKM melalui kredit perbankan. BI menetapkan target rasio kredit UMKM untuk mendukung program tersebut. Untuk meminimalisir risiko likuiditas dan risiko kredit UMKM, BI mengeluarkan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) dengan mencantumkan surat berharga berupa obligasi sebagai alat likuiditas bank jika NPL tinggi. Penetapan RIM dapat memperlebar ruang gerak bank dalam menyalurkan kredit. Setelah diberlakukan RIM, terjadi peningkatan pada kredit UMKM. Walaupun ada kelonggaran, bank tetap harus melakukan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit UMKM, serta memisahkan kredit UMKM yang menyertakan jaminan dengan yang tidak menyertakan jaminan guna mempermudah pemisahan risiko kredit macet.

Peningkatan Kredit UMKM Melalui Rasio Intermediasi Makroprudensial

oleh Slamet Widodo*)

Firly Nur Agustiani**)

sekunder

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]**) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]) PBI Nomor 17/12/PBI/2015 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah.

Page 13: Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai kegiatan baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, politik,

13Buletin APBN Vol. IV. Ed. 08, Mei 2019

UMKM, program yang difasilitasi BI ini bertujuan untuk mengatasi asymmetric information antara perbankan dan UMKM.

Pada tahun 2018, masih 60 - 70 persen dari 56,54 juta unit UMKM yang belum memiliki akses ke perbankan. Hal ini disebabkan UMKM dituntut menyajikan proposal usaha yang feasible dan bankable. Selain itu data kinerja keuangan UMKM saat ini belum tersedia, antara lain dikarenakan keterbatasan kapabilitas UMKM dalam menyusun laporan keuangan.

Pertumbuhan kredit perbankan yang terus meningkat dari tahun ke tahun, tercatat pada tahun 2018 mencapai 11,8 persen lebih tinggi 7,7 persen dari tahun 2017, dan Januari 2019 pertumbuhan kredit sudah mencapai 12 persen. Jumlah debitur UMKM cenderung meningkat tiap bulannya (gambar 1). Kenaikan jumlah debitur UMKM ini disebabkan oleh prospek dan pengembangan kinerja UMKM yang tidak lepas dari peran dan upaya pemerintah. Khususnya fasilitas KUR yang diprioritaskan kepada sektor produktif seperti industri pengolahan dan pertanian, termasuk kepada pengembangan energi baru terbarukan berskala UMKM.

Tingginya tingkat permintaan debitur

akan kredit bersubsidi, mengindikasikan bank harus serius dalam mengendalikan KUR. Pada tahun 2015-2018 KUR disalurkan kepada 13.258.016 UMKM dengan total plafon sebesar Rp317 triliun. NPL KUR sampai tahun 2018 mencapai 1,24 persen. Dengan adanya penambahan subsidi bunga, maka beban bunga yang ditanggung debitur semakin berkurang. Besar bunga yang ditanggung oleh debitur sebesar 12 persen (2016), 9 persen (2017) dan 7 persen (2018). Pada tahun 2019, pemerintah mengalokasikan anggaran pada APBN sebesar Rp16.651,3 miliar lebih tinggi Rp3.650,7 miliar dibandingkan outlook 2018 sebesar Rp13.000,6 miliar untuk pemberian subsidi bunga KUR.

Peningkatan Kredit UMKM Melalui Kebijakan Makroprudensial oleh Perbankan

Dalam menjalankan kegiatannya sebagai kreditur, bank harus tetap melaksanakan fungsinya sebagai lembaga intermediasi antara surplus spending unit dengan deficit spending unit. Sehingga diperlukan formulasi khusus agar bank dapat tetap eksis menjalankan tugasnya yang berorientasi pada keuntungan (profit oriented), namun tetap mampu mendorong perekonomian khususnya UMKM.

Untuk memperkuat bank sebagai

Gambar 1. Jumlah Debitur UMKM dan Debitur Bank

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, OJK, 2019

Page 14: Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai kegiatan baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, politik,

14 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 08, Mei 2019

intermediator, BI akan melaksanakan kebijakan makroprudensial untuk mendukung asesmen kinerja pembiayaan UMKM dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan. Kebijakan makroprudensial memiliki risiko sistemik yang tidak selalu bersumber dari perbankan, namun dari elemen sistem keuangan lain seperti kegagalan korporasi atau permasalahan pembayaran; terdapat contagion effect akibat dari keterkaitan antar elemen sistem keuangan (interconnectedness); dan potensi dampak yang ditimbulkan dari risiko sistemik yang dapat mengganggu perekonomian. Risiko sistemik merupakan potensi instabilitas sebagai akibat terjadinya gangguan yang menular (contagion) pada sebagian atau seluruh sistem keuangan karena interaksi faktor ukuran, kompleksitas usaha (complexity), dan keterkaitan antara institusi dan/atau pasar keuangan (interconnectedness), serta kecenderungan perilaku yang berlebihan dari pelaku atau institusi keuangan untuk mengikuti siklus perekonomian (procyclicality).

Menurut International Monetary Policy (IMF), kebijakan makroprudensial adalah kebijakan yang memiliki tujuan utama untuk memelihara stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan melalui pembatasan peningkatan risiko sistemik. Menurut Bank of England, kebijakan makroprudensial adalah kebijakan yang ditujukan untuk memelihara kestabilan intermediasi keuangan (misalnya jasa-jasa pembayaran, intermediasi kredit dan penjaminan atas risiko) terhadap perekonomian.

Tujuan dari kebijakan makroprudensial berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 16/11/PBI/2014 tentang pengaturan dan pengawasan makroprudensial terdiri dari: (1) mencegah dan mengurangi risiko sistemik, yang menjadi fokus antara lain penguatan ketahanan modal, pencegahan perilaku ambil risiko yang berlebihan (leverage yang berlebihan), pengendalian risiko (kredit, likuiditas, dan pasar), pembatasan konsentrasi eksposur, dan penguatan ketahanan

infrastruktur keuangan; (2) mendorong fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas, yang menjadi fokus antara lain fungsi intermediasi dapat berjalan dengan baik, dan penyaluran kredit yang sehat dan optimal; dan (3) meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses keuangan, yang menjadi fokus antara lain peningkatan akses keuangan termasuk UMKM dan perluasan jangkauan perbankan kepada semua lapisan masyarakat.

Kebijakan makroprudensial tersebut diformulasikan dengan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) yang merupakan penyempurnaan dari LDR ditambahkan surat berharga berupa obligasi, yang tujuannya agar fungsi intermediasi dapat berjalan dengan seimbang dan berkualitas. Kebijakan ini berlaku mulai tanggal 16 Juli 2018, dengan batas bawah 80 persen dan batas atas 92 persen. Pada tahun 2019 target RIM disesuaikan menjadi batas bawah menjadi 84 persen dan batas atas menjadi 94 persen yang berlaku mulai tanggal 1 Juli 20192. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong fungsi intermediasi perbankan kepada sektor riil sesuai dengan kapasitas dan target pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian.

Pengaturan makroprudensial ini diperlukan untuk mempengaruhi perilaku para pelaku atau institusi keuangan khususnya perbankan yang cenderung procyclical yang dapat mengganggu fungsi intermediasi dengan naik turunnya perekonomian. Jika kondisi ekonomi baik maka perbankan akan melakukan ekspansi dan meningkatkan perilaku ambil risiko. Sedangkan ketika kondisi perekonomian menurun, maka perbankan akan cenderung menahan penyaluran kredit. Instrumen berbasis intermediasi ini pun dibentuk guna mendukung upaya stabilitas sistem keuangan dan tersinergi dengan upaya memperkuat momentum pemulihan ekonomi domestik yang dapat dilihat dari penyaluran kredit.

Tren penyaluran kredit UMKM setelah 2) Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 21/5/PADG/2019 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Anggita Dewan Gubernur Nomor 20/11/PADG/2018 tentang Rasio Intermediasi Makroprudensial dan penyangga Likuiditas Makroprudensial bagi Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah.

Page 15: Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai kegiatan baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, politik,

15Buletin APBN Vol. IV. Ed. 08, Mei 2019

RekomendasiKoordinasi pemerintah dengan BI, OJK, dan LPS dilakukan untuk menstimulus penguatan modal UMKM guna mempermudah penguatan modal melalui kredit perbankan. Selain itu, BI menetapkan target rasio kredit UMKM untuk mendukung program pemerintah dalam membangun UMKM. Hadirnya RIM dapat memperlebar ruang gerak bank dalam menyalurkan kredit bagi UMKM. Setelah diberlakukan RIM terjadi peningkatan pada kredit UMKM. Walaupun ada kelonggaran, bank harus tetap melakukan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit UMKM, serta memisahkan kredit UMKM yang menyertakan jaminan dengan yang tidak menyertakan jaminan guna mempermudah pemisahan risiko kredit macet.

diberlakukan RIM semakin meningkat, begitupun dengan LDR yang merupakan indikator yang digunakan mengukur kemampuan bank menyalurkan kredit dengan menggunakan dana pihak ketiga yang dimiliki (tabel 1). Hal ini memiliki risiko likuiditas dan risiko kredit yang tinggi, mengingat masih ada sebagian KUR yang tidak menyertakan jaminan.

Walaupun sebenarnya pada awal diberlakukannya RIM, dikhawatirkan bank lebih memilih beli obligasi dibandingkan penyaluran kredit, akan tetapi prediksi tersebut tidaklah benar. Hal ini terlihat dari DPK yang disimpan di obligasi hanya 1 persen dari Rp46 triliun, karena bank lebih memilih menyalurkan kredit. Hal ini karena pendapatan bunga penyaluran kredit lebih besar dibandingkan dengan pendapatan bunga obligasi. Namun bank harus berhati-hati dalam menjaga likuiditas dan mengendalikan risiko kredit yang akan

muncul. Pengaturan batas bawah dan batas atas RIM memberikan dampak positif bagi bank dalam menyalurkan kredit.

Daftar Pustaka

Kemenko Perekonomian. 2019. Data Realisasi KUR s.d 31 Desember 2018. Diakses dari http://www.kur.ekon.go.id/realisasi_kur/2018/12 tanggal 19 April 2019

Kontan.co.id. 2018. Ini alasan bank sulit penuhi porsi kredit UMKM. Diakses dari https://keuangan.kontan.co.id/news/ini-alasan-bank-sulit-penuhi-porsi-kredit-umkm tanggal 17 April 2019

Bank Indonesia. 2018. Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/4/PBI/2018 tentang

Rasio Makroprudensial Dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial Bagi Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah

Bank Indonesia. 2019. Statistik Sistem Keuangan Indonesia, Maret 2019

Kemenko Perekonomian. 2018. Peluang dan Tantangan Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat. Diakses dari http://kur.ekon.go.id/peluang-dan-tantangan-pelaksanaan-kredit-usaha-rakyat tanggal 17 April 2019

Tabel 1. Kredit Yang Diberikan kepada UMKM Sebelum dan Setelah RIM

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia. OJK. 2019

Page 16: Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian · di Sektor Pertanian Indonesia Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai kegiatan baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, politik,

“Siap Memberikan Dukungan Fungsi Anggaran Secara Profesional”

Buletin APBNPusat Kajian AnggaranBadan Keahlian DPR RI

www.puskajianggaran.dpr.go.idTelp. 021-5715635, Fax. 021-5715635

e-mail [email protected]