Tanggung Jawab Hukum Akuntan Publikmakalah

17
MAKALAH TANGGUNG JAWAB HUKUM AKUNTAN PUBLIK Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing I yang dibimbing oleh Bapak Nasikin, SE., MM., CPA., Ak. Disusun Oleh : Alifa Widiasti N. (125020300111035) Tio Fanny (125020300111073) Annisha Fitri (125020300111107) JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

Audit 1

Transcript of Tanggung Jawab Hukum Akuntan Publikmakalah

MAKALAH

TANGGUNG JAWAB HUKUM AKUNTAN PUBLIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing I yang dibimbing oleh Bapak Nasikin, SE., MM., CPA., Ak.

Disusun Oleh :Alifa Widiasti N. (125020300111035)Tio Fanny (125020300111073)Annisha Fitri (125020300111107)

JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI dan BISNISUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014Tuntutan Hukum yang Dihadapi Akuntan PublikProfesi akuntan publik merupaka profesi berisiko tinggi karena akuntan publik harus memberikan jasa profesionalnya sesuai dengan standar professional, menaati kode etik dan memiliki standar mutu akuntan publik.Laporan keuangan yang dibuat oleh akuntan publik tersebut bisa mengandung salah saji material karena kesalahan pemberian opini.Di Indonesia terdapat undang-undang akuntan publik nomor 5 tahun 2011 tanggal 3 Mei 2011 yang salah satu pasalnya menyebutkan akuntan publik bisa dikenakan sanksi pidana jika terbukti lalai dalam menjalankan tugasnya dan terbukti terlibat tindak pidana.Bapepam-LK dan PPAJP Departemen keuangan telah membuat berbagai aturan yang menyangkut:1. Independensi akuntan publik2. Batasan jangka waktu pemberian jasa audit (3 tahun untuk akuntan publik dan 6 tahun untuk kantor akuntan publik yang memiliki lebih dari 1 partner.)Menurut Arens (2011.3 profesional auditor) Profesional audit memiliki tanggung jawab dibawah hukum untuk memenuhi kontrak dengan klien. Mereka dapat dikenakan hukuman apabila kontrak dengan klien tersebut gagal atau mereka tidak melakukan kinerja audit mereka sesuai dengan perjanjian.Tuntutan hukum bisa terjadi karena:a. Kegagalan bisnis. Yaitu apabila perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya atau tidak bisa memenuhi harapan investor karena kondisi ekonomi atau bisnis yang memberatkan.b. Kegagalan audit. Yaitu kondisi dimana akuntan publik memberikan opini yang salah karena gagal mematuhi apa yang diatur dalam standar auditingc. Risiko audit. Yaitu kondisi dimana risiko akuntan publik menyimpulkan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar dan memberikan opini wajar tanpa pengecualian sedangkan dalam kenyataanya laporan keuangan mengandung salah saji material.Tanggung jawab hukum akuntan publik terjadi jika timbul kelalaian atau akuntan publik tersandung fraud pelanggaran-pelanggaran tersebut dapat dibedakan menjadi1. Ordinary neglignc. Yang merupakan pelanggaran ringan, manusiawi dan atau tidak disengaja.2. Gross neglignc. Yang merupakan kesalahan agak berat dimana harusnya bisa tidak terjadi jika auditor menerapkan standar professional audit3. Constructive fraud. Yang merupakan pelanggaran berat dimana akuntan publik terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam membantu pelanggaran yang dilakukan manajemen4. Fraud. Yaitu pelanggaran sangat berat dimana akuntan publik secara sadar terlibat dalam melakukan fraud bersama dengan manajemen perusahaan terkait.Di Indonesia sendiri tuntutan hukum kepada akuntan publik bisa berasal dari:1. Klien 2. Calon investor3. Investor 4. Bapepam-LK5. PPAJP Departemen Keuangan6. Bank Indonesia7. Pengguna laporan keuanganSanksi-sanksi yang dapat diberikan kepada akuntan publik adalah sebagai berikut:1. Sanksi oleh PPAJP Departemen keuanganSanksi-sanksi tersebut diberikan dalam bentuk peringatan tertulis, penghentian sementara pemberian jasa akuntan publik, atau usulan kepada menteri keuangan mengenai pencabutan izin praktik akuntan publik.2. Sanksi oleh Bapepam-LKSanksi-sanksi tersebut diberikan dalam bentuk peringatan tertulis atau larangan pemberian jasa di pasar modal.

3. Sanksi oleh Pihak LainPihak lain seperti klien, investor, BI atau pengguna laporan keuangan bisa mengajukan tuntutan hukum ke pengadilan jika merasa dirugikan.Untuk menghindari terjadinya risiko tuntutan hukum, para akuntan publik bisa melakukan hal-hal sebagai berikut:1. Memperhatikan integritas yang dimiliki oleh klien2. Memilih staf-staf audit yang memenuhi standar kualifikasi professional3. Mempertahankan independensi baik dalam kebenaran, tampilan dan pikiran4. Mematuhi standar auditing dan kode etik akuntan publik5. Menjalankan sistem pengendalian mutu6. Memahami bisnis yang dimiliki oleh klien7. Melakukan audit yang berkualitas8. Memiliki kertas kerja yang lengkap untuk mendukung laporan audit9. Memiliki kontrak kerja dalam setiap penugasan10. Memiliki surat pernyataan pelanggan sebelum mengeluarkan laporan audit11. Menjaga data confidential client12. Menerapkan sikap skeptic yang profesional13. Jika memungkinkan, asuransikan jasa professional yang diberikan14. Jika memungkinkan, miliki penasihat hukum15. Terapkan sikap skeptic yang professional.Selain itu Ikatan Profesi (IAI, IAPI) juga bisa membantu anggotanya dengan cara: a. Menyediakan pelatihan bagi anggotanya melalui PPL dengan biaya yang reasonableb. Menerapkan peer reviewc. Mengupdate standar auditing dan aturan etikad. Melakukan research di bidang auditinge. Melakukan lobby ke regulator untuk mencegah undang-undang dan peraturan yang merugikan anggotaf. Memberikan edukasi kepada pengguna laporan keuangang. Berikan sanksi yang tegas untuk anggota yang melakukan pelanggaran

Penelitian tentang Karakteristik Personal, Pengalaman Audit, Independensi Akuntan Publik, Penerapan Etika Akuntan Publik dan Kualitas AuditA. IndonesiaPengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel ModerasiOleh: M. Nizarul Alim, Hapsari, dan PurwantiHasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik. Kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Auditor sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Libby (1989), Ashton (1991), Choo dan Trootman (1991), dalam Mayangsari (2003) bahwa pengalaman dan pengetahuan merupakan faktor penting yang berkaitan dengan pemberian opini audit, dimana dalam penelitian ini hal tersebut termasuk dalam risiko audit sebagai indikator pada kualitas audit. Sesuai dengan standar umum bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya (Arens dan Loebbecke, 1997). Pengalaman juga akan memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil adalah merupakan keputusan yang tepat, yang mengindikasi bahwa semakin lama masa kerja yang dimiliki auditor maka semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan.Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dimana hal ini telah sesuai dengan hipotesis ketiga bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil ini sesuai dengan penelitian Deis dan Giroux (1992) bahwa lama waktu auditor melakukan kerjasama dengan klien (tenure) berpengaruh terhadap kualitas audit, dimana tenure merupakan hal yang terkait dengan independensi. Pendapat De Angelo (1981) yang menyatakan bahwa independensi merupakan hal yang penting selain kemampuan teknik auditor juga sesuai dengan hasil penelitian ini. Auditor harus memiliki kemampuan dalam mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen. Tidak mudah menjaga tingkat independensi agar tetap sesuai dengan jalur yang seharusnya. Kerjasama dengan klien yang terlalu lama serta berbagai fasilitas yang disediakan klien selama penugasan audit untuk auditorbisa menimbulkan kerawanan atas independensi yang dimiliki auditor. Bukan tidak mungkin auditor menjadi mudah dikendalikan klien karena auditor berada dalam posisi yang dilematis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Deis dan Giroux (1992) bahwa kemampuan auditor untuk bertahan di bawah tekanan klien, dalam hal ini independensi, tergantung pula oleh etika profesional. Kredibilitas auditor tentu sangat tergantung dari kepercayaan masyarakat yang menggunakan jasa mereka.Klien merupakan pihak yang mempunyai pengaruh besar terhadap auditor.Hal tersebut bisa dilihat dari kondisi saat ini dimana telah terdapat berbagai regulasi yang mengatur mengenai kerjasama klien dengan auditor.Kualitas audit yang dipengaruhi oleh independensi dan etika dalam melaksanakan tugas audit masih terkait dengan perilaku klien kepada auditor. Klien yang menginginkan hasil audit sesuai dengan kebutuhannya tentu akan memperlakukan auditor dengan lebih baik dimana auditor harus bersikap tegas jika dihadapkan pada situasi yang demikian.

B. Amerika SerikatBig 4 Office Size And Audit QualityBy : Francis Jere R and Michael D. YuSkandal perusahaan baru-baru ini, Sarbanes-Oxley Act of 2002, dan kematian Arthur Andersen telah menyebabkan perusahaan akuntansi Big Four untuk mengevaluasi kembali prosedur mereka untuk memastikan bahwa kualitas pekerjaan audit mereka memiliki standar yang tinggi dan konsisten. Kualitas Audit Big Four auditor bisa diharapkan membaik setelah Undang-Undang Sarbanes-Oxley untuk setidaknya dua alasan. Pertama, inspeksi PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) telah membantu Big Four auditor untuk mengidentifikasi dan mengatasi berbagai masalah akuntansi dan audit. Seperti William McDonough (McDonough, 2005), ketua PCAOB, disebutkan dalam laporannya kepada Kongres, PCAOB yakin bahwa, "seperti tujuan pengadaan Kongres adalah untuk membantu untuk mengawasi agar profesi akuntan publik terus mengarah sesuai dengan tujuan awal - yaitu mengurangi risiko dari salah saji material atau audit tidak dapat diandalkan." Kedua, bukti yang bersifat anekdot menunjukkan bahwa Big Four mengambil langkah-langkah proaktif mereka sendiri untuk meningkatkan kualitas audit.

Perusahaan-perusahaan telah menempatkan premi pada pengelolaan risiko di tingkat tertinggi dengan menciptakan pemeriksaan internal yang baru dan saldo. Ernst & Young, misalnya, telah menciptakan posisi wakil ketua manajemen kualitas dan risiko. PricewaterhouseCoopers (PWC) telah mempertimbangkan sistem penilaian yang sama dengan yang digunakan oleh kredit-rating perusahaan seperti Moody dan Standard and Poor. Samuel DiPiazza, CEO dari PWC, mengusulkan agar auditor kelas klien mereka pada apa yang disebutnya "enam C" dari pelaporan keuangan: kelengkapan, kepatuhan, konsistensi, komentar, kejelasan dan komunikasi (Chief Executive, April 1, 2004). Meskipun di era pasca-SOX memiliki praktek pengendalian mutu internal yang mencapai keseragaman dan konsistensi di seluruh kantor berlangsung intensif, bukti menunjukkan ada variasi cross-sectional yang signifikan dalam kualitas audit Big Four di 44 praktik kantor, dengan kualitas audit meningkat dalam ukuran kantor. Jika kantor lokal sekarang memiliki insentif yang lebih baik dalam struktur kompensasi mitra, standar audit ketat, dan lebih konsultasi dengan kantor nasional, maka masuk akal untuk mengharapkan bahwa variasi kualitas audit di seluruh praktik officeswould telah dieliminasi dalam lingkungan pasca-SOX . Mengingat bahwa ini tampaknya tidak menjadi kasus, penelitian masa depan berguna bisa menyelidiki faktor tambahan apa yang diperlukan untuk mengurangi variasi cross-sectional kita amati dalam kualitas audit di kantor praktek ukuran yang berbeda. Kesimpulan berikut dapat diambil dari tes empiris. Ada efek ukuran kantor yang kuat terhadap kualitas audit di Big Four kantor praktek, dan hasilnya menunjukkan bahwa kantor besar menyediakan audit kualitas sistematis lebih tinggi. Temuan ini menunjukkan bahwa variasi cross-sectional dalam kualitas audit belum diatasi oleh Sarbanes-Oxley Act of 2002, meskipun beberapa penelitian menyatakan bahwa lembaga-lembaga hukum merupakan penentu dasar kualitas audit, dan akuntansi perusahaan memiliki insentif yang kuat untuk mencapai kualitas yang seragam di seluruh kantor di era pasca-SOX.

Kasus Pelanggaran dan Skandal AkuntansiA. IndonesiaPT Agis TbkDalam kasus PT Agis Tbk diketahui terjadinya perilaku moral hazard.kasus AGIS bermula karena adanya fluktuasi yang tidak wajar pada harga saham AGIS. Fluktuasi harga tersebut terjadi dalam kurun satu tahun, yakni selama priode September 2006 hingga Agustus 2007. Dalam periode tersebut, PT Bursa Efek Jakarta atau BEJ (sekarang PT Bursa Efek Indonesia) melakukan penghentian sementara perdagangan saham (suspend) beberapa kali, baik pada saat terjadi kenaikan maupun saat terjadinya penurunan saham AGIS. Konsolidasi dari anak-anak perusahaan yang salah satunya PT Agis Elektronik. Dalam laporan laba rugi konsolidasi AGIS diungkapkan pendapatan lain-lain bersih sebesar Rp29,4 miliar yang berasal dari laporan keuangan keuangan PT Agis Elektronik, tidak didukung dengan bukti-bukti yang kompeten. Selain itu, kata Robinson, laporan keuangan tersebut juga menyalahi prinsip akuntansi.Dengan demikian, pendapatan lain-lain dalam laporan keuangan PT Agis Elektronik menjadi tidak wajar. Begitu juga dengan laporan keuangan konsolidasi AGIS yang juga tidak wajar.Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menjatuhkan sanksi berupa denda sebesar Rp5 miliar kepada Direktur Utama AGIS Jhonny Kesuma.

B. Amerika SerikatSkandal Akuntansi $11 Miliar Fannie MaeMotif dari skandal ini adalah memperkaya diri sendiri dengan kompensasi besar-besaran. Selama bertahun-tahun, raksasa pembiayaan perumahan (mortgage) Fannie Mae mencatat pertumbuhan pendapatan double digit secara konsisten. Kinerja ini disambut dengan antusias oleh pelaku bursa saham di Wallstreet. Selama 5 tahun yang berakhir Agustus 2005, harga saham Fannie Mae melonjak 20% secara kumulatif versus penurunan 16% dari indeks S&P 500. Artinya, pada saat rata-rata harga saham 500 perusahaan terbesar Amerika mengalami penurunan 16%, harga saham Fannie Mae malah positif dan naik cukup tinggi (20%).Board of Directors Fannie Mae mengganjar CEO Franklin Raines dengan bonus besar. Raines mendapatkan penghasilan $90 juta dari 1999 hingga 2003, di mana $52 juta di antaranya berasal dari rencana insentif jangka panjang yang menjamin kompensasi (guaranteed compensation) bernilai besar jika perusahaan berhasil mewujudkan kinerja tertentu, misalnya pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar 15%.September 2005, regulator federal Amerika menemukan kejanggalan akuntansi di perusahaan itu, sehingga menyebabkan munculnya kelebihan laba (profit) miliaran dolar selama periode 2001 hingga Juni 2004. Raines dipaksa untuk pensiun dini bulan Desember 2005, dan harga saham Fannie anjlok 20% selama 6 bulan terakhir. Atas temuan regulator federal Amerika tentang kejanggalan akuntansi, pada Desember 2004 Fannie Mae memecat KPMG. KPMG merupakan auditor yang telah menangani Fannie Mae lebih dari 30 tahun. Selain itu KPMG juga dituntut oleh Fannie Mae sebesar $2 miliar dengan tuduhan telah lalai dalam memainkan peranannya sebagai watchdog dan lalai mencegah miliaran dolar dari kesalahan akuntansi.Fannie Mae menyatakan bahwa setidaknya 30 kebijakan dan praktek akuntansi yang telah disetujui oleh KPMG ternyata tidak sesuai dengan GAAP. Merasa telah melakukan pekerjaan auditnya sesuai dengan prosedur, KPMG menggugat balik Fannie Mae. Gugatan berisi bahwa Fannie Mae telah memberikan informasi yang salah.Atas kasus manipulasi akuntansi tersebut, Fannie Mae didenda oleh regulator Amerika sebesar $400 juta. Regulator Amerika juga menemukan bahwa selain CEO Franklin Raines, ada juga CFO Timothy Howard dan controller Leanne Spencer yang telah memanipulasi penghasilan Fannie Mae untuk memaksimalkan bonus mereka. Akhirnya mereka dikenai sanksi oleh pengadilan untuk mengganti bonus yang mereka terima dari 1998-2004 sebesar lebih dari $115 juta dan dikenai denda sebesar $100 juta atas skandal akuntansi yang telah mereka lakukan.Saat ini regulator Amerika melalui The Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) telah menyelidiki pekerjaan KPMG atas audit Fannie Mae. Sejauh ini SEC selaku regulator finansial Amerika mengatakan bahwa Fannie Mae tidak mematuhi standar Amerika antara tahun 2001 sampai pertengahan 2004. Ada dua kemungkinan yang terjadi terhadap kasus ini, yaitu adanya ketidaksengajaan auditor dalam proses audit atau auditor sengaja melakukan hal itu.Ketidaksengajaan akuntan dalam proses audit bisa terjadi karena pada dasarnya tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Jadi, apabila setelah melakukan semua prosedur audit ternyata auditor tidak menemukan/mendeteksi adanya kesalahan, maka auditor tidak bisa dipersalahkan.Meskipun bangkrutnya sebuah usaha menjadi tanggung jawab banyak pihak, dalam kedudukannya sebagai auditor, tanggung jawab KPMG sangat besar. Berbeda dengan profesi lainnya, auditor independen bertanggung jawab memberikan assurance services. Sementara manajeman, dibantu pengacara, penasihat keuangan, dan konsultan, menyajikan informasi keuangan, akuntan publik bertugas menilai apakah informasi keuangan itu dapat dipercaya atau tidak. Laku tidaknya informasi tentang kinerja suatu perusahaan sangat bergantung pada hasil penilaian akuntan publik itu. Kata publik yang menyertai akuntan menunjukkan bahwa otoritasnya diberikan oleh publik dan karena itu tanggung jawabnya pun kepada publik (guarding public interest).

2