Tanda Kematian Dan Thanatologi

33
TANDA KEMATIAN DAN THANATOLOGI A. Latar Belakang Thanatologi berasal dari dua buah kata, yaitu “thanatos’ yang berarti mati dan “logos” yang berarti ilmu. Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tanda – tanda kematian dan perubahan yang terjadi setelah seseorang mati serta faktor yang mempengaruhinya. Tanatologi merupakan ilmu paling dasar dan paling penting dalam ilmu kedokteran kehakiman terutama dalam hal pemeriksaan jenazah (visum et repertum). Pada tanatologi dipelajari perubahan-perubahan pada manusia setelah meninggal dunia. Perubahan – perubahan yang terjadi setelah kematian dibedakan menjadi dua yaitu perubahan yang terjadi secara cepat (early) dan perubahan yang terjadi secara lambat (late). Perubahan yang terjadi secara cepat antara lain henti jantung, henti nafas, perubahan pada mata, suhu dan kulit. Sedangkan perubahan yang terjadi secara lanjut antara lain kaku mayat, pembusukan, penyabunan dan mummifikasi. Kepentingan mempelajari tanatologi adalah untuk menentukan apakah seseorang benar –benar sudah meninggal atau belum, menetapkan waktu kematian, sebab kematian, cara kematian, dan mengangkat atau mengambil

Transcript of Tanda Kematian Dan Thanatologi

Page 1: Tanda Kematian Dan Thanatologi

TANDA KEMATIAN DAN THANATOLOGI

A. Latar Belakang

Thanatologi berasal dari dua buah kata, yaitu “thanatos’ yang berarti mati

dan “logos” yang berarti ilmu. Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tanda –

tanda kematian dan perubahan yang terjadi setelah seseorang mati serta faktor

yang mempengaruhinya. Tanatologi merupakan ilmu paling dasar dan paling

penting dalam ilmu kedokteran kehakiman terutama dalam hal pemeriksaan

jenazah (visum et repertum).

Pada tanatologi dipelajari perubahan-perubahan pada manusia setelah

meninggal dunia. Perubahan – perubahan yang terjadi setelah kematian dibedakan

menjadi dua yaitu perubahan yang terjadi secara cepat (early) dan perubahan yang

terjadi secara lambat (late). Perubahan yang terjadi secara cepat antara lain henti

jantung, henti nafas, perubahan pada mata, suhu dan kulit. Sedangkan perubahan

yang terjadi secara lanjut antara lain kaku mayat, pembusukan, penyabunan dan

mummifikasi.

Kepentingan mempelajari tanatologi adalah untuk menentukan apakah

seseorang benar –benar sudah meninggal atau belum, menetapkan waktu

kematian, sebab kematian, cara kematian, dan mengangkat atau mengambil organ

untuk kepentingan donor atau transplantasi dan untuk membedakan perubahan-

perubahan yang terjadi post mortal dengan kelainan-kelainan yang terjadi pada

waktu korban masih hidup.

B. Definisi

Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tanda – tanda kematian dan

perubahan yang terjadi setelah seseorang mati serta faktor yang

mempengaruhinya. Tanatologi merupakan ilmu paling dasar dan paling

penting dalam ilmu kedokteran kehakiman terutama dalam hal pemeriksaan

jenazah (visum et repertum).

Page 2: Tanda Kematian Dan Thanatologi

C. Jenis-Jenis Kematian

Kematian manusia dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu kematian manusia

sebagai individu dan sebagai kumpulan bebagai macam sel.

a. Mati klinis / somatis

Proses kematian yang hanya dapat dilihat secara mikroskopis karena

terjadi gangguan pada sistem pernafasan, kardiovaskuler, dan persarafan

yang bersifat menetap.

Ditandai dengan tidak adanya gerakan, refleks-refleks, EEG mendatar

selama 5 menit, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak

ada gerakan pernapasan, dan suara napas tidak terdengar pada auskultasi.

b. Mati suri

Suatu keadaan dimana proses vital turun ke tingkat paling minimal untuk

mempertahankan kehidupan, sehingga tanda-tanda klinisnya tampak

seperti sudah mati. Dengan peralatan sederhana tanda kehidupan tak

terdeteksi.

c. Mati seluler (molekuler)

Kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah

kematian somatis.

d. Mati cerebral

Kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan

serebelum, sedangkan kedua system lainnya (system pernapasan dan

kardiovaskuler) masih berfungsi dangan bantuan alat.

e. Mati otak (mati batang otak)

Bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intracranial yang ireversibel,

termasuk batang otak dan serebelum.

D. Penentuan Kematian

Untuk dapat menentukan kematian seseorang sebagai individu, diperlukan

criteria diagnostic yang benar berdasarkan konsep diagnostic yang dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Kriteria yang paling banyak

digunakan oleh para dokter adalah kriteria diagnostic seperti dibawah ini :

1

Page 3: Tanda Kematian Dan Thanatologi

a. Hilangnya semua respon terhadap sekitarnya (respon terhadap

komando / perintah, taktil, dan sebagainya).

b. Tidak ada gerakan otot serta postur, dengan catatan pasien tidak sedang

berada dibawah pengaruh obat-obatan curare

c. Tidak ada reflex pupil

d. Tidak ada reflex kornea

e. Tidak ada respon motorik dari saraf kranial terhadap rangsangan

f. Tidak ada reflex menelan atau batuk ketika tuba endotrakheal di dorong

ke dalam

g. Tidak ada reflex vestibulo-okularis terhadap rangsangan air es yang

dimasukkan ke dalam lubang telinga.

h. Tidak ada napas spontan ketika respirator dilepas untuk waktu yang

cukup lama walaupun pCO2 sudah melampaui nilai ambang rangsangan

napas (50 torr)

Tes klinik tersebut diatas baru boleh dilakukan paling cepat 6 jam setelah

onset koma serta apneu dan harus di ulangi lagi paling cepat sesudah 2 jam dari

tes yang pertama. Sedangkan tes konfirmasi dengan EEG atau angiografo

hanyalah dilakukan kalau tes klinik memberikan hasil yang meragukan atau jika

ada kekhawatiran akan adanya tuntutan di kemudian hari.

Untuk menentukan apakah paru-paru sudah berhenti bernapas perlu

dilakukan pemeriksaan :

1. Auskultasi

Tes ini diperlukan secara hari-hati dan lama. Kalau perlu dilakukan juga

auskultasi pada daerah laring

2. Tes Winslow

Yaitu dengan meletakkan gelas berisi air di atas perut atau dadanya. Bila

permukaan air bergoyang berarti masih ada gerakan nafas.

2

Page 4: Tanda Kematian Dan Thanatologi

3. Tes Cermin

Yaitu dengan meletakkan kaca cermin di depan mulut dan hidung. Bila

basah berarti masih bernapas.

4. Tes bulu burung

Yaitu dengan meletakkan bulu burung di depan hidung. Bila bergetar

berarti bernapas.

Untuk menentukan jantung masih berfungsi perlu dilakukan pemeriksaan

sebagai berikut :

1. Auskultasi

Auskultasi dilakukan di daerah prekardial selama 10 menit terus

menerus.

2. Tes Magnus

Yaitu dengan mengikat jari tangan sedemikian rupa sehingga hanyalah

aliran darah vena saja yang terhenti. Biala terjadi bendungan berwarna

sianotik berarti masih ada sirkulasi.

3. Tes Icard

Yaitu dengan cara menyuntikkan larutan dalam campuran 1 gram zat

fluorescein dan 1 gram natrium bikarbonas didalam 8 ml air secara

subkutan. Bila terjadi perubahan warna kuning kehijauan berarti masih

ada sirkulasi darah.

4. Incise arteri radialis

Bila terpaksa dapat dilakukan pengirisan pada arteri radialis. Bila keluar

darah secara pulsasif berarti masih ada sirkulasi darah.

E. Perubahan- Perubahan Sesudah Mati

Jika seseorang telah meninggal dunia maka pada tubuhnya akan mengalami

berbagai perubahan, antara lain :

1. Perubahan Kulit Mata

Akibat terhentinya sirkulasi darah maka darah yang berada pada kapiler

dan venula dibawah kulit muka akan mengalir ke bagian yang lebih

3

Page 5: Tanda Kematian Dan Thanatologi

rendah sehingga warna raut muka nampak menjadi lebih pucat. Pada

mayat dari orang yang mati akibat kekurangan oksigen atau keracunan

zat-zat tertentu (misalnya karbon monoksida), warna semula dari raut

muka akan bertahan lama dan tidak cepta menjadi pucat.

2. Relaksasi otot

Pada saat mati sampai beberapa saat sesudahnya, otot-otot polos

akan mengalami relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Relaksasi

pada stadium itu disebut relaksasi primer. Akibat rahang bawah akan

melorot menyebabkan mulut terbuka, dada kolaps dan bila tidak ada

yang menyangga anggota tubuh akan jatuh ke bawah. Relaksasi yang

terjadi pada otot-otot muka akan mengesankan lebih muda dari umur

yang sebenarnya, sedang relaksasi pada otot polos akan mengakibatkan

iris dan spingter ani mengalami dilatsi. Oleh sebab itu jika ditemukan

delatasi pada anus, harus hati-hati untuk menyimpulkan sebagai akibat

hubungan seksual per ani.

Sesudah relaksasi primer akan terjadi kaku mayat dan selanjutnya

akan terjadi relaksasi lagi. Relaksasi yang terakhir disebut relaksasi

sekunder.

3. Perubahan pada Mata

Pada orang yang sudah mati pandangan mata terlihat kosong,

reflex cahaya dan reflex kornea menjadi negative. Vena-vena pada retina

akan akan mengalami kerusakan dalam waktu 10 detik sesudah mati.

Jika sesudah mati keadaan mata tetap terbuka maka lapisan kornea yang

paling luar akan mengalami kekeringan. Dalam waktu sampai 10-12 jam

sesudah mati kelopak mata, baik terbuka maupun tetutup, akan berubah

menjadi putih dan keruh. Perubahan lainnya adalah penurunan tekanan

bola mata dan naiknya kadar potassium pada cairan mata.

4

Page 6: Tanda Kematian Dan Thanatologi

4. Penurunan Suhu Tubuh (Algor Mortis)

Sedudah mati, metabolism yang menghasilkan panas akan terhenti

sehingga subuh tubuh akan menuju suhu udara atau medium

disekitarnya. Penurunan ini disebabkan oelh adanya proses radiasi,

konduksi, dan pancaran panas.

Pada jam-jam pertama penurunannya sangat lambat karena masih adanya

produksi panas dari proses glikogenolisis, tetapi sesudah itu penurunan

menjadi lebih cepat dan pada akhirnya menjadi lebih lambat kembali.

Kalu proses penurunan tersebut digambarkan dalam bentuk grafik, maka

gambarannya akan seperti sigmid atau huruf S terbalik.

Rumus perkiraan saat kematian berdasarkan penurunan suhu mayat pada

suhu lingkungan sebesar 70 derajat Fahrenheit (21 derajat celcius), adalah

sebagai berikut :

Saat Kematian = 98,6 o F – Suhu Rektal

1,5

Secara umum 1,5 o F / 1 o C per jam, teori lain : 0,8 o F per jam. 1,5 o F / 1 o C

per jam 6 jam pertama, 1 o F jam 6 kedua, 0,6 o F per jam 6 jam ketiga, setelah

12 jam mencapai suhu sama dengan suhu lingkungan (untuk kulit).

Sedangkan untuk organ – organ dalam : 24 jam baru bias sama dengan suhu

lingkungan. Bila tenggelam / dalam air : 6 jam sudah mencapai suhu

lingkungan.

Penurunan suhu dapat dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain :

a. Suhu tubuh pada saat mati

Suhu tubuh yang tinggi pada saat mati, seperti misalnya pada penderita

infeksi atau perdarahan otak, akan mengakibatkan tingkat penurunan suhu

menjadi lebih cepat. Sedang pada penderita dengan hipotermia tingkat

penurunannya menjadi sebaliknya.

5

Page 7: Tanda Kematian Dan Thanatologi

b. Suhu medium

Semakin rendah suhu medium tempat tubuh mayat berada akan semikin

cepat tingkat penurunannya.

c. Keadaan udara sekitarnya

Pada udara yang lembab, tingkat penurunan suhu menjadi lebih besar. Ini

disebabkan karena udara yang lembab merupakan konduktor yang baik.

Pada udara yang behembus (angin), tingkat penurunannya semakin cepat.

d. Jenis medium

Pada medium air, tingkat penurunan suhu menjadi lebih cepat sebab air

merupakan konduktor yang baik.

e. Keadaan tybuh mayat

Pada mayat bayi, tingkat penurunan suhu lebih cepat dibandingkan mayat

orang dewasa. Ini disebabkan karena pada bayi, luka permukaan tubunya

relative lebih besar. Pada mayat yang tubuhnya kurus, tingkat

penurunannya juga lebih cepat dibandingkan dengan mayat yang tubunya

gemuk.

f. Pakaian mayat

Semakin tipis pakaian yang dipakai, semakin cepat tingkat penurunannya.

Perlu diketahui bahwa estimasi saat kematian dengan memanfaatkan

penurunan suhu mayat hanya bisa dilakukan pada kematian kurang dari 12

jam.

5. Lebam Mayat (Livor Mortis)

Nama lain dari lebam mayat ialah livor mortis, post mortum lividity,

post mortum suggillation, post mortum hypostasis atau vibices.

Terjadinya karena danya gaya gravitasi yang menyebabkan darah

mengumpul pada bagian-bagian tubuh terendah. Mula-mula darah

mengumpul pada vena-vena besar dan kemudian pada cabang-cabangnya

sehingga mengakibatkan perubahan warna kulit menjadi merah kebiruan.

Pada awalnya warna tersebut hanya berupa bercak setempat-setempat yang

kemudian menjadi lebih lebar dan merata pada bagian tubuh yang

6

Page 8: Tanda Kematian Dan Thanatologi

terendah. Kadang-kadang cabang dari vena pecah sehingga terlihat bintik-

bintik perdarahan yang disebut Tardieu Spot.

Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin

lama intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8-

12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih hilang (memucat) pada

penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah. Pada orang yang

menderita anemia atau perdarahan timbulnya lebam mayat menjadi lebih

lama, sedang pada orang yang mati akibat sakit lama timbulnya lebam

mayat menjadi lebih cepat.

Warna lebam mayat biasanya merah kebiruan. Pada keracunan

karbon monoksida (CO) lebam mayat berwarna merah cerah (cherry red),

pada keracunan Potassium Cholorate berwarna coklat dan pada kematian

karena asfiksia berwarna lebih gelap.

Perbedaan hematom (memar) dengan lebam mayat

Hematom Lebam Mayat

Intravital Post Mortem

Infiltrasi darah Intravasa

Reaksi jaringan Hanya setelah busuk heme keluar vasa

Sayat, siram dengan air : tambah merah

tua

Sayat, siram dengan air : pucat

6. Kaku Mayat (Rigor Mortis)

Kaku mayat yang sering disebut rigor mortis atau post moertum

rigidity terjadi akibat proses biokimiawi, yaitu pemecahan ATP menjadi

ADP. Selama masih ada P berenersi tinggi dari pemecahan glikogen otot

maka ADP masih dapat diresintese menjadi ATP kemabli. Jika persediaan

glikogen otot habis maka resintese tidak terjadi sehingga terjadi

penumpukan ADP yang akan menyebabkan otot menjadi kaku.

7

Page 9: Tanda Kematian Dan Thanatologi

Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat

mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar

tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal).

Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah

aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh tinggi, bentuk tubuh kurus dengan

otot-otot kecil dan suhu lingkungan tinggi.

Kekakuan pada tubuh jenazah akibat rigor mortis yang perlu

dibedakan dengan dengan kekakuan akibat proses lainnya, seperti:

a. Cadaveric spasm (instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan

otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap. Cadaveric

spasm sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan

intensitas yang sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer.

Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP

yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan

atau emosi yang hebat sebelum meninggal. Kepentingan

medikolegalnya adalah menunjukkan sikap terakhir masa

hidupnya. Misalnya tangan menggenggam senjata pada kasus

bunuh diri.

b. Heat stiffening, yait kekakuan otot akibat koagulasi protein otot

oleh panas. Otot-otot berwarna merah muda, kaku, tetapi rapuh

(mudah robek). Kekakuan ini dapat dijumpai pada korban mati

terbakar. Pada haet stiffening serabut-serabut ototnya memendek

sehingga menimbulkan fleksi leher, siku, paha lutut, memberikan

sikap petinju (pugilistic attitude). Perubahan sikap ini tidak

memberikan arti tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalis,

penyebab atau cara kematian.

c. Cold Stiffening

Yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin, sehingga terjadi

pembekuan cairan tubuh termasuk cairan sendi, pemadatan

jaringan lemak subkutan dan otot, sehingga bila sendi ditekuk

akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga sendi.

8

Page 10: Tanda Kematian Dan Thanatologi

7. Pembusukan (decomposition, putrefaction)

Merupakan tahap akhir pemutusan jaringan tubuh mengakibatkan

hancurnya komponen tubuh organik kompleks menjadi sederhana.

Pembusukan merupakan perubahan lebih lanjut dari mati seluler. Kedua

proses ini mengakibatkan dekomposisi seperti di bawah ini :

a. Autolisis.

Merupakan proses melunaknya jaringan bahkan pada keadaan steril yang

diakibatkan oleh kerja enzim digestif yang dikeluarkan sel setelah

kematian dan dapat dihindari dengan membekukan jaringan. Perubahan

autolisis awal dapat diketahui pada organ parenkim dan kelenjar.

Pelunakan dan ruptur perut dan ujung akhir esofagus dapat terjadi karena

adanya asam lambung pada bayi baru lahir setelah kematian. Pada

dewasa juga dapat terlihat.

b. Proses Pembusukan Bakteri.

Merupakan proses dominan pada proses pembusukan dengan adanya

mikroorganisme, baik aerobik maupun anaerobik. Bakteri pada umumnya

terdapat dalam tubuh, akan memasuki jaringan setelah kematian.

Kebanyakan bakteri terdapat pada usus, terutama Clostridium welchii.

Bakteri lainnya dapat ditemukan pada saluran nafas dan luka terbuka.

Pada kasus kematian akibat penyakit infeksi, pembusukan berlangsung

lebih cepat. Karena darah merupakan media yang sangat baik untuk

perkembangan bakteri maka organ yang mendapat banyak suplai darah

dan dekat dengan sumber bakteri akan terdapat lebih banyak bakteri dan

mengalami pembusukan terlebih dahulu.

Bakteri menghasilkan berbagai macam enzim yang berperan pada

karbohidrat, protein, dan lemak, dan hancurnya jaringan. Salah satu

enzim yang paling penting adalah lecithin yang dihasilkan oleh

Clostridium welchii, yang menghidrolisis lecithin yang terdapat pada

seluruh membran sel termasuk sel darah dan berperan pada pembentukan

hemolisis pada darah post mortem. Enzim ini juga berperan dalam

hidrolisis post mortem dan hidrogenasi lemak tubuh.

9

Page 11: Tanda Kematian Dan Thanatologi

Aktifitas pembusukan berlangsung optimal pada suhu antara 70 sampai

100 derajat Fahrenheit dan berkurang pada suhu dibawah 70 derajat

Fahrenheit. Oleh sebab itu, penyebaran awal pembusukan ditentukan

oleh dua faktor yaitu sebab kematian dan lama waktu saat suhu tubuh

berada dibawah 70 derajat Fahrenheit.

c. Perubahan Warna.

Pembusukan diikuti dengan hilangnya kaku mayat, tetapi pada

suhu yang sangat tinggi dan kelembapan tinggi, maka pembusukan

terjadi sebelum kaku mayat hilang.

Tanda awal pembusukan adalah tampak adanya warna hijau pada kulit

dan dinding perut depan, biasanya terletak pada sebelah kanan fossa

iliaca, dimana daerah tersebut merupakan daerah colon yang

mengandung banyak bakteri dan cairan. Warna ini terbentuk karena

perubahan hemoglobin menjadi sulpmethaemoglobin karena masuknya

H2S dari usus ke jaringan. Warna ini biasanya muncul antara 12 – 18 jam

pada keadaan panas dan 1 – 2 hari pada keadaan dingin dan lebih tampak

pada kulit cerah.

Warna hijau ini akan menyebar ke seluruh dinding perut dan alat kelamin

luar, menyebar ke dada, leher, wajah, lengan, dan kaki. Rangkaian ini

disebabkan karena luasnya distribusi cairan atau darah pada berbagai

organ tubuh.

Pada saat yang sama, bakteri yang sebagian besar berasal dari usus,

masuk ke pembuluh darah. Darah didalam pembuluh akan dihemolisis

sehingga akan mewarna pembuluh darah dan jaringan penujang,

memberikan gambaran marbled appearence. Warna ini akan tetap ada

sekitar 36 – 48 jam setelah kematian dan tampak jelas pada vena

superficial perut, bahu dan leher.

d. Pembentukan Gas Pembusukan.

Pada saat perubahan warna pada perut, tubuh mulai membentuk gas

yang terdiri dari campuran gas tergantung dari waktu kematian dan

lingkungan. Gas ini akan terkumpul pada usus dalam 12 – 24 jam setelah

10

Page 12: Tanda Kematian Dan Thanatologi

kematian dan mengakibatkan perut membengkak. Dari 24 – 48 jam

setelah kematian, gas terkumpul dalam jaringan, cavitas sehingga tampak

mengubah bentuk dan membengkak. Jaringan subkutan menjadi

emphysematous, dada, skrotum, dan penis, menjadi teregang. Mata dapat

keluar dari kantungnya, lidah terjulur diantara gigi dan bibir menjadi

bengkak. Cairan berbusa atau mukus berwarna kemerahan dapat keluar

dari mulut dan hidung. Perut menjadi sangat teregang dan isi perut dapat

keluar dari mulut. Sphincter relaksasi dan urine serta feses dapat keluar.

Anus dan uterus prolaps setelah 2 – 3 hari.

Gas terkumpul diantara dermis dan epidermis membentuk lepuh. Lepuh

tersebuh dapat mengandung cairan berwarna merah, keluar dari

pembuluh darah karena tekanan dari gas. Biasanya lepuh terbentuk lebih

dahulu dibawah permukaan, dimana jaringan mengandung banyak cairan

karena oedema hipostatik. Epidermis menjadi longgar menghasilkan

kantong berisi cairan bening atau merah muda disebut skin slippage yang

terlihat pada hari 2 – 3.

Antara 3 – 7 hari setelah kematian, peningkatan tekanan gas pembusukan

dihubungkan dengan perubahan pada jaringan lunak yang akan membuat

perut menjadi lunak. Gigi dapat dicabut dengan mudah atau keropos.

Kulit pada tangan dan kaki dapat menjadi “glove and stocking”. Rambut

dan kuku menjadi longgar dan mudah dicabut.

5 – 10 hari setelah kematian, pembusukan bersifat tetap. Jaringan lunak

menjadi masa semisolid berwarna hitam yang tebal yang dapat

dipisahkan dari tulang dan terlepas. Kartilogi dan ligament menjadi

lunak.

Tanda-tanda yang dapat dilihat pada mayat yang mengalami

pembusukan adalah :

1. Warna kehijauan pada dinding perut sebelah kanan bawah.

Perubahan warna ini disebabkan adanya reaksi antra H2s (dari

gas pembusukan yang terjadi di dalam usus besar) dengan Hb

11

Page 13: Tanda Kematian Dan Thanatologi

menjadi Sulf-Met-Hb. Perubahan ini tanda pembusuakan yang

paling dini.

2. Pelbaran pembuluh darah vena supervisial. Ini disebabkan oleh

desakan gas pembusukan yang ada didalamnya sehingga

pembuluh darah terebut bercabang-cabang nampak lebih jelas,

sperti bohon gundul.

3. Muka bengkak

4. Perut mengembung akibat timbunan gas pembusukan

5. Skrotum laki-laki atau vulva membangkak

6. Kulit terlihat gelembung atau melepuh

7. Cairan darah keluar dari lubang hidung dan mulut

8. Bola mata menjadi lunak

9. Lidah dan bola mata menonjol akibat desakan gas pembusukan

10. Dinding perut dan dada pecah akibat tekanan gas

11. Kuku dan rambut lepas

12. Organ-organ dalam membusuk dan kemudian hancur.

Keadaan yang mempengaruhi onset dan lama pembusukan :

a. Faktor Eksogen

1. Temperatur atmosfer.

Temperatur atmosfer lingkungan yang tinggi akan mempercepat

pembusukan. Pada umumnya, proses pembusukan berlangsung

optimal pada suhu 70 sampai 100 derajat Fahrenheit dan bila

temperatur dibawah 70 derajat Fahrenheit, proses menjadi lebih

lambat, walaupun enzim yang diproduksi bakteri terus berlangsung.

Tubuh yang sudah mati dapat diawetkan selama waktu tertentu

dalam lemari pendingin, salju, dan sebagainya. Pada beberapa

kondisi (khususnya pada bulan musim hujan), warna hijau

ditemukan pada mayat setelah 6 – 12 jam post mortem.

12

Page 14: Tanda Kematian Dan Thanatologi

2. Adanya udara dan cahaya.

Udara sangat mempengaruhi temperatur dan kelembapan yang

mengakibatkan seperti hal diatas. Secara tidak langsung, lalat dan

serangga biasanya menghindari bagian tubuh yang terekspos sinar,

cenderung meletakan telurnya pada kelopak mata, lubang hidung,

dan sebagainya.

3. Terbenam dalam air.

Beberapa faktor dapat mempengaruhi proses dekomposisi. Air yang

diam atau mengalir, air laut atau air berpolusi, suhu air, kedalaman

air dan lainnya dapat mempengaruhi pembusukan.

Pembusukan berlangsung lebih lambat di air dibandingkan di udara.

Rumus Casper menyatakan bahwa waktu pembusukan di udara

diberi nilai 1, jika di air bernilai 2, dan pada mayat yang terkubur

bernilai 8.

4. Mengapung diatas air

Biasanya tergantung dari produksi dan akumulasi gas di jaringan

dan rongga tubuh. Gaya gravitasi cadaver lebih besar dari air maka

tubuh akan cenderung tenggelam sampai adanya cukup gas

sehingga membuat tubuh mengapung. Maka dari itu, pembentukan

gas akan membantu tubuh untuk naik ke permukaan air. Beberapa

faktor seperti umur, jenis kelamin, pakaian, kondisi tubuh, musim,

keadaan air dapat mempengaruhi waktu mengapung yang berperan

dalam proses pembusukan dan pembentukan gas.

Penampakan warna dekomposisi pada permukaan tubuh menjadi

kacau dimana tubuh yang terendam dalam air memiliki postur

tertentu yaitu kepala dan wajah terletak lebih rendah dari bagian

tubuh lainnya karena kepala lebih berat dan padat. Bagian batang

tubuh berada paling atas dan anggota gerak tergantung secara pasif

pada posisi yang lebih rendah. Posisi ini menyebabkan darah

banyak menuju kepala dan mempercepat pembusukan.

13

Page 15: Tanda Kematian Dan Thanatologi

Perbedaan pembusukan di air dan di udara

Dekomposisi dalam air Dekomposisi pada udara

Wajah dan leher Perut

Dada Dada

Bahu Wajah

Lengan Tungkai

Perut Bahu

Tungkai Lengan

5. Terkubur dalam tanah.

Pada umumnya tubuh yang terkubur dalam tanah yang dalam akan

membusuk lebih lama daripada tubuh yang terkubur dalam tanah

yang dangkal. Pada tubuh yang terkubur pada tempat yang basah,

daerah rawa, tanah liat, maka pembusukan akan lebih cepat.

Pembusukan akan berlangsung lebih lama jika dikubur di tanah

kering, tanah kuburan pada dataran tinggi, atau kuburan yang

dalam. Adanya zat kimia disekitar tubuh, khususnya lemon, akan

memperlambat pembusukan.

Tubuh yang terkubur tanpa pakaian atau kafan pada tanah berpori

yang kaya bahan organik, akan menunjukkan pembusukan yang

lebih lama.

Waktu antara saat kematian dengan saat dikuburkan dan

lingkungan sekitar tubuh pada waktu ini akan mempengaruhi

proses pembusukan. Semakin lama tubuh berada di tanah sebelum

dikuburkan, maka akan mempercepat pembusukan khususnya bila

tubuh diletakkan pada udara yang hangat.

b. Faktor Endogen

1. Sebab kematian.

Jika seseorang meninggal karena kecelakaan, pembusukan akan

berlangsung lebih lama daripada orang yang meninggal karena

14

Page 16: Tanda Kematian Dan Thanatologi

sakit. Kematian karena gas gangren, sumbatan usus, bakteriemia /

septikemia, aborsi akan menunjukkan proses pembusukan yang

lebih cepat. Racun yang dapat memperlambat pembusukan yaitu

potassium sianida, barbiturat, fosfor, dhatura, strychnine, dan

sebagainya. Pada kasus strychnine, terjadi kejang yang lama dan

berulang, proses pembusukan akan dipercepat, dimana terjadi

kejang dengan sedikit kelelahan otot, pembusukan akan menjadi

lebih lama. Keracunan kronis oleh logam akan memperlambat

pembusukan karena memperlambat efek jaringan. Alkoholik kronik

umumnya akan mempercepat pembusukan.

Jika tubuh terurai saat kematian, anggota gerak akan menunjukkan

pembusukan yang lambat, batang tubuh akan membusuk seperti

biasa.

2. Kondisi tubuh.

Kelembapan pada tubuh akan menunjang pembusukan. Cairan pada

tubuh manusia kira – kira dua per tiga dari berat badan. Maka dari itu

pada tubuh yang mengandung sedikit cairan seperti rambut, gigi,

tulang akan memperlambat pembusukan. Pada kasus dehidrasi akan

memperlambat pembusukan. Tubuh yang sangat kurus akan lebih

lambat membusuk dibandingkan dengan tubuh yang gemuk karena

jumlah cairan pada orang yang kurus lebih sedikit.

3. Pakaian pada tubuh.

Pada tubuh yang terpapar udara, pakaian dapat mempercepat

pembusukan dengan menjaga suhu tubuh tetap hangat. Pakaian yang

ketat dapat memperlambat pembusukan karena menekan bagian tubuh

sehingga darah sedikit yang terkumpul pada daerah yang tertekan.

4. Umur dan jenis kelamin.

Tubuh bayi yang baru lahir akan membusuk lebih lambat karena

masih steril. Jika bayi baru lahir tersebut mengalami trauma selama

atau setelah lahir atau sudah mendapat makanan setelah lahir, maka

akan membusuk lebih awal. Tubuh anak – anak membusuk lebih cepat

15

Page 17: Tanda Kematian Dan Thanatologi

daripada orang tua, dimana pada orang tua akan membusuk lebih lama

karena mengandung cairan lebih sedikit.

Jenis kelamin tidak terlalu berpengaruh. Tubuh wanita memiliki

lemak yang lebih banyak yang akan mempertahankan panas lebih

lama, yang akan mempercepat proses pembusukan

8. Adiposera atau lilin mayat

Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak

atau berminyak, bau tengik, yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh

pasca amti. Dulu disebut seponifikasi.

Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh

mengalami hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenisasi sehingga

terbentuk asam lemak jenig pasca mati yang bercampur dan sisa otot,

jaringan ikat dan jaringan saraf yang termumifikasi dan Kristal-kristal

sferis dengan gambaran radial. Adiposera terapung di air, bila

dipanaskan mencair dan terbakar dengan nyala kuning, larut di dalam

alcohol panas dan eter.

Factor-faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah

kelembaban dan lemak tubuh yang cukup, sedangkan yang menghambat

adalah air yang mengalir yang membuang elektrolit. Udara dingin

menghambat pembentukan, sedangkan suhu yang hangat akan

mempercepat. Pembusukan akan terhambat oleh adanya adiposerakarena

deraja keasaman dan dehidrasi jaringan bertambah.

9. Mummifikasi

Mummifikasi adalah proses penguapan cairan dan dehidrasi jaringan

yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya

dapat menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan

kering, berwarna gelap, berkeriput dan tidak membusuk karena kuman

tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering. Mummifikasi

terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara baik, tubuh

16

Page 18: Tanda Kematian Dan Thanatologi

yang dehidrasi dan waktu yang lama (12-14 minggu). Mummifikasi

jarang dijumpai pada cuaca yang normal.

Terjadi beberapa bulan sesudah mati, dengan tanda-tanda sebagi

berikut :

- Mayat menjadi kecil

- Kering

- Mengkerut atau melisut

- Warna coklat kehitaman

- Kulit melekat erat dengan tulang dibawahnya

- Tidak berbau

- Keadaan anatominya masih utuh.

F. Kegunaan Thanatologi

Kegunaan thanatologi dalam bidang forensic adalah sebagai berikut :

1. Untuk Diagnosis Kematian

Dalam penetuan kematian dapat dilakukan dengan menggunakan tanda-

tanda pasti kematian, antara lain :

- Lebam mayat

- Kaku mayat

- Pembusukan

Jika tanda-tanda kematian tidak ditemukan maka korban harus dianggap

masih dalam keadaan hidup sehingga perlu mendapatkan pertolongan

(misalnya dengan melakukan pernafasan bantuan) sampai menunjukkan

tanda-tanda kehidupan atau sampai munculnya tanda pasti kematian

yang paling awal yaitu lebam mayat.

2. Untuk Penentukan Saat Kematian

Perubahan eksternal maupun internal yang terjadi pada tubuh seseorang

sudah meninggal dunia dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk

memperkirakan saat terjadinya kematian meskipun sebetulnya range dari

variasi terjadinya perubahan-perubahan itu sangat luas.

17

Page 19: Tanda Kematian Dan Thanatologi

Perubahan-perubahan yang dapat dijadikan bahan jaian tesebut terdiri

atas :

a. Perubahan ekternal, antara lain :

- Penurunan suhu

- Lebam mayat

- Kaku mayat

- Pembusukan

- Timbulnya larva

b. Perubahan internal, antara lain :

- Kenaikan potassium pada cairan bola mata

- Kenaikan non protein nitrogen dalam darah

- Kenaikan ureum darah

- Penurunan kadar gula darah

- Kenaikan kadar dekstrose pada vena cava superior

3. Untuk Perkiraan Sebab Kematian

Perubahan tak lazim yang ditemukan pada tubuh mauat sering dapat

memberikan petunjuk tentang sebab kematiannya.

a. Perubahan warna lebab mayat menjadi :

- Merah cerah (cherry-red) member petunjuk keracunan carbon

monoksida (CO)

- Coklat memberi petunjuk keracunan potassium chlorate

- Lebih gelap member petunjuk kekurangan oksigen

b. Keluarnya urine, faeces atau vomitus member petunjuk ada relaksasi

sphincter akubat kerusakan otak, anoksia, atau kejang-kejang

4. Untuk Perkiraan Cara Kematian

Perubahan yang terjadi pada tubuh mayat juga dapat memberikan

petunjuk cara kematiannya. Distribusi lebam mayat misalnya, dapat

memberi petunjuk apakah yang bersangkutan mati karena bunuh diri /

pembunuhan

18

Page 20: Tanda Kematian Dan Thanatologi

Pada mayat dari orang yang mati akibat gantung diri (bunuh diri

dengan cara menggantung) biasanya didapati lebam mayat pada ujung

kaki, ujung tangan atau alat kelamin laki-laki. Jika disamping itu juga

ditemukan lebih lebam mayat ditempat lain, maka hal itu dapat dipakai

sebagai petunjuk cara kematiannya akibat pembunuhan.

19

Page 21: Tanda Kematian Dan Thanatologi

DAFTAR PUSTAKA

1. Kedokteran Forensik FK UI. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : bagain

kedokteran Forensik FK UI, 1997. 159-164

2. Dahlan Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan

Penegak Hukum. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro,

2007.135-148

3. Abdul Mun’im Idries. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi

pertama. Binarupa Aksara. Hal. 54-77

4. Saukko, P; Knight, B . 2004. The Pathophysiology of Death in Knight’s

Forensic Pathology. 3th edition. Hodder Arnold. Page 52-90

5. Shepherd, R. 2003. Changes After Death in Simpson’s Forensic Medicine. 12th

edition. Arnold. Page 37-48

6. Vij,K . 2008. Death and Its Medicolegal Aspects (Forensic Thanatology) in

Textbook of Forensic Medicine and Toxicology Principles and Practice. 4 th

editon. Elsivier. Page 101-133

7. Vass AA. Decomposition. Microbiology Today 2001 Nov (28):190-2.

Available from

: http://www.socgenmicrobiol.org.uk/pubs/micro_today/pdf/110108.pdf.

20