Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx
-
Upload
pungky-umi-sadiyah -
Category
Documents
-
view
288 -
download
14
description
Transcript of Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx
Tanaman Obat
Rosella (Hibiscus sabdariffa L)
Disusun Oleh : Pungky Umi Sa’diyah (0661 12 070)
Dosen : Yulianti, S.Farm
Matakuliah : SDAH
Farmasi
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan
Bogor
2012
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah swt, dimana dengan
rahmat dan pertolongan-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada junjungan
Nabi Besar kita Rasulullah saw, beserta keluarganya, para sahabatnya dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Kembalinya lagi popularitas herbal di Indonesia membuat produk herbal
menjamur di masyarakat, termasuk produk herbal yang terbuat dari rosella. Dari
sekian banyak produk herbal yang ada di masyarakat, rosella menjadi salah satu
yang terlaris dan banyak dicari, ini disebabkan karena rosella memiliki khasiat
yang bayak. Dan pada makalah ini saya akan membahas khusus tentang tanaman
obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangan dan keterbatasan dari saya sebagai pihak penyusun,
maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen matakuliah
SDAH “Ibu Yulianti, S.Farm”, yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Bogor, Oktober 2012
Pen
yusun
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan 1
1. Latar Belakang 2
2. Rumusan Masalah 2
3. Tujuan dan Manfaat 2
4. Metodelogi 3
BAB II Pembahasan 4
1. Klasifikasi 4
2. Morfologi Tanaman 2
2.1. Batang 2
2.2. Akar 2
2.3. Daun 2
2.4. Bunga 2
2.5. Biji 2
3. Penyebaran 2
4. Isi dan Zat Berkhasiat 2
5. Manfaat 2
5.1. Sebagai Penangkal Radikal Bebas 2
5.2. Antikanker 2
5.3. Sebagai Terapi Hipertensi 2
5.4. Menurunkan Asam Urat 2
5.5. Manfaat Lainnya 2
6. Budidaya 2
6.1. Syarat Tumbuh Tanaman Rosella 2
6.2. Teknik Budidaya Tanaman Rosella 2
6.2.1. Persemaian 2
6.2.2. Pelapisan Lahan 2
6.3.1. Penanaman 2
6.4.2. Pemeliharaan 2
6.5.1. Pemanenan 2
7. Produk Olahan Rosella 2
7.1. Teh 2
7.2. Selai 2
7.3. Sayuran 2
8. Efek Samping Mengkonsumsi Rosella 2
BAB III Penutup 1
1. Kesimpulan 2
2. Saran 2
Lampiran 1
1. Jurnal Penelitian Pendukung 2
BAB I
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Bukan hanya cantik dan dapat digunakan sebagai tanaman hias di
pekarangan rumah bunga rosella juga memiliki berbagai macam khasiat untuk
kesehatan manusia. Karena khasiatnya yang banyak itulah rosella menjadi
sangat popular di Indonesia dan negara-negara lain.
Dengan “booming-nya” tanaman rosella serta banyaknya permintaan
produk-produk olahan dari rosella, maka saya mengangkat Rosella sebagai
tema makalah ini untuk mengtahui lebih jauh tentang seluk-beluk tanaman
rosella.
2. Rumusan Masalah
1. Apa saja klasifikasi dari tanaman rosella?
2. Bagaimana morfologi dari tanaman rosella?
3. Dimana saja daerah persebaran tanaman rosella?
4. Apa saja isi atau zat berkhasiat yang terkandung di dalam tanaman rosella?
5. Apa saja manfaat tanaman rosella bagi kesehatan manusia?
6. Bagaimana cara pembudidayaan tanaman rosella?
7. Apa saja produk-produk olahan dari tanaman rosella?
8. Apa efek samping dari pengkonsumsian produk olahan tanaman rosella?
3. Tujuan dan Manfaat
Mengetahui lebih jauh tentang tanaman rosella, meliputi klasifikasi
tanaman, morfologi tanaman, daerah persebaran, zat yang berkhasiat di dalam
rosella, manfaat, budidaya, produk olahan serta efek samping mengkonsumsi
tanaman rosella.
4. Metodelogi
4.1. Teknik Pengumpulan Data
4.1.1. Metode Studi Pustaka
Metode pengumpulan data dengan cara mendalami,
mencermati, menelaah dan mengidentifikasi pengetahuan yang ada
dan ditemukan dalam sebuah sumber bacaan (kepustakaan).
4.2. Data
4.2.1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil tidak langsung dari
sumber pertama, misalnya data yang diperoleh dari buku atau dari
suatu dokumen.
BAB II
BAB II
Pembahasan
Tanaman obat : Rosella, perambos, gamet walanda (Sunda), kasturi roriha
(Ternate), asam paya (Malaysia), red sorrel (Inggris), luo
shen kui (Cina), Hibiscus sabdariffa L (Latin).
1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae (suku kapas-kapasan)
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdariffa L.
2. Morfologi Tanaman
2.1. Batang
Tanaman rosella mempunyai batang bulat, tegak, berkayu,
berwarna merah dan memiliki kulit dan batang yang berserat kuat.
Tumbuh dari biji dengan ketinggian bisa mencapai 3-5 meter.
2.2. Akar
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai akar tunggal.
2.3. Daun
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai daun tunggal
berbentuk bulat telur, bertulang menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi
dan pangkal berlekuk, berwarna hijau gelap sampai dengan merah serta
panjang daun 6-15 cm dan lebar 5- 8 cm dengan tangkai daun bulat
berwarna hijau dengan panjang 4-7 cm.
2.4. Bunga
Tanaman rosella mempunyai bunga berwarna cerah, kelopak bunga
atau kaliksnya berwarna merah gelap dan lebih tebal jika dibandingkan
dengan bunga raya/sepatu. Bunganya keluar dari ketiak daun dan
merupakan bunga tunggal, yang berarti pada setiap tangkai hanya
terdapat 1 (satu) bunga. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang
berbulu, panjangnya 1 cm, yang pangkalnya saling berlekatan dan
berwarna merah. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan
makanan dan minuman.
2.5. Biji
Tanaman rosella mempunyai biji berbentuk seperti ginjal hingga
triangular dengan sudut runcing, berbulu, panjang 5 mm dan lebar 4 mm.
3. Penyebaran
Rosella dapat hidup di daerah yang memiliki iklim lembab dan hangat
pada daerah tropis dan sub tropis, seperti Indonesia, Thailand dan Cina.
Rosella kemungkinan merupakan tanaman asli Afrika tropik dan
didomestikasi pada awal abad 4000 SM di Sudan kemudian mencapai
Amerika pada abad ke 17 dan diikuti negara-negara lain, meliputi Malaysia
(1921), Sri Lanka (1923), India (1927) dan Indonesia (1576).
Daerah persebaran rosella di Indonesia meliputi daerah Jawa Tengah,
antara lain Kulon Progo, Pati , Semarang, Sleman serta Surakarta.
4. Isi dan Zat Berkhasiat
Rosela sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku
makanan dan minuman karena nilai nutrisi yang terkandung dalam buah
rosela. Kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosela adalah
flavonoid yang berperan sebagai antioksidan. Flavonoid rosela terdiri dari
flavonols dan pigmen antosianin. Pigmen antosianin ini yang membentuk
warna ungu kemerahan menarik di kelopak bunga maupun teh hasil seduhan
rosela. Antosianin berfungsi sebagai antioksidan yang diyakini dapat
menyembuhkan penyakit degeneratif.
Selain mengandung flavonoid rosella juga mengandung banyak Beta
Karoten yang bermanfaat bagi tubuh, antara lain untuk menjaga kesehatan
jantung, melidungi tubuh dari efek buruk rokok dan polusi udara serta
melindungi seseorang dari ancaman alergi cahaya hingga 80%.
Zat lain yang tak kalah penting terkandung dalam rosela adalah
vitamin C, tiamin, riboflavin, niasin, kalsium dan besi yang cukup tinggi.
Kandungan zat besi pada kelopak segar rosela dapat mencapai 8,98 mg/100
g, sedangkan pada daun rosela sebesar 5,4 mg/ 100 g. Selain itu, kelopak
rosela mengandung 1,12% protein, 12% serat kasar, 21,89 mg/ 100 g sodium,
vitamin C, dan vitamin A. Satu hal yang unik dari rosela adalah rasa masam
pada kelopak rosela yang menyegarkan, karena memiliki dua komponen
senyawa asam yang dominan yaitu asam sitrat dan asam malat.
5. Manfaat
5.1. Sebagai Penangkal Radikal Bebas
Kadar antioksidan yang terkandung dalam kelopak kering Rosella
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kumis kucing. Kadar
antioksidan yang tinggi pada kelopak Rosella inilah yang dapat
menghambat radikal bebas.
5.2. Antikanker
Di antara banyak khasiatnya, rosella diunggulkan sebagai herba
antikanker. Ini sesuai dengan uji pra klinis yang dilakukan oleh Yun
Ching Chang, seorang peneliti dari Institute of Biochemistry and
Biotechnology, Chung Shan Medical University di Taiwan. Yun Ching
Chang menemukan bahwa pigmen alami dari kelopak kering Rosella
terbukti efektif dalam menghambat dan sekaligus mematikan sel kanker
HL-60 (kanker darah atau leukemia). Pigmen ini juga berperan dalam
proses apoptosis (bunuh diri) sel kanker.
5.3. Sebagai Terapi Hipertensi
Pemberian ekstrak kelopak rosela yang mengandung 9,6 miligram
anthocyanin setiap hari selama 4 minggu, mampu menurunkan tekanan
darah yang hampir sama dengan pemberian captopril 50 mg/hari.
Rosela terstandar tersebut dibuat dari 10 gram kelopak kering dan 0,52
liter air (Herrera-Arellano, 2004). Terdapat penurunan tekanan darah
sistolik sebesar 11,2 % dan tekanan diastolik sebesar 10,7% setelah
diberi terapi teh rosela selama 12 hari pada 31 penderita hipertensi
sedang (Haji Faraji, 1999).
5.4. Menurunkan Asam Urat
Tingginya kadar asam urat, kalsium dan natrium dalam darah
secara mekanisme normal tubuh akan dikurangi dengan membuang
kelebihan unsur tersebut melalui ginjal. Kondisi ini dapat memicu
kesakitan pada ginjal. Dengan mengonsumsi rosela, ditemukan
penurunan kreatinin, asam urat, sitrat, tartrat, kalsium, natrium, dan
fosfat dalam urin pada 36 pria yang mengonsumsi jus rosela sebanyak
16-24 g/dl/hari (Kirdpon, 1994).
5.5. Manfaat Lainnya
Zat aktif pada kelopak bunga meliputi gossypetin, antosianin, dan
glucoside hibiscin. Semua itu bermanfaat untuk:
a) Diuretik (peluruh air seni)
b) Menstimulasi gerakan usus (antiseptic usus dan antiradang)
c) Berkhasiat sebagai antisariawan dan panas dalam serta pereda nyeri
d) Dipercaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh
e) Dipercaya dapat mengurangi dampak negatif nikotin bagi perokok
6. Budidaya
6.1. Syarat Tumbuh Tanaman Rosella
Rosella tumbuh baik di dataran rendah dengan ketinggian 0-500 m
dari permukaan laut. Pertumbuhan rosella dapat optimal dikisaran 20o-
34o C.
Rosela toleran terhadap tanah masam dan agak alkalin, tetapi
tidak cocok ditanam di tanah salin atau berkadar garam tinggi.
Kemasaman tanah (pH) 5.5 – 7, dan masih dapat toleran pada pH
4,5 – 8,5.Selain itu, rosela tidak terhadap genangan air. Rosella dapat
tumbuh dengan curah hujan rata-rata 270 mm per tahun dengan
kelembapan udara di atas 70 %.
6.2. Teknik Budidaya Tanaman Rosella
Perbanyakan tanaman rosella merah biasanya dilakukan secara
generatif dengan biji. Teknik budidaya tanaman rosella merah
meliputi kegiatan pokok sebagai berikut:
6.2.1. Persemaian
Sebelum disemaikan, biji direndam selama satu hari satu
malam, lalu dipilih yang tenggelam dengan bentuk butiran -
butiran yang baik. Biji dapat langsung disemaikan pada lahan
persemaian yang sudah diolah. Setelah tumbuh maka bias
langsung dipindah ke ke polybag.
6.2.2. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan mengolah tanah
menggunakan alat pertanianyang ada. Tanah yang telah di
olah di campur pupuk dasar berupa pupuk kandang. Lahan
dilarik dengan jarak antar larik 1,5 m. Lahan terbuka dibuat
alur/bedengan setinggi 15-20 cm dengan jarak tanam 1 X 1
M.
6.2.3. Penanaman
Untuk lahan yang langsung dari biji, maka penanaman
dilakukan dengan ditugal,Tiap lubang tanam diisi 2-3 biji.
Sedangkan untuk penanaman bi bit yang telahdisemaikan di
polybag, maka setiap lubang tanam diisi dengan 1-2 bibit.
6.2.4. Pemeliharaan
Penyulaman
Umumnya bibit tumbuh 2 – 3 hari setelah bertanam.
Lubang tanam yang tidak tumbuh dapat disulam pada hari
ketiga setelah tumbuh.
Penjarangan
Setelah menyulam pertanaman harus dijarangi pada usia 2
minggu. Tumbuhan yang masih muda dapat dengan
mudah dicabut, akan tetapi untuk mempercepat pekerjaan
ini sebaiknya dilakukan setelah turun hujan.
Penyiangan
Penyiangan bermanfaat bagi pertumbuhan sebab pada
waktu melakukan penyiangan maka keadaan tanah terbuka
dan lekas kering. Pertanaman yang disiangi akan
menyuburkan pertumbuhan tanaman serta memberikan
pemandangan yang menghijau.
Pengairan
Tumbuhan rosella memerlukan air banyak untuk
pertumbuhannya. Sehingga kalau tidak hujan dan keadaan
tanah mulai kering sebaiknya lahan diairi. Akan tetapi
berhubug dengan cepatnya penyebaran penyakit
Phytophthora maka tumbuhan jangan sampai berhubungan
langsung dengan air. Sehingga air dalam selokan dan parit
sebaiknya jangan terlalu banyak agar infeksi dengan
perantaraan air tak terjadi.
Pemupukan
Waktu yang tepat untuk memberikan pupuk adalah pagi-
pagi karena keadaan tanah masih basah. Macam-macam
pupuk yang digunakan adalah :
ZA, dosis 400 kg/Ha
Pupuk N
6.2.5. Pemanenan
Tanaman rosela mulai menghasilkan bunga pada umur 120
hari dan dapat dipanen secara terus-menerus dalam jangka
waktu 3 bulan sebelum akhirnya diganti dengan bibit baru.
Kelopak rosella dapat dipanen saat biji telah tua yang
ditandai dengan kulit pembungkus biji majemuk yang
berwarna coklat dan sedikit terbuka/membelah. Pemanenan
dapat dilakukan 3-4 kali (selang 1-2 minggu) lalu jika
tanaman sudah tak lagi berbunga dicabut dan diganti dengan
pohon rosela yang baru.
7. Produk Olahan Rosella
7.1. Teh
Untuk mendapatkan khasiat terbaik dalam kelopak rosela sebenarnya
tidak sulit. Untuk mendapatkan teh rosella, bunga yang sudah dipetik,
dijemur di bawah terik matahari selama 1-2 hari agar memudahkan
pemisahan lidah kelopak dengan bijinya. Kemudian cuci air bersih dan
jemur kembali selama 3-5 hari. Remas kelopaknya, jika mudah menjadi
bubuk artinya kadar air telah mencapai 4-5%. Seduh 2-3 g teh rosela
dengan air mendidih hingga larut dan air berubah menjadi kemerahan.
7.2. Selai
Di Afrika, rosela dijadikan selai atau jeli. Itu diperoleh dari serat yang
terkandung dalam kelopak rosela. Rosela juga bisa dibuat salad buah
yang dimakan mentah. Dapat juga dikonsumsi dengan kacang tumbuk
atau direbus sebagai pengisi kue sesudah dimasak dengan gula.
7.3. Sayuran
Dalam masakan Andhra, cannabinus Hibiscus atau rosella disebut
dengan nama Gongura yang secara luas digunakan sebagai masakan.
Daun rosella diolah dengan cara dikukus bersama dengan lentil dan
dikonsumsi sebagai Dal atau bubur. Masakan tersebut juga dicampur
dengan rempah-rempah dan dibuat menjadi Pacchadi.
8. Efek Samping Mengkonsumsi Rosella
Menurut penelitian rosella berkhasiat untuk obat kolesterol,
trigliserida, asam urat, obesitas, jantung, maag, insomnia, batuk, batu ginjal,
radang ginjal, dll.
Tapi ketika seseorang minum atau meminum produk olahan rosella,
kadang terjadi reaksi perut sakit, mual, sampai diare/mencret. Reaksi ini
sebenarnya wajar terjadi pada orang yang mengkonsumsi herbal akibat efek
pembersihannya. Biasanya dinamakan efek DOC (Direction of Cure), yaitu
suatu reaksi yang menunjukkan adanya pembersihan racun atau sejenisnya
dari dalam tubuh. Reaksi ini tergantung pada penyakit pasien. Bisa diare,
mual/muntah, sakit perut, pusing, mengantuk, keringat dingin, dll. Tapi efek
ini hanya bersifat sementara dan merupakan efek positif. Biasanya terjadi 3
hari sampai seminggu dari pertama kali mengkonsumsi bila mengkonsumsi
teratur.
BAB III
BAB III
Penutup
1. Kesimpulan
Rosella adalah sejenis herba tahunan yang dapat hidup dalam waktu lama.
Rosella sesuai hidup di sekitar tanah yang subur, saluran air yang baik,
terutama di iklim tropika.
Rosella banyak sekali mengandung zat-zat yang khasiat bagi kesehatan,
salah satu zat yang terdapat pada rosella adalah flavonoid. Flavonoid ini
berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Selain
sebagai antioksidan rosella juga berfungsi sebagai antikanker dan terapi
hipertensi.
Untuk mendapatkan khasiat dari rosella biasanya masyarakat
menggunakan kelopak bunga tersebut untuk direbusan dan kemudian
diminum.
2. Saran
Dengan banyaknya permintaan akan rosella seharusnya pertanian rosella
di Indonesia yang saat ini hanya berada di sekitar Jawa Tengah dapat lebih
dikembangkan. Karena Indonesia adalah negara beriklim tropis yang sangat
mendukung untuk pertumbuhan tanaman rosella.
Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Rosela. <www.id.wikipedia.org/wiki/Rosela>. Diakses tanggal 9
Oktober 2012.
Febri Retno Kartika Ningrum. 2009. Hibiscus Sabdariffa L
<http://tumbuhanektum.blogspot.com/2011/12/hibiscus-sabdariffa-l.html>.
Diakses tanggal 9 Oktober 2012.
Anonom. 2009. Rosella Begitu Menggoda.
<http://pustakaalbayaty.wordpress.com/2009/09/01/rosella-begitu-
menggoda/>. Diakses tanggal 9 Oktober 2012.
Ilham Nugroho. 2012. Budidaya tanaman Rosela (Hibiscus sabdariffa).
<www.scribd.com/doc/99777931/BUDIDAYA-TANAMAN-ROSELA>.
Diakses tanggal 9 Oktober 2012.
Anonom. 2011. Rosella dan Manfaatnya Bagi Kesehatan.
<http://sephinapt.com/rosella-dan-manfaatnya-bagi-kesehatan/>. Diakses
tanggal 10 Oktober 2012.
LAMPIRAN
Lampiran
1. Jurnal Penelitian Pendukung
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL 70% BUNGA
ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) BERDASARKAN AKTIVITAS SOD
(SUPEROXYD DISMUTASE) DAN KADAR MDA
(MALONILDIALDEHIDE) PADA SEL DARAH MERAH DOMBA
YANG MENGALAMI STRES OKSIDATIF IN VITRO
The Test of Antioxidant Activity of the Extract of Ethanol 70% of Rosella
Corolla (Hibiscus Sabdariffa L.) based on the SOD Activity and MDA
Concentration in Red Blood Cells of the Oxidative Stressed Sheep.
Fatimah Nisma, Almawati Situmorang dan Muhammad Fajar
Jurusan Farmasi, FMIPA, UHAMKA
ABSTRACT
Rosellla (Hibiscus sabdariffa L ) has been used traditionally as medicine for
various element. The flower of rosella was reported as containing secondary
metabolite favonoid, terpenoid and vitamin C, which is considered as
antioxidant. To find out the antioxidant property, an experiment in vitro has
been conducted. The flower was prepared in the form of extract in 70%
ethanol. The treatment were 5, i.e. K-1 normal control group without t-BHP,
K-2 negative control + t-BHP, K-3 with the extract 0,3 mg/mL blood + t-BHP,
K-4 with extract 0,6 mg/mL blood + 1 mL t-BHP and K-5 with extract 1,2
mg/mL blood + 1 mL t-BHP. The result showed that ethanol extract of rosella
flower could increase SOD and decrease the MDA content in red blood cells
of sheep. Statistical analysis showed significant difference in the SOD. As the
temporary conclusion the ethanol 70% extract of rosella flower has the
antioxidant activity.
Keywords: Rosella, antioxidant, SOD, MDA, SMDB
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan dan
merupakan anugerah yang sangat besar dari Allah SWT. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka pengobatan penyakit
juga berkembang, tetapi sampai saat ini masih banyak masyarakat Indonesia
yang memanfaatkan tanaman sebagai obat untuk mengatasi penyakit dalam
meningkatkan kesehatan. Banyak sekali jenis tanaman obat tradisional yang
tersebar diberbagai daerah di Indonesia, salah satunya adalah rosella (Hibiscus
sabdariffa L.).
Rosella merupakan herba tahunan, anggota dari famili Malvaceae. Rosella
dapat hidup dengan kondisi lahan, cuaca, serta suhu apapun, akan tetapi di
setiap daerah yang berbeda akan menghasilkan warna yang berbeda pula
(Wahida..2008). Setiap bagian tanaman rosella mempunyai kandungan
senyawa kimia yang bermanfaat untuk pengobatan maupun sebagai bahan
makanan. Salah satu diantaranya adalah corolla (mahkota) bunga rosella yang
memiliki kandungan kimia antara lain antosianin, betakaroten, vitamin C,
tiamin, riboflavin, flavonoid dan niasin (Maryani, H.2008). Selain sebagai
antioksidan bunga rosella juga bermanfaat sebagai antihipertensi, diuretik,
antelmintik, tonikum dan obat batuk (Maryani dan Hary.2008).
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari C6–C3–C6 (Sirait, M. 2007).
Flavonoid terdapat pada seluruh bagian tanaman termasuk pada buah, tepung
sari dan akar. Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang
sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan, dan
terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas. Antosianin
berwarna yang terdapat dalam daun bunga hampir selalu disertai oleh flavon
atau flavonol. Biasanya antosianin juga terdapat sebagai campuran terutama
dalam bunga tanaman hias dan suatu jaringan bunga dapat mengandung
sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne, J.B. 1987).
Kegunaan flavonoid bagi tumbuhan adalah untuk menarik serangga yang
membantu proses penyerbukan serta untuk menarik perhatian binatang yang
membantu penyebaran biji. Sedangkan kegunaan flavonoid bagi manusia
adalah pada dosis kecil, flavon bekerja sebagai stimulant pada jantung,
hesperidin mempengaruhi pembuluh darah kapiler. Flavon terhidroksilasi
bekerja sebagai diuretik dan sebagai antioksidan pada lemak (Sirait, M. 2007).
Antioksidan adalah zat yang memperlambat atau menghambat stres
oksidatif pada molekul. Antioksidan terbagi menjadi antioksidan enzimatik
(enzim) dan antioksidan non enzimatik (ekstraseluler). Antioksidan enzim
antara lain superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GSH-Px),
dan katalase. Sedangkan antioksidan nonenzimatik (ekstraseluler) diantaranya
adalah vitamin E, vitamin C, beta-karoten, glutation, ceruloplasmin, albumin,
asam urat dan selenium (Priyanto. 2007). Berdasarkan mekanisme kerjanya,
antioksidan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu(Kumalaningsih.2008).
1. Antioksidan primer
Antioksidan primer merupakan antioksidan yang bekerja dengan cara
mencegah terbentuknya radikal bebas yang baru dan mengubah radikal
bebas menjadi molekul yang tidak merugikan. Contohnya adalah Butil
Hidroksi Toluen (BHT), Tersier Butyl Hidro Quinon (TBHQ), propil galat,
tokoferol alami maupun sintetik dan alkil galat.
2. Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkap
radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak
terjadi kerusakan yang lebih besar. Contohnya adalah vitamin E, vitamin C,
dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-buahan.
3. Antioksidan tersier
Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan
jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas. Biasanya yang termasuk
kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan reduktase
yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut bermanfaat
untuk perbaikan DNA pada penderita kanker.
Sebagaimana diketahui bahwa di dalam tubuh manusia dapat terbentuk
radikal bebas. Radikal bebas adalah atom, molekul atau senyawa yang dapat
berdiri sendiri, mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada
orbital terluarnya (Priyanto. 2007). Radikal bebas dapat menarik elektron yang
ada di dalam tubuh dan menyebabkan ketidakstabilan sehingga sulit untuk
dideteksi. Adanya radikal bebas yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan dan dapat menimbulkan beberapa penyakit degeneratif
seperti penyakit jantung, hipertensi, dan kanker (Silalahi, J. 2006). Dalam
keadaan normal suatu radikal bebas dapat dinetralisir dengan menggunakan
zat antioksidan. Antioksidan adalah zat yang dapat memperlambat atau
menghambat stress oksidatif pada molekul target (Priyanto. 2007).
Radikal bebas dapat terbentuk dari senyawa non radikal melalui reaksi
redok (menerima atau melepaskan elektron) melalui absorbsi radiasi (ionisasi,
UV) atau jika ikatan kovalen dalam suatu senyawa pecah (homolitic fusion)
atau karena adanya reaksi fenton. Banyak orang beranggapan bahwa radikal
bebas hanya merugikan tubuh semata, pendapat ini tidak tepat karena radikal
bebas juga berperan penting dalam proses-proses biokimiawi yang diperlukan
tubuh. Proses-proses itu seperti reaksi oksidasi suatu zat yang melibatkan
sitokrom P450, pengaturan kontraksi otot polos, dan proses fagositosis
(Priyanto. 2007). Adanya radikal bebas yang berlebih dapat menimbulkan
kerusakan, antara lain (Muhilal. 1992) :
1. Kerusakan protein
Terjadinya kerusakan protein termasuk oksidasi protein akan
mengakibatkan kerusakan jaringan tempat protein itu berada, sebagai
contoh kerusakan protein pada lensa mata mengakibatkan terjadinya
katarak.
2. Kerusakan DNA
Radikal bebas hanya salah satu dari banyak faktor yang menyebabkan
kerusakan DNA. Sebagai akibat kerusakan DNA ini dapat timbul penyakit
kanker. Kerusakan dapat berupa kerusakan awal, fase transisi dan
permanen.
3. Membran sel
Terutama komponen penyusun membran berupa asam lemak tak jenuh
yang merupakan bagian dari fosfolipid dan mungkin juga protein. Serangan
radikal hidroksil pada asam lemak tak jenuh dimulai dengan interaksi
oksigen pada rangkaian karbon pada posisi tak jenuh sehingga terbentuk
lipid hidroperoksida, yang selanjutnya merusak bagian sel dimana
hidroperoksida ini berada.
Berdasarkan penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa bunga
rosella mempunyai senyawa antioksidan yang dibuktikan menggunakan
spektrofotometri uv-vis (Maryani, H..2008) . Oleh karena itu, maka pada
penelitian ini akan dilakukan uji aktivitas ekstrak etanol 70% kelopak rosella
secara in vitro untuk melindungi sel darah merah domba yang diberikan
perlakuan stres oksidatif menggunakan t-BHP (tert-Butil Hidroperoksida),
dengan parameter pengukuran yang dilakukan meliputi MDA dan SOD.
MDA (Malonildialdehid) terbentuk dari asam lemak tidak jenuh jamak
(PUFA) yang mengalami proses peroksidasi menjadi peroksida lipid yang
kemudian mengalami dekomposisi (Price, S.A. dan Lorraine M.W. 2006).
Pada proses peroksidasi lipid MDA terbentuk relatif konstan proporsional
sehingga merupakan indikator yang baik untuk mengetahui adanya
peroksidasi lipid, khususnya in vitro.
Cara yang paling banyak untuk mengukur MDA adalah TBA test,
karena mudah dikerjakan dan dapat digunakan pada homogenat. Prinsipnya
adalah adanya pengaruh asam dan panas yang akan menyebabkan
dekomposisi lipid peroksida dan membentuk perubahan warna menjadi warna
merah muda. Perubahan warna ini diukur melalui spektrofotometri pada
panjang gelombang 532 nm(Isnansetyo, A. dan Kurniastuti. 1995).
SOD (Superoxyd Dismutase) merupakan salah satu antioksidan
enzimatik. Ada tiga jenis SOD yang sudah diketahui, yaitu CuZnSOD, Mn-
SOD dan FeSOD. CuZnSOD dan Mn-SOD terdapat pada manusia, sedangkan
FeSOD tidak terdapat pada manusia. CuZnSOD terdapat di retikulum
endoplasma, nukleus dan peroksisom, sedangkan Mn-SOD terdapat di
mitokondria. Logam Cu+ sebagai kaalisator sedangkan Zn++ diperlukan
sebagai stabilisator enzim. Fungsi SOD untuk mempercepat dismutasi O2*- dan
menjaga keseimbangan antara jumlah O2*- dan pembentukan H2O2 (Priyanto.
2007).
Karena substrat SOD kurang stabil dan sukar diukur secara
konvensional, ini akan menyulitkan pengukuran SOD. Saat ini tersedia
metode Adenochrom Assay yang mudah dilaksanakan dan sensitif untuk
mengukur aktivitas SOD. Pengukuran didasarkan pada kemampuan SOD
menghambat autooksidasi spontan dari efineprin. Larutan efineprin dalam
keadaan asam akan stabil, tetapi spontan akan teroksidasi dengan adanya
kenaikan pH. Autooksidasi terjadi paling cepat disertai dengan terbentuknya
adenokrom dengan kecepatan linier yaitu pada pH 10,2 dan suhu 30°C.
Sel darah merah domba dipilih karena mudah didapat dan memiliki
metabolism yang sederhana dan mudah diamati. Sedangkan t-BHP dipilih
karena merupakan suatu oksidator organik yang kuat, mudah terurai dan
membentuk radikal bebas (Murray, R.K. 1995).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi ekstrak etanol 70%
kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) sebagai antioksidan dilihat dari
parameter penurunan kadar MDA dan peningkatan aktifitas SOD terhadap sel
darah merah domba yang diberikan stres oksidatif dengan t-BHP secara in
vitro.
METODOLOGI
Alat
Alat-alat yang digunakan meliputi spektrofotometer UV-VIS
(Shimadzu), pipet volume, pipet Eppendorf, labu ukur, tabung reaksi,
erlenmeyer, gelas beker, timbangan analitik (OHAUSS), incubator
(Memmert), sentrifugator (HC1180T), penangas air, pH meter, lemari
pendingin, lemari asam dan stopwatch.
Bahan
a. Bahan uji
1). Ekstrak etanol 70% kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.). dari
Balitro. LIPI. Cibinong-Bogor
2). Sel darah merah domba (SDMD) segar dari Departemen Mikrobiologi
FKUI.
b. Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan meliputi: tert-Butil hidroperoksida (t-
BHP), Kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4), Dikalium hidrogen fosfat
(K2PO4), Natrium Klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCl), Kalsium Klorida
(CaCl2), Magnesium Sulfat (MgSO4), Natium dihidrogen fosfat
(NaH2PO4), Dinatrium hidrogen fosfat (Na2HPO4), Asam triklorasetat
(TCA), Asam tiobarbiturat (TBA), Natrium hidroksida (NaOH),
Tetraetoksipropan (TEP), d-l epinefrin (Lucas), Asam Klorida (HCl),
Na2CO3, NaHCO3, Na EDTA, Kloroform pro analis, Etanol pro analis.
a. Persiapan Bahan Uji
1) Penyiapan simplisia
Kelopak bunga rosella diperoleh dari hasil budidaya para petani di
Indramayu Jawa Barat. Kelopak bunga rosella yang telah diambil
dibersihkan dari semua kotoran yang melekat lalu dicuci sampai
bersih. Selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di
udara terbuka dan terlindung dari cahaya matahari. Kemudian
diserbuk dan diayak dengan pengayak nomor 40 sehingga diperoleh
serbuk yang homogen.
2) Ekstraksi simplisia
Serbuk simplisia kering yang sebelumnya sudah diayak dengan
menggunakan pengayak nomor 40, dimasukkan ke dalam wadah
maserasi. Maserasi dimulai dengan cara menuangkan etanol 70% ke
dalam wadah maserasi sampai seluruh simplisia terendam dan
pelarut dilebihkan setinggi kurang lebih 2 cm di atas permukaan
simplisia. Simplisia direndam selama 6 hari, selama perendaman
dilakukan pengadukan beberapa kali agar senyawa-senyawa yang
terdapat pada kelopak bunga rosella dapat larut dengan baik. Maserat
dipisahkan dan proses diulangi dua kali dengan jumlah pelarut yang
sama. Maserat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan
rotary evaporator pada suhu dibawah 60ºC sehingga diperoleh
ekstrak kental.
b. Persiapan sel darah merah domba (SDMD)
Darah merah domba yang sudah didefibrinasi kemudian
disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama lima menit. Plasma
bagian atas dipisahkan, endapan SDMD dicuci dengan PBS yang
volumenya lima kali volume endapan SDMD, kemudian disentrifus
kembali dengan kecepatan 3000 rpm setelah itu cairan PBS dibuang.
Proses diulang sebanyak tiga kali.
c. Pembuatan Kurva Standar
Untuk pembuatan kurva standar digunakan larutan standar
tetraetoksipropan. Dari larutan tersebut diambil 10 μl, 20 μl, 40 μl, 80
μl, 160 μl, masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan akuades
hingga 1 ml, kocok homogen. Kemudian tambahkan 0,5 ml TCA 20%,
1 ml larutan TBA 0,67% ke dalam masing-masing tabung tersebut,
kocok sampai homogen. Untuk blangko masukkan 1 ml akuades, 0,5 ml
larutan TCA 20%,dan 1 ml larutan TBA 0,67%, lalu dikocok hingga
homogen. Larutan standar blangko dibuat duplo. Semua tabung
dimasukkan dalam penangas air 95-100°C selama 10 menit, kemudian
dinginkan pada air mengalir. Absorban diukur pada panjang gelombang
532 nm. Dari data pengukuran tersebut dibuat kurva kalibrasi dengan
menghubungkan nilai absorban sebagai koordinat (Y) dan konsenterassi
larutan standar (nmol/ml) sebagai absis (X). perhitungan dengan
membuat persamaan garis yang diperoleh dari kurva standar yaitu:
Y= a + bx…………………………..(1).
d. Pengelompokkan Bahan Uji
Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan rancangan acak
lengkap. Sel darah merah domba dikelompokkan dalam 5 (lima)
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 (enam) tabung
dengan pembagian perlakuan sebagai berikut:
1) Kelompk I: Kelompok kontrol normal (1ml SDMD + 1 ml KRP)
2) Kelompok II : Kelompok negatif (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml t-
BHP).
3) Kelompok III : Kelompok uji (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml t-
BHP + 1ml ekstrak etanol kelopak bunga rosella dosis 0.3 mg.
4) Kelompok IV : Kelompok uji (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml t-
BHP + 1 ml ekstrak etanol kelopak bunga rosella dosis 0,6 mg).
5) Kelompok V : Kelompok uji (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml t-BHP
+ 1 ml ekstrak etanol kelopak bunga rosella1.2 mg.
e. Perosedur Pengukuran Kadar MDA
Masing-masing kelompok diinkubasi pada suhu 37°C selama 15 menit,
lalu disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Kemudian
diambil 1 ml supernatan dan ditambahkan 0,5 ml TCA 20%, kemudian
disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. 1 ml supernatan
didapat kemudian ditambahkan dengan 1 ml TBA 0,67%, kemudian
dikocok hingga homogen. Setelah itu dipanaskan selama 10 menit pada
suhu 100°C, larutan kemudian didinginkan dengan air mengalir. Warna
yang terbentuk diukur serapannya pada panjang gelombang 532 nm.
f. Prosedur Pengukuran Aktivitas SOD
Sebanyak 1 ml SDMD 50% diinkubasi pada suhu 37°C selama 15
menit, kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5
menit. Lalu endapan yang didapat dicuci dengan larutan NaCl 0,9% dan
disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit, dilakukan
sebanyak 3 kali.
Sebanyak 500 μl hemolisat diambil dan ditambahkan 800 μl kloroform-
etanol (3:5), kocok sampai homogen selama 1 menit. Kemudian
sentrifus selama 10 menit. Supernatan dapat disimpan dalam lemari
pendingin. Untuk tabung blangko dimasukkan 2800 μl buffer karbonat,
100 μl akuades dan 100 μl epinefrin. Dikocok hingga homogen dan
dibaca absorbannya pada panjang gelombang 480 nm pada suhu 30°C,
setelah menit ke 1, 2, 3, 4. Untuk tabung sampel dimasukkan 5 μl
sampel, kemudian ditambahkan 2800 μl buffer karbonat, 95 μl akuades
dan 100 μl epinefrin. Kemudian dibaca absorbannya pada panjang
gelombang 480 nm pada suhu 30°C, setelah menit ke 1, 2, 3, 4.
g. Perhitungan SOD
Aktivitas SOD dapat dihitung dengan mencari %Hambat dengan
menggunakan rumus:
%hambat=blanko−sampleblangko
<100 %…… (2)
Setelah %Hambat didapat, aktivitas SOD dapat dihitung dengan
menggunakan
rumus:
aktivitas SOD=% hambat50 %
× Fp=b Unit1ml
=unitml
……(3)
h. Analisa Data
Data yang diperoleh akan dianalisis terlebih dahulu dengan uji
prasyarat, yaitu uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov (K-S) dan uji
homogenitas Levene. Bila data homogen dan terdistribusi normal maka
dilanjutkan dengan uji analisa varian (ANAVA) satu arah pada taraf
kepercayaan (á=0,05). Bila nilai sig < 0,05 maka dilanjutkan dengan uji
perbandingan berganda (Tukey).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Identifikasi Tanaman
Identifikasi tanaman yang digunakan sebagai bahan uji dilakukan di
Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi–LIPI
Bogor. Hasilnya menyatakan bahwa tanaman yang digunakan adalah
spesies Hibiscus sabdariffa L. dari suku Malvaceae dan di Indonesia
dikenal dengan nama tanaman rosella.
2. Ekstraksi Bunga Rosella
a. Hasil Ekstraksi Kelopak Bunga Rosella
Sepuluh kilogram bunga rosella segar dibersihkan dan dikeringkan
dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka. Setelah kering berat
bunga rosella menjadi 1,5 kg, kemudian dibuat serbuk dan diayak
dengan ayakan no 40 dan didapat serbuk bunga rosella dengan berat 1,3
kg. Sebanyak 0,9737 kg serbuk bunga rosella di ekstraksi dengan cara
maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Hasil ekstraksi yang
didapat adalah sebanyak 0,3294 kg ekstrak etanol 70% bunga rosella
dengan rendemen sebesar 33,83% .
b. Karakteristik Ekstrak
Tabel I. Hasil Uji Karakteristik Ekstrak Etanol 70% Bunga Rosella
Uji karakteristik ekstrak Hasil
1. Organoleptik
a. Warna
b. Bau
c. Rasa
d. Bentuk
Merah
Barbaukhas
Asam
Ekstrak kental
2. Susut pengeringan 27,46 %
3. Kadar abu 3,56 %
c. Penapisan fitokimia
1) Serbuk bunga rosella
Serbuk bunga rosella mengandung senyawa kimia berupa alkaloid,
saponin, tanin, flavonoid, dan triterpenoid-steroid.
2) Ekstrak etanol 70% bunga rosella
Ekstrak etanol 70% bunga rosella mengandung senyawa kimia berupa
alkaloid, saponin, tannin, flavonoid, dan triterpenoid-steroid.
3. Kurva Kalibrasi Tetraetoksipropan (TEP)
Sebelum melakukan penetapan kadar MDA, dibuat kurva kalibrasi TEP
yang akan digunakan sebagai standar. Dari data hasil kurva kalibrasi
diperoleh persamaan garis: Y= 0,0012 + 0,0225 x
Selain itu, diperoleh nilai koefisien korelasi (r) = 0,9998. Nilai (r) yang
mendekati 1 menunjukkan kurva kalibrasi linier dan terdapat hubungan
antara konsenterasi larutan TEP dengan absorban.
4. Perhitungan Kadar MDA (Malonildialdehid)
Kadar rata-rata MDA yang diperoleh dari setiap kelompok percobaan
adalah sebagai berikut:
KI (normal, tanpa t-BHP) : 3,1378 ± 0,2561
KII (kontrol negatif, dengan t-BHP) : 11,7511 ± 0,3834
KIII (ekstrak 0,7 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 7,3422 ± 0,2450
KIV (ekstrak 1,4 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 6,8088 ± 0,1865
KV (ekstrak 2,8 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 6,1570 ± 0,4692
Berdasarkan hasil uji kadar MDA pada masing-masing kelompok uji
dapat dilihat bahwa pada kelompok V dengan dosis ekstrak 1,2 mg/ml
persentase kadar MDA yang diperoleh dapat menurunkan kadar MDA
tetapi belum mendekati normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak
etanol 70% bunga rosella mampu menurunkan kadar MDA dalam SDMD.
Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji
homogenitas Levene menunjukkan bahwa data kadar MDA dalam SDMD
terdistribusi normal dan homogen. Hal tersebut diperlihatkan dari nilai Sig
> 0,05. Hasil analisa statistic Anava satu arah menunjukkan nilai Sig <
0,05, artinya terdapat perbedaan bermakna antara konsentrasi kadar MDA
dalam SDMD dengan masing-masing kelompok uji.
Hasil uji perbandingan berganda (Tukey) memperlihatkan adanya
perbedaan bermakna ( Sig < 0,05 ) antara kelompok I dengan kelompok II,
III, IV, dan V, kelompok II dengan kelompok III, IV, dan V, kelompok III
dengan kelompok V serta kelompok IV dengan kelompok V. Namun, tidak
terdapat perbedaan (Sig > 0,05) bermakna antara kelompok III dengan
kelompok IV.
5. Perhitungan Kadar SOD
KI (normal, tanpa t-BHP) : 63,3333 ± 8,1650
KII (kontrol negatif, dengan t-BHP) : 26,6667 ± 11,9257
KIII (ekstrak 0,7 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 41,6667 ± 9,1287
KIV (ekstrak 1,4 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 55,5556 ± 13,6083
KV (ekstrak 2,8 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 72,2222 ± 13,6083
Berdasarkan hasil uji aktivitas SOD pada masing-masing kelompok
uji dapat dilihat bahwa pada kelompok IV dengan dosis 0,6 mg/ml dan
kelompok V dengan dosis ekstrak 2,8 mg/ml dapat meningkatkan aktivitas
SOD. Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas
Levene aktivas SOD menunjukkan nilai Sig > 0,05, artinya data aktivitas
SOD terdistribusi normal dan homogen. Hasil analisa statistik melalui
Anava satu arah menunjukkan nilai Sig < 0,05 (Sig = 0,000) yang berarti
terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas SOD terhadap masing-
masing kelompok uji. Hasil uji Tukey menunjukkan adanya perbedaan
bermakna antara kelompok I dengan kelompok II dan III, kelompok II
dengan kelompok IV dan V, kelompok III dengan kelompok V. Namun,
tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok I dengan kelompok
IV dan V serta kelompok IV dengan kelompok V.
Dari hasil penelitian ini pemberian dosis ekstrak etanol 70% bunga
rosella pada dosis 0,3 mg/ml, 0,6 mg/ml, 1,2 mg/ml memperlihatkan
perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol normal (K1). Sedangkan
pada pengujian aktivitas SOD, pemberian ektrak etanol 70% bunga rosella
pada dosis 0,6 mg/ml dan 1,2 mg/ml tidak memperlihatkan adanya
perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol normal (K1). Dengan
demikian dapat dikatakan aktivitas MDA belum mendekati normal dan
aktivitas SOD pada dosis 0,6 mg/ml sudah mendekati normal, tapi pada
dosis 1,2 mg/ml melebihi normal. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa ekstrak etanol 70% bunga rosella dapat menurunkan
kadar MDA dan meningkatkan aktivitas SOD dalam SDMD.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa ekstrak etanol 70% bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) pada
dosis 2,8 mg/ml dapat menurunkan kadar MDA hampir mendekati
keadaan normal dan meningkatkan aktivitas SOD dalam sel darah merah
domba.
Dari penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk melakukan
penelitian lanjutan menggunakan ekstrak selain ekstrak etanol 70% bunga
rosella (Hibiscus sabdariffa L) dengan berbagai variasi dosis untuk
mencapai dosis optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta. Hal 770.
Anonim. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Direktorat Jenderal Badan Pengawas Obat dan Makanan Departemen
Kesehatan RI. Jakarta. Hal 13-15.
Departemen Kesehatan RI. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1)
Jilid 2. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 163-164.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern
Menganalisa Tumbuhan. Terjemahan: Kosasih Padmawinata dan
Iwang Soediro. ITB. Bandung. Hal. 71-72.
Hary. Bukti Khasiat Tanaman Rosella. http:// www. Rosella-online.net. 2
Agustus 2008.
Isnansetyo,A. dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Phytopankton dan
Zooplankton. Kanisius. IPB Bogor. Hal 116.
Kumalaningsih,S. Antioksidan, Sumber dan Manfaatnya.
http://www.antioxidantcentre.com. 13 Juli 2008.
Maryani, H. dan L. Kristiana. 2008. Khasiat dan Manfaat Rosella.
Agromedia Pustaka. Jakarta. Hal 2-4, 6-7, 25-27.
Muhilal. 1992. Teori Radikal Bebas dalam Gizi dan Kedokteran. Dalam:
Jurnal Cermin Dunia Kedokteran no. 73. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan RI. Bogor. Hal. 9-11.
Murray, R.K. 1995. Biokimia Harper, Edisi 22. EGC. Jakarta. Hal 132-135.
Pearce, E.C. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia.
Jakarta. Hal 133-134.
Price, S.A. dan Lorraine M.W. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. EGC. Jakarta. Hal 253.
Priyanto. 2007. Toksisitas Obat, Zat Kimia dan Terapi Antidotum.
Leskonfi. Depok. Hal 43-44, 48, 51,53.
Sadikin, M. 2002. Biokimia Darah. Widya Medika. Jakarta. Hal 12.
Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Kanisius. Yogyakarta. Hal 40.
Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. ITB. Bandung. Hal
129-130.
Soewoto, H. dkk. 2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Widya
Medika. Jakarta. Hal 153.
Wahida. Cara Hidup Tanaman Rosella. http:// www. Rosella-online.net. 2
Agustus 2008.