TAMPILAN STRATA SOSIAL PADA FILM PARASITE SKRIPSI

94
TAMPILAN STRATA SOSIAL PADA FILM PARASITE SKRIPSI OLEH : DESY DWI SAFITRI G.311.16.0076 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG SEMARANG 2020

Transcript of TAMPILAN STRATA SOSIAL PADA FILM PARASITE SKRIPSI

TAMPILAN STRATA SOSIAL PADA FILM PARASITE

SKRIPSI

OLEH :

DESY DWI SAFITRI

G.311.16.0076

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SEMARANG

SEMARANG

2020

DISPLAY OF SOCIAL STRATEGY ON PARASITE FILM

SKRIPSI

OLEH :

DESY DWI SAFITRI

G.311.16.0076

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SEMARANG

SEMARANG

2020

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Hidup akan terus berjalan, lakukan yang terbaik, jangan putus asa dan teruslah

berjuang.”

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk :

1. Allah SWT yang maha baik dan senantiasa memberikan rahmat, kemudahan

dan pertolongannya kepada peneliti.

2. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan penuh kepada peneliti

untuk melanjutkan pendidikan, serta seluruh keluarga besar yang mendukung

dan memberikan motivasi kepada peneliti.

3. Kawan-kawan seperjuangan ilmu komunikasi Angkatan 2016.

4. Keluarga besar almamater universitas semarang.

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Skripsi dengan baik dan lancar.

Skripsi yang berjudul : Tampilan Strata Sosial Pada Film Parasite.

Skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu,

dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas kemudahan dan kelancaran yang diberikan.

2. Bapak Andy Kridasusiala, S.E, M.M selaku Rektor Universitas Semarang.

3. Bapak Susanto, S.Kom,. M.Kom, selaku Dekan Fakultas TIK Universitas

Semarang.

4. Bapak Fajriannoor Fanani. S.Sos., M.I.Kom selaku dosen pembimbing

Skripsi dengan sabar membimbing penulis hingga menyelesaikan laporan

ini dan selalu mengingatkan penulis untuk melanjutkan revisi skripsi.

5. Bapak Firdaus Azwar Erysad, S.Sn., M.Sn selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah sabar dalam membimbing penulis hingga menyelesaikan

laporan ini.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas TIK yang telah memberikan ilmu

yang bermanfaat bagi penulis.

ix

7. Seluruh karyawan Tata Usaha FTIK, Staf Teknisi FTIK, dan Perpustakaan

FTIK untuk bantuan yang telah diberikan dari urusan administrasi hingga

birokrasinya.

8. Orang Tua beserta Keluargaku tercinta, terutama untuk ibu yang tiada

hentinya mendoakan, mendukung, dan membantu penulis untuk

menggapai cita-cita.

9. Mas Darda, Mba Galuh dan adek Dinda yang selalu gemesin.

10. Sahabat saya Krisna Damayanti yang selalu ada kapanpun, selalu

membantu dan mendukung.

11. Sahabat saya Nursi Squad, Ika, Nur, dan Yuda yang selalu menghibur,

membantu dan memberi dukungan.

12. Sahabat saya yang ada di Ciwisku, terimakasih kalian sudah menjadi

sahabat yang baik.

13. Sahabat saya yang ada di Haluuu Team yaitu Arselia, Tata dan Listya yang

selalu menghibur dan memberi kekuatan.

14. Sahabat Ketoke ameh reoni, Mba Prilla dan Mba Putri yang selalu

menghibur dan memberi semangat.

15. Sahabat saya Cewe moody yaitu Kirana dan Dian yang selalu memberi

support.

16. Axel, Mas Deto, Yonatan dan Mas Indri yang selalu memberi motivasi,

semangat dan menjadi dosbing dadakan.

17. Seluruh teman-teman Organisasi Fokus yang telah memberikan

pengalaman berharga bagi penulis

x

18. Teman-temanku Ilmu Komunikasi 2016, kalian luar biasa.

19. Anak Bia Zaskiadyamecca yaitu Kana, Kala, Kaba, Kata dan Kama selalu

menghibur di story istagram dan youtube sehingga menjadi mood booster

penulis.

20. Bio One, pacar hayalan sejak dulu yang selalu bikin saya semangat.

21. Pandemi virus Corona yang telah mengajarkan penulis mengenai

pentingnya kesabaran, kebersamaan dan mempunyai motivasi yang tinggi

untuk menyelesaikan skripsi.

Penulis berharap, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i

Ilmu Komunikasi Universitas Semarang dalam menyusun Skripsi selanjutnya.

Meskipun kemampuan dan usaha penulis telah tercurahkan, namun penulisi

menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,

penulis dengan lapang hati menerima saran dan kritik yang bersifat

membangun dari semua pihak demi lebih sempurnanya skripsi ini agar bisa

bermanfaat.

Semarang, 25 Agustus 2020

Penulis

xi

ABSTRAK

Desy Dwi Safitri, G.311.16.0076.”Tampilan Strata Sosial Pada Film

Parasite”. Program Studi S1 – Ilmu Komunikasi Fakultas Teknologi Informasi

dan Komunikasi Universitas Semarang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bagaimana

tampilan strata sosial yang terdapat pada Film Parasite. Landasan teori dalam

penelitian ini adalah Teori Semiotika John Fiske yaitu menganalisis kode-kode

sosial yang terbagi dalam tiga level yaitu level realitas, representasi dan ideologi.

Bentuk dan strategi penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif

dengan menggunakan pendekatan Analisis Semiotika. Teknik sampling dalam

penelitian ini adalah teknik Purposive Sampling.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menarik

kesimpulan bahwa strata sosial yang ada pada film Parasite, kebanyakan

mengarah kepada Achieved Status.

xii

ABSTRACT

Desy Dwi Safitri, G.311.16.0076. "Display of Social Strata in Parasite

Films". S1 Study Program - Communication Science, Faculty of Information and

Communication Technology, University of Semarang.

This study aims to find out and understand how social strata appear in

Parasite Films. The cornerstone of the theory in this study is John Fiske's

Semiotics Theory which is analyzing social codes that are divided into three

levels, namely the level of reality, representation and ideology. The form and

strategy of this research uses a qualitative research method using the Semiotic

Analysis approach. The sampling technique in this study is the purposive

sampling technique.

Based on the research that has been done, the authors draw the

conclusion that the social strata in the film Parasite, mostly leads to Achieved

Status.

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN........................................................................................ v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................. xi

ABSTRACT .......................................................................................................... xii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar belakang................................................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah ..................................................................................... 8

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 8

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8

1.4.1. Manfaat Teoritis .................................................................................... 8

1.4.2. Manfaat Praktis ..................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 9

2.1 Landasan Teori .............................................................................................. 9

2.1.1 Teori Srata Sosial .................................................................................. 10

2.1.1.1 Terjadinya Strata Sosial (Lapisan Masyarakat) .............................. 10

2.1.1.2 Strata Sosial sebagai Masalah Sosial .............................................. 10

2.1.1.3 Dasar Lapisan Masyarakat .............................................................. 10

2.1.2 Semiotika John Fiske .......................................................................... 11

xiv

2.1.3 Film ..................................................................................................... 16

2.2 Kerangka Berpikir........................................................................................ 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 18

3.1 Metode Penelitian ........................................................................................ 18

3.2 Lokasi Studi/Penelitian ................................................................................ 18

3.3 Bentuk dan Strategi Penelitian ..................................................................... 18

3.4 Sumber Data ................................................................................................ 19

3.4.1 Sumber Data Primer............................................................................ 19

3.4.2 Sumber Data Sekunder ....................................................................... 19

3.5 Teknik Cuplikan (Sampling) ....................................................................... 20

3.6 Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 21

3.6.1 Observasi ............................................................................................ 21

3.6.2 Studi Pustaka....................................................................................... 21

3.7 Triangulasi Data .......................................................................................... 22

3.8 Teknik Analisis Data ................................................................................... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 25

4.1 Gambaran Umum ......................................................................................... 25

4.1.1 Sekilas tentang Film Parasite................................................................. 25

4.1.2 Produksi Film Parasite ........................................................................... 31

4.1.3 Karakteristik Tokoh ............................................................................... 32

4.2 Hasil Temuan Penelitian .............................................................................. 38

4.3 Pembahasan ................................................................................................. 50

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 59

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 59

5.2 Implikasi ...................................................................................................... 61

5.2.1. Implikasi Teoritis ................................................................................. 61

5.2.2. Implikasi Praktis ................................................................................... 61

5.2.3. Implikasi Metodologis .......................................................................... 61

5.3 Saran ............................................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63

LAMPIRAN.......................................................................................................... 64

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Kerangka Berpikir ............................................................................... 17

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Film Parasite ..................................................................................... 25

Gambar 4. 2 Kim Ki-taek sedang makan roti di meja makan ............................... 32

Gambar 4. 3 Park Chung-suk sedang berbicara dengan pembantu lama .............. 32

Gambar 4. 4 Ki-woo sedang mencari wifi di basement rumahnya ....................... 33

Gambar 4. 5 Kim Ki-jeong sedang berbicara dengan Yeon-Kyo ......................... 34

Gambar 4. 6 Park Dong-ik sedang di mobil sehabis pulang kerja ........................ 34

Gambar 4. 7 Yeon-kyo sedang berbicara dengan Kim Ki-jeong .......................... 35

Gambar 4. 8 Da Hye sedang les privat bahasa Inggris ......................................... 36

Gambar 4. 9 Da-song sedang makan kue ulang tahun .......................................... 36

Gambar 4. 10 Oh Geun-sae sedang makan pisang yang diberikan istrinya. ......... 37

Gambar 4. 11 Moon-gwang sedang memberi uang .............................................. 37

Gambar 4. 12 Min sedang meminta Ki-woo menggantikan guru les privat ......... 38

Gambar 4. 13 Memperlihatkan rumah semi basement yang kecil dan kumuh .... 39

Gambar 4. 14 Chung-suk berbicara dengan Tn.Kim ............................................ 39

Gambar 4. 15 Chung-suk menendang Tn.Kim ..................................................... 41

Gambar 4. 16 Ki-woo menanyakan password wifi ............................................... 42

Gambar 4. 17 Kim Ki-woo menjulurkan tangannya ke atas ................................. 43

Gambar 4. 18 Kim Ki-woo kebingungan mencari sinyal ..................................... 44

Gambar 4. 19 Tn. Park dan istrinya tiduran di sofa .............................................. 46

Gambar 4. 20 Tn dan Ny. Park mengenakan pakaian piyama .............................. 46

Gambar 4. 21 Tn.kim dan anaknya sedang bersembunyi di bawah meja .......... 48

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Bukti Pembayaran Skripsi

Lampiran 2 Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi

Lampiran 3 Log Konsultasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Individu sebagai makhluk sosial tentu tidak bisa dihindarkan dari yang

namanya interaksi sosial di masyarakat. Adanya interaksi sosial ini akan

mempengaruhi pembentukan sebuah kelompok. Secara umum

pengelompokan masyarakat Indonesia terbagi menjadi dua bentuk. Pertama,

pengelompokan secara horizontal berupa deferensi dan Kedua,

pengelompokan secara vertikal berupa strata sosial. Dalam masyarakat bisa

menemui banyak berbagai golongan masyarakat yang pada praktiknya

terdapat perbedaan tingkat antara golongan satu dengan golongan yang

lainnya. Dengan adanya golongan yang berlapis-lapis ini mengakibatkan

timbulnya strata sosial.

Strata sosial adalah sistem pembedaan individu atau kelompok dalam

masyarakat, yang menempatkannya pada kelas-kelas sosial yang berbeda-

beda secara hierarki dan memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda

pula antara individu pada suatu lapisan dengan lapisan lainnya. Sistem strata

sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas

secara bertingkat, yang diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas menengah, dan

kelas rendah. Kelas sosial terjadi karena adanya pembagian (segmentasi)

kelas-kelas sosial di masyarakat. Sehingga kelas sosial adalah suatu lapisan

2

(strata) dari orang-orang yang memiliki berkedudukan sama dalam rangkaian

kesatuan dari status sosial. Perbedaan strata sosial adalah hal yang umum

terjadi dimasyarakat maka dari itu wajar jika perbedaan strata sosial menjadi

objek yang sering ditampilkan kedalam media massa seperti film.

Sistem Strata Sosial di Korea didominasi oleh Literati Konfusianisme

(yangbang), yang memiliki hak istimewa politik dan ekonomi bersama

dengan status sosial turun menurun. Sistem strata sosial ini sangat rendah dan

dirusak oleh perubahan sosial yang dibawa tentang oleh pemerintah kolonial

Jepang, reformasi tanah setelah kemerdekaan dan kehancuran yang

ditimbulkan oleh perang Korea. Sistem pendidik meningkat secara pesat,

mengingat dahulu masyarakat korea buta huruf karena akses publik terbatas

ke sekolah formal. Sehingga masyarakat yang ingin mendapatkan pekerjaan

yang enak harus di sertai dengan pendidikan yang tinggi. Dengan begitu baru

bisa disebut kelas sosial menengah.

Media massa adalah suatu alat bantu utama dalam proses komunikasi

massa, sebab komunikasi massa sendiri secara sederhana adalah suatu alat

transmisi informasi seperti koran, majalah, buku, film, radio dan televisi atau

suatu kombinasi bentuk dari bentuk-bentuk media. (Asep S M,1999 : 173).

Film adalah media komunikasi yang bersifat audio vidual untuk

menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di

suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:134). Pesan film pada komunikasi massa

dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Film juga dikenal

3

sebagai movie, gambar hidup, film teater atau foto bergerak, sedangkan genre

adalah sebutan untuk membedakan berbagai jenis film. Film bisa jadi bersifat

fiksi (dibuat-buat) atau kisah nyata ataupun campuran keduanya. Walaupun

ratusan film dibuat setiap tahunnya tetapi hanya sedikit film hanya

menggunakan satu genre kebanyakan menggabungkan dua genre atau lebih.

Dunia perfilman di Indonesia perkembangannya begitu pesat

bersamaan dengan perkembangan atau kemanjuan-kemajuan teknologi

pendukungnya. Setiap tahunnya selalu banyak film yang akan ditayangkan di

bioskop-bioskop lokal. Tema film yang diangkat juga ada berbagai macam

seperti drama, action, komedi, tragedi, horor, percintaan selain genre yang

sudah disebutkan ada juga unsur-unsur yang tersirat kedalam film seperti

kritik, politik, serta strata sosial. Salah satu film yang mengandung strata

sosial adalah Film Parasite.

Film “Parasite” yang di sutradarai oleh Boong Joon-ho serta di

produksi oleh Barunson yang berdurasi 2 jam 12 menit menceritakan tentang

strata sosial di Korea yang kerap kali terjadi perbedaan ketimpangan sosial

antar penduduk. Film ini dirilis pada 30 Mei 2019 di Korea Selatan dan pada

24 Juni 2019 di Indonesia, film ini menarik total 10.000.249 penonton per

Minggu (21/7/2019), yakni 53 hari sejak tayang pada 30 Mei 2019.

Kelebihan film ini dari film-film lain adalah Film Parasite

memenangkan beberapa penghargaan pada Event Cannes Film Festival,

penghargaan tersebut antara lain Palme d'Or, selain itu dalam Event Buil Film

4

Awards Film Parasite memenangkan penghargaan dalam kategori Best Film,

Best Supporting Actor, Best Supporting Actress, Best Screenplay, Best

Cinematography, Best Music, Best Director. Lalu dalam penghargaan Chunsa

Film Art Awards Film Parasite mendapatkan penghargaan dalam kategori

Best Actress, Best Supporting Actor, Best Supporting Actress dan Best

Screenplay, yang terakhir dalam penghargaan Korean Association of Film

Critics awards memenangkan penghargaan dalam kategori Best Film, Best

Director,Best Cinematography dan top 10 film of the year. Kelebihan lain

dalam Film Parasite mampu menunjukkan kepiawaiannya dalam mengemas

crita, membangun karakter dan suasana serta membawa pesan yang kuat

lewat premis yang cukup sederhana.

Salah satu film yang juga membahas strata sosial adalah Film Sang

Perwira. Film ini dirilis pada 28 November 2019 yang di produksi oleh MRG

Films dan bekerjasama dengan Mabes Polri. Selain itu Film Sang Perwira

juga di sutradarai oleh Ponti Gea namun penulis lebih memilih Film Parasite

dibandingan Film Sang Perwira dikarenakan Film Parasite ini adalah Film

Korea pertama yang menang dalam Golden Award dan mendapatkan

penghargaan tertinggi dalam acara Event Cannes Film Festival yaitu Palme

d’or.

Film Parasite ini menceritakan tentang sebuah keluarga yang kekurangan

dan bahkan harus tinggal di sebuah basement apartemen jelek. Mereka sehari-

hari hanya mengandalkan upah dari melipat kardus pizza. Mendadak, Kim Ki

Woo (Choi Woo Shik) mendapat kesempatan untuk jadi jadi guru les privat

5

Bahasa Inggris seorang anak dari keluarga kaya raya. Disini lah Kim Ki Woo

berusaha untuk memasukkan semua anggota keluarganya untuk bisa bekerja

di kediaman Park dengan berbagai tipuan agar majikannya percaya. Song

Kang Ho sebagai Kim Ki Taek bekerja di keluarga Park sebagai supir baru

berkat tipu muslihat putranya. Istri Kim Ki Taek bernama Jang Hye Jin

sebagai Choong Sook menjadi pembantu di keluarga Park setelah puntranya

menyingkirkan pembantu yang sudah lama. Park So Dam sebagai Kim Ki

Jung menjadi orang yang pertama dikenalkan untuk bekerja di keluarga Park

dan mengaku bernama Jessica dan kuliah jurusan seni. Kemudian dipercaya

untuk menjadi guru les privat seni di keluarga Park juga. Saat itulah strategi

untuk menarik keluarganya dari kemiskinan dimulai. Bukan hanya itu, antara

kedua keluarga yang berbeda strata ekonomi pun terjadi simbiosis. Keluarga

Kim menyediakan layanan kemewahan untuk keluarga Park yang

mengeluarkan keluarga Kim dari lingkungan miskin. Namun simbiosis itu tak

bertahan lama, dibalut dengan komedi, Film Parasite ini pun penuh dengan

pertarungan antara kesekahan dan segala prasangka.

Penelitian sebelumnya terkait strata sosial pada film juga pernah

dilakukan dalam judul “Faksi Sebagai Stratifikasi Sosial Dalam Film

Divergent Produksi Summit Entertainment” oleh Sofyan Tilaar program studi

Sastra Inggri di Universitas Sam Ratulangi Manado pada tahun 2018.

Penelitian ini mengkaji tentang penggambaran stratifikasi sosial dalam

pembagian masyarakat menjadi lima area terpisah yang disebut faksi. Namun

dalam penelitian ini belum menjelaskan teori detail dalam pembahasannya.

6

Selain itu penelitian sebelumnya yang terkait dengan Film Parasite yaitu

berjudul “Representasi Kemiskinan dalam Film Korea Selatan (Analisis

Semiotika Model Saussure pada Film Parasite) “ oleh Michelle Angela dan

Septia Winduwati Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

tahun 2019. Penelitian ini menggunakan teori komunikasi massa, film,

representasi, wacana dan kemiskinan. Kemudian penelitian ini juga

menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis semiotika

Ferdinand de Saussure yang membagi tanda menjadi dua yaitu signifier dan

signified.

Penelitian yang nanti akan penulis lakukan adalah bagaimana

tampilan strata sosial pada Film Parasite. Penelitian ini akan menggunakan

teori semiotika John Fiske. Makna dalam penelitian ini akan diidentifikasi

berdasarkan tanda-tanda yang terdapat dalam film untuk mengetahui makna

dibalik tanda tersebut, baik yang terlihat dipermukaan maupun yang

tersembunyi. Tanda-tanda yang akan dilihat dari peneltian ini adalah tanda

verbal dan nonverbal. Tanda verbal adalah tanda bahasa yang dikemukakan

pada film dan tanda nonverbal merupakan gerakan yang terjadi pada film atau

data diartikan tanda yang bukan kata-kata. Penelitian ini berusaha untuk

mencari tanda-tanda strata sosial yang ada pada Film Parasite melalui dialog

dialog dan scene-scene tokoh tokoh pada Film Parasite tersebut.

Alasan penulis melakukan penelitian terhadap tampilan strata sosial

adalah penulis ingin mengungkap tanda-tanda strata sosial yang terkandung

7

pada Film Parasite tersebut. Karena sebagian menganggap Film Parasite

sebagai film tragikomedi dan menganggap Film Parasite murni mengerikan.

Padahal jika di telisik lebih dalam Film Parasite ini menggambarkan

ketimpangan sosial seperti si miskin menghalkan segala cara untuk menipu

demi kekayaan. maka dari itu penulis ingin melakukan penelitian ini untuk

mengetahui tanda-tanda strata sosial apa yang terdapat pada Film Parasite.

Berdasarkan uraian diatas menarik perhatian penulis untuk mengadakan

penelitian mengenai tanda-tanda strata sosial pada Film Parasite. Penelitian

tersebut berjudul “Tampilan Strata Sosial Pada Film Parasite”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui bahwa perumusan

masalahnya adalah “Bagaimana tampilan strata sosial pada film parasite”.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaimana menganalisis strata sosial yang di tampilkan

pada Film Parasite.

1.4. Manfaat Penelitian

Penulis melakukan penelitian tentunya sangat mengharapkan adanya

manfaat yang dapat diambil dari penelitian tersebut. Manfaat yang dapat

diarapkan dari penelitian ini adalah:

8

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi,

pengetahuan dan hikmah melalui pesan yang terdapat dalam film

ini selanjutnya bisa menjadi bahan referensi bagi penulis

berikutnya.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi insan

perfilman agar mampu menghasilkan karya film-film berkualitas

yang mengandung nilai-nilai positif sehingga dapat dijadikan

contoh bagi penikmat film.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Srata Sosial

Menurut Waluya (2007:16) Strata Sosial adalah perbedaan individu

atau kelompok dalam masyarakat yang menempatkan seseorang pada

kelas-kelas sosial yang berbeda-beda secara hierarki dan memberikan

hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula antara individu pada suatu

lapisan sosial lainnya. Sistem strata merupakan pembedaan penduduk

atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat yang

diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas rendah.

Sedangkan Menurut Suyanto dan Nawoko (2004:164) Strata Sosial

lebih merujuk pada pembagian sekelompok orang ke dalam tingkatan

(strata) yang berjenjang secara vertikal atau mengkaji tentang posisi

yang tidak sederajat antar orang per orang atau kelompok masyarakat.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas maka dapat

disimpulkan bahwa Strata Sosial secara umum dapat diartikan

pembedaan masyarakat dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat

sehingga sistem strata sosial ini muncul istilah kelas sosial atas,

menengah dan bawah.

10

2.1.1.1 Terjadinya Strata Sosial (Lapisan Masyarakat)

Soekanto menyatakan (2012: 190-201) Strata sosial dapat terjadi

dengan dua cara yaitu dengan sendirinya dan dengan sengaja. Strata yang

terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat,

contohnya adalah kepandaian, tingkat umur, dan sifat. Sedangkan strata

sosial yang terjadi dengan sengaja disusun untuk mengejar tujuan

bersama yang berkaitan dengan kekuasaan dan wewenang resmi dalam

organisasi formal, seperti pemerintahan.

2.1.1.2 Strata Sosial sebagai Masalah Sosial

Sorokin dalam (Soekanto, 2014:195) menjelaskan siapapun yang

memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah banyak maka akan

dianggap memiliki kedudukan dilapisan atas, sedangkan bagi mereka

yang hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki sesuatu yang

berharga maka akan dipandang memiliki kedudukan rendah.

2.1.1.3 Dasar Lapisan Masyarakat

Menurut Soekanto (2012: 208) yang menjadikan ukuran untuk

menggolongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan sosial (strata

sosial) yaitu ukuran kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan ilmu

pengetahuan.

a. Ukuran Kekayaan

Menurut Soekanto (2007:208) barang siapa yang memiliki

kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas dan yang

memiliki kekayaan paling sedikit termasuk dalam lapisan bawah.

11

b. Ukuran Kekuasaan

Basrowi (2005:62) menjelaskan seseorang yang memiliki

kekuasaan atau wewenang yang besar akan masuk pada lapisan atas,

dan yang tidak memiliki kekuasaan maka masuk dalam lapisan

bawah.

c. Ukuran Kehormatan

Basrowi (2005:62) menjelaskan bahwa Orang yang paling

disegani dan dihormati, mendapatkan tempat teratas dalam lapisan

sosial. Keadaan seperti ini biasa di temui di masyarakat tradisional

yang masih kental dengan adat.

d. Ukuran Ilmu Pengetahuan

Menurut Basrowi (2005:62) Biasanya hanya meninjau dari segi

gelar yang diperoleh seseorang saja, sehingga dapat menimbulkan

kecurangan yang menginginkan dalam lapisan atas untuk

memperoleh gelar yang di inginkan.

2.1.2 Semiotika John Fiske

Pada penelitian ini penulis menggunakan teori semiotika dari

John Fiske, Semiotik melihat komunikasi sebagai

penciptaan/pemunculan makna didalam pesan baik oleh pengirim

maupun penerima. Makna tidak bersifat absolut, bukan suatu konsep

statis yang bisa ditemukan terbungkus rapi didalam pesan (John

12

Fiske, 2016 :76). Teks merupakan fokus perhatian utama dalam

semiotika. Teks dalam hal ini dapat diartikan secara luas, bukan

hanya teks tertulis saja. Segala sesuatu yang memiliki sistem tanda

komunikasi, seperti yang terdapat pada teks tertulis, bisa dianggap

teks, misalnya film, sinetron, drama opera, iklan, fotografis, hinggs

tayangan sepak bola (John Fiske, 2007 : 282). Fiske menganalisis

acara televisi sebagai “teks” untuk memeriksa berbagai lapisan sosial

budaya makna. Fiske tidak setuju dengan teori bahwa khalayak

massa mengkonsumsi produk yang ditawarkan kepada mereka tanpa

berpikir. Fiske menolak gagasan “penonton” yang mengasumsikan

massa yang tidak kritis. Dia menyarankan “audiensi” dengan

berbagai latar belakang dan identitas sosial yang memungkinkan

mereka untuk menerima teks-teks yang berbeda. Menurut John

Fiske, semiotika adalah studi tentang petanda dan makna dari sistem

tanda; ilmu tentang media; atau studi tentang bagaimana tanda dari

jenis karya apapun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan

makna.

John Fiske berpendapat bahwa terdapat tiga wilayah kajian dalam

semiotika, diantaranya yaitu:

a. Tanda itu sendiri. Wilayah ini meliputi kajian mengenai

berbagai jenis tanda yang berbeda, cara-cara berbeda dari tanda-

tanda dialam menghasilkan makna, dan cara tanda-tanda tersebut

berhubungan dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah

13

konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami di dalam kerangka

penggunaan/konteks orang-orang yang menempatkan tanda-tanda

tersebut.

b. Kode-kode atau sistem di mana tanda-tanda diorganisasi.

Kajian ini melingkupi bagaimana beragam kode telah dikembangkan

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya, atau untuk

mengeksploitasi saluran-saluran komunikasi yang tersedia bagi

pengiriman kode-kode tersebut.

c. Budaya tempat di mana kode-kode dan tanda-tanda

beroperasi. Hal ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan dari

kode-kode dan tanda-tanda untuk eksostensi dan bentuknya sendiri

(J. Fiske, 2016 : 67).

Semua model-model mengenai makna secara luas memiliki

bentuk yang hampir sama masing-masing terfokus pada tiga elemen

yang dengan cara tertentu ataupun cara yang lain, pasti terlibat di

dalam semua kajian mengenai makna. Elemen-elemen tersebut

adalah: (1) tanda, (2) acuan dari tanda, dan (3) pengguna tanda.

Sebuah tanda adalah sesuatu yang bersifat fisik, dapat

diterima oleh indera kita, mengacu pada sesuatu di luar dirinya, dan

bergantung pada pengenalan dari para pengguna bahwa itu adalah

tanda.

John Fiske mengemukakan teori tentang kode-kode televisi

(the codes of television). Menurut Fikse, kode-kode yang muncul

14

atau yang digunakan dalam acara televisi saling berhubungan

sehingga terbentuk sebuah makna. Menurut teori ini pula, sebuah

realitas tidak muncul begitu saja melalui kode-kode yang timbul,

namun juga diolah melalui penginderaan sesuai referensi yang telah

dimiliki oleh orang yang berbeda juga. Pada perkembangannya,

model John Fiske tidak hanya digunakan dalam menganalisis acara

televisi, tetapi dapat juga digunakan untuk menganalisis isi teks

media yang lain.

Dalam kode-kode televisi yang diungkapkan dalam teori John

Fiske, bahwa peristiwa yang ditayangkan dalam dunia televisi telah

dienkode oleh kode-kode sosial yang berbagi dalam tiga level yaitu

sebagai berikut:

a. Level realitas

Kode kode sosial yang termasuk dalam level pertama ini

yakni meliputi appearance (penampilan), dress (kostum), make

up (riasan), environment (lingkungan), behaviour (perilaku),

speech (gaya bicara), gesture (gerakan), expression (ekspresi).

b. Level representasi

Kode kode yang termasuk dalam level kedua ini

berkaitan dengan kode kode teknik, seperti camera (kamera),

lighting (pencahayaan), editing (pertelevisian), music (Musik)

dan sound (suara). Mencakup kode kode representasi seperti

15

narrative (narasi), conflict (konflik), character (karakter),action

(aksi), dialogue (dialog), setting (latar),dan casting (pemeran).

c. Level ideologi

Ororganisir dalam penerimaan hubungan sosial oleh

kode kode ideologi seperti : individualisme, patriaki, ras, kelas,

materialisme, kapitalisme,liberalisme. (John Fiske, 1987 : 3)

John Fiske menjelaskan bagaimana sebuah peristiwa menjadi

peristiwa televisi apabila telah dienkode oleh kode-kode sosial, yang

dikonstruksi dalam tiga tahap berikut. Pada tahapan pertama adalah

realitas, yakni peristiwa yang ditandakan (encoded) sebagai realitas

tampilan, pakaian, lingkungan perilaku, percakapan, gesture,

ekspresi, suara, dan sebagaimananya. Dalam bahasa tulis berupa,

teks, transkip wawancara dan sebagainya.

Pada tahap kedua disebut representasi (representation)

Realitas yang terenkode dalam encoded electronically harus

ditampakan pada technical codes, seperti kamera, lighting, editing,

musik, suara. Dalam bahasa tulis ada kata, kalimat, proposisi, foto,

dan sebagainya. Sedangkan dalam bahasa gambar atau televisi ada

kamera, tata cahaya, editing, musik, dan sebagainya. Elemen-elemen

ini kemudian ditransmisikan ke dalam kode representasional yang

dapat mengaktualisasikan, antara lain karakter, narasi, dialog,

setting, dan sebagainya. Ini sudah tampak sebagai realitas televisi.

16

Tahap ketiga adalah ideologi. Semua elemen diorganisasikan

dan dikategorikan dalam kode-kode ideologis, seperti patriaki,

individualism, ras, kelas, materials, kapitalisme, dan sebagainya.

Ketika kita mau melakukan representasi atau suatu realita, menurut

Fiske, tidak dapat dihindari adanya kemungkinan memasukkan

ideologi dalam konstruksi realitas (Mursito, 2007).

2.1.3 Film

Menurut Arsyad (2003:45) film merupakan kumpulan dari beberapa

gambar yang berada di dalam frame, dimana frame demi frame

diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar

terlihat gambar itu menjadi hidup.

Sedangkan menurut Baskin (2003: 4) film merupakan salah satu bentuk

media komunikasi massa dari berbagai macam teknologi dan berbagai

unsur-unsur kesenian. Film jelas berbeda dengan seni sastra, seni lukis, atau

seni memahat. Seni film sangat mengandalkan teknologi sebagai bahan

baku untuk memproduksi maupun eksibisi ke hadapan penontonnya.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas maka dapat

disimpulkan bahwa film merupakan salah satu media komunikasi massa

yang menampilkan serangkaian gambar bergerak dengan suatu jalan cerita

yang dimainkan oleh para pemeran yang diproduksi untuk menyampaikan

suatu pesan kepada para penontonnya.

17

2.2 Kerangka Berpikir

Bagan 2. 1 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir tersebut menjelaskan bahwa Subjek Penelitian

adalah Film Parasite. Menganalisis strata sosial dalam Film Parasite

tersebut kode-kode sosial yang terbagi dalam tiga level yaitu level realitas,

level representasi, level ideologi. Hal itu mencakup dalam Analisis

Semiotika John Fiske.

Film Parasite

Analisis Semiotika

John Fiske

LEVEL

REALITAS

LEVEL

REPRESENTASI

LEVEL

IDEOLOGI

Munculnya Strata Sosial

18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Sugiyono (2010:3) menjelaskan Metode penelitian pada dasarnya

merupakan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan sebuah data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu. Sehingga metode penelitian merupakan cara

yang digunakan untuk mendapatkan data sesuai dengan kebutuhan.

3.2 Lokasi Studi/Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis melakukan proses observasi pada Film

Parasite yang berkaitan dengan scane saat tokoh tokoh memperlihatkan

adegan yang menampilkan ketimpangan sosial. Lokasi penelitian yaitu pada

scene menit ke 01:00 – 02:00 dan 01.27.24 – 01.28.35.

3.3 Bentuk dan Strategi Penelitian

Menurut Moleong (2011: 6) Bentuk dan strategi penelitian yang

berjudul “Tampilan Strata Sosial Pada Film Parasite” merupakan penelitian

dengan menggunakan metode penelitian Kualitatif dengan menggunakan

pendekatan Analisis Semiotika. Alasan menggunakan metode penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretif yang melihatkan banyak

metode dalam menelaah masalah penelitian. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

19

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

3.4 Sumber Data

Menurut Arikunto (1998:144), sumber data adalah subjek darimana

suatu data dapat diperoleh. Menurut Sutopo (2006:56-57) sumber data

adalah tempat data diperoleh dengan menggunakan metode tertentu baik

berupa manusia, artefak, ataupun dokumen-dokumen .

3.4.1 Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung

dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan

yang memerlukannya. (Hasan, 2002:82) Data primer dalam penelitian ini

diambil dari film yang berjudul parasite.

3.4.2 Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang terkumpul dari sumber-

sumber keputusan dan sumber-sumber lain yang memiliki relevansi

dengan masalah yang sudah diteliti (Marzuki, 2002:56). Penulis akan

memilih referensi dari beberapa buku, dan website sebagai rujukan dan

penguat data, melalui penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan

20

berbagai literatur dan bacaan yang relevan mendukung penelitian ini, serta

referensi lain terkait dengan Analisis Semiotika.

3.5 Teknik Cuplikan (Sampling)

Teknik sampling adalah merupakan pengambilan sampel. Untuk

menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat

berbagai Teknik sampling yang digunakan. (Sugiono, 2015:81). Teknik

sampling yang digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan metode

Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah salah satu teknik

pengambilan sampel yang sering digunakan dalam penelitian, secara

bahasa yaitu berarti sengaja. Jadi Purposive Sampling merupakan teknik

pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya, penulis mencantumkan

sampel yang diambil tidak secara acak, tetapi ditentukan sendiri oleh

penulis.

Pengambilan sampel berdasarkan “penilaian” mengenai siapa-siapa

saja yang pantas memenuhi persyaratan untuk dijadikan sampel. Oleh

karena itu, latar belakang pengetahuan tertentu mengenai sampel yang

dimaksud tentu juga populasinya agar benar-benar bisa mendapatkan

sampel yang sesuai dengan persyaratan atau tujuan penulis sehingga

mendapat atau memperoleh data yang akurat. Oleh karena itu, karakteristik

yang masuk dalam pembuatan sampel dalam penelitian ini yaitu penelitian

yang mengambil sampel dari scane film Parasite. Maka scene yang dipilih

sebagai sampel ditentukan dengan kriteria berikut :

21

a) Scene yang menunjukkan interaksi antar karakter dan menjelaskan

perbedaan strata sosial

b) Scene yang mempresentasikan tampilan dari karakter yang kontras

dari segi strata sosialnya.

c) Scene yang menunjukan pengucapan antar karakter yang

mengandung arti strata sosial.

Dari beberapa kriteria yang sudah ditentukan oleh penulis, maka

scene yang dipilih untuk sampel adalah menit ke 01:00 – 02:00 dan

01.27.24 – 01.28.35.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data, teknik yang digunakan

penulis adalah sebagai berikut :

3.6.1 Observasi

Hasan (2002:86) menjelaskan Observasi adalah teknik pengumpulan

data dengan melakukan pengamatan langsung pada objek kajian. Dalam

melakukan penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi non

partisipatif karena penulis tidak ikut berpartisipasi di dalam kehidupan

penelitian, penulis hanya mengamati tampilan strata sosial yang ada pada

Film Parasite.

3.6.2 Studi Pustaka

22

Menurut Sugiyono (2005:83). Studi pustaka adalah Metode

pengumpulan data yang diarahakn kepada pencarian data dan informasi

melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar

maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses

penulisan. Penulis melakukan studi pustaka dari buku-buku, referensi

penelitian, internet demi menunjang penelitian tersebut. Penelitian penulis

menggunakan metode semiotika dengan menganalisis Film Parasite.

3.7 Triangulasi Data

Triangulasi adalah usaha mengecek kebenaran data atau informasi

yang diperoleh penulis dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan

cara mengurangi sebanyak mungkin perbedaan yang terjadi pada saat

pengumpulan dan analisis data. Triangulasi merupakan cara yang digunakan

untuk peningkatan validasi dalam penelitian kualitatif. Dalam kaitan ini,

Patton (dalam HB Sutopo, 2002) menyatakan bahwa adanya 4 macam

triangulasi, yaitu triangulasi data, triangulasi metode, triangulasi penulis,

dan triangulasi teori.

Dalam penelitian ini, untuk mengecek hasil penelitian dan

menguatkan, penulis menggunakan teknik Triangulasi Data. Teknik

triangulasi data dapat disebut juga triangulasi sumber. Cara ini mengerahkan

penulis agar di dalam mengumpulkan data, ia berusaha mengumpulkan data,

ia berusaha menggunakan berbagai sumber yang ada (Sutopo, 2006 : 93),

23

dengan sumber teks dan dokumen literature dari berbagai sumber

perpustakaan yang menguatkan Tampilan Strata Sosial Pada Film Parasite.

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian

dasar. Ardhan12 (dalam Lexy J. Moleong 2002:103).

Analisis data yang digunakan untuk penelian ini adalah analisis dengan

menggunakan model analisis semiotika John Fiske. John Fiske menjelaskan

bagaimana sebuah peristiwa menjadi peristiwa televisi apabila telah

dienkode oleh kode-kode sosial, yang dikontruksi dalam tiga tahapan

berikut. Pada tahapan pertama adalah realitas (reality), yakni peristiwa yang

ditandakan (encoded) sebagai realitas tampilan, pakaian, lingkungan

perilaku, percakapan, gesture, ekspresi, suara, dan sebagainya. Misal jika

dalam Film Parasite karya Boong Joon-ho dianggap sarat akan strata sosial,

maka harus ada tanda-tanda peristiwa tersebut.

Pada tahap kedua disebut representasi (representation) Realitas yang

ternkode dalam encoded electronically harus ditampakan pada technical

codes, seperti kamera, lighting, editing, musik, suara. Dalam bahasa tulis

ada kata, kalimat, proposisi, foto, dan sebagainya. Sedangkan dalam bahasa

24

gambar atau televisi ada kamera, tata cahaya, editing, musik, dan

sebagainya. Elemen-elemen ini kemudian ditransmisikan ke dalam kode

representasional yang dapat mengaktualisasikan, antara lain karakter, narasi,

dialog, setting, dan sebagainya. Ini sudah tampak sebagai realitas televisi.

Tahap ketiga adalah ideologi. Semua elemen diorganisasikan dan

dikategorikan dalam kode-kode ideologis, seperti patriaki, individualisme,

kapitalisme, nasionalisme, materialisme, dan sebagainya. Ketika kita

melakukan representasi atau suatu realita, menurut John Fiske, tidak dapat

dihindari adanya kemungkinan memasukan ideologi dalam konstruksi

realitas.

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Sekilas tentang Film Parasite

Gambar 4. 1 Film Parasite

(Sumber: https://www.imdb.com/title/tt1979169/ )

Film Parasite merupakan film garapan Bong Joon-ho yang tayang di

bioskop pada tanggal 30 Mei 2019 di Korea Selatan dan 24 Juni 2019 di

Indoneisa. Bong Joon-ho sutradara di film Parasite sudah tidak diragukan

lagi dikarenakan mampu menunjukkan kepiawaiannya mengemas cerita,

membangun karakter dan suasana, hingga membuat penonton terpana. Di

balik itu, ia juga membawa pesan kuat lewat premis yang cukup sederhana

26

serta beberapa kali Bong Joon-ho sukses mengeluarkan film nan apik selain

film Parasite seperti film The Host, Snowpierce, Mother, dan debut di

Cannes yaitu film Okja.

Parasite, menceritakan tentang keluarga Ki-taek beranggotakan

empat orang pengangguran dengan masa depan yang suram dan

menggambarkan upaya sekelompok manusia bertahan hidup di dunia

sampai terpaksa masuk sebagai parasit dalam hubungan dengan manusia

lain. Dengan durasi 2 jam 12 menit, film ini menampilkan cerita yang cukup

menarik untuk seluruh masyarakat. Untuk menghasilkan menghasilkan film

yang menarik tadi, ada beberapa tokoh yang turut mendukung kesuksesan di

film Parasite, seperti Kim Ki Woo (Choi Woo Shik),Park, Kim Ki Taek

(Song Kang Ho), Choong Sook (Jang Hye Jin), Kim Ki Jung (Park So

Dam), Da-song (Jeong Hyun Jun), Da Hye (Jung Ji-so), Moon-gwang (Lee

Jung-eun), Yeon-kyo (Cho Yeo-jeong), Oh Geun-sae (Park Myun), Yoon

(Park Keun-rok), Min (Park Seo-joon) dan beberapa tokoh pendamping

lainnya.

Didalam film Parasite menceritakan keluarga Kim, terdiri dari sang

ayah Kim Ki-taek, istrinya Park Chung-suk, putranya Kim Ki-woo, dan

putrinya Kim Ki-jeong tinggal di sebuah banjiha, apartemen semi-bawah

tanah yang kecil dan kumuh. Pekerjaan harian mereka adalah melipat kotak

piza, dengan penghasilan yang sangat kecil dan kesulitan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Suatu hari, teman Ki-woo, Min-hyuk (Park Seo-joon)

mengunjungi keluarga Kim dan memberikan "batu keberuntungan". Min-

27

hyuk berencana menuntut ilmu ke luar negeri, sehingga menyarankan Ki-

woo mengambil alih pekerjaannya sebagai guru les privat bahasa Inggris

untuk Park Da-hye (Jung Ji-so), anak perempuan keluarga kaya Park Dong-

ik (Lee Sun-kyun) dan istrinya Choi Yeon-gyo (Jo Yeo-jeong) sekaligus

kakak dari Park Da-song (Jung Hyun-joon). Ki-woo bersedia menerima

tawaran kawannya.

Perlahan-lahan, keluarga Kim berusaha agar satu per satu anggota

keluarga mereka dapat bekerja di keluarga Park, dengan saling

merekomendasikan satu sama lain dan berbohong sebagai penyedia jasa

profesional yang saling tidak kenal. Ki-woo menjadi guru les dan diam-

diam memulai hubungan romantis dengan Da-hye. Ketika Yeon-gyo berniat

mencarikan guru dan terapis seni untuk Da-song, Ki-woo memanfaatkan

kesempatan ini dengan menyarankan seorang "profesional" bernama Jessica

yang berasal dari Chicago, Illinois, Amerika Serikat, yang ternyata justru

Ki-jeong saudarinya sendiri.

Ki-jeong kemudian memfitnah supir keluarga Park dengan

meletakkan celana dalamnya di dalam mobil milik keluarga Park. Dong-ik

mengusir supir itu dan menggantinya dengan seorang mantan supir valet

yang ternyata Ki-taek. Dan untuk terakhir kalinya, Ki-taek berkomplot

dengan kedua anaknya untuk menarik sang ibu, Chung-suk menjadi asisten

rumah tangga, dengan mencoba menakut-nakuti bahwa pembantu mereka

saat ini, Mun-gwang (Lee Jung-eun), mengidap tuberkulosis dengan

memanfaatkan alergi persik yang dideritanya.

28

Suatu hari, keluarga Park berkemah selama sehari-semalam sebagai

hadiah atas ulang tahun Da-song. Keluarga Kim berpesta pora, menikmati

fasilitas mewah dan mabuk-mabukan di rumah itu. Pada malam hari saat

hujan deras turun, Mun-gwang tiba-tiba meminta izin masuk ke rumah

karena ingin mengambil sesuatu di ruang bawah tanah. Saat seluruh

keluarga bersembunyi, Chung-suk mengizinkan Mun-gwang masuk. Tanpa

diduga siapapun, Mun-gwang menunjukkan sebuah bungker, tempat

suaminya Geun-se (Park Myung-hoon) bersembunyi selama empat tahun

untuk menghindari jeratan rentenir.

Ketika Chung-suk mengancam akan memanggil polisi, kebohongan

keluarga Kim secara tidak sengaja terbongkar. Tanpa pikir panjang, Mun-

gwang memanfaatkan kesempatan itu dengan merekam mereka dan

mengancam untuk mengirim rekaman itu kepada Keluarga Park. Mun-

gwang dan Geun-se "menyandera" mereka. Namun saat Mun-gwang dan

Geun-se lengah, keluarga Kim berusaha merebut ponsel Mun-gwang dan

saling berkelahi di ruang keluarga. Keluarga Kim akhirnya berhasil merebut

ponsel itu.

Hujan sangat deras, Keluarga Park tiba-tiba membatalkan liburan

mereka dan menelepon Chung-suk. Keluarga Kim menyekap Mun-gwang

dan Geun-se di bungker, serta membersihkan ruang keluarga dan kemudian

bersembunyi, sementara Chung-suk terbirit-birik memasak ramyeon

sebagaimana permintaan Yeon-gyo. Ketika Mun-gwang berhasil melarikan

diri menuju ruang keluarga, Chung-suk menendangnya kembali sehingga

29

Mun-gwang terpental ke bawah. Kepala Mun-gwang membentur dinding

dan mengalami gegar otak. Saat Chung-suk menyajikan hidangannya.

Yeon-gyo mengungkapkan pengalaman traumatik Da-song yang

pernah ia alami beberapa tahun lalu saat ia melihat sosok yang dikira hantu,

yang sebenarnya adalah Geun-se yang keluar dari bungker. Saat keluarga

Kim yang tersisa bersembunyi di bawah meja, Dong-ik mengeluhkan soal

bau badan Ki-taek kepada istrinya. Memanfaatkan keadaan Dong-ik dan

istrinya yang tertidur, Ki-taek, Ki-jeong, dan Ki-woo meninggalkan rumah

dan berlari ke rumah mereka. Mereka mendapati lingkungan tempat tinggal

mereka diterjang banjir, apartemen mereka teredam hingga setinggi dada,

dan langsung berupaya menyelamatkan barang-barang yang masih bisa

diselamatkan. Ki-woo membawa "batu keberuntungan" ke sebuah

gelanggang olahraga tempat di mana warga yang kebanjiran diungsikan.

Sementara itu, Moon-kwang meninggal akibat gegar otak, Geun-sae

menangis.

Keesokan berikutnya, Yeon-gyo mengadakan pesta ulang tahun

untuk Da-song. Ia mengundang seluruh Ki-jeong dan Ki-woo, sementara

Ki-taek dan Chung-suk diminta datang untuk bekerja. Ki-woo membawa

batu ke bunker. Geun-sae menyergap Ki-woo dan memukul kepalanya

dengan batu, lalu kabur. Mencoba membalas dendam atas kematian istrinya

Moon-gwang, ia mengambil pisau dapur dan menusuk Ki-jeong di depan

para tamu pesta yang menjerit ketakutan. Da-song mengalami kejang akibat

trauma setelah melihat Geun-sae, sementara Ki-taek bergegas untuk

30

menghentikan pendarahan Ki-jeong saat Dong-ik berteriak kepadanya untuk

mengantarkan Da-song ke rumah sakit.

Namun, Ki-taek melemparkan kunci mobil dan kunci itu

terperangkap di bawah Chung-seok dan Geun-sae yang sedang berkelahi,

tepat sebelum Chung-seok menewaskan Geun-sae dengan tusukan daging.

Dari semua kekacauan itu, Ki-taek yang memendam kemarahan atas

perilaku Dong-ik kepadanya dan reaksi Dong-ik yang menunjukkan rasa

jijik setelah mencium bau badan Geun-se saat mengambil kunci mobil,

mengambil pisau dan menusuk Dong-ik hingga tewas, lalu melarikan diri.

Beberapa minggu kemudian, Ki-woo terbangun dari koma. Ki-woo

dan ibunya dihukum dengan dakwaan penipuan dan menjalani masa

percobaan, sementara K-jeong tewas dan Kim Ki-taek menghilang. Ki-woo

terus memata-matai rumah keluarga Park yang kini telah dijual ke keluarga

berkewarganegaraan Jerman dan melihat kode Morse dari lampu yang

berkedip-kedip yang diterjemahkan sebagai pesan. Pesan tersebut berasal

dari Kim Ki-taek yang kini bersembunyi di bungker. Kim Ki-taek mengubur

jasad Mun-gwang di halaman belakang. Ki-woo menulis surat kepada

ayahnya, yang bersumpah bahwa suatu hari dia akan mendapatkan uang

yang cukup untuk membeli rumah sekaligus menyatukan kembali keluarga

yang tersisa. Film berakhir dengan Ki-woos dan Chung-suk yang masih

tinggal di banjiha, persis seperti adegan awal dari film.

31

4.1.2 Produksi Film Parasite

Film Parasite merupakan film Korea yang bercerita mengenai strata

sosial atau ketimpangan sosial yang ada di Korea. Bong Joon-ho membuat

film Parasite dikarenakan terinspirasi dari kisah hidupnya. Masa lalu nya

yang menjadi guru les privat matematika pada anak orang kaya. Awalnya

film itu diberi judul Decalcomania menunjukkan dua keluarga yang

kemudian di ubah menjadi kehidupan tiga keluarga dalam satu rumah dan

judul film itu diganti Parasite. Naskah film Parasite sendiri sudah disiapkan

Bong Joon-ho sejak 2013, kala ia menuntaskan film Snowpierce. Film ini

di produksi oleh CJ Entertainment dan Dapur Film dengan menghabiskan

biaya sebesar Rp 150,3 miliar. Proses pembuatan film ini di mulai pada

tanggal 18 Mei 2018 dan rilis pada 30 Mei 2019 di Korea Selatan dan 24

Juni 2019 di Indonesia.

Untuk menghasilkan Film yang lebih menarik dibalik itu juga ada

para kru yang sukses menjadikan Film Parasite terlihat natural, seperti Jin

Won Han (penulis scenario), Jaeil Jung (penata music), Jinmo Yang

(penyunting gambar), Se-yeon Choi (penata kostum), Won-wo Co (penata

dekorasi),Kyung-pyo Hong (penata sinematografi),Ji-yong Kim (penata

kamera), Jin Her dan Dong-yul Kang (penata rias dan busana), Miky Lee

(eksekutif produser), Kwak Sin Ae (produser lini).

32

4.1.3 Karakteristik Tokoh

a. Song Kang-ho sebagai Kim Ki-taek

Gambar 4. 2 Kim Ki-taek sedang makan roti di meja makan

(Sumber: olahan penulis,2020)

Kim Ki-taek merupakan suami dari Park Chung Seok, dia adalah

seorang kepala keluarga dari keluarga miskin. Dia juga seorang suami

pemalas yang hanya melakukan apapun asal memiliki keuntungan

yang besar untuk hidupnya, khusunya yang berhubungan dengan uang

yang banyak.

b. Jang Hye-jin sebagai Park Chung –suk

33

Gambar 4. 3 Park Chung-suk sedang berbicara dengan pembantu lama

(Sumber: olahan penulis,2020)

Park Chung-suk merupakan wanita yang pekerja keras dan

mau melakukan apapun demi bisa bertahan hidup keluarganya. Park

Chung-suk adalah istri dari Kim Ki-taek yang mempunyai dua orang

anak yang juga pengangguran.

c. Choi Woo-shik sebagai Kim Ki-woo

Gambar 4. 4 Ki-woo sedang mencari wifi di basement rumahnya

(Sumber: olahan penulis,2020)

Anak pertama dari keluarga Kim Ki-taek. Seorang anak yang

pintar karena dia bisa masuk ke Universitas yang cukup ternama

di Korea namun tidak bisa melanjutkannya karena terbentur

keadaan ekonomi dan dia pandai berbahasa Inggris.

d. Park So-Dam sebagai Kim Ki-jeong

34

Gambar 4. 5 Kim Ki-jeong sedang berbicara dengan Yeon-Kyo

(Sumber: olahan penulis,2020)

Kim Ki-jeong merupakan anak kedua dari Kim Ki-taek. Dia

seorang anak yang pintar terutama dalam bidang desaign grafis

namun karena terbentur ekonomi keluarga yang kurang maka dia

tidak kuliah. Dia juga memilik sifat pemalas dari ayahnya dan

hanya melakukan kegiatan sesuka hatinya saja.

e. Lee Sun-kyun sebagai Park Dong-ik

Gambar 4. 6 Park Dong-ik sedang di mobil sehabis pulang kerja

(Sumber: olahan penulis,2020)

35

Park Dong-ik merupakan pengusaha kaya raya yang selalu

nurut apa kata istrinya dan seorang ayah yang mempunyai sifat

penyayang pada keluarganya tapi dia selalu mengandalkan harta

kekayaannya untuk mendapatkan semua yang di inginkan.

f. Cho Yeo-jeong sebagai Yeon-kyo

Gambar 4. 7 Yeon-kyo sedang berbicara dengan Kim Ki-jeong

(Sumber: olahan penulis,2020)

Kim Ki-jeong seorang istri dari pengusaha kaya raya yaitu Park

Dong-ik. Dia merupakan wanita yang mudah sekali dibohongi, dan

dia juga seorang wanita yang tidak bisa melakukan tugas sebagai istri

seperti memasak, mencuci baju dan lain sebagainya dan kurang

mengetahui karakter anak-anaknya

36

g. Jung Ji-so sebagai Da Hye

Gambar 4. 8 Da Hye sedang les privat bahasa Inggris

(Sumber: olahan penulis,2020)

Da Hye adalah anak perempuan dari Park dan kakak dari Da-

song. Dia adalah anak remaja yang mudah sekali jatuh cinta dan

pacar dari guru les privatnya yaitu Kim Ki-woo.

g. Jeong Hyun Jun sebagai Da-song

Gambar 4. 9 Da-song sedang makan kue ulang tahun

(Sumber: olahan penulis,2020)

37

Da-song anak kedua dari Tn.Park. Dia seorang anak laki-laki yang

jahil tapi dia anak yang pintar dan dia juga seorang anak yang polos.

h. Park Myung Hoon sebagai Oh Geun-sae

Gambar 4. 10 Oh Geun-sae sedang makan pisang yang diberikan istrinya.

(Sumber: olahan penulis,2020)

Oh Geun-sae seorang suami dari Moon-gwang. Dia seorang

yang terselamatkan dari rentenir hutang dengan bersembunyi di ruang

bawah tanah rumah Park Dong-ik tanpa sepengetahuan keluarga Park.

i. Lee Jung-eun sebagai Moon-gwang

Gambar 4. 11 Moon-gwang sedang memberi uang

(Sumber: olahan penulis,2020)

38

Berperan sebagai pembantu yang mempunyai loyalitas tinggi

kepada majikannya selama bertahun-tahun. Dia juga sudah dianggap

seperti keluarga sendiri dan mengetahui segala isi rumah keluarga

Park.

j. Park Seo-joon sebagai Min

Gambar 4. 12 Min sedang meminta Ki-woo menggantikan guru les

privat

(Sumber: olahan penulis,2020)

Min guru les privat pertama Da-hye yang akan meneruskan

kuliahnya di luar negeri lalu merekomendasikan Kim Ki-woo untuk

menggantikannya sebagai guru les privat bahasa Inggris. Dia juga

seorang remaja yang memiliki sopan santun tinggi dan sangat peduli

dengan temannya.

4.2 Hasil Temuan Penelitian

39

Temuan penelitian dimaksudkan untuk menyajikan data yang

dimiliki sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dikaji pada penelitian

yaitu strata sosial pada Film Parasite. Setelah penulis mengambil sample dari

beberapa potongan scene yang terdapat pada Film Parasite untuk mendukung

temuan penelitian. Dimana potongan-potongan gambar dari tayangan

tersebut akan diuraikan menggunakan analisis semiotika model John Fiske.

Dimana pada analisis semiotika model John Fiske ini terdapat 3 level, yaitu

level realitas, level representasi dan level ideologi.

a. Rumah semi Basement keluarga Kim Ki-taek

40

Gambar 4. 13 Memperlihatkan rumah semi basement yang kecil dan kumuh

(Sumber: olahan penulis,2020)

Pada durasi : 01:00 – 02:15

Pada scene menit 01.00 – 02.15 yang menunjukkan level realitas

tentang strata sosial adalah:

Gambar 4. 14 Chung-suk berbicara dengan Tn.Kim

Dari segi penampilan atau gaya berpakaian dari Kim Ki-taek

mengenakan kaos lengan panjang kerah abu-abu tunisian dengan

kancing dan istrinya hanya mengenakan pakaian biasa yaitu kaos

tanpa lengan dan keduanya hanya menggunakan celana pendek.

Penampilannya juga sederhana bahkan bisa dibilang sangat biasa dan

memperlihatkan pakaian sehari-hari orang kalangan bawah.

41

Dari segi makeup atau riasan, Tn.Kim dan istrinya tidak terlihat

menggunakan makeup bahkan cenderung pucat di dukung dengan

Tn.Kim yang habis bangun tidur dan istrinya yang sedang menjahit.

Tanpa makeup juga menggambarkan kehidupan masyarakat sehari-

hari.

Dari segi perilaku, istri dari Tn.Kim yang bernama Park Chung-suk

menunjukkan perilaku proaktif. Proaktif artinya perilaku yang

menunjukkan kesungguhan atau sikap maju ke depan dibandingkan

dengan teman-teman yang lain dan pada adegan ini Chung-suk

terlihat segera menindaklanjuti masalah keluarganya. Berbanding

terbalik dengan Tn.Kim yang menunjukkan perilaku menghalang

yang artinya perilaku yang hanya bergantung pada orang lain.

Dari segi speech atau gaya bicara Chung-suk menunjukkan gaya

bicara dengan gerak gerik (panto mimik dan mimik) artinya adalah

pembicara menyampaikan pesannya dengan gerak muka berbarengan

dengan anggota badan. Pada menit ke 02.15 Chung-suk dengan

mimik muka yang kesal seperti mengangkat alis dan mulutnya yang

ditutup mendalam. Berbeda dengan Tn.Kim pada scene ini dia

menunjukkan gaya bicara dengan gerak air muka (mimik) artinya

pembicara tidak mengeluarkan kata-kata, tidak juga diam akan tetapi

dengan gerak air muka seperti dengan mengedipkan mata.

Dari segi ekspresi, Chung-suk menunjukkan ekspresi marah salah

satunya dengan bibir berkerut atau dikencangkan. Ini memiki arti

42

ketidaksukaan, ketidaksetujuan atau ketidakpercayaan terhadap

sesuatu.

Gambar 4. 15 Chung-suk menendang Tn.Kim

Dari segi gesture atau sikap tubuh. Pada scene ini Chung-suk

termasuk gesture tangan dikepal artinya gesture yang dapat

menunjukkan makna berbeda. Bisa bermakna bahagia tak terhingga

atau marah. Gesture tubuh juga bisa berasal dari kaki. Posisi melipat

kaki, menjulurkan satunya sambil meloncat, menjukkan bahasa tubuh

menendang. Sama seperti menit ke 02.04 Chung-suk menendang

suaminya agar bangun.

43

Gambar 4. 16 Ki-woo menanyakan password wifi

Dari segi penampilan atau gaya berpakaian, Ki-woo mengenakan

kemeja casual lengan panjang berwarna abu-abu. Kemeja casual

memiliki karakteristik tersendiri. Seringkali pemakaiannya tidak

dikancingkan sampai atas dan tidak cocok untuk di pakaikan dasi.

Bisa di lihat pada menit ke 01.50, disitu Ki-woo tidak

mengancingkannya sampai atas.

Dari segi makeup atau riasan, Kim Ki-jeong dan Kim Ki-woo tidak

terlihat menggunakan makeup. Di dukung dengan adegan Ki-jeong

sehabis mandi dan sedang mengeringkan rambut dengan handuknya.

Dari segi speech atau gaya bicara, Kim Ki-woo menunjukkan gaya

bicara dengan gerak gerik (panto mimik dan mimik) artinya adalah

pembicara menyampaikan pesannya dengan gerak muka berbarengan

dengan anggota badan. Dapat dilihat saat Ki-woo mencari sinyal wifi,

dia bertanya dibarengi dengan gerakan tangan. Begitu juga dengan

Ki-jeong dia juga menunjukkan gaya bicara dengan gerak-gerik.

44

Gambar 4. 17 Kim Ki-woo menjulurkan tangannya ke atas

Dari segi perilaku, pada scene ini Kim Ki-woo menunjukkan perilaku

reflektif yang artinya terjadi secara spontan terhadap rangsangan

yang dialami oleh seseorang. Pada menit 01.47 Ki-woo reflek

menjulurkan tangannya ke atas mencari sinyal setelah tau kalo

wifinya mati.

Dari segi ekspresi, Pada scene ini Kim Ki-woo

menunjukkan ekspresi dalam jenis kaget atau terkejut. Ciri-ciri

ekspresi kaget antara lain adalah mengeluarkan suara teriakan,

ekspresi wajah menaikkan alis, melebarkan mata atau membuka

mulut. Dapat dilihat pada menit ke 01.47 Ki-woo berteriak menyakan

password wifi, dia juga menaikkan alis, melebarkan mata dan dia

juga membuka mulut.

Dari segi gesture, Ki-woo menunjukkannya melalui wajah. Dia

memperlihatkan wajah kebingungan saat mengetahui sinyal wifi

mati. Wajah bagian tubuh yang paling banyak mengirimkan pesan

tersembunyi karena bagian ini dapat menunjukkan emosi seseorang.

45

Dari segi lingkungan, keluarga Tn.Kim tinggal di rumah semi

basement yang sempit dan kumuh. Di korea rumah semi basement

disebutnya Banjinha. Rumah ini banyak dipilih masyarakat yang

kurang mampu karena murah, dan tidak membutuhkan biaya

perawatan.

Pada scene menit ke 01.00 – 02.15 yang menunjukkan level

representasi tentang strata sosial dalam Film Parasite yaitu :

Gambar 4. 18 Kim Ki-woo kebingungan mencari sinyal

Dari segi kamera, teknik pengambilan gambar pada adegan ini

menggunakan medium shoot. Teknik pengambilan gambar ini tidak

memperlihatkan semua objek yang ada, sebagian pemeran hanya

terlihat setengah badan. Tujuannya adalah untuk menggambarkan

kondisi rumah semi basement yang kecil, sempit dan kumuh.

Dari segi lighting, pengambilan gambar menggunakan teknik

pencahayaan backlight karena cahaya disorot dari belakang objek

untuk mempertegas perbedaan objek yang di sorot dengan latar

belakang sehingga ruangan dapat terlihat lebih jelas.

46

Dari segi casting atau pemeran, pada scene menit 01.00-02.15

terdapat 4 pemeran yang merupakan satu keluarga yaitu, Kim Ki-

taek, Chung-suk, Kim Ki-woo dan Kim Ki-jeong.

Dari segi setting atau latar, latar tempat yang digunakan pada scene

ini adalah rumah semi basement yang sempit dan kumuh, latar waktu

scene ini menunjukkan pagi hari.

Dari segi konflik, pada scene ini merupakan tahap pengenalan atau

orientasi. Dalam tahap ini, unsur-unsur dasar cerita seperti tokoh,

latar tempat, waktu dan suasana.

Dari segi karakter, keluarga Kim Ki-taek ini merupakan keluarga

yang parasit sama seperti judul film nya yaitu Parasite. Keluarga

yang menghalalkan segala cara demi kelangsungan hidup

keluarganya.

Dari segi dialog yang menunjukkan bahwa Kim Ki-woo

kebingungan mencari sinyal wifi milik tetangga adalah sebagai

berikut:

Kim Ki-woo : “Tidak ada lagi wifi gratis, Ki-jeong”

Kim Ki-jeong : “Ya?”

Kim Ki-woo : “Apa password bibi di atas ?”

Kim Ki-jeong : “Password?, sudah coba 123456789?”

Kim ki-woo : “Bukan”

Kim Ki-jeong : “Coba di balik”

Kim Ki-woo :”Sudah kucoba”

47

Chung-suk :”Kalau begitu tidak bisa chatting?

a. Tn.Park dan istrinya sedang membicarakan Tn.Kim

Gambar 4. 19 Tn. Park dan istrinya tiduran di sofa

(Sumber: olahan penulis,2020)

Pada durasi : 01.27.24 – 01.28.35

Pada scene ini yang menunjukkan level realitas tentang strata

sosial adalah:

Gambar 4. 20 Tn dan Ny. Park mengenakan pakaian piyama

Dari segi penampilan atau gaya berpakaian Tn.Park dan istrinya

mengenakan pakaian tidur (piyama) berwarna abu-abu, memiliki

48

makna bahwa hanya kalangan menengah ke atas yang mampu

mengenakan piyama, dan warna abu-abu yang memiki kesan mewah

dan elegant.

Dari segi makeup atau riasan, scene pada menit ke 01.02.41 Ny.Yeon

tidak terlihat menggunakan makeup. Hanya saja dia terlihat memakai

alis dan lipstik tipis.

Dari segi perilaku, Ny.Yeon ini memiliki perilaku yang bergantung

berlebihan artinya tingkah laku yang terlalu mengharapkan adanya

bantuan dari orang lain, perilaku yang manja dan tidak bisa mandiri

sedangkan Tn.Park memiliki perilaku sadar artinya perilaku yang

dihasilkan dari melibatkan kinerja otak dan susunan saraf.

Dari segi speech atau gaya bicara, pada menit ke 01.28.26 Tn Park

mengatakan “Baunya seperti naik kereta bawah tanah”. Bisa dibilang

bahwa Tn.Park menggunakan gaya bicara yang hiperbola artinya

pembicara berusaha menarik perhatian pendengar dengan

menggunakan bahasa yang menyangkatkan.

Dari segi gesture, Tn. Park dan istrinya ini memperlihatkan gesture

immediacy artinya merupakan ungkapan kesukaan atau

ketidaksukaan terhadap individu yang lain.

Dari segi ekspresi, saat berbicara dengan istrinya Tn.Park ini

memperlihatkan ekspresi yang jijik. Rasa jijik ini ditandai denggan

rasa tidak suka baik melihat, mencium, merasakan atau mendengar

sehingga berusaha keras untuk menghindarinya.

49

Dari segi lingkungan, scene ini menunjukkan Tn.Park dan istrinya

lagi dirumah yang besar, mewah dan bersih.

Pada scene menit ke 01.27.24 – 01.28.35 yang menunjukkan

level representasi tentang strata sosial dalam Film Parasite yaitu :

Dari segi kamera, teknik pengambilan gambar pada adegan ini

menggunakan medium shoot dan zoom shoot.

Gambar 4. 21 Tn.kim dan anaknya sedang bersembunyi di bawah meja

Dari segi kamera, teknik pengambilan zoom shoot memperlihatkan

saat Tn.Kim dan kedua anaknya sedang bersembuyi dibawah meja.

Sudut pengambilan kamera dari angel bawah (frogview) dimulai dari

Tn.Kim bersembunyi dibawah meja dan Tn.Park tidur di sofa.

Pengambilan angel scene tersebut turut menambahkan makna yang

menunjukkan strata orang bawah yang hanya bisa bersembunyi untuk

bisa menikmati mewahnya strata orang atas.

Dari segi lighting atau pencahayaan, pada scene ini memperlihatkan

kondisi saat malam hari, terlihat dari pencahayaan yang sedikit gelap.

50

Dari segi casting atau pemeran, pada scene ini terdapat 5 pemeran

yaitu Park Dong-ik, Ny. Yeon, Tn.Kim, Ki-woo dan Ki-jeong.

Dari segi setting atau latar, latar tempat yang digunakan pada scene

ini adalah ruang keluarga rumah milik Tn Park, latar waktu scene ini

adalah malam hari.

Dari segi konflik, pada scene ini merupakan kemunculan konflik atau

rising action. Konflik biasanya muncul dari pertentangan antar tokoh,

atau masalah tokoh utama mengalami masalah yang tidak di duga.

Tahap ini kemudian akan mengantarkan pembaca atau penonton

menuju tahap selanjutnya yang lebih rumit dan menegangkan.

Dari segi karakter, Tn.Park dan istrinya ini lugu, terlalu mudah

percaya

Dari segi Dialog pada scene ini yang mempresentasikan adanya

status sosial dan memperlihatkan sisi rasis yaitu :

Park Dong-ik :”Bau apa ini? Kenapa disini bau?”

Yeon-kyo :”Bau apa?”

Park Dong-ik :”Seperti bau Tn.Kim”

Yeon-kyo :”Tn.Kim?

Park Dong-ik :”Ya, Kau pasti menciumnya, di dalam mobil terasa

bau”

Yeon-kyo :”Bau seperti apa emangnya?”

Park Dong-ik :”Bau seperti naik kereta bawah tanah”

51

Dari dialog tersebut, bau badan yang dianggap seperti kereta

bawah tanah mengindikasikan pekerjaan sampai tempat tinggal dan bau

badan pada film ini memperlihatkan adanya status sosial.

Level ideologi dari dua scene tersebut yaitu pertama menampilkan

sosok Kim Ki-taek dan keluarganya yang hidup penuh kekurangan dalam

kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga ini hanya

mengandalkan pekerjaan melipat kotak pizza. keluarga ini terus berjuang

demi kelangsungan hidup tetapi cara yang digunakan salah. Keluarga ini

adalah keluarga yang licik, mereka menghalalkan segala cara untuk

mendapatkan pekerjaan dan uang yang banyak. Kedua menampilakan

sosok sepasang suami kaya raya yang mempunya rumah mewah dan

serba berkecukupan yaitu Park Dong-ik dan istrinya Yeon-kyo. Kedua

karakter ini merupakan seseorang yang mudah sekali dipengaruhi dan

mudah percaya kepada siapapun dibalik beberapa karakternya tersebut

mereka juga seseorang yang suka merendahkan orang lain. Hal ini

diperkuat dengan narasi pendukung, cara berbicara Tn.Park dan istrinya.

Misalnya saat mereka mengatakan bau badan Tn.Kim yang sangat

menganggu dan melampaui batas. Perkataan Tn.park juga menunjukkan

adanya perbedaan strata sosial.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis pada temuan,

pada sub bab ini penulis akan mengaitkan temuan - temuan penelitian

52

analisis semiotika dari strata sosial dalam Film Parasite, dalam teori yang

sudah ada yaitu teori representasi John Fiske. Film Parasite adalah sumber

data utama penulis untuk dikaji dalam penelitian ini. Dengan

menggunakan teori John Fiske, makna dari penelitian ini akan terbentuk

sehingga penulis dapat menemukan pemikiran yang terbentuk dari susunan

kerangka berpikir, yaitu tampilan strata sosial pada Film Parasite serta

dapat menyimpulkannya.

Dari beberapa scene yang sudah dianalisis penulis, penulis

menemukan beberapa hal yang menunjukkan aspek-aspek strata sosial.

Adapun strata sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke

dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar kekuasaan, hak-hak

istimewa dan prestise. Strata Sosial lebih merujuk pada pembagian

sekelompok orang ke dalam tingkatan (strata) yang berjenjang secara

vertikal atau mengkaji tentang posisi yang tidak sederajat antar orang per

orang atau kelompok masyarakat. Suyanto dan Nawoko (2004:164).

Strata sosial atau status sosial dapat diperoleh dengan 3 cara yaitu

pertama tanpa usaha atau otomatis ada sejak lahir (ascribed status) ada

dalam masyarakat yang menggunakan sistem lapisan tertutup, kedua

dengan cara berusaha atau meraih (achieved status) dalam masyarakat ada

dalam masyaralat yang menggunakan sistem lapisan terbuka, ketiga

dengan cara kombinasi nyata diraih serta otomatis (assihned status) sebab

adanya pemberian penghargaan ataupun gelar atas jasa maupun

perjuangan. Dapat disimpulkan bahwa dasar dari strata sosial didalam

53

masyarakat dikarenakan adanya sesuatu yang berharga, diantaranya yaitu :

umur, pekerjaan, pendidikan, keturunan, fisik dan jenis kelamin, kekayaan

dan juga penghasilan, kemampuan dan kepandaian serta kekuasaan.

Pertama ascribed status merupakan status yang didapat sejak lahir

seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia dan lain

sebagainya. Bagi seseorang yang menyandang ascribed status, orang

tersebut tidak perlu berusaha atau bekerja keras untuk mendapatkan status

ini. karena, ascribed status ini adalah status yang didapatkan mengikuti

garis keturunan. Selama garis keturunan status ini tidak terputus, maka

seseorang akan mendapatkan status ini secara otomatis. Dan orang tersebut

dapat menurunkan ascribed status kepada anaknya dengan ketentuan

masing-masing. Contoh dari ascribed status yang paling mudah dipahami

dan ditemui dalam kehidupan masyarakat adalah adanya perbedaan jenis

kelamin. Jenis kelamin merupakan status sosial yang didapatkan oleh

masing-masing orang secara lahir dan tidak dapat dipilih. Seseorang yang

lahir sebagai seorang laki-laki harus menerima status sosialnya dalam

masyarakat sebagai seorang laki-laki dan berperan secara maskulin atau

juga lebih sering di sebut sebagai peran jantan. Sedangkan seseorang yang

lahir sebagai seorang perempuan akan langsung memiliki status sosial

sebagai seorang perempuan dan berperan secara feminin.

Kedua achieved status adalah status sosial yang didapat seseorang

kerena kerja keras dan usaha yang dilakukannya seperti harta kekayaan,

tingkat pendidikan, pekerjaan dll. Achieved status bersifat terbuka bagi

54

siapa saja, dalam artian, siapa saja dapat mengejar achieved status ini.

Hampir semua status yang ingin seseorang miliki dalam masyarakat harus

diperjuangkan dan usaha keras untuk dapat meraihnya. Karena itu,

achieved status ini menimbulkan dampak positif dan negatif yang dengan

mudah kita temukan dan kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Dampak positif dari adanya achieved status ini di antaranya:

Meningkatkan jiwa kompetitif antar perorangan. Dengan adanya sebuah

achieved status, jiwa kompetitif antar perorangan akan meningkat karena

setiap orang berusaha untuk mendapatkan achieved status tersebut,

memotivasi diri sendiri agar selalu berusaha yang terbaik. achieved status

membuat seseorang selalu memacu dirinya sendiri agar lebih baik dari

pada orang lain, agar setiap usaha yang ia berikan dapat menghasilkan

hasil yang optimal demi pencapaian achieved statusnya, menjadikan

seseorang lebih produktif. Seseorang yang memiliki tujuan atau target pasti

lebih menata kembali hidupnya. Seseorang tersebut lebih terstruktur dalam

menjalani kehidupannya dan tidak menyia-nyiakan waktunya. Ia akan terus

melakukan hal-hal produktif agar dirinya bermanfaat dan achieved status

yang diinginkan dapat tercapai, menjadikan seseorang lebih memiliki

tujuan hidup. Seseorang yang sebelumnya menjalani hidup dengan biasa

saja, tanpa motivasi akan mendapatkan tujuan hidup yang pasti setelah

mereka memiliki hasrat untuk menggapai achieved status terebut.

Selain dampak positif, berikut dampak negatif yang diberikan oleh

achieved status ini: Munculnya persaingan tidak sehat. Dengan banyaknya

55

orang yang ingin mendapatkan sebuah achieved status, munculnya pikiran

untuk bersaing secara tidak sehat dapat dipastikan muncul dan efeknya,

terjadi kecurangan di dalam proses persaingan untuk mendapatkan

achieved status tersebut kemudian munculnya konflik antar pihak, dalam

bersaing menggapai achieved status tentu saja ada perbedaan pendapat dan

metode, beberapa orang akan mengalami konflik. Baik konflik kecil

maupun konflik hebat dengan pihak lain untuk saling memperjuangkan

keinginannya akan achieved status tersebut tak hanya itu achieved status

juga bisa menjadikan seseorang tidak memedulikan lingkungan/sekitar.

Seseorang yang mengejar achieved status hanya akan fokus terhadap

achieved status tersebut dan juga dirinya sendiri. Makah hal tersebut

menyebabkan seseorang akan acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar.

Ketiga assihned status merupakan status sosial yang diperoleh

seseorang didalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir

tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat contohnya

seperti kepala suku, ketua adat, sesepuh, gelar kepahlawanan dan lain

sebagainya. Contohnya adalah gelar kepahlawanan. Pemberian gelar

kepahlawanan ini biasanya disematkan kepada para veteran atau pahlawan

yang sudah gugur dalam memperjuangkan bangsa. Gelar kepahlawanan

tertinggi di Indonesia sendiri adalah pahlawan nasional. Orang yang

memiliki gelar ini dianggap memiliki kontribusi nyata dan memberikan

jasa yang luar biasa dan dapat diteladani sepanjang masa. Salah satu orang

yang diberi gelar ini adalah Ir. Soekarno.

56

Dibalik negara Korea Selatan yang maju ternyata masih banyak

kesenjangan atau strata sosial di Korea Selatan. Di korea masih banyak

orang yang hidup diapartement sempit semi bawah tanah. Apartement ini

disebut banjinha. Banjinha lahir dari konflik antara Korea Utara dan Korea

Selatan. Dahulu, di tahun 1968, terjadi percobaan pembunuhan terhadap

Presiden Korea Selatan, Park Chung-hee yang dilakukan oleh utusan dari

Korea Utara. Percobaan tersebut gagal, tapi akibatnya hubungan kedua

negara memburuk. Terjadi beberapa serangan terorisme yang dilakukan

oleh agen Korea Utara yang menyusup ke Korea Selatan. Akhirnya di era

tahun 1970-an, pemerintah Korea Selatan mewajibkan agar gedung-

gedung apartemen yang baru dibangun basement yang bisa berfungsi

sebagai bunker, apabila ada serangan militer dari Korea Utara. Sehingga,

terciptalah banjinha.

Film parasite juga mempunyai beberapa nilai – nilai yang nyata

di Korea Selatan. Nilai-nilai tersebut antara lain :

Pertama ketimpang sosial atau strata sosial, dari awal film

parasite ingin menonjolkan sisi strata sosial yang ada di Korea Selatan.

Dilihat dengan perbandingan keluarga Kim yang hidup serba kekurangan

dengan keluarga Park yang bergelimang harta. Bahkan keluarga kim mesti

tinggal ditempat yang tidak layak. Sebenarnya tidak hanya di Korea

Selatan yang masih ada pemukimah kumuh di ibukota banyak negara lain

termasuk Indonesia. Di Korea Selatan, ada nama daerah Guryong di

57

Gangnam. Kampung ini benar-benar terlihat begitu memprihatinkan.

Sehingga pesan dari strata sosial ini sangat nyata.

Kedua masalah pengangguran, pekerja asal Indonesia yang

bekerja di Korea Selatan tidaklah sedikit. Nyatanya di Korea Selatan juga

masih ada masalah pengangguran. Hal ini digambarkan ketika keluarga

Kim bekerja sebagai pelipat kardus pizza. Bahkan di Korea Selatan tingkat

penganggurannya semakin naik. Menurut laporan terakhir di awal 2019

tingkat pengangguran naik 0,1 persen menjadi 3,4 persen, lebih dari sejuta

orang yang menganggur.

Ketiga Prestasu Atlet yang di lupakan. Pada scene ini juga

menceritakan istri dari Kim yang bernama Chung-suk, dia adalah seorang

mantan atlet yang berprestasi saat muda, beberapa kali shoot kamera

sengaja memperlihatkan medali perak dan foto atlet. Bahkan ketika rumah

Kim kebanjiran salah satu barang yang diselamatkan adalah medali

tersebut artinya prestasi Chung-suk tidak main-main. Itulah salah satu

bukti Korea Selatan sulit menghargai prestasi seseorang.

Terakhir inflansi yang semakin meningkat. Memang inflansi ini

terjadi tidak hanya di Korea tetapi juga di berbagai negara. Akan tetapi,

dalam film parasite menyentil betapa keluarga orang kaya mengirit

lantaran tingkat inflansi yang sedang melonjak. Hal itu di tampilkan ketika

istri Park hendak memberi uang kepada Ki-woo tetapi dikurangi lantaran

tingkat inflansi yang tinggi dan khawatir akan menggerus ekonominya.

58

Konsep parasit sendiri juga menjadi semacam metafora akan

batasan tentang si kaya dan si miskin. Perbedaan strata sosial akan selalu

ada sampai kapanpun dan impian untuk berada dalam status sosial yang

sama tentu hanya impian belaka tapi itulah kenyataan yang terjadi. Namun

tentunya, masing-masing penghuni strata sosial tersebut juga memiliki

pilihan untuk melewati batasan itu atau tidak. Batasan yang nampak kabur

dan memikat bagi masing-masing pihak pada awalnya namun justru

merugikan pada akhirnya. Batasan yang sejatinya memiliki perspektif

kebahagiannya masing-masing asalkan dijalani dengan rasa syukur, jujur

dan integritas tinggi.

Pertama Rumah semi Basement keluarga Kim Ki-taek, Pada scane

ini terlihat keadaan ekonomi keluarga Kim Ki-taek serba kekurangan,

dengan rumah semi basement yang sempit, kumuh dan kecil. Berbanding

terbalik dengan keadaan keluarga Park Dong-ik, merupakan keluarga yang

kaya raya, mempunyai rumah mewah dan berkecukupan. Di Korea Selatan

menjadi salah satu tujuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) mengadu nasib.

Faktanya masyarakat asli Korea Selatan masih punya masalah dengan

pengangguran. Hal ini digambarkan keluarga Park Dong-ik dalam sehari-

hari dia dan keluarga pekerjaannya hanya melipat kardus kotak pizza untuk

memenuhi kehidupannya. Ini sejalan dengan makna strata sosial yaitu

pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara

bertingkat atas dasar kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise.

59

Kedua Tn.Park dan istrinya sedang membicarakan Tn.Kim, Pada

scane ini menceritakan Tn.Park dan istrinya Yeon-kyo yang sedang

berbicara di sofa, Tn.Park menyampaikan keluh kesahnya kepada Yeon-

kyo soal Bau Tn.Kim yang mulai melewati batas dengan memperjelas

bahwa bau Tn.Kim seperti kereta bawah tanah. Dengan begitu pada scene

ini mempresentasikan kalangan atas merendahkan kalangan bawah

mempunyai bau yang khas atau bau tidak sedap Pandangan strata sosial

tidak hanya pembedaan gaya hidup dalam kelompok sosial namun juga

terdapat simbol dalam menentukan strata sosial seperti simbol verbal atau

lisan. Tindakan seperti ini bisa dilakukan oleh siapa pun dan

menggolongkan perbedaan status dan peran.

Dari kedua indikator tersebut bisa dilihat bahwa film parasite

termasuk achieved status yaitu status sosial yang didapat seseorang kerena

kerja keras dan usaha yang dilakukannya seperti harta kekayaan, tingkat

pendidikan, pekerjaan dan dari kedua indikator tersebut juga dapat dilihat

melalui 3 level, yaitu:

1) level realitas, digambarkan melalui penampilan, bahasa

tubuh/perilaku riasan wajah dan gerak atau ekspresi dari para tokoh

di Film Parasite. 2) level representasi digambarkan dari segi dialog

atau suara dan shot atau pengambilan gambar pada Film Parasite. 3)

level ideologi, pada level ketiga mencakup kode-kode representasi

dihubungkan dan diorganisasikan kedalam kepercayaan dominan

60

yang ada dalam masyarakat seperti individualisme, patriaki, ras,

kelas, matrialisme dan kapitalisme dan lain sebagainya.

60

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

bagaimana tampilan strata sosial dalam Film Parasite, maka ditemukan

adanya gerakan strata sosial pada film tersebut. Strata sosial sendiri adalah

sistem pembedaan individu atau kelompok dalam masyarakat, yang

menempatkannya pada kelas-kelas sosial yang berbeda-beda secara

hierarki dan memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula

antara individu pada suatu lapisan dengan lapisan lainnya. Sistem strata

sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas

secara bertingkat, yang diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas menengah,

dan kelas rendah.

Strata sosial yang penulis temui dalam Film Parasite lebih

mengarah pada achieved status, achieved status ini cara berusaha atau

meraih dalam masyarakat ada dalam masyaralat yang menggunakan sistem

lapisan terbuka dalam artian, siapa saja dapat mengejar achieved status ini.

Bisa juga diartikan adalah status sosial yang didapat seseorang kerena

kerja keras dan usaha yang dilakukannya seperti harta kekayaan, tingkat

pendidikan, pekerjaan dll. Pertama Rumah semi Basement keluarga Kim

61

Ki-taek, Pada scane ini terlihat keadaan ekonomi keluarga Kim Ki-taek

serba kekurangan, dengan rumah semi basement yang sempit, kumuh dan

kecil. Berbanding terbalik dengan keadaan keluarga Park Dong-ik,

merupakan keluarga yang kaya raya, mempunyai rumah mewah dan

berkecukupan. Di Korea Selatan menjadi salah satu tujuan Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) mengadu nasib. Faktanya masyarakat asli Korea Selatan

masih punya masalah dengan pengangguran. Hal ini digambarkan keluarga

Park Dong-ik dalam sehari-hari dia dan keluarga pekerjaannya hanya

melipat kardus kotak pizza untuk memenuhi kehidupannya. Ini sejalan

dengan makna strata sosial yaitu pembedaan penduduk atau masyarakat ke

dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar kekuasaan, hak-hak

istimewa dan prestise. Kedua Tn.Park dan istrinya sedang membicarakan

Tn.Kim, Pada scane ini menceritakan Tn.Park dan istrinya Yeon-kyo yang

sedang berbicara di sofa, Tn.Park menyampaikan keluh kesahnya kepada

Yeon-kyo soal Bau Tn.Kim yang mulai melewati batas dengan

memperjelas bahwa bau Tn.Kim seperti kereta bawah tanah. Dengan

begitu pada scene ini mempresentasikan kalangan atas merendahkan

kalangan bawah mempunyai bau yang khas atau bau tidak sedap

Pandangan strata sosial tidak hanya pembedaan gaya hidup dalam

kelompok sosial namun juga terdapat simbol dalam menentukan strata

sosial seperti simbol verbal atau lisan. Tindakan seperti ini bisa dilakukan

oleh siapa pun dan menggolongkan perbedaan status dan peran.

62

5.2 Implikasi

5.2.1. Implikasi Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat berimplikasi pada pengembangan

pemikiran dalam kajian semiotika dan tampilan strata sosial. Penelitian

ini menggunakan teori semiotika dari John Fiske. Untuk memahami

tampilan strata sosial yang ada di dalam film Parasite, penulis

mengindentifikasi tanda menggunakan 3 level yaitu meliputi level

realitas, level representasi, dan level ideologi. Pada hasil penelitian yang

dihasilkan dari analisis scene film tersebut, menunjukkan aspek-aspek

strata sosial. Strata sosial yang penulis temui dalam Film Parasite

mengarah pada achieved status yaitu status sosial yang didapat seseorang

karena kerja keras atau usaha yang dilakukan.

5.2.2. Implikasi Praktis

Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber

tambahan untuk mengetahui gambaran mengenai strata sosial dalam

sebuah film, serta penelitian ini berimplikasi positif bagi jurusan, civitas

akademis secara umum, maupun masyarakat sebagai pembaca.

5.2.3. Implikasi Metodologis

63

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif

dengan menggunakan analisis semiotika dari John Fiske. Tanda dan

temuan yang didapat dari film berupa scene yang memperlihatkan adanya

tampilan strata sosial kemudian diidentifikasi dan di klarifikasikan

berdasarkan realitas, representasi dan ideologi.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis

mengharapkan saran yang akan disampaikan dapat dijadikan masukan bagi

semua pihak, baik bagi Universitas maupun bagi penulis selanjutnya.

Berikut adalah saran yang diberikan oleh peneliti :

a. Bagi penulis selanjutnya, penulis berharap penelitian ini dapat

digunakan sehubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan

semiotika dan tampilan mengenai strata sosial dan juga dapat

menggunakan teori yang berbeda dan mungkin bisa lebih dalam lagi

penelitiannya dari penulis.

b. Sesuai dengan judul penelitian dimana focus membahas tentang

Tampilan Strata Sosial Pada Film Parasite. Penulis mengharapkan

kepada masyarakat serta penikmat Film Parasite untuk mampu

menjadi penonton yang baik, penonton yang mau mengerti maksud

sebuah tayangan tersebut dibuat, sehingga pesan-pesan yang hendak

64

disampaikan dalam sebuah tayangan dapat menjadi solusi bagi

masalah yang sedang dihadapi.

65

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alex Sobur. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Fiske, John. 2016. Pengantar Ilmu Komunikasi edisi ketiga. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada

Hasan, M.Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan

Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia.

Lee, Sunhwa and Mary C.Brinton. 1996. Elite Education and Sosial

Capital: The Case of South Korea. American Sociological

Association

Moleong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Patton (dalam HB Sutopo, 2002). Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis

Bagi Pebelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta : penerbit Mitra

Wacana Media, 2013

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfa Beta

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfa Beta

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (mix methods). Bandung:

Alfa Beta

Sutopo. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS

Waluya, B. 2007 Sosiologi : Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat.

Jakarta: PT.Setia Purna.

66

Internet

https://www.google.com/search?q=strata+sosial&oq=strata+sosial&aqs=chrome..

69i57j69i59l2j0l5.2083j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8 diakses November

2019