TAMPILAN STRATA SOSIAL PADA FILM PARASITE SKRIPSI
Transcript of TAMPILAN STRATA SOSIAL PADA FILM PARASITE SKRIPSI
TAMPILAN STRATA SOSIAL PADA FILM PARASITE
SKRIPSI
OLEH :
DESY DWI SAFITRI
G.311.16.0076
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
2020
DISPLAY OF SOCIAL STRATEGY ON PARASITE FILM
SKRIPSI
OLEH :
DESY DWI SAFITRI
G.311.16.0076
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
2020
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Hidup akan terus berjalan, lakukan yang terbaik, jangan putus asa dan teruslah
berjuang.”
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk :
1. Allah SWT yang maha baik dan senantiasa memberikan rahmat, kemudahan
dan pertolongannya kepada peneliti.
2. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan penuh kepada peneliti
untuk melanjutkan pendidikan, serta seluruh keluarga besar yang mendukung
dan memberikan motivasi kepada peneliti.
3. Kawan-kawan seperjuangan ilmu komunikasi Angkatan 2016.
4. Keluarga besar almamater universitas semarang.
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Skripsi dengan baik dan lancar.
Skripsi yang berjudul : Tampilan Strata Sosial Pada Film Parasite.
Skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu,
dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas kemudahan dan kelancaran yang diberikan.
2. Bapak Andy Kridasusiala, S.E, M.M selaku Rektor Universitas Semarang.
3. Bapak Susanto, S.Kom,. M.Kom, selaku Dekan Fakultas TIK Universitas
Semarang.
4. Bapak Fajriannoor Fanani. S.Sos., M.I.Kom selaku dosen pembimbing
Skripsi dengan sabar membimbing penulis hingga menyelesaikan laporan
ini dan selalu mengingatkan penulis untuk melanjutkan revisi skripsi.
5. Bapak Firdaus Azwar Erysad, S.Sn., M.Sn selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah sabar dalam membimbing penulis hingga menyelesaikan
laporan ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas TIK yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat bagi penulis.
ix
7. Seluruh karyawan Tata Usaha FTIK, Staf Teknisi FTIK, dan Perpustakaan
FTIK untuk bantuan yang telah diberikan dari urusan administrasi hingga
birokrasinya.
8. Orang Tua beserta Keluargaku tercinta, terutama untuk ibu yang tiada
hentinya mendoakan, mendukung, dan membantu penulis untuk
menggapai cita-cita.
9. Mas Darda, Mba Galuh dan adek Dinda yang selalu gemesin.
10. Sahabat saya Krisna Damayanti yang selalu ada kapanpun, selalu
membantu dan mendukung.
11. Sahabat saya Nursi Squad, Ika, Nur, dan Yuda yang selalu menghibur,
membantu dan memberi dukungan.
12. Sahabat saya yang ada di Ciwisku, terimakasih kalian sudah menjadi
sahabat yang baik.
13. Sahabat saya yang ada di Haluuu Team yaitu Arselia, Tata dan Listya yang
selalu menghibur dan memberi kekuatan.
14. Sahabat Ketoke ameh reoni, Mba Prilla dan Mba Putri yang selalu
menghibur dan memberi semangat.
15. Sahabat saya Cewe moody yaitu Kirana dan Dian yang selalu memberi
support.
16. Axel, Mas Deto, Yonatan dan Mas Indri yang selalu memberi motivasi,
semangat dan menjadi dosbing dadakan.
17. Seluruh teman-teman Organisasi Fokus yang telah memberikan
pengalaman berharga bagi penulis
x
18. Teman-temanku Ilmu Komunikasi 2016, kalian luar biasa.
19. Anak Bia Zaskiadyamecca yaitu Kana, Kala, Kaba, Kata dan Kama selalu
menghibur di story istagram dan youtube sehingga menjadi mood booster
penulis.
20. Bio One, pacar hayalan sejak dulu yang selalu bikin saya semangat.
21. Pandemi virus Corona yang telah mengajarkan penulis mengenai
pentingnya kesabaran, kebersamaan dan mempunyai motivasi yang tinggi
untuk menyelesaikan skripsi.
Penulis berharap, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i
Ilmu Komunikasi Universitas Semarang dalam menyusun Skripsi selanjutnya.
Meskipun kemampuan dan usaha penulis telah tercurahkan, namun penulisi
menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
penulis dengan lapang hati menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak demi lebih sempurnanya skripsi ini agar bisa
bermanfaat.
Semarang, 25 Agustus 2020
Penulis
xi
ABSTRAK
Desy Dwi Safitri, G.311.16.0076.”Tampilan Strata Sosial Pada Film
Parasite”. Program Studi S1 – Ilmu Komunikasi Fakultas Teknologi Informasi
dan Komunikasi Universitas Semarang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bagaimana
tampilan strata sosial yang terdapat pada Film Parasite. Landasan teori dalam
penelitian ini adalah Teori Semiotika John Fiske yaitu menganalisis kode-kode
sosial yang terbagi dalam tiga level yaitu level realitas, representasi dan ideologi.
Bentuk dan strategi penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif
dengan menggunakan pendekatan Analisis Semiotika. Teknik sampling dalam
penelitian ini adalah teknik Purposive Sampling.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menarik
kesimpulan bahwa strata sosial yang ada pada film Parasite, kebanyakan
mengarah kepada Achieved Status.
xii
ABSTRACT
Desy Dwi Safitri, G.311.16.0076. "Display of Social Strata in Parasite
Films". S1 Study Program - Communication Science, Faculty of Information and
Communication Technology, University of Semarang.
This study aims to find out and understand how social strata appear in
Parasite Films. The cornerstone of the theory in this study is John Fiske's
Semiotics Theory which is analyzing social codes that are divided into three
levels, namely the level of reality, representation and ideology. The form and
strategy of this research uses a qualitative research method using the Semiotic
Analysis approach. The sampling technique in this study is the purposive
sampling technique.
Based on the research that has been done, the authors draw the
conclusion that the social strata in the film Parasite, mostly leads to Achieved
Status.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN........................................................................................ v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. xi
ABSTRACT .......................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar belakang................................................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................................... 8
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
1.4.1. Manfaat Teoritis .................................................................................... 8
1.4.2. Manfaat Praktis ..................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 9
2.1 Landasan Teori .............................................................................................. 9
2.1.1 Teori Srata Sosial .................................................................................. 10
2.1.1.1 Terjadinya Strata Sosial (Lapisan Masyarakat) .............................. 10
2.1.1.2 Strata Sosial sebagai Masalah Sosial .............................................. 10
2.1.1.3 Dasar Lapisan Masyarakat .............................................................. 10
2.1.2 Semiotika John Fiske .......................................................................... 11
xiv
2.1.3 Film ..................................................................................................... 16
2.2 Kerangka Berpikir........................................................................................ 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 18
3.1 Metode Penelitian ........................................................................................ 18
3.2 Lokasi Studi/Penelitian ................................................................................ 18
3.3 Bentuk dan Strategi Penelitian ..................................................................... 18
3.4 Sumber Data ................................................................................................ 19
3.4.1 Sumber Data Primer............................................................................ 19
3.4.2 Sumber Data Sekunder ....................................................................... 19
3.5 Teknik Cuplikan (Sampling) ....................................................................... 20
3.6 Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 21
3.6.1 Observasi ............................................................................................ 21
3.6.2 Studi Pustaka....................................................................................... 21
3.7 Triangulasi Data .......................................................................................... 22
3.8 Teknik Analisis Data ................................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 25
4.1 Gambaran Umum ......................................................................................... 25
4.1.1 Sekilas tentang Film Parasite................................................................. 25
4.1.2 Produksi Film Parasite ........................................................................... 31
4.1.3 Karakteristik Tokoh ............................................................................... 32
4.2 Hasil Temuan Penelitian .............................................................................. 38
4.3 Pembahasan ................................................................................................. 50
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 59
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 59
5.2 Implikasi ...................................................................................................... 61
5.2.1. Implikasi Teoritis ................................................................................. 61
5.2.2. Implikasi Praktis ................................................................................... 61
5.2.3. Implikasi Metodologis .......................................................................... 61
5.3 Saran ............................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63
LAMPIRAN.......................................................................................................... 64
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2. 1 Kerangka Berpikir ............................................................................... 17
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 1 Film Parasite ..................................................................................... 25
Gambar 4. 2 Kim Ki-taek sedang makan roti di meja makan ............................... 32
Gambar 4. 3 Park Chung-suk sedang berbicara dengan pembantu lama .............. 32
Gambar 4. 4 Ki-woo sedang mencari wifi di basement rumahnya ....................... 33
Gambar 4. 5 Kim Ki-jeong sedang berbicara dengan Yeon-Kyo ......................... 34
Gambar 4. 6 Park Dong-ik sedang di mobil sehabis pulang kerja ........................ 34
Gambar 4. 7 Yeon-kyo sedang berbicara dengan Kim Ki-jeong .......................... 35
Gambar 4. 8 Da Hye sedang les privat bahasa Inggris ......................................... 36
Gambar 4. 9 Da-song sedang makan kue ulang tahun .......................................... 36
Gambar 4. 10 Oh Geun-sae sedang makan pisang yang diberikan istrinya. ......... 37
Gambar 4. 11 Moon-gwang sedang memberi uang .............................................. 37
Gambar 4. 12 Min sedang meminta Ki-woo menggantikan guru les privat ......... 38
Gambar 4. 13 Memperlihatkan rumah semi basement yang kecil dan kumuh .... 39
Gambar 4. 14 Chung-suk berbicara dengan Tn.Kim ............................................ 39
Gambar 4. 15 Chung-suk menendang Tn.Kim ..................................................... 41
Gambar 4. 16 Ki-woo menanyakan password wifi ............................................... 42
Gambar 4. 17 Kim Ki-woo menjulurkan tangannya ke atas ................................. 43
Gambar 4. 18 Kim Ki-woo kebingungan mencari sinyal ..................................... 44
Gambar 4. 19 Tn. Park dan istrinya tiduran di sofa .............................................. 46
Gambar 4. 20 Tn dan Ny. Park mengenakan pakaian piyama .............................. 46
Gambar 4. 21 Tn.kim dan anaknya sedang bersembunyi di bawah meja .......... 48
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Bukti Pembayaran Skripsi
Lampiran 2 Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi
Lampiran 3 Log Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Individu sebagai makhluk sosial tentu tidak bisa dihindarkan dari yang
namanya interaksi sosial di masyarakat. Adanya interaksi sosial ini akan
mempengaruhi pembentukan sebuah kelompok. Secara umum
pengelompokan masyarakat Indonesia terbagi menjadi dua bentuk. Pertama,
pengelompokan secara horizontal berupa deferensi dan Kedua,
pengelompokan secara vertikal berupa strata sosial. Dalam masyarakat bisa
menemui banyak berbagai golongan masyarakat yang pada praktiknya
terdapat perbedaan tingkat antara golongan satu dengan golongan yang
lainnya. Dengan adanya golongan yang berlapis-lapis ini mengakibatkan
timbulnya strata sosial.
Strata sosial adalah sistem pembedaan individu atau kelompok dalam
masyarakat, yang menempatkannya pada kelas-kelas sosial yang berbeda-
beda secara hierarki dan memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda
pula antara individu pada suatu lapisan dengan lapisan lainnya. Sistem strata
sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara bertingkat, yang diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas menengah, dan
kelas rendah. Kelas sosial terjadi karena adanya pembagian (segmentasi)
kelas-kelas sosial di masyarakat. Sehingga kelas sosial adalah suatu lapisan
2
(strata) dari orang-orang yang memiliki berkedudukan sama dalam rangkaian
kesatuan dari status sosial. Perbedaan strata sosial adalah hal yang umum
terjadi dimasyarakat maka dari itu wajar jika perbedaan strata sosial menjadi
objek yang sering ditampilkan kedalam media massa seperti film.
Sistem Strata Sosial di Korea didominasi oleh Literati Konfusianisme
(yangbang), yang memiliki hak istimewa politik dan ekonomi bersama
dengan status sosial turun menurun. Sistem strata sosial ini sangat rendah dan
dirusak oleh perubahan sosial yang dibawa tentang oleh pemerintah kolonial
Jepang, reformasi tanah setelah kemerdekaan dan kehancuran yang
ditimbulkan oleh perang Korea. Sistem pendidik meningkat secara pesat,
mengingat dahulu masyarakat korea buta huruf karena akses publik terbatas
ke sekolah formal. Sehingga masyarakat yang ingin mendapatkan pekerjaan
yang enak harus di sertai dengan pendidikan yang tinggi. Dengan begitu baru
bisa disebut kelas sosial menengah.
Media massa adalah suatu alat bantu utama dalam proses komunikasi
massa, sebab komunikasi massa sendiri secara sederhana adalah suatu alat
transmisi informasi seperti koran, majalah, buku, film, radio dan televisi atau
suatu kombinasi bentuk dari bentuk-bentuk media. (Asep S M,1999 : 173).
Film adalah media komunikasi yang bersifat audio vidual untuk
menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di
suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:134). Pesan film pada komunikasi massa
dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Film juga dikenal
3
sebagai movie, gambar hidup, film teater atau foto bergerak, sedangkan genre
adalah sebutan untuk membedakan berbagai jenis film. Film bisa jadi bersifat
fiksi (dibuat-buat) atau kisah nyata ataupun campuran keduanya. Walaupun
ratusan film dibuat setiap tahunnya tetapi hanya sedikit film hanya
menggunakan satu genre kebanyakan menggabungkan dua genre atau lebih.
Dunia perfilman di Indonesia perkembangannya begitu pesat
bersamaan dengan perkembangan atau kemanjuan-kemajuan teknologi
pendukungnya. Setiap tahunnya selalu banyak film yang akan ditayangkan di
bioskop-bioskop lokal. Tema film yang diangkat juga ada berbagai macam
seperti drama, action, komedi, tragedi, horor, percintaan selain genre yang
sudah disebutkan ada juga unsur-unsur yang tersirat kedalam film seperti
kritik, politik, serta strata sosial. Salah satu film yang mengandung strata
sosial adalah Film Parasite.
Film “Parasite” yang di sutradarai oleh Boong Joon-ho serta di
produksi oleh Barunson yang berdurasi 2 jam 12 menit menceritakan tentang
strata sosial di Korea yang kerap kali terjadi perbedaan ketimpangan sosial
antar penduduk. Film ini dirilis pada 30 Mei 2019 di Korea Selatan dan pada
24 Juni 2019 di Indonesia, film ini menarik total 10.000.249 penonton per
Minggu (21/7/2019), yakni 53 hari sejak tayang pada 30 Mei 2019.
Kelebihan film ini dari film-film lain adalah Film Parasite
memenangkan beberapa penghargaan pada Event Cannes Film Festival,
penghargaan tersebut antara lain Palme d'Or, selain itu dalam Event Buil Film
4
Awards Film Parasite memenangkan penghargaan dalam kategori Best Film,
Best Supporting Actor, Best Supporting Actress, Best Screenplay, Best
Cinematography, Best Music, Best Director. Lalu dalam penghargaan Chunsa
Film Art Awards Film Parasite mendapatkan penghargaan dalam kategori
Best Actress, Best Supporting Actor, Best Supporting Actress dan Best
Screenplay, yang terakhir dalam penghargaan Korean Association of Film
Critics awards memenangkan penghargaan dalam kategori Best Film, Best
Director,Best Cinematography dan top 10 film of the year. Kelebihan lain
dalam Film Parasite mampu menunjukkan kepiawaiannya dalam mengemas
crita, membangun karakter dan suasana serta membawa pesan yang kuat
lewat premis yang cukup sederhana.
Salah satu film yang juga membahas strata sosial adalah Film Sang
Perwira. Film ini dirilis pada 28 November 2019 yang di produksi oleh MRG
Films dan bekerjasama dengan Mabes Polri. Selain itu Film Sang Perwira
juga di sutradarai oleh Ponti Gea namun penulis lebih memilih Film Parasite
dibandingan Film Sang Perwira dikarenakan Film Parasite ini adalah Film
Korea pertama yang menang dalam Golden Award dan mendapatkan
penghargaan tertinggi dalam acara Event Cannes Film Festival yaitu Palme
d’or.
Film Parasite ini menceritakan tentang sebuah keluarga yang kekurangan
dan bahkan harus tinggal di sebuah basement apartemen jelek. Mereka sehari-
hari hanya mengandalkan upah dari melipat kardus pizza. Mendadak, Kim Ki
Woo (Choi Woo Shik) mendapat kesempatan untuk jadi jadi guru les privat
5
Bahasa Inggris seorang anak dari keluarga kaya raya. Disini lah Kim Ki Woo
berusaha untuk memasukkan semua anggota keluarganya untuk bisa bekerja
di kediaman Park dengan berbagai tipuan agar majikannya percaya. Song
Kang Ho sebagai Kim Ki Taek bekerja di keluarga Park sebagai supir baru
berkat tipu muslihat putranya. Istri Kim Ki Taek bernama Jang Hye Jin
sebagai Choong Sook menjadi pembantu di keluarga Park setelah puntranya
menyingkirkan pembantu yang sudah lama. Park So Dam sebagai Kim Ki
Jung menjadi orang yang pertama dikenalkan untuk bekerja di keluarga Park
dan mengaku bernama Jessica dan kuliah jurusan seni. Kemudian dipercaya
untuk menjadi guru les privat seni di keluarga Park juga. Saat itulah strategi
untuk menarik keluarganya dari kemiskinan dimulai. Bukan hanya itu, antara
kedua keluarga yang berbeda strata ekonomi pun terjadi simbiosis. Keluarga
Kim menyediakan layanan kemewahan untuk keluarga Park yang
mengeluarkan keluarga Kim dari lingkungan miskin. Namun simbiosis itu tak
bertahan lama, dibalut dengan komedi, Film Parasite ini pun penuh dengan
pertarungan antara kesekahan dan segala prasangka.
Penelitian sebelumnya terkait strata sosial pada film juga pernah
dilakukan dalam judul “Faksi Sebagai Stratifikasi Sosial Dalam Film
Divergent Produksi Summit Entertainment” oleh Sofyan Tilaar program studi
Sastra Inggri di Universitas Sam Ratulangi Manado pada tahun 2018.
Penelitian ini mengkaji tentang penggambaran stratifikasi sosial dalam
pembagian masyarakat menjadi lima area terpisah yang disebut faksi. Namun
dalam penelitian ini belum menjelaskan teori detail dalam pembahasannya.
6
Selain itu penelitian sebelumnya yang terkait dengan Film Parasite yaitu
berjudul “Representasi Kemiskinan dalam Film Korea Selatan (Analisis
Semiotika Model Saussure pada Film Parasite) “ oleh Michelle Angela dan
Septia Winduwati Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara
tahun 2019. Penelitian ini menggunakan teori komunikasi massa, film,
representasi, wacana dan kemiskinan. Kemudian penelitian ini juga
menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis semiotika
Ferdinand de Saussure yang membagi tanda menjadi dua yaitu signifier dan
signified.
Penelitian yang nanti akan penulis lakukan adalah bagaimana
tampilan strata sosial pada Film Parasite. Penelitian ini akan menggunakan
teori semiotika John Fiske. Makna dalam penelitian ini akan diidentifikasi
berdasarkan tanda-tanda yang terdapat dalam film untuk mengetahui makna
dibalik tanda tersebut, baik yang terlihat dipermukaan maupun yang
tersembunyi. Tanda-tanda yang akan dilihat dari peneltian ini adalah tanda
verbal dan nonverbal. Tanda verbal adalah tanda bahasa yang dikemukakan
pada film dan tanda nonverbal merupakan gerakan yang terjadi pada film atau
data diartikan tanda yang bukan kata-kata. Penelitian ini berusaha untuk
mencari tanda-tanda strata sosial yang ada pada Film Parasite melalui dialog
dialog dan scene-scene tokoh tokoh pada Film Parasite tersebut.
Alasan penulis melakukan penelitian terhadap tampilan strata sosial
adalah penulis ingin mengungkap tanda-tanda strata sosial yang terkandung
7
pada Film Parasite tersebut. Karena sebagian menganggap Film Parasite
sebagai film tragikomedi dan menganggap Film Parasite murni mengerikan.
Padahal jika di telisik lebih dalam Film Parasite ini menggambarkan
ketimpangan sosial seperti si miskin menghalkan segala cara untuk menipu
demi kekayaan. maka dari itu penulis ingin melakukan penelitian ini untuk
mengetahui tanda-tanda strata sosial apa yang terdapat pada Film Parasite.
Berdasarkan uraian diatas menarik perhatian penulis untuk mengadakan
penelitian mengenai tanda-tanda strata sosial pada Film Parasite. Penelitian
tersebut berjudul “Tampilan Strata Sosial Pada Film Parasite”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui bahwa perumusan
masalahnya adalah “Bagaimana tampilan strata sosial pada film parasite”.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana menganalisis strata sosial yang di tampilkan
pada Film Parasite.
1.4. Manfaat Penelitian
Penulis melakukan penelitian tentunya sangat mengharapkan adanya
manfaat yang dapat diambil dari penelitian tersebut. Manfaat yang dapat
diarapkan dari penelitian ini adalah:
8
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi,
pengetahuan dan hikmah melalui pesan yang terdapat dalam film
ini selanjutnya bisa menjadi bahan referensi bagi penulis
berikutnya.
1.4.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi insan
perfilman agar mampu menghasilkan karya film-film berkualitas
yang mengandung nilai-nilai positif sehingga dapat dijadikan
contoh bagi penikmat film.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Srata Sosial
Menurut Waluya (2007:16) Strata Sosial adalah perbedaan individu
atau kelompok dalam masyarakat yang menempatkan seseorang pada
kelas-kelas sosial yang berbeda-beda secara hierarki dan memberikan
hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula antara individu pada suatu
lapisan sosial lainnya. Sistem strata merupakan pembedaan penduduk
atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat yang
diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas rendah.
Sedangkan Menurut Suyanto dan Nawoko (2004:164) Strata Sosial
lebih merujuk pada pembagian sekelompok orang ke dalam tingkatan
(strata) yang berjenjang secara vertikal atau mengkaji tentang posisi
yang tidak sederajat antar orang per orang atau kelompok masyarakat.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas maka dapat
disimpulkan bahwa Strata Sosial secara umum dapat diartikan
pembedaan masyarakat dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat
sehingga sistem strata sosial ini muncul istilah kelas sosial atas,
menengah dan bawah.
10
2.1.1.1 Terjadinya Strata Sosial (Lapisan Masyarakat)
Soekanto menyatakan (2012: 190-201) Strata sosial dapat terjadi
dengan dua cara yaitu dengan sendirinya dan dengan sengaja. Strata yang
terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat,
contohnya adalah kepandaian, tingkat umur, dan sifat. Sedangkan strata
sosial yang terjadi dengan sengaja disusun untuk mengejar tujuan
bersama yang berkaitan dengan kekuasaan dan wewenang resmi dalam
organisasi formal, seperti pemerintahan.
2.1.1.2 Strata Sosial sebagai Masalah Sosial
Sorokin dalam (Soekanto, 2014:195) menjelaskan siapapun yang
memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah banyak maka akan
dianggap memiliki kedudukan dilapisan atas, sedangkan bagi mereka
yang hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki sesuatu yang
berharga maka akan dipandang memiliki kedudukan rendah.
2.1.1.3 Dasar Lapisan Masyarakat
Menurut Soekanto (2012: 208) yang menjadikan ukuran untuk
menggolongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan sosial (strata
sosial) yaitu ukuran kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan ilmu
pengetahuan.
a. Ukuran Kekayaan
Menurut Soekanto (2007:208) barang siapa yang memiliki
kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas dan yang
memiliki kekayaan paling sedikit termasuk dalam lapisan bawah.
11
b. Ukuran Kekuasaan
Basrowi (2005:62) menjelaskan seseorang yang memiliki
kekuasaan atau wewenang yang besar akan masuk pada lapisan atas,
dan yang tidak memiliki kekuasaan maka masuk dalam lapisan
bawah.
c. Ukuran Kehormatan
Basrowi (2005:62) menjelaskan bahwa Orang yang paling
disegani dan dihormati, mendapatkan tempat teratas dalam lapisan
sosial. Keadaan seperti ini biasa di temui di masyarakat tradisional
yang masih kental dengan adat.
d. Ukuran Ilmu Pengetahuan
Menurut Basrowi (2005:62) Biasanya hanya meninjau dari segi
gelar yang diperoleh seseorang saja, sehingga dapat menimbulkan
kecurangan yang menginginkan dalam lapisan atas untuk
memperoleh gelar yang di inginkan.
2.1.2 Semiotika John Fiske
Pada penelitian ini penulis menggunakan teori semiotika dari
John Fiske, Semiotik melihat komunikasi sebagai
penciptaan/pemunculan makna didalam pesan baik oleh pengirim
maupun penerima. Makna tidak bersifat absolut, bukan suatu konsep
statis yang bisa ditemukan terbungkus rapi didalam pesan (John
12
Fiske, 2016 :76). Teks merupakan fokus perhatian utama dalam
semiotika. Teks dalam hal ini dapat diartikan secara luas, bukan
hanya teks tertulis saja. Segala sesuatu yang memiliki sistem tanda
komunikasi, seperti yang terdapat pada teks tertulis, bisa dianggap
teks, misalnya film, sinetron, drama opera, iklan, fotografis, hinggs
tayangan sepak bola (John Fiske, 2007 : 282). Fiske menganalisis
acara televisi sebagai “teks” untuk memeriksa berbagai lapisan sosial
budaya makna. Fiske tidak setuju dengan teori bahwa khalayak
massa mengkonsumsi produk yang ditawarkan kepada mereka tanpa
berpikir. Fiske menolak gagasan “penonton” yang mengasumsikan
massa yang tidak kritis. Dia menyarankan “audiensi” dengan
berbagai latar belakang dan identitas sosial yang memungkinkan
mereka untuk menerima teks-teks yang berbeda. Menurut John
Fiske, semiotika adalah studi tentang petanda dan makna dari sistem
tanda; ilmu tentang media; atau studi tentang bagaimana tanda dari
jenis karya apapun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan
makna.
John Fiske berpendapat bahwa terdapat tiga wilayah kajian dalam
semiotika, diantaranya yaitu:
a. Tanda itu sendiri. Wilayah ini meliputi kajian mengenai
berbagai jenis tanda yang berbeda, cara-cara berbeda dari tanda-
tanda dialam menghasilkan makna, dan cara tanda-tanda tersebut
berhubungan dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah
13
konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami di dalam kerangka
penggunaan/konteks orang-orang yang menempatkan tanda-tanda
tersebut.
b. Kode-kode atau sistem di mana tanda-tanda diorganisasi.
Kajian ini melingkupi bagaimana beragam kode telah dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya, atau untuk
mengeksploitasi saluran-saluran komunikasi yang tersedia bagi
pengiriman kode-kode tersebut.
c. Budaya tempat di mana kode-kode dan tanda-tanda
beroperasi. Hal ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan dari
kode-kode dan tanda-tanda untuk eksostensi dan bentuknya sendiri
(J. Fiske, 2016 : 67).
Semua model-model mengenai makna secara luas memiliki
bentuk yang hampir sama masing-masing terfokus pada tiga elemen
yang dengan cara tertentu ataupun cara yang lain, pasti terlibat di
dalam semua kajian mengenai makna. Elemen-elemen tersebut
adalah: (1) tanda, (2) acuan dari tanda, dan (3) pengguna tanda.
Sebuah tanda adalah sesuatu yang bersifat fisik, dapat
diterima oleh indera kita, mengacu pada sesuatu di luar dirinya, dan
bergantung pada pengenalan dari para pengguna bahwa itu adalah
tanda.
John Fiske mengemukakan teori tentang kode-kode televisi
(the codes of television). Menurut Fikse, kode-kode yang muncul
14
atau yang digunakan dalam acara televisi saling berhubungan
sehingga terbentuk sebuah makna. Menurut teori ini pula, sebuah
realitas tidak muncul begitu saja melalui kode-kode yang timbul,
namun juga diolah melalui penginderaan sesuai referensi yang telah
dimiliki oleh orang yang berbeda juga. Pada perkembangannya,
model John Fiske tidak hanya digunakan dalam menganalisis acara
televisi, tetapi dapat juga digunakan untuk menganalisis isi teks
media yang lain.
Dalam kode-kode televisi yang diungkapkan dalam teori John
Fiske, bahwa peristiwa yang ditayangkan dalam dunia televisi telah
dienkode oleh kode-kode sosial yang berbagi dalam tiga level yaitu
sebagai berikut:
a. Level realitas
Kode kode sosial yang termasuk dalam level pertama ini
yakni meliputi appearance (penampilan), dress (kostum), make
up (riasan), environment (lingkungan), behaviour (perilaku),
speech (gaya bicara), gesture (gerakan), expression (ekspresi).
b. Level representasi
Kode kode yang termasuk dalam level kedua ini
berkaitan dengan kode kode teknik, seperti camera (kamera),
lighting (pencahayaan), editing (pertelevisian), music (Musik)
dan sound (suara). Mencakup kode kode representasi seperti
15
narrative (narasi), conflict (konflik), character (karakter),action
(aksi), dialogue (dialog), setting (latar),dan casting (pemeran).
c. Level ideologi
Ororganisir dalam penerimaan hubungan sosial oleh
kode kode ideologi seperti : individualisme, patriaki, ras, kelas,
materialisme, kapitalisme,liberalisme. (John Fiske, 1987 : 3)
John Fiske menjelaskan bagaimana sebuah peristiwa menjadi
peristiwa televisi apabila telah dienkode oleh kode-kode sosial, yang
dikonstruksi dalam tiga tahap berikut. Pada tahapan pertama adalah
realitas, yakni peristiwa yang ditandakan (encoded) sebagai realitas
tampilan, pakaian, lingkungan perilaku, percakapan, gesture,
ekspresi, suara, dan sebagaimananya. Dalam bahasa tulis berupa,
teks, transkip wawancara dan sebagainya.
Pada tahap kedua disebut representasi (representation)
Realitas yang terenkode dalam encoded electronically harus
ditampakan pada technical codes, seperti kamera, lighting, editing,
musik, suara. Dalam bahasa tulis ada kata, kalimat, proposisi, foto,
dan sebagainya. Sedangkan dalam bahasa gambar atau televisi ada
kamera, tata cahaya, editing, musik, dan sebagainya. Elemen-elemen
ini kemudian ditransmisikan ke dalam kode representasional yang
dapat mengaktualisasikan, antara lain karakter, narasi, dialog,
setting, dan sebagainya. Ini sudah tampak sebagai realitas televisi.
16
Tahap ketiga adalah ideologi. Semua elemen diorganisasikan
dan dikategorikan dalam kode-kode ideologis, seperti patriaki,
individualism, ras, kelas, materials, kapitalisme, dan sebagainya.
Ketika kita mau melakukan representasi atau suatu realita, menurut
Fiske, tidak dapat dihindari adanya kemungkinan memasukkan
ideologi dalam konstruksi realitas (Mursito, 2007).
2.1.3 Film
Menurut Arsyad (2003:45) film merupakan kumpulan dari beberapa
gambar yang berada di dalam frame, dimana frame demi frame
diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar
terlihat gambar itu menjadi hidup.
Sedangkan menurut Baskin (2003: 4) film merupakan salah satu bentuk
media komunikasi massa dari berbagai macam teknologi dan berbagai
unsur-unsur kesenian. Film jelas berbeda dengan seni sastra, seni lukis, atau
seni memahat. Seni film sangat mengandalkan teknologi sebagai bahan
baku untuk memproduksi maupun eksibisi ke hadapan penontonnya.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas maka dapat
disimpulkan bahwa film merupakan salah satu media komunikasi massa
yang menampilkan serangkaian gambar bergerak dengan suatu jalan cerita
yang dimainkan oleh para pemeran yang diproduksi untuk menyampaikan
suatu pesan kepada para penontonnya.
17
2.2 Kerangka Berpikir
Bagan 2. 1 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir tersebut menjelaskan bahwa Subjek Penelitian
adalah Film Parasite. Menganalisis strata sosial dalam Film Parasite
tersebut kode-kode sosial yang terbagi dalam tiga level yaitu level realitas,
level representasi, level ideologi. Hal itu mencakup dalam Analisis
Semiotika John Fiske.
Film Parasite
Analisis Semiotika
John Fiske
LEVEL
REALITAS
LEVEL
REPRESENTASI
LEVEL
IDEOLOGI
Munculnya Strata Sosial
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Sugiyono (2010:3) menjelaskan Metode penelitian pada dasarnya
merupakan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan sebuah data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Sehingga metode penelitian merupakan cara
yang digunakan untuk mendapatkan data sesuai dengan kebutuhan.
3.2 Lokasi Studi/Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis melakukan proses observasi pada Film
Parasite yang berkaitan dengan scane saat tokoh tokoh memperlihatkan
adegan yang menampilkan ketimpangan sosial. Lokasi penelitian yaitu pada
scene menit ke 01:00 – 02:00 dan 01.27.24 – 01.28.35.
3.3 Bentuk dan Strategi Penelitian
Menurut Moleong (2011: 6) Bentuk dan strategi penelitian yang
berjudul “Tampilan Strata Sosial Pada Film Parasite” merupakan penelitian
dengan menggunakan metode penelitian Kualitatif dengan menggunakan
pendekatan Analisis Semiotika. Alasan menggunakan metode penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretif yang melihatkan banyak
metode dalam menelaah masalah penelitian. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
19
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
3.4 Sumber Data
Menurut Arikunto (1998:144), sumber data adalah subjek darimana
suatu data dapat diperoleh. Menurut Sutopo (2006:56-57) sumber data
adalah tempat data diperoleh dengan menggunakan metode tertentu baik
berupa manusia, artefak, ataupun dokumen-dokumen .
3.4.1 Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung
dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan
yang memerlukannya. (Hasan, 2002:82) Data primer dalam penelitian ini
diambil dari film yang berjudul parasite.
3.4.2 Sumber Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang terkumpul dari sumber-
sumber keputusan dan sumber-sumber lain yang memiliki relevansi
dengan masalah yang sudah diteliti (Marzuki, 2002:56). Penulis akan
memilih referensi dari beberapa buku, dan website sebagai rujukan dan
penguat data, melalui penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan
20
berbagai literatur dan bacaan yang relevan mendukung penelitian ini, serta
referensi lain terkait dengan Analisis Semiotika.
3.5 Teknik Cuplikan (Sampling)
Teknik sampling adalah merupakan pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
berbagai Teknik sampling yang digunakan. (Sugiono, 2015:81). Teknik
sampling yang digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan metode
Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah salah satu teknik
pengambilan sampel yang sering digunakan dalam penelitian, secara
bahasa yaitu berarti sengaja. Jadi Purposive Sampling merupakan teknik
pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya, penulis mencantumkan
sampel yang diambil tidak secara acak, tetapi ditentukan sendiri oleh
penulis.
Pengambilan sampel berdasarkan “penilaian” mengenai siapa-siapa
saja yang pantas memenuhi persyaratan untuk dijadikan sampel. Oleh
karena itu, latar belakang pengetahuan tertentu mengenai sampel yang
dimaksud tentu juga populasinya agar benar-benar bisa mendapatkan
sampel yang sesuai dengan persyaratan atau tujuan penulis sehingga
mendapat atau memperoleh data yang akurat. Oleh karena itu, karakteristik
yang masuk dalam pembuatan sampel dalam penelitian ini yaitu penelitian
yang mengambil sampel dari scane film Parasite. Maka scene yang dipilih
sebagai sampel ditentukan dengan kriteria berikut :
21
a) Scene yang menunjukkan interaksi antar karakter dan menjelaskan
perbedaan strata sosial
b) Scene yang mempresentasikan tampilan dari karakter yang kontras
dari segi strata sosialnya.
c) Scene yang menunjukan pengucapan antar karakter yang
mengandung arti strata sosial.
Dari beberapa kriteria yang sudah ditentukan oleh penulis, maka
scene yang dipilih untuk sampel adalah menit ke 01:00 – 02:00 dan
01.27.24 – 01.28.35.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data, teknik yang digunakan
penulis adalah sebagai berikut :
3.6.1 Observasi
Hasan (2002:86) menjelaskan Observasi adalah teknik pengumpulan
data dengan melakukan pengamatan langsung pada objek kajian. Dalam
melakukan penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi non
partisipatif karena penulis tidak ikut berpartisipasi di dalam kehidupan
penelitian, penulis hanya mengamati tampilan strata sosial yang ada pada
Film Parasite.
3.6.2 Studi Pustaka
22
Menurut Sugiyono (2005:83). Studi pustaka adalah Metode
pengumpulan data yang diarahakn kepada pencarian data dan informasi
melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar
maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses
penulisan. Penulis melakukan studi pustaka dari buku-buku, referensi
penelitian, internet demi menunjang penelitian tersebut. Penelitian penulis
menggunakan metode semiotika dengan menganalisis Film Parasite.
3.7 Triangulasi Data
Triangulasi adalah usaha mengecek kebenaran data atau informasi
yang diperoleh penulis dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan
cara mengurangi sebanyak mungkin perbedaan yang terjadi pada saat
pengumpulan dan analisis data. Triangulasi merupakan cara yang digunakan
untuk peningkatan validasi dalam penelitian kualitatif. Dalam kaitan ini,
Patton (dalam HB Sutopo, 2002) menyatakan bahwa adanya 4 macam
triangulasi, yaitu triangulasi data, triangulasi metode, triangulasi penulis,
dan triangulasi teori.
Dalam penelitian ini, untuk mengecek hasil penelitian dan
menguatkan, penulis menggunakan teknik Triangulasi Data. Teknik
triangulasi data dapat disebut juga triangulasi sumber. Cara ini mengerahkan
penulis agar di dalam mengumpulkan data, ia berusaha mengumpulkan data,
ia berusaha menggunakan berbagai sumber yang ada (Sutopo, 2006 : 93),
23
dengan sumber teks dan dokumen literature dari berbagai sumber
perpustakaan yang menguatkan Tampilan Strata Sosial Pada Film Parasite.
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian
dasar. Ardhan12 (dalam Lexy J. Moleong 2002:103).
Analisis data yang digunakan untuk penelian ini adalah analisis dengan
menggunakan model analisis semiotika John Fiske. John Fiske menjelaskan
bagaimana sebuah peristiwa menjadi peristiwa televisi apabila telah
dienkode oleh kode-kode sosial, yang dikontruksi dalam tiga tahapan
berikut. Pada tahapan pertama adalah realitas (reality), yakni peristiwa yang
ditandakan (encoded) sebagai realitas tampilan, pakaian, lingkungan
perilaku, percakapan, gesture, ekspresi, suara, dan sebagainya. Misal jika
dalam Film Parasite karya Boong Joon-ho dianggap sarat akan strata sosial,
maka harus ada tanda-tanda peristiwa tersebut.
Pada tahap kedua disebut representasi (representation) Realitas yang
ternkode dalam encoded electronically harus ditampakan pada technical
codes, seperti kamera, lighting, editing, musik, suara. Dalam bahasa tulis
ada kata, kalimat, proposisi, foto, dan sebagainya. Sedangkan dalam bahasa
24
gambar atau televisi ada kamera, tata cahaya, editing, musik, dan
sebagainya. Elemen-elemen ini kemudian ditransmisikan ke dalam kode
representasional yang dapat mengaktualisasikan, antara lain karakter, narasi,
dialog, setting, dan sebagainya. Ini sudah tampak sebagai realitas televisi.
Tahap ketiga adalah ideologi. Semua elemen diorganisasikan dan
dikategorikan dalam kode-kode ideologis, seperti patriaki, individualisme,
kapitalisme, nasionalisme, materialisme, dan sebagainya. Ketika kita
melakukan representasi atau suatu realita, menurut John Fiske, tidak dapat
dihindari adanya kemungkinan memasukan ideologi dalam konstruksi
realitas.
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Sekilas tentang Film Parasite
Gambar 4. 1 Film Parasite
(Sumber: https://www.imdb.com/title/tt1979169/ )
Film Parasite merupakan film garapan Bong Joon-ho yang tayang di
bioskop pada tanggal 30 Mei 2019 di Korea Selatan dan 24 Juni 2019 di
Indoneisa. Bong Joon-ho sutradara di film Parasite sudah tidak diragukan
lagi dikarenakan mampu menunjukkan kepiawaiannya mengemas cerita,
membangun karakter dan suasana, hingga membuat penonton terpana. Di
balik itu, ia juga membawa pesan kuat lewat premis yang cukup sederhana
26
serta beberapa kali Bong Joon-ho sukses mengeluarkan film nan apik selain
film Parasite seperti film The Host, Snowpierce, Mother, dan debut di
Cannes yaitu film Okja.
Parasite, menceritakan tentang keluarga Ki-taek beranggotakan
empat orang pengangguran dengan masa depan yang suram dan
menggambarkan upaya sekelompok manusia bertahan hidup di dunia
sampai terpaksa masuk sebagai parasit dalam hubungan dengan manusia
lain. Dengan durasi 2 jam 12 menit, film ini menampilkan cerita yang cukup
menarik untuk seluruh masyarakat. Untuk menghasilkan menghasilkan film
yang menarik tadi, ada beberapa tokoh yang turut mendukung kesuksesan di
film Parasite, seperti Kim Ki Woo (Choi Woo Shik),Park, Kim Ki Taek
(Song Kang Ho), Choong Sook (Jang Hye Jin), Kim Ki Jung (Park So
Dam), Da-song (Jeong Hyun Jun), Da Hye (Jung Ji-so), Moon-gwang (Lee
Jung-eun), Yeon-kyo (Cho Yeo-jeong), Oh Geun-sae (Park Myun), Yoon
(Park Keun-rok), Min (Park Seo-joon) dan beberapa tokoh pendamping
lainnya.
Didalam film Parasite menceritakan keluarga Kim, terdiri dari sang
ayah Kim Ki-taek, istrinya Park Chung-suk, putranya Kim Ki-woo, dan
putrinya Kim Ki-jeong tinggal di sebuah banjiha, apartemen semi-bawah
tanah yang kecil dan kumuh. Pekerjaan harian mereka adalah melipat kotak
piza, dengan penghasilan yang sangat kecil dan kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Suatu hari, teman Ki-woo, Min-hyuk (Park Seo-joon)
mengunjungi keluarga Kim dan memberikan "batu keberuntungan". Min-
27
hyuk berencana menuntut ilmu ke luar negeri, sehingga menyarankan Ki-
woo mengambil alih pekerjaannya sebagai guru les privat bahasa Inggris
untuk Park Da-hye (Jung Ji-so), anak perempuan keluarga kaya Park Dong-
ik (Lee Sun-kyun) dan istrinya Choi Yeon-gyo (Jo Yeo-jeong) sekaligus
kakak dari Park Da-song (Jung Hyun-joon). Ki-woo bersedia menerima
tawaran kawannya.
Perlahan-lahan, keluarga Kim berusaha agar satu per satu anggota
keluarga mereka dapat bekerja di keluarga Park, dengan saling
merekomendasikan satu sama lain dan berbohong sebagai penyedia jasa
profesional yang saling tidak kenal. Ki-woo menjadi guru les dan diam-
diam memulai hubungan romantis dengan Da-hye. Ketika Yeon-gyo berniat
mencarikan guru dan terapis seni untuk Da-song, Ki-woo memanfaatkan
kesempatan ini dengan menyarankan seorang "profesional" bernama Jessica
yang berasal dari Chicago, Illinois, Amerika Serikat, yang ternyata justru
Ki-jeong saudarinya sendiri.
Ki-jeong kemudian memfitnah supir keluarga Park dengan
meletakkan celana dalamnya di dalam mobil milik keluarga Park. Dong-ik
mengusir supir itu dan menggantinya dengan seorang mantan supir valet
yang ternyata Ki-taek. Dan untuk terakhir kalinya, Ki-taek berkomplot
dengan kedua anaknya untuk menarik sang ibu, Chung-suk menjadi asisten
rumah tangga, dengan mencoba menakut-nakuti bahwa pembantu mereka
saat ini, Mun-gwang (Lee Jung-eun), mengidap tuberkulosis dengan
memanfaatkan alergi persik yang dideritanya.
28
Suatu hari, keluarga Park berkemah selama sehari-semalam sebagai
hadiah atas ulang tahun Da-song. Keluarga Kim berpesta pora, menikmati
fasilitas mewah dan mabuk-mabukan di rumah itu. Pada malam hari saat
hujan deras turun, Mun-gwang tiba-tiba meminta izin masuk ke rumah
karena ingin mengambil sesuatu di ruang bawah tanah. Saat seluruh
keluarga bersembunyi, Chung-suk mengizinkan Mun-gwang masuk. Tanpa
diduga siapapun, Mun-gwang menunjukkan sebuah bungker, tempat
suaminya Geun-se (Park Myung-hoon) bersembunyi selama empat tahun
untuk menghindari jeratan rentenir.
Ketika Chung-suk mengancam akan memanggil polisi, kebohongan
keluarga Kim secara tidak sengaja terbongkar. Tanpa pikir panjang, Mun-
gwang memanfaatkan kesempatan itu dengan merekam mereka dan
mengancam untuk mengirim rekaman itu kepada Keluarga Park. Mun-
gwang dan Geun-se "menyandera" mereka. Namun saat Mun-gwang dan
Geun-se lengah, keluarga Kim berusaha merebut ponsel Mun-gwang dan
saling berkelahi di ruang keluarga. Keluarga Kim akhirnya berhasil merebut
ponsel itu.
Hujan sangat deras, Keluarga Park tiba-tiba membatalkan liburan
mereka dan menelepon Chung-suk. Keluarga Kim menyekap Mun-gwang
dan Geun-se di bungker, serta membersihkan ruang keluarga dan kemudian
bersembunyi, sementara Chung-suk terbirit-birik memasak ramyeon
sebagaimana permintaan Yeon-gyo. Ketika Mun-gwang berhasil melarikan
diri menuju ruang keluarga, Chung-suk menendangnya kembali sehingga
29
Mun-gwang terpental ke bawah. Kepala Mun-gwang membentur dinding
dan mengalami gegar otak. Saat Chung-suk menyajikan hidangannya.
Yeon-gyo mengungkapkan pengalaman traumatik Da-song yang
pernah ia alami beberapa tahun lalu saat ia melihat sosok yang dikira hantu,
yang sebenarnya adalah Geun-se yang keluar dari bungker. Saat keluarga
Kim yang tersisa bersembunyi di bawah meja, Dong-ik mengeluhkan soal
bau badan Ki-taek kepada istrinya. Memanfaatkan keadaan Dong-ik dan
istrinya yang tertidur, Ki-taek, Ki-jeong, dan Ki-woo meninggalkan rumah
dan berlari ke rumah mereka. Mereka mendapati lingkungan tempat tinggal
mereka diterjang banjir, apartemen mereka teredam hingga setinggi dada,
dan langsung berupaya menyelamatkan barang-barang yang masih bisa
diselamatkan. Ki-woo membawa "batu keberuntungan" ke sebuah
gelanggang olahraga tempat di mana warga yang kebanjiran diungsikan.
Sementara itu, Moon-kwang meninggal akibat gegar otak, Geun-sae
menangis.
Keesokan berikutnya, Yeon-gyo mengadakan pesta ulang tahun
untuk Da-song. Ia mengundang seluruh Ki-jeong dan Ki-woo, sementara
Ki-taek dan Chung-suk diminta datang untuk bekerja. Ki-woo membawa
batu ke bunker. Geun-sae menyergap Ki-woo dan memukul kepalanya
dengan batu, lalu kabur. Mencoba membalas dendam atas kematian istrinya
Moon-gwang, ia mengambil pisau dapur dan menusuk Ki-jeong di depan
para tamu pesta yang menjerit ketakutan. Da-song mengalami kejang akibat
trauma setelah melihat Geun-sae, sementara Ki-taek bergegas untuk
30
menghentikan pendarahan Ki-jeong saat Dong-ik berteriak kepadanya untuk
mengantarkan Da-song ke rumah sakit.
Namun, Ki-taek melemparkan kunci mobil dan kunci itu
terperangkap di bawah Chung-seok dan Geun-sae yang sedang berkelahi,
tepat sebelum Chung-seok menewaskan Geun-sae dengan tusukan daging.
Dari semua kekacauan itu, Ki-taek yang memendam kemarahan atas
perilaku Dong-ik kepadanya dan reaksi Dong-ik yang menunjukkan rasa
jijik setelah mencium bau badan Geun-se saat mengambil kunci mobil,
mengambil pisau dan menusuk Dong-ik hingga tewas, lalu melarikan diri.
Beberapa minggu kemudian, Ki-woo terbangun dari koma. Ki-woo
dan ibunya dihukum dengan dakwaan penipuan dan menjalani masa
percobaan, sementara K-jeong tewas dan Kim Ki-taek menghilang. Ki-woo
terus memata-matai rumah keluarga Park yang kini telah dijual ke keluarga
berkewarganegaraan Jerman dan melihat kode Morse dari lampu yang
berkedip-kedip yang diterjemahkan sebagai pesan. Pesan tersebut berasal
dari Kim Ki-taek yang kini bersembunyi di bungker. Kim Ki-taek mengubur
jasad Mun-gwang di halaman belakang. Ki-woo menulis surat kepada
ayahnya, yang bersumpah bahwa suatu hari dia akan mendapatkan uang
yang cukup untuk membeli rumah sekaligus menyatukan kembali keluarga
yang tersisa. Film berakhir dengan Ki-woos dan Chung-suk yang masih
tinggal di banjiha, persis seperti adegan awal dari film.
31
4.1.2 Produksi Film Parasite
Film Parasite merupakan film Korea yang bercerita mengenai strata
sosial atau ketimpangan sosial yang ada di Korea. Bong Joon-ho membuat
film Parasite dikarenakan terinspirasi dari kisah hidupnya. Masa lalu nya
yang menjadi guru les privat matematika pada anak orang kaya. Awalnya
film itu diberi judul Decalcomania menunjukkan dua keluarga yang
kemudian di ubah menjadi kehidupan tiga keluarga dalam satu rumah dan
judul film itu diganti Parasite. Naskah film Parasite sendiri sudah disiapkan
Bong Joon-ho sejak 2013, kala ia menuntaskan film Snowpierce. Film ini
di produksi oleh CJ Entertainment dan Dapur Film dengan menghabiskan
biaya sebesar Rp 150,3 miliar. Proses pembuatan film ini di mulai pada
tanggal 18 Mei 2018 dan rilis pada 30 Mei 2019 di Korea Selatan dan 24
Juni 2019 di Indonesia.
Untuk menghasilkan Film yang lebih menarik dibalik itu juga ada
para kru yang sukses menjadikan Film Parasite terlihat natural, seperti Jin
Won Han (penulis scenario), Jaeil Jung (penata music), Jinmo Yang
(penyunting gambar), Se-yeon Choi (penata kostum), Won-wo Co (penata
dekorasi),Kyung-pyo Hong (penata sinematografi),Ji-yong Kim (penata
kamera), Jin Her dan Dong-yul Kang (penata rias dan busana), Miky Lee
(eksekutif produser), Kwak Sin Ae (produser lini).
32
4.1.3 Karakteristik Tokoh
a. Song Kang-ho sebagai Kim Ki-taek
Gambar 4. 2 Kim Ki-taek sedang makan roti di meja makan
(Sumber: olahan penulis,2020)
Kim Ki-taek merupakan suami dari Park Chung Seok, dia adalah
seorang kepala keluarga dari keluarga miskin. Dia juga seorang suami
pemalas yang hanya melakukan apapun asal memiliki keuntungan
yang besar untuk hidupnya, khusunya yang berhubungan dengan uang
yang banyak.
b. Jang Hye-jin sebagai Park Chung –suk
33
Gambar 4. 3 Park Chung-suk sedang berbicara dengan pembantu lama
(Sumber: olahan penulis,2020)
Park Chung-suk merupakan wanita yang pekerja keras dan
mau melakukan apapun demi bisa bertahan hidup keluarganya. Park
Chung-suk adalah istri dari Kim Ki-taek yang mempunyai dua orang
anak yang juga pengangguran.
c. Choi Woo-shik sebagai Kim Ki-woo
Gambar 4. 4 Ki-woo sedang mencari wifi di basement rumahnya
(Sumber: olahan penulis,2020)
Anak pertama dari keluarga Kim Ki-taek. Seorang anak yang
pintar karena dia bisa masuk ke Universitas yang cukup ternama
di Korea namun tidak bisa melanjutkannya karena terbentur
keadaan ekonomi dan dia pandai berbahasa Inggris.
d. Park So-Dam sebagai Kim Ki-jeong
34
Gambar 4. 5 Kim Ki-jeong sedang berbicara dengan Yeon-Kyo
(Sumber: olahan penulis,2020)
Kim Ki-jeong merupakan anak kedua dari Kim Ki-taek. Dia
seorang anak yang pintar terutama dalam bidang desaign grafis
namun karena terbentur ekonomi keluarga yang kurang maka dia
tidak kuliah. Dia juga memilik sifat pemalas dari ayahnya dan
hanya melakukan kegiatan sesuka hatinya saja.
e. Lee Sun-kyun sebagai Park Dong-ik
Gambar 4. 6 Park Dong-ik sedang di mobil sehabis pulang kerja
(Sumber: olahan penulis,2020)
35
Park Dong-ik merupakan pengusaha kaya raya yang selalu
nurut apa kata istrinya dan seorang ayah yang mempunyai sifat
penyayang pada keluarganya tapi dia selalu mengandalkan harta
kekayaannya untuk mendapatkan semua yang di inginkan.
f. Cho Yeo-jeong sebagai Yeon-kyo
Gambar 4. 7 Yeon-kyo sedang berbicara dengan Kim Ki-jeong
(Sumber: olahan penulis,2020)
Kim Ki-jeong seorang istri dari pengusaha kaya raya yaitu Park
Dong-ik. Dia merupakan wanita yang mudah sekali dibohongi, dan
dia juga seorang wanita yang tidak bisa melakukan tugas sebagai istri
seperti memasak, mencuci baju dan lain sebagainya dan kurang
mengetahui karakter anak-anaknya
36
g. Jung Ji-so sebagai Da Hye
Gambar 4. 8 Da Hye sedang les privat bahasa Inggris
(Sumber: olahan penulis,2020)
Da Hye adalah anak perempuan dari Park dan kakak dari Da-
song. Dia adalah anak remaja yang mudah sekali jatuh cinta dan
pacar dari guru les privatnya yaitu Kim Ki-woo.
g. Jeong Hyun Jun sebagai Da-song
Gambar 4. 9 Da-song sedang makan kue ulang tahun
(Sumber: olahan penulis,2020)
37
Da-song anak kedua dari Tn.Park. Dia seorang anak laki-laki yang
jahil tapi dia anak yang pintar dan dia juga seorang anak yang polos.
h. Park Myung Hoon sebagai Oh Geun-sae
Gambar 4. 10 Oh Geun-sae sedang makan pisang yang diberikan istrinya.
(Sumber: olahan penulis,2020)
Oh Geun-sae seorang suami dari Moon-gwang. Dia seorang
yang terselamatkan dari rentenir hutang dengan bersembunyi di ruang
bawah tanah rumah Park Dong-ik tanpa sepengetahuan keluarga Park.
i. Lee Jung-eun sebagai Moon-gwang
Gambar 4. 11 Moon-gwang sedang memberi uang
(Sumber: olahan penulis,2020)
38
Berperan sebagai pembantu yang mempunyai loyalitas tinggi
kepada majikannya selama bertahun-tahun. Dia juga sudah dianggap
seperti keluarga sendiri dan mengetahui segala isi rumah keluarga
Park.
j. Park Seo-joon sebagai Min
Gambar 4. 12 Min sedang meminta Ki-woo menggantikan guru les
privat
(Sumber: olahan penulis,2020)
Min guru les privat pertama Da-hye yang akan meneruskan
kuliahnya di luar negeri lalu merekomendasikan Kim Ki-woo untuk
menggantikannya sebagai guru les privat bahasa Inggris. Dia juga
seorang remaja yang memiliki sopan santun tinggi dan sangat peduli
dengan temannya.
4.2 Hasil Temuan Penelitian
39
Temuan penelitian dimaksudkan untuk menyajikan data yang
dimiliki sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dikaji pada penelitian
yaitu strata sosial pada Film Parasite. Setelah penulis mengambil sample dari
beberapa potongan scene yang terdapat pada Film Parasite untuk mendukung
temuan penelitian. Dimana potongan-potongan gambar dari tayangan
tersebut akan diuraikan menggunakan analisis semiotika model John Fiske.
Dimana pada analisis semiotika model John Fiske ini terdapat 3 level, yaitu
level realitas, level representasi dan level ideologi.
a. Rumah semi Basement keluarga Kim Ki-taek
40
Gambar 4. 13 Memperlihatkan rumah semi basement yang kecil dan kumuh
(Sumber: olahan penulis,2020)
Pada durasi : 01:00 – 02:15
Pada scene menit 01.00 – 02.15 yang menunjukkan level realitas
tentang strata sosial adalah:
Gambar 4. 14 Chung-suk berbicara dengan Tn.Kim
Dari segi penampilan atau gaya berpakaian dari Kim Ki-taek
mengenakan kaos lengan panjang kerah abu-abu tunisian dengan
kancing dan istrinya hanya mengenakan pakaian biasa yaitu kaos
tanpa lengan dan keduanya hanya menggunakan celana pendek.
Penampilannya juga sederhana bahkan bisa dibilang sangat biasa dan
memperlihatkan pakaian sehari-hari orang kalangan bawah.
41
Dari segi makeup atau riasan, Tn.Kim dan istrinya tidak terlihat
menggunakan makeup bahkan cenderung pucat di dukung dengan
Tn.Kim yang habis bangun tidur dan istrinya yang sedang menjahit.
Tanpa makeup juga menggambarkan kehidupan masyarakat sehari-
hari.
Dari segi perilaku, istri dari Tn.Kim yang bernama Park Chung-suk
menunjukkan perilaku proaktif. Proaktif artinya perilaku yang
menunjukkan kesungguhan atau sikap maju ke depan dibandingkan
dengan teman-teman yang lain dan pada adegan ini Chung-suk
terlihat segera menindaklanjuti masalah keluarganya. Berbanding
terbalik dengan Tn.Kim yang menunjukkan perilaku menghalang
yang artinya perilaku yang hanya bergantung pada orang lain.
Dari segi speech atau gaya bicara Chung-suk menunjukkan gaya
bicara dengan gerak gerik (panto mimik dan mimik) artinya adalah
pembicara menyampaikan pesannya dengan gerak muka berbarengan
dengan anggota badan. Pada menit ke 02.15 Chung-suk dengan
mimik muka yang kesal seperti mengangkat alis dan mulutnya yang
ditutup mendalam. Berbeda dengan Tn.Kim pada scene ini dia
menunjukkan gaya bicara dengan gerak air muka (mimik) artinya
pembicara tidak mengeluarkan kata-kata, tidak juga diam akan tetapi
dengan gerak air muka seperti dengan mengedipkan mata.
Dari segi ekspresi, Chung-suk menunjukkan ekspresi marah salah
satunya dengan bibir berkerut atau dikencangkan. Ini memiki arti
42
ketidaksukaan, ketidaksetujuan atau ketidakpercayaan terhadap
sesuatu.
Gambar 4. 15 Chung-suk menendang Tn.Kim
Dari segi gesture atau sikap tubuh. Pada scene ini Chung-suk
termasuk gesture tangan dikepal artinya gesture yang dapat
menunjukkan makna berbeda. Bisa bermakna bahagia tak terhingga
atau marah. Gesture tubuh juga bisa berasal dari kaki. Posisi melipat
kaki, menjulurkan satunya sambil meloncat, menjukkan bahasa tubuh
menendang. Sama seperti menit ke 02.04 Chung-suk menendang
suaminya agar bangun.
43
Gambar 4. 16 Ki-woo menanyakan password wifi
Dari segi penampilan atau gaya berpakaian, Ki-woo mengenakan
kemeja casual lengan panjang berwarna abu-abu. Kemeja casual
memiliki karakteristik tersendiri. Seringkali pemakaiannya tidak
dikancingkan sampai atas dan tidak cocok untuk di pakaikan dasi.
Bisa di lihat pada menit ke 01.50, disitu Ki-woo tidak
mengancingkannya sampai atas.
Dari segi makeup atau riasan, Kim Ki-jeong dan Kim Ki-woo tidak
terlihat menggunakan makeup. Di dukung dengan adegan Ki-jeong
sehabis mandi dan sedang mengeringkan rambut dengan handuknya.
Dari segi speech atau gaya bicara, Kim Ki-woo menunjukkan gaya
bicara dengan gerak gerik (panto mimik dan mimik) artinya adalah
pembicara menyampaikan pesannya dengan gerak muka berbarengan
dengan anggota badan. Dapat dilihat saat Ki-woo mencari sinyal wifi,
dia bertanya dibarengi dengan gerakan tangan. Begitu juga dengan
Ki-jeong dia juga menunjukkan gaya bicara dengan gerak-gerik.
44
Gambar 4. 17 Kim Ki-woo menjulurkan tangannya ke atas
Dari segi perilaku, pada scene ini Kim Ki-woo menunjukkan perilaku
reflektif yang artinya terjadi secara spontan terhadap rangsangan
yang dialami oleh seseorang. Pada menit 01.47 Ki-woo reflek
menjulurkan tangannya ke atas mencari sinyal setelah tau kalo
wifinya mati.
Dari segi ekspresi, Pada scene ini Kim Ki-woo
menunjukkan ekspresi dalam jenis kaget atau terkejut. Ciri-ciri
ekspresi kaget antara lain adalah mengeluarkan suara teriakan,
ekspresi wajah menaikkan alis, melebarkan mata atau membuka
mulut. Dapat dilihat pada menit ke 01.47 Ki-woo berteriak menyakan
password wifi, dia juga menaikkan alis, melebarkan mata dan dia
juga membuka mulut.
Dari segi gesture, Ki-woo menunjukkannya melalui wajah. Dia
memperlihatkan wajah kebingungan saat mengetahui sinyal wifi
mati. Wajah bagian tubuh yang paling banyak mengirimkan pesan
tersembunyi karena bagian ini dapat menunjukkan emosi seseorang.
45
Dari segi lingkungan, keluarga Tn.Kim tinggal di rumah semi
basement yang sempit dan kumuh. Di korea rumah semi basement
disebutnya Banjinha. Rumah ini banyak dipilih masyarakat yang
kurang mampu karena murah, dan tidak membutuhkan biaya
perawatan.
Pada scene menit ke 01.00 – 02.15 yang menunjukkan level
representasi tentang strata sosial dalam Film Parasite yaitu :
Gambar 4. 18 Kim Ki-woo kebingungan mencari sinyal
Dari segi kamera, teknik pengambilan gambar pada adegan ini
menggunakan medium shoot. Teknik pengambilan gambar ini tidak
memperlihatkan semua objek yang ada, sebagian pemeran hanya
terlihat setengah badan. Tujuannya adalah untuk menggambarkan
kondisi rumah semi basement yang kecil, sempit dan kumuh.
Dari segi lighting, pengambilan gambar menggunakan teknik
pencahayaan backlight karena cahaya disorot dari belakang objek
untuk mempertegas perbedaan objek yang di sorot dengan latar
belakang sehingga ruangan dapat terlihat lebih jelas.
46
Dari segi casting atau pemeran, pada scene menit 01.00-02.15
terdapat 4 pemeran yang merupakan satu keluarga yaitu, Kim Ki-
taek, Chung-suk, Kim Ki-woo dan Kim Ki-jeong.
Dari segi setting atau latar, latar tempat yang digunakan pada scene
ini adalah rumah semi basement yang sempit dan kumuh, latar waktu
scene ini menunjukkan pagi hari.
Dari segi konflik, pada scene ini merupakan tahap pengenalan atau
orientasi. Dalam tahap ini, unsur-unsur dasar cerita seperti tokoh,
latar tempat, waktu dan suasana.
Dari segi karakter, keluarga Kim Ki-taek ini merupakan keluarga
yang parasit sama seperti judul film nya yaitu Parasite. Keluarga
yang menghalalkan segala cara demi kelangsungan hidup
keluarganya.
Dari segi dialog yang menunjukkan bahwa Kim Ki-woo
kebingungan mencari sinyal wifi milik tetangga adalah sebagai
berikut:
Kim Ki-woo : “Tidak ada lagi wifi gratis, Ki-jeong”
Kim Ki-jeong : “Ya?”
Kim Ki-woo : “Apa password bibi di atas ?”
Kim Ki-jeong : “Password?, sudah coba 123456789?”
Kim ki-woo : “Bukan”
Kim Ki-jeong : “Coba di balik”
Kim Ki-woo :”Sudah kucoba”
47
Chung-suk :”Kalau begitu tidak bisa chatting?
a. Tn.Park dan istrinya sedang membicarakan Tn.Kim
Gambar 4. 19 Tn. Park dan istrinya tiduran di sofa
(Sumber: olahan penulis,2020)
Pada durasi : 01.27.24 – 01.28.35
Pada scene ini yang menunjukkan level realitas tentang strata
sosial adalah:
Gambar 4. 20 Tn dan Ny. Park mengenakan pakaian piyama
Dari segi penampilan atau gaya berpakaian Tn.Park dan istrinya
mengenakan pakaian tidur (piyama) berwarna abu-abu, memiliki
48
makna bahwa hanya kalangan menengah ke atas yang mampu
mengenakan piyama, dan warna abu-abu yang memiki kesan mewah
dan elegant.
Dari segi makeup atau riasan, scene pada menit ke 01.02.41 Ny.Yeon
tidak terlihat menggunakan makeup. Hanya saja dia terlihat memakai
alis dan lipstik tipis.
Dari segi perilaku, Ny.Yeon ini memiliki perilaku yang bergantung
berlebihan artinya tingkah laku yang terlalu mengharapkan adanya
bantuan dari orang lain, perilaku yang manja dan tidak bisa mandiri
sedangkan Tn.Park memiliki perilaku sadar artinya perilaku yang
dihasilkan dari melibatkan kinerja otak dan susunan saraf.
Dari segi speech atau gaya bicara, pada menit ke 01.28.26 Tn Park
mengatakan “Baunya seperti naik kereta bawah tanah”. Bisa dibilang
bahwa Tn.Park menggunakan gaya bicara yang hiperbola artinya
pembicara berusaha menarik perhatian pendengar dengan
menggunakan bahasa yang menyangkatkan.
Dari segi gesture, Tn. Park dan istrinya ini memperlihatkan gesture
immediacy artinya merupakan ungkapan kesukaan atau
ketidaksukaan terhadap individu yang lain.
Dari segi ekspresi, saat berbicara dengan istrinya Tn.Park ini
memperlihatkan ekspresi yang jijik. Rasa jijik ini ditandai denggan
rasa tidak suka baik melihat, mencium, merasakan atau mendengar
sehingga berusaha keras untuk menghindarinya.
49
Dari segi lingkungan, scene ini menunjukkan Tn.Park dan istrinya
lagi dirumah yang besar, mewah dan bersih.
Pada scene menit ke 01.27.24 – 01.28.35 yang menunjukkan
level representasi tentang strata sosial dalam Film Parasite yaitu :
Dari segi kamera, teknik pengambilan gambar pada adegan ini
menggunakan medium shoot dan zoom shoot.
Gambar 4. 21 Tn.kim dan anaknya sedang bersembunyi di bawah meja
Dari segi kamera, teknik pengambilan zoom shoot memperlihatkan
saat Tn.Kim dan kedua anaknya sedang bersembuyi dibawah meja.
Sudut pengambilan kamera dari angel bawah (frogview) dimulai dari
Tn.Kim bersembunyi dibawah meja dan Tn.Park tidur di sofa.
Pengambilan angel scene tersebut turut menambahkan makna yang
menunjukkan strata orang bawah yang hanya bisa bersembunyi untuk
bisa menikmati mewahnya strata orang atas.
Dari segi lighting atau pencahayaan, pada scene ini memperlihatkan
kondisi saat malam hari, terlihat dari pencahayaan yang sedikit gelap.
50
Dari segi casting atau pemeran, pada scene ini terdapat 5 pemeran
yaitu Park Dong-ik, Ny. Yeon, Tn.Kim, Ki-woo dan Ki-jeong.
Dari segi setting atau latar, latar tempat yang digunakan pada scene
ini adalah ruang keluarga rumah milik Tn Park, latar waktu scene ini
adalah malam hari.
Dari segi konflik, pada scene ini merupakan kemunculan konflik atau
rising action. Konflik biasanya muncul dari pertentangan antar tokoh,
atau masalah tokoh utama mengalami masalah yang tidak di duga.
Tahap ini kemudian akan mengantarkan pembaca atau penonton
menuju tahap selanjutnya yang lebih rumit dan menegangkan.
Dari segi karakter, Tn.Park dan istrinya ini lugu, terlalu mudah
percaya
Dari segi Dialog pada scene ini yang mempresentasikan adanya
status sosial dan memperlihatkan sisi rasis yaitu :
Park Dong-ik :”Bau apa ini? Kenapa disini bau?”
Yeon-kyo :”Bau apa?”
Park Dong-ik :”Seperti bau Tn.Kim”
Yeon-kyo :”Tn.Kim?
Park Dong-ik :”Ya, Kau pasti menciumnya, di dalam mobil terasa
bau”
Yeon-kyo :”Bau seperti apa emangnya?”
Park Dong-ik :”Bau seperti naik kereta bawah tanah”
51
Dari dialog tersebut, bau badan yang dianggap seperti kereta
bawah tanah mengindikasikan pekerjaan sampai tempat tinggal dan bau
badan pada film ini memperlihatkan adanya status sosial.
Level ideologi dari dua scene tersebut yaitu pertama menampilkan
sosok Kim Ki-taek dan keluarganya yang hidup penuh kekurangan dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga ini hanya
mengandalkan pekerjaan melipat kotak pizza. keluarga ini terus berjuang
demi kelangsungan hidup tetapi cara yang digunakan salah. Keluarga ini
adalah keluarga yang licik, mereka menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan pekerjaan dan uang yang banyak. Kedua menampilakan
sosok sepasang suami kaya raya yang mempunya rumah mewah dan
serba berkecukupan yaitu Park Dong-ik dan istrinya Yeon-kyo. Kedua
karakter ini merupakan seseorang yang mudah sekali dipengaruhi dan
mudah percaya kepada siapapun dibalik beberapa karakternya tersebut
mereka juga seseorang yang suka merendahkan orang lain. Hal ini
diperkuat dengan narasi pendukung, cara berbicara Tn.Park dan istrinya.
Misalnya saat mereka mengatakan bau badan Tn.Kim yang sangat
menganggu dan melampaui batas. Perkataan Tn.park juga menunjukkan
adanya perbedaan strata sosial.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis pada temuan,
pada sub bab ini penulis akan mengaitkan temuan - temuan penelitian
52
analisis semiotika dari strata sosial dalam Film Parasite, dalam teori yang
sudah ada yaitu teori representasi John Fiske. Film Parasite adalah sumber
data utama penulis untuk dikaji dalam penelitian ini. Dengan
menggunakan teori John Fiske, makna dari penelitian ini akan terbentuk
sehingga penulis dapat menemukan pemikiran yang terbentuk dari susunan
kerangka berpikir, yaitu tampilan strata sosial pada Film Parasite serta
dapat menyimpulkannya.
Dari beberapa scene yang sudah dianalisis penulis, penulis
menemukan beberapa hal yang menunjukkan aspek-aspek strata sosial.
Adapun strata sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke
dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar kekuasaan, hak-hak
istimewa dan prestise. Strata Sosial lebih merujuk pada pembagian
sekelompok orang ke dalam tingkatan (strata) yang berjenjang secara
vertikal atau mengkaji tentang posisi yang tidak sederajat antar orang per
orang atau kelompok masyarakat. Suyanto dan Nawoko (2004:164).
Strata sosial atau status sosial dapat diperoleh dengan 3 cara yaitu
pertama tanpa usaha atau otomatis ada sejak lahir (ascribed status) ada
dalam masyarakat yang menggunakan sistem lapisan tertutup, kedua
dengan cara berusaha atau meraih (achieved status) dalam masyarakat ada
dalam masyaralat yang menggunakan sistem lapisan terbuka, ketiga
dengan cara kombinasi nyata diraih serta otomatis (assihned status) sebab
adanya pemberian penghargaan ataupun gelar atas jasa maupun
perjuangan. Dapat disimpulkan bahwa dasar dari strata sosial didalam
53
masyarakat dikarenakan adanya sesuatu yang berharga, diantaranya yaitu :
umur, pekerjaan, pendidikan, keturunan, fisik dan jenis kelamin, kekayaan
dan juga penghasilan, kemampuan dan kepandaian serta kekuasaan.
Pertama ascribed status merupakan status yang didapat sejak lahir
seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia dan lain
sebagainya. Bagi seseorang yang menyandang ascribed status, orang
tersebut tidak perlu berusaha atau bekerja keras untuk mendapatkan status
ini. karena, ascribed status ini adalah status yang didapatkan mengikuti
garis keturunan. Selama garis keturunan status ini tidak terputus, maka
seseorang akan mendapatkan status ini secara otomatis. Dan orang tersebut
dapat menurunkan ascribed status kepada anaknya dengan ketentuan
masing-masing. Contoh dari ascribed status yang paling mudah dipahami
dan ditemui dalam kehidupan masyarakat adalah adanya perbedaan jenis
kelamin. Jenis kelamin merupakan status sosial yang didapatkan oleh
masing-masing orang secara lahir dan tidak dapat dipilih. Seseorang yang
lahir sebagai seorang laki-laki harus menerima status sosialnya dalam
masyarakat sebagai seorang laki-laki dan berperan secara maskulin atau
juga lebih sering di sebut sebagai peran jantan. Sedangkan seseorang yang
lahir sebagai seorang perempuan akan langsung memiliki status sosial
sebagai seorang perempuan dan berperan secara feminin.
Kedua achieved status adalah status sosial yang didapat seseorang
kerena kerja keras dan usaha yang dilakukannya seperti harta kekayaan,
tingkat pendidikan, pekerjaan dll. Achieved status bersifat terbuka bagi
54
siapa saja, dalam artian, siapa saja dapat mengejar achieved status ini.
Hampir semua status yang ingin seseorang miliki dalam masyarakat harus
diperjuangkan dan usaha keras untuk dapat meraihnya. Karena itu,
achieved status ini menimbulkan dampak positif dan negatif yang dengan
mudah kita temukan dan kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dampak positif dari adanya achieved status ini di antaranya:
Meningkatkan jiwa kompetitif antar perorangan. Dengan adanya sebuah
achieved status, jiwa kompetitif antar perorangan akan meningkat karena
setiap orang berusaha untuk mendapatkan achieved status tersebut,
memotivasi diri sendiri agar selalu berusaha yang terbaik. achieved status
membuat seseorang selalu memacu dirinya sendiri agar lebih baik dari
pada orang lain, agar setiap usaha yang ia berikan dapat menghasilkan
hasil yang optimal demi pencapaian achieved statusnya, menjadikan
seseorang lebih produktif. Seseorang yang memiliki tujuan atau target pasti
lebih menata kembali hidupnya. Seseorang tersebut lebih terstruktur dalam
menjalani kehidupannya dan tidak menyia-nyiakan waktunya. Ia akan terus
melakukan hal-hal produktif agar dirinya bermanfaat dan achieved status
yang diinginkan dapat tercapai, menjadikan seseorang lebih memiliki
tujuan hidup. Seseorang yang sebelumnya menjalani hidup dengan biasa
saja, tanpa motivasi akan mendapatkan tujuan hidup yang pasti setelah
mereka memiliki hasrat untuk menggapai achieved status terebut.
Selain dampak positif, berikut dampak negatif yang diberikan oleh
achieved status ini: Munculnya persaingan tidak sehat. Dengan banyaknya
55
orang yang ingin mendapatkan sebuah achieved status, munculnya pikiran
untuk bersaing secara tidak sehat dapat dipastikan muncul dan efeknya,
terjadi kecurangan di dalam proses persaingan untuk mendapatkan
achieved status tersebut kemudian munculnya konflik antar pihak, dalam
bersaing menggapai achieved status tentu saja ada perbedaan pendapat dan
metode, beberapa orang akan mengalami konflik. Baik konflik kecil
maupun konflik hebat dengan pihak lain untuk saling memperjuangkan
keinginannya akan achieved status tersebut tak hanya itu achieved status
juga bisa menjadikan seseorang tidak memedulikan lingkungan/sekitar.
Seseorang yang mengejar achieved status hanya akan fokus terhadap
achieved status tersebut dan juga dirinya sendiri. Makah hal tersebut
menyebabkan seseorang akan acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar.
Ketiga assihned status merupakan status sosial yang diperoleh
seseorang didalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir
tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat contohnya
seperti kepala suku, ketua adat, sesepuh, gelar kepahlawanan dan lain
sebagainya. Contohnya adalah gelar kepahlawanan. Pemberian gelar
kepahlawanan ini biasanya disematkan kepada para veteran atau pahlawan
yang sudah gugur dalam memperjuangkan bangsa. Gelar kepahlawanan
tertinggi di Indonesia sendiri adalah pahlawan nasional. Orang yang
memiliki gelar ini dianggap memiliki kontribusi nyata dan memberikan
jasa yang luar biasa dan dapat diteladani sepanjang masa. Salah satu orang
yang diberi gelar ini adalah Ir. Soekarno.
56
Dibalik negara Korea Selatan yang maju ternyata masih banyak
kesenjangan atau strata sosial di Korea Selatan. Di korea masih banyak
orang yang hidup diapartement sempit semi bawah tanah. Apartement ini
disebut banjinha. Banjinha lahir dari konflik antara Korea Utara dan Korea
Selatan. Dahulu, di tahun 1968, terjadi percobaan pembunuhan terhadap
Presiden Korea Selatan, Park Chung-hee yang dilakukan oleh utusan dari
Korea Utara. Percobaan tersebut gagal, tapi akibatnya hubungan kedua
negara memburuk. Terjadi beberapa serangan terorisme yang dilakukan
oleh agen Korea Utara yang menyusup ke Korea Selatan. Akhirnya di era
tahun 1970-an, pemerintah Korea Selatan mewajibkan agar gedung-
gedung apartemen yang baru dibangun basement yang bisa berfungsi
sebagai bunker, apabila ada serangan militer dari Korea Utara. Sehingga,
terciptalah banjinha.
Film parasite juga mempunyai beberapa nilai – nilai yang nyata
di Korea Selatan. Nilai-nilai tersebut antara lain :
Pertama ketimpang sosial atau strata sosial, dari awal film
parasite ingin menonjolkan sisi strata sosial yang ada di Korea Selatan.
Dilihat dengan perbandingan keluarga Kim yang hidup serba kekurangan
dengan keluarga Park yang bergelimang harta. Bahkan keluarga kim mesti
tinggal ditempat yang tidak layak. Sebenarnya tidak hanya di Korea
Selatan yang masih ada pemukimah kumuh di ibukota banyak negara lain
termasuk Indonesia. Di Korea Selatan, ada nama daerah Guryong di
57
Gangnam. Kampung ini benar-benar terlihat begitu memprihatinkan.
Sehingga pesan dari strata sosial ini sangat nyata.
Kedua masalah pengangguran, pekerja asal Indonesia yang
bekerja di Korea Selatan tidaklah sedikit. Nyatanya di Korea Selatan juga
masih ada masalah pengangguran. Hal ini digambarkan ketika keluarga
Kim bekerja sebagai pelipat kardus pizza. Bahkan di Korea Selatan tingkat
penganggurannya semakin naik. Menurut laporan terakhir di awal 2019
tingkat pengangguran naik 0,1 persen menjadi 3,4 persen, lebih dari sejuta
orang yang menganggur.
Ketiga Prestasu Atlet yang di lupakan. Pada scene ini juga
menceritakan istri dari Kim yang bernama Chung-suk, dia adalah seorang
mantan atlet yang berprestasi saat muda, beberapa kali shoot kamera
sengaja memperlihatkan medali perak dan foto atlet. Bahkan ketika rumah
Kim kebanjiran salah satu barang yang diselamatkan adalah medali
tersebut artinya prestasi Chung-suk tidak main-main. Itulah salah satu
bukti Korea Selatan sulit menghargai prestasi seseorang.
Terakhir inflansi yang semakin meningkat. Memang inflansi ini
terjadi tidak hanya di Korea tetapi juga di berbagai negara. Akan tetapi,
dalam film parasite menyentil betapa keluarga orang kaya mengirit
lantaran tingkat inflansi yang sedang melonjak. Hal itu di tampilkan ketika
istri Park hendak memberi uang kepada Ki-woo tetapi dikurangi lantaran
tingkat inflansi yang tinggi dan khawatir akan menggerus ekonominya.
58
Konsep parasit sendiri juga menjadi semacam metafora akan
batasan tentang si kaya dan si miskin. Perbedaan strata sosial akan selalu
ada sampai kapanpun dan impian untuk berada dalam status sosial yang
sama tentu hanya impian belaka tapi itulah kenyataan yang terjadi. Namun
tentunya, masing-masing penghuni strata sosial tersebut juga memiliki
pilihan untuk melewati batasan itu atau tidak. Batasan yang nampak kabur
dan memikat bagi masing-masing pihak pada awalnya namun justru
merugikan pada akhirnya. Batasan yang sejatinya memiliki perspektif
kebahagiannya masing-masing asalkan dijalani dengan rasa syukur, jujur
dan integritas tinggi.
Pertama Rumah semi Basement keluarga Kim Ki-taek, Pada scane
ini terlihat keadaan ekonomi keluarga Kim Ki-taek serba kekurangan,
dengan rumah semi basement yang sempit, kumuh dan kecil. Berbanding
terbalik dengan keadaan keluarga Park Dong-ik, merupakan keluarga yang
kaya raya, mempunyai rumah mewah dan berkecukupan. Di Korea Selatan
menjadi salah satu tujuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) mengadu nasib.
Faktanya masyarakat asli Korea Selatan masih punya masalah dengan
pengangguran. Hal ini digambarkan keluarga Park Dong-ik dalam sehari-
hari dia dan keluarga pekerjaannya hanya melipat kardus kotak pizza untuk
memenuhi kehidupannya. Ini sejalan dengan makna strata sosial yaitu
pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat atas dasar kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise.
59
Kedua Tn.Park dan istrinya sedang membicarakan Tn.Kim, Pada
scane ini menceritakan Tn.Park dan istrinya Yeon-kyo yang sedang
berbicara di sofa, Tn.Park menyampaikan keluh kesahnya kepada Yeon-
kyo soal Bau Tn.Kim yang mulai melewati batas dengan memperjelas
bahwa bau Tn.Kim seperti kereta bawah tanah. Dengan begitu pada scene
ini mempresentasikan kalangan atas merendahkan kalangan bawah
mempunyai bau yang khas atau bau tidak sedap Pandangan strata sosial
tidak hanya pembedaan gaya hidup dalam kelompok sosial namun juga
terdapat simbol dalam menentukan strata sosial seperti simbol verbal atau
lisan. Tindakan seperti ini bisa dilakukan oleh siapa pun dan
menggolongkan perbedaan status dan peran.
Dari kedua indikator tersebut bisa dilihat bahwa film parasite
termasuk achieved status yaitu status sosial yang didapat seseorang kerena
kerja keras dan usaha yang dilakukannya seperti harta kekayaan, tingkat
pendidikan, pekerjaan dan dari kedua indikator tersebut juga dapat dilihat
melalui 3 level, yaitu:
1) level realitas, digambarkan melalui penampilan, bahasa
tubuh/perilaku riasan wajah dan gerak atau ekspresi dari para tokoh
di Film Parasite. 2) level representasi digambarkan dari segi dialog
atau suara dan shot atau pengambilan gambar pada Film Parasite. 3)
level ideologi, pada level ketiga mencakup kode-kode representasi
dihubungkan dan diorganisasikan kedalam kepercayaan dominan
60
yang ada dalam masyarakat seperti individualisme, patriaki, ras,
kelas, matrialisme dan kapitalisme dan lain sebagainya.
60
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
bagaimana tampilan strata sosial dalam Film Parasite, maka ditemukan
adanya gerakan strata sosial pada film tersebut. Strata sosial sendiri adalah
sistem pembedaan individu atau kelompok dalam masyarakat, yang
menempatkannya pada kelas-kelas sosial yang berbeda-beda secara
hierarki dan memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula
antara individu pada suatu lapisan dengan lapisan lainnya. Sistem strata
sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara bertingkat, yang diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas menengah,
dan kelas rendah.
Strata sosial yang penulis temui dalam Film Parasite lebih
mengarah pada achieved status, achieved status ini cara berusaha atau
meraih dalam masyarakat ada dalam masyaralat yang menggunakan sistem
lapisan terbuka dalam artian, siapa saja dapat mengejar achieved status ini.
Bisa juga diartikan adalah status sosial yang didapat seseorang kerena
kerja keras dan usaha yang dilakukannya seperti harta kekayaan, tingkat
pendidikan, pekerjaan dll. Pertama Rumah semi Basement keluarga Kim
61
Ki-taek, Pada scane ini terlihat keadaan ekonomi keluarga Kim Ki-taek
serba kekurangan, dengan rumah semi basement yang sempit, kumuh dan
kecil. Berbanding terbalik dengan keadaan keluarga Park Dong-ik,
merupakan keluarga yang kaya raya, mempunyai rumah mewah dan
berkecukupan. Di Korea Selatan menjadi salah satu tujuan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) mengadu nasib. Faktanya masyarakat asli Korea Selatan
masih punya masalah dengan pengangguran. Hal ini digambarkan keluarga
Park Dong-ik dalam sehari-hari dia dan keluarga pekerjaannya hanya
melipat kardus kotak pizza untuk memenuhi kehidupannya. Ini sejalan
dengan makna strata sosial yaitu pembedaan penduduk atau masyarakat ke
dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar kekuasaan, hak-hak
istimewa dan prestise. Kedua Tn.Park dan istrinya sedang membicarakan
Tn.Kim, Pada scane ini menceritakan Tn.Park dan istrinya Yeon-kyo yang
sedang berbicara di sofa, Tn.Park menyampaikan keluh kesahnya kepada
Yeon-kyo soal Bau Tn.Kim yang mulai melewati batas dengan
memperjelas bahwa bau Tn.Kim seperti kereta bawah tanah. Dengan
begitu pada scene ini mempresentasikan kalangan atas merendahkan
kalangan bawah mempunyai bau yang khas atau bau tidak sedap
Pandangan strata sosial tidak hanya pembedaan gaya hidup dalam
kelompok sosial namun juga terdapat simbol dalam menentukan strata
sosial seperti simbol verbal atau lisan. Tindakan seperti ini bisa dilakukan
oleh siapa pun dan menggolongkan perbedaan status dan peran.
62
5.2 Implikasi
5.2.1. Implikasi Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat berimplikasi pada pengembangan
pemikiran dalam kajian semiotika dan tampilan strata sosial. Penelitian
ini menggunakan teori semiotika dari John Fiske. Untuk memahami
tampilan strata sosial yang ada di dalam film Parasite, penulis
mengindentifikasi tanda menggunakan 3 level yaitu meliputi level
realitas, level representasi, dan level ideologi. Pada hasil penelitian yang
dihasilkan dari analisis scene film tersebut, menunjukkan aspek-aspek
strata sosial. Strata sosial yang penulis temui dalam Film Parasite
mengarah pada achieved status yaitu status sosial yang didapat seseorang
karena kerja keras atau usaha yang dilakukan.
5.2.2. Implikasi Praktis
Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber
tambahan untuk mengetahui gambaran mengenai strata sosial dalam
sebuah film, serta penelitian ini berimplikasi positif bagi jurusan, civitas
akademis secara umum, maupun masyarakat sebagai pembaca.
5.2.3. Implikasi Metodologis
63
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif
dengan menggunakan analisis semiotika dari John Fiske. Tanda dan
temuan yang didapat dari film berupa scene yang memperlihatkan adanya
tampilan strata sosial kemudian diidentifikasi dan di klarifikasikan
berdasarkan realitas, representasi dan ideologi.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis
mengharapkan saran yang akan disampaikan dapat dijadikan masukan bagi
semua pihak, baik bagi Universitas maupun bagi penulis selanjutnya.
Berikut adalah saran yang diberikan oleh peneliti :
a. Bagi penulis selanjutnya, penulis berharap penelitian ini dapat
digunakan sehubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan
semiotika dan tampilan mengenai strata sosial dan juga dapat
menggunakan teori yang berbeda dan mungkin bisa lebih dalam lagi
penelitiannya dari penulis.
b. Sesuai dengan judul penelitian dimana focus membahas tentang
Tampilan Strata Sosial Pada Film Parasite. Penulis mengharapkan
kepada masyarakat serta penikmat Film Parasite untuk mampu
menjadi penonton yang baik, penonton yang mau mengerti maksud
sebuah tayangan tersebut dibuat, sehingga pesan-pesan yang hendak
65
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alex Sobur. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Fiske, John. 2016. Pengantar Ilmu Komunikasi edisi ketiga. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Hasan, M.Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia.
Lee, Sunhwa and Mary C.Brinton. 1996. Elite Education and Sosial
Capital: The Case of South Korea. American Sociological
Association
Moleong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Patton (dalam HB Sutopo, 2002). Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis
Bagi Pebelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta : penerbit Mitra
Wacana Media, 2013
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfa Beta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfa Beta
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (mix methods). Bandung:
Alfa Beta
Sutopo. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS
Waluya, B. 2007 Sosiologi : Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat.
Jakarta: PT.Setia Purna.
66
Internet
https://www.google.com/search?q=strata+sosial&oq=strata+sosial&aqs=chrome..
69i57j69i59l2j0l5.2083j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8 diakses November
2019