Taman Ujung Karangasem
-
Upload
khrisna-ableh -
Category
Documents
-
view
42 -
download
0
Transcript of Taman Ujung Karangasem
TAMAN UJUNG KARANGASEM
TAMAN UJUNG KARANGASEM ini terdapat di desa Tumbu , kecamatan
Karangasem , taman ujung ini merupakan kombinasi arsitektur Bali dan Eropa .
BALAI GILI KAMBANG
Di Balai Gili kambang terdapat tempat peraduran Raja yang di keramatkan di dalam kamar
suci.di dalam kamar suci terdapat kamar tidur dan lukisan Anak Agung Anglurah Ketut
Karangasem.
RUANG RAJA KELUARGA
Di dalam ruangan ini terdapat kursi duduk dan lukisan
RUANG UNTUK PUTRA RAJA
Di dalam ruangan ini terdapat lukisan tiga (3) putra- putra raja
1) Anak Agung Gede Djalantik
2) Anak Agung Made Djelantik
3) Anak Agung Ketut Djelantik
Dengan berpakian adat tahun 1925
Foto keluarga besar raja karangasem beserta 24 putra dengan 2 orang pengasuh asing di
MASKERDAM tahun 1925. foto keluarga besar raja dan seorang menantu dari belanda (
Astri) di Puri Karta Sura Karangasem 1925.
3
SEJARAH UJUNG KARANGASEM
SEJARAH : di bangun oleh Raja Karangasem Anak Agung Gede Djelantik
tahun 1901 , kolam Dilah ( di bagian selatan ) di lanjutkan oleh Anak Agung Bagus
Djelantik tahun 1909 – 1920 ,
Kolam 1 ( di bagian barat )
Kolam 2 ( di bagian timur)
Bagunan Balai Gili Konopi , Balai Kapal , Balai Lunjuk rumah penjaga
Tahun 1920 – 1937 : Pura Manikan dan Kolam Manikan
Tahun 1937 – 1976 ; Balai Warak
Tahun 1963 : Terkena gempa bumi seririt
Tahun 1998 : tahap awal rekonstuksi ( suaka purbakala)
Tahun 2001 : Tahap kedua rekontruksi di parda karangasem
Di ujung karangasem terdapat kolam besar yang berisi ikan- ikan besar
- Balai lunjuk terdapat 97 anak tangga.
- Taman ujung karangasem ini sering dipaki trmpat pemotretan.
4
KERTA GOSA
KERTA GOSA
Sebagai bekas kerajaan, wajar
jika Klungkung mempunyai
banyak peninggalan yang saat
ini menjadi objek wisata. Salah
satunya adalah Taman Gili
Kerta Gosa, peninggalan
budaya kraton Semarapura
Klungkung. Kerta Gosa adalah
suatu bangunan (bale) yang
merupakan bagian dari bangunan komplek kraton Semarapura dan telah dibangun sekitar
tahun 1686 oleh peletak dasar kekuasaan dan pemegang tahta pertama kerajaan Klungkung
yaitu Ida I Dewa Agung Jambe.
Kerta Gosa terdiri dari dua buah bangunan (bale) yaitu Bale akerta Gosa dan Bale Kambang.
Disebut Bale Kambang karena bangunan ini dikelilingi kolam yaitu Taman Gili. Keunikan
Kerta Gosa dengan Bale Kambang ini adalah pada permukan plafon atau langit-langit bale ini
dihiasi dengan lukisan tradisional gaya Kamasan (sebuah desa di Klungkung) atau gaya
wayang yang sangat populer di kalangan masyarakat Bali. Pada awalnya, lukisan yang
menghiasi langit-langit bangunan itu terbuat dari kain dan parba. Baru sejak tahun 1930
diganti dan dibuat di atas eternit lalu direstorasi sesuai dengan gambar aslinya dan masih utuh
hingga sekarang. Sebagai peninggalan budaya Kraton Semarapura, Kerta Gosa dan Bale
Kambang difungsikan untuk tempat mengadili perkara dan tempat upacara keagamaan
terutama yadnya yaitu potong gigi (mepandes) bagai putra-putri raja.
Fungsi dari kedua bangunan terkait erat dengan fungsi pendidikan lewat lukisan-lukisan
wayang yang dipaparkan pada langit-langit bangunan. Sebab, lukisan-lukisan tersebut
merupakan rangkaian dari suatu cerita yang mengambil tema pokok parwa yaitu
Swargarokanaparwa dan Bima Swarga yang memberi petunjuk hukuman karma phala (akibat
dari baik-buruknya perbuatan yang dilakukan manusia selama hidupnya) serta penitisan
5
kembali ke dunia karena perbuatan dan dosa-dosanya. Karenanya tak salah jika dikatakan
bahwa secara psikologis, tema-tema lukisan yang menghiasi langit-langit bangunan Kerta
Gosa memuat nilai-nilai pendidikan mental dan spiritual. Lukisan dibagi menjadi enam
deretan yang bertingkat.
Deretan paling bawah menggambarkan tema yang berasal dari ceritera Tantri. Dereta kedua
dari bawah menggambarkan tema dari cerita Bimaswarga dalam Swargarakanaparwa.
Deretan selanjutnya bertemakan cerita Bagawan Kasyapa. Deretan keempat mengambil tema
Palalindon yaitu ciri atau arti dan makna terjadinya gempa bumi secara mitologis. Lanjutan
cerita yang diambil dari tema Bimaswarga terlukiskan pada deretan kelima yang letaknya
sudah hampir pada kerucut langit-langit bangunan. Di deretan terakhir atau keenam ditempati
oleh gambaran tentang kehidupan nirwana. Selain di langit-langit bangunan Kerta Gosa,
lukisan wayang juga menghiasi langit-langit bangunan di sebelah barat Kerta Gosa yaitu Bale
Kambang. Pada langit-langit Bale Kambang ini lukisan wayang mengambil tema yang
berasal dari cerita Kakawin Ramayana dan Sutasoma.
Pengambilan tema yanga berasal dari kakawin ini memberi petunjuk bahwa fungsi bangunan
Bale Kambang merupakan tempat diselenggarakannya upacara keagamaan Manusa Yadnya
yaitu potong gigi putra-putri raja di Klungkung. Daya tarik dari Kerta Gosa selain lukisan
tradisional gaya Kamasan di Bale Kerta Gosa dan Bale Kambang, peninggalan penting
lainnya yang masih berada di sekitarnya dan tak dapat dipisahkan dari segi nilai sejarahnya
adalah pemedal agung (pintu gerbang/gapura). Pemedal Agung terletak di sebelah barat Kerta
Gosa yang sangat memancarkan nilai peninggalan budaya kraton. Pada Pemedal Agung ini
terkandung pula nilai seni arsitektur tradisional Bali. Gapura inilah yang pernah berfungsi
sebagi penopang mekanisme kekuasaan pemegang tahta (Dewa Agung) di Klungkung selama
lebih dari 200 tahun (1686-1908).
Pada peristiwa perang melawan ekspedisi militer Belanda yang dikenal sebagai peristiwa
Puputan Klungkung pada tanggal 28 April 1908, pemegang tahta terakhir Dewa Agung
Jambe dan pengikutnya gugur. (Rekaman peristiwa ini kini diabadikan dalam monumen
Puputan Klungkung yang terletak di seberang Kerta Gosa). Setelah kekalahan tersebut
bangunan inti Kraton Semarapura (jeroan) dihancurkan dan dijadikan tempat pemukiman
penduduk. Puing tertinggi yang masih tersisa adalah Kerta Gosa, Bale Kambang dengan
Taman Gili-nya dan Gapura Kraton yang ternyata menjadi objek yang sangat menarik baik
dari sisi pariwisata maupun kebudayaan terutama kajian historisnya.
6
Kerta Gosa ternyata juga pernah difungsikan sebagai balai sidang pengadilan yaitu selama
berlangsungnya birokrasi kolonial Belanda di Klungkung (1908-1942) dan sejak diangkatnya
pejabat pribumi menjadi kepala daerah kerajaan di Klungkung (Ida I Dewa Agung Negara
Klungkung) pada tahun 1929. Bahkan, bekas perlengkapan pengadilan berupa kursi dan meja
kayu yang memakai ukiran dan cat prade masih ada. Benda-benda itu merupakan bukti-bukti
peninggalan lembaga pengadilan adat tradisional seperti yang pernah berlaku di Klungkung
dalam periode kolonial (1908-1942) dan periode pendudukan Jepang (1043-1945). Pada
tahun 1930, pernah dilakukan restorasi terhadap lukisan wayang yang terdapat di Kerta Gosa
dan Bale Kambang oleh para seniman lukis dari Kamasan. Restorasi lukisan terakhir
dilakukan pada tahun 1960.
RUANGAN KESENIAN
Di ruangan ini terdapat lukisan wayang kamasan / painting
Museum daerah samarajaya di remiskan pada tanggal 28 April 1992 oleh Menteri dalam
Negeri Rudini .
Lukisan kontemporer , lukisan wayang kamasan , lukisan abstrak untuk hiasan di dalam
ruangan ini terdapat benda – benda unik seperti
Barong ket atau barong ketket.
Jenis makluk yang di mitoskan dan dianggap jenis barong yang paling keramat di
bali , barong di simbolkan sebagai pihak berilmu kanan ( penegen) yaitu sebagai
lawan rangda ,perlambang ilmu kiri ( pengiwa)
- Pis bolong besar
- Piala
- Beberapa alat saji
- Rompi
RUANGAN TRADISIONAL
Di ruangan ini terdapat beberapa benda seperti ;
- Saput songket
- Kamen songket
- Gelang
- Julu hiasan
- Bilu
- Caket kuda
- Teknologi tradisional
7
- Belong
- Keris
- Siwakrana
RUANGAN PRASEJARAH
Di ruangan ini terdapat beberapa benda seperti ;
- Tempayan
No . inv : 08.01
Fungsi : sebagai tempat air
Bahan : tanah liat
- Peluru tertutup
No .inv ; 05.17
Bahan ; besi / iron
Fungsi ; senjata
- Replika stempel
- Canggahwang kertagosa
- Lesung
- Meriam
- Fragmen meriam
- Peluru meriam
Beliung
- Pahat
- Mata tombak
RUANGAN SEJARAH
Di ruangan ini terdpat benda seprti ;
- tandu kerajaan
- meja kursi persidangan
- album foto kerajaan klungkung
- surat
- naskah tulis bali
Kebudayaan bali terdiri dari unsur – unsur kebudayaan jaman prasejarah , sejarah dan
pengaruh kebudayaan modern.
8