Taksonomi Bloom
Click here to load reader
-
Upload
liana-sari-p -
Category
Education
-
view
810 -
download
1
Transcript of Taksonomi Bloom
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak
orang yang melahirkan taksonomi lain. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh
2 orang ini ada 4 buah, yaitu:
a. Prinsip metodologis
perbedaan-perbedaan yng besar telah merefleksi kepada cara-cara guru
dalam mengajar.
b. Prinsip psikologis
taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada
sekarang
c. Prinsip logis
taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten.
d. Prinsip tujuan
tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tngkatan-tingkatan nilai-
nilai. Tiap-tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak
yang netral.
Sudah banyak diketahui bahwa mula-mula taksonomi Bloom terdiri dari
dua bagian yaitu kognitif domain dan afektif domain (cognitive domain and
affective domain). Pencipta dari kedua taksonomi ini merasa tidak tetarik pada
psokomotorik domain karena mereka melihat hanya ada sedikit kegunaannya di
Sekolah Menengah atau Universitas. Akhirnya Sipson melengkapi dua domain
yang ada dengan psikomotrik domain. Namun sebenarnya pemisahan antara
ketiga domain ini merupakan pemisaha yang dibuat-buat, karena manusia
merupakan suatu kebulatan yang tidak dapat dipecah-pecah sehingga
tindakannya juga merupakan suatu kebulatan.
Taksonomi Bloom sebenarnya merupakan hasil kelompok penilai di
Universitas yang terdiri dari B.S Bloom Editor M.D. Engelhart, E. Furst, W.H.
Hill, dan D.R. Krathwohl, yang kemudian didukung pula oleh Rapl W. Tyler.
3
Secara garis besar, Bloom bersama kawan-kawan merumuskan tujuan-
tujuan pendidikan pada 3 (tiga) tingkatan:
a. kategori tingkah laku yang masih verbal.
b. perluasan kategori menjadi sederetan tujuan.
c. tingkah laku konkret yang terdiri dari tgas-tugas (task) dalam pertanyaan-
pertanyaan sebagai ujian dan butir-butir soal.
Ada 3 (tiga) ranah atau domain besar, yang terleak pada tingkatan ke-2
yang selanjutnya disebut taksonomi yaitu:
a. ranah kognitif (cognitive domain).
b. Ranah afektif (affective domain).
c. Ranah psikomotorik (psychomotor domain).1
A. Ranah Kognitif (cognitive domain).
Ranah Kognitif atau dalam bahasa Arab al-Nahiyah al-Fikriyyah adalah
ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom adalah segala
upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam rana kognitif.
Menurut Drever disebutkan bahwa ” kognisi adalah istilah umumyang
mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan
makna, penialain, dan penalaran”.
Sedangkan menurut Piaget menyebutkan bahwa ” kognitif adalah
bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian
di sekitarnya”. Pieget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam
menyusunpengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima
informasi. Selanjutnya walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai
realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun
anak juga aktif menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman,
serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi.
1Akunto Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT.Bumi Aksara 1999) hlm. 109-
110
4
Menurut Chaplin dikatakan bahwa “kognisi adalah konsep umum yang
mencakup semua bentuk mengenal, termasuk di dalamnya mengamati, melihat,
memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan,
menduga, dan menilai.
Kawasan kognititf adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran
berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke
tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi.
Dari berbagai pengertian yang telah disebutkan di atas dapat dipahami
bahwa kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk
menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran,
ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh
pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua
proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menlai, dan
memikirkan lingkungannya.2
Kawasan kognitif terdiri atas 6 (enam) tingkatan yang secara hierarkis
berurut dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai yang paling tinggi
(evaluasi) dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat
kembali (recall) atau mengenal kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-
rumus dan sebagainya. Pengetahuan atau ingatan ini adalah adalah merupakan
proses berrfikir yang paling rendah. Dalam jenjang kemampuan ini seseorang
ditumtut untuk dapat mengenali atau mengetahui adaanya konsep , fakta atau
istilah-istilah dan lain sebagainya.
Ada beberapa cara untuk dapat mengingat dan menyimpannya dalam
ingatan seperti teknik memo, mengurutkan kejadian, membuat singkatan yang
bermakna. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendanh yang
2Akunto Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT.Bumi Aksara 2012) hlm. 129-
130
5
paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar
berikutnya. Hafal menjadi prasarat bagi pemahaman. Hal ini berlaku bagi semua
bidang studi, baik bidang matematika, pengetahuan alam, ilmu social, maupun
bahasa. Misalnya hafal dalam suatu rumus akan menyebabkan faham bagaimana
menggunakan rumus tersebut, hafal dalam kata-kata akan memudahkan membuat
kalimat.
Tidaklah terlalu sukar untuk menyusun item ini. Malahan para penyusun
hasil tes belajar, secara tidak sengaja banyak tergelincir atau terperosok masuk
kedalam kawasan ini.
Dilihat dari segi bentuknya, tes yang paling banyak dipakai untuk
mengungkapkan aspek pengetahuan adalah tipe melengkapi, tipe isian dan tipe
benar-salah. Karena lebih mudah menyusunnya, orang banyak memilih tipe benar-
salah.
Karena kurang dipersiapkan dengan baik, banya item tes yang ditulis
secara tergesa-gesa sehingga terperosok kedalam pengungkapan pengetahuan
hafalan saja. Aspek yang ditanyakan biasanya fakta-fakta sperti nama orang,
tempat, teori, rumus, istilah batsan, atau hokum. Siswa hanya dituntut
kesanggupan mengingatnya sehingga jawabannya mudah ditebak.3
Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih satu dari dua atau lebih jawaban.
Contoh:
Hasil bumi yang terkenal dari daerah Temanggung adalah:
a) Padi
b) Tebu
c) Tembakau
Contoh lain: Siswa dapat menyebutkan kembali bangun-bangun geometri yang
berdimensi tiga dan siswa dapat menggambarkan satu buah segitiga sembarang.
3Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999) hlm.23-24
6
b. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai segi.
Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar-
mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan,
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya
tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal yang lain.4
Dalam taksonomi bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi
dari pada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu
ditanyakan sebab, untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu memahami dan
mengenal.
Pemahaman dapat dibedakan kedalam tiga kategori :
Tingkat rendah adalah pemahaman terjemahan (translation), mulai dari
terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dalam bahasa inggris kedalam
bahasa Indonesia.
Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran (interpretasi), yakni
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang bdiketahui berikutnya,atau
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang
pokok dan yang bukan pokok.
Pemahan tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahama
ekstrapolasi (extrapolation). Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu
melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekwensi atau
dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimesi, kasus, ataupun masalahnya.
Menyusun item tes pemahaman: Karakteristik soal-soal pemahaman
sangat mudah dikenal. Misalnya mengungkapkan tema, topic, atau masalah yang
sama dengan yang pernah dipelajari atau diajarkan, tetapi materinya berbeda.
Membuatkan contoh item pemahaman tidaklah mudah. Cukup banyak
contoh item pemahaman yang harus diberi catatan atau perbaikan sebab terjebak
kedalam item pengetahuan. Sebagian item pemahaman dapat disajikan dalam
4Akunto Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT.Bumi Aksara 1999) hlm.111-112
7
gambar, denah, diagram, atau grafik. Dalam tes objektif, tipe pilihan ganda dan
tipe benar salah banyak mengungkapkan aspek pemahaman.5
Contoh: Siswa dapat menjelaskan dengan kata-katanya sendiri tentang
perbedaan bangun geometri yang berdimensi dua dan berdimensi tiga dan siswa
dapat menerjemahkan arti kode-kode ( berita morse ) yang dikirim oleh kapal laut
yang akan berlabuh.
Contoh lain:
Di antara gambar-gambar di bawah ni yang dapat disebut sebagai segitiga
siku-siku adalah:
a)
b)
c)
Untuk dapat menentukan gambar mana yang dapat dinamakan segitiga
siku-siku maka ia harus mengubungkan konsep segitiga dan konsep siku-siku.6
c. Penerapan ( application )
Penerapan di sini diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan
pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari. Penerapan (application) adalah kesanggupan untuk
menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-
metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, serta teori-teori dalam situasi baru dan
konkret.
5Nana Sudjana, Op. Cit., hlm.24-25
6Akunto Suharsimi, Op. Cit., hlm.131-132
8
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi
khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.
Menerapkan abstraksi kedalam situasi baru disebut aplikasi. Suatu situasi akan
tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah.
Kecuali itu, ada satu unsure lagi yang perlu masuk, yaitu abstraksi tersebut perlu
berupa prinsip atau generalisasi, yakni sesuatu yang umum sifatnya untuk
diterapkan pada situasi khusus.
Karena situasi itu local sifatnya dan mungkin pula subjektif, maka tidak mustahil
bahwa isi suatu item itu baru bagi banyak orang, tetapi sesuatu yang sudah
dikenal bagi beberapa orang tertentu. Mengetengahkan problem baru hendaknya
lebih didasarkan atas realitas yang ada dimasayarakat atau realitas yang ada
dalam teks bacaan.
Mengetes aplikasi
Bloom membedakan delapan tipe aplikasi yang akan dibahas satu persatu dalam
rangka menyusun item tes tentang aplikasi :
1. Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi baru
yang dihadapi.
2. Dapat menuyusun kembali problemnya sehingga dapat menerapkan prinsip
atau generalisasi mana yang sesuai.
3. Dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau
generalisasi.
4. Dapat menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan generalisasi
tertentu. Bentuk yang banyak dipakai adalah melihat hubungan sebab-akibat.
5. Dapat mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip dan
generalisasi.
6. Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan
generalisasi tertentu.
7. Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi
situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan.
8. Dapat menjelaskan alas an menggunakan prinsip generalisasi bagi situasi baru
yang dihadapi.
9
Contoh: Siswa dapat menentukan salah satu sudut dari suatu segitiga jika
diketahui sudut-sudut lainnya dan siswa dapat menghitung panjang sisi miring
dari suatu segitiga siku-siku jika diketahui sisi lainnya.
d. Analisis (analysis)
Analisi adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsure-unsur atau
bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya atau susunannya. Analisis merupakan
kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe
sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang
komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang tetap
terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara
kerjanya, untuk hal lain lagi memahami sitematikanya.
Mengetes kecakapan analisis
Untuk membuat item tes kecakapan analisis perlu mengenal berbagai kecakapan
yang termasuk klasifikasi analisis, yakni :
1. Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pertanyaan-
pertanyaan dengan menggunakan criteria analitik tertentu.
2. Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara
jelas.
3. Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implicit atau yang
perlu ada berdasarkan criteria dan hubungan materinya.
4. Dapat mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan
menggunakan criteria seperti relevansi, sebab-akibat, dan peruntutan.
5. Dapat mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi dan pola-pola materi
yng dihadapinya.
6. Dapat meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan material
yang dihadapinya.7
Contoh: Siswa dapat mengolah data mentah melalui statistika, sehingga
dapat diperoleh harga-harga range, interval kelas, panjang kelas, rata-rata dan
7Nana Sudjana, Op. Cit., hlm.26-27
10
standar deviasinya; Siswa disuruh menerangkan apa sebab pada waktu mendung
dan ada angin kencang tidak segera turun hujan.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis (syntesis) adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari
proses berfikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu
pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Sintesis di sini diartikan
kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan meyatukan berbagai elemen dan
unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih
menyeluruh.
Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang
baru dengan jalan menggabungkan berbagai factor yang ada. Hasil yang
diperoleh dari penggabungan ini dapat berupa:
a). Tulisan
b). Rencana atau Mekanisme
Berfikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang
lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai
dalam pendidikan. Seseorang yang kreatif sering menemukan atau menciptakan
sesuatu. Kreativitas juga beroperasi dengan cara berfikir divergen. Dengan
kemampuan sintesis, orang mungkin menemukan hubungan kausal atau urutan
tertentu, atau menemukan abstraksinya atau operasionalnya.
Mengetes kecakapan sintesis
Kecakapan sintesis dapat diklasifikasikan kedalam beberapa tipe :
Kecakapan sintesis yang pertama adalah kemampuan menemukan
hubungan yang unik. Artinya, menemukan hubungan antar unit-unit yang tak
berarti dengan menambahkan satu unsur tertentu, unit-unit tak berharga menjadi
sangat berharga. Kecakapan sintesis yang kedua adalah kemampuan menyusun
rencana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau problem yang
diketengahkan. Kecakapan sintesis yang ketiga adalah kemampuan
11
mengabstraksikan sejumlah besar gejala, data dan hasil observasi menjadi terarah,
proporsional, hipotesis, skema, model, atau bentuk-bentuk lain.
Contoh: Siswa dapat menyusun rencana belajar masing-masing sesuai dengan
kebijakan yang berlaku di sekolah dan siswa dapat mengemukakan formula baru
dalam menyelesaikan suatu masalah.8
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat
dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil, dll. Dilihat
dari segi tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya suatu criteria atau standar
tertentu.
Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Mampu meberikan evaluasi tentang kebijakan mengenai
kesempatan belajar, kesempatan kerja, dapat mengembangkan partisipasi serta
tanggung jawabnya sebagai warganegara. Mengembangkan kemampuan
evaluasi yang dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis akan
mempertinggi mutu evaluasinya.
Mengetes kecakapan evaluasi
Kecakapan evaluasi seseorang setidak-tidaknya dapat dikategorikan dalam enam
tipe :
1. Dapat memberikan evaluasi tentang ketetapan suatu karya atau dokumen.
2. Dapat memberikan evaluasi satu sama lain antara asumsi, evidensi, dan
kesimpulan, juga keajegan logika dan organisasinya.
3. Dapat memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai orang dalam
mengambil suatu keputusan.
4. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan memperbandingkannya dengan karya
lain yang relevan.
5. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan criteria yang telah
ditetapkan.
8Hamzah Uno. Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara,2011) hlm.36-37
12
6. Dapat memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan menggunakan sejumlah
criteria yang eksplisit.
Contoh: Siswa dapat menilai unsur kepadatan isi, cakupan materi, kualitas analisis
dan gaya bahasa yang dipakai oleh seorang penulis makalah tertentu dan siswa
dapat menilai kualitas kemampuan pemikiran temannya berdasarkan kemampuan
dirinya.
B. Ranah Afektif
Ranah efektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila
seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil
belajar efektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak
menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar efektif tampak pada siswa
dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan
hubungan social.
Ranah afektif adalah suatu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai
interes, apresiasi ( penghargaan ) dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan
afeksi ini ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks adalah sebagai
berikut:
a. Kemauan menerima
b. Kemauan menanggapi
c. Berkeyakinan
d. Penerapan karya
e. Ketekunan dan ketelitian
Kemauan menerima. Kemauan menerima merupakan keinginan untuk
memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu, seperti keinginan membaca
buku, mendengar musik atau bergaul dengan yang mempunyai ras berbeda.
Kemauan menanggapi. Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang
menunjuk kepada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti
13
menyelesaikan tugas terstruktur, menaati peraturan, mengikuti diskusi kelas,
menyelesaikan tugas di laboratorium.
Berkeyakinan. Berkeyakinan berkenaan dengan kemauan menerima sistem
nilai tertentu pada diri individu. Seperti menunjukkan kepercayaan terhadap
sesuatu, sikap ilmiah, atau kesungguhan ( komitmen ) untuk melakukan suatu
kehidupan sosial.
Penerapan karya. Penerapan karya berkenaan dengan penerimaan terhadap
berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai
yang lebih tinggi. Seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan
tanggung jawab, bertanggung jawab terhadap hal yang telah dilakukan,
memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Ketekunan dan ketelitian. Ini adalah tingkatan afeksi yang tertinggi. Pada taraf
ini individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya
sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya, seperti bersikap objektif terhadap
segala hal.9
C. Ranah Psikomotor
Perkataan psikomotor berhubungan dengan kata “motor, sensory-motor
atau perceptual-motor”. Jadi, ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja
otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Yang
termasuk ke dalam klasifikasi gerak di sini mulai dari gerak yang paling
sederhana, yaitu melipat kertas sampai dengan merakit suku cadang televisi serta
komputer.10
Domain psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) yang bersifat manual atau motorik. Sebagaimana kedua domain yang lain,
domain ini juga mempunyai berbagai tingkatan. Urutan tingkatan mulai yang
dari sederhana sampai yang paling kompleks ( tertinggi ) adalah:
a. Persepsi
b. Kesiapan melakukan suatu kegiatan
c. Mekanisme
d. Respons terbimbing
9Ibid, hlm.37-38
10Akunto Suharsimi, Op. Cit., hlm. 135
14
e. Kemahiran
f. Adaptasi
g. Originasi
Persepsi
Persepsi berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan.
Seperti mengenal kerusakan mesin dari suaranya yang sumbang, atau
menghubungkan suara musik dengan tarian tertentu.
Kesiapan
Kesiapan berkenaan dengan kegiatan melakukan suatu kegiatan ( set ).
Termasuk di dalamnya mental set ( kesiapan mental ), physical set ( kesiapan
fisik ) untuk melakukan suatu tindakan.
Mekanisme
Mekanisme berkenaan dengan penampilan respons yang sudah dipelajari
dan menjadi kebiasaan, sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukkan
kepada suatu kemahiran seperti menulis halus, menari atau menata laboratorium.
Respon terbimbing
Respon terbimbing seperti meniru ( imitasi ) atau mengikuti, mengulangi
perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh orang lain, melakukan
kegiatan coba-coba.
Kemahiran
Kemahiran adalah penampilan gerakan motorik dengan ketrampilan
penuh. Kemahiran yang dipertunjukkan biasanya cepat, dengan hasil yang baik,
namun menggunakan sedikit tenaga seperti ketrampilan menyetir kendaraan
bermotor.
Adaptasi
Adaptasi berkenaan dengan ketrampilan yang sudah berkembang kepada
diri individu sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi ( membuat
perubahan ) pada pola gerakan seuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Hal ini
terlihat seperti pada orang yang bermain tenis, pola-pola gerakan disesuaikan
dengan kebutuhan mematahkan permainan lawan.
15
Originasi.
Originasi menunjukkan kepada penciptaan pola gerakan baru untuk
disesuaikan dengan situasi atau masalah tertentu. Biasanya hal ini dapat
dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai ketrampilan tinggi seperti
menciptakan mode pakaian, komposisi musik.11
Hasil belajar yang dikemukakan diatas sebenarnya tidak berdiri sendiri,
tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan.
Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu
telah berubah pula sikap dan perilakunya.
Dalam proses belajar-mengajar disekolah saat ini, tipe hasil belajar
kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang efektif
dan psikomotoris. Sekalipun dengan demikian tidak berarti bidang efektif dan
psikomotoris diabaikan sehingga tak perlu dilakukan penilaian.
Tipe hasil belajar ranah efektif berkenaan dengan perasaan, minat dan
perhatian, keinginan, penghargaan dll. Manakala seseorang dihadapkan kepada
objek tertentu. Misalnya bagaimana sikap siswa pada waktu belajar disekolah,
terutama pada waktu guru mengajar. Sikap tersebut dapat dilihat dalam hal :
Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru-guru.
Perhatiannya terhadap apa yang dijelaskanoleh guru.
Keinginannya untuk mendengarkan dan mencatat uraian guru.
Penghargaannya terhadap guru itu sendiri.
Hasratnya untuk bertanya kepada guru.
Sedangkan sikap siswa setelah pelajaran selesai dapat dilihat dalam hal :
Kemauannya mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut.
Kemauannya untuk menerapkan hasil pelajaran dalam praktek kehidupannya
sesuai dengan tujuan dan isi yang terdapat dalam mata pelajaran tersebut.
Senang terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikannya.
11
Hamzah Uno, Op. Cit., hlm.38-39
16
Kondisi dan karakteristik siswa diatas merupakan ciri dari hasil belajar
ranah efektif.Tipe hasil belajar ranah psikomotoris berkenaan dengan
keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman
belajar tertentu.
Kita mengambil sebuah contoh: guru IPS mengajarkan topic atau pokok bahasan
“kependudukan dan keluarga berencana” berdasarkan GBPP yang ada dalam
kurikulum bidang studi IPS di SMP. Hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh
siswa untuk ketiga ranah (kognitif-objektif-psikomotor) pada akhir pelajaran
secara sederhana adalah sbb :
Kognitif Afektif Psikomotoris
1. Menguasaimaterikependu
dukansepertipertambahan
penduduk, sebab-
sebabpendudukbertamba
h, akibat yang
ditimbulkanolehpertamba
hanpenduduk.
1. Hasratuntukmempelajari
lebihbanyakmasalahkepe
ndudukan,
kemauanuntukturutserta
mengatasikepadatanpend
uduk, mendukungupaya
yang
berkenaandenganpengen
dalianjumlahpenduduk.
1. Bertanyakepada guru
tentangmasalahkepen
dudukan,
terampildandapatmem
buatgrafikjumlahpend
uduk, membuat poster
kependudukan, dapat
member
contohakibatpertamba
hanpendudukbagikehi
dupanmanusia.
2. Memahamikonsep-
konsepkeluargaberencana
sepertipengertiandantujua
n KB, konsep NKKBS,
program KB di
Indonesia, alat-alat KB,
dll.
3. Mendukung program
KB,
kemauanmenundausiaka
win,
kemauanuntukberkeluar
gakecil,
hasratuntukmengetahuile
bihbanyaktentang
program KB.
2. Memberipenjelasante
ntangpentingnya KB
padakeluarganya/teta
ngganyamenganjurka
nkeluargakecil,
menganjurkanpenggu
naanalatkontrasepsike
padakeluarganya
yang telahmenikah.12
12
Nana Sudjana, Op. Cit., hlm.32-33
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setiap program yang dilaksanakan tentunya tidaklah berjalan dengan
lancar. Pastinya ada hal-hal yang menghambat program yang berjalan, entah dari
sisi internal maupun eksternal. Hal ini harus segera diselesaikan dengan tanggap
sehingga tidak berlarut-larut dalam pelaksanaan program yang akan dicanangkan.
Salah satu ruang lingkup untuk mengetahui segala keterhambatan yang
ada ialah ruang lingkup evaluasi. Evaluasi ialah kegiatan mengukur dan menilai
suatu program yang dilaksanakan sehingga menjadi representatif dari program
tersebut. Terlebih dalam dunia pendidikan, pastinya memiliki berbagai hambatan
dalam pembelajaran.
Para pakar pendidikan pun merumuskan berbagai macam cara agar
hambatan yang terjadi bisa segera diselesaikan. Pada akhirnya, ilmuwan amerika
bernama Benjamin. S . Bloom merancang suatu ide dengan menggambarkan suatu
susunan seperti batang tumbuhan yang dikenal dengan taksonomi bloom.
Kemudian, ide ini digunakan di suatu universitas dan akhirnya disepaskati pula
oleh Bapak evaluasi pendidikan, yaitu Ralph. W. Tyler.
Pada dasarnya, taksonomi Bloom sendiri mempunyai beberapa aspek di
dalamnya, yaitu aspek afektif dan kognitif serta psikomotorik. Namun, Benjamin
dan kawan-kawan mempunyai garis besar secara umum tujuan pendidikan yang
dibagi kedalam tingkatan-tingkatan:
Kategori tingkah laku yang masih verbal
Perluasan kategori menjadi sederetan tujuan
Tingkah laku konkret yang terdiri dari tugas-tugas dalam pertanyaan sebagai butir
soal dalam ujian.
18
Teori taksonomi bloom ini hampir digunakan di banyak negara-negara
maju karena ini mencakup seluruh ranah yang ada pada diri manusia.
Komprehensif mulai dari dasar sampai kepada tingkat paling tinggi, sehingga
tidak satu pun luput dari pengevaluasian yang dilakukan.
Kebaikan teori ini sudah terlihat dari bentuk bahasannya, yaitu
pemaparan dari beberapa tujuan-tujuan yang nantinya jika diterapkan akan
menjadikan hal yang positif bagi persoalan yang dihadapi dalam ranah pendidikan
tergantung bagaimana teori ini diolah dengan baik.
19
DAFTAR PUSTAKA
Uno Hamzah. 2011. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sudjana Nana. 1999. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.cet.6.
Kumpulan Hasil Diskusi.Evaluasi Proses Dan Hasil Belajar .2005. Jakarta :
Universitas Muhammadiyah Pro.Dr.Hamka
Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. edisi 2. Jakarta:
PT.Bumi Aksara.cet.1.
Suharsimi Arikunto. 1990. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :
PT.Bumi Aksara.cet.6.