pengaruh pendidikan, pdrb perkapita, dan penggunaan alat ...
Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur...
Transcript of Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur...
Tahun 2019
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat dan rahmat yang diberikan
sehingga Kanwil Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Kalimantan Barat
dapat menyusun dan menyelesaikan Kajian Fiskal
Regional (KFR) Tahun 2019
KFR merupakan output pelaksanaan tugas
Kanwil DJPBN yang memiliki fungsi pembinaan
koordinasi supervisi dan representasi Kementerian
Keuangan di daerah selaku pengelola fiskal
sebagaimana dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 262PMK012016 tentang Organisasi dan
Tata Kerja lnstansi Vertikal DJPBN
KFR ini disusun berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor 61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas
Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema
Analisis Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 yang diarahkan pada analisis
fiskal dan makroekonomi untuk mencapai tujuan kebijakan fiskal dan mendukung
pencapaian fungsi alokasi stabililasi dan distribusi APBN sebagai bahan informasi
untuk menyusun APBNAPBD sehingga dapat dievaluasi sejauh mana kebijakan fiskal
pemerintah telah sesuai dengan tujuan makroekonomi
Penyusunan KFR ini telah melalui proses pengumpulan data dan informasi
dari berbagai pihak sehingga substansi KFR diharapkan telah memuat informasi kondisi
fiskal Provinsi Kalimantan Barat yang komprehensif dan berguna kepada stakeholders
regional Provinsi Kalimantan Barat Kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang mendukung penyusunan KFR ini terutama berkaitan dengan penyediaan data
yang dipertukan
Kami menyadari bahwa dalam KFR ini masih terdapat banyak kekurangan
sehingga kami mohon kritik dan saran yang dapat digunakan untuk proses
perbaikan dalam penyusunan KFR di masa yang akan datang
Edih Mulyadi (Kepala Kantor Wilayah
DJPb Provinsi Kalimantan Barat)
iii
KATA PENGANTARii
DAFTAR ISIiii
RINGKASAN EKSEKUTIFv
DASHBOARD MAKRO-FISKAL REGIONALvii
BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH 7 11PENDAHULUAN1 12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN
DAERAHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah1 122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah 4 13 TANTANGAN DAERAH7
131 Tantangan Ekonomi Daerah 7 132 Tantangan Sosial Kependudukan 8 133 Tantangan Geografi Wilayah 9
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAlhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10 21 INDIKATOR EKONOMI MAKRO
FUNDAMENTAL10 211 Produk Domestik Regional Bruto 11 212 Suku bunga18 213 Inflasi 19 214 Nilai tukar21
22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN11 221 Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)22 222 Tingkat Kemiskinan 24
iv
223 Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini)24
224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran 25
23 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip26
BAB III
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT
REGIONAL 28
31 APBN TINGKAT PROVINSI28
32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL29
321 Penerimaan Perpajakan 29
322 Penerimaan Negara Bukan
Pajak 31
33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL 33
34 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 41
341 Dana Transfer Umum 41
342 Dana Transfer Khusus 42
343 Dana Desa45
344 Dana Insentif Daerah Otonomi Khusus dan Keistimewaan46
35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL 46
351 Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara) 46
352 Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD)46
353 SurplusDefisit46
36 PENGELOLAAN BLU PUSAT 47
37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT55
371 Penerusan pinjaman 55
372 Kredit program56
38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI
DAERAH 60
381 Mandatory Spending di Daerah60
382 Belanja Infrastruktur 60
BAB IV
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD63
41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) 63
42 PENDAPATAN DAERAH66
421 Dana TransferPerimbangan66
422 Pendapatan Asli Daerah68
423 Pendapatan LainLain70
43 BELANJA DAERAH70
44 PERKEMBANGAN BLU DAERAH71
45 SURPLUSDEFISIT APBD 72
46 PEMBIAYAAN 73
47 ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 74
471 Analisis Horizontal dan
Vertikalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip74
472Analisis Kapasitas Fiskal Daerahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip74
48 PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH 79
481 Belanja Daerah Sektor
Pendidikan 80
482 Belanja Daerah Sektor
Kesehatan 81
483 Belanja Infrastruktur Daerah 81
BAB V
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN ANGGARAN
KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)82
51LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN83
52PENDAPATAN KONSOLIDASIAN83
53BELANJA KONSOLIDASIAN85
54SURPLUSDEFISIT KONSOLIDASIAN88
55 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT 89
v
BAB VI
KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI
SERTA TANTANGAN
FISKAL REGIONAL 91
61SEKTOR UNGGULAN DAERAH93
62SEKTOR POTENSIAL DAERAH 99
63TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH102
BAB VII ANALISIS TEMATIK 110
BAB VIII PENUTUP helliphellip115
11KESIMPULAN115
12REKOMENDASI117
DAFTAR PUSTAKAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip120
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kinerja pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) pada tahun 2019
tercatat sebesar 500 persen Angka ini menurun jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan
ekonomi tahun sebelumnya sebesar 506 persen PDRB mengalami peningkatan
pertumbuhan sebesar 943 persen Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp4188 juta
Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4
(empat) sektor lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen)
Industri Pengolahan (1634 persen) Perdagangan Besar-Eceran serta Reparasi Mobil-
Sepeda Motor(1430 persen) dan Konstruksi (1244 persen)
Inflasi tahunan Kalbar pada tahun 2019 sebesar 263 persen atau menurun dibanding
periode yang sama pada tahun 2018 yang mencapai 399 persen tetapi masih lebih rendah
jika dibandingkan dengan tingkat inflasi secara nasional yang mencapai 268 persen Inflasi
tertinggi terjadi pada bulan Juni 066 persen dan Kelompok transportasi komunikasi dan jasa
keuangan pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen Kenaikan pada
bulan-bulan tersebut disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok
makanan jadi minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan
legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya permintaan terhadap
makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan
ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar termasuk kategori sedang dan berada
di bawah angka IPM Nasional Menurut data Badan Pusat Statistik sampai dengan saat ini
IPM Kalbar meningkat dari 6626 di tahun 2017 menjadi 6698 di tahun 2018 Berbagai upaya
telah dilakukan pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat untuk memberikan kemudahan
akses bagi masyarakat agar dapat memperoleh layanan pendidikan dan kesehatan
diantaranya pembangunan infrastruktur jalan serta sarana pendidikan dan kesehatan sejalan
dengan kebijakan Pemerintah untuk membangun dari pinggiran dan memperkuat daerah dan
desa
Jumlah penduduk miskin di Kalbar pada bulan September 2019 tercatat sebanyak
370470 orang Jumlah ini lebih rendah dari periode yang sama tahun 2018 dimana penduduk
miskin mencapai 369730 orang
Gini Ratio (ketimpangan pemerataan pendapatan) Kalbar tahun 2019 sebesar 0318
atau meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 0325 Koefisien Gini
berfluktuatif dari tahun ketahun namun masih berada pada kisaran antara 03 hingga 04 dan
masih dibawah Koefisien Gini Nasional Hal ini menunjukkan distribusi pendapatan
masyarakat dalam kategori sedang dan walaupun masih terdapat ketimpangan distribusi
pendapatan
v
Angkatan kerja tahun 2019 mencapai 2479000 orang mengalami kenaikan sebesar
91000 orang dari tahun 2018 Dari jumlah angkatan kerja tersebut 9556 persen bekerja
sedangkan sisanya sebesar 444 persen menganggur
Program Kredit Program berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM
(KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar
Rp179834 miliar (41778 debitur) jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen dan penyaluran Program Ultra Mikro
(UMi) sebesar Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018
terjadi kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen Pemerintah sangat
memperhatikan dan mengharapkan adanya perkembangan usaha serta upaya peningkatan
pertumbuhan ekonomi di wilayah Kalimantan Barat
Realisasi penerimaan perpajakan di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728
triliun naik 68 persen jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya Penerimaan pajak
dalam negeri memberikan kontribusi Rp667 triliun atau 917 persen sedangkan penerimaan
pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar atau 83 persen Pajak
Pertambahan Penghasilan (PPh) merupakan penyumbang penerimaan yang terbesar yakni
Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak Pertambahan Nilai (PPn) yakni Rp307
triliun atau 46 persen Untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) selama tahun 2019
mencapai Rp82375 miliar turun Rp3776 miliar atau 438 persen dibanding penerimaan
tahun sebelumnya PNBP tersebut bersumber dari Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
sebesar Rp42092 miliar dan PNBP lainnya Sebesar Rp40282 miliar
Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019
yaitu sebesar Rp3147 triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar
Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2098 triliun Realisasi
Belanja pemerintah pusat sebesar Rp96 triliun Sedangkan untuk Transfer ke Daerah dan
dana desa terealisasi Rp2034 triliun
Angka Pertumbuhan Ekonomidi Kalimantan Barat
Pertumbuhan Ekonomi
20172018
2019
Pagu dan Realisasi APBN 2019sd 31 Desember 2019
Pajak
PNBP
Belanja Modal
Belanja Bantuan Sosial
87
155
Realisasi
Pagu Realisasi
Rp837 T Rp729 T
Rp053 T Rp082 T
2017 2018 2019
517
500
505
510
515
520
000
506
500
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)di Kalimantan Barat
Indeks Pembangunan Manusia
20172018
2019
2017 2018 2019
6626
6600
6620
6640
6660
6680
000
6698
na
Angka Kemiskinandi Kalimantan Barat
Angka Kemiskinan
20172018
2019
2017 2018 2019
788
700
720
740
760
780
000
737
728
Angka Penganggurandi Kalimantan Barat
7000
800
Angka Pengangguran
20172018
2019
2017 2018 2019
436
400
410
420
430
440
000
426
445450
517
506
500
788
737
728
6626
6698
na
436
426
445
Gini Rasio Kalimantan Barat
03270318
2018
2019
Perkembangan Indikator Kesejahteraan Gini Rasio Kalimantan Barat
Pendapatan
Belanja
93
97
Rp1049 T Rp971 T
Rp2098 T Rp2034 T
sd 31 Desember 2019
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Transfer
Belanja Operasi
Belanja Modal
108
101
Realisasi
Pagu Realisasi
Rp376 T Rp405T
Rp2072 T Rp2085T
Pendapatan
Belanja
95
96
Rp1691 T Rp1608 T
Rp52 T Rp498 T
Belanja Tak Terduga
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pagu dan Realisasi APBD 2019
Belanja Transfer
Rp095 T Rp074T
Rp032 T Rp006T
Rp389 T Rp403T
19
104
78
Perkembangan Indikator Ekonomi
Capaian Program Prioritas Nasional (PN) Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019
Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan DasarPagu Realisasi
Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan KemaritimanPagu Realisasi
Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian Industri Pariwisata dan Jasa Produktif LainnyaPagu Realisasi
Pemantapan Ketahanan Energi Pangan dan Sumber Daya AirPagu Realisasi
Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan PemiluPagu Realisasi
85
73
95
86
89
Rp1741 M Rp1488 M
Rp230 M Rp167 M
Rp84 M Rp80 M
Rp336 M Rp289 M
Rp351 M Rp313 M
Realisasi Terhadap Pagu
Beberapa Pembangunan Hasil Dana APBN 2019 di Kalimantan Barat
Pembuatan Tempat Pembudidayaan Ikan Prodi Agrobisnis Perikanan Poltesa
Pembangunan Gedung Pembelajaran Terpadu MAN IC Sambas
Pembangunan Dermaga Speed Di Bungan Jaya
Pembangunan Infrastruktur Ekowisatadi Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun
Pengadaan dan pemasanganPenerangan Jalan Umum dengan solar cell
Pengadaan Benih Padi 445000 KgDistan TPH Prov Kalbar
Pembangun Terminal Barang Internasional Aruk Tahap III
Restorasi dan Penataan Kawasan Masjid Jami Beting Kota Pontianak
Pelapis Landasan PacuBandara Tebelian
Pembangunan Pasar Rakyat Tampun Juah Kab Sanggau
Pembangunan Jembatan Komposit 11 Meter (5 Unit) di Kab Kayong Utara
Pembangunan Konstruksi Pasar Rakyat Kyai Bandar Laut di Kab Ketapang
KPPN SINGKAWANG
KPPN PONTIANAK
KPPN PUTUSSIBAU
KPPN SANGGAU KPPN
SINTANG
KPPN KETAPANG
Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Nanga Era
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Sanggau
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Bengkayang
Revitalisasi Pasar Sukadana di Kab Kayong Utara
Realisasi Dana Desa
2017 2018 2019Realisasi Dana Desa
Pagu Realisasi
Rp1695 M Rp1693 M
Rp1616 M Rp1615 M20172018
Rp1992 M Rp1987 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
2000 M
1900 M
1800 M
1700 M
1600 M
1500 M
(Rp)
997998
999
2017 2018 2019Pagu DAK Fisik
Pagu Realisasi
Rp2457 M Rp2281 M
Rp2998 M Rp2794 M20172018
Rp2614 M Rp2447 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
3000 M
2800 M
2600 M
2400 M
2200 M
2000 M
(Rp)
931
928
999
936
Realisasi DAK Fisik
Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik
2017 2018 2019Pagu DAK Fisik
Pagu Realisasi
Rp2457 M Rp2281 M
Rp2998 M Rp2794 M20172018
Rp2614 M Rp2447 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
3000 M
2800 M
2600 M
2400 M
2200 M
2000 M
(Rp)
931
928
999
936
Realisasi DAK Fisik
Realisasi Kredit Ultra Mikro (UMi)
2017 2018 2019Jumlah Debitur
Debitur Realisasi
2124 Rp84 M
1913 Rp44 M20172018
Rp104 M2019
10 M
8 M
6 M
4 M
2 M
(Rp)
1913
2124
Realisasi UMi
2342
2737 12 M
Jumlah DebiturRealisasi UMi
Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)
2017 2018 2019
Debitur Realisasi
41511 Rp1615 M
34704 Rp1120 M20172018
44498 Rp1808 M2019
2000 M
1800 M
1600 M
1400 M
1200 M
(Rp)
34704
41511
44498
Jumlah DebiturRealisasi KUR
BAB I
SASARAN
PEMBANGUNAN
DAN TANTANGAN
DAERAH
Pulau Karimata Kayong UtaraMerupakan pulau dengan status Suaka Alam L a u t ( S A L ) y a n g m e n a w a r k a n p e s o n a ekosis tem terumbu karang hutan panta i hutan mangrove sampai dengan ekosistem perbukitan tinggi
1
11 PENDAHULUAN
Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di
daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata Oleh sebab itu untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur
pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian
anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD Sesuai dengan Undang-Undang
Keuangan Nomor 17 Tahun 2003 pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan
negara adalah Presiden sedangkan di daerah adalah GubernurBupatiWalikota oleh
karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah maka diperlukan sinergi
dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan
dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien
Selanjutnya kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan
daerah dalam memastikan efektifitasnya Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat
alokasi distribusi dan stabilisasi maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu
meningkatkan perbaikan dan kualitas indicator-indikator ekonomi makro dan
kesejahteraan di daerah Oleh karena itu kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari
perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan
Tidak terlepas dari hal tersebut maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi
perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan
terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi sosial-
kependudukan serta tantangan wilayahnya sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui
program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi
12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Masa jabatan Gubernur Kalimantan Barat periode 2018-2023 merupakan periode
lima tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kalimantan Barat Tahun 2005-2025 Dalam RPJPD dikemukakan bahwa visi
pembangunan jangka panjang Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2025 adalah
ldquoKalimantan Barat Bersatu dan Majurdquo
2
Visi misi dan arah pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJPD 2005-
2025 menjadi acuan dalam merumuskan visi pembangunan daerah tahun 2018ndash2023
yaitu ldquoTerwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Barat Melalui
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Dan Perbaikan Tata Kelola
Pemerintahanrdquo Pada kepemimpinan 5 (lima) tahun mendatang percepatan
pembangunan infrastruktur akan menjadi fokus utama
Sementara itu misi pembangunan Provinsi Kalimantan Barat yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut
1 Mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur
Percepatan pembangunan infrastruktur ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah serta perbatasan Indeks infrastruktur
Kalimantan Barat direncanakan mencapai 5993 di Tahun 2019
Sasaran dari misi ini adalah peningkatan ketersediaan infrastruktur pasokan
tenaga listrik jaringan transportasi (yang meliputi pelayanan konektivitas dan
keselamatan) kapasitas dan kualitas jalan ataupun jembatan Pengelolaan
Sumber Daya Air kualitas infrastruktur permukiman perdesaan (sesuai dengan
Indeks Desa Membangun) maupun perkotaan ketaatan terhadap rencana tata
ruang meningkatnya Infrastruktur daerah serta perbatasan
2 Mewujudkan tata kelola pemerintahan berkualitas dengan prinsip-prinsip Good
Governance
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan
daerah dengan target Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai SAKIP Prov
Kalimantan Barat mencapai A pada tahun 2025
Hal ini ditunjukkan dengan sasaran peningkatan pada kualitas Kelitbangan
untuk mendukung kebijakan daerah Indeks Kepuasan Pelayanan DPRD
pelayanan umum pengelolaan administrasi keuangan dan aset di lingkungan
Sekretariat Daerah dan Rumah Jabatan kelembagaan perangkat daerah yang
tepat fungsi dan tepat ukuran penyelenggaraan ketatalaksanaan pemerintah
daerah penataan sistem manajemen SDM Aparatur berdasarkan merit system
Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Desa Pengelolaan Arsip Daerah pembinaan
dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah terselenggaranya Penataan
Daerah dan Pembinaan Wilayah terkoordinirnya dan tertatanya kegiatan
kerjasama dalam negeri dan luar negeri dalam menunjang pembangunan di
Provinsi Kalimantan Barat meningkatnya pengelolaan wilayah perbatasan
meningkatnya komunikasi kebijakan pembangunan daerah
3
3 Mewujudkan masyarakat yang sehat cerdas produktif dan inovatif
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dengan indikator sasaran
peningkatan IPM dari angka 6626 menjadi 672 di tahun 2019 Sasaran misi ini
adalah meningkatkan kualitas pendidikan kebudayaan dan literasi peningkatan
kualitas kesehatan meningkatkan kualitas pemuda meningkatakan capaian
indeks pembangunan gender dan Indeks pemberdayaan gender meningkatakan
perlindungan terhadap perempuan dan anak meningkatkan ketersediaan
keterjangkauan dan pemanfaatan pangan meningkatakan fasilitasi program KB
Keluarga Sejahtera dan Pengendalian Penduduk
4 Mewujudkan masyarakat sejahtera
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarat secara merata
mengurangi kemiskinan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi dari 506
ditargetkan 520 pada tahun 2019 dan jumlah desa mandiri dari 1 ditargetkan
mencapai 63 desa mandiri Selanjutnya tujuan lainnya adalah mengurangi
kemiskinan dan pengangguran dengan target menurunkan angka tingkat
penggangguran terbuka dari 413 menjadi 390 pada tahun 2019 Beberapa
sasarannya terkendalinya penyakit menular strategis zoonosis meningkatnya
produksi peternakan terwujudnya kedaulatan pangan sektor keluatan dan
perikanan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produksi perikanan
5 Mewujudkan masyarakat yang tertib
Hal ini bertujuan meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat
Sasaran dari misi ini adalah meningkatkan skor Indeks Demokrasi Aspek
Kebebasan Sipil dari 9715 menjadi 9735 di tahun 2019 penyelenggaraan
pelayanan Trantibumlinmas meningkatnya jumlah orang atau kelompok
masyarakat miskin yang memperoleh bantuan hukum litigasi dan non litigasi
meningkatnya upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam rangka pengurangan
risiko bencana meningkatkan penanganan kedaruratan dan pendistribusian
logistik pada daerah terkena bencana meningkatkan penanganan rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana
6 Mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan
target sasaran Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kalimantan Barat Tahun 2019
di angka 6620 Dengan sasaran lainnya menurunnya luas kerusakan Kawasan
hutan melalui rehabilitasi hutan dan layanan krisis dan ketaatan terhadap
pencana tata ruang meningkat
4
122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dijabarkan ke
dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan
pembangunan tahunan yang disusun berikut rancangan prioritas dan sasaran
pembangunan daerah
a Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Kondisi infrastruktur di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2018 apabila
dilihat dari Indeks Infrastruktur adalah sebesar 5661 Angka Indeks Infrastruktur
merupakan indeks yang menggambarkan kondisi infrastruktur di Kalimantan Barat
pada tahun 2018 yang meliputi variabel Jalan Kondisi Mantap Provinsi sebesar
4971 Irigasi Kondisi Mantap sebesar 4676 Rumah Tangga Bersanitasi
sebesar 4838 Rumah Tangga dengan Air Bersih sebesar 5520 dan Rasio
Elektrifikasi sebesar 83 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan
dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas
Perhubungan dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kalimantan Barat
Untuk tahun 2020 indeks infrastruktur Kalimantan Barat ditargetkan
meningkat menjadi 6300 yang tentunya merata di seluruh Kabupaten Kota di
Kalimantan Barat
Tabel I1
Target Indeks Infrastruktur Kalimantan Barat Tahun 2020 Indikator Kondisi
Awal (2018)
Taget
2019 2020
1 2 3 4
Persentase Panjang Jalan Provinsi Dalam Kondisi Mantap
4971 5668 6219
Rumah Tangga Sanitasi 4838 5188 5549
Persentase Akses Penduduk Air Minum
5520 5830 6120
Rasio Elektrifikasi 8300 8500 8700
Persentase Irigasi Provinsi dalam Kondisi Baik
4676 4778 4890
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tahun 2020 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMD Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2018 ndash 2023 dimana tahun 2020 ditetapkan sebagai
Tahap Percepatan (Pemerataan infrastruktur dasar dan aksesibilitas antar wilayah
dalam rangka percepatan mewujudkan desa mandiri) Pembangunan dalam tahap
kedua lebih diarahkan pada upaya peningkatan status desa menuju desa mandiri
Apalagi bila dikaitkan dengan target RPJMD yang menetapkan sasaran pada
pencapaian desa mandiri tahun 2023 kurang lebih 400 desa mandiri Oleh karena
itu salah satu pilihan strategi yang memiliki dampak bagi peningkatan status desa
5
mandiri diantaranya melalui Pemerataan infrastruktur dasar serta pemerataan
aksesibilitas antar wilayah
b Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah
Kualitas tata kelola pemerintahan daerah di Provinsi Kalimantan Barat yang
diukur melalui Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah berada pada kondisi baik dimana nilai Indeks Reformasi
Birokrasi berada pada nilai B Dan Nilai SAKIP berada pada predikat B dengan
nilai 6401 Untuk Kabupaten Kota di Kalimantan Barat dari 14 Kabupaten Kota
hanya 1 daerah yaitu Kota Pontianak yang sudah mendapatkan predikat BB pada
nilai SAKIP12 kabupaten dengan predikat B dan yang lainnya masih berada
pada predikat CC dan C pada tahun 2018
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa
Perangkat Daerah yaitu Biro Adminsitasi Pembangunan dan Pengadaan Barang
dan Jasa Biro Pengelolaan Aset Biro Hukum Biro Humas dan Protokol serta Biro
Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Barat Selain itu juga didukung
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Kepegawaian Daerah
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Penelitian dan
Pengembangan Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Daerah Provinsi Kalimantan Barat
c Mewujudkan Masyarakat Sejahtera
Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan melalui beberapa
indikator yaitu
- Pertumbuhan Ekonomi tahun 2018 ada di angka 506 tahun 2019 535 dan
ditargetkan tumbuh 535 pada tahun 2020
- Penurunan Angka Kemiskinan sebelumnya 737 (2018) 692 (2019)
ditargetkan 643 pada tahun 2020
- Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka sebelumnya 413 (2018) 390
(2019) ditargetkan menurun 363 pada tahun 2020
- Gini Rasio Kalimantan Barat ditargetkan menjadi 032 pada tahun 2020
- Jumlah Desa Mandiri di Kalimantan Barat dari 1 (2018) 63 (2019 namun
tercapai 87) ditarget 159 desa pada tahun 2020
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa
Perangkat Daerah yaitu Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Dinas
Perkebunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pangan
Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Kehutanan Dinas Kelautan dan
Perikanan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pemuda Olahraga dan
6
Pariwisata Dinas Koperasi dan UKM Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Sosial Pada tahun 2020
berikut target mewujudkan masyarakat sejahtera
Tabel I2
Target Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Tahun 2020
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tabel I3
Target Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kota Tahun 2020 No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 850 ndash 842 842 ndash 833
2 Bengkayang 742 ndash 738 738 ndash 736
3 Landak 1319-1212 1212-1202
4 Mempawah 584 ndash 582 582 ndash 581
5 Sanggau 457 ndash 455 455 ndash 451
6 Ketapang 1163-1093 1093-1084
7 Sintang 1027-1018 1018-1015
8 Kapuas Hulu 1001-938 938-931
9 Sekadau 647-640 640-638
10 Melawi 1277-1250 1250-1247
11 Kayong Utara 1006-986 986-983
12 Kubu Raya 540 ndash 522 522-518
13 Kota Pontianak 536-535 535-534
14 Kota Singkawang 578 ndash 535 535 ndash 531
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tabel I4
Target Tingkat Penganggauran Terbuka Kabupaten Kota Tahun 2020
No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 334 ndash 332 332 ndash 329
2 Bengkayang 240 ndash 238 238 ndash 235
3 Landak 229 ndash 226 226 ndash 224
4 Mempawah 617 ndash 615 615 ndash 543
5 Sanggau 247 ndash 243 243 ndash 239
No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 525 ndash 529 533 ndash 537
2 Bengkayang 584 ndash 602 610 ndash 620
3 Landak 525 ndash 529 530 ndash 533
4 Mempawah 521 ndash 529 535 ndash 537
5 Sanggau 471 ndash 492 509 ndash 513
6 Ketapang 741 ndash 761 771 ndash 781
7 Sintang 539 ndash 545 549 ndash 551
8 Kapuas Hulu 542 ndash 548 550 ndash 554
9 Sekadau 583 ndash 585 587 ndash 589
10 Melawi 488 ndash 497 501 ndash 506
11 Kayong Utara 545 ndash 550 551 ndash 553
12 Kubu Raya 673 ndash 683 690 ndash 696
13 Kota Pontianak 550 ndash 562 585 ndash 591
14 Kota Singkawang 576 ndash 600 615 ndash 623
7
6 Ketapang 323 ndash 321 321 ndash 319
7 Sintang 158 ndash 156 232 ndash 230
8 Kapuas Hulu 280 ndash 274 156 ndash 154
9 Sekadau 315 ndash 311 274 ndash 268
10 Melawi 39 ndash 392 311 ndash 307
11 Kayong Utara 393 ndash 392 392 ndash 391
12 Kubu Raya 656 ndash 643 643 ndash 629
13 Kota Pontianak 505 ndash 493 493 ndash 481
14 Kota Singkawang 542 ndash 535 535 ndash 528
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
d Mewujudkan Masyarakat yang Tertib
Misi ini bertujuan untuk meningkatkan ketentraman dan ketertiban
masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat Keberhasilan pencapaian misi ini
ditunjukan dengan indikator yaitu tidak adanya Konflik Sosial yang terjadi di
Kalimantan Barat dan meningkatnya indeks kebebasan sipil dari 9715 (2018)
menjadi 9735 (2019) sementara itu tahun 2020 ditargetkan mendapat 9755
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa Perangkat
Daerah yaitu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Satuan Polisi Pamong Praja
Biro Hukum Sekretariat Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Provinsi Kalimantan Barat
e Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Misi mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan bertujuan untuk
meningkatnya kualitas lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Barat
Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan indikator Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup mencapai angka 6620 (2019) dan tahun 2020 ditargetkan
pada angka 6640 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh
beberapa Perangkat Daerah yaitu Dinas Perumahan Rakyat Kawasan
Permukiman dan Lingkungan Hidup Dinas Kehutanan dan Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Barat
13 TANTANGAN DAERAH
131 Tantangan Ekonomi Daerah
Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan merupakan kekuatan utama
perekonomian di Kalimantan Barat PDRB sektor pertanian tumbuh 50 persen dan
memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan
Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019 Sektor Pertanian Kehutanan dan
Perikanan banyak disumbang oleh hasil Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan
Karet Sejalan dengan tersebut serapan tenaga kerja di Kalimantan Barat cukup
mencerminkan kesesuaian dengan struktur PDRB Lapangan usaha penyerap tenaga
kerja utama di Provinsi Kalimantan Barat adalah lapangan usaha pertanian Dengan
8
demikian upaya mempertahankan maupun meningkatkan kinerja lapangan usaha
pertanian di Kalimantan Barat perlu menjadi perhatian serius
Sementara itu terkait dengan ketenagakerjaaan Kalimantan Barat tahun 2019
jumlah penduduk pencari kerja meningkat sebesar 577 persen dibandingkan dengan
Agustus 2018 Meningkatnya jumlah pengangguran disebabkan adanya penurunan
penyerapan tenaga kerja pada beberapa lapangan usaha Dalam evaluasi RKPD
Tahun 2020 juga dicantumkan mengenai permasalahan tingginya angka
pengangguran di Kalimantan Barat sehingga perlu dilakukan langkah kongkrit dalam
upaya mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan kerja yang
berkualitas Selain itu permasalahan lainnya tenaga kerja belum terserap sesuai
pasar kerja dan belum terserap secara maksimal di berbagai sektor lapangan usaha
Dilihat dari segi pembiayaan pemerintah sudah meluncurkan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) untuk mempermudah pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan
yang murah KUR ditargetkan secara nasional 60 persennya menyasar pada sektor
produktif Sehingga sesuai dengan sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan yang
menjadi kekuatan Kalimantan Barat Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada
Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp 179 Triliun Pemerintah Daerah perlu
menseriusi perannya sebagai penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima
KUR Harapannya UMKM dapat mendorong perekonomian Kalimantan Barat
Dari segi infrastruktur kondisi jalan Provinsi dari tahun 2013 hingga tahun 2017
dalam kondisi mantap terus mengalami perbaikan akan tetapi pada tahun 2018
persentase jalan provinsi dalam kondisi mantap mengalami penurunan menjadi
sebesar 4971 persen Sejalan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo pada tahun
2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur pembangunan jalan juga menjadi fokus
dari Pemerintah Dearah Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam
proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai
Jalur Transportasi bagi masyarakat dan kondisi jalan akan sangat berpengaruh
133 Tantangan Sosial Kependudukan
Berdasarkan data Agregat Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018 semester II berjumlah sekitar 5422814 jiwa 5148 persen atau 2791477
jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4852 persen atau 2631337 jiwa adalah
perempuan Dengan luas wilayah 147307 Km2 maka kepadatan penduduk
Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 37 jiwa km2
Berdasarkan kelompok umur sebesar 6980 persen atau sebanyak 3784929
jiwa merupakan kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun) Tingginya penduduk
usia produktif memberikan keuntungan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat
9
Sementara itu untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2018 yakni sebesar 2529
persen atau sebanyak 1371397 jiwa sedangkan untuk penduduk usia lanjut usia
(kelompok 65 tahun ke atas) sebesar 491 persen atau sebanyak 266488 jiwa
Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengetahui seberapa banyak
penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas Pendidikan sesuai
dengan jenjang pendidikannya Selama periode 2014-2018 APM SDMI telah berada
di atas angka 90 persen Hal ini menunjukkan sebesar 90 an persen penduduk
kelompok umur 7-12 tahun bersekolah dijenjang SD sementara APM SMPMTS masih
di angka 70 persen dan APM SMASMKMTS masih di bawah 70 persen Berdasarkan
Pendidikan Penduduk Provinsi Kalimantan Barat pada Semester I Tahun 2019
terdapat 146 juta belumtidak sekolah 804 ribu tamat SDSederajat 147 tamat
SDSederajat 700 ribu tamat SLTPSederajat 767 ribu tamat SLTASederajat 53 ribu
menempuh Pendidikan D1D2 53 ribu menempuh pendidikan akademiD3S Muda
133 ribu menempuh pendidikan D4S1 4 ribu menempuh Pendidikan S2 dan 444
menempuh Pendidikan S3
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Barat masih
terdapat 524 persen balita dengan status gizi buruk dan 1859 persen balita dengan
status gizi kurang Balita gizi buruk dan gizi kurang tersebar di 14 (empat belas)
kabupatenkota se-Kalimantan Barat Kabupaten Melawi merupakan Kabupaten
dengan persentase balita dengan status gizi buruk sebsar 869 persen Sedangkan
Kabupaten Sambas merupakan Kabupaten dengan persentase balita dengan status
gizi kurang terbesar yakni 2605 persen Jika dibandingkan hasil Riskesdas tahun
2013 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 telah mengalami
penurunan
133 Tantangan Geografi Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat merupakan Provinsi terluas ke-4 di Indonesia dengan
luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih luas dari seluruh pulau Jawa
Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (6302) dan areal
perkebunan mencapai 2469386 ha atau 1682 persen Sementara itu areal untuk
pemukiman hanya berkisar 035 persen
Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019
Dengan luas wilayah ini menjadi tantangan pemerintah membuka akses jalan antar daerah yang banyak terpisah oleh sungai dan hutan Pembangunan infrastruktur menjadi kunci utama Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai Jalur Transportasi bagi masyarakat
Danau Sentarum Kapuas HuluPada musim penghujan tiba Danau Sentarum akan tergenang air selama 6-14 meter Sementara itu pada musim kemarau 80 persen air danau akan mengering
BAB II
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
EKONOMI
REGIONAL
10
21 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL
211 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010 (ADHK) Provinsi
Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar Rp13712 triliun sedangkan berdasarkan
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai sebesar Rp21232 triliun dengan PDRB
per kapita mencapai sebesar Rp4188 juta Sementara itu PDB Indonesia tahun 2019
mencapai Rp158339 triliun dan kontribusi PDRB Provinsi Kalimantan Barat hanya
sebesar 134 persen terhadap pembentukan PDB nasional
Tabel II1
PDRB Atas Dasar Berlaku dan Harga Konstan Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (triliun rupiah)
No PDRB Tahun 2018 Total Tahun 2019 Total
I II III IV I II III IV
1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
4692 4643 4986 5095 19403 4689 5060 5452 5586 21232
2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan
3215 3136 3328 3385 13058 3376 3294 3491 3545 13712
3 Laju Pertumbuhan Kalbar
511 518 501 507 506 507 508 495 466 500
4 Laju Pertumbuhan Nasional
506 527 517 518 517 518 507 505 497 502
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
a Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019
mengalami perlambatan yaitu hanya 500 persen apabila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yaitu sebesar 506 persen dan lebih rendah jika dibandingkan
dengan kinerja perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 502 persen hal ini
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian
11
Grafik II1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
Sumber data BPS Kalbar 2019(diolah)
Tren pertumbuhan ekonomi per-triwulanan Kalimantan Barat tahun 2019
mengalami penurunan sejak triwulan II sebesar 508 persen menjadi 466 persen
pada triwulan IV hal ini dialami juga pertumbuhan ekonomi nasional yang
cenderung menurun sejak triwulan I sebesar 518 persen menjadi 497 persen
pada tiwulan IV Penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulanan tahun 2019
utamanya didorong oleh Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
sebesar 661 persen Real Estate sebesar 543 persen dan Jasa Perusahaan
sebesar 483 persen
b Nominal PDRB
PDRB Kalimantan Barat atas dasar harga yang berlaku tahun 2019 adalah
sebesar Rp21232 triliun atau naik 943 persen dibandingkan tahun sebelumnya
dimana pertumbuhan yang dominan adalah sektor pembentuk Jasa Lainnya
Industri Pengolahan dan Jasa Kesehatan dan Sosial sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2019 adalah sebesar Rp13712 triliun atau naik 501 persen
dibandingkan tahun 2018
1) PDRB Menurut Pengeluaran
Perkembangan PDRB dari menurut pengeluaran ADHK secara triwulanan
pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan pada triwulan III dan IV khusus
untuk triwulan IV dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seluruh komponen
terjadi peningkatan kecuali komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 869
persen dan komponen Pengeluaran Konsumsi LNRT sebesar 233 persen
12
Tabel II2
PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat atas dasar Harga Konstan (ADHK)
No Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)
I II III IV
1 Konsumsi Rumah Tangga 1794 1843 1813 1825
2 Konsumsi LNRT 041 043 043 042
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 345 355 386 469
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 968 997 1045 1087
5 Perubahan Inventori 090 (060) - 131
6 Ekspor 347 390 449 410
7 Impor 163 274 321 419
PDRB 3376 3294 3491 3545
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Laju pertumbuhan PDRB (ADHK) menurut pengeluaran selama tahun 2018
dan tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel II3
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran
No Komponen 2018 2019
(triliun Rp)
() (triliun Rp)
()
1 Konsumsi Rumah Tangga 6965 564 7275 496
2 Konsumsi LNPRT 156 968 169 886
3 Konsumsi Pemerintah 1490 382 1555 502
4 Modal Tetap Bruto 4041 282 4097 139
5 Perubahan Inventori 115 - 161 -
6 Ekspor Barang Jasa 1486 366 1596 1012
7 Impor Barang dan Jasa 1189 2864 1177 586
PDRB 13058 506 13712 500
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Kalimantan Barat 2019
yang tertinggi adalah komponen Ekspor Barang dan Jasa yaitu 1012 persen
dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun selanjutnya adalah Konsumsi
LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan jasa utamanya
berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan
Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet
Perkembangan PDRB menurut pengeluaran ADHB secara triwulanan
tahun 2019 cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya kecuali
komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 124 persen
13
Tabel II4
PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
` Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)
I II III IV
1 Konsumsi Rumah Tangga 2785 2847 2817 2824
2 Konsumsi LNRT 066 069 067 072
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
496 531 634 746
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1604 1634 1727 1851
5 Perubhan Inventori 166 (093) - 141
6 Ekspor 432 685 646 638
7 Impor 337 613 524 686
PDRB 4689 5060 5452 5586
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Distribusi PDRB (ADHB) menurut pengeluaran selama tahun 2018 dan
tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel I5
Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
No Komponen 2018 2019
(triliun Rp)
() (triliun Rp)
()
1 Konsumsi Rumah Tangga 10478 5436 11273 5321
2 Konsumsi LNPRT 233 122 274 129
3 Konsumsi Pemerintah 2259 1161 2407 1129
4 Modal Tetap Bruto 6312 3302 6816 3210
5 Perubahan Inventori 257 091 214 098
6 Ekspor Barang dan Jasa 1954 1009 2401 1185
7 (-) Impor Barang dan Jasa 2250 1101 2160 1111
PDRB 19403 10000 21232 10000
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
PDRB (ADHB) Kalbar tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar
Rp1829 triliun (943 persen) menjadi sebesar Rp21232 triliun dibandingkan
tahun 2018 Konsumsi rumah tangga memiliki porsi hingga 5321 persen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3210 persen dan konsumsi
Pemerintah hanya sebesar 1129 persen Sebagai komponen utama PDRB
konsumsi rumah tangga meningkat sebesar Rp795 triliun (759 persen) seiring
dengan membaiknya tingkat pendapatan per kapita masyarakat Kalimantan
Barat meningkat menjadi sebesar 4188 juta atau 797 persen dari tahun yang
14
lalu namun tidak diikuti kontribusinya yang mengalami penurunan sebesar 115
persen
a) Konsumsi
Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar
2019 terhadap Laju pertumbuhan komponen Konsumsi Rumah Tangga
mengalami penurunan sebesar 068 persen dibandingkan tahun
sebelumnya walaupun dari segi nilai nominal ADHB terjadi peningkatan
sebesar Rp795 triliun atau 759 persen yang disebabkan oleh pergeseran
pola konsumsi masyarakat akibat perkembangan teknologi yakni
pergeseran jenis konsumsi masyarakat dari barang-barang konsumsi
(makanan minuman barang-barang lainnya) kepada kebutuhan lainnya
(jasa kesehatanpendidikanrekreasi)
Tabel I6
Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar 5438 5436 5321
2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 9651 10478 11273
3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 6590 6965 7275
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 456 564 496
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
b) Investasi
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMBT) kontribusinya terhadap PDRB
tahun 2019 adalah sebesar 3210 persen turun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang sebesar 3302 sementara itu secara nominal berdasarkan
ADHB nilainya naik sebesar Rp504 miliar dan laju pertumbuhan
komponennya turun sebesar 143 persen dibandingkan dengan tahun 2018
Tabel I7
Pengaruh Komponen PMTB terhadap PDRB Kalimantan Barat 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 3371 3302 3210
2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 5982 6312 6816
3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 3930 4041 4097
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 233 282 139
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat
pada tahun 2019 mencapai sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25
15
triliun atau 1897 persen dibandingkan dengan tahun 2018 Realisasi
investasi PMDN dan PMA belum sesuai dengan target RPJMD Provinsi
Kalimantan Barat yang ditetapkan sebesar sebesar Rp1875 triliun
Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing
sebesar Rp799 triliun mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya Rp14 triliun sedangkan realisasi investasi PMDN sebesar
Rp769 triliun juga mengalami penurunan sebesar Rp11 triliun Hal ini terjadi
tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa
mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah yang
akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single
Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi
oleh berbagai instansi terkait baik di pusat dan daerah
Grafik II2
Perkembangan Investasi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
SumberBPMPTSP Prov Kalbar
c) Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah pada tahun 2019 memberikan kontribusi
terhadap perekonomian Kalimantan Barat sebesar 1129 persen menurun
dibanding tahun sebelumnya yakni 1161 persen dilihat secara nominal
mengalami kenaikan sebesar Rp148 triliun Laju pertumbuhan mengalami
peningkatan yaitu sebesar 502 persen kebijakan pemerintah pusat yang
cenderung meningkatkan Belanja Negara hingga sebesar Rp87030 miliar
sekitar 287 persen dan juga transfer ke daerah khususnya Dana Desa
sebesar Rp29671 sekitar 1750 persen maka Pemda diharapkan semakin
kreatif dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk pembangunan di
daerah dalam rangka stabilitas pertumbuhan ekonominya
Tabel I8
Pengaruh Komponen Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
16
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 116 1161 1129
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 2059 2259 2407
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1432 1490 1555
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 521 382 502
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
d) Ekspor dan Impor
Kontribusi ekspor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019
sebesar 1185 persen mengalami kenaikan 176 persen dibandingkan tahun
sebelumnya secara nominal terjadi kenaikan sebesar Rp447 triliun
termasuk laju pertumbuhan komponen ekspor juga mengalami kenaikan
sebesar 646 persen dibandingkan tahun 2018
Tabel I9
Pengaruh Komponen Ekspor Barang dan Jasa terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Kinerja ekspor Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai US$116866
juta mengalami kenaikan US$16770 juta dibandingkan dengan tahun 2018
peningkatan didukung oleh naiknya Komoditas ekspor Biji Kerak dan Abu
Logam sebesar US$17422 atau 7871 persen Lemak dan Minyak
HewanNabati sebesar US$5517 atau 7193 persen dan Karet dan Barang
dari karet US$3081 atau 5555 persen dan terjadi penurunan terhadap
volume dan nilai ekspor alumina serta minyak kelapa sawit atau CPO karena
adanya pembatasan dari Uni Eropa
Komoditas ekspor utama adalah Biji Kerak dan Abu Logam sebesar
US$42777 juta Bahan Kimia Anorganik mencapai US$37577 juta serta
Lemak dan Minyak HewanNabati mencapai US$13187 juta dengan negara
tujuan ekspor masih didominasi negara Asia dengan kontribusi sebesar
9642 persen yaitu Tiongkok sebesar US$49979 juta Malaysia sebesar
US$34262 dan India sebesar US$16908 juta
Kontribusi impor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019
sebesar 1111 persen mengalami kenaikan 010 persen dibandingkan tahun
No Komponen 2017 2018 2019
1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar () 796 1009 1185
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1599 1954 2401
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1434 1486 1596
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 4365 366 1012
17
sebelumnya secara nominal terjadi penurunan sebesar Rp090 triliun
demikian juga laju pertumbuhan komponen mengalami penurunan mencapai
586 persen atau 2278 persen dibandingkan tahun 2018 peningkatan
kebutuhan impor utamanya didukung oleh besarnya permintaan barang dan
bahan baku untuk mendukung kegiatan industri pengolahan
Tabel II10
Pengaruh Komponen Impor Barang dan Jasa terhadap PDRB
Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar ()
581 1101 1111
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1823 2250 2160
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1093 1189 1177
4 Laju Pertumbuhan Komponen () -197 2864 586
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Impor Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar US$48225 juta naik
US$1918 juta dibandingkan dengan tahun 2018 komoditas impor utama
adalah Bahan Bakar Mineral sebesar US$19848 juta Mesin-MesinPesawat
Mekanik sebesar US$13410 juta dan Mesin atau Peralatan Listrik sebesar
US$3071 juta Sebagian besar impor berasal dari negara Asia mencapai
9698 persen yaitu Malaysia sebesar US$19561 juta Tiongkok sebesar
US$19516 juta dan Singapura US$4474 juta
Perekonomian Kalimantan Barat selama tahun 2019 menunjukan
perkembangan walaupun tidak sebaik tahun sebelumnya dengan nilai
neraca perdagangan menunjukan surplus sebesar US$68641 juta masih
lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang mengalami surplus sebesar
US$53789
c PDRB per kapita
PDRB per kapita Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 (ADHB) mencapai
Rp4188 juta terjadi peningkatan sebesar 797 persen dibandingkan tahun 2018
namun masih jauh dibawah PDB per kapita nasional yaitu sebesar Rp5910 juta
Peningkatan PDRB per kapita tersebut ternyata belum dinikmati oleh seluruh
lapisan masyarakat karena masih terdapat beberapa masyarakat yang berada
dibawah garis kemiskinan hal ini ditunjukan oleh koefisien gini rasio Kalimantan
Barat 2019 sebesar 0318 yang menunjukan adanya ketimpangan pendapatan
atau kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat artinya pengeluaran
penduduk masih berada kategori ketimpangan yang sedang
18
Tabel II11
PDRB Per Kapita Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
PDRB Per Kapita Kalimantan Barat
Tahun 2017-2019
Uraian 2017 2018 2019
PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku
Nilai (Juta Rupiah) 3598 3879 4188
Nilai (US $) 268929 261953 296000
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 20189(diolah)
212 Suku Bunga
Berdasarkan sumber data Bank Indonesia periode Januari 2019 sd Mei 2019 BI Rate
berada pada level 600 persen kemudian bulan Juni sd September cenderung turun pada
level 575 ndash 525 persen selanjutnya pada bulan Oktober sd Desember 2019 meningkat
hingga level 500 persen Tren menurunnya BI Rate tersebut merupakan antisipasi
terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami penurunan dan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Global
Grafik II3
BI Rate Tahun 2019
Sumber data BI 2019 (diolah)
Apabila dicermati bahwa kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal
perekonomian Indonesia merupakan dasar dalam mempertimbangkan penurunan suku
bunga kebijakan Penurunan ini sejalan dengan inflasi yang tetap rendah yaitu kisaran
263 persen dan tetap dapat menarik imbal hasil aset keuangan domestik Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut diantaranya
1 Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang diperkirakan
akan menahan suku bunga di level 15-175 hingga akhir tahun 2020 Hal ini di
19
dorong perekonomian AS masih tumbuh kuat berkisar 2 dengan inflasi 18 yang
artinya perekonomian AS masih ekspansif
2 Di sisi lain kesepakatan perang dagang antara AS dan China tekanan Brexit yang
menurun serta risiko geopolitik yang juga mereda turut memberikan pijakan bagi
bank-bank sentral untuk tidak mengubah arah kebijakan (stance) suku bunga
acuannya
3 Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor eksternal
yakni adanya kecenderungan bank-bank sentral menahan suku bunga acuan
lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya yang masih sesuai dengan
target
4 Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan perkiraan inflasi yang
terkendali dalam kisaran sasaran stabilitas eksternal yang terjaga serta upaya
untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah
perekonomian global yang melambat
5 Kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan terus
diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi
213 Inflasi
Secara umum laju inflasi Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 263 persen dibawah
laju inflasi nasional yaitu 268 persen laju inflasi tahun 2019 ini lebih rendah dibandingkan
dengan dua tahun sebelumnya yaitu 399 persen (tahun 2018) dan 383 persen (tahun
2017)
Grafik I4
Inflasi Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2017-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif
begitu pula inflasi nasional Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen
lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang hanya mencapai 055 persen
Tekanan inflasi ini terjadi adanya peningkatan pada kelompok bahan makanan yang
disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok makanan jadi
20
minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan legislative
yang dilakukan serempak pada tahun 2019 turut mendorong risiko tekanan pada
kelompok makanan Disisi lain Kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan
pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen atau terjadi kenaikan indeks
dari 13658 pada November 2019 menjadi 13829 pada Desember 2019 hal tersebut
dipengaruhi tingginya permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara
tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan ban luar mobil selama periode
Desember dan Tahun Baru pergerakan inflasi bulanan seperti pada tabel dibawah ini
Grafik I5
Laju Inflasi bulanan dan tahunan Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2018-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
Terkendalinya laju inflasi tidak terlepas dari keberadaan forum Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) Kalbar yang dibentuk sebagai wadah koordinasi guna menjaga
kestabilan dan keterjangkauan harga di seluruh wilayah Provinsi Kalbar beberapa upaya
dalam mengendalikan inflasi di Kalimantan Barat antara lain
1 TIPD memfokuskan terutama memitigasi risiko kenaikan harga serta kelancaran
distribusi pasokan bahan pangan
2 Dalam rangka memitigasi risiko kenaikan harga serta distribusi pasokan bahan
pangan strategis tersebut adanya kebijakan yang memacu peningkatan produksi
bahan pangan dan menjaga kelancaran distribusi
3 Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan
komoditas harus diatur oleh pemerintah karena pada dasarnya inflasi sangat terkait
daya beli Daya beli akan membaik jika inflasi rendah dan stabil Daya beli ini juga
mencerminkan miskin tidaknya suatu masyarakat
4 Agar tingkat inflasi bisa dikendalikan mengajak para pengusaha dalam menentukan
harga perlu mempertimbangkan daya beli konsumen Sedangkan untuk konsumen
sendiri harus mampu mengatur tingkat konsumtif
21
214 Nilai Tukar
Menurut data Bank Indonesia (berdasarkan kurs akhir bulanan) nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar AS bergerak melemah puncaknya pada bulan Mei 2019 dan selanjutnya
terjadi koreksi pada akhir tahun (Desember) berangsur-angsur kembali menunjukan
perbaikan
Grafik I6
Nilai Tukar US Dolar Terhadap Rupiah Tahun 2019
Sumber data BI 2019
Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka
Rp14313- per US Dollar dan menunjukan perbaikan sampai dengan bulan Juli hingga
menyentuh pada level Rp13956- per US Dollar namun kembali melemah pada Agustus
2019 pada level Rp14166- per US Dollar dan menguat pada akhir tahun 2019 pada
Rp13831- per US Dollar
Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank
Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral
Amerika) yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi
negara maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang
negara emerging market termasuk Rupiah dan disamping juga pengaruh melemahnya
dolar AS terhadap semua mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak
menaikkan tingkat suku bunga terdapat beberapa faktor yang mendorong pergerakan
nilai tukar menjadi stabil dan menguat antara lain
1 Kebijakan suku bunga Tanah Air sudah membuat imbal hasil aset keuangan
Indonesia termasuk obligasi menjadi menarik arus modal asing masuk ke Indonesia
dan menambah pasokan valas di dalam negeri
2 Tingkat kenaikan suku bunga di dunia khususnya di Amerika yang lebih rendah dari
yang diperkirakan
3 Defisit neraca perdagangan atau transaksi berjalan Indonesia yang lebih rendah
dari tahun lalu
22
4 Pasar semakin berkembang di mana saat ini terdapat pasar SWAP dan pasar
transaksi forward atau yang disebut domestic non delivery forward (DNDF)
sementara sebelumnya transaksi valas hanya di pasar tunai atau spot
22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN
221 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Human Development Index (HDI)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo
terjadi peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun
2018 (berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional
7081 Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni
sebesar 6720 poin
Dalam kurun waktu 2014-2018 angka IPM Kalbar mengalami tren perbaikan dan
berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah
masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun
Grafik II7
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2014 sd 2018
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
Rendahnya IPM Kalimantan Barat jika dibandingkan dengan IPM provinsi lain
karena keterbatasan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan
pendidikan dan pekerjaan
Tabel II12
Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2016 sd 2018
No Keterangan 2016 2017 2018
1 Angka harapan hidup (tahun) 6990 6992 7018
2 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 698 705 712
3 Pengeluaran per Kapita Rp (000) Disesuaikan 8348 8472 8860
4 IPM (indek) 6588 6626 6698
5 Peringkat IPM 29 30 30
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
23
Pembangunan Manusia Kalimantan Barat pada tahun 2018 terus mengalami
kemajuan hal ini disebabkan telah berhasil meningkatan 3 aspek esensial diantaranya
angka harapan hidup tumbuh sebesar 037 persen per tahun rata-rata lama sekolah
tumbuh sebesar 192 persen dan pengeluaran per kapita meningkat sebesar 185
persen Pada periode tahun 2018 terdapat 3 (tiga) kabkota dengan pembangunan
manusia yang paling cepat yaitu Kab Mempawah (141 persen) Kab Sintang (141
persen) dan Kab Kubu Raya (139 persen) hal tersebut didorong oleh meningkatnya
dimensi pendidikan di wilayah tersebut sebagaimana pada tabel berikut
Tabel II13
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalbar dan Kabupatenkota 2015-2018
No KabKota 2015 2016 2017 2018
1 Sambas 6414 6494 6592 6661
2 Bengkayang 6465 6545 6599 6685
3 Landak 6412 6458 6493 6545
4 Mempawah 6337 6384 6400 6490
5 Sanggau 6305 639 6461 6515
6 Ketapang 6403 6474 6571 6641
7 Sintang 6418 6478 6515 6607
8 Kapuas Hulu 6373 6383 6418 6503
9 Sekadau 6234 6252 6304 6369
10 Melawai 6378 6425 6443 6505
11 Kayong Utara 6009 6087 6152 6182
12 Kubu Raya 6502 6554 6631 6723
13 Kota Pontianak 7752 7763 7793 7856
14 Kota Singkawang 7003 701 7025 7108
15 KALIMANTAN BARAT 6559 6588 6626 6698
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 2019 BPS
Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengalokasikan Dana Transfer
khususnya DAK Fisik dan Dana Desa yang diharapkan penggunaan dan hasil program
pembangunannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat
222 Tingkat Kemiskinan
Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat mengalami fluktuatif baik dari sisi
jumlah maupun prsentasenya Selama tahun 2019 jumlah penduduk miskin telah
24
dapat ditekan cukup signifikan dari 378410 orang menjadi 370470 0rang
Penurunan terjadi pada penduduk miskin di pedesaan berkurang sebanyak 8580
orang sedangkan penduduk miskin di perkotaan bertambah sebanyak 640 orang
hal ini menunjukan kemampuan perekonomian masyarakat pedesaan mulai
membaik
Grafik II8
Jumlah Penduduk Miskin
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Adapun tingkat kemiskinan Kalimantan Barat bulan September 2019 sebesar
728 persen menurun jika dibandingkan dengan Maret 2019 sebesar 749 persen
namun masih di bawah tingkat kemiskinan nasional sebesar 922 persen
sebagaimana tabel berikut
Grafik II9
Tingkat Kemiskinan
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Garis kemiskinan Kalimantan Barat cenderung meningkat setiap periode pada
bulan September 2019 sebesar Rp452899 per kapitabulan meningkat Rp14344
dibandingkan bulan Maret 2019 sebesar Rp438555 Garis Kemiskinan Makanan
memiliki peranan 7765 persen sedangkan selebihnya 2235 persen adalah Garis
Kemiskinan Bukan Makanan Apabila dilihat secara regional Kalimantan Garis
Kemiskinan Kalbar adalah yang terendah dan belum beranjak dari tahun ketahun
yaitu hanya sebesar Rp452899- per kapitabulan dan yang tertinggi adalah
25
Kalimantan Utara sebesar Rp667833- perkapitabulan sementara itu nasional
adalah sebesar Rp440538- perkapitabulan
223 Ketimpangan (Gini Ratio)
Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik
apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan
masih lebih baik dari pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380)
Ketimpangan pendapatan terjadi karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan
faktor produksi sehingga pihak-pihak yang memiliki faktor produksi akan
memperoleh pendapatan yang lebih banyak
Grafik I10
Koefisien Gini Rasio Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Pemerintah memiliki peranan penting dalam melakukan distribusi pendapatan
melalui kebijakan fiskal Usaha yang dapat dilakukan adalah meratakan kepemilikan
faktor produksi dengan menetapkan pajak progresif atas pendapatan dan kekayaan
masyarakat berpenghasilan tinggi sedangkan masyarakat berpenghasilan rendah
dapat diberikan kredit lunak sebagai modal usaha dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia melalui program pendidikan pelatihan dan peningkatan layanan
kesehatan
224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran
Angkatan kerja Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai 2479 ribu orang
meningkat 28 ribu orang dibandingkan tahun 2018 Dari jumlah tersebut 9556
persen bekerja sedangkan 444 persen menganggur Kenaikan angkatan kerja pada
tahun 2019 belum sepenuhnya terserap pada lapangan kerja yang tersedia
sebagaimana grafik berikut ini
Grafik I11 Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
26
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat 2018 BPS
23 EFFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN
REGIONAL
Pemda Provinsi Kalimantan Barat melalui RPJMD 2019 ndash 2023 yang dijabarkan
kedalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) telah menetapkan Kebijakan Pembangunan
Ekonomi Makro melalui penetapan serangkaian sasaran indikator makro pembangunan
perekonomian Kalimantan Barat
Prospek pembangunan ekonomi Kalimantan Barat diharapkan selalu mengalami
pertumbuhan dalam arti luas dan berkualitas yaitu
Persentase penduduk di atas 15 tahun yang bekerja menurut Status pekerjaan
didominasi status pekerjaan Utama sebagai BuruhKaryawanPegawai sebanyak
874357 orang atau 3691 persen selanjutnya berusaha sendiri sebanyak 518381
orang atau 2188 persen Pekerja Keluargatak dibayar sebanyak 391053 orang atau
1651 persen dan Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar sebanyak
387960 atau 1638 persen Status pekerjaan utama secara umum mengalami
perubahan jika dilihat kondisi bulan Agustus 2019 dari 7 (tujuh) Status terdapat 3
(tiga) mengalami peningkatan diantaranya yang tertinggi dalam penyerapan tenaga
kerja adalah melalui berusaha sendiri sebesar 1395 persen Pekerja bebas non
pertanian sebesar 945 persen dan Berusaha dibantu buruh tetap sebesar 604 persen
sementara itu yang mengalami penurunan adalah Berusaha dibantu Buruh Tidak
TetapBuruh tidak dibayar sebesar 691 persen Pekerja bebas pertanian sebesar 368
persen Pekerja Keluargatak dibayar sebesar 327 persen dan
BuruhKaryawanPegawai sebesar 080 persen
27
Tabel II14
Prosentase Penduduk gt 15 Tahun Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2019
No Status Pekerjaan Utama
Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan
()
2015 2016 2017 2018 2019
1 Berusaha Sendiri 477000 476969 482849 454906 518381 1395
2 Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar
402000 402219 363557 416748 387960 -691
3 Berusaha dibantu Buruh Tetap
97000 97192 63913 69429 73625 604
4 BuruhKaryawanPegawai 776000 776498 824430 881446 874357 -080
5 Pekerja Bebas Pertanian 132000 131695 167142 54279 52284 -368
6 Pekerja Bebas Non Pertanian
- - - 65798 71355 845
7 Pekerja Keluargatak Dibayar
403000 403250 401307 404275 391053 -327
Total 2288000 2287823 2303198 2346881 2369015 094
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Salah satu indikator penting dalam ketenagakerjaan adalah TPAK (Tingkat
Partisipasi Angkatan Keraj) Yaitu rasio dalam persen antara jumlah angkatan kerja
terhadap penduduk usia kerja (15 tahun) TPAK Kalimantan Barat periode Agustus
2019 sebesar 6830 persen dan jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6865
persen terjadi penurunan Indikator lain yang cukup penting adalah TPT (Tingkat
Pengangguran Terbuka) yaitu rasio dalam persen antara jumlah pengangguran
terhadap angkatan kerja Angka TPT Kalimantan Barat sebesar 445 persen atau
turun 019 persen terhadap periode Agustus 2018 sebesar 426 persen Kondisi ini
menunjukan ke arah perbaikan walaupun belum dapat mengimbangi peningkatan
jumlah penduduk usia kerja yang bukan merupakan angkatan kerja sebanyak 31000
orang disisi lain adanya kesempatan untuk melakukan pengembangan usaha sendiri
1) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong mengatasi kesenjangan seperti
kesenjangan antar wilayah (kabupatenkota) dan kesenjangan antar sektor
pembangunan
2) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong pengurangan Angka
Kemiskinan
3) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong membuka kesempatan kerja
sekaligus upaya Pengurangan Angka Pengangguran
28
Tabel II15
Perkembangan Capaian Indikator Sasaran Ekonomi Kalbar Tahun 2019
No INDIKATOR 2017 2018 2019
TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI
1 Angka Pertumbuhan Ekonomi ()
512 517 594 506 534 500
2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
6717 6626 6656 6698 6720 na
3 Angka Kemiskinan ()
800 788 672 737 751 728
4 Angka Pengangguran ()
463 436 341 426 419 445
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat Tahun 2019 dan BPS Kalbar (diolah)
a) Asumsi dasar penetapan sasaran pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada
tahun 2019 adalah peningkatan investasi sehingga sektor riil semakin tumbuh dan
berkembang termasuk peran pemerintah dalam mendorong Pembentukan Modal
tetap Bruto melalui pembangunan proyek infrastruktur dan selanjutnya adalah upaya
peningkatan berbagai komoditas utama ekspor menjadi fokus utama paska larangan
ekspor hasil tambang mentah selanjutnya pertumbuhan ekonomi ditargetkan
sebesar 534 persen
Berdasarkan data dari BPS bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat
tahun 2019 adalah sebesar 500 persen lebih rendah dari target yang ditetapkan
sebesar 534 persen capaian tahun ini sama dengan capaian tahun 2018 tidak
berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan Kondisi tersebut mengindikasikan
bahwa dalam menentukan target didalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) belum
sesuai asumsi dasar dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah
kemungkinan dari pergerakan ekspor komoditas utama Kalbar yaitu produk karet dan
CPO yang mengalami hambatan
b) Pencapaian sasaran indikator makro pembangunan perekonomian Kalimantan Barat
tahun 2019 secara umum belum mencapai target yang telah disepakati Hal ini perlu
menjadi perhatian Pemda Prov Kalbar dalam menentukan target pencapaian makro
ekonomi hendaknya berdasarkan pertimbangan yang realistis serta berupaya
menggali potensi ekonomi demi pencapaian target yang telah ditetapkan
Vihara SingkawangKo t a Se r i b u K l e n te n g m e r u pa k a n ju l u k a n Ko t a Singkawang Kota Singkawang menjadi salah satu d a e r a h y a n g b a n y a k d i d i a m i k e t u r u n a n e t n i s Tionghoa
BAB III
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
APBN TINGKAT
REGIONAL
28
31 APBN TINGKAT PROVINSI
Untuk mendukung tercapainya program pembangunan tahun 2019 Provinsi Kalimantan
Barat memperoleh alokasi belanja pemerintah pusat (KL) sebesar Rp1049 triliun dengan
realisasi Rp968 triliun Sedangkan alokasi belanja transfer ke daerah mencapai Rp2098
triliun dengan realisasi Rp2034 triliun
Tabel III1 Postur APBN di Kalbar Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)
Uraian Pagu Tahun 2018
Realisasi Tahun 2018
Pagu Tahun 2019
Realisasi Tahun 2019
Pendapatan Negara 808350 768292 89 890381 810926 1098
a Pendapatan Perpajakan 762842 682135 89 837405 728548 8700
- Pajak dalam negeri 730289 641160 88 783956 667813 8219
- Pajak perdagangan internasional
32553 40975 126 53449 60735 114
b PNBP 45508 86157 189 52976 82378 156
Belanja Negara 3073921 2965481 96 3147383 3002273 9537
Belanja Pemerintah Pusat 1113142 1036601 93 1049477 968007 9224
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
1960779 1929626 98 2098406 2034266 9694
Sumber OMSPAN Monev Pa Mebe (diolah)
Dari data diatas dapat diketahui pendapatan negara terealisasi Rp810 triliun atau 109
persen dari target yang telah ditetapkan Realisasi tersebut meningkat 426 miliar atau 555
persen dibanding pendapatan tahun 2018 Penerimaan perpajakan masih menjadi sumber
utama pendapatan negara dengan kontribusi sebesar 82 persen Realisasi pendapatan
pajak tahun 2019 sebesar Rp728 triliun terdiri pajak dalam negeri sebesar Rp667 triliun dan
pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar
Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019
yaitu sebesar Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL)
sebesar Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun
Realisasi Belanja pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer
ke Daerah dan dana desa terealisasi Rp2034 triliun
29
32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
Pendapatan pemerintah pusat yang dihimpun di Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari
penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
321 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi
Salah satu sumber penerimaan negara terbesar berasal dari penerimaan perpajakan
Penerimaan perpajakan adalah penerimaan negara yang terdiri atas pajak dalam negeri
dan pajak perdagangan internasional
Tabel III2 Penerimaan Pajak Dalam Negeri di Kalimantan Barat Tahun 2019 (dalam miliar)
SumberSPAN (diolah)
322 Penerimaan Perpajakan
Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa total realisasi penerimaan perpajakan
di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728 triliun naik 672 persen jika dibandingkan
dengan penerimaan tahun 2018 Dari total penerimaan perpajakan tahun 2019 tersebut
pajak dalam negeri memberikan kontribusi sebesar 9166 persen sedangkan pajak
perdagangan internasional sebesar 834 persen Untuk penerimaan Pajak Dalam Negeri
tahun 2019 sebesar Rp667 triliun mengalami kenaikan Rp26108 miliar atau 407 persen
jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya PPh merupakan penyumbang
penerimaan yang terbesar yakni Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak
Penghasilan (PPn) yakni Rp307 triliun atau 46 persen
Meskipun secara nominal terjadi peningkatan penerimaan pajak di Kalimantan Barat
namun ada beberapa hambatantantangan pencapaian target penerimaan antara lain
adanya ketentuan dibidang pertambangan tentang larangan ekspor mineral mentah
(miliar )No
Pendapatan Perpajakan Target Tahun
Realisasi 2018
Target Tahun Realisasi
2018 2019 Tahun 2019
Pajak Dalam Negeri 730289 641160 783956 667813
1 Pajak Penghasilan (PPh) 373769 302324 370451 320325
2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 328396 305118 376150 307117
3 Pajak Bumi Bangunan (PBB) 16606 25258 26445 30964
4 Pajak lainnya 10638 7423 9287 8403
5 Cukai 880 1037 1623 1001
Pajak Perdagangan Internasional 32553 40975 53448 60735
6 Bea Masuk 3289 3865 3263 3288
7 Bea Keluar 29264 37110 50186 57446
Total Perpajakan 762842 682135 837404 728548
30
sehingga berpengaruh terhadap omset perusahaan di bidang pertambangan dan sektor
pendukungnya penurunan harga sawit yang berpengaruh pada omset dan laba
perusahaan di sektor perkebunan dan industri pengolahan
Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar
meningkat signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018
Dengan perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288
miliar atau 541 persen Didalam pelaksanaan pengawasan kepabeanan cukai terdapat
isu strategis yakni adanya jalur tikus dan jalur gajah yang dijadikan jalur penyelundupan
barang impor di perbatasan Indonesia ndash Malaysia untuk itu perlu dipetakan ulang titik
rawan di perbatasan terutama yang melintasi perkebunan kelapa sawit dengan
melibatkan Kodam Tanjungpura pemilik lahan dan perusahaan kebun sawit
Jika diurai berdasarkan lokasi penerimaan pajak paling banyak disumbangkan oleh
Kota Pontianak sebagai pusat aktivitas perdagangan dan jasa dengan kontribusi
penerimaan sebesar 4270 persen dari total penerimaan pajak di Provinsi Kalimantan
kemudian Kab Ketapang yang didukung dengan keberadaan kawasan industri Ketapang
memberikan kontribusi penerimaan terbesar kedua sebesar 1171 persen Sedangkan
daerah dengan kontribusi penerimaan pajak terkecil adalah Kab Kayong Utara dengan
kontribusi sebesar 094 persen dari total realisasi tahun 2019
Grafik III1
Penerimaan Pajak KabKota 2019
Sumber Kanwil Pajak Prov Kalbar
Untuk melihat kinerja perpajakan selain dari total realisasi pajak juga dilhat dari
perkembangan PDRB daerah tersebut hal ini terwujud dalam tax ratio
00050000
100000150000200000250000300000350000
31
Tabel III3
Perkembangan Tax Ratio Prov Kalbar
Tahun PDRB ADHB Penerimaan Perpajakan Tax ratio
2017 17749365 587434 0033
2018 19419496 642197 0033
2019 21231843 666809 0031
Dari tabel diatas terlihat bahwa meskipun realisasi penerimaan pajak mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya namun tax ratio justru mengalami penurunan ini
terjadi karena rasio penerimaan pajak yang semakin kecil terhadap pertumbuhan PDRB
kalbar Untuk itu perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya
identifikasi dan penggalian potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian
potensi pajak pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara
Pemerintah Pusat maupun Daerah dan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
adanya regulasi untuk melakukan Rekonsiliasi penerimaan pajak antara DJP dengan
pemerintah daerah
323 Penerimaan Negara Bukan Pajak
a Perkembangan PNBP per Jenis PNBP
Penerimaan PNBP berdasarkan jenis PNBP di wilayah Provinsi Kalimantan Barat
hanya terdiri atas PNBP lainnya dan PNBP BLU Tidak terdapat penerimaan PNBP dari
sumber daya alam (SDA) meskipun di wilayah Kalimantan Barat terdapat usaha
pertambangan hal ini dikarenakan penerimaan PNBP sumber daya alam merupakan
penerimaan terpusat dan langsung masuk ke Bagian Anggaran Bendahara Umum
Negara (99999)
Tabel III4
Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat tingkat di Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)
Penerimaan PNBP 2017 2018 2019
Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi
PNBP Lainnya 30108 55263 11727 38725 13991 42092
Pendapatan BLU 5336 6858 33781 47426 38885 40282
Pendapatan SDA - - - -
Bagian Pemerintah atas laba BUMN
- - - -
Jumlah PNBP Kalbar 35444 62121 45508 86151 52876 82375
Sumber SPAN (diolah)
Secara keseluruhan penerimaan PNBP selama tahun 2019 mengalami penurunan
dibandingkan dari tahun sebelumnya sebesar Rp3776 miliar atau 43 persen Komposisi
32
penerimaan PNBP terdiri Pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen
dari total penerimaan PNBP dan PNBP BLU sebesar 49 persen
b Perkembangan PNBP Fungsional
PNBP dapat dibedakan sesuai dengan fungsi KementerianLembaga yang disebut
dengan PNBP Fungsional PNBP Fungsional adalah penerimaan yang berasal dari
pungutan kementerian Negaralembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan
tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat
Tabel III5
Penerimaan PNBP Fungsional terbesar Provinsi Kalbar
URAIAN 2017 2018 2019
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Pendapatan Kepolisian 375 13146 359 14004 13532
Pendapatan jasa bandara kepelabuhan perkapalan amp kenavigasian
3554 3763 3717 5772 6090
Pendapatan pendidikan 12868 24636 4964 4990 5892
Sumber SPAN (diolah)
Tahun 2019 pendapatan PNBP Kepolisian merupakan penyumbang terbesar PNBP
fungsional di Kalimantan Barat sebesar Rp13532 miliar mengalami penurunan 337
persen dibanding tahun sebelumnya Sebagian besar pendapatan PNBP Kepolisian di
peroleh dari pendapatan BPKB pendapatan STNK pendapatan TNKB (Tanda
Kendaraan Bermotor) dan pendapatan SIM Pendapatan fungsional terbesar
selanjutnya adalah pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian yang
menyumbangkan penerimaan sebesar Rp6090 miliar meningkat sebesar 551 persen
dibanding penerimaan tahun sebelumnya Sebagian besar penerimaan PNBP
pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian diperoleh dari pendapatan
kepelabuhan yang menyumbang angka sebesar Rp3756 miliar atau 6167 persen
disusul pendapatan Navigasi sebesar Rp938 miliar atau 1541 persen pendapatan
Bandar Udara sebesar Rp741 miliar atau 1219 persen dan Pendapatan kepelautan
Rp653 miliar atau 1073 persen Pendapatan kepelabuhan berpotensi untuk meningkat
ditahun tahun selanjutnya dengan rencana pengembangan kapasitas pelabuhan
Pontianak yang di mulai dengan pembangunan pelabuhan (terminal) Kijing yang
berlokasi di wilayah Kabupaten Mempawah dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional
(PSN)
c Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional
33
Tabel III6
Rasio Pendapatan Perpajakan PNBP PAD terhadap PDRB di Kalbar
Tahun Perpajakan PNBP PAD PDRB Perpajakan PDRB
PNBPPDRB PADPDRB
2019 728548 82375 404671 21232 0041 00046 0022
2018 682135 86157 404753 19403 0035 00044 0020
2017 564801 62121 346442 17747 0031 00034 0019
Sumber SPAN (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ditahun 2019 penerimaan perpajakan
memberikan kontribusi sebesar 0041 terhadap pertumbuhan ekonomi regional di
Kalbar sedangkan PAD terhadap PDRB sebesar 0022 dan PNBP terhadap PDRB
sebesar 00046 Hal ini berarti penerimaan Perpajakan masih lebih dominan dalam
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Kalimantan
Barat dibandingkan dengan PAD maupun PNBP
33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
Belanja pemerintah pusat adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pengeluaran pemerintah pusatBelanja pemerintah pusat meliputi belanja pemerintah pusat
menurut organisasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi dan belanja pemerintah pusat
menurut jenis belanja
Belanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus
fiskalSalah satunya yang populer pada saat krisis ekonomi adalah instrumen ekonomi
berupa stimulus fiskalSecara garis besar komposisi dari stimulus fiskal adalah berupa
pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increased spending)
1 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian
AnggaranKementerianLembaga
Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja yang dialokasikan
kepada kementerianlembaga dan bagian anggaran Bendahara Umum Negara alokasi
dan realisasi untuk tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel III7
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran
Di Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)
KementerianLembaga 2018 2019
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 019 019 034 034 100
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
8986 6776 6554 5939 91
34
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 063 058 053 053 100
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
1656 1489 2119 2066 97
BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1809 1688 1678 1631 97
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
893 869 718 712 99
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2337 2269 2605 2507 96
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM 25996 20580 20724 14531 70
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
2267 2249 2447 2425 99
BADAN PUSAT STATISTIK 9929 9330 10042 9785 97
BADAN SAR NASIONAL 2596 2496 2095 2071 99
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 11733 107`09 10304 10023 97
KEMENTERIAN AGAMA 105528 99485 107273 104645 98
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANGBPN
22191 19497 26745 21446 96
KEMENTERIAN DALAM NEGERI 5305 5182 5575 5534 99
KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
11878 10018 7004 6701 96
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
19760 19520 17892 1767 99
wKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 9912 8947 9082 873 96
KEMENTERIAN KESEHATAN 18912 15585 1327 1195 90
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 477 465 776 738 95
KEMENTERIAN KEUANGAN 19722 18340 18519 18265 99
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
786 762 82 796 97
KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH
414 411 318 314 99
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
21053 17521 29928 2792 93
KEMENTERIAN PARIWISATA 234 204 16 151 94
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
295402 270419 25507 206714 81
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
208 201 17 149 88
KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 419 382 336 286 85
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
9004 8609 9374 8904 85
KEMENTERIAN PERDAGANGAN 3793 3074 1384 1282 95
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
095 074 095 089 94
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 56637 52411 40961 40112 98
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 3156 2842 4913 4716 96
KEMENTERIAN PERTAHANAN 123999 121577 161533 157833 98
KEMENTERIAN PERTANIAN 45315 40040 23066 19721 85
35
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
67556 65360 78313 68767 88
KEMENTERIAN SOSIAL 1954 1944 1971 1952 99
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 123274 123185 117803 125376 106
KOMISI PEMILIHAN UMUM 61742 56110 37842 35936 95
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
683 661 744 739 99
LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA
2135 2060 2095 1894 90
LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA
1380 1375 1352 1352 100
MAHKAMAH AGUNG 11837 11716 12511 1233 99
PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
097 092 052 05 96
TOTAL BELANJA KL 1113142 1036601 1049477 968007 92
BENDAHARA UMUM NEGARA 415295 397582 460736 443502 92
TOTAL BELANJA KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510213 1411486 9346
Dibandingkan tahun 2018 terdapat penurunan pagu sebesar 12 untuk tahun 2018
dan terdapat penurunan realisasi sebesar 14 dibandingkan tahun 2018 Berdasarkan
tabel diatas Untuk Pagu Kementerian dan Lembaga Kementerian PUPR mendapat
alokasi pagu anggaran yang paling tinggi dengan persentase sebesar 2430 Hal ini
menunjukan di Provinsi Kalimantan Barat prioritas pembangunan masih dititik beratkan
pada sektor infrastruktur Dari dana APBN 2019 pada Provinsi Kalimantan Barat satuan
kerja (satker) di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
belanja modal sebesar Rp 159 triliun Belanja modal pada satker lingkup Kementerian
PUPR tersebut memberikan kontribusi sebesar 6649 dari belanja modal yang dikelola
satuan kerja lainnya di wilayah pembayaran KPPN se-Kalbar Hal ini menunjukkan
perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan perekonomian di Kalbar
Terdapat 10 KL yang memperoleh alokasi anggaran belanja terbesar dengan total
mencapai Rp878 triliun (5817) yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan
rakyat Kemenhan Polri Kemenag Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Kementerian Perhubungan KPU Kementerian Agraria amp Tata Ruang
Kementerian Pertanian
36
Berikut ini adalah sepuluh kementerian dengan pagu terbesar
Tabel III8
Tingkat Penyerapan 10 KL Pagu Terbesar 2019 (miliar)
No Nama KL (BA) Pagu Realisasi
1 Kementerian PUPR (033) 255070 206714 8104
2 Kemenhan (012) 161533 157833 9771
3 Kepolisian RI (060) 117803 125376 10643
4 Kemenag (025) 107273 104645 9755
5 Kementerian Ristekdikti (042) 78313 68767 8781
6 Kementerian Perhubungan (022) 40961 40112 9793
7 KPU (076) 37842 35936 9496
8 Kementerian Lingkungan Hidup amp Kehutanan (029) 29928 27920 9329
9 Kementerian Agraria amp Tata Ruang (056) 26745 21446 8019
10 Kementerian Pertanian (018) 23066 19721 8550
Sumber MEBE (diolah)
Jika diperhatikan jumlah alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat di 10 KL
dengan pagu terbesar dimaksud mencapai lebih dari 58 terhadap semua pagu
anggaran KL Untuk itu capaian realisasinya tentu akan mempengaruhi keseluruhan
realisasi penyerapan KL yang ada di Kalbar sehingga perkembangan pelaksanaan
anggaran satker-satker 10 KL dengan pagu tertinggi tersebut harus memperoleh
pengawasan yang lebih intensif dari Kanwil DJPB
2 Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Fungsi
Belanja Pemerintah Pusat (KL) dan juga belanja DDDF terbagi menjadi 11 fungsi
yaitu Pelayanan Umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan
Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama
Pendidikan serta Perlindungan Sosial dengan perbandingan pagu dan realisasi dalam
tahun 2018 dan 2019 sebagai berikut
Tabel III9
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi (Miliar Rp)
NAMA FUNGSI Pagu 2018
Realisasi 2018
Pagu 2019
Realisasi 2019
PELAYANAN UMUM 541846 510882 557364 531175
EKONOMI 377115 340751 232428 203287
PENDIDIKAN 185385 175208 231675 203287
PERTAHANAN 123999 121578 161533 157833
KETERTIBAN DAN KEAMANAN 168413 166821 160188 167029
37
PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 50667 47185 72454 62653
LINGKUNGAN HIDUP 37100 33230 53964 46742
AGAMA 22238 17374 19467 18874
KESEHATAN 19263 18808 18897 17252
PERLINDUNGAN SOSIAL 2162 2145 2141 2101
PARIWISATA DAN BUDAYA 249 216 175 165 TOTAL 1528437 1434183 1510213 1414486
Sumber Monev PA diolah
Pada tahun 2018 dan juga 2019 alokasi anggaran didominasi oleh fungsi pelayanan
Umum Ekonomi dan Pendidikan Pengelompokan anggaran menurut Fungsi memiliki
pengertian perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional Pengelompokan ini juga
bertujuan untuk melihat besaran alokasi anggaran menurut organisasi
KementerianLembaga tugas-fungsi pemerintah dan belanja KementerianLembaga
termasuk menciptakan penganggaran yang lebih tepat sasaran Pada tahun 2019 alokasi
untuk fungsi pelayanan umum sebesar Rp557 triliun (36 persen) ekonomi sebesar
Rp232 triliun (15 persen) dan fungsi Pendidikan sebesar Rp231 triliun (15 persen) Hal
ini menunjukkan bahwa pelaksanaan APBN di Kalimantan Barat lebih terkonsentrasi pada
bidang pelayanan umum ekonomi dan pendidikan yang secara keseluruhan jumlah
alokasi ketiga fungsi tersebut sebesar Rp1021 triliun atau 68 persen
3 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja
Berdasarkan jenis belanja di provinsi Kalimantan Barat terdapat 6 alokasi anggaran
belanja TA 2019 yaitu Belanja Pegawai (51) Belanja Barang (52) Belanja Modal (53)
Belanja Bantuan Sosial (57) Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) Untuk
Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) baru ada pada tahun 2017 2018 dan
2019 Jenis belanja 63 dan 66 baru TA 2017 muncul dikarenakan pencairan Dana
Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa sekarang berada di KPPN daerah
Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan jenis belanja dalam tahun 2018 dan
2019 sebagai berikut
Tabel III10
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rp)
JENIS BELANJA Pagu 2018
Realisasi 2018
Pagu 2019
Realisasi 2019
51 Belanja Pegawai 338030 330072 362333 364892
52 Belanja Barang 438737 400168 445547 406066
335140 305146 240347 195755
57 Belanja Bantuan Sosial 1235 1215 1324 1294
Belanja KL 1113142 1036601 1049477 968007
63 Dana Alokasi Khusus Fisik 245710 228191 261479 244756
38
66 Dana Desa 169585 169391 199257 198746 Belanja KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510287 1411509
Sumber Monev PA diolah
Kenaikan pagu anggaran terjadi untuk jenis belanja Pegawai belanja Barang
belanja bantuan sosial belanja Dana Alokasi Khusus belanja dana desa Belanja Dana
Desa mendapatkan kenaikan paling terbesar yaitu 17 persen disusul belanja bantuan
sosial sebesar 72 persen belanja pegawai naik 72 persen dan belanja barang sebesar
16 persen Jenis Belanja modal mengalami penurunan sebesar 283 persen Selama
TA 2019 Belanja Pegawai telah terserap Rp364 triliun (10071) Belanja barang
terserap Rp406 triliun (9114) belanja modal terserap Rp195 triliun (8145) belanja
bantuan social terserap Rp1215 miliar (9773) dana alokasi fisik terserap Rp244 triliun
(9360) dan penyerapan anggaran dana desa sebesar Rp198 triliun (9974) hal ini
sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun dari pinggiran dengan
memperkuat daerah dan desa yang diharapkan akan berdampak langsung untuk
pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat Pada belanja modal
terdapat penyerapan paling terendah dibandingkan jenis belanja lain
Grafik III1
Perkembangan Pagu dan Realisasi Jenis Belanja Tahun 2019
Sumber Monev PA MEBE diolah
4 Analis belanja pemerintah pusat
Belanja pemerintah pusat
Perbandingan antara alokasi belanja untuk sektor konsumtif dan produktif Sektor
konsumtif merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai administrasi
dan kebutuhan birokrasi seperti gaji tunjangan honor belanja operasional kantor
pengadaan kendaraan dinas Sedangkan sektor produktif antara lain peningkatan mutu
jalan jaringan irigasi intensifikasi dan ektensifikasi pertanian pengadaan traktor untuk
masyarakat
000
5000
10000
15000
0
2000
4000
6000
57 52 53 51 63 66
Pagu Realisasi
39
Tabel III11
Proporsi jenis Belanja Terhadap Total Pagu
Jenis Belanja Pagu Belanja Bantuan Sosial 1324 0
Belanja Barang 445547 30
Belanja Pegawai 362333 24
Belanja Modal 240347 16
Dana Alokasi Khusus Fisik 261479 17
Dana Desa 199257 13
Terlihat dari tabel diatas bahwa belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai
sektor produktif yang diantaranya untuk belanja Modal Dak Fisik Dana Desa mencapai
Rp 7010 triliun atau 4642 persen sedangkan belanja administrasi dan kebutuhan
birokrasi sebesar Rp 809 triliun atau 5358 persen Untuk belanja produktif terbesar
terdapat pada belanja program pengelolaan Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa
sebesar Rp460 triliun Disusul program penyelenggaraan jalan sebesar Rp99873 miliar
program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman sebesar Rp4004
miliar dan program pengelolaan Sumber Daya air Rp19887 miliar Terlihat dari alokasi ini
prioritas pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat di fokuskan pada pembangunan
infrastruktur fisik hal ini sesuai dengan fungsi terbesar yakni Pelayanan Umum
34 TRANSFER KE DAERAH DAN DESA
Dana transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan DAK DAU DBH Dana
perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dan juga antar pemerintah daerah
Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa
Pada tahun 2018 alokasi dana transfer dan Dana Desa ke wilayah Provinsi Kalimantan
Barat sebesar Rp2098 triliun dan terealisasi Rp2033 triliun atau 9692 persen Pada tabel
hellip Disajikan perkembangan Realisasi Dana Transfer pada tahun 2018 dan 2019 untuk
Provinsi Kalimantan Barat
Tabel III12
Perkembangan Dana Perimbangan di Kalimantan Barat
Dana Transfer 2018 2019
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
DBH 74872 74746 102115 69872
DAU 1182060 1182060 1215163 1214704
DAK Fisik 245714 228931 261479 244748
DAK Non Fisik 274246 262035 307639 293909
40
DID 14300 12463 12753 12288
Dana Desa 169586 169391 199257 198745
1960778 1929626 2098406 2034266
Sumber simtrada (diolah)
Secara agregat Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa mengalami kenaikan Alokasi
Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Kalbar pada tahun 2019 sebesar Rp2098
triliun naik 702 persen dibandingkan tahun 2018 Terdapat peningkatan alokasi Dana Desa
Kalbar tahun 2019 sebesar atau Rp29671 miliar atau 1750 persen sejalan dengan
komitmen Pemerintah untuk meningkatkan program pembangunan Indonesia dari pinggiran
Alokasi Dana Desa tahun 2019 di Prov Kalbar sebesar Rp199 triliun yang terbagi untuk
2031 Desa
Terdapat 4 (empat) daerah dengan alokasi pagu dana desa diatas 200 miliar yakni Kab
Sintang Rp33848 miliar Kab Kapuas Hulu Rp26812 miliar Kab Ketapang Rp25583 miliar
dan Kab Sambas Rp20498 miliar Selanjutnya 8 (delapan) daerah lainnya mendapatkan
alokasi pagu dana desa dibawah 200 miliar dengan pagu dana desa terendah pada Kab
Kayong Utara sebesar Rp4868 miliar Alokasi dana desa tersebut diharapkan dapat
menggerakkan roda perekonomian di desa dan menekan kesenjangan pendapatan antara
Desa dan Per Kotaan
Grafik III2
Realisasi Dana Transfer amp Dana Desa KabKota di Kalbar
Sumber data simtrada (diolah)
Berdasarkan grafik III2 terlihat perbandingan realisasi dana transfer amp dana Desa per
Kab di Prov Kalbar Dari total alokasi dana transfer sebesar Rp2098 triliun telah terealisasi
sebesar 2033 triliun dengan realisasi terbesar oleh Pemda Prov Kalbar yakni Rp365 triliun
selanjutnya Kab Ketapang Rp203 triliun dan yang terkecil adalah Kota Singkawang
Rp66459 miliar
Untuk menilai tingkat kemandirian daerah dilakukan dengan cara membandingkan Rasio
PAD dengan Rasio dana transfer Apabila rasio PAD lebih besar dari pada rasio dana transfer
000
500
1000
1500
2000
00050000
100000150000200000250000300000350000400000
41
berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin besar rasio dana transfer berarti tingkat
ketergantungan semakin tinggi
Tabel III13
Rasio Kemandirian Daerah Tahun 2019
Daerah Dana Transfer
PAD Pendapatan APBD
Ratio Dana Transfer thd Pendapatan
APBD
Ratio PAD thd
Pendapatan APBD
Prov Kalbar 365337 23016 595497 3870 61
Ketapang 203045 12753 215798 590 94
Sintang 165917 1721 183127 940 91
Kapuas Hulu 166837 7998 174835 460 95
Sambas 151612 14885 166497 890 91
Sanggau 141399 10287 151686 680 93
Kubu Raya 123841 14675 138516 1060 89
Landak 117304 9284 126588 730 93
Pontianak 100659 47879 148538 3220 68
Melawi 105563 4058 109621 370 96
Mempawah 85957 8757 94714 920 91
Bengkayang 96974 3025 99999 300 97
Sekadau 73392 4535 77927 580 94
Kayong Utara 69504 2533 72037 350 96
Singkawang 66459 1663 83089 2000 80
sumber data LRA Pemda simtrada (diolah)
Dilihat dari rasio Pendapatan Asli Daerah dan Transfer ke Daerah terhadap Pendapatan
APBD dapat dilihat bahwa daerah di wilayah Kalimantan Barat Rasio dana transfer lebih
besar dari pada rasio PAD yang berarti memiliki ketergantungan yang relatif tinggi tehadap
transfer dari Pemerintah Pusat
341 Dana Transfer Umum
a Dana Alokasi Umum
Grafik III3
Realisasi DAU Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan Barat
Sumber data simtrada
00050000
100000150000200000
2018 2019
42
Total realisasi DAU di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp1214 triliun naik 276 persen
dibanding realisasi DAU tahun sebelumnya Dari realisasi DAU tahun 2019 tersebut empat
pemerintah daerah yang realisasi DAU terbesar yaitu Pemprov Kalimantan Barat sebesar
Rp175 triliun diikuti Kabupaten Ketapang sebesar Rp114 triliun Kabupaten Kapuas Hulu
Rp99768 miliar dan Kabupaten Sintang Rp93421 miliar
b Dana bagi Hasil Grafik III4
Realisasi DBH Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan barat
Total realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) tahun 2019 sebesar Rp69872 miliar naik 592 persen
jika dibandingkan dengan alokasi DBH tahun sebelumnya Empat daerah dengan realisasi
DBH terbesar yakni Pemrov Kalimantan Barat sebesar Rp18663 miliar diikuti Kabupaten
Ketapang Rp10844 miliar Kabupaten Sanggau Rp8321 miliar dan Kota Pontianak Rp3910
miliar Kabupaten dengan realisasi DBH terkecil adalah Kota singkawang sebesar Rp1428
miliar Ketapang sebagai Daerah Tingkat II dengan realisasi DBH terbesar merupakan daerah
yang memiliki tambang bauksit dan tambang emas Demikian juga Kabupaten Sanggau
merupakan daerah yang memiliki hasil tambang Bauksit yang nantinya diolah menjadi alumina
(bahan pembuat alumunium) Sedangkan Kota Pontianak merupakan pusat perekonomian
yang memiliki penerimaan pajak PPh terbesar
342 Dana Transfer Khusus
a Dana alokasi Khusus (DAK) Fisik Total DAK Fisik yang dialokasikan pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami
peningkatan sebesar 641 persen atau senilai Rp 15764 miliar dibandingkan tahun 2018
Perkembangan pagu dan realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat
pada tabel berikut
0005000
10000150002000025000
2018 2019
43
Tabel III14
Pagu dan Realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (dalam miliar)
No Pemda 2019 2018
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 Kalbar 33283 31974 9607 42384 3843 9067
2 Mempawah 8996 8744 972 11663 11503 9863
3 Kubu Raya 12692 11337 8932 19237 18966 9859
4 Pontianak 8735 7998 9156 7863 7527 9574
5 Sintang 19271 183 9496 21637 20304 9384
6 Melawi 1726 16708 968 10885 10134 931
7 Sambas 20922 19813 947 17156 1659 967
8 Bengkayang 19266 15038 7805 9425 906 9612
9 Singkawang 8532 8042 9426 11478 9596 836
10 Ketapang 32914 31635 9611 175 16616 9495
11 Kayong Utara 11614 10174 876 11582 10958 9461
12 Kapuas Hulu 24632 22911 9301 16723 16494 9863
13 Sanggau 1942 19044 9806 18723 15686 8378
14 Landak 1669 16216 9716 15833 15536 9812
15 Sekadau 7252 6814 9396 13626 1059 7772
JUMLAH 261479 244748 139882 245715 22799 13948
sumber data Omspan
Persentase penyaluran DAK Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 081 persen
dibandingkan tahun sebelumnya Kenaikan ini setara dengan Rp 16758 miliar Pada
tahun 2019 terdapat sisa dana yang tidak direalisasikan sebesar Rp 16731 miliar atau
berkurang dari Rp 17725 miliar pada tahun 2018 Hal ini menunjukkan peningkatan
kinerja penyaluran DAK Fisik Kabupaten Bengkayang memiliki kontribusi terbesar
terhadap DAK Fisik yang tidak disalurkan yaitu Rp 4228 miliar Penyebab DAK Fisik yang
tidak disalurkan ini diakibatkan oleh 2 (dua) hal yaitu efisiensi anggaransisa lelang dan
pekerjaan yang tidak terlaksanagagal lelang Kabupaten Sanggau memiliki kinerja terbaik
dari persepsi penyaluran DAK Fisik dengan penyaluran mencapai 9806 persen dari pagu
disusul Kabupaten Landak dengan penyaluran 9720 persen dari pagu Kinerja yang
kurang memuaskan pada persepsi penyaluran kembali dipegang oleh Kabupaten
Bengkayang dengan penyaluran 7805 persen dari pagu dan disusul oleh Kabupaten
Kayong Utara dengan penyaluran 8760 persen dari pagu
44
b Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami peningkatan dengan total Rp 304 triliun
dibandingkan Rp 274 triliun pada tahun sebelumnya Perkembangan pagu dan realisasi
DAK Non Fisik dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel III15
Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (dalam miliar)
No Pemda 2018 2019
Nilai Realisasi Alokasi Realisasi
1 Kalbar 113996 112406 9861 139515 137565 9860
2 Bengkayang 8909 833 9351 9833 9195 9380
3 Landak 11773 11353 9644 11956 11234 9400
4 Kapuas Hulu 1327 12752 961 14929 13944 9340
5 Ketapang 18288 16832 9204 18552 17909 9653
6 Mempawah 9091 8457 9303 9341 8291 8876
7 Sambas 18854 17923 9506 20014 18553 9270
8 Sanggau 13357 12363 9256 14416 13215 9167
9 Sintang 15969 15216 9529 17253 16504 9570
10 Pontianak 11526 11329 9829 1099 10155 9240
11 Singkawang 5808 537 9247 5832 5093 8732
12 Sekadau 6786 4461 6574 6655 5253 7893
13 Melawi 8733 834 955 9719 9412 9254
14 Kayong Utara 3845 3681 9573 4124 3811 9240
15 Kubu Raya 14042 1322 9415 14511 13778 9490
Jumlah 274246 262035 9555 307639 293909 9550
sumber datasimtrada Omspan (diolah)
Realisasi DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp 31874 miliar atau
1216 persen dibandingkan tahun 2018 Penyaluran DAK Non Fisik pada tahun 2019
sebesar 9554 persen mengalami penurunan 001 persen 44isbanding tahun sebelumnya
yang sebesar 9555 persen Secara nilai Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
menyumbangkan peningkatan realisasi terbesar yaitu Rp 25159 miliar atau 2238 persen
yang mayoritas berasal dari Dana BOS yaitu sebesar Rp 23722 miliar Kabupaten
Sekadau menjadi Pemerintah Daerah dengan penyerapan DAK Non Fisik terkecil hanya
7893 persen dari alokasi yang tersedia Kecilnya persentase realisasi ini diakibatkan oleh
adanya Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) yang tidak direalisasikan sebesar Rp 1234
miliar Kota Pontianak mengalami penurunan realisasi terbesar dengan penurunan
sebesar 589 persen Penurunan ini terjadi karena realisasi TPG yang pada tahun 2018
mencapai 100 persen pada tahun 2019 turun menjadi 9440 persen dan realisasi Dana
Bantuan Operasional Kesehatan turun dari 9874 persen menjadi 8134 persen
45
333 Dana Desa
Penyaluran dana desa Tahun 2018 dan 2019 di Wilayah Kalimantan Barat disalurkan untuk
membiayai pelaksanaan kegiatan melalui 5 bidang yaitu Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa Pelaksanaan Pembangunan Desa Pembinaan Kemasyarakatan Desa
Pemberdayaan Masyarakat Desa Penanggulangan Bencana Keadaan Darurat Dan
Mendesak dengan perkembangan penyaluran sebagai berikut
Tabel III16
Pagu dan Realisasi Dana Desa di Provinsi Kalimantan Barat (miliar) No KAB KOTA JUMLAH
DESA TAHUN 2018 TAHUN 2019
PAGU TOTAL PENYALUR
AN
CAPAIAN OUTPUT
PAGU TOTAL PENYAL
URAN
CAPAIAN
OUTPUT
1 Sambas 193 17284 17284 10000 9464 20498 20498 10000 7550
2 Sanggau 163 12878 12848 9976 9879 14986 14986 10000 8099
3 Sintang 390 29487 29472 9995 9914 33848 33848 10000 9002
4 Mempawah 60 5523 5523 10000 9820 6655 6655 10000 9051
5 Kapuas Hulu 278 22893 22893 10000 9878 26812 26768 9983 8915
6 Ketapang 253 21729 21729 10000 9293 25583 25583 10000 8901
7 Bengkayang 122 9240 9240 10000 9295 10655 10594 9943 5129
8 Landak 156 15416 15416 10000 9949 18537 18537 10000 9904
9 Melawi 169 13091 13091 10000 9981 15253 15253 10000 7871
10 Sekadau 87 6908 6876 9955 9582 8117 8049 9916 8244
11 Kayong Utara 43 3986 3986 10000 9384 4868 4809 9879 7965
12 Kubu Raya 117 11150 11033 9895 9677 13445 13166 9792 6685
TOTAL 2031 169586 169392 9989 9676 199257 198745 9974 8112
Sumber data Omspan (diolah)
Total alokasi tahun 2018 sebesar Rp169586 miiar untuk 2031 desa realisasi penyaluran
sebesar Rp169392 miliar atau 9989 persen Penyaluran Dana Desa terbesar pada
Kabupaten Sintang Rp29472 miliar sedangkan penyaluran terkecil Kabupaten Kayong
Utara yakni Rp3986 miliar Terdapat empat Kabupaten yang penyaluran Dana Desa tidak
mencapai 100 persen yaitu Kabupaten Sanggau Sintang Sekadau dan Kubu Raya Untuk
capaian output yang tertinggi Kabupaten Melawi yaitu 9981 persen dan terendah adalah
Kabupaten Ketapang 9293 persen Alokasi dana desa tahun 2019 sebesar Rp199257
miliar untuk 2031 desa realisasi penyaluran sebesar Rp198745 miliar atau 9974 persen
Sisa Dana Desa yang tidak tersalur sebesar Rp512 miliar Penyaluran Dana Desa terbesar
pada Kabupaten Sintang Rp33848 miliar sedangkan penyaluran terkecil pada Kabupaten
Kayong Utara yakni hanya Rp4809 miliar Terdapat enam Kabupaten yang penyaluran
Dana Desa tidak mencapai 100 persen yaitu Kapuas Hulu Bengkayang Melawi Sekadau
Kayong Utara dan Kubu Raya Realisasi Penyaluran Dana Desa tahun 2019 sebesar
Rp198745 miliar atau 9974 persen terjadi penurunan sebesar 015 persen apabila
46
dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 Hal ini dikarenakan terdapat sisa dana semula
Rp194 miliar (empat Kabupaten) menjadi Rp512 miliar (enam Kabupaten)
343 Dana Insentif Daerah (DID)
Grafik III5
Realisasi Dana Insentif Daerah Tahun 2018-2019 Kalimantan Barat
sumber data simtrada Omspan (diolah)
Dari total alokasi DID tahun 2019 yang sebesar Rp 12753 miliar telah terealisasi sebesar
Rp12288 miliar atau 9635 persen Dari 14 Pemda ProvinsiKabKota hanya 6 Daerah yang
mendapatkan alokasi DID di tahun 2019 yakni Prov Kalbar Kab Ketapang Kab
Mempawah Kab Sanggau Kota Pontianak dan Kab Kubu Raya Ada lima daerah
terealisasi 100 persen yaitu Kalbar Ketapang Sanggau Pontianak dan Kubu Raya
Sementara itu Mempawah terealisasi 465 miliar dari 930 miliar atau sebesar 50 persen
35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL
Arus kas masuk (cash in flow) Pemerintah Pusat adalah semua penerimaan yang
diterima oleh Pemerintah pusat di provinsi daerah tertentu sedangkan arus kas keluar
(cash out flow) adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada
pemerintah daerah Yang termasuk arus kas masuk adalah semua penerimaan negara yang
diterima oleh Pemerintah Pusat seperti penerimaan pajak PNBP dan hibah Sedangkan
yang termasuk dalam arus kas keluar Pemerintah Pusat adalah semua belanja pemerintah
dalam APBN yang terdiri dari belanja KPKDDKTPUB dan dana transfer Selisih antara
kontribusi penerimaan Negara pada suatu daerah dengan pengeluaran pemerintah pusat
tersebut akan menghasilkan kondisi surplusdefisit Kondisi surplus mengindikasikan bahwa
daerah tersebut memberikan subsidi silang kepada daerah lain di Indonesia sementara
kondisi defisit mengindikasikan bahwa daerah tersebut menerima subsidi silang dari daerah
0001000200030004000500060007000
2018 2019
47
lain di Indonesia Tabel dibawah ini merupakan cash flow Pemerintah di wilayah Provinsi
Kalimantan Barat
Tabel III17
Cash Flow Pemerintah Pusat di Kalimantan Barat TA 2019 (miliar)
DEFISIT 2194324
Cash in Flow Cash Out Flow
Penerimaan Pajak Dalam negeri 667813 Belanja Pemerintah Pusat 970984
Bea MasukBea Keluar 60735 Transfer ke daerah amp dana desa
2034266
PNBP 82378
810926 3005250
sumber data Omspan Monev Pa (dioalah)
35 PENGELOLAAN BLU PUSAT
a Profil dan jenis layanan satker BLU pusat
Dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat tahun
2019 terdapat 3 (tiga) Satker BLU yang terdiri 2 (dua) satker BLU layanan Pendidikan
dan 2 (dua) satker BLU layanan kesehatan Dua satker BLU layanan pendidikan yaitu
Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Pontianak dan Universitas Tanjungpura Pontianak
sedangkan satker BLU layanan kesehatan adalah Rumah Sakit (RS) Bhayangkara
Pontianak dan RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR
Tabel III18
Profil BLU di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 (miliar)
No Jenis Layanan
Satker BLU Nilai Aset Pagu PNBP
Pagu RM Jumlah Pagu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pendidikan Poltekkes Pontianak 21801 3455 4898 8353
Universitas Tanjungpura 2093628 38593 5947 4454
2 Kesehatan RS Bhayangkara Pontianak 9127 4204 777 4981
RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR
2486 2228 1582 381
Sumber LRA
1) Poltekkes Pontianak berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial Nomor 298Menkes-KesosSKIV2001 tanggal 16 April 2001
dan ditetapkan menjadi Satker BLU berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
403KMK052011 tanggal 1 Desember 2011 Dengan visi ldquoMenjadi Institusi Pendidikan
Tinggi Kesehatan yang Bermutu dan Mampu Bersaing di Tingkat Regional pada Tahun
48
2020 (2016-2020)rdquo Poltekkes Kemenkes Pontianak memberikan pelayanan kesehatan
meliputi Jurusan Kesehatan Lingkungan Jurusan Gizi Jurusan Kebidanan Jurusan
Keperawatan Jurusan Analis Kesehatan dan Jurusan Perawat Gigi Pada tahun 2019
Poltekes Pontianak mendapatkan pagu dalam DIPA sebesar Rp 8353 dengan pagu
PNBP sebesar Rp3455 miliar dan pagu RM sebesar Rp4898 miliar Sementara aset
yang dimiliki sebesar Rp21801 miliar yang terdiri dari aset lancar Rp581 miliar aset
tetap Rp21199 dan aset lainnya Rp21801
2) RS Bhayangkara Pontianak telah menjadi satker BLU sejak tahun 2015 sesuai
Keputusan Menteri Keuangan nomor 501KMK052015 RS Bhayangkara ini telah
beroperasi sejak tahun 2002 Pagu DIPA RS Bhayangkara Pontianak di tahun 2019
adalah sebesar Rp4981 miliar dengan pagu PNBP sebesar Rp4204 dan pagu RM
sebesar Rp777 miliar Sementara aset yang dimiliki sebesar Rp9127 yang terdiri dari
aset lancar Rp547 miliar dan aset tetap Rp8579
3) Universitas Tanjungpura menjadi BLU layanan pendidikan berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan nomor 830KMK052017 dan mulai mendapatkan DIPA BLU pada
tahun 2018 Pagu DIPA universitas ini di tahun 2019 adalah sebesar Rp4454 miliar
dengan pagu PNBP sebesar Rp38593 dan pagu RM sebesar Rp5947 Sementara
total aset yang dimiliki sebesar Rp2093628 miliar
4) Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019
tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar
dengan komposisi Pagu Rm sebesar Rp1582 miliar dan pagu PNBP senesar Rp2228
miliar Sementara total aset di tahun 2019 sebesar Rp2482 miliar dengan perincian
aset tetap Rp762 miliar dan aset lancar sebesar Rp1723 miliar
b Perkembangan Pengelolaan Aset Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU
1) Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU
Perkembangan pengelolaan aset satker BLU dalam jangka waktu dua tahun terakhir
dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel III19
Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di Kalimantan Barat
No Satker BLU Aset tahun 2018 Aset tahun 2019
(1) (2) (3) (4)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak 22174 21801
2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 6734 9127
3 Universitas Tanjungpura 2217907 2093628
49
4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi BLU
2486
sumber Neraca E-rekon
Nilai aset pada satker BLU Poltekkes Pontianak mengalami penurunan sebesar
17 persen dari Rp22174 miliar di tahun 2018 menjadi Rp21801 miliar di tahun
2019 Sedangkan di RS Bhayangkara nilai asetnya meningkat dari Rp6734 miliar
menjadi 9127 miliar atau 355 persen Sedangkan nilai aset satker BLU Untan
menurun 56 persen dari 2217907 pada tahun 2018 menurun menjadi 2093628
ditahun 2019 Sedangkan untuk RS TK II Kartika Husada yang baru di tetapkan
menjadi satker BLU di tahun 2019 perkembangan aset asetnya naik 305 persen
dari 1905 miliar di tahun 2018 menjadi 2486 miliar di tahun 2019
2) Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU
Satker BLU di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019 mendapatkan pagu PNBP
dan pagu RM sebagaimana tercantum dalam DIPA Ada pun perkembangan pagu
tahun 2019 dan tahun 2018 dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel III20
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker (miliar)
No Satker BLU Tahun 2018 Tahun 2019
Pagu PNBP Pagu RM Pagu PNBP
Pagu RM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak 4480 4504 3455 4898
2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 4282 7010 4204 777
3 Universitas Tanjungpura 3177 20876 38593 5947
4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi satker BLU 2228 1582
Sumber LRA E-rekon
Pada tahun 2019 pagu RM Satker BLU Politekes Pontianak naik 87 persen dibanding
tahun 2018 sedangkan pagu PNBP menurun 229 persen Pagu RM naik sebesar
Rp394 miliar atau 87 persen dari Rp4504 miliar di tahun 2018 menjadi Rp4898 miliar
pada tahun 2019 Sedangkan pagu PNBP mengalami penurunan dari Rp448 miliar di
tahun 2018 menjadi Rp345 miliar pada tahun 2019 atau turun sebesar Rp1025 miliar
atau 229 persen
Selanjutnya untuk satker BLU layanan kesehatan yakni RS Bhayangkara Pontianak
perkembangan pagu PNBP menurun dari Rp4282 miliar menjadi Rp4204 miliar atau
18 persen sedangkan untuk pagu RM mengalami kenaikan 108 persen
50
Universitas Tanjungpura di tahun 2019 ini baru menjadi satker BLU setelah
sebelumnya adalah satker PNBP Di tahun 2019 Untan mendapat pagu PNBP sebesar
Rp38593 miliar dan pagu RM sebesar Rp5947 miliar
Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019
tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar
c Kemandirian BLU
Salah tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk
mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government) oleh karena itu satker BLU
didorong untuk dapat menciptakan kemandirian dirinya sendiri Kemandirian tersebut
dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM) dari APBN dan
bertambahnya alokasi pagu PNBP dari hasil layanan satker Semakin tinggi porsi pagu
PNBP dibanding pagu RM maka satker BLU dianggap memiliki tingkat kemandirian yang
lebih baik
TabelIII21
Tingkat Kemandirian BLU di Provinsi Kalimantan Barat (miliar)
sumber e rekon diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 alokasi pagu PNBP
pada Satker Politeknik Kesehatan Pontianak masih dibawah 50 persen Sedangkan untuk
Satker BLU Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak alokasi pagu PNBP di tahun 2018
sebear 8593 persen dan tahun 2019 844 persen Hal ini menunjukkan bahwa Rumah
Sakit Bhayangkara Pontianak sejak tahun 2018 memiliki tingkat kemandirian yang tinggi
dan demikian juga di tahun 2019 Dari besarnya persentase pagu PNBP tersebut dapat
dilihat bahwa dalam kegiatan operasional RS Bhayangkara Pontianak lebih ditunjang oleh
PNBP yang dikelolanya dan bisa disimpulkan mempunyai tingkat kemandirian yang baik
No Satker BLU Nilai aset 2019
Tahun 2018 Tahun 2019
Pagu PNB
P
Pagu RM
Pagu PNBP
Pagu RM
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak
4480 4987
4504 5013 3455 414 4898 586
2 Rumkit Bhayangkara Pontianak
4282 8593
7010 1407 4204 844 777 156
3 Univ Tanjungpura
3177 6035
20876 3965 38593 866 5947 134
4 RS Kartika Husada
Belum menjadi satker BLU 2228 585 1582 2705
51
Untan di tahun 2018 sebagai satker BLU yang baru memiliki tingkat kemandirian di
atas 6035 persen dan meningkat signifikan di tahun 2019 menjadi 866 persen hal ini
mengindikasikan ada perkembangan yang pelayanan pendidikan oleh Untan Sedangkan
untuk RS Kartika Husada baru dtetapkan menjadi satker BLU di bulan Juli 2019
d Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP
Di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 120 satker yang mengelola dana PNBP Dari
120 satker PNBP tersebut terdapat 3 satker yang mempunyai alokasi pagu PNBP
terbesar antara lain tersebut dibawah ini
Tabel III22
Profil dan Jenis layanan Satker PNBP di Provinsi Kalimanatan Barat Tahun 2019
No Jenis Layanan
Satker PNBP Nilai Aset Pagu PNBP
Pagu RM Jumlah Pagu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2 Pendidikan Politeknik Negeri Pontianak 272 6284 9004
4 Pendidikan IAIN Pontianak 2012 5024 7036
Sumber LRA diolah
Tabel III23
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP di Provinsi Kalimantan Barat
No Satker PNBP Tahun 2017 Tahun 2019
Pagu PNBP
Pagu RM Pagu PNBP
Pagu RM
2 Politeknik Negeri Pontianak 2197 5904 272 6284
3 IAIN Pontianak 1775 4297 2012 5024
Sumber SPAN diolah
Dari tabel diatas terlihat bahwa Politeknik Negeri Pontianak mengalami peningkatan
persentase pagu PNBP sebesar Rp523 miliar atau 238 persen Demikian juga IAIN
Pontianak pagu PNBP meningkat Rp237 miliar atau 134 persen Dari ke dua satker
PNBP tersebut Politeknik Negeri Pontianak yang paling berpotensi untuk menjadi satker
BLU karena sumber dana PNBP lebih besar dibanding sumber dana PNBP pada satker
IAIN Pontianak meskipun mempunyai potensi menjadi satker BLU namun keduanya
belum menunjukan kemandirian karena sumber dana yang mereka gunakan lebih banyak
dari dana APBN (RM) dibandingkan dana PNBP
e Analisis terkait pengelolaan BLU
1 Analisis Kemandirian BLU
a Rasio Antara Sumber Dana PNBP (BLU) dan RM
Meskipun tujuan pembentukan BLU adalah tanpa mengutamakan mencari
keuntungan namun diharapkan dengan pelayanan yang meningkat maka secara
52
langsung juga pendapatannya meningkat Lebih jauh lagi diharapkan persentase
belanja satker BLU yang bersumber dari rupiah murni semakin menurun digantikan
dengan sumber belanja dari pendapatan BLU
Tabel III24
Rasio Sumber Dana BLU (PNBP dengan RM) miliar
Satker BLU 2017 2018 2019
PNBP RM PNBP RM
PNBP RM PNBP RM
PNBP RM PNBP RM
Politeknik Kesehatan Pontianak
4966 5279 094 4480 4504 099 3455 4898 070
RS Bhayangkara Pontianak
346 700 487 4282 701 611 4204 777 541
Universitas Tanjungpura
Belum menjadi satker BLU
3177 20876 152 38593 5947 648
RS Kartika Husada Belum menjadi satker BLU 2228 1582 14
Pada Universitas Tanjungpura Pontianak dari tahun 2018 hingga tahun 2019
rasio antara sumber dana PNBP dengan sumber dana RM semakin meningkat yang
nampak pada pagu PNBP yang semakin meningkat Hal ini menandakan tingkat
kemandirian BLU Universitas Tanjungpura semakin membaik Sedangkan pada
Rumah sakit Bhayangkara terdapat penurunan atas pagu PNBP nya hal ini karena
pada tahun 2019 RS Bhayangkara Pontianak melakukan renovasi gedung dan
ruang perawatan yang mempengaruhi jumlah layanan pasien dan penerimaan
PNBP nya
b Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional
Kemandirian Satker BLU selain dapat dilihat dari Rasio Antara Sumber Dana
PNBP dan RM sebagaimana pada poin a dapat pula dinilai dari Rasio PNBP
terhadap biaya operasional BLU Untuk rasio ini BLU di Kalimantan Barat memiliki
rasio yang cukup baik
Tabel III25
Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional (persen)
Satker BLU 2018 2019
Pendapatan PNBP
Biaya Operasional
Pendapatan PNBP
Biaya Operasional
Politekkes Pontianak
3038 6360 48 2702 7725 35
RS Bhayangkara Pontianak
3034 3616 84 2802 4347 64
Universitas Tanjungpura
41371 45355 91 34461 51317 67
53
RS Kartika Husada
Belum menjadi satker BLU 5056 6264 81
Berdasarkan tabel di atas di tahun 2018 pada Satker BLU Politeknik Kesehatan
Pontianak perbandingan antara pendapatan BLU dengan biaya operasional didapat
hasil 48 persen (rasio PNBP terhadap biaya operasional 48 persen) Sedangkan
untuk tahun 2018 rasio kemandirian Satker BLU Poltekkes Pontianak menurun
menjadi 35 persen Penurunan ini disebabkan jumlah pendapatan PNBP yang
menurun sedangkan biaya operasional meningkat Penurunan pendapatan karena
penurunan jumlah mahasiswa baru
RS Bhayangkara Pontianak dari hasil perhitungan rasio pendapatan BLU dengan
biaya operasional didapat hasil 84 persen di tahun 2018 dan mengalami penurunan
menjadi 64 persen Penurunan rasio disebabkan penurunan pendapatan dan
sebaliknya belanja meningkat Penurunan pendapatan disebabkan pendapatan
yang berasal dari rawat inap berkurang Hal ini disebabkan penghapusan gedung
layanan lama yang disertai dengan pembangunan gedung rawat inap baru Namun
secara rasio RS Bhayangkara masih memiliki tingkat kemandirian yang yaitu
diatas 60 persen
Univ Tanjungpura ditahun 2018 sebagai satker BLU baru memiliki rasio 91
persen Ini menandakan Untan sebagai satker BLU memiliki kemandirian yang
sangat baik Sedangkan untuk RS Kartika Husada yang merupakan Rumah sakit
dibawah Kodam Tanjungpura dan baru ditetapkan menjadi BLU penuh di bulan Juli
2019 sudah memiliki awal yang baik dengan tingkat kemandirian (rasio PNBP
dengan biaya operasional ) sebesar 81 persen
f Analisis Efektifitas BLU
Analisa efektifitas BLU adalah analisis untuk mengetahui efektifitas dibentuknya BLU
yaitu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan fleksibilitas
dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi produktifitas dan penerapan
praktek bisnis yang sehat Peningkatan layanan antara lain juga dapat dilihat dari
pendapatan yang dihasilkan dari layanan BLU Analisis efektifitas BLU didapat dari rasio
pendapatan operasional terhadap asset tetap atau rasio perputaran asset tetap Tujuan
analisis ini adalah untuk mengetahui kemampuan BLU untuk menghasilkan pendapatan
dari aset yang dimilikinya
54
Tabel III26
Analisis Efektifitas BLU
Satker BLU 2018 2019
Pendapatan Operasional
Aset Tetap Pendapatan Operasional
Aset Tetap
Politeknik Kesehatan Pontianak
3038 21286 142 2702 21801 124
RS Bhayangkara Pontianak 3034 4832 627 2802 9127 307
Universitas Tanjungpura 41371 2175410 190 34461 2093628 16
RS Kartika HUsada Belum menjadi satker BLU 5056 2486 203
sumber data e rekon
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perputaran aset tetap satker BLU Politekkes
Pontianak tahun 2018 sebesar 142 persen dan mengalami penurunan di tahun 2019
menjadi 124 persen Dari rasio tersebut artinya kemampuan Poltekkes Pontianak
memperoleh pendapatan berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah sebesar 124
persen Penurunan rasio ini disebabkan pendapatan BLU yang menurun di tahun 2019
Sedangkan perputaran aset untuk Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak pada tahun 2019
mengalami penurunan dari 627 persen di tahun 2018 menjadi 307 persen di tahun 2019
Penurunan rasio ini disebabkan penurunan pendapatan BLU dan juga kenaikan aset
tetap Kemampuan RS Bhayangkara Pontianak tahun 2019 untuk memperoleh
pendapatan BLU berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah 307 persen
Kemampuan Untan memperoleh pendapatannya berdasarkan asset tetap yang
dimilikinya di tahun 2019 sebesar 16 persen
g Analisis Legal BLU
Pemberian fleksibilitas pengelolaan keuangan kepada Satker BLU adalah tetap dalam
koridor penerapan tata kelola pemerintahan yang baik Satker BLU tetap mempunyai
kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang telah diatur di dalam undang-undang
Tabel III27
Kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan Keuangan
Kewajiban Politeknik Kesehatan Pontianak
RS Bhayangkara
Pontianak
Universitas Tanjungpura
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Penyusunan amp Penyampaian Rencana Bisnis Anggaran
Ya - Ya - Ya -
Penyusunan amp penyampaian Lap Keu (standar akuntansi Keu)
Ya - Ya - Ya -
55
Berdasarkan tabel kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan keuangan
dapat dilihat bahwa BLU di Provinsi Kalimantan Barat yakni Politeknik Kesehatan
Pontianak RS Bhayangkara Pontianak dan Universitas Tanjungpura telah memenuhi
semua kewajiban dalam rangka penerapan tata kelola dan pengelolaan keuangan BLU
sesuai dengan ketentuan (peraturan perundang-undangan)
37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT
Dalam rangka peningkatan pembangunan di Wilayah Kalimantan Barat Pemerintah
berusaha memperdayakan potensi yang ada guna mendukung pembangunan ekonomi di
daerah diantaranya berupa Dana Invstasi Pusat yang diberikan kepada Pemda melalui
pinjaman dan Investasi Kredit Program kepada UMKM di Wilayah Kalimantan Barat Kanwil
Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat berkewajiban menatausahakan investasi
pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi khususnya penerusan pinjaman (Subsidary
Loan Agreement) Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat) dan Pembiayaan Ultra Mikro
(UMi)
371 Penerusan Pinjaman (Subsidary Loan Agreement)
Penerusan Pinjaman Pemerintah Pusat (Subsidiary Loan Agreement) kepada
Pemerintah DaerahPerusahaan DaerahBUMD Penerusan pinjaman yang diberikan
kepada PDAM maupun Pemda dimaksudkan untuk meningkatkan atau memperbaiki
tata kelola penyediaan air minum kepada masyarakat baik dari segi infrastruktur maupun
percepatan penyedian air minum
Pada tahun 2019 masih terdapat 1 (satu) pinjaman BUMD dan Pemda menunggu
penyelesaian penghapusan yaitu Pemerintah Kota Singkawang dengan sisa hutang
sebesar Rp1766635437024 yang diselesaikan melalui proses pelaksanaan debt swap
sebesar Rp1398691928715 dan penghapusan utang murni Rp367943508309
Pemerintah Kota Singkawang telah mengalokasikan program debt swap pada APBD
tahun anggaran 2017 melalui DPPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
berupa kegiatan Pembangunan Bangsal Ruang Inap Kelas I RSUD Abdul Aziz di
Singkawang dengan realisasi pembangunan sebesar Rp14407200000 dan telah
dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat
Penyampaian Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU
Ya - Ya - Ya -
Persetujuan Tarif Layanan oleh Menteri Keuangan
Ya - Ya - Ya -
Persetujuan Pembukaan Rekening Ya - Ya - Ya -
Penyusunan SOP pengelolaan keuangan BLU
Ya - Ya - Ya -
56
Tabel III31
Profil Oustanding Penerusan Pinjaman BUMD dan PEMDA di
Prov Kalbar Tahun 2018
Sumber Data Kanwil Data PemdaBUMNBUMD Penerima SLA Dit SMI
372 Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat)
Investasi Pemerintah Pusat lainnya adalah Program Kredit Program berupa
pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM (KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan
Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 debitur)
jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar
atau 1135 persen
TabelIII32
Penyaluran KUR Wilayah Kalimantan Barat Tahun 2019
No KabKota 2018 2019
Akad Debitur Akad Debitur
1 Kalimantan Barat 1650000000 29 1055000000 30
2 Kab Sambas 172012480000 5063 178155490000 4706
3 Kab Mempawah 117141764400 3853 117924669245 3337
4 Kab Sanggau 137303602000 3683 151852745000 3768
5 Kab Ketapang 134775029932 3445 115111754000 3193
6 Kab Sintang 169583544950 3539 214178312000 3769
7 Kab Kapuas Hulu 74602388591 2755 101002500000 3412
8 Kab Bengkayang 62169980000 1909 61608265000 2069
9 Kab Landak 84971200000 2710 99536500000 2866
10 Kab Sekadau 82259245000 1715 76000490000 1679
11 Kab Melawi 60856245000 1378 84465707561 1292
12 Kab Kayong utara 24188290000 826 25003500000 824
13 Kab Kubu Raya 151025480000 3883 193886370000 4216
14 Kota Pontianak 256541689000 4730 283349999288 4710
15 Kota Singkawang 85998890400 1993 95216230108 1907
Total 1615079829273 41511 1798347532202 41778
Sumber SIKP Dit SMI 2019
Penyaluran KUR tersebar di beberapa Lembaga Keuangan di wilayah Kalimantan
Barat melalui aplikasi online system data KUR dengan Sistem Informasi Kredit Program
57
(SIKP) untuk wilayah Kalbar terdapat 16 lembaga keuangan yang ditunjuk sebagi
penyalur Sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini
Tabel II32 Penyaluran KUR per Bank Provinsi Kalbar Tahun 2019
No Nama Bank Jumlah
Rupiah Debitur
1 BPD Jawa Tengah 500000000 1
2 BPD Kalimantan Barat 235246000000 2225
3 BPD Kalimantan Selatan 100000000 1
4 BPD Kaltimtara 50000000 1
5 BPD Riau Kepri 250000000 1
6 BRI Syariah 28661000000 868
7 Bank Bukopin 1680000000 6
8 Bank Central Asia 3075000000 13
9 Bank Mandiri 374774669000 4448
10 Bank Maybank 1220000000 4
11 Bank Negara Indonesia 308639830404 1794
12 Bank Rakyat Indonesia 837567307798 32376
13 Bank Sinarmas 6014000000 25
14 Bank Tabungan Negara 400000000 3
15 CTBC Bank 58980000 4
16 Internusa Tribuana Citra Multifinance 110745000 8
1798347532202 41778
Sumber SIKP Dit SMI 2019
Berdasarkan data aplikasi SIKP penyaluran KUR mencapai sebesar Rp179834
miliar dengan jumlah debitur 41778 orang tersebar melaui skema Usaha Mikro sebesar
Rp73601 miliar (34757 debitur) Kecil dan menengah sebesar Rp106172 miliar (6977
debitur) dan TKI sebesar Rp61874 juta (44 debitur) Bank Rakyat Indonesia (BRI)
merupakan lembaga terbesar penyalur KUR yakni sebesar Rp83756 miliar Sebagian
besar investasi digunakan pada sektor perdagangan yaitu sebesar Rp93627 miliar
(20750 debitur) atau 5178 persen disusul bidang Pertanian Perburuhan dan
Kehutanan sebesar Rp47943 miliar (15953 debitur) atau 2651 persen dan Jasa
Kemasyarakatan Sosial Budaya Hiburan dan Perorangan lainnya sebesar Rp9811
miliar (2398 debitur) atau 543 persen
Hasil monitoring Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov Kalbar terhadap penyaluran
kredit program dapat dikatakan bahwa Pemerintah sangat memperhatikan dan
mengharapkan adanya perkembangan usaha serta peningkatan ekonomi bagi UMKM di
wilayah Kalimantan Barat hal ini menunjukan bahwa program KUR sangat bermanfaat
58
dan berdampak terhadap perkembangan kegiatan usaha bahkan pertumbuhan ekonomi
di Kalimantan Barat Dalam perkembangannya hasil survey di lapangan yang diambil
secara sampling terhadap 82 debitur program KUR di wilayah Kalbar didominasi oleh
Sektorbidang usaha perdagangan yaitu sebesar 5976 persen atau 49 pelaku UMKM
disusul bidang usaha jasa sebesar 1951 persen atau 16 pelaku UMKM dan Pertanian
Peternakan dan Perkebunan 1220 persen atau 10 pelaku UMKM sedangkan sektor
usaha lainnya sebesar 853 persen atau 7 pelaku UMKM Sesuai Permenko Bidang
Perekonomian nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanan KUR sektor di luar
sektor perdagangan dikelompokkan sebagai sektor produksi Dengan demikian
berdasarkan hasil survey responden debitur KUR di sektor produksi hanya mencapai
4124 persen Hal ini masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama
pada sektor produksi sebesar 60 persen
Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar
sasaran dan tujuan program KUR dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran
KUR diarahkan agar lebih banyak menyasar UMKM di sektor produksi (non
perdagangan) yaitu dengan memberikan target minimal penyaluran ke sektor produksi
sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan skema KUR
Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat perkebunan
rakyat dan peternakan rakyat
373 Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)
Tahun 2019 jumlah penyaluran UMi di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar
Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen
Tabel III33
Penyaluran UMI Provinsi Kalbar Tahun 2019
No Tahun 2018 2019
KabKota Akad Debitur Akad Debitur
1 Kayong Utara 11000000 2 208000000 28
2 Ketapang 229000000 32 1055800000 165
3 Kubu Raya 1447315688 356 1176000000 314
4 Landak 860878000 194 200500000 45
5 Melawi 155000000 24 210000000 29
6 Mempawah 3188943000 758 3574105000 1027
7 Sambas 358000000 50 232400000 30
8 Sanggau 148500000 21 622933000 93
9 Sintang 90500000 14 235700000 44
59
10 Pontianak 1671500000 638 2805350000 931
11 Singkawang 185000000 25 188500000 28
12 Bengkayang 31000000 4 5000000 1
13 Kapuas Hulu 7000000 2 7000000 2
14 Sekadau 30000000 4 - -
Jumlah 8413636688 2124 10521288000 2737
Berdasarkan data aplikasi SIKP UMi penyaluran UMi di Kalimantan Barat mencapai
sebesar Rp1052 miliar dengan jumlah debitur 2737 orang pembiayaan UMi dilakukan
melalui penyalur perantara yang merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
diantaranya adalah PT Pegadaian (Persero) PT Bahana Artha Ventura PT
Permodalan Nasional Madani (Persero) serta beberapa Koperasi baik melalui
pembiayaan konvensional danatau pembiayaan syariah LembagaLankage penyalur
terbesar yaitu PT PNM merupakan lembaga terbesar penyalur UMi yakni sebesar
Rp443 miliar (1531 debitur) PT Pegadaian sebesar Rp263 miliar (453 debitur) KSPS
BMT UGT Sidogiri sebesar Rp188 miliar (337 debitur) dan KSPPS BMT Bina Umat
Sejahtera sebesar Rp154 miliar (408 debitur)
Tabel III33
Penyaluran UMI per LKBB Provinsi Kalbar Tahun 2019
NO PENYALUR LKBB TOTAL PENYALURAN Debitur
1 PT PEGADAIAN 2637600000 453
2 PNM 4427500000 1531
3 KSPPS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA 1535305000 408
4 KSPPS TAMZIS BINA UTAMA 26000000 6
5 KSPPS BMT BINA IHSANUL FIKRI 7000000 2
6 KSPS BMT UGT SIDOGIRI 1887883000 337
Total 10521288000 2737
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi penyaluran UMi yang dilaksanakan di
beberapa wilayah Kalimantan Barat terdapat faktor yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan penyaluran UMi di Kalimantan Barat antara lain
1 PenyalurLembaga Linkage selaku penyalur pembiayaan UMi belum tersebar atau tidak
memiliki kantor cabang di seluruh wilayah Kalbar sehingga potensi penyaluran pembiayaan
UMi kurang maksimal dan tidak bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Kalbar
2 Hasil produk UMKM terutama mutu dan kualitas produk belum dapat bersaing secara
global dengan produk daerah lain
Sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan usaha UMKM di wilayah
Kalimantan Barat adalah melakukan koordinasi dan kerjasama antara Pemda
60
Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalbar PenyalurLembaga Linkage
serta lembaga terkait lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada
debitur dan membantu mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada
masyarakat baik melalui pertemuan maupun dengan media cetak banner spanduk
dan lain-lain sehingga dapat mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha
Mikro bahkan dapat meningkat ke Mikro Kecil
38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN
BELANJA INFRASTRUKTUR DI DAERAH
381 Mandatory Spending di Daerah
Belanja mandatory merupakan belanja wajib yang diperintahkan oleh Undang-Undang
yakni belanja sektor kesehatan sebesar 5 persen dan belanja sektor Pendidikan sebesar
20 persen
a Belanja Sektor Pendidikan
Uraian 2017 2018 2019
Alokasi Fungsi Pendidikan 157554 185385 231676
Pagu Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF
929392 1117061 1049551
Rasio 017 017 022
Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan Penyelenggaraan pendidikan di daerah akan mampu menjembatani
kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya belajar di sekolah Untuk memenuhi hal
tersebut tentunya harus dialokasikan anggaran belanja pendidikan Belanja Pendidikan
merupakan belanja wajib (mandatory spending) yang mutlak harus dipenuhi yang
ditentukan batas minimal pengalokasian anggaran dalam APBN sebesar 20 persen Alokasi
belanja pemerintah pusat Fungsi Pendidikan tahun 2019 sebesar Rp231 triliun meningkat
46291 miliar atau 2497 persen dibanding alokasi tahun sebelumnya Rasio fungsi
Pendidikan di tahun 2019 mencapai 022 naik 005 bila dibandingkan dengan rasio fungsi
pendidikan tahun sebelumnya Peningkatan alokasi fungsi kesehatan ini diharapkan akan
meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat
b Belanja Sektor Kesehatan
Uraian 2017 2018 2019
Alokasi Fungsi Kesehatan
16020 19263 18897
Alokasi Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF
929392 1117061 1049551
Rasio 0017 0017 0018
61
Anggaran berdasarkan fungsi kesehatan merupakan anggaran belanja negara dimana
dana anggaran akan diarahkan untuk melaksanakan program-program dalam rangka
meningkatkan derajat tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik Ketentuan pasal 171
undang undang nomor 36 tahun 2009 menjadikan alokasi di bidang kesehatan mutlak
dipenuhi (mandatory spending) Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan
adalah dengan menyediakan berbagai infrastruktur dan pengadaan tenaga-tenaga
kesehatan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan umum Usaha ini ditujukan
untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat sekaligus dalam rangka peningkatan mutu fisikal
sumber daya manusia dan Indonesia Sehat Alokasi belanja pemerintah pusat Fungsi
Kesehatan tahun 2019 di Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp18897 miliar menurun 366
miliar atau 19 penurunan tersebut disebabkan meningkatnya anggaran kesehatan
melalui transfer ke daerah (DAK) Rasio Fungsi Kesehatan di tahun 2019 mencapai 0018
naik 0001 bila dibanding rasio Fungsi Kesehatan tahun sebelumnya Meningkatnya alokasi
fungsi kesehatan tersebut diharapkan semakin meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat
382 BELANJA INFRASTRUKTUR
Infrastruktur memiliki peran penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
Keberadaan infrastruktur akan mendorong mobilitas penduduk dan faktor produksi
terutama tenaga kerja serta memperlancar arus barang dan jasa sehingga akan
mendorong tumbuhnya produksi dan investasi Belanja infrastruktur oleh pemerintah pusat
di representasikan oleh pos Belanja Modal (53) pada belanja KL (APBN)
Grafik III
Alokasi dan Realisasi Belanja Modal Tahun 2015 - 2019
sumber data mebe (diolah)
Untuk Wilayah Kalimantan Barat secara agregat alokasi untuk pos belanja modal (53)
dari tahun 2015 sd 2019 fluktuatif nampak ada penurunan belanja modal KL di tahun
2019 dibanding tahun anggaran sebelumnya Meskipun ada penurunan alokasi belanja
modal tidak berarti pembangunan infrastruktur untuk wilayah Kalimantan Barat diabaikan
000
100000
200000
300000
400000
500000
2015 2016 2017 2018 2019
Pagu Realisasi
62
karena pembangunan infrastruktur juga di topang oleh Dana Alokasi Fisik dimana tahun
2019 alokasi DAK Fisik sebesar Rp261 triliun
Tahun 2019 Pagu total belanja KL di Kalimantan Barat Rp1049 triliun dan alokasi
untuk belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun atau 2288 persen dan telah terealiasi
Rp195 triliun Dari total alokasi belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun di tahun 2019
sebagian besar alokasi belanja modal ada pada Kementerian PUPR sebesar Rp15 triliun
atau 665 persen dan selanjutnya Kementerian Perhubungan sebesar Rp20417 miliar
atau 85 persen Dari alokasi sebesar Rp15 triliun yang dianggarkan pada kementerian
PUPR di Kalimantan Barat 61 persen alokasikan untuk pembangunan infrastruktur jalan
diantaranya jalan trans Kalimantan perbatasan Indonesia dan Malaysia yakni ruas jalan
nanga badau - entikong - aruk - temajok serta pembangunan jalan Nasional III dan III di
seluruh wilayah Provinsi Kalbar Diharapkan dengan pembangunan ruas jalan secara
merata ini akan mempermudah akses dan koneksifitas antar wilayah dan mengakselerasi
nilai tambah perekonomian masyarakat Kalimantan Barat yang tercermin dari adanya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dengan menguji pengaruh realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat dengan PAD
Prov Kalbar dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel
Hasil Regresi Sederhada Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat Terhadap PAD di Prov Kalbar
Tahun 2015-2019
R Square Significance
0049 0000
Dengan signifikasi 0000 menunjukkan bahwa realisasi Belanja Modal Pemerintah
Pusat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PAD R square 0049 berarti realisasi
Belanja Modal Pemerintah Pusat memiliki pengaruh positif sebesar 49 persen terhadap
PAD Provinsi Kalbar Hasil perhitungan regresi di atas menunjukkan bahwa setiap
kenaikan 1 rupiah Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat akan mendorong kenaikan
PAD sebesar Rp 0049 Apabila kenaikan Belanja Modal Pemerintah Pusat Rp 1 triliun
maka PAD akan naik sebesar Rp 49 miliar
Jembatan Kapuas PontianakJembatan ini memiliki panjang 42o meter dan lebar 6 meter Jembatan ini muali dibangun tahun 1980
BAB IV
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
APBD
63
41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan faktor pendorong utama dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah Selain itu kinerja pelaksanaan APBD juga
merupakan salah satu penentu tercapainya target sasaran makro ekonomi daerah yang
diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan tantangan dalam mewujudkan masyarakat
sejahtera dan mandiri Pemerintah daerah menggunakan APBD sebagai instrumen utama bagi
kebijakan publik di daerahnya
Untuk mencapai target tersebut Pemerintah Daerah Kalimantan Barat menyusun Alokasi
APBD Kalimantan Barat tahun anggaran 2019 sebagaimana terlihat pada tabel berikut
Tabel IV1
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
URAIAN 2018 2019
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PENDAPATAN 2443326 2422952 2543450 2563928
PENDAPATAN ASLI DAERAH
360621 390903 376276 404671
Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398
Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
16227 17161 18117 19075
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
98917 73671 85664 84200
PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816
Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak
77844 78654 78128 58493
Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649
Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
76467 113239 69129 97384
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
120005 121467 147048 180339
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
1850 1060 000 1419
64
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
105809 46616 94992 74442
Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318
Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124
BELANJA DAERAH 2499829 2345817 2604405 2510634
BELANJA OPERASI 1645895 1509851 1691108 1608335
Belanja Pegawai 841558 797512 935725 825216
Belanja Barang 606872 516897 599693 605691
Belanja Bunga 294 323 703 288
Belanja Subsidi 000 000 000 000
Belanja Hibah 190185 188493 145940 167928
Belanja Bantuan sosial 6987 6625 9047 9212
BELANJA MODAL 505628 470016 520212 498885
Belanja Modal 505628 470016 520212 498885
BELANJA TAK TERDUGA 3110 716 3213 625
Belanja Tak Terduga 3110 716 3213 625
BELANJA TRANSFER 345197 365234 389872 402789
TransferBagi Hasil Pendapatan
90177 99533 87458 102031
Belanja Bantuan Keuangan
255020 265701 302414 300757
SURPLUSDEFISIT -56503 77135 -60955 53295
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Anggaran pendapatan pada pemerintah provinsikabupatenkota di wilayah Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018
Anggaran pendapatan naik sebesar Rp 100124 miliar menjadi 2543450 miliar atau 410
persen Anggaran belanja juga mengalami kenaikan sebesar 418 persen menjadi sebesar Rp
2604405 miliar Kondisi APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik dengan
menghasilkan surplus Rp 53295 miliar di wilayah Kalimantan Barat
42 PENDAPATAN DAERAH
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pemerintah dituntut
untuk memiliki kemandirian keuangan daerah yang lebih besar Dengan tingkat kemandirian
keuangan yang lebih besar berarti daerah tidak akan lagi sangat bergantung pada bantuan dari
pemerintah pusat dan propinsi melalui dana transfer
Namun tidak berarti jika kemandirian keuangan daerah tinggi maka daerah sudah tidak perlu
lagi mendapatkan dana transfer Dana transfer masih tetap diperlukan untuk mempercepat
pemabngunan daerah Semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan maka daerah dapat
memberikan pelayanan publik yang lebih berkualitas melakukan investasi pembangunan jangka
panjang dan sebagainya
65
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Pendapatan Daerah adalah hak pemda yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan Pendapatan daerah
tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah
yang sah Berdasarkan ketentuan tersebut APBD Kalimantan Barat disusun dengan rincian
sebagai berikut
Tabel IV2
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Jenis Pendapatan Daerah
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
URAIAN 2018 2019
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PENDAPATAN ASLI DAERAH 360621 390903 376276 404671
Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398
Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
16227 17161 18117 19075
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 98917 73671 85664 84200
PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816
Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak
77844 78654 78128 58493
Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649
Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
76467 113239 69129 97384
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 120005 121467 147048 180339
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
1850 1060 000 1419
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 105809 46616 94992 74442
Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318
Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pada tahun 2019 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Barat mengalami
peningkatan sebesar Rp 13768 miliar atau 352 persen dibandingkan tahun 2018 dengan realisasi
melebihi target yaitu 10755 persen dari pagu yang dianggarkan Kenaikan pendapatan ini
terutama ditopang oleh Pajak Daerah yang terealisasi 11103 persen dan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang mencapai 10529 persen Retribusi Daerah juga melebihi
target dengan penerimaan sebesar 10305 persen
Pendapatan transfer terjadi kenaikan yang signifikan pada Dana Bagi Hasil Pajak dari
Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya yang mencapai 14087 persen dari target disusul oleh
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar 12264 persen
66
421 Dana TransferPerimbangan
Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan dana otonomi khusus dan
dana penyesuaian
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran
dalam APBN
Kebijakan perimbangan keuangan atau ditekankan pada empat tujuan utama yaitu (a)
memberikan sumber dana bagi daerah otonom untuk melaksanakan urusan yang
diserahkan yang menjadi tanggungjawabnya (b) mengurangi kesenjangan fiskal antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah (c) meningkatkan
kesejahteraan dan pelayanan publik dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dan
pelayanan publik antar daerah serta (d) meningkatkan efisiensi efektifitas dan akuntabilitas
pengelolaan sumber daya daerah khususnya sumber daya keuangan
Dana perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK)
a Analisis ruang fiskal dan kemandirian daerah
1) Analisis Ruang Fiskal
Ruang fiskal secara umum merupakan ketersediaan ruang dalam anggaran yang
memampukan Pemerintah menyediakan dana untuk tujuan tertentu tanpa
menciptakan permasalahan dalam kesinambungan posisi keuangan Pemerintah
Dalam konteks APBN ruang fiskal adalah total pengeluaran dikurangi dengan
belanja non diskresionerterikat seperti belanja pegawai pembayaran bunga subsidi
dan pengeluaran yang dialokasikan untuk daerah
Dalam APBD Ruang fiskal adalah pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked
(DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat)
Ruang Fiskal mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda
tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib)
Ruang Fiskal adalah (Total Pendapatan-DAK) ndash Belanja Pegawai tak langsung
67
Grafik IV1
Ruang Fiskal Kalimantan Barat
Tahun Anggaran 20182019
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Berdasarkan data dua tahun terakhir ruang fiskal Kalimantan Barat tumbuh
sebesar 19589 miliar dari tahun 2018 sebesar 1155080 menjadi 1174669
pada tahun 2019 Terjadi peningkatan ruang fiskal sebesar 266 persen dari
tahun sebelumnya
2) Analisis Rasio Kemandirian Daerah
Ruang Rasio kemandirian daerah Rasio PAD terhadap total pendapatan dan
rasio dana transfer terhadap total pendapatan Apabila rasio PAD lebih besar
daripada rasio dana transfer berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin
besar rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan semakin tinggi
Rasio PAD = PAD Total Pendapatan APBD
Rasio DanaTransfer = Total Dana Transfer Total Pendapatan APBD
Rasio PAD = 376276 2543450
= 015
Rasio DanaTransfer = 2072181 2543450
= 081
Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio ketergantungan
Kalimantan Barat masih sangat tinggi
b Analisis komparatifperbandingan year on year (yoy) antara trend alokasi dana transfer
untuk Kalimantan Barat terhadap Pertumbuhan ekonomi regional PDRB Tingkat
pengangguran Tingkat kemiskinan IPM (HDI) dapat digambarkan sebagai berikut
000
2000
4000
6000
8000
10000
2018 2019
2018 54592019 5192
2018 45412019 4808
Belanja Mengikat Ruang Fiskal
68
Tabel IV3
Tabel Perbandingan Alokasi Dana Transfer Terhadap Indikator Perekonomian Regional
Tahun Anggaran 20182019
INDIKATOR 2018 2019 persen
Alokasi Dana Transfer 345197 389872 1294
Pertumbuhan Ekonomi Regional
506
500 (119)
PDRB 19403
21232 943
Tingkat Pengangguran 426
4 45 446
Tingkat Kemiskinan 737
728 (122)
IPM 6698
NA NA
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Peningkatan dana transfer dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 1294 persen
tidak serta merta turut mendongkrak indikator perekonomian di Kalimantan Barat
Tercatat hanya PDRB yang mengalami trend positif yaitu 943 persen Sedangkan
indikator lainnya negatif
422 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Pendapatan asli daerah diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi
pemerintahan daerah oleh karena ini berarti pemerintah daerah didorong untuk dapat
meningkatkan kemandirian keuangannya
a Analisis komposisi pendapatan daerah dan perbandingannya
Pada tahun 2019 pendapatan daerah Kalimantan Barat sebesar 2563928 miliar
Pendapatan transfer sebesar 2084816 miliar dan Pendapatan Asli Daerah sebesar
404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018 dapat disajikan sebagai berikut
69
Grafik IV2 Perbandingan Pendapatan Dana Transfer dan PAD Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Sampai tahun 2019 PAD Kalimantan Barat masih berada di kisaran 15 persen
dari seluruh total pendapatan Hal ini menunjukkan tingkat kemandirian keuangan
Kalimantan Barat masih rendah
b Analisis perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan belanja daerah
Pada tahun 2019 Belanja Daerah Kalimantan Barat sebesar 2510634 miliar
Pendapatan Asli Daerah sebesar 404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018
adalah sebagai berikut
Grafik 4221
Perbandingan Belanja Daerah dan Pendapatan Asli DaerahKalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
-
5000
10000
15000
20000
25000
30000
PENDAPATANPENDAPATAN
TRANSFER PENDAPATANASLI DAERAH
24433
20827
3606
24230
20320
3909
25435
21672
3763
25639
21593
4047
2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
10000
20000
3000024998
3606
23458
3909
26044
3763
25106
4047
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi
2019 Anggaran 2019 Realisasi
70
Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah tahun 2019 adalah
sebesar 1612 persen Angka ini sedikit menurun apabila dibandingkan dengan tahun
2018 yang sebesar 1666 persen Hal ini mengindikasikan ada peningkatan
kemampuan daerah untuk membiayai pengeluarannya
423 Pendapatan Lain-lain
Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan daerah selain pendapatan
transferperimbangan dan pendapatan asli daerah
Grafik IV4 Perbandingan Pendapatan Lain-lain terhadap Total Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Kontribusi Pendapatan Lain-lain di Kalimantan Barat tidak begitu signifikan terhadap
keuangan daerah Walaupun menunjukkan peningkatan tetapi secara keseluruhan
jumlahnya tidak terlalu besar Pada tahun 2018 sebesar 192 persen dari total
pendapatan dan meningkat menjadi 290 persen pada tahun 2019
43 Belanja Daerah
Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan Belanja Daerah bersumber
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) + Dana Transfer dari Pusat ke Daerah (DAU DAK Dana
Penyeimbang Dana Kontingensi DBH dll) Tujuan analisis Belanja Daerah antara lain adalah
untuk mengetahui kontribusi pengeluaran daerah terhadap pengeluaran pemerintah secara
nasional Analisis Belanja Daerah dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi belanja daerah seperti
klasifikasi urusan klasifikasi fungsi dan sebagainya
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
PENDAPATANPENDAPATAN
LAIN-LAIN
24433
1058
24230
466
25435
950
25639
744
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
71
Tabel IV5
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Persentase Jenis Belanja Terhadap Total Belanja
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Jenis Belanja Alokasi persen Thd Belanja
Sektor Konsumtif
Belanja Pegawai 825216 3301
Belanja Barang 605691 2423
Belanja Bunga 703 003
Belanja Hibah 145940 584
Belanja Bantuan sosial 9047 036
Belanja Bagi Hasil Kepada ProvKabKota dan Pemdes 87458 350
Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvKabKota dan Pemdes 302414 1210
Belanja tidak terduga 3213 013
1979682 7919
Sektor Produktif
Belanja Modal 520212 2081
Total Belanja 2499893 10000
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Alokasi APBD masih didominasi oleh belanja yang bersifat konsumtif yang mempunyai multi
efek jangka pendek dan didominasi untuk mencukupi kebutuhan belanja pegawai sebesar 3301
persen dari total belanja Terbesar berikutnya adalah belanja barang sebesar 2423 persen
Sedang untuk alokasi Belanja Modal sebesar 2081 persen ini sangat berpengaruh terhadap
peluang terbukanya lapangan pekerjaan untuk menambah kesejahteraan masyarakat karena
belanja modal mempunyai multi efek jangka panjang
44 Perkembangan BLU Daerah
BLU daerah di Kalimantan Barat bergerak dibidang layanan kesehatan Seluruhnya
merupakan BLUD yang sebagian biaya operasionalnya di biayai dengan APBD
Tabel IV6
BLU Daerah Kalimantan Barat Berdasarkan Nilai Aset dan Komposisi Pagu
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
No Jenis Layanan
Satker BLUD Nilai Aset Pagu
2018 2019 PNBP APBD TOTAL
1 Kesehatan RSUD Dr Ade M Djoen
2 Kesehatan RSUD Pemangkat Sambas
3 Kesehatan RSUD Sambas 3962 4952 2062
4 Kesehatan RSUD Sanggau
5 Kesehatan RSUD Dr Agusdjam Ketapang
6 Kesehatan RSUD Singkawang
72
7 Kesehatan RSUD Sekadau 4112 5281 1203 3692 4895
8 Kesehatan RSUD Dr Soedarso 21480 26748 6114
9 Kesehatan RSUD Dr Achmad Diponegoro Kapuas Hulu
1499 1319
10 Kesehatan RSUD Bumi Sebalo Bengkayang 6076 8645 1500 3579 5079
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
RSUD Dr Soedarso yang berada di Pontianak merupakan BLU Daerah terbesar dengan total
asset 26748 Walaupun begitu pendapatan operasionalnya baru mencapai 25 persen dari pagu
keseluruhan Sisanya masih didanai dengan APBD RSUD Bumi Sebalo sedikit lebih besar
persentase komposisi pagu PNBP terhadap total pagu Pagu PNBPnya mencapai 30 persen dari
total pagu
45 SurpusDefisit APBD
Selisih antara pendapatan dan belanja akan menimbulkan surplus atau defisit sedangkan jika
pendapatan dan belanja sama maka mencapai anggaran yang berimbang Surplus APBD terjadi
bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah jika
sebaliknya maka defisit Dalam selisih ini dapat kita jelaskan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh
pemda dapat juga dijelaskan mengenai faktor pendorong terjadinya surplusdefisit tersebut Jika
APBD defisit maka pemda harus mencari alternatif untuk menutupi kekurangan tersebut
Sedangkan jika surplus maka pemerintah akan menerima kembali dana lebih tersebut Surplus
tersebut dapat dianggarkan untuk pembayaran pokok utang penyertaan modal daerah pemberian
pinjaman kepada pemerintah lain dan pembentukan dana cadangan (misal untuk Pilkada
infrastruktur dll)
a Rasio surplusdefisit terhadap aggregat pendapatan
Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan
APBD = 77135 2422952
2018 = 318
Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan
APBD = 53295 2563928
2019 = 2079
Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2018 tetapi Kalimantan Barat masih
mencatatkan rasio surplus untuk tahun 2019 sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi
APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik
b Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I)
73
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I) rasio ini untuk mengetahui
proporsi adanya surplusdefisit anggaran terhadap salah satu sumber pendapatan APBD
yaitu realisasi pencairan dana transfer Hal ini dapat menunjukkan ekses likuiditas Pemda
pada semester I akibat frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal
bagi Kementerian Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama
pada daerah yang sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses
likuiditas
Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = Surplus atau defisit Semester I dibagi
Total Realisasi Dana Transfer
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 435522 942997
2018 = 4618
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 452874 983139
2019 = 4606
Pada semester I baik tahun 2018 maupun 2019 rasio surplus terhadap realisasi dana transfer
sangat tinggi Hal ini mengindikasikan ekses likuiditas Pemda pada semester I akibat
frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian
Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama pada daerah yang
sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas
c Rasio surplusdefisit terhadap PDRB indikator ini menggambarkan kesehatan ekonomi
regional semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan
jasa yang cukup baik untuk membiaya hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah
Rasio surplusdefisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplusdefisit thd PDRB = Surplus atau defisit APBD dibagi PDRB
Rasio surplusdefisit thd PDRB = 77135 19403
2018 = 398
Rasio surplusdefisit thd PDRB = 53295 21232
2019 = 251
Rasio surplus di 2019 lebih kecil dari 2018 ini menunjukkan Kalimantan Barat semakin
mampu memproduksi barang dan jasa lebih baik
46 Pembiayaan
Pembiayaan Daerah adalah seluruh penerimaan yang harus dibayar kembali danatau
pengeluaran yang akan diterima kembali Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan
Rasio SILPA terhadap alokasi belanja di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
74
Rasio SILPA = Jumlah SILPA dibagi Total belanja APBD
Rasio SILPA = 21710 2345817
2018 = 52
Rasio SILPA = 46347 2510634
2019 = 184
Rasio SILPA merupakan rasio yang mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang tidak
digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran Pada tahun 2019
angka rasionya adalah 184 terjadi penurunan sebesar 334 dibandingkan tahun 2018 hal ini
mengindikasikan bahwa efektifitas belanja setahun terakhir cenderung meningkat daripada tahun
sebelumnya
47 Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah
471 Analisis Horizontal dan Vertikal
a Analisis Horizontal
Analisis horizontal merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam
satu laporan realisasi Pemda (KabupatenKota) satu dengan Pemda lain dalam satu
wilayah (Provinsi) Selain itu analisis ini merupakan analisis membandingkan perubahan
keuangan dalam satu post APBD yang sama pada satu lingkup Pemda Tujuan dari analisis
horizontal adalah untuk menyajikan informasi yang utuh terkait kinerja suatu pos antar
Pemda dan perkembangan suatu pos APBD dari waktu ke waktu
Grafik IV3 Realisasi PAD KabupatenKota Kalimantan Barat
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pendapatan Asli Daerah pada Kab Sambas mengalami lonjakan yang signifikan
yaitu sebesar 26952 persen apabila dibandingkan dengan tahun yang lalu Sebaliknya
Kab Sintang mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 2830 persen
SambasSingkawa
ngSintang Sekadau
11KabKota
TotalKalbar
TW IV 2018 4028 13087 24004 5464 344320 390903
TW IV 2019 14885 16630 17210 4535 351411 404671
010002000300040005000
mili
ar r
up
iah
75
b Analisis Vertikal
Analisis vertikal merupakan analisis yang membandingkan antara pos yang satu
dengan pos yang lain terhadap totalnya dalam satu komponen APBD yang sama Tujuan
dari analisis vertikal adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi suatu pos dalam
bentuk angka total sehingga membantu pengguna dalam mengukur seberapa besar
pengaruh pos tersebut bagi Pemda
Pada prinsipnya semakin besar kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah akan
menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat Dengan kontribusi yang
semakin meningkat diharapkan pemerintah daerah semakin mampu membiayai
keuangannya Gambaran kemandirian keuangan daerah ini dapat diketahui melalui
besarnya kemampuan sumber daya keuangan dalam membiayai pelayanan kepada
masyarakat daerah tertentu
1) Analisis Kontribusi PAD Kalimantan Barat terhadap total pendapatan
Analisis Kontribusi PAD dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah
pendapatan asli daerah dengan total penerimaan daerah Rasio ini menunjukan
kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah Semakin tinggi kontribusi PAD maka
semakin tinggi kemampuan pemeritah daerah dalam penyelenggaraan desentralisas
Kriteria Rasio Kontribusi PAD
bull Sangat Baik gt 50
bull Baik 25 ndash 50
bull Kurang Baik10 ndash 25
bull Tidak Baik lt 10
76
Grafik IV4 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah di Kalimantan Barat masih relatif
rendah PAD di Kalimantan Barat menyumbang antara 15 persen sd 16 persen dari
seluruh total pendapatan dalam dua tahun terakhir
Penyebab dari rendahnya PAD tersebut antara lain pertama pemerintah daerah
belum mampu mengidentifikasi potensi sumber pendapatannya Kedua sebagian besar
pemerintah daerah masih belum dapat mengoptimalkan penerimaan pajak daerah
retribusi daerah atau bahkan penerimaan dari hasil kekayaan daerah yang dipisahkan
sesuai UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Ketiga pemerintah daerah masih menganggap bahwa rendahnya pendapatan PAD
sebagai akibat dari ruang gerak daerah yang terbatas untuk mengoptimalkan
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diatur dalam UU No 28
Tahun 2009 Pemerintah daerah melihat banyak jenis dan objek pajak serta retribusi
yang masih dapat diterapkan tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang Ketiga
daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak yang besar masih diatur oleh
pusat yaitu Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak rokok Keempat
adalah kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan yang berasal
dari pajak daerah dan retribusi daerah yaitu menyempurnakan dan mengoptimalkan
penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada serta menerapkan
pajak daerah dan retribusi daerah yang baru
-
10000
20000
30000
Anggaran Realisasi
AnggaranRealisasi2018
2019
2018 2019Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PAD 3606 3909 3763 4047
PENDAPATAN 24433 24230 25435 25639
PENDAPATAN PAD
77
2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
Analisis belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan antara total
realisasi belanja modal dengan total belanja daerah Berdasar laporan ini akan diketahui
porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada
tahun anggaran bersangkutan Pengeluaran belanja modal akan memberi manfaat
dalam jangka menengah dan panjang Belanja modal akan mempengaruhi neraca
pemerintah daerah yaitu menambah jumlah asset daerah Pemerintah daerah dengan
tingkat pendapatan daerah yang rendah memiliki porsi jumlah belanja modal yang tinggi
dibandingkan pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi Hal ini disebabkan
pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan rendah berorientasi untuk melakukan
belanja modal sebagai bagian dari investasi modal jangka panjang sedangkan
pemerintahan yang berpendapatan tinggi biasanya telah memiliki asset modal yang
mencukupi
Grafik IV5 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pada umumnya proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah antara 5
persen-20 persen Kalimantan Barat dalam dua tahun terakhir memiliki rata-rata rasio
belanja modal terhadap total belanja sebesar 1995 persen Pada tahun 2019
Kalimantan Barat memfokuskan belanja modal pada investasi penyediaan Gedung
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
5E+12
1E+13
15E+13
2E+13
25E+13
3E+13
BELANJA DAERAHBELANJA MODAL
2499829
505628
2345817
470016
2604405
520212
2510634
498885
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
78
perkantoran sebesar 3474 persen infrastruktur jalan sebesar 2759 persen dan
pengadaan alat-alat berat darat sebesar 1207 persen
472 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah
Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah yang
dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang
penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu
Analisis kapasitas fiskal daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui pendapatan
daerah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja
tertentu
Berdasarkan PMK Nomor 126PMK072019 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah
daerah provinsi dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal
Berdasarkan PMK tersebut indeks Kapasitas Fiskal Daerah kabupaten kota
dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal Daerah sebagai berikut
79
Tabel IV7
Kapasitas Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Pemerintah Daerah Indeks Kapasitas Fiskal
Kategori KFD Indeks Kapasitas
Fiskal
Kategori KFD
2018 2019
Prov Kalbar 0518 Rendah 0453 Sedang
Kab Sambas 0877 Sedang 0793 Sedang
Kab Sanggau 0855 Sedang 0778 Sedang
Kab Sintang 1134 Sedang 0269 Sangat Rendah
Kab Mempawah 043 Sangat Rendah 0494 Sangat Rendah
Kab K Hulu 1421 Tinggi 0884 Sedang
Kab Ketapang 1381 Tinggi 1094 Tinggi
Kab Bengkayang 0738 Rendah 0442 Sangat Rendah
Kab Landak 1274 Tinggi 0676 Rendah
Kab Melawi 0776 Sedang 0536 Rendah
Kab Sekadau 0669 Rendah 0611 Rendah
Kab Kayong Utara 056 Sangat Rendah 0406 Sangat Rendah
Kab Kubu Raya 1055 Sedang 0742 Sedang
Kota Pontianak 1368 Tinggi 1538 Tinggi
Kota Singkawang 0618 Rendah 0522 Rendah
Sumber PMK Nomor 126PMK072019
Berdasar tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah yang mempunyai indeks kapasitas
tinggi adalah Kab Ketapang dan Kota Pontianak Sedangkan daerah dengan indeks
kapasitas sangat rendah adalah Kab Sintang Mempawah Bengkayang dan Kayong Utara
Prov Kalbar naik dari kategori rendah ke sedang Kab Sintang turun dua tingkat dari
kategori sedang ke sangat rendah Kab Kapuas Hulu turun dari kategori tinggi ke sedang
Kab Landak turun dua tingkat dari kategori tinggi ke rendah dan Kab Melawi turun dari
kategori sedang ke rendah
48 Perkembangan Belanja Wajib Daerah
Tujuan dari sub ini adalah melihat gambaran perkembangan mandatory spending dalam
pelaksanaan APBD di daerah Mandatory spending adalah alokasi belanja wajib yang diatur
undang-undang Tujuan mandatory spending adalah mengurangi masalah ketimpangan sosial dan
80
ekonomi daerah Mandatory spending dalam tata kelola keuangan pemerintah daerah meliputi
alokasi pendidikan alokasi kesehatan penggunaan dana transfer umum dan alokasi dana desa
APBD diklasifikasikan menjadi 35 urusan daerah yaitu Pendidikan Kesehatan Pekerjaan
Umum Lingkungan Hidup Kelautan dan Perikanan Kehutanan Kesatuan Bangsa dan Politik
Perencanaan Pembangunan Penataan Ruang ESDM Pemberdayaan Masyarakat Desa Sosial
KUKM Perdagangan Kebudayaan Kependudukan dan Catatan Sipil dan seterusnya
Tahun 2019 total belanja terjadi peningkatan 703 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu
dari Rp 2345816 miliar menjadi Rp 2510634 miliar Dari ke-35 urusan daerah tersebut yang
menjadi perhatian utama pemerintah daerah secara berturut-turut adalah pemerintahan umum
(3118 persen) pendidikan (2337 persen) perumahan dan fasilitas umum (2125 persen) dan
kesehatan (1339 persen)
Berdasarkan fungsi APBD Kalimantan Barat dapat digambarkan sebagai berikut
Tabel IV8
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Fungsi Tahun 2019
(Miliar Rp)
Uraian Fungsi Total persen
01 PELAYANAN UMUM 782834 3118
02 PERTAHANAN ) 000 -
03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 30131 120
04 EKONOMI 178475 711
05 LINGKUNGAN HIDUP 22823 091
06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 533546 2125
07 KESEHATAN 336074 1339
08 PARIWISATA 9952 040
09 AGAMA ) 000 -
10 PENDIDIKAN 586788 2337
11 PERLINDUNGAN SOSIAL 30012 120
Total Belanja Daerah 2510634 10000
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Komitmen pemerintah daerah dalam membangun kualitas atau kesejahteraan masyarakat
dapat terlihat melalui alokasi pengeluaran pemerintah daerah dari tiga jenis belanja yaitu belanja
pendidikan belanja kesehatan dan belanja infrastruktur
481 Belanja Daerah Sektor Pendidikan
Pembangunan pendidikan dicapai dengan meningkatkan pemerataan akses kualitas
relevansi dan daya saing Alokasi anggaran fungsi pendidikan mencerminkan upaya
pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan
sebagai salah satu upaya untuk memenuhi amanat konstitusi bahwa alokasi anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari belanja negara
81
Dari tabel 48 dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran pendidikan
Kalimantan Barat yang sebesar 2337 persen sudah memenuhi amanat UUD 1945 pasal 31
ayat (4) dan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat (1)
yang mewajibkan alokasi anggaran Pendidikan minimal 20 persen
482 Belanja Daerah Sektor Kesehatan
Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja
di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi (mandatory spending) Pasal tersebut
menyebutkan bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 5
persen (lima persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diluar gaji sementara
provinsi dan kabupatenkota mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 10
persen (sepuluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diluar gaji Tujuan
dari pembangunan bidang kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang terus
membaik Penggunaan anggaran di dibidang kesehatan diharapkan seoptimal mungkin
dapat termanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut
Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran kesehatan
pemerintah daerah minimal 10 persen dari APBD di luar gaji (UU No 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan) sudah terpenuhi di Kalimantan Barat
483 Belanja Infrastruktur Daerah
Dana Transfer Umum terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH)
yang penggunaannya bersifat umum Porsi DAU dan DBH yang besar dari total dana
Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) diharapkan mampu berperan besar dalam
upaya percepatan pembangunan infratuktur di daerah Dana Transfer Umum (DTU)
diarahkan penggunaannya sekurang-kurangnya 25 persen untuk belanja infrastruktur
daerah
DTU Kalimantan Barat terdiri dari DAU sebesar 1232649 miliar dan DBH 58493 miliar
Jumlah totalnya adalah 1291143 miliar Jika fungsi belanja perumahan dan fasilitas umum
sebesar 533546 maka angka ini senilai 4132 persen artinya jauh melebihi ketentuan yang
berlaku
Sungai Kapuas Kalimantan BaratMerupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang 1143 km Sungai Kapuas menjadi habitat bagi 700 jenis ikan air tawar 12 jenis diantaranya termasuk ikan langka serta 40 jenis ikan lainnya terancam punah
BAB V
PERRKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
ANGGARAN
KONSOLIDASIAAN
(APBN DAN APBD)
82
A LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang
disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian tingkat Kanwil Ditjen
Perbendaharaan Prov Kalbar adalah sebagai berikut
Tabel V1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Lingkup Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019 (Miliar rupiah)
Uraian 2019 2018
Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi
Pendapatan Negara 891057 442989 1334046 2282 1086157
Pendapatan Perpajakan
808438 286398 1094835 1298 969055
Pendapatan Bukan Pajak
82620 118273 200893 7200 116798
Hibah 000 38318 38318 1250467
304
Transfer 000 2031342 000 000 000
Belanja Negara 968528 2377236 3345764 425 3209324
Belanja Pemerintah 968528 2107845 3076373 464 2939933
Transfer 2031342 269391 269391 000 269391
Surplus(Defisit) -77471 -1934247 -2011718 -525 -2123167
Pembiayaan 000 31348 31348 -2967 44575
Penerimaan Pembiayaan Daerah
000 126432 126432 4765 85628
Pengeluaran Pembiayaan Daerah
000 95084 95084 13161 41054
Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran
-77471 -1902899 -1980371 -473 -2078592
Catatan Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pada tahun 2019 pendapatan konsolidasian pemerintah
daerah provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp 1334 triliun Angka
ini naik 2282 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2018 Belanja Konsolidasian sebesar Rp 3345 triliun Angka
83
ini naik 425 persen dari tahun 2018 Terjadi defisit pada LKPK tahun 2019 sebesar
Rp 198 triliun
B PENDAPATAN KONSOLIDASIAN
Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau
Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh
pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu
periode pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun
resiprokal (berelasi)
1 Analisa Proporsi dan Perbandingan
Grafik V1
Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pendapatan Perpajakan memberikan kontribusi yang paling besar pada
pendapatan konsolidasian yaitu 8094 persen atau Rp1014 triliun Hal ini
menunjukkan Pendapatan Perpajakan masih tulang punggung General Government
Revenue di Provinsi Kalimantan Barat 7170 persen dari total Penerimaan
Perpajakan berasal dari Pajak Pemerintah Pusat PPn dalam Negeri menjadi Pajak
Pemerintah Pusat paling tinggi yaitu Rp 306 triliun
Pemerintah Daerah memberikan sumbangan 2821 persen atau Rp 286
triliun pada Penerimaan Perpajakan Konsolidasi Pajak Kendaraan Bermotor
mendominasi Pajak Daerah dengan nilai Rp 191 triliun disusul oleh Pajak Hotel
sebesar Rp 62899 miliar Hal ini menunjukkan sektor Pariwisata memiliki potensi
yang cukup besar dalam menyumbang PAD dalam bidang perpajakan
Diharapakan Pemerintah Daerah dapat terus menggali Pajak di sektor Pariwisata
dengan mengembangkan prasarana pendukung seperti perhotelan tempat
pariwisata dan lain-lain
8094
1504
287 000
Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak
Hibah Transfer
84
2 Analisa Perubahan
Pendapatan Konsolidasian mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada
tahun 2019 Kenaikan sebesar Rp 247 triliun atau 2282 persen dibanding tahun
2018 didorong peningkatan pada Pendapatan Perpajakan Rp 125 triliun (1298
persen) Pendapatan Bukan Pajak Rp 84095 miliar (72 persen) dan Pendapatan
Hibah Rp 38014 miliar (12504 persen)
Grafik V2
Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan
Konsolidasian Provinsi Kalimantan Tahun 2018 dan 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pendapatan Bukan Pajak paling besar disumbang oleh Penjualan Aset Daerah
dan Deviden atas Penyertaan Modal pada BUMD pada Pendapatan Bukan Pajak
Daerah sebesar Rp 59048 miliar dan Rp19075 miliar Deviden atas Penyertaan
Modal pada BUMD merupakan daya Tarik tersendiri bagi Pemerintah Daerah pada
Prov Kalbar untuk semakain memanfaatkan BUMD khususnya Bank Kalbar
sebagai tempat investasi
3 Perhitungan Rasio Konsolidasi
1) Tax ratio
Salah satu rasio konsolidasi dapat dilakuaka dengan menggunakan Tax Ratio
dengan rumus sebagai berikut
Tax Ratio = Pendapatan Perpajakan Konsolidasian Tingkat Wilayah
PDRB Provinsi
Dari perhitungan dapat ditemukan
PendapatanKonsolidasi
PendapatanPerpajakan
PendapatanBukan Pajak
Hibah Transfer
2019 1253916 1014946 200651 38318 000
2018 1086157 969055 116798 304 000
000
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
85
Tabel V2
Tax Ratio Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019
IndikatorTahun 2018 2019
Penerimaaan Perpajakan Konsolidasian (Miliar Rp) 969055 1014946
PDRB (Miliar Rp) 19403285 21273700
Tax ratio 499 477 Sumber LKPK Kanwil DJPB dan BPS(diolah)
Tax Ratio pada Prov Kalbar mengalami penurunan sebesar 022 persen pada
tahun 2019 dari tahun sebelumnya Dibandingkan dengan tax ratio nasional yang
sebesar 107 persen maka rasio pajak di Kalimantan Barat masih sangat kecil Hal
ini menjadi dapat menjadi motivasi bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah untuk mencari sumber-sumber Penerimaan Perpajakan yang mungkin
belum tergali secara tuntas Pemerintah dapat melakukan sensus pajak khusus
untuk Prov Kalbar agar potensi-potensi pajak tidak hilang sehingga tax ratio Kalbar
dapat mendekati tax ratio nasional
2) Rasio Kemandirian
Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan
pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan pembangunan
dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai
sumber pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain misalnya bantuan
pemerintah pusat ataupun dari pinjaman Rasio Kemandirian dapat dihitung dengan
rumus
Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah
Bantuan Pemerintah Pusat
Dengan menggunakan Laporan konsolidasian diperoleh data Rasio Kemandirian
Prov Kalimantan Barat pada tahun 2018 dan tahun 2019 berada pada angka 1818
persen dan 2180 persen Angka ini menunjukkan bahwa secara Laporan
Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan memiliki
ketergantungan yang cukup tinggi terhadap dana transfer Peran Pemerintah Pusat
akan sangat besar pada pembangunan di Kalbar sehingga Pemerintah Daerah tidak
leluasa dalam menentukan program kerjanya
C BELANJA KONSOLIDASIAN
Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja
Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja Pemerintah
Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang
sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi)
86
1 Analisis Proporsi dan Perbandingan
Proporsi dan komposisi realisasi berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis
belanja) atau perbandingan antara realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal
terhadap total Belanja konsolidasian
Grafik V3
Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pad a Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pada tahun 2019 secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Barat total
belanja pemerintah daerah lebih besar dari total belanja pemerintah pusat
Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp 3345 triliun 2895
persen bersumber dari anggaran pemerintah pusat dan sisanya sebesar 7105
persen dari anggaran pemerintah daerah
Belanja Operasional mendominasi pada Belanja Pemerintah Pusat maupun
Daerah 7045 persen Belanja Konsolidasian digunakan untuk belanaja
Operasional yaitu Rp 1608 triliun pada belanja Pemerintah Daeah dan 772 triliun
pada belanja Pemerintah Pusat Belanja Pegawai menjadi pengeluaran terbesar
pada Belanaja Operasional Konsolidasian yaitu Rp 11 90 triliun atau 3521 persen
dari total Belanaja Konsolidasian
Belanja Modal hanya menyumbangkan 2055 persen terhadapa belanaj
Konsolidasian Belanaj Bahan Baku Jalan dan jembatan menjadi belanja modal
terbesar Pemerintah Pusat dengan nilai Rp 36413 miliar dan Belanja
Pengadaaan Gedung Bangunan Tempat Kerja menjadi Belanja Modal Pemerintah
Daerah terbesar dengan Rp 175 triliun
Proporsi Belanja Pegawai yang mendominasi Belanaja Konsolidasian
sebenarnya kurang baik Dengan besarnya Belanja Pegawai yang harus
dibayarkan maka Pemerintah akan tidak leluasa menggunakan instrument fiskal
sebagai alat kebijakan
Konsolidasi Pusat Daerah
Belanja Transfer 303881 - 303881
Belanja Modal 694711 195827 498885
Belanja Operasional 2381037 772702 1608335
000500000
1000000150000020000002500000300000035000004000000
87
2 Analisis Perubahan
Grafik V4
Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Grafik V5
Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Belanja Operasional cenderung semakin besar persentase terhadap Belanja
Konsolidasian Besarnya belanja Operasional yang didominasi oleh Belanja
pegawai akan memepersempit ruang fiskal suatu daerah Dengan rumus
Ruang Fiskal = (Pendapatan-Belanja Pegawai)
Pendapatan
Dengan rumus di atas ruang fiskal Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan
Konsolidasian adalah 1077 persen
Angka 1077 persen menunjukkan bahwa Pemerintah pada Provinsi
Kalimantan Barat memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam membiayai
pembangunan di daerah Ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat juga sangat
tinggi dimana TKDD yang diterima lebih besar dari PAD Melihat hal ini sebaiknya
pemerintah daerah dan pemerintah Pusat dapat merumuskan efektifitas TKDD
yang diterima sebaiknya digunakan untuk apa dan dapat menggali sumber-sumber
PAD yang baru
68
248
Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer
70
219
Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer
88
3 Analisis Rasio Belanja Konsolidasian
Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam belanja pemerintah rasio Belanja
perkapita (spending per citizen) Rasio ini merupakan perbandingan antara realisasi
Belanja dibagi jumlah penduduk Dari perhitungan dari tahun 2019 belanja per
kapita adalah Rp 623 jutaorang mengalami kenaikan dari Rp 593 pada tahun 2018
Kenaikan ini berarti tujuan dari Pemerintah untuk menyejaterahkan masyarakat
semakin mendekati sasaran
Naiknya spending per citizen ini sejalan dengan penurunan Gini Ratio dari
angka 0325 pada tahun 2018 menjadi 0318 tahun 2019 Penurunan Gini Ratio
berarti terdapat perbaikan atas tingkat kesenjangan pada Prov Kalbar Indikator
yang juga mempengaruhi kenaikan spending per citizen adalah jumlah tenaga kerja
yang meningkat sebesar 22134 orang dari tahun 2018 ke tahun 2019
D SURPLUSDEFISIT
SurplusDefisit Laporan Keuangan Pemer i n t ah Konsolidasian di Provinsi
Kalimantan Barat t ahun 2019 mencapai minus Rp2011 triliun Defisit tersebut
b e r a s a l dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 77471 miliar dan Pemerintah Daerah
sebesar Rp1934 triliun
1) Proporsikomposisi Realisasi SurplusDefisit Pempus dan Pemda terhadap
SurplusDefisit Konsolidasian
Defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel V3
Rasio SurplusDefisit Konsolidasian terhadap PDRB
pada Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
SurplusDefisit Persentase SurrplusDefisist
Konsolidasi -2091849 10000
Pusat -157601 753
Daerah -1934247 9247
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pemerintah Daerah menyumbangkan defisit 9247 persen dari total defisit Hal ini
terjadi karena realisasi TKDD tidak diperkirakan dalam penyusunan neraca
konsolidasian Dengan adanya dana transfer yang diberikan oleh Pemerintah pusat
sebesar Rp 2033 triliun maka Pemerintah Daerah akan mendapatkan surplus sebesar
Rp 099 triliun
2) Perbandingan Rasio SurplusDefisit terhadap PDRB
Rasio ini menghitung perbandingan nilai surplusdefisit dengan nilai PDRB
89
Dihitung dengan rumus
Rasio SurplusDefisit = Nilai SurplusDefisit Konsolidasian
Nilai PDRB
Dengan rumus di atas maka di dapatkan Rasio surplusdefisit terhadap PDRB
adalah -983 persen Defisit konsolidasian bernilai 983 persen dari total PDRB Kalbar
pada periode tahun 2019
E ANALISA KONTRIBUSI KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang
ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan
kabupatenkota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender) Nilai
PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran
yaitu Y = C + I + G + X-M) Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai
salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi
Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2018
Tabel V4
Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2019 (miliar Rp)
Pendapatan 1254157
a Pajak 1014946
b Kontribusi sosial 200893
c Hibah 38318
d Pendapatan lain -
Beban 2651053
a Belanja Operasional 2381037
c Belanja Transfer 303881
Keseimbangan operasi brutoneto -1396896
Transaksi Aset Non Keuangan Neto 694711
a Aset tetap 694711
b Persediaan -
c Barang berharga -
d Aset nonproduksi -
Net LendingBorrowing -2091607
Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban 31348
a Akuisisi Neto Aset Keuangan -
- Domestik 126432
- Luar Negeri -
b Keterjadian Kewajiban -
- Domestik 95084
- Luar Negeri -
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Belanja Pemerintah (G) adalah Rp 2651 triliun dan Investasi (I) yang dilakukan oleh
90
pemerintah pada tahun 2018 sebesar Rp 694 triliun Dengan demikian dapat dihitung
kontribusi belanja Pemerintah dan investasi Pemerintah terhadap PDRB Provinsi
Kalimantan Barat dengan PDRB sebesar Rp21273 triliun adalah sebagai berikut
1 Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB adalah 1246 persen
2 Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB adalah 326 persen
Belanja Pemerintah masih memiliki porsi yang cukup besar terhadap yaitu sebesar
1246 persen Hal ini menunjukkan belanja Pemerintah adalah salah satu motor
penggerak perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat dengan harapan belanja ini
mampu memberikan efek dalam jangka waktu yang cepat terhadap pertumbuhan
ekonomi Pemerintah diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan
belanja sebesar ini
Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output perekenomian dipengaruhi oleh
tabungan pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi Tabungan merupakan
instrumen yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal (penerimaan pajak dan belanja negara
mempengaruhi tabungan nasional) Secara tidak langsung kebijakan fiskal ikut mengambil
peran dalam pertumbuhan ekonomi Keputusan-keputusan pemerintah mengenai
kebijakan fiskal yang ditempuh suatu negara dapat mengubah ouput dalam
perekonomian baik bertambah maupun berkurang
Peningkatan belanja Pemerintah memiliki multiplier effect (efek penggandaan)
terhadap pendapatan (ouput perekonomian) suatu negaradaerah Alasannya
ialah pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi Kenaikan
belanja pemerintah menyebabkan meningkatnya pendapatan kemudian meningkatkan
konsumsi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan kemudian meningkatkan
konsumsi dan seterusnya
Belanja Pemerintah yang meningkat dari tahun ke tahun memberikan efek yang baik
untuk perekonomian Kalimantan Barat karena memegang porsi yang cukup besar
terhadap PDRB Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan untuk memperbesar alokasi
Investasi juga
Taman Nasional Gunung Palung Kayong Utara
Selain habitat bagi Orang Utan di Taman Nasional Gunung Palung juga merupakan habitat bagi Bekatan (yang merupakan hewan endemik Pulau Kalimantan)
BAB VI
KEUNGGULAN DAN
POTENSI EKONOMI
SERTA TANTANGAN
FISKAL REGIONAL
91
Untuk menjadi kawasan yang maju dan unggul maka pemerintah harus mendukung
melalui pembangunan daerah dengan penentuan prioritas kebijakan yang lebih terarah serta
berjalan efektif dan efisien mengingat keterbatasan sumber pendanaan serta tetap
memperhatikan keunggulan dan potensi ekonomi daerah Penentuan sektor unggulan daerah
merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk
meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi persaingan Pendekatan
yang digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan dalam kajian ini adalah metode Shift
Share Location Quotient (LQ) dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Perhitungan sekor unggulan menggunakan metode Shift Share dilakukan dengan
perbandingan perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat dengan perkembangan
ekonomi nasional dalam jangka waktu 6 (enam) tahun terakhir
Tabel VI1
Shift Share Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019 (miliar rupiah)
No Sektor Usaha Nij (1)
Mij (2)
Cij (3)
Dij (1+2+3)
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1222348 206718 -78895 1350171
2 Pertambangan dan Penggalian 67328 484293 -251869 299751
3 Industri Pengolahan 873561 405984 -247156 1032389
4 Pengadaan Listrik Gas 5215 8251 -9427 4039
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
6143 55924 -54196 7872
6 Konstruksi 1023591 -25056 -233531 765004
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
868146 244286 -203511 908922
8 Transportasi dan Pergudangan 505346 -74394 -161645 269306
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 113457 88963 -57802 144618
10 Informasi dan Komunikasi 303467 67220 -164199 206488
11 Jasa Keuangan 308895 -56760 -25036 227099
12 Real Estate 197897 6495 -13855 190537
13 Jasa Perusahaan 49701 -16356 -5113 28232
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
345188 319568 -270891 393865
92
15 Jasa Pendidikan 309927 -62460 29641 277108
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 118800 -11299 -14033 93468
17 Jasa Lainnya 121010 -42227 -14318 64466
Sumber BPS diolah
Dengan analisis Shift Share terdapat 2 (dua) sektor lapangan usaha dengan Shift Share
ge Rp 10 triliun Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan serta
Industri
Perhitungan sektor unggulan Provinsi Kalimantan Barat dilakukan dengan menggunakan
LQ time series dimana data yang digunakan adalah PDRB dan PDB 6 (enam) tahun terakhir
Tabel VI2
LQ Time Series Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019
No Sektor LQ 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-Rata
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 158 147 145 148 152 152 150
2 Pertambangan dan Penggalian 047 062 075 069 065 074 065
3 Industri Pengolahan 076 073 076 077 078 079 077
4 Pengadaan Listrik Gas 006 007 008 008 008 008 008
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
165 160 153 160 164 523 221
6 Konstruksi 121 124 115 119 114 110 117
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
105 108 106 104 104 105 105
8 Transportasi dan Pergudangan 095 085 084 081 085 081 085
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
074 078 078 078 081 082 079
10 Informasi dan Komunikasi 092 092 091 095 096 092 093
11 Jasa Keuangan 091 086 084 084 087 078 085
12 Real Estate 106 103 101 098 102 099 101
13 Jasa Perusahaan 028 028 026 024 023 022 025
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
160 166 174 182 183 187 175
15 Jasa Pendidikan 133 124 120 117 117 114 121
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 141 137 131 126 126 125 131
17 Jasa Lainnya 065 059 056 053 052 050 056 Sumber BPS diolah
Sektor yang memiliki potensi berdasarkan LQ akan memiliki nilai gt 1 Perhitungan LQ time
series dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 menunjukkan terdapat delapan sektor yang
potensial karena memiliki LQ lebih besar dari satu dan sembilan bidang tidak potensial dengan
LQ kurang dari satu
93
Metode terakhir yang digunakan adalah Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) Sama
dengan dua metode sebelumnya MRP menggunakan data PDRB dan PDB dari tahun 2014
sampai dengan 2019
Tabel VI3
Metode Rasio Pertumbuhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019
No Sektor Usaha MRP
RPr RPs
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 097 - 088 -
2 Pertambangan dan Penggalian 075 - 123 +
3 Industri Pengolahan 095 - 098 -
4 Pengadaan Listrik Gas 109 + 162 +
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang 093 - 209 +
6 Konstruksi 111 + 101 +
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 099 - 097 -
8 Transportasi dan Pergudangan 128 + 114 +
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 093 - 105 +
10 Informasi dan Komunikasi 115 + 122 +
11 Jasa Keuangan 112 + 091 -
12 Real Estate 101 + 089 -
13 Jasa Perusahaan 124 + 095 -
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 096 - 118 +
15 Jasa Pendidikan 104 + 079 -
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109 + 093 -
17 Jasa Lainnya 128 + 097 -
Sumber BPS diolah
MRP menghitung rasio pertumbuhan sektoral pada RPs RPS yang bernilai ge 1 akan
diberikan notasi + menunjukkan sektor tersebut pada Provinsi Kalimantan Barat memiliki
pertumbuhan yang menonjol Terdapat 8 (delapan) seKtor yang yang memiliki RPs ge 1
sehingga cukup banyak sektor yang memiliki pertumbuhan yang menonjol
61 SEKTOR UNGGULAN DAERAH
Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau
perkembangan bagi sektor-sektor lainnya baik sektor yang mensuplai inputnya maupun
sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo
94
2006) Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan baik itu
perbandingan berskala regional nasional maupun internasional Pada lingkup
internasional suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan
sektor yang sama dengan negara lain Sedangkan pada lingkup nasional suatu sektor
dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu
bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain baik di pasar nasional
ataupun domestik Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut
dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga
dapat menghasilkan ekspor (Suyanto 2000146) Sektor unggulan di suatu daerah
(wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan
Kriteria pertama penentuan sektor unggulan suatu daerah adalah hubungannya
dengan PDRB maka dillihat sektor mana yang sumbangan terhadap PDRB nya paling
besar
Tabel VI4
Kontribusi Sektor Tehadap PDRB pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019
Sektor Persentase Kontribusi Terhadap PDRB
2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata
Pertanian Kehutanan dan Perikanan 2156
2054
2021
2030
2025
2013
2050
Pertambangan dan Penggalian 479 490 561 540 548 557 529
Industri Pengolahan 1648
1578
1612
1621
1609
1627
1616
Pengadaan Listrik Gas 006 008 009 010 011 010 009
Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
013 012 011 012 012 037 016
Konstruksi 1221
1310
1244
1280
1253
1229
1256
Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1451
1481
1447
1413
1409
1426
1438
Transportasi dan Pergudangan 430 440 452 457 479 470 455
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
231 238 237 231 236 239 235
Informasi dan Komunikasi 330 336 343 373 377 379 356
Jasa Keuangan 363 356 364 369 378 344 362
Real Estate 304 301 296 288 290 285 294
Jasa Perusahaan 045 047 046 044 044 044 045
Administrasi Pemerintahan Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
629 667 694 694 698 704 681
95
Jasa Pendidikan 442 430 420 401 394 392 413
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 149 151 145 140 140 143 145
Jasa Lainnya 103 101 099 098 098 101 100
Sumber BPS diolah
Dengan menggunakan (3) tiga alat analisis yang disebut di atas maka didapatkan
perhitungan sebagai berikut
Tabel VI5
Perhitungan Shift Share LQ dan MRP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019
No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)
LQ Time Series MRP (RPs)
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088
2 Pertambangan dan Penggalian 299751 065 123
3 Industri Pengolahan 1032389 077 098
4 Pengadaan Listrik Gas 4039 008 162
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
7872 221 209
6 Konstruksi 765004 117 101
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
908922 105 097
8 Transportasi dan Pergudangan 269306 085 114
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 144618 079 105
10 Informasi dan Komunikasi 206488 093 122
11 Jasa Keuangan 227099 085 091
12 Real Estate 190537 101 089
13 Jasa Perusahaan 28232 025 095
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
393865 175 118
15 Jasa Pendidikan 277108 121 079
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 93468 131 093
17 Jasa Lainnya 64466 056 097
Sumber BPS diolah
Berdasarkan Tabel VI4 diperoleh sektor unggulan pada Provinsi Kalimantan Barat
adalah sektor-sektor yang memiliki kontribusi rata-rata terhadap PDRB total di atas 10
persen Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan Industri
Pengolahan Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Dengan menggunakan analisis Shift Share LQ dan
MRP maka diperoleh tabel sebagai berikut
96
Tabel VI6
Sektor Unggulan Provinsi Kalimantan Barat tahun
No Sektor Usaha Shift Share (miliar
Rp)
LQ Time Series
MRP (RPs)
Rata-rata
PDRB
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088 2050
3 Industri Pengolahan 1032389 077 098 1616
6 Konstruksi 765004 117 101 1256
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
908922 105 097 1438
Sumber BPS diolah
Berdasarkan Shift Share semua sektor memenuhi syarat sebagai sektor unggulan
karena memiliki nilai Shift Share yang si atas Rp 7 triliun Berdasarkan metode LQ sektor
Industri Pengolahan tidak memenuhi syarat karena LQ lt 1 Perhitungan MRP menunjukkan
hanya sektor Konstruksi yang memenuhi syarat MRP Rps gt 1 Sektor Industri pengolahan
tidak memenuhi 2 kriteria yaitu LQ dan MRP sehingga dikeluarkan dari sektor unggulan
1a Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan
Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih
luas dari seluruh pulau Jawa Luasya wilayah ini banyak digunakan untuk pertanian dan
perkebunan PDRB sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205
persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-
2019 Data ini menunjukkan kekuatan dari sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan
sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat
Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan Karet menjadi 2 (dua) penyumbang
terbesar pada Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan Berdasarkan data dari BPS
perkebunan Kelapa Sawit menggunakan lahan seluas 145 juta hektare dengan hasil
produksi 973442 ton pada tahun 2018 Perkebunan Karet menggunakan lahan seluas
600956 hektare dengan produksi 268160 ton pada tahun 2017
Nilai jual hasil produksi kelapa sawit pada tahun 2018 apabila diperhitungkan
dengan harga rata-rata pada tahun berkenaan akan benilai sekitar Rp 146 triliun
sementara nilai karet sekitar Rp 21 triliun Dengan total Rp 356 triliun perkebunan
Kelapa Sawit dan Karet tentu saja masih jadi primadona
97
Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK733Menhut-II2014 tanggal 2
September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Barat
membagi hutan Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan fungsi sebagai berikut
1) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) seluas plusmn
1621046 hektar
2) Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas plusmn 2310874 hektar
3) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas plusmn 2132398 hektar
4) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas plusmn 2127365 hektar
5) Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) seluas 197918 hektar
Terdapat sekitar 45 juta hektare hutan produksi yang masih produktif pada Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini merupakan potensi yang sangat besar untuk menghasilkan
produk-produk hasil hutan yang memiliki nilai jual
Sub sektor Perikanan terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu Perikanan Budi Daya dan
Perikanan Tangkap Pada tahun 2018 Perikanan Budidaya digeluti oleh 52288 rumah
tangga sementara Perikanan Tangkap oleh 21233 rumah tangga Nilai ekspor
perikanan cenderung naik dari tahun ke tahun terakhir pada tahun 2018 tercatat ekspor
perikanan Kalbar sebesar 632 ton dengan nilai Rp 255 miliar
Dari bahasan di atas dapat dilihat bahwa Perkebunan Sawit dan Perkebunan Karet
merupakan sub sektor andalan pada sektor Sektor Pertanian Kehutanan dan
PerikananDengan demikian sangat diperlukan usaha pemerintah untuk ikut menjaga
stabilitas harga khususnya di tingkat petani Pemerintah Provinsi Kalbar menerbitkan
Peraturan Gubernur Nomor 63 Tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan penetapan
indeks dan harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit produksi pekebun Kalbar
Para pekebun kelapa sawit di seluruh Kalbar harus bermitra dengan perusahan kelapa
sawit para mitra tersebut harus membeli sesuai dengan harga yang telah ditetapkan
Pabrik kelapa Sawit tidak boleh membeli tandan kelapa sawit dengan para pekebun
yang bukan mitra
Keberadaan BUMDes diharapkan dapat menampung hasil getah karet petani dan
sekaligus memfasilitasi penjualan karet langsung ke pabrik karet sehingga jalur
perdagangan terpangkas karena tidak melalui pengepulapabila dilaksanakan secara
serempak maka dampaknya diharapkan dapat meningkatkan stabilitas harga getah
98
karet Penggunaan Dana Desa untuk pemberdayaan BUMDes harus didorong serta
kemudahan permodalan melalui KUR
1b Sektor Konstruksi
Mardiasmo (2002) mengatakan peningkatan Pemda dalam investasi modal (belanja
modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya
mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan
yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Terpilihnya sektor Konstruksi sebagai
sektor potensial sejalan dengan menggeliatnya pembangunan infrastruktur pada
Provinsi Kalimantan Barat sesuai dengan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo
pada tahun 2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur Hal ini terlihat pada peningkatan
PDRB sektor Konstruksi 6177 persen dari tahun 2014 hingga tahun 2019
Pada tahun 2019 Pemerintah menyediakan Pagu Rp 499 triliun untuk belanja
infrastruktur yang berasal dari
Belanja Pemerintah Pusat sebesar
Rp 238 triliun dan DAK Fisik sebesar
Rp 261 triliun Pagu ini meningkat
drastis dari Rp 132 triliun pada tahun
2014 atau mengalami kenaikan
sebesar 278 persen
Output dari sektor Konstruksi
pada Provinsi Kalimantan Barat
dapat dilihat dari pembangunan
Jalan Paralel Perbatasan Dari 1920
km jalan parallel perbatasan yang
akan dibangun di pulau Klimantan
82797 km berada pada wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Kondisi
jalan sampai akhir tahun 2019 sudah
teraspal sepanjang 31705 km (38)
lapisan agregat sepanjang 25329 km (31) dan masih berupa perkerasan tanah
25763 km (31) Jalan paralel perbatasan memiliki lebar minimal 7 meter dan ruang
milik jalan (Rumija) minimal 25 meter
1c Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Gambar VI1 Jalan Paralel Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat
Sumber Kompascom
99
PDRB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor menyumbang rata-rata 1438 persen pada PDRB total Prov Kalbar periode tahun
2014-2019 Sektor ini juga menyerap 510454 tenaga kerja atau 2069 persen dari total
tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Barat
Tabel VI7
Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016-2019
No Lapangan Usaha 2019 2018 2017 2016
1 Pertanian Perkebunan Kehutanan Perburuan dan Perikanan
1223113 1303474 1293884 1138334
2 Pertambangan dan Penggalian 52114 59458 54254 53514
3 Industri 134660 171828 135022 110668
4 Listrik Gas dan Air 6819 4618 7315 8891
5 Konstruksi 119949 130021 127502 146694
6 Perdagangan 510454 407126 354975 418258
7 Transportasi Pergudangan dan Komunikasi 66675 74663 67714 61910
8 Lembaga Keuangan Real Estate Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan
32687 19738 18290 27624
9 Jasa Kemasyarakatan Sosial dan Perorangan 320556 283363 340417 339232
Jumlah 2467027 2454289 2399373 2305125
Sumber BPS diolah
Serapan tenaga kerja yang cukup besar menjadikan sektor ini menjadi penyerap
tenaga kerja terbesar kedua setelah sektor Pertanian Perkebunan Kehutanan
Perburuan dan Perikanan
Nilai MRP dari sektor ini adalah 097 Nilai tersebut menunjukkan bahwa
pertumbuhan dari sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor tidak menonjol Hal ini tergambar dari kontribusi PDRB sektor terhadap
PDRB total selama 6 (enam) tahun yang berkutat di angka 14 persen Ke depannya
sektor ini diperkirakan akan tetap menajdi sektor unggulan tapi dengan pertumbuhan
yang stagnan atau cenderung menurun
62 SEKTOR POTENSIAL DAERAH
Tantangan pembangunan ekonomi daerah ke depan adalah mengupayakan
pengelolaan jalannya pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan efisien dengan
100
memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah termasuk sumber daya alam dan
sumber daya manusianya serta mengoptimalkan seluruh sumber-sumber dana untuk
membiayai pembangunan ekonomi daerahnya Untuk mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki daerah terlebih dahulu harus dikenali potensi ekonomi yang dimiliki
LQ dan MRP merupakan metode pengembangan dari Shift Share Pada LQ sektor
potensial adalah sektor yang memiliki nilai LQ gt 1 sementara pada MRP sektor yang
memiliki nilai gt 1 merupakan sektor yang menonjol Berdasarkan Tabel VI5 sektor
potensial pada Provinsi Kalimantan Barat didasarkan pada kedua kriteria tersebut
Terdapat 3 (tiga) sektor potensial berdasarkan kriteria di atas namun sektor Pengadaan
Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang dengan nilai Shift Share hanya Rp
7872 miliar tidak dapat dianggap sebagai sektor potensial karena nilai rupiah potensinya
tidak signifikan
Tabel VI5
Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat
No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)
LQ Time Series
MRP (RPs)
1 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
393865 175 118
2 Konstruksi 765004 117 101
Sumber BPS diolah
2a Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib menjadi
sektor potensial dapat dimengerti dengan besarnya jumlah Belanja Pemerintah
dibanding dengan PDRB Pada tahun 2019 Belanja Pemerintah bernilai 1412 persen
dari PDRB
Sektor ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan yang umumnya
dilakukan oleh administrasi pemerintahan seperti perundang-undangan dan
penerjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan administrasi program
berdasarkan peraturan perundangan-undangan kegiatan legislatif perpajakan
pertahanan negara keamanan dan keselamatan negara pelayanan imigrasi
hubungan luar negeri dan administrasi program pemerintah Sektor ini juga mencakup
kegiatan jaminan sosial wajib
Pada tahun 2019 sektor ini menyumbang Rp 1497 triliun atau 7 persen sebagai
penyumbang langsung terhadap PDRB Ini berarti dari total Rp 30 triliun belanja
101
pemerintah dan TKDD yang disalurkan pada Prov Kalbar sekitar 499 persen
diperuntukkan ke sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Sektor ini dapat dikembangkan dengan memperbesar belanja Pemerintah pada
Provinsi Kalimantan Barat atau memperbesar porsi sektor ini dari belanja Pemerintah
yang sudah ada Namun dengan memperbesar belanja Pemerintah ada kekhawatiran
nantinya Provinsi Kalbar akan tergantung dan tidak dapat mencari alternatif lain
sebagai sumber pertumbuhan ekonomi
2b Sektor Konstruksi
Soepangat (199152) menyatakan bahwa peningkatan belanja modal yang
menyebabkan peningkatan penyediaan layanan barang dan jasa publik kepada
masyarakat akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sektor Konstruksi menjadi
satu-satunya sektor yang masuk dalam kategori unggulan dan potensial pada Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini menjadi menarik karena terpilihnya sektor Konstruksi pada
kedua kategori menandakan bahwa sektor ini kalau dalam product life cycle masih
dalam tahap growth (pertumbuhan) Sektor yang sedang berada pada tahap growth
merupakan sektor yang paling menarik karena sektor ini sudah mapan namun masih
dapat dikembangkan
Penetapan calon ibukota baru dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di
Provinsi Kalimantan Timur sedikit banyak mempengaruhi sektor konstruksi pada pulau
Kalimantan Dengan lokasi ibukota negara di pulau Kalimantan maka akan diperlukan
interkoneksi antar semua provinsi di Kalimantan untuk mendukung ibukota baru
Provinsi Kalimantan Barat sudah mulai mendapatkan proyek-proyek besar mulai
tahun 2018 Salah satunya adalah pembangunan pelabuhan Kijing yang akan diajdikan
gerbang utama ekspor dan impor dari Pulau Kalimantan Pelabuhan Kijing dibangun
dengan investasi Rp 14 triliun dan terkoneksi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
yang juga sedang dalam proses pembangunan Pembangunan kedua fasilitas ini
diharapkan akan mempercepat pertumbuhan perekonomian Provinsi Kalimantan
Barat
Pulau Kalimantan dapat dipastikan akan mengalami make over yang besar
Proses make over ini tentu menjadi peluang yang sangat besar bagi sektor Konstruksi
102
untuk berkembang dan dengan sendirinya akan memberi sumbangan yang besar
kepada PDRB
63 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH
Menurut Adam Smith bahwa dalam perekonomian segala sesuatunya akan berjalan
sendiri-sendiri menyesuaikan diri menuju kepada keseimbangan menurut mekanisme
pasar Tarik-menarik kekuatan dalam sistem perekonomian itu seperti dikendalikan oleh
ldquothe invisible handrdquo sehingga dengan demikian tidak memerlukan begitu banyak campur
tangan pemerintah
Dalam masa sekarang ini banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat semakin
majunya teknologi dan banyaknya penemu-penemu baru serta semakin terbukanya
perekonomian antar negara menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling terkait
dan berbenturan Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan dalam
mengatur jalannya sistem perekonomian karena tidak sepenuhnya semua bidang
perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta Dengan demikian dalam sistem
perekonomian modern peranan pemerintah dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu
1) Peranan Alokasi
Peranan alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal penyediaan
barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang umum atau
disebut juga barang publik Karena dalam sistem perekonomian suatu negara tidak
semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem pasar
Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang disebut barang
publik tadi
2) Peranan Distribusi
Peranan distribusi ini merupaka peranan pemerintah sebagai distribusi pendapatan dan
kekayaan Tidak mudah bagi pemerintah dalam menjalankan peranan ini karena
distribusi ini berkaitan erat dengan dengan masalah keadilan Kegiatan dalam
mengadakan redistribusi pendapatan atau mentransfer penghasilan ini memberikan
koreksi terhadap distribusi penghasilan yang ada dalam masyarakat
3) Peranan Stabilisasi
Kegiatan menstabilisasikan perekonomian yaitu dengan menggabungkan kebijakan-
kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan lain seperti kebijakan fiskal dan
perdagangan untuk meningkatkan atau mengurangi besarnya permintaan agregat
103
sehingga dapat mempertahankan full employment dan menghindari inflasi maupun
deflasi Peranan stabilisasi pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalam
menstabilkan perekonomian seperti terjadi deflasi inflasi penurunan
permintaanpenawaran suatu barang yang nantinya masalah-masalah tersebut akan
mengangkibatkan timbulnya masalah yang lain secara berturut-turut seperti
pengangguran stagflasi dan lain-lain
12 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat memegang tugas dalam ketiga peranan di atas Untuk sektor
unggulan tugas pemerintah adalah bagaimana mempertahankan keunggulan
sektor tersebut agar tetap sustain (berkelanjutan) dan untuk sektor potensial adalah
bagaimana untuk mematangkan sektor tersebut sehingga dapat menjadi sektor
unggulan
Pada sektor unggulan apabila melihat nilai MRP terdapat 3 (tiga) sektor yang
memiliki nilai lt 1 yaitu sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sektor Industri
Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor Ketiga sektor ini perlu perhatian yang lebih besar dari Pemerintah
Pusat
Langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemerintah Pusat untuk
mempertahankan keunggulan sektor-sektor ini adalah dengan mengalokasikan Rp
23063 miliar untuk Kementerian Pertanian di Kalbar dengan Rp 8529 miliar untuk
infrastruktur pendukung membangun pelabuhan Kijing untuk mempermudah
ekspor impor dan membuat aturan untuk membangun smelter alumunia di daerah
penghasil Selama ini bauksit dari Kalbar langsung diangkut ke tempat lain sehingga
dengan adanya smelter maka aka nada nilai tambah yang diterima oleh Kalbar
Tantangan bagi Pemerintah Pusat untuk mendukung sektor-sektor unggulan ini
agar tetap sustain adalah dengan menjaga harga produk unggulan dari sektor
pertanian kehutanan dan perikanan tetap stabil dan dapat menembus pasar
ekspor Untuk industri pengolahan adalah menjaga kondisi politik dan sosial
ekonomi tetap stabil sehingga iklim investasi terjaga
Untuk sektor Konstruksi Pemerintah Pusat pada tahun 2019 manggelontorkan
dana sebesar Rp 499 triliun untuk infrastuktur Pemerintah Pusat sepertinya akan
terus menambah investasi pada infrastruktur namun porsi dari APBN akan
dikurangi karena lebih difokuskan pada pengembangan kapasitas SDM Untuk
104
menutupi kekurangan akan dilaksnakan kerjasama dengan investor dari dalam
maupun luar negeri untuk mebangun infrastruktur di Kalimantan Barat
Tantangan pada sector konstruksi lebih kepada menjaga iklim investasi yang
mendukung Dengan prospek besar infrastruktur di Kalimantan Barat apabila iklim
investasi mendukung maka dengan para investor akan datang dengan sendirinya
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
masuk ke dalam sektor potensial merupakan buah simalakama Sektor ini
diharapkan akan berkembang namun secara teori Pemerintah akan berusaha
menurunkan anggaran pada sektor ini secara perlahan Penurunan ini dilakukan
karena sektor ini bukan sektor produktif yang dapat menggenjot perekonomian
dengan signifikan
13 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah merupakan lsquotuan rumahrdquo investor dari sektor-sektor yang
dibahas di atas Sebagai tuan rumah sudah selayaknya Pemda-Pemda di Kalbar
menggelar karpet merah bagi yang ingin berinvestasi pada sektor-sektor tersebut
Karpet merah dalam hal ini dapat berupa kemudahan mengurus perizinan
bagi perusahaan yang akan masuk baik di sektor-sektor unggulan maupun sektor-
sektor potensial Sampai saat ini Prov Kalbar masih menjadi primadona bagi
perusahaan yang akan membuka Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai daerah
dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit terluas ketiga setelah Riau dan
Sumatera Utara potensi lahan di Kalbar dapat melebihi luas pada kedua Provinsi
tersebut
Untuk sektor pertanian kehutanan dan perikanan tantangan Pemerintah
Daerah adalah bagaimana menyediakan pendanaan bagi petani kecil atau
kelompok-kelompok petani agar tidak lsquomatirdquo tertekan oleh perkebunan dengan
modal yang besar Sebagaian besar lahan perkebunan adalah milik perusahaan
pemerintah daerah harus dapat membuat kebijakan yang mengharuskan
perusahaan besar membantu petani kecil dalam mengolah kebunnya Peraturan
tentang hal tersebut memang sudah ada dalam Perkebunan Inti Rakyat namun
dalam eksekusinya tanpa diawasi dengan ketat oleh Pemerintah hal tersebut tidak
berjalan dengan baik
Sektor konstruksi tidak lepas dari belanja modala pada pemerintah Dengan
belanja modal yang hanya 1987 persen dari total belanja seluruh Pemda di Kalbar
maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah tidak memiliki pushing power
105
untuk menggenjot sektor konstruksi Pemerintah Daerah dapat menjalankan
perannya dengan menjaga situasi yang kondusif agar investasi masuk dan
melakukan kerjasama untuk melaksanakan kegiatan infrastruktur baik dengan
pihak badan usaha (KPBU) ataupun pemerintah asing (G to G)
Kerjasama Pemda dengan badan usaha (swasta) sudah dimulai oleh
Pemerintah Kota Singkawang dalam pembangunan Bandara Singkawang
Kebutuhan dana pembangunan sekitar Rp43 triliun dihasilkan dengan skema
kerjasama dengan swasta Hal ini dapat ditiru oleh Pemda yang lain dalam
menggenjot pembangunan di daerahnya
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
masih menjadi sektor yang menyedot anggaran terbesar Pemda di Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini terlihat dari proporsi Belanja Pegawai terhadap Total
Belanja Pemda-Pemda di Prov Kalbar yang rata-rata di atas angka 50 persen
Tantangan bagi Pemerintah daerah adalah bagaimana menurunkan persentase
tersebut
Persentase sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib dapat dikurangi dengan langkah mengurangi anggaran pada pos-pos
yang dianggap mubazir atau tidak efisien serta meningkatkan PAD melalui
sumber-sumber pendapatan lain Pengurangan anggaran pada sektor-sektor yang
tidak efisien sudah pernah dilakukan oleh Pemprov Kalbar pada tahun 2018
dengan memotong biaya perjalanan dinas sebesar Rp 200 miliar
14 Sinkronisasi Kebijakan Pusat ndash Daerah
Dalam mempertahankan sektor unggulan dan memacu sektor potensial
Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah memiliki kebijakan masing-masing yang
dituangkan dalam APBN maupun APBD Pada sektor potensial yaitu sektor
Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dan Sektor
Konstruksi diperoleh data realisasi belanja pada tahun 2019 sebagai berikut
Tabel VI5
Belanja Pada Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat
(miliar Rp)
Sektor Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
Layanan Umum 87675 782834
Infrastruktur 446283 498884
Data LRA Pemda dan MEBE
106
Belanja Pemerintah Pusat pada kedua sektor di atas terlihat saling
melengkapi Belanja Pemerintah Pusat pada sector Administrasi Pemerintahan
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib terlihat kecil karena jumlah pegawai
Pemerintah Pusat memang lebih sedikit dibanding gabungan jumlah pegawai
Pemerintah Daerah seluruh Kalimantan Barat sehingga belanja yang digunakan
jauh lebih sedikit dibandingkan belanja yang sama pada Pemerintah Daerah
Untuk belanja sektor Konstruksi jelas terlihat bagaimana Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah memiliki peran yang hampir seimbang dalam bentuk
uang Pemerintah Pusat fokus pada Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan
jalan nasional dengan realisasi sebesar Rp 1 triliun sementara Pemerintah
Daerah juga fokus pada belanja pengadaan jalan dengan realisasi Rp 139 triliun
Hal ini sesuai dengan salah satu permasalahan pada RPJMD Provinsi Kalimantan
Barat tahun 2019 yang berbunyi ldquoRentang kendali pemerintahan yang panjang
disebabkan belum optimalnya konektivitas dan aksesibilitas antar daerah di
wilayah Kalimantan Barat serta kuantitas dan kualitas infrastruktur wilayah yang
belum memadairdquo
Sinergi juga terlihat pada pembangunan beberapa fasilitas umum salah
satunya adalah pembangunan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Kota Singkawang
Dalam pendirian SPN ini Pemerintah Daerah menyediakan lahan sementara
Pemerintah Pusat menyediakan dana untuk pembangunan
Pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mempermudah
pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan yang murah Dalam prakteknya
KUR memiliki fokus kepada sektor produktif seperti sektor Pertanian Kehutanan
dan Perikanan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada Provinsi
Kalimantan Barat sebesar Rp 179 triliun pada 41778 UMKM
Dalam KUR Pemerintah Pusat berperan sebagai regulator dan pihak yang
memberikan subsidi bunga Dengan subsidi bunga maka pelaku UMKM hanya
membayar bunga 7 persentahun Pemerintah Daerah memiliki peran sebagai
penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima KUR Dengan sinergi ini
diharapkan semakin banyak muncuk UMKM penerima KUR yang berkembang
sehingga perekonomian Kalimantan Barat juga akan semakin meningkat
BAB VII
ANALISIS TEMATIK
Masjid Jamirsquo PontianakMasjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Masjid Jamirsquo merupakan masjid tertua di Kota Pontianak dan menjadi pertanda berdiirnya Kota Pontianak pada 1771 Masehi
107
I PENDAHULUAN
Stunting (anak kerdil) merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekuranga
gizi kronis dan infeksi berulang terutama dalam seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK)
sehingga anak lebih pendek untuk usianya (Kemenkes) Balita pendek (stunted) dan sangat
pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PBU) atau tinggi badan
(TBU) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre
Growth Reference Study) 2006 Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SDstandar deviasi
(stunted) dan kurang dari ndash 3SD (severely stunted) Dampak stunting antara lain dampak
prevalensi kesehatan dan ekonomi
Stunting di Provinsi Kalbar masih terbilang tinggi dan berada pada urutan ke-27 se-
nasional Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka
rata-rata 333 persen atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita stunting Dari 14
kabupatenkota se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka stunting
paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Ketapang dengan angka 427 persen
disusul Landak sebesar 420 persen dan Melawi 408 persen Diatas angka stunting nasional
308 persen Sementara itu untuk nasional pada tahun 2019 terjadi penurunan menjadi 2767
persen (berdasarkan Survei Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI)
Revalensi stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) berada di bawah
angka 20 dan pada Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash
2019 adalah 28
Tabel VII1
Tabel Pada Baduta Kabkota Provinsi kalimantan barat Tahun 2013 dan Tahun 2018
Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)
108
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan tabel sebesar 531 persen
selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi juga penurunan pada 10
(sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada Kabupaten Kubu Raya
yang berhasil menekan angka stunting hingga 1477 persen selama lima tahun terakhir hal
ini juga bias menggambarkan keberhasilan program pembangunan dan bidang perekonomian
di Kabupaten Kubu Raya
Namun stunting masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada
kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten
dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Melawi yaitu 1298 persen
Terkait dengan kesehatan anak tidak hanya stunting (pendek) namun juga permasalahan
yang meliputi underweight (gizi kurang) dan wasting (kurus) Gizi buruk dan gizi kurang di
Provinsi Kalbar juga tinggi kasusnya dan berada pada urutan ke-28 se-nasional Berdasarkan
data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka rata-rata 2383 persen
atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita permasalahan gizi Dari 14 kabupatenkota
se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka gizi buruk dan gizi kurang
paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Landak dengan angka 3147 persen
disusul Sambas sebesar 3124 persen dan Kayong Utara 2951 persen Jauh diatas angka
nasional 177 persen dan selama kurun waktu tahun 2013 sampai 2018 telah menurun 19
persen
Gizi buruk menyebabkan 109 Juta kematian anak balita didunia setiap tahun Menurut
MDGs 2015 masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang
antara 200-290 dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ge30 (WHO2010) dan pada
Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash 2019 adalah 17
Tabel VII2
Gizi buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Kabkota Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2013 dan Tahun 2018
Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan status gizi buruk dan gizi
kurang sebesar 267 persen selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi
penurunan pada 10 (sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada
109
Kabupaten Sintang yang berhasil menurunkan status gizi buruk dan gizi kurang hingga 2054
persen selama lima tahun terakhir
Namun satus gizi masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada
kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten
dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Landak yaitu 1497 persen
II Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting
Percepatan pencegahan stunting merupakan pendekatan program pertama yang dilakukan
dengan menyeluruh dan terintegrasi yang dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir yang
ditunjukkan oleh tingginya komitmen Presiden bersama Menteri dan Pimpinan Lembaga
hingga ke tingkat Gubernur BupatiWalikota dan Kepala DesaLurah
Dalam rangka memastikan konvergensi berbagai programkegiatan percepatan penurunan
stunting dilakukan maka acuan yang digunakan adalah dokumen Strategi Nasional
Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) yang diikuti oleh berbagai pedoman
operasional Di dalam Stranas Stunting juga diatur pendekatan multi sektor yang
melaksanakan percepatan penurunan stunting yang melibatkan sektor antara lain sektor
kesehatan pertanian pendidikan air minum dan sanitasi dan perlindungan sosial Untuk
mengimplementasikannya telah disusun berbagai pedoman operasional
Penanganan masalah stunting menjadi salah satu prioritas dalam rencana kerja
Pemerintah Provinsi Kalbar Caranya yakni dengan memperkuat sinergi antarsektor terkait
serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan sektor swasta
Revitalisasi posyandu dan revitalisasi desa siaga serta pembentukan pusat penanganan gizi
buruk di tiap kabupatenkota merupakan upaya konkret yang diharapkan dapat menurunkan
prevalensi stunting di Kalbar Peningkatan cakupan air bersih dan sanitasi lingkungan
merupakan intervensi sensitif yang sangat berpengaruh dalam menurunkan prevalensi
stunting
III Penanganan Stunting Oleh Pemerintah
III1 Belanja KL Dalam APBN
Dalam kaitannya dengan percepatan pencegahan stunting melalui belanja
KementerianLembaga (KL) telah dilakukan berbagai langkah dan kebijakan agar
pengelolaan program tersebut terarah dan terukur Pada proses perencanaan khususnya
terkait dengan identifikasi output yang terkait dengan stunting telah disusun pedoman
penandaan pemantauan dan evaluasi percepatan pencegahan stunting sebagai dasar bagi
KL dalam mengidentifikasi output yang berkontribusi kepada percepatan penurunan stunting
Selanjutnya dilakukan forum koordinasi yang melibatkan Direktorat Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan (DJA Kemenkeu) Kementerian Perencanaan Pembangunan
NasionalBadan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPNBappenas) dan
KL terkait secara berkala untuk mengkaji hasil penandaan tersebut sekaligus melakukan
penajaman hasil identifikasi pada level di bawah output atau dengan pembobotan Ringkasan
110
output KL yang telah disusun tersebut digunakan sebagai dasar acuan dalam pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi program percepatan penurunan stunting
Dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat total alokasi dana yang dianggarkan kepada
Satker KL untuk penangangan stunting sebesar Rp14992 miliar dengan realisasi Rp14271
miliar (9519)
Tabel VII3
Belanja Penangan Stunting Satker KL Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Sumber Aplikasi MEBE (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi dana untuk penanganan stunting oleh KL
relative kecil yaitu hanya 357 dari total belanja satker yang terdapat alokasi untuk
penanaganan stunting atau hanya 099 dari total dana APBN Intervensi gizi spesifik hanya
dilakukan oleh satker Kementerian Kesehatan dengan alokasi dana sebesar Rp665 miliar
atau hanya sebesar 502 dari total alokasi dana Satker kementerian Kesehatan dengan
kinerja capaian output mencapai 7710
Secara nasional terdapat 20 (duapuluh) kementerianlembaga yang menganggarkan dana
penanganan stunting dengan alokasi dana Rp60 triliun atau 246 dari total APBN Indonesia
sementara itu untuk wilayah Kalbar hanya dianggarkan Rp14992 miliar untuk stunting atau
hanya 025 dari alokasi stunting nasional dan hanya 099 dari pagu total APBN di Kalbar
Kecilnya alokasi dana untuk penanganan stunting tersebut akan berpengaruh terhadap
keberhasilan upaya pencegahan stunting di Kalbar untuk itu diharapkan terjadi peningkatan
alokasi dana yang dianggarkan untuk penangnan stunting di Kalbar pada masa yang akan
datang mengingat kondisi Kalbar sebagai penderita terbanyak ke 27 secara nasional
Seperti pada lampiran III1 maka kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi
spesifik mencapai 7710 diantaranya adalah untuk Penyediaan Makanan Tambahan bagi
111
Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) capaian outputnya mencapai 100 serta kegiatan
Peningkatan Surveilans Gizi untuk 14 layanan dengan capaian output 100
Kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi sensitive mencapai 7813 yang
dialokasikan melalui 7 (tujuh) KL diantaranya adalah untuk Kampanye Hidup Sehat capaian
outputnya mencapai 100 kegiatan Bimbingan Perkawinan Pra Nikah dengan capaian output
97 serta Sistem Pengelolaan Air Limbah untuk 2980 kepala keluarga dengan capaian
output mencapai 100
Kinerja capaian output untuk kegiatan Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis
mencapai 8763 yang dialokasikan melalui 4 (empat) KL diantaranya adalah untuk Analisis
Ketersediaan Pangan Wilayah capaian outputnya mencapai 100 kegiatan Pelatihan
Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan untuk 390 orang dengan capaian output 96
serta PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat yang Terbit Tepat Waktu dengan
capaian output mencapai 100
Secara umum kinerja capaian output kebijakan terkait stunting tercapai Beberapa
permasalahan terkait dengan kebijakan terkait stunting antara lain kurangnya optimalisasi
sisa dana dan penumpukan realisasi di akhir tahun anggaran Yang perlu ditingkatkan adalah
pelaksanaan pencapaian target harus lebih disiplin sesuai dengan rencana penarikan dana
III2 Belanja Dana Desa Dan DAK Fisik
III 21 Dana Desa
Alokasi Dana Desa untuk Provinsi Kalbar Tahun 2019 adalah sebesar Rp1992 miliar yang
disalurkan kepada 2031 desa dengan realisasi sebesar Rp1987 miliar (9974) Intervensi
pencegahan stunting dilaksanakan secara terintegrasi hingga ke tingkat desa Desa-desa
yang memiliki resiko tinggi warganya mengalami stunting sudah barang tentu wajib
menganggarkan untuk menghindari resiko stunting pada warganya hal ini ditegaskan dalam
Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 tentang
Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan
Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi Dana Desa tidak melulu untuk
perbaikan sarana dan prasarana fisik namun sarpras non-fisik dan sosial kesehatan mutlak
perlu dikedepankan Bahkan penyaluran Dana Desa tahap III pada tahun 2020 mensyaratkan
untuk menyampaikan Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting
Penggunaan Dana Desa di Wilayah Kalbar juga telah mendukung program Konvergensi
Pencegahan Stunting diantaranya adalah melalui kegiatan intervensi gizi spesifik dengan
total alokasi adalah sebesar Rp104 miliar sangat kecil sekali yaitu hanya 052 dari total
realisasi penggunaan Dana Desa
Tabel VII4
Intervensi Gizi Spesifik Dana Desa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
112
Sumber omspan (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi Dana Desa yang dikhususkan untuk
Penyelenggaraan Kegiatan Pencegahan Stunting relative kecil hanya dialokasikan untuk 3
paket sebesar Rp84342500- hal ini perlu mendapatkan perhatian bersama untuk
peningkatan pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa sesuai dengan Pasal 6
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 dimana Desa yang
warganya berisiko tinggi mengalami stunting untuk mengalokasikan kegiatan pencegahan
stunting
Kebijakan pengalokasian Dana Desa Tahun 2021 hendaknya juga mendukung program
Konvergensi Pencegahan Stunting yaitu dimungkinkan untuk dilakukan perubahan formulasi
perhitungan besaran alokasi Dana Desa diusulkan untuk Alokasi Formula dimasukan
parameter perhitungan untuk jumlah penderita stunting dengan mendapatkan alokasi sebesar
20
Dana Desa juga dialokasikan untuk kegiatan Intervensi Gizi Sensitif seperti pada lampiran
III21 dengan alokasi sebesar Rp22960 miliar atau 1156 dari total realisasi Dana Desa
Beberapa capaian outputnya adalah Operasional PAUDTKTPATKATPQMadrasah Non-
Formal Milik Desa dengan alokasi Rp2361 miliar dengan output 27196367 Paket
Terselenggaranya Operasional Pos Kesehatan Desa (PKD)Polindes Milik Desa Lainnya
dengan alokasi Rp2350 miliar dengan output 31710863 paket serta Sambungan Air Bersih
ke Rumah Tangga (pipanisasi dll) yang mendapatkan alokasi sebesar Rp1140 miliar
dengan output 16424989 meter
Provinsi Kalbar dengan penderita stunting urutan ke 27 nasional maka diperlukan
penanganan melalui berbagai sumber pendanaan termasuk Dana Desa untuk itu diharapkan
instansi terkait di tingkat provinsi untuk memberikan arahan dan himbauan agar penggunaan
Dana Desa juga dialokasikan untuk pencegahan stunting khususnya untuk intervensi gizi
sensitive melalui alokasi pada Bidang Pemberdayaan masyarakat
Efektivitas pencapaian target capaian output Dana Desa diatas berdasarkan laporan
capaian output oleh Pemda terkait dimana upload capaian output baru mencapai 8545
diharapakan Pemda segera melakukan upload data capaian output sehingga bisa
menghasilkan analisis data yang lengkap
III 22 DAK Fisik
No URAIAN OUTPUT SATUAN REALISASI OUTPUT
1 Penyelenggaraan Posyandu (Kelas Ibu Hamil) 1787 ORANG 615076375 8700
2 Penyelenggaraan Posyandu (Makanan Tambahan) 20260 UNIT 9508583774 8200
3 Kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak kerdil (stunting) 3 PAKET 84342500 10000
4
Fasilitasi Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
dan Endemik 3 PAKET 84342500 10000
5 Penyelenggaraan kegiatan pencegahan stunting 3 PAKET 84342500 10000
6 Penanganan Stunting 2 PAKET 10000000 5000
7 Kampanye dan Promosi Hidup Sehat Guna Mencegah Penyakit Menular 1 PAKET 14001000 10000
10400688649TOTAL DANA DESA UNTUK INTERVENSI SPESIFIK
(Rupiah)
113
DAK Fisik Tahun 2019 sebagai salah satu sumber pendanaan untuk mendukung
konvergensi penanganan stunting di wilayah Provinsi Kalbar dialokasikan melalui DAK Fisik
Tematik tentang stunting melalui DAK Fisik Penugasan pada bidang Kesehatan Sanitasi Air
Minum dan Pendidikan dengan dijabarkan melalui kegiatan Intervensi Gizi Spesifik
Total alokasinya DAK Fisik Penugasan yang terkait dengan program pencegahan stunting
untuk wilayah Kalimantan Barat adalah sebesar Rp373508869032 dengan rincian
sebagaimana pada Lampiran III22 A
Dari lampiran III22A diketahui bahwa untuk penanganan stunting melalui Bidang
Pendidikan untuk pelaksanaanya dikoordinir oleh Provinsi sementara itu untuk lokasi sebaran
pagu ternyata tidak sesuai dengan jumlah penderita permasalahan gizi dan stunting dimana
alokasi pagu terbesar adalah untuk Kabupaten Sintang Sanggau dan Kota Pontianak
sedangkan berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 justru penderita terbanyak adalah
Kabupaten Ketapang Landak dan Melawi Hal ini perlu mendapatkan perhatian di dalam
penyusunan alokasi DAK Fisik penugasan hendaknya sebaran alokasi pagu diarahkan untuk
daerah dengan jumlah penderita stunting terbanyak
Beberapa kegiatan intervensi gizi spesifik DAK Fisik Penugasan seperti pada Lampiran
III22B khususnya melalui bidang kesehatan capaian outputnya 99 diantaranya adalah
penyediaan alat ukur demensi tubuh (antropometri) dan alat kesehatan puskesmas sebanyak
1162 paketunit dengan nilai Rp2177 Miliar Pencegahan stunting melalui intervensi gizi
sensitive dilaksanakan melalui bidang Pendidikan dengan capaian output 93 dan bidang
Sanitasi dan Air Minum Beberapa outputnya diantarnya adalah untuk penyediaan sarana dan
prasarana PAUD sebanyak 196 ruangpaket dengan realisasi sebesar Rp81 miliar serta
pembangunan system pengolahan air limbah domestic setempat dan terpusat 1315 unit
dengan realisasi Rp411 miliar
Realisasi DAK Fisik Penugasan mencapai 9513 tidak tercapainya realisasi maksimal
disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah keterlambatan pelaksanaan lelang dan
ketidaksesuaian antara nilai daftar kegiatan dengan realisasi nilai kontrak
III3 Belanja Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Alokasi penangan stunting dalam APBD Provinsi Kalbar secara agregat dialokasikan
sebesar Rp28646 miliar atau hanya 110 dibandingkan dengan total jumlah APBD tahun
2019 yaitu Rp26044 miliar
Seperti pada lampiran III3 maka dapat diketahui bahwa kelompok penangan stunting
intervensi gizi spesifik mendapatkan alokasi dana sebesar Rp2436 miliar atau hanya 009
jika dibandingkan dengan total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya adalah Program
Pencegahan Stunting sebesar Rp15 miliar dan yang terbesar adalah Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular dengan alokasi sebesar Rp1267 miliar
Kelompok penangan stunting intervensi gizi sensitive mendapatkan alokasi dana sebesar
Rp25904 miliar atau hanya 099 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya
114
adalah Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah sebesar Rp8998 miliar dan yang terkecil
Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dengan alokasi sebesar Rp125 juta
Kelompok kegiatan yang terkait pencegahan stunting mendapatkan alokasi dana sebesar
Rp306 miliar miliar atau hanya 001 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya
adalah Penyediaan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat Rp112 miliar dan yang
terbesar adalah kampanye Pencegahan Stunting dengan alokasi Rp120 juta
Beberapa kendala yang dihadapi Pemda terkait pelaksaan kebijakan stunting adalah
a Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan pemantauan pertumbuhan serta
perilaku baik yang masih rendah
b Terbatasnya akses (daya beli pengetahuan) atas pemberian makanan bergizi seimbang
untuk ibu hamil bayi dan balita yang masih rendah
c Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif yang belum optimal
d Suplementasi yang belum optimal seperti Konsumsi Tablet Tambah Darah pada ibu hamil
dan remaja Puteri
e Angka infeksi yang masih tinggi seperti cacingan diare dll baik pada balita dan ibu Hamil
f Kebersihan Lingkungan dan Akses Sanitasi yang masih belum baik
g Budaya di masyarakat dimana ibu hamil masih banyak pantangan makanan
h Tingkat soasial ekonomi masyarakat yang masih rendah
i Masih rendahnya tingkat kepedulian dan dukungan keluarga terhadap ibu hamil dan
tingkat pendidikan ibu yang masih rendah
Rekomendasi dalam upaya mengantisipasi kendala dalam pencapaian sasaran kebijakan
stunting antara lain
1 Peningkatan upaya dukungan lintas sektor dalam penanggulangan Stunting (Konvergensi
Stunting) dalam intervensi spesifik maupun sensitif
2 Peningkatan alokasi Dana Desa untuk Pelayanan Sosial dasar terkait 1000 Hari Pertama
Kehidupan
3 Peningkatan Upaya Strategi Perubahan Perilaku dalam penanggulangan stunting
4 Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamilbayi dan anak balita
melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
5 Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan Buku KIA kelas Ibu
Posyandu dan pendampingan pada ibu hamil
6 Peningkatan akses terhadap makanan bergizi bagi balita dan ibu hamil melalui pemberian
PMT Pelatihan PMBA untuk Masyarakat Konseling Menyusui
7 Peningkatan Akses Air bersih dan Sanitasi lingkungan melalui Lima Pilar STBM
Dalam rangka keberhasilan penanganan stunting di Provinsi Kalbar diharapkan alokasi
dana melaui APBD ditingkatkan jumlahnya dengan tetap memperhatikan kemampuan
keuangan daerah setidaknya mengacu pada kebijakan nasional yakni sekitar 246 dari total
APBD
BAB VII
PENUTUP
Pantai Tanjung Belandang KetapangPemandangan khas dar i Pantai in i adalah jembatan kayu yang menjirok ke laut deratan gazebo berjejer rapih di sepanjang jembatan kayu tersebut
115
A KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisis di bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut
1 Kinerja ekonomi Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar 500 persen mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang
sebesar 506 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 502 persen
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan Asuransi
Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian
2 Laju pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat 2019 yang tertinggi adalah komponen Ekspor
Barang dan Jasa yaitu 1012 persen dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun
selanjutnya adalah Konsumsi LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan
jasa utamanya berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan
Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet
3 Struktur perekonomian yang menopang ekonomi Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor
lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen) industry
pengolahan (1634 persen) perdagangan besar-eceran serta reparasi mobil sepeda motor
(1430 persen) kontruksi (1244 persen) dan sisanya terbagi dari beberapa sektor lapangan
usaha antara lain Pertambangan transportasi pergudangan informasi jasa keuangan
real estate dan jasa lainnya
4 Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan
Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat pada tahun 2019 mencapai
sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25 triliun atau 1897 persen dibandingkan
dengan tahun 2018 Hal ini adanya tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan
berlanjut dimasa mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah
yang akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single
Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai
instansi terkait baik di pusat dan daerah
5 BI Rate Kalimantan Barat 2019 cenderung menurun dari level 600 persen Bulan Januari
hingga level 500 persen pada bulan Desember Tren menurunnya BI Rate tersebut
merupakan antisipasi terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami
penurunan dan juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi (Global Bank Sentral Amerika
Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang menahan suku bunga di level 15-175
116
6 Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif Inflasi
tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional
yang hanya mencapai 055 persen Tekanan inflasi ini terjadi seiring adanya aktivitas
pemilihan umum dan legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya
permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi
sepeda motor dan ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru
7 Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka Rp14313- per
US Dollar dan menunjukan perbaikan pad akhir tahun 2019 pada Rp13831- per US Dollar
Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank
Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)
yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara
maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara
emerging market termasuk Rupiah dan pengaruh melemahnya dolar AS terhadap semua
mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak menaikkan tingkat suku bunga
8 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo terjadi
peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun 2018
(berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional 7081
Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi
Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin
dan berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah
masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun
9 Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan masih lebih baik dari
pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380) Ketimpangan pendapatan terjadi
karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan faktor produksi sehingga pihak-pihak yang
memiliki faktor produksi akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak
10 Investasi Pemerintah Pusat tahun 2019 melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM di Wilayah Provinsi Kalimantan
Barat telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 UMKMdebitur) jika dibandingkan
dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen
masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama sektor produksi yang hanya
mencapai 4124 persen yang ditargetkan sebesar 60 persen
11 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar
Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen hasil produk terutama mutu dan kualitas
produk belum bisa bersaing secara global dengan produk daerah lain
12 Penerimaan pajak dalam negeri tahun 2019 sebesar Rp667 triliun naik 26108 miliar atau
naik 407 persen dibanding penerimaan tahun 2018 Kontribusi terbesar dari penerimaan
117
pajak dalam negeri adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Rp32 triliun atau 48 persen
disusul Pajak Penghasilan (PPh) Rp307 triliun atau 46 persen
13 Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar meningkat
signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018 Dengan
perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288 miliar
atau 541 persen
14 Penerimaan PNBP tahun 2019 sebesar Rp82375 miliar mengalami penurunan sebesar Rp
3776 atau 43 persen dibandingkan penerimaan tahun 2018 Dengan komposisi
pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen dari total penerimaan PNBP
disusul pendapatan PNBP BLU sebesar 489 persen
15 Belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019 yaitu sebesar
Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar Rp1049
triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun Realisasi Belanja
pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer ke Daerah dan
dana desa terealisasi Rp2034 triliun
16 Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 terdapat penurunan angka stunting pada 10
KabupatenKota di Kalimantan Barat namun juga terjadi kenaikan angka stunting pada 4
(empat) Kabupaten
B REKOMENDASI
1 Pemerintah Daerah tetap mengupayakan peningkatan alokasi belanja pada jenis belanja
dan meningkat investasi pada sektor-sektor yang belum atau kurang memberikan kontribusi
terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat tahun 2019 terutama pada sektor
sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan
dan Penggalian yang mengalami penurunan pada periode ini secara umum capaian
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat bisa dikatakan masih stagnan dan belum
memberikan kontribusi PDRB secara maksimal yang hanya sebesar 134 persen terhadap
pembentukan PDB nasional diharapkan untuk berikutnya lebih meningkat dibanding tahun
ini
2 Untuk mempertahankan sektor ekonomi unggulan dan mematangkan sektor ekonomi
potensial Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu berkolaborasi dalam membangun
infrastruktur pendukung maupun untuk mendatangkan investor yang mau berinvestasi pada
sektor-sektor tersebut Seperti pada pembangunan Pelabuhan Kijing di kabupaten
Mempawah Pemerintah Pusat menyiapkan dana pembangunan dengan menggandeng
investor sementara Pemerintah Daerah menyiapkan dana untuk pembebasan lahan
3 Pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa perlu dilakukan desa dengan
warga berisiko tinggi stunting agar mengalokasikan Dana Desa untuk kegiatan pencegahan
stunting Kebijakan pengalokasian Dana Desa tahun 2021 hendaknya mendukung program
118
konvergensi Pencegahan Stunting yang dapat diatambahkan pada perhitungan Alokasi
Formula dengan alokasi 20 persen
4 Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) agar terus melakukan upaya memitigasi risiko
terhadap kenaikan harga serta kelancaran distribusi pasokan bahan pangan adanya
kebijakan yang memacu peningkatan produksi bahan pangan dan mengajak para
pengusaha dalam menentukan harga dan perlu mempertimbangkan daya beli konsumen
Sedangkan untuk konsumen sendiri harus mampu mengatur nafsu konsumtif karena
Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan yang
harus diatur oleh pemerintah
5 Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing mengalami kenaikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp14 triliun Hal ini terjadi tren positif terhadap
pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa mendatang dukungan Pemerintah
tetap melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single Submission
(OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai instansi terkait
baik dari pusat maupun daerah
6 Tren menurunnya BI Rate tersebut harus dijaga untuk mengantisipasi kondisi perekonomian
nasional yang masih mengalami penurunan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan
ekonomi Global Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor
eksternal tetap dijaga lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya masih sesuai
dengan target
7 Penguatan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)
yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara
maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara
emerging market termasuk Rupiah Kebijakan suku bunga Tanah Air harus tetap
dipertahankan agar imbal hasil aset keuangan Indonesia termasuk obligasi menjadi
menarik arus modal asing masuk ke Indonesia dan menambah pasokan valas di dalam
negeri
8 Indek Pembangunan Manuasia (IPM) Kalimantan Barat tahun 2018 termasuk kategori
sedang dan berada pada urutan ke-30 dari 34 Provinsi Walaupun terjadi kenaikan namun
capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi
target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin Peningkatan investasi dari
Pemerintah Pusat (APBN) yang berupa alokasi Dana Transfer khususnya DAK Fisik dan
Dana Desa serta investasi lainnya serta Pemerintah Daerah (APBD) diharapkan benar-
benar dapat digunakan pada sektor-sektor program pembangunan manusia yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat terutama mendongkrak
tingkat IPM yang terandah di Kalimantan Barat yang selama ini selalu ditempati oleh
Kabupaten Kayong Utara sebesar (6182) dan Kabupaten Sekadau (6369)-
119
9 Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar sasaran
dan tujuan program KUR maupun UMi dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran
KUR diarahkan lebih banyak di sektor produksi (non perdagangan) yaitu dengan target
minimal penyaluran sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan
skema KUR Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat
perkebunan rakyat dan peternakan rakyat harus benar-benar disaluran sesuai sasaran dan
lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada debitur dan membantu
mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada masyarakat sehingga dapat
mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha Mikro bahkan dapat meningkat ke
Mikro Kecil
10 Perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya identifikasi dan penggalian
potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian potensi pajak pengawasan
terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara Pemerintah Pusat maupun Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan
Barat Tahun 2019
Rancangan Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
RISKESDAS_2018_ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
RISKESDAS_Provinsi Kalimantan Barat 2018_ Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Laporan Pemantauan Kinerja Anggaran dan Pembangunan Program Percepatan
Pencegahan dan Penurunan Stunting Kemenkeu Reupblik Indonesia
Lampiran IIA - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Spesifik
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan
Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian KEMENTERIAN KESEHATAN 0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
2080 Pembinaan Gizi Masyarakat 001 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 002 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus
003 Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita 005 Pembinaan dalam Peningkatan Status Gizi Masyarakat 006 Suplementasi Gizi Mikro 007 Pembinaan dalam Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat 008 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Papua dan Papua Barat 009 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus Papua dan Papua Barat 010 Penguatan intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita Papua dan Papua Barat 504 Peningkatan Surveilans Gizi
5832 Pembinaan Kesehatan Keluarga 001 Pembinaan Dalam Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 002 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Kunjungan Neonatal Pertama 004 Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah 005 Pembinaan Pencegahan stunting 018 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Antenatal
1172822000 100000000 368690000 1439729000 305522000 461512000 281222000 317124000 101785000
822627500 96493000 365973800 1414218600 296527000 372659700 266887500 316592900 101784900
7014
9649
9926
9823
9706 8075 9490 9983 100
4
14
14
14 1 1 1 1 5
4
14
14
14 1 1 1 1 5
100
100
100
100
100 100 100 100 100
0240508 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
2058 Pembinaan Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra 006 Layanan Imunisasi 010 Layanan Imunisasi di Papua dan Papua Barat
2059 Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria 008 Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan 011 Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua dan Papua Barat
2060 Pengendalian Penyakit Menular Langsung 506 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit ISP 511 Sarana dan Prasarana Penanggulangan TBC 512 Sarana dan Prasarana Penanggulangan HIVAIDS
251677000 513750000 1343486000
221591784 280311250 1234273000
8805
5456 9187
14
153 8
14
151 8
25
6 40
0240709 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
2065 Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 508 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Kesehatan Ibu dan Anak 509 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Penyakit Tropis Terabaikan 510 Paket Penyediaan Vaksin
Total Belanja Intervensi Spesifik
6657319000
5789940934
9045
212
210
7710
------
Lampiran IIB - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Sensitif
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN PERTANIAN
0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan
102 Lumbung Pangan Masyarakat
1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
106 Kawasan Mandiri Pangan
1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar
101 Pemberdayaan Pekarangan Pangan
106 Hasil Pengawasan keamanan dan mutu pangan Segar
558000000 5578500000 600000000
546884550 5543049050 582679900
9801
9936 9711
1
123 1
1
121 1
100
100 100
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
0190207 Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
1835 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan
030 Pemenuhan gizi masyarakat melalui peningkatan konsumsi pangan olahan sehat
038 Komoditi yang diawasi Penerapan SNI Wajib Produk Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
0230509 Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
2016 Penyediaan Layanan Paud
006 Lembaga PAUD Menyelenggarakan Holistik Integratif
5631 Penyediaan Layanan Pendidikan Keluarga
002 Lembaga Menyelenggarakan Pendidikan Keluarga untuk Intervensi Permasalahan Sosial Tertentu
KEMENTERIAN KESEHATAN
0240111 Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
5610 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan JKNKIS
501 Cakupan Penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui JKNKIS
0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
002 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media
004 Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam mendukung Program Kesehatan
006 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media di Papua dan Papua Barat
5834 Penyehatan Lingkungan
501 Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi Syarat
504 Pengawasan terhadap Sarana Air Minum
505 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan
2090 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan
506 Rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan sesuai standar
1492964000 464132000 163411000
1437830000 431244400 162715900
9631 9291
9957
3 1 1
3 1
1
100 100
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan
Pagu Realisasi Real
Target Capaian Capaian
2094 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan
508 Alat Kesehatan
KEMENTERIAN AGAMA
0250308 Program Bimbingan Masyarakat Islam
2104 Pengelolaan KUA dan Pembinaan Keluarga Sakinah
008 Bimbingan Perkawinan Pra Nikah
0250812 Program Bimbingan Masyarakat Buddha
2145 Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Budha
014 Pembinaan Keluarga Hittasukhaya
638510000 37020000
594062500 36455000
9304
9847
29 2
1
0
97
0
KEMENTERIAN SOSIAL
0270507 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial
2251 Jaminan Sosial Keluarga
001 Keluarga Miskin Yang Mendapat Bantuan Tunai Bersyarat
0270609 Program Penanganan Fakir Miskin
5873 Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan
003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
5874 Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
002 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
5875 Penanganan Fakir Miskin Pesisir Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara
003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
3124920000
3123021922
9994
1
1
100
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
0320608 Program Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
2357 Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan
003 Promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri yang dilaksanakan (Gerakan memasyarakatkan makan ikanGemarikan)
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan
004 Sistem Pengelolaan Air Limbah
2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
005 SPAM Terfasilitasi
007 Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan
008 SPAM Berbasis Masyarakat
009 Pembangunan SPAM di Kawasan Khusus
010 Pembangunan SPAM Regional
25491600000 19295520000 10141420000 62568089000
24467600000 17485637400 9125468000 60912361277
9598
9062 9025 9735
298
3
15 0
495
1 9 0
100
0 1 52
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Rea
l Target Capaian Capaia
n 0470107 Program Perlindungan Anak
2808 Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Kesejahteraan
003 Sosialisasi tentang ASI Eksklusif Gizi Seimbang Pembatasan Gula GaramLemak (GGL) Rokok dan
Kesehatan Reproduksi bagi Keluarga dan Anak sebagai 2P dalam Penurunan Stunting
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
0590709 Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik
4143 Penyediaan dan Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
001 Informasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
0630106 Program Pengawasan Obat dan Makanan
3165 Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai BesarBalai POM
088 KIE Obat dan Makanan Aman
4124 Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang
005 Pengawasan Produk Pangan Fortifikasi
960000000
950368050
9899
26
26
100
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
0680106 Program Kependudukan dan KB
3317 Pembinaan Keluarga Balita dan Anak
021 Keluarga yang mempunyai balita dan anak memahami pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak
3331 Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan KB Provinsi
081 Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK
085 Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu
910000000 1586543000
829384786 1573708244
9114 9919
16045 433
16045 433
100 100
Total Belanja Intervensi Sensitif
13361062900000 12780247097900
12780247097900
9614
658025
1110045
78125
------
Lampiran IIC - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
0100606 Program Bina Pembangunan Daerah
1252 Pembinaan Penyelenggaraan dan Pembangunan Urusan Pemerintahan Daerah III
001 Integrasi indikator Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah lingkup UPD III
003 Penerapan SPM bidang kesehatan sosial dan transtibumlinmas
004 Evaluasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Daerah
010 Monev terpadu Penerapan dan Pencapaian SPM di daerah lingkup UPD III
011 Advokasi penerapan kebijakan percepatan penurunan stunting 015 Peningkatan kinerja kabkota dalam implementasikonvergensi program penanganan penurunan
stunting (INEY)
0100810 Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
1269 Pembinaan Administrasi Pencatatan Sipil
006 Cakupan Anak yang Memiliki Akta Kelahiran
KEMENTERIAN PERTANIAN
0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
115 Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah
295000000
281904000
9556
4
4
100
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
0230101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
4079 Pengembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) di Asia Tenggara
001 Model Pengembangan dan Pembelajaran
0231613 Program Guru dan Tenaga Kependidikan
5636 Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Paud dan Dikmas
009 Rata - rata Nilai Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas
KEMENTERIAN KESEHATAN
0240101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
2038 Pengelolaan Data dan Informasi
501 Pemetaan Keluarga Sehat
963 Layanan Data dan Informasi
0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
001 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
005 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Papua dan Papua Barat
007 Pembinaan KabKota dalam Pelaksanaan Penggerakkan Masyarakat di Posyandu
441040000 867300000
439188400 526100500
9958
6066
1 3
1
3
100
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan
2087 Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar
509 Pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
0241104 Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
2070 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
504 Riset Penanggulangan Masalah Gizi
0241210 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Ppsdmk)
2076 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan
501 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan
505 Pelatihan Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan
2078 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan
501 Penugasan Tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) Minimal 5 Orang
502 Penugasan Tenaga Kesehatan Secara Individu
505 Penugasan tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) minimal 5 orang di Wilayah Papua dan Papua Barat
102534000 125563000 2026770000
100827500 118882000 1923153550
9836
9468 9489
95
93
100
95 95
KEMENTERIAN SOSIAL
0271104 Program Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan Sosial
2254 Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional (I-VI)
002 Pelatihan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) bagi Pendamping Program Bantuan Tunai Bersyarat
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan
003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM
668321000
668320150
9999
4
2
11
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
0360106 Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
2552 Koordinasi Kebijakan Penguatan Ketahan Gizi dan Kesehatan Lingkungan
001 Usulan Rekomendasi kebijakan bidang ketahanan gizi dan kesehatan ibu dan anak dan kesehatan lingkungan
BADAN PUSAT STATISTIK
0540106 Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik
2895 Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik Bps Provinsi
009 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat
2906 Penyediaan dan Pengembangan Statistik Kesejahteraan Rakyat
003 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat Yang Terbit Tepat Waktu
5125732000
5059724707
9871
30
2
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan
Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
0550106 Program Perencanaan Pembangunan Nasional
2937 Perencanaan Pembangunan Terkait Lingkup Kesehatan dan Gizi Masyarakat
608 Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Pembangunan
KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
0670306 Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masarakat Desa
5483 Peningkatan Pelayanan Sosial Dasar
008 Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam peningkatan akses pelayanan sosial dasar
011 Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
0800106 Program Penelitian Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir Isotop dan Radiasi
3446 Pengembangan Sains dan Teknologi Bahan Maju Dengan Iptek Nuklir
002 Data Riset Hasil Analisis dengan Menggunakan Teknik Nuklir
3449 Pengembangan Sains dan Teknologi Nuklir Terapan dan Revitalisasi Reaktor Riset
006 Dokumen Teknis Mikronutrisi Pada Pangan Anak Balita Di Daerah Malnutrisi
Total Belanja Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis 9652260000 9118100807
9280 137 105 87625
------
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT
JALAN KS TUBUN NO 36 PONTIANAK 78121 TELEPON (0561) 733444 733466 FAKSIMILE (0561) 732029 LAMAN WWWDJPBKEMENKEUGOIDKANWILKALBARID
NOTA DINASNOMOR ND-143WPB172020
Yth Direktur Pelaksanaan AnggaranDari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi
Kalimantan BaratSifat SegeraLampiran 1(satu) berkasHal Pengantar Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019Tanggal 28 Februari 2020
Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
SE-61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas
Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema Analisis
Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 bersama ini kami sampaikan bersama ini kami
sampaikan Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Kajian ini
terdiri antara lain
1 Tinjauan dan Analisis APBN dan APBD tahun 2019 lingkup Provinsi Kalimantan Barat
Analisis yang dilakukan baik dari segi pendapatan maupun belanja serta dampaknya
terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dari indikator-indikator
seperti lndeks Pembangunan Manusia (IPM) Tingkat Kemiskinan dan Gini Ratio (tingkat
ketimpangan)
2 Untuk mengetahui sektor unggulan daerah dan pengembangan potensi tersebut digunakan
analisis metode Location Quotient (LQ) time series Dari analisis ini ditemukan sektor
unggulan di Provinsi Kalbar adalah bidang Pertanian Kehutanan dan Perikanan
3 Dalam KFR Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 ini terdapat analisis tematik dengan tema
Sinergi dan Konvergensi Program Penanganan Stunting di Daerah yaitu upaya pemerintah di
dalam melakukan pencegahan terhadap prevelensi stunting melalui belanja KL dalam APBN
belanja Dana Desa dan DAK Fisik serta melalui pendanaan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD)
Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih
Ditandatangani secara elektronikBambang Hartono
- KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
-
- 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
- 1COVER KFRpdf (p2)
- Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
- 3_Daftar isi_1pdf (p4)
- 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
- 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
- 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
- 10_Capaian Outputpdf (p10)
- 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
- 12_BAB I_COVERpdf (p12)
- 13_BAB Ipdf (p13-21)
- 14_BAB II_COVERpdf (p22)
- 15_BAB IIpdf (p23-41)
- 16_BAB III_COVERpdf (p42)
- 17_BAB IIIpdf (p43-77)
- 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
- 18_Bab IVpdf (p79-97)
- 19_BAB V_COVERpdf (p98)
- 19_BAB Vpdf (p99-107)
- 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
- 24_BAB VIpdf (p109-124)
- 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
- 26_BAB VIIpdf (p126-133)
- 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
- 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
- DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
-
- 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
- LAMPIRANpdf (p148-151)
- KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
-
- 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
- 1COVER KFRpdf (p2)
- Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
- 3_Daftar isi_1pdf (p4)
- 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
- 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
- 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
- 10_Capaian Outputpdf (p10)
- 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
- 12_BAB I_COVERpdf (p12)
- 13_BAB Ipdf (p13-21)
- 14_BAB II_COVERpdf (p22)
- 15_BAB IIpdf (p23-41)
- 16_BAB III_COVERpdf (p42)
- 17_BAB IIIpdf (p43-77)
- 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
- 18_Bab IVpdf (p79-97)
- 19_BAB V_COVERpdf (p98)
- 19_BAB Vpdf (p99-107)
- 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
- 24_BAB VIpdf (p109-124)
- 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
- 26_BAB VIIpdf (p126-133)
- 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
- 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
- DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
-
- 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
- LAMPIRANpdf (p148-151)
-
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat dan rahmat yang diberikan
sehingga Kanwil Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Kalimantan Barat
dapat menyusun dan menyelesaikan Kajian Fiskal
Regional (KFR) Tahun 2019
KFR merupakan output pelaksanaan tugas
Kanwil DJPBN yang memiliki fungsi pembinaan
koordinasi supervisi dan representasi Kementerian
Keuangan di daerah selaku pengelola fiskal
sebagaimana dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 262PMK012016 tentang Organisasi dan
Tata Kerja lnstansi Vertikal DJPBN
KFR ini disusun berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor 61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas
Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema
Analisis Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 yang diarahkan pada analisis
fiskal dan makroekonomi untuk mencapai tujuan kebijakan fiskal dan mendukung
pencapaian fungsi alokasi stabililasi dan distribusi APBN sebagai bahan informasi
untuk menyusun APBNAPBD sehingga dapat dievaluasi sejauh mana kebijakan fiskal
pemerintah telah sesuai dengan tujuan makroekonomi
Penyusunan KFR ini telah melalui proses pengumpulan data dan informasi
dari berbagai pihak sehingga substansi KFR diharapkan telah memuat informasi kondisi
fiskal Provinsi Kalimantan Barat yang komprehensif dan berguna kepada stakeholders
regional Provinsi Kalimantan Barat Kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang mendukung penyusunan KFR ini terutama berkaitan dengan penyediaan data
yang dipertukan
Kami menyadari bahwa dalam KFR ini masih terdapat banyak kekurangan
sehingga kami mohon kritik dan saran yang dapat digunakan untuk proses
perbaikan dalam penyusunan KFR di masa yang akan datang
Edih Mulyadi (Kepala Kantor Wilayah
DJPb Provinsi Kalimantan Barat)
iii
KATA PENGANTARii
DAFTAR ISIiii
RINGKASAN EKSEKUTIFv
DASHBOARD MAKRO-FISKAL REGIONALvii
BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH 7 11PENDAHULUAN1 12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN
DAERAHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah1 122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah 4 13 TANTANGAN DAERAH7
131 Tantangan Ekonomi Daerah 7 132 Tantangan Sosial Kependudukan 8 133 Tantangan Geografi Wilayah 9
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAlhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10 21 INDIKATOR EKONOMI MAKRO
FUNDAMENTAL10 211 Produk Domestik Regional Bruto 11 212 Suku bunga18 213 Inflasi 19 214 Nilai tukar21
22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN11 221 Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)22 222 Tingkat Kemiskinan 24
iv
223 Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini)24
224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran 25
23 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip26
BAB III
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT
REGIONAL 28
31 APBN TINGKAT PROVINSI28
32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL29
321 Penerimaan Perpajakan 29
322 Penerimaan Negara Bukan
Pajak 31
33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL 33
34 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 41
341 Dana Transfer Umum 41
342 Dana Transfer Khusus 42
343 Dana Desa45
344 Dana Insentif Daerah Otonomi Khusus dan Keistimewaan46
35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL 46
351 Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara) 46
352 Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD)46
353 SurplusDefisit46
36 PENGELOLAAN BLU PUSAT 47
37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT55
371 Penerusan pinjaman 55
372 Kredit program56
38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI
DAERAH 60
381 Mandatory Spending di Daerah60
382 Belanja Infrastruktur 60
BAB IV
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD63
41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) 63
42 PENDAPATAN DAERAH66
421 Dana TransferPerimbangan66
422 Pendapatan Asli Daerah68
423 Pendapatan LainLain70
43 BELANJA DAERAH70
44 PERKEMBANGAN BLU DAERAH71
45 SURPLUSDEFISIT APBD 72
46 PEMBIAYAAN 73
47 ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 74
471 Analisis Horizontal dan
Vertikalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip74
472Analisis Kapasitas Fiskal Daerahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip74
48 PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH 79
481 Belanja Daerah Sektor
Pendidikan 80
482 Belanja Daerah Sektor
Kesehatan 81
483 Belanja Infrastruktur Daerah 81
BAB V
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN ANGGARAN
KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)82
51LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN83
52PENDAPATAN KONSOLIDASIAN83
53BELANJA KONSOLIDASIAN85
54SURPLUSDEFISIT KONSOLIDASIAN88
55 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT 89
v
BAB VI
KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI
SERTA TANTANGAN
FISKAL REGIONAL 91
61SEKTOR UNGGULAN DAERAH93
62SEKTOR POTENSIAL DAERAH 99
63TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH102
BAB VII ANALISIS TEMATIK 110
BAB VIII PENUTUP helliphellip115
11KESIMPULAN115
12REKOMENDASI117
DAFTAR PUSTAKAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip120
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kinerja pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) pada tahun 2019
tercatat sebesar 500 persen Angka ini menurun jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan
ekonomi tahun sebelumnya sebesar 506 persen PDRB mengalami peningkatan
pertumbuhan sebesar 943 persen Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp4188 juta
Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4
(empat) sektor lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen)
Industri Pengolahan (1634 persen) Perdagangan Besar-Eceran serta Reparasi Mobil-
Sepeda Motor(1430 persen) dan Konstruksi (1244 persen)
Inflasi tahunan Kalbar pada tahun 2019 sebesar 263 persen atau menurun dibanding
periode yang sama pada tahun 2018 yang mencapai 399 persen tetapi masih lebih rendah
jika dibandingkan dengan tingkat inflasi secara nasional yang mencapai 268 persen Inflasi
tertinggi terjadi pada bulan Juni 066 persen dan Kelompok transportasi komunikasi dan jasa
keuangan pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen Kenaikan pada
bulan-bulan tersebut disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok
makanan jadi minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan
legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya permintaan terhadap
makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan
ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar termasuk kategori sedang dan berada
di bawah angka IPM Nasional Menurut data Badan Pusat Statistik sampai dengan saat ini
IPM Kalbar meningkat dari 6626 di tahun 2017 menjadi 6698 di tahun 2018 Berbagai upaya
telah dilakukan pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat untuk memberikan kemudahan
akses bagi masyarakat agar dapat memperoleh layanan pendidikan dan kesehatan
diantaranya pembangunan infrastruktur jalan serta sarana pendidikan dan kesehatan sejalan
dengan kebijakan Pemerintah untuk membangun dari pinggiran dan memperkuat daerah dan
desa
Jumlah penduduk miskin di Kalbar pada bulan September 2019 tercatat sebanyak
370470 orang Jumlah ini lebih rendah dari periode yang sama tahun 2018 dimana penduduk
miskin mencapai 369730 orang
Gini Ratio (ketimpangan pemerataan pendapatan) Kalbar tahun 2019 sebesar 0318
atau meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 0325 Koefisien Gini
berfluktuatif dari tahun ketahun namun masih berada pada kisaran antara 03 hingga 04 dan
masih dibawah Koefisien Gini Nasional Hal ini menunjukkan distribusi pendapatan
masyarakat dalam kategori sedang dan walaupun masih terdapat ketimpangan distribusi
pendapatan
v
Angkatan kerja tahun 2019 mencapai 2479000 orang mengalami kenaikan sebesar
91000 orang dari tahun 2018 Dari jumlah angkatan kerja tersebut 9556 persen bekerja
sedangkan sisanya sebesar 444 persen menganggur
Program Kredit Program berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM
(KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar
Rp179834 miliar (41778 debitur) jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen dan penyaluran Program Ultra Mikro
(UMi) sebesar Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018
terjadi kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen Pemerintah sangat
memperhatikan dan mengharapkan adanya perkembangan usaha serta upaya peningkatan
pertumbuhan ekonomi di wilayah Kalimantan Barat
Realisasi penerimaan perpajakan di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728
triliun naik 68 persen jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya Penerimaan pajak
dalam negeri memberikan kontribusi Rp667 triliun atau 917 persen sedangkan penerimaan
pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar atau 83 persen Pajak
Pertambahan Penghasilan (PPh) merupakan penyumbang penerimaan yang terbesar yakni
Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak Pertambahan Nilai (PPn) yakni Rp307
triliun atau 46 persen Untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) selama tahun 2019
mencapai Rp82375 miliar turun Rp3776 miliar atau 438 persen dibanding penerimaan
tahun sebelumnya PNBP tersebut bersumber dari Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
sebesar Rp42092 miliar dan PNBP lainnya Sebesar Rp40282 miliar
Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019
yaitu sebesar Rp3147 triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar
Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2098 triliun Realisasi
Belanja pemerintah pusat sebesar Rp96 triliun Sedangkan untuk Transfer ke Daerah dan
dana desa terealisasi Rp2034 triliun
Angka Pertumbuhan Ekonomidi Kalimantan Barat
Pertumbuhan Ekonomi
20172018
2019
Pagu dan Realisasi APBN 2019sd 31 Desember 2019
Pajak
PNBP
Belanja Modal
Belanja Bantuan Sosial
87
155
Realisasi
Pagu Realisasi
Rp837 T Rp729 T
Rp053 T Rp082 T
2017 2018 2019
517
500
505
510
515
520
000
506
500
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)di Kalimantan Barat
Indeks Pembangunan Manusia
20172018
2019
2017 2018 2019
6626
6600
6620
6640
6660
6680
000
6698
na
Angka Kemiskinandi Kalimantan Barat
Angka Kemiskinan
20172018
2019
2017 2018 2019
788
700
720
740
760
780
000
737
728
Angka Penganggurandi Kalimantan Barat
7000
800
Angka Pengangguran
20172018
2019
2017 2018 2019
436
400
410
420
430
440
000
426
445450
517
506
500
788
737
728
6626
6698
na
436
426
445
Gini Rasio Kalimantan Barat
03270318
2018
2019
Perkembangan Indikator Kesejahteraan Gini Rasio Kalimantan Barat
Pendapatan
Belanja
93
97
Rp1049 T Rp971 T
Rp2098 T Rp2034 T
sd 31 Desember 2019
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Transfer
Belanja Operasi
Belanja Modal
108
101
Realisasi
Pagu Realisasi
Rp376 T Rp405T
Rp2072 T Rp2085T
Pendapatan
Belanja
95
96
Rp1691 T Rp1608 T
Rp52 T Rp498 T
Belanja Tak Terduga
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pagu dan Realisasi APBD 2019
Belanja Transfer
Rp095 T Rp074T
Rp032 T Rp006T
Rp389 T Rp403T
19
104
78
Perkembangan Indikator Ekonomi
Capaian Program Prioritas Nasional (PN) Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019
Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan DasarPagu Realisasi
Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan KemaritimanPagu Realisasi
Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian Industri Pariwisata dan Jasa Produktif LainnyaPagu Realisasi
Pemantapan Ketahanan Energi Pangan dan Sumber Daya AirPagu Realisasi
Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan PemiluPagu Realisasi
85
73
95
86
89
Rp1741 M Rp1488 M
Rp230 M Rp167 M
Rp84 M Rp80 M
Rp336 M Rp289 M
Rp351 M Rp313 M
Realisasi Terhadap Pagu
Beberapa Pembangunan Hasil Dana APBN 2019 di Kalimantan Barat
Pembuatan Tempat Pembudidayaan Ikan Prodi Agrobisnis Perikanan Poltesa
Pembangunan Gedung Pembelajaran Terpadu MAN IC Sambas
Pembangunan Dermaga Speed Di Bungan Jaya
Pembangunan Infrastruktur Ekowisatadi Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun
Pengadaan dan pemasanganPenerangan Jalan Umum dengan solar cell
Pengadaan Benih Padi 445000 KgDistan TPH Prov Kalbar
Pembangun Terminal Barang Internasional Aruk Tahap III
Restorasi dan Penataan Kawasan Masjid Jami Beting Kota Pontianak
Pelapis Landasan PacuBandara Tebelian
Pembangunan Pasar Rakyat Tampun Juah Kab Sanggau
Pembangunan Jembatan Komposit 11 Meter (5 Unit) di Kab Kayong Utara
Pembangunan Konstruksi Pasar Rakyat Kyai Bandar Laut di Kab Ketapang
KPPN SINGKAWANG
KPPN PONTIANAK
KPPN PUTUSSIBAU
KPPN SANGGAU KPPN
SINTANG
KPPN KETAPANG
Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Nanga Era
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Sanggau
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Bengkayang
Revitalisasi Pasar Sukadana di Kab Kayong Utara
Realisasi Dana Desa
2017 2018 2019Realisasi Dana Desa
Pagu Realisasi
Rp1695 M Rp1693 M
Rp1616 M Rp1615 M20172018
Rp1992 M Rp1987 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
2000 M
1900 M
1800 M
1700 M
1600 M
1500 M
(Rp)
997998
999
2017 2018 2019Pagu DAK Fisik
Pagu Realisasi
Rp2457 M Rp2281 M
Rp2998 M Rp2794 M20172018
Rp2614 M Rp2447 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
3000 M
2800 M
2600 M
2400 M
2200 M
2000 M
(Rp)
931
928
999
936
Realisasi DAK Fisik
Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik
2017 2018 2019Pagu DAK Fisik
Pagu Realisasi
Rp2457 M Rp2281 M
Rp2998 M Rp2794 M20172018
Rp2614 M Rp2447 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
3000 M
2800 M
2600 M
2400 M
2200 M
2000 M
(Rp)
931
928
999
936
Realisasi DAK Fisik
Realisasi Kredit Ultra Mikro (UMi)
2017 2018 2019Jumlah Debitur
Debitur Realisasi
2124 Rp84 M
1913 Rp44 M20172018
Rp104 M2019
10 M
8 M
6 M
4 M
2 M
(Rp)
1913
2124
Realisasi UMi
2342
2737 12 M
Jumlah DebiturRealisasi UMi
Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)
2017 2018 2019
Debitur Realisasi
41511 Rp1615 M
34704 Rp1120 M20172018
44498 Rp1808 M2019
2000 M
1800 M
1600 M
1400 M
1200 M
(Rp)
34704
41511
44498
Jumlah DebiturRealisasi KUR
BAB I
SASARAN
PEMBANGUNAN
DAN TANTANGAN
DAERAH
Pulau Karimata Kayong UtaraMerupakan pulau dengan status Suaka Alam L a u t ( S A L ) y a n g m e n a w a r k a n p e s o n a ekosis tem terumbu karang hutan panta i hutan mangrove sampai dengan ekosistem perbukitan tinggi
1
11 PENDAHULUAN
Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di
daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata Oleh sebab itu untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur
pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian
anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD Sesuai dengan Undang-Undang
Keuangan Nomor 17 Tahun 2003 pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan
negara adalah Presiden sedangkan di daerah adalah GubernurBupatiWalikota oleh
karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah maka diperlukan sinergi
dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan
dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien
Selanjutnya kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan
daerah dalam memastikan efektifitasnya Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat
alokasi distribusi dan stabilisasi maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu
meningkatkan perbaikan dan kualitas indicator-indikator ekonomi makro dan
kesejahteraan di daerah Oleh karena itu kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari
perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan
Tidak terlepas dari hal tersebut maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi
perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan
terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi sosial-
kependudukan serta tantangan wilayahnya sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui
program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi
12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Masa jabatan Gubernur Kalimantan Barat periode 2018-2023 merupakan periode
lima tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kalimantan Barat Tahun 2005-2025 Dalam RPJPD dikemukakan bahwa visi
pembangunan jangka panjang Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2025 adalah
ldquoKalimantan Barat Bersatu dan Majurdquo
2
Visi misi dan arah pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJPD 2005-
2025 menjadi acuan dalam merumuskan visi pembangunan daerah tahun 2018ndash2023
yaitu ldquoTerwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Barat Melalui
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Dan Perbaikan Tata Kelola
Pemerintahanrdquo Pada kepemimpinan 5 (lima) tahun mendatang percepatan
pembangunan infrastruktur akan menjadi fokus utama
Sementara itu misi pembangunan Provinsi Kalimantan Barat yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut
1 Mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur
Percepatan pembangunan infrastruktur ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah serta perbatasan Indeks infrastruktur
Kalimantan Barat direncanakan mencapai 5993 di Tahun 2019
Sasaran dari misi ini adalah peningkatan ketersediaan infrastruktur pasokan
tenaga listrik jaringan transportasi (yang meliputi pelayanan konektivitas dan
keselamatan) kapasitas dan kualitas jalan ataupun jembatan Pengelolaan
Sumber Daya Air kualitas infrastruktur permukiman perdesaan (sesuai dengan
Indeks Desa Membangun) maupun perkotaan ketaatan terhadap rencana tata
ruang meningkatnya Infrastruktur daerah serta perbatasan
2 Mewujudkan tata kelola pemerintahan berkualitas dengan prinsip-prinsip Good
Governance
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan
daerah dengan target Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai SAKIP Prov
Kalimantan Barat mencapai A pada tahun 2025
Hal ini ditunjukkan dengan sasaran peningkatan pada kualitas Kelitbangan
untuk mendukung kebijakan daerah Indeks Kepuasan Pelayanan DPRD
pelayanan umum pengelolaan administrasi keuangan dan aset di lingkungan
Sekretariat Daerah dan Rumah Jabatan kelembagaan perangkat daerah yang
tepat fungsi dan tepat ukuran penyelenggaraan ketatalaksanaan pemerintah
daerah penataan sistem manajemen SDM Aparatur berdasarkan merit system
Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Desa Pengelolaan Arsip Daerah pembinaan
dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah terselenggaranya Penataan
Daerah dan Pembinaan Wilayah terkoordinirnya dan tertatanya kegiatan
kerjasama dalam negeri dan luar negeri dalam menunjang pembangunan di
Provinsi Kalimantan Barat meningkatnya pengelolaan wilayah perbatasan
meningkatnya komunikasi kebijakan pembangunan daerah
3
3 Mewujudkan masyarakat yang sehat cerdas produktif dan inovatif
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dengan indikator sasaran
peningkatan IPM dari angka 6626 menjadi 672 di tahun 2019 Sasaran misi ini
adalah meningkatkan kualitas pendidikan kebudayaan dan literasi peningkatan
kualitas kesehatan meningkatkan kualitas pemuda meningkatakan capaian
indeks pembangunan gender dan Indeks pemberdayaan gender meningkatakan
perlindungan terhadap perempuan dan anak meningkatkan ketersediaan
keterjangkauan dan pemanfaatan pangan meningkatakan fasilitasi program KB
Keluarga Sejahtera dan Pengendalian Penduduk
4 Mewujudkan masyarakat sejahtera
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarat secara merata
mengurangi kemiskinan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi dari 506
ditargetkan 520 pada tahun 2019 dan jumlah desa mandiri dari 1 ditargetkan
mencapai 63 desa mandiri Selanjutnya tujuan lainnya adalah mengurangi
kemiskinan dan pengangguran dengan target menurunkan angka tingkat
penggangguran terbuka dari 413 menjadi 390 pada tahun 2019 Beberapa
sasarannya terkendalinya penyakit menular strategis zoonosis meningkatnya
produksi peternakan terwujudnya kedaulatan pangan sektor keluatan dan
perikanan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produksi perikanan
5 Mewujudkan masyarakat yang tertib
Hal ini bertujuan meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat
Sasaran dari misi ini adalah meningkatkan skor Indeks Demokrasi Aspek
Kebebasan Sipil dari 9715 menjadi 9735 di tahun 2019 penyelenggaraan
pelayanan Trantibumlinmas meningkatnya jumlah orang atau kelompok
masyarakat miskin yang memperoleh bantuan hukum litigasi dan non litigasi
meningkatnya upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam rangka pengurangan
risiko bencana meningkatkan penanganan kedaruratan dan pendistribusian
logistik pada daerah terkena bencana meningkatkan penanganan rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana
6 Mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan
target sasaran Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kalimantan Barat Tahun 2019
di angka 6620 Dengan sasaran lainnya menurunnya luas kerusakan Kawasan
hutan melalui rehabilitasi hutan dan layanan krisis dan ketaatan terhadap
pencana tata ruang meningkat
4
122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dijabarkan ke
dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan
pembangunan tahunan yang disusun berikut rancangan prioritas dan sasaran
pembangunan daerah
a Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Kondisi infrastruktur di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2018 apabila
dilihat dari Indeks Infrastruktur adalah sebesar 5661 Angka Indeks Infrastruktur
merupakan indeks yang menggambarkan kondisi infrastruktur di Kalimantan Barat
pada tahun 2018 yang meliputi variabel Jalan Kondisi Mantap Provinsi sebesar
4971 Irigasi Kondisi Mantap sebesar 4676 Rumah Tangga Bersanitasi
sebesar 4838 Rumah Tangga dengan Air Bersih sebesar 5520 dan Rasio
Elektrifikasi sebesar 83 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan
dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas
Perhubungan dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kalimantan Barat
Untuk tahun 2020 indeks infrastruktur Kalimantan Barat ditargetkan
meningkat menjadi 6300 yang tentunya merata di seluruh Kabupaten Kota di
Kalimantan Barat
Tabel I1
Target Indeks Infrastruktur Kalimantan Barat Tahun 2020 Indikator Kondisi
Awal (2018)
Taget
2019 2020
1 2 3 4
Persentase Panjang Jalan Provinsi Dalam Kondisi Mantap
4971 5668 6219
Rumah Tangga Sanitasi 4838 5188 5549
Persentase Akses Penduduk Air Minum
5520 5830 6120
Rasio Elektrifikasi 8300 8500 8700
Persentase Irigasi Provinsi dalam Kondisi Baik
4676 4778 4890
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tahun 2020 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMD Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2018 ndash 2023 dimana tahun 2020 ditetapkan sebagai
Tahap Percepatan (Pemerataan infrastruktur dasar dan aksesibilitas antar wilayah
dalam rangka percepatan mewujudkan desa mandiri) Pembangunan dalam tahap
kedua lebih diarahkan pada upaya peningkatan status desa menuju desa mandiri
Apalagi bila dikaitkan dengan target RPJMD yang menetapkan sasaran pada
pencapaian desa mandiri tahun 2023 kurang lebih 400 desa mandiri Oleh karena
itu salah satu pilihan strategi yang memiliki dampak bagi peningkatan status desa
5
mandiri diantaranya melalui Pemerataan infrastruktur dasar serta pemerataan
aksesibilitas antar wilayah
b Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah
Kualitas tata kelola pemerintahan daerah di Provinsi Kalimantan Barat yang
diukur melalui Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah berada pada kondisi baik dimana nilai Indeks Reformasi
Birokrasi berada pada nilai B Dan Nilai SAKIP berada pada predikat B dengan
nilai 6401 Untuk Kabupaten Kota di Kalimantan Barat dari 14 Kabupaten Kota
hanya 1 daerah yaitu Kota Pontianak yang sudah mendapatkan predikat BB pada
nilai SAKIP12 kabupaten dengan predikat B dan yang lainnya masih berada
pada predikat CC dan C pada tahun 2018
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa
Perangkat Daerah yaitu Biro Adminsitasi Pembangunan dan Pengadaan Barang
dan Jasa Biro Pengelolaan Aset Biro Hukum Biro Humas dan Protokol serta Biro
Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Barat Selain itu juga didukung
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Kepegawaian Daerah
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Penelitian dan
Pengembangan Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Daerah Provinsi Kalimantan Barat
c Mewujudkan Masyarakat Sejahtera
Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan melalui beberapa
indikator yaitu
- Pertumbuhan Ekonomi tahun 2018 ada di angka 506 tahun 2019 535 dan
ditargetkan tumbuh 535 pada tahun 2020
- Penurunan Angka Kemiskinan sebelumnya 737 (2018) 692 (2019)
ditargetkan 643 pada tahun 2020
- Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka sebelumnya 413 (2018) 390
(2019) ditargetkan menurun 363 pada tahun 2020
- Gini Rasio Kalimantan Barat ditargetkan menjadi 032 pada tahun 2020
- Jumlah Desa Mandiri di Kalimantan Barat dari 1 (2018) 63 (2019 namun
tercapai 87) ditarget 159 desa pada tahun 2020
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa
Perangkat Daerah yaitu Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Dinas
Perkebunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pangan
Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Kehutanan Dinas Kelautan dan
Perikanan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pemuda Olahraga dan
6
Pariwisata Dinas Koperasi dan UKM Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Sosial Pada tahun 2020
berikut target mewujudkan masyarakat sejahtera
Tabel I2
Target Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Tahun 2020
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tabel I3
Target Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kota Tahun 2020 No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 850 ndash 842 842 ndash 833
2 Bengkayang 742 ndash 738 738 ndash 736
3 Landak 1319-1212 1212-1202
4 Mempawah 584 ndash 582 582 ndash 581
5 Sanggau 457 ndash 455 455 ndash 451
6 Ketapang 1163-1093 1093-1084
7 Sintang 1027-1018 1018-1015
8 Kapuas Hulu 1001-938 938-931
9 Sekadau 647-640 640-638
10 Melawi 1277-1250 1250-1247
11 Kayong Utara 1006-986 986-983
12 Kubu Raya 540 ndash 522 522-518
13 Kota Pontianak 536-535 535-534
14 Kota Singkawang 578 ndash 535 535 ndash 531
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tabel I4
Target Tingkat Penganggauran Terbuka Kabupaten Kota Tahun 2020
No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 334 ndash 332 332 ndash 329
2 Bengkayang 240 ndash 238 238 ndash 235
3 Landak 229 ndash 226 226 ndash 224
4 Mempawah 617 ndash 615 615 ndash 543
5 Sanggau 247 ndash 243 243 ndash 239
No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 525 ndash 529 533 ndash 537
2 Bengkayang 584 ndash 602 610 ndash 620
3 Landak 525 ndash 529 530 ndash 533
4 Mempawah 521 ndash 529 535 ndash 537
5 Sanggau 471 ndash 492 509 ndash 513
6 Ketapang 741 ndash 761 771 ndash 781
7 Sintang 539 ndash 545 549 ndash 551
8 Kapuas Hulu 542 ndash 548 550 ndash 554
9 Sekadau 583 ndash 585 587 ndash 589
10 Melawi 488 ndash 497 501 ndash 506
11 Kayong Utara 545 ndash 550 551 ndash 553
12 Kubu Raya 673 ndash 683 690 ndash 696
13 Kota Pontianak 550 ndash 562 585 ndash 591
14 Kota Singkawang 576 ndash 600 615 ndash 623
7
6 Ketapang 323 ndash 321 321 ndash 319
7 Sintang 158 ndash 156 232 ndash 230
8 Kapuas Hulu 280 ndash 274 156 ndash 154
9 Sekadau 315 ndash 311 274 ndash 268
10 Melawi 39 ndash 392 311 ndash 307
11 Kayong Utara 393 ndash 392 392 ndash 391
12 Kubu Raya 656 ndash 643 643 ndash 629
13 Kota Pontianak 505 ndash 493 493 ndash 481
14 Kota Singkawang 542 ndash 535 535 ndash 528
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
d Mewujudkan Masyarakat yang Tertib
Misi ini bertujuan untuk meningkatkan ketentraman dan ketertiban
masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat Keberhasilan pencapaian misi ini
ditunjukan dengan indikator yaitu tidak adanya Konflik Sosial yang terjadi di
Kalimantan Barat dan meningkatnya indeks kebebasan sipil dari 9715 (2018)
menjadi 9735 (2019) sementara itu tahun 2020 ditargetkan mendapat 9755
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa Perangkat
Daerah yaitu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Satuan Polisi Pamong Praja
Biro Hukum Sekretariat Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Provinsi Kalimantan Barat
e Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Misi mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan bertujuan untuk
meningkatnya kualitas lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Barat
Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan indikator Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup mencapai angka 6620 (2019) dan tahun 2020 ditargetkan
pada angka 6640 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh
beberapa Perangkat Daerah yaitu Dinas Perumahan Rakyat Kawasan
Permukiman dan Lingkungan Hidup Dinas Kehutanan dan Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Barat
13 TANTANGAN DAERAH
131 Tantangan Ekonomi Daerah
Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan merupakan kekuatan utama
perekonomian di Kalimantan Barat PDRB sektor pertanian tumbuh 50 persen dan
memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan
Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019 Sektor Pertanian Kehutanan dan
Perikanan banyak disumbang oleh hasil Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan
Karet Sejalan dengan tersebut serapan tenaga kerja di Kalimantan Barat cukup
mencerminkan kesesuaian dengan struktur PDRB Lapangan usaha penyerap tenaga
kerja utama di Provinsi Kalimantan Barat adalah lapangan usaha pertanian Dengan
8
demikian upaya mempertahankan maupun meningkatkan kinerja lapangan usaha
pertanian di Kalimantan Barat perlu menjadi perhatian serius
Sementara itu terkait dengan ketenagakerjaaan Kalimantan Barat tahun 2019
jumlah penduduk pencari kerja meningkat sebesar 577 persen dibandingkan dengan
Agustus 2018 Meningkatnya jumlah pengangguran disebabkan adanya penurunan
penyerapan tenaga kerja pada beberapa lapangan usaha Dalam evaluasi RKPD
Tahun 2020 juga dicantumkan mengenai permasalahan tingginya angka
pengangguran di Kalimantan Barat sehingga perlu dilakukan langkah kongkrit dalam
upaya mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan kerja yang
berkualitas Selain itu permasalahan lainnya tenaga kerja belum terserap sesuai
pasar kerja dan belum terserap secara maksimal di berbagai sektor lapangan usaha
Dilihat dari segi pembiayaan pemerintah sudah meluncurkan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) untuk mempermudah pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan
yang murah KUR ditargetkan secara nasional 60 persennya menyasar pada sektor
produktif Sehingga sesuai dengan sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan yang
menjadi kekuatan Kalimantan Barat Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada
Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp 179 Triliun Pemerintah Daerah perlu
menseriusi perannya sebagai penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima
KUR Harapannya UMKM dapat mendorong perekonomian Kalimantan Barat
Dari segi infrastruktur kondisi jalan Provinsi dari tahun 2013 hingga tahun 2017
dalam kondisi mantap terus mengalami perbaikan akan tetapi pada tahun 2018
persentase jalan provinsi dalam kondisi mantap mengalami penurunan menjadi
sebesar 4971 persen Sejalan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo pada tahun
2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur pembangunan jalan juga menjadi fokus
dari Pemerintah Dearah Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam
proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai
Jalur Transportasi bagi masyarakat dan kondisi jalan akan sangat berpengaruh
133 Tantangan Sosial Kependudukan
Berdasarkan data Agregat Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018 semester II berjumlah sekitar 5422814 jiwa 5148 persen atau 2791477
jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4852 persen atau 2631337 jiwa adalah
perempuan Dengan luas wilayah 147307 Km2 maka kepadatan penduduk
Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 37 jiwa km2
Berdasarkan kelompok umur sebesar 6980 persen atau sebanyak 3784929
jiwa merupakan kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun) Tingginya penduduk
usia produktif memberikan keuntungan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat
9
Sementara itu untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2018 yakni sebesar 2529
persen atau sebanyak 1371397 jiwa sedangkan untuk penduduk usia lanjut usia
(kelompok 65 tahun ke atas) sebesar 491 persen atau sebanyak 266488 jiwa
Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengetahui seberapa banyak
penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas Pendidikan sesuai
dengan jenjang pendidikannya Selama periode 2014-2018 APM SDMI telah berada
di atas angka 90 persen Hal ini menunjukkan sebesar 90 an persen penduduk
kelompok umur 7-12 tahun bersekolah dijenjang SD sementara APM SMPMTS masih
di angka 70 persen dan APM SMASMKMTS masih di bawah 70 persen Berdasarkan
Pendidikan Penduduk Provinsi Kalimantan Barat pada Semester I Tahun 2019
terdapat 146 juta belumtidak sekolah 804 ribu tamat SDSederajat 147 tamat
SDSederajat 700 ribu tamat SLTPSederajat 767 ribu tamat SLTASederajat 53 ribu
menempuh Pendidikan D1D2 53 ribu menempuh pendidikan akademiD3S Muda
133 ribu menempuh pendidikan D4S1 4 ribu menempuh Pendidikan S2 dan 444
menempuh Pendidikan S3
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Barat masih
terdapat 524 persen balita dengan status gizi buruk dan 1859 persen balita dengan
status gizi kurang Balita gizi buruk dan gizi kurang tersebar di 14 (empat belas)
kabupatenkota se-Kalimantan Barat Kabupaten Melawi merupakan Kabupaten
dengan persentase balita dengan status gizi buruk sebsar 869 persen Sedangkan
Kabupaten Sambas merupakan Kabupaten dengan persentase balita dengan status
gizi kurang terbesar yakni 2605 persen Jika dibandingkan hasil Riskesdas tahun
2013 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 telah mengalami
penurunan
133 Tantangan Geografi Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat merupakan Provinsi terluas ke-4 di Indonesia dengan
luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih luas dari seluruh pulau Jawa
Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (6302) dan areal
perkebunan mencapai 2469386 ha atau 1682 persen Sementara itu areal untuk
pemukiman hanya berkisar 035 persen
Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019
Dengan luas wilayah ini menjadi tantangan pemerintah membuka akses jalan antar daerah yang banyak terpisah oleh sungai dan hutan Pembangunan infrastruktur menjadi kunci utama Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai Jalur Transportasi bagi masyarakat
Danau Sentarum Kapuas HuluPada musim penghujan tiba Danau Sentarum akan tergenang air selama 6-14 meter Sementara itu pada musim kemarau 80 persen air danau akan mengering
BAB II
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
EKONOMI
REGIONAL
10
21 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL
211 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010 (ADHK) Provinsi
Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar Rp13712 triliun sedangkan berdasarkan
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai sebesar Rp21232 triliun dengan PDRB
per kapita mencapai sebesar Rp4188 juta Sementara itu PDB Indonesia tahun 2019
mencapai Rp158339 triliun dan kontribusi PDRB Provinsi Kalimantan Barat hanya
sebesar 134 persen terhadap pembentukan PDB nasional
Tabel II1
PDRB Atas Dasar Berlaku dan Harga Konstan Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (triliun rupiah)
No PDRB Tahun 2018 Total Tahun 2019 Total
I II III IV I II III IV
1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
4692 4643 4986 5095 19403 4689 5060 5452 5586 21232
2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan
3215 3136 3328 3385 13058 3376 3294 3491 3545 13712
3 Laju Pertumbuhan Kalbar
511 518 501 507 506 507 508 495 466 500
4 Laju Pertumbuhan Nasional
506 527 517 518 517 518 507 505 497 502
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
a Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019
mengalami perlambatan yaitu hanya 500 persen apabila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yaitu sebesar 506 persen dan lebih rendah jika dibandingkan
dengan kinerja perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 502 persen hal ini
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian
11
Grafik II1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
Sumber data BPS Kalbar 2019(diolah)
Tren pertumbuhan ekonomi per-triwulanan Kalimantan Barat tahun 2019
mengalami penurunan sejak triwulan II sebesar 508 persen menjadi 466 persen
pada triwulan IV hal ini dialami juga pertumbuhan ekonomi nasional yang
cenderung menurun sejak triwulan I sebesar 518 persen menjadi 497 persen
pada tiwulan IV Penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulanan tahun 2019
utamanya didorong oleh Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
sebesar 661 persen Real Estate sebesar 543 persen dan Jasa Perusahaan
sebesar 483 persen
b Nominal PDRB
PDRB Kalimantan Barat atas dasar harga yang berlaku tahun 2019 adalah
sebesar Rp21232 triliun atau naik 943 persen dibandingkan tahun sebelumnya
dimana pertumbuhan yang dominan adalah sektor pembentuk Jasa Lainnya
Industri Pengolahan dan Jasa Kesehatan dan Sosial sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2019 adalah sebesar Rp13712 triliun atau naik 501 persen
dibandingkan tahun 2018
1) PDRB Menurut Pengeluaran
Perkembangan PDRB dari menurut pengeluaran ADHK secara triwulanan
pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan pada triwulan III dan IV khusus
untuk triwulan IV dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seluruh komponen
terjadi peningkatan kecuali komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 869
persen dan komponen Pengeluaran Konsumsi LNRT sebesar 233 persen
12
Tabel II2
PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat atas dasar Harga Konstan (ADHK)
No Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)
I II III IV
1 Konsumsi Rumah Tangga 1794 1843 1813 1825
2 Konsumsi LNRT 041 043 043 042
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 345 355 386 469
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 968 997 1045 1087
5 Perubahan Inventori 090 (060) - 131
6 Ekspor 347 390 449 410
7 Impor 163 274 321 419
PDRB 3376 3294 3491 3545
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Laju pertumbuhan PDRB (ADHK) menurut pengeluaran selama tahun 2018
dan tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel II3
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran
No Komponen 2018 2019
(triliun Rp)
() (triliun Rp)
()
1 Konsumsi Rumah Tangga 6965 564 7275 496
2 Konsumsi LNPRT 156 968 169 886
3 Konsumsi Pemerintah 1490 382 1555 502
4 Modal Tetap Bruto 4041 282 4097 139
5 Perubahan Inventori 115 - 161 -
6 Ekspor Barang Jasa 1486 366 1596 1012
7 Impor Barang dan Jasa 1189 2864 1177 586
PDRB 13058 506 13712 500
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Kalimantan Barat 2019
yang tertinggi adalah komponen Ekspor Barang dan Jasa yaitu 1012 persen
dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun selanjutnya adalah Konsumsi
LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan jasa utamanya
berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan
Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet
Perkembangan PDRB menurut pengeluaran ADHB secara triwulanan
tahun 2019 cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya kecuali
komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 124 persen
13
Tabel II4
PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
` Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)
I II III IV
1 Konsumsi Rumah Tangga 2785 2847 2817 2824
2 Konsumsi LNRT 066 069 067 072
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
496 531 634 746
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1604 1634 1727 1851
5 Perubhan Inventori 166 (093) - 141
6 Ekspor 432 685 646 638
7 Impor 337 613 524 686
PDRB 4689 5060 5452 5586
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Distribusi PDRB (ADHB) menurut pengeluaran selama tahun 2018 dan
tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel I5
Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
No Komponen 2018 2019
(triliun Rp)
() (triliun Rp)
()
1 Konsumsi Rumah Tangga 10478 5436 11273 5321
2 Konsumsi LNPRT 233 122 274 129
3 Konsumsi Pemerintah 2259 1161 2407 1129
4 Modal Tetap Bruto 6312 3302 6816 3210
5 Perubahan Inventori 257 091 214 098
6 Ekspor Barang dan Jasa 1954 1009 2401 1185
7 (-) Impor Barang dan Jasa 2250 1101 2160 1111
PDRB 19403 10000 21232 10000
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
PDRB (ADHB) Kalbar tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar
Rp1829 triliun (943 persen) menjadi sebesar Rp21232 triliun dibandingkan
tahun 2018 Konsumsi rumah tangga memiliki porsi hingga 5321 persen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3210 persen dan konsumsi
Pemerintah hanya sebesar 1129 persen Sebagai komponen utama PDRB
konsumsi rumah tangga meningkat sebesar Rp795 triliun (759 persen) seiring
dengan membaiknya tingkat pendapatan per kapita masyarakat Kalimantan
Barat meningkat menjadi sebesar 4188 juta atau 797 persen dari tahun yang
14
lalu namun tidak diikuti kontribusinya yang mengalami penurunan sebesar 115
persen
a) Konsumsi
Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar
2019 terhadap Laju pertumbuhan komponen Konsumsi Rumah Tangga
mengalami penurunan sebesar 068 persen dibandingkan tahun
sebelumnya walaupun dari segi nilai nominal ADHB terjadi peningkatan
sebesar Rp795 triliun atau 759 persen yang disebabkan oleh pergeseran
pola konsumsi masyarakat akibat perkembangan teknologi yakni
pergeseran jenis konsumsi masyarakat dari barang-barang konsumsi
(makanan minuman barang-barang lainnya) kepada kebutuhan lainnya
(jasa kesehatanpendidikanrekreasi)
Tabel I6
Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar 5438 5436 5321
2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 9651 10478 11273
3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 6590 6965 7275
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 456 564 496
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
b) Investasi
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMBT) kontribusinya terhadap PDRB
tahun 2019 adalah sebesar 3210 persen turun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang sebesar 3302 sementara itu secara nominal berdasarkan
ADHB nilainya naik sebesar Rp504 miliar dan laju pertumbuhan
komponennya turun sebesar 143 persen dibandingkan dengan tahun 2018
Tabel I7
Pengaruh Komponen PMTB terhadap PDRB Kalimantan Barat 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 3371 3302 3210
2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 5982 6312 6816
3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 3930 4041 4097
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 233 282 139
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat
pada tahun 2019 mencapai sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25
15
triliun atau 1897 persen dibandingkan dengan tahun 2018 Realisasi
investasi PMDN dan PMA belum sesuai dengan target RPJMD Provinsi
Kalimantan Barat yang ditetapkan sebesar sebesar Rp1875 triliun
Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing
sebesar Rp799 triliun mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya Rp14 triliun sedangkan realisasi investasi PMDN sebesar
Rp769 triliun juga mengalami penurunan sebesar Rp11 triliun Hal ini terjadi
tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa
mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah yang
akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single
Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi
oleh berbagai instansi terkait baik di pusat dan daerah
Grafik II2
Perkembangan Investasi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
SumberBPMPTSP Prov Kalbar
c) Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah pada tahun 2019 memberikan kontribusi
terhadap perekonomian Kalimantan Barat sebesar 1129 persen menurun
dibanding tahun sebelumnya yakni 1161 persen dilihat secara nominal
mengalami kenaikan sebesar Rp148 triliun Laju pertumbuhan mengalami
peningkatan yaitu sebesar 502 persen kebijakan pemerintah pusat yang
cenderung meningkatkan Belanja Negara hingga sebesar Rp87030 miliar
sekitar 287 persen dan juga transfer ke daerah khususnya Dana Desa
sebesar Rp29671 sekitar 1750 persen maka Pemda diharapkan semakin
kreatif dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk pembangunan di
daerah dalam rangka stabilitas pertumbuhan ekonominya
Tabel I8
Pengaruh Komponen Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
16
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 116 1161 1129
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 2059 2259 2407
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1432 1490 1555
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 521 382 502
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
d) Ekspor dan Impor
Kontribusi ekspor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019
sebesar 1185 persen mengalami kenaikan 176 persen dibandingkan tahun
sebelumnya secara nominal terjadi kenaikan sebesar Rp447 triliun
termasuk laju pertumbuhan komponen ekspor juga mengalami kenaikan
sebesar 646 persen dibandingkan tahun 2018
Tabel I9
Pengaruh Komponen Ekspor Barang dan Jasa terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Kinerja ekspor Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai US$116866
juta mengalami kenaikan US$16770 juta dibandingkan dengan tahun 2018
peningkatan didukung oleh naiknya Komoditas ekspor Biji Kerak dan Abu
Logam sebesar US$17422 atau 7871 persen Lemak dan Minyak
HewanNabati sebesar US$5517 atau 7193 persen dan Karet dan Barang
dari karet US$3081 atau 5555 persen dan terjadi penurunan terhadap
volume dan nilai ekspor alumina serta minyak kelapa sawit atau CPO karena
adanya pembatasan dari Uni Eropa
Komoditas ekspor utama adalah Biji Kerak dan Abu Logam sebesar
US$42777 juta Bahan Kimia Anorganik mencapai US$37577 juta serta
Lemak dan Minyak HewanNabati mencapai US$13187 juta dengan negara
tujuan ekspor masih didominasi negara Asia dengan kontribusi sebesar
9642 persen yaitu Tiongkok sebesar US$49979 juta Malaysia sebesar
US$34262 dan India sebesar US$16908 juta
Kontribusi impor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019
sebesar 1111 persen mengalami kenaikan 010 persen dibandingkan tahun
No Komponen 2017 2018 2019
1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar () 796 1009 1185
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1599 1954 2401
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1434 1486 1596
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 4365 366 1012
17
sebelumnya secara nominal terjadi penurunan sebesar Rp090 triliun
demikian juga laju pertumbuhan komponen mengalami penurunan mencapai
586 persen atau 2278 persen dibandingkan tahun 2018 peningkatan
kebutuhan impor utamanya didukung oleh besarnya permintaan barang dan
bahan baku untuk mendukung kegiatan industri pengolahan
Tabel II10
Pengaruh Komponen Impor Barang dan Jasa terhadap PDRB
Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar ()
581 1101 1111
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1823 2250 2160
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1093 1189 1177
4 Laju Pertumbuhan Komponen () -197 2864 586
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Impor Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar US$48225 juta naik
US$1918 juta dibandingkan dengan tahun 2018 komoditas impor utama
adalah Bahan Bakar Mineral sebesar US$19848 juta Mesin-MesinPesawat
Mekanik sebesar US$13410 juta dan Mesin atau Peralatan Listrik sebesar
US$3071 juta Sebagian besar impor berasal dari negara Asia mencapai
9698 persen yaitu Malaysia sebesar US$19561 juta Tiongkok sebesar
US$19516 juta dan Singapura US$4474 juta
Perekonomian Kalimantan Barat selama tahun 2019 menunjukan
perkembangan walaupun tidak sebaik tahun sebelumnya dengan nilai
neraca perdagangan menunjukan surplus sebesar US$68641 juta masih
lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang mengalami surplus sebesar
US$53789
c PDRB per kapita
PDRB per kapita Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 (ADHB) mencapai
Rp4188 juta terjadi peningkatan sebesar 797 persen dibandingkan tahun 2018
namun masih jauh dibawah PDB per kapita nasional yaitu sebesar Rp5910 juta
Peningkatan PDRB per kapita tersebut ternyata belum dinikmati oleh seluruh
lapisan masyarakat karena masih terdapat beberapa masyarakat yang berada
dibawah garis kemiskinan hal ini ditunjukan oleh koefisien gini rasio Kalimantan
Barat 2019 sebesar 0318 yang menunjukan adanya ketimpangan pendapatan
atau kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat artinya pengeluaran
penduduk masih berada kategori ketimpangan yang sedang
18
Tabel II11
PDRB Per Kapita Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
PDRB Per Kapita Kalimantan Barat
Tahun 2017-2019
Uraian 2017 2018 2019
PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku
Nilai (Juta Rupiah) 3598 3879 4188
Nilai (US $) 268929 261953 296000
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 20189(diolah)
212 Suku Bunga
Berdasarkan sumber data Bank Indonesia periode Januari 2019 sd Mei 2019 BI Rate
berada pada level 600 persen kemudian bulan Juni sd September cenderung turun pada
level 575 ndash 525 persen selanjutnya pada bulan Oktober sd Desember 2019 meningkat
hingga level 500 persen Tren menurunnya BI Rate tersebut merupakan antisipasi
terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami penurunan dan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Global
Grafik II3
BI Rate Tahun 2019
Sumber data BI 2019 (diolah)
Apabila dicermati bahwa kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal
perekonomian Indonesia merupakan dasar dalam mempertimbangkan penurunan suku
bunga kebijakan Penurunan ini sejalan dengan inflasi yang tetap rendah yaitu kisaran
263 persen dan tetap dapat menarik imbal hasil aset keuangan domestik Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut diantaranya
1 Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang diperkirakan
akan menahan suku bunga di level 15-175 hingga akhir tahun 2020 Hal ini di
19
dorong perekonomian AS masih tumbuh kuat berkisar 2 dengan inflasi 18 yang
artinya perekonomian AS masih ekspansif
2 Di sisi lain kesepakatan perang dagang antara AS dan China tekanan Brexit yang
menurun serta risiko geopolitik yang juga mereda turut memberikan pijakan bagi
bank-bank sentral untuk tidak mengubah arah kebijakan (stance) suku bunga
acuannya
3 Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor eksternal
yakni adanya kecenderungan bank-bank sentral menahan suku bunga acuan
lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya yang masih sesuai dengan
target
4 Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan perkiraan inflasi yang
terkendali dalam kisaran sasaran stabilitas eksternal yang terjaga serta upaya
untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah
perekonomian global yang melambat
5 Kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan terus
diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi
213 Inflasi
Secara umum laju inflasi Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 263 persen dibawah
laju inflasi nasional yaitu 268 persen laju inflasi tahun 2019 ini lebih rendah dibandingkan
dengan dua tahun sebelumnya yaitu 399 persen (tahun 2018) dan 383 persen (tahun
2017)
Grafik I4
Inflasi Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2017-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif
begitu pula inflasi nasional Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen
lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang hanya mencapai 055 persen
Tekanan inflasi ini terjadi adanya peningkatan pada kelompok bahan makanan yang
disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok makanan jadi
20
minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan legislative
yang dilakukan serempak pada tahun 2019 turut mendorong risiko tekanan pada
kelompok makanan Disisi lain Kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan
pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen atau terjadi kenaikan indeks
dari 13658 pada November 2019 menjadi 13829 pada Desember 2019 hal tersebut
dipengaruhi tingginya permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara
tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan ban luar mobil selama periode
Desember dan Tahun Baru pergerakan inflasi bulanan seperti pada tabel dibawah ini
Grafik I5
Laju Inflasi bulanan dan tahunan Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2018-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
Terkendalinya laju inflasi tidak terlepas dari keberadaan forum Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) Kalbar yang dibentuk sebagai wadah koordinasi guna menjaga
kestabilan dan keterjangkauan harga di seluruh wilayah Provinsi Kalbar beberapa upaya
dalam mengendalikan inflasi di Kalimantan Barat antara lain
1 TIPD memfokuskan terutama memitigasi risiko kenaikan harga serta kelancaran
distribusi pasokan bahan pangan
2 Dalam rangka memitigasi risiko kenaikan harga serta distribusi pasokan bahan
pangan strategis tersebut adanya kebijakan yang memacu peningkatan produksi
bahan pangan dan menjaga kelancaran distribusi
3 Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan
komoditas harus diatur oleh pemerintah karena pada dasarnya inflasi sangat terkait
daya beli Daya beli akan membaik jika inflasi rendah dan stabil Daya beli ini juga
mencerminkan miskin tidaknya suatu masyarakat
4 Agar tingkat inflasi bisa dikendalikan mengajak para pengusaha dalam menentukan
harga perlu mempertimbangkan daya beli konsumen Sedangkan untuk konsumen
sendiri harus mampu mengatur tingkat konsumtif
21
214 Nilai Tukar
Menurut data Bank Indonesia (berdasarkan kurs akhir bulanan) nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar AS bergerak melemah puncaknya pada bulan Mei 2019 dan selanjutnya
terjadi koreksi pada akhir tahun (Desember) berangsur-angsur kembali menunjukan
perbaikan
Grafik I6
Nilai Tukar US Dolar Terhadap Rupiah Tahun 2019
Sumber data BI 2019
Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka
Rp14313- per US Dollar dan menunjukan perbaikan sampai dengan bulan Juli hingga
menyentuh pada level Rp13956- per US Dollar namun kembali melemah pada Agustus
2019 pada level Rp14166- per US Dollar dan menguat pada akhir tahun 2019 pada
Rp13831- per US Dollar
Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank
Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral
Amerika) yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi
negara maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang
negara emerging market termasuk Rupiah dan disamping juga pengaruh melemahnya
dolar AS terhadap semua mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak
menaikkan tingkat suku bunga terdapat beberapa faktor yang mendorong pergerakan
nilai tukar menjadi stabil dan menguat antara lain
1 Kebijakan suku bunga Tanah Air sudah membuat imbal hasil aset keuangan
Indonesia termasuk obligasi menjadi menarik arus modal asing masuk ke Indonesia
dan menambah pasokan valas di dalam negeri
2 Tingkat kenaikan suku bunga di dunia khususnya di Amerika yang lebih rendah dari
yang diperkirakan
3 Defisit neraca perdagangan atau transaksi berjalan Indonesia yang lebih rendah
dari tahun lalu
22
4 Pasar semakin berkembang di mana saat ini terdapat pasar SWAP dan pasar
transaksi forward atau yang disebut domestic non delivery forward (DNDF)
sementara sebelumnya transaksi valas hanya di pasar tunai atau spot
22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN
221 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Human Development Index (HDI)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo
terjadi peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun
2018 (berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional
7081 Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni
sebesar 6720 poin
Dalam kurun waktu 2014-2018 angka IPM Kalbar mengalami tren perbaikan dan
berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah
masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun
Grafik II7
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2014 sd 2018
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
Rendahnya IPM Kalimantan Barat jika dibandingkan dengan IPM provinsi lain
karena keterbatasan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan
pendidikan dan pekerjaan
Tabel II12
Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2016 sd 2018
No Keterangan 2016 2017 2018
1 Angka harapan hidup (tahun) 6990 6992 7018
2 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 698 705 712
3 Pengeluaran per Kapita Rp (000) Disesuaikan 8348 8472 8860
4 IPM (indek) 6588 6626 6698
5 Peringkat IPM 29 30 30
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
23
Pembangunan Manusia Kalimantan Barat pada tahun 2018 terus mengalami
kemajuan hal ini disebabkan telah berhasil meningkatan 3 aspek esensial diantaranya
angka harapan hidup tumbuh sebesar 037 persen per tahun rata-rata lama sekolah
tumbuh sebesar 192 persen dan pengeluaran per kapita meningkat sebesar 185
persen Pada periode tahun 2018 terdapat 3 (tiga) kabkota dengan pembangunan
manusia yang paling cepat yaitu Kab Mempawah (141 persen) Kab Sintang (141
persen) dan Kab Kubu Raya (139 persen) hal tersebut didorong oleh meningkatnya
dimensi pendidikan di wilayah tersebut sebagaimana pada tabel berikut
Tabel II13
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalbar dan Kabupatenkota 2015-2018
No KabKota 2015 2016 2017 2018
1 Sambas 6414 6494 6592 6661
2 Bengkayang 6465 6545 6599 6685
3 Landak 6412 6458 6493 6545
4 Mempawah 6337 6384 6400 6490
5 Sanggau 6305 639 6461 6515
6 Ketapang 6403 6474 6571 6641
7 Sintang 6418 6478 6515 6607
8 Kapuas Hulu 6373 6383 6418 6503
9 Sekadau 6234 6252 6304 6369
10 Melawai 6378 6425 6443 6505
11 Kayong Utara 6009 6087 6152 6182
12 Kubu Raya 6502 6554 6631 6723
13 Kota Pontianak 7752 7763 7793 7856
14 Kota Singkawang 7003 701 7025 7108
15 KALIMANTAN BARAT 6559 6588 6626 6698
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 2019 BPS
Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengalokasikan Dana Transfer
khususnya DAK Fisik dan Dana Desa yang diharapkan penggunaan dan hasil program
pembangunannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat
222 Tingkat Kemiskinan
Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat mengalami fluktuatif baik dari sisi
jumlah maupun prsentasenya Selama tahun 2019 jumlah penduduk miskin telah
24
dapat ditekan cukup signifikan dari 378410 orang menjadi 370470 0rang
Penurunan terjadi pada penduduk miskin di pedesaan berkurang sebanyak 8580
orang sedangkan penduduk miskin di perkotaan bertambah sebanyak 640 orang
hal ini menunjukan kemampuan perekonomian masyarakat pedesaan mulai
membaik
Grafik II8
Jumlah Penduduk Miskin
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Adapun tingkat kemiskinan Kalimantan Barat bulan September 2019 sebesar
728 persen menurun jika dibandingkan dengan Maret 2019 sebesar 749 persen
namun masih di bawah tingkat kemiskinan nasional sebesar 922 persen
sebagaimana tabel berikut
Grafik II9
Tingkat Kemiskinan
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Garis kemiskinan Kalimantan Barat cenderung meningkat setiap periode pada
bulan September 2019 sebesar Rp452899 per kapitabulan meningkat Rp14344
dibandingkan bulan Maret 2019 sebesar Rp438555 Garis Kemiskinan Makanan
memiliki peranan 7765 persen sedangkan selebihnya 2235 persen adalah Garis
Kemiskinan Bukan Makanan Apabila dilihat secara regional Kalimantan Garis
Kemiskinan Kalbar adalah yang terendah dan belum beranjak dari tahun ketahun
yaitu hanya sebesar Rp452899- per kapitabulan dan yang tertinggi adalah
25
Kalimantan Utara sebesar Rp667833- perkapitabulan sementara itu nasional
adalah sebesar Rp440538- perkapitabulan
223 Ketimpangan (Gini Ratio)
Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik
apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan
masih lebih baik dari pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380)
Ketimpangan pendapatan terjadi karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan
faktor produksi sehingga pihak-pihak yang memiliki faktor produksi akan
memperoleh pendapatan yang lebih banyak
Grafik I10
Koefisien Gini Rasio Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Pemerintah memiliki peranan penting dalam melakukan distribusi pendapatan
melalui kebijakan fiskal Usaha yang dapat dilakukan adalah meratakan kepemilikan
faktor produksi dengan menetapkan pajak progresif atas pendapatan dan kekayaan
masyarakat berpenghasilan tinggi sedangkan masyarakat berpenghasilan rendah
dapat diberikan kredit lunak sebagai modal usaha dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia melalui program pendidikan pelatihan dan peningkatan layanan
kesehatan
224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran
Angkatan kerja Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai 2479 ribu orang
meningkat 28 ribu orang dibandingkan tahun 2018 Dari jumlah tersebut 9556
persen bekerja sedangkan 444 persen menganggur Kenaikan angkatan kerja pada
tahun 2019 belum sepenuhnya terserap pada lapangan kerja yang tersedia
sebagaimana grafik berikut ini
Grafik I11 Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
26
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat 2018 BPS
23 EFFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN
REGIONAL
Pemda Provinsi Kalimantan Barat melalui RPJMD 2019 ndash 2023 yang dijabarkan
kedalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) telah menetapkan Kebijakan Pembangunan
Ekonomi Makro melalui penetapan serangkaian sasaran indikator makro pembangunan
perekonomian Kalimantan Barat
Prospek pembangunan ekonomi Kalimantan Barat diharapkan selalu mengalami
pertumbuhan dalam arti luas dan berkualitas yaitu
Persentase penduduk di atas 15 tahun yang bekerja menurut Status pekerjaan
didominasi status pekerjaan Utama sebagai BuruhKaryawanPegawai sebanyak
874357 orang atau 3691 persen selanjutnya berusaha sendiri sebanyak 518381
orang atau 2188 persen Pekerja Keluargatak dibayar sebanyak 391053 orang atau
1651 persen dan Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar sebanyak
387960 atau 1638 persen Status pekerjaan utama secara umum mengalami
perubahan jika dilihat kondisi bulan Agustus 2019 dari 7 (tujuh) Status terdapat 3
(tiga) mengalami peningkatan diantaranya yang tertinggi dalam penyerapan tenaga
kerja adalah melalui berusaha sendiri sebesar 1395 persen Pekerja bebas non
pertanian sebesar 945 persen dan Berusaha dibantu buruh tetap sebesar 604 persen
sementara itu yang mengalami penurunan adalah Berusaha dibantu Buruh Tidak
TetapBuruh tidak dibayar sebesar 691 persen Pekerja bebas pertanian sebesar 368
persen Pekerja Keluargatak dibayar sebesar 327 persen dan
BuruhKaryawanPegawai sebesar 080 persen
27
Tabel II14
Prosentase Penduduk gt 15 Tahun Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2019
No Status Pekerjaan Utama
Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan
()
2015 2016 2017 2018 2019
1 Berusaha Sendiri 477000 476969 482849 454906 518381 1395
2 Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar
402000 402219 363557 416748 387960 -691
3 Berusaha dibantu Buruh Tetap
97000 97192 63913 69429 73625 604
4 BuruhKaryawanPegawai 776000 776498 824430 881446 874357 -080
5 Pekerja Bebas Pertanian 132000 131695 167142 54279 52284 -368
6 Pekerja Bebas Non Pertanian
- - - 65798 71355 845
7 Pekerja Keluargatak Dibayar
403000 403250 401307 404275 391053 -327
Total 2288000 2287823 2303198 2346881 2369015 094
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Salah satu indikator penting dalam ketenagakerjaan adalah TPAK (Tingkat
Partisipasi Angkatan Keraj) Yaitu rasio dalam persen antara jumlah angkatan kerja
terhadap penduduk usia kerja (15 tahun) TPAK Kalimantan Barat periode Agustus
2019 sebesar 6830 persen dan jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6865
persen terjadi penurunan Indikator lain yang cukup penting adalah TPT (Tingkat
Pengangguran Terbuka) yaitu rasio dalam persen antara jumlah pengangguran
terhadap angkatan kerja Angka TPT Kalimantan Barat sebesar 445 persen atau
turun 019 persen terhadap periode Agustus 2018 sebesar 426 persen Kondisi ini
menunjukan ke arah perbaikan walaupun belum dapat mengimbangi peningkatan
jumlah penduduk usia kerja yang bukan merupakan angkatan kerja sebanyak 31000
orang disisi lain adanya kesempatan untuk melakukan pengembangan usaha sendiri
1) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong mengatasi kesenjangan seperti
kesenjangan antar wilayah (kabupatenkota) dan kesenjangan antar sektor
pembangunan
2) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong pengurangan Angka
Kemiskinan
3) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong membuka kesempatan kerja
sekaligus upaya Pengurangan Angka Pengangguran
28
Tabel II15
Perkembangan Capaian Indikator Sasaran Ekonomi Kalbar Tahun 2019
No INDIKATOR 2017 2018 2019
TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI
1 Angka Pertumbuhan Ekonomi ()
512 517 594 506 534 500
2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
6717 6626 6656 6698 6720 na
3 Angka Kemiskinan ()
800 788 672 737 751 728
4 Angka Pengangguran ()
463 436 341 426 419 445
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat Tahun 2019 dan BPS Kalbar (diolah)
a) Asumsi dasar penetapan sasaran pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada
tahun 2019 adalah peningkatan investasi sehingga sektor riil semakin tumbuh dan
berkembang termasuk peran pemerintah dalam mendorong Pembentukan Modal
tetap Bruto melalui pembangunan proyek infrastruktur dan selanjutnya adalah upaya
peningkatan berbagai komoditas utama ekspor menjadi fokus utama paska larangan
ekspor hasil tambang mentah selanjutnya pertumbuhan ekonomi ditargetkan
sebesar 534 persen
Berdasarkan data dari BPS bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat
tahun 2019 adalah sebesar 500 persen lebih rendah dari target yang ditetapkan
sebesar 534 persen capaian tahun ini sama dengan capaian tahun 2018 tidak
berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan Kondisi tersebut mengindikasikan
bahwa dalam menentukan target didalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) belum
sesuai asumsi dasar dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah
kemungkinan dari pergerakan ekspor komoditas utama Kalbar yaitu produk karet dan
CPO yang mengalami hambatan
b) Pencapaian sasaran indikator makro pembangunan perekonomian Kalimantan Barat
tahun 2019 secara umum belum mencapai target yang telah disepakati Hal ini perlu
menjadi perhatian Pemda Prov Kalbar dalam menentukan target pencapaian makro
ekonomi hendaknya berdasarkan pertimbangan yang realistis serta berupaya
menggali potensi ekonomi demi pencapaian target yang telah ditetapkan
Vihara SingkawangKo t a Se r i b u K l e n te n g m e r u pa k a n ju l u k a n Ko t a Singkawang Kota Singkawang menjadi salah satu d a e r a h y a n g b a n y a k d i d i a m i k e t u r u n a n e t n i s Tionghoa
BAB III
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
APBN TINGKAT
REGIONAL
28
31 APBN TINGKAT PROVINSI
Untuk mendukung tercapainya program pembangunan tahun 2019 Provinsi Kalimantan
Barat memperoleh alokasi belanja pemerintah pusat (KL) sebesar Rp1049 triliun dengan
realisasi Rp968 triliun Sedangkan alokasi belanja transfer ke daerah mencapai Rp2098
triliun dengan realisasi Rp2034 triliun
Tabel III1 Postur APBN di Kalbar Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)
Uraian Pagu Tahun 2018
Realisasi Tahun 2018
Pagu Tahun 2019
Realisasi Tahun 2019
Pendapatan Negara 808350 768292 89 890381 810926 1098
a Pendapatan Perpajakan 762842 682135 89 837405 728548 8700
- Pajak dalam negeri 730289 641160 88 783956 667813 8219
- Pajak perdagangan internasional
32553 40975 126 53449 60735 114
b PNBP 45508 86157 189 52976 82378 156
Belanja Negara 3073921 2965481 96 3147383 3002273 9537
Belanja Pemerintah Pusat 1113142 1036601 93 1049477 968007 9224
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
1960779 1929626 98 2098406 2034266 9694
Sumber OMSPAN Monev Pa Mebe (diolah)
Dari data diatas dapat diketahui pendapatan negara terealisasi Rp810 triliun atau 109
persen dari target yang telah ditetapkan Realisasi tersebut meningkat 426 miliar atau 555
persen dibanding pendapatan tahun 2018 Penerimaan perpajakan masih menjadi sumber
utama pendapatan negara dengan kontribusi sebesar 82 persen Realisasi pendapatan
pajak tahun 2019 sebesar Rp728 triliun terdiri pajak dalam negeri sebesar Rp667 triliun dan
pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar
Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019
yaitu sebesar Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL)
sebesar Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun
Realisasi Belanja pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer
ke Daerah dan dana desa terealisasi Rp2034 triliun
29
32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
Pendapatan pemerintah pusat yang dihimpun di Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari
penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
321 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi
Salah satu sumber penerimaan negara terbesar berasal dari penerimaan perpajakan
Penerimaan perpajakan adalah penerimaan negara yang terdiri atas pajak dalam negeri
dan pajak perdagangan internasional
Tabel III2 Penerimaan Pajak Dalam Negeri di Kalimantan Barat Tahun 2019 (dalam miliar)
SumberSPAN (diolah)
322 Penerimaan Perpajakan
Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa total realisasi penerimaan perpajakan
di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728 triliun naik 672 persen jika dibandingkan
dengan penerimaan tahun 2018 Dari total penerimaan perpajakan tahun 2019 tersebut
pajak dalam negeri memberikan kontribusi sebesar 9166 persen sedangkan pajak
perdagangan internasional sebesar 834 persen Untuk penerimaan Pajak Dalam Negeri
tahun 2019 sebesar Rp667 triliun mengalami kenaikan Rp26108 miliar atau 407 persen
jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya PPh merupakan penyumbang
penerimaan yang terbesar yakni Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak
Penghasilan (PPn) yakni Rp307 triliun atau 46 persen
Meskipun secara nominal terjadi peningkatan penerimaan pajak di Kalimantan Barat
namun ada beberapa hambatantantangan pencapaian target penerimaan antara lain
adanya ketentuan dibidang pertambangan tentang larangan ekspor mineral mentah
(miliar )No
Pendapatan Perpajakan Target Tahun
Realisasi 2018
Target Tahun Realisasi
2018 2019 Tahun 2019
Pajak Dalam Negeri 730289 641160 783956 667813
1 Pajak Penghasilan (PPh) 373769 302324 370451 320325
2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 328396 305118 376150 307117
3 Pajak Bumi Bangunan (PBB) 16606 25258 26445 30964
4 Pajak lainnya 10638 7423 9287 8403
5 Cukai 880 1037 1623 1001
Pajak Perdagangan Internasional 32553 40975 53448 60735
6 Bea Masuk 3289 3865 3263 3288
7 Bea Keluar 29264 37110 50186 57446
Total Perpajakan 762842 682135 837404 728548
30
sehingga berpengaruh terhadap omset perusahaan di bidang pertambangan dan sektor
pendukungnya penurunan harga sawit yang berpengaruh pada omset dan laba
perusahaan di sektor perkebunan dan industri pengolahan
Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar
meningkat signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018
Dengan perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288
miliar atau 541 persen Didalam pelaksanaan pengawasan kepabeanan cukai terdapat
isu strategis yakni adanya jalur tikus dan jalur gajah yang dijadikan jalur penyelundupan
barang impor di perbatasan Indonesia ndash Malaysia untuk itu perlu dipetakan ulang titik
rawan di perbatasan terutama yang melintasi perkebunan kelapa sawit dengan
melibatkan Kodam Tanjungpura pemilik lahan dan perusahaan kebun sawit
Jika diurai berdasarkan lokasi penerimaan pajak paling banyak disumbangkan oleh
Kota Pontianak sebagai pusat aktivitas perdagangan dan jasa dengan kontribusi
penerimaan sebesar 4270 persen dari total penerimaan pajak di Provinsi Kalimantan
kemudian Kab Ketapang yang didukung dengan keberadaan kawasan industri Ketapang
memberikan kontribusi penerimaan terbesar kedua sebesar 1171 persen Sedangkan
daerah dengan kontribusi penerimaan pajak terkecil adalah Kab Kayong Utara dengan
kontribusi sebesar 094 persen dari total realisasi tahun 2019
Grafik III1
Penerimaan Pajak KabKota 2019
Sumber Kanwil Pajak Prov Kalbar
Untuk melihat kinerja perpajakan selain dari total realisasi pajak juga dilhat dari
perkembangan PDRB daerah tersebut hal ini terwujud dalam tax ratio
00050000
100000150000200000250000300000350000
31
Tabel III3
Perkembangan Tax Ratio Prov Kalbar
Tahun PDRB ADHB Penerimaan Perpajakan Tax ratio
2017 17749365 587434 0033
2018 19419496 642197 0033
2019 21231843 666809 0031
Dari tabel diatas terlihat bahwa meskipun realisasi penerimaan pajak mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya namun tax ratio justru mengalami penurunan ini
terjadi karena rasio penerimaan pajak yang semakin kecil terhadap pertumbuhan PDRB
kalbar Untuk itu perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya
identifikasi dan penggalian potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian
potensi pajak pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara
Pemerintah Pusat maupun Daerah dan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
adanya regulasi untuk melakukan Rekonsiliasi penerimaan pajak antara DJP dengan
pemerintah daerah
323 Penerimaan Negara Bukan Pajak
a Perkembangan PNBP per Jenis PNBP
Penerimaan PNBP berdasarkan jenis PNBP di wilayah Provinsi Kalimantan Barat
hanya terdiri atas PNBP lainnya dan PNBP BLU Tidak terdapat penerimaan PNBP dari
sumber daya alam (SDA) meskipun di wilayah Kalimantan Barat terdapat usaha
pertambangan hal ini dikarenakan penerimaan PNBP sumber daya alam merupakan
penerimaan terpusat dan langsung masuk ke Bagian Anggaran Bendahara Umum
Negara (99999)
Tabel III4
Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat tingkat di Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)
Penerimaan PNBP 2017 2018 2019
Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi
PNBP Lainnya 30108 55263 11727 38725 13991 42092
Pendapatan BLU 5336 6858 33781 47426 38885 40282
Pendapatan SDA - - - -
Bagian Pemerintah atas laba BUMN
- - - -
Jumlah PNBP Kalbar 35444 62121 45508 86151 52876 82375
Sumber SPAN (diolah)
Secara keseluruhan penerimaan PNBP selama tahun 2019 mengalami penurunan
dibandingkan dari tahun sebelumnya sebesar Rp3776 miliar atau 43 persen Komposisi
32
penerimaan PNBP terdiri Pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen
dari total penerimaan PNBP dan PNBP BLU sebesar 49 persen
b Perkembangan PNBP Fungsional
PNBP dapat dibedakan sesuai dengan fungsi KementerianLembaga yang disebut
dengan PNBP Fungsional PNBP Fungsional adalah penerimaan yang berasal dari
pungutan kementerian Negaralembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan
tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat
Tabel III5
Penerimaan PNBP Fungsional terbesar Provinsi Kalbar
URAIAN 2017 2018 2019
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Pendapatan Kepolisian 375 13146 359 14004 13532
Pendapatan jasa bandara kepelabuhan perkapalan amp kenavigasian
3554 3763 3717 5772 6090
Pendapatan pendidikan 12868 24636 4964 4990 5892
Sumber SPAN (diolah)
Tahun 2019 pendapatan PNBP Kepolisian merupakan penyumbang terbesar PNBP
fungsional di Kalimantan Barat sebesar Rp13532 miliar mengalami penurunan 337
persen dibanding tahun sebelumnya Sebagian besar pendapatan PNBP Kepolisian di
peroleh dari pendapatan BPKB pendapatan STNK pendapatan TNKB (Tanda
Kendaraan Bermotor) dan pendapatan SIM Pendapatan fungsional terbesar
selanjutnya adalah pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian yang
menyumbangkan penerimaan sebesar Rp6090 miliar meningkat sebesar 551 persen
dibanding penerimaan tahun sebelumnya Sebagian besar penerimaan PNBP
pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian diperoleh dari pendapatan
kepelabuhan yang menyumbang angka sebesar Rp3756 miliar atau 6167 persen
disusul pendapatan Navigasi sebesar Rp938 miliar atau 1541 persen pendapatan
Bandar Udara sebesar Rp741 miliar atau 1219 persen dan Pendapatan kepelautan
Rp653 miliar atau 1073 persen Pendapatan kepelabuhan berpotensi untuk meningkat
ditahun tahun selanjutnya dengan rencana pengembangan kapasitas pelabuhan
Pontianak yang di mulai dengan pembangunan pelabuhan (terminal) Kijing yang
berlokasi di wilayah Kabupaten Mempawah dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional
(PSN)
c Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional
33
Tabel III6
Rasio Pendapatan Perpajakan PNBP PAD terhadap PDRB di Kalbar
Tahun Perpajakan PNBP PAD PDRB Perpajakan PDRB
PNBPPDRB PADPDRB
2019 728548 82375 404671 21232 0041 00046 0022
2018 682135 86157 404753 19403 0035 00044 0020
2017 564801 62121 346442 17747 0031 00034 0019
Sumber SPAN (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ditahun 2019 penerimaan perpajakan
memberikan kontribusi sebesar 0041 terhadap pertumbuhan ekonomi regional di
Kalbar sedangkan PAD terhadap PDRB sebesar 0022 dan PNBP terhadap PDRB
sebesar 00046 Hal ini berarti penerimaan Perpajakan masih lebih dominan dalam
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Kalimantan
Barat dibandingkan dengan PAD maupun PNBP
33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
Belanja pemerintah pusat adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pengeluaran pemerintah pusatBelanja pemerintah pusat meliputi belanja pemerintah pusat
menurut organisasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi dan belanja pemerintah pusat
menurut jenis belanja
Belanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus
fiskalSalah satunya yang populer pada saat krisis ekonomi adalah instrumen ekonomi
berupa stimulus fiskalSecara garis besar komposisi dari stimulus fiskal adalah berupa
pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increased spending)
1 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian
AnggaranKementerianLembaga
Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja yang dialokasikan
kepada kementerianlembaga dan bagian anggaran Bendahara Umum Negara alokasi
dan realisasi untuk tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel III7
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran
Di Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)
KementerianLembaga 2018 2019
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 019 019 034 034 100
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
8986 6776 6554 5939 91
34
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 063 058 053 053 100
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
1656 1489 2119 2066 97
BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1809 1688 1678 1631 97
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
893 869 718 712 99
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2337 2269 2605 2507 96
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM 25996 20580 20724 14531 70
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
2267 2249 2447 2425 99
BADAN PUSAT STATISTIK 9929 9330 10042 9785 97
BADAN SAR NASIONAL 2596 2496 2095 2071 99
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 11733 107`09 10304 10023 97
KEMENTERIAN AGAMA 105528 99485 107273 104645 98
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANGBPN
22191 19497 26745 21446 96
KEMENTERIAN DALAM NEGERI 5305 5182 5575 5534 99
KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
11878 10018 7004 6701 96
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
19760 19520 17892 1767 99
wKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 9912 8947 9082 873 96
KEMENTERIAN KESEHATAN 18912 15585 1327 1195 90
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 477 465 776 738 95
KEMENTERIAN KEUANGAN 19722 18340 18519 18265 99
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
786 762 82 796 97
KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH
414 411 318 314 99
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
21053 17521 29928 2792 93
KEMENTERIAN PARIWISATA 234 204 16 151 94
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
295402 270419 25507 206714 81
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
208 201 17 149 88
KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 419 382 336 286 85
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
9004 8609 9374 8904 85
KEMENTERIAN PERDAGANGAN 3793 3074 1384 1282 95
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
095 074 095 089 94
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 56637 52411 40961 40112 98
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 3156 2842 4913 4716 96
KEMENTERIAN PERTAHANAN 123999 121577 161533 157833 98
KEMENTERIAN PERTANIAN 45315 40040 23066 19721 85
35
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
67556 65360 78313 68767 88
KEMENTERIAN SOSIAL 1954 1944 1971 1952 99
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 123274 123185 117803 125376 106
KOMISI PEMILIHAN UMUM 61742 56110 37842 35936 95
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
683 661 744 739 99
LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA
2135 2060 2095 1894 90
LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA
1380 1375 1352 1352 100
MAHKAMAH AGUNG 11837 11716 12511 1233 99
PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
097 092 052 05 96
TOTAL BELANJA KL 1113142 1036601 1049477 968007 92
BENDAHARA UMUM NEGARA 415295 397582 460736 443502 92
TOTAL BELANJA KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510213 1411486 9346
Dibandingkan tahun 2018 terdapat penurunan pagu sebesar 12 untuk tahun 2018
dan terdapat penurunan realisasi sebesar 14 dibandingkan tahun 2018 Berdasarkan
tabel diatas Untuk Pagu Kementerian dan Lembaga Kementerian PUPR mendapat
alokasi pagu anggaran yang paling tinggi dengan persentase sebesar 2430 Hal ini
menunjukan di Provinsi Kalimantan Barat prioritas pembangunan masih dititik beratkan
pada sektor infrastruktur Dari dana APBN 2019 pada Provinsi Kalimantan Barat satuan
kerja (satker) di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
belanja modal sebesar Rp 159 triliun Belanja modal pada satker lingkup Kementerian
PUPR tersebut memberikan kontribusi sebesar 6649 dari belanja modal yang dikelola
satuan kerja lainnya di wilayah pembayaran KPPN se-Kalbar Hal ini menunjukkan
perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan perekonomian di Kalbar
Terdapat 10 KL yang memperoleh alokasi anggaran belanja terbesar dengan total
mencapai Rp878 triliun (5817) yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan
rakyat Kemenhan Polri Kemenag Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Kementerian Perhubungan KPU Kementerian Agraria amp Tata Ruang
Kementerian Pertanian
36
Berikut ini adalah sepuluh kementerian dengan pagu terbesar
Tabel III8
Tingkat Penyerapan 10 KL Pagu Terbesar 2019 (miliar)
No Nama KL (BA) Pagu Realisasi
1 Kementerian PUPR (033) 255070 206714 8104
2 Kemenhan (012) 161533 157833 9771
3 Kepolisian RI (060) 117803 125376 10643
4 Kemenag (025) 107273 104645 9755
5 Kementerian Ristekdikti (042) 78313 68767 8781
6 Kementerian Perhubungan (022) 40961 40112 9793
7 KPU (076) 37842 35936 9496
8 Kementerian Lingkungan Hidup amp Kehutanan (029) 29928 27920 9329
9 Kementerian Agraria amp Tata Ruang (056) 26745 21446 8019
10 Kementerian Pertanian (018) 23066 19721 8550
Sumber MEBE (diolah)
Jika diperhatikan jumlah alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat di 10 KL
dengan pagu terbesar dimaksud mencapai lebih dari 58 terhadap semua pagu
anggaran KL Untuk itu capaian realisasinya tentu akan mempengaruhi keseluruhan
realisasi penyerapan KL yang ada di Kalbar sehingga perkembangan pelaksanaan
anggaran satker-satker 10 KL dengan pagu tertinggi tersebut harus memperoleh
pengawasan yang lebih intensif dari Kanwil DJPB
2 Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Fungsi
Belanja Pemerintah Pusat (KL) dan juga belanja DDDF terbagi menjadi 11 fungsi
yaitu Pelayanan Umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan
Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama
Pendidikan serta Perlindungan Sosial dengan perbandingan pagu dan realisasi dalam
tahun 2018 dan 2019 sebagai berikut
Tabel III9
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi (Miliar Rp)
NAMA FUNGSI Pagu 2018
Realisasi 2018
Pagu 2019
Realisasi 2019
PELAYANAN UMUM 541846 510882 557364 531175
EKONOMI 377115 340751 232428 203287
PENDIDIKAN 185385 175208 231675 203287
PERTAHANAN 123999 121578 161533 157833
KETERTIBAN DAN KEAMANAN 168413 166821 160188 167029
37
PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 50667 47185 72454 62653
LINGKUNGAN HIDUP 37100 33230 53964 46742
AGAMA 22238 17374 19467 18874
KESEHATAN 19263 18808 18897 17252
PERLINDUNGAN SOSIAL 2162 2145 2141 2101
PARIWISATA DAN BUDAYA 249 216 175 165 TOTAL 1528437 1434183 1510213 1414486
Sumber Monev PA diolah
Pada tahun 2018 dan juga 2019 alokasi anggaran didominasi oleh fungsi pelayanan
Umum Ekonomi dan Pendidikan Pengelompokan anggaran menurut Fungsi memiliki
pengertian perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional Pengelompokan ini juga
bertujuan untuk melihat besaran alokasi anggaran menurut organisasi
KementerianLembaga tugas-fungsi pemerintah dan belanja KementerianLembaga
termasuk menciptakan penganggaran yang lebih tepat sasaran Pada tahun 2019 alokasi
untuk fungsi pelayanan umum sebesar Rp557 triliun (36 persen) ekonomi sebesar
Rp232 triliun (15 persen) dan fungsi Pendidikan sebesar Rp231 triliun (15 persen) Hal
ini menunjukkan bahwa pelaksanaan APBN di Kalimantan Barat lebih terkonsentrasi pada
bidang pelayanan umum ekonomi dan pendidikan yang secara keseluruhan jumlah
alokasi ketiga fungsi tersebut sebesar Rp1021 triliun atau 68 persen
3 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja
Berdasarkan jenis belanja di provinsi Kalimantan Barat terdapat 6 alokasi anggaran
belanja TA 2019 yaitu Belanja Pegawai (51) Belanja Barang (52) Belanja Modal (53)
Belanja Bantuan Sosial (57) Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) Untuk
Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) baru ada pada tahun 2017 2018 dan
2019 Jenis belanja 63 dan 66 baru TA 2017 muncul dikarenakan pencairan Dana
Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa sekarang berada di KPPN daerah
Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan jenis belanja dalam tahun 2018 dan
2019 sebagai berikut
Tabel III10
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rp)
JENIS BELANJA Pagu 2018
Realisasi 2018
Pagu 2019
Realisasi 2019
51 Belanja Pegawai 338030 330072 362333 364892
52 Belanja Barang 438737 400168 445547 406066
335140 305146 240347 195755
57 Belanja Bantuan Sosial 1235 1215 1324 1294
Belanja KL 1113142 1036601 1049477 968007
63 Dana Alokasi Khusus Fisik 245710 228191 261479 244756
38
66 Dana Desa 169585 169391 199257 198746 Belanja KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510287 1411509
Sumber Monev PA diolah
Kenaikan pagu anggaran terjadi untuk jenis belanja Pegawai belanja Barang
belanja bantuan sosial belanja Dana Alokasi Khusus belanja dana desa Belanja Dana
Desa mendapatkan kenaikan paling terbesar yaitu 17 persen disusul belanja bantuan
sosial sebesar 72 persen belanja pegawai naik 72 persen dan belanja barang sebesar
16 persen Jenis Belanja modal mengalami penurunan sebesar 283 persen Selama
TA 2019 Belanja Pegawai telah terserap Rp364 triliun (10071) Belanja barang
terserap Rp406 triliun (9114) belanja modal terserap Rp195 triliun (8145) belanja
bantuan social terserap Rp1215 miliar (9773) dana alokasi fisik terserap Rp244 triliun
(9360) dan penyerapan anggaran dana desa sebesar Rp198 triliun (9974) hal ini
sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun dari pinggiran dengan
memperkuat daerah dan desa yang diharapkan akan berdampak langsung untuk
pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat Pada belanja modal
terdapat penyerapan paling terendah dibandingkan jenis belanja lain
Grafik III1
Perkembangan Pagu dan Realisasi Jenis Belanja Tahun 2019
Sumber Monev PA MEBE diolah
4 Analis belanja pemerintah pusat
Belanja pemerintah pusat
Perbandingan antara alokasi belanja untuk sektor konsumtif dan produktif Sektor
konsumtif merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai administrasi
dan kebutuhan birokrasi seperti gaji tunjangan honor belanja operasional kantor
pengadaan kendaraan dinas Sedangkan sektor produktif antara lain peningkatan mutu
jalan jaringan irigasi intensifikasi dan ektensifikasi pertanian pengadaan traktor untuk
masyarakat
000
5000
10000
15000
0
2000
4000
6000
57 52 53 51 63 66
Pagu Realisasi
39
Tabel III11
Proporsi jenis Belanja Terhadap Total Pagu
Jenis Belanja Pagu Belanja Bantuan Sosial 1324 0
Belanja Barang 445547 30
Belanja Pegawai 362333 24
Belanja Modal 240347 16
Dana Alokasi Khusus Fisik 261479 17
Dana Desa 199257 13
Terlihat dari tabel diatas bahwa belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai
sektor produktif yang diantaranya untuk belanja Modal Dak Fisik Dana Desa mencapai
Rp 7010 triliun atau 4642 persen sedangkan belanja administrasi dan kebutuhan
birokrasi sebesar Rp 809 triliun atau 5358 persen Untuk belanja produktif terbesar
terdapat pada belanja program pengelolaan Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa
sebesar Rp460 triliun Disusul program penyelenggaraan jalan sebesar Rp99873 miliar
program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman sebesar Rp4004
miliar dan program pengelolaan Sumber Daya air Rp19887 miliar Terlihat dari alokasi ini
prioritas pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat di fokuskan pada pembangunan
infrastruktur fisik hal ini sesuai dengan fungsi terbesar yakni Pelayanan Umum
34 TRANSFER KE DAERAH DAN DESA
Dana transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan DAK DAU DBH Dana
perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dan juga antar pemerintah daerah
Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa
Pada tahun 2018 alokasi dana transfer dan Dana Desa ke wilayah Provinsi Kalimantan
Barat sebesar Rp2098 triliun dan terealisasi Rp2033 triliun atau 9692 persen Pada tabel
hellip Disajikan perkembangan Realisasi Dana Transfer pada tahun 2018 dan 2019 untuk
Provinsi Kalimantan Barat
Tabel III12
Perkembangan Dana Perimbangan di Kalimantan Barat
Dana Transfer 2018 2019
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
DBH 74872 74746 102115 69872
DAU 1182060 1182060 1215163 1214704
DAK Fisik 245714 228931 261479 244748
DAK Non Fisik 274246 262035 307639 293909
40
DID 14300 12463 12753 12288
Dana Desa 169586 169391 199257 198745
1960778 1929626 2098406 2034266
Sumber simtrada (diolah)
Secara agregat Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa mengalami kenaikan Alokasi
Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Kalbar pada tahun 2019 sebesar Rp2098
triliun naik 702 persen dibandingkan tahun 2018 Terdapat peningkatan alokasi Dana Desa
Kalbar tahun 2019 sebesar atau Rp29671 miliar atau 1750 persen sejalan dengan
komitmen Pemerintah untuk meningkatkan program pembangunan Indonesia dari pinggiran
Alokasi Dana Desa tahun 2019 di Prov Kalbar sebesar Rp199 triliun yang terbagi untuk
2031 Desa
Terdapat 4 (empat) daerah dengan alokasi pagu dana desa diatas 200 miliar yakni Kab
Sintang Rp33848 miliar Kab Kapuas Hulu Rp26812 miliar Kab Ketapang Rp25583 miliar
dan Kab Sambas Rp20498 miliar Selanjutnya 8 (delapan) daerah lainnya mendapatkan
alokasi pagu dana desa dibawah 200 miliar dengan pagu dana desa terendah pada Kab
Kayong Utara sebesar Rp4868 miliar Alokasi dana desa tersebut diharapkan dapat
menggerakkan roda perekonomian di desa dan menekan kesenjangan pendapatan antara
Desa dan Per Kotaan
Grafik III2
Realisasi Dana Transfer amp Dana Desa KabKota di Kalbar
Sumber data simtrada (diolah)
Berdasarkan grafik III2 terlihat perbandingan realisasi dana transfer amp dana Desa per
Kab di Prov Kalbar Dari total alokasi dana transfer sebesar Rp2098 triliun telah terealisasi
sebesar 2033 triliun dengan realisasi terbesar oleh Pemda Prov Kalbar yakni Rp365 triliun
selanjutnya Kab Ketapang Rp203 triliun dan yang terkecil adalah Kota Singkawang
Rp66459 miliar
Untuk menilai tingkat kemandirian daerah dilakukan dengan cara membandingkan Rasio
PAD dengan Rasio dana transfer Apabila rasio PAD lebih besar dari pada rasio dana transfer
000
500
1000
1500
2000
00050000
100000150000200000250000300000350000400000
41
berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin besar rasio dana transfer berarti tingkat
ketergantungan semakin tinggi
Tabel III13
Rasio Kemandirian Daerah Tahun 2019
Daerah Dana Transfer
PAD Pendapatan APBD
Ratio Dana Transfer thd Pendapatan
APBD
Ratio PAD thd
Pendapatan APBD
Prov Kalbar 365337 23016 595497 3870 61
Ketapang 203045 12753 215798 590 94
Sintang 165917 1721 183127 940 91
Kapuas Hulu 166837 7998 174835 460 95
Sambas 151612 14885 166497 890 91
Sanggau 141399 10287 151686 680 93
Kubu Raya 123841 14675 138516 1060 89
Landak 117304 9284 126588 730 93
Pontianak 100659 47879 148538 3220 68
Melawi 105563 4058 109621 370 96
Mempawah 85957 8757 94714 920 91
Bengkayang 96974 3025 99999 300 97
Sekadau 73392 4535 77927 580 94
Kayong Utara 69504 2533 72037 350 96
Singkawang 66459 1663 83089 2000 80
sumber data LRA Pemda simtrada (diolah)
Dilihat dari rasio Pendapatan Asli Daerah dan Transfer ke Daerah terhadap Pendapatan
APBD dapat dilihat bahwa daerah di wilayah Kalimantan Barat Rasio dana transfer lebih
besar dari pada rasio PAD yang berarti memiliki ketergantungan yang relatif tinggi tehadap
transfer dari Pemerintah Pusat
341 Dana Transfer Umum
a Dana Alokasi Umum
Grafik III3
Realisasi DAU Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan Barat
Sumber data simtrada
00050000
100000150000200000
2018 2019
42
Total realisasi DAU di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp1214 triliun naik 276 persen
dibanding realisasi DAU tahun sebelumnya Dari realisasi DAU tahun 2019 tersebut empat
pemerintah daerah yang realisasi DAU terbesar yaitu Pemprov Kalimantan Barat sebesar
Rp175 triliun diikuti Kabupaten Ketapang sebesar Rp114 triliun Kabupaten Kapuas Hulu
Rp99768 miliar dan Kabupaten Sintang Rp93421 miliar
b Dana bagi Hasil Grafik III4
Realisasi DBH Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan barat
Total realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) tahun 2019 sebesar Rp69872 miliar naik 592 persen
jika dibandingkan dengan alokasi DBH tahun sebelumnya Empat daerah dengan realisasi
DBH terbesar yakni Pemrov Kalimantan Barat sebesar Rp18663 miliar diikuti Kabupaten
Ketapang Rp10844 miliar Kabupaten Sanggau Rp8321 miliar dan Kota Pontianak Rp3910
miliar Kabupaten dengan realisasi DBH terkecil adalah Kota singkawang sebesar Rp1428
miliar Ketapang sebagai Daerah Tingkat II dengan realisasi DBH terbesar merupakan daerah
yang memiliki tambang bauksit dan tambang emas Demikian juga Kabupaten Sanggau
merupakan daerah yang memiliki hasil tambang Bauksit yang nantinya diolah menjadi alumina
(bahan pembuat alumunium) Sedangkan Kota Pontianak merupakan pusat perekonomian
yang memiliki penerimaan pajak PPh terbesar
342 Dana Transfer Khusus
a Dana alokasi Khusus (DAK) Fisik Total DAK Fisik yang dialokasikan pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami
peningkatan sebesar 641 persen atau senilai Rp 15764 miliar dibandingkan tahun 2018
Perkembangan pagu dan realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat
pada tabel berikut
0005000
10000150002000025000
2018 2019
43
Tabel III14
Pagu dan Realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (dalam miliar)
No Pemda 2019 2018
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 Kalbar 33283 31974 9607 42384 3843 9067
2 Mempawah 8996 8744 972 11663 11503 9863
3 Kubu Raya 12692 11337 8932 19237 18966 9859
4 Pontianak 8735 7998 9156 7863 7527 9574
5 Sintang 19271 183 9496 21637 20304 9384
6 Melawi 1726 16708 968 10885 10134 931
7 Sambas 20922 19813 947 17156 1659 967
8 Bengkayang 19266 15038 7805 9425 906 9612
9 Singkawang 8532 8042 9426 11478 9596 836
10 Ketapang 32914 31635 9611 175 16616 9495
11 Kayong Utara 11614 10174 876 11582 10958 9461
12 Kapuas Hulu 24632 22911 9301 16723 16494 9863
13 Sanggau 1942 19044 9806 18723 15686 8378
14 Landak 1669 16216 9716 15833 15536 9812
15 Sekadau 7252 6814 9396 13626 1059 7772
JUMLAH 261479 244748 139882 245715 22799 13948
sumber data Omspan
Persentase penyaluran DAK Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 081 persen
dibandingkan tahun sebelumnya Kenaikan ini setara dengan Rp 16758 miliar Pada
tahun 2019 terdapat sisa dana yang tidak direalisasikan sebesar Rp 16731 miliar atau
berkurang dari Rp 17725 miliar pada tahun 2018 Hal ini menunjukkan peningkatan
kinerja penyaluran DAK Fisik Kabupaten Bengkayang memiliki kontribusi terbesar
terhadap DAK Fisik yang tidak disalurkan yaitu Rp 4228 miliar Penyebab DAK Fisik yang
tidak disalurkan ini diakibatkan oleh 2 (dua) hal yaitu efisiensi anggaransisa lelang dan
pekerjaan yang tidak terlaksanagagal lelang Kabupaten Sanggau memiliki kinerja terbaik
dari persepsi penyaluran DAK Fisik dengan penyaluran mencapai 9806 persen dari pagu
disusul Kabupaten Landak dengan penyaluran 9720 persen dari pagu Kinerja yang
kurang memuaskan pada persepsi penyaluran kembali dipegang oleh Kabupaten
Bengkayang dengan penyaluran 7805 persen dari pagu dan disusul oleh Kabupaten
Kayong Utara dengan penyaluran 8760 persen dari pagu
44
b Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami peningkatan dengan total Rp 304 triliun
dibandingkan Rp 274 triliun pada tahun sebelumnya Perkembangan pagu dan realisasi
DAK Non Fisik dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel III15
Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (dalam miliar)
No Pemda 2018 2019
Nilai Realisasi Alokasi Realisasi
1 Kalbar 113996 112406 9861 139515 137565 9860
2 Bengkayang 8909 833 9351 9833 9195 9380
3 Landak 11773 11353 9644 11956 11234 9400
4 Kapuas Hulu 1327 12752 961 14929 13944 9340
5 Ketapang 18288 16832 9204 18552 17909 9653
6 Mempawah 9091 8457 9303 9341 8291 8876
7 Sambas 18854 17923 9506 20014 18553 9270
8 Sanggau 13357 12363 9256 14416 13215 9167
9 Sintang 15969 15216 9529 17253 16504 9570
10 Pontianak 11526 11329 9829 1099 10155 9240
11 Singkawang 5808 537 9247 5832 5093 8732
12 Sekadau 6786 4461 6574 6655 5253 7893
13 Melawi 8733 834 955 9719 9412 9254
14 Kayong Utara 3845 3681 9573 4124 3811 9240
15 Kubu Raya 14042 1322 9415 14511 13778 9490
Jumlah 274246 262035 9555 307639 293909 9550
sumber datasimtrada Omspan (diolah)
Realisasi DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp 31874 miliar atau
1216 persen dibandingkan tahun 2018 Penyaluran DAK Non Fisik pada tahun 2019
sebesar 9554 persen mengalami penurunan 001 persen 44isbanding tahun sebelumnya
yang sebesar 9555 persen Secara nilai Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
menyumbangkan peningkatan realisasi terbesar yaitu Rp 25159 miliar atau 2238 persen
yang mayoritas berasal dari Dana BOS yaitu sebesar Rp 23722 miliar Kabupaten
Sekadau menjadi Pemerintah Daerah dengan penyerapan DAK Non Fisik terkecil hanya
7893 persen dari alokasi yang tersedia Kecilnya persentase realisasi ini diakibatkan oleh
adanya Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) yang tidak direalisasikan sebesar Rp 1234
miliar Kota Pontianak mengalami penurunan realisasi terbesar dengan penurunan
sebesar 589 persen Penurunan ini terjadi karena realisasi TPG yang pada tahun 2018
mencapai 100 persen pada tahun 2019 turun menjadi 9440 persen dan realisasi Dana
Bantuan Operasional Kesehatan turun dari 9874 persen menjadi 8134 persen
45
333 Dana Desa
Penyaluran dana desa Tahun 2018 dan 2019 di Wilayah Kalimantan Barat disalurkan untuk
membiayai pelaksanaan kegiatan melalui 5 bidang yaitu Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa Pelaksanaan Pembangunan Desa Pembinaan Kemasyarakatan Desa
Pemberdayaan Masyarakat Desa Penanggulangan Bencana Keadaan Darurat Dan
Mendesak dengan perkembangan penyaluran sebagai berikut
Tabel III16
Pagu dan Realisasi Dana Desa di Provinsi Kalimantan Barat (miliar) No KAB KOTA JUMLAH
DESA TAHUN 2018 TAHUN 2019
PAGU TOTAL PENYALUR
AN
CAPAIAN OUTPUT
PAGU TOTAL PENYAL
URAN
CAPAIAN
OUTPUT
1 Sambas 193 17284 17284 10000 9464 20498 20498 10000 7550
2 Sanggau 163 12878 12848 9976 9879 14986 14986 10000 8099
3 Sintang 390 29487 29472 9995 9914 33848 33848 10000 9002
4 Mempawah 60 5523 5523 10000 9820 6655 6655 10000 9051
5 Kapuas Hulu 278 22893 22893 10000 9878 26812 26768 9983 8915
6 Ketapang 253 21729 21729 10000 9293 25583 25583 10000 8901
7 Bengkayang 122 9240 9240 10000 9295 10655 10594 9943 5129
8 Landak 156 15416 15416 10000 9949 18537 18537 10000 9904
9 Melawi 169 13091 13091 10000 9981 15253 15253 10000 7871
10 Sekadau 87 6908 6876 9955 9582 8117 8049 9916 8244
11 Kayong Utara 43 3986 3986 10000 9384 4868 4809 9879 7965
12 Kubu Raya 117 11150 11033 9895 9677 13445 13166 9792 6685
TOTAL 2031 169586 169392 9989 9676 199257 198745 9974 8112
Sumber data Omspan (diolah)
Total alokasi tahun 2018 sebesar Rp169586 miiar untuk 2031 desa realisasi penyaluran
sebesar Rp169392 miliar atau 9989 persen Penyaluran Dana Desa terbesar pada
Kabupaten Sintang Rp29472 miliar sedangkan penyaluran terkecil Kabupaten Kayong
Utara yakni Rp3986 miliar Terdapat empat Kabupaten yang penyaluran Dana Desa tidak
mencapai 100 persen yaitu Kabupaten Sanggau Sintang Sekadau dan Kubu Raya Untuk
capaian output yang tertinggi Kabupaten Melawi yaitu 9981 persen dan terendah adalah
Kabupaten Ketapang 9293 persen Alokasi dana desa tahun 2019 sebesar Rp199257
miliar untuk 2031 desa realisasi penyaluran sebesar Rp198745 miliar atau 9974 persen
Sisa Dana Desa yang tidak tersalur sebesar Rp512 miliar Penyaluran Dana Desa terbesar
pada Kabupaten Sintang Rp33848 miliar sedangkan penyaluran terkecil pada Kabupaten
Kayong Utara yakni hanya Rp4809 miliar Terdapat enam Kabupaten yang penyaluran
Dana Desa tidak mencapai 100 persen yaitu Kapuas Hulu Bengkayang Melawi Sekadau
Kayong Utara dan Kubu Raya Realisasi Penyaluran Dana Desa tahun 2019 sebesar
Rp198745 miliar atau 9974 persen terjadi penurunan sebesar 015 persen apabila
46
dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 Hal ini dikarenakan terdapat sisa dana semula
Rp194 miliar (empat Kabupaten) menjadi Rp512 miliar (enam Kabupaten)
343 Dana Insentif Daerah (DID)
Grafik III5
Realisasi Dana Insentif Daerah Tahun 2018-2019 Kalimantan Barat
sumber data simtrada Omspan (diolah)
Dari total alokasi DID tahun 2019 yang sebesar Rp 12753 miliar telah terealisasi sebesar
Rp12288 miliar atau 9635 persen Dari 14 Pemda ProvinsiKabKota hanya 6 Daerah yang
mendapatkan alokasi DID di tahun 2019 yakni Prov Kalbar Kab Ketapang Kab
Mempawah Kab Sanggau Kota Pontianak dan Kab Kubu Raya Ada lima daerah
terealisasi 100 persen yaitu Kalbar Ketapang Sanggau Pontianak dan Kubu Raya
Sementara itu Mempawah terealisasi 465 miliar dari 930 miliar atau sebesar 50 persen
35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL
Arus kas masuk (cash in flow) Pemerintah Pusat adalah semua penerimaan yang
diterima oleh Pemerintah pusat di provinsi daerah tertentu sedangkan arus kas keluar
(cash out flow) adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada
pemerintah daerah Yang termasuk arus kas masuk adalah semua penerimaan negara yang
diterima oleh Pemerintah Pusat seperti penerimaan pajak PNBP dan hibah Sedangkan
yang termasuk dalam arus kas keluar Pemerintah Pusat adalah semua belanja pemerintah
dalam APBN yang terdiri dari belanja KPKDDKTPUB dan dana transfer Selisih antara
kontribusi penerimaan Negara pada suatu daerah dengan pengeluaran pemerintah pusat
tersebut akan menghasilkan kondisi surplusdefisit Kondisi surplus mengindikasikan bahwa
daerah tersebut memberikan subsidi silang kepada daerah lain di Indonesia sementara
kondisi defisit mengindikasikan bahwa daerah tersebut menerima subsidi silang dari daerah
0001000200030004000500060007000
2018 2019
47
lain di Indonesia Tabel dibawah ini merupakan cash flow Pemerintah di wilayah Provinsi
Kalimantan Barat
Tabel III17
Cash Flow Pemerintah Pusat di Kalimantan Barat TA 2019 (miliar)
DEFISIT 2194324
Cash in Flow Cash Out Flow
Penerimaan Pajak Dalam negeri 667813 Belanja Pemerintah Pusat 970984
Bea MasukBea Keluar 60735 Transfer ke daerah amp dana desa
2034266
PNBP 82378
810926 3005250
sumber data Omspan Monev Pa (dioalah)
35 PENGELOLAAN BLU PUSAT
a Profil dan jenis layanan satker BLU pusat
Dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat tahun
2019 terdapat 3 (tiga) Satker BLU yang terdiri 2 (dua) satker BLU layanan Pendidikan
dan 2 (dua) satker BLU layanan kesehatan Dua satker BLU layanan pendidikan yaitu
Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Pontianak dan Universitas Tanjungpura Pontianak
sedangkan satker BLU layanan kesehatan adalah Rumah Sakit (RS) Bhayangkara
Pontianak dan RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR
Tabel III18
Profil BLU di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 (miliar)
No Jenis Layanan
Satker BLU Nilai Aset Pagu PNBP
Pagu RM Jumlah Pagu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pendidikan Poltekkes Pontianak 21801 3455 4898 8353
Universitas Tanjungpura 2093628 38593 5947 4454
2 Kesehatan RS Bhayangkara Pontianak 9127 4204 777 4981
RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR
2486 2228 1582 381
Sumber LRA
1) Poltekkes Pontianak berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial Nomor 298Menkes-KesosSKIV2001 tanggal 16 April 2001
dan ditetapkan menjadi Satker BLU berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
403KMK052011 tanggal 1 Desember 2011 Dengan visi ldquoMenjadi Institusi Pendidikan
Tinggi Kesehatan yang Bermutu dan Mampu Bersaing di Tingkat Regional pada Tahun
48
2020 (2016-2020)rdquo Poltekkes Kemenkes Pontianak memberikan pelayanan kesehatan
meliputi Jurusan Kesehatan Lingkungan Jurusan Gizi Jurusan Kebidanan Jurusan
Keperawatan Jurusan Analis Kesehatan dan Jurusan Perawat Gigi Pada tahun 2019
Poltekes Pontianak mendapatkan pagu dalam DIPA sebesar Rp 8353 dengan pagu
PNBP sebesar Rp3455 miliar dan pagu RM sebesar Rp4898 miliar Sementara aset
yang dimiliki sebesar Rp21801 miliar yang terdiri dari aset lancar Rp581 miliar aset
tetap Rp21199 dan aset lainnya Rp21801
2) RS Bhayangkara Pontianak telah menjadi satker BLU sejak tahun 2015 sesuai
Keputusan Menteri Keuangan nomor 501KMK052015 RS Bhayangkara ini telah
beroperasi sejak tahun 2002 Pagu DIPA RS Bhayangkara Pontianak di tahun 2019
adalah sebesar Rp4981 miliar dengan pagu PNBP sebesar Rp4204 dan pagu RM
sebesar Rp777 miliar Sementara aset yang dimiliki sebesar Rp9127 yang terdiri dari
aset lancar Rp547 miliar dan aset tetap Rp8579
3) Universitas Tanjungpura menjadi BLU layanan pendidikan berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan nomor 830KMK052017 dan mulai mendapatkan DIPA BLU pada
tahun 2018 Pagu DIPA universitas ini di tahun 2019 adalah sebesar Rp4454 miliar
dengan pagu PNBP sebesar Rp38593 dan pagu RM sebesar Rp5947 Sementara
total aset yang dimiliki sebesar Rp2093628 miliar
4) Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019
tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar
dengan komposisi Pagu Rm sebesar Rp1582 miliar dan pagu PNBP senesar Rp2228
miliar Sementara total aset di tahun 2019 sebesar Rp2482 miliar dengan perincian
aset tetap Rp762 miliar dan aset lancar sebesar Rp1723 miliar
b Perkembangan Pengelolaan Aset Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU
1) Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU
Perkembangan pengelolaan aset satker BLU dalam jangka waktu dua tahun terakhir
dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel III19
Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di Kalimantan Barat
No Satker BLU Aset tahun 2018 Aset tahun 2019
(1) (2) (3) (4)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak 22174 21801
2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 6734 9127
3 Universitas Tanjungpura 2217907 2093628
49
4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi BLU
2486
sumber Neraca E-rekon
Nilai aset pada satker BLU Poltekkes Pontianak mengalami penurunan sebesar
17 persen dari Rp22174 miliar di tahun 2018 menjadi Rp21801 miliar di tahun
2019 Sedangkan di RS Bhayangkara nilai asetnya meningkat dari Rp6734 miliar
menjadi 9127 miliar atau 355 persen Sedangkan nilai aset satker BLU Untan
menurun 56 persen dari 2217907 pada tahun 2018 menurun menjadi 2093628
ditahun 2019 Sedangkan untuk RS TK II Kartika Husada yang baru di tetapkan
menjadi satker BLU di tahun 2019 perkembangan aset asetnya naik 305 persen
dari 1905 miliar di tahun 2018 menjadi 2486 miliar di tahun 2019
2) Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU
Satker BLU di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019 mendapatkan pagu PNBP
dan pagu RM sebagaimana tercantum dalam DIPA Ada pun perkembangan pagu
tahun 2019 dan tahun 2018 dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel III20
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker (miliar)
No Satker BLU Tahun 2018 Tahun 2019
Pagu PNBP Pagu RM Pagu PNBP
Pagu RM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak 4480 4504 3455 4898
2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 4282 7010 4204 777
3 Universitas Tanjungpura 3177 20876 38593 5947
4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi satker BLU 2228 1582
Sumber LRA E-rekon
Pada tahun 2019 pagu RM Satker BLU Politekes Pontianak naik 87 persen dibanding
tahun 2018 sedangkan pagu PNBP menurun 229 persen Pagu RM naik sebesar
Rp394 miliar atau 87 persen dari Rp4504 miliar di tahun 2018 menjadi Rp4898 miliar
pada tahun 2019 Sedangkan pagu PNBP mengalami penurunan dari Rp448 miliar di
tahun 2018 menjadi Rp345 miliar pada tahun 2019 atau turun sebesar Rp1025 miliar
atau 229 persen
Selanjutnya untuk satker BLU layanan kesehatan yakni RS Bhayangkara Pontianak
perkembangan pagu PNBP menurun dari Rp4282 miliar menjadi Rp4204 miliar atau
18 persen sedangkan untuk pagu RM mengalami kenaikan 108 persen
50
Universitas Tanjungpura di tahun 2019 ini baru menjadi satker BLU setelah
sebelumnya adalah satker PNBP Di tahun 2019 Untan mendapat pagu PNBP sebesar
Rp38593 miliar dan pagu RM sebesar Rp5947 miliar
Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019
tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar
c Kemandirian BLU
Salah tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk
mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government) oleh karena itu satker BLU
didorong untuk dapat menciptakan kemandirian dirinya sendiri Kemandirian tersebut
dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM) dari APBN dan
bertambahnya alokasi pagu PNBP dari hasil layanan satker Semakin tinggi porsi pagu
PNBP dibanding pagu RM maka satker BLU dianggap memiliki tingkat kemandirian yang
lebih baik
TabelIII21
Tingkat Kemandirian BLU di Provinsi Kalimantan Barat (miliar)
sumber e rekon diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 alokasi pagu PNBP
pada Satker Politeknik Kesehatan Pontianak masih dibawah 50 persen Sedangkan untuk
Satker BLU Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak alokasi pagu PNBP di tahun 2018
sebear 8593 persen dan tahun 2019 844 persen Hal ini menunjukkan bahwa Rumah
Sakit Bhayangkara Pontianak sejak tahun 2018 memiliki tingkat kemandirian yang tinggi
dan demikian juga di tahun 2019 Dari besarnya persentase pagu PNBP tersebut dapat
dilihat bahwa dalam kegiatan operasional RS Bhayangkara Pontianak lebih ditunjang oleh
PNBP yang dikelolanya dan bisa disimpulkan mempunyai tingkat kemandirian yang baik
No Satker BLU Nilai aset 2019
Tahun 2018 Tahun 2019
Pagu PNB
P
Pagu RM
Pagu PNBP
Pagu RM
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak
4480 4987
4504 5013 3455 414 4898 586
2 Rumkit Bhayangkara Pontianak
4282 8593
7010 1407 4204 844 777 156
3 Univ Tanjungpura
3177 6035
20876 3965 38593 866 5947 134
4 RS Kartika Husada
Belum menjadi satker BLU 2228 585 1582 2705
51
Untan di tahun 2018 sebagai satker BLU yang baru memiliki tingkat kemandirian di
atas 6035 persen dan meningkat signifikan di tahun 2019 menjadi 866 persen hal ini
mengindikasikan ada perkembangan yang pelayanan pendidikan oleh Untan Sedangkan
untuk RS Kartika Husada baru dtetapkan menjadi satker BLU di bulan Juli 2019
d Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP
Di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 120 satker yang mengelola dana PNBP Dari
120 satker PNBP tersebut terdapat 3 satker yang mempunyai alokasi pagu PNBP
terbesar antara lain tersebut dibawah ini
Tabel III22
Profil dan Jenis layanan Satker PNBP di Provinsi Kalimanatan Barat Tahun 2019
No Jenis Layanan
Satker PNBP Nilai Aset Pagu PNBP
Pagu RM Jumlah Pagu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2 Pendidikan Politeknik Negeri Pontianak 272 6284 9004
4 Pendidikan IAIN Pontianak 2012 5024 7036
Sumber LRA diolah
Tabel III23
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP di Provinsi Kalimantan Barat
No Satker PNBP Tahun 2017 Tahun 2019
Pagu PNBP
Pagu RM Pagu PNBP
Pagu RM
2 Politeknik Negeri Pontianak 2197 5904 272 6284
3 IAIN Pontianak 1775 4297 2012 5024
Sumber SPAN diolah
Dari tabel diatas terlihat bahwa Politeknik Negeri Pontianak mengalami peningkatan
persentase pagu PNBP sebesar Rp523 miliar atau 238 persen Demikian juga IAIN
Pontianak pagu PNBP meningkat Rp237 miliar atau 134 persen Dari ke dua satker
PNBP tersebut Politeknik Negeri Pontianak yang paling berpotensi untuk menjadi satker
BLU karena sumber dana PNBP lebih besar dibanding sumber dana PNBP pada satker
IAIN Pontianak meskipun mempunyai potensi menjadi satker BLU namun keduanya
belum menunjukan kemandirian karena sumber dana yang mereka gunakan lebih banyak
dari dana APBN (RM) dibandingkan dana PNBP
e Analisis terkait pengelolaan BLU
1 Analisis Kemandirian BLU
a Rasio Antara Sumber Dana PNBP (BLU) dan RM
Meskipun tujuan pembentukan BLU adalah tanpa mengutamakan mencari
keuntungan namun diharapkan dengan pelayanan yang meningkat maka secara
52
langsung juga pendapatannya meningkat Lebih jauh lagi diharapkan persentase
belanja satker BLU yang bersumber dari rupiah murni semakin menurun digantikan
dengan sumber belanja dari pendapatan BLU
Tabel III24
Rasio Sumber Dana BLU (PNBP dengan RM) miliar
Satker BLU 2017 2018 2019
PNBP RM PNBP RM
PNBP RM PNBP RM
PNBP RM PNBP RM
Politeknik Kesehatan Pontianak
4966 5279 094 4480 4504 099 3455 4898 070
RS Bhayangkara Pontianak
346 700 487 4282 701 611 4204 777 541
Universitas Tanjungpura
Belum menjadi satker BLU
3177 20876 152 38593 5947 648
RS Kartika Husada Belum menjadi satker BLU 2228 1582 14
Pada Universitas Tanjungpura Pontianak dari tahun 2018 hingga tahun 2019
rasio antara sumber dana PNBP dengan sumber dana RM semakin meningkat yang
nampak pada pagu PNBP yang semakin meningkat Hal ini menandakan tingkat
kemandirian BLU Universitas Tanjungpura semakin membaik Sedangkan pada
Rumah sakit Bhayangkara terdapat penurunan atas pagu PNBP nya hal ini karena
pada tahun 2019 RS Bhayangkara Pontianak melakukan renovasi gedung dan
ruang perawatan yang mempengaruhi jumlah layanan pasien dan penerimaan
PNBP nya
b Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional
Kemandirian Satker BLU selain dapat dilihat dari Rasio Antara Sumber Dana
PNBP dan RM sebagaimana pada poin a dapat pula dinilai dari Rasio PNBP
terhadap biaya operasional BLU Untuk rasio ini BLU di Kalimantan Barat memiliki
rasio yang cukup baik
Tabel III25
Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional (persen)
Satker BLU 2018 2019
Pendapatan PNBP
Biaya Operasional
Pendapatan PNBP
Biaya Operasional
Politekkes Pontianak
3038 6360 48 2702 7725 35
RS Bhayangkara Pontianak
3034 3616 84 2802 4347 64
Universitas Tanjungpura
41371 45355 91 34461 51317 67
53
RS Kartika Husada
Belum menjadi satker BLU 5056 6264 81
Berdasarkan tabel di atas di tahun 2018 pada Satker BLU Politeknik Kesehatan
Pontianak perbandingan antara pendapatan BLU dengan biaya operasional didapat
hasil 48 persen (rasio PNBP terhadap biaya operasional 48 persen) Sedangkan
untuk tahun 2018 rasio kemandirian Satker BLU Poltekkes Pontianak menurun
menjadi 35 persen Penurunan ini disebabkan jumlah pendapatan PNBP yang
menurun sedangkan biaya operasional meningkat Penurunan pendapatan karena
penurunan jumlah mahasiswa baru
RS Bhayangkara Pontianak dari hasil perhitungan rasio pendapatan BLU dengan
biaya operasional didapat hasil 84 persen di tahun 2018 dan mengalami penurunan
menjadi 64 persen Penurunan rasio disebabkan penurunan pendapatan dan
sebaliknya belanja meningkat Penurunan pendapatan disebabkan pendapatan
yang berasal dari rawat inap berkurang Hal ini disebabkan penghapusan gedung
layanan lama yang disertai dengan pembangunan gedung rawat inap baru Namun
secara rasio RS Bhayangkara masih memiliki tingkat kemandirian yang yaitu
diatas 60 persen
Univ Tanjungpura ditahun 2018 sebagai satker BLU baru memiliki rasio 91
persen Ini menandakan Untan sebagai satker BLU memiliki kemandirian yang
sangat baik Sedangkan untuk RS Kartika Husada yang merupakan Rumah sakit
dibawah Kodam Tanjungpura dan baru ditetapkan menjadi BLU penuh di bulan Juli
2019 sudah memiliki awal yang baik dengan tingkat kemandirian (rasio PNBP
dengan biaya operasional ) sebesar 81 persen
f Analisis Efektifitas BLU
Analisa efektifitas BLU adalah analisis untuk mengetahui efektifitas dibentuknya BLU
yaitu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan fleksibilitas
dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi produktifitas dan penerapan
praktek bisnis yang sehat Peningkatan layanan antara lain juga dapat dilihat dari
pendapatan yang dihasilkan dari layanan BLU Analisis efektifitas BLU didapat dari rasio
pendapatan operasional terhadap asset tetap atau rasio perputaran asset tetap Tujuan
analisis ini adalah untuk mengetahui kemampuan BLU untuk menghasilkan pendapatan
dari aset yang dimilikinya
54
Tabel III26
Analisis Efektifitas BLU
Satker BLU 2018 2019
Pendapatan Operasional
Aset Tetap Pendapatan Operasional
Aset Tetap
Politeknik Kesehatan Pontianak
3038 21286 142 2702 21801 124
RS Bhayangkara Pontianak 3034 4832 627 2802 9127 307
Universitas Tanjungpura 41371 2175410 190 34461 2093628 16
RS Kartika HUsada Belum menjadi satker BLU 5056 2486 203
sumber data e rekon
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perputaran aset tetap satker BLU Politekkes
Pontianak tahun 2018 sebesar 142 persen dan mengalami penurunan di tahun 2019
menjadi 124 persen Dari rasio tersebut artinya kemampuan Poltekkes Pontianak
memperoleh pendapatan berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah sebesar 124
persen Penurunan rasio ini disebabkan pendapatan BLU yang menurun di tahun 2019
Sedangkan perputaran aset untuk Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak pada tahun 2019
mengalami penurunan dari 627 persen di tahun 2018 menjadi 307 persen di tahun 2019
Penurunan rasio ini disebabkan penurunan pendapatan BLU dan juga kenaikan aset
tetap Kemampuan RS Bhayangkara Pontianak tahun 2019 untuk memperoleh
pendapatan BLU berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah 307 persen
Kemampuan Untan memperoleh pendapatannya berdasarkan asset tetap yang
dimilikinya di tahun 2019 sebesar 16 persen
g Analisis Legal BLU
Pemberian fleksibilitas pengelolaan keuangan kepada Satker BLU adalah tetap dalam
koridor penerapan tata kelola pemerintahan yang baik Satker BLU tetap mempunyai
kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang telah diatur di dalam undang-undang
Tabel III27
Kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan Keuangan
Kewajiban Politeknik Kesehatan Pontianak
RS Bhayangkara
Pontianak
Universitas Tanjungpura
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Penyusunan amp Penyampaian Rencana Bisnis Anggaran
Ya - Ya - Ya -
Penyusunan amp penyampaian Lap Keu (standar akuntansi Keu)
Ya - Ya - Ya -
55
Berdasarkan tabel kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan keuangan
dapat dilihat bahwa BLU di Provinsi Kalimantan Barat yakni Politeknik Kesehatan
Pontianak RS Bhayangkara Pontianak dan Universitas Tanjungpura telah memenuhi
semua kewajiban dalam rangka penerapan tata kelola dan pengelolaan keuangan BLU
sesuai dengan ketentuan (peraturan perundang-undangan)
37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT
Dalam rangka peningkatan pembangunan di Wilayah Kalimantan Barat Pemerintah
berusaha memperdayakan potensi yang ada guna mendukung pembangunan ekonomi di
daerah diantaranya berupa Dana Invstasi Pusat yang diberikan kepada Pemda melalui
pinjaman dan Investasi Kredit Program kepada UMKM di Wilayah Kalimantan Barat Kanwil
Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat berkewajiban menatausahakan investasi
pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi khususnya penerusan pinjaman (Subsidary
Loan Agreement) Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat) dan Pembiayaan Ultra Mikro
(UMi)
371 Penerusan Pinjaman (Subsidary Loan Agreement)
Penerusan Pinjaman Pemerintah Pusat (Subsidiary Loan Agreement) kepada
Pemerintah DaerahPerusahaan DaerahBUMD Penerusan pinjaman yang diberikan
kepada PDAM maupun Pemda dimaksudkan untuk meningkatkan atau memperbaiki
tata kelola penyediaan air minum kepada masyarakat baik dari segi infrastruktur maupun
percepatan penyedian air minum
Pada tahun 2019 masih terdapat 1 (satu) pinjaman BUMD dan Pemda menunggu
penyelesaian penghapusan yaitu Pemerintah Kota Singkawang dengan sisa hutang
sebesar Rp1766635437024 yang diselesaikan melalui proses pelaksanaan debt swap
sebesar Rp1398691928715 dan penghapusan utang murni Rp367943508309
Pemerintah Kota Singkawang telah mengalokasikan program debt swap pada APBD
tahun anggaran 2017 melalui DPPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
berupa kegiatan Pembangunan Bangsal Ruang Inap Kelas I RSUD Abdul Aziz di
Singkawang dengan realisasi pembangunan sebesar Rp14407200000 dan telah
dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat
Penyampaian Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU
Ya - Ya - Ya -
Persetujuan Tarif Layanan oleh Menteri Keuangan
Ya - Ya - Ya -
Persetujuan Pembukaan Rekening Ya - Ya - Ya -
Penyusunan SOP pengelolaan keuangan BLU
Ya - Ya - Ya -
56
Tabel III31
Profil Oustanding Penerusan Pinjaman BUMD dan PEMDA di
Prov Kalbar Tahun 2018
Sumber Data Kanwil Data PemdaBUMNBUMD Penerima SLA Dit SMI
372 Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat)
Investasi Pemerintah Pusat lainnya adalah Program Kredit Program berupa
pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM (KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan
Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 debitur)
jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar
atau 1135 persen
TabelIII32
Penyaluran KUR Wilayah Kalimantan Barat Tahun 2019
No KabKota 2018 2019
Akad Debitur Akad Debitur
1 Kalimantan Barat 1650000000 29 1055000000 30
2 Kab Sambas 172012480000 5063 178155490000 4706
3 Kab Mempawah 117141764400 3853 117924669245 3337
4 Kab Sanggau 137303602000 3683 151852745000 3768
5 Kab Ketapang 134775029932 3445 115111754000 3193
6 Kab Sintang 169583544950 3539 214178312000 3769
7 Kab Kapuas Hulu 74602388591 2755 101002500000 3412
8 Kab Bengkayang 62169980000 1909 61608265000 2069
9 Kab Landak 84971200000 2710 99536500000 2866
10 Kab Sekadau 82259245000 1715 76000490000 1679
11 Kab Melawi 60856245000 1378 84465707561 1292
12 Kab Kayong utara 24188290000 826 25003500000 824
13 Kab Kubu Raya 151025480000 3883 193886370000 4216
14 Kota Pontianak 256541689000 4730 283349999288 4710
15 Kota Singkawang 85998890400 1993 95216230108 1907
Total 1615079829273 41511 1798347532202 41778
Sumber SIKP Dit SMI 2019
Penyaluran KUR tersebar di beberapa Lembaga Keuangan di wilayah Kalimantan
Barat melalui aplikasi online system data KUR dengan Sistem Informasi Kredit Program
57
(SIKP) untuk wilayah Kalbar terdapat 16 lembaga keuangan yang ditunjuk sebagi
penyalur Sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini
Tabel II32 Penyaluran KUR per Bank Provinsi Kalbar Tahun 2019
No Nama Bank Jumlah
Rupiah Debitur
1 BPD Jawa Tengah 500000000 1
2 BPD Kalimantan Barat 235246000000 2225
3 BPD Kalimantan Selatan 100000000 1
4 BPD Kaltimtara 50000000 1
5 BPD Riau Kepri 250000000 1
6 BRI Syariah 28661000000 868
7 Bank Bukopin 1680000000 6
8 Bank Central Asia 3075000000 13
9 Bank Mandiri 374774669000 4448
10 Bank Maybank 1220000000 4
11 Bank Negara Indonesia 308639830404 1794
12 Bank Rakyat Indonesia 837567307798 32376
13 Bank Sinarmas 6014000000 25
14 Bank Tabungan Negara 400000000 3
15 CTBC Bank 58980000 4
16 Internusa Tribuana Citra Multifinance 110745000 8
1798347532202 41778
Sumber SIKP Dit SMI 2019
Berdasarkan data aplikasi SIKP penyaluran KUR mencapai sebesar Rp179834
miliar dengan jumlah debitur 41778 orang tersebar melaui skema Usaha Mikro sebesar
Rp73601 miliar (34757 debitur) Kecil dan menengah sebesar Rp106172 miliar (6977
debitur) dan TKI sebesar Rp61874 juta (44 debitur) Bank Rakyat Indonesia (BRI)
merupakan lembaga terbesar penyalur KUR yakni sebesar Rp83756 miliar Sebagian
besar investasi digunakan pada sektor perdagangan yaitu sebesar Rp93627 miliar
(20750 debitur) atau 5178 persen disusul bidang Pertanian Perburuhan dan
Kehutanan sebesar Rp47943 miliar (15953 debitur) atau 2651 persen dan Jasa
Kemasyarakatan Sosial Budaya Hiburan dan Perorangan lainnya sebesar Rp9811
miliar (2398 debitur) atau 543 persen
Hasil monitoring Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov Kalbar terhadap penyaluran
kredit program dapat dikatakan bahwa Pemerintah sangat memperhatikan dan
mengharapkan adanya perkembangan usaha serta peningkatan ekonomi bagi UMKM di
wilayah Kalimantan Barat hal ini menunjukan bahwa program KUR sangat bermanfaat
58
dan berdampak terhadap perkembangan kegiatan usaha bahkan pertumbuhan ekonomi
di Kalimantan Barat Dalam perkembangannya hasil survey di lapangan yang diambil
secara sampling terhadap 82 debitur program KUR di wilayah Kalbar didominasi oleh
Sektorbidang usaha perdagangan yaitu sebesar 5976 persen atau 49 pelaku UMKM
disusul bidang usaha jasa sebesar 1951 persen atau 16 pelaku UMKM dan Pertanian
Peternakan dan Perkebunan 1220 persen atau 10 pelaku UMKM sedangkan sektor
usaha lainnya sebesar 853 persen atau 7 pelaku UMKM Sesuai Permenko Bidang
Perekonomian nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanan KUR sektor di luar
sektor perdagangan dikelompokkan sebagai sektor produksi Dengan demikian
berdasarkan hasil survey responden debitur KUR di sektor produksi hanya mencapai
4124 persen Hal ini masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama
pada sektor produksi sebesar 60 persen
Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar
sasaran dan tujuan program KUR dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran
KUR diarahkan agar lebih banyak menyasar UMKM di sektor produksi (non
perdagangan) yaitu dengan memberikan target minimal penyaluran ke sektor produksi
sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan skema KUR
Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat perkebunan
rakyat dan peternakan rakyat
373 Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)
Tahun 2019 jumlah penyaluran UMi di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar
Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen
Tabel III33
Penyaluran UMI Provinsi Kalbar Tahun 2019
No Tahun 2018 2019
KabKota Akad Debitur Akad Debitur
1 Kayong Utara 11000000 2 208000000 28
2 Ketapang 229000000 32 1055800000 165
3 Kubu Raya 1447315688 356 1176000000 314
4 Landak 860878000 194 200500000 45
5 Melawi 155000000 24 210000000 29
6 Mempawah 3188943000 758 3574105000 1027
7 Sambas 358000000 50 232400000 30
8 Sanggau 148500000 21 622933000 93
9 Sintang 90500000 14 235700000 44
59
10 Pontianak 1671500000 638 2805350000 931
11 Singkawang 185000000 25 188500000 28
12 Bengkayang 31000000 4 5000000 1
13 Kapuas Hulu 7000000 2 7000000 2
14 Sekadau 30000000 4 - -
Jumlah 8413636688 2124 10521288000 2737
Berdasarkan data aplikasi SIKP UMi penyaluran UMi di Kalimantan Barat mencapai
sebesar Rp1052 miliar dengan jumlah debitur 2737 orang pembiayaan UMi dilakukan
melalui penyalur perantara yang merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
diantaranya adalah PT Pegadaian (Persero) PT Bahana Artha Ventura PT
Permodalan Nasional Madani (Persero) serta beberapa Koperasi baik melalui
pembiayaan konvensional danatau pembiayaan syariah LembagaLankage penyalur
terbesar yaitu PT PNM merupakan lembaga terbesar penyalur UMi yakni sebesar
Rp443 miliar (1531 debitur) PT Pegadaian sebesar Rp263 miliar (453 debitur) KSPS
BMT UGT Sidogiri sebesar Rp188 miliar (337 debitur) dan KSPPS BMT Bina Umat
Sejahtera sebesar Rp154 miliar (408 debitur)
Tabel III33
Penyaluran UMI per LKBB Provinsi Kalbar Tahun 2019
NO PENYALUR LKBB TOTAL PENYALURAN Debitur
1 PT PEGADAIAN 2637600000 453
2 PNM 4427500000 1531
3 KSPPS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA 1535305000 408
4 KSPPS TAMZIS BINA UTAMA 26000000 6
5 KSPPS BMT BINA IHSANUL FIKRI 7000000 2
6 KSPS BMT UGT SIDOGIRI 1887883000 337
Total 10521288000 2737
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi penyaluran UMi yang dilaksanakan di
beberapa wilayah Kalimantan Barat terdapat faktor yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan penyaluran UMi di Kalimantan Barat antara lain
1 PenyalurLembaga Linkage selaku penyalur pembiayaan UMi belum tersebar atau tidak
memiliki kantor cabang di seluruh wilayah Kalbar sehingga potensi penyaluran pembiayaan
UMi kurang maksimal dan tidak bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Kalbar
2 Hasil produk UMKM terutama mutu dan kualitas produk belum dapat bersaing secara
global dengan produk daerah lain
Sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan usaha UMKM di wilayah
Kalimantan Barat adalah melakukan koordinasi dan kerjasama antara Pemda
60
Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalbar PenyalurLembaga Linkage
serta lembaga terkait lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada
debitur dan membantu mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada
masyarakat baik melalui pertemuan maupun dengan media cetak banner spanduk
dan lain-lain sehingga dapat mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha
Mikro bahkan dapat meningkat ke Mikro Kecil
38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN
BELANJA INFRASTRUKTUR DI DAERAH
381 Mandatory Spending di Daerah
Belanja mandatory merupakan belanja wajib yang diperintahkan oleh Undang-Undang
yakni belanja sektor kesehatan sebesar 5 persen dan belanja sektor Pendidikan sebesar
20 persen
a Belanja Sektor Pendidikan
Uraian 2017 2018 2019
Alokasi Fungsi Pendidikan 157554 185385 231676
Pagu Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF
929392 1117061 1049551
Rasio 017 017 022
Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan Penyelenggaraan pendidikan di daerah akan mampu menjembatani
kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya belajar di sekolah Untuk memenuhi hal
tersebut tentunya harus dialokasikan anggaran belanja pendidikan Belanja Pendidikan
merupakan belanja wajib (mandatory spending) yang mutlak harus dipenuhi yang
ditentukan batas minimal pengalokasian anggaran dalam APBN sebesar 20 persen Alokasi
belanja pemerintah pusat Fungsi Pendidikan tahun 2019 sebesar Rp231 triliun meningkat
46291 miliar atau 2497 persen dibanding alokasi tahun sebelumnya Rasio fungsi
Pendidikan di tahun 2019 mencapai 022 naik 005 bila dibandingkan dengan rasio fungsi
pendidikan tahun sebelumnya Peningkatan alokasi fungsi kesehatan ini diharapkan akan
meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat
b Belanja Sektor Kesehatan
Uraian 2017 2018 2019
Alokasi Fungsi Kesehatan
16020 19263 18897
Alokasi Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF
929392 1117061 1049551
Rasio 0017 0017 0018
61
Anggaran berdasarkan fungsi kesehatan merupakan anggaran belanja negara dimana
dana anggaran akan diarahkan untuk melaksanakan program-program dalam rangka
meningkatkan derajat tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik Ketentuan pasal 171
undang undang nomor 36 tahun 2009 menjadikan alokasi di bidang kesehatan mutlak
dipenuhi (mandatory spending) Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan
adalah dengan menyediakan berbagai infrastruktur dan pengadaan tenaga-tenaga
kesehatan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan umum Usaha ini ditujukan
untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat sekaligus dalam rangka peningkatan mutu fisikal
sumber daya manusia dan Indonesia Sehat Alokasi belanja pemerintah pusat Fungsi
Kesehatan tahun 2019 di Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp18897 miliar menurun 366
miliar atau 19 penurunan tersebut disebabkan meningkatnya anggaran kesehatan
melalui transfer ke daerah (DAK) Rasio Fungsi Kesehatan di tahun 2019 mencapai 0018
naik 0001 bila dibanding rasio Fungsi Kesehatan tahun sebelumnya Meningkatnya alokasi
fungsi kesehatan tersebut diharapkan semakin meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat
382 BELANJA INFRASTRUKTUR
Infrastruktur memiliki peran penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
Keberadaan infrastruktur akan mendorong mobilitas penduduk dan faktor produksi
terutama tenaga kerja serta memperlancar arus barang dan jasa sehingga akan
mendorong tumbuhnya produksi dan investasi Belanja infrastruktur oleh pemerintah pusat
di representasikan oleh pos Belanja Modal (53) pada belanja KL (APBN)
Grafik III
Alokasi dan Realisasi Belanja Modal Tahun 2015 - 2019
sumber data mebe (diolah)
Untuk Wilayah Kalimantan Barat secara agregat alokasi untuk pos belanja modal (53)
dari tahun 2015 sd 2019 fluktuatif nampak ada penurunan belanja modal KL di tahun
2019 dibanding tahun anggaran sebelumnya Meskipun ada penurunan alokasi belanja
modal tidak berarti pembangunan infrastruktur untuk wilayah Kalimantan Barat diabaikan
000
100000
200000
300000
400000
500000
2015 2016 2017 2018 2019
Pagu Realisasi
62
karena pembangunan infrastruktur juga di topang oleh Dana Alokasi Fisik dimana tahun
2019 alokasi DAK Fisik sebesar Rp261 triliun
Tahun 2019 Pagu total belanja KL di Kalimantan Barat Rp1049 triliun dan alokasi
untuk belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun atau 2288 persen dan telah terealiasi
Rp195 triliun Dari total alokasi belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun di tahun 2019
sebagian besar alokasi belanja modal ada pada Kementerian PUPR sebesar Rp15 triliun
atau 665 persen dan selanjutnya Kementerian Perhubungan sebesar Rp20417 miliar
atau 85 persen Dari alokasi sebesar Rp15 triliun yang dianggarkan pada kementerian
PUPR di Kalimantan Barat 61 persen alokasikan untuk pembangunan infrastruktur jalan
diantaranya jalan trans Kalimantan perbatasan Indonesia dan Malaysia yakni ruas jalan
nanga badau - entikong - aruk - temajok serta pembangunan jalan Nasional III dan III di
seluruh wilayah Provinsi Kalbar Diharapkan dengan pembangunan ruas jalan secara
merata ini akan mempermudah akses dan koneksifitas antar wilayah dan mengakselerasi
nilai tambah perekonomian masyarakat Kalimantan Barat yang tercermin dari adanya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dengan menguji pengaruh realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat dengan PAD
Prov Kalbar dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel
Hasil Regresi Sederhada Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat Terhadap PAD di Prov Kalbar
Tahun 2015-2019
R Square Significance
0049 0000
Dengan signifikasi 0000 menunjukkan bahwa realisasi Belanja Modal Pemerintah
Pusat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PAD R square 0049 berarti realisasi
Belanja Modal Pemerintah Pusat memiliki pengaruh positif sebesar 49 persen terhadap
PAD Provinsi Kalbar Hasil perhitungan regresi di atas menunjukkan bahwa setiap
kenaikan 1 rupiah Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat akan mendorong kenaikan
PAD sebesar Rp 0049 Apabila kenaikan Belanja Modal Pemerintah Pusat Rp 1 triliun
maka PAD akan naik sebesar Rp 49 miliar
Jembatan Kapuas PontianakJembatan ini memiliki panjang 42o meter dan lebar 6 meter Jembatan ini muali dibangun tahun 1980
BAB IV
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
APBD
63
41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan faktor pendorong utama dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah Selain itu kinerja pelaksanaan APBD juga
merupakan salah satu penentu tercapainya target sasaran makro ekonomi daerah yang
diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan tantangan dalam mewujudkan masyarakat
sejahtera dan mandiri Pemerintah daerah menggunakan APBD sebagai instrumen utama bagi
kebijakan publik di daerahnya
Untuk mencapai target tersebut Pemerintah Daerah Kalimantan Barat menyusun Alokasi
APBD Kalimantan Barat tahun anggaran 2019 sebagaimana terlihat pada tabel berikut
Tabel IV1
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
URAIAN 2018 2019
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PENDAPATAN 2443326 2422952 2543450 2563928
PENDAPATAN ASLI DAERAH
360621 390903 376276 404671
Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398
Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
16227 17161 18117 19075
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
98917 73671 85664 84200
PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816
Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak
77844 78654 78128 58493
Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649
Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
76467 113239 69129 97384
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
120005 121467 147048 180339
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
1850 1060 000 1419
64
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
105809 46616 94992 74442
Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318
Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124
BELANJA DAERAH 2499829 2345817 2604405 2510634
BELANJA OPERASI 1645895 1509851 1691108 1608335
Belanja Pegawai 841558 797512 935725 825216
Belanja Barang 606872 516897 599693 605691
Belanja Bunga 294 323 703 288
Belanja Subsidi 000 000 000 000
Belanja Hibah 190185 188493 145940 167928
Belanja Bantuan sosial 6987 6625 9047 9212
BELANJA MODAL 505628 470016 520212 498885
Belanja Modal 505628 470016 520212 498885
BELANJA TAK TERDUGA 3110 716 3213 625
Belanja Tak Terduga 3110 716 3213 625
BELANJA TRANSFER 345197 365234 389872 402789
TransferBagi Hasil Pendapatan
90177 99533 87458 102031
Belanja Bantuan Keuangan
255020 265701 302414 300757
SURPLUSDEFISIT -56503 77135 -60955 53295
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Anggaran pendapatan pada pemerintah provinsikabupatenkota di wilayah Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018
Anggaran pendapatan naik sebesar Rp 100124 miliar menjadi 2543450 miliar atau 410
persen Anggaran belanja juga mengalami kenaikan sebesar 418 persen menjadi sebesar Rp
2604405 miliar Kondisi APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik dengan
menghasilkan surplus Rp 53295 miliar di wilayah Kalimantan Barat
42 PENDAPATAN DAERAH
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pemerintah dituntut
untuk memiliki kemandirian keuangan daerah yang lebih besar Dengan tingkat kemandirian
keuangan yang lebih besar berarti daerah tidak akan lagi sangat bergantung pada bantuan dari
pemerintah pusat dan propinsi melalui dana transfer
Namun tidak berarti jika kemandirian keuangan daerah tinggi maka daerah sudah tidak perlu
lagi mendapatkan dana transfer Dana transfer masih tetap diperlukan untuk mempercepat
pemabngunan daerah Semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan maka daerah dapat
memberikan pelayanan publik yang lebih berkualitas melakukan investasi pembangunan jangka
panjang dan sebagainya
65
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Pendapatan Daerah adalah hak pemda yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan Pendapatan daerah
tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah
yang sah Berdasarkan ketentuan tersebut APBD Kalimantan Barat disusun dengan rincian
sebagai berikut
Tabel IV2
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Jenis Pendapatan Daerah
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
URAIAN 2018 2019
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PENDAPATAN ASLI DAERAH 360621 390903 376276 404671
Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398
Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
16227 17161 18117 19075
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 98917 73671 85664 84200
PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816
Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak
77844 78654 78128 58493
Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649
Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
76467 113239 69129 97384
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 120005 121467 147048 180339
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
1850 1060 000 1419
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 105809 46616 94992 74442
Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318
Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pada tahun 2019 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Barat mengalami
peningkatan sebesar Rp 13768 miliar atau 352 persen dibandingkan tahun 2018 dengan realisasi
melebihi target yaitu 10755 persen dari pagu yang dianggarkan Kenaikan pendapatan ini
terutama ditopang oleh Pajak Daerah yang terealisasi 11103 persen dan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang mencapai 10529 persen Retribusi Daerah juga melebihi
target dengan penerimaan sebesar 10305 persen
Pendapatan transfer terjadi kenaikan yang signifikan pada Dana Bagi Hasil Pajak dari
Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya yang mencapai 14087 persen dari target disusul oleh
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar 12264 persen
66
421 Dana TransferPerimbangan
Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan dana otonomi khusus dan
dana penyesuaian
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran
dalam APBN
Kebijakan perimbangan keuangan atau ditekankan pada empat tujuan utama yaitu (a)
memberikan sumber dana bagi daerah otonom untuk melaksanakan urusan yang
diserahkan yang menjadi tanggungjawabnya (b) mengurangi kesenjangan fiskal antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah (c) meningkatkan
kesejahteraan dan pelayanan publik dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dan
pelayanan publik antar daerah serta (d) meningkatkan efisiensi efektifitas dan akuntabilitas
pengelolaan sumber daya daerah khususnya sumber daya keuangan
Dana perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK)
a Analisis ruang fiskal dan kemandirian daerah
1) Analisis Ruang Fiskal
Ruang fiskal secara umum merupakan ketersediaan ruang dalam anggaran yang
memampukan Pemerintah menyediakan dana untuk tujuan tertentu tanpa
menciptakan permasalahan dalam kesinambungan posisi keuangan Pemerintah
Dalam konteks APBN ruang fiskal adalah total pengeluaran dikurangi dengan
belanja non diskresionerterikat seperti belanja pegawai pembayaran bunga subsidi
dan pengeluaran yang dialokasikan untuk daerah
Dalam APBD Ruang fiskal adalah pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked
(DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat)
Ruang Fiskal mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda
tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib)
Ruang Fiskal adalah (Total Pendapatan-DAK) ndash Belanja Pegawai tak langsung
67
Grafik IV1
Ruang Fiskal Kalimantan Barat
Tahun Anggaran 20182019
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Berdasarkan data dua tahun terakhir ruang fiskal Kalimantan Barat tumbuh
sebesar 19589 miliar dari tahun 2018 sebesar 1155080 menjadi 1174669
pada tahun 2019 Terjadi peningkatan ruang fiskal sebesar 266 persen dari
tahun sebelumnya
2) Analisis Rasio Kemandirian Daerah
Ruang Rasio kemandirian daerah Rasio PAD terhadap total pendapatan dan
rasio dana transfer terhadap total pendapatan Apabila rasio PAD lebih besar
daripada rasio dana transfer berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin
besar rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan semakin tinggi
Rasio PAD = PAD Total Pendapatan APBD
Rasio DanaTransfer = Total Dana Transfer Total Pendapatan APBD
Rasio PAD = 376276 2543450
= 015
Rasio DanaTransfer = 2072181 2543450
= 081
Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio ketergantungan
Kalimantan Barat masih sangat tinggi
b Analisis komparatifperbandingan year on year (yoy) antara trend alokasi dana transfer
untuk Kalimantan Barat terhadap Pertumbuhan ekonomi regional PDRB Tingkat
pengangguran Tingkat kemiskinan IPM (HDI) dapat digambarkan sebagai berikut
000
2000
4000
6000
8000
10000
2018 2019
2018 54592019 5192
2018 45412019 4808
Belanja Mengikat Ruang Fiskal
68
Tabel IV3
Tabel Perbandingan Alokasi Dana Transfer Terhadap Indikator Perekonomian Regional
Tahun Anggaran 20182019
INDIKATOR 2018 2019 persen
Alokasi Dana Transfer 345197 389872 1294
Pertumbuhan Ekonomi Regional
506
500 (119)
PDRB 19403
21232 943
Tingkat Pengangguran 426
4 45 446
Tingkat Kemiskinan 737
728 (122)
IPM 6698
NA NA
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Peningkatan dana transfer dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 1294 persen
tidak serta merta turut mendongkrak indikator perekonomian di Kalimantan Barat
Tercatat hanya PDRB yang mengalami trend positif yaitu 943 persen Sedangkan
indikator lainnya negatif
422 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Pendapatan asli daerah diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi
pemerintahan daerah oleh karena ini berarti pemerintah daerah didorong untuk dapat
meningkatkan kemandirian keuangannya
a Analisis komposisi pendapatan daerah dan perbandingannya
Pada tahun 2019 pendapatan daerah Kalimantan Barat sebesar 2563928 miliar
Pendapatan transfer sebesar 2084816 miliar dan Pendapatan Asli Daerah sebesar
404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018 dapat disajikan sebagai berikut
69
Grafik IV2 Perbandingan Pendapatan Dana Transfer dan PAD Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Sampai tahun 2019 PAD Kalimantan Barat masih berada di kisaran 15 persen
dari seluruh total pendapatan Hal ini menunjukkan tingkat kemandirian keuangan
Kalimantan Barat masih rendah
b Analisis perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan belanja daerah
Pada tahun 2019 Belanja Daerah Kalimantan Barat sebesar 2510634 miliar
Pendapatan Asli Daerah sebesar 404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018
adalah sebagai berikut
Grafik 4221
Perbandingan Belanja Daerah dan Pendapatan Asli DaerahKalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
-
5000
10000
15000
20000
25000
30000
PENDAPATANPENDAPATAN
TRANSFER PENDAPATANASLI DAERAH
24433
20827
3606
24230
20320
3909
25435
21672
3763
25639
21593
4047
2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
10000
20000
3000024998
3606
23458
3909
26044
3763
25106
4047
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi
2019 Anggaran 2019 Realisasi
70
Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah tahun 2019 adalah
sebesar 1612 persen Angka ini sedikit menurun apabila dibandingkan dengan tahun
2018 yang sebesar 1666 persen Hal ini mengindikasikan ada peningkatan
kemampuan daerah untuk membiayai pengeluarannya
423 Pendapatan Lain-lain
Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan daerah selain pendapatan
transferperimbangan dan pendapatan asli daerah
Grafik IV4 Perbandingan Pendapatan Lain-lain terhadap Total Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Kontribusi Pendapatan Lain-lain di Kalimantan Barat tidak begitu signifikan terhadap
keuangan daerah Walaupun menunjukkan peningkatan tetapi secara keseluruhan
jumlahnya tidak terlalu besar Pada tahun 2018 sebesar 192 persen dari total
pendapatan dan meningkat menjadi 290 persen pada tahun 2019
43 Belanja Daerah
Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan Belanja Daerah bersumber
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) + Dana Transfer dari Pusat ke Daerah (DAU DAK Dana
Penyeimbang Dana Kontingensi DBH dll) Tujuan analisis Belanja Daerah antara lain adalah
untuk mengetahui kontribusi pengeluaran daerah terhadap pengeluaran pemerintah secara
nasional Analisis Belanja Daerah dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi belanja daerah seperti
klasifikasi urusan klasifikasi fungsi dan sebagainya
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
PENDAPATANPENDAPATAN
LAIN-LAIN
24433
1058
24230
466
25435
950
25639
744
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
71
Tabel IV5
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Persentase Jenis Belanja Terhadap Total Belanja
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Jenis Belanja Alokasi persen Thd Belanja
Sektor Konsumtif
Belanja Pegawai 825216 3301
Belanja Barang 605691 2423
Belanja Bunga 703 003
Belanja Hibah 145940 584
Belanja Bantuan sosial 9047 036
Belanja Bagi Hasil Kepada ProvKabKota dan Pemdes 87458 350
Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvKabKota dan Pemdes 302414 1210
Belanja tidak terduga 3213 013
1979682 7919
Sektor Produktif
Belanja Modal 520212 2081
Total Belanja 2499893 10000
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Alokasi APBD masih didominasi oleh belanja yang bersifat konsumtif yang mempunyai multi
efek jangka pendek dan didominasi untuk mencukupi kebutuhan belanja pegawai sebesar 3301
persen dari total belanja Terbesar berikutnya adalah belanja barang sebesar 2423 persen
Sedang untuk alokasi Belanja Modal sebesar 2081 persen ini sangat berpengaruh terhadap
peluang terbukanya lapangan pekerjaan untuk menambah kesejahteraan masyarakat karena
belanja modal mempunyai multi efek jangka panjang
44 Perkembangan BLU Daerah
BLU daerah di Kalimantan Barat bergerak dibidang layanan kesehatan Seluruhnya
merupakan BLUD yang sebagian biaya operasionalnya di biayai dengan APBD
Tabel IV6
BLU Daerah Kalimantan Barat Berdasarkan Nilai Aset dan Komposisi Pagu
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
No Jenis Layanan
Satker BLUD Nilai Aset Pagu
2018 2019 PNBP APBD TOTAL
1 Kesehatan RSUD Dr Ade M Djoen
2 Kesehatan RSUD Pemangkat Sambas
3 Kesehatan RSUD Sambas 3962 4952 2062
4 Kesehatan RSUD Sanggau
5 Kesehatan RSUD Dr Agusdjam Ketapang
6 Kesehatan RSUD Singkawang
72
7 Kesehatan RSUD Sekadau 4112 5281 1203 3692 4895
8 Kesehatan RSUD Dr Soedarso 21480 26748 6114
9 Kesehatan RSUD Dr Achmad Diponegoro Kapuas Hulu
1499 1319
10 Kesehatan RSUD Bumi Sebalo Bengkayang 6076 8645 1500 3579 5079
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
RSUD Dr Soedarso yang berada di Pontianak merupakan BLU Daerah terbesar dengan total
asset 26748 Walaupun begitu pendapatan operasionalnya baru mencapai 25 persen dari pagu
keseluruhan Sisanya masih didanai dengan APBD RSUD Bumi Sebalo sedikit lebih besar
persentase komposisi pagu PNBP terhadap total pagu Pagu PNBPnya mencapai 30 persen dari
total pagu
45 SurpusDefisit APBD
Selisih antara pendapatan dan belanja akan menimbulkan surplus atau defisit sedangkan jika
pendapatan dan belanja sama maka mencapai anggaran yang berimbang Surplus APBD terjadi
bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah jika
sebaliknya maka defisit Dalam selisih ini dapat kita jelaskan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh
pemda dapat juga dijelaskan mengenai faktor pendorong terjadinya surplusdefisit tersebut Jika
APBD defisit maka pemda harus mencari alternatif untuk menutupi kekurangan tersebut
Sedangkan jika surplus maka pemerintah akan menerima kembali dana lebih tersebut Surplus
tersebut dapat dianggarkan untuk pembayaran pokok utang penyertaan modal daerah pemberian
pinjaman kepada pemerintah lain dan pembentukan dana cadangan (misal untuk Pilkada
infrastruktur dll)
a Rasio surplusdefisit terhadap aggregat pendapatan
Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan
APBD = 77135 2422952
2018 = 318
Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan
APBD = 53295 2563928
2019 = 2079
Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2018 tetapi Kalimantan Barat masih
mencatatkan rasio surplus untuk tahun 2019 sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi
APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik
b Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I)
73
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I) rasio ini untuk mengetahui
proporsi adanya surplusdefisit anggaran terhadap salah satu sumber pendapatan APBD
yaitu realisasi pencairan dana transfer Hal ini dapat menunjukkan ekses likuiditas Pemda
pada semester I akibat frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal
bagi Kementerian Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama
pada daerah yang sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses
likuiditas
Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = Surplus atau defisit Semester I dibagi
Total Realisasi Dana Transfer
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 435522 942997
2018 = 4618
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 452874 983139
2019 = 4606
Pada semester I baik tahun 2018 maupun 2019 rasio surplus terhadap realisasi dana transfer
sangat tinggi Hal ini mengindikasikan ekses likuiditas Pemda pada semester I akibat
frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian
Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama pada daerah yang
sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas
c Rasio surplusdefisit terhadap PDRB indikator ini menggambarkan kesehatan ekonomi
regional semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan
jasa yang cukup baik untuk membiaya hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah
Rasio surplusdefisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplusdefisit thd PDRB = Surplus atau defisit APBD dibagi PDRB
Rasio surplusdefisit thd PDRB = 77135 19403
2018 = 398
Rasio surplusdefisit thd PDRB = 53295 21232
2019 = 251
Rasio surplus di 2019 lebih kecil dari 2018 ini menunjukkan Kalimantan Barat semakin
mampu memproduksi barang dan jasa lebih baik
46 Pembiayaan
Pembiayaan Daerah adalah seluruh penerimaan yang harus dibayar kembali danatau
pengeluaran yang akan diterima kembali Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan
Rasio SILPA terhadap alokasi belanja di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
74
Rasio SILPA = Jumlah SILPA dibagi Total belanja APBD
Rasio SILPA = 21710 2345817
2018 = 52
Rasio SILPA = 46347 2510634
2019 = 184
Rasio SILPA merupakan rasio yang mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang tidak
digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran Pada tahun 2019
angka rasionya adalah 184 terjadi penurunan sebesar 334 dibandingkan tahun 2018 hal ini
mengindikasikan bahwa efektifitas belanja setahun terakhir cenderung meningkat daripada tahun
sebelumnya
47 Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah
471 Analisis Horizontal dan Vertikal
a Analisis Horizontal
Analisis horizontal merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam
satu laporan realisasi Pemda (KabupatenKota) satu dengan Pemda lain dalam satu
wilayah (Provinsi) Selain itu analisis ini merupakan analisis membandingkan perubahan
keuangan dalam satu post APBD yang sama pada satu lingkup Pemda Tujuan dari analisis
horizontal adalah untuk menyajikan informasi yang utuh terkait kinerja suatu pos antar
Pemda dan perkembangan suatu pos APBD dari waktu ke waktu
Grafik IV3 Realisasi PAD KabupatenKota Kalimantan Barat
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pendapatan Asli Daerah pada Kab Sambas mengalami lonjakan yang signifikan
yaitu sebesar 26952 persen apabila dibandingkan dengan tahun yang lalu Sebaliknya
Kab Sintang mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 2830 persen
SambasSingkawa
ngSintang Sekadau
11KabKota
TotalKalbar
TW IV 2018 4028 13087 24004 5464 344320 390903
TW IV 2019 14885 16630 17210 4535 351411 404671
010002000300040005000
mili
ar r
up
iah
75
b Analisis Vertikal
Analisis vertikal merupakan analisis yang membandingkan antara pos yang satu
dengan pos yang lain terhadap totalnya dalam satu komponen APBD yang sama Tujuan
dari analisis vertikal adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi suatu pos dalam
bentuk angka total sehingga membantu pengguna dalam mengukur seberapa besar
pengaruh pos tersebut bagi Pemda
Pada prinsipnya semakin besar kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah akan
menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat Dengan kontribusi yang
semakin meningkat diharapkan pemerintah daerah semakin mampu membiayai
keuangannya Gambaran kemandirian keuangan daerah ini dapat diketahui melalui
besarnya kemampuan sumber daya keuangan dalam membiayai pelayanan kepada
masyarakat daerah tertentu
1) Analisis Kontribusi PAD Kalimantan Barat terhadap total pendapatan
Analisis Kontribusi PAD dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah
pendapatan asli daerah dengan total penerimaan daerah Rasio ini menunjukan
kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah Semakin tinggi kontribusi PAD maka
semakin tinggi kemampuan pemeritah daerah dalam penyelenggaraan desentralisas
Kriteria Rasio Kontribusi PAD
bull Sangat Baik gt 50
bull Baik 25 ndash 50
bull Kurang Baik10 ndash 25
bull Tidak Baik lt 10
76
Grafik IV4 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah di Kalimantan Barat masih relatif
rendah PAD di Kalimantan Barat menyumbang antara 15 persen sd 16 persen dari
seluruh total pendapatan dalam dua tahun terakhir
Penyebab dari rendahnya PAD tersebut antara lain pertama pemerintah daerah
belum mampu mengidentifikasi potensi sumber pendapatannya Kedua sebagian besar
pemerintah daerah masih belum dapat mengoptimalkan penerimaan pajak daerah
retribusi daerah atau bahkan penerimaan dari hasil kekayaan daerah yang dipisahkan
sesuai UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Ketiga pemerintah daerah masih menganggap bahwa rendahnya pendapatan PAD
sebagai akibat dari ruang gerak daerah yang terbatas untuk mengoptimalkan
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diatur dalam UU No 28
Tahun 2009 Pemerintah daerah melihat banyak jenis dan objek pajak serta retribusi
yang masih dapat diterapkan tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang Ketiga
daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak yang besar masih diatur oleh
pusat yaitu Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak rokok Keempat
adalah kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan yang berasal
dari pajak daerah dan retribusi daerah yaitu menyempurnakan dan mengoptimalkan
penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada serta menerapkan
pajak daerah dan retribusi daerah yang baru
-
10000
20000
30000
Anggaran Realisasi
AnggaranRealisasi2018
2019
2018 2019Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PAD 3606 3909 3763 4047
PENDAPATAN 24433 24230 25435 25639
PENDAPATAN PAD
77
2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
Analisis belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan antara total
realisasi belanja modal dengan total belanja daerah Berdasar laporan ini akan diketahui
porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada
tahun anggaran bersangkutan Pengeluaran belanja modal akan memberi manfaat
dalam jangka menengah dan panjang Belanja modal akan mempengaruhi neraca
pemerintah daerah yaitu menambah jumlah asset daerah Pemerintah daerah dengan
tingkat pendapatan daerah yang rendah memiliki porsi jumlah belanja modal yang tinggi
dibandingkan pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi Hal ini disebabkan
pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan rendah berorientasi untuk melakukan
belanja modal sebagai bagian dari investasi modal jangka panjang sedangkan
pemerintahan yang berpendapatan tinggi biasanya telah memiliki asset modal yang
mencukupi
Grafik IV5 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pada umumnya proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah antara 5
persen-20 persen Kalimantan Barat dalam dua tahun terakhir memiliki rata-rata rasio
belanja modal terhadap total belanja sebesar 1995 persen Pada tahun 2019
Kalimantan Barat memfokuskan belanja modal pada investasi penyediaan Gedung
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
5E+12
1E+13
15E+13
2E+13
25E+13
3E+13
BELANJA DAERAHBELANJA MODAL
2499829
505628
2345817
470016
2604405
520212
2510634
498885
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
78
perkantoran sebesar 3474 persen infrastruktur jalan sebesar 2759 persen dan
pengadaan alat-alat berat darat sebesar 1207 persen
472 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah
Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah yang
dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang
penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu
Analisis kapasitas fiskal daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui pendapatan
daerah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja
tertentu
Berdasarkan PMK Nomor 126PMK072019 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah
daerah provinsi dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal
Berdasarkan PMK tersebut indeks Kapasitas Fiskal Daerah kabupaten kota
dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal Daerah sebagai berikut
79
Tabel IV7
Kapasitas Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Pemerintah Daerah Indeks Kapasitas Fiskal
Kategori KFD Indeks Kapasitas
Fiskal
Kategori KFD
2018 2019
Prov Kalbar 0518 Rendah 0453 Sedang
Kab Sambas 0877 Sedang 0793 Sedang
Kab Sanggau 0855 Sedang 0778 Sedang
Kab Sintang 1134 Sedang 0269 Sangat Rendah
Kab Mempawah 043 Sangat Rendah 0494 Sangat Rendah
Kab K Hulu 1421 Tinggi 0884 Sedang
Kab Ketapang 1381 Tinggi 1094 Tinggi
Kab Bengkayang 0738 Rendah 0442 Sangat Rendah
Kab Landak 1274 Tinggi 0676 Rendah
Kab Melawi 0776 Sedang 0536 Rendah
Kab Sekadau 0669 Rendah 0611 Rendah
Kab Kayong Utara 056 Sangat Rendah 0406 Sangat Rendah
Kab Kubu Raya 1055 Sedang 0742 Sedang
Kota Pontianak 1368 Tinggi 1538 Tinggi
Kota Singkawang 0618 Rendah 0522 Rendah
Sumber PMK Nomor 126PMK072019
Berdasar tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah yang mempunyai indeks kapasitas
tinggi adalah Kab Ketapang dan Kota Pontianak Sedangkan daerah dengan indeks
kapasitas sangat rendah adalah Kab Sintang Mempawah Bengkayang dan Kayong Utara
Prov Kalbar naik dari kategori rendah ke sedang Kab Sintang turun dua tingkat dari
kategori sedang ke sangat rendah Kab Kapuas Hulu turun dari kategori tinggi ke sedang
Kab Landak turun dua tingkat dari kategori tinggi ke rendah dan Kab Melawi turun dari
kategori sedang ke rendah
48 Perkembangan Belanja Wajib Daerah
Tujuan dari sub ini adalah melihat gambaran perkembangan mandatory spending dalam
pelaksanaan APBD di daerah Mandatory spending adalah alokasi belanja wajib yang diatur
undang-undang Tujuan mandatory spending adalah mengurangi masalah ketimpangan sosial dan
80
ekonomi daerah Mandatory spending dalam tata kelola keuangan pemerintah daerah meliputi
alokasi pendidikan alokasi kesehatan penggunaan dana transfer umum dan alokasi dana desa
APBD diklasifikasikan menjadi 35 urusan daerah yaitu Pendidikan Kesehatan Pekerjaan
Umum Lingkungan Hidup Kelautan dan Perikanan Kehutanan Kesatuan Bangsa dan Politik
Perencanaan Pembangunan Penataan Ruang ESDM Pemberdayaan Masyarakat Desa Sosial
KUKM Perdagangan Kebudayaan Kependudukan dan Catatan Sipil dan seterusnya
Tahun 2019 total belanja terjadi peningkatan 703 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu
dari Rp 2345816 miliar menjadi Rp 2510634 miliar Dari ke-35 urusan daerah tersebut yang
menjadi perhatian utama pemerintah daerah secara berturut-turut adalah pemerintahan umum
(3118 persen) pendidikan (2337 persen) perumahan dan fasilitas umum (2125 persen) dan
kesehatan (1339 persen)
Berdasarkan fungsi APBD Kalimantan Barat dapat digambarkan sebagai berikut
Tabel IV8
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Fungsi Tahun 2019
(Miliar Rp)
Uraian Fungsi Total persen
01 PELAYANAN UMUM 782834 3118
02 PERTAHANAN ) 000 -
03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 30131 120
04 EKONOMI 178475 711
05 LINGKUNGAN HIDUP 22823 091
06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 533546 2125
07 KESEHATAN 336074 1339
08 PARIWISATA 9952 040
09 AGAMA ) 000 -
10 PENDIDIKAN 586788 2337
11 PERLINDUNGAN SOSIAL 30012 120
Total Belanja Daerah 2510634 10000
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Komitmen pemerintah daerah dalam membangun kualitas atau kesejahteraan masyarakat
dapat terlihat melalui alokasi pengeluaran pemerintah daerah dari tiga jenis belanja yaitu belanja
pendidikan belanja kesehatan dan belanja infrastruktur
481 Belanja Daerah Sektor Pendidikan
Pembangunan pendidikan dicapai dengan meningkatkan pemerataan akses kualitas
relevansi dan daya saing Alokasi anggaran fungsi pendidikan mencerminkan upaya
pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan
sebagai salah satu upaya untuk memenuhi amanat konstitusi bahwa alokasi anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari belanja negara
81
Dari tabel 48 dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran pendidikan
Kalimantan Barat yang sebesar 2337 persen sudah memenuhi amanat UUD 1945 pasal 31
ayat (4) dan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat (1)
yang mewajibkan alokasi anggaran Pendidikan minimal 20 persen
482 Belanja Daerah Sektor Kesehatan
Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja
di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi (mandatory spending) Pasal tersebut
menyebutkan bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 5
persen (lima persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diluar gaji sementara
provinsi dan kabupatenkota mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 10
persen (sepuluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diluar gaji Tujuan
dari pembangunan bidang kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang terus
membaik Penggunaan anggaran di dibidang kesehatan diharapkan seoptimal mungkin
dapat termanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut
Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran kesehatan
pemerintah daerah minimal 10 persen dari APBD di luar gaji (UU No 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan) sudah terpenuhi di Kalimantan Barat
483 Belanja Infrastruktur Daerah
Dana Transfer Umum terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH)
yang penggunaannya bersifat umum Porsi DAU dan DBH yang besar dari total dana
Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) diharapkan mampu berperan besar dalam
upaya percepatan pembangunan infratuktur di daerah Dana Transfer Umum (DTU)
diarahkan penggunaannya sekurang-kurangnya 25 persen untuk belanja infrastruktur
daerah
DTU Kalimantan Barat terdiri dari DAU sebesar 1232649 miliar dan DBH 58493 miliar
Jumlah totalnya adalah 1291143 miliar Jika fungsi belanja perumahan dan fasilitas umum
sebesar 533546 maka angka ini senilai 4132 persen artinya jauh melebihi ketentuan yang
berlaku
Sungai Kapuas Kalimantan BaratMerupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang 1143 km Sungai Kapuas menjadi habitat bagi 700 jenis ikan air tawar 12 jenis diantaranya termasuk ikan langka serta 40 jenis ikan lainnya terancam punah
BAB V
PERRKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
ANGGARAN
KONSOLIDASIAAN
(APBN DAN APBD)
82
A LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang
disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian tingkat Kanwil Ditjen
Perbendaharaan Prov Kalbar adalah sebagai berikut
Tabel V1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Lingkup Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019 (Miliar rupiah)
Uraian 2019 2018
Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi
Pendapatan Negara 891057 442989 1334046 2282 1086157
Pendapatan Perpajakan
808438 286398 1094835 1298 969055
Pendapatan Bukan Pajak
82620 118273 200893 7200 116798
Hibah 000 38318 38318 1250467
304
Transfer 000 2031342 000 000 000
Belanja Negara 968528 2377236 3345764 425 3209324
Belanja Pemerintah 968528 2107845 3076373 464 2939933
Transfer 2031342 269391 269391 000 269391
Surplus(Defisit) -77471 -1934247 -2011718 -525 -2123167
Pembiayaan 000 31348 31348 -2967 44575
Penerimaan Pembiayaan Daerah
000 126432 126432 4765 85628
Pengeluaran Pembiayaan Daerah
000 95084 95084 13161 41054
Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran
-77471 -1902899 -1980371 -473 -2078592
Catatan Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pada tahun 2019 pendapatan konsolidasian pemerintah
daerah provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp 1334 triliun Angka
ini naik 2282 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2018 Belanja Konsolidasian sebesar Rp 3345 triliun Angka
83
ini naik 425 persen dari tahun 2018 Terjadi defisit pada LKPK tahun 2019 sebesar
Rp 198 triliun
B PENDAPATAN KONSOLIDASIAN
Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau
Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh
pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu
periode pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun
resiprokal (berelasi)
1 Analisa Proporsi dan Perbandingan
Grafik V1
Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pendapatan Perpajakan memberikan kontribusi yang paling besar pada
pendapatan konsolidasian yaitu 8094 persen atau Rp1014 triliun Hal ini
menunjukkan Pendapatan Perpajakan masih tulang punggung General Government
Revenue di Provinsi Kalimantan Barat 7170 persen dari total Penerimaan
Perpajakan berasal dari Pajak Pemerintah Pusat PPn dalam Negeri menjadi Pajak
Pemerintah Pusat paling tinggi yaitu Rp 306 triliun
Pemerintah Daerah memberikan sumbangan 2821 persen atau Rp 286
triliun pada Penerimaan Perpajakan Konsolidasi Pajak Kendaraan Bermotor
mendominasi Pajak Daerah dengan nilai Rp 191 triliun disusul oleh Pajak Hotel
sebesar Rp 62899 miliar Hal ini menunjukkan sektor Pariwisata memiliki potensi
yang cukup besar dalam menyumbang PAD dalam bidang perpajakan
Diharapakan Pemerintah Daerah dapat terus menggali Pajak di sektor Pariwisata
dengan mengembangkan prasarana pendukung seperti perhotelan tempat
pariwisata dan lain-lain
8094
1504
287 000
Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak
Hibah Transfer
84
2 Analisa Perubahan
Pendapatan Konsolidasian mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada
tahun 2019 Kenaikan sebesar Rp 247 triliun atau 2282 persen dibanding tahun
2018 didorong peningkatan pada Pendapatan Perpajakan Rp 125 triliun (1298
persen) Pendapatan Bukan Pajak Rp 84095 miliar (72 persen) dan Pendapatan
Hibah Rp 38014 miliar (12504 persen)
Grafik V2
Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan
Konsolidasian Provinsi Kalimantan Tahun 2018 dan 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pendapatan Bukan Pajak paling besar disumbang oleh Penjualan Aset Daerah
dan Deviden atas Penyertaan Modal pada BUMD pada Pendapatan Bukan Pajak
Daerah sebesar Rp 59048 miliar dan Rp19075 miliar Deviden atas Penyertaan
Modal pada BUMD merupakan daya Tarik tersendiri bagi Pemerintah Daerah pada
Prov Kalbar untuk semakain memanfaatkan BUMD khususnya Bank Kalbar
sebagai tempat investasi
3 Perhitungan Rasio Konsolidasi
1) Tax ratio
Salah satu rasio konsolidasi dapat dilakuaka dengan menggunakan Tax Ratio
dengan rumus sebagai berikut
Tax Ratio = Pendapatan Perpajakan Konsolidasian Tingkat Wilayah
PDRB Provinsi
Dari perhitungan dapat ditemukan
PendapatanKonsolidasi
PendapatanPerpajakan
PendapatanBukan Pajak
Hibah Transfer
2019 1253916 1014946 200651 38318 000
2018 1086157 969055 116798 304 000
000
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
85
Tabel V2
Tax Ratio Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019
IndikatorTahun 2018 2019
Penerimaaan Perpajakan Konsolidasian (Miliar Rp) 969055 1014946
PDRB (Miliar Rp) 19403285 21273700
Tax ratio 499 477 Sumber LKPK Kanwil DJPB dan BPS(diolah)
Tax Ratio pada Prov Kalbar mengalami penurunan sebesar 022 persen pada
tahun 2019 dari tahun sebelumnya Dibandingkan dengan tax ratio nasional yang
sebesar 107 persen maka rasio pajak di Kalimantan Barat masih sangat kecil Hal
ini menjadi dapat menjadi motivasi bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah untuk mencari sumber-sumber Penerimaan Perpajakan yang mungkin
belum tergali secara tuntas Pemerintah dapat melakukan sensus pajak khusus
untuk Prov Kalbar agar potensi-potensi pajak tidak hilang sehingga tax ratio Kalbar
dapat mendekati tax ratio nasional
2) Rasio Kemandirian
Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan
pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan pembangunan
dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai
sumber pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain misalnya bantuan
pemerintah pusat ataupun dari pinjaman Rasio Kemandirian dapat dihitung dengan
rumus
Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah
Bantuan Pemerintah Pusat
Dengan menggunakan Laporan konsolidasian diperoleh data Rasio Kemandirian
Prov Kalimantan Barat pada tahun 2018 dan tahun 2019 berada pada angka 1818
persen dan 2180 persen Angka ini menunjukkan bahwa secara Laporan
Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan memiliki
ketergantungan yang cukup tinggi terhadap dana transfer Peran Pemerintah Pusat
akan sangat besar pada pembangunan di Kalbar sehingga Pemerintah Daerah tidak
leluasa dalam menentukan program kerjanya
C BELANJA KONSOLIDASIAN
Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja
Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja Pemerintah
Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang
sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi)
86
1 Analisis Proporsi dan Perbandingan
Proporsi dan komposisi realisasi berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis
belanja) atau perbandingan antara realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal
terhadap total Belanja konsolidasian
Grafik V3
Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pad a Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pada tahun 2019 secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Barat total
belanja pemerintah daerah lebih besar dari total belanja pemerintah pusat
Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp 3345 triliun 2895
persen bersumber dari anggaran pemerintah pusat dan sisanya sebesar 7105
persen dari anggaran pemerintah daerah
Belanja Operasional mendominasi pada Belanja Pemerintah Pusat maupun
Daerah 7045 persen Belanja Konsolidasian digunakan untuk belanaja
Operasional yaitu Rp 1608 triliun pada belanja Pemerintah Daeah dan 772 triliun
pada belanja Pemerintah Pusat Belanja Pegawai menjadi pengeluaran terbesar
pada Belanaja Operasional Konsolidasian yaitu Rp 11 90 triliun atau 3521 persen
dari total Belanaja Konsolidasian
Belanja Modal hanya menyumbangkan 2055 persen terhadapa belanaj
Konsolidasian Belanaj Bahan Baku Jalan dan jembatan menjadi belanja modal
terbesar Pemerintah Pusat dengan nilai Rp 36413 miliar dan Belanja
Pengadaaan Gedung Bangunan Tempat Kerja menjadi Belanja Modal Pemerintah
Daerah terbesar dengan Rp 175 triliun
Proporsi Belanja Pegawai yang mendominasi Belanaja Konsolidasian
sebenarnya kurang baik Dengan besarnya Belanja Pegawai yang harus
dibayarkan maka Pemerintah akan tidak leluasa menggunakan instrument fiskal
sebagai alat kebijakan
Konsolidasi Pusat Daerah
Belanja Transfer 303881 - 303881
Belanja Modal 694711 195827 498885
Belanja Operasional 2381037 772702 1608335
000500000
1000000150000020000002500000300000035000004000000
87
2 Analisis Perubahan
Grafik V4
Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Grafik V5
Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Belanja Operasional cenderung semakin besar persentase terhadap Belanja
Konsolidasian Besarnya belanja Operasional yang didominasi oleh Belanja
pegawai akan memepersempit ruang fiskal suatu daerah Dengan rumus
Ruang Fiskal = (Pendapatan-Belanja Pegawai)
Pendapatan
Dengan rumus di atas ruang fiskal Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan
Konsolidasian adalah 1077 persen
Angka 1077 persen menunjukkan bahwa Pemerintah pada Provinsi
Kalimantan Barat memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam membiayai
pembangunan di daerah Ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat juga sangat
tinggi dimana TKDD yang diterima lebih besar dari PAD Melihat hal ini sebaiknya
pemerintah daerah dan pemerintah Pusat dapat merumuskan efektifitas TKDD
yang diterima sebaiknya digunakan untuk apa dan dapat menggali sumber-sumber
PAD yang baru
68
248
Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer
70
219
Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer
88
3 Analisis Rasio Belanja Konsolidasian
Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam belanja pemerintah rasio Belanja
perkapita (spending per citizen) Rasio ini merupakan perbandingan antara realisasi
Belanja dibagi jumlah penduduk Dari perhitungan dari tahun 2019 belanja per
kapita adalah Rp 623 jutaorang mengalami kenaikan dari Rp 593 pada tahun 2018
Kenaikan ini berarti tujuan dari Pemerintah untuk menyejaterahkan masyarakat
semakin mendekati sasaran
Naiknya spending per citizen ini sejalan dengan penurunan Gini Ratio dari
angka 0325 pada tahun 2018 menjadi 0318 tahun 2019 Penurunan Gini Ratio
berarti terdapat perbaikan atas tingkat kesenjangan pada Prov Kalbar Indikator
yang juga mempengaruhi kenaikan spending per citizen adalah jumlah tenaga kerja
yang meningkat sebesar 22134 orang dari tahun 2018 ke tahun 2019
D SURPLUSDEFISIT
SurplusDefisit Laporan Keuangan Pemer i n t ah Konsolidasian di Provinsi
Kalimantan Barat t ahun 2019 mencapai minus Rp2011 triliun Defisit tersebut
b e r a s a l dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 77471 miliar dan Pemerintah Daerah
sebesar Rp1934 triliun
1) Proporsikomposisi Realisasi SurplusDefisit Pempus dan Pemda terhadap
SurplusDefisit Konsolidasian
Defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel V3
Rasio SurplusDefisit Konsolidasian terhadap PDRB
pada Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
SurplusDefisit Persentase SurrplusDefisist
Konsolidasi -2091849 10000
Pusat -157601 753
Daerah -1934247 9247
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pemerintah Daerah menyumbangkan defisit 9247 persen dari total defisit Hal ini
terjadi karena realisasi TKDD tidak diperkirakan dalam penyusunan neraca
konsolidasian Dengan adanya dana transfer yang diberikan oleh Pemerintah pusat
sebesar Rp 2033 triliun maka Pemerintah Daerah akan mendapatkan surplus sebesar
Rp 099 triliun
2) Perbandingan Rasio SurplusDefisit terhadap PDRB
Rasio ini menghitung perbandingan nilai surplusdefisit dengan nilai PDRB
89
Dihitung dengan rumus
Rasio SurplusDefisit = Nilai SurplusDefisit Konsolidasian
Nilai PDRB
Dengan rumus di atas maka di dapatkan Rasio surplusdefisit terhadap PDRB
adalah -983 persen Defisit konsolidasian bernilai 983 persen dari total PDRB Kalbar
pada periode tahun 2019
E ANALISA KONTRIBUSI KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang
ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan
kabupatenkota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender) Nilai
PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran
yaitu Y = C + I + G + X-M) Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai
salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi
Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2018
Tabel V4
Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2019 (miliar Rp)
Pendapatan 1254157
a Pajak 1014946
b Kontribusi sosial 200893
c Hibah 38318
d Pendapatan lain -
Beban 2651053
a Belanja Operasional 2381037
c Belanja Transfer 303881
Keseimbangan operasi brutoneto -1396896
Transaksi Aset Non Keuangan Neto 694711
a Aset tetap 694711
b Persediaan -
c Barang berharga -
d Aset nonproduksi -
Net LendingBorrowing -2091607
Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban 31348
a Akuisisi Neto Aset Keuangan -
- Domestik 126432
- Luar Negeri -
b Keterjadian Kewajiban -
- Domestik 95084
- Luar Negeri -
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Belanja Pemerintah (G) adalah Rp 2651 triliun dan Investasi (I) yang dilakukan oleh
90
pemerintah pada tahun 2018 sebesar Rp 694 triliun Dengan demikian dapat dihitung
kontribusi belanja Pemerintah dan investasi Pemerintah terhadap PDRB Provinsi
Kalimantan Barat dengan PDRB sebesar Rp21273 triliun adalah sebagai berikut
1 Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB adalah 1246 persen
2 Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB adalah 326 persen
Belanja Pemerintah masih memiliki porsi yang cukup besar terhadap yaitu sebesar
1246 persen Hal ini menunjukkan belanja Pemerintah adalah salah satu motor
penggerak perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat dengan harapan belanja ini
mampu memberikan efek dalam jangka waktu yang cepat terhadap pertumbuhan
ekonomi Pemerintah diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan
belanja sebesar ini
Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output perekenomian dipengaruhi oleh
tabungan pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi Tabungan merupakan
instrumen yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal (penerimaan pajak dan belanja negara
mempengaruhi tabungan nasional) Secara tidak langsung kebijakan fiskal ikut mengambil
peran dalam pertumbuhan ekonomi Keputusan-keputusan pemerintah mengenai
kebijakan fiskal yang ditempuh suatu negara dapat mengubah ouput dalam
perekonomian baik bertambah maupun berkurang
Peningkatan belanja Pemerintah memiliki multiplier effect (efek penggandaan)
terhadap pendapatan (ouput perekonomian) suatu negaradaerah Alasannya
ialah pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi Kenaikan
belanja pemerintah menyebabkan meningkatnya pendapatan kemudian meningkatkan
konsumsi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan kemudian meningkatkan
konsumsi dan seterusnya
Belanja Pemerintah yang meningkat dari tahun ke tahun memberikan efek yang baik
untuk perekonomian Kalimantan Barat karena memegang porsi yang cukup besar
terhadap PDRB Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan untuk memperbesar alokasi
Investasi juga
Taman Nasional Gunung Palung Kayong Utara
Selain habitat bagi Orang Utan di Taman Nasional Gunung Palung juga merupakan habitat bagi Bekatan (yang merupakan hewan endemik Pulau Kalimantan)
BAB VI
KEUNGGULAN DAN
POTENSI EKONOMI
SERTA TANTANGAN
FISKAL REGIONAL
91
Untuk menjadi kawasan yang maju dan unggul maka pemerintah harus mendukung
melalui pembangunan daerah dengan penentuan prioritas kebijakan yang lebih terarah serta
berjalan efektif dan efisien mengingat keterbatasan sumber pendanaan serta tetap
memperhatikan keunggulan dan potensi ekonomi daerah Penentuan sektor unggulan daerah
merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk
meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi persaingan Pendekatan
yang digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan dalam kajian ini adalah metode Shift
Share Location Quotient (LQ) dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Perhitungan sekor unggulan menggunakan metode Shift Share dilakukan dengan
perbandingan perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat dengan perkembangan
ekonomi nasional dalam jangka waktu 6 (enam) tahun terakhir
Tabel VI1
Shift Share Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019 (miliar rupiah)
No Sektor Usaha Nij (1)
Mij (2)
Cij (3)
Dij (1+2+3)
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1222348 206718 -78895 1350171
2 Pertambangan dan Penggalian 67328 484293 -251869 299751
3 Industri Pengolahan 873561 405984 -247156 1032389
4 Pengadaan Listrik Gas 5215 8251 -9427 4039
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
6143 55924 -54196 7872
6 Konstruksi 1023591 -25056 -233531 765004
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
868146 244286 -203511 908922
8 Transportasi dan Pergudangan 505346 -74394 -161645 269306
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 113457 88963 -57802 144618
10 Informasi dan Komunikasi 303467 67220 -164199 206488
11 Jasa Keuangan 308895 -56760 -25036 227099
12 Real Estate 197897 6495 -13855 190537
13 Jasa Perusahaan 49701 -16356 -5113 28232
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
345188 319568 -270891 393865
92
15 Jasa Pendidikan 309927 -62460 29641 277108
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 118800 -11299 -14033 93468
17 Jasa Lainnya 121010 -42227 -14318 64466
Sumber BPS diolah
Dengan analisis Shift Share terdapat 2 (dua) sektor lapangan usaha dengan Shift Share
ge Rp 10 triliun Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan serta
Industri
Perhitungan sektor unggulan Provinsi Kalimantan Barat dilakukan dengan menggunakan
LQ time series dimana data yang digunakan adalah PDRB dan PDB 6 (enam) tahun terakhir
Tabel VI2
LQ Time Series Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019
No Sektor LQ 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-Rata
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 158 147 145 148 152 152 150
2 Pertambangan dan Penggalian 047 062 075 069 065 074 065
3 Industri Pengolahan 076 073 076 077 078 079 077
4 Pengadaan Listrik Gas 006 007 008 008 008 008 008
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
165 160 153 160 164 523 221
6 Konstruksi 121 124 115 119 114 110 117
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
105 108 106 104 104 105 105
8 Transportasi dan Pergudangan 095 085 084 081 085 081 085
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
074 078 078 078 081 082 079
10 Informasi dan Komunikasi 092 092 091 095 096 092 093
11 Jasa Keuangan 091 086 084 084 087 078 085
12 Real Estate 106 103 101 098 102 099 101
13 Jasa Perusahaan 028 028 026 024 023 022 025
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
160 166 174 182 183 187 175
15 Jasa Pendidikan 133 124 120 117 117 114 121
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 141 137 131 126 126 125 131
17 Jasa Lainnya 065 059 056 053 052 050 056 Sumber BPS diolah
Sektor yang memiliki potensi berdasarkan LQ akan memiliki nilai gt 1 Perhitungan LQ time
series dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 menunjukkan terdapat delapan sektor yang
potensial karena memiliki LQ lebih besar dari satu dan sembilan bidang tidak potensial dengan
LQ kurang dari satu
93
Metode terakhir yang digunakan adalah Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) Sama
dengan dua metode sebelumnya MRP menggunakan data PDRB dan PDB dari tahun 2014
sampai dengan 2019
Tabel VI3
Metode Rasio Pertumbuhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019
No Sektor Usaha MRP
RPr RPs
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 097 - 088 -
2 Pertambangan dan Penggalian 075 - 123 +
3 Industri Pengolahan 095 - 098 -
4 Pengadaan Listrik Gas 109 + 162 +
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang 093 - 209 +
6 Konstruksi 111 + 101 +
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 099 - 097 -
8 Transportasi dan Pergudangan 128 + 114 +
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 093 - 105 +
10 Informasi dan Komunikasi 115 + 122 +
11 Jasa Keuangan 112 + 091 -
12 Real Estate 101 + 089 -
13 Jasa Perusahaan 124 + 095 -
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 096 - 118 +
15 Jasa Pendidikan 104 + 079 -
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109 + 093 -
17 Jasa Lainnya 128 + 097 -
Sumber BPS diolah
MRP menghitung rasio pertumbuhan sektoral pada RPs RPS yang bernilai ge 1 akan
diberikan notasi + menunjukkan sektor tersebut pada Provinsi Kalimantan Barat memiliki
pertumbuhan yang menonjol Terdapat 8 (delapan) seKtor yang yang memiliki RPs ge 1
sehingga cukup banyak sektor yang memiliki pertumbuhan yang menonjol
61 SEKTOR UNGGULAN DAERAH
Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau
perkembangan bagi sektor-sektor lainnya baik sektor yang mensuplai inputnya maupun
sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo
94
2006) Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan baik itu
perbandingan berskala regional nasional maupun internasional Pada lingkup
internasional suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan
sektor yang sama dengan negara lain Sedangkan pada lingkup nasional suatu sektor
dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu
bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain baik di pasar nasional
ataupun domestik Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut
dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga
dapat menghasilkan ekspor (Suyanto 2000146) Sektor unggulan di suatu daerah
(wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan
Kriteria pertama penentuan sektor unggulan suatu daerah adalah hubungannya
dengan PDRB maka dillihat sektor mana yang sumbangan terhadap PDRB nya paling
besar
Tabel VI4
Kontribusi Sektor Tehadap PDRB pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019
Sektor Persentase Kontribusi Terhadap PDRB
2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata
Pertanian Kehutanan dan Perikanan 2156
2054
2021
2030
2025
2013
2050
Pertambangan dan Penggalian 479 490 561 540 548 557 529
Industri Pengolahan 1648
1578
1612
1621
1609
1627
1616
Pengadaan Listrik Gas 006 008 009 010 011 010 009
Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
013 012 011 012 012 037 016
Konstruksi 1221
1310
1244
1280
1253
1229
1256
Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1451
1481
1447
1413
1409
1426
1438
Transportasi dan Pergudangan 430 440 452 457 479 470 455
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
231 238 237 231 236 239 235
Informasi dan Komunikasi 330 336 343 373 377 379 356
Jasa Keuangan 363 356 364 369 378 344 362
Real Estate 304 301 296 288 290 285 294
Jasa Perusahaan 045 047 046 044 044 044 045
Administrasi Pemerintahan Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
629 667 694 694 698 704 681
95
Jasa Pendidikan 442 430 420 401 394 392 413
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 149 151 145 140 140 143 145
Jasa Lainnya 103 101 099 098 098 101 100
Sumber BPS diolah
Dengan menggunakan (3) tiga alat analisis yang disebut di atas maka didapatkan
perhitungan sebagai berikut
Tabel VI5
Perhitungan Shift Share LQ dan MRP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019
No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)
LQ Time Series MRP (RPs)
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088
2 Pertambangan dan Penggalian 299751 065 123
3 Industri Pengolahan 1032389 077 098
4 Pengadaan Listrik Gas 4039 008 162
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
7872 221 209
6 Konstruksi 765004 117 101
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
908922 105 097
8 Transportasi dan Pergudangan 269306 085 114
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 144618 079 105
10 Informasi dan Komunikasi 206488 093 122
11 Jasa Keuangan 227099 085 091
12 Real Estate 190537 101 089
13 Jasa Perusahaan 28232 025 095
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
393865 175 118
15 Jasa Pendidikan 277108 121 079
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 93468 131 093
17 Jasa Lainnya 64466 056 097
Sumber BPS diolah
Berdasarkan Tabel VI4 diperoleh sektor unggulan pada Provinsi Kalimantan Barat
adalah sektor-sektor yang memiliki kontribusi rata-rata terhadap PDRB total di atas 10
persen Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan Industri
Pengolahan Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Dengan menggunakan analisis Shift Share LQ dan
MRP maka diperoleh tabel sebagai berikut
96
Tabel VI6
Sektor Unggulan Provinsi Kalimantan Barat tahun
No Sektor Usaha Shift Share (miliar
Rp)
LQ Time Series
MRP (RPs)
Rata-rata
PDRB
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088 2050
3 Industri Pengolahan 1032389 077 098 1616
6 Konstruksi 765004 117 101 1256
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
908922 105 097 1438
Sumber BPS diolah
Berdasarkan Shift Share semua sektor memenuhi syarat sebagai sektor unggulan
karena memiliki nilai Shift Share yang si atas Rp 7 triliun Berdasarkan metode LQ sektor
Industri Pengolahan tidak memenuhi syarat karena LQ lt 1 Perhitungan MRP menunjukkan
hanya sektor Konstruksi yang memenuhi syarat MRP Rps gt 1 Sektor Industri pengolahan
tidak memenuhi 2 kriteria yaitu LQ dan MRP sehingga dikeluarkan dari sektor unggulan
1a Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan
Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih
luas dari seluruh pulau Jawa Luasya wilayah ini banyak digunakan untuk pertanian dan
perkebunan PDRB sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205
persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-
2019 Data ini menunjukkan kekuatan dari sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan
sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat
Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan Karet menjadi 2 (dua) penyumbang
terbesar pada Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan Berdasarkan data dari BPS
perkebunan Kelapa Sawit menggunakan lahan seluas 145 juta hektare dengan hasil
produksi 973442 ton pada tahun 2018 Perkebunan Karet menggunakan lahan seluas
600956 hektare dengan produksi 268160 ton pada tahun 2017
Nilai jual hasil produksi kelapa sawit pada tahun 2018 apabila diperhitungkan
dengan harga rata-rata pada tahun berkenaan akan benilai sekitar Rp 146 triliun
sementara nilai karet sekitar Rp 21 triliun Dengan total Rp 356 triliun perkebunan
Kelapa Sawit dan Karet tentu saja masih jadi primadona
97
Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK733Menhut-II2014 tanggal 2
September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Barat
membagi hutan Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan fungsi sebagai berikut
1) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) seluas plusmn
1621046 hektar
2) Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas plusmn 2310874 hektar
3) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas plusmn 2132398 hektar
4) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas plusmn 2127365 hektar
5) Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) seluas 197918 hektar
Terdapat sekitar 45 juta hektare hutan produksi yang masih produktif pada Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini merupakan potensi yang sangat besar untuk menghasilkan
produk-produk hasil hutan yang memiliki nilai jual
Sub sektor Perikanan terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu Perikanan Budi Daya dan
Perikanan Tangkap Pada tahun 2018 Perikanan Budidaya digeluti oleh 52288 rumah
tangga sementara Perikanan Tangkap oleh 21233 rumah tangga Nilai ekspor
perikanan cenderung naik dari tahun ke tahun terakhir pada tahun 2018 tercatat ekspor
perikanan Kalbar sebesar 632 ton dengan nilai Rp 255 miliar
Dari bahasan di atas dapat dilihat bahwa Perkebunan Sawit dan Perkebunan Karet
merupakan sub sektor andalan pada sektor Sektor Pertanian Kehutanan dan
PerikananDengan demikian sangat diperlukan usaha pemerintah untuk ikut menjaga
stabilitas harga khususnya di tingkat petani Pemerintah Provinsi Kalbar menerbitkan
Peraturan Gubernur Nomor 63 Tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan penetapan
indeks dan harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit produksi pekebun Kalbar
Para pekebun kelapa sawit di seluruh Kalbar harus bermitra dengan perusahan kelapa
sawit para mitra tersebut harus membeli sesuai dengan harga yang telah ditetapkan
Pabrik kelapa Sawit tidak boleh membeli tandan kelapa sawit dengan para pekebun
yang bukan mitra
Keberadaan BUMDes diharapkan dapat menampung hasil getah karet petani dan
sekaligus memfasilitasi penjualan karet langsung ke pabrik karet sehingga jalur
perdagangan terpangkas karena tidak melalui pengepulapabila dilaksanakan secara
serempak maka dampaknya diharapkan dapat meningkatkan stabilitas harga getah
98
karet Penggunaan Dana Desa untuk pemberdayaan BUMDes harus didorong serta
kemudahan permodalan melalui KUR
1b Sektor Konstruksi
Mardiasmo (2002) mengatakan peningkatan Pemda dalam investasi modal (belanja
modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya
mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan
yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Terpilihnya sektor Konstruksi sebagai
sektor potensial sejalan dengan menggeliatnya pembangunan infrastruktur pada
Provinsi Kalimantan Barat sesuai dengan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo
pada tahun 2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur Hal ini terlihat pada peningkatan
PDRB sektor Konstruksi 6177 persen dari tahun 2014 hingga tahun 2019
Pada tahun 2019 Pemerintah menyediakan Pagu Rp 499 triliun untuk belanja
infrastruktur yang berasal dari
Belanja Pemerintah Pusat sebesar
Rp 238 triliun dan DAK Fisik sebesar
Rp 261 triliun Pagu ini meningkat
drastis dari Rp 132 triliun pada tahun
2014 atau mengalami kenaikan
sebesar 278 persen
Output dari sektor Konstruksi
pada Provinsi Kalimantan Barat
dapat dilihat dari pembangunan
Jalan Paralel Perbatasan Dari 1920
km jalan parallel perbatasan yang
akan dibangun di pulau Klimantan
82797 km berada pada wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Kondisi
jalan sampai akhir tahun 2019 sudah
teraspal sepanjang 31705 km (38)
lapisan agregat sepanjang 25329 km (31) dan masih berupa perkerasan tanah
25763 km (31) Jalan paralel perbatasan memiliki lebar minimal 7 meter dan ruang
milik jalan (Rumija) minimal 25 meter
1c Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Gambar VI1 Jalan Paralel Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat
Sumber Kompascom
99
PDRB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor menyumbang rata-rata 1438 persen pada PDRB total Prov Kalbar periode tahun
2014-2019 Sektor ini juga menyerap 510454 tenaga kerja atau 2069 persen dari total
tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Barat
Tabel VI7
Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016-2019
No Lapangan Usaha 2019 2018 2017 2016
1 Pertanian Perkebunan Kehutanan Perburuan dan Perikanan
1223113 1303474 1293884 1138334
2 Pertambangan dan Penggalian 52114 59458 54254 53514
3 Industri 134660 171828 135022 110668
4 Listrik Gas dan Air 6819 4618 7315 8891
5 Konstruksi 119949 130021 127502 146694
6 Perdagangan 510454 407126 354975 418258
7 Transportasi Pergudangan dan Komunikasi 66675 74663 67714 61910
8 Lembaga Keuangan Real Estate Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan
32687 19738 18290 27624
9 Jasa Kemasyarakatan Sosial dan Perorangan 320556 283363 340417 339232
Jumlah 2467027 2454289 2399373 2305125
Sumber BPS diolah
Serapan tenaga kerja yang cukup besar menjadikan sektor ini menjadi penyerap
tenaga kerja terbesar kedua setelah sektor Pertanian Perkebunan Kehutanan
Perburuan dan Perikanan
Nilai MRP dari sektor ini adalah 097 Nilai tersebut menunjukkan bahwa
pertumbuhan dari sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor tidak menonjol Hal ini tergambar dari kontribusi PDRB sektor terhadap
PDRB total selama 6 (enam) tahun yang berkutat di angka 14 persen Ke depannya
sektor ini diperkirakan akan tetap menajdi sektor unggulan tapi dengan pertumbuhan
yang stagnan atau cenderung menurun
62 SEKTOR POTENSIAL DAERAH
Tantangan pembangunan ekonomi daerah ke depan adalah mengupayakan
pengelolaan jalannya pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan efisien dengan
100
memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah termasuk sumber daya alam dan
sumber daya manusianya serta mengoptimalkan seluruh sumber-sumber dana untuk
membiayai pembangunan ekonomi daerahnya Untuk mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki daerah terlebih dahulu harus dikenali potensi ekonomi yang dimiliki
LQ dan MRP merupakan metode pengembangan dari Shift Share Pada LQ sektor
potensial adalah sektor yang memiliki nilai LQ gt 1 sementara pada MRP sektor yang
memiliki nilai gt 1 merupakan sektor yang menonjol Berdasarkan Tabel VI5 sektor
potensial pada Provinsi Kalimantan Barat didasarkan pada kedua kriteria tersebut
Terdapat 3 (tiga) sektor potensial berdasarkan kriteria di atas namun sektor Pengadaan
Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang dengan nilai Shift Share hanya Rp
7872 miliar tidak dapat dianggap sebagai sektor potensial karena nilai rupiah potensinya
tidak signifikan
Tabel VI5
Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat
No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)
LQ Time Series
MRP (RPs)
1 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
393865 175 118
2 Konstruksi 765004 117 101
Sumber BPS diolah
2a Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib menjadi
sektor potensial dapat dimengerti dengan besarnya jumlah Belanja Pemerintah
dibanding dengan PDRB Pada tahun 2019 Belanja Pemerintah bernilai 1412 persen
dari PDRB
Sektor ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan yang umumnya
dilakukan oleh administrasi pemerintahan seperti perundang-undangan dan
penerjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan administrasi program
berdasarkan peraturan perundangan-undangan kegiatan legislatif perpajakan
pertahanan negara keamanan dan keselamatan negara pelayanan imigrasi
hubungan luar negeri dan administrasi program pemerintah Sektor ini juga mencakup
kegiatan jaminan sosial wajib
Pada tahun 2019 sektor ini menyumbang Rp 1497 triliun atau 7 persen sebagai
penyumbang langsung terhadap PDRB Ini berarti dari total Rp 30 triliun belanja
101
pemerintah dan TKDD yang disalurkan pada Prov Kalbar sekitar 499 persen
diperuntukkan ke sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Sektor ini dapat dikembangkan dengan memperbesar belanja Pemerintah pada
Provinsi Kalimantan Barat atau memperbesar porsi sektor ini dari belanja Pemerintah
yang sudah ada Namun dengan memperbesar belanja Pemerintah ada kekhawatiran
nantinya Provinsi Kalbar akan tergantung dan tidak dapat mencari alternatif lain
sebagai sumber pertumbuhan ekonomi
2b Sektor Konstruksi
Soepangat (199152) menyatakan bahwa peningkatan belanja modal yang
menyebabkan peningkatan penyediaan layanan barang dan jasa publik kepada
masyarakat akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sektor Konstruksi menjadi
satu-satunya sektor yang masuk dalam kategori unggulan dan potensial pada Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini menjadi menarik karena terpilihnya sektor Konstruksi pada
kedua kategori menandakan bahwa sektor ini kalau dalam product life cycle masih
dalam tahap growth (pertumbuhan) Sektor yang sedang berada pada tahap growth
merupakan sektor yang paling menarik karena sektor ini sudah mapan namun masih
dapat dikembangkan
Penetapan calon ibukota baru dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di
Provinsi Kalimantan Timur sedikit banyak mempengaruhi sektor konstruksi pada pulau
Kalimantan Dengan lokasi ibukota negara di pulau Kalimantan maka akan diperlukan
interkoneksi antar semua provinsi di Kalimantan untuk mendukung ibukota baru
Provinsi Kalimantan Barat sudah mulai mendapatkan proyek-proyek besar mulai
tahun 2018 Salah satunya adalah pembangunan pelabuhan Kijing yang akan diajdikan
gerbang utama ekspor dan impor dari Pulau Kalimantan Pelabuhan Kijing dibangun
dengan investasi Rp 14 triliun dan terkoneksi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
yang juga sedang dalam proses pembangunan Pembangunan kedua fasilitas ini
diharapkan akan mempercepat pertumbuhan perekonomian Provinsi Kalimantan
Barat
Pulau Kalimantan dapat dipastikan akan mengalami make over yang besar
Proses make over ini tentu menjadi peluang yang sangat besar bagi sektor Konstruksi
102
untuk berkembang dan dengan sendirinya akan memberi sumbangan yang besar
kepada PDRB
63 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH
Menurut Adam Smith bahwa dalam perekonomian segala sesuatunya akan berjalan
sendiri-sendiri menyesuaikan diri menuju kepada keseimbangan menurut mekanisme
pasar Tarik-menarik kekuatan dalam sistem perekonomian itu seperti dikendalikan oleh
ldquothe invisible handrdquo sehingga dengan demikian tidak memerlukan begitu banyak campur
tangan pemerintah
Dalam masa sekarang ini banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat semakin
majunya teknologi dan banyaknya penemu-penemu baru serta semakin terbukanya
perekonomian antar negara menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling terkait
dan berbenturan Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan dalam
mengatur jalannya sistem perekonomian karena tidak sepenuhnya semua bidang
perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta Dengan demikian dalam sistem
perekonomian modern peranan pemerintah dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu
1) Peranan Alokasi
Peranan alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal penyediaan
barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang umum atau
disebut juga barang publik Karena dalam sistem perekonomian suatu negara tidak
semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem pasar
Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang disebut barang
publik tadi
2) Peranan Distribusi
Peranan distribusi ini merupaka peranan pemerintah sebagai distribusi pendapatan dan
kekayaan Tidak mudah bagi pemerintah dalam menjalankan peranan ini karena
distribusi ini berkaitan erat dengan dengan masalah keadilan Kegiatan dalam
mengadakan redistribusi pendapatan atau mentransfer penghasilan ini memberikan
koreksi terhadap distribusi penghasilan yang ada dalam masyarakat
3) Peranan Stabilisasi
Kegiatan menstabilisasikan perekonomian yaitu dengan menggabungkan kebijakan-
kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan lain seperti kebijakan fiskal dan
perdagangan untuk meningkatkan atau mengurangi besarnya permintaan agregat
103
sehingga dapat mempertahankan full employment dan menghindari inflasi maupun
deflasi Peranan stabilisasi pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalam
menstabilkan perekonomian seperti terjadi deflasi inflasi penurunan
permintaanpenawaran suatu barang yang nantinya masalah-masalah tersebut akan
mengangkibatkan timbulnya masalah yang lain secara berturut-turut seperti
pengangguran stagflasi dan lain-lain
12 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat memegang tugas dalam ketiga peranan di atas Untuk sektor
unggulan tugas pemerintah adalah bagaimana mempertahankan keunggulan
sektor tersebut agar tetap sustain (berkelanjutan) dan untuk sektor potensial adalah
bagaimana untuk mematangkan sektor tersebut sehingga dapat menjadi sektor
unggulan
Pada sektor unggulan apabila melihat nilai MRP terdapat 3 (tiga) sektor yang
memiliki nilai lt 1 yaitu sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sektor Industri
Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor Ketiga sektor ini perlu perhatian yang lebih besar dari Pemerintah
Pusat
Langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemerintah Pusat untuk
mempertahankan keunggulan sektor-sektor ini adalah dengan mengalokasikan Rp
23063 miliar untuk Kementerian Pertanian di Kalbar dengan Rp 8529 miliar untuk
infrastruktur pendukung membangun pelabuhan Kijing untuk mempermudah
ekspor impor dan membuat aturan untuk membangun smelter alumunia di daerah
penghasil Selama ini bauksit dari Kalbar langsung diangkut ke tempat lain sehingga
dengan adanya smelter maka aka nada nilai tambah yang diterima oleh Kalbar
Tantangan bagi Pemerintah Pusat untuk mendukung sektor-sektor unggulan ini
agar tetap sustain adalah dengan menjaga harga produk unggulan dari sektor
pertanian kehutanan dan perikanan tetap stabil dan dapat menembus pasar
ekspor Untuk industri pengolahan adalah menjaga kondisi politik dan sosial
ekonomi tetap stabil sehingga iklim investasi terjaga
Untuk sektor Konstruksi Pemerintah Pusat pada tahun 2019 manggelontorkan
dana sebesar Rp 499 triliun untuk infrastuktur Pemerintah Pusat sepertinya akan
terus menambah investasi pada infrastruktur namun porsi dari APBN akan
dikurangi karena lebih difokuskan pada pengembangan kapasitas SDM Untuk
104
menutupi kekurangan akan dilaksnakan kerjasama dengan investor dari dalam
maupun luar negeri untuk mebangun infrastruktur di Kalimantan Barat
Tantangan pada sector konstruksi lebih kepada menjaga iklim investasi yang
mendukung Dengan prospek besar infrastruktur di Kalimantan Barat apabila iklim
investasi mendukung maka dengan para investor akan datang dengan sendirinya
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
masuk ke dalam sektor potensial merupakan buah simalakama Sektor ini
diharapkan akan berkembang namun secara teori Pemerintah akan berusaha
menurunkan anggaran pada sektor ini secara perlahan Penurunan ini dilakukan
karena sektor ini bukan sektor produktif yang dapat menggenjot perekonomian
dengan signifikan
13 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah merupakan lsquotuan rumahrdquo investor dari sektor-sektor yang
dibahas di atas Sebagai tuan rumah sudah selayaknya Pemda-Pemda di Kalbar
menggelar karpet merah bagi yang ingin berinvestasi pada sektor-sektor tersebut
Karpet merah dalam hal ini dapat berupa kemudahan mengurus perizinan
bagi perusahaan yang akan masuk baik di sektor-sektor unggulan maupun sektor-
sektor potensial Sampai saat ini Prov Kalbar masih menjadi primadona bagi
perusahaan yang akan membuka Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai daerah
dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit terluas ketiga setelah Riau dan
Sumatera Utara potensi lahan di Kalbar dapat melebihi luas pada kedua Provinsi
tersebut
Untuk sektor pertanian kehutanan dan perikanan tantangan Pemerintah
Daerah adalah bagaimana menyediakan pendanaan bagi petani kecil atau
kelompok-kelompok petani agar tidak lsquomatirdquo tertekan oleh perkebunan dengan
modal yang besar Sebagaian besar lahan perkebunan adalah milik perusahaan
pemerintah daerah harus dapat membuat kebijakan yang mengharuskan
perusahaan besar membantu petani kecil dalam mengolah kebunnya Peraturan
tentang hal tersebut memang sudah ada dalam Perkebunan Inti Rakyat namun
dalam eksekusinya tanpa diawasi dengan ketat oleh Pemerintah hal tersebut tidak
berjalan dengan baik
Sektor konstruksi tidak lepas dari belanja modala pada pemerintah Dengan
belanja modal yang hanya 1987 persen dari total belanja seluruh Pemda di Kalbar
maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah tidak memiliki pushing power
105
untuk menggenjot sektor konstruksi Pemerintah Daerah dapat menjalankan
perannya dengan menjaga situasi yang kondusif agar investasi masuk dan
melakukan kerjasama untuk melaksanakan kegiatan infrastruktur baik dengan
pihak badan usaha (KPBU) ataupun pemerintah asing (G to G)
Kerjasama Pemda dengan badan usaha (swasta) sudah dimulai oleh
Pemerintah Kota Singkawang dalam pembangunan Bandara Singkawang
Kebutuhan dana pembangunan sekitar Rp43 triliun dihasilkan dengan skema
kerjasama dengan swasta Hal ini dapat ditiru oleh Pemda yang lain dalam
menggenjot pembangunan di daerahnya
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
masih menjadi sektor yang menyedot anggaran terbesar Pemda di Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini terlihat dari proporsi Belanja Pegawai terhadap Total
Belanja Pemda-Pemda di Prov Kalbar yang rata-rata di atas angka 50 persen
Tantangan bagi Pemerintah daerah adalah bagaimana menurunkan persentase
tersebut
Persentase sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib dapat dikurangi dengan langkah mengurangi anggaran pada pos-pos
yang dianggap mubazir atau tidak efisien serta meningkatkan PAD melalui
sumber-sumber pendapatan lain Pengurangan anggaran pada sektor-sektor yang
tidak efisien sudah pernah dilakukan oleh Pemprov Kalbar pada tahun 2018
dengan memotong biaya perjalanan dinas sebesar Rp 200 miliar
14 Sinkronisasi Kebijakan Pusat ndash Daerah
Dalam mempertahankan sektor unggulan dan memacu sektor potensial
Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah memiliki kebijakan masing-masing yang
dituangkan dalam APBN maupun APBD Pada sektor potensial yaitu sektor
Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dan Sektor
Konstruksi diperoleh data realisasi belanja pada tahun 2019 sebagai berikut
Tabel VI5
Belanja Pada Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat
(miliar Rp)
Sektor Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
Layanan Umum 87675 782834
Infrastruktur 446283 498884
Data LRA Pemda dan MEBE
106
Belanja Pemerintah Pusat pada kedua sektor di atas terlihat saling
melengkapi Belanja Pemerintah Pusat pada sector Administrasi Pemerintahan
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib terlihat kecil karena jumlah pegawai
Pemerintah Pusat memang lebih sedikit dibanding gabungan jumlah pegawai
Pemerintah Daerah seluruh Kalimantan Barat sehingga belanja yang digunakan
jauh lebih sedikit dibandingkan belanja yang sama pada Pemerintah Daerah
Untuk belanja sektor Konstruksi jelas terlihat bagaimana Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah memiliki peran yang hampir seimbang dalam bentuk
uang Pemerintah Pusat fokus pada Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan
jalan nasional dengan realisasi sebesar Rp 1 triliun sementara Pemerintah
Daerah juga fokus pada belanja pengadaan jalan dengan realisasi Rp 139 triliun
Hal ini sesuai dengan salah satu permasalahan pada RPJMD Provinsi Kalimantan
Barat tahun 2019 yang berbunyi ldquoRentang kendali pemerintahan yang panjang
disebabkan belum optimalnya konektivitas dan aksesibilitas antar daerah di
wilayah Kalimantan Barat serta kuantitas dan kualitas infrastruktur wilayah yang
belum memadairdquo
Sinergi juga terlihat pada pembangunan beberapa fasilitas umum salah
satunya adalah pembangunan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Kota Singkawang
Dalam pendirian SPN ini Pemerintah Daerah menyediakan lahan sementara
Pemerintah Pusat menyediakan dana untuk pembangunan
Pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mempermudah
pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan yang murah Dalam prakteknya
KUR memiliki fokus kepada sektor produktif seperti sektor Pertanian Kehutanan
dan Perikanan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada Provinsi
Kalimantan Barat sebesar Rp 179 triliun pada 41778 UMKM
Dalam KUR Pemerintah Pusat berperan sebagai regulator dan pihak yang
memberikan subsidi bunga Dengan subsidi bunga maka pelaku UMKM hanya
membayar bunga 7 persentahun Pemerintah Daerah memiliki peran sebagai
penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima KUR Dengan sinergi ini
diharapkan semakin banyak muncuk UMKM penerima KUR yang berkembang
sehingga perekonomian Kalimantan Barat juga akan semakin meningkat
BAB VII
ANALISIS TEMATIK
Masjid Jamirsquo PontianakMasjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Masjid Jamirsquo merupakan masjid tertua di Kota Pontianak dan menjadi pertanda berdiirnya Kota Pontianak pada 1771 Masehi
107
I PENDAHULUAN
Stunting (anak kerdil) merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekuranga
gizi kronis dan infeksi berulang terutama dalam seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK)
sehingga anak lebih pendek untuk usianya (Kemenkes) Balita pendek (stunted) dan sangat
pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PBU) atau tinggi badan
(TBU) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre
Growth Reference Study) 2006 Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SDstandar deviasi
(stunted) dan kurang dari ndash 3SD (severely stunted) Dampak stunting antara lain dampak
prevalensi kesehatan dan ekonomi
Stunting di Provinsi Kalbar masih terbilang tinggi dan berada pada urutan ke-27 se-
nasional Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka
rata-rata 333 persen atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita stunting Dari 14
kabupatenkota se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka stunting
paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Ketapang dengan angka 427 persen
disusul Landak sebesar 420 persen dan Melawi 408 persen Diatas angka stunting nasional
308 persen Sementara itu untuk nasional pada tahun 2019 terjadi penurunan menjadi 2767
persen (berdasarkan Survei Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI)
Revalensi stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) berada di bawah
angka 20 dan pada Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash
2019 adalah 28
Tabel VII1
Tabel Pada Baduta Kabkota Provinsi kalimantan barat Tahun 2013 dan Tahun 2018
Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)
108
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan tabel sebesar 531 persen
selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi juga penurunan pada 10
(sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada Kabupaten Kubu Raya
yang berhasil menekan angka stunting hingga 1477 persen selama lima tahun terakhir hal
ini juga bias menggambarkan keberhasilan program pembangunan dan bidang perekonomian
di Kabupaten Kubu Raya
Namun stunting masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada
kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten
dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Melawi yaitu 1298 persen
Terkait dengan kesehatan anak tidak hanya stunting (pendek) namun juga permasalahan
yang meliputi underweight (gizi kurang) dan wasting (kurus) Gizi buruk dan gizi kurang di
Provinsi Kalbar juga tinggi kasusnya dan berada pada urutan ke-28 se-nasional Berdasarkan
data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka rata-rata 2383 persen
atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita permasalahan gizi Dari 14 kabupatenkota
se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka gizi buruk dan gizi kurang
paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Landak dengan angka 3147 persen
disusul Sambas sebesar 3124 persen dan Kayong Utara 2951 persen Jauh diatas angka
nasional 177 persen dan selama kurun waktu tahun 2013 sampai 2018 telah menurun 19
persen
Gizi buruk menyebabkan 109 Juta kematian anak balita didunia setiap tahun Menurut
MDGs 2015 masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang
antara 200-290 dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ge30 (WHO2010) dan pada
Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash 2019 adalah 17
Tabel VII2
Gizi buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Kabkota Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2013 dan Tahun 2018
Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan status gizi buruk dan gizi
kurang sebesar 267 persen selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi
penurunan pada 10 (sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada
109
Kabupaten Sintang yang berhasil menurunkan status gizi buruk dan gizi kurang hingga 2054
persen selama lima tahun terakhir
Namun satus gizi masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada
kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten
dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Landak yaitu 1497 persen
II Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting
Percepatan pencegahan stunting merupakan pendekatan program pertama yang dilakukan
dengan menyeluruh dan terintegrasi yang dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir yang
ditunjukkan oleh tingginya komitmen Presiden bersama Menteri dan Pimpinan Lembaga
hingga ke tingkat Gubernur BupatiWalikota dan Kepala DesaLurah
Dalam rangka memastikan konvergensi berbagai programkegiatan percepatan penurunan
stunting dilakukan maka acuan yang digunakan adalah dokumen Strategi Nasional
Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) yang diikuti oleh berbagai pedoman
operasional Di dalam Stranas Stunting juga diatur pendekatan multi sektor yang
melaksanakan percepatan penurunan stunting yang melibatkan sektor antara lain sektor
kesehatan pertanian pendidikan air minum dan sanitasi dan perlindungan sosial Untuk
mengimplementasikannya telah disusun berbagai pedoman operasional
Penanganan masalah stunting menjadi salah satu prioritas dalam rencana kerja
Pemerintah Provinsi Kalbar Caranya yakni dengan memperkuat sinergi antarsektor terkait
serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan sektor swasta
Revitalisasi posyandu dan revitalisasi desa siaga serta pembentukan pusat penanganan gizi
buruk di tiap kabupatenkota merupakan upaya konkret yang diharapkan dapat menurunkan
prevalensi stunting di Kalbar Peningkatan cakupan air bersih dan sanitasi lingkungan
merupakan intervensi sensitif yang sangat berpengaruh dalam menurunkan prevalensi
stunting
III Penanganan Stunting Oleh Pemerintah
III1 Belanja KL Dalam APBN
Dalam kaitannya dengan percepatan pencegahan stunting melalui belanja
KementerianLembaga (KL) telah dilakukan berbagai langkah dan kebijakan agar
pengelolaan program tersebut terarah dan terukur Pada proses perencanaan khususnya
terkait dengan identifikasi output yang terkait dengan stunting telah disusun pedoman
penandaan pemantauan dan evaluasi percepatan pencegahan stunting sebagai dasar bagi
KL dalam mengidentifikasi output yang berkontribusi kepada percepatan penurunan stunting
Selanjutnya dilakukan forum koordinasi yang melibatkan Direktorat Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan (DJA Kemenkeu) Kementerian Perencanaan Pembangunan
NasionalBadan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPNBappenas) dan
KL terkait secara berkala untuk mengkaji hasil penandaan tersebut sekaligus melakukan
penajaman hasil identifikasi pada level di bawah output atau dengan pembobotan Ringkasan
110
output KL yang telah disusun tersebut digunakan sebagai dasar acuan dalam pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi program percepatan penurunan stunting
Dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat total alokasi dana yang dianggarkan kepada
Satker KL untuk penangangan stunting sebesar Rp14992 miliar dengan realisasi Rp14271
miliar (9519)
Tabel VII3
Belanja Penangan Stunting Satker KL Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Sumber Aplikasi MEBE (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi dana untuk penanganan stunting oleh KL
relative kecil yaitu hanya 357 dari total belanja satker yang terdapat alokasi untuk
penanaganan stunting atau hanya 099 dari total dana APBN Intervensi gizi spesifik hanya
dilakukan oleh satker Kementerian Kesehatan dengan alokasi dana sebesar Rp665 miliar
atau hanya sebesar 502 dari total alokasi dana Satker kementerian Kesehatan dengan
kinerja capaian output mencapai 7710
Secara nasional terdapat 20 (duapuluh) kementerianlembaga yang menganggarkan dana
penanganan stunting dengan alokasi dana Rp60 triliun atau 246 dari total APBN Indonesia
sementara itu untuk wilayah Kalbar hanya dianggarkan Rp14992 miliar untuk stunting atau
hanya 025 dari alokasi stunting nasional dan hanya 099 dari pagu total APBN di Kalbar
Kecilnya alokasi dana untuk penanganan stunting tersebut akan berpengaruh terhadap
keberhasilan upaya pencegahan stunting di Kalbar untuk itu diharapkan terjadi peningkatan
alokasi dana yang dianggarkan untuk penangnan stunting di Kalbar pada masa yang akan
datang mengingat kondisi Kalbar sebagai penderita terbanyak ke 27 secara nasional
Seperti pada lampiran III1 maka kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi
spesifik mencapai 7710 diantaranya adalah untuk Penyediaan Makanan Tambahan bagi
111
Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) capaian outputnya mencapai 100 serta kegiatan
Peningkatan Surveilans Gizi untuk 14 layanan dengan capaian output 100
Kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi sensitive mencapai 7813 yang
dialokasikan melalui 7 (tujuh) KL diantaranya adalah untuk Kampanye Hidup Sehat capaian
outputnya mencapai 100 kegiatan Bimbingan Perkawinan Pra Nikah dengan capaian output
97 serta Sistem Pengelolaan Air Limbah untuk 2980 kepala keluarga dengan capaian
output mencapai 100
Kinerja capaian output untuk kegiatan Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis
mencapai 8763 yang dialokasikan melalui 4 (empat) KL diantaranya adalah untuk Analisis
Ketersediaan Pangan Wilayah capaian outputnya mencapai 100 kegiatan Pelatihan
Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan untuk 390 orang dengan capaian output 96
serta PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat yang Terbit Tepat Waktu dengan
capaian output mencapai 100
Secara umum kinerja capaian output kebijakan terkait stunting tercapai Beberapa
permasalahan terkait dengan kebijakan terkait stunting antara lain kurangnya optimalisasi
sisa dana dan penumpukan realisasi di akhir tahun anggaran Yang perlu ditingkatkan adalah
pelaksanaan pencapaian target harus lebih disiplin sesuai dengan rencana penarikan dana
III2 Belanja Dana Desa Dan DAK Fisik
III 21 Dana Desa
Alokasi Dana Desa untuk Provinsi Kalbar Tahun 2019 adalah sebesar Rp1992 miliar yang
disalurkan kepada 2031 desa dengan realisasi sebesar Rp1987 miliar (9974) Intervensi
pencegahan stunting dilaksanakan secara terintegrasi hingga ke tingkat desa Desa-desa
yang memiliki resiko tinggi warganya mengalami stunting sudah barang tentu wajib
menganggarkan untuk menghindari resiko stunting pada warganya hal ini ditegaskan dalam
Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 tentang
Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan
Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi Dana Desa tidak melulu untuk
perbaikan sarana dan prasarana fisik namun sarpras non-fisik dan sosial kesehatan mutlak
perlu dikedepankan Bahkan penyaluran Dana Desa tahap III pada tahun 2020 mensyaratkan
untuk menyampaikan Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting
Penggunaan Dana Desa di Wilayah Kalbar juga telah mendukung program Konvergensi
Pencegahan Stunting diantaranya adalah melalui kegiatan intervensi gizi spesifik dengan
total alokasi adalah sebesar Rp104 miliar sangat kecil sekali yaitu hanya 052 dari total
realisasi penggunaan Dana Desa
Tabel VII4
Intervensi Gizi Spesifik Dana Desa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
112
Sumber omspan (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi Dana Desa yang dikhususkan untuk
Penyelenggaraan Kegiatan Pencegahan Stunting relative kecil hanya dialokasikan untuk 3
paket sebesar Rp84342500- hal ini perlu mendapatkan perhatian bersama untuk
peningkatan pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa sesuai dengan Pasal 6
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 dimana Desa yang
warganya berisiko tinggi mengalami stunting untuk mengalokasikan kegiatan pencegahan
stunting
Kebijakan pengalokasian Dana Desa Tahun 2021 hendaknya juga mendukung program
Konvergensi Pencegahan Stunting yaitu dimungkinkan untuk dilakukan perubahan formulasi
perhitungan besaran alokasi Dana Desa diusulkan untuk Alokasi Formula dimasukan
parameter perhitungan untuk jumlah penderita stunting dengan mendapatkan alokasi sebesar
20
Dana Desa juga dialokasikan untuk kegiatan Intervensi Gizi Sensitif seperti pada lampiran
III21 dengan alokasi sebesar Rp22960 miliar atau 1156 dari total realisasi Dana Desa
Beberapa capaian outputnya adalah Operasional PAUDTKTPATKATPQMadrasah Non-
Formal Milik Desa dengan alokasi Rp2361 miliar dengan output 27196367 Paket
Terselenggaranya Operasional Pos Kesehatan Desa (PKD)Polindes Milik Desa Lainnya
dengan alokasi Rp2350 miliar dengan output 31710863 paket serta Sambungan Air Bersih
ke Rumah Tangga (pipanisasi dll) yang mendapatkan alokasi sebesar Rp1140 miliar
dengan output 16424989 meter
Provinsi Kalbar dengan penderita stunting urutan ke 27 nasional maka diperlukan
penanganan melalui berbagai sumber pendanaan termasuk Dana Desa untuk itu diharapkan
instansi terkait di tingkat provinsi untuk memberikan arahan dan himbauan agar penggunaan
Dana Desa juga dialokasikan untuk pencegahan stunting khususnya untuk intervensi gizi
sensitive melalui alokasi pada Bidang Pemberdayaan masyarakat
Efektivitas pencapaian target capaian output Dana Desa diatas berdasarkan laporan
capaian output oleh Pemda terkait dimana upload capaian output baru mencapai 8545
diharapakan Pemda segera melakukan upload data capaian output sehingga bisa
menghasilkan analisis data yang lengkap
III 22 DAK Fisik
No URAIAN OUTPUT SATUAN REALISASI OUTPUT
1 Penyelenggaraan Posyandu (Kelas Ibu Hamil) 1787 ORANG 615076375 8700
2 Penyelenggaraan Posyandu (Makanan Tambahan) 20260 UNIT 9508583774 8200
3 Kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak kerdil (stunting) 3 PAKET 84342500 10000
4
Fasilitasi Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
dan Endemik 3 PAKET 84342500 10000
5 Penyelenggaraan kegiatan pencegahan stunting 3 PAKET 84342500 10000
6 Penanganan Stunting 2 PAKET 10000000 5000
7 Kampanye dan Promosi Hidup Sehat Guna Mencegah Penyakit Menular 1 PAKET 14001000 10000
10400688649TOTAL DANA DESA UNTUK INTERVENSI SPESIFIK
(Rupiah)
113
DAK Fisik Tahun 2019 sebagai salah satu sumber pendanaan untuk mendukung
konvergensi penanganan stunting di wilayah Provinsi Kalbar dialokasikan melalui DAK Fisik
Tematik tentang stunting melalui DAK Fisik Penugasan pada bidang Kesehatan Sanitasi Air
Minum dan Pendidikan dengan dijabarkan melalui kegiatan Intervensi Gizi Spesifik
Total alokasinya DAK Fisik Penugasan yang terkait dengan program pencegahan stunting
untuk wilayah Kalimantan Barat adalah sebesar Rp373508869032 dengan rincian
sebagaimana pada Lampiran III22 A
Dari lampiran III22A diketahui bahwa untuk penanganan stunting melalui Bidang
Pendidikan untuk pelaksanaanya dikoordinir oleh Provinsi sementara itu untuk lokasi sebaran
pagu ternyata tidak sesuai dengan jumlah penderita permasalahan gizi dan stunting dimana
alokasi pagu terbesar adalah untuk Kabupaten Sintang Sanggau dan Kota Pontianak
sedangkan berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 justru penderita terbanyak adalah
Kabupaten Ketapang Landak dan Melawi Hal ini perlu mendapatkan perhatian di dalam
penyusunan alokasi DAK Fisik penugasan hendaknya sebaran alokasi pagu diarahkan untuk
daerah dengan jumlah penderita stunting terbanyak
Beberapa kegiatan intervensi gizi spesifik DAK Fisik Penugasan seperti pada Lampiran
III22B khususnya melalui bidang kesehatan capaian outputnya 99 diantaranya adalah
penyediaan alat ukur demensi tubuh (antropometri) dan alat kesehatan puskesmas sebanyak
1162 paketunit dengan nilai Rp2177 Miliar Pencegahan stunting melalui intervensi gizi
sensitive dilaksanakan melalui bidang Pendidikan dengan capaian output 93 dan bidang
Sanitasi dan Air Minum Beberapa outputnya diantarnya adalah untuk penyediaan sarana dan
prasarana PAUD sebanyak 196 ruangpaket dengan realisasi sebesar Rp81 miliar serta
pembangunan system pengolahan air limbah domestic setempat dan terpusat 1315 unit
dengan realisasi Rp411 miliar
Realisasi DAK Fisik Penugasan mencapai 9513 tidak tercapainya realisasi maksimal
disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah keterlambatan pelaksanaan lelang dan
ketidaksesuaian antara nilai daftar kegiatan dengan realisasi nilai kontrak
III3 Belanja Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Alokasi penangan stunting dalam APBD Provinsi Kalbar secara agregat dialokasikan
sebesar Rp28646 miliar atau hanya 110 dibandingkan dengan total jumlah APBD tahun
2019 yaitu Rp26044 miliar
Seperti pada lampiran III3 maka dapat diketahui bahwa kelompok penangan stunting
intervensi gizi spesifik mendapatkan alokasi dana sebesar Rp2436 miliar atau hanya 009
jika dibandingkan dengan total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya adalah Program
Pencegahan Stunting sebesar Rp15 miliar dan yang terbesar adalah Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular dengan alokasi sebesar Rp1267 miliar
Kelompok penangan stunting intervensi gizi sensitive mendapatkan alokasi dana sebesar
Rp25904 miliar atau hanya 099 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya
114
adalah Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah sebesar Rp8998 miliar dan yang terkecil
Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dengan alokasi sebesar Rp125 juta
Kelompok kegiatan yang terkait pencegahan stunting mendapatkan alokasi dana sebesar
Rp306 miliar miliar atau hanya 001 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya
adalah Penyediaan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat Rp112 miliar dan yang
terbesar adalah kampanye Pencegahan Stunting dengan alokasi Rp120 juta
Beberapa kendala yang dihadapi Pemda terkait pelaksaan kebijakan stunting adalah
a Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan pemantauan pertumbuhan serta
perilaku baik yang masih rendah
b Terbatasnya akses (daya beli pengetahuan) atas pemberian makanan bergizi seimbang
untuk ibu hamil bayi dan balita yang masih rendah
c Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif yang belum optimal
d Suplementasi yang belum optimal seperti Konsumsi Tablet Tambah Darah pada ibu hamil
dan remaja Puteri
e Angka infeksi yang masih tinggi seperti cacingan diare dll baik pada balita dan ibu Hamil
f Kebersihan Lingkungan dan Akses Sanitasi yang masih belum baik
g Budaya di masyarakat dimana ibu hamil masih banyak pantangan makanan
h Tingkat soasial ekonomi masyarakat yang masih rendah
i Masih rendahnya tingkat kepedulian dan dukungan keluarga terhadap ibu hamil dan
tingkat pendidikan ibu yang masih rendah
Rekomendasi dalam upaya mengantisipasi kendala dalam pencapaian sasaran kebijakan
stunting antara lain
1 Peningkatan upaya dukungan lintas sektor dalam penanggulangan Stunting (Konvergensi
Stunting) dalam intervensi spesifik maupun sensitif
2 Peningkatan alokasi Dana Desa untuk Pelayanan Sosial dasar terkait 1000 Hari Pertama
Kehidupan
3 Peningkatan Upaya Strategi Perubahan Perilaku dalam penanggulangan stunting
4 Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamilbayi dan anak balita
melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
5 Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan Buku KIA kelas Ibu
Posyandu dan pendampingan pada ibu hamil
6 Peningkatan akses terhadap makanan bergizi bagi balita dan ibu hamil melalui pemberian
PMT Pelatihan PMBA untuk Masyarakat Konseling Menyusui
7 Peningkatan Akses Air bersih dan Sanitasi lingkungan melalui Lima Pilar STBM
Dalam rangka keberhasilan penanganan stunting di Provinsi Kalbar diharapkan alokasi
dana melaui APBD ditingkatkan jumlahnya dengan tetap memperhatikan kemampuan
keuangan daerah setidaknya mengacu pada kebijakan nasional yakni sekitar 246 dari total
APBD
BAB VII
PENUTUP
Pantai Tanjung Belandang KetapangPemandangan khas dar i Pantai in i adalah jembatan kayu yang menjirok ke laut deratan gazebo berjejer rapih di sepanjang jembatan kayu tersebut
115
A KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisis di bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut
1 Kinerja ekonomi Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar 500 persen mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang
sebesar 506 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 502 persen
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan Asuransi
Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian
2 Laju pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat 2019 yang tertinggi adalah komponen Ekspor
Barang dan Jasa yaitu 1012 persen dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun
selanjutnya adalah Konsumsi LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan
jasa utamanya berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan
Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet
3 Struktur perekonomian yang menopang ekonomi Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor
lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen) industry
pengolahan (1634 persen) perdagangan besar-eceran serta reparasi mobil sepeda motor
(1430 persen) kontruksi (1244 persen) dan sisanya terbagi dari beberapa sektor lapangan
usaha antara lain Pertambangan transportasi pergudangan informasi jasa keuangan
real estate dan jasa lainnya
4 Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan
Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat pada tahun 2019 mencapai
sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25 triliun atau 1897 persen dibandingkan
dengan tahun 2018 Hal ini adanya tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan
berlanjut dimasa mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah
yang akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single
Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai
instansi terkait baik di pusat dan daerah
5 BI Rate Kalimantan Barat 2019 cenderung menurun dari level 600 persen Bulan Januari
hingga level 500 persen pada bulan Desember Tren menurunnya BI Rate tersebut
merupakan antisipasi terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami
penurunan dan juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi (Global Bank Sentral Amerika
Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang menahan suku bunga di level 15-175
116
6 Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif Inflasi
tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional
yang hanya mencapai 055 persen Tekanan inflasi ini terjadi seiring adanya aktivitas
pemilihan umum dan legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya
permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi
sepeda motor dan ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru
7 Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka Rp14313- per
US Dollar dan menunjukan perbaikan pad akhir tahun 2019 pada Rp13831- per US Dollar
Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank
Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)
yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara
maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara
emerging market termasuk Rupiah dan pengaruh melemahnya dolar AS terhadap semua
mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak menaikkan tingkat suku bunga
8 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo terjadi
peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun 2018
(berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional 7081
Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi
Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin
dan berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah
masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun
9 Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan masih lebih baik dari
pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380) Ketimpangan pendapatan terjadi
karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan faktor produksi sehingga pihak-pihak yang
memiliki faktor produksi akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak
10 Investasi Pemerintah Pusat tahun 2019 melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM di Wilayah Provinsi Kalimantan
Barat telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 UMKMdebitur) jika dibandingkan
dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen
masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama sektor produksi yang hanya
mencapai 4124 persen yang ditargetkan sebesar 60 persen
11 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar
Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen hasil produk terutama mutu dan kualitas
produk belum bisa bersaing secara global dengan produk daerah lain
12 Penerimaan pajak dalam negeri tahun 2019 sebesar Rp667 triliun naik 26108 miliar atau
naik 407 persen dibanding penerimaan tahun 2018 Kontribusi terbesar dari penerimaan
117
pajak dalam negeri adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Rp32 triliun atau 48 persen
disusul Pajak Penghasilan (PPh) Rp307 triliun atau 46 persen
13 Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar meningkat
signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018 Dengan
perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288 miliar
atau 541 persen
14 Penerimaan PNBP tahun 2019 sebesar Rp82375 miliar mengalami penurunan sebesar Rp
3776 atau 43 persen dibandingkan penerimaan tahun 2018 Dengan komposisi
pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen dari total penerimaan PNBP
disusul pendapatan PNBP BLU sebesar 489 persen
15 Belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019 yaitu sebesar
Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar Rp1049
triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun Realisasi Belanja
pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer ke Daerah dan
dana desa terealisasi Rp2034 triliun
16 Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 terdapat penurunan angka stunting pada 10
KabupatenKota di Kalimantan Barat namun juga terjadi kenaikan angka stunting pada 4
(empat) Kabupaten
B REKOMENDASI
1 Pemerintah Daerah tetap mengupayakan peningkatan alokasi belanja pada jenis belanja
dan meningkat investasi pada sektor-sektor yang belum atau kurang memberikan kontribusi
terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat tahun 2019 terutama pada sektor
sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan
dan Penggalian yang mengalami penurunan pada periode ini secara umum capaian
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat bisa dikatakan masih stagnan dan belum
memberikan kontribusi PDRB secara maksimal yang hanya sebesar 134 persen terhadap
pembentukan PDB nasional diharapkan untuk berikutnya lebih meningkat dibanding tahun
ini
2 Untuk mempertahankan sektor ekonomi unggulan dan mematangkan sektor ekonomi
potensial Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu berkolaborasi dalam membangun
infrastruktur pendukung maupun untuk mendatangkan investor yang mau berinvestasi pada
sektor-sektor tersebut Seperti pada pembangunan Pelabuhan Kijing di kabupaten
Mempawah Pemerintah Pusat menyiapkan dana pembangunan dengan menggandeng
investor sementara Pemerintah Daerah menyiapkan dana untuk pembebasan lahan
3 Pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa perlu dilakukan desa dengan
warga berisiko tinggi stunting agar mengalokasikan Dana Desa untuk kegiatan pencegahan
stunting Kebijakan pengalokasian Dana Desa tahun 2021 hendaknya mendukung program
118
konvergensi Pencegahan Stunting yang dapat diatambahkan pada perhitungan Alokasi
Formula dengan alokasi 20 persen
4 Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) agar terus melakukan upaya memitigasi risiko
terhadap kenaikan harga serta kelancaran distribusi pasokan bahan pangan adanya
kebijakan yang memacu peningkatan produksi bahan pangan dan mengajak para
pengusaha dalam menentukan harga dan perlu mempertimbangkan daya beli konsumen
Sedangkan untuk konsumen sendiri harus mampu mengatur nafsu konsumtif karena
Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan yang
harus diatur oleh pemerintah
5 Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing mengalami kenaikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp14 triliun Hal ini terjadi tren positif terhadap
pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa mendatang dukungan Pemerintah
tetap melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single Submission
(OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai instansi terkait
baik dari pusat maupun daerah
6 Tren menurunnya BI Rate tersebut harus dijaga untuk mengantisipasi kondisi perekonomian
nasional yang masih mengalami penurunan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan
ekonomi Global Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor
eksternal tetap dijaga lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya masih sesuai
dengan target
7 Penguatan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)
yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara
maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara
emerging market termasuk Rupiah Kebijakan suku bunga Tanah Air harus tetap
dipertahankan agar imbal hasil aset keuangan Indonesia termasuk obligasi menjadi
menarik arus modal asing masuk ke Indonesia dan menambah pasokan valas di dalam
negeri
8 Indek Pembangunan Manuasia (IPM) Kalimantan Barat tahun 2018 termasuk kategori
sedang dan berada pada urutan ke-30 dari 34 Provinsi Walaupun terjadi kenaikan namun
capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi
target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin Peningkatan investasi dari
Pemerintah Pusat (APBN) yang berupa alokasi Dana Transfer khususnya DAK Fisik dan
Dana Desa serta investasi lainnya serta Pemerintah Daerah (APBD) diharapkan benar-
benar dapat digunakan pada sektor-sektor program pembangunan manusia yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat terutama mendongkrak
tingkat IPM yang terandah di Kalimantan Barat yang selama ini selalu ditempati oleh
Kabupaten Kayong Utara sebesar (6182) dan Kabupaten Sekadau (6369)-
119
9 Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar sasaran
dan tujuan program KUR maupun UMi dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran
KUR diarahkan lebih banyak di sektor produksi (non perdagangan) yaitu dengan target
minimal penyaluran sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan
skema KUR Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat
perkebunan rakyat dan peternakan rakyat harus benar-benar disaluran sesuai sasaran dan
lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada debitur dan membantu
mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada masyarakat sehingga dapat
mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha Mikro bahkan dapat meningkat ke
Mikro Kecil
10 Perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya identifikasi dan penggalian
potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian potensi pajak pengawasan
terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara Pemerintah Pusat maupun Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan
Barat Tahun 2019
Rancangan Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
RISKESDAS_2018_ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
RISKESDAS_Provinsi Kalimantan Barat 2018_ Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Laporan Pemantauan Kinerja Anggaran dan Pembangunan Program Percepatan
Pencegahan dan Penurunan Stunting Kemenkeu Reupblik Indonesia
Lampiran IIA - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Spesifik
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan
Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian KEMENTERIAN KESEHATAN 0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
2080 Pembinaan Gizi Masyarakat 001 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 002 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus
003 Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita 005 Pembinaan dalam Peningkatan Status Gizi Masyarakat 006 Suplementasi Gizi Mikro 007 Pembinaan dalam Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat 008 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Papua dan Papua Barat 009 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus Papua dan Papua Barat 010 Penguatan intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita Papua dan Papua Barat 504 Peningkatan Surveilans Gizi
5832 Pembinaan Kesehatan Keluarga 001 Pembinaan Dalam Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 002 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Kunjungan Neonatal Pertama 004 Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah 005 Pembinaan Pencegahan stunting 018 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Antenatal
1172822000 100000000 368690000 1439729000 305522000 461512000 281222000 317124000 101785000
822627500 96493000 365973800 1414218600 296527000 372659700 266887500 316592900 101784900
7014
9649
9926
9823
9706 8075 9490 9983 100
4
14
14
14 1 1 1 1 5
4
14
14
14 1 1 1 1 5
100
100
100
100
100 100 100 100 100
0240508 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
2058 Pembinaan Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra 006 Layanan Imunisasi 010 Layanan Imunisasi di Papua dan Papua Barat
2059 Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria 008 Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan 011 Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua dan Papua Barat
2060 Pengendalian Penyakit Menular Langsung 506 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit ISP 511 Sarana dan Prasarana Penanggulangan TBC 512 Sarana dan Prasarana Penanggulangan HIVAIDS
251677000 513750000 1343486000
221591784 280311250 1234273000
8805
5456 9187
14
153 8
14
151 8
25
6 40
0240709 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
2065 Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 508 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Kesehatan Ibu dan Anak 509 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Penyakit Tropis Terabaikan 510 Paket Penyediaan Vaksin
Total Belanja Intervensi Spesifik
6657319000
5789940934
9045
212
210
7710
------
Lampiran IIB - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Sensitif
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN PERTANIAN
0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan
102 Lumbung Pangan Masyarakat
1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
106 Kawasan Mandiri Pangan
1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar
101 Pemberdayaan Pekarangan Pangan
106 Hasil Pengawasan keamanan dan mutu pangan Segar
558000000 5578500000 600000000
546884550 5543049050 582679900
9801
9936 9711
1
123 1
1
121 1
100
100 100
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
0190207 Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
1835 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan
030 Pemenuhan gizi masyarakat melalui peningkatan konsumsi pangan olahan sehat
038 Komoditi yang diawasi Penerapan SNI Wajib Produk Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
0230509 Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
2016 Penyediaan Layanan Paud
006 Lembaga PAUD Menyelenggarakan Holistik Integratif
5631 Penyediaan Layanan Pendidikan Keluarga
002 Lembaga Menyelenggarakan Pendidikan Keluarga untuk Intervensi Permasalahan Sosial Tertentu
KEMENTERIAN KESEHATAN
0240111 Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
5610 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan JKNKIS
501 Cakupan Penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui JKNKIS
0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
002 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media
004 Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam mendukung Program Kesehatan
006 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media di Papua dan Papua Barat
5834 Penyehatan Lingkungan
501 Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi Syarat
504 Pengawasan terhadap Sarana Air Minum
505 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan
2090 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan
506 Rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan sesuai standar
1492964000 464132000 163411000
1437830000 431244400 162715900
9631 9291
9957
3 1 1
3 1
1
100 100
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan
Pagu Realisasi Real
Target Capaian Capaian
2094 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan
508 Alat Kesehatan
KEMENTERIAN AGAMA
0250308 Program Bimbingan Masyarakat Islam
2104 Pengelolaan KUA dan Pembinaan Keluarga Sakinah
008 Bimbingan Perkawinan Pra Nikah
0250812 Program Bimbingan Masyarakat Buddha
2145 Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Budha
014 Pembinaan Keluarga Hittasukhaya
638510000 37020000
594062500 36455000
9304
9847
29 2
1
0
97
0
KEMENTERIAN SOSIAL
0270507 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial
2251 Jaminan Sosial Keluarga
001 Keluarga Miskin Yang Mendapat Bantuan Tunai Bersyarat
0270609 Program Penanganan Fakir Miskin
5873 Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan
003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
5874 Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
002 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
5875 Penanganan Fakir Miskin Pesisir Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara
003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
3124920000
3123021922
9994
1
1
100
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
0320608 Program Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
2357 Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan
003 Promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri yang dilaksanakan (Gerakan memasyarakatkan makan ikanGemarikan)
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan
004 Sistem Pengelolaan Air Limbah
2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
005 SPAM Terfasilitasi
007 Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan
008 SPAM Berbasis Masyarakat
009 Pembangunan SPAM di Kawasan Khusus
010 Pembangunan SPAM Regional
25491600000 19295520000 10141420000 62568089000
24467600000 17485637400 9125468000 60912361277
9598
9062 9025 9735
298
3
15 0
495
1 9 0
100
0 1 52
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Rea
l Target Capaian Capaia
n 0470107 Program Perlindungan Anak
2808 Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Kesejahteraan
003 Sosialisasi tentang ASI Eksklusif Gizi Seimbang Pembatasan Gula GaramLemak (GGL) Rokok dan
Kesehatan Reproduksi bagi Keluarga dan Anak sebagai 2P dalam Penurunan Stunting
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
0590709 Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik
4143 Penyediaan dan Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
001 Informasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
0630106 Program Pengawasan Obat dan Makanan
3165 Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai BesarBalai POM
088 KIE Obat dan Makanan Aman
4124 Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang
005 Pengawasan Produk Pangan Fortifikasi
960000000
950368050
9899
26
26
100
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
0680106 Program Kependudukan dan KB
3317 Pembinaan Keluarga Balita dan Anak
021 Keluarga yang mempunyai balita dan anak memahami pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak
3331 Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan KB Provinsi
081 Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK
085 Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu
910000000 1586543000
829384786 1573708244
9114 9919
16045 433
16045 433
100 100
Total Belanja Intervensi Sensitif
13361062900000 12780247097900
12780247097900
9614
658025
1110045
78125
------
Lampiran IIC - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
0100606 Program Bina Pembangunan Daerah
1252 Pembinaan Penyelenggaraan dan Pembangunan Urusan Pemerintahan Daerah III
001 Integrasi indikator Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah lingkup UPD III
003 Penerapan SPM bidang kesehatan sosial dan transtibumlinmas
004 Evaluasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Daerah
010 Monev terpadu Penerapan dan Pencapaian SPM di daerah lingkup UPD III
011 Advokasi penerapan kebijakan percepatan penurunan stunting 015 Peningkatan kinerja kabkota dalam implementasikonvergensi program penanganan penurunan
stunting (INEY)
0100810 Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
1269 Pembinaan Administrasi Pencatatan Sipil
006 Cakupan Anak yang Memiliki Akta Kelahiran
KEMENTERIAN PERTANIAN
0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
115 Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah
295000000
281904000
9556
4
4
100
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
0230101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
4079 Pengembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) di Asia Tenggara
001 Model Pengembangan dan Pembelajaran
0231613 Program Guru dan Tenaga Kependidikan
5636 Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Paud dan Dikmas
009 Rata - rata Nilai Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas
KEMENTERIAN KESEHATAN
0240101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
2038 Pengelolaan Data dan Informasi
501 Pemetaan Keluarga Sehat
963 Layanan Data dan Informasi
0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
001 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
005 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Papua dan Papua Barat
007 Pembinaan KabKota dalam Pelaksanaan Penggerakkan Masyarakat di Posyandu
441040000 867300000
439188400 526100500
9958
6066
1 3
1
3
100
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan
2087 Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar
509 Pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
0241104 Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
2070 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
504 Riset Penanggulangan Masalah Gizi
0241210 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Ppsdmk)
2076 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan
501 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan
505 Pelatihan Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan
2078 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan
501 Penugasan Tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) Minimal 5 Orang
502 Penugasan Tenaga Kesehatan Secara Individu
505 Penugasan tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) minimal 5 orang di Wilayah Papua dan Papua Barat
102534000 125563000 2026770000
100827500 118882000 1923153550
9836
9468 9489
95
93
100
95 95
KEMENTERIAN SOSIAL
0271104 Program Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan Sosial
2254 Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional (I-VI)
002 Pelatihan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) bagi Pendamping Program Bantuan Tunai Bersyarat
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan
003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM
668321000
668320150
9999
4
2
11
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
0360106 Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
2552 Koordinasi Kebijakan Penguatan Ketahan Gizi dan Kesehatan Lingkungan
001 Usulan Rekomendasi kebijakan bidang ketahanan gizi dan kesehatan ibu dan anak dan kesehatan lingkungan
BADAN PUSAT STATISTIK
0540106 Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik
2895 Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik Bps Provinsi
009 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat
2906 Penyediaan dan Pengembangan Statistik Kesejahteraan Rakyat
003 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat Yang Terbit Tepat Waktu
5125732000
5059724707
9871
30
2
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan
Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
0550106 Program Perencanaan Pembangunan Nasional
2937 Perencanaan Pembangunan Terkait Lingkup Kesehatan dan Gizi Masyarakat
608 Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Pembangunan
KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
0670306 Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masarakat Desa
5483 Peningkatan Pelayanan Sosial Dasar
008 Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam peningkatan akses pelayanan sosial dasar
011 Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
0800106 Program Penelitian Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir Isotop dan Radiasi
3446 Pengembangan Sains dan Teknologi Bahan Maju Dengan Iptek Nuklir
002 Data Riset Hasil Analisis dengan Menggunakan Teknik Nuklir
3449 Pengembangan Sains dan Teknologi Nuklir Terapan dan Revitalisasi Reaktor Riset
006 Dokumen Teknis Mikronutrisi Pada Pangan Anak Balita Di Daerah Malnutrisi
Total Belanja Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis 9652260000 9118100807
9280 137 105 87625
------
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT
JALAN KS TUBUN NO 36 PONTIANAK 78121 TELEPON (0561) 733444 733466 FAKSIMILE (0561) 732029 LAMAN WWWDJPBKEMENKEUGOIDKANWILKALBARID
NOTA DINASNOMOR ND-143WPB172020
Yth Direktur Pelaksanaan AnggaranDari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi
Kalimantan BaratSifat SegeraLampiran 1(satu) berkasHal Pengantar Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019Tanggal 28 Februari 2020
Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
SE-61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas
Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema Analisis
Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 bersama ini kami sampaikan bersama ini kami
sampaikan Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Kajian ini
terdiri antara lain
1 Tinjauan dan Analisis APBN dan APBD tahun 2019 lingkup Provinsi Kalimantan Barat
Analisis yang dilakukan baik dari segi pendapatan maupun belanja serta dampaknya
terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dari indikator-indikator
seperti lndeks Pembangunan Manusia (IPM) Tingkat Kemiskinan dan Gini Ratio (tingkat
ketimpangan)
2 Untuk mengetahui sektor unggulan daerah dan pengembangan potensi tersebut digunakan
analisis metode Location Quotient (LQ) time series Dari analisis ini ditemukan sektor
unggulan di Provinsi Kalbar adalah bidang Pertanian Kehutanan dan Perikanan
3 Dalam KFR Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 ini terdapat analisis tematik dengan tema
Sinergi dan Konvergensi Program Penanganan Stunting di Daerah yaitu upaya pemerintah di
dalam melakukan pencegahan terhadap prevelensi stunting melalui belanja KL dalam APBN
belanja Dana Desa dan DAK Fisik serta melalui pendanaan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD)
Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih
Ditandatangani secara elektronikBambang Hartono
- KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
-
- 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
- 1COVER KFRpdf (p2)
- Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
- 3_Daftar isi_1pdf (p4)
- 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
- 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
- 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
- 10_Capaian Outputpdf (p10)
- 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
- 12_BAB I_COVERpdf (p12)
- 13_BAB Ipdf (p13-21)
- 14_BAB II_COVERpdf (p22)
- 15_BAB IIpdf (p23-41)
- 16_BAB III_COVERpdf (p42)
- 17_BAB IIIpdf (p43-77)
- 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
- 18_Bab IVpdf (p79-97)
- 19_BAB V_COVERpdf (p98)
- 19_BAB Vpdf (p99-107)
- 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
- 24_BAB VIpdf (p109-124)
- 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
- 26_BAB VIIpdf (p126-133)
- 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
- 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
- DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
-
- 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
- LAMPIRANpdf (p148-151)
- KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
-
- 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
- 1COVER KFRpdf (p2)
- Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
- 3_Daftar isi_1pdf (p4)
- 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
- 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
- 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
- 10_Capaian Outputpdf (p10)
- 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
- 12_BAB I_COVERpdf (p12)
- 13_BAB Ipdf (p13-21)
- 14_BAB II_COVERpdf (p22)
- 15_BAB IIpdf (p23-41)
- 16_BAB III_COVERpdf (p42)
- 17_BAB IIIpdf (p43-77)
- 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
- 18_Bab IVpdf (p79-97)
- 19_BAB V_COVERpdf (p98)
- 19_BAB Vpdf (p99-107)
- 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
- 24_BAB VIpdf (p109-124)
- 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
- 26_BAB VIIpdf (p126-133)
- 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
- 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
- DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
-
- 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
- LAMPIRANpdf (p148-151)
-
iii
KATA PENGANTARii
DAFTAR ISIiii
RINGKASAN EKSEKUTIFv
DASHBOARD MAKRO-FISKAL REGIONALvii
BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH 7 11PENDAHULUAN1 12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN
DAERAHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah1 122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah 4 13 TANTANGAN DAERAH7
131 Tantangan Ekonomi Daerah 7 132 Tantangan Sosial Kependudukan 8 133 Tantangan Geografi Wilayah 9
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAlhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10 21 INDIKATOR EKONOMI MAKRO
FUNDAMENTAL10 211 Produk Domestik Regional Bruto 11 212 Suku bunga18 213 Inflasi 19 214 Nilai tukar21
22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN11 221 Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)22 222 Tingkat Kemiskinan 24
iv
223 Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini)24
224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran 25
23 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip26
BAB III
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT
REGIONAL 28
31 APBN TINGKAT PROVINSI28
32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL29
321 Penerimaan Perpajakan 29
322 Penerimaan Negara Bukan
Pajak 31
33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL 33
34 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 41
341 Dana Transfer Umum 41
342 Dana Transfer Khusus 42
343 Dana Desa45
344 Dana Insentif Daerah Otonomi Khusus dan Keistimewaan46
35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL 46
351 Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara) 46
352 Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD)46
353 SurplusDefisit46
36 PENGELOLAAN BLU PUSAT 47
37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT55
371 Penerusan pinjaman 55
372 Kredit program56
38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI
DAERAH 60
381 Mandatory Spending di Daerah60
382 Belanja Infrastruktur 60
BAB IV
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD63
41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) 63
42 PENDAPATAN DAERAH66
421 Dana TransferPerimbangan66
422 Pendapatan Asli Daerah68
423 Pendapatan LainLain70
43 BELANJA DAERAH70
44 PERKEMBANGAN BLU DAERAH71
45 SURPLUSDEFISIT APBD 72
46 PEMBIAYAAN 73
47 ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 74
471 Analisis Horizontal dan
Vertikalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip74
472Analisis Kapasitas Fiskal Daerahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip74
48 PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH 79
481 Belanja Daerah Sektor
Pendidikan 80
482 Belanja Daerah Sektor
Kesehatan 81
483 Belanja Infrastruktur Daerah 81
BAB V
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN ANGGARAN
KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)82
51LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN83
52PENDAPATAN KONSOLIDASIAN83
53BELANJA KONSOLIDASIAN85
54SURPLUSDEFISIT KONSOLIDASIAN88
55 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT 89
v
BAB VI
KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI
SERTA TANTANGAN
FISKAL REGIONAL 91
61SEKTOR UNGGULAN DAERAH93
62SEKTOR POTENSIAL DAERAH 99
63TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH102
BAB VII ANALISIS TEMATIK 110
BAB VIII PENUTUP helliphellip115
11KESIMPULAN115
12REKOMENDASI117
DAFTAR PUSTAKAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip120
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kinerja pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) pada tahun 2019
tercatat sebesar 500 persen Angka ini menurun jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan
ekonomi tahun sebelumnya sebesar 506 persen PDRB mengalami peningkatan
pertumbuhan sebesar 943 persen Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp4188 juta
Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4
(empat) sektor lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen)
Industri Pengolahan (1634 persen) Perdagangan Besar-Eceran serta Reparasi Mobil-
Sepeda Motor(1430 persen) dan Konstruksi (1244 persen)
Inflasi tahunan Kalbar pada tahun 2019 sebesar 263 persen atau menurun dibanding
periode yang sama pada tahun 2018 yang mencapai 399 persen tetapi masih lebih rendah
jika dibandingkan dengan tingkat inflasi secara nasional yang mencapai 268 persen Inflasi
tertinggi terjadi pada bulan Juni 066 persen dan Kelompok transportasi komunikasi dan jasa
keuangan pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen Kenaikan pada
bulan-bulan tersebut disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok
makanan jadi minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan
legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya permintaan terhadap
makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan
ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar termasuk kategori sedang dan berada
di bawah angka IPM Nasional Menurut data Badan Pusat Statistik sampai dengan saat ini
IPM Kalbar meningkat dari 6626 di tahun 2017 menjadi 6698 di tahun 2018 Berbagai upaya
telah dilakukan pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat untuk memberikan kemudahan
akses bagi masyarakat agar dapat memperoleh layanan pendidikan dan kesehatan
diantaranya pembangunan infrastruktur jalan serta sarana pendidikan dan kesehatan sejalan
dengan kebijakan Pemerintah untuk membangun dari pinggiran dan memperkuat daerah dan
desa
Jumlah penduduk miskin di Kalbar pada bulan September 2019 tercatat sebanyak
370470 orang Jumlah ini lebih rendah dari periode yang sama tahun 2018 dimana penduduk
miskin mencapai 369730 orang
Gini Ratio (ketimpangan pemerataan pendapatan) Kalbar tahun 2019 sebesar 0318
atau meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 0325 Koefisien Gini
berfluktuatif dari tahun ketahun namun masih berada pada kisaran antara 03 hingga 04 dan
masih dibawah Koefisien Gini Nasional Hal ini menunjukkan distribusi pendapatan
masyarakat dalam kategori sedang dan walaupun masih terdapat ketimpangan distribusi
pendapatan
v
Angkatan kerja tahun 2019 mencapai 2479000 orang mengalami kenaikan sebesar
91000 orang dari tahun 2018 Dari jumlah angkatan kerja tersebut 9556 persen bekerja
sedangkan sisanya sebesar 444 persen menganggur
Program Kredit Program berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM
(KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar
Rp179834 miliar (41778 debitur) jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen dan penyaluran Program Ultra Mikro
(UMi) sebesar Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018
terjadi kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen Pemerintah sangat
memperhatikan dan mengharapkan adanya perkembangan usaha serta upaya peningkatan
pertumbuhan ekonomi di wilayah Kalimantan Barat
Realisasi penerimaan perpajakan di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728
triliun naik 68 persen jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya Penerimaan pajak
dalam negeri memberikan kontribusi Rp667 triliun atau 917 persen sedangkan penerimaan
pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar atau 83 persen Pajak
Pertambahan Penghasilan (PPh) merupakan penyumbang penerimaan yang terbesar yakni
Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak Pertambahan Nilai (PPn) yakni Rp307
triliun atau 46 persen Untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) selama tahun 2019
mencapai Rp82375 miliar turun Rp3776 miliar atau 438 persen dibanding penerimaan
tahun sebelumnya PNBP tersebut bersumber dari Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
sebesar Rp42092 miliar dan PNBP lainnya Sebesar Rp40282 miliar
Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019
yaitu sebesar Rp3147 triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar
Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2098 triliun Realisasi
Belanja pemerintah pusat sebesar Rp96 triliun Sedangkan untuk Transfer ke Daerah dan
dana desa terealisasi Rp2034 triliun
Angka Pertumbuhan Ekonomidi Kalimantan Barat
Pertumbuhan Ekonomi
20172018
2019
Pagu dan Realisasi APBN 2019sd 31 Desember 2019
Pajak
PNBP
Belanja Modal
Belanja Bantuan Sosial
87
155
Realisasi
Pagu Realisasi
Rp837 T Rp729 T
Rp053 T Rp082 T
2017 2018 2019
517
500
505
510
515
520
000
506
500
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)di Kalimantan Barat
Indeks Pembangunan Manusia
20172018
2019
2017 2018 2019
6626
6600
6620
6640
6660
6680
000
6698
na
Angka Kemiskinandi Kalimantan Barat
Angka Kemiskinan
20172018
2019
2017 2018 2019
788
700
720
740
760
780
000
737
728
Angka Penganggurandi Kalimantan Barat
7000
800
Angka Pengangguran
20172018
2019
2017 2018 2019
436
400
410
420
430
440
000
426
445450
517
506
500
788
737
728
6626
6698
na
436
426
445
Gini Rasio Kalimantan Barat
03270318
2018
2019
Perkembangan Indikator Kesejahteraan Gini Rasio Kalimantan Barat
Pendapatan
Belanja
93
97
Rp1049 T Rp971 T
Rp2098 T Rp2034 T
sd 31 Desember 2019
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Transfer
Belanja Operasi
Belanja Modal
108
101
Realisasi
Pagu Realisasi
Rp376 T Rp405T
Rp2072 T Rp2085T
Pendapatan
Belanja
95
96
Rp1691 T Rp1608 T
Rp52 T Rp498 T
Belanja Tak Terduga
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pagu dan Realisasi APBD 2019
Belanja Transfer
Rp095 T Rp074T
Rp032 T Rp006T
Rp389 T Rp403T
19
104
78
Perkembangan Indikator Ekonomi
Capaian Program Prioritas Nasional (PN) Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019
Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan DasarPagu Realisasi
Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan KemaritimanPagu Realisasi
Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian Industri Pariwisata dan Jasa Produktif LainnyaPagu Realisasi
Pemantapan Ketahanan Energi Pangan dan Sumber Daya AirPagu Realisasi
Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan PemiluPagu Realisasi
85
73
95
86
89
Rp1741 M Rp1488 M
Rp230 M Rp167 M
Rp84 M Rp80 M
Rp336 M Rp289 M
Rp351 M Rp313 M
Realisasi Terhadap Pagu
Beberapa Pembangunan Hasil Dana APBN 2019 di Kalimantan Barat
Pembuatan Tempat Pembudidayaan Ikan Prodi Agrobisnis Perikanan Poltesa
Pembangunan Gedung Pembelajaran Terpadu MAN IC Sambas
Pembangunan Dermaga Speed Di Bungan Jaya
Pembangunan Infrastruktur Ekowisatadi Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun
Pengadaan dan pemasanganPenerangan Jalan Umum dengan solar cell
Pengadaan Benih Padi 445000 KgDistan TPH Prov Kalbar
Pembangun Terminal Barang Internasional Aruk Tahap III
Restorasi dan Penataan Kawasan Masjid Jami Beting Kota Pontianak
Pelapis Landasan PacuBandara Tebelian
Pembangunan Pasar Rakyat Tampun Juah Kab Sanggau
Pembangunan Jembatan Komposit 11 Meter (5 Unit) di Kab Kayong Utara
Pembangunan Konstruksi Pasar Rakyat Kyai Bandar Laut di Kab Ketapang
KPPN SINGKAWANG
KPPN PONTIANAK
KPPN PUTUSSIBAU
KPPN SANGGAU KPPN
SINTANG
KPPN KETAPANG
Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Nanga Era
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Sanggau
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Bengkayang
Revitalisasi Pasar Sukadana di Kab Kayong Utara
Realisasi Dana Desa
2017 2018 2019Realisasi Dana Desa
Pagu Realisasi
Rp1695 M Rp1693 M
Rp1616 M Rp1615 M20172018
Rp1992 M Rp1987 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
2000 M
1900 M
1800 M
1700 M
1600 M
1500 M
(Rp)
997998
999
2017 2018 2019Pagu DAK Fisik
Pagu Realisasi
Rp2457 M Rp2281 M
Rp2998 M Rp2794 M20172018
Rp2614 M Rp2447 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
3000 M
2800 M
2600 M
2400 M
2200 M
2000 M
(Rp)
931
928
999
936
Realisasi DAK Fisik
Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik
2017 2018 2019Pagu DAK Fisik
Pagu Realisasi
Rp2457 M Rp2281 M
Rp2998 M Rp2794 M20172018
Rp2614 M Rp2447 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
3000 M
2800 M
2600 M
2400 M
2200 M
2000 M
(Rp)
931
928
999
936
Realisasi DAK Fisik
Realisasi Kredit Ultra Mikro (UMi)
2017 2018 2019Jumlah Debitur
Debitur Realisasi
2124 Rp84 M
1913 Rp44 M20172018
Rp104 M2019
10 M
8 M
6 M
4 M
2 M
(Rp)
1913
2124
Realisasi UMi
2342
2737 12 M
Jumlah DebiturRealisasi UMi
Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)
2017 2018 2019
Debitur Realisasi
41511 Rp1615 M
34704 Rp1120 M20172018
44498 Rp1808 M2019
2000 M
1800 M
1600 M
1400 M
1200 M
(Rp)
34704
41511
44498
Jumlah DebiturRealisasi KUR
BAB I
SASARAN
PEMBANGUNAN
DAN TANTANGAN
DAERAH
Pulau Karimata Kayong UtaraMerupakan pulau dengan status Suaka Alam L a u t ( S A L ) y a n g m e n a w a r k a n p e s o n a ekosis tem terumbu karang hutan panta i hutan mangrove sampai dengan ekosistem perbukitan tinggi
1
11 PENDAHULUAN
Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di
daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata Oleh sebab itu untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur
pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian
anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD Sesuai dengan Undang-Undang
Keuangan Nomor 17 Tahun 2003 pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan
negara adalah Presiden sedangkan di daerah adalah GubernurBupatiWalikota oleh
karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah maka diperlukan sinergi
dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan
dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien
Selanjutnya kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan
daerah dalam memastikan efektifitasnya Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat
alokasi distribusi dan stabilisasi maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu
meningkatkan perbaikan dan kualitas indicator-indikator ekonomi makro dan
kesejahteraan di daerah Oleh karena itu kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari
perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan
Tidak terlepas dari hal tersebut maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi
perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan
terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi sosial-
kependudukan serta tantangan wilayahnya sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui
program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi
12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Masa jabatan Gubernur Kalimantan Barat periode 2018-2023 merupakan periode
lima tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kalimantan Barat Tahun 2005-2025 Dalam RPJPD dikemukakan bahwa visi
pembangunan jangka panjang Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2025 adalah
ldquoKalimantan Barat Bersatu dan Majurdquo
2
Visi misi dan arah pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJPD 2005-
2025 menjadi acuan dalam merumuskan visi pembangunan daerah tahun 2018ndash2023
yaitu ldquoTerwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Barat Melalui
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Dan Perbaikan Tata Kelola
Pemerintahanrdquo Pada kepemimpinan 5 (lima) tahun mendatang percepatan
pembangunan infrastruktur akan menjadi fokus utama
Sementara itu misi pembangunan Provinsi Kalimantan Barat yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut
1 Mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur
Percepatan pembangunan infrastruktur ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah serta perbatasan Indeks infrastruktur
Kalimantan Barat direncanakan mencapai 5993 di Tahun 2019
Sasaran dari misi ini adalah peningkatan ketersediaan infrastruktur pasokan
tenaga listrik jaringan transportasi (yang meliputi pelayanan konektivitas dan
keselamatan) kapasitas dan kualitas jalan ataupun jembatan Pengelolaan
Sumber Daya Air kualitas infrastruktur permukiman perdesaan (sesuai dengan
Indeks Desa Membangun) maupun perkotaan ketaatan terhadap rencana tata
ruang meningkatnya Infrastruktur daerah serta perbatasan
2 Mewujudkan tata kelola pemerintahan berkualitas dengan prinsip-prinsip Good
Governance
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan
daerah dengan target Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai SAKIP Prov
Kalimantan Barat mencapai A pada tahun 2025
Hal ini ditunjukkan dengan sasaran peningkatan pada kualitas Kelitbangan
untuk mendukung kebijakan daerah Indeks Kepuasan Pelayanan DPRD
pelayanan umum pengelolaan administrasi keuangan dan aset di lingkungan
Sekretariat Daerah dan Rumah Jabatan kelembagaan perangkat daerah yang
tepat fungsi dan tepat ukuran penyelenggaraan ketatalaksanaan pemerintah
daerah penataan sistem manajemen SDM Aparatur berdasarkan merit system
Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Desa Pengelolaan Arsip Daerah pembinaan
dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah terselenggaranya Penataan
Daerah dan Pembinaan Wilayah terkoordinirnya dan tertatanya kegiatan
kerjasama dalam negeri dan luar negeri dalam menunjang pembangunan di
Provinsi Kalimantan Barat meningkatnya pengelolaan wilayah perbatasan
meningkatnya komunikasi kebijakan pembangunan daerah
3
3 Mewujudkan masyarakat yang sehat cerdas produktif dan inovatif
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dengan indikator sasaran
peningkatan IPM dari angka 6626 menjadi 672 di tahun 2019 Sasaran misi ini
adalah meningkatkan kualitas pendidikan kebudayaan dan literasi peningkatan
kualitas kesehatan meningkatkan kualitas pemuda meningkatakan capaian
indeks pembangunan gender dan Indeks pemberdayaan gender meningkatakan
perlindungan terhadap perempuan dan anak meningkatkan ketersediaan
keterjangkauan dan pemanfaatan pangan meningkatakan fasilitasi program KB
Keluarga Sejahtera dan Pengendalian Penduduk
4 Mewujudkan masyarakat sejahtera
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarat secara merata
mengurangi kemiskinan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi dari 506
ditargetkan 520 pada tahun 2019 dan jumlah desa mandiri dari 1 ditargetkan
mencapai 63 desa mandiri Selanjutnya tujuan lainnya adalah mengurangi
kemiskinan dan pengangguran dengan target menurunkan angka tingkat
penggangguran terbuka dari 413 menjadi 390 pada tahun 2019 Beberapa
sasarannya terkendalinya penyakit menular strategis zoonosis meningkatnya
produksi peternakan terwujudnya kedaulatan pangan sektor keluatan dan
perikanan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produksi perikanan
5 Mewujudkan masyarakat yang tertib
Hal ini bertujuan meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat
Sasaran dari misi ini adalah meningkatkan skor Indeks Demokrasi Aspek
Kebebasan Sipil dari 9715 menjadi 9735 di tahun 2019 penyelenggaraan
pelayanan Trantibumlinmas meningkatnya jumlah orang atau kelompok
masyarakat miskin yang memperoleh bantuan hukum litigasi dan non litigasi
meningkatnya upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam rangka pengurangan
risiko bencana meningkatkan penanganan kedaruratan dan pendistribusian
logistik pada daerah terkena bencana meningkatkan penanganan rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana
6 Mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan
target sasaran Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kalimantan Barat Tahun 2019
di angka 6620 Dengan sasaran lainnya menurunnya luas kerusakan Kawasan
hutan melalui rehabilitasi hutan dan layanan krisis dan ketaatan terhadap
pencana tata ruang meningkat
4
122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dijabarkan ke
dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan
pembangunan tahunan yang disusun berikut rancangan prioritas dan sasaran
pembangunan daerah
a Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Kondisi infrastruktur di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2018 apabila
dilihat dari Indeks Infrastruktur adalah sebesar 5661 Angka Indeks Infrastruktur
merupakan indeks yang menggambarkan kondisi infrastruktur di Kalimantan Barat
pada tahun 2018 yang meliputi variabel Jalan Kondisi Mantap Provinsi sebesar
4971 Irigasi Kondisi Mantap sebesar 4676 Rumah Tangga Bersanitasi
sebesar 4838 Rumah Tangga dengan Air Bersih sebesar 5520 dan Rasio
Elektrifikasi sebesar 83 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan
dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas
Perhubungan dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kalimantan Barat
Untuk tahun 2020 indeks infrastruktur Kalimantan Barat ditargetkan
meningkat menjadi 6300 yang tentunya merata di seluruh Kabupaten Kota di
Kalimantan Barat
Tabel I1
Target Indeks Infrastruktur Kalimantan Barat Tahun 2020 Indikator Kondisi
Awal (2018)
Taget
2019 2020
1 2 3 4
Persentase Panjang Jalan Provinsi Dalam Kondisi Mantap
4971 5668 6219
Rumah Tangga Sanitasi 4838 5188 5549
Persentase Akses Penduduk Air Minum
5520 5830 6120
Rasio Elektrifikasi 8300 8500 8700
Persentase Irigasi Provinsi dalam Kondisi Baik
4676 4778 4890
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tahun 2020 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMD Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2018 ndash 2023 dimana tahun 2020 ditetapkan sebagai
Tahap Percepatan (Pemerataan infrastruktur dasar dan aksesibilitas antar wilayah
dalam rangka percepatan mewujudkan desa mandiri) Pembangunan dalam tahap
kedua lebih diarahkan pada upaya peningkatan status desa menuju desa mandiri
Apalagi bila dikaitkan dengan target RPJMD yang menetapkan sasaran pada
pencapaian desa mandiri tahun 2023 kurang lebih 400 desa mandiri Oleh karena
itu salah satu pilihan strategi yang memiliki dampak bagi peningkatan status desa
5
mandiri diantaranya melalui Pemerataan infrastruktur dasar serta pemerataan
aksesibilitas antar wilayah
b Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah
Kualitas tata kelola pemerintahan daerah di Provinsi Kalimantan Barat yang
diukur melalui Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah berada pada kondisi baik dimana nilai Indeks Reformasi
Birokrasi berada pada nilai B Dan Nilai SAKIP berada pada predikat B dengan
nilai 6401 Untuk Kabupaten Kota di Kalimantan Barat dari 14 Kabupaten Kota
hanya 1 daerah yaitu Kota Pontianak yang sudah mendapatkan predikat BB pada
nilai SAKIP12 kabupaten dengan predikat B dan yang lainnya masih berada
pada predikat CC dan C pada tahun 2018
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa
Perangkat Daerah yaitu Biro Adminsitasi Pembangunan dan Pengadaan Barang
dan Jasa Biro Pengelolaan Aset Biro Hukum Biro Humas dan Protokol serta Biro
Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Barat Selain itu juga didukung
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Kepegawaian Daerah
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Penelitian dan
Pengembangan Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Daerah Provinsi Kalimantan Barat
c Mewujudkan Masyarakat Sejahtera
Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan melalui beberapa
indikator yaitu
- Pertumbuhan Ekonomi tahun 2018 ada di angka 506 tahun 2019 535 dan
ditargetkan tumbuh 535 pada tahun 2020
- Penurunan Angka Kemiskinan sebelumnya 737 (2018) 692 (2019)
ditargetkan 643 pada tahun 2020
- Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka sebelumnya 413 (2018) 390
(2019) ditargetkan menurun 363 pada tahun 2020
- Gini Rasio Kalimantan Barat ditargetkan menjadi 032 pada tahun 2020
- Jumlah Desa Mandiri di Kalimantan Barat dari 1 (2018) 63 (2019 namun
tercapai 87) ditarget 159 desa pada tahun 2020
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa
Perangkat Daerah yaitu Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Dinas
Perkebunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pangan
Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Kehutanan Dinas Kelautan dan
Perikanan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pemuda Olahraga dan
6
Pariwisata Dinas Koperasi dan UKM Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Sosial Pada tahun 2020
berikut target mewujudkan masyarakat sejahtera
Tabel I2
Target Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Tahun 2020
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tabel I3
Target Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kota Tahun 2020 No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 850 ndash 842 842 ndash 833
2 Bengkayang 742 ndash 738 738 ndash 736
3 Landak 1319-1212 1212-1202
4 Mempawah 584 ndash 582 582 ndash 581
5 Sanggau 457 ndash 455 455 ndash 451
6 Ketapang 1163-1093 1093-1084
7 Sintang 1027-1018 1018-1015
8 Kapuas Hulu 1001-938 938-931
9 Sekadau 647-640 640-638
10 Melawi 1277-1250 1250-1247
11 Kayong Utara 1006-986 986-983
12 Kubu Raya 540 ndash 522 522-518
13 Kota Pontianak 536-535 535-534
14 Kota Singkawang 578 ndash 535 535 ndash 531
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tabel I4
Target Tingkat Penganggauran Terbuka Kabupaten Kota Tahun 2020
No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 334 ndash 332 332 ndash 329
2 Bengkayang 240 ndash 238 238 ndash 235
3 Landak 229 ndash 226 226 ndash 224
4 Mempawah 617 ndash 615 615 ndash 543
5 Sanggau 247 ndash 243 243 ndash 239
No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 525 ndash 529 533 ndash 537
2 Bengkayang 584 ndash 602 610 ndash 620
3 Landak 525 ndash 529 530 ndash 533
4 Mempawah 521 ndash 529 535 ndash 537
5 Sanggau 471 ndash 492 509 ndash 513
6 Ketapang 741 ndash 761 771 ndash 781
7 Sintang 539 ndash 545 549 ndash 551
8 Kapuas Hulu 542 ndash 548 550 ndash 554
9 Sekadau 583 ndash 585 587 ndash 589
10 Melawi 488 ndash 497 501 ndash 506
11 Kayong Utara 545 ndash 550 551 ndash 553
12 Kubu Raya 673 ndash 683 690 ndash 696
13 Kota Pontianak 550 ndash 562 585 ndash 591
14 Kota Singkawang 576 ndash 600 615 ndash 623
7
6 Ketapang 323 ndash 321 321 ndash 319
7 Sintang 158 ndash 156 232 ndash 230
8 Kapuas Hulu 280 ndash 274 156 ndash 154
9 Sekadau 315 ndash 311 274 ndash 268
10 Melawi 39 ndash 392 311 ndash 307
11 Kayong Utara 393 ndash 392 392 ndash 391
12 Kubu Raya 656 ndash 643 643 ndash 629
13 Kota Pontianak 505 ndash 493 493 ndash 481
14 Kota Singkawang 542 ndash 535 535 ndash 528
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
d Mewujudkan Masyarakat yang Tertib
Misi ini bertujuan untuk meningkatkan ketentraman dan ketertiban
masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat Keberhasilan pencapaian misi ini
ditunjukan dengan indikator yaitu tidak adanya Konflik Sosial yang terjadi di
Kalimantan Barat dan meningkatnya indeks kebebasan sipil dari 9715 (2018)
menjadi 9735 (2019) sementara itu tahun 2020 ditargetkan mendapat 9755
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa Perangkat
Daerah yaitu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Satuan Polisi Pamong Praja
Biro Hukum Sekretariat Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Provinsi Kalimantan Barat
e Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Misi mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan bertujuan untuk
meningkatnya kualitas lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Barat
Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan indikator Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup mencapai angka 6620 (2019) dan tahun 2020 ditargetkan
pada angka 6640 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh
beberapa Perangkat Daerah yaitu Dinas Perumahan Rakyat Kawasan
Permukiman dan Lingkungan Hidup Dinas Kehutanan dan Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Barat
13 TANTANGAN DAERAH
131 Tantangan Ekonomi Daerah
Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan merupakan kekuatan utama
perekonomian di Kalimantan Barat PDRB sektor pertanian tumbuh 50 persen dan
memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan
Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019 Sektor Pertanian Kehutanan dan
Perikanan banyak disumbang oleh hasil Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan
Karet Sejalan dengan tersebut serapan tenaga kerja di Kalimantan Barat cukup
mencerminkan kesesuaian dengan struktur PDRB Lapangan usaha penyerap tenaga
kerja utama di Provinsi Kalimantan Barat adalah lapangan usaha pertanian Dengan
8
demikian upaya mempertahankan maupun meningkatkan kinerja lapangan usaha
pertanian di Kalimantan Barat perlu menjadi perhatian serius
Sementara itu terkait dengan ketenagakerjaaan Kalimantan Barat tahun 2019
jumlah penduduk pencari kerja meningkat sebesar 577 persen dibandingkan dengan
Agustus 2018 Meningkatnya jumlah pengangguran disebabkan adanya penurunan
penyerapan tenaga kerja pada beberapa lapangan usaha Dalam evaluasi RKPD
Tahun 2020 juga dicantumkan mengenai permasalahan tingginya angka
pengangguran di Kalimantan Barat sehingga perlu dilakukan langkah kongkrit dalam
upaya mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan kerja yang
berkualitas Selain itu permasalahan lainnya tenaga kerja belum terserap sesuai
pasar kerja dan belum terserap secara maksimal di berbagai sektor lapangan usaha
Dilihat dari segi pembiayaan pemerintah sudah meluncurkan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) untuk mempermudah pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan
yang murah KUR ditargetkan secara nasional 60 persennya menyasar pada sektor
produktif Sehingga sesuai dengan sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan yang
menjadi kekuatan Kalimantan Barat Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada
Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp 179 Triliun Pemerintah Daerah perlu
menseriusi perannya sebagai penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima
KUR Harapannya UMKM dapat mendorong perekonomian Kalimantan Barat
Dari segi infrastruktur kondisi jalan Provinsi dari tahun 2013 hingga tahun 2017
dalam kondisi mantap terus mengalami perbaikan akan tetapi pada tahun 2018
persentase jalan provinsi dalam kondisi mantap mengalami penurunan menjadi
sebesar 4971 persen Sejalan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo pada tahun
2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur pembangunan jalan juga menjadi fokus
dari Pemerintah Dearah Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam
proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai
Jalur Transportasi bagi masyarakat dan kondisi jalan akan sangat berpengaruh
133 Tantangan Sosial Kependudukan
Berdasarkan data Agregat Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018 semester II berjumlah sekitar 5422814 jiwa 5148 persen atau 2791477
jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4852 persen atau 2631337 jiwa adalah
perempuan Dengan luas wilayah 147307 Km2 maka kepadatan penduduk
Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 37 jiwa km2
Berdasarkan kelompok umur sebesar 6980 persen atau sebanyak 3784929
jiwa merupakan kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun) Tingginya penduduk
usia produktif memberikan keuntungan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat
9
Sementara itu untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2018 yakni sebesar 2529
persen atau sebanyak 1371397 jiwa sedangkan untuk penduduk usia lanjut usia
(kelompok 65 tahun ke atas) sebesar 491 persen atau sebanyak 266488 jiwa
Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengetahui seberapa banyak
penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas Pendidikan sesuai
dengan jenjang pendidikannya Selama periode 2014-2018 APM SDMI telah berada
di atas angka 90 persen Hal ini menunjukkan sebesar 90 an persen penduduk
kelompok umur 7-12 tahun bersekolah dijenjang SD sementara APM SMPMTS masih
di angka 70 persen dan APM SMASMKMTS masih di bawah 70 persen Berdasarkan
Pendidikan Penduduk Provinsi Kalimantan Barat pada Semester I Tahun 2019
terdapat 146 juta belumtidak sekolah 804 ribu tamat SDSederajat 147 tamat
SDSederajat 700 ribu tamat SLTPSederajat 767 ribu tamat SLTASederajat 53 ribu
menempuh Pendidikan D1D2 53 ribu menempuh pendidikan akademiD3S Muda
133 ribu menempuh pendidikan D4S1 4 ribu menempuh Pendidikan S2 dan 444
menempuh Pendidikan S3
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Barat masih
terdapat 524 persen balita dengan status gizi buruk dan 1859 persen balita dengan
status gizi kurang Balita gizi buruk dan gizi kurang tersebar di 14 (empat belas)
kabupatenkota se-Kalimantan Barat Kabupaten Melawi merupakan Kabupaten
dengan persentase balita dengan status gizi buruk sebsar 869 persen Sedangkan
Kabupaten Sambas merupakan Kabupaten dengan persentase balita dengan status
gizi kurang terbesar yakni 2605 persen Jika dibandingkan hasil Riskesdas tahun
2013 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 telah mengalami
penurunan
133 Tantangan Geografi Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat merupakan Provinsi terluas ke-4 di Indonesia dengan
luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih luas dari seluruh pulau Jawa
Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (6302) dan areal
perkebunan mencapai 2469386 ha atau 1682 persen Sementara itu areal untuk
pemukiman hanya berkisar 035 persen
Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019
Dengan luas wilayah ini menjadi tantangan pemerintah membuka akses jalan antar daerah yang banyak terpisah oleh sungai dan hutan Pembangunan infrastruktur menjadi kunci utama Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai Jalur Transportasi bagi masyarakat
Danau Sentarum Kapuas HuluPada musim penghujan tiba Danau Sentarum akan tergenang air selama 6-14 meter Sementara itu pada musim kemarau 80 persen air danau akan mengering
BAB II
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
EKONOMI
REGIONAL
10
21 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL
211 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010 (ADHK) Provinsi
Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar Rp13712 triliun sedangkan berdasarkan
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai sebesar Rp21232 triliun dengan PDRB
per kapita mencapai sebesar Rp4188 juta Sementara itu PDB Indonesia tahun 2019
mencapai Rp158339 triliun dan kontribusi PDRB Provinsi Kalimantan Barat hanya
sebesar 134 persen terhadap pembentukan PDB nasional
Tabel II1
PDRB Atas Dasar Berlaku dan Harga Konstan Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (triliun rupiah)
No PDRB Tahun 2018 Total Tahun 2019 Total
I II III IV I II III IV
1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
4692 4643 4986 5095 19403 4689 5060 5452 5586 21232
2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan
3215 3136 3328 3385 13058 3376 3294 3491 3545 13712
3 Laju Pertumbuhan Kalbar
511 518 501 507 506 507 508 495 466 500
4 Laju Pertumbuhan Nasional
506 527 517 518 517 518 507 505 497 502
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
a Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019
mengalami perlambatan yaitu hanya 500 persen apabila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yaitu sebesar 506 persen dan lebih rendah jika dibandingkan
dengan kinerja perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 502 persen hal ini
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian
11
Grafik II1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
Sumber data BPS Kalbar 2019(diolah)
Tren pertumbuhan ekonomi per-triwulanan Kalimantan Barat tahun 2019
mengalami penurunan sejak triwulan II sebesar 508 persen menjadi 466 persen
pada triwulan IV hal ini dialami juga pertumbuhan ekonomi nasional yang
cenderung menurun sejak triwulan I sebesar 518 persen menjadi 497 persen
pada tiwulan IV Penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulanan tahun 2019
utamanya didorong oleh Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
sebesar 661 persen Real Estate sebesar 543 persen dan Jasa Perusahaan
sebesar 483 persen
b Nominal PDRB
PDRB Kalimantan Barat atas dasar harga yang berlaku tahun 2019 adalah
sebesar Rp21232 triliun atau naik 943 persen dibandingkan tahun sebelumnya
dimana pertumbuhan yang dominan adalah sektor pembentuk Jasa Lainnya
Industri Pengolahan dan Jasa Kesehatan dan Sosial sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2019 adalah sebesar Rp13712 triliun atau naik 501 persen
dibandingkan tahun 2018
1) PDRB Menurut Pengeluaran
Perkembangan PDRB dari menurut pengeluaran ADHK secara triwulanan
pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan pada triwulan III dan IV khusus
untuk triwulan IV dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seluruh komponen
terjadi peningkatan kecuali komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 869
persen dan komponen Pengeluaran Konsumsi LNRT sebesar 233 persen
12
Tabel II2
PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat atas dasar Harga Konstan (ADHK)
No Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)
I II III IV
1 Konsumsi Rumah Tangga 1794 1843 1813 1825
2 Konsumsi LNRT 041 043 043 042
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 345 355 386 469
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 968 997 1045 1087
5 Perubahan Inventori 090 (060) - 131
6 Ekspor 347 390 449 410
7 Impor 163 274 321 419
PDRB 3376 3294 3491 3545
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Laju pertumbuhan PDRB (ADHK) menurut pengeluaran selama tahun 2018
dan tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel II3
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran
No Komponen 2018 2019
(triliun Rp)
() (triliun Rp)
()
1 Konsumsi Rumah Tangga 6965 564 7275 496
2 Konsumsi LNPRT 156 968 169 886
3 Konsumsi Pemerintah 1490 382 1555 502
4 Modal Tetap Bruto 4041 282 4097 139
5 Perubahan Inventori 115 - 161 -
6 Ekspor Barang Jasa 1486 366 1596 1012
7 Impor Barang dan Jasa 1189 2864 1177 586
PDRB 13058 506 13712 500
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Kalimantan Barat 2019
yang tertinggi adalah komponen Ekspor Barang dan Jasa yaitu 1012 persen
dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun selanjutnya adalah Konsumsi
LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan jasa utamanya
berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan
Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet
Perkembangan PDRB menurut pengeluaran ADHB secara triwulanan
tahun 2019 cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya kecuali
komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 124 persen
13
Tabel II4
PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
` Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)
I II III IV
1 Konsumsi Rumah Tangga 2785 2847 2817 2824
2 Konsumsi LNRT 066 069 067 072
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
496 531 634 746
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1604 1634 1727 1851
5 Perubhan Inventori 166 (093) - 141
6 Ekspor 432 685 646 638
7 Impor 337 613 524 686
PDRB 4689 5060 5452 5586
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Distribusi PDRB (ADHB) menurut pengeluaran selama tahun 2018 dan
tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel I5
Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
No Komponen 2018 2019
(triliun Rp)
() (triliun Rp)
()
1 Konsumsi Rumah Tangga 10478 5436 11273 5321
2 Konsumsi LNPRT 233 122 274 129
3 Konsumsi Pemerintah 2259 1161 2407 1129
4 Modal Tetap Bruto 6312 3302 6816 3210
5 Perubahan Inventori 257 091 214 098
6 Ekspor Barang dan Jasa 1954 1009 2401 1185
7 (-) Impor Barang dan Jasa 2250 1101 2160 1111
PDRB 19403 10000 21232 10000
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
PDRB (ADHB) Kalbar tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar
Rp1829 triliun (943 persen) menjadi sebesar Rp21232 triliun dibandingkan
tahun 2018 Konsumsi rumah tangga memiliki porsi hingga 5321 persen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3210 persen dan konsumsi
Pemerintah hanya sebesar 1129 persen Sebagai komponen utama PDRB
konsumsi rumah tangga meningkat sebesar Rp795 triliun (759 persen) seiring
dengan membaiknya tingkat pendapatan per kapita masyarakat Kalimantan
Barat meningkat menjadi sebesar 4188 juta atau 797 persen dari tahun yang
14
lalu namun tidak diikuti kontribusinya yang mengalami penurunan sebesar 115
persen
a) Konsumsi
Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar
2019 terhadap Laju pertumbuhan komponen Konsumsi Rumah Tangga
mengalami penurunan sebesar 068 persen dibandingkan tahun
sebelumnya walaupun dari segi nilai nominal ADHB terjadi peningkatan
sebesar Rp795 triliun atau 759 persen yang disebabkan oleh pergeseran
pola konsumsi masyarakat akibat perkembangan teknologi yakni
pergeseran jenis konsumsi masyarakat dari barang-barang konsumsi
(makanan minuman barang-barang lainnya) kepada kebutuhan lainnya
(jasa kesehatanpendidikanrekreasi)
Tabel I6
Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar 5438 5436 5321
2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 9651 10478 11273
3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 6590 6965 7275
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 456 564 496
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
b) Investasi
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMBT) kontribusinya terhadap PDRB
tahun 2019 adalah sebesar 3210 persen turun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang sebesar 3302 sementara itu secara nominal berdasarkan
ADHB nilainya naik sebesar Rp504 miliar dan laju pertumbuhan
komponennya turun sebesar 143 persen dibandingkan dengan tahun 2018
Tabel I7
Pengaruh Komponen PMTB terhadap PDRB Kalimantan Barat 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 3371 3302 3210
2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 5982 6312 6816
3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 3930 4041 4097
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 233 282 139
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat
pada tahun 2019 mencapai sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25
15
triliun atau 1897 persen dibandingkan dengan tahun 2018 Realisasi
investasi PMDN dan PMA belum sesuai dengan target RPJMD Provinsi
Kalimantan Barat yang ditetapkan sebesar sebesar Rp1875 triliun
Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing
sebesar Rp799 triliun mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya Rp14 triliun sedangkan realisasi investasi PMDN sebesar
Rp769 triliun juga mengalami penurunan sebesar Rp11 triliun Hal ini terjadi
tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa
mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah yang
akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single
Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi
oleh berbagai instansi terkait baik di pusat dan daerah
Grafik II2
Perkembangan Investasi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
SumberBPMPTSP Prov Kalbar
c) Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah pada tahun 2019 memberikan kontribusi
terhadap perekonomian Kalimantan Barat sebesar 1129 persen menurun
dibanding tahun sebelumnya yakni 1161 persen dilihat secara nominal
mengalami kenaikan sebesar Rp148 triliun Laju pertumbuhan mengalami
peningkatan yaitu sebesar 502 persen kebijakan pemerintah pusat yang
cenderung meningkatkan Belanja Negara hingga sebesar Rp87030 miliar
sekitar 287 persen dan juga transfer ke daerah khususnya Dana Desa
sebesar Rp29671 sekitar 1750 persen maka Pemda diharapkan semakin
kreatif dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk pembangunan di
daerah dalam rangka stabilitas pertumbuhan ekonominya
Tabel I8
Pengaruh Komponen Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
16
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 116 1161 1129
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 2059 2259 2407
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1432 1490 1555
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 521 382 502
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
d) Ekspor dan Impor
Kontribusi ekspor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019
sebesar 1185 persen mengalami kenaikan 176 persen dibandingkan tahun
sebelumnya secara nominal terjadi kenaikan sebesar Rp447 triliun
termasuk laju pertumbuhan komponen ekspor juga mengalami kenaikan
sebesar 646 persen dibandingkan tahun 2018
Tabel I9
Pengaruh Komponen Ekspor Barang dan Jasa terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Kinerja ekspor Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai US$116866
juta mengalami kenaikan US$16770 juta dibandingkan dengan tahun 2018
peningkatan didukung oleh naiknya Komoditas ekspor Biji Kerak dan Abu
Logam sebesar US$17422 atau 7871 persen Lemak dan Minyak
HewanNabati sebesar US$5517 atau 7193 persen dan Karet dan Barang
dari karet US$3081 atau 5555 persen dan terjadi penurunan terhadap
volume dan nilai ekspor alumina serta minyak kelapa sawit atau CPO karena
adanya pembatasan dari Uni Eropa
Komoditas ekspor utama adalah Biji Kerak dan Abu Logam sebesar
US$42777 juta Bahan Kimia Anorganik mencapai US$37577 juta serta
Lemak dan Minyak HewanNabati mencapai US$13187 juta dengan negara
tujuan ekspor masih didominasi negara Asia dengan kontribusi sebesar
9642 persen yaitu Tiongkok sebesar US$49979 juta Malaysia sebesar
US$34262 dan India sebesar US$16908 juta
Kontribusi impor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019
sebesar 1111 persen mengalami kenaikan 010 persen dibandingkan tahun
No Komponen 2017 2018 2019
1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar () 796 1009 1185
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1599 1954 2401
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1434 1486 1596
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 4365 366 1012
17
sebelumnya secara nominal terjadi penurunan sebesar Rp090 triliun
demikian juga laju pertumbuhan komponen mengalami penurunan mencapai
586 persen atau 2278 persen dibandingkan tahun 2018 peningkatan
kebutuhan impor utamanya didukung oleh besarnya permintaan barang dan
bahan baku untuk mendukung kegiatan industri pengolahan
Tabel II10
Pengaruh Komponen Impor Barang dan Jasa terhadap PDRB
Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar ()
581 1101 1111
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1823 2250 2160
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1093 1189 1177
4 Laju Pertumbuhan Komponen () -197 2864 586
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Impor Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar US$48225 juta naik
US$1918 juta dibandingkan dengan tahun 2018 komoditas impor utama
adalah Bahan Bakar Mineral sebesar US$19848 juta Mesin-MesinPesawat
Mekanik sebesar US$13410 juta dan Mesin atau Peralatan Listrik sebesar
US$3071 juta Sebagian besar impor berasal dari negara Asia mencapai
9698 persen yaitu Malaysia sebesar US$19561 juta Tiongkok sebesar
US$19516 juta dan Singapura US$4474 juta
Perekonomian Kalimantan Barat selama tahun 2019 menunjukan
perkembangan walaupun tidak sebaik tahun sebelumnya dengan nilai
neraca perdagangan menunjukan surplus sebesar US$68641 juta masih
lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang mengalami surplus sebesar
US$53789
c PDRB per kapita
PDRB per kapita Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 (ADHB) mencapai
Rp4188 juta terjadi peningkatan sebesar 797 persen dibandingkan tahun 2018
namun masih jauh dibawah PDB per kapita nasional yaitu sebesar Rp5910 juta
Peningkatan PDRB per kapita tersebut ternyata belum dinikmati oleh seluruh
lapisan masyarakat karena masih terdapat beberapa masyarakat yang berada
dibawah garis kemiskinan hal ini ditunjukan oleh koefisien gini rasio Kalimantan
Barat 2019 sebesar 0318 yang menunjukan adanya ketimpangan pendapatan
atau kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat artinya pengeluaran
penduduk masih berada kategori ketimpangan yang sedang
18
Tabel II11
PDRB Per Kapita Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
PDRB Per Kapita Kalimantan Barat
Tahun 2017-2019
Uraian 2017 2018 2019
PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku
Nilai (Juta Rupiah) 3598 3879 4188
Nilai (US $) 268929 261953 296000
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 20189(diolah)
212 Suku Bunga
Berdasarkan sumber data Bank Indonesia periode Januari 2019 sd Mei 2019 BI Rate
berada pada level 600 persen kemudian bulan Juni sd September cenderung turun pada
level 575 ndash 525 persen selanjutnya pada bulan Oktober sd Desember 2019 meningkat
hingga level 500 persen Tren menurunnya BI Rate tersebut merupakan antisipasi
terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami penurunan dan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Global
Grafik II3
BI Rate Tahun 2019
Sumber data BI 2019 (diolah)
Apabila dicermati bahwa kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal
perekonomian Indonesia merupakan dasar dalam mempertimbangkan penurunan suku
bunga kebijakan Penurunan ini sejalan dengan inflasi yang tetap rendah yaitu kisaran
263 persen dan tetap dapat menarik imbal hasil aset keuangan domestik Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut diantaranya
1 Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang diperkirakan
akan menahan suku bunga di level 15-175 hingga akhir tahun 2020 Hal ini di
19
dorong perekonomian AS masih tumbuh kuat berkisar 2 dengan inflasi 18 yang
artinya perekonomian AS masih ekspansif
2 Di sisi lain kesepakatan perang dagang antara AS dan China tekanan Brexit yang
menurun serta risiko geopolitik yang juga mereda turut memberikan pijakan bagi
bank-bank sentral untuk tidak mengubah arah kebijakan (stance) suku bunga
acuannya
3 Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor eksternal
yakni adanya kecenderungan bank-bank sentral menahan suku bunga acuan
lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya yang masih sesuai dengan
target
4 Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan perkiraan inflasi yang
terkendali dalam kisaran sasaran stabilitas eksternal yang terjaga serta upaya
untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah
perekonomian global yang melambat
5 Kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan terus
diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi
213 Inflasi
Secara umum laju inflasi Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 263 persen dibawah
laju inflasi nasional yaitu 268 persen laju inflasi tahun 2019 ini lebih rendah dibandingkan
dengan dua tahun sebelumnya yaitu 399 persen (tahun 2018) dan 383 persen (tahun
2017)
Grafik I4
Inflasi Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2017-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif
begitu pula inflasi nasional Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen
lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang hanya mencapai 055 persen
Tekanan inflasi ini terjadi adanya peningkatan pada kelompok bahan makanan yang
disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok makanan jadi
20
minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan legislative
yang dilakukan serempak pada tahun 2019 turut mendorong risiko tekanan pada
kelompok makanan Disisi lain Kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan
pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen atau terjadi kenaikan indeks
dari 13658 pada November 2019 menjadi 13829 pada Desember 2019 hal tersebut
dipengaruhi tingginya permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara
tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan ban luar mobil selama periode
Desember dan Tahun Baru pergerakan inflasi bulanan seperti pada tabel dibawah ini
Grafik I5
Laju Inflasi bulanan dan tahunan Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2018-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
Terkendalinya laju inflasi tidak terlepas dari keberadaan forum Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) Kalbar yang dibentuk sebagai wadah koordinasi guna menjaga
kestabilan dan keterjangkauan harga di seluruh wilayah Provinsi Kalbar beberapa upaya
dalam mengendalikan inflasi di Kalimantan Barat antara lain
1 TIPD memfokuskan terutama memitigasi risiko kenaikan harga serta kelancaran
distribusi pasokan bahan pangan
2 Dalam rangka memitigasi risiko kenaikan harga serta distribusi pasokan bahan
pangan strategis tersebut adanya kebijakan yang memacu peningkatan produksi
bahan pangan dan menjaga kelancaran distribusi
3 Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan
komoditas harus diatur oleh pemerintah karena pada dasarnya inflasi sangat terkait
daya beli Daya beli akan membaik jika inflasi rendah dan stabil Daya beli ini juga
mencerminkan miskin tidaknya suatu masyarakat
4 Agar tingkat inflasi bisa dikendalikan mengajak para pengusaha dalam menentukan
harga perlu mempertimbangkan daya beli konsumen Sedangkan untuk konsumen
sendiri harus mampu mengatur tingkat konsumtif
21
214 Nilai Tukar
Menurut data Bank Indonesia (berdasarkan kurs akhir bulanan) nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar AS bergerak melemah puncaknya pada bulan Mei 2019 dan selanjutnya
terjadi koreksi pada akhir tahun (Desember) berangsur-angsur kembali menunjukan
perbaikan
Grafik I6
Nilai Tukar US Dolar Terhadap Rupiah Tahun 2019
Sumber data BI 2019
Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka
Rp14313- per US Dollar dan menunjukan perbaikan sampai dengan bulan Juli hingga
menyentuh pada level Rp13956- per US Dollar namun kembali melemah pada Agustus
2019 pada level Rp14166- per US Dollar dan menguat pada akhir tahun 2019 pada
Rp13831- per US Dollar
Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank
Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral
Amerika) yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi
negara maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang
negara emerging market termasuk Rupiah dan disamping juga pengaruh melemahnya
dolar AS terhadap semua mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak
menaikkan tingkat suku bunga terdapat beberapa faktor yang mendorong pergerakan
nilai tukar menjadi stabil dan menguat antara lain
1 Kebijakan suku bunga Tanah Air sudah membuat imbal hasil aset keuangan
Indonesia termasuk obligasi menjadi menarik arus modal asing masuk ke Indonesia
dan menambah pasokan valas di dalam negeri
2 Tingkat kenaikan suku bunga di dunia khususnya di Amerika yang lebih rendah dari
yang diperkirakan
3 Defisit neraca perdagangan atau transaksi berjalan Indonesia yang lebih rendah
dari tahun lalu
22
4 Pasar semakin berkembang di mana saat ini terdapat pasar SWAP dan pasar
transaksi forward atau yang disebut domestic non delivery forward (DNDF)
sementara sebelumnya transaksi valas hanya di pasar tunai atau spot
22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN
221 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Human Development Index (HDI)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo
terjadi peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun
2018 (berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional
7081 Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni
sebesar 6720 poin
Dalam kurun waktu 2014-2018 angka IPM Kalbar mengalami tren perbaikan dan
berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah
masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun
Grafik II7
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2014 sd 2018
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
Rendahnya IPM Kalimantan Barat jika dibandingkan dengan IPM provinsi lain
karena keterbatasan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan
pendidikan dan pekerjaan
Tabel II12
Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2016 sd 2018
No Keterangan 2016 2017 2018
1 Angka harapan hidup (tahun) 6990 6992 7018
2 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 698 705 712
3 Pengeluaran per Kapita Rp (000) Disesuaikan 8348 8472 8860
4 IPM (indek) 6588 6626 6698
5 Peringkat IPM 29 30 30
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
23
Pembangunan Manusia Kalimantan Barat pada tahun 2018 terus mengalami
kemajuan hal ini disebabkan telah berhasil meningkatan 3 aspek esensial diantaranya
angka harapan hidup tumbuh sebesar 037 persen per tahun rata-rata lama sekolah
tumbuh sebesar 192 persen dan pengeluaran per kapita meningkat sebesar 185
persen Pada periode tahun 2018 terdapat 3 (tiga) kabkota dengan pembangunan
manusia yang paling cepat yaitu Kab Mempawah (141 persen) Kab Sintang (141
persen) dan Kab Kubu Raya (139 persen) hal tersebut didorong oleh meningkatnya
dimensi pendidikan di wilayah tersebut sebagaimana pada tabel berikut
Tabel II13
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalbar dan Kabupatenkota 2015-2018
No KabKota 2015 2016 2017 2018
1 Sambas 6414 6494 6592 6661
2 Bengkayang 6465 6545 6599 6685
3 Landak 6412 6458 6493 6545
4 Mempawah 6337 6384 6400 6490
5 Sanggau 6305 639 6461 6515
6 Ketapang 6403 6474 6571 6641
7 Sintang 6418 6478 6515 6607
8 Kapuas Hulu 6373 6383 6418 6503
9 Sekadau 6234 6252 6304 6369
10 Melawai 6378 6425 6443 6505
11 Kayong Utara 6009 6087 6152 6182
12 Kubu Raya 6502 6554 6631 6723
13 Kota Pontianak 7752 7763 7793 7856
14 Kota Singkawang 7003 701 7025 7108
15 KALIMANTAN BARAT 6559 6588 6626 6698
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 2019 BPS
Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengalokasikan Dana Transfer
khususnya DAK Fisik dan Dana Desa yang diharapkan penggunaan dan hasil program
pembangunannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat
222 Tingkat Kemiskinan
Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat mengalami fluktuatif baik dari sisi
jumlah maupun prsentasenya Selama tahun 2019 jumlah penduduk miskin telah
24
dapat ditekan cukup signifikan dari 378410 orang menjadi 370470 0rang
Penurunan terjadi pada penduduk miskin di pedesaan berkurang sebanyak 8580
orang sedangkan penduduk miskin di perkotaan bertambah sebanyak 640 orang
hal ini menunjukan kemampuan perekonomian masyarakat pedesaan mulai
membaik
Grafik II8
Jumlah Penduduk Miskin
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Adapun tingkat kemiskinan Kalimantan Barat bulan September 2019 sebesar
728 persen menurun jika dibandingkan dengan Maret 2019 sebesar 749 persen
namun masih di bawah tingkat kemiskinan nasional sebesar 922 persen
sebagaimana tabel berikut
Grafik II9
Tingkat Kemiskinan
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Garis kemiskinan Kalimantan Barat cenderung meningkat setiap periode pada
bulan September 2019 sebesar Rp452899 per kapitabulan meningkat Rp14344
dibandingkan bulan Maret 2019 sebesar Rp438555 Garis Kemiskinan Makanan
memiliki peranan 7765 persen sedangkan selebihnya 2235 persen adalah Garis
Kemiskinan Bukan Makanan Apabila dilihat secara regional Kalimantan Garis
Kemiskinan Kalbar adalah yang terendah dan belum beranjak dari tahun ketahun
yaitu hanya sebesar Rp452899- per kapitabulan dan yang tertinggi adalah
25
Kalimantan Utara sebesar Rp667833- perkapitabulan sementara itu nasional
adalah sebesar Rp440538- perkapitabulan
223 Ketimpangan (Gini Ratio)
Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik
apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan
masih lebih baik dari pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380)
Ketimpangan pendapatan terjadi karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan
faktor produksi sehingga pihak-pihak yang memiliki faktor produksi akan
memperoleh pendapatan yang lebih banyak
Grafik I10
Koefisien Gini Rasio Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Pemerintah memiliki peranan penting dalam melakukan distribusi pendapatan
melalui kebijakan fiskal Usaha yang dapat dilakukan adalah meratakan kepemilikan
faktor produksi dengan menetapkan pajak progresif atas pendapatan dan kekayaan
masyarakat berpenghasilan tinggi sedangkan masyarakat berpenghasilan rendah
dapat diberikan kredit lunak sebagai modal usaha dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia melalui program pendidikan pelatihan dan peningkatan layanan
kesehatan
224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran
Angkatan kerja Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai 2479 ribu orang
meningkat 28 ribu orang dibandingkan tahun 2018 Dari jumlah tersebut 9556
persen bekerja sedangkan 444 persen menganggur Kenaikan angkatan kerja pada
tahun 2019 belum sepenuhnya terserap pada lapangan kerja yang tersedia
sebagaimana grafik berikut ini
Grafik I11 Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
26
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat 2018 BPS
23 EFFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN
REGIONAL
Pemda Provinsi Kalimantan Barat melalui RPJMD 2019 ndash 2023 yang dijabarkan
kedalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) telah menetapkan Kebijakan Pembangunan
Ekonomi Makro melalui penetapan serangkaian sasaran indikator makro pembangunan
perekonomian Kalimantan Barat
Prospek pembangunan ekonomi Kalimantan Barat diharapkan selalu mengalami
pertumbuhan dalam arti luas dan berkualitas yaitu
Persentase penduduk di atas 15 tahun yang bekerja menurut Status pekerjaan
didominasi status pekerjaan Utama sebagai BuruhKaryawanPegawai sebanyak
874357 orang atau 3691 persen selanjutnya berusaha sendiri sebanyak 518381
orang atau 2188 persen Pekerja Keluargatak dibayar sebanyak 391053 orang atau
1651 persen dan Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar sebanyak
387960 atau 1638 persen Status pekerjaan utama secara umum mengalami
perubahan jika dilihat kondisi bulan Agustus 2019 dari 7 (tujuh) Status terdapat 3
(tiga) mengalami peningkatan diantaranya yang tertinggi dalam penyerapan tenaga
kerja adalah melalui berusaha sendiri sebesar 1395 persen Pekerja bebas non
pertanian sebesar 945 persen dan Berusaha dibantu buruh tetap sebesar 604 persen
sementara itu yang mengalami penurunan adalah Berusaha dibantu Buruh Tidak
TetapBuruh tidak dibayar sebesar 691 persen Pekerja bebas pertanian sebesar 368
persen Pekerja Keluargatak dibayar sebesar 327 persen dan
BuruhKaryawanPegawai sebesar 080 persen
27
Tabel II14
Prosentase Penduduk gt 15 Tahun Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2019
No Status Pekerjaan Utama
Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan
()
2015 2016 2017 2018 2019
1 Berusaha Sendiri 477000 476969 482849 454906 518381 1395
2 Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar
402000 402219 363557 416748 387960 -691
3 Berusaha dibantu Buruh Tetap
97000 97192 63913 69429 73625 604
4 BuruhKaryawanPegawai 776000 776498 824430 881446 874357 -080
5 Pekerja Bebas Pertanian 132000 131695 167142 54279 52284 -368
6 Pekerja Bebas Non Pertanian
- - - 65798 71355 845
7 Pekerja Keluargatak Dibayar
403000 403250 401307 404275 391053 -327
Total 2288000 2287823 2303198 2346881 2369015 094
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Salah satu indikator penting dalam ketenagakerjaan adalah TPAK (Tingkat
Partisipasi Angkatan Keraj) Yaitu rasio dalam persen antara jumlah angkatan kerja
terhadap penduduk usia kerja (15 tahun) TPAK Kalimantan Barat periode Agustus
2019 sebesar 6830 persen dan jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6865
persen terjadi penurunan Indikator lain yang cukup penting adalah TPT (Tingkat
Pengangguran Terbuka) yaitu rasio dalam persen antara jumlah pengangguran
terhadap angkatan kerja Angka TPT Kalimantan Barat sebesar 445 persen atau
turun 019 persen terhadap periode Agustus 2018 sebesar 426 persen Kondisi ini
menunjukan ke arah perbaikan walaupun belum dapat mengimbangi peningkatan
jumlah penduduk usia kerja yang bukan merupakan angkatan kerja sebanyak 31000
orang disisi lain adanya kesempatan untuk melakukan pengembangan usaha sendiri
1) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong mengatasi kesenjangan seperti
kesenjangan antar wilayah (kabupatenkota) dan kesenjangan antar sektor
pembangunan
2) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong pengurangan Angka
Kemiskinan
3) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong membuka kesempatan kerja
sekaligus upaya Pengurangan Angka Pengangguran
28
Tabel II15
Perkembangan Capaian Indikator Sasaran Ekonomi Kalbar Tahun 2019
No INDIKATOR 2017 2018 2019
TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI
1 Angka Pertumbuhan Ekonomi ()
512 517 594 506 534 500
2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
6717 6626 6656 6698 6720 na
3 Angka Kemiskinan ()
800 788 672 737 751 728
4 Angka Pengangguran ()
463 436 341 426 419 445
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat Tahun 2019 dan BPS Kalbar (diolah)
a) Asumsi dasar penetapan sasaran pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada
tahun 2019 adalah peningkatan investasi sehingga sektor riil semakin tumbuh dan
berkembang termasuk peran pemerintah dalam mendorong Pembentukan Modal
tetap Bruto melalui pembangunan proyek infrastruktur dan selanjutnya adalah upaya
peningkatan berbagai komoditas utama ekspor menjadi fokus utama paska larangan
ekspor hasil tambang mentah selanjutnya pertumbuhan ekonomi ditargetkan
sebesar 534 persen
Berdasarkan data dari BPS bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat
tahun 2019 adalah sebesar 500 persen lebih rendah dari target yang ditetapkan
sebesar 534 persen capaian tahun ini sama dengan capaian tahun 2018 tidak
berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan Kondisi tersebut mengindikasikan
bahwa dalam menentukan target didalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) belum
sesuai asumsi dasar dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah
kemungkinan dari pergerakan ekspor komoditas utama Kalbar yaitu produk karet dan
CPO yang mengalami hambatan
b) Pencapaian sasaran indikator makro pembangunan perekonomian Kalimantan Barat
tahun 2019 secara umum belum mencapai target yang telah disepakati Hal ini perlu
menjadi perhatian Pemda Prov Kalbar dalam menentukan target pencapaian makro
ekonomi hendaknya berdasarkan pertimbangan yang realistis serta berupaya
menggali potensi ekonomi demi pencapaian target yang telah ditetapkan
Vihara SingkawangKo t a Se r i b u K l e n te n g m e r u pa k a n ju l u k a n Ko t a Singkawang Kota Singkawang menjadi salah satu d a e r a h y a n g b a n y a k d i d i a m i k e t u r u n a n e t n i s Tionghoa
BAB III
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
APBN TINGKAT
REGIONAL
28
31 APBN TINGKAT PROVINSI
Untuk mendukung tercapainya program pembangunan tahun 2019 Provinsi Kalimantan
Barat memperoleh alokasi belanja pemerintah pusat (KL) sebesar Rp1049 triliun dengan
realisasi Rp968 triliun Sedangkan alokasi belanja transfer ke daerah mencapai Rp2098
triliun dengan realisasi Rp2034 triliun
Tabel III1 Postur APBN di Kalbar Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)
Uraian Pagu Tahun 2018
Realisasi Tahun 2018
Pagu Tahun 2019
Realisasi Tahun 2019
Pendapatan Negara 808350 768292 89 890381 810926 1098
a Pendapatan Perpajakan 762842 682135 89 837405 728548 8700
- Pajak dalam negeri 730289 641160 88 783956 667813 8219
- Pajak perdagangan internasional
32553 40975 126 53449 60735 114
b PNBP 45508 86157 189 52976 82378 156
Belanja Negara 3073921 2965481 96 3147383 3002273 9537
Belanja Pemerintah Pusat 1113142 1036601 93 1049477 968007 9224
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
1960779 1929626 98 2098406 2034266 9694
Sumber OMSPAN Monev Pa Mebe (diolah)
Dari data diatas dapat diketahui pendapatan negara terealisasi Rp810 triliun atau 109
persen dari target yang telah ditetapkan Realisasi tersebut meningkat 426 miliar atau 555
persen dibanding pendapatan tahun 2018 Penerimaan perpajakan masih menjadi sumber
utama pendapatan negara dengan kontribusi sebesar 82 persen Realisasi pendapatan
pajak tahun 2019 sebesar Rp728 triliun terdiri pajak dalam negeri sebesar Rp667 triliun dan
pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar
Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019
yaitu sebesar Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL)
sebesar Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun
Realisasi Belanja pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer
ke Daerah dan dana desa terealisasi Rp2034 triliun
29
32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
Pendapatan pemerintah pusat yang dihimpun di Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari
penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
321 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi
Salah satu sumber penerimaan negara terbesar berasal dari penerimaan perpajakan
Penerimaan perpajakan adalah penerimaan negara yang terdiri atas pajak dalam negeri
dan pajak perdagangan internasional
Tabel III2 Penerimaan Pajak Dalam Negeri di Kalimantan Barat Tahun 2019 (dalam miliar)
SumberSPAN (diolah)
322 Penerimaan Perpajakan
Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa total realisasi penerimaan perpajakan
di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728 triliun naik 672 persen jika dibandingkan
dengan penerimaan tahun 2018 Dari total penerimaan perpajakan tahun 2019 tersebut
pajak dalam negeri memberikan kontribusi sebesar 9166 persen sedangkan pajak
perdagangan internasional sebesar 834 persen Untuk penerimaan Pajak Dalam Negeri
tahun 2019 sebesar Rp667 triliun mengalami kenaikan Rp26108 miliar atau 407 persen
jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya PPh merupakan penyumbang
penerimaan yang terbesar yakni Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak
Penghasilan (PPn) yakni Rp307 triliun atau 46 persen
Meskipun secara nominal terjadi peningkatan penerimaan pajak di Kalimantan Barat
namun ada beberapa hambatantantangan pencapaian target penerimaan antara lain
adanya ketentuan dibidang pertambangan tentang larangan ekspor mineral mentah
(miliar )No
Pendapatan Perpajakan Target Tahun
Realisasi 2018
Target Tahun Realisasi
2018 2019 Tahun 2019
Pajak Dalam Negeri 730289 641160 783956 667813
1 Pajak Penghasilan (PPh) 373769 302324 370451 320325
2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 328396 305118 376150 307117
3 Pajak Bumi Bangunan (PBB) 16606 25258 26445 30964
4 Pajak lainnya 10638 7423 9287 8403
5 Cukai 880 1037 1623 1001
Pajak Perdagangan Internasional 32553 40975 53448 60735
6 Bea Masuk 3289 3865 3263 3288
7 Bea Keluar 29264 37110 50186 57446
Total Perpajakan 762842 682135 837404 728548
30
sehingga berpengaruh terhadap omset perusahaan di bidang pertambangan dan sektor
pendukungnya penurunan harga sawit yang berpengaruh pada omset dan laba
perusahaan di sektor perkebunan dan industri pengolahan
Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar
meningkat signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018
Dengan perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288
miliar atau 541 persen Didalam pelaksanaan pengawasan kepabeanan cukai terdapat
isu strategis yakni adanya jalur tikus dan jalur gajah yang dijadikan jalur penyelundupan
barang impor di perbatasan Indonesia ndash Malaysia untuk itu perlu dipetakan ulang titik
rawan di perbatasan terutama yang melintasi perkebunan kelapa sawit dengan
melibatkan Kodam Tanjungpura pemilik lahan dan perusahaan kebun sawit
Jika diurai berdasarkan lokasi penerimaan pajak paling banyak disumbangkan oleh
Kota Pontianak sebagai pusat aktivitas perdagangan dan jasa dengan kontribusi
penerimaan sebesar 4270 persen dari total penerimaan pajak di Provinsi Kalimantan
kemudian Kab Ketapang yang didukung dengan keberadaan kawasan industri Ketapang
memberikan kontribusi penerimaan terbesar kedua sebesar 1171 persen Sedangkan
daerah dengan kontribusi penerimaan pajak terkecil adalah Kab Kayong Utara dengan
kontribusi sebesar 094 persen dari total realisasi tahun 2019
Grafik III1
Penerimaan Pajak KabKota 2019
Sumber Kanwil Pajak Prov Kalbar
Untuk melihat kinerja perpajakan selain dari total realisasi pajak juga dilhat dari
perkembangan PDRB daerah tersebut hal ini terwujud dalam tax ratio
00050000
100000150000200000250000300000350000
31
Tabel III3
Perkembangan Tax Ratio Prov Kalbar
Tahun PDRB ADHB Penerimaan Perpajakan Tax ratio
2017 17749365 587434 0033
2018 19419496 642197 0033
2019 21231843 666809 0031
Dari tabel diatas terlihat bahwa meskipun realisasi penerimaan pajak mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya namun tax ratio justru mengalami penurunan ini
terjadi karena rasio penerimaan pajak yang semakin kecil terhadap pertumbuhan PDRB
kalbar Untuk itu perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya
identifikasi dan penggalian potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian
potensi pajak pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara
Pemerintah Pusat maupun Daerah dan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
adanya regulasi untuk melakukan Rekonsiliasi penerimaan pajak antara DJP dengan
pemerintah daerah
323 Penerimaan Negara Bukan Pajak
a Perkembangan PNBP per Jenis PNBP
Penerimaan PNBP berdasarkan jenis PNBP di wilayah Provinsi Kalimantan Barat
hanya terdiri atas PNBP lainnya dan PNBP BLU Tidak terdapat penerimaan PNBP dari
sumber daya alam (SDA) meskipun di wilayah Kalimantan Barat terdapat usaha
pertambangan hal ini dikarenakan penerimaan PNBP sumber daya alam merupakan
penerimaan terpusat dan langsung masuk ke Bagian Anggaran Bendahara Umum
Negara (99999)
Tabel III4
Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat tingkat di Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)
Penerimaan PNBP 2017 2018 2019
Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi
PNBP Lainnya 30108 55263 11727 38725 13991 42092
Pendapatan BLU 5336 6858 33781 47426 38885 40282
Pendapatan SDA - - - -
Bagian Pemerintah atas laba BUMN
- - - -
Jumlah PNBP Kalbar 35444 62121 45508 86151 52876 82375
Sumber SPAN (diolah)
Secara keseluruhan penerimaan PNBP selama tahun 2019 mengalami penurunan
dibandingkan dari tahun sebelumnya sebesar Rp3776 miliar atau 43 persen Komposisi
32
penerimaan PNBP terdiri Pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen
dari total penerimaan PNBP dan PNBP BLU sebesar 49 persen
b Perkembangan PNBP Fungsional
PNBP dapat dibedakan sesuai dengan fungsi KementerianLembaga yang disebut
dengan PNBP Fungsional PNBP Fungsional adalah penerimaan yang berasal dari
pungutan kementerian Negaralembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan
tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat
Tabel III5
Penerimaan PNBP Fungsional terbesar Provinsi Kalbar
URAIAN 2017 2018 2019
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Pendapatan Kepolisian 375 13146 359 14004 13532
Pendapatan jasa bandara kepelabuhan perkapalan amp kenavigasian
3554 3763 3717 5772 6090
Pendapatan pendidikan 12868 24636 4964 4990 5892
Sumber SPAN (diolah)
Tahun 2019 pendapatan PNBP Kepolisian merupakan penyumbang terbesar PNBP
fungsional di Kalimantan Barat sebesar Rp13532 miliar mengalami penurunan 337
persen dibanding tahun sebelumnya Sebagian besar pendapatan PNBP Kepolisian di
peroleh dari pendapatan BPKB pendapatan STNK pendapatan TNKB (Tanda
Kendaraan Bermotor) dan pendapatan SIM Pendapatan fungsional terbesar
selanjutnya adalah pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian yang
menyumbangkan penerimaan sebesar Rp6090 miliar meningkat sebesar 551 persen
dibanding penerimaan tahun sebelumnya Sebagian besar penerimaan PNBP
pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian diperoleh dari pendapatan
kepelabuhan yang menyumbang angka sebesar Rp3756 miliar atau 6167 persen
disusul pendapatan Navigasi sebesar Rp938 miliar atau 1541 persen pendapatan
Bandar Udara sebesar Rp741 miliar atau 1219 persen dan Pendapatan kepelautan
Rp653 miliar atau 1073 persen Pendapatan kepelabuhan berpotensi untuk meningkat
ditahun tahun selanjutnya dengan rencana pengembangan kapasitas pelabuhan
Pontianak yang di mulai dengan pembangunan pelabuhan (terminal) Kijing yang
berlokasi di wilayah Kabupaten Mempawah dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional
(PSN)
c Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional
33
Tabel III6
Rasio Pendapatan Perpajakan PNBP PAD terhadap PDRB di Kalbar
Tahun Perpajakan PNBP PAD PDRB Perpajakan PDRB
PNBPPDRB PADPDRB
2019 728548 82375 404671 21232 0041 00046 0022
2018 682135 86157 404753 19403 0035 00044 0020
2017 564801 62121 346442 17747 0031 00034 0019
Sumber SPAN (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ditahun 2019 penerimaan perpajakan
memberikan kontribusi sebesar 0041 terhadap pertumbuhan ekonomi regional di
Kalbar sedangkan PAD terhadap PDRB sebesar 0022 dan PNBP terhadap PDRB
sebesar 00046 Hal ini berarti penerimaan Perpajakan masih lebih dominan dalam
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Kalimantan
Barat dibandingkan dengan PAD maupun PNBP
33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
Belanja pemerintah pusat adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pengeluaran pemerintah pusatBelanja pemerintah pusat meliputi belanja pemerintah pusat
menurut organisasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi dan belanja pemerintah pusat
menurut jenis belanja
Belanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus
fiskalSalah satunya yang populer pada saat krisis ekonomi adalah instrumen ekonomi
berupa stimulus fiskalSecara garis besar komposisi dari stimulus fiskal adalah berupa
pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increased spending)
1 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian
AnggaranKementerianLembaga
Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja yang dialokasikan
kepada kementerianlembaga dan bagian anggaran Bendahara Umum Negara alokasi
dan realisasi untuk tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel III7
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran
Di Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)
KementerianLembaga 2018 2019
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 019 019 034 034 100
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
8986 6776 6554 5939 91
34
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 063 058 053 053 100
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
1656 1489 2119 2066 97
BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1809 1688 1678 1631 97
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
893 869 718 712 99
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2337 2269 2605 2507 96
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM 25996 20580 20724 14531 70
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
2267 2249 2447 2425 99
BADAN PUSAT STATISTIK 9929 9330 10042 9785 97
BADAN SAR NASIONAL 2596 2496 2095 2071 99
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 11733 107`09 10304 10023 97
KEMENTERIAN AGAMA 105528 99485 107273 104645 98
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANGBPN
22191 19497 26745 21446 96
KEMENTERIAN DALAM NEGERI 5305 5182 5575 5534 99
KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
11878 10018 7004 6701 96
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
19760 19520 17892 1767 99
wKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 9912 8947 9082 873 96
KEMENTERIAN KESEHATAN 18912 15585 1327 1195 90
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 477 465 776 738 95
KEMENTERIAN KEUANGAN 19722 18340 18519 18265 99
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
786 762 82 796 97
KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH
414 411 318 314 99
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
21053 17521 29928 2792 93
KEMENTERIAN PARIWISATA 234 204 16 151 94
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
295402 270419 25507 206714 81
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
208 201 17 149 88
KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 419 382 336 286 85
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
9004 8609 9374 8904 85
KEMENTERIAN PERDAGANGAN 3793 3074 1384 1282 95
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
095 074 095 089 94
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 56637 52411 40961 40112 98
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 3156 2842 4913 4716 96
KEMENTERIAN PERTAHANAN 123999 121577 161533 157833 98
KEMENTERIAN PERTANIAN 45315 40040 23066 19721 85
35
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
67556 65360 78313 68767 88
KEMENTERIAN SOSIAL 1954 1944 1971 1952 99
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 123274 123185 117803 125376 106
KOMISI PEMILIHAN UMUM 61742 56110 37842 35936 95
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
683 661 744 739 99
LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA
2135 2060 2095 1894 90
LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA
1380 1375 1352 1352 100
MAHKAMAH AGUNG 11837 11716 12511 1233 99
PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
097 092 052 05 96
TOTAL BELANJA KL 1113142 1036601 1049477 968007 92
BENDAHARA UMUM NEGARA 415295 397582 460736 443502 92
TOTAL BELANJA KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510213 1411486 9346
Dibandingkan tahun 2018 terdapat penurunan pagu sebesar 12 untuk tahun 2018
dan terdapat penurunan realisasi sebesar 14 dibandingkan tahun 2018 Berdasarkan
tabel diatas Untuk Pagu Kementerian dan Lembaga Kementerian PUPR mendapat
alokasi pagu anggaran yang paling tinggi dengan persentase sebesar 2430 Hal ini
menunjukan di Provinsi Kalimantan Barat prioritas pembangunan masih dititik beratkan
pada sektor infrastruktur Dari dana APBN 2019 pada Provinsi Kalimantan Barat satuan
kerja (satker) di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
belanja modal sebesar Rp 159 triliun Belanja modal pada satker lingkup Kementerian
PUPR tersebut memberikan kontribusi sebesar 6649 dari belanja modal yang dikelola
satuan kerja lainnya di wilayah pembayaran KPPN se-Kalbar Hal ini menunjukkan
perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan perekonomian di Kalbar
Terdapat 10 KL yang memperoleh alokasi anggaran belanja terbesar dengan total
mencapai Rp878 triliun (5817) yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan
rakyat Kemenhan Polri Kemenag Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Kementerian Perhubungan KPU Kementerian Agraria amp Tata Ruang
Kementerian Pertanian
36
Berikut ini adalah sepuluh kementerian dengan pagu terbesar
Tabel III8
Tingkat Penyerapan 10 KL Pagu Terbesar 2019 (miliar)
No Nama KL (BA) Pagu Realisasi
1 Kementerian PUPR (033) 255070 206714 8104
2 Kemenhan (012) 161533 157833 9771
3 Kepolisian RI (060) 117803 125376 10643
4 Kemenag (025) 107273 104645 9755
5 Kementerian Ristekdikti (042) 78313 68767 8781
6 Kementerian Perhubungan (022) 40961 40112 9793
7 KPU (076) 37842 35936 9496
8 Kementerian Lingkungan Hidup amp Kehutanan (029) 29928 27920 9329
9 Kementerian Agraria amp Tata Ruang (056) 26745 21446 8019
10 Kementerian Pertanian (018) 23066 19721 8550
Sumber MEBE (diolah)
Jika diperhatikan jumlah alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat di 10 KL
dengan pagu terbesar dimaksud mencapai lebih dari 58 terhadap semua pagu
anggaran KL Untuk itu capaian realisasinya tentu akan mempengaruhi keseluruhan
realisasi penyerapan KL yang ada di Kalbar sehingga perkembangan pelaksanaan
anggaran satker-satker 10 KL dengan pagu tertinggi tersebut harus memperoleh
pengawasan yang lebih intensif dari Kanwil DJPB
2 Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Fungsi
Belanja Pemerintah Pusat (KL) dan juga belanja DDDF terbagi menjadi 11 fungsi
yaitu Pelayanan Umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan
Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama
Pendidikan serta Perlindungan Sosial dengan perbandingan pagu dan realisasi dalam
tahun 2018 dan 2019 sebagai berikut
Tabel III9
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi (Miliar Rp)
NAMA FUNGSI Pagu 2018
Realisasi 2018
Pagu 2019
Realisasi 2019
PELAYANAN UMUM 541846 510882 557364 531175
EKONOMI 377115 340751 232428 203287
PENDIDIKAN 185385 175208 231675 203287
PERTAHANAN 123999 121578 161533 157833
KETERTIBAN DAN KEAMANAN 168413 166821 160188 167029
37
PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 50667 47185 72454 62653
LINGKUNGAN HIDUP 37100 33230 53964 46742
AGAMA 22238 17374 19467 18874
KESEHATAN 19263 18808 18897 17252
PERLINDUNGAN SOSIAL 2162 2145 2141 2101
PARIWISATA DAN BUDAYA 249 216 175 165 TOTAL 1528437 1434183 1510213 1414486
Sumber Monev PA diolah
Pada tahun 2018 dan juga 2019 alokasi anggaran didominasi oleh fungsi pelayanan
Umum Ekonomi dan Pendidikan Pengelompokan anggaran menurut Fungsi memiliki
pengertian perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional Pengelompokan ini juga
bertujuan untuk melihat besaran alokasi anggaran menurut organisasi
KementerianLembaga tugas-fungsi pemerintah dan belanja KementerianLembaga
termasuk menciptakan penganggaran yang lebih tepat sasaran Pada tahun 2019 alokasi
untuk fungsi pelayanan umum sebesar Rp557 triliun (36 persen) ekonomi sebesar
Rp232 triliun (15 persen) dan fungsi Pendidikan sebesar Rp231 triliun (15 persen) Hal
ini menunjukkan bahwa pelaksanaan APBN di Kalimantan Barat lebih terkonsentrasi pada
bidang pelayanan umum ekonomi dan pendidikan yang secara keseluruhan jumlah
alokasi ketiga fungsi tersebut sebesar Rp1021 triliun atau 68 persen
3 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja
Berdasarkan jenis belanja di provinsi Kalimantan Barat terdapat 6 alokasi anggaran
belanja TA 2019 yaitu Belanja Pegawai (51) Belanja Barang (52) Belanja Modal (53)
Belanja Bantuan Sosial (57) Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) Untuk
Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) baru ada pada tahun 2017 2018 dan
2019 Jenis belanja 63 dan 66 baru TA 2017 muncul dikarenakan pencairan Dana
Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa sekarang berada di KPPN daerah
Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan jenis belanja dalam tahun 2018 dan
2019 sebagai berikut
Tabel III10
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rp)
JENIS BELANJA Pagu 2018
Realisasi 2018
Pagu 2019
Realisasi 2019
51 Belanja Pegawai 338030 330072 362333 364892
52 Belanja Barang 438737 400168 445547 406066
335140 305146 240347 195755
57 Belanja Bantuan Sosial 1235 1215 1324 1294
Belanja KL 1113142 1036601 1049477 968007
63 Dana Alokasi Khusus Fisik 245710 228191 261479 244756
38
66 Dana Desa 169585 169391 199257 198746 Belanja KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510287 1411509
Sumber Monev PA diolah
Kenaikan pagu anggaran terjadi untuk jenis belanja Pegawai belanja Barang
belanja bantuan sosial belanja Dana Alokasi Khusus belanja dana desa Belanja Dana
Desa mendapatkan kenaikan paling terbesar yaitu 17 persen disusul belanja bantuan
sosial sebesar 72 persen belanja pegawai naik 72 persen dan belanja barang sebesar
16 persen Jenis Belanja modal mengalami penurunan sebesar 283 persen Selama
TA 2019 Belanja Pegawai telah terserap Rp364 triliun (10071) Belanja barang
terserap Rp406 triliun (9114) belanja modal terserap Rp195 triliun (8145) belanja
bantuan social terserap Rp1215 miliar (9773) dana alokasi fisik terserap Rp244 triliun
(9360) dan penyerapan anggaran dana desa sebesar Rp198 triliun (9974) hal ini
sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun dari pinggiran dengan
memperkuat daerah dan desa yang diharapkan akan berdampak langsung untuk
pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat Pada belanja modal
terdapat penyerapan paling terendah dibandingkan jenis belanja lain
Grafik III1
Perkembangan Pagu dan Realisasi Jenis Belanja Tahun 2019
Sumber Monev PA MEBE diolah
4 Analis belanja pemerintah pusat
Belanja pemerintah pusat
Perbandingan antara alokasi belanja untuk sektor konsumtif dan produktif Sektor
konsumtif merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai administrasi
dan kebutuhan birokrasi seperti gaji tunjangan honor belanja operasional kantor
pengadaan kendaraan dinas Sedangkan sektor produktif antara lain peningkatan mutu
jalan jaringan irigasi intensifikasi dan ektensifikasi pertanian pengadaan traktor untuk
masyarakat
000
5000
10000
15000
0
2000
4000
6000
57 52 53 51 63 66
Pagu Realisasi
39
Tabel III11
Proporsi jenis Belanja Terhadap Total Pagu
Jenis Belanja Pagu Belanja Bantuan Sosial 1324 0
Belanja Barang 445547 30
Belanja Pegawai 362333 24
Belanja Modal 240347 16
Dana Alokasi Khusus Fisik 261479 17
Dana Desa 199257 13
Terlihat dari tabel diatas bahwa belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai
sektor produktif yang diantaranya untuk belanja Modal Dak Fisik Dana Desa mencapai
Rp 7010 triliun atau 4642 persen sedangkan belanja administrasi dan kebutuhan
birokrasi sebesar Rp 809 triliun atau 5358 persen Untuk belanja produktif terbesar
terdapat pada belanja program pengelolaan Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa
sebesar Rp460 triliun Disusul program penyelenggaraan jalan sebesar Rp99873 miliar
program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman sebesar Rp4004
miliar dan program pengelolaan Sumber Daya air Rp19887 miliar Terlihat dari alokasi ini
prioritas pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat di fokuskan pada pembangunan
infrastruktur fisik hal ini sesuai dengan fungsi terbesar yakni Pelayanan Umum
34 TRANSFER KE DAERAH DAN DESA
Dana transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan DAK DAU DBH Dana
perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dan juga antar pemerintah daerah
Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa
Pada tahun 2018 alokasi dana transfer dan Dana Desa ke wilayah Provinsi Kalimantan
Barat sebesar Rp2098 triliun dan terealisasi Rp2033 triliun atau 9692 persen Pada tabel
hellip Disajikan perkembangan Realisasi Dana Transfer pada tahun 2018 dan 2019 untuk
Provinsi Kalimantan Barat
Tabel III12
Perkembangan Dana Perimbangan di Kalimantan Barat
Dana Transfer 2018 2019
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
DBH 74872 74746 102115 69872
DAU 1182060 1182060 1215163 1214704
DAK Fisik 245714 228931 261479 244748
DAK Non Fisik 274246 262035 307639 293909
40
DID 14300 12463 12753 12288
Dana Desa 169586 169391 199257 198745
1960778 1929626 2098406 2034266
Sumber simtrada (diolah)
Secara agregat Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa mengalami kenaikan Alokasi
Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Kalbar pada tahun 2019 sebesar Rp2098
triliun naik 702 persen dibandingkan tahun 2018 Terdapat peningkatan alokasi Dana Desa
Kalbar tahun 2019 sebesar atau Rp29671 miliar atau 1750 persen sejalan dengan
komitmen Pemerintah untuk meningkatkan program pembangunan Indonesia dari pinggiran
Alokasi Dana Desa tahun 2019 di Prov Kalbar sebesar Rp199 triliun yang terbagi untuk
2031 Desa
Terdapat 4 (empat) daerah dengan alokasi pagu dana desa diatas 200 miliar yakni Kab
Sintang Rp33848 miliar Kab Kapuas Hulu Rp26812 miliar Kab Ketapang Rp25583 miliar
dan Kab Sambas Rp20498 miliar Selanjutnya 8 (delapan) daerah lainnya mendapatkan
alokasi pagu dana desa dibawah 200 miliar dengan pagu dana desa terendah pada Kab
Kayong Utara sebesar Rp4868 miliar Alokasi dana desa tersebut diharapkan dapat
menggerakkan roda perekonomian di desa dan menekan kesenjangan pendapatan antara
Desa dan Per Kotaan
Grafik III2
Realisasi Dana Transfer amp Dana Desa KabKota di Kalbar
Sumber data simtrada (diolah)
Berdasarkan grafik III2 terlihat perbandingan realisasi dana transfer amp dana Desa per
Kab di Prov Kalbar Dari total alokasi dana transfer sebesar Rp2098 triliun telah terealisasi
sebesar 2033 triliun dengan realisasi terbesar oleh Pemda Prov Kalbar yakni Rp365 triliun
selanjutnya Kab Ketapang Rp203 triliun dan yang terkecil adalah Kota Singkawang
Rp66459 miliar
Untuk menilai tingkat kemandirian daerah dilakukan dengan cara membandingkan Rasio
PAD dengan Rasio dana transfer Apabila rasio PAD lebih besar dari pada rasio dana transfer
000
500
1000
1500
2000
00050000
100000150000200000250000300000350000400000
41
berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin besar rasio dana transfer berarti tingkat
ketergantungan semakin tinggi
Tabel III13
Rasio Kemandirian Daerah Tahun 2019
Daerah Dana Transfer
PAD Pendapatan APBD
Ratio Dana Transfer thd Pendapatan
APBD
Ratio PAD thd
Pendapatan APBD
Prov Kalbar 365337 23016 595497 3870 61
Ketapang 203045 12753 215798 590 94
Sintang 165917 1721 183127 940 91
Kapuas Hulu 166837 7998 174835 460 95
Sambas 151612 14885 166497 890 91
Sanggau 141399 10287 151686 680 93
Kubu Raya 123841 14675 138516 1060 89
Landak 117304 9284 126588 730 93
Pontianak 100659 47879 148538 3220 68
Melawi 105563 4058 109621 370 96
Mempawah 85957 8757 94714 920 91
Bengkayang 96974 3025 99999 300 97
Sekadau 73392 4535 77927 580 94
Kayong Utara 69504 2533 72037 350 96
Singkawang 66459 1663 83089 2000 80
sumber data LRA Pemda simtrada (diolah)
Dilihat dari rasio Pendapatan Asli Daerah dan Transfer ke Daerah terhadap Pendapatan
APBD dapat dilihat bahwa daerah di wilayah Kalimantan Barat Rasio dana transfer lebih
besar dari pada rasio PAD yang berarti memiliki ketergantungan yang relatif tinggi tehadap
transfer dari Pemerintah Pusat
341 Dana Transfer Umum
a Dana Alokasi Umum
Grafik III3
Realisasi DAU Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan Barat
Sumber data simtrada
00050000
100000150000200000
2018 2019
42
Total realisasi DAU di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp1214 triliun naik 276 persen
dibanding realisasi DAU tahun sebelumnya Dari realisasi DAU tahun 2019 tersebut empat
pemerintah daerah yang realisasi DAU terbesar yaitu Pemprov Kalimantan Barat sebesar
Rp175 triliun diikuti Kabupaten Ketapang sebesar Rp114 triliun Kabupaten Kapuas Hulu
Rp99768 miliar dan Kabupaten Sintang Rp93421 miliar
b Dana bagi Hasil Grafik III4
Realisasi DBH Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan barat
Total realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) tahun 2019 sebesar Rp69872 miliar naik 592 persen
jika dibandingkan dengan alokasi DBH tahun sebelumnya Empat daerah dengan realisasi
DBH terbesar yakni Pemrov Kalimantan Barat sebesar Rp18663 miliar diikuti Kabupaten
Ketapang Rp10844 miliar Kabupaten Sanggau Rp8321 miliar dan Kota Pontianak Rp3910
miliar Kabupaten dengan realisasi DBH terkecil adalah Kota singkawang sebesar Rp1428
miliar Ketapang sebagai Daerah Tingkat II dengan realisasi DBH terbesar merupakan daerah
yang memiliki tambang bauksit dan tambang emas Demikian juga Kabupaten Sanggau
merupakan daerah yang memiliki hasil tambang Bauksit yang nantinya diolah menjadi alumina
(bahan pembuat alumunium) Sedangkan Kota Pontianak merupakan pusat perekonomian
yang memiliki penerimaan pajak PPh terbesar
342 Dana Transfer Khusus
a Dana alokasi Khusus (DAK) Fisik Total DAK Fisik yang dialokasikan pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami
peningkatan sebesar 641 persen atau senilai Rp 15764 miliar dibandingkan tahun 2018
Perkembangan pagu dan realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat
pada tabel berikut
0005000
10000150002000025000
2018 2019
43
Tabel III14
Pagu dan Realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (dalam miliar)
No Pemda 2019 2018
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 Kalbar 33283 31974 9607 42384 3843 9067
2 Mempawah 8996 8744 972 11663 11503 9863
3 Kubu Raya 12692 11337 8932 19237 18966 9859
4 Pontianak 8735 7998 9156 7863 7527 9574
5 Sintang 19271 183 9496 21637 20304 9384
6 Melawi 1726 16708 968 10885 10134 931
7 Sambas 20922 19813 947 17156 1659 967
8 Bengkayang 19266 15038 7805 9425 906 9612
9 Singkawang 8532 8042 9426 11478 9596 836
10 Ketapang 32914 31635 9611 175 16616 9495
11 Kayong Utara 11614 10174 876 11582 10958 9461
12 Kapuas Hulu 24632 22911 9301 16723 16494 9863
13 Sanggau 1942 19044 9806 18723 15686 8378
14 Landak 1669 16216 9716 15833 15536 9812
15 Sekadau 7252 6814 9396 13626 1059 7772
JUMLAH 261479 244748 139882 245715 22799 13948
sumber data Omspan
Persentase penyaluran DAK Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 081 persen
dibandingkan tahun sebelumnya Kenaikan ini setara dengan Rp 16758 miliar Pada
tahun 2019 terdapat sisa dana yang tidak direalisasikan sebesar Rp 16731 miliar atau
berkurang dari Rp 17725 miliar pada tahun 2018 Hal ini menunjukkan peningkatan
kinerja penyaluran DAK Fisik Kabupaten Bengkayang memiliki kontribusi terbesar
terhadap DAK Fisik yang tidak disalurkan yaitu Rp 4228 miliar Penyebab DAK Fisik yang
tidak disalurkan ini diakibatkan oleh 2 (dua) hal yaitu efisiensi anggaransisa lelang dan
pekerjaan yang tidak terlaksanagagal lelang Kabupaten Sanggau memiliki kinerja terbaik
dari persepsi penyaluran DAK Fisik dengan penyaluran mencapai 9806 persen dari pagu
disusul Kabupaten Landak dengan penyaluran 9720 persen dari pagu Kinerja yang
kurang memuaskan pada persepsi penyaluran kembali dipegang oleh Kabupaten
Bengkayang dengan penyaluran 7805 persen dari pagu dan disusul oleh Kabupaten
Kayong Utara dengan penyaluran 8760 persen dari pagu
44
b Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami peningkatan dengan total Rp 304 triliun
dibandingkan Rp 274 triliun pada tahun sebelumnya Perkembangan pagu dan realisasi
DAK Non Fisik dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel III15
Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (dalam miliar)
No Pemda 2018 2019
Nilai Realisasi Alokasi Realisasi
1 Kalbar 113996 112406 9861 139515 137565 9860
2 Bengkayang 8909 833 9351 9833 9195 9380
3 Landak 11773 11353 9644 11956 11234 9400
4 Kapuas Hulu 1327 12752 961 14929 13944 9340
5 Ketapang 18288 16832 9204 18552 17909 9653
6 Mempawah 9091 8457 9303 9341 8291 8876
7 Sambas 18854 17923 9506 20014 18553 9270
8 Sanggau 13357 12363 9256 14416 13215 9167
9 Sintang 15969 15216 9529 17253 16504 9570
10 Pontianak 11526 11329 9829 1099 10155 9240
11 Singkawang 5808 537 9247 5832 5093 8732
12 Sekadau 6786 4461 6574 6655 5253 7893
13 Melawi 8733 834 955 9719 9412 9254
14 Kayong Utara 3845 3681 9573 4124 3811 9240
15 Kubu Raya 14042 1322 9415 14511 13778 9490
Jumlah 274246 262035 9555 307639 293909 9550
sumber datasimtrada Omspan (diolah)
Realisasi DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp 31874 miliar atau
1216 persen dibandingkan tahun 2018 Penyaluran DAK Non Fisik pada tahun 2019
sebesar 9554 persen mengalami penurunan 001 persen 44isbanding tahun sebelumnya
yang sebesar 9555 persen Secara nilai Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
menyumbangkan peningkatan realisasi terbesar yaitu Rp 25159 miliar atau 2238 persen
yang mayoritas berasal dari Dana BOS yaitu sebesar Rp 23722 miliar Kabupaten
Sekadau menjadi Pemerintah Daerah dengan penyerapan DAK Non Fisik terkecil hanya
7893 persen dari alokasi yang tersedia Kecilnya persentase realisasi ini diakibatkan oleh
adanya Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) yang tidak direalisasikan sebesar Rp 1234
miliar Kota Pontianak mengalami penurunan realisasi terbesar dengan penurunan
sebesar 589 persen Penurunan ini terjadi karena realisasi TPG yang pada tahun 2018
mencapai 100 persen pada tahun 2019 turun menjadi 9440 persen dan realisasi Dana
Bantuan Operasional Kesehatan turun dari 9874 persen menjadi 8134 persen
45
333 Dana Desa
Penyaluran dana desa Tahun 2018 dan 2019 di Wilayah Kalimantan Barat disalurkan untuk
membiayai pelaksanaan kegiatan melalui 5 bidang yaitu Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa Pelaksanaan Pembangunan Desa Pembinaan Kemasyarakatan Desa
Pemberdayaan Masyarakat Desa Penanggulangan Bencana Keadaan Darurat Dan
Mendesak dengan perkembangan penyaluran sebagai berikut
Tabel III16
Pagu dan Realisasi Dana Desa di Provinsi Kalimantan Barat (miliar) No KAB KOTA JUMLAH
DESA TAHUN 2018 TAHUN 2019
PAGU TOTAL PENYALUR
AN
CAPAIAN OUTPUT
PAGU TOTAL PENYAL
URAN
CAPAIAN
OUTPUT
1 Sambas 193 17284 17284 10000 9464 20498 20498 10000 7550
2 Sanggau 163 12878 12848 9976 9879 14986 14986 10000 8099
3 Sintang 390 29487 29472 9995 9914 33848 33848 10000 9002
4 Mempawah 60 5523 5523 10000 9820 6655 6655 10000 9051
5 Kapuas Hulu 278 22893 22893 10000 9878 26812 26768 9983 8915
6 Ketapang 253 21729 21729 10000 9293 25583 25583 10000 8901
7 Bengkayang 122 9240 9240 10000 9295 10655 10594 9943 5129
8 Landak 156 15416 15416 10000 9949 18537 18537 10000 9904
9 Melawi 169 13091 13091 10000 9981 15253 15253 10000 7871
10 Sekadau 87 6908 6876 9955 9582 8117 8049 9916 8244
11 Kayong Utara 43 3986 3986 10000 9384 4868 4809 9879 7965
12 Kubu Raya 117 11150 11033 9895 9677 13445 13166 9792 6685
TOTAL 2031 169586 169392 9989 9676 199257 198745 9974 8112
Sumber data Omspan (diolah)
Total alokasi tahun 2018 sebesar Rp169586 miiar untuk 2031 desa realisasi penyaluran
sebesar Rp169392 miliar atau 9989 persen Penyaluran Dana Desa terbesar pada
Kabupaten Sintang Rp29472 miliar sedangkan penyaluran terkecil Kabupaten Kayong
Utara yakni Rp3986 miliar Terdapat empat Kabupaten yang penyaluran Dana Desa tidak
mencapai 100 persen yaitu Kabupaten Sanggau Sintang Sekadau dan Kubu Raya Untuk
capaian output yang tertinggi Kabupaten Melawi yaitu 9981 persen dan terendah adalah
Kabupaten Ketapang 9293 persen Alokasi dana desa tahun 2019 sebesar Rp199257
miliar untuk 2031 desa realisasi penyaluran sebesar Rp198745 miliar atau 9974 persen
Sisa Dana Desa yang tidak tersalur sebesar Rp512 miliar Penyaluran Dana Desa terbesar
pada Kabupaten Sintang Rp33848 miliar sedangkan penyaluran terkecil pada Kabupaten
Kayong Utara yakni hanya Rp4809 miliar Terdapat enam Kabupaten yang penyaluran
Dana Desa tidak mencapai 100 persen yaitu Kapuas Hulu Bengkayang Melawi Sekadau
Kayong Utara dan Kubu Raya Realisasi Penyaluran Dana Desa tahun 2019 sebesar
Rp198745 miliar atau 9974 persen terjadi penurunan sebesar 015 persen apabila
46
dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 Hal ini dikarenakan terdapat sisa dana semula
Rp194 miliar (empat Kabupaten) menjadi Rp512 miliar (enam Kabupaten)
343 Dana Insentif Daerah (DID)
Grafik III5
Realisasi Dana Insentif Daerah Tahun 2018-2019 Kalimantan Barat
sumber data simtrada Omspan (diolah)
Dari total alokasi DID tahun 2019 yang sebesar Rp 12753 miliar telah terealisasi sebesar
Rp12288 miliar atau 9635 persen Dari 14 Pemda ProvinsiKabKota hanya 6 Daerah yang
mendapatkan alokasi DID di tahun 2019 yakni Prov Kalbar Kab Ketapang Kab
Mempawah Kab Sanggau Kota Pontianak dan Kab Kubu Raya Ada lima daerah
terealisasi 100 persen yaitu Kalbar Ketapang Sanggau Pontianak dan Kubu Raya
Sementara itu Mempawah terealisasi 465 miliar dari 930 miliar atau sebesar 50 persen
35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL
Arus kas masuk (cash in flow) Pemerintah Pusat adalah semua penerimaan yang
diterima oleh Pemerintah pusat di provinsi daerah tertentu sedangkan arus kas keluar
(cash out flow) adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada
pemerintah daerah Yang termasuk arus kas masuk adalah semua penerimaan negara yang
diterima oleh Pemerintah Pusat seperti penerimaan pajak PNBP dan hibah Sedangkan
yang termasuk dalam arus kas keluar Pemerintah Pusat adalah semua belanja pemerintah
dalam APBN yang terdiri dari belanja KPKDDKTPUB dan dana transfer Selisih antara
kontribusi penerimaan Negara pada suatu daerah dengan pengeluaran pemerintah pusat
tersebut akan menghasilkan kondisi surplusdefisit Kondisi surplus mengindikasikan bahwa
daerah tersebut memberikan subsidi silang kepada daerah lain di Indonesia sementara
kondisi defisit mengindikasikan bahwa daerah tersebut menerima subsidi silang dari daerah
0001000200030004000500060007000
2018 2019
47
lain di Indonesia Tabel dibawah ini merupakan cash flow Pemerintah di wilayah Provinsi
Kalimantan Barat
Tabel III17
Cash Flow Pemerintah Pusat di Kalimantan Barat TA 2019 (miliar)
DEFISIT 2194324
Cash in Flow Cash Out Flow
Penerimaan Pajak Dalam negeri 667813 Belanja Pemerintah Pusat 970984
Bea MasukBea Keluar 60735 Transfer ke daerah amp dana desa
2034266
PNBP 82378
810926 3005250
sumber data Omspan Monev Pa (dioalah)
35 PENGELOLAAN BLU PUSAT
a Profil dan jenis layanan satker BLU pusat
Dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat tahun
2019 terdapat 3 (tiga) Satker BLU yang terdiri 2 (dua) satker BLU layanan Pendidikan
dan 2 (dua) satker BLU layanan kesehatan Dua satker BLU layanan pendidikan yaitu
Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Pontianak dan Universitas Tanjungpura Pontianak
sedangkan satker BLU layanan kesehatan adalah Rumah Sakit (RS) Bhayangkara
Pontianak dan RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR
Tabel III18
Profil BLU di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 (miliar)
No Jenis Layanan
Satker BLU Nilai Aset Pagu PNBP
Pagu RM Jumlah Pagu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pendidikan Poltekkes Pontianak 21801 3455 4898 8353
Universitas Tanjungpura 2093628 38593 5947 4454
2 Kesehatan RS Bhayangkara Pontianak 9127 4204 777 4981
RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR
2486 2228 1582 381
Sumber LRA
1) Poltekkes Pontianak berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial Nomor 298Menkes-KesosSKIV2001 tanggal 16 April 2001
dan ditetapkan menjadi Satker BLU berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
403KMK052011 tanggal 1 Desember 2011 Dengan visi ldquoMenjadi Institusi Pendidikan
Tinggi Kesehatan yang Bermutu dan Mampu Bersaing di Tingkat Regional pada Tahun
48
2020 (2016-2020)rdquo Poltekkes Kemenkes Pontianak memberikan pelayanan kesehatan
meliputi Jurusan Kesehatan Lingkungan Jurusan Gizi Jurusan Kebidanan Jurusan
Keperawatan Jurusan Analis Kesehatan dan Jurusan Perawat Gigi Pada tahun 2019
Poltekes Pontianak mendapatkan pagu dalam DIPA sebesar Rp 8353 dengan pagu
PNBP sebesar Rp3455 miliar dan pagu RM sebesar Rp4898 miliar Sementara aset
yang dimiliki sebesar Rp21801 miliar yang terdiri dari aset lancar Rp581 miliar aset
tetap Rp21199 dan aset lainnya Rp21801
2) RS Bhayangkara Pontianak telah menjadi satker BLU sejak tahun 2015 sesuai
Keputusan Menteri Keuangan nomor 501KMK052015 RS Bhayangkara ini telah
beroperasi sejak tahun 2002 Pagu DIPA RS Bhayangkara Pontianak di tahun 2019
adalah sebesar Rp4981 miliar dengan pagu PNBP sebesar Rp4204 dan pagu RM
sebesar Rp777 miliar Sementara aset yang dimiliki sebesar Rp9127 yang terdiri dari
aset lancar Rp547 miliar dan aset tetap Rp8579
3) Universitas Tanjungpura menjadi BLU layanan pendidikan berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan nomor 830KMK052017 dan mulai mendapatkan DIPA BLU pada
tahun 2018 Pagu DIPA universitas ini di tahun 2019 adalah sebesar Rp4454 miliar
dengan pagu PNBP sebesar Rp38593 dan pagu RM sebesar Rp5947 Sementara
total aset yang dimiliki sebesar Rp2093628 miliar
4) Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019
tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar
dengan komposisi Pagu Rm sebesar Rp1582 miliar dan pagu PNBP senesar Rp2228
miliar Sementara total aset di tahun 2019 sebesar Rp2482 miliar dengan perincian
aset tetap Rp762 miliar dan aset lancar sebesar Rp1723 miliar
b Perkembangan Pengelolaan Aset Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU
1) Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU
Perkembangan pengelolaan aset satker BLU dalam jangka waktu dua tahun terakhir
dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel III19
Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di Kalimantan Barat
No Satker BLU Aset tahun 2018 Aset tahun 2019
(1) (2) (3) (4)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak 22174 21801
2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 6734 9127
3 Universitas Tanjungpura 2217907 2093628
49
4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi BLU
2486
sumber Neraca E-rekon
Nilai aset pada satker BLU Poltekkes Pontianak mengalami penurunan sebesar
17 persen dari Rp22174 miliar di tahun 2018 menjadi Rp21801 miliar di tahun
2019 Sedangkan di RS Bhayangkara nilai asetnya meningkat dari Rp6734 miliar
menjadi 9127 miliar atau 355 persen Sedangkan nilai aset satker BLU Untan
menurun 56 persen dari 2217907 pada tahun 2018 menurun menjadi 2093628
ditahun 2019 Sedangkan untuk RS TK II Kartika Husada yang baru di tetapkan
menjadi satker BLU di tahun 2019 perkembangan aset asetnya naik 305 persen
dari 1905 miliar di tahun 2018 menjadi 2486 miliar di tahun 2019
2) Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU
Satker BLU di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019 mendapatkan pagu PNBP
dan pagu RM sebagaimana tercantum dalam DIPA Ada pun perkembangan pagu
tahun 2019 dan tahun 2018 dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel III20
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker (miliar)
No Satker BLU Tahun 2018 Tahun 2019
Pagu PNBP Pagu RM Pagu PNBP
Pagu RM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak 4480 4504 3455 4898
2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 4282 7010 4204 777
3 Universitas Tanjungpura 3177 20876 38593 5947
4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi satker BLU 2228 1582
Sumber LRA E-rekon
Pada tahun 2019 pagu RM Satker BLU Politekes Pontianak naik 87 persen dibanding
tahun 2018 sedangkan pagu PNBP menurun 229 persen Pagu RM naik sebesar
Rp394 miliar atau 87 persen dari Rp4504 miliar di tahun 2018 menjadi Rp4898 miliar
pada tahun 2019 Sedangkan pagu PNBP mengalami penurunan dari Rp448 miliar di
tahun 2018 menjadi Rp345 miliar pada tahun 2019 atau turun sebesar Rp1025 miliar
atau 229 persen
Selanjutnya untuk satker BLU layanan kesehatan yakni RS Bhayangkara Pontianak
perkembangan pagu PNBP menurun dari Rp4282 miliar menjadi Rp4204 miliar atau
18 persen sedangkan untuk pagu RM mengalami kenaikan 108 persen
50
Universitas Tanjungpura di tahun 2019 ini baru menjadi satker BLU setelah
sebelumnya adalah satker PNBP Di tahun 2019 Untan mendapat pagu PNBP sebesar
Rp38593 miliar dan pagu RM sebesar Rp5947 miliar
Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019
tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar
c Kemandirian BLU
Salah tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk
mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government) oleh karena itu satker BLU
didorong untuk dapat menciptakan kemandirian dirinya sendiri Kemandirian tersebut
dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM) dari APBN dan
bertambahnya alokasi pagu PNBP dari hasil layanan satker Semakin tinggi porsi pagu
PNBP dibanding pagu RM maka satker BLU dianggap memiliki tingkat kemandirian yang
lebih baik
TabelIII21
Tingkat Kemandirian BLU di Provinsi Kalimantan Barat (miliar)
sumber e rekon diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 alokasi pagu PNBP
pada Satker Politeknik Kesehatan Pontianak masih dibawah 50 persen Sedangkan untuk
Satker BLU Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak alokasi pagu PNBP di tahun 2018
sebear 8593 persen dan tahun 2019 844 persen Hal ini menunjukkan bahwa Rumah
Sakit Bhayangkara Pontianak sejak tahun 2018 memiliki tingkat kemandirian yang tinggi
dan demikian juga di tahun 2019 Dari besarnya persentase pagu PNBP tersebut dapat
dilihat bahwa dalam kegiatan operasional RS Bhayangkara Pontianak lebih ditunjang oleh
PNBP yang dikelolanya dan bisa disimpulkan mempunyai tingkat kemandirian yang baik
No Satker BLU Nilai aset 2019
Tahun 2018 Tahun 2019
Pagu PNB
P
Pagu RM
Pagu PNBP
Pagu RM
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak
4480 4987
4504 5013 3455 414 4898 586
2 Rumkit Bhayangkara Pontianak
4282 8593
7010 1407 4204 844 777 156
3 Univ Tanjungpura
3177 6035
20876 3965 38593 866 5947 134
4 RS Kartika Husada
Belum menjadi satker BLU 2228 585 1582 2705
51
Untan di tahun 2018 sebagai satker BLU yang baru memiliki tingkat kemandirian di
atas 6035 persen dan meningkat signifikan di tahun 2019 menjadi 866 persen hal ini
mengindikasikan ada perkembangan yang pelayanan pendidikan oleh Untan Sedangkan
untuk RS Kartika Husada baru dtetapkan menjadi satker BLU di bulan Juli 2019
d Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP
Di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 120 satker yang mengelola dana PNBP Dari
120 satker PNBP tersebut terdapat 3 satker yang mempunyai alokasi pagu PNBP
terbesar antara lain tersebut dibawah ini
Tabel III22
Profil dan Jenis layanan Satker PNBP di Provinsi Kalimanatan Barat Tahun 2019
No Jenis Layanan
Satker PNBP Nilai Aset Pagu PNBP
Pagu RM Jumlah Pagu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2 Pendidikan Politeknik Negeri Pontianak 272 6284 9004
4 Pendidikan IAIN Pontianak 2012 5024 7036
Sumber LRA diolah
Tabel III23
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP di Provinsi Kalimantan Barat
No Satker PNBP Tahun 2017 Tahun 2019
Pagu PNBP
Pagu RM Pagu PNBP
Pagu RM
2 Politeknik Negeri Pontianak 2197 5904 272 6284
3 IAIN Pontianak 1775 4297 2012 5024
Sumber SPAN diolah
Dari tabel diatas terlihat bahwa Politeknik Negeri Pontianak mengalami peningkatan
persentase pagu PNBP sebesar Rp523 miliar atau 238 persen Demikian juga IAIN
Pontianak pagu PNBP meningkat Rp237 miliar atau 134 persen Dari ke dua satker
PNBP tersebut Politeknik Negeri Pontianak yang paling berpotensi untuk menjadi satker
BLU karena sumber dana PNBP lebih besar dibanding sumber dana PNBP pada satker
IAIN Pontianak meskipun mempunyai potensi menjadi satker BLU namun keduanya
belum menunjukan kemandirian karena sumber dana yang mereka gunakan lebih banyak
dari dana APBN (RM) dibandingkan dana PNBP
e Analisis terkait pengelolaan BLU
1 Analisis Kemandirian BLU
a Rasio Antara Sumber Dana PNBP (BLU) dan RM
Meskipun tujuan pembentukan BLU adalah tanpa mengutamakan mencari
keuntungan namun diharapkan dengan pelayanan yang meningkat maka secara
52
langsung juga pendapatannya meningkat Lebih jauh lagi diharapkan persentase
belanja satker BLU yang bersumber dari rupiah murni semakin menurun digantikan
dengan sumber belanja dari pendapatan BLU
Tabel III24
Rasio Sumber Dana BLU (PNBP dengan RM) miliar
Satker BLU 2017 2018 2019
PNBP RM PNBP RM
PNBP RM PNBP RM
PNBP RM PNBP RM
Politeknik Kesehatan Pontianak
4966 5279 094 4480 4504 099 3455 4898 070
RS Bhayangkara Pontianak
346 700 487 4282 701 611 4204 777 541
Universitas Tanjungpura
Belum menjadi satker BLU
3177 20876 152 38593 5947 648
RS Kartika Husada Belum menjadi satker BLU 2228 1582 14
Pada Universitas Tanjungpura Pontianak dari tahun 2018 hingga tahun 2019
rasio antara sumber dana PNBP dengan sumber dana RM semakin meningkat yang
nampak pada pagu PNBP yang semakin meningkat Hal ini menandakan tingkat
kemandirian BLU Universitas Tanjungpura semakin membaik Sedangkan pada
Rumah sakit Bhayangkara terdapat penurunan atas pagu PNBP nya hal ini karena
pada tahun 2019 RS Bhayangkara Pontianak melakukan renovasi gedung dan
ruang perawatan yang mempengaruhi jumlah layanan pasien dan penerimaan
PNBP nya
b Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional
Kemandirian Satker BLU selain dapat dilihat dari Rasio Antara Sumber Dana
PNBP dan RM sebagaimana pada poin a dapat pula dinilai dari Rasio PNBP
terhadap biaya operasional BLU Untuk rasio ini BLU di Kalimantan Barat memiliki
rasio yang cukup baik
Tabel III25
Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional (persen)
Satker BLU 2018 2019
Pendapatan PNBP
Biaya Operasional
Pendapatan PNBP
Biaya Operasional
Politekkes Pontianak
3038 6360 48 2702 7725 35
RS Bhayangkara Pontianak
3034 3616 84 2802 4347 64
Universitas Tanjungpura
41371 45355 91 34461 51317 67
53
RS Kartika Husada
Belum menjadi satker BLU 5056 6264 81
Berdasarkan tabel di atas di tahun 2018 pada Satker BLU Politeknik Kesehatan
Pontianak perbandingan antara pendapatan BLU dengan biaya operasional didapat
hasil 48 persen (rasio PNBP terhadap biaya operasional 48 persen) Sedangkan
untuk tahun 2018 rasio kemandirian Satker BLU Poltekkes Pontianak menurun
menjadi 35 persen Penurunan ini disebabkan jumlah pendapatan PNBP yang
menurun sedangkan biaya operasional meningkat Penurunan pendapatan karena
penurunan jumlah mahasiswa baru
RS Bhayangkara Pontianak dari hasil perhitungan rasio pendapatan BLU dengan
biaya operasional didapat hasil 84 persen di tahun 2018 dan mengalami penurunan
menjadi 64 persen Penurunan rasio disebabkan penurunan pendapatan dan
sebaliknya belanja meningkat Penurunan pendapatan disebabkan pendapatan
yang berasal dari rawat inap berkurang Hal ini disebabkan penghapusan gedung
layanan lama yang disertai dengan pembangunan gedung rawat inap baru Namun
secara rasio RS Bhayangkara masih memiliki tingkat kemandirian yang yaitu
diatas 60 persen
Univ Tanjungpura ditahun 2018 sebagai satker BLU baru memiliki rasio 91
persen Ini menandakan Untan sebagai satker BLU memiliki kemandirian yang
sangat baik Sedangkan untuk RS Kartika Husada yang merupakan Rumah sakit
dibawah Kodam Tanjungpura dan baru ditetapkan menjadi BLU penuh di bulan Juli
2019 sudah memiliki awal yang baik dengan tingkat kemandirian (rasio PNBP
dengan biaya operasional ) sebesar 81 persen
f Analisis Efektifitas BLU
Analisa efektifitas BLU adalah analisis untuk mengetahui efektifitas dibentuknya BLU
yaitu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan fleksibilitas
dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi produktifitas dan penerapan
praktek bisnis yang sehat Peningkatan layanan antara lain juga dapat dilihat dari
pendapatan yang dihasilkan dari layanan BLU Analisis efektifitas BLU didapat dari rasio
pendapatan operasional terhadap asset tetap atau rasio perputaran asset tetap Tujuan
analisis ini adalah untuk mengetahui kemampuan BLU untuk menghasilkan pendapatan
dari aset yang dimilikinya
54
Tabel III26
Analisis Efektifitas BLU
Satker BLU 2018 2019
Pendapatan Operasional
Aset Tetap Pendapatan Operasional
Aset Tetap
Politeknik Kesehatan Pontianak
3038 21286 142 2702 21801 124
RS Bhayangkara Pontianak 3034 4832 627 2802 9127 307
Universitas Tanjungpura 41371 2175410 190 34461 2093628 16
RS Kartika HUsada Belum menjadi satker BLU 5056 2486 203
sumber data e rekon
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perputaran aset tetap satker BLU Politekkes
Pontianak tahun 2018 sebesar 142 persen dan mengalami penurunan di tahun 2019
menjadi 124 persen Dari rasio tersebut artinya kemampuan Poltekkes Pontianak
memperoleh pendapatan berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah sebesar 124
persen Penurunan rasio ini disebabkan pendapatan BLU yang menurun di tahun 2019
Sedangkan perputaran aset untuk Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak pada tahun 2019
mengalami penurunan dari 627 persen di tahun 2018 menjadi 307 persen di tahun 2019
Penurunan rasio ini disebabkan penurunan pendapatan BLU dan juga kenaikan aset
tetap Kemampuan RS Bhayangkara Pontianak tahun 2019 untuk memperoleh
pendapatan BLU berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah 307 persen
Kemampuan Untan memperoleh pendapatannya berdasarkan asset tetap yang
dimilikinya di tahun 2019 sebesar 16 persen
g Analisis Legal BLU
Pemberian fleksibilitas pengelolaan keuangan kepada Satker BLU adalah tetap dalam
koridor penerapan tata kelola pemerintahan yang baik Satker BLU tetap mempunyai
kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang telah diatur di dalam undang-undang
Tabel III27
Kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan Keuangan
Kewajiban Politeknik Kesehatan Pontianak
RS Bhayangkara
Pontianak
Universitas Tanjungpura
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Penyusunan amp Penyampaian Rencana Bisnis Anggaran
Ya - Ya - Ya -
Penyusunan amp penyampaian Lap Keu (standar akuntansi Keu)
Ya - Ya - Ya -
55
Berdasarkan tabel kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan keuangan
dapat dilihat bahwa BLU di Provinsi Kalimantan Barat yakni Politeknik Kesehatan
Pontianak RS Bhayangkara Pontianak dan Universitas Tanjungpura telah memenuhi
semua kewajiban dalam rangka penerapan tata kelola dan pengelolaan keuangan BLU
sesuai dengan ketentuan (peraturan perundang-undangan)
37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT
Dalam rangka peningkatan pembangunan di Wilayah Kalimantan Barat Pemerintah
berusaha memperdayakan potensi yang ada guna mendukung pembangunan ekonomi di
daerah diantaranya berupa Dana Invstasi Pusat yang diberikan kepada Pemda melalui
pinjaman dan Investasi Kredit Program kepada UMKM di Wilayah Kalimantan Barat Kanwil
Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat berkewajiban menatausahakan investasi
pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi khususnya penerusan pinjaman (Subsidary
Loan Agreement) Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat) dan Pembiayaan Ultra Mikro
(UMi)
371 Penerusan Pinjaman (Subsidary Loan Agreement)
Penerusan Pinjaman Pemerintah Pusat (Subsidiary Loan Agreement) kepada
Pemerintah DaerahPerusahaan DaerahBUMD Penerusan pinjaman yang diberikan
kepada PDAM maupun Pemda dimaksudkan untuk meningkatkan atau memperbaiki
tata kelola penyediaan air minum kepada masyarakat baik dari segi infrastruktur maupun
percepatan penyedian air minum
Pada tahun 2019 masih terdapat 1 (satu) pinjaman BUMD dan Pemda menunggu
penyelesaian penghapusan yaitu Pemerintah Kota Singkawang dengan sisa hutang
sebesar Rp1766635437024 yang diselesaikan melalui proses pelaksanaan debt swap
sebesar Rp1398691928715 dan penghapusan utang murni Rp367943508309
Pemerintah Kota Singkawang telah mengalokasikan program debt swap pada APBD
tahun anggaran 2017 melalui DPPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
berupa kegiatan Pembangunan Bangsal Ruang Inap Kelas I RSUD Abdul Aziz di
Singkawang dengan realisasi pembangunan sebesar Rp14407200000 dan telah
dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat
Penyampaian Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU
Ya - Ya - Ya -
Persetujuan Tarif Layanan oleh Menteri Keuangan
Ya - Ya - Ya -
Persetujuan Pembukaan Rekening Ya - Ya - Ya -
Penyusunan SOP pengelolaan keuangan BLU
Ya - Ya - Ya -
56
Tabel III31
Profil Oustanding Penerusan Pinjaman BUMD dan PEMDA di
Prov Kalbar Tahun 2018
Sumber Data Kanwil Data PemdaBUMNBUMD Penerima SLA Dit SMI
372 Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat)
Investasi Pemerintah Pusat lainnya adalah Program Kredit Program berupa
pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM (KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan
Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 debitur)
jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar
atau 1135 persen
TabelIII32
Penyaluran KUR Wilayah Kalimantan Barat Tahun 2019
No KabKota 2018 2019
Akad Debitur Akad Debitur
1 Kalimantan Barat 1650000000 29 1055000000 30
2 Kab Sambas 172012480000 5063 178155490000 4706
3 Kab Mempawah 117141764400 3853 117924669245 3337
4 Kab Sanggau 137303602000 3683 151852745000 3768
5 Kab Ketapang 134775029932 3445 115111754000 3193
6 Kab Sintang 169583544950 3539 214178312000 3769
7 Kab Kapuas Hulu 74602388591 2755 101002500000 3412
8 Kab Bengkayang 62169980000 1909 61608265000 2069
9 Kab Landak 84971200000 2710 99536500000 2866
10 Kab Sekadau 82259245000 1715 76000490000 1679
11 Kab Melawi 60856245000 1378 84465707561 1292
12 Kab Kayong utara 24188290000 826 25003500000 824
13 Kab Kubu Raya 151025480000 3883 193886370000 4216
14 Kota Pontianak 256541689000 4730 283349999288 4710
15 Kota Singkawang 85998890400 1993 95216230108 1907
Total 1615079829273 41511 1798347532202 41778
Sumber SIKP Dit SMI 2019
Penyaluran KUR tersebar di beberapa Lembaga Keuangan di wilayah Kalimantan
Barat melalui aplikasi online system data KUR dengan Sistem Informasi Kredit Program
57
(SIKP) untuk wilayah Kalbar terdapat 16 lembaga keuangan yang ditunjuk sebagi
penyalur Sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini
Tabel II32 Penyaluran KUR per Bank Provinsi Kalbar Tahun 2019
No Nama Bank Jumlah
Rupiah Debitur
1 BPD Jawa Tengah 500000000 1
2 BPD Kalimantan Barat 235246000000 2225
3 BPD Kalimantan Selatan 100000000 1
4 BPD Kaltimtara 50000000 1
5 BPD Riau Kepri 250000000 1
6 BRI Syariah 28661000000 868
7 Bank Bukopin 1680000000 6
8 Bank Central Asia 3075000000 13
9 Bank Mandiri 374774669000 4448
10 Bank Maybank 1220000000 4
11 Bank Negara Indonesia 308639830404 1794
12 Bank Rakyat Indonesia 837567307798 32376
13 Bank Sinarmas 6014000000 25
14 Bank Tabungan Negara 400000000 3
15 CTBC Bank 58980000 4
16 Internusa Tribuana Citra Multifinance 110745000 8
1798347532202 41778
Sumber SIKP Dit SMI 2019
Berdasarkan data aplikasi SIKP penyaluran KUR mencapai sebesar Rp179834
miliar dengan jumlah debitur 41778 orang tersebar melaui skema Usaha Mikro sebesar
Rp73601 miliar (34757 debitur) Kecil dan menengah sebesar Rp106172 miliar (6977
debitur) dan TKI sebesar Rp61874 juta (44 debitur) Bank Rakyat Indonesia (BRI)
merupakan lembaga terbesar penyalur KUR yakni sebesar Rp83756 miliar Sebagian
besar investasi digunakan pada sektor perdagangan yaitu sebesar Rp93627 miliar
(20750 debitur) atau 5178 persen disusul bidang Pertanian Perburuhan dan
Kehutanan sebesar Rp47943 miliar (15953 debitur) atau 2651 persen dan Jasa
Kemasyarakatan Sosial Budaya Hiburan dan Perorangan lainnya sebesar Rp9811
miliar (2398 debitur) atau 543 persen
Hasil monitoring Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov Kalbar terhadap penyaluran
kredit program dapat dikatakan bahwa Pemerintah sangat memperhatikan dan
mengharapkan adanya perkembangan usaha serta peningkatan ekonomi bagi UMKM di
wilayah Kalimantan Barat hal ini menunjukan bahwa program KUR sangat bermanfaat
58
dan berdampak terhadap perkembangan kegiatan usaha bahkan pertumbuhan ekonomi
di Kalimantan Barat Dalam perkembangannya hasil survey di lapangan yang diambil
secara sampling terhadap 82 debitur program KUR di wilayah Kalbar didominasi oleh
Sektorbidang usaha perdagangan yaitu sebesar 5976 persen atau 49 pelaku UMKM
disusul bidang usaha jasa sebesar 1951 persen atau 16 pelaku UMKM dan Pertanian
Peternakan dan Perkebunan 1220 persen atau 10 pelaku UMKM sedangkan sektor
usaha lainnya sebesar 853 persen atau 7 pelaku UMKM Sesuai Permenko Bidang
Perekonomian nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanan KUR sektor di luar
sektor perdagangan dikelompokkan sebagai sektor produksi Dengan demikian
berdasarkan hasil survey responden debitur KUR di sektor produksi hanya mencapai
4124 persen Hal ini masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama
pada sektor produksi sebesar 60 persen
Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar
sasaran dan tujuan program KUR dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran
KUR diarahkan agar lebih banyak menyasar UMKM di sektor produksi (non
perdagangan) yaitu dengan memberikan target minimal penyaluran ke sektor produksi
sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan skema KUR
Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat perkebunan
rakyat dan peternakan rakyat
373 Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)
Tahun 2019 jumlah penyaluran UMi di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar
Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen
Tabel III33
Penyaluran UMI Provinsi Kalbar Tahun 2019
No Tahun 2018 2019
KabKota Akad Debitur Akad Debitur
1 Kayong Utara 11000000 2 208000000 28
2 Ketapang 229000000 32 1055800000 165
3 Kubu Raya 1447315688 356 1176000000 314
4 Landak 860878000 194 200500000 45
5 Melawi 155000000 24 210000000 29
6 Mempawah 3188943000 758 3574105000 1027
7 Sambas 358000000 50 232400000 30
8 Sanggau 148500000 21 622933000 93
9 Sintang 90500000 14 235700000 44
59
10 Pontianak 1671500000 638 2805350000 931
11 Singkawang 185000000 25 188500000 28
12 Bengkayang 31000000 4 5000000 1
13 Kapuas Hulu 7000000 2 7000000 2
14 Sekadau 30000000 4 - -
Jumlah 8413636688 2124 10521288000 2737
Berdasarkan data aplikasi SIKP UMi penyaluran UMi di Kalimantan Barat mencapai
sebesar Rp1052 miliar dengan jumlah debitur 2737 orang pembiayaan UMi dilakukan
melalui penyalur perantara yang merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
diantaranya adalah PT Pegadaian (Persero) PT Bahana Artha Ventura PT
Permodalan Nasional Madani (Persero) serta beberapa Koperasi baik melalui
pembiayaan konvensional danatau pembiayaan syariah LembagaLankage penyalur
terbesar yaitu PT PNM merupakan lembaga terbesar penyalur UMi yakni sebesar
Rp443 miliar (1531 debitur) PT Pegadaian sebesar Rp263 miliar (453 debitur) KSPS
BMT UGT Sidogiri sebesar Rp188 miliar (337 debitur) dan KSPPS BMT Bina Umat
Sejahtera sebesar Rp154 miliar (408 debitur)
Tabel III33
Penyaluran UMI per LKBB Provinsi Kalbar Tahun 2019
NO PENYALUR LKBB TOTAL PENYALURAN Debitur
1 PT PEGADAIAN 2637600000 453
2 PNM 4427500000 1531
3 KSPPS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA 1535305000 408
4 KSPPS TAMZIS BINA UTAMA 26000000 6
5 KSPPS BMT BINA IHSANUL FIKRI 7000000 2
6 KSPS BMT UGT SIDOGIRI 1887883000 337
Total 10521288000 2737
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi penyaluran UMi yang dilaksanakan di
beberapa wilayah Kalimantan Barat terdapat faktor yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan penyaluran UMi di Kalimantan Barat antara lain
1 PenyalurLembaga Linkage selaku penyalur pembiayaan UMi belum tersebar atau tidak
memiliki kantor cabang di seluruh wilayah Kalbar sehingga potensi penyaluran pembiayaan
UMi kurang maksimal dan tidak bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Kalbar
2 Hasil produk UMKM terutama mutu dan kualitas produk belum dapat bersaing secara
global dengan produk daerah lain
Sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan usaha UMKM di wilayah
Kalimantan Barat adalah melakukan koordinasi dan kerjasama antara Pemda
60
Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalbar PenyalurLembaga Linkage
serta lembaga terkait lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada
debitur dan membantu mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada
masyarakat baik melalui pertemuan maupun dengan media cetak banner spanduk
dan lain-lain sehingga dapat mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha
Mikro bahkan dapat meningkat ke Mikro Kecil
38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN
BELANJA INFRASTRUKTUR DI DAERAH
381 Mandatory Spending di Daerah
Belanja mandatory merupakan belanja wajib yang diperintahkan oleh Undang-Undang
yakni belanja sektor kesehatan sebesar 5 persen dan belanja sektor Pendidikan sebesar
20 persen
a Belanja Sektor Pendidikan
Uraian 2017 2018 2019
Alokasi Fungsi Pendidikan 157554 185385 231676
Pagu Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF
929392 1117061 1049551
Rasio 017 017 022
Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan Penyelenggaraan pendidikan di daerah akan mampu menjembatani
kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya belajar di sekolah Untuk memenuhi hal
tersebut tentunya harus dialokasikan anggaran belanja pendidikan Belanja Pendidikan
merupakan belanja wajib (mandatory spending) yang mutlak harus dipenuhi yang
ditentukan batas minimal pengalokasian anggaran dalam APBN sebesar 20 persen Alokasi
belanja pemerintah pusat Fungsi Pendidikan tahun 2019 sebesar Rp231 triliun meningkat
46291 miliar atau 2497 persen dibanding alokasi tahun sebelumnya Rasio fungsi
Pendidikan di tahun 2019 mencapai 022 naik 005 bila dibandingkan dengan rasio fungsi
pendidikan tahun sebelumnya Peningkatan alokasi fungsi kesehatan ini diharapkan akan
meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat
b Belanja Sektor Kesehatan
Uraian 2017 2018 2019
Alokasi Fungsi Kesehatan
16020 19263 18897
Alokasi Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF
929392 1117061 1049551
Rasio 0017 0017 0018
61
Anggaran berdasarkan fungsi kesehatan merupakan anggaran belanja negara dimana
dana anggaran akan diarahkan untuk melaksanakan program-program dalam rangka
meningkatkan derajat tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik Ketentuan pasal 171
undang undang nomor 36 tahun 2009 menjadikan alokasi di bidang kesehatan mutlak
dipenuhi (mandatory spending) Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan
adalah dengan menyediakan berbagai infrastruktur dan pengadaan tenaga-tenaga
kesehatan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan umum Usaha ini ditujukan
untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat sekaligus dalam rangka peningkatan mutu fisikal
sumber daya manusia dan Indonesia Sehat Alokasi belanja pemerintah pusat Fungsi
Kesehatan tahun 2019 di Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp18897 miliar menurun 366
miliar atau 19 penurunan tersebut disebabkan meningkatnya anggaran kesehatan
melalui transfer ke daerah (DAK) Rasio Fungsi Kesehatan di tahun 2019 mencapai 0018
naik 0001 bila dibanding rasio Fungsi Kesehatan tahun sebelumnya Meningkatnya alokasi
fungsi kesehatan tersebut diharapkan semakin meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat
382 BELANJA INFRASTRUKTUR
Infrastruktur memiliki peran penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
Keberadaan infrastruktur akan mendorong mobilitas penduduk dan faktor produksi
terutama tenaga kerja serta memperlancar arus barang dan jasa sehingga akan
mendorong tumbuhnya produksi dan investasi Belanja infrastruktur oleh pemerintah pusat
di representasikan oleh pos Belanja Modal (53) pada belanja KL (APBN)
Grafik III
Alokasi dan Realisasi Belanja Modal Tahun 2015 - 2019
sumber data mebe (diolah)
Untuk Wilayah Kalimantan Barat secara agregat alokasi untuk pos belanja modal (53)
dari tahun 2015 sd 2019 fluktuatif nampak ada penurunan belanja modal KL di tahun
2019 dibanding tahun anggaran sebelumnya Meskipun ada penurunan alokasi belanja
modal tidak berarti pembangunan infrastruktur untuk wilayah Kalimantan Barat diabaikan
000
100000
200000
300000
400000
500000
2015 2016 2017 2018 2019
Pagu Realisasi
62
karena pembangunan infrastruktur juga di topang oleh Dana Alokasi Fisik dimana tahun
2019 alokasi DAK Fisik sebesar Rp261 triliun
Tahun 2019 Pagu total belanja KL di Kalimantan Barat Rp1049 triliun dan alokasi
untuk belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun atau 2288 persen dan telah terealiasi
Rp195 triliun Dari total alokasi belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun di tahun 2019
sebagian besar alokasi belanja modal ada pada Kementerian PUPR sebesar Rp15 triliun
atau 665 persen dan selanjutnya Kementerian Perhubungan sebesar Rp20417 miliar
atau 85 persen Dari alokasi sebesar Rp15 triliun yang dianggarkan pada kementerian
PUPR di Kalimantan Barat 61 persen alokasikan untuk pembangunan infrastruktur jalan
diantaranya jalan trans Kalimantan perbatasan Indonesia dan Malaysia yakni ruas jalan
nanga badau - entikong - aruk - temajok serta pembangunan jalan Nasional III dan III di
seluruh wilayah Provinsi Kalbar Diharapkan dengan pembangunan ruas jalan secara
merata ini akan mempermudah akses dan koneksifitas antar wilayah dan mengakselerasi
nilai tambah perekonomian masyarakat Kalimantan Barat yang tercermin dari adanya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dengan menguji pengaruh realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat dengan PAD
Prov Kalbar dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel
Hasil Regresi Sederhada Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat Terhadap PAD di Prov Kalbar
Tahun 2015-2019
R Square Significance
0049 0000
Dengan signifikasi 0000 menunjukkan bahwa realisasi Belanja Modal Pemerintah
Pusat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PAD R square 0049 berarti realisasi
Belanja Modal Pemerintah Pusat memiliki pengaruh positif sebesar 49 persen terhadap
PAD Provinsi Kalbar Hasil perhitungan regresi di atas menunjukkan bahwa setiap
kenaikan 1 rupiah Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat akan mendorong kenaikan
PAD sebesar Rp 0049 Apabila kenaikan Belanja Modal Pemerintah Pusat Rp 1 triliun
maka PAD akan naik sebesar Rp 49 miliar
Jembatan Kapuas PontianakJembatan ini memiliki panjang 42o meter dan lebar 6 meter Jembatan ini muali dibangun tahun 1980
BAB IV
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
APBD
63
41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan faktor pendorong utama dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah Selain itu kinerja pelaksanaan APBD juga
merupakan salah satu penentu tercapainya target sasaran makro ekonomi daerah yang
diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan tantangan dalam mewujudkan masyarakat
sejahtera dan mandiri Pemerintah daerah menggunakan APBD sebagai instrumen utama bagi
kebijakan publik di daerahnya
Untuk mencapai target tersebut Pemerintah Daerah Kalimantan Barat menyusun Alokasi
APBD Kalimantan Barat tahun anggaran 2019 sebagaimana terlihat pada tabel berikut
Tabel IV1
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
URAIAN 2018 2019
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PENDAPATAN 2443326 2422952 2543450 2563928
PENDAPATAN ASLI DAERAH
360621 390903 376276 404671
Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398
Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
16227 17161 18117 19075
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
98917 73671 85664 84200
PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816
Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak
77844 78654 78128 58493
Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649
Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
76467 113239 69129 97384
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
120005 121467 147048 180339
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
1850 1060 000 1419
64
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
105809 46616 94992 74442
Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318
Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124
BELANJA DAERAH 2499829 2345817 2604405 2510634
BELANJA OPERASI 1645895 1509851 1691108 1608335
Belanja Pegawai 841558 797512 935725 825216
Belanja Barang 606872 516897 599693 605691
Belanja Bunga 294 323 703 288
Belanja Subsidi 000 000 000 000
Belanja Hibah 190185 188493 145940 167928
Belanja Bantuan sosial 6987 6625 9047 9212
BELANJA MODAL 505628 470016 520212 498885
Belanja Modal 505628 470016 520212 498885
BELANJA TAK TERDUGA 3110 716 3213 625
Belanja Tak Terduga 3110 716 3213 625
BELANJA TRANSFER 345197 365234 389872 402789
TransferBagi Hasil Pendapatan
90177 99533 87458 102031
Belanja Bantuan Keuangan
255020 265701 302414 300757
SURPLUSDEFISIT -56503 77135 -60955 53295
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Anggaran pendapatan pada pemerintah provinsikabupatenkota di wilayah Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018
Anggaran pendapatan naik sebesar Rp 100124 miliar menjadi 2543450 miliar atau 410
persen Anggaran belanja juga mengalami kenaikan sebesar 418 persen menjadi sebesar Rp
2604405 miliar Kondisi APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik dengan
menghasilkan surplus Rp 53295 miliar di wilayah Kalimantan Barat
42 PENDAPATAN DAERAH
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pemerintah dituntut
untuk memiliki kemandirian keuangan daerah yang lebih besar Dengan tingkat kemandirian
keuangan yang lebih besar berarti daerah tidak akan lagi sangat bergantung pada bantuan dari
pemerintah pusat dan propinsi melalui dana transfer
Namun tidak berarti jika kemandirian keuangan daerah tinggi maka daerah sudah tidak perlu
lagi mendapatkan dana transfer Dana transfer masih tetap diperlukan untuk mempercepat
pemabngunan daerah Semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan maka daerah dapat
memberikan pelayanan publik yang lebih berkualitas melakukan investasi pembangunan jangka
panjang dan sebagainya
65
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Pendapatan Daerah adalah hak pemda yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan Pendapatan daerah
tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah
yang sah Berdasarkan ketentuan tersebut APBD Kalimantan Barat disusun dengan rincian
sebagai berikut
Tabel IV2
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Jenis Pendapatan Daerah
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
URAIAN 2018 2019
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PENDAPATAN ASLI DAERAH 360621 390903 376276 404671
Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398
Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
16227 17161 18117 19075
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 98917 73671 85664 84200
PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816
Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak
77844 78654 78128 58493
Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649
Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
76467 113239 69129 97384
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 120005 121467 147048 180339
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
1850 1060 000 1419
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 105809 46616 94992 74442
Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318
Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pada tahun 2019 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Barat mengalami
peningkatan sebesar Rp 13768 miliar atau 352 persen dibandingkan tahun 2018 dengan realisasi
melebihi target yaitu 10755 persen dari pagu yang dianggarkan Kenaikan pendapatan ini
terutama ditopang oleh Pajak Daerah yang terealisasi 11103 persen dan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang mencapai 10529 persen Retribusi Daerah juga melebihi
target dengan penerimaan sebesar 10305 persen
Pendapatan transfer terjadi kenaikan yang signifikan pada Dana Bagi Hasil Pajak dari
Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya yang mencapai 14087 persen dari target disusul oleh
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar 12264 persen
66
421 Dana TransferPerimbangan
Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan dana otonomi khusus dan
dana penyesuaian
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran
dalam APBN
Kebijakan perimbangan keuangan atau ditekankan pada empat tujuan utama yaitu (a)
memberikan sumber dana bagi daerah otonom untuk melaksanakan urusan yang
diserahkan yang menjadi tanggungjawabnya (b) mengurangi kesenjangan fiskal antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah (c) meningkatkan
kesejahteraan dan pelayanan publik dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dan
pelayanan publik antar daerah serta (d) meningkatkan efisiensi efektifitas dan akuntabilitas
pengelolaan sumber daya daerah khususnya sumber daya keuangan
Dana perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK)
a Analisis ruang fiskal dan kemandirian daerah
1) Analisis Ruang Fiskal
Ruang fiskal secara umum merupakan ketersediaan ruang dalam anggaran yang
memampukan Pemerintah menyediakan dana untuk tujuan tertentu tanpa
menciptakan permasalahan dalam kesinambungan posisi keuangan Pemerintah
Dalam konteks APBN ruang fiskal adalah total pengeluaran dikurangi dengan
belanja non diskresionerterikat seperti belanja pegawai pembayaran bunga subsidi
dan pengeluaran yang dialokasikan untuk daerah
Dalam APBD Ruang fiskal adalah pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked
(DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat)
Ruang Fiskal mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda
tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib)
Ruang Fiskal adalah (Total Pendapatan-DAK) ndash Belanja Pegawai tak langsung
67
Grafik IV1
Ruang Fiskal Kalimantan Barat
Tahun Anggaran 20182019
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Berdasarkan data dua tahun terakhir ruang fiskal Kalimantan Barat tumbuh
sebesar 19589 miliar dari tahun 2018 sebesar 1155080 menjadi 1174669
pada tahun 2019 Terjadi peningkatan ruang fiskal sebesar 266 persen dari
tahun sebelumnya
2) Analisis Rasio Kemandirian Daerah
Ruang Rasio kemandirian daerah Rasio PAD terhadap total pendapatan dan
rasio dana transfer terhadap total pendapatan Apabila rasio PAD lebih besar
daripada rasio dana transfer berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin
besar rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan semakin tinggi
Rasio PAD = PAD Total Pendapatan APBD
Rasio DanaTransfer = Total Dana Transfer Total Pendapatan APBD
Rasio PAD = 376276 2543450
= 015
Rasio DanaTransfer = 2072181 2543450
= 081
Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio ketergantungan
Kalimantan Barat masih sangat tinggi
b Analisis komparatifperbandingan year on year (yoy) antara trend alokasi dana transfer
untuk Kalimantan Barat terhadap Pertumbuhan ekonomi regional PDRB Tingkat
pengangguran Tingkat kemiskinan IPM (HDI) dapat digambarkan sebagai berikut
000
2000
4000
6000
8000
10000
2018 2019
2018 54592019 5192
2018 45412019 4808
Belanja Mengikat Ruang Fiskal
68
Tabel IV3
Tabel Perbandingan Alokasi Dana Transfer Terhadap Indikator Perekonomian Regional
Tahun Anggaran 20182019
INDIKATOR 2018 2019 persen
Alokasi Dana Transfer 345197 389872 1294
Pertumbuhan Ekonomi Regional
506
500 (119)
PDRB 19403
21232 943
Tingkat Pengangguran 426
4 45 446
Tingkat Kemiskinan 737
728 (122)
IPM 6698
NA NA
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Peningkatan dana transfer dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 1294 persen
tidak serta merta turut mendongkrak indikator perekonomian di Kalimantan Barat
Tercatat hanya PDRB yang mengalami trend positif yaitu 943 persen Sedangkan
indikator lainnya negatif
422 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Pendapatan asli daerah diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi
pemerintahan daerah oleh karena ini berarti pemerintah daerah didorong untuk dapat
meningkatkan kemandirian keuangannya
a Analisis komposisi pendapatan daerah dan perbandingannya
Pada tahun 2019 pendapatan daerah Kalimantan Barat sebesar 2563928 miliar
Pendapatan transfer sebesar 2084816 miliar dan Pendapatan Asli Daerah sebesar
404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018 dapat disajikan sebagai berikut
69
Grafik IV2 Perbandingan Pendapatan Dana Transfer dan PAD Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Sampai tahun 2019 PAD Kalimantan Barat masih berada di kisaran 15 persen
dari seluruh total pendapatan Hal ini menunjukkan tingkat kemandirian keuangan
Kalimantan Barat masih rendah
b Analisis perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan belanja daerah
Pada tahun 2019 Belanja Daerah Kalimantan Barat sebesar 2510634 miliar
Pendapatan Asli Daerah sebesar 404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018
adalah sebagai berikut
Grafik 4221
Perbandingan Belanja Daerah dan Pendapatan Asli DaerahKalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
-
5000
10000
15000
20000
25000
30000
PENDAPATANPENDAPATAN
TRANSFER PENDAPATANASLI DAERAH
24433
20827
3606
24230
20320
3909
25435
21672
3763
25639
21593
4047
2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
10000
20000
3000024998
3606
23458
3909
26044
3763
25106
4047
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi
2019 Anggaran 2019 Realisasi
70
Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah tahun 2019 adalah
sebesar 1612 persen Angka ini sedikit menurun apabila dibandingkan dengan tahun
2018 yang sebesar 1666 persen Hal ini mengindikasikan ada peningkatan
kemampuan daerah untuk membiayai pengeluarannya
423 Pendapatan Lain-lain
Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan daerah selain pendapatan
transferperimbangan dan pendapatan asli daerah
Grafik IV4 Perbandingan Pendapatan Lain-lain terhadap Total Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Kontribusi Pendapatan Lain-lain di Kalimantan Barat tidak begitu signifikan terhadap
keuangan daerah Walaupun menunjukkan peningkatan tetapi secara keseluruhan
jumlahnya tidak terlalu besar Pada tahun 2018 sebesar 192 persen dari total
pendapatan dan meningkat menjadi 290 persen pada tahun 2019
43 Belanja Daerah
Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan Belanja Daerah bersumber
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) + Dana Transfer dari Pusat ke Daerah (DAU DAK Dana
Penyeimbang Dana Kontingensi DBH dll) Tujuan analisis Belanja Daerah antara lain adalah
untuk mengetahui kontribusi pengeluaran daerah terhadap pengeluaran pemerintah secara
nasional Analisis Belanja Daerah dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi belanja daerah seperti
klasifikasi urusan klasifikasi fungsi dan sebagainya
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
PENDAPATANPENDAPATAN
LAIN-LAIN
24433
1058
24230
466
25435
950
25639
744
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
71
Tabel IV5
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Persentase Jenis Belanja Terhadap Total Belanja
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Jenis Belanja Alokasi persen Thd Belanja
Sektor Konsumtif
Belanja Pegawai 825216 3301
Belanja Barang 605691 2423
Belanja Bunga 703 003
Belanja Hibah 145940 584
Belanja Bantuan sosial 9047 036
Belanja Bagi Hasil Kepada ProvKabKota dan Pemdes 87458 350
Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvKabKota dan Pemdes 302414 1210
Belanja tidak terduga 3213 013
1979682 7919
Sektor Produktif
Belanja Modal 520212 2081
Total Belanja 2499893 10000
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Alokasi APBD masih didominasi oleh belanja yang bersifat konsumtif yang mempunyai multi
efek jangka pendek dan didominasi untuk mencukupi kebutuhan belanja pegawai sebesar 3301
persen dari total belanja Terbesar berikutnya adalah belanja barang sebesar 2423 persen
Sedang untuk alokasi Belanja Modal sebesar 2081 persen ini sangat berpengaruh terhadap
peluang terbukanya lapangan pekerjaan untuk menambah kesejahteraan masyarakat karena
belanja modal mempunyai multi efek jangka panjang
44 Perkembangan BLU Daerah
BLU daerah di Kalimantan Barat bergerak dibidang layanan kesehatan Seluruhnya
merupakan BLUD yang sebagian biaya operasionalnya di biayai dengan APBD
Tabel IV6
BLU Daerah Kalimantan Barat Berdasarkan Nilai Aset dan Komposisi Pagu
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
No Jenis Layanan
Satker BLUD Nilai Aset Pagu
2018 2019 PNBP APBD TOTAL
1 Kesehatan RSUD Dr Ade M Djoen
2 Kesehatan RSUD Pemangkat Sambas
3 Kesehatan RSUD Sambas 3962 4952 2062
4 Kesehatan RSUD Sanggau
5 Kesehatan RSUD Dr Agusdjam Ketapang
6 Kesehatan RSUD Singkawang
72
7 Kesehatan RSUD Sekadau 4112 5281 1203 3692 4895
8 Kesehatan RSUD Dr Soedarso 21480 26748 6114
9 Kesehatan RSUD Dr Achmad Diponegoro Kapuas Hulu
1499 1319
10 Kesehatan RSUD Bumi Sebalo Bengkayang 6076 8645 1500 3579 5079
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
RSUD Dr Soedarso yang berada di Pontianak merupakan BLU Daerah terbesar dengan total
asset 26748 Walaupun begitu pendapatan operasionalnya baru mencapai 25 persen dari pagu
keseluruhan Sisanya masih didanai dengan APBD RSUD Bumi Sebalo sedikit lebih besar
persentase komposisi pagu PNBP terhadap total pagu Pagu PNBPnya mencapai 30 persen dari
total pagu
45 SurpusDefisit APBD
Selisih antara pendapatan dan belanja akan menimbulkan surplus atau defisit sedangkan jika
pendapatan dan belanja sama maka mencapai anggaran yang berimbang Surplus APBD terjadi
bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah jika
sebaliknya maka defisit Dalam selisih ini dapat kita jelaskan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh
pemda dapat juga dijelaskan mengenai faktor pendorong terjadinya surplusdefisit tersebut Jika
APBD defisit maka pemda harus mencari alternatif untuk menutupi kekurangan tersebut
Sedangkan jika surplus maka pemerintah akan menerima kembali dana lebih tersebut Surplus
tersebut dapat dianggarkan untuk pembayaran pokok utang penyertaan modal daerah pemberian
pinjaman kepada pemerintah lain dan pembentukan dana cadangan (misal untuk Pilkada
infrastruktur dll)
a Rasio surplusdefisit terhadap aggregat pendapatan
Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan
APBD = 77135 2422952
2018 = 318
Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan
APBD = 53295 2563928
2019 = 2079
Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2018 tetapi Kalimantan Barat masih
mencatatkan rasio surplus untuk tahun 2019 sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi
APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik
b Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I)
73
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I) rasio ini untuk mengetahui
proporsi adanya surplusdefisit anggaran terhadap salah satu sumber pendapatan APBD
yaitu realisasi pencairan dana transfer Hal ini dapat menunjukkan ekses likuiditas Pemda
pada semester I akibat frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal
bagi Kementerian Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama
pada daerah yang sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses
likuiditas
Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = Surplus atau defisit Semester I dibagi
Total Realisasi Dana Transfer
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 435522 942997
2018 = 4618
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 452874 983139
2019 = 4606
Pada semester I baik tahun 2018 maupun 2019 rasio surplus terhadap realisasi dana transfer
sangat tinggi Hal ini mengindikasikan ekses likuiditas Pemda pada semester I akibat
frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian
Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama pada daerah yang
sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas
c Rasio surplusdefisit terhadap PDRB indikator ini menggambarkan kesehatan ekonomi
regional semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan
jasa yang cukup baik untuk membiaya hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah
Rasio surplusdefisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplusdefisit thd PDRB = Surplus atau defisit APBD dibagi PDRB
Rasio surplusdefisit thd PDRB = 77135 19403
2018 = 398
Rasio surplusdefisit thd PDRB = 53295 21232
2019 = 251
Rasio surplus di 2019 lebih kecil dari 2018 ini menunjukkan Kalimantan Barat semakin
mampu memproduksi barang dan jasa lebih baik
46 Pembiayaan
Pembiayaan Daerah adalah seluruh penerimaan yang harus dibayar kembali danatau
pengeluaran yang akan diterima kembali Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan
Rasio SILPA terhadap alokasi belanja di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
74
Rasio SILPA = Jumlah SILPA dibagi Total belanja APBD
Rasio SILPA = 21710 2345817
2018 = 52
Rasio SILPA = 46347 2510634
2019 = 184
Rasio SILPA merupakan rasio yang mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang tidak
digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran Pada tahun 2019
angka rasionya adalah 184 terjadi penurunan sebesar 334 dibandingkan tahun 2018 hal ini
mengindikasikan bahwa efektifitas belanja setahun terakhir cenderung meningkat daripada tahun
sebelumnya
47 Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah
471 Analisis Horizontal dan Vertikal
a Analisis Horizontal
Analisis horizontal merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam
satu laporan realisasi Pemda (KabupatenKota) satu dengan Pemda lain dalam satu
wilayah (Provinsi) Selain itu analisis ini merupakan analisis membandingkan perubahan
keuangan dalam satu post APBD yang sama pada satu lingkup Pemda Tujuan dari analisis
horizontal adalah untuk menyajikan informasi yang utuh terkait kinerja suatu pos antar
Pemda dan perkembangan suatu pos APBD dari waktu ke waktu
Grafik IV3 Realisasi PAD KabupatenKota Kalimantan Barat
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pendapatan Asli Daerah pada Kab Sambas mengalami lonjakan yang signifikan
yaitu sebesar 26952 persen apabila dibandingkan dengan tahun yang lalu Sebaliknya
Kab Sintang mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 2830 persen
SambasSingkawa
ngSintang Sekadau
11KabKota
TotalKalbar
TW IV 2018 4028 13087 24004 5464 344320 390903
TW IV 2019 14885 16630 17210 4535 351411 404671
010002000300040005000
mili
ar r
up
iah
75
b Analisis Vertikal
Analisis vertikal merupakan analisis yang membandingkan antara pos yang satu
dengan pos yang lain terhadap totalnya dalam satu komponen APBD yang sama Tujuan
dari analisis vertikal adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi suatu pos dalam
bentuk angka total sehingga membantu pengguna dalam mengukur seberapa besar
pengaruh pos tersebut bagi Pemda
Pada prinsipnya semakin besar kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah akan
menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat Dengan kontribusi yang
semakin meningkat diharapkan pemerintah daerah semakin mampu membiayai
keuangannya Gambaran kemandirian keuangan daerah ini dapat diketahui melalui
besarnya kemampuan sumber daya keuangan dalam membiayai pelayanan kepada
masyarakat daerah tertentu
1) Analisis Kontribusi PAD Kalimantan Barat terhadap total pendapatan
Analisis Kontribusi PAD dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah
pendapatan asli daerah dengan total penerimaan daerah Rasio ini menunjukan
kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah Semakin tinggi kontribusi PAD maka
semakin tinggi kemampuan pemeritah daerah dalam penyelenggaraan desentralisas
Kriteria Rasio Kontribusi PAD
bull Sangat Baik gt 50
bull Baik 25 ndash 50
bull Kurang Baik10 ndash 25
bull Tidak Baik lt 10
76
Grafik IV4 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah di Kalimantan Barat masih relatif
rendah PAD di Kalimantan Barat menyumbang antara 15 persen sd 16 persen dari
seluruh total pendapatan dalam dua tahun terakhir
Penyebab dari rendahnya PAD tersebut antara lain pertama pemerintah daerah
belum mampu mengidentifikasi potensi sumber pendapatannya Kedua sebagian besar
pemerintah daerah masih belum dapat mengoptimalkan penerimaan pajak daerah
retribusi daerah atau bahkan penerimaan dari hasil kekayaan daerah yang dipisahkan
sesuai UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Ketiga pemerintah daerah masih menganggap bahwa rendahnya pendapatan PAD
sebagai akibat dari ruang gerak daerah yang terbatas untuk mengoptimalkan
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diatur dalam UU No 28
Tahun 2009 Pemerintah daerah melihat banyak jenis dan objek pajak serta retribusi
yang masih dapat diterapkan tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang Ketiga
daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak yang besar masih diatur oleh
pusat yaitu Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak rokok Keempat
adalah kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan yang berasal
dari pajak daerah dan retribusi daerah yaitu menyempurnakan dan mengoptimalkan
penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada serta menerapkan
pajak daerah dan retribusi daerah yang baru
-
10000
20000
30000
Anggaran Realisasi
AnggaranRealisasi2018
2019
2018 2019Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PAD 3606 3909 3763 4047
PENDAPATAN 24433 24230 25435 25639
PENDAPATAN PAD
77
2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
Analisis belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan antara total
realisasi belanja modal dengan total belanja daerah Berdasar laporan ini akan diketahui
porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada
tahun anggaran bersangkutan Pengeluaran belanja modal akan memberi manfaat
dalam jangka menengah dan panjang Belanja modal akan mempengaruhi neraca
pemerintah daerah yaitu menambah jumlah asset daerah Pemerintah daerah dengan
tingkat pendapatan daerah yang rendah memiliki porsi jumlah belanja modal yang tinggi
dibandingkan pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi Hal ini disebabkan
pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan rendah berorientasi untuk melakukan
belanja modal sebagai bagian dari investasi modal jangka panjang sedangkan
pemerintahan yang berpendapatan tinggi biasanya telah memiliki asset modal yang
mencukupi
Grafik IV5 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pada umumnya proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah antara 5
persen-20 persen Kalimantan Barat dalam dua tahun terakhir memiliki rata-rata rasio
belanja modal terhadap total belanja sebesar 1995 persen Pada tahun 2019
Kalimantan Barat memfokuskan belanja modal pada investasi penyediaan Gedung
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
5E+12
1E+13
15E+13
2E+13
25E+13
3E+13
BELANJA DAERAHBELANJA MODAL
2499829
505628
2345817
470016
2604405
520212
2510634
498885
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
78
perkantoran sebesar 3474 persen infrastruktur jalan sebesar 2759 persen dan
pengadaan alat-alat berat darat sebesar 1207 persen
472 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah
Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah yang
dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang
penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu
Analisis kapasitas fiskal daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui pendapatan
daerah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja
tertentu
Berdasarkan PMK Nomor 126PMK072019 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah
daerah provinsi dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal
Berdasarkan PMK tersebut indeks Kapasitas Fiskal Daerah kabupaten kota
dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal Daerah sebagai berikut
79
Tabel IV7
Kapasitas Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Pemerintah Daerah Indeks Kapasitas Fiskal
Kategori KFD Indeks Kapasitas
Fiskal
Kategori KFD
2018 2019
Prov Kalbar 0518 Rendah 0453 Sedang
Kab Sambas 0877 Sedang 0793 Sedang
Kab Sanggau 0855 Sedang 0778 Sedang
Kab Sintang 1134 Sedang 0269 Sangat Rendah
Kab Mempawah 043 Sangat Rendah 0494 Sangat Rendah
Kab K Hulu 1421 Tinggi 0884 Sedang
Kab Ketapang 1381 Tinggi 1094 Tinggi
Kab Bengkayang 0738 Rendah 0442 Sangat Rendah
Kab Landak 1274 Tinggi 0676 Rendah
Kab Melawi 0776 Sedang 0536 Rendah
Kab Sekadau 0669 Rendah 0611 Rendah
Kab Kayong Utara 056 Sangat Rendah 0406 Sangat Rendah
Kab Kubu Raya 1055 Sedang 0742 Sedang
Kota Pontianak 1368 Tinggi 1538 Tinggi
Kota Singkawang 0618 Rendah 0522 Rendah
Sumber PMK Nomor 126PMK072019
Berdasar tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah yang mempunyai indeks kapasitas
tinggi adalah Kab Ketapang dan Kota Pontianak Sedangkan daerah dengan indeks
kapasitas sangat rendah adalah Kab Sintang Mempawah Bengkayang dan Kayong Utara
Prov Kalbar naik dari kategori rendah ke sedang Kab Sintang turun dua tingkat dari
kategori sedang ke sangat rendah Kab Kapuas Hulu turun dari kategori tinggi ke sedang
Kab Landak turun dua tingkat dari kategori tinggi ke rendah dan Kab Melawi turun dari
kategori sedang ke rendah
48 Perkembangan Belanja Wajib Daerah
Tujuan dari sub ini adalah melihat gambaran perkembangan mandatory spending dalam
pelaksanaan APBD di daerah Mandatory spending adalah alokasi belanja wajib yang diatur
undang-undang Tujuan mandatory spending adalah mengurangi masalah ketimpangan sosial dan
80
ekonomi daerah Mandatory spending dalam tata kelola keuangan pemerintah daerah meliputi
alokasi pendidikan alokasi kesehatan penggunaan dana transfer umum dan alokasi dana desa
APBD diklasifikasikan menjadi 35 urusan daerah yaitu Pendidikan Kesehatan Pekerjaan
Umum Lingkungan Hidup Kelautan dan Perikanan Kehutanan Kesatuan Bangsa dan Politik
Perencanaan Pembangunan Penataan Ruang ESDM Pemberdayaan Masyarakat Desa Sosial
KUKM Perdagangan Kebudayaan Kependudukan dan Catatan Sipil dan seterusnya
Tahun 2019 total belanja terjadi peningkatan 703 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu
dari Rp 2345816 miliar menjadi Rp 2510634 miliar Dari ke-35 urusan daerah tersebut yang
menjadi perhatian utama pemerintah daerah secara berturut-turut adalah pemerintahan umum
(3118 persen) pendidikan (2337 persen) perumahan dan fasilitas umum (2125 persen) dan
kesehatan (1339 persen)
Berdasarkan fungsi APBD Kalimantan Barat dapat digambarkan sebagai berikut
Tabel IV8
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Fungsi Tahun 2019
(Miliar Rp)
Uraian Fungsi Total persen
01 PELAYANAN UMUM 782834 3118
02 PERTAHANAN ) 000 -
03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 30131 120
04 EKONOMI 178475 711
05 LINGKUNGAN HIDUP 22823 091
06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 533546 2125
07 KESEHATAN 336074 1339
08 PARIWISATA 9952 040
09 AGAMA ) 000 -
10 PENDIDIKAN 586788 2337
11 PERLINDUNGAN SOSIAL 30012 120
Total Belanja Daerah 2510634 10000
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Komitmen pemerintah daerah dalam membangun kualitas atau kesejahteraan masyarakat
dapat terlihat melalui alokasi pengeluaran pemerintah daerah dari tiga jenis belanja yaitu belanja
pendidikan belanja kesehatan dan belanja infrastruktur
481 Belanja Daerah Sektor Pendidikan
Pembangunan pendidikan dicapai dengan meningkatkan pemerataan akses kualitas
relevansi dan daya saing Alokasi anggaran fungsi pendidikan mencerminkan upaya
pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan
sebagai salah satu upaya untuk memenuhi amanat konstitusi bahwa alokasi anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari belanja negara
81
Dari tabel 48 dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran pendidikan
Kalimantan Barat yang sebesar 2337 persen sudah memenuhi amanat UUD 1945 pasal 31
ayat (4) dan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat (1)
yang mewajibkan alokasi anggaran Pendidikan minimal 20 persen
482 Belanja Daerah Sektor Kesehatan
Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja
di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi (mandatory spending) Pasal tersebut
menyebutkan bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 5
persen (lima persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diluar gaji sementara
provinsi dan kabupatenkota mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 10
persen (sepuluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diluar gaji Tujuan
dari pembangunan bidang kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang terus
membaik Penggunaan anggaran di dibidang kesehatan diharapkan seoptimal mungkin
dapat termanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut
Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran kesehatan
pemerintah daerah minimal 10 persen dari APBD di luar gaji (UU No 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan) sudah terpenuhi di Kalimantan Barat
483 Belanja Infrastruktur Daerah
Dana Transfer Umum terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH)
yang penggunaannya bersifat umum Porsi DAU dan DBH yang besar dari total dana
Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) diharapkan mampu berperan besar dalam
upaya percepatan pembangunan infratuktur di daerah Dana Transfer Umum (DTU)
diarahkan penggunaannya sekurang-kurangnya 25 persen untuk belanja infrastruktur
daerah
DTU Kalimantan Barat terdiri dari DAU sebesar 1232649 miliar dan DBH 58493 miliar
Jumlah totalnya adalah 1291143 miliar Jika fungsi belanja perumahan dan fasilitas umum
sebesar 533546 maka angka ini senilai 4132 persen artinya jauh melebihi ketentuan yang
berlaku
Sungai Kapuas Kalimantan BaratMerupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang 1143 km Sungai Kapuas menjadi habitat bagi 700 jenis ikan air tawar 12 jenis diantaranya termasuk ikan langka serta 40 jenis ikan lainnya terancam punah
BAB V
PERRKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
ANGGARAN
KONSOLIDASIAAN
(APBN DAN APBD)
82
A LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang
disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian tingkat Kanwil Ditjen
Perbendaharaan Prov Kalbar adalah sebagai berikut
Tabel V1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Lingkup Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019 (Miliar rupiah)
Uraian 2019 2018
Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi
Pendapatan Negara 891057 442989 1334046 2282 1086157
Pendapatan Perpajakan
808438 286398 1094835 1298 969055
Pendapatan Bukan Pajak
82620 118273 200893 7200 116798
Hibah 000 38318 38318 1250467
304
Transfer 000 2031342 000 000 000
Belanja Negara 968528 2377236 3345764 425 3209324
Belanja Pemerintah 968528 2107845 3076373 464 2939933
Transfer 2031342 269391 269391 000 269391
Surplus(Defisit) -77471 -1934247 -2011718 -525 -2123167
Pembiayaan 000 31348 31348 -2967 44575
Penerimaan Pembiayaan Daerah
000 126432 126432 4765 85628
Pengeluaran Pembiayaan Daerah
000 95084 95084 13161 41054
Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran
-77471 -1902899 -1980371 -473 -2078592
Catatan Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pada tahun 2019 pendapatan konsolidasian pemerintah
daerah provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp 1334 triliun Angka
ini naik 2282 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2018 Belanja Konsolidasian sebesar Rp 3345 triliun Angka
83
ini naik 425 persen dari tahun 2018 Terjadi defisit pada LKPK tahun 2019 sebesar
Rp 198 triliun
B PENDAPATAN KONSOLIDASIAN
Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau
Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh
pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu
periode pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun
resiprokal (berelasi)
1 Analisa Proporsi dan Perbandingan
Grafik V1
Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pendapatan Perpajakan memberikan kontribusi yang paling besar pada
pendapatan konsolidasian yaitu 8094 persen atau Rp1014 triliun Hal ini
menunjukkan Pendapatan Perpajakan masih tulang punggung General Government
Revenue di Provinsi Kalimantan Barat 7170 persen dari total Penerimaan
Perpajakan berasal dari Pajak Pemerintah Pusat PPn dalam Negeri menjadi Pajak
Pemerintah Pusat paling tinggi yaitu Rp 306 triliun
Pemerintah Daerah memberikan sumbangan 2821 persen atau Rp 286
triliun pada Penerimaan Perpajakan Konsolidasi Pajak Kendaraan Bermotor
mendominasi Pajak Daerah dengan nilai Rp 191 triliun disusul oleh Pajak Hotel
sebesar Rp 62899 miliar Hal ini menunjukkan sektor Pariwisata memiliki potensi
yang cukup besar dalam menyumbang PAD dalam bidang perpajakan
Diharapakan Pemerintah Daerah dapat terus menggali Pajak di sektor Pariwisata
dengan mengembangkan prasarana pendukung seperti perhotelan tempat
pariwisata dan lain-lain
8094
1504
287 000
Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak
Hibah Transfer
84
2 Analisa Perubahan
Pendapatan Konsolidasian mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada
tahun 2019 Kenaikan sebesar Rp 247 triliun atau 2282 persen dibanding tahun
2018 didorong peningkatan pada Pendapatan Perpajakan Rp 125 triliun (1298
persen) Pendapatan Bukan Pajak Rp 84095 miliar (72 persen) dan Pendapatan
Hibah Rp 38014 miliar (12504 persen)
Grafik V2
Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan
Konsolidasian Provinsi Kalimantan Tahun 2018 dan 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pendapatan Bukan Pajak paling besar disumbang oleh Penjualan Aset Daerah
dan Deviden atas Penyertaan Modal pada BUMD pada Pendapatan Bukan Pajak
Daerah sebesar Rp 59048 miliar dan Rp19075 miliar Deviden atas Penyertaan
Modal pada BUMD merupakan daya Tarik tersendiri bagi Pemerintah Daerah pada
Prov Kalbar untuk semakain memanfaatkan BUMD khususnya Bank Kalbar
sebagai tempat investasi
3 Perhitungan Rasio Konsolidasi
1) Tax ratio
Salah satu rasio konsolidasi dapat dilakuaka dengan menggunakan Tax Ratio
dengan rumus sebagai berikut
Tax Ratio = Pendapatan Perpajakan Konsolidasian Tingkat Wilayah
PDRB Provinsi
Dari perhitungan dapat ditemukan
PendapatanKonsolidasi
PendapatanPerpajakan
PendapatanBukan Pajak
Hibah Transfer
2019 1253916 1014946 200651 38318 000
2018 1086157 969055 116798 304 000
000
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
85
Tabel V2
Tax Ratio Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019
IndikatorTahun 2018 2019
Penerimaaan Perpajakan Konsolidasian (Miliar Rp) 969055 1014946
PDRB (Miliar Rp) 19403285 21273700
Tax ratio 499 477 Sumber LKPK Kanwil DJPB dan BPS(diolah)
Tax Ratio pada Prov Kalbar mengalami penurunan sebesar 022 persen pada
tahun 2019 dari tahun sebelumnya Dibandingkan dengan tax ratio nasional yang
sebesar 107 persen maka rasio pajak di Kalimantan Barat masih sangat kecil Hal
ini menjadi dapat menjadi motivasi bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah untuk mencari sumber-sumber Penerimaan Perpajakan yang mungkin
belum tergali secara tuntas Pemerintah dapat melakukan sensus pajak khusus
untuk Prov Kalbar agar potensi-potensi pajak tidak hilang sehingga tax ratio Kalbar
dapat mendekati tax ratio nasional
2) Rasio Kemandirian
Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan
pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan pembangunan
dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai
sumber pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain misalnya bantuan
pemerintah pusat ataupun dari pinjaman Rasio Kemandirian dapat dihitung dengan
rumus
Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah
Bantuan Pemerintah Pusat
Dengan menggunakan Laporan konsolidasian diperoleh data Rasio Kemandirian
Prov Kalimantan Barat pada tahun 2018 dan tahun 2019 berada pada angka 1818
persen dan 2180 persen Angka ini menunjukkan bahwa secara Laporan
Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan memiliki
ketergantungan yang cukup tinggi terhadap dana transfer Peran Pemerintah Pusat
akan sangat besar pada pembangunan di Kalbar sehingga Pemerintah Daerah tidak
leluasa dalam menentukan program kerjanya
C BELANJA KONSOLIDASIAN
Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja
Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja Pemerintah
Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang
sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi)
86
1 Analisis Proporsi dan Perbandingan
Proporsi dan komposisi realisasi berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis
belanja) atau perbandingan antara realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal
terhadap total Belanja konsolidasian
Grafik V3
Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pad a Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pada tahun 2019 secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Barat total
belanja pemerintah daerah lebih besar dari total belanja pemerintah pusat
Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp 3345 triliun 2895
persen bersumber dari anggaran pemerintah pusat dan sisanya sebesar 7105
persen dari anggaran pemerintah daerah
Belanja Operasional mendominasi pada Belanja Pemerintah Pusat maupun
Daerah 7045 persen Belanja Konsolidasian digunakan untuk belanaja
Operasional yaitu Rp 1608 triliun pada belanja Pemerintah Daeah dan 772 triliun
pada belanja Pemerintah Pusat Belanja Pegawai menjadi pengeluaran terbesar
pada Belanaja Operasional Konsolidasian yaitu Rp 11 90 triliun atau 3521 persen
dari total Belanaja Konsolidasian
Belanja Modal hanya menyumbangkan 2055 persen terhadapa belanaj
Konsolidasian Belanaj Bahan Baku Jalan dan jembatan menjadi belanja modal
terbesar Pemerintah Pusat dengan nilai Rp 36413 miliar dan Belanja
Pengadaaan Gedung Bangunan Tempat Kerja menjadi Belanja Modal Pemerintah
Daerah terbesar dengan Rp 175 triliun
Proporsi Belanja Pegawai yang mendominasi Belanaja Konsolidasian
sebenarnya kurang baik Dengan besarnya Belanja Pegawai yang harus
dibayarkan maka Pemerintah akan tidak leluasa menggunakan instrument fiskal
sebagai alat kebijakan
Konsolidasi Pusat Daerah
Belanja Transfer 303881 - 303881
Belanja Modal 694711 195827 498885
Belanja Operasional 2381037 772702 1608335
000500000
1000000150000020000002500000300000035000004000000
87
2 Analisis Perubahan
Grafik V4
Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Grafik V5
Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Belanja Operasional cenderung semakin besar persentase terhadap Belanja
Konsolidasian Besarnya belanja Operasional yang didominasi oleh Belanja
pegawai akan memepersempit ruang fiskal suatu daerah Dengan rumus
Ruang Fiskal = (Pendapatan-Belanja Pegawai)
Pendapatan
Dengan rumus di atas ruang fiskal Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan
Konsolidasian adalah 1077 persen
Angka 1077 persen menunjukkan bahwa Pemerintah pada Provinsi
Kalimantan Barat memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam membiayai
pembangunan di daerah Ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat juga sangat
tinggi dimana TKDD yang diterima lebih besar dari PAD Melihat hal ini sebaiknya
pemerintah daerah dan pemerintah Pusat dapat merumuskan efektifitas TKDD
yang diterima sebaiknya digunakan untuk apa dan dapat menggali sumber-sumber
PAD yang baru
68
248
Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer
70
219
Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer
88
3 Analisis Rasio Belanja Konsolidasian
Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam belanja pemerintah rasio Belanja
perkapita (spending per citizen) Rasio ini merupakan perbandingan antara realisasi
Belanja dibagi jumlah penduduk Dari perhitungan dari tahun 2019 belanja per
kapita adalah Rp 623 jutaorang mengalami kenaikan dari Rp 593 pada tahun 2018
Kenaikan ini berarti tujuan dari Pemerintah untuk menyejaterahkan masyarakat
semakin mendekati sasaran
Naiknya spending per citizen ini sejalan dengan penurunan Gini Ratio dari
angka 0325 pada tahun 2018 menjadi 0318 tahun 2019 Penurunan Gini Ratio
berarti terdapat perbaikan atas tingkat kesenjangan pada Prov Kalbar Indikator
yang juga mempengaruhi kenaikan spending per citizen adalah jumlah tenaga kerja
yang meningkat sebesar 22134 orang dari tahun 2018 ke tahun 2019
D SURPLUSDEFISIT
SurplusDefisit Laporan Keuangan Pemer i n t ah Konsolidasian di Provinsi
Kalimantan Barat t ahun 2019 mencapai minus Rp2011 triliun Defisit tersebut
b e r a s a l dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 77471 miliar dan Pemerintah Daerah
sebesar Rp1934 triliun
1) Proporsikomposisi Realisasi SurplusDefisit Pempus dan Pemda terhadap
SurplusDefisit Konsolidasian
Defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel V3
Rasio SurplusDefisit Konsolidasian terhadap PDRB
pada Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
SurplusDefisit Persentase SurrplusDefisist
Konsolidasi -2091849 10000
Pusat -157601 753
Daerah -1934247 9247
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pemerintah Daerah menyumbangkan defisit 9247 persen dari total defisit Hal ini
terjadi karena realisasi TKDD tidak diperkirakan dalam penyusunan neraca
konsolidasian Dengan adanya dana transfer yang diberikan oleh Pemerintah pusat
sebesar Rp 2033 triliun maka Pemerintah Daerah akan mendapatkan surplus sebesar
Rp 099 triliun
2) Perbandingan Rasio SurplusDefisit terhadap PDRB
Rasio ini menghitung perbandingan nilai surplusdefisit dengan nilai PDRB
89
Dihitung dengan rumus
Rasio SurplusDefisit = Nilai SurplusDefisit Konsolidasian
Nilai PDRB
Dengan rumus di atas maka di dapatkan Rasio surplusdefisit terhadap PDRB
adalah -983 persen Defisit konsolidasian bernilai 983 persen dari total PDRB Kalbar
pada periode tahun 2019
E ANALISA KONTRIBUSI KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang
ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan
kabupatenkota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender) Nilai
PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran
yaitu Y = C + I + G + X-M) Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai
salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi
Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2018
Tabel V4
Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2019 (miliar Rp)
Pendapatan 1254157
a Pajak 1014946
b Kontribusi sosial 200893
c Hibah 38318
d Pendapatan lain -
Beban 2651053
a Belanja Operasional 2381037
c Belanja Transfer 303881
Keseimbangan operasi brutoneto -1396896
Transaksi Aset Non Keuangan Neto 694711
a Aset tetap 694711
b Persediaan -
c Barang berharga -
d Aset nonproduksi -
Net LendingBorrowing -2091607
Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban 31348
a Akuisisi Neto Aset Keuangan -
- Domestik 126432
- Luar Negeri -
b Keterjadian Kewajiban -
- Domestik 95084
- Luar Negeri -
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Belanja Pemerintah (G) adalah Rp 2651 triliun dan Investasi (I) yang dilakukan oleh
90
pemerintah pada tahun 2018 sebesar Rp 694 triliun Dengan demikian dapat dihitung
kontribusi belanja Pemerintah dan investasi Pemerintah terhadap PDRB Provinsi
Kalimantan Barat dengan PDRB sebesar Rp21273 triliun adalah sebagai berikut
1 Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB adalah 1246 persen
2 Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB adalah 326 persen
Belanja Pemerintah masih memiliki porsi yang cukup besar terhadap yaitu sebesar
1246 persen Hal ini menunjukkan belanja Pemerintah adalah salah satu motor
penggerak perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat dengan harapan belanja ini
mampu memberikan efek dalam jangka waktu yang cepat terhadap pertumbuhan
ekonomi Pemerintah diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan
belanja sebesar ini
Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output perekenomian dipengaruhi oleh
tabungan pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi Tabungan merupakan
instrumen yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal (penerimaan pajak dan belanja negara
mempengaruhi tabungan nasional) Secara tidak langsung kebijakan fiskal ikut mengambil
peran dalam pertumbuhan ekonomi Keputusan-keputusan pemerintah mengenai
kebijakan fiskal yang ditempuh suatu negara dapat mengubah ouput dalam
perekonomian baik bertambah maupun berkurang
Peningkatan belanja Pemerintah memiliki multiplier effect (efek penggandaan)
terhadap pendapatan (ouput perekonomian) suatu negaradaerah Alasannya
ialah pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi Kenaikan
belanja pemerintah menyebabkan meningkatnya pendapatan kemudian meningkatkan
konsumsi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan kemudian meningkatkan
konsumsi dan seterusnya
Belanja Pemerintah yang meningkat dari tahun ke tahun memberikan efek yang baik
untuk perekonomian Kalimantan Barat karena memegang porsi yang cukup besar
terhadap PDRB Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan untuk memperbesar alokasi
Investasi juga
Taman Nasional Gunung Palung Kayong Utara
Selain habitat bagi Orang Utan di Taman Nasional Gunung Palung juga merupakan habitat bagi Bekatan (yang merupakan hewan endemik Pulau Kalimantan)
BAB VI
KEUNGGULAN DAN
POTENSI EKONOMI
SERTA TANTANGAN
FISKAL REGIONAL
91
Untuk menjadi kawasan yang maju dan unggul maka pemerintah harus mendukung
melalui pembangunan daerah dengan penentuan prioritas kebijakan yang lebih terarah serta
berjalan efektif dan efisien mengingat keterbatasan sumber pendanaan serta tetap
memperhatikan keunggulan dan potensi ekonomi daerah Penentuan sektor unggulan daerah
merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk
meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi persaingan Pendekatan
yang digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan dalam kajian ini adalah metode Shift
Share Location Quotient (LQ) dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Perhitungan sekor unggulan menggunakan metode Shift Share dilakukan dengan
perbandingan perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat dengan perkembangan
ekonomi nasional dalam jangka waktu 6 (enam) tahun terakhir
Tabel VI1
Shift Share Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019 (miliar rupiah)
No Sektor Usaha Nij (1)
Mij (2)
Cij (3)
Dij (1+2+3)
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1222348 206718 -78895 1350171
2 Pertambangan dan Penggalian 67328 484293 -251869 299751
3 Industri Pengolahan 873561 405984 -247156 1032389
4 Pengadaan Listrik Gas 5215 8251 -9427 4039
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
6143 55924 -54196 7872
6 Konstruksi 1023591 -25056 -233531 765004
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
868146 244286 -203511 908922
8 Transportasi dan Pergudangan 505346 -74394 -161645 269306
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 113457 88963 -57802 144618
10 Informasi dan Komunikasi 303467 67220 -164199 206488
11 Jasa Keuangan 308895 -56760 -25036 227099
12 Real Estate 197897 6495 -13855 190537
13 Jasa Perusahaan 49701 -16356 -5113 28232
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
345188 319568 -270891 393865
92
15 Jasa Pendidikan 309927 -62460 29641 277108
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 118800 -11299 -14033 93468
17 Jasa Lainnya 121010 -42227 -14318 64466
Sumber BPS diolah
Dengan analisis Shift Share terdapat 2 (dua) sektor lapangan usaha dengan Shift Share
ge Rp 10 triliun Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan serta
Industri
Perhitungan sektor unggulan Provinsi Kalimantan Barat dilakukan dengan menggunakan
LQ time series dimana data yang digunakan adalah PDRB dan PDB 6 (enam) tahun terakhir
Tabel VI2
LQ Time Series Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019
No Sektor LQ 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-Rata
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 158 147 145 148 152 152 150
2 Pertambangan dan Penggalian 047 062 075 069 065 074 065
3 Industri Pengolahan 076 073 076 077 078 079 077
4 Pengadaan Listrik Gas 006 007 008 008 008 008 008
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
165 160 153 160 164 523 221
6 Konstruksi 121 124 115 119 114 110 117
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
105 108 106 104 104 105 105
8 Transportasi dan Pergudangan 095 085 084 081 085 081 085
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
074 078 078 078 081 082 079
10 Informasi dan Komunikasi 092 092 091 095 096 092 093
11 Jasa Keuangan 091 086 084 084 087 078 085
12 Real Estate 106 103 101 098 102 099 101
13 Jasa Perusahaan 028 028 026 024 023 022 025
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
160 166 174 182 183 187 175
15 Jasa Pendidikan 133 124 120 117 117 114 121
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 141 137 131 126 126 125 131
17 Jasa Lainnya 065 059 056 053 052 050 056 Sumber BPS diolah
Sektor yang memiliki potensi berdasarkan LQ akan memiliki nilai gt 1 Perhitungan LQ time
series dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 menunjukkan terdapat delapan sektor yang
potensial karena memiliki LQ lebih besar dari satu dan sembilan bidang tidak potensial dengan
LQ kurang dari satu
93
Metode terakhir yang digunakan adalah Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) Sama
dengan dua metode sebelumnya MRP menggunakan data PDRB dan PDB dari tahun 2014
sampai dengan 2019
Tabel VI3
Metode Rasio Pertumbuhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019
No Sektor Usaha MRP
RPr RPs
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 097 - 088 -
2 Pertambangan dan Penggalian 075 - 123 +
3 Industri Pengolahan 095 - 098 -
4 Pengadaan Listrik Gas 109 + 162 +
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang 093 - 209 +
6 Konstruksi 111 + 101 +
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 099 - 097 -
8 Transportasi dan Pergudangan 128 + 114 +
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 093 - 105 +
10 Informasi dan Komunikasi 115 + 122 +
11 Jasa Keuangan 112 + 091 -
12 Real Estate 101 + 089 -
13 Jasa Perusahaan 124 + 095 -
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 096 - 118 +
15 Jasa Pendidikan 104 + 079 -
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109 + 093 -
17 Jasa Lainnya 128 + 097 -
Sumber BPS diolah
MRP menghitung rasio pertumbuhan sektoral pada RPs RPS yang bernilai ge 1 akan
diberikan notasi + menunjukkan sektor tersebut pada Provinsi Kalimantan Barat memiliki
pertumbuhan yang menonjol Terdapat 8 (delapan) seKtor yang yang memiliki RPs ge 1
sehingga cukup banyak sektor yang memiliki pertumbuhan yang menonjol
61 SEKTOR UNGGULAN DAERAH
Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau
perkembangan bagi sektor-sektor lainnya baik sektor yang mensuplai inputnya maupun
sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo
94
2006) Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan baik itu
perbandingan berskala regional nasional maupun internasional Pada lingkup
internasional suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan
sektor yang sama dengan negara lain Sedangkan pada lingkup nasional suatu sektor
dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu
bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain baik di pasar nasional
ataupun domestik Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut
dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga
dapat menghasilkan ekspor (Suyanto 2000146) Sektor unggulan di suatu daerah
(wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan
Kriteria pertama penentuan sektor unggulan suatu daerah adalah hubungannya
dengan PDRB maka dillihat sektor mana yang sumbangan terhadap PDRB nya paling
besar
Tabel VI4
Kontribusi Sektor Tehadap PDRB pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019
Sektor Persentase Kontribusi Terhadap PDRB
2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata
Pertanian Kehutanan dan Perikanan 2156
2054
2021
2030
2025
2013
2050
Pertambangan dan Penggalian 479 490 561 540 548 557 529
Industri Pengolahan 1648
1578
1612
1621
1609
1627
1616
Pengadaan Listrik Gas 006 008 009 010 011 010 009
Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
013 012 011 012 012 037 016
Konstruksi 1221
1310
1244
1280
1253
1229
1256
Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1451
1481
1447
1413
1409
1426
1438
Transportasi dan Pergudangan 430 440 452 457 479 470 455
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
231 238 237 231 236 239 235
Informasi dan Komunikasi 330 336 343 373 377 379 356
Jasa Keuangan 363 356 364 369 378 344 362
Real Estate 304 301 296 288 290 285 294
Jasa Perusahaan 045 047 046 044 044 044 045
Administrasi Pemerintahan Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
629 667 694 694 698 704 681
95
Jasa Pendidikan 442 430 420 401 394 392 413
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 149 151 145 140 140 143 145
Jasa Lainnya 103 101 099 098 098 101 100
Sumber BPS diolah
Dengan menggunakan (3) tiga alat analisis yang disebut di atas maka didapatkan
perhitungan sebagai berikut
Tabel VI5
Perhitungan Shift Share LQ dan MRP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019
No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)
LQ Time Series MRP (RPs)
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088
2 Pertambangan dan Penggalian 299751 065 123
3 Industri Pengolahan 1032389 077 098
4 Pengadaan Listrik Gas 4039 008 162
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
7872 221 209
6 Konstruksi 765004 117 101
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
908922 105 097
8 Transportasi dan Pergudangan 269306 085 114
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 144618 079 105
10 Informasi dan Komunikasi 206488 093 122
11 Jasa Keuangan 227099 085 091
12 Real Estate 190537 101 089
13 Jasa Perusahaan 28232 025 095
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
393865 175 118
15 Jasa Pendidikan 277108 121 079
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 93468 131 093
17 Jasa Lainnya 64466 056 097
Sumber BPS diolah
Berdasarkan Tabel VI4 diperoleh sektor unggulan pada Provinsi Kalimantan Barat
adalah sektor-sektor yang memiliki kontribusi rata-rata terhadap PDRB total di atas 10
persen Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan Industri
Pengolahan Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Dengan menggunakan analisis Shift Share LQ dan
MRP maka diperoleh tabel sebagai berikut
96
Tabel VI6
Sektor Unggulan Provinsi Kalimantan Barat tahun
No Sektor Usaha Shift Share (miliar
Rp)
LQ Time Series
MRP (RPs)
Rata-rata
PDRB
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088 2050
3 Industri Pengolahan 1032389 077 098 1616
6 Konstruksi 765004 117 101 1256
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
908922 105 097 1438
Sumber BPS diolah
Berdasarkan Shift Share semua sektor memenuhi syarat sebagai sektor unggulan
karena memiliki nilai Shift Share yang si atas Rp 7 triliun Berdasarkan metode LQ sektor
Industri Pengolahan tidak memenuhi syarat karena LQ lt 1 Perhitungan MRP menunjukkan
hanya sektor Konstruksi yang memenuhi syarat MRP Rps gt 1 Sektor Industri pengolahan
tidak memenuhi 2 kriteria yaitu LQ dan MRP sehingga dikeluarkan dari sektor unggulan
1a Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan
Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih
luas dari seluruh pulau Jawa Luasya wilayah ini banyak digunakan untuk pertanian dan
perkebunan PDRB sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205
persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-
2019 Data ini menunjukkan kekuatan dari sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan
sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat
Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan Karet menjadi 2 (dua) penyumbang
terbesar pada Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan Berdasarkan data dari BPS
perkebunan Kelapa Sawit menggunakan lahan seluas 145 juta hektare dengan hasil
produksi 973442 ton pada tahun 2018 Perkebunan Karet menggunakan lahan seluas
600956 hektare dengan produksi 268160 ton pada tahun 2017
Nilai jual hasil produksi kelapa sawit pada tahun 2018 apabila diperhitungkan
dengan harga rata-rata pada tahun berkenaan akan benilai sekitar Rp 146 triliun
sementara nilai karet sekitar Rp 21 triliun Dengan total Rp 356 triliun perkebunan
Kelapa Sawit dan Karet tentu saja masih jadi primadona
97
Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK733Menhut-II2014 tanggal 2
September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Barat
membagi hutan Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan fungsi sebagai berikut
1) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) seluas plusmn
1621046 hektar
2) Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas plusmn 2310874 hektar
3) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas plusmn 2132398 hektar
4) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas plusmn 2127365 hektar
5) Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) seluas 197918 hektar
Terdapat sekitar 45 juta hektare hutan produksi yang masih produktif pada Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini merupakan potensi yang sangat besar untuk menghasilkan
produk-produk hasil hutan yang memiliki nilai jual
Sub sektor Perikanan terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu Perikanan Budi Daya dan
Perikanan Tangkap Pada tahun 2018 Perikanan Budidaya digeluti oleh 52288 rumah
tangga sementara Perikanan Tangkap oleh 21233 rumah tangga Nilai ekspor
perikanan cenderung naik dari tahun ke tahun terakhir pada tahun 2018 tercatat ekspor
perikanan Kalbar sebesar 632 ton dengan nilai Rp 255 miliar
Dari bahasan di atas dapat dilihat bahwa Perkebunan Sawit dan Perkebunan Karet
merupakan sub sektor andalan pada sektor Sektor Pertanian Kehutanan dan
PerikananDengan demikian sangat diperlukan usaha pemerintah untuk ikut menjaga
stabilitas harga khususnya di tingkat petani Pemerintah Provinsi Kalbar menerbitkan
Peraturan Gubernur Nomor 63 Tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan penetapan
indeks dan harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit produksi pekebun Kalbar
Para pekebun kelapa sawit di seluruh Kalbar harus bermitra dengan perusahan kelapa
sawit para mitra tersebut harus membeli sesuai dengan harga yang telah ditetapkan
Pabrik kelapa Sawit tidak boleh membeli tandan kelapa sawit dengan para pekebun
yang bukan mitra
Keberadaan BUMDes diharapkan dapat menampung hasil getah karet petani dan
sekaligus memfasilitasi penjualan karet langsung ke pabrik karet sehingga jalur
perdagangan terpangkas karena tidak melalui pengepulapabila dilaksanakan secara
serempak maka dampaknya diharapkan dapat meningkatkan stabilitas harga getah
98
karet Penggunaan Dana Desa untuk pemberdayaan BUMDes harus didorong serta
kemudahan permodalan melalui KUR
1b Sektor Konstruksi
Mardiasmo (2002) mengatakan peningkatan Pemda dalam investasi modal (belanja
modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya
mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan
yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Terpilihnya sektor Konstruksi sebagai
sektor potensial sejalan dengan menggeliatnya pembangunan infrastruktur pada
Provinsi Kalimantan Barat sesuai dengan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo
pada tahun 2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur Hal ini terlihat pada peningkatan
PDRB sektor Konstruksi 6177 persen dari tahun 2014 hingga tahun 2019
Pada tahun 2019 Pemerintah menyediakan Pagu Rp 499 triliun untuk belanja
infrastruktur yang berasal dari
Belanja Pemerintah Pusat sebesar
Rp 238 triliun dan DAK Fisik sebesar
Rp 261 triliun Pagu ini meningkat
drastis dari Rp 132 triliun pada tahun
2014 atau mengalami kenaikan
sebesar 278 persen
Output dari sektor Konstruksi
pada Provinsi Kalimantan Barat
dapat dilihat dari pembangunan
Jalan Paralel Perbatasan Dari 1920
km jalan parallel perbatasan yang
akan dibangun di pulau Klimantan
82797 km berada pada wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Kondisi
jalan sampai akhir tahun 2019 sudah
teraspal sepanjang 31705 km (38)
lapisan agregat sepanjang 25329 km (31) dan masih berupa perkerasan tanah
25763 km (31) Jalan paralel perbatasan memiliki lebar minimal 7 meter dan ruang
milik jalan (Rumija) minimal 25 meter
1c Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Gambar VI1 Jalan Paralel Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat
Sumber Kompascom
99
PDRB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor menyumbang rata-rata 1438 persen pada PDRB total Prov Kalbar periode tahun
2014-2019 Sektor ini juga menyerap 510454 tenaga kerja atau 2069 persen dari total
tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Barat
Tabel VI7
Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016-2019
No Lapangan Usaha 2019 2018 2017 2016
1 Pertanian Perkebunan Kehutanan Perburuan dan Perikanan
1223113 1303474 1293884 1138334
2 Pertambangan dan Penggalian 52114 59458 54254 53514
3 Industri 134660 171828 135022 110668
4 Listrik Gas dan Air 6819 4618 7315 8891
5 Konstruksi 119949 130021 127502 146694
6 Perdagangan 510454 407126 354975 418258
7 Transportasi Pergudangan dan Komunikasi 66675 74663 67714 61910
8 Lembaga Keuangan Real Estate Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan
32687 19738 18290 27624
9 Jasa Kemasyarakatan Sosial dan Perorangan 320556 283363 340417 339232
Jumlah 2467027 2454289 2399373 2305125
Sumber BPS diolah
Serapan tenaga kerja yang cukup besar menjadikan sektor ini menjadi penyerap
tenaga kerja terbesar kedua setelah sektor Pertanian Perkebunan Kehutanan
Perburuan dan Perikanan
Nilai MRP dari sektor ini adalah 097 Nilai tersebut menunjukkan bahwa
pertumbuhan dari sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor tidak menonjol Hal ini tergambar dari kontribusi PDRB sektor terhadap
PDRB total selama 6 (enam) tahun yang berkutat di angka 14 persen Ke depannya
sektor ini diperkirakan akan tetap menajdi sektor unggulan tapi dengan pertumbuhan
yang stagnan atau cenderung menurun
62 SEKTOR POTENSIAL DAERAH
Tantangan pembangunan ekonomi daerah ke depan adalah mengupayakan
pengelolaan jalannya pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan efisien dengan
100
memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah termasuk sumber daya alam dan
sumber daya manusianya serta mengoptimalkan seluruh sumber-sumber dana untuk
membiayai pembangunan ekonomi daerahnya Untuk mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki daerah terlebih dahulu harus dikenali potensi ekonomi yang dimiliki
LQ dan MRP merupakan metode pengembangan dari Shift Share Pada LQ sektor
potensial adalah sektor yang memiliki nilai LQ gt 1 sementara pada MRP sektor yang
memiliki nilai gt 1 merupakan sektor yang menonjol Berdasarkan Tabel VI5 sektor
potensial pada Provinsi Kalimantan Barat didasarkan pada kedua kriteria tersebut
Terdapat 3 (tiga) sektor potensial berdasarkan kriteria di atas namun sektor Pengadaan
Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang dengan nilai Shift Share hanya Rp
7872 miliar tidak dapat dianggap sebagai sektor potensial karena nilai rupiah potensinya
tidak signifikan
Tabel VI5
Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat
No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)
LQ Time Series
MRP (RPs)
1 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
393865 175 118
2 Konstruksi 765004 117 101
Sumber BPS diolah
2a Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib menjadi
sektor potensial dapat dimengerti dengan besarnya jumlah Belanja Pemerintah
dibanding dengan PDRB Pada tahun 2019 Belanja Pemerintah bernilai 1412 persen
dari PDRB
Sektor ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan yang umumnya
dilakukan oleh administrasi pemerintahan seperti perundang-undangan dan
penerjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan administrasi program
berdasarkan peraturan perundangan-undangan kegiatan legislatif perpajakan
pertahanan negara keamanan dan keselamatan negara pelayanan imigrasi
hubungan luar negeri dan administrasi program pemerintah Sektor ini juga mencakup
kegiatan jaminan sosial wajib
Pada tahun 2019 sektor ini menyumbang Rp 1497 triliun atau 7 persen sebagai
penyumbang langsung terhadap PDRB Ini berarti dari total Rp 30 triliun belanja
101
pemerintah dan TKDD yang disalurkan pada Prov Kalbar sekitar 499 persen
diperuntukkan ke sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Sektor ini dapat dikembangkan dengan memperbesar belanja Pemerintah pada
Provinsi Kalimantan Barat atau memperbesar porsi sektor ini dari belanja Pemerintah
yang sudah ada Namun dengan memperbesar belanja Pemerintah ada kekhawatiran
nantinya Provinsi Kalbar akan tergantung dan tidak dapat mencari alternatif lain
sebagai sumber pertumbuhan ekonomi
2b Sektor Konstruksi
Soepangat (199152) menyatakan bahwa peningkatan belanja modal yang
menyebabkan peningkatan penyediaan layanan barang dan jasa publik kepada
masyarakat akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sektor Konstruksi menjadi
satu-satunya sektor yang masuk dalam kategori unggulan dan potensial pada Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini menjadi menarik karena terpilihnya sektor Konstruksi pada
kedua kategori menandakan bahwa sektor ini kalau dalam product life cycle masih
dalam tahap growth (pertumbuhan) Sektor yang sedang berada pada tahap growth
merupakan sektor yang paling menarik karena sektor ini sudah mapan namun masih
dapat dikembangkan
Penetapan calon ibukota baru dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di
Provinsi Kalimantan Timur sedikit banyak mempengaruhi sektor konstruksi pada pulau
Kalimantan Dengan lokasi ibukota negara di pulau Kalimantan maka akan diperlukan
interkoneksi antar semua provinsi di Kalimantan untuk mendukung ibukota baru
Provinsi Kalimantan Barat sudah mulai mendapatkan proyek-proyek besar mulai
tahun 2018 Salah satunya adalah pembangunan pelabuhan Kijing yang akan diajdikan
gerbang utama ekspor dan impor dari Pulau Kalimantan Pelabuhan Kijing dibangun
dengan investasi Rp 14 triliun dan terkoneksi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
yang juga sedang dalam proses pembangunan Pembangunan kedua fasilitas ini
diharapkan akan mempercepat pertumbuhan perekonomian Provinsi Kalimantan
Barat
Pulau Kalimantan dapat dipastikan akan mengalami make over yang besar
Proses make over ini tentu menjadi peluang yang sangat besar bagi sektor Konstruksi
102
untuk berkembang dan dengan sendirinya akan memberi sumbangan yang besar
kepada PDRB
63 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH
Menurut Adam Smith bahwa dalam perekonomian segala sesuatunya akan berjalan
sendiri-sendiri menyesuaikan diri menuju kepada keseimbangan menurut mekanisme
pasar Tarik-menarik kekuatan dalam sistem perekonomian itu seperti dikendalikan oleh
ldquothe invisible handrdquo sehingga dengan demikian tidak memerlukan begitu banyak campur
tangan pemerintah
Dalam masa sekarang ini banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat semakin
majunya teknologi dan banyaknya penemu-penemu baru serta semakin terbukanya
perekonomian antar negara menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling terkait
dan berbenturan Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan dalam
mengatur jalannya sistem perekonomian karena tidak sepenuhnya semua bidang
perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta Dengan demikian dalam sistem
perekonomian modern peranan pemerintah dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu
1) Peranan Alokasi
Peranan alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal penyediaan
barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang umum atau
disebut juga barang publik Karena dalam sistem perekonomian suatu negara tidak
semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem pasar
Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang disebut barang
publik tadi
2) Peranan Distribusi
Peranan distribusi ini merupaka peranan pemerintah sebagai distribusi pendapatan dan
kekayaan Tidak mudah bagi pemerintah dalam menjalankan peranan ini karena
distribusi ini berkaitan erat dengan dengan masalah keadilan Kegiatan dalam
mengadakan redistribusi pendapatan atau mentransfer penghasilan ini memberikan
koreksi terhadap distribusi penghasilan yang ada dalam masyarakat
3) Peranan Stabilisasi
Kegiatan menstabilisasikan perekonomian yaitu dengan menggabungkan kebijakan-
kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan lain seperti kebijakan fiskal dan
perdagangan untuk meningkatkan atau mengurangi besarnya permintaan agregat
103
sehingga dapat mempertahankan full employment dan menghindari inflasi maupun
deflasi Peranan stabilisasi pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalam
menstabilkan perekonomian seperti terjadi deflasi inflasi penurunan
permintaanpenawaran suatu barang yang nantinya masalah-masalah tersebut akan
mengangkibatkan timbulnya masalah yang lain secara berturut-turut seperti
pengangguran stagflasi dan lain-lain
12 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat memegang tugas dalam ketiga peranan di atas Untuk sektor
unggulan tugas pemerintah adalah bagaimana mempertahankan keunggulan
sektor tersebut agar tetap sustain (berkelanjutan) dan untuk sektor potensial adalah
bagaimana untuk mematangkan sektor tersebut sehingga dapat menjadi sektor
unggulan
Pada sektor unggulan apabila melihat nilai MRP terdapat 3 (tiga) sektor yang
memiliki nilai lt 1 yaitu sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sektor Industri
Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor Ketiga sektor ini perlu perhatian yang lebih besar dari Pemerintah
Pusat
Langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemerintah Pusat untuk
mempertahankan keunggulan sektor-sektor ini adalah dengan mengalokasikan Rp
23063 miliar untuk Kementerian Pertanian di Kalbar dengan Rp 8529 miliar untuk
infrastruktur pendukung membangun pelabuhan Kijing untuk mempermudah
ekspor impor dan membuat aturan untuk membangun smelter alumunia di daerah
penghasil Selama ini bauksit dari Kalbar langsung diangkut ke tempat lain sehingga
dengan adanya smelter maka aka nada nilai tambah yang diterima oleh Kalbar
Tantangan bagi Pemerintah Pusat untuk mendukung sektor-sektor unggulan ini
agar tetap sustain adalah dengan menjaga harga produk unggulan dari sektor
pertanian kehutanan dan perikanan tetap stabil dan dapat menembus pasar
ekspor Untuk industri pengolahan adalah menjaga kondisi politik dan sosial
ekonomi tetap stabil sehingga iklim investasi terjaga
Untuk sektor Konstruksi Pemerintah Pusat pada tahun 2019 manggelontorkan
dana sebesar Rp 499 triliun untuk infrastuktur Pemerintah Pusat sepertinya akan
terus menambah investasi pada infrastruktur namun porsi dari APBN akan
dikurangi karena lebih difokuskan pada pengembangan kapasitas SDM Untuk
104
menutupi kekurangan akan dilaksnakan kerjasama dengan investor dari dalam
maupun luar negeri untuk mebangun infrastruktur di Kalimantan Barat
Tantangan pada sector konstruksi lebih kepada menjaga iklim investasi yang
mendukung Dengan prospek besar infrastruktur di Kalimantan Barat apabila iklim
investasi mendukung maka dengan para investor akan datang dengan sendirinya
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
masuk ke dalam sektor potensial merupakan buah simalakama Sektor ini
diharapkan akan berkembang namun secara teori Pemerintah akan berusaha
menurunkan anggaran pada sektor ini secara perlahan Penurunan ini dilakukan
karena sektor ini bukan sektor produktif yang dapat menggenjot perekonomian
dengan signifikan
13 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah merupakan lsquotuan rumahrdquo investor dari sektor-sektor yang
dibahas di atas Sebagai tuan rumah sudah selayaknya Pemda-Pemda di Kalbar
menggelar karpet merah bagi yang ingin berinvestasi pada sektor-sektor tersebut
Karpet merah dalam hal ini dapat berupa kemudahan mengurus perizinan
bagi perusahaan yang akan masuk baik di sektor-sektor unggulan maupun sektor-
sektor potensial Sampai saat ini Prov Kalbar masih menjadi primadona bagi
perusahaan yang akan membuka Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai daerah
dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit terluas ketiga setelah Riau dan
Sumatera Utara potensi lahan di Kalbar dapat melebihi luas pada kedua Provinsi
tersebut
Untuk sektor pertanian kehutanan dan perikanan tantangan Pemerintah
Daerah adalah bagaimana menyediakan pendanaan bagi petani kecil atau
kelompok-kelompok petani agar tidak lsquomatirdquo tertekan oleh perkebunan dengan
modal yang besar Sebagaian besar lahan perkebunan adalah milik perusahaan
pemerintah daerah harus dapat membuat kebijakan yang mengharuskan
perusahaan besar membantu petani kecil dalam mengolah kebunnya Peraturan
tentang hal tersebut memang sudah ada dalam Perkebunan Inti Rakyat namun
dalam eksekusinya tanpa diawasi dengan ketat oleh Pemerintah hal tersebut tidak
berjalan dengan baik
Sektor konstruksi tidak lepas dari belanja modala pada pemerintah Dengan
belanja modal yang hanya 1987 persen dari total belanja seluruh Pemda di Kalbar
maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah tidak memiliki pushing power
105
untuk menggenjot sektor konstruksi Pemerintah Daerah dapat menjalankan
perannya dengan menjaga situasi yang kondusif agar investasi masuk dan
melakukan kerjasama untuk melaksanakan kegiatan infrastruktur baik dengan
pihak badan usaha (KPBU) ataupun pemerintah asing (G to G)
Kerjasama Pemda dengan badan usaha (swasta) sudah dimulai oleh
Pemerintah Kota Singkawang dalam pembangunan Bandara Singkawang
Kebutuhan dana pembangunan sekitar Rp43 triliun dihasilkan dengan skema
kerjasama dengan swasta Hal ini dapat ditiru oleh Pemda yang lain dalam
menggenjot pembangunan di daerahnya
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
masih menjadi sektor yang menyedot anggaran terbesar Pemda di Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini terlihat dari proporsi Belanja Pegawai terhadap Total
Belanja Pemda-Pemda di Prov Kalbar yang rata-rata di atas angka 50 persen
Tantangan bagi Pemerintah daerah adalah bagaimana menurunkan persentase
tersebut
Persentase sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib dapat dikurangi dengan langkah mengurangi anggaran pada pos-pos
yang dianggap mubazir atau tidak efisien serta meningkatkan PAD melalui
sumber-sumber pendapatan lain Pengurangan anggaran pada sektor-sektor yang
tidak efisien sudah pernah dilakukan oleh Pemprov Kalbar pada tahun 2018
dengan memotong biaya perjalanan dinas sebesar Rp 200 miliar
14 Sinkronisasi Kebijakan Pusat ndash Daerah
Dalam mempertahankan sektor unggulan dan memacu sektor potensial
Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah memiliki kebijakan masing-masing yang
dituangkan dalam APBN maupun APBD Pada sektor potensial yaitu sektor
Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dan Sektor
Konstruksi diperoleh data realisasi belanja pada tahun 2019 sebagai berikut
Tabel VI5
Belanja Pada Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat
(miliar Rp)
Sektor Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
Layanan Umum 87675 782834
Infrastruktur 446283 498884
Data LRA Pemda dan MEBE
106
Belanja Pemerintah Pusat pada kedua sektor di atas terlihat saling
melengkapi Belanja Pemerintah Pusat pada sector Administrasi Pemerintahan
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib terlihat kecil karena jumlah pegawai
Pemerintah Pusat memang lebih sedikit dibanding gabungan jumlah pegawai
Pemerintah Daerah seluruh Kalimantan Barat sehingga belanja yang digunakan
jauh lebih sedikit dibandingkan belanja yang sama pada Pemerintah Daerah
Untuk belanja sektor Konstruksi jelas terlihat bagaimana Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah memiliki peran yang hampir seimbang dalam bentuk
uang Pemerintah Pusat fokus pada Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan
jalan nasional dengan realisasi sebesar Rp 1 triliun sementara Pemerintah
Daerah juga fokus pada belanja pengadaan jalan dengan realisasi Rp 139 triliun
Hal ini sesuai dengan salah satu permasalahan pada RPJMD Provinsi Kalimantan
Barat tahun 2019 yang berbunyi ldquoRentang kendali pemerintahan yang panjang
disebabkan belum optimalnya konektivitas dan aksesibilitas antar daerah di
wilayah Kalimantan Barat serta kuantitas dan kualitas infrastruktur wilayah yang
belum memadairdquo
Sinergi juga terlihat pada pembangunan beberapa fasilitas umum salah
satunya adalah pembangunan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Kota Singkawang
Dalam pendirian SPN ini Pemerintah Daerah menyediakan lahan sementara
Pemerintah Pusat menyediakan dana untuk pembangunan
Pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mempermudah
pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan yang murah Dalam prakteknya
KUR memiliki fokus kepada sektor produktif seperti sektor Pertanian Kehutanan
dan Perikanan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada Provinsi
Kalimantan Barat sebesar Rp 179 triliun pada 41778 UMKM
Dalam KUR Pemerintah Pusat berperan sebagai regulator dan pihak yang
memberikan subsidi bunga Dengan subsidi bunga maka pelaku UMKM hanya
membayar bunga 7 persentahun Pemerintah Daerah memiliki peran sebagai
penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima KUR Dengan sinergi ini
diharapkan semakin banyak muncuk UMKM penerima KUR yang berkembang
sehingga perekonomian Kalimantan Barat juga akan semakin meningkat
BAB VII
ANALISIS TEMATIK
Masjid Jamirsquo PontianakMasjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Masjid Jamirsquo merupakan masjid tertua di Kota Pontianak dan menjadi pertanda berdiirnya Kota Pontianak pada 1771 Masehi
107
I PENDAHULUAN
Stunting (anak kerdil) merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekuranga
gizi kronis dan infeksi berulang terutama dalam seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK)
sehingga anak lebih pendek untuk usianya (Kemenkes) Balita pendek (stunted) dan sangat
pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PBU) atau tinggi badan
(TBU) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre
Growth Reference Study) 2006 Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SDstandar deviasi
(stunted) dan kurang dari ndash 3SD (severely stunted) Dampak stunting antara lain dampak
prevalensi kesehatan dan ekonomi
Stunting di Provinsi Kalbar masih terbilang tinggi dan berada pada urutan ke-27 se-
nasional Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka
rata-rata 333 persen atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita stunting Dari 14
kabupatenkota se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka stunting
paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Ketapang dengan angka 427 persen
disusul Landak sebesar 420 persen dan Melawi 408 persen Diatas angka stunting nasional
308 persen Sementara itu untuk nasional pada tahun 2019 terjadi penurunan menjadi 2767
persen (berdasarkan Survei Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI)
Revalensi stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) berada di bawah
angka 20 dan pada Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash
2019 adalah 28
Tabel VII1
Tabel Pada Baduta Kabkota Provinsi kalimantan barat Tahun 2013 dan Tahun 2018
Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)
108
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan tabel sebesar 531 persen
selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi juga penurunan pada 10
(sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada Kabupaten Kubu Raya
yang berhasil menekan angka stunting hingga 1477 persen selama lima tahun terakhir hal
ini juga bias menggambarkan keberhasilan program pembangunan dan bidang perekonomian
di Kabupaten Kubu Raya
Namun stunting masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada
kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten
dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Melawi yaitu 1298 persen
Terkait dengan kesehatan anak tidak hanya stunting (pendek) namun juga permasalahan
yang meliputi underweight (gizi kurang) dan wasting (kurus) Gizi buruk dan gizi kurang di
Provinsi Kalbar juga tinggi kasusnya dan berada pada urutan ke-28 se-nasional Berdasarkan
data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka rata-rata 2383 persen
atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita permasalahan gizi Dari 14 kabupatenkota
se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka gizi buruk dan gizi kurang
paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Landak dengan angka 3147 persen
disusul Sambas sebesar 3124 persen dan Kayong Utara 2951 persen Jauh diatas angka
nasional 177 persen dan selama kurun waktu tahun 2013 sampai 2018 telah menurun 19
persen
Gizi buruk menyebabkan 109 Juta kematian anak balita didunia setiap tahun Menurut
MDGs 2015 masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang
antara 200-290 dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ge30 (WHO2010) dan pada
Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash 2019 adalah 17
Tabel VII2
Gizi buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Kabkota Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2013 dan Tahun 2018
Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan status gizi buruk dan gizi
kurang sebesar 267 persen selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi
penurunan pada 10 (sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada
109
Kabupaten Sintang yang berhasil menurunkan status gizi buruk dan gizi kurang hingga 2054
persen selama lima tahun terakhir
Namun satus gizi masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada
kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten
dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Landak yaitu 1497 persen
II Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting
Percepatan pencegahan stunting merupakan pendekatan program pertama yang dilakukan
dengan menyeluruh dan terintegrasi yang dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir yang
ditunjukkan oleh tingginya komitmen Presiden bersama Menteri dan Pimpinan Lembaga
hingga ke tingkat Gubernur BupatiWalikota dan Kepala DesaLurah
Dalam rangka memastikan konvergensi berbagai programkegiatan percepatan penurunan
stunting dilakukan maka acuan yang digunakan adalah dokumen Strategi Nasional
Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) yang diikuti oleh berbagai pedoman
operasional Di dalam Stranas Stunting juga diatur pendekatan multi sektor yang
melaksanakan percepatan penurunan stunting yang melibatkan sektor antara lain sektor
kesehatan pertanian pendidikan air minum dan sanitasi dan perlindungan sosial Untuk
mengimplementasikannya telah disusun berbagai pedoman operasional
Penanganan masalah stunting menjadi salah satu prioritas dalam rencana kerja
Pemerintah Provinsi Kalbar Caranya yakni dengan memperkuat sinergi antarsektor terkait
serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan sektor swasta
Revitalisasi posyandu dan revitalisasi desa siaga serta pembentukan pusat penanganan gizi
buruk di tiap kabupatenkota merupakan upaya konkret yang diharapkan dapat menurunkan
prevalensi stunting di Kalbar Peningkatan cakupan air bersih dan sanitasi lingkungan
merupakan intervensi sensitif yang sangat berpengaruh dalam menurunkan prevalensi
stunting
III Penanganan Stunting Oleh Pemerintah
III1 Belanja KL Dalam APBN
Dalam kaitannya dengan percepatan pencegahan stunting melalui belanja
KementerianLembaga (KL) telah dilakukan berbagai langkah dan kebijakan agar
pengelolaan program tersebut terarah dan terukur Pada proses perencanaan khususnya
terkait dengan identifikasi output yang terkait dengan stunting telah disusun pedoman
penandaan pemantauan dan evaluasi percepatan pencegahan stunting sebagai dasar bagi
KL dalam mengidentifikasi output yang berkontribusi kepada percepatan penurunan stunting
Selanjutnya dilakukan forum koordinasi yang melibatkan Direktorat Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan (DJA Kemenkeu) Kementerian Perencanaan Pembangunan
NasionalBadan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPNBappenas) dan
KL terkait secara berkala untuk mengkaji hasil penandaan tersebut sekaligus melakukan
penajaman hasil identifikasi pada level di bawah output atau dengan pembobotan Ringkasan
110
output KL yang telah disusun tersebut digunakan sebagai dasar acuan dalam pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi program percepatan penurunan stunting
Dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat total alokasi dana yang dianggarkan kepada
Satker KL untuk penangangan stunting sebesar Rp14992 miliar dengan realisasi Rp14271
miliar (9519)
Tabel VII3
Belanja Penangan Stunting Satker KL Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Sumber Aplikasi MEBE (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi dana untuk penanganan stunting oleh KL
relative kecil yaitu hanya 357 dari total belanja satker yang terdapat alokasi untuk
penanaganan stunting atau hanya 099 dari total dana APBN Intervensi gizi spesifik hanya
dilakukan oleh satker Kementerian Kesehatan dengan alokasi dana sebesar Rp665 miliar
atau hanya sebesar 502 dari total alokasi dana Satker kementerian Kesehatan dengan
kinerja capaian output mencapai 7710
Secara nasional terdapat 20 (duapuluh) kementerianlembaga yang menganggarkan dana
penanganan stunting dengan alokasi dana Rp60 triliun atau 246 dari total APBN Indonesia
sementara itu untuk wilayah Kalbar hanya dianggarkan Rp14992 miliar untuk stunting atau
hanya 025 dari alokasi stunting nasional dan hanya 099 dari pagu total APBN di Kalbar
Kecilnya alokasi dana untuk penanganan stunting tersebut akan berpengaruh terhadap
keberhasilan upaya pencegahan stunting di Kalbar untuk itu diharapkan terjadi peningkatan
alokasi dana yang dianggarkan untuk penangnan stunting di Kalbar pada masa yang akan
datang mengingat kondisi Kalbar sebagai penderita terbanyak ke 27 secara nasional
Seperti pada lampiran III1 maka kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi
spesifik mencapai 7710 diantaranya adalah untuk Penyediaan Makanan Tambahan bagi
111
Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) capaian outputnya mencapai 100 serta kegiatan
Peningkatan Surveilans Gizi untuk 14 layanan dengan capaian output 100
Kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi sensitive mencapai 7813 yang
dialokasikan melalui 7 (tujuh) KL diantaranya adalah untuk Kampanye Hidup Sehat capaian
outputnya mencapai 100 kegiatan Bimbingan Perkawinan Pra Nikah dengan capaian output
97 serta Sistem Pengelolaan Air Limbah untuk 2980 kepala keluarga dengan capaian
output mencapai 100
Kinerja capaian output untuk kegiatan Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis
mencapai 8763 yang dialokasikan melalui 4 (empat) KL diantaranya adalah untuk Analisis
Ketersediaan Pangan Wilayah capaian outputnya mencapai 100 kegiatan Pelatihan
Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan untuk 390 orang dengan capaian output 96
serta PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat yang Terbit Tepat Waktu dengan
capaian output mencapai 100
Secara umum kinerja capaian output kebijakan terkait stunting tercapai Beberapa
permasalahan terkait dengan kebijakan terkait stunting antara lain kurangnya optimalisasi
sisa dana dan penumpukan realisasi di akhir tahun anggaran Yang perlu ditingkatkan adalah
pelaksanaan pencapaian target harus lebih disiplin sesuai dengan rencana penarikan dana
III2 Belanja Dana Desa Dan DAK Fisik
III 21 Dana Desa
Alokasi Dana Desa untuk Provinsi Kalbar Tahun 2019 adalah sebesar Rp1992 miliar yang
disalurkan kepada 2031 desa dengan realisasi sebesar Rp1987 miliar (9974) Intervensi
pencegahan stunting dilaksanakan secara terintegrasi hingga ke tingkat desa Desa-desa
yang memiliki resiko tinggi warganya mengalami stunting sudah barang tentu wajib
menganggarkan untuk menghindari resiko stunting pada warganya hal ini ditegaskan dalam
Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 tentang
Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan
Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi Dana Desa tidak melulu untuk
perbaikan sarana dan prasarana fisik namun sarpras non-fisik dan sosial kesehatan mutlak
perlu dikedepankan Bahkan penyaluran Dana Desa tahap III pada tahun 2020 mensyaratkan
untuk menyampaikan Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting
Penggunaan Dana Desa di Wilayah Kalbar juga telah mendukung program Konvergensi
Pencegahan Stunting diantaranya adalah melalui kegiatan intervensi gizi spesifik dengan
total alokasi adalah sebesar Rp104 miliar sangat kecil sekali yaitu hanya 052 dari total
realisasi penggunaan Dana Desa
Tabel VII4
Intervensi Gizi Spesifik Dana Desa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
112
Sumber omspan (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi Dana Desa yang dikhususkan untuk
Penyelenggaraan Kegiatan Pencegahan Stunting relative kecil hanya dialokasikan untuk 3
paket sebesar Rp84342500- hal ini perlu mendapatkan perhatian bersama untuk
peningkatan pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa sesuai dengan Pasal 6
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 dimana Desa yang
warganya berisiko tinggi mengalami stunting untuk mengalokasikan kegiatan pencegahan
stunting
Kebijakan pengalokasian Dana Desa Tahun 2021 hendaknya juga mendukung program
Konvergensi Pencegahan Stunting yaitu dimungkinkan untuk dilakukan perubahan formulasi
perhitungan besaran alokasi Dana Desa diusulkan untuk Alokasi Formula dimasukan
parameter perhitungan untuk jumlah penderita stunting dengan mendapatkan alokasi sebesar
20
Dana Desa juga dialokasikan untuk kegiatan Intervensi Gizi Sensitif seperti pada lampiran
III21 dengan alokasi sebesar Rp22960 miliar atau 1156 dari total realisasi Dana Desa
Beberapa capaian outputnya adalah Operasional PAUDTKTPATKATPQMadrasah Non-
Formal Milik Desa dengan alokasi Rp2361 miliar dengan output 27196367 Paket
Terselenggaranya Operasional Pos Kesehatan Desa (PKD)Polindes Milik Desa Lainnya
dengan alokasi Rp2350 miliar dengan output 31710863 paket serta Sambungan Air Bersih
ke Rumah Tangga (pipanisasi dll) yang mendapatkan alokasi sebesar Rp1140 miliar
dengan output 16424989 meter
Provinsi Kalbar dengan penderita stunting urutan ke 27 nasional maka diperlukan
penanganan melalui berbagai sumber pendanaan termasuk Dana Desa untuk itu diharapkan
instansi terkait di tingkat provinsi untuk memberikan arahan dan himbauan agar penggunaan
Dana Desa juga dialokasikan untuk pencegahan stunting khususnya untuk intervensi gizi
sensitive melalui alokasi pada Bidang Pemberdayaan masyarakat
Efektivitas pencapaian target capaian output Dana Desa diatas berdasarkan laporan
capaian output oleh Pemda terkait dimana upload capaian output baru mencapai 8545
diharapakan Pemda segera melakukan upload data capaian output sehingga bisa
menghasilkan analisis data yang lengkap
III 22 DAK Fisik
No URAIAN OUTPUT SATUAN REALISASI OUTPUT
1 Penyelenggaraan Posyandu (Kelas Ibu Hamil) 1787 ORANG 615076375 8700
2 Penyelenggaraan Posyandu (Makanan Tambahan) 20260 UNIT 9508583774 8200
3 Kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak kerdil (stunting) 3 PAKET 84342500 10000
4
Fasilitasi Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
dan Endemik 3 PAKET 84342500 10000
5 Penyelenggaraan kegiatan pencegahan stunting 3 PAKET 84342500 10000
6 Penanganan Stunting 2 PAKET 10000000 5000
7 Kampanye dan Promosi Hidup Sehat Guna Mencegah Penyakit Menular 1 PAKET 14001000 10000
10400688649TOTAL DANA DESA UNTUK INTERVENSI SPESIFIK
(Rupiah)
113
DAK Fisik Tahun 2019 sebagai salah satu sumber pendanaan untuk mendukung
konvergensi penanganan stunting di wilayah Provinsi Kalbar dialokasikan melalui DAK Fisik
Tematik tentang stunting melalui DAK Fisik Penugasan pada bidang Kesehatan Sanitasi Air
Minum dan Pendidikan dengan dijabarkan melalui kegiatan Intervensi Gizi Spesifik
Total alokasinya DAK Fisik Penugasan yang terkait dengan program pencegahan stunting
untuk wilayah Kalimantan Barat adalah sebesar Rp373508869032 dengan rincian
sebagaimana pada Lampiran III22 A
Dari lampiran III22A diketahui bahwa untuk penanganan stunting melalui Bidang
Pendidikan untuk pelaksanaanya dikoordinir oleh Provinsi sementara itu untuk lokasi sebaran
pagu ternyata tidak sesuai dengan jumlah penderita permasalahan gizi dan stunting dimana
alokasi pagu terbesar adalah untuk Kabupaten Sintang Sanggau dan Kota Pontianak
sedangkan berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 justru penderita terbanyak adalah
Kabupaten Ketapang Landak dan Melawi Hal ini perlu mendapatkan perhatian di dalam
penyusunan alokasi DAK Fisik penugasan hendaknya sebaran alokasi pagu diarahkan untuk
daerah dengan jumlah penderita stunting terbanyak
Beberapa kegiatan intervensi gizi spesifik DAK Fisik Penugasan seperti pada Lampiran
III22B khususnya melalui bidang kesehatan capaian outputnya 99 diantaranya adalah
penyediaan alat ukur demensi tubuh (antropometri) dan alat kesehatan puskesmas sebanyak
1162 paketunit dengan nilai Rp2177 Miliar Pencegahan stunting melalui intervensi gizi
sensitive dilaksanakan melalui bidang Pendidikan dengan capaian output 93 dan bidang
Sanitasi dan Air Minum Beberapa outputnya diantarnya adalah untuk penyediaan sarana dan
prasarana PAUD sebanyak 196 ruangpaket dengan realisasi sebesar Rp81 miliar serta
pembangunan system pengolahan air limbah domestic setempat dan terpusat 1315 unit
dengan realisasi Rp411 miliar
Realisasi DAK Fisik Penugasan mencapai 9513 tidak tercapainya realisasi maksimal
disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah keterlambatan pelaksanaan lelang dan
ketidaksesuaian antara nilai daftar kegiatan dengan realisasi nilai kontrak
III3 Belanja Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Alokasi penangan stunting dalam APBD Provinsi Kalbar secara agregat dialokasikan
sebesar Rp28646 miliar atau hanya 110 dibandingkan dengan total jumlah APBD tahun
2019 yaitu Rp26044 miliar
Seperti pada lampiran III3 maka dapat diketahui bahwa kelompok penangan stunting
intervensi gizi spesifik mendapatkan alokasi dana sebesar Rp2436 miliar atau hanya 009
jika dibandingkan dengan total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya adalah Program
Pencegahan Stunting sebesar Rp15 miliar dan yang terbesar adalah Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular dengan alokasi sebesar Rp1267 miliar
Kelompok penangan stunting intervensi gizi sensitive mendapatkan alokasi dana sebesar
Rp25904 miliar atau hanya 099 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya
114
adalah Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah sebesar Rp8998 miliar dan yang terkecil
Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dengan alokasi sebesar Rp125 juta
Kelompok kegiatan yang terkait pencegahan stunting mendapatkan alokasi dana sebesar
Rp306 miliar miliar atau hanya 001 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya
adalah Penyediaan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat Rp112 miliar dan yang
terbesar adalah kampanye Pencegahan Stunting dengan alokasi Rp120 juta
Beberapa kendala yang dihadapi Pemda terkait pelaksaan kebijakan stunting adalah
a Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan pemantauan pertumbuhan serta
perilaku baik yang masih rendah
b Terbatasnya akses (daya beli pengetahuan) atas pemberian makanan bergizi seimbang
untuk ibu hamil bayi dan balita yang masih rendah
c Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif yang belum optimal
d Suplementasi yang belum optimal seperti Konsumsi Tablet Tambah Darah pada ibu hamil
dan remaja Puteri
e Angka infeksi yang masih tinggi seperti cacingan diare dll baik pada balita dan ibu Hamil
f Kebersihan Lingkungan dan Akses Sanitasi yang masih belum baik
g Budaya di masyarakat dimana ibu hamil masih banyak pantangan makanan
h Tingkat soasial ekonomi masyarakat yang masih rendah
i Masih rendahnya tingkat kepedulian dan dukungan keluarga terhadap ibu hamil dan
tingkat pendidikan ibu yang masih rendah
Rekomendasi dalam upaya mengantisipasi kendala dalam pencapaian sasaran kebijakan
stunting antara lain
1 Peningkatan upaya dukungan lintas sektor dalam penanggulangan Stunting (Konvergensi
Stunting) dalam intervensi spesifik maupun sensitif
2 Peningkatan alokasi Dana Desa untuk Pelayanan Sosial dasar terkait 1000 Hari Pertama
Kehidupan
3 Peningkatan Upaya Strategi Perubahan Perilaku dalam penanggulangan stunting
4 Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamilbayi dan anak balita
melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
5 Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan Buku KIA kelas Ibu
Posyandu dan pendampingan pada ibu hamil
6 Peningkatan akses terhadap makanan bergizi bagi balita dan ibu hamil melalui pemberian
PMT Pelatihan PMBA untuk Masyarakat Konseling Menyusui
7 Peningkatan Akses Air bersih dan Sanitasi lingkungan melalui Lima Pilar STBM
Dalam rangka keberhasilan penanganan stunting di Provinsi Kalbar diharapkan alokasi
dana melaui APBD ditingkatkan jumlahnya dengan tetap memperhatikan kemampuan
keuangan daerah setidaknya mengacu pada kebijakan nasional yakni sekitar 246 dari total
APBD
BAB VII
PENUTUP
Pantai Tanjung Belandang KetapangPemandangan khas dar i Pantai in i adalah jembatan kayu yang menjirok ke laut deratan gazebo berjejer rapih di sepanjang jembatan kayu tersebut
115
A KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisis di bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut
1 Kinerja ekonomi Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar 500 persen mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang
sebesar 506 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 502 persen
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan Asuransi
Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian
2 Laju pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat 2019 yang tertinggi adalah komponen Ekspor
Barang dan Jasa yaitu 1012 persen dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun
selanjutnya adalah Konsumsi LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan
jasa utamanya berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan
Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet
3 Struktur perekonomian yang menopang ekonomi Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor
lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen) industry
pengolahan (1634 persen) perdagangan besar-eceran serta reparasi mobil sepeda motor
(1430 persen) kontruksi (1244 persen) dan sisanya terbagi dari beberapa sektor lapangan
usaha antara lain Pertambangan transportasi pergudangan informasi jasa keuangan
real estate dan jasa lainnya
4 Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan
Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat pada tahun 2019 mencapai
sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25 triliun atau 1897 persen dibandingkan
dengan tahun 2018 Hal ini adanya tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan
berlanjut dimasa mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah
yang akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single
Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai
instansi terkait baik di pusat dan daerah
5 BI Rate Kalimantan Barat 2019 cenderung menurun dari level 600 persen Bulan Januari
hingga level 500 persen pada bulan Desember Tren menurunnya BI Rate tersebut
merupakan antisipasi terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami
penurunan dan juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi (Global Bank Sentral Amerika
Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang menahan suku bunga di level 15-175
116
6 Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif Inflasi
tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional
yang hanya mencapai 055 persen Tekanan inflasi ini terjadi seiring adanya aktivitas
pemilihan umum dan legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya
permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi
sepeda motor dan ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru
7 Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka Rp14313- per
US Dollar dan menunjukan perbaikan pad akhir tahun 2019 pada Rp13831- per US Dollar
Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank
Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)
yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara
maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara
emerging market termasuk Rupiah dan pengaruh melemahnya dolar AS terhadap semua
mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak menaikkan tingkat suku bunga
8 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo terjadi
peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun 2018
(berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional 7081
Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi
Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin
dan berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah
masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun
9 Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan masih lebih baik dari
pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380) Ketimpangan pendapatan terjadi
karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan faktor produksi sehingga pihak-pihak yang
memiliki faktor produksi akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak
10 Investasi Pemerintah Pusat tahun 2019 melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM di Wilayah Provinsi Kalimantan
Barat telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 UMKMdebitur) jika dibandingkan
dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen
masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama sektor produksi yang hanya
mencapai 4124 persen yang ditargetkan sebesar 60 persen
11 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar
Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen hasil produk terutama mutu dan kualitas
produk belum bisa bersaing secara global dengan produk daerah lain
12 Penerimaan pajak dalam negeri tahun 2019 sebesar Rp667 triliun naik 26108 miliar atau
naik 407 persen dibanding penerimaan tahun 2018 Kontribusi terbesar dari penerimaan
117
pajak dalam negeri adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Rp32 triliun atau 48 persen
disusul Pajak Penghasilan (PPh) Rp307 triliun atau 46 persen
13 Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar meningkat
signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018 Dengan
perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288 miliar
atau 541 persen
14 Penerimaan PNBP tahun 2019 sebesar Rp82375 miliar mengalami penurunan sebesar Rp
3776 atau 43 persen dibandingkan penerimaan tahun 2018 Dengan komposisi
pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen dari total penerimaan PNBP
disusul pendapatan PNBP BLU sebesar 489 persen
15 Belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019 yaitu sebesar
Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar Rp1049
triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun Realisasi Belanja
pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer ke Daerah dan
dana desa terealisasi Rp2034 triliun
16 Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 terdapat penurunan angka stunting pada 10
KabupatenKota di Kalimantan Barat namun juga terjadi kenaikan angka stunting pada 4
(empat) Kabupaten
B REKOMENDASI
1 Pemerintah Daerah tetap mengupayakan peningkatan alokasi belanja pada jenis belanja
dan meningkat investasi pada sektor-sektor yang belum atau kurang memberikan kontribusi
terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat tahun 2019 terutama pada sektor
sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan
dan Penggalian yang mengalami penurunan pada periode ini secara umum capaian
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat bisa dikatakan masih stagnan dan belum
memberikan kontribusi PDRB secara maksimal yang hanya sebesar 134 persen terhadap
pembentukan PDB nasional diharapkan untuk berikutnya lebih meningkat dibanding tahun
ini
2 Untuk mempertahankan sektor ekonomi unggulan dan mematangkan sektor ekonomi
potensial Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu berkolaborasi dalam membangun
infrastruktur pendukung maupun untuk mendatangkan investor yang mau berinvestasi pada
sektor-sektor tersebut Seperti pada pembangunan Pelabuhan Kijing di kabupaten
Mempawah Pemerintah Pusat menyiapkan dana pembangunan dengan menggandeng
investor sementara Pemerintah Daerah menyiapkan dana untuk pembebasan lahan
3 Pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa perlu dilakukan desa dengan
warga berisiko tinggi stunting agar mengalokasikan Dana Desa untuk kegiatan pencegahan
stunting Kebijakan pengalokasian Dana Desa tahun 2021 hendaknya mendukung program
118
konvergensi Pencegahan Stunting yang dapat diatambahkan pada perhitungan Alokasi
Formula dengan alokasi 20 persen
4 Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) agar terus melakukan upaya memitigasi risiko
terhadap kenaikan harga serta kelancaran distribusi pasokan bahan pangan adanya
kebijakan yang memacu peningkatan produksi bahan pangan dan mengajak para
pengusaha dalam menentukan harga dan perlu mempertimbangkan daya beli konsumen
Sedangkan untuk konsumen sendiri harus mampu mengatur nafsu konsumtif karena
Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan yang
harus diatur oleh pemerintah
5 Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing mengalami kenaikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp14 triliun Hal ini terjadi tren positif terhadap
pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa mendatang dukungan Pemerintah
tetap melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single Submission
(OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai instansi terkait
baik dari pusat maupun daerah
6 Tren menurunnya BI Rate tersebut harus dijaga untuk mengantisipasi kondisi perekonomian
nasional yang masih mengalami penurunan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan
ekonomi Global Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor
eksternal tetap dijaga lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya masih sesuai
dengan target
7 Penguatan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)
yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara
maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara
emerging market termasuk Rupiah Kebijakan suku bunga Tanah Air harus tetap
dipertahankan agar imbal hasil aset keuangan Indonesia termasuk obligasi menjadi
menarik arus modal asing masuk ke Indonesia dan menambah pasokan valas di dalam
negeri
8 Indek Pembangunan Manuasia (IPM) Kalimantan Barat tahun 2018 termasuk kategori
sedang dan berada pada urutan ke-30 dari 34 Provinsi Walaupun terjadi kenaikan namun
capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi
target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin Peningkatan investasi dari
Pemerintah Pusat (APBN) yang berupa alokasi Dana Transfer khususnya DAK Fisik dan
Dana Desa serta investasi lainnya serta Pemerintah Daerah (APBD) diharapkan benar-
benar dapat digunakan pada sektor-sektor program pembangunan manusia yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat terutama mendongkrak
tingkat IPM yang terandah di Kalimantan Barat yang selama ini selalu ditempati oleh
Kabupaten Kayong Utara sebesar (6182) dan Kabupaten Sekadau (6369)-
119
9 Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar sasaran
dan tujuan program KUR maupun UMi dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran
KUR diarahkan lebih banyak di sektor produksi (non perdagangan) yaitu dengan target
minimal penyaluran sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan
skema KUR Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat
perkebunan rakyat dan peternakan rakyat harus benar-benar disaluran sesuai sasaran dan
lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada debitur dan membantu
mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada masyarakat sehingga dapat
mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha Mikro bahkan dapat meningkat ke
Mikro Kecil
10 Perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya identifikasi dan penggalian
potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian potensi pajak pengawasan
terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara Pemerintah Pusat maupun Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan
Barat Tahun 2019
Rancangan Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
RISKESDAS_2018_ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
RISKESDAS_Provinsi Kalimantan Barat 2018_ Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Laporan Pemantauan Kinerja Anggaran dan Pembangunan Program Percepatan
Pencegahan dan Penurunan Stunting Kemenkeu Reupblik Indonesia
Lampiran IIA - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Spesifik
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan
Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian KEMENTERIAN KESEHATAN 0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
2080 Pembinaan Gizi Masyarakat 001 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 002 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus
003 Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita 005 Pembinaan dalam Peningkatan Status Gizi Masyarakat 006 Suplementasi Gizi Mikro 007 Pembinaan dalam Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat 008 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Papua dan Papua Barat 009 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus Papua dan Papua Barat 010 Penguatan intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita Papua dan Papua Barat 504 Peningkatan Surveilans Gizi
5832 Pembinaan Kesehatan Keluarga 001 Pembinaan Dalam Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 002 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Kunjungan Neonatal Pertama 004 Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah 005 Pembinaan Pencegahan stunting 018 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Antenatal
1172822000 100000000 368690000 1439729000 305522000 461512000 281222000 317124000 101785000
822627500 96493000 365973800 1414218600 296527000 372659700 266887500 316592900 101784900
7014
9649
9926
9823
9706 8075 9490 9983 100
4
14
14
14 1 1 1 1 5
4
14
14
14 1 1 1 1 5
100
100
100
100
100 100 100 100 100
0240508 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
2058 Pembinaan Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra 006 Layanan Imunisasi 010 Layanan Imunisasi di Papua dan Papua Barat
2059 Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria 008 Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan 011 Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua dan Papua Barat
2060 Pengendalian Penyakit Menular Langsung 506 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit ISP 511 Sarana dan Prasarana Penanggulangan TBC 512 Sarana dan Prasarana Penanggulangan HIVAIDS
251677000 513750000 1343486000
221591784 280311250 1234273000
8805
5456 9187
14
153 8
14
151 8
25
6 40
0240709 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
2065 Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 508 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Kesehatan Ibu dan Anak 509 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Penyakit Tropis Terabaikan 510 Paket Penyediaan Vaksin
Total Belanja Intervensi Spesifik
6657319000
5789940934
9045
212
210
7710
------
Lampiran IIB - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Sensitif
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN PERTANIAN
0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan
102 Lumbung Pangan Masyarakat
1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
106 Kawasan Mandiri Pangan
1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar
101 Pemberdayaan Pekarangan Pangan
106 Hasil Pengawasan keamanan dan mutu pangan Segar
558000000 5578500000 600000000
546884550 5543049050 582679900
9801
9936 9711
1
123 1
1
121 1
100
100 100
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
0190207 Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
1835 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan
030 Pemenuhan gizi masyarakat melalui peningkatan konsumsi pangan olahan sehat
038 Komoditi yang diawasi Penerapan SNI Wajib Produk Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
0230509 Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
2016 Penyediaan Layanan Paud
006 Lembaga PAUD Menyelenggarakan Holistik Integratif
5631 Penyediaan Layanan Pendidikan Keluarga
002 Lembaga Menyelenggarakan Pendidikan Keluarga untuk Intervensi Permasalahan Sosial Tertentu
KEMENTERIAN KESEHATAN
0240111 Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
5610 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan JKNKIS
501 Cakupan Penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui JKNKIS
0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
002 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media
004 Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam mendukung Program Kesehatan
006 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media di Papua dan Papua Barat
5834 Penyehatan Lingkungan
501 Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi Syarat
504 Pengawasan terhadap Sarana Air Minum
505 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan
2090 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan
506 Rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan sesuai standar
1492964000 464132000 163411000
1437830000 431244400 162715900
9631 9291
9957
3 1 1
3 1
1
100 100
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan
Pagu Realisasi Real
Target Capaian Capaian
2094 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan
508 Alat Kesehatan
KEMENTERIAN AGAMA
0250308 Program Bimbingan Masyarakat Islam
2104 Pengelolaan KUA dan Pembinaan Keluarga Sakinah
008 Bimbingan Perkawinan Pra Nikah
0250812 Program Bimbingan Masyarakat Buddha
2145 Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Budha
014 Pembinaan Keluarga Hittasukhaya
638510000 37020000
594062500 36455000
9304
9847
29 2
1
0
97
0
KEMENTERIAN SOSIAL
0270507 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial
2251 Jaminan Sosial Keluarga
001 Keluarga Miskin Yang Mendapat Bantuan Tunai Bersyarat
0270609 Program Penanganan Fakir Miskin
5873 Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan
003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
5874 Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
002 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
5875 Penanganan Fakir Miskin Pesisir Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara
003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
3124920000
3123021922
9994
1
1
100
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
0320608 Program Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
2357 Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan
003 Promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri yang dilaksanakan (Gerakan memasyarakatkan makan ikanGemarikan)
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan
004 Sistem Pengelolaan Air Limbah
2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
005 SPAM Terfasilitasi
007 Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan
008 SPAM Berbasis Masyarakat
009 Pembangunan SPAM di Kawasan Khusus
010 Pembangunan SPAM Regional
25491600000 19295520000 10141420000 62568089000
24467600000 17485637400 9125468000 60912361277
9598
9062 9025 9735
298
3
15 0
495
1 9 0
100
0 1 52
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Rea
l Target Capaian Capaia
n 0470107 Program Perlindungan Anak
2808 Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Kesejahteraan
003 Sosialisasi tentang ASI Eksklusif Gizi Seimbang Pembatasan Gula GaramLemak (GGL) Rokok dan
Kesehatan Reproduksi bagi Keluarga dan Anak sebagai 2P dalam Penurunan Stunting
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
0590709 Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik
4143 Penyediaan dan Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
001 Informasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
0630106 Program Pengawasan Obat dan Makanan
3165 Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai BesarBalai POM
088 KIE Obat dan Makanan Aman
4124 Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang
005 Pengawasan Produk Pangan Fortifikasi
960000000
950368050
9899
26
26
100
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
0680106 Program Kependudukan dan KB
3317 Pembinaan Keluarga Balita dan Anak
021 Keluarga yang mempunyai balita dan anak memahami pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak
3331 Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan KB Provinsi
081 Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK
085 Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu
910000000 1586543000
829384786 1573708244
9114 9919
16045 433
16045 433
100 100
Total Belanja Intervensi Sensitif
13361062900000 12780247097900
12780247097900
9614
658025
1110045
78125
------
Lampiran IIC - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
0100606 Program Bina Pembangunan Daerah
1252 Pembinaan Penyelenggaraan dan Pembangunan Urusan Pemerintahan Daerah III
001 Integrasi indikator Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah lingkup UPD III
003 Penerapan SPM bidang kesehatan sosial dan transtibumlinmas
004 Evaluasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Daerah
010 Monev terpadu Penerapan dan Pencapaian SPM di daerah lingkup UPD III
011 Advokasi penerapan kebijakan percepatan penurunan stunting 015 Peningkatan kinerja kabkota dalam implementasikonvergensi program penanganan penurunan
stunting (INEY)
0100810 Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
1269 Pembinaan Administrasi Pencatatan Sipil
006 Cakupan Anak yang Memiliki Akta Kelahiran
KEMENTERIAN PERTANIAN
0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
115 Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah
295000000
281904000
9556
4
4
100
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
0230101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
4079 Pengembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) di Asia Tenggara
001 Model Pengembangan dan Pembelajaran
0231613 Program Guru dan Tenaga Kependidikan
5636 Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Paud dan Dikmas
009 Rata - rata Nilai Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas
KEMENTERIAN KESEHATAN
0240101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
2038 Pengelolaan Data dan Informasi
501 Pemetaan Keluarga Sehat
963 Layanan Data dan Informasi
0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
001 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
005 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Papua dan Papua Barat
007 Pembinaan KabKota dalam Pelaksanaan Penggerakkan Masyarakat di Posyandu
441040000 867300000
439188400 526100500
9958
6066
1 3
1
3
100
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan
2087 Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar
509 Pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
0241104 Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
2070 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
504 Riset Penanggulangan Masalah Gizi
0241210 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Ppsdmk)
2076 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan
501 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan
505 Pelatihan Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan
2078 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan
501 Penugasan Tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) Minimal 5 Orang
502 Penugasan Tenaga Kesehatan Secara Individu
505 Penugasan tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) minimal 5 orang di Wilayah Papua dan Papua Barat
102534000 125563000 2026770000
100827500 118882000 1923153550
9836
9468 9489
95
93
100
95 95
KEMENTERIAN SOSIAL
0271104 Program Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan Sosial
2254 Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional (I-VI)
002 Pelatihan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) bagi Pendamping Program Bantuan Tunai Bersyarat
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan
003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM
668321000
668320150
9999
4
2
11
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
0360106 Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
2552 Koordinasi Kebijakan Penguatan Ketahan Gizi dan Kesehatan Lingkungan
001 Usulan Rekomendasi kebijakan bidang ketahanan gizi dan kesehatan ibu dan anak dan kesehatan lingkungan
BADAN PUSAT STATISTIK
0540106 Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik
2895 Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik Bps Provinsi
009 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat
2906 Penyediaan dan Pengembangan Statistik Kesejahteraan Rakyat
003 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat Yang Terbit Tepat Waktu
5125732000
5059724707
9871
30
2
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan
Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
0550106 Program Perencanaan Pembangunan Nasional
2937 Perencanaan Pembangunan Terkait Lingkup Kesehatan dan Gizi Masyarakat
608 Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Pembangunan
KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
0670306 Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masarakat Desa
5483 Peningkatan Pelayanan Sosial Dasar
008 Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam peningkatan akses pelayanan sosial dasar
011 Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
0800106 Program Penelitian Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir Isotop dan Radiasi
3446 Pengembangan Sains dan Teknologi Bahan Maju Dengan Iptek Nuklir
002 Data Riset Hasil Analisis dengan Menggunakan Teknik Nuklir
3449 Pengembangan Sains dan Teknologi Nuklir Terapan dan Revitalisasi Reaktor Riset
006 Dokumen Teknis Mikronutrisi Pada Pangan Anak Balita Di Daerah Malnutrisi
Total Belanja Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis 9652260000 9118100807
9280 137 105 87625
------
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT
JALAN KS TUBUN NO 36 PONTIANAK 78121 TELEPON (0561) 733444 733466 FAKSIMILE (0561) 732029 LAMAN WWWDJPBKEMENKEUGOIDKANWILKALBARID
NOTA DINASNOMOR ND-143WPB172020
Yth Direktur Pelaksanaan AnggaranDari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi
Kalimantan BaratSifat SegeraLampiran 1(satu) berkasHal Pengantar Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019Tanggal 28 Februari 2020
Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
SE-61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas
Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema Analisis
Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 bersama ini kami sampaikan bersama ini kami
sampaikan Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Kajian ini
terdiri antara lain
1 Tinjauan dan Analisis APBN dan APBD tahun 2019 lingkup Provinsi Kalimantan Barat
Analisis yang dilakukan baik dari segi pendapatan maupun belanja serta dampaknya
terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dari indikator-indikator
seperti lndeks Pembangunan Manusia (IPM) Tingkat Kemiskinan dan Gini Ratio (tingkat
ketimpangan)
2 Untuk mengetahui sektor unggulan daerah dan pengembangan potensi tersebut digunakan
analisis metode Location Quotient (LQ) time series Dari analisis ini ditemukan sektor
unggulan di Provinsi Kalbar adalah bidang Pertanian Kehutanan dan Perikanan
3 Dalam KFR Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 ini terdapat analisis tematik dengan tema
Sinergi dan Konvergensi Program Penanganan Stunting di Daerah yaitu upaya pemerintah di
dalam melakukan pencegahan terhadap prevelensi stunting melalui belanja KL dalam APBN
belanja Dana Desa dan DAK Fisik serta melalui pendanaan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD)
Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih
Ditandatangani secara elektronikBambang Hartono
- KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
-
- 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
- 1COVER KFRpdf (p2)
- Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
- 3_Daftar isi_1pdf (p4)
- 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
- 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
- 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
- 10_Capaian Outputpdf (p10)
- 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
- 12_BAB I_COVERpdf (p12)
- 13_BAB Ipdf (p13-21)
- 14_BAB II_COVERpdf (p22)
- 15_BAB IIpdf (p23-41)
- 16_BAB III_COVERpdf (p42)
- 17_BAB IIIpdf (p43-77)
- 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
- 18_Bab IVpdf (p79-97)
- 19_BAB V_COVERpdf (p98)
- 19_BAB Vpdf (p99-107)
- 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
- 24_BAB VIpdf (p109-124)
- 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
- 26_BAB VIIpdf (p126-133)
- 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
- 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
- DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
-
- 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
- LAMPIRANpdf (p148-151)
- KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
-
- 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
- 1COVER KFRpdf (p2)
- Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
- 3_Daftar isi_1pdf (p4)
- 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
- 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
- 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
- 10_Capaian Outputpdf (p10)
- 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
- 12_BAB I_COVERpdf (p12)
- 13_BAB Ipdf (p13-21)
- 14_BAB II_COVERpdf (p22)
- 15_BAB IIpdf (p23-41)
- 16_BAB III_COVERpdf (p42)
- 17_BAB IIIpdf (p43-77)
- 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
- 18_Bab IVpdf (p79-97)
- 19_BAB V_COVERpdf (p98)
- 19_BAB Vpdf (p99-107)
- 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
- 24_BAB VIpdf (p109-124)
- 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
- 26_BAB VIIpdf (p126-133)
- 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
- 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
- DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
-
- 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
- LAMPIRANpdf (p148-151)
-
iv
223 Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini)24
224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran 25
23 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip26
BAB III
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT
REGIONAL 28
31 APBN TINGKAT PROVINSI28
32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL29
321 Penerimaan Perpajakan 29
322 Penerimaan Negara Bukan
Pajak 31
33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL 33
34 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 41
341 Dana Transfer Umum 41
342 Dana Transfer Khusus 42
343 Dana Desa45
344 Dana Insentif Daerah Otonomi Khusus dan Keistimewaan46
35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL 46
351 Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara) 46
352 Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD)46
353 SurplusDefisit46
36 PENGELOLAAN BLU PUSAT 47
37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT55
371 Penerusan pinjaman 55
372 Kredit program56
38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI
DAERAH 60
381 Mandatory Spending di Daerah60
382 Belanja Infrastruktur 60
BAB IV
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD63
41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) 63
42 PENDAPATAN DAERAH66
421 Dana TransferPerimbangan66
422 Pendapatan Asli Daerah68
423 Pendapatan LainLain70
43 BELANJA DAERAH70
44 PERKEMBANGAN BLU DAERAH71
45 SURPLUSDEFISIT APBD 72
46 PEMBIAYAAN 73
47 ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 74
471 Analisis Horizontal dan
Vertikalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip74
472Analisis Kapasitas Fiskal Daerahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip74
48 PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH 79
481 Belanja Daerah Sektor
Pendidikan 80
482 Belanja Daerah Sektor
Kesehatan 81
483 Belanja Infrastruktur Daerah 81
BAB V
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN ANGGARAN
KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)82
51LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN83
52PENDAPATAN KONSOLIDASIAN83
53BELANJA KONSOLIDASIAN85
54SURPLUSDEFISIT KONSOLIDASIAN88
55 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT 89
v
BAB VI
KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI
SERTA TANTANGAN
FISKAL REGIONAL 91
61SEKTOR UNGGULAN DAERAH93
62SEKTOR POTENSIAL DAERAH 99
63TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH102
BAB VII ANALISIS TEMATIK 110
BAB VIII PENUTUP helliphellip115
11KESIMPULAN115
12REKOMENDASI117
DAFTAR PUSTAKAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip120
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kinerja pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) pada tahun 2019
tercatat sebesar 500 persen Angka ini menurun jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan
ekonomi tahun sebelumnya sebesar 506 persen PDRB mengalami peningkatan
pertumbuhan sebesar 943 persen Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp4188 juta
Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4
(empat) sektor lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen)
Industri Pengolahan (1634 persen) Perdagangan Besar-Eceran serta Reparasi Mobil-
Sepeda Motor(1430 persen) dan Konstruksi (1244 persen)
Inflasi tahunan Kalbar pada tahun 2019 sebesar 263 persen atau menurun dibanding
periode yang sama pada tahun 2018 yang mencapai 399 persen tetapi masih lebih rendah
jika dibandingkan dengan tingkat inflasi secara nasional yang mencapai 268 persen Inflasi
tertinggi terjadi pada bulan Juni 066 persen dan Kelompok transportasi komunikasi dan jasa
keuangan pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen Kenaikan pada
bulan-bulan tersebut disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok
makanan jadi minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan
legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya permintaan terhadap
makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan
ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar termasuk kategori sedang dan berada
di bawah angka IPM Nasional Menurut data Badan Pusat Statistik sampai dengan saat ini
IPM Kalbar meningkat dari 6626 di tahun 2017 menjadi 6698 di tahun 2018 Berbagai upaya
telah dilakukan pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat untuk memberikan kemudahan
akses bagi masyarakat agar dapat memperoleh layanan pendidikan dan kesehatan
diantaranya pembangunan infrastruktur jalan serta sarana pendidikan dan kesehatan sejalan
dengan kebijakan Pemerintah untuk membangun dari pinggiran dan memperkuat daerah dan
desa
Jumlah penduduk miskin di Kalbar pada bulan September 2019 tercatat sebanyak
370470 orang Jumlah ini lebih rendah dari periode yang sama tahun 2018 dimana penduduk
miskin mencapai 369730 orang
Gini Ratio (ketimpangan pemerataan pendapatan) Kalbar tahun 2019 sebesar 0318
atau meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 0325 Koefisien Gini
berfluktuatif dari tahun ketahun namun masih berada pada kisaran antara 03 hingga 04 dan
masih dibawah Koefisien Gini Nasional Hal ini menunjukkan distribusi pendapatan
masyarakat dalam kategori sedang dan walaupun masih terdapat ketimpangan distribusi
pendapatan
v
Angkatan kerja tahun 2019 mencapai 2479000 orang mengalami kenaikan sebesar
91000 orang dari tahun 2018 Dari jumlah angkatan kerja tersebut 9556 persen bekerja
sedangkan sisanya sebesar 444 persen menganggur
Program Kredit Program berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM
(KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar
Rp179834 miliar (41778 debitur) jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen dan penyaluran Program Ultra Mikro
(UMi) sebesar Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018
terjadi kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen Pemerintah sangat
memperhatikan dan mengharapkan adanya perkembangan usaha serta upaya peningkatan
pertumbuhan ekonomi di wilayah Kalimantan Barat
Realisasi penerimaan perpajakan di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728
triliun naik 68 persen jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya Penerimaan pajak
dalam negeri memberikan kontribusi Rp667 triliun atau 917 persen sedangkan penerimaan
pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar atau 83 persen Pajak
Pertambahan Penghasilan (PPh) merupakan penyumbang penerimaan yang terbesar yakni
Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak Pertambahan Nilai (PPn) yakni Rp307
triliun atau 46 persen Untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) selama tahun 2019
mencapai Rp82375 miliar turun Rp3776 miliar atau 438 persen dibanding penerimaan
tahun sebelumnya PNBP tersebut bersumber dari Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
sebesar Rp42092 miliar dan PNBP lainnya Sebesar Rp40282 miliar
Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019
yaitu sebesar Rp3147 triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar
Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2098 triliun Realisasi
Belanja pemerintah pusat sebesar Rp96 triliun Sedangkan untuk Transfer ke Daerah dan
dana desa terealisasi Rp2034 triliun
Angka Pertumbuhan Ekonomidi Kalimantan Barat
Pertumbuhan Ekonomi
20172018
2019
Pagu dan Realisasi APBN 2019sd 31 Desember 2019
Pajak
PNBP
Belanja Modal
Belanja Bantuan Sosial
87
155
Realisasi
Pagu Realisasi
Rp837 T Rp729 T
Rp053 T Rp082 T
2017 2018 2019
517
500
505
510
515
520
000
506
500
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)di Kalimantan Barat
Indeks Pembangunan Manusia
20172018
2019
2017 2018 2019
6626
6600
6620
6640
6660
6680
000
6698
na
Angka Kemiskinandi Kalimantan Barat
Angka Kemiskinan
20172018
2019
2017 2018 2019
788
700
720
740
760
780
000
737
728
Angka Penganggurandi Kalimantan Barat
7000
800
Angka Pengangguran
20172018
2019
2017 2018 2019
436
400
410
420
430
440
000
426
445450
517
506
500
788
737
728
6626
6698
na
436
426
445
Gini Rasio Kalimantan Barat
03270318
2018
2019
Perkembangan Indikator Kesejahteraan Gini Rasio Kalimantan Barat
Pendapatan
Belanja
93
97
Rp1049 T Rp971 T
Rp2098 T Rp2034 T
sd 31 Desember 2019
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Transfer
Belanja Operasi
Belanja Modal
108
101
Realisasi
Pagu Realisasi
Rp376 T Rp405T
Rp2072 T Rp2085T
Pendapatan
Belanja
95
96
Rp1691 T Rp1608 T
Rp52 T Rp498 T
Belanja Tak Terduga
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pagu dan Realisasi APBD 2019
Belanja Transfer
Rp095 T Rp074T
Rp032 T Rp006T
Rp389 T Rp403T
19
104
78
Perkembangan Indikator Ekonomi
Capaian Program Prioritas Nasional (PN) Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019
Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan DasarPagu Realisasi
Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan KemaritimanPagu Realisasi
Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian Industri Pariwisata dan Jasa Produktif LainnyaPagu Realisasi
Pemantapan Ketahanan Energi Pangan dan Sumber Daya AirPagu Realisasi
Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan PemiluPagu Realisasi
85
73
95
86
89
Rp1741 M Rp1488 M
Rp230 M Rp167 M
Rp84 M Rp80 M
Rp336 M Rp289 M
Rp351 M Rp313 M
Realisasi Terhadap Pagu
Beberapa Pembangunan Hasil Dana APBN 2019 di Kalimantan Barat
Pembuatan Tempat Pembudidayaan Ikan Prodi Agrobisnis Perikanan Poltesa
Pembangunan Gedung Pembelajaran Terpadu MAN IC Sambas
Pembangunan Dermaga Speed Di Bungan Jaya
Pembangunan Infrastruktur Ekowisatadi Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun
Pengadaan dan pemasanganPenerangan Jalan Umum dengan solar cell
Pengadaan Benih Padi 445000 KgDistan TPH Prov Kalbar
Pembangun Terminal Barang Internasional Aruk Tahap III
Restorasi dan Penataan Kawasan Masjid Jami Beting Kota Pontianak
Pelapis Landasan PacuBandara Tebelian
Pembangunan Pasar Rakyat Tampun Juah Kab Sanggau
Pembangunan Jembatan Komposit 11 Meter (5 Unit) di Kab Kayong Utara
Pembangunan Konstruksi Pasar Rakyat Kyai Bandar Laut di Kab Ketapang
KPPN SINGKAWANG
KPPN PONTIANAK
KPPN PUTUSSIBAU
KPPN SANGGAU KPPN
SINTANG
KPPN KETAPANG
Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Nanga Era
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Sanggau
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Bengkayang
Revitalisasi Pasar Sukadana di Kab Kayong Utara
Realisasi Dana Desa
2017 2018 2019Realisasi Dana Desa
Pagu Realisasi
Rp1695 M Rp1693 M
Rp1616 M Rp1615 M20172018
Rp1992 M Rp1987 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
2000 M
1900 M
1800 M
1700 M
1600 M
1500 M
(Rp)
997998
999
2017 2018 2019Pagu DAK Fisik
Pagu Realisasi
Rp2457 M Rp2281 M
Rp2998 M Rp2794 M20172018
Rp2614 M Rp2447 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
3000 M
2800 M
2600 M
2400 M
2200 M
2000 M
(Rp)
931
928
999
936
Realisasi DAK Fisik
Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik
2017 2018 2019Pagu DAK Fisik
Pagu Realisasi
Rp2457 M Rp2281 M
Rp2998 M Rp2794 M20172018
Rp2614 M Rp2447 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
3000 M
2800 M
2600 M
2400 M
2200 M
2000 M
(Rp)
931
928
999
936
Realisasi DAK Fisik
Realisasi Kredit Ultra Mikro (UMi)
2017 2018 2019Jumlah Debitur
Debitur Realisasi
2124 Rp84 M
1913 Rp44 M20172018
Rp104 M2019
10 M
8 M
6 M
4 M
2 M
(Rp)
1913
2124
Realisasi UMi
2342
2737 12 M
Jumlah DebiturRealisasi UMi
Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)
2017 2018 2019
Debitur Realisasi
41511 Rp1615 M
34704 Rp1120 M20172018
44498 Rp1808 M2019
2000 M
1800 M
1600 M
1400 M
1200 M
(Rp)
34704
41511
44498
Jumlah DebiturRealisasi KUR
BAB I
SASARAN
PEMBANGUNAN
DAN TANTANGAN
DAERAH
Pulau Karimata Kayong UtaraMerupakan pulau dengan status Suaka Alam L a u t ( S A L ) y a n g m e n a w a r k a n p e s o n a ekosis tem terumbu karang hutan panta i hutan mangrove sampai dengan ekosistem perbukitan tinggi
1
11 PENDAHULUAN
Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di
daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata Oleh sebab itu untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur
pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian
anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD Sesuai dengan Undang-Undang
Keuangan Nomor 17 Tahun 2003 pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan
negara adalah Presiden sedangkan di daerah adalah GubernurBupatiWalikota oleh
karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah maka diperlukan sinergi
dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan
dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien
Selanjutnya kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan
daerah dalam memastikan efektifitasnya Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat
alokasi distribusi dan stabilisasi maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu
meningkatkan perbaikan dan kualitas indicator-indikator ekonomi makro dan
kesejahteraan di daerah Oleh karena itu kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari
perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan
Tidak terlepas dari hal tersebut maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi
perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan
terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi sosial-
kependudukan serta tantangan wilayahnya sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui
program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi
12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Masa jabatan Gubernur Kalimantan Barat periode 2018-2023 merupakan periode
lima tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kalimantan Barat Tahun 2005-2025 Dalam RPJPD dikemukakan bahwa visi
pembangunan jangka panjang Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2025 adalah
ldquoKalimantan Barat Bersatu dan Majurdquo
2
Visi misi dan arah pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJPD 2005-
2025 menjadi acuan dalam merumuskan visi pembangunan daerah tahun 2018ndash2023
yaitu ldquoTerwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Barat Melalui
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Dan Perbaikan Tata Kelola
Pemerintahanrdquo Pada kepemimpinan 5 (lima) tahun mendatang percepatan
pembangunan infrastruktur akan menjadi fokus utama
Sementara itu misi pembangunan Provinsi Kalimantan Barat yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut
1 Mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur
Percepatan pembangunan infrastruktur ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah serta perbatasan Indeks infrastruktur
Kalimantan Barat direncanakan mencapai 5993 di Tahun 2019
Sasaran dari misi ini adalah peningkatan ketersediaan infrastruktur pasokan
tenaga listrik jaringan transportasi (yang meliputi pelayanan konektivitas dan
keselamatan) kapasitas dan kualitas jalan ataupun jembatan Pengelolaan
Sumber Daya Air kualitas infrastruktur permukiman perdesaan (sesuai dengan
Indeks Desa Membangun) maupun perkotaan ketaatan terhadap rencana tata
ruang meningkatnya Infrastruktur daerah serta perbatasan
2 Mewujudkan tata kelola pemerintahan berkualitas dengan prinsip-prinsip Good
Governance
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan
daerah dengan target Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai SAKIP Prov
Kalimantan Barat mencapai A pada tahun 2025
Hal ini ditunjukkan dengan sasaran peningkatan pada kualitas Kelitbangan
untuk mendukung kebijakan daerah Indeks Kepuasan Pelayanan DPRD
pelayanan umum pengelolaan administrasi keuangan dan aset di lingkungan
Sekretariat Daerah dan Rumah Jabatan kelembagaan perangkat daerah yang
tepat fungsi dan tepat ukuran penyelenggaraan ketatalaksanaan pemerintah
daerah penataan sistem manajemen SDM Aparatur berdasarkan merit system
Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Desa Pengelolaan Arsip Daerah pembinaan
dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah terselenggaranya Penataan
Daerah dan Pembinaan Wilayah terkoordinirnya dan tertatanya kegiatan
kerjasama dalam negeri dan luar negeri dalam menunjang pembangunan di
Provinsi Kalimantan Barat meningkatnya pengelolaan wilayah perbatasan
meningkatnya komunikasi kebijakan pembangunan daerah
3
3 Mewujudkan masyarakat yang sehat cerdas produktif dan inovatif
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dengan indikator sasaran
peningkatan IPM dari angka 6626 menjadi 672 di tahun 2019 Sasaran misi ini
adalah meningkatkan kualitas pendidikan kebudayaan dan literasi peningkatan
kualitas kesehatan meningkatkan kualitas pemuda meningkatakan capaian
indeks pembangunan gender dan Indeks pemberdayaan gender meningkatakan
perlindungan terhadap perempuan dan anak meningkatkan ketersediaan
keterjangkauan dan pemanfaatan pangan meningkatakan fasilitasi program KB
Keluarga Sejahtera dan Pengendalian Penduduk
4 Mewujudkan masyarakat sejahtera
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarat secara merata
mengurangi kemiskinan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi dari 506
ditargetkan 520 pada tahun 2019 dan jumlah desa mandiri dari 1 ditargetkan
mencapai 63 desa mandiri Selanjutnya tujuan lainnya adalah mengurangi
kemiskinan dan pengangguran dengan target menurunkan angka tingkat
penggangguran terbuka dari 413 menjadi 390 pada tahun 2019 Beberapa
sasarannya terkendalinya penyakit menular strategis zoonosis meningkatnya
produksi peternakan terwujudnya kedaulatan pangan sektor keluatan dan
perikanan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produksi perikanan
5 Mewujudkan masyarakat yang tertib
Hal ini bertujuan meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat
Sasaran dari misi ini adalah meningkatkan skor Indeks Demokrasi Aspek
Kebebasan Sipil dari 9715 menjadi 9735 di tahun 2019 penyelenggaraan
pelayanan Trantibumlinmas meningkatnya jumlah orang atau kelompok
masyarakat miskin yang memperoleh bantuan hukum litigasi dan non litigasi
meningkatnya upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam rangka pengurangan
risiko bencana meningkatkan penanganan kedaruratan dan pendistribusian
logistik pada daerah terkena bencana meningkatkan penanganan rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana
6 Mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan
target sasaran Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kalimantan Barat Tahun 2019
di angka 6620 Dengan sasaran lainnya menurunnya luas kerusakan Kawasan
hutan melalui rehabilitasi hutan dan layanan krisis dan ketaatan terhadap
pencana tata ruang meningkat
4
122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dijabarkan ke
dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan
pembangunan tahunan yang disusun berikut rancangan prioritas dan sasaran
pembangunan daerah
a Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Kondisi infrastruktur di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2018 apabila
dilihat dari Indeks Infrastruktur adalah sebesar 5661 Angka Indeks Infrastruktur
merupakan indeks yang menggambarkan kondisi infrastruktur di Kalimantan Barat
pada tahun 2018 yang meliputi variabel Jalan Kondisi Mantap Provinsi sebesar
4971 Irigasi Kondisi Mantap sebesar 4676 Rumah Tangga Bersanitasi
sebesar 4838 Rumah Tangga dengan Air Bersih sebesar 5520 dan Rasio
Elektrifikasi sebesar 83 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan
dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas
Perhubungan dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kalimantan Barat
Untuk tahun 2020 indeks infrastruktur Kalimantan Barat ditargetkan
meningkat menjadi 6300 yang tentunya merata di seluruh Kabupaten Kota di
Kalimantan Barat
Tabel I1
Target Indeks Infrastruktur Kalimantan Barat Tahun 2020 Indikator Kondisi
Awal (2018)
Taget
2019 2020
1 2 3 4
Persentase Panjang Jalan Provinsi Dalam Kondisi Mantap
4971 5668 6219
Rumah Tangga Sanitasi 4838 5188 5549
Persentase Akses Penduduk Air Minum
5520 5830 6120
Rasio Elektrifikasi 8300 8500 8700
Persentase Irigasi Provinsi dalam Kondisi Baik
4676 4778 4890
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tahun 2020 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMD Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2018 ndash 2023 dimana tahun 2020 ditetapkan sebagai
Tahap Percepatan (Pemerataan infrastruktur dasar dan aksesibilitas antar wilayah
dalam rangka percepatan mewujudkan desa mandiri) Pembangunan dalam tahap
kedua lebih diarahkan pada upaya peningkatan status desa menuju desa mandiri
Apalagi bila dikaitkan dengan target RPJMD yang menetapkan sasaran pada
pencapaian desa mandiri tahun 2023 kurang lebih 400 desa mandiri Oleh karena
itu salah satu pilihan strategi yang memiliki dampak bagi peningkatan status desa
5
mandiri diantaranya melalui Pemerataan infrastruktur dasar serta pemerataan
aksesibilitas antar wilayah
b Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah
Kualitas tata kelola pemerintahan daerah di Provinsi Kalimantan Barat yang
diukur melalui Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah berada pada kondisi baik dimana nilai Indeks Reformasi
Birokrasi berada pada nilai B Dan Nilai SAKIP berada pada predikat B dengan
nilai 6401 Untuk Kabupaten Kota di Kalimantan Barat dari 14 Kabupaten Kota
hanya 1 daerah yaitu Kota Pontianak yang sudah mendapatkan predikat BB pada
nilai SAKIP12 kabupaten dengan predikat B dan yang lainnya masih berada
pada predikat CC dan C pada tahun 2018
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa
Perangkat Daerah yaitu Biro Adminsitasi Pembangunan dan Pengadaan Barang
dan Jasa Biro Pengelolaan Aset Biro Hukum Biro Humas dan Protokol serta Biro
Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Barat Selain itu juga didukung
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Kepegawaian Daerah
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Penelitian dan
Pengembangan Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Daerah Provinsi Kalimantan Barat
c Mewujudkan Masyarakat Sejahtera
Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan melalui beberapa
indikator yaitu
- Pertumbuhan Ekonomi tahun 2018 ada di angka 506 tahun 2019 535 dan
ditargetkan tumbuh 535 pada tahun 2020
- Penurunan Angka Kemiskinan sebelumnya 737 (2018) 692 (2019)
ditargetkan 643 pada tahun 2020
- Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka sebelumnya 413 (2018) 390
(2019) ditargetkan menurun 363 pada tahun 2020
- Gini Rasio Kalimantan Barat ditargetkan menjadi 032 pada tahun 2020
- Jumlah Desa Mandiri di Kalimantan Barat dari 1 (2018) 63 (2019 namun
tercapai 87) ditarget 159 desa pada tahun 2020
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa
Perangkat Daerah yaitu Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Dinas
Perkebunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pangan
Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Kehutanan Dinas Kelautan dan
Perikanan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pemuda Olahraga dan
6
Pariwisata Dinas Koperasi dan UKM Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Sosial Pada tahun 2020
berikut target mewujudkan masyarakat sejahtera
Tabel I2
Target Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Tahun 2020
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tabel I3
Target Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kota Tahun 2020 No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 850 ndash 842 842 ndash 833
2 Bengkayang 742 ndash 738 738 ndash 736
3 Landak 1319-1212 1212-1202
4 Mempawah 584 ndash 582 582 ndash 581
5 Sanggau 457 ndash 455 455 ndash 451
6 Ketapang 1163-1093 1093-1084
7 Sintang 1027-1018 1018-1015
8 Kapuas Hulu 1001-938 938-931
9 Sekadau 647-640 640-638
10 Melawi 1277-1250 1250-1247
11 Kayong Utara 1006-986 986-983
12 Kubu Raya 540 ndash 522 522-518
13 Kota Pontianak 536-535 535-534
14 Kota Singkawang 578 ndash 535 535 ndash 531
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tabel I4
Target Tingkat Penganggauran Terbuka Kabupaten Kota Tahun 2020
No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 334 ndash 332 332 ndash 329
2 Bengkayang 240 ndash 238 238 ndash 235
3 Landak 229 ndash 226 226 ndash 224
4 Mempawah 617 ndash 615 615 ndash 543
5 Sanggau 247 ndash 243 243 ndash 239
No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 525 ndash 529 533 ndash 537
2 Bengkayang 584 ndash 602 610 ndash 620
3 Landak 525 ndash 529 530 ndash 533
4 Mempawah 521 ndash 529 535 ndash 537
5 Sanggau 471 ndash 492 509 ndash 513
6 Ketapang 741 ndash 761 771 ndash 781
7 Sintang 539 ndash 545 549 ndash 551
8 Kapuas Hulu 542 ndash 548 550 ndash 554
9 Sekadau 583 ndash 585 587 ndash 589
10 Melawi 488 ndash 497 501 ndash 506
11 Kayong Utara 545 ndash 550 551 ndash 553
12 Kubu Raya 673 ndash 683 690 ndash 696
13 Kota Pontianak 550 ndash 562 585 ndash 591
14 Kota Singkawang 576 ndash 600 615 ndash 623
7
6 Ketapang 323 ndash 321 321 ndash 319
7 Sintang 158 ndash 156 232 ndash 230
8 Kapuas Hulu 280 ndash 274 156 ndash 154
9 Sekadau 315 ndash 311 274 ndash 268
10 Melawi 39 ndash 392 311 ndash 307
11 Kayong Utara 393 ndash 392 392 ndash 391
12 Kubu Raya 656 ndash 643 643 ndash 629
13 Kota Pontianak 505 ndash 493 493 ndash 481
14 Kota Singkawang 542 ndash 535 535 ndash 528
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
d Mewujudkan Masyarakat yang Tertib
Misi ini bertujuan untuk meningkatkan ketentraman dan ketertiban
masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat Keberhasilan pencapaian misi ini
ditunjukan dengan indikator yaitu tidak adanya Konflik Sosial yang terjadi di
Kalimantan Barat dan meningkatnya indeks kebebasan sipil dari 9715 (2018)
menjadi 9735 (2019) sementara itu tahun 2020 ditargetkan mendapat 9755
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa Perangkat
Daerah yaitu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Satuan Polisi Pamong Praja
Biro Hukum Sekretariat Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Provinsi Kalimantan Barat
e Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Misi mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan bertujuan untuk
meningkatnya kualitas lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Barat
Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan indikator Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup mencapai angka 6620 (2019) dan tahun 2020 ditargetkan
pada angka 6640 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh
beberapa Perangkat Daerah yaitu Dinas Perumahan Rakyat Kawasan
Permukiman dan Lingkungan Hidup Dinas Kehutanan dan Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Barat
13 TANTANGAN DAERAH
131 Tantangan Ekonomi Daerah
Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan merupakan kekuatan utama
perekonomian di Kalimantan Barat PDRB sektor pertanian tumbuh 50 persen dan
memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan
Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019 Sektor Pertanian Kehutanan dan
Perikanan banyak disumbang oleh hasil Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan
Karet Sejalan dengan tersebut serapan tenaga kerja di Kalimantan Barat cukup
mencerminkan kesesuaian dengan struktur PDRB Lapangan usaha penyerap tenaga
kerja utama di Provinsi Kalimantan Barat adalah lapangan usaha pertanian Dengan
8
demikian upaya mempertahankan maupun meningkatkan kinerja lapangan usaha
pertanian di Kalimantan Barat perlu menjadi perhatian serius
Sementara itu terkait dengan ketenagakerjaaan Kalimantan Barat tahun 2019
jumlah penduduk pencari kerja meningkat sebesar 577 persen dibandingkan dengan
Agustus 2018 Meningkatnya jumlah pengangguran disebabkan adanya penurunan
penyerapan tenaga kerja pada beberapa lapangan usaha Dalam evaluasi RKPD
Tahun 2020 juga dicantumkan mengenai permasalahan tingginya angka
pengangguran di Kalimantan Barat sehingga perlu dilakukan langkah kongkrit dalam
upaya mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan kerja yang
berkualitas Selain itu permasalahan lainnya tenaga kerja belum terserap sesuai
pasar kerja dan belum terserap secara maksimal di berbagai sektor lapangan usaha
Dilihat dari segi pembiayaan pemerintah sudah meluncurkan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) untuk mempermudah pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan
yang murah KUR ditargetkan secara nasional 60 persennya menyasar pada sektor
produktif Sehingga sesuai dengan sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan yang
menjadi kekuatan Kalimantan Barat Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada
Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp 179 Triliun Pemerintah Daerah perlu
menseriusi perannya sebagai penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima
KUR Harapannya UMKM dapat mendorong perekonomian Kalimantan Barat
Dari segi infrastruktur kondisi jalan Provinsi dari tahun 2013 hingga tahun 2017
dalam kondisi mantap terus mengalami perbaikan akan tetapi pada tahun 2018
persentase jalan provinsi dalam kondisi mantap mengalami penurunan menjadi
sebesar 4971 persen Sejalan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo pada tahun
2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur pembangunan jalan juga menjadi fokus
dari Pemerintah Dearah Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam
proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai
Jalur Transportasi bagi masyarakat dan kondisi jalan akan sangat berpengaruh
133 Tantangan Sosial Kependudukan
Berdasarkan data Agregat Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018 semester II berjumlah sekitar 5422814 jiwa 5148 persen atau 2791477
jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4852 persen atau 2631337 jiwa adalah
perempuan Dengan luas wilayah 147307 Km2 maka kepadatan penduduk
Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 37 jiwa km2
Berdasarkan kelompok umur sebesar 6980 persen atau sebanyak 3784929
jiwa merupakan kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun) Tingginya penduduk
usia produktif memberikan keuntungan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat
9
Sementara itu untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2018 yakni sebesar 2529
persen atau sebanyak 1371397 jiwa sedangkan untuk penduduk usia lanjut usia
(kelompok 65 tahun ke atas) sebesar 491 persen atau sebanyak 266488 jiwa
Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengetahui seberapa banyak
penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas Pendidikan sesuai
dengan jenjang pendidikannya Selama periode 2014-2018 APM SDMI telah berada
di atas angka 90 persen Hal ini menunjukkan sebesar 90 an persen penduduk
kelompok umur 7-12 tahun bersekolah dijenjang SD sementara APM SMPMTS masih
di angka 70 persen dan APM SMASMKMTS masih di bawah 70 persen Berdasarkan
Pendidikan Penduduk Provinsi Kalimantan Barat pada Semester I Tahun 2019
terdapat 146 juta belumtidak sekolah 804 ribu tamat SDSederajat 147 tamat
SDSederajat 700 ribu tamat SLTPSederajat 767 ribu tamat SLTASederajat 53 ribu
menempuh Pendidikan D1D2 53 ribu menempuh pendidikan akademiD3S Muda
133 ribu menempuh pendidikan D4S1 4 ribu menempuh Pendidikan S2 dan 444
menempuh Pendidikan S3
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Barat masih
terdapat 524 persen balita dengan status gizi buruk dan 1859 persen balita dengan
status gizi kurang Balita gizi buruk dan gizi kurang tersebar di 14 (empat belas)
kabupatenkota se-Kalimantan Barat Kabupaten Melawi merupakan Kabupaten
dengan persentase balita dengan status gizi buruk sebsar 869 persen Sedangkan
Kabupaten Sambas merupakan Kabupaten dengan persentase balita dengan status
gizi kurang terbesar yakni 2605 persen Jika dibandingkan hasil Riskesdas tahun
2013 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 telah mengalami
penurunan
133 Tantangan Geografi Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat merupakan Provinsi terluas ke-4 di Indonesia dengan
luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih luas dari seluruh pulau Jawa
Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (6302) dan areal
perkebunan mencapai 2469386 ha atau 1682 persen Sementara itu areal untuk
pemukiman hanya berkisar 035 persen
Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019
Dengan luas wilayah ini menjadi tantangan pemerintah membuka akses jalan antar daerah yang banyak terpisah oleh sungai dan hutan Pembangunan infrastruktur menjadi kunci utama Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai Jalur Transportasi bagi masyarakat
Danau Sentarum Kapuas HuluPada musim penghujan tiba Danau Sentarum akan tergenang air selama 6-14 meter Sementara itu pada musim kemarau 80 persen air danau akan mengering
BAB II
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
EKONOMI
REGIONAL
10
21 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL
211 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010 (ADHK) Provinsi
Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar Rp13712 triliun sedangkan berdasarkan
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai sebesar Rp21232 triliun dengan PDRB
per kapita mencapai sebesar Rp4188 juta Sementara itu PDB Indonesia tahun 2019
mencapai Rp158339 triliun dan kontribusi PDRB Provinsi Kalimantan Barat hanya
sebesar 134 persen terhadap pembentukan PDB nasional
Tabel II1
PDRB Atas Dasar Berlaku dan Harga Konstan Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (triliun rupiah)
No PDRB Tahun 2018 Total Tahun 2019 Total
I II III IV I II III IV
1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
4692 4643 4986 5095 19403 4689 5060 5452 5586 21232
2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan
3215 3136 3328 3385 13058 3376 3294 3491 3545 13712
3 Laju Pertumbuhan Kalbar
511 518 501 507 506 507 508 495 466 500
4 Laju Pertumbuhan Nasional
506 527 517 518 517 518 507 505 497 502
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
a Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019
mengalami perlambatan yaitu hanya 500 persen apabila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yaitu sebesar 506 persen dan lebih rendah jika dibandingkan
dengan kinerja perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 502 persen hal ini
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian
11
Grafik II1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
Sumber data BPS Kalbar 2019(diolah)
Tren pertumbuhan ekonomi per-triwulanan Kalimantan Barat tahun 2019
mengalami penurunan sejak triwulan II sebesar 508 persen menjadi 466 persen
pada triwulan IV hal ini dialami juga pertumbuhan ekonomi nasional yang
cenderung menurun sejak triwulan I sebesar 518 persen menjadi 497 persen
pada tiwulan IV Penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulanan tahun 2019
utamanya didorong oleh Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
sebesar 661 persen Real Estate sebesar 543 persen dan Jasa Perusahaan
sebesar 483 persen
b Nominal PDRB
PDRB Kalimantan Barat atas dasar harga yang berlaku tahun 2019 adalah
sebesar Rp21232 triliun atau naik 943 persen dibandingkan tahun sebelumnya
dimana pertumbuhan yang dominan adalah sektor pembentuk Jasa Lainnya
Industri Pengolahan dan Jasa Kesehatan dan Sosial sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2019 adalah sebesar Rp13712 triliun atau naik 501 persen
dibandingkan tahun 2018
1) PDRB Menurut Pengeluaran
Perkembangan PDRB dari menurut pengeluaran ADHK secara triwulanan
pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan pada triwulan III dan IV khusus
untuk triwulan IV dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seluruh komponen
terjadi peningkatan kecuali komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 869
persen dan komponen Pengeluaran Konsumsi LNRT sebesar 233 persen
12
Tabel II2
PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat atas dasar Harga Konstan (ADHK)
No Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)
I II III IV
1 Konsumsi Rumah Tangga 1794 1843 1813 1825
2 Konsumsi LNRT 041 043 043 042
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 345 355 386 469
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 968 997 1045 1087
5 Perubahan Inventori 090 (060) - 131
6 Ekspor 347 390 449 410
7 Impor 163 274 321 419
PDRB 3376 3294 3491 3545
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Laju pertumbuhan PDRB (ADHK) menurut pengeluaran selama tahun 2018
dan tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel II3
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran
No Komponen 2018 2019
(triliun Rp)
() (triliun Rp)
()
1 Konsumsi Rumah Tangga 6965 564 7275 496
2 Konsumsi LNPRT 156 968 169 886
3 Konsumsi Pemerintah 1490 382 1555 502
4 Modal Tetap Bruto 4041 282 4097 139
5 Perubahan Inventori 115 - 161 -
6 Ekspor Barang Jasa 1486 366 1596 1012
7 Impor Barang dan Jasa 1189 2864 1177 586
PDRB 13058 506 13712 500
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Kalimantan Barat 2019
yang tertinggi adalah komponen Ekspor Barang dan Jasa yaitu 1012 persen
dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun selanjutnya adalah Konsumsi
LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan jasa utamanya
berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan
Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet
Perkembangan PDRB menurut pengeluaran ADHB secara triwulanan
tahun 2019 cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya kecuali
komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 124 persen
13
Tabel II4
PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
` Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)
I II III IV
1 Konsumsi Rumah Tangga 2785 2847 2817 2824
2 Konsumsi LNRT 066 069 067 072
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
496 531 634 746
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1604 1634 1727 1851
5 Perubhan Inventori 166 (093) - 141
6 Ekspor 432 685 646 638
7 Impor 337 613 524 686
PDRB 4689 5060 5452 5586
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Distribusi PDRB (ADHB) menurut pengeluaran selama tahun 2018 dan
tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel I5
Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
No Komponen 2018 2019
(triliun Rp)
() (triliun Rp)
()
1 Konsumsi Rumah Tangga 10478 5436 11273 5321
2 Konsumsi LNPRT 233 122 274 129
3 Konsumsi Pemerintah 2259 1161 2407 1129
4 Modal Tetap Bruto 6312 3302 6816 3210
5 Perubahan Inventori 257 091 214 098
6 Ekspor Barang dan Jasa 1954 1009 2401 1185
7 (-) Impor Barang dan Jasa 2250 1101 2160 1111
PDRB 19403 10000 21232 10000
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
PDRB (ADHB) Kalbar tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar
Rp1829 triliun (943 persen) menjadi sebesar Rp21232 triliun dibandingkan
tahun 2018 Konsumsi rumah tangga memiliki porsi hingga 5321 persen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3210 persen dan konsumsi
Pemerintah hanya sebesar 1129 persen Sebagai komponen utama PDRB
konsumsi rumah tangga meningkat sebesar Rp795 triliun (759 persen) seiring
dengan membaiknya tingkat pendapatan per kapita masyarakat Kalimantan
Barat meningkat menjadi sebesar 4188 juta atau 797 persen dari tahun yang
14
lalu namun tidak diikuti kontribusinya yang mengalami penurunan sebesar 115
persen
a) Konsumsi
Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar
2019 terhadap Laju pertumbuhan komponen Konsumsi Rumah Tangga
mengalami penurunan sebesar 068 persen dibandingkan tahun
sebelumnya walaupun dari segi nilai nominal ADHB terjadi peningkatan
sebesar Rp795 triliun atau 759 persen yang disebabkan oleh pergeseran
pola konsumsi masyarakat akibat perkembangan teknologi yakni
pergeseran jenis konsumsi masyarakat dari barang-barang konsumsi
(makanan minuman barang-barang lainnya) kepada kebutuhan lainnya
(jasa kesehatanpendidikanrekreasi)
Tabel I6
Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar 5438 5436 5321
2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 9651 10478 11273
3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 6590 6965 7275
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 456 564 496
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
b) Investasi
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMBT) kontribusinya terhadap PDRB
tahun 2019 adalah sebesar 3210 persen turun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang sebesar 3302 sementara itu secara nominal berdasarkan
ADHB nilainya naik sebesar Rp504 miliar dan laju pertumbuhan
komponennya turun sebesar 143 persen dibandingkan dengan tahun 2018
Tabel I7
Pengaruh Komponen PMTB terhadap PDRB Kalimantan Barat 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 3371 3302 3210
2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 5982 6312 6816
3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 3930 4041 4097
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 233 282 139
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat
pada tahun 2019 mencapai sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25
15
triliun atau 1897 persen dibandingkan dengan tahun 2018 Realisasi
investasi PMDN dan PMA belum sesuai dengan target RPJMD Provinsi
Kalimantan Barat yang ditetapkan sebesar sebesar Rp1875 triliun
Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing
sebesar Rp799 triliun mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya Rp14 triliun sedangkan realisasi investasi PMDN sebesar
Rp769 triliun juga mengalami penurunan sebesar Rp11 triliun Hal ini terjadi
tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa
mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah yang
akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single
Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi
oleh berbagai instansi terkait baik di pusat dan daerah
Grafik II2
Perkembangan Investasi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
SumberBPMPTSP Prov Kalbar
c) Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah pada tahun 2019 memberikan kontribusi
terhadap perekonomian Kalimantan Barat sebesar 1129 persen menurun
dibanding tahun sebelumnya yakni 1161 persen dilihat secara nominal
mengalami kenaikan sebesar Rp148 triliun Laju pertumbuhan mengalami
peningkatan yaitu sebesar 502 persen kebijakan pemerintah pusat yang
cenderung meningkatkan Belanja Negara hingga sebesar Rp87030 miliar
sekitar 287 persen dan juga transfer ke daerah khususnya Dana Desa
sebesar Rp29671 sekitar 1750 persen maka Pemda diharapkan semakin
kreatif dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk pembangunan di
daerah dalam rangka stabilitas pertumbuhan ekonominya
Tabel I8
Pengaruh Komponen Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
16
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 116 1161 1129
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 2059 2259 2407
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1432 1490 1555
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 521 382 502
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
d) Ekspor dan Impor
Kontribusi ekspor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019
sebesar 1185 persen mengalami kenaikan 176 persen dibandingkan tahun
sebelumnya secara nominal terjadi kenaikan sebesar Rp447 triliun
termasuk laju pertumbuhan komponen ekspor juga mengalami kenaikan
sebesar 646 persen dibandingkan tahun 2018
Tabel I9
Pengaruh Komponen Ekspor Barang dan Jasa terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Kinerja ekspor Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai US$116866
juta mengalami kenaikan US$16770 juta dibandingkan dengan tahun 2018
peningkatan didukung oleh naiknya Komoditas ekspor Biji Kerak dan Abu
Logam sebesar US$17422 atau 7871 persen Lemak dan Minyak
HewanNabati sebesar US$5517 atau 7193 persen dan Karet dan Barang
dari karet US$3081 atau 5555 persen dan terjadi penurunan terhadap
volume dan nilai ekspor alumina serta minyak kelapa sawit atau CPO karena
adanya pembatasan dari Uni Eropa
Komoditas ekspor utama adalah Biji Kerak dan Abu Logam sebesar
US$42777 juta Bahan Kimia Anorganik mencapai US$37577 juta serta
Lemak dan Minyak HewanNabati mencapai US$13187 juta dengan negara
tujuan ekspor masih didominasi negara Asia dengan kontribusi sebesar
9642 persen yaitu Tiongkok sebesar US$49979 juta Malaysia sebesar
US$34262 dan India sebesar US$16908 juta
Kontribusi impor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019
sebesar 1111 persen mengalami kenaikan 010 persen dibandingkan tahun
No Komponen 2017 2018 2019
1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar () 796 1009 1185
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1599 1954 2401
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1434 1486 1596
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 4365 366 1012
17
sebelumnya secara nominal terjadi penurunan sebesar Rp090 triliun
demikian juga laju pertumbuhan komponen mengalami penurunan mencapai
586 persen atau 2278 persen dibandingkan tahun 2018 peningkatan
kebutuhan impor utamanya didukung oleh besarnya permintaan barang dan
bahan baku untuk mendukung kegiatan industri pengolahan
Tabel II10
Pengaruh Komponen Impor Barang dan Jasa terhadap PDRB
Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar ()
581 1101 1111
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1823 2250 2160
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1093 1189 1177
4 Laju Pertumbuhan Komponen () -197 2864 586
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Impor Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar US$48225 juta naik
US$1918 juta dibandingkan dengan tahun 2018 komoditas impor utama
adalah Bahan Bakar Mineral sebesar US$19848 juta Mesin-MesinPesawat
Mekanik sebesar US$13410 juta dan Mesin atau Peralatan Listrik sebesar
US$3071 juta Sebagian besar impor berasal dari negara Asia mencapai
9698 persen yaitu Malaysia sebesar US$19561 juta Tiongkok sebesar
US$19516 juta dan Singapura US$4474 juta
Perekonomian Kalimantan Barat selama tahun 2019 menunjukan
perkembangan walaupun tidak sebaik tahun sebelumnya dengan nilai
neraca perdagangan menunjukan surplus sebesar US$68641 juta masih
lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang mengalami surplus sebesar
US$53789
c PDRB per kapita
PDRB per kapita Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 (ADHB) mencapai
Rp4188 juta terjadi peningkatan sebesar 797 persen dibandingkan tahun 2018
namun masih jauh dibawah PDB per kapita nasional yaitu sebesar Rp5910 juta
Peningkatan PDRB per kapita tersebut ternyata belum dinikmati oleh seluruh
lapisan masyarakat karena masih terdapat beberapa masyarakat yang berada
dibawah garis kemiskinan hal ini ditunjukan oleh koefisien gini rasio Kalimantan
Barat 2019 sebesar 0318 yang menunjukan adanya ketimpangan pendapatan
atau kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat artinya pengeluaran
penduduk masih berada kategori ketimpangan yang sedang
18
Tabel II11
PDRB Per Kapita Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
PDRB Per Kapita Kalimantan Barat
Tahun 2017-2019
Uraian 2017 2018 2019
PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku
Nilai (Juta Rupiah) 3598 3879 4188
Nilai (US $) 268929 261953 296000
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 20189(diolah)
212 Suku Bunga
Berdasarkan sumber data Bank Indonesia periode Januari 2019 sd Mei 2019 BI Rate
berada pada level 600 persen kemudian bulan Juni sd September cenderung turun pada
level 575 ndash 525 persen selanjutnya pada bulan Oktober sd Desember 2019 meningkat
hingga level 500 persen Tren menurunnya BI Rate tersebut merupakan antisipasi
terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami penurunan dan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Global
Grafik II3
BI Rate Tahun 2019
Sumber data BI 2019 (diolah)
Apabila dicermati bahwa kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal
perekonomian Indonesia merupakan dasar dalam mempertimbangkan penurunan suku
bunga kebijakan Penurunan ini sejalan dengan inflasi yang tetap rendah yaitu kisaran
263 persen dan tetap dapat menarik imbal hasil aset keuangan domestik Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut diantaranya
1 Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang diperkirakan
akan menahan suku bunga di level 15-175 hingga akhir tahun 2020 Hal ini di
19
dorong perekonomian AS masih tumbuh kuat berkisar 2 dengan inflasi 18 yang
artinya perekonomian AS masih ekspansif
2 Di sisi lain kesepakatan perang dagang antara AS dan China tekanan Brexit yang
menurun serta risiko geopolitik yang juga mereda turut memberikan pijakan bagi
bank-bank sentral untuk tidak mengubah arah kebijakan (stance) suku bunga
acuannya
3 Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor eksternal
yakni adanya kecenderungan bank-bank sentral menahan suku bunga acuan
lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya yang masih sesuai dengan
target
4 Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan perkiraan inflasi yang
terkendali dalam kisaran sasaran stabilitas eksternal yang terjaga serta upaya
untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah
perekonomian global yang melambat
5 Kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan terus
diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi
213 Inflasi
Secara umum laju inflasi Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 263 persen dibawah
laju inflasi nasional yaitu 268 persen laju inflasi tahun 2019 ini lebih rendah dibandingkan
dengan dua tahun sebelumnya yaitu 399 persen (tahun 2018) dan 383 persen (tahun
2017)
Grafik I4
Inflasi Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2017-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif
begitu pula inflasi nasional Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen
lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang hanya mencapai 055 persen
Tekanan inflasi ini terjadi adanya peningkatan pada kelompok bahan makanan yang
disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok makanan jadi
20
minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan legislative
yang dilakukan serempak pada tahun 2019 turut mendorong risiko tekanan pada
kelompok makanan Disisi lain Kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan
pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen atau terjadi kenaikan indeks
dari 13658 pada November 2019 menjadi 13829 pada Desember 2019 hal tersebut
dipengaruhi tingginya permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara
tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan ban luar mobil selama periode
Desember dan Tahun Baru pergerakan inflasi bulanan seperti pada tabel dibawah ini
Grafik I5
Laju Inflasi bulanan dan tahunan Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2018-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
Terkendalinya laju inflasi tidak terlepas dari keberadaan forum Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) Kalbar yang dibentuk sebagai wadah koordinasi guna menjaga
kestabilan dan keterjangkauan harga di seluruh wilayah Provinsi Kalbar beberapa upaya
dalam mengendalikan inflasi di Kalimantan Barat antara lain
1 TIPD memfokuskan terutama memitigasi risiko kenaikan harga serta kelancaran
distribusi pasokan bahan pangan
2 Dalam rangka memitigasi risiko kenaikan harga serta distribusi pasokan bahan
pangan strategis tersebut adanya kebijakan yang memacu peningkatan produksi
bahan pangan dan menjaga kelancaran distribusi
3 Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan
komoditas harus diatur oleh pemerintah karena pada dasarnya inflasi sangat terkait
daya beli Daya beli akan membaik jika inflasi rendah dan stabil Daya beli ini juga
mencerminkan miskin tidaknya suatu masyarakat
4 Agar tingkat inflasi bisa dikendalikan mengajak para pengusaha dalam menentukan
harga perlu mempertimbangkan daya beli konsumen Sedangkan untuk konsumen
sendiri harus mampu mengatur tingkat konsumtif
21
214 Nilai Tukar
Menurut data Bank Indonesia (berdasarkan kurs akhir bulanan) nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar AS bergerak melemah puncaknya pada bulan Mei 2019 dan selanjutnya
terjadi koreksi pada akhir tahun (Desember) berangsur-angsur kembali menunjukan
perbaikan
Grafik I6
Nilai Tukar US Dolar Terhadap Rupiah Tahun 2019
Sumber data BI 2019
Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka
Rp14313- per US Dollar dan menunjukan perbaikan sampai dengan bulan Juli hingga
menyentuh pada level Rp13956- per US Dollar namun kembali melemah pada Agustus
2019 pada level Rp14166- per US Dollar dan menguat pada akhir tahun 2019 pada
Rp13831- per US Dollar
Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank
Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral
Amerika) yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi
negara maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang
negara emerging market termasuk Rupiah dan disamping juga pengaruh melemahnya
dolar AS terhadap semua mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak
menaikkan tingkat suku bunga terdapat beberapa faktor yang mendorong pergerakan
nilai tukar menjadi stabil dan menguat antara lain
1 Kebijakan suku bunga Tanah Air sudah membuat imbal hasil aset keuangan
Indonesia termasuk obligasi menjadi menarik arus modal asing masuk ke Indonesia
dan menambah pasokan valas di dalam negeri
2 Tingkat kenaikan suku bunga di dunia khususnya di Amerika yang lebih rendah dari
yang diperkirakan
3 Defisit neraca perdagangan atau transaksi berjalan Indonesia yang lebih rendah
dari tahun lalu
22
4 Pasar semakin berkembang di mana saat ini terdapat pasar SWAP dan pasar
transaksi forward atau yang disebut domestic non delivery forward (DNDF)
sementara sebelumnya transaksi valas hanya di pasar tunai atau spot
22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN
221 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Human Development Index (HDI)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo
terjadi peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun
2018 (berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional
7081 Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni
sebesar 6720 poin
Dalam kurun waktu 2014-2018 angka IPM Kalbar mengalami tren perbaikan dan
berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah
masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun
Grafik II7
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2014 sd 2018
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
Rendahnya IPM Kalimantan Barat jika dibandingkan dengan IPM provinsi lain
karena keterbatasan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan
pendidikan dan pekerjaan
Tabel II12
Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2016 sd 2018
No Keterangan 2016 2017 2018
1 Angka harapan hidup (tahun) 6990 6992 7018
2 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 698 705 712
3 Pengeluaran per Kapita Rp (000) Disesuaikan 8348 8472 8860
4 IPM (indek) 6588 6626 6698
5 Peringkat IPM 29 30 30
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
23
Pembangunan Manusia Kalimantan Barat pada tahun 2018 terus mengalami
kemajuan hal ini disebabkan telah berhasil meningkatan 3 aspek esensial diantaranya
angka harapan hidup tumbuh sebesar 037 persen per tahun rata-rata lama sekolah
tumbuh sebesar 192 persen dan pengeluaran per kapita meningkat sebesar 185
persen Pada periode tahun 2018 terdapat 3 (tiga) kabkota dengan pembangunan
manusia yang paling cepat yaitu Kab Mempawah (141 persen) Kab Sintang (141
persen) dan Kab Kubu Raya (139 persen) hal tersebut didorong oleh meningkatnya
dimensi pendidikan di wilayah tersebut sebagaimana pada tabel berikut
Tabel II13
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalbar dan Kabupatenkota 2015-2018
No KabKota 2015 2016 2017 2018
1 Sambas 6414 6494 6592 6661
2 Bengkayang 6465 6545 6599 6685
3 Landak 6412 6458 6493 6545
4 Mempawah 6337 6384 6400 6490
5 Sanggau 6305 639 6461 6515
6 Ketapang 6403 6474 6571 6641
7 Sintang 6418 6478 6515 6607
8 Kapuas Hulu 6373 6383 6418 6503
9 Sekadau 6234 6252 6304 6369
10 Melawai 6378 6425 6443 6505
11 Kayong Utara 6009 6087 6152 6182
12 Kubu Raya 6502 6554 6631 6723
13 Kota Pontianak 7752 7763 7793 7856
14 Kota Singkawang 7003 701 7025 7108
15 KALIMANTAN BARAT 6559 6588 6626 6698
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 2019 BPS
Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengalokasikan Dana Transfer
khususnya DAK Fisik dan Dana Desa yang diharapkan penggunaan dan hasil program
pembangunannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat
222 Tingkat Kemiskinan
Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat mengalami fluktuatif baik dari sisi
jumlah maupun prsentasenya Selama tahun 2019 jumlah penduduk miskin telah
24
dapat ditekan cukup signifikan dari 378410 orang menjadi 370470 0rang
Penurunan terjadi pada penduduk miskin di pedesaan berkurang sebanyak 8580
orang sedangkan penduduk miskin di perkotaan bertambah sebanyak 640 orang
hal ini menunjukan kemampuan perekonomian masyarakat pedesaan mulai
membaik
Grafik II8
Jumlah Penduduk Miskin
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Adapun tingkat kemiskinan Kalimantan Barat bulan September 2019 sebesar
728 persen menurun jika dibandingkan dengan Maret 2019 sebesar 749 persen
namun masih di bawah tingkat kemiskinan nasional sebesar 922 persen
sebagaimana tabel berikut
Grafik II9
Tingkat Kemiskinan
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Garis kemiskinan Kalimantan Barat cenderung meningkat setiap periode pada
bulan September 2019 sebesar Rp452899 per kapitabulan meningkat Rp14344
dibandingkan bulan Maret 2019 sebesar Rp438555 Garis Kemiskinan Makanan
memiliki peranan 7765 persen sedangkan selebihnya 2235 persen adalah Garis
Kemiskinan Bukan Makanan Apabila dilihat secara regional Kalimantan Garis
Kemiskinan Kalbar adalah yang terendah dan belum beranjak dari tahun ketahun
yaitu hanya sebesar Rp452899- per kapitabulan dan yang tertinggi adalah
25
Kalimantan Utara sebesar Rp667833- perkapitabulan sementara itu nasional
adalah sebesar Rp440538- perkapitabulan
223 Ketimpangan (Gini Ratio)
Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik
apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan
masih lebih baik dari pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380)
Ketimpangan pendapatan terjadi karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan
faktor produksi sehingga pihak-pihak yang memiliki faktor produksi akan
memperoleh pendapatan yang lebih banyak
Grafik I10
Koefisien Gini Rasio Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Pemerintah memiliki peranan penting dalam melakukan distribusi pendapatan
melalui kebijakan fiskal Usaha yang dapat dilakukan adalah meratakan kepemilikan
faktor produksi dengan menetapkan pajak progresif atas pendapatan dan kekayaan
masyarakat berpenghasilan tinggi sedangkan masyarakat berpenghasilan rendah
dapat diberikan kredit lunak sebagai modal usaha dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia melalui program pendidikan pelatihan dan peningkatan layanan
kesehatan
224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran
Angkatan kerja Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai 2479 ribu orang
meningkat 28 ribu orang dibandingkan tahun 2018 Dari jumlah tersebut 9556
persen bekerja sedangkan 444 persen menganggur Kenaikan angkatan kerja pada
tahun 2019 belum sepenuhnya terserap pada lapangan kerja yang tersedia
sebagaimana grafik berikut ini
Grafik I11 Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
26
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat 2018 BPS
23 EFFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN
REGIONAL
Pemda Provinsi Kalimantan Barat melalui RPJMD 2019 ndash 2023 yang dijabarkan
kedalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) telah menetapkan Kebijakan Pembangunan
Ekonomi Makro melalui penetapan serangkaian sasaran indikator makro pembangunan
perekonomian Kalimantan Barat
Prospek pembangunan ekonomi Kalimantan Barat diharapkan selalu mengalami
pertumbuhan dalam arti luas dan berkualitas yaitu
Persentase penduduk di atas 15 tahun yang bekerja menurut Status pekerjaan
didominasi status pekerjaan Utama sebagai BuruhKaryawanPegawai sebanyak
874357 orang atau 3691 persen selanjutnya berusaha sendiri sebanyak 518381
orang atau 2188 persen Pekerja Keluargatak dibayar sebanyak 391053 orang atau
1651 persen dan Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar sebanyak
387960 atau 1638 persen Status pekerjaan utama secara umum mengalami
perubahan jika dilihat kondisi bulan Agustus 2019 dari 7 (tujuh) Status terdapat 3
(tiga) mengalami peningkatan diantaranya yang tertinggi dalam penyerapan tenaga
kerja adalah melalui berusaha sendiri sebesar 1395 persen Pekerja bebas non
pertanian sebesar 945 persen dan Berusaha dibantu buruh tetap sebesar 604 persen
sementara itu yang mengalami penurunan adalah Berusaha dibantu Buruh Tidak
TetapBuruh tidak dibayar sebesar 691 persen Pekerja bebas pertanian sebesar 368
persen Pekerja Keluargatak dibayar sebesar 327 persen dan
BuruhKaryawanPegawai sebesar 080 persen
27
Tabel II14
Prosentase Penduduk gt 15 Tahun Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2019
No Status Pekerjaan Utama
Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan
()
2015 2016 2017 2018 2019
1 Berusaha Sendiri 477000 476969 482849 454906 518381 1395
2 Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar
402000 402219 363557 416748 387960 -691
3 Berusaha dibantu Buruh Tetap
97000 97192 63913 69429 73625 604
4 BuruhKaryawanPegawai 776000 776498 824430 881446 874357 -080
5 Pekerja Bebas Pertanian 132000 131695 167142 54279 52284 -368
6 Pekerja Bebas Non Pertanian
- - - 65798 71355 845
7 Pekerja Keluargatak Dibayar
403000 403250 401307 404275 391053 -327
Total 2288000 2287823 2303198 2346881 2369015 094
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Salah satu indikator penting dalam ketenagakerjaan adalah TPAK (Tingkat
Partisipasi Angkatan Keraj) Yaitu rasio dalam persen antara jumlah angkatan kerja
terhadap penduduk usia kerja (15 tahun) TPAK Kalimantan Barat periode Agustus
2019 sebesar 6830 persen dan jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6865
persen terjadi penurunan Indikator lain yang cukup penting adalah TPT (Tingkat
Pengangguran Terbuka) yaitu rasio dalam persen antara jumlah pengangguran
terhadap angkatan kerja Angka TPT Kalimantan Barat sebesar 445 persen atau
turun 019 persen terhadap periode Agustus 2018 sebesar 426 persen Kondisi ini
menunjukan ke arah perbaikan walaupun belum dapat mengimbangi peningkatan
jumlah penduduk usia kerja yang bukan merupakan angkatan kerja sebanyak 31000
orang disisi lain adanya kesempatan untuk melakukan pengembangan usaha sendiri
1) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong mengatasi kesenjangan seperti
kesenjangan antar wilayah (kabupatenkota) dan kesenjangan antar sektor
pembangunan
2) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong pengurangan Angka
Kemiskinan
3) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong membuka kesempatan kerja
sekaligus upaya Pengurangan Angka Pengangguran
28
Tabel II15
Perkembangan Capaian Indikator Sasaran Ekonomi Kalbar Tahun 2019
No INDIKATOR 2017 2018 2019
TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI
1 Angka Pertumbuhan Ekonomi ()
512 517 594 506 534 500
2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
6717 6626 6656 6698 6720 na
3 Angka Kemiskinan ()
800 788 672 737 751 728
4 Angka Pengangguran ()
463 436 341 426 419 445
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat Tahun 2019 dan BPS Kalbar (diolah)
a) Asumsi dasar penetapan sasaran pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada
tahun 2019 adalah peningkatan investasi sehingga sektor riil semakin tumbuh dan
berkembang termasuk peran pemerintah dalam mendorong Pembentukan Modal
tetap Bruto melalui pembangunan proyek infrastruktur dan selanjutnya adalah upaya
peningkatan berbagai komoditas utama ekspor menjadi fokus utama paska larangan
ekspor hasil tambang mentah selanjutnya pertumbuhan ekonomi ditargetkan
sebesar 534 persen
Berdasarkan data dari BPS bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat
tahun 2019 adalah sebesar 500 persen lebih rendah dari target yang ditetapkan
sebesar 534 persen capaian tahun ini sama dengan capaian tahun 2018 tidak
berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan Kondisi tersebut mengindikasikan
bahwa dalam menentukan target didalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) belum
sesuai asumsi dasar dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah
kemungkinan dari pergerakan ekspor komoditas utama Kalbar yaitu produk karet dan
CPO yang mengalami hambatan
b) Pencapaian sasaran indikator makro pembangunan perekonomian Kalimantan Barat
tahun 2019 secara umum belum mencapai target yang telah disepakati Hal ini perlu
menjadi perhatian Pemda Prov Kalbar dalam menentukan target pencapaian makro
ekonomi hendaknya berdasarkan pertimbangan yang realistis serta berupaya
menggali potensi ekonomi demi pencapaian target yang telah ditetapkan
Vihara SingkawangKo t a Se r i b u K l e n te n g m e r u pa k a n ju l u k a n Ko t a Singkawang Kota Singkawang menjadi salah satu d a e r a h y a n g b a n y a k d i d i a m i k e t u r u n a n e t n i s Tionghoa
BAB III
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
APBN TINGKAT
REGIONAL
28
31 APBN TINGKAT PROVINSI
Untuk mendukung tercapainya program pembangunan tahun 2019 Provinsi Kalimantan
Barat memperoleh alokasi belanja pemerintah pusat (KL) sebesar Rp1049 triliun dengan
realisasi Rp968 triliun Sedangkan alokasi belanja transfer ke daerah mencapai Rp2098
triliun dengan realisasi Rp2034 triliun
Tabel III1 Postur APBN di Kalbar Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)
Uraian Pagu Tahun 2018
Realisasi Tahun 2018
Pagu Tahun 2019
Realisasi Tahun 2019
Pendapatan Negara 808350 768292 89 890381 810926 1098
a Pendapatan Perpajakan 762842 682135 89 837405 728548 8700
- Pajak dalam negeri 730289 641160 88 783956 667813 8219
- Pajak perdagangan internasional
32553 40975 126 53449 60735 114
b PNBP 45508 86157 189 52976 82378 156
Belanja Negara 3073921 2965481 96 3147383 3002273 9537
Belanja Pemerintah Pusat 1113142 1036601 93 1049477 968007 9224
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
1960779 1929626 98 2098406 2034266 9694
Sumber OMSPAN Monev Pa Mebe (diolah)
Dari data diatas dapat diketahui pendapatan negara terealisasi Rp810 triliun atau 109
persen dari target yang telah ditetapkan Realisasi tersebut meningkat 426 miliar atau 555
persen dibanding pendapatan tahun 2018 Penerimaan perpajakan masih menjadi sumber
utama pendapatan negara dengan kontribusi sebesar 82 persen Realisasi pendapatan
pajak tahun 2019 sebesar Rp728 triliun terdiri pajak dalam negeri sebesar Rp667 triliun dan
pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar
Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019
yaitu sebesar Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL)
sebesar Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun
Realisasi Belanja pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer
ke Daerah dan dana desa terealisasi Rp2034 triliun
29
32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
Pendapatan pemerintah pusat yang dihimpun di Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari
penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
321 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi
Salah satu sumber penerimaan negara terbesar berasal dari penerimaan perpajakan
Penerimaan perpajakan adalah penerimaan negara yang terdiri atas pajak dalam negeri
dan pajak perdagangan internasional
Tabel III2 Penerimaan Pajak Dalam Negeri di Kalimantan Barat Tahun 2019 (dalam miliar)
SumberSPAN (diolah)
322 Penerimaan Perpajakan
Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa total realisasi penerimaan perpajakan
di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728 triliun naik 672 persen jika dibandingkan
dengan penerimaan tahun 2018 Dari total penerimaan perpajakan tahun 2019 tersebut
pajak dalam negeri memberikan kontribusi sebesar 9166 persen sedangkan pajak
perdagangan internasional sebesar 834 persen Untuk penerimaan Pajak Dalam Negeri
tahun 2019 sebesar Rp667 triliun mengalami kenaikan Rp26108 miliar atau 407 persen
jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya PPh merupakan penyumbang
penerimaan yang terbesar yakni Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak
Penghasilan (PPn) yakni Rp307 triliun atau 46 persen
Meskipun secara nominal terjadi peningkatan penerimaan pajak di Kalimantan Barat
namun ada beberapa hambatantantangan pencapaian target penerimaan antara lain
adanya ketentuan dibidang pertambangan tentang larangan ekspor mineral mentah
(miliar )No
Pendapatan Perpajakan Target Tahun
Realisasi 2018
Target Tahun Realisasi
2018 2019 Tahun 2019
Pajak Dalam Negeri 730289 641160 783956 667813
1 Pajak Penghasilan (PPh) 373769 302324 370451 320325
2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 328396 305118 376150 307117
3 Pajak Bumi Bangunan (PBB) 16606 25258 26445 30964
4 Pajak lainnya 10638 7423 9287 8403
5 Cukai 880 1037 1623 1001
Pajak Perdagangan Internasional 32553 40975 53448 60735
6 Bea Masuk 3289 3865 3263 3288
7 Bea Keluar 29264 37110 50186 57446
Total Perpajakan 762842 682135 837404 728548
30
sehingga berpengaruh terhadap omset perusahaan di bidang pertambangan dan sektor
pendukungnya penurunan harga sawit yang berpengaruh pada omset dan laba
perusahaan di sektor perkebunan dan industri pengolahan
Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar
meningkat signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018
Dengan perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288
miliar atau 541 persen Didalam pelaksanaan pengawasan kepabeanan cukai terdapat
isu strategis yakni adanya jalur tikus dan jalur gajah yang dijadikan jalur penyelundupan
barang impor di perbatasan Indonesia ndash Malaysia untuk itu perlu dipetakan ulang titik
rawan di perbatasan terutama yang melintasi perkebunan kelapa sawit dengan
melibatkan Kodam Tanjungpura pemilik lahan dan perusahaan kebun sawit
Jika diurai berdasarkan lokasi penerimaan pajak paling banyak disumbangkan oleh
Kota Pontianak sebagai pusat aktivitas perdagangan dan jasa dengan kontribusi
penerimaan sebesar 4270 persen dari total penerimaan pajak di Provinsi Kalimantan
kemudian Kab Ketapang yang didukung dengan keberadaan kawasan industri Ketapang
memberikan kontribusi penerimaan terbesar kedua sebesar 1171 persen Sedangkan
daerah dengan kontribusi penerimaan pajak terkecil adalah Kab Kayong Utara dengan
kontribusi sebesar 094 persen dari total realisasi tahun 2019
Grafik III1
Penerimaan Pajak KabKota 2019
Sumber Kanwil Pajak Prov Kalbar
Untuk melihat kinerja perpajakan selain dari total realisasi pajak juga dilhat dari
perkembangan PDRB daerah tersebut hal ini terwujud dalam tax ratio
00050000
100000150000200000250000300000350000
31
Tabel III3
Perkembangan Tax Ratio Prov Kalbar
Tahun PDRB ADHB Penerimaan Perpajakan Tax ratio
2017 17749365 587434 0033
2018 19419496 642197 0033
2019 21231843 666809 0031
Dari tabel diatas terlihat bahwa meskipun realisasi penerimaan pajak mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya namun tax ratio justru mengalami penurunan ini
terjadi karena rasio penerimaan pajak yang semakin kecil terhadap pertumbuhan PDRB
kalbar Untuk itu perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya
identifikasi dan penggalian potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian
potensi pajak pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara
Pemerintah Pusat maupun Daerah dan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
adanya regulasi untuk melakukan Rekonsiliasi penerimaan pajak antara DJP dengan
pemerintah daerah
323 Penerimaan Negara Bukan Pajak
a Perkembangan PNBP per Jenis PNBP
Penerimaan PNBP berdasarkan jenis PNBP di wilayah Provinsi Kalimantan Barat
hanya terdiri atas PNBP lainnya dan PNBP BLU Tidak terdapat penerimaan PNBP dari
sumber daya alam (SDA) meskipun di wilayah Kalimantan Barat terdapat usaha
pertambangan hal ini dikarenakan penerimaan PNBP sumber daya alam merupakan
penerimaan terpusat dan langsung masuk ke Bagian Anggaran Bendahara Umum
Negara (99999)
Tabel III4
Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat tingkat di Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)
Penerimaan PNBP 2017 2018 2019
Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi
PNBP Lainnya 30108 55263 11727 38725 13991 42092
Pendapatan BLU 5336 6858 33781 47426 38885 40282
Pendapatan SDA - - - -
Bagian Pemerintah atas laba BUMN
- - - -
Jumlah PNBP Kalbar 35444 62121 45508 86151 52876 82375
Sumber SPAN (diolah)
Secara keseluruhan penerimaan PNBP selama tahun 2019 mengalami penurunan
dibandingkan dari tahun sebelumnya sebesar Rp3776 miliar atau 43 persen Komposisi
32
penerimaan PNBP terdiri Pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen
dari total penerimaan PNBP dan PNBP BLU sebesar 49 persen
b Perkembangan PNBP Fungsional
PNBP dapat dibedakan sesuai dengan fungsi KementerianLembaga yang disebut
dengan PNBP Fungsional PNBP Fungsional adalah penerimaan yang berasal dari
pungutan kementerian Negaralembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan
tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat
Tabel III5
Penerimaan PNBP Fungsional terbesar Provinsi Kalbar
URAIAN 2017 2018 2019
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Pendapatan Kepolisian 375 13146 359 14004 13532
Pendapatan jasa bandara kepelabuhan perkapalan amp kenavigasian
3554 3763 3717 5772 6090
Pendapatan pendidikan 12868 24636 4964 4990 5892
Sumber SPAN (diolah)
Tahun 2019 pendapatan PNBP Kepolisian merupakan penyumbang terbesar PNBP
fungsional di Kalimantan Barat sebesar Rp13532 miliar mengalami penurunan 337
persen dibanding tahun sebelumnya Sebagian besar pendapatan PNBP Kepolisian di
peroleh dari pendapatan BPKB pendapatan STNK pendapatan TNKB (Tanda
Kendaraan Bermotor) dan pendapatan SIM Pendapatan fungsional terbesar
selanjutnya adalah pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian yang
menyumbangkan penerimaan sebesar Rp6090 miliar meningkat sebesar 551 persen
dibanding penerimaan tahun sebelumnya Sebagian besar penerimaan PNBP
pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian diperoleh dari pendapatan
kepelabuhan yang menyumbang angka sebesar Rp3756 miliar atau 6167 persen
disusul pendapatan Navigasi sebesar Rp938 miliar atau 1541 persen pendapatan
Bandar Udara sebesar Rp741 miliar atau 1219 persen dan Pendapatan kepelautan
Rp653 miliar atau 1073 persen Pendapatan kepelabuhan berpotensi untuk meningkat
ditahun tahun selanjutnya dengan rencana pengembangan kapasitas pelabuhan
Pontianak yang di mulai dengan pembangunan pelabuhan (terminal) Kijing yang
berlokasi di wilayah Kabupaten Mempawah dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional
(PSN)
c Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional
33
Tabel III6
Rasio Pendapatan Perpajakan PNBP PAD terhadap PDRB di Kalbar
Tahun Perpajakan PNBP PAD PDRB Perpajakan PDRB
PNBPPDRB PADPDRB
2019 728548 82375 404671 21232 0041 00046 0022
2018 682135 86157 404753 19403 0035 00044 0020
2017 564801 62121 346442 17747 0031 00034 0019
Sumber SPAN (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ditahun 2019 penerimaan perpajakan
memberikan kontribusi sebesar 0041 terhadap pertumbuhan ekonomi regional di
Kalbar sedangkan PAD terhadap PDRB sebesar 0022 dan PNBP terhadap PDRB
sebesar 00046 Hal ini berarti penerimaan Perpajakan masih lebih dominan dalam
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Kalimantan
Barat dibandingkan dengan PAD maupun PNBP
33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
Belanja pemerintah pusat adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pengeluaran pemerintah pusatBelanja pemerintah pusat meliputi belanja pemerintah pusat
menurut organisasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi dan belanja pemerintah pusat
menurut jenis belanja
Belanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus
fiskalSalah satunya yang populer pada saat krisis ekonomi adalah instrumen ekonomi
berupa stimulus fiskalSecara garis besar komposisi dari stimulus fiskal adalah berupa
pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increased spending)
1 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian
AnggaranKementerianLembaga
Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja yang dialokasikan
kepada kementerianlembaga dan bagian anggaran Bendahara Umum Negara alokasi
dan realisasi untuk tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel III7
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran
Di Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)
KementerianLembaga 2018 2019
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 019 019 034 034 100
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
8986 6776 6554 5939 91
34
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 063 058 053 053 100
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
1656 1489 2119 2066 97
BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1809 1688 1678 1631 97
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
893 869 718 712 99
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2337 2269 2605 2507 96
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM 25996 20580 20724 14531 70
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
2267 2249 2447 2425 99
BADAN PUSAT STATISTIK 9929 9330 10042 9785 97
BADAN SAR NASIONAL 2596 2496 2095 2071 99
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 11733 107`09 10304 10023 97
KEMENTERIAN AGAMA 105528 99485 107273 104645 98
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANGBPN
22191 19497 26745 21446 96
KEMENTERIAN DALAM NEGERI 5305 5182 5575 5534 99
KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
11878 10018 7004 6701 96
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
19760 19520 17892 1767 99
wKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 9912 8947 9082 873 96
KEMENTERIAN KESEHATAN 18912 15585 1327 1195 90
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 477 465 776 738 95
KEMENTERIAN KEUANGAN 19722 18340 18519 18265 99
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
786 762 82 796 97
KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH
414 411 318 314 99
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
21053 17521 29928 2792 93
KEMENTERIAN PARIWISATA 234 204 16 151 94
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
295402 270419 25507 206714 81
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
208 201 17 149 88
KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 419 382 336 286 85
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
9004 8609 9374 8904 85
KEMENTERIAN PERDAGANGAN 3793 3074 1384 1282 95
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
095 074 095 089 94
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 56637 52411 40961 40112 98
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 3156 2842 4913 4716 96
KEMENTERIAN PERTAHANAN 123999 121577 161533 157833 98
KEMENTERIAN PERTANIAN 45315 40040 23066 19721 85
35
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
67556 65360 78313 68767 88
KEMENTERIAN SOSIAL 1954 1944 1971 1952 99
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 123274 123185 117803 125376 106
KOMISI PEMILIHAN UMUM 61742 56110 37842 35936 95
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
683 661 744 739 99
LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA
2135 2060 2095 1894 90
LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA
1380 1375 1352 1352 100
MAHKAMAH AGUNG 11837 11716 12511 1233 99
PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
097 092 052 05 96
TOTAL BELANJA KL 1113142 1036601 1049477 968007 92
BENDAHARA UMUM NEGARA 415295 397582 460736 443502 92
TOTAL BELANJA KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510213 1411486 9346
Dibandingkan tahun 2018 terdapat penurunan pagu sebesar 12 untuk tahun 2018
dan terdapat penurunan realisasi sebesar 14 dibandingkan tahun 2018 Berdasarkan
tabel diatas Untuk Pagu Kementerian dan Lembaga Kementerian PUPR mendapat
alokasi pagu anggaran yang paling tinggi dengan persentase sebesar 2430 Hal ini
menunjukan di Provinsi Kalimantan Barat prioritas pembangunan masih dititik beratkan
pada sektor infrastruktur Dari dana APBN 2019 pada Provinsi Kalimantan Barat satuan
kerja (satker) di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
belanja modal sebesar Rp 159 triliun Belanja modal pada satker lingkup Kementerian
PUPR tersebut memberikan kontribusi sebesar 6649 dari belanja modal yang dikelola
satuan kerja lainnya di wilayah pembayaran KPPN se-Kalbar Hal ini menunjukkan
perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan perekonomian di Kalbar
Terdapat 10 KL yang memperoleh alokasi anggaran belanja terbesar dengan total
mencapai Rp878 triliun (5817) yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan
rakyat Kemenhan Polri Kemenag Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Kementerian Perhubungan KPU Kementerian Agraria amp Tata Ruang
Kementerian Pertanian
36
Berikut ini adalah sepuluh kementerian dengan pagu terbesar
Tabel III8
Tingkat Penyerapan 10 KL Pagu Terbesar 2019 (miliar)
No Nama KL (BA) Pagu Realisasi
1 Kementerian PUPR (033) 255070 206714 8104
2 Kemenhan (012) 161533 157833 9771
3 Kepolisian RI (060) 117803 125376 10643
4 Kemenag (025) 107273 104645 9755
5 Kementerian Ristekdikti (042) 78313 68767 8781
6 Kementerian Perhubungan (022) 40961 40112 9793
7 KPU (076) 37842 35936 9496
8 Kementerian Lingkungan Hidup amp Kehutanan (029) 29928 27920 9329
9 Kementerian Agraria amp Tata Ruang (056) 26745 21446 8019
10 Kementerian Pertanian (018) 23066 19721 8550
Sumber MEBE (diolah)
Jika diperhatikan jumlah alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat di 10 KL
dengan pagu terbesar dimaksud mencapai lebih dari 58 terhadap semua pagu
anggaran KL Untuk itu capaian realisasinya tentu akan mempengaruhi keseluruhan
realisasi penyerapan KL yang ada di Kalbar sehingga perkembangan pelaksanaan
anggaran satker-satker 10 KL dengan pagu tertinggi tersebut harus memperoleh
pengawasan yang lebih intensif dari Kanwil DJPB
2 Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Fungsi
Belanja Pemerintah Pusat (KL) dan juga belanja DDDF terbagi menjadi 11 fungsi
yaitu Pelayanan Umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan
Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama
Pendidikan serta Perlindungan Sosial dengan perbandingan pagu dan realisasi dalam
tahun 2018 dan 2019 sebagai berikut
Tabel III9
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi (Miliar Rp)
NAMA FUNGSI Pagu 2018
Realisasi 2018
Pagu 2019
Realisasi 2019
PELAYANAN UMUM 541846 510882 557364 531175
EKONOMI 377115 340751 232428 203287
PENDIDIKAN 185385 175208 231675 203287
PERTAHANAN 123999 121578 161533 157833
KETERTIBAN DAN KEAMANAN 168413 166821 160188 167029
37
PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 50667 47185 72454 62653
LINGKUNGAN HIDUP 37100 33230 53964 46742
AGAMA 22238 17374 19467 18874
KESEHATAN 19263 18808 18897 17252
PERLINDUNGAN SOSIAL 2162 2145 2141 2101
PARIWISATA DAN BUDAYA 249 216 175 165 TOTAL 1528437 1434183 1510213 1414486
Sumber Monev PA diolah
Pada tahun 2018 dan juga 2019 alokasi anggaran didominasi oleh fungsi pelayanan
Umum Ekonomi dan Pendidikan Pengelompokan anggaran menurut Fungsi memiliki
pengertian perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional Pengelompokan ini juga
bertujuan untuk melihat besaran alokasi anggaran menurut organisasi
KementerianLembaga tugas-fungsi pemerintah dan belanja KementerianLembaga
termasuk menciptakan penganggaran yang lebih tepat sasaran Pada tahun 2019 alokasi
untuk fungsi pelayanan umum sebesar Rp557 triliun (36 persen) ekonomi sebesar
Rp232 triliun (15 persen) dan fungsi Pendidikan sebesar Rp231 triliun (15 persen) Hal
ini menunjukkan bahwa pelaksanaan APBN di Kalimantan Barat lebih terkonsentrasi pada
bidang pelayanan umum ekonomi dan pendidikan yang secara keseluruhan jumlah
alokasi ketiga fungsi tersebut sebesar Rp1021 triliun atau 68 persen
3 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja
Berdasarkan jenis belanja di provinsi Kalimantan Barat terdapat 6 alokasi anggaran
belanja TA 2019 yaitu Belanja Pegawai (51) Belanja Barang (52) Belanja Modal (53)
Belanja Bantuan Sosial (57) Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) Untuk
Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) baru ada pada tahun 2017 2018 dan
2019 Jenis belanja 63 dan 66 baru TA 2017 muncul dikarenakan pencairan Dana
Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa sekarang berada di KPPN daerah
Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan jenis belanja dalam tahun 2018 dan
2019 sebagai berikut
Tabel III10
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rp)
JENIS BELANJA Pagu 2018
Realisasi 2018
Pagu 2019
Realisasi 2019
51 Belanja Pegawai 338030 330072 362333 364892
52 Belanja Barang 438737 400168 445547 406066
335140 305146 240347 195755
57 Belanja Bantuan Sosial 1235 1215 1324 1294
Belanja KL 1113142 1036601 1049477 968007
63 Dana Alokasi Khusus Fisik 245710 228191 261479 244756
38
66 Dana Desa 169585 169391 199257 198746 Belanja KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510287 1411509
Sumber Monev PA diolah
Kenaikan pagu anggaran terjadi untuk jenis belanja Pegawai belanja Barang
belanja bantuan sosial belanja Dana Alokasi Khusus belanja dana desa Belanja Dana
Desa mendapatkan kenaikan paling terbesar yaitu 17 persen disusul belanja bantuan
sosial sebesar 72 persen belanja pegawai naik 72 persen dan belanja barang sebesar
16 persen Jenis Belanja modal mengalami penurunan sebesar 283 persen Selama
TA 2019 Belanja Pegawai telah terserap Rp364 triliun (10071) Belanja barang
terserap Rp406 triliun (9114) belanja modal terserap Rp195 triliun (8145) belanja
bantuan social terserap Rp1215 miliar (9773) dana alokasi fisik terserap Rp244 triliun
(9360) dan penyerapan anggaran dana desa sebesar Rp198 triliun (9974) hal ini
sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun dari pinggiran dengan
memperkuat daerah dan desa yang diharapkan akan berdampak langsung untuk
pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat Pada belanja modal
terdapat penyerapan paling terendah dibandingkan jenis belanja lain
Grafik III1
Perkembangan Pagu dan Realisasi Jenis Belanja Tahun 2019
Sumber Monev PA MEBE diolah
4 Analis belanja pemerintah pusat
Belanja pemerintah pusat
Perbandingan antara alokasi belanja untuk sektor konsumtif dan produktif Sektor
konsumtif merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai administrasi
dan kebutuhan birokrasi seperti gaji tunjangan honor belanja operasional kantor
pengadaan kendaraan dinas Sedangkan sektor produktif antara lain peningkatan mutu
jalan jaringan irigasi intensifikasi dan ektensifikasi pertanian pengadaan traktor untuk
masyarakat
000
5000
10000
15000
0
2000
4000
6000
57 52 53 51 63 66
Pagu Realisasi
39
Tabel III11
Proporsi jenis Belanja Terhadap Total Pagu
Jenis Belanja Pagu Belanja Bantuan Sosial 1324 0
Belanja Barang 445547 30
Belanja Pegawai 362333 24
Belanja Modal 240347 16
Dana Alokasi Khusus Fisik 261479 17
Dana Desa 199257 13
Terlihat dari tabel diatas bahwa belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai
sektor produktif yang diantaranya untuk belanja Modal Dak Fisik Dana Desa mencapai
Rp 7010 triliun atau 4642 persen sedangkan belanja administrasi dan kebutuhan
birokrasi sebesar Rp 809 triliun atau 5358 persen Untuk belanja produktif terbesar
terdapat pada belanja program pengelolaan Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa
sebesar Rp460 triliun Disusul program penyelenggaraan jalan sebesar Rp99873 miliar
program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman sebesar Rp4004
miliar dan program pengelolaan Sumber Daya air Rp19887 miliar Terlihat dari alokasi ini
prioritas pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat di fokuskan pada pembangunan
infrastruktur fisik hal ini sesuai dengan fungsi terbesar yakni Pelayanan Umum
34 TRANSFER KE DAERAH DAN DESA
Dana transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan DAK DAU DBH Dana
perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dan juga antar pemerintah daerah
Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa
Pada tahun 2018 alokasi dana transfer dan Dana Desa ke wilayah Provinsi Kalimantan
Barat sebesar Rp2098 triliun dan terealisasi Rp2033 triliun atau 9692 persen Pada tabel
hellip Disajikan perkembangan Realisasi Dana Transfer pada tahun 2018 dan 2019 untuk
Provinsi Kalimantan Barat
Tabel III12
Perkembangan Dana Perimbangan di Kalimantan Barat
Dana Transfer 2018 2019
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
DBH 74872 74746 102115 69872
DAU 1182060 1182060 1215163 1214704
DAK Fisik 245714 228931 261479 244748
DAK Non Fisik 274246 262035 307639 293909
40
DID 14300 12463 12753 12288
Dana Desa 169586 169391 199257 198745
1960778 1929626 2098406 2034266
Sumber simtrada (diolah)
Secara agregat Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa mengalami kenaikan Alokasi
Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Kalbar pada tahun 2019 sebesar Rp2098
triliun naik 702 persen dibandingkan tahun 2018 Terdapat peningkatan alokasi Dana Desa
Kalbar tahun 2019 sebesar atau Rp29671 miliar atau 1750 persen sejalan dengan
komitmen Pemerintah untuk meningkatkan program pembangunan Indonesia dari pinggiran
Alokasi Dana Desa tahun 2019 di Prov Kalbar sebesar Rp199 triliun yang terbagi untuk
2031 Desa
Terdapat 4 (empat) daerah dengan alokasi pagu dana desa diatas 200 miliar yakni Kab
Sintang Rp33848 miliar Kab Kapuas Hulu Rp26812 miliar Kab Ketapang Rp25583 miliar
dan Kab Sambas Rp20498 miliar Selanjutnya 8 (delapan) daerah lainnya mendapatkan
alokasi pagu dana desa dibawah 200 miliar dengan pagu dana desa terendah pada Kab
Kayong Utara sebesar Rp4868 miliar Alokasi dana desa tersebut diharapkan dapat
menggerakkan roda perekonomian di desa dan menekan kesenjangan pendapatan antara
Desa dan Per Kotaan
Grafik III2
Realisasi Dana Transfer amp Dana Desa KabKota di Kalbar
Sumber data simtrada (diolah)
Berdasarkan grafik III2 terlihat perbandingan realisasi dana transfer amp dana Desa per
Kab di Prov Kalbar Dari total alokasi dana transfer sebesar Rp2098 triliun telah terealisasi
sebesar 2033 triliun dengan realisasi terbesar oleh Pemda Prov Kalbar yakni Rp365 triliun
selanjutnya Kab Ketapang Rp203 triliun dan yang terkecil adalah Kota Singkawang
Rp66459 miliar
Untuk menilai tingkat kemandirian daerah dilakukan dengan cara membandingkan Rasio
PAD dengan Rasio dana transfer Apabila rasio PAD lebih besar dari pada rasio dana transfer
000
500
1000
1500
2000
00050000
100000150000200000250000300000350000400000
41
berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin besar rasio dana transfer berarti tingkat
ketergantungan semakin tinggi
Tabel III13
Rasio Kemandirian Daerah Tahun 2019
Daerah Dana Transfer
PAD Pendapatan APBD
Ratio Dana Transfer thd Pendapatan
APBD
Ratio PAD thd
Pendapatan APBD
Prov Kalbar 365337 23016 595497 3870 61
Ketapang 203045 12753 215798 590 94
Sintang 165917 1721 183127 940 91
Kapuas Hulu 166837 7998 174835 460 95
Sambas 151612 14885 166497 890 91
Sanggau 141399 10287 151686 680 93
Kubu Raya 123841 14675 138516 1060 89
Landak 117304 9284 126588 730 93
Pontianak 100659 47879 148538 3220 68
Melawi 105563 4058 109621 370 96
Mempawah 85957 8757 94714 920 91
Bengkayang 96974 3025 99999 300 97
Sekadau 73392 4535 77927 580 94
Kayong Utara 69504 2533 72037 350 96
Singkawang 66459 1663 83089 2000 80
sumber data LRA Pemda simtrada (diolah)
Dilihat dari rasio Pendapatan Asli Daerah dan Transfer ke Daerah terhadap Pendapatan
APBD dapat dilihat bahwa daerah di wilayah Kalimantan Barat Rasio dana transfer lebih
besar dari pada rasio PAD yang berarti memiliki ketergantungan yang relatif tinggi tehadap
transfer dari Pemerintah Pusat
341 Dana Transfer Umum
a Dana Alokasi Umum
Grafik III3
Realisasi DAU Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan Barat
Sumber data simtrada
00050000
100000150000200000
2018 2019
42
Total realisasi DAU di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp1214 triliun naik 276 persen
dibanding realisasi DAU tahun sebelumnya Dari realisasi DAU tahun 2019 tersebut empat
pemerintah daerah yang realisasi DAU terbesar yaitu Pemprov Kalimantan Barat sebesar
Rp175 triliun diikuti Kabupaten Ketapang sebesar Rp114 triliun Kabupaten Kapuas Hulu
Rp99768 miliar dan Kabupaten Sintang Rp93421 miliar
b Dana bagi Hasil Grafik III4
Realisasi DBH Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan barat
Total realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) tahun 2019 sebesar Rp69872 miliar naik 592 persen
jika dibandingkan dengan alokasi DBH tahun sebelumnya Empat daerah dengan realisasi
DBH terbesar yakni Pemrov Kalimantan Barat sebesar Rp18663 miliar diikuti Kabupaten
Ketapang Rp10844 miliar Kabupaten Sanggau Rp8321 miliar dan Kota Pontianak Rp3910
miliar Kabupaten dengan realisasi DBH terkecil adalah Kota singkawang sebesar Rp1428
miliar Ketapang sebagai Daerah Tingkat II dengan realisasi DBH terbesar merupakan daerah
yang memiliki tambang bauksit dan tambang emas Demikian juga Kabupaten Sanggau
merupakan daerah yang memiliki hasil tambang Bauksit yang nantinya diolah menjadi alumina
(bahan pembuat alumunium) Sedangkan Kota Pontianak merupakan pusat perekonomian
yang memiliki penerimaan pajak PPh terbesar
342 Dana Transfer Khusus
a Dana alokasi Khusus (DAK) Fisik Total DAK Fisik yang dialokasikan pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami
peningkatan sebesar 641 persen atau senilai Rp 15764 miliar dibandingkan tahun 2018
Perkembangan pagu dan realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat
pada tabel berikut
0005000
10000150002000025000
2018 2019
43
Tabel III14
Pagu dan Realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (dalam miliar)
No Pemda 2019 2018
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 Kalbar 33283 31974 9607 42384 3843 9067
2 Mempawah 8996 8744 972 11663 11503 9863
3 Kubu Raya 12692 11337 8932 19237 18966 9859
4 Pontianak 8735 7998 9156 7863 7527 9574
5 Sintang 19271 183 9496 21637 20304 9384
6 Melawi 1726 16708 968 10885 10134 931
7 Sambas 20922 19813 947 17156 1659 967
8 Bengkayang 19266 15038 7805 9425 906 9612
9 Singkawang 8532 8042 9426 11478 9596 836
10 Ketapang 32914 31635 9611 175 16616 9495
11 Kayong Utara 11614 10174 876 11582 10958 9461
12 Kapuas Hulu 24632 22911 9301 16723 16494 9863
13 Sanggau 1942 19044 9806 18723 15686 8378
14 Landak 1669 16216 9716 15833 15536 9812
15 Sekadau 7252 6814 9396 13626 1059 7772
JUMLAH 261479 244748 139882 245715 22799 13948
sumber data Omspan
Persentase penyaluran DAK Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 081 persen
dibandingkan tahun sebelumnya Kenaikan ini setara dengan Rp 16758 miliar Pada
tahun 2019 terdapat sisa dana yang tidak direalisasikan sebesar Rp 16731 miliar atau
berkurang dari Rp 17725 miliar pada tahun 2018 Hal ini menunjukkan peningkatan
kinerja penyaluran DAK Fisik Kabupaten Bengkayang memiliki kontribusi terbesar
terhadap DAK Fisik yang tidak disalurkan yaitu Rp 4228 miliar Penyebab DAK Fisik yang
tidak disalurkan ini diakibatkan oleh 2 (dua) hal yaitu efisiensi anggaransisa lelang dan
pekerjaan yang tidak terlaksanagagal lelang Kabupaten Sanggau memiliki kinerja terbaik
dari persepsi penyaluran DAK Fisik dengan penyaluran mencapai 9806 persen dari pagu
disusul Kabupaten Landak dengan penyaluran 9720 persen dari pagu Kinerja yang
kurang memuaskan pada persepsi penyaluran kembali dipegang oleh Kabupaten
Bengkayang dengan penyaluran 7805 persen dari pagu dan disusul oleh Kabupaten
Kayong Utara dengan penyaluran 8760 persen dari pagu
44
b Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami peningkatan dengan total Rp 304 triliun
dibandingkan Rp 274 triliun pada tahun sebelumnya Perkembangan pagu dan realisasi
DAK Non Fisik dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel III15
Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (dalam miliar)
No Pemda 2018 2019
Nilai Realisasi Alokasi Realisasi
1 Kalbar 113996 112406 9861 139515 137565 9860
2 Bengkayang 8909 833 9351 9833 9195 9380
3 Landak 11773 11353 9644 11956 11234 9400
4 Kapuas Hulu 1327 12752 961 14929 13944 9340
5 Ketapang 18288 16832 9204 18552 17909 9653
6 Mempawah 9091 8457 9303 9341 8291 8876
7 Sambas 18854 17923 9506 20014 18553 9270
8 Sanggau 13357 12363 9256 14416 13215 9167
9 Sintang 15969 15216 9529 17253 16504 9570
10 Pontianak 11526 11329 9829 1099 10155 9240
11 Singkawang 5808 537 9247 5832 5093 8732
12 Sekadau 6786 4461 6574 6655 5253 7893
13 Melawi 8733 834 955 9719 9412 9254
14 Kayong Utara 3845 3681 9573 4124 3811 9240
15 Kubu Raya 14042 1322 9415 14511 13778 9490
Jumlah 274246 262035 9555 307639 293909 9550
sumber datasimtrada Omspan (diolah)
Realisasi DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp 31874 miliar atau
1216 persen dibandingkan tahun 2018 Penyaluran DAK Non Fisik pada tahun 2019
sebesar 9554 persen mengalami penurunan 001 persen 44isbanding tahun sebelumnya
yang sebesar 9555 persen Secara nilai Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
menyumbangkan peningkatan realisasi terbesar yaitu Rp 25159 miliar atau 2238 persen
yang mayoritas berasal dari Dana BOS yaitu sebesar Rp 23722 miliar Kabupaten
Sekadau menjadi Pemerintah Daerah dengan penyerapan DAK Non Fisik terkecil hanya
7893 persen dari alokasi yang tersedia Kecilnya persentase realisasi ini diakibatkan oleh
adanya Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) yang tidak direalisasikan sebesar Rp 1234
miliar Kota Pontianak mengalami penurunan realisasi terbesar dengan penurunan
sebesar 589 persen Penurunan ini terjadi karena realisasi TPG yang pada tahun 2018
mencapai 100 persen pada tahun 2019 turun menjadi 9440 persen dan realisasi Dana
Bantuan Operasional Kesehatan turun dari 9874 persen menjadi 8134 persen
45
333 Dana Desa
Penyaluran dana desa Tahun 2018 dan 2019 di Wilayah Kalimantan Barat disalurkan untuk
membiayai pelaksanaan kegiatan melalui 5 bidang yaitu Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa Pelaksanaan Pembangunan Desa Pembinaan Kemasyarakatan Desa
Pemberdayaan Masyarakat Desa Penanggulangan Bencana Keadaan Darurat Dan
Mendesak dengan perkembangan penyaluran sebagai berikut
Tabel III16
Pagu dan Realisasi Dana Desa di Provinsi Kalimantan Barat (miliar) No KAB KOTA JUMLAH
DESA TAHUN 2018 TAHUN 2019
PAGU TOTAL PENYALUR
AN
CAPAIAN OUTPUT
PAGU TOTAL PENYAL
URAN
CAPAIAN
OUTPUT
1 Sambas 193 17284 17284 10000 9464 20498 20498 10000 7550
2 Sanggau 163 12878 12848 9976 9879 14986 14986 10000 8099
3 Sintang 390 29487 29472 9995 9914 33848 33848 10000 9002
4 Mempawah 60 5523 5523 10000 9820 6655 6655 10000 9051
5 Kapuas Hulu 278 22893 22893 10000 9878 26812 26768 9983 8915
6 Ketapang 253 21729 21729 10000 9293 25583 25583 10000 8901
7 Bengkayang 122 9240 9240 10000 9295 10655 10594 9943 5129
8 Landak 156 15416 15416 10000 9949 18537 18537 10000 9904
9 Melawi 169 13091 13091 10000 9981 15253 15253 10000 7871
10 Sekadau 87 6908 6876 9955 9582 8117 8049 9916 8244
11 Kayong Utara 43 3986 3986 10000 9384 4868 4809 9879 7965
12 Kubu Raya 117 11150 11033 9895 9677 13445 13166 9792 6685
TOTAL 2031 169586 169392 9989 9676 199257 198745 9974 8112
Sumber data Omspan (diolah)
Total alokasi tahun 2018 sebesar Rp169586 miiar untuk 2031 desa realisasi penyaluran
sebesar Rp169392 miliar atau 9989 persen Penyaluran Dana Desa terbesar pada
Kabupaten Sintang Rp29472 miliar sedangkan penyaluran terkecil Kabupaten Kayong
Utara yakni Rp3986 miliar Terdapat empat Kabupaten yang penyaluran Dana Desa tidak
mencapai 100 persen yaitu Kabupaten Sanggau Sintang Sekadau dan Kubu Raya Untuk
capaian output yang tertinggi Kabupaten Melawi yaitu 9981 persen dan terendah adalah
Kabupaten Ketapang 9293 persen Alokasi dana desa tahun 2019 sebesar Rp199257
miliar untuk 2031 desa realisasi penyaluran sebesar Rp198745 miliar atau 9974 persen
Sisa Dana Desa yang tidak tersalur sebesar Rp512 miliar Penyaluran Dana Desa terbesar
pada Kabupaten Sintang Rp33848 miliar sedangkan penyaluran terkecil pada Kabupaten
Kayong Utara yakni hanya Rp4809 miliar Terdapat enam Kabupaten yang penyaluran
Dana Desa tidak mencapai 100 persen yaitu Kapuas Hulu Bengkayang Melawi Sekadau
Kayong Utara dan Kubu Raya Realisasi Penyaluran Dana Desa tahun 2019 sebesar
Rp198745 miliar atau 9974 persen terjadi penurunan sebesar 015 persen apabila
46
dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 Hal ini dikarenakan terdapat sisa dana semula
Rp194 miliar (empat Kabupaten) menjadi Rp512 miliar (enam Kabupaten)
343 Dana Insentif Daerah (DID)
Grafik III5
Realisasi Dana Insentif Daerah Tahun 2018-2019 Kalimantan Barat
sumber data simtrada Omspan (diolah)
Dari total alokasi DID tahun 2019 yang sebesar Rp 12753 miliar telah terealisasi sebesar
Rp12288 miliar atau 9635 persen Dari 14 Pemda ProvinsiKabKota hanya 6 Daerah yang
mendapatkan alokasi DID di tahun 2019 yakni Prov Kalbar Kab Ketapang Kab
Mempawah Kab Sanggau Kota Pontianak dan Kab Kubu Raya Ada lima daerah
terealisasi 100 persen yaitu Kalbar Ketapang Sanggau Pontianak dan Kubu Raya
Sementara itu Mempawah terealisasi 465 miliar dari 930 miliar atau sebesar 50 persen
35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL
Arus kas masuk (cash in flow) Pemerintah Pusat adalah semua penerimaan yang
diterima oleh Pemerintah pusat di provinsi daerah tertentu sedangkan arus kas keluar
(cash out flow) adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada
pemerintah daerah Yang termasuk arus kas masuk adalah semua penerimaan negara yang
diterima oleh Pemerintah Pusat seperti penerimaan pajak PNBP dan hibah Sedangkan
yang termasuk dalam arus kas keluar Pemerintah Pusat adalah semua belanja pemerintah
dalam APBN yang terdiri dari belanja KPKDDKTPUB dan dana transfer Selisih antara
kontribusi penerimaan Negara pada suatu daerah dengan pengeluaran pemerintah pusat
tersebut akan menghasilkan kondisi surplusdefisit Kondisi surplus mengindikasikan bahwa
daerah tersebut memberikan subsidi silang kepada daerah lain di Indonesia sementara
kondisi defisit mengindikasikan bahwa daerah tersebut menerima subsidi silang dari daerah
0001000200030004000500060007000
2018 2019
47
lain di Indonesia Tabel dibawah ini merupakan cash flow Pemerintah di wilayah Provinsi
Kalimantan Barat
Tabel III17
Cash Flow Pemerintah Pusat di Kalimantan Barat TA 2019 (miliar)
DEFISIT 2194324
Cash in Flow Cash Out Flow
Penerimaan Pajak Dalam negeri 667813 Belanja Pemerintah Pusat 970984
Bea MasukBea Keluar 60735 Transfer ke daerah amp dana desa
2034266
PNBP 82378
810926 3005250
sumber data Omspan Monev Pa (dioalah)
35 PENGELOLAAN BLU PUSAT
a Profil dan jenis layanan satker BLU pusat
Dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat tahun
2019 terdapat 3 (tiga) Satker BLU yang terdiri 2 (dua) satker BLU layanan Pendidikan
dan 2 (dua) satker BLU layanan kesehatan Dua satker BLU layanan pendidikan yaitu
Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Pontianak dan Universitas Tanjungpura Pontianak
sedangkan satker BLU layanan kesehatan adalah Rumah Sakit (RS) Bhayangkara
Pontianak dan RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR
Tabel III18
Profil BLU di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 (miliar)
No Jenis Layanan
Satker BLU Nilai Aset Pagu PNBP
Pagu RM Jumlah Pagu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pendidikan Poltekkes Pontianak 21801 3455 4898 8353
Universitas Tanjungpura 2093628 38593 5947 4454
2 Kesehatan RS Bhayangkara Pontianak 9127 4204 777 4981
RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR
2486 2228 1582 381
Sumber LRA
1) Poltekkes Pontianak berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial Nomor 298Menkes-KesosSKIV2001 tanggal 16 April 2001
dan ditetapkan menjadi Satker BLU berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
403KMK052011 tanggal 1 Desember 2011 Dengan visi ldquoMenjadi Institusi Pendidikan
Tinggi Kesehatan yang Bermutu dan Mampu Bersaing di Tingkat Regional pada Tahun
48
2020 (2016-2020)rdquo Poltekkes Kemenkes Pontianak memberikan pelayanan kesehatan
meliputi Jurusan Kesehatan Lingkungan Jurusan Gizi Jurusan Kebidanan Jurusan
Keperawatan Jurusan Analis Kesehatan dan Jurusan Perawat Gigi Pada tahun 2019
Poltekes Pontianak mendapatkan pagu dalam DIPA sebesar Rp 8353 dengan pagu
PNBP sebesar Rp3455 miliar dan pagu RM sebesar Rp4898 miliar Sementara aset
yang dimiliki sebesar Rp21801 miliar yang terdiri dari aset lancar Rp581 miliar aset
tetap Rp21199 dan aset lainnya Rp21801
2) RS Bhayangkara Pontianak telah menjadi satker BLU sejak tahun 2015 sesuai
Keputusan Menteri Keuangan nomor 501KMK052015 RS Bhayangkara ini telah
beroperasi sejak tahun 2002 Pagu DIPA RS Bhayangkara Pontianak di tahun 2019
adalah sebesar Rp4981 miliar dengan pagu PNBP sebesar Rp4204 dan pagu RM
sebesar Rp777 miliar Sementara aset yang dimiliki sebesar Rp9127 yang terdiri dari
aset lancar Rp547 miliar dan aset tetap Rp8579
3) Universitas Tanjungpura menjadi BLU layanan pendidikan berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan nomor 830KMK052017 dan mulai mendapatkan DIPA BLU pada
tahun 2018 Pagu DIPA universitas ini di tahun 2019 adalah sebesar Rp4454 miliar
dengan pagu PNBP sebesar Rp38593 dan pagu RM sebesar Rp5947 Sementara
total aset yang dimiliki sebesar Rp2093628 miliar
4) Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019
tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar
dengan komposisi Pagu Rm sebesar Rp1582 miliar dan pagu PNBP senesar Rp2228
miliar Sementara total aset di tahun 2019 sebesar Rp2482 miliar dengan perincian
aset tetap Rp762 miliar dan aset lancar sebesar Rp1723 miliar
b Perkembangan Pengelolaan Aset Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU
1) Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU
Perkembangan pengelolaan aset satker BLU dalam jangka waktu dua tahun terakhir
dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel III19
Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di Kalimantan Barat
No Satker BLU Aset tahun 2018 Aset tahun 2019
(1) (2) (3) (4)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak 22174 21801
2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 6734 9127
3 Universitas Tanjungpura 2217907 2093628
49
4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi BLU
2486
sumber Neraca E-rekon
Nilai aset pada satker BLU Poltekkes Pontianak mengalami penurunan sebesar
17 persen dari Rp22174 miliar di tahun 2018 menjadi Rp21801 miliar di tahun
2019 Sedangkan di RS Bhayangkara nilai asetnya meningkat dari Rp6734 miliar
menjadi 9127 miliar atau 355 persen Sedangkan nilai aset satker BLU Untan
menurun 56 persen dari 2217907 pada tahun 2018 menurun menjadi 2093628
ditahun 2019 Sedangkan untuk RS TK II Kartika Husada yang baru di tetapkan
menjadi satker BLU di tahun 2019 perkembangan aset asetnya naik 305 persen
dari 1905 miliar di tahun 2018 menjadi 2486 miliar di tahun 2019
2) Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU
Satker BLU di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019 mendapatkan pagu PNBP
dan pagu RM sebagaimana tercantum dalam DIPA Ada pun perkembangan pagu
tahun 2019 dan tahun 2018 dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel III20
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker (miliar)
No Satker BLU Tahun 2018 Tahun 2019
Pagu PNBP Pagu RM Pagu PNBP
Pagu RM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak 4480 4504 3455 4898
2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 4282 7010 4204 777
3 Universitas Tanjungpura 3177 20876 38593 5947
4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi satker BLU 2228 1582
Sumber LRA E-rekon
Pada tahun 2019 pagu RM Satker BLU Politekes Pontianak naik 87 persen dibanding
tahun 2018 sedangkan pagu PNBP menurun 229 persen Pagu RM naik sebesar
Rp394 miliar atau 87 persen dari Rp4504 miliar di tahun 2018 menjadi Rp4898 miliar
pada tahun 2019 Sedangkan pagu PNBP mengalami penurunan dari Rp448 miliar di
tahun 2018 menjadi Rp345 miliar pada tahun 2019 atau turun sebesar Rp1025 miliar
atau 229 persen
Selanjutnya untuk satker BLU layanan kesehatan yakni RS Bhayangkara Pontianak
perkembangan pagu PNBP menurun dari Rp4282 miliar menjadi Rp4204 miliar atau
18 persen sedangkan untuk pagu RM mengalami kenaikan 108 persen
50
Universitas Tanjungpura di tahun 2019 ini baru menjadi satker BLU setelah
sebelumnya adalah satker PNBP Di tahun 2019 Untan mendapat pagu PNBP sebesar
Rp38593 miliar dan pagu RM sebesar Rp5947 miliar
Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019
tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar
c Kemandirian BLU
Salah tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk
mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government) oleh karena itu satker BLU
didorong untuk dapat menciptakan kemandirian dirinya sendiri Kemandirian tersebut
dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM) dari APBN dan
bertambahnya alokasi pagu PNBP dari hasil layanan satker Semakin tinggi porsi pagu
PNBP dibanding pagu RM maka satker BLU dianggap memiliki tingkat kemandirian yang
lebih baik
TabelIII21
Tingkat Kemandirian BLU di Provinsi Kalimantan Barat (miliar)
sumber e rekon diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 alokasi pagu PNBP
pada Satker Politeknik Kesehatan Pontianak masih dibawah 50 persen Sedangkan untuk
Satker BLU Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak alokasi pagu PNBP di tahun 2018
sebear 8593 persen dan tahun 2019 844 persen Hal ini menunjukkan bahwa Rumah
Sakit Bhayangkara Pontianak sejak tahun 2018 memiliki tingkat kemandirian yang tinggi
dan demikian juga di tahun 2019 Dari besarnya persentase pagu PNBP tersebut dapat
dilihat bahwa dalam kegiatan operasional RS Bhayangkara Pontianak lebih ditunjang oleh
PNBP yang dikelolanya dan bisa disimpulkan mempunyai tingkat kemandirian yang baik
No Satker BLU Nilai aset 2019
Tahun 2018 Tahun 2019
Pagu PNB
P
Pagu RM
Pagu PNBP
Pagu RM
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak
4480 4987
4504 5013 3455 414 4898 586
2 Rumkit Bhayangkara Pontianak
4282 8593
7010 1407 4204 844 777 156
3 Univ Tanjungpura
3177 6035
20876 3965 38593 866 5947 134
4 RS Kartika Husada
Belum menjadi satker BLU 2228 585 1582 2705
51
Untan di tahun 2018 sebagai satker BLU yang baru memiliki tingkat kemandirian di
atas 6035 persen dan meningkat signifikan di tahun 2019 menjadi 866 persen hal ini
mengindikasikan ada perkembangan yang pelayanan pendidikan oleh Untan Sedangkan
untuk RS Kartika Husada baru dtetapkan menjadi satker BLU di bulan Juli 2019
d Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP
Di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 120 satker yang mengelola dana PNBP Dari
120 satker PNBP tersebut terdapat 3 satker yang mempunyai alokasi pagu PNBP
terbesar antara lain tersebut dibawah ini
Tabel III22
Profil dan Jenis layanan Satker PNBP di Provinsi Kalimanatan Barat Tahun 2019
No Jenis Layanan
Satker PNBP Nilai Aset Pagu PNBP
Pagu RM Jumlah Pagu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2 Pendidikan Politeknik Negeri Pontianak 272 6284 9004
4 Pendidikan IAIN Pontianak 2012 5024 7036
Sumber LRA diolah
Tabel III23
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP di Provinsi Kalimantan Barat
No Satker PNBP Tahun 2017 Tahun 2019
Pagu PNBP
Pagu RM Pagu PNBP
Pagu RM
2 Politeknik Negeri Pontianak 2197 5904 272 6284
3 IAIN Pontianak 1775 4297 2012 5024
Sumber SPAN diolah
Dari tabel diatas terlihat bahwa Politeknik Negeri Pontianak mengalami peningkatan
persentase pagu PNBP sebesar Rp523 miliar atau 238 persen Demikian juga IAIN
Pontianak pagu PNBP meningkat Rp237 miliar atau 134 persen Dari ke dua satker
PNBP tersebut Politeknik Negeri Pontianak yang paling berpotensi untuk menjadi satker
BLU karena sumber dana PNBP lebih besar dibanding sumber dana PNBP pada satker
IAIN Pontianak meskipun mempunyai potensi menjadi satker BLU namun keduanya
belum menunjukan kemandirian karena sumber dana yang mereka gunakan lebih banyak
dari dana APBN (RM) dibandingkan dana PNBP
e Analisis terkait pengelolaan BLU
1 Analisis Kemandirian BLU
a Rasio Antara Sumber Dana PNBP (BLU) dan RM
Meskipun tujuan pembentukan BLU adalah tanpa mengutamakan mencari
keuntungan namun diharapkan dengan pelayanan yang meningkat maka secara
52
langsung juga pendapatannya meningkat Lebih jauh lagi diharapkan persentase
belanja satker BLU yang bersumber dari rupiah murni semakin menurun digantikan
dengan sumber belanja dari pendapatan BLU
Tabel III24
Rasio Sumber Dana BLU (PNBP dengan RM) miliar
Satker BLU 2017 2018 2019
PNBP RM PNBP RM
PNBP RM PNBP RM
PNBP RM PNBP RM
Politeknik Kesehatan Pontianak
4966 5279 094 4480 4504 099 3455 4898 070
RS Bhayangkara Pontianak
346 700 487 4282 701 611 4204 777 541
Universitas Tanjungpura
Belum menjadi satker BLU
3177 20876 152 38593 5947 648
RS Kartika Husada Belum menjadi satker BLU 2228 1582 14
Pada Universitas Tanjungpura Pontianak dari tahun 2018 hingga tahun 2019
rasio antara sumber dana PNBP dengan sumber dana RM semakin meningkat yang
nampak pada pagu PNBP yang semakin meningkat Hal ini menandakan tingkat
kemandirian BLU Universitas Tanjungpura semakin membaik Sedangkan pada
Rumah sakit Bhayangkara terdapat penurunan atas pagu PNBP nya hal ini karena
pada tahun 2019 RS Bhayangkara Pontianak melakukan renovasi gedung dan
ruang perawatan yang mempengaruhi jumlah layanan pasien dan penerimaan
PNBP nya
b Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional
Kemandirian Satker BLU selain dapat dilihat dari Rasio Antara Sumber Dana
PNBP dan RM sebagaimana pada poin a dapat pula dinilai dari Rasio PNBP
terhadap biaya operasional BLU Untuk rasio ini BLU di Kalimantan Barat memiliki
rasio yang cukup baik
Tabel III25
Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional (persen)
Satker BLU 2018 2019
Pendapatan PNBP
Biaya Operasional
Pendapatan PNBP
Biaya Operasional
Politekkes Pontianak
3038 6360 48 2702 7725 35
RS Bhayangkara Pontianak
3034 3616 84 2802 4347 64
Universitas Tanjungpura
41371 45355 91 34461 51317 67
53
RS Kartika Husada
Belum menjadi satker BLU 5056 6264 81
Berdasarkan tabel di atas di tahun 2018 pada Satker BLU Politeknik Kesehatan
Pontianak perbandingan antara pendapatan BLU dengan biaya operasional didapat
hasil 48 persen (rasio PNBP terhadap biaya operasional 48 persen) Sedangkan
untuk tahun 2018 rasio kemandirian Satker BLU Poltekkes Pontianak menurun
menjadi 35 persen Penurunan ini disebabkan jumlah pendapatan PNBP yang
menurun sedangkan biaya operasional meningkat Penurunan pendapatan karena
penurunan jumlah mahasiswa baru
RS Bhayangkara Pontianak dari hasil perhitungan rasio pendapatan BLU dengan
biaya operasional didapat hasil 84 persen di tahun 2018 dan mengalami penurunan
menjadi 64 persen Penurunan rasio disebabkan penurunan pendapatan dan
sebaliknya belanja meningkat Penurunan pendapatan disebabkan pendapatan
yang berasal dari rawat inap berkurang Hal ini disebabkan penghapusan gedung
layanan lama yang disertai dengan pembangunan gedung rawat inap baru Namun
secara rasio RS Bhayangkara masih memiliki tingkat kemandirian yang yaitu
diatas 60 persen
Univ Tanjungpura ditahun 2018 sebagai satker BLU baru memiliki rasio 91
persen Ini menandakan Untan sebagai satker BLU memiliki kemandirian yang
sangat baik Sedangkan untuk RS Kartika Husada yang merupakan Rumah sakit
dibawah Kodam Tanjungpura dan baru ditetapkan menjadi BLU penuh di bulan Juli
2019 sudah memiliki awal yang baik dengan tingkat kemandirian (rasio PNBP
dengan biaya operasional ) sebesar 81 persen
f Analisis Efektifitas BLU
Analisa efektifitas BLU adalah analisis untuk mengetahui efektifitas dibentuknya BLU
yaitu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan fleksibilitas
dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi produktifitas dan penerapan
praktek bisnis yang sehat Peningkatan layanan antara lain juga dapat dilihat dari
pendapatan yang dihasilkan dari layanan BLU Analisis efektifitas BLU didapat dari rasio
pendapatan operasional terhadap asset tetap atau rasio perputaran asset tetap Tujuan
analisis ini adalah untuk mengetahui kemampuan BLU untuk menghasilkan pendapatan
dari aset yang dimilikinya
54
Tabel III26
Analisis Efektifitas BLU
Satker BLU 2018 2019
Pendapatan Operasional
Aset Tetap Pendapatan Operasional
Aset Tetap
Politeknik Kesehatan Pontianak
3038 21286 142 2702 21801 124
RS Bhayangkara Pontianak 3034 4832 627 2802 9127 307
Universitas Tanjungpura 41371 2175410 190 34461 2093628 16
RS Kartika HUsada Belum menjadi satker BLU 5056 2486 203
sumber data e rekon
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perputaran aset tetap satker BLU Politekkes
Pontianak tahun 2018 sebesar 142 persen dan mengalami penurunan di tahun 2019
menjadi 124 persen Dari rasio tersebut artinya kemampuan Poltekkes Pontianak
memperoleh pendapatan berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah sebesar 124
persen Penurunan rasio ini disebabkan pendapatan BLU yang menurun di tahun 2019
Sedangkan perputaran aset untuk Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak pada tahun 2019
mengalami penurunan dari 627 persen di tahun 2018 menjadi 307 persen di tahun 2019
Penurunan rasio ini disebabkan penurunan pendapatan BLU dan juga kenaikan aset
tetap Kemampuan RS Bhayangkara Pontianak tahun 2019 untuk memperoleh
pendapatan BLU berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah 307 persen
Kemampuan Untan memperoleh pendapatannya berdasarkan asset tetap yang
dimilikinya di tahun 2019 sebesar 16 persen
g Analisis Legal BLU
Pemberian fleksibilitas pengelolaan keuangan kepada Satker BLU adalah tetap dalam
koridor penerapan tata kelola pemerintahan yang baik Satker BLU tetap mempunyai
kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang telah diatur di dalam undang-undang
Tabel III27
Kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan Keuangan
Kewajiban Politeknik Kesehatan Pontianak
RS Bhayangkara
Pontianak
Universitas Tanjungpura
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Penyusunan amp Penyampaian Rencana Bisnis Anggaran
Ya - Ya - Ya -
Penyusunan amp penyampaian Lap Keu (standar akuntansi Keu)
Ya - Ya - Ya -
55
Berdasarkan tabel kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan keuangan
dapat dilihat bahwa BLU di Provinsi Kalimantan Barat yakni Politeknik Kesehatan
Pontianak RS Bhayangkara Pontianak dan Universitas Tanjungpura telah memenuhi
semua kewajiban dalam rangka penerapan tata kelola dan pengelolaan keuangan BLU
sesuai dengan ketentuan (peraturan perundang-undangan)
37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT
Dalam rangka peningkatan pembangunan di Wilayah Kalimantan Barat Pemerintah
berusaha memperdayakan potensi yang ada guna mendukung pembangunan ekonomi di
daerah diantaranya berupa Dana Invstasi Pusat yang diberikan kepada Pemda melalui
pinjaman dan Investasi Kredit Program kepada UMKM di Wilayah Kalimantan Barat Kanwil
Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat berkewajiban menatausahakan investasi
pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi khususnya penerusan pinjaman (Subsidary
Loan Agreement) Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat) dan Pembiayaan Ultra Mikro
(UMi)
371 Penerusan Pinjaman (Subsidary Loan Agreement)
Penerusan Pinjaman Pemerintah Pusat (Subsidiary Loan Agreement) kepada
Pemerintah DaerahPerusahaan DaerahBUMD Penerusan pinjaman yang diberikan
kepada PDAM maupun Pemda dimaksudkan untuk meningkatkan atau memperbaiki
tata kelola penyediaan air minum kepada masyarakat baik dari segi infrastruktur maupun
percepatan penyedian air minum
Pada tahun 2019 masih terdapat 1 (satu) pinjaman BUMD dan Pemda menunggu
penyelesaian penghapusan yaitu Pemerintah Kota Singkawang dengan sisa hutang
sebesar Rp1766635437024 yang diselesaikan melalui proses pelaksanaan debt swap
sebesar Rp1398691928715 dan penghapusan utang murni Rp367943508309
Pemerintah Kota Singkawang telah mengalokasikan program debt swap pada APBD
tahun anggaran 2017 melalui DPPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
berupa kegiatan Pembangunan Bangsal Ruang Inap Kelas I RSUD Abdul Aziz di
Singkawang dengan realisasi pembangunan sebesar Rp14407200000 dan telah
dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat
Penyampaian Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU
Ya - Ya - Ya -
Persetujuan Tarif Layanan oleh Menteri Keuangan
Ya - Ya - Ya -
Persetujuan Pembukaan Rekening Ya - Ya - Ya -
Penyusunan SOP pengelolaan keuangan BLU
Ya - Ya - Ya -
56
Tabel III31
Profil Oustanding Penerusan Pinjaman BUMD dan PEMDA di
Prov Kalbar Tahun 2018
Sumber Data Kanwil Data PemdaBUMNBUMD Penerima SLA Dit SMI
372 Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat)
Investasi Pemerintah Pusat lainnya adalah Program Kredit Program berupa
pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM (KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan
Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 debitur)
jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar
atau 1135 persen
TabelIII32
Penyaluran KUR Wilayah Kalimantan Barat Tahun 2019
No KabKota 2018 2019
Akad Debitur Akad Debitur
1 Kalimantan Barat 1650000000 29 1055000000 30
2 Kab Sambas 172012480000 5063 178155490000 4706
3 Kab Mempawah 117141764400 3853 117924669245 3337
4 Kab Sanggau 137303602000 3683 151852745000 3768
5 Kab Ketapang 134775029932 3445 115111754000 3193
6 Kab Sintang 169583544950 3539 214178312000 3769
7 Kab Kapuas Hulu 74602388591 2755 101002500000 3412
8 Kab Bengkayang 62169980000 1909 61608265000 2069
9 Kab Landak 84971200000 2710 99536500000 2866
10 Kab Sekadau 82259245000 1715 76000490000 1679
11 Kab Melawi 60856245000 1378 84465707561 1292
12 Kab Kayong utara 24188290000 826 25003500000 824
13 Kab Kubu Raya 151025480000 3883 193886370000 4216
14 Kota Pontianak 256541689000 4730 283349999288 4710
15 Kota Singkawang 85998890400 1993 95216230108 1907
Total 1615079829273 41511 1798347532202 41778
Sumber SIKP Dit SMI 2019
Penyaluran KUR tersebar di beberapa Lembaga Keuangan di wilayah Kalimantan
Barat melalui aplikasi online system data KUR dengan Sistem Informasi Kredit Program
57
(SIKP) untuk wilayah Kalbar terdapat 16 lembaga keuangan yang ditunjuk sebagi
penyalur Sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini
Tabel II32 Penyaluran KUR per Bank Provinsi Kalbar Tahun 2019
No Nama Bank Jumlah
Rupiah Debitur
1 BPD Jawa Tengah 500000000 1
2 BPD Kalimantan Barat 235246000000 2225
3 BPD Kalimantan Selatan 100000000 1
4 BPD Kaltimtara 50000000 1
5 BPD Riau Kepri 250000000 1
6 BRI Syariah 28661000000 868
7 Bank Bukopin 1680000000 6
8 Bank Central Asia 3075000000 13
9 Bank Mandiri 374774669000 4448
10 Bank Maybank 1220000000 4
11 Bank Negara Indonesia 308639830404 1794
12 Bank Rakyat Indonesia 837567307798 32376
13 Bank Sinarmas 6014000000 25
14 Bank Tabungan Negara 400000000 3
15 CTBC Bank 58980000 4
16 Internusa Tribuana Citra Multifinance 110745000 8
1798347532202 41778
Sumber SIKP Dit SMI 2019
Berdasarkan data aplikasi SIKP penyaluran KUR mencapai sebesar Rp179834
miliar dengan jumlah debitur 41778 orang tersebar melaui skema Usaha Mikro sebesar
Rp73601 miliar (34757 debitur) Kecil dan menengah sebesar Rp106172 miliar (6977
debitur) dan TKI sebesar Rp61874 juta (44 debitur) Bank Rakyat Indonesia (BRI)
merupakan lembaga terbesar penyalur KUR yakni sebesar Rp83756 miliar Sebagian
besar investasi digunakan pada sektor perdagangan yaitu sebesar Rp93627 miliar
(20750 debitur) atau 5178 persen disusul bidang Pertanian Perburuhan dan
Kehutanan sebesar Rp47943 miliar (15953 debitur) atau 2651 persen dan Jasa
Kemasyarakatan Sosial Budaya Hiburan dan Perorangan lainnya sebesar Rp9811
miliar (2398 debitur) atau 543 persen
Hasil monitoring Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov Kalbar terhadap penyaluran
kredit program dapat dikatakan bahwa Pemerintah sangat memperhatikan dan
mengharapkan adanya perkembangan usaha serta peningkatan ekonomi bagi UMKM di
wilayah Kalimantan Barat hal ini menunjukan bahwa program KUR sangat bermanfaat
58
dan berdampak terhadap perkembangan kegiatan usaha bahkan pertumbuhan ekonomi
di Kalimantan Barat Dalam perkembangannya hasil survey di lapangan yang diambil
secara sampling terhadap 82 debitur program KUR di wilayah Kalbar didominasi oleh
Sektorbidang usaha perdagangan yaitu sebesar 5976 persen atau 49 pelaku UMKM
disusul bidang usaha jasa sebesar 1951 persen atau 16 pelaku UMKM dan Pertanian
Peternakan dan Perkebunan 1220 persen atau 10 pelaku UMKM sedangkan sektor
usaha lainnya sebesar 853 persen atau 7 pelaku UMKM Sesuai Permenko Bidang
Perekonomian nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanan KUR sektor di luar
sektor perdagangan dikelompokkan sebagai sektor produksi Dengan demikian
berdasarkan hasil survey responden debitur KUR di sektor produksi hanya mencapai
4124 persen Hal ini masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama
pada sektor produksi sebesar 60 persen
Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar
sasaran dan tujuan program KUR dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran
KUR diarahkan agar lebih banyak menyasar UMKM di sektor produksi (non
perdagangan) yaitu dengan memberikan target minimal penyaluran ke sektor produksi
sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan skema KUR
Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat perkebunan
rakyat dan peternakan rakyat
373 Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)
Tahun 2019 jumlah penyaluran UMi di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar
Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen
Tabel III33
Penyaluran UMI Provinsi Kalbar Tahun 2019
No Tahun 2018 2019
KabKota Akad Debitur Akad Debitur
1 Kayong Utara 11000000 2 208000000 28
2 Ketapang 229000000 32 1055800000 165
3 Kubu Raya 1447315688 356 1176000000 314
4 Landak 860878000 194 200500000 45
5 Melawi 155000000 24 210000000 29
6 Mempawah 3188943000 758 3574105000 1027
7 Sambas 358000000 50 232400000 30
8 Sanggau 148500000 21 622933000 93
9 Sintang 90500000 14 235700000 44
59
10 Pontianak 1671500000 638 2805350000 931
11 Singkawang 185000000 25 188500000 28
12 Bengkayang 31000000 4 5000000 1
13 Kapuas Hulu 7000000 2 7000000 2
14 Sekadau 30000000 4 - -
Jumlah 8413636688 2124 10521288000 2737
Berdasarkan data aplikasi SIKP UMi penyaluran UMi di Kalimantan Barat mencapai
sebesar Rp1052 miliar dengan jumlah debitur 2737 orang pembiayaan UMi dilakukan
melalui penyalur perantara yang merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
diantaranya adalah PT Pegadaian (Persero) PT Bahana Artha Ventura PT
Permodalan Nasional Madani (Persero) serta beberapa Koperasi baik melalui
pembiayaan konvensional danatau pembiayaan syariah LembagaLankage penyalur
terbesar yaitu PT PNM merupakan lembaga terbesar penyalur UMi yakni sebesar
Rp443 miliar (1531 debitur) PT Pegadaian sebesar Rp263 miliar (453 debitur) KSPS
BMT UGT Sidogiri sebesar Rp188 miliar (337 debitur) dan KSPPS BMT Bina Umat
Sejahtera sebesar Rp154 miliar (408 debitur)
Tabel III33
Penyaluran UMI per LKBB Provinsi Kalbar Tahun 2019
NO PENYALUR LKBB TOTAL PENYALURAN Debitur
1 PT PEGADAIAN 2637600000 453
2 PNM 4427500000 1531
3 KSPPS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA 1535305000 408
4 KSPPS TAMZIS BINA UTAMA 26000000 6
5 KSPPS BMT BINA IHSANUL FIKRI 7000000 2
6 KSPS BMT UGT SIDOGIRI 1887883000 337
Total 10521288000 2737
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi penyaluran UMi yang dilaksanakan di
beberapa wilayah Kalimantan Barat terdapat faktor yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan penyaluran UMi di Kalimantan Barat antara lain
1 PenyalurLembaga Linkage selaku penyalur pembiayaan UMi belum tersebar atau tidak
memiliki kantor cabang di seluruh wilayah Kalbar sehingga potensi penyaluran pembiayaan
UMi kurang maksimal dan tidak bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Kalbar
2 Hasil produk UMKM terutama mutu dan kualitas produk belum dapat bersaing secara
global dengan produk daerah lain
Sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan usaha UMKM di wilayah
Kalimantan Barat adalah melakukan koordinasi dan kerjasama antara Pemda
60
Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalbar PenyalurLembaga Linkage
serta lembaga terkait lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada
debitur dan membantu mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada
masyarakat baik melalui pertemuan maupun dengan media cetak banner spanduk
dan lain-lain sehingga dapat mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha
Mikro bahkan dapat meningkat ke Mikro Kecil
38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN
BELANJA INFRASTRUKTUR DI DAERAH
381 Mandatory Spending di Daerah
Belanja mandatory merupakan belanja wajib yang diperintahkan oleh Undang-Undang
yakni belanja sektor kesehatan sebesar 5 persen dan belanja sektor Pendidikan sebesar
20 persen
a Belanja Sektor Pendidikan
Uraian 2017 2018 2019
Alokasi Fungsi Pendidikan 157554 185385 231676
Pagu Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF
929392 1117061 1049551
Rasio 017 017 022
Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan Penyelenggaraan pendidikan di daerah akan mampu menjembatani
kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya belajar di sekolah Untuk memenuhi hal
tersebut tentunya harus dialokasikan anggaran belanja pendidikan Belanja Pendidikan
merupakan belanja wajib (mandatory spending) yang mutlak harus dipenuhi yang
ditentukan batas minimal pengalokasian anggaran dalam APBN sebesar 20 persen Alokasi
belanja pemerintah pusat Fungsi Pendidikan tahun 2019 sebesar Rp231 triliun meningkat
46291 miliar atau 2497 persen dibanding alokasi tahun sebelumnya Rasio fungsi
Pendidikan di tahun 2019 mencapai 022 naik 005 bila dibandingkan dengan rasio fungsi
pendidikan tahun sebelumnya Peningkatan alokasi fungsi kesehatan ini diharapkan akan
meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat
b Belanja Sektor Kesehatan
Uraian 2017 2018 2019
Alokasi Fungsi Kesehatan
16020 19263 18897
Alokasi Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF
929392 1117061 1049551
Rasio 0017 0017 0018
61
Anggaran berdasarkan fungsi kesehatan merupakan anggaran belanja negara dimana
dana anggaran akan diarahkan untuk melaksanakan program-program dalam rangka
meningkatkan derajat tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik Ketentuan pasal 171
undang undang nomor 36 tahun 2009 menjadikan alokasi di bidang kesehatan mutlak
dipenuhi (mandatory spending) Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan
adalah dengan menyediakan berbagai infrastruktur dan pengadaan tenaga-tenaga
kesehatan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan umum Usaha ini ditujukan
untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat sekaligus dalam rangka peningkatan mutu fisikal
sumber daya manusia dan Indonesia Sehat Alokasi belanja pemerintah pusat Fungsi
Kesehatan tahun 2019 di Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp18897 miliar menurun 366
miliar atau 19 penurunan tersebut disebabkan meningkatnya anggaran kesehatan
melalui transfer ke daerah (DAK) Rasio Fungsi Kesehatan di tahun 2019 mencapai 0018
naik 0001 bila dibanding rasio Fungsi Kesehatan tahun sebelumnya Meningkatnya alokasi
fungsi kesehatan tersebut diharapkan semakin meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat
382 BELANJA INFRASTRUKTUR
Infrastruktur memiliki peran penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
Keberadaan infrastruktur akan mendorong mobilitas penduduk dan faktor produksi
terutama tenaga kerja serta memperlancar arus barang dan jasa sehingga akan
mendorong tumbuhnya produksi dan investasi Belanja infrastruktur oleh pemerintah pusat
di representasikan oleh pos Belanja Modal (53) pada belanja KL (APBN)
Grafik III
Alokasi dan Realisasi Belanja Modal Tahun 2015 - 2019
sumber data mebe (diolah)
Untuk Wilayah Kalimantan Barat secara agregat alokasi untuk pos belanja modal (53)
dari tahun 2015 sd 2019 fluktuatif nampak ada penurunan belanja modal KL di tahun
2019 dibanding tahun anggaran sebelumnya Meskipun ada penurunan alokasi belanja
modal tidak berarti pembangunan infrastruktur untuk wilayah Kalimantan Barat diabaikan
000
100000
200000
300000
400000
500000
2015 2016 2017 2018 2019
Pagu Realisasi
62
karena pembangunan infrastruktur juga di topang oleh Dana Alokasi Fisik dimana tahun
2019 alokasi DAK Fisik sebesar Rp261 triliun
Tahun 2019 Pagu total belanja KL di Kalimantan Barat Rp1049 triliun dan alokasi
untuk belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun atau 2288 persen dan telah terealiasi
Rp195 triliun Dari total alokasi belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun di tahun 2019
sebagian besar alokasi belanja modal ada pada Kementerian PUPR sebesar Rp15 triliun
atau 665 persen dan selanjutnya Kementerian Perhubungan sebesar Rp20417 miliar
atau 85 persen Dari alokasi sebesar Rp15 triliun yang dianggarkan pada kementerian
PUPR di Kalimantan Barat 61 persen alokasikan untuk pembangunan infrastruktur jalan
diantaranya jalan trans Kalimantan perbatasan Indonesia dan Malaysia yakni ruas jalan
nanga badau - entikong - aruk - temajok serta pembangunan jalan Nasional III dan III di
seluruh wilayah Provinsi Kalbar Diharapkan dengan pembangunan ruas jalan secara
merata ini akan mempermudah akses dan koneksifitas antar wilayah dan mengakselerasi
nilai tambah perekonomian masyarakat Kalimantan Barat yang tercermin dari adanya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dengan menguji pengaruh realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat dengan PAD
Prov Kalbar dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel
Hasil Regresi Sederhada Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat Terhadap PAD di Prov Kalbar
Tahun 2015-2019
R Square Significance
0049 0000
Dengan signifikasi 0000 menunjukkan bahwa realisasi Belanja Modal Pemerintah
Pusat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PAD R square 0049 berarti realisasi
Belanja Modal Pemerintah Pusat memiliki pengaruh positif sebesar 49 persen terhadap
PAD Provinsi Kalbar Hasil perhitungan regresi di atas menunjukkan bahwa setiap
kenaikan 1 rupiah Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat akan mendorong kenaikan
PAD sebesar Rp 0049 Apabila kenaikan Belanja Modal Pemerintah Pusat Rp 1 triliun
maka PAD akan naik sebesar Rp 49 miliar
Jembatan Kapuas PontianakJembatan ini memiliki panjang 42o meter dan lebar 6 meter Jembatan ini muali dibangun tahun 1980
BAB IV
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
APBD
63
41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan faktor pendorong utama dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah Selain itu kinerja pelaksanaan APBD juga
merupakan salah satu penentu tercapainya target sasaran makro ekonomi daerah yang
diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan tantangan dalam mewujudkan masyarakat
sejahtera dan mandiri Pemerintah daerah menggunakan APBD sebagai instrumen utama bagi
kebijakan publik di daerahnya
Untuk mencapai target tersebut Pemerintah Daerah Kalimantan Barat menyusun Alokasi
APBD Kalimantan Barat tahun anggaran 2019 sebagaimana terlihat pada tabel berikut
Tabel IV1
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
URAIAN 2018 2019
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PENDAPATAN 2443326 2422952 2543450 2563928
PENDAPATAN ASLI DAERAH
360621 390903 376276 404671
Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398
Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
16227 17161 18117 19075
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
98917 73671 85664 84200
PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816
Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak
77844 78654 78128 58493
Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649
Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
76467 113239 69129 97384
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
120005 121467 147048 180339
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
1850 1060 000 1419
64
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
105809 46616 94992 74442
Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318
Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124
BELANJA DAERAH 2499829 2345817 2604405 2510634
BELANJA OPERASI 1645895 1509851 1691108 1608335
Belanja Pegawai 841558 797512 935725 825216
Belanja Barang 606872 516897 599693 605691
Belanja Bunga 294 323 703 288
Belanja Subsidi 000 000 000 000
Belanja Hibah 190185 188493 145940 167928
Belanja Bantuan sosial 6987 6625 9047 9212
BELANJA MODAL 505628 470016 520212 498885
Belanja Modal 505628 470016 520212 498885
BELANJA TAK TERDUGA 3110 716 3213 625
Belanja Tak Terduga 3110 716 3213 625
BELANJA TRANSFER 345197 365234 389872 402789
TransferBagi Hasil Pendapatan
90177 99533 87458 102031
Belanja Bantuan Keuangan
255020 265701 302414 300757
SURPLUSDEFISIT -56503 77135 -60955 53295
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Anggaran pendapatan pada pemerintah provinsikabupatenkota di wilayah Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018
Anggaran pendapatan naik sebesar Rp 100124 miliar menjadi 2543450 miliar atau 410
persen Anggaran belanja juga mengalami kenaikan sebesar 418 persen menjadi sebesar Rp
2604405 miliar Kondisi APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik dengan
menghasilkan surplus Rp 53295 miliar di wilayah Kalimantan Barat
42 PENDAPATAN DAERAH
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pemerintah dituntut
untuk memiliki kemandirian keuangan daerah yang lebih besar Dengan tingkat kemandirian
keuangan yang lebih besar berarti daerah tidak akan lagi sangat bergantung pada bantuan dari
pemerintah pusat dan propinsi melalui dana transfer
Namun tidak berarti jika kemandirian keuangan daerah tinggi maka daerah sudah tidak perlu
lagi mendapatkan dana transfer Dana transfer masih tetap diperlukan untuk mempercepat
pemabngunan daerah Semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan maka daerah dapat
memberikan pelayanan publik yang lebih berkualitas melakukan investasi pembangunan jangka
panjang dan sebagainya
65
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Pendapatan Daerah adalah hak pemda yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan Pendapatan daerah
tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah
yang sah Berdasarkan ketentuan tersebut APBD Kalimantan Barat disusun dengan rincian
sebagai berikut
Tabel IV2
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Jenis Pendapatan Daerah
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
URAIAN 2018 2019
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PENDAPATAN ASLI DAERAH 360621 390903 376276 404671
Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398
Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
16227 17161 18117 19075
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 98917 73671 85664 84200
PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816
Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak
77844 78654 78128 58493
Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649
Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
76467 113239 69129 97384
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 120005 121467 147048 180339
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
1850 1060 000 1419
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 105809 46616 94992 74442
Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318
Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pada tahun 2019 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Barat mengalami
peningkatan sebesar Rp 13768 miliar atau 352 persen dibandingkan tahun 2018 dengan realisasi
melebihi target yaitu 10755 persen dari pagu yang dianggarkan Kenaikan pendapatan ini
terutama ditopang oleh Pajak Daerah yang terealisasi 11103 persen dan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang mencapai 10529 persen Retribusi Daerah juga melebihi
target dengan penerimaan sebesar 10305 persen
Pendapatan transfer terjadi kenaikan yang signifikan pada Dana Bagi Hasil Pajak dari
Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya yang mencapai 14087 persen dari target disusul oleh
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar 12264 persen
66
421 Dana TransferPerimbangan
Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan dana otonomi khusus dan
dana penyesuaian
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran
dalam APBN
Kebijakan perimbangan keuangan atau ditekankan pada empat tujuan utama yaitu (a)
memberikan sumber dana bagi daerah otonom untuk melaksanakan urusan yang
diserahkan yang menjadi tanggungjawabnya (b) mengurangi kesenjangan fiskal antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah (c) meningkatkan
kesejahteraan dan pelayanan publik dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dan
pelayanan publik antar daerah serta (d) meningkatkan efisiensi efektifitas dan akuntabilitas
pengelolaan sumber daya daerah khususnya sumber daya keuangan
Dana perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK)
a Analisis ruang fiskal dan kemandirian daerah
1) Analisis Ruang Fiskal
Ruang fiskal secara umum merupakan ketersediaan ruang dalam anggaran yang
memampukan Pemerintah menyediakan dana untuk tujuan tertentu tanpa
menciptakan permasalahan dalam kesinambungan posisi keuangan Pemerintah
Dalam konteks APBN ruang fiskal adalah total pengeluaran dikurangi dengan
belanja non diskresionerterikat seperti belanja pegawai pembayaran bunga subsidi
dan pengeluaran yang dialokasikan untuk daerah
Dalam APBD Ruang fiskal adalah pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked
(DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat)
Ruang Fiskal mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda
tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib)
Ruang Fiskal adalah (Total Pendapatan-DAK) ndash Belanja Pegawai tak langsung
67
Grafik IV1
Ruang Fiskal Kalimantan Barat
Tahun Anggaran 20182019
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Berdasarkan data dua tahun terakhir ruang fiskal Kalimantan Barat tumbuh
sebesar 19589 miliar dari tahun 2018 sebesar 1155080 menjadi 1174669
pada tahun 2019 Terjadi peningkatan ruang fiskal sebesar 266 persen dari
tahun sebelumnya
2) Analisis Rasio Kemandirian Daerah
Ruang Rasio kemandirian daerah Rasio PAD terhadap total pendapatan dan
rasio dana transfer terhadap total pendapatan Apabila rasio PAD lebih besar
daripada rasio dana transfer berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin
besar rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan semakin tinggi
Rasio PAD = PAD Total Pendapatan APBD
Rasio DanaTransfer = Total Dana Transfer Total Pendapatan APBD
Rasio PAD = 376276 2543450
= 015
Rasio DanaTransfer = 2072181 2543450
= 081
Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio ketergantungan
Kalimantan Barat masih sangat tinggi
b Analisis komparatifperbandingan year on year (yoy) antara trend alokasi dana transfer
untuk Kalimantan Barat terhadap Pertumbuhan ekonomi regional PDRB Tingkat
pengangguran Tingkat kemiskinan IPM (HDI) dapat digambarkan sebagai berikut
000
2000
4000
6000
8000
10000
2018 2019
2018 54592019 5192
2018 45412019 4808
Belanja Mengikat Ruang Fiskal
68
Tabel IV3
Tabel Perbandingan Alokasi Dana Transfer Terhadap Indikator Perekonomian Regional
Tahun Anggaran 20182019
INDIKATOR 2018 2019 persen
Alokasi Dana Transfer 345197 389872 1294
Pertumbuhan Ekonomi Regional
506
500 (119)
PDRB 19403
21232 943
Tingkat Pengangguran 426
4 45 446
Tingkat Kemiskinan 737
728 (122)
IPM 6698
NA NA
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Peningkatan dana transfer dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 1294 persen
tidak serta merta turut mendongkrak indikator perekonomian di Kalimantan Barat
Tercatat hanya PDRB yang mengalami trend positif yaitu 943 persen Sedangkan
indikator lainnya negatif
422 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Pendapatan asli daerah diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi
pemerintahan daerah oleh karena ini berarti pemerintah daerah didorong untuk dapat
meningkatkan kemandirian keuangannya
a Analisis komposisi pendapatan daerah dan perbandingannya
Pada tahun 2019 pendapatan daerah Kalimantan Barat sebesar 2563928 miliar
Pendapatan transfer sebesar 2084816 miliar dan Pendapatan Asli Daerah sebesar
404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018 dapat disajikan sebagai berikut
69
Grafik IV2 Perbandingan Pendapatan Dana Transfer dan PAD Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Sampai tahun 2019 PAD Kalimantan Barat masih berada di kisaran 15 persen
dari seluruh total pendapatan Hal ini menunjukkan tingkat kemandirian keuangan
Kalimantan Barat masih rendah
b Analisis perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan belanja daerah
Pada tahun 2019 Belanja Daerah Kalimantan Barat sebesar 2510634 miliar
Pendapatan Asli Daerah sebesar 404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018
adalah sebagai berikut
Grafik 4221
Perbandingan Belanja Daerah dan Pendapatan Asli DaerahKalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
-
5000
10000
15000
20000
25000
30000
PENDAPATANPENDAPATAN
TRANSFER PENDAPATANASLI DAERAH
24433
20827
3606
24230
20320
3909
25435
21672
3763
25639
21593
4047
2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
10000
20000
3000024998
3606
23458
3909
26044
3763
25106
4047
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi
2019 Anggaran 2019 Realisasi
70
Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah tahun 2019 adalah
sebesar 1612 persen Angka ini sedikit menurun apabila dibandingkan dengan tahun
2018 yang sebesar 1666 persen Hal ini mengindikasikan ada peningkatan
kemampuan daerah untuk membiayai pengeluarannya
423 Pendapatan Lain-lain
Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan daerah selain pendapatan
transferperimbangan dan pendapatan asli daerah
Grafik IV4 Perbandingan Pendapatan Lain-lain terhadap Total Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Kontribusi Pendapatan Lain-lain di Kalimantan Barat tidak begitu signifikan terhadap
keuangan daerah Walaupun menunjukkan peningkatan tetapi secara keseluruhan
jumlahnya tidak terlalu besar Pada tahun 2018 sebesar 192 persen dari total
pendapatan dan meningkat menjadi 290 persen pada tahun 2019
43 Belanja Daerah
Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan Belanja Daerah bersumber
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) + Dana Transfer dari Pusat ke Daerah (DAU DAK Dana
Penyeimbang Dana Kontingensi DBH dll) Tujuan analisis Belanja Daerah antara lain adalah
untuk mengetahui kontribusi pengeluaran daerah terhadap pengeluaran pemerintah secara
nasional Analisis Belanja Daerah dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi belanja daerah seperti
klasifikasi urusan klasifikasi fungsi dan sebagainya
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
PENDAPATANPENDAPATAN
LAIN-LAIN
24433
1058
24230
466
25435
950
25639
744
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
71
Tabel IV5
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Persentase Jenis Belanja Terhadap Total Belanja
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Jenis Belanja Alokasi persen Thd Belanja
Sektor Konsumtif
Belanja Pegawai 825216 3301
Belanja Barang 605691 2423
Belanja Bunga 703 003
Belanja Hibah 145940 584
Belanja Bantuan sosial 9047 036
Belanja Bagi Hasil Kepada ProvKabKota dan Pemdes 87458 350
Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvKabKota dan Pemdes 302414 1210
Belanja tidak terduga 3213 013
1979682 7919
Sektor Produktif
Belanja Modal 520212 2081
Total Belanja 2499893 10000
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Alokasi APBD masih didominasi oleh belanja yang bersifat konsumtif yang mempunyai multi
efek jangka pendek dan didominasi untuk mencukupi kebutuhan belanja pegawai sebesar 3301
persen dari total belanja Terbesar berikutnya adalah belanja barang sebesar 2423 persen
Sedang untuk alokasi Belanja Modal sebesar 2081 persen ini sangat berpengaruh terhadap
peluang terbukanya lapangan pekerjaan untuk menambah kesejahteraan masyarakat karena
belanja modal mempunyai multi efek jangka panjang
44 Perkembangan BLU Daerah
BLU daerah di Kalimantan Barat bergerak dibidang layanan kesehatan Seluruhnya
merupakan BLUD yang sebagian biaya operasionalnya di biayai dengan APBD
Tabel IV6
BLU Daerah Kalimantan Barat Berdasarkan Nilai Aset dan Komposisi Pagu
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
No Jenis Layanan
Satker BLUD Nilai Aset Pagu
2018 2019 PNBP APBD TOTAL
1 Kesehatan RSUD Dr Ade M Djoen
2 Kesehatan RSUD Pemangkat Sambas
3 Kesehatan RSUD Sambas 3962 4952 2062
4 Kesehatan RSUD Sanggau
5 Kesehatan RSUD Dr Agusdjam Ketapang
6 Kesehatan RSUD Singkawang
72
7 Kesehatan RSUD Sekadau 4112 5281 1203 3692 4895
8 Kesehatan RSUD Dr Soedarso 21480 26748 6114
9 Kesehatan RSUD Dr Achmad Diponegoro Kapuas Hulu
1499 1319
10 Kesehatan RSUD Bumi Sebalo Bengkayang 6076 8645 1500 3579 5079
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
RSUD Dr Soedarso yang berada di Pontianak merupakan BLU Daerah terbesar dengan total
asset 26748 Walaupun begitu pendapatan operasionalnya baru mencapai 25 persen dari pagu
keseluruhan Sisanya masih didanai dengan APBD RSUD Bumi Sebalo sedikit lebih besar
persentase komposisi pagu PNBP terhadap total pagu Pagu PNBPnya mencapai 30 persen dari
total pagu
45 SurpusDefisit APBD
Selisih antara pendapatan dan belanja akan menimbulkan surplus atau defisit sedangkan jika
pendapatan dan belanja sama maka mencapai anggaran yang berimbang Surplus APBD terjadi
bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah jika
sebaliknya maka defisit Dalam selisih ini dapat kita jelaskan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh
pemda dapat juga dijelaskan mengenai faktor pendorong terjadinya surplusdefisit tersebut Jika
APBD defisit maka pemda harus mencari alternatif untuk menutupi kekurangan tersebut
Sedangkan jika surplus maka pemerintah akan menerima kembali dana lebih tersebut Surplus
tersebut dapat dianggarkan untuk pembayaran pokok utang penyertaan modal daerah pemberian
pinjaman kepada pemerintah lain dan pembentukan dana cadangan (misal untuk Pilkada
infrastruktur dll)
a Rasio surplusdefisit terhadap aggregat pendapatan
Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan
APBD = 77135 2422952
2018 = 318
Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan
APBD = 53295 2563928
2019 = 2079
Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2018 tetapi Kalimantan Barat masih
mencatatkan rasio surplus untuk tahun 2019 sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi
APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik
b Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I)
73
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I) rasio ini untuk mengetahui
proporsi adanya surplusdefisit anggaran terhadap salah satu sumber pendapatan APBD
yaitu realisasi pencairan dana transfer Hal ini dapat menunjukkan ekses likuiditas Pemda
pada semester I akibat frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal
bagi Kementerian Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama
pada daerah yang sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses
likuiditas
Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = Surplus atau defisit Semester I dibagi
Total Realisasi Dana Transfer
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 435522 942997
2018 = 4618
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 452874 983139
2019 = 4606
Pada semester I baik tahun 2018 maupun 2019 rasio surplus terhadap realisasi dana transfer
sangat tinggi Hal ini mengindikasikan ekses likuiditas Pemda pada semester I akibat
frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian
Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama pada daerah yang
sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas
c Rasio surplusdefisit terhadap PDRB indikator ini menggambarkan kesehatan ekonomi
regional semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan
jasa yang cukup baik untuk membiaya hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah
Rasio surplusdefisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplusdefisit thd PDRB = Surplus atau defisit APBD dibagi PDRB
Rasio surplusdefisit thd PDRB = 77135 19403
2018 = 398
Rasio surplusdefisit thd PDRB = 53295 21232
2019 = 251
Rasio surplus di 2019 lebih kecil dari 2018 ini menunjukkan Kalimantan Barat semakin
mampu memproduksi barang dan jasa lebih baik
46 Pembiayaan
Pembiayaan Daerah adalah seluruh penerimaan yang harus dibayar kembali danatau
pengeluaran yang akan diterima kembali Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan
Rasio SILPA terhadap alokasi belanja di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
74
Rasio SILPA = Jumlah SILPA dibagi Total belanja APBD
Rasio SILPA = 21710 2345817
2018 = 52
Rasio SILPA = 46347 2510634
2019 = 184
Rasio SILPA merupakan rasio yang mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang tidak
digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran Pada tahun 2019
angka rasionya adalah 184 terjadi penurunan sebesar 334 dibandingkan tahun 2018 hal ini
mengindikasikan bahwa efektifitas belanja setahun terakhir cenderung meningkat daripada tahun
sebelumnya
47 Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah
471 Analisis Horizontal dan Vertikal
a Analisis Horizontal
Analisis horizontal merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam
satu laporan realisasi Pemda (KabupatenKota) satu dengan Pemda lain dalam satu
wilayah (Provinsi) Selain itu analisis ini merupakan analisis membandingkan perubahan
keuangan dalam satu post APBD yang sama pada satu lingkup Pemda Tujuan dari analisis
horizontal adalah untuk menyajikan informasi yang utuh terkait kinerja suatu pos antar
Pemda dan perkembangan suatu pos APBD dari waktu ke waktu
Grafik IV3 Realisasi PAD KabupatenKota Kalimantan Barat
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pendapatan Asli Daerah pada Kab Sambas mengalami lonjakan yang signifikan
yaitu sebesar 26952 persen apabila dibandingkan dengan tahun yang lalu Sebaliknya
Kab Sintang mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 2830 persen
SambasSingkawa
ngSintang Sekadau
11KabKota
TotalKalbar
TW IV 2018 4028 13087 24004 5464 344320 390903
TW IV 2019 14885 16630 17210 4535 351411 404671
010002000300040005000
mili
ar r
up
iah
75
b Analisis Vertikal
Analisis vertikal merupakan analisis yang membandingkan antara pos yang satu
dengan pos yang lain terhadap totalnya dalam satu komponen APBD yang sama Tujuan
dari analisis vertikal adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi suatu pos dalam
bentuk angka total sehingga membantu pengguna dalam mengukur seberapa besar
pengaruh pos tersebut bagi Pemda
Pada prinsipnya semakin besar kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah akan
menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat Dengan kontribusi yang
semakin meningkat diharapkan pemerintah daerah semakin mampu membiayai
keuangannya Gambaran kemandirian keuangan daerah ini dapat diketahui melalui
besarnya kemampuan sumber daya keuangan dalam membiayai pelayanan kepada
masyarakat daerah tertentu
1) Analisis Kontribusi PAD Kalimantan Barat terhadap total pendapatan
Analisis Kontribusi PAD dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah
pendapatan asli daerah dengan total penerimaan daerah Rasio ini menunjukan
kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah Semakin tinggi kontribusi PAD maka
semakin tinggi kemampuan pemeritah daerah dalam penyelenggaraan desentralisas
Kriteria Rasio Kontribusi PAD
bull Sangat Baik gt 50
bull Baik 25 ndash 50
bull Kurang Baik10 ndash 25
bull Tidak Baik lt 10
76
Grafik IV4 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah di Kalimantan Barat masih relatif
rendah PAD di Kalimantan Barat menyumbang antara 15 persen sd 16 persen dari
seluruh total pendapatan dalam dua tahun terakhir
Penyebab dari rendahnya PAD tersebut antara lain pertama pemerintah daerah
belum mampu mengidentifikasi potensi sumber pendapatannya Kedua sebagian besar
pemerintah daerah masih belum dapat mengoptimalkan penerimaan pajak daerah
retribusi daerah atau bahkan penerimaan dari hasil kekayaan daerah yang dipisahkan
sesuai UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Ketiga pemerintah daerah masih menganggap bahwa rendahnya pendapatan PAD
sebagai akibat dari ruang gerak daerah yang terbatas untuk mengoptimalkan
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diatur dalam UU No 28
Tahun 2009 Pemerintah daerah melihat banyak jenis dan objek pajak serta retribusi
yang masih dapat diterapkan tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang Ketiga
daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak yang besar masih diatur oleh
pusat yaitu Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak rokok Keempat
adalah kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan yang berasal
dari pajak daerah dan retribusi daerah yaitu menyempurnakan dan mengoptimalkan
penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada serta menerapkan
pajak daerah dan retribusi daerah yang baru
-
10000
20000
30000
Anggaran Realisasi
AnggaranRealisasi2018
2019
2018 2019Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PAD 3606 3909 3763 4047
PENDAPATAN 24433 24230 25435 25639
PENDAPATAN PAD
77
2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
Analisis belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan antara total
realisasi belanja modal dengan total belanja daerah Berdasar laporan ini akan diketahui
porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada
tahun anggaran bersangkutan Pengeluaran belanja modal akan memberi manfaat
dalam jangka menengah dan panjang Belanja modal akan mempengaruhi neraca
pemerintah daerah yaitu menambah jumlah asset daerah Pemerintah daerah dengan
tingkat pendapatan daerah yang rendah memiliki porsi jumlah belanja modal yang tinggi
dibandingkan pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi Hal ini disebabkan
pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan rendah berorientasi untuk melakukan
belanja modal sebagai bagian dari investasi modal jangka panjang sedangkan
pemerintahan yang berpendapatan tinggi biasanya telah memiliki asset modal yang
mencukupi
Grafik IV5 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pada umumnya proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah antara 5
persen-20 persen Kalimantan Barat dalam dua tahun terakhir memiliki rata-rata rasio
belanja modal terhadap total belanja sebesar 1995 persen Pada tahun 2019
Kalimantan Barat memfokuskan belanja modal pada investasi penyediaan Gedung
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
5E+12
1E+13
15E+13
2E+13
25E+13
3E+13
BELANJA DAERAHBELANJA MODAL
2499829
505628
2345817
470016
2604405
520212
2510634
498885
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
78
perkantoran sebesar 3474 persen infrastruktur jalan sebesar 2759 persen dan
pengadaan alat-alat berat darat sebesar 1207 persen
472 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah
Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah yang
dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang
penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu
Analisis kapasitas fiskal daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui pendapatan
daerah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja
tertentu
Berdasarkan PMK Nomor 126PMK072019 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah
daerah provinsi dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal
Berdasarkan PMK tersebut indeks Kapasitas Fiskal Daerah kabupaten kota
dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal Daerah sebagai berikut
79
Tabel IV7
Kapasitas Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Pemerintah Daerah Indeks Kapasitas Fiskal
Kategori KFD Indeks Kapasitas
Fiskal
Kategori KFD
2018 2019
Prov Kalbar 0518 Rendah 0453 Sedang
Kab Sambas 0877 Sedang 0793 Sedang
Kab Sanggau 0855 Sedang 0778 Sedang
Kab Sintang 1134 Sedang 0269 Sangat Rendah
Kab Mempawah 043 Sangat Rendah 0494 Sangat Rendah
Kab K Hulu 1421 Tinggi 0884 Sedang
Kab Ketapang 1381 Tinggi 1094 Tinggi
Kab Bengkayang 0738 Rendah 0442 Sangat Rendah
Kab Landak 1274 Tinggi 0676 Rendah
Kab Melawi 0776 Sedang 0536 Rendah
Kab Sekadau 0669 Rendah 0611 Rendah
Kab Kayong Utara 056 Sangat Rendah 0406 Sangat Rendah
Kab Kubu Raya 1055 Sedang 0742 Sedang
Kota Pontianak 1368 Tinggi 1538 Tinggi
Kota Singkawang 0618 Rendah 0522 Rendah
Sumber PMK Nomor 126PMK072019
Berdasar tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah yang mempunyai indeks kapasitas
tinggi adalah Kab Ketapang dan Kota Pontianak Sedangkan daerah dengan indeks
kapasitas sangat rendah adalah Kab Sintang Mempawah Bengkayang dan Kayong Utara
Prov Kalbar naik dari kategori rendah ke sedang Kab Sintang turun dua tingkat dari
kategori sedang ke sangat rendah Kab Kapuas Hulu turun dari kategori tinggi ke sedang
Kab Landak turun dua tingkat dari kategori tinggi ke rendah dan Kab Melawi turun dari
kategori sedang ke rendah
48 Perkembangan Belanja Wajib Daerah
Tujuan dari sub ini adalah melihat gambaran perkembangan mandatory spending dalam
pelaksanaan APBD di daerah Mandatory spending adalah alokasi belanja wajib yang diatur
undang-undang Tujuan mandatory spending adalah mengurangi masalah ketimpangan sosial dan
80
ekonomi daerah Mandatory spending dalam tata kelola keuangan pemerintah daerah meliputi
alokasi pendidikan alokasi kesehatan penggunaan dana transfer umum dan alokasi dana desa
APBD diklasifikasikan menjadi 35 urusan daerah yaitu Pendidikan Kesehatan Pekerjaan
Umum Lingkungan Hidup Kelautan dan Perikanan Kehutanan Kesatuan Bangsa dan Politik
Perencanaan Pembangunan Penataan Ruang ESDM Pemberdayaan Masyarakat Desa Sosial
KUKM Perdagangan Kebudayaan Kependudukan dan Catatan Sipil dan seterusnya
Tahun 2019 total belanja terjadi peningkatan 703 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu
dari Rp 2345816 miliar menjadi Rp 2510634 miliar Dari ke-35 urusan daerah tersebut yang
menjadi perhatian utama pemerintah daerah secara berturut-turut adalah pemerintahan umum
(3118 persen) pendidikan (2337 persen) perumahan dan fasilitas umum (2125 persen) dan
kesehatan (1339 persen)
Berdasarkan fungsi APBD Kalimantan Barat dapat digambarkan sebagai berikut
Tabel IV8
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Fungsi Tahun 2019
(Miliar Rp)
Uraian Fungsi Total persen
01 PELAYANAN UMUM 782834 3118
02 PERTAHANAN ) 000 -
03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 30131 120
04 EKONOMI 178475 711
05 LINGKUNGAN HIDUP 22823 091
06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 533546 2125
07 KESEHATAN 336074 1339
08 PARIWISATA 9952 040
09 AGAMA ) 000 -
10 PENDIDIKAN 586788 2337
11 PERLINDUNGAN SOSIAL 30012 120
Total Belanja Daerah 2510634 10000
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Komitmen pemerintah daerah dalam membangun kualitas atau kesejahteraan masyarakat
dapat terlihat melalui alokasi pengeluaran pemerintah daerah dari tiga jenis belanja yaitu belanja
pendidikan belanja kesehatan dan belanja infrastruktur
481 Belanja Daerah Sektor Pendidikan
Pembangunan pendidikan dicapai dengan meningkatkan pemerataan akses kualitas
relevansi dan daya saing Alokasi anggaran fungsi pendidikan mencerminkan upaya
pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan
sebagai salah satu upaya untuk memenuhi amanat konstitusi bahwa alokasi anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari belanja negara
81
Dari tabel 48 dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran pendidikan
Kalimantan Barat yang sebesar 2337 persen sudah memenuhi amanat UUD 1945 pasal 31
ayat (4) dan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat (1)
yang mewajibkan alokasi anggaran Pendidikan minimal 20 persen
482 Belanja Daerah Sektor Kesehatan
Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja
di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi (mandatory spending) Pasal tersebut
menyebutkan bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 5
persen (lima persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diluar gaji sementara
provinsi dan kabupatenkota mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 10
persen (sepuluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diluar gaji Tujuan
dari pembangunan bidang kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang terus
membaik Penggunaan anggaran di dibidang kesehatan diharapkan seoptimal mungkin
dapat termanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut
Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran kesehatan
pemerintah daerah minimal 10 persen dari APBD di luar gaji (UU No 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan) sudah terpenuhi di Kalimantan Barat
483 Belanja Infrastruktur Daerah
Dana Transfer Umum terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH)
yang penggunaannya bersifat umum Porsi DAU dan DBH yang besar dari total dana
Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) diharapkan mampu berperan besar dalam
upaya percepatan pembangunan infratuktur di daerah Dana Transfer Umum (DTU)
diarahkan penggunaannya sekurang-kurangnya 25 persen untuk belanja infrastruktur
daerah
DTU Kalimantan Barat terdiri dari DAU sebesar 1232649 miliar dan DBH 58493 miliar
Jumlah totalnya adalah 1291143 miliar Jika fungsi belanja perumahan dan fasilitas umum
sebesar 533546 maka angka ini senilai 4132 persen artinya jauh melebihi ketentuan yang
berlaku
Sungai Kapuas Kalimantan BaratMerupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang 1143 km Sungai Kapuas menjadi habitat bagi 700 jenis ikan air tawar 12 jenis diantaranya termasuk ikan langka serta 40 jenis ikan lainnya terancam punah
BAB V
PERRKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
ANGGARAN
KONSOLIDASIAAN
(APBN DAN APBD)
82
A LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang
disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian tingkat Kanwil Ditjen
Perbendaharaan Prov Kalbar adalah sebagai berikut
Tabel V1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Lingkup Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019 (Miliar rupiah)
Uraian 2019 2018
Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi
Pendapatan Negara 891057 442989 1334046 2282 1086157
Pendapatan Perpajakan
808438 286398 1094835 1298 969055
Pendapatan Bukan Pajak
82620 118273 200893 7200 116798
Hibah 000 38318 38318 1250467
304
Transfer 000 2031342 000 000 000
Belanja Negara 968528 2377236 3345764 425 3209324
Belanja Pemerintah 968528 2107845 3076373 464 2939933
Transfer 2031342 269391 269391 000 269391
Surplus(Defisit) -77471 -1934247 -2011718 -525 -2123167
Pembiayaan 000 31348 31348 -2967 44575
Penerimaan Pembiayaan Daerah
000 126432 126432 4765 85628
Pengeluaran Pembiayaan Daerah
000 95084 95084 13161 41054
Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran
-77471 -1902899 -1980371 -473 -2078592
Catatan Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pada tahun 2019 pendapatan konsolidasian pemerintah
daerah provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp 1334 triliun Angka
ini naik 2282 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2018 Belanja Konsolidasian sebesar Rp 3345 triliun Angka
83
ini naik 425 persen dari tahun 2018 Terjadi defisit pada LKPK tahun 2019 sebesar
Rp 198 triliun
B PENDAPATAN KONSOLIDASIAN
Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau
Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh
pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu
periode pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun
resiprokal (berelasi)
1 Analisa Proporsi dan Perbandingan
Grafik V1
Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pendapatan Perpajakan memberikan kontribusi yang paling besar pada
pendapatan konsolidasian yaitu 8094 persen atau Rp1014 triliun Hal ini
menunjukkan Pendapatan Perpajakan masih tulang punggung General Government
Revenue di Provinsi Kalimantan Barat 7170 persen dari total Penerimaan
Perpajakan berasal dari Pajak Pemerintah Pusat PPn dalam Negeri menjadi Pajak
Pemerintah Pusat paling tinggi yaitu Rp 306 triliun
Pemerintah Daerah memberikan sumbangan 2821 persen atau Rp 286
triliun pada Penerimaan Perpajakan Konsolidasi Pajak Kendaraan Bermotor
mendominasi Pajak Daerah dengan nilai Rp 191 triliun disusul oleh Pajak Hotel
sebesar Rp 62899 miliar Hal ini menunjukkan sektor Pariwisata memiliki potensi
yang cukup besar dalam menyumbang PAD dalam bidang perpajakan
Diharapakan Pemerintah Daerah dapat terus menggali Pajak di sektor Pariwisata
dengan mengembangkan prasarana pendukung seperti perhotelan tempat
pariwisata dan lain-lain
8094
1504
287 000
Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak
Hibah Transfer
84
2 Analisa Perubahan
Pendapatan Konsolidasian mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada
tahun 2019 Kenaikan sebesar Rp 247 triliun atau 2282 persen dibanding tahun
2018 didorong peningkatan pada Pendapatan Perpajakan Rp 125 triliun (1298
persen) Pendapatan Bukan Pajak Rp 84095 miliar (72 persen) dan Pendapatan
Hibah Rp 38014 miliar (12504 persen)
Grafik V2
Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan
Konsolidasian Provinsi Kalimantan Tahun 2018 dan 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pendapatan Bukan Pajak paling besar disumbang oleh Penjualan Aset Daerah
dan Deviden atas Penyertaan Modal pada BUMD pada Pendapatan Bukan Pajak
Daerah sebesar Rp 59048 miliar dan Rp19075 miliar Deviden atas Penyertaan
Modal pada BUMD merupakan daya Tarik tersendiri bagi Pemerintah Daerah pada
Prov Kalbar untuk semakain memanfaatkan BUMD khususnya Bank Kalbar
sebagai tempat investasi
3 Perhitungan Rasio Konsolidasi
1) Tax ratio
Salah satu rasio konsolidasi dapat dilakuaka dengan menggunakan Tax Ratio
dengan rumus sebagai berikut
Tax Ratio = Pendapatan Perpajakan Konsolidasian Tingkat Wilayah
PDRB Provinsi
Dari perhitungan dapat ditemukan
PendapatanKonsolidasi
PendapatanPerpajakan
PendapatanBukan Pajak
Hibah Transfer
2019 1253916 1014946 200651 38318 000
2018 1086157 969055 116798 304 000
000
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
85
Tabel V2
Tax Ratio Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019
IndikatorTahun 2018 2019
Penerimaaan Perpajakan Konsolidasian (Miliar Rp) 969055 1014946
PDRB (Miliar Rp) 19403285 21273700
Tax ratio 499 477 Sumber LKPK Kanwil DJPB dan BPS(diolah)
Tax Ratio pada Prov Kalbar mengalami penurunan sebesar 022 persen pada
tahun 2019 dari tahun sebelumnya Dibandingkan dengan tax ratio nasional yang
sebesar 107 persen maka rasio pajak di Kalimantan Barat masih sangat kecil Hal
ini menjadi dapat menjadi motivasi bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah untuk mencari sumber-sumber Penerimaan Perpajakan yang mungkin
belum tergali secara tuntas Pemerintah dapat melakukan sensus pajak khusus
untuk Prov Kalbar agar potensi-potensi pajak tidak hilang sehingga tax ratio Kalbar
dapat mendekati tax ratio nasional
2) Rasio Kemandirian
Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan
pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan pembangunan
dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai
sumber pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain misalnya bantuan
pemerintah pusat ataupun dari pinjaman Rasio Kemandirian dapat dihitung dengan
rumus
Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah
Bantuan Pemerintah Pusat
Dengan menggunakan Laporan konsolidasian diperoleh data Rasio Kemandirian
Prov Kalimantan Barat pada tahun 2018 dan tahun 2019 berada pada angka 1818
persen dan 2180 persen Angka ini menunjukkan bahwa secara Laporan
Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan memiliki
ketergantungan yang cukup tinggi terhadap dana transfer Peran Pemerintah Pusat
akan sangat besar pada pembangunan di Kalbar sehingga Pemerintah Daerah tidak
leluasa dalam menentukan program kerjanya
C BELANJA KONSOLIDASIAN
Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja
Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja Pemerintah
Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang
sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi)
86
1 Analisis Proporsi dan Perbandingan
Proporsi dan komposisi realisasi berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis
belanja) atau perbandingan antara realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal
terhadap total Belanja konsolidasian
Grafik V3
Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pad a Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pada tahun 2019 secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Barat total
belanja pemerintah daerah lebih besar dari total belanja pemerintah pusat
Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp 3345 triliun 2895
persen bersumber dari anggaran pemerintah pusat dan sisanya sebesar 7105
persen dari anggaran pemerintah daerah
Belanja Operasional mendominasi pada Belanja Pemerintah Pusat maupun
Daerah 7045 persen Belanja Konsolidasian digunakan untuk belanaja
Operasional yaitu Rp 1608 triliun pada belanja Pemerintah Daeah dan 772 triliun
pada belanja Pemerintah Pusat Belanja Pegawai menjadi pengeluaran terbesar
pada Belanaja Operasional Konsolidasian yaitu Rp 11 90 triliun atau 3521 persen
dari total Belanaja Konsolidasian
Belanja Modal hanya menyumbangkan 2055 persen terhadapa belanaj
Konsolidasian Belanaj Bahan Baku Jalan dan jembatan menjadi belanja modal
terbesar Pemerintah Pusat dengan nilai Rp 36413 miliar dan Belanja
Pengadaaan Gedung Bangunan Tempat Kerja menjadi Belanja Modal Pemerintah
Daerah terbesar dengan Rp 175 triliun
Proporsi Belanja Pegawai yang mendominasi Belanaja Konsolidasian
sebenarnya kurang baik Dengan besarnya Belanja Pegawai yang harus
dibayarkan maka Pemerintah akan tidak leluasa menggunakan instrument fiskal
sebagai alat kebijakan
Konsolidasi Pusat Daerah
Belanja Transfer 303881 - 303881
Belanja Modal 694711 195827 498885
Belanja Operasional 2381037 772702 1608335
000500000
1000000150000020000002500000300000035000004000000
87
2 Analisis Perubahan
Grafik V4
Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Grafik V5
Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Belanja Operasional cenderung semakin besar persentase terhadap Belanja
Konsolidasian Besarnya belanja Operasional yang didominasi oleh Belanja
pegawai akan memepersempit ruang fiskal suatu daerah Dengan rumus
Ruang Fiskal = (Pendapatan-Belanja Pegawai)
Pendapatan
Dengan rumus di atas ruang fiskal Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan
Konsolidasian adalah 1077 persen
Angka 1077 persen menunjukkan bahwa Pemerintah pada Provinsi
Kalimantan Barat memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam membiayai
pembangunan di daerah Ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat juga sangat
tinggi dimana TKDD yang diterima lebih besar dari PAD Melihat hal ini sebaiknya
pemerintah daerah dan pemerintah Pusat dapat merumuskan efektifitas TKDD
yang diterima sebaiknya digunakan untuk apa dan dapat menggali sumber-sumber
PAD yang baru
68
248
Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer
70
219
Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer
88
3 Analisis Rasio Belanja Konsolidasian
Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam belanja pemerintah rasio Belanja
perkapita (spending per citizen) Rasio ini merupakan perbandingan antara realisasi
Belanja dibagi jumlah penduduk Dari perhitungan dari tahun 2019 belanja per
kapita adalah Rp 623 jutaorang mengalami kenaikan dari Rp 593 pada tahun 2018
Kenaikan ini berarti tujuan dari Pemerintah untuk menyejaterahkan masyarakat
semakin mendekati sasaran
Naiknya spending per citizen ini sejalan dengan penurunan Gini Ratio dari
angka 0325 pada tahun 2018 menjadi 0318 tahun 2019 Penurunan Gini Ratio
berarti terdapat perbaikan atas tingkat kesenjangan pada Prov Kalbar Indikator
yang juga mempengaruhi kenaikan spending per citizen adalah jumlah tenaga kerja
yang meningkat sebesar 22134 orang dari tahun 2018 ke tahun 2019
D SURPLUSDEFISIT
SurplusDefisit Laporan Keuangan Pemer i n t ah Konsolidasian di Provinsi
Kalimantan Barat t ahun 2019 mencapai minus Rp2011 triliun Defisit tersebut
b e r a s a l dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 77471 miliar dan Pemerintah Daerah
sebesar Rp1934 triliun
1) Proporsikomposisi Realisasi SurplusDefisit Pempus dan Pemda terhadap
SurplusDefisit Konsolidasian
Defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel V3
Rasio SurplusDefisit Konsolidasian terhadap PDRB
pada Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
SurplusDefisit Persentase SurrplusDefisist
Konsolidasi -2091849 10000
Pusat -157601 753
Daerah -1934247 9247
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pemerintah Daerah menyumbangkan defisit 9247 persen dari total defisit Hal ini
terjadi karena realisasi TKDD tidak diperkirakan dalam penyusunan neraca
konsolidasian Dengan adanya dana transfer yang diberikan oleh Pemerintah pusat
sebesar Rp 2033 triliun maka Pemerintah Daerah akan mendapatkan surplus sebesar
Rp 099 triliun
2) Perbandingan Rasio SurplusDefisit terhadap PDRB
Rasio ini menghitung perbandingan nilai surplusdefisit dengan nilai PDRB
89
Dihitung dengan rumus
Rasio SurplusDefisit = Nilai SurplusDefisit Konsolidasian
Nilai PDRB
Dengan rumus di atas maka di dapatkan Rasio surplusdefisit terhadap PDRB
adalah -983 persen Defisit konsolidasian bernilai 983 persen dari total PDRB Kalbar
pada periode tahun 2019
E ANALISA KONTRIBUSI KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang
ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan
kabupatenkota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender) Nilai
PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran
yaitu Y = C + I + G + X-M) Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai
salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi
Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2018
Tabel V4
Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2019 (miliar Rp)
Pendapatan 1254157
a Pajak 1014946
b Kontribusi sosial 200893
c Hibah 38318
d Pendapatan lain -
Beban 2651053
a Belanja Operasional 2381037
c Belanja Transfer 303881
Keseimbangan operasi brutoneto -1396896
Transaksi Aset Non Keuangan Neto 694711
a Aset tetap 694711
b Persediaan -
c Barang berharga -
d Aset nonproduksi -
Net LendingBorrowing -2091607
Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban 31348
a Akuisisi Neto Aset Keuangan -
- Domestik 126432
- Luar Negeri -
b Keterjadian Kewajiban -
- Domestik 95084
- Luar Negeri -
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Belanja Pemerintah (G) adalah Rp 2651 triliun dan Investasi (I) yang dilakukan oleh
90
pemerintah pada tahun 2018 sebesar Rp 694 triliun Dengan demikian dapat dihitung
kontribusi belanja Pemerintah dan investasi Pemerintah terhadap PDRB Provinsi
Kalimantan Barat dengan PDRB sebesar Rp21273 triliun adalah sebagai berikut
1 Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB adalah 1246 persen
2 Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB adalah 326 persen
Belanja Pemerintah masih memiliki porsi yang cukup besar terhadap yaitu sebesar
1246 persen Hal ini menunjukkan belanja Pemerintah adalah salah satu motor
penggerak perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat dengan harapan belanja ini
mampu memberikan efek dalam jangka waktu yang cepat terhadap pertumbuhan
ekonomi Pemerintah diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan
belanja sebesar ini
Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output perekenomian dipengaruhi oleh
tabungan pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi Tabungan merupakan
instrumen yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal (penerimaan pajak dan belanja negara
mempengaruhi tabungan nasional) Secara tidak langsung kebijakan fiskal ikut mengambil
peran dalam pertumbuhan ekonomi Keputusan-keputusan pemerintah mengenai
kebijakan fiskal yang ditempuh suatu negara dapat mengubah ouput dalam
perekonomian baik bertambah maupun berkurang
Peningkatan belanja Pemerintah memiliki multiplier effect (efek penggandaan)
terhadap pendapatan (ouput perekonomian) suatu negaradaerah Alasannya
ialah pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi Kenaikan
belanja pemerintah menyebabkan meningkatnya pendapatan kemudian meningkatkan
konsumsi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan kemudian meningkatkan
konsumsi dan seterusnya
Belanja Pemerintah yang meningkat dari tahun ke tahun memberikan efek yang baik
untuk perekonomian Kalimantan Barat karena memegang porsi yang cukup besar
terhadap PDRB Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan untuk memperbesar alokasi
Investasi juga
Taman Nasional Gunung Palung Kayong Utara
Selain habitat bagi Orang Utan di Taman Nasional Gunung Palung juga merupakan habitat bagi Bekatan (yang merupakan hewan endemik Pulau Kalimantan)
BAB VI
KEUNGGULAN DAN
POTENSI EKONOMI
SERTA TANTANGAN
FISKAL REGIONAL
91
Untuk menjadi kawasan yang maju dan unggul maka pemerintah harus mendukung
melalui pembangunan daerah dengan penentuan prioritas kebijakan yang lebih terarah serta
berjalan efektif dan efisien mengingat keterbatasan sumber pendanaan serta tetap
memperhatikan keunggulan dan potensi ekonomi daerah Penentuan sektor unggulan daerah
merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk
meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi persaingan Pendekatan
yang digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan dalam kajian ini adalah metode Shift
Share Location Quotient (LQ) dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Perhitungan sekor unggulan menggunakan metode Shift Share dilakukan dengan
perbandingan perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat dengan perkembangan
ekonomi nasional dalam jangka waktu 6 (enam) tahun terakhir
Tabel VI1
Shift Share Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019 (miliar rupiah)
No Sektor Usaha Nij (1)
Mij (2)
Cij (3)
Dij (1+2+3)
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1222348 206718 -78895 1350171
2 Pertambangan dan Penggalian 67328 484293 -251869 299751
3 Industri Pengolahan 873561 405984 -247156 1032389
4 Pengadaan Listrik Gas 5215 8251 -9427 4039
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
6143 55924 -54196 7872
6 Konstruksi 1023591 -25056 -233531 765004
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
868146 244286 -203511 908922
8 Transportasi dan Pergudangan 505346 -74394 -161645 269306
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 113457 88963 -57802 144618
10 Informasi dan Komunikasi 303467 67220 -164199 206488
11 Jasa Keuangan 308895 -56760 -25036 227099
12 Real Estate 197897 6495 -13855 190537
13 Jasa Perusahaan 49701 -16356 -5113 28232
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
345188 319568 -270891 393865
92
15 Jasa Pendidikan 309927 -62460 29641 277108
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 118800 -11299 -14033 93468
17 Jasa Lainnya 121010 -42227 -14318 64466
Sumber BPS diolah
Dengan analisis Shift Share terdapat 2 (dua) sektor lapangan usaha dengan Shift Share
ge Rp 10 triliun Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan serta
Industri
Perhitungan sektor unggulan Provinsi Kalimantan Barat dilakukan dengan menggunakan
LQ time series dimana data yang digunakan adalah PDRB dan PDB 6 (enam) tahun terakhir
Tabel VI2
LQ Time Series Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019
No Sektor LQ 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-Rata
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 158 147 145 148 152 152 150
2 Pertambangan dan Penggalian 047 062 075 069 065 074 065
3 Industri Pengolahan 076 073 076 077 078 079 077
4 Pengadaan Listrik Gas 006 007 008 008 008 008 008
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
165 160 153 160 164 523 221
6 Konstruksi 121 124 115 119 114 110 117
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
105 108 106 104 104 105 105
8 Transportasi dan Pergudangan 095 085 084 081 085 081 085
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
074 078 078 078 081 082 079
10 Informasi dan Komunikasi 092 092 091 095 096 092 093
11 Jasa Keuangan 091 086 084 084 087 078 085
12 Real Estate 106 103 101 098 102 099 101
13 Jasa Perusahaan 028 028 026 024 023 022 025
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
160 166 174 182 183 187 175
15 Jasa Pendidikan 133 124 120 117 117 114 121
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 141 137 131 126 126 125 131
17 Jasa Lainnya 065 059 056 053 052 050 056 Sumber BPS diolah
Sektor yang memiliki potensi berdasarkan LQ akan memiliki nilai gt 1 Perhitungan LQ time
series dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 menunjukkan terdapat delapan sektor yang
potensial karena memiliki LQ lebih besar dari satu dan sembilan bidang tidak potensial dengan
LQ kurang dari satu
93
Metode terakhir yang digunakan adalah Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) Sama
dengan dua metode sebelumnya MRP menggunakan data PDRB dan PDB dari tahun 2014
sampai dengan 2019
Tabel VI3
Metode Rasio Pertumbuhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019
No Sektor Usaha MRP
RPr RPs
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 097 - 088 -
2 Pertambangan dan Penggalian 075 - 123 +
3 Industri Pengolahan 095 - 098 -
4 Pengadaan Listrik Gas 109 + 162 +
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang 093 - 209 +
6 Konstruksi 111 + 101 +
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 099 - 097 -
8 Transportasi dan Pergudangan 128 + 114 +
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 093 - 105 +
10 Informasi dan Komunikasi 115 + 122 +
11 Jasa Keuangan 112 + 091 -
12 Real Estate 101 + 089 -
13 Jasa Perusahaan 124 + 095 -
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 096 - 118 +
15 Jasa Pendidikan 104 + 079 -
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109 + 093 -
17 Jasa Lainnya 128 + 097 -
Sumber BPS diolah
MRP menghitung rasio pertumbuhan sektoral pada RPs RPS yang bernilai ge 1 akan
diberikan notasi + menunjukkan sektor tersebut pada Provinsi Kalimantan Barat memiliki
pertumbuhan yang menonjol Terdapat 8 (delapan) seKtor yang yang memiliki RPs ge 1
sehingga cukup banyak sektor yang memiliki pertumbuhan yang menonjol
61 SEKTOR UNGGULAN DAERAH
Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau
perkembangan bagi sektor-sektor lainnya baik sektor yang mensuplai inputnya maupun
sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo
94
2006) Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan baik itu
perbandingan berskala regional nasional maupun internasional Pada lingkup
internasional suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan
sektor yang sama dengan negara lain Sedangkan pada lingkup nasional suatu sektor
dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu
bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain baik di pasar nasional
ataupun domestik Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut
dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga
dapat menghasilkan ekspor (Suyanto 2000146) Sektor unggulan di suatu daerah
(wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan
Kriteria pertama penentuan sektor unggulan suatu daerah adalah hubungannya
dengan PDRB maka dillihat sektor mana yang sumbangan terhadap PDRB nya paling
besar
Tabel VI4
Kontribusi Sektor Tehadap PDRB pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019
Sektor Persentase Kontribusi Terhadap PDRB
2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata
Pertanian Kehutanan dan Perikanan 2156
2054
2021
2030
2025
2013
2050
Pertambangan dan Penggalian 479 490 561 540 548 557 529
Industri Pengolahan 1648
1578
1612
1621
1609
1627
1616
Pengadaan Listrik Gas 006 008 009 010 011 010 009
Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
013 012 011 012 012 037 016
Konstruksi 1221
1310
1244
1280
1253
1229
1256
Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1451
1481
1447
1413
1409
1426
1438
Transportasi dan Pergudangan 430 440 452 457 479 470 455
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
231 238 237 231 236 239 235
Informasi dan Komunikasi 330 336 343 373 377 379 356
Jasa Keuangan 363 356 364 369 378 344 362
Real Estate 304 301 296 288 290 285 294
Jasa Perusahaan 045 047 046 044 044 044 045
Administrasi Pemerintahan Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
629 667 694 694 698 704 681
95
Jasa Pendidikan 442 430 420 401 394 392 413
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 149 151 145 140 140 143 145
Jasa Lainnya 103 101 099 098 098 101 100
Sumber BPS diolah
Dengan menggunakan (3) tiga alat analisis yang disebut di atas maka didapatkan
perhitungan sebagai berikut
Tabel VI5
Perhitungan Shift Share LQ dan MRP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019
No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)
LQ Time Series MRP (RPs)
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088
2 Pertambangan dan Penggalian 299751 065 123
3 Industri Pengolahan 1032389 077 098
4 Pengadaan Listrik Gas 4039 008 162
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
7872 221 209
6 Konstruksi 765004 117 101
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
908922 105 097
8 Transportasi dan Pergudangan 269306 085 114
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 144618 079 105
10 Informasi dan Komunikasi 206488 093 122
11 Jasa Keuangan 227099 085 091
12 Real Estate 190537 101 089
13 Jasa Perusahaan 28232 025 095
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
393865 175 118
15 Jasa Pendidikan 277108 121 079
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 93468 131 093
17 Jasa Lainnya 64466 056 097
Sumber BPS diolah
Berdasarkan Tabel VI4 diperoleh sektor unggulan pada Provinsi Kalimantan Barat
adalah sektor-sektor yang memiliki kontribusi rata-rata terhadap PDRB total di atas 10
persen Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan Industri
Pengolahan Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Dengan menggunakan analisis Shift Share LQ dan
MRP maka diperoleh tabel sebagai berikut
96
Tabel VI6
Sektor Unggulan Provinsi Kalimantan Barat tahun
No Sektor Usaha Shift Share (miliar
Rp)
LQ Time Series
MRP (RPs)
Rata-rata
PDRB
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088 2050
3 Industri Pengolahan 1032389 077 098 1616
6 Konstruksi 765004 117 101 1256
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
908922 105 097 1438
Sumber BPS diolah
Berdasarkan Shift Share semua sektor memenuhi syarat sebagai sektor unggulan
karena memiliki nilai Shift Share yang si atas Rp 7 triliun Berdasarkan metode LQ sektor
Industri Pengolahan tidak memenuhi syarat karena LQ lt 1 Perhitungan MRP menunjukkan
hanya sektor Konstruksi yang memenuhi syarat MRP Rps gt 1 Sektor Industri pengolahan
tidak memenuhi 2 kriteria yaitu LQ dan MRP sehingga dikeluarkan dari sektor unggulan
1a Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan
Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih
luas dari seluruh pulau Jawa Luasya wilayah ini banyak digunakan untuk pertanian dan
perkebunan PDRB sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205
persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-
2019 Data ini menunjukkan kekuatan dari sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan
sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat
Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan Karet menjadi 2 (dua) penyumbang
terbesar pada Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan Berdasarkan data dari BPS
perkebunan Kelapa Sawit menggunakan lahan seluas 145 juta hektare dengan hasil
produksi 973442 ton pada tahun 2018 Perkebunan Karet menggunakan lahan seluas
600956 hektare dengan produksi 268160 ton pada tahun 2017
Nilai jual hasil produksi kelapa sawit pada tahun 2018 apabila diperhitungkan
dengan harga rata-rata pada tahun berkenaan akan benilai sekitar Rp 146 triliun
sementara nilai karet sekitar Rp 21 triliun Dengan total Rp 356 triliun perkebunan
Kelapa Sawit dan Karet tentu saja masih jadi primadona
97
Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK733Menhut-II2014 tanggal 2
September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Barat
membagi hutan Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan fungsi sebagai berikut
1) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) seluas plusmn
1621046 hektar
2) Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas plusmn 2310874 hektar
3) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas plusmn 2132398 hektar
4) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas plusmn 2127365 hektar
5) Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) seluas 197918 hektar
Terdapat sekitar 45 juta hektare hutan produksi yang masih produktif pada Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini merupakan potensi yang sangat besar untuk menghasilkan
produk-produk hasil hutan yang memiliki nilai jual
Sub sektor Perikanan terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu Perikanan Budi Daya dan
Perikanan Tangkap Pada tahun 2018 Perikanan Budidaya digeluti oleh 52288 rumah
tangga sementara Perikanan Tangkap oleh 21233 rumah tangga Nilai ekspor
perikanan cenderung naik dari tahun ke tahun terakhir pada tahun 2018 tercatat ekspor
perikanan Kalbar sebesar 632 ton dengan nilai Rp 255 miliar
Dari bahasan di atas dapat dilihat bahwa Perkebunan Sawit dan Perkebunan Karet
merupakan sub sektor andalan pada sektor Sektor Pertanian Kehutanan dan
PerikananDengan demikian sangat diperlukan usaha pemerintah untuk ikut menjaga
stabilitas harga khususnya di tingkat petani Pemerintah Provinsi Kalbar menerbitkan
Peraturan Gubernur Nomor 63 Tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan penetapan
indeks dan harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit produksi pekebun Kalbar
Para pekebun kelapa sawit di seluruh Kalbar harus bermitra dengan perusahan kelapa
sawit para mitra tersebut harus membeli sesuai dengan harga yang telah ditetapkan
Pabrik kelapa Sawit tidak boleh membeli tandan kelapa sawit dengan para pekebun
yang bukan mitra
Keberadaan BUMDes diharapkan dapat menampung hasil getah karet petani dan
sekaligus memfasilitasi penjualan karet langsung ke pabrik karet sehingga jalur
perdagangan terpangkas karena tidak melalui pengepulapabila dilaksanakan secara
serempak maka dampaknya diharapkan dapat meningkatkan stabilitas harga getah
98
karet Penggunaan Dana Desa untuk pemberdayaan BUMDes harus didorong serta
kemudahan permodalan melalui KUR
1b Sektor Konstruksi
Mardiasmo (2002) mengatakan peningkatan Pemda dalam investasi modal (belanja
modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya
mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan
yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Terpilihnya sektor Konstruksi sebagai
sektor potensial sejalan dengan menggeliatnya pembangunan infrastruktur pada
Provinsi Kalimantan Barat sesuai dengan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo
pada tahun 2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur Hal ini terlihat pada peningkatan
PDRB sektor Konstruksi 6177 persen dari tahun 2014 hingga tahun 2019
Pada tahun 2019 Pemerintah menyediakan Pagu Rp 499 triliun untuk belanja
infrastruktur yang berasal dari
Belanja Pemerintah Pusat sebesar
Rp 238 triliun dan DAK Fisik sebesar
Rp 261 triliun Pagu ini meningkat
drastis dari Rp 132 triliun pada tahun
2014 atau mengalami kenaikan
sebesar 278 persen
Output dari sektor Konstruksi
pada Provinsi Kalimantan Barat
dapat dilihat dari pembangunan
Jalan Paralel Perbatasan Dari 1920
km jalan parallel perbatasan yang
akan dibangun di pulau Klimantan
82797 km berada pada wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Kondisi
jalan sampai akhir tahun 2019 sudah
teraspal sepanjang 31705 km (38)
lapisan agregat sepanjang 25329 km (31) dan masih berupa perkerasan tanah
25763 km (31) Jalan paralel perbatasan memiliki lebar minimal 7 meter dan ruang
milik jalan (Rumija) minimal 25 meter
1c Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Gambar VI1 Jalan Paralel Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat
Sumber Kompascom
99
PDRB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor menyumbang rata-rata 1438 persen pada PDRB total Prov Kalbar periode tahun
2014-2019 Sektor ini juga menyerap 510454 tenaga kerja atau 2069 persen dari total
tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Barat
Tabel VI7
Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016-2019
No Lapangan Usaha 2019 2018 2017 2016
1 Pertanian Perkebunan Kehutanan Perburuan dan Perikanan
1223113 1303474 1293884 1138334
2 Pertambangan dan Penggalian 52114 59458 54254 53514
3 Industri 134660 171828 135022 110668
4 Listrik Gas dan Air 6819 4618 7315 8891
5 Konstruksi 119949 130021 127502 146694
6 Perdagangan 510454 407126 354975 418258
7 Transportasi Pergudangan dan Komunikasi 66675 74663 67714 61910
8 Lembaga Keuangan Real Estate Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan
32687 19738 18290 27624
9 Jasa Kemasyarakatan Sosial dan Perorangan 320556 283363 340417 339232
Jumlah 2467027 2454289 2399373 2305125
Sumber BPS diolah
Serapan tenaga kerja yang cukup besar menjadikan sektor ini menjadi penyerap
tenaga kerja terbesar kedua setelah sektor Pertanian Perkebunan Kehutanan
Perburuan dan Perikanan
Nilai MRP dari sektor ini adalah 097 Nilai tersebut menunjukkan bahwa
pertumbuhan dari sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor tidak menonjol Hal ini tergambar dari kontribusi PDRB sektor terhadap
PDRB total selama 6 (enam) tahun yang berkutat di angka 14 persen Ke depannya
sektor ini diperkirakan akan tetap menajdi sektor unggulan tapi dengan pertumbuhan
yang stagnan atau cenderung menurun
62 SEKTOR POTENSIAL DAERAH
Tantangan pembangunan ekonomi daerah ke depan adalah mengupayakan
pengelolaan jalannya pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan efisien dengan
100
memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah termasuk sumber daya alam dan
sumber daya manusianya serta mengoptimalkan seluruh sumber-sumber dana untuk
membiayai pembangunan ekonomi daerahnya Untuk mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki daerah terlebih dahulu harus dikenali potensi ekonomi yang dimiliki
LQ dan MRP merupakan metode pengembangan dari Shift Share Pada LQ sektor
potensial adalah sektor yang memiliki nilai LQ gt 1 sementara pada MRP sektor yang
memiliki nilai gt 1 merupakan sektor yang menonjol Berdasarkan Tabel VI5 sektor
potensial pada Provinsi Kalimantan Barat didasarkan pada kedua kriteria tersebut
Terdapat 3 (tiga) sektor potensial berdasarkan kriteria di atas namun sektor Pengadaan
Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang dengan nilai Shift Share hanya Rp
7872 miliar tidak dapat dianggap sebagai sektor potensial karena nilai rupiah potensinya
tidak signifikan
Tabel VI5
Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat
No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)
LQ Time Series
MRP (RPs)
1 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
393865 175 118
2 Konstruksi 765004 117 101
Sumber BPS diolah
2a Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib menjadi
sektor potensial dapat dimengerti dengan besarnya jumlah Belanja Pemerintah
dibanding dengan PDRB Pada tahun 2019 Belanja Pemerintah bernilai 1412 persen
dari PDRB
Sektor ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan yang umumnya
dilakukan oleh administrasi pemerintahan seperti perundang-undangan dan
penerjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan administrasi program
berdasarkan peraturan perundangan-undangan kegiatan legislatif perpajakan
pertahanan negara keamanan dan keselamatan negara pelayanan imigrasi
hubungan luar negeri dan administrasi program pemerintah Sektor ini juga mencakup
kegiatan jaminan sosial wajib
Pada tahun 2019 sektor ini menyumbang Rp 1497 triliun atau 7 persen sebagai
penyumbang langsung terhadap PDRB Ini berarti dari total Rp 30 triliun belanja
101
pemerintah dan TKDD yang disalurkan pada Prov Kalbar sekitar 499 persen
diperuntukkan ke sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Sektor ini dapat dikembangkan dengan memperbesar belanja Pemerintah pada
Provinsi Kalimantan Barat atau memperbesar porsi sektor ini dari belanja Pemerintah
yang sudah ada Namun dengan memperbesar belanja Pemerintah ada kekhawatiran
nantinya Provinsi Kalbar akan tergantung dan tidak dapat mencari alternatif lain
sebagai sumber pertumbuhan ekonomi
2b Sektor Konstruksi
Soepangat (199152) menyatakan bahwa peningkatan belanja modal yang
menyebabkan peningkatan penyediaan layanan barang dan jasa publik kepada
masyarakat akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sektor Konstruksi menjadi
satu-satunya sektor yang masuk dalam kategori unggulan dan potensial pada Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini menjadi menarik karena terpilihnya sektor Konstruksi pada
kedua kategori menandakan bahwa sektor ini kalau dalam product life cycle masih
dalam tahap growth (pertumbuhan) Sektor yang sedang berada pada tahap growth
merupakan sektor yang paling menarik karena sektor ini sudah mapan namun masih
dapat dikembangkan
Penetapan calon ibukota baru dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di
Provinsi Kalimantan Timur sedikit banyak mempengaruhi sektor konstruksi pada pulau
Kalimantan Dengan lokasi ibukota negara di pulau Kalimantan maka akan diperlukan
interkoneksi antar semua provinsi di Kalimantan untuk mendukung ibukota baru
Provinsi Kalimantan Barat sudah mulai mendapatkan proyek-proyek besar mulai
tahun 2018 Salah satunya adalah pembangunan pelabuhan Kijing yang akan diajdikan
gerbang utama ekspor dan impor dari Pulau Kalimantan Pelabuhan Kijing dibangun
dengan investasi Rp 14 triliun dan terkoneksi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
yang juga sedang dalam proses pembangunan Pembangunan kedua fasilitas ini
diharapkan akan mempercepat pertumbuhan perekonomian Provinsi Kalimantan
Barat
Pulau Kalimantan dapat dipastikan akan mengalami make over yang besar
Proses make over ini tentu menjadi peluang yang sangat besar bagi sektor Konstruksi
102
untuk berkembang dan dengan sendirinya akan memberi sumbangan yang besar
kepada PDRB
63 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH
Menurut Adam Smith bahwa dalam perekonomian segala sesuatunya akan berjalan
sendiri-sendiri menyesuaikan diri menuju kepada keseimbangan menurut mekanisme
pasar Tarik-menarik kekuatan dalam sistem perekonomian itu seperti dikendalikan oleh
ldquothe invisible handrdquo sehingga dengan demikian tidak memerlukan begitu banyak campur
tangan pemerintah
Dalam masa sekarang ini banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat semakin
majunya teknologi dan banyaknya penemu-penemu baru serta semakin terbukanya
perekonomian antar negara menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling terkait
dan berbenturan Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan dalam
mengatur jalannya sistem perekonomian karena tidak sepenuhnya semua bidang
perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta Dengan demikian dalam sistem
perekonomian modern peranan pemerintah dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu
1) Peranan Alokasi
Peranan alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal penyediaan
barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang umum atau
disebut juga barang publik Karena dalam sistem perekonomian suatu negara tidak
semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem pasar
Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang disebut barang
publik tadi
2) Peranan Distribusi
Peranan distribusi ini merupaka peranan pemerintah sebagai distribusi pendapatan dan
kekayaan Tidak mudah bagi pemerintah dalam menjalankan peranan ini karena
distribusi ini berkaitan erat dengan dengan masalah keadilan Kegiatan dalam
mengadakan redistribusi pendapatan atau mentransfer penghasilan ini memberikan
koreksi terhadap distribusi penghasilan yang ada dalam masyarakat
3) Peranan Stabilisasi
Kegiatan menstabilisasikan perekonomian yaitu dengan menggabungkan kebijakan-
kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan lain seperti kebijakan fiskal dan
perdagangan untuk meningkatkan atau mengurangi besarnya permintaan agregat
103
sehingga dapat mempertahankan full employment dan menghindari inflasi maupun
deflasi Peranan stabilisasi pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalam
menstabilkan perekonomian seperti terjadi deflasi inflasi penurunan
permintaanpenawaran suatu barang yang nantinya masalah-masalah tersebut akan
mengangkibatkan timbulnya masalah yang lain secara berturut-turut seperti
pengangguran stagflasi dan lain-lain
12 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat memegang tugas dalam ketiga peranan di atas Untuk sektor
unggulan tugas pemerintah adalah bagaimana mempertahankan keunggulan
sektor tersebut agar tetap sustain (berkelanjutan) dan untuk sektor potensial adalah
bagaimana untuk mematangkan sektor tersebut sehingga dapat menjadi sektor
unggulan
Pada sektor unggulan apabila melihat nilai MRP terdapat 3 (tiga) sektor yang
memiliki nilai lt 1 yaitu sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sektor Industri
Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor Ketiga sektor ini perlu perhatian yang lebih besar dari Pemerintah
Pusat
Langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemerintah Pusat untuk
mempertahankan keunggulan sektor-sektor ini adalah dengan mengalokasikan Rp
23063 miliar untuk Kementerian Pertanian di Kalbar dengan Rp 8529 miliar untuk
infrastruktur pendukung membangun pelabuhan Kijing untuk mempermudah
ekspor impor dan membuat aturan untuk membangun smelter alumunia di daerah
penghasil Selama ini bauksit dari Kalbar langsung diangkut ke tempat lain sehingga
dengan adanya smelter maka aka nada nilai tambah yang diterima oleh Kalbar
Tantangan bagi Pemerintah Pusat untuk mendukung sektor-sektor unggulan ini
agar tetap sustain adalah dengan menjaga harga produk unggulan dari sektor
pertanian kehutanan dan perikanan tetap stabil dan dapat menembus pasar
ekspor Untuk industri pengolahan adalah menjaga kondisi politik dan sosial
ekonomi tetap stabil sehingga iklim investasi terjaga
Untuk sektor Konstruksi Pemerintah Pusat pada tahun 2019 manggelontorkan
dana sebesar Rp 499 triliun untuk infrastuktur Pemerintah Pusat sepertinya akan
terus menambah investasi pada infrastruktur namun porsi dari APBN akan
dikurangi karena lebih difokuskan pada pengembangan kapasitas SDM Untuk
104
menutupi kekurangan akan dilaksnakan kerjasama dengan investor dari dalam
maupun luar negeri untuk mebangun infrastruktur di Kalimantan Barat
Tantangan pada sector konstruksi lebih kepada menjaga iklim investasi yang
mendukung Dengan prospek besar infrastruktur di Kalimantan Barat apabila iklim
investasi mendukung maka dengan para investor akan datang dengan sendirinya
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
masuk ke dalam sektor potensial merupakan buah simalakama Sektor ini
diharapkan akan berkembang namun secara teori Pemerintah akan berusaha
menurunkan anggaran pada sektor ini secara perlahan Penurunan ini dilakukan
karena sektor ini bukan sektor produktif yang dapat menggenjot perekonomian
dengan signifikan
13 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah merupakan lsquotuan rumahrdquo investor dari sektor-sektor yang
dibahas di atas Sebagai tuan rumah sudah selayaknya Pemda-Pemda di Kalbar
menggelar karpet merah bagi yang ingin berinvestasi pada sektor-sektor tersebut
Karpet merah dalam hal ini dapat berupa kemudahan mengurus perizinan
bagi perusahaan yang akan masuk baik di sektor-sektor unggulan maupun sektor-
sektor potensial Sampai saat ini Prov Kalbar masih menjadi primadona bagi
perusahaan yang akan membuka Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai daerah
dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit terluas ketiga setelah Riau dan
Sumatera Utara potensi lahan di Kalbar dapat melebihi luas pada kedua Provinsi
tersebut
Untuk sektor pertanian kehutanan dan perikanan tantangan Pemerintah
Daerah adalah bagaimana menyediakan pendanaan bagi petani kecil atau
kelompok-kelompok petani agar tidak lsquomatirdquo tertekan oleh perkebunan dengan
modal yang besar Sebagaian besar lahan perkebunan adalah milik perusahaan
pemerintah daerah harus dapat membuat kebijakan yang mengharuskan
perusahaan besar membantu petani kecil dalam mengolah kebunnya Peraturan
tentang hal tersebut memang sudah ada dalam Perkebunan Inti Rakyat namun
dalam eksekusinya tanpa diawasi dengan ketat oleh Pemerintah hal tersebut tidak
berjalan dengan baik
Sektor konstruksi tidak lepas dari belanja modala pada pemerintah Dengan
belanja modal yang hanya 1987 persen dari total belanja seluruh Pemda di Kalbar
maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah tidak memiliki pushing power
105
untuk menggenjot sektor konstruksi Pemerintah Daerah dapat menjalankan
perannya dengan menjaga situasi yang kondusif agar investasi masuk dan
melakukan kerjasama untuk melaksanakan kegiatan infrastruktur baik dengan
pihak badan usaha (KPBU) ataupun pemerintah asing (G to G)
Kerjasama Pemda dengan badan usaha (swasta) sudah dimulai oleh
Pemerintah Kota Singkawang dalam pembangunan Bandara Singkawang
Kebutuhan dana pembangunan sekitar Rp43 triliun dihasilkan dengan skema
kerjasama dengan swasta Hal ini dapat ditiru oleh Pemda yang lain dalam
menggenjot pembangunan di daerahnya
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
masih menjadi sektor yang menyedot anggaran terbesar Pemda di Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini terlihat dari proporsi Belanja Pegawai terhadap Total
Belanja Pemda-Pemda di Prov Kalbar yang rata-rata di atas angka 50 persen
Tantangan bagi Pemerintah daerah adalah bagaimana menurunkan persentase
tersebut
Persentase sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib dapat dikurangi dengan langkah mengurangi anggaran pada pos-pos
yang dianggap mubazir atau tidak efisien serta meningkatkan PAD melalui
sumber-sumber pendapatan lain Pengurangan anggaran pada sektor-sektor yang
tidak efisien sudah pernah dilakukan oleh Pemprov Kalbar pada tahun 2018
dengan memotong biaya perjalanan dinas sebesar Rp 200 miliar
14 Sinkronisasi Kebijakan Pusat ndash Daerah
Dalam mempertahankan sektor unggulan dan memacu sektor potensial
Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah memiliki kebijakan masing-masing yang
dituangkan dalam APBN maupun APBD Pada sektor potensial yaitu sektor
Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dan Sektor
Konstruksi diperoleh data realisasi belanja pada tahun 2019 sebagai berikut
Tabel VI5
Belanja Pada Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat
(miliar Rp)
Sektor Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
Layanan Umum 87675 782834
Infrastruktur 446283 498884
Data LRA Pemda dan MEBE
106
Belanja Pemerintah Pusat pada kedua sektor di atas terlihat saling
melengkapi Belanja Pemerintah Pusat pada sector Administrasi Pemerintahan
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib terlihat kecil karena jumlah pegawai
Pemerintah Pusat memang lebih sedikit dibanding gabungan jumlah pegawai
Pemerintah Daerah seluruh Kalimantan Barat sehingga belanja yang digunakan
jauh lebih sedikit dibandingkan belanja yang sama pada Pemerintah Daerah
Untuk belanja sektor Konstruksi jelas terlihat bagaimana Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah memiliki peran yang hampir seimbang dalam bentuk
uang Pemerintah Pusat fokus pada Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan
jalan nasional dengan realisasi sebesar Rp 1 triliun sementara Pemerintah
Daerah juga fokus pada belanja pengadaan jalan dengan realisasi Rp 139 triliun
Hal ini sesuai dengan salah satu permasalahan pada RPJMD Provinsi Kalimantan
Barat tahun 2019 yang berbunyi ldquoRentang kendali pemerintahan yang panjang
disebabkan belum optimalnya konektivitas dan aksesibilitas antar daerah di
wilayah Kalimantan Barat serta kuantitas dan kualitas infrastruktur wilayah yang
belum memadairdquo
Sinergi juga terlihat pada pembangunan beberapa fasilitas umum salah
satunya adalah pembangunan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Kota Singkawang
Dalam pendirian SPN ini Pemerintah Daerah menyediakan lahan sementara
Pemerintah Pusat menyediakan dana untuk pembangunan
Pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mempermudah
pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan yang murah Dalam prakteknya
KUR memiliki fokus kepada sektor produktif seperti sektor Pertanian Kehutanan
dan Perikanan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada Provinsi
Kalimantan Barat sebesar Rp 179 triliun pada 41778 UMKM
Dalam KUR Pemerintah Pusat berperan sebagai regulator dan pihak yang
memberikan subsidi bunga Dengan subsidi bunga maka pelaku UMKM hanya
membayar bunga 7 persentahun Pemerintah Daerah memiliki peran sebagai
penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima KUR Dengan sinergi ini
diharapkan semakin banyak muncuk UMKM penerima KUR yang berkembang
sehingga perekonomian Kalimantan Barat juga akan semakin meningkat
BAB VII
ANALISIS TEMATIK
Masjid Jamirsquo PontianakMasjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Masjid Jamirsquo merupakan masjid tertua di Kota Pontianak dan menjadi pertanda berdiirnya Kota Pontianak pada 1771 Masehi
107
I PENDAHULUAN
Stunting (anak kerdil) merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekuranga
gizi kronis dan infeksi berulang terutama dalam seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK)
sehingga anak lebih pendek untuk usianya (Kemenkes) Balita pendek (stunted) dan sangat
pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PBU) atau tinggi badan
(TBU) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre
Growth Reference Study) 2006 Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SDstandar deviasi
(stunted) dan kurang dari ndash 3SD (severely stunted) Dampak stunting antara lain dampak
prevalensi kesehatan dan ekonomi
Stunting di Provinsi Kalbar masih terbilang tinggi dan berada pada urutan ke-27 se-
nasional Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka
rata-rata 333 persen atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita stunting Dari 14
kabupatenkota se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka stunting
paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Ketapang dengan angka 427 persen
disusul Landak sebesar 420 persen dan Melawi 408 persen Diatas angka stunting nasional
308 persen Sementara itu untuk nasional pada tahun 2019 terjadi penurunan menjadi 2767
persen (berdasarkan Survei Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI)
Revalensi stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) berada di bawah
angka 20 dan pada Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash
2019 adalah 28
Tabel VII1
Tabel Pada Baduta Kabkota Provinsi kalimantan barat Tahun 2013 dan Tahun 2018
Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)
108
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan tabel sebesar 531 persen
selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi juga penurunan pada 10
(sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada Kabupaten Kubu Raya
yang berhasil menekan angka stunting hingga 1477 persen selama lima tahun terakhir hal
ini juga bias menggambarkan keberhasilan program pembangunan dan bidang perekonomian
di Kabupaten Kubu Raya
Namun stunting masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada
kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten
dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Melawi yaitu 1298 persen
Terkait dengan kesehatan anak tidak hanya stunting (pendek) namun juga permasalahan
yang meliputi underweight (gizi kurang) dan wasting (kurus) Gizi buruk dan gizi kurang di
Provinsi Kalbar juga tinggi kasusnya dan berada pada urutan ke-28 se-nasional Berdasarkan
data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka rata-rata 2383 persen
atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita permasalahan gizi Dari 14 kabupatenkota
se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka gizi buruk dan gizi kurang
paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Landak dengan angka 3147 persen
disusul Sambas sebesar 3124 persen dan Kayong Utara 2951 persen Jauh diatas angka
nasional 177 persen dan selama kurun waktu tahun 2013 sampai 2018 telah menurun 19
persen
Gizi buruk menyebabkan 109 Juta kematian anak balita didunia setiap tahun Menurut
MDGs 2015 masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang
antara 200-290 dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ge30 (WHO2010) dan pada
Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash 2019 adalah 17
Tabel VII2
Gizi buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Kabkota Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2013 dan Tahun 2018
Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan status gizi buruk dan gizi
kurang sebesar 267 persen selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi
penurunan pada 10 (sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada
109
Kabupaten Sintang yang berhasil menurunkan status gizi buruk dan gizi kurang hingga 2054
persen selama lima tahun terakhir
Namun satus gizi masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada
kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten
dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Landak yaitu 1497 persen
II Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting
Percepatan pencegahan stunting merupakan pendekatan program pertama yang dilakukan
dengan menyeluruh dan terintegrasi yang dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir yang
ditunjukkan oleh tingginya komitmen Presiden bersama Menteri dan Pimpinan Lembaga
hingga ke tingkat Gubernur BupatiWalikota dan Kepala DesaLurah
Dalam rangka memastikan konvergensi berbagai programkegiatan percepatan penurunan
stunting dilakukan maka acuan yang digunakan adalah dokumen Strategi Nasional
Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) yang diikuti oleh berbagai pedoman
operasional Di dalam Stranas Stunting juga diatur pendekatan multi sektor yang
melaksanakan percepatan penurunan stunting yang melibatkan sektor antara lain sektor
kesehatan pertanian pendidikan air minum dan sanitasi dan perlindungan sosial Untuk
mengimplementasikannya telah disusun berbagai pedoman operasional
Penanganan masalah stunting menjadi salah satu prioritas dalam rencana kerja
Pemerintah Provinsi Kalbar Caranya yakni dengan memperkuat sinergi antarsektor terkait
serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan sektor swasta
Revitalisasi posyandu dan revitalisasi desa siaga serta pembentukan pusat penanganan gizi
buruk di tiap kabupatenkota merupakan upaya konkret yang diharapkan dapat menurunkan
prevalensi stunting di Kalbar Peningkatan cakupan air bersih dan sanitasi lingkungan
merupakan intervensi sensitif yang sangat berpengaruh dalam menurunkan prevalensi
stunting
III Penanganan Stunting Oleh Pemerintah
III1 Belanja KL Dalam APBN
Dalam kaitannya dengan percepatan pencegahan stunting melalui belanja
KementerianLembaga (KL) telah dilakukan berbagai langkah dan kebijakan agar
pengelolaan program tersebut terarah dan terukur Pada proses perencanaan khususnya
terkait dengan identifikasi output yang terkait dengan stunting telah disusun pedoman
penandaan pemantauan dan evaluasi percepatan pencegahan stunting sebagai dasar bagi
KL dalam mengidentifikasi output yang berkontribusi kepada percepatan penurunan stunting
Selanjutnya dilakukan forum koordinasi yang melibatkan Direktorat Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan (DJA Kemenkeu) Kementerian Perencanaan Pembangunan
NasionalBadan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPNBappenas) dan
KL terkait secara berkala untuk mengkaji hasil penandaan tersebut sekaligus melakukan
penajaman hasil identifikasi pada level di bawah output atau dengan pembobotan Ringkasan
110
output KL yang telah disusun tersebut digunakan sebagai dasar acuan dalam pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi program percepatan penurunan stunting
Dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat total alokasi dana yang dianggarkan kepada
Satker KL untuk penangangan stunting sebesar Rp14992 miliar dengan realisasi Rp14271
miliar (9519)
Tabel VII3
Belanja Penangan Stunting Satker KL Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Sumber Aplikasi MEBE (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi dana untuk penanganan stunting oleh KL
relative kecil yaitu hanya 357 dari total belanja satker yang terdapat alokasi untuk
penanaganan stunting atau hanya 099 dari total dana APBN Intervensi gizi spesifik hanya
dilakukan oleh satker Kementerian Kesehatan dengan alokasi dana sebesar Rp665 miliar
atau hanya sebesar 502 dari total alokasi dana Satker kementerian Kesehatan dengan
kinerja capaian output mencapai 7710
Secara nasional terdapat 20 (duapuluh) kementerianlembaga yang menganggarkan dana
penanganan stunting dengan alokasi dana Rp60 triliun atau 246 dari total APBN Indonesia
sementara itu untuk wilayah Kalbar hanya dianggarkan Rp14992 miliar untuk stunting atau
hanya 025 dari alokasi stunting nasional dan hanya 099 dari pagu total APBN di Kalbar
Kecilnya alokasi dana untuk penanganan stunting tersebut akan berpengaruh terhadap
keberhasilan upaya pencegahan stunting di Kalbar untuk itu diharapkan terjadi peningkatan
alokasi dana yang dianggarkan untuk penangnan stunting di Kalbar pada masa yang akan
datang mengingat kondisi Kalbar sebagai penderita terbanyak ke 27 secara nasional
Seperti pada lampiran III1 maka kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi
spesifik mencapai 7710 diantaranya adalah untuk Penyediaan Makanan Tambahan bagi
111
Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) capaian outputnya mencapai 100 serta kegiatan
Peningkatan Surveilans Gizi untuk 14 layanan dengan capaian output 100
Kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi sensitive mencapai 7813 yang
dialokasikan melalui 7 (tujuh) KL diantaranya adalah untuk Kampanye Hidup Sehat capaian
outputnya mencapai 100 kegiatan Bimbingan Perkawinan Pra Nikah dengan capaian output
97 serta Sistem Pengelolaan Air Limbah untuk 2980 kepala keluarga dengan capaian
output mencapai 100
Kinerja capaian output untuk kegiatan Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis
mencapai 8763 yang dialokasikan melalui 4 (empat) KL diantaranya adalah untuk Analisis
Ketersediaan Pangan Wilayah capaian outputnya mencapai 100 kegiatan Pelatihan
Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan untuk 390 orang dengan capaian output 96
serta PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat yang Terbit Tepat Waktu dengan
capaian output mencapai 100
Secara umum kinerja capaian output kebijakan terkait stunting tercapai Beberapa
permasalahan terkait dengan kebijakan terkait stunting antara lain kurangnya optimalisasi
sisa dana dan penumpukan realisasi di akhir tahun anggaran Yang perlu ditingkatkan adalah
pelaksanaan pencapaian target harus lebih disiplin sesuai dengan rencana penarikan dana
III2 Belanja Dana Desa Dan DAK Fisik
III 21 Dana Desa
Alokasi Dana Desa untuk Provinsi Kalbar Tahun 2019 adalah sebesar Rp1992 miliar yang
disalurkan kepada 2031 desa dengan realisasi sebesar Rp1987 miliar (9974) Intervensi
pencegahan stunting dilaksanakan secara terintegrasi hingga ke tingkat desa Desa-desa
yang memiliki resiko tinggi warganya mengalami stunting sudah barang tentu wajib
menganggarkan untuk menghindari resiko stunting pada warganya hal ini ditegaskan dalam
Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 tentang
Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan
Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi Dana Desa tidak melulu untuk
perbaikan sarana dan prasarana fisik namun sarpras non-fisik dan sosial kesehatan mutlak
perlu dikedepankan Bahkan penyaluran Dana Desa tahap III pada tahun 2020 mensyaratkan
untuk menyampaikan Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting
Penggunaan Dana Desa di Wilayah Kalbar juga telah mendukung program Konvergensi
Pencegahan Stunting diantaranya adalah melalui kegiatan intervensi gizi spesifik dengan
total alokasi adalah sebesar Rp104 miliar sangat kecil sekali yaitu hanya 052 dari total
realisasi penggunaan Dana Desa
Tabel VII4
Intervensi Gizi Spesifik Dana Desa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
112
Sumber omspan (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi Dana Desa yang dikhususkan untuk
Penyelenggaraan Kegiatan Pencegahan Stunting relative kecil hanya dialokasikan untuk 3
paket sebesar Rp84342500- hal ini perlu mendapatkan perhatian bersama untuk
peningkatan pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa sesuai dengan Pasal 6
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 dimana Desa yang
warganya berisiko tinggi mengalami stunting untuk mengalokasikan kegiatan pencegahan
stunting
Kebijakan pengalokasian Dana Desa Tahun 2021 hendaknya juga mendukung program
Konvergensi Pencegahan Stunting yaitu dimungkinkan untuk dilakukan perubahan formulasi
perhitungan besaran alokasi Dana Desa diusulkan untuk Alokasi Formula dimasukan
parameter perhitungan untuk jumlah penderita stunting dengan mendapatkan alokasi sebesar
20
Dana Desa juga dialokasikan untuk kegiatan Intervensi Gizi Sensitif seperti pada lampiran
III21 dengan alokasi sebesar Rp22960 miliar atau 1156 dari total realisasi Dana Desa
Beberapa capaian outputnya adalah Operasional PAUDTKTPATKATPQMadrasah Non-
Formal Milik Desa dengan alokasi Rp2361 miliar dengan output 27196367 Paket
Terselenggaranya Operasional Pos Kesehatan Desa (PKD)Polindes Milik Desa Lainnya
dengan alokasi Rp2350 miliar dengan output 31710863 paket serta Sambungan Air Bersih
ke Rumah Tangga (pipanisasi dll) yang mendapatkan alokasi sebesar Rp1140 miliar
dengan output 16424989 meter
Provinsi Kalbar dengan penderita stunting urutan ke 27 nasional maka diperlukan
penanganan melalui berbagai sumber pendanaan termasuk Dana Desa untuk itu diharapkan
instansi terkait di tingkat provinsi untuk memberikan arahan dan himbauan agar penggunaan
Dana Desa juga dialokasikan untuk pencegahan stunting khususnya untuk intervensi gizi
sensitive melalui alokasi pada Bidang Pemberdayaan masyarakat
Efektivitas pencapaian target capaian output Dana Desa diatas berdasarkan laporan
capaian output oleh Pemda terkait dimana upload capaian output baru mencapai 8545
diharapakan Pemda segera melakukan upload data capaian output sehingga bisa
menghasilkan analisis data yang lengkap
III 22 DAK Fisik
No URAIAN OUTPUT SATUAN REALISASI OUTPUT
1 Penyelenggaraan Posyandu (Kelas Ibu Hamil) 1787 ORANG 615076375 8700
2 Penyelenggaraan Posyandu (Makanan Tambahan) 20260 UNIT 9508583774 8200
3 Kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak kerdil (stunting) 3 PAKET 84342500 10000
4
Fasilitasi Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
dan Endemik 3 PAKET 84342500 10000
5 Penyelenggaraan kegiatan pencegahan stunting 3 PAKET 84342500 10000
6 Penanganan Stunting 2 PAKET 10000000 5000
7 Kampanye dan Promosi Hidup Sehat Guna Mencegah Penyakit Menular 1 PAKET 14001000 10000
10400688649TOTAL DANA DESA UNTUK INTERVENSI SPESIFIK
(Rupiah)
113
DAK Fisik Tahun 2019 sebagai salah satu sumber pendanaan untuk mendukung
konvergensi penanganan stunting di wilayah Provinsi Kalbar dialokasikan melalui DAK Fisik
Tematik tentang stunting melalui DAK Fisik Penugasan pada bidang Kesehatan Sanitasi Air
Minum dan Pendidikan dengan dijabarkan melalui kegiatan Intervensi Gizi Spesifik
Total alokasinya DAK Fisik Penugasan yang terkait dengan program pencegahan stunting
untuk wilayah Kalimantan Barat adalah sebesar Rp373508869032 dengan rincian
sebagaimana pada Lampiran III22 A
Dari lampiran III22A diketahui bahwa untuk penanganan stunting melalui Bidang
Pendidikan untuk pelaksanaanya dikoordinir oleh Provinsi sementara itu untuk lokasi sebaran
pagu ternyata tidak sesuai dengan jumlah penderita permasalahan gizi dan stunting dimana
alokasi pagu terbesar adalah untuk Kabupaten Sintang Sanggau dan Kota Pontianak
sedangkan berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 justru penderita terbanyak adalah
Kabupaten Ketapang Landak dan Melawi Hal ini perlu mendapatkan perhatian di dalam
penyusunan alokasi DAK Fisik penugasan hendaknya sebaran alokasi pagu diarahkan untuk
daerah dengan jumlah penderita stunting terbanyak
Beberapa kegiatan intervensi gizi spesifik DAK Fisik Penugasan seperti pada Lampiran
III22B khususnya melalui bidang kesehatan capaian outputnya 99 diantaranya adalah
penyediaan alat ukur demensi tubuh (antropometri) dan alat kesehatan puskesmas sebanyak
1162 paketunit dengan nilai Rp2177 Miliar Pencegahan stunting melalui intervensi gizi
sensitive dilaksanakan melalui bidang Pendidikan dengan capaian output 93 dan bidang
Sanitasi dan Air Minum Beberapa outputnya diantarnya adalah untuk penyediaan sarana dan
prasarana PAUD sebanyak 196 ruangpaket dengan realisasi sebesar Rp81 miliar serta
pembangunan system pengolahan air limbah domestic setempat dan terpusat 1315 unit
dengan realisasi Rp411 miliar
Realisasi DAK Fisik Penugasan mencapai 9513 tidak tercapainya realisasi maksimal
disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah keterlambatan pelaksanaan lelang dan
ketidaksesuaian antara nilai daftar kegiatan dengan realisasi nilai kontrak
III3 Belanja Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Alokasi penangan stunting dalam APBD Provinsi Kalbar secara agregat dialokasikan
sebesar Rp28646 miliar atau hanya 110 dibandingkan dengan total jumlah APBD tahun
2019 yaitu Rp26044 miliar
Seperti pada lampiran III3 maka dapat diketahui bahwa kelompok penangan stunting
intervensi gizi spesifik mendapatkan alokasi dana sebesar Rp2436 miliar atau hanya 009
jika dibandingkan dengan total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya adalah Program
Pencegahan Stunting sebesar Rp15 miliar dan yang terbesar adalah Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular dengan alokasi sebesar Rp1267 miliar
Kelompok penangan stunting intervensi gizi sensitive mendapatkan alokasi dana sebesar
Rp25904 miliar atau hanya 099 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya
114
adalah Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah sebesar Rp8998 miliar dan yang terkecil
Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dengan alokasi sebesar Rp125 juta
Kelompok kegiatan yang terkait pencegahan stunting mendapatkan alokasi dana sebesar
Rp306 miliar miliar atau hanya 001 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya
adalah Penyediaan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat Rp112 miliar dan yang
terbesar adalah kampanye Pencegahan Stunting dengan alokasi Rp120 juta
Beberapa kendala yang dihadapi Pemda terkait pelaksaan kebijakan stunting adalah
a Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan pemantauan pertumbuhan serta
perilaku baik yang masih rendah
b Terbatasnya akses (daya beli pengetahuan) atas pemberian makanan bergizi seimbang
untuk ibu hamil bayi dan balita yang masih rendah
c Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif yang belum optimal
d Suplementasi yang belum optimal seperti Konsumsi Tablet Tambah Darah pada ibu hamil
dan remaja Puteri
e Angka infeksi yang masih tinggi seperti cacingan diare dll baik pada balita dan ibu Hamil
f Kebersihan Lingkungan dan Akses Sanitasi yang masih belum baik
g Budaya di masyarakat dimana ibu hamil masih banyak pantangan makanan
h Tingkat soasial ekonomi masyarakat yang masih rendah
i Masih rendahnya tingkat kepedulian dan dukungan keluarga terhadap ibu hamil dan
tingkat pendidikan ibu yang masih rendah
Rekomendasi dalam upaya mengantisipasi kendala dalam pencapaian sasaran kebijakan
stunting antara lain
1 Peningkatan upaya dukungan lintas sektor dalam penanggulangan Stunting (Konvergensi
Stunting) dalam intervensi spesifik maupun sensitif
2 Peningkatan alokasi Dana Desa untuk Pelayanan Sosial dasar terkait 1000 Hari Pertama
Kehidupan
3 Peningkatan Upaya Strategi Perubahan Perilaku dalam penanggulangan stunting
4 Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamilbayi dan anak balita
melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
5 Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan Buku KIA kelas Ibu
Posyandu dan pendampingan pada ibu hamil
6 Peningkatan akses terhadap makanan bergizi bagi balita dan ibu hamil melalui pemberian
PMT Pelatihan PMBA untuk Masyarakat Konseling Menyusui
7 Peningkatan Akses Air bersih dan Sanitasi lingkungan melalui Lima Pilar STBM
Dalam rangka keberhasilan penanganan stunting di Provinsi Kalbar diharapkan alokasi
dana melaui APBD ditingkatkan jumlahnya dengan tetap memperhatikan kemampuan
keuangan daerah setidaknya mengacu pada kebijakan nasional yakni sekitar 246 dari total
APBD
BAB VII
PENUTUP
Pantai Tanjung Belandang KetapangPemandangan khas dar i Pantai in i adalah jembatan kayu yang menjirok ke laut deratan gazebo berjejer rapih di sepanjang jembatan kayu tersebut
115
A KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisis di bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut
1 Kinerja ekonomi Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar 500 persen mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang
sebesar 506 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 502 persen
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan Asuransi
Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian
2 Laju pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat 2019 yang tertinggi adalah komponen Ekspor
Barang dan Jasa yaitu 1012 persen dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun
selanjutnya adalah Konsumsi LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan
jasa utamanya berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan
Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet
3 Struktur perekonomian yang menopang ekonomi Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor
lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen) industry
pengolahan (1634 persen) perdagangan besar-eceran serta reparasi mobil sepeda motor
(1430 persen) kontruksi (1244 persen) dan sisanya terbagi dari beberapa sektor lapangan
usaha antara lain Pertambangan transportasi pergudangan informasi jasa keuangan
real estate dan jasa lainnya
4 Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan
Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat pada tahun 2019 mencapai
sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25 triliun atau 1897 persen dibandingkan
dengan tahun 2018 Hal ini adanya tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan
berlanjut dimasa mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah
yang akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single
Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai
instansi terkait baik di pusat dan daerah
5 BI Rate Kalimantan Barat 2019 cenderung menurun dari level 600 persen Bulan Januari
hingga level 500 persen pada bulan Desember Tren menurunnya BI Rate tersebut
merupakan antisipasi terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami
penurunan dan juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi (Global Bank Sentral Amerika
Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang menahan suku bunga di level 15-175
116
6 Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif Inflasi
tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional
yang hanya mencapai 055 persen Tekanan inflasi ini terjadi seiring adanya aktivitas
pemilihan umum dan legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya
permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi
sepeda motor dan ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru
7 Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka Rp14313- per
US Dollar dan menunjukan perbaikan pad akhir tahun 2019 pada Rp13831- per US Dollar
Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank
Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)
yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara
maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara
emerging market termasuk Rupiah dan pengaruh melemahnya dolar AS terhadap semua
mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak menaikkan tingkat suku bunga
8 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo terjadi
peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun 2018
(berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional 7081
Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi
Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin
dan berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah
masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun
9 Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan masih lebih baik dari
pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380) Ketimpangan pendapatan terjadi
karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan faktor produksi sehingga pihak-pihak yang
memiliki faktor produksi akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak
10 Investasi Pemerintah Pusat tahun 2019 melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM di Wilayah Provinsi Kalimantan
Barat telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 UMKMdebitur) jika dibandingkan
dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen
masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama sektor produksi yang hanya
mencapai 4124 persen yang ditargetkan sebesar 60 persen
11 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar
Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen hasil produk terutama mutu dan kualitas
produk belum bisa bersaing secara global dengan produk daerah lain
12 Penerimaan pajak dalam negeri tahun 2019 sebesar Rp667 triliun naik 26108 miliar atau
naik 407 persen dibanding penerimaan tahun 2018 Kontribusi terbesar dari penerimaan
117
pajak dalam negeri adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Rp32 triliun atau 48 persen
disusul Pajak Penghasilan (PPh) Rp307 triliun atau 46 persen
13 Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar meningkat
signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018 Dengan
perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288 miliar
atau 541 persen
14 Penerimaan PNBP tahun 2019 sebesar Rp82375 miliar mengalami penurunan sebesar Rp
3776 atau 43 persen dibandingkan penerimaan tahun 2018 Dengan komposisi
pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen dari total penerimaan PNBP
disusul pendapatan PNBP BLU sebesar 489 persen
15 Belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019 yaitu sebesar
Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar Rp1049
triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun Realisasi Belanja
pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer ke Daerah dan
dana desa terealisasi Rp2034 triliun
16 Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 terdapat penurunan angka stunting pada 10
KabupatenKota di Kalimantan Barat namun juga terjadi kenaikan angka stunting pada 4
(empat) Kabupaten
B REKOMENDASI
1 Pemerintah Daerah tetap mengupayakan peningkatan alokasi belanja pada jenis belanja
dan meningkat investasi pada sektor-sektor yang belum atau kurang memberikan kontribusi
terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat tahun 2019 terutama pada sektor
sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan
dan Penggalian yang mengalami penurunan pada periode ini secara umum capaian
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat bisa dikatakan masih stagnan dan belum
memberikan kontribusi PDRB secara maksimal yang hanya sebesar 134 persen terhadap
pembentukan PDB nasional diharapkan untuk berikutnya lebih meningkat dibanding tahun
ini
2 Untuk mempertahankan sektor ekonomi unggulan dan mematangkan sektor ekonomi
potensial Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu berkolaborasi dalam membangun
infrastruktur pendukung maupun untuk mendatangkan investor yang mau berinvestasi pada
sektor-sektor tersebut Seperti pada pembangunan Pelabuhan Kijing di kabupaten
Mempawah Pemerintah Pusat menyiapkan dana pembangunan dengan menggandeng
investor sementara Pemerintah Daerah menyiapkan dana untuk pembebasan lahan
3 Pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa perlu dilakukan desa dengan
warga berisiko tinggi stunting agar mengalokasikan Dana Desa untuk kegiatan pencegahan
stunting Kebijakan pengalokasian Dana Desa tahun 2021 hendaknya mendukung program
118
konvergensi Pencegahan Stunting yang dapat diatambahkan pada perhitungan Alokasi
Formula dengan alokasi 20 persen
4 Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) agar terus melakukan upaya memitigasi risiko
terhadap kenaikan harga serta kelancaran distribusi pasokan bahan pangan adanya
kebijakan yang memacu peningkatan produksi bahan pangan dan mengajak para
pengusaha dalam menentukan harga dan perlu mempertimbangkan daya beli konsumen
Sedangkan untuk konsumen sendiri harus mampu mengatur nafsu konsumtif karena
Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan yang
harus diatur oleh pemerintah
5 Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing mengalami kenaikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp14 triliun Hal ini terjadi tren positif terhadap
pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa mendatang dukungan Pemerintah
tetap melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single Submission
(OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai instansi terkait
baik dari pusat maupun daerah
6 Tren menurunnya BI Rate tersebut harus dijaga untuk mengantisipasi kondisi perekonomian
nasional yang masih mengalami penurunan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan
ekonomi Global Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor
eksternal tetap dijaga lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya masih sesuai
dengan target
7 Penguatan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)
yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara
maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara
emerging market termasuk Rupiah Kebijakan suku bunga Tanah Air harus tetap
dipertahankan agar imbal hasil aset keuangan Indonesia termasuk obligasi menjadi
menarik arus modal asing masuk ke Indonesia dan menambah pasokan valas di dalam
negeri
8 Indek Pembangunan Manuasia (IPM) Kalimantan Barat tahun 2018 termasuk kategori
sedang dan berada pada urutan ke-30 dari 34 Provinsi Walaupun terjadi kenaikan namun
capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi
target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin Peningkatan investasi dari
Pemerintah Pusat (APBN) yang berupa alokasi Dana Transfer khususnya DAK Fisik dan
Dana Desa serta investasi lainnya serta Pemerintah Daerah (APBD) diharapkan benar-
benar dapat digunakan pada sektor-sektor program pembangunan manusia yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat terutama mendongkrak
tingkat IPM yang terandah di Kalimantan Barat yang selama ini selalu ditempati oleh
Kabupaten Kayong Utara sebesar (6182) dan Kabupaten Sekadau (6369)-
119
9 Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar sasaran
dan tujuan program KUR maupun UMi dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran
KUR diarahkan lebih banyak di sektor produksi (non perdagangan) yaitu dengan target
minimal penyaluran sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan
skema KUR Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat
perkebunan rakyat dan peternakan rakyat harus benar-benar disaluran sesuai sasaran dan
lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada debitur dan membantu
mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada masyarakat sehingga dapat
mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha Mikro bahkan dapat meningkat ke
Mikro Kecil
10 Perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya identifikasi dan penggalian
potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian potensi pajak pengawasan
terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara Pemerintah Pusat maupun Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan
Barat Tahun 2019
Rancangan Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
RISKESDAS_2018_ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
RISKESDAS_Provinsi Kalimantan Barat 2018_ Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Laporan Pemantauan Kinerja Anggaran dan Pembangunan Program Percepatan
Pencegahan dan Penurunan Stunting Kemenkeu Reupblik Indonesia
Lampiran IIA - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Spesifik
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan
Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian KEMENTERIAN KESEHATAN 0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
2080 Pembinaan Gizi Masyarakat 001 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 002 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus
003 Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita 005 Pembinaan dalam Peningkatan Status Gizi Masyarakat 006 Suplementasi Gizi Mikro 007 Pembinaan dalam Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat 008 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Papua dan Papua Barat 009 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus Papua dan Papua Barat 010 Penguatan intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita Papua dan Papua Barat 504 Peningkatan Surveilans Gizi
5832 Pembinaan Kesehatan Keluarga 001 Pembinaan Dalam Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 002 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Kunjungan Neonatal Pertama 004 Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah 005 Pembinaan Pencegahan stunting 018 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Antenatal
1172822000 100000000 368690000 1439729000 305522000 461512000 281222000 317124000 101785000
822627500 96493000 365973800 1414218600 296527000 372659700 266887500 316592900 101784900
7014
9649
9926
9823
9706 8075 9490 9983 100
4
14
14
14 1 1 1 1 5
4
14
14
14 1 1 1 1 5
100
100
100
100
100 100 100 100 100
0240508 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
2058 Pembinaan Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra 006 Layanan Imunisasi 010 Layanan Imunisasi di Papua dan Papua Barat
2059 Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria 008 Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan 011 Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua dan Papua Barat
2060 Pengendalian Penyakit Menular Langsung 506 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit ISP 511 Sarana dan Prasarana Penanggulangan TBC 512 Sarana dan Prasarana Penanggulangan HIVAIDS
251677000 513750000 1343486000
221591784 280311250 1234273000
8805
5456 9187
14
153 8
14
151 8
25
6 40
0240709 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
2065 Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 508 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Kesehatan Ibu dan Anak 509 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Penyakit Tropis Terabaikan 510 Paket Penyediaan Vaksin
Total Belanja Intervensi Spesifik
6657319000
5789940934
9045
212
210
7710
------
Lampiran IIB - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Sensitif
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN PERTANIAN
0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan
102 Lumbung Pangan Masyarakat
1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
106 Kawasan Mandiri Pangan
1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar
101 Pemberdayaan Pekarangan Pangan
106 Hasil Pengawasan keamanan dan mutu pangan Segar
558000000 5578500000 600000000
546884550 5543049050 582679900
9801
9936 9711
1
123 1
1
121 1
100
100 100
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
0190207 Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
1835 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan
030 Pemenuhan gizi masyarakat melalui peningkatan konsumsi pangan olahan sehat
038 Komoditi yang diawasi Penerapan SNI Wajib Produk Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
0230509 Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
2016 Penyediaan Layanan Paud
006 Lembaga PAUD Menyelenggarakan Holistik Integratif
5631 Penyediaan Layanan Pendidikan Keluarga
002 Lembaga Menyelenggarakan Pendidikan Keluarga untuk Intervensi Permasalahan Sosial Tertentu
KEMENTERIAN KESEHATAN
0240111 Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
5610 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan JKNKIS
501 Cakupan Penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui JKNKIS
0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
002 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media
004 Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam mendukung Program Kesehatan
006 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media di Papua dan Papua Barat
5834 Penyehatan Lingkungan
501 Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi Syarat
504 Pengawasan terhadap Sarana Air Minum
505 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan
2090 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan
506 Rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan sesuai standar
1492964000 464132000 163411000
1437830000 431244400 162715900
9631 9291
9957
3 1 1
3 1
1
100 100
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan
Pagu Realisasi Real
Target Capaian Capaian
2094 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan
508 Alat Kesehatan
KEMENTERIAN AGAMA
0250308 Program Bimbingan Masyarakat Islam
2104 Pengelolaan KUA dan Pembinaan Keluarga Sakinah
008 Bimbingan Perkawinan Pra Nikah
0250812 Program Bimbingan Masyarakat Buddha
2145 Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Budha
014 Pembinaan Keluarga Hittasukhaya
638510000 37020000
594062500 36455000
9304
9847
29 2
1
0
97
0
KEMENTERIAN SOSIAL
0270507 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial
2251 Jaminan Sosial Keluarga
001 Keluarga Miskin Yang Mendapat Bantuan Tunai Bersyarat
0270609 Program Penanganan Fakir Miskin
5873 Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan
003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
5874 Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
002 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
5875 Penanganan Fakir Miskin Pesisir Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara
003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
3124920000
3123021922
9994
1
1
100
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
0320608 Program Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
2357 Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan
003 Promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri yang dilaksanakan (Gerakan memasyarakatkan makan ikanGemarikan)
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan
004 Sistem Pengelolaan Air Limbah
2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
005 SPAM Terfasilitasi
007 Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan
008 SPAM Berbasis Masyarakat
009 Pembangunan SPAM di Kawasan Khusus
010 Pembangunan SPAM Regional
25491600000 19295520000 10141420000 62568089000
24467600000 17485637400 9125468000 60912361277
9598
9062 9025 9735
298
3
15 0
495
1 9 0
100
0 1 52
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Rea
l Target Capaian Capaia
n 0470107 Program Perlindungan Anak
2808 Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Kesejahteraan
003 Sosialisasi tentang ASI Eksklusif Gizi Seimbang Pembatasan Gula GaramLemak (GGL) Rokok dan
Kesehatan Reproduksi bagi Keluarga dan Anak sebagai 2P dalam Penurunan Stunting
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
0590709 Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik
4143 Penyediaan dan Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
001 Informasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
0630106 Program Pengawasan Obat dan Makanan
3165 Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai BesarBalai POM
088 KIE Obat dan Makanan Aman
4124 Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang
005 Pengawasan Produk Pangan Fortifikasi
960000000
950368050
9899
26
26
100
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
0680106 Program Kependudukan dan KB
3317 Pembinaan Keluarga Balita dan Anak
021 Keluarga yang mempunyai balita dan anak memahami pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak
3331 Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan KB Provinsi
081 Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK
085 Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu
910000000 1586543000
829384786 1573708244
9114 9919
16045 433
16045 433
100 100
Total Belanja Intervensi Sensitif
13361062900000 12780247097900
12780247097900
9614
658025
1110045
78125
------
Lampiran IIC - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
0100606 Program Bina Pembangunan Daerah
1252 Pembinaan Penyelenggaraan dan Pembangunan Urusan Pemerintahan Daerah III
001 Integrasi indikator Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah lingkup UPD III
003 Penerapan SPM bidang kesehatan sosial dan transtibumlinmas
004 Evaluasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Daerah
010 Monev terpadu Penerapan dan Pencapaian SPM di daerah lingkup UPD III
011 Advokasi penerapan kebijakan percepatan penurunan stunting 015 Peningkatan kinerja kabkota dalam implementasikonvergensi program penanganan penurunan
stunting (INEY)
0100810 Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
1269 Pembinaan Administrasi Pencatatan Sipil
006 Cakupan Anak yang Memiliki Akta Kelahiran
KEMENTERIAN PERTANIAN
0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
115 Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah
295000000
281904000
9556
4
4
100
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
0230101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
4079 Pengembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) di Asia Tenggara
001 Model Pengembangan dan Pembelajaran
0231613 Program Guru dan Tenaga Kependidikan
5636 Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Paud dan Dikmas
009 Rata - rata Nilai Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas
KEMENTERIAN KESEHATAN
0240101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
2038 Pengelolaan Data dan Informasi
501 Pemetaan Keluarga Sehat
963 Layanan Data dan Informasi
0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
001 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
005 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Papua dan Papua Barat
007 Pembinaan KabKota dalam Pelaksanaan Penggerakkan Masyarakat di Posyandu
441040000 867300000
439188400 526100500
9958
6066
1 3
1
3
100
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan
2087 Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar
509 Pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
0241104 Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
2070 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
504 Riset Penanggulangan Masalah Gizi
0241210 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Ppsdmk)
2076 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan
501 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan
505 Pelatihan Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan
2078 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan
501 Penugasan Tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) Minimal 5 Orang
502 Penugasan Tenaga Kesehatan Secara Individu
505 Penugasan tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) minimal 5 orang di Wilayah Papua dan Papua Barat
102534000 125563000 2026770000
100827500 118882000 1923153550
9836
9468 9489
95
93
100
95 95
KEMENTERIAN SOSIAL
0271104 Program Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan Sosial
2254 Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional (I-VI)
002 Pelatihan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) bagi Pendamping Program Bantuan Tunai Bersyarat
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan
003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM
668321000
668320150
9999
4
2
11
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
0360106 Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
2552 Koordinasi Kebijakan Penguatan Ketahan Gizi dan Kesehatan Lingkungan
001 Usulan Rekomendasi kebijakan bidang ketahanan gizi dan kesehatan ibu dan anak dan kesehatan lingkungan
BADAN PUSAT STATISTIK
0540106 Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik
2895 Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik Bps Provinsi
009 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat
2906 Penyediaan dan Pengembangan Statistik Kesejahteraan Rakyat
003 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat Yang Terbit Tepat Waktu
5125732000
5059724707
9871
30
2
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan
Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
0550106 Program Perencanaan Pembangunan Nasional
2937 Perencanaan Pembangunan Terkait Lingkup Kesehatan dan Gizi Masyarakat
608 Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Pembangunan
KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
0670306 Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masarakat Desa
5483 Peningkatan Pelayanan Sosial Dasar
008 Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam peningkatan akses pelayanan sosial dasar
011 Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
0800106 Program Penelitian Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir Isotop dan Radiasi
3446 Pengembangan Sains dan Teknologi Bahan Maju Dengan Iptek Nuklir
002 Data Riset Hasil Analisis dengan Menggunakan Teknik Nuklir
3449 Pengembangan Sains dan Teknologi Nuklir Terapan dan Revitalisasi Reaktor Riset
006 Dokumen Teknis Mikronutrisi Pada Pangan Anak Balita Di Daerah Malnutrisi
Total Belanja Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis 9652260000 9118100807
9280 137 105 87625
------
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT
JALAN KS TUBUN NO 36 PONTIANAK 78121 TELEPON (0561) 733444 733466 FAKSIMILE (0561) 732029 LAMAN WWWDJPBKEMENKEUGOIDKANWILKALBARID
NOTA DINASNOMOR ND-143WPB172020
Yth Direktur Pelaksanaan AnggaranDari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi
Kalimantan BaratSifat SegeraLampiran 1(satu) berkasHal Pengantar Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019Tanggal 28 Februari 2020
Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
SE-61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas
Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema Analisis
Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 bersama ini kami sampaikan bersama ini kami
sampaikan Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Kajian ini
terdiri antara lain
1 Tinjauan dan Analisis APBN dan APBD tahun 2019 lingkup Provinsi Kalimantan Barat
Analisis yang dilakukan baik dari segi pendapatan maupun belanja serta dampaknya
terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dari indikator-indikator
seperti lndeks Pembangunan Manusia (IPM) Tingkat Kemiskinan dan Gini Ratio (tingkat
ketimpangan)
2 Untuk mengetahui sektor unggulan daerah dan pengembangan potensi tersebut digunakan
analisis metode Location Quotient (LQ) time series Dari analisis ini ditemukan sektor
unggulan di Provinsi Kalbar adalah bidang Pertanian Kehutanan dan Perikanan
3 Dalam KFR Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 ini terdapat analisis tematik dengan tema
Sinergi dan Konvergensi Program Penanganan Stunting di Daerah yaitu upaya pemerintah di
dalam melakukan pencegahan terhadap prevelensi stunting melalui belanja KL dalam APBN
belanja Dana Desa dan DAK Fisik serta melalui pendanaan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD)
Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih
Ditandatangani secara elektronikBambang Hartono
- KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
-
- 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
- 1COVER KFRpdf (p2)
- Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
- 3_Daftar isi_1pdf (p4)
- 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
- 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
- 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
- 10_Capaian Outputpdf (p10)
- 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
- 12_BAB I_COVERpdf (p12)
- 13_BAB Ipdf (p13-21)
- 14_BAB II_COVERpdf (p22)
- 15_BAB IIpdf (p23-41)
- 16_BAB III_COVERpdf (p42)
- 17_BAB IIIpdf (p43-77)
- 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
- 18_Bab IVpdf (p79-97)
- 19_BAB V_COVERpdf (p98)
- 19_BAB Vpdf (p99-107)
- 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
- 24_BAB VIpdf (p109-124)
- 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
- 26_BAB VIIpdf (p126-133)
- 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
- 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
- DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
-
- 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
- LAMPIRANpdf (p148-151)
- KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
-
- 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
- 1COVER KFRpdf (p2)
- Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
- 3_Daftar isi_1pdf (p4)
- 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
- 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
- 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
- 10_Capaian Outputpdf (p10)
- 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
- 12_BAB I_COVERpdf (p12)
- 13_BAB Ipdf (p13-21)
- 14_BAB II_COVERpdf (p22)
- 15_BAB IIpdf (p23-41)
- 16_BAB III_COVERpdf (p42)
- 17_BAB IIIpdf (p43-77)
- 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
- 18_Bab IVpdf (p79-97)
- 19_BAB V_COVERpdf (p98)
- 19_BAB Vpdf (p99-107)
- 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
- 24_BAB VIpdf (p109-124)
- 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
- 26_BAB VIIpdf (p126-133)
- 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
- 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
- DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
-
- 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
- LAMPIRANpdf (p148-151)
-
v
BAB VI
KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI
SERTA TANTANGAN
FISKAL REGIONAL 91
61SEKTOR UNGGULAN DAERAH93
62SEKTOR POTENSIAL DAERAH 99
63TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH102
BAB VII ANALISIS TEMATIK 110
BAB VIII PENUTUP helliphellip115
11KESIMPULAN115
12REKOMENDASI117
DAFTAR PUSTAKAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip120
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kinerja pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) pada tahun 2019
tercatat sebesar 500 persen Angka ini menurun jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan
ekonomi tahun sebelumnya sebesar 506 persen PDRB mengalami peningkatan
pertumbuhan sebesar 943 persen Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp4188 juta
Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4
(empat) sektor lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen)
Industri Pengolahan (1634 persen) Perdagangan Besar-Eceran serta Reparasi Mobil-
Sepeda Motor(1430 persen) dan Konstruksi (1244 persen)
Inflasi tahunan Kalbar pada tahun 2019 sebesar 263 persen atau menurun dibanding
periode yang sama pada tahun 2018 yang mencapai 399 persen tetapi masih lebih rendah
jika dibandingkan dengan tingkat inflasi secara nasional yang mencapai 268 persen Inflasi
tertinggi terjadi pada bulan Juni 066 persen dan Kelompok transportasi komunikasi dan jasa
keuangan pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen Kenaikan pada
bulan-bulan tersebut disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok
makanan jadi minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan
legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya permintaan terhadap
makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan
ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar termasuk kategori sedang dan berada
di bawah angka IPM Nasional Menurut data Badan Pusat Statistik sampai dengan saat ini
IPM Kalbar meningkat dari 6626 di tahun 2017 menjadi 6698 di tahun 2018 Berbagai upaya
telah dilakukan pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat untuk memberikan kemudahan
akses bagi masyarakat agar dapat memperoleh layanan pendidikan dan kesehatan
diantaranya pembangunan infrastruktur jalan serta sarana pendidikan dan kesehatan sejalan
dengan kebijakan Pemerintah untuk membangun dari pinggiran dan memperkuat daerah dan
desa
Jumlah penduduk miskin di Kalbar pada bulan September 2019 tercatat sebanyak
370470 orang Jumlah ini lebih rendah dari periode yang sama tahun 2018 dimana penduduk
miskin mencapai 369730 orang
Gini Ratio (ketimpangan pemerataan pendapatan) Kalbar tahun 2019 sebesar 0318
atau meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 0325 Koefisien Gini
berfluktuatif dari tahun ketahun namun masih berada pada kisaran antara 03 hingga 04 dan
masih dibawah Koefisien Gini Nasional Hal ini menunjukkan distribusi pendapatan
masyarakat dalam kategori sedang dan walaupun masih terdapat ketimpangan distribusi
pendapatan
v
Angkatan kerja tahun 2019 mencapai 2479000 orang mengalami kenaikan sebesar
91000 orang dari tahun 2018 Dari jumlah angkatan kerja tersebut 9556 persen bekerja
sedangkan sisanya sebesar 444 persen menganggur
Program Kredit Program berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM
(KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar
Rp179834 miliar (41778 debitur) jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen dan penyaluran Program Ultra Mikro
(UMi) sebesar Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018
terjadi kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen Pemerintah sangat
memperhatikan dan mengharapkan adanya perkembangan usaha serta upaya peningkatan
pertumbuhan ekonomi di wilayah Kalimantan Barat
Realisasi penerimaan perpajakan di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728
triliun naik 68 persen jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya Penerimaan pajak
dalam negeri memberikan kontribusi Rp667 triliun atau 917 persen sedangkan penerimaan
pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar atau 83 persen Pajak
Pertambahan Penghasilan (PPh) merupakan penyumbang penerimaan yang terbesar yakni
Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak Pertambahan Nilai (PPn) yakni Rp307
triliun atau 46 persen Untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) selama tahun 2019
mencapai Rp82375 miliar turun Rp3776 miliar atau 438 persen dibanding penerimaan
tahun sebelumnya PNBP tersebut bersumber dari Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
sebesar Rp42092 miliar dan PNBP lainnya Sebesar Rp40282 miliar
Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019
yaitu sebesar Rp3147 triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar
Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2098 triliun Realisasi
Belanja pemerintah pusat sebesar Rp96 triliun Sedangkan untuk Transfer ke Daerah dan
dana desa terealisasi Rp2034 triliun
Angka Pertumbuhan Ekonomidi Kalimantan Barat
Pertumbuhan Ekonomi
20172018
2019
Pagu dan Realisasi APBN 2019sd 31 Desember 2019
Pajak
PNBP
Belanja Modal
Belanja Bantuan Sosial
87
155
Realisasi
Pagu Realisasi
Rp837 T Rp729 T
Rp053 T Rp082 T
2017 2018 2019
517
500
505
510
515
520
000
506
500
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)di Kalimantan Barat
Indeks Pembangunan Manusia
20172018
2019
2017 2018 2019
6626
6600
6620
6640
6660
6680
000
6698
na
Angka Kemiskinandi Kalimantan Barat
Angka Kemiskinan
20172018
2019
2017 2018 2019
788
700
720
740
760
780
000
737
728
Angka Penganggurandi Kalimantan Barat
7000
800
Angka Pengangguran
20172018
2019
2017 2018 2019
436
400
410
420
430
440
000
426
445450
517
506
500
788
737
728
6626
6698
na
436
426
445
Gini Rasio Kalimantan Barat
03270318
2018
2019
Perkembangan Indikator Kesejahteraan Gini Rasio Kalimantan Barat
Pendapatan
Belanja
93
97
Rp1049 T Rp971 T
Rp2098 T Rp2034 T
sd 31 Desember 2019
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Transfer
Belanja Operasi
Belanja Modal
108
101
Realisasi
Pagu Realisasi
Rp376 T Rp405T
Rp2072 T Rp2085T
Pendapatan
Belanja
95
96
Rp1691 T Rp1608 T
Rp52 T Rp498 T
Belanja Tak Terduga
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pagu dan Realisasi APBD 2019
Belanja Transfer
Rp095 T Rp074T
Rp032 T Rp006T
Rp389 T Rp403T
19
104
78
Perkembangan Indikator Ekonomi
Capaian Program Prioritas Nasional (PN) Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019
Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan DasarPagu Realisasi
Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan KemaritimanPagu Realisasi
Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian Industri Pariwisata dan Jasa Produktif LainnyaPagu Realisasi
Pemantapan Ketahanan Energi Pangan dan Sumber Daya AirPagu Realisasi
Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan PemiluPagu Realisasi
85
73
95
86
89
Rp1741 M Rp1488 M
Rp230 M Rp167 M
Rp84 M Rp80 M
Rp336 M Rp289 M
Rp351 M Rp313 M
Realisasi Terhadap Pagu
Beberapa Pembangunan Hasil Dana APBN 2019 di Kalimantan Barat
Pembuatan Tempat Pembudidayaan Ikan Prodi Agrobisnis Perikanan Poltesa
Pembangunan Gedung Pembelajaran Terpadu MAN IC Sambas
Pembangunan Dermaga Speed Di Bungan Jaya
Pembangunan Infrastruktur Ekowisatadi Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun
Pengadaan dan pemasanganPenerangan Jalan Umum dengan solar cell
Pengadaan Benih Padi 445000 KgDistan TPH Prov Kalbar
Pembangun Terminal Barang Internasional Aruk Tahap III
Restorasi dan Penataan Kawasan Masjid Jami Beting Kota Pontianak
Pelapis Landasan PacuBandara Tebelian
Pembangunan Pasar Rakyat Tampun Juah Kab Sanggau
Pembangunan Jembatan Komposit 11 Meter (5 Unit) di Kab Kayong Utara
Pembangunan Konstruksi Pasar Rakyat Kyai Bandar Laut di Kab Ketapang
KPPN SINGKAWANG
KPPN PONTIANAK
KPPN PUTUSSIBAU
KPPN SANGGAU KPPN
SINTANG
KPPN KETAPANG
Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Nanga Era
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Sanggau
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Bengkayang
Revitalisasi Pasar Sukadana di Kab Kayong Utara
Realisasi Dana Desa
2017 2018 2019Realisasi Dana Desa
Pagu Realisasi
Rp1695 M Rp1693 M
Rp1616 M Rp1615 M20172018
Rp1992 M Rp1987 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
2000 M
1900 M
1800 M
1700 M
1600 M
1500 M
(Rp)
997998
999
2017 2018 2019Pagu DAK Fisik
Pagu Realisasi
Rp2457 M Rp2281 M
Rp2998 M Rp2794 M20172018
Rp2614 M Rp2447 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
3000 M
2800 M
2600 M
2400 M
2200 M
2000 M
(Rp)
931
928
999
936
Realisasi DAK Fisik
Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik
2017 2018 2019Pagu DAK Fisik
Pagu Realisasi
Rp2457 M Rp2281 M
Rp2998 M Rp2794 M20172018
Rp2614 M Rp2447 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
3000 M
2800 M
2600 M
2400 M
2200 M
2000 M
(Rp)
931
928
999
936
Realisasi DAK Fisik
Realisasi Kredit Ultra Mikro (UMi)
2017 2018 2019Jumlah Debitur
Debitur Realisasi
2124 Rp84 M
1913 Rp44 M20172018
Rp104 M2019
10 M
8 M
6 M
4 M
2 M
(Rp)
1913
2124
Realisasi UMi
2342
2737 12 M
Jumlah DebiturRealisasi UMi
Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)
2017 2018 2019
Debitur Realisasi
41511 Rp1615 M
34704 Rp1120 M20172018
44498 Rp1808 M2019
2000 M
1800 M
1600 M
1400 M
1200 M
(Rp)
34704
41511
44498
Jumlah DebiturRealisasi KUR
BAB I
SASARAN
PEMBANGUNAN
DAN TANTANGAN
DAERAH
Pulau Karimata Kayong UtaraMerupakan pulau dengan status Suaka Alam L a u t ( S A L ) y a n g m e n a w a r k a n p e s o n a ekosis tem terumbu karang hutan panta i hutan mangrove sampai dengan ekosistem perbukitan tinggi
1
11 PENDAHULUAN
Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di
daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata Oleh sebab itu untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur
pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian
anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD Sesuai dengan Undang-Undang
Keuangan Nomor 17 Tahun 2003 pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan
negara adalah Presiden sedangkan di daerah adalah GubernurBupatiWalikota oleh
karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah maka diperlukan sinergi
dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan
dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien
Selanjutnya kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan
daerah dalam memastikan efektifitasnya Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat
alokasi distribusi dan stabilisasi maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu
meningkatkan perbaikan dan kualitas indicator-indikator ekonomi makro dan
kesejahteraan di daerah Oleh karena itu kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari
perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan
Tidak terlepas dari hal tersebut maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi
perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan
terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi sosial-
kependudukan serta tantangan wilayahnya sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui
program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi
12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Masa jabatan Gubernur Kalimantan Barat periode 2018-2023 merupakan periode
lima tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kalimantan Barat Tahun 2005-2025 Dalam RPJPD dikemukakan bahwa visi
pembangunan jangka panjang Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2025 adalah
ldquoKalimantan Barat Bersatu dan Majurdquo
2
Visi misi dan arah pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJPD 2005-
2025 menjadi acuan dalam merumuskan visi pembangunan daerah tahun 2018ndash2023
yaitu ldquoTerwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Barat Melalui
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Dan Perbaikan Tata Kelola
Pemerintahanrdquo Pada kepemimpinan 5 (lima) tahun mendatang percepatan
pembangunan infrastruktur akan menjadi fokus utama
Sementara itu misi pembangunan Provinsi Kalimantan Barat yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut
1 Mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur
Percepatan pembangunan infrastruktur ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah serta perbatasan Indeks infrastruktur
Kalimantan Barat direncanakan mencapai 5993 di Tahun 2019
Sasaran dari misi ini adalah peningkatan ketersediaan infrastruktur pasokan
tenaga listrik jaringan transportasi (yang meliputi pelayanan konektivitas dan
keselamatan) kapasitas dan kualitas jalan ataupun jembatan Pengelolaan
Sumber Daya Air kualitas infrastruktur permukiman perdesaan (sesuai dengan
Indeks Desa Membangun) maupun perkotaan ketaatan terhadap rencana tata
ruang meningkatnya Infrastruktur daerah serta perbatasan
2 Mewujudkan tata kelola pemerintahan berkualitas dengan prinsip-prinsip Good
Governance
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan
daerah dengan target Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai SAKIP Prov
Kalimantan Barat mencapai A pada tahun 2025
Hal ini ditunjukkan dengan sasaran peningkatan pada kualitas Kelitbangan
untuk mendukung kebijakan daerah Indeks Kepuasan Pelayanan DPRD
pelayanan umum pengelolaan administrasi keuangan dan aset di lingkungan
Sekretariat Daerah dan Rumah Jabatan kelembagaan perangkat daerah yang
tepat fungsi dan tepat ukuran penyelenggaraan ketatalaksanaan pemerintah
daerah penataan sistem manajemen SDM Aparatur berdasarkan merit system
Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Desa Pengelolaan Arsip Daerah pembinaan
dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah terselenggaranya Penataan
Daerah dan Pembinaan Wilayah terkoordinirnya dan tertatanya kegiatan
kerjasama dalam negeri dan luar negeri dalam menunjang pembangunan di
Provinsi Kalimantan Barat meningkatnya pengelolaan wilayah perbatasan
meningkatnya komunikasi kebijakan pembangunan daerah
3
3 Mewujudkan masyarakat yang sehat cerdas produktif dan inovatif
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dengan indikator sasaran
peningkatan IPM dari angka 6626 menjadi 672 di tahun 2019 Sasaran misi ini
adalah meningkatkan kualitas pendidikan kebudayaan dan literasi peningkatan
kualitas kesehatan meningkatkan kualitas pemuda meningkatakan capaian
indeks pembangunan gender dan Indeks pemberdayaan gender meningkatakan
perlindungan terhadap perempuan dan anak meningkatkan ketersediaan
keterjangkauan dan pemanfaatan pangan meningkatakan fasilitasi program KB
Keluarga Sejahtera dan Pengendalian Penduduk
4 Mewujudkan masyarakat sejahtera
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarat secara merata
mengurangi kemiskinan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi dari 506
ditargetkan 520 pada tahun 2019 dan jumlah desa mandiri dari 1 ditargetkan
mencapai 63 desa mandiri Selanjutnya tujuan lainnya adalah mengurangi
kemiskinan dan pengangguran dengan target menurunkan angka tingkat
penggangguran terbuka dari 413 menjadi 390 pada tahun 2019 Beberapa
sasarannya terkendalinya penyakit menular strategis zoonosis meningkatnya
produksi peternakan terwujudnya kedaulatan pangan sektor keluatan dan
perikanan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produksi perikanan
5 Mewujudkan masyarakat yang tertib
Hal ini bertujuan meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat
Sasaran dari misi ini adalah meningkatkan skor Indeks Demokrasi Aspek
Kebebasan Sipil dari 9715 menjadi 9735 di tahun 2019 penyelenggaraan
pelayanan Trantibumlinmas meningkatnya jumlah orang atau kelompok
masyarakat miskin yang memperoleh bantuan hukum litigasi dan non litigasi
meningkatnya upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam rangka pengurangan
risiko bencana meningkatkan penanganan kedaruratan dan pendistribusian
logistik pada daerah terkena bencana meningkatkan penanganan rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana
6 Mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan
target sasaran Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kalimantan Barat Tahun 2019
di angka 6620 Dengan sasaran lainnya menurunnya luas kerusakan Kawasan
hutan melalui rehabilitasi hutan dan layanan krisis dan ketaatan terhadap
pencana tata ruang meningkat
4
122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dijabarkan ke
dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan
pembangunan tahunan yang disusun berikut rancangan prioritas dan sasaran
pembangunan daerah
a Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Kondisi infrastruktur di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2018 apabila
dilihat dari Indeks Infrastruktur adalah sebesar 5661 Angka Indeks Infrastruktur
merupakan indeks yang menggambarkan kondisi infrastruktur di Kalimantan Barat
pada tahun 2018 yang meliputi variabel Jalan Kondisi Mantap Provinsi sebesar
4971 Irigasi Kondisi Mantap sebesar 4676 Rumah Tangga Bersanitasi
sebesar 4838 Rumah Tangga dengan Air Bersih sebesar 5520 dan Rasio
Elektrifikasi sebesar 83 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan
dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas
Perhubungan dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kalimantan Barat
Untuk tahun 2020 indeks infrastruktur Kalimantan Barat ditargetkan
meningkat menjadi 6300 yang tentunya merata di seluruh Kabupaten Kota di
Kalimantan Barat
Tabel I1
Target Indeks Infrastruktur Kalimantan Barat Tahun 2020 Indikator Kondisi
Awal (2018)
Taget
2019 2020
1 2 3 4
Persentase Panjang Jalan Provinsi Dalam Kondisi Mantap
4971 5668 6219
Rumah Tangga Sanitasi 4838 5188 5549
Persentase Akses Penduduk Air Minum
5520 5830 6120
Rasio Elektrifikasi 8300 8500 8700
Persentase Irigasi Provinsi dalam Kondisi Baik
4676 4778 4890
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tahun 2020 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMD Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2018 ndash 2023 dimana tahun 2020 ditetapkan sebagai
Tahap Percepatan (Pemerataan infrastruktur dasar dan aksesibilitas antar wilayah
dalam rangka percepatan mewujudkan desa mandiri) Pembangunan dalam tahap
kedua lebih diarahkan pada upaya peningkatan status desa menuju desa mandiri
Apalagi bila dikaitkan dengan target RPJMD yang menetapkan sasaran pada
pencapaian desa mandiri tahun 2023 kurang lebih 400 desa mandiri Oleh karena
itu salah satu pilihan strategi yang memiliki dampak bagi peningkatan status desa
5
mandiri diantaranya melalui Pemerataan infrastruktur dasar serta pemerataan
aksesibilitas antar wilayah
b Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah
Kualitas tata kelola pemerintahan daerah di Provinsi Kalimantan Barat yang
diukur melalui Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah berada pada kondisi baik dimana nilai Indeks Reformasi
Birokrasi berada pada nilai B Dan Nilai SAKIP berada pada predikat B dengan
nilai 6401 Untuk Kabupaten Kota di Kalimantan Barat dari 14 Kabupaten Kota
hanya 1 daerah yaitu Kota Pontianak yang sudah mendapatkan predikat BB pada
nilai SAKIP12 kabupaten dengan predikat B dan yang lainnya masih berada
pada predikat CC dan C pada tahun 2018
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa
Perangkat Daerah yaitu Biro Adminsitasi Pembangunan dan Pengadaan Barang
dan Jasa Biro Pengelolaan Aset Biro Hukum Biro Humas dan Protokol serta Biro
Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Barat Selain itu juga didukung
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Kepegawaian Daerah
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Penelitian dan
Pengembangan Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Daerah Provinsi Kalimantan Barat
c Mewujudkan Masyarakat Sejahtera
Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan melalui beberapa
indikator yaitu
- Pertumbuhan Ekonomi tahun 2018 ada di angka 506 tahun 2019 535 dan
ditargetkan tumbuh 535 pada tahun 2020
- Penurunan Angka Kemiskinan sebelumnya 737 (2018) 692 (2019)
ditargetkan 643 pada tahun 2020
- Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka sebelumnya 413 (2018) 390
(2019) ditargetkan menurun 363 pada tahun 2020
- Gini Rasio Kalimantan Barat ditargetkan menjadi 032 pada tahun 2020
- Jumlah Desa Mandiri di Kalimantan Barat dari 1 (2018) 63 (2019 namun
tercapai 87) ditarget 159 desa pada tahun 2020
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa
Perangkat Daerah yaitu Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Dinas
Perkebunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pangan
Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Kehutanan Dinas Kelautan dan
Perikanan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pemuda Olahraga dan
6
Pariwisata Dinas Koperasi dan UKM Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Sosial Pada tahun 2020
berikut target mewujudkan masyarakat sejahtera
Tabel I2
Target Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Tahun 2020
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tabel I3
Target Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kota Tahun 2020 No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 850 ndash 842 842 ndash 833
2 Bengkayang 742 ndash 738 738 ndash 736
3 Landak 1319-1212 1212-1202
4 Mempawah 584 ndash 582 582 ndash 581
5 Sanggau 457 ndash 455 455 ndash 451
6 Ketapang 1163-1093 1093-1084
7 Sintang 1027-1018 1018-1015
8 Kapuas Hulu 1001-938 938-931
9 Sekadau 647-640 640-638
10 Melawi 1277-1250 1250-1247
11 Kayong Utara 1006-986 986-983
12 Kubu Raya 540 ndash 522 522-518
13 Kota Pontianak 536-535 535-534
14 Kota Singkawang 578 ndash 535 535 ndash 531
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tabel I4
Target Tingkat Penganggauran Terbuka Kabupaten Kota Tahun 2020
No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 334 ndash 332 332 ndash 329
2 Bengkayang 240 ndash 238 238 ndash 235
3 Landak 229 ndash 226 226 ndash 224
4 Mempawah 617 ndash 615 615 ndash 543
5 Sanggau 247 ndash 243 243 ndash 239
No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 525 ndash 529 533 ndash 537
2 Bengkayang 584 ndash 602 610 ndash 620
3 Landak 525 ndash 529 530 ndash 533
4 Mempawah 521 ndash 529 535 ndash 537
5 Sanggau 471 ndash 492 509 ndash 513
6 Ketapang 741 ndash 761 771 ndash 781
7 Sintang 539 ndash 545 549 ndash 551
8 Kapuas Hulu 542 ndash 548 550 ndash 554
9 Sekadau 583 ndash 585 587 ndash 589
10 Melawi 488 ndash 497 501 ndash 506
11 Kayong Utara 545 ndash 550 551 ndash 553
12 Kubu Raya 673 ndash 683 690 ndash 696
13 Kota Pontianak 550 ndash 562 585 ndash 591
14 Kota Singkawang 576 ndash 600 615 ndash 623
7
6 Ketapang 323 ndash 321 321 ndash 319
7 Sintang 158 ndash 156 232 ndash 230
8 Kapuas Hulu 280 ndash 274 156 ndash 154
9 Sekadau 315 ndash 311 274 ndash 268
10 Melawi 39 ndash 392 311 ndash 307
11 Kayong Utara 393 ndash 392 392 ndash 391
12 Kubu Raya 656 ndash 643 643 ndash 629
13 Kota Pontianak 505 ndash 493 493 ndash 481
14 Kota Singkawang 542 ndash 535 535 ndash 528
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
d Mewujudkan Masyarakat yang Tertib
Misi ini bertujuan untuk meningkatkan ketentraman dan ketertiban
masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat Keberhasilan pencapaian misi ini
ditunjukan dengan indikator yaitu tidak adanya Konflik Sosial yang terjadi di
Kalimantan Barat dan meningkatnya indeks kebebasan sipil dari 9715 (2018)
menjadi 9735 (2019) sementara itu tahun 2020 ditargetkan mendapat 9755
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa Perangkat
Daerah yaitu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Satuan Polisi Pamong Praja
Biro Hukum Sekretariat Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Provinsi Kalimantan Barat
e Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Misi mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan bertujuan untuk
meningkatnya kualitas lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Barat
Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan indikator Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup mencapai angka 6620 (2019) dan tahun 2020 ditargetkan
pada angka 6640 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh
beberapa Perangkat Daerah yaitu Dinas Perumahan Rakyat Kawasan
Permukiman dan Lingkungan Hidup Dinas Kehutanan dan Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Barat
13 TANTANGAN DAERAH
131 Tantangan Ekonomi Daerah
Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan merupakan kekuatan utama
perekonomian di Kalimantan Barat PDRB sektor pertanian tumbuh 50 persen dan
memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan
Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019 Sektor Pertanian Kehutanan dan
Perikanan banyak disumbang oleh hasil Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan
Karet Sejalan dengan tersebut serapan tenaga kerja di Kalimantan Barat cukup
mencerminkan kesesuaian dengan struktur PDRB Lapangan usaha penyerap tenaga
kerja utama di Provinsi Kalimantan Barat adalah lapangan usaha pertanian Dengan
8
demikian upaya mempertahankan maupun meningkatkan kinerja lapangan usaha
pertanian di Kalimantan Barat perlu menjadi perhatian serius
Sementara itu terkait dengan ketenagakerjaaan Kalimantan Barat tahun 2019
jumlah penduduk pencari kerja meningkat sebesar 577 persen dibandingkan dengan
Agustus 2018 Meningkatnya jumlah pengangguran disebabkan adanya penurunan
penyerapan tenaga kerja pada beberapa lapangan usaha Dalam evaluasi RKPD
Tahun 2020 juga dicantumkan mengenai permasalahan tingginya angka
pengangguran di Kalimantan Barat sehingga perlu dilakukan langkah kongkrit dalam
upaya mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan kerja yang
berkualitas Selain itu permasalahan lainnya tenaga kerja belum terserap sesuai
pasar kerja dan belum terserap secara maksimal di berbagai sektor lapangan usaha
Dilihat dari segi pembiayaan pemerintah sudah meluncurkan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) untuk mempermudah pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan
yang murah KUR ditargetkan secara nasional 60 persennya menyasar pada sektor
produktif Sehingga sesuai dengan sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan yang
menjadi kekuatan Kalimantan Barat Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada
Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp 179 Triliun Pemerintah Daerah perlu
menseriusi perannya sebagai penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima
KUR Harapannya UMKM dapat mendorong perekonomian Kalimantan Barat
Dari segi infrastruktur kondisi jalan Provinsi dari tahun 2013 hingga tahun 2017
dalam kondisi mantap terus mengalami perbaikan akan tetapi pada tahun 2018
persentase jalan provinsi dalam kondisi mantap mengalami penurunan menjadi
sebesar 4971 persen Sejalan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo pada tahun
2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur pembangunan jalan juga menjadi fokus
dari Pemerintah Dearah Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam
proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai
Jalur Transportasi bagi masyarakat dan kondisi jalan akan sangat berpengaruh
133 Tantangan Sosial Kependudukan
Berdasarkan data Agregat Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018 semester II berjumlah sekitar 5422814 jiwa 5148 persen atau 2791477
jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4852 persen atau 2631337 jiwa adalah
perempuan Dengan luas wilayah 147307 Km2 maka kepadatan penduduk
Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 37 jiwa km2
Berdasarkan kelompok umur sebesar 6980 persen atau sebanyak 3784929
jiwa merupakan kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun) Tingginya penduduk
usia produktif memberikan keuntungan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat
9
Sementara itu untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2018 yakni sebesar 2529
persen atau sebanyak 1371397 jiwa sedangkan untuk penduduk usia lanjut usia
(kelompok 65 tahun ke atas) sebesar 491 persen atau sebanyak 266488 jiwa
Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengetahui seberapa banyak
penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas Pendidikan sesuai
dengan jenjang pendidikannya Selama periode 2014-2018 APM SDMI telah berada
di atas angka 90 persen Hal ini menunjukkan sebesar 90 an persen penduduk
kelompok umur 7-12 tahun bersekolah dijenjang SD sementara APM SMPMTS masih
di angka 70 persen dan APM SMASMKMTS masih di bawah 70 persen Berdasarkan
Pendidikan Penduduk Provinsi Kalimantan Barat pada Semester I Tahun 2019
terdapat 146 juta belumtidak sekolah 804 ribu tamat SDSederajat 147 tamat
SDSederajat 700 ribu tamat SLTPSederajat 767 ribu tamat SLTASederajat 53 ribu
menempuh Pendidikan D1D2 53 ribu menempuh pendidikan akademiD3S Muda
133 ribu menempuh pendidikan D4S1 4 ribu menempuh Pendidikan S2 dan 444
menempuh Pendidikan S3
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Barat masih
terdapat 524 persen balita dengan status gizi buruk dan 1859 persen balita dengan
status gizi kurang Balita gizi buruk dan gizi kurang tersebar di 14 (empat belas)
kabupatenkota se-Kalimantan Barat Kabupaten Melawi merupakan Kabupaten
dengan persentase balita dengan status gizi buruk sebsar 869 persen Sedangkan
Kabupaten Sambas merupakan Kabupaten dengan persentase balita dengan status
gizi kurang terbesar yakni 2605 persen Jika dibandingkan hasil Riskesdas tahun
2013 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 telah mengalami
penurunan
133 Tantangan Geografi Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat merupakan Provinsi terluas ke-4 di Indonesia dengan
luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih luas dari seluruh pulau Jawa
Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (6302) dan areal
perkebunan mencapai 2469386 ha atau 1682 persen Sementara itu areal untuk
pemukiman hanya berkisar 035 persen
Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019
Dengan luas wilayah ini menjadi tantangan pemerintah membuka akses jalan antar daerah yang banyak terpisah oleh sungai dan hutan Pembangunan infrastruktur menjadi kunci utama Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai Jalur Transportasi bagi masyarakat
Danau Sentarum Kapuas HuluPada musim penghujan tiba Danau Sentarum akan tergenang air selama 6-14 meter Sementara itu pada musim kemarau 80 persen air danau akan mengering
BAB II
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
EKONOMI
REGIONAL
10
21 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL
211 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010 (ADHK) Provinsi
Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar Rp13712 triliun sedangkan berdasarkan
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai sebesar Rp21232 triliun dengan PDRB
per kapita mencapai sebesar Rp4188 juta Sementara itu PDB Indonesia tahun 2019
mencapai Rp158339 triliun dan kontribusi PDRB Provinsi Kalimantan Barat hanya
sebesar 134 persen terhadap pembentukan PDB nasional
Tabel II1
PDRB Atas Dasar Berlaku dan Harga Konstan Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (triliun rupiah)
No PDRB Tahun 2018 Total Tahun 2019 Total
I II III IV I II III IV
1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
4692 4643 4986 5095 19403 4689 5060 5452 5586 21232
2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan
3215 3136 3328 3385 13058 3376 3294 3491 3545 13712
3 Laju Pertumbuhan Kalbar
511 518 501 507 506 507 508 495 466 500
4 Laju Pertumbuhan Nasional
506 527 517 518 517 518 507 505 497 502
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
a Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019
mengalami perlambatan yaitu hanya 500 persen apabila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yaitu sebesar 506 persen dan lebih rendah jika dibandingkan
dengan kinerja perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 502 persen hal ini
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian
11
Grafik II1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
Sumber data BPS Kalbar 2019(diolah)
Tren pertumbuhan ekonomi per-triwulanan Kalimantan Barat tahun 2019
mengalami penurunan sejak triwulan II sebesar 508 persen menjadi 466 persen
pada triwulan IV hal ini dialami juga pertumbuhan ekonomi nasional yang
cenderung menurun sejak triwulan I sebesar 518 persen menjadi 497 persen
pada tiwulan IV Penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulanan tahun 2019
utamanya didorong oleh Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
sebesar 661 persen Real Estate sebesar 543 persen dan Jasa Perusahaan
sebesar 483 persen
b Nominal PDRB
PDRB Kalimantan Barat atas dasar harga yang berlaku tahun 2019 adalah
sebesar Rp21232 triliun atau naik 943 persen dibandingkan tahun sebelumnya
dimana pertumbuhan yang dominan adalah sektor pembentuk Jasa Lainnya
Industri Pengolahan dan Jasa Kesehatan dan Sosial sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2019 adalah sebesar Rp13712 triliun atau naik 501 persen
dibandingkan tahun 2018
1) PDRB Menurut Pengeluaran
Perkembangan PDRB dari menurut pengeluaran ADHK secara triwulanan
pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan pada triwulan III dan IV khusus
untuk triwulan IV dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seluruh komponen
terjadi peningkatan kecuali komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 869
persen dan komponen Pengeluaran Konsumsi LNRT sebesar 233 persen
12
Tabel II2
PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat atas dasar Harga Konstan (ADHK)
No Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)
I II III IV
1 Konsumsi Rumah Tangga 1794 1843 1813 1825
2 Konsumsi LNRT 041 043 043 042
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 345 355 386 469
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 968 997 1045 1087
5 Perubahan Inventori 090 (060) - 131
6 Ekspor 347 390 449 410
7 Impor 163 274 321 419
PDRB 3376 3294 3491 3545
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Laju pertumbuhan PDRB (ADHK) menurut pengeluaran selama tahun 2018
dan tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel II3
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran
No Komponen 2018 2019
(triliun Rp)
() (triliun Rp)
()
1 Konsumsi Rumah Tangga 6965 564 7275 496
2 Konsumsi LNPRT 156 968 169 886
3 Konsumsi Pemerintah 1490 382 1555 502
4 Modal Tetap Bruto 4041 282 4097 139
5 Perubahan Inventori 115 - 161 -
6 Ekspor Barang Jasa 1486 366 1596 1012
7 Impor Barang dan Jasa 1189 2864 1177 586
PDRB 13058 506 13712 500
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Kalimantan Barat 2019
yang tertinggi adalah komponen Ekspor Barang dan Jasa yaitu 1012 persen
dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun selanjutnya adalah Konsumsi
LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan jasa utamanya
berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan
Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet
Perkembangan PDRB menurut pengeluaran ADHB secara triwulanan
tahun 2019 cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya kecuali
komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 124 persen
13
Tabel II4
PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
` Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)
I II III IV
1 Konsumsi Rumah Tangga 2785 2847 2817 2824
2 Konsumsi LNRT 066 069 067 072
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
496 531 634 746
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1604 1634 1727 1851
5 Perubhan Inventori 166 (093) - 141
6 Ekspor 432 685 646 638
7 Impor 337 613 524 686
PDRB 4689 5060 5452 5586
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Distribusi PDRB (ADHB) menurut pengeluaran selama tahun 2018 dan
tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel I5
Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
No Komponen 2018 2019
(triliun Rp)
() (triliun Rp)
()
1 Konsumsi Rumah Tangga 10478 5436 11273 5321
2 Konsumsi LNPRT 233 122 274 129
3 Konsumsi Pemerintah 2259 1161 2407 1129
4 Modal Tetap Bruto 6312 3302 6816 3210
5 Perubahan Inventori 257 091 214 098
6 Ekspor Barang dan Jasa 1954 1009 2401 1185
7 (-) Impor Barang dan Jasa 2250 1101 2160 1111
PDRB 19403 10000 21232 10000
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
PDRB (ADHB) Kalbar tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar
Rp1829 triliun (943 persen) menjadi sebesar Rp21232 triliun dibandingkan
tahun 2018 Konsumsi rumah tangga memiliki porsi hingga 5321 persen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3210 persen dan konsumsi
Pemerintah hanya sebesar 1129 persen Sebagai komponen utama PDRB
konsumsi rumah tangga meningkat sebesar Rp795 triliun (759 persen) seiring
dengan membaiknya tingkat pendapatan per kapita masyarakat Kalimantan
Barat meningkat menjadi sebesar 4188 juta atau 797 persen dari tahun yang
14
lalu namun tidak diikuti kontribusinya yang mengalami penurunan sebesar 115
persen
a) Konsumsi
Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar
2019 terhadap Laju pertumbuhan komponen Konsumsi Rumah Tangga
mengalami penurunan sebesar 068 persen dibandingkan tahun
sebelumnya walaupun dari segi nilai nominal ADHB terjadi peningkatan
sebesar Rp795 triliun atau 759 persen yang disebabkan oleh pergeseran
pola konsumsi masyarakat akibat perkembangan teknologi yakni
pergeseran jenis konsumsi masyarakat dari barang-barang konsumsi
(makanan minuman barang-barang lainnya) kepada kebutuhan lainnya
(jasa kesehatanpendidikanrekreasi)
Tabel I6
Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar 5438 5436 5321
2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 9651 10478 11273
3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 6590 6965 7275
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 456 564 496
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
b) Investasi
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMBT) kontribusinya terhadap PDRB
tahun 2019 adalah sebesar 3210 persen turun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang sebesar 3302 sementara itu secara nominal berdasarkan
ADHB nilainya naik sebesar Rp504 miliar dan laju pertumbuhan
komponennya turun sebesar 143 persen dibandingkan dengan tahun 2018
Tabel I7
Pengaruh Komponen PMTB terhadap PDRB Kalimantan Barat 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 3371 3302 3210
2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 5982 6312 6816
3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 3930 4041 4097
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 233 282 139
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat
pada tahun 2019 mencapai sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25
15
triliun atau 1897 persen dibandingkan dengan tahun 2018 Realisasi
investasi PMDN dan PMA belum sesuai dengan target RPJMD Provinsi
Kalimantan Barat yang ditetapkan sebesar sebesar Rp1875 triliun
Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing
sebesar Rp799 triliun mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya Rp14 triliun sedangkan realisasi investasi PMDN sebesar
Rp769 triliun juga mengalami penurunan sebesar Rp11 triliun Hal ini terjadi
tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa
mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah yang
akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single
Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi
oleh berbagai instansi terkait baik di pusat dan daerah
Grafik II2
Perkembangan Investasi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
SumberBPMPTSP Prov Kalbar
c) Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah pada tahun 2019 memberikan kontribusi
terhadap perekonomian Kalimantan Barat sebesar 1129 persen menurun
dibanding tahun sebelumnya yakni 1161 persen dilihat secara nominal
mengalami kenaikan sebesar Rp148 triliun Laju pertumbuhan mengalami
peningkatan yaitu sebesar 502 persen kebijakan pemerintah pusat yang
cenderung meningkatkan Belanja Negara hingga sebesar Rp87030 miliar
sekitar 287 persen dan juga transfer ke daerah khususnya Dana Desa
sebesar Rp29671 sekitar 1750 persen maka Pemda diharapkan semakin
kreatif dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk pembangunan di
daerah dalam rangka stabilitas pertumbuhan ekonominya
Tabel I8
Pengaruh Komponen Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
16
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 116 1161 1129
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 2059 2259 2407
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1432 1490 1555
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 521 382 502
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
d) Ekspor dan Impor
Kontribusi ekspor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019
sebesar 1185 persen mengalami kenaikan 176 persen dibandingkan tahun
sebelumnya secara nominal terjadi kenaikan sebesar Rp447 triliun
termasuk laju pertumbuhan komponen ekspor juga mengalami kenaikan
sebesar 646 persen dibandingkan tahun 2018
Tabel I9
Pengaruh Komponen Ekspor Barang dan Jasa terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Kinerja ekspor Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai US$116866
juta mengalami kenaikan US$16770 juta dibandingkan dengan tahun 2018
peningkatan didukung oleh naiknya Komoditas ekspor Biji Kerak dan Abu
Logam sebesar US$17422 atau 7871 persen Lemak dan Minyak
HewanNabati sebesar US$5517 atau 7193 persen dan Karet dan Barang
dari karet US$3081 atau 5555 persen dan terjadi penurunan terhadap
volume dan nilai ekspor alumina serta minyak kelapa sawit atau CPO karena
adanya pembatasan dari Uni Eropa
Komoditas ekspor utama adalah Biji Kerak dan Abu Logam sebesar
US$42777 juta Bahan Kimia Anorganik mencapai US$37577 juta serta
Lemak dan Minyak HewanNabati mencapai US$13187 juta dengan negara
tujuan ekspor masih didominasi negara Asia dengan kontribusi sebesar
9642 persen yaitu Tiongkok sebesar US$49979 juta Malaysia sebesar
US$34262 dan India sebesar US$16908 juta
Kontribusi impor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019
sebesar 1111 persen mengalami kenaikan 010 persen dibandingkan tahun
No Komponen 2017 2018 2019
1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar () 796 1009 1185
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1599 1954 2401
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1434 1486 1596
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 4365 366 1012
17
sebelumnya secara nominal terjadi penurunan sebesar Rp090 triliun
demikian juga laju pertumbuhan komponen mengalami penurunan mencapai
586 persen atau 2278 persen dibandingkan tahun 2018 peningkatan
kebutuhan impor utamanya didukung oleh besarnya permintaan barang dan
bahan baku untuk mendukung kegiatan industri pengolahan
Tabel II10
Pengaruh Komponen Impor Barang dan Jasa terhadap PDRB
Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar ()
581 1101 1111
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1823 2250 2160
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1093 1189 1177
4 Laju Pertumbuhan Komponen () -197 2864 586
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Impor Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar US$48225 juta naik
US$1918 juta dibandingkan dengan tahun 2018 komoditas impor utama
adalah Bahan Bakar Mineral sebesar US$19848 juta Mesin-MesinPesawat
Mekanik sebesar US$13410 juta dan Mesin atau Peralatan Listrik sebesar
US$3071 juta Sebagian besar impor berasal dari negara Asia mencapai
9698 persen yaitu Malaysia sebesar US$19561 juta Tiongkok sebesar
US$19516 juta dan Singapura US$4474 juta
Perekonomian Kalimantan Barat selama tahun 2019 menunjukan
perkembangan walaupun tidak sebaik tahun sebelumnya dengan nilai
neraca perdagangan menunjukan surplus sebesar US$68641 juta masih
lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang mengalami surplus sebesar
US$53789
c PDRB per kapita
PDRB per kapita Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 (ADHB) mencapai
Rp4188 juta terjadi peningkatan sebesar 797 persen dibandingkan tahun 2018
namun masih jauh dibawah PDB per kapita nasional yaitu sebesar Rp5910 juta
Peningkatan PDRB per kapita tersebut ternyata belum dinikmati oleh seluruh
lapisan masyarakat karena masih terdapat beberapa masyarakat yang berada
dibawah garis kemiskinan hal ini ditunjukan oleh koefisien gini rasio Kalimantan
Barat 2019 sebesar 0318 yang menunjukan adanya ketimpangan pendapatan
atau kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat artinya pengeluaran
penduduk masih berada kategori ketimpangan yang sedang
18
Tabel II11
PDRB Per Kapita Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
PDRB Per Kapita Kalimantan Barat
Tahun 2017-2019
Uraian 2017 2018 2019
PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku
Nilai (Juta Rupiah) 3598 3879 4188
Nilai (US $) 268929 261953 296000
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 20189(diolah)
212 Suku Bunga
Berdasarkan sumber data Bank Indonesia periode Januari 2019 sd Mei 2019 BI Rate
berada pada level 600 persen kemudian bulan Juni sd September cenderung turun pada
level 575 ndash 525 persen selanjutnya pada bulan Oktober sd Desember 2019 meningkat
hingga level 500 persen Tren menurunnya BI Rate tersebut merupakan antisipasi
terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami penurunan dan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Global
Grafik II3
BI Rate Tahun 2019
Sumber data BI 2019 (diolah)
Apabila dicermati bahwa kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal
perekonomian Indonesia merupakan dasar dalam mempertimbangkan penurunan suku
bunga kebijakan Penurunan ini sejalan dengan inflasi yang tetap rendah yaitu kisaran
263 persen dan tetap dapat menarik imbal hasil aset keuangan domestik Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut diantaranya
1 Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang diperkirakan
akan menahan suku bunga di level 15-175 hingga akhir tahun 2020 Hal ini di
19
dorong perekonomian AS masih tumbuh kuat berkisar 2 dengan inflasi 18 yang
artinya perekonomian AS masih ekspansif
2 Di sisi lain kesepakatan perang dagang antara AS dan China tekanan Brexit yang
menurun serta risiko geopolitik yang juga mereda turut memberikan pijakan bagi
bank-bank sentral untuk tidak mengubah arah kebijakan (stance) suku bunga
acuannya
3 Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor eksternal
yakni adanya kecenderungan bank-bank sentral menahan suku bunga acuan
lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya yang masih sesuai dengan
target
4 Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan perkiraan inflasi yang
terkendali dalam kisaran sasaran stabilitas eksternal yang terjaga serta upaya
untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah
perekonomian global yang melambat
5 Kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan terus
diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi
213 Inflasi
Secara umum laju inflasi Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 263 persen dibawah
laju inflasi nasional yaitu 268 persen laju inflasi tahun 2019 ini lebih rendah dibandingkan
dengan dua tahun sebelumnya yaitu 399 persen (tahun 2018) dan 383 persen (tahun
2017)
Grafik I4
Inflasi Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2017-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif
begitu pula inflasi nasional Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen
lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang hanya mencapai 055 persen
Tekanan inflasi ini terjadi adanya peningkatan pada kelompok bahan makanan yang
disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok makanan jadi
20
minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan legislative
yang dilakukan serempak pada tahun 2019 turut mendorong risiko tekanan pada
kelompok makanan Disisi lain Kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan
pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen atau terjadi kenaikan indeks
dari 13658 pada November 2019 menjadi 13829 pada Desember 2019 hal tersebut
dipengaruhi tingginya permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara
tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan ban luar mobil selama periode
Desember dan Tahun Baru pergerakan inflasi bulanan seperti pada tabel dibawah ini
Grafik I5
Laju Inflasi bulanan dan tahunan Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2018-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
Terkendalinya laju inflasi tidak terlepas dari keberadaan forum Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) Kalbar yang dibentuk sebagai wadah koordinasi guna menjaga
kestabilan dan keterjangkauan harga di seluruh wilayah Provinsi Kalbar beberapa upaya
dalam mengendalikan inflasi di Kalimantan Barat antara lain
1 TIPD memfokuskan terutama memitigasi risiko kenaikan harga serta kelancaran
distribusi pasokan bahan pangan
2 Dalam rangka memitigasi risiko kenaikan harga serta distribusi pasokan bahan
pangan strategis tersebut adanya kebijakan yang memacu peningkatan produksi
bahan pangan dan menjaga kelancaran distribusi
3 Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan
komoditas harus diatur oleh pemerintah karena pada dasarnya inflasi sangat terkait
daya beli Daya beli akan membaik jika inflasi rendah dan stabil Daya beli ini juga
mencerminkan miskin tidaknya suatu masyarakat
4 Agar tingkat inflasi bisa dikendalikan mengajak para pengusaha dalam menentukan
harga perlu mempertimbangkan daya beli konsumen Sedangkan untuk konsumen
sendiri harus mampu mengatur tingkat konsumtif
21
214 Nilai Tukar
Menurut data Bank Indonesia (berdasarkan kurs akhir bulanan) nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar AS bergerak melemah puncaknya pada bulan Mei 2019 dan selanjutnya
terjadi koreksi pada akhir tahun (Desember) berangsur-angsur kembali menunjukan
perbaikan
Grafik I6
Nilai Tukar US Dolar Terhadap Rupiah Tahun 2019
Sumber data BI 2019
Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka
Rp14313- per US Dollar dan menunjukan perbaikan sampai dengan bulan Juli hingga
menyentuh pada level Rp13956- per US Dollar namun kembali melemah pada Agustus
2019 pada level Rp14166- per US Dollar dan menguat pada akhir tahun 2019 pada
Rp13831- per US Dollar
Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank
Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral
Amerika) yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi
negara maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang
negara emerging market termasuk Rupiah dan disamping juga pengaruh melemahnya
dolar AS terhadap semua mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak
menaikkan tingkat suku bunga terdapat beberapa faktor yang mendorong pergerakan
nilai tukar menjadi stabil dan menguat antara lain
1 Kebijakan suku bunga Tanah Air sudah membuat imbal hasil aset keuangan
Indonesia termasuk obligasi menjadi menarik arus modal asing masuk ke Indonesia
dan menambah pasokan valas di dalam negeri
2 Tingkat kenaikan suku bunga di dunia khususnya di Amerika yang lebih rendah dari
yang diperkirakan
3 Defisit neraca perdagangan atau transaksi berjalan Indonesia yang lebih rendah
dari tahun lalu
22
4 Pasar semakin berkembang di mana saat ini terdapat pasar SWAP dan pasar
transaksi forward atau yang disebut domestic non delivery forward (DNDF)
sementara sebelumnya transaksi valas hanya di pasar tunai atau spot
22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN
221 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Human Development Index (HDI)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo
terjadi peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun
2018 (berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional
7081 Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni
sebesar 6720 poin
Dalam kurun waktu 2014-2018 angka IPM Kalbar mengalami tren perbaikan dan
berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah
masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun
Grafik II7
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2014 sd 2018
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
Rendahnya IPM Kalimantan Barat jika dibandingkan dengan IPM provinsi lain
karena keterbatasan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan
pendidikan dan pekerjaan
Tabel II12
Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2016 sd 2018
No Keterangan 2016 2017 2018
1 Angka harapan hidup (tahun) 6990 6992 7018
2 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 698 705 712
3 Pengeluaran per Kapita Rp (000) Disesuaikan 8348 8472 8860
4 IPM (indek) 6588 6626 6698
5 Peringkat IPM 29 30 30
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
23
Pembangunan Manusia Kalimantan Barat pada tahun 2018 terus mengalami
kemajuan hal ini disebabkan telah berhasil meningkatan 3 aspek esensial diantaranya
angka harapan hidup tumbuh sebesar 037 persen per tahun rata-rata lama sekolah
tumbuh sebesar 192 persen dan pengeluaran per kapita meningkat sebesar 185
persen Pada periode tahun 2018 terdapat 3 (tiga) kabkota dengan pembangunan
manusia yang paling cepat yaitu Kab Mempawah (141 persen) Kab Sintang (141
persen) dan Kab Kubu Raya (139 persen) hal tersebut didorong oleh meningkatnya
dimensi pendidikan di wilayah tersebut sebagaimana pada tabel berikut
Tabel II13
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalbar dan Kabupatenkota 2015-2018
No KabKota 2015 2016 2017 2018
1 Sambas 6414 6494 6592 6661
2 Bengkayang 6465 6545 6599 6685
3 Landak 6412 6458 6493 6545
4 Mempawah 6337 6384 6400 6490
5 Sanggau 6305 639 6461 6515
6 Ketapang 6403 6474 6571 6641
7 Sintang 6418 6478 6515 6607
8 Kapuas Hulu 6373 6383 6418 6503
9 Sekadau 6234 6252 6304 6369
10 Melawai 6378 6425 6443 6505
11 Kayong Utara 6009 6087 6152 6182
12 Kubu Raya 6502 6554 6631 6723
13 Kota Pontianak 7752 7763 7793 7856
14 Kota Singkawang 7003 701 7025 7108
15 KALIMANTAN BARAT 6559 6588 6626 6698
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 2019 BPS
Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengalokasikan Dana Transfer
khususnya DAK Fisik dan Dana Desa yang diharapkan penggunaan dan hasil program
pembangunannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat
222 Tingkat Kemiskinan
Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat mengalami fluktuatif baik dari sisi
jumlah maupun prsentasenya Selama tahun 2019 jumlah penduduk miskin telah
24
dapat ditekan cukup signifikan dari 378410 orang menjadi 370470 0rang
Penurunan terjadi pada penduduk miskin di pedesaan berkurang sebanyak 8580
orang sedangkan penduduk miskin di perkotaan bertambah sebanyak 640 orang
hal ini menunjukan kemampuan perekonomian masyarakat pedesaan mulai
membaik
Grafik II8
Jumlah Penduduk Miskin
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Adapun tingkat kemiskinan Kalimantan Barat bulan September 2019 sebesar
728 persen menurun jika dibandingkan dengan Maret 2019 sebesar 749 persen
namun masih di bawah tingkat kemiskinan nasional sebesar 922 persen
sebagaimana tabel berikut
Grafik II9
Tingkat Kemiskinan
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Garis kemiskinan Kalimantan Barat cenderung meningkat setiap periode pada
bulan September 2019 sebesar Rp452899 per kapitabulan meningkat Rp14344
dibandingkan bulan Maret 2019 sebesar Rp438555 Garis Kemiskinan Makanan
memiliki peranan 7765 persen sedangkan selebihnya 2235 persen adalah Garis
Kemiskinan Bukan Makanan Apabila dilihat secara regional Kalimantan Garis
Kemiskinan Kalbar adalah yang terendah dan belum beranjak dari tahun ketahun
yaitu hanya sebesar Rp452899- per kapitabulan dan yang tertinggi adalah
25
Kalimantan Utara sebesar Rp667833- perkapitabulan sementara itu nasional
adalah sebesar Rp440538- perkapitabulan
223 Ketimpangan (Gini Ratio)
Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik
apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan
masih lebih baik dari pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380)
Ketimpangan pendapatan terjadi karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan
faktor produksi sehingga pihak-pihak yang memiliki faktor produksi akan
memperoleh pendapatan yang lebih banyak
Grafik I10
Koefisien Gini Rasio Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Pemerintah memiliki peranan penting dalam melakukan distribusi pendapatan
melalui kebijakan fiskal Usaha yang dapat dilakukan adalah meratakan kepemilikan
faktor produksi dengan menetapkan pajak progresif atas pendapatan dan kekayaan
masyarakat berpenghasilan tinggi sedangkan masyarakat berpenghasilan rendah
dapat diberikan kredit lunak sebagai modal usaha dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia melalui program pendidikan pelatihan dan peningkatan layanan
kesehatan
224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran
Angkatan kerja Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai 2479 ribu orang
meningkat 28 ribu orang dibandingkan tahun 2018 Dari jumlah tersebut 9556
persen bekerja sedangkan 444 persen menganggur Kenaikan angkatan kerja pada
tahun 2019 belum sepenuhnya terserap pada lapangan kerja yang tersedia
sebagaimana grafik berikut ini
Grafik I11 Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
26
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat 2018 BPS
23 EFFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN
REGIONAL
Pemda Provinsi Kalimantan Barat melalui RPJMD 2019 ndash 2023 yang dijabarkan
kedalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) telah menetapkan Kebijakan Pembangunan
Ekonomi Makro melalui penetapan serangkaian sasaran indikator makro pembangunan
perekonomian Kalimantan Barat
Prospek pembangunan ekonomi Kalimantan Barat diharapkan selalu mengalami
pertumbuhan dalam arti luas dan berkualitas yaitu
Persentase penduduk di atas 15 tahun yang bekerja menurut Status pekerjaan
didominasi status pekerjaan Utama sebagai BuruhKaryawanPegawai sebanyak
874357 orang atau 3691 persen selanjutnya berusaha sendiri sebanyak 518381
orang atau 2188 persen Pekerja Keluargatak dibayar sebanyak 391053 orang atau
1651 persen dan Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar sebanyak
387960 atau 1638 persen Status pekerjaan utama secara umum mengalami
perubahan jika dilihat kondisi bulan Agustus 2019 dari 7 (tujuh) Status terdapat 3
(tiga) mengalami peningkatan diantaranya yang tertinggi dalam penyerapan tenaga
kerja adalah melalui berusaha sendiri sebesar 1395 persen Pekerja bebas non
pertanian sebesar 945 persen dan Berusaha dibantu buruh tetap sebesar 604 persen
sementara itu yang mengalami penurunan adalah Berusaha dibantu Buruh Tidak
TetapBuruh tidak dibayar sebesar 691 persen Pekerja bebas pertanian sebesar 368
persen Pekerja Keluargatak dibayar sebesar 327 persen dan
BuruhKaryawanPegawai sebesar 080 persen
27
Tabel II14
Prosentase Penduduk gt 15 Tahun Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2019
No Status Pekerjaan Utama
Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan
()
2015 2016 2017 2018 2019
1 Berusaha Sendiri 477000 476969 482849 454906 518381 1395
2 Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar
402000 402219 363557 416748 387960 -691
3 Berusaha dibantu Buruh Tetap
97000 97192 63913 69429 73625 604
4 BuruhKaryawanPegawai 776000 776498 824430 881446 874357 -080
5 Pekerja Bebas Pertanian 132000 131695 167142 54279 52284 -368
6 Pekerja Bebas Non Pertanian
- - - 65798 71355 845
7 Pekerja Keluargatak Dibayar
403000 403250 401307 404275 391053 -327
Total 2288000 2287823 2303198 2346881 2369015 094
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Salah satu indikator penting dalam ketenagakerjaan adalah TPAK (Tingkat
Partisipasi Angkatan Keraj) Yaitu rasio dalam persen antara jumlah angkatan kerja
terhadap penduduk usia kerja (15 tahun) TPAK Kalimantan Barat periode Agustus
2019 sebesar 6830 persen dan jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6865
persen terjadi penurunan Indikator lain yang cukup penting adalah TPT (Tingkat
Pengangguran Terbuka) yaitu rasio dalam persen antara jumlah pengangguran
terhadap angkatan kerja Angka TPT Kalimantan Barat sebesar 445 persen atau
turun 019 persen terhadap periode Agustus 2018 sebesar 426 persen Kondisi ini
menunjukan ke arah perbaikan walaupun belum dapat mengimbangi peningkatan
jumlah penduduk usia kerja yang bukan merupakan angkatan kerja sebanyak 31000
orang disisi lain adanya kesempatan untuk melakukan pengembangan usaha sendiri
1) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong mengatasi kesenjangan seperti
kesenjangan antar wilayah (kabupatenkota) dan kesenjangan antar sektor
pembangunan
2) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong pengurangan Angka
Kemiskinan
3) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong membuka kesempatan kerja
sekaligus upaya Pengurangan Angka Pengangguran
28
Tabel II15
Perkembangan Capaian Indikator Sasaran Ekonomi Kalbar Tahun 2019
No INDIKATOR 2017 2018 2019
TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI
1 Angka Pertumbuhan Ekonomi ()
512 517 594 506 534 500
2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
6717 6626 6656 6698 6720 na
3 Angka Kemiskinan ()
800 788 672 737 751 728
4 Angka Pengangguran ()
463 436 341 426 419 445
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat Tahun 2019 dan BPS Kalbar (diolah)
a) Asumsi dasar penetapan sasaran pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada
tahun 2019 adalah peningkatan investasi sehingga sektor riil semakin tumbuh dan
berkembang termasuk peran pemerintah dalam mendorong Pembentukan Modal
tetap Bruto melalui pembangunan proyek infrastruktur dan selanjutnya adalah upaya
peningkatan berbagai komoditas utama ekspor menjadi fokus utama paska larangan
ekspor hasil tambang mentah selanjutnya pertumbuhan ekonomi ditargetkan
sebesar 534 persen
Berdasarkan data dari BPS bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat
tahun 2019 adalah sebesar 500 persen lebih rendah dari target yang ditetapkan
sebesar 534 persen capaian tahun ini sama dengan capaian tahun 2018 tidak
berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan Kondisi tersebut mengindikasikan
bahwa dalam menentukan target didalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) belum
sesuai asumsi dasar dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah
kemungkinan dari pergerakan ekspor komoditas utama Kalbar yaitu produk karet dan
CPO yang mengalami hambatan
b) Pencapaian sasaran indikator makro pembangunan perekonomian Kalimantan Barat
tahun 2019 secara umum belum mencapai target yang telah disepakati Hal ini perlu
menjadi perhatian Pemda Prov Kalbar dalam menentukan target pencapaian makro
ekonomi hendaknya berdasarkan pertimbangan yang realistis serta berupaya
menggali potensi ekonomi demi pencapaian target yang telah ditetapkan
Vihara SingkawangKo t a Se r i b u K l e n te n g m e r u pa k a n ju l u k a n Ko t a Singkawang Kota Singkawang menjadi salah satu d a e r a h y a n g b a n y a k d i d i a m i k e t u r u n a n e t n i s Tionghoa
BAB III
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
APBN TINGKAT
REGIONAL
28
31 APBN TINGKAT PROVINSI
Untuk mendukung tercapainya program pembangunan tahun 2019 Provinsi Kalimantan
Barat memperoleh alokasi belanja pemerintah pusat (KL) sebesar Rp1049 triliun dengan
realisasi Rp968 triliun Sedangkan alokasi belanja transfer ke daerah mencapai Rp2098
triliun dengan realisasi Rp2034 triliun
Tabel III1 Postur APBN di Kalbar Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)
Uraian Pagu Tahun 2018
Realisasi Tahun 2018
Pagu Tahun 2019
Realisasi Tahun 2019
Pendapatan Negara 808350 768292 89 890381 810926 1098
a Pendapatan Perpajakan 762842 682135 89 837405 728548 8700
- Pajak dalam negeri 730289 641160 88 783956 667813 8219
- Pajak perdagangan internasional
32553 40975 126 53449 60735 114
b PNBP 45508 86157 189 52976 82378 156
Belanja Negara 3073921 2965481 96 3147383 3002273 9537
Belanja Pemerintah Pusat 1113142 1036601 93 1049477 968007 9224
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
1960779 1929626 98 2098406 2034266 9694
Sumber OMSPAN Monev Pa Mebe (diolah)
Dari data diatas dapat diketahui pendapatan negara terealisasi Rp810 triliun atau 109
persen dari target yang telah ditetapkan Realisasi tersebut meningkat 426 miliar atau 555
persen dibanding pendapatan tahun 2018 Penerimaan perpajakan masih menjadi sumber
utama pendapatan negara dengan kontribusi sebesar 82 persen Realisasi pendapatan
pajak tahun 2019 sebesar Rp728 triliun terdiri pajak dalam negeri sebesar Rp667 triliun dan
pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar
Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019
yaitu sebesar Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL)
sebesar Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun
Realisasi Belanja pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer
ke Daerah dan dana desa terealisasi Rp2034 triliun
29
32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
Pendapatan pemerintah pusat yang dihimpun di Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari
penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
321 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi
Salah satu sumber penerimaan negara terbesar berasal dari penerimaan perpajakan
Penerimaan perpajakan adalah penerimaan negara yang terdiri atas pajak dalam negeri
dan pajak perdagangan internasional
Tabel III2 Penerimaan Pajak Dalam Negeri di Kalimantan Barat Tahun 2019 (dalam miliar)
SumberSPAN (diolah)
322 Penerimaan Perpajakan
Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa total realisasi penerimaan perpajakan
di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728 triliun naik 672 persen jika dibandingkan
dengan penerimaan tahun 2018 Dari total penerimaan perpajakan tahun 2019 tersebut
pajak dalam negeri memberikan kontribusi sebesar 9166 persen sedangkan pajak
perdagangan internasional sebesar 834 persen Untuk penerimaan Pajak Dalam Negeri
tahun 2019 sebesar Rp667 triliun mengalami kenaikan Rp26108 miliar atau 407 persen
jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya PPh merupakan penyumbang
penerimaan yang terbesar yakni Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak
Penghasilan (PPn) yakni Rp307 triliun atau 46 persen
Meskipun secara nominal terjadi peningkatan penerimaan pajak di Kalimantan Barat
namun ada beberapa hambatantantangan pencapaian target penerimaan antara lain
adanya ketentuan dibidang pertambangan tentang larangan ekspor mineral mentah
(miliar )No
Pendapatan Perpajakan Target Tahun
Realisasi 2018
Target Tahun Realisasi
2018 2019 Tahun 2019
Pajak Dalam Negeri 730289 641160 783956 667813
1 Pajak Penghasilan (PPh) 373769 302324 370451 320325
2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 328396 305118 376150 307117
3 Pajak Bumi Bangunan (PBB) 16606 25258 26445 30964
4 Pajak lainnya 10638 7423 9287 8403
5 Cukai 880 1037 1623 1001
Pajak Perdagangan Internasional 32553 40975 53448 60735
6 Bea Masuk 3289 3865 3263 3288
7 Bea Keluar 29264 37110 50186 57446
Total Perpajakan 762842 682135 837404 728548
30
sehingga berpengaruh terhadap omset perusahaan di bidang pertambangan dan sektor
pendukungnya penurunan harga sawit yang berpengaruh pada omset dan laba
perusahaan di sektor perkebunan dan industri pengolahan
Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar
meningkat signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018
Dengan perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288
miliar atau 541 persen Didalam pelaksanaan pengawasan kepabeanan cukai terdapat
isu strategis yakni adanya jalur tikus dan jalur gajah yang dijadikan jalur penyelundupan
barang impor di perbatasan Indonesia ndash Malaysia untuk itu perlu dipetakan ulang titik
rawan di perbatasan terutama yang melintasi perkebunan kelapa sawit dengan
melibatkan Kodam Tanjungpura pemilik lahan dan perusahaan kebun sawit
Jika diurai berdasarkan lokasi penerimaan pajak paling banyak disumbangkan oleh
Kota Pontianak sebagai pusat aktivitas perdagangan dan jasa dengan kontribusi
penerimaan sebesar 4270 persen dari total penerimaan pajak di Provinsi Kalimantan
kemudian Kab Ketapang yang didukung dengan keberadaan kawasan industri Ketapang
memberikan kontribusi penerimaan terbesar kedua sebesar 1171 persen Sedangkan
daerah dengan kontribusi penerimaan pajak terkecil adalah Kab Kayong Utara dengan
kontribusi sebesar 094 persen dari total realisasi tahun 2019
Grafik III1
Penerimaan Pajak KabKota 2019
Sumber Kanwil Pajak Prov Kalbar
Untuk melihat kinerja perpajakan selain dari total realisasi pajak juga dilhat dari
perkembangan PDRB daerah tersebut hal ini terwujud dalam tax ratio
00050000
100000150000200000250000300000350000
31
Tabel III3
Perkembangan Tax Ratio Prov Kalbar
Tahun PDRB ADHB Penerimaan Perpajakan Tax ratio
2017 17749365 587434 0033
2018 19419496 642197 0033
2019 21231843 666809 0031
Dari tabel diatas terlihat bahwa meskipun realisasi penerimaan pajak mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya namun tax ratio justru mengalami penurunan ini
terjadi karena rasio penerimaan pajak yang semakin kecil terhadap pertumbuhan PDRB
kalbar Untuk itu perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya
identifikasi dan penggalian potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian
potensi pajak pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara
Pemerintah Pusat maupun Daerah dan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
adanya regulasi untuk melakukan Rekonsiliasi penerimaan pajak antara DJP dengan
pemerintah daerah
323 Penerimaan Negara Bukan Pajak
a Perkembangan PNBP per Jenis PNBP
Penerimaan PNBP berdasarkan jenis PNBP di wilayah Provinsi Kalimantan Barat
hanya terdiri atas PNBP lainnya dan PNBP BLU Tidak terdapat penerimaan PNBP dari
sumber daya alam (SDA) meskipun di wilayah Kalimantan Barat terdapat usaha
pertambangan hal ini dikarenakan penerimaan PNBP sumber daya alam merupakan
penerimaan terpusat dan langsung masuk ke Bagian Anggaran Bendahara Umum
Negara (99999)
Tabel III4
Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat tingkat di Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)
Penerimaan PNBP 2017 2018 2019
Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi
PNBP Lainnya 30108 55263 11727 38725 13991 42092
Pendapatan BLU 5336 6858 33781 47426 38885 40282
Pendapatan SDA - - - -
Bagian Pemerintah atas laba BUMN
- - - -
Jumlah PNBP Kalbar 35444 62121 45508 86151 52876 82375
Sumber SPAN (diolah)
Secara keseluruhan penerimaan PNBP selama tahun 2019 mengalami penurunan
dibandingkan dari tahun sebelumnya sebesar Rp3776 miliar atau 43 persen Komposisi
32
penerimaan PNBP terdiri Pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen
dari total penerimaan PNBP dan PNBP BLU sebesar 49 persen
b Perkembangan PNBP Fungsional
PNBP dapat dibedakan sesuai dengan fungsi KementerianLembaga yang disebut
dengan PNBP Fungsional PNBP Fungsional adalah penerimaan yang berasal dari
pungutan kementerian Negaralembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan
tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat
Tabel III5
Penerimaan PNBP Fungsional terbesar Provinsi Kalbar
URAIAN 2017 2018 2019
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Pendapatan Kepolisian 375 13146 359 14004 13532
Pendapatan jasa bandara kepelabuhan perkapalan amp kenavigasian
3554 3763 3717 5772 6090
Pendapatan pendidikan 12868 24636 4964 4990 5892
Sumber SPAN (diolah)
Tahun 2019 pendapatan PNBP Kepolisian merupakan penyumbang terbesar PNBP
fungsional di Kalimantan Barat sebesar Rp13532 miliar mengalami penurunan 337
persen dibanding tahun sebelumnya Sebagian besar pendapatan PNBP Kepolisian di
peroleh dari pendapatan BPKB pendapatan STNK pendapatan TNKB (Tanda
Kendaraan Bermotor) dan pendapatan SIM Pendapatan fungsional terbesar
selanjutnya adalah pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian yang
menyumbangkan penerimaan sebesar Rp6090 miliar meningkat sebesar 551 persen
dibanding penerimaan tahun sebelumnya Sebagian besar penerimaan PNBP
pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian diperoleh dari pendapatan
kepelabuhan yang menyumbang angka sebesar Rp3756 miliar atau 6167 persen
disusul pendapatan Navigasi sebesar Rp938 miliar atau 1541 persen pendapatan
Bandar Udara sebesar Rp741 miliar atau 1219 persen dan Pendapatan kepelautan
Rp653 miliar atau 1073 persen Pendapatan kepelabuhan berpotensi untuk meningkat
ditahun tahun selanjutnya dengan rencana pengembangan kapasitas pelabuhan
Pontianak yang di mulai dengan pembangunan pelabuhan (terminal) Kijing yang
berlokasi di wilayah Kabupaten Mempawah dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional
(PSN)
c Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional
33
Tabel III6
Rasio Pendapatan Perpajakan PNBP PAD terhadap PDRB di Kalbar
Tahun Perpajakan PNBP PAD PDRB Perpajakan PDRB
PNBPPDRB PADPDRB
2019 728548 82375 404671 21232 0041 00046 0022
2018 682135 86157 404753 19403 0035 00044 0020
2017 564801 62121 346442 17747 0031 00034 0019
Sumber SPAN (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ditahun 2019 penerimaan perpajakan
memberikan kontribusi sebesar 0041 terhadap pertumbuhan ekonomi regional di
Kalbar sedangkan PAD terhadap PDRB sebesar 0022 dan PNBP terhadap PDRB
sebesar 00046 Hal ini berarti penerimaan Perpajakan masih lebih dominan dalam
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Kalimantan
Barat dibandingkan dengan PAD maupun PNBP
33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
Belanja pemerintah pusat adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pengeluaran pemerintah pusatBelanja pemerintah pusat meliputi belanja pemerintah pusat
menurut organisasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi dan belanja pemerintah pusat
menurut jenis belanja
Belanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus
fiskalSalah satunya yang populer pada saat krisis ekonomi adalah instrumen ekonomi
berupa stimulus fiskalSecara garis besar komposisi dari stimulus fiskal adalah berupa
pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increased spending)
1 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian
AnggaranKementerianLembaga
Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja yang dialokasikan
kepada kementerianlembaga dan bagian anggaran Bendahara Umum Negara alokasi
dan realisasi untuk tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel III7
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran
Di Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)
KementerianLembaga 2018 2019
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 019 019 034 034 100
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
8986 6776 6554 5939 91
34
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 063 058 053 053 100
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
1656 1489 2119 2066 97
BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1809 1688 1678 1631 97
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
893 869 718 712 99
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2337 2269 2605 2507 96
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM 25996 20580 20724 14531 70
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
2267 2249 2447 2425 99
BADAN PUSAT STATISTIK 9929 9330 10042 9785 97
BADAN SAR NASIONAL 2596 2496 2095 2071 99
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 11733 107`09 10304 10023 97
KEMENTERIAN AGAMA 105528 99485 107273 104645 98
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANGBPN
22191 19497 26745 21446 96
KEMENTERIAN DALAM NEGERI 5305 5182 5575 5534 99
KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
11878 10018 7004 6701 96
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
19760 19520 17892 1767 99
wKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 9912 8947 9082 873 96
KEMENTERIAN KESEHATAN 18912 15585 1327 1195 90
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 477 465 776 738 95
KEMENTERIAN KEUANGAN 19722 18340 18519 18265 99
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
786 762 82 796 97
KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH
414 411 318 314 99
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
21053 17521 29928 2792 93
KEMENTERIAN PARIWISATA 234 204 16 151 94
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
295402 270419 25507 206714 81
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
208 201 17 149 88
KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 419 382 336 286 85
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
9004 8609 9374 8904 85
KEMENTERIAN PERDAGANGAN 3793 3074 1384 1282 95
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
095 074 095 089 94
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 56637 52411 40961 40112 98
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 3156 2842 4913 4716 96
KEMENTERIAN PERTAHANAN 123999 121577 161533 157833 98
KEMENTERIAN PERTANIAN 45315 40040 23066 19721 85
35
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
67556 65360 78313 68767 88
KEMENTERIAN SOSIAL 1954 1944 1971 1952 99
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 123274 123185 117803 125376 106
KOMISI PEMILIHAN UMUM 61742 56110 37842 35936 95
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
683 661 744 739 99
LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA
2135 2060 2095 1894 90
LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA
1380 1375 1352 1352 100
MAHKAMAH AGUNG 11837 11716 12511 1233 99
PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
097 092 052 05 96
TOTAL BELANJA KL 1113142 1036601 1049477 968007 92
BENDAHARA UMUM NEGARA 415295 397582 460736 443502 92
TOTAL BELANJA KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510213 1411486 9346
Dibandingkan tahun 2018 terdapat penurunan pagu sebesar 12 untuk tahun 2018
dan terdapat penurunan realisasi sebesar 14 dibandingkan tahun 2018 Berdasarkan
tabel diatas Untuk Pagu Kementerian dan Lembaga Kementerian PUPR mendapat
alokasi pagu anggaran yang paling tinggi dengan persentase sebesar 2430 Hal ini
menunjukan di Provinsi Kalimantan Barat prioritas pembangunan masih dititik beratkan
pada sektor infrastruktur Dari dana APBN 2019 pada Provinsi Kalimantan Barat satuan
kerja (satker) di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
belanja modal sebesar Rp 159 triliun Belanja modal pada satker lingkup Kementerian
PUPR tersebut memberikan kontribusi sebesar 6649 dari belanja modal yang dikelola
satuan kerja lainnya di wilayah pembayaran KPPN se-Kalbar Hal ini menunjukkan
perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan perekonomian di Kalbar
Terdapat 10 KL yang memperoleh alokasi anggaran belanja terbesar dengan total
mencapai Rp878 triliun (5817) yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan
rakyat Kemenhan Polri Kemenag Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Kementerian Perhubungan KPU Kementerian Agraria amp Tata Ruang
Kementerian Pertanian
36
Berikut ini adalah sepuluh kementerian dengan pagu terbesar
Tabel III8
Tingkat Penyerapan 10 KL Pagu Terbesar 2019 (miliar)
No Nama KL (BA) Pagu Realisasi
1 Kementerian PUPR (033) 255070 206714 8104
2 Kemenhan (012) 161533 157833 9771
3 Kepolisian RI (060) 117803 125376 10643
4 Kemenag (025) 107273 104645 9755
5 Kementerian Ristekdikti (042) 78313 68767 8781
6 Kementerian Perhubungan (022) 40961 40112 9793
7 KPU (076) 37842 35936 9496
8 Kementerian Lingkungan Hidup amp Kehutanan (029) 29928 27920 9329
9 Kementerian Agraria amp Tata Ruang (056) 26745 21446 8019
10 Kementerian Pertanian (018) 23066 19721 8550
Sumber MEBE (diolah)
Jika diperhatikan jumlah alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat di 10 KL
dengan pagu terbesar dimaksud mencapai lebih dari 58 terhadap semua pagu
anggaran KL Untuk itu capaian realisasinya tentu akan mempengaruhi keseluruhan
realisasi penyerapan KL yang ada di Kalbar sehingga perkembangan pelaksanaan
anggaran satker-satker 10 KL dengan pagu tertinggi tersebut harus memperoleh
pengawasan yang lebih intensif dari Kanwil DJPB
2 Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Fungsi
Belanja Pemerintah Pusat (KL) dan juga belanja DDDF terbagi menjadi 11 fungsi
yaitu Pelayanan Umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan
Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama
Pendidikan serta Perlindungan Sosial dengan perbandingan pagu dan realisasi dalam
tahun 2018 dan 2019 sebagai berikut
Tabel III9
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi (Miliar Rp)
NAMA FUNGSI Pagu 2018
Realisasi 2018
Pagu 2019
Realisasi 2019
PELAYANAN UMUM 541846 510882 557364 531175
EKONOMI 377115 340751 232428 203287
PENDIDIKAN 185385 175208 231675 203287
PERTAHANAN 123999 121578 161533 157833
KETERTIBAN DAN KEAMANAN 168413 166821 160188 167029
37
PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 50667 47185 72454 62653
LINGKUNGAN HIDUP 37100 33230 53964 46742
AGAMA 22238 17374 19467 18874
KESEHATAN 19263 18808 18897 17252
PERLINDUNGAN SOSIAL 2162 2145 2141 2101
PARIWISATA DAN BUDAYA 249 216 175 165 TOTAL 1528437 1434183 1510213 1414486
Sumber Monev PA diolah
Pada tahun 2018 dan juga 2019 alokasi anggaran didominasi oleh fungsi pelayanan
Umum Ekonomi dan Pendidikan Pengelompokan anggaran menurut Fungsi memiliki
pengertian perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional Pengelompokan ini juga
bertujuan untuk melihat besaran alokasi anggaran menurut organisasi
KementerianLembaga tugas-fungsi pemerintah dan belanja KementerianLembaga
termasuk menciptakan penganggaran yang lebih tepat sasaran Pada tahun 2019 alokasi
untuk fungsi pelayanan umum sebesar Rp557 triliun (36 persen) ekonomi sebesar
Rp232 triliun (15 persen) dan fungsi Pendidikan sebesar Rp231 triliun (15 persen) Hal
ini menunjukkan bahwa pelaksanaan APBN di Kalimantan Barat lebih terkonsentrasi pada
bidang pelayanan umum ekonomi dan pendidikan yang secara keseluruhan jumlah
alokasi ketiga fungsi tersebut sebesar Rp1021 triliun atau 68 persen
3 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja
Berdasarkan jenis belanja di provinsi Kalimantan Barat terdapat 6 alokasi anggaran
belanja TA 2019 yaitu Belanja Pegawai (51) Belanja Barang (52) Belanja Modal (53)
Belanja Bantuan Sosial (57) Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) Untuk
Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) baru ada pada tahun 2017 2018 dan
2019 Jenis belanja 63 dan 66 baru TA 2017 muncul dikarenakan pencairan Dana
Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa sekarang berada di KPPN daerah
Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan jenis belanja dalam tahun 2018 dan
2019 sebagai berikut
Tabel III10
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rp)
JENIS BELANJA Pagu 2018
Realisasi 2018
Pagu 2019
Realisasi 2019
51 Belanja Pegawai 338030 330072 362333 364892
52 Belanja Barang 438737 400168 445547 406066
335140 305146 240347 195755
57 Belanja Bantuan Sosial 1235 1215 1324 1294
Belanja KL 1113142 1036601 1049477 968007
63 Dana Alokasi Khusus Fisik 245710 228191 261479 244756
38
66 Dana Desa 169585 169391 199257 198746 Belanja KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510287 1411509
Sumber Monev PA diolah
Kenaikan pagu anggaran terjadi untuk jenis belanja Pegawai belanja Barang
belanja bantuan sosial belanja Dana Alokasi Khusus belanja dana desa Belanja Dana
Desa mendapatkan kenaikan paling terbesar yaitu 17 persen disusul belanja bantuan
sosial sebesar 72 persen belanja pegawai naik 72 persen dan belanja barang sebesar
16 persen Jenis Belanja modal mengalami penurunan sebesar 283 persen Selama
TA 2019 Belanja Pegawai telah terserap Rp364 triliun (10071) Belanja barang
terserap Rp406 triliun (9114) belanja modal terserap Rp195 triliun (8145) belanja
bantuan social terserap Rp1215 miliar (9773) dana alokasi fisik terserap Rp244 triliun
(9360) dan penyerapan anggaran dana desa sebesar Rp198 triliun (9974) hal ini
sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun dari pinggiran dengan
memperkuat daerah dan desa yang diharapkan akan berdampak langsung untuk
pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat Pada belanja modal
terdapat penyerapan paling terendah dibandingkan jenis belanja lain
Grafik III1
Perkembangan Pagu dan Realisasi Jenis Belanja Tahun 2019
Sumber Monev PA MEBE diolah
4 Analis belanja pemerintah pusat
Belanja pemerintah pusat
Perbandingan antara alokasi belanja untuk sektor konsumtif dan produktif Sektor
konsumtif merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai administrasi
dan kebutuhan birokrasi seperti gaji tunjangan honor belanja operasional kantor
pengadaan kendaraan dinas Sedangkan sektor produktif antara lain peningkatan mutu
jalan jaringan irigasi intensifikasi dan ektensifikasi pertanian pengadaan traktor untuk
masyarakat
000
5000
10000
15000
0
2000
4000
6000
57 52 53 51 63 66
Pagu Realisasi
39
Tabel III11
Proporsi jenis Belanja Terhadap Total Pagu
Jenis Belanja Pagu Belanja Bantuan Sosial 1324 0
Belanja Barang 445547 30
Belanja Pegawai 362333 24
Belanja Modal 240347 16
Dana Alokasi Khusus Fisik 261479 17
Dana Desa 199257 13
Terlihat dari tabel diatas bahwa belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai
sektor produktif yang diantaranya untuk belanja Modal Dak Fisik Dana Desa mencapai
Rp 7010 triliun atau 4642 persen sedangkan belanja administrasi dan kebutuhan
birokrasi sebesar Rp 809 triliun atau 5358 persen Untuk belanja produktif terbesar
terdapat pada belanja program pengelolaan Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa
sebesar Rp460 triliun Disusul program penyelenggaraan jalan sebesar Rp99873 miliar
program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman sebesar Rp4004
miliar dan program pengelolaan Sumber Daya air Rp19887 miliar Terlihat dari alokasi ini
prioritas pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat di fokuskan pada pembangunan
infrastruktur fisik hal ini sesuai dengan fungsi terbesar yakni Pelayanan Umum
34 TRANSFER KE DAERAH DAN DESA
Dana transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan DAK DAU DBH Dana
perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dan juga antar pemerintah daerah
Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa
Pada tahun 2018 alokasi dana transfer dan Dana Desa ke wilayah Provinsi Kalimantan
Barat sebesar Rp2098 triliun dan terealisasi Rp2033 triliun atau 9692 persen Pada tabel
hellip Disajikan perkembangan Realisasi Dana Transfer pada tahun 2018 dan 2019 untuk
Provinsi Kalimantan Barat
Tabel III12
Perkembangan Dana Perimbangan di Kalimantan Barat
Dana Transfer 2018 2019
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
DBH 74872 74746 102115 69872
DAU 1182060 1182060 1215163 1214704
DAK Fisik 245714 228931 261479 244748
DAK Non Fisik 274246 262035 307639 293909
40
DID 14300 12463 12753 12288
Dana Desa 169586 169391 199257 198745
1960778 1929626 2098406 2034266
Sumber simtrada (diolah)
Secara agregat Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa mengalami kenaikan Alokasi
Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Kalbar pada tahun 2019 sebesar Rp2098
triliun naik 702 persen dibandingkan tahun 2018 Terdapat peningkatan alokasi Dana Desa
Kalbar tahun 2019 sebesar atau Rp29671 miliar atau 1750 persen sejalan dengan
komitmen Pemerintah untuk meningkatkan program pembangunan Indonesia dari pinggiran
Alokasi Dana Desa tahun 2019 di Prov Kalbar sebesar Rp199 triliun yang terbagi untuk
2031 Desa
Terdapat 4 (empat) daerah dengan alokasi pagu dana desa diatas 200 miliar yakni Kab
Sintang Rp33848 miliar Kab Kapuas Hulu Rp26812 miliar Kab Ketapang Rp25583 miliar
dan Kab Sambas Rp20498 miliar Selanjutnya 8 (delapan) daerah lainnya mendapatkan
alokasi pagu dana desa dibawah 200 miliar dengan pagu dana desa terendah pada Kab
Kayong Utara sebesar Rp4868 miliar Alokasi dana desa tersebut diharapkan dapat
menggerakkan roda perekonomian di desa dan menekan kesenjangan pendapatan antara
Desa dan Per Kotaan
Grafik III2
Realisasi Dana Transfer amp Dana Desa KabKota di Kalbar
Sumber data simtrada (diolah)
Berdasarkan grafik III2 terlihat perbandingan realisasi dana transfer amp dana Desa per
Kab di Prov Kalbar Dari total alokasi dana transfer sebesar Rp2098 triliun telah terealisasi
sebesar 2033 triliun dengan realisasi terbesar oleh Pemda Prov Kalbar yakni Rp365 triliun
selanjutnya Kab Ketapang Rp203 triliun dan yang terkecil adalah Kota Singkawang
Rp66459 miliar
Untuk menilai tingkat kemandirian daerah dilakukan dengan cara membandingkan Rasio
PAD dengan Rasio dana transfer Apabila rasio PAD lebih besar dari pada rasio dana transfer
000
500
1000
1500
2000
00050000
100000150000200000250000300000350000400000
41
berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin besar rasio dana transfer berarti tingkat
ketergantungan semakin tinggi
Tabel III13
Rasio Kemandirian Daerah Tahun 2019
Daerah Dana Transfer
PAD Pendapatan APBD
Ratio Dana Transfer thd Pendapatan
APBD
Ratio PAD thd
Pendapatan APBD
Prov Kalbar 365337 23016 595497 3870 61
Ketapang 203045 12753 215798 590 94
Sintang 165917 1721 183127 940 91
Kapuas Hulu 166837 7998 174835 460 95
Sambas 151612 14885 166497 890 91
Sanggau 141399 10287 151686 680 93
Kubu Raya 123841 14675 138516 1060 89
Landak 117304 9284 126588 730 93
Pontianak 100659 47879 148538 3220 68
Melawi 105563 4058 109621 370 96
Mempawah 85957 8757 94714 920 91
Bengkayang 96974 3025 99999 300 97
Sekadau 73392 4535 77927 580 94
Kayong Utara 69504 2533 72037 350 96
Singkawang 66459 1663 83089 2000 80
sumber data LRA Pemda simtrada (diolah)
Dilihat dari rasio Pendapatan Asli Daerah dan Transfer ke Daerah terhadap Pendapatan
APBD dapat dilihat bahwa daerah di wilayah Kalimantan Barat Rasio dana transfer lebih
besar dari pada rasio PAD yang berarti memiliki ketergantungan yang relatif tinggi tehadap
transfer dari Pemerintah Pusat
341 Dana Transfer Umum
a Dana Alokasi Umum
Grafik III3
Realisasi DAU Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan Barat
Sumber data simtrada
00050000
100000150000200000
2018 2019
42
Total realisasi DAU di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp1214 triliun naik 276 persen
dibanding realisasi DAU tahun sebelumnya Dari realisasi DAU tahun 2019 tersebut empat
pemerintah daerah yang realisasi DAU terbesar yaitu Pemprov Kalimantan Barat sebesar
Rp175 triliun diikuti Kabupaten Ketapang sebesar Rp114 triliun Kabupaten Kapuas Hulu
Rp99768 miliar dan Kabupaten Sintang Rp93421 miliar
b Dana bagi Hasil Grafik III4
Realisasi DBH Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan barat
Total realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) tahun 2019 sebesar Rp69872 miliar naik 592 persen
jika dibandingkan dengan alokasi DBH tahun sebelumnya Empat daerah dengan realisasi
DBH terbesar yakni Pemrov Kalimantan Barat sebesar Rp18663 miliar diikuti Kabupaten
Ketapang Rp10844 miliar Kabupaten Sanggau Rp8321 miliar dan Kota Pontianak Rp3910
miliar Kabupaten dengan realisasi DBH terkecil adalah Kota singkawang sebesar Rp1428
miliar Ketapang sebagai Daerah Tingkat II dengan realisasi DBH terbesar merupakan daerah
yang memiliki tambang bauksit dan tambang emas Demikian juga Kabupaten Sanggau
merupakan daerah yang memiliki hasil tambang Bauksit yang nantinya diolah menjadi alumina
(bahan pembuat alumunium) Sedangkan Kota Pontianak merupakan pusat perekonomian
yang memiliki penerimaan pajak PPh terbesar
342 Dana Transfer Khusus
a Dana alokasi Khusus (DAK) Fisik Total DAK Fisik yang dialokasikan pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami
peningkatan sebesar 641 persen atau senilai Rp 15764 miliar dibandingkan tahun 2018
Perkembangan pagu dan realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat
pada tabel berikut
0005000
10000150002000025000
2018 2019
43
Tabel III14
Pagu dan Realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (dalam miliar)
No Pemda 2019 2018
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 Kalbar 33283 31974 9607 42384 3843 9067
2 Mempawah 8996 8744 972 11663 11503 9863
3 Kubu Raya 12692 11337 8932 19237 18966 9859
4 Pontianak 8735 7998 9156 7863 7527 9574
5 Sintang 19271 183 9496 21637 20304 9384
6 Melawi 1726 16708 968 10885 10134 931
7 Sambas 20922 19813 947 17156 1659 967
8 Bengkayang 19266 15038 7805 9425 906 9612
9 Singkawang 8532 8042 9426 11478 9596 836
10 Ketapang 32914 31635 9611 175 16616 9495
11 Kayong Utara 11614 10174 876 11582 10958 9461
12 Kapuas Hulu 24632 22911 9301 16723 16494 9863
13 Sanggau 1942 19044 9806 18723 15686 8378
14 Landak 1669 16216 9716 15833 15536 9812
15 Sekadau 7252 6814 9396 13626 1059 7772
JUMLAH 261479 244748 139882 245715 22799 13948
sumber data Omspan
Persentase penyaluran DAK Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 081 persen
dibandingkan tahun sebelumnya Kenaikan ini setara dengan Rp 16758 miliar Pada
tahun 2019 terdapat sisa dana yang tidak direalisasikan sebesar Rp 16731 miliar atau
berkurang dari Rp 17725 miliar pada tahun 2018 Hal ini menunjukkan peningkatan
kinerja penyaluran DAK Fisik Kabupaten Bengkayang memiliki kontribusi terbesar
terhadap DAK Fisik yang tidak disalurkan yaitu Rp 4228 miliar Penyebab DAK Fisik yang
tidak disalurkan ini diakibatkan oleh 2 (dua) hal yaitu efisiensi anggaransisa lelang dan
pekerjaan yang tidak terlaksanagagal lelang Kabupaten Sanggau memiliki kinerja terbaik
dari persepsi penyaluran DAK Fisik dengan penyaluran mencapai 9806 persen dari pagu
disusul Kabupaten Landak dengan penyaluran 9720 persen dari pagu Kinerja yang
kurang memuaskan pada persepsi penyaluran kembali dipegang oleh Kabupaten
Bengkayang dengan penyaluran 7805 persen dari pagu dan disusul oleh Kabupaten
Kayong Utara dengan penyaluran 8760 persen dari pagu
44
b Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami peningkatan dengan total Rp 304 triliun
dibandingkan Rp 274 triliun pada tahun sebelumnya Perkembangan pagu dan realisasi
DAK Non Fisik dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel III15
Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (dalam miliar)
No Pemda 2018 2019
Nilai Realisasi Alokasi Realisasi
1 Kalbar 113996 112406 9861 139515 137565 9860
2 Bengkayang 8909 833 9351 9833 9195 9380
3 Landak 11773 11353 9644 11956 11234 9400
4 Kapuas Hulu 1327 12752 961 14929 13944 9340
5 Ketapang 18288 16832 9204 18552 17909 9653
6 Mempawah 9091 8457 9303 9341 8291 8876
7 Sambas 18854 17923 9506 20014 18553 9270
8 Sanggau 13357 12363 9256 14416 13215 9167
9 Sintang 15969 15216 9529 17253 16504 9570
10 Pontianak 11526 11329 9829 1099 10155 9240
11 Singkawang 5808 537 9247 5832 5093 8732
12 Sekadau 6786 4461 6574 6655 5253 7893
13 Melawi 8733 834 955 9719 9412 9254
14 Kayong Utara 3845 3681 9573 4124 3811 9240
15 Kubu Raya 14042 1322 9415 14511 13778 9490
Jumlah 274246 262035 9555 307639 293909 9550
sumber datasimtrada Omspan (diolah)
Realisasi DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp 31874 miliar atau
1216 persen dibandingkan tahun 2018 Penyaluran DAK Non Fisik pada tahun 2019
sebesar 9554 persen mengalami penurunan 001 persen 44isbanding tahun sebelumnya
yang sebesar 9555 persen Secara nilai Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
menyumbangkan peningkatan realisasi terbesar yaitu Rp 25159 miliar atau 2238 persen
yang mayoritas berasal dari Dana BOS yaitu sebesar Rp 23722 miliar Kabupaten
Sekadau menjadi Pemerintah Daerah dengan penyerapan DAK Non Fisik terkecil hanya
7893 persen dari alokasi yang tersedia Kecilnya persentase realisasi ini diakibatkan oleh
adanya Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) yang tidak direalisasikan sebesar Rp 1234
miliar Kota Pontianak mengalami penurunan realisasi terbesar dengan penurunan
sebesar 589 persen Penurunan ini terjadi karena realisasi TPG yang pada tahun 2018
mencapai 100 persen pada tahun 2019 turun menjadi 9440 persen dan realisasi Dana
Bantuan Operasional Kesehatan turun dari 9874 persen menjadi 8134 persen
45
333 Dana Desa
Penyaluran dana desa Tahun 2018 dan 2019 di Wilayah Kalimantan Barat disalurkan untuk
membiayai pelaksanaan kegiatan melalui 5 bidang yaitu Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa Pelaksanaan Pembangunan Desa Pembinaan Kemasyarakatan Desa
Pemberdayaan Masyarakat Desa Penanggulangan Bencana Keadaan Darurat Dan
Mendesak dengan perkembangan penyaluran sebagai berikut
Tabel III16
Pagu dan Realisasi Dana Desa di Provinsi Kalimantan Barat (miliar) No KAB KOTA JUMLAH
DESA TAHUN 2018 TAHUN 2019
PAGU TOTAL PENYALUR
AN
CAPAIAN OUTPUT
PAGU TOTAL PENYAL
URAN
CAPAIAN
OUTPUT
1 Sambas 193 17284 17284 10000 9464 20498 20498 10000 7550
2 Sanggau 163 12878 12848 9976 9879 14986 14986 10000 8099
3 Sintang 390 29487 29472 9995 9914 33848 33848 10000 9002
4 Mempawah 60 5523 5523 10000 9820 6655 6655 10000 9051
5 Kapuas Hulu 278 22893 22893 10000 9878 26812 26768 9983 8915
6 Ketapang 253 21729 21729 10000 9293 25583 25583 10000 8901
7 Bengkayang 122 9240 9240 10000 9295 10655 10594 9943 5129
8 Landak 156 15416 15416 10000 9949 18537 18537 10000 9904
9 Melawi 169 13091 13091 10000 9981 15253 15253 10000 7871
10 Sekadau 87 6908 6876 9955 9582 8117 8049 9916 8244
11 Kayong Utara 43 3986 3986 10000 9384 4868 4809 9879 7965
12 Kubu Raya 117 11150 11033 9895 9677 13445 13166 9792 6685
TOTAL 2031 169586 169392 9989 9676 199257 198745 9974 8112
Sumber data Omspan (diolah)
Total alokasi tahun 2018 sebesar Rp169586 miiar untuk 2031 desa realisasi penyaluran
sebesar Rp169392 miliar atau 9989 persen Penyaluran Dana Desa terbesar pada
Kabupaten Sintang Rp29472 miliar sedangkan penyaluran terkecil Kabupaten Kayong
Utara yakni Rp3986 miliar Terdapat empat Kabupaten yang penyaluran Dana Desa tidak
mencapai 100 persen yaitu Kabupaten Sanggau Sintang Sekadau dan Kubu Raya Untuk
capaian output yang tertinggi Kabupaten Melawi yaitu 9981 persen dan terendah adalah
Kabupaten Ketapang 9293 persen Alokasi dana desa tahun 2019 sebesar Rp199257
miliar untuk 2031 desa realisasi penyaluran sebesar Rp198745 miliar atau 9974 persen
Sisa Dana Desa yang tidak tersalur sebesar Rp512 miliar Penyaluran Dana Desa terbesar
pada Kabupaten Sintang Rp33848 miliar sedangkan penyaluran terkecil pada Kabupaten
Kayong Utara yakni hanya Rp4809 miliar Terdapat enam Kabupaten yang penyaluran
Dana Desa tidak mencapai 100 persen yaitu Kapuas Hulu Bengkayang Melawi Sekadau
Kayong Utara dan Kubu Raya Realisasi Penyaluran Dana Desa tahun 2019 sebesar
Rp198745 miliar atau 9974 persen terjadi penurunan sebesar 015 persen apabila
46
dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 Hal ini dikarenakan terdapat sisa dana semula
Rp194 miliar (empat Kabupaten) menjadi Rp512 miliar (enam Kabupaten)
343 Dana Insentif Daerah (DID)
Grafik III5
Realisasi Dana Insentif Daerah Tahun 2018-2019 Kalimantan Barat
sumber data simtrada Omspan (diolah)
Dari total alokasi DID tahun 2019 yang sebesar Rp 12753 miliar telah terealisasi sebesar
Rp12288 miliar atau 9635 persen Dari 14 Pemda ProvinsiKabKota hanya 6 Daerah yang
mendapatkan alokasi DID di tahun 2019 yakni Prov Kalbar Kab Ketapang Kab
Mempawah Kab Sanggau Kota Pontianak dan Kab Kubu Raya Ada lima daerah
terealisasi 100 persen yaitu Kalbar Ketapang Sanggau Pontianak dan Kubu Raya
Sementara itu Mempawah terealisasi 465 miliar dari 930 miliar atau sebesar 50 persen
35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL
Arus kas masuk (cash in flow) Pemerintah Pusat adalah semua penerimaan yang
diterima oleh Pemerintah pusat di provinsi daerah tertentu sedangkan arus kas keluar
(cash out flow) adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada
pemerintah daerah Yang termasuk arus kas masuk adalah semua penerimaan negara yang
diterima oleh Pemerintah Pusat seperti penerimaan pajak PNBP dan hibah Sedangkan
yang termasuk dalam arus kas keluar Pemerintah Pusat adalah semua belanja pemerintah
dalam APBN yang terdiri dari belanja KPKDDKTPUB dan dana transfer Selisih antara
kontribusi penerimaan Negara pada suatu daerah dengan pengeluaran pemerintah pusat
tersebut akan menghasilkan kondisi surplusdefisit Kondisi surplus mengindikasikan bahwa
daerah tersebut memberikan subsidi silang kepada daerah lain di Indonesia sementara
kondisi defisit mengindikasikan bahwa daerah tersebut menerima subsidi silang dari daerah
0001000200030004000500060007000
2018 2019
47
lain di Indonesia Tabel dibawah ini merupakan cash flow Pemerintah di wilayah Provinsi
Kalimantan Barat
Tabel III17
Cash Flow Pemerintah Pusat di Kalimantan Barat TA 2019 (miliar)
DEFISIT 2194324
Cash in Flow Cash Out Flow
Penerimaan Pajak Dalam negeri 667813 Belanja Pemerintah Pusat 970984
Bea MasukBea Keluar 60735 Transfer ke daerah amp dana desa
2034266
PNBP 82378
810926 3005250
sumber data Omspan Monev Pa (dioalah)
35 PENGELOLAAN BLU PUSAT
a Profil dan jenis layanan satker BLU pusat
Dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat tahun
2019 terdapat 3 (tiga) Satker BLU yang terdiri 2 (dua) satker BLU layanan Pendidikan
dan 2 (dua) satker BLU layanan kesehatan Dua satker BLU layanan pendidikan yaitu
Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Pontianak dan Universitas Tanjungpura Pontianak
sedangkan satker BLU layanan kesehatan adalah Rumah Sakit (RS) Bhayangkara
Pontianak dan RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR
Tabel III18
Profil BLU di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 (miliar)
No Jenis Layanan
Satker BLU Nilai Aset Pagu PNBP
Pagu RM Jumlah Pagu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pendidikan Poltekkes Pontianak 21801 3455 4898 8353
Universitas Tanjungpura 2093628 38593 5947 4454
2 Kesehatan RS Bhayangkara Pontianak 9127 4204 777 4981
RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR
2486 2228 1582 381
Sumber LRA
1) Poltekkes Pontianak berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial Nomor 298Menkes-KesosSKIV2001 tanggal 16 April 2001
dan ditetapkan menjadi Satker BLU berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
403KMK052011 tanggal 1 Desember 2011 Dengan visi ldquoMenjadi Institusi Pendidikan
Tinggi Kesehatan yang Bermutu dan Mampu Bersaing di Tingkat Regional pada Tahun
48
2020 (2016-2020)rdquo Poltekkes Kemenkes Pontianak memberikan pelayanan kesehatan
meliputi Jurusan Kesehatan Lingkungan Jurusan Gizi Jurusan Kebidanan Jurusan
Keperawatan Jurusan Analis Kesehatan dan Jurusan Perawat Gigi Pada tahun 2019
Poltekes Pontianak mendapatkan pagu dalam DIPA sebesar Rp 8353 dengan pagu
PNBP sebesar Rp3455 miliar dan pagu RM sebesar Rp4898 miliar Sementara aset
yang dimiliki sebesar Rp21801 miliar yang terdiri dari aset lancar Rp581 miliar aset
tetap Rp21199 dan aset lainnya Rp21801
2) RS Bhayangkara Pontianak telah menjadi satker BLU sejak tahun 2015 sesuai
Keputusan Menteri Keuangan nomor 501KMK052015 RS Bhayangkara ini telah
beroperasi sejak tahun 2002 Pagu DIPA RS Bhayangkara Pontianak di tahun 2019
adalah sebesar Rp4981 miliar dengan pagu PNBP sebesar Rp4204 dan pagu RM
sebesar Rp777 miliar Sementara aset yang dimiliki sebesar Rp9127 yang terdiri dari
aset lancar Rp547 miliar dan aset tetap Rp8579
3) Universitas Tanjungpura menjadi BLU layanan pendidikan berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan nomor 830KMK052017 dan mulai mendapatkan DIPA BLU pada
tahun 2018 Pagu DIPA universitas ini di tahun 2019 adalah sebesar Rp4454 miliar
dengan pagu PNBP sebesar Rp38593 dan pagu RM sebesar Rp5947 Sementara
total aset yang dimiliki sebesar Rp2093628 miliar
4) Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019
tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar
dengan komposisi Pagu Rm sebesar Rp1582 miliar dan pagu PNBP senesar Rp2228
miliar Sementara total aset di tahun 2019 sebesar Rp2482 miliar dengan perincian
aset tetap Rp762 miliar dan aset lancar sebesar Rp1723 miliar
b Perkembangan Pengelolaan Aset Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU
1) Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU
Perkembangan pengelolaan aset satker BLU dalam jangka waktu dua tahun terakhir
dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel III19
Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di Kalimantan Barat
No Satker BLU Aset tahun 2018 Aset tahun 2019
(1) (2) (3) (4)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak 22174 21801
2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 6734 9127
3 Universitas Tanjungpura 2217907 2093628
49
4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi BLU
2486
sumber Neraca E-rekon
Nilai aset pada satker BLU Poltekkes Pontianak mengalami penurunan sebesar
17 persen dari Rp22174 miliar di tahun 2018 menjadi Rp21801 miliar di tahun
2019 Sedangkan di RS Bhayangkara nilai asetnya meningkat dari Rp6734 miliar
menjadi 9127 miliar atau 355 persen Sedangkan nilai aset satker BLU Untan
menurun 56 persen dari 2217907 pada tahun 2018 menurun menjadi 2093628
ditahun 2019 Sedangkan untuk RS TK II Kartika Husada yang baru di tetapkan
menjadi satker BLU di tahun 2019 perkembangan aset asetnya naik 305 persen
dari 1905 miliar di tahun 2018 menjadi 2486 miliar di tahun 2019
2) Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU
Satker BLU di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019 mendapatkan pagu PNBP
dan pagu RM sebagaimana tercantum dalam DIPA Ada pun perkembangan pagu
tahun 2019 dan tahun 2018 dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel III20
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker (miliar)
No Satker BLU Tahun 2018 Tahun 2019
Pagu PNBP Pagu RM Pagu PNBP
Pagu RM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak 4480 4504 3455 4898
2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 4282 7010 4204 777
3 Universitas Tanjungpura 3177 20876 38593 5947
4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi satker BLU 2228 1582
Sumber LRA E-rekon
Pada tahun 2019 pagu RM Satker BLU Politekes Pontianak naik 87 persen dibanding
tahun 2018 sedangkan pagu PNBP menurun 229 persen Pagu RM naik sebesar
Rp394 miliar atau 87 persen dari Rp4504 miliar di tahun 2018 menjadi Rp4898 miliar
pada tahun 2019 Sedangkan pagu PNBP mengalami penurunan dari Rp448 miliar di
tahun 2018 menjadi Rp345 miliar pada tahun 2019 atau turun sebesar Rp1025 miliar
atau 229 persen
Selanjutnya untuk satker BLU layanan kesehatan yakni RS Bhayangkara Pontianak
perkembangan pagu PNBP menurun dari Rp4282 miliar menjadi Rp4204 miliar atau
18 persen sedangkan untuk pagu RM mengalami kenaikan 108 persen
50
Universitas Tanjungpura di tahun 2019 ini baru menjadi satker BLU setelah
sebelumnya adalah satker PNBP Di tahun 2019 Untan mendapat pagu PNBP sebesar
Rp38593 miliar dan pagu RM sebesar Rp5947 miliar
Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019
tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar
c Kemandirian BLU
Salah tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk
mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government) oleh karena itu satker BLU
didorong untuk dapat menciptakan kemandirian dirinya sendiri Kemandirian tersebut
dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM) dari APBN dan
bertambahnya alokasi pagu PNBP dari hasil layanan satker Semakin tinggi porsi pagu
PNBP dibanding pagu RM maka satker BLU dianggap memiliki tingkat kemandirian yang
lebih baik
TabelIII21
Tingkat Kemandirian BLU di Provinsi Kalimantan Barat (miliar)
sumber e rekon diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 alokasi pagu PNBP
pada Satker Politeknik Kesehatan Pontianak masih dibawah 50 persen Sedangkan untuk
Satker BLU Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak alokasi pagu PNBP di tahun 2018
sebear 8593 persen dan tahun 2019 844 persen Hal ini menunjukkan bahwa Rumah
Sakit Bhayangkara Pontianak sejak tahun 2018 memiliki tingkat kemandirian yang tinggi
dan demikian juga di tahun 2019 Dari besarnya persentase pagu PNBP tersebut dapat
dilihat bahwa dalam kegiatan operasional RS Bhayangkara Pontianak lebih ditunjang oleh
PNBP yang dikelolanya dan bisa disimpulkan mempunyai tingkat kemandirian yang baik
No Satker BLU Nilai aset 2019
Tahun 2018 Tahun 2019
Pagu PNB
P
Pagu RM
Pagu PNBP
Pagu RM
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak
4480 4987
4504 5013 3455 414 4898 586
2 Rumkit Bhayangkara Pontianak
4282 8593
7010 1407 4204 844 777 156
3 Univ Tanjungpura
3177 6035
20876 3965 38593 866 5947 134
4 RS Kartika Husada
Belum menjadi satker BLU 2228 585 1582 2705
51
Untan di tahun 2018 sebagai satker BLU yang baru memiliki tingkat kemandirian di
atas 6035 persen dan meningkat signifikan di tahun 2019 menjadi 866 persen hal ini
mengindikasikan ada perkembangan yang pelayanan pendidikan oleh Untan Sedangkan
untuk RS Kartika Husada baru dtetapkan menjadi satker BLU di bulan Juli 2019
d Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP
Di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 120 satker yang mengelola dana PNBP Dari
120 satker PNBP tersebut terdapat 3 satker yang mempunyai alokasi pagu PNBP
terbesar antara lain tersebut dibawah ini
Tabel III22
Profil dan Jenis layanan Satker PNBP di Provinsi Kalimanatan Barat Tahun 2019
No Jenis Layanan
Satker PNBP Nilai Aset Pagu PNBP
Pagu RM Jumlah Pagu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2 Pendidikan Politeknik Negeri Pontianak 272 6284 9004
4 Pendidikan IAIN Pontianak 2012 5024 7036
Sumber LRA diolah
Tabel III23
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP di Provinsi Kalimantan Barat
No Satker PNBP Tahun 2017 Tahun 2019
Pagu PNBP
Pagu RM Pagu PNBP
Pagu RM
2 Politeknik Negeri Pontianak 2197 5904 272 6284
3 IAIN Pontianak 1775 4297 2012 5024
Sumber SPAN diolah
Dari tabel diatas terlihat bahwa Politeknik Negeri Pontianak mengalami peningkatan
persentase pagu PNBP sebesar Rp523 miliar atau 238 persen Demikian juga IAIN
Pontianak pagu PNBP meningkat Rp237 miliar atau 134 persen Dari ke dua satker
PNBP tersebut Politeknik Negeri Pontianak yang paling berpotensi untuk menjadi satker
BLU karena sumber dana PNBP lebih besar dibanding sumber dana PNBP pada satker
IAIN Pontianak meskipun mempunyai potensi menjadi satker BLU namun keduanya
belum menunjukan kemandirian karena sumber dana yang mereka gunakan lebih banyak
dari dana APBN (RM) dibandingkan dana PNBP
e Analisis terkait pengelolaan BLU
1 Analisis Kemandirian BLU
a Rasio Antara Sumber Dana PNBP (BLU) dan RM
Meskipun tujuan pembentukan BLU adalah tanpa mengutamakan mencari
keuntungan namun diharapkan dengan pelayanan yang meningkat maka secara
52
langsung juga pendapatannya meningkat Lebih jauh lagi diharapkan persentase
belanja satker BLU yang bersumber dari rupiah murni semakin menurun digantikan
dengan sumber belanja dari pendapatan BLU
Tabel III24
Rasio Sumber Dana BLU (PNBP dengan RM) miliar
Satker BLU 2017 2018 2019
PNBP RM PNBP RM
PNBP RM PNBP RM
PNBP RM PNBP RM
Politeknik Kesehatan Pontianak
4966 5279 094 4480 4504 099 3455 4898 070
RS Bhayangkara Pontianak
346 700 487 4282 701 611 4204 777 541
Universitas Tanjungpura
Belum menjadi satker BLU
3177 20876 152 38593 5947 648
RS Kartika Husada Belum menjadi satker BLU 2228 1582 14
Pada Universitas Tanjungpura Pontianak dari tahun 2018 hingga tahun 2019
rasio antara sumber dana PNBP dengan sumber dana RM semakin meningkat yang
nampak pada pagu PNBP yang semakin meningkat Hal ini menandakan tingkat
kemandirian BLU Universitas Tanjungpura semakin membaik Sedangkan pada
Rumah sakit Bhayangkara terdapat penurunan atas pagu PNBP nya hal ini karena
pada tahun 2019 RS Bhayangkara Pontianak melakukan renovasi gedung dan
ruang perawatan yang mempengaruhi jumlah layanan pasien dan penerimaan
PNBP nya
b Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional
Kemandirian Satker BLU selain dapat dilihat dari Rasio Antara Sumber Dana
PNBP dan RM sebagaimana pada poin a dapat pula dinilai dari Rasio PNBP
terhadap biaya operasional BLU Untuk rasio ini BLU di Kalimantan Barat memiliki
rasio yang cukup baik
Tabel III25
Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional (persen)
Satker BLU 2018 2019
Pendapatan PNBP
Biaya Operasional
Pendapatan PNBP
Biaya Operasional
Politekkes Pontianak
3038 6360 48 2702 7725 35
RS Bhayangkara Pontianak
3034 3616 84 2802 4347 64
Universitas Tanjungpura
41371 45355 91 34461 51317 67
53
RS Kartika Husada
Belum menjadi satker BLU 5056 6264 81
Berdasarkan tabel di atas di tahun 2018 pada Satker BLU Politeknik Kesehatan
Pontianak perbandingan antara pendapatan BLU dengan biaya operasional didapat
hasil 48 persen (rasio PNBP terhadap biaya operasional 48 persen) Sedangkan
untuk tahun 2018 rasio kemandirian Satker BLU Poltekkes Pontianak menurun
menjadi 35 persen Penurunan ini disebabkan jumlah pendapatan PNBP yang
menurun sedangkan biaya operasional meningkat Penurunan pendapatan karena
penurunan jumlah mahasiswa baru
RS Bhayangkara Pontianak dari hasil perhitungan rasio pendapatan BLU dengan
biaya operasional didapat hasil 84 persen di tahun 2018 dan mengalami penurunan
menjadi 64 persen Penurunan rasio disebabkan penurunan pendapatan dan
sebaliknya belanja meningkat Penurunan pendapatan disebabkan pendapatan
yang berasal dari rawat inap berkurang Hal ini disebabkan penghapusan gedung
layanan lama yang disertai dengan pembangunan gedung rawat inap baru Namun
secara rasio RS Bhayangkara masih memiliki tingkat kemandirian yang yaitu
diatas 60 persen
Univ Tanjungpura ditahun 2018 sebagai satker BLU baru memiliki rasio 91
persen Ini menandakan Untan sebagai satker BLU memiliki kemandirian yang
sangat baik Sedangkan untuk RS Kartika Husada yang merupakan Rumah sakit
dibawah Kodam Tanjungpura dan baru ditetapkan menjadi BLU penuh di bulan Juli
2019 sudah memiliki awal yang baik dengan tingkat kemandirian (rasio PNBP
dengan biaya operasional ) sebesar 81 persen
f Analisis Efektifitas BLU
Analisa efektifitas BLU adalah analisis untuk mengetahui efektifitas dibentuknya BLU
yaitu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan fleksibilitas
dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi produktifitas dan penerapan
praktek bisnis yang sehat Peningkatan layanan antara lain juga dapat dilihat dari
pendapatan yang dihasilkan dari layanan BLU Analisis efektifitas BLU didapat dari rasio
pendapatan operasional terhadap asset tetap atau rasio perputaran asset tetap Tujuan
analisis ini adalah untuk mengetahui kemampuan BLU untuk menghasilkan pendapatan
dari aset yang dimilikinya
54
Tabel III26
Analisis Efektifitas BLU
Satker BLU 2018 2019
Pendapatan Operasional
Aset Tetap Pendapatan Operasional
Aset Tetap
Politeknik Kesehatan Pontianak
3038 21286 142 2702 21801 124
RS Bhayangkara Pontianak 3034 4832 627 2802 9127 307
Universitas Tanjungpura 41371 2175410 190 34461 2093628 16
RS Kartika HUsada Belum menjadi satker BLU 5056 2486 203
sumber data e rekon
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perputaran aset tetap satker BLU Politekkes
Pontianak tahun 2018 sebesar 142 persen dan mengalami penurunan di tahun 2019
menjadi 124 persen Dari rasio tersebut artinya kemampuan Poltekkes Pontianak
memperoleh pendapatan berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah sebesar 124
persen Penurunan rasio ini disebabkan pendapatan BLU yang menurun di tahun 2019
Sedangkan perputaran aset untuk Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak pada tahun 2019
mengalami penurunan dari 627 persen di tahun 2018 menjadi 307 persen di tahun 2019
Penurunan rasio ini disebabkan penurunan pendapatan BLU dan juga kenaikan aset
tetap Kemampuan RS Bhayangkara Pontianak tahun 2019 untuk memperoleh
pendapatan BLU berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah 307 persen
Kemampuan Untan memperoleh pendapatannya berdasarkan asset tetap yang
dimilikinya di tahun 2019 sebesar 16 persen
g Analisis Legal BLU
Pemberian fleksibilitas pengelolaan keuangan kepada Satker BLU adalah tetap dalam
koridor penerapan tata kelola pemerintahan yang baik Satker BLU tetap mempunyai
kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang telah diatur di dalam undang-undang
Tabel III27
Kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan Keuangan
Kewajiban Politeknik Kesehatan Pontianak
RS Bhayangkara
Pontianak
Universitas Tanjungpura
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Penyusunan amp Penyampaian Rencana Bisnis Anggaran
Ya - Ya - Ya -
Penyusunan amp penyampaian Lap Keu (standar akuntansi Keu)
Ya - Ya - Ya -
55
Berdasarkan tabel kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan keuangan
dapat dilihat bahwa BLU di Provinsi Kalimantan Barat yakni Politeknik Kesehatan
Pontianak RS Bhayangkara Pontianak dan Universitas Tanjungpura telah memenuhi
semua kewajiban dalam rangka penerapan tata kelola dan pengelolaan keuangan BLU
sesuai dengan ketentuan (peraturan perundang-undangan)
37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT
Dalam rangka peningkatan pembangunan di Wilayah Kalimantan Barat Pemerintah
berusaha memperdayakan potensi yang ada guna mendukung pembangunan ekonomi di
daerah diantaranya berupa Dana Invstasi Pusat yang diberikan kepada Pemda melalui
pinjaman dan Investasi Kredit Program kepada UMKM di Wilayah Kalimantan Barat Kanwil
Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat berkewajiban menatausahakan investasi
pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi khususnya penerusan pinjaman (Subsidary
Loan Agreement) Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat) dan Pembiayaan Ultra Mikro
(UMi)
371 Penerusan Pinjaman (Subsidary Loan Agreement)
Penerusan Pinjaman Pemerintah Pusat (Subsidiary Loan Agreement) kepada
Pemerintah DaerahPerusahaan DaerahBUMD Penerusan pinjaman yang diberikan
kepada PDAM maupun Pemda dimaksudkan untuk meningkatkan atau memperbaiki
tata kelola penyediaan air minum kepada masyarakat baik dari segi infrastruktur maupun
percepatan penyedian air minum
Pada tahun 2019 masih terdapat 1 (satu) pinjaman BUMD dan Pemda menunggu
penyelesaian penghapusan yaitu Pemerintah Kota Singkawang dengan sisa hutang
sebesar Rp1766635437024 yang diselesaikan melalui proses pelaksanaan debt swap
sebesar Rp1398691928715 dan penghapusan utang murni Rp367943508309
Pemerintah Kota Singkawang telah mengalokasikan program debt swap pada APBD
tahun anggaran 2017 melalui DPPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
berupa kegiatan Pembangunan Bangsal Ruang Inap Kelas I RSUD Abdul Aziz di
Singkawang dengan realisasi pembangunan sebesar Rp14407200000 dan telah
dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat
Penyampaian Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU
Ya - Ya - Ya -
Persetujuan Tarif Layanan oleh Menteri Keuangan
Ya - Ya - Ya -
Persetujuan Pembukaan Rekening Ya - Ya - Ya -
Penyusunan SOP pengelolaan keuangan BLU
Ya - Ya - Ya -
56
Tabel III31
Profil Oustanding Penerusan Pinjaman BUMD dan PEMDA di
Prov Kalbar Tahun 2018
Sumber Data Kanwil Data PemdaBUMNBUMD Penerima SLA Dit SMI
372 Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat)
Investasi Pemerintah Pusat lainnya adalah Program Kredit Program berupa
pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM (KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan
Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 debitur)
jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar
atau 1135 persen
TabelIII32
Penyaluran KUR Wilayah Kalimantan Barat Tahun 2019
No KabKota 2018 2019
Akad Debitur Akad Debitur
1 Kalimantan Barat 1650000000 29 1055000000 30
2 Kab Sambas 172012480000 5063 178155490000 4706
3 Kab Mempawah 117141764400 3853 117924669245 3337
4 Kab Sanggau 137303602000 3683 151852745000 3768
5 Kab Ketapang 134775029932 3445 115111754000 3193
6 Kab Sintang 169583544950 3539 214178312000 3769
7 Kab Kapuas Hulu 74602388591 2755 101002500000 3412
8 Kab Bengkayang 62169980000 1909 61608265000 2069
9 Kab Landak 84971200000 2710 99536500000 2866
10 Kab Sekadau 82259245000 1715 76000490000 1679
11 Kab Melawi 60856245000 1378 84465707561 1292
12 Kab Kayong utara 24188290000 826 25003500000 824
13 Kab Kubu Raya 151025480000 3883 193886370000 4216
14 Kota Pontianak 256541689000 4730 283349999288 4710
15 Kota Singkawang 85998890400 1993 95216230108 1907
Total 1615079829273 41511 1798347532202 41778
Sumber SIKP Dit SMI 2019
Penyaluran KUR tersebar di beberapa Lembaga Keuangan di wilayah Kalimantan
Barat melalui aplikasi online system data KUR dengan Sistem Informasi Kredit Program
57
(SIKP) untuk wilayah Kalbar terdapat 16 lembaga keuangan yang ditunjuk sebagi
penyalur Sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini
Tabel II32 Penyaluran KUR per Bank Provinsi Kalbar Tahun 2019
No Nama Bank Jumlah
Rupiah Debitur
1 BPD Jawa Tengah 500000000 1
2 BPD Kalimantan Barat 235246000000 2225
3 BPD Kalimantan Selatan 100000000 1
4 BPD Kaltimtara 50000000 1
5 BPD Riau Kepri 250000000 1
6 BRI Syariah 28661000000 868
7 Bank Bukopin 1680000000 6
8 Bank Central Asia 3075000000 13
9 Bank Mandiri 374774669000 4448
10 Bank Maybank 1220000000 4
11 Bank Negara Indonesia 308639830404 1794
12 Bank Rakyat Indonesia 837567307798 32376
13 Bank Sinarmas 6014000000 25
14 Bank Tabungan Negara 400000000 3
15 CTBC Bank 58980000 4
16 Internusa Tribuana Citra Multifinance 110745000 8
1798347532202 41778
Sumber SIKP Dit SMI 2019
Berdasarkan data aplikasi SIKP penyaluran KUR mencapai sebesar Rp179834
miliar dengan jumlah debitur 41778 orang tersebar melaui skema Usaha Mikro sebesar
Rp73601 miliar (34757 debitur) Kecil dan menengah sebesar Rp106172 miliar (6977
debitur) dan TKI sebesar Rp61874 juta (44 debitur) Bank Rakyat Indonesia (BRI)
merupakan lembaga terbesar penyalur KUR yakni sebesar Rp83756 miliar Sebagian
besar investasi digunakan pada sektor perdagangan yaitu sebesar Rp93627 miliar
(20750 debitur) atau 5178 persen disusul bidang Pertanian Perburuhan dan
Kehutanan sebesar Rp47943 miliar (15953 debitur) atau 2651 persen dan Jasa
Kemasyarakatan Sosial Budaya Hiburan dan Perorangan lainnya sebesar Rp9811
miliar (2398 debitur) atau 543 persen
Hasil monitoring Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov Kalbar terhadap penyaluran
kredit program dapat dikatakan bahwa Pemerintah sangat memperhatikan dan
mengharapkan adanya perkembangan usaha serta peningkatan ekonomi bagi UMKM di
wilayah Kalimantan Barat hal ini menunjukan bahwa program KUR sangat bermanfaat
58
dan berdampak terhadap perkembangan kegiatan usaha bahkan pertumbuhan ekonomi
di Kalimantan Barat Dalam perkembangannya hasil survey di lapangan yang diambil
secara sampling terhadap 82 debitur program KUR di wilayah Kalbar didominasi oleh
Sektorbidang usaha perdagangan yaitu sebesar 5976 persen atau 49 pelaku UMKM
disusul bidang usaha jasa sebesar 1951 persen atau 16 pelaku UMKM dan Pertanian
Peternakan dan Perkebunan 1220 persen atau 10 pelaku UMKM sedangkan sektor
usaha lainnya sebesar 853 persen atau 7 pelaku UMKM Sesuai Permenko Bidang
Perekonomian nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanan KUR sektor di luar
sektor perdagangan dikelompokkan sebagai sektor produksi Dengan demikian
berdasarkan hasil survey responden debitur KUR di sektor produksi hanya mencapai
4124 persen Hal ini masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama
pada sektor produksi sebesar 60 persen
Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar
sasaran dan tujuan program KUR dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran
KUR diarahkan agar lebih banyak menyasar UMKM di sektor produksi (non
perdagangan) yaitu dengan memberikan target minimal penyaluran ke sektor produksi
sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan skema KUR
Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat perkebunan
rakyat dan peternakan rakyat
373 Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)
Tahun 2019 jumlah penyaluran UMi di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar
Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen
Tabel III33
Penyaluran UMI Provinsi Kalbar Tahun 2019
No Tahun 2018 2019
KabKota Akad Debitur Akad Debitur
1 Kayong Utara 11000000 2 208000000 28
2 Ketapang 229000000 32 1055800000 165
3 Kubu Raya 1447315688 356 1176000000 314
4 Landak 860878000 194 200500000 45
5 Melawi 155000000 24 210000000 29
6 Mempawah 3188943000 758 3574105000 1027
7 Sambas 358000000 50 232400000 30
8 Sanggau 148500000 21 622933000 93
9 Sintang 90500000 14 235700000 44
59
10 Pontianak 1671500000 638 2805350000 931
11 Singkawang 185000000 25 188500000 28
12 Bengkayang 31000000 4 5000000 1
13 Kapuas Hulu 7000000 2 7000000 2
14 Sekadau 30000000 4 - -
Jumlah 8413636688 2124 10521288000 2737
Berdasarkan data aplikasi SIKP UMi penyaluran UMi di Kalimantan Barat mencapai
sebesar Rp1052 miliar dengan jumlah debitur 2737 orang pembiayaan UMi dilakukan
melalui penyalur perantara yang merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
diantaranya adalah PT Pegadaian (Persero) PT Bahana Artha Ventura PT
Permodalan Nasional Madani (Persero) serta beberapa Koperasi baik melalui
pembiayaan konvensional danatau pembiayaan syariah LembagaLankage penyalur
terbesar yaitu PT PNM merupakan lembaga terbesar penyalur UMi yakni sebesar
Rp443 miliar (1531 debitur) PT Pegadaian sebesar Rp263 miliar (453 debitur) KSPS
BMT UGT Sidogiri sebesar Rp188 miliar (337 debitur) dan KSPPS BMT Bina Umat
Sejahtera sebesar Rp154 miliar (408 debitur)
Tabel III33
Penyaluran UMI per LKBB Provinsi Kalbar Tahun 2019
NO PENYALUR LKBB TOTAL PENYALURAN Debitur
1 PT PEGADAIAN 2637600000 453
2 PNM 4427500000 1531
3 KSPPS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA 1535305000 408
4 KSPPS TAMZIS BINA UTAMA 26000000 6
5 KSPPS BMT BINA IHSANUL FIKRI 7000000 2
6 KSPS BMT UGT SIDOGIRI 1887883000 337
Total 10521288000 2737
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi penyaluran UMi yang dilaksanakan di
beberapa wilayah Kalimantan Barat terdapat faktor yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan penyaluran UMi di Kalimantan Barat antara lain
1 PenyalurLembaga Linkage selaku penyalur pembiayaan UMi belum tersebar atau tidak
memiliki kantor cabang di seluruh wilayah Kalbar sehingga potensi penyaluran pembiayaan
UMi kurang maksimal dan tidak bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Kalbar
2 Hasil produk UMKM terutama mutu dan kualitas produk belum dapat bersaing secara
global dengan produk daerah lain
Sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan usaha UMKM di wilayah
Kalimantan Barat adalah melakukan koordinasi dan kerjasama antara Pemda
60
Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalbar PenyalurLembaga Linkage
serta lembaga terkait lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada
debitur dan membantu mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada
masyarakat baik melalui pertemuan maupun dengan media cetak banner spanduk
dan lain-lain sehingga dapat mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha
Mikro bahkan dapat meningkat ke Mikro Kecil
38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN
BELANJA INFRASTRUKTUR DI DAERAH
381 Mandatory Spending di Daerah
Belanja mandatory merupakan belanja wajib yang diperintahkan oleh Undang-Undang
yakni belanja sektor kesehatan sebesar 5 persen dan belanja sektor Pendidikan sebesar
20 persen
a Belanja Sektor Pendidikan
Uraian 2017 2018 2019
Alokasi Fungsi Pendidikan 157554 185385 231676
Pagu Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF
929392 1117061 1049551
Rasio 017 017 022
Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan Penyelenggaraan pendidikan di daerah akan mampu menjembatani
kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya belajar di sekolah Untuk memenuhi hal
tersebut tentunya harus dialokasikan anggaran belanja pendidikan Belanja Pendidikan
merupakan belanja wajib (mandatory spending) yang mutlak harus dipenuhi yang
ditentukan batas minimal pengalokasian anggaran dalam APBN sebesar 20 persen Alokasi
belanja pemerintah pusat Fungsi Pendidikan tahun 2019 sebesar Rp231 triliun meningkat
46291 miliar atau 2497 persen dibanding alokasi tahun sebelumnya Rasio fungsi
Pendidikan di tahun 2019 mencapai 022 naik 005 bila dibandingkan dengan rasio fungsi
pendidikan tahun sebelumnya Peningkatan alokasi fungsi kesehatan ini diharapkan akan
meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat
b Belanja Sektor Kesehatan
Uraian 2017 2018 2019
Alokasi Fungsi Kesehatan
16020 19263 18897
Alokasi Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF
929392 1117061 1049551
Rasio 0017 0017 0018
61
Anggaran berdasarkan fungsi kesehatan merupakan anggaran belanja negara dimana
dana anggaran akan diarahkan untuk melaksanakan program-program dalam rangka
meningkatkan derajat tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik Ketentuan pasal 171
undang undang nomor 36 tahun 2009 menjadikan alokasi di bidang kesehatan mutlak
dipenuhi (mandatory spending) Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan
adalah dengan menyediakan berbagai infrastruktur dan pengadaan tenaga-tenaga
kesehatan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan umum Usaha ini ditujukan
untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat sekaligus dalam rangka peningkatan mutu fisikal
sumber daya manusia dan Indonesia Sehat Alokasi belanja pemerintah pusat Fungsi
Kesehatan tahun 2019 di Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp18897 miliar menurun 366
miliar atau 19 penurunan tersebut disebabkan meningkatnya anggaran kesehatan
melalui transfer ke daerah (DAK) Rasio Fungsi Kesehatan di tahun 2019 mencapai 0018
naik 0001 bila dibanding rasio Fungsi Kesehatan tahun sebelumnya Meningkatnya alokasi
fungsi kesehatan tersebut diharapkan semakin meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat
382 BELANJA INFRASTRUKTUR
Infrastruktur memiliki peran penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
Keberadaan infrastruktur akan mendorong mobilitas penduduk dan faktor produksi
terutama tenaga kerja serta memperlancar arus barang dan jasa sehingga akan
mendorong tumbuhnya produksi dan investasi Belanja infrastruktur oleh pemerintah pusat
di representasikan oleh pos Belanja Modal (53) pada belanja KL (APBN)
Grafik III
Alokasi dan Realisasi Belanja Modal Tahun 2015 - 2019
sumber data mebe (diolah)
Untuk Wilayah Kalimantan Barat secara agregat alokasi untuk pos belanja modal (53)
dari tahun 2015 sd 2019 fluktuatif nampak ada penurunan belanja modal KL di tahun
2019 dibanding tahun anggaran sebelumnya Meskipun ada penurunan alokasi belanja
modal tidak berarti pembangunan infrastruktur untuk wilayah Kalimantan Barat diabaikan
000
100000
200000
300000
400000
500000
2015 2016 2017 2018 2019
Pagu Realisasi
62
karena pembangunan infrastruktur juga di topang oleh Dana Alokasi Fisik dimana tahun
2019 alokasi DAK Fisik sebesar Rp261 triliun
Tahun 2019 Pagu total belanja KL di Kalimantan Barat Rp1049 triliun dan alokasi
untuk belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun atau 2288 persen dan telah terealiasi
Rp195 triliun Dari total alokasi belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun di tahun 2019
sebagian besar alokasi belanja modal ada pada Kementerian PUPR sebesar Rp15 triliun
atau 665 persen dan selanjutnya Kementerian Perhubungan sebesar Rp20417 miliar
atau 85 persen Dari alokasi sebesar Rp15 triliun yang dianggarkan pada kementerian
PUPR di Kalimantan Barat 61 persen alokasikan untuk pembangunan infrastruktur jalan
diantaranya jalan trans Kalimantan perbatasan Indonesia dan Malaysia yakni ruas jalan
nanga badau - entikong - aruk - temajok serta pembangunan jalan Nasional III dan III di
seluruh wilayah Provinsi Kalbar Diharapkan dengan pembangunan ruas jalan secara
merata ini akan mempermudah akses dan koneksifitas antar wilayah dan mengakselerasi
nilai tambah perekonomian masyarakat Kalimantan Barat yang tercermin dari adanya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dengan menguji pengaruh realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat dengan PAD
Prov Kalbar dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel
Hasil Regresi Sederhada Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat Terhadap PAD di Prov Kalbar
Tahun 2015-2019
R Square Significance
0049 0000
Dengan signifikasi 0000 menunjukkan bahwa realisasi Belanja Modal Pemerintah
Pusat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PAD R square 0049 berarti realisasi
Belanja Modal Pemerintah Pusat memiliki pengaruh positif sebesar 49 persen terhadap
PAD Provinsi Kalbar Hasil perhitungan regresi di atas menunjukkan bahwa setiap
kenaikan 1 rupiah Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat akan mendorong kenaikan
PAD sebesar Rp 0049 Apabila kenaikan Belanja Modal Pemerintah Pusat Rp 1 triliun
maka PAD akan naik sebesar Rp 49 miliar
Jembatan Kapuas PontianakJembatan ini memiliki panjang 42o meter dan lebar 6 meter Jembatan ini muali dibangun tahun 1980
BAB IV
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
APBD
63
41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan faktor pendorong utama dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah Selain itu kinerja pelaksanaan APBD juga
merupakan salah satu penentu tercapainya target sasaran makro ekonomi daerah yang
diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan tantangan dalam mewujudkan masyarakat
sejahtera dan mandiri Pemerintah daerah menggunakan APBD sebagai instrumen utama bagi
kebijakan publik di daerahnya
Untuk mencapai target tersebut Pemerintah Daerah Kalimantan Barat menyusun Alokasi
APBD Kalimantan Barat tahun anggaran 2019 sebagaimana terlihat pada tabel berikut
Tabel IV1
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
URAIAN 2018 2019
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PENDAPATAN 2443326 2422952 2543450 2563928
PENDAPATAN ASLI DAERAH
360621 390903 376276 404671
Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398
Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
16227 17161 18117 19075
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
98917 73671 85664 84200
PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816
Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak
77844 78654 78128 58493
Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649
Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
76467 113239 69129 97384
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
120005 121467 147048 180339
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
1850 1060 000 1419
64
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
105809 46616 94992 74442
Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318
Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124
BELANJA DAERAH 2499829 2345817 2604405 2510634
BELANJA OPERASI 1645895 1509851 1691108 1608335
Belanja Pegawai 841558 797512 935725 825216
Belanja Barang 606872 516897 599693 605691
Belanja Bunga 294 323 703 288
Belanja Subsidi 000 000 000 000
Belanja Hibah 190185 188493 145940 167928
Belanja Bantuan sosial 6987 6625 9047 9212
BELANJA MODAL 505628 470016 520212 498885
Belanja Modal 505628 470016 520212 498885
BELANJA TAK TERDUGA 3110 716 3213 625
Belanja Tak Terduga 3110 716 3213 625
BELANJA TRANSFER 345197 365234 389872 402789
TransferBagi Hasil Pendapatan
90177 99533 87458 102031
Belanja Bantuan Keuangan
255020 265701 302414 300757
SURPLUSDEFISIT -56503 77135 -60955 53295
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Anggaran pendapatan pada pemerintah provinsikabupatenkota di wilayah Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018
Anggaran pendapatan naik sebesar Rp 100124 miliar menjadi 2543450 miliar atau 410
persen Anggaran belanja juga mengalami kenaikan sebesar 418 persen menjadi sebesar Rp
2604405 miliar Kondisi APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik dengan
menghasilkan surplus Rp 53295 miliar di wilayah Kalimantan Barat
42 PENDAPATAN DAERAH
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pemerintah dituntut
untuk memiliki kemandirian keuangan daerah yang lebih besar Dengan tingkat kemandirian
keuangan yang lebih besar berarti daerah tidak akan lagi sangat bergantung pada bantuan dari
pemerintah pusat dan propinsi melalui dana transfer
Namun tidak berarti jika kemandirian keuangan daerah tinggi maka daerah sudah tidak perlu
lagi mendapatkan dana transfer Dana transfer masih tetap diperlukan untuk mempercepat
pemabngunan daerah Semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan maka daerah dapat
memberikan pelayanan publik yang lebih berkualitas melakukan investasi pembangunan jangka
panjang dan sebagainya
65
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Pendapatan Daerah adalah hak pemda yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan Pendapatan daerah
tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah
yang sah Berdasarkan ketentuan tersebut APBD Kalimantan Barat disusun dengan rincian
sebagai berikut
Tabel IV2
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Jenis Pendapatan Daerah
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
URAIAN 2018 2019
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PENDAPATAN ASLI DAERAH 360621 390903 376276 404671
Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398
Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
16227 17161 18117 19075
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 98917 73671 85664 84200
PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816
Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak
77844 78654 78128 58493
Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649
Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
76467 113239 69129 97384
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 120005 121467 147048 180339
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
1850 1060 000 1419
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 105809 46616 94992 74442
Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318
Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pada tahun 2019 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Barat mengalami
peningkatan sebesar Rp 13768 miliar atau 352 persen dibandingkan tahun 2018 dengan realisasi
melebihi target yaitu 10755 persen dari pagu yang dianggarkan Kenaikan pendapatan ini
terutama ditopang oleh Pajak Daerah yang terealisasi 11103 persen dan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang mencapai 10529 persen Retribusi Daerah juga melebihi
target dengan penerimaan sebesar 10305 persen
Pendapatan transfer terjadi kenaikan yang signifikan pada Dana Bagi Hasil Pajak dari
Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya yang mencapai 14087 persen dari target disusul oleh
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar 12264 persen
66
421 Dana TransferPerimbangan
Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan dana otonomi khusus dan
dana penyesuaian
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran
dalam APBN
Kebijakan perimbangan keuangan atau ditekankan pada empat tujuan utama yaitu (a)
memberikan sumber dana bagi daerah otonom untuk melaksanakan urusan yang
diserahkan yang menjadi tanggungjawabnya (b) mengurangi kesenjangan fiskal antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah (c) meningkatkan
kesejahteraan dan pelayanan publik dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dan
pelayanan publik antar daerah serta (d) meningkatkan efisiensi efektifitas dan akuntabilitas
pengelolaan sumber daya daerah khususnya sumber daya keuangan
Dana perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK)
a Analisis ruang fiskal dan kemandirian daerah
1) Analisis Ruang Fiskal
Ruang fiskal secara umum merupakan ketersediaan ruang dalam anggaran yang
memampukan Pemerintah menyediakan dana untuk tujuan tertentu tanpa
menciptakan permasalahan dalam kesinambungan posisi keuangan Pemerintah
Dalam konteks APBN ruang fiskal adalah total pengeluaran dikurangi dengan
belanja non diskresionerterikat seperti belanja pegawai pembayaran bunga subsidi
dan pengeluaran yang dialokasikan untuk daerah
Dalam APBD Ruang fiskal adalah pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked
(DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat)
Ruang Fiskal mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda
tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib)
Ruang Fiskal adalah (Total Pendapatan-DAK) ndash Belanja Pegawai tak langsung
67
Grafik IV1
Ruang Fiskal Kalimantan Barat
Tahun Anggaran 20182019
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Berdasarkan data dua tahun terakhir ruang fiskal Kalimantan Barat tumbuh
sebesar 19589 miliar dari tahun 2018 sebesar 1155080 menjadi 1174669
pada tahun 2019 Terjadi peningkatan ruang fiskal sebesar 266 persen dari
tahun sebelumnya
2) Analisis Rasio Kemandirian Daerah
Ruang Rasio kemandirian daerah Rasio PAD terhadap total pendapatan dan
rasio dana transfer terhadap total pendapatan Apabila rasio PAD lebih besar
daripada rasio dana transfer berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin
besar rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan semakin tinggi
Rasio PAD = PAD Total Pendapatan APBD
Rasio DanaTransfer = Total Dana Transfer Total Pendapatan APBD
Rasio PAD = 376276 2543450
= 015
Rasio DanaTransfer = 2072181 2543450
= 081
Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio ketergantungan
Kalimantan Barat masih sangat tinggi
b Analisis komparatifperbandingan year on year (yoy) antara trend alokasi dana transfer
untuk Kalimantan Barat terhadap Pertumbuhan ekonomi regional PDRB Tingkat
pengangguran Tingkat kemiskinan IPM (HDI) dapat digambarkan sebagai berikut
000
2000
4000
6000
8000
10000
2018 2019
2018 54592019 5192
2018 45412019 4808
Belanja Mengikat Ruang Fiskal
68
Tabel IV3
Tabel Perbandingan Alokasi Dana Transfer Terhadap Indikator Perekonomian Regional
Tahun Anggaran 20182019
INDIKATOR 2018 2019 persen
Alokasi Dana Transfer 345197 389872 1294
Pertumbuhan Ekonomi Regional
506
500 (119)
PDRB 19403
21232 943
Tingkat Pengangguran 426
4 45 446
Tingkat Kemiskinan 737
728 (122)
IPM 6698
NA NA
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Peningkatan dana transfer dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 1294 persen
tidak serta merta turut mendongkrak indikator perekonomian di Kalimantan Barat
Tercatat hanya PDRB yang mengalami trend positif yaitu 943 persen Sedangkan
indikator lainnya negatif
422 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Pendapatan asli daerah diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi
pemerintahan daerah oleh karena ini berarti pemerintah daerah didorong untuk dapat
meningkatkan kemandirian keuangannya
a Analisis komposisi pendapatan daerah dan perbandingannya
Pada tahun 2019 pendapatan daerah Kalimantan Barat sebesar 2563928 miliar
Pendapatan transfer sebesar 2084816 miliar dan Pendapatan Asli Daerah sebesar
404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018 dapat disajikan sebagai berikut
69
Grafik IV2 Perbandingan Pendapatan Dana Transfer dan PAD Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Sampai tahun 2019 PAD Kalimantan Barat masih berada di kisaran 15 persen
dari seluruh total pendapatan Hal ini menunjukkan tingkat kemandirian keuangan
Kalimantan Barat masih rendah
b Analisis perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan belanja daerah
Pada tahun 2019 Belanja Daerah Kalimantan Barat sebesar 2510634 miliar
Pendapatan Asli Daerah sebesar 404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018
adalah sebagai berikut
Grafik 4221
Perbandingan Belanja Daerah dan Pendapatan Asli DaerahKalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
-
5000
10000
15000
20000
25000
30000
PENDAPATANPENDAPATAN
TRANSFER PENDAPATANASLI DAERAH
24433
20827
3606
24230
20320
3909
25435
21672
3763
25639
21593
4047
2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
10000
20000
3000024998
3606
23458
3909
26044
3763
25106
4047
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi
2019 Anggaran 2019 Realisasi
70
Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah tahun 2019 adalah
sebesar 1612 persen Angka ini sedikit menurun apabila dibandingkan dengan tahun
2018 yang sebesar 1666 persen Hal ini mengindikasikan ada peningkatan
kemampuan daerah untuk membiayai pengeluarannya
423 Pendapatan Lain-lain
Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan daerah selain pendapatan
transferperimbangan dan pendapatan asli daerah
Grafik IV4 Perbandingan Pendapatan Lain-lain terhadap Total Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Kontribusi Pendapatan Lain-lain di Kalimantan Barat tidak begitu signifikan terhadap
keuangan daerah Walaupun menunjukkan peningkatan tetapi secara keseluruhan
jumlahnya tidak terlalu besar Pada tahun 2018 sebesar 192 persen dari total
pendapatan dan meningkat menjadi 290 persen pada tahun 2019
43 Belanja Daerah
Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan Belanja Daerah bersumber
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) + Dana Transfer dari Pusat ke Daerah (DAU DAK Dana
Penyeimbang Dana Kontingensi DBH dll) Tujuan analisis Belanja Daerah antara lain adalah
untuk mengetahui kontribusi pengeluaran daerah terhadap pengeluaran pemerintah secara
nasional Analisis Belanja Daerah dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi belanja daerah seperti
klasifikasi urusan klasifikasi fungsi dan sebagainya
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
PENDAPATANPENDAPATAN
LAIN-LAIN
24433
1058
24230
466
25435
950
25639
744
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
71
Tabel IV5
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Persentase Jenis Belanja Terhadap Total Belanja
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Jenis Belanja Alokasi persen Thd Belanja
Sektor Konsumtif
Belanja Pegawai 825216 3301
Belanja Barang 605691 2423
Belanja Bunga 703 003
Belanja Hibah 145940 584
Belanja Bantuan sosial 9047 036
Belanja Bagi Hasil Kepada ProvKabKota dan Pemdes 87458 350
Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvKabKota dan Pemdes 302414 1210
Belanja tidak terduga 3213 013
1979682 7919
Sektor Produktif
Belanja Modal 520212 2081
Total Belanja 2499893 10000
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Alokasi APBD masih didominasi oleh belanja yang bersifat konsumtif yang mempunyai multi
efek jangka pendek dan didominasi untuk mencukupi kebutuhan belanja pegawai sebesar 3301
persen dari total belanja Terbesar berikutnya adalah belanja barang sebesar 2423 persen
Sedang untuk alokasi Belanja Modal sebesar 2081 persen ini sangat berpengaruh terhadap
peluang terbukanya lapangan pekerjaan untuk menambah kesejahteraan masyarakat karena
belanja modal mempunyai multi efek jangka panjang
44 Perkembangan BLU Daerah
BLU daerah di Kalimantan Barat bergerak dibidang layanan kesehatan Seluruhnya
merupakan BLUD yang sebagian biaya operasionalnya di biayai dengan APBD
Tabel IV6
BLU Daerah Kalimantan Barat Berdasarkan Nilai Aset dan Komposisi Pagu
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
No Jenis Layanan
Satker BLUD Nilai Aset Pagu
2018 2019 PNBP APBD TOTAL
1 Kesehatan RSUD Dr Ade M Djoen
2 Kesehatan RSUD Pemangkat Sambas
3 Kesehatan RSUD Sambas 3962 4952 2062
4 Kesehatan RSUD Sanggau
5 Kesehatan RSUD Dr Agusdjam Ketapang
6 Kesehatan RSUD Singkawang
72
7 Kesehatan RSUD Sekadau 4112 5281 1203 3692 4895
8 Kesehatan RSUD Dr Soedarso 21480 26748 6114
9 Kesehatan RSUD Dr Achmad Diponegoro Kapuas Hulu
1499 1319
10 Kesehatan RSUD Bumi Sebalo Bengkayang 6076 8645 1500 3579 5079
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
RSUD Dr Soedarso yang berada di Pontianak merupakan BLU Daerah terbesar dengan total
asset 26748 Walaupun begitu pendapatan operasionalnya baru mencapai 25 persen dari pagu
keseluruhan Sisanya masih didanai dengan APBD RSUD Bumi Sebalo sedikit lebih besar
persentase komposisi pagu PNBP terhadap total pagu Pagu PNBPnya mencapai 30 persen dari
total pagu
45 SurpusDefisit APBD
Selisih antara pendapatan dan belanja akan menimbulkan surplus atau defisit sedangkan jika
pendapatan dan belanja sama maka mencapai anggaran yang berimbang Surplus APBD terjadi
bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah jika
sebaliknya maka defisit Dalam selisih ini dapat kita jelaskan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh
pemda dapat juga dijelaskan mengenai faktor pendorong terjadinya surplusdefisit tersebut Jika
APBD defisit maka pemda harus mencari alternatif untuk menutupi kekurangan tersebut
Sedangkan jika surplus maka pemerintah akan menerima kembali dana lebih tersebut Surplus
tersebut dapat dianggarkan untuk pembayaran pokok utang penyertaan modal daerah pemberian
pinjaman kepada pemerintah lain dan pembentukan dana cadangan (misal untuk Pilkada
infrastruktur dll)
a Rasio surplusdefisit terhadap aggregat pendapatan
Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan
APBD = 77135 2422952
2018 = 318
Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan
APBD = 53295 2563928
2019 = 2079
Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2018 tetapi Kalimantan Barat masih
mencatatkan rasio surplus untuk tahun 2019 sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi
APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik
b Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I)
73
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I) rasio ini untuk mengetahui
proporsi adanya surplusdefisit anggaran terhadap salah satu sumber pendapatan APBD
yaitu realisasi pencairan dana transfer Hal ini dapat menunjukkan ekses likuiditas Pemda
pada semester I akibat frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal
bagi Kementerian Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama
pada daerah yang sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses
likuiditas
Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = Surplus atau defisit Semester I dibagi
Total Realisasi Dana Transfer
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 435522 942997
2018 = 4618
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 452874 983139
2019 = 4606
Pada semester I baik tahun 2018 maupun 2019 rasio surplus terhadap realisasi dana transfer
sangat tinggi Hal ini mengindikasikan ekses likuiditas Pemda pada semester I akibat
frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian
Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama pada daerah yang
sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas
c Rasio surplusdefisit terhadap PDRB indikator ini menggambarkan kesehatan ekonomi
regional semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan
jasa yang cukup baik untuk membiaya hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah
Rasio surplusdefisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplusdefisit thd PDRB = Surplus atau defisit APBD dibagi PDRB
Rasio surplusdefisit thd PDRB = 77135 19403
2018 = 398
Rasio surplusdefisit thd PDRB = 53295 21232
2019 = 251
Rasio surplus di 2019 lebih kecil dari 2018 ini menunjukkan Kalimantan Barat semakin
mampu memproduksi barang dan jasa lebih baik
46 Pembiayaan
Pembiayaan Daerah adalah seluruh penerimaan yang harus dibayar kembali danatau
pengeluaran yang akan diterima kembali Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan
Rasio SILPA terhadap alokasi belanja di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
74
Rasio SILPA = Jumlah SILPA dibagi Total belanja APBD
Rasio SILPA = 21710 2345817
2018 = 52
Rasio SILPA = 46347 2510634
2019 = 184
Rasio SILPA merupakan rasio yang mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang tidak
digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran Pada tahun 2019
angka rasionya adalah 184 terjadi penurunan sebesar 334 dibandingkan tahun 2018 hal ini
mengindikasikan bahwa efektifitas belanja setahun terakhir cenderung meningkat daripada tahun
sebelumnya
47 Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah
471 Analisis Horizontal dan Vertikal
a Analisis Horizontal
Analisis horizontal merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam
satu laporan realisasi Pemda (KabupatenKota) satu dengan Pemda lain dalam satu
wilayah (Provinsi) Selain itu analisis ini merupakan analisis membandingkan perubahan
keuangan dalam satu post APBD yang sama pada satu lingkup Pemda Tujuan dari analisis
horizontal adalah untuk menyajikan informasi yang utuh terkait kinerja suatu pos antar
Pemda dan perkembangan suatu pos APBD dari waktu ke waktu
Grafik IV3 Realisasi PAD KabupatenKota Kalimantan Barat
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pendapatan Asli Daerah pada Kab Sambas mengalami lonjakan yang signifikan
yaitu sebesar 26952 persen apabila dibandingkan dengan tahun yang lalu Sebaliknya
Kab Sintang mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 2830 persen
SambasSingkawa
ngSintang Sekadau
11KabKota
TotalKalbar
TW IV 2018 4028 13087 24004 5464 344320 390903
TW IV 2019 14885 16630 17210 4535 351411 404671
010002000300040005000
mili
ar r
up
iah
75
b Analisis Vertikal
Analisis vertikal merupakan analisis yang membandingkan antara pos yang satu
dengan pos yang lain terhadap totalnya dalam satu komponen APBD yang sama Tujuan
dari analisis vertikal adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi suatu pos dalam
bentuk angka total sehingga membantu pengguna dalam mengukur seberapa besar
pengaruh pos tersebut bagi Pemda
Pada prinsipnya semakin besar kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah akan
menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat Dengan kontribusi yang
semakin meningkat diharapkan pemerintah daerah semakin mampu membiayai
keuangannya Gambaran kemandirian keuangan daerah ini dapat diketahui melalui
besarnya kemampuan sumber daya keuangan dalam membiayai pelayanan kepada
masyarakat daerah tertentu
1) Analisis Kontribusi PAD Kalimantan Barat terhadap total pendapatan
Analisis Kontribusi PAD dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah
pendapatan asli daerah dengan total penerimaan daerah Rasio ini menunjukan
kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah Semakin tinggi kontribusi PAD maka
semakin tinggi kemampuan pemeritah daerah dalam penyelenggaraan desentralisas
Kriteria Rasio Kontribusi PAD
bull Sangat Baik gt 50
bull Baik 25 ndash 50
bull Kurang Baik10 ndash 25
bull Tidak Baik lt 10
76
Grafik IV4 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah di Kalimantan Barat masih relatif
rendah PAD di Kalimantan Barat menyumbang antara 15 persen sd 16 persen dari
seluruh total pendapatan dalam dua tahun terakhir
Penyebab dari rendahnya PAD tersebut antara lain pertama pemerintah daerah
belum mampu mengidentifikasi potensi sumber pendapatannya Kedua sebagian besar
pemerintah daerah masih belum dapat mengoptimalkan penerimaan pajak daerah
retribusi daerah atau bahkan penerimaan dari hasil kekayaan daerah yang dipisahkan
sesuai UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Ketiga pemerintah daerah masih menganggap bahwa rendahnya pendapatan PAD
sebagai akibat dari ruang gerak daerah yang terbatas untuk mengoptimalkan
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diatur dalam UU No 28
Tahun 2009 Pemerintah daerah melihat banyak jenis dan objek pajak serta retribusi
yang masih dapat diterapkan tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang Ketiga
daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak yang besar masih diatur oleh
pusat yaitu Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak rokok Keempat
adalah kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan yang berasal
dari pajak daerah dan retribusi daerah yaitu menyempurnakan dan mengoptimalkan
penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada serta menerapkan
pajak daerah dan retribusi daerah yang baru
-
10000
20000
30000
Anggaran Realisasi
AnggaranRealisasi2018
2019
2018 2019Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PAD 3606 3909 3763 4047
PENDAPATAN 24433 24230 25435 25639
PENDAPATAN PAD
77
2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
Analisis belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan antara total
realisasi belanja modal dengan total belanja daerah Berdasar laporan ini akan diketahui
porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada
tahun anggaran bersangkutan Pengeluaran belanja modal akan memberi manfaat
dalam jangka menengah dan panjang Belanja modal akan mempengaruhi neraca
pemerintah daerah yaitu menambah jumlah asset daerah Pemerintah daerah dengan
tingkat pendapatan daerah yang rendah memiliki porsi jumlah belanja modal yang tinggi
dibandingkan pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi Hal ini disebabkan
pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan rendah berorientasi untuk melakukan
belanja modal sebagai bagian dari investasi modal jangka panjang sedangkan
pemerintahan yang berpendapatan tinggi biasanya telah memiliki asset modal yang
mencukupi
Grafik IV5 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pada umumnya proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah antara 5
persen-20 persen Kalimantan Barat dalam dua tahun terakhir memiliki rata-rata rasio
belanja modal terhadap total belanja sebesar 1995 persen Pada tahun 2019
Kalimantan Barat memfokuskan belanja modal pada investasi penyediaan Gedung
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
5E+12
1E+13
15E+13
2E+13
25E+13
3E+13
BELANJA DAERAHBELANJA MODAL
2499829
505628
2345817
470016
2604405
520212
2510634
498885
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
78
perkantoran sebesar 3474 persen infrastruktur jalan sebesar 2759 persen dan
pengadaan alat-alat berat darat sebesar 1207 persen
472 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah
Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah yang
dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang
penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu
Analisis kapasitas fiskal daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui pendapatan
daerah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja
tertentu
Berdasarkan PMK Nomor 126PMK072019 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah
daerah provinsi dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal
Berdasarkan PMK tersebut indeks Kapasitas Fiskal Daerah kabupaten kota
dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal Daerah sebagai berikut
79
Tabel IV7
Kapasitas Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Pemerintah Daerah Indeks Kapasitas Fiskal
Kategori KFD Indeks Kapasitas
Fiskal
Kategori KFD
2018 2019
Prov Kalbar 0518 Rendah 0453 Sedang
Kab Sambas 0877 Sedang 0793 Sedang
Kab Sanggau 0855 Sedang 0778 Sedang
Kab Sintang 1134 Sedang 0269 Sangat Rendah
Kab Mempawah 043 Sangat Rendah 0494 Sangat Rendah
Kab K Hulu 1421 Tinggi 0884 Sedang
Kab Ketapang 1381 Tinggi 1094 Tinggi
Kab Bengkayang 0738 Rendah 0442 Sangat Rendah
Kab Landak 1274 Tinggi 0676 Rendah
Kab Melawi 0776 Sedang 0536 Rendah
Kab Sekadau 0669 Rendah 0611 Rendah
Kab Kayong Utara 056 Sangat Rendah 0406 Sangat Rendah
Kab Kubu Raya 1055 Sedang 0742 Sedang
Kota Pontianak 1368 Tinggi 1538 Tinggi
Kota Singkawang 0618 Rendah 0522 Rendah
Sumber PMK Nomor 126PMK072019
Berdasar tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah yang mempunyai indeks kapasitas
tinggi adalah Kab Ketapang dan Kota Pontianak Sedangkan daerah dengan indeks
kapasitas sangat rendah adalah Kab Sintang Mempawah Bengkayang dan Kayong Utara
Prov Kalbar naik dari kategori rendah ke sedang Kab Sintang turun dua tingkat dari
kategori sedang ke sangat rendah Kab Kapuas Hulu turun dari kategori tinggi ke sedang
Kab Landak turun dua tingkat dari kategori tinggi ke rendah dan Kab Melawi turun dari
kategori sedang ke rendah
48 Perkembangan Belanja Wajib Daerah
Tujuan dari sub ini adalah melihat gambaran perkembangan mandatory spending dalam
pelaksanaan APBD di daerah Mandatory spending adalah alokasi belanja wajib yang diatur
undang-undang Tujuan mandatory spending adalah mengurangi masalah ketimpangan sosial dan
80
ekonomi daerah Mandatory spending dalam tata kelola keuangan pemerintah daerah meliputi
alokasi pendidikan alokasi kesehatan penggunaan dana transfer umum dan alokasi dana desa
APBD diklasifikasikan menjadi 35 urusan daerah yaitu Pendidikan Kesehatan Pekerjaan
Umum Lingkungan Hidup Kelautan dan Perikanan Kehutanan Kesatuan Bangsa dan Politik
Perencanaan Pembangunan Penataan Ruang ESDM Pemberdayaan Masyarakat Desa Sosial
KUKM Perdagangan Kebudayaan Kependudukan dan Catatan Sipil dan seterusnya
Tahun 2019 total belanja terjadi peningkatan 703 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu
dari Rp 2345816 miliar menjadi Rp 2510634 miliar Dari ke-35 urusan daerah tersebut yang
menjadi perhatian utama pemerintah daerah secara berturut-turut adalah pemerintahan umum
(3118 persen) pendidikan (2337 persen) perumahan dan fasilitas umum (2125 persen) dan
kesehatan (1339 persen)
Berdasarkan fungsi APBD Kalimantan Barat dapat digambarkan sebagai berikut
Tabel IV8
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Fungsi Tahun 2019
(Miliar Rp)
Uraian Fungsi Total persen
01 PELAYANAN UMUM 782834 3118
02 PERTAHANAN ) 000 -
03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 30131 120
04 EKONOMI 178475 711
05 LINGKUNGAN HIDUP 22823 091
06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 533546 2125
07 KESEHATAN 336074 1339
08 PARIWISATA 9952 040
09 AGAMA ) 000 -
10 PENDIDIKAN 586788 2337
11 PERLINDUNGAN SOSIAL 30012 120
Total Belanja Daerah 2510634 10000
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Komitmen pemerintah daerah dalam membangun kualitas atau kesejahteraan masyarakat
dapat terlihat melalui alokasi pengeluaran pemerintah daerah dari tiga jenis belanja yaitu belanja
pendidikan belanja kesehatan dan belanja infrastruktur
481 Belanja Daerah Sektor Pendidikan
Pembangunan pendidikan dicapai dengan meningkatkan pemerataan akses kualitas
relevansi dan daya saing Alokasi anggaran fungsi pendidikan mencerminkan upaya
pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan
sebagai salah satu upaya untuk memenuhi amanat konstitusi bahwa alokasi anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari belanja negara
81
Dari tabel 48 dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran pendidikan
Kalimantan Barat yang sebesar 2337 persen sudah memenuhi amanat UUD 1945 pasal 31
ayat (4) dan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat (1)
yang mewajibkan alokasi anggaran Pendidikan minimal 20 persen
482 Belanja Daerah Sektor Kesehatan
Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja
di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi (mandatory spending) Pasal tersebut
menyebutkan bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 5
persen (lima persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diluar gaji sementara
provinsi dan kabupatenkota mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 10
persen (sepuluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diluar gaji Tujuan
dari pembangunan bidang kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang terus
membaik Penggunaan anggaran di dibidang kesehatan diharapkan seoptimal mungkin
dapat termanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut
Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran kesehatan
pemerintah daerah minimal 10 persen dari APBD di luar gaji (UU No 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan) sudah terpenuhi di Kalimantan Barat
483 Belanja Infrastruktur Daerah
Dana Transfer Umum terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH)
yang penggunaannya bersifat umum Porsi DAU dan DBH yang besar dari total dana
Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) diharapkan mampu berperan besar dalam
upaya percepatan pembangunan infratuktur di daerah Dana Transfer Umum (DTU)
diarahkan penggunaannya sekurang-kurangnya 25 persen untuk belanja infrastruktur
daerah
DTU Kalimantan Barat terdiri dari DAU sebesar 1232649 miliar dan DBH 58493 miliar
Jumlah totalnya adalah 1291143 miliar Jika fungsi belanja perumahan dan fasilitas umum
sebesar 533546 maka angka ini senilai 4132 persen artinya jauh melebihi ketentuan yang
berlaku
Sungai Kapuas Kalimantan BaratMerupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang 1143 km Sungai Kapuas menjadi habitat bagi 700 jenis ikan air tawar 12 jenis diantaranya termasuk ikan langka serta 40 jenis ikan lainnya terancam punah
BAB V
PERRKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
ANGGARAN
KONSOLIDASIAAN
(APBN DAN APBD)
82
A LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang
disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian tingkat Kanwil Ditjen
Perbendaharaan Prov Kalbar adalah sebagai berikut
Tabel V1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Lingkup Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019 (Miliar rupiah)
Uraian 2019 2018
Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi
Pendapatan Negara 891057 442989 1334046 2282 1086157
Pendapatan Perpajakan
808438 286398 1094835 1298 969055
Pendapatan Bukan Pajak
82620 118273 200893 7200 116798
Hibah 000 38318 38318 1250467
304
Transfer 000 2031342 000 000 000
Belanja Negara 968528 2377236 3345764 425 3209324
Belanja Pemerintah 968528 2107845 3076373 464 2939933
Transfer 2031342 269391 269391 000 269391
Surplus(Defisit) -77471 -1934247 -2011718 -525 -2123167
Pembiayaan 000 31348 31348 -2967 44575
Penerimaan Pembiayaan Daerah
000 126432 126432 4765 85628
Pengeluaran Pembiayaan Daerah
000 95084 95084 13161 41054
Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran
-77471 -1902899 -1980371 -473 -2078592
Catatan Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pada tahun 2019 pendapatan konsolidasian pemerintah
daerah provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp 1334 triliun Angka
ini naik 2282 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2018 Belanja Konsolidasian sebesar Rp 3345 triliun Angka
83
ini naik 425 persen dari tahun 2018 Terjadi defisit pada LKPK tahun 2019 sebesar
Rp 198 triliun
B PENDAPATAN KONSOLIDASIAN
Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau
Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh
pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu
periode pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun
resiprokal (berelasi)
1 Analisa Proporsi dan Perbandingan
Grafik V1
Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pendapatan Perpajakan memberikan kontribusi yang paling besar pada
pendapatan konsolidasian yaitu 8094 persen atau Rp1014 triliun Hal ini
menunjukkan Pendapatan Perpajakan masih tulang punggung General Government
Revenue di Provinsi Kalimantan Barat 7170 persen dari total Penerimaan
Perpajakan berasal dari Pajak Pemerintah Pusat PPn dalam Negeri menjadi Pajak
Pemerintah Pusat paling tinggi yaitu Rp 306 triliun
Pemerintah Daerah memberikan sumbangan 2821 persen atau Rp 286
triliun pada Penerimaan Perpajakan Konsolidasi Pajak Kendaraan Bermotor
mendominasi Pajak Daerah dengan nilai Rp 191 triliun disusul oleh Pajak Hotel
sebesar Rp 62899 miliar Hal ini menunjukkan sektor Pariwisata memiliki potensi
yang cukup besar dalam menyumbang PAD dalam bidang perpajakan
Diharapakan Pemerintah Daerah dapat terus menggali Pajak di sektor Pariwisata
dengan mengembangkan prasarana pendukung seperti perhotelan tempat
pariwisata dan lain-lain
8094
1504
287 000
Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak
Hibah Transfer
84
2 Analisa Perubahan
Pendapatan Konsolidasian mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada
tahun 2019 Kenaikan sebesar Rp 247 triliun atau 2282 persen dibanding tahun
2018 didorong peningkatan pada Pendapatan Perpajakan Rp 125 triliun (1298
persen) Pendapatan Bukan Pajak Rp 84095 miliar (72 persen) dan Pendapatan
Hibah Rp 38014 miliar (12504 persen)
Grafik V2
Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan
Konsolidasian Provinsi Kalimantan Tahun 2018 dan 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pendapatan Bukan Pajak paling besar disumbang oleh Penjualan Aset Daerah
dan Deviden atas Penyertaan Modal pada BUMD pada Pendapatan Bukan Pajak
Daerah sebesar Rp 59048 miliar dan Rp19075 miliar Deviden atas Penyertaan
Modal pada BUMD merupakan daya Tarik tersendiri bagi Pemerintah Daerah pada
Prov Kalbar untuk semakain memanfaatkan BUMD khususnya Bank Kalbar
sebagai tempat investasi
3 Perhitungan Rasio Konsolidasi
1) Tax ratio
Salah satu rasio konsolidasi dapat dilakuaka dengan menggunakan Tax Ratio
dengan rumus sebagai berikut
Tax Ratio = Pendapatan Perpajakan Konsolidasian Tingkat Wilayah
PDRB Provinsi
Dari perhitungan dapat ditemukan
PendapatanKonsolidasi
PendapatanPerpajakan
PendapatanBukan Pajak
Hibah Transfer
2019 1253916 1014946 200651 38318 000
2018 1086157 969055 116798 304 000
000
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
85
Tabel V2
Tax Ratio Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019
IndikatorTahun 2018 2019
Penerimaaan Perpajakan Konsolidasian (Miliar Rp) 969055 1014946
PDRB (Miliar Rp) 19403285 21273700
Tax ratio 499 477 Sumber LKPK Kanwil DJPB dan BPS(diolah)
Tax Ratio pada Prov Kalbar mengalami penurunan sebesar 022 persen pada
tahun 2019 dari tahun sebelumnya Dibandingkan dengan tax ratio nasional yang
sebesar 107 persen maka rasio pajak di Kalimantan Barat masih sangat kecil Hal
ini menjadi dapat menjadi motivasi bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah untuk mencari sumber-sumber Penerimaan Perpajakan yang mungkin
belum tergali secara tuntas Pemerintah dapat melakukan sensus pajak khusus
untuk Prov Kalbar agar potensi-potensi pajak tidak hilang sehingga tax ratio Kalbar
dapat mendekati tax ratio nasional
2) Rasio Kemandirian
Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan
pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan pembangunan
dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai
sumber pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain misalnya bantuan
pemerintah pusat ataupun dari pinjaman Rasio Kemandirian dapat dihitung dengan
rumus
Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah
Bantuan Pemerintah Pusat
Dengan menggunakan Laporan konsolidasian diperoleh data Rasio Kemandirian
Prov Kalimantan Barat pada tahun 2018 dan tahun 2019 berada pada angka 1818
persen dan 2180 persen Angka ini menunjukkan bahwa secara Laporan
Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan memiliki
ketergantungan yang cukup tinggi terhadap dana transfer Peran Pemerintah Pusat
akan sangat besar pada pembangunan di Kalbar sehingga Pemerintah Daerah tidak
leluasa dalam menentukan program kerjanya
C BELANJA KONSOLIDASIAN
Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja
Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja Pemerintah
Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang
sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi)
86
1 Analisis Proporsi dan Perbandingan
Proporsi dan komposisi realisasi berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis
belanja) atau perbandingan antara realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal
terhadap total Belanja konsolidasian
Grafik V3
Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pad a Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pada tahun 2019 secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Barat total
belanja pemerintah daerah lebih besar dari total belanja pemerintah pusat
Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp 3345 triliun 2895
persen bersumber dari anggaran pemerintah pusat dan sisanya sebesar 7105
persen dari anggaran pemerintah daerah
Belanja Operasional mendominasi pada Belanja Pemerintah Pusat maupun
Daerah 7045 persen Belanja Konsolidasian digunakan untuk belanaja
Operasional yaitu Rp 1608 triliun pada belanja Pemerintah Daeah dan 772 triliun
pada belanja Pemerintah Pusat Belanja Pegawai menjadi pengeluaran terbesar
pada Belanaja Operasional Konsolidasian yaitu Rp 11 90 triliun atau 3521 persen
dari total Belanaja Konsolidasian
Belanja Modal hanya menyumbangkan 2055 persen terhadapa belanaj
Konsolidasian Belanaj Bahan Baku Jalan dan jembatan menjadi belanja modal
terbesar Pemerintah Pusat dengan nilai Rp 36413 miliar dan Belanja
Pengadaaan Gedung Bangunan Tempat Kerja menjadi Belanja Modal Pemerintah
Daerah terbesar dengan Rp 175 triliun
Proporsi Belanja Pegawai yang mendominasi Belanaja Konsolidasian
sebenarnya kurang baik Dengan besarnya Belanja Pegawai yang harus
dibayarkan maka Pemerintah akan tidak leluasa menggunakan instrument fiskal
sebagai alat kebijakan
Konsolidasi Pusat Daerah
Belanja Transfer 303881 - 303881
Belanja Modal 694711 195827 498885
Belanja Operasional 2381037 772702 1608335
000500000
1000000150000020000002500000300000035000004000000
87
2 Analisis Perubahan
Grafik V4
Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Grafik V5
Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Belanja Operasional cenderung semakin besar persentase terhadap Belanja
Konsolidasian Besarnya belanja Operasional yang didominasi oleh Belanja
pegawai akan memepersempit ruang fiskal suatu daerah Dengan rumus
Ruang Fiskal = (Pendapatan-Belanja Pegawai)
Pendapatan
Dengan rumus di atas ruang fiskal Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan
Konsolidasian adalah 1077 persen
Angka 1077 persen menunjukkan bahwa Pemerintah pada Provinsi
Kalimantan Barat memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam membiayai
pembangunan di daerah Ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat juga sangat
tinggi dimana TKDD yang diterima lebih besar dari PAD Melihat hal ini sebaiknya
pemerintah daerah dan pemerintah Pusat dapat merumuskan efektifitas TKDD
yang diterima sebaiknya digunakan untuk apa dan dapat menggali sumber-sumber
PAD yang baru
68
248
Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer
70
219
Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer
88
3 Analisis Rasio Belanja Konsolidasian
Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam belanja pemerintah rasio Belanja
perkapita (spending per citizen) Rasio ini merupakan perbandingan antara realisasi
Belanja dibagi jumlah penduduk Dari perhitungan dari tahun 2019 belanja per
kapita adalah Rp 623 jutaorang mengalami kenaikan dari Rp 593 pada tahun 2018
Kenaikan ini berarti tujuan dari Pemerintah untuk menyejaterahkan masyarakat
semakin mendekati sasaran
Naiknya spending per citizen ini sejalan dengan penurunan Gini Ratio dari
angka 0325 pada tahun 2018 menjadi 0318 tahun 2019 Penurunan Gini Ratio
berarti terdapat perbaikan atas tingkat kesenjangan pada Prov Kalbar Indikator
yang juga mempengaruhi kenaikan spending per citizen adalah jumlah tenaga kerja
yang meningkat sebesar 22134 orang dari tahun 2018 ke tahun 2019
D SURPLUSDEFISIT
SurplusDefisit Laporan Keuangan Pemer i n t ah Konsolidasian di Provinsi
Kalimantan Barat t ahun 2019 mencapai minus Rp2011 triliun Defisit tersebut
b e r a s a l dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 77471 miliar dan Pemerintah Daerah
sebesar Rp1934 triliun
1) Proporsikomposisi Realisasi SurplusDefisit Pempus dan Pemda terhadap
SurplusDefisit Konsolidasian
Defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel V3
Rasio SurplusDefisit Konsolidasian terhadap PDRB
pada Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
SurplusDefisit Persentase SurrplusDefisist
Konsolidasi -2091849 10000
Pusat -157601 753
Daerah -1934247 9247
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pemerintah Daerah menyumbangkan defisit 9247 persen dari total defisit Hal ini
terjadi karena realisasi TKDD tidak diperkirakan dalam penyusunan neraca
konsolidasian Dengan adanya dana transfer yang diberikan oleh Pemerintah pusat
sebesar Rp 2033 triliun maka Pemerintah Daerah akan mendapatkan surplus sebesar
Rp 099 triliun
2) Perbandingan Rasio SurplusDefisit terhadap PDRB
Rasio ini menghitung perbandingan nilai surplusdefisit dengan nilai PDRB
89
Dihitung dengan rumus
Rasio SurplusDefisit = Nilai SurplusDefisit Konsolidasian
Nilai PDRB
Dengan rumus di atas maka di dapatkan Rasio surplusdefisit terhadap PDRB
adalah -983 persen Defisit konsolidasian bernilai 983 persen dari total PDRB Kalbar
pada periode tahun 2019
E ANALISA KONTRIBUSI KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang
ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan
kabupatenkota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender) Nilai
PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran
yaitu Y = C + I + G + X-M) Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai
salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi
Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2018
Tabel V4
Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2019 (miliar Rp)
Pendapatan 1254157
a Pajak 1014946
b Kontribusi sosial 200893
c Hibah 38318
d Pendapatan lain -
Beban 2651053
a Belanja Operasional 2381037
c Belanja Transfer 303881
Keseimbangan operasi brutoneto -1396896
Transaksi Aset Non Keuangan Neto 694711
a Aset tetap 694711
b Persediaan -
c Barang berharga -
d Aset nonproduksi -
Net LendingBorrowing -2091607
Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban 31348
a Akuisisi Neto Aset Keuangan -
- Domestik 126432
- Luar Negeri -
b Keterjadian Kewajiban -
- Domestik 95084
- Luar Negeri -
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Belanja Pemerintah (G) adalah Rp 2651 triliun dan Investasi (I) yang dilakukan oleh
90
pemerintah pada tahun 2018 sebesar Rp 694 triliun Dengan demikian dapat dihitung
kontribusi belanja Pemerintah dan investasi Pemerintah terhadap PDRB Provinsi
Kalimantan Barat dengan PDRB sebesar Rp21273 triliun adalah sebagai berikut
1 Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB adalah 1246 persen
2 Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB adalah 326 persen
Belanja Pemerintah masih memiliki porsi yang cukup besar terhadap yaitu sebesar
1246 persen Hal ini menunjukkan belanja Pemerintah adalah salah satu motor
penggerak perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat dengan harapan belanja ini
mampu memberikan efek dalam jangka waktu yang cepat terhadap pertumbuhan
ekonomi Pemerintah diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan
belanja sebesar ini
Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output perekenomian dipengaruhi oleh
tabungan pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi Tabungan merupakan
instrumen yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal (penerimaan pajak dan belanja negara
mempengaruhi tabungan nasional) Secara tidak langsung kebijakan fiskal ikut mengambil
peran dalam pertumbuhan ekonomi Keputusan-keputusan pemerintah mengenai
kebijakan fiskal yang ditempuh suatu negara dapat mengubah ouput dalam
perekonomian baik bertambah maupun berkurang
Peningkatan belanja Pemerintah memiliki multiplier effect (efek penggandaan)
terhadap pendapatan (ouput perekonomian) suatu negaradaerah Alasannya
ialah pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi Kenaikan
belanja pemerintah menyebabkan meningkatnya pendapatan kemudian meningkatkan
konsumsi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan kemudian meningkatkan
konsumsi dan seterusnya
Belanja Pemerintah yang meningkat dari tahun ke tahun memberikan efek yang baik
untuk perekonomian Kalimantan Barat karena memegang porsi yang cukup besar
terhadap PDRB Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan untuk memperbesar alokasi
Investasi juga
Taman Nasional Gunung Palung Kayong Utara
Selain habitat bagi Orang Utan di Taman Nasional Gunung Palung juga merupakan habitat bagi Bekatan (yang merupakan hewan endemik Pulau Kalimantan)
BAB VI
KEUNGGULAN DAN
POTENSI EKONOMI
SERTA TANTANGAN
FISKAL REGIONAL
91
Untuk menjadi kawasan yang maju dan unggul maka pemerintah harus mendukung
melalui pembangunan daerah dengan penentuan prioritas kebijakan yang lebih terarah serta
berjalan efektif dan efisien mengingat keterbatasan sumber pendanaan serta tetap
memperhatikan keunggulan dan potensi ekonomi daerah Penentuan sektor unggulan daerah
merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk
meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi persaingan Pendekatan
yang digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan dalam kajian ini adalah metode Shift
Share Location Quotient (LQ) dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Perhitungan sekor unggulan menggunakan metode Shift Share dilakukan dengan
perbandingan perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat dengan perkembangan
ekonomi nasional dalam jangka waktu 6 (enam) tahun terakhir
Tabel VI1
Shift Share Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019 (miliar rupiah)
No Sektor Usaha Nij (1)
Mij (2)
Cij (3)
Dij (1+2+3)
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1222348 206718 -78895 1350171
2 Pertambangan dan Penggalian 67328 484293 -251869 299751
3 Industri Pengolahan 873561 405984 -247156 1032389
4 Pengadaan Listrik Gas 5215 8251 -9427 4039
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
6143 55924 -54196 7872
6 Konstruksi 1023591 -25056 -233531 765004
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
868146 244286 -203511 908922
8 Transportasi dan Pergudangan 505346 -74394 -161645 269306
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 113457 88963 -57802 144618
10 Informasi dan Komunikasi 303467 67220 -164199 206488
11 Jasa Keuangan 308895 -56760 -25036 227099
12 Real Estate 197897 6495 -13855 190537
13 Jasa Perusahaan 49701 -16356 -5113 28232
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
345188 319568 -270891 393865
92
15 Jasa Pendidikan 309927 -62460 29641 277108
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 118800 -11299 -14033 93468
17 Jasa Lainnya 121010 -42227 -14318 64466
Sumber BPS diolah
Dengan analisis Shift Share terdapat 2 (dua) sektor lapangan usaha dengan Shift Share
ge Rp 10 triliun Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan serta
Industri
Perhitungan sektor unggulan Provinsi Kalimantan Barat dilakukan dengan menggunakan
LQ time series dimana data yang digunakan adalah PDRB dan PDB 6 (enam) tahun terakhir
Tabel VI2
LQ Time Series Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019
No Sektor LQ 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-Rata
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 158 147 145 148 152 152 150
2 Pertambangan dan Penggalian 047 062 075 069 065 074 065
3 Industri Pengolahan 076 073 076 077 078 079 077
4 Pengadaan Listrik Gas 006 007 008 008 008 008 008
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
165 160 153 160 164 523 221
6 Konstruksi 121 124 115 119 114 110 117
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
105 108 106 104 104 105 105
8 Transportasi dan Pergudangan 095 085 084 081 085 081 085
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
074 078 078 078 081 082 079
10 Informasi dan Komunikasi 092 092 091 095 096 092 093
11 Jasa Keuangan 091 086 084 084 087 078 085
12 Real Estate 106 103 101 098 102 099 101
13 Jasa Perusahaan 028 028 026 024 023 022 025
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
160 166 174 182 183 187 175
15 Jasa Pendidikan 133 124 120 117 117 114 121
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 141 137 131 126 126 125 131
17 Jasa Lainnya 065 059 056 053 052 050 056 Sumber BPS diolah
Sektor yang memiliki potensi berdasarkan LQ akan memiliki nilai gt 1 Perhitungan LQ time
series dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 menunjukkan terdapat delapan sektor yang
potensial karena memiliki LQ lebih besar dari satu dan sembilan bidang tidak potensial dengan
LQ kurang dari satu
93
Metode terakhir yang digunakan adalah Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) Sama
dengan dua metode sebelumnya MRP menggunakan data PDRB dan PDB dari tahun 2014
sampai dengan 2019
Tabel VI3
Metode Rasio Pertumbuhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019
No Sektor Usaha MRP
RPr RPs
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 097 - 088 -
2 Pertambangan dan Penggalian 075 - 123 +
3 Industri Pengolahan 095 - 098 -
4 Pengadaan Listrik Gas 109 + 162 +
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang 093 - 209 +
6 Konstruksi 111 + 101 +
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 099 - 097 -
8 Transportasi dan Pergudangan 128 + 114 +
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 093 - 105 +
10 Informasi dan Komunikasi 115 + 122 +
11 Jasa Keuangan 112 + 091 -
12 Real Estate 101 + 089 -
13 Jasa Perusahaan 124 + 095 -
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 096 - 118 +
15 Jasa Pendidikan 104 + 079 -
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109 + 093 -
17 Jasa Lainnya 128 + 097 -
Sumber BPS diolah
MRP menghitung rasio pertumbuhan sektoral pada RPs RPS yang bernilai ge 1 akan
diberikan notasi + menunjukkan sektor tersebut pada Provinsi Kalimantan Barat memiliki
pertumbuhan yang menonjol Terdapat 8 (delapan) seKtor yang yang memiliki RPs ge 1
sehingga cukup banyak sektor yang memiliki pertumbuhan yang menonjol
61 SEKTOR UNGGULAN DAERAH
Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau
perkembangan bagi sektor-sektor lainnya baik sektor yang mensuplai inputnya maupun
sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo
94
2006) Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan baik itu
perbandingan berskala regional nasional maupun internasional Pada lingkup
internasional suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan
sektor yang sama dengan negara lain Sedangkan pada lingkup nasional suatu sektor
dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu
bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain baik di pasar nasional
ataupun domestik Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut
dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga
dapat menghasilkan ekspor (Suyanto 2000146) Sektor unggulan di suatu daerah
(wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan
Kriteria pertama penentuan sektor unggulan suatu daerah adalah hubungannya
dengan PDRB maka dillihat sektor mana yang sumbangan terhadap PDRB nya paling
besar
Tabel VI4
Kontribusi Sektor Tehadap PDRB pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019
Sektor Persentase Kontribusi Terhadap PDRB
2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata
Pertanian Kehutanan dan Perikanan 2156
2054
2021
2030
2025
2013
2050
Pertambangan dan Penggalian 479 490 561 540 548 557 529
Industri Pengolahan 1648
1578
1612
1621
1609
1627
1616
Pengadaan Listrik Gas 006 008 009 010 011 010 009
Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
013 012 011 012 012 037 016
Konstruksi 1221
1310
1244
1280
1253
1229
1256
Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1451
1481
1447
1413
1409
1426
1438
Transportasi dan Pergudangan 430 440 452 457 479 470 455
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
231 238 237 231 236 239 235
Informasi dan Komunikasi 330 336 343 373 377 379 356
Jasa Keuangan 363 356 364 369 378 344 362
Real Estate 304 301 296 288 290 285 294
Jasa Perusahaan 045 047 046 044 044 044 045
Administrasi Pemerintahan Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
629 667 694 694 698 704 681
95
Jasa Pendidikan 442 430 420 401 394 392 413
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 149 151 145 140 140 143 145
Jasa Lainnya 103 101 099 098 098 101 100
Sumber BPS diolah
Dengan menggunakan (3) tiga alat analisis yang disebut di atas maka didapatkan
perhitungan sebagai berikut
Tabel VI5
Perhitungan Shift Share LQ dan MRP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019
No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)
LQ Time Series MRP (RPs)
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088
2 Pertambangan dan Penggalian 299751 065 123
3 Industri Pengolahan 1032389 077 098
4 Pengadaan Listrik Gas 4039 008 162
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
7872 221 209
6 Konstruksi 765004 117 101
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
908922 105 097
8 Transportasi dan Pergudangan 269306 085 114
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 144618 079 105
10 Informasi dan Komunikasi 206488 093 122
11 Jasa Keuangan 227099 085 091
12 Real Estate 190537 101 089
13 Jasa Perusahaan 28232 025 095
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
393865 175 118
15 Jasa Pendidikan 277108 121 079
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 93468 131 093
17 Jasa Lainnya 64466 056 097
Sumber BPS diolah
Berdasarkan Tabel VI4 diperoleh sektor unggulan pada Provinsi Kalimantan Barat
adalah sektor-sektor yang memiliki kontribusi rata-rata terhadap PDRB total di atas 10
persen Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan Industri
Pengolahan Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Dengan menggunakan analisis Shift Share LQ dan
MRP maka diperoleh tabel sebagai berikut
96
Tabel VI6
Sektor Unggulan Provinsi Kalimantan Barat tahun
No Sektor Usaha Shift Share (miliar
Rp)
LQ Time Series
MRP (RPs)
Rata-rata
PDRB
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088 2050
3 Industri Pengolahan 1032389 077 098 1616
6 Konstruksi 765004 117 101 1256
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
908922 105 097 1438
Sumber BPS diolah
Berdasarkan Shift Share semua sektor memenuhi syarat sebagai sektor unggulan
karena memiliki nilai Shift Share yang si atas Rp 7 triliun Berdasarkan metode LQ sektor
Industri Pengolahan tidak memenuhi syarat karena LQ lt 1 Perhitungan MRP menunjukkan
hanya sektor Konstruksi yang memenuhi syarat MRP Rps gt 1 Sektor Industri pengolahan
tidak memenuhi 2 kriteria yaitu LQ dan MRP sehingga dikeluarkan dari sektor unggulan
1a Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan
Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih
luas dari seluruh pulau Jawa Luasya wilayah ini banyak digunakan untuk pertanian dan
perkebunan PDRB sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205
persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-
2019 Data ini menunjukkan kekuatan dari sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan
sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat
Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan Karet menjadi 2 (dua) penyumbang
terbesar pada Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan Berdasarkan data dari BPS
perkebunan Kelapa Sawit menggunakan lahan seluas 145 juta hektare dengan hasil
produksi 973442 ton pada tahun 2018 Perkebunan Karet menggunakan lahan seluas
600956 hektare dengan produksi 268160 ton pada tahun 2017
Nilai jual hasil produksi kelapa sawit pada tahun 2018 apabila diperhitungkan
dengan harga rata-rata pada tahun berkenaan akan benilai sekitar Rp 146 triliun
sementara nilai karet sekitar Rp 21 triliun Dengan total Rp 356 triliun perkebunan
Kelapa Sawit dan Karet tentu saja masih jadi primadona
97
Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK733Menhut-II2014 tanggal 2
September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Barat
membagi hutan Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan fungsi sebagai berikut
1) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) seluas plusmn
1621046 hektar
2) Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas plusmn 2310874 hektar
3) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas plusmn 2132398 hektar
4) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas plusmn 2127365 hektar
5) Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) seluas 197918 hektar
Terdapat sekitar 45 juta hektare hutan produksi yang masih produktif pada Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini merupakan potensi yang sangat besar untuk menghasilkan
produk-produk hasil hutan yang memiliki nilai jual
Sub sektor Perikanan terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu Perikanan Budi Daya dan
Perikanan Tangkap Pada tahun 2018 Perikanan Budidaya digeluti oleh 52288 rumah
tangga sementara Perikanan Tangkap oleh 21233 rumah tangga Nilai ekspor
perikanan cenderung naik dari tahun ke tahun terakhir pada tahun 2018 tercatat ekspor
perikanan Kalbar sebesar 632 ton dengan nilai Rp 255 miliar
Dari bahasan di atas dapat dilihat bahwa Perkebunan Sawit dan Perkebunan Karet
merupakan sub sektor andalan pada sektor Sektor Pertanian Kehutanan dan
PerikananDengan demikian sangat diperlukan usaha pemerintah untuk ikut menjaga
stabilitas harga khususnya di tingkat petani Pemerintah Provinsi Kalbar menerbitkan
Peraturan Gubernur Nomor 63 Tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan penetapan
indeks dan harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit produksi pekebun Kalbar
Para pekebun kelapa sawit di seluruh Kalbar harus bermitra dengan perusahan kelapa
sawit para mitra tersebut harus membeli sesuai dengan harga yang telah ditetapkan
Pabrik kelapa Sawit tidak boleh membeli tandan kelapa sawit dengan para pekebun
yang bukan mitra
Keberadaan BUMDes diharapkan dapat menampung hasil getah karet petani dan
sekaligus memfasilitasi penjualan karet langsung ke pabrik karet sehingga jalur
perdagangan terpangkas karena tidak melalui pengepulapabila dilaksanakan secara
serempak maka dampaknya diharapkan dapat meningkatkan stabilitas harga getah
98
karet Penggunaan Dana Desa untuk pemberdayaan BUMDes harus didorong serta
kemudahan permodalan melalui KUR
1b Sektor Konstruksi
Mardiasmo (2002) mengatakan peningkatan Pemda dalam investasi modal (belanja
modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya
mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan
yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Terpilihnya sektor Konstruksi sebagai
sektor potensial sejalan dengan menggeliatnya pembangunan infrastruktur pada
Provinsi Kalimantan Barat sesuai dengan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo
pada tahun 2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur Hal ini terlihat pada peningkatan
PDRB sektor Konstruksi 6177 persen dari tahun 2014 hingga tahun 2019
Pada tahun 2019 Pemerintah menyediakan Pagu Rp 499 triliun untuk belanja
infrastruktur yang berasal dari
Belanja Pemerintah Pusat sebesar
Rp 238 triliun dan DAK Fisik sebesar
Rp 261 triliun Pagu ini meningkat
drastis dari Rp 132 triliun pada tahun
2014 atau mengalami kenaikan
sebesar 278 persen
Output dari sektor Konstruksi
pada Provinsi Kalimantan Barat
dapat dilihat dari pembangunan
Jalan Paralel Perbatasan Dari 1920
km jalan parallel perbatasan yang
akan dibangun di pulau Klimantan
82797 km berada pada wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Kondisi
jalan sampai akhir tahun 2019 sudah
teraspal sepanjang 31705 km (38)
lapisan agregat sepanjang 25329 km (31) dan masih berupa perkerasan tanah
25763 km (31) Jalan paralel perbatasan memiliki lebar minimal 7 meter dan ruang
milik jalan (Rumija) minimal 25 meter
1c Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Gambar VI1 Jalan Paralel Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat
Sumber Kompascom
99
PDRB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor menyumbang rata-rata 1438 persen pada PDRB total Prov Kalbar periode tahun
2014-2019 Sektor ini juga menyerap 510454 tenaga kerja atau 2069 persen dari total
tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Barat
Tabel VI7
Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016-2019
No Lapangan Usaha 2019 2018 2017 2016
1 Pertanian Perkebunan Kehutanan Perburuan dan Perikanan
1223113 1303474 1293884 1138334
2 Pertambangan dan Penggalian 52114 59458 54254 53514
3 Industri 134660 171828 135022 110668
4 Listrik Gas dan Air 6819 4618 7315 8891
5 Konstruksi 119949 130021 127502 146694
6 Perdagangan 510454 407126 354975 418258
7 Transportasi Pergudangan dan Komunikasi 66675 74663 67714 61910
8 Lembaga Keuangan Real Estate Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan
32687 19738 18290 27624
9 Jasa Kemasyarakatan Sosial dan Perorangan 320556 283363 340417 339232
Jumlah 2467027 2454289 2399373 2305125
Sumber BPS diolah
Serapan tenaga kerja yang cukup besar menjadikan sektor ini menjadi penyerap
tenaga kerja terbesar kedua setelah sektor Pertanian Perkebunan Kehutanan
Perburuan dan Perikanan
Nilai MRP dari sektor ini adalah 097 Nilai tersebut menunjukkan bahwa
pertumbuhan dari sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor tidak menonjol Hal ini tergambar dari kontribusi PDRB sektor terhadap
PDRB total selama 6 (enam) tahun yang berkutat di angka 14 persen Ke depannya
sektor ini diperkirakan akan tetap menajdi sektor unggulan tapi dengan pertumbuhan
yang stagnan atau cenderung menurun
62 SEKTOR POTENSIAL DAERAH
Tantangan pembangunan ekonomi daerah ke depan adalah mengupayakan
pengelolaan jalannya pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan efisien dengan
100
memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah termasuk sumber daya alam dan
sumber daya manusianya serta mengoptimalkan seluruh sumber-sumber dana untuk
membiayai pembangunan ekonomi daerahnya Untuk mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki daerah terlebih dahulu harus dikenali potensi ekonomi yang dimiliki
LQ dan MRP merupakan metode pengembangan dari Shift Share Pada LQ sektor
potensial adalah sektor yang memiliki nilai LQ gt 1 sementara pada MRP sektor yang
memiliki nilai gt 1 merupakan sektor yang menonjol Berdasarkan Tabel VI5 sektor
potensial pada Provinsi Kalimantan Barat didasarkan pada kedua kriteria tersebut
Terdapat 3 (tiga) sektor potensial berdasarkan kriteria di atas namun sektor Pengadaan
Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang dengan nilai Shift Share hanya Rp
7872 miliar tidak dapat dianggap sebagai sektor potensial karena nilai rupiah potensinya
tidak signifikan
Tabel VI5
Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat
No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)
LQ Time Series
MRP (RPs)
1 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
393865 175 118
2 Konstruksi 765004 117 101
Sumber BPS diolah
2a Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib menjadi
sektor potensial dapat dimengerti dengan besarnya jumlah Belanja Pemerintah
dibanding dengan PDRB Pada tahun 2019 Belanja Pemerintah bernilai 1412 persen
dari PDRB
Sektor ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan yang umumnya
dilakukan oleh administrasi pemerintahan seperti perundang-undangan dan
penerjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan administrasi program
berdasarkan peraturan perundangan-undangan kegiatan legislatif perpajakan
pertahanan negara keamanan dan keselamatan negara pelayanan imigrasi
hubungan luar negeri dan administrasi program pemerintah Sektor ini juga mencakup
kegiatan jaminan sosial wajib
Pada tahun 2019 sektor ini menyumbang Rp 1497 triliun atau 7 persen sebagai
penyumbang langsung terhadap PDRB Ini berarti dari total Rp 30 triliun belanja
101
pemerintah dan TKDD yang disalurkan pada Prov Kalbar sekitar 499 persen
diperuntukkan ke sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Sektor ini dapat dikembangkan dengan memperbesar belanja Pemerintah pada
Provinsi Kalimantan Barat atau memperbesar porsi sektor ini dari belanja Pemerintah
yang sudah ada Namun dengan memperbesar belanja Pemerintah ada kekhawatiran
nantinya Provinsi Kalbar akan tergantung dan tidak dapat mencari alternatif lain
sebagai sumber pertumbuhan ekonomi
2b Sektor Konstruksi
Soepangat (199152) menyatakan bahwa peningkatan belanja modal yang
menyebabkan peningkatan penyediaan layanan barang dan jasa publik kepada
masyarakat akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sektor Konstruksi menjadi
satu-satunya sektor yang masuk dalam kategori unggulan dan potensial pada Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini menjadi menarik karena terpilihnya sektor Konstruksi pada
kedua kategori menandakan bahwa sektor ini kalau dalam product life cycle masih
dalam tahap growth (pertumbuhan) Sektor yang sedang berada pada tahap growth
merupakan sektor yang paling menarik karena sektor ini sudah mapan namun masih
dapat dikembangkan
Penetapan calon ibukota baru dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di
Provinsi Kalimantan Timur sedikit banyak mempengaruhi sektor konstruksi pada pulau
Kalimantan Dengan lokasi ibukota negara di pulau Kalimantan maka akan diperlukan
interkoneksi antar semua provinsi di Kalimantan untuk mendukung ibukota baru
Provinsi Kalimantan Barat sudah mulai mendapatkan proyek-proyek besar mulai
tahun 2018 Salah satunya adalah pembangunan pelabuhan Kijing yang akan diajdikan
gerbang utama ekspor dan impor dari Pulau Kalimantan Pelabuhan Kijing dibangun
dengan investasi Rp 14 triliun dan terkoneksi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
yang juga sedang dalam proses pembangunan Pembangunan kedua fasilitas ini
diharapkan akan mempercepat pertumbuhan perekonomian Provinsi Kalimantan
Barat
Pulau Kalimantan dapat dipastikan akan mengalami make over yang besar
Proses make over ini tentu menjadi peluang yang sangat besar bagi sektor Konstruksi
102
untuk berkembang dan dengan sendirinya akan memberi sumbangan yang besar
kepada PDRB
63 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH
Menurut Adam Smith bahwa dalam perekonomian segala sesuatunya akan berjalan
sendiri-sendiri menyesuaikan diri menuju kepada keseimbangan menurut mekanisme
pasar Tarik-menarik kekuatan dalam sistem perekonomian itu seperti dikendalikan oleh
ldquothe invisible handrdquo sehingga dengan demikian tidak memerlukan begitu banyak campur
tangan pemerintah
Dalam masa sekarang ini banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat semakin
majunya teknologi dan banyaknya penemu-penemu baru serta semakin terbukanya
perekonomian antar negara menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling terkait
dan berbenturan Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan dalam
mengatur jalannya sistem perekonomian karena tidak sepenuhnya semua bidang
perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta Dengan demikian dalam sistem
perekonomian modern peranan pemerintah dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu
1) Peranan Alokasi
Peranan alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal penyediaan
barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang umum atau
disebut juga barang publik Karena dalam sistem perekonomian suatu negara tidak
semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem pasar
Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang disebut barang
publik tadi
2) Peranan Distribusi
Peranan distribusi ini merupaka peranan pemerintah sebagai distribusi pendapatan dan
kekayaan Tidak mudah bagi pemerintah dalam menjalankan peranan ini karena
distribusi ini berkaitan erat dengan dengan masalah keadilan Kegiatan dalam
mengadakan redistribusi pendapatan atau mentransfer penghasilan ini memberikan
koreksi terhadap distribusi penghasilan yang ada dalam masyarakat
3) Peranan Stabilisasi
Kegiatan menstabilisasikan perekonomian yaitu dengan menggabungkan kebijakan-
kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan lain seperti kebijakan fiskal dan
perdagangan untuk meningkatkan atau mengurangi besarnya permintaan agregat
103
sehingga dapat mempertahankan full employment dan menghindari inflasi maupun
deflasi Peranan stabilisasi pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalam
menstabilkan perekonomian seperti terjadi deflasi inflasi penurunan
permintaanpenawaran suatu barang yang nantinya masalah-masalah tersebut akan
mengangkibatkan timbulnya masalah yang lain secara berturut-turut seperti
pengangguran stagflasi dan lain-lain
12 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat memegang tugas dalam ketiga peranan di atas Untuk sektor
unggulan tugas pemerintah adalah bagaimana mempertahankan keunggulan
sektor tersebut agar tetap sustain (berkelanjutan) dan untuk sektor potensial adalah
bagaimana untuk mematangkan sektor tersebut sehingga dapat menjadi sektor
unggulan
Pada sektor unggulan apabila melihat nilai MRP terdapat 3 (tiga) sektor yang
memiliki nilai lt 1 yaitu sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sektor Industri
Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor Ketiga sektor ini perlu perhatian yang lebih besar dari Pemerintah
Pusat
Langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemerintah Pusat untuk
mempertahankan keunggulan sektor-sektor ini adalah dengan mengalokasikan Rp
23063 miliar untuk Kementerian Pertanian di Kalbar dengan Rp 8529 miliar untuk
infrastruktur pendukung membangun pelabuhan Kijing untuk mempermudah
ekspor impor dan membuat aturan untuk membangun smelter alumunia di daerah
penghasil Selama ini bauksit dari Kalbar langsung diangkut ke tempat lain sehingga
dengan adanya smelter maka aka nada nilai tambah yang diterima oleh Kalbar
Tantangan bagi Pemerintah Pusat untuk mendukung sektor-sektor unggulan ini
agar tetap sustain adalah dengan menjaga harga produk unggulan dari sektor
pertanian kehutanan dan perikanan tetap stabil dan dapat menembus pasar
ekspor Untuk industri pengolahan adalah menjaga kondisi politik dan sosial
ekonomi tetap stabil sehingga iklim investasi terjaga
Untuk sektor Konstruksi Pemerintah Pusat pada tahun 2019 manggelontorkan
dana sebesar Rp 499 triliun untuk infrastuktur Pemerintah Pusat sepertinya akan
terus menambah investasi pada infrastruktur namun porsi dari APBN akan
dikurangi karena lebih difokuskan pada pengembangan kapasitas SDM Untuk
104
menutupi kekurangan akan dilaksnakan kerjasama dengan investor dari dalam
maupun luar negeri untuk mebangun infrastruktur di Kalimantan Barat
Tantangan pada sector konstruksi lebih kepada menjaga iklim investasi yang
mendukung Dengan prospek besar infrastruktur di Kalimantan Barat apabila iklim
investasi mendukung maka dengan para investor akan datang dengan sendirinya
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
masuk ke dalam sektor potensial merupakan buah simalakama Sektor ini
diharapkan akan berkembang namun secara teori Pemerintah akan berusaha
menurunkan anggaran pada sektor ini secara perlahan Penurunan ini dilakukan
karena sektor ini bukan sektor produktif yang dapat menggenjot perekonomian
dengan signifikan
13 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah merupakan lsquotuan rumahrdquo investor dari sektor-sektor yang
dibahas di atas Sebagai tuan rumah sudah selayaknya Pemda-Pemda di Kalbar
menggelar karpet merah bagi yang ingin berinvestasi pada sektor-sektor tersebut
Karpet merah dalam hal ini dapat berupa kemudahan mengurus perizinan
bagi perusahaan yang akan masuk baik di sektor-sektor unggulan maupun sektor-
sektor potensial Sampai saat ini Prov Kalbar masih menjadi primadona bagi
perusahaan yang akan membuka Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai daerah
dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit terluas ketiga setelah Riau dan
Sumatera Utara potensi lahan di Kalbar dapat melebihi luas pada kedua Provinsi
tersebut
Untuk sektor pertanian kehutanan dan perikanan tantangan Pemerintah
Daerah adalah bagaimana menyediakan pendanaan bagi petani kecil atau
kelompok-kelompok petani agar tidak lsquomatirdquo tertekan oleh perkebunan dengan
modal yang besar Sebagaian besar lahan perkebunan adalah milik perusahaan
pemerintah daerah harus dapat membuat kebijakan yang mengharuskan
perusahaan besar membantu petani kecil dalam mengolah kebunnya Peraturan
tentang hal tersebut memang sudah ada dalam Perkebunan Inti Rakyat namun
dalam eksekusinya tanpa diawasi dengan ketat oleh Pemerintah hal tersebut tidak
berjalan dengan baik
Sektor konstruksi tidak lepas dari belanja modala pada pemerintah Dengan
belanja modal yang hanya 1987 persen dari total belanja seluruh Pemda di Kalbar
maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah tidak memiliki pushing power
105
untuk menggenjot sektor konstruksi Pemerintah Daerah dapat menjalankan
perannya dengan menjaga situasi yang kondusif agar investasi masuk dan
melakukan kerjasama untuk melaksanakan kegiatan infrastruktur baik dengan
pihak badan usaha (KPBU) ataupun pemerintah asing (G to G)
Kerjasama Pemda dengan badan usaha (swasta) sudah dimulai oleh
Pemerintah Kota Singkawang dalam pembangunan Bandara Singkawang
Kebutuhan dana pembangunan sekitar Rp43 triliun dihasilkan dengan skema
kerjasama dengan swasta Hal ini dapat ditiru oleh Pemda yang lain dalam
menggenjot pembangunan di daerahnya
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
masih menjadi sektor yang menyedot anggaran terbesar Pemda di Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini terlihat dari proporsi Belanja Pegawai terhadap Total
Belanja Pemda-Pemda di Prov Kalbar yang rata-rata di atas angka 50 persen
Tantangan bagi Pemerintah daerah adalah bagaimana menurunkan persentase
tersebut
Persentase sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib dapat dikurangi dengan langkah mengurangi anggaran pada pos-pos
yang dianggap mubazir atau tidak efisien serta meningkatkan PAD melalui
sumber-sumber pendapatan lain Pengurangan anggaran pada sektor-sektor yang
tidak efisien sudah pernah dilakukan oleh Pemprov Kalbar pada tahun 2018
dengan memotong biaya perjalanan dinas sebesar Rp 200 miliar
14 Sinkronisasi Kebijakan Pusat ndash Daerah
Dalam mempertahankan sektor unggulan dan memacu sektor potensial
Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah memiliki kebijakan masing-masing yang
dituangkan dalam APBN maupun APBD Pada sektor potensial yaitu sektor
Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dan Sektor
Konstruksi diperoleh data realisasi belanja pada tahun 2019 sebagai berikut
Tabel VI5
Belanja Pada Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat
(miliar Rp)
Sektor Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
Layanan Umum 87675 782834
Infrastruktur 446283 498884
Data LRA Pemda dan MEBE
106
Belanja Pemerintah Pusat pada kedua sektor di atas terlihat saling
melengkapi Belanja Pemerintah Pusat pada sector Administrasi Pemerintahan
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib terlihat kecil karena jumlah pegawai
Pemerintah Pusat memang lebih sedikit dibanding gabungan jumlah pegawai
Pemerintah Daerah seluruh Kalimantan Barat sehingga belanja yang digunakan
jauh lebih sedikit dibandingkan belanja yang sama pada Pemerintah Daerah
Untuk belanja sektor Konstruksi jelas terlihat bagaimana Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah memiliki peran yang hampir seimbang dalam bentuk
uang Pemerintah Pusat fokus pada Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan
jalan nasional dengan realisasi sebesar Rp 1 triliun sementara Pemerintah
Daerah juga fokus pada belanja pengadaan jalan dengan realisasi Rp 139 triliun
Hal ini sesuai dengan salah satu permasalahan pada RPJMD Provinsi Kalimantan
Barat tahun 2019 yang berbunyi ldquoRentang kendali pemerintahan yang panjang
disebabkan belum optimalnya konektivitas dan aksesibilitas antar daerah di
wilayah Kalimantan Barat serta kuantitas dan kualitas infrastruktur wilayah yang
belum memadairdquo
Sinergi juga terlihat pada pembangunan beberapa fasilitas umum salah
satunya adalah pembangunan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Kota Singkawang
Dalam pendirian SPN ini Pemerintah Daerah menyediakan lahan sementara
Pemerintah Pusat menyediakan dana untuk pembangunan
Pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mempermudah
pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan yang murah Dalam prakteknya
KUR memiliki fokus kepada sektor produktif seperti sektor Pertanian Kehutanan
dan Perikanan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada Provinsi
Kalimantan Barat sebesar Rp 179 triliun pada 41778 UMKM
Dalam KUR Pemerintah Pusat berperan sebagai regulator dan pihak yang
memberikan subsidi bunga Dengan subsidi bunga maka pelaku UMKM hanya
membayar bunga 7 persentahun Pemerintah Daerah memiliki peran sebagai
penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima KUR Dengan sinergi ini
diharapkan semakin banyak muncuk UMKM penerima KUR yang berkembang
sehingga perekonomian Kalimantan Barat juga akan semakin meningkat
BAB VII
ANALISIS TEMATIK
Masjid Jamirsquo PontianakMasjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Masjid Jamirsquo merupakan masjid tertua di Kota Pontianak dan menjadi pertanda berdiirnya Kota Pontianak pada 1771 Masehi
107
I PENDAHULUAN
Stunting (anak kerdil) merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekuranga
gizi kronis dan infeksi berulang terutama dalam seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK)
sehingga anak lebih pendek untuk usianya (Kemenkes) Balita pendek (stunted) dan sangat
pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PBU) atau tinggi badan
(TBU) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre
Growth Reference Study) 2006 Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SDstandar deviasi
(stunted) dan kurang dari ndash 3SD (severely stunted) Dampak stunting antara lain dampak
prevalensi kesehatan dan ekonomi
Stunting di Provinsi Kalbar masih terbilang tinggi dan berada pada urutan ke-27 se-
nasional Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka
rata-rata 333 persen atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita stunting Dari 14
kabupatenkota se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka stunting
paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Ketapang dengan angka 427 persen
disusul Landak sebesar 420 persen dan Melawi 408 persen Diatas angka stunting nasional
308 persen Sementara itu untuk nasional pada tahun 2019 terjadi penurunan menjadi 2767
persen (berdasarkan Survei Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI)
Revalensi stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) berada di bawah
angka 20 dan pada Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash
2019 adalah 28
Tabel VII1
Tabel Pada Baduta Kabkota Provinsi kalimantan barat Tahun 2013 dan Tahun 2018
Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)
108
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan tabel sebesar 531 persen
selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi juga penurunan pada 10
(sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada Kabupaten Kubu Raya
yang berhasil menekan angka stunting hingga 1477 persen selama lima tahun terakhir hal
ini juga bias menggambarkan keberhasilan program pembangunan dan bidang perekonomian
di Kabupaten Kubu Raya
Namun stunting masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada
kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten
dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Melawi yaitu 1298 persen
Terkait dengan kesehatan anak tidak hanya stunting (pendek) namun juga permasalahan
yang meliputi underweight (gizi kurang) dan wasting (kurus) Gizi buruk dan gizi kurang di
Provinsi Kalbar juga tinggi kasusnya dan berada pada urutan ke-28 se-nasional Berdasarkan
data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka rata-rata 2383 persen
atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita permasalahan gizi Dari 14 kabupatenkota
se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka gizi buruk dan gizi kurang
paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Landak dengan angka 3147 persen
disusul Sambas sebesar 3124 persen dan Kayong Utara 2951 persen Jauh diatas angka
nasional 177 persen dan selama kurun waktu tahun 2013 sampai 2018 telah menurun 19
persen
Gizi buruk menyebabkan 109 Juta kematian anak balita didunia setiap tahun Menurut
MDGs 2015 masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang
antara 200-290 dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ge30 (WHO2010) dan pada
Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash 2019 adalah 17
Tabel VII2
Gizi buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Kabkota Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2013 dan Tahun 2018
Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan status gizi buruk dan gizi
kurang sebesar 267 persen selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi
penurunan pada 10 (sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada
109
Kabupaten Sintang yang berhasil menurunkan status gizi buruk dan gizi kurang hingga 2054
persen selama lima tahun terakhir
Namun satus gizi masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada
kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten
dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Landak yaitu 1497 persen
II Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting
Percepatan pencegahan stunting merupakan pendekatan program pertama yang dilakukan
dengan menyeluruh dan terintegrasi yang dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir yang
ditunjukkan oleh tingginya komitmen Presiden bersama Menteri dan Pimpinan Lembaga
hingga ke tingkat Gubernur BupatiWalikota dan Kepala DesaLurah
Dalam rangka memastikan konvergensi berbagai programkegiatan percepatan penurunan
stunting dilakukan maka acuan yang digunakan adalah dokumen Strategi Nasional
Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) yang diikuti oleh berbagai pedoman
operasional Di dalam Stranas Stunting juga diatur pendekatan multi sektor yang
melaksanakan percepatan penurunan stunting yang melibatkan sektor antara lain sektor
kesehatan pertanian pendidikan air minum dan sanitasi dan perlindungan sosial Untuk
mengimplementasikannya telah disusun berbagai pedoman operasional
Penanganan masalah stunting menjadi salah satu prioritas dalam rencana kerja
Pemerintah Provinsi Kalbar Caranya yakni dengan memperkuat sinergi antarsektor terkait
serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan sektor swasta
Revitalisasi posyandu dan revitalisasi desa siaga serta pembentukan pusat penanganan gizi
buruk di tiap kabupatenkota merupakan upaya konkret yang diharapkan dapat menurunkan
prevalensi stunting di Kalbar Peningkatan cakupan air bersih dan sanitasi lingkungan
merupakan intervensi sensitif yang sangat berpengaruh dalam menurunkan prevalensi
stunting
III Penanganan Stunting Oleh Pemerintah
III1 Belanja KL Dalam APBN
Dalam kaitannya dengan percepatan pencegahan stunting melalui belanja
KementerianLembaga (KL) telah dilakukan berbagai langkah dan kebijakan agar
pengelolaan program tersebut terarah dan terukur Pada proses perencanaan khususnya
terkait dengan identifikasi output yang terkait dengan stunting telah disusun pedoman
penandaan pemantauan dan evaluasi percepatan pencegahan stunting sebagai dasar bagi
KL dalam mengidentifikasi output yang berkontribusi kepada percepatan penurunan stunting
Selanjutnya dilakukan forum koordinasi yang melibatkan Direktorat Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan (DJA Kemenkeu) Kementerian Perencanaan Pembangunan
NasionalBadan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPNBappenas) dan
KL terkait secara berkala untuk mengkaji hasil penandaan tersebut sekaligus melakukan
penajaman hasil identifikasi pada level di bawah output atau dengan pembobotan Ringkasan
110
output KL yang telah disusun tersebut digunakan sebagai dasar acuan dalam pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi program percepatan penurunan stunting
Dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat total alokasi dana yang dianggarkan kepada
Satker KL untuk penangangan stunting sebesar Rp14992 miliar dengan realisasi Rp14271
miliar (9519)
Tabel VII3
Belanja Penangan Stunting Satker KL Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Sumber Aplikasi MEBE (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi dana untuk penanganan stunting oleh KL
relative kecil yaitu hanya 357 dari total belanja satker yang terdapat alokasi untuk
penanaganan stunting atau hanya 099 dari total dana APBN Intervensi gizi spesifik hanya
dilakukan oleh satker Kementerian Kesehatan dengan alokasi dana sebesar Rp665 miliar
atau hanya sebesar 502 dari total alokasi dana Satker kementerian Kesehatan dengan
kinerja capaian output mencapai 7710
Secara nasional terdapat 20 (duapuluh) kementerianlembaga yang menganggarkan dana
penanganan stunting dengan alokasi dana Rp60 triliun atau 246 dari total APBN Indonesia
sementara itu untuk wilayah Kalbar hanya dianggarkan Rp14992 miliar untuk stunting atau
hanya 025 dari alokasi stunting nasional dan hanya 099 dari pagu total APBN di Kalbar
Kecilnya alokasi dana untuk penanganan stunting tersebut akan berpengaruh terhadap
keberhasilan upaya pencegahan stunting di Kalbar untuk itu diharapkan terjadi peningkatan
alokasi dana yang dianggarkan untuk penangnan stunting di Kalbar pada masa yang akan
datang mengingat kondisi Kalbar sebagai penderita terbanyak ke 27 secara nasional
Seperti pada lampiran III1 maka kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi
spesifik mencapai 7710 diantaranya adalah untuk Penyediaan Makanan Tambahan bagi
111
Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) capaian outputnya mencapai 100 serta kegiatan
Peningkatan Surveilans Gizi untuk 14 layanan dengan capaian output 100
Kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi sensitive mencapai 7813 yang
dialokasikan melalui 7 (tujuh) KL diantaranya adalah untuk Kampanye Hidup Sehat capaian
outputnya mencapai 100 kegiatan Bimbingan Perkawinan Pra Nikah dengan capaian output
97 serta Sistem Pengelolaan Air Limbah untuk 2980 kepala keluarga dengan capaian
output mencapai 100
Kinerja capaian output untuk kegiatan Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis
mencapai 8763 yang dialokasikan melalui 4 (empat) KL diantaranya adalah untuk Analisis
Ketersediaan Pangan Wilayah capaian outputnya mencapai 100 kegiatan Pelatihan
Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan untuk 390 orang dengan capaian output 96
serta PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat yang Terbit Tepat Waktu dengan
capaian output mencapai 100
Secara umum kinerja capaian output kebijakan terkait stunting tercapai Beberapa
permasalahan terkait dengan kebijakan terkait stunting antara lain kurangnya optimalisasi
sisa dana dan penumpukan realisasi di akhir tahun anggaran Yang perlu ditingkatkan adalah
pelaksanaan pencapaian target harus lebih disiplin sesuai dengan rencana penarikan dana
III2 Belanja Dana Desa Dan DAK Fisik
III 21 Dana Desa
Alokasi Dana Desa untuk Provinsi Kalbar Tahun 2019 adalah sebesar Rp1992 miliar yang
disalurkan kepada 2031 desa dengan realisasi sebesar Rp1987 miliar (9974) Intervensi
pencegahan stunting dilaksanakan secara terintegrasi hingga ke tingkat desa Desa-desa
yang memiliki resiko tinggi warganya mengalami stunting sudah barang tentu wajib
menganggarkan untuk menghindari resiko stunting pada warganya hal ini ditegaskan dalam
Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 tentang
Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan
Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi Dana Desa tidak melulu untuk
perbaikan sarana dan prasarana fisik namun sarpras non-fisik dan sosial kesehatan mutlak
perlu dikedepankan Bahkan penyaluran Dana Desa tahap III pada tahun 2020 mensyaratkan
untuk menyampaikan Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting
Penggunaan Dana Desa di Wilayah Kalbar juga telah mendukung program Konvergensi
Pencegahan Stunting diantaranya adalah melalui kegiatan intervensi gizi spesifik dengan
total alokasi adalah sebesar Rp104 miliar sangat kecil sekali yaitu hanya 052 dari total
realisasi penggunaan Dana Desa
Tabel VII4
Intervensi Gizi Spesifik Dana Desa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
112
Sumber omspan (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi Dana Desa yang dikhususkan untuk
Penyelenggaraan Kegiatan Pencegahan Stunting relative kecil hanya dialokasikan untuk 3
paket sebesar Rp84342500- hal ini perlu mendapatkan perhatian bersama untuk
peningkatan pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa sesuai dengan Pasal 6
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 dimana Desa yang
warganya berisiko tinggi mengalami stunting untuk mengalokasikan kegiatan pencegahan
stunting
Kebijakan pengalokasian Dana Desa Tahun 2021 hendaknya juga mendukung program
Konvergensi Pencegahan Stunting yaitu dimungkinkan untuk dilakukan perubahan formulasi
perhitungan besaran alokasi Dana Desa diusulkan untuk Alokasi Formula dimasukan
parameter perhitungan untuk jumlah penderita stunting dengan mendapatkan alokasi sebesar
20
Dana Desa juga dialokasikan untuk kegiatan Intervensi Gizi Sensitif seperti pada lampiran
III21 dengan alokasi sebesar Rp22960 miliar atau 1156 dari total realisasi Dana Desa
Beberapa capaian outputnya adalah Operasional PAUDTKTPATKATPQMadrasah Non-
Formal Milik Desa dengan alokasi Rp2361 miliar dengan output 27196367 Paket
Terselenggaranya Operasional Pos Kesehatan Desa (PKD)Polindes Milik Desa Lainnya
dengan alokasi Rp2350 miliar dengan output 31710863 paket serta Sambungan Air Bersih
ke Rumah Tangga (pipanisasi dll) yang mendapatkan alokasi sebesar Rp1140 miliar
dengan output 16424989 meter
Provinsi Kalbar dengan penderita stunting urutan ke 27 nasional maka diperlukan
penanganan melalui berbagai sumber pendanaan termasuk Dana Desa untuk itu diharapkan
instansi terkait di tingkat provinsi untuk memberikan arahan dan himbauan agar penggunaan
Dana Desa juga dialokasikan untuk pencegahan stunting khususnya untuk intervensi gizi
sensitive melalui alokasi pada Bidang Pemberdayaan masyarakat
Efektivitas pencapaian target capaian output Dana Desa diatas berdasarkan laporan
capaian output oleh Pemda terkait dimana upload capaian output baru mencapai 8545
diharapakan Pemda segera melakukan upload data capaian output sehingga bisa
menghasilkan analisis data yang lengkap
III 22 DAK Fisik
No URAIAN OUTPUT SATUAN REALISASI OUTPUT
1 Penyelenggaraan Posyandu (Kelas Ibu Hamil) 1787 ORANG 615076375 8700
2 Penyelenggaraan Posyandu (Makanan Tambahan) 20260 UNIT 9508583774 8200
3 Kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak kerdil (stunting) 3 PAKET 84342500 10000
4
Fasilitasi Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
dan Endemik 3 PAKET 84342500 10000
5 Penyelenggaraan kegiatan pencegahan stunting 3 PAKET 84342500 10000
6 Penanganan Stunting 2 PAKET 10000000 5000
7 Kampanye dan Promosi Hidup Sehat Guna Mencegah Penyakit Menular 1 PAKET 14001000 10000
10400688649TOTAL DANA DESA UNTUK INTERVENSI SPESIFIK
(Rupiah)
113
DAK Fisik Tahun 2019 sebagai salah satu sumber pendanaan untuk mendukung
konvergensi penanganan stunting di wilayah Provinsi Kalbar dialokasikan melalui DAK Fisik
Tematik tentang stunting melalui DAK Fisik Penugasan pada bidang Kesehatan Sanitasi Air
Minum dan Pendidikan dengan dijabarkan melalui kegiatan Intervensi Gizi Spesifik
Total alokasinya DAK Fisik Penugasan yang terkait dengan program pencegahan stunting
untuk wilayah Kalimantan Barat adalah sebesar Rp373508869032 dengan rincian
sebagaimana pada Lampiran III22 A
Dari lampiran III22A diketahui bahwa untuk penanganan stunting melalui Bidang
Pendidikan untuk pelaksanaanya dikoordinir oleh Provinsi sementara itu untuk lokasi sebaran
pagu ternyata tidak sesuai dengan jumlah penderita permasalahan gizi dan stunting dimana
alokasi pagu terbesar adalah untuk Kabupaten Sintang Sanggau dan Kota Pontianak
sedangkan berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 justru penderita terbanyak adalah
Kabupaten Ketapang Landak dan Melawi Hal ini perlu mendapatkan perhatian di dalam
penyusunan alokasi DAK Fisik penugasan hendaknya sebaran alokasi pagu diarahkan untuk
daerah dengan jumlah penderita stunting terbanyak
Beberapa kegiatan intervensi gizi spesifik DAK Fisik Penugasan seperti pada Lampiran
III22B khususnya melalui bidang kesehatan capaian outputnya 99 diantaranya adalah
penyediaan alat ukur demensi tubuh (antropometri) dan alat kesehatan puskesmas sebanyak
1162 paketunit dengan nilai Rp2177 Miliar Pencegahan stunting melalui intervensi gizi
sensitive dilaksanakan melalui bidang Pendidikan dengan capaian output 93 dan bidang
Sanitasi dan Air Minum Beberapa outputnya diantarnya adalah untuk penyediaan sarana dan
prasarana PAUD sebanyak 196 ruangpaket dengan realisasi sebesar Rp81 miliar serta
pembangunan system pengolahan air limbah domestic setempat dan terpusat 1315 unit
dengan realisasi Rp411 miliar
Realisasi DAK Fisik Penugasan mencapai 9513 tidak tercapainya realisasi maksimal
disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah keterlambatan pelaksanaan lelang dan
ketidaksesuaian antara nilai daftar kegiatan dengan realisasi nilai kontrak
III3 Belanja Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Alokasi penangan stunting dalam APBD Provinsi Kalbar secara agregat dialokasikan
sebesar Rp28646 miliar atau hanya 110 dibandingkan dengan total jumlah APBD tahun
2019 yaitu Rp26044 miliar
Seperti pada lampiran III3 maka dapat diketahui bahwa kelompok penangan stunting
intervensi gizi spesifik mendapatkan alokasi dana sebesar Rp2436 miliar atau hanya 009
jika dibandingkan dengan total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya adalah Program
Pencegahan Stunting sebesar Rp15 miliar dan yang terbesar adalah Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular dengan alokasi sebesar Rp1267 miliar
Kelompok penangan stunting intervensi gizi sensitive mendapatkan alokasi dana sebesar
Rp25904 miliar atau hanya 099 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya
114
adalah Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah sebesar Rp8998 miliar dan yang terkecil
Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dengan alokasi sebesar Rp125 juta
Kelompok kegiatan yang terkait pencegahan stunting mendapatkan alokasi dana sebesar
Rp306 miliar miliar atau hanya 001 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya
adalah Penyediaan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat Rp112 miliar dan yang
terbesar adalah kampanye Pencegahan Stunting dengan alokasi Rp120 juta
Beberapa kendala yang dihadapi Pemda terkait pelaksaan kebijakan stunting adalah
a Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan pemantauan pertumbuhan serta
perilaku baik yang masih rendah
b Terbatasnya akses (daya beli pengetahuan) atas pemberian makanan bergizi seimbang
untuk ibu hamil bayi dan balita yang masih rendah
c Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif yang belum optimal
d Suplementasi yang belum optimal seperti Konsumsi Tablet Tambah Darah pada ibu hamil
dan remaja Puteri
e Angka infeksi yang masih tinggi seperti cacingan diare dll baik pada balita dan ibu Hamil
f Kebersihan Lingkungan dan Akses Sanitasi yang masih belum baik
g Budaya di masyarakat dimana ibu hamil masih banyak pantangan makanan
h Tingkat soasial ekonomi masyarakat yang masih rendah
i Masih rendahnya tingkat kepedulian dan dukungan keluarga terhadap ibu hamil dan
tingkat pendidikan ibu yang masih rendah
Rekomendasi dalam upaya mengantisipasi kendala dalam pencapaian sasaran kebijakan
stunting antara lain
1 Peningkatan upaya dukungan lintas sektor dalam penanggulangan Stunting (Konvergensi
Stunting) dalam intervensi spesifik maupun sensitif
2 Peningkatan alokasi Dana Desa untuk Pelayanan Sosial dasar terkait 1000 Hari Pertama
Kehidupan
3 Peningkatan Upaya Strategi Perubahan Perilaku dalam penanggulangan stunting
4 Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamilbayi dan anak balita
melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
5 Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan Buku KIA kelas Ibu
Posyandu dan pendampingan pada ibu hamil
6 Peningkatan akses terhadap makanan bergizi bagi balita dan ibu hamil melalui pemberian
PMT Pelatihan PMBA untuk Masyarakat Konseling Menyusui
7 Peningkatan Akses Air bersih dan Sanitasi lingkungan melalui Lima Pilar STBM
Dalam rangka keberhasilan penanganan stunting di Provinsi Kalbar diharapkan alokasi
dana melaui APBD ditingkatkan jumlahnya dengan tetap memperhatikan kemampuan
keuangan daerah setidaknya mengacu pada kebijakan nasional yakni sekitar 246 dari total
APBD
BAB VII
PENUTUP
Pantai Tanjung Belandang KetapangPemandangan khas dar i Pantai in i adalah jembatan kayu yang menjirok ke laut deratan gazebo berjejer rapih di sepanjang jembatan kayu tersebut
115
A KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisis di bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut
1 Kinerja ekonomi Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar 500 persen mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang
sebesar 506 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 502 persen
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan Asuransi
Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian
2 Laju pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat 2019 yang tertinggi adalah komponen Ekspor
Barang dan Jasa yaitu 1012 persen dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun
selanjutnya adalah Konsumsi LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan
jasa utamanya berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan
Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet
3 Struktur perekonomian yang menopang ekonomi Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor
lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen) industry
pengolahan (1634 persen) perdagangan besar-eceran serta reparasi mobil sepeda motor
(1430 persen) kontruksi (1244 persen) dan sisanya terbagi dari beberapa sektor lapangan
usaha antara lain Pertambangan transportasi pergudangan informasi jasa keuangan
real estate dan jasa lainnya
4 Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan
Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat pada tahun 2019 mencapai
sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25 triliun atau 1897 persen dibandingkan
dengan tahun 2018 Hal ini adanya tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan
berlanjut dimasa mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah
yang akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single
Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai
instansi terkait baik di pusat dan daerah
5 BI Rate Kalimantan Barat 2019 cenderung menurun dari level 600 persen Bulan Januari
hingga level 500 persen pada bulan Desember Tren menurunnya BI Rate tersebut
merupakan antisipasi terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami
penurunan dan juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi (Global Bank Sentral Amerika
Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang menahan suku bunga di level 15-175
116
6 Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif Inflasi
tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional
yang hanya mencapai 055 persen Tekanan inflasi ini terjadi seiring adanya aktivitas
pemilihan umum dan legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya
permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi
sepeda motor dan ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru
7 Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka Rp14313- per
US Dollar dan menunjukan perbaikan pad akhir tahun 2019 pada Rp13831- per US Dollar
Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank
Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)
yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara
maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara
emerging market termasuk Rupiah dan pengaruh melemahnya dolar AS terhadap semua
mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak menaikkan tingkat suku bunga
8 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo terjadi
peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun 2018
(berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional 7081
Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi
Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin
dan berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah
masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun
9 Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan masih lebih baik dari
pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380) Ketimpangan pendapatan terjadi
karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan faktor produksi sehingga pihak-pihak yang
memiliki faktor produksi akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak
10 Investasi Pemerintah Pusat tahun 2019 melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM di Wilayah Provinsi Kalimantan
Barat telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 UMKMdebitur) jika dibandingkan
dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen
masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama sektor produksi yang hanya
mencapai 4124 persen yang ditargetkan sebesar 60 persen
11 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar
Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen hasil produk terutama mutu dan kualitas
produk belum bisa bersaing secara global dengan produk daerah lain
12 Penerimaan pajak dalam negeri tahun 2019 sebesar Rp667 triliun naik 26108 miliar atau
naik 407 persen dibanding penerimaan tahun 2018 Kontribusi terbesar dari penerimaan
117
pajak dalam negeri adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Rp32 triliun atau 48 persen
disusul Pajak Penghasilan (PPh) Rp307 triliun atau 46 persen
13 Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar meningkat
signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018 Dengan
perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288 miliar
atau 541 persen
14 Penerimaan PNBP tahun 2019 sebesar Rp82375 miliar mengalami penurunan sebesar Rp
3776 atau 43 persen dibandingkan penerimaan tahun 2018 Dengan komposisi
pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen dari total penerimaan PNBP
disusul pendapatan PNBP BLU sebesar 489 persen
15 Belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019 yaitu sebesar
Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar Rp1049
triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun Realisasi Belanja
pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer ke Daerah dan
dana desa terealisasi Rp2034 triliun
16 Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 terdapat penurunan angka stunting pada 10
KabupatenKota di Kalimantan Barat namun juga terjadi kenaikan angka stunting pada 4
(empat) Kabupaten
B REKOMENDASI
1 Pemerintah Daerah tetap mengupayakan peningkatan alokasi belanja pada jenis belanja
dan meningkat investasi pada sektor-sektor yang belum atau kurang memberikan kontribusi
terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat tahun 2019 terutama pada sektor
sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan
dan Penggalian yang mengalami penurunan pada periode ini secara umum capaian
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat bisa dikatakan masih stagnan dan belum
memberikan kontribusi PDRB secara maksimal yang hanya sebesar 134 persen terhadap
pembentukan PDB nasional diharapkan untuk berikutnya lebih meningkat dibanding tahun
ini
2 Untuk mempertahankan sektor ekonomi unggulan dan mematangkan sektor ekonomi
potensial Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu berkolaborasi dalam membangun
infrastruktur pendukung maupun untuk mendatangkan investor yang mau berinvestasi pada
sektor-sektor tersebut Seperti pada pembangunan Pelabuhan Kijing di kabupaten
Mempawah Pemerintah Pusat menyiapkan dana pembangunan dengan menggandeng
investor sementara Pemerintah Daerah menyiapkan dana untuk pembebasan lahan
3 Pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa perlu dilakukan desa dengan
warga berisiko tinggi stunting agar mengalokasikan Dana Desa untuk kegiatan pencegahan
stunting Kebijakan pengalokasian Dana Desa tahun 2021 hendaknya mendukung program
118
konvergensi Pencegahan Stunting yang dapat diatambahkan pada perhitungan Alokasi
Formula dengan alokasi 20 persen
4 Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) agar terus melakukan upaya memitigasi risiko
terhadap kenaikan harga serta kelancaran distribusi pasokan bahan pangan adanya
kebijakan yang memacu peningkatan produksi bahan pangan dan mengajak para
pengusaha dalam menentukan harga dan perlu mempertimbangkan daya beli konsumen
Sedangkan untuk konsumen sendiri harus mampu mengatur nafsu konsumtif karena
Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan yang
harus diatur oleh pemerintah
5 Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing mengalami kenaikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp14 triliun Hal ini terjadi tren positif terhadap
pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa mendatang dukungan Pemerintah
tetap melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single Submission
(OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai instansi terkait
baik dari pusat maupun daerah
6 Tren menurunnya BI Rate tersebut harus dijaga untuk mengantisipasi kondisi perekonomian
nasional yang masih mengalami penurunan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan
ekonomi Global Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor
eksternal tetap dijaga lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya masih sesuai
dengan target
7 Penguatan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)
yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara
maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara
emerging market termasuk Rupiah Kebijakan suku bunga Tanah Air harus tetap
dipertahankan agar imbal hasil aset keuangan Indonesia termasuk obligasi menjadi
menarik arus modal asing masuk ke Indonesia dan menambah pasokan valas di dalam
negeri
8 Indek Pembangunan Manuasia (IPM) Kalimantan Barat tahun 2018 termasuk kategori
sedang dan berada pada urutan ke-30 dari 34 Provinsi Walaupun terjadi kenaikan namun
capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi
target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin Peningkatan investasi dari
Pemerintah Pusat (APBN) yang berupa alokasi Dana Transfer khususnya DAK Fisik dan
Dana Desa serta investasi lainnya serta Pemerintah Daerah (APBD) diharapkan benar-
benar dapat digunakan pada sektor-sektor program pembangunan manusia yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat terutama mendongkrak
tingkat IPM yang terandah di Kalimantan Barat yang selama ini selalu ditempati oleh
Kabupaten Kayong Utara sebesar (6182) dan Kabupaten Sekadau (6369)-
119
9 Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar sasaran
dan tujuan program KUR maupun UMi dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran
KUR diarahkan lebih banyak di sektor produksi (non perdagangan) yaitu dengan target
minimal penyaluran sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan
skema KUR Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat
perkebunan rakyat dan peternakan rakyat harus benar-benar disaluran sesuai sasaran dan
lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada debitur dan membantu
mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada masyarakat sehingga dapat
mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha Mikro bahkan dapat meningkat ke
Mikro Kecil
10 Perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya identifikasi dan penggalian
potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian potensi pajak pengawasan
terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara Pemerintah Pusat maupun Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan
Barat Tahun 2019
Rancangan Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
RISKESDAS_2018_ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
RISKESDAS_Provinsi Kalimantan Barat 2018_ Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Laporan Pemantauan Kinerja Anggaran dan Pembangunan Program Percepatan
Pencegahan dan Penurunan Stunting Kemenkeu Reupblik Indonesia
Lampiran IIA - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Spesifik
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan
Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian KEMENTERIAN KESEHATAN 0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
2080 Pembinaan Gizi Masyarakat 001 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 002 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus
003 Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita 005 Pembinaan dalam Peningkatan Status Gizi Masyarakat 006 Suplementasi Gizi Mikro 007 Pembinaan dalam Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat 008 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Papua dan Papua Barat 009 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus Papua dan Papua Barat 010 Penguatan intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita Papua dan Papua Barat 504 Peningkatan Surveilans Gizi
5832 Pembinaan Kesehatan Keluarga 001 Pembinaan Dalam Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 002 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Kunjungan Neonatal Pertama 004 Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah 005 Pembinaan Pencegahan stunting 018 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Antenatal
1172822000 100000000 368690000 1439729000 305522000 461512000 281222000 317124000 101785000
822627500 96493000 365973800 1414218600 296527000 372659700 266887500 316592900 101784900
7014
9649
9926
9823
9706 8075 9490 9983 100
4
14
14
14 1 1 1 1 5
4
14
14
14 1 1 1 1 5
100
100
100
100
100 100 100 100 100
0240508 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
2058 Pembinaan Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra 006 Layanan Imunisasi 010 Layanan Imunisasi di Papua dan Papua Barat
2059 Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria 008 Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan 011 Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua dan Papua Barat
2060 Pengendalian Penyakit Menular Langsung 506 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit ISP 511 Sarana dan Prasarana Penanggulangan TBC 512 Sarana dan Prasarana Penanggulangan HIVAIDS
251677000 513750000 1343486000
221591784 280311250 1234273000
8805
5456 9187
14
153 8
14
151 8
25
6 40
0240709 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
2065 Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 508 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Kesehatan Ibu dan Anak 509 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Penyakit Tropis Terabaikan 510 Paket Penyediaan Vaksin
Total Belanja Intervensi Spesifik
6657319000
5789940934
9045
212
210
7710
------
Lampiran IIB - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Sensitif
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN PERTANIAN
0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan
102 Lumbung Pangan Masyarakat
1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
106 Kawasan Mandiri Pangan
1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar
101 Pemberdayaan Pekarangan Pangan
106 Hasil Pengawasan keamanan dan mutu pangan Segar
558000000 5578500000 600000000
546884550 5543049050 582679900
9801
9936 9711
1
123 1
1
121 1
100
100 100
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
0190207 Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
1835 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan
030 Pemenuhan gizi masyarakat melalui peningkatan konsumsi pangan olahan sehat
038 Komoditi yang diawasi Penerapan SNI Wajib Produk Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
0230509 Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
2016 Penyediaan Layanan Paud
006 Lembaga PAUD Menyelenggarakan Holistik Integratif
5631 Penyediaan Layanan Pendidikan Keluarga
002 Lembaga Menyelenggarakan Pendidikan Keluarga untuk Intervensi Permasalahan Sosial Tertentu
KEMENTERIAN KESEHATAN
0240111 Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
5610 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan JKNKIS
501 Cakupan Penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui JKNKIS
0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
002 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media
004 Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam mendukung Program Kesehatan
006 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media di Papua dan Papua Barat
5834 Penyehatan Lingkungan
501 Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi Syarat
504 Pengawasan terhadap Sarana Air Minum
505 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan
2090 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan
506 Rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan sesuai standar
1492964000 464132000 163411000
1437830000 431244400 162715900
9631 9291
9957
3 1 1
3 1
1
100 100
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan
Pagu Realisasi Real
Target Capaian Capaian
2094 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan
508 Alat Kesehatan
KEMENTERIAN AGAMA
0250308 Program Bimbingan Masyarakat Islam
2104 Pengelolaan KUA dan Pembinaan Keluarga Sakinah
008 Bimbingan Perkawinan Pra Nikah
0250812 Program Bimbingan Masyarakat Buddha
2145 Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Budha
014 Pembinaan Keluarga Hittasukhaya
638510000 37020000
594062500 36455000
9304
9847
29 2
1
0
97
0
KEMENTERIAN SOSIAL
0270507 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial
2251 Jaminan Sosial Keluarga
001 Keluarga Miskin Yang Mendapat Bantuan Tunai Bersyarat
0270609 Program Penanganan Fakir Miskin
5873 Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan
003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
5874 Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
002 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
5875 Penanganan Fakir Miskin Pesisir Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara
003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
3124920000
3123021922
9994
1
1
100
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
0320608 Program Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
2357 Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan
003 Promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri yang dilaksanakan (Gerakan memasyarakatkan makan ikanGemarikan)
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan
004 Sistem Pengelolaan Air Limbah
2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
005 SPAM Terfasilitasi
007 Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan
008 SPAM Berbasis Masyarakat
009 Pembangunan SPAM di Kawasan Khusus
010 Pembangunan SPAM Regional
25491600000 19295520000 10141420000 62568089000
24467600000 17485637400 9125468000 60912361277
9598
9062 9025 9735
298
3
15 0
495
1 9 0
100
0 1 52
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Rea
l Target Capaian Capaia
n 0470107 Program Perlindungan Anak
2808 Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Kesejahteraan
003 Sosialisasi tentang ASI Eksklusif Gizi Seimbang Pembatasan Gula GaramLemak (GGL) Rokok dan
Kesehatan Reproduksi bagi Keluarga dan Anak sebagai 2P dalam Penurunan Stunting
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
0590709 Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik
4143 Penyediaan dan Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
001 Informasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
0630106 Program Pengawasan Obat dan Makanan
3165 Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai BesarBalai POM
088 KIE Obat dan Makanan Aman
4124 Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang
005 Pengawasan Produk Pangan Fortifikasi
960000000
950368050
9899
26
26
100
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
0680106 Program Kependudukan dan KB
3317 Pembinaan Keluarga Balita dan Anak
021 Keluarga yang mempunyai balita dan anak memahami pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak
3331 Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan KB Provinsi
081 Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK
085 Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu
910000000 1586543000
829384786 1573708244
9114 9919
16045 433
16045 433
100 100
Total Belanja Intervensi Sensitif
13361062900000 12780247097900
12780247097900
9614
658025
1110045
78125
------
Lampiran IIC - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
0100606 Program Bina Pembangunan Daerah
1252 Pembinaan Penyelenggaraan dan Pembangunan Urusan Pemerintahan Daerah III
001 Integrasi indikator Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah lingkup UPD III
003 Penerapan SPM bidang kesehatan sosial dan transtibumlinmas
004 Evaluasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Daerah
010 Monev terpadu Penerapan dan Pencapaian SPM di daerah lingkup UPD III
011 Advokasi penerapan kebijakan percepatan penurunan stunting 015 Peningkatan kinerja kabkota dalam implementasikonvergensi program penanganan penurunan
stunting (INEY)
0100810 Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
1269 Pembinaan Administrasi Pencatatan Sipil
006 Cakupan Anak yang Memiliki Akta Kelahiran
KEMENTERIAN PERTANIAN
0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
115 Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah
295000000
281904000
9556
4
4
100
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
0230101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
4079 Pengembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) di Asia Tenggara
001 Model Pengembangan dan Pembelajaran
0231613 Program Guru dan Tenaga Kependidikan
5636 Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Paud dan Dikmas
009 Rata - rata Nilai Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas
KEMENTERIAN KESEHATAN
0240101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
2038 Pengelolaan Data dan Informasi
501 Pemetaan Keluarga Sehat
963 Layanan Data dan Informasi
0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
001 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
005 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Papua dan Papua Barat
007 Pembinaan KabKota dalam Pelaksanaan Penggerakkan Masyarakat di Posyandu
441040000 867300000
439188400 526100500
9958
6066
1 3
1
3
100
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan
2087 Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar
509 Pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
0241104 Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
2070 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
504 Riset Penanggulangan Masalah Gizi
0241210 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Ppsdmk)
2076 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan
501 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan
505 Pelatihan Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan
2078 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan
501 Penugasan Tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) Minimal 5 Orang
502 Penugasan Tenaga Kesehatan Secara Individu
505 Penugasan tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) minimal 5 orang di Wilayah Papua dan Papua Barat
102534000 125563000 2026770000
100827500 118882000 1923153550
9836
9468 9489
95
93
100
95 95
KEMENTERIAN SOSIAL
0271104 Program Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan Sosial
2254 Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional (I-VI)
002 Pelatihan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) bagi Pendamping Program Bantuan Tunai Bersyarat
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan
003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM
668321000
668320150
9999
4
2
11
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
0360106 Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
2552 Koordinasi Kebijakan Penguatan Ketahan Gizi dan Kesehatan Lingkungan
001 Usulan Rekomendasi kebijakan bidang ketahanan gizi dan kesehatan ibu dan anak dan kesehatan lingkungan
BADAN PUSAT STATISTIK
0540106 Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik
2895 Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik Bps Provinsi
009 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat
2906 Penyediaan dan Pengembangan Statistik Kesejahteraan Rakyat
003 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat Yang Terbit Tepat Waktu
5125732000
5059724707
9871
30
2
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan
Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
0550106 Program Perencanaan Pembangunan Nasional
2937 Perencanaan Pembangunan Terkait Lingkup Kesehatan dan Gizi Masyarakat
608 Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Pembangunan
KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
0670306 Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masarakat Desa
5483 Peningkatan Pelayanan Sosial Dasar
008 Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam peningkatan akses pelayanan sosial dasar
011 Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
0800106 Program Penelitian Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir Isotop dan Radiasi
3446 Pengembangan Sains dan Teknologi Bahan Maju Dengan Iptek Nuklir
002 Data Riset Hasil Analisis dengan Menggunakan Teknik Nuklir
3449 Pengembangan Sains dan Teknologi Nuklir Terapan dan Revitalisasi Reaktor Riset
006 Dokumen Teknis Mikronutrisi Pada Pangan Anak Balita Di Daerah Malnutrisi
Total Belanja Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis 9652260000 9118100807
9280 137 105 87625
------
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT
JALAN KS TUBUN NO 36 PONTIANAK 78121 TELEPON (0561) 733444 733466 FAKSIMILE (0561) 732029 LAMAN WWWDJPBKEMENKEUGOIDKANWILKALBARID
NOTA DINASNOMOR ND-143WPB172020
Yth Direktur Pelaksanaan AnggaranDari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi
Kalimantan BaratSifat SegeraLampiran 1(satu) berkasHal Pengantar Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019Tanggal 28 Februari 2020
Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
SE-61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas
Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema Analisis
Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 bersama ini kami sampaikan bersama ini kami
sampaikan Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Kajian ini
terdiri antara lain
1 Tinjauan dan Analisis APBN dan APBD tahun 2019 lingkup Provinsi Kalimantan Barat
Analisis yang dilakukan baik dari segi pendapatan maupun belanja serta dampaknya
terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dari indikator-indikator
seperti lndeks Pembangunan Manusia (IPM) Tingkat Kemiskinan dan Gini Ratio (tingkat
ketimpangan)
2 Untuk mengetahui sektor unggulan daerah dan pengembangan potensi tersebut digunakan
analisis metode Location Quotient (LQ) time series Dari analisis ini ditemukan sektor
unggulan di Provinsi Kalbar adalah bidang Pertanian Kehutanan dan Perikanan
3 Dalam KFR Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 ini terdapat analisis tematik dengan tema
Sinergi dan Konvergensi Program Penanganan Stunting di Daerah yaitu upaya pemerintah di
dalam melakukan pencegahan terhadap prevelensi stunting melalui belanja KL dalam APBN
belanja Dana Desa dan DAK Fisik serta melalui pendanaan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD)
Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih
Ditandatangani secara elektronikBambang Hartono
- KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
-
- 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
- 1COVER KFRpdf (p2)
- Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
- 3_Daftar isi_1pdf (p4)
- 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
- 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
- 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
- 10_Capaian Outputpdf (p10)
- 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
- 12_BAB I_COVERpdf (p12)
- 13_BAB Ipdf (p13-21)
- 14_BAB II_COVERpdf (p22)
- 15_BAB IIpdf (p23-41)
- 16_BAB III_COVERpdf (p42)
- 17_BAB IIIpdf (p43-77)
- 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
- 18_Bab IVpdf (p79-97)
- 19_BAB V_COVERpdf (p98)
- 19_BAB Vpdf (p99-107)
- 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
- 24_BAB VIpdf (p109-124)
- 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
- 26_BAB VIIpdf (p126-133)
- 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
- 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
- DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
-
- 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
- LAMPIRANpdf (p148-151)
- KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
-
- 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
- 1COVER KFRpdf (p2)
- Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
- 3_Daftar isi_1pdf (p4)
- 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
- 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
- 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
- 10_Capaian Outputpdf (p10)
- 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
- 12_BAB I_COVERpdf (p12)
- 13_BAB Ipdf (p13-21)
- 14_BAB II_COVERpdf (p22)
- 15_BAB IIpdf (p23-41)
- 16_BAB III_COVERpdf (p42)
- 17_BAB IIIpdf (p43-77)
- 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
- 18_Bab IVpdf (p79-97)
- 19_BAB V_COVERpdf (p98)
- 19_BAB Vpdf (p99-107)
- 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
- 24_BAB VIpdf (p109-124)
- 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
- 26_BAB VIIpdf (p126-133)
- 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
- 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
- DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
-
- 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
- LAMPIRANpdf (p148-151)
-
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kinerja pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) pada tahun 2019
tercatat sebesar 500 persen Angka ini menurun jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan
ekonomi tahun sebelumnya sebesar 506 persen PDRB mengalami peningkatan
pertumbuhan sebesar 943 persen Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp4188 juta
Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4
(empat) sektor lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen)
Industri Pengolahan (1634 persen) Perdagangan Besar-Eceran serta Reparasi Mobil-
Sepeda Motor(1430 persen) dan Konstruksi (1244 persen)
Inflasi tahunan Kalbar pada tahun 2019 sebesar 263 persen atau menurun dibanding
periode yang sama pada tahun 2018 yang mencapai 399 persen tetapi masih lebih rendah
jika dibandingkan dengan tingkat inflasi secara nasional yang mencapai 268 persen Inflasi
tertinggi terjadi pada bulan Juni 066 persen dan Kelompok transportasi komunikasi dan jasa
keuangan pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen Kenaikan pada
bulan-bulan tersebut disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok
makanan jadi minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan
legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya permintaan terhadap
makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan
ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar termasuk kategori sedang dan berada
di bawah angka IPM Nasional Menurut data Badan Pusat Statistik sampai dengan saat ini
IPM Kalbar meningkat dari 6626 di tahun 2017 menjadi 6698 di tahun 2018 Berbagai upaya
telah dilakukan pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat untuk memberikan kemudahan
akses bagi masyarakat agar dapat memperoleh layanan pendidikan dan kesehatan
diantaranya pembangunan infrastruktur jalan serta sarana pendidikan dan kesehatan sejalan
dengan kebijakan Pemerintah untuk membangun dari pinggiran dan memperkuat daerah dan
desa
Jumlah penduduk miskin di Kalbar pada bulan September 2019 tercatat sebanyak
370470 orang Jumlah ini lebih rendah dari periode yang sama tahun 2018 dimana penduduk
miskin mencapai 369730 orang
Gini Ratio (ketimpangan pemerataan pendapatan) Kalbar tahun 2019 sebesar 0318
atau meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 0325 Koefisien Gini
berfluktuatif dari tahun ketahun namun masih berada pada kisaran antara 03 hingga 04 dan
masih dibawah Koefisien Gini Nasional Hal ini menunjukkan distribusi pendapatan
masyarakat dalam kategori sedang dan walaupun masih terdapat ketimpangan distribusi
pendapatan
v
Angkatan kerja tahun 2019 mencapai 2479000 orang mengalami kenaikan sebesar
91000 orang dari tahun 2018 Dari jumlah angkatan kerja tersebut 9556 persen bekerja
sedangkan sisanya sebesar 444 persen menganggur
Program Kredit Program berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM
(KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar
Rp179834 miliar (41778 debitur) jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen dan penyaluran Program Ultra Mikro
(UMi) sebesar Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018
terjadi kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen Pemerintah sangat
memperhatikan dan mengharapkan adanya perkembangan usaha serta upaya peningkatan
pertumbuhan ekonomi di wilayah Kalimantan Barat
Realisasi penerimaan perpajakan di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728
triliun naik 68 persen jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya Penerimaan pajak
dalam negeri memberikan kontribusi Rp667 triliun atau 917 persen sedangkan penerimaan
pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar atau 83 persen Pajak
Pertambahan Penghasilan (PPh) merupakan penyumbang penerimaan yang terbesar yakni
Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak Pertambahan Nilai (PPn) yakni Rp307
triliun atau 46 persen Untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) selama tahun 2019
mencapai Rp82375 miliar turun Rp3776 miliar atau 438 persen dibanding penerimaan
tahun sebelumnya PNBP tersebut bersumber dari Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
sebesar Rp42092 miliar dan PNBP lainnya Sebesar Rp40282 miliar
Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019
yaitu sebesar Rp3147 triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar
Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2098 triliun Realisasi
Belanja pemerintah pusat sebesar Rp96 triliun Sedangkan untuk Transfer ke Daerah dan
dana desa terealisasi Rp2034 triliun
Angka Pertumbuhan Ekonomidi Kalimantan Barat
Pertumbuhan Ekonomi
20172018
2019
Pagu dan Realisasi APBN 2019sd 31 Desember 2019
Pajak
PNBP
Belanja Modal
Belanja Bantuan Sosial
87
155
Realisasi
Pagu Realisasi
Rp837 T Rp729 T
Rp053 T Rp082 T
2017 2018 2019
517
500
505
510
515
520
000
506
500
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)di Kalimantan Barat
Indeks Pembangunan Manusia
20172018
2019
2017 2018 2019
6626
6600
6620
6640
6660
6680
000
6698
na
Angka Kemiskinandi Kalimantan Barat
Angka Kemiskinan
20172018
2019
2017 2018 2019
788
700
720
740
760
780
000
737
728
Angka Penganggurandi Kalimantan Barat
7000
800
Angka Pengangguran
20172018
2019
2017 2018 2019
436
400
410
420
430
440
000
426
445450
517
506
500
788
737
728
6626
6698
na
436
426
445
Gini Rasio Kalimantan Barat
03270318
2018
2019
Perkembangan Indikator Kesejahteraan Gini Rasio Kalimantan Barat
Pendapatan
Belanja
93
97
Rp1049 T Rp971 T
Rp2098 T Rp2034 T
sd 31 Desember 2019
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Transfer
Belanja Operasi
Belanja Modal
108
101
Realisasi
Pagu Realisasi
Rp376 T Rp405T
Rp2072 T Rp2085T
Pendapatan
Belanja
95
96
Rp1691 T Rp1608 T
Rp52 T Rp498 T
Belanja Tak Terduga
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pagu dan Realisasi APBD 2019
Belanja Transfer
Rp095 T Rp074T
Rp032 T Rp006T
Rp389 T Rp403T
19
104
78
Perkembangan Indikator Ekonomi
Capaian Program Prioritas Nasional (PN) Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019
Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan DasarPagu Realisasi
Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan KemaritimanPagu Realisasi
Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian Industri Pariwisata dan Jasa Produktif LainnyaPagu Realisasi
Pemantapan Ketahanan Energi Pangan dan Sumber Daya AirPagu Realisasi
Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan PemiluPagu Realisasi
85
73
95
86
89
Rp1741 M Rp1488 M
Rp230 M Rp167 M
Rp84 M Rp80 M
Rp336 M Rp289 M
Rp351 M Rp313 M
Realisasi Terhadap Pagu
Beberapa Pembangunan Hasil Dana APBN 2019 di Kalimantan Barat
Pembuatan Tempat Pembudidayaan Ikan Prodi Agrobisnis Perikanan Poltesa
Pembangunan Gedung Pembelajaran Terpadu MAN IC Sambas
Pembangunan Dermaga Speed Di Bungan Jaya
Pembangunan Infrastruktur Ekowisatadi Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun
Pengadaan dan pemasanganPenerangan Jalan Umum dengan solar cell
Pengadaan Benih Padi 445000 KgDistan TPH Prov Kalbar
Pembangun Terminal Barang Internasional Aruk Tahap III
Restorasi dan Penataan Kawasan Masjid Jami Beting Kota Pontianak
Pelapis Landasan PacuBandara Tebelian
Pembangunan Pasar Rakyat Tampun Juah Kab Sanggau
Pembangunan Jembatan Komposit 11 Meter (5 Unit) di Kab Kayong Utara
Pembangunan Konstruksi Pasar Rakyat Kyai Bandar Laut di Kab Ketapang
KPPN SINGKAWANG
KPPN PONTIANAK
KPPN PUTUSSIBAU
KPPN SANGGAU KPPN
SINTANG
KPPN KETAPANG
Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Nanga Era
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Sanggau
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Bengkayang
Revitalisasi Pasar Sukadana di Kab Kayong Utara
Realisasi Dana Desa
2017 2018 2019Realisasi Dana Desa
Pagu Realisasi
Rp1695 M Rp1693 M
Rp1616 M Rp1615 M20172018
Rp1992 M Rp1987 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
2000 M
1900 M
1800 M
1700 M
1600 M
1500 M
(Rp)
997998
999
2017 2018 2019Pagu DAK Fisik
Pagu Realisasi
Rp2457 M Rp2281 M
Rp2998 M Rp2794 M20172018
Rp2614 M Rp2447 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
3000 M
2800 M
2600 M
2400 M
2200 M
2000 M
(Rp)
931
928
999
936
Realisasi DAK Fisik
Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik
2017 2018 2019Pagu DAK Fisik
Pagu Realisasi
Rp2457 M Rp2281 M
Rp2998 M Rp2794 M20172018
Rp2614 M Rp2447 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
3000 M
2800 M
2600 M
2400 M
2200 M
2000 M
(Rp)
931
928
999
936
Realisasi DAK Fisik
Realisasi Kredit Ultra Mikro (UMi)
2017 2018 2019Jumlah Debitur
Debitur Realisasi
2124 Rp84 M
1913 Rp44 M20172018
Rp104 M2019
10 M
8 M
6 M
4 M
2 M
(Rp)
1913
2124
Realisasi UMi
2342
2737 12 M
Jumlah DebiturRealisasi UMi
Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)
2017 2018 2019
Debitur Realisasi
41511 Rp1615 M
34704 Rp1120 M20172018
44498 Rp1808 M2019
2000 M
1800 M
1600 M
1400 M
1200 M
(Rp)
34704
41511
44498
Jumlah DebiturRealisasi KUR
BAB I
SASARAN
PEMBANGUNAN
DAN TANTANGAN
DAERAH
Pulau Karimata Kayong UtaraMerupakan pulau dengan status Suaka Alam L a u t ( S A L ) y a n g m e n a w a r k a n p e s o n a ekosis tem terumbu karang hutan panta i hutan mangrove sampai dengan ekosistem perbukitan tinggi
1
11 PENDAHULUAN
Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di
daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata Oleh sebab itu untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur
pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian
anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD Sesuai dengan Undang-Undang
Keuangan Nomor 17 Tahun 2003 pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan
negara adalah Presiden sedangkan di daerah adalah GubernurBupatiWalikota oleh
karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah maka diperlukan sinergi
dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan
dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien
Selanjutnya kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan
daerah dalam memastikan efektifitasnya Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat
alokasi distribusi dan stabilisasi maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu
meningkatkan perbaikan dan kualitas indicator-indikator ekonomi makro dan
kesejahteraan di daerah Oleh karena itu kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari
perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan
Tidak terlepas dari hal tersebut maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi
perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan
terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi sosial-
kependudukan serta tantangan wilayahnya sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui
program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi
12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Masa jabatan Gubernur Kalimantan Barat periode 2018-2023 merupakan periode
lima tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kalimantan Barat Tahun 2005-2025 Dalam RPJPD dikemukakan bahwa visi
pembangunan jangka panjang Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2025 adalah
ldquoKalimantan Barat Bersatu dan Majurdquo
2
Visi misi dan arah pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJPD 2005-
2025 menjadi acuan dalam merumuskan visi pembangunan daerah tahun 2018ndash2023
yaitu ldquoTerwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Barat Melalui
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Dan Perbaikan Tata Kelola
Pemerintahanrdquo Pada kepemimpinan 5 (lima) tahun mendatang percepatan
pembangunan infrastruktur akan menjadi fokus utama
Sementara itu misi pembangunan Provinsi Kalimantan Barat yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut
1 Mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur
Percepatan pembangunan infrastruktur ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah serta perbatasan Indeks infrastruktur
Kalimantan Barat direncanakan mencapai 5993 di Tahun 2019
Sasaran dari misi ini adalah peningkatan ketersediaan infrastruktur pasokan
tenaga listrik jaringan transportasi (yang meliputi pelayanan konektivitas dan
keselamatan) kapasitas dan kualitas jalan ataupun jembatan Pengelolaan
Sumber Daya Air kualitas infrastruktur permukiman perdesaan (sesuai dengan
Indeks Desa Membangun) maupun perkotaan ketaatan terhadap rencana tata
ruang meningkatnya Infrastruktur daerah serta perbatasan
2 Mewujudkan tata kelola pemerintahan berkualitas dengan prinsip-prinsip Good
Governance
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan
daerah dengan target Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai SAKIP Prov
Kalimantan Barat mencapai A pada tahun 2025
Hal ini ditunjukkan dengan sasaran peningkatan pada kualitas Kelitbangan
untuk mendukung kebijakan daerah Indeks Kepuasan Pelayanan DPRD
pelayanan umum pengelolaan administrasi keuangan dan aset di lingkungan
Sekretariat Daerah dan Rumah Jabatan kelembagaan perangkat daerah yang
tepat fungsi dan tepat ukuran penyelenggaraan ketatalaksanaan pemerintah
daerah penataan sistem manajemen SDM Aparatur berdasarkan merit system
Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Desa Pengelolaan Arsip Daerah pembinaan
dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah terselenggaranya Penataan
Daerah dan Pembinaan Wilayah terkoordinirnya dan tertatanya kegiatan
kerjasama dalam negeri dan luar negeri dalam menunjang pembangunan di
Provinsi Kalimantan Barat meningkatnya pengelolaan wilayah perbatasan
meningkatnya komunikasi kebijakan pembangunan daerah
3
3 Mewujudkan masyarakat yang sehat cerdas produktif dan inovatif
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dengan indikator sasaran
peningkatan IPM dari angka 6626 menjadi 672 di tahun 2019 Sasaran misi ini
adalah meningkatkan kualitas pendidikan kebudayaan dan literasi peningkatan
kualitas kesehatan meningkatkan kualitas pemuda meningkatakan capaian
indeks pembangunan gender dan Indeks pemberdayaan gender meningkatakan
perlindungan terhadap perempuan dan anak meningkatkan ketersediaan
keterjangkauan dan pemanfaatan pangan meningkatakan fasilitasi program KB
Keluarga Sejahtera dan Pengendalian Penduduk
4 Mewujudkan masyarakat sejahtera
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarat secara merata
mengurangi kemiskinan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi dari 506
ditargetkan 520 pada tahun 2019 dan jumlah desa mandiri dari 1 ditargetkan
mencapai 63 desa mandiri Selanjutnya tujuan lainnya adalah mengurangi
kemiskinan dan pengangguran dengan target menurunkan angka tingkat
penggangguran terbuka dari 413 menjadi 390 pada tahun 2019 Beberapa
sasarannya terkendalinya penyakit menular strategis zoonosis meningkatnya
produksi peternakan terwujudnya kedaulatan pangan sektor keluatan dan
perikanan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produksi perikanan
5 Mewujudkan masyarakat yang tertib
Hal ini bertujuan meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat
Sasaran dari misi ini adalah meningkatkan skor Indeks Demokrasi Aspek
Kebebasan Sipil dari 9715 menjadi 9735 di tahun 2019 penyelenggaraan
pelayanan Trantibumlinmas meningkatnya jumlah orang atau kelompok
masyarakat miskin yang memperoleh bantuan hukum litigasi dan non litigasi
meningkatnya upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam rangka pengurangan
risiko bencana meningkatkan penanganan kedaruratan dan pendistribusian
logistik pada daerah terkena bencana meningkatkan penanganan rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana
6 Mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan
target sasaran Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kalimantan Barat Tahun 2019
di angka 6620 Dengan sasaran lainnya menurunnya luas kerusakan Kawasan
hutan melalui rehabilitasi hutan dan layanan krisis dan ketaatan terhadap
pencana tata ruang meningkat
4
122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dijabarkan ke
dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan
pembangunan tahunan yang disusun berikut rancangan prioritas dan sasaran
pembangunan daerah
a Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Kondisi infrastruktur di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2018 apabila
dilihat dari Indeks Infrastruktur adalah sebesar 5661 Angka Indeks Infrastruktur
merupakan indeks yang menggambarkan kondisi infrastruktur di Kalimantan Barat
pada tahun 2018 yang meliputi variabel Jalan Kondisi Mantap Provinsi sebesar
4971 Irigasi Kondisi Mantap sebesar 4676 Rumah Tangga Bersanitasi
sebesar 4838 Rumah Tangga dengan Air Bersih sebesar 5520 dan Rasio
Elektrifikasi sebesar 83 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan
dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas
Perhubungan dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kalimantan Barat
Untuk tahun 2020 indeks infrastruktur Kalimantan Barat ditargetkan
meningkat menjadi 6300 yang tentunya merata di seluruh Kabupaten Kota di
Kalimantan Barat
Tabel I1
Target Indeks Infrastruktur Kalimantan Barat Tahun 2020 Indikator Kondisi
Awal (2018)
Taget
2019 2020
1 2 3 4
Persentase Panjang Jalan Provinsi Dalam Kondisi Mantap
4971 5668 6219
Rumah Tangga Sanitasi 4838 5188 5549
Persentase Akses Penduduk Air Minum
5520 5830 6120
Rasio Elektrifikasi 8300 8500 8700
Persentase Irigasi Provinsi dalam Kondisi Baik
4676 4778 4890
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tahun 2020 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMD Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2018 ndash 2023 dimana tahun 2020 ditetapkan sebagai
Tahap Percepatan (Pemerataan infrastruktur dasar dan aksesibilitas antar wilayah
dalam rangka percepatan mewujudkan desa mandiri) Pembangunan dalam tahap
kedua lebih diarahkan pada upaya peningkatan status desa menuju desa mandiri
Apalagi bila dikaitkan dengan target RPJMD yang menetapkan sasaran pada
pencapaian desa mandiri tahun 2023 kurang lebih 400 desa mandiri Oleh karena
itu salah satu pilihan strategi yang memiliki dampak bagi peningkatan status desa
5
mandiri diantaranya melalui Pemerataan infrastruktur dasar serta pemerataan
aksesibilitas antar wilayah
b Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah
Kualitas tata kelola pemerintahan daerah di Provinsi Kalimantan Barat yang
diukur melalui Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah berada pada kondisi baik dimana nilai Indeks Reformasi
Birokrasi berada pada nilai B Dan Nilai SAKIP berada pada predikat B dengan
nilai 6401 Untuk Kabupaten Kota di Kalimantan Barat dari 14 Kabupaten Kota
hanya 1 daerah yaitu Kota Pontianak yang sudah mendapatkan predikat BB pada
nilai SAKIP12 kabupaten dengan predikat B dan yang lainnya masih berada
pada predikat CC dan C pada tahun 2018
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa
Perangkat Daerah yaitu Biro Adminsitasi Pembangunan dan Pengadaan Barang
dan Jasa Biro Pengelolaan Aset Biro Hukum Biro Humas dan Protokol serta Biro
Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Barat Selain itu juga didukung
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Kepegawaian Daerah
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Penelitian dan
Pengembangan Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Daerah Provinsi Kalimantan Barat
c Mewujudkan Masyarakat Sejahtera
Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan melalui beberapa
indikator yaitu
- Pertumbuhan Ekonomi tahun 2018 ada di angka 506 tahun 2019 535 dan
ditargetkan tumbuh 535 pada tahun 2020
- Penurunan Angka Kemiskinan sebelumnya 737 (2018) 692 (2019)
ditargetkan 643 pada tahun 2020
- Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka sebelumnya 413 (2018) 390
(2019) ditargetkan menurun 363 pada tahun 2020
- Gini Rasio Kalimantan Barat ditargetkan menjadi 032 pada tahun 2020
- Jumlah Desa Mandiri di Kalimantan Barat dari 1 (2018) 63 (2019 namun
tercapai 87) ditarget 159 desa pada tahun 2020
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa
Perangkat Daerah yaitu Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Dinas
Perkebunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pangan
Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Kehutanan Dinas Kelautan dan
Perikanan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pemuda Olahraga dan
6
Pariwisata Dinas Koperasi dan UKM Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Sosial Pada tahun 2020
berikut target mewujudkan masyarakat sejahtera
Tabel I2
Target Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Tahun 2020
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tabel I3
Target Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kota Tahun 2020 No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 850 ndash 842 842 ndash 833
2 Bengkayang 742 ndash 738 738 ndash 736
3 Landak 1319-1212 1212-1202
4 Mempawah 584 ndash 582 582 ndash 581
5 Sanggau 457 ndash 455 455 ndash 451
6 Ketapang 1163-1093 1093-1084
7 Sintang 1027-1018 1018-1015
8 Kapuas Hulu 1001-938 938-931
9 Sekadau 647-640 640-638
10 Melawi 1277-1250 1250-1247
11 Kayong Utara 1006-986 986-983
12 Kubu Raya 540 ndash 522 522-518
13 Kota Pontianak 536-535 535-534
14 Kota Singkawang 578 ndash 535 535 ndash 531
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tabel I4
Target Tingkat Penganggauran Terbuka Kabupaten Kota Tahun 2020
No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 334 ndash 332 332 ndash 329
2 Bengkayang 240 ndash 238 238 ndash 235
3 Landak 229 ndash 226 226 ndash 224
4 Mempawah 617 ndash 615 615 ndash 543
5 Sanggau 247 ndash 243 243 ndash 239
No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 525 ndash 529 533 ndash 537
2 Bengkayang 584 ndash 602 610 ndash 620
3 Landak 525 ndash 529 530 ndash 533
4 Mempawah 521 ndash 529 535 ndash 537
5 Sanggau 471 ndash 492 509 ndash 513
6 Ketapang 741 ndash 761 771 ndash 781
7 Sintang 539 ndash 545 549 ndash 551
8 Kapuas Hulu 542 ndash 548 550 ndash 554
9 Sekadau 583 ndash 585 587 ndash 589
10 Melawi 488 ndash 497 501 ndash 506
11 Kayong Utara 545 ndash 550 551 ndash 553
12 Kubu Raya 673 ndash 683 690 ndash 696
13 Kota Pontianak 550 ndash 562 585 ndash 591
14 Kota Singkawang 576 ndash 600 615 ndash 623
7
6 Ketapang 323 ndash 321 321 ndash 319
7 Sintang 158 ndash 156 232 ndash 230
8 Kapuas Hulu 280 ndash 274 156 ndash 154
9 Sekadau 315 ndash 311 274 ndash 268
10 Melawi 39 ndash 392 311 ndash 307
11 Kayong Utara 393 ndash 392 392 ndash 391
12 Kubu Raya 656 ndash 643 643 ndash 629
13 Kota Pontianak 505 ndash 493 493 ndash 481
14 Kota Singkawang 542 ndash 535 535 ndash 528
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
d Mewujudkan Masyarakat yang Tertib
Misi ini bertujuan untuk meningkatkan ketentraman dan ketertiban
masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat Keberhasilan pencapaian misi ini
ditunjukan dengan indikator yaitu tidak adanya Konflik Sosial yang terjadi di
Kalimantan Barat dan meningkatnya indeks kebebasan sipil dari 9715 (2018)
menjadi 9735 (2019) sementara itu tahun 2020 ditargetkan mendapat 9755
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa Perangkat
Daerah yaitu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Satuan Polisi Pamong Praja
Biro Hukum Sekretariat Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Provinsi Kalimantan Barat
e Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Misi mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan bertujuan untuk
meningkatnya kualitas lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Barat
Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan indikator Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup mencapai angka 6620 (2019) dan tahun 2020 ditargetkan
pada angka 6640 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh
beberapa Perangkat Daerah yaitu Dinas Perumahan Rakyat Kawasan
Permukiman dan Lingkungan Hidup Dinas Kehutanan dan Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Barat
13 TANTANGAN DAERAH
131 Tantangan Ekonomi Daerah
Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan merupakan kekuatan utama
perekonomian di Kalimantan Barat PDRB sektor pertanian tumbuh 50 persen dan
memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan
Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019 Sektor Pertanian Kehutanan dan
Perikanan banyak disumbang oleh hasil Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan
Karet Sejalan dengan tersebut serapan tenaga kerja di Kalimantan Barat cukup
mencerminkan kesesuaian dengan struktur PDRB Lapangan usaha penyerap tenaga
kerja utama di Provinsi Kalimantan Barat adalah lapangan usaha pertanian Dengan
8
demikian upaya mempertahankan maupun meningkatkan kinerja lapangan usaha
pertanian di Kalimantan Barat perlu menjadi perhatian serius
Sementara itu terkait dengan ketenagakerjaaan Kalimantan Barat tahun 2019
jumlah penduduk pencari kerja meningkat sebesar 577 persen dibandingkan dengan
Agustus 2018 Meningkatnya jumlah pengangguran disebabkan adanya penurunan
penyerapan tenaga kerja pada beberapa lapangan usaha Dalam evaluasi RKPD
Tahun 2020 juga dicantumkan mengenai permasalahan tingginya angka
pengangguran di Kalimantan Barat sehingga perlu dilakukan langkah kongkrit dalam
upaya mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan kerja yang
berkualitas Selain itu permasalahan lainnya tenaga kerja belum terserap sesuai
pasar kerja dan belum terserap secara maksimal di berbagai sektor lapangan usaha
Dilihat dari segi pembiayaan pemerintah sudah meluncurkan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) untuk mempermudah pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan
yang murah KUR ditargetkan secara nasional 60 persennya menyasar pada sektor
produktif Sehingga sesuai dengan sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan yang
menjadi kekuatan Kalimantan Barat Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada
Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp 179 Triliun Pemerintah Daerah perlu
menseriusi perannya sebagai penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima
KUR Harapannya UMKM dapat mendorong perekonomian Kalimantan Barat
Dari segi infrastruktur kondisi jalan Provinsi dari tahun 2013 hingga tahun 2017
dalam kondisi mantap terus mengalami perbaikan akan tetapi pada tahun 2018
persentase jalan provinsi dalam kondisi mantap mengalami penurunan menjadi
sebesar 4971 persen Sejalan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo pada tahun
2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur pembangunan jalan juga menjadi fokus
dari Pemerintah Dearah Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam
proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai
Jalur Transportasi bagi masyarakat dan kondisi jalan akan sangat berpengaruh
133 Tantangan Sosial Kependudukan
Berdasarkan data Agregat Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018 semester II berjumlah sekitar 5422814 jiwa 5148 persen atau 2791477
jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4852 persen atau 2631337 jiwa adalah
perempuan Dengan luas wilayah 147307 Km2 maka kepadatan penduduk
Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 37 jiwa km2
Berdasarkan kelompok umur sebesar 6980 persen atau sebanyak 3784929
jiwa merupakan kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun) Tingginya penduduk
usia produktif memberikan keuntungan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat
9
Sementara itu untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2018 yakni sebesar 2529
persen atau sebanyak 1371397 jiwa sedangkan untuk penduduk usia lanjut usia
(kelompok 65 tahun ke atas) sebesar 491 persen atau sebanyak 266488 jiwa
Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengetahui seberapa banyak
penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas Pendidikan sesuai
dengan jenjang pendidikannya Selama periode 2014-2018 APM SDMI telah berada
di atas angka 90 persen Hal ini menunjukkan sebesar 90 an persen penduduk
kelompok umur 7-12 tahun bersekolah dijenjang SD sementara APM SMPMTS masih
di angka 70 persen dan APM SMASMKMTS masih di bawah 70 persen Berdasarkan
Pendidikan Penduduk Provinsi Kalimantan Barat pada Semester I Tahun 2019
terdapat 146 juta belumtidak sekolah 804 ribu tamat SDSederajat 147 tamat
SDSederajat 700 ribu tamat SLTPSederajat 767 ribu tamat SLTASederajat 53 ribu
menempuh Pendidikan D1D2 53 ribu menempuh pendidikan akademiD3S Muda
133 ribu menempuh pendidikan D4S1 4 ribu menempuh Pendidikan S2 dan 444
menempuh Pendidikan S3
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Barat masih
terdapat 524 persen balita dengan status gizi buruk dan 1859 persen balita dengan
status gizi kurang Balita gizi buruk dan gizi kurang tersebar di 14 (empat belas)
kabupatenkota se-Kalimantan Barat Kabupaten Melawi merupakan Kabupaten
dengan persentase balita dengan status gizi buruk sebsar 869 persen Sedangkan
Kabupaten Sambas merupakan Kabupaten dengan persentase balita dengan status
gizi kurang terbesar yakni 2605 persen Jika dibandingkan hasil Riskesdas tahun
2013 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 telah mengalami
penurunan
133 Tantangan Geografi Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat merupakan Provinsi terluas ke-4 di Indonesia dengan
luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih luas dari seluruh pulau Jawa
Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (6302) dan areal
perkebunan mencapai 2469386 ha atau 1682 persen Sementara itu areal untuk
pemukiman hanya berkisar 035 persen
Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019
Dengan luas wilayah ini menjadi tantangan pemerintah membuka akses jalan antar daerah yang banyak terpisah oleh sungai dan hutan Pembangunan infrastruktur menjadi kunci utama Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai Jalur Transportasi bagi masyarakat
Danau Sentarum Kapuas HuluPada musim penghujan tiba Danau Sentarum akan tergenang air selama 6-14 meter Sementara itu pada musim kemarau 80 persen air danau akan mengering
BAB II
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
EKONOMI
REGIONAL
10
21 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL
211 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010 (ADHK) Provinsi
Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar Rp13712 triliun sedangkan berdasarkan
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai sebesar Rp21232 triliun dengan PDRB
per kapita mencapai sebesar Rp4188 juta Sementara itu PDB Indonesia tahun 2019
mencapai Rp158339 triliun dan kontribusi PDRB Provinsi Kalimantan Barat hanya
sebesar 134 persen terhadap pembentukan PDB nasional
Tabel II1
PDRB Atas Dasar Berlaku dan Harga Konstan Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (triliun rupiah)
No PDRB Tahun 2018 Total Tahun 2019 Total
I II III IV I II III IV
1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
4692 4643 4986 5095 19403 4689 5060 5452 5586 21232
2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan
3215 3136 3328 3385 13058 3376 3294 3491 3545 13712
3 Laju Pertumbuhan Kalbar
511 518 501 507 506 507 508 495 466 500
4 Laju Pertumbuhan Nasional
506 527 517 518 517 518 507 505 497 502
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
a Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019
mengalami perlambatan yaitu hanya 500 persen apabila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yaitu sebesar 506 persen dan lebih rendah jika dibandingkan
dengan kinerja perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 502 persen hal ini
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian
11
Grafik II1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
Sumber data BPS Kalbar 2019(diolah)
Tren pertumbuhan ekonomi per-triwulanan Kalimantan Barat tahun 2019
mengalami penurunan sejak triwulan II sebesar 508 persen menjadi 466 persen
pada triwulan IV hal ini dialami juga pertumbuhan ekonomi nasional yang
cenderung menurun sejak triwulan I sebesar 518 persen menjadi 497 persen
pada tiwulan IV Penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulanan tahun 2019
utamanya didorong oleh Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
sebesar 661 persen Real Estate sebesar 543 persen dan Jasa Perusahaan
sebesar 483 persen
b Nominal PDRB
PDRB Kalimantan Barat atas dasar harga yang berlaku tahun 2019 adalah
sebesar Rp21232 triliun atau naik 943 persen dibandingkan tahun sebelumnya
dimana pertumbuhan yang dominan adalah sektor pembentuk Jasa Lainnya
Industri Pengolahan dan Jasa Kesehatan dan Sosial sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2019 adalah sebesar Rp13712 triliun atau naik 501 persen
dibandingkan tahun 2018
1) PDRB Menurut Pengeluaran
Perkembangan PDRB dari menurut pengeluaran ADHK secara triwulanan
pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan pada triwulan III dan IV khusus
untuk triwulan IV dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seluruh komponen
terjadi peningkatan kecuali komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 869
persen dan komponen Pengeluaran Konsumsi LNRT sebesar 233 persen
12
Tabel II2
PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat atas dasar Harga Konstan (ADHK)
No Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)
I II III IV
1 Konsumsi Rumah Tangga 1794 1843 1813 1825
2 Konsumsi LNRT 041 043 043 042
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 345 355 386 469
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 968 997 1045 1087
5 Perubahan Inventori 090 (060) - 131
6 Ekspor 347 390 449 410
7 Impor 163 274 321 419
PDRB 3376 3294 3491 3545
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Laju pertumbuhan PDRB (ADHK) menurut pengeluaran selama tahun 2018
dan tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel II3
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran
No Komponen 2018 2019
(triliun Rp)
() (triliun Rp)
()
1 Konsumsi Rumah Tangga 6965 564 7275 496
2 Konsumsi LNPRT 156 968 169 886
3 Konsumsi Pemerintah 1490 382 1555 502
4 Modal Tetap Bruto 4041 282 4097 139
5 Perubahan Inventori 115 - 161 -
6 Ekspor Barang Jasa 1486 366 1596 1012
7 Impor Barang dan Jasa 1189 2864 1177 586
PDRB 13058 506 13712 500
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Kalimantan Barat 2019
yang tertinggi adalah komponen Ekspor Barang dan Jasa yaitu 1012 persen
dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun selanjutnya adalah Konsumsi
LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan jasa utamanya
berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan
Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet
Perkembangan PDRB menurut pengeluaran ADHB secara triwulanan
tahun 2019 cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya kecuali
komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 124 persen
13
Tabel II4
PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
` Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)
I II III IV
1 Konsumsi Rumah Tangga 2785 2847 2817 2824
2 Konsumsi LNRT 066 069 067 072
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
496 531 634 746
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1604 1634 1727 1851
5 Perubhan Inventori 166 (093) - 141
6 Ekspor 432 685 646 638
7 Impor 337 613 524 686
PDRB 4689 5060 5452 5586
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Distribusi PDRB (ADHB) menurut pengeluaran selama tahun 2018 dan
tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel I5
Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
No Komponen 2018 2019
(triliun Rp)
() (triliun Rp)
()
1 Konsumsi Rumah Tangga 10478 5436 11273 5321
2 Konsumsi LNPRT 233 122 274 129
3 Konsumsi Pemerintah 2259 1161 2407 1129
4 Modal Tetap Bruto 6312 3302 6816 3210
5 Perubahan Inventori 257 091 214 098
6 Ekspor Barang dan Jasa 1954 1009 2401 1185
7 (-) Impor Barang dan Jasa 2250 1101 2160 1111
PDRB 19403 10000 21232 10000
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
PDRB (ADHB) Kalbar tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar
Rp1829 triliun (943 persen) menjadi sebesar Rp21232 triliun dibandingkan
tahun 2018 Konsumsi rumah tangga memiliki porsi hingga 5321 persen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3210 persen dan konsumsi
Pemerintah hanya sebesar 1129 persen Sebagai komponen utama PDRB
konsumsi rumah tangga meningkat sebesar Rp795 triliun (759 persen) seiring
dengan membaiknya tingkat pendapatan per kapita masyarakat Kalimantan
Barat meningkat menjadi sebesar 4188 juta atau 797 persen dari tahun yang
14
lalu namun tidak diikuti kontribusinya yang mengalami penurunan sebesar 115
persen
a) Konsumsi
Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar
2019 terhadap Laju pertumbuhan komponen Konsumsi Rumah Tangga
mengalami penurunan sebesar 068 persen dibandingkan tahun
sebelumnya walaupun dari segi nilai nominal ADHB terjadi peningkatan
sebesar Rp795 triliun atau 759 persen yang disebabkan oleh pergeseran
pola konsumsi masyarakat akibat perkembangan teknologi yakni
pergeseran jenis konsumsi masyarakat dari barang-barang konsumsi
(makanan minuman barang-barang lainnya) kepada kebutuhan lainnya
(jasa kesehatanpendidikanrekreasi)
Tabel I6
Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar 5438 5436 5321
2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 9651 10478 11273
3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 6590 6965 7275
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 456 564 496
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
b) Investasi
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMBT) kontribusinya terhadap PDRB
tahun 2019 adalah sebesar 3210 persen turun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang sebesar 3302 sementara itu secara nominal berdasarkan
ADHB nilainya naik sebesar Rp504 miliar dan laju pertumbuhan
komponennya turun sebesar 143 persen dibandingkan dengan tahun 2018
Tabel I7
Pengaruh Komponen PMTB terhadap PDRB Kalimantan Barat 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 3371 3302 3210
2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 5982 6312 6816
3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 3930 4041 4097
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 233 282 139
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat
pada tahun 2019 mencapai sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25
15
triliun atau 1897 persen dibandingkan dengan tahun 2018 Realisasi
investasi PMDN dan PMA belum sesuai dengan target RPJMD Provinsi
Kalimantan Barat yang ditetapkan sebesar sebesar Rp1875 triliun
Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing
sebesar Rp799 triliun mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya Rp14 triliun sedangkan realisasi investasi PMDN sebesar
Rp769 triliun juga mengalami penurunan sebesar Rp11 triliun Hal ini terjadi
tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa
mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah yang
akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single
Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi
oleh berbagai instansi terkait baik di pusat dan daerah
Grafik II2
Perkembangan Investasi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
SumberBPMPTSP Prov Kalbar
c) Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah pada tahun 2019 memberikan kontribusi
terhadap perekonomian Kalimantan Barat sebesar 1129 persen menurun
dibanding tahun sebelumnya yakni 1161 persen dilihat secara nominal
mengalami kenaikan sebesar Rp148 triliun Laju pertumbuhan mengalami
peningkatan yaitu sebesar 502 persen kebijakan pemerintah pusat yang
cenderung meningkatkan Belanja Negara hingga sebesar Rp87030 miliar
sekitar 287 persen dan juga transfer ke daerah khususnya Dana Desa
sebesar Rp29671 sekitar 1750 persen maka Pemda diharapkan semakin
kreatif dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk pembangunan di
daerah dalam rangka stabilitas pertumbuhan ekonominya
Tabel I8
Pengaruh Komponen Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
16
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 116 1161 1129
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 2059 2259 2407
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1432 1490 1555
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 521 382 502
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
d) Ekspor dan Impor
Kontribusi ekspor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019
sebesar 1185 persen mengalami kenaikan 176 persen dibandingkan tahun
sebelumnya secara nominal terjadi kenaikan sebesar Rp447 triliun
termasuk laju pertumbuhan komponen ekspor juga mengalami kenaikan
sebesar 646 persen dibandingkan tahun 2018
Tabel I9
Pengaruh Komponen Ekspor Barang dan Jasa terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Kinerja ekspor Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai US$116866
juta mengalami kenaikan US$16770 juta dibandingkan dengan tahun 2018
peningkatan didukung oleh naiknya Komoditas ekspor Biji Kerak dan Abu
Logam sebesar US$17422 atau 7871 persen Lemak dan Minyak
HewanNabati sebesar US$5517 atau 7193 persen dan Karet dan Barang
dari karet US$3081 atau 5555 persen dan terjadi penurunan terhadap
volume dan nilai ekspor alumina serta minyak kelapa sawit atau CPO karena
adanya pembatasan dari Uni Eropa
Komoditas ekspor utama adalah Biji Kerak dan Abu Logam sebesar
US$42777 juta Bahan Kimia Anorganik mencapai US$37577 juta serta
Lemak dan Minyak HewanNabati mencapai US$13187 juta dengan negara
tujuan ekspor masih didominasi negara Asia dengan kontribusi sebesar
9642 persen yaitu Tiongkok sebesar US$49979 juta Malaysia sebesar
US$34262 dan India sebesar US$16908 juta
Kontribusi impor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019
sebesar 1111 persen mengalami kenaikan 010 persen dibandingkan tahun
No Komponen 2017 2018 2019
1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar () 796 1009 1185
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1599 1954 2401
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1434 1486 1596
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 4365 366 1012
17
sebelumnya secara nominal terjadi penurunan sebesar Rp090 triliun
demikian juga laju pertumbuhan komponen mengalami penurunan mencapai
586 persen atau 2278 persen dibandingkan tahun 2018 peningkatan
kebutuhan impor utamanya didukung oleh besarnya permintaan barang dan
bahan baku untuk mendukung kegiatan industri pengolahan
Tabel II10
Pengaruh Komponen Impor Barang dan Jasa terhadap PDRB
Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar ()
581 1101 1111
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1823 2250 2160
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1093 1189 1177
4 Laju Pertumbuhan Komponen () -197 2864 586
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Impor Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar US$48225 juta naik
US$1918 juta dibandingkan dengan tahun 2018 komoditas impor utama
adalah Bahan Bakar Mineral sebesar US$19848 juta Mesin-MesinPesawat
Mekanik sebesar US$13410 juta dan Mesin atau Peralatan Listrik sebesar
US$3071 juta Sebagian besar impor berasal dari negara Asia mencapai
9698 persen yaitu Malaysia sebesar US$19561 juta Tiongkok sebesar
US$19516 juta dan Singapura US$4474 juta
Perekonomian Kalimantan Barat selama tahun 2019 menunjukan
perkembangan walaupun tidak sebaik tahun sebelumnya dengan nilai
neraca perdagangan menunjukan surplus sebesar US$68641 juta masih
lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang mengalami surplus sebesar
US$53789
c PDRB per kapita
PDRB per kapita Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 (ADHB) mencapai
Rp4188 juta terjadi peningkatan sebesar 797 persen dibandingkan tahun 2018
namun masih jauh dibawah PDB per kapita nasional yaitu sebesar Rp5910 juta
Peningkatan PDRB per kapita tersebut ternyata belum dinikmati oleh seluruh
lapisan masyarakat karena masih terdapat beberapa masyarakat yang berada
dibawah garis kemiskinan hal ini ditunjukan oleh koefisien gini rasio Kalimantan
Barat 2019 sebesar 0318 yang menunjukan adanya ketimpangan pendapatan
atau kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat artinya pengeluaran
penduduk masih berada kategori ketimpangan yang sedang
18
Tabel II11
PDRB Per Kapita Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
PDRB Per Kapita Kalimantan Barat
Tahun 2017-2019
Uraian 2017 2018 2019
PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku
Nilai (Juta Rupiah) 3598 3879 4188
Nilai (US $) 268929 261953 296000
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 20189(diolah)
212 Suku Bunga
Berdasarkan sumber data Bank Indonesia periode Januari 2019 sd Mei 2019 BI Rate
berada pada level 600 persen kemudian bulan Juni sd September cenderung turun pada
level 575 ndash 525 persen selanjutnya pada bulan Oktober sd Desember 2019 meningkat
hingga level 500 persen Tren menurunnya BI Rate tersebut merupakan antisipasi
terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami penurunan dan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Global
Grafik II3
BI Rate Tahun 2019
Sumber data BI 2019 (diolah)
Apabila dicermati bahwa kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal
perekonomian Indonesia merupakan dasar dalam mempertimbangkan penurunan suku
bunga kebijakan Penurunan ini sejalan dengan inflasi yang tetap rendah yaitu kisaran
263 persen dan tetap dapat menarik imbal hasil aset keuangan domestik Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut diantaranya
1 Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang diperkirakan
akan menahan suku bunga di level 15-175 hingga akhir tahun 2020 Hal ini di
19
dorong perekonomian AS masih tumbuh kuat berkisar 2 dengan inflasi 18 yang
artinya perekonomian AS masih ekspansif
2 Di sisi lain kesepakatan perang dagang antara AS dan China tekanan Brexit yang
menurun serta risiko geopolitik yang juga mereda turut memberikan pijakan bagi
bank-bank sentral untuk tidak mengubah arah kebijakan (stance) suku bunga
acuannya
3 Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor eksternal
yakni adanya kecenderungan bank-bank sentral menahan suku bunga acuan
lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya yang masih sesuai dengan
target
4 Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan perkiraan inflasi yang
terkendali dalam kisaran sasaran stabilitas eksternal yang terjaga serta upaya
untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah
perekonomian global yang melambat
5 Kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan terus
diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi
213 Inflasi
Secara umum laju inflasi Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 263 persen dibawah
laju inflasi nasional yaitu 268 persen laju inflasi tahun 2019 ini lebih rendah dibandingkan
dengan dua tahun sebelumnya yaitu 399 persen (tahun 2018) dan 383 persen (tahun
2017)
Grafik I4
Inflasi Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2017-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif
begitu pula inflasi nasional Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen
lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang hanya mencapai 055 persen
Tekanan inflasi ini terjadi adanya peningkatan pada kelompok bahan makanan yang
disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok makanan jadi
20
minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan legislative
yang dilakukan serempak pada tahun 2019 turut mendorong risiko tekanan pada
kelompok makanan Disisi lain Kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan
pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen atau terjadi kenaikan indeks
dari 13658 pada November 2019 menjadi 13829 pada Desember 2019 hal tersebut
dipengaruhi tingginya permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara
tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan ban luar mobil selama periode
Desember dan Tahun Baru pergerakan inflasi bulanan seperti pada tabel dibawah ini
Grafik I5
Laju Inflasi bulanan dan tahunan Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2018-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
Terkendalinya laju inflasi tidak terlepas dari keberadaan forum Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) Kalbar yang dibentuk sebagai wadah koordinasi guna menjaga
kestabilan dan keterjangkauan harga di seluruh wilayah Provinsi Kalbar beberapa upaya
dalam mengendalikan inflasi di Kalimantan Barat antara lain
1 TIPD memfokuskan terutama memitigasi risiko kenaikan harga serta kelancaran
distribusi pasokan bahan pangan
2 Dalam rangka memitigasi risiko kenaikan harga serta distribusi pasokan bahan
pangan strategis tersebut adanya kebijakan yang memacu peningkatan produksi
bahan pangan dan menjaga kelancaran distribusi
3 Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan
komoditas harus diatur oleh pemerintah karena pada dasarnya inflasi sangat terkait
daya beli Daya beli akan membaik jika inflasi rendah dan stabil Daya beli ini juga
mencerminkan miskin tidaknya suatu masyarakat
4 Agar tingkat inflasi bisa dikendalikan mengajak para pengusaha dalam menentukan
harga perlu mempertimbangkan daya beli konsumen Sedangkan untuk konsumen
sendiri harus mampu mengatur tingkat konsumtif
21
214 Nilai Tukar
Menurut data Bank Indonesia (berdasarkan kurs akhir bulanan) nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar AS bergerak melemah puncaknya pada bulan Mei 2019 dan selanjutnya
terjadi koreksi pada akhir tahun (Desember) berangsur-angsur kembali menunjukan
perbaikan
Grafik I6
Nilai Tukar US Dolar Terhadap Rupiah Tahun 2019
Sumber data BI 2019
Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka
Rp14313- per US Dollar dan menunjukan perbaikan sampai dengan bulan Juli hingga
menyentuh pada level Rp13956- per US Dollar namun kembali melemah pada Agustus
2019 pada level Rp14166- per US Dollar dan menguat pada akhir tahun 2019 pada
Rp13831- per US Dollar
Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank
Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral
Amerika) yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi
negara maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang
negara emerging market termasuk Rupiah dan disamping juga pengaruh melemahnya
dolar AS terhadap semua mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak
menaikkan tingkat suku bunga terdapat beberapa faktor yang mendorong pergerakan
nilai tukar menjadi stabil dan menguat antara lain
1 Kebijakan suku bunga Tanah Air sudah membuat imbal hasil aset keuangan
Indonesia termasuk obligasi menjadi menarik arus modal asing masuk ke Indonesia
dan menambah pasokan valas di dalam negeri
2 Tingkat kenaikan suku bunga di dunia khususnya di Amerika yang lebih rendah dari
yang diperkirakan
3 Defisit neraca perdagangan atau transaksi berjalan Indonesia yang lebih rendah
dari tahun lalu
22
4 Pasar semakin berkembang di mana saat ini terdapat pasar SWAP dan pasar
transaksi forward atau yang disebut domestic non delivery forward (DNDF)
sementara sebelumnya transaksi valas hanya di pasar tunai atau spot
22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN
221 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Human Development Index (HDI)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo
terjadi peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun
2018 (berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional
7081 Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni
sebesar 6720 poin
Dalam kurun waktu 2014-2018 angka IPM Kalbar mengalami tren perbaikan dan
berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah
masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun
Grafik II7
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2014 sd 2018
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
Rendahnya IPM Kalimantan Barat jika dibandingkan dengan IPM provinsi lain
karena keterbatasan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan
pendidikan dan pekerjaan
Tabel II12
Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2016 sd 2018
No Keterangan 2016 2017 2018
1 Angka harapan hidup (tahun) 6990 6992 7018
2 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 698 705 712
3 Pengeluaran per Kapita Rp (000) Disesuaikan 8348 8472 8860
4 IPM (indek) 6588 6626 6698
5 Peringkat IPM 29 30 30
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
23
Pembangunan Manusia Kalimantan Barat pada tahun 2018 terus mengalami
kemajuan hal ini disebabkan telah berhasil meningkatan 3 aspek esensial diantaranya
angka harapan hidup tumbuh sebesar 037 persen per tahun rata-rata lama sekolah
tumbuh sebesar 192 persen dan pengeluaran per kapita meningkat sebesar 185
persen Pada periode tahun 2018 terdapat 3 (tiga) kabkota dengan pembangunan
manusia yang paling cepat yaitu Kab Mempawah (141 persen) Kab Sintang (141
persen) dan Kab Kubu Raya (139 persen) hal tersebut didorong oleh meningkatnya
dimensi pendidikan di wilayah tersebut sebagaimana pada tabel berikut
Tabel II13
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalbar dan Kabupatenkota 2015-2018
No KabKota 2015 2016 2017 2018
1 Sambas 6414 6494 6592 6661
2 Bengkayang 6465 6545 6599 6685
3 Landak 6412 6458 6493 6545
4 Mempawah 6337 6384 6400 6490
5 Sanggau 6305 639 6461 6515
6 Ketapang 6403 6474 6571 6641
7 Sintang 6418 6478 6515 6607
8 Kapuas Hulu 6373 6383 6418 6503
9 Sekadau 6234 6252 6304 6369
10 Melawai 6378 6425 6443 6505
11 Kayong Utara 6009 6087 6152 6182
12 Kubu Raya 6502 6554 6631 6723
13 Kota Pontianak 7752 7763 7793 7856
14 Kota Singkawang 7003 701 7025 7108
15 KALIMANTAN BARAT 6559 6588 6626 6698
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 2019 BPS
Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengalokasikan Dana Transfer
khususnya DAK Fisik dan Dana Desa yang diharapkan penggunaan dan hasil program
pembangunannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat
222 Tingkat Kemiskinan
Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat mengalami fluktuatif baik dari sisi
jumlah maupun prsentasenya Selama tahun 2019 jumlah penduduk miskin telah
24
dapat ditekan cukup signifikan dari 378410 orang menjadi 370470 0rang
Penurunan terjadi pada penduduk miskin di pedesaan berkurang sebanyak 8580
orang sedangkan penduduk miskin di perkotaan bertambah sebanyak 640 orang
hal ini menunjukan kemampuan perekonomian masyarakat pedesaan mulai
membaik
Grafik II8
Jumlah Penduduk Miskin
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Adapun tingkat kemiskinan Kalimantan Barat bulan September 2019 sebesar
728 persen menurun jika dibandingkan dengan Maret 2019 sebesar 749 persen
namun masih di bawah tingkat kemiskinan nasional sebesar 922 persen
sebagaimana tabel berikut
Grafik II9
Tingkat Kemiskinan
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Garis kemiskinan Kalimantan Barat cenderung meningkat setiap periode pada
bulan September 2019 sebesar Rp452899 per kapitabulan meningkat Rp14344
dibandingkan bulan Maret 2019 sebesar Rp438555 Garis Kemiskinan Makanan
memiliki peranan 7765 persen sedangkan selebihnya 2235 persen adalah Garis
Kemiskinan Bukan Makanan Apabila dilihat secara regional Kalimantan Garis
Kemiskinan Kalbar adalah yang terendah dan belum beranjak dari tahun ketahun
yaitu hanya sebesar Rp452899- per kapitabulan dan yang tertinggi adalah
25
Kalimantan Utara sebesar Rp667833- perkapitabulan sementara itu nasional
adalah sebesar Rp440538- perkapitabulan
223 Ketimpangan (Gini Ratio)
Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik
apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan
masih lebih baik dari pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380)
Ketimpangan pendapatan terjadi karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan
faktor produksi sehingga pihak-pihak yang memiliki faktor produksi akan
memperoleh pendapatan yang lebih banyak
Grafik I10
Koefisien Gini Rasio Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Pemerintah memiliki peranan penting dalam melakukan distribusi pendapatan
melalui kebijakan fiskal Usaha yang dapat dilakukan adalah meratakan kepemilikan
faktor produksi dengan menetapkan pajak progresif atas pendapatan dan kekayaan
masyarakat berpenghasilan tinggi sedangkan masyarakat berpenghasilan rendah
dapat diberikan kredit lunak sebagai modal usaha dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia melalui program pendidikan pelatihan dan peningkatan layanan
kesehatan
224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran
Angkatan kerja Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai 2479 ribu orang
meningkat 28 ribu orang dibandingkan tahun 2018 Dari jumlah tersebut 9556
persen bekerja sedangkan 444 persen menganggur Kenaikan angkatan kerja pada
tahun 2019 belum sepenuhnya terserap pada lapangan kerja yang tersedia
sebagaimana grafik berikut ini
Grafik I11 Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
26
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat 2018 BPS
23 EFFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN
REGIONAL
Pemda Provinsi Kalimantan Barat melalui RPJMD 2019 ndash 2023 yang dijabarkan
kedalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) telah menetapkan Kebijakan Pembangunan
Ekonomi Makro melalui penetapan serangkaian sasaran indikator makro pembangunan
perekonomian Kalimantan Barat
Prospek pembangunan ekonomi Kalimantan Barat diharapkan selalu mengalami
pertumbuhan dalam arti luas dan berkualitas yaitu
Persentase penduduk di atas 15 tahun yang bekerja menurut Status pekerjaan
didominasi status pekerjaan Utama sebagai BuruhKaryawanPegawai sebanyak
874357 orang atau 3691 persen selanjutnya berusaha sendiri sebanyak 518381
orang atau 2188 persen Pekerja Keluargatak dibayar sebanyak 391053 orang atau
1651 persen dan Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar sebanyak
387960 atau 1638 persen Status pekerjaan utama secara umum mengalami
perubahan jika dilihat kondisi bulan Agustus 2019 dari 7 (tujuh) Status terdapat 3
(tiga) mengalami peningkatan diantaranya yang tertinggi dalam penyerapan tenaga
kerja adalah melalui berusaha sendiri sebesar 1395 persen Pekerja bebas non
pertanian sebesar 945 persen dan Berusaha dibantu buruh tetap sebesar 604 persen
sementara itu yang mengalami penurunan adalah Berusaha dibantu Buruh Tidak
TetapBuruh tidak dibayar sebesar 691 persen Pekerja bebas pertanian sebesar 368
persen Pekerja Keluargatak dibayar sebesar 327 persen dan
BuruhKaryawanPegawai sebesar 080 persen
27
Tabel II14
Prosentase Penduduk gt 15 Tahun Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2019
No Status Pekerjaan Utama
Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan
()
2015 2016 2017 2018 2019
1 Berusaha Sendiri 477000 476969 482849 454906 518381 1395
2 Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar
402000 402219 363557 416748 387960 -691
3 Berusaha dibantu Buruh Tetap
97000 97192 63913 69429 73625 604
4 BuruhKaryawanPegawai 776000 776498 824430 881446 874357 -080
5 Pekerja Bebas Pertanian 132000 131695 167142 54279 52284 -368
6 Pekerja Bebas Non Pertanian
- - - 65798 71355 845
7 Pekerja Keluargatak Dibayar
403000 403250 401307 404275 391053 -327
Total 2288000 2287823 2303198 2346881 2369015 094
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Salah satu indikator penting dalam ketenagakerjaan adalah TPAK (Tingkat
Partisipasi Angkatan Keraj) Yaitu rasio dalam persen antara jumlah angkatan kerja
terhadap penduduk usia kerja (15 tahun) TPAK Kalimantan Barat periode Agustus
2019 sebesar 6830 persen dan jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6865
persen terjadi penurunan Indikator lain yang cukup penting adalah TPT (Tingkat
Pengangguran Terbuka) yaitu rasio dalam persen antara jumlah pengangguran
terhadap angkatan kerja Angka TPT Kalimantan Barat sebesar 445 persen atau
turun 019 persen terhadap periode Agustus 2018 sebesar 426 persen Kondisi ini
menunjukan ke arah perbaikan walaupun belum dapat mengimbangi peningkatan
jumlah penduduk usia kerja yang bukan merupakan angkatan kerja sebanyak 31000
orang disisi lain adanya kesempatan untuk melakukan pengembangan usaha sendiri
1) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong mengatasi kesenjangan seperti
kesenjangan antar wilayah (kabupatenkota) dan kesenjangan antar sektor
pembangunan
2) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong pengurangan Angka
Kemiskinan
3) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong membuka kesempatan kerja
sekaligus upaya Pengurangan Angka Pengangguran
28
Tabel II15
Perkembangan Capaian Indikator Sasaran Ekonomi Kalbar Tahun 2019
No INDIKATOR 2017 2018 2019
TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI
1 Angka Pertumbuhan Ekonomi ()
512 517 594 506 534 500
2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
6717 6626 6656 6698 6720 na
3 Angka Kemiskinan ()
800 788 672 737 751 728
4 Angka Pengangguran ()
463 436 341 426 419 445
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat Tahun 2019 dan BPS Kalbar (diolah)
a) Asumsi dasar penetapan sasaran pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada
tahun 2019 adalah peningkatan investasi sehingga sektor riil semakin tumbuh dan
berkembang termasuk peran pemerintah dalam mendorong Pembentukan Modal
tetap Bruto melalui pembangunan proyek infrastruktur dan selanjutnya adalah upaya
peningkatan berbagai komoditas utama ekspor menjadi fokus utama paska larangan
ekspor hasil tambang mentah selanjutnya pertumbuhan ekonomi ditargetkan
sebesar 534 persen
Berdasarkan data dari BPS bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat
tahun 2019 adalah sebesar 500 persen lebih rendah dari target yang ditetapkan
sebesar 534 persen capaian tahun ini sama dengan capaian tahun 2018 tidak
berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan Kondisi tersebut mengindikasikan
bahwa dalam menentukan target didalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) belum
sesuai asumsi dasar dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah
kemungkinan dari pergerakan ekspor komoditas utama Kalbar yaitu produk karet dan
CPO yang mengalami hambatan
b) Pencapaian sasaran indikator makro pembangunan perekonomian Kalimantan Barat
tahun 2019 secara umum belum mencapai target yang telah disepakati Hal ini perlu
menjadi perhatian Pemda Prov Kalbar dalam menentukan target pencapaian makro
ekonomi hendaknya berdasarkan pertimbangan yang realistis serta berupaya
menggali potensi ekonomi demi pencapaian target yang telah ditetapkan
Vihara SingkawangKo t a Se r i b u K l e n te n g m e r u pa k a n ju l u k a n Ko t a Singkawang Kota Singkawang menjadi salah satu d a e r a h y a n g b a n y a k d i d i a m i k e t u r u n a n e t n i s Tionghoa
BAB III
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
APBN TINGKAT
REGIONAL
28
31 APBN TINGKAT PROVINSI
Untuk mendukung tercapainya program pembangunan tahun 2019 Provinsi Kalimantan
Barat memperoleh alokasi belanja pemerintah pusat (KL) sebesar Rp1049 triliun dengan
realisasi Rp968 triliun Sedangkan alokasi belanja transfer ke daerah mencapai Rp2098
triliun dengan realisasi Rp2034 triliun
Tabel III1 Postur APBN di Kalbar Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)
Uraian Pagu Tahun 2018
Realisasi Tahun 2018
Pagu Tahun 2019
Realisasi Tahun 2019
Pendapatan Negara 808350 768292 89 890381 810926 1098
a Pendapatan Perpajakan 762842 682135 89 837405 728548 8700
- Pajak dalam negeri 730289 641160 88 783956 667813 8219
- Pajak perdagangan internasional
32553 40975 126 53449 60735 114
b PNBP 45508 86157 189 52976 82378 156
Belanja Negara 3073921 2965481 96 3147383 3002273 9537
Belanja Pemerintah Pusat 1113142 1036601 93 1049477 968007 9224
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
1960779 1929626 98 2098406 2034266 9694
Sumber OMSPAN Monev Pa Mebe (diolah)
Dari data diatas dapat diketahui pendapatan negara terealisasi Rp810 triliun atau 109
persen dari target yang telah ditetapkan Realisasi tersebut meningkat 426 miliar atau 555
persen dibanding pendapatan tahun 2018 Penerimaan perpajakan masih menjadi sumber
utama pendapatan negara dengan kontribusi sebesar 82 persen Realisasi pendapatan
pajak tahun 2019 sebesar Rp728 triliun terdiri pajak dalam negeri sebesar Rp667 triliun dan
pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar
Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019
yaitu sebesar Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL)
sebesar Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun
Realisasi Belanja pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer
ke Daerah dan dana desa terealisasi Rp2034 triliun
29
32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
Pendapatan pemerintah pusat yang dihimpun di Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari
penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
321 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi
Salah satu sumber penerimaan negara terbesar berasal dari penerimaan perpajakan
Penerimaan perpajakan adalah penerimaan negara yang terdiri atas pajak dalam negeri
dan pajak perdagangan internasional
Tabel III2 Penerimaan Pajak Dalam Negeri di Kalimantan Barat Tahun 2019 (dalam miliar)
SumberSPAN (diolah)
322 Penerimaan Perpajakan
Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa total realisasi penerimaan perpajakan
di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728 triliun naik 672 persen jika dibandingkan
dengan penerimaan tahun 2018 Dari total penerimaan perpajakan tahun 2019 tersebut
pajak dalam negeri memberikan kontribusi sebesar 9166 persen sedangkan pajak
perdagangan internasional sebesar 834 persen Untuk penerimaan Pajak Dalam Negeri
tahun 2019 sebesar Rp667 triliun mengalami kenaikan Rp26108 miliar atau 407 persen
jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya PPh merupakan penyumbang
penerimaan yang terbesar yakni Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak
Penghasilan (PPn) yakni Rp307 triliun atau 46 persen
Meskipun secara nominal terjadi peningkatan penerimaan pajak di Kalimantan Barat
namun ada beberapa hambatantantangan pencapaian target penerimaan antara lain
adanya ketentuan dibidang pertambangan tentang larangan ekspor mineral mentah
(miliar )No
Pendapatan Perpajakan Target Tahun
Realisasi 2018
Target Tahun Realisasi
2018 2019 Tahun 2019
Pajak Dalam Negeri 730289 641160 783956 667813
1 Pajak Penghasilan (PPh) 373769 302324 370451 320325
2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 328396 305118 376150 307117
3 Pajak Bumi Bangunan (PBB) 16606 25258 26445 30964
4 Pajak lainnya 10638 7423 9287 8403
5 Cukai 880 1037 1623 1001
Pajak Perdagangan Internasional 32553 40975 53448 60735
6 Bea Masuk 3289 3865 3263 3288
7 Bea Keluar 29264 37110 50186 57446
Total Perpajakan 762842 682135 837404 728548
30
sehingga berpengaruh terhadap omset perusahaan di bidang pertambangan dan sektor
pendukungnya penurunan harga sawit yang berpengaruh pada omset dan laba
perusahaan di sektor perkebunan dan industri pengolahan
Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar
meningkat signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018
Dengan perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288
miliar atau 541 persen Didalam pelaksanaan pengawasan kepabeanan cukai terdapat
isu strategis yakni adanya jalur tikus dan jalur gajah yang dijadikan jalur penyelundupan
barang impor di perbatasan Indonesia ndash Malaysia untuk itu perlu dipetakan ulang titik
rawan di perbatasan terutama yang melintasi perkebunan kelapa sawit dengan
melibatkan Kodam Tanjungpura pemilik lahan dan perusahaan kebun sawit
Jika diurai berdasarkan lokasi penerimaan pajak paling banyak disumbangkan oleh
Kota Pontianak sebagai pusat aktivitas perdagangan dan jasa dengan kontribusi
penerimaan sebesar 4270 persen dari total penerimaan pajak di Provinsi Kalimantan
kemudian Kab Ketapang yang didukung dengan keberadaan kawasan industri Ketapang
memberikan kontribusi penerimaan terbesar kedua sebesar 1171 persen Sedangkan
daerah dengan kontribusi penerimaan pajak terkecil adalah Kab Kayong Utara dengan
kontribusi sebesar 094 persen dari total realisasi tahun 2019
Grafik III1
Penerimaan Pajak KabKota 2019
Sumber Kanwil Pajak Prov Kalbar
Untuk melihat kinerja perpajakan selain dari total realisasi pajak juga dilhat dari
perkembangan PDRB daerah tersebut hal ini terwujud dalam tax ratio
00050000
100000150000200000250000300000350000
31
Tabel III3
Perkembangan Tax Ratio Prov Kalbar
Tahun PDRB ADHB Penerimaan Perpajakan Tax ratio
2017 17749365 587434 0033
2018 19419496 642197 0033
2019 21231843 666809 0031
Dari tabel diatas terlihat bahwa meskipun realisasi penerimaan pajak mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya namun tax ratio justru mengalami penurunan ini
terjadi karena rasio penerimaan pajak yang semakin kecil terhadap pertumbuhan PDRB
kalbar Untuk itu perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya
identifikasi dan penggalian potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian
potensi pajak pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara
Pemerintah Pusat maupun Daerah dan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
adanya regulasi untuk melakukan Rekonsiliasi penerimaan pajak antara DJP dengan
pemerintah daerah
323 Penerimaan Negara Bukan Pajak
a Perkembangan PNBP per Jenis PNBP
Penerimaan PNBP berdasarkan jenis PNBP di wilayah Provinsi Kalimantan Barat
hanya terdiri atas PNBP lainnya dan PNBP BLU Tidak terdapat penerimaan PNBP dari
sumber daya alam (SDA) meskipun di wilayah Kalimantan Barat terdapat usaha
pertambangan hal ini dikarenakan penerimaan PNBP sumber daya alam merupakan
penerimaan terpusat dan langsung masuk ke Bagian Anggaran Bendahara Umum
Negara (99999)
Tabel III4
Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat tingkat di Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)
Penerimaan PNBP 2017 2018 2019
Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi
PNBP Lainnya 30108 55263 11727 38725 13991 42092
Pendapatan BLU 5336 6858 33781 47426 38885 40282
Pendapatan SDA - - - -
Bagian Pemerintah atas laba BUMN
- - - -
Jumlah PNBP Kalbar 35444 62121 45508 86151 52876 82375
Sumber SPAN (diolah)
Secara keseluruhan penerimaan PNBP selama tahun 2019 mengalami penurunan
dibandingkan dari tahun sebelumnya sebesar Rp3776 miliar atau 43 persen Komposisi
32
penerimaan PNBP terdiri Pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen
dari total penerimaan PNBP dan PNBP BLU sebesar 49 persen
b Perkembangan PNBP Fungsional
PNBP dapat dibedakan sesuai dengan fungsi KementerianLembaga yang disebut
dengan PNBP Fungsional PNBP Fungsional adalah penerimaan yang berasal dari
pungutan kementerian Negaralembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan
tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat
Tabel III5
Penerimaan PNBP Fungsional terbesar Provinsi Kalbar
URAIAN 2017 2018 2019
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Pendapatan Kepolisian 375 13146 359 14004 13532
Pendapatan jasa bandara kepelabuhan perkapalan amp kenavigasian
3554 3763 3717 5772 6090
Pendapatan pendidikan 12868 24636 4964 4990 5892
Sumber SPAN (diolah)
Tahun 2019 pendapatan PNBP Kepolisian merupakan penyumbang terbesar PNBP
fungsional di Kalimantan Barat sebesar Rp13532 miliar mengalami penurunan 337
persen dibanding tahun sebelumnya Sebagian besar pendapatan PNBP Kepolisian di
peroleh dari pendapatan BPKB pendapatan STNK pendapatan TNKB (Tanda
Kendaraan Bermotor) dan pendapatan SIM Pendapatan fungsional terbesar
selanjutnya adalah pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian yang
menyumbangkan penerimaan sebesar Rp6090 miliar meningkat sebesar 551 persen
dibanding penerimaan tahun sebelumnya Sebagian besar penerimaan PNBP
pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian diperoleh dari pendapatan
kepelabuhan yang menyumbang angka sebesar Rp3756 miliar atau 6167 persen
disusul pendapatan Navigasi sebesar Rp938 miliar atau 1541 persen pendapatan
Bandar Udara sebesar Rp741 miliar atau 1219 persen dan Pendapatan kepelautan
Rp653 miliar atau 1073 persen Pendapatan kepelabuhan berpotensi untuk meningkat
ditahun tahun selanjutnya dengan rencana pengembangan kapasitas pelabuhan
Pontianak yang di mulai dengan pembangunan pelabuhan (terminal) Kijing yang
berlokasi di wilayah Kabupaten Mempawah dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional
(PSN)
c Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional
33
Tabel III6
Rasio Pendapatan Perpajakan PNBP PAD terhadap PDRB di Kalbar
Tahun Perpajakan PNBP PAD PDRB Perpajakan PDRB
PNBPPDRB PADPDRB
2019 728548 82375 404671 21232 0041 00046 0022
2018 682135 86157 404753 19403 0035 00044 0020
2017 564801 62121 346442 17747 0031 00034 0019
Sumber SPAN (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ditahun 2019 penerimaan perpajakan
memberikan kontribusi sebesar 0041 terhadap pertumbuhan ekonomi regional di
Kalbar sedangkan PAD terhadap PDRB sebesar 0022 dan PNBP terhadap PDRB
sebesar 00046 Hal ini berarti penerimaan Perpajakan masih lebih dominan dalam
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Kalimantan
Barat dibandingkan dengan PAD maupun PNBP
33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
Belanja pemerintah pusat adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pengeluaran pemerintah pusatBelanja pemerintah pusat meliputi belanja pemerintah pusat
menurut organisasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi dan belanja pemerintah pusat
menurut jenis belanja
Belanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus
fiskalSalah satunya yang populer pada saat krisis ekonomi adalah instrumen ekonomi
berupa stimulus fiskalSecara garis besar komposisi dari stimulus fiskal adalah berupa
pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increased spending)
1 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian
AnggaranKementerianLembaga
Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja yang dialokasikan
kepada kementerianlembaga dan bagian anggaran Bendahara Umum Negara alokasi
dan realisasi untuk tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel III7
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran
Di Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)
KementerianLembaga 2018 2019
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 019 019 034 034 100
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
8986 6776 6554 5939 91
34
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 063 058 053 053 100
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
1656 1489 2119 2066 97
BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1809 1688 1678 1631 97
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
893 869 718 712 99
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2337 2269 2605 2507 96
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM 25996 20580 20724 14531 70
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
2267 2249 2447 2425 99
BADAN PUSAT STATISTIK 9929 9330 10042 9785 97
BADAN SAR NASIONAL 2596 2496 2095 2071 99
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 11733 107`09 10304 10023 97
KEMENTERIAN AGAMA 105528 99485 107273 104645 98
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANGBPN
22191 19497 26745 21446 96
KEMENTERIAN DALAM NEGERI 5305 5182 5575 5534 99
KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
11878 10018 7004 6701 96
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
19760 19520 17892 1767 99
wKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 9912 8947 9082 873 96
KEMENTERIAN KESEHATAN 18912 15585 1327 1195 90
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 477 465 776 738 95
KEMENTERIAN KEUANGAN 19722 18340 18519 18265 99
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
786 762 82 796 97
KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH
414 411 318 314 99
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
21053 17521 29928 2792 93
KEMENTERIAN PARIWISATA 234 204 16 151 94
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
295402 270419 25507 206714 81
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
208 201 17 149 88
KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 419 382 336 286 85
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
9004 8609 9374 8904 85
KEMENTERIAN PERDAGANGAN 3793 3074 1384 1282 95
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
095 074 095 089 94
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 56637 52411 40961 40112 98
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 3156 2842 4913 4716 96
KEMENTERIAN PERTAHANAN 123999 121577 161533 157833 98
KEMENTERIAN PERTANIAN 45315 40040 23066 19721 85
35
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
67556 65360 78313 68767 88
KEMENTERIAN SOSIAL 1954 1944 1971 1952 99
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 123274 123185 117803 125376 106
KOMISI PEMILIHAN UMUM 61742 56110 37842 35936 95
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
683 661 744 739 99
LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA
2135 2060 2095 1894 90
LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA
1380 1375 1352 1352 100
MAHKAMAH AGUNG 11837 11716 12511 1233 99
PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
097 092 052 05 96
TOTAL BELANJA KL 1113142 1036601 1049477 968007 92
BENDAHARA UMUM NEGARA 415295 397582 460736 443502 92
TOTAL BELANJA KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510213 1411486 9346
Dibandingkan tahun 2018 terdapat penurunan pagu sebesar 12 untuk tahun 2018
dan terdapat penurunan realisasi sebesar 14 dibandingkan tahun 2018 Berdasarkan
tabel diatas Untuk Pagu Kementerian dan Lembaga Kementerian PUPR mendapat
alokasi pagu anggaran yang paling tinggi dengan persentase sebesar 2430 Hal ini
menunjukan di Provinsi Kalimantan Barat prioritas pembangunan masih dititik beratkan
pada sektor infrastruktur Dari dana APBN 2019 pada Provinsi Kalimantan Barat satuan
kerja (satker) di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
belanja modal sebesar Rp 159 triliun Belanja modal pada satker lingkup Kementerian
PUPR tersebut memberikan kontribusi sebesar 6649 dari belanja modal yang dikelola
satuan kerja lainnya di wilayah pembayaran KPPN se-Kalbar Hal ini menunjukkan
perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan perekonomian di Kalbar
Terdapat 10 KL yang memperoleh alokasi anggaran belanja terbesar dengan total
mencapai Rp878 triliun (5817) yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan
rakyat Kemenhan Polri Kemenag Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Kementerian Perhubungan KPU Kementerian Agraria amp Tata Ruang
Kementerian Pertanian
36
Berikut ini adalah sepuluh kementerian dengan pagu terbesar
Tabel III8
Tingkat Penyerapan 10 KL Pagu Terbesar 2019 (miliar)
No Nama KL (BA) Pagu Realisasi
1 Kementerian PUPR (033) 255070 206714 8104
2 Kemenhan (012) 161533 157833 9771
3 Kepolisian RI (060) 117803 125376 10643
4 Kemenag (025) 107273 104645 9755
5 Kementerian Ristekdikti (042) 78313 68767 8781
6 Kementerian Perhubungan (022) 40961 40112 9793
7 KPU (076) 37842 35936 9496
8 Kementerian Lingkungan Hidup amp Kehutanan (029) 29928 27920 9329
9 Kementerian Agraria amp Tata Ruang (056) 26745 21446 8019
10 Kementerian Pertanian (018) 23066 19721 8550
Sumber MEBE (diolah)
Jika diperhatikan jumlah alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat di 10 KL
dengan pagu terbesar dimaksud mencapai lebih dari 58 terhadap semua pagu
anggaran KL Untuk itu capaian realisasinya tentu akan mempengaruhi keseluruhan
realisasi penyerapan KL yang ada di Kalbar sehingga perkembangan pelaksanaan
anggaran satker-satker 10 KL dengan pagu tertinggi tersebut harus memperoleh
pengawasan yang lebih intensif dari Kanwil DJPB
2 Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Fungsi
Belanja Pemerintah Pusat (KL) dan juga belanja DDDF terbagi menjadi 11 fungsi
yaitu Pelayanan Umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan
Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama
Pendidikan serta Perlindungan Sosial dengan perbandingan pagu dan realisasi dalam
tahun 2018 dan 2019 sebagai berikut
Tabel III9
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi (Miliar Rp)
NAMA FUNGSI Pagu 2018
Realisasi 2018
Pagu 2019
Realisasi 2019
PELAYANAN UMUM 541846 510882 557364 531175
EKONOMI 377115 340751 232428 203287
PENDIDIKAN 185385 175208 231675 203287
PERTAHANAN 123999 121578 161533 157833
KETERTIBAN DAN KEAMANAN 168413 166821 160188 167029
37
PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 50667 47185 72454 62653
LINGKUNGAN HIDUP 37100 33230 53964 46742
AGAMA 22238 17374 19467 18874
KESEHATAN 19263 18808 18897 17252
PERLINDUNGAN SOSIAL 2162 2145 2141 2101
PARIWISATA DAN BUDAYA 249 216 175 165 TOTAL 1528437 1434183 1510213 1414486
Sumber Monev PA diolah
Pada tahun 2018 dan juga 2019 alokasi anggaran didominasi oleh fungsi pelayanan
Umum Ekonomi dan Pendidikan Pengelompokan anggaran menurut Fungsi memiliki
pengertian perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional Pengelompokan ini juga
bertujuan untuk melihat besaran alokasi anggaran menurut organisasi
KementerianLembaga tugas-fungsi pemerintah dan belanja KementerianLembaga
termasuk menciptakan penganggaran yang lebih tepat sasaran Pada tahun 2019 alokasi
untuk fungsi pelayanan umum sebesar Rp557 triliun (36 persen) ekonomi sebesar
Rp232 triliun (15 persen) dan fungsi Pendidikan sebesar Rp231 triliun (15 persen) Hal
ini menunjukkan bahwa pelaksanaan APBN di Kalimantan Barat lebih terkonsentrasi pada
bidang pelayanan umum ekonomi dan pendidikan yang secara keseluruhan jumlah
alokasi ketiga fungsi tersebut sebesar Rp1021 triliun atau 68 persen
3 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja
Berdasarkan jenis belanja di provinsi Kalimantan Barat terdapat 6 alokasi anggaran
belanja TA 2019 yaitu Belanja Pegawai (51) Belanja Barang (52) Belanja Modal (53)
Belanja Bantuan Sosial (57) Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) Untuk
Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) baru ada pada tahun 2017 2018 dan
2019 Jenis belanja 63 dan 66 baru TA 2017 muncul dikarenakan pencairan Dana
Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa sekarang berada di KPPN daerah
Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan jenis belanja dalam tahun 2018 dan
2019 sebagai berikut
Tabel III10
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rp)
JENIS BELANJA Pagu 2018
Realisasi 2018
Pagu 2019
Realisasi 2019
51 Belanja Pegawai 338030 330072 362333 364892
52 Belanja Barang 438737 400168 445547 406066
335140 305146 240347 195755
57 Belanja Bantuan Sosial 1235 1215 1324 1294
Belanja KL 1113142 1036601 1049477 968007
63 Dana Alokasi Khusus Fisik 245710 228191 261479 244756
38
66 Dana Desa 169585 169391 199257 198746 Belanja KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510287 1411509
Sumber Monev PA diolah
Kenaikan pagu anggaran terjadi untuk jenis belanja Pegawai belanja Barang
belanja bantuan sosial belanja Dana Alokasi Khusus belanja dana desa Belanja Dana
Desa mendapatkan kenaikan paling terbesar yaitu 17 persen disusul belanja bantuan
sosial sebesar 72 persen belanja pegawai naik 72 persen dan belanja barang sebesar
16 persen Jenis Belanja modal mengalami penurunan sebesar 283 persen Selama
TA 2019 Belanja Pegawai telah terserap Rp364 triliun (10071) Belanja barang
terserap Rp406 triliun (9114) belanja modal terserap Rp195 triliun (8145) belanja
bantuan social terserap Rp1215 miliar (9773) dana alokasi fisik terserap Rp244 triliun
(9360) dan penyerapan anggaran dana desa sebesar Rp198 triliun (9974) hal ini
sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun dari pinggiran dengan
memperkuat daerah dan desa yang diharapkan akan berdampak langsung untuk
pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat Pada belanja modal
terdapat penyerapan paling terendah dibandingkan jenis belanja lain
Grafik III1
Perkembangan Pagu dan Realisasi Jenis Belanja Tahun 2019
Sumber Monev PA MEBE diolah
4 Analis belanja pemerintah pusat
Belanja pemerintah pusat
Perbandingan antara alokasi belanja untuk sektor konsumtif dan produktif Sektor
konsumtif merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai administrasi
dan kebutuhan birokrasi seperti gaji tunjangan honor belanja operasional kantor
pengadaan kendaraan dinas Sedangkan sektor produktif antara lain peningkatan mutu
jalan jaringan irigasi intensifikasi dan ektensifikasi pertanian pengadaan traktor untuk
masyarakat
000
5000
10000
15000
0
2000
4000
6000
57 52 53 51 63 66
Pagu Realisasi
39
Tabel III11
Proporsi jenis Belanja Terhadap Total Pagu
Jenis Belanja Pagu Belanja Bantuan Sosial 1324 0
Belanja Barang 445547 30
Belanja Pegawai 362333 24
Belanja Modal 240347 16
Dana Alokasi Khusus Fisik 261479 17
Dana Desa 199257 13
Terlihat dari tabel diatas bahwa belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai
sektor produktif yang diantaranya untuk belanja Modal Dak Fisik Dana Desa mencapai
Rp 7010 triliun atau 4642 persen sedangkan belanja administrasi dan kebutuhan
birokrasi sebesar Rp 809 triliun atau 5358 persen Untuk belanja produktif terbesar
terdapat pada belanja program pengelolaan Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa
sebesar Rp460 triliun Disusul program penyelenggaraan jalan sebesar Rp99873 miliar
program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman sebesar Rp4004
miliar dan program pengelolaan Sumber Daya air Rp19887 miliar Terlihat dari alokasi ini
prioritas pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat di fokuskan pada pembangunan
infrastruktur fisik hal ini sesuai dengan fungsi terbesar yakni Pelayanan Umum
34 TRANSFER KE DAERAH DAN DESA
Dana transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan DAK DAU DBH Dana
perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dan juga antar pemerintah daerah
Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa
Pada tahun 2018 alokasi dana transfer dan Dana Desa ke wilayah Provinsi Kalimantan
Barat sebesar Rp2098 triliun dan terealisasi Rp2033 triliun atau 9692 persen Pada tabel
hellip Disajikan perkembangan Realisasi Dana Transfer pada tahun 2018 dan 2019 untuk
Provinsi Kalimantan Barat
Tabel III12
Perkembangan Dana Perimbangan di Kalimantan Barat
Dana Transfer 2018 2019
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
DBH 74872 74746 102115 69872
DAU 1182060 1182060 1215163 1214704
DAK Fisik 245714 228931 261479 244748
DAK Non Fisik 274246 262035 307639 293909
40
DID 14300 12463 12753 12288
Dana Desa 169586 169391 199257 198745
1960778 1929626 2098406 2034266
Sumber simtrada (diolah)
Secara agregat Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa mengalami kenaikan Alokasi
Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Kalbar pada tahun 2019 sebesar Rp2098
triliun naik 702 persen dibandingkan tahun 2018 Terdapat peningkatan alokasi Dana Desa
Kalbar tahun 2019 sebesar atau Rp29671 miliar atau 1750 persen sejalan dengan
komitmen Pemerintah untuk meningkatkan program pembangunan Indonesia dari pinggiran
Alokasi Dana Desa tahun 2019 di Prov Kalbar sebesar Rp199 triliun yang terbagi untuk
2031 Desa
Terdapat 4 (empat) daerah dengan alokasi pagu dana desa diatas 200 miliar yakni Kab
Sintang Rp33848 miliar Kab Kapuas Hulu Rp26812 miliar Kab Ketapang Rp25583 miliar
dan Kab Sambas Rp20498 miliar Selanjutnya 8 (delapan) daerah lainnya mendapatkan
alokasi pagu dana desa dibawah 200 miliar dengan pagu dana desa terendah pada Kab
Kayong Utara sebesar Rp4868 miliar Alokasi dana desa tersebut diharapkan dapat
menggerakkan roda perekonomian di desa dan menekan kesenjangan pendapatan antara
Desa dan Per Kotaan
Grafik III2
Realisasi Dana Transfer amp Dana Desa KabKota di Kalbar
Sumber data simtrada (diolah)
Berdasarkan grafik III2 terlihat perbandingan realisasi dana transfer amp dana Desa per
Kab di Prov Kalbar Dari total alokasi dana transfer sebesar Rp2098 triliun telah terealisasi
sebesar 2033 triliun dengan realisasi terbesar oleh Pemda Prov Kalbar yakni Rp365 triliun
selanjutnya Kab Ketapang Rp203 triliun dan yang terkecil adalah Kota Singkawang
Rp66459 miliar
Untuk menilai tingkat kemandirian daerah dilakukan dengan cara membandingkan Rasio
PAD dengan Rasio dana transfer Apabila rasio PAD lebih besar dari pada rasio dana transfer
000
500
1000
1500
2000
00050000
100000150000200000250000300000350000400000
41
berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin besar rasio dana transfer berarti tingkat
ketergantungan semakin tinggi
Tabel III13
Rasio Kemandirian Daerah Tahun 2019
Daerah Dana Transfer
PAD Pendapatan APBD
Ratio Dana Transfer thd Pendapatan
APBD
Ratio PAD thd
Pendapatan APBD
Prov Kalbar 365337 23016 595497 3870 61
Ketapang 203045 12753 215798 590 94
Sintang 165917 1721 183127 940 91
Kapuas Hulu 166837 7998 174835 460 95
Sambas 151612 14885 166497 890 91
Sanggau 141399 10287 151686 680 93
Kubu Raya 123841 14675 138516 1060 89
Landak 117304 9284 126588 730 93
Pontianak 100659 47879 148538 3220 68
Melawi 105563 4058 109621 370 96
Mempawah 85957 8757 94714 920 91
Bengkayang 96974 3025 99999 300 97
Sekadau 73392 4535 77927 580 94
Kayong Utara 69504 2533 72037 350 96
Singkawang 66459 1663 83089 2000 80
sumber data LRA Pemda simtrada (diolah)
Dilihat dari rasio Pendapatan Asli Daerah dan Transfer ke Daerah terhadap Pendapatan
APBD dapat dilihat bahwa daerah di wilayah Kalimantan Barat Rasio dana transfer lebih
besar dari pada rasio PAD yang berarti memiliki ketergantungan yang relatif tinggi tehadap
transfer dari Pemerintah Pusat
341 Dana Transfer Umum
a Dana Alokasi Umum
Grafik III3
Realisasi DAU Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan Barat
Sumber data simtrada
00050000
100000150000200000
2018 2019
42
Total realisasi DAU di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp1214 triliun naik 276 persen
dibanding realisasi DAU tahun sebelumnya Dari realisasi DAU tahun 2019 tersebut empat
pemerintah daerah yang realisasi DAU terbesar yaitu Pemprov Kalimantan Barat sebesar
Rp175 triliun diikuti Kabupaten Ketapang sebesar Rp114 triliun Kabupaten Kapuas Hulu
Rp99768 miliar dan Kabupaten Sintang Rp93421 miliar
b Dana bagi Hasil Grafik III4
Realisasi DBH Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan barat
Total realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) tahun 2019 sebesar Rp69872 miliar naik 592 persen
jika dibandingkan dengan alokasi DBH tahun sebelumnya Empat daerah dengan realisasi
DBH terbesar yakni Pemrov Kalimantan Barat sebesar Rp18663 miliar diikuti Kabupaten
Ketapang Rp10844 miliar Kabupaten Sanggau Rp8321 miliar dan Kota Pontianak Rp3910
miliar Kabupaten dengan realisasi DBH terkecil adalah Kota singkawang sebesar Rp1428
miliar Ketapang sebagai Daerah Tingkat II dengan realisasi DBH terbesar merupakan daerah
yang memiliki tambang bauksit dan tambang emas Demikian juga Kabupaten Sanggau
merupakan daerah yang memiliki hasil tambang Bauksit yang nantinya diolah menjadi alumina
(bahan pembuat alumunium) Sedangkan Kota Pontianak merupakan pusat perekonomian
yang memiliki penerimaan pajak PPh terbesar
342 Dana Transfer Khusus
a Dana alokasi Khusus (DAK) Fisik Total DAK Fisik yang dialokasikan pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami
peningkatan sebesar 641 persen atau senilai Rp 15764 miliar dibandingkan tahun 2018
Perkembangan pagu dan realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat
pada tabel berikut
0005000
10000150002000025000
2018 2019
43
Tabel III14
Pagu dan Realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (dalam miliar)
No Pemda 2019 2018
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 Kalbar 33283 31974 9607 42384 3843 9067
2 Mempawah 8996 8744 972 11663 11503 9863
3 Kubu Raya 12692 11337 8932 19237 18966 9859
4 Pontianak 8735 7998 9156 7863 7527 9574
5 Sintang 19271 183 9496 21637 20304 9384
6 Melawi 1726 16708 968 10885 10134 931
7 Sambas 20922 19813 947 17156 1659 967
8 Bengkayang 19266 15038 7805 9425 906 9612
9 Singkawang 8532 8042 9426 11478 9596 836
10 Ketapang 32914 31635 9611 175 16616 9495
11 Kayong Utara 11614 10174 876 11582 10958 9461
12 Kapuas Hulu 24632 22911 9301 16723 16494 9863
13 Sanggau 1942 19044 9806 18723 15686 8378
14 Landak 1669 16216 9716 15833 15536 9812
15 Sekadau 7252 6814 9396 13626 1059 7772
JUMLAH 261479 244748 139882 245715 22799 13948
sumber data Omspan
Persentase penyaluran DAK Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 081 persen
dibandingkan tahun sebelumnya Kenaikan ini setara dengan Rp 16758 miliar Pada
tahun 2019 terdapat sisa dana yang tidak direalisasikan sebesar Rp 16731 miliar atau
berkurang dari Rp 17725 miliar pada tahun 2018 Hal ini menunjukkan peningkatan
kinerja penyaluran DAK Fisik Kabupaten Bengkayang memiliki kontribusi terbesar
terhadap DAK Fisik yang tidak disalurkan yaitu Rp 4228 miliar Penyebab DAK Fisik yang
tidak disalurkan ini diakibatkan oleh 2 (dua) hal yaitu efisiensi anggaransisa lelang dan
pekerjaan yang tidak terlaksanagagal lelang Kabupaten Sanggau memiliki kinerja terbaik
dari persepsi penyaluran DAK Fisik dengan penyaluran mencapai 9806 persen dari pagu
disusul Kabupaten Landak dengan penyaluran 9720 persen dari pagu Kinerja yang
kurang memuaskan pada persepsi penyaluran kembali dipegang oleh Kabupaten
Bengkayang dengan penyaluran 7805 persen dari pagu dan disusul oleh Kabupaten
Kayong Utara dengan penyaluran 8760 persen dari pagu
44
b Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami peningkatan dengan total Rp 304 triliun
dibandingkan Rp 274 triliun pada tahun sebelumnya Perkembangan pagu dan realisasi
DAK Non Fisik dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel III15
Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (dalam miliar)
No Pemda 2018 2019
Nilai Realisasi Alokasi Realisasi
1 Kalbar 113996 112406 9861 139515 137565 9860
2 Bengkayang 8909 833 9351 9833 9195 9380
3 Landak 11773 11353 9644 11956 11234 9400
4 Kapuas Hulu 1327 12752 961 14929 13944 9340
5 Ketapang 18288 16832 9204 18552 17909 9653
6 Mempawah 9091 8457 9303 9341 8291 8876
7 Sambas 18854 17923 9506 20014 18553 9270
8 Sanggau 13357 12363 9256 14416 13215 9167
9 Sintang 15969 15216 9529 17253 16504 9570
10 Pontianak 11526 11329 9829 1099 10155 9240
11 Singkawang 5808 537 9247 5832 5093 8732
12 Sekadau 6786 4461 6574 6655 5253 7893
13 Melawi 8733 834 955 9719 9412 9254
14 Kayong Utara 3845 3681 9573 4124 3811 9240
15 Kubu Raya 14042 1322 9415 14511 13778 9490
Jumlah 274246 262035 9555 307639 293909 9550
sumber datasimtrada Omspan (diolah)
Realisasi DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp 31874 miliar atau
1216 persen dibandingkan tahun 2018 Penyaluran DAK Non Fisik pada tahun 2019
sebesar 9554 persen mengalami penurunan 001 persen 44isbanding tahun sebelumnya
yang sebesar 9555 persen Secara nilai Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
menyumbangkan peningkatan realisasi terbesar yaitu Rp 25159 miliar atau 2238 persen
yang mayoritas berasal dari Dana BOS yaitu sebesar Rp 23722 miliar Kabupaten
Sekadau menjadi Pemerintah Daerah dengan penyerapan DAK Non Fisik terkecil hanya
7893 persen dari alokasi yang tersedia Kecilnya persentase realisasi ini diakibatkan oleh
adanya Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) yang tidak direalisasikan sebesar Rp 1234
miliar Kota Pontianak mengalami penurunan realisasi terbesar dengan penurunan
sebesar 589 persen Penurunan ini terjadi karena realisasi TPG yang pada tahun 2018
mencapai 100 persen pada tahun 2019 turun menjadi 9440 persen dan realisasi Dana
Bantuan Operasional Kesehatan turun dari 9874 persen menjadi 8134 persen
45
333 Dana Desa
Penyaluran dana desa Tahun 2018 dan 2019 di Wilayah Kalimantan Barat disalurkan untuk
membiayai pelaksanaan kegiatan melalui 5 bidang yaitu Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa Pelaksanaan Pembangunan Desa Pembinaan Kemasyarakatan Desa
Pemberdayaan Masyarakat Desa Penanggulangan Bencana Keadaan Darurat Dan
Mendesak dengan perkembangan penyaluran sebagai berikut
Tabel III16
Pagu dan Realisasi Dana Desa di Provinsi Kalimantan Barat (miliar) No KAB KOTA JUMLAH
DESA TAHUN 2018 TAHUN 2019
PAGU TOTAL PENYALUR
AN
CAPAIAN OUTPUT
PAGU TOTAL PENYAL
URAN
CAPAIAN
OUTPUT
1 Sambas 193 17284 17284 10000 9464 20498 20498 10000 7550
2 Sanggau 163 12878 12848 9976 9879 14986 14986 10000 8099
3 Sintang 390 29487 29472 9995 9914 33848 33848 10000 9002
4 Mempawah 60 5523 5523 10000 9820 6655 6655 10000 9051
5 Kapuas Hulu 278 22893 22893 10000 9878 26812 26768 9983 8915
6 Ketapang 253 21729 21729 10000 9293 25583 25583 10000 8901
7 Bengkayang 122 9240 9240 10000 9295 10655 10594 9943 5129
8 Landak 156 15416 15416 10000 9949 18537 18537 10000 9904
9 Melawi 169 13091 13091 10000 9981 15253 15253 10000 7871
10 Sekadau 87 6908 6876 9955 9582 8117 8049 9916 8244
11 Kayong Utara 43 3986 3986 10000 9384 4868 4809 9879 7965
12 Kubu Raya 117 11150 11033 9895 9677 13445 13166 9792 6685
TOTAL 2031 169586 169392 9989 9676 199257 198745 9974 8112
Sumber data Omspan (diolah)
Total alokasi tahun 2018 sebesar Rp169586 miiar untuk 2031 desa realisasi penyaluran
sebesar Rp169392 miliar atau 9989 persen Penyaluran Dana Desa terbesar pada
Kabupaten Sintang Rp29472 miliar sedangkan penyaluran terkecil Kabupaten Kayong
Utara yakni Rp3986 miliar Terdapat empat Kabupaten yang penyaluran Dana Desa tidak
mencapai 100 persen yaitu Kabupaten Sanggau Sintang Sekadau dan Kubu Raya Untuk
capaian output yang tertinggi Kabupaten Melawi yaitu 9981 persen dan terendah adalah
Kabupaten Ketapang 9293 persen Alokasi dana desa tahun 2019 sebesar Rp199257
miliar untuk 2031 desa realisasi penyaluran sebesar Rp198745 miliar atau 9974 persen
Sisa Dana Desa yang tidak tersalur sebesar Rp512 miliar Penyaluran Dana Desa terbesar
pada Kabupaten Sintang Rp33848 miliar sedangkan penyaluran terkecil pada Kabupaten
Kayong Utara yakni hanya Rp4809 miliar Terdapat enam Kabupaten yang penyaluran
Dana Desa tidak mencapai 100 persen yaitu Kapuas Hulu Bengkayang Melawi Sekadau
Kayong Utara dan Kubu Raya Realisasi Penyaluran Dana Desa tahun 2019 sebesar
Rp198745 miliar atau 9974 persen terjadi penurunan sebesar 015 persen apabila
46
dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 Hal ini dikarenakan terdapat sisa dana semula
Rp194 miliar (empat Kabupaten) menjadi Rp512 miliar (enam Kabupaten)
343 Dana Insentif Daerah (DID)
Grafik III5
Realisasi Dana Insentif Daerah Tahun 2018-2019 Kalimantan Barat
sumber data simtrada Omspan (diolah)
Dari total alokasi DID tahun 2019 yang sebesar Rp 12753 miliar telah terealisasi sebesar
Rp12288 miliar atau 9635 persen Dari 14 Pemda ProvinsiKabKota hanya 6 Daerah yang
mendapatkan alokasi DID di tahun 2019 yakni Prov Kalbar Kab Ketapang Kab
Mempawah Kab Sanggau Kota Pontianak dan Kab Kubu Raya Ada lima daerah
terealisasi 100 persen yaitu Kalbar Ketapang Sanggau Pontianak dan Kubu Raya
Sementara itu Mempawah terealisasi 465 miliar dari 930 miliar atau sebesar 50 persen
35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL
Arus kas masuk (cash in flow) Pemerintah Pusat adalah semua penerimaan yang
diterima oleh Pemerintah pusat di provinsi daerah tertentu sedangkan arus kas keluar
(cash out flow) adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada
pemerintah daerah Yang termasuk arus kas masuk adalah semua penerimaan negara yang
diterima oleh Pemerintah Pusat seperti penerimaan pajak PNBP dan hibah Sedangkan
yang termasuk dalam arus kas keluar Pemerintah Pusat adalah semua belanja pemerintah
dalam APBN yang terdiri dari belanja KPKDDKTPUB dan dana transfer Selisih antara
kontribusi penerimaan Negara pada suatu daerah dengan pengeluaran pemerintah pusat
tersebut akan menghasilkan kondisi surplusdefisit Kondisi surplus mengindikasikan bahwa
daerah tersebut memberikan subsidi silang kepada daerah lain di Indonesia sementara
kondisi defisit mengindikasikan bahwa daerah tersebut menerima subsidi silang dari daerah
0001000200030004000500060007000
2018 2019
47
lain di Indonesia Tabel dibawah ini merupakan cash flow Pemerintah di wilayah Provinsi
Kalimantan Barat
Tabel III17
Cash Flow Pemerintah Pusat di Kalimantan Barat TA 2019 (miliar)
DEFISIT 2194324
Cash in Flow Cash Out Flow
Penerimaan Pajak Dalam negeri 667813 Belanja Pemerintah Pusat 970984
Bea MasukBea Keluar 60735 Transfer ke daerah amp dana desa
2034266
PNBP 82378
810926 3005250
sumber data Omspan Monev Pa (dioalah)
35 PENGELOLAAN BLU PUSAT
a Profil dan jenis layanan satker BLU pusat
Dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat tahun
2019 terdapat 3 (tiga) Satker BLU yang terdiri 2 (dua) satker BLU layanan Pendidikan
dan 2 (dua) satker BLU layanan kesehatan Dua satker BLU layanan pendidikan yaitu
Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Pontianak dan Universitas Tanjungpura Pontianak
sedangkan satker BLU layanan kesehatan adalah Rumah Sakit (RS) Bhayangkara
Pontianak dan RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR
Tabel III18
Profil BLU di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 (miliar)
No Jenis Layanan
Satker BLU Nilai Aset Pagu PNBP
Pagu RM Jumlah Pagu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pendidikan Poltekkes Pontianak 21801 3455 4898 8353
Universitas Tanjungpura 2093628 38593 5947 4454
2 Kesehatan RS Bhayangkara Pontianak 9127 4204 777 4981
RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR
2486 2228 1582 381
Sumber LRA
1) Poltekkes Pontianak berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial Nomor 298Menkes-KesosSKIV2001 tanggal 16 April 2001
dan ditetapkan menjadi Satker BLU berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
403KMK052011 tanggal 1 Desember 2011 Dengan visi ldquoMenjadi Institusi Pendidikan
Tinggi Kesehatan yang Bermutu dan Mampu Bersaing di Tingkat Regional pada Tahun
48
2020 (2016-2020)rdquo Poltekkes Kemenkes Pontianak memberikan pelayanan kesehatan
meliputi Jurusan Kesehatan Lingkungan Jurusan Gizi Jurusan Kebidanan Jurusan
Keperawatan Jurusan Analis Kesehatan dan Jurusan Perawat Gigi Pada tahun 2019
Poltekes Pontianak mendapatkan pagu dalam DIPA sebesar Rp 8353 dengan pagu
PNBP sebesar Rp3455 miliar dan pagu RM sebesar Rp4898 miliar Sementara aset
yang dimiliki sebesar Rp21801 miliar yang terdiri dari aset lancar Rp581 miliar aset
tetap Rp21199 dan aset lainnya Rp21801
2) RS Bhayangkara Pontianak telah menjadi satker BLU sejak tahun 2015 sesuai
Keputusan Menteri Keuangan nomor 501KMK052015 RS Bhayangkara ini telah
beroperasi sejak tahun 2002 Pagu DIPA RS Bhayangkara Pontianak di tahun 2019
adalah sebesar Rp4981 miliar dengan pagu PNBP sebesar Rp4204 dan pagu RM
sebesar Rp777 miliar Sementara aset yang dimiliki sebesar Rp9127 yang terdiri dari
aset lancar Rp547 miliar dan aset tetap Rp8579
3) Universitas Tanjungpura menjadi BLU layanan pendidikan berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan nomor 830KMK052017 dan mulai mendapatkan DIPA BLU pada
tahun 2018 Pagu DIPA universitas ini di tahun 2019 adalah sebesar Rp4454 miliar
dengan pagu PNBP sebesar Rp38593 dan pagu RM sebesar Rp5947 Sementara
total aset yang dimiliki sebesar Rp2093628 miliar
4) Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019
tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar
dengan komposisi Pagu Rm sebesar Rp1582 miliar dan pagu PNBP senesar Rp2228
miliar Sementara total aset di tahun 2019 sebesar Rp2482 miliar dengan perincian
aset tetap Rp762 miliar dan aset lancar sebesar Rp1723 miliar
b Perkembangan Pengelolaan Aset Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU
1) Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU
Perkembangan pengelolaan aset satker BLU dalam jangka waktu dua tahun terakhir
dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel III19
Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di Kalimantan Barat
No Satker BLU Aset tahun 2018 Aset tahun 2019
(1) (2) (3) (4)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak 22174 21801
2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 6734 9127
3 Universitas Tanjungpura 2217907 2093628
49
4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi BLU
2486
sumber Neraca E-rekon
Nilai aset pada satker BLU Poltekkes Pontianak mengalami penurunan sebesar
17 persen dari Rp22174 miliar di tahun 2018 menjadi Rp21801 miliar di tahun
2019 Sedangkan di RS Bhayangkara nilai asetnya meningkat dari Rp6734 miliar
menjadi 9127 miliar atau 355 persen Sedangkan nilai aset satker BLU Untan
menurun 56 persen dari 2217907 pada tahun 2018 menurun menjadi 2093628
ditahun 2019 Sedangkan untuk RS TK II Kartika Husada yang baru di tetapkan
menjadi satker BLU di tahun 2019 perkembangan aset asetnya naik 305 persen
dari 1905 miliar di tahun 2018 menjadi 2486 miliar di tahun 2019
2) Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU
Satker BLU di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019 mendapatkan pagu PNBP
dan pagu RM sebagaimana tercantum dalam DIPA Ada pun perkembangan pagu
tahun 2019 dan tahun 2018 dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel III20
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker (miliar)
No Satker BLU Tahun 2018 Tahun 2019
Pagu PNBP Pagu RM Pagu PNBP
Pagu RM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak 4480 4504 3455 4898
2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 4282 7010 4204 777
3 Universitas Tanjungpura 3177 20876 38593 5947
4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi satker BLU 2228 1582
Sumber LRA E-rekon
Pada tahun 2019 pagu RM Satker BLU Politekes Pontianak naik 87 persen dibanding
tahun 2018 sedangkan pagu PNBP menurun 229 persen Pagu RM naik sebesar
Rp394 miliar atau 87 persen dari Rp4504 miliar di tahun 2018 menjadi Rp4898 miliar
pada tahun 2019 Sedangkan pagu PNBP mengalami penurunan dari Rp448 miliar di
tahun 2018 menjadi Rp345 miliar pada tahun 2019 atau turun sebesar Rp1025 miliar
atau 229 persen
Selanjutnya untuk satker BLU layanan kesehatan yakni RS Bhayangkara Pontianak
perkembangan pagu PNBP menurun dari Rp4282 miliar menjadi Rp4204 miliar atau
18 persen sedangkan untuk pagu RM mengalami kenaikan 108 persen
50
Universitas Tanjungpura di tahun 2019 ini baru menjadi satker BLU setelah
sebelumnya adalah satker PNBP Di tahun 2019 Untan mendapat pagu PNBP sebesar
Rp38593 miliar dan pagu RM sebesar Rp5947 miliar
Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019
tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar
c Kemandirian BLU
Salah tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk
mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government) oleh karena itu satker BLU
didorong untuk dapat menciptakan kemandirian dirinya sendiri Kemandirian tersebut
dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM) dari APBN dan
bertambahnya alokasi pagu PNBP dari hasil layanan satker Semakin tinggi porsi pagu
PNBP dibanding pagu RM maka satker BLU dianggap memiliki tingkat kemandirian yang
lebih baik
TabelIII21
Tingkat Kemandirian BLU di Provinsi Kalimantan Barat (miliar)
sumber e rekon diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 alokasi pagu PNBP
pada Satker Politeknik Kesehatan Pontianak masih dibawah 50 persen Sedangkan untuk
Satker BLU Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak alokasi pagu PNBP di tahun 2018
sebear 8593 persen dan tahun 2019 844 persen Hal ini menunjukkan bahwa Rumah
Sakit Bhayangkara Pontianak sejak tahun 2018 memiliki tingkat kemandirian yang tinggi
dan demikian juga di tahun 2019 Dari besarnya persentase pagu PNBP tersebut dapat
dilihat bahwa dalam kegiatan operasional RS Bhayangkara Pontianak lebih ditunjang oleh
PNBP yang dikelolanya dan bisa disimpulkan mempunyai tingkat kemandirian yang baik
No Satker BLU Nilai aset 2019
Tahun 2018 Tahun 2019
Pagu PNB
P
Pagu RM
Pagu PNBP
Pagu RM
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak
4480 4987
4504 5013 3455 414 4898 586
2 Rumkit Bhayangkara Pontianak
4282 8593
7010 1407 4204 844 777 156
3 Univ Tanjungpura
3177 6035
20876 3965 38593 866 5947 134
4 RS Kartika Husada
Belum menjadi satker BLU 2228 585 1582 2705
51
Untan di tahun 2018 sebagai satker BLU yang baru memiliki tingkat kemandirian di
atas 6035 persen dan meningkat signifikan di tahun 2019 menjadi 866 persen hal ini
mengindikasikan ada perkembangan yang pelayanan pendidikan oleh Untan Sedangkan
untuk RS Kartika Husada baru dtetapkan menjadi satker BLU di bulan Juli 2019
d Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP
Di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 120 satker yang mengelola dana PNBP Dari
120 satker PNBP tersebut terdapat 3 satker yang mempunyai alokasi pagu PNBP
terbesar antara lain tersebut dibawah ini
Tabel III22
Profil dan Jenis layanan Satker PNBP di Provinsi Kalimanatan Barat Tahun 2019
No Jenis Layanan
Satker PNBP Nilai Aset Pagu PNBP
Pagu RM Jumlah Pagu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2 Pendidikan Politeknik Negeri Pontianak 272 6284 9004
4 Pendidikan IAIN Pontianak 2012 5024 7036
Sumber LRA diolah
Tabel III23
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP di Provinsi Kalimantan Barat
No Satker PNBP Tahun 2017 Tahun 2019
Pagu PNBP
Pagu RM Pagu PNBP
Pagu RM
2 Politeknik Negeri Pontianak 2197 5904 272 6284
3 IAIN Pontianak 1775 4297 2012 5024
Sumber SPAN diolah
Dari tabel diatas terlihat bahwa Politeknik Negeri Pontianak mengalami peningkatan
persentase pagu PNBP sebesar Rp523 miliar atau 238 persen Demikian juga IAIN
Pontianak pagu PNBP meningkat Rp237 miliar atau 134 persen Dari ke dua satker
PNBP tersebut Politeknik Negeri Pontianak yang paling berpotensi untuk menjadi satker
BLU karena sumber dana PNBP lebih besar dibanding sumber dana PNBP pada satker
IAIN Pontianak meskipun mempunyai potensi menjadi satker BLU namun keduanya
belum menunjukan kemandirian karena sumber dana yang mereka gunakan lebih banyak
dari dana APBN (RM) dibandingkan dana PNBP
e Analisis terkait pengelolaan BLU
1 Analisis Kemandirian BLU
a Rasio Antara Sumber Dana PNBP (BLU) dan RM
Meskipun tujuan pembentukan BLU adalah tanpa mengutamakan mencari
keuntungan namun diharapkan dengan pelayanan yang meningkat maka secara
52
langsung juga pendapatannya meningkat Lebih jauh lagi diharapkan persentase
belanja satker BLU yang bersumber dari rupiah murni semakin menurun digantikan
dengan sumber belanja dari pendapatan BLU
Tabel III24
Rasio Sumber Dana BLU (PNBP dengan RM) miliar
Satker BLU 2017 2018 2019
PNBP RM PNBP RM
PNBP RM PNBP RM
PNBP RM PNBP RM
Politeknik Kesehatan Pontianak
4966 5279 094 4480 4504 099 3455 4898 070
RS Bhayangkara Pontianak
346 700 487 4282 701 611 4204 777 541
Universitas Tanjungpura
Belum menjadi satker BLU
3177 20876 152 38593 5947 648
RS Kartika Husada Belum menjadi satker BLU 2228 1582 14
Pada Universitas Tanjungpura Pontianak dari tahun 2018 hingga tahun 2019
rasio antara sumber dana PNBP dengan sumber dana RM semakin meningkat yang
nampak pada pagu PNBP yang semakin meningkat Hal ini menandakan tingkat
kemandirian BLU Universitas Tanjungpura semakin membaik Sedangkan pada
Rumah sakit Bhayangkara terdapat penurunan atas pagu PNBP nya hal ini karena
pada tahun 2019 RS Bhayangkara Pontianak melakukan renovasi gedung dan
ruang perawatan yang mempengaruhi jumlah layanan pasien dan penerimaan
PNBP nya
b Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional
Kemandirian Satker BLU selain dapat dilihat dari Rasio Antara Sumber Dana
PNBP dan RM sebagaimana pada poin a dapat pula dinilai dari Rasio PNBP
terhadap biaya operasional BLU Untuk rasio ini BLU di Kalimantan Barat memiliki
rasio yang cukup baik
Tabel III25
Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional (persen)
Satker BLU 2018 2019
Pendapatan PNBP
Biaya Operasional
Pendapatan PNBP
Biaya Operasional
Politekkes Pontianak
3038 6360 48 2702 7725 35
RS Bhayangkara Pontianak
3034 3616 84 2802 4347 64
Universitas Tanjungpura
41371 45355 91 34461 51317 67
53
RS Kartika Husada
Belum menjadi satker BLU 5056 6264 81
Berdasarkan tabel di atas di tahun 2018 pada Satker BLU Politeknik Kesehatan
Pontianak perbandingan antara pendapatan BLU dengan biaya operasional didapat
hasil 48 persen (rasio PNBP terhadap biaya operasional 48 persen) Sedangkan
untuk tahun 2018 rasio kemandirian Satker BLU Poltekkes Pontianak menurun
menjadi 35 persen Penurunan ini disebabkan jumlah pendapatan PNBP yang
menurun sedangkan biaya operasional meningkat Penurunan pendapatan karena
penurunan jumlah mahasiswa baru
RS Bhayangkara Pontianak dari hasil perhitungan rasio pendapatan BLU dengan
biaya operasional didapat hasil 84 persen di tahun 2018 dan mengalami penurunan
menjadi 64 persen Penurunan rasio disebabkan penurunan pendapatan dan
sebaliknya belanja meningkat Penurunan pendapatan disebabkan pendapatan
yang berasal dari rawat inap berkurang Hal ini disebabkan penghapusan gedung
layanan lama yang disertai dengan pembangunan gedung rawat inap baru Namun
secara rasio RS Bhayangkara masih memiliki tingkat kemandirian yang yaitu
diatas 60 persen
Univ Tanjungpura ditahun 2018 sebagai satker BLU baru memiliki rasio 91
persen Ini menandakan Untan sebagai satker BLU memiliki kemandirian yang
sangat baik Sedangkan untuk RS Kartika Husada yang merupakan Rumah sakit
dibawah Kodam Tanjungpura dan baru ditetapkan menjadi BLU penuh di bulan Juli
2019 sudah memiliki awal yang baik dengan tingkat kemandirian (rasio PNBP
dengan biaya operasional ) sebesar 81 persen
f Analisis Efektifitas BLU
Analisa efektifitas BLU adalah analisis untuk mengetahui efektifitas dibentuknya BLU
yaitu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan fleksibilitas
dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi produktifitas dan penerapan
praktek bisnis yang sehat Peningkatan layanan antara lain juga dapat dilihat dari
pendapatan yang dihasilkan dari layanan BLU Analisis efektifitas BLU didapat dari rasio
pendapatan operasional terhadap asset tetap atau rasio perputaran asset tetap Tujuan
analisis ini adalah untuk mengetahui kemampuan BLU untuk menghasilkan pendapatan
dari aset yang dimilikinya
54
Tabel III26
Analisis Efektifitas BLU
Satker BLU 2018 2019
Pendapatan Operasional
Aset Tetap Pendapatan Operasional
Aset Tetap
Politeknik Kesehatan Pontianak
3038 21286 142 2702 21801 124
RS Bhayangkara Pontianak 3034 4832 627 2802 9127 307
Universitas Tanjungpura 41371 2175410 190 34461 2093628 16
RS Kartika HUsada Belum menjadi satker BLU 5056 2486 203
sumber data e rekon
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perputaran aset tetap satker BLU Politekkes
Pontianak tahun 2018 sebesar 142 persen dan mengalami penurunan di tahun 2019
menjadi 124 persen Dari rasio tersebut artinya kemampuan Poltekkes Pontianak
memperoleh pendapatan berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah sebesar 124
persen Penurunan rasio ini disebabkan pendapatan BLU yang menurun di tahun 2019
Sedangkan perputaran aset untuk Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak pada tahun 2019
mengalami penurunan dari 627 persen di tahun 2018 menjadi 307 persen di tahun 2019
Penurunan rasio ini disebabkan penurunan pendapatan BLU dan juga kenaikan aset
tetap Kemampuan RS Bhayangkara Pontianak tahun 2019 untuk memperoleh
pendapatan BLU berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah 307 persen
Kemampuan Untan memperoleh pendapatannya berdasarkan asset tetap yang
dimilikinya di tahun 2019 sebesar 16 persen
g Analisis Legal BLU
Pemberian fleksibilitas pengelolaan keuangan kepada Satker BLU adalah tetap dalam
koridor penerapan tata kelola pemerintahan yang baik Satker BLU tetap mempunyai
kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang telah diatur di dalam undang-undang
Tabel III27
Kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan Keuangan
Kewajiban Politeknik Kesehatan Pontianak
RS Bhayangkara
Pontianak
Universitas Tanjungpura
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Penyusunan amp Penyampaian Rencana Bisnis Anggaran
Ya - Ya - Ya -
Penyusunan amp penyampaian Lap Keu (standar akuntansi Keu)
Ya - Ya - Ya -
55
Berdasarkan tabel kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan keuangan
dapat dilihat bahwa BLU di Provinsi Kalimantan Barat yakni Politeknik Kesehatan
Pontianak RS Bhayangkara Pontianak dan Universitas Tanjungpura telah memenuhi
semua kewajiban dalam rangka penerapan tata kelola dan pengelolaan keuangan BLU
sesuai dengan ketentuan (peraturan perundang-undangan)
37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT
Dalam rangka peningkatan pembangunan di Wilayah Kalimantan Barat Pemerintah
berusaha memperdayakan potensi yang ada guna mendukung pembangunan ekonomi di
daerah diantaranya berupa Dana Invstasi Pusat yang diberikan kepada Pemda melalui
pinjaman dan Investasi Kredit Program kepada UMKM di Wilayah Kalimantan Barat Kanwil
Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat berkewajiban menatausahakan investasi
pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi khususnya penerusan pinjaman (Subsidary
Loan Agreement) Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat) dan Pembiayaan Ultra Mikro
(UMi)
371 Penerusan Pinjaman (Subsidary Loan Agreement)
Penerusan Pinjaman Pemerintah Pusat (Subsidiary Loan Agreement) kepada
Pemerintah DaerahPerusahaan DaerahBUMD Penerusan pinjaman yang diberikan
kepada PDAM maupun Pemda dimaksudkan untuk meningkatkan atau memperbaiki
tata kelola penyediaan air minum kepada masyarakat baik dari segi infrastruktur maupun
percepatan penyedian air minum
Pada tahun 2019 masih terdapat 1 (satu) pinjaman BUMD dan Pemda menunggu
penyelesaian penghapusan yaitu Pemerintah Kota Singkawang dengan sisa hutang
sebesar Rp1766635437024 yang diselesaikan melalui proses pelaksanaan debt swap
sebesar Rp1398691928715 dan penghapusan utang murni Rp367943508309
Pemerintah Kota Singkawang telah mengalokasikan program debt swap pada APBD
tahun anggaran 2017 melalui DPPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
berupa kegiatan Pembangunan Bangsal Ruang Inap Kelas I RSUD Abdul Aziz di
Singkawang dengan realisasi pembangunan sebesar Rp14407200000 dan telah
dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat
Penyampaian Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU
Ya - Ya - Ya -
Persetujuan Tarif Layanan oleh Menteri Keuangan
Ya - Ya - Ya -
Persetujuan Pembukaan Rekening Ya - Ya - Ya -
Penyusunan SOP pengelolaan keuangan BLU
Ya - Ya - Ya -
56
Tabel III31
Profil Oustanding Penerusan Pinjaman BUMD dan PEMDA di
Prov Kalbar Tahun 2018
Sumber Data Kanwil Data PemdaBUMNBUMD Penerima SLA Dit SMI
372 Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat)
Investasi Pemerintah Pusat lainnya adalah Program Kredit Program berupa
pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM (KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan
Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 debitur)
jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar
atau 1135 persen
TabelIII32
Penyaluran KUR Wilayah Kalimantan Barat Tahun 2019
No KabKota 2018 2019
Akad Debitur Akad Debitur
1 Kalimantan Barat 1650000000 29 1055000000 30
2 Kab Sambas 172012480000 5063 178155490000 4706
3 Kab Mempawah 117141764400 3853 117924669245 3337
4 Kab Sanggau 137303602000 3683 151852745000 3768
5 Kab Ketapang 134775029932 3445 115111754000 3193
6 Kab Sintang 169583544950 3539 214178312000 3769
7 Kab Kapuas Hulu 74602388591 2755 101002500000 3412
8 Kab Bengkayang 62169980000 1909 61608265000 2069
9 Kab Landak 84971200000 2710 99536500000 2866
10 Kab Sekadau 82259245000 1715 76000490000 1679
11 Kab Melawi 60856245000 1378 84465707561 1292
12 Kab Kayong utara 24188290000 826 25003500000 824
13 Kab Kubu Raya 151025480000 3883 193886370000 4216
14 Kota Pontianak 256541689000 4730 283349999288 4710
15 Kota Singkawang 85998890400 1993 95216230108 1907
Total 1615079829273 41511 1798347532202 41778
Sumber SIKP Dit SMI 2019
Penyaluran KUR tersebar di beberapa Lembaga Keuangan di wilayah Kalimantan
Barat melalui aplikasi online system data KUR dengan Sistem Informasi Kredit Program
57
(SIKP) untuk wilayah Kalbar terdapat 16 lembaga keuangan yang ditunjuk sebagi
penyalur Sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini
Tabel II32 Penyaluran KUR per Bank Provinsi Kalbar Tahun 2019
No Nama Bank Jumlah
Rupiah Debitur
1 BPD Jawa Tengah 500000000 1
2 BPD Kalimantan Barat 235246000000 2225
3 BPD Kalimantan Selatan 100000000 1
4 BPD Kaltimtara 50000000 1
5 BPD Riau Kepri 250000000 1
6 BRI Syariah 28661000000 868
7 Bank Bukopin 1680000000 6
8 Bank Central Asia 3075000000 13
9 Bank Mandiri 374774669000 4448
10 Bank Maybank 1220000000 4
11 Bank Negara Indonesia 308639830404 1794
12 Bank Rakyat Indonesia 837567307798 32376
13 Bank Sinarmas 6014000000 25
14 Bank Tabungan Negara 400000000 3
15 CTBC Bank 58980000 4
16 Internusa Tribuana Citra Multifinance 110745000 8
1798347532202 41778
Sumber SIKP Dit SMI 2019
Berdasarkan data aplikasi SIKP penyaluran KUR mencapai sebesar Rp179834
miliar dengan jumlah debitur 41778 orang tersebar melaui skema Usaha Mikro sebesar
Rp73601 miliar (34757 debitur) Kecil dan menengah sebesar Rp106172 miliar (6977
debitur) dan TKI sebesar Rp61874 juta (44 debitur) Bank Rakyat Indonesia (BRI)
merupakan lembaga terbesar penyalur KUR yakni sebesar Rp83756 miliar Sebagian
besar investasi digunakan pada sektor perdagangan yaitu sebesar Rp93627 miliar
(20750 debitur) atau 5178 persen disusul bidang Pertanian Perburuhan dan
Kehutanan sebesar Rp47943 miliar (15953 debitur) atau 2651 persen dan Jasa
Kemasyarakatan Sosial Budaya Hiburan dan Perorangan lainnya sebesar Rp9811
miliar (2398 debitur) atau 543 persen
Hasil monitoring Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov Kalbar terhadap penyaluran
kredit program dapat dikatakan bahwa Pemerintah sangat memperhatikan dan
mengharapkan adanya perkembangan usaha serta peningkatan ekonomi bagi UMKM di
wilayah Kalimantan Barat hal ini menunjukan bahwa program KUR sangat bermanfaat
58
dan berdampak terhadap perkembangan kegiatan usaha bahkan pertumbuhan ekonomi
di Kalimantan Barat Dalam perkembangannya hasil survey di lapangan yang diambil
secara sampling terhadap 82 debitur program KUR di wilayah Kalbar didominasi oleh
Sektorbidang usaha perdagangan yaitu sebesar 5976 persen atau 49 pelaku UMKM
disusul bidang usaha jasa sebesar 1951 persen atau 16 pelaku UMKM dan Pertanian
Peternakan dan Perkebunan 1220 persen atau 10 pelaku UMKM sedangkan sektor
usaha lainnya sebesar 853 persen atau 7 pelaku UMKM Sesuai Permenko Bidang
Perekonomian nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanan KUR sektor di luar
sektor perdagangan dikelompokkan sebagai sektor produksi Dengan demikian
berdasarkan hasil survey responden debitur KUR di sektor produksi hanya mencapai
4124 persen Hal ini masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama
pada sektor produksi sebesar 60 persen
Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar
sasaran dan tujuan program KUR dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran
KUR diarahkan agar lebih banyak menyasar UMKM di sektor produksi (non
perdagangan) yaitu dengan memberikan target minimal penyaluran ke sektor produksi
sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan skema KUR
Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat perkebunan
rakyat dan peternakan rakyat
373 Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)
Tahun 2019 jumlah penyaluran UMi di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar
Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen
Tabel III33
Penyaluran UMI Provinsi Kalbar Tahun 2019
No Tahun 2018 2019
KabKota Akad Debitur Akad Debitur
1 Kayong Utara 11000000 2 208000000 28
2 Ketapang 229000000 32 1055800000 165
3 Kubu Raya 1447315688 356 1176000000 314
4 Landak 860878000 194 200500000 45
5 Melawi 155000000 24 210000000 29
6 Mempawah 3188943000 758 3574105000 1027
7 Sambas 358000000 50 232400000 30
8 Sanggau 148500000 21 622933000 93
9 Sintang 90500000 14 235700000 44
59
10 Pontianak 1671500000 638 2805350000 931
11 Singkawang 185000000 25 188500000 28
12 Bengkayang 31000000 4 5000000 1
13 Kapuas Hulu 7000000 2 7000000 2
14 Sekadau 30000000 4 - -
Jumlah 8413636688 2124 10521288000 2737
Berdasarkan data aplikasi SIKP UMi penyaluran UMi di Kalimantan Barat mencapai
sebesar Rp1052 miliar dengan jumlah debitur 2737 orang pembiayaan UMi dilakukan
melalui penyalur perantara yang merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
diantaranya adalah PT Pegadaian (Persero) PT Bahana Artha Ventura PT
Permodalan Nasional Madani (Persero) serta beberapa Koperasi baik melalui
pembiayaan konvensional danatau pembiayaan syariah LembagaLankage penyalur
terbesar yaitu PT PNM merupakan lembaga terbesar penyalur UMi yakni sebesar
Rp443 miliar (1531 debitur) PT Pegadaian sebesar Rp263 miliar (453 debitur) KSPS
BMT UGT Sidogiri sebesar Rp188 miliar (337 debitur) dan KSPPS BMT Bina Umat
Sejahtera sebesar Rp154 miliar (408 debitur)
Tabel III33
Penyaluran UMI per LKBB Provinsi Kalbar Tahun 2019
NO PENYALUR LKBB TOTAL PENYALURAN Debitur
1 PT PEGADAIAN 2637600000 453
2 PNM 4427500000 1531
3 KSPPS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA 1535305000 408
4 KSPPS TAMZIS BINA UTAMA 26000000 6
5 KSPPS BMT BINA IHSANUL FIKRI 7000000 2
6 KSPS BMT UGT SIDOGIRI 1887883000 337
Total 10521288000 2737
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi penyaluran UMi yang dilaksanakan di
beberapa wilayah Kalimantan Barat terdapat faktor yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan penyaluran UMi di Kalimantan Barat antara lain
1 PenyalurLembaga Linkage selaku penyalur pembiayaan UMi belum tersebar atau tidak
memiliki kantor cabang di seluruh wilayah Kalbar sehingga potensi penyaluran pembiayaan
UMi kurang maksimal dan tidak bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Kalbar
2 Hasil produk UMKM terutama mutu dan kualitas produk belum dapat bersaing secara
global dengan produk daerah lain
Sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan usaha UMKM di wilayah
Kalimantan Barat adalah melakukan koordinasi dan kerjasama antara Pemda
60
Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalbar PenyalurLembaga Linkage
serta lembaga terkait lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada
debitur dan membantu mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada
masyarakat baik melalui pertemuan maupun dengan media cetak banner spanduk
dan lain-lain sehingga dapat mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha
Mikro bahkan dapat meningkat ke Mikro Kecil
38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN
BELANJA INFRASTRUKTUR DI DAERAH
381 Mandatory Spending di Daerah
Belanja mandatory merupakan belanja wajib yang diperintahkan oleh Undang-Undang
yakni belanja sektor kesehatan sebesar 5 persen dan belanja sektor Pendidikan sebesar
20 persen
a Belanja Sektor Pendidikan
Uraian 2017 2018 2019
Alokasi Fungsi Pendidikan 157554 185385 231676
Pagu Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF
929392 1117061 1049551
Rasio 017 017 022
Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan Penyelenggaraan pendidikan di daerah akan mampu menjembatani
kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya belajar di sekolah Untuk memenuhi hal
tersebut tentunya harus dialokasikan anggaran belanja pendidikan Belanja Pendidikan
merupakan belanja wajib (mandatory spending) yang mutlak harus dipenuhi yang
ditentukan batas minimal pengalokasian anggaran dalam APBN sebesar 20 persen Alokasi
belanja pemerintah pusat Fungsi Pendidikan tahun 2019 sebesar Rp231 triliun meningkat
46291 miliar atau 2497 persen dibanding alokasi tahun sebelumnya Rasio fungsi
Pendidikan di tahun 2019 mencapai 022 naik 005 bila dibandingkan dengan rasio fungsi
pendidikan tahun sebelumnya Peningkatan alokasi fungsi kesehatan ini diharapkan akan
meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat
b Belanja Sektor Kesehatan
Uraian 2017 2018 2019
Alokasi Fungsi Kesehatan
16020 19263 18897
Alokasi Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF
929392 1117061 1049551
Rasio 0017 0017 0018
61
Anggaran berdasarkan fungsi kesehatan merupakan anggaran belanja negara dimana
dana anggaran akan diarahkan untuk melaksanakan program-program dalam rangka
meningkatkan derajat tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik Ketentuan pasal 171
undang undang nomor 36 tahun 2009 menjadikan alokasi di bidang kesehatan mutlak
dipenuhi (mandatory spending) Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan
adalah dengan menyediakan berbagai infrastruktur dan pengadaan tenaga-tenaga
kesehatan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan umum Usaha ini ditujukan
untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat sekaligus dalam rangka peningkatan mutu fisikal
sumber daya manusia dan Indonesia Sehat Alokasi belanja pemerintah pusat Fungsi
Kesehatan tahun 2019 di Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp18897 miliar menurun 366
miliar atau 19 penurunan tersebut disebabkan meningkatnya anggaran kesehatan
melalui transfer ke daerah (DAK) Rasio Fungsi Kesehatan di tahun 2019 mencapai 0018
naik 0001 bila dibanding rasio Fungsi Kesehatan tahun sebelumnya Meningkatnya alokasi
fungsi kesehatan tersebut diharapkan semakin meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat
382 BELANJA INFRASTRUKTUR
Infrastruktur memiliki peran penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
Keberadaan infrastruktur akan mendorong mobilitas penduduk dan faktor produksi
terutama tenaga kerja serta memperlancar arus barang dan jasa sehingga akan
mendorong tumbuhnya produksi dan investasi Belanja infrastruktur oleh pemerintah pusat
di representasikan oleh pos Belanja Modal (53) pada belanja KL (APBN)
Grafik III
Alokasi dan Realisasi Belanja Modal Tahun 2015 - 2019
sumber data mebe (diolah)
Untuk Wilayah Kalimantan Barat secara agregat alokasi untuk pos belanja modal (53)
dari tahun 2015 sd 2019 fluktuatif nampak ada penurunan belanja modal KL di tahun
2019 dibanding tahun anggaran sebelumnya Meskipun ada penurunan alokasi belanja
modal tidak berarti pembangunan infrastruktur untuk wilayah Kalimantan Barat diabaikan
000
100000
200000
300000
400000
500000
2015 2016 2017 2018 2019
Pagu Realisasi
62
karena pembangunan infrastruktur juga di topang oleh Dana Alokasi Fisik dimana tahun
2019 alokasi DAK Fisik sebesar Rp261 triliun
Tahun 2019 Pagu total belanja KL di Kalimantan Barat Rp1049 triliun dan alokasi
untuk belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun atau 2288 persen dan telah terealiasi
Rp195 triliun Dari total alokasi belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun di tahun 2019
sebagian besar alokasi belanja modal ada pada Kementerian PUPR sebesar Rp15 triliun
atau 665 persen dan selanjutnya Kementerian Perhubungan sebesar Rp20417 miliar
atau 85 persen Dari alokasi sebesar Rp15 triliun yang dianggarkan pada kementerian
PUPR di Kalimantan Barat 61 persen alokasikan untuk pembangunan infrastruktur jalan
diantaranya jalan trans Kalimantan perbatasan Indonesia dan Malaysia yakni ruas jalan
nanga badau - entikong - aruk - temajok serta pembangunan jalan Nasional III dan III di
seluruh wilayah Provinsi Kalbar Diharapkan dengan pembangunan ruas jalan secara
merata ini akan mempermudah akses dan koneksifitas antar wilayah dan mengakselerasi
nilai tambah perekonomian masyarakat Kalimantan Barat yang tercermin dari adanya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dengan menguji pengaruh realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat dengan PAD
Prov Kalbar dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel
Hasil Regresi Sederhada Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat Terhadap PAD di Prov Kalbar
Tahun 2015-2019
R Square Significance
0049 0000
Dengan signifikasi 0000 menunjukkan bahwa realisasi Belanja Modal Pemerintah
Pusat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PAD R square 0049 berarti realisasi
Belanja Modal Pemerintah Pusat memiliki pengaruh positif sebesar 49 persen terhadap
PAD Provinsi Kalbar Hasil perhitungan regresi di atas menunjukkan bahwa setiap
kenaikan 1 rupiah Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat akan mendorong kenaikan
PAD sebesar Rp 0049 Apabila kenaikan Belanja Modal Pemerintah Pusat Rp 1 triliun
maka PAD akan naik sebesar Rp 49 miliar
Jembatan Kapuas PontianakJembatan ini memiliki panjang 42o meter dan lebar 6 meter Jembatan ini muali dibangun tahun 1980
BAB IV
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
APBD
63
41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan faktor pendorong utama dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah Selain itu kinerja pelaksanaan APBD juga
merupakan salah satu penentu tercapainya target sasaran makro ekonomi daerah yang
diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan tantangan dalam mewujudkan masyarakat
sejahtera dan mandiri Pemerintah daerah menggunakan APBD sebagai instrumen utama bagi
kebijakan publik di daerahnya
Untuk mencapai target tersebut Pemerintah Daerah Kalimantan Barat menyusun Alokasi
APBD Kalimantan Barat tahun anggaran 2019 sebagaimana terlihat pada tabel berikut
Tabel IV1
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
URAIAN 2018 2019
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PENDAPATAN 2443326 2422952 2543450 2563928
PENDAPATAN ASLI DAERAH
360621 390903 376276 404671
Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398
Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
16227 17161 18117 19075
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
98917 73671 85664 84200
PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816
Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak
77844 78654 78128 58493
Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649
Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
76467 113239 69129 97384
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
120005 121467 147048 180339
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
1850 1060 000 1419
64
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
105809 46616 94992 74442
Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318
Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124
BELANJA DAERAH 2499829 2345817 2604405 2510634
BELANJA OPERASI 1645895 1509851 1691108 1608335
Belanja Pegawai 841558 797512 935725 825216
Belanja Barang 606872 516897 599693 605691
Belanja Bunga 294 323 703 288
Belanja Subsidi 000 000 000 000
Belanja Hibah 190185 188493 145940 167928
Belanja Bantuan sosial 6987 6625 9047 9212
BELANJA MODAL 505628 470016 520212 498885
Belanja Modal 505628 470016 520212 498885
BELANJA TAK TERDUGA 3110 716 3213 625
Belanja Tak Terduga 3110 716 3213 625
BELANJA TRANSFER 345197 365234 389872 402789
TransferBagi Hasil Pendapatan
90177 99533 87458 102031
Belanja Bantuan Keuangan
255020 265701 302414 300757
SURPLUSDEFISIT -56503 77135 -60955 53295
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Anggaran pendapatan pada pemerintah provinsikabupatenkota di wilayah Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018
Anggaran pendapatan naik sebesar Rp 100124 miliar menjadi 2543450 miliar atau 410
persen Anggaran belanja juga mengalami kenaikan sebesar 418 persen menjadi sebesar Rp
2604405 miliar Kondisi APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik dengan
menghasilkan surplus Rp 53295 miliar di wilayah Kalimantan Barat
42 PENDAPATAN DAERAH
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pemerintah dituntut
untuk memiliki kemandirian keuangan daerah yang lebih besar Dengan tingkat kemandirian
keuangan yang lebih besar berarti daerah tidak akan lagi sangat bergantung pada bantuan dari
pemerintah pusat dan propinsi melalui dana transfer
Namun tidak berarti jika kemandirian keuangan daerah tinggi maka daerah sudah tidak perlu
lagi mendapatkan dana transfer Dana transfer masih tetap diperlukan untuk mempercepat
pemabngunan daerah Semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan maka daerah dapat
memberikan pelayanan publik yang lebih berkualitas melakukan investasi pembangunan jangka
panjang dan sebagainya
65
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Pendapatan Daerah adalah hak pemda yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan Pendapatan daerah
tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah
yang sah Berdasarkan ketentuan tersebut APBD Kalimantan Barat disusun dengan rincian
sebagai berikut
Tabel IV2
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Jenis Pendapatan Daerah
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
URAIAN 2018 2019
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PENDAPATAN ASLI DAERAH 360621 390903 376276 404671
Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398
Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
16227 17161 18117 19075
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 98917 73671 85664 84200
PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816
Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak
77844 78654 78128 58493
Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649
Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
76467 113239 69129 97384
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 120005 121467 147048 180339
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
1850 1060 000 1419
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 105809 46616 94992 74442
Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318
Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pada tahun 2019 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Barat mengalami
peningkatan sebesar Rp 13768 miliar atau 352 persen dibandingkan tahun 2018 dengan realisasi
melebihi target yaitu 10755 persen dari pagu yang dianggarkan Kenaikan pendapatan ini
terutama ditopang oleh Pajak Daerah yang terealisasi 11103 persen dan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang mencapai 10529 persen Retribusi Daerah juga melebihi
target dengan penerimaan sebesar 10305 persen
Pendapatan transfer terjadi kenaikan yang signifikan pada Dana Bagi Hasil Pajak dari
Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya yang mencapai 14087 persen dari target disusul oleh
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar 12264 persen
66
421 Dana TransferPerimbangan
Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan dana otonomi khusus dan
dana penyesuaian
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran
dalam APBN
Kebijakan perimbangan keuangan atau ditekankan pada empat tujuan utama yaitu (a)
memberikan sumber dana bagi daerah otonom untuk melaksanakan urusan yang
diserahkan yang menjadi tanggungjawabnya (b) mengurangi kesenjangan fiskal antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah (c) meningkatkan
kesejahteraan dan pelayanan publik dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dan
pelayanan publik antar daerah serta (d) meningkatkan efisiensi efektifitas dan akuntabilitas
pengelolaan sumber daya daerah khususnya sumber daya keuangan
Dana perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK)
a Analisis ruang fiskal dan kemandirian daerah
1) Analisis Ruang Fiskal
Ruang fiskal secara umum merupakan ketersediaan ruang dalam anggaran yang
memampukan Pemerintah menyediakan dana untuk tujuan tertentu tanpa
menciptakan permasalahan dalam kesinambungan posisi keuangan Pemerintah
Dalam konteks APBN ruang fiskal adalah total pengeluaran dikurangi dengan
belanja non diskresionerterikat seperti belanja pegawai pembayaran bunga subsidi
dan pengeluaran yang dialokasikan untuk daerah
Dalam APBD Ruang fiskal adalah pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked
(DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat)
Ruang Fiskal mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda
tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib)
Ruang Fiskal adalah (Total Pendapatan-DAK) ndash Belanja Pegawai tak langsung
67
Grafik IV1
Ruang Fiskal Kalimantan Barat
Tahun Anggaran 20182019
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Berdasarkan data dua tahun terakhir ruang fiskal Kalimantan Barat tumbuh
sebesar 19589 miliar dari tahun 2018 sebesar 1155080 menjadi 1174669
pada tahun 2019 Terjadi peningkatan ruang fiskal sebesar 266 persen dari
tahun sebelumnya
2) Analisis Rasio Kemandirian Daerah
Ruang Rasio kemandirian daerah Rasio PAD terhadap total pendapatan dan
rasio dana transfer terhadap total pendapatan Apabila rasio PAD lebih besar
daripada rasio dana transfer berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin
besar rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan semakin tinggi
Rasio PAD = PAD Total Pendapatan APBD
Rasio DanaTransfer = Total Dana Transfer Total Pendapatan APBD
Rasio PAD = 376276 2543450
= 015
Rasio DanaTransfer = 2072181 2543450
= 081
Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio ketergantungan
Kalimantan Barat masih sangat tinggi
b Analisis komparatifperbandingan year on year (yoy) antara trend alokasi dana transfer
untuk Kalimantan Barat terhadap Pertumbuhan ekonomi regional PDRB Tingkat
pengangguran Tingkat kemiskinan IPM (HDI) dapat digambarkan sebagai berikut
000
2000
4000
6000
8000
10000
2018 2019
2018 54592019 5192
2018 45412019 4808
Belanja Mengikat Ruang Fiskal
68
Tabel IV3
Tabel Perbandingan Alokasi Dana Transfer Terhadap Indikator Perekonomian Regional
Tahun Anggaran 20182019
INDIKATOR 2018 2019 persen
Alokasi Dana Transfer 345197 389872 1294
Pertumbuhan Ekonomi Regional
506
500 (119)
PDRB 19403
21232 943
Tingkat Pengangguran 426
4 45 446
Tingkat Kemiskinan 737
728 (122)
IPM 6698
NA NA
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Peningkatan dana transfer dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 1294 persen
tidak serta merta turut mendongkrak indikator perekonomian di Kalimantan Barat
Tercatat hanya PDRB yang mengalami trend positif yaitu 943 persen Sedangkan
indikator lainnya negatif
422 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Pendapatan asli daerah diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi
pemerintahan daerah oleh karena ini berarti pemerintah daerah didorong untuk dapat
meningkatkan kemandirian keuangannya
a Analisis komposisi pendapatan daerah dan perbandingannya
Pada tahun 2019 pendapatan daerah Kalimantan Barat sebesar 2563928 miliar
Pendapatan transfer sebesar 2084816 miliar dan Pendapatan Asli Daerah sebesar
404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018 dapat disajikan sebagai berikut
69
Grafik IV2 Perbandingan Pendapatan Dana Transfer dan PAD Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Sampai tahun 2019 PAD Kalimantan Barat masih berada di kisaran 15 persen
dari seluruh total pendapatan Hal ini menunjukkan tingkat kemandirian keuangan
Kalimantan Barat masih rendah
b Analisis perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan belanja daerah
Pada tahun 2019 Belanja Daerah Kalimantan Barat sebesar 2510634 miliar
Pendapatan Asli Daerah sebesar 404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018
adalah sebagai berikut
Grafik 4221
Perbandingan Belanja Daerah dan Pendapatan Asli DaerahKalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
-
5000
10000
15000
20000
25000
30000
PENDAPATANPENDAPATAN
TRANSFER PENDAPATANASLI DAERAH
24433
20827
3606
24230
20320
3909
25435
21672
3763
25639
21593
4047
2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
10000
20000
3000024998
3606
23458
3909
26044
3763
25106
4047
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi
2019 Anggaran 2019 Realisasi
70
Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah tahun 2019 adalah
sebesar 1612 persen Angka ini sedikit menurun apabila dibandingkan dengan tahun
2018 yang sebesar 1666 persen Hal ini mengindikasikan ada peningkatan
kemampuan daerah untuk membiayai pengeluarannya
423 Pendapatan Lain-lain
Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan daerah selain pendapatan
transferperimbangan dan pendapatan asli daerah
Grafik IV4 Perbandingan Pendapatan Lain-lain terhadap Total Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Kontribusi Pendapatan Lain-lain di Kalimantan Barat tidak begitu signifikan terhadap
keuangan daerah Walaupun menunjukkan peningkatan tetapi secara keseluruhan
jumlahnya tidak terlalu besar Pada tahun 2018 sebesar 192 persen dari total
pendapatan dan meningkat menjadi 290 persen pada tahun 2019
43 Belanja Daerah
Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan Belanja Daerah bersumber
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) + Dana Transfer dari Pusat ke Daerah (DAU DAK Dana
Penyeimbang Dana Kontingensi DBH dll) Tujuan analisis Belanja Daerah antara lain adalah
untuk mengetahui kontribusi pengeluaran daerah terhadap pengeluaran pemerintah secara
nasional Analisis Belanja Daerah dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi belanja daerah seperti
klasifikasi urusan klasifikasi fungsi dan sebagainya
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
PENDAPATANPENDAPATAN
LAIN-LAIN
24433
1058
24230
466
25435
950
25639
744
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
71
Tabel IV5
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Persentase Jenis Belanja Terhadap Total Belanja
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Jenis Belanja Alokasi persen Thd Belanja
Sektor Konsumtif
Belanja Pegawai 825216 3301
Belanja Barang 605691 2423
Belanja Bunga 703 003
Belanja Hibah 145940 584
Belanja Bantuan sosial 9047 036
Belanja Bagi Hasil Kepada ProvKabKota dan Pemdes 87458 350
Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvKabKota dan Pemdes 302414 1210
Belanja tidak terduga 3213 013
1979682 7919
Sektor Produktif
Belanja Modal 520212 2081
Total Belanja 2499893 10000
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Alokasi APBD masih didominasi oleh belanja yang bersifat konsumtif yang mempunyai multi
efek jangka pendek dan didominasi untuk mencukupi kebutuhan belanja pegawai sebesar 3301
persen dari total belanja Terbesar berikutnya adalah belanja barang sebesar 2423 persen
Sedang untuk alokasi Belanja Modal sebesar 2081 persen ini sangat berpengaruh terhadap
peluang terbukanya lapangan pekerjaan untuk menambah kesejahteraan masyarakat karena
belanja modal mempunyai multi efek jangka panjang
44 Perkembangan BLU Daerah
BLU daerah di Kalimantan Barat bergerak dibidang layanan kesehatan Seluruhnya
merupakan BLUD yang sebagian biaya operasionalnya di biayai dengan APBD
Tabel IV6
BLU Daerah Kalimantan Barat Berdasarkan Nilai Aset dan Komposisi Pagu
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
No Jenis Layanan
Satker BLUD Nilai Aset Pagu
2018 2019 PNBP APBD TOTAL
1 Kesehatan RSUD Dr Ade M Djoen
2 Kesehatan RSUD Pemangkat Sambas
3 Kesehatan RSUD Sambas 3962 4952 2062
4 Kesehatan RSUD Sanggau
5 Kesehatan RSUD Dr Agusdjam Ketapang
6 Kesehatan RSUD Singkawang
72
7 Kesehatan RSUD Sekadau 4112 5281 1203 3692 4895
8 Kesehatan RSUD Dr Soedarso 21480 26748 6114
9 Kesehatan RSUD Dr Achmad Diponegoro Kapuas Hulu
1499 1319
10 Kesehatan RSUD Bumi Sebalo Bengkayang 6076 8645 1500 3579 5079
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
RSUD Dr Soedarso yang berada di Pontianak merupakan BLU Daerah terbesar dengan total
asset 26748 Walaupun begitu pendapatan operasionalnya baru mencapai 25 persen dari pagu
keseluruhan Sisanya masih didanai dengan APBD RSUD Bumi Sebalo sedikit lebih besar
persentase komposisi pagu PNBP terhadap total pagu Pagu PNBPnya mencapai 30 persen dari
total pagu
45 SurpusDefisit APBD
Selisih antara pendapatan dan belanja akan menimbulkan surplus atau defisit sedangkan jika
pendapatan dan belanja sama maka mencapai anggaran yang berimbang Surplus APBD terjadi
bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah jika
sebaliknya maka defisit Dalam selisih ini dapat kita jelaskan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh
pemda dapat juga dijelaskan mengenai faktor pendorong terjadinya surplusdefisit tersebut Jika
APBD defisit maka pemda harus mencari alternatif untuk menutupi kekurangan tersebut
Sedangkan jika surplus maka pemerintah akan menerima kembali dana lebih tersebut Surplus
tersebut dapat dianggarkan untuk pembayaran pokok utang penyertaan modal daerah pemberian
pinjaman kepada pemerintah lain dan pembentukan dana cadangan (misal untuk Pilkada
infrastruktur dll)
a Rasio surplusdefisit terhadap aggregat pendapatan
Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan
APBD = 77135 2422952
2018 = 318
Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan
APBD = 53295 2563928
2019 = 2079
Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2018 tetapi Kalimantan Barat masih
mencatatkan rasio surplus untuk tahun 2019 sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi
APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik
b Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I)
73
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I) rasio ini untuk mengetahui
proporsi adanya surplusdefisit anggaran terhadap salah satu sumber pendapatan APBD
yaitu realisasi pencairan dana transfer Hal ini dapat menunjukkan ekses likuiditas Pemda
pada semester I akibat frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal
bagi Kementerian Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama
pada daerah yang sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses
likuiditas
Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = Surplus atau defisit Semester I dibagi
Total Realisasi Dana Transfer
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 435522 942997
2018 = 4618
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 452874 983139
2019 = 4606
Pada semester I baik tahun 2018 maupun 2019 rasio surplus terhadap realisasi dana transfer
sangat tinggi Hal ini mengindikasikan ekses likuiditas Pemda pada semester I akibat
frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian
Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama pada daerah yang
sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas
c Rasio surplusdefisit terhadap PDRB indikator ini menggambarkan kesehatan ekonomi
regional semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan
jasa yang cukup baik untuk membiaya hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah
Rasio surplusdefisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplusdefisit thd PDRB = Surplus atau defisit APBD dibagi PDRB
Rasio surplusdefisit thd PDRB = 77135 19403
2018 = 398
Rasio surplusdefisit thd PDRB = 53295 21232
2019 = 251
Rasio surplus di 2019 lebih kecil dari 2018 ini menunjukkan Kalimantan Barat semakin
mampu memproduksi barang dan jasa lebih baik
46 Pembiayaan
Pembiayaan Daerah adalah seluruh penerimaan yang harus dibayar kembali danatau
pengeluaran yang akan diterima kembali Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan
Rasio SILPA terhadap alokasi belanja di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
74
Rasio SILPA = Jumlah SILPA dibagi Total belanja APBD
Rasio SILPA = 21710 2345817
2018 = 52
Rasio SILPA = 46347 2510634
2019 = 184
Rasio SILPA merupakan rasio yang mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang tidak
digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran Pada tahun 2019
angka rasionya adalah 184 terjadi penurunan sebesar 334 dibandingkan tahun 2018 hal ini
mengindikasikan bahwa efektifitas belanja setahun terakhir cenderung meningkat daripada tahun
sebelumnya
47 Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah
471 Analisis Horizontal dan Vertikal
a Analisis Horizontal
Analisis horizontal merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam
satu laporan realisasi Pemda (KabupatenKota) satu dengan Pemda lain dalam satu
wilayah (Provinsi) Selain itu analisis ini merupakan analisis membandingkan perubahan
keuangan dalam satu post APBD yang sama pada satu lingkup Pemda Tujuan dari analisis
horizontal adalah untuk menyajikan informasi yang utuh terkait kinerja suatu pos antar
Pemda dan perkembangan suatu pos APBD dari waktu ke waktu
Grafik IV3 Realisasi PAD KabupatenKota Kalimantan Barat
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pendapatan Asli Daerah pada Kab Sambas mengalami lonjakan yang signifikan
yaitu sebesar 26952 persen apabila dibandingkan dengan tahun yang lalu Sebaliknya
Kab Sintang mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 2830 persen
SambasSingkawa
ngSintang Sekadau
11KabKota
TotalKalbar
TW IV 2018 4028 13087 24004 5464 344320 390903
TW IV 2019 14885 16630 17210 4535 351411 404671
010002000300040005000
mili
ar r
up
iah
75
b Analisis Vertikal
Analisis vertikal merupakan analisis yang membandingkan antara pos yang satu
dengan pos yang lain terhadap totalnya dalam satu komponen APBD yang sama Tujuan
dari analisis vertikal adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi suatu pos dalam
bentuk angka total sehingga membantu pengguna dalam mengukur seberapa besar
pengaruh pos tersebut bagi Pemda
Pada prinsipnya semakin besar kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah akan
menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat Dengan kontribusi yang
semakin meningkat diharapkan pemerintah daerah semakin mampu membiayai
keuangannya Gambaran kemandirian keuangan daerah ini dapat diketahui melalui
besarnya kemampuan sumber daya keuangan dalam membiayai pelayanan kepada
masyarakat daerah tertentu
1) Analisis Kontribusi PAD Kalimantan Barat terhadap total pendapatan
Analisis Kontribusi PAD dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah
pendapatan asli daerah dengan total penerimaan daerah Rasio ini menunjukan
kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah Semakin tinggi kontribusi PAD maka
semakin tinggi kemampuan pemeritah daerah dalam penyelenggaraan desentralisas
Kriteria Rasio Kontribusi PAD
bull Sangat Baik gt 50
bull Baik 25 ndash 50
bull Kurang Baik10 ndash 25
bull Tidak Baik lt 10
76
Grafik IV4 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah di Kalimantan Barat masih relatif
rendah PAD di Kalimantan Barat menyumbang antara 15 persen sd 16 persen dari
seluruh total pendapatan dalam dua tahun terakhir
Penyebab dari rendahnya PAD tersebut antara lain pertama pemerintah daerah
belum mampu mengidentifikasi potensi sumber pendapatannya Kedua sebagian besar
pemerintah daerah masih belum dapat mengoptimalkan penerimaan pajak daerah
retribusi daerah atau bahkan penerimaan dari hasil kekayaan daerah yang dipisahkan
sesuai UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Ketiga pemerintah daerah masih menganggap bahwa rendahnya pendapatan PAD
sebagai akibat dari ruang gerak daerah yang terbatas untuk mengoptimalkan
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diatur dalam UU No 28
Tahun 2009 Pemerintah daerah melihat banyak jenis dan objek pajak serta retribusi
yang masih dapat diterapkan tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang Ketiga
daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak yang besar masih diatur oleh
pusat yaitu Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak rokok Keempat
adalah kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan yang berasal
dari pajak daerah dan retribusi daerah yaitu menyempurnakan dan mengoptimalkan
penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada serta menerapkan
pajak daerah dan retribusi daerah yang baru
-
10000
20000
30000
Anggaran Realisasi
AnggaranRealisasi2018
2019
2018 2019Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PAD 3606 3909 3763 4047
PENDAPATAN 24433 24230 25435 25639
PENDAPATAN PAD
77
2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
Analisis belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan antara total
realisasi belanja modal dengan total belanja daerah Berdasar laporan ini akan diketahui
porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada
tahun anggaran bersangkutan Pengeluaran belanja modal akan memberi manfaat
dalam jangka menengah dan panjang Belanja modal akan mempengaruhi neraca
pemerintah daerah yaitu menambah jumlah asset daerah Pemerintah daerah dengan
tingkat pendapatan daerah yang rendah memiliki porsi jumlah belanja modal yang tinggi
dibandingkan pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi Hal ini disebabkan
pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan rendah berorientasi untuk melakukan
belanja modal sebagai bagian dari investasi modal jangka panjang sedangkan
pemerintahan yang berpendapatan tinggi biasanya telah memiliki asset modal yang
mencukupi
Grafik IV5 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pada umumnya proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah antara 5
persen-20 persen Kalimantan Barat dalam dua tahun terakhir memiliki rata-rata rasio
belanja modal terhadap total belanja sebesar 1995 persen Pada tahun 2019
Kalimantan Barat memfokuskan belanja modal pada investasi penyediaan Gedung
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
5E+12
1E+13
15E+13
2E+13
25E+13
3E+13
BELANJA DAERAHBELANJA MODAL
2499829
505628
2345817
470016
2604405
520212
2510634
498885
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
78
perkantoran sebesar 3474 persen infrastruktur jalan sebesar 2759 persen dan
pengadaan alat-alat berat darat sebesar 1207 persen
472 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah
Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah yang
dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang
penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu
Analisis kapasitas fiskal daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui pendapatan
daerah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja
tertentu
Berdasarkan PMK Nomor 126PMK072019 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah
daerah provinsi dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal
Berdasarkan PMK tersebut indeks Kapasitas Fiskal Daerah kabupaten kota
dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal Daerah sebagai berikut
79
Tabel IV7
Kapasitas Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Pemerintah Daerah Indeks Kapasitas Fiskal
Kategori KFD Indeks Kapasitas
Fiskal
Kategori KFD
2018 2019
Prov Kalbar 0518 Rendah 0453 Sedang
Kab Sambas 0877 Sedang 0793 Sedang
Kab Sanggau 0855 Sedang 0778 Sedang
Kab Sintang 1134 Sedang 0269 Sangat Rendah
Kab Mempawah 043 Sangat Rendah 0494 Sangat Rendah
Kab K Hulu 1421 Tinggi 0884 Sedang
Kab Ketapang 1381 Tinggi 1094 Tinggi
Kab Bengkayang 0738 Rendah 0442 Sangat Rendah
Kab Landak 1274 Tinggi 0676 Rendah
Kab Melawi 0776 Sedang 0536 Rendah
Kab Sekadau 0669 Rendah 0611 Rendah
Kab Kayong Utara 056 Sangat Rendah 0406 Sangat Rendah
Kab Kubu Raya 1055 Sedang 0742 Sedang
Kota Pontianak 1368 Tinggi 1538 Tinggi
Kota Singkawang 0618 Rendah 0522 Rendah
Sumber PMK Nomor 126PMK072019
Berdasar tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah yang mempunyai indeks kapasitas
tinggi adalah Kab Ketapang dan Kota Pontianak Sedangkan daerah dengan indeks
kapasitas sangat rendah adalah Kab Sintang Mempawah Bengkayang dan Kayong Utara
Prov Kalbar naik dari kategori rendah ke sedang Kab Sintang turun dua tingkat dari
kategori sedang ke sangat rendah Kab Kapuas Hulu turun dari kategori tinggi ke sedang
Kab Landak turun dua tingkat dari kategori tinggi ke rendah dan Kab Melawi turun dari
kategori sedang ke rendah
48 Perkembangan Belanja Wajib Daerah
Tujuan dari sub ini adalah melihat gambaran perkembangan mandatory spending dalam
pelaksanaan APBD di daerah Mandatory spending adalah alokasi belanja wajib yang diatur
undang-undang Tujuan mandatory spending adalah mengurangi masalah ketimpangan sosial dan
80
ekonomi daerah Mandatory spending dalam tata kelola keuangan pemerintah daerah meliputi
alokasi pendidikan alokasi kesehatan penggunaan dana transfer umum dan alokasi dana desa
APBD diklasifikasikan menjadi 35 urusan daerah yaitu Pendidikan Kesehatan Pekerjaan
Umum Lingkungan Hidup Kelautan dan Perikanan Kehutanan Kesatuan Bangsa dan Politik
Perencanaan Pembangunan Penataan Ruang ESDM Pemberdayaan Masyarakat Desa Sosial
KUKM Perdagangan Kebudayaan Kependudukan dan Catatan Sipil dan seterusnya
Tahun 2019 total belanja terjadi peningkatan 703 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu
dari Rp 2345816 miliar menjadi Rp 2510634 miliar Dari ke-35 urusan daerah tersebut yang
menjadi perhatian utama pemerintah daerah secara berturut-turut adalah pemerintahan umum
(3118 persen) pendidikan (2337 persen) perumahan dan fasilitas umum (2125 persen) dan
kesehatan (1339 persen)
Berdasarkan fungsi APBD Kalimantan Barat dapat digambarkan sebagai berikut
Tabel IV8
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Fungsi Tahun 2019
(Miliar Rp)
Uraian Fungsi Total persen
01 PELAYANAN UMUM 782834 3118
02 PERTAHANAN ) 000 -
03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 30131 120
04 EKONOMI 178475 711
05 LINGKUNGAN HIDUP 22823 091
06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 533546 2125
07 KESEHATAN 336074 1339
08 PARIWISATA 9952 040
09 AGAMA ) 000 -
10 PENDIDIKAN 586788 2337
11 PERLINDUNGAN SOSIAL 30012 120
Total Belanja Daerah 2510634 10000
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Komitmen pemerintah daerah dalam membangun kualitas atau kesejahteraan masyarakat
dapat terlihat melalui alokasi pengeluaran pemerintah daerah dari tiga jenis belanja yaitu belanja
pendidikan belanja kesehatan dan belanja infrastruktur
481 Belanja Daerah Sektor Pendidikan
Pembangunan pendidikan dicapai dengan meningkatkan pemerataan akses kualitas
relevansi dan daya saing Alokasi anggaran fungsi pendidikan mencerminkan upaya
pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan
sebagai salah satu upaya untuk memenuhi amanat konstitusi bahwa alokasi anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari belanja negara
81
Dari tabel 48 dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran pendidikan
Kalimantan Barat yang sebesar 2337 persen sudah memenuhi amanat UUD 1945 pasal 31
ayat (4) dan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat (1)
yang mewajibkan alokasi anggaran Pendidikan minimal 20 persen
482 Belanja Daerah Sektor Kesehatan
Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja
di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi (mandatory spending) Pasal tersebut
menyebutkan bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 5
persen (lima persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diluar gaji sementara
provinsi dan kabupatenkota mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 10
persen (sepuluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diluar gaji Tujuan
dari pembangunan bidang kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang terus
membaik Penggunaan anggaran di dibidang kesehatan diharapkan seoptimal mungkin
dapat termanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut
Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran kesehatan
pemerintah daerah minimal 10 persen dari APBD di luar gaji (UU No 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan) sudah terpenuhi di Kalimantan Barat
483 Belanja Infrastruktur Daerah
Dana Transfer Umum terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH)
yang penggunaannya bersifat umum Porsi DAU dan DBH yang besar dari total dana
Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) diharapkan mampu berperan besar dalam
upaya percepatan pembangunan infratuktur di daerah Dana Transfer Umum (DTU)
diarahkan penggunaannya sekurang-kurangnya 25 persen untuk belanja infrastruktur
daerah
DTU Kalimantan Barat terdiri dari DAU sebesar 1232649 miliar dan DBH 58493 miliar
Jumlah totalnya adalah 1291143 miliar Jika fungsi belanja perumahan dan fasilitas umum
sebesar 533546 maka angka ini senilai 4132 persen artinya jauh melebihi ketentuan yang
berlaku
Sungai Kapuas Kalimantan BaratMerupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang 1143 km Sungai Kapuas menjadi habitat bagi 700 jenis ikan air tawar 12 jenis diantaranya termasuk ikan langka serta 40 jenis ikan lainnya terancam punah
BAB V
PERRKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
ANGGARAN
KONSOLIDASIAAN
(APBN DAN APBD)
82
A LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang
disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian tingkat Kanwil Ditjen
Perbendaharaan Prov Kalbar adalah sebagai berikut
Tabel V1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Lingkup Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019 (Miliar rupiah)
Uraian 2019 2018
Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi
Pendapatan Negara 891057 442989 1334046 2282 1086157
Pendapatan Perpajakan
808438 286398 1094835 1298 969055
Pendapatan Bukan Pajak
82620 118273 200893 7200 116798
Hibah 000 38318 38318 1250467
304
Transfer 000 2031342 000 000 000
Belanja Negara 968528 2377236 3345764 425 3209324
Belanja Pemerintah 968528 2107845 3076373 464 2939933
Transfer 2031342 269391 269391 000 269391
Surplus(Defisit) -77471 -1934247 -2011718 -525 -2123167
Pembiayaan 000 31348 31348 -2967 44575
Penerimaan Pembiayaan Daerah
000 126432 126432 4765 85628
Pengeluaran Pembiayaan Daerah
000 95084 95084 13161 41054
Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran
-77471 -1902899 -1980371 -473 -2078592
Catatan Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pada tahun 2019 pendapatan konsolidasian pemerintah
daerah provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp 1334 triliun Angka
ini naik 2282 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2018 Belanja Konsolidasian sebesar Rp 3345 triliun Angka
83
ini naik 425 persen dari tahun 2018 Terjadi defisit pada LKPK tahun 2019 sebesar
Rp 198 triliun
B PENDAPATAN KONSOLIDASIAN
Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau
Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh
pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu
periode pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun
resiprokal (berelasi)
1 Analisa Proporsi dan Perbandingan
Grafik V1
Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pendapatan Perpajakan memberikan kontribusi yang paling besar pada
pendapatan konsolidasian yaitu 8094 persen atau Rp1014 triliun Hal ini
menunjukkan Pendapatan Perpajakan masih tulang punggung General Government
Revenue di Provinsi Kalimantan Barat 7170 persen dari total Penerimaan
Perpajakan berasal dari Pajak Pemerintah Pusat PPn dalam Negeri menjadi Pajak
Pemerintah Pusat paling tinggi yaitu Rp 306 triliun
Pemerintah Daerah memberikan sumbangan 2821 persen atau Rp 286
triliun pada Penerimaan Perpajakan Konsolidasi Pajak Kendaraan Bermotor
mendominasi Pajak Daerah dengan nilai Rp 191 triliun disusul oleh Pajak Hotel
sebesar Rp 62899 miliar Hal ini menunjukkan sektor Pariwisata memiliki potensi
yang cukup besar dalam menyumbang PAD dalam bidang perpajakan
Diharapakan Pemerintah Daerah dapat terus menggali Pajak di sektor Pariwisata
dengan mengembangkan prasarana pendukung seperti perhotelan tempat
pariwisata dan lain-lain
8094
1504
287 000
Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak
Hibah Transfer
84
2 Analisa Perubahan
Pendapatan Konsolidasian mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada
tahun 2019 Kenaikan sebesar Rp 247 triliun atau 2282 persen dibanding tahun
2018 didorong peningkatan pada Pendapatan Perpajakan Rp 125 triliun (1298
persen) Pendapatan Bukan Pajak Rp 84095 miliar (72 persen) dan Pendapatan
Hibah Rp 38014 miliar (12504 persen)
Grafik V2
Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan
Konsolidasian Provinsi Kalimantan Tahun 2018 dan 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pendapatan Bukan Pajak paling besar disumbang oleh Penjualan Aset Daerah
dan Deviden atas Penyertaan Modal pada BUMD pada Pendapatan Bukan Pajak
Daerah sebesar Rp 59048 miliar dan Rp19075 miliar Deviden atas Penyertaan
Modal pada BUMD merupakan daya Tarik tersendiri bagi Pemerintah Daerah pada
Prov Kalbar untuk semakain memanfaatkan BUMD khususnya Bank Kalbar
sebagai tempat investasi
3 Perhitungan Rasio Konsolidasi
1) Tax ratio
Salah satu rasio konsolidasi dapat dilakuaka dengan menggunakan Tax Ratio
dengan rumus sebagai berikut
Tax Ratio = Pendapatan Perpajakan Konsolidasian Tingkat Wilayah
PDRB Provinsi
Dari perhitungan dapat ditemukan
PendapatanKonsolidasi
PendapatanPerpajakan
PendapatanBukan Pajak
Hibah Transfer
2019 1253916 1014946 200651 38318 000
2018 1086157 969055 116798 304 000
000
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
85
Tabel V2
Tax Ratio Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019
IndikatorTahun 2018 2019
Penerimaaan Perpajakan Konsolidasian (Miliar Rp) 969055 1014946
PDRB (Miliar Rp) 19403285 21273700
Tax ratio 499 477 Sumber LKPK Kanwil DJPB dan BPS(diolah)
Tax Ratio pada Prov Kalbar mengalami penurunan sebesar 022 persen pada
tahun 2019 dari tahun sebelumnya Dibandingkan dengan tax ratio nasional yang
sebesar 107 persen maka rasio pajak di Kalimantan Barat masih sangat kecil Hal
ini menjadi dapat menjadi motivasi bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah untuk mencari sumber-sumber Penerimaan Perpajakan yang mungkin
belum tergali secara tuntas Pemerintah dapat melakukan sensus pajak khusus
untuk Prov Kalbar agar potensi-potensi pajak tidak hilang sehingga tax ratio Kalbar
dapat mendekati tax ratio nasional
2) Rasio Kemandirian
Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan
pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan pembangunan
dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai
sumber pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain misalnya bantuan
pemerintah pusat ataupun dari pinjaman Rasio Kemandirian dapat dihitung dengan
rumus
Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah
Bantuan Pemerintah Pusat
Dengan menggunakan Laporan konsolidasian diperoleh data Rasio Kemandirian
Prov Kalimantan Barat pada tahun 2018 dan tahun 2019 berada pada angka 1818
persen dan 2180 persen Angka ini menunjukkan bahwa secara Laporan
Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan memiliki
ketergantungan yang cukup tinggi terhadap dana transfer Peran Pemerintah Pusat
akan sangat besar pada pembangunan di Kalbar sehingga Pemerintah Daerah tidak
leluasa dalam menentukan program kerjanya
C BELANJA KONSOLIDASIAN
Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja
Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja Pemerintah
Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang
sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi)
86
1 Analisis Proporsi dan Perbandingan
Proporsi dan komposisi realisasi berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis
belanja) atau perbandingan antara realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal
terhadap total Belanja konsolidasian
Grafik V3
Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pad a Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pada tahun 2019 secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Barat total
belanja pemerintah daerah lebih besar dari total belanja pemerintah pusat
Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp 3345 triliun 2895
persen bersumber dari anggaran pemerintah pusat dan sisanya sebesar 7105
persen dari anggaran pemerintah daerah
Belanja Operasional mendominasi pada Belanja Pemerintah Pusat maupun
Daerah 7045 persen Belanja Konsolidasian digunakan untuk belanaja
Operasional yaitu Rp 1608 triliun pada belanja Pemerintah Daeah dan 772 triliun
pada belanja Pemerintah Pusat Belanja Pegawai menjadi pengeluaran terbesar
pada Belanaja Operasional Konsolidasian yaitu Rp 11 90 triliun atau 3521 persen
dari total Belanaja Konsolidasian
Belanja Modal hanya menyumbangkan 2055 persen terhadapa belanaj
Konsolidasian Belanaj Bahan Baku Jalan dan jembatan menjadi belanja modal
terbesar Pemerintah Pusat dengan nilai Rp 36413 miliar dan Belanja
Pengadaaan Gedung Bangunan Tempat Kerja menjadi Belanja Modal Pemerintah
Daerah terbesar dengan Rp 175 triliun
Proporsi Belanja Pegawai yang mendominasi Belanaja Konsolidasian
sebenarnya kurang baik Dengan besarnya Belanja Pegawai yang harus
dibayarkan maka Pemerintah akan tidak leluasa menggunakan instrument fiskal
sebagai alat kebijakan
Konsolidasi Pusat Daerah
Belanja Transfer 303881 - 303881
Belanja Modal 694711 195827 498885
Belanja Operasional 2381037 772702 1608335
000500000
1000000150000020000002500000300000035000004000000
87
2 Analisis Perubahan
Grafik V4
Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Grafik V5
Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Belanja Operasional cenderung semakin besar persentase terhadap Belanja
Konsolidasian Besarnya belanja Operasional yang didominasi oleh Belanja
pegawai akan memepersempit ruang fiskal suatu daerah Dengan rumus
Ruang Fiskal = (Pendapatan-Belanja Pegawai)
Pendapatan
Dengan rumus di atas ruang fiskal Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan
Konsolidasian adalah 1077 persen
Angka 1077 persen menunjukkan bahwa Pemerintah pada Provinsi
Kalimantan Barat memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam membiayai
pembangunan di daerah Ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat juga sangat
tinggi dimana TKDD yang diterima lebih besar dari PAD Melihat hal ini sebaiknya
pemerintah daerah dan pemerintah Pusat dapat merumuskan efektifitas TKDD
yang diterima sebaiknya digunakan untuk apa dan dapat menggali sumber-sumber
PAD yang baru
68
248
Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer
70
219
Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer
88
3 Analisis Rasio Belanja Konsolidasian
Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam belanja pemerintah rasio Belanja
perkapita (spending per citizen) Rasio ini merupakan perbandingan antara realisasi
Belanja dibagi jumlah penduduk Dari perhitungan dari tahun 2019 belanja per
kapita adalah Rp 623 jutaorang mengalami kenaikan dari Rp 593 pada tahun 2018
Kenaikan ini berarti tujuan dari Pemerintah untuk menyejaterahkan masyarakat
semakin mendekati sasaran
Naiknya spending per citizen ini sejalan dengan penurunan Gini Ratio dari
angka 0325 pada tahun 2018 menjadi 0318 tahun 2019 Penurunan Gini Ratio
berarti terdapat perbaikan atas tingkat kesenjangan pada Prov Kalbar Indikator
yang juga mempengaruhi kenaikan spending per citizen adalah jumlah tenaga kerja
yang meningkat sebesar 22134 orang dari tahun 2018 ke tahun 2019
D SURPLUSDEFISIT
SurplusDefisit Laporan Keuangan Pemer i n t ah Konsolidasian di Provinsi
Kalimantan Barat t ahun 2019 mencapai minus Rp2011 triliun Defisit tersebut
b e r a s a l dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 77471 miliar dan Pemerintah Daerah
sebesar Rp1934 triliun
1) Proporsikomposisi Realisasi SurplusDefisit Pempus dan Pemda terhadap
SurplusDefisit Konsolidasian
Defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel V3
Rasio SurplusDefisit Konsolidasian terhadap PDRB
pada Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
SurplusDefisit Persentase SurrplusDefisist
Konsolidasi -2091849 10000
Pusat -157601 753
Daerah -1934247 9247
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pemerintah Daerah menyumbangkan defisit 9247 persen dari total defisit Hal ini
terjadi karena realisasi TKDD tidak diperkirakan dalam penyusunan neraca
konsolidasian Dengan adanya dana transfer yang diberikan oleh Pemerintah pusat
sebesar Rp 2033 triliun maka Pemerintah Daerah akan mendapatkan surplus sebesar
Rp 099 triliun
2) Perbandingan Rasio SurplusDefisit terhadap PDRB
Rasio ini menghitung perbandingan nilai surplusdefisit dengan nilai PDRB
89
Dihitung dengan rumus
Rasio SurplusDefisit = Nilai SurplusDefisit Konsolidasian
Nilai PDRB
Dengan rumus di atas maka di dapatkan Rasio surplusdefisit terhadap PDRB
adalah -983 persen Defisit konsolidasian bernilai 983 persen dari total PDRB Kalbar
pada periode tahun 2019
E ANALISA KONTRIBUSI KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang
ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan
kabupatenkota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender) Nilai
PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran
yaitu Y = C + I + G + X-M) Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai
salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi
Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2018
Tabel V4
Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2019 (miliar Rp)
Pendapatan 1254157
a Pajak 1014946
b Kontribusi sosial 200893
c Hibah 38318
d Pendapatan lain -
Beban 2651053
a Belanja Operasional 2381037
c Belanja Transfer 303881
Keseimbangan operasi brutoneto -1396896
Transaksi Aset Non Keuangan Neto 694711
a Aset tetap 694711
b Persediaan -
c Barang berharga -
d Aset nonproduksi -
Net LendingBorrowing -2091607
Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban 31348
a Akuisisi Neto Aset Keuangan -
- Domestik 126432
- Luar Negeri -
b Keterjadian Kewajiban -
- Domestik 95084
- Luar Negeri -
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Belanja Pemerintah (G) adalah Rp 2651 triliun dan Investasi (I) yang dilakukan oleh
90
pemerintah pada tahun 2018 sebesar Rp 694 triliun Dengan demikian dapat dihitung
kontribusi belanja Pemerintah dan investasi Pemerintah terhadap PDRB Provinsi
Kalimantan Barat dengan PDRB sebesar Rp21273 triliun adalah sebagai berikut
1 Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB adalah 1246 persen
2 Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB adalah 326 persen
Belanja Pemerintah masih memiliki porsi yang cukup besar terhadap yaitu sebesar
1246 persen Hal ini menunjukkan belanja Pemerintah adalah salah satu motor
penggerak perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat dengan harapan belanja ini
mampu memberikan efek dalam jangka waktu yang cepat terhadap pertumbuhan
ekonomi Pemerintah diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan
belanja sebesar ini
Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output perekenomian dipengaruhi oleh
tabungan pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi Tabungan merupakan
instrumen yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal (penerimaan pajak dan belanja negara
mempengaruhi tabungan nasional) Secara tidak langsung kebijakan fiskal ikut mengambil
peran dalam pertumbuhan ekonomi Keputusan-keputusan pemerintah mengenai
kebijakan fiskal yang ditempuh suatu negara dapat mengubah ouput dalam
perekonomian baik bertambah maupun berkurang
Peningkatan belanja Pemerintah memiliki multiplier effect (efek penggandaan)
terhadap pendapatan (ouput perekonomian) suatu negaradaerah Alasannya
ialah pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi Kenaikan
belanja pemerintah menyebabkan meningkatnya pendapatan kemudian meningkatkan
konsumsi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan kemudian meningkatkan
konsumsi dan seterusnya
Belanja Pemerintah yang meningkat dari tahun ke tahun memberikan efek yang baik
untuk perekonomian Kalimantan Barat karena memegang porsi yang cukup besar
terhadap PDRB Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan untuk memperbesar alokasi
Investasi juga
Taman Nasional Gunung Palung Kayong Utara
Selain habitat bagi Orang Utan di Taman Nasional Gunung Palung juga merupakan habitat bagi Bekatan (yang merupakan hewan endemik Pulau Kalimantan)
BAB VI
KEUNGGULAN DAN
POTENSI EKONOMI
SERTA TANTANGAN
FISKAL REGIONAL
91
Untuk menjadi kawasan yang maju dan unggul maka pemerintah harus mendukung
melalui pembangunan daerah dengan penentuan prioritas kebijakan yang lebih terarah serta
berjalan efektif dan efisien mengingat keterbatasan sumber pendanaan serta tetap
memperhatikan keunggulan dan potensi ekonomi daerah Penentuan sektor unggulan daerah
merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk
meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi persaingan Pendekatan
yang digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan dalam kajian ini adalah metode Shift
Share Location Quotient (LQ) dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Perhitungan sekor unggulan menggunakan metode Shift Share dilakukan dengan
perbandingan perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat dengan perkembangan
ekonomi nasional dalam jangka waktu 6 (enam) tahun terakhir
Tabel VI1
Shift Share Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019 (miliar rupiah)
No Sektor Usaha Nij (1)
Mij (2)
Cij (3)
Dij (1+2+3)
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1222348 206718 -78895 1350171
2 Pertambangan dan Penggalian 67328 484293 -251869 299751
3 Industri Pengolahan 873561 405984 -247156 1032389
4 Pengadaan Listrik Gas 5215 8251 -9427 4039
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
6143 55924 -54196 7872
6 Konstruksi 1023591 -25056 -233531 765004
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
868146 244286 -203511 908922
8 Transportasi dan Pergudangan 505346 -74394 -161645 269306
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 113457 88963 -57802 144618
10 Informasi dan Komunikasi 303467 67220 -164199 206488
11 Jasa Keuangan 308895 -56760 -25036 227099
12 Real Estate 197897 6495 -13855 190537
13 Jasa Perusahaan 49701 -16356 -5113 28232
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
345188 319568 -270891 393865
92
15 Jasa Pendidikan 309927 -62460 29641 277108
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 118800 -11299 -14033 93468
17 Jasa Lainnya 121010 -42227 -14318 64466
Sumber BPS diolah
Dengan analisis Shift Share terdapat 2 (dua) sektor lapangan usaha dengan Shift Share
ge Rp 10 triliun Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan serta
Industri
Perhitungan sektor unggulan Provinsi Kalimantan Barat dilakukan dengan menggunakan
LQ time series dimana data yang digunakan adalah PDRB dan PDB 6 (enam) tahun terakhir
Tabel VI2
LQ Time Series Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019
No Sektor LQ 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-Rata
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 158 147 145 148 152 152 150
2 Pertambangan dan Penggalian 047 062 075 069 065 074 065
3 Industri Pengolahan 076 073 076 077 078 079 077
4 Pengadaan Listrik Gas 006 007 008 008 008 008 008
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
165 160 153 160 164 523 221
6 Konstruksi 121 124 115 119 114 110 117
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
105 108 106 104 104 105 105
8 Transportasi dan Pergudangan 095 085 084 081 085 081 085
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
074 078 078 078 081 082 079
10 Informasi dan Komunikasi 092 092 091 095 096 092 093
11 Jasa Keuangan 091 086 084 084 087 078 085
12 Real Estate 106 103 101 098 102 099 101
13 Jasa Perusahaan 028 028 026 024 023 022 025
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
160 166 174 182 183 187 175
15 Jasa Pendidikan 133 124 120 117 117 114 121
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 141 137 131 126 126 125 131
17 Jasa Lainnya 065 059 056 053 052 050 056 Sumber BPS diolah
Sektor yang memiliki potensi berdasarkan LQ akan memiliki nilai gt 1 Perhitungan LQ time
series dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 menunjukkan terdapat delapan sektor yang
potensial karena memiliki LQ lebih besar dari satu dan sembilan bidang tidak potensial dengan
LQ kurang dari satu
93
Metode terakhir yang digunakan adalah Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) Sama
dengan dua metode sebelumnya MRP menggunakan data PDRB dan PDB dari tahun 2014
sampai dengan 2019
Tabel VI3
Metode Rasio Pertumbuhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019
No Sektor Usaha MRP
RPr RPs
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 097 - 088 -
2 Pertambangan dan Penggalian 075 - 123 +
3 Industri Pengolahan 095 - 098 -
4 Pengadaan Listrik Gas 109 + 162 +
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang 093 - 209 +
6 Konstruksi 111 + 101 +
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 099 - 097 -
8 Transportasi dan Pergudangan 128 + 114 +
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 093 - 105 +
10 Informasi dan Komunikasi 115 + 122 +
11 Jasa Keuangan 112 + 091 -
12 Real Estate 101 + 089 -
13 Jasa Perusahaan 124 + 095 -
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 096 - 118 +
15 Jasa Pendidikan 104 + 079 -
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109 + 093 -
17 Jasa Lainnya 128 + 097 -
Sumber BPS diolah
MRP menghitung rasio pertumbuhan sektoral pada RPs RPS yang bernilai ge 1 akan
diberikan notasi + menunjukkan sektor tersebut pada Provinsi Kalimantan Barat memiliki
pertumbuhan yang menonjol Terdapat 8 (delapan) seKtor yang yang memiliki RPs ge 1
sehingga cukup banyak sektor yang memiliki pertumbuhan yang menonjol
61 SEKTOR UNGGULAN DAERAH
Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau
perkembangan bagi sektor-sektor lainnya baik sektor yang mensuplai inputnya maupun
sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo
94
2006) Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan baik itu
perbandingan berskala regional nasional maupun internasional Pada lingkup
internasional suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan
sektor yang sama dengan negara lain Sedangkan pada lingkup nasional suatu sektor
dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu
bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain baik di pasar nasional
ataupun domestik Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut
dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga
dapat menghasilkan ekspor (Suyanto 2000146) Sektor unggulan di suatu daerah
(wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan
Kriteria pertama penentuan sektor unggulan suatu daerah adalah hubungannya
dengan PDRB maka dillihat sektor mana yang sumbangan terhadap PDRB nya paling
besar
Tabel VI4
Kontribusi Sektor Tehadap PDRB pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019
Sektor Persentase Kontribusi Terhadap PDRB
2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata
Pertanian Kehutanan dan Perikanan 2156
2054
2021
2030
2025
2013
2050
Pertambangan dan Penggalian 479 490 561 540 548 557 529
Industri Pengolahan 1648
1578
1612
1621
1609
1627
1616
Pengadaan Listrik Gas 006 008 009 010 011 010 009
Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
013 012 011 012 012 037 016
Konstruksi 1221
1310
1244
1280
1253
1229
1256
Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1451
1481
1447
1413
1409
1426
1438
Transportasi dan Pergudangan 430 440 452 457 479 470 455
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
231 238 237 231 236 239 235
Informasi dan Komunikasi 330 336 343 373 377 379 356
Jasa Keuangan 363 356 364 369 378 344 362
Real Estate 304 301 296 288 290 285 294
Jasa Perusahaan 045 047 046 044 044 044 045
Administrasi Pemerintahan Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
629 667 694 694 698 704 681
95
Jasa Pendidikan 442 430 420 401 394 392 413
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 149 151 145 140 140 143 145
Jasa Lainnya 103 101 099 098 098 101 100
Sumber BPS diolah
Dengan menggunakan (3) tiga alat analisis yang disebut di atas maka didapatkan
perhitungan sebagai berikut
Tabel VI5
Perhitungan Shift Share LQ dan MRP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019
No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)
LQ Time Series MRP (RPs)
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088
2 Pertambangan dan Penggalian 299751 065 123
3 Industri Pengolahan 1032389 077 098
4 Pengadaan Listrik Gas 4039 008 162
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
7872 221 209
6 Konstruksi 765004 117 101
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
908922 105 097
8 Transportasi dan Pergudangan 269306 085 114
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 144618 079 105
10 Informasi dan Komunikasi 206488 093 122
11 Jasa Keuangan 227099 085 091
12 Real Estate 190537 101 089
13 Jasa Perusahaan 28232 025 095
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
393865 175 118
15 Jasa Pendidikan 277108 121 079
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 93468 131 093
17 Jasa Lainnya 64466 056 097
Sumber BPS diolah
Berdasarkan Tabel VI4 diperoleh sektor unggulan pada Provinsi Kalimantan Barat
adalah sektor-sektor yang memiliki kontribusi rata-rata terhadap PDRB total di atas 10
persen Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan Industri
Pengolahan Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Dengan menggunakan analisis Shift Share LQ dan
MRP maka diperoleh tabel sebagai berikut
96
Tabel VI6
Sektor Unggulan Provinsi Kalimantan Barat tahun
No Sektor Usaha Shift Share (miliar
Rp)
LQ Time Series
MRP (RPs)
Rata-rata
PDRB
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088 2050
3 Industri Pengolahan 1032389 077 098 1616
6 Konstruksi 765004 117 101 1256
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
908922 105 097 1438
Sumber BPS diolah
Berdasarkan Shift Share semua sektor memenuhi syarat sebagai sektor unggulan
karena memiliki nilai Shift Share yang si atas Rp 7 triliun Berdasarkan metode LQ sektor
Industri Pengolahan tidak memenuhi syarat karena LQ lt 1 Perhitungan MRP menunjukkan
hanya sektor Konstruksi yang memenuhi syarat MRP Rps gt 1 Sektor Industri pengolahan
tidak memenuhi 2 kriteria yaitu LQ dan MRP sehingga dikeluarkan dari sektor unggulan
1a Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan
Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih
luas dari seluruh pulau Jawa Luasya wilayah ini banyak digunakan untuk pertanian dan
perkebunan PDRB sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205
persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-
2019 Data ini menunjukkan kekuatan dari sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan
sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat
Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan Karet menjadi 2 (dua) penyumbang
terbesar pada Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan Berdasarkan data dari BPS
perkebunan Kelapa Sawit menggunakan lahan seluas 145 juta hektare dengan hasil
produksi 973442 ton pada tahun 2018 Perkebunan Karet menggunakan lahan seluas
600956 hektare dengan produksi 268160 ton pada tahun 2017
Nilai jual hasil produksi kelapa sawit pada tahun 2018 apabila diperhitungkan
dengan harga rata-rata pada tahun berkenaan akan benilai sekitar Rp 146 triliun
sementara nilai karet sekitar Rp 21 triliun Dengan total Rp 356 triliun perkebunan
Kelapa Sawit dan Karet tentu saja masih jadi primadona
97
Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK733Menhut-II2014 tanggal 2
September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Barat
membagi hutan Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan fungsi sebagai berikut
1) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) seluas plusmn
1621046 hektar
2) Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas plusmn 2310874 hektar
3) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas plusmn 2132398 hektar
4) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas plusmn 2127365 hektar
5) Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) seluas 197918 hektar
Terdapat sekitar 45 juta hektare hutan produksi yang masih produktif pada Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini merupakan potensi yang sangat besar untuk menghasilkan
produk-produk hasil hutan yang memiliki nilai jual
Sub sektor Perikanan terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu Perikanan Budi Daya dan
Perikanan Tangkap Pada tahun 2018 Perikanan Budidaya digeluti oleh 52288 rumah
tangga sementara Perikanan Tangkap oleh 21233 rumah tangga Nilai ekspor
perikanan cenderung naik dari tahun ke tahun terakhir pada tahun 2018 tercatat ekspor
perikanan Kalbar sebesar 632 ton dengan nilai Rp 255 miliar
Dari bahasan di atas dapat dilihat bahwa Perkebunan Sawit dan Perkebunan Karet
merupakan sub sektor andalan pada sektor Sektor Pertanian Kehutanan dan
PerikananDengan demikian sangat diperlukan usaha pemerintah untuk ikut menjaga
stabilitas harga khususnya di tingkat petani Pemerintah Provinsi Kalbar menerbitkan
Peraturan Gubernur Nomor 63 Tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan penetapan
indeks dan harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit produksi pekebun Kalbar
Para pekebun kelapa sawit di seluruh Kalbar harus bermitra dengan perusahan kelapa
sawit para mitra tersebut harus membeli sesuai dengan harga yang telah ditetapkan
Pabrik kelapa Sawit tidak boleh membeli tandan kelapa sawit dengan para pekebun
yang bukan mitra
Keberadaan BUMDes diharapkan dapat menampung hasil getah karet petani dan
sekaligus memfasilitasi penjualan karet langsung ke pabrik karet sehingga jalur
perdagangan terpangkas karena tidak melalui pengepulapabila dilaksanakan secara
serempak maka dampaknya diharapkan dapat meningkatkan stabilitas harga getah
98
karet Penggunaan Dana Desa untuk pemberdayaan BUMDes harus didorong serta
kemudahan permodalan melalui KUR
1b Sektor Konstruksi
Mardiasmo (2002) mengatakan peningkatan Pemda dalam investasi modal (belanja
modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya
mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan
yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Terpilihnya sektor Konstruksi sebagai
sektor potensial sejalan dengan menggeliatnya pembangunan infrastruktur pada
Provinsi Kalimantan Barat sesuai dengan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo
pada tahun 2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur Hal ini terlihat pada peningkatan
PDRB sektor Konstruksi 6177 persen dari tahun 2014 hingga tahun 2019
Pada tahun 2019 Pemerintah menyediakan Pagu Rp 499 triliun untuk belanja
infrastruktur yang berasal dari
Belanja Pemerintah Pusat sebesar
Rp 238 triliun dan DAK Fisik sebesar
Rp 261 triliun Pagu ini meningkat
drastis dari Rp 132 triliun pada tahun
2014 atau mengalami kenaikan
sebesar 278 persen
Output dari sektor Konstruksi
pada Provinsi Kalimantan Barat
dapat dilihat dari pembangunan
Jalan Paralel Perbatasan Dari 1920
km jalan parallel perbatasan yang
akan dibangun di pulau Klimantan
82797 km berada pada wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Kondisi
jalan sampai akhir tahun 2019 sudah
teraspal sepanjang 31705 km (38)
lapisan agregat sepanjang 25329 km (31) dan masih berupa perkerasan tanah
25763 km (31) Jalan paralel perbatasan memiliki lebar minimal 7 meter dan ruang
milik jalan (Rumija) minimal 25 meter
1c Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Gambar VI1 Jalan Paralel Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat
Sumber Kompascom
99
PDRB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor menyumbang rata-rata 1438 persen pada PDRB total Prov Kalbar periode tahun
2014-2019 Sektor ini juga menyerap 510454 tenaga kerja atau 2069 persen dari total
tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Barat
Tabel VI7
Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016-2019
No Lapangan Usaha 2019 2018 2017 2016
1 Pertanian Perkebunan Kehutanan Perburuan dan Perikanan
1223113 1303474 1293884 1138334
2 Pertambangan dan Penggalian 52114 59458 54254 53514
3 Industri 134660 171828 135022 110668
4 Listrik Gas dan Air 6819 4618 7315 8891
5 Konstruksi 119949 130021 127502 146694
6 Perdagangan 510454 407126 354975 418258
7 Transportasi Pergudangan dan Komunikasi 66675 74663 67714 61910
8 Lembaga Keuangan Real Estate Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan
32687 19738 18290 27624
9 Jasa Kemasyarakatan Sosial dan Perorangan 320556 283363 340417 339232
Jumlah 2467027 2454289 2399373 2305125
Sumber BPS diolah
Serapan tenaga kerja yang cukup besar menjadikan sektor ini menjadi penyerap
tenaga kerja terbesar kedua setelah sektor Pertanian Perkebunan Kehutanan
Perburuan dan Perikanan
Nilai MRP dari sektor ini adalah 097 Nilai tersebut menunjukkan bahwa
pertumbuhan dari sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor tidak menonjol Hal ini tergambar dari kontribusi PDRB sektor terhadap
PDRB total selama 6 (enam) tahun yang berkutat di angka 14 persen Ke depannya
sektor ini diperkirakan akan tetap menajdi sektor unggulan tapi dengan pertumbuhan
yang stagnan atau cenderung menurun
62 SEKTOR POTENSIAL DAERAH
Tantangan pembangunan ekonomi daerah ke depan adalah mengupayakan
pengelolaan jalannya pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan efisien dengan
100
memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah termasuk sumber daya alam dan
sumber daya manusianya serta mengoptimalkan seluruh sumber-sumber dana untuk
membiayai pembangunan ekonomi daerahnya Untuk mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki daerah terlebih dahulu harus dikenali potensi ekonomi yang dimiliki
LQ dan MRP merupakan metode pengembangan dari Shift Share Pada LQ sektor
potensial adalah sektor yang memiliki nilai LQ gt 1 sementara pada MRP sektor yang
memiliki nilai gt 1 merupakan sektor yang menonjol Berdasarkan Tabel VI5 sektor
potensial pada Provinsi Kalimantan Barat didasarkan pada kedua kriteria tersebut
Terdapat 3 (tiga) sektor potensial berdasarkan kriteria di atas namun sektor Pengadaan
Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang dengan nilai Shift Share hanya Rp
7872 miliar tidak dapat dianggap sebagai sektor potensial karena nilai rupiah potensinya
tidak signifikan
Tabel VI5
Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat
No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)
LQ Time Series
MRP (RPs)
1 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
393865 175 118
2 Konstruksi 765004 117 101
Sumber BPS diolah
2a Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib menjadi
sektor potensial dapat dimengerti dengan besarnya jumlah Belanja Pemerintah
dibanding dengan PDRB Pada tahun 2019 Belanja Pemerintah bernilai 1412 persen
dari PDRB
Sektor ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan yang umumnya
dilakukan oleh administrasi pemerintahan seperti perundang-undangan dan
penerjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan administrasi program
berdasarkan peraturan perundangan-undangan kegiatan legislatif perpajakan
pertahanan negara keamanan dan keselamatan negara pelayanan imigrasi
hubungan luar negeri dan administrasi program pemerintah Sektor ini juga mencakup
kegiatan jaminan sosial wajib
Pada tahun 2019 sektor ini menyumbang Rp 1497 triliun atau 7 persen sebagai
penyumbang langsung terhadap PDRB Ini berarti dari total Rp 30 triliun belanja
101
pemerintah dan TKDD yang disalurkan pada Prov Kalbar sekitar 499 persen
diperuntukkan ke sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Sektor ini dapat dikembangkan dengan memperbesar belanja Pemerintah pada
Provinsi Kalimantan Barat atau memperbesar porsi sektor ini dari belanja Pemerintah
yang sudah ada Namun dengan memperbesar belanja Pemerintah ada kekhawatiran
nantinya Provinsi Kalbar akan tergantung dan tidak dapat mencari alternatif lain
sebagai sumber pertumbuhan ekonomi
2b Sektor Konstruksi
Soepangat (199152) menyatakan bahwa peningkatan belanja modal yang
menyebabkan peningkatan penyediaan layanan barang dan jasa publik kepada
masyarakat akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sektor Konstruksi menjadi
satu-satunya sektor yang masuk dalam kategori unggulan dan potensial pada Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini menjadi menarik karena terpilihnya sektor Konstruksi pada
kedua kategori menandakan bahwa sektor ini kalau dalam product life cycle masih
dalam tahap growth (pertumbuhan) Sektor yang sedang berada pada tahap growth
merupakan sektor yang paling menarik karena sektor ini sudah mapan namun masih
dapat dikembangkan
Penetapan calon ibukota baru dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di
Provinsi Kalimantan Timur sedikit banyak mempengaruhi sektor konstruksi pada pulau
Kalimantan Dengan lokasi ibukota negara di pulau Kalimantan maka akan diperlukan
interkoneksi antar semua provinsi di Kalimantan untuk mendukung ibukota baru
Provinsi Kalimantan Barat sudah mulai mendapatkan proyek-proyek besar mulai
tahun 2018 Salah satunya adalah pembangunan pelabuhan Kijing yang akan diajdikan
gerbang utama ekspor dan impor dari Pulau Kalimantan Pelabuhan Kijing dibangun
dengan investasi Rp 14 triliun dan terkoneksi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
yang juga sedang dalam proses pembangunan Pembangunan kedua fasilitas ini
diharapkan akan mempercepat pertumbuhan perekonomian Provinsi Kalimantan
Barat
Pulau Kalimantan dapat dipastikan akan mengalami make over yang besar
Proses make over ini tentu menjadi peluang yang sangat besar bagi sektor Konstruksi
102
untuk berkembang dan dengan sendirinya akan memberi sumbangan yang besar
kepada PDRB
63 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH
Menurut Adam Smith bahwa dalam perekonomian segala sesuatunya akan berjalan
sendiri-sendiri menyesuaikan diri menuju kepada keseimbangan menurut mekanisme
pasar Tarik-menarik kekuatan dalam sistem perekonomian itu seperti dikendalikan oleh
ldquothe invisible handrdquo sehingga dengan demikian tidak memerlukan begitu banyak campur
tangan pemerintah
Dalam masa sekarang ini banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat semakin
majunya teknologi dan banyaknya penemu-penemu baru serta semakin terbukanya
perekonomian antar negara menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling terkait
dan berbenturan Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan dalam
mengatur jalannya sistem perekonomian karena tidak sepenuhnya semua bidang
perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta Dengan demikian dalam sistem
perekonomian modern peranan pemerintah dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu
1) Peranan Alokasi
Peranan alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal penyediaan
barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang umum atau
disebut juga barang publik Karena dalam sistem perekonomian suatu negara tidak
semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem pasar
Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang disebut barang
publik tadi
2) Peranan Distribusi
Peranan distribusi ini merupaka peranan pemerintah sebagai distribusi pendapatan dan
kekayaan Tidak mudah bagi pemerintah dalam menjalankan peranan ini karena
distribusi ini berkaitan erat dengan dengan masalah keadilan Kegiatan dalam
mengadakan redistribusi pendapatan atau mentransfer penghasilan ini memberikan
koreksi terhadap distribusi penghasilan yang ada dalam masyarakat
3) Peranan Stabilisasi
Kegiatan menstabilisasikan perekonomian yaitu dengan menggabungkan kebijakan-
kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan lain seperti kebijakan fiskal dan
perdagangan untuk meningkatkan atau mengurangi besarnya permintaan agregat
103
sehingga dapat mempertahankan full employment dan menghindari inflasi maupun
deflasi Peranan stabilisasi pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalam
menstabilkan perekonomian seperti terjadi deflasi inflasi penurunan
permintaanpenawaran suatu barang yang nantinya masalah-masalah tersebut akan
mengangkibatkan timbulnya masalah yang lain secara berturut-turut seperti
pengangguran stagflasi dan lain-lain
12 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat memegang tugas dalam ketiga peranan di atas Untuk sektor
unggulan tugas pemerintah adalah bagaimana mempertahankan keunggulan
sektor tersebut agar tetap sustain (berkelanjutan) dan untuk sektor potensial adalah
bagaimana untuk mematangkan sektor tersebut sehingga dapat menjadi sektor
unggulan
Pada sektor unggulan apabila melihat nilai MRP terdapat 3 (tiga) sektor yang
memiliki nilai lt 1 yaitu sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sektor Industri
Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor Ketiga sektor ini perlu perhatian yang lebih besar dari Pemerintah
Pusat
Langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemerintah Pusat untuk
mempertahankan keunggulan sektor-sektor ini adalah dengan mengalokasikan Rp
23063 miliar untuk Kementerian Pertanian di Kalbar dengan Rp 8529 miliar untuk
infrastruktur pendukung membangun pelabuhan Kijing untuk mempermudah
ekspor impor dan membuat aturan untuk membangun smelter alumunia di daerah
penghasil Selama ini bauksit dari Kalbar langsung diangkut ke tempat lain sehingga
dengan adanya smelter maka aka nada nilai tambah yang diterima oleh Kalbar
Tantangan bagi Pemerintah Pusat untuk mendukung sektor-sektor unggulan ini
agar tetap sustain adalah dengan menjaga harga produk unggulan dari sektor
pertanian kehutanan dan perikanan tetap stabil dan dapat menembus pasar
ekspor Untuk industri pengolahan adalah menjaga kondisi politik dan sosial
ekonomi tetap stabil sehingga iklim investasi terjaga
Untuk sektor Konstruksi Pemerintah Pusat pada tahun 2019 manggelontorkan
dana sebesar Rp 499 triliun untuk infrastuktur Pemerintah Pusat sepertinya akan
terus menambah investasi pada infrastruktur namun porsi dari APBN akan
dikurangi karena lebih difokuskan pada pengembangan kapasitas SDM Untuk
104
menutupi kekurangan akan dilaksnakan kerjasama dengan investor dari dalam
maupun luar negeri untuk mebangun infrastruktur di Kalimantan Barat
Tantangan pada sector konstruksi lebih kepada menjaga iklim investasi yang
mendukung Dengan prospek besar infrastruktur di Kalimantan Barat apabila iklim
investasi mendukung maka dengan para investor akan datang dengan sendirinya
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
masuk ke dalam sektor potensial merupakan buah simalakama Sektor ini
diharapkan akan berkembang namun secara teori Pemerintah akan berusaha
menurunkan anggaran pada sektor ini secara perlahan Penurunan ini dilakukan
karena sektor ini bukan sektor produktif yang dapat menggenjot perekonomian
dengan signifikan
13 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah merupakan lsquotuan rumahrdquo investor dari sektor-sektor yang
dibahas di atas Sebagai tuan rumah sudah selayaknya Pemda-Pemda di Kalbar
menggelar karpet merah bagi yang ingin berinvestasi pada sektor-sektor tersebut
Karpet merah dalam hal ini dapat berupa kemudahan mengurus perizinan
bagi perusahaan yang akan masuk baik di sektor-sektor unggulan maupun sektor-
sektor potensial Sampai saat ini Prov Kalbar masih menjadi primadona bagi
perusahaan yang akan membuka Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai daerah
dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit terluas ketiga setelah Riau dan
Sumatera Utara potensi lahan di Kalbar dapat melebihi luas pada kedua Provinsi
tersebut
Untuk sektor pertanian kehutanan dan perikanan tantangan Pemerintah
Daerah adalah bagaimana menyediakan pendanaan bagi petani kecil atau
kelompok-kelompok petani agar tidak lsquomatirdquo tertekan oleh perkebunan dengan
modal yang besar Sebagaian besar lahan perkebunan adalah milik perusahaan
pemerintah daerah harus dapat membuat kebijakan yang mengharuskan
perusahaan besar membantu petani kecil dalam mengolah kebunnya Peraturan
tentang hal tersebut memang sudah ada dalam Perkebunan Inti Rakyat namun
dalam eksekusinya tanpa diawasi dengan ketat oleh Pemerintah hal tersebut tidak
berjalan dengan baik
Sektor konstruksi tidak lepas dari belanja modala pada pemerintah Dengan
belanja modal yang hanya 1987 persen dari total belanja seluruh Pemda di Kalbar
maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah tidak memiliki pushing power
105
untuk menggenjot sektor konstruksi Pemerintah Daerah dapat menjalankan
perannya dengan menjaga situasi yang kondusif agar investasi masuk dan
melakukan kerjasama untuk melaksanakan kegiatan infrastruktur baik dengan
pihak badan usaha (KPBU) ataupun pemerintah asing (G to G)
Kerjasama Pemda dengan badan usaha (swasta) sudah dimulai oleh
Pemerintah Kota Singkawang dalam pembangunan Bandara Singkawang
Kebutuhan dana pembangunan sekitar Rp43 triliun dihasilkan dengan skema
kerjasama dengan swasta Hal ini dapat ditiru oleh Pemda yang lain dalam
menggenjot pembangunan di daerahnya
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
masih menjadi sektor yang menyedot anggaran terbesar Pemda di Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini terlihat dari proporsi Belanja Pegawai terhadap Total
Belanja Pemda-Pemda di Prov Kalbar yang rata-rata di atas angka 50 persen
Tantangan bagi Pemerintah daerah adalah bagaimana menurunkan persentase
tersebut
Persentase sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib dapat dikurangi dengan langkah mengurangi anggaran pada pos-pos
yang dianggap mubazir atau tidak efisien serta meningkatkan PAD melalui
sumber-sumber pendapatan lain Pengurangan anggaran pada sektor-sektor yang
tidak efisien sudah pernah dilakukan oleh Pemprov Kalbar pada tahun 2018
dengan memotong biaya perjalanan dinas sebesar Rp 200 miliar
14 Sinkronisasi Kebijakan Pusat ndash Daerah
Dalam mempertahankan sektor unggulan dan memacu sektor potensial
Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah memiliki kebijakan masing-masing yang
dituangkan dalam APBN maupun APBD Pada sektor potensial yaitu sektor
Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dan Sektor
Konstruksi diperoleh data realisasi belanja pada tahun 2019 sebagai berikut
Tabel VI5
Belanja Pada Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat
(miliar Rp)
Sektor Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
Layanan Umum 87675 782834
Infrastruktur 446283 498884
Data LRA Pemda dan MEBE
106
Belanja Pemerintah Pusat pada kedua sektor di atas terlihat saling
melengkapi Belanja Pemerintah Pusat pada sector Administrasi Pemerintahan
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib terlihat kecil karena jumlah pegawai
Pemerintah Pusat memang lebih sedikit dibanding gabungan jumlah pegawai
Pemerintah Daerah seluruh Kalimantan Barat sehingga belanja yang digunakan
jauh lebih sedikit dibandingkan belanja yang sama pada Pemerintah Daerah
Untuk belanja sektor Konstruksi jelas terlihat bagaimana Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah memiliki peran yang hampir seimbang dalam bentuk
uang Pemerintah Pusat fokus pada Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan
jalan nasional dengan realisasi sebesar Rp 1 triliun sementara Pemerintah
Daerah juga fokus pada belanja pengadaan jalan dengan realisasi Rp 139 triliun
Hal ini sesuai dengan salah satu permasalahan pada RPJMD Provinsi Kalimantan
Barat tahun 2019 yang berbunyi ldquoRentang kendali pemerintahan yang panjang
disebabkan belum optimalnya konektivitas dan aksesibilitas antar daerah di
wilayah Kalimantan Barat serta kuantitas dan kualitas infrastruktur wilayah yang
belum memadairdquo
Sinergi juga terlihat pada pembangunan beberapa fasilitas umum salah
satunya adalah pembangunan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Kota Singkawang
Dalam pendirian SPN ini Pemerintah Daerah menyediakan lahan sementara
Pemerintah Pusat menyediakan dana untuk pembangunan
Pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mempermudah
pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan yang murah Dalam prakteknya
KUR memiliki fokus kepada sektor produktif seperti sektor Pertanian Kehutanan
dan Perikanan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada Provinsi
Kalimantan Barat sebesar Rp 179 triliun pada 41778 UMKM
Dalam KUR Pemerintah Pusat berperan sebagai regulator dan pihak yang
memberikan subsidi bunga Dengan subsidi bunga maka pelaku UMKM hanya
membayar bunga 7 persentahun Pemerintah Daerah memiliki peran sebagai
penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima KUR Dengan sinergi ini
diharapkan semakin banyak muncuk UMKM penerima KUR yang berkembang
sehingga perekonomian Kalimantan Barat juga akan semakin meningkat
BAB VII
ANALISIS TEMATIK
Masjid Jamirsquo PontianakMasjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Masjid Jamirsquo merupakan masjid tertua di Kota Pontianak dan menjadi pertanda berdiirnya Kota Pontianak pada 1771 Masehi
107
I PENDAHULUAN
Stunting (anak kerdil) merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekuranga
gizi kronis dan infeksi berulang terutama dalam seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK)
sehingga anak lebih pendek untuk usianya (Kemenkes) Balita pendek (stunted) dan sangat
pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PBU) atau tinggi badan
(TBU) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre
Growth Reference Study) 2006 Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SDstandar deviasi
(stunted) dan kurang dari ndash 3SD (severely stunted) Dampak stunting antara lain dampak
prevalensi kesehatan dan ekonomi
Stunting di Provinsi Kalbar masih terbilang tinggi dan berada pada urutan ke-27 se-
nasional Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka
rata-rata 333 persen atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita stunting Dari 14
kabupatenkota se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka stunting
paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Ketapang dengan angka 427 persen
disusul Landak sebesar 420 persen dan Melawi 408 persen Diatas angka stunting nasional
308 persen Sementara itu untuk nasional pada tahun 2019 terjadi penurunan menjadi 2767
persen (berdasarkan Survei Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI)
Revalensi stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) berada di bawah
angka 20 dan pada Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash
2019 adalah 28
Tabel VII1
Tabel Pada Baduta Kabkota Provinsi kalimantan barat Tahun 2013 dan Tahun 2018
Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)
108
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan tabel sebesar 531 persen
selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi juga penurunan pada 10
(sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada Kabupaten Kubu Raya
yang berhasil menekan angka stunting hingga 1477 persen selama lima tahun terakhir hal
ini juga bias menggambarkan keberhasilan program pembangunan dan bidang perekonomian
di Kabupaten Kubu Raya
Namun stunting masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada
kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten
dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Melawi yaitu 1298 persen
Terkait dengan kesehatan anak tidak hanya stunting (pendek) namun juga permasalahan
yang meliputi underweight (gizi kurang) dan wasting (kurus) Gizi buruk dan gizi kurang di
Provinsi Kalbar juga tinggi kasusnya dan berada pada urutan ke-28 se-nasional Berdasarkan
data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka rata-rata 2383 persen
atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita permasalahan gizi Dari 14 kabupatenkota
se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka gizi buruk dan gizi kurang
paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Landak dengan angka 3147 persen
disusul Sambas sebesar 3124 persen dan Kayong Utara 2951 persen Jauh diatas angka
nasional 177 persen dan selama kurun waktu tahun 2013 sampai 2018 telah menurun 19
persen
Gizi buruk menyebabkan 109 Juta kematian anak balita didunia setiap tahun Menurut
MDGs 2015 masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang
antara 200-290 dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ge30 (WHO2010) dan pada
Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash 2019 adalah 17
Tabel VII2
Gizi buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Kabkota Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2013 dan Tahun 2018
Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan status gizi buruk dan gizi
kurang sebesar 267 persen selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi
penurunan pada 10 (sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada
109
Kabupaten Sintang yang berhasil menurunkan status gizi buruk dan gizi kurang hingga 2054
persen selama lima tahun terakhir
Namun satus gizi masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada
kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten
dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Landak yaitu 1497 persen
II Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting
Percepatan pencegahan stunting merupakan pendekatan program pertama yang dilakukan
dengan menyeluruh dan terintegrasi yang dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir yang
ditunjukkan oleh tingginya komitmen Presiden bersama Menteri dan Pimpinan Lembaga
hingga ke tingkat Gubernur BupatiWalikota dan Kepala DesaLurah
Dalam rangka memastikan konvergensi berbagai programkegiatan percepatan penurunan
stunting dilakukan maka acuan yang digunakan adalah dokumen Strategi Nasional
Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) yang diikuti oleh berbagai pedoman
operasional Di dalam Stranas Stunting juga diatur pendekatan multi sektor yang
melaksanakan percepatan penurunan stunting yang melibatkan sektor antara lain sektor
kesehatan pertanian pendidikan air minum dan sanitasi dan perlindungan sosial Untuk
mengimplementasikannya telah disusun berbagai pedoman operasional
Penanganan masalah stunting menjadi salah satu prioritas dalam rencana kerja
Pemerintah Provinsi Kalbar Caranya yakni dengan memperkuat sinergi antarsektor terkait
serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan sektor swasta
Revitalisasi posyandu dan revitalisasi desa siaga serta pembentukan pusat penanganan gizi
buruk di tiap kabupatenkota merupakan upaya konkret yang diharapkan dapat menurunkan
prevalensi stunting di Kalbar Peningkatan cakupan air bersih dan sanitasi lingkungan
merupakan intervensi sensitif yang sangat berpengaruh dalam menurunkan prevalensi
stunting
III Penanganan Stunting Oleh Pemerintah
III1 Belanja KL Dalam APBN
Dalam kaitannya dengan percepatan pencegahan stunting melalui belanja
KementerianLembaga (KL) telah dilakukan berbagai langkah dan kebijakan agar
pengelolaan program tersebut terarah dan terukur Pada proses perencanaan khususnya
terkait dengan identifikasi output yang terkait dengan stunting telah disusun pedoman
penandaan pemantauan dan evaluasi percepatan pencegahan stunting sebagai dasar bagi
KL dalam mengidentifikasi output yang berkontribusi kepada percepatan penurunan stunting
Selanjutnya dilakukan forum koordinasi yang melibatkan Direktorat Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan (DJA Kemenkeu) Kementerian Perencanaan Pembangunan
NasionalBadan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPNBappenas) dan
KL terkait secara berkala untuk mengkaji hasil penandaan tersebut sekaligus melakukan
penajaman hasil identifikasi pada level di bawah output atau dengan pembobotan Ringkasan
110
output KL yang telah disusun tersebut digunakan sebagai dasar acuan dalam pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi program percepatan penurunan stunting
Dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat total alokasi dana yang dianggarkan kepada
Satker KL untuk penangangan stunting sebesar Rp14992 miliar dengan realisasi Rp14271
miliar (9519)
Tabel VII3
Belanja Penangan Stunting Satker KL Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Sumber Aplikasi MEBE (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi dana untuk penanganan stunting oleh KL
relative kecil yaitu hanya 357 dari total belanja satker yang terdapat alokasi untuk
penanaganan stunting atau hanya 099 dari total dana APBN Intervensi gizi spesifik hanya
dilakukan oleh satker Kementerian Kesehatan dengan alokasi dana sebesar Rp665 miliar
atau hanya sebesar 502 dari total alokasi dana Satker kementerian Kesehatan dengan
kinerja capaian output mencapai 7710
Secara nasional terdapat 20 (duapuluh) kementerianlembaga yang menganggarkan dana
penanganan stunting dengan alokasi dana Rp60 triliun atau 246 dari total APBN Indonesia
sementara itu untuk wilayah Kalbar hanya dianggarkan Rp14992 miliar untuk stunting atau
hanya 025 dari alokasi stunting nasional dan hanya 099 dari pagu total APBN di Kalbar
Kecilnya alokasi dana untuk penanganan stunting tersebut akan berpengaruh terhadap
keberhasilan upaya pencegahan stunting di Kalbar untuk itu diharapkan terjadi peningkatan
alokasi dana yang dianggarkan untuk penangnan stunting di Kalbar pada masa yang akan
datang mengingat kondisi Kalbar sebagai penderita terbanyak ke 27 secara nasional
Seperti pada lampiran III1 maka kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi
spesifik mencapai 7710 diantaranya adalah untuk Penyediaan Makanan Tambahan bagi
111
Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) capaian outputnya mencapai 100 serta kegiatan
Peningkatan Surveilans Gizi untuk 14 layanan dengan capaian output 100
Kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi sensitive mencapai 7813 yang
dialokasikan melalui 7 (tujuh) KL diantaranya adalah untuk Kampanye Hidup Sehat capaian
outputnya mencapai 100 kegiatan Bimbingan Perkawinan Pra Nikah dengan capaian output
97 serta Sistem Pengelolaan Air Limbah untuk 2980 kepala keluarga dengan capaian
output mencapai 100
Kinerja capaian output untuk kegiatan Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis
mencapai 8763 yang dialokasikan melalui 4 (empat) KL diantaranya adalah untuk Analisis
Ketersediaan Pangan Wilayah capaian outputnya mencapai 100 kegiatan Pelatihan
Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan untuk 390 orang dengan capaian output 96
serta PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat yang Terbit Tepat Waktu dengan
capaian output mencapai 100
Secara umum kinerja capaian output kebijakan terkait stunting tercapai Beberapa
permasalahan terkait dengan kebijakan terkait stunting antara lain kurangnya optimalisasi
sisa dana dan penumpukan realisasi di akhir tahun anggaran Yang perlu ditingkatkan adalah
pelaksanaan pencapaian target harus lebih disiplin sesuai dengan rencana penarikan dana
III2 Belanja Dana Desa Dan DAK Fisik
III 21 Dana Desa
Alokasi Dana Desa untuk Provinsi Kalbar Tahun 2019 adalah sebesar Rp1992 miliar yang
disalurkan kepada 2031 desa dengan realisasi sebesar Rp1987 miliar (9974) Intervensi
pencegahan stunting dilaksanakan secara terintegrasi hingga ke tingkat desa Desa-desa
yang memiliki resiko tinggi warganya mengalami stunting sudah barang tentu wajib
menganggarkan untuk menghindari resiko stunting pada warganya hal ini ditegaskan dalam
Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 tentang
Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan
Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi Dana Desa tidak melulu untuk
perbaikan sarana dan prasarana fisik namun sarpras non-fisik dan sosial kesehatan mutlak
perlu dikedepankan Bahkan penyaluran Dana Desa tahap III pada tahun 2020 mensyaratkan
untuk menyampaikan Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting
Penggunaan Dana Desa di Wilayah Kalbar juga telah mendukung program Konvergensi
Pencegahan Stunting diantaranya adalah melalui kegiatan intervensi gizi spesifik dengan
total alokasi adalah sebesar Rp104 miliar sangat kecil sekali yaitu hanya 052 dari total
realisasi penggunaan Dana Desa
Tabel VII4
Intervensi Gizi Spesifik Dana Desa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
112
Sumber omspan (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi Dana Desa yang dikhususkan untuk
Penyelenggaraan Kegiatan Pencegahan Stunting relative kecil hanya dialokasikan untuk 3
paket sebesar Rp84342500- hal ini perlu mendapatkan perhatian bersama untuk
peningkatan pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa sesuai dengan Pasal 6
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 dimana Desa yang
warganya berisiko tinggi mengalami stunting untuk mengalokasikan kegiatan pencegahan
stunting
Kebijakan pengalokasian Dana Desa Tahun 2021 hendaknya juga mendukung program
Konvergensi Pencegahan Stunting yaitu dimungkinkan untuk dilakukan perubahan formulasi
perhitungan besaran alokasi Dana Desa diusulkan untuk Alokasi Formula dimasukan
parameter perhitungan untuk jumlah penderita stunting dengan mendapatkan alokasi sebesar
20
Dana Desa juga dialokasikan untuk kegiatan Intervensi Gizi Sensitif seperti pada lampiran
III21 dengan alokasi sebesar Rp22960 miliar atau 1156 dari total realisasi Dana Desa
Beberapa capaian outputnya adalah Operasional PAUDTKTPATKATPQMadrasah Non-
Formal Milik Desa dengan alokasi Rp2361 miliar dengan output 27196367 Paket
Terselenggaranya Operasional Pos Kesehatan Desa (PKD)Polindes Milik Desa Lainnya
dengan alokasi Rp2350 miliar dengan output 31710863 paket serta Sambungan Air Bersih
ke Rumah Tangga (pipanisasi dll) yang mendapatkan alokasi sebesar Rp1140 miliar
dengan output 16424989 meter
Provinsi Kalbar dengan penderita stunting urutan ke 27 nasional maka diperlukan
penanganan melalui berbagai sumber pendanaan termasuk Dana Desa untuk itu diharapkan
instansi terkait di tingkat provinsi untuk memberikan arahan dan himbauan agar penggunaan
Dana Desa juga dialokasikan untuk pencegahan stunting khususnya untuk intervensi gizi
sensitive melalui alokasi pada Bidang Pemberdayaan masyarakat
Efektivitas pencapaian target capaian output Dana Desa diatas berdasarkan laporan
capaian output oleh Pemda terkait dimana upload capaian output baru mencapai 8545
diharapakan Pemda segera melakukan upload data capaian output sehingga bisa
menghasilkan analisis data yang lengkap
III 22 DAK Fisik
No URAIAN OUTPUT SATUAN REALISASI OUTPUT
1 Penyelenggaraan Posyandu (Kelas Ibu Hamil) 1787 ORANG 615076375 8700
2 Penyelenggaraan Posyandu (Makanan Tambahan) 20260 UNIT 9508583774 8200
3 Kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak kerdil (stunting) 3 PAKET 84342500 10000
4
Fasilitasi Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
dan Endemik 3 PAKET 84342500 10000
5 Penyelenggaraan kegiatan pencegahan stunting 3 PAKET 84342500 10000
6 Penanganan Stunting 2 PAKET 10000000 5000
7 Kampanye dan Promosi Hidup Sehat Guna Mencegah Penyakit Menular 1 PAKET 14001000 10000
10400688649TOTAL DANA DESA UNTUK INTERVENSI SPESIFIK
(Rupiah)
113
DAK Fisik Tahun 2019 sebagai salah satu sumber pendanaan untuk mendukung
konvergensi penanganan stunting di wilayah Provinsi Kalbar dialokasikan melalui DAK Fisik
Tematik tentang stunting melalui DAK Fisik Penugasan pada bidang Kesehatan Sanitasi Air
Minum dan Pendidikan dengan dijabarkan melalui kegiatan Intervensi Gizi Spesifik
Total alokasinya DAK Fisik Penugasan yang terkait dengan program pencegahan stunting
untuk wilayah Kalimantan Barat adalah sebesar Rp373508869032 dengan rincian
sebagaimana pada Lampiran III22 A
Dari lampiran III22A diketahui bahwa untuk penanganan stunting melalui Bidang
Pendidikan untuk pelaksanaanya dikoordinir oleh Provinsi sementara itu untuk lokasi sebaran
pagu ternyata tidak sesuai dengan jumlah penderita permasalahan gizi dan stunting dimana
alokasi pagu terbesar adalah untuk Kabupaten Sintang Sanggau dan Kota Pontianak
sedangkan berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 justru penderita terbanyak adalah
Kabupaten Ketapang Landak dan Melawi Hal ini perlu mendapatkan perhatian di dalam
penyusunan alokasi DAK Fisik penugasan hendaknya sebaran alokasi pagu diarahkan untuk
daerah dengan jumlah penderita stunting terbanyak
Beberapa kegiatan intervensi gizi spesifik DAK Fisik Penugasan seperti pada Lampiran
III22B khususnya melalui bidang kesehatan capaian outputnya 99 diantaranya adalah
penyediaan alat ukur demensi tubuh (antropometri) dan alat kesehatan puskesmas sebanyak
1162 paketunit dengan nilai Rp2177 Miliar Pencegahan stunting melalui intervensi gizi
sensitive dilaksanakan melalui bidang Pendidikan dengan capaian output 93 dan bidang
Sanitasi dan Air Minum Beberapa outputnya diantarnya adalah untuk penyediaan sarana dan
prasarana PAUD sebanyak 196 ruangpaket dengan realisasi sebesar Rp81 miliar serta
pembangunan system pengolahan air limbah domestic setempat dan terpusat 1315 unit
dengan realisasi Rp411 miliar
Realisasi DAK Fisik Penugasan mencapai 9513 tidak tercapainya realisasi maksimal
disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah keterlambatan pelaksanaan lelang dan
ketidaksesuaian antara nilai daftar kegiatan dengan realisasi nilai kontrak
III3 Belanja Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Alokasi penangan stunting dalam APBD Provinsi Kalbar secara agregat dialokasikan
sebesar Rp28646 miliar atau hanya 110 dibandingkan dengan total jumlah APBD tahun
2019 yaitu Rp26044 miliar
Seperti pada lampiran III3 maka dapat diketahui bahwa kelompok penangan stunting
intervensi gizi spesifik mendapatkan alokasi dana sebesar Rp2436 miliar atau hanya 009
jika dibandingkan dengan total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya adalah Program
Pencegahan Stunting sebesar Rp15 miliar dan yang terbesar adalah Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular dengan alokasi sebesar Rp1267 miliar
Kelompok penangan stunting intervensi gizi sensitive mendapatkan alokasi dana sebesar
Rp25904 miliar atau hanya 099 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya
114
adalah Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah sebesar Rp8998 miliar dan yang terkecil
Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dengan alokasi sebesar Rp125 juta
Kelompok kegiatan yang terkait pencegahan stunting mendapatkan alokasi dana sebesar
Rp306 miliar miliar atau hanya 001 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya
adalah Penyediaan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat Rp112 miliar dan yang
terbesar adalah kampanye Pencegahan Stunting dengan alokasi Rp120 juta
Beberapa kendala yang dihadapi Pemda terkait pelaksaan kebijakan stunting adalah
a Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan pemantauan pertumbuhan serta
perilaku baik yang masih rendah
b Terbatasnya akses (daya beli pengetahuan) atas pemberian makanan bergizi seimbang
untuk ibu hamil bayi dan balita yang masih rendah
c Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif yang belum optimal
d Suplementasi yang belum optimal seperti Konsumsi Tablet Tambah Darah pada ibu hamil
dan remaja Puteri
e Angka infeksi yang masih tinggi seperti cacingan diare dll baik pada balita dan ibu Hamil
f Kebersihan Lingkungan dan Akses Sanitasi yang masih belum baik
g Budaya di masyarakat dimana ibu hamil masih banyak pantangan makanan
h Tingkat soasial ekonomi masyarakat yang masih rendah
i Masih rendahnya tingkat kepedulian dan dukungan keluarga terhadap ibu hamil dan
tingkat pendidikan ibu yang masih rendah
Rekomendasi dalam upaya mengantisipasi kendala dalam pencapaian sasaran kebijakan
stunting antara lain
1 Peningkatan upaya dukungan lintas sektor dalam penanggulangan Stunting (Konvergensi
Stunting) dalam intervensi spesifik maupun sensitif
2 Peningkatan alokasi Dana Desa untuk Pelayanan Sosial dasar terkait 1000 Hari Pertama
Kehidupan
3 Peningkatan Upaya Strategi Perubahan Perilaku dalam penanggulangan stunting
4 Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamilbayi dan anak balita
melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
5 Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan Buku KIA kelas Ibu
Posyandu dan pendampingan pada ibu hamil
6 Peningkatan akses terhadap makanan bergizi bagi balita dan ibu hamil melalui pemberian
PMT Pelatihan PMBA untuk Masyarakat Konseling Menyusui
7 Peningkatan Akses Air bersih dan Sanitasi lingkungan melalui Lima Pilar STBM
Dalam rangka keberhasilan penanganan stunting di Provinsi Kalbar diharapkan alokasi
dana melaui APBD ditingkatkan jumlahnya dengan tetap memperhatikan kemampuan
keuangan daerah setidaknya mengacu pada kebijakan nasional yakni sekitar 246 dari total
APBD
BAB VII
PENUTUP
Pantai Tanjung Belandang KetapangPemandangan khas dar i Pantai in i adalah jembatan kayu yang menjirok ke laut deratan gazebo berjejer rapih di sepanjang jembatan kayu tersebut
115
A KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisis di bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut
1 Kinerja ekonomi Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar 500 persen mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang
sebesar 506 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 502 persen
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan Asuransi
Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian
2 Laju pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat 2019 yang tertinggi adalah komponen Ekspor
Barang dan Jasa yaitu 1012 persen dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun
selanjutnya adalah Konsumsi LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan
jasa utamanya berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan
Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet
3 Struktur perekonomian yang menopang ekonomi Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor
lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen) industry
pengolahan (1634 persen) perdagangan besar-eceran serta reparasi mobil sepeda motor
(1430 persen) kontruksi (1244 persen) dan sisanya terbagi dari beberapa sektor lapangan
usaha antara lain Pertambangan transportasi pergudangan informasi jasa keuangan
real estate dan jasa lainnya
4 Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan
Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat pada tahun 2019 mencapai
sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25 triliun atau 1897 persen dibandingkan
dengan tahun 2018 Hal ini adanya tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan
berlanjut dimasa mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah
yang akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single
Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai
instansi terkait baik di pusat dan daerah
5 BI Rate Kalimantan Barat 2019 cenderung menurun dari level 600 persen Bulan Januari
hingga level 500 persen pada bulan Desember Tren menurunnya BI Rate tersebut
merupakan antisipasi terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami
penurunan dan juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi (Global Bank Sentral Amerika
Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang menahan suku bunga di level 15-175
116
6 Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif Inflasi
tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional
yang hanya mencapai 055 persen Tekanan inflasi ini terjadi seiring adanya aktivitas
pemilihan umum dan legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya
permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi
sepeda motor dan ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru
7 Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka Rp14313- per
US Dollar dan menunjukan perbaikan pad akhir tahun 2019 pada Rp13831- per US Dollar
Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank
Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)
yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara
maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara
emerging market termasuk Rupiah dan pengaruh melemahnya dolar AS terhadap semua
mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak menaikkan tingkat suku bunga
8 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo terjadi
peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun 2018
(berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional 7081
Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi
Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin
dan berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah
masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun
9 Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan masih lebih baik dari
pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380) Ketimpangan pendapatan terjadi
karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan faktor produksi sehingga pihak-pihak yang
memiliki faktor produksi akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak
10 Investasi Pemerintah Pusat tahun 2019 melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM di Wilayah Provinsi Kalimantan
Barat telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 UMKMdebitur) jika dibandingkan
dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen
masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama sektor produksi yang hanya
mencapai 4124 persen yang ditargetkan sebesar 60 persen
11 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar
Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen hasil produk terutama mutu dan kualitas
produk belum bisa bersaing secara global dengan produk daerah lain
12 Penerimaan pajak dalam negeri tahun 2019 sebesar Rp667 triliun naik 26108 miliar atau
naik 407 persen dibanding penerimaan tahun 2018 Kontribusi terbesar dari penerimaan
117
pajak dalam negeri adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Rp32 triliun atau 48 persen
disusul Pajak Penghasilan (PPh) Rp307 triliun atau 46 persen
13 Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar meningkat
signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018 Dengan
perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288 miliar
atau 541 persen
14 Penerimaan PNBP tahun 2019 sebesar Rp82375 miliar mengalami penurunan sebesar Rp
3776 atau 43 persen dibandingkan penerimaan tahun 2018 Dengan komposisi
pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen dari total penerimaan PNBP
disusul pendapatan PNBP BLU sebesar 489 persen
15 Belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019 yaitu sebesar
Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar Rp1049
triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun Realisasi Belanja
pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer ke Daerah dan
dana desa terealisasi Rp2034 triliun
16 Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 terdapat penurunan angka stunting pada 10
KabupatenKota di Kalimantan Barat namun juga terjadi kenaikan angka stunting pada 4
(empat) Kabupaten
B REKOMENDASI
1 Pemerintah Daerah tetap mengupayakan peningkatan alokasi belanja pada jenis belanja
dan meningkat investasi pada sektor-sektor yang belum atau kurang memberikan kontribusi
terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat tahun 2019 terutama pada sektor
sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan
dan Penggalian yang mengalami penurunan pada periode ini secara umum capaian
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat bisa dikatakan masih stagnan dan belum
memberikan kontribusi PDRB secara maksimal yang hanya sebesar 134 persen terhadap
pembentukan PDB nasional diharapkan untuk berikutnya lebih meningkat dibanding tahun
ini
2 Untuk mempertahankan sektor ekonomi unggulan dan mematangkan sektor ekonomi
potensial Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu berkolaborasi dalam membangun
infrastruktur pendukung maupun untuk mendatangkan investor yang mau berinvestasi pada
sektor-sektor tersebut Seperti pada pembangunan Pelabuhan Kijing di kabupaten
Mempawah Pemerintah Pusat menyiapkan dana pembangunan dengan menggandeng
investor sementara Pemerintah Daerah menyiapkan dana untuk pembebasan lahan
3 Pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa perlu dilakukan desa dengan
warga berisiko tinggi stunting agar mengalokasikan Dana Desa untuk kegiatan pencegahan
stunting Kebijakan pengalokasian Dana Desa tahun 2021 hendaknya mendukung program
118
konvergensi Pencegahan Stunting yang dapat diatambahkan pada perhitungan Alokasi
Formula dengan alokasi 20 persen
4 Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) agar terus melakukan upaya memitigasi risiko
terhadap kenaikan harga serta kelancaran distribusi pasokan bahan pangan adanya
kebijakan yang memacu peningkatan produksi bahan pangan dan mengajak para
pengusaha dalam menentukan harga dan perlu mempertimbangkan daya beli konsumen
Sedangkan untuk konsumen sendiri harus mampu mengatur nafsu konsumtif karena
Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan yang
harus diatur oleh pemerintah
5 Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing mengalami kenaikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp14 triliun Hal ini terjadi tren positif terhadap
pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa mendatang dukungan Pemerintah
tetap melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single Submission
(OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai instansi terkait
baik dari pusat maupun daerah
6 Tren menurunnya BI Rate tersebut harus dijaga untuk mengantisipasi kondisi perekonomian
nasional yang masih mengalami penurunan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan
ekonomi Global Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor
eksternal tetap dijaga lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya masih sesuai
dengan target
7 Penguatan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)
yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara
maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara
emerging market termasuk Rupiah Kebijakan suku bunga Tanah Air harus tetap
dipertahankan agar imbal hasil aset keuangan Indonesia termasuk obligasi menjadi
menarik arus modal asing masuk ke Indonesia dan menambah pasokan valas di dalam
negeri
8 Indek Pembangunan Manuasia (IPM) Kalimantan Barat tahun 2018 termasuk kategori
sedang dan berada pada urutan ke-30 dari 34 Provinsi Walaupun terjadi kenaikan namun
capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi
target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin Peningkatan investasi dari
Pemerintah Pusat (APBN) yang berupa alokasi Dana Transfer khususnya DAK Fisik dan
Dana Desa serta investasi lainnya serta Pemerintah Daerah (APBD) diharapkan benar-
benar dapat digunakan pada sektor-sektor program pembangunan manusia yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat terutama mendongkrak
tingkat IPM yang terandah di Kalimantan Barat yang selama ini selalu ditempati oleh
Kabupaten Kayong Utara sebesar (6182) dan Kabupaten Sekadau (6369)-
119
9 Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar sasaran
dan tujuan program KUR maupun UMi dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran
KUR diarahkan lebih banyak di sektor produksi (non perdagangan) yaitu dengan target
minimal penyaluran sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan
skema KUR Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat
perkebunan rakyat dan peternakan rakyat harus benar-benar disaluran sesuai sasaran dan
lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada debitur dan membantu
mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada masyarakat sehingga dapat
mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha Mikro bahkan dapat meningkat ke
Mikro Kecil
10 Perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya identifikasi dan penggalian
potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian potensi pajak pengawasan
terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara Pemerintah Pusat maupun Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan
Barat Tahun 2019
Rancangan Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
RISKESDAS_2018_ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
RISKESDAS_Provinsi Kalimantan Barat 2018_ Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Laporan Pemantauan Kinerja Anggaran dan Pembangunan Program Percepatan
Pencegahan dan Penurunan Stunting Kemenkeu Reupblik Indonesia
Lampiran IIA - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Spesifik
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan
Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian KEMENTERIAN KESEHATAN 0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
2080 Pembinaan Gizi Masyarakat 001 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 002 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus
003 Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita 005 Pembinaan dalam Peningkatan Status Gizi Masyarakat 006 Suplementasi Gizi Mikro 007 Pembinaan dalam Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat 008 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Papua dan Papua Barat 009 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus Papua dan Papua Barat 010 Penguatan intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita Papua dan Papua Barat 504 Peningkatan Surveilans Gizi
5832 Pembinaan Kesehatan Keluarga 001 Pembinaan Dalam Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 002 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Kunjungan Neonatal Pertama 004 Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah 005 Pembinaan Pencegahan stunting 018 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Antenatal
1172822000 100000000 368690000 1439729000 305522000 461512000 281222000 317124000 101785000
822627500 96493000 365973800 1414218600 296527000 372659700 266887500 316592900 101784900
7014
9649
9926
9823
9706 8075 9490 9983 100
4
14
14
14 1 1 1 1 5
4
14
14
14 1 1 1 1 5
100
100
100
100
100 100 100 100 100
0240508 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
2058 Pembinaan Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra 006 Layanan Imunisasi 010 Layanan Imunisasi di Papua dan Papua Barat
2059 Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria 008 Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan 011 Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua dan Papua Barat
2060 Pengendalian Penyakit Menular Langsung 506 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit ISP 511 Sarana dan Prasarana Penanggulangan TBC 512 Sarana dan Prasarana Penanggulangan HIVAIDS
251677000 513750000 1343486000
221591784 280311250 1234273000
8805
5456 9187
14
153 8
14
151 8
25
6 40
0240709 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
2065 Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 508 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Kesehatan Ibu dan Anak 509 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Penyakit Tropis Terabaikan 510 Paket Penyediaan Vaksin
Total Belanja Intervensi Spesifik
6657319000
5789940934
9045
212
210
7710
------
Lampiran IIB - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Sensitif
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN PERTANIAN
0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan
102 Lumbung Pangan Masyarakat
1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
106 Kawasan Mandiri Pangan
1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar
101 Pemberdayaan Pekarangan Pangan
106 Hasil Pengawasan keamanan dan mutu pangan Segar
558000000 5578500000 600000000
546884550 5543049050 582679900
9801
9936 9711
1
123 1
1
121 1
100
100 100
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
0190207 Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
1835 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan
030 Pemenuhan gizi masyarakat melalui peningkatan konsumsi pangan olahan sehat
038 Komoditi yang diawasi Penerapan SNI Wajib Produk Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
0230509 Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
2016 Penyediaan Layanan Paud
006 Lembaga PAUD Menyelenggarakan Holistik Integratif
5631 Penyediaan Layanan Pendidikan Keluarga
002 Lembaga Menyelenggarakan Pendidikan Keluarga untuk Intervensi Permasalahan Sosial Tertentu
KEMENTERIAN KESEHATAN
0240111 Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
5610 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan JKNKIS
501 Cakupan Penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui JKNKIS
0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
002 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media
004 Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam mendukung Program Kesehatan
006 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media di Papua dan Papua Barat
5834 Penyehatan Lingkungan
501 Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi Syarat
504 Pengawasan terhadap Sarana Air Minum
505 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan
2090 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan
506 Rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan sesuai standar
1492964000 464132000 163411000
1437830000 431244400 162715900
9631 9291
9957
3 1 1
3 1
1
100 100
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan
Pagu Realisasi Real
Target Capaian Capaian
2094 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan
508 Alat Kesehatan
KEMENTERIAN AGAMA
0250308 Program Bimbingan Masyarakat Islam
2104 Pengelolaan KUA dan Pembinaan Keluarga Sakinah
008 Bimbingan Perkawinan Pra Nikah
0250812 Program Bimbingan Masyarakat Buddha
2145 Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Budha
014 Pembinaan Keluarga Hittasukhaya
638510000 37020000
594062500 36455000
9304
9847
29 2
1
0
97
0
KEMENTERIAN SOSIAL
0270507 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial
2251 Jaminan Sosial Keluarga
001 Keluarga Miskin Yang Mendapat Bantuan Tunai Bersyarat
0270609 Program Penanganan Fakir Miskin
5873 Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan
003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
5874 Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
002 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
5875 Penanganan Fakir Miskin Pesisir Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara
003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
3124920000
3123021922
9994
1
1
100
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
0320608 Program Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
2357 Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan
003 Promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri yang dilaksanakan (Gerakan memasyarakatkan makan ikanGemarikan)
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan
004 Sistem Pengelolaan Air Limbah
2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
005 SPAM Terfasilitasi
007 Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan
008 SPAM Berbasis Masyarakat
009 Pembangunan SPAM di Kawasan Khusus
010 Pembangunan SPAM Regional
25491600000 19295520000 10141420000 62568089000
24467600000 17485637400 9125468000 60912361277
9598
9062 9025 9735
298
3
15 0
495
1 9 0
100
0 1 52
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Rea
l Target Capaian Capaia
n 0470107 Program Perlindungan Anak
2808 Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Kesejahteraan
003 Sosialisasi tentang ASI Eksklusif Gizi Seimbang Pembatasan Gula GaramLemak (GGL) Rokok dan
Kesehatan Reproduksi bagi Keluarga dan Anak sebagai 2P dalam Penurunan Stunting
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
0590709 Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik
4143 Penyediaan dan Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
001 Informasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
0630106 Program Pengawasan Obat dan Makanan
3165 Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai BesarBalai POM
088 KIE Obat dan Makanan Aman
4124 Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang
005 Pengawasan Produk Pangan Fortifikasi
960000000
950368050
9899
26
26
100
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
0680106 Program Kependudukan dan KB
3317 Pembinaan Keluarga Balita dan Anak
021 Keluarga yang mempunyai balita dan anak memahami pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak
3331 Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan KB Provinsi
081 Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK
085 Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu
910000000 1586543000
829384786 1573708244
9114 9919
16045 433
16045 433
100 100
Total Belanja Intervensi Sensitif
13361062900000 12780247097900
12780247097900
9614
658025
1110045
78125
------
Lampiran IIC - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
0100606 Program Bina Pembangunan Daerah
1252 Pembinaan Penyelenggaraan dan Pembangunan Urusan Pemerintahan Daerah III
001 Integrasi indikator Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah lingkup UPD III
003 Penerapan SPM bidang kesehatan sosial dan transtibumlinmas
004 Evaluasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Daerah
010 Monev terpadu Penerapan dan Pencapaian SPM di daerah lingkup UPD III
011 Advokasi penerapan kebijakan percepatan penurunan stunting 015 Peningkatan kinerja kabkota dalam implementasikonvergensi program penanganan penurunan
stunting (INEY)
0100810 Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
1269 Pembinaan Administrasi Pencatatan Sipil
006 Cakupan Anak yang Memiliki Akta Kelahiran
KEMENTERIAN PERTANIAN
0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
115 Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah
295000000
281904000
9556
4
4
100
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
0230101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
4079 Pengembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) di Asia Tenggara
001 Model Pengembangan dan Pembelajaran
0231613 Program Guru dan Tenaga Kependidikan
5636 Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Paud dan Dikmas
009 Rata - rata Nilai Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas
KEMENTERIAN KESEHATAN
0240101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
2038 Pengelolaan Data dan Informasi
501 Pemetaan Keluarga Sehat
963 Layanan Data dan Informasi
0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
001 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
005 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Papua dan Papua Barat
007 Pembinaan KabKota dalam Pelaksanaan Penggerakkan Masyarakat di Posyandu
441040000 867300000
439188400 526100500
9958
6066
1 3
1
3
100
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan
2087 Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar
509 Pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
0241104 Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
2070 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
504 Riset Penanggulangan Masalah Gizi
0241210 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Ppsdmk)
2076 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan
501 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan
505 Pelatihan Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan
2078 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan
501 Penugasan Tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) Minimal 5 Orang
502 Penugasan Tenaga Kesehatan Secara Individu
505 Penugasan tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) minimal 5 orang di Wilayah Papua dan Papua Barat
102534000 125563000 2026770000
100827500 118882000 1923153550
9836
9468 9489
95
93
100
95 95
KEMENTERIAN SOSIAL
0271104 Program Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan Sosial
2254 Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional (I-VI)
002 Pelatihan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) bagi Pendamping Program Bantuan Tunai Bersyarat
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan
003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM
668321000
668320150
9999
4
2
11
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
0360106 Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
2552 Koordinasi Kebijakan Penguatan Ketahan Gizi dan Kesehatan Lingkungan
001 Usulan Rekomendasi kebijakan bidang ketahanan gizi dan kesehatan ibu dan anak dan kesehatan lingkungan
BADAN PUSAT STATISTIK
0540106 Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik
2895 Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik Bps Provinsi
009 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat
2906 Penyediaan dan Pengembangan Statistik Kesejahteraan Rakyat
003 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat Yang Terbit Tepat Waktu
5125732000
5059724707
9871
30
2
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan
Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
0550106 Program Perencanaan Pembangunan Nasional
2937 Perencanaan Pembangunan Terkait Lingkup Kesehatan dan Gizi Masyarakat
608 Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Pembangunan
KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
0670306 Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masarakat Desa
5483 Peningkatan Pelayanan Sosial Dasar
008 Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam peningkatan akses pelayanan sosial dasar
011 Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
0800106 Program Penelitian Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir Isotop dan Radiasi
3446 Pengembangan Sains dan Teknologi Bahan Maju Dengan Iptek Nuklir
002 Data Riset Hasil Analisis dengan Menggunakan Teknik Nuklir
3449 Pengembangan Sains dan Teknologi Nuklir Terapan dan Revitalisasi Reaktor Riset
006 Dokumen Teknis Mikronutrisi Pada Pangan Anak Balita Di Daerah Malnutrisi
Total Belanja Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis 9652260000 9118100807
9280 137 105 87625
------
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT
JALAN KS TUBUN NO 36 PONTIANAK 78121 TELEPON (0561) 733444 733466 FAKSIMILE (0561) 732029 LAMAN WWWDJPBKEMENKEUGOIDKANWILKALBARID
NOTA DINASNOMOR ND-143WPB172020
Yth Direktur Pelaksanaan AnggaranDari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi
Kalimantan BaratSifat SegeraLampiran 1(satu) berkasHal Pengantar Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019Tanggal 28 Februari 2020
Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
SE-61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas
Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema Analisis
Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 bersama ini kami sampaikan bersama ini kami
sampaikan Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Kajian ini
terdiri antara lain
1 Tinjauan dan Analisis APBN dan APBD tahun 2019 lingkup Provinsi Kalimantan Barat
Analisis yang dilakukan baik dari segi pendapatan maupun belanja serta dampaknya
terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dari indikator-indikator
seperti lndeks Pembangunan Manusia (IPM) Tingkat Kemiskinan dan Gini Ratio (tingkat
ketimpangan)
2 Untuk mengetahui sektor unggulan daerah dan pengembangan potensi tersebut digunakan
analisis metode Location Quotient (LQ) time series Dari analisis ini ditemukan sektor
unggulan di Provinsi Kalbar adalah bidang Pertanian Kehutanan dan Perikanan
3 Dalam KFR Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 ini terdapat analisis tematik dengan tema
Sinergi dan Konvergensi Program Penanganan Stunting di Daerah yaitu upaya pemerintah di
dalam melakukan pencegahan terhadap prevelensi stunting melalui belanja KL dalam APBN
belanja Dana Desa dan DAK Fisik serta melalui pendanaan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD)
Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih
Ditandatangani secara elektronikBambang Hartono
- KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
-
- 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
- 1COVER KFRpdf (p2)
- Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
- 3_Daftar isi_1pdf (p4)
- 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
- 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
- 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
- 10_Capaian Outputpdf (p10)
- 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
- 12_BAB I_COVERpdf (p12)
- 13_BAB Ipdf (p13-21)
- 14_BAB II_COVERpdf (p22)
- 15_BAB IIpdf (p23-41)
- 16_BAB III_COVERpdf (p42)
- 17_BAB IIIpdf (p43-77)
- 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
- 18_Bab IVpdf (p79-97)
- 19_BAB V_COVERpdf (p98)
- 19_BAB Vpdf (p99-107)
- 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
- 24_BAB VIpdf (p109-124)
- 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
- 26_BAB VIIpdf (p126-133)
- 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
- 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
- DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
-
- 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
- LAMPIRANpdf (p148-151)
- KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
-
- 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
- 1COVER KFRpdf (p2)
- Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
- 3_Daftar isi_1pdf (p4)
- 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
- 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
- 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
- 10_Capaian Outputpdf (p10)
- 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
- 12_BAB I_COVERpdf (p12)
- 13_BAB Ipdf (p13-21)
- 14_BAB II_COVERpdf (p22)
- 15_BAB IIpdf (p23-41)
- 16_BAB III_COVERpdf (p42)
- 17_BAB IIIpdf (p43-77)
- 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
- 18_Bab IVpdf (p79-97)
- 19_BAB V_COVERpdf (p98)
- 19_BAB Vpdf (p99-107)
- 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
- 24_BAB VIpdf (p109-124)
- 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
- 26_BAB VIIpdf (p126-133)
- 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
- 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
- DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
-
- 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
- LAMPIRANpdf (p148-151)
-
v
Angkatan kerja tahun 2019 mencapai 2479000 orang mengalami kenaikan sebesar
91000 orang dari tahun 2018 Dari jumlah angkatan kerja tersebut 9556 persen bekerja
sedangkan sisanya sebesar 444 persen menganggur
Program Kredit Program berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM
(KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar
Rp179834 miliar (41778 debitur) jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen dan penyaluran Program Ultra Mikro
(UMi) sebesar Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018
terjadi kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen Pemerintah sangat
memperhatikan dan mengharapkan adanya perkembangan usaha serta upaya peningkatan
pertumbuhan ekonomi di wilayah Kalimantan Barat
Realisasi penerimaan perpajakan di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728
triliun naik 68 persen jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya Penerimaan pajak
dalam negeri memberikan kontribusi Rp667 triliun atau 917 persen sedangkan penerimaan
pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar atau 83 persen Pajak
Pertambahan Penghasilan (PPh) merupakan penyumbang penerimaan yang terbesar yakni
Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak Pertambahan Nilai (PPn) yakni Rp307
triliun atau 46 persen Untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) selama tahun 2019
mencapai Rp82375 miliar turun Rp3776 miliar atau 438 persen dibanding penerimaan
tahun sebelumnya PNBP tersebut bersumber dari Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
sebesar Rp42092 miliar dan PNBP lainnya Sebesar Rp40282 miliar
Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019
yaitu sebesar Rp3147 triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar
Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2098 triliun Realisasi
Belanja pemerintah pusat sebesar Rp96 triliun Sedangkan untuk Transfer ke Daerah dan
dana desa terealisasi Rp2034 triliun
Angka Pertumbuhan Ekonomidi Kalimantan Barat
Pertumbuhan Ekonomi
20172018
2019
Pagu dan Realisasi APBN 2019sd 31 Desember 2019
Pajak
PNBP
Belanja Modal
Belanja Bantuan Sosial
87
155
Realisasi
Pagu Realisasi
Rp837 T Rp729 T
Rp053 T Rp082 T
2017 2018 2019
517
500
505
510
515
520
000
506
500
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)di Kalimantan Barat
Indeks Pembangunan Manusia
20172018
2019
2017 2018 2019
6626
6600
6620
6640
6660
6680
000
6698
na
Angka Kemiskinandi Kalimantan Barat
Angka Kemiskinan
20172018
2019
2017 2018 2019
788
700
720
740
760
780
000
737
728
Angka Penganggurandi Kalimantan Barat
7000
800
Angka Pengangguran
20172018
2019
2017 2018 2019
436
400
410
420
430
440
000
426
445450
517
506
500
788
737
728
6626
6698
na
436
426
445
Gini Rasio Kalimantan Barat
03270318
2018
2019
Perkembangan Indikator Kesejahteraan Gini Rasio Kalimantan Barat
Pendapatan
Belanja
93
97
Rp1049 T Rp971 T
Rp2098 T Rp2034 T
sd 31 Desember 2019
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Transfer
Belanja Operasi
Belanja Modal
108
101
Realisasi
Pagu Realisasi
Rp376 T Rp405T
Rp2072 T Rp2085T
Pendapatan
Belanja
95
96
Rp1691 T Rp1608 T
Rp52 T Rp498 T
Belanja Tak Terduga
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pagu dan Realisasi APBD 2019
Belanja Transfer
Rp095 T Rp074T
Rp032 T Rp006T
Rp389 T Rp403T
19
104
78
Perkembangan Indikator Ekonomi
Capaian Program Prioritas Nasional (PN) Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019
Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan DasarPagu Realisasi
Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan KemaritimanPagu Realisasi
Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian Industri Pariwisata dan Jasa Produktif LainnyaPagu Realisasi
Pemantapan Ketahanan Energi Pangan dan Sumber Daya AirPagu Realisasi
Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan PemiluPagu Realisasi
85
73
95
86
89
Rp1741 M Rp1488 M
Rp230 M Rp167 M
Rp84 M Rp80 M
Rp336 M Rp289 M
Rp351 M Rp313 M
Realisasi Terhadap Pagu
Beberapa Pembangunan Hasil Dana APBN 2019 di Kalimantan Barat
Pembuatan Tempat Pembudidayaan Ikan Prodi Agrobisnis Perikanan Poltesa
Pembangunan Gedung Pembelajaran Terpadu MAN IC Sambas
Pembangunan Dermaga Speed Di Bungan Jaya
Pembangunan Infrastruktur Ekowisatadi Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun
Pengadaan dan pemasanganPenerangan Jalan Umum dengan solar cell
Pengadaan Benih Padi 445000 KgDistan TPH Prov Kalbar
Pembangun Terminal Barang Internasional Aruk Tahap III
Restorasi dan Penataan Kawasan Masjid Jami Beting Kota Pontianak
Pelapis Landasan PacuBandara Tebelian
Pembangunan Pasar Rakyat Tampun Juah Kab Sanggau
Pembangunan Jembatan Komposit 11 Meter (5 Unit) di Kab Kayong Utara
Pembangunan Konstruksi Pasar Rakyat Kyai Bandar Laut di Kab Ketapang
KPPN SINGKAWANG
KPPN PONTIANAK
KPPN PUTUSSIBAU
KPPN SANGGAU KPPN
SINTANG
KPPN KETAPANG
Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Nanga Era
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Sanggau
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Bengkayang
Revitalisasi Pasar Sukadana di Kab Kayong Utara
Realisasi Dana Desa
2017 2018 2019Realisasi Dana Desa
Pagu Realisasi
Rp1695 M Rp1693 M
Rp1616 M Rp1615 M20172018
Rp1992 M Rp1987 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
2000 M
1900 M
1800 M
1700 M
1600 M
1500 M
(Rp)
997998
999
2017 2018 2019Pagu DAK Fisik
Pagu Realisasi
Rp2457 M Rp2281 M
Rp2998 M Rp2794 M20172018
Rp2614 M Rp2447 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
3000 M
2800 M
2600 M
2400 M
2200 M
2000 M
(Rp)
931
928
999
936
Realisasi DAK Fisik
Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik
2017 2018 2019Pagu DAK Fisik
Pagu Realisasi
Rp2457 M Rp2281 M
Rp2998 M Rp2794 M20172018
Rp2614 M Rp2447 M2019
Realisasi Terhadap Pagu
3000 M
2800 M
2600 M
2400 M
2200 M
2000 M
(Rp)
931
928
999
936
Realisasi DAK Fisik
Realisasi Kredit Ultra Mikro (UMi)
2017 2018 2019Jumlah Debitur
Debitur Realisasi
2124 Rp84 M
1913 Rp44 M20172018
Rp104 M2019
10 M
8 M
6 M
4 M
2 M
(Rp)
1913
2124
Realisasi UMi
2342
2737 12 M
Jumlah DebiturRealisasi UMi
Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)
2017 2018 2019
Debitur Realisasi
41511 Rp1615 M
34704 Rp1120 M20172018
44498 Rp1808 M2019
2000 M
1800 M
1600 M
1400 M
1200 M
(Rp)
34704
41511
44498
Jumlah DebiturRealisasi KUR
BAB I
SASARAN
PEMBANGUNAN
DAN TANTANGAN
DAERAH
Pulau Karimata Kayong UtaraMerupakan pulau dengan status Suaka Alam L a u t ( S A L ) y a n g m e n a w a r k a n p e s o n a ekosis tem terumbu karang hutan panta i hutan mangrove sampai dengan ekosistem perbukitan tinggi
1
11 PENDAHULUAN
Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di
daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata Oleh sebab itu untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur
pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian
anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD Sesuai dengan Undang-Undang
Keuangan Nomor 17 Tahun 2003 pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan
negara adalah Presiden sedangkan di daerah adalah GubernurBupatiWalikota oleh
karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah maka diperlukan sinergi
dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan
dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien
Selanjutnya kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan
daerah dalam memastikan efektifitasnya Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat
alokasi distribusi dan stabilisasi maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu
meningkatkan perbaikan dan kualitas indicator-indikator ekonomi makro dan
kesejahteraan di daerah Oleh karena itu kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari
perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan
Tidak terlepas dari hal tersebut maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi
perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan
terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi sosial-
kependudukan serta tantangan wilayahnya sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui
program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi
12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Masa jabatan Gubernur Kalimantan Barat periode 2018-2023 merupakan periode
lima tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kalimantan Barat Tahun 2005-2025 Dalam RPJPD dikemukakan bahwa visi
pembangunan jangka panjang Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2025 adalah
ldquoKalimantan Barat Bersatu dan Majurdquo
2
Visi misi dan arah pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJPD 2005-
2025 menjadi acuan dalam merumuskan visi pembangunan daerah tahun 2018ndash2023
yaitu ldquoTerwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Barat Melalui
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Dan Perbaikan Tata Kelola
Pemerintahanrdquo Pada kepemimpinan 5 (lima) tahun mendatang percepatan
pembangunan infrastruktur akan menjadi fokus utama
Sementara itu misi pembangunan Provinsi Kalimantan Barat yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut
1 Mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur
Percepatan pembangunan infrastruktur ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah serta perbatasan Indeks infrastruktur
Kalimantan Barat direncanakan mencapai 5993 di Tahun 2019
Sasaran dari misi ini adalah peningkatan ketersediaan infrastruktur pasokan
tenaga listrik jaringan transportasi (yang meliputi pelayanan konektivitas dan
keselamatan) kapasitas dan kualitas jalan ataupun jembatan Pengelolaan
Sumber Daya Air kualitas infrastruktur permukiman perdesaan (sesuai dengan
Indeks Desa Membangun) maupun perkotaan ketaatan terhadap rencana tata
ruang meningkatnya Infrastruktur daerah serta perbatasan
2 Mewujudkan tata kelola pemerintahan berkualitas dengan prinsip-prinsip Good
Governance
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan
daerah dengan target Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai SAKIP Prov
Kalimantan Barat mencapai A pada tahun 2025
Hal ini ditunjukkan dengan sasaran peningkatan pada kualitas Kelitbangan
untuk mendukung kebijakan daerah Indeks Kepuasan Pelayanan DPRD
pelayanan umum pengelolaan administrasi keuangan dan aset di lingkungan
Sekretariat Daerah dan Rumah Jabatan kelembagaan perangkat daerah yang
tepat fungsi dan tepat ukuran penyelenggaraan ketatalaksanaan pemerintah
daerah penataan sistem manajemen SDM Aparatur berdasarkan merit system
Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Desa Pengelolaan Arsip Daerah pembinaan
dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah terselenggaranya Penataan
Daerah dan Pembinaan Wilayah terkoordinirnya dan tertatanya kegiatan
kerjasama dalam negeri dan luar negeri dalam menunjang pembangunan di
Provinsi Kalimantan Barat meningkatnya pengelolaan wilayah perbatasan
meningkatnya komunikasi kebijakan pembangunan daerah
3
3 Mewujudkan masyarakat yang sehat cerdas produktif dan inovatif
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dengan indikator sasaran
peningkatan IPM dari angka 6626 menjadi 672 di tahun 2019 Sasaran misi ini
adalah meningkatkan kualitas pendidikan kebudayaan dan literasi peningkatan
kualitas kesehatan meningkatkan kualitas pemuda meningkatakan capaian
indeks pembangunan gender dan Indeks pemberdayaan gender meningkatakan
perlindungan terhadap perempuan dan anak meningkatkan ketersediaan
keterjangkauan dan pemanfaatan pangan meningkatakan fasilitasi program KB
Keluarga Sejahtera dan Pengendalian Penduduk
4 Mewujudkan masyarakat sejahtera
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarat secara merata
mengurangi kemiskinan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi dari 506
ditargetkan 520 pada tahun 2019 dan jumlah desa mandiri dari 1 ditargetkan
mencapai 63 desa mandiri Selanjutnya tujuan lainnya adalah mengurangi
kemiskinan dan pengangguran dengan target menurunkan angka tingkat
penggangguran terbuka dari 413 menjadi 390 pada tahun 2019 Beberapa
sasarannya terkendalinya penyakit menular strategis zoonosis meningkatnya
produksi peternakan terwujudnya kedaulatan pangan sektor keluatan dan
perikanan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produksi perikanan
5 Mewujudkan masyarakat yang tertib
Hal ini bertujuan meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat
Sasaran dari misi ini adalah meningkatkan skor Indeks Demokrasi Aspek
Kebebasan Sipil dari 9715 menjadi 9735 di tahun 2019 penyelenggaraan
pelayanan Trantibumlinmas meningkatnya jumlah orang atau kelompok
masyarakat miskin yang memperoleh bantuan hukum litigasi dan non litigasi
meningkatnya upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam rangka pengurangan
risiko bencana meningkatkan penanganan kedaruratan dan pendistribusian
logistik pada daerah terkena bencana meningkatkan penanganan rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana
6 Mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan
target sasaran Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kalimantan Barat Tahun 2019
di angka 6620 Dengan sasaran lainnya menurunnya luas kerusakan Kawasan
hutan melalui rehabilitasi hutan dan layanan krisis dan ketaatan terhadap
pencana tata ruang meningkat
4
122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dijabarkan ke
dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan
pembangunan tahunan yang disusun berikut rancangan prioritas dan sasaran
pembangunan daerah
a Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Kondisi infrastruktur di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2018 apabila
dilihat dari Indeks Infrastruktur adalah sebesar 5661 Angka Indeks Infrastruktur
merupakan indeks yang menggambarkan kondisi infrastruktur di Kalimantan Barat
pada tahun 2018 yang meliputi variabel Jalan Kondisi Mantap Provinsi sebesar
4971 Irigasi Kondisi Mantap sebesar 4676 Rumah Tangga Bersanitasi
sebesar 4838 Rumah Tangga dengan Air Bersih sebesar 5520 dan Rasio
Elektrifikasi sebesar 83 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan
dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas
Perhubungan dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kalimantan Barat
Untuk tahun 2020 indeks infrastruktur Kalimantan Barat ditargetkan
meningkat menjadi 6300 yang tentunya merata di seluruh Kabupaten Kota di
Kalimantan Barat
Tabel I1
Target Indeks Infrastruktur Kalimantan Barat Tahun 2020 Indikator Kondisi
Awal (2018)
Taget
2019 2020
1 2 3 4
Persentase Panjang Jalan Provinsi Dalam Kondisi Mantap
4971 5668 6219
Rumah Tangga Sanitasi 4838 5188 5549
Persentase Akses Penduduk Air Minum
5520 5830 6120
Rasio Elektrifikasi 8300 8500 8700
Persentase Irigasi Provinsi dalam Kondisi Baik
4676 4778 4890
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tahun 2020 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMD Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2018 ndash 2023 dimana tahun 2020 ditetapkan sebagai
Tahap Percepatan (Pemerataan infrastruktur dasar dan aksesibilitas antar wilayah
dalam rangka percepatan mewujudkan desa mandiri) Pembangunan dalam tahap
kedua lebih diarahkan pada upaya peningkatan status desa menuju desa mandiri
Apalagi bila dikaitkan dengan target RPJMD yang menetapkan sasaran pada
pencapaian desa mandiri tahun 2023 kurang lebih 400 desa mandiri Oleh karena
itu salah satu pilihan strategi yang memiliki dampak bagi peningkatan status desa
5
mandiri diantaranya melalui Pemerataan infrastruktur dasar serta pemerataan
aksesibilitas antar wilayah
b Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah
Kualitas tata kelola pemerintahan daerah di Provinsi Kalimantan Barat yang
diukur melalui Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah berada pada kondisi baik dimana nilai Indeks Reformasi
Birokrasi berada pada nilai B Dan Nilai SAKIP berada pada predikat B dengan
nilai 6401 Untuk Kabupaten Kota di Kalimantan Barat dari 14 Kabupaten Kota
hanya 1 daerah yaitu Kota Pontianak yang sudah mendapatkan predikat BB pada
nilai SAKIP12 kabupaten dengan predikat B dan yang lainnya masih berada
pada predikat CC dan C pada tahun 2018
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa
Perangkat Daerah yaitu Biro Adminsitasi Pembangunan dan Pengadaan Barang
dan Jasa Biro Pengelolaan Aset Biro Hukum Biro Humas dan Protokol serta Biro
Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Barat Selain itu juga didukung
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Kepegawaian Daerah
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Penelitian dan
Pengembangan Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Daerah Provinsi Kalimantan Barat
c Mewujudkan Masyarakat Sejahtera
Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan melalui beberapa
indikator yaitu
- Pertumbuhan Ekonomi tahun 2018 ada di angka 506 tahun 2019 535 dan
ditargetkan tumbuh 535 pada tahun 2020
- Penurunan Angka Kemiskinan sebelumnya 737 (2018) 692 (2019)
ditargetkan 643 pada tahun 2020
- Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka sebelumnya 413 (2018) 390
(2019) ditargetkan menurun 363 pada tahun 2020
- Gini Rasio Kalimantan Barat ditargetkan menjadi 032 pada tahun 2020
- Jumlah Desa Mandiri di Kalimantan Barat dari 1 (2018) 63 (2019 namun
tercapai 87) ditarget 159 desa pada tahun 2020
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa
Perangkat Daerah yaitu Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Dinas
Perkebunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pangan
Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Kehutanan Dinas Kelautan dan
Perikanan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pemuda Olahraga dan
6
Pariwisata Dinas Koperasi dan UKM Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Sosial Pada tahun 2020
berikut target mewujudkan masyarakat sejahtera
Tabel I2
Target Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Tahun 2020
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tabel I3
Target Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kota Tahun 2020 No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 850 ndash 842 842 ndash 833
2 Bengkayang 742 ndash 738 738 ndash 736
3 Landak 1319-1212 1212-1202
4 Mempawah 584 ndash 582 582 ndash 581
5 Sanggau 457 ndash 455 455 ndash 451
6 Ketapang 1163-1093 1093-1084
7 Sintang 1027-1018 1018-1015
8 Kapuas Hulu 1001-938 938-931
9 Sekadau 647-640 640-638
10 Melawi 1277-1250 1250-1247
11 Kayong Utara 1006-986 986-983
12 Kubu Raya 540 ndash 522 522-518
13 Kota Pontianak 536-535 535-534
14 Kota Singkawang 578 ndash 535 535 ndash 531
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
Tabel I4
Target Tingkat Penganggauran Terbuka Kabupaten Kota Tahun 2020
No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 334 ndash 332 332 ndash 329
2 Bengkayang 240 ndash 238 238 ndash 235
3 Landak 229 ndash 226 226 ndash 224
4 Mempawah 617 ndash 615 615 ndash 543
5 Sanggau 247 ndash 243 243 ndash 239
No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi
2019 2020
1 Sambas 525 ndash 529 533 ndash 537
2 Bengkayang 584 ndash 602 610 ndash 620
3 Landak 525 ndash 529 530 ndash 533
4 Mempawah 521 ndash 529 535 ndash 537
5 Sanggau 471 ndash 492 509 ndash 513
6 Ketapang 741 ndash 761 771 ndash 781
7 Sintang 539 ndash 545 549 ndash 551
8 Kapuas Hulu 542 ndash 548 550 ndash 554
9 Sekadau 583 ndash 585 587 ndash 589
10 Melawi 488 ndash 497 501 ndash 506
11 Kayong Utara 545 ndash 550 551 ndash 553
12 Kubu Raya 673 ndash 683 690 ndash 696
13 Kota Pontianak 550 ndash 562 585 ndash 591
14 Kota Singkawang 576 ndash 600 615 ndash 623
7
6 Ketapang 323 ndash 321 321 ndash 319
7 Sintang 158 ndash 156 232 ndash 230
8 Kapuas Hulu 280 ndash 274 156 ndash 154
9 Sekadau 315 ndash 311 274 ndash 268
10 Melawi 39 ndash 392 311 ndash 307
11 Kayong Utara 393 ndash 392 392 ndash 391
12 Kubu Raya 656 ndash 643 643 ndash 629
13 Kota Pontianak 505 ndash 493 493 ndash 481
14 Kota Singkawang 542 ndash 535 535 ndash 528
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat
d Mewujudkan Masyarakat yang Tertib
Misi ini bertujuan untuk meningkatkan ketentraman dan ketertiban
masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat Keberhasilan pencapaian misi ini
ditunjukan dengan indikator yaitu tidak adanya Konflik Sosial yang terjadi di
Kalimantan Barat dan meningkatnya indeks kebebasan sipil dari 9715 (2018)
menjadi 9735 (2019) sementara itu tahun 2020 ditargetkan mendapat 9755
Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa Perangkat
Daerah yaitu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Satuan Polisi Pamong Praja
Biro Hukum Sekretariat Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Provinsi Kalimantan Barat
e Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Misi mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan bertujuan untuk
meningkatnya kualitas lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Barat
Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan indikator Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup mencapai angka 6620 (2019) dan tahun 2020 ditargetkan
pada angka 6640 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh
beberapa Perangkat Daerah yaitu Dinas Perumahan Rakyat Kawasan
Permukiman dan Lingkungan Hidup Dinas Kehutanan dan Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Barat
13 TANTANGAN DAERAH
131 Tantangan Ekonomi Daerah
Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan merupakan kekuatan utama
perekonomian di Kalimantan Barat PDRB sektor pertanian tumbuh 50 persen dan
memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan
Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019 Sektor Pertanian Kehutanan dan
Perikanan banyak disumbang oleh hasil Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan
Karet Sejalan dengan tersebut serapan tenaga kerja di Kalimantan Barat cukup
mencerminkan kesesuaian dengan struktur PDRB Lapangan usaha penyerap tenaga
kerja utama di Provinsi Kalimantan Barat adalah lapangan usaha pertanian Dengan
8
demikian upaya mempertahankan maupun meningkatkan kinerja lapangan usaha
pertanian di Kalimantan Barat perlu menjadi perhatian serius
Sementara itu terkait dengan ketenagakerjaaan Kalimantan Barat tahun 2019
jumlah penduduk pencari kerja meningkat sebesar 577 persen dibandingkan dengan
Agustus 2018 Meningkatnya jumlah pengangguran disebabkan adanya penurunan
penyerapan tenaga kerja pada beberapa lapangan usaha Dalam evaluasi RKPD
Tahun 2020 juga dicantumkan mengenai permasalahan tingginya angka
pengangguran di Kalimantan Barat sehingga perlu dilakukan langkah kongkrit dalam
upaya mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan kerja yang
berkualitas Selain itu permasalahan lainnya tenaga kerja belum terserap sesuai
pasar kerja dan belum terserap secara maksimal di berbagai sektor lapangan usaha
Dilihat dari segi pembiayaan pemerintah sudah meluncurkan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) untuk mempermudah pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan
yang murah KUR ditargetkan secara nasional 60 persennya menyasar pada sektor
produktif Sehingga sesuai dengan sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan yang
menjadi kekuatan Kalimantan Barat Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada
Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp 179 Triliun Pemerintah Daerah perlu
menseriusi perannya sebagai penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima
KUR Harapannya UMKM dapat mendorong perekonomian Kalimantan Barat
Dari segi infrastruktur kondisi jalan Provinsi dari tahun 2013 hingga tahun 2017
dalam kondisi mantap terus mengalami perbaikan akan tetapi pada tahun 2018
persentase jalan provinsi dalam kondisi mantap mengalami penurunan menjadi
sebesar 4971 persen Sejalan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo pada tahun
2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur pembangunan jalan juga menjadi fokus
dari Pemerintah Dearah Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam
proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai
Jalur Transportasi bagi masyarakat dan kondisi jalan akan sangat berpengaruh
133 Tantangan Sosial Kependudukan
Berdasarkan data Agregat Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018 semester II berjumlah sekitar 5422814 jiwa 5148 persen atau 2791477
jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4852 persen atau 2631337 jiwa adalah
perempuan Dengan luas wilayah 147307 Km2 maka kepadatan penduduk
Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 37 jiwa km2
Berdasarkan kelompok umur sebesar 6980 persen atau sebanyak 3784929
jiwa merupakan kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun) Tingginya penduduk
usia produktif memberikan keuntungan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat
9
Sementara itu untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2018 yakni sebesar 2529
persen atau sebanyak 1371397 jiwa sedangkan untuk penduduk usia lanjut usia
(kelompok 65 tahun ke atas) sebesar 491 persen atau sebanyak 266488 jiwa
Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengetahui seberapa banyak
penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas Pendidikan sesuai
dengan jenjang pendidikannya Selama periode 2014-2018 APM SDMI telah berada
di atas angka 90 persen Hal ini menunjukkan sebesar 90 an persen penduduk
kelompok umur 7-12 tahun bersekolah dijenjang SD sementara APM SMPMTS masih
di angka 70 persen dan APM SMASMKMTS masih di bawah 70 persen Berdasarkan
Pendidikan Penduduk Provinsi Kalimantan Barat pada Semester I Tahun 2019
terdapat 146 juta belumtidak sekolah 804 ribu tamat SDSederajat 147 tamat
SDSederajat 700 ribu tamat SLTPSederajat 767 ribu tamat SLTASederajat 53 ribu
menempuh Pendidikan D1D2 53 ribu menempuh pendidikan akademiD3S Muda
133 ribu menempuh pendidikan D4S1 4 ribu menempuh Pendidikan S2 dan 444
menempuh Pendidikan S3
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Barat masih
terdapat 524 persen balita dengan status gizi buruk dan 1859 persen balita dengan
status gizi kurang Balita gizi buruk dan gizi kurang tersebar di 14 (empat belas)
kabupatenkota se-Kalimantan Barat Kabupaten Melawi merupakan Kabupaten
dengan persentase balita dengan status gizi buruk sebsar 869 persen Sedangkan
Kabupaten Sambas merupakan Kabupaten dengan persentase balita dengan status
gizi kurang terbesar yakni 2605 persen Jika dibandingkan hasil Riskesdas tahun
2013 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 telah mengalami
penurunan
133 Tantangan Geografi Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat merupakan Provinsi terluas ke-4 di Indonesia dengan
luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih luas dari seluruh pulau Jawa
Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (6302) dan areal
perkebunan mencapai 2469386 ha atau 1682 persen Sementara itu areal untuk
pemukiman hanya berkisar 035 persen
Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019
Dengan luas wilayah ini menjadi tantangan pemerintah membuka akses jalan antar daerah yang banyak terpisah oleh sungai dan hutan Pembangunan infrastruktur menjadi kunci utama Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai Jalur Transportasi bagi masyarakat
Danau Sentarum Kapuas HuluPada musim penghujan tiba Danau Sentarum akan tergenang air selama 6-14 meter Sementara itu pada musim kemarau 80 persen air danau akan mengering
BAB II
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
EKONOMI
REGIONAL
10
21 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL
211 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010 (ADHK) Provinsi
Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar Rp13712 triliun sedangkan berdasarkan
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai sebesar Rp21232 triliun dengan PDRB
per kapita mencapai sebesar Rp4188 juta Sementara itu PDB Indonesia tahun 2019
mencapai Rp158339 triliun dan kontribusi PDRB Provinsi Kalimantan Barat hanya
sebesar 134 persen terhadap pembentukan PDB nasional
Tabel II1
PDRB Atas Dasar Berlaku dan Harga Konstan Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (triliun rupiah)
No PDRB Tahun 2018 Total Tahun 2019 Total
I II III IV I II III IV
1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
4692 4643 4986 5095 19403 4689 5060 5452 5586 21232
2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan
3215 3136 3328 3385 13058 3376 3294 3491 3545 13712
3 Laju Pertumbuhan Kalbar
511 518 501 507 506 507 508 495 466 500
4 Laju Pertumbuhan Nasional
506 527 517 518 517 518 507 505 497 502
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
a Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019
mengalami perlambatan yaitu hanya 500 persen apabila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yaitu sebesar 506 persen dan lebih rendah jika dibandingkan
dengan kinerja perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 502 persen hal ini
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian
11
Grafik II1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
Sumber data BPS Kalbar 2019(diolah)
Tren pertumbuhan ekonomi per-triwulanan Kalimantan Barat tahun 2019
mengalami penurunan sejak triwulan II sebesar 508 persen menjadi 466 persen
pada triwulan IV hal ini dialami juga pertumbuhan ekonomi nasional yang
cenderung menurun sejak triwulan I sebesar 518 persen menjadi 497 persen
pada tiwulan IV Penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulanan tahun 2019
utamanya didorong oleh Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
sebesar 661 persen Real Estate sebesar 543 persen dan Jasa Perusahaan
sebesar 483 persen
b Nominal PDRB
PDRB Kalimantan Barat atas dasar harga yang berlaku tahun 2019 adalah
sebesar Rp21232 triliun atau naik 943 persen dibandingkan tahun sebelumnya
dimana pertumbuhan yang dominan adalah sektor pembentuk Jasa Lainnya
Industri Pengolahan dan Jasa Kesehatan dan Sosial sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2019 adalah sebesar Rp13712 triliun atau naik 501 persen
dibandingkan tahun 2018
1) PDRB Menurut Pengeluaran
Perkembangan PDRB dari menurut pengeluaran ADHK secara triwulanan
pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan pada triwulan III dan IV khusus
untuk triwulan IV dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seluruh komponen
terjadi peningkatan kecuali komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 869
persen dan komponen Pengeluaran Konsumsi LNRT sebesar 233 persen
12
Tabel II2
PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat atas dasar Harga Konstan (ADHK)
No Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)
I II III IV
1 Konsumsi Rumah Tangga 1794 1843 1813 1825
2 Konsumsi LNRT 041 043 043 042
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 345 355 386 469
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 968 997 1045 1087
5 Perubahan Inventori 090 (060) - 131
6 Ekspor 347 390 449 410
7 Impor 163 274 321 419
PDRB 3376 3294 3491 3545
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Laju pertumbuhan PDRB (ADHK) menurut pengeluaran selama tahun 2018
dan tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel II3
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran
No Komponen 2018 2019
(triliun Rp)
() (triliun Rp)
()
1 Konsumsi Rumah Tangga 6965 564 7275 496
2 Konsumsi LNPRT 156 968 169 886
3 Konsumsi Pemerintah 1490 382 1555 502
4 Modal Tetap Bruto 4041 282 4097 139
5 Perubahan Inventori 115 - 161 -
6 Ekspor Barang Jasa 1486 366 1596 1012
7 Impor Barang dan Jasa 1189 2864 1177 586
PDRB 13058 506 13712 500
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Kalimantan Barat 2019
yang tertinggi adalah komponen Ekspor Barang dan Jasa yaitu 1012 persen
dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun selanjutnya adalah Konsumsi
LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan jasa utamanya
berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan
Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet
Perkembangan PDRB menurut pengeluaran ADHB secara triwulanan
tahun 2019 cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya kecuali
komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 124 persen
13
Tabel II4
PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
` Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)
I II III IV
1 Konsumsi Rumah Tangga 2785 2847 2817 2824
2 Konsumsi LNRT 066 069 067 072
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
496 531 634 746
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1604 1634 1727 1851
5 Perubhan Inventori 166 (093) - 141
6 Ekspor 432 685 646 638
7 Impor 337 613 524 686
PDRB 4689 5060 5452 5586
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Distribusi PDRB (ADHB) menurut pengeluaran selama tahun 2018 dan
tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel I5
Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
No Komponen 2018 2019
(triliun Rp)
() (triliun Rp)
()
1 Konsumsi Rumah Tangga 10478 5436 11273 5321
2 Konsumsi LNPRT 233 122 274 129
3 Konsumsi Pemerintah 2259 1161 2407 1129
4 Modal Tetap Bruto 6312 3302 6816 3210
5 Perubahan Inventori 257 091 214 098
6 Ekspor Barang dan Jasa 1954 1009 2401 1185
7 (-) Impor Barang dan Jasa 2250 1101 2160 1111
PDRB 19403 10000 21232 10000
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
PDRB (ADHB) Kalbar tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar
Rp1829 triliun (943 persen) menjadi sebesar Rp21232 triliun dibandingkan
tahun 2018 Konsumsi rumah tangga memiliki porsi hingga 5321 persen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3210 persen dan konsumsi
Pemerintah hanya sebesar 1129 persen Sebagai komponen utama PDRB
konsumsi rumah tangga meningkat sebesar Rp795 triliun (759 persen) seiring
dengan membaiknya tingkat pendapatan per kapita masyarakat Kalimantan
Barat meningkat menjadi sebesar 4188 juta atau 797 persen dari tahun yang
14
lalu namun tidak diikuti kontribusinya yang mengalami penurunan sebesar 115
persen
a) Konsumsi
Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar
2019 terhadap Laju pertumbuhan komponen Konsumsi Rumah Tangga
mengalami penurunan sebesar 068 persen dibandingkan tahun
sebelumnya walaupun dari segi nilai nominal ADHB terjadi peningkatan
sebesar Rp795 triliun atau 759 persen yang disebabkan oleh pergeseran
pola konsumsi masyarakat akibat perkembangan teknologi yakni
pergeseran jenis konsumsi masyarakat dari barang-barang konsumsi
(makanan minuman barang-barang lainnya) kepada kebutuhan lainnya
(jasa kesehatanpendidikanrekreasi)
Tabel I6
Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar 5438 5436 5321
2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 9651 10478 11273
3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 6590 6965 7275
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 456 564 496
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
b) Investasi
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMBT) kontribusinya terhadap PDRB
tahun 2019 adalah sebesar 3210 persen turun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang sebesar 3302 sementara itu secara nominal berdasarkan
ADHB nilainya naik sebesar Rp504 miliar dan laju pertumbuhan
komponennya turun sebesar 143 persen dibandingkan dengan tahun 2018
Tabel I7
Pengaruh Komponen PMTB terhadap PDRB Kalimantan Barat 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 3371 3302 3210
2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 5982 6312 6816
3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 3930 4041 4097
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 233 282 139
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat
pada tahun 2019 mencapai sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25
15
triliun atau 1897 persen dibandingkan dengan tahun 2018 Realisasi
investasi PMDN dan PMA belum sesuai dengan target RPJMD Provinsi
Kalimantan Barat yang ditetapkan sebesar sebesar Rp1875 triliun
Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing
sebesar Rp799 triliun mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya Rp14 triliun sedangkan realisasi investasi PMDN sebesar
Rp769 triliun juga mengalami penurunan sebesar Rp11 triliun Hal ini terjadi
tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa
mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah yang
akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single
Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi
oleh berbagai instansi terkait baik di pusat dan daerah
Grafik II2
Perkembangan Investasi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
SumberBPMPTSP Prov Kalbar
c) Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah pada tahun 2019 memberikan kontribusi
terhadap perekonomian Kalimantan Barat sebesar 1129 persen menurun
dibanding tahun sebelumnya yakni 1161 persen dilihat secara nominal
mengalami kenaikan sebesar Rp148 triliun Laju pertumbuhan mengalami
peningkatan yaitu sebesar 502 persen kebijakan pemerintah pusat yang
cenderung meningkatkan Belanja Negara hingga sebesar Rp87030 miliar
sekitar 287 persen dan juga transfer ke daerah khususnya Dana Desa
sebesar Rp29671 sekitar 1750 persen maka Pemda diharapkan semakin
kreatif dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk pembangunan di
daerah dalam rangka stabilitas pertumbuhan ekonominya
Tabel I8
Pengaruh Komponen Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
16
1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 116 1161 1129
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 2059 2259 2407
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1432 1490 1555
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 521 382 502
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
d) Ekspor dan Impor
Kontribusi ekspor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019
sebesar 1185 persen mengalami kenaikan 176 persen dibandingkan tahun
sebelumnya secara nominal terjadi kenaikan sebesar Rp447 triliun
termasuk laju pertumbuhan komponen ekspor juga mengalami kenaikan
sebesar 646 persen dibandingkan tahun 2018
Tabel I9
Pengaruh Komponen Ekspor Barang dan Jasa terhadap PDRB Kalbar 2017-2019
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Kinerja ekspor Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai US$116866
juta mengalami kenaikan US$16770 juta dibandingkan dengan tahun 2018
peningkatan didukung oleh naiknya Komoditas ekspor Biji Kerak dan Abu
Logam sebesar US$17422 atau 7871 persen Lemak dan Minyak
HewanNabati sebesar US$5517 atau 7193 persen dan Karet dan Barang
dari karet US$3081 atau 5555 persen dan terjadi penurunan terhadap
volume dan nilai ekspor alumina serta minyak kelapa sawit atau CPO karena
adanya pembatasan dari Uni Eropa
Komoditas ekspor utama adalah Biji Kerak dan Abu Logam sebesar
US$42777 juta Bahan Kimia Anorganik mencapai US$37577 juta serta
Lemak dan Minyak HewanNabati mencapai US$13187 juta dengan negara
tujuan ekspor masih didominasi negara Asia dengan kontribusi sebesar
9642 persen yaitu Tiongkok sebesar US$49979 juta Malaysia sebesar
US$34262 dan India sebesar US$16908 juta
Kontribusi impor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019
sebesar 1111 persen mengalami kenaikan 010 persen dibandingkan tahun
No Komponen 2017 2018 2019
1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar () 796 1009 1185
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1599 1954 2401
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1434 1486 1596
4 Laju Pertumbuhan Komponen () 4365 366 1012
17
sebelumnya secara nominal terjadi penurunan sebesar Rp090 triliun
demikian juga laju pertumbuhan komponen mengalami penurunan mencapai
586 persen atau 2278 persen dibandingkan tahun 2018 peningkatan
kebutuhan impor utamanya didukung oleh besarnya permintaan barang dan
bahan baku untuk mendukung kegiatan industri pengolahan
Tabel II10
Pengaruh Komponen Impor Barang dan Jasa terhadap PDRB
Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
No Komponen 2017 2018 2019
1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar ()
581 1101 1111
2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1823 2250 2160
3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1093 1189 1177
4 Laju Pertumbuhan Komponen () -197 2864 586
Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)
Impor Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar US$48225 juta naik
US$1918 juta dibandingkan dengan tahun 2018 komoditas impor utama
adalah Bahan Bakar Mineral sebesar US$19848 juta Mesin-MesinPesawat
Mekanik sebesar US$13410 juta dan Mesin atau Peralatan Listrik sebesar
US$3071 juta Sebagian besar impor berasal dari negara Asia mencapai
9698 persen yaitu Malaysia sebesar US$19561 juta Tiongkok sebesar
US$19516 juta dan Singapura US$4474 juta
Perekonomian Kalimantan Barat selama tahun 2019 menunjukan
perkembangan walaupun tidak sebaik tahun sebelumnya dengan nilai
neraca perdagangan menunjukan surplus sebesar US$68641 juta masih
lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang mengalami surplus sebesar
US$53789
c PDRB per kapita
PDRB per kapita Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 (ADHB) mencapai
Rp4188 juta terjadi peningkatan sebesar 797 persen dibandingkan tahun 2018
namun masih jauh dibawah PDB per kapita nasional yaitu sebesar Rp5910 juta
Peningkatan PDRB per kapita tersebut ternyata belum dinikmati oleh seluruh
lapisan masyarakat karena masih terdapat beberapa masyarakat yang berada
dibawah garis kemiskinan hal ini ditunjukan oleh koefisien gini rasio Kalimantan
Barat 2019 sebesar 0318 yang menunjukan adanya ketimpangan pendapatan
atau kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat artinya pengeluaran
penduduk masih berada kategori ketimpangan yang sedang
18
Tabel II11
PDRB Per Kapita Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
PDRB Per Kapita Kalimantan Barat
Tahun 2017-2019
Uraian 2017 2018 2019
PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku
Nilai (Juta Rupiah) 3598 3879 4188
Nilai (US $) 268929 261953 296000
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 20189(diolah)
212 Suku Bunga
Berdasarkan sumber data Bank Indonesia periode Januari 2019 sd Mei 2019 BI Rate
berada pada level 600 persen kemudian bulan Juni sd September cenderung turun pada
level 575 ndash 525 persen selanjutnya pada bulan Oktober sd Desember 2019 meningkat
hingga level 500 persen Tren menurunnya BI Rate tersebut merupakan antisipasi
terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami penurunan dan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Global
Grafik II3
BI Rate Tahun 2019
Sumber data BI 2019 (diolah)
Apabila dicermati bahwa kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal
perekonomian Indonesia merupakan dasar dalam mempertimbangkan penurunan suku
bunga kebijakan Penurunan ini sejalan dengan inflasi yang tetap rendah yaitu kisaran
263 persen dan tetap dapat menarik imbal hasil aset keuangan domestik Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut diantaranya
1 Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang diperkirakan
akan menahan suku bunga di level 15-175 hingga akhir tahun 2020 Hal ini di
19
dorong perekonomian AS masih tumbuh kuat berkisar 2 dengan inflasi 18 yang
artinya perekonomian AS masih ekspansif
2 Di sisi lain kesepakatan perang dagang antara AS dan China tekanan Brexit yang
menurun serta risiko geopolitik yang juga mereda turut memberikan pijakan bagi
bank-bank sentral untuk tidak mengubah arah kebijakan (stance) suku bunga
acuannya
3 Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor eksternal
yakni adanya kecenderungan bank-bank sentral menahan suku bunga acuan
lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya yang masih sesuai dengan
target
4 Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan perkiraan inflasi yang
terkendali dalam kisaran sasaran stabilitas eksternal yang terjaga serta upaya
untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah
perekonomian global yang melambat
5 Kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan terus
diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi
213 Inflasi
Secara umum laju inflasi Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 263 persen dibawah
laju inflasi nasional yaitu 268 persen laju inflasi tahun 2019 ini lebih rendah dibandingkan
dengan dua tahun sebelumnya yaitu 399 persen (tahun 2018) dan 383 persen (tahun
2017)
Grafik I4
Inflasi Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2017-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif
begitu pula inflasi nasional Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen
lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang hanya mencapai 055 persen
Tekanan inflasi ini terjadi adanya peningkatan pada kelompok bahan makanan yang
disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok makanan jadi
20
minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan legislative
yang dilakukan serempak pada tahun 2019 turut mendorong risiko tekanan pada
kelompok makanan Disisi lain Kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan
pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen atau terjadi kenaikan indeks
dari 13658 pada November 2019 menjadi 13829 pada Desember 2019 hal tersebut
dipengaruhi tingginya permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara
tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan ban luar mobil selama periode
Desember dan Tahun Baru pergerakan inflasi bulanan seperti pada tabel dibawah ini
Grafik I5
Laju Inflasi bulanan dan tahunan Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2018-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
Terkendalinya laju inflasi tidak terlepas dari keberadaan forum Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) Kalbar yang dibentuk sebagai wadah koordinasi guna menjaga
kestabilan dan keterjangkauan harga di seluruh wilayah Provinsi Kalbar beberapa upaya
dalam mengendalikan inflasi di Kalimantan Barat antara lain
1 TIPD memfokuskan terutama memitigasi risiko kenaikan harga serta kelancaran
distribusi pasokan bahan pangan
2 Dalam rangka memitigasi risiko kenaikan harga serta distribusi pasokan bahan
pangan strategis tersebut adanya kebijakan yang memacu peningkatan produksi
bahan pangan dan menjaga kelancaran distribusi
3 Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan
komoditas harus diatur oleh pemerintah karena pada dasarnya inflasi sangat terkait
daya beli Daya beli akan membaik jika inflasi rendah dan stabil Daya beli ini juga
mencerminkan miskin tidaknya suatu masyarakat
4 Agar tingkat inflasi bisa dikendalikan mengajak para pengusaha dalam menentukan
harga perlu mempertimbangkan daya beli konsumen Sedangkan untuk konsumen
sendiri harus mampu mengatur tingkat konsumtif
21
214 Nilai Tukar
Menurut data Bank Indonesia (berdasarkan kurs akhir bulanan) nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar AS bergerak melemah puncaknya pada bulan Mei 2019 dan selanjutnya
terjadi koreksi pada akhir tahun (Desember) berangsur-angsur kembali menunjukan
perbaikan
Grafik I6
Nilai Tukar US Dolar Terhadap Rupiah Tahun 2019
Sumber data BI 2019
Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka
Rp14313- per US Dollar dan menunjukan perbaikan sampai dengan bulan Juli hingga
menyentuh pada level Rp13956- per US Dollar namun kembali melemah pada Agustus
2019 pada level Rp14166- per US Dollar dan menguat pada akhir tahun 2019 pada
Rp13831- per US Dollar
Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank
Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral
Amerika) yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi
negara maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang
negara emerging market termasuk Rupiah dan disamping juga pengaruh melemahnya
dolar AS terhadap semua mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak
menaikkan tingkat suku bunga terdapat beberapa faktor yang mendorong pergerakan
nilai tukar menjadi stabil dan menguat antara lain
1 Kebijakan suku bunga Tanah Air sudah membuat imbal hasil aset keuangan
Indonesia termasuk obligasi menjadi menarik arus modal asing masuk ke Indonesia
dan menambah pasokan valas di dalam negeri
2 Tingkat kenaikan suku bunga di dunia khususnya di Amerika yang lebih rendah dari
yang diperkirakan
3 Defisit neraca perdagangan atau transaksi berjalan Indonesia yang lebih rendah
dari tahun lalu
22
4 Pasar semakin berkembang di mana saat ini terdapat pasar SWAP dan pasar
transaksi forward atau yang disebut domestic non delivery forward (DNDF)
sementara sebelumnya transaksi valas hanya di pasar tunai atau spot
22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN
221 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Human Development Index (HDI)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo
terjadi peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun
2018 (berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional
7081 Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni
sebesar 6720 poin
Dalam kurun waktu 2014-2018 angka IPM Kalbar mengalami tren perbaikan dan
berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah
masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun
Grafik II7
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2014 sd 2018
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
Rendahnya IPM Kalimantan Barat jika dibandingkan dengan IPM provinsi lain
karena keterbatasan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan
pendidikan dan pekerjaan
Tabel II12
Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2016 sd 2018
No Keterangan 2016 2017 2018
1 Angka harapan hidup (tahun) 6990 6992 7018
2 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 698 705 712
3 Pengeluaran per Kapita Rp (000) Disesuaikan 8348 8472 8860
4 IPM (indek) 6588 6626 6698
5 Peringkat IPM 29 30 30
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)
23
Pembangunan Manusia Kalimantan Barat pada tahun 2018 terus mengalami
kemajuan hal ini disebabkan telah berhasil meningkatan 3 aspek esensial diantaranya
angka harapan hidup tumbuh sebesar 037 persen per tahun rata-rata lama sekolah
tumbuh sebesar 192 persen dan pengeluaran per kapita meningkat sebesar 185
persen Pada periode tahun 2018 terdapat 3 (tiga) kabkota dengan pembangunan
manusia yang paling cepat yaitu Kab Mempawah (141 persen) Kab Sintang (141
persen) dan Kab Kubu Raya (139 persen) hal tersebut didorong oleh meningkatnya
dimensi pendidikan di wilayah tersebut sebagaimana pada tabel berikut
Tabel II13
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalbar dan Kabupatenkota 2015-2018
No KabKota 2015 2016 2017 2018
1 Sambas 6414 6494 6592 6661
2 Bengkayang 6465 6545 6599 6685
3 Landak 6412 6458 6493 6545
4 Mempawah 6337 6384 6400 6490
5 Sanggau 6305 639 6461 6515
6 Ketapang 6403 6474 6571 6641
7 Sintang 6418 6478 6515 6607
8 Kapuas Hulu 6373 6383 6418 6503
9 Sekadau 6234 6252 6304 6369
10 Melawai 6378 6425 6443 6505
11 Kayong Utara 6009 6087 6152 6182
12 Kubu Raya 6502 6554 6631 6723
13 Kota Pontianak 7752 7763 7793 7856
14 Kota Singkawang 7003 701 7025 7108
15 KALIMANTAN BARAT 6559 6588 6626 6698
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 2019 BPS
Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengalokasikan Dana Transfer
khususnya DAK Fisik dan Dana Desa yang diharapkan penggunaan dan hasil program
pembangunannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat
222 Tingkat Kemiskinan
Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat mengalami fluktuatif baik dari sisi
jumlah maupun prsentasenya Selama tahun 2019 jumlah penduduk miskin telah
24
dapat ditekan cukup signifikan dari 378410 orang menjadi 370470 0rang
Penurunan terjadi pada penduduk miskin di pedesaan berkurang sebanyak 8580
orang sedangkan penduduk miskin di perkotaan bertambah sebanyak 640 orang
hal ini menunjukan kemampuan perekonomian masyarakat pedesaan mulai
membaik
Grafik II8
Jumlah Penduduk Miskin
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Adapun tingkat kemiskinan Kalimantan Barat bulan September 2019 sebesar
728 persen menurun jika dibandingkan dengan Maret 2019 sebesar 749 persen
namun masih di bawah tingkat kemiskinan nasional sebesar 922 persen
sebagaimana tabel berikut
Grafik II9
Tingkat Kemiskinan
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Garis kemiskinan Kalimantan Barat cenderung meningkat setiap periode pada
bulan September 2019 sebesar Rp452899 per kapitabulan meningkat Rp14344
dibandingkan bulan Maret 2019 sebesar Rp438555 Garis Kemiskinan Makanan
memiliki peranan 7765 persen sedangkan selebihnya 2235 persen adalah Garis
Kemiskinan Bukan Makanan Apabila dilihat secara regional Kalimantan Garis
Kemiskinan Kalbar adalah yang terendah dan belum beranjak dari tahun ketahun
yaitu hanya sebesar Rp452899- per kapitabulan dan yang tertinggi adalah
25
Kalimantan Utara sebesar Rp667833- perkapitabulan sementara itu nasional
adalah sebesar Rp440538- perkapitabulan
223 Ketimpangan (Gini Ratio)
Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik
apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan
masih lebih baik dari pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380)
Ketimpangan pendapatan terjadi karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan
faktor produksi sehingga pihak-pihak yang memiliki faktor produksi akan
memperoleh pendapatan yang lebih banyak
Grafik I10
Koefisien Gini Rasio Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Pemerintah memiliki peranan penting dalam melakukan distribusi pendapatan
melalui kebijakan fiskal Usaha yang dapat dilakukan adalah meratakan kepemilikan
faktor produksi dengan menetapkan pajak progresif atas pendapatan dan kekayaan
masyarakat berpenghasilan tinggi sedangkan masyarakat berpenghasilan rendah
dapat diberikan kredit lunak sebagai modal usaha dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia melalui program pendidikan pelatihan dan peningkatan layanan
kesehatan
224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran
Angkatan kerja Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai 2479 ribu orang
meningkat 28 ribu orang dibandingkan tahun 2018 Dari jumlah tersebut 9556
persen bekerja sedangkan 444 persen menganggur Kenaikan angkatan kerja pada
tahun 2019 belum sepenuhnya terserap pada lapangan kerja yang tersedia
sebagaimana grafik berikut ini
Grafik I11 Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019
26
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat 2018 BPS
23 EFFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN
REGIONAL
Pemda Provinsi Kalimantan Barat melalui RPJMD 2019 ndash 2023 yang dijabarkan
kedalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) telah menetapkan Kebijakan Pembangunan
Ekonomi Makro melalui penetapan serangkaian sasaran indikator makro pembangunan
perekonomian Kalimantan Barat
Prospek pembangunan ekonomi Kalimantan Barat diharapkan selalu mengalami
pertumbuhan dalam arti luas dan berkualitas yaitu
Persentase penduduk di atas 15 tahun yang bekerja menurut Status pekerjaan
didominasi status pekerjaan Utama sebagai BuruhKaryawanPegawai sebanyak
874357 orang atau 3691 persen selanjutnya berusaha sendiri sebanyak 518381
orang atau 2188 persen Pekerja Keluargatak dibayar sebanyak 391053 orang atau
1651 persen dan Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar sebanyak
387960 atau 1638 persen Status pekerjaan utama secara umum mengalami
perubahan jika dilihat kondisi bulan Agustus 2019 dari 7 (tujuh) Status terdapat 3
(tiga) mengalami peningkatan diantaranya yang tertinggi dalam penyerapan tenaga
kerja adalah melalui berusaha sendiri sebesar 1395 persen Pekerja bebas non
pertanian sebesar 945 persen dan Berusaha dibantu buruh tetap sebesar 604 persen
sementara itu yang mengalami penurunan adalah Berusaha dibantu Buruh Tidak
TetapBuruh tidak dibayar sebesar 691 persen Pekerja bebas pertanian sebesar 368
persen Pekerja Keluargatak dibayar sebesar 327 persen dan
BuruhKaryawanPegawai sebesar 080 persen
27
Tabel II14
Prosentase Penduduk gt 15 Tahun Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2019
No Status Pekerjaan Utama
Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan
()
2015 2016 2017 2018 2019
1 Berusaha Sendiri 477000 476969 482849 454906 518381 1395
2 Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar
402000 402219 363557 416748 387960 -691
3 Berusaha dibantu Buruh Tetap
97000 97192 63913 69429 73625 604
4 BuruhKaryawanPegawai 776000 776498 824430 881446 874357 -080
5 Pekerja Bebas Pertanian 132000 131695 167142 54279 52284 -368
6 Pekerja Bebas Non Pertanian
- - - 65798 71355 845
7 Pekerja Keluargatak Dibayar
403000 403250 401307 404275 391053 -327
Total 2288000 2287823 2303198 2346881 2369015 094
Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS
Salah satu indikator penting dalam ketenagakerjaan adalah TPAK (Tingkat
Partisipasi Angkatan Keraj) Yaitu rasio dalam persen antara jumlah angkatan kerja
terhadap penduduk usia kerja (15 tahun) TPAK Kalimantan Barat periode Agustus
2019 sebesar 6830 persen dan jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6865
persen terjadi penurunan Indikator lain yang cukup penting adalah TPT (Tingkat
Pengangguran Terbuka) yaitu rasio dalam persen antara jumlah pengangguran
terhadap angkatan kerja Angka TPT Kalimantan Barat sebesar 445 persen atau
turun 019 persen terhadap periode Agustus 2018 sebesar 426 persen Kondisi ini
menunjukan ke arah perbaikan walaupun belum dapat mengimbangi peningkatan
jumlah penduduk usia kerja yang bukan merupakan angkatan kerja sebanyak 31000
orang disisi lain adanya kesempatan untuk melakukan pengembangan usaha sendiri
1) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong mengatasi kesenjangan seperti
kesenjangan antar wilayah (kabupatenkota) dan kesenjangan antar sektor
pembangunan
2) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong pengurangan Angka
Kemiskinan
3) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong membuka kesempatan kerja
sekaligus upaya Pengurangan Angka Pengangguran
28
Tabel II15
Perkembangan Capaian Indikator Sasaran Ekonomi Kalbar Tahun 2019
No INDIKATOR 2017 2018 2019
TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI
1 Angka Pertumbuhan Ekonomi ()
512 517 594 506 534 500
2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
6717 6626 6656 6698 6720 na
3 Angka Kemiskinan ()
800 788 672 737 751 728
4 Angka Pengangguran ()
463 436 341 426 419 445
Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat Tahun 2019 dan BPS Kalbar (diolah)
a) Asumsi dasar penetapan sasaran pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada
tahun 2019 adalah peningkatan investasi sehingga sektor riil semakin tumbuh dan
berkembang termasuk peran pemerintah dalam mendorong Pembentukan Modal
tetap Bruto melalui pembangunan proyek infrastruktur dan selanjutnya adalah upaya
peningkatan berbagai komoditas utama ekspor menjadi fokus utama paska larangan
ekspor hasil tambang mentah selanjutnya pertumbuhan ekonomi ditargetkan
sebesar 534 persen
Berdasarkan data dari BPS bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat
tahun 2019 adalah sebesar 500 persen lebih rendah dari target yang ditetapkan
sebesar 534 persen capaian tahun ini sama dengan capaian tahun 2018 tidak
berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan Kondisi tersebut mengindikasikan
bahwa dalam menentukan target didalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) belum
sesuai asumsi dasar dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah
kemungkinan dari pergerakan ekspor komoditas utama Kalbar yaitu produk karet dan
CPO yang mengalami hambatan
b) Pencapaian sasaran indikator makro pembangunan perekonomian Kalimantan Barat
tahun 2019 secara umum belum mencapai target yang telah disepakati Hal ini perlu
menjadi perhatian Pemda Prov Kalbar dalam menentukan target pencapaian makro
ekonomi hendaknya berdasarkan pertimbangan yang realistis serta berupaya
menggali potensi ekonomi demi pencapaian target yang telah ditetapkan
Vihara SingkawangKo t a Se r i b u K l e n te n g m e r u pa k a n ju l u k a n Ko t a Singkawang Kota Singkawang menjadi salah satu d a e r a h y a n g b a n y a k d i d i a m i k e t u r u n a n e t n i s Tionghoa
BAB III
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
APBN TINGKAT
REGIONAL
28
31 APBN TINGKAT PROVINSI
Untuk mendukung tercapainya program pembangunan tahun 2019 Provinsi Kalimantan
Barat memperoleh alokasi belanja pemerintah pusat (KL) sebesar Rp1049 triliun dengan
realisasi Rp968 triliun Sedangkan alokasi belanja transfer ke daerah mencapai Rp2098
triliun dengan realisasi Rp2034 triliun
Tabel III1 Postur APBN di Kalbar Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)
Uraian Pagu Tahun 2018
Realisasi Tahun 2018
Pagu Tahun 2019
Realisasi Tahun 2019
Pendapatan Negara 808350 768292 89 890381 810926 1098
a Pendapatan Perpajakan 762842 682135 89 837405 728548 8700
- Pajak dalam negeri 730289 641160 88 783956 667813 8219
- Pajak perdagangan internasional
32553 40975 126 53449 60735 114
b PNBP 45508 86157 189 52976 82378 156
Belanja Negara 3073921 2965481 96 3147383 3002273 9537
Belanja Pemerintah Pusat 1113142 1036601 93 1049477 968007 9224
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
1960779 1929626 98 2098406 2034266 9694
Sumber OMSPAN Monev Pa Mebe (diolah)
Dari data diatas dapat diketahui pendapatan negara terealisasi Rp810 triliun atau 109
persen dari target yang telah ditetapkan Realisasi tersebut meningkat 426 miliar atau 555
persen dibanding pendapatan tahun 2018 Penerimaan perpajakan masih menjadi sumber
utama pendapatan negara dengan kontribusi sebesar 82 persen Realisasi pendapatan
pajak tahun 2019 sebesar Rp728 triliun terdiri pajak dalam negeri sebesar Rp667 triliun dan
pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar
Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019
yaitu sebesar Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL)
sebesar Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun
Realisasi Belanja pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer
ke Daerah dan dana desa terealisasi Rp2034 triliun
29
32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
Pendapatan pemerintah pusat yang dihimpun di Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari
penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
321 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi
Salah satu sumber penerimaan negara terbesar berasal dari penerimaan perpajakan
Penerimaan perpajakan adalah penerimaan negara yang terdiri atas pajak dalam negeri
dan pajak perdagangan internasional
Tabel III2 Penerimaan Pajak Dalam Negeri di Kalimantan Barat Tahun 2019 (dalam miliar)
SumberSPAN (diolah)
322 Penerimaan Perpajakan
Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa total realisasi penerimaan perpajakan
di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728 triliun naik 672 persen jika dibandingkan
dengan penerimaan tahun 2018 Dari total penerimaan perpajakan tahun 2019 tersebut
pajak dalam negeri memberikan kontribusi sebesar 9166 persen sedangkan pajak
perdagangan internasional sebesar 834 persen Untuk penerimaan Pajak Dalam Negeri
tahun 2019 sebesar Rp667 triliun mengalami kenaikan Rp26108 miliar atau 407 persen
jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya PPh merupakan penyumbang
penerimaan yang terbesar yakni Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak
Penghasilan (PPn) yakni Rp307 triliun atau 46 persen
Meskipun secara nominal terjadi peningkatan penerimaan pajak di Kalimantan Barat
namun ada beberapa hambatantantangan pencapaian target penerimaan antara lain
adanya ketentuan dibidang pertambangan tentang larangan ekspor mineral mentah
(miliar )No
Pendapatan Perpajakan Target Tahun
Realisasi 2018
Target Tahun Realisasi
2018 2019 Tahun 2019
Pajak Dalam Negeri 730289 641160 783956 667813
1 Pajak Penghasilan (PPh) 373769 302324 370451 320325
2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 328396 305118 376150 307117
3 Pajak Bumi Bangunan (PBB) 16606 25258 26445 30964
4 Pajak lainnya 10638 7423 9287 8403
5 Cukai 880 1037 1623 1001
Pajak Perdagangan Internasional 32553 40975 53448 60735
6 Bea Masuk 3289 3865 3263 3288
7 Bea Keluar 29264 37110 50186 57446
Total Perpajakan 762842 682135 837404 728548
30
sehingga berpengaruh terhadap omset perusahaan di bidang pertambangan dan sektor
pendukungnya penurunan harga sawit yang berpengaruh pada omset dan laba
perusahaan di sektor perkebunan dan industri pengolahan
Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar
meningkat signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018
Dengan perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288
miliar atau 541 persen Didalam pelaksanaan pengawasan kepabeanan cukai terdapat
isu strategis yakni adanya jalur tikus dan jalur gajah yang dijadikan jalur penyelundupan
barang impor di perbatasan Indonesia ndash Malaysia untuk itu perlu dipetakan ulang titik
rawan di perbatasan terutama yang melintasi perkebunan kelapa sawit dengan
melibatkan Kodam Tanjungpura pemilik lahan dan perusahaan kebun sawit
Jika diurai berdasarkan lokasi penerimaan pajak paling banyak disumbangkan oleh
Kota Pontianak sebagai pusat aktivitas perdagangan dan jasa dengan kontribusi
penerimaan sebesar 4270 persen dari total penerimaan pajak di Provinsi Kalimantan
kemudian Kab Ketapang yang didukung dengan keberadaan kawasan industri Ketapang
memberikan kontribusi penerimaan terbesar kedua sebesar 1171 persen Sedangkan
daerah dengan kontribusi penerimaan pajak terkecil adalah Kab Kayong Utara dengan
kontribusi sebesar 094 persen dari total realisasi tahun 2019
Grafik III1
Penerimaan Pajak KabKota 2019
Sumber Kanwil Pajak Prov Kalbar
Untuk melihat kinerja perpajakan selain dari total realisasi pajak juga dilhat dari
perkembangan PDRB daerah tersebut hal ini terwujud dalam tax ratio
00050000
100000150000200000250000300000350000
31
Tabel III3
Perkembangan Tax Ratio Prov Kalbar
Tahun PDRB ADHB Penerimaan Perpajakan Tax ratio
2017 17749365 587434 0033
2018 19419496 642197 0033
2019 21231843 666809 0031
Dari tabel diatas terlihat bahwa meskipun realisasi penerimaan pajak mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya namun tax ratio justru mengalami penurunan ini
terjadi karena rasio penerimaan pajak yang semakin kecil terhadap pertumbuhan PDRB
kalbar Untuk itu perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya
identifikasi dan penggalian potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian
potensi pajak pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara
Pemerintah Pusat maupun Daerah dan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
adanya regulasi untuk melakukan Rekonsiliasi penerimaan pajak antara DJP dengan
pemerintah daerah
323 Penerimaan Negara Bukan Pajak
a Perkembangan PNBP per Jenis PNBP
Penerimaan PNBP berdasarkan jenis PNBP di wilayah Provinsi Kalimantan Barat
hanya terdiri atas PNBP lainnya dan PNBP BLU Tidak terdapat penerimaan PNBP dari
sumber daya alam (SDA) meskipun di wilayah Kalimantan Barat terdapat usaha
pertambangan hal ini dikarenakan penerimaan PNBP sumber daya alam merupakan
penerimaan terpusat dan langsung masuk ke Bagian Anggaran Bendahara Umum
Negara (99999)
Tabel III4
Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat tingkat di Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)
Penerimaan PNBP 2017 2018 2019
Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi
PNBP Lainnya 30108 55263 11727 38725 13991 42092
Pendapatan BLU 5336 6858 33781 47426 38885 40282
Pendapatan SDA - - - -
Bagian Pemerintah atas laba BUMN
- - - -
Jumlah PNBP Kalbar 35444 62121 45508 86151 52876 82375
Sumber SPAN (diolah)
Secara keseluruhan penerimaan PNBP selama tahun 2019 mengalami penurunan
dibandingkan dari tahun sebelumnya sebesar Rp3776 miliar atau 43 persen Komposisi
32
penerimaan PNBP terdiri Pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen
dari total penerimaan PNBP dan PNBP BLU sebesar 49 persen
b Perkembangan PNBP Fungsional
PNBP dapat dibedakan sesuai dengan fungsi KementerianLembaga yang disebut
dengan PNBP Fungsional PNBP Fungsional adalah penerimaan yang berasal dari
pungutan kementerian Negaralembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan
tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat
Tabel III5
Penerimaan PNBP Fungsional terbesar Provinsi Kalbar
URAIAN 2017 2018 2019
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Pendapatan Kepolisian 375 13146 359 14004 13532
Pendapatan jasa bandara kepelabuhan perkapalan amp kenavigasian
3554 3763 3717 5772 6090
Pendapatan pendidikan 12868 24636 4964 4990 5892
Sumber SPAN (diolah)
Tahun 2019 pendapatan PNBP Kepolisian merupakan penyumbang terbesar PNBP
fungsional di Kalimantan Barat sebesar Rp13532 miliar mengalami penurunan 337
persen dibanding tahun sebelumnya Sebagian besar pendapatan PNBP Kepolisian di
peroleh dari pendapatan BPKB pendapatan STNK pendapatan TNKB (Tanda
Kendaraan Bermotor) dan pendapatan SIM Pendapatan fungsional terbesar
selanjutnya adalah pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian yang
menyumbangkan penerimaan sebesar Rp6090 miliar meningkat sebesar 551 persen
dibanding penerimaan tahun sebelumnya Sebagian besar penerimaan PNBP
pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian diperoleh dari pendapatan
kepelabuhan yang menyumbang angka sebesar Rp3756 miliar atau 6167 persen
disusul pendapatan Navigasi sebesar Rp938 miliar atau 1541 persen pendapatan
Bandar Udara sebesar Rp741 miliar atau 1219 persen dan Pendapatan kepelautan
Rp653 miliar atau 1073 persen Pendapatan kepelabuhan berpotensi untuk meningkat
ditahun tahun selanjutnya dengan rencana pengembangan kapasitas pelabuhan
Pontianak yang di mulai dengan pembangunan pelabuhan (terminal) Kijing yang
berlokasi di wilayah Kabupaten Mempawah dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional
(PSN)
c Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional
33
Tabel III6
Rasio Pendapatan Perpajakan PNBP PAD terhadap PDRB di Kalbar
Tahun Perpajakan PNBP PAD PDRB Perpajakan PDRB
PNBPPDRB PADPDRB
2019 728548 82375 404671 21232 0041 00046 0022
2018 682135 86157 404753 19403 0035 00044 0020
2017 564801 62121 346442 17747 0031 00034 0019
Sumber SPAN (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ditahun 2019 penerimaan perpajakan
memberikan kontribusi sebesar 0041 terhadap pertumbuhan ekonomi regional di
Kalbar sedangkan PAD terhadap PDRB sebesar 0022 dan PNBP terhadap PDRB
sebesar 00046 Hal ini berarti penerimaan Perpajakan masih lebih dominan dalam
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Kalimantan
Barat dibandingkan dengan PAD maupun PNBP
33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
Belanja pemerintah pusat adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pengeluaran pemerintah pusatBelanja pemerintah pusat meliputi belanja pemerintah pusat
menurut organisasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi dan belanja pemerintah pusat
menurut jenis belanja
Belanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus
fiskalSalah satunya yang populer pada saat krisis ekonomi adalah instrumen ekonomi
berupa stimulus fiskalSecara garis besar komposisi dari stimulus fiskal adalah berupa
pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increased spending)
1 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian
AnggaranKementerianLembaga
Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja yang dialokasikan
kepada kementerianlembaga dan bagian anggaran Bendahara Umum Negara alokasi
dan realisasi untuk tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel III7
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran
Di Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)
KementerianLembaga 2018 2019
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 019 019 034 034 100
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
8986 6776 6554 5939 91
34
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 063 058 053 053 100
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
1656 1489 2119 2066 97
BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1809 1688 1678 1631 97
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
893 869 718 712 99
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2337 2269 2605 2507 96
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM 25996 20580 20724 14531 70
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
2267 2249 2447 2425 99
BADAN PUSAT STATISTIK 9929 9330 10042 9785 97
BADAN SAR NASIONAL 2596 2496 2095 2071 99
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 11733 107`09 10304 10023 97
KEMENTERIAN AGAMA 105528 99485 107273 104645 98
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANGBPN
22191 19497 26745 21446 96
KEMENTERIAN DALAM NEGERI 5305 5182 5575 5534 99
KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
11878 10018 7004 6701 96
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
19760 19520 17892 1767 99
wKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 9912 8947 9082 873 96
KEMENTERIAN KESEHATAN 18912 15585 1327 1195 90
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 477 465 776 738 95
KEMENTERIAN KEUANGAN 19722 18340 18519 18265 99
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
786 762 82 796 97
KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH
414 411 318 314 99
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
21053 17521 29928 2792 93
KEMENTERIAN PARIWISATA 234 204 16 151 94
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
295402 270419 25507 206714 81
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
208 201 17 149 88
KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 419 382 336 286 85
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
9004 8609 9374 8904 85
KEMENTERIAN PERDAGANGAN 3793 3074 1384 1282 95
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
095 074 095 089 94
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 56637 52411 40961 40112 98
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 3156 2842 4913 4716 96
KEMENTERIAN PERTAHANAN 123999 121577 161533 157833 98
KEMENTERIAN PERTANIAN 45315 40040 23066 19721 85
35
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
67556 65360 78313 68767 88
KEMENTERIAN SOSIAL 1954 1944 1971 1952 99
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 123274 123185 117803 125376 106
KOMISI PEMILIHAN UMUM 61742 56110 37842 35936 95
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
683 661 744 739 99
LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA
2135 2060 2095 1894 90
LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA
1380 1375 1352 1352 100
MAHKAMAH AGUNG 11837 11716 12511 1233 99
PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
097 092 052 05 96
TOTAL BELANJA KL 1113142 1036601 1049477 968007 92
BENDAHARA UMUM NEGARA 415295 397582 460736 443502 92
TOTAL BELANJA KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510213 1411486 9346
Dibandingkan tahun 2018 terdapat penurunan pagu sebesar 12 untuk tahun 2018
dan terdapat penurunan realisasi sebesar 14 dibandingkan tahun 2018 Berdasarkan
tabel diatas Untuk Pagu Kementerian dan Lembaga Kementerian PUPR mendapat
alokasi pagu anggaran yang paling tinggi dengan persentase sebesar 2430 Hal ini
menunjukan di Provinsi Kalimantan Barat prioritas pembangunan masih dititik beratkan
pada sektor infrastruktur Dari dana APBN 2019 pada Provinsi Kalimantan Barat satuan
kerja (satker) di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
belanja modal sebesar Rp 159 triliun Belanja modal pada satker lingkup Kementerian
PUPR tersebut memberikan kontribusi sebesar 6649 dari belanja modal yang dikelola
satuan kerja lainnya di wilayah pembayaran KPPN se-Kalbar Hal ini menunjukkan
perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan perekonomian di Kalbar
Terdapat 10 KL yang memperoleh alokasi anggaran belanja terbesar dengan total
mencapai Rp878 triliun (5817) yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan
rakyat Kemenhan Polri Kemenag Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Kementerian Perhubungan KPU Kementerian Agraria amp Tata Ruang
Kementerian Pertanian
36
Berikut ini adalah sepuluh kementerian dengan pagu terbesar
Tabel III8
Tingkat Penyerapan 10 KL Pagu Terbesar 2019 (miliar)
No Nama KL (BA) Pagu Realisasi
1 Kementerian PUPR (033) 255070 206714 8104
2 Kemenhan (012) 161533 157833 9771
3 Kepolisian RI (060) 117803 125376 10643
4 Kemenag (025) 107273 104645 9755
5 Kementerian Ristekdikti (042) 78313 68767 8781
6 Kementerian Perhubungan (022) 40961 40112 9793
7 KPU (076) 37842 35936 9496
8 Kementerian Lingkungan Hidup amp Kehutanan (029) 29928 27920 9329
9 Kementerian Agraria amp Tata Ruang (056) 26745 21446 8019
10 Kementerian Pertanian (018) 23066 19721 8550
Sumber MEBE (diolah)
Jika diperhatikan jumlah alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat di 10 KL
dengan pagu terbesar dimaksud mencapai lebih dari 58 terhadap semua pagu
anggaran KL Untuk itu capaian realisasinya tentu akan mempengaruhi keseluruhan
realisasi penyerapan KL yang ada di Kalbar sehingga perkembangan pelaksanaan
anggaran satker-satker 10 KL dengan pagu tertinggi tersebut harus memperoleh
pengawasan yang lebih intensif dari Kanwil DJPB
2 Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Fungsi
Belanja Pemerintah Pusat (KL) dan juga belanja DDDF terbagi menjadi 11 fungsi
yaitu Pelayanan Umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan
Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama
Pendidikan serta Perlindungan Sosial dengan perbandingan pagu dan realisasi dalam
tahun 2018 dan 2019 sebagai berikut
Tabel III9
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi (Miliar Rp)
NAMA FUNGSI Pagu 2018
Realisasi 2018
Pagu 2019
Realisasi 2019
PELAYANAN UMUM 541846 510882 557364 531175
EKONOMI 377115 340751 232428 203287
PENDIDIKAN 185385 175208 231675 203287
PERTAHANAN 123999 121578 161533 157833
KETERTIBAN DAN KEAMANAN 168413 166821 160188 167029
37
PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 50667 47185 72454 62653
LINGKUNGAN HIDUP 37100 33230 53964 46742
AGAMA 22238 17374 19467 18874
KESEHATAN 19263 18808 18897 17252
PERLINDUNGAN SOSIAL 2162 2145 2141 2101
PARIWISATA DAN BUDAYA 249 216 175 165 TOTAL 1528437 1434183 1510213 1414486
Sumber Monev PA diolah
Pada tahun 2018 dan juga 2019 alokasi anggaran didominasi oleh fungsi pelayanan
Umum Ekonomi dan Pendidikan Pengelompokan anggaran menurut Fungsi memiliki
pengertian perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional Pengelompokan ini juga
bertujuan untuk melihat besaran alokasi anggaran menurut organisasi
KementerianLembaga tugas-fungsi pemerintah dan belanja KementerianLembaga
termasuk menciptakan penganggaran yang lebih tepat sasaran Pada tahun 2019 alokasi
untuk fungsi pelayanan umum sebesar Rp557 triliun (36 persen) ekonomi sebesar
Rp232 triliun (15 persen) dan fungsi Pendidikan sebesar Rp231 triliun (15 persen) Hal
ini menunjukkan bahwa pelaksanaan APBN di Kalimantan Barat lebih terkonsentrasi pada
bidang pelayanan umum ekonomi dan pendidikan yang secara keseluruhan jumlah
alokasi ketiga fungsi tersebut sebesar Rp1021 triliun atau 68 persen
3 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja
Berdasarkan jenis belanja di provinsi Kalimantan Barat terdapat 6 alokasi anggaran
belanja TA 2019 yaitu Belanja Pegawai (51) Belanja Barang (52) Belanja Modal (53)
Belanja Bantuan Sosial (57) Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) Untuk
Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) baru ada pada tahun 2017 2018 dan
2019 Jenis belanja 63 dan 66 baru TA 2017 muncul dikarenakan pencairan Dana
Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa sekarang berada di KPPN daerah
Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan jenis belanja dalam tahun 2018 dan
2019 sebagai berikut
Tabel III10
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rp)
JENIS BELANJA Pagu 2018
Realisasi 2018
Pagu 2019
Realisasi 2019
51 Belanja Pegawai 338030 330072 362333 364892
52 Belanja Barang 438737 400168 445547 406066
335140 305146 240347 195755
57 Belanja Bantuan Sosial 1235 1215 1324 1294
Belanja KL 1113142 1036601 1049477 968007
63 Dana Alokasi Khusus Fisik 245710 228191 261479 244756
38
66 Dana Desa 169585 169391 199257 198746 Belanja KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510287 1411509
Sumber Monev PA diolah
Kenaikan pagu anggaran terjadi untuk jenis belanja Pegawai belanja Barang
belanja bantuan sosial belanja Dana Alokasi Khusus belanja dana desa Belanja Dana
Desa mendapatkan kenaikan paling terbesar yaitu 17 persen disusul belanja bantuan
sosial sebesar 72 persen belanja pegawai naik 72 persen dan belanja barang sebesar
16 persen Jenis Belanja modal mengalami penurunan sebesar 283 persen Selama
TA 2019 Belanja Pegawai telah terserap Rp364 triliun (10071) Belanja barang
terserap Rp406 triliun (9114) belanja modal terserap Rp195 triliun (8145) belanja
bantuan social terserap Rp1215 miliar (9773) dana alokasi fisik terserap Rp244 triliun
(9360) dan penyerapan anggaran dana desa sebesar Rp198 triliun (9974) hal ini
sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun dari pinggiran dengan
memperkuat daerah dan desa yang diharapkan akan berdampak langsung untuk
pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat Pada belanja modal
terdapat penyerapan paling terendah dibandingkan jenis belanja lain
Grafik III1
Perkembangan Pagu dan Realisasi Jenis Belanja Tahun 2019
Sumber Monev PA MEBE diolah
4 Analis belanja pemerintah pusat
Belanja pemerintah pusat
Perbandingan antara alokasi belanja untuk sektor konsumtif dan produktif Sektor
konsumtif merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai administrasi
dan kebutuhan birokrasi seperti gaji tunjangan honor belanja operasional kantor
pengadaan kendaraan dinas Sedangkan sektor produktif antara lain peningkatan mutu
jalan jaringan irigasi intensifikasi dan ektensifikasi pertanian pengadaan traktor untuk
masyarakat
000
5000
10000
15000
0
2000
4000
6000
57 52 53 51 63 66
Pagu Realisasi
39
Tabel III11
Proporsi jenis Belanja Terhadap Total Pagu
Jenis Belanja Pagu Belanja Bantuan Sosial 1324 0
Belanja Barang 445547 30
Belanja Pegawai 362333 24
Belanja Modal 240347 16
Dana Alokasi Khusus Fisik 261479 17
Dana Desa 199257 13
Terlihat dari tabel diatas bahwa belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai
sektor produktif yang diantaranya untuk belanja Modal Dak Fisik Dana Desa mencapai
Rp 7010 triliun atau 4642 persen sedangkan belanja administrasi dan kebutuhan
birokrasi sebesar Rp 809 triliun atau 5358 persen Untuk belanja produktif terbesar
terdapat pada belanja program pengelolaan Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa
sebesar Rp460 triliun Disusul program penyelenggaraan jalan sebesar Rp99873 miliar
program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman sebesar Rp4004
miliar dan program pengelolaan Sumber Daya air Rp19887 miliar Terlihat dari alokasi ini
prioritas pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat di fokuskan pada pembangunan
infrastruktur fisik hal ini sesuai dengan fungsi terbesar yakni Pelayanan Umum
34 TRANSFER KE DAERAH DAN DESA
Dana transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan DAK DAU DBH Dana
perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dan juga antar pemerintah daerah
Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa
Pada tahun 2018 alokasi dana transfer dan Dana Desa ke wilayah Provinsi Kalimantan
Barat sebesar Rp2098 triliun dan terealisasi Rp2033 triliun atau 9692 persen Pada tabel
hellip Disajikan perkembangan Realisasi Dana Transfer pada tahun 2018 dan 2019 untuk
Provinsi Kalimantan Barat
Tabel III12
Perkembangan Dana Perimbangan di Kalimantan Barat
Dana Transfer 2018 2019
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
DBH 74872 74746 102115 69872
DAU 1182060 1182060 1215163 1214704
DAK Fisik 245714 228931 261479 244748
DAK Non Fisik 274246 262035 307639 293909
40
DID 14300 12463 12753 12288
Dana Desa 169586 169391 199257 198745
1960778 1929626 2098406 2034266
Sumber simtrada (diolah)
Secara agregat Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa mengalami kenaikan Alokasi
Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Kalbar pada tahun 2019 sebesar Rp2098
triliun naik 702 persen dibandingkan tahun 2018 Terdapat peningkatan alokasi Dana Desa
Kalbar tahun 2019 sebesar atau Rp29671 miliar atau 1750 persen sejalan dengan
komitmen Pemerintah untuk meningkatkan program pembangunan Indonesia dari pinggiran
Alokasi Dana Desa tahun 2019 di Prov Kalbar sebesar Rp199 triliun yang terbagi untuk
2031 Desa
Terdapat 4 (empat) daerah dengan alokasi pagu dana desa diatas 200 miliar yakni Kab
Sintang Rp33848 miliar Kab Kapuas Hulu Rp26812 miliar Kab Ketapang Rp25583 miliar
dan Kab Sambas Rp20498 miliar Selanjutnya 8 (delapan) daerah lainnya mendapatkan
alokasi pagu dana desa dibawah 200 miliar dengan pagu dana desa terendah pada Kab
Kayong Utara sebesar Rp4868 miliar Alokasi dana desa tersebut diharapkan dapat
menggerakkan roda perekonomian di desa dan menekan kesenjangan pendapatan antara
Desa dan Per Kotaan
Grafik III2
Realisasi Dana Transfer amp Dana Desa KabKota di Kalbar
Sumber data simtrada (diolah)
Berdasarkan grafik III2 terlihat perbandingan realisasi dana transfer amp dana Desa per
Kab di Prov Kalbar Dari total alokasi dana transfer sebesar Rp2098 triliun telah terealisasi
sebesar 2033 triliun dengan realisasi terbesar oleh Pemda Prov Kalbar yakni Rp365 triliun
selanjutnya Kab Ketapang Rp203 triliun dan yang terkecil adalah Kota Singkawang
Rp66459 miliar
Untuk menilai tingkat kemandirian daerah dilakukan dengan cara membandingkan Rasio
PAD dengan Rasio dana transfer Apabila rasio PAD lebih besar dari pada rasio dana transfer
000
500
1000
1500
2000
00050000
100000150000200000250000300000350000400000
41
berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin besar rasio dana transfer berarti tingkat
ketergantungan semakin tinggi
Tabel III13
Rasio Kemandirian Daerah Tahun 2019
Daerah Dana Transfer
PAD Pendapatan APBD
Ratio Dana Transfer thd Pendapatan
APBD
Ratio PAD thd
Pendapatan APBD
Prov Kalbar 365337 23016 595497 3870 61
Ketapang 203045 12753 215798 590 94
Sintang 165917 1721 183127 940 91
Kapuas Hulu 166837 7998 174835 460 95
Sambas 151612 14885 166497 890 91
Sanggau 141399 10287 151686 680 93
Kubu Raya 123841 14675 138516 1060 89
Landak 117304 9284 126588 730 93
Pontianak 100659 47879 148538 3220 68
Melawi 105563 4058 109621 370 96
Mempawah 85957 8757 94714 920 91
Bengkayang 96974 3025 99999 300 97
Sekadau 73392 4535 77927 580 94
Kayong Utara 69504 2533 72037 350 96
Singkawang 66459 1663 83089 2000 80
sumber data LRA Pemda simtrada (diolah)
Dilihat dari rasio Pendapatan Asli Daerah dan Transfer ke Daerah terhadap Pendapatan
APBD dapat dilihat bahwa daerah di wilayah Kalimantan Barat Rasio dana transfer lebih
besar dari pada rasio PAD yang berarti memiliki ketergantungan yang relatif tinggi tehadap
transfer dari Pemerintah Pusat
341 Dana Transfer Umum
a Dana Alokasi Umum
Grafik III3
Realisasi DAU Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan Barat
Sumber data simtrada
00050000
100000150000200000
2018 2019
42
Total realisasi DAU di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp1214 triliun naik 276 persen
dibanding realisasi DAU tahun sebelumnya Dari realisasi DAU tahun 2019 tersebut empat
pemerintah daerah yang realisasi DAU terbesar yaitu Pemprov Kalimantan Barat sebesar
Rp175 triliun diikuti Kabupaten Ketapang sebesar Rp114 triliun Kabupaten Kapuas Hulu
Rp99768 miliar dan Kabupaten Sintang Rp93421 miliar
b Dana bagi Hasil Grafik III4
Realisasi DBH Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan barat
Total realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) tahun 2019 sebesar Rp69872 miliar naik 592 persen
jika dibandingkan dengan alokasi DBH tahun sebelumnya Empat daerah dengan realisasi
DBH terbesar yakni Pemrov Kalimantan Barat sebesar Rp18663 miliar diikuti Kabupaten
Ketapang Rp10844 miliar Kabupaten Sanggau Rp8321 miliar dan Kota Pontianak Rp3910
miliar Kabupaten dengan realisasi DBH terkecil adalah Kota singkawang sebesar Rp1428
miliar Ketapang sebagai Daerah Tingkat II dengan realisasi DBH terbesar merupakan daerah
yang memiliki tambang bauksit dan tambang emas Demikian juga Kabupaten Sanggau
merupakan daerah yang memiliki hasil tambang Bauksit yang nantinya diolah menjadi alumina
(bahan pembuat alumunium) Sedangkan Kota Pontianak merupakan pusat perekonomian
yang memiliki penerimaan pajak PPh terbesar
342 Dana Transfer Khusus
a Dana alokasi Khusus (DAK) Fisik Total DAK Fisik yang dialokasikan pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami
peningkatan sebesar 641 persen atau senilai Rp 15764 miliar dibandingkan tahun 2018
Perkembangan pagu dan realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat
pada tabel berikut
0005000
10000150002000025000
2018 2019
43
Tabel III14
Pagu dan Realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (dalam miliar)
No Pemda 2019 2018
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 Kalbar 33283 31974 9607 42384 3843 9067
2 Mempawah 8996 8744 972 11663 11503 9863
3 Kubu Raya 12692 11337 8932 19237 18966 9859
4 Pontianak 8735 7998 9156 7863 7527 9574
5 Sintang 19271 183 9496 21637 20304 9384
6 Melawi 1726 16708 968 10885 10134 931
7 Sambas 20922 19813 947 17156 1659 967
8 Bengkayang 19266 15038 7805 9425 906 9612
9 Singkawang 8532 8042 9426 11478 9596 836
10 Ketapang 32914 31635 9611 175 16616 9495
11 Kayong Utara 11614 10174 876 11582 10958 9461
12 Kapuas Hulu 24632 22911 9301 16723 16494 9863
13 Sanggau 1942 19044 9806 18723 15686 8378
14 Landak 1669 16216 9716 15833 15536 9812
15 Sekadau 7252 6814 9396 13626 1059 7772
JUMLAH 261479 244748 139882 245715 22799 13948
sumber data Omspan
Persentase penyaluran DAK Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 081 persen
dibandingkan tahun sebelumnya Kenaikan ini setara dengan Rp 16758 miliar Pada
tahun 2019 terdapat sisa dana yang tidak direalisasikan sebesar Rp 16731 miliar atau
berkurang dari Rp 17725 miliar pada tahun 2018 Hal ini menunjukkan peningkatan
kinerja penyaluran DAK Fisik Kabupaten Bengkayang memiliki kontribusi terbesar
terhadap DAK Fisik yang tidak disalurkan yaitu Rp 4228 miliar Penyebab DAK Fisik yang
tidak disalurkan ini diakibatkan oleh 2 (dua) hal yaitu efisiensi anggaransisa lelang dan
pekerjaan yang tidak terlaksanagagal lelang Kabupaten Sanggau memiliki kinerja terbaik
dari persepsi penyaluran DAK Fisik dengan penyaluran mencapai 9806 persen dari pagu
disusul Kabupaten Landak dengan penyaluran 9720 persen dari pagu Kinerja yang
kurang memuaskan pada persepsi penyaluran kembali dipegang oleh Kabupaten
Bengkayang dengan penyaluran 7805 persen dari pagu dan disusul oleh Kabupaten
Kayong Utara dengan penyaluran 8760 persen dari pagu
44
b Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami peningkatan dengan total Rp 304 triliun
dibandingkan Rp 274 triliun pada tahun sebelumnya Perkembangan pagu dan realisasi
DAK Non Fisik dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel III15
Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2019 (dalam miliar)
No Pemda 2018 2019
Nilai Realisasi Alokasi Realisasi
1 Kalbar 113996 112406 9861 139515 137565 9860
2 Bengkayang 8909 833 9351 9833 9195 9380
3 Landak 11773 11353 9644 11956 11234 9400
4 Kapuas Hulu 1327 12752 961 14929 13944 9340
5 Ketapang 18288 16832 9204 18552 17909 9653
6 Mempawah 9091 8457 9303 9341 8291 8876
7 Sambas 18854 17923 9506 20014 18553 9270
8 Sanggau 13357 12363 9256 14416 13215 9167
9 Sintang 15969 15216 9529 17253 16504 9570
10 Pontianak 11526 11329 9829 1099 10155 9240
11 Singkawang 5808 537 9247 5832 5093 8732
12 Sekadau 6786 4461 6574 6655 5253 7893
13 Melawi 8733 834 955 9719 9412 9254
14 Kayong Utara 3845 3681 9573 4124 3811 9240
15 Kubu Raya 14042 1322 9415 14511 13778 9490
Jumlah 274246 262035 9555 307639 293909 9550
sumber datasimtrada Omspan (diolah)
Realisasi DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp 31874 miliar atau
1216 persen dibandingkan tahun 2018 Penyaluran DAK Non Fisik pada tahun 2019
sebesar 9554 persen mengalami penurunan 001 persen 44isbanding tahun sebelumnya
yang sebesar 9555 persen Secara nilai Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
menyumbangkan peningkatan realisasi terbesar yaitu Rp 25159 miliar atau 2238 persen
yang mayoritas berasal dari Dana BOS yaitu sebesar Rp 23722 miliar Kabupaten
Sekadau menjadi Pemerintah Daerah dengan penyerapan DAK Non Fisik terkecil hanya
7893 persen dari alokasi yang tersedia Kecilnya persentase realisasi ini diakibatkan oleh
adanya Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) yang tidak direalisasikan sebesar Rp 1234
miliar Kota Pontianak mengalami penurunan realisasi terbesar dengan penurunan
sebesar 589 persen Penurunan ini terjadi karena realisasi TPG yang pada tahun 2018
mencapai 100 persen pada tahun 2019 turun menjadi 9440 persen dan realisasi Dana
Bantuan Operasional Kesehatan turun dari 9874 persen menjadi 8134 persen
45
333 Dana Desa
Penyaluran dana desa Tahun 2018 dan 2019 di Wilayah Kalimantan Barat disalurkan untuk
membiayai pelaksanaan kegiatan melalui 5 bidang yaitu Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa Pelaksanaan Pembangunan Desa Pembinaan Kemasyarakatan Desa
Pemberdayaan Masyarakat Desa Penanggulangan Bencana Keadaan Darurat Dan
Mendesak dengan perkembangan penyaluran sebagai berikut
Tabel III16
Pagu dan Realisasi Dana Desa di Provinsi Kalimantan Barat (miliar) No KAB KOTA JUMLAH
DESA TAHUN 2018 TAHUN 2019
PAGU TOTAL PENYALUR
AN
CAPAIAN OUTPUT
PAGU TOTAL PENYAL
URAN
CAPAIAN
OUTPUT
1 Sambas 193 17284 17284 10000 9464 20498 20498 10000 7550
2 Sanggau 163 12878 12848 9976 9879 14986 14986 10000 8099
3 Sintang 390 29487 29472 9995 9914 33848 33848 10000 9002
4 Mempawah 60 5523 5523 10000 9820 6655 6655 10000 9051
5 Kapuas Hulu 278 22893 22893 10000 9878 26812 26768 9983 8915
6 Ketapang 253 21729 21729 10000 9293 25583 25583 10000 8901
7 Bengkayang 122 9240 9240 10000 9295 10655 10594 9943 5129
8 Landak 156 15416 15416 10000 9949 18537 18537 10000 9904
9 Melawi 169 13091 13091 10000 9981 15253 15253 10000 7871
10 Sekadau 87 6908 6876 9955 9582 8117 8049 9916 8244
11 Kayong Utara 43 3986 3986 10000 9384 4868 4809 9879 7965
12 Kubu Raya 117 11150 11033 9895 9677 13445 13166 9792 6685
TOTAL 2031 169586 169392 9989 9676 199257 198745 9974 8112
Sumber data Omspan (diolah)
Total alokasi tahun 2018 sebesar Rp169586 miiar untuk 2031 desa realisasi penyaluran
sebesar Rp169392 miliar atau 9989 persen Penyaluran Dana Desa terbesar pada
Kabupaten Sintang Rp29472 miliar sedangkan penyaluran terkecil Kabupaten Kayong
Utara yakni Rp3986 miliar Terdapat empat Kabupaten yang penyaluran Dana Desa tidak
mencapai 100 persen yaitu Kabupaten Sanggau Sintang Sekadau dan Kubu Raya Untuk
capaian output yang tertinggi Kabupaten Melawi yaitu 9981 persen dan terendah adalah
Kabupaten Ketapang 9293 persen Alokasi dana desa tahun 2019 sebesar Rp199257
miliar untuk 2031 desa realisasi penyaluran sebesar Rp198745 miliar atau 9974 persen
Sisa Dana Desa yang tidak tersalur sebesar Rp512 miliar Penyaluran Dana Desa terbesar
pada Kabupaten Sintang Rp33848 miliar sedangkan penyaluran terkecil pada Kabupaten
Kayong Utara yakni hanya Rp4809 miliar Terdapat enam Kabupaten yang penyaluran
Dana Desa tidak mencapai 100 persen yaitu Kapuas Hulu Bengkayang Melawi Sekadau
Kayong Utara dan Kubu Raya Realisasi Penyaluran Dana Desa tahun 2019 sebesar
Rp198745 miliar atau 9974 persen terjadi penurunan sebesar 015 persen apabila
46
dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 Hal ini dikarenakan terdapat sisa dana semula
Rp194 miliar (empat Kabupaten) menjadi Rp512 miliar (enam Kabupaten)
343 Dana Insentif Daerah (DID)
Grafik III5
Realisasi Dana Insentif Daerah Tahun 2018-2019 Kalimantan Barat
sumber data simtrada Omspan (diolah)
Dari total alokasi DID tahun 2019 yang sebesar Rp 12753 miliar telah terealisasi sebesar
Rp12288 miliar atau 9635 persen Dari 14 Pemda ProvinsiKabKota hanya 6 Daerah yang
mendapatkan alokasi DID di tahun 2019 yakni Prov Kalbar Kab Ketapang Kab
Mempawah Kab Sanggau Kota Pontianak dan Kab Kubu Raya Ada lima daerah
terealisasi 100 persen yaitu Kalbar Ketapang Sanggau Pontianak dan Kubu Raya
Sementara itu Mempawah terealisasi 465 miliar dari 930 miliar atau sebesar 50 persen
35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL
Arus kas masuk (cash in flow) Pemerintah Pusat adalah semua penerimaan yang
diterima oleh Pemerintah pusat di provinsi daerah tertentu sedangkan arus kas keluar
(cash out flow) adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada
pemerintah daerah Yang termasuk arus kas masuk adalah semua penerimaan negara yang
diterima oleh Pemerintah Pusat seperti penerimaan pajak PNBP dan hibah Sedangkan
yang termasuk dalam arus kas keluar Pemerintah Pusat adalah semua belanja pemerintah
dalam APBN yang terdiri dari belanja KPKDDKTPUB dan dana transfer Selisih antara
kontribusi penerimaan Negara pada suatu daerah dengan pengeluaran pemerintah pusat
tersebut akan menghasilkan kondisi surplusdefisit Kondisi surplus mengindikasikan bahwa
daerah tersebut memberikan subsidi silang kepada daerah lain di Indonesia sementara
kondisi defisit mengindikasikan bahwa daerah tersebut menerima subsidi silang dari daerah
0001000200030004000500060007000
2018 2019
47
lain di Indonesia Tabel dibawah ini merupakan cash flow Pemerintah di wilayah Provinsi
Kalimantan Barat
Tabel III17
Cash Flow Pemerintah Pusat di Kalimantan Barat TA 2019 (miliar)
DEFISIT 2194324
Cash in Flow Cash Out Flow
Penerimaan Pajak Dalam negeri 667813 Belanja Pemerintah Pusat 970984
Bea MasukBea Keluar 60735 Transfer ke daerah amp dana desa
2034266
PNBP 82378
810926 3005250
sumber data Omspan Monev Pa (dioalah)
35 PENGELOLAAN BLU PUSAT
a Profil dan jenis layanan satker BLU pusat
Dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat tahun
2019 terdapat 3 (tiga) Satker BLU yang terdiri 2 (dua) satker BLU layanan Pendidikan
dan 2 (dua) satker BLU layanan kesehatan Dua satker BLU layanan pendidikan yaitu
Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Pontianak dan Universitas Tanjungpura Pontianak
sedangkan satker BLU layanan kesehatan adalah Rumah Sakit (RS) Bhayangkara
Pontianak dan RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR
Tabel III18
Profil BLU di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 (miliar)
No Jenis Layanan
Satker BLU Nilai Aset Pagu PNBP
Pagu RM Jumlah Pagu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pendidikan Poltekkes Pontianak 21801 3455 4898 8353
Universitas Tanjungpura 2093628 38593 5947 4454
2 Kesehatan RS Bhayangkara Pontianak 9127 4204 777 4981
RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR
2486 2228 1582 381
Sumber LRA
1) Poltekkes Pontianak berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial Nomor 298Menkes-KesosSKIV2001 tanggal 16 April 2001
dan ditetapkan menjadi Satker BLU berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
403KMK052011 tanggal 1 Desember 2011 Dengan visi ldquoMenjadi Institusi Pendidikan
Tinggi Kesehatan yang Bermutu dan Mampu Bersaing di Tingkat Regional pada Tahun
48
2020 (2016-2020)rdquo Poltekkes Kemenkes Pontianak memberikan pelayanan kesehatan
meliputi Jurusan Kesehatan Lingkungan Jurusan Gizi Jurusan Kebidanan Jurusan
Keperawatan Jurusan Analis Kesehatan dan Jurusan Perawat Gigi Pada tahun 2019
Poltekes Pontianak mendapatkan pagu dalam DIPA sebesar Rp 8353 dengan pagu
PNBP sebesar Rp3455 miliar dan pagu RM sebesar Rp4898 miliar Sementara aset
yang dimiliki sebesar Rp21801 miliar yang terdiri dari aset lancar Rp581 miliar aset
tetap Rp21199 dan aset lainnya Rp21801
2) RS Bhayangkara Pontianak telah menjadi satker BLU sejak tahun 2015 sesuai
Keputusan Menteri Keuangan nomor 501KMK052015 RS Bhayangkara ini telah
beroperasi sejak tahun 2002 Pagu DIPA RS Bhayangkara Pontianak di tahun 2019
adalah sebesar Rp4981 miliar dengan pagu PNBP sebesar Rp4204 dan pagu RM
sebesar Rp777 miliar Sementara aset yang dimiliki sebesar Rp9127 yang terdiri dari
aset lancar Rp547 miliar dan aset tetap Rp8579
3) Universitas Tanjungpura menjadi BLU layanan pendidikan berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan nomor 830KMK052017 dan mulai mendapatkan DIPA BLU pada
tahun 2018 Pagu DIPA universitas ini di tahun 2019 adalah sebesar Rp4454 miliar
dengan pagu PNBP sebesar Rp38593 dan pagu RM sebesar Rp5947 Sementara
total aset yang dimiliki sebesar Rp2093628 miliar
4) Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019
tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar
dengan komposisi Pagu Rm sebesar Rp1582 miliar dan pagu PNBP senesar Rp2228
miliar Sementara total aset di tahun 2019 sebesar Rp2482 miliar dengan perincian
aset tetap Rp762 miliar dan aset lancar sebesar Rp1723 miliar
b Perkembangan Pengelolaan Aset Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU
1) Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU
Perkembangan pengelolaan aset satker BLU dalam jangka waktu dua tahun terakhir
dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel III19
Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di Kalimantan Barat
No Satker BLU Aset tahun 2018 Aset tahun 2019
(1) (2) (3) (4)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak 22174 21801
2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 6734 9127
3 Universitas Tanjungpura 2217907 2093628
49
4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi BLU
2486
sumber Neraca E-rekon
Nilai aset pada satker BLU Poltekkes Pontianak mengalami penurunan sebesar
17 persen dari Rp22174 miliar di tahun 2018 menjadi Rp21801 miliar di tahun
2019 Sedangkan di RS Bhayangkara nilai asetnya meningkat dari Rp6734 miliar
menjadi 9127 miliar atau 355 persen Sedangkan nilai aset satker BLU Untan
menurun 56 persen dari 2217907 pada tahun 2018 menurun menjadi 2093628
ditahun 2019 Sedangkan untuk RS TK II Kartika Husada yang baru di tetapkan
menjadi satker BLU di tahun 2019 perkembangan aset asetnya naik 305 persen
dari 1905 miliar di tahun 2018 menjadi 2486 miliar di tahun 2019
2) Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU
Satker BLU di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019 mendapatkan pagu PNBP
dan pagu RM sebagaimana tercantum dalam DIPA Ada pun perkembangan pagu
tahun 2019 dan tahun 2018 dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel III20
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker (miliar)
No Satker BLU Tahun 2018 Tahun 2019
Pagu PNBP Pagu RM Pagu PNBP
Pagu RM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak 4480 4504 3455 4898
2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 4282 7010 4204 777
3 Universitas Tanjungpura 3177 20876 38593 5947
4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi satker BLU 2228 1582
Sumber LRA E-rekon
Pada tahun 2019 pagu RM Satker BLU Politekes Pontianak naik 87 persen dibanding
tahun 2018 sedangkan pagu PNBP menurun 229 persen Pagu RM naik sebesar
Rp394 miliar atau 87 persen dari Rp4504 miliar di tahun 2018 menjadi Rp4898 miliar
pada tahun 2019 Sedangkan pagu PNBP mengalami penurunan dari Rp448 miliar di
tahun 2018 menjadi Rp345 miliar pada tahun 2019 atau turun sebesar Rp1025 miliar
atau 229 persen
Selanjutnya untuk satker BLU layanan kesehatan yakni RS Bhayangkara Pontianak
perkembangan pagu PNBP menurun dari Rp4282 miliar menjadi Rp4204 miliar atau
18 persen sedangkan untuk pagu RM mengalami kenaikan 108 persen
50
Universitas Tanjungpura di tahun 2019 ini baru menjadi satker BLU setelah
sebelumnya adalah satker PNBP Di tahun 2019 Untan mendapat pagu PNBP sebesar
Rp38593 miliar dan pagu RM sebesar Rp5947 miliar
Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019
tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar
c Kemandirian BLU
Salah tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk
mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government) oleh karena itu satker BLU
didorong untuk dapat menciptakan kemandirian dirinya sendiri Kemandirian tersebut
dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM) dari APBN dan
bertambahnya alokasi pagu PNBP dari hasil layanan satker Semakin tinggi porsi pagu
PNBP dibanding pagu RM maka satker BLU dianggap memiliki tingkat kemandirian yang
lebih baik
TabelIII21
Tingkat Kemandirian BLU di Provinsi Kalimantan Barat (miliar)
sumber e rekon diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 alokasi pagu PNBP
pada Satker Politeknik Kesehatan Pontianak masih dibawah 50 persen Sedangkan untuk
Satker BLU Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak alokasi pagu PNBP di tahun 2018
sebear 8593 persen dan tahun 2019 844 persen Hal ini menunjukkan bahwa Rumah
Sakit Bhayangkara Pontianak sejak tahun 2018 memiliki tingkat kemandirian yang tinggi
dan demikian juga di tahun 2019 Dari besarnya persentase pagu PNBP tersebut dapat
dilihat bahwa dalam kegiatan operasional RS Bhayangkara Pontianak lebih ditunjang oleh
PNBP yang dikelolanya dan bisa disimpulkan mempunyai tingkat kemandirian yang baik
No Satker BLU Nilai aset 2019
Tahun 2018 Tahun 2019
Pagu PNB
P
Pagu RM
Pagu PNBP
Pagu RM
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Politeknik Kesehatan Pontianak
4480 4987
4504 5013 3455 414 4898 586
2 Rumkit Bhayangkara Pontianak
4282 8593
7010 1407 4204 844 777 156
3 Univ Tanjungpura
3177 6035
20876 3965 38593 866 5947 134
4 RS Kartika Husada
Belum menjadi satker BLU 2228 585 1582 2705
51
Untan di tahun 2018 sebagai satker BLU yang baru memiliki tingkat kemandirian di
atas 6035 persen dan meningkat signifikan di tahun 2019 menjadi 866 persen hal ini
mengindikasikan ada perkembangan yang pelayanan pendidikan oleh Untan Sedangkan
untuk RS Kartika Husada baru dtetapkan menjadi satker BLU di bulan Juli 2019
d Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP
Di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 120 satker yang mengelola dana PNBP Dari
120 satker PNBP tersebut terdapat 3 satker yang mempunyai alokasi pagu PNBP
terbesar antara lain tersebut dibawah ini
Tabel III22
Profil dan Jenis layanan Satker PNBP di Provinsi Kalimanatan Barat Tahun 2019
No Jenis Layanan
Satker PNBP Nilai Aset Pagu PNBP
Pagu RM Jumlah Pagu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2 Pendidikan Politeknik Negeri Pontianak 272 6284 9004
4 Pendidikan IAIN Pontianak 2012 5024 7036
Sumber LRA diolah
Tabel III23
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP di Provinsi Kalimantan Barat
No Satker PNBP Tahun 2017 Tahun 2019
Pagu PNBP
Pagu RM Pagu PNBP
Pagu RM
2 Politeknik Negeri Pontianak 2197 5904 272 6284
3 IAIN Pontianak 1775 4297 2012 5024
Sumber SPAN diolah
Dari tabel diatas terlihat bahwa Politeknik Negeri Pontianak mengalami peningkatan
persentase pagu PNBP sebesar Rp523 miliar atau 238 persen Demikian juga IAIN
Pontianak pagu PNBP meningkat Rp237 miliar atau 134 persen Dari ke dua satker
PNBP tersebut Politeknik Negeri Pontianak yang paling berpotensi untuk menjadi satker
BLU karena sumber dana PNBP lebih besar dibanding sumber dana PNBP pada satker
IAIN Pontianak meskipun mempunyai potensi menjadi satker BLU namun keduanya
belum menunjukan kemandirian karena sumber dana yang mereka gunakan lebih banyak
dari dana APBN (RM) dibandingkan dana PNBP
e Analisis terkait pengelolaan BLU
1 Analisis Kemandirian BLU
a Rasio Antara Sumber Dana PNBP (BLU) dan RM
Meskipun tujuan pembentukan BLU adalah tanpa mengutamakan mencari
keuntungan namun diharapkan dengan pelayanan yang meningkat maka secara
52
langsung juga pendapatannya meningkat Lebih jauh lagi diharapkan persentase
belanja satker BLU yang bersumber dari rupiah murni semakin menurun digantikan
dengan sumber belanja dari pendapatan BLU
Tabel III24
Rasio Sumber Dana BLU (PNBP dengan RM) miliar
Satker BLU 2017 2018 2019
PNBP RM PNBP RM
PNBP RM PNBP RM
PNBP RM PNBP RM
Politeknik Kesehatan Pontianak
4966 5279 094 4480 4504 099 3455 4898 070
RS Bhayangkara Pontianak
346 700 487 4282 701 611 4204 777 541
Universitas Tanjungpura
Belum menjadi satker BLU
3177 20876 152 38593 5947 648
RS Kartika Husada Belum menjadi satker BLU 2228 1582 14
Pada Universitas Tanjungpura Pontianak dari tahun 2018 hingga tahun 2019
rasio antara sumber dana PNBP dengan sumber dana RM semakin meningkat yang
nampak pada pagu PNBP yang semakin meningkat Hal ini menandakan tingkat
kemandirian BLU Universitas Tanjungpura semakin membaik Sedangkan pada
Rumah sakit Bhayangkara terdapat penurunan atas pagu PNBP nya hal ini karena
pada tahun 2019 RS Bhayangkara Pontianak melakukan renovasi gedung dan
ruang perawatan yang mempengaruhi jumlah layanan pasien dan penerimaan
PNBP nya
b Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional
Kemandirian Satker BLU selain dapat dilihat dari Rasio Antara Sumber Dana
PNBP dan RM sebagaimana pada poin a dapat pula dinilai dari Rasio PNBP
terhadap biaya operasional BLU Untuk rasio ini BLU di Kalimantan Barat memiliki
rasio yang cukup baik
Tabel III25
Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional (persen)
Satker BLU 2018 2019
Pendapatan PNBP
Biaya Operasional
Pendapatan PNBP
Biaya Operasional
Politekkes Pontianak
3038 6360 48 2702 7725 35
RS Bhayangkara Pontianak
3034 3616 84 2802 4347 64
Universitas Tanjungpura
41371 45355 91 34461 51317 67
53
RS Kartika Husada
Belum menjadi satker BLU 5056 6264 81
Berdasarkan tabel di atas di tahun 2018 pada Satker BLU Politeknik Kesehatan
Pontianak perbandingan antara pendapatan BLU dengan biaya operasional didapat
hasil 48 persen (rasio PNBP terhadap biaya operasional 48 persen) Sedangkan
untuk tahun 2018 rasio kemandirian Satker BLU Poltekkes Pontianak menurun
menjadi 35 persen Penurunan ini disebabkan jumlah pendapatan PNBP yang
menurun sedangkan biaya operasional meningkat Penurunan pendapatan karena
penurunan jumlah mahasiswa baru
RS Bhayangkara Pontianak dari hasil perhitungan rasio pendapatan BLU dengan
biaya operasional didapat hasil 84 persen di tahun 2018 dan mengalami penurunan
menjadi 64 persen Penurunan rasio disebabkan penurunan pendapatan dan
sebaliknya belanja meningkat Penurunan pendapatan disebabkan pendapatan
yang berasal dari rawat inap berkurang Hal ini disebabkan penghapusan gedung
layanan lama yang disertai dengan pembangunan gedung rawat inap baru Namun
secara rasio RS Bhayangkara masih memiliki tingkat kemandirian yang yaitu
diatas 60 persen
Univ Tanjungpura ditahun 2018 sebagai satker BLU baru memiliki rasio 91
persen Ini menandakan Untan sebagai satker BLU memiliki kemandirian yang
sangat baik Sedangkan untuk RS Kartika Husada yang merupakan Rumah sakit
dibawah Kodam Tanjungpura dan baru ditetapkan menjadi BLU penuh di bulan Juli
2019 sudah memiliki awal yang baik dengan tingkat kemandirian (rasio PNBP
dengan biaya operasional ) sebesar 81 persen
f Analisis Efektifitas BLU
Analisa efektifitas BLU adalah analisis untuk mengetahui efektifitas dibentuknya BLU
yaitu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan fleksibilitas
dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi produktifitas dan penerapan
praktek bisnis yang sehat Peningkatan layanan antara lain juga dapat dilihat dari
pendapatan yang dihasilkan dari layanan BLU Analisis efektifitas BLU didapat dari rasio
pendapatan operasional terhadap asset tetap atau rasio perputaran asset tetap Tujuan
analisis ini adalah untuk mengetahui kemampuan BLU untuk menghasilkan pendapatan
dari aset yang dimilikinya
54
Tabel III26
Analisis Efektifitas BLU
Satker BLU 2018 2019
Pendapatan Operasional
Aset Tetap Pendapatan Operasional
Aset Tetap
Politeknik Kesehatan Pontianak
3038 21286 142 2702 21801 124
RS Bhayangkara Pontianak 3034 4832 627 2802 9127 307
Universitas Tanjungpura 41371 2175410 190 34461 2093628 16
RS Kartika HUsada Belum menjadi satker BLU 5056 2486 203
sumber data e rekon
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perputaran aset tetap satker BLU Politekkes
Pontianak tahun 2018 sebesar 142 persen dan mengalami penurunan di tahun 2019
menjadi 124 persen Dari rasio tersebut artinya kemampuan Poltekkes Pontianak
memperoleh pendapatan berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah sebesar 124
persen Penurunan rasio ini disebabkan pendapatan BLU yang menurun di tahun 2019
Sedangkan perputaran aset untuk Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak pada tahun 2019
mengalami penurunan dari 627 persen di tahun 2018 menjadi 307 persen di tahun 2019
Penurunan rasio ini disebabkan penurunan pendapatan BLU dan juga kenaikan aset
tetap Kemampuan RS Bhayangkara Pontianak tahun 2019 untuk memperoleh
pendapatan BLU berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah 307 persen
Kemampuan Untan memperoleh pendapatannya berdasarkan asset tetap yang
dimilikinya di tahun 2019 sebesar 16 persen
g Analisis Legal BLU
Pemberian fleksibilitas pengelolaan keuangan kepada Satker BLU adalah tetap dalam
koridor penerapan tata kelola pemerintahan yang baik Satker BLU tetap mempunyai
kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang telah diatur di dalam undang-undang
Tabel III27
Kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan Keuangan
Kewajiban Politeknik Kesehatan Pontianak
RS Bhayangkara
Pontianak
Universitas Tanjungpura
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Penyusunan amp Penyampaian Rencana Bisnis Anggaran
Ya - Ya - Ya -
Penyusunan amp penyampaian Lap Keu (standar akuntansi Keu)
Ya - Ya - Ya -
55
Berdasarkan tabel kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan keuangan
dapat dilihat bahwa BLU di Provinsi Kalimantan Barat yakni Politeknik Kesehatan
Pontianak RS Bhayangkara Pontianak dan Universitas Tanjungpura telah memenuhi
semua kewajiban dalam rangka penerapan tata kelola dan pengelolaan keuangan BLU
sesuai dengan ketentuan (peraturan perundang-undangan)
37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT
Dalam rangka peningkatan pembangunan di Wilayah Kalimantan Barat Pemerintah
berusaha memperdayakan potensi yang ada guna mendukung pembangunan ekonomi di
daerah diantaranya berupa Dana Invstasi Pusat yang diberikan kepada Pemda melalui
pinjaman dan Investasi Kredit Program kepada UMKM di Wilayah Kalimantan Barat Kanwil
Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat berkewajiban menatausahakan investasi
pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi khususnya penerusan pinjaman (Subsidary
Loan Agreement) Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat) dan Pembiayaan Ultra Mikro
(UMi)
371 Penerusan Pinjaman (Subsidary Loan Agreement)
Penerusan Pinjaman Pemerintah Pusat (Subsidiary Loan Agreement) kepada
Pemerintah DaerahPerusahaan DaerahBUMD Penerusan pinjaman yang diberikan
kepada PDAM maupun Pemda dimaksudkan untuk meningkatkan atau memperbaiki
tata kelola penyediaan air minum kepada masyarakat baik dari segi infrastruktur maupun
percepatan penyedian air minum
Pada tahun 2019 masih terdapat 1 (satu) pinjaman BUMD dan Pemda menunggu
penyelesaian penghapusan yaitu Pemerintah Kota Singkawang dengan sisa hutang
sebesar Rp1766635437024 yang diselesaikan melalui proses pelaksanaan debt swap
sebesar Rp1398691928715 dan penghapusan utang murni Rp367943508309
Pemerintah Kota Singkawang telah mengalokasikan program debt swap pada APBD
tahun anggaran 2017 melalui DPPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
berupa kegiatan Pembangunan Bangsal Ruang Inap Kelas I RSUD Abdul Aziz di
Singkawang dengan realisasi pembangunan sebesar Rp14407200000 dan telah
dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat
Penyampaian Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU
Ya - Ya - Ya -
Persetujuan Tarif Layanan oleh Menteri Keuangan
Ya - Ya - Ya -
Persetujuan Pembukaan Rekening Ya - Ya - Ya -
Penyusunan SOP pengelolaan keuangan BLU
Ya - Ya - Ya -
56
Tabel III31
Profil Oustanding Penerusan Pinjaman BUMD dan PEMDA di
Prov Kalbar Tahun 2018
Sumber Data Kanwil Data PemdaBUMNBUMD Penerima SLA Dit SMI
372 Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat)
Investasi Pemerintah Pusat lainnya adalah Program Kredit Program berupa
pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM (KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan
Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 debitur)
jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar
atau 1135 persen
TabelIII32
Penyaluran KUR Wilayah Kalimantan Barat Tahun 2019
No KabKota 2018 2019
Akad Debitur Akad Debitur
1 Kalimantan Barat 1650000000 29 1055000000 30
2 Kab Sambas 172012480000 5063 178155490000 4706
3 Kab Mempawah 117141764400 3853 117924669245 3337
4 Kab Sanggau 137303602000 3683 151852745000 3768
5 Kab Ketapang 134775029932 3445 115111754000 3193
6 Kab Sintang 169583544950 3539 214178312000 3769
7 Kab Kapuas Hulu 74602388591 2755 101002500000 3412
8 Kab Bengkayang 62169980000 1909 61608265000 2069
9 Kab Landak 84971200000 2710 99536500000 2866
10 Kab Sekadau 82259245000 1715 76000490000 1679
11 Kab Melawi 60856245000 1378 84465707561 1292
12 Kab Kayong utara 24188290000 826 25003500000 824
13 Kab Kubu Raya 151025480000 3883 193886370000 4216
14 Kota Pontianak 256541689000 4730 283349999288 4710
15 Kota Singkawang 85998890400 1993 95216230108 1907
Total 1615079829273 41511 1798347532202 41778
Sumber SIKP Dit SMI 2019
Penyaluran KUR tersebar di beberapa Lembaga Keuangan di wilayah Kalimantan
Barat melalui aplikasi online system data KUR dengan Sistem Informasi Kredit Program
57
(SIKP) untuk wilayah Kalbar terdapat 16 lembaga keuangan yang ditunjuk sebagi
penyalur Sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini
Tabel II32 Penyaluran KUR per Bank Provinsi Kalbar Tahun 2019
No Nama Bank Jumlah
Rupiah Debitur
1 BPD Jawa Tengah 500000000 1
2 BPD Kalimantan Barat 235246000000 2225
3 BPD Kalimantan Selatan 100000000 1
4 BPD Kaltimtara 50000000 1
5 BPD Riau Kepri 250000000 1
6 BRI Syariah 28661000000 868
7 Bank Bukopin 1680000000 6
8 Bank Central Asia 3075000000 13
9 Bank Mandiri 374774669000 4448
10 Bank Maybank 1220000000 4
11 Bank Negara Indonesia 308639830404 1794
12 Bank Rakyat Indonesia 837567307798 32376
13 Bank Sinarmas 6014000000 25
14 Bank Tabungan Negara 400000000 3
15 CTBC Bank 58980000 4
16 Internusa Tribuana Citra Multifinance 110745000 8
1798347532202 41778
Sumber SIKP Dit SMI 2019
Berdasarkan data aplikasi SIKP penyaluran KUR mencapai sebesar Rp179834
miliar dengan jumlah debitur 41778 orang tersebar melaui skema Usaha Mikro sebesar
Rp73601 miliar (34757 debitur) Kecil dan menengah sebesar Rp106172 miliar (6977
debitur) dan TKI sebesar Rp61874 juta (44 debitur) Bank Rakyat Indonesia (BRI)
merupakan lembaga terbesar penyalur KUR yakni sebesar Rp83756 miliar Sebagian
besar investasi digunakan pada sektor perdagangan yaitu sebesar Rp93627 miliar
(20750 debitur) atau 5178 persen disusul bidang Pertanian Perburuhan dan
Kehutanan sebesar Rp47943 miliar (15953 debitur) atau 2651 persen dan Jasa
Kemasyarakatan Sosial Budaya Hiburan dan Perorangan lainnya sebesar Rp9811
miliar (2398 debitur) atau 543 persen
Hasil monitoring Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov Kalbar terhadap penyaluran
kredit program dapat dikatakan bahwa Pemerintah sangat memperhatikan dan
mengharapkan adanya perkembangan usaha serta peningkatan ekonomi bagi UMKM di
wilayah Kalimantan Barat hal ini menunjukan bahwa program KUR sangat bermanfaat
58
dan berdampak terhadap perkembangan kegiatan usaha bahkan pertumbuhan ekonomi
di Kalimantan Barat Dalam perkembangannya hasil survey di lapangan yang diambil
secara sampling terhadap 82 debitur program KUR di wilayah Kalbar didominasi oleh
Sektorbidang usaha perdagangan yaitu sebesar 5976 persen atau 49 pelaku UMKM
disusul bidang usaha jasa sebesar 1951 persen atau 16 pelaku UMKM dan Pertanian
Peternakan dan Perkebunan 1220 persen atau 10 pelaku UMKM sedangkan sektor
usaha lainnya sebesar 853 persen atau 7 pelaku UMKM Sesuai Permenko Bidang
Perekonomian nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanan KUR sektor di luar
sektor perdagangan dikelompokkan sebagai sektor produksi Dengan demikian
berdasarkan hasil survey responden debitur KUR di sektor produksi hanya mencapai
4124 persen Hal ini masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama
pada sektor produksi sebesar 60 persen
Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar
sasaran dan tujuan program KUR dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran
KUR diarahkan agar lebih banyak menyasar UMKM di sektor produksi (non
perdagangan) yaitu dengan memberikan target minimal penyaluran ke sektor produksi
sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan skema KUR
Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat perkebunan
rakyat dan peternakan rakyat
373 Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)
Tahun 2019 jumlah penyaluran UMi di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar
Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen
Tabel III33
Penyaluran UMI Provinsi Kalbar Tahun 2019
No Tahun 2018 2019
KabKota Akad Debitur Akad Debitur
1 Kayong Utara 11000000 2 208000000 28
2 Ketapang 229000000 32 1055800000 165
3 Kubu Raya 1447315688 356 1176000000 314
4 Landak 860878000 194 200500000 45
5 Melawi 155000000 24 210000000 29
6 Mempawah 3188943000 758 3574105000 1027
7 Sambas 358000000 50 232400000 30
8 Sanggau 148500000 21 622933000 93
9 Sintang 90500000 14 235700000 44
59
10 Pontianak 1671500000 638 2805350000 931
11 Singkawang 185000000 25 188500000 28
12 Bengkayang 31000000 4 5000000 1
13 Kapuas Hulu 7000000 2 7000000 2
14 Sekadau 30000000 4 - -
Jumlah 8413636688 2124 10521288000 2737
Berdasarkan data aplikasi SIKP UMi penyaluran UMi di Kalimantan Barat mencapai
sebesar Rp1052 miliar dengan jumlah debitur 2737 orang pembiayaan UMi dilakukan
melalui penyalur perantara yang merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
diantaranya adalah PT Pegadaian (Persero) PT Bahana Artha Ventura PT
Permodalan Nasional Madani (Persero) serta beberapa Koperasi baik melalui
pembiayaan konvensional danatau pembiayaan syariah LembagaLankage penyalur
terbesar yaitu PT PNM merupakan lembaga terbesar penyalur UMi yakni sebesar
Rp443 miliar (1531 debitur) PT Pegadaian sebesar Rp263 miliar (453 debitur) KSPS
BMT UGT Sidogiri sebesar Rp188 miliar (337 debitur) dan KSPPS BMT Bina Umat
Sejahtera sebesar Rp154 miliar (408 debitur)
Tabel III33
Penyaluran UMI per LKBB Provinsi Kalbar Tahun 2019
NO PENYALUR LKBB TOTAL PENYALURAN Debitur
1 PT PEGADAIAN 2637600000 453
2 PNM 4427500000 1531
3 KSPPS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA 1535305000 408
4 KSPPS TAMZIS BINA UTAMA 26000000 6
5 KSPPS BMT BINA IHSANUL FIKRI 7000000 2
6 KSPS BMT UGT SIDOGIRI 1887883000 337
Total 10521288000 2737
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi penyaluran UMi yang dilaksanakan di
beberapa wilayah Kalimantan Barat terdapat faktor yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan penyaluran UMi di Kalimantan Barat antara lain
1 PenyalurLembaga Linkage selaku penyalur pembiayaan UMi belum tersebar atau tidak
memiliki kantor cabang di seluruh wilayah Kalbar sehingga potensi penyaluran pembiayaan
UMi kurang maksimal dan tidak bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Kalbar
2 Hasil produk UMKM terutama mutu dan kualitas produk belum dapat bersaing secara
global dengan produk daerah lain
Sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan usaha UMKM di wilayah
Kalimantan Barat adalah melakukan koordinasi dan kerjasama antara Pemda
60
Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalbar PenyalurLembaga Linkage
serta lembaga terkait lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada
debitur dan membantu mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada
masyarakat baik melalui pertemuan maupun dengan media cetak banner spanduk
dan lain-lain sehingga dapat mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha
Mikro bahkan dapat meningkat ke Mikro Kecil
38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN
BELANJA INFRASTRUKTUR DI DAERAH
381 Mandatory Spending di Daerah
Belanja mandatory merupakan belanja wajib yang diperintahkan oleh Undang-Undang
yakni belanja sektor kesehatan sebesar 5 persen dan belanja sektor Pendidikan sebesar
20 persen
a Belanja Sektor Pendidikan
Uraian 2017 2018 2019
Alokasi Fungsi Pendidikan 157554 185385 231676
Pagu Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF
929392 1117061 1049551
Rasio 017 017 022
Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan Penyelenggaraan pendidikan di daerah akan mampu menjembatani
kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya belajar di sekolah Untuk memenuhi hal
tersebut tentunya harus dialokasikan anggaran belanja pendidikan Belanja Pendidikan
merupakan belanja wajib (mandatory spending) yang mutlak harus dipenuhi yang
ditentukan batas minimal pengalokasian anggaran dalam APBN sebesar 20 persen Alokasi
belanja pemerintah pusat Fungsi Pendidikan tahun 2019 sebesar Rp231 triliun meningkat
46291 miliar atau 2497 persen dibanding alokasi tahun sebelumnya Rasio fungsi
Pendidikan di tahun 2019 mencapai 022 naik 005 bila dibandingkan dengan rasio fungsi
pendidikan tahun sebelumnya Peningkatan alokasi fungsi kesehatan ini diharapkan akan
meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat
b Belanja Sektor Kesehatan
Uraian 2017 2018 2019
Alokasi Fungsi Kesehatan
16020 19263 18897
Alokasi Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF
929392 1117061 1049551
Rasio 0017 0017 0018
61
Anggaran berdasarkan fungsi kesehatan merupakan anggaran belanja negara dimana
dana anggaran akan diarahkan untuk melaksanakan program-program dalam rangka
meningkatkan derajat tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik Ketentuan pasal 171
undang undang nomor 36 tahun 2009 menjadikan alokasi di bidang kesehatan mutlak
dipenuhi (mandatory spending) Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan
adalah dengan menyediakan berbagai infrastruktur dan pengadaan tenaga-tenaga
kesehatan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan umum Usaha ini ditujukan
untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat sekaligus dalam rangka peningkatan mutu fisikal
sumber daya manusia dan Indonesia Sehat Alokasi belanja pemerintah pusat Fungsi
Kesehatan tahun 2019 di Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp18897 miliar menurun 366
miliar atau 19 penurunan tersebut disebabkan meningkatnya anggaran kesehatan
melalui transfer ke daerah (DAK) Rasio Fungsi Kesehatan di tahun 2019 mencapai 0018
naik 0001 bila dibanding rasio Fungsi Kesehatan tahun sebelumnya Meningkatnya alokasi
fungsi kesehatan tersebut diharapkan semakin meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat
382 BELANJA INFRASTRUKTUR
Infrastruktur memiliki peran penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
Keberadaan infrastruktur akan mendorong mobilitas penduduk dan faktor produksi
terutama tenaga kerja serta memperlancar arus barang dan jasa sehingga akan
mendorong tumbuhnya produksi dan investasi Belanja infrastruktur oleh pemerintah pusat
di representasikan oleh pos Belanja Modal (53) pada belanja KL (APBN)
Grafik III
Alokasi dan Realisasi Belanja Modal Tahun 2015 - 2019
sumber data mebe (diolah)
Untuk Wilayah Kalimantan Barat secara agregat alokasi untuk pos belanja modal (53)
dari tahun 2015 sd 2019 fluktuatif nampak ada penurunan belanja modal KL di tahun
2019 dibanding tahun anggaran sebelumnya Meskipun ada penurunan alokasi belanja
modal tidak berarti pembangunan infrastruktur untuk wilayah Kalimantan Barat diabaikan
000
100000
200000
300000
400000
500000
2015 2016 2017 2018 2019
Pagu Realisasi
62
karena pembangunan infrastruktur juga di topang oleh Dana Alokasi Fisik dimana tahun
2019 alokasi DAK Fisik sebesar Rp261 triliun
Tahun 2019 Pagu total belanja KL di Kalimantan Barat Rp1049 triliun dan alokasi
untuk belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun atau 2288 persen dan telah terealiasi
Rp195 triliun Dari total alokasi belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun di tahun 2019
sebagian besar alokasi belanja modal ada pada Kementerian PUPR sebesar Rp15 triliun
atau 665 persen dan selanjutnya Kementerian Perhubungan sebesar Rp20417 miliar
atau 85 persen Dari alokasi sebesar Rp15 triliun yang dianggarkan pada kementerian
PUPR di Kalimantan Barat 61 persen alokasikan untuk pembangunan infrastruktur jalan
diantaranya jalan trans Kalimantan perbatasan Indonesia dan Malaysia yakni ruas jalan
nanga badau - entikong - aruk - temajok serta pembangunan jalan Nasional III dan III di
seluruh wilayah Provinsi Kalbar Diharapkan dengan pembangunan ruas jalan secara
merata ini akan mempermudah akses dan koneksifitas antar wilayah dan mengakselerasi
nilai tambah perekonomian masyarakat Kalimantan Barat yang tercermin dari adanya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dengan menguji pengaruh realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat dengan PAD
Prov Kalbar dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel
Hasil Regresi Sederhada Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat Terhadap PAD di Prov Kalbar
Tahun 2015-2019
R Square Significance
0049 0000
Dengan signifikasi 0000 menunjukkan bahwa realisasi Belanja Modal Pemerintah
Pusat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PAD R square 0049 berarti realisasi
Belanja Modal Pemerintah Pusat memiliki pengaruh positif sebesar 49 persen terhadap
PAD Provinsi Kalbar Hasil perhitungan regresi di atas menunjukkan bahwa setiap
kenaikan 1 rupiah Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat akan mendorong kenaikan
PAD sebesar Rp 0049 Apabila kenaikan Belanja Modal Pemerintah Pusat Rp 1 triliun
maka PAD akan naik sebesar Rp 49 miliar
Jembatan Kapuas PontianakJembatan ini memiliki panjang 42o meter dan lebar 6 meter Jembatan ini muali dibangun tahun 1980
BAB IV
PERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
APBD
63
41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan faktor pendorong utama dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah Selain itu kinerja pelaksanaan APBD juga
merupakan salah satu penentu tercapainya target sasaran makro ekonomi daerah yang
diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan tantangan dalam mewujudkan masyarakat
sejahtera dan mandiri Pemerintah daerah menggunakan APBD sebagai instrumen utama bagi
kebijakan publik di daerahnya
Untuk mencapai target tersebut Pemerintah Daerah Kalimantan Barat menyusun Alokasi
APBD Kalimantan Barat tahun anggaran 2019 sebagaimana terlihat pada tabel berikut
Tabel IV1
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
URAIAN 2018 2019
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PENDAPATAN 2443326 2422952 2543450 2563928
PENDAPATAN ASLI DAERAH
360621 390903 376276 404671
Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398
Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
16227 17161 18117 19075
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
98917 73671 85664 84200
PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816
Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak
77844 78654 78128 58493
Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649
Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
76467 113239 69129 97384
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
120005 121467 147048 180339
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
1850 1060 000 1419
64
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
105809 46616 94992 74442
Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318
Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124
BELANJA DAERAH 2499829 2345817 2604405 2510634
BELANJA OPERASI 1645895 1509851 1691108 1608335
Belanja Pegawai 841558 797512 935725 825216
Belanja Barang 606872 516897 599693 605691
Belanja Bunga 294 323 703 288
Belanja Subsidi 000 000 000 000
Belanja Hibah 190185 188493 145940 167928
Belanja Bantuan sosial 6987 6625 9047 9212
BELANJA MODAL 505628 470016 520212 498885
Belanja Modal 505628 470016 520212 498885
BELANJA TAK TERDUGA 3110 716 3213 625
Belanja Tak Terduga 3110 716 3213 625
BELANJA TRANSFER 345197 365234 389872 402789
TransferBagi Hasil Pendapatan
90177 99533 87458 102031
Belanja Bantuan Keuangan
255020 265701 302414 300757
SURPLUSDEFISIT -56503 77135 -60955 53295
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Anggaran pendapatan pada pemerintah provinsikabupatenkota di wilayah Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018
Anggaran pendapatan naik sebesar Rp 100124 miliar menjadi 2543450 miliar atau 410
persen Anggaran belanja juga mengalami kenaikan sebesar 418 persen menjadi sebesar Rp
2604405 miliar Kondisi APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik dengan
menghasilkan surplus Rp 53295 miliar di wilayah Kalimantan Barat
42 PENDAPATAN DAERAH
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pemerintah dituntut
untuk memiliki kemandirian keuangan daerah yang lebih besar Dengan tingkat kemandirian
keuangan yang lebih besar berarti daerah tidak akan lagi sangat bergantung pada bantuan dari
pemerintah pusat dan propinsi melalui dana transfer
Namun tidak berarti jika kemandirian keuangan daerah tinggi maka daerah sudah tidak perlu
lagi mendapatkan dana transfer Dana transfer masih tetap diperlukan untuk mempercepat
pemabngunan daerah Semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan maka daerah dapat
memberikan pelayanan publik yang lebih berkualitas melakukan investasi pembangunan jangka
panjang dan sebagainya
65
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Pendapatan Daerah adalah hak pemda yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan Pendapatan daerah
tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah
yang sah Berdasarkan ketentuan tersebut APBD Kalimantan Barat disusun dengan rincian
sebagai berikut
Tabel IV2
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Jenis Pendapatan Daerah
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
URAIAN 2018 2019
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PENDAPATAN ASLI DAERAH 360621 390903 376276 404671
Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398
Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
16227 17161 18117 19075
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 98917 73671 85664 84200
PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816
Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak
77844 78654 78128 58493
Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649
Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
76467 113239 69129 97384
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 120005 121467 147048 180339
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
1850 1060 000 1419
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 105809 46616 94992 74442
Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318
Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pada tahun 2019 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Barat mengalami
peningkatan sebesar Rp 13768 miliar atau 352 persen dibandingkan tahun 2018 dengan realisasi
melebihi target yaitu 10755 persen dari pagu yang dianggarkan Kenaikan pendapatan ini
terutama ditopang oleh Pajak Daerah yang terealisasi 11103 persen dan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang mencapai 10529 persen Retribusi Daerah juga melebihi
target dengan penerimaan sebesar 10305 persen
Pendapatan transfer terjadi kenaikan yang signifikan pada Dana Bagi Hasil Pajak dari
Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya yang mencapai 14087 persen dari target disusul oleh
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar 12264 persen
66
421 Dana TransferPerimbangan
Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan dana otonomi khusus dan
dana penyesuaian
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran
dalam APBN
Kebijakan perimbangan keuangan atau ditekankan pada empat tujuan utama yaitu (a)
memberikan sumber dana bagi daerah otonom untuk melaksanakan urusan yang
diserahkan yang menjadi tanggungjawabnya (b) mengurangi kesenjangan fiskal antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah (c) meningkatkan
kesejahteraan dan pelayanan publik dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dan
pelayanan publik antar daerah serta (d) meningkatkan efisiensi efektifitas dan akuntabilitas
pengelolaan sumber daya daerah khususnya sumber daya keuangan
Dana perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK)
a Analisis ruang fiskal dan kemandirian daerah
1) Analisis Ruang Fiskal
Ruang fiskal secara umum merupakan ketersediaan ruang dalam anggaran yang
memampukan Pemerintah menyediakan dana untuk tujuan tertentu tanpa
menciptakan permasalahan dalam kesinambungan posisi keuangan Pemerintah
Dalam konteks APBN ruang fiskal adalah total pengeluaran dikurangi dengan
belanja non diskresionerterikat seperti belanja pegawai pembayaran bunga subsidi
dan pengeluaran yang dialokasikan untuk daerah
Dalam APBD Ruang fiskal adalah pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked
(DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat)
Ruang Fiskal mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda
tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib)
Ruang Fiskal adalah (Total Pendapatan-DAK) ndash Belanja Pegawai tak langsung
67
Grafik IV1
Ruang Fiskal Kalimantan Barat
Tahun Anggaran 20182019
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Berdasarkan data dua tahun terakhir ruang fiskal Kalimantan Barat tumbuh
sebesar 19589 miliar dari tahun 2018 sebesar 1155080 menjadi 1174669
pada tahun 2019 Terjadi peningkatan ruang fiskal sebesar 266 persen dari
tahun sebelumnya
2) Analisis Rasio Kemandirian Daerah
Ruang Rasio kemandirian daerah Rasio PAD terhadap total pendapatan dan
rasio dana transfer terhadap total pendapatan Apabila rasio PAD lebih besar
daripada rasio dana transfer berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin
besar rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan semakin tinggi
Rasio PAD = PAD Total Pendapatan APBD
Rasio DanaTransfer = Total Dana Transfer Total Pendapatan APBD
Rasio PAD = 376276 2543450
= 015
Rasio DanaTransfer = 2072181 2543450
= 081
Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio ketergantungan
Kalimantan Barat masih sangat tinggi
b Analisis komparatifperbandingan year on year (yoy) antara trend alokasi dana transfer
untuk Kalimantan Barat terhadap Pertumbuhan ekonomi regional PDRB Tingkat
pengangguran Tingkat kemiskinan IPM (HDI) dapat digambarkan sebagai berikut
000
2000
4000
6000
8000
10000
2018 2019
2018 54592019 5192
2018 45412019 4808
Belanja Mengikat Ruang Fiskal
68
Tabel IV3
Tabel Perbandingan Alokasi Dana Transfer Terhadap Indikator Perekonomian Regional
Tahun Anggaran 20182019
INDIKATOR 2018 2019 persen
Alokasi Dana Transfer 345197 389872 1294
Pertumbuhan Ekonomi Regional
506
500 (119)
PDRB 19403
21232 943
Tingkat Pengangguran 426
4 45 446
Tingkat Kemiskinan 737
728 (122)
IPM 6698
NA NA
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Peningkatan dana transfer dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 1294 persen
tidak serta merta turut mendongkrak indikator perekonomian di Kalimantan Barat
Tercatat hanya PDRB yang mengalami trend positif yaitu 943 persen Sedangkan
indikator lainnya negatif
422 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Pendapatan asli daerah diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi
pemerintahan daerah oleh karena ini berarti pemerintah daerah didorong untuk dapat
meningkatkan kemandirian keuangannya
a Analisis komposisi pendapatan daerah dan perbandingannya
Pada tahun 2019 pendapatan daerah Kalimantan Barat sebesar 2563928 miliar
Pendapatan transfer sebesar 2084816 miliar dan Pendapatan Asli Daerah sebesar
404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018 dapat disajikan sebagai berikut
69
Grafik IV2 Perbandingan Pendapatan Dana Transfer dan PAD Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Sampai tahun 2019 PAD Kalimantan Barat masih berada di kisaran 15 persen
dari seluruh total pendapatan Hal ini menunjukkan tingkat kemandirian keuangan
Kalimantan Barat masih rendah
b Analisis perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan belanja daerah
Pada tahun 2019 Belanja Daerah Kalimantan Barat sebesar 2510634 miliar
Pendapatan Asli Daerah sebesar 404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018
adalah sebagai berikut
Grafik 4221
Perbandingan Belanja Daerah dan Pendapatan Asli DaerahKalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
-
5000
10000
15000
20000
25000
30000
PENDAPATANPENDAPATAN
TRANSFER PENDAPATANASLI DAERAH
24433
20827
3606
24230
20320
3909
25435
21672
3763
25639
21593
4047
2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
10000
20000
3000024998
3606
23458
3909
26044
3763
25106
4047
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi
2019 Anggaran 2019 Realisasi
70
Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah tahun 2019 adalah
sebesar 1612 persen Angka ini sedikit menurun apabila dibandingkan dengan tahun
2018 yang sebesar 1666 persen Hal ini mengindikasikan ada peningkatan
kemampuan daerah untuk membiayai pengeluarannya
423 Pendapatan Lain-lain
Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan daerah selain pendapatan
transferperimbangan dan pendapatan asli daerah
Grafik IV4 Perbandingan Pendapatan Lain-lain terhadap Total Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Kontribusi Pendapatan Lain-lain di Kalimantan Barat tidak begitu signifikan terhadap
keuangan daerah Walaupun menunjukkan peningkatan tetapi secara keseluruhan
jumlahnya tidak terlalu besar Pada tahun 2018 sebesar 192 persen dari total
pendapatan dan meningkat menjadi 290 persen pada tahun 2019
43 Belanja Daerah
Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan Belanja Daerah bersumber
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) + Dana Transfer dari Pusat ke Daerah (DAU DAK Dana
Penyeimbang Dana Kontingensi DBH dll) Tujuan analisis Belanja Daerah antara lain adalah
untuk mengetahui kontribusi pengeluaran daerah terhadap pengeluaran pemerintah secara
nasional Analisis Belanja Daerah dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi belanja daerah seperti
klasifikasi urusan klasifikasi fungsi dan sebagainya
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
PENDAPATANPENDAPATAN
LAIN-LAIN
24433
1058
24230
466
25435
950
25639
744
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
71
Tabel IV5
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Persentase Jenis Belanja Terhadap Total Belanja
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Jenis Belanja Alokasi persen Thd Belanja
Sektor Konsumtif
Belanja Pegawai 825216 3301
Belanja Barang 605691 2423
Belanja Bunga 703 003
Belanja Hibah 145940 584
Belanja Bantuan sosial 9047 036
Belanja Bagi Hasil Kepada ProvKabKota dan Pemdes 87458 350
Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvKabKota dan Pemdes 302414 1210
Belanja tidak terduga 3213 013
1979682 7919
Sektor Produktif
Belanja Modal 520212 2081
Total Belanja 2499893 10000
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Alokasi APBD masih didominasi oleh belanja yang bersifat konsumtif yang mempunyai multi
efek jangka pendek dan didominasi untuk mencukupi kebutuhan belanja pegawai sebesar 3301
persen dari total belanja Terbesar berikutnya adalah belanja barang sebesar 2423 persen
Sedang untuk alokasi Belanja Modal sebesar 2081 persen ini sangat berpengaruh terhadap
peluang terbukanya lapangan pekerjaan untuk menambah kesejahteraan masyarakat karena
belanja modal mempunyai multi efek jangka panjang
44 Perkembangan BLU Daerah
BLU daerah di Kalimantan Barat bergerak dibidang layanan kesehatan Seluruhnya
merupakan BLUD yang sebagian biaya operasionalnya di biayai dengan APBD
Tabel IV6
BLU Daerah Kalimantan Barat Berdasarkan Nilai Aset dan Komposisi Pagu
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
No Jenis Layanan
Satker BLUD Nilai Aset Pagu
2018 2019 PNBP APBD TOTAL
1 Kesehatan RSUD Dr Ade M Djoen
2 Kesehatan RSUD Pemangkat Sambas
3 Kesehatan RSUD Sambas 3962 4952 2062
4 Kesehatan RSUD Sanggau
5 Kesehatan RSUD Dr Agusdjam Ketapang
6 Kesehatan RSUD Singkawang
72
7 Kesehatan RSUD Sekadau 4112 5281 1203 3692 4895
8 Kesehatan RSUD Dr Soedarso 21480 26748 6114
9 Kesehatan RSUD Dr Achmad Diponegoro Kapuas Hulu
1499 1319
10 Kesehatan RSUD Bumi Sebalo Bengkayang 6076 8645 1500 3579 5079
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
RSUD Dr Soedarso yang berada di Pontianak merupakan BLU Daerah terbesar dengan total
asset 26748 Walaupun begitu pendapatan operasionalnya baru mencapai 25 persen dari pagu
keseluruhan Sisanya masih didanai dengan APBD RSUD Bumi Sebalo sedikit lebih besar
persentase komposisi pagu PNBP terhadap total pagu Pagu PNBPnya mencapai 30 persen dari
total pagu
45 SurpusDefisit APBD
Selisih antara pendapatan dan belanja akan menimbulkan surplus atau defisit sedangkan jika
pendapatan dan belanja sama maka mencapai anggaran yang berimbang Surplus APBD terjadi
bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah jika
sebaliknya maka defisit Dalam selisih ini dapat kita jelaskan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh
pemda dapat juga dijelaskan mengenai faktor pendorong terjadinya surplusdefisit tersebut Jika
APBD defisit maka pemda harus mencari alternatif untuk menutupi kekurangan tersebut
Sedangkan jika surplus maka pemerintah akan menerima kembali dana lebih tersebut Surplus
tersebut dapat dianggarkan untuk pembayaran pokok utang penyertaan modal daerah pemberian
pinjaman kepada pemerintah lain dan pembentukan dana cadangan (misal untuk Pilkada
infrastruktur dll)
a Rasio surplusdefisit terhadap aggregat pendapatan
Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan
APBD = 77135 2422952
2018 = 318
Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan
APBD = 53295 2563928
2019 = 2079
Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2018 tetapi Kalimantan Barat masih
mencatatkan rasio surplus untuk tahun 2019 sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi
APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik
b Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I)
73
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I) rasio ini untuk mengetahui
proporsi adanya surplusdefisit anggaran terhadap salah satu sumber pendapatan APBD
yaitu realisasi pencairan dana transfer Hal ini dapat menunjukkan ekses likuiditas Pemda
pada semester I akibat frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal
bagi Kementerian Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama
pada daerah yang sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses
likuiditas
Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = Surplus atau defisit Semester I dibagi
Total Realisasi Dana Transfer
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 435522 942997
2018 = 4618
Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 452874 983139
2019 = 4606
Pada semester I baik tahun 2018 maupun 2019 rasio surplus terhadap realisasi dana transfer
sangat tinggi Hal ini mengindikasikan ekses likuiditas Pemda pada semester I akibat
frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian
Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama pada daerah yang
sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas
c Rasio surplusdefisit terhadap PDRB indikator ini menggambarkan kesehatan ekonomi
regional semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan
jasa yang cukup baik untuk membiaya hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah
Rasio surplusdefisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
Rasio surplusdefisit thd PDRB = Surplus atau defisit APBD dibagi PDRB
Rasio surplusdefisit thd PDRB = 77135 19403
2018 = 398
Rasio surplusdefisit thd PDRB = 53295 21232
2019 = 251
Rasio surplus di 2019 lebih kecil dari 2018 ini menunjukkan Kalimantan Barat semakin
mampu memproduksi barang dan jasa lebih baik
46 Pembiayaan
Pembiayaan Daerah adalah seluruh penerimaan yang harus dibayar kembali danatau
pengeluaran yang akan diterima kembali Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan
Rasio SILPA terhadap alokasi belanja di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut
74
Rasio SILPA = Jumlah SILPA dibagi Total belanja APBD
Rasio SILPA = 21710 2345817
2018 = 52
Rasio SILPA = 46347 2510634
2019 = 184
Rasio SILPA merupakan rasio yang mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang tidak
digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran Pada tahun 2019
angka rasionya adalah 184 terjadi penurunan sebesar 334 dibandingkan tahun 2018 hal ini
mengindikasikan bahwa efektifitas belanja setahun terakhir cenderung meningkat daripada tahun
sebelumnya
47 Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah
471 Analisis Horizontal dan Vertikal
a Analisis Horizontal
Analisis horizontal merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam
satu laporan realisasi Pemda (KabupatenKota) satu dengan Pemda lain dalam satu
wilayah (Provinsi) Selain itu analisis ini merupakan analisis membandingkan perubahan
keuangan dalam satu post APBD yang sama pada satu lingkup Pemda Tujuan dari analisis
horizontal adalah untuk menyajikan informasi yang utuh terkait kinerja suatu pos antar
Pemda dan perkembangan suatu pos APBD dari waktu ke waktu
Grafik IV3 Realisasi PAD KabupatenKota Kalimantan Barat
Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pendapatan Asli Daerah pada Kab Sambas mengalami lonjakan yang signifikan
yaitu sebesar 26952 persen apabila dibandingkan dengan tahun yang lalu Sebaliknya
Kab Sintang mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 2830 persen
SambasSingkawa
ngSintang Sekadau
11KabKota
TotalKalbar
TW IV 2018 4028 13087 24004 5464 344320 390903
TW IV 2019 14885 16630 17210 4535 351411 404671
010002000300040005000
mili
ar r
up
iah
75
b Analisis Vertikal
Analisis vertikal merupakan analisis yang membandingkan antara pos yang satu
dengan pos yang lain terhadap totalnya dalam satu komponen APBD yang sama Tujuan
dari analisis vertikal adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi suatu pos dalam
bentuk angka total sehingga membantu pengguna dalam mengukur seberapa besar
pengaruh pos tersebut bagi Pemda
Pada prinsipnya semakin besar kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah akan
menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat Dengan kontribusi yang
semakin meningkat diharapkan pemerintah daerah semakin mampu membiayai
keuangannya Gambaran kemandirian keuangan daerah ini dapat diketahui melalui
besarnya kemampuan sumber daya keuangan dalam membiayai pelayanan kepada
masyarakat daerah tertentu
1) Analisis Kontribusi PAD Kalimantan Barat terhadap total pendapatan
Analisis Kontribusi PAD dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah
pendapatan asli daerah dengan total penerimaan daerah Rasio ini menunjukan
kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah Semakin tinggi kontribusi PAD maka
semakin tinggi kemampuan pemeritah daerah dalam penyelenggaraan desentralisas
Kriteria Rasio Kontribusi PAD
bull Sangat Baik gt 50
bull Baik 25 ndash 50
bull Kurang Baik10 ndash 25
bull Tidak Baik lt 10
76
Grafik IV4 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah di Kalimantan Barat masih relatif
rendah PAD di Kalimantan Barat menyumbang antara 15 persen sd 16 persen dari
seluruh total pendapatan dalam dua tahun terakhir
Penyebab dari rendahnya PAD tersebut antara lain pertama pemerintah daerah
belum mampu mengidentifikasi potensi sumber pendapatannya Kedua sebagian besar
pemerintah daerah masih belum dapat mengoptimalkan penerimaan pajak daerah
retribusi daerah atau bahkan penerimaan dari hasil kekayaan daerah yang dipisahkan
sesuai UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Ketiga pemerintah daerah masih menganggap bahwa rendahnya pendapatan PAD
sebagai akibat dari ruang gerak daerah yang terbatas untuk mengoptimalkan
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diatur dalam UU No 28
Tahun 2009 Pemerintah daerah melihat banyak jenis dan objek pajak serta retribusi
yang masih dapat diterapkan tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang Ketiga
daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak yang besar masih diatur oleh
pusat yaitu Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak rokok Keempat
adalah kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan yang berasal
dari pajak daerah dan retribusi daerah yaitu menyempurnakan dan mengoptimalkan
penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada serta menerapkan
pajak daerah dan retribusi daerah yang baru
-
10000
20000
30000
Anggaran Realisasi
AnggaranRealisasi2018
2019
2018 2019Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
PAD 3606 3909 3763 4047
PENDAPATAN 24433 24230 25435 25639
PENDAPATAN PAD
77
2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
Analisis belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan antara total
realisasi belanja modal dengan total belanja daerah Berdasar laporan ini akan diketahui
porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada
tahun anggaran bersangkutan Pengeluaran belanja modal akan memberi manfaat
dalam jangka menengah dan panjang Belanja modal akan mempengaruhi neraca
pemerintah daerah yaitu menambah jumlah asset daerah Pemerintah daerah dengan
tingkat pendapatan daerah yang rendah memiliki porsi jumlah belanja modal yang tinggi
dibandingkan pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi Hal ini disebabkan
pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan rendah berorientasi untuk melakukan
belanja modal sebagai bagian dari investasi modal jangka panjang sedangkan
pemerintahan yang berpendapatan tinggi biasanya telah memiliki asset modal yang
mencukupi
Grafik IV5 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019
(Miliar Rp)
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Pada umumnya proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah antara 5
persen-20 persen Kalimantan Barat dalam dua tahun terakhir memiliki rata-rata rasio
belanja modal terhadap total belanja sebesar 1995 persen Pada tahun 2019
Kalimantan Barat memfokuskan belanja modal pada investasi penyediaan Gedung
URAIAN
2018 Anggaran
2018 Realisasi
2019 Anggaran
2019 Realisasi
0
5E+12
1E+13
15E+13
2E+13
25E+13
3E+13
BELANJA DAERAHBELANJA MODAL
2499829
505628
2345817
470016
2604405
520212
2510634
498885
URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi
78
perkantoran sebesar 3474 persen infrastruktur jalan sebesar 2759 persen dan
pengadaan alat-alat berat darat sebesar 1207 persen
472 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah
Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah yang
dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang
penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu
Analisis kapasitas fiskal daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui pendapatan
daerah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja
tertentu
Berdasarkan PMK Nomor 126PMK072019 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah
daerah provinsi dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal
Berdasarkan PMK tersebut indeks Kapasitas Fiskal Daerah kabupaten kota
dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal Daerah sebagai berikut
79
Tabel IV7
Kapasitas Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Pemerintah Daerah Indeks Kapasitas Fiskal
Kategori KFD Indeks Kapasitas
Fiskal
Kategori KFD
2018 2019
Prov Kalbar 0518 Rendah 0453 Sedang
Kab Sambas 0877 Sedang 0793 Sedang
Kab Sanggau 0855 Sedang 0778 Sedang
Kab Sintang 1134 Sedang 0269 Sangat Rendah
Kab Mempawah 043 Sangat Rendah 0494 Sangat Rendah
Kab K Hulu 1421 Tinggi 0884 Sedang
Kab Ketapang 1381 Tinggi 1094 Tinggi
Kab Bengkayang 0738 Rendah 0442 Sangat Rendah
Kab Landak 1274 Tinggi 0676 Rendah
Kab Melawi 0776 Sedang 0536 Rendah
Kab Sekadau 0669 Rendah 0611 Rendah
Kab Kayong Utara 056 Sangat Rendah 0406 Sangat Rendah
Kab Kubu Raya 1055 Sedang 0742 Sedang
Kota Pontianak 1368 Tinggi 1538 Tinggi
Kota Singkawang 0618 Rendah 0522 Rendah
Sumber PMK Nomor 126PMK072019
Berdasar tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah yang mempunyai indeks kapasitas
tinggi adalah Kab Ketapang dan Kota Pontianak Sedangkan daerah dengan indeks
kapasitas sangat rendah adalah Kab Sintang Mempawah Bengkayang dan Kayong Utara
Prov Kalbar naik dari kategori rendah ke sedang Kab Sintang turun dua tingkat dari
kategori sedang ke sangat rendah Kab Kapuas Hulu turun dari kategori tinggi ke sedang
Kab Landak turun dua tingkat dari kategori tinggi ke rendah dan Kab Melawi turun dari
kategori sedang ke rendah
48 Perkembangan Belanja Wajib Daerah
Tujuan dari sub ini adalah melihat gambaran perkembangan mandatory spending dalam
pelaksanaan APBD di daerah Mandatory spending adalah alokasi belanja wajib yang diatur
undang-undang Tujuan mandatory spending adalah mengurangi masalah ketimpangan sosial dan
80
ekonomi daerah Mandatory spending dalam tata kelola keuangan pemerintah daerah meliputi
alokasi pendidikan alokasi kesehatan penggunaan dana transfer umum dan alokasi dana desa
APBD diklasifikasikan menjadi 35 urusan daerah yaitu Pendidikan Kesehatan Pekerjaan
Umum Lingkungan Hidup Kelautan dan Perikanan Kehutanan Kesatuan Bangsa dan Politik
Perencanaan Pembangunan Penataan Ruang ESDM Pemberdayaan Masyarakat Desa Sosial
KUKM Perdagangan Kebudayaan Kependudukan dan Catatan Sipil dan seterusnya
Tahun 2019 total belanja terjadi peningkatan 703 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu
dari Rp 2345816 miliar menjadi Rp 2510634 miliar Dari ke-35 urusan daerah tersebut yang
menjadi perhatian utama pemerintah daerah secara berturut-turut adalah pemerintahan umum
(3118 persen) pendidikan (2337 persen) perumahan dan fasilitas umum (2125 persen) dan
kesehatan (1339 persen)
Berdasarkan fungsi APBD Kalimantan Barat dapat digambarkan sebagai berikut
Tabel IV8
Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Fungsi Tahun 2019
(Miliar Rp)
Uraian Fungsi Total persen
01 PELAYANAN UMUM 782834 3118
02 PERTAHANAN ) 000 -
03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 30131 120
04 EKONOMI 178475 711
05 LINGKUNGAN HIDUP 22823 091
06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 533546 2125
07 KESEHATAN 336074 1339
08 PARIWISATA 9952 040
09 AGAMA ) 000 -
10 PENDIDIKAN 586788 2337
11 PERLINDUNGAN SOSIAL 30012 120
Total Belanja Daerah 2510634 10000
Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)
Komitmen pemerintah daerah dalam membangun kualitas atau kesejahteraan masyarakat
dapat terlihat melalui alokasi pengeluaran pemerintah daerah dari tiga jenis belanja yaitu belanja
pendidikan belanja kesehatan dan belanja infrastruktur
481 Belanja Daerah Sektor Pendidikan
Pembangunan pendidikan dicapai dengan meningkatkan pemerataan akses kualitas
relevansi dan daya saing Alokasi anggaran fungsi pendidikan mencerminkan upaya
pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan
sebagai salah satu upaya untuk memenuhi amanat konstitusi bahwa alokasi anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari belanja negara
81
Dari tabel 48 dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran pendidikan
Kalimantan Barat yang sebesar 2337 persen sudah memenuhi amanat UUD 1945 pasal 31
ayat (4) dan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat (1)
yang mewajibkan alokasi anggaran Pendidikan minimal 20 persen
482 Belanja Daerah Sektor Kesehatan
Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja
di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi (mandatory spending) Pasal tersebut
menyebutkan bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 5
persen (lima persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diluar gaji sementara
provinsi dan kabupatenkota mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 10
persen (sepuluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diluar gaji Tujuan
dari pembangunan bidang kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang terus
membaik Penggunaan anggaran di dibidang kesehatan diharapkan seoptimal mungkin
dapat termanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut
Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran kesehatan
pemerintah daerah minimal 10 persen dari APBD di luar gaji (UU No 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan) sudah terpenuhi di Kalimantan Barat
483 Belanja Infrastruktur Daerah
Dana Transfer Umum terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH)
yang penggunaannya bersifat umum Porsi DAU dan DBH yang besar dari total dana
Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) diharapkan mampu berperan besar dalam
upaya percepatan pembangunan infratuktur di daerah Dana Transfer Umum (DTU)
diarahkan penggunaannya sekurang-kurangnya 25 persen untuk belanja infrastruktur
daerah
DTU Kalimantan Barat terdiri dari DAU sebesar 1232649 miliar dan DBH 58493 miliar
Jumlah totalnya adalah 1291143 miliar Jika fungsi belanja perumahan dan fasilitas umum
sebesar 533546 maka angka ini senilai 4132 persen artinya jauh melebihi ketentuan yang
berlaku
Sungai Kapuas Kalimantan BaratMerupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang 1143 km Sungai Kapuas menjadi habitat bagi 700 jenis ikan air tawar 12 jenis diantaranya termasuk ikan langka serta 40 jenis ikan lainnya terancam punah
BAB V
PERRKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
ANGGARAN
KONSOLIDASIAAN
(APBN DAN APBD)
82
A LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang
disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian tingkat Kanwil Ditjen
Perbendaharaan Prov Kalbar adalah sebagai berikut
Tabel V1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Lingkup Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019 (Miliar rupiah)
Uraian 2019 2018
Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi
Pendapatan Negara 891057 442989 1334046 2282 1086157
Pendapatan Perpajakan
808438 286398 1094835 1298 969055
Pendapatan Bukan Pajak
82620 118273 200893 7200 116798
Hibah 000 38318 38318 1250467
304
Transfer 000 2031342 000 000 000
Belanja Negara 968528 2377236 3345764 425 3209324
Belanja Pemerintah 968528 2107845 3076373 464 2939933
Transfer 2031342 269391 269391 000 269391
Surplus(Defisit) -77471 -1934247 -2011718 -525 -2123167
Pembiayaan 000 31348 31348 -2967 44575
Penerimaan Pembiayaan Daerah
000 126432 126432 4765 85628
Pengeluaran Pembiayaan Daerah
000 95084 95084 13161 41054
Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran
-77471 -1902899 -1980371 -473 -2078592
Catatan Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pada tahun 2019 pendapatan konsolidasian pemerintah
daerah provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp 1334 triliun Angka
ini naik 2282 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2018 Belanja Konsolidasian sebesar Rp 3345 triliun Angka
83
ini naik 425 persen dari tahun 2018 Terjadi defisit pada LKPK tahun 2019 sebesar
Rp 198 triliun
B PENDAPATAN KONSOLIDASIAN
Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau
Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh
pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu
periode pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun
resiprokal (berelasi)
1 Analisa Proporsi dan Perbandingan
Grafik V1
Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pendapatan Perpajakan memberikan kontribusi yang paling besar pada
pendapatan konsolidasian yaitu 8094 persen atau Rp1014 triliun Hal ini
menunjukkan Pendapatan Perpajakan masih tulang punggung General Government
Revenue di Provinsi Kalimantan Barat 7170 persen dari total Penerimaan
Perpajakan berasal dari Pajak Pemerintah Pusat PPn dalam Negeri menjadi Pajak
Pemerintah Pusat paling tinggi yaitu Rp 306 triliun
Pemerintah Daerah memberikan sumbangan 2821 persen atau Rp 286
triliun pada Penerimaan Perpajakan Konsolidasi Pajak Kendaraan Bermotor
mendominasi Pajak Daerah dengan nilai Rp 191 triliun disusul oleh Pajak Hotel
sebesar Rp 62899 miliar Hal ini menunjukkan sektor Pariwisata memiliki potensi
yang cukup besar dalam menyumbang PAD dalam bidang perpajakan
Diharapakan Pemerintah Daerah dapat terus menggali Pajak di sektor Pariwisata
dengan mengembangkan prasarana pendukung seperti perhotelan tempat
pariwisata dan lain-lain
8094
1504
287 000
Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak
Hibah Transfer
84
2 Analisa Perubahan
Pendapatan Konsolidasian mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada
tahun 2019 Kenaikan sebesar Rp 247 triliun atau 2282 persen dibanding tahun
2018 didorong peningkatan pada Pendapatan Perpajakan Rp 125 triliun (1298
persen) Pendapatan Bukan Pajak Rp 84095 miliar (72 persen) dan Pendapatan
Hibah Rp 38014 miliar (12504 persen)
Grafik V2
Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan
Konsolidasian Provinsi Kalimantan Tahun 2018 dan 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pendapatan Bukan Pajak paling besar disumbang oleh Penjualan Aset Daerah
dan Deviden atas Penyertaan Modal pada BUMD pada Pendapatan Bukan Pajak
Daerah sebesar Rp 59048 miliar dan Rp19075 miliar Deviden atas Penyertaan
Modal pada BUMD merupakan daya Tarik tersendiri bagi Pemerintah Daerah pada
Prov Kalbar untuk semakain memanfaatkan BUMD khususnya Bank Kalbar
sebagai tempat investasi
3 Perhitungan Rasio Konsolidasi
1) Tax ratio
Salah satu rasio konsolidasi dapat dilakuaka dengan menggunakan Tax Ratio
dengan rumus sebagai berikut
Tax Ratio = Pendapatan Perpajakan Konsolidasian Tingkat Wilayah
PDRB Provinsi
Dari perhitungan dapat ditemukan
PendapatanKonsolidasi
PendapatanPerpajakan
PendapatanBukan Pajak
Hibah Transfer
2019 1253916 1014946 200651 38318 000
2018 1086157 969055 116798 304 000
000
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
85
Tabel V2
Tax Ratio Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019
IndikatorTahun 2018 2019
Penerimaaan Perpajakan Konsolidasian (Miliar Rp) 969055 1014946
PDRB (Miliar Rp) 19403285 21273700
Tax ratio 499 477 Sumber LKPK Kanwil DJPB dan BPS(diolah)
Tax Ratio pada Prov Kalbar mengalami penurunan sebesar 022 persen pada
tahun 2019 dari tahun sebelumnya Dibandingkan dengan tax ratio nasional yang
sebesar 107 persen maka rasio pajak di Kalimantan Barat masih sangat kecil Hal
ini menjadi dapat menjadi motivasi bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah untuk mencari sumber-sumber Penerimaan Perpajakan yang mungkin
belum tergali secara tuntas Pemerintah dapat melakukan sensus pajak khusus
untuk Prov Kalbar agar potensi-potensi pajak tidak hilang sehingga tax ratio Kalbar
dapat mendekati tax ratio nasional
2) Rasio Kemandirian
Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan
pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan pembangunan
dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai
sumber pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain misalnya bantuan
pemerintah pusat ataupun dari pinjaman Rasio Kemandirian dapat dihitung dengan
rumus
Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah
Bantuan Pemerintah Pusat
Dengan menggunakan Laporan konsolidasian diperoleh data Rasio Kemandirian
Prov Kalimantan Barat pada tahun 2018 dan tahun 2019 berada pada angka 1818
persen dan 2180 persen Angka ini menunjukkan bahwa secara Laporan
Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan memiliki
ketergantungan yang cukup tinggi terhadap dana transfer Peran Pemerintah Pusat
akan sangat besar pada pembangunan di Kalbar sehingga Pemerintah Daerah tidak
leluasa dalam menentukan program kerjanya
C BELANJA KONSOLIDASIAN
Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja
Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja Pemerintah
Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang
sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi)
86
1 Analisis Proporsi dan Perbandingan
Proporsi dan komposisi realisasi berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis
belanja) atau perbandingan antara realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal
terhadap total Belanja konsolidasian
Grafik V3
Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pad a Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pada tahun 2019 secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Barat total
belanja pemerintah daerah lebih besar dari total belanja pemerintah pusat
Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp 3345 triliun 2895
persen bersumber dari anggaran pemerintah pusat dan sisanya sebesar 7105
persen dari anggaran pemerintah daerah
Belanja Operasional mendominasi pada Belanja Pemerintah Pusat maupun
Daerah 7045 persen Belanja Konsolidasian digunakan untuk belanaja
Operasional yaitu Rp 1608 triliun pada belanja Pemerintah Daeah dan 772 triliun
pada belanja Pemerintah Pusat Belanja Pegawai menjadi pengeluaran terbesar
pada Belanaja Operasional Konsolidasian yaitu Rp 11 90 triliun atau 3521 persen
dari total Belanaja Konsolidasian
Belanja Modal hanya menyumbangkan 2055 persen terhadapa belanaj
Konsolidasian Belanaj Bahan Baku Jalan dan jembatan menjadi belanja modal
terbesar Pemerintah Pusat dengan nilai Rp 36413 miliar dan Belanja
Pengadaaan Gedung Bangunan Tempat Kerja menjadi Belanja Modal Pemerintah
Daerah terbesar dengan Rp 175 triliun
Proporsi Belanja Pegawai yang mendominasi Belanaja Konsolidasian
sebenarnya kurang baik Dengan besarnya Belanja Pegawai yang harus
dibayarkan maka Pemerintah akan tidak leluasa menggunakan instrument fiskal
sebagai alat kebijakan
Konsolidasi Pusat Daerah
Belanja Transfer 303881 - 303881
Belanja Modal 694711 195827 498885
Belanja Operasional 2381037 772702 1608335
000500000
1000000150000020000002500000300000035000004000000
87
2 Analisis Perubahan
Grafik V4
Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Grafik V5
Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Belanja Operasional cenderung semakin besar persentase terhadap Belanja
Konsolidasian Besarnya belanja Operasional yang didominasi oleh Belanja
pegawai akan memepersempit ruang fiskal suatu daerah Dengan rumus
Ruang Fiskal = (Pendapatan-Belanja Pegawai)
Pendapatan
Dengan rumus di atas ruang fiskal Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan
Konsolidasian adalah 1077 persen
Angka 1077 persen menunjukkan bahwa Pemerintah pada Provinsi
Kalimantan Barat memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam membiayai
pembangunan di daerah Ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat juga sangat
tinggi dimana TKDD yang diterima lebih besar dari PAD Melihat hal ini sebaiknya
pemerintah daerah dan pemerintah Pusat dapat merumuskan efektifitas TKDD
yang diterima sebaiknya digunakan untuk apa dan dapat menggali sumber-sumber
PAD yang baru
68
248
Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer
70
219
Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer
88
3 Analisis Rasio Belanja Konsolidasian
Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam belanja pemerintah rasio Belanja
perkapita (spending per citizen) Rasio ini merupakan perbandingan antara realisasi
Belanja dibagi jumlah penduduk Dari perhitungan dari tahun 2019 belanja per
kapita adalah Rp 623 jutaorang mengalami kenaikan dari Rp 593 pada tahun 2018
Kenaikan ini berarti tujuan dari Pemerintah untuk menyejaterahkan masyarakat
semakin mendekati sasaran
Naiknya spending per citizen ini sejalan dengan penurunan Gini Ratio dari
angka 0325 pada tahun 2018 menjadi 0318 tahun 2019 Penurunan Gini Ratio
berarti terdapat perbaikan atas tingkat kesenjangan pada Prov Kalbar Indikator
yang juga mempengaruhi kenaikan spending per citizen adalah jumlah tenaga kerja
yang meningkat sebesar 22134 orang dari tahun 2018 ke tahun 2019
D SURPLUSDEFISIT
SurplusDefisit Laporan Keuangan Pemer i n t ah Konsolidasian di Provinsi
Kalimantan Barat t ahun 2019 mencapai minus Rp2011 triliun Defisit tersebut
b e r a s a l dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 77471 miliar dan Pemerintah Daerah
sebesar Rp1934 triliun
1) Proporsikomposisi Realisasi SurplusDefisit Pempus dan Pemda terhadap
SurplusDefisit Konsolidasian
Defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel V3
Rasio SurplusDefisit Konsolidasian terhadap PDRB
pada Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
SurplusDefisit Persentase SurrplusDefisist
Konsolidasi -2091849 10000
Pusat -157601 753
Daerah -1934247 9247
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Pemerintah Daerah menyumbangkan defisit 9247 persen dari total defisit Hal ini
terjadi karena realisasi TKDD tidak diperkirakan dalam penyusunan neraca
konsolidasian Dengan adanya dana transfer yang diberikan oleh Pemerintah pusat
sebesar Rp 2033 triliun maka Pemerintah Daerah akan mendapatkan surplus sebesar
Rp 099 triliun
2) Perbandingan Rasio SurplusDefisit terhadap PDRB
Rasio ini menghitung perbandingan nilai surplusdefisit dengan nilai PDRB
89
Dihitung dengan rumus
Rasio SurplusDefisit = Nilai SurplusDefisit Konsolidasian
Nilai PDRB
Dengan rumus di atas maka di dapatkan Rasio surplusdefisit terhadap PDRB
adalah -983 persen Defisit konsolidasian bernilai 983 persen dari total PDRB Kalbar
pada periode tahun 2019
E ANALISA KONTRIBUSI KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang
ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan
kabupatenkota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender) Nilai
PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran
yaitu Y = C + I + G + X-M) Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai
salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi
Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2018
Tabel V4
Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2019 (miliar Rp)
Pendapatan 1254157
a Pajak 1014946
b Kontribusi sosial 200893
c Hibah 38318
d Pendapatan lain -
Beban 2651053
a Belanja Operasional 2381037
c Belanja Transfer 303881
Keseimbangan operasi brutoneto -1396896
Transaksi Aset Non Keuangan Neto 694711
a Aset tetap 694711
b Persediaan -
c Barang berharga -
d Aset nonproduksi -
Net LendingBorrowing -2091607
Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban 31348
a Akuisisi Neto Aset Keuangan -
- Domestik 126432
- Luar Negeri -
b Keterjadian Kewajiban -
- Domestik 95084
- Luar Negeri -
Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Belanja Pemerintah (G) adalah Rp 2651 triliun dan Investasi (I) yang dilakukan oleh
90
pemerintah pada tahun 2018 sebesar Rp 694 triliun Dengan demikian dapat dihitung
kontribusi belanja Pemerintah dan investasi Pemerintah terhadap PDRB Provinsi
Kalimantan Barat dengan PDRB sebesar Rp21273 triliun adalah sebagai berikut
1 Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB adalah 1246 persen
2 Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB adalah 326 persen
Belanja Pemerintah masih memiliki porsi yang cukup besar terhadap yaitu sebesar
1246 persen Hal ini menunjukkan belanja Pemerintah adalah salah satu motor
penggerak perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat dengan harapan belanja ini
mampu memberikan efek dalam jangka waktu yang cepat terhadap pertumbuhan
ekonomi Pemerintah diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan
belanja sebesar ini
Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output perekenomian dipengaruhi oleh
tabungan pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi Tabungan merupakan
instrumen yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal (penerimaan pajak dan belanja negara
mempengaruhi tabungan nasional) Secara tidak langsung kebijakan fiskal ikut mengambil
peran dalam pertumbuhan ekonomi Keputusan-keputusan pemerintah mengenai
kebijakan fiskal yang ditempuh suatu negara dapat mengubah ouput dalam
perekonomian baik bertambah maupun berkurang
Peningkatan belanja Pemerintah memiliki multiplier effect (efek penggandaan)
terhadap pendapatan (ouput perekonomian) suatu negaradaerah Alasannya
ialah pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi Kenaikan
belanja pemerintah menyebabkan meningkatnya pendapatan kemudian meningkatkan
konsumsi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan kemudian meningkatkan
konsumsi dan seterusnya
Belanja Pemerintah yang meningkat dari tahun ke tahun memberikan efek yang baik
untuk perekonomian Kalimantan Barat karena memegang porsi yang cukup besar
terhadap PDRB Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan untuk memperbesar alokasi
Investasi juga
Taman Nasional Gunung Palung Kayong Utara
Selain habitat bagi Orang Utan di Taman Nasional Gunung Palung juga merupakan habitat bagi Bekatan (yang merupakan hewan endemik Pulau Kalimantan)
BAB VI
KEUNGGULAN DAN
POTENSI EKONOMI
SERTA TANTANGAN
FISKAL REGIONAL
91
Untuk menjadi kawasan yang maju dan unggul maka pemerintah harus mendukung
melalui pembangunan daerah dengan penentuan prioritas kebijakan yang lebih terarah serta
berjalan efektif dan efisien mengingat keterbatasan sumber pendanaan serta tetap
memperhatikan keunggulan dan potensi ekonomi daerah Penentuan sektor unggulan daerah
merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk
meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi persaingan Pendekatan
yang digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan dalam kajian ini adalah metode Shift
Share Location Quotient (LQ) dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Perhitungan sekor unggulan menggunakan metode Shift Share dilakukan dengan
perbandingan perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat dengan perkembangan
ekonomi nasional dalam jangka waktu 6 (enam) tahun terakhir
Tabel VI1
Shift Share Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019 (miliar rupiah)
No Sektor Usaha Nij (1)
Mij (2)
Cij (3)
Dij (1+2+3)
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1222348 206718 -78895 1350171
2 Pertambangan dan Penggalian 67328 484293 -251869 299751
3 Industri Pengolahan 873561 405984 -247156 1032389
4 Pengadaan Listrik Gas 5215 8251 -9427 4039
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
6143 55924 -54196 7872
6 Konstruksi 1023591 -25056 -233531 765004
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
868146 244286 -203511 908922
8 Transportasi dan Pergudangan 505346 -74394 -161645 269306
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 113457 88963 -57802 144618
10 Informasi dan Komunikasi 303467 67220 -164199 206488
11 Jasa Keuangan 308895 -56760 -25036 227099
12 Real Estate 197897 6495 -13855 190537
13 Jasa Perusahaan 49701 -16356 -5113 28232
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
345188 319568 -270891 393865
92
15 Jasa Pendidikan 309927 -62460 29641 277108
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 118800 -11299 -14033 93468
17 Jasa Lainnya 121010 -42227 -14318 64466
Sumber BPS diolah
Dengan analisis Shift Share terdapat 2 (dua) sektor lapangan usaha dengan Shift Share
ge Rp 10 triliun Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan serta
Industri
Perhitungan sektor unggulan Provinsi Kalimantan Barat dilakukan dengan menggunakan
LQ time series dimana data yang digunakan adalah PDRB dan PDB 6 (enam) tahun terakhir
Tabel VI2
LQ Time Series Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019
No Sektor LQ 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-Rata
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 158 147 145 148 152 152 150
2 Pertambangan dan Penggalian 047 062 075 069 065 074 065
3 Industri Pengolahan 076 073 076 077 078 079 077
4 Pengadaan Listrik Gas 006 007 008 008 008 008 008
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
165 160 153 160 164 523 221
6 Konstruksi 121 124 115 119 114 110 117
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
105 108 106 104 104 105 105
8 Transportasi dan Pergudangan 095 085 084 081 085 081 085
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
074 078 078 078 081 082 079
10 Informasi dan Komunikasi 092 092 091 095 096 092 093
11 Jasa Keuangan 091 086 084 084 087 078 085
12 Real Estate 106 103 101 098 102 099 101
13 Jasa Perusahaan 028 028 026 024 023 022 025
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
160 166 174 182 183 187 175
15 Jasa Pendidikan 133 124 120 117 117 114 121
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 141 137 131 126 126 125 131
17 Jasa Lainnya 065 059 056 053 052 050 056 Sumber BPS diolah
Sektor yang memiliki potensi berdasarkan LQ akan memiliki nilai gt 1 Perhitungan LQ time
series dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 menunjukkan terdapat delapan sektor yang
potensial karena memiliki LQ lebih besar dari satu dan sembilan bidang tidak potensial dengan
LQ kurang dari satu
93
Metode terakhir yang digunakan adalah Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) Sama
dengan dua metode sebelumnya MRP menggunakan data PDRB dan PDB dari tahun 2014
sampai dengan 2019
Tabel VI3
Metode Rasio Pertumbuhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019
No Sektor Usaha MRP
RPr RPs
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 097 - 088 -
2 Pertambangan dan Penggalian 075 - 123 +
3 Industri Pengolahan 095 - 098 -
4 Pengadaan Listrik Gas 109 + 162 +
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang 093 - 209 +
6 Konstruksi 111 + 101 +
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 099 - 097 -
8 Transportasi dan Pergudangan 128 + 114 +
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 093 - 105 +
10 Informasi dan Komunikasi 115 + 122 +
11 Jasa Keuangan 112 + 091 -
12 Real Estate 101 + 089 -
13 Jasa Perusahaan 124 + 095 -
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 096 - 118 +
15 Jasa Pendidikan 104 + 079 -
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109 + 093 -
17 Jasa Lainnya 128 + 097 -
Sumber BPS diolah
MRP menghitung rasio pertumbuhan sektoral pada RPs RPS yang bernilai ge 1 akan
diberikan notasi + menunjukkan sektor tersebut pada Provinsi Kalimantan Barat memiliki
pertumbuhan yang menonjol Terdapat 8 (delapan) seKtor yang yang memiliki RPs ge 1
sehingga cukup banyak sektor yang memiliki pertumbuhan yang menonjol
61 SEKTOR UNGGULAN DAERAH
Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau
perkembangan bagi sektor-sektor lainnya baik sektor yang mensuplai inputnya maupun
sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo
94
2006) Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan baik itu
perbandingan berskala regional nasional maupun internasional Pada lingkup
internasional suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan
sektor yang sama dengan negara lain Sedangkan pada lingkup nasional suatu sektor
dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu
bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain baik di pasar nasional
ataupun domestik Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut
dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga
dapat menghasilkan ekspor (Suyanto 2000146) Sektor unggulan di suatu daerah
(wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan
Kriteria pertama penentuan sektor unggulan suatu daerah adalah hubungannya
dengan PDRB maka dillihat sektor mana yang sumbangan terhadap PDRB nya paling
besar
Tabel VI4
Kontribusi Sektor Tehadap PDRB pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019
Sektor Persentase Kontribusi Terhadap PDRB
2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata
Pertanian Kehutanan dan Perikanan 2156
2054
2021
2030
2025
2013
2050
Pertambangan dan Penggalian 479 490 561 540 548 557 529
Industri Pengolahan 1648
1578
1612
1621
1609
1627
1616
Pengadaan Listrik Gas 006 008 009 010 011 010 009
Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
013 012 011 012 012 037 016
Konstruksi 1221
1310
1244
1280
1253
1229
1256
Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1451
1481
1447
1413
1409
1426
1438
Transportasi dan Pergudangan 430 440 452 457 479 470 455
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
231 238 237 231 236 239 235
Informasi dan Komunikasi 330 336 343 373 377 379 356
Jasa Keuangan 363 356 364 369 378 344 362
Real Estate 304 301 296 288 290 285 294
Jasa Perusahaan 045 047 046 044 044 044 045
Administrasi Pemerintahan Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
629 667 694 694 698 704 681
95
Jasa Pendidikan 442 430 420 401 394 392 413
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 149 151 145 140 140 143 145
Jasa Lainnya 103 101 099 098 098 101 100
Sumber BPS diolah
Dengan menggunakan (3) tiga alat analisis yang disebut di atas maka didapatkan
perhitungan sebagai berikut
Tabel VI5
Perhitungan Shift Share LQ dan MRP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019
No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)
LQ Time Series MRP (RPs)
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088
2 Pertambangan dan Penggalian 299751 065 123
3 Industri Pengolahan 1032389 077 098
4 Pengadaan Listrik Gas 4039 008 162
5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang
7872 221 209
6 Konstruksi 765004 117 101
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
908922 105 097
8 Transportasi dan Pergudangan 269306 085 114
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 144618 079 105
10 Informasi dan Komunikasi 206488 093 122
11 Jasa Keuangan 227099 085 091
12 Real Estate 190537 101 089
13 Jasa Perusahaan 28232 025 095
14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
393865 175 118
15 Jasa Pendidikan 277108 121 079
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 93468 131 093
17 Jasa Lainnya 64466 056 097
Sumber BPS diolah
Berdasarkan Tabel VI4 diperoleh sektor unggulan pada Provinsi Kalimantan Barat
adalah sektor-sektor yang memiliki kontribusi rata-rata terhadap PDRB total di atas 10
persen Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan Industri
Pengolahan Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Dengan menggunakan analisis Shift Share LQ dan
MRP maka diperoleh tabel sebagai berikut
96
Tabel VI6
Sektor Unggulan Provinsi Kalimantan Barat tahun
No Sektor Usaha Shift Share (miliar
Rp)
LQ Time Series
MRP (RPs)
Rata-rata
PDRB
1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088 2050
3 Industri Pengolahan 1032389 077 098 1616
6 Konstruksi 765004 117 101 1256
7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
908922 105 097 1438
Sumber BPS diolah
Berdasarkan Shift Share semua sektor memenuhi syarat sebagai sektor unggulan
karena memiliki nilai Shift Share yang si atas Rp 7 triliun Berdasarkan metode LQ sektor
Industri Pengolahan tidak memenuhi syarat karena LQ lt 1 Perhitungan MRP menunjukkan
hanya sektor Konstruksi yang memenuhi syarat MRP Rps gt 1 Sektor Industri pengolahan
tidak memenuhi 2 kriteria yaitu LQ dan MRP sehingga dikeluarkan dari sektor unggulan
1a Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan
Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih
luas dari seluruh pulau Jawa Luasya wilayah ini banyak digunakan untuk pertanian dan
perkebunan PDRB sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205
persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-
2019 Data ini menunjukkan kekuatan dari sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan
sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat
Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan Karet menjadi 2 (dua) penyumbang
terbesar pada Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan Berdasarkan data dari BPS
perkebunan Kelapa Sawit menggunakan lahan seluas 145 juta hektare dengan hasil
produksi 973442 ton pada tahun 2018 Perkebunan Karet menggunakan lahan seluas
600956 hektare dengan produksi 268160 ton pada tahun 2017
Nilai jual hasil produksi kelapa sawit pada tahun 2018 apabila diperhitungkan
dengan harga rata-rata pada tahun berkenaan akan benilai sekitar Rp 146 triliun
sementara nilai karet sekitar Rp 21 triliun Dengan total Rp 356 triliun perkebunan
Kelapa Sawit dan Karet tentu saja masih jadi primadona
97
Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK733Menhut-II2014 tanggal 2
September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Barat
membagi hutan Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan fungsi sebagai berikut
1) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) seluas plusmn
1621046 hektar
2) Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas plusmn 2310874 hektar
3) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas plusmn 2132398 hektar
4) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas plusmn 2127365 hektar
5) Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) seluas 197918 hektar
Terdapat sekitar 45 juta hektare hutan produksi yang masih produktif pada Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini merupakan potensi yang sangat besar untuk menghasilkan
produk-produk hasil hutan yang memiliki nilai jual
Sub sektor Perikanan terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu Perikanan Budi Daya dan
Perikanan Tangkap Pada tahun 2018 Perikanan Budidaya digeluti oleh 52288 rumah
tangga sementara Perikanan Tangkap oleh 21233 rumah tangga Nilai ekspor
perikanan cenderung naik dari tahun ke tahun terakhir pada tahun 2018 tercatat ekspor
perikanan Kalbar sebesar 632 ton dengan nilai Rp 255 miliar
Dari bahasan di atas dapat dilihat bahwa Perkebunan Sawit dan Perkebunan Karet
merupakan sub sektor andalan pada sektor Sektor Pertanian Kehutanan dan
PerikananDengan demikian sangat diperlukan usaha pemerintah untuk ikut menjaga
stabilitas harga khususnya di tingkat petani Pemerintah Provinsi Kalbar menerbitkan
Peraturan Gubernur Nomor 63 Tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan penetapan
indeks dan harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit produksi pekebun Kalbar
Para pekebun kelapa sawit di seluruh Kalbar harus bermitra dengan perusahan kelapa
sawit para mitra tersebut harus membeli sesuai dengan harga yang telah ditetapkan
Pabrik kelapa Sawit tidak boleh membeli tandan kelapa sawit dengan para pekebun
yang bukan mitra
Keberadaan BUMDes diharapkan dapat menampung hasil getah karet petani dan
sekaligus memfasilitasi penjualan karet langsung ke pabrik karet sehingga jalur
perdagangan terpangkas karena tidak melalui pengepulapabila dilaksanakan secara
serempak maka dampaknya diharapkan dapat meningkatkan stabilitas harga getah
98
karet Penggunaan Dana Desa untuk pemberdayaan BUMDes harus didorong serta
kemudahan permodalan melalui KUR
1b Sektor Konstruksi
Mardiasmo (2002) mengatakan peningkatan Pemda dalam investasi modal (belanja
modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya
mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan
yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Terpilihnya sektor Konstruksi sebagai
sektor potensial sejalan dengan menggeliatnya pembangunan infrastruktur pada
Provinsi Kalimantan Barat sesuai dengan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo
pada tahun 2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur Hal ini terlihat pada peningkatan
PDRB sektor Konstruksi 6177 persen dari tahun 2014 hingga tahun 2019
Pada tahun 2019 Pemerintah menyediakan Pagu Rp 499 triliun untuk belanja
infrastruktur yang berasal dari
Belanja Pemerintah Pusat sebesar
Rp 238 triliun dan DAK Fisik sebesar
Rp 261 triliun Pagu ini meningkat
drastis dari Rp 132 triliun pada tahun
2014 atau mengalami kenaikan
sebesar 278 persen
Output dari sektor Konstruksi
pada Provinsi Kalimantan Barat
dapat dilihat dari pembangunan
Jalan Paralel Perbatasan Dari 1920
km jalan parallel perbatasan yang
akan dibangun di pulau Klimantan
82797 km berada pada wilayah
Provinsi Kalimantan Barat Kondisi
jalan sampai akhir tahun 2019 sudah
teraspal sepanjang 31705 km (38)
lapisan agregat sepanjang 25329 km (31) dan masih berupa perkerasan tanah
25763 km (31) Jalan paralel perbatasan memiliki lebar minimal 7 meter dan ruang
milik jalan (Rumija) minimal 25 meter
1c Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Gambar VI1 Jalan Paralel Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat
Sumber Kompascom
99
PDRB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor menyumbang rata-rata 1438 persen pada PDRB total Prov Kalbar periode tahun
2014-2019 Sektor ini juga menyerap 510454 tenaga kerja atau 2069 persen dari total
tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Barat
Tabel VI7
Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016-2019
No Lapangan Usaha 2019 2018 2017 2016
1 Pertanian Perkebunan Kehutanan Perburuan dan Perikanan
1223113 1303474 1293884 1138334
2 Pertambangan dan Penggalian 52114 59458 54254 53514
3 Industri 134660 171828 135022 110668
4 Listrik Gas dan Air 6819 4618 7315 8891
5 Konstruksi 119949 130021 127502 146694
6 Perdagangan 510454 407126 354975 418258
7 Transportasi Pergudangan dan Komunikasi 66675 74663 67714 61910
8 Lembaga Keuangan Real Estate Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan
32687 19738 18290 27624
9 Jasa Kemasyarakatan Sosial dan Perorangan 320556 283363 340417 339232
Jumlah 2467027 2454289 2399373 2305125
Sumber BPS diolah
Serapan tenaga kerja yang cukup besar menjadikan sektor ini menjadi penyerap
tenaga kerja terbesar kedua setelah sektor Pertanian Perkebunan Kehutanan
Perburuan dan Perikanan
Nilai MRP dari sektor ini adalah 097 Nilai tersebut menunjukkan bahwa
pertumbuhan dari sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor tidak menonjol Hal ini tergambar dari kontribusi PDRB sektor terhadap
PDRB total selama 6 (enam) tahun yang berkutat di angka 14 persen Ke depannya
sektor ini diperkirakan akan tetap menajdi sektor unggulan tapi dengan pertumbuhan
yang stagnan atau cenderung menurun
62 SEKTOR POTENSIAL DAERAH
Tantangan pembangunan ekonomi daerah ke depan adalah mengupayakan
pengelolaan jalannya pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan efisien dengan
100
memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah termasuk sumber daya alam dan
sumber daya manusianya serta mengoptimalkan seluruh sumber-sumber dana untuk
membiayai pembangunan ekonomi daerahnya Untuk mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki daerah terlebih dahulu harus dikenali potensi ekonomi yang dimiliki
LQ dan MRP merupakan metode pengembangan dari Shift Share Pada LQ sektor
potensial adalah sektor yang memiliki nilai LQ gt 1 sementara pada MRP sektor yang
memiliki nilai gt 1 merupakan sektor yang menonjol Berdasarkan Tabel VI5 sektor
potensial pada Provinsi Kalimantan Barat didasarkan pada kedua kriteria tersebut
Terdapat 3 (tiga) sektor potensial berdasarkan kriteria di atas namun sektor Pengadaan
Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang dengan nilai Shift Share hanya Rp
7872 miliar tidak dapat dianggap sebagai sektor potensial karena nilai rupiah potensinya
tidak signifikan
Tabel VI5
Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat
No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)
LQ Time Series
MRP (RPs)
1 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
393865 175 118
2 Konstruksi 765004 117 101
Sumber BPS diolah
2a Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib menjadi
sektor potensial dapat dimengerti dengan besarnya jumlah Belanja Pemerintah
dibanding dengan PDRB Pada tahun 2019 Belanja Pemerintah bernilai 1412 persen
dari PDRB
Sektor ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan yang umumnya
dilakukan oleh administrasi pemerintahan seperti perundang-undangan dan
penerjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan administrasi program
berdasarkan peraturan perundangan-undangan kegiatan legislatif perpajakan
pertahanan negara keamanan dan keselamatan negara pelayanan imigrasi
hubungan luar negeri dan administrasi program pemerintah Sektor ini juga mencakup
kegiatan jaminan sosial wajib
Pada tahun 2019 sektor ini menyumbang Rp 1497 triliun atau 7 persen sebagai
penyumbang langsung terhadap PDRB Ini berarti dari total Rp 30 triliun belanja
101
pemerintah dan TKDD yang disalurkan pada Prov Kalbar sekitar 499 persen
diperuntukkan ke sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Sektor ini dapat dikembangkan dengan memperbesar belanja Pemerintah pada
Provinsi Kalimantan Barat atau memperbesar porsi sektor ini dari belanja Pemerintah
yang sudah ada Namun dengan memperbesar belanja Pemerintah ada kekhawatiran
nantinya Provinsi Kalbar akan tergantung dan tidak dapat mencari alternatif lain
sebagai sumber pertumbuhan ekonomi
2b Sektor Konstruksi
Soepangat (199152) menyatakan bahwa peningkatan belanja modal yang
menyebabkan peningkatan penyediaan layanan barang dan jasa publik kepada
masyarakat akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sektor Konstruksi menjadi
satu-satunya sektor yang masuk dalam kategori unggulan dan potensial pada Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini menjadi menarik karena terpilihnya sektor Konstruksi pada
kedua kategori menandakan bahwa sektor ini kalau dalam product life cycle masih
dalam tahap growth (pertumbuhan) Sektor yang sedang berada pada tahap growth
merupakan sektor yang paling menarik karena sektor ini sudah mapan namun masih
dapat dikembangkan
Penetapan calon ibukota baru dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di
Provinsi Kalimantan Timur sedikit banyak mempengaruhi sektor konstruksi pada pulau
Kalimantan Dengan lokasi ibukota negara di pulau Kalimantan maka akan diperlukan
interkoneksi antar semua provinsi di Kalimantan untuk mendukung ibukota baru
Provinsi Kalimantan Barat sudah mulai mendapatkan proyek-proyek besar mulai
tahun 2018 Salah satunya adalah pembangunan pelabuhan Kijing yang akan diajdikan
gerbang utama ekspor dan impor dari Pulau Kalimantan Pelabuhan Kijing dibangun
dengan investasi Rp 14 triliun dan terkoneksi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
yang juga sedang dalam proses pembangunan Pembangunan kedua fasilitas ini
diharapkan akan mempercepat pertumbuhan perekonomian Provinsi Kalimantan
Barat
Pulau Kalimantan dapat dipastikan akan mengalami make over yang besar
Proses make over ini tentu menjadi peluang yang sangat besar bagi sektor Konstruksi
102
untuk berkembang dan dengan sendirinya akan memberi sumbangan yang besar
kepada PDRB
63 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH
Menurut Adam Smith bahwa dalam perekonomian segala sesuatunya akan berjalan
sendiri-sendiri menyesuaikan diri menuju kepada keseimbangan menurut mekanisme
pasar Tarik-menarik kekuatan dalam sistem perekonomian itu seperti dikendalikan oleh
ldquothe invisible handrdquo sehingga dengan demikian tidak memerlukan begitu banyak campur
tangan pemerintah
Dalam masa sekarang ini banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat semakin
majunya teknologi dan banyaknya penemu-penemu baru serta semakin terbukanya
perekonomian antar negara menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling terkait
dan berbenturan Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan dalam
mengatur jalannya sistem perekonomian karena tidak sepenuhnya semua bidang
perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta Dengan demikian dalam sistem
perekonomian modern peranan pemerintah dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu
1) Peranan Alokasi
Peranan alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal penyediaan
barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang umum atau
disebut juga barang publik Karena dalam sistem perekonomian suatu negara tidak
semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem pasar
Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang disebut barang
publik tadi
2) Peranan Distribusi
Peranan distribusi ini merupaka peranan pemerintah sebagai distribusi pendapatan dan
kekayaan Tidak mudah bagi pemerintah dalam menjalankan peranan ini karena
distribusi ini berkaitan erat dengan dengan masalah keadilan Kegiatan dalam
mengadakan redistribusi pendapatan atau mentransfer penghasilan ini memberikan
koreksi terhadap distribusi penghasilan yang ada dalam masyarakat
3) Peranan Stabilisasi
Kegiatan menstabilisasikan perekonomian yaitu dengan menggabungkan kebijakan-
kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan lain seperti kebijakan fiskal dan
perdagangan untuk meningkatkan atau mengurangi besarnya permintaan agregat
103
sehingga dapat mempertahankan full employment dan menghindari inflasi maupun
deflasi Peranan stabilisasi pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalam
menstabilkan perekonomian seperti terjadi deflasi inflasi penurunan
permintaanpenawaran suatu barang yang nantinya masalah-masalah tersebut akan
mengangkibatkan timbulnya masalah yang lain secara berturut-turut seperti
pengangguran stagflasi dan lain-lain
12 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat memegang tugas dalam ketiga peranan di atas Untuk sektor
unggulan tugas pemerintah adalah bagaimana mempertahankan keunggulan
sektor tersebut agar tetap sustain (berkelanjutan) dan untuk sektor potensial adalah
bagaimana untuk mematangkan sektor tersebut sehingga dapat menjadi sektor
unggulan
Pada sektor unggulan apabila melihat nilai MRP terdapat 3 (tiga) sektor yang
memiliki nilai lt 1 yaitu sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sektor Industri
Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor Ketiga sektor ini perlu perhatian yang lebih besar dari Pemerintah
Pusat
Langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemerintah Pusat untuk
mempertahankan keunggulan sektor-sektor ini adalah dengan mengalokasikan Rp
23063 miliar untuk Kementerian Pertanian di Kalbar dengan Rp 8529 miliar untuk
infrastruktur pendukung membangun pelabuhan Kijing untuk mempermudah
ekspor impor dan membuat aturan untuk membangun smelter alumunia di daerah
penghasil Selama ini bauksit dari Kalbar langsung diangkut ke tempat lain sehingga
dengan adanya smelter maka aka nada nilai tambah yang diterima oleh Kalbar
Tantangan bagi Pemerintah Pusat untuk mendukung sektor-sektor unggulan ini
agar tetap sustain adalah dengan menjaga harga produk unggulan dari sektor
pertanian kehutanan dan perikanan tetap stabil dan dapat menembus pasar
ekspor Untuk industri pengolahan adalah menjaga kondisi politik dan sosial
ekonomi tetap stabil sehingga iklim investasi terjaga
Untuk sektor Konstruksi Pemerintah Pusat pada tahun 2019 manggelontorkan
dana sebesar Rp 499 triliun untuk infrastuktur Pemerintah Pusat sepertinya akan
terus menambah investasi pada infrastruktur namun porsi dari APBN akan
dikurangi karena lebih difokuskan pada pengembangan kapasitas SDM Untuk
104
menutupi kekurangan akan dilaksnakan kerjasama dengan investor dari dalam
maupun luar negeri untuk mebangun infrastruktur di Kalimantan Barat
Tantangan pada sector konstruksi lebih kepada menjaga iklim investasi yang
mendukung Dengan prospek besar infrastruktur di Kalimantan Barat apabila iklim
investasi mendukung maka dengan para investor akan datang dengan sendirinya
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
masuk ke dalam sektor potensial merupakan buah simalakama Sektor ini
diharapkan akan berkembang namun secara teori Pemerintah akan berusaha
menurunkan anggaran pada sektor ini secara perlahan Penurunan ini dilakukan
karena sektor ini bukan sektor produktif yang dapat menggenjot perekonomian
dengan signifikan
13 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah merupakan lsquotuan rumahrdquo investor dari sektor-sektor yang
dibahas di atas Sebagai tuan rumah sudah selayaknya Pemda-Pemda di Kalbar
menggelar karpet merah bagi yang ingin berinvestasi pada sektor-sektor tersebut
Karpet merah dalam hal ini dapat berupa kemudahan mengurus perizinan
bagi perusahaan yang akan masuk baik di sektor-sektor unggulan maupun sektor-
sektor potensial Sampai saat ini Prov Kalbar masih menjadi primadona bagi
perusahaan yang akan membuka Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai daerah
dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit terluas ketiga setelah Riau dan
Sumatera Utara potensi lahan di Kalbar dapat melebihi luas pada kedua Provinsi
tersebut
Untuk sektor pertanian kehutanan dan perikanan tantangan Pemerintah
Daerah adalah bagaimana menyediakan pendanaan bagi petani kecil atau
kelompok-kelompok petani agar tidak lsquomatirdquo tertekan oleh perkebunan dengan
modal yang besar Sebagaian besar lahan perkebunan adalah milik perusahaan
pemerintah daerah harus dapat membuat kebijakan yang mengharuskan
perusahaan besar membantu petani kecil dalam mengolah kebunnya Peraturan
tentang hal tersebut memang sudah ada dalam Perkebunan Inti Rakyat namun
dalam eksekusinya tanpa diawasi dengan ketat oleh Pemerintah hal tersebut tidak
berjalan dengan baik
Sektor konstruksi tidak lepas dari belanja modala pada pemerintah Dengan
belanja modal yang hanya 1987 persen dari total belanja seluruh Pemda di Kalbar
maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah tidak memiliki pushing power
105
untuk menggenjot sektor konstruksi Pemerintah Daerah dapat menjalankan
perannya dengan menjaga situasi yang kondusif agar investasi masuk dan
melakukan kerjasama untuk melaksanakan kegiatan infrastruktur baik dengan
pihak badan usaha (KPBU) ataupun pemerintah asing (G to G)
Kerjasama Pemda dengan badan usaha (swasta) sudah dimulai oleh
Pemerintah Kota Singkawang dalam pembangunan Bandara Singkawang
Kebutuhan dana pembangunan sekitar Rp43 triliun dihasilkan dengan skema
kerjasama dengan swasta Hal ini dapat ditiru oleh Pemda yang lain dalam
menggenjot pembangunan di daerahnya
Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
masih menjadi sektor yang menyedot anggaran terbesar Pemda di Provinsi
Kalimantan Barat Hal ini terlihat dari proporsi Belanja Pegawai terhadap Total
Belanja Pemda-Pemda di Prov Kalbar yang rata-rata di atas angka 50 persen
Tantangan bagi Pemerintah daerah adalah bagaimana menurunkan persentase
tersebut
Persentase sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib dapat dikurangi dengan langkah mengurangi anggaran pada pos-pos
yang dianggap mubazir atau tidak efisien serta meningkatkan PAD melalui
sumber-sumber pendapatan lain Pengurangan anggaran pada sektor-sektor yang
tidak efisien sudah pernah dilakukan oleh Pemprov Kalbar pada tahun 2018
dengan memotong biaya perjalanan dinas sebesar Rp 200 miliar
14 Sinkronisasi Kebijakan Pusat ndash Daerah
Dalam mempertahankan sektor unggulan dan memacu sektor potensial
Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah memiliki kebijakan masing-masing yang
dituangkan dalam APBN maupun APBD Pada sektor potensial yaitu sektor
Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dan Sektor
Konstruksi diperoleh data realisasi belanja pada tahun 2019 sebagai berikut
Tabel VI5
Belanja Pada Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat
(miliar Rp)
Sektor Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
Layanan Umum 87675 782834
Infrastruktur 446283 498884
Data LRA Pemda dan MEBE
106
Belanja Pemerintah Pusat pada kedua sektor di atas terlihat saling
melengkapi Belanja Pemerintah Pusat pada sector Administrasi Pemerintahan
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib terlihat kecil karena jumlah pegawai
Pemerintah Pusat memang lebih sedikit dibanding gabungan jumlah pegawai
Pemerintah Daerah seluruh Kalimantan Barat sehingga belanja yang digunakan
jauh lebih sedikit dibandingkan belanja yang sama pada Pemerintah Daerah
Untuk belanja sektor Konstruksi jelas terlihat bagaimana Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah memiliki peran yang hampir seimbang dalam bentuk
uang Pemerintah Pusat fokus pada Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan
jalan nasional dengan realisasi sebesar Rp 1 triliun sementara Pemerintah
Daerah juga fokus pada belanja pengadaan jalan dengan realisasi Rp 139 triliun
Hal ini sesuai dengan salah satu permasalahan pada RPJMD Provinsi Kalimantan
Barat tahun 2019 yang berbunyi ldquoRentang kendali pemerintahan yang panjang
disebabkan belum optimalnya konektivitas dan aksesibilitas antar daerah di
wilayah Kalimantan Barat serta kuantitas dan kualitas infrastruktur wilayah yang
belum memadairdquo
Sinergi juga terlihat pada pembangunan beberapa fasilitas umum salah
satunya adalah pembangunan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Kota Singkawang
Dalam pendirian SPN ini Pemerintah Daerah menyediakan lahan sementara
Pemerintah Pusat menyediakan dana untuk pembangunan
Pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mempermudah
pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan yang murah Dalam prakteknya
KUR memiliki fokus kepada sektor produktif seperti sektor Pertanian Kehutanan
dan Perikanan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada Provinsi
Kalimantan Barat sebesar Rp 179 triliun pada 41778 UMKM
Dalam KUR Pemerintah Pusat berperan sebagai regulator dan pihak yang
memberikan subsidi bunga Dengan subsidi bunga maka pelaku UMKM hanya
membayar bunga 7 persentahun Pemerintah Daerah memiliki peran sebagai
penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima KUR Dengan sinergi ini
diharapkan semakin banyak muncuk UMKM penerima KUR yang berkembang
sehingga perekonomian Kalimantan Barat juga akan semakin meningkat
BAB VII
ANALISIS TEMATIK
Masjid Jamirsquo PontianakMasjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Masjid Jamirsquo merupakan masjid tertua di Kota Pontianak dan menjadi pertanda berdiirnya Kota Pontianak pada 1771 Masehi
107
I PENDAHULUAN
Stunting (anak kerdil) merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekuranga
gizi kronis dan infeksi berulang terutama dalam seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK)
sehingga anak lebih pendek untuk usianya (Kemenkes) Balita pendek (stunted) dan sangat
pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PBU) atau tinggi badan
(TBU) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre
Growth Reference Study) 2006 Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SDstandar deviasi
(stunted) dan kurang dari ndash 3SD (severely stunted) Dampak stunting antara lain dampak
prevalensi kesehatan dan ekonomi
Stunting di Provinsi Kalbar masih terbilang tinggi dan berada pada urutan ke-27 se-
nasional Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka
rata-rata 333 persen atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita stunting Dari 14
kabupatenkota se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka stunting
paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Ketapang dengan angka 427 persen
disusul Landak sebesar 420 persen dan Melawi 408 persen Diatas angka stunting nasional
308 persen Sementara itu untuk nasional pada tahun 2019 terjadi penurunan menjadi 2767
persen (berdasarkan Survei Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI)
Revalensi stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) berada di bawah
angka 20 dan pada Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash
2019 adalah 28
Tabel VII1
Tabel Pada Baduta Kabkota Provinsi kalimantan barat Tahun 2013 dan Tahun 2018
Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)
108
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan tabel sebesar 531 persen
selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi juga penurunan pada 10
(sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada Kabupaten Kubu Raya
yang berhasil menekan angka stunting hingga 1477 persen selama lima tahun terakhir hal
ini juga bias menggambarkan keberhasilan program pembangunan dan bidang perekonomian
di Kabupaten Kubu Raya
Namun stunting masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada
kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten
dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Melawi yaitu 1298 persen
Terkait dengan kesehatan anak tidak hanya stunting (pendek) namun juga permasalahan
yang meliputi underweight (gizi kurang) dan wasting (kurus) Gizi buruk dan gizi kurang di
Provinsi Kalbar juga tinggi kasusnya dan berada pada urutan ke-28 se-nasional Berdasarkan
data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka rata-rata 2383 persen
atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita permasalahan gizi Dari 14 kabupatenkota
se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka gizi buruk dan gizi kurang
paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Landak dengan angka 3147 persen
disusul Sambas sebesar 3124 persen dan Kayong Utara 2951 persen Jauh diatas angka
nasional 177 persen dan selama kurun waktu tahun 2013 sampai 2018 telah menurun 19
persen
Gizi buruk menyebabkan 109 Juta kematian anak balita didunia setiap tahun Menurut
MDGs 2015 masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang
antara 200-290 dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ge30 (WHO2010) dan pada
Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash 2019 adalah 17
Tabel VII2
Gizi buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Kabkota Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2013 dan Tahun 2018
Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan status gizi buruk dan gizi
kurang sebesar 267 persen selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi
penurunan pada 10 (sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada
109
Kabupaten Sintang yang berhasil menurunkan status gizi buruk dan gizi kurang hingga 2054
persen selama lima tahun terakhir
Namun satus gizi masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada
kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten
dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Landak yaitu 1497 persen
II Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting
Percepatan pencegahan stunting merupakan pendekatan program pertama yang dilakukan
dengan menyeluruh dan terintegrasi yang dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir yang
ditunjukkan oleh tingginya komitmen Presiden bersama Menteri dan Pimpinan Lembaga
hingga ke tingkat Gubernur BupatiWalikota dan Kepala DesaLurah
Dalam rangka memastikan konvergensi berbagai programkegiatan percepatan penurunan
stunting dilakukan maka acuan yang digunakan adalah dokumen Strategi Nasional
Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) yang diikuti oleh berbagai pedoman
operasional Di dalam Stranas Stunting juga diatur pendekatan multi sektor yang
melaksanakan percepatan penurunan stunting yang melibatkan sektor antara lain sektor
kesehatan pertanian pendidikan air minum dan sanitasi dan perlindungan sosial Untuk
mengimplementasikannya telah disusun berbagai pedoman operasional
Penanganan masalah stunting menjadi salah satu prioritas dalam rencana kerja
Pemerintah Provinsi Kalbar Caranya yakni dengan memperkuat sinergi antarsektor terkait
serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan sektor swasta
Revitalisasi posyandu dan revitalisasi desa siaga serta pembentukan pusat penanganan gizi
buruk di tiap kabupatenkota merupakan upaya konkret yang diharapkan dapat menurunkan
prevalensi stunting di Kalbar Peningkatan cakupan air bersih dan sanitasi lingkungan
merupakan intervensi sensitif yang sangat berpengaruh dalam menurunkan prevalensi
stunting
III Penanganan Stunting Oleh Pemerintah
III1 Belanja KL Dalam APBN
Dalam kaitannya dengan percepatan pencegahan stunting melalui belanja
KementerianLembaga (KL) telah dilakukan berbagai langkah dan kebijakan agar
pengelolaan program tersebut terarah dan terukur Pada proses perencanaan khususnya
terkait dengan identifikasi output yang terkait dengan stunting telah disusun pedoman
penandaan pemantauan dan evaluasi percepatan pencegahan stunting sebagai dasar bagi
KL dalam mengidentifikasi output yang berkontribusi kepada percepatan penurunan stunting
Selanjutnya dilakukan forum koordinasi yang melibatkan Direktorat Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan (DJA Kemenkeu) Kementerian Perencanaan Pembangunan
NasionalBadan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPNBappenas) dan
KL terkait secara berkala untuk mengkaji hasil penandaan tersebut sekaligus melakukan
penajaman hasil identifikasi pada level di bawah output atau dengan pembobotan Ringkasan
110
output KL yang telah disusun tersebut digunakan sebagai dasar acuan dalam pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi program percepatan penurunan stunting
Dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat total alokasi dana yang dianggarkan kepada
Satker KL untuk penangangan stunting sebesar Rp14992 miliar dengan realisasi Rp14271
miliar (9519)
Tabel VII3
Belanja Penangan Stunting Satker KL Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Sumber Aplikasi MEBE (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi dana untuk penanganan stunting oleh KL
relative kecil yaitu hanya 357 dari total belanja satker yang terdapat alokasi untuk
penanaganan stunting atau hanya 099 dari total dana APBN Intervensi gizi spesifik hanya
dilakukan oleh satker Kementerian Kesehatan dengan alokasi dana sebesar Rp665 miliar
atau hanya sebesar 502 dari total alokasi dana Satker kementerian Kesehatan dengan
kinerja capaian output mencapai 7710
Secara nasional terdapat 20 (duapuluh) kementerianlembaga yang menganggarkan dana
penanganan stunting dengan alokasi dana Rp60 triliun atau 246 dari total APBN Indonesia
sementara itu untuk wilayah Kalbar hanya dianggarkan Rp14992 miliar untuk stunting atau
hanya 025 dari alokasi stunting nasional dan hanya 099 dari pagu total APBN di Kalbar
Kecilnya alokasi dana untuk penanganan stunting tersebut akan berpengaruh terhadap
keberhasilan upaya pencegahan stunting di Kalbar untuk itu diharapkan terjadi peningkatan
alokasi dana yang dianggarkan untuk penangnan stunting di Kalbar pada masa yang akan
datang mengingat kondisi Kalbar sebagai penderita terbanyak ke 27 secara nasional
Seperti pada lampiran III1 maka kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi
spesifik mencapai 7710 diantaranya adalah untuk Penyediaan Makanan Tambahan bagi
111
Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) capaian outputnya mencapai 100 serta kegiatan
Peningkatan Surveilans Gizi untuk 14 layanan dengan capaian output 100
Kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi sensitive mencapai 7813 yang
dialokasikan melalui 7 (tujuh) KL diantaranya adalah untuk Kampanye Hidup Sehat capaian
outputnya mencapai 100 kegiatan Bimbingan Perkawinan Pra Nikah dengan capaian output
97 serta Sistem Pengelolaan Air Limbah untuk 2980 kepala keluarga dengan capaian
output mencapai 100
Kinerja capaian output untuk kegiatan Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis
mencapai 8763 yang dialokasikan melalui 4 (empat) KL diantaranya adalah untuk Analisis
Ketersediaan Pangan Wilayah capaian outputnya mencapai 100 kegiatan Pelatihan
Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan untuk 390 orang dengan capaian output 96
serta PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat yang Terbit Tepat Waktu dengan
capaian output mencapai 100
Secara umum kinerja capaian output kebijakan terkait stunting tercapai Beberapa
permasalahan terkait dengan kebijakan terkait stunting antara lain kurangnya optimalisasi
sisa dana dan penumpukan realisasi di akhir tahun anggaran Yang perlu ditingkatkan adalah
pelaksanaan pencapaian target harus lebih disiplin sesuai dengan rencana penarikan dana
III2 Belanja Dana Desa Dan DAK Fisik
III 21 Dana Desa
Alokasi Dana Desa untuk Provinsi Kalbar Tahun 2019 adalah sebesar Rp1992 miliar yang
disalurkan kepada 2031 desa dengan realisasi sebesar Rp1987 miliar (9974) Intervensi
pencegahan stunting dilaksanakan secara terintegrasi hingga ke tingkat desa Desa-desa
yang memiliki resiko tinggi warganya mengalami stunting sudah barang tentu wajib
menganggarkan untuk menghindari resiko stunting pada warganya hal ini ditegaskan dalam
Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 tentang
Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan
Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi Dana Desa tidak melulu untuk
perbaikan sarana dan prasarana fisik namun sarpras non-fisik dan sosial kesehatan mutlak
perlu dikedepankan Bahkan penyaluran Dana Desa tahap III pada tahun 2020 mensyaratkan
untuk menyampaikan Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting
Penggunaan Dana Desa di Wilayah Kalbar juga telah mendukung program Konvergensi
Pencegahan Stunting diantaranya adalah melalui kegiatan intervensi gizi spesifik dengan
total alokasi adalah sebesar Rp104 miliar sangat kecil sekali yaitu hanya 052 dari total
realisasi penggunaan Dana Desa
Tabel VII4
Intervensi Gizi Spesifik Dana Desa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
112
Sumber omspan (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi Dana Desa yang dikhususkan untuk
Penyelenggaraan Kegiatan Pencegahan Stunting relative kecil hanya dialokasikan untuk 3
paket sebesar Rp84342500- hal ini perlu mendapatkan perhatian bersama untuk
peningkatan pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa sesuai dengan Pasal 6
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 dimana Desa yang
warganya berisiko tinggi mengalami stunting untuk mengalokasikan kegiatan pencegahan
stunting
Kebijakan pengalokasian Dana Desa Tahun 2021 hendaknya juga mendukung program
Konvergensi Pencegahan Stunting yaitu dimungkinkan untuk dilakukan perubahan formulasi
perhitungan besaran alokasi Dana Desa diusulkan untuk Alokasi Formula dimasukan
parameter perhitungan untuk jumlah penderita stunting dengan mendapatkan alokasi sebesar
20
Dana Desa juga dialokasikan untuk kegiatan Intervensi Gizi Sensitif seperti pada lampiran
III21 dengan alokasi sebesar Rp22960 miliar atau 1156 dari total realisasi Dana Desa
Beberapa capaian outputnya adalah Operasional PAUDTKTPATKATPQMadrasah Non-
Formal Milik Desa dengan alokasi Rp2361 miliar dengan output 27196367 Paket
Terselenggaranya Operasional Pos Kesehatan Desa (PKD)Polindes Milik Desa Lainnya
dengan alokasi Rp2350 miliar dengan output 31710863 paket serta Sambungan Air Bersih
ke Rumah Tangga (pipanisasi dll) yang mendapatkan alokasi sebesar Rp1140 miliar
dengan output 16424989 meter
Provinsi Kalbar dengan penderita stunting urutan ke 27 nasional maka diperlukan
penanganan melalui berbagai sumber pendanaan termasuk Dana Desa untuk itu diharapkan
instansi terkait di tingkat provinsi untuk memberikan arahan dan himbauan agar penggunaan
Dana Desa juga dialokasikan untuk pencegahan stunting khususnya untuk intervensi gizi
sensitive melalui alokasi pada Bidang Pemberdayaan masyarakat
Efektivitas pencapaian target capaian output Dana Desa diatas berdasarkan laporan
capaian output oleh Pemda terkait dimana upload capaian output baru mencapai 8545
diharapakan Pemda segera melakukan upload data capaian output sehingga bisa
menghasilkan analisis data yang lengkap
III 22 DAK Fisik
No URAIAN OUTPUT SATUAN REALISASI OUTPUT
1 Penyelenggaraan Posyandu (Kelas Ibu Hamil) 1787 ORANG 615076375 8700
2 Penyelenggaraan Posyandu (Makanan Tambahan) 20260 UNIT 9508583774 8200
3 Kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak kerdil (stunting) 3 PAKET 84342500 10000
4
Fasilitasi Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
dan Endemik 3 PAKET 84342500 10000
5 Penyelenggaraan kegiatan pencegahan stunting 3 PAKET 84342500 10000
6 Penanganan Stunting 2 PAKET 10000000 5000
7 Kampanye dan Promosi Hidup Sehat Guna Mencegah Penyakit Menular 1 PAKET 14001000 10000
10400688649TOTAL DANA DESA UNTUK INTERVENSI SPESIFIK
(Rupiah)
113
DAK Fisik Tahun 2019 sebagai salah satu sumber pendanaan untuk mendukung
konvergensi penanganan stunting di wilayah Provinsi Kalbar dialokasikan melalui DAK Fisik
Tematik tentang stunting melalui DAK Fisik Penugasan pada bidang Kesehatan Sanitasi Air
Minum dan Pendidikan dengan dijabarkan melalui kegiatan Intervensi Gizi Spesifik
Total alokasinya DAK Fisik Penugasan yang terkait dengan program pencegahan stunting
untuk wilayah Kalimantan Barat adalah sebesar Rp373508869032 dengan rincian
sebagaimana pada Lampiran III22 A
Dari lampiran III22A diketahui bahwa untuk penanganan stunting melalui Bidang
Pendidikan untuk pelaksanaanya dikoordinir oleh Provinsi sementara itu untuk lokasi sebaran
pagu ternyata tidak sesuai dengan jumlah penderita permasalahan gizi dan stunting dimana
alokasi pagu terbesar adalah untuk Kabupaten Sintang Sanggau dan Kota Pontianak
sedangkan berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 justru penderita terbanyak adalah
Kabupaten Ketapang Landak dan Melawi Hal ini perlu mendapatkan perhatian di dalam
penyusunan alokasi DAK Fisik penugasan hendaknya sebaran alokasi pagu diarahkan untuk
daerah dengan jumlah penderita stunting terbanyak
Beberapa kegiatan intervensi gizi spesifik DAK Fisik Penugasan seperti pada Lampiran
III22B khususnya melalui bidang kesehatan capaian outputnya 99 diantaranya adalah
penyediaan alat ukur demensi tubuh (antropometri) dan alat kesehatan puskesmas sebanyak
1162 paketunit dengan nilai Rp2177 Miliar Pencegahan stunting melalui intervensi gizi
sensitive dilaksanakan melalui bidang Pendidikan dengan capaian output 93 dan bidang
Sanitasi dan Air Minum Beberapa outputnya diantarnya adalah untuk penyediaan sarana dan
prasarana PAUD sebanyak 196 ruangpaket dengan realisasi sebesar Rp81 miliar serta
pembangunan system pengolahan air limbah domestic setempat dan terpusat 1315 unit
dengan realisasi Rp411 miliar
Realisasi DAK Fisik Penugasan mencapai 9513 tidak tercapainya realisasi maksimal
disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah keterlambatan pelaksanaan lelang dan
ketidaksesuaian antara nilai daftar kegiatan dengan realisasi nilai kontrak
III3 Belanja Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Alokasi penangan stunting dalam APBD Provinsi Kalbar secara agregat dialokasikan
sebesar Rp28646 miliar atau hanya 110 dibandingkan dengan total jumlah APBD tahun
2019 yaitu Rp26044 miliar
Seperti pada lampiran III3 maka dapat diketahui bahwa kelompok penangan stunting
intervensi gizi spesifik mendapatkan alokasi dana sebesar Rp2436 miliar atau hanya 009
jika dibandingkan dengan total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya adalah Program
Pencegahan Stunting sebesar Rp15 miliar dan yang terbesar adalah Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular dengan alokasi sebesar Rp1267 miliar
Kelompok penangan stunting intervensi gizi sensitive mendapatkan alokasi dana sebesar
Rp25904 miliar atau hanya 099 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya
114
adalah Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah sebesar Rp8998 miliar dan yang terkecil
Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dengan alokasi sebesar Rp125 juta
Kelompok kegiatan yang terkait pencegahan stunting mendapatkan alokasi dana sebesar
Rp306 miliar miliar atau hanya 001 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya
adalah Penyediaan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat Rp112 miliar dan yang
terbesar adalah kampanye Pencegahan Stunting dengan alokasi Rp120 juta
Beberapa kendala yang dihadapi Pemda terkait pelaksaan kebijakan stunting adalah
a Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan pemantauan pertumbuhan serta
perilaku baik yang masih rendah
b Terbatasnya akses (daya beli pengetahuan) atas pemberian makanan bergizi seimbang
untuk ibu hamil bayi dan balita yang masih rendah
c Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif yang belum optimal
d Suplementasi yang belum optimal seperti Konsumsi Tablet Tambah Darah pada ibu hamil
dan remaja Puteri
e Angka infeksi yang masih tinggi seperti cacingan diare dll baik pada balita dan ibu Hamil
f Kebersihan Lingkungan dan Akses Sanitasi yang masih belum baik
g Budaya di masyarakat dimana ibu hamil masih banyak pantangan makanan
h Tingkat soasial ekonomi masyarakat yang masih rendah
i Masih rendahnya tingkat kepedulian dan dukungan keluarga terhadap ibu hamil dan
tingkat pendidikan ibu yang masih rendah
Rekomendasi dalam upaya mengantisipasi kendala dalam pencapaian sasaran kebijakan
stunting antara lain
1 Peningkatan upaya dukungan lintas sektor dalam penanggulangan Stunting (Konvergensi
Stunting) dalam intervensi spesifik maupun sensitif
2 Peningkatan alokasi Dana Desa untuk Pelayanan Sosial dasar terkait 1000 Hari Pertama
Kehidupan
3 Peningkatan Upaya Strategi Perubahan Perilaku dalam penanggulangan stunting
4 Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamilbayi dan anak balita
melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
5 Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan Buku KIA kelas Ibu
Posyandu dan pendampingan pada ibu hamil
6 Peningkatan akses terhadap makanan bergizi bagi balita dan ibu hamil melalui pemberian
PMT Pelatihan PMBA untuk Masyarakat Konseling Menyusui
7 Peningkatan Akses Air bersih dan Sanitasi lingkungan melalui Lima Pilar STBM
Dalam rangka keberhasilan penanganan stunting di Provinsi Kalbar diharapkan alokasi
dana melaui APBD ditingkatkan jumlahnya dengan tetap memperhatikan kemampuan
keuangan daerah setidaknya mengacu pada kebijakan nasional yakni sekitar 246 dari total
APBD
BAB VII
PENUTUP
Pantai Tanjung Belandang KetapangPemandangan khas dar i Pantai in i adalah jembatan kayu yang menjirok ke laut deratan gazebo berjejer rapih di sepanjang jembatan kayu tersebut
115
A KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisis di bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut
1 Kinerja ekonomi Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar 500 persen mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang
sebesar 506 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 502 persen
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan Asuransi
Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian
2 Laju pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat 2019 yang tertinggi adalah komponen Ekspor
Barang dan Jasa yaitu 1012 persen dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun
selanjutnya adalah Konsumsi LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan
jasa utamanya berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan
Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet
3 Struktur perekonomian yang menopang ekonomi Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor
lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen) industry
pengolahan (1634 persen) perdagangan besar-eceran serta reparasi mobil sepeda motor
(1430 persen) kontruksi (1244 persen) dan sisanya terbagi dari beberapa sektor lapangan
usaha antara lain Pertambangan transportasi pergudangan informasi jasa keuangan
real estate dan jasa lainnya
4 Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan
Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat pada tahun 2019 mencapai
sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25 triliun atau 1897 persen dibandingkan
dengan tahun 2018 Hal ini adanya tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan
berlanjut dimasa mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah
yang akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single
Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai
instansi terkait baik di pusat dan daerah
5 BI Rate Kalimantan Barat 2019 cenderung menurun dari level 600 persen Bulan Januari
hingga level 500 persen pada bulan Desember Tren menurunnya BI Rate tersebut
merupakan antisipasi terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami
penurunan dan juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi (Global Bank Sentral Amerika
Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang menahan suku bunga di level 15-175
116
6 Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif Inflasi
tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional
yang hanya mencapai 055 persen Tekanan inflasi ini terjadi seiring adanya aktivitas
pemilihan umum dan legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya
permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi
sepeda motor dan ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru
7 Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka Rp14313- per
US Dollar dan menunjukan perbaikan pad akhir tahun 2019 pada Rp13831- per US Dollar
Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank
Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)
yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara
maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara
emerging market termasuk Rupiah dan pengaruh melemahnya dolar AS terhadap semua
mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak menaikkan tingkat suku bunga
8 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo terjadi
peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun 2018
(berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional 7081
Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi
Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin
dan berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah
masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun
9 Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan masih lebih baik dari
pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380) Ketimpangan pendapatan terjadi
karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan faktor produksi sehingga pihak-pihak yang
memiliki faktor produksi akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak
10 Investasi Pemerintah Pusat tahun 2019 melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM di Wilayah Provinsi Kalimantan
Barat telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 UMKMdebitur) jika dibandingkan
dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen
masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama sektor produksi yang hanya
mencapai 4124 persen yang ditargetkan sebesar 60 persen
11 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar
Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi
kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen hasil produk terutama mutu dan kualitas
produk belum bisa bersaing secara global dengan produk daerah lain
12 Penerimaan pajak dalam negeri tahun 2019 sebesar Rp667 triliun naik 26108 miliar atau
naik 407 persen dibanding penerimaan tahun 2018 Kontribusi terbesar dari penerimaan
117
pajak dalam negeri adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Rp32 triliun atau 48 persen
disusul Pajak Penghasilan (PPh) Rp307 triliun atau 46 persen
13 Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar meningkat
signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018 Dengan
perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288 miliar
atau 541 persen
14 Penerimaan PNBP tahun 2019 sebesar Rp82375 miliar mengalami penurunan sebesar Rp
3776 atau 43 persen dibandingkan penerimaan tahun 2018 Dengan komposisi
pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen dari total penerimaan PNBP
disusul pendapatan PNBP BLU sebesar 489 persen
15 Belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019 yaitu sebesar
Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar Rp1049
triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun Realisasi Belanja
pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer ke Daerah dan
dana desa terealisasi Rp2034 triliun
16 Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 terdapat penurunan angka stunting pada 10
KabupatenKota di Kalimantan Barat namun juga terjadi kenaikan angka stunting pada 4
(empat) Kabupaten
B REKOMENDASI
1 Pemerintah Daerah tetap mengupayakan peningkatan alokasi belanja pada jenis belanja
dan meningkat investasi pada sektor-sektor yang belum atau kurang memberikan kontribusi
terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat tahun 2019 terutama pada sektor
sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan
dan Penggalian yang mengalami penurunan pada periode ini secara umum capaian
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat bisa dikatakan masih stagnan dan belum
memberikan kontribusi PDRB secara maksimal yang hanya sebesar 134 persen terhadap
pembentukan PDB nasional diharapkan untuk berikutnya lebih meningkat dibanding tahun
ini
2 Untuk mempertahankan sektor ekonomi unggulan dan mematangkan sektor ekonomi
potensial Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu berkolaborasi dalam membangun
infrastruktur pendukung maupun untuk mendatangkan investor yang mau berinvestasi pada
sektor-sektor tersebut Seperti pada pembangunan Pelabuhan Kijing di kabupaten
Mempawah Pemerintah Pusat menyiapkan dana pembangunan dengan menggandeng
investor sementara Pemerintah Daerah menyiapkan dana untuk pembebasan lahan
3 Pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa perlu dilakukan desa dengan
warga berisiko tinggi stunting agar mengalokasikan Dana Desa untuk kegiatan pencegahan
stunting Kebijakan pengalokasian Dana Desa tahun 2021 hendaknya mendukung program
118
konvergensi Pencegahan Stunting yang dapat diatambahkan pada perhitungan Alokasi
Formula dengan alokasi 20 persen
4 Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) agar terus melakukan upaya memitigasi risiko
terhadap kenaikan harga serta kelancaran distribusi pasokan bahan pangan adanya
kebijakan yang memacu peningkatan produksi bahan pangan dan mengajak para
pengusaha dalam menentukan harga dan perlu mempertimbangkan daya beli konsumen
Sedangkan untuk konsumen sendiri harus mampu mengatur nafsu konsumtif karena
Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan yang
harus diatur oleh pemerintah
5 Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing mengalami kenaikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp14 triliun Hal ini terjadi tren positif terhadap
pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa mendatang dukungan Pemerintah
tetap melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single Submission
(OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai instansi terkait
baik dari pusat maupun daerah
6 Tren menurunnya BI Rate tersebut harus dijaga untuk mengantisipasi kondisi perekonomian
nasional yang masih mengalami penurunan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan
ekonomi Global Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor
eksternal tetap dijaga lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya masih sesuai
dengan target
7 Penguatan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)
yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara
maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara
emerging market termasuk Rupiah Kebijakan suku bunga Tanah Air harus tetap
dipertahankan agar imbal hasil aset keuangan Indonesia termasuk obligasi menjadi
menarik arus modal asing masuk ke Indonesia dan menambah pasokan valas di dalam
negeri
8 Indek Pembangunan Manuasia (IPM) Kalimantan Barat tahun 2018 termasuk kategori
sedang dan berada pada urutan ke-30 dari 34 Provinsi Walaupun terjadi kenaikan namun
capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi
target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin Peningkatan investasi dari
Pemerintah Pusat (APBN) yang berupa alokasi Dana Transfer khususnya DAK Fisik dan
Dana Desa serta investasi lainnya serta Pemerintah Daerah (APBD) diharapkan benar-
benar dapat digunakan pada sektor-sektor program pembangunan manusia yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat terutama mendongkrak
tingkat IPM yang terandah di Kalimantan Barat yang selama ini selalu ditempati oleh
Kabupaten Kayong Utara sebesar (6182) dan Kabupaten Sekadau (6369)-
119
9 Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar sasaran
dan tujuan program KUR maupun UMi dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran
KUR diarahkan lebih banyak di sektor produksi (non perdagangan) yaitu dengan target
minimal penyaluran sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan
skema KUR Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat
perkebunan rakyat dan peternakan rakyat harus benar-benar disaluran sesuai sasaran dan
lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada debitur dan membantu
mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada masyarakat sehingga dapat
mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha Mikro bahkan dapat meningkat ke
Mikro Kecil
10 Perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya identifikasi dan penggalian
potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian potensi pajak pengawasan
terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara Pemerintah Pusat maupun Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan
Barat Tahun 2019
Rancangan Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
RISKESDAS_2018_ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
RISKESDAS_Provinsi Kalimantan Barat 2018_ Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Laporan Pemantauan Kinerja Anggaran dan Pembangunan Program Percepatan
Pencegahan dan Penurunan Stunting Kemenkeu Reupblik Indonesia
Lampiran IIA - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Spesifik
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan
Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian KEMENTERIAN KESEHATAN 0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
2080 Pembinaan Gizi Masyarakat 001 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 002 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus
003 Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita 005 Pembinaan dalam Peningkatan Status Gizi Masyarakat 006 Suplementasi Gizi Mikro 007 Pembinaan dalam Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat 008 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Papua dan Papua Barat 009 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus Papua dan Papua Barat 010 Penguatan intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita Papua dan Papua Barat 504 Peningkatan Surveilans Gizi
5832 Pembinaan Kesehatan Keluarga 001 Pembinaan Dalam Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 002 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Kunjungan Neonatal Pertama 004 Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah 005 Pembinaan Pencegahan stunting 018 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Antenatal
1172822000 100000000 368690000 1439729000 305522000 461512000 281222000 317124000 101785000
822627500 96493000 365973800 1414218600 296527000 372659700 266887500 316592900 101784900
7014
9649
9926
9823
9706 8075 9490 9983 100
4
14
14
14 1 1 1 1 5
4
14
14
14 1 1 1 1 5
100
100
100
100
100 100 100 100 100
0240508 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
2058 Pembinaan Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra 006 Layanan Imunisasi 010 Layanan Imunisasi di Papua dan Papua Barat
2059 Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria 008 Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan 011 Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua dan Papua Barat
2060 Pengendalian Penyakit Menular Langsung 506 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit ISP 511 Sarana dan Prasarana Penanggulangan TBC 512 Sarana dan Prasarana Penanggulangan HIVAIDS
251677000 513750000 1343486000
221591784 280311250 1234273000
8805
5456 9187
14
153 8
14
151 8
25
6 40
0240709 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
2065 Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 508 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Kesehatan Ibu dan Anak 509 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Penyakit Tropis Terabaikan 510 Paket Penyediaan Vaksin
Total Belanja Intervensi Spesifik
6657319000
5789940934
9045
212
210
7710
------
Lampiran IIB - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Sensitif
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN PERTANIAN
0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan
102 Lumbung Pangan Masyarakat
1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
106 Kawasan Mandiri Pangan
1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar
101 Pemberdayaan Pekarangan Pangan
106 Hasil Pengawasan keamanan dan mutu pangan Segar
558000000 5578500000 600000000
546884550 5543049050 582679900
9801
9936 9711
1
123 1
1
121 1
100
100 100
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
0190207 Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
1835 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan
030 Pemenuhan gizi masyarakat melalui peningkatan konsumsi pangan olahan sehat
038 Komoditi yang diawasi Penerapan SNI Wajib Produk Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
0230509 Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
2016 Penyediaan Layanan Paud
006 Lembaga PAUD Menyelenggarakan Holistik Integratif
5631 Penyediaan Layanan Pendidikan Keluarga
002 Lembaga Menyelenggarakan Pendidikan Keluarga untuk Intervensi Permasalahan Sosial Tertentu
KEMENTERIAN KESEHATAN
0240111 Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
5610 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan JKNKIS
501 Cakupan Penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui JKNKIS
0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
002 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media
004 Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam mendukung Program Kesehatan
006 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media di Papua dan Papua Barat
5834 Penyehatan Lingkungan
501 Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi Syarat
504 Pengawasan terhadap Sarana Air Minum
505 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan
2090 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan
506 Rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan sesuai standar
1492964000 464132000 163411000
1437830000 431244400 162715900
9631 9291
9957
3 1 1
3 1
1
100 100
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan
Pagu Realisasi Real
Target Capaian Capaian
2094 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan
508 Alat Kesehatan
KEMENTERIAN AGAMA
0250308 Program Bimbingan Masyarakat Islam
2104 Pengelolaan KUA dan Pembinaan Keluarga Sakinah
008 Bimbingan Perkawinan Pra Nikah
0250812 Program Bimbingan Masyarakat Buddha
2145 Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Budha
014 Pembinaan Keluarga Hittasukhaya
638510000 37020000
594062500 36455000
9304
9847
29 2
1
0
97
0
KEMENTERIAN SOSIAL
0270507 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial
2251 Jaminan Sosial Keluarga
001 Keluarga Miskin Yang Mendapat Bantuan Tunai Bersyarat
0270609 Program Penanganan Fakir Miskin
5873 Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan
003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
5874 Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
002 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
5875 Penanganan Fakir Miskin Pesisir Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara
003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
3124920000
3123021922
9994
1
1
100
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
0320608 Program Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
2357 Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan
003 Promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri yang dilaksanakan (Gerakan memasyarakatkan makan ikanGemarikan)
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan
004 Sistem Pengelolaan Air Limbah
2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
005 SPAM Terfasilitasi
007 Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan
008 SPAM Berbasis Masyarakat
009 Pembangunan SPAM di Kawasan Khusus
010 Pembangunan SPAM Regional
25491600000 19295520000 10141420000 62568089000
24467600000 17485637400 9125468000 60912361277
9598
9062 9025 9735
298
3
15 0
495
1 9 0
100
0 1 52
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Rea
l Target Capaian Capaia
n 0470107 Program Perlindungan Anak
2808 Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Kesejahteraan
003 Sosialisasi tentang ASI Eksklusif Gizi Seimbang Pembatasan Gula GaramLemak (GGL) Rokok dan
Kesehatan Reproduksi bagi Keluarga dan Anak sebagai 2P dalam Penurunan Stunting
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
0590709 Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik
4143 Penyediaan dan Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
001 Informasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
0630106 Program Pengawasan Obat dan Makanan
3165 Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai BesarBalai POM
088 KIE Obat dan Makanan Aman
4124 Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang
005 Pengawasan Produk Pangan Fortifikasi
960000000
950368050
9899
26
26
100
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
0680106 Program Kependudukan dan KB
3317 Pembinaan Keluarga Balita dan Anak
021 Keluarga yang mempunyai balita dan anak memahami pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak
3331 Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan KB Provinsi
081 Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK
085 Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu
910000000 1586543000
829384786 1573708244
9114 9919
16045 433
16045 433
100 100
Total Belanja Intervensi Sensitif
13361062900000 12780247097900
12780247097900
9614
658025
1110045
78125
------
Lampiran IIC - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output
Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
0100606 Program Bina Pembangunan Daerah
1252 Pembinaan Penyelenggaraan dan Pembangunan Urusan Pemerintahan Daerah III
001 Integrasi indikator Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah lingkup UPD III
003 Penerapan SPM bidang kesehatan sosial dan transtibumlinmas
004 Evaluasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Daerah
010 Monev terpadu Penerapan dan Pencapaian SPM di daerah lingkup UPD III
011 Advokasi penerapan kebijakan percepatan penurunan stunting 015 Peningkatan kinerja kabkota dalam implementasikonvergensi program penanganan penurunan
stunting (INEY)
0100810 Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
1269 Pembinaan Administrasi Pencatatan Sipil
006 Cakupan Anak yang Memiliki Akta Kelahiran
KEMENTERIAN PERTANIAN
0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
115 Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah
295000000
281904000
9556
4
4
100
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
0230101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
4079 Pengembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) di Asia Tenggara
001 Model Pengembangan dan Pembelajaran
0231613 Program Guru dan Tenaga Kependidikan
5636 Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Paud dan Dikmas
009 Rata - rata Nilai Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas
KEMENTERIAN KESEHATAN
0240101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
2038 Pengelolaan Data dan Informasi
501 Pemetaan Keluarga Sehat
963 Layanan Data dan Informasi
0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
001 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
005 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Papua dan Papua Barat
007 Pembinaan KabKota dalam Pelaksanaan Penggerakkan Masyarakat di Posyandu
441040000 867300000
439188400 526100500
9958
6066
1 3
1
3
100
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan
2087 Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar
509 Pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
0241104 Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
2070 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
504 Riset Penanggulangan Masalah Gizi
0241210 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Ppsdmk)
2076 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan
501 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan
505 Pelatihan Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan
2078 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan
501 Penugasan Tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) Minimal 5 Orang
502 Penugasan Tenaga Kesehatan Secara Individu
505 Penugasan tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) minimal 5 orang di Wilayah Papua dan Papua Barat
102534000 125563000 2026770000
100827500 118882000 1923153550
9836
9468 9489
95
93
100
95 95
KEMENTERIAN SOSIAL
0271104 Program Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan Sosial
2254 Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional (I-VI)
002 Pelatihan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) bagi Pendamping Program Bantuan Tunai Bersyarat
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan
003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM
668321000
668320150
9999
4
2
11
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
0360106 Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
2552 Koordinasi Kebijakan Penguatan Ketahan Gizi dan Kesehatan Lingkungan
001 Usulan Rekomendasi kebijakan bidang ketahanan gizi dan kesehatan ibu dan anak dan kesehatan lingkungan
BADAN PUSAT STATISTIK
0540106 Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik
2895 Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik Bps Provinsi
009 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat
2906 Penyediaan dan Pengembangan Statistik Kesejahteraan Rakyat
003 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat Yang Terbit Tepat Waktu
5125732000
5059724707
9871
30
2
100
ProgramKegiatanOutput
DIPA Output Keterangan
Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
0550106 Program Perencanaan Pembangunan Nasional
2937 Perencanaan Pembangunan Terkait Lingkup Kesehatan dan Gizi Masyarakat
608 Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Pembangunan
KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
0670306 Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masarakat Desa
5483 Peningkatan Pelayanan Sosial Dasar
008 Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam peningkatan akses pelayanan sosial dasar
011 Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
0800106 Program Penelitian Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir Isotop dan Radiasi
3446 Pengembangan Sains dan Teknologi Bahan Maju Dengan Iptek Nuklir
002 Data Riset Hasil Analisis dengan Menggunakan Teknik Nuklir
3449 Pengembangan Sains dan Teknologi Nuklir Terapan dan Revitalisasi Reaktor Riset
006 Dokumen Teknis Mikronutrisi Pada Pangan Anak Balita Di Daerah Malnutrisi
Total Belanja Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis 9652260000 9118100807
9280 137 105 87625
------
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT
JALAN KS TUBUN NO 36 PONTIANAK 78121 TELEPON (0561) 733444 733466 FAKSIMILE (0561) 732029 LAMAN WWWDJPBKEMENKEUGOIDKANWILKALBARID
NOTA DINASNOMOR ND-143WPB172020
Yth Direktur Pelaksanaan AnggaranDari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi
Kalimantan BaratSifat SegeraLampiran 1(satu) berkasHal Pengantar Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019Tanggal 28 Februari 2020
Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
SE-61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas
Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema Analisis
Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 bersama ini kami sampaikan bersama ini kami
sampaikan Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Kajian ini
terdiri antara lain
1 Tinjauan dan Analisis APBN dan APBD tahun 2019 lingkup Provinsi Kalimantan Barat
Analisis yang dilakukan baik dari segi pendapatan maupun belanja serta dampaknya
terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dari indikator-indikator
seperti lndeks Pembangunan Manusia (IPM) Tingkat Kemiskinan dan Gini Ratio (tingkat
ketimpangan)
2 Untuk mengetahui sektor unggulan daerah dan pengembangan potensi tersebut digunakan
analisis metode Location Quotient (LQ) time series Dari analisis ini ditemukan sektor
unggulan di Provinsi Kalbar adalah bidang Pertanian Kehutanan dan Perikanan
3 Dalam KFR Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 ini terdapat analisis tematik dengan tema
Sinergi dan Konvergensi Program Penanganan Stunting di Daerah yaitu upaya pemerintah di
dalam melakukan pencegahan terhadap prevelensi stunting melalui belanja KL dalam APBN
belanja Dana Desa dan DAK Fisik serta melalui pendanaan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD)
Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih
Ditandatangani secara elektronikBambang Hartono
- KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
-
- 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
- 1COVER KFRpdf (p2)
- Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
- 3_Daftar isi_1pdf (p4)
- 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
- 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
- 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
- 10_Capaian Outputpdf (p10)
- 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
- 12_BAB I_COVERpdf (p12)
- 13_BAB Ipdf (p13-21)
- 14_BAB II_COVERpdf (p22)
- 15_BAB IIpdf (p23-41)
- 16_BAB III_COVERpdf (p42)
- 17_BAB IIIpdf (p43-77)
- 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
- 18_Bab IVpdf (p79-97)
- 19_BAB V_COVERpdf (p98)
- 19_BAB Vpdf (p99-107)
- 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
- 24_BAB VIpdf (p109-124)
- 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
- 26_BAB VIIpdf (p126-133)
- 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
- 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
- DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
-
- 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
- LAMPIRANpdf (p148-151)
- KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
-
- 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
- 1COVER KFRpdf (p2)
- Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
- 3_Daftar isi_1pdf (p4)
- 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
- 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
- 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
- 10_Capaian Outputpdf (p10)
- 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
- 12_BAB I_COVERpdf (p12)
- 13_BAB Ipdf (p13-21)
- 14_BAB II_COVERpdf (p22)
- 15_BAB IIpdf (p23-41)
- 16_BAB III_COVERpdf (p42)
- 17_BAB IIIpdf (p43-77)
- 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
- 18_Bab IVpdf (p79-97)
- 19_BAB V_COVERpdf (p98)
- 19_BAB Vpdf (p99-107)
- 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
- 24_BAB VIpdf (p109-124)
- 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
- 26_BAB VIIpdf (p126-133)
- 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
- 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
- DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
-
- 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
- LAMPIRANpdf (p148-151)
-