Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur...

151
Tahun 2019

Transcript of Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur...

Page 1: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan

Tahun 2019

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa atas berkat dan rahmat yang diberikan

sehingga Kanwil Direktorat Jenderal

Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Kalimantan Barat

dapat menyusun dan menyelesaikan Kajian Fiskal

Regional (KFR) Tahun 2019

KFR merupakan output pelaksanaan tugas

Kanwil DJPBN yang memiliki fungsi pembinaan

koordinasi supervisi dan representasi Kementerian

Keuangan di daerah selaku pengelola fiskal

sebagaimana dalam Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 262PMK012016 tentang Organisasi dan

Tata Kerja lnstansi Vertikal DJPBN

KFR ini disusun berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan

Nomor 61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas

Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema

Analisis Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 yang diarahkan pada analisis

fiskal dan makroekonomi untuk mencapai tujuan kebijakan fiskal dan mendukung

pencapaian fungsi alokasi stabililasi dan distribusi APBN sebagai bahan informasi

untuk menyusun APBNAPBD sehingga dapat dievaluasi sejauh mana kebijakan fiskal

pemerintah telah sesuai dengan tujuan makroekonomi

Penyusunan KFR ini telah melalui proses pengumpulan data dan informasi

dari berbagai pihak sehingga substansi KFR diharapkan telah memuat informasi kondisi

fiskal Provinsi Kalimantan Barat yang komprehensif dan berguna kepada stakeholders

regional Provinsi Kalimantan Barat Kami mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang mendukung penyusunan KFR ini terutama berkaitan dengan penyediaan data

yang dipertukan

Kami menyadari bahwa dalam KFR ini masih terdapat banyak kekurangan

sehingga kami mohon kritik dan saran yang dapat digunakan untuk proses

perbaikan dalam penyusunan KFR di masa yang akan datang

Edih Mulyadi (Kepala Kantor Wilayah

DJPb Provinsi Kalimantan Barat)

iii

KATA PENGANTARii

DAFTAR ISIiii

RINGKASAN EKSEKUTIFv

DASHBOARD MAKRO-FISKAL REGIONALvii

BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH 7 11PENDAHULUAN1 12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

DAERAHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah1 122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah

Daerah 4 13 TANTANGAN DAERAH7

131 Tantangan Ekonomi Daerah 7 132 Tantangan Sosial Kependudukan 8 133 Tantangan Geografi Wilayah 9

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAlhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10 21 INDIKATOR EKONOMI MAKRO

FUNDAMENTAL10 211 Produk Domestik Regional Bruto 11 212 Suku bunga18 213 Inflasi 19 214 Nilai tukar21

22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN11 221 Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)22 222 Tingkat Kemiskinan 24

iv

223 Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini)24

224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran 25

23 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip26

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT

REGIONAL 28

31 APBN TINGKAT PROVINSI28

32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL29

321 Penerimaan Perpajakan 29

322 Penerimaan Negara Bukan

Pajak 31

33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL 33

34 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 41

341 Dana Transfer Umum 41

342 Dana Transfer Khusus 42

343 Dana Desa45

344 Dana Insentif Daerah Otonomi Khusus dan Keistimewaan46

35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL 46

351 Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara) 46

352 Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD)46

353 SurplusDefisit46

36 PENGELOLAAN BLU PUSAT 47

37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT55

371 Penerusan pinjaman 55

372 Kredit program56

38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI

DAERAH 60

381 Mandatory Spending di Daerah60

382 Belanja Infrastruktur 60

BAB IV

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD63

41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) 63

42 PENDAPATAN DAERAH66

421 Dana TransferPerimbangan66

422 Pendapatan Asli Daerah68

423 Pendapatan LainLain70

43 BELANJA DAERAH70

44 PERKEMBANGAN BLU DAERAH71

45 SURPLUSDEFISIT APBD 72

46 PEMBIAYAAN 73

47 ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 74

471 Analisis Horizontal dan

Vertikalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip74

472Analisis Kapasitas Fiskal Daerahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip74

48 PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH 79

481 Belanja Daerah Sektor

Pendidikan 80

482 Belanja Daerah Sektor

Kesehatan 81

483 Belanja Infrastruktur Daerah 81

BAB V

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN ANGGARAN

KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)82

51LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN83

52PENDAPATAN KONSOLIDASIAN83

53BELANJA KONSOLIDASIAN85

54SURPLUSDEFISIT KONSOLIDASIAN88

55 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT 89

v

BAB VI

KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI

SERTA TANTANGAN

FISKAL REGIONAL 91

61SEKTOR UNGGULAN DAERAH93

62SEKTOR POTENSIAL DAERAH 99

63TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH102

BAB VII ANALISIS TEMATIK 110

BAB VIII PENUTUP helliphellip115

11KESIMPULAN115

12REKOMENDASI117

DAFTAR PUSTAKAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip120

iv

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kinerja pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) pada tahun 2019

tercatat sebesar 500 persen Angka ini menurun jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan

ekonomi tahun sebelumnya sebesar 506 persen PDRB mengalami peningkatan

pertumbuhan sebesar 943 persen Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp4188 juta

Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4

(empat) sektor lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen)

Industri Pengolahan (1634 persen) Perdagangan Besar-Eceran serta Reparasi Mobil-

Sepeda Motor(1430 persen) dan Konstruksi (1244 persen)

Inflasi tahunan Kalbar pada tahun 2019 sebesar 263 persen atau menurun dibanding

periode yang sama pada tahun 2018 yang mencapai 399 persen tetapi masih lebih rendah

jika dibandingkan dengan tingkat inflasi secara nasional yang mencapai 268 persen Inflasi

tertinggi terjadi pada bulan Juni 066 persen dan Kelompok transportasi komunikasi dan jasa

keuangan pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen Kenaikan pada

bulan-bulan tersebut disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok

makanan jadi minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan

legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya permintaan terhadap

makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan

ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar termasuk kategori sedang dan berada

di bawah angka IPM Nasional Menurut data Badan Pusat Statistik sampai dengan saat ini

IPM Kalbar meningkat dari 6626 di tahun 2017 menjadi 6698 di tahun 2018 Berbagai upaya

telah dilakukan pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat untuk memberikan kemudahan

akses bagi masyarakat agar dapat memperoleh layanan pendidikan dan kesehatan

diantaranya pembangunan infrastruktur jalan serta sarana pendidikan dan kesehatan sejalan

dengan kebijakan Pemerintah untuk membangun dari pinggiran dan memperkuat daerah dan

desa

Jumlah penduduk miskin di Kalbar pada bulan September 2019 tercatat sebanyak

370470 orang Jumlah ini lebih rendah dari periode yang sama tahun 2018 dimana penduduk

miskin mencapai 369730 orang

Gini Ratio (ketimpangan pemerataan pendapatan) Kalbar tahun 2019 sebesar 0318

atau meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 0325 Koefisien Gini

berfluktuatif dari tahun ketahun namun masih berada pada kisaran antara 03 hingga 04 dan

masih dibawah Koefisien Gini Nasional Hal ini menunjukkan distribusi pendapatan

masyarakat dalam kategori sedang dan walaupun masih terdapat ketimpangan distribusi

pendapatan

v

Angkatan kerja tahun 2019 mencapai 2479000 orang mengalami kenaikan sebesar

91000 orang dari tahun 2018 Dari jumlah angkatan kerja tersebut 9556 persen bekerja

sedangkan sisanya sebesar 444 persen menganggur

Program Kredit Program berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM

(KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar

Rp179834 miliar (41778 debitur) jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen dan penyaluran Program Ultra Mikro

(UMi) sebesar Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018

terjadi kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen Pemerintah sangat

memperhatikan dan mengharapkan adanya perkembangan usaha serta upaya peningkatan

pertumbuhan ekonomi di wilayah Kalimantan Barat

Realisasi penerimaan perpajakan di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728

triliun naik 68 persen jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya Penerimaan pajak

dalam negeri memberikan kontribusi Rp667 triliun atau 917 persen sedangkan penerimaan

pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar atau 83 persen Pajak

Pertambahan Penghasilan (PPh) merupakan penyumbang penerimaan yang terbesar yakni

Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak Pertambahan Nilai (PPn) yakni Rp307

triliun atau 46 persen Untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) selama tahun 2019

mencapai Rp82375 miliar turun Rp3776 miliar atau 438 persen dibanding penerimaan

tahun sebelumnya PNBP tersebut bersumber dari Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)

sebesar Rp42092 miliar dan PNBP lainnya Sebesar Rp40282 miliar

Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019

yaitu sebesar Rp3147 triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar

Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2098 triliun Realisasi

Belanja pemerintah pusat sebesar Rp96 triliun Sedangkan untuk Transfer ke Daerah dan

dana desa terealisasi Rp2034 triliun

Angka Pertumbuhan Ekonomidi Kalimantan Barat

Pertumbuhan Ekonomi

20172018

2019

Pagu dan Realisasi APBN 2019sd 31 Desember 2019

Pajak

PNBP

Belanja Modal

Belanja Bantuan Sosial

87

155

Realisasi

Pagu Realisasi

Rp837 T Rp729 T

Rp053 T Rp082 T

2017 2018 2019

517

500

505

510

515

520

000

506

500

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)di Kalimantan Barat

Indeks Pembangunan Manusia

20172018

2019

2017 2018 2019

6626

6600

6620

6640

6660

6680

000

6698

na

Angka Kemiskinandi Kalimantan Barat

Angka Kemiskinan

20172018

2019

2017 2018 2019

788

700

720

740

760

780

000

737

728

Angka Penganggurandi Kalimantan Barat

7000

800

Angka Pengangguran

20172018

2019

2017 2018 2019

436

400

410

420

430

440

000

426

445450

517

506

500

788

737

728

6626

6698

na

436

426

445

Gini Rasio Kalimantan Barat

03270318

2018

2019

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Gini Rasio Kalimantan Barat

Pendapatan

Belanja

93

97

Rp1049 T Rp971 T

Rp2098 T Rp2034 T

sd 31 Desember 2019

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Transfer

Belanja Operasi

Belanja Modal

108

101

Realisasi

Pagu Realisasi

Rp376 T Rp405T

Rp2072 T Rp2085T

Pendapatan

Belanja

95

96

Rp1691 T Rp1608 T

Rp52 T Rp498 T

Belanja Tak Terduga

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Pagu dan Realisasi APBD 2019

Belanja Transfer

Rp095 T Rp074T

Rp032 T Rp006T

Rp389 T Rp403T

19

104

78

Perkembangan Indikator Ekonomi

Capaian Program Prioritas Nasional (PN) Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019

Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan DasarPagu Realisasi

Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan KemaritimanPagu Realisasi

Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian Industri Pariwisata dan Jasa Produktif LainnyaPagu Realisasi

Pemantapan Ketahanan Energi Pangan dan Sumber Daya AirPagu Realisasi

Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan PemiluPagu Realisasi

85

73

95

86

89

Rp1741 M Rp1488 M

Rp230 M Rp167 M

Rp84 M Rp80 M

Rp336 M Rp289 M

Rp351 M Rp313 M

Realisasi Terhadap Pagu

Beberapa Pembangunan Hasil Dana APBN 2019 di Kalimantan Barat

Pembuatan Tempat Pembudidayaan Ikan Prodi Agrobisnis Perikanan Poltesa

Pembangunan Gedung Pembelajaran Terpadu MAN IC Sambas

Pembangunan Dermaga Speed Di Bungan Jaya

Pembangunan Infrastruktur Ekowisatadi Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun

Pengadaan dan pemasanganPenerangan Jalan Umum dengan solar cell

Pengadaan Benih Padi 445000 KgDistan TPH Prov Kalbar

Pembangun Terminal Barang Internasional Aruk Tahap III

Restorasi dan Penataan Kawasan Masjid Jami Beting Kota Pontianak

Pelapis Landasan PacuBandara Tebelian

Pembangunan Pasar Rakyat Tampun Juah Kab Sanggau

Pembangunan Jembatan Komposit 11 Meter (5 Unit) di Kab Kayong Utara

Pembangunan Konstruksi Pasar Rakyat Kyai Bandar Laut di Kab Ketapang

KPPN SINGKAWANG

KPPN PONTIANAK

KPPN PUTUSSIBAU

KPPN SANGGAU KPPN

SINTANG

KPPN KETAPANG

Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Nanga Era

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Sanggau

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Bengkayang

Revitalisasi Pasar Sukadana di Kab Kayong Utara

Realisasi Dana Desa

2017 2018 2019Realisasi Dana Desa

Pagu Realisasi

Rp1695 M Rp1693 M

Rp1616 M Rp1615 M20172018

Rp1992 M Rp1987 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

2000 M

1900 M

1800 M

1700 M

1600 M

1500 M

(Rp)

997998

999

2017 2018 2019Pagu DAK Fisik

Pagu Realisasi

Rp2457 M Rp2281 M

Rp2998 M Rp2794 M20172018

Rp2614 M Rp2447 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

3000 M

2800 M

2600 M

2400 M

2200 M

2000 M

(Rp)

931

928

999

936

Realisasi DAK Fisik

Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik

2017 2018 2019Pagu DAK Fisik

Pagu Realisasi

Rp2457 M Rp2281 M

Rp2998 M Rp2794 M20172018

Rp2614 M Rp2447 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

3000 M

2800 M

2600 M

2400 M

2200 M

2000 M

(Rp)

931

928

999

936

Realisasi DAK Fisik

Realisasi Kredit Ultra Mikro (UMi)

2017 2018 2019Jumlah Debitur

Debitur Realisasi

2124 Rp84 M

1913 Rp44 M20172018

Rp104 M2019

10 M

8 M

6 M

4 M

2 M

(Rp)

1913

2124

Realisasi UMi

2342

2737 12 M

Jumlah DebiturRealisasi UMi

Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)

2017 2018 2019

Debitur Realisasi

41511 Rp1615 M

34704 Rp1120 M20172018

44498 Rp1808 M2019

2000 M

1800 M

1600 M

1400 M

1200 M

(Rp)

34704

41511

44498

Jumlah DebiturRealisasi KUR

BAB I

SASARAN

PEMBANGUNAN

DAN TANTANGAN

DAERAH

Pulau Karimata Kayong UtaraMerupakan pulau dengan status Suaka Alam L a u t ( S A L ) y a n g m e n a w a r k a n p e s o n a ekosis tem terumbu karang hutan panta i hutan mangrove sampai dengan ekosistem perbukitan tinggi

1

11 PENDAHULUAN

Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di

daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata Oleh sebab itu untuk

mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur

pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian

anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD Sesuai dengan Undang-Undang

Keuangan Nomor 17 Tahun 2003 pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan

negara adalah Presiden sedangkan di daerah adalah GubernurBupatiWalikota oleh

karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah maka diperlukan sinergi

dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan

dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien

Selanjutnya kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran

pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan

daerah dalam memastikan efektifitasnya Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat

alokasi distribusi dan stabilisasi maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu

meningkatkan perbaikan dan kualitas indicator-indikator ekonomi makro dan

kesejahteraan di daerah Oleh karena itu kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari

perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan

Tidak terlepas dari hal tersebut maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi

perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan

terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi sosial-

kependudukan serta tantangan wilayahnya sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui

program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi

12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Masa jabatan Gubernur Kalimantan Barat periode 2018-2023 merupakan periode

lima tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kalimantan Barat Tahun 2005-2025 Dalam RPJPD dikemukakan bahwa visi

pembangunan jangka panjang Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2025 adalah

ldquoKalimantan Barat Bersatu dan Majurdquo

2

Visi misi dan arah pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJPD 2005-

2025 menjadi acuan dalam merumuskan visi pembangunan daerah tahun 2018ndash2023

yaitu ldquoTerwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Barat Melalui

Percepatan Pembangunan Infrastruktur Dan Perbaikan Tata Kelola

Pemerintahanrdquo Pada kepemimpinan 5 (lima) tahun mendatang percepatan

pembangunan infrastruktur akan menjadi fokus utama

Sementara itu misi pembangunan Provinsi Kalimantan Barat yang akan

dilaksanakan adalah sebagai berikut

1 Mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur

Percepatan pembangunan infrastruktur ini bertujuan untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah serta perbatasan Indeks infrastruktur

Kalimantan Barat direncanakan mencapai 5993 di Tahun 2019

Sasaran dari misi ini adalah peningkatan ketersediaan infrastruktur pasokan

tenaga listrik jaringan transportasi (yang meliputi pelayanan konektivitas dan

keselamatan) kapasitas dan kualitas jalan ataupun jembatan Pengelolaan

Sumber Daya Air kualitas infrastruktur permukiman perdesaan (sesuai dengan

Indeks Desa Membangun) maupun perkotaan ketaatan terhadap rencana tata

ruang meningkatnya Infrastruktur daerah serta perbatasan

2 Mewujudkan tata kelola pemerintahan berkualitas dengan prinsip-prinsip Good

Governance

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan

daerah dengan target Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai SAKIP Prov

Kalimantan Barat mencapai A pada tahun 2025

Hal ini ditunjukkan dengan sasaran peningkatan pada kualitas Kelitbangan

untuk mendukung kebijakan daerah Indeks Kepuasan Pelayanan DPRD

pelayanan umum pengelolaan administrasi keuangan dan aset di lingkungan

Sekretariat Daerah dan Rumah Jabatan kelembagaan perangkat daerah yang

tepat fungsi dan tepat ukuran penyelenggaraan ketatalaksanaan pemerintah

daerah penataan sistem manajemen SDM Aparatur berdasarkan merit system

Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Desa Pengelolaan Arsip Daerah pembinaan

dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah terselenggaranya Penataan

Daerah dan Pembinaan Wilayah terkoordinirnya dan tertatanya kegiatan

kerjasama dalam negeri dan luar negeri dalam menunjang pembangunan di

Provinsi Kalimantan Barat meningkatnya pengelolaan wilayah perbatasan

meningkatnya komunikasi kebijakan pembangunan daerah

3

3 Mewujudkan masyarakat yang sehat cerdas produktif dan inovatif

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dengan indikator sasaran

peningkatan IPM dari angka 6626 menjadi 672 di tahun 2019 Sasaran misi ini

adalah meningkatkan kualitas pendidikan kebudayaan dan literasi peningkatan

kualitas kesehatan meningkatkan kualitas pemuda meningkatakan capaian

indeks pembangunan gender dan Indeks pemberdayaan gender meningkatakan

perlindungan terhadap perempuan dan anak meningkatkan ketersediaan

keterjangkauan dan pemanfaatan pangan meningkatakan fasilitasi program KB

Keluarga Sejahtera dan Pengendalian Penduduk

4 Mewujudkan masyarakat sejahtera

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarat secara merata

mengurangi kemiskinan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi dari 506

ditargetkan 520 pada tahun 2019 dan jumlah desa mandiri dari 1 ditargetkan

mencapai 63 desa mandiri Selanjutnya tujuan lainnya adalah mengurangi

kemiskinan dan pengangguran dengan target menurunkan angka tingkat

penggangguran terbuka dari 413 menjadi 390 pada tahun 2019 Beberapa

sasarannya terkendalinya penyakit menular strategis zoonosis meningkatnya

produksi peternakan terwujudnya kedaulatan pangan sektor keluatan dan

perikanan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produksi perikanan

5 Mewujudkan masyarakat yang tertib

Hal ini bertujuan meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat

Sasaran dari misi ini adalah meningkatkan skor Indeks Demokrasi Aspek

Kebebasan Sipil dari 9715 menjadi 9735 di tahun 2019 penyelenggaraan

pelayanan Trantibumlinmas meningkatnya jumlah orang atau kelompok

masyarakat miskin yang memperoleh bantuan hukum litigasi dan non litigasi

meningkatnya upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam rangka pengurangan

risiko bencana meningkatkan penanganan kedaruratan dan pendistribusian

logistik pada daerah terkena bencana meningkatkan penanganan rehabilitasi dan

rekonstruksi pasca bencana

6 Mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan

target sasaran Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kalimantan Barat Tahun 2019

di angka 6620 Dengan sasaran lainnya menurunnya luas kerusakan Kawasan

hutan melalui rehabilitasi hutan dan layanan krisis dan ketaatan terhadap

pencana tata ruang meningkat

4

122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dijabarkan ke

dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan

pembangunan tahunan yang disusun berikut rancangan prioritas dan sasaran

pembangunan daerah

a Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Kondisi infrastruktur di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2018 apabila

dilihat dari Indeks Infrastruktur adalah sebesar 5661 Angka Indeks Infrastruktur

merupakan indeks yang menggambarkan kondisi infrastruktur di Kalimantan Barat

pada tahun 2018 yang meliputi variabel Jalan Kondisi Mantap Provinsi sebesar

4971 Irigasi Kondisi Mantap sebesar 4676 Rumah Tangga Bersanitasi

sebesar 4838 Rumah Tangga dengan Air Bersih sebesar 5520 dan Rasio

Elektrifikasi sebesar 83 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan

dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas

Perhubungan dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kalimantan Barat

Untuk tahun 2020 indeks infrastruktur Kalimantan Barat ditargetkan

meningkat menjadi 6300 yang tentunya merata di seluruh Kabupaten Kota di

Kalimantan Barat

Tabel I1

Target Indeks Infrastruktur Kalimantan Barat Tahun 2020 Indikator Kondisi

Awal (2018)

Taget

2019 2020

1 2 3 4

Persentase Panjang Jalan Provinsi Dalam Kondisi Mantap

4971 5668 6219

Rumah Tangga Sanitasi 4838 5188 5549

Persentase Akses Penduduk Air Minum

5520 5830 6120

Rasio Elektrifikasi 8300 8500 8700

Persentase Irigasi Provinsi dalam Kondisi Baik

4676 4778 4890

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tahun 2020 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMD Provinsi

Kalimantan Barat Tahun 2018 ndash 2023 dimana tahun 2020 ditetapkan sebagai

Tahap Percepatan (Pemerataan infrastruktur dasar dan aksesibilitas antar wilayah

dalam rangka percepatan mewujudkan desa mandiri) Pembangunan dalam tahap

kedua lebih diarahkan pada upaya peningkatan status desa menuju desa mandiri

Apalagi bila dikaitkan dengan target RPJMD yang menetapkan sasaran pada

pencapaian desa mandiri tahun 2023 kurang lebih 400 desa mandiri Oleh karena

itu salah satu pilihan strategi yang memiliki dampak bagi peningkatan status desa

5

mandiri diantaranya melalui Pemerataan infrastruktur dasar serta pemerataan

aksesibilitas antar wilayah

b Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah

Kualitas tata kelola pemerintahan daerah di Provinsi Kalimantan Barat yang

diukur melalui Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah berada pada kondisi baik dimana nilai Indeks Reformasi

Birokrasi berada pada nilai B Dan Nilai SAKIP berada pada predikat B dengan

nilai 6401 Untuk Kabupaten Kota di Kalimantan Barat dari 14 Kabupaten Kota

hanya 1 daerah yaitu Kota Pontianak yang sudah mendapatkan predikat BB pada

nilai SAKIP12 kabupaten dengan predikat B dan yang lainnya masih berada

pada predikat CC dan C pada tahun 2018

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa

Perangkat Daerah yaitu Biro Adminsitasi Pembangunan dan Pengadaan Barang

dan Jasa Biro Pengelolaan Aset Biro Hukum Biro Humas dan Protokol serta Biro

Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Barat Selain itu juga didukung

oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Kepegawaian Daerah

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Penelitian dan

Pengembangan Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Daerah Provinsi Kalimantan Barat

c Mewujudkan Masyarakat Sejahtera

Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan melalui beberapa

indikator yaitu

- Pertumbuhan Ekonomi tahun 2018 ada di angka 506 tahun 2019 535 dan

ditargetkan tumbuh 535 pada tahun 2020

- Penurunan Angka Kemiskinan sebelumnya 737 (2018) 692 (2019)

ditargetkan 643 pada tahun 2020

- Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka sebelumnya 413 (2018) 390

(2019) ditargetkan menurun 363 pada tahun 2020

- Gini Rasio Kalimantan Barat ditargetkan menjadi 032 pada tahun 2020

- Jumlah Desa Mandiri di Kalimantan Barat dari 1 (2018) 63 (2019 namun

tercapai 87) ditarget 159 desa pada tahun 2020

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa

Perangkat Daerah yaitu Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Dinas

Perkebunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pangan

Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Kehutanan Dinas Kelautan dan

Perikanan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pemuda Olahraga dan

6

Pariwisata Dinas Koperasi dan UKM Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintahan Desa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Sosial Pada tahun 2020

berikut target mewujudkan masyarakat sejahtera

Tabel I2

Target Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Tahun 2020

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tabel I3

Target Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kota Tahun 2020 No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 850 ndash 842 842 ndash 833

2 Bengkayang 742 ndash 738 738 ndash 736

3 Landak 1319-1212 1212-1202

4 Mempawah 584 ndash 582 582 ndash 581

5 Sanggau 457 ndash 455 455 ndash 451

6 Ketapang 1163-1093 1093-1084

7 Sintang 1027-1018 1018-1015

8 Kapuas Hulu 1001-938 938-931

9 Sekadau 647-640 640-638

10 Melawi 1277-1250 1250-1247

11 Kayong Utara 1006-986 986-983

12 Kubu Raya 540 ndash 522 522-518

13 Kota Pontianak 536-535 535-534

14 Kota Singkawang 578 ndash 535 535 ndash 531

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tabel I4

Target Tingkat Penganggauran Terbuka Kabupaten Kota Tahun 2020

No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 334 ndash 332 332 ndash 329

2 Bengkayang 240 ndash 238 238 ndash 235

3 Landak 229 ndash 226 226 ndash 224

4 Mempawah 617 ndash 615 615 ndash 543

5 Sanggau 247 ndash 243 243 ndash 239

No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 525 ndash 529 533 ndash 537

2 Bengkayang 584 ndash 602 610 ndash 620

3 Landak 525 ndash 529 530 ndash 533

4 Mempawah 521 ndash 529 535 ndash 537

5 Sanggau 471 ndash 492 509 ndash 513

6 Ketapang 741 ndash 761 771 ndash 781

7 Sintang 539 ndash 545 549 ndash 551

8 Kapuas Hulu 542 ndash 548 550 ndash 554

9 Sekadau 583 ndash 585 587 ndash 589

10 Melawi 488 ndash 497 501 ndash 506

11 Kayong Utara 545 ndash 550 551 ndash 553

12 Kubu Raya 673 ndash 683 690 ndash 696

13 Kota Pontianak 550 ndash 562 585 ndash 591

14 Kota Singkawang 576 ndash 600 615 ndash 623

7

6 Ketapang 323 ndash 321 321 ndash 319

7 Sintang 158 ndash 156 232 ndash 230

8 Kapuas Hulu 280 ndash 274 156 ndash 154

9 Sekadau 315 ndash 311 274 ndash 268

10 Melawi 39 ndash 392 311 ndash 307

11 Kayong Utara 393 ndash 392 392 ndash 391

12 Kubu Raya 656 ndash 643 643 ndash 629

13 Kota Pontianak 505 ndash 493 493 ndash 481

14 Kota Singkawang 542 ndash 535 535 ndash 528

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

d Mewujudkan Masyarakat yang Tertib

Misi ini bertujuan untuk meningkatkan ketentraman dan ketertiban

masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat Keberhasilan pencapaian misi ini

ditunjukan dengan indikator yaitu tidak adanya Konflik Sosial yang terjadi di

Kalimantan Barat dan meningkatnya indeks kebebasan sipil dari 9715 (2018)

menjadi 9735 (2019) sementara itu tahun 2020 ditargetkan mendapat 9755

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa Perangkat

Daerah yaitu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Satuan Polisi Pamong Praja

Biro Hukum Sekretariat Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Provinsi Kalimantan Barat

e Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Misi mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan bertujuan untuk

meningkatnya kualitas lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Barat

Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan indikator Indeks Kualitas

Lingkungan Hidup mencapai angka 6620 (2019) dan tahun 2020 ditargetkan

pada angka 6640 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh

beberapa Perangkat Daerah yaitu Dinas Perumahan Rakyat Kawasan

Permukiman dan Lingkungan Hidup Dinas Kehutanan dan Dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Barat

13 TANTANGAN DAERAH

131 Tantangan Ekonomi Daerah

Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan merupakan kekuatan utama

perekonomian di Kalimantan Barat PDRB sektor pertanian tumbuh 50 persen dan

memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan

Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019 Sektor Pertanian Kehutanan dan

Perikanan banyak disumbang oleh hasil Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan

Karet Sejalan dengan tersebut serapan tenaga kerja di Kalimantan Barat cukup

mencerminkan kesesuaian dengan struktur PDRB Lapangan usaha penyerap tenaga

kerja utama di Provinsi Kalimantan Barat adalah lapangan usaha pertanian Dengan

8

demikian upaya mempertahankan maupun meningkatkan kinerja lapangan usaha

pertanian di Kalimantan Barat perlu menjadi perhatian serius

Sementara itu terkait dengan ketenagakerjaaan Kalimantan Barat tahun 2019

jumlah penduduk pencari kerja meningkat sebesar 577 persen dibandingkan dengan

Agustus 2018 Meningkatnya jumlah pengangguran disebabkan adanya penurunan

penyerapan tenaga kerja pada beberapa lapangan usaha Dalam evaluasi RKPD

Tahun 2020 juga dicantumkan mengenai permasalahan tingginya angka

pengangguran di Kalimantan Barat sehingga perlu dilakukan langkah kongkrit dalam

upaya mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan kerja yang

berkualitas Selain itu permasalahan lainnya tenaga kerja belum terserap sesuai

pasar kerja dan belum terserap secara maksimal di berbagai sektor lapangan usaha

Dilihat dari segi pembiayaan pemerintah sudah meluncurkan Kredit Usaha

Rakyat (KUR) untuk mempermudah pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan

yang murah KUR ditargetkan secara nasional 60 persennya menyasar pada sektor

produktif Sehingga sesuai dengan sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan yang

menjadi kekuatan Kalimantan Barat Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada

Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp 179 Triliun Pemerintah Daerah perlu

menseriusi perannya sebagai penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima

KUR Harapannya UMKM dapat mendorong perekonomian Kalimantan Barat

Dari segi infrastruktur kondisi jalan Provinsi dari tahun 2013 hingga tahun 2017

dalam kondisi mantap terus mengalami perbaikan akan tetapi pada tahun 2018

persentase jalan provinsi dalam kondisi mantap mengalami penurunan menjadi

sebesar 4971 persen Sejalan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo pada tahun

2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur pembangunan jalan juga menjadi fokus

dari Pemerintah Dearah Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam

proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai

Jalur Transportasi bagi masyarakat dan kondisi jalan akan sangat berpengaruh

133 Tantangan Sosial Kependudukan

Berdasarkan data Agregat Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018 semester II berjumlah sekitar 5422814 jiwa 5148 persen atau 2791477

jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4852 persen atau 2631337 jiwa adalah

perempuan Dengan luas wilayah 147307 Km2 maka kepadatan penduduk

Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 37 jiwa km2

Berdasarkan kelompok umur sebesar 6980 persen atau sebanyak 3784929

jiwa merupakan kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun) Tingginya penduduk

usia produktif memberikan keuntungan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat

9

Sementara itu untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2018 yakni sebesar 2529

persen atau sebanyak 1371397 jiwa sedangkan untuk penduduk usia lanjut usia

(kelompok 65 tahun ke atas) sebesar 491 persen atau sebanyak 266488 jiwa

Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengetahui seberapa banyak

penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas Pendidikan sesuai

dengan jenjang pendidikannya Selama periode 2014-2018 APM SDMI telah berada

di atas angka 90 persen Hal ini menunjukkan sebesar 90 an persen penduduk

kelompok umur 7-12 tahun bersekolah dijenjang SD sementara APM SMPMTS masih

di angka 70 persen dan APM SMASMKMTS masih di bawah 70 persen Berdasarkan

Pendidikan Penduduk Provinsi Kalimantan Barat pada Semester I Tahun 2019

terdapat 146 juta belumtidak sekolah 804 ribu tamat SDSederajat 147 tamat

SDSederajat 700 ribu tamat SLTPSederajat 767 ribu tamat SLTASederajat 53 ribu

menempuh Pendidikan D1D2 53 ribu menempuh pendidikan akademiD3S Muda

133 ribu menempuh pendidikan D4S1 4 ribu menempuh Pendidikan S2 dan 444

menempuh Pendidikan S3

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh

Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Barat masih

terdapat 524 persen balita dengan status gizi buruk dan 1859 persen balita dengan

status gizi kurang Balita gizi buruk dan gizi kurang tersebar di 14 (empat belas)

kabupatenkota se-Kalimantan Barat Kabupaten Melawi merupakan Kabupaten

dengan persentase balita dengan status gizi buruk sebsar 869 persen Sedangkan

Kabupaten Sambas merupakan Kabupaten dengan persentase balita dengan status

gizi kurang terbesar yakni 2605 persen Jika dibandingkan hasil Riskesdas tahun

2013 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 telah mengalami

penurunan

133 Tantangan Geografi Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat merupakan Provinsi terluas ke-4 di Indonesia dengan

luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih luas dari seluruh pulau Jawa

Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (6302) dan areal

perkebunan mencapai 2469386 ha atau 1682 persen Sementara itu areal untuk

pemukiman hanya berkisar 035 persen

Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019

Dengan luas wilayah ini menjadi tantangan pemerintah membuka akses jalan antar daerah yang banyak terpisah oleh sungai dan hutan Pembangunan infrastruktur menjadi kunci utama Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai Jalur Transportasi bagi masyarakat

Danau Sentarum Kapuas HuluPada musim penghujan tiba Danau Sentarum akan tergenang air selama 6-14 meter Sementara itu pada musim kemarau 80 persen air danau akan mengering

BAB II

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

EKONOMI

REGIONAL

10

21 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL

211 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010 (ADHK) Provinsi

Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar Rp13712 triliun sedangkan berdasarkan

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai sebesar Rp21232 triliun dengan PDRB

per kapita mencapai sebesar Rp4188 juta Sementara itu PDB Indonesia tahun 2019

mencapai Rp158339 triliun dan kontribusi PDRB Provinsi Kalimantan Barat hanya

sebesar 134 persen terhadap pembentukan PDB nasional

Tabel II1

PDRB Atas Dasar Berlaku dan Harga Konstan Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (triliun rupiah)

No PDRB Tahun 2018 Total Tahun 2019 Total

I II III IV I II III IV

1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

4692 4643 4986 5095 19403 4689 5060 5452 5586 21232

2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan

3215 3136 3328 3385 13058 3376 3294 3491 3545 13712

3 Laju Pertumbuhan Kalbar

511 518 501 507 506 507 508 495 466 500

4 Laju Pertumbuhan Nasional

506 527 517 518 517 518 507 505 497 502

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

a Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019

mengalami perlambatan yaitu hanya 500 persen apabila dibandingkan dengan

tahun sebelumnya yaitu sebesar 506 persen dan lebih rendah jika dibandingkan

dengan kinerja perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 502 persen hal ini

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan

Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian

11

Grafik II1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

Sumber data BPS Kalbar 2019(diolah)

Tren pertumbuhan ekonomi per-triwulanan Kalimantan Barat tahun 2019

mengalami penurunan sejak triwulan II sebesar 508 persen menjadi 466 persen

pada triwulan IV hal ini dialami juga pertumbuhan ekonomi nasional yang

cenderung menurun sejak triwulan I sebesar 518 persen menjadi 497 persen

pada tiwulan IV Penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulanan tahun 2019

utamanya didorong oleh Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

sebesar 661 persen Real Estate sebesar 543 persen dan Jasa Perusahaan

sebesar 483 persen

b Nominal PDRB

PDRB Kalimantan Barat atas dasar harga yang berlaku tahun 2019 adalah

sebesar Rp21232 triliun atau naik 943 persen dibandingkan tahun sebelumnya

dimana pertumbuhan yang dominan adalah sektor pembentuk Jasa Lainnya

Industri Pengolahan dan Jasa Kesehatan dan Sosial sedangkan PDRB atas dasar

harga konstan tahun 2019 adalah sebesar Rp13712 triliun atau naik 501 persen

dibandingkan tahun 2018

1) PDRB Menurut Pengeluaran

Perkembangan PDRB dari menurut pengeluaran ADHK secara triwulanan

pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan pada triwulan III dan IV khusus

untuk triwulan IV dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seluruh komponen

terjadi peningkatan kecuali komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 869

persen dan komponen Pengeluaran Konsumsi LNRT sebesar 233 persen

12

Tabel II2

PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat atas dasar Harga Konstan (ADHK)

No Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)

I II III IV

1 Konsumsi Rumah Tangga 1794 1843 1813 1825

2 Konsumsi LNRT 041 043 043 042

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 345 355 386 469

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 968 997 1045 1087

5 Perubahan Inventori 090 (060) - 131

6 Ekspor 347 390 449 410

7 Impor 163 274 321 419

PDRB 3376 3294 3491 3545

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Laju pertumbuhan PDRB (ADHK) menurut pengeluaran selama tahun 2018

dan tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel II3

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran

No Komponen 2018 2019

(triliun Rp)

() (triliun Rp)

()

1 Konsumsi Rumah Tangga 6965 564 7275 496

2 Konsumsi LNPRT 156 968 169 886

3 Konsumsi Pemerintah 1490 382 1555 502

4 Modal Tetap Bruto 4041 282 4097 139

5 Perubahan Inventori 115 - 161 -

6 Ekspor Barang Jasa 1486 366 1596 1012

7 Impor Barang dan Jasa 1189 2864 1177 586

PDRB 13058 506 13712 500

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Kalimantan Barat 2019

yang tertinggi adalah komponen Ekspor Barang dan Jasa yaitu 1012 persen

dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun selanjutnya adalah Konsumsi

LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan jasa utamanya

berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan

Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet

Perkembangan PDRB menurut pengeluaran ADHB secara triwulanan

tahun 2019 cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya kecuali

komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 124 persen

13

Tabel II4

PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

` Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)

I II III IV

1 Konsumsi Rumah Tangga 2785 2847 2817 2824

2 Konsumsi LNRT 066 069 067 072

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

496 531 634 746

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1604 1634 1727 1851

5 Perubhan Inventori 166 (093) - 141

6 Ekspor 432 685 646 638

7 Impor 337 613 524 686

PDRB 4689 5060 5452 5586

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Distribusi PDRB (ADHB) menurut pengeluaran selama tahun 2018 dan

tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel I5

Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

No Komponen 2018 2019

(triliun Rp)

() (triliun Rp)

()

1 Konsumsi Rumah Tangga 10478 5436 11273 5321

2 Konsumsi LNPRT 233 122 274 129

3 Konsumsi Pemerintah 2259 1161 2407 1129

4 Modal Tetap Bruto 6312 3302 6816 3210

5 Perubahan Inventori 257 091 214 098

6 Ekspor Barang dan Jasa 1954 1009 2401 1185

7 (-) Impor Barang dan Jasa 2250 1101 2160 1111

PDRB 19403 10000 21232 10000

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

PDRB (ADHB) Kalbar tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar

Rp1829 triliun (943 persen) menjadi sebesar Rp21232 triliun dibandingkan

tahun 2018 Konsumsi rumah tangga memiliki porsi hingga 5321 persen

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3210 persen dan konsumsi

Pemerintah hanya sebesar 1129 persen Sebagai komponen utama PDRB

konsumsi rumah tangga meningkat sebesar Rp795 triliun (759 persen) seiring

dengan membaiknya tingkat pendapatan per kapita masyarakat Kalimantan

Barat meningkat menjadi sebesar 4188 juta atau 797 persen dari tahun yang

14

lalu namun tidak diikuti kontribusinya yang mengalami penurunan sebesar 115

persen

a) Konsumsi

Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar

2019 terhadap Laju pertumbuhan komponen Konsumsi Rumah Tangga

mengalami penurunan sebesar 068 persen dibandingkan tahun

sebelumnya walaupun dari segi nilai nominal ADHB terjadi peningkatan

sebesar Rp795 triliun atau 759 persen yang disebabkan oleh pergeseran

pola konsumsi masyarakat akibat perkembangan teknologi yakni

pergeseran jenis konsumsi masyarakat dari barang-barang konsumsi

(makanan minuman barang-barang lainnya) kepada kebutuhan lainnya

(jasa kesehatanpendidikanrekreasi)

Tabel I6

Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar 5438 5436 5321

2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 9651 10478 11273

3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 6590 6965 7275

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 456 564 496

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

b) Investasi

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMBT) kontribusinya terhadap PDRB

tahun 2019 adalah sebesar 3210 persen turun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yang sebesar 3302 sementara itu secara nominal berdasarkan

ADHB nilainya naik sebesar Rp504 miliar dan laju pertumbuhan

komponennya turun sebesar 143 persen dibandingkan dengan tahun 2018

Tabel I7

Pengaruh Komponen PMTB terhadap PDRB Kalimantan Barat 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 3371 3302 3210

2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 5982 6312 6816

3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 3930 4041 4097

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 233 282 139

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat

pada tahun 2019 mencapai sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25

15

triliun atau 1897 persen dibandingkan dengan tahun 2018 Realisasi

investasi PMDN dan PMA belum sesuai dengan target RPJMD Provinsi

Kalimantan Barat yang ditetapkan sebesar sebesar Rp1875 triliun

Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing

sebesar Rp799 triliun mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya Rp14 triliun sedangkan realisasi investasi PMDN sebesar

Rp769 triliun juga mengalami penurunan sebesar Rp11 triliun Hal ini terjadi

tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa

mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah yang

akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single

Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi

oleh berbagai instansi terkait baik di pusat dan daerah

Grafik II2

Perkembangan Investasi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

SumberBPMPTSP Prov Kalbar

c) Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah pada tahun 2019 memberikan kontribusi

terhadap perekonomian Kalimantan Barat sebesar 1129 persen menurun

dibanding tahun sebelumnya yakni 1161 persen dilihat secara nominal

mengalami kenaikan sebesar Rp148 triliun Laju pertumbuhan mengalami

peningkatan yaitu sebesar 502 persen kebijakan pemerintah pusat yang

cenderung meningkatkan Belanja Negara hingga sebesar Rp87030 miliar

sekitar 287 persen dan juga transfer ke daerah khususnya Dana Desa

sebesar Rp29671 sekitar 1750 persen maka Pemda diharapkan semakin

kreatif dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk pembangunan di

daerah dalam rangka stabilitas pertumbuhan ekonominya

Tabel I8

Pengaruh Komponen Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

16

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 116 1161 1129

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 2059 2259 2407

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1432 1490 1555

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 521 382 502

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

d) Ekspor dan Impor

Kontribusi ekspor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019

sebesar 1185 persen mengalami kenaikan 176 persen dibandingkan tahun

sebelumnya secara nominal terjadi kenaikan sebesar Rp447 triliun

termasuk laju pertumbuhan komponen ekspor juga mengalami kenaikan

sebesar 646 persen dibandingkan tahun 2018

Tabel I9

Pengaruh Komponen Ekspor Barang dan Jasa terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Kinerja ekspor Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai US$116866

juta mengalami kenaikan US$16770 juta dibandingkan dengan tahun 2018

peningkatan didukung oleh naiknya Komoditas ekspor Biji Kerak dan Abu

Logam sebesar US$17422 atau 7871 persen Lemak dan Minyak

HewanNabati sebesar US$5517 atau 7193 persen dan Karet dan Barang

dari karet US$3081 atau 5555 persen dan terjadi penurunan terhadap

volume dan nilai ekspor alumina serta minyak kelapa sawit atau CPO karena

adanya pembatasan dari Uni Eropa

Komoditas ekspor utama adalah Biji Kerak dan Abu Logam sebesar

US$42777 juta Bahan Kimia Anorganik mencapai US$37577 juta serta

Lemak dan Minyak HewanNabati mencapai US$13187 juta dengan negara

tujuan ekspor masih didominasi negara Asia dengan kontribusi sebesar

9642 persen yaitu Tiongkok sebesar US$49979 juta Malaysia sebesar

US$34262 dan India sebesar US$16908 juta

Kontribusi impor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019

sebesar 1111 persen mengalami kenaikan 010 persen dibandingkan tahun

No Komponen 2017 2018 2019

1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar () 796 1009 1185

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1599 1954 2401

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1434 1486 1596

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 4365 366 1012

17

sebelumnya secara nominal terjadi penurunan sebesar Rp090 triliun

demikian juga laju pertumbuhan komponen mengalami penurunan mencapai

586 persen atau 2278 persen dibandingkan tahun 2018 peningkatan

kebutuhan impor utamanya didukung oleh besarnya permintaan barang dan

bahan baku untuk mendukung kegiatan industri pengolahan

Tabel II10

Pengaruh Komponen Impor Barang dan Jasa terhadap PDRB

Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar ()

581 1101 1111

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1823 2250 2160

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1093 1189 1177

4 Laju Pertumbuhan Komponen () -197 2864 586

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Impor Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar US$48225 juta naik

US$1918 juta dibandingkan dengan tahun 2018 komoditas impor utama

adalah Bahan Bakar Mineral sebesar US$19848 juta Mesin-MesinPesawat

Mekanik sebesar US$13410 juta dan Mesin atau Peralatan Listrik sebesar

US$3071 juta Sebagian besar impor berasal dari negara Asia mencapai

9698 persen yaitu Malaysia sebesar US$19561 juta Tiongkok sebesar

US$19516 juta dan Singapura US$4474 juta

Perekonomian Kalimantan Barat selama tahun 2019 menunjukan

perkembangan walaupun tidak sebaik tahun sebelumnya dengan nilai

neraca perdagangan menunjukan surplus sebesar US$68641 juta masih

lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang mengalami surplus sebesar

US$53789

c PDRB per kapita

PDRB per kapita Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 (ADHB) mencapai

Rp4188 juta terjadi peningkatan sebesar 797 persen dibandingkan tahun 2018

namun masih jauh dibawah PDB per kapita nasional yaitu sebesar Rp5910 juta

Peningkatan PDRB per kapita tersebut ternyata belum dinikmati oleh seluruh

lapisan masyarakat karena masih terdapat beberapa masyarakat yang berada

dibawah garis kemiskinan hal ini ditunjukan oleh koefisien gini rasio Kalimantan

Barat 2019 sebesar 0318 yang menunjukan adanya ketimpangan pendapatan

atau kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat artinya pengeluaran

penduduk masih berada kategori ketimpangan yang sedang

18

Tabel II11

PDRB Per Kapita Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

PDRB Per Kapita Kalimantan Barat

Tahun 2017-2019

Uraian 2017 2018 2019

PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku

Nilai (Juta Rupiah) 3598 3879 4188

Nilai (US $) 268929 261953 296000

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 20189(diolah)

212 Suku Bunga

Berdasarkan sumber data Bank Indonesia periode Januari 2019 sd Mei 2019 BI Rate

berada pada level 600 persen kemudian bulan Juni sd September cenderung turun pada

level 575 ndash 525 persen selanjutnya pada bulan Oktober sd Desember 2019 meningkat

hingga level 500 persen Tren menurunnya BI Rate tersebut merupakan antisipasi

terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami penurunan dan sangat

dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Global

Grafik II3

BI Rate Tahun 2019

Sumber data BI 2019 (diolah)

Apabila dicermati bahwa kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal

perekonomian Indonesia merupakan dasar dalam mempertimbangkan penurunan suku

bunga kebijakan Penurunan ini sejalan dengan inflasi yang tetap rendah yaitu kisaran

263 persen dan tetap dapat menarik imbal hasil aset keuangan domestik Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut diantaranya

1 Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang diperkirakan

akan menahan suku bunga di level 15-175 hingga akhir tahun 2020 Hal ini di

19

dorong perekonomian AS masih tumbuh kuat berkisar 2 dengan inflasi 18 yang

artinya perekonomian AS masih ekspansif

2 Di sisi lain kesepakatan perang dagang antara AS dan China tekanan Brexit yang

menurun serta risiko geopolitik yang juga mereda turut memberikan pijakan bagi

bank-bank sentral untuk tidak mengubah arah kebijakan (stance) suku bunga

acuannya

3 Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor eksternal

yakni adanya kecenderungan bank-bank sentral menahan suku bunga acuan

lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya yang masih sesuai dengan

target

4 Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan perkiraan inflasi yang

terkendali dalam kisaran sasaran stabilitas eksternal yang terjaga serta upaya

untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah

perekonomian global yang melambat

5 Kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan terus

diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi

213 Inflasi

Secara umum laju inflasi Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 263 persen dibawah

laju inflasi nasional yaitu 268 persen laju inflasi tahun 2019 ini lebih rendah dibandingkan

dengan dua tahun sebelumnya yaitu 399 persen (tahun 2018) dan 383 persen (tahun

2017)

Grafik I4

Inflasi Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2017-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif

begitu pula inflasi nasional Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen

lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang hanya mencapai 055 persen

Tekanan inflasi ini terjadi adanya peningkatan pada kelompok bahan makanan yang

disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok makanan jadi

20

minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan legislative

yang dilakukan serempak pada tahun 2019 turut mendorong risiko tekanan pada

kelompok makanan Disisi lain Kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan

pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen atau terjadi kenaikan indeks

dari 13658 pada November 2019 menjadi 13829 pada Desember 2019 hal tersebut

dipengaruhi tingginya permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara

tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan ban luar mobil selama periode

Desember dan Tahun Baru pergerakan inflasi bulanan seperti pada tabel dibawah ini

Grafik I5

Laju Inflasi bulanan dan tahunan Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2018-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

Terkendalinya laju inflasi tidak terlepas dari keberadaan forum Tim Pengendalian

Inflasi Daerah (TPID) Kalbar yang dibentuk sebagai wadah koordinasi guna menjaga

kestabilan dan keterjangkauan harga di seluruh wilayah Provinsi Kalbar beberapa upaya

dalam mengendalikan inflasi di Kalimantan Barat antara lain

1 TIPD memfokuskan terutama memitigasi risiko kenaikan harga serta kelancaran

distribusi pasokan bahan pangan

2 Dalam rangka memitigasi risiko kenaikan harga serta distribusi pasokan bahan

pangan strategis tersebut adanya kebijakan yang memacu peningkatan produksi

bahan pangan dan menjaga kelancaran distribusi

3 Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan

komoditas harus diatur oleh pemerintah karena pada dasarnya inflasi sangat terkait

daya beli Daya beli akan membaik jika inflasi rendah dan stabil Daya beli ini juga

mencerminkan miskin tidaknya suatu masyarakat

4 Agar tingkat inflasi bisa dikendalikan mengajak para pengusaha dalam menentukan

harga perlu mempertimbangkan daya beli konsumen Sedangkan untuk konsumen

sendiri harus mampu mengatur tingkat konsumtif

21

214 Nilai Tukar

Menurut data Bank Indonesia (berdasarkan kurs akhir bulanan) nilai tukar Rupiah

terhadap Dolar AS bergerak melemah puncaknya pada bulan Mei 2019 dan selanjutnya

terjadi koreksi pada akhir tahun (Desember) berangsur-angsur kembali menunjukan

perbaikan

Grafik I6

Nilai Tukar US Dolar Terhadap Rupiah Tahun 2019

Sumber data BI 2019

Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka

Rp14313- per US Dollar dan menunjukan perbaikan sampai dengan bulan Juli hingga

menyentuh pada level Rp13956- per US Dollar namun kembali melemah pada Agustus

2019 pada level Rp14166- per US Dollar dan menguat pada akhir tahun 2019 pada

Rp13831- per US Dollar

Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank

Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral

Amerika) yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi

negara maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang

negara emerging market termasuk Rupiah dan disamping juga pengaruh melemahnya

dolar AS terhadap semua mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak

menaikkan tingkat suku bunga terdapat beberapa faktor yang mendorong pergerakan

nilai tukar menjadi stabil dan menguat antara lain

1 Kebijakan suku bunga Tanah Air sudah membuat imbal hasil aset keuangan

Indonesia termasuk obligasi menjadi menarik arus modal asing masuk ke Indonesia

dan menambah pasokan valas di dalam negeri

2 Tingkat kenaikan suku bunga di dunia khususnya di Amerika yang lebih rendah dari

yang diperkirakan

3 Defisit neraca perdagangan atau transaksi berjalan Indonesia yang lebih rendah

dari tahun lalu

22

4 Pasar semakin berkembang di mana saat ini terdapat pasar SWAP dan pasar

transaksi forward atau yang disebut domestic non delivery forward (DNDF)

sementara sebelumnya transaksi valas hanya di pasar tunai atau spot

22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN

221 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Human Development Index (HDI)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo

terjadi peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun

2018 (berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional

7081 Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni

sebesar 6720 poin

Dalam kurun waktu 2014-2018 angka IPM Kalbar mengalami tren perbaikan dan

berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah

masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun

Grafik II7

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2014 sd 2018

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

Rendahnya IPM Kalimantan Barat jika dibandingkan dengan IPM provinsi lain

karena keterbatasan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan

pendidikan dan pekerjaan

Tabel II12

Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2016 sd 2018

No Keterangan 2016 2017 2018

1 Angka harapan hidup (tahun) 6990 6992 7018

2 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 698 705 712

3 Pengeluaran per Kapita Rp (000) Disesuaikan 8348 8472 8860

4 IPM (indek) 6588 6626 6698

5 Peringkat IPM 29 30 30

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

23

Pembangunan Manusia Kalimantan Barat pada tahun 2018 terus mengalami

kemajuan hal ini disebabkan telah berhasil meningkatan 3 aspek esensial diantaranya

angka harapan hidup tumbuh sebesar 037 persen per tahun rata-rata lama sekolah

tumbuh sebesar 192 persen dan pengeluaran per kapita meningkat sebesar 185

persen Pada periode tahun 2018 terdapat 3 (tiga) kabkota dengan pembangunan

manusia yang paling cepat yaitu Kab Mempawah (141 persen) Kab Sintang (141

persen) dan Kab Kubu Raya (139 persen) hal tersebut didorong oleh meningkatnya

dimensi pendidikan di wilayah tersebut sebagaimana pada tabel berikut

Tabel II13

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalbar dan Kabupatenkota 2015-2018

No KabKota 2015 2016 2017 2018

1 Sambas 6414 6494 6592 6661

2 Bengkayang 6465 6545 6599 6685

3 Landak 6412 6458 6493 6545

4 Mempawah 6337 6384 6400 6490

5 Sanggau 6305 639 6461 6515

6 Ketapang 6403 6474 6571 6641

7 Sintang 6418 6478 6515 6607

8 Kapuas Hulu 6373 6383 6418 6503

9 Sekadau 6234 6252 6304 6369

10 Melawai 6378 6425 6443 6505

11 Kayong Utara 6009 6087 6152 6182

12 Kubu Raya 6502 6554 6631 6723

13 Kota Pontianak 7752 7763 7793 7856

14 Kota Singkawang 7003 701 7025 7108

15 KALIMANTAN BARAT 6559 6588 6626 6698

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 2019 BPS

Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengalokasikan Dana Transfer

khususnya DAK Fisik dan Dana Desa yang diharapkan penggunaan dan hasil program

pembangunannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat

222 Tingkat Kemiskinan

Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat mengalami fluktuatif baik dari sisi

jumlah maupun prsentasenya Selama tahun 2019 jumlah penduduk miskin telah

24

dapat ditekan cukup signifikan dari 378410 orang menjadi 370470 0rang

Penurunan terjadi pada penduduk miskin di pedesaan berkurang sebanyak 8580

orang sedangkan penduduk miskin di perkotaan bertambah sebanyak 640 orang

hal ini menunjukan kemampuan perekonomian masyarakat pedesaan mulai

membaik

Grafik II8

Jumlah Penduduk Miskin

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Adapun tingkat kemiskinan Kalimantan Barat bulan September 2019 sebesar

728 persen menurun jika dibandingkan dengan Maret 2019 sebesar 749 persen

namun masih di bawah tingkat kemiskinan nasional sebesar 922 persen

sebagaimana tabel berikut

Grafik II9

Tingkat Kemiskinan

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Garis kemiskinan Kalimantan Barat cenderung meningkat setiap periode pada

bulan September 2019 sebesar Rp452899 per kapitabulan meningkat Rp14344

dibandingkan bulan Maret 2019 sebesar Rp438555 Garis Kemiskinan Makanan

memiliki peranan 7765 persen sedangkan selebihnya 2235 persen adalah Garis

Kemiskinan Bukan Makanan Apabila dilihat secara regional Kalimantan Garis

Kemiskinan Kalbar adalah yang terendah dan belum beranjak dari tahun ketahun

yaitu hanya sebesar Rp452899- per kapitabulan dan yang tertinggi adalah

25

Kalimantan Utara sebesar Rp667833- perkapitabulan sementara itu nasional

adalah sebesar Rp440538- perkapitabulan

223 Ketimpangan (Gini Ratio)

Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik

apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan

masih lebih baik dari pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380)

Ketimpangan pendapatan terjadi karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan

faktor produksi sehingga pihak-pihak yang memiliki faktor produksi akan

memperoleh pendapatan yang lebih banyak

Grafik I10

Koefisien Gini Rasio Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Pemerintah memiliki peranan penting dalam melakukan distribusi pendapatan

melalui kebijakan fiskal Usaha yang dapat dilakukan adalah meratakan kepemilikan

faktor produksi dengan menetapkan pajak progresif atas pendapatan dan kekayaan

masyarakat berpenghasilan tinggi sedangkan masyarakat berpenghasilan rendah

dapat diberikan kredit lunak sebagai modal usaha dan peningkatan kualitas sumber

daya manusia melalui program pendidikan pelatihan dan peningkatan layanan

kesehatan

224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran

Angkatan kerja Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai 2479 ribu orang

meningkat 28 ribu orang dibandingkan tahun 2018 Dari jumlah tersebut 9556

persen bekerja sedangkan 444 persen menganggur Kenaikan angkatan kerja pada

tahun 2019 belum sepenuhnya terserap pada lapangan kerja yang tersedia

sebagaimana grafik berikut ini

Grafik I11 Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

26

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat 2018 BPS

23 EFFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN

REGIONAL

Pemda Provinsi Kalimantan Barat melalui RPJMD 2019 ndash 2023 yang dijabarkan

kedalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) telah menetapkan Kebijakan Pembangunan

Ekonomi Makro melalui penetapan serangkaian sasaran indikator makro pembangunan

perekonomian Kalimantan Barat

Prospek pembangunan ekonomi Kalimantan Barat diharapkan selalu mengalami

pertumbuhan dalam arti luas dan berkualitas yaitu

Persentase penduduk di atas 15 tahun yang bekerja menurut Status pekerjaan

didominasi status pekerjaan Utama sebagai BuruhKaryawanPegawai sebanyak

874357 orang atau 3691 persen selanjutnya berusaha sendiri sebanyak 518381

orang atau 2188 persen Pekerja Keluargatak dibayar sebanyak 391053 orang atau

1651 persen dan Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar sebanyak

387960 atau 1638 persen Status pekerjaan utama secara umum mengalami

perubahan jika dilihat kondisi bulan Agustus 2019 dari 7 (tujuh) Status terdapat 3

(tiga) mengalami peningkatan diantaranya yang tertinggi dalam penyerapan tenaga

kerja adalah melalui berusaha sendiri sebesar 1395 persen Pekerja bebas non

pertanian sebesar 945 persen dan Berusaha dibantu buruh tetap sebesar 604 persen

sementara itu yang mengalami penurunan adalah Berusaha dibantu Buruh Tidak

TetapBuruh tidak dibayar sebesar 691 persen Pekerja bebas pertanian sebesar 368

persen Pekerja Keluargatak dibayar sebesar 327 persen dan

BuruhKaryawanPegawai sebesar 080 persen

27

Tabel II14

Prosentase Penduduk gt 15 Tahun Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2019

No Status Pekerjaan Utama

Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan

()

2015 2016 2017 2018 2019

1 Berusaha Sendiri 477000 476969 482849 454906 518381 1395

2 Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar

402000 402219 363557 416748 387960 -691

3 Berusaha dibantu Buruh Tetap

97000 97192 63913 69429 73625 604

4 BuruhKaryawanPegawai 776000 776498 824430 881446 874357 -080

5 Pekerja Bebas Pertanian 132000 131695 167142 54279 52284 -368

6 Pekerja Bebas Non Pertanian

- - - 65798 71355 845

7 Pekerja Keluargatak Dibayar

403000 403250 401307 404275 391053 -327

Total 2288000 2287823 2303198 2346881 2369015 094

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Salah satu indikator penting dalam ketenagakerjaan adalah TPAK (Tingkat

Partisipasi Angkatan Keraj) Yaitu rasio dalam persen antara jumlah angkatan kerja

terhadap penduduk usia kerja (15 tahun) TPAK Kalimantan Barat periode Agustus

2019 sebesar 6830 persen dan jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6865

persen terjadi penurunan Indikator lain yang cukup penting adalah TPT (Tingkat

Pengangguran Terbuka) yaitu rasio dalam persen antara jumlah pengangguran

terhadap angkatan kerja Angka TPT Kalimantan Barat sebesar 445 persen atau

turun 019 persen terhadap periode Agustus 2018 sebesar 426 persen Kondisi ini

menunjukan ke arah perbaikan walaupun belum dapat mengimbangi peningkatan

jumlah penduduk usia kerja yang bukan merupakan angkatan kerja sebanyak 31000

orang disisi lain adanya kesempatan untuk melakukan pengembangan usaha sendiri

1) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong mengatasi kesenjangan seperti

kesenjangan antar wilayah (kabupatenkota) dan kesenjangan antar sektor

pembangunan

2) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong pengurangan Angka

Kemiskinan

3) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong membuka kesempatan kerja

sekaligus upaya Pengurangan Angka Pengangguran

28

Tabel II15

Perkembangan Capaian Indikator Sasaran Ekonomi Kalbar Tahun 2019

No INDIKATOR 2017 2018 2019

TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI

1 Angka Pertumbuhan Ekonomi ()

512 517 594 506 534 500

2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

6717 6626 6656 6698 6720 na

3 Angka Kemiskinan ()

800 788 672 737 751 728

4 Angka Pengangguran ()

463 436 341 426 419 445

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat Tahun 2019 dan BPS Kalbar (diolah)

a) Asumsi dasar penetapan sasaran pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada

tahun 2019 adalah peningkatan investasi sehingga sektor riil semakin tumbuh dan

berkembang termasuk peran pemerintah dalam mendorong Pembentukan Modal

tetap Bruto melalui pembangunan proyek infrastruktur dan selanjutnya adalah upaya

peningkatan berbagai komoditas utama ekspor menjadi fokus utama paska larangan

ekspor hasil tambang mentah selanjutnya pertumbuhan ekonomi ditargetkan

sebesar 534 persen

Berdasarkan data dari BPS bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat

tahun 2019 adalah sebesar 500 persen lebih rendah dari target yang ditetapkan

sebesar 534 persen capaian tahun ini sama dengan capaian tahun 2018 tidak

berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan Kondisi tersebut mengindikasikan

bahwa dalam menentukan target didalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) belum

sesuai asumsi dasar dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah

kemungkinan dari pergerakan ekspor komoditas utama Kalbar yaitu produk karet dan

CPO yang mengalami hambatan

b) Pencapaian sasaran indikator makro pembangunan perekonomian Kalimantan Barat

tahun 2019 secara umum belum mencapai target yang telah disepakati Hal ini perlu

menjadi perhatian Pemda Prov Kalbar dalam menentukan target pencapaian makro

ekonomi hendaknya berdasarkan pertimbangan yang realistis serta berupaya

menggali potensi ekonomi demi pencapaian target yang telah ditetapkan

Vihara SingkawangKo t a Se r i b u K l e n te n g m e r u pa k a n ju l u k a n Ko t a Singkawang Kota Singkawang menjadi salah satu d a e r a h y a n g b a n y a k d i d i a m i k e t u r u n a n e t n i s Tionghoa

BAB III

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

APBN TINGKAT

REGIONAL

28

31 APBN TINGKAT PROVINSI

Untuk mendukung tercapainya program pembangunan tahun 2019 Provinsi Kalimantan

Barat memperoleh alokasi belanja pemerintah pusat (KL) sebesar Rp1049 triliun dengan

realisasi Rp968 triliun Sedangkan alokasi belanja transfer ke daerah mencapai Rp2098

triliun dengan realisasi Rp2034 triliun

Tabel III1 Postur APBN di Kalbar Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)

Uraian Pagu Tahun 2018

Realisasi Tahun 2018

Pagu Tahun 2019

Realisasi Tahun 2019

Pendapatan Negara 808350 768292 89 890381 810926 1098

a Pendapatan Perpajakan 762842 682135 89 837405 728548 8700

- Pajak dalam negeri 730289 641160 88 783956 667813 8219

- Pajak perdagangan internasional

32553 40975 126 53449 60735 114

b PNBP 45508 86157 189 52976 82378 156

Belanja Negara 3073921 2965481 96 3147383 3002273 9537

Belanja Pemerintah Pusat 1113142 1036601 93 1049477 968007 9224

Transfer ke Daerah dan Dana Desa

1960779 1929626 98 2098406 2034266 9694

Sumber OMSPAN Monev Pa Mebe (diolah)

Dari data diatas dapat diketahui pendapatan negara terealisasi Rp810 triliun atau 109

persen dari target yang telah ditetapkan Realisasi tersebut meningkat 426 miliar atau 555

persen dibanding pendapatan tahun 2018 Penerimaan perpajakan masih menjadi sumber

utama pendapatan negara dengan kontribusi sebesar 82 persen Realisasi pendapatan

pajak tahun 2019 sebesar Rp728 triliun terdiri pajak dalam negeri sebesar Rp667 triliun dan

pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar

Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019

yaitu sebesar Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL)

sebesar Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun

Realisasi Belanja pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer

ke Daerah dan dana desa terealisasi Rp2034 triliun

29

32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Pendapatan pemerintah pusat yang dihimpun di Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari

penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

321 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi

Salah satu sumber penerimaan negara terbesar berasal dari penerimaan perpajakan

Penerimaan perpajakan adalah penerimaan negara yang terdiri atas pajak dalam negeri

dan pajak perdagangan internasional

Tabel III2 Penerimaan Pajak Dalam Negeri di Kalimantan Barat Tahun 2019 (dalam miliar)

SumberSPAN (diolah)

322 Penerimaan Perpajakan

Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa total realisasi penerimaan perpajakan

di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728 triliun naik 672 persen jika dibandingkan

dengan penerimaan tahun 2018 Dari total penerimaan perpajakan tahun 2019 tersebut

pajak dalam negeri memberikan kontribusi sebesar 9166 persen sedangkan pajak

perdagangan internasional sebesar 834 persen Untuk penerimaan Pajak Dalam Negeri

tahun 2019 sebesar Rp667 triliun mengalami kenaikan Rp26108 miliar atau 407 persen

jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya PPh merupakan penyumbang

penerimaan yang terbesar yakni Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak

Penghasilan (PPn) yakni Rp307 triliun atau 46 persen

Meskipun secara nominal terjadi peningkatan penerimaan pajak di Kalimantan Barat

namun ada beberapa hambatantantangan pencapaian target penerimaan antara lain

adanya ketentuan dibidang pertambangan tentang larangan ekspor mineral mentah

(miliar )No

Pendapatan Perpajakan Target Tahun

Realisasi 2018

Target Tahun Realisasi

2018 2019 Tahun 2019

Pajak Dalam Negeri 730289 641160 783956 667813

1 Pajak Penghasilan (PPh) 373769 302324 370451 320325

2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 328396 305118 376150 307117

3 Pajak Bumi Bangunan (PBB) 16606 25258 26445 30964

4 Pajak lainnya 10638 7423 9287 8403

5 Cukai 880 1037 1623 1001

Pajak Perdagangan Internasional 32553 40975 53448 60735

6 Bea Masuk 3289 3865 3263 3288

7 Bea Keluar 29264 37110 50186 57446

Total Perpajakan 762842 682135 837404 728548

30

sehingga berpengaruh terhadap omset perusahaan di bidang pertambangan dan sektor

pendukungnya penurunan harga sawit yang berpengaruh pada omset dan laba

perusahaan di sektor perkebunan dan industri pengolahan

Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar

meningkat signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018

Dengan perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288

miliar atau 541 persen Didalam pelaksanaan pengawasan kepabeanan cukai terdapat

isu strategis yakni adanya jalur tikus dan jalur gajah yang dijadikan jalur penyelundupan

barang impor di perbatasan Indonesia ndash Malaysia untuk itu perlu dipetakan ulang titik

rawan di perbatasan terutama yang melintasi perkebunan kelapa sawit dengan

melibatkan Kodam Tanjungpura pemilik lahan dan perusahaan kebun sawit

Jika diurai berdasarkan lokasi penerimaan pajak paling banyak disumbangkan oleh

Kota Pontianak sebagai pusat aktivitas perdagangan dan jasa dengan kontribusi

penerimaan sebesar 4270 persen dari total penerimaan pajak di Provinsi Kalimantan

kemudian Kab Ketapang yang didukung dengan keberadaan kawasan industri Ketapang

memberikan kontribusi penerimaan terbesar kedua sebesar 1171 persen Sedangkan

daerah dengan kontribusi penerimaan pajak terkecil adalah Kab Kayong Utara dengan

kontribusi sebesar 094 persen dari total realisasi tahun 2019

Grafik III1

Penerimaan Pajak KabKota 2019

Sumber Kanwil Pajak Prov Kalbar

Untuk melihat kinerja perpajakan selain dari total realisasi pajak juga dilhat dari

perkembangan PDRB daerah tersebut hal ini terwujud dalam tax ratio

00050000

100000150000200000250000300000350000

31

Tabel III3

Perkembangan Tax Ratio Prov Kalbar

Tahun PDRB ADHB Penerimaan Perpajakan Tax ratio

2017 17749365 587434 0033

2018 19419496 642197 0033

2019 21231843 666809 0031

Dari tabel diatas terlihat bahwa meskipun realisasi penerimaan pajak mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya namun tax ratio justru mengalami penurunan ini

terjadi karena rasio penerimaan pajak yang semakin kecil terhadap pertumbuhan PDRB

kalbar Untuk itu perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya

identifikasi dan penggalian potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian

potensi pajak pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara

Pemerintah Pusat maupun Daerah dan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan

adanya regulasi untuk melakukan Rekonsiliasi penerimaan pajak antara DJP dengan

pemerintah daerah

323 Penerimaan Negara Bukan Pajak

a Perkembangan PNBP per Jenis PNBP

Penerimaan PNBP berdasarkan jenis PNBP di wilayah Provinsi Kalimantan Barat

hanya terdiri atas PNBP lainnya dan PNBP BLU Tidak terdapat penerimaan PNBP dari

sumber daya alam (SDA) meskipun di wilayah Kalimantan Barat terdapat usaha

pertambangan hal ini dikarenakan penerimaan PNBP sumber daya alam merupakan

penerimaan terpusat dan langsung masuk ke Bagian Anggaran Bendahara Umum

Negara (99999)

Tabel III4

Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat tingkat di Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)

Penerimaan PNBP 2017 2018 2019

Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi

PNBP Lainnya 30108 55263 11727 38725 13991 42092

Pendapatan BLU 5336 6858 33781 47426 38885 40282

Pendapatan SDA - - - -

Bagian Pemerintah atas laba BUMN

- - - -

Jumlah PNBP Kalbar 35444 62121 45508 86151 52876 82375

Sumber SPAN (diolah)

Secara keseluruhan penerimaan PNBP selama tahun 2019 mengalami penurunan

dibandingkan dari tahun sebelumnya sebesar Rp3776 miliar atau 43 persen Komposisi

32

penerimaan PNBP terdiri Pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen

dari total penerimaan PNBP dan PNBP BLU sebesar 49 persen

b Perkembangan PNBP Fungsional

PNBP dapat dibedakan sesuai dengan fungsi KementerianLembaga yang disebut

dengan PNBP Fungsional PNBP Fungsional adalah penerimaan yang berasal dari

pungutan kementerian Negaralembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan

tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat

Tabel III5

Penerimaan PNBP Fungsional terbesar Provinsi Kalbar

URAIAN 2017 2018 2019

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Pendapatan Kepolisian 375 13146 359 14004 13532

Pendapatan jasa bandara kepelabuhan perkapalan amp kenavigasian

3554 3763 3717 5772 6090

Pendapatan pendidikan 12868 24636 4964 4990 5892

Sumber SPAN (diolah)

Tahun 2019 pendapatan PNBP Kepolisian merupakan penyumbang terbesar PNBP

fungsional di Kalimantan Barat sebesar Rp13532 miliar mengalami penurunan 337

persen dibanding tahun sebelumnya Sebagian besar pendapatan PNBP Kepolisian di

peroleh dari pendapatan BPKB pendapatan STNK pendapatan TNKB (Tanda

Kendaraan Bermotor) dan pendapatan SIM Pendapatan fungsional terbesar

selanjutnya adalah pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian yang

menyumbangkan penerimaan sebesar Rp6090 miliar meningkat sebesar 551 persen

dibanding penerimaan tahun sebelumnya Sebagian besar penerimaan PNBP

pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian diperoleh dari pendapatan

kepelabuhan yang menyumbang angka sebesar Rp3756 miliar atau 6167 persen

disusul pendapatan Navigasi sebesar Rp938 miliar atau 1541 persen pendapatan

Bandar Udara sebesar Rp741 miliar atau 1219 persen dan Pendapatan kepelautan

Rp653 miliar atau 1073 persen Pendapatan kepelabuhan berpotensi untuk meningkat

ditahun tahun selanjutnya dengan rencana pengembangan kapasitas pelabuhan

Pontianak yang di mulai dengan pembangunan pelabuhan (terminal) Kijing yang

berlokasi di wilayah Kabupaten Mempawah dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional

(PSN)

c Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional

33

Tabel III6

Rasio Pendapatan Perpajakan PNBP PAD terhadap PDRB di Kalbar

Tahun Perpajakan PNBP PAD PDRB Perpajakan PDRB

PNBPPDRB PADPDRB

2019 728548 82375 404671 21232 0041 00046 0022

2018 682135 86157 404753 19403 0035 00044 0020

2017 564801 62121 346442 17747 0031 00034 0019

Sumber SPAN (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ditahun 2019 penerimaan perpajakan

memberikan kontribusi sebesar 0041 terhadap pertumbuhan ekonomi regional di

Kalbar sedangkan PAD terhadap PDRB sebesar 0022 dan PNBP terhadap PDRB

sebesar 00046 Hal ini berarti penerimaan Perpajakan masih lebih dominan dalam

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Kalimantan

Barat dibandingkan dengan PAD maupun PNBP

33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Belanja pemerintah pusat adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pengeluaran pemerintah pusatBelanja pemerintah pusat meliputi belanja pemerintah pusat

menurut organisasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi dan belanja pemerintah pusat

menurut jenis belanja

Belanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus

fiskalSalah satunya yang populer pada saat krisis ekonomi adalah instrumen ekonomi

berupa stimulus fiskalSecara garis besar komposisi dari stimulus fiskal adalah berupa

pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increased spending)

1 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian

AnggaranKementerianLembaga

Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja yang dialokasikan

kepada kementerianlembaga dan bagian anggaran Bendahara Umum Negara alokasi

dan realisasi untuk tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel III7

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran

Di Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)

KementerianLembaga 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 019 019 034 034 100

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

8986 6776 6554 5939 91

34

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 063 058 053 053 100

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

1656 1489 2119 2066 97

BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1809 1688 1678 1631 97

BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

893 869 718 712 99

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2337 2269 2605 2507 96

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM 25996 20580 20724 14531 70

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

2267 2249 2447 2425 99

BADAN PUSAT STATISTIK 9929 9330 10042 9785 97

BADAN SAR NASIONAL 2596 2496 2095 2071 99

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 11733 107`09 10304 10023 97

KEMENTERIAN AGAMA 105528 99485 107273 104645 98

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANGBPN

22191 19497 26745 21446 96

KEMENTERIAN DALAM NEGERI 5305 5182 5575 5534 99

KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

11878 10018 7004 6701 96

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI

19760 19520 17892 1767 99

wKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 9912 8947 9082 873 96

KEMENTERIAN KESEHATAN 18912 15585 1327 1195 90

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 477 465 776 738 95

KEMENTERIAN KEUANGAN 19722 18340 18519 18265 99

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

786 762 82 796 97

KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH

414 411 318 314 99

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

21053 17521 29928 2792 93

KEMENTERIAN PARIWISATA 234 204 16 151 94

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

295402 270419 25507 206714 81

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

208 201 17 149 88

KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 419 382 336 286 85

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

9004 8609 9374 8904 85

KEMENTERIAN PERDAGANGAN 3793 3074 1384 1282 95

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

095 074 095 089 94

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 56637 52411 40961 40112 98

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 3156 2842 4913 4716 96

KEMENTERIAN PERTAHANAN 123999 121577 161533 157833 98

KEMENTERIAN PERTANIAN 45315 40040 23066 19721 85

35

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

67556 65360 78313 68767 88

KEMENTERIAN SOSIAL 1954 1944 1971 1952 99

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 123274 123185 117803 125376 106

KOMISI PEMILIHAN UMUM 61742 56110 37842 35936 95

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

683 661 744 739 99

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

2135 2060 2095 1894 90

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA

1380 1375 1352 1352 100

MAHKAMAH AGUNG 11837 11716 12511 1233 99

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

097 092 052 05 96

TOTAL BELANJA KL 1113142 1036601 1049477 968007 92

BENDAHARA UMUM NEGARA 415295 397582 460736 443502 92

TOTAL BELANJA KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510213 1411486 9346

Dibandingkan tahun 2018 terdapat penurunan pagu sebesar 12 untuk tahun 2018

dan terdapat penurunan realisasi sebesar 14 dibandingkan tahun 2018 Berdasarkan

tabel diatas Untuk Pagu Kementerian dan Lembaga Kementerian PUPR mendapat

alokasi pagu anggaran yang paling tinggi dengan persentase sebesar 2430 Hal ini

menunjukan di Provinsi Kalimantan Barat prioritas pembangunan masih dititik beratkan

pada sektor infrastruktur Dari dana APBN 2019 pada Provinsi Kalimantan Barat satuan

kerja (satker) di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)

belanja modal sebesar Rp 159 triliun Belanja modal pada satker lingkup Kementerian

PUPR tersebut memberikan kontribusi sebesar 6649 dari belanja modal yang dikelola

satuan kerja lainnya di wilayah pembayaran KPPN se-Kalbar Hal ini menunjukkan

perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang memberikan kontribusi

terhadap pertumbuhan perekonomian di Kalbar

Terdapat 10 KL yang memperoleh alokasi anggaran belanja terbesar dengan total

mencapai Rp878 triliun (5817) yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan

rakyat Kemenhan Polri Kemenag Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan

Tinggi Kementerian Perhubungan KPU Kementerian Agraria amp Tata Ruang

Kementerian Pertanian

36

Berikut ini adalah sepuluh kementerian dengan pagu terbesar

Tabel III8

Tingkat Penyerapan 10 KL Pagu Terbesar 2019 (miliar)

No Nama KL (BA) Pagu Realisasi

1 Kementerian PUPR (033) 255070 206714 8104

2 Kemenhan (012) 161533 157833 9771

3 Kepolisian RI (060) 117803 125376 10643

4 Kemenag (025) 107273 104645 9755

5 Kementerian Ristekdikti (042) 78313 68767 8781

6 Kementerian Perhubungan (022) 40961 40112 9793

7 KPU (076) 37842 35936 9496

8 Kementerian Lingkungan Hidup amp Kehutanan (029) 29928 27920 9329

9 Kementerian Agraria amp Tata Ruang (056) 26745 21446 8019

10 Kementerian Pertanian (018) 23066 19721 8550

Sumber MEBE (diolah)

Jika diperhatikan jumlah alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat di 10 KL

dengan pagu terbesar dimaksud mencapai lebih dari 58 terhadap semua pagu

anggaran KL Untuk itu capaian realisasinya tentu akan mempengaruhi keseluruhan

realisasi penyerapan KL yang ada di Kalbar sehingga perkembangan pelaksanaan

anggaran satker-satker 10 KL dengan pagu tertinggi tersebut harus memperoleh

pengawasan yang lebih intensif dari Kanwil DJPB

2 Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Fungsi

Belanja Pemerintah Pusat (KL) dan juga belanja DDDF terbagi menjadi 11 fungsi

yaitu Pelayanan Umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan

Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama

Pendidikan serta Perlindungan Sosial dengan perbandingan pagu dan realisasi dalam

tahun 2018 dan 2019 sebagai berikut

Tabel III9

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi (Miliar Rp)

NAMA FUNGSI Pagu 2018

Realisasi 2018

Pagu 2019

Realisasi 2019

PELAYANAN UMUM 541846 510882 557364 531175

EKONOMI 377115 340751 232428 203287

PENDIDIKAN 185385 175208 231675 203287

PERTAHANAN 123999 121578 161533 157833

KETERTIBAN DAN KEAMANAN 168413 166821 160188 167029

37

PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 50667 47185 72454 62653

LINGKUNGAN HIDUP 37100 33230 53964 46742

AGAMA 22238 17374 19467 18874

KESEHATAN 19263 18808 18897 17252

PERLINDUNGAN SOSIAL 2162 2145 2141 2101

PARIWISATA DAN BUDAYA 249 216 175 165 TOTAL 1528437 1434183 1510213 1414486

Sumber Monev PA diolah

Pada tahun 2018 dan juga 2019 alokasi anggaran didominasi oleh fungsi pelayanan

Umum Ekonomi dan Pendidikan Pengelompokan anggaran menurut Fungsi memiliki

pengertian perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan

dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional Pengelompokan ini juga

bertujuan untuk melihat besaran alokasi anggaran menurut organisasi

KementerianLembaga tugas-fungsi pemerintah dan belanja KementerianLembaga

termasuk menciptakan penganggaran yang lebih tepat sasaran Pada tahun 2019 alokasi

untuk fungsi pelayanan umum sebesar Rp557 triliun (36 persen) ekonomi sebesar

Rp232 triliun (15 persen) dan fungsi Pendidikan sebesar Rp231 triliun (15 persen) Hal

ini menunjukkan bahwa pelaksanaan APBN di Kalimantan Barat lebih terkonsentrasi pada

bidang pelayanan umum ekonomi dan pendidikan yang secara keseluruhan jumlah

alokasi ketiga fungsi tersebut sebesar Rp1021 triliun atau 68 persen

3 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja

Berdasarkan jenis belanja di provinsi Kalimantan Barat terdapat 6 alokasi anggaran

belanja TA 2019 yaitu Belanja Pegawai (51) Belanja Barang (52) Belanja Modal (53)

Belanja Bantuan Sosial (57) Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) Untuk

Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) baru ada pada tahun 2017 2018 dan

2019 Jenis belanja 63 dan 66 baru TA 2017 muncul dikarenakan pencairan Dana

Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa sekarang berada di KPPN daerah

Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan jenis belanja dalam tahun 2018 dan

2019 sebagai berikut

Tabel III10

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rp)

JENIS BELANJA Pagu 2018

Realisasi 2018

Pagu 2019

Realisasi 2019

51 Belanja Pegawai 338030 330072 362333 364892

52 Belanja Barang 438737 400168 445547 406066

335140 305146 240347 195755

57 Belanja Bantuan Sosial 1235 1215 1324 1294

Belanja KL 1113142 1036601 1049477 968007

63 Dana Alokasi Khusus Fisik 245710 228191 261479 244756

38

66 Dana Desa 169585 169391 199257 198746 Belanja KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510287 1411509

Sumber Monev PA diolah

Kenaikan pagu anggaran terjadi untuk jenis belanja Pegawai belanja Barang

belanja bantuan sosial belanja Dana Alokasi Khusus belanja dana desa Belanja Dana

Desa mendapatkan kenaikan paling terbesar yaitu 17 persen disusul belanja bantuan

sosial sebesar 72 persen belanja pegawai naik 72 persen dan belanja barang sebesar

16 persen Jenis Belanja modal mengalami penurunan sebesar 283 persen Selama

TA 2019 Belanja Pegawai telah terserap Rp364 triliun (10071) Belanja barang

terserap Rp406 triliun (9114) belanja modal terserap Rp195 triliun (8145) belanja

bantuan social terserap Rp1215 miliar (9773) dana alokasi fisik terserap Rp244 triliun

(9360) dan penyerapan anggaran dana desa sebesar Rp198 triliun (9974) hal ini

sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun dari pinggiran dengan

memperkuat daerah dan desa yang diharapkan akan berdampak langsung untuk

pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat Pada belanja modal

terdapat penyerapan paling terendah dibandingkan jenis belanja lain

Grafik III1

Perkembangan Pagu dan Realisasi Jenis Belanja Tahun 2019

Sumber Monev PA MEBE diolah

4 Analis belanja pemerintah pusat

Belanja pemerintah pusat

Perbandingan antara alokasi belanja untuk sektor konsumtif dan produktif Sektor

konsumtif merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai administrasi

dan kebutuhan birokrasi seperti gaji tunjangan honor belanja operasional kantor

pengadaan kendaraan dinas Sedangkan sektor produktif antara lain peningkatan mutu

jalan jaringan irigasi intensifikasi dan ektensifikasi pertanian pengadaan traktor untuk

masyarakat

000

5000

10000

15000

0

2000

4000

6000

57 52 53 51 63 66

Pagu Realisasi

39

Tabel III11

Proporsi jenis Belanja Terhadap Total Pagu

Jenis Belanja Pagu Belanja Bantuan Sosial 1324 0

Belanja Barang 445547 30

Belanja Pegawai 362333 24

Belanja Modal 240347 16

Dana Alokasi Khusus Fisik 261479 17

Dana Desa 199257 13

Terlihat dari tabel diatas bahwa belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai

sektor produktif yang diantaranya untuk belanja Modal Dak Fisik Dana Desa mencapai

Rp 7010 triliun atau 4642 persen sedangkan belanja administrasi dan kebutuhan

birokrasi sebesar Rp 809 triliun atau 5358 persen Untuk belanja produktif terbesar

terdapat pada belanja program pengelolaan Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa

sebesar Rp460 triliun Disusul program penyelenggaraan jalan sebesar Rp99873 miliar

program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman sebesar Rp4004

miliar dan program pengelolaan Sumber Daya air Rp19887 miliar Terlihat dari alokasi ini

prioritas pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat di fokuskan pada pembangunan

infrastruktur fisik hal ini sesuai dengan fungsi terbesar yakni Pelayanan Umum

34 TRANSFER KE DAERAH DAN DESA

Dana transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan DAK DAU DBH Dana

perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dan juga antar pemerintah daerah

Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa

Pada tahun 2018 alokasi dana transfer dan Dana Desa ke wilayah Provinsi Kalimantan

Barat sebesar Rp2098 triliun dan terealisasi Rp2033 triliun atau 9692 persen Pada tabel

hellip Disajikan perkembangan Realisasi Dana Transfer pada tahun 2018 dan 2019 untuk

Provinsi Kalimantan Barat

Tabel III12

Perkembangan Dana Perimbangan di Kalimantan Barat

Dana Transfer 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

DBH 74872 74746 102115 69872

DAU 1182060 1182060 1215163 1214704

DAK Fisik 245714 228931 261479 244748

DAK Non Fisik 274246 262035 307639 293909

40

DID 14300 12463 12753 12288

Dana Desa 169586 169391 199257 198745

1960778 1929626 2098406 2034266

Sumber simtrada (diolah)

Secara agregat Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa mengalami kenaikan Alokasi

Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Kalbar pada tahun 2019 sebesar Rp2098

triliun naik 702 persen dibandingkan tahun 2018 Terdapat peningkatan alokasi Dana Desa

Kalbar tahun 2019 sebesar atau Rp29671 miliar atau 1750 persen sejalan dengan

komitmen Pemerintah untuk meningkatkan program pembangunan Indonesia dari pinggiran

Alokasi Dana Desa tahun 2019 di Prov Kalbar sebesar Rp199 triliun yang terbagi untuk

2031 Desa

Terdapat 4 (empat) daerah dengan alokasi pagu dana desa diatas 200 miliar yakni Kab

Sintang Rp33848 miliar Kab Kapuas Hulu Rp26812 miliar Kab Ketapang Rp25583 miliar

dan Kab Sambas Rp20498 miliar Selanjutnya 8 (delapan) daerah lainnya mendapatkan

alokasi pagu dana desa dibawah 200 miliar dengan pagu dana desa terendah pada Kab

Kayong Utara sebesar Rp4868 miliar Alokasi dana desa tersebut diharapkan dapat

menggerakkan roda perekonomian di desa dan menekan kesenjangan pendapatan antara

Desa dan Per Kotaan

Grafik III2

Realisasi Dana Transfer amp Dana Desa KabKota di Kalbar

Sumber data simtrada (diolah)

Berdasarkan grafik III2 terlihat perbandingan realisasi dana transfer amp dana Desa per

Kab di Prov Kalbar Dari total alokasi dana transfer sebesar Rp2098 triliun telah terealisasi

sebesar 2033 triliun dengan realisasi terbesar oleh Pemda Prov Kalbar yakni Rp365 triliun

selanjutnya Kab Ketapang Rp203 triliun dan yang terkecil adalah Kota Singkawang

Rp66459 miliar

Untuk menilai tingkat kemandirian daerah dilakukan dengan cara membandingkan Rasio

PAD dengan Rasio dana transfer Apabila rasio PAD lebih besar dari pada rasio dana transfer

000

500

1000

1500

2000

00050000

100000150000200000250000300000350000400000

41

berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin besar rasio dana transfer berarti tingkat

ketergantungan semakin tinggi

Tabel III13

Rasio Kemandirian Daerah Tahun 2019

Daerah Dana Transfer

PAD Pendapatan APBD

Ratio Dana Transfer thd Pendapatan

APBD

Ratio PAD thd

Pendapatan APBD

Prov Kalbar 365337 23016 595497 3870 61

Ketapang 203045 12753 215798 590 94

Sintang 165917 1721 183127 940 91

Kapuas Hulu 166837 7998 174835 460 95

Sambas 151612 14885 166497 890 91

Sanggau 141399 10287 151686 680 93

Kubu Raya 123841 14675 138516 1060 89

Landak 117304 9284 126588 730 93

Pontianak 100659 47879 148538 3220 68

Melawi 105563 4058 109621 370 96

Mempawah 85957 8757 94714 920 91

Bengkayang 96974 3025 99999 300 97

Sekadau 73392 4535 77927 580 94

Kayong Utara 69504 2533 72037 350 96

Singkawang 66459 1663 83089 2000 80

sumber data LRA Pemda simtrada (diolah)

Dilihat dari rasio Pendapatan Asli Daerah dan Transfer ke Daerah terhadap Pendapatan

APBD dapat dilihat bahwa daerah di wilayah Kalimantan Barat Rasio dana transfer lebih

besar dari pada rasio PAD yang berarti memiliki ketergantungan yang relatif tinggi tehadap

transfer dari Pemerintah Pusat

341 Dana Transfer Umum

a Dana Alokasi Umum

Grafik III3

Realisasi DAU Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan Barat

Sumber data simtrada

00050000

100000150000200000

2018 2019

42

Total realisasi DAU di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp1214 triliun naik 276 persen

dibanding realisasi DAU tahun sebelumnya Dari realisasi DAU tahun 2019 tersebut empat

pemerintah daerah yang realisasi DAU terbesar yaitu Pemprov Kalimantan Barat sebesar

Rp175 triliun diikuti Kabupaten Ketapang sebesar Rp114 triliun Kabupaten Kapuas Hulu

Rp99768 miliar dan Kabupaten Sintang Rp93421 miliar

b Dana bagi Hasil Grafik III4

Realisasi DBH Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan barat

Total realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) tahun 2019 sebesar Rp69872 miliar naik 592 persen

jika dibandingkan dengan alokasi DBH tahun sebelumnya Empat daerah dengan realisasi

DBH terbesar yakni Pemrov Kalimantan Barat sebesar Rp18663 miliar diikuti Kabupaten

Ketapang Rp10844 miliar Kabupaten Sanggau Rp8321 miliar dan Kota Pontianak Rp3910

miliar Kabupaten dengan realisasi DBH terkecil adalah Kota singkawang sebesar Rp1428

miliar Ketapang sebagai Daerah Tingkat II dengan realisasi DBH terbesar merupakan daerah

yang memiliki tambang bauksit dan tambang emas Demikian juga Kabupaten Sanggau

merupakan daerah yang memiliki hasil tambang Bauksit yang nantinya diolah menjadi alumina

(bahan pembuat alumunium) Sedangkan Kota Pontianak merupakan pusat perekonomian

yang memiliki penerimaan pajak PPh terbesar

342 Dana Transfer Khusus

a Dana alokasi Khusus (DAK) Fisik Total DAK Fisik yang dialokasikan pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami

peningkatan sebesar 641 persen atau senilai Rp 15764 miliar dibandingkan tahun 2018

Perkembangan pagu dan realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat

pada tabel berikut

0005000

10000150002000025000

2018 2019

43

Tabel III14

Pagu dan Realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (dalam miliar)

No Pemda 2019 2018

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

1 Kalbar 33283 31974 9607 42384 3843 9067

2 Mempawah 8996 8744 972 11663 11503 9863

3 Kubu Raya 12692 11337 8932 19237 18966 9859

4 Pontianak 8735 7998 9156 7863 7527 9574

5 Sintang 19271 183 9496 21637 20304 9384

6 Melawi 1726 16708 968 10885 10134 931

7 Sambas 20922 19813 947 17156 1659 967

8 Bengkayang 19266 15038 7805 9425 906 9612

9 Singkawang 8532 8042 9426 11478 9596 836

10 Ketapang 32914 31635 9611 175 16616 9495

11 Kayong Utara 11614 10174 876 11582 10958 9461

12 Kapuas Hulu 24632 22911 9301 16723 16494 9863

13 Sanggau 1942 19044 9806 18723 15686 8378

14 Landak 1669 16216 9716 15833 15536 9812

15 Sekadau 7252 6814 9396 13626 1059 7772

JUMLAH 261479 244748 139882 245715 22799 13948

sumber data Omspan

Persentase penyaluran DAK Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 081 persen

dibandingkan tahun sebelumnya Kenaikan ini setara dengan Rp 16758 miliar Pada

tahun 2019 terdapat sisa dana yang tidak direalisasikan sebesar Rp 16731 miliar atau

berkurang dari Rp 17725 miliar pada tahun 2018 Hal ini menunjukkan peningkatan

kinerja penyaluran DAK Fisik Kabupaten Bengkayang memiliki kontribusi terbesar

terhadap DAK Fisik yang tidak disalurkan yaitu Rp 4228 miliar Penyebab DAK Fisik yang

tidak disalurkan ini diakibatkan oleh 2 (dua) hal yaitu efisiensi anggaransisa lelang dan

pekerjaan yang tidak terlaksanagagal lelang Kabupaten Sanggau memiliki kinerja terbaik

dari persepsi penyaluran DAK Fisik dengan penyaluran mencapai 9806 persen dari pagu

disusul Kabupaten Landak dengan penyaluran 9720 persen dari pagu Kinerja yang

kurang memuaskan pada persepsi penyaluran kembali dipegang oleh Kabupaten

Bengkayang dengan penyaluran 7805 persen dari pagu dan disusul oleh Kabupaten

Kayong Utara dengan penyaluran 8760 persen dari pagu

44

b Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami peningkatan dengan total Rp 304 triliun

dibandingkan Rp 274 triliun pada tahun sebelumnya Perkembangan pagu dan realisasi

DAK Non Fisik dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel III15

Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (dalam miliar)

No Pemda 2018 2019

Nilai Realisasi Alokasi Realisasi

1 Kalbar 113996 112406 9861 139515 137565 9860

2 Bengkayang 8909 833 9351 9833 9195 9380

3 Landak 11773 11353 9644 11956 11234 9400

4 Kapuas Hulu 1327 12752 961 14929 13944 9340

5 Ketapang 18288 16832 9204 18552 17909 9653

6 Mempawah 9091 8457 9303 9341 8291 8876

7 Sambas 18854 17923 9506 20014 18553 9270

8 Sanggau 13357 12363 9256 14416 13215 9167

9 Sintang 15969 15216 9529 17253 16504 9570

10 Pontianak 11526 11329 9829 1099 10155 9240

11 Singkawang 5808 537 9247 5832 5093 8732

12 Sekadau 6786 4461 6574 6655 5253 7893

13 Melawi 8733 834 955 9719 9412 9254

14 Kayong Utara 3845 3681 9573 4124 3811 9240

15 Kubu Raya 14042 1322 9415 14511 13778 9490

Jumlah 274246 262035 9555 307639 293909 9550

sumber datasimtrada Omspan (diolah)

Realisasi DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp 31874 miliar atau

1216 persen dibandingkan tahun 2018 Penyaluran DAK Non Fisik pada tahun 2019

sebesar 9554 persen mengalami penurunan 001 persen 44isbanding tahun sebelumnya

yang sebesar 9555 persen Secara nilai Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat

menyumbangkan peningkatan realisasi terbesar yaitu Rp 25159 miliar atau 2238 persen

yang mayoritas berasal dari Dana BOS yaitu sebesar Rp 23722 miliar Kabupaten

Sekadau menjadi Pemerintah Daerah dengan penyerapan DAK Non Fisik terkecil hanya

7893 persen dari alokasi yang tersedia Kecilnya persentase realisasi ini diakibatkan oleh

adanya Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) yang tidak direalisasikan sebesar Rp 1234

miliar Kota Pontianak mengalami penurunan realisasi terbesar dengan penurunan

sebesar 589 persen Penurunan ini terjadi karena realisasi TPG yang pada tahun 2018

mencapai 100 persen pada tahun 2019 turun menjadi 9440 persen dan realisasi Dana

Bantuan Operasional Kesehatan turun dari 9874 persen menjadi 8134 persen

45

333 Dana Desa

Penyaluran dana desa Tahun 2018 dan 2019 di Wilayah Kalimantan Barat disalurkan untuk

membiayai pelaksanaan kegiatan melalui 5 bidang yaitu Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa Pelaksanaan Pembangunan Desa Pembinaan Kemasyarakatan Desa

Pemberdayaan Masyarakat Desa Penanggulangan Bencana Keadaan Darurat Dan

Mendesak dengan perkembangan penyaluran sebagai berikut

Tabel III16

Pagu dan Realisasi Dana Desa di Provinsi Kalimantan Barat (miliar) No KAB KOTA JUMLAH

DESA TAHUN 2018 TAHUN 2019

PAGU TOTAL PENYALUR

AN

CAPAIAN OUTPUT

PAGU TOTAL PENYAL

URAN

CAPAIAN

OUTPUT

1 Sambas 193 17284 17284 10000 9464 20498 20498 10000 7550

2 Sanggau 163 12878 12848 9976 9879 14986 14986 10000 8099

3 Sintang 390 29487 29472 9995 9914 33848 33848 10000 9002

4 Mempawah 60 5523 5523 10000 9820 6655 6655 10000 9051

5 Kapuas Hulu 278 22893 22893 10000 9878 26812 26768 9983 8915

6 Ketapang 253 21729 21729 10000 9293 25583 25583 10000 8901

7 Bengkayang 122 9240 9240 10000 9295 10655 10594 9943 5129

8 Landak 156 15416 15416 10000 9949 18537 18537 10000 9904

9 Melawi 169 13091 13091 10000 9981 15253 15253 10000 7871

10 Sekadau 87 6908 6876 9955 9582 8117 8049 9916 8244

11 Kayong Utara 43 3986 3986 10000 9384 4868 4809 9879 7965

12 Kubu Raya 117 11150 11033 9895 9677 13445 13166 9792 6685

TOTAL 2031 169586 169392 9989 9676 199257 198745 9974 8112

Sumber data Omspan (diolah)

Total alokasi tahun 2018 sebesar Rp169586 miiar untuk 2031 desa realisasi penyaluran

sebesar Rp169392 miliar atau 9989 persen Penyaluran Dana Desa terbesar pada

Kabupaten Sintang Rp29472 miliar sedangkan penyaluran terkecil Kabupaten Kayong

Utara yakni Rp3986 miliar Terdapat empat Kabupaten yang penyaluran Dana Desa tidak

mencapai 100 persen yaitu Kabupaten Sanggau Sintang Sekadau dan Kubu Raya Untuk

capaian output yang tertinggi Kabupaten Melawi yaitu 9981 persen dan terendah adalah

Kabupaten Ketapang 9293 persen Alokasi dana desa tahun 2019 sebesar Rp199257

miliar untuk 2031 desa realisasi penyaluran sebesar Rp198745 miliar atau 9974 persen

Sisa Dana Desa yang tidak tersalur sebesar Rp512 miliar Penyaluran Dana Desa terbesar

pada Kabupaten Sintang Rp33848 miliar sedangkan penyaluran terkecil pada Kabupaten

Kayong Utara yakni hanya Rp4809 miliar Terdapat enam Kabupaten yang penyaluran

Dana Desa tidak mencapai 100 persen yaitu Kapuas Hulu Bengkayang Melawi Sekadau

Kayong Utara dan Kubu Raya Realisasi Penyaluran Dana Desa tahun 2019 sebesar

Rp198745 miliar atau 9974 persen terjadi penurunan sebesar 015 persen apabila

46

dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 Hal ini dikarenakan terdapat sisa dana semula

Rp194 miliar (empat Kabupaten) menjadi Rp512 miliar (enam Kabupaten)

343 Dana Insentif Daerah (DID)

Grafik III5

Realisasi Dana Insentif Daerah Tahun 2018-2019 Kalimantan Barat

sumber data simtrada Omspan (diolah)

Dari total alokasi DID tahun 2019 yang sebesar Rp 12753 miliar telah terealisasi sebesar

Rp12288 miliar atau 9635 persen Dari 14 Pemda ProvinsiKabKota hanya 6 Daerah yang

mendapatkan alokasi DID di tahun 2019 yakni Prov Kalbar Kab Ketapang Kab

Mempawah Kab Sanggau Kota Pontianak dan Kab Kubu Raya Ada lima daerah

terealisasi 100 persen yaitu Kalbar Ketapang Sanggau Pontianak dan Kubu Raya

Sementara itu Mempawah terealisasi 465 miliar dari 930 miliar atau sebesar 50 persen

35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL

Arus kas masuk (cash in flow) Pemerintah Pusat adalah semua penerimaan yang

diterima oleh Pemerintah pusat di provinsi daerah tertentu sedangkan arus kas keluar

(cash out flow) adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada

pemerintah daerah Yang termasuk arus kas masuk adalah semua penerimaan negara yang

diterima oleh Pemerintah Pusat seperti penerimaan pajak PNBP dan hibah Sedangkan

yang termasuk dalam arus kas keluar Pemerintah Pusat adalah semua belanja pemerintah

dalam APBN yang terdiri dari belanja KPKDDKTPUB dan dana transfer Selisih antara

kontribusi penerimaan Negara pada suatu daerah dengan pengeluaran pemerintah pusat

tersebut akan menghasilkan kondisi surplusdefisit Kondisi surplus mengindikasikan bahwa

daerah tersebut memberikan subsidi silang kepada daerah lain di Indonesia sementara

kondisi defisit mengindikasikan bahwa daerah tersebut menerima subsidi silang dari daerah

0001000200030004000500060007000

2018 2019

47

lain di Indonesia Tabel dibawah ini merupakan cash flow Pemerintah di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat

Tabel III17

Cash Flow Pemerintah Pusat di Kalimantan Barat TA 2019 (miliar)

DEFISIT 2194324

Cash in Flow Cash Out Flow

Penerimaan Pajak Dalam negeri 667813 Belanja Pemerintah Pusat 970984

Bea MasukBea Keluar 60735 Transfer ke daerah amp dana desa

2034266

PNBP 82378

810926 3005250

sumber data Omspan Monev Pa (dioalah)

35 PENGELOLAAN BLU PUSAT

a Profil dan jenis layanan satker BLU pusat

Dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat tahun

2019 terdapat 3 (tiga) Satker BLU yang terdiri 2 (dua) satker BLU layanan Pendidikan

dan 2 (dua) satker BLU layanan kesehatan Dua satker BLU layanan pendidikan yaitu

Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Pontianak dan Universitas Tanjungpura Pontianak

sedangkan satker BLU layanan kesehatan adalah Rumah Sakit (RS) Bhayangkara

Pontianak dan RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR

Tabel III18

Profil BLU di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 (miliar)

No Jenis Layanan

Satker BLU Nilai Aset Pagu PNBP

Pagu RM Jumlah Pagu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Pendidikan Poltekkes Pontianak 21801 3455 4898 8353

Universitas Tanjungpura 2093628 38593 5947 4454

2 Kesehatan RS Bhayangkara Pontianak 9127 4204 777 4981

RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR

2486 2228 1582 381

Sumber LRA

1) Poltekkes Pontianak berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan

Kesejahteraan Sosial Nomor 298Menkes-KesosSKIV2001 tanggal 16 April 2001

dan ditetapkan menjadi Satker BLU berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

403KMK052011 tanggal 1 Desember 2011 Dengan visi ldquoMenjadi Institusi Pendidikan

Tinggi Kesehatan yang Bermutu dan Mampu Bersaing di Tingkat Regional pada Tahun

48

2020 (2016-2020)rdquo Poltekkes Kemenkes Pontianak memberikan pelayanan kesehatan

meliputi Jurusan Kesehatan Lingkungan Jurusan Gizi Jurusan Kebidanan Jurusan

Keperawatan Jurusan Analis Kesehatan dan Jurusan Perawat Gigi Pada tahun 2019

Poltekes Pontianak mendapatkan pagu dalam DIPA sebesar Rp 8353 dengan pagu

PNBP sebesar Rp3455 miliar dan pagu RM sebesar Rp4898 miliar Sementara aset

yang dimiliki sebesar Rp21801 miliar yang terdiri dari aset lancar Rp581 miliar aset

tetap Rp21199 dan aset lainnya Rp21801

2) RS Bhayangkara Pontianak telah menjadi satker BLU sejak tahun 2015 sesuai

Keputusan Menteri Keuangan nomor 501KMK052015 RS Bhayangkara ini telah

beroperasi sejak tahun 2002 Pagu DIPA RS Bhayangkara Pontianak di tahun 2019

adalah sebesar Rp4981 miliar dengan pagu PNBP sebesar Rp4204 dan pagu RM

sebesar Rp777 miliar Sementara aset yang dimiliki sebesar Rp9127 yang terdiri dari

aset lancar Rp547 miliar dan aset tetap Rp8579

3) Universitas Tanjungpura menjadi BLU layanan pendidikan berdasarkan Keputusan

Menteri Keuangan nomor 830KMK052017 dan mulai mendapatkan DIPA BLU pada

tahun 2018 Pagu DIPA universitas ini di tahun 2019 adalah sebesar Rp4454 miliar

dengan pagu PNBP sebesar Rp38593 dan pagu RM sebesar Rp5947 Sementara

total aset yang dimiliki sebesar Rp2093628 miliar

4) Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019

tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar

dengan komposisi Pagu Rm sebesar Rp1582 miliar dan pagu PNBP senesar Rp2228

miliar Sementara total aset di tahun 2019 sebesar Rp2482 miliar dengan perincian

aset tetap Rp762 miliar dan aset lancar sebesar Rp1723 miliar

b Perkembangan Pengelolaan Aset Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU

1) Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU

Perkembangan pengelolaan aset satker BLU dalam jangka waktu dua tahun terakhir

dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel III19

Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di Kalimantan Barat

No Satker BLU Aset tahun 2018 Aset tahun 2019

(1) (2) (3) (4)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak 22174 21801

2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 6734 9127

3 Universitas Tanjungpura 2217907 2093628

49

4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi BLU

2486

sumber Neraca E-rekon

Nilai aset pada satker BLU Poltekkes Pontianak mengalami penurunan sebesar

17 persen dari Rp22174 miliar di tahun 2018 menjadi Rp21801 miliar di tahun

2019 Sedangkan di RS Bhayangkara nilai asetnya meningkat dari Rp6734 miliar

menjadi 9127 miliar atau 355 persen Sedangkan nilai aset satker BLU Untan

menurun 56 persen dari 2217907 pada tahun 2018 menurun menjadi 2093628

ditahun 2019 Sedangkan untuk RS TK II Kartika Husada yang baru di tetapkan

menjadi satker BLU di tahun 2019 perkembangan aset asetnya naik 305 persen

dari 1905 miliar di tahun 2018 menjadi 2486 miliar di tahun 2019

2) Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU

Satker BLU di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019 mendapatkan pagu PNBP

dan pagu RM sebagaimana tercantum dalam DIPA Ada pun perkembangan pagu

tahun 2019 dan tahun 2018 dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel III20

Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker (miliar)

No Satker BLU Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu PNBP Pagu RM Pagu PNBP

Pagu RM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak 4480 4504 3455 4898

2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 4282 7010 4204 777

3 Universitas Tanjungpura 3177 20876 38593 5947

4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi satker BLU 2228 1582

Sumber LRA E-rekon

Pada tahun 2019 pagu RM Satker BLU Politekes Pontianak naik 87 persen dibanding

tahun 2018 sedangkan pagu PNBP menurun 229 persen Pagu RM naik sebesar

Rp394 miliar atau 87 persen dari Rp4504 miliar di tahun 2018 menjadi Rp4898 miliar

pada tahun 2019 Sedangkan pagu PNBP mengalami penurunan dari Rp448 miliar di

tahun 2018 menjadi Rp345 miliar pada tahun 2019 atau turun sebesar Rp1025 miliar

atau 229 persen

Selanjutnya untuk satker BLU layanan kesehatan yakni RS Bhayangkara Pontianak

perkembangan pagu PNBP menurun dari Rp4282 miliar menjadi Rp4204 miliar atau

18 persen sedangkan untuk pagu RM mengalami kenaikan 108 persen

50

Universitas Tanjungpura di tahun 2019 ini baru menjadi satker BLU setelah

sebelumnya adalah satker PNBP Di tahun 2019 Untan mendapat pagu PNBP sebesar

Rp38593 miliar dan pagu RM sebesar Rp5947 miliar

Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019

tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar

c Kemandirian BLU

Salah tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk

mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government) oleh karena itu satker BLU

didorong untuk dapat menciptakan kemandirian dirinya sendiri Kemandirian tersebut

dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM) dari APBN dan

bertambahnya alokasi pagu PNBP dari hasil layanan satker Semakin tinggi porsi pagu

PNBP dibanding pagu RM maka satker BLU dianggap memiliki tingkat kemandirian yang

lebih baik

TabelIII21

Tingkat Kemandirian BLU di Provinsi Kalimantan Barat (miliar)

sumber e rekon diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 alokasi pagu PNBP

pada Satker Politeknik Kesehatan Pontianak masih dibawah 50 persen Sedangkan untuk

Satker BLU Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak alokasi pagu PNBP di tahun 2018

sebear 8593 persen dan tahun 2019 844 persen Hal ini menunjukkan bahwa Rumah

Sakit Bhayangkara Pontianak sejak tahun 2018 memiliki tingkat kemandirian yang tinggi

dan demikian juga di tahun 2019 Dari besarnya persentase pagu PNBP tersebut dapat

dilihat bahwa dalam kegiatan operasional RS Bhayangkara Pontianak lebih ditunjang oleh

PNBP yang dikelolanya dan bisa disimpulkan mempunyai tingkat kemandirian yang baik

No Satker BLU Nilai aset 2019

Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu PNB

P

Pagu RM

Pagu PNBP

Pagu RM

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak

4480 4987

4504 5013 3455 414 4898 586

2 Rumkit Bhayangkara Pontianak

4282 8593

7010 1407 4204 844 777 156

3 Univ Tanjungpura

3177 6035

20876 3965 38593 866 5947 134

4 RS Kartika Husada

Belum menjadi satker BLU 2228 585 1582 2705

51

Untan di tahun 2018 sebagai satker BLU yang baru memiliki tingkat kemandirian di

atas 6035 persen dan meningkat signifikan di tahun 2019 menjadi 866 persen hal ini

mengindikasikan ada perkembangan yang pelayanan pendidikan oleh Untan Sedangkan

untuk RS Kartika Husada baru dtetapkan menjadi satker BLU di bulan Juli 2019

d Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP

Di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 120 satker yang mengelola dana PNBP Dari

120 satker PNBP tersebut terdapat 3 satker yang mempunyai alokasi pagu PNBP

terbesar antara lain tersebut dibawah ini

Tabel III22

Profil dan Jenis layanan Satker PNBP di Provinsi Kalimanatan Barat Tahun 2019

No Jenis Layanan

Satker PNBP Nilai Aset Pagu PNBP

Pagu RM Jumlah Pagu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2 Pendidikan Politeknik Negeri Pontianak 272 6284 9004

4 Pendidikan IAIN Pontianak 2012 5024 7036

Sumber LRA diolah

Tabel III23

Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP di Provinsi Kalimantan Barat

No Satker PNBP Tahun 2017 Tahun 2019

Pagu PNBP

Pagu RM Pagu PNBP

Pagu RM

2 Politeknik Negeri Pontianak 2197 5904 272 6284

3 IAIN Pontianak 1775 4297 2012 5024

Sumber SPAN diolah

Dari tabel diatas terlihat bahwa Politeknik Negeri Pontianak mengalami peningkatan

persentase pagu PNBP sebesar Rp523 miliar atau 238 persen Demikian juga IAIN

Pontianak pagu PNBP meningkat Rp237 miliar atau 134 persen Dari ke dua satker

PNBP tersebut Politeknik Negeri Pontianak yang paling berpotensi untuk menjadi satker

BLU karena sumber dana PNBP lebih besar dibanding sumber dana PNBP pada satker

IAIN Pontianak meskipun mempunyai potensi menjadi satker BLU namun keduanya

belum menunjukan kemandirian karena sumber dana yang mereka gunakan lebih banyak

dari dana APBN (RM) dibandingkan dana PNBP

e Analisis terkait pengelolaan BLU

1 Analisis Kemandirian BLU

a Rasio Antara Sumber Dana PNBP (BLU) dan RM

Meskipun tujuan pembentukan BLU adalah tanpa mengutamakan mencari

keuntungan namun diharapkan dengan pelayanan yang meningkat maka secara

52

langsung juga pendapatannya meningkat Lebih jauh lagi diharapkan persentase

belanja satker BLU yang bersumber dari rupiah murni semakin menurun digantikan

dengan sumber belanja dari pendapatan BLU

Tabel III24

Rasio Sumber Dana BLU (PNBP dengan RM) miliar

Satker BLU 2017 2018 2019

PNBP RM PNBP RM

PNBP RM PNBP RM

PNBP RM PNBP RM

Politeknik Kesehatan Pontianak

4966 5279 094 4480 4504 099 3455 4898 070

RS Bhayangkara Pontianak

346 700 487 4282 701 611 4204 777 541

Universitas Tanjungpura

Belum menjadi satker BLU

3177 20876 152 38593 5947 648

RS Kartika Husada Belum menjadi satker BLU 2228 1582 14

Pada Universitas Tanjungpura Pontianak dari tahun 2018 hingga tahun 2019

rasio antara sumber dana PNBP dengan sumber dana RM semakin meningkat yang

nampak pada pagu PNBP yang semakin meningkat Hal ini menandakan tingkat

kemandirian BLU Universitas Tanjungpura semakin membaik Sedangkan pada

Rumah sakit Bhayangkara terdapat penurunan atas pagu PNBP nya hal ini karena

pada tahun 2019 RS Bhayangkara Pontianak melakukan renovasi gedung dan

ruang perawatan yang mempengaruhi jumlah layanan pasien dan penerimaan

PNBP nya

b Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional

Kemandirian Satker BLU selain dapat dilihat dari Rasio Antara Sumber Dana

PNBP dan RM sebagaimana pada poin a dapat pula dinilai dari Rasio PNBP

terhadap biaya operasional BLU Untuk rasio ini BLU di Kalimantan Barat memiliki

rasio yang cukup baik

Tabel III25

Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional (persen)

Satker BLU 2018 2019

Pendapatan PNBP

Biaya Operasional

Pendapatan PNBP

Biaya Operasional

Politekkes Pontianak

3038 6360 48 2702 7725 35

RS Bhayangkara Pontianak

3034 3616 84 2802 4347 64

Universitas Tanjungpura

41371 45355 91 34461 51317 67

53

RS Kartika Husada

Belum menjadi satker BLU 5056 6264 81

Berdasarkan tabel di atas di tahun 2018 pada Satker BLU Politeknik Kesehatan

Pontianak perbandingan antara pendapatan BLU dengan biaya operasional didapat

hasil 48 persen (rasio PNBP terhadap biaya operasional 48 persen) Sedangkan

untuk tahun 2018 rasio kemandirian Satker BLU Poltekkes Pontianak menurun

menjadi 35 persen Penurunan ini disebabkan jumlah pendapatan PNBP yang

menurun sedangkan biaya operasional meningkat Penurunan pendapatan karena

penurunan jumlah mahasiswa baru

RS Bhayangkara Pontianak dari hasil perhitungan rasio pendapatan BLU dengan

biaya operasional didapat hasil 84 persen di tahun 2018 dan mengalami penurunan

menjadi 64 persen Penurunan rasio disebabkan penurunan pendapatan dan

sebaliknya belanja meningkat Penurunan pendapatan disebabkan pendapatan

yang berasal dari rawat inap berkurang Hal ini disebabkan penghapusan gedung

layanan lama yang disertai dengan pembangunan gedung rawat inap baru Namun

secara rasio RS Bhayangkara masih memiliki tingkat kemandirian yang yaitu

diatas 60 persen

Univ Tanjungpura ditahun 2018 sebagai satker BLU baru memiliki rasio 91

persen Ini menandakan Untan sebagai satker BLU memiliki kemandirian yang

sangat baik Sedangkan untuk RS Kartika Husada yang merupakan Rumah sakit

dibawah Kodam Tanjungpura dan baru ditetapkan menjadi BLU penuh di bulan Juli

2019 sudah memiliki awal yang baik dengan tingkat kemandirian (rasio PNBP

dengan biaya operasional ) sebesar 81 persen

f Analisis Efektifitas BLU

Analisa efektifitas BLU adalah analisis untuk mengetahui efektifitas dibentuknya BLU

yaitu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan fleksibilitas

dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi produktifitas dan penerapan

praktek bisnis yang sehat Peningkatan layanan antara lain juga dapat dilihat dari

pendapatan yang dihasilkan dari layanan BLU Analisis efektifitas BLU didapat dari rasio

pendapatan operasional terhadap asset tetap atau rasio perputaran asset tetap Tujuan

analisis ini adalah untuk mengetahui kemampuan BLU untuk menghasilkan pendapatan

dari aset yang dimilikinya

54

Tabel III26

Analisis Efektifitas BLU

Satker BLU 2018 2019

Pendapatan Operasional

Aset Tetap Pendapatan Operasional

Aset Tetap

Politeknik Kesehatan Pontianak

3038 21286 142 2702 21801 124

RS Bhayangkara Pontianak 3034 4832 627 2802 9127 307

Universitas Tanjungpura 41371 2175410 190 34461 2093628 16

RS Kartika HUsada Belum menjadi satker BLU 5056 2486 203

sumber data e rekon

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perputaran aset tetap satker BLU Politekkes

Pontianak tahun 2018 sebesar 142 persen dan mengalami penurunan di tahun 2019

menjadi 124 persen Dari rasio tersebut artinya kemampuan Poltekkes Pontianak

memperoleh pendapatan berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah sebesar 124

persen Penurunan rasio ini disebabkan pendapatan BLU yang menurun di tahun 2019

Sedangkan perputaran aset untuk Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak pada tahun 2019

mengalami penurunan dari 627 persen di tahun 2018 menjadi 307 persen di tahun 2019

Penurunan rasio ini disebabkan penurunan pendapatan BLU dan juga kenaikan aset

tetap Kemampuan RS Bhayangkara Pontianak tahun 2019 untuk memperoleh

pendapatan BLU berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah 307 persen

Kemampuan Untan memperoleh pendapatannya berdasarkan asset tetap yang

dimilikinya di tahun 2019 sebesar 16 persen

g Analisis Legal BLU

Pemberian fleksibilitas pengelolaan keuangan kepada Satker BLU adalah tetap dalam

koridor penerapan tata kelola pemerintahan yang baik Satker BLU tetap mempunyai

kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang telah diatur di dalam undang-undang

Tabel III27

Kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan Keuangan

Kewajiban Politeknik Kesehatan Pontianak

RS Bhayangkara

Pontianak

Universitas Tanjungpura

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Penyusunan amp Penyampaian Rencana Bisnis Anggaran

Ya - Ya - Ya -

Penyusunan amp penyampaian Lap Keu (standar akuntansi Keu)

Ya - Ya - Ya -

55

Berdasarkan tabel kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan keuangan

dapat dilihat bahwa BLU di Provinsi Kalimantan Barat yakni Politeknik Kesehatan

Pontianak RS Bhayangkara Pontianak dan Universitas Tanjungpura telah memenuhi

semua kewajiban dalam rangka penerapan tata kelola dan pengelolaan keuangan BLU

sesuai dengan ketentuan (peraturan perundang-undangan)

37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT

Dalam rangka peningkatan pembangunan di Wilayah Kalimantan Barat Pemerintah

berusaha memperdayakan potensi yang ada guna mendukung pembangunan ekonomi di

daerah diantaranya berupa Dana Invstasi Pusat yang diberikan kepada Pemda melalui

pinjaman dan Investasi Kredit Program kepada UMKM di Wilayah Kalimantan Barat Kanwil

Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat berkewajiban menatausahakan investasi

pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi khususnya penerusan pinjaman (Subsidary

Loan Agreement) Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat) dan Pembiayaan Ultra Mikro

(UMi)

371 Penerusan Pinjaman (Subsidary Loan Agreement)

Penerusan Pinjaman Pemerintah Pusat (Subsidiary Loan Agreement) kepada

Pemerintah DaerahPerusahaan DaerahBUMD Penerusan pinjaman yang diberikan

kepada PDAM maupun Pemda dimaksudkan untuk meningkatkan atau memperbaiki

tata kelola penyediaan air minum kepada masyarakat baik dari segi infrastruktur maupun

percepatan penyedian air minum

Pada tahun 2019 masih terdapat 1 (satu) pinjaman BUMD dan Pemda menunggu

penyelesaian penghapusan yaitu Pemerintah Kota Singkawang dengan sisa hutang

sebesar Rp1766635437024 yang diselesaikan melalui proses pelaksanaan debt swap

sebesar Rp1398691928715 dan penghapusan utang murni Rp367943508309

Pemerintah Kota Singkawang telah mengalokasikan program debt swap pada APBD

tahun anggaran 2017 melalui DPPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

berupa kegiatan Pembangunan Bangsal Ruang Inap Kelas I RSUD Abdul Aziz di

Singkawang dengan realisasi pembangunan sebesar Rp14407200000 dan telah

dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat

Penyampaian Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU

Ya - Ya - Ya -

Persetujuan Tarif Layanan oleh Menteri Keuangan

Ya - Ya - Ya -

Persetujuan Pembukaan Rekening Ya - Ya - Ya -

Penyusunan SOP pengelolaan keuangan BLU

Ya - Ya - Ya -

56

Tabel III31

Profil Oustanding Penerusan Pinjaman BUMD dan PEMDA di

Prov Kalbar Tahun 2018

Sumber Data Kanwil Data PemdaBUMNBUMD Penerima SLA Dit SMI

372 Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat)

Investasi Pemerintah Pusat lainnya adalah Program Kredit Program berupa

pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM (KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan

Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 debitur)

jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar

atau 1135 persen

TabelIII32

Penyaluran KUR Wilayah Kalimantan Barat Tahun 2019

No KabKota 2018 2019

Akad Debitur Akad Debitur

1 Kalimantan Barat 1650000000 29 1055000000 30

2 Kab Sambas 172012480000 5063 178155490000 4706

3 Kab Mempawah 117141764400 3853 117924669245 3337

4 Kab Sanggau 137303602000 3683 151852745000 3768

5 Kab Ketapang 134775029932 3445 115111754000 3193

6 Kab Sintang 169583544950 3539 214178312000 3769

7 Kab Kapuas Hulu 74602388591 2755 101002500000 3412

8 Kab Bengkayang 62169980000 1909 61608265000 2069

9 Kab Landak 84971200000 2710 99536500000 2866

10 Kab Sekadau 82259245000 1715 76000490000 1679

11 Kab Melawi 60856245000 1378 84465707561 1292

12 Kab Kayong utara 24188290000 826 25003500000 824

13 Kab Kubu Raya 151025480000 3883 193886370000 4216

14 Kota Pontianak 256541689000 4730 283349999288 4710

15 Kota Singkawang 85998890400 1993 95216230108 1907

Total 1615079829273 41511 1798347532202 41778

Sumber SIKP Dit SMI 2019

Penyaluran KUR tersebar di beberapa Lembaga Keuangan di wilayah Kalimantan

Barat melalui aplikasi online system data KUR dengan Sistem Informasi Kredit Program

57

(SIKP) untuk wilayah Kalbar terdapat 16 lembaga keuangan yang ditunjuk sebagi

penyalur Sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini

Tabel II32 Penyaluran KUR per Bank Provinsi Kalbar Tahun 2019

No Nama Bank Jumlah

Rupiah Debitur

1 BPD Jawa Tengah 500000000 1

2 BPD Kalimantan Barat 235246000000 2225

3 BPD Kalimantan Selatan 100000000 1

4 BPD Kaltimtara 50000000 1

5 BPD Riau Kepri 250000000 1

6 BRI Syariah 28661000000 868

7 Bank Bukopin 1680000000 6

8 Bank Central Asia 3075000000 13

9 Bank Mandiri 374774669000 4448

10 Bank Maybank 1220000000 4

11 Bank Negara Indonesia 308639830404 1794

12 Bank Rakyat Indonesia 837567307798 32376

13 Bank Sinarmas 6014000000 25

14 Bank Tabungan Negara 400000000 3

15 CTBC Bank 58980000 4

16 Internusa Tribuana Citra Multifinance 110745000 8

1798347532202 41778

Sumber SIKP Dit SMI 2019

Berdasarkan data aplikasi SIKP penyaluran KUR mencapai sebesar Rp179834

miliar dengan jumlah debitur 41778 orang tersebar melaui skema Usaha Mikro sebesar

Rp73601 miliar (34757 debitur) Kecil dan menengah sebesar Rp106172 miliar (6977

debitur) dan TKI sebesar Rp61874 juta (44 debitur) Bank Rakyat Indonesia (BRI)

merupakan lembaga terbesar penyalur KUR yakni sebesar Rp83756 miliar Sebagian

besar investasi digunakan pada sektor perdagangan yaitu sebesar Rp93627 miliar

(20750 debitur) atau 5178 persen disusul bidang Pertanian Perburuhan dan

Kehutanan sebesar Rp47943 miliar (15953 debitur) atau 2651 persen dan Jasa

Kemasyarakatan Sosial Budaya Hiburan dan Perorangan lainnya sebesar Rp9811

miliar (2398 debitur) atau 543 persen

Hasil monitoring Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov Kalbar terhadap penyaluran

kredit program dapat dikatakan bahwa Pemerintah sangat memperhatikan dan

mengharapkan adanya perkembangan usaha serta peningkatan ekonomi bagi UMKM di

wilayah Kalimantan Barat hal ini menunjukan bahwa program KUR sangat bermanfaat

58

dan berdampak terhadap perkembangan kegiatan usaha bahkan pertumbuhan ekonomi

di Kalimantan Barat Dalam perkembangannya hasil survey di lapangan yang diambil

secara sampling terhadap 82 debitur program KUR di wilayah Kalbar didominasi oleh

Sektorbidang usaha perdagangan yaitu sebesar 5976 persen atau 49 pelaku UMKM

disusul bidang usaha jasa sebesar 1951 persen atau 16 pelaku UMKM dan Pertanian

Peternakan dan Perkebunan 1220 persen atau 10 pelaku UMKM sedangkan sektor

usaha lainnya sebesar 853 persen atau 7 pelaku UMKM Sesuai Permenko Bidang

Perekonomian nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanan KUR sektor di luar

sektor perdagangan dikelompokkan sebagai sektor produksi Dengan demikian

berdasarkan hasil survey responden debitur KUR di sektor produksi hanya mencapai

4124 persen Hal ini masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama

pada sektor produksi sebesar 60 persen

Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar

sasaran dan tujuan program KUR dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran

KUR diarahkan agar lebih banyak menyasar UMKM di sektor produksi (non

perdagangan) yaitu dengan memberikan target minimal penyaluran ke sektor produksi

sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan skema KUR

Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat perkebunan

rakyat dan peternakan rakyat

373 Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)

Tahun 2019 jumlah penyaluran UMi di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar

Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen

Tabel III33

Penyaluran UMI Provinsi Kalbar Tahun 2019

No Tahun 2018 2019

KabKota Akad Debitur Akad Debitur

1 Kayong Utara 11000000 2 208000000 28

2 Ketapang 229000000 32 1055800000 165

3 Kubu Raya 1447315688 356 1176000000 314

4 Landak 860878000 194 200500000 45

5 Melawi 155000000 24 210000000 29

6 Mempawah 3188943000 758 3574105000 1027

7 Sambas 358000000 50 232400000 30

8 Sanggau 148500000 21 622933000 93

9 Sintang 90500000 14 235700000 44

59

10 Pontianak 1671500000 638 2805350000 931

11 Singkawang 185000000 25 188500000 28

12 Bengkayang 31000000 4 5000000 1

13 Kapuas Hulu 7000000 2 7000000 2

14 Sekadau 30000000 4 - -

Jumlah 8413636688 2124 10521288000 2737

Berdasarkan data aplikasi SIKP UMi penyaluran UMi di Kalimantan Barat mencapai

sebesar Rp1052 miliar dengan jumlah debitur 2737 orang pembiayaan UMi dilakukan

melalui penyalur perantara yang merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

diantaranya adalah PT Pegadaian (Persero) PT Bahana Artha Ventura PT

Permodalan Nasional Madani (Persero) serta beberapa Koperasi baik melalui

pembiayaan konvensional danatau pembiayaan syariah LembagaLankage penyalur

terbesar yaitu PT PNM merupakan lembaga terbesar penyalur UMi yakni sebesar

Rp443 miliar (1531 debitur) PT Pegadaian sebesar Rp263 miliar (453 debitur) KSPS

BMT UGT Sidogiri sebesar Rp188 miliar (337 debitur) dan KSPPS BMT Bina Umat

Sejahtera sebesar Rp154 miliar (408 debitur)

Tabel III33

Penyaluran UMI per LKBB Provinsi Kalbar Tahun 2019

NO PENYALUR LKBB TOTAL PENYALURAN Debitur

1 PT PEGADAIAN 2637600000 453

2 PNM 4427500000 1531

3 KSPPS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA 1535305000 408

4 KSPPS TAMZIS BINA UTAMA 26000000 6

5 KSPPS BMT BINA IHSANUL FIKRI 7000000 2

6 KSPS BMT UGT SIDOGIRI 1887883000 337

Total 10521288000 2737

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi penyaluran UMi yang dilaksanakan di

beberapa wilayah Kalimantan Barat terdapat faktor yang sangat berpengaruh terhadap

perkembangan penyaluran UMi di Kalimantan Barat antara lain

1 PenyalurLembaga Linkage selaku penyalur pembiayaan UMi belum tersebar atau tidak

memiliki kantor cabang di seluruh wilayah Kalbar sehingga potensi penyaluran pembiayaan

UMi kurang maksimal dan tidak bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Kalbar

2 Hasil produk UMKM terutama mutu dan kualitas produk belum dapat bersaing secara

global dengan produk daerah lain

Sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan usaha UMKM di wilayah

Kalimantan Barat adalah melakukan koordinasi dan kerjasama antara Pemda

60

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalbar PenyalurLembaga Linkage

serta lembaga terkait lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada

debitur dan membantu mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada

masyarakat baik melalui pertemuan maupun dengan media cetak banner spanduk

dan lain-lain sehingga dapat mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha

Mikro bahkan dapat meningkat ke Mikro Kecil

38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN

BELANJA INFRASTRUKTUR DI DAERAH

381 Mandatory Spending di Daerah

Belanja mandatory merupakan belanja wajib yang diperintahkan oleh Undang-Undang

yakni belanja sektor kesehatan sebesar 5 persen dan belanja sektor Pendidikan sebesar

20 persen

a Belanja Sektor Pendidikan

Uraian 2017 2018 2019

Alokasi Fungsi Pendidikan 157554 185385 231676

Pagu Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF

929392 1117061 1049551

Rasio 017 017 022

Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk

pembangunan Penyelenggaraan pendidikan di daerah akan mampu menjembatani

kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya belajar di sekolah Untuk memenuhi hal

tersebut tentunya harus dialokasikan anggaran belanja pendidikan Belanja Pendidikan

merupakan belanja wajib (mandatory spending) yang mutlak harus dipenuhi yang

ditentukan batas minimal pengalokasian anggaran dalam APBN sebesar 20 persen Alokasi

belanja pemerintah pusat Fungsi Pendidikan tahun 2019 sebesar Rp231 triliun meningkat

46291 miliar atau 2497 persen dibanding alokasi tahun sebelumnya Rasio fungsi

Pendidikan di tahun 2019 mencapai 022 naik 005 bila dibandingkan dengan rasio fungsi

pendidikan tahun sebelumnya Peningkatan alokasi fungsi kesehatan ini diharapkan akan

meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat

b Belanja Sektor Kesehatan

Uraian 2017 2018 2019

Alokasi Fungsi Kesehatan

16020 19263 18897

Alokasi Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF

929392 1117061 1049551

Rasio 0017 0017 0018

61

Anggaran berdasarkan fungsi kesehatan merupakan anggaran belanja negara dimana

dana anggaran akan diarahkan untuk melaksanakan program-program dalam rangka

meningkatkan derajat tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik Ketentuan pasal 171

undang undang nomor 36 tahun 2009 menjadikan alokasi di bidang kesehatan mutlak

dipenuhi (mandatory spending) Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan

adalah dengan menyediakan berbagai infrastruktur dan pengadaan tenaga-tenaga

kesehatan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan umum Usaha ini ditujukan

untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat sekaligus dalam rangka peningkatan mutu fisikal

sumber daya manusia dan Indonesia Sehat Alokasi belanja pemerintah pusat Fungsi

Kesehatan tahun 2019 di Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp18897 miliar menurun 366

miliar atau 19 penurunan tersebut disebabkan meningkatnya anggaran kesehatan

melalui transfer ke daerah (DAK) Rasio Fungsi Kesehatan di tahun 2019 mencapai 0018

naik 0001 bila dibanding rasio Fungsi Kesehatan tahun sebelumnya Meningkatnya alokasi

fungsi kesehatan tersebut diharapkan semakin meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat

382 BELANJA INFRASTRUKTUR

Infrastruktur memiliki peran penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

Keberadaan infrastruktur akan mendorong mobilitas penduduk dan faktor produksi

terutama tenaga kerja serta memperlancar arus barang dan jasa sehingga akan

mendorong tumbuhnya produksi dan investasi Belanja infrastruktur oleh pemerintah pusat

di representasikan oleh pos Belanja Modal (53) pada belanja KL (APBN)

Grafik III

Alokasi dan Realisasi Belanja Modal Tahun 2015 - 2019

sumber data mebe (diolah)

Untuk Wilayah Kalimantan Barat secara agregat alokasi untuk pos belanja modal (53)

dari tahun 2015 sd 2019 fluktuatif nampak ada penurunan belanja modal KL di tahun

2019 dibanding tahun anggaran sebelumnya Meskipun ada penurunan alokasi belanja

modal tidak berarti pembangunan infrastruktur untuk wilayah Kalimantan Barat diabaikan

000

100000

200000

300000

400000

500000

2015 2016 2017 2018 2019

Pagu Realisasi

62

karena pembangunan infrastruktur juga di topang oleh Dana Alokasi Fisik dimana tahun

2019 alokasi DAK Fisik sebesar Rp261 triliun

Tahun 2019 Pagu total belanja KL di Kalimantan Barat Rp1049 triliun dan alokasi

untuk belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun atau 2288 persen dan telah terealiasi

Rp195 triliun Dari total alokasi belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun di tahun 2019

sebagian besar alokasi belanja modal ada pada Kementerian PUPR sebesar Rp15 triliun

atau 665 persen dan selanjutnya Kementerian Perhubungan sebesar Rp20417 miliar

atau 85 persen Dari alokasi sebesar Rp15 triliun yang dianggarkan pada kementerian

PUPR di Kalimantan Barat 61 persen alokasikan untuk pembangunan infrastruktur jalan

diantaranya jalan trans Kalimantan perbatasan Indonesia dan Malaysia yakni ruas jalan

nanga badau - entikong - aruk - temajok serta pembangunan jalan Nasional III dan III di

seluruh wilayah Provinsi Kalbar Diharapkan dengan pembangunan ruas jalan secara

merata ini akan mempermudah akses dan koneksifitas antar wilayah dan mengakselerasi

nilai tambah perekonomian masyarakat Kalimantan Barat yang tercermin dari adanya

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dengan menguji pengaruh realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat dengan PAD

Prov Kalbar dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel

Hasil Regresi Sederhada Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat Terhadap PAD di Prov Kalbar

Tahun 2015-2019

R Square Significance

0049 0000

Dengan signifikasi 0000 menunjukkan bahwa realisasi Belanja Modal Pemerintah

Pusat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PAD R square 0049 berarti realisasi

Belanja Modal Pemerintah Pusat memiliki pengaruh positif sebesar 49 persen terhadap

PAD Provinsi Kalbar Hasil perhitungan regresi di atas menunjukkan bahwa setiap

kenaikan 1 rupiah Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat akan mendorong kenaikan

PAD sebesar Rp 0049 Apabila kenaikan Belanja Modal Pemerintah Pusat Rp 1 triliun

maka PAD akan naik sebesar Rp 49 miliar

Jembatan Kapuas PontianakJembatan ini memiliki panjang 42o meter dan lebar 6 meter Jembatan ini muali dibangun tahun 1980

BAB IV

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

APBD

63

41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan faktor pendorong utama dalam

peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah Selain itu kinerja pelaksanaan APBD juga

merupakan salah satu penentu tercapainya target sasaran makro ekonomi daerah yang

diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan tantangan dalam mewujudkan masyarakat

sejahtera dan mandiri Pemerintah daerah menggunakan APBD sebagai instrumen utama bagi

kebijakan publik di daerahnya

Untuk mencapai target tersebut Pemerintah Daerah Kalimantan Barat menyusun Alokasi

APBD Kalimantan Barat tahun anggaran 2019 sebagaimana terlihat pada tabel berikut

Tabel IV1

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

URAIAN 2018 2019

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PENDAPATAN 2443326 2422952 2543450 2563928

PENDAPATAN ASLI DAERAH

360621 390903 376276 404671

Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398

Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

16227 17161 18117 19075

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

98917 73671 85664 84200

PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816

Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak

77844 78654 78128 58493

Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649

Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

76467 113239 69129 97384

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

120005 121467 147048 180339

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

1850 1060 000 1419

64

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

105809 46616 94992 74442

Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318

Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124

BELANJA DAERAH 2499829 2345817 2604405 2510634

BELANJA OPERASI 1645895 1509851 1691108 1608335

Belanja Pegawai 841558 797512 935725 825216

Belanja Barang 606872 516897 599693 605691

Belanja Bunga 294 323 703 288

Belanja Subsidi 000 000 000 000

Belanja Hibah 190185 188493 145940 167928

Belanja Bantuan sosial 6987 6625 9047 9212

BELANJA MODAL 505628 470016 520212 498885

Belanja Modal 505628 470016 520212 498885

BELANJA TAK TERDUGA 3110 716 3213 625

Belanja Tak Terduga 3110 716 3213 625

BELANJA TRANSFER 345197 365234 389872 402789

TransferBagi Hasil Pendapatan

90177 99533 87458 102031

Belanja Bantuan Keuangan

255020 265701 302414 300757

SURPLUSDEFISIT -56503 77135 -60955 53295

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Anggaran pendapatan pada pemerintah provinsikabupatenkota di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018

Anggaran pendapatan naik sebesar Rp 100124 miliar menjadi 2543450 miliar atau 410

persen Anggaran belanja juga mengalami kenaikan sebesar 418 persen menjadi sebesar Rp

2604405 miliar Kondisi APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik dengan

menghasilkan surplus Rp 53295 miliar di wilayah Kalimantan Barat

42 PENDAPATAN DAERAH

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pemerintah dituntut

untuk memiliki kemandirian keuangan daerah yang lebih besar Dengan tingkat kemandirian

keuangan yang lebih besar berarti daerah tidak akan lagi sangat bergantung pada bantuan dari

pemerintah pusat dan propinsi melalui dana transfer

Namun tidak berarti jika kemandirian keuangan daerah tinggi maka daerah sudah tidak perlu

lagi mendapatkan dana transfer Dana transfer masih tetap diperlukan untuk mempercepat

pemabngunan daerah Semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan maka daerah dapat

memberikan pelayanan publik yang lebih berkualitas melakukan investasi pembangunan jangka

panjang dan sebagainya

65

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Pendapatan Daerah adalah hak pemda yang diakui

sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan Pendapatan daerah

tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah

yang sah Berdasarkan ketentuan tersebut APBD Kalimantan Barat disusun dengan rincian

sebagai berikut

Tabel IV2

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Jenis Pendapatan Daerah

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

URAIAN 2018 2019

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PENDAPATAN ASLI DAERAH 360621 390903 376276 404671

Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398

Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

16227 17161 18117 19075

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 98917 73671 85664 84200

PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816

Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak

77844 78654 78128 58493

Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649

Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

76467 113239 69129 97384

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 120005 121467 147048 180339

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

1850 1060 000 1419

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 105809 46616 94992 74442

Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318

Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pada tahun 2019 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Barat mengalami

peningkatan sebesar Rp 13768 miliar atau 352 persen dibandingkan tahun 2018 dengan realisasi

melebihi target yaitu 10755 persen dari pagu yang dianggarkan Kenaikan pendapatan ini

terutama ditopang oleh Pajak Daerah yang terealisasi 11103 persen dan Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang mencapai 10529 persen Retribusi Daerah juga melebihi

target dengan penerimaan sebesar 10305 persen

Pendapatan transfer terjadi kenaikan yang signifikan pada Dana Bagi Hasil Pajak dari

Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya yang mencapai 14087 persen dari target disusul oleh

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar 12264 persen

66

421 Dana TransferPerimbangan

Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan dana otonomi khusus dan

dana penyesuaian

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan Desentralisasi Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran

dalam APBN

Kebijakan perimbangan keuangan atau ditekankan pada empat tujuan utama yaitu (a)

memberikan sumber dana bagi daerah otonom untuk melaksanakan urusan yang

diserahkan yang menjadi tanggungjawabnya (b) mengurangi kesenjangan fiskal antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah (c) meningkatkan

kesejahteraan dan pelayanan publik dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dan

pelayanan publik antar daerah serta (d) meningkatkan efisiensi efektifitas dan akuntabilitas

pengelolaan sumber daya daerah khususnya sumber daya keuangan

Dana perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Dana Alokasi Khusus (DAK)

a Analisis ruang fiskal dan kemandirian daerah

1) Analisis Ruang Fiskal

Ruang fiskal secara umum merupakan ketersediaan ruang dalam anggaran yang

memampukan Pemerintah menyediakan dana untuk tujuan tertentu tanpa

menciptakan permasalahan dalam kesinambungan posisi keuangan Pemerintah

Dalam konteks APBN ruang fiskal adalah total pengeluaran dikurangi dengan

belanja non diskresionerterikat seperti belanja pegawai pembayaran bunga subsidi

dan pengeluaran yang dialokasikan untuk daerah

Dalam APBD Ruang fiskal adalah pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked

(DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat)

Ruang Fiskal mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda

tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib)

Ruang Fiskal adalah (Total Pendapatan-DAK) ndash Belanja Pegawai tak langsung

67

Grafik IV1

Ruang Fiskal Kalimantan Barat

Tahun Anggaran 20182019

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Berdasarkan data dua tahun terakhir ruang fiskal Kalimantan Barat tumbuh

sebesar 19589 miliar dari tahun 2018 sebesar 1155080 menjadi 1174669

pada tahun 2019 Terjadi peningkatan ruang fiskal sebesar 266 persen dari

tahun sebelumnya

2) Analisis Rasio Kemandirian Daerah

Ruang Rasio kemandirian daerah Rasio PAD terhadap total pendapatan dan

rasio dana transfer terhadap total pendapatan Apabila rasio PAD lebih besar

daripada rasio dana transfer berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin

besar rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan semakin tinggi

Rasio PAD = PAD Total Pendapatan APBD

Rasio DanaTransfer = Total Dana Transfer Total Pendapatan APBD

Rasio PAD = 376276 2543450

= 015

Rasio DanaTransfer = 2072181 2543450

= 081

Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio ketergantungan

Kalimantan Barat masih sangat tinggi

b Analisis komparatifperbandingan year on year (yoy) antara trend alokasi dana transfer

untuk Kalimantan Barat terhadap Pertumbuhan ekonomi regional PDRB Tingkat

pengangguran Tingkat kemiskinan IPM (HDI) dapat digambarkan sebagai berikut

000

2000

4000

6000

8000

10000

2018 2019

2018 54592019 5192

2018 45412019 4808

Belanja Mengikat Ruang Fiskal

68

Tabel IV3

Tabel Perbandingan Alokasi Dana Transfer Terhadap Indikator Perekonomian Regional

Tahun Anggaran 20182019

INDIKATOR 2018 2019 persen

Alokasi Dana Transfer 345197 389872 1294

Pertumbuhan Ekonomi Regional

506

500 (119)

PDRB 19403

21232 943

Tingkat Pengangguran 426

4 45 446

Tingkat Kemiskinan 737

728 (122)

IPM 6698

NA NA

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Peningkatan dana transfer dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 1294 persen

tidak serta merta turut mendongkrak indikator perekonomian di Kalimantan Barat

Tercatat hanya PDRB yang mengalami trend positif yaitu 943 persen Sedangkan

indikator lainnya negatif

422 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang

dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Pendapatan asli daerah diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi

pemerintahan daerah oleh karena ini berarti pemerintah daerah didorong untuk dapat

meningkatkan kemandirian keuangannya

a Analisis komposisi pendapatan daerah dan perbandingannya

Pada tahun 2019 pendapatan daerah Kalimantan Barat sebesar 2563928 miliar

Pendapatan transfer sebesar 2084816 miliar dan Pendapatan Asli Daerah sebesar

404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018 dapat disajikan sebagai berikut

69

Grafik IV2 Perbandingan Pendapatan Dana Transfer dan PAD Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Sampai tahun 2019 PAD Kalimantan Barat masih berada di kisaran 15 persen

dari seluruh total pendapatan Hal ini menunjukkan tingkat kemandirian keuangan

Kalimantan Barat masih rendah

b Analisis perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan belanja daerah

Pada tahun 2019 Belanja Daerah Kalimantan Barat sebesar 2510634 miliar

Pendapatan Asli Daerah sebesar 404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018

adalah sebagai berikut

Grafik 4221

Perbandingan Belanja Daerah dan Pendapatan Asli DaerahKalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

-

5000

10000

15000

20000

25000

30000

PENDAPATANPENDAPATAN

TRANSFER PENDAPATANASLI DAERAH

24433

20827

3606

24230

20320

3909

25435

21672

3763

25639

21593

4047

2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

10000

20000

3000024998

3606

23458

3909

26044

3763

25106

4047

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi

2019 Anggaran 2019 Realisasi

70

Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah tahun 2019 adalah

sebesar 1612 persen Angka ini sedikit menurun apabila dibandingkan dengan tahun

2018 yang sebesar 1666 persen Hal ini mengindikasikan ada peningkatan

kemampuan daerah untuk membiayai pengeluarannya

423 Pendapatan Lain-lain

Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan daerah selain pendapatan

transferperimbangan dan pendapatan asli daerah

Grafik IV4 Perbandingan Pendapatan Lain-lain terhadap Total Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Kontribusi Pendapatan Lain-lain di Kalimantan Barat tidak begitu signifikan terhadap

keuangan daerah Walaupun menunjukkan peningkatan tetapi secara keseluruhan

jumlahnya tidak terlalu besar Pada tahun 2018 sebesar 192 persen dari total

pendapatan dan meningkat menjadi 290 persen pada tahun 2019

43 Belanja Daerah

Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan Belanja Daerah bersumber

dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) + Dana Transfer dari Pusat ke Daerah (DAU DAK Dana

Penyeimbang Dana Kontingensi DBH dll) Tujuan analisis Belanja Daerah antara lain adalah

untuk mengetahui kontribusi pengeluaran daerah terhadap pengeluaran pemerintah secara

nasional Analisis Belanja Daerah dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi belanja daerah seperti

klasifikasi urusan klasifikasi fungsi dan sebagainya

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

PENDAPATANPENDAPATAN

LAIN-LAIN

24433

1058

24230

466

25435

950

25639

744

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

71

Tabel IV5

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Persentase Jenis Belanja Terhadap Total Belanja

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Jenis Belanja Alokasi persen Thd Belanja

Sektor Konsumtif

Belanja Pegawai 825216 3301

Belanja Barang 605691 2423

Belanja Bunga 703 003

Belanja Hibah 145940 584

Belanja Bantuan sosial 9047 036

Belanja Bagi Hasil Kepada ProvKabKota dan Pemdes 87458 350

Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvKabKota dan Pemdes 302414 1210

Belanja tidak terduga 3213 013

1979682 7919

Sektor Produktif

Belanja Modal 520212 2081

Total Belanja 2499893 10000

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Alokasi APBD masih didominasi oleh belanja yang bersifat konsumtif yang mempunyai multi

efek jangka pendek dan didominasi untuk mencukupi kebutuhan belanja pegawai sebesar 3301

persen dari total belanja Terbesar berikutnya adalah belanja barang sebesar 2423 persen

Sedang untuk alokasi Belanja Modal sebesar 2081 persen ini sangat berpengaruh terhadap

peluang terbukanya lapangan pekerjaan untuk menambah kesejahteraan masyarakat karena

belanja modal mempunyai multi efek jangka panjang

44 Perkembangan BLU Daerah

BLU daerah di Kalimantan Barat bergerak dibidang layanan kesehatan Seluruhnya

merupakan BLUD yang sebagian biaya operasionalnya di biayai dengan APBD

Tabel IV6

BLU Daerah Kalimantan Barat Berdasarkan Nilai Aset dan Komposisi Pagu

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

No Jenis Layanan

Satker BLUD Nilai Aset Pagu

2018 2019 PNBP APBD TOTAL

1 Kesehatan RSUD Dr Ade M Djoen

2 Kesehatan RSUD Pemangkat Sambas

3 Kesehatan RSUD Sambas 3962 4952 2062

4 Kesehatan RSUD Sanggau

5 Kesehatan RSUD Dr Agusdjam Ketapang

6 Kesehatan RSUD Singkawang

72

7 Kesehatan RSUD Sekadau 4112 5281 1203 3692 4895

8 Kesehatan RSUD Dr Soedarso 21480 26748 6114

9 Kesehatan RSUD Dr Achmad Diponegoro Kapuas Hulu

1499 1319

10 Kesehatan RSUD Bumi Sebalo Bengkayang 6076 8645 1500 3579 5079

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

RSUD Dr Soedarso yang berada di Pontianak merupakan BLU Daerah terbesar dengan total

asset 26748 Walaupun begitu pendapatan operasionalnya baru mencapai 25 persen dari pagu

keseluruhan Sisanya masih didanai dengan APBD RSUD Bumi Sebalo sedikit lebih besar

persentase komposisi pagu PNBP terhadap total pagu Pagu PNBPnya mencapai 30 persen dari

total pagu

45 SurpusDefisit APBD

Selisih antara pendapatan dan belanja akan menimbulkan surplus atau defisit sedangkan jika

pendapatan dan belanja sama maka mencapai anggaran yang berimbang Surplus APBD terjadi

bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah jika

sebaliknya maka defisit Dalam selisih ini dapat kita jelaskan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh

pemda dapat juga dijelaskan mengenai faktor pendorong terjadinya surplusdefisit tersebut Jika

APBD defisit maka pemda harus mencari alternatif untuk menutupi kekurangan tersebut

Sedangkan jika surplus maka pemerintah akan menerima kembali dana lebih tersebut Surplus

tersebut dapat dianggarkan untuk pembayaran pokok utang penyertaan modal daerah pemberian

pinjaman kepada pemerintah lain dan pembentukan dana cadangan (misal untuk Pilkada

infrastruktur dll)

a Rasio surplusdefisit terhadap aggregat pendapatan

Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan

APBD = 77135 2422952

2018 = 318

Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan

APBD = 53295 2563928

2019 = 2079

Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2018 tetapi Kalimantan Barat masih

mencatatkan rasio surplus untuk tahun 2019 sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi

APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik

b Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I)

73

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I) rasio ini untuk mengetahui

proporsi adanya surplusdefisit anggaran terhadap salah satu sumber pendapatan APBD

yaitu realisasi pencairan dana transfer Hal ini dapat menunjukkan ekses likuiditas Pemda

pada semester I akibat frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal

bagi Kementerian Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama

pada daerah yang sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses

likuiditas

Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = Surplus atau defisit Semester I dibagi

Total Realisasi Dana Transfer

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 435522 942997

2018 = 4618

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 452874 983139

2019 = 4606

Pada semester I baik tahun 2018 maupun 2019 rasio surplus terhadap realisasi dana transfer

sangat tinggi Hal ini mengindikasikan ekses likuiditas Pemda pada semester I akibat

frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian

Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama pada daerah yang

sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas

c Rasio surplusdefisit terhadap PDRB indikator ini menggambarkan kesehatan ekonomi

regional semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan

jasa yang cukup baik untuk membiaya hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah

Rasio surplusdefisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplusdefisit thd PDRB = Surplus atau defisit APBD dibagi PDRB

Rasio surplusdefisit thd PDRB = 77135 19403

2018 = 398

Rasio surplusdefisit thd PDRB = 53295 21232

2019 = 251

Rasio surplus di 2019 lebih kecil dari 2018 ini menunjukkan Kalimantan Barat semakin

mampu memproduksi barang dan jasa lebih baik

46 Pembiayaan

Pembiayaan Daerah adalah seluruh penerimaan yang harus dibayar kembali danatau

pengeluaran yang akan diterima kembali Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan

dan pengeluaran pembiayaan

Rasio SILPA terhadap alokasi belanja di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

74

Rasio SILPA = Jumlah SILPA dibagi Total belanja APBD

Rasio SILPA = 21710 2345817

2018 = 52

Rasio SILPA = 46347 2510634

2019 = 184

Rasio SILPA merupakan rasio yang mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang tidak

digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran Pada tahun 2019

angka rasionya adalah 184 terjadi penurunan sebesar 334 dibandingkan tahun 2018 hal ini

mengindikasikan bahwa efektifitas belanja setahun terakhir cenderung meningkat daripada tahun

sebelumnya

47 Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah

471 Analisis Horizontal dan Vertikal

a Analisis Horizontal

Analisis horizontal merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam

satu laporan realisasi Pemda (KabupatenKota) satu dengan Pemda lain dalam satu

wilayah (Provinsi) Selain itu analisis ini merupakan analisis membandingkan perubahan

keuangan dalam satu post APBD yang sama pada satu lingkup Pemda Tujuan dari analisis

horizontal adalah untuk menyajikan informasi yang utuh terkait kinerja suatu pos antar

Pemda dan perkembangan suatu pos APBD dari waktu ke waktu

Grafik IV3 Realisasi PAD KabupatenKota Kalimantan Barat

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pendapatan Asli Daerah pada Kab Sambas mengalami lonjakan yang signifikan

yaitu sebesar 26952 persen apabila dibandingkan dengan tahun yang lalu Sebaliknya

Kab Sintang mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 2830 persen

SambasSingkawa

ngSintang Sekadau

11KabKota

TotalKalbar

TW IV 2018 4028 13087 24004 5464 344320 390903

TW IV 2019 14885 16630 17210 4535 351411 404671

010002000300040005000

mili

ar r

up

iah

75

b Analisis Vertikal

Analisis vertikal merupakan analisis yang membandingkan antara pos yang satu

dengan pos yang lain terhadap totalnya dalam satu komponen APBD yang sama Tujuan

dari analisis vertikal adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi suatu pos dalam

bentuk angka total sehingga membantu pengguna dalam mengukur seberapa besar

pengaruh pos tersebut bagi Pemda

Pada prinsipnya semakin besar kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah akan

menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat Dengan kontribusi yang

semakin meningkat diharapkan pemerintah daerah semakin mampu membiayai

keuangannya Gambaran kemandirian keuangan daerah ini dapat diketahui melalui

besarnya kemampuan sumber daya keuangan dalam membiayai pelayanan kepada

masyarakat daerah tertentu

1) Analisis Kontribusi PAD Kalimantan Barat terhadap total pendapatan

Analisis Kontribusi PAD dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah

pendapatan asli daerah dengan total penerimaan daerah Rasio ini menunjukan

kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah Semakin tinggi kontribusi PAD maka

semakin tinggi kemampuan pemeritah daerah dalam penyelenggaraan desentralisas

Kriteria Rasio Kontribusi PAD

bull Sangat Baik gt 50

bull Baik 25 ndash 50

bull Kurang Baik10 ndash 25

bull Tidak Baik lt 10

76

Grafik IV4 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah di Kalimantan Barat masih relatif

rendah PAD di Kalimantan Barat menyumbang antara 15 persen sd 16 persen dari

seluruh total pendapatan dalam dua tahun terakhir

Penyebab dari rendahnya PAD tersebut antara lain pertama pemerintah daerah

belum mampu mengidentifikasi potensi sumber pendapatannya Kedua sebagian besar

pemerintah daerah masih belum dapat mengoptimalkan penerimaan pajak daerah

retribusi daerah atau bahkan penerimaan dari hasil kekayaan daerah yang dipisahkan

sesuai UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Ketiga pemerintah daerah masih menganggap bahwa rendahnya pendapatan PAD

sebagai akibat dari ruang gerak daerah yang terbatas untuk mengoptimalkan

penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diatur dalam UU No 28

Tahun 2009 Pemerintah daerah melihat banyak jenis dan objek pajak serta retribusi

yang masih dapat diterapkan tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang Ketiga

daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak yang besar masih diatur oleh

pusat yaitu Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak rokok Keempat

adalah kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan yang berasal

dari pajak daerah dan retribusi daerah yaitu menyempurnakan dan mengoptimalkan

penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada serta menerapkan

pajak daerah dan retribusi daerah yang baru

-

10000

20000

30000

Anggaran Realisasi

AnggaranRealisasi2018

2019

2018 2019Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PAD 3606 3909 3763 4047

PENDAPATAN 24433 24230 25435 25639

PENDAPATAN PAD

77

2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja

Analisis belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan antara total

realisasi belanja modal dengan total belanja daerah Berdasar laporan ini akan diketahui

porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada

tahun anggaran bersangkutan Pengeluaran belanja modal akan memberi manfaat

dalam jangka menengah dan panjang Belanja modal akan mempengaruhi neraca

pemerintah daerah yaitu menambah jumlah asset daerah Pemerintah daerah dengan

tingkat pendapatan daerah yang rendah memiliki porsi jumlah belanja modal yang tinggi

dibandingkan pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi Hal ini disebabkan

pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan rendah berorientasi untuk melakukan

belanja modal sebagai bagian dari investasi modal jangka panjang sedangkan

pemerintahan yang berpendapatan tinggi biasanya telah memiliki asset modal yang

mencukupi

Grafik IV5 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pada umumnya proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah antara 5

persen-20 persen Kalimantan Barat dalam dua tahun terakhir memiliki rata-rata rasio

belanja modal terhadap total belanja sebesar 1995 persen Pada tahun 2019

Kalimantan Barat memfokuskan belanja modal pada investasi penyediaan Gedung

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

5E+12

1E+13

15E+13

2E+13

25E+13

3E+13

BELANJA DAERAHBELANJA MODAL

2499829

505628

2345817

470016

2604405

520212

2510634

498885

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

78

perkantoran sebesar 3474 persen infrastruktur jalan sebesar 2759 persen dan

pengadaan alat-alat berat darat sebesar 1207 persen

472 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah

Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah yang

dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang

penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu

Analisis kapasitas fiskal daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur

kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui pendapatan

daerah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja

tertentu

Berdasarkan PMK Nomor 126PMK072019 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah

daerah provinsi dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal

Berdasarkan PMK tersebut indeks Kapasitas Fiskal Daerah kabupaten kota

dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal Daerah sebagai berikut

79

Tabel IV7

Kapasitas Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Pemerintah Daerah Indeks Kapasitas Fiskal

Kategori KFD Indeks Kapasitas

Fiskal

Kategori KFD

2018 2019

Prov Kalbar 0518 Rendah 0453 Sedang

Kab Sambas 0877 Sedang 0793 Sedang

Kab Sanggau 0855 Sedang 0778 Sedang

Kab Sintang 1134 Sedang 0269 Sangat Rendah

Kab Mempawah 043 Sangat Rendah 0494 Sangat Rendah

Kab K Hulu 1421 Tinggi 0884 Sedang

Kab Ketapang 1381 Tinggi 1094 Tinggi

Kab Bengkayang 0738 Rendah 0442 Sangat Rendah

Kab Landak 1274 Tinggi 0676 Rendah

Kab Melawi 0776 Sedang 0536 Rendah

Kab Sekadau 0669 Rendah 0611 Rendah

Kab Kayong Utara 056 Sangat Rendah 0406 Sangat Rendah

Kab Kubu Raya 1055 Sedang 0742 Sedang

Kota Pontianak 1368 Tinggi 1538 Tinggi

Kota Singkawang 0618 Rendah 0522 Rendah

Sumber PMK Nomor 126PMK072019

Berdasar tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah yang mempunyai indeks kapasitas

tinggi adalah Kab Ketapang dan Kota Pontianak Sedangkan daerah dengan indeks

kapasitas sangat rendah adalah Kab Sintang Mempawah Bengkayang dan Kayong Utara

Prov Kalbar naik dari kategori rendah ke sedang Kab Sintang turun dua tingkat dari

kategori sedang ke sangat rendah Kab Kapuas Hulu turun dari kategori tinggi ke sedang

Kab Landak turun dua tingkat dari kategori tinggi ke rendah dan Kab Melawi turun dari

kategori sedang ke rendah

48 Perkembangan Belanja Wajib Daerah

Tujuan dari sub ini adalah melihat gambaran perkembangan mandatory spending dalam

pelaksanaan APBD di daerah Mandatory spending adalah alokasi belanja wajib yang diatur

undang-undang Tujuan mandatory spending adalah mengurangi masalah ketimpangan sosial dan

80

ekonomi daerah Mandatory spending dalam tata kelola keuangan pemerintah daerah meliputi

alokasi pendidikan alokasi kesehatan penggunaan dana transfer umum dan alokasi dana desa

APBD diklasifikasikan menjadi 35 urusan daerah yaitu Pendidikan Kesehatan Pekerjaan

Umum Lingkungan Hidup Kelautan dan Perikanan Kehutanan Kesatuan Bangsa dan Politik

Perencanaan Pembangunan Penataan Ruang ESDM Pemberdayaan Masyarakat Desa Sosial

KUKM Perdagangan Kebudayaan Kependudukan dan Catatan Sipil dan seterusnya

Tahun 2019 total belanja terjadi peningkatan 703 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu

dari Rp 2345816 miliar menjadi Rp 2510634 miliar Dari ke-35 urusan daerah tersebut yang

menjadi perhatian utama pemerintah daerah secara berturut-turut adalah pemerintahan umum

(3118 persen) pendidikan (2337 persen) perumahan dan fasilitas umum (2125 persen) dan

kesehatan (1339 persen)

Berdasarkan fungsi APBD Kalimantan Barat dapat digambarkan sebagai berikut

Tabel IV8

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Fungsi Tahun 2019

(Miliar Rp)

Uraian Fungsi Total persen

01 PELAYANAN UMUM 782834 3118

02 PERTAHANAN ) 000 -

03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 30131 120

04 EKONOMI 178475 711

05 LINGKUNGAN HIDUP 22823 091

06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 533546 2125

07 KESEHATAN 336074 1339

08 PARIWISATA 9952 040

09 AGAMA ) 000 -

10 PENDIDIKAN 586788 2337

11 PERLINDUNGAN SOSIAL 30012 120

Total Belanja Daerah 2510634 10000

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Komitmen pemerintah daerah dalam membangun kualitas atau kesejahteraan masyarakat

dapat terlihat melalui alokasi pengeluaran pemerintah daerah dari tiga jenis belanja yaitu belanja

pendidikan belanja kesehatan dan belanja infrastruktur

481 Belanja Daerah Sektor Pendidikan

Pembangunan pendidikan dicapai dengan meningkatkan pemerataan akses kualitas

relevansi dan daya saing Alokasi anggaran fungsi pendidikan mencerminkan upaya

pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan

sebagai salah satu upaya untuk memenuhi amanat konstitusi bahwa alokasi anggaran

pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari belanja negara

81

Dari tabel 48 dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran pendidikan

Kalimantan Barat yang sebesar 2337 persen sudah memenuhi amanat UUD 1945 pasal 31

ayat (4) dan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat (1)

yang mewajibkan alokasi anggaran Pendidikan minimal 20 persen

482 Belanja Daerah Sektor Kesehatan

Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja

di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi (mandatory spending) Pasal tersebut

menyebutkan bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 5

persen (lima persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diluar gaji sementara

provinsi dan kabupatenkota mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 10

persen (sepuluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diluar gaji Tujuan

dari pembangunan bidang kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang terus

membaik Penggunaan anggaran di dibidang kesehatan diharapkan seoptimal mungkin

dapat termanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut

Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran kesehatan

pemerintah daerah minimal 10 persen dari APBD di luar gaji (UU No 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan) sudah terpenuhi di Kalimantan Barat

483 Belanja Infrastruktur Daerah

Dana Transfer Umum terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH)

yang penggunaannya bersifat umum Porsi DAU dan DBH yang besar dari total dana

Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) diharapkan mampu berperan besar dalam

upaya percepatan pembangunan infratuktur di daerah Dana Transfer Umum (DTU)

diarahkan penggunaannya sekurang-kurangnya 25 persen untuk belanja infrastruktur

daerah

DTU Kalimantan Barat terdiri dari DAU sebesar 1232649 miliar dan DBH 58493 miliar

Jumlah totalnya adalah 1291143 miliar Jika fungsi belanja perumahan dan fasilitas umum

sebesar 533546 maka angka ini senilai 4132 persen artinya jauh melebihi ketentuan yang

berlaku

Sungai Kapuas Kalimantan BaratMerupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang 1143 km Sungai Kapuas menjadi habitat bagi 700 jenis ikan air tawar 12 jenis diantaranya termasuk ikan langka serta 40 jenis ikan lainnya terancam punah

BAB V

PERRKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

ANGGARAN

KONSOLIDASIAAN

(APBN DAN APBD)

82

A LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang

disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian tingkat Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Prov Kalbar adalah sebagai berikut

Tabel V1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Lingkup Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019 (Miliar rupiah)

Uraian 2019 2018

Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi

Pendapatan Negara 891057 442989 1334046 2282 1086157

Pendapatan Perpajakan

808438 286398 1094835 1298 969055

Pendapatan Bukan Pajak

82620 118273 200893 7200 116798

Hibah 000 38318 38318 1250467

304

Transfer 000 2031342 000 000 000

Belanja Negara 968528 2377236 3345764 425 3209324

Belanja Pemerintah 968528 2107845 3076373 464 2939933

Transfer 2031342 269391 269391 000 269391

Surplus(Defisit) -77471 -1934247 -2011718 -525 -2123167

Pembiayaan 000 31348 31348 -2967 44575

Penerimaan Pembiayaan Daerah

000 126432 126432 4765 85628

Pengeluaran Pembiayaan Daerah

000 95084 95084 13161 41054

Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran

-77471 -1902899 -1980371 -473 -2078592

Catatan Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pada tahun 2019 pendapatan konsolidasian pemerintah

daerah provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp 1334 triliun Angka

ini naik 2282 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2018 Belanja Konsolidasian sebesar Rp 3345 triliun Angka

83

ini naik 425 persen dari tahun 2018 Terjadi defisit pada LKPK tahun 2019 sebesar

Rp 198 triliun

B PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau

Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh

pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu

periode pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun

resiprokal (berelasi)

1 Analisa Proporsi dan Perbandingan

Grafik V1

Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian

di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pendapatan Perpajakan memberikan kontribusi yang paling besar pada

pendapatan konsolidasian yaitu 8094 persen atau Rp1014 triliun Hal ini

menunjukkan Pendapatan Perpajakan masih tulang punggung General Government

Revenue di Provinsi Kalimantan Barat 7170 persen dari total Penerimaan

Perpajakan berasal dari Pajak Pemerintah Pusat PPn dalam Negeri menjadi Pajak

Pemerintah Pusat paling tinggi yaitu Rp 306 triliun

Pemerintah Daerah memberikan sumbangan 2821 persen atau Rp 286

triliun pada Penerimaan Perpajakan Konsolidasi Pajak Kendaraan Bermotor

mendominasi Pajak Daerah dengan nilai Rp 191 triliun disusul oleh Pajak Hotel

sebesar Rp 62899 miliar Hal ini menunjukkan sektor Pariwisata memiliki potensi

yang cukup besar dalam menyumbang PAD dalam bidang perpajakan

Diharapakan Pemerintah Daerah dapat terus menggali Pajak di sektor Pariwisata

dengan mengembangkan prasarana pendukung seperti perhotelan tempat

pariwisata dan lain-lain

8094

1504

287 000

Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak

Hibah Transfer

84

2 Analisa Perubahan

Pendapatan Konsolidasian mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada

tahun 2019 Kenaikan sebesar Rp 247 triliun atau 2282 persen dibanding tahun

2018 didorong peningkatan pada Pendapatan Perpajakan Rp 125 triliun (1298

persen) Pendapatan Bukan Pajak Rp 84095 miliar (72 persen) dan Pendapatan

Hibah Rp 38014 miliar (12504 persen)

Grafik V2

Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan

Konsolidasian Provinsi Kalimantan Tahun 2018 dan 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pendapatan Bukan Pajak paling besar disumbang oleh Penjualan Aset Daerah

dan Deviden atas Penyertaan Modal pada BUMD pada Pendapatan Bukan Pajak

Daerah sebesar Rp 59048 miliar dan Rp19075 miliar Deviden atas Penyertaan

Modal pada BUMD merupakan daya Tarik tersendiri bagi Pemerintah Daerah pada

Prov Kalbar untuk semakain memanfaatkan BUMD khususnya Bank Kalbar

sebagai tempat investasi

3 Perhitungan Rasio Konsolidasi

1) Tax ratio

Salah satu rasio konsolidasi dapat dilakuaka dengan menggunakan Tax Ratio

dengan rumus sebagai berikut

Tax Ratio = Pendapatan Perpajakan Konsolidasian Tingkat Wilayah

PDRB Provinsi

Dari perhitungan dapat ditemukan

PendapatanKonsolidasi

PendapatanPerpajakan

PendapatanBukan Pajak

Hibah Transfer

2019 1253916 1014946 200651 38318 000

2018 1086157 969055 116798 304 000

000

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

85

Tabel V2

Tax Ratio Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019

IndikatorTahun 2018 2019

Penerimaaan Perpajakan Konsolidasian (Miliar Rp) 969055 1014946

PDRB (Miliar Rp) 19403285 21273700

Tax ratio 499 477 Sumber LKPK Kanwil DJPB dan BPS(diolah)

Tax Ratio pada Prov Kalbar mengalami penurunan sebesar 022 persen pada

tahun 2019 dari tahun sebelumnya Dibandingkan dengan tax ratio nasional yang

sebesar 107 persen maka rasio pajak di Kalimantan Barat masih sangat kecil Hal

ini menjadi dapat menjadi motivasi bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

Daerah untuk mencari sumber-sumber Penerimaan Perpajakan yang mungkin

belum tergali secara tuntas Pemerintah dapat melakukan sensus pajak khusus

untuk Prov Kalbar agar potensi-potensi pajak tidak hilang sehingga tax ratio Kalbar

dapat mendekati tax ratio nasional

2) Rasio Kemandirian

Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan pembangunan

dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai

sumber pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain misalnya bantuan

pemerintah pusat ataupun dari pinjaman Rasio Kemandirian dapat dihitung dengan

rumus

Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah

Bantuan Pemerintah Pusat

Dengan menggunakan Laporan konsolidasian diperoleh data Rasio Kemandirian

Prov Kalimantan Barat pada tahun 2018 dan tahun 2019 berada pada angka 1818

persen dan 2180 persen Angka ini menunjukkan bahwa secara Laporan

Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan memiliki

ketergantungan yang cukup tinggi terhadap dana transfer Peran Pemerintah Pusat

akan sangat besar pada pembangunan di Kalbar sehingga Pemerintah Daerah tidak

leluasa dalam menentukan program kerjanya

C BELANJA KONSOLIDASIAN

Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja

Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja Pemerintah

Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang

sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi)

86

1 Analisis Proporsi dan Perbandingan

Proporsi dan komposisi realisasi berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis

belanja) atau perbandingan antara realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal

terhadap total Belanja konsolidasian

Grafik V3

Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pad a Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pada tahun 2019 secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Barat total

belanja pemerintah daerah lebih besar dari total belanja pemerintah pusat

Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp 3345 triliun 2895

persen bersumber dari anggaran pemerintah pusat dan sisanya sebesar 7105

persen dari anggaran pemerintah daerah

Belanja Operasional mendominasi pada Belanja Pemerintah Pusat maupun

Daerah 7045 persen Belanja Konsolidasian digunakan untuk belanaja

Operasional yaitu Rp 1608 triliun pada belanja Pemerintah Daeah dan 772 triliun

pada belanja Pemerintah Pusat Belanja Pegawai menjadi pengeluaran terbesar

pada Belanaja Operasional Konsolidasian yaitu Rp 11 90 triliun atau 3521 persen

dari total Belanaja Konsolidasian

Belanja Modal hanya menyumbangkan 2055 persen terhadapa belanaj

Konsolidasian Belanaj Bahan Baku Jalan dan jembatan menjadi belanja modal

terbesar Pemerintah Pusat dengan nilai Rp 36413 miliar dan Belanja

Pengadaaan Gedung Bangunan Tempat Kerja menjadi Belanja Modal Pemerintah

Daerah terbesar dengan Rp 175 triliun

Proporsi Belanja Pegawai yang mendominasi Belanaja Konsolidasian

sebenarnya kurang baik Dengan besarnya Belanja Pegawai yang harus

dibayarkan maka Pemerintah akan tidak leluasa menggunakan instrument fiskal

sebagai alat kebijakan

Konsolidasi Pusat Daerah

Belanja Transfer 303881 - 303881

Belanja Modal 694711 195827 498885

Belanja Operasional 2381037 772702 1608335

000500000

1000000150000020000002500000300000035000004000000

87

2 Analisis Perubahan

Grafik V4

Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Grafik V5

Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Belanja Operasional cenderung semakin besar persentase terhadap Belanja

Konsolidasian Besarnya belanja Operasional yang didominasi oleh Belanja

pegawai akan memepersempit ruang fiskal suatu daerah Dengan rumus

Ruang Fiskal = (Pendapatan-Belanja Pegawai)

Pendapatan

Dengan rumus di atas ruang fiskal Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan

Konsolidasian adalah 1077 persen

Angka 1077 persen menunjukkan bahwa Pemerintah pada Provinsi

Kalimantan Barat memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam membiayai

pembangunan di daerah Ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat juga sangat

tinggi dimana TKDD yang diterima lebih besar dari PAD Melihat hal ini sebaiknya

pemerintah daerah dan pemerintah Pusat dapat merumuskan efektifitas TKDD

yang diterima sebaiknya digunakan untuk apa dan dapat menggali sumber-sumber

PAD yang baru

68

248

Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer

70

219

Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer

88

3 Analisis Rasio Belanja Konsolidasian

Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam belanja pemerintah rasio Belanja

perkapita (spending per citizen) Rasio ini merupakan perbandingan antara realisasi

Belanja dibagi jumlah penduduk Dari perhitungan dari tahun 2019 belanja per

kapita adalah Rp 623 jutaorang mengalami kenaikan dari Rp 593 pada tahun 2018

Kenaikan ini berarti tujuan dari Pemerintah untuk menyejaterahkan masyarakat

semakin mendekati sasaran

Naiknya spending per citizen ini sejalan dengan penurunan Gini Ratio dari

angka 0325 pada tahun 2018 menjadi 0318 tahun 2019 Penurunan Gini Ratio

berarti terdapat perbaikan atas tingkat kesenjangan pada Prov Kalbar Indikator

yang juga mempengaruhi kenaikan spending per citizen adalah jumlah tenaga kerja

yang meningkat sebesar 22134 orang dari tahun 2018 ke tahun 2019

D SURPLUSDEFISIT

SurplusDefisit Laporan Keuangan Pemer i n t ah Konsolidasian di Provinsi

Kalimantan Barat t ahun 2019 mencapai minus Rp2011 triliun Defisit tersebut

b e r a s a l dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 77471 miliar dan Pemerintah Daerah

sebesar Rp1934 triliun

1) Proporsikomposisi Realisasi SurplusDefisit Pempus dan Pemda terhadap

SurplusDefisit Konsolidasian

Defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel V3

Rasio SurplusDefisit Konsolidasian terhadap PDRB

pada Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

SurplusDefisit Persentase SurrplusDefisist

Konsolidasi -2091849 10000

Pusat -157601 753

Daerah -1934247 9247

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pemerintah Daerah menyumbangkan defisit 9247 persen dari total defisit Hal ini

terjadi karena realisasi TKDD tidak diperkirakan dalam penyusunan neraca

konsolidasian Dengan adanya dana transfer yang diberikan oleh Pemerintah pusat

sebesar Rp 2033 triliun maka Pemerintah Daerah akan mendapatkan surplus sebesar

Rp 099 triliun

2) Perbandingan Rasio SurplusDefisit terhadap PDRB

Rasio ini menghitung perbandingan nilai surplusdefisit dengan nilai PDRB

89

Dihitung dengan rumus

Rasio SurplusDefisit = Nilai SurplusDefisit Konsolidasian

Nilai PDRB

Dengan rumus di atas maka di dapatkan Rasio surplusdefisit terhadap PDRB

adalah -983 persen Defisit konsolidasian bernilai 983 persen dari total PDRB Kalbar

pada periode tahun 2019

E ANALISA KONTRIBUSI KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang

ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan

kabupatenkota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender) Nilai

PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran

yaitu Y = C + I + G + X-M) Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai

salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi

Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2018

Tabel V4

Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2019 (miliar Rp)

Pendapatan 1254157

a Pajak 1014946

b Kontribusi sosial 200893

c Hibah 38318

d Pendapatan lain -

Beban 2651053

a Belanja Operasional 2381037

c Belanja Transfer 303881

Keseimbangan operasi brutoneto -1396896

Transaksi Aset Non Keuangan Neto 694711

a Aset tetap 694711

b Persediaan -

c Barang berharga -

d Aset nonproduksi -

Net LendingBorrowing -2091607

Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban 31348

a Akuisisi Neto Aset Keuangan -

- Domestik 126432

- Luar Negeri -

b Keterjadian Kewajiban -

- Domestik 95084

- Luar Negeri -

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Belanja Pemerintah (G) adalah Rp 2651 triliun dan Investasi (I) yang dilakukan oleh

90

pemerintah pada tahun 2018 sebesar Rp 694 triliun Dengan demikian dapat dihitung

kontribusi belanja Pemerintah dan investasi Pemerintah terhadap PDRB Provinsi

Kalimantan Barat dengan PDRB sebesar Rp21273 triliun adalah sebagai berikut

1 Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB adalah 1246 persen

2 Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB adalah 326 persen

Belanja Pemerintah masih memiliki porsi yang cukup besar terhadap yaitu sebesar

1246 persen Hal ini menunjukkan belanja Pemerintah adalah salah satu motor

penggerak perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat dengan harapan belanja ini

mampu memberikan efek dalam jangka waktu yang cepat terhadap pertumbuhan

ekonomi Pemerintah diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan

belanja sebesar ini

Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output perekenomian dipengaruhi oleh

tabungan pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi Tabungan merupakan

instrumen yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal (penerimaan pajak dan belanja negara

mempengaruhi tabungan nasional) Secara tidak langsung kebijakan fiskal ikut mengambil

peran dalam pertumbuhan ekonomi Keputusan-keputusan pemerintah mengenai

kebijakan fiskal yang ditempuh suatu negara dapat mengubah ouput dalam

perekonomian baik bertambah maupun berkurang

Peningkatan belanja Pemerintah memiliki multiplier effect (efek penggandaan)

terhadap pendapatan (ouput perekonomian) suatu negaradaerah Alasannya

ialah pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi Kenaikan

belanja pemerintah menyebabkan meningkatnya pendapatan kemudian meningkatkan

konsumsi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan kemudian meningkatkan

konsumsi dan seterusnya

Belanja Pemerintah yang meningkat dari tahun ke tahun memberikan efek yang baik

untuk perekonomian Kalimantan Barat karena memegang porsi yang cukup besar

terhadap PDRB Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan untuk memperbesar alokasi

Investasi juga

Taman Nasional Gunung Palung Kayong Utara

Selain habitat bagi Orang Utan di Taman Nasional Gunung Palung juga merupakan habitat bagi Bekatan (yang merupakan hewan endemik Pulau Kalimantan)

BAB VI

KEUNGGULAN DAN

POTENSI EKONOMI

SERTA TANTANGAN

FISKAL REGIONAL

91

Untuk menjadi kawasan yang maju dan unggul maka pemerintah harus mendukung

melalui pembangunan daerah dengan penentuan prioritas kebijakan yang lebih terarah serta

berjalan efektif dan efisien mengingat keterbatasan sumber pendanaan serta tetap

memperhatikan keunggulan dan potensi ekonomi daerah Penentuan sektor unggulan daerah

merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk

meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi persaingan Pendekatan

yang digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan dalam kajian ini adalah metode Shift

Share Location Quotient (LQ) dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Perhitungan sekor unggulan menggunakan metode Shift Share dilakukan dengan

perbandingan perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat dengan perkembangan

ekonomi nasional dalam jangka waktu 6 (enam) tahun terakhir

Tabel VI1

Shift Share Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019 (miliar rupiah)

No Sektor Usaha Nij (1)

Mij (2)

Cij (3)

Dij (1+2+3)

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1222348 206718 -78895 1350171

2 Pertambangan dan Penggalian 67328 484293 -251869 299751

3 Industri Pengolahan 873561 405984 -247156 1032389

4 Pengadaan Listrik Gas 5215 8251 -9427 4039

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

6143 55924 -54196 7872

6 Konstruksi 1023591 -25056 -233531 765004

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

868146 244286 -203511 908922

8 Transportasi dan Pergudangan 505346 -74394 -161645 269306

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 113457 88963 -57802 144618

10 Informasi dan Komunikasi 303467 67220 -164199 206488

11 Jasa Keuangan 308895 -56760 -25036 227099

12 Real Estate 197897 6495 -13855 190537

13 Jasa Perusahaan 49701 -16356 -5113 28232

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

345188 319568 -270891 393865

92

15 Jasa Pendidikan 309927 -62460 29641 277108

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 118800 -11299 -14033 93468

17 Jasa Lainnya 121010 -42227 -14318 64466

Sumber BPS diolah

Dengan analisis Shift Share terdapat 2 (dua) sektor lapangan usaha dengan Shift Share

ge Rp 10 triliun Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan serta

Industri

Perhitungan sektor unggulan Provinsi Kalimantan Barat dilakukan dengan menggunakan

LQ time series dimana data yang digunakan adalah PDRB dan PDB 6 (enam) tahun terakhir

Tabel VI2

LQ Time Series Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019

No Sektor LQ 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-Rata

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 158 147 145 148 152 152 150

2 Pertambangan dan Penggalian 047 062 075 069 065 074 065

3 Industri Pengolahan 076 073 076 077 078 079 077

4 Pengadaan Listrik Gas 006 007 008 008 008 008 008

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

165 160 153 160 164 523 221

6 Konstruksi 121 124 115 119 114 110 117

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

105 108 106 104 104 105 105

8 Transportasi dan Pergudangan 095 085 084 081 085 081 085

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

074 078 078 078 081 082 079

10 Informasi dan Komunikasi 092 092 091 095 096 092 093

11 Jasa Keuangan 091 086 084 084 087 078 085

12 Real Estate 106 103 101 098 102 099 101

13 Jasa Perusahaan 028 028 026 024 023 022 025

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

160 166 174 182 183 187 175

15 Jasa Pendidikan 133 124 120 117 117 114 121

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 141 137 131 126 126 125 131

17 Jasa Lainnya 065 059 056 053 052 050 056 Sumber BPS diolah

Sektor yang memiliki potensi berdasarkan LQ akan memiliki nilai gt 1 Perhitungan LQ time

series dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 menunjukkan terdapat delapan sektor yang

potensial karena memiliki LQ lebih besar dari satu dan sembilan bidang tidak potensial dengan

LQ kurang dari satu

93

Metode terakhir yang digunakan adalah Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) Sama

dengan dua metode sebelumnya MRP menggunakan data PDRB dan PDB dari tahun 2014

sampai dengan 2019

Tabel VI3

Metode Rasio Pertumbuhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019

No Sektor Usaha MRP

RPr RPs

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 097 - 088 -

2 Pertambangan dan Penggalian 075 - 123 +

3 Industri Pengolahan 095 - 098 -

4 Pengadaan Listrik Gas 109 + 162 +

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang 093 - 209 +

6 Konstruksi 111 + 101 +

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 099 - 097 -

8 Transportasi dan Pergudangan 128 + 114 +

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 093 - 105 +

10 Informasi dan Komunikasi 115 + 122 +

11 Jasa Keuangan 112 + 091 -

12 Real Estate 101 + 089 -

13 Jasa Perusahaan 124 + 095 -

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 096 - 118 +

15 Jasa Pendidikan 104 + 079 -

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109 + 093 -

17 Jasa Lainnya 128 + 097 -

Sumber BPS diolah

MRP menghitung rasio pertumbuhan sektoral pada RPs RPS yang bernilai ge 1 akan

diberikan notasi + menunjukkan sektor tersebut pada Provinsi Kalimantan Barat memiliki

pertumbuhan yang menonjol Terdapat 8 (delapan) seKtor yang yang memiliki RPs ge 1

sehingga cukup banyak sektor yang memiliki pertumbuhan yang menonjol

61 SEKTOR UNGGULAN DAERAH

Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau

perkembangan bagi sektor-sektor lainnya baik sektor yang mensuplai inputnya maupun

sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo

94

2006) Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan baik itu

perbandingan berskala regional nasional maupun internasional Pada lingkup

internasional suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan

sektor yang sama dengan negara lain Sedangkan pada lingkup nasional suatu sektor

dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu

bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain baik di pasar nasional

ataupun domestik Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut

dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga

dapat menghasilkan ekspor (Suyanto 2000146) Sektor unggulan di suatu daerah

(wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan

Kriteria pertama penentuan sektor unggulan suatu daerah adalah hubungannya

dengan PDRB maka dillihat sektor mana yang sumbangan terhadap PDRB nya paling

besar

Tabel VI4

Kontribusi Sektor Tehadap PDRB pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019

Sektor Persentase Kontribusi Terhadap PDRB

2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata

Pertanian Kehutanan dan Perikanan 2156

2054

2021

2030

2025

2013

2050

Pertambangan dan Penggalian 479 490 561 540 548 557 529

Industri Pengolahan 1648

1578

1612

1621

1609

1627

1616

Pengadaan Listrik Gas 006 008 009 010 011 010 009

Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

013 012 011 012 012 037 016

Konstruksi 1221

1310

1244

1280

1253

1229

1256

Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1451

1481

1447

1413

1409

1426

1438

Transportasi dan Pergudangan 430 440 452 457 479 470 455

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

231 238 237 231 236 239 235

Informasi dan Komunikasi 330 336 343 373 377 379 356

Jasa Keuangan 363 356 364 369 378 344 362

Real Estate 304 301 296 288 290 285 294

Jasa Perusahaan 045 047 046 044 044 044 045

Administrasi Pemerintahan Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib

629 667 694 694 698 704 681

95

Jasa Pendidikan 442 430 420 401 394 392 413

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 149 151 145 140 140 143 145

Jasa Lainnya 103 101 099 098 098 101 100

Sumber BPS diolah

Dengan menggunakan (3) tiga alat analisis yang disebut di atas maka didapatkan

perhitungan sebagai berikut

Tabel VI5

Perhitungan Shift Share LQ dan MRP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019

No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)

LQ Time Series MRP (RPs)

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088

2 Pertambangan dan Penggalian 299751 065 123

3 Industri Pengolahan 1032389 077 098

4 Pengadaan Listrik Gas 4039 008 162

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

7872 221 209

6 Konstruksi 765004 117 101

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

908922 105 097

8 Transportasi dan Pergudangan 269306 085 114

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 144618 079 105

10 Informasi dan Komunikasi 206488 093 122

11 Jasa Keuangan 227099 085 091

12 Real Estate 190537 101 089

13 Jasa Perusahaan 28232 025 095

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

393865 175 118

15 Jasa Pendidikan 277108 121 079

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 93468 131 093

17 Jasa Lainnya 64466 056 097

Sumber BPS diolah

Berdasarkan Tabel VI4 diperoleh sektor unggulan pada Provinsi Kalimantan Barat

adalah sektor-sektor yang memiliki kontribusi rata-rata terhadap PDRB total di atas 10

persen Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan Industri

Pengolahan Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Dengan menggunakan analisis Shift Share LQ dan

MRP maka diperoleh tabel sebagai berikut

96

Tabel VI6

Sektor Unggulan Provinsi Kalimantan Barat tahun

No Sektor Usaha Shift Share (miliar

Rp)

LQ Time Series

MRP (RPs)

Rata-rata

PDRB

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088 2050

3 Industri Pengolahan 1032389 077 098 1616

6 Konstruksi 765004 117 101 1256

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

908922 105 097 1438

Sumber BPS diolah

Berdasarkan Shift Share semua sektor memenuhi syarat sebagai sektor unggulan

karena memiliki nilai Shift Share yang si atas Rp 7 triliun Berdasarkan metode LQ sektor

Industri Pengolahan tidak memenuhi syarat karena LQ lt 1 Perhitungan MRP menunjukkan

hanya sektor Konstruksi yang memenuhi syarat MRP Rps gt 1 Sektor Industri pengolahan

tidak memenuhi 2 kriteria yaitu LQ dan MRP sehingga dikeluarkan dari sektor unggulan

1a Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan

Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih

luas dari seluruh pulau Jawa Luasya wilayah ini banyak digunakan untuk pertanian dan

perkebunan PDRB sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205

persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-

2019 Data ini menunjukkan kekuatan dari sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan

sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat

Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan Karet menjadi 2 (dua) penyumbang

terbesar pada Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan Berdasarkan data dari BPS

perkebunan Kelapa Sawit menggunakan lahan seluas 145 juta hektare dengan hasil

produksi 973442 ton pada tahun 2018 Perkebunan Karet menggunakan lahan seluas

600956 hektare dengan produksi 268160 ton pada tahun 2017

Nilai jual hasil produksi kelapa sawit pada tahun 2018 apabila diperhitungkan

dengan harga rata-rata pada tahun berkenaan akan benilai sekitar Rp 146 triliun

sementara nilai karet sekitar Rp 21 triliun Dengan total Rp 356 triliun perkebunan

Kelapa Sawit dan Karet tentu saja masih jadi primadona

97

Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK733Menhut-II2014 tanggal 2

September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Barat

membagi hutan Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan fungsi sebagai berikut

1) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) seluas plusmn

1621046 hektar

2) Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas plusmn 2310874 hektar

3) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas plusmn 2132398 hektar

4) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas plusmn 2127365 hektar

5) Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) seluas 197918 hektar

Terdapat sekitar 45 juta hektare hutan produksi yang masih produktif pada Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini merupakan potensi yang sangat besar untuk menghasilkan

produk-produk hasil hutan yang memiliki nilai jual

Sub sektor Perikanan terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu Perikanan Budi Daya dan

Perikanan Tangkap Pada tahun 2018 Perikanan Budidaya digeluti oleh 52288 rumah

tangga sementara Perikanan Tangkap oleh 21233 rumah tangga Nilai ekspor

perikanan cenderung naik dari tahun ke tahun terakhir pada tahun 2018 tercatat ekspor

perikanan Kalbar sebesar 632 ton dengan nilai Rp 255 miliar

Dari bahasan di atas dapat dilihat bahwa Perkebunan Sawit dan Perkebunan Karet

merupakan sub sektor andalan pada sektor Sektor Pertanian Kehutanan dan

PerikananDengan demikian sangat diperlukan usaha pemerintah untuk ikut menjaga

stabilitas harga khususnya di tingkat petani Pemerintah Provinsi Kalbar menerbitkan

Peraturan Gubernur Nomor 63 Tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan penetapan

indeks dan harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit produksi pekebun Kalbar

Para pekebun kelapa sawit di seluruh Kalbar harus bermitra dengan perusahan kelapa

sawit para mitra tersebut harus membeli sesuai dengan harga yang telah ditetapkan

Pabrik kelapa Sawit tidak boleh membeli tandan kelapa sawit dengan para pekebun

yang bukan mitra

Keberadaan BUMDes diharapkan dapat menampung hasil getah karet petani dan

sekaligus memfasilitasi penjualan karet langsung ke pabrik karet sehingga jalur

perdagangan terpangkas karena tidak melalui pengepulapabila dilaksanakan secara

serempak maka dampaknya diharapkan dapat meningkatkan stabilitas harga getah

98

karet Penggunaan Dana Desa untuk pemberdayaan BUMDes harus didorong serta

kemudahan permodalan melalui KUR

1b Sektor Konstruksi

Mardiasmo (2002) mengatakan peningkatan Pemda dalam investasi modal (belanja

modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya

mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan

yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Terpilihnya sektor Konstruksi sebagai

sektor potensial sejalan dengan menggeliatnya pembangunan infrastruktur pada

Provinsi Kalimantan Barat sesuai dengan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo

pada tahun 2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur Hal ini terlihat pada peningkatan

PDRB sektor Konstruksi 6177 persen dari tahun 2014 hingga tahun 2019

Pada tahun 2019 Pemerintah menyediakan Pagu Rp 499 triliun untuk belanja

infrastruktur yang berasal dari

Belanja Pemerintah Pusat sebesar

Rp 238 triliun dan DAK Fisik sebesar

Rp 261 triliun Pagu ini meningkat

drastis dari Rp 132 triliun pada tahun

2014 atau mengalami kenaikan

sebesar 278 persen

Output dari sektor Konstruksi

pada Provinsi Kalimantan Barat

dapat dilihat dari pembangunan

Jalan Paralel Perbatasan Dari 1920

km jalan parallel perbatasan yang

akan dibangun di pulau Klimantan

82797 km berada pada wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Kondisi

jalan sampai akhir tahun 2019 sudah

teraspal sepanjang 31705 km (38)

lapisan agregat sepanjang 25329 km (31) dan masih berupa perkerasan tanah

25763 km (31) Jalan paralel perbatasan memiliki lebar minimal 7 meter dan ruang

milik jalan (Rumija) minimal 25 meter

1c Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Gambar VI1 Jalan Paralel Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat

Sumber Kompascom

99

PDRB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor menyumbang rata-rata 1438 persen pada PDRB total Prov Kalbar periode tahun

2014-2019 Sektor ini juga menyerap 510454 tenaga kerja atau 2069 persen dari total

tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Barat

Tabel VI7

Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016-2019

No Lapangan Usaha 2019 2018 2017 2016

1 Pertanian Perkebunan Kehutanan Perburuan dan Perikanan

1223113 1303474 1293884 1138334

2 Pertambangan dan Penggalian 52114 59458 54254 53514

3 Industri 134660 171828 135022 110668

4 Listrik Gas dan Air 6819 4618 7315 8891

5 Konstruksi 119949 130021 127502 146694

6 Perdagangan 510454 407126 354975 418258

7 Transportasi Pergudangan dan Komunikasi 66675 74663 67714 61910

8 Lembaga Keuangan Real Estate Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan

32687 19738 18290 27624

9 Jasa Kemasyarakatan Sosial dan Perorangan 320556 283363 340417 339232

Jumlah 2467027 2454289 2399373 2305125

Sumber BPS diolah

Serapan tenaga kerja yang cukup besar menjadikan sektor ini menjadi penyerap

tenaga kerja terbesar kedua setelah sektor Pertanian Perkebunan Kehutanan

Perburuan dan Perikanan

Nilai MRP dari sektor ini adalah 097 Nilai tersebut menunjukkan bahwa

pertumbuhan dari sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor tidak menonjol Hal ini tergambar dari kontribusi PDRB sektor terhadap

PDRB total selama 6 (enam) tahun yang berkutat di angka 14 persen Ke depannya

sektor ini diperkirakan akan tetap menajdi sektor unggulan tapi dengan pertumbuhan

yang stagnan atau cenderung menurun

62 SEKTOR POTENSIAL DAERAH

Tantangan pembangunan ekonomi daerah ke depan adalah mengupayakan

pengelolaan jalannya pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan efisien dengan

100

memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah termasuk sumber daya alam dan

sumber daya manusianya serta mengoptimalkan seluruh sumber-sumber dana untuk

membiayai pembangunan ekonomi daerahnya Untuk mengoptimalkan sumber daya yang

dimiliki daerah terlebih dahulu harus dikenali potensi ekonomi yang dimiliki

LQ dan MRP merupakan metode pengembangan dari Shift Share Pada LQ sektor

potensial adalah sektor yang memiliki nilai LQ gt 1 sementara pada MRP sektor yang

memiliki nilai gt 1 merupakan sektor yang menonjol Berdasarkan Tabel VI5 sektor

potensial pada Provinsi Kalimantan Barat didasarkan pada kedua kriteria tersebut

Terdapat 3 (tiga) sektor potensial berdasarkan kriteria di atas namun sektor Pengadaan

Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang dengan nilai Shift Share hanya Rp

7872 miliar tidak dapat dianggap sebagai sektor potensial karena nilai rupiah potensinya

tidak signifikan

Tabel VI5

Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat

No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)

LQ Time Series

MRP (RPs)

1 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

393865 175 118

2 Konstruksi 765004 117 101

Sumber BPS diolah

2a Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib menjadi

sektor potensial dapat dimengerti dengan besarnya jumlah Belanja Pemerintah

dibanding dengan PDRB Pada tahun 2019 Belanja Pemerintah bernilai 1412 persen

dari PDRB

Sektor ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan yang umumnya

dilakukan oleh administrasi pemerintahan seperti perundang-undangan dan

penerjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan administrasi program

berdasarkan peraturan perundangan-undangan kegiatan legislatif perpajakan

pertahanan negara keamanan dan keselamatan negara pelayanan imigrasi

hubungan luar negeri dan administrasi program pemerintah Sektor ini juga mencakup

kegiatan jaminan sosial wajib

Pada tahun 2019 sektor ini menyumbang Rp 1497 triliun atau 7 persen sebagai

penyumbang langsung terhadap PDRB Ini berarti dari total Rp 30 triliun belanja

101

pemerintah dan TKDD yang disalurkan pada Prov Kalbar sekitar 499 persen

diperuntukkan ke sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

Sektor ini dapat dikembangkan dengan memperbesar belanja Pemerintah pada

Provinsi Kalimantan Barat atau memperbesar porsi sektor ini dari belanja Pemerintah

yang sudah ada Namun dengan memperbesar belanja Pemerintah ada kekhawatiran

nantinya Provinsi Kalbar akan tergantung dan tidak dapat mencari alternatif lain

sebagai sumber pertumbuhan ekonomi

2b Sektor Konstruksi

Soepangat (199152) menyatakan bahwa peningkatan belanja modal yang

menyebabkan peningkatan penyediaan layanan barang dan jasa publik kepada

masyarakat akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sektor Konstruksi menjadi

satu-satunya sektor yang masuk dalam kategori unggulan dan potensial pada Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini menjadi menarik karena terpilihnya sektor Konstruksi pada

kedua kategori menandakan bahwa sektor ini kalau dalam product life cycle masih

dalam tahap growth (pertumbuhan) Sektor yang sedang berada pada tahap growth

merupakan sektor yang paling menarik karena sektor ini sudah mapan namun masih

dapat dikembangkan

Penetapan calon ibukota baru dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di

Provinsi Kalimantan Timur sedikit banyak mempengaruhi sektor konstruksi pada pulau

Kalimantan Dengan lokasi ibukota negara di pulau Kalimantan maka akan diperlukan

interkoneksi antar semua provinsi di Kalimantan untuk mendukung ibukota baru

Provinsi Kalimantan Barat sudah mulai mendapatkan proyek-proyek besar mulai

tahun 2018 Salah satunya adalah pembangunan pelabuhan Kijing yang akan diajdikan

gerbang utama ekspor dan impor dari Pulau Kalimantan Pelabuhan Kijing dibangun

dengan investasi Rp 14 triliun dan terkoneksi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

yang juga sedang dalam proses pembangunan Pembangunan kedua fasilitas ini

diharapkan akan mempercepat pertumbuhan perekonomian Provinsi Kalimantan

Barat

Pulau Kalimantan dapat dipastikan akan mengalami make over yang besar

Proses make over ini tentu menjadi peluang yang sangat besar bagi sektor Konstruksi

102

untuk berkembang dan dengan sendirinya akan memberi sumbangan yang besar

kepada PDRB

63 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH

Menurut Adam Smith bahwa dalam perekonomian segala sesuatunya akan berjalan

sendiri-sendiri menyesuaikan diri menuju kepada keseimbangan menurut mekanisme

pasar Tarik-menarik kekuatan dalam sistem perekonomian itu seperti dikendalikan oleh

ldquothe invisible handrdquo sehingga dengan demikian tidak memerlukan begitu banyak campur

tangan pemerintah

Dalam masa sekarang ini banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat semakin

majunya teknologi dan banyaknya penemu-penemu baru serta semakin terbukanya

perekonomian antar negara menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling terkait

dan berbenturan Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan dalam

mengatur jalannya sistem perekonomian karena tidak sepenuhnya semua bidang

perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta Dengan demikian dalam sistem

perekonomian modern peranan pemerintah dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu

1) Peranan Alokasi

Peranan alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal penyediaan

barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang umum atau

disebut juga barang publik Karena dalam sistem perekonomian suatu negara tidak

semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem pasar

Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang disebut barang

publik tadi

2) Peranan Distribusi

Peranan distribusi ini merupaka peranan pemerintah sebagai distribusi pendapatan dan

kekayaan Tidak mudah bagi pemerintah dalam menjalankan peranan ini karena

distribusi ini berkaitan erat dengan dengan masalah keadilan Kegiatan dalam

mengadakan redistribusi pendapatan atau mentransfer penghasilan ini memberikan

koreksi terhadap distribusi penghasilan yang ada dalam masyarakat

3) Peranan Stabilisasi

Kegiatan menstabilisasikan perekonomian yaitu dengan menggabungkan kebijakan-

kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan lain seperti kebijakan fiskal dan

perdagangan untuk meningkatkan atau mengurangi besarnya permintaan agregat

103

sehingga dapat mempertahankan full employment dan menghindari inflasi maupun

deflasi Peranan stabilisasi pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalam

menstabilkan perekonomian seperti terjadi deflasi inflasi penurunan

permintaanpenawaran suatu barang yang nantinya masalah-masalah tersebut akan

mengangkibatkan timbulnya masalah yang lain secara berturut-turut seperti

pengangguran stagflasi dan lain-lain

12 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat memegang tugas dalam ketiga peranan di atas Untuk sektor

unggulan tugas pemerintah adalah bagaimana mempertahankan keunggulan

sektor tersebut agar tetap sustain (berkelanjutan) dan untuk sektor potensial adalah

bagaimana untuk mematangkan sektor tersebut sehingga dapat menjadi sektor

unggulan

Pada sektor unggulan apabila melihat nilai MRP terdapat 3 (tiga) sektor yang

memiliki nilai lt 1 yaitu sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sektor Industri

Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor Ketiga sektor ini perlu perhatian yang lebih besar dari Pemerintah

Pusat

Langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemerintah Pusat untuk

mempertahankan keunggulan sektor-sektor ini adalah dengan mengalokasikan Rp

23063 miliar untuk Kementerian Pertanian di Kalbar dengan Rp 8529 miliar untuk

infrastruktur pendukung membangun pelabuhan Kijing untuk mempermudah

ekspor impor dan membuat aturan untuk membangun smelter alumunia di daerah

penghasil Selama ini bauksit dari Kalbar langsung diangkut ke tempat lain sehingga

dengan adanya smelter maka aka nada nilai tambah yang diterima oleh Kalbar

Tantangan bagi Pemerintah Pusat untuk mendukung sektor-sektor unggulan ini

agar tetap sustain adalah dengan menjaga harga produk unggulan dari sektor

pertanian kehutanan dan perikanan tetap stabil dan dapat menembus pasar

ekspor Untuk industri pengolahan adalah menjaga kondisi politik dan sosial

ekonomi tetap stabil sehingga iklim investasi terjaga

Untuk sektor Konstruksi Pemerintah Pusat pada tahun 2019 manggelontorkan

dana sebesar Rp 499 triliun untuk infrastuktur Pemerintah Pusat sepertinya akan

terus menambah investasi pada infrastruktur namun porsi dari APBN akan

dikurangi karena lebih difokuskan pada pengembangan kapasitas SDM Untuk

104

menutupi kekurangan akan dilaksnakan kerjasama dengan investor dari dalam

maupun luar negeri untuk mebangun infrastruktur di Kalimantan Barat

Tantangan pada sector konstruksi lebih kepada menjaga iklim investasi yang

mendukung Dengan prospek besar infrastruktur di Kalimantan Barat apabila iklim

investasi mendukung maka dengan para investor akan datang dengan sendirinya

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

masuk ke dalam sektor potensial merupakan buah simalakama Sektor ini

diharapkan akan berkembang namun secara teori Pemerintah akan berusaha

menurunkan anggaran pada sektor ini secara perlahan Penurunan ini dilakukan

karena sektor ini bukan sektor produktif yang dapat menggenjot perekonomian

dengan signifikan

13 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah merupakan lsquotuan rumahrdquo investor dari sektor-sektor yang

dibahas di atas Sebagai tuan rumah sudah selayaknya Pemda-Pemda di Kalbar

menggelar karpet merah bagi yang ingin berinvestasi pada sektor-sektor tersebut

Karpet merah dalam hal ini dapat berupa kemudahan mengurus perizinan

bagi perusahaan yang akan masuk baik di sektor-sektor unggulan maupun sektor-

sektor potensial Sampai saat ini Prov Kalbar masih menjadi primadona bagi

perusahaan yang akan membuka Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai daerah

dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit terluas ketiga setelah Riau dan

Sumatera Utara potensi lahan di Kalbar dapat melebihi luas pada kedua Provinsi

tersebut

Untuk sektor pertanian kehutanan dan perikanan tantangan Pemerintah

Daerah adalah bagaimana menyediakan pendanaan bagi petani kecil atau

kelompok-kelompok petani agar tidak lsquomatirdquo tertekan oleh perkebunan dengan

modal yang besar Sebagaian besar lahan perkebunan adalah milik perusahaan

pemerintah daerah harus dapat membuat kebijakan yang mengharuskan

perusahaan besar membantu petani kecil dalam mengolah kebunnya Peraturan

tentang hal tersebut memang sudah ada dalam Perkebunan Inti Rakyat namun

dalam eksekusinya tanpa diawasi dengan ketat oleh Pemerintah hal tersebut tidak

berjalan dengan baik

Sektor konstruksi tidak lepas dari belanja modala pada pemerintah Dengan

belanja modal yang hanya 1987 persen dari total belanja seluruh Pemda di Kalbar

maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah tidak memiliki pushing power

105

untuk menggenjot sektor konstruksi Pemerintah Daerah dapat menjalankan

perannya dengan menjaga situasi yang kondusif agar investasi masuk dan

melakukan kerjasama untuk melaksanakan kegiatan infrastruktur baik dengan

pihak badan usaha (KPBU) ataupun pemerintah asing (G to G)

Kerjasama Pemda dengan badan usaha (swasta) sudah dimulai oleh

Pemerintah Kota Singkawang dalam pembangunan Bandara Singkawang

Kebutuhan dana pembangunan sekitar Rp43 triliun dihasilkan dengan skema

kerjasama dengan swasta Hal ini dapat ditiru oleh Pemda yang lain dalam

menggenjot pembangunan di daerahnya

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

masih menjadi sektor yang menyedot anggaran terbesar Pemda di Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini terlihat dari proporsi Belanja Pegawai terhadap Total

Belanja Pemda-Pemda di Prov Kalbar yang rata-rata di atas angka 50 persen

Tantangan bagi Pemerintah daerah adalah bagaimana menurunkan persentase

tersebut

Persentase sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib dapat dikurangi dengan langkah mengurangi anggaran pada pos-pos

yang dianggap mubazir atau tidak efisien serta meningkatkan PAD melalui

sumber-sumber pendapatan lain Pengurangan anggaran pada sektor-sektor yang

tidak efisien sudah pernah dilakukan oleh Pemprov Kalbar pada tahun 2018

dengan memotong biaya perjalanan dinas sebesar Rp 200 miliar

14 Sinkronisasi Kebijakan Pusat ndash Daerah

Dalam mempertahankan sektor unggulan dan memacu sektor potensial

Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah memiliki kebijakan masing-masing yang

dituangkan dalam APBN maupun APBD Pada sektor potensial yaitu sektor

Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dan Sektor

Konstruksi diperoleh data realisasi belanja pada tahun 2019 sebagai berikut

Tabel VI5

Belanja Pada Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat

(miliar Rp)

Sektor Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

Layanan Umum 87675 782834

Infrastruktur 446283 498884

Data LRA Pemda dan MEBE

106

Belanja Pemerintah Pusat pada kedua sektor di atas terlihat saling

melengkapi Belanja Pemerintah Pusat pada sector Administrasi Pemerintahan

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib terlihat kecil karena jumlah pegawai

Pemerintah Pusat memang lebih sedikit dibanding gabungan jumlah pegawai

Pemerintah Daerah seluruh Kalimantan Barat sehingga belanja yang digunakan

jauh lebih sedikit dibandingkan belanja yang sama pada Pemerintah Daerah

Untuk belanja sektor Konstruksi jelas terlihat bagaimana Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah memiliki peran yang hampir seimbang dalam bentuk

uang Pemerintah Pusat fokus pada Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan

jalan nasional dengan realisasi sebesar Rp 1 triliun sementara Pemerintah

Daerah juga fokus pada belanja pengadaan jalan dengan realisasi Rp 139 triliun

Hal ini sesuai dengan salah satu permasalahan pada RPJMD Provinsi Kalimantan

Barat tahun 2019 yang berbunyi ldquoRentang kendali pemerintahan yang panjang

disebabkan belum optimalnya konektivitas dan aksesibilitas antar daerah di

wilayah Kalimantan Barat serta kuantitas dan kualitas infrastruktur wilayah yang

belum memadairdquo

Sinergi juga terlihat pada pembangunan beberapa fasilitas umum salah

satunya adalah pembangunan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Kota Singkawang

Dalam pendirian SPN ini Pemerintah Daerah menyediakan lahan sementara

Pemerintah Pusat menyediakan dana untuk pembangunan

Pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mempermudah

pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan yang murah Dalam prakteknya

KUR memiliki fokus kepada sektor produktif seperti sektor Pertanian Kehutanan

dan Perikanan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada Provinsi

Kalimantan Barat sebesar Rp 179 triliun pada 41778 UMKM

Dalam KUR Pemerintah Pusat berperan sebagai regulator dan pihak yang

memberikan subsidi bunga Dengan subsidi bunga maka pelaku UMKM hanya

membayar bunga 7 persentahun Pemerintah Daerah memiliki peran sebagai

penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima KUR Dengan sinergi ini

diharapkan semakin banyak muncuk UMKM penerima KUR yang berkembang

sehingga perekonomian Kalimantan Barat juga akan semakin meningkat

BAB VII

ANALISIS TEMATIK

Masjid Jamirsquo PontianakMasjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Masjid Jamirsquo merupakan masjid tertua di Kota Pontianak dan menjadi pertanda berdiirnya Kota Pontianak pada 1771 Masehi

107

I PENDAHULUAN

Stunting (anak kerdil) merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekuranga

gizi kronis dan infeksi berulang terutama dalam seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK)

sehingga anak lebih pendek untuk usianya (Kemenkes) Balita pendek (stunted) dan sangat

pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PBU) atau tinggi badan

(TBU) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre

Growth Reference Study) 2006 Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan

(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SDstandar deviasi

(stunted) dan kurang dari ndash 3SD (severely stunted) Dampak stunting antara lain dampak

prevalensi kesehatan dan ekonomi

Stunting di Provinsi Kalbar masih terbilang tinggi dan berada pada urutan ke-27 se-

nasional Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka

rata-rata 333 persen atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita stunting Dari 14

kabupatenkota se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka stunting

paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Ketapang dengan angka 427 persen

disusul Landak sebesar 420 persen dan Melawi 408 persen Diatas angka stunting nasional

308 persen Sementara itu untuk nasional pada tahun 2019 terjadi penurunan menjadi 2767

persen (berdasarkan Survei Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI)

Revalensi stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) berada di bawah

angka 20 dan pada Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash

2019 adalah 28

Tabel VII1

Tabel Pada Baduta Kabkota Provinsi kalimantan barat Tahun 2013 dan Tahun 2018

Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)

108

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan tabel sebesar 531 persen

selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi juga penurunan pada 10

(sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada Kabupaten Kubu Raya

yang berhasil menekan angka stunting hingga 1477 persen selama lima tahun terakhir hal

ini juga bias menggambarkan keberhasilan program pembangunan dan bidang perekonomian

di Kabupaten Kubu Raya

Namun stunting masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada

kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten

dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Melawi yaitu 1298 persen

Terkait dengan kesehatan anak tidak hanya stunting (pendek) namun juga permasalahan

yang meliputi underweight (gizi kurang) dan wasting (kurus) Gizi buruk dan gizi kurang di

Provinsi Kalbar juga tinggi kasusnya dan berada pada urutan ke-28 se-nasional Berdasarkan

data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka rata-rata 2383 persen

atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita permasalahan gizi Dari 14 kabupatenkota

se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka gizi buruk dan gizi kurang

paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Landak dengan angka 3147 persen

disusul Sambas sebesar 3124 persen dan Kayong Utara 2951 persen Jauh diatas angka

nasional 177 persen dan selama kurun waktu tahun 2013 sampai 2018 telah menurun 19

persen

Gizi buruk menyebabkan 109 Juta kematian anak balita didunia setiap tahun Menurut

MDGs 2015 masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang

antara 200-290 dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ge30 (WHO2010) dan pada

Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash 2019 adalah 17

Tabel VII2

Gizi buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Kabkota Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2013 dan Tahun 2018

Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan status gizi buruk dan gizi

kurang sebesar 267 persen selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi

penurunan pada 10 (sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada

109

Kabupaten Sintang yang berhasil menurunkan status gizi buruk dan gizi kurang hingga 2054

persen selama lima tahun terakhir

Namun satus gizi masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada

kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten

dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Landak yaitu 1497 persen

II Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting

Percepatan pencegahan stunting merupakan pendekatan program pertama yang dilakukan

dengan menyeluruh dan terintegrasi yang dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir yang

ditunjukkan oleh tingginya komitmen Presiden bersama Menteri dan Pimpinan Lembaga

hingga ke tingkat Gubernur BupatiWalikota dan Kepala DesaLurah

Dalam rangka memastikan konvergensi berbagai programkegiatan percepatan penurunan

stunting dilakukan maka acuan yang digunakan adalah dokumen Strategi Nasional

Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) yang diikuti oleh berbagai pedoman

operasional Di dalam Stranas Stunting juga diatur pendekatan multi sektor yang

melaksanakan percepatan penurunan stunting yang melibatkan sektor antara lain sektor

kesehatan pertanian pendidikan air minum dan sanitasi dan perlindungan sosial Untuk

mengimplementasikannya telah disusun berbagai pedoman operasional

Penanganan masalah stunting menjadi salah satu prioritas dalam rencana kerja

Pemerintah Provinsi Kalbar Caranya yakni dengan memperkuat sinergi antarsektor terkait

serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan sektor swasta

Revitalisasi posyandu dan revitalisasi desa siaga serta pembentukan pusat penanganan gizi

buruk di tiap kabupatenkota merupakan upaya konkret yang diharapkan dapat menurunkan

prevalensi stunting di Kalbar Peningkatan cakupan air bersih dan sanitasi lingkungan

merupakan intervensi sensitif yang sangat berpengaruh dalam menurunkan prevalensi

stunting

III Penanganan Stunting Oleh Pemerintah

III1 Belanja KL Dalam APBN

Dalam kaitannya dengan percepatan pencegahan stunting melalui belanja

KementerianLembaga (KL) telah dilakukan berbagai langkah dan kebijakan agar

pengelolaan program tersebut terarah dan terukur Pada proses perencanaan khususnya

terkait dengan identifikasi output yang terkait dengan stunting telah disusun pedoman

penandaan pemantauan dan evaluasi percepatan pencegahan stunting sebagai dasar bagi

KL dalam mengidentifikasi output yang berkontribusi kepada percepatan penurunan stunting

Selanjutnya dilakukan forum koordinasi yang melibatkan Direktorat Jenderal Anggaran

Kementerian Keuangan (DJA Kemenkeu) Kementerian Perencanaan Pembangunan

NasionalBadan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPNBappenas) dan

KL terkait secara berkala untuk mengkaji hasil penandaan tersebut sekaligus melakukan

penajaman hasil identifikasi pada level di bawah output atau dengan pembobotan Ringkasan

110

output KL yang telah disusun tersebut digunakan sebagai dasar acuan dalam pelaksanaan

pemantauan dan evaluasi program percepatan penurunan stunting

Dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat total alokasi dana yang dianggarkan kepada

Satker KL untuk penangangan stunting sebesar Rp14992 miliar dengan realisasi Rp14271

miliar (9519)

Tabel VII3

Belanja Penangan Stunting Satker KL Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Sumber Aplikasi MEBE (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi dana untuk penanganan stunting oleh KL

relative kecil yaitu hanya 357 dari total belanja satker yang terdapat alokasi untuk

penanaganan stunting atau hanya 099 dari total dana APBN Intervensi gizi spesifik hanya

dilakukan oleh satker Kementerian Kesehatan dengan alokasi dana sebesar Rp665 miliar

atau hanya sebesar 502 dari total alokasi dana Satker kementerian Kesehatan dengan

kinerja capaian output mencapai 7710

Secara nasional terdapat 20 (duapuluh) kementerianlembaga yang menganggarkan dana

penanganan stunting dengan alokasi dana Rp60 triliun atau 246 dari total APBN Indonesia

sementara itu untuk wilayah Kalbar hanya dianggarkan Rp14992 miliar untuk stunting atau

hanya 025 dari alokasi stunting nasional dan hanya 099 dari pagu total APBN di Kalbar

Kecilnya alokasi dana untuk penanganan stunting tersebut akan berpengaruh terhadap

keberhasilan upaya pencegahan stunting di Kalbar untuk itu diharapkan terjadi peningkatan

alokasi dana yang dianggarkan untuk penangnan stunting di Kalbar pada masa yang akan

datang mengingat kondisi Kalbar sebagai penderita terbanyak ke 27 secara nasional

Seperti pada lampiran III1 maka kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi

spesifik mencapai 7710 diantaranya adalah untuk Penyediaan Makanan Tambahan bagi

111

Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) capaian outputnya mencapai 100 serta kegiatan

Peningkatan Surveilans Gizi untuk 14 layanan dengan capaian output 100

Kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi sensitive mencapai 7813 yang

dialokasikan melalui 7 (tujuh) KL diantaranya adalah untuk Kampanye Hidup Sehat capaian

outputnya mencapai 100 kegiatan Bimbingan Perkawinan Pra Nikah dengan capaian output

97 serta Sistem Pengelolaan Air Limbah untuk 2980 kepala keluarga dengan capaian

output mencapai 100

Kinerja capaian output untuk kegiatan Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis

mencapai 8763 yang dialokasikan melalui 4 (empat) KL diantaranya adalah untuk Analisis

Ketersediaan Pangan Wilayah capaian outputnya mencapai 100 kegiatan Pelatihan

Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan untuk 390 orang dengan capaian output 96

serta PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat yang Terbit Tepat Waktu dengan

capaian output mencapai 100

Secara umum kinerja capaian output kebijakan terkait stunting tercapai Beberapa

permasalahan terkait dengan kebijakan terkait stunting antara lain kurangnya optimalisasi

sisa dana dan penumpukan realisasi di akhir tahun anggaran Yang perlu ditingkatkan adalah

pelaksanaan pencapaian target harus lebih disiplin sesuai dengan rencana penarikan dana

III2 Belanja Dana Desa Dan DAK Fisik

III 21 Dana Desa

Alokasi Dana Desa untuk Provinsi Kalbar Tahun 2019 adalah sebesar Rp1992 miliar yang

disalurkan kepada 2031 desa dengan realisasi sebesar Rp1987 miliar (9974) Intervensi

pencegahan stunting dilaksanakan secara terintegrasi hingga ke tingkat desa Desa-desa

yang memiliki resiko tinggi warganya mengalami stunting sudah barang tentu wajib

menganggarkan untuk menghindari resiko stunting pada warganya hal ini ditegaskan dalam

Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 tentang

Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan

Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi Dana Desa tidak melulu untuk

perbaikan sarana dan prasarana fisik namun sarpras non-fisik dan sosial kesehatan mutlak

perlu dikedepankan Bahkan penyaluran Dana Desa tahap III pada tahun 2020 mensyaratkan

untuk menyampaikan Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting

Penggunaan Dana Desa di Wilayah Kalbar juga telah mendukung program Konvergensi

Pencegahan Stunting diantaranya adalah melalui kegiatan intervensi gizi spesifik dengan

total alokasi adalah sebesar Rp104 miliar sangat kecil sekali yaitu hanya 052 dari total

realisasi penggunaan Dana Desa

Tabel VII4

Intervensi Gizi Spesifik Dana Desa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

112

Sumber omspan (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi Dana Desa yang dikhususkan untuk

Penyelenggaraan Kegiatan Pencegahan Stunting relative kecil hanya dialokasikan untuk 3

paket sebesar Rp84342500- hal ini perlu mendapatkan perhatian bersama untuk

peningkatan pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa sesuai dengan Pasal 6

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 dimana Desa yang

warganya berisiko tinggi mengalami stunting untuk mengalokasikan kegiatan pencegahan

stunting

Kebijakan pengalokasian Dana Desa Tahun 2021 hendaknya juga mendukung program

Konvergensi Pencegahan Stunting yaitu dimungkinkan untuk dilakukan perubahan formulasi

perhitungan besaran alokasi Dana Desa diusulkan untuk Alokasi Formula dimasukan

parameter perhitungan untuk jumlah penderita stunting dengan mendapatkan alokasi sebesar

20

Dana Desa juga dialokasikan untuk kegiatan Intervensi Gizi Sensitif seperti pada lampiran

III21 dengan alokasi sebesar Rp22960 miliar atau 1156 dari total realisasi Dana Desa

Beberapa capaian outputnya adalah Operasional PAUDTKTPATKATPQMadrasah Non-

Formal Milik Desa dengan alokasi Rp2361 miliar dengan output 27196367 Paket

Terselenggaranya Operasional Pos Kesehatan Desa (PKD)Polindes Milik Desa Lainnya

dengan alokasi Rp2350 miliar dengan output 31710863 paket serta Sambungan Air Bersih

ke Rumah Tangga (pipanisasi dll) yang mendapatkan alokasi sebesar Rp1140 miliar

dengan output 16424989 meter

Provinsi Kalbar dengan penderita stunting urutan ke 27 nasional maka diperlukan

penanganan melalui berbagai sumber pendanaan termasuk Dana Desa untuk itu diharapkan

instansi terkait di tingkat provinsi untuk memberikan arahan dan himbauan agar penggunaan

Dana Desa juga dialokasikan untuk pencegahan stunting khususnya untuk intervensi gizi

sensitive melalui alokasi pada Bidang Pemberdayaan masyarakat

Efektivitas pencapaian target capaian output Dana Desa diatas berdasarkan laporan

capaian output oleh Pemda terkait dimana upload capaian output baru mencapai 8545

diharapakan Pemda segera melakukan upload data capaian output sehingga bisa

menghasilkan analisis data yang lengkap

III 22 DAK Fisik

No URAIAN OUTPUT SATUAN REALISASI OUTPUT

1 Penyelenggaraan Posyandu (Kelas Ibu Hamil) 1787 ORANG 615076375 8700

2 Penyelenggaraan Posyandu (Makanan Tambahan) 20260 UNIT 9508583774 8200

3 Kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak kerdil (stunting) 3 PAKET 84342500 10000

4

Fasilitasi Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

dan Endemik 3 PAKET 84342500 10000

5 Penyelenggaraan kegiatan pencegahan stunting 3 PAKET 84342500 10000

6 Penanganan Stunting 2 PAKET 10000000 5000

7 Kampanye dan Promosi Hidup Sehat Guna Mencegah Penyakit Menular 1 PAKET 14001000 10000

10400688649TOTAL DANA DESA UNTUK INTERVENSI SPESIFIK

(Rupiah)

113

DAK Fisik Tahun 2019 sebagai salah satu sumber pendanaan untuk mendukung

konvergensi penanganan stunting di wilayah Provinsi Kalbar dialokasikan melalui DAK Fisik

Tematik tentang stunting melalui DAK Fisik Penugasan pada bidang Kesehatan Sanitasi Air

Minum dan Pendidikan dengan dijabarkan melalui kegiatan Intervensi Gizi Spesifik

Total alokasinya DAK Fisik Penugasan yang terkait dengan program pencegahan stunting

untuk wilayah Kalimantan Barat adalah sebesar Rp373508869032 dengan rincian

sebagaimana pada Lampiran III22 A

Dari lampiran III22A diketahui bahwa untuk penanganan stunting melalui Bidang

Pendidikan untuk pelaksanaanya dikoordinir oleh Provinsi sementara itu untuk lokasi sebaran

pagu ternyata tidak sesuai dengan jumlah penderita permasalahan gizi dan stunting dimana

alokasi pagu terbesar adalah untuk Kabupaten Sintang Sanggau dan Kota Pontianak

sedangkan berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 justru penderita terbanyak adalah

Kabupaten Ketapang Landak dan Melawi Hal ini perlu mendapatkan perhatian di dalam

penyusunan alokasi DAK Fisik penugasan hendaknya sebaran alokasi pagu diarahkan untuk

daerah dengan jumlah penderita stunting terbanyak

Beberapa kegiatan intervensi gizi spesifik DAK Fisik Penugasan seperti pada Lampiran

III22B khususnya melalui bidang kesehatan capaian outputnya 99 diantaranya adalah

penyediaan alat ukur demensi tubuh (antropometri) dan alat kesehatan puskesmas sebanyak

1162 paketunit dengan nilai Rp2177 Miliar Pencegahan stunting melalui intervensi gizi

sensitive dilaksanakan melalui bidang Pendidikan dengan capaian output 93 dan bidang

Sanitasi dan Air Minum Beberapa outputnya diantarnya adalah untuk penyediaan sarana dan

prasarana PAUD sebanyak 196 ruangpaket dengan realisasi sebesar Rp81 miliar serta

pembangunan system pengolahan air limbah domestic setempat dan terpusat 1315 unit

dengan realisasi Rp411 miliar

Realisasi DAK Fisik Penugasan mencapai 9513 tidak tercapainya realisasi maksimal

disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah keterlambatan pelaksanaan lelang dan

ketidaksesuaian antara nilai daftar kegiatan dengan realisasi nilai kontrak

III3 Belanja Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Alokasi penangan stunting dalam APBD Provinsi Kalbar secara agregat dialokasikan

sebesar Rp28646 miliar atau hanya 110 dibandingkan dengan total jumlah APBD tahun

2019 yaitu Rp26044 miliar

Seperti pada lampiran III3 maka dapat diketahui bahwa kelompok penangan stunting

intervensi gizi spesifik mendapatkan alokasi dana sebesar Rp2436 miliar atau hanya 009

jika dibandingkan dengan total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya adalah Program

Pencegahan Stunting sebesar Rp15 miliar dan yang terbesar adalah Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Menular dengan alokasi sebesar Rp1267 miliar

Kelompok penangan stunting intervensi gizi sensitive mendapatkan alokasi dana sebesar

Rp25904 miliar atau hanya 099 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya

114

adalah Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah sebesar Rp8998 miliar dan yang terkecil

Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dengan alokasi sebesar Rp125 juta

Kelompok kegiatan yang terkait pencegahan stunting mendapatkan alokasi dana sebesar

Rp306 miliar miliar atau hanya 001 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya

adalah Penyediaan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat Rp112 miliar dan yang

terbesar adalah kampanye Pencegahan Stunting dengan alokasi Rp120 juta

Beberapa kendala yang dihadapi Pemda terkait pelaksaan kebijakan stunting adalah

a Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan pemantauan pertumbuhan serta

perilaku baik yang masih rendah

b Terbatasnya akses (daya beli pengetahuan) atas pemberian makanan bergizi seimbang

untuk ibu hamil bayi dan balita yang masih rendah

c Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif yang belum optimal

d Suplementasi yang belum optimal seperti Konsumsi Tablet Tambah Darah pada ibu hamil

dan remaja Puteri

e Angka infeksi yang masih tinggi seperti cacingan diare dll baik pada balita dan ibu Hamil

f Kebersihan Lingkungan dan Akses Sanitasi yang masih belum baik

g Budaya di masyarakat dimana ibu hamil masih banyak pantangan makanan

h Tingkat soasial ekonomi masyarakat yang masih rendah

i Masih rendahnya tingkat kepedulian dan dukungan keluarga terhadap ibu hamil dan

tingkat pendidikan ibu yang masih rendah

Rekomendasi dalam upaya mengantisipasi kendala dalam pencapaian sasaran kebijakan

stunting antara lain

1 Peningkatan upaya dukungan lintas sektor dalam penanggulangan Stunting (Konvergensi

Stunting) dalam intervensi spesifik maupun sensitif

2 Peningkatan alokasi Dana Desa untuk Pelayanan Sosial dasar terkait 1000 Hari Pertama

Kehidupan

3 Peningkatan Upaya Strategi Perubahan Perilaku dalam penanggulangan stunting

4 Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamilbayi dan anak balita

melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan

5 Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan Buku KIA kelas Ibu

Posyandu dan pendampingan pada ibu hamil

6 Peningkatan akses terhadap makanan bergizi bagi balita dan ibu hamil melalui pemberian

PMT Pelatihan PMBA untuk Masyarakat Konseling Menyusui

7 Peningkatan Akses Air bersih dan Sanitasi lingkungan melalui Lima Pilar STBM

Dalam rangka keberhasilan penanganan stunting di Provinsi Kalbar diharapkan alokasi

dana melaui APBD ditingkatkan jumlahnya dengan tetap memperhatikan kemampuan

keuangan daerah setidaknya mengacu pada kebijakan nasional yakni sekitar 246 dari total

APBD

BAB VII

PENUTUP

Pantai Tanjung Belandang KetapangPemandangan khas dar i Pantai in i adalah jembatan kayu yang menjirok ke laut deratan gazebo berjejer rapih di sepanjang jembatan kayu tersebut

115

A KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan analisis di bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut

1 Kinerja ekonomi Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar 500 persen mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang

sebesar 506 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 502 persen

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan Asuransi

Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian

2 Laju pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat 2019 yang tertinggi adalah komponen Ekspor

Barang dan Jasa yaitu 1012 persen dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun

selanjutnya adalah Konsumsi LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan

jasa utamanya berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan

Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet

3 Struktur perekonomian yang menopang ekonomi Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor

lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen) industry

pengolahan (1634 persen) perdagangan besar-eceran serta reparasi mobil sepeda motor

(1430 persen) kontruksi (1244 persen) dan sisanya terbagi dari beberapa sektor lapangan

usaha antara lain Pertambangan transportasi pergudangan informasi jasa keuangan

real estate dan jasa lainnya

4 Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan

Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat pada tahun 2019 mencapai

sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25 triliun atau 1897 persen dibandingkan

dengan tahun 2018 Hal ini adanya tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan

berlanjut dimasa mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah

yang akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single

Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai

instansi terkait baik di pusat dan daerah

5 BI Rate Kalimantan Barat 2019 cenderung menurun dari level 600 persen Bulan Januari

hingga level 500 persen pada bulan Desember Tren menurunnya BI Rate tersebut

merupakan antisipasi terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami

penurunan dan juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi (Global Bank Sentral Amerika

Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang menahan suku bunga di level 15-175

116

6 Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif Inflasi

tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional

yang hanya mencapai 055 persen Tekanan inflasi ini terjadi seiring adanya aktivitas

pemilihan umum dan legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya

permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi

sepeda motor dan ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru

7 Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka Rp14313- per

US Dollar dan menunjukan perbaikan pad akhir tahun 2019 pada Rp13831- per US Dollar

Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank

Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)

yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara

maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara

emerging market termasuk Rupiah dan pengaruh melemahnya dolar AS terhadap semua

mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak menaikkan tingkat suku bunga

8 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo terjadi

peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun 2018

(berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional 7081

Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi

Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin

dan berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah

masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun

9 Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik apabila

dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan masih lebih baik dari

pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380) Ketimpangan pendapatan terjadi

karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan faktor produksi sehingga pihak-pihak yang

memiliki faktor produksi akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak

10 Investasi Pemerintah Pusat tahun 2019 melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)

berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM di Wilayah Provinsi Kalimantan

Barat telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 UMKMdebitur) jika dibandingkan

dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen

masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama sektor produksi yang hanya

mencapai 4124 persen yang ditargetkan sebesar 60 persen

11 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar

Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen hasil produk terutama mutu dan kualitas

produk belum bisa bersaing secara global dengan produk daerah lain

12 Penerimaan pajak dalam negeri tahun 2019 sebesar Rp667 triliun naik 26108 miliar atau

naik 407 persen dibanding penerimaan tahun 2018 Kontribusi terbesar dari penerimaan

117

pajak dalam negeri adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Rp32 triliun atau 48 persen

disusul Pajak Penghasilan (PPh) Rp307 triliun atau 46 persen

13 Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar meningkat

signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018 Dengan

perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288 miliar

atau 541 persen

14 Penerimaan PNBP tahun 2019 sebesar Rp82375 miliar mengalami penurunan sebesar Rp

3776 atau 43 persen dibandingkan penerimaan tahun 2018 Dengan komposisi

pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen dari total penerimaan PNBP

disusul pendapatan PNBP BLU sebesar 489 persen

15 Belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019 yaitu sebesar

Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar Rp1049

triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun Realisasi Belanja

pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer ke Daerah dan

dana desa terealisasi Rp2034 triliun

16 Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 terdapat penurunan angka stunting pada 10

KabupatenKota di Kalimantan Barat namun juga terjadi kenaikan angka stunting pada 4

(empat) Kabupaten

B REKOMENDASI

1 Pemerintah Daerah tetap mengupayakan peningkatan alokasi belanja pada jenis belanja

dan meningkat investasi pada sektor-sektor yang belum atau kurang memberikan kontribusi

terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat tahun 2019 terutama pada sektor

sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan

dan Penggalian yang mengalami penurunan pada periode ini secara umum capaian

pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat bisa dikatakan masih stagnan dan belum

memberikan kontribusi PDRB secara maksimal yang hanya sebesar 134 persen terhadap

pembentukan PDB nasional diharapkan untuk berikutnya lebih meningkat dibanding tahun

ini

2 Untuk mempertahankan sektor ekonomi unggulan dan mematangkan sektor ekonomi

potensial Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu berkolaborasi dalam membangun

infrastruktur pendukung maupun untuk mendatangkan investor yang mau berinvestasi pada

sektor-sektor tersebut Seperti pada pembangunan Pelabuhan Kijing di kabupaten

Mempawah Pemerintah Pusat menyiapkan dana pembangunan dengan menggandeng

investor sementara Pemerintah Daerah menyiapkan dana untuk pembebasan lahan

3 Pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa perlu dilakukan desa dengan

warga berisiko tinggi stunting agar mengalokasikan Dana Desa untuk kegiatan pencegahan

stunting Kebijakan pengalokasian Dana Desa tahun 2021 hendaknya mendukung program

118

konvergensi Pencegahan Stunting yang dapat diatambahkan pada perhitungan Alokasi

Formula dengan alokasi 20 persen

4 Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) agar terus melakukan upaya memitigasi risiko

terhadap kenaikan harga serta kelancaran distribusi pasokan bahan pangan adanya

kebijakan yang memacu peningkatan produksi bahan pangan dan mengajak para

pengusaha dalam menentukan harga dan perlu mempertimbangkan daya beli konsumen

Sedangkan untuk konsumen sendiri harus mampu mengatur nafsu konsumtif karena

Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan yang

harus diatur oleh pemerintah

5 Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing mengalami kenaikan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp14 triliun Hal ini terjadi tren positif terhadap

pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa mendatang dukungan Pemerintah

tetap melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single Submission

(OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai instansi terkait

baik dari pusat maupun daerah

6 Tren menurunnya BI Rate tersebut harus dijaga untuk mengantisipasi kondisi perekonomian

nasional yang masih mengalami penurunan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan

ekonomi Global Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor

eksternal tetap dijaga lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya masih sesuai

dengan target

7 Penguatan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)

yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara

maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara

emerging market termasuk Rupiah Kebijakan suku bunga Tanah Air harus tetap

dipertahankan agar imbal hasil aset keuangan Indonesia termasuk obligasi menjadi

menarik arus modal asing masuk ke Indonesia dan menambah pasokan valas di dalam

negeri

8 Indek Pembangunan Manuasia (IPM) Kalimantan Barat tahun 2018 termasuk kategori

sedang dan berada pada urutan ke-30 dari 34 Provinsi Walaupun terjadi kenaikan namun

capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi

target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin Peningkatan investasi dari

Pemerintah Pusat (APBN) yang berupa alokasi Dana Transfer khususnya DAK Fisik dan

Dana Desa serta investasi lainnya serta Pemerintah Daerah (APBD) diharapkan benar-

benar dapat digunakan pada sektor-sektor program pembangunan manusia yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat terutama mendongkrak

tingkat IPM yang terandah di Kalimantan Barat yang selama ini selalu ditempati oleh

Kabupaten Kayong Utara sebesar (6182) dan Kabupaten Sekadau (6369)-

119

9 Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar sasaran

dan tujuan program KUR maupun UMi dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran

KUR diarahkan lebih banyak di sektor produksi (non perdagangan) yaitu dengan target

minimal penyaluran sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan

skema KUR Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat

perkebunan rakyat dan peternakan rakyat harus benar-benar disaluran sesuai sasaran dan

lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada debitur dan membantu

mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada masyarakat sehingga dapat

mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha Mikro bahkan dapat meningkat ke

Mikro Kecil

10 Perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya identifikasi dan penggalian

potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian potensi pajak pengawasan

terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara Pemerintah Pusat maupun Daerah

DAFTAR PUSTAKA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan

Barat Tahun 2019

Rancangan Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

RISKESDAS_2018_ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

RISKESDAS_Provinsi Kalimantan Barat 2018_ Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia

Laporan Pemantauan Kinerja Anggaran dan Pembangunan Program Percepatan

Pencegahan dan Penurunan Stunting Kemenkeu Reupblik Indonesia

Lampiran IIA - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Spesifik

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan

Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian KEMENTERIAN KESEHATAN 0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

2080 Pembinaan Gizi Masyarakat 001 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 002 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus

003 Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita 005 Pembinaan dalam Peningkatan Status Gizi Masyarakat 006 Suplementasi Gizi Mikro 007 Pembinaan dalam Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat 008 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Papua dan Papua Barat 009 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus Papua dan Papua Barat 010 Penguatan intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita Papua dan Papua Barat 504 Peningkatan Surveilans Gizi

5832 Pembinaan Kesehatan Keluarga 001 Pembinaan Dalam Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 002 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Kunjungan Neonatal Pertama 004 Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah 005 Pembinaan Pencegahan stunting 018 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Antenatal

1172822000 100000000 368690000 1439729000 305522000 461512000 281222000 317124000 101785000

822627500 96493000 365973800 1414218600 296527000 372659700 266887500 316592900 101784900

7014

9649

9926

9823

9706 8075 9490 9983 100

4

14

14

14 1 1 1 1 5

4

14

14

14 1 1 1 1 5

100

100

100

100

100 100 100 100 100

0240508 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

2058 Pembinaan Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra 006 Layanan Imunisasi 010 Layanan Imunisasi di Papua dan Papua Barat

2059 Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria 008 Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan 011 Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua dan Papua Barat

2060 Pengendalian Penyakit Menular Langsung 506 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit ISP 511 Sarana dan Prasarana Penanggulangan TBC 512 Sarana dan Prasarana Penanggulangan HIVAIDS

251677000 513750000 1343486000

221591784 280311250 1234273000

8805

5456 9187

14

153 8

14

151 8

25

6 40

0240709 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

2065 Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 508 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Kesehatan Ibu dan Anak 509 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Penyakit Tropis Terabaikan 510 Paket Penyediaan Vaksin

Total Belanja Intervensi Spesifik

6657319000

5789940934

9045

212

210

7710

------

Lampiran IIB - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Sensitif

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN PERTANIAN

0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat

1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

102 Lumbung Pangan Masyarakat

1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

106 Kawasan Mandiri Pangan

1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

101 Pemberdayaan Pekarangan Pangan

106 Hasil Pengawasan keamanan dan mutu pangan Segar

558000000 5578500000 600000000

546884550 5543049050 582679900

9801

9936 9711

1

123 1

1

121 1

100

100 100

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

0190207 Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro

1835 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan

030 Pemenuhan gizi masyarakat melalui peningkatan konsumsi pangan olahan sehat

038 Komoditi yang diawasi Penerapan SNI Wajib Produk Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

0230509 Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat

2016 Penyediaan Layanan Paud

006 Lembaga PAUD Menyelenggarakan Holistik Integratif

5631 Penyediaan Layanan Pendidikan Keluarga

002 Lembaga Menyelenggarakan Pendidikan Keluarga untuk Intervensi Permasalahan Sosial Tertentu

KEMENTERIAN KESEHATAN

0240111 Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

5610 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan JKNKIS

501 Cakupan Penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui JKNKIS

0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

002 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media

004 Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam mendukung Program Kesehatan

006 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media di Papua dan Papua Barat

5834 Penyehatan Lingkungan

501 Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi Syarat

504 Pengawasan terhadap Sarana Air Minum

505 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan

2090 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan

506 Rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan sesuai standar

1492964000 464132000 163411000

1437830000 431244400 162715900

9631 9291

9957

3 1 1

3 1

1

100 100

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan

Pagu Realisasi Real

Target Capaian Capaian

2094 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan

508 Alat Kesehatan

KEMENTERIAN AGAMA

0250308 Program Bimbingan Masyarakat Islam

2104 Pengelolaan KUA dan Pembinaan Keluarga Sakinah

008 Bimbingan Perkawinan Pra Nikah

0250812 Program Bimbingan Masyarakat Buddha

2145 Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Budha

014 Pembinaan Keluarga Hittasukhaya

638510000 37020000

594062500 36455000

9304

9847

29 2

1

0

97

0

KEMENTERIAN SOSIAL

0270507 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial

2251 Jaminan Sosial Keluarga

001 Keluarga Miskin Yang Mendapat Bantuan Tunai Bersyarat

0270609 Program Penanganan Fakir Miskin

5873 Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan

003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

5874 Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

002 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

5875 Penanganan Fakir Miskin Pesisir Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara

003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

3124920000

3123021922

9994

1

1

100

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

0320608 Program Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan

2357 Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan

003 Promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri yang dilaksanakan (Gerakan memasyarakatkan makan ikanGemarikan)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan

004 Sistem Pengelolaan Air Limbah

2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

005 SPAM Terfasilitasi

007 Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan

008 SPAM Berbasis Masyarakat

009 Pembangunan SPAM di Kawasan Khusus

010 Pembangunan SPAM Regional

25491600000 19295520000 10141420000 62568089000

24467600000 17485637400 9125468000 60912361277

9598

9062 9025 9735

298

3

15 0

495

1 9 0

100

0 1 52

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Rea

l Target Capaian Capaia

n 0470107 Program Perlindungan Anak

2808 Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Kesejahteraan

003 Sosialisasi tentang ASI Eksklusif Gizi Seimbang Pembatasan Gula GaramLemak (GGL) Rokok dan

Kesehatan Reproduksi bagi Keluarga dan Anak sebagai 2P dalam Penurunan Stunting

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

0590709 Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik

4143 Penyediaan dan Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

001 Informasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

0630106 Program Pengawasan Obat dan Makanan

3165 Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai BesarBalai POM

088 KIE Obat dan Makanan Aman

4124 Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang

005 Pengawasan Produk Pangan Fortifikasi

960000000

950368050

9899

26

26

100

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

0680106 Program Kependudukan dan KB

3317 Pembinaan Keluarga Balita dan Anak

021 Keluarga yang mempunyai balita dan anak memahami pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak

3331 Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan KB Provinsi

081 Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK

085 Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu

910000000 1586543000

829384786 1573708244

9114 9919

16045 433

16045 433

100 100

Total Belanja Intervensi Sensitif

13361062900000 12780247097900

12780247097900

9614

658025

1110045

78125

------

Lampiran IIC - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

0100606 Program Bina Pembangunan Daerah

1252 Pembinaan Penyelenggaraan dan Pembangunan Urusan Pemerintahan Daerah III

001 Integrasi indikator Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah lingkup UPD III

003 Penerapan SPM bidang kesehatan sosial dan transtibumlinmas

004 Evaluasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Daerah

010 Monev terpadu Penerapan dan Pencapaian SPM di daerah lingkup UPD III

011 Advokasi penerapan kebijakan percepatan penurunan stunting 015 Peningkatan kinerja kabkota dalam implementasikonvergensi program penanganan penurunan

stunting (INEY)

0100810 Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

1269 Pembinaan Administrasi Pencatatan Sipil

006 Cakupan Anak yang Memiliki Akta Kelahiran

KEMENTERIAN PERTANIAN

0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat

1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

115 Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah

295000000

281904000

9556

4

4

100

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

0230101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

4079 Pengembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) di Asia Tenggara

001 Model Pengembangan dan Pembelajaran

0231613 Program Guru dan Tenaga Kependidikan

5636 Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Paud dan Dikmas

009 Rata - rata Nilai Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas

KEMENTERIAN KESEHATAN

0240101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan

2038 Pengelolaan Data dan Informasi

501 Pemetaan Keluarga Sehat

963 Layanan Data dan Informasi

0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

001 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

005 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Papua dan Papua Barat

007 Pembinaan KabKota dalam Pelaksanaan Penggerakkan Masyarakat di Posyandu

441040000 867300000

439188400 526100500

9958

6066

1 3

1

3

100

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan

2087 Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar

509 Pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

0241104 Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

2070 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat

504 Riset Penanggulangan Masalah Gizi

0241210 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Ppsdmk)

2076 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan

501 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan

505 Pelatihan Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan

2078 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan

501 Penugasan Tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) Minimal 5 Orang

502 Penugasan Tenaga Kesehatan Secara Individu

505 Penugasan tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) minimal 5 orang di Wilayah Papua dan Papua Barat

102534000 125563000 2026770000

100827500 118882000 1923153550

9836

9468 9489

95

93

100

95 95

KEMENTERIAN SOSIAL

0271104 Program Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan Sosial

2254 Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional (I-VI)

002 Pelatihan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) bagi Pendamping Program Bantuan Tunai Bersyarat

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan

003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM

668321000

668320150

9999

4

2

11

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

0360106 Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

2552 Koordinasi Kebijakan Penguatan Ketahan Gizi dan Kesehatan Lingkungan

001 Usulan Rekomendasi kebijakan bidang ketahanan gizi dan kesehatan ibu dan anak dan kesehatan lingkungan

BADAN PUSAT STATISTIK

0540106 Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik

2895 Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik Bps Provinsi

009 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat

2906 Penyediaan dan Pengembangan Statistik Kesejahteraan Rakyat

003 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat Yang Terbit Tepat Waktu

5125732000

5059724707

9871

30

2

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan

Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

0550106 Program Perencanaan Pembangunan Nasional

2937 Perencanaan Pembangunan Terkait Lingkup Kesehatan dan Gizi Masyarakat

608 Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Pembangunan

KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

0670306 Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masarakat Desa

5483 Peningkatan Pelayanan Sosial Dasar

008 Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam peningkatan akses pelayanan sosial dasar

011 Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

0800106 Program Penelitian Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir Isotop dan Radiasi

3446 Pengembangan Sains dan Teknologi Bahan Maju Dengan Iptek Nuklir

002 Data Riset Hasil Analisis dengan Menggunakan Teknik Nuklir

3449 Pengembangan Sains dan Teknologi Nuklir Terapan dan Revitalisasi Reaktor Riset

006 Dokumen Teknis Mikronutrisi Pada Pangan Anak Balita Di Daerah Malnutrisi

Total Belanja Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis 9652260000 9118100807

9280 137 105 87625

------

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

JALAN KS TUBUN NO 36 PONTIANAK 78121 TELEPON (0561) 733444 733466 FAKSIMILE (0561) 732029 LAMAN WWWDJPBKEMENKEUGOIDKANWILKALBARID

NOTA DINASNOMOR ND-143WPB172020

Yth Direktur Pelaksanaan AnggaranDari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi

Kalimantan BaratSifat SegeraLampiran 1(satu) berkasHal Pengantar Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019Tanggal 28 Februari 2020

Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

SE-61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas

Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema Analisis

Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 bersama ini kami sampaikan bersama ini kami

sampaikan Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Kajian ini

terdiri antara lain

1 Tinjauan dan Analisis APBN dan APBD tahun 2019 lingkup Provinsi Kalimantan Barat

Analisis yang dilakukan baik dari segi pendapatan maupun belanja serta dampaknya

terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dari indikator-indikator

seperti lndeks Pembangunan Manusia (IPM) Tingkat Kemiskinan dan Gini Ratio (tingkat

ketimpangan)

2 Untuk mengetahui sektor unggulan daerah dan pengembangan potensi tersebut digunakan

analisis metode Location Quotient (LQ) time series Dari analisis ini ditemukan sektor

unggulan di Provinsi Kalbar adalah bidang Pertanian Kehutanan dan Perikanan

3 Dalam KFR Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 ini terdapat analisis tematik dengan tema

Sinergi dan Konvergensi Program Penanganan Stunting di Daerah yaitu upaya pemerintah di

dalam melakukan pencegahan terhadap prevelensi stunting melalui belanja KL dalam APBN

belanja Dana Desa dan DAK Fisik serta melalui pendanaan Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD)

Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih

Ditandatangani secara elektronikBambang Hartono

  • KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
    • 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
    • 1COVER KFRpdf (p2)
    • Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
    • 3_Daftar isi_1pdf (p4)
    • 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
    • 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
    • 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
    • 10_Capaian Outputpdf (p10)
    • 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
    • 12_BAB I_COVERpdf (p12)
    • 13_BAB Ipdf (p13-21)
    • 14_BAB II_COVERpdf (p22)
    • 15_BAB IIpdf (p23-41)
    • 16_BAB III_COVERpdf (p42)
    • 17_BAB IIIpdf (p43-77)
    • 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
    • 18_Bab IVpdf (p79-97)
    • 19_BAB V_COVERpdf (p98)
    • 19_BAB Vpdf (p99-107)
    • 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
    • 24_BAB VIpdf (p109-124)
    • 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
    • 26_BAB VIIpdf (p126-133)
    • 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
    • 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
    • DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
      • 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
      • LAMPIRANpdf (p148-151)
      • KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
        • 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
        • 1COVER KFRpdf (p2)
        • Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
        • 3_Daftar isi_1pdf (p4)
        • 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
        • 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
        • 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
        • 10_Capaian Outputpdf (p10)
        • 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
        • 12_BAB I_COVERpdf (p12)
        • 13_BAB Ipdf (p13-21)
        • 14_BAB II_COVERpdf (p22)
        • 15_BAB IIpdf (p23-41)
        • 16_BAB III_COVERpdf (p42)
        • 17_BAB IIIpdf (p43-77)
        • 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
        • 18_Bab IVpdf (p79-97)
        • 19_BAB V_COVERpdf (p98)
        • 19_BAB Vpdf (p99-107)
        • 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
        • 24_BAB VIpdf (p109-124)
        • 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
        • 26_BAB VIIpdf (p126-133)
        • 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
        • 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
        • DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
          • 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
          • LAMPIRANpdf (p148-151)
Page 2: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa atas berkat dan rahmat yang diberikan

sehingga Kanwil Direktorat Jenderal

Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Kalimantan Barat

dapat menyusun dan menyelesaikan Kajian Fiskal

Regional (KFR) Tahun 2019

KFR merupakan output pelaksanaan tugas

Kanwil DJPBN yang memiliki fungsi pembinaan

koordinasi supervisi dan representasi Kementerian

Keuangan di daerah selaku pengelola fiskal

sebagaimana dalam Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 262PMK012016 tentang Organisasi dan

Tata Kerja lnstansi Vertikal DJPBN

KFR ini disusun berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan

Nomor 61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas

Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema

Analisis Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 yang diarahkan pada analisis

fiskal dan makroekonomi untuk mencapai tujuan kebijakan fiskal dan mendukung

pencapaian fungsi alokasi stabililasi dan distribusi APBN sebagai bahan informasi

untuk menyusun APBNAPBD sehingga dapat dievaluasi sejauh mana kebijakan fiskal

pemerintah telah sesuai dengan tujuan makroekonomi

Penyusunan KFR ini telah melalui proses pengumpulan data dan informasi

dari berbagai pihak sehingga substansi KFR diharapkan telah memuat informasi kondisi

fiskal Provinsi Kalimantan Barat yang komprehensif dan berguna kepada stakeholders

regional Provinsi Kalimantan Barat Kami mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang mendukung penyusunan KFR ini terutama berkaitan dengan penyediaan data

yang dipertukan

Kami menyadari bahwa dalam KFR ini masih terdapat banyak kekurangan

sehingga kami mohon kritik dan saran yang dapat digunakan untuk proses

perbaikan dalam penyusunan KFR di masa yang akan datang

Edih Mulyadi (Kepala Kantor Wilayah

DJPb Provinsi Kalimantan Barat)

iii

KATA PENGANTARii

DAFTAR ISIiii

RINGKASAN EKSEKUTIFv

DASHBOARD MAKRO-FISKAL REGIONALvii

BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH 7 11PENDAHULUAN1 12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

DAERAHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah1 122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah

Daerah 4 13 TANTANGAN DAERAH7

131 Tantangan Ekonomi Daerah 7 132 Tantangan Sosial Kependudukan 8 133 Tantangan Geografi Wilayah 9

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAlhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10 21 INDIKATOR EKONOMI MAKRO

FUNDAMENTAL10 211 Produk Domestik Regional Bruto 11 212 Suku bunga18 213 Inflasi 19 214 Nilai tukar21

22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN11 221 Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)22 222 Tingkat Kemiskinan 24

iv

223 Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini)24

224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran 25

23 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip26

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT

REGIONAL 28

31 APBN TINGKAT PROVINSI28

32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL29

321 Penerimaan Perpajakan 29

322 Penerimaan Negara Bukan

Pajak 31

33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL 33

34 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 41

341 Dana Transfer Umum 41

342 Dana Transfer Khusus 42

343 Dana Desa45

344 Dana Insentif Daerah Otonomi Khusus dan Keistimewaan46

35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL 46

351 Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara) 46

352 Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD)46

353 SurplusDefisit46

36 PENGELOLAAN BLU PUSAT 47

37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT55

371 Penerusan pinjaman 55

372 Kredit program56

38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI

DAERAH 60

381 Mandatory Spending di Daerah60

382 Belanja Infrastruktur 60

BAB IV

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD63

41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) 63

42 PENDAPATAN DAERAH66

421 Dana TransferPerimbangan66

422 Pendapatan Asli Daerah68

423 Pendapatan LainLain70

43 BELANJA DAERAH70

44 PERKEMBANGAN BLU DAERAH71

45 SURPLUSDEFISIT APBD 72

46 PEMBIAYAAN 73

47 ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 74

471 Analisis Horizontal dan

Vertikalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip74

472Analisis Kapasitas Fiskal Daerahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip74

48 PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH 79

481 Belanja Daerah Sektor

Pendidikan 80

482 Belanja Daerah Sektor

Kesehatan 81

483 Belanja Infrastruktur Daerah 81

BAB V

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN ANGGARAN

KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)82

51LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN83

52PENDAPATAN KONSOLIDASIAN83

53BELANJA KONSOLIDASIAN85

54SURPLUSDEFISIT KONSOLIDASIAN88

55 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT 89

v

BAB VI

KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI

SERTA TANTANGAN

FISKAL REGIONAL 91

61SEKTOR UNGGULAN DAERAH93

62SEKTOR POTENSIAL DAERAH 99

63TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH102

BAB VII ANALISIS TEMATIK 110

BAB VIII PENUTUP helliphellip115

11KESIMPULAN115

12REKOMENDASI117

DAFTAR PUSTAKAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip120

iv

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kinerja pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) pada tahun 2019

tercatat sebesar 500 persen Angka ini menurun jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan

ekonomi tahun sebelumnya sebesar 506 persen PDRB mengalami peningkatan

pertumbuhan sebesar 943 persen Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp4188 juta

Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4

(empat) sektor lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen)

Industri Pengolahan (1634 persen) Perdagangan Besar-Eceran serta Reparasi Mobil-

Sepeda Motor(1430 persen) dan Konstruksi (1244 persen)

Inflasi tahunan Kalbar pada tahun 2019 sebesar 263 persen atau menurun dibanding

periode yang sama pada tahun 2018 yang mencapai 399 persen tetapi masih lebih rendah

jika dibandingkan dengan tingkat inflasi secara nasional yang mencapai 268 persen Inflasi

tertinggi terjadi pada bulan Juni 066 persen dan Kelompok transportasi komunikasi dan jasa

keuangan pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen Kenaikan pada

bulan-bulan tersebut disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok

makanan jadi minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan

legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya permintaan terhadap

makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan

ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar termasuk kategori sedang dan berada

di bawah angka IPM Nasional Menurut data Badan Pusat Statistik sampai dengan saat ini

IPM Kalbar meningkat dari 6626 di tahun 2017 menjadi 6698 di tahun 2018 Berbagai upaya

telah dilakukan pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat untuk memberikan kemudahan

akses bagi masyarakat agar dapat memperoleh layanan pendidikan dan kesehatan

diantaranya pembangunan infrastruktur jalan serta sarana pendidikan dan kesehatan sejalan

dengan kebijakan Pemerintah untuk membangun dari pinggiran dan memperkuat daerah dan

desa

Jumlah penduduk miskin di Kalbar pada bulan September 2019 tercatat sebanyak

370470 orang Jumlah ini lebih rendah dari periode yang sama tahun 2018 dimana penduduk

miskin mencapai 369730 orang

Gini Ratio (ketimpangan pemerataan pendapatan) Kalbar tahun 2019 sebesar 0318

atau meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 0325 Koefisien Gini

berfluktuatif dari tahun ketahun namun masih berada pada kisaran antara 03 hingga 04 dan

masih dibawah Koefisien Gini Nasional Hal ini menunjukkan distribusi pendapatan

masyarakat dalam kategori sedang dan walaupun masih terdapat ketimpangan distribusi

pendapatan

v

Angkatan kerja tahun 2019 mencapai 2479000 orang mengalami kenaikan sebesar

91000 orang dari tahun 2018 Dari jumlah angkatan kerja tersebut 9556 persen bekerja

sedangkan sisanya sebesar 444 persen menganggur

Program Kredit Program berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM

(KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar

Rp179834 miliar (41778 debitur) jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen dan penyaluran Program Ultra Mikro

(UMi) sebesar Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018

terjadi kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen Pemerintah sangat

memperhatikan dan mengharapkan adanya perkembangan usaha serta upaya peningkatan

pertumbuhan ekonomi di wilayah Kalimantan Barat

Realisasi penerimaan perpajakan di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728

triliun naik 68 persen jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya Penerimaan pajak

dalam negeri memberikan kontribusi Rp667 triliun atau 917 persen sedangkan penerimaan

pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar atau 83 persen Pajak

Pertambahan Penghasilan (PPh) merupakan penyumbang penerimaan yang terbesar yakni

Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak Pertambahan Nilai (PPn) yakni Rp307

triliun atau 46 persen Untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) selama tahun 2019

mencapai Rp82375 miliar turun Rp3776 miliar atau 438 persen dibanding penerimaan

tahun sebelumnya PNBP tersebut bersumber dari Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)

sebesar Rp42092 miliar dan PNBP lainnya Sebesar Rp40282 miliar

Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019

yaitu sebesar Rp3147 triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar

Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2098 triliun Realisasi

Belanja pemerintah pusat sebesar Rp96 triliun Sedangkan untuk Transfer ke Daerah dan

dana desa terealisasi Rp2034 triliun

Angka Pertumbuhan Ekonomidi Kalimantan Barat

Pertumbuhan Ekonomi

20172018

2019

Pagu dan Realisasi APBN 2019sd 31 Desember 2019

Pajak

PNBP

Belanja Modal

Belanja Bantuan Sosial

87

155

Realisasi

Pagu Realisasi

Rp837 T Rp729 T

Rp053 T Rp082 T

2017 2018 2019

517

500

505

510

515

520

000

506

500

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)di Kalimantan Barat

Indeks Pembangunan Manusia

20172018

2019

2017 2018 2019

6626

6600

6620

6640

6660

6680

000

6698

na

Angka Kemiskinandi Kalimantan Barat

Angka Kemiskinan

20172018

2019

2017 2018 2019

788

700

720

740

760

780

000

737

728

Angka Penganggurandi Kalimantan Barat

7000

800

Angka Pengangguran

20172018

2019

2017 2018 2019

436

400

410

420

430

440

000

426

445450

517

506

500

788

737

728

6626

6698

na

436

426

445

Gini Rasio Kalimantan Barat

03270318

2018

2019

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Gini Rasio Kalimantan Barat

Pendapatan

Belanja

93

97

Rp1049 T Rp971 T

Rp2098 T Rp2034 T

sd 31 Desember 2019

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Transfer

Belanja Operasi

Belanja Modal

108

101

Realisasi

Pagu Realisasi

Rp376 T Rp405T

Rp2072 T Rp2085T

Pendapatan

Belanja

95

96

Rp1691 T Rp1608 T

Rp52 T Rp498 T

Belanja Tak Terduga

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Pagu dan Realisasi APBD 2019

Belanja Transfer

Rp095 T Rp074T

Rp032 T Rp006T

Rp389 T Rp403T

19

104

78

Perkembangan Indikator Ekonomi

Capaian Program Prioritas Nasional (PN) Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019

Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan DasarPagu Realisasi

Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan KemaritimanPagu Realisasi

Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian Industri Pariwisata dan Jasa Produktif LainnyaPagu Realisasi

Pemantapan Ketahanan Energi Pangan dan Sumber Daya AirPagu Realisasi

Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan PemiluPagu Realisasi

85

73

95

86

89

Rp1741 M Rp1488 M

Rp230 M Rp167 M

Rp84 M Rp80 M

Rp336 M Rp289 M

Rp351 M Rp313 M

Realisasi Terhadap Pagu

Beberapa Pembangunan Hasil Dana APBN 2019 di Kalimantan Barat

Pembuatan Tempat Pembudidayaan Ikan Prodi Agrobisnis Perikanan Poltesa

Pembangunan Gedung Pembelajaran Terpadu MAN IC Sambas

Pembangunan Dermaga Speed Di Bungan Jaya

Pembangunan Infrastruktur Ekowisatadi Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun

Pengadaan dan pemasanganPenerangan Jalan Umum dengan solar cell

Pengadaan Benih Padi 445000 KgDistan TPH Prov Kalbar

Pembangun Terminal Barang Internasional Aruk Tahap III

Restorasi dan Penataan Kawasan Masjid Jami Beting Kota Pontianak

Pelapis Landasan PacuBandara Tebelian

Pembangunan Pasar Rakyat Tampun Juah Kab Sanggau

Pembangunan Jembatan Komposit 11 Meter (5 Unit) di Kab Kayong Utara

Pembangunan Konstruksi Pasar Rakyat Kyai Bandar Laut di Kab Ketapang

KPPN SINGKAWANG

KPPN PONTIANAK

KPPN PUTUSSIBAU

KPPN SANGGAU KPPN

SINTANG

KPPN KETAPANG

Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Nanga Era

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Sanggau

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Bengkayang

Revitalisasi Pasar Sukadana di Kab Kayong Utara

Realisasi Dana Desa

2017 2018 2019Realisasi Dana Desa

Pagu Realisasi

Rp1695 M Rp1693 M

Rp1616 M Rp1615 M20172018

Rp1992 M Rp1987 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

2000 M

1900 M

1800 M

1700 M

1600 M

1500 M

(Rp)

997998

999

2017 2018 2019Pagu DAK Fisik

Pagu Realisasi

Rp2457 M Rp2281 M

Rp2998 M Rp2794 M20172018

Rp2614 M Rp2447 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

3000 M

2800 M

2600 M

2400 M

2200 M

2000 M

(Rp)

931

928

999

936

Realisasi DAK Fisik

Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik

2017 2018 2019Pagu DAK Fisik

Pagu Realisasi

Rp2457 M Rp2281 M

Rp2998 M Rp2794 M20172018

Rp2614 M Rp2447 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

3000 M

2800 M

2600 M

2400 M

2200 M

2000 M

(Rp)

931

928

999

936

Realisasi DAK Fisik

Realisasi Kredit Ultra Mikro (UMi)

2017 2018 2019Jumlah Debitur

Debitur Realisasi

2124 Rp84 M

1913 Rp44 M20172018

Rp104 M2019

10 M

8 M

6 M

4 M

2 M

(Rp)

1913

2124

Realisasi UMi

2342

2737 12 M

Jumlah DebiturRealisasi UMi

Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)

2017 2018 2019

Debitur Realisasi

41511 Rp1615 M

34704 Rp1120 M20172018

44498 Rp1808 M2019

2000 M

1800 M

1600 M

1400 M

1200 M

(Rp)

34704

41511

44498

Jumlah DebiturRealisasi KUR

BAB I

SASARAN

PEMBANGUNAN

DAN TANTANGAN

DAERAH

Pulau Karimata Kayong UtaraMerupakan pulau dengan status Suaka Alam L a u t ( S A L ) y a n g m e n a w a r k a n p e s o n a ekosis tem terumbu karang hutan panta i hutan mangrove sampai dengan ekosistem perbukitan tinggi

1

11 PENDAHULUAN

Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di

daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata Oleh sebab itu untuk

mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur

pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian

anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD Sesuai dengan Undang-Undang

Keuangan Nomor 17 Tahun 2003 pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan

negara adalah Presiden sedangkan di daerah adalah GubernurBupatiWalikota oleh

karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah maka diperlukan sinergi

dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan

dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien

Selanjutnya kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran

pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan

daerah dalam memastikan efektifitasnya Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat

alokasi distribusi dan stabilisasi maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu

meningkatkan perbaikan dan kualitas indicator-indikator ekonomi makro dan

kesejahteraan di daerah Oleh karena itu kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari

perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan

Tidak terlepas dari hal tersebut maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi

perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan

terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi sosial-

kependudukan serta tantangan wilayahnya sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui

program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi

12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Masa jabatan Gubernur Kalimantan Barat periode 2018-2023 merupakan periode

lima tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kalimantan Barat Tahun 2005-2025 Dalam RPJPD dikemukakan bahwa visi

pembangunan jangka panjang Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2025 adalah

ldquoKalimantan Barat Bersatu dan Majurdquo

2

Visi misi dan arah pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJPD 2005-

2025 menjadi acuan dalam merumuskan visi pembangunan daerah tahun 2018ndash2023

yaitu ldquoTerwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Barat Melalui

Percepatan Pembangunan Infrastruktur Dan Perbaikan Tata Kelola

Pemerintahanrdquo Pada kepemimpinan 5 (lima) tahun mendatang percepatan

pembangunan infrastruktur akan menjadi fokus utama

Sementara itu misi pembangunan Provinsi Kalimantan Barat yang akan

dilaksanakan adalah sebagai berikut

1 Mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur

Percepatan pembangunan infrastruktur ini bertujuan untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah serta perbatasan Indeks infrastruktur

Kalimantan Barat direncanakan mencapai 5993 di Tahun 2019

Sasaran dari misi ini adalah peningkatan ketersediaan infrastruktur pasokan

tenaga listrik jaringan transportasi (yang meliputi pelayanan konektivitas dan

keselamatan) kapasitas dan kualitas jalan ataupun jembatan Pengelolaan

Sumber Daya Air kualitas infrastruktur permukiman perdesaan (sesuai dengan

Indeks Desa Membangun) maupun perkotaan ketaatan terhadap rencana tata

ruang meningkatnya Infrastruktur daerah serta perbatasan

2 Mewujudkan tata kelola pemerintahan berkualitas dengan prinsip-prinsip Good

Governance

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan

daerah dengan target Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai SAKIP Prov

Kalimantan Barat mencapai A pada tahun 2025

Hal ini ditunjukkan dengan sasaran peningkatan pada kualitas Kelitbangan

untuk mendukung kebijakan daerah Indeks Kepuasan Pelayanan DPRD

pelayanan umum pengelolaan administrasi keuangan dan aset di lingkungan

Sekretariat Daerah dan Rumah Jabatan kelembagaan perangkat daerah yang

tepat fungsi dan tepat ukuran penyelenggaraan ketatalaksanaan pemerintah

daerah penataan sistem manajemen SDM Aparatur berdasarkan merit system

Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Desa Pengelolaan Arsip Daerah pembinaan

dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah terselenggaranya Penataan

Daerah dan Pembinaan Wilayah terkoordinirnya dan tertatanya kegiatan

kerjasama dalam negeri dan luar negeri dalam menunjang pembangunan di

Provinsi Kalimantan Barat meningkatnya pengelolaan wilayah perbatasan

meningkatnya komunikasi kebijakan pembangunan daerah

3

3 Mewujudkan masyarakat yang sehat cerdas produktif dan inovatif

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dengan indikator sasaran

peningkatan IPM dari angka 6626 menjadi 672 di tahun 2019 Sasaran misi ini

adalah meningkatkan kualitas pendidikan kebudayaan dan literasi peningkatan

kualitas kesehatan meningkatkan kualitas pemuda meningkatakan capaian

indeks pembangunan gender dan Indeks pemberdayaan gender meningkatakan

perlindungan terhadap perempuan dan anak meningkatkan ketersediaan

keterjangkauan dan pemanfaatan pangan meningkatakan fasilitasi program KB

Keluarga Sejahtera dan Pengendalian Penduduk

4 Mewujudkan masyarakat sejahtera

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarat secara merata

mengurangi kemiskinan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi dari 506

ditargetkan 520 pada tahun 2019 dan jumlah desa mandiri dari 1 ditargetkan

mencapai 63 desa mandiri Selanjutnya tujuan lainnya adalah mengurangi

kemiskinan dan pengangguran dengan target menurunkan angka tingkat

penggangguran terbuka dari 413 menjadi 390 pada tahun 2019 Beberapa

sasarannya terkendalinya penyakit menular strategis zoonosis meningkatnya

produksi peternakan terwujudnya kedaulatan pangan sektor keluatan dan

perikanan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produksi perikanan

5 Mewujudkan masyarakat yang tertib

Hal ini bertujuan meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat

Sasaran dari misi ini adalah meningkatkan skor Indeks Demokrasi Aspek

Kebebasan Sipil dari 9715 menjadi 9735 di tahun 2019 penyelenggaraan

pelayanan Trantibumlinmas meningkatnya jumlah orang atau kelompok

masyarakat miskin yang memperoleh bantuan hukum litigasi dan non litigasi

meningkatnya upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam rangka pengurangan

risiko bencana meningkatkan penanganan kedaruratan dan pendistribusian

logistik pada daerah terkena bencana meningkatkan penanganan rehabilitasi dan

rekonstruksi pasca bencana

6 Mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan

target sasaran Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kalimantan Barat Tahun 2019

di angka 6620 Dengan sasaran lainnya menurunnya luas kerusakan Kawasan

hutan melalui rehabilitasi hutan dan layanan krisis dan ketaatan terhadap

pencana tata ruang meningkat

4

122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dijabarkan ke

dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan

pembangunan tahunan yang disusun berikut rancangan prioritas dan sasaran

pembangunan daerah

a Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Kondisi infrastruktur di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2018 apabila

dilihat dari Indeks Infrastruktur adalah sebesar 5661 Angka Indeks Infrastruktur

merupakan indeks yang menggambarkan kondisi infrastruktur di Kalimantan Barat

pada tahun 2018 yang meliputi variabel Jalan Kondisi Mantap Provinsi sebesar

4971 Irigasi Kondisi Mantap sebesar 4676 Rumah Tangga Bersanitasi

sebesar 4838 Rumah Tangga dengan Air Bersih sebesar 5520 dan Rasio

Elektrifikasi sebesar 83 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan

dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas

Perhubungan dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kalimantan Barat

Untuk tahun 2020 indeks infrastruktur Kalimantan Barat ditargetkan

meningkat menjadi 6300 yang tentunya merata di seluruh Kabupaten Kota di

Kalimantan Barat

Tabel I1

Target Indeks Infrastruktur Kalimantan Barat Tahun 2020 Indikator Kondisi

Awal (2018)

Taget

2019 2020

1 2 3 4

Persentase Panjang Jalan Provinsi Dalam Kondisi Mantap

4971 5668 6219

Rumah Tangga Sanitasi 4838 5188 5549

Persentase Akses Penduduk Air Minum

5520 5830 6120

Rasio Elektrifikasi 8300 8500 8700

Persentase Irigasi Provinsi dalam Kondisi Baik

4676 4778 4890

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tahun 2020 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMD Provinsi

Kalimantan Barat Tahun 2018 ndash 2023 dimana tahun 2020 ditetapkan sebagai

Tahap Percepatan (Pemerataan infrastruktur dasar dan aksesibilitas antar wilayah

dalam rangka percepatan mewujudkan desa mandiri) Pembangunan dalam tahap

kedua lebih diarahkan pada upaya peningkatan status desa menuju desa mandiri

Apalagi bila dikaitkan dengan target RPJMD yang menetapkan sasaran pada

pencapaian desa mandiri tahun 2023 kurang lebih 400 desa mandiri Oleh karena

itu salah satu pilihan strategi yang memiliki dampak bagi peningkatan status desa

5

mandiri diantaranya melalui Pemerataan infrastruktur dasar serta pemerataan

aksesibilitas antar wilayah

b Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah

Kualitas tata kelola pemerintahan daerah di Provinsi Kalimantan Barat yang

diukur melalui Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah berada pada kondisi baik dimana nilai Indeks Reformasi

Birokrasi berada pada nilai B Dan Nilai SAKIP berada pada predikat B dengan

nilai 6401 Untuk Kabupaten Kota di Kalimantan Barat dari 14 Kabupaten Kota

hanya 1 daerah yaitu Kota Pontianak yang sudah mendapatkan predikat BB pada

nilai SAKIP12 kabupaten dengan predikat B dan yang lainnya masih berada

pada predikat CC dan C pada tahun 2018

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa

Perangkat Daerah yaitu Biro Adminsitasi Pembangunan dan Pengadaan Barang

dan Jasa Biro Pengelolaan Aset Biro Hukum Biro Humas dan Protokol serta Biro

Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Barat Selain itu juga didukung

oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Kepegawaian Daerah

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Penelitian dan

Pengembangan Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Daerah Provinsi Kalimantan Barat

c Mewujudkan Masyarakat Sejahtera

Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan melalui beberapa

indikator yaitu

- Pertumbuhan Ekonomi tahun 2018 ada di angka 506 tahun 2019 535 dan

ditargetkan tumbuh 535 pada tahun 2020

- Penurunan Angka Kemiskinan sebelumnya 737 (2018) 692 (2019)

ditargetkan 643 pada tahun 2020

- Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka sebelumnya 413 (2018) 390

(2019) ditargetkan menurun 363 pada tahun 2020

- Gini Rasio Kalimantan Barat ditargetkan menjadi 032 pada tahun 2020

- Jumlah Desa Mandiri di Kalimantan Barat dari 1 (2018) 63 (2019 namun

tercapai 87) ditarget 159 desa pada tahun 2020

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa

Perangkat Daerah yaitu Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Dinas

Perkebunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pangan

Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Kehutanan Dinas Kelautan dan

Perikanan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pemuda Olahraga dan

6

Pariwisata Dinas Koperasi dan UKM Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintahan Desa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Sosial Pada tahun 2020

berikut target mewujudkan masyarakat sejahtera

Tabel I2

Target Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Tahun 2020

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tabel I3

Target Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kota Tahun 2020 No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 850 ndash 842 842 ndash 833

2 Bengkayang 742 ndash 738 738 ndash 736

3 Landak 1319-1212 1212-1202

4 Mempawah 584 ndash 582 582 ndash 581

5 Sanggau 457 ndash 455 455 ndash 451

6 Ketapang 1163-1093 1093-1084

7 Sintang 1027-1018 1018-1015

8 Kapuas Hulu 1001-938 938-931

9 Sekadau 647-640 640-638

10 Melawi 1277-1250 1250-1247

11 Kayong Utara 1006-986 986-983

12 Kubu Raya 540 ndash 522 522-518

13 Kota Pontianak 536-535 535-534

14 Kota Singkawang 578 ndash 535 535 ndash 531

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tabel I4

Target Tingkat Penganggauran Terbuka Kabupaten Kota Tahun 2020

No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 334 ndash 332 332 ndash 329

2 Bengkayang 240 ndash 238 238 ndash 235

3 Landak 229 ndash 226 226 ndash 224

4 Mempawah 617 ndash 615 615 ndash 543

5 Sanggau 247 ndash 243 243 ndash 239

No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 525 ndash 529 533 ndash 537

2 Bengkayang 584 ndash 602 610 ndash 620

3 Landak 525 ndash 529 530 ndash 533

4 Mempawah 521 ndash 529 535 ndash 537

5 Sanggau 471 ndash 492 509 ndash 513

6 Ketapang 741 ndash 761 771 ndash 781

7 Sintang 539 ndash 545 549 ndash 551

8 Kapuas Hulu 542 ndash 548 550 ndash 554

9 Sekadau 583 ndash 585 587 ndash 589

10 Melawi 488 ndash 497 501 ndash 506

11 Kayong Utara 545 ndash 550 551 ndash 553

12 Kubu Raya 673 ndash 683 690 ndash 696

13 Kota Pontianak 550 ndash 562 585 ndash 591

14 Kota Singkawang 576 ndash 600 615 ndash 623

7

6 Ketapang 323 ndash 321 321 ndash 319

7 Sintang 158 ndash 156 232 ndash 230

8 Kapuas Hulu 280 ndash 274 156 ndash 154

9 Sekadau 315 ndash 311 274 ndash 268

10 Melawi 39 ndash 392 311 ndash 307

11 Kayong Utara 393 ndash 392 392 ndash 391

12 Kubu Raya 656 ndash 643 643 ndash 629

13 Kota Pontianak 505 ndash 493 493 ndash 481

14 Kota Singkawang 542 ndash 535 535 ndash 528

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

d Mewujudkan Masyarakat yang Tertib

Misi ini bertujuan untuk meningkatkan ketentraman dan ketertiban

masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat Keberhasilan pencapaian misi ini

ditunjukan dengan indikator yaitu tidak adanya Konflik Sosial yang terjadi di

Kalimantan Barat dan meningkatnya indeks kebebasan sipil dari 9715 (2018)

menjadi 9735 (2019) sementara itu tahun 2020 ditargetkan mendapat 9755

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa Perangkat

Daerah yaitu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Satuan Polisi Pamong Praja

Biro Hukum Sekretariat Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Provinsi Kalimantan Barat

e Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Misi mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan bertujuan untuk

meningkatnya kualitas lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Barat

Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan indikator Indeks Kualitas

Lingkungan Hidup mencapai angka 6620 (2019) dan tahun 2020 ditargetkan

pada angka 6640 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh

beberapa Perangkat Daerah yaitu Dinas Perumahan Rakyat Kawasan

Permukiman dan Lingkungan Hidup Dinas Kehutanan dan Dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Barat

13 TANTANGAN DAERAH

131 Tantangan Ekonomi Daerah

Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan merupakan kekuatan utama

perekonomian di Kalimantan Barat PDRB sektor pertanian tumbuh 50 persen dan

memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan

Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019 Sektor Pertanian Kehutanan dan

Perikanan banyak disumbang oleh hasil Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan

Karet Sejalan dengan tersebut serapan tenaga kerja di Kalimantan Barat cukup

mencerminkan kesesuaian dengan struktur PDRB Lapangan usaha penyerap tenaga

kerja utama di Provinsi Kalimantan Barat adalah lapangan usaha pertanian Dengan

8

demikian upaya mempertahankan maupun meningkatkan kinerja lapangan usaha

pertanian di Kalimantan Barat perlu menjadi perhatian serius

Sementara itu terkait dengan ketenagakerjaaan Kalimantan Barat tahun 2019

jumlah penduduk pencari kerja meningkat sebesar 577 persen dibandingkan dengan

Agustus 2018 Meningkatnya jumlah pengangguran disebabkan adanya penurunan

penyerapan tenaga kerja pada beberapa lapangan usaha Dalam evaluasi RKPD

Tahun 2020 juga dicantumkan mengenai permasalahan tingginya angka

pengangguran di Kalimantan Barat sehingga perlu dilakukan langkah kongkrit dalam

upaya mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan kerja yang

berkualitas Selain itu permasalahan lainnya tenaga kerja belum terserap sesuai

pasar kerja dan belum terserap secara maksimal di berbagai sektor lapangan usaha

Dilihat dari segi pembiayaan pemerintah sudah meluncurkan Kredit Usaha

Rakyat (KUR) untuk mempermudah pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan

yang murah KUR ditargetkan secara nasional 60 persennya menyasar pada sektor

produktif Sehingga sesuai dengan sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan yang

menjadi kekuatan Kalimantan Barat Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada

Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp 179 Triliun Pemerintah Daerah perlu

menseriusi perannya sebagai penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima

KUR Harapannya UMKM dapat mendorong perekonomian Kalimantan Barat

Dari segi infrastruktur kondisi jalan Provinsi dari tahun 2013 hingga tahun 2017

dalam kondisi mantap terus mengalami perbaikan akan tetapi pada tahun 2018

persentase jalan provinsi dalam kondisi mantap mengalami penurunan menjadi

sebesar 4971 persen Sejalan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo pada tahun

2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur pembangunan jalan juga menjadi fokus

dari Pemerintah Dearah Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam

proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai

Jalur Transportasi bagi masyarakat dan kondisi jalan akan sangat berpengaruh

133 Tantangan Sosial Kependudukan

Berdasarkan data Agregat Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018 semester II berjumlah sekitar 5422814 jiwa 5148 persen atau 2791477

jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4852 persen atau 2631337 jiwa adalah

perempuan Dengan luas wilayah 147307 Km2 maka kepadatan penduduk

Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 37 jiwa km2

Berdasarkan kelompok umur sebesar 6980 persen atau sebanyak 3784929

jiwa merupakan kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun) Tingginya penduduk

usia produktif memberikan keuntungan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat

9

Sementara itu untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2018 yakni sebesar 2529

persen atau sebanyak 1371397 jiwa sedangkan untuk penduduk usia lanjut usia

(kelompok 65 tahun ke atas) sebesar 491 persen atau sebanyak 266488 jiwa

Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengetahui seberapa banyak

penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas Pendidikan sesuai

dengan jenjang pendidikannya Selama periode 2014-2018 APM SDMI telah berada

di atas angka 90 persen Hal ini menunjukkan sebesar 90 an persen penduduk

kelompok umur 7-12 tahun bersekolah dijenjang SD sementara APM SMPMTS masih

di angka 70 persen dan APM SMASMKMTS masih di bawah 70 persen Berdasarkan

Pendidikan Penduduk Provinsi Kalimantan Barat pada Semester I Tahun 2019

terdapat 146 juta belumtidak sekolah 804 ribu tamat SDSederajat 147 tamat

SDSederajat 700 ribu tamat SLTPSederajat 767 ribu tamat SLTASederajat 53 ribu

menempuh Pendidikan D1D2 53 ribu menempuh pendidikan akademiD3S Muda

133 ribu menempuh pendidikan D4S1 4 ribu menempuh Pendidikan S2 dan 444

menempuh Pendidikan S3

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh

Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Barat masih

terdapat 524 persen balita dengan status gizi buruk dan 1859 persen balita dengan

status gizi kurang Balita gizi buruk dan gizi kurang tersebar di 14 (empat belas)

kabupatenkota se-Kalimantan Barat Kabupaten Melawi merupakan Kabupaten

dengan persentase balita dengan status gizi buruk sebsar 869 persen Sedangkan

Kabupaten Sambas merupakan Kabupaten dengan persentase balita dengan status

gizi kurang terbesar yakni 2605 persen Jika dibandingkan hasil Riskesdas tahun

2013 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 telah mengalami

penurunan

133 Tantangan Geografi Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat merupakan Provinsi terluas ke-4 di Indonesia dengan

luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih luas dari seluruh pulau Jawa

Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (6302) dan areal

perkebunan mencapai 2469386 ha atau 1682 persen Sementara itu areal untuk

pemukiman hanya berkisar 035 persen

Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019

Dengan luas wilayah ini menjadi tantangan pemerintah membuka akses jalan antar daerah yang banyak terpisah oleh sungai dan hutan Pembangunan infrastruktur menjadi kunci utama Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai Jalur Transportasi bagi masyarakat

Danau Sentarum Kapuas HuluPada musim penghujan tiba Danau Sentarum akan tergenang air selama 6-14 meter Sementara itu pada musim kemarau 80 persen air danau akan mengering

BAB II

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

EKONOMI

REGIONAL

10

21 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL

211 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010 (ADHK) Provinsi

Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar Rp13712 triliun sedangkan berdasarkan

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai sebesar Rp21232 triliun dengan PDRB

per kapita mencapai sebesar Rp4188 juta Sementara itu PDB Indonesia tahun 2019

mencapai Rp158339 triliun dan kontribusi PDRB Provinsi Kalimantan Barat hanya

sebesar 134 persen terhadap pembentukan PDB nasional

Tabel II1

PDRB Atas Dasar Berlaku dan Harga Konstan Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (triliun rupiah)

No PDRB Tahun 2018 Total Tahun 2019 Total

I II III IV I II III IV

1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

4692 4643 4986 5095 19403 4689 5060 5452 5586 21232

2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan

3215 3136 3328 3385 13058 3376 3294 3491 3545 13712

3 Laju Pertumbuhan Kalbar

511 518 501 507 506 507 508 495 466 500

4 Laju Pertumbuhan Nasional

506 527 517 518 517 518 507 505 497 502

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

a Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019

mengalami perlambatan yaitu hanya 500 persen apabila dibandingkan dengan

tahun sebelumnya yaitu sebesar 506 persen dan lebih rendah jika dibandingkan

dengan kinerja perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 502 persen hal ini

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan

Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian

11

Grafik II1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

Sumber data BPS Kalbar 2019(diolah)

Tren pertumbuhan ekonomi per-triwulanan Kalimantan Barat tahun 2019

mengalami penurunan sejak triwulan II sebesar 508 persen menjadi 466 persen

pada triwulan IV hal ini dialami juga pertumbuhan ekonomi nasional yang

cenderung menurun sejak triwulan I sebesar 518 persen menjadi 497 persen

pada tiwulan IV Penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulanan tahun 2019

utamanya didorong oleh Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

sebesar 661 persen Real Estate sebesar 543 persen dan Jasa Perusahaan

sebesar 483 persen

b Nominal PDRB

PDRB Kalimantan Barat atas dasar harga yang berlaku tahun 2019 adalah

sebesar Rp21232 triliun atau naik 943 persen dibandingkan tahun sebelumnya

dimana pertumbuhan yang dominan adalah sektor pembentuk Jasa Lainnya

Industri Pengolahan dan Jasa Kesehatan dan Sosial sedangkan PDRB atas dasar

harga konstan tahun 2019 adalah sebesar Rp13712 triliun atau naik 501 persen

dibandingkan tahun 2018

1) PDRB Menurut Pengeluaran

Perkembangan PDRB dari menurut pengeluaran ADHK secara triwulanan

pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan pada triwulan III dan IV khusus

untuk triwulan IV dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seluruh komponen

terjadi peningkatan kecuali komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 869

persen dan komponen Pengeluaran Konsumsi LNRT sebesar 233 persen

12

Tabel II2

PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat atas dasar Harga Konstan (ADHK)

No Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)

I II III IV

1 Konsumsi Rumah Tangga 1794 1843 1813 1825

2 Konsumsi LNRT 041 043 043 042

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 345 355 386 469

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 968 997 1045 1087

5 Perubahan Inventori 090 (060) - 131

6 Ekspor 347 390 449 410

7 Impor 163 274 321 419

PDRB 3376 3294 3491 3545

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Laju pertumbuhan PDRB (ADHK) menurut pengeluaran selama tahun 2018

dan tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel II3

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran

No Komponen 2018 2019

(triliun Rp)

() (triliun Rp)

()

1 Konsumsi Rumah Tangga 6965 564 7275 496

2 Konsumsi LNPRT 156 968 169 886

3 Konsumsi Pemerintah 1490 382 1555 502

4 Modal Tetap Bruto 4041 282 4097 139

5 Perubahan Inventori 115 - 161 -

6 Ekspor Barang Jasa 1486 366 1596 1012

7 Impor Barang dan Jasa 1189 2864 1177 586

PDRB 13058 506 13712 500

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Kalimantan Barat 2019

yang tertinggi adalah komponen Ekspor Barang dan Jasa yaitu 1012 persen

dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun selanjutnya adalah Konsumsi

LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan jasa utamanya

berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan

Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet

Perkembangan PDRB menurut pengeluaran ADHB secara triwulanan

tahun 2019 cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya kecuali

komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 124 persen

13

Tabel II4

PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

` Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)

I II III IV

1 Konsumsi Rumah Tangga 2785 2847 2817 2824

2 Konsumsi LNRT 066 069 067 072

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

496 531 634 746

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1604 1634 1727 1851

5 Perubhan Inventori 166 (093) - 141

6 Ekspor 432 685 646 638

7 Impor 337 613 524 686

PDRB 4689 5060 5452 5586

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Distribusi PDRB (ADHB) menurut pengeluaran selama tahun 2018 dan

tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel I5

Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

No Komponen 2018 2019

(triliun Rp)

() (triliun Rp)

()

1 Konsumsi Rumah Tangga 10478 5436 11273 5321

2 Konsumsi LNPRT 233 122 274 129

3 Konsumsi Pemerintah 2259 1161 2407 1129

4 Modal Tetap Bruto 6312 3302 6816 3210

5 Perubahan Inventori 257 091 214 098

6 Ekspor Barang dan Jasa 1954 1009 2401 1185

7 (-) Impor Barang dan Jasa 2250 1101 2160 1111

PDRB 19403 10000 21232 10000

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

PDRB (ADHB) Kalbar tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar

Rp1829 triliun (943 persen) menjadi sebesar Rp21232 triliun dibandingkan

tahun 2018 Konsumsi rumah tangga memiliki porsi hingga 5321 persen

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3210 persen dan konsumsi

Pemerintah hanya sebesar 1129 persen Sebagai komponen utama PDRB

konsumsi rumah tangga meningkat sebesar Rp795 triliun (759 persen) seiring

dengan membaiknya tingkat pendapatan per kapita masyarakat Kalimantan

Barat meningkat menjadi sebesar 4188 juta atau 797 persen dari tahun yang

14

lalu namun tidak diikuti kontribusinya yang mengalami penurunan sebesar 115

persen

a) Konsumsi

Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar

2019 terhadap Laju pertumbuhan komponen Konsumsi Rumah Tangga

mengalami penurunan sebesar 068 persen dibandingkan tahun

sebelumnya walaupun dari segi nilai nominal ADHB terjadi peningkatan

sebesar Rp795 triliun atau 759 persen yang disebabkan oleh pergeseran

pola konsumsi masyarakat akibat perkembangan teknologi yakni

pergeseran jenis konsumsi masyarakat dari barang-barang konsumsi

(makanan minuman barang-barang lainnya) kepada kebutuhan lainnya

(jasa kesehatanpendidikanrekreasi)

Tabel I6

Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar 5438 5436 5321

2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 9651 10478 11273

3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 6590 6965 7275

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 456 564 496

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

b) Investasi

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMBT) kontribusinya terhadap PDRB

tahun 2019 adalah sebesar 3210 persen turun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yang sebesar 3302 sementara itu secara nominal berdasarkan

ADHB nilainya naik sebesar Rp504 miliar dan laju pertumbuhan

komponennya turun sebesar 143 persen dibandingkan dengan tahun 2018

Tabel I7

Pengaruh Komponen PMTB terhadap PDRB Kalimantan Barat 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 3371 3302 3210

2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 5982 6312 6816

3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 3930 4041 4097

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 233 282 139

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat

pada tahun 2019 mencapai sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25

15

triliun atau 1897 persen dibandingkan dengan tahun 2018 Realisasi

investasi PMDN dan PMA belum sesuai dengan target RPJMD Provinsi

Kalimantan Barat yang ditetapkan sebesar sebesar Rp1875 triliun

Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing

sebesar Rp799 triliun mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya Rp14 triliun sedangkan realisasi investasi PMDN sebesar

Rp769 triliun juga mengalami penurunan sebesar Rp11 triliun Hal ini terjadi

tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa

mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah yang

akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single

Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi

oleh berbagai instansi terkait baik di pusat dan daerah

Grafik II2

Perkembangan Investasi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

SumberBPMPTSP Prov Kalbar

c) Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah pada tahun 2019 memberikan kontribusi

terhadap perekonomian Kalimantan Barat sebesar 1129 persen menurun

dibanding tahun sebelumnya yakni 1161 persen dilihat secara nominal

mengalami kenaikan sebesar Rp148 triliun Laju pertumbuhan mengalami

peningkatan yaitu sebesar 502 persen kebijakan pemerintah pusat yang

cenderung meningkatkan Belanja Negara hingga sebesar Rp87030 miliar

sekitar 287 persen dan juga transfer ke daerah khususnya Dana Desa

sebesar Rp29671 sekitar 1750 persen maka Pemda diharapkan semakin

kreatif dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk pembangunan di

daerah dalam rangka stabilitas pertumbuhan ekonominya

Tabel I8

Pengaruh Komponen Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

16

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 116 1161 1129

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 2059 2259 2407

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1432 1490 1555

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 521 382 502

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

d) Ekspor dan Impor

Kontribusi ekspor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019

sebesar 1185 persen mengalami kenaikan 176 persen dibandingkan tahun

sebelumnya secara nominal terjadi kenaikan sebesar Rp447 triliun

termasuk laju pertumbuhan komponen ekspor juga mengalami kenaikan

sebesar 646 persen dibandingkan tahun 2018

Tabel I9

Pengaruh Komponen Ekspor Barang dan Jasa terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Kinerja ekspor Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai US$116866

juta mengalami kenaikan US$16770 juta dibandingkan dengan tahun 2018

peningkatan didukung oleh naiknya Komoditas ekspor Biji Kerak dan Abu

Logam sebesar US$17422 atau 7871 persen Lemak dan Minyak

HewanNabati sebesar US$5517 atau 7193 persen dan Karet dan Barang

dari karet US$3081 atau 5555 persen dan terjadi penurunan terhadap

volume dan nilai ekspor alumina serta minyak kelapa sawit atau CPO karena

adanya pembatasan dari Uni Eropa

Komoditas ekspor utama adalah Biji Kerak dan Abu Logam sebesar

US$42777 juta Bahan Kimia Anorganik mencapai US$37577 juta serta

Lemak dan Minyak HewanNabati mencapai US$13187 juta dengan negara

tujuan ekspor masih didominasi negara Asia dengan kontribusi sebesar

9642 persen yaitu Tiongkok sebesar US$49979 juta Malaysia sebesar

US$34262 dan India sebesar US$16908 juta

Kontribusi impor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019

sebesar 1111 persen mengalami kenaikan 010 persen dibandingkan tahun

No Komponen 2017 2018 2019

1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar () 796 1009 1185

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1599 1954 2401

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1434 1486 1596

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 4365 366 1012

17

sebelumnya secara nominal terjadi penurunan sebesar Rp090 triliun

demikian juga laju pertumbuhan komponen mengalami penurunan mencapai

586 persen atau 2278 persen dibandingkan tahun 2018 peningkatan

kebutuhan impor utamanya didukung oleh besarnya permintaan barang dan

bahan baku untuk mendukung kegiatan industri pengolahan

Tabel II10

Pengaruh Komponen Impor Barang dan Jasa terhadap PDRB

Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar ()

581 1101 1111

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1823 2250 2160

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1093 1189 1177

4 Laju Pertumbuhan Komponen () -197 2864 586

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Impor Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar US$48225 juta naik

US$1918 juta dibandingkan dengan tahun 2018 komoditas impor utama

adalah Bahan Bakar Mineral sebesar US$19848 juta Mesin-MesinPesawat

Mekanik sebesar US$13410 juta dan Mesin atau Peralatan Listrik sebesar

US$3071 juta Sebagian besar impor berasal dari negara Asia mencapai

9698 persen yaitu Malaysia sebesar US$19561 juta Tiongkok sebesar

US$19516 juta dan Singapura US$4474 juta

Perekonomian Kalimantan Barat selama tahun 2019 menunjukan

perkembangan walaupun tidak sebaik tahun sebelumnya dengan nilai

neraca perdagangan menunjukan surplus sebesar US$68641 juta masih

lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang mengalami surplus sebesar

US$53789

c PDRB per kapita

PDRB per kapita Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 (ADHB) mencapai

Rp4188 juta terjadi peningkatan sebesar 797 persen dibandingkan tahun 2018

namun masih jauh dibawah PDB per kapita nasional yaitu sebesar Rp5910 juta

Peningkatan PDRB per kapita tersebut ternyata belum dinikmati oleh seluruh

lapisan masyarakat karena masih terdapat beberapa masyarakat yang berada

dibawah garis kemiskinan hal ini ditunjukan oleh koefisien gini rasio Kalimantan

Barat 2019 sebesar 0318 yang menunjukan adanya ketimpangan pendapatan

atau kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat artinya pengeluaran

penduduk masih berada kategori ketimpangan yang sedang

18

Tabel II11

PDRB Per Kapita Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

PDRB Per Kapita Kalimantan Barat

Tahun 2017-2019

Uraian 2017 2018 2019

PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku

Nilai (Juta Rupiah) 3598 3879 4188

Nilai (US $) 268929 261953 296000

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 20189(diolah)

212 Suku Bunga

Berdasarkan sumber data Bank Indonesia periode Januari 2019 sd Mei 2019 BI Rate

berada pada level 600 persen kemudian bulan Juni sd September cenderung turun pada

level 575 ndash 525 persen selanjutnya pada bulan Oktober sd Desember 2019 meningkat

hingga level 500 persen Tren menurunnya BI Rate tersebut merupakan antisipasi

terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami penurunan dan sangat

dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Global

Grafik II3

BI Rate Tahun 2019

Sumber data BI 2019 (diolah)

Apabila dicermati bahwa kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal

perekonomian Indonesia merupakan dasar dalam mempertimbangkan penurunan suku

bunga kebijakan Penurunan ini sejalan dengan inflasi yang tetap rendah yaitu kisaran

263 persen dan tetap dapat menarik imbal hasil aset keuangan domestik Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut diantaranya

1 Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang diperkirakan

akan menahan suku bunga di level 15-175 hingga akhir tahun 2020 Hal ini di

19

dorong perekonomian AS masih tumbuh kuat berkisar 2 dengan inflasi 18 yang

artinya perekonomian AS masih ekspansif

2 Di sisi lain kesepakatan perang dagang antara AS dan China tekanan Brexit yang

menurun serta risiko geopolitik yang juga mereda turut memberikan pijakan bagi

bank-bank sentral untuk tidak mengubah arah kebijakan (stance) suku bunga

acuannya

3 Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor eksternal

yakni adanya kecenderungan bank-bank sentral menahan suku bunga acuan

lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya yang masih sesuai dengan

target

4 Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan perkiraan inflasi yang

terkendali dalam kisaran sasaran stabilitas eksternal yang terjaga serta upaya

untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah

perekonomian global yang melambat

5 Kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan terus

diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi

213 Inflasi

Secara umum laju inflasi Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 263 persen dibawah

laju inflasi nasional yaitu 268 persen laju inflasi tahun 2019 ini lebih rendah dibandingkan

dengan dua tahun sebelumnya yaitu 399 persen (tahun 2018) dan 383 persen (tahun

2017)

Grafik I4

Inflasi Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2017-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif

begitu pula inflasi nasional Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen

lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang hanya mencapai 055 persen

Tekanan inflasi ini terjadi adanya peningkatan pada kelompok bahan makanan yang

disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok makanan jadi

20

minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan legislative

yang dilakukan serempak pada tahun 2019 turut mendorong risiko tekanan pada

kelompok makanan Disisi lain Kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan

pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen atau terjadi kenaikan indeks

dari 13658 pada November 2019 menjadi 13829 pada Desember 2019 hal tersebut

dipengaruhi tingginya permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara

tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan ban luar mobil selama periode

Desember dan Tahun Baru pergerakan inflasi bulanan seperti pada tabel dibawah ini

Grafik I5

Laju Inflasi bulanan dan tahunan Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2018-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

Terkendalinya laju inflasi tidak terlepas dari keberadaan forum Tim Pengendalian

Inflasi Daerah (TPID) Kalbar yang dibentuk sebagai wadah koordinasi guna menjaga

kestabilan dan keterjangkauan harga di seluruh wilayah Provinsi Kalbar beberapa upaya

dalam mengendalikan inflasi di Kalimantan Barat antara lain

1 TIPD memfokuskan terutama memitigasi risiko kenaikan harga serta kelancaran

distribusi pasokan bahan pangan

2 Dalam rangka memitigasi risiko kenaikan harga serta distribusi pasokan bahan

pangan strategis tersebut adanya kebijakan yang memacu peningkatan produksi

bahan pangan dan menjaga kelancaran distribusi

3 Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan

komoditas harus diatur oleh pemerintah karena pada dasarnya inflasi sangat terkait

daya beli Daya beli akan membaik jika inflasi rendah dan stabil Daya beli ini juga

mencerminkan miskin tidaknya suatu masyarakat

4 Agar tingkat inflasi bisa dikendalikan mengajak para pengusaha dalam menentukan

harga perlu mempertimbangkan daya beli konsumen Sedangkan untuk konsumen

sendiri harus mampu mengatur tingkat konsumtif

21

214 Nilai Tukar

Menurut data Bank Indonesia (berdasarkan kurs akhir bulanan) nilai tukar Rupiah

terhadap Dolar AS bergerak melemah puncaknya pada bulan Mei 2019 dan selanjutnya

terjadi koreksi pada akhir tahun (Desember) berangsur-angsur kembali menunjukan

perbaikan

Grafik I6

Nilai Tukar US Dolar Terhadap Rupiah Tahun 2019

Sumber data BI 2019

Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka

Rp14313- per US Dollar dan menunjukan perbaikan sampai dengan bulan Juli hingga

menyentuh pada level Rp13956- per US Dollar namun kembali melemah pada Agustus

2019 pada level Rp14166- per US Dollar dan menguat pada akhir tahun 2019 pada

Rp13831- per US Dollar

Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank

Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral

Amerika) yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi

negara maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang

negara emerging market termasuk Rupiah dan disamping juga pengaruh melemahnya

dolar AS terhadap semua mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak

menaikkan tingkat suku bunga terdapat beberapa faktor yang mendorong pergerakan

nilai tukar menjadi stabil dan menguat antara lain

1 Kebijakan suku bunga Tanah Air sudah membuat imbal hasil aset keuangan

Indonesia termasuk obligasi menjadi menarik arus modal asing masuk ke Indonesia

dan menambah pasokan valas di dalam negeri

2 Tingkat kenaikan suku bunga di dunia khususnya di Amerika yang lebih rendah dari

yang diperkirakan

3 Defisit neraca perdagangan atau transaksi berjalan Indonesia yang lebih rendah

dari tahun lalu

22

4 Pasar semakin berkembang di mana saat ini terdapat pasar SWAP dan pasar

transaksi forward atau yang disebut domestic non delivery forward (DNDF)

sementara sebelumnya transaksi valas hanya di pasar tunai atau spot

22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN

221 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Human Development Index (HDI)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo

terjadi peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun

2018 (berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional

7081 Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni

sebesar 6720 poin

Dalam kurun waktu 2014-2018 angka IPM Kalbar mengalami tren perbaikan dan

berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah

masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun

Grafik II7

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2014 sd 2018

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

Rendahnya IPM Kalimantan Barat jika dibandingkan dengan IPM provinsi lain

karena keterbatasan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan

pendidikan dan pekerjaan

Tabel II12

Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2016 sd 2018

No Keterangan 2016 2017 2018

1 Angka harapan hidup (tahun) 6990 6992 7018

2 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 698 705 712

3 Pengeluaran per Kapita Rp (000) Disesuaikan 8348 8472 8860

4 IPM (indek) 6588 6626 6698

5 Peringkat IPM 29 30 30

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

23

Pembangunan Manusia Kalimantan Barat pada tahun 2018 terus mengalami

kemajuan hal ini disebabkan telah berhasil meningkatan 3 aspek esensial diantaranya

angka harapan hidup tumbuh sebesar 037 persen per tahun rata-rata lama sekolah

tumbuh sebesar 192 persen dan pengeluaran per kapita meningkat sebesar 185

persen Pada periode tahun 2018 terdapat 3 (tiga) kabkota dengan pembangunan

manusia yang paling cepat yaitu Kab Mempawah (141 persen) Kab Sintang (141

persen) dan Kab Kubu Raya (139 persen) hal tersebut didorong oleh meningkatnya

dimensi pendidikan di wilayah tersebut sebagaimana pada tabel berikut

Tabel II13

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalbar dan Kabupatenkota 2015-2018

No KabKota 2015 2016 2017 2018

1 Sambas 6414 6494 6592 6661

2 Bengkayang 6465 6545 6599 6685

3 Landak 6412 6458 6493 6545

4 Mempawah 6337 6384 6400 6490

5 Sanggau 6305 639 6461 6515

6 Ketapang 6403 6474 6571 6641

7 Sintang 6418 6478 6515 6607

8 Kapuas Hulu 6373 6383 6418 6503

9 Sekadau 6234 6252 6304 6369

10 Melawai 6378 6425 6443 6505

11 Kayong Utara 6009 6087 6152 6182

12 Kubu Raya 6502 6554 6631 6723

13 Kota Pontianak 7752 7763 7793 7856

14 Kota Singkawang 7003 701 7025 7108

15 KALIMANTAN BARAT 6559 6588 6626 6698

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 2019 BPS

Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengalokasikan Dana Transfer

khususnya DAK Fisik dan Dana Desa yang diharapkan penggunaan dan hasil program

pembangunannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat

222 Tingkat Kemiskinan

Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat mengalami fluktuatif baik dari sisi

jumlah maupun prsentasenya Selama tahun 2019 jumlah penduduk miskin telah

24

dapat ditekan cukup signifikan dari 378410 orang menjadi 370470 0rang

Penurunan terjadi pada penduduk miskin di pedesaan berkurang sebanyak 8580

orang sedangkan penduduk miskin di perkotaan bertambah sebanyak 640 orang

hal ini menunjukan kemampuan perekonomian masyarakat pedesaan mulai

membaik

Grafik II8

Jumlah Penduduk Miskin

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Adapun tingkat kemiskinan Kalimantan Barat bulan September 2019 sebesar

728 persen menurun jika dibandingkan dengan Maret 2019 sebesar 749 persen

namun masih di bawah tingkat kemiskinan nasional sebesar 922 persen

sebagaimana tabel berikut

Grafik II9

Tingkat Kemiskinan

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Garis kemiskinan Kalimantan Barat cenderung meningkat setiap periode pada

bulan September 2019 sebesar Rp452899 per kapitabulan meningkat Rp14344

dibandingkan bulan Maret 2019 sebesar Rp438555 Garis Kemiskinan Makanan

memiliki peranan 7765 persen sedangkan selebihnya 2235 persen adalah Garis

Kemiskinan Bukan Makanan Apabila dilihat secara regional Kalimantan Garis

Kemiskinan Kalbar adalah yang terendah dan belum beranjak dari tahun ketahun

yaitu hanya sebesar Rp452899- per kapitabulan dan yang tertinggi adalah

25

Kalimantan Utara sebesar Rp667833- perkapitabulan sementara itu nasional

adalah sebesar Rp440538- perkapitabulan

223 Ketimpangan (Gini Ratio)

Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik

apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan

masih lebih baik dari pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380)

Ketimpangan pendapatan terjadi karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan

faktor produksi sehingga pihak-pihak yang memiliki faktor produksi akan

memperoleh pendapatan yang lebih banyak

Grafik I10

Koefisien Gini Rasio Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Pemerintah memiliki peranan penting dalam melakukan distribusi pendapatan

melalui kebijakan fiskal Usaha yang dapat dilakukan adalah meratakan kepemilikan

faktor produksi dengan menetapkan pajak progresif atas pendapatan dan kekayaan

masyarakat berpenghasilan tinggi sedangkan masyarakat berpenghasilan rendah

dapat diberikan kredit lunak sebagai modal usaha dan peningkatan kualitas sumber

daya manusia melalui program pendidikan pelatihan dan peningkatan layanan

kesehatan

224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran

Angkatan kerja Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai 2479 ribu orang

meningkat 28 ribu orang dibandingkan tahun 2018 Dari jumlah tersebut 9556

persen bekerja sedangkan 444 persen menganggur Kenaikan angkatan kerja pada

tahun 2019 belum sepenuhnya terserap pada lapangan kerja yang tersedia

sebagaimana grafik berikut ini

Grafik I11 Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

26

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat 2018 BPS

23 EFFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN

REGIONAL

Pemda Provinsi Kalimantan Barat melalui RPJMD 2019 ndash 2023 yang dijabarkan

kedalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) telah menetapkan Kebijakan Pembangunan

Ekonomi Makro melalui penetapan serangkaian sasaran indikator makro pembangunan

perekonomian Kalimantan Barat

Prospek pembangunan ekonomi Kalimantan Barat diharapkan selalu mengalami

pertumbuhan dalam arti luas dan berkualitas yaitu

Persentase penduduk di atas 15 tahun yang bekerja menurut Status pekerjaan

didominasi status pekerjaan Utama sebagai BuruhKaryawanPegawai sebanyak

874357 orang atau 3691 persen selanjutnya berusaha sendiri sebanyak 518381

orang atau 2188 persen Pekerja Keluargatak dibayar sebanyak 391053 orang atau

1651 persen dan Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar sebanyak

387960 atau 1638 persen Status pekerjaan utama secara umum mengalami

perubahan jika dilihat kondisi bulan Agustus 2019 dari 7 (tujuh) Status terdapat 3

(tiga) mengalami peningkatan diantaranya yang tertinggi dalam penyerapan tenaga

kerja adalah melalui berusaha sendiri sebesar 1395 persen Pekerja bebas non

pertanian sebesar 945 persen dan Berusaha dibantu buruh tetap sebesar 604 persen

sementara itu yang mengalami penurunan adalah Berusaha dibantu Buruh Tidak

TetapBuruh tidak dibayar sebesar 691 persen Pekerja bebas pertanian sebesar 368

persen Pekerja Keluargatak dibayar sebesar 327 persen dan

BuruhKaryawanPegawai sebesar 080 persen

27

Tabel II14

Prosentase Penduduk gt 15 Tahun Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2019

No Status Pekerjaan Utama

Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan

()

2015 2016 2017 2018 2019

1 Berusaha Sendiri 477000 476969 482849 454906 518381 1395

2 Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar

402000 402219 363557 416748 387960 -691

3 Berusaha dibantu Buruh Tetap

97000 97192 63913 69429 73625 604

4 BuruhKaryawanPegawai 776000 776498 824430 881446 874357 -080

5 Pekerja Bebas Pertanian 132000 131695 167142 54279 52284 -368

6 Pekerja Bebas Non Pertanian

- - - 65798 71355 845

7 Pekerja Keluargatak Dibayar

403000 403250 401307 404275 391053 -327

Total 2288000 2287823 2303198 2346881 2369015 094

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Salah satu indikator penting dalam ketenagakerjaan adalah TPAK (Tingkat

Partisipasi Angkatan Keraj) Yaitu rasio dalam persen antara jumlah angkatan kerja

terhadap penduduk usia kerja (15 tahun) TPAK Kalimantan Barat periode Agustus

2019 sebesar 6830 persen dan jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6865

persen terjadi penurunan Indikator lain yang cukup penting adalah TPT (Tingkat

Pengangguran Terbuka) yaitu rasio dalam persen antara jumlah pengangguran

terhadap angkatan kerja Angka TPT Kalimantan Barat sebesar 445 persen atau

turun 019 persen terhadap periode Agustus 2018 sebesar 426 persen Kondisi ini

menunjukan ke arah perbaikan walaupun belum dapat mengimbangi peningkatan

jumlah penduduk usia kerja yang bukan merupakan angkatan kerja sebanyak 31000

orang disisi lain adanya kesempatan untuk melakukan pengembangan usaha sendiri

1) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong mengatasi kesenjangan seperti

kesenjangan antar wilayah (kabupatenkota) dan kesenjangan antar sektor

pembangunan

2) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong pengurangan Angka

Kemiskinan

3) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong membuka kesempatan kerja

sekaligus upaya Pengurangan Angka Pengangguran

28

Tabel II15

Perkembangan Capaian Indikator Sasaran Ekonomi Kalbar Tahun 2019

No INDIKATOR 2017 2018 2019

TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI

1 Angka Pertumbuhan Ekonomi ()

512 517 594 506 534 500

2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

6717 6626 6656 6698 6720 na

3 Angka Kemiskinan ()

800 788 672 737 751 728

4 Angka Pengangguran ()

463 436 341 426 419 445

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat Tahun 2019 dan BPS Kalbar (diolah)

a) Asumsi dasar penetapan sasaran pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada

tahun 2019 adalah peningkatan investasi sehingga sektor riil semakin tumbuh dan

berkembang termasuk peran pemerintah dalam mendorong Pembentukan Modal

tetap Bruto melalui pembangunan proyek infrastruktur dan selanjutnya adalah upaya

peningkatan berbagai komoditas utama ekspor menjadi fokus utama paska larangan

ekspor hasil tambang mentah selanjutnya pertumbuhan ekonomi ditargetkan

sebesar 534 persen

Berdasarkan data dari BPS bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat

tahun 2019 adalah sebesar 500 persen lebih rendah dari target yang ditetapkan

sebesar 534 persen capaian tahun ini sama dengan capaian tahun 2018 tidak

berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan Kondisi tersebut mengindikasikan

bahwa dalam menentukan target didalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) belum

sesuai asumsi dasar dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah

kemungkinan dari pergerakan ekspor komoditas utama Kalbar yaitu produk karet dan

CPO yang mengalami hambatan

b) Pencapaian sasaran indikator makro pembangunan perekonomian Kalimantan Barat

tahun 2019 secara umum belum mencapai target yang telah disepakati Hal ini perlu

menjadi perhatian Pemda Prov Kalbar dalam menentukan target pencapaian makro

ekonomi hendaknya berdasarkan pertimbangan yang realistis serta berupaya

menggali potensi ekonomi demi pencapaian target yang telah ditetapkan

Vihara SingkawangKo t a Se r i b u K l e n te n g m e r u pa k a n ju l u k a n Ko t a Singkawang Kota Singkawang menjadi salah satu d a e r a h y a n g b a n y a k d i d i a m i k e t u r u n a n e t n i s Tionghoa

BAB III

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

APBN TINGKAT

REGIONAL

28

31 APBN TINGKAT PROVINSI

Untuk mendukung tercapainya program pembangunan tahun 2019 Provinsi Kalimantan

Barat memperoleh alokasi belanja pemerintah pusat (KL) sebesar Rp1049 triliun dengan

realisasi Rp968 triliun Sedangkan alokasi belanja transfer ke daerah mencapai Rp2098

triliun dengan realisasi Rp2034 triliun

Tabel III1 Postur APBN di Kalbar Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)

Uraian Pagu Tahun 2018

Realisasi Tahun 2018

Pagu Tahun 2019

Realisasi Tahun 2019

Pendapatan Negara 808350 768292 89 890381 810926 1098

a Pendapatan Perpajakan 762842 682135 89 837405 728548 8700

- Pajak dalam negeri 730289 641160 88 783956 667813 8219

- Pajak perdagangan internasional

32553 40975 126 53449 60735 114

b PNBP 45508 86157 189 52976 82378 156

Belanja Negara 3073921 2965481 96 3147383 3002273 9537

Belanja Pemerintah Pusat 1113142 1036601 93 1049477 968007 9224

Transfer ke Daerah dan Dana Desa

1960779 1929626 98 2098406 2034266 9694

Sumber OMSPAN Monev Pa Mebe (diolah)

Dari data diatas dapat diketahui pendapatan negara terealisasi Rp810 triliun atau 109

persen dari target yang telah ditetapkan Realisasi tersebut meningkat 426 miliar atau 555

persen dibanding pendapatan tahun 2018 Penerimaan perpajakan masih menjadi sumber

utama pendapatan negara dengan kontribusi sebesar 82 persen Realisasi pendapatan

pajak tahun 2019 sebesar Rp728 triliun terdiri pajak dalam negeri sebesar Rp667 triliun dan

pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar

Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019

yaitu sebesar Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL)

sebesar Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun

Realisasi Belanja pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer

ke Daerah dan dana desa terealisasi Rp2034 triliun

29

32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Pendapatan pemerintah pusat yang dihimpun di Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari

penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

321 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi

Salah satu sumber penerimaan negara terbesar berasal dari penerimaan perpajakan

Penerimaan perpajakan adalah penerimaan negara yang terdiri atas pajak dalam negeri

dan pajak perdagangan internasional

Tabel III2 Penerimaan Pajak Dalam Negeri di Kalimantan Barat Tahun 2019 (dalam miliar)

SumberSPAN (diolah)

322 Penerimaan Perpajakan

Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa total realisasi penerimaan perpajakan

di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728 triliun naik 672 persen jika dibandingkan

dengan penerimaan tahun 2018 Dari total penerimaan perpajakan tahun 2019 tersebut

pajak dalam negeri memberikan kontribusi sebesar 9166 persen sedangkan pajak

perdagangan internasional sebesar 834 persen Untuk penerimaan Pajak Dalam Negeri

tahun 2019 sebesar Rp667 triliun mengalami kenaikan Rp26108 miliar atau 407 persen

jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya PPh merupakan penyumbang

penerimaan yang terbesar yakni Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak

Penghasilan (PPn) yakni Rp307 triliun atau 46 persen

Meskipun secara nominal terjadi peningkatan penerimaan pajak di Kalimantan Barat

namun ada beberapa hambatantantangan pencapaian target penerimaan antara lain

adanya ketentuan dibidang pertambangan tentang larangan ekspor mineral mentah

(miliar )No

Pendapatan Perpajakan Target Tahun

Realisasi 2018

Target Tahun Realisasi

2018 2019 Tahun 2019

Pajak Dalam Negeri 730289 641160 783956 667813

1 Pajak Penghasilan (PPh) 373769 302324 370451 320325

2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 328396 305118 376150 307117

3 Pajak Bumi Bangunan (PBB) 16606 25258 26445 30964

4 Pajak lainnya 10638 7423 9287 8403

5 Cukai 880 1037 1623 1001

Pajak Perdagangan Internasional 32553 40975 53448 60735

6 Bea Masuk 3289 3865 3263 3288

7 Bea Keluar 29264 37110 50186 57446

Total Perpajakan 762842 682135 837404 728548

30

sehingga berpengaruh terhadap omset perusahaan di bidang pertambangan dan sektor

pendukungnya penurunan harga sawit yang berpengaruh pada omset dan laba

perusahaan di sektor perkebunan dan industri pengolahan

Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar

meningkat signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018

Dengan perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288

miliar atau 541 persen Didalam pelaksanaan pengawasan kepabeanan cukai terdapat

isu strategis yakni adanya jalur tikus dan jalur gajah yang dijadikan jalur penyelundupan

barang impor di perbatasan Indonesia ndash Malaysia untuk itu perlu dipetakan ulang titik

rawan di perbatasan terutama yang melintasi perkebunan kelapa sawit dengan

melibatkan Kodam Tanjungpura pemilik lahan dan perusahaan kebun sawit

Jika diurai berdasarkan lokasi penerimaan pajak paling banyak disumbangkan oleh

Kota Pontianak sebagai pusat aktivitas perdagangan dan jasa dengan kontribusi

penerimaan sebesar 4270 persen dari total penerimaan pajak di Provinsi Kalimantan

kemudian Kab Ketapang yang didukung dengan keberadaan kawasan industri Ketapang

memberikan kontribusi penerimaan terbesar kedua sebesar 1171 persen Sedangkan

daerah dengan kontribusi penerimaan pajak terkecil adalah Kab Kayong Utara dengan

kontribusi sebesar 094 persen dari total realisasi tahun 2019

Grafik III1

Penerimaan Pajak KabKota 2019

Sumber Kanwil Pajak Prov Kalbar

Untuk melihat kinerja perpajakan selain dari total realisasi pajak juga dilhat dari

perkembangan PDRB daerah tersebut hal ini terwujud dalam tax ratio

00050000

100000150000200000250000300000350000

31

Tabel III3

Perkembangan Tax Ratio Prov Kalbar

Tahun PDRB ADHB Penerimaan Perpajakan Tax ratio

2017 17749365 587434 0033

2018 19419496 642197 0033

2019 21231843 666809 0031

Dari tabel diatas terlihat bahwa meskipun realisasi penerimaan pajak mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya namun tax ratio justru mengalami penurunan ini

terjadi karena rasio penerimaan pajak yang semakin kecil terhadap pertumbuhan PDRB

kalbar Untuk itu perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya

identifikasi dan penggalian potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian

potensi pajak pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara

Pemerintah Pusat maupun Daerah dan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan

adanya regulasi untuk melakukan Rekonsiliasi penerimaan pajak antara DJP dengan

pemerintah daerah

323 Penerimaan Negara Bukan Pajak

a Perkembangan PNBP per Jenis PNBP

Penerimaan PNBP berdasarkan jenis PNBP di wilayah Provinsi Kalimantan Barat

hanya terdiri atas PNBP lainnya dan PNBP BLU Tidak terdapat penerimaan PNBP dari

sumber daya alam (SDA) meskipun di wilayah Kalimantan Barat terdapat usaha

pertambangan hal ini dikarenakan penerimaan PNBP sumber daya alam merupakan

penerimaan terpusat dan langsung masuk ke Bagian Anggaran Bendahara Umum

Negara (99999)

Tabel III4

Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat tingkat di Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)

Penerimaan PNBP 2017 2018 2019

Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi

PNBP Lainnya 30108 55263 11727 38725 13991 42092

Pendapatan BLU 5336 6858 33781 47426 38885 40282

Pendapatan SDA - - - -

Bagian Pemerintah atas laba BUMN

- - - -

Jumlah PNBP Kalbar 35444 62121 45508 86151 52876 82375

Sumber SPAN (diolah)

Secara keseluruhan penerimaan PNBP selama tahun 2019 mengalami penurunan

dibandingkan dari tahun sebelumnya sebesar Rp3776 miliar atau 43 persen Komposisi

32

penerimaan PNBP terdiri Pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen

dari total penerimaan PNBP dan PNBP BLU sebesar 49 persen

b Perkembangan PNBP Fungsional

PNBP dapat dibedakan sesuai dengan fungsi KementerianLembaga yang disebut

dengan PNBP Fungsional PNBP Fungsional adalah penerimaan yang berasal dari

pungutan kementerian Negaralembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan

tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat

Tabel III5

Penerimaan PNBP Fungsional terbesar Provinsi Kalbar

URAIAN 2017 2018 2019

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Pendapatan Kepolisian 375 13146 359 14004 13532

Pendapatan jasa bandara kepelabuhan perkapalan amp kenavigasian

3554 3763 3717 5772 6090

Pendapatan pendidikan 12868 24636 4964 4990 5892

Sumber SPAN (diolah)

Tahun 2019 pendapatan PNBP Kepolisian merupakan penyumbang terbesar PNBP

fungsional di Kalimantan Barat sebesar Rp13532 miliar mengalami penurunan 337

persen dibanding tahun sebelumnya Sebagian besar pendapatan PNBP Kepolisian di

peroleh dari pendapatan BPKB pendapatan STNK pendapatan TNKB (Tanda

Kendaraan Bermotor) dan pendapatan SIM Pendapatan fungsional terbesar

selanjutnya adalah pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian yang

menyumbangkan penerimaan sebesar Rp6090 miliar meningkat sebesar 551 persen

dibanding penerimaan tahun sebelumnya Sebagian besar penerimaan PNBP

pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian diperoleh dari pendapatan

kepelabuhan yang menyumbang angka sebesar Rp3756 miliar atau 6167 persen

disusul pendapatan Navigasi sebesar Rp938 miliar atau 1541 persen pendapatan

Bandar Udara sebesar Rp741 miliar atau 1219 persen dan Pendapatan kepelautan

Rp653 miliar atau 1073 persen Pendapatan kepelabuhan berpotensi untuk meningkat

ditahun tahun selanjutnya dengan rencana pengembangan kapasitas pelabuhan

Pontianak yang di mulai dengan pembangunan pelabuhan (terminal) Kijing yang

berlokasi di wilayah Kabupaten Mempawah dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional

(PSN)

c Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional

33

Tabel III6

Rasio Pendapatan Perpajakan PNBP PAD terhadap PDRB di Kalbar

Tahun Perpajakan PNBP PAD PDRB Perpajakan PDRB

PNBPPDRB PADPDRB

2019 728548 82375 404671 21232 0041 00046 0022

2018 682135 86157 404753 19403 0035 00044 0020

2017 564801 62121 346442 17747 0031 00034 0019

Sumber SPAN (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ditahun 2019 penerimaan perpajakan

memberikan kontribusi sebesar 0041 terhadap pertumbuhan ekonomi regional di

Kalbar sedangkan PAD terhadap PDRB sebesar 0022 dan PNBP terhadap PDRB

sebesar 00046 Hal ini berarti penerimaan Perpajakan masih lebih dominan dalam

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Kalimantan

Barat dibandingkan dengan PAD maupun PNBP

33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Belanja pemerintah pusat adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pengeluaran pemerintah pusatBelanja pemerintah pusat meliputi belanja pemerintah pusat

menurut organisasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi dan belanja pemerintah pusat

menurut jenis belanja

Belanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus

fiskalSalah satunya yang populer pada saat krisis ekonomi adalah instrumen ekonomi

berupa stimulus fiskalSecara garis besar komposisi dari stimulus fiskal adalah berupa

pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increased spending)

1 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian

AnggaranKementerianLembaga

Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja yang dialokasikan

kepada kementerianlembaga dan bagian anggaran Bendahara Umum Negara alokasi

dan realisasi untuk tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel III7

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran

Di Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)

KementerianLembaga 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 019 019 034 034 100

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

8986 6776 6554 5939 91

34

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 063 058 053 053 100

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

1656 1489 2119 2066 97

BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1809 1688 1678 1631 97

BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

893 869 718 712 99

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2337 2269 2605 2507 96

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM 25996 20580 20724 14531 70

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

2267 2249 2447 2425 99

BADAN PUSAT STATISTIK 9929 9330 10042 9785 97

BADAN SAR NASIONAL 2596 2496 2095 2071 99

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 11733 107`09 10304 10023 97

KEMENTERIAN AGAMA 105528 99485 107273 104645 98

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANGBPN

22191 19497 26745 21446 96

KEMENTERIAN DALAM NEGERI 5305 5182 5575 5534 99

KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

11878 10018 7004 6701 96

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI

19760 19520 17892 1767 99

wKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 9912 8947 9082 873 96

KEMENTERIAN KESEHATAN 18912 15585 1327 1195 90

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 477 465 776 738 95

KEMENTERIAN KEUANGAN 19722 18340 18519 18265 99

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

786 762 82 796 97

KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH

414 411 318 314 99

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

21053 17521 29928 2792 93

KEMENTERIAN PARIWISATA 234 204 16 151 94

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

295402 270419 25507 206714 81

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

208 201 17 149 88

KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 419 382 336 286 85

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

9004 8609 9374 8904 85

KEMENTERIAN PERDAGANGAN 3793 3074 1384 1282 95

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

095 074 095 089 94

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 56637 52411 40961 40112 98

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 3156 2842 4913 4716 96

KEMENTERIAN PERTAHANAN 123999 121577 161533 157833 98

KEMENTERIAN PERTANIAN 45315 40040 23066 19721 85

35

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

67556 65360 78313 68767 88

KEMENTERIAN SOSIAL 1954 1944 1971 1952 99

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 123274 123185 117803 125376 106

KOMISI PEMILIHAN UMUM 61742 56110 37842 35936 95

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

683 661 744 739 99

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

2135 2060 2095 1894 90

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA

1380 1375 1352 1352 100

MAHKAMAH AGUNG 11837 11716 12511 1233 99

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

097 092 052 05 96

TOTAL BELANJA KL 1113142 1036601 1049477 968007 92

BENDAHARA UMUM NEGARA 415295 397582 460736 443502 92

TOTAL BELANJA KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510213 1411486 9346

Dibandingkan tahun 2018 terdapat penurunan pagu sebesar 12 untuk tahun 2018

dan terdapat penurunan realisasi sebesar 14 dibandingkan tahun 2018 Berdasarkan

tabel diatas Untuk Pagu Kementerian dan Lembaga Kementerian PUPR mendapat

alokasi pagu anggaran yang paling tinggi dengan persentase sebesar 2430 Hal ini

menunjukan di Provinsi Kalimantan Barat prioritas pembangunan masih dititik beratkan

pada sektor infrastruktur Dari dana APBN 2019 pada Provinsi Kalimantan Barat satuan

kerja (satker) di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)

belanja modal sebesar Rp 159 triliun Belanja modal pada satker lingkup Kementerian

PUPR tersebut memberikan kontribusi sebesar 6649 dari belanja modal yang dikelola

satuan kerja lainnya di wilayah pembayaran KPPN se-Kalbar Hal ini menunjukkan

perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang memberikan kontribusi

terhadap pertumbuhan perekonomian di Kalbar

Terdapat 10 KL yang memperoleh alokasi anggaran belanja terbesar dengan total

mencapai Rp878 triliun (5817) yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan

rakyat Kemenhan Polri Kemenag Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan

Tinggi Kementerian Perhubungan KPU Kementerian Agraria amp Tata Ruang

Kementerian Pertanian

36

Berikut ini adalah sepuluh kementerian dengan pagu terbesar

Tabel III8

Tingkat Penyerapan 10 KL Pagu Terbesar 2019 (miliar)

No Nama KL (BA) Pagu Realisasi

1 Kementerian PUPR (033) 255070 206714 8104

2 Kemenhan (012) 161533 157833 9771

3 Kepolisian RI (060) 117803 125376 10643

4 Kemenag (025) 107273 104645 9755

5 Kementerian Ristekdikti (042) 78313 68767 8781

6 Kementerian Perhubungan (022) 40961 40112 9793

7 KPU (076) 37842 35936 9496

8 Kementerian Lingkungan Hidup amp Kehutanan (029) 29928 27920 9329

9 Kementerian Agraria amp Tata Ruang (056) 26745 21446 8019

10 Kementerian Pertanian (018) 23066 19721 8550

Sumber MEBE (diolah)

Jika diperhatikan jumlah alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat di 10 KL

dengan pagu terbesar dimaksud mencapai lebih dari 58 terhadap semua pagu

anggaran KL Untuk itu capaian realisasinya tentu akan mempengaruhi keseluruhan

realisasi penyerapan KL yang ada di Kalbar sehingga perkembangan pelaksanaan

anggaran satker-satker 10 KL dengan pagu tertinggi tersebut harus memperoleh

pengawasan yang lebih intensif dari Kanwil DJPB

2 Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Fungsi

Belanja Pemerintah Pusat (KL) dan juga belanja DDDF terbagi menjadi 11 fungsi

yaitu Pelayanan Umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan

Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama

Pendidikan serta Perlindungan Sosial dengan perbandingan pagu dan realisasi dalam

tahun 2018 dan 2019 sebagai berikut

Tabel III9

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi (Miliar Rp)

NAMA FUNGSI Pagu 2018

Realisasi 2018

Pagu 2019

Realisasi 2019

PELAYANAN UMUM 541846 510882 557364 531175

EKONOMI 377115 340751 232428 203287

PENDIDIKAN 185385 175208 231675 203287

PERTAHANAN 123999 121578 161533 157833

KETERTIBAN DAN KEAMANAN 168413 166821 160188 167029

37

PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 50667 47185 72454 62653

LINGKUNGAN HIDUP 37100 33230 53964 46742

AGAMA 22238 17374 19467 18874

KESEHATAN 19263 18808 18897 17252

PERLINDUNGAN SOSIAL 2162 2145 2141 2101

PARIWISATA DAN BUDAYA 249 216 175 165 TOTAL 1528437 1434183 1510213 1414486

Sumber Monev PA diolah

Pada tahun 2018 dan juga 2019 alokasi anggaran didominasi oleh fungsi pelayanan

Umum Ekonomi dan Pendidikan Pengelompokan anggaran menurut Fungsi memiliki

pengertian perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan

dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional Pengelompokan ini juga

bertujuan untuk melihat besaran alokasi anggaran menurut organisasi

KementerianLembaga tugas-fungsi pemerintah dan belanja KementerianLembaga

termasuk menciptakan penganggaran yang lebih tepat sasaran Pada tahun 2019 alokasi

untuk fungsi pelayanan umum sebesar Rp557 triliun (36 persen) ekonomi sebesar

Rp232 triliun (15 persen) dan fungsi Pendidikan sebesar Rp231 triliun (15 persen) Hal

ini menunjukkan bahwa pelaksanaan APBN di Kalimantan Barat lebih terkonsentrasi pada

bidang pelayanan umum ekonomi dan pendidikan yang secara keseluruhan jumlah

alokasi ketiga fungsi tersebut sebesar Rp1021 triliun atau 68 persen

3 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja

Berdasarkan jenis belanja di provinsi Kalimantan Barat terdapat 6 alokasi anggaran

belanja TA 2019 yaitu Belanja Pegawai (51) Belanja Barang (52) Belanja Modal (53)

Belanja Bantuan Sosial (57) Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) Untuk

Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) baru ada pada tahun 2017 2018 dan

2019 Jenis belanja 63 dan 66 baru TA 2017 muncul dikarenakan pencairan Dana

Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa sekarang berada di KPPN daerah

Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan jenis belanja dalam tahun 2018 dan

2019 sebagai berikut

Tabel III10

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rp)

JENIS BELANJA Pagu 2018

Realisasi 2018

Pagu 2019

Realisasi 2019

51 Belanja Pegawai 338030 330072 362333 364892

52 Belanja Barang 438737 400168 445547 406066

335140 305146 240347 195755

57 Belanja Bantuan Sosial 1235 1215 1324 1294

Belanja KL 1113142 1036601 1049477 968007

63 Dana Alokasi Khusus Fisik 245710 228191 261479 244756

38

66 Dana Desa 169585 169391 199257 198746 Belanja KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510287 1411509

Sumber Monev PA diolah

Kenaikan pagu anggaran terjadi untuk jenis belanja Pegawai belanja Barang

belanja bantuan sosial belanja Dana Alokasi Khusus belanja dana desa Belanja Dana

Desa mendapatkan kenaikan paling terbesar yaitu 17 persen disusul belanja bantuan

sosial sebesar 72 persen belanja pegawai naik 72 persen dan belanja barang sebesar

16 persen Jenis Belanja modal mengalami penurunan sebesar 283 persen Selama

TA 2019 Belanja Pegawai telah terserap Rp364 triliun (10071) Belanja barang

terserap Rp406 triliun (9114) belanja modal terserap Rp195 triliun (8145) belanja

bantuan social terserap Rp1215 miliar (9773) dana alokasi fisik terserap Rp244 triliun

(9360) dan penyerapan anggaran dana desa sebesar Rp198 triliun (9974) hal ini

sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun dari pinggiran dengan

memperkuat daerah dan desa yang diharapkan akan berdampak langsung untuk

pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat Pada belanja modal

terdapat penyerapan paling terendah dibandingkan jenis belanja lain

Grafik III1

Perkembangan Pagu dan Realisasi Jenis Belanja Tahun 2019

Sumber Monev PA MEBE diolah

4 Analis belanja pemerintah pusat

Belanja pemerintah pusat

Perbandingan antara alokasi belanja untuk sektor konsumtif dan produktif Sektor

konsumtif merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai administrasi

dan kebutuhan birokrasi seperti gaji tunjangan honor belanja operasional kantor

pengadaan kendaraan dinas Sedangkan sektor produktif antara lain peningkatan mutu

jalan jaringan irigasi intensifikasi dan ektensifikasi pertanian pengadaan traktor untuk

masyarakat

000

5000

10000

15000

0

2000

4000

6000

57 52 53 51 63 66

Pagu Realisasi

39

Tabel III11

Proporsi jenis Belanja Terhadap Total Pagu

Jenis Belanja Pagu Belanja Bantuan Sosial 1324 0

Belanja Barang 445547 30

Belanja Pegawai 362333 24

Belanja Modal 240347 16

Dana Alokasi Khusus Fisik 261479 17

Dana Desa 199257 13

Terlihat dari tabel diatas bahwa belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai

sektor produktif yang diantaranya untuk belanja Modal Dak Fisik Dana Desa mencapai

Rp 7010 triliun atau 4642 persen sedangkan belanja administrasi dan kebutuhan

birokrasi sebesar Rp 809 triliun atau 5358 persen Untuk belanja produktif terbesar

terdapat pada belanja program pengelolaan Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa

sebesar Rp460 triliun Disusul program penyelenggaraan jalan sebesar Rp99873 miliar

program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman sebesar Rp4004

miliar dan program pengelolaan Sumber Daya air Rp19887 miliar Terlihat dari alokasi ini

prioritas pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat di fokuskan pada pembangunan

infrastruktur fisik hal ini sesuai dengan fungsi terbesar yakni Pelayanan Umum

34 TRANSFER KE DAERAH DAN DESA

Dana transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan DAK DAU DBH Dana

perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dan juga antar pemerintah daerah

Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa

Pada tahun 2018 alokasi dana transfer dan Dana Desa ke wilayah Provinsi Kalimantan

Barat sebesar Rp2098 triliun dan terealisasi Rp2033 triliun atau 9692 persen Pada tabel

hellip Disajikan perkembangan Realisasi Dana Transfer pada tahun 2018 dan 2019 untuk

Provinsi Kalimantan Barat

Tabel III12

Perkembangan Dana Perimbangan di Kalimantan Barat

Dana Transfer 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

DBH 74872 74746 102115 69872

DAU 1182060 1182060 1215163 1214704

DAK Fisik 245714 228931 261479 244748

DAK Non Fisik 274246 262035 307639 293909

40

DID 14300 12463 12753 12288

Dana Desa 169586 169391 199257 198745

1960778 1929626 2098406 2034266

Sumber simtrada (diolah)

Secara agregat Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa mengalami kenaikan Alokasi

Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Kalbar pada tahun 2019 sebesar Rp2098

triliun naik 702 persen dibandingkan tahun 2018 Terdapat peningkatan alokasi Dana Desa

Kalbar tahun 2019 sebesar atau Rp29671 miliar atau 1750 persen sejalan dengan

komitmen Pemerintah untuk meningkatkan program pembangunan Indonesia dari pinggiran

Alokasi Dana Desa tahun 2019 di Prov Kalbar sebesar Rp199 triliun yang terbagi untuk

2031 Desa

Terdapat 4 (empat) daerah dengan alokasi pagu dana desa diatas 200 miliar yakni Kab

Sintang Rp33848 miliar Kab Kapuas Hulu Rp26812 miliar Kab Ketapang Rp25583 miliar

dan Kab Sambas Rp20498 miliar Selanjutnya 8 (delapan) daerah lainnya mendapatkan

alokasi pagu dana desa dibawah 200 miliar dengan pagu dana desa terendah pada Kab

Kayong Utara sebesar Rp4868 miliar Alokasi dana desa tersebut diharapkan dapat

menggerakkan roda perekonomian di desa dan menekan kesenjangan pendapatan antara

Desa dan Per Kotaan

Grafik III2

Realisasi Dana Transfer amp Dana Desa KabKota di Kalbar

Sumber data simtrada (diolah)

Berdasarkan grafik III2 terlihat perbandingan realisasi dana transfer amp dana Desa per

Kab di Prov Kalbar Dari total alokasi dana transfer sebesar Rp2098 triliun telah terealisasi

sebesar 2033 triliun dengan realisasi terbesar oleh Pemda Prov Kalbar yakni Rp365 triliun

selanjutnya Kab Ketapang Rp203 triliun dan yang terkecil adalah Kota Singkawang

Rp66459 miliar

Untuk menilai tingkat kemandirian daerah dilakukan dengan cara membandingkan Rasio

PAD dengan Rasio dana transfer Apabila rasio PAD lebih besar dari pada rasio dana transfer

000

500

1000

1500

2000

00050000

100000150000200000250000300000350000400000

41

berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin besar rasio dana transfer berarti tingkat

ketergantungan semakin tinggi

Tabel III13

Rasio Kemandirian Daerah Tahun 2019

Daerah Dana Transfer

PAD Pendapatan APBD

Ratio Dana Transfer thd Pendapatan

APBD

Ratio PAD thd

Pendapatan APBD

Prov Kalbar 365337 23016 595497 3870 61

Ketapang 203045 12753 215798 590 94

Sintang 165917 1721 183127 940 91

Kapuas Hulu 166837 7998 174835 460 95

Sambas 151612 14885 166497 890 91

Sanggau 141399 10287 151686 680 93

Kubu Raya 123841 14675 138516 1060 89

Landak 117304 9284 126588 730 93

Pontianak 100659 47879 148538 3220 68

Melawi 105563 4058 109621 370 96

Mempawah 85957 8757 94714 920 91

Bengkayang 96974 3025 99999 300 97

Sekadau 73392 4535 77927 580 94

Kayong Utara 69504 2533 72037 350 96

Singkawang 66459 1663 83089 2000 80

sumber data LRA Pemda simtrada (diolah)

Dilihat dari rasio Pendapatan Asli Daerah dan Transfer ke Daerah terhadap Pendapatan

APBD dapat dilihat bahwa daerah di wilayah Kalimantan Barat Rasio dana transfer lebih

besar dari pada rasio PAD yang berarti memiliki ketergantungan yang relatif tinggi tehadap

transfer dari Pemerintah Pusat

341 Dana Transfer Umum

a Dana Alokasi Umum

Grafik III3

Realisasi DAU Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan Barat

Sumber data simtrada

00050000

100000150000200000

2018 2019

42

Total realisasi DAU di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp1214 triliun naik 276 persen

dibanding realisasi DAU tahun sebelumnya Dari realisasi DAU tahun 2019 tersebut empat

pemerintah daerah yang realisasi DAU terbesar yaitu Pemprov Kalimantan Barat sebesar

Rp175 triliun diikuti Kabupaten Ketapang sebesar Rp114 triliun Kabupaten Kapuas Hulu

Rp99768 miliar dan Kabupaten Sintang Rp93421 miliar

b Dana bagi Hasil Grafik III4

Realisasi DBH Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan barat

Total realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) tahun 2019 sebesar Rp69872 miliar naik 592 persen

jika dibandingkan dengan alokasi DBH tahun sebelumnya Empat daerah dengan realisasi

DBH terbesar yakni Pemrov Kalimantan Barat sebesar Rp18663 miliar diikuti Kabupaten

Ketapang Rp10844 miliar Kabupaten Sanggau Rp8321 miliar dan Kota Pontianak Rp3910

miliar Kabupaten dengan realisasi DBH terkecil adalah Kota singkawang sebesar Rp1428

miliar Ketapang sebagai Daerah Tingkat II dengan realisasi DBH terbesar merupakan daerah

yang memiliki tambang bauksit dan tambang emas Demikian juga Kabupaten Sanggau

merupakan daerah yang memiliki hasil tambang Bauksit yang nantinya diolah menjadi alumina

(bahan pembuat alumunium) Sedangkan Kota Pontianak merupakan pusat perekonomian

yang memiliki penerimaan pajak PPh terbesar

342 Dana Transfer Khusus

a Dana alokasi Khusus (DAK) Fisik Total DAK Fisik yang dialokasikan pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami

peningkatan sebesar 641 persen atau senilai Rp 15764 miliar dibandingkan tahun 2018

Perkembangan pagu dan realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat

pada tabel berikut

0005000

10000150002000025000

2018 2019

43

Tabel III14

Pagu dan Realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (dalam miliar)

No Pemda 2019 2018

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

1 Kalbar 33283 31974 9607 42384 3843 9067

2 Mempawah 8996 8744 972 11663 11503 9863

3 Kubu Raya 12692 11337 8932 19237 18966 9859

4 Pontianak 8735 7998 9156 7863 7527 9574

5 Sintang 19271 183 9496 21637 20304 9384

6 Melawi 1726 16708 968 10885 10134 931

7 Sambas 20922 19813 947 17156 1659 967

8 Bengkayang 19266 15038 7805 9425 906 9612

9 Singkawang 8532 8042 9426 11478 9596 836

10 Ketapang 32914 31635 9611 175 16616 9495

11 Kayong Utara 11614 10174 876 11582 10958 9461

12 Kapuas Hulu 24632 22911 9301 16723 16494 9863

13 Sanggau 1942 19044 9806 18723 15686 8378

14 Landak 1669 16216 9716 15833 15536 9812

15 Sekadau 7252 6814 9396 13626 1059 7772

JUMLAH 261479 244748 139882 245715 22799 13948

sumber data Omspan

Persentase penyaluran DAK Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 081 persen

dibandingkan tahun sebelumnya Kenaikan ini setara dengan Rp 16758 miliar Pada

tahun 2019 terdapat sisa dana yang tidak direalisasikan sebesar Rp 16731 miliar atau

berkurang dari Rp 17725 miliar pada tahun 2018 Hal ini menunjukkan peningkatan

kinerja penyaluran DAK Fisik Kabupaten Bengkayang memiliki kontribusi terbesar

terhadap DAK Fisik yang tidak disalurkan yaitu Rp 4228 miliar Penyebab DAK Fisik yang

tidak disalurkan ini diakibatkan oleh 2 (dua) hal yaitu efisiensi anggaransisa lelang dan

pekerjaan yang tidak terlaksanagagal lelang Kabupaten Sanggau memiliki kinerja terbaik

dari persepsi penyaluran DAK Fisik dengan penyaluran mencapai 9806 persen dari pagu

disusul Kabupaten Landak dengan penyaluran 9720 persen dari pagu Kinerja yang

kurang memuaskan pada persepsi penyaluran kembali dipegang oleh Kabupaten

Bengkayang dengan penyaluran 7805 persen dari pagu dan disusul oleh Kabupaten

Kayong Utara dengan penyaluran 8760 persen dari pagu

44

b Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami peningkatan dengan total Rp 304 triliun

dibandingkan Rp 274 triliun pada tahun sebelumnya Perkembangan pagu dan realisasi

DAK Non Fisik dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel III15

Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (dalam miliar)

No Pemda 2018 2019

Nilai Realisasi Alokasi Realisasi

1 Kalbar 113996 112406 9861 139515 137565 9860

2 Bengkayang 8909 833 9351 9833 9195 9380

3 Landak 11773 11353 9644 11956 11234 9400

4 Kapuas Hulu 1327 12752 961 14929 13944 9340

5 Ketapang 18288 16832 9204 18552 17909 9653

6 Mempawah 9091 8457 9303 9341 8291 8876

7 Sambas 18854 17923 9506 20014 18553 9270

8 Sanggau 13357 12363 9256 14416 13215 9167

9 Sintang 15969 15216 9529 17253 16504 9570

10 Pontianak 11526 11329 9829 1099 10155 9240

11 Singkawang 5808 537 9247 5832 5093 8732

12 Sekadau 6786 4461 6574 6655 5253 7893

13 Melawi 8733 834 955 9719 9412 9254

14 Kayong Utara 3845 3681 9573 4124 3811 9240

15 Kubu Raya 14042 1322 9415 14511 13778 9490

Jumlah 274246 262035 9555 307639 293909 9550

sumber datasimtrada Omspan (diolah)

Realisasi DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp 31874 miliar atau

1216 persen dibandingkan tahun 2018 Penyaluran DAK Non Fisik pada tahun 2019

sebesar 9554 persen mengalami penurunan 001 persen 44isbanding tahun sebelumnya

yang sebesar 9555 persen Secara nilai Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat

menyumbangkan peningkatan realisasi terbesar yaitu Rp 25159 miliar atau 2238 persen

yang mayoritas berasal dari Dana BOS yaitu sebesar Rp 23722 miliar Kabupaten

Sekadau menjadi Pemerintah Daerah dengan penyerapan DAK Non Fisik terkecil hanya

7893 persen dari alokasi yang tersedia Kecilnya persentase realisasi ini diakibatkan oleh

adanya Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) yang tidak direalisasikan sebesar Rp 1234

miliar Kota Pontianak mengalami penurunan realisasi terbesar dengan penurunan

sebesar 589 persen Penurunan ini terjadi karena realisasi TPG yang pada tahun 2018

mencapai 100 persen pada tahun 2019 turun menjadi 9440 persen dan realisasi Dana

Bantuan Operasional Kesehatan turun dari 9874 persen menjadi 8134 persen

45

333 Dana Desa

Penyaluran dana desa Tahun 2018 dan 2019 di Wilayah Kalimantan Barat disalurkan untuk

membiayai pelaksanaan kegiatan melalui 5 bidang yaitu Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa Pelaksanaan Pembangunan Desa Pembinaan Kemasyarakatan Desa

Pemberdayaan Masyarakat Desa Penanggulangan Bencana Keadaan Darurat Dan

Mendesak dengan perkembangan penyaluran sebagai berikut

Tabel III16

Pagu dan Realisasi Dana Desa di Provinsi Kalimantan Barat (miliar) No KAB KOTA JUMLAH

DESA TAHUN 2018 TAHUN 2019

PAGU TOTAL PENYALUR

AN

CAPAIAN OUTPUT

PAGU TOTAL PENYAL

URAN

CAPAIAN

OUTPUT

1 Sambas 193 17284 17284 10000 9464 20498 20498 10000 7550

2 Sanggau 163 12878 12848 9976 9879 14986 14986 10000 8099

3 Sintang 390 29487 29472 9995 9914 33848 33848 10000 9002

4 Mempawah 60 5523 5523 10000 9820 6655 6655 10000 9051

5 Kapuas Hulu 278 22893 22893 10000 9878 26812 26768 9983 8915

6 Ketapang 253 21729 21729 10000 9293 25583 25583 10000 8901

7 Bengkayang 122 9240 9240 10000 9295 10655 10594 9943 5129

8 Landak 156 15416 15416 10000 9949 18537 18537 10000 9904

9 Melawi 169 13091 13091 10000 9981 15253 15253 10000 7871

10 Sekadau 87 6908 6876 9955 9582 8117 8049 9916 8244

11 Kayong Utara 43 3986 3986 10000 9384 4868 4809 9879 7965

12 Kubu Raya 117 11150 11033 9895 9677 13445 13166 9792 6685

TOTAL 2031 169586 169392 9989 9676 199257 198745 9974 8112

Sumber data Omspan (diolah)

Total alokasi tahun 2018 sebesar Rp169586 miiar untuk 2031 desa realisasi penyaluran

sebesar Rp169392 miliar atau 9989 persen Penyaluran Dana Desa terbesar pada

Kabupaten Sintang Rp29472 miliar sedangkan penyaluran terkecil Kabupaten Kayong

Utara yakni Rp3986 miliar Terdapat empat Kabupaten yang penyaluran Dana Desa tidak

mencapai 100 persen yaitu Kabupaten Sanggau Sintang Sekadau dan Kubu Raya Untuk

capaian output yang tertinggi Kabupaten Melawi yaitu 9981 persen dan terendah adalah

Kabupaten Ketapang 9293 persen Alokasi dana desa tahun 2019 sebesar Rp199257

miliar untuk 2031 desa realisasi penyaluran sebesar Rp198745 miliar atau 9974 persen

Sisa Dana Desa yang tidak tersalur sebesar Rp512 miliar Penyaluran Dana Desa terbesar

pada Kabupaten Sintang Rp33848 miliar sedangkan penyaluran terkecil pada Kabupaten

Kayong Utara yakni hanya Rp4809 miliar Terdapat enam Kabupaten yang penyaluran

Dana Desa tidak mencapai 100 persen yaitu Kapuas Hulu Bengkayang Melawi Sekadau

Kayong Utara dan Kubu Raya Realisasi Penyaluran Dana Desa tahun 2019 sebesar

Rp198745 miliar atau 9974 persen terjadi penurunan sebesar 015 persen apabila

46

dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 Hal ini dikarenakan terdapat sisa dana semula

Rp194 miliar (empat Kabupaten) menjadi Rp512 miliar (enam Kabupaten)

343 Dana Insentif Daerah (DID)

Grafik III5

Realisasi Dana Insentif Daerah Tahun 2018-2019 Kalimantan Barat

sumber data simtrada Omspan (diolah)

Dari total alokasi DID tahun 2019 yang sebesar Rp 12753 miliar telah terealisasi sebesar

Rp12288 miliar atau 9635 persen Dari 14 Pemda ProvinsiKabKota hanya 6 Daerah yang

mendapatkan alokasi DID di tahun 2019 yakni Prov Kalbar Kab Ketapang Kab

Mempawah Kab Sanggau Kota Pontianak dan Kab Kubu Raya Ada lima daerah

terealisasi 100 persen yaitu Kalbar Ketapang Sanggau Pontianak dan Kubu Raya

Sementara itu Mempawah terealisasi 465 miliar dari 930 miliar atau sebesar 50 persen

35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL

Arus kas masuk (cash in flow) Pemerintah Pusat adalah semua penerimaan yang

diterima oleh Pemerintah pusat di provinsi daerah tertentu sedangkan arus kas keluar

(cash out flow) adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada

pemerintah daerah Yang termasuk arus kas masuk adalah semua penerimaan negara yang

diterima oleh Pemerintah Pusat seperti penerimaan pajak PNBP dan hibah Sedangkan

yang termasuk dalam arus kas keluar Pemerintah Pusat adalah semua belanja pemerintah

dalam APBN yang terdiri dari belanja KPKDDKTPUB dan dana transfer Selisih antara

kontribusi penerimaan Negara pada suatu daerah dengan pengeluaran pemerintah pusat

tersebut akan menghasilkan kondisi surplusdefisit Kondisi surplus mengindikasikan bahwa

daerah tersebut memberikan subsidi silang kepada daerah lain di Indonesia sementara

kondisi defisit mengindikasikan bahwa daerah tersebut menerima subsidi silang dari daerah

0001000200030004000500060007000

2018 2019

47

lain di Indonesia Tabel dibawah ini merupakan cash flow Pemerintah di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat

Tabel III17

Cash Flow Pemerintah Pusat di Kalimantan Barat TA 2019 (miliar)

DEFISIT 2194324

Cash in Flow Cash Out Flow

Penerimaan Pajak Dalam negeri 667813 Belanja Pemerintah Pusat 970984

Bea MasukBea Keluar 60735 Transfer ke daerah amp dana desa

2034266

PNBP 82378

810926 3005250

sumber data Omspan Monev Pa (dioalah)

35 PENGELOLAAN BLU PUSAT

a Profil dan jenis layanan satker BLU pusat

Dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat tahun

2019 terdapat 3 (tiga) Satker BLU yang terdiri 2 (dua) satker BLU layanan Pendidikan

dan 2 (dua) satker BLU layanan kesehatan Dua satker BLU layanan pendidikan yaitu

Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Pontianak dan Universitas Tanjungpura Pontianak

sedangkan satker BLU layanan kesehatan adalah Rumah Sakit (RS) Bhayangkara

Pontianak dan RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR

Tabel III18

Profil BLU di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 (miliar)

No Jenis Layanan

Satker BLU Nilai Aset Pagu PNBP

Pagu RM Jumlah Pagu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Pendidikan Poltekkes Pontianak 21801 3455 4898 8353

Universitas Tanjungpura 2093628 38593 5947 4454

2 Kesehatan RS Bhayangkara Pontianak 9127 4204 777 4981

RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR

2486 2228 1582 381

Sumber LRA

1) Poltekkes Pontianak berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan

Kesejahteraan Sosial Nomor 298Menkes-KesosSKIV2001 tanggal 16 April 2001

dan ditetapkan menjadi Satker BLU berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

403KMK052011 tanggal 1 Desember 2011 Dengan visi ldquoMenjadi Institusi Pendidikan

Tinggi Kesehatan yang Bermutu dan Mampu Bersaing di Tingkat Regional pada Tahun

48

2020 (2016-2020)rdquo Poltekkes Kemenkes Pontianak memberikan pelayanan kesehatan

meliputi Jurusan Kesehatan Lingkungan Jurusan Gizi Jurusan Kebidanan Jurusan

Keperawatan Jurusan Analis Kesehatan dan Jurusan Perawat Gigi Pada tahun 2019

Poltekes Pontianak mendapatkan pagu dalam DIPA sebesar Rp 8353 dengan pagu

PNBP sebesar Rp3455 miliar dan pagu RM sebesar Rp4898 miliar Sementara aset

yang dimiliki sebesar Rp21801 miliar yang terdiri dari aset lancar Rp581 miliar aset

tetap Rp21199 dan aset lainnya Rp21801

2) RS Bhayangkara Pontianak telah menjadi satker BLU sejak tahun 2015 sesuai

Keputusan Menteri Keuangan nomor 501KMK052015 RS Bhayangkara ini telah

beroperasi sejak tahun 2002 Pagu DIPA RS Bhayangkara Pontianak di tahun 2019

adalah sebesar Rp4981 miliar dengan pagu PNBP sebesar Rp4204 dan pagu RM

sebesar Rp777 miliar Sementara aset yang dimiliki sebesar Rp9127 yang terdiri dari

aset lancar Rp547 miliar dan aset tetap Rp8579

3) Universitas Tanjungpura menjadi BLU layanan pendidikan berdasarkan Keputusan

Menteri Keuangan nomor 830KMK052017 dan mulai mendapatkan DIPA BLU pada

tahun 2018 Pagu DIPA universitas ini di tahun 2019 adalah sebesar Rp4454 miliar

dengan pagu PNBP sebesar Rp38593 dan pagu RM sebesar Rp5947 Sementara

total aset yang dimiliki sebesar Rp2093628 miliar

4) Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019

tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar

dengan komposisi Pagu Rm sebesar Rp1582 miliar dan pagu PNBP senesar Rp2228

miliar Sementara total aset di tahun 2019 sebesar Rp2482 miliar dengan perincian

aset tetap Rp762 miliar dan aset lancar sebesar Rp1723 miliar

b Perkembangan Pengelolaan Aset Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU

1) Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU

Perkembangan pengelolaan aset satker BLU dalam jangka waktu dua tahun terakhir

dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel III19

Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di Kalimantan Barat

No Satker BLU Aset tahun 2018 Aset tahun 2019

(1) (2) (3) (4)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak 22174 21801

2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 6734 9127

3 Universitas Tanjungpura 2217907 2093628

49

4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi BLU

2486

sumber Neraca E-rekon

Nilai aset pada satker BLU Poltekkes Pontianak mengalami penurunan sebesar

17 persen dari Rp22174 miliar di tahun 2018 menjadi Rp21801 miliar di tahun

2019 Sedangkan di RS Bhayangkara nilai asetnya meningkat dari Rp6734 miliar

menjadi 9127 miliar atau 355 persen Sedangkan nilai aset satker BLU Untan

menurun 56 persen dari 2217907 pada tahun 2018 menurun menjadi 2093628

ditahun 2019 Sedangkan untuk RS TK II Kartika Husada yang baru di tetapkan

menjadi satker BLU di tahun 2019 perkembangan aset asetnya naik 305 persen

dari 1905 miliar di tahun 2018 menjadi 2486 miliar di tahun 2019

2) Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU

Satker BLU di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019 mendapatkan pagu PNBP

dan pagu RM sebagaimana tercantum dalam DIPA Ada pun perkembangan pagu

tahun 2019 dan tahun 2018 dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel III20

Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker (miliar)

No Satker BLU Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu PNBP Pagu RM Pagu PNBP

Pagu RM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak 4480 4504 3455 4898

2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 4282 7010 4204 777

3 Universitas Tanjungpura 3177 20876 38593 5947

4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi satker BLU 2228 1582

Sumber LRA E-rekon

Pada tahun 2019 pagu RM Satker BLU Politekes Pontianak naik 87 persen dibanding

tahun 2018 sedangkan pagu PNBP menurun 229 persen Pagu RM naik sebesar

Rp394 miliar atau 87 persen dari Rp4504 miliar di tahun 2018 menjadi Rp4898 miliar

pada tahun 2019 Sedangkan pagu PNBP mengalami penurunan dari Rp448 miliar di

tahun 2018 menjadi Rp345 miliar pada tahun 2019 atau turun sebesar Rp1025 miliar

atau 229 persen

Selanjutnya untuk satker BLU layanan kesehatan yakni RS Bhayangkara Pontianak

perkembangan pagu PNBP menurun dari Rp4282 miliar menjadi Rp4204 miliar atau

18 persen sedangkan untuk pagu RM mengalami kenaikan 108 persen

50

Universitas Tanjungpura di tahun 2019 ini baru menjadi satker BLU setelah

sebelumnya adalah satker PNBP Di tahun 2019 Untan mendapat pagu PNBP sebesar

Rp38593 miliar dan pagu RM sebesar Rp5947 miliar

Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019

tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar

c Kemandirian BLU

Salah tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk

mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government) oleh karena itu satker BLU

didorong untuk dapat menciptakan kemandirian dirinya sendiri Kemandirian tersebut

dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM) dari APBN dan

bertambahnya alokasi pagu PNBP dari hasil layanan satker Semakin tinggi porsi pagu

PNBP dibanding pagu RM maka satker BLU dianggap memiliki tingkat kemandirian yang

lebih baik

TabelIII21

Tingkat Kemandirian BLU di Provinsi Kalimantan Barat (miliar)

sumber e rekon diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 alokasi pagu PNBP

pada Satker Politeknik Kesehatan Pontianak masih dibawah 50 persen Sedangkan untuk

Satker BLU Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak alokasi pagu PNBP di tahun 2018

sebear 8593 persen dan tahun 2019 844 persen Hal ini menunjukkan bahwa Rumah

Sakit Bhayangkara Pontianak sejak tahun 2018 memiliki tingkat kemandirian yang tinggi

dan demikian juga di tahun 2019 Dari besarnya persentase pagu PNBP tersebut dapat

dilihat bahwa dalam kegiatan operasional RS Bhayangkara Pontianak lebih ditunjang oleh

PNBP yang dikelolanya dan bisa disimpulkan mempunyai tingkat kemandirian yang baik

No Satker BLU Nilai aset 2019

Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu PNB

P

Pagu RM

Pagu PNBP

Pagu RM

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak

4480 4987

4504 5013 3455 414 4898 586

2 Rumkit Bhayangkara Pontianak

4282 8593

7010 1407 4204 844 777 156

3 Univ Tanjungpura

3177 6035

20876 3965 38593 866 5947 134

4 RS Kartika Husada

Belum menjadi satker BLU 2228 585 1582 2705

51

Untan di tahun 2018 sebagai satker BLU yang baru memiliki tingkat kemandirian di

atas 6035 persen dan meningkat signifikan di tahun 2019 menjadi 866 persen hal ini

mengindikasikan ada perkembangan yang pelayanan pendidikan oleh Untan Sedangkan

untuk RS Kartika Husada baru dtetapkan menjadi satker BLU di bulan Juli 2019

d Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP

Di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 120 satker yang mengelola dana PNBP Dari

120 satker PNBP tersebut terdapat 3 satker yang mempunyai alokasi pagu PNBP

terbesar antara lain tersebut dibawah ini

Tabel III22

Profil dan Jenis layanan Satker PNBP di Provinsi Kalimanatan Barat Tahun 2019

No Jenis Layanan

Satker PNBP Nilai Aset Pagu PNBP

Pagu RM Jumlah Pagu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2 Pendidikan Politeknik Negeri Pontianak 272 6284 9004

4 Pendidikan IAIN Pontianak 2012 5024 7036

Sumber LRA diolah

Tabel III23

Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP di Provinsi Kalimantan Barat

No Satker PNBP Tahun 2017 Tahun 2019

Pagu PNBP

Pagu RM Pagu PNBP

Pagu RM

2 Politeknik Negeri Pontianak 2197 5904 272 6284

3 IAIN Pontianak 1775 4297 2012 5024

Sumber SPAN diolah

Dari tabel diatas terlihat bahwa Politeknik Negeri Pontianak mengalami peningkatan

persentase pagu PNBP sebesar Rp523 miliar atau 238 persen Demikian juga IAIN

Pontianak pagu PNBP meningkat Rp237 miliar atau 134 persen Dari ke dua satker

PNBP tersebut Politeknik Negeri Pontianak yang paling berpotensi untuk menjadi satker

BLU karena sumber dana PNBP lebih besar dibanding sumber dana PNBP pada satker

IAIN Pontianak meskipun mempunyai potensi menjadi satker BLU namun keduanya

belum menunjukan kemandirian karena sumber dana yang mereka gunakan lebih banyak

dari dana APBN (RM) dibandingkan dana PNBP

e Analisis terkait pengelolaan BLU

1 Analisis Kemandirian BLU

a Rasio Antara Sumber Dana PNBP (BLU) dan RM

Meskipun tujuan pembentukan BLU adalah tanpa mengutamakan mencari

keuntungan namun diharapkan dengan pelayanan yang meningkat maka secara

52

langsung juga pendapatannya meningkat Lebih jauh lagi diharapkan persentase

belanja satker BLU yang bersumber dari rupiah murni semakin menurun digantikan

dengan sumber belanja dari pendapatan BLU

Tabel III24

Rasio Sumber Dana BLU (PNBP dengan RM) miliar

Satker BLU 2017 2018 2019

PNBP RM PNBP RM

PNBP RM PNBP RM

PNBP RM PNBP RM

Politeknik Kesehatan Pontianak

4966 5279 094 4480 4504 099 3455 4898 070

RS Bhayangkara Pontianak

346 700 487 4282 701 611 4204 777 541

Universitas Tanjungpura

Belum menjadi satker BLU

3177 20876 152 38593 5947 648

RS Kartika Husada Belum menjadi satker BLU 2228 1582 14

Pada Universitas Tanjungpura Pontianak dari tahun 2018 hingga tahun 2019

rasio antara sumber dana PNBP dengan sumber dana RM semakin meningkat yang

nampak pada pagu PNBP yang semakin meningkat Hal ini menandakan tingkat

kemandirian BLU Universitas Tanjungpura semakin membaik Sedangkan pada

Rumah sakit Bhayangkara terdapat penurunan atas pagu PNBP nya hal ini karena

pada tahun 2019 RS Bhayangkara Pontianak melakukan renovasi gedung dan

ruang perawatan yang mempengaruhi jumlah layanan pasien dan penerimaan

PNBP nya

b Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional

Kemandirian Satker BLU selain dapat dilihat dari Rasio Antara Sumber Dana

PNBP dan RM sebagaimana pada poin a dapat pula dinilai dari Rasio PNBP

terhadap biaya operasional BLU Untuk rasio ini BLU di Kalimantan Barat memiliki

rasio yang cukup baik

Tabel III25

Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional (persen)

Satker BLU 2018 2019

Pendapatan PNBP

Biaya Operasional

Pendapatan PNBP

Biaya Operasional

Politekkes Pontianak

3038 6360 48 2702 7725 35

RS Bhayangkara Pontianak

3034 3616 84 2802 4347 64

Universitas Tanjungpura

41371 45355 91 34461 51317 67

53

RS Kartika Husada

Belum menjadi satker BLU 5056 6264 81

Berdasarkan tabel di atas di tahun 2018 pada Satker BLU Politeknik Kesehatan

Pontianak perbandingan antara pendapatan BLU dengan biaya operasional didapat

hasil 48 persen (rasio PNBP terhadap biaya operasional 48 persen) Sedangkan

untuk tahun 2018 rasio kemandirian Satker BLU Poltekkes Pontianak menurun

menjadi 35 persen Penurunan ini disebabkan jumlah pendapatan PNBP yang

menurun sedangkan biaya operasional meningkat Penurunan pendapatan karena

penurunan jumlah mahasiswa baru

RS Bhayangkara Pontianak dari hasil perhitungan rasio pendapatan BLU dengan

biaya operasional didapat hasil 84 persen di tahun 2018 dan mengalami penurunan

menjadi 64 persen Penurunan rasio disebabkan penurunan pendapatan dan

sebaliknya belanja meningkat Penurunan pendapatan disebabkan pendapatan

yang berasal dari rawat inap berkurang Hal ini disebabkan penghapusan gedung

layanan lama yang disertai dengan pembangunan gedung rawat inap baru Namun

secara rasio RS Bhayangkara masih memiliki tingkat kemandirian yang yaitu

diatas 60 persen

Univ Tanjungpura ditahun 2018 sebagai satker BLU baru memiliki rasio 91

persen Ini menandakan Untan sebagai satker BLU memiliki kemandirian yang

sangat baik Sedangkan untuk RS Kartika Husada yang merupakan Rumah sakit

dibawah Kodam Tanjungpura dan baru ditetapkan menjadi BLU penuh di bulan Juli

2019 sudah memiliki awal yang baik dengan tingkat kemandirian (rasio PNBP

dengan biaya operasional ) sebesar 81 persen

f Analisis Efektifitas BLU

Analisa efektifitas BLU adalah analisis untuk mengetahui efektifitas dibentuknya BLU

yaitu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan fleksibilitas

dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi produktifitas dan penerapan

praktek bisnis yang sehat Peningkatan layanan antara lain juga dapat dilihat dari

pendapatan yang dihasilkan dari layanan BLU Analisis efektifitas BLU didapat dari rasio

pendapatan operasional terhadap asset tetap atau rasio perputaran asset tetap Tujuan

analisis ini adalah untuk mengetahui kemampuan BLU untuk menghasilkan pendapatan

dari aset yang dimilikinya

54

Tabel III26

Analisis Efektifitas BLU

Satker BLU 2018 2019

Pendapatan Operasional

Aset Tetap Pendapatan Operasional

Aset Tetap

Politeknik Kesehatan Pontianak

3038 21286 142 2702 21801 124

RS Bhayangkara Pontianak 3034 4832 627 2802 9127 307

Universitas Tanjungpura 41371 2175410 190 34461 2093628 16

RS Kartika HUsada Belum menjadi satker BLU 5056 2486 203

sumber data e rekon

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perputaran aset tetap satker BLU Politekkes

Pontianak tahun 2018 sebesar 142 persen dan mengalami penurunan di tahun 2019

menjadi 124 persen Dari rasio tersebut artinya kemampuan Poltekkes Pontianak

memperoleh pendapatan berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah sebesar 124

persen Penurunan rasio ini disebabkan pendapatan BLU yang menurun di tahun 2019

Sedangkan perputaran aset untuk Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak pada tahun 2019

mengalami penurunan dari 627 persen di tahun 2018 menjadi 307 persen di tahun 2019

Penurunan rasio ini disebabkan penurunan pendapatan BLU dan juga kenaikan aset

tetap Kemampuan RS Bhayangkara Pontianak tahun 2019 untuk memperoleh

pendapatan BLU berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah 307 persen

Kemampuan Untan memperoleh pendapatannya berdasarkan asset tetap yang

dimilikinya di tahun 2019 sebesar 16 persen

g Analisis Legal BLU

Pemberian fleksibilitas pengelolaan keuangan kepada Satker BLU adalah tetap dalam

koridor penerapan tata kelola pemerintahan yang baik Satker BLU tetap mempunyai

kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang telah diatur di dalam undang-undang

Tabel III27

Kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan Keuangan

Kewajiban Politeknik Kesehatan Pontianak

RS Bhayangkara

Pontianak

Universitas Tanjungpura

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Penyusunan amp Penyampaian Rencana Bisnis Anggaran

Ya - Ya - Ya -

Penyusunan amp penyampaian Lap Keu (standar akuntansi Keu)

Ya - Ya - Ya -

55

Berdasarkan tabel kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan keuangan

dapat dilihat bahwa BLU di Provinsi Kalimantan Barat yakni Politeknik Kesehatan

Pontianak RS Bhayangkara Pontianak dan Universitas Tanjungpura telah memenuhi

semua kewajiban dalam rangka penerapan tata kelola dan pengelolaan keuangan BLU

sesuai dengan ketentuan (peraturan perundang-undangan)

37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT

Dalam rangka peningkatan pembangunan di Wilayah Kalimantan Barat Pemerintah

berusaha memperdayakan potensi yang ada guna mendukung pembangunan ekonomi di

daerah diantaranya berupa Dana Invstasi Pusat yang diberikan kepada Pemda melalui

pinjaman dan Investasi Kredit Program kepada UMKM di Wilayah Kalimantan Barat Kanwil

Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat berkewajiban menatausahakan investasi

pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi khususnya penerusan pinjaman (Subsidary

Loan Agreement) Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat) dan Pembiayaan Ultra Mikro

(UMi)

371 Penerusan Pinjaman (Subsidary Loan Agreement)

Penerusan Pinjaman Pemerintah Pusat (Subsidiary Loan Agreement) kepada

Pemerintah DaerahPerusahaan DaerahBUMD Penerusan pinjaman yang diberikan

kepada PDAM maupun Pemda dimaksudkan untuk meningkatkan atau memperbaiki

tata kelola penyediaan air minum kepada masyarakat baik dari segi infrastruktur maupun

percepatan penyedian air minum

Pada tahun 2019 masih terdapat 1 (satu) pinjaman BUMD dan Pemda menunggu

penyelesaian penghapusan yaitu Pemerintah Kota Singkawang dengan sisa hutang

sebesar Rp1766635437024 yang diselesaikan melalui proses pelaksanaan debt swap

sebesar Rp1398691928715 dan penghapusan utang murni Rp367943508309

Pemerintah Kota Singkawang telah mengalokasikan program debt swap pada APBD

tahun anggaran 2017 melalui DPPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

berupa kegiatan Pembangunan Bangsal Ruang Inap Kelas I RSUD Abdul Aziz di

Singkawang dengan realisasi pembangunan sebesar Rp14407200000 dan telah

dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat

Penyampaian Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU

Ya - Ya - Ya -

Persetujuan Tarif Layanan oleh Menteri Keuangan

Ya - Ya - Ya -

Persetujuan Pembukaan Rekening Ya - Ya - Ya -

Penyusunan SOP pengelolaan keuangan BLU

Ya - Ya - Ya -

56

Tabel III31

Profil Oustanding Penerusan Pinjaman BUMD dan PEMDA di

Prov Kalbar Tahun 2018

Sumber Data Kanwil Data PemdaBUMNBUMD Penerima SLA Dit SMI

372 Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat)

Investasi Pemerintah Pusat lainnya adalah Program Kredit Program berupa

pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM (KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan

Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 debitur)

jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar

atau 1135 persen

TabelIII32

Penyaluran KUR Wilayah Kalimantan Barat Tahun 2019

No KabKota 2018 2019

Akad Debitur Akad Debitur

1 Kalimantan Barat 1650000000 29 1055000000 30

2 Kab Sambas 172012480000 5063 178155490000 4706

3 Kab Mempawah 117141764400 3853 117924669245 3337

4 Kab Sanggau 137303602000 3683 151852745000 3768

5 Kab Ketapang 134775029932 3445 115111754000 3193

6 Kab Sintang 169583544950 3539 214178312000 3769

7 Kab Kapuas Hulu 74602388591 2755 101002500000 3412

8 Kab Bengkayang 62169980000 1909 61608265000 2069

9 Kab Landak 84971200000 2710 99536500000 2866

10 Kab Sekadau 82259245000 1715 76000490000 1679

11 Kab Melawi 60856245000 1378 84465707561 1292

12 Kab Kayong utara 24188290000 826 25003500000 824

13 Kab Kubu Raya 151025480000 3883 193886370000 4216

14 Kota Pontianak 256541689000 4730 283349999288 4710

15 Kota Singkawang 85998890400 1993 95216230108 1907

Total 1615079829273 41511 1798347532202 41778

Sumber SIKP Dit SMI 2019

Penyaluran KUR tersebar di beberapa Lembaga Keuangan di wilayah Kalimantan

Barat melalui aplikasi online system data KUR dengan Sistem Informasi Kredit Program

57

(SIKP) untuk wilayah Kalbar terdapat 16 lembaga keuangan yang ditunjuk sebagi

penyalur Sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini

Tabel II32 Penyaluran KUR per Bank Provinsi Kalbar Tahun 2019

No Nama Bank Jumlah

Rupiah Debitur

1 BPD Jawa Tengah 500000000 1

2 BPD Kalimantan Barat 235246000000 2225

3 BPD Kalimantan Selatan 100000000 1

4 BPD Kaltimtara 50000000 1

5 BPD Riau Kepri 250000000 1

6 BRI Syariah 28661000000 868

7 Bank Bukopin 1680000000 6

8 Bank Central Asia 3075000000 13

9 Bank Mandiri 374774669000 4448

10 Bank Maybank 1220000000 4

11 Bank Negara Indonesia 308639830404 1794

12 Bank Rakyat Indonesia 837567307798 32376

13 Bank Sinarmas 6014000000 25

14 Bank Tabungan Negara 400000000 3

15 CTBC Bank 58980000 4

16 Internusa Tribuana Citra Multifinance 110745000 8

1798347532202 41778

Sumber SIKP Dit SMI 2019

Berdasarkan data aplikasi SIKP penyaluran KUR mencapai sebesar Rp179834

miliar dengan jumlah debitur 41778 orang tersebar melaui skema Usaha Mikro sebesar

Rp73601 miliar (34757 debitur) Kecil dan menengah sebesar Rp106172 miliar (6977

debitur) dan TKI sebesar Rp61874 juta (44 debitur) Bank Rakyat Indonesia (BRI)

merupakan lembaga terbesar penyalur KUR yakni sebesar Rp83756 miliar Sebagian

besar investasi digunakan pada sektor perdagangan yaitu sebesar Rp93627 miliar

(20750 debitur) atau 5178 persen disusul bidang Pertanian Perburuhan dan

Kehutanan sebesar Rp47943 miliar (15953 debitur) atau 2651 persen dan Jasa

Kemasyarakatan Sosial Budaya Hiburan dan Perorangan lainnya sebesar Rp9811

miliar (2398 debitur) atau 543 persen

Hasil monitoring Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov Kalbar terhadap penyaluran

kredit program dapat dikatakan bahwa Pemerintah sangat memperhatikan dan

mengharapkan adanya perkembangan usaha serta peningkatan ekonomi bagi UMKM di

wilayah Kalimantan Barat hal ini menunjukan bahwa program KUR sangat bermanfaat

58

dan berdampak terhadap perkembangan kegiatan usaha bahkan pertumbuhan ekonomi

di Kalimantan Barat Dalam perkembangannya hasil survey di lapangan yang diambil

secara sampling terhadap 82 debitur program KUR di wilayah Kalbar didominasi oleh

Sektorbidang usaha perdagangan yaitu sebesar 5976 persen atau 49 pelaku UMKM

disusul bidang usaha jasa sebesar 1951 persen atau 16 pelaku UMKM dan Pertanian

Peternakan dan Perkebunan 1220 persen atau 10 pelaku UMKM sedangkan sektor

usaha lainnya sebesar 853 persen atau 7 pelaku UMKM Sesuai Permenko Bidang

Perekonomian nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanan KUR sektor di luar

sektor perdagangan dikelompokkan sebagai sektor produksi Dengan demikian

berdasarkan hasil survey responden debitur KUR di sektor produksi hanya mencapai

4124 persen Hal ini masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama

pada sektor produksi sebesar 60 persen

Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar

sasaran dan tujuan program KUR dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran

KUR diarahkan agar lebih banyak menyasar UMKM di sektor produksi (non

perdagangan) yaitu dengan memberikan target minimal penyaluran ke sektor produksi

sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan skema KUR

Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat perkebunan

rakyat dan peternakan rakyat

373 Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)

Tahun 2019 jumlah penyaluran UMi di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar

Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen

Tabel III33

Penyaluran UMI Provinsi Kalbar Tahun 2019

No Tahun 2018 2019

KabKota Akad Debitur Akad Debitur

1 Kayong Utara 11000000 2 208000000 28

2 Ketapang 229000000 32 1055800000 165

3 Kubu Raya 1447315688 356 1176000000 314

4 Landak 860878000 194 200500000 45

5 Melawi 155000000 24 210000000 29

6 Mempawah 3188943000 758 3574105000 1027

7 Sambas 358000000 50 232400000 30

8 Sanggau 148500000 21 622933000 93

9 Sintang 90500000 14 235700000 44

59

10 Pontianak 1671500000 638 2805350000 931

11 Singkawang 185000000 25 188500000 28

12 Bengkayang 31000000 4 5000000 1

13 Kapuas Hulu 7000000 2 7000000 2

14 Sekadau 30000000 4 - -

Jumlah 8413636688 2124 10521288000 2737

Berdasarkan data aplikasi SIKP UMi penyaluran UMi di Kalimantan Barat mencapai

sebesar Rp1052 miliar dengan jumlah debitur 2737 orang pembiayaan UMi dilakukan

melalui penyalur perantara yang merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

diantaranya adalah PT Pegadaian (Persero) PT Bahana Artha Ventura PT

Permodalan Nasional Madani (Persero) serta beberapa Koperasi baik melalui

pembiayaan konvensional danatau pembiayaan syariah LembagaLankage penyalur

terbesar yaitu PT PNM merupakan lembaga terbesar penyalur UMi yakni sebesar

Rp443 miliar (1531 debitur) PT Pegadaian sebesar Rp263 miliar (453 debitur) KSPS

BMT UGT Sidogiri sebesar Rp188 miliar (337 debitur) dan KSPPS BMT Bina Umat

Sejahtera sebesar Rp154 miliar (408 debitur)

Tabel III33

Penyaluran UMI per LKBB Provinsi Kalbar Tahun 2019

NO PENYALUR LKBB TOTAL PENYALURAN Debitur

1 PT PEGADAIAN 2637600000 453

2 PNM 4427500000 1531

3 KSPPS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA 1535305000 408

4 KSPPS TAMZIS BINA UTAMA 26000000 6

5 KSPPS BMT BINA IHSANUL FIKRI 7000000 2

6 KSPS BMT UGT SIDOGIRI 1887883000 337

Total 10521288000 2737

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi penyaluran UMi yang dilaksanakan di

beberapa wilayah Kalimantan Barat terdapat faktor yang sangat berpengaruh terhadap

perkembangan penyaluran UMi di Kalimantan Barat antara lain

1 PenyalurLembaga Linkage selaku penyalur pembiayaan UMi belum tersebar atau tidak

memiliki kantor cabang di seluruh wilayah Kalbar sehingga potensi penyaluran pembiayaan

UMi kurang maksimal dan tidak bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Kalbar

2 Hasil produk UMKM terutama mutu dan kualitas produk belum dapat bersaing secara

global dengan produk daerah lain

Sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan usaha UMKM di wilayah

Kalimantan Barat adalah melakukan koordinasi dan kerjasama antara Pemda

60

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalbar PenyalurLembaga Linkage

serta lembaga terkait lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada

debitur dan membantu mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada

masyarakat baik melalui pertemuan maupun dengan media cetak banner spanduk

dan lain-lain sehingga dapat mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha

Mikro bahkan dapat meningkat ke Mikro Kecil

38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN

BELANJA INFRASTRUKTUR DI DAERAH

381 Mandatory Spending di Daerah

Belanja mandatory merupakan belanja wajib yang diperintahkan oleh Undang-Undang

yakni belanja sektor kesehatan sebesar 5 persen dan belanja sektor Pendidikan sebesar

20 persen

a Belanja Sektor Pendidikan

Uraian 2017 2018 2019

Alokasi Fungsi Pendidikan 157554 185385 231676

Pagu Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF

929392 1117061 1049551

Rasio 017 017 022

Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk

pembangunan Penyelenggaraan pendidikan di daerah akan mampu menjembatani

kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya belajar di sekolah Untuk memenuhi hal

tersebut tentunya harus dialokasikan anggaran belanja pendidikan Belanja Pendidikan

merupakan belanja wajib (mandatory spending) yang mutlak harus dipenuhi yang

ditentukan batas minimal pengalokasian anggaran dalam APBN sebesar 20 persen Alokasi

belanja pemerintah pusat Fungsi Pendidikan tahun 2019 sebesar Rp231 triliun meningkat

46291 miliar atau 2497 persen dibanding alokasi tahun sebelumnya Rasio fungsi

Pendidikan di tahun 2019 mencapai 022 naik 005 bila dibandingkan dengan rasio fungsi

pendidikan tahun sebelumnya Peningkatan alokasi fungsi kesehatan ini diharapkan akan

meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat

b Belanja Sektor Kesehatan

Uraian 2017 2018 2019

Alokasi Fungsi Kesehatan

16020 19263 18897

Alokasi Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF

929392 1117061 1049551

Rasio 0017 0017 0018

61

Anggaran berdasarkan fungsi kesehatan merupakan anggaran belanja negara dimana

dana anggaran akan diarahkan untuk melaksanakan program-program dalam rangka

meningkatkan derajat tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik Ketentuan pasal 171

undang undang nomor 36 tahun 2009 menjadikan alokasi di bidang kesehatan mutlak

dipenuhi (mandatory spending) Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan

adalah dengan menyediakan berbagai infrastruktur dan pengadaan tenaga-tenaga

kesehatan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan umum Usaha ini ditujukan

untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat sekaligus dalam rangka peningkatan mutu fisikal

sumber daya manusia dan Indonesia Sehat Alokasi belanja pemerintah pusat Fungsi

Kesehatan tahun 2019 di Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp18897 miliar menurun 366

miliar atau 19 penurunan tersebut disebabkan meningkatnya anggaran kesehatan

melalui transfer ke daerah (DAK) Rasio Fungsi Kesehatan di tahun 2019 mencapai 0018

naik 0001 bila dibanding rasio Fungsi Kesehatan tahun sebelumnya Meningkatnya alokasi

fungsi kesehatan tersebut diharapkan semakin meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat

382 BELANJA INFRASTRUKTUR

Infrastruktur memiliki peran penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

Keberadaan infrastruktur akan mendorong mobilitas penduduk dan faktor produksi

terutama tenaga kerja serta memperlancar arus barang dan jasa sehingga akan

mendorong tumbuhnya produksi dan investasi Belanja infrastruktur oleh pemerintah pusat

di representasikan oleh pos Belanja Modal (53) pada belanja KL (APBN)

Grafik III

Alokasi dan Realisasi Belanja Modal Tahun 2015 - 2019

sumber data mebe (diolah)

Untuk Wilayah Kalimantan Barat secara agregat alokasi untuk pos belanja modal (53)

dari tahun 2015 sd 2019 fluktuatif nampak ada penurunan belanja modal KL di tahun

2019 dibanding tahun anggaran sebelumnya Meskipun ada penurunan alokasi belanja

modal tidak berarti pembangunan infrastruktur untuk wilayah Kalimantan Barat diabaikan

000

100000

200000

300000

400000

500000

2015 2016 2017 2018 2019

Pagu Realisasi

62

karena pembangunan infrastruktur juga di topang oleh Dana Alokasi Fisik dimana tahun

2019 alokasi DAK Fisik sebesar Rp261 triliun

Tahun 2019 Pagu total belanja KL di Kalimantan Barat Rp1049 triliun dan alokasi

untuk belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun atau 2288 persen dan telah terealiasi

Rp195 triliun Dari total alokasi belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun di tahun 2019

sebagian besar alokasi belanja modal ada pada Kementerian PUPR sebesar Rp15 triliun

atau 665 persen dan selanjutnya Kementerian Perhubungan sebesar Rp20417 miliar

atau 85 persen Dari alokasi sebesar Rp15 triliun yang dianggarkan pada kementerian

PUPR di Kalimantan Barat 61 persen alokasikan untuk pembangunan infrastruktur jalan

diantaranya jalan trans Kalimantan perbatasan Indonesia dan Malaysia yakni ruas jalan

nanga badau - entikong - aruk - temajok serta pembangunan jalan Nasional III dan III di

seluruh wilayah Provinsi Kalbar Diharapkan dengan pembangunan ruas jalan secara

merata ini akan mempermudah akses dan koneksifitas antar wilayah dan mengakselerasi

nilai tambah perekonomian masyarakat Kalimantan Barat yang tercermin dari adanya

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dengan menguji pengaruh realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat dengan PAD

Prov Kalbar dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel

Hasil Regresi Sederhada Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat Terhadap PAD di Prov Kalbar

Tahun 2015-2019

R Square Significance

0049 0000

Dengan signifikasi 0000 menunjukkan bahwa realisasi Belanja Modal Pemerintah

Pusat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PAD R square 0049 berarti realisasi

Belanja Modal Pemerintah Pusat memiliki pengaruh positif sebesar 49 persen terhadap

PAD Provinsi Kalbar Hasil perhitungan regresi di atas menunjukkan bahwa setiap

kenaikan 1 rupiah Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat akan mendorong kenaikan

PAD sebesar Rp 0049 Apabila kenaikan Belanja Modal Pemerintah Pusat Rp 1 triliun

maka PAD akan naik sebesar Rp 49 miliar

Jembatan Kapuas PontianakJembatan ini memiliki panjang 42o meter dan lebar 6 meter Jembatan ini muali dibangun tahun 1980

BAB IV

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

APBD

63

41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan faktor pendorong utama dalam

peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah Selain itu kinerja pelaksanaan APBD juga

merupakan salah satu penentu tercapainya target sasaran makro ekonomi daerah yang

diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan tantangan dalam mewujudkan masyarakat

sejahtera dan mandiri Pemerintah daerah menggunakan APBD sebagai instrumen utama bagi

kebijakan publik di daerahnya

Untuk mencapai target tersebut Pemerintah Daerah Kalimantan Barat menyusun Alokasi

APBD Kalimantan Barat tahun anggaran 2019 sebagaimana terlihat pada tabel berikut

Tabel IV1

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

URAIAN 2018 2019

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PENDAPATAN 2443326 2422952 2543450 2563928

PENDAPATAN ASLI DAERAH

360621 390903 376276 404671

Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398

Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

16227 17161 18117 19075

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

98917 73671 85664 84200

PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816

Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak

77844 78654 78128 58493

Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649

Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

76467 113239 69129 97384

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

120005 121467 147048 180339

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

1850 1060 000 1419

64

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

105809 46616 94992 74442

Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318

Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124

BELANJA DAERAH 2499829 2345817 2604405 2510634

BELANJA OPERASI 1645895 1509851 1691108 1608335

Belanja Pegawai 841558 797512 935725 825216

Belanja Barang 606872 516897 599693 605691

Belanja Bunga 294 323 703 288

Belanja Subsidi 000 000 000 000

Belanja Hibah 190185 188493 145940 167928

Belanja Bantuan sosial 6987 6625 9047 9212

BELANJA MODAL 505628 470016 520212 498885

Belanja Modal 505628 470016 520212 498885

BELANJA TAK TERDUGA 3110 716 3213 625

Belanja Tak Terduga 3110 716 3213 625

BELANJA TRANSFER 345197 365234 389872 402789

TransferBagi Hasil Pendapatan

90177 99533 87458 102031

Belanja Bantuan Keuangan

255020 265701 302414 300757

SURPLUSDEFISIT -56503 77135 -60955 53295

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Anggaran pendapatan pada pemerintah provinsikabupatenkota di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018

Anggaran pendapatan naik sebesar Rp 100124 miliar menjadi 2543450 miliar atau 410

persen Anggaran belanja juga mengalami kenaikan sebesar 418 persen menjadi sebesar Rp

2604405 miliar Kondisi APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik dengan

menghasilkan surplus Rp 53295 miliar di wilayah Kalimantan Barat

42 PENDAPATAN DAERAH

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pemerintah dituntut

untuk memiliki kemandirian keuangan daerah yang lebih besar Dengan tingkat kemandirian

keuangan yang lebih besar berarti daerah tidak akan lagi sangat bergantung pada bantuan dari

pemerintah pusat dan propinsi melalui dana transfer

Namun tidak berarti jika kemandirian keuangan daerah tinggi maka daerah sudah tidak perlu

lagi mendapatkan dana transfer Dana transfer masih tetap diperlukan untuk mempercepat

pemabngunan daerah Semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan maka daerah dapat

memberikan pelayanan publik yang lebih berkualitas melakukan investasi pembangunan jangka

panjang dan sebagainya

65

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Pendapatan Daerah adalah hak pemda yang diakui

sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan Pendapatan daerah

tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah

yang sah Berdasarkan ketentuan tersebut APBD Kalimantan Barat disusun dengan rincian

sebagai berikut

Tabel IV2

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Jenis Pendapatan Daerah

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

URAIAN 2018 2019

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PENDAPATAN ASLI DAERAH 360621 390903 376276 404671

Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398

Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

16227 17161 18117 19075

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 98917 73671 85664 84200

PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816

Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak

77844 78654 78128 58493

Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649

Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

76467 113239 69129 97384

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 120005 121467 147048 180339

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

1850 1060 000 1419

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 105809 46616 94992 74442

Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318

Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pada tahun 2019 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Barat mengalami

peningkatan sebesar Rp 13768 miliar atau 352 persen dibandingkan tahun 2018 dengan realisasi

melebihi target yaitu 10755 persen dari pagu yang dianggarkan Kenaikan pendapatan ini

terutama ditopang oleh Pajak Daerah yang terealisasi 11103 persen dan Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang mencapai 10529 persen Retribusi Daerah juga melebihi

target dengan penerimaan sebesar 10305 persen

Pendapatan transfer terjadi kenaikan yang signifikan pada Dana Bagi Hasil Pajak dari

Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya yang mencapai 14087 persen dari target disusul oleh

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar 12264 persen

66

421 Dana TransferPerimbangan

Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan dana otonomi khusus dan

dana penyesuaian

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan Desentralisasi Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran

dalam APBN

Kebijakan perimbangan keuangan atau ditekankan pada empat tujuan utama yaitu (a)

memberikan sumber dana bagi daerah otonom untuk melaksanakan urusan yang

diserahkan yang menjadi tanggungjawabnya (b) mengurangi kesenjangan fiskal antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah (c) meningkatkan

kesejahteraan dan pelayanan publik dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dan

pelayanan publik antar daerah serta (d) meningkatkan efisiensi efektifitas dan akuntabilitas

pengelolaan sumber daya daerah khususnya sumber daya keuangan

Dana perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Dana Alokasi Khusus (DAK)

a Analisis ruang fiskal dan kemandirian daerah

1) Analisis Ruang Fiskal

Ruang fiskal secara umum merupakan ketersediaan ruang dalam anggaran yang

memampukan Pemerintah menyediakan dana untuk tujuan tertentu tanpa

menciptakan permasalahan dalam kesinambungan posisi keuangan Pemerintah

Dalam konteks APBN ruang fiskal adalah total pengeluaran dikurangi dengan

belanja non diskresionerterikat seperti belanja pegawai pembayaran bunga subsidi

dan pengeluaran yang dialokasikan untuk daerah

Dalam APBD Ruang fiskal adalah pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked

(DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat)

Ruang Fiskal mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda

tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib)

Ruang Fiskal adalah (Total Pendapatan-DAK) ndash Belanja Pegawai tak langsung

67

Grafik IV1

Ruang Fiskal Kalimantan Barat

Tahun Anggaran 20182019

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Berdasarkan data dua tahun terakhir ruang fiskal Kalimantan Barat tumbuh

sebesar 19589 miliar dari tahun 2018 sebesar 1155080 menjadi 1174669

pada tahun 2019 Terjadi peningkatan ruang fiskal sebesar 266 persen dari

tahun sebelumnya

2) Analisis Rasio Kemandirian Daerah

Ruang Rasio kemandirian daerah Rasio PAD terhadap total pendapatan dan

rasio dana transfer terhadap total pendapatan Apabila rasio PAD lebih besar

daripada rasio dana transfer berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin

besar rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan semakin tinggi

Rasio PAD = PAD Total Pendapatan APBD

Rasio DanaTransfer = Total Dana Transfer Total Pendapatan APBD

Rasio PAD = 376276 2543450

= 015

Rasio DanaTransfer = 2072181 2543450

= 081

Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio ketergantungan

Kalimantan Barat masih sangat tinggi

b Analisis komparatifperbandingan year on year (yoy) antara trend alokasi dana transfer

untuk Kalimantan Barat terhadap Pertumbuhan ekonomi regional PDRB Tingkat

pengangguran Tingkat kemiskinan IPM (HDI) dapat digambarkan sebagai berikut

000

2000

4000

6000

8000

10000

2018 2019

2018 54592019 5192

2018 45412019 4808

Belanja Mengikat Ruang Fiskal

68

Tabel IV3

Tabel Perbandingan Alokasi Dana Transfer Terhadap Indikator Perekonomian Regional

Tahun Anggaran 20182019

INDIKATOR 2018 2019 persen

Alokasi Dana Transfer 345197 389872 1294

Pertumbuhan Ekonomi Regional

506

500 (119)

PDRB 19403

21232 943

Tingkat Pengangguran 426

4 45 446

Tingkat Kemiskinan 737

728 (122)

IPM 6698

NA NA

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Peningkatan dana transfer dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 1294 persen

tidak serta merta turut mendongkrak indikator perekonomian di Kalimantan Barat

Tercatat hanya PDRB yang mengalami trend positif yaitu 943 persen Sedangkan

indikator lainnya negatif

422 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang

dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Pendapatan asli daerah diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi

pemerintahan daerah oleh karena ini berarti pemerintah daerah didorong untuk dapat

meningkatkan kemandirian keuangannya

a Analisis komposisi pendapatan daerah dan perbandingannya

Pada tahun 2019 pendapatan daerah Kalimantan Barat sebesar 2563928 miliar

Pendapatan transfer sebesar 2084816 miliar dan Pendapatan Asli Daerah sebesar

404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018 dapat disajikan sebagai berikut

69

Grafik IV2 Perbandingan Pendapatan Dana Transfer dan PAD Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Sampai tahun 2019 PAD Kalimantan Barat masih berada di kisaran 15 persen

dari seluruh total pendapatan Hal ini menunjukkan tingkat kemandirian keuangan

Kalimantan Barat masih rendah

b Analisis perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan belanja daerah

Pada tahun 2019 Belanja Daerah Kalimantan Barat sebesar 2510634 miliar

Pendapatan Asli Daerah sebesar 404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018

adalah sebagai berikut

Grafik 4221

Perbandingan Belanja Daerah dan Pendapatan Asli DaerahKalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

-

5000

10000

15000

20000

25000

30000

PENDAPATANPENDAPATAN

TRANSFER PENDAPATANASLI DAERAH

24433

20827

3606

24230

20320

3909

25435

21672

3763

25639

21593

4047

2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

10000

20000

3000024998

3606

23458

3909

26044

3763

25106

4047

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi

2019 Anggaran 2019 Realisasi

70

Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah tahun 2019 adalah

sebesar 1612 persen Angka ini sedikit menurun apabila dibandingkan dengan tahun

2018 yang sebesar 1666 persen Hal ini mengindikasikan ada peningkatan

kemampuan daerah untuk membiayai pengeluarannya

423 Pendapatan Lain-lain

Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan daerah selain pendapatan

transferperimbangan dan pendapatan asli daerah

Grafik IV4 Perbandingan Pendapatan Lain-lain terhadap Total Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Kontribusi Pendapatan Lain-lain di Kalimantan Barat tidak begitu signifikan terhadap

keuangan daerah Walaupun menunjukkan peningkatan tetapi secara keseluruhan

jumlahnya tidak terlalu besar Pada tahun 2018 sebesar 192 persen dari total

pendapatan dan meningkat menjadi 290 persen pada tahun 2019

43 Belanja Daerah

Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan Belanja Daerah bersumber

dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) + Dana Transfer dari Pusat ke Daerah (DAU DAK Dana

Penyeimbang Dana Kontingensi DBH dll) Tujuan analisis Belanja Daerah antara lain adalah

untuk mengetahui kontribusi pengeluaran daerah terhadap pengeluaran pemerintah secara

nasional Analisis Belanja Daerah dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi belanja daerah seperti

klasifikasi urusan klasifikasi fungsi dan sebagainya

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

PENDAPATANPENDAPATAN

LAIN-LAIN

24433

1058

24230

466

25435

950

25639

744

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

71

Tabel IV5

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Persentase Jenis Belanja Terhadap Total Belanja

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Jenis Belanja Alokasi persen Thd Belanja

Sektor Konsumtif

Belanja Pegawai 825216 3301

Belanja Barang 605691 2423

Belanja Bunga 703 003

Belanja Hibah 145940 584

Belanja Bantuan sosial 9047 036

Belanja Bagi Hasil Kepada ProvKabKota dan Pemdes 87458 350

Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvKabKota dan Pemdes 302414 1210

Belanja tidak terduga 3213 013

1979682 7919

Sektor Produktif

Belanja Modal 520212 2081

Total Belanja 2499893 10000

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Alokasi APBD masih didominasi oleh belanja yang bersifat konsumtif yang mempunyai multi

efek jangka pendek dan didominasi untuk mencukupi kebutuhan belanja pegawai sebesar 3301

persen dari total belanja Terbesar berikutnya adalah belanja barang sebesar 2423 persen

Sedang untuk alokasi Belanja Modal sebesar 2081 persen ini sangat berpengaruh terhadap

peluang terbukanya lapangan pekerjaan untuk menambah kesejahteraan masyarakat karena

belanja modal mempunyai multi efek jangka panjang

44 Perkembangan BLU Daerah

BLU daerah di Kalimantan Barat bergerak dibidang layanan kesehatan Seluruhnya

merupakan BLUD yang sebagian biaya operasionalnya di biayai dengan APBD

Tabel IV6

BLU Daerah Kalimantan Barat Berdasarkan Nilai Aset dan Komposisi Pagu

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

No Jenis Layanan

Satker BLUD Nilai Aset Pagu

2018 2019 PNBP APBD TOTAL

1 Kesehatan RSUD Dr Ade M Djoen

2 Kesehatan RSUD Pemangkat Sambas

3 Kesehatan RSUD Sambas 3962 4952 2062

4 Kesehatan RSUD Sanggau

5 Kesehatan RSUD Dr Agusdjam Ketapang

6 Kesehatan RSUD Singkawang

72

7 Kesehatan RSUD Sekadau 4112 5281 1203 3692 4895

8 Kesehatan RSUD Dr Soedarso 21480 26748 6114

9 Kesehatan RSUD Dr Achmad Diponegoro Kapuas Hulu

1499 1319

10 Kesehatan RSUD Bumi Sebalo Bengkayang 6076 8645 1500 3579 5079

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

RSUD Dr Soedarso yang berada di Pontianak merupakan BLU Daerah terbesar dengan total

asset 26748 Walaupun begitu pendapatan operasionalnya baru mencapai 25 persen dari pagu

keseluruhan Sisanya masih didanai dengan APBD RSUD Bumi Sebalo sedikit lebih besar

persentase komposisi pagu PNBP terhadap total pagu Pagu PNBPnya mencapai 30 persen dari

total pagu

45 SurpusDefisit APBD

Selisih antara pendapatan dan belanja akan menimbulkan surplus atau defisit sedangkan jika

pendapatan dan belanja sama maka mencapai anggaran yang berimbang Surplus APBD terjadi

bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah jika

sebaliknya maka defisit Dalam selisih ini dapat kita jelaskan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh

pemda dapat juga dijelaskan mengenai faktor pendorong terjadinya surplusdefisit tersebut Jika

APBD defisit maka pemda harus mencari alternatif untuk menutupi kekurangan tersebut

Sedangkan jika surplus maka pemerintah akan menerima kembali dana lebih tersebut Surplus

tersebut dapat dianggarkan untuk pembayaran pokok utang penyertaan modal daerah pemberian

pinjaman kepada pemerintah lain dan pembentukan dana cadangan (misal untuk Pilkada

infrastruktur dll)

a Rasio surplusdefisit terhadap aggregat pendapatan

Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan

APBD = 77135 2422952

2018 = 318

Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan

APBD = 53295 2563928

2019 = 2079

Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2018 tetapi Kalimantan Barat masih

mencatatkan rasio surplus untuk tahun 2019 sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi

APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik

b Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I)

73

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I) rasio ini untuk mengetahui

proporsi adanya surplusdefisit anggaran terhadap salah satu sumber pendapatan APBD

yaitu realisasi pencairan dana transfer Hal ini dapat menunjukkan ekses likuiditas Pemda

pada semester I akibat frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal

bagi Kementerian Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama

pada daerah yang sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses

likuiditas

Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = Surplus atau defisit Semester I dibagi

Total Realisasi Dana Transfer

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 435522 942997

2018 = 4618

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 452874 983139

2019 = 4606

Pada semester I baik tahun 2018 maupun 2019 rasio surplus terhadap realisasi dana transfer

sangat tinggi Hal ini mengindikasikan ekses likuiditas Pemda pada semester I akibat

frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian

Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama pada daerah yang

sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas

c Rasio surplusdefisit terhadap PDRB indikator ini menggambarkan kesehatan ekonomi

regional semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan

jasa yang cukup baik untuk membiaya hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah

Rasio surplusdefisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplusdefisit thd PDRB = Surplus atau defisit APBD dibagi PDRB

Rasio surplusdefisit thd PDRB = 77135 19403

2018 = 398

Rasio surplusdefisit thd PDRB = 53295 21232

2019 = 251

Rasio surplus di 2019 lebih kecil dari 2018 ini menunjukkan Kalimantan Barat semakin

mampu memproduksi barang dan jasa lebih baik

46 Pembiayaan

Pembiayaan Daerah adalah seluruh penerimaan yang harus dibayar kembali danatau

pengeluaran yang akan diterima kembali Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan

dan pengeluaran pembiayaan

Rasio SILPA terhadap alokasi belanja di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

74

Rasio SILPA = Jumlah SILPA dibagi Total belanja APBD

Rasio SILPA = 21710 2345817

2018 = 52

Rasio SILPA = 46347 2510634

2019 = 184

Rasio SILPA merupakan rasio yang mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang tidak

digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran Pada tahun 2019

angka rasionya adalah 184 terjadi penurunan sebesar 334 dibandingkan tahun 2018 hal ini

mengindikasikan bahwa efektifitas belanja setahun terakhir cenderung meningkat daripada tahun

sebelumnya

47 Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah

471 Analisis Horizontal dan Vertikal

a Analisis Horizontal

Analisis horizontal merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam

satu laporan realisasi Pemda (KabupatenKota) satu dengan Pemda lain dalam satu

wilayah (Provinsi) Selain itu analisis ini merupakan analisis membandingkan perubahan

keuangan dalam satu post APBD yang sama pada satu lingkup Pemda Tujuan dari analisis

horizontal adalah untuk menyajikan informasi yang utuh terkait kinerja suatu pos antar

Pemda dan perkembangan suatu pos APBD dari waktu ke waktu

Grafik IV3 Realisasi PAD KabupatenKota Kalimantan Barat

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pendapatan Asli Daerah pada Kab Sambas mengalami lonjakan yang signifikan

yaitu sebesar 26952 persen apabila dibandingkan dengan tahun yang lalu Sebaliknya

Kab Sintang mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 2830 persen

SambasSingkawa

ngSintang Sekadau

11KabKota

TotalKalbar

TW IV 2018 4028 13087 24004 5464 344320 390903

TW IV 2019 14885 16630 17210 4535 351411 404671

010002000300040005000

mili

ar r

up

iah

75

b Analisis Vertikal

Analisis vertikal merupakan analisis yang membandingkan antara pos yang satu

dengan pos yang lain terhadap totalnya dalam satu komponen APBD yang sama Tujuan

dari analisis vertikal adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi suatu pos dalam

bentuk angka total sehingga membantu pengguna dalam mengukur seberapa besar

pengaruh pos tersebut bagi Pemda

Pada prinsipnya semakin besar kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah akan

menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat Dengan kontribusi yang

semakin meningkat diharapkan pemerintah daerah semakin mampu membiayai

keuangannya Gambaran kemandirian keuangan daerah ini dapat diketahui melalui

besarnya kemampuan sumber daya keuangan dalam membiayai pelayanan kepada

masyarakat daerah tertentu

1) Analisis Kontribusi PAD Kalimantan Barat terhadap total pendapatan

Analisis Kontribusi PAD dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah

pendapatan asli daerah dengan total penerimaan daerah Rasio ini menunjukan

kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah Semakin tinggi kontribusi PAD maka

semakin tinggi kemampuan pemeritah daerah dalam penyelenggaraan desentralisas

Kriteria Rasio Kontribusi PAD

bull Sangat Baik gt 50

bull Baik 25 ndash 50

bull Kurang Baik10 ndash 25

bull Tidak Baik lt 10

76

Grafik IV4 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah di Kalimantan Barat masih relatif

rendah PAD di Kalimantan Barat menyumbang antara 15 persen sd 16 persen dari

seluruh total pendapatan dalam dua tahun terakhir

Penyebab dari rendahnya PAD tersebut antara lain pertama pemerintah daerah

belum mampu mengidentifikasi potensi sumber pendapatannya Kedua sebagian besar

pemerintah daerah masih belum dapat mengoptimalkan penerimaan pajak daerah

retribusi daerah atau bahkan penerimaan dari hasil kekayaan daerah yang dipisahkan

sesuai UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Ketiga pemerintah daerah masih menganggap bahwa rendahnya pendapatan PAD

sebagai akibat dari ruang gerak daerah yang terbatas untuk mengoptimalkan

penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diatur dalam UU No 28

Tahun 2009 Pemerintah daerah melihat banyak jenis dan objek pajak serta retribusi

yang masih dapat diterapkan tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang Ketiga

daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak yang besar masih diatur oleh

pusat yaitu Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak rokok Keempat

adalah kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan yang berasal

dari pajak daerah dan retribusi daerah yaitu menyempurnakan dan mengoptimalkan

penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada serta menerapkan

pajak daerah dan retribusi daerah yang baru

-

10000

20000

30000

Anggaran Realisasi

AnggaranRealisasi2018

2019

2018 2019Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PAD 3606 3909 3763 4047

PENDAPATAN 24433 24230 25435 25639

PENDAPATAN PAD

77

2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja

Analisis belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan antara total

realisasi belanja modal dengan total belanja daerah Berdasar laporan ini akan diketahui

porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada

tahun anggaran bersangkutan Pengeluaran belanja modal akan memberi manfaat

dalam jangka menengah dan panjang Belanja modal akan mempengaruhi neraca

pemerintah daerah yaitu menambah jumlah asset daerah Pemerintah daerah dengan

tingkat pendapatan daerah yang rendah memiliki porsi jumlah belanja modal yang tinggi

dibandingkan pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi Hal ini disebabkan

pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan rendah berorientasi untuk melakukan

belanja modal sebagai bagian dari investasi modal jangka panjang sedangkan

pemerintahan yang berpendapatan tinggi biasanya telah memiliki asset modal yang

mencukupi

Grafik IV5 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pada umumnya proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah antara 5

persen-20 persen Kalimantan Barat dalam dua tahun terakhir memiliki rata-rata rasio

belanja modal terhadap total belanja sebesar 1995 persen Pada tahun 2019

Kalimantan Barat memfokuskan belanja modal pada investasi penyediaan Gedung

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

5E+12

1E+13

15E+13

2E+13

25E+13

3E+13

BELANJA DAERAHBELANJA MODAL

2499829

505628

2345817

470016

2604405

520212

2510634

498885

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

78

perkantoran sebesar 3474 persen infrastruktur jalan sebesar 2759 persen dan

pengadaan alat-alat berat darat sebesar 1207 persen

472 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah

Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah yang

dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang

penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu

Analisis kapasitas fiskal daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur

kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui pendapatan

daerah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja

tertentu

Berdasarkan PMK Nomor 126PMK072019 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah

daerah provinsi dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal

Berdasarkan PMK tersebut indeks Kapasitas Fiskal Daerah kabupaten kota

dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal Daerah sebagai berikut

79

Tabel IV7

Kapasitas Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Pemerintah Daerah Indeks Kapasitas Fiskal

Kategori KFD Indeks Kapasitas

Fiskal

Kategori KFD

2018 2019

Prov Kalbar 0518 Rendah 0453 Sedang

Kab Sambas 0877 Sedang 0793 Sedang

Kab Sanggau 0855 Sedang 0778 Sedang

Kab Sintang 1134 Sedang 0269 Sangat Rendah

Kab Mempawah 043 Sangat Rendah 0494 Sangat Rendah

Kab K Hulu 1421 Tinggi 0884 Sedang

Kab Ketapang 1381 Tinggi 1094 Tinggi

Kab Bengkayang 0738 Rendah 0442 Sangat Rendah

Kab Landak 1274 Tinggi 0676 Rendah

Kab Melawi 0776 Sedang 0536 Rendah

Kab Sekadau 0669 Rendah 0611 Rendah

Kab Kayong Utara 056 Sangat Rendah 0406 Sangat Rendah

Kab Kubu Raya 1055 Sedang 0742 Sedang

Kota Pontianak 1368 Tinggi 1538 Tinggi

Kota Singkawang 0618 Rendah 0522 Rendah

Sumber PMK Nomor 126PMK072019

Berdasar tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah yang mempunyai indeks kapasitas

tinggi adalah Kab Ketapang dan Kota Pontianak Sedangkan daerah dengan indeks

kapasitas sangat rendah adalah Kab Sintang Mempawah Bengkayang dan Kayong Utara

Prov Kalbar naik dari kategori rendah ke sedang Kab Sintang turun dua tingkat dari

kategori sedang ke sangat rendah Kab Kapuas Hulu turun dari kategori tinggi ke sedang

Kab Landak turun dua tingkat dari kategori tinggi ke rendah dan Kab Melawi turun dari

kategori sedang ke rendah

48 Perkembangan Belanja Wajib Daerah

Tujuan dari sub ini adalah melihat gambaran perkembangan mandatory spending dalam

pelaksanaan APBD di daerah Mandatory spending adalah alokasi belanja wajib yang diatur

undang-undang Tujuan mandatory spending adalah mengurangi masalah ketimpangan sosial dan

80

ekonomi daerah Mandatory spending dalam tata kelola keuangan pemerintah daerah meliputi

alokasi pendidikan alokasi kesehatan penggunaan dana transfer umum dan alokasi dana desa

APBD diklasifikasikan menjadi 35 urusan daerah yaitu Pendidikan Kesehatan Pekerjaan

Umum Lingkungan Hidup Kelautan dan Perikanan Kehutanan Kesatuan Bangsa dan Politik

Perencanaan Pembangunan Penataan Ruang ESDM Pemberdayaan Masyarakat Desa Sosial

KUKM Perdagangan Kebudayaan Kependudukan dan Catatan Sipil dan seterusnya

Tahun 2019 total belanja terjadi peningkatan 703 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu

dari Rp 2345816 miliar menjadi Rp 2510634 miliar Dari ke-35 urusan daerah tersebut yang

menjadi perhatian utama pemerintah daerah secara berturut-turut adalah pemerintahan umum

(3118 persen) pendidikan (2337 persen) perumahan dan fasilitas umum (2125 persen) dan

kesehatan (1339 persen)

Berdasarkan fungsi APBD Kalimantan Barat dapat digambarkan sebagai berikut

Tabel IV8

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Fungsi Tahun 2019

(Miliar Rp)

Uraian Fungsi Total persen

01 PELAYANAN UMUM 782834 3118

02 PERTAHANAN ) 000 -

03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 30131 120

04 EKONOMI 178475 711

05 LINGKUNGAN HIDUP 22823 091

06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 533546 2125

07 KESEHATAN 336074 1339

08 PARIWISATA 9952 040

09 AGAMA ) 000 -

10 PENDIDIKAN 586788 2337

11 PERLINDUNGAN SOSIAL 30012 120

Total Belanja Daerah 2510634 10000

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Komitmen pemerintah daerah dalam membangun kualitas atau kesejahteraan masyarakat

dapat terlihat melalui alokasi pengeluaran pemerintah daerah dari tiga jenis belanja yaitu belanja

pendidikan belanja kesehatan dan belanja infrastruktur

481 Belanja Daerah Sektor Pendidikan

Pembangunan pendidikan dicapai dengan meningkatkan pemerataan akses kualitas

relevansi dan daya saing Alokasi anggaran fungsi pendidikan mencerminkan upaya

pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan

sebagai salah satu upaya untuk memenuhi amanat konstitusi bahwa alokasi anggaran

pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari belanja negara

81

Dari tabel 48 dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran pendidikan

Kalimantan Barat yang sebesar 2337 persen sudah memenuhi amanat UUD 1945 pasal 31

ayat (4) dan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat (1)

yang mewajibkan alokasi anggaran Pendidikan minimal 20 persen

482 Belanja Daerah Sektor Kesehatan

Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja

di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi (mandatory spending) Pasal tersebut

menyebutkan bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 5

persen (lima persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diluar gaji sementara

provinsi dan kabupatenkota mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 10

persen (sepuluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diluar gaji Tujuan

dari pembangunan bidang kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang terus

membaik Penggunaan anggaran di dibidang kesehatan diharapkan seoptimal mungkin

dapat termanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut

Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran kesehatan

pemerintah daerah minimal 10 persen dari APBD di luar gaji (UU No 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan) sudah terpenuhi di Kalimantan Barat

483 Belanja Infrastruktur Daerah

Dana Transfer Umum terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH)

yang penggunaannya bersifat umum Porsi DAU dan DBH yang besar dari total dana

Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) diharapkan mampu berperan besar dalam

upaya percepatan pembangunan infratuktur di daerah Dana Transfer Umum (DTU)

diarahkan penggunaannya sekurang-kurangnya 25 persen untuk belanja infrastruktur

daerah

DTU Kalimantan Barat terdiri dari DAU sebesar 1232649 miliar dan DBH 58493 miliar

Jumlah totalnya adalah 1291143 miliar Jika fungsi belanja perumahan dan fasilitas umum

sebesar 533546 maka angka ini senilai 4132 persen artinya jauh melebihi ketentuan yang

berlaku

Sungai Kapuas Kalimantan BaratMerupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang 1143 km Sungai Kapuas menjadi habitat bagi 700 jenis ikan air tawar 12 jenis diantaranya termasuk ikan langka serta 40 jenis ikan lainnya terancam punah

BAB V

PERRKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

ANGGARAN

KONSOLIDASIAAN

(APBN DAN APBD)

82

A LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang

disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian tingkat Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Prov Kalbar adalah sebagai berikut

Tabel V1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Lingkup Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019 (Miliar rupiah)

Uraian 2019 2018

Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi

Pendapatan Negara 891057 442989 1334046 2282 1086157

Pendapatan Perpajakan

808438 286398 1094835 1298 969055

Pendapatan Bukan Pajak

82620 118273 200893 7200 116798

Hibah 000 38318 38318 1250467

304

Transfer 000 2031342 000 000 000

Belanja Negara 968528 2377236 3345764 425 3209324

Belanja Pemerintah 968528 2107845 3076373 464 2939933

Transfer 2031342 269391 269391 000 269391

Surplus(Defisit) -77471 -1934247 -2011718 -525 -2123167

Pembiayaan 000 31348 31348 -2967 44575

Penerimaan Pembiayaan Daerah

000 126432 126432 4765 85628

Pengeluaran Pembiayaan Daerah

000 95084 95084 13161 41054

Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran

-77471 -1902899 -1980371 -473 -2078592

Catatan Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pada tahun 2019 pendapatan konsolidasian pemerintah

daerah provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp 1334 triliun Angka

ini naik 2282 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2018 Belanja Konsolidasian sebesar Rp 3345 triliun Angka

83

ini naik 425 persen dari tahun 2018 Terjadi defisit pada LKPK tahun 2019 sebesar

Rp 198 triliun

B PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau

Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh

pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu

periode pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun

resiprokal (berelasi)

1 Analisa Proporsi dan Perbandingan

Grafik V1

Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian

di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pendapatan Perpajakan memberikan kontribusi yang paling besar pada

pendapatan konsolidasian yaitu 8094 persen atau Rp1014 triliun Hal ini

menunjukkan Pendapatan Perpajakan masih tulang punggung General Government

Revenue di Provinsi Kalimantan Barat 7170 persen dari total Penerimaan

Perpajakan berasal dari Pajak Pemerintah Pusat PPn dalam Negeri menjadi Pajak

Pemerintah Pusat paling tinggi yaitu Rp 306 triliun

Pemerintah Daerah memberikan sumbangan 2821 persen atau Rp 286

triliun pada Penerimaan Perpajakan Konsolidasi Pajak Kendaraan Bermotor

mendominasi Pajak Daerah dengan nilai Rp 191 triliun disusul oleh Pajak Hotel

sebesar Rp 62899 miliar Hal ini menunjukkan sektor Pariwisata memiliki potensi

yang cukup besar dalam menyumbang PAD dalam bidang perpajakan

Diharapakan Pemerintah Daerah dapat terus menggali Pajak di sektor Pariwisata

dengan mengembangkan prasarana pendukung seperti perhotelan tempat

pariwisata dan lain-lain

8094

1504

287 000

Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak

Hibah Transfer

84

2 Analisa Perubahan

Pendapatan Konsolidasian mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada

tahun 2019 Kenaikan sebesar Rp 247 triliun atau 2282 persen dibanding tahun

2018 didorong peningkatan pada Pendapatan Perpajakan Rp 125 triliun (1298

persen) Pendapatan Bukan Pajak Rp 84095 miliar (72 persen) dan Pendapatan

Hibah Rp 38014 miliar (12504 persen)

Grafik V2

Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan

Konsolidasian Provinsi Kalimantan Tahun 2018 dan 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pendapatan Bukan Pajak paling besar disumbang oleh Penjualan Aset Daerah

dan Deviden atas Penyertaan Modal pada BUMD pada Pendapatan Bukan Pajak

Daerah sebesar Rp 59048 miliar dan Rp19075 miliar Deviden atas Penyertaan

Modal pada BUMD merupakan daya Tarik tersendiri bagi Pemerintah Daerah pada

Prov Kalbar untuk semakain memanfaatkan BUMD khususnya Bank Kalbar

sebagai tempat investasi

3 Perhitungan Rasio Konsolidasi

1) Tax ratio

Salah satu rasio konsolidasi dapat dilakuaka dengan menggunakan Tax Ratio

dengan rumus sebagai berikut

Tax Ratio = Pendapatan Perpajakan Konsolidasian Tingkat Wilayah

PDRB Provinsi

Dari perhitungan dapat ditemukan

PendapatanKonsolidasi

PendapatanPerpajakan

PendapatanBukan Pajak

Hibah Transfer

2019 1253916 1014946 200651 38318 000

2018 1086157 969055 116798 304 000

000

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

85

Tabel V2

Tax Ratio Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019

IndikatorTahun 2018 2019

Penerimaaan Perpajakan Konsolidasian (Miliar Rp) 969055 1014946

PDRB (Miliar Rp) 19403285 21273700

Tax ratio 499 477 Sumber LKPK Kanwil DJPB dan BPS(diolah)

Tax Ratio pada Prov Kalbar mengalami penurunan sebesar 022 persen pada

tahun 2019 dari tahun sebelumnya Dibandingkan dengan tax ratio nasional yang

sebesar 107 persen maka rasio pajak di Kalimantan Barat masih sangat kecil Hal

ini menjadi dapat menjadi motivasi bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

Daerah untuk mencari sumber-sumber Penerimaan Perpajakan yang mungkin

belum tergali secara tuntas Pemerintah dapat melakukan sensus pajak khusus

untuk Prov Kalbar agar potensi-potensi pajak tidak hilang sehingga tax ratio Kalbar

dapat mendekati tax ratio nasional

2) Rasio Kemandirian

Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan pembangunan

dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai

sumber pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain misalnya bantuan

pemerintah pusat ataupun dari pinjaman Rasio Kemandirian dapat dihitung dengan

rumus

Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah

Bantuan Pemerintah Pusat

Dengan menggunakan Laporan konsolidasian diperoleh data Rasio Kemandirian

Prov Kalimantan Barat pada tahun 2018 dan tahun 2019 berada pada angka 1818

persen dan 2180 persen Angka ini menunjukkan bahwa secara Laporan

Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan memiliki

ketergantungan yang cukup tinggi terhadap dana transfer Peran Pemerintah Pusat

akan sangat besar pada pembangunan di Kalbar sehingga Pemerintah Daerah tidak

leluasa dalam menentukan program kerjanya

C BELANJA KONSOLIDASIAN

Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja

Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja Pemerintah

Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang

sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi)

86

1 Analisis Proporsi dan Perbandingan

Proporsi dan komposisi realisasi berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis

belanja) atau perbandingan antara realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal

terhadap total Belanja konsolidasian

Grafik V3

Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pad a Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pada tahun 2019 secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Barat total

belanja pemerintah daerah lebih besar dari total belanja pemerintah pusat

Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp 3345 triliun 2895

persen bersumber dari anggaran pemerintah pusat dan sisanya sebesar 7105

persen dari anggaran pemerintah daerah

Belanja Operasional mendominasi pada Belanja Pemerintah Pusat maupun

Daerah 7045 persen Belanja Konsolidasian digunakan untuk belanaja

Operasional yaitu Rp 1608 triliun pada belanja Pemerintah Daeah dan 772 triliun

pada belanja Pemerintah Pusat Belanja Pegawai menjadi pengeluaran terbesar

pada Belanaja Operasional Konsolidasian yaitu Rp 11 90 triliun atau 3521 persen

dari total Belanaja Konsolidasian

Belanja Modal hanya menyumbangkan 2055 persen terhadapa belanaj

Konsolidasian Belanaj Bahan Baku Jalan dan jembatan menjadi belanja modal

terbesar Pemerintah Pusat dengan nilai Rp 36413 miliar dan Belanja

Pengadaaan Gedung Bangunan Tempat Kerja menjadi Belanja Modal Pemerintah

Daerah terbesar dengan Rp 175 triliun

Proporsi Belanja Pegawai yang mendominasi Belanaja Konsolidasian

sebenarnya kurang baik Dengan besarnya Belanja Pegawai yang harus

dibayarkan maka Pemerintah akan tidak leluasa menggunakan instrument fiskal

sebagai alat kebijakan

Konsolidasi Pusat Daerah

Belanja Transfer 303881 - 303881

Belanja Modal 694711 195827 498885

Belanja Operasional 2381037 772702 1608335

000500000

1000000150000020000002500000300000035000004000000

87

2 Analisis Perubahan

Grafik V4

Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Grafik V5

Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Belanja Operasional cenderung semakin besar persentase terhadap Belanja

Konsolidasian Besarnya belanja Operasional yang didominasi oleh Belanja

pegawai akan memepersempit ruang fiskal suatu daerah Dengan rumus

Ruang Fiskal = (Pendapatan-Belanja Pegawai)

Pendapatan

Dengan rumus di atas ruang fiskal Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan

Konsolidasian adalah 1077 persen

Angka 1077 persen menunjukkan bahwa Pemerintah pada Provinsi

Kalimantan Barat memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam membiayai

pembangunan di daerah Ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat juga sangat

tinggi dimana TKDD yang diterima lebih besar dari PAD Melihat hal ini sebaiknya

pemerintah daerah dan pemerintah Pusat dapat merumuskan efektifitas TKDD

yang diterima sebaiknya digunakan untuk apa dan dapat menggali sumber-sumber

PAD yang baru

68

248

Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer

70

219

Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer

88

3 Analisis Rasio Belanja Konsolidasian

Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam belanja pemerintah rasio Belanja

perkapita (spending per citizen) Rasio ini merupakan perbandingan antara realisasi

Belanja dibagi jumlah penduduk Dari perhitungan dari tahun 2019 belanja per

kapita adalah Rp 623 jutaorang mengalami kenaikan dari Rp 593 pada tahun 2018

Kenaikan ini berarti tujuan dari Pemerintah untuk menyejaterahkan masyarakat

semakin mendekati sasaran

Naiknya spending per citizen ini sejalan dengan penurunan Gini Ratio dari

angka 0325 pada tahun 2018 menjadi 0318 tahun 2019 Penurunan Gini Ratio

berarti terdapat perbaikan atas tingkat kesenjangan pada Prov Kalbar Indikator

yang juga mempengaruhi kenaikan spending per citizen adalah jumlah tenaga kerja

yang meningkat sebesar 22134 orang dari tahun 2018 ke tahun 2019

D SURPLUSDEFISIT

SurplusDefisit Laporan Keuangan Pemer i n t ah Konsolidasian di Provinsi

Kalimantan Barat t ahun 2019 mencapai minus Rp2011 triliun Defisit tersebut

b e r a s a l dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 77471 miliar dan Pemerintah Daerah

sebesar Rp1934 triliun

1) Proporsikomposisi Realisasi SurplusDefisit Pempus dan Pemda terhadap

SurplusDefisit Konsolidasian

Defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel V3

Rasio SurplusDefisit Konsolidasian terhadap PDRB

pada Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

SurplusDefisit Persentase SurrplusDefisist

Konsolidasi -2091849 10000

Pusat -157601 753

Daerah -1934247 9247

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pemerintah Daerah menyumbangkan defisit 9247 persen dari total defisit Hal ini

terjadi karena realisasi TKDD tidak diperkirakan dalam penyusunan neraca

konsolidasian Dengan adanya dana transfer yang diberikan oleh Pemerintah pusat

sebesar Rp 2033 triliun maka Pemerintah Daerah akan mendapatkan surplus sebesar

Rp 099 triliun

2) Perbandingan Rasio SurplusDefisit terhadap PDRB

Rasio ini menghitung perbandingan nilai surplusdefisit dengan nilai PDRB

89

Dihitung dengan rumus

Rasio SurplusDefisit = Nilai SurplusDefisit Konsolidasian

Nilai PDRB

Dengan rumus di atas maka di dapatkan Rasio surplusdefisit terhadap PDRB

adalah -983 persen Defisit konsolidasian bernilai 983 persen dari total PDRB Kalbar

pada periode tahun 2019

E ANALISA KONTRIBUSI KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang

ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan

kabupatenkota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender) Nilai

PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran

yaitu Y = C + I + G + X-M) Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai

salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi

Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2018

Tabel V4

Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2019 (miliar Rp)

Pendapatan 1254157

a Pajak 1014946

b Kontribusi sosial 200893

c Hibah 38318

d Pendapatan lain -

Beban 2651053

a Belanja Operasional 2381037

c Belanja Transfer 303881

Keseimbangan operasi brutoneto -1396896

Transaksi Aset Non Keuangan Neto 694711

a Aset tetap 694711

b Persediaan -

c Barang berharga -

d Aset nonproduksi -

Net LendingBorrowing -2091607

Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban 31348

a Akuisisi Neto Aset Keuangan -

- Domestik 126432

- Luar Negeri -

b Keterjadian Kewajiban -

- Domestik 95084

- Luar Negeri -

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Belanja Pemerintah (G) adalah Rp 2651 triliun dan Investasi (I) yang dilakukan oleh

90

pemerintah pada tahun 2018 sebesar Rp 694 triliun Dengan demikian dapat dihitung

kontribusi belanja Pemerintah dan investasi Pemerintah terhadap PDRB Provinsi

Kalimantan Barat dengan PDRB sebesar Rp21273 triliun adalah sebagai berikut

1 Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB adalah 1246 persen

2 Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB adalah 326 persen

Belanja Pemerintah masih memiliki porsi yang cukup besar terhadap yaitu sebesar

1246 persen Hal ini menunjukkan belanja Pemerintah adalah salah satu motor

penggerak perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat dengan harapan belanja ini

mampu memberikan efek dalam jangka waktu yang cepat terhadap pertumbuhan

ekonomi Pemerintah diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan

belanja sebesar ini

Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output perekenomian dipengaruhi oleh

tabungan pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi Tabungan merupakan

instrumen yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal (penerimaan pajak dan belanja negara

mempengaruhi tabungan nasional) Secara tidak langsung kebijakan fiskal ikut mengambil

peran dalam pertumbuhan ekonomi Keputusan-keputusan pemerintah mengenai

kebijakan fiskal yang ditempuh suatu negara dapat mengubah ouput dalam

perekonomian baik bertambah maupun berkurang

Peningkatan belanja Pemerintah memiliki multiplier effect (efek penggandaan)

terhadap pendapatan (ouput perekonomian) suatu negaradaerah Alasannya

ialah pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi Kenaikan

belanja pemerintah menyebabkan meningkatnya pendapatan kemudian meningkatkan

konsumsi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan kemudian meningkatkan

konsumsi dan seterusnya

Belanja Pemerintah yang meningkat dari tahun ke tahun memberikan efek yang baik

untuk perekonomian Kalimantan Barat karena memegang porsi yang cukup besar

terhadap PDRB Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan untuk memperbesar alokasi

Investasi juga

Taman Nasional Gunung Palung Kayong Utara

Selain habitat bagi Orang Utan di Taman Nasional Gunung Palung juga merupakan habitat bagi Bekatan (yang merupakan hewan endemik Pulau Kalimantan)

BAB VI

KEUNGGULAN DAN

POTENSI EKONOMI

SERTA TANTANGAN

FISKAL REGIONAL

91

Untuk menjadi kawasan yang maju dan unggul maka pemerintah harus mendukung

melalui pembangunan daerah dengan penentuan prioritas kebijakan yang lebih terarah serta

berjalan efektif dan efisien mengingat keterbatasan sumber pendanaan serta tetap

memperhatikan keunggulan dan potensi ekonomi daerah Penentuan sektor unggulan daerah

merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk

meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi persaingan Pendekatan

yang digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan dalam kajian ini adalah metode Shift

Share Location Quotient (LQ) dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Perhitungan sekor unggulan menggunakan metode Shift Share dilakukan dengan

perbandingan perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat dengan perkembangan

ekonomi nasional dalam jangka waktu 6 (enam) tahun terakhir

Tabel VI1

Shift Share Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019 (miliar rupiah)

No Sektor Usaha Nij (1)

Mij (2)

Cij (3)

Dij (1+2+3)

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1222348 206718 -78895 1350171

2 Pertambangan dan Penggalian 67328 484293 -251869 299751

3 Industri Pengolahan 873561 405984 -247156 1032389

4 Pengadaan Listrik Gas 5215 8251 -9427 4039

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

6143 55924 -54196 7872

6 Konstruksi 1023591 -25056 -233531 765004

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

868146 244286 -203511 908922

8 Transportasi dan Pergudangan 505346 -74394 -161645 269306

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 113457 88963 -57802 144618

10 Informasi dan Komunikasi 303467 67220 -164199 206488

11 Jasa Keuangan 308895 -56760 -25036 227099

12 Real Estate 197897 6495 -13855 190537

13 Jasa Perusahaan 49701 -16356 -5113 28232

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

345188 319568 -270891 393865

92

15 Jasa Pendidikan 309927 -62460 29641 277108

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 118800 -11299 -14033 93468

17 Jasa Lainnya 121010 -42227 -14318 64466

Sumber BPS diolah

Dengan analisis Shift Share terdapat 2 (dua) sektor lapangan usaha dengan Shift Share

ge Rp 10 triliun Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan serta

Industri

Perhitungan sektor unggulan Provinsi Kalimantan Barat dilakukan dengan menggunakan

LQ time series dimana data yang digunakan adalah PDRB dan PDB 6 (enam) tahun terakhir

Tabel VI2

LQ Time Series Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019

No Sektor LQ 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-Rata

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 158 147 145 148 152 152 150

2 Pertambangan dan Penggalian 047 062 075 069 065 074 065

3 Industri Pengolahan 076 073 076 077 078 079 077

4 Pengadaan Listrik Gas 006 007 008 008 008 008 008

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

165 160 153 160 164 523 221

6 Konstruksi 121 124 115 119 114 110 117

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

105 108 106 104 104 105 105

8 Transportasi dan Pergudangan 095 085 084 081 085 081 085

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

074 078 078 078 081 082 079

10 Informasi dan Komunikasi 092 092 091 095 096 092 093

11 Jasa Keuangan 091 086 084 084 087 078 085

12 Real Estate 106 103 101 098 102 099 101

13 Jasa Perusahaan 028 028 026 024 023 022 025

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

160 166 174 182 183 187 175

15 Jasa Pendidikan 133 124 120 117 117 114 121

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 141 137 131 126 126 125 131

17 Jasa Lainnya 065 059 056 053 052 050 056 Sumber BPS diolah

Sektor yang memiliki potensi berdasarkan LQ akan memiliki nilai gt 1 Perhitungan LQ time

series dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 menunjukkan terdapat delapan sektor yang

potensial karena memiliki LQ lebih besar dari satu dan sembilan bidang tidak potensial dengan

LQ kurang dari satu

93

Metode terakhir yang digunakan adalah Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) Sama

dengan dua metode sebelumnya MRP menggunakan data PDRB dan PDB dari tahun 2014

sampai dengan 2019

Tabel VI3

Metode Rasio Pertumbuhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019

No Sektor Usaha MRP

RPr RPs

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 097 - 088 -

2 Pertambangan dan Penggalian 075 - 123 +

3 Industri Pengolahan 095 - 098 -

4 Pengadaan Listrik Gas 109 + 162 +

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang 093 - 209 +

6 Konstruksi 111 + 101 +

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 099 - 097 -

8 Transportasi dan Pergudangan 128 + 114 +

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 093 - 105 +

10 Informasi dan Komunikasi 115 + 122 +

11 Jasa Keuangan 112 + 091 -

12 Real Estate 101 + 089 -

13 Jasa Perusahaan 124 + 095 -

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 096 - 118 +

15 Jasa Pendidikan 104 + 079 -

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109 + 093 -

17 Jasa Lainnya 128 + 097 -

Sumber BPS diolah

MRP menghitung rasio pertumbuhan sektoral pada RPs RPS yang bernilai ge 1 akan

diberikan notasi + menunjukkan sektor tersebut pada Provinsi Kalimantan Barat memiliki

pertumbuhan yang menonjol Terdapat 8 (delapan) seKtor yang yang memiliki RPs ge 1

sehingga cukup banyak sektor yang memiliki pertumbuhan yang menonjol

61 SEKTOR UNGGULAN DAERAH

Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau

perkembangan bagi sektor-sektor lainnya baik sektor yang mensuplai inputnya maupun

sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo

94

2006) Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan baik itu

perbandingan berskala regional nasional maupun internasional Pada lingkup

internasional suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan

sektor yang sama dengan negara lain Sedangkan pada lingkup nasional suatu sektor

dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu

bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain baik di pasar nasional

ataupun domestik Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut

dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga

dapat menghasilkan ekspor (Suyanto 2000146) Sektor unggulan di suatu daerah

(wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan

Kriteria pertama penentuan sektor unggulan suatu daerah adalah hubungannya

dengan PDRB maka dillihat sektor mana yang sumbangan terhadap PDRB nya paling

besar

Tabel VI4

Kontribusi Sektor Tehadap PDRB pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019

Sektor Persentase Kontribusi Terhadap PDRB

2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata

Pertanian Kehutanan dan Perikanan 2156

2054

2021

2030

2025

2013

2050

Pertambangan dan Penggalian 479 490 561 540 548 557 529

Industri Pengolahan 1648

1578

1612

1621

1609

1627

1616

Pengadaan Listrik Gas 006 008 009 010 011 010 009

Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

013 012 011 012 012 037 016

Konstruksi 1221

1310

1244

1280

1253

1229

1256

Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1451

1481

1447

1413

1409

1426

1438

Transportasi dan Pergudangan 430 440 452 457 479 470 455

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

231 238 237 231 236 239 235

Informasi dan Komunikasi 330 336 343 373 377 379 356

Jasa Keuangan 363 356 364 369 378 344 362

Real Estate 304 301 296 288 290 285 294

Jasa Perusahaan 045 047 046 044 044 044 045

Administrasi Pemerintahan Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib

629 667 694 694 698 704 681

95

Jasa Pendidikan 442 430 420 401 394 392 413

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 149 151 145 140 140 143 145

Jasa Lainnya 103 101 099 098 098 101 100

Sumber BPS diolah

Dengan menggunakan (3) tiga alat analisis yang disebut di atas maka didapatkan

perhitungan sebagai berikut

Tabel VI5

Perhitungan Shift Share LQ dan MRP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019

No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)

LQ Time Series MRP (RPs)

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088

2 Pertambangan dan Penggalian 299751 065 123

3 Industri Pengolahan 1032389 077 098

4 Pengadaan Listrik Gas 4039 008 162

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

7872 221 209

6 Konstruksi 765004 117 101

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

908922 105 097

8 Transportasi dan Pergudangan 269306 085 114

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 144618 079 105

10 Informasi dan Komunikasi 206488 093 122

11 Jasa Keuangan 227099 085 091

12 Real Estate 190537 101 089

13 Jasa Perusahaan 28232 025 095

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

393865 175 118

15 Jasa Pendidikan 277108 121 079

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 93468 131 093

17 Jasa Lainnya 64466 056 097

Sumber BPS diolah

Berdasarkan Tabel VI4 diperoleh sektor unggulan pada Provinsi Kalimantan Barat

adalah sektor-sektor yang memiliki kontribusi rata-rata terhadap PDRB total di atas 10

persen Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan Industri

Pengolahan Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Dengan menggunakan analisis Shift Share LQ dan

MRP maka diperoleh tabel sebagai berikut

96

Tabel VI6

Sektor Unggulan Provinsi Kalimantan Barat tahun

No Sektor Usaha Shift Share (miliar

Rp)

LQ Time Series

MRP (RPs)

Rata-rata

PDRB

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088 2050

3 Industri Pengolahan 1032389 077 098 1616

6 Konstruksi 765004 117 101 1256

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

908922 105 097 1438

Sumber BPS diolah

Berdasarkan Shift Share semua sektor memenuhi syarat sebagai sektor unggulan

karena memiliki nilai Shift Share yang si atas Rp 7 triliun Berdasarkan metode LQ sektor

Industri Pengolahan tidak memenuhi syarat karena LQ lt 1 Perhitungan MRP menunjukkan

hanya sektor Konstruksi yang memenuhi syarat MRP Rps gt 1 Sektor Industri pengolahan

tidak memenuhi 2 kriteria yaitu LQ dan MRP sehingga dikeluarkan dari sektor unggulan

1a Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan

Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih

luas dari seluruh pulau Jawa Luasya wilayah ini banyak digunakan untuk pertanian dan

perkebunan PDRB sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205

persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-

2019 Data ini menunjukkan kekuatan dari sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan

sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat

Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan Karet menjadi 2 (dua) penyumbang

terbesar pada Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan Berdasarkan data dari BPS

perkebunan Kelapa Sawit menggunakan lahan seluas 145 juta hektare dengan hasil

produksi 973442 ton pada tahun 2018 Perkebunan Karet menggunakan lahan seluas

600956 hektare dengan produksi 268160 ton pada tahun 2017

Nilai jual hasil produksi kelapa sawit pada tahun 2018 apabila diperhitungkan

dengan harga rata-rata pada tahun berkenaan akan benilai sekitar Rp 146 triliun

sementara nilai karet sekitar Rp 21 triliun Dengan total Rp 356 triliun perkebunan

Kelapa Sawit dan Karet tentu saja masih jadi primadona

97

Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK733Menhut-II2014 tanggal 2

September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Barat

membagi hutan Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan fungsi sebagai berikut

1) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) seluas plusmn

1621046 hektar

2) Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas plusmn 2310874 hektar

3) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas plusmn 2132398 hektar

4) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas plusmn 2127365 hektar

5) Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) seluas 197918 hektar

Terdapat sekitar 45 juta hektare hutan produksi yang masih produktif pada Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini merupakan potensi yang sangat besar untuk menghasilkan

produk-produk hasil hutan yang memiliki nilai jual

Sub sektor Perikanan terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu Perikanan Budi Daya dan

Perikanan Tangkap Pada tahun 2018 Perikanan Budidaya digeluti oleh 52288 rumah

tangga sementara Perikanan Tangkap oleh 21233 rumah tangga Nilai ekspor

perikanan cenderung naik dari tahun ke tahun terakhir pada tahun 2018 tercatat ekspor

perikanan Kalbar sebesar 632 ton dengan nilai Rp 255 miliar

Dari bahasan di atas dapat dilihat bahwa Perkebunan Sawit dan Perkebunan Karet

merupakan sub sektor andalan pada sektor Sektor Pertanian Kehutanan dan

PerikananDengan demikian sangat diperlukan usaha pemerintah untuk ikut menjaga

stabilitas harga khususnya di tingkat petani Pemerintah Provinsi Kalbar menerbitkan

Peraturan Gubernur Nomor 63 Tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan penetapan

indeks dan harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit produksi pekebun Kalbar

Para pekebun kelapa sawit di seluruh Kalbar harus bermitra dengan perusahan kelapa

sawit para mitra tersebut harus membeli sesuai dengan harga yang telah ditetapkan

Pabrik kelapa Sawit tidak boleh membeli tandan kelapa sawit dengan para pekebun

yang bukan mitra

Keberadaan BUMDes diharapkan dapat menampung hasil getah karet petani dan

sekaligus memfasilitasi penjualan karet langsung ke pabrik karet sehingga jalur

perdagangan terpangkas karena tidak melalui pengepulapabila dilaksanakan secara

serempak maka dampaknya diharapkan dapat meningkatkan stabilitas harga getah

98

karet Penggunaan Dana Desa untuk pemberdayaan BUMDes harus didorong serta

kemudahan permodalan melalui KUR

1b Sektor Konstruksi

Mardiasmo (2002) mengatakan peningkatan Pemda dalam investasi modal (belanja

modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya

mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan

yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Terpilihnya sektor Konstruksi sebagai

sektor potensial sejalan dengan menggeliatnya pembangunan infrastruktur pada

Provinsi Kalimantan Barat sesuai dengan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo

pada tahun 2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur Hal ini terlihat pada peningkatan

PDRB sektor Konstruksi 6177 persen dari tahun 2014 hingga tahun 2019

Pada tahun 2019 Pemerintah menyediakan Pagu Rp 499 triliun untuk belanja

infrastruktur yang berasal dari

Belanja Pemerintah Pusat sebesar

Rp 238 triliun dan DAK Fisik sebesar

Rp 261 triliun Pagu ini meningkat

drastis dari Rp 132 triliun pada tahun

2014 atau mengalami kenaikan

sebesar 278 persen

Output dari sektor Konstruksi

pada Provinsi Kalimantan Barat

dapat dilihat dari pembangunan

Jalan Paralel Perbatasan Dari 1920

km jalan parallel perbatasan yang

akan dibangun di pulau Klimantan

82797 km berada pada wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Kondisi

jalan sampai akhir tahun 2019 sudah

teraspal sepanjang 31705 km (38)

lapisan agregat sepanjang 25329 km (31) dan masih berupa perkerasan tanah

25763 km (31) Jalan paralel perbatasan memiliki lebar minimal 7 meter dan ruang

milik jalan (Rumija) minimal 25 meter

1c Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Gambar VI1 Jalan Paralel Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat

Sumber Kompascom

99

PDRB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor menyumbang rata-rata 1438 persen pada PDRB total Prov Kalbar periode tahun

2014-2019 Sektor ini juga menyerap 510454 tenaga kerja atau 2069 persen dari total

tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Barat

Tabel VI7

Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016-2019

No Lapangan Usaha 2019 2018 2017 2016

1 Pertanian Perkebunan Kehutanan Perburuan dan Perikanan

1223113 1303474 1293884 1138334

2 Pertambangan dan Penggalian 52114 59458 54254 53514

3 Industri 134660 171828 135022 110668

4 Listrik Gas dan Air 6819 4618 7315 8891

5 Konstruksi 119949 130021 127502 146694

6 Perdagangan 510454 407126 354975 418258

7 Transportasi Pergudangan dan Komunikasi 66675 74663 67714 61910

8 Lembaga Keuangan Real Estate Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan

32687 19738 18290 27624

9 Jasa Kemasyarakatan Sosial dan Perorangan 320556 283363 340417 339232

Jumlah 2467027 2454289 2399373 2305125

Sumber BPS diolah

Serapan tenaga kerja yang cukup besar menjadikan sektor ini menjadi penyerap

tenaga kerja terbesar kedua setelah sektor Pertanian Perkebunan Kehutanan

Perburuan dan Perikanan

Nilai MRP dari sektor ini adalah 097 Nilai tersebut menunjukkan bahwa

pertumbuhan dari sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor tidak menonjol Hal ini tergambar dari kontribusi PDRB sektor terhadap

PDRB total selama 6 (enam) tahun yang berkutat di angka 14 persen Ke depannya

sektor ini diperkirakan akan tetap menajdi sektor unggulan tapi dengan pertumbuhan

yang stagnan atau cenderung menurun

62 SEKTOR POTENSIAL DAERAH

Tantangan pembangunan ekonomi daerah ke depan adalah mengupayakan

pengelolaan jalannya pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan efisien dengan

100

memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah termasuk sumber daya alam dan

sumber daya manusianya serta mengoptimalkan seluruh sumber-sumber dana untuk

membiayai pembangunan ekonomi daerahnya Untuk mengoptimalkan sumber daya yang

dimiliki daerah terlebih dahulu harus dikenali potensi ekonomi yang dimiliki

LQ dan MRP merupakan metode pengembangan dari Shift Share Pada LQ sektor

potensial adalah sektor yang memiliki nilai LQ gt 1 sementara pada MRP sektor yang

memiliki nilai gt 1 merupakan sektor yang menonjol Berdasarkan Tabel VI5 sektor

potensial pada Provinsi Kalimantan Barat didasarkan pada kedua kriteria tersebut

Terdapat 3 (tiga) sektor potensial berdasarkan kriteria di atas namun sektor Pengadaan

Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang dengan nilai Shift Share hanya Rp

7872 miliar tidak dapat dianggap sebagai sektor potensial karena nilai rupiah potensinya

tidak signifikan

Tabel VI5

Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat

No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)

LQ Time Series

MRP (RPs)

1 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

393865 175 118

2 Konstruksi 765004 117 101

Sumber BPS diolah

2a Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib menjadi

sektor potensial dapat dimengerti dengan besarnya jumlah Belanja Pemerintah

dibanding dengan PDRB Pada tahun 2019 Belanja Pemerintah bernilai 1412 persen

dari PDRB

Sektor ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan yang umumnya

dilakukan oleh administrasi pemerintahan seperti perundang-undangan dan

penerjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan administrasi program

berdasarkan peraturan perundangan-undangan kegiatan legislatif perpajakan

pertahanan negara keamanan dan keselamatan negara pelayanan imigrasi

hubungan luar negeri dan administrasi program pemerintah Sektor ini juga mencakup

kegiatan jaminan sosial wajib

Pada tahun 2019 sektor ini menyumbang Rp 1497 triliun atau 7 persen sebagai

penyumbang langsung terhadap PDRB Ini berarti dari total Rp 30 triliun belanja

101

pemerintah dan TKDD yang disalurkan pada Prov Kalbar sekitar 499 persen

diperuntukkan ke sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

Sektor ini dapat dikembangkan dengan memperbesar belanja Pemerintah pada

Provinsi Kalimantan Barat atau memperbesar porsi sektor ini dari belanja Pemerintah

yang sudah ada Namun dengan memperbesar belanja Pemerintah ada kekhawatiran

nantinya Provinsi Kalbar akan tergantung dan tidak dapat mencari alternatif lain

sebagai sumber pertumbuhan ekonomi

2b Sektor Konstruksi

Soepangat (199152) menyatakan bahwa peningkatan belanja modal yang

menyebabkan peningkatan penyediaan layanan barang dan jasa publik kepada

masyarakat akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sektor Konstruksi menjadi

satu-satunya sektor yang masuk dalam kategori unggulan dan potensial pada Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini menjadi menarik karena terpilihnya sektor Konstruksi pada

kedua kategori menandakan bahwa sektor ini kalau dalam product life cycle masih

dalam tahap growth (pertumbuhan) Sektor yang sedang berada pada tahap growth

merupakan sektor yang paling menarik karena sektor ini sudah mapan namun masih

dapat dikembangkan

Penetapan calon ibukota baru dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di

Provinsi Kalimantan Timur sedikit banyak mempengaruhi sektor konstruksi pada pulau

Kalimantan Dengan lokasi ibukota negara di pulau Kalimantan maka akan diperlukan

interkoneksi antar semua provinsi di Kalimantan untuk mendukung ibukota baru

Provinsi Kalimantan Barat sudah mulai mendapatkan proyek-proyek besar mulai

tahun 2018 Salah satunya adalah pembangunan pelabuhan Kijing yang akan diajdikan

gerbang utama ekspor dan impor dari Pulau Kalimantan Pelabuhan Kijing dibangun

dengan investasi Rp 14 triliun dan terkoneksi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

yang juga sedang dalam proses pembangunan Pembangunan kedua fasilitas ini

diharapkan akan mempercepat pertumbuhan perekonomian Provinsi Kalimantan

Barat

Pulau Kalimantan dapat dipastikan akan mengalami make over yang besar

Proses make over ini tentu menjadi peluang yang sangat besar bagi sektor Konstruksi

102

untuk berkembang dan dengan sendirinya akan memberi sumbangan yang besar

kepada PDRB

63 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH

Menurut Adam Smith bahwa dalam perekonomian segala sesuatunya akan berjalan

sendiri-sendiri menyesuaikan diri menuju kepada keseimbangan menurut mekanisme

pasar Tarik-menarik kekuatan dalam sistem perekonomian itu seperti dikendalikan oleh

ldquothe invisible handrdquo sehingga dengan demikian tidak memerlukan begitu banyak campur

tangan pemerintah

Dalam masa sekarang ini banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat semakin

majunya teknologi dan banyaknya penemu-penemu baru serta semakin terbukanya

perekonomian antar negara menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling terkait

dan berbenturan Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan dalam

mengatur jalannya sistem perekonomian karena tidak sepenuhnya semua bidang

perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta Dengan demikian dalam sistem

perekonomian modern peranan pemerintah dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu

1) Peranan Alokasi

Peranan alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal penyediaan

barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang umum atau

disebut juga barang publik Karena dalam sistem perekonomian suatu negara tidak

semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem pasar

Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang disebut barang

publik tadi

2) Peranan Distribusi

Peranan distribusi ini merupaka peranan pemerintah sebagai distribusi pendapatan dan

kekayaan Tidak mudah bagi pemerintah dalam menjalankan peranan ini karena

distribusi ini berkaitan erat dengan dengan masalah keadilan Kegiatan dalam

mengadakan redistribusi pendapatan atau mentransfer penghasilan ini memberikan

koreksi terhadap distribusi penghasilan yang ada dalam masyarakat

3) Peranan Stabilisasi

Kegiatan menstabilisasikan perekonomian yaitu dengan menggabungkan kebijakan-

kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan lain seperti kebijakan fiskal dan

perdagangan untuk meningkatkan atau mengurangi besarnya permintaan agregat

103

sehingga dapat mempertahankan full employment dan menghindari inflasi maupun

deflasi Peranan stabilisasi pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalam

menstabilkan perekonomian seperti terjadi deflasi inflasi penurunan

permintaanpenawaran suatu barang yang nantinya masalah-masalah tersebut akan

mengangkibatkan timbulnya masalah yang lain secara berturut-turut seperti

pengangguran stagflasi dan lain-lain

12 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat memegang tugas dalam ketiga peranan di atas Untuk sektor

unggulan tugas pemerintah adalah bagaimana mempertahankan keunggulan

sektor tersebut agar tetap sustain (berkelanjutan) dan untuk sektor potensial adalah

bagaimana untuk mematangkan sektor tersebut sehingga dapat menjadi sektor

unggulan

Pada sektor unggulan apabila melihat nilai MRP terdapat 3 (tiga) sektor yang

memiliki nilai lt 1 yaitu sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sektor Industri

Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor Ketiga sektor ini perlu perhatian yang lebih besar dari Pemerintah

Pusat

Langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemerintah Pusat untuk

mempertahankan keunggulan sektor-sektor ini adalah dengan mengalokasikan Rp

23063 miliar untuk Kementerian Pertanian di Kalbar dengan Rp 8529 miliar untuk

infrastruktur pendukung membangun pelabuhan Kijing untuk mempermudah

ekspor impor dan membuat aturan untuk membangun smelter alumunia di daerah

penghasil Selama ini bauksit dari Kalbar langsung diangkut ke tempat lain sehingga

dengan adanya smelter maka aka nada nilai tambah yang diterima oleh Kalbar

Tantangan bagi Pemerintah Pusat untuk mendukung sektor-sektor unggulan ini

agar tetap sustain adalah dengan menjaga harga produk unggulan dari sektor

pertanian kehutanan dan perikanan tetap stabil dan dapat menembus pasar

ekspor Untuk industri pengolahan adalah menjaga kondisi politik dan sosial

ekonomi tetap stabil sehingga iklim investasi terjaga

Untuk sektor Konstruksi Pemerintah Pusat pada tahun 2019 manggelontorkan

dana sebesar Rp 499 triliun untuk infrastuktur Pemerintah Pusat sepertinya akan

terus menambah investasi pada infrastruktur namun porsi dari APBN akan

dikurangi karena lebih difokuskan pada pengembangan kapasitas SDM Untuk

104

menutupi kekurangan akan dilaksnakan kerjasama dengan investor dari dalam

maupun luar negeri untuk mebangun infrastruktur di Kalimantan Barat

Tantangan pada sector konstruksi lebih kepada menjaga iklim investasi yang

mendukung Dengan prospek besar infrastruktur di Kalimantan Barat apabila iklim

investasi mendukung maka dengan para investor akan datang dengan sendirinya

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

masuk ke dalam sektor potensial merupakan buah simalakama Sektor ini

diharapkan akan berkembang namun secara teori Pemerintah akan berusaha

menurunkan anggaran pada sektor ini secara perlahan Penurunan ini dilakukan

karena sektor ini bukan sektor produktif yang dapat menggenjot perekonomian

dengan signifikan

13 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah merupakan lsquotuan rumahrdquo investor dari sektor-sektor yang

dibahas di atas Sebagai tuan rumah sudah selayaknya Pemda-Pemda di Kalbar

menggelar karpet merah bagi yang ingin berinvestasi pada sektor-sektor tersebut

Karpet merah dalam hal ini dapat berupa kemudahan mengurus perizinan

bagi perusahaan yang akan masuk baik di sektor-sektor unggulan maupun sektor-

sektor potensial Sampai saat ini Prov Kalbar masih menjadi primadona bagi

perusahaan yang akan membuka Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai daerah

dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit terluas ketiga setelah Riau dan

Sumatera Utara potensi lahan di Kalbar dapat melebihi luas pada kedua Provinsi

tersebut

Untuk sektor pertanian kehutanan dan perikanan tantangan Pemerintah

Daerah adalah bagaimana menyediakan pendanaan bagi petani kecil atau

kelompok-kelompok petani agar tidak lsquomatirdquo tertekan oleh perkebunan dengan

modal yang besar Sebagaian besar lahan perkebunan adalah milik perusahaan

pemerintah daerah harus dapat membuat kebijakan yang mengharuskan

perusahaan besar membantu petani kecil dalam mengolah kebunnya Peraturan

tentang hal tersebut memang sudah ada dalam Perkebunan Inti Rakyat namun

dalam eksekusinya tanpa diawasi dengan ketat oleh Pemerintah hal tersebut tidak

berjalan dengan baik

Sektor konstruksi tidak lepas dari belanja modala pada pemerintah Dengan

belanja modal yang hanya 1987 persen dari total belanja seluruh Pemda di Kalbar

maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah tidak memiliki pushing power

105

untuk menggenjot sektor konstruksi Pemerintah Daerah dapat menjalankan

perannya dengan menjaga situasi yang kondusif agar investasi masuk dan

melakukan kerjasama untuk melaksanakan kegiatan infrastruktur baik dengan

pihak badan usaha (KPBU) ataupun pemerintah asing (G to G)

Kerjasama Pemda dengan badan usaha (swasta) sudah dimulai oleh

Pemerintah Kota Singkawang dalam pembangunan Bandara Singkawang

Kebutuhan dana pembangunan sekitar Rp43 triliun dihasilkan dengan skema

kerjasama dengan swasta Hal ini dapat ditiru oleh Pemda yang lain dalam

menggenjot pembangunan di daerahnya

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

masih menjadi sektor yang menyedot anggaran terbesar Pemda di Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini terlihat dari proporsi Belanja Pegawai terhadap Total

Belanja Pemda-Pemda di Prov Kalbar yang rata-rata di atas angka 50 persen

Tantangan bagi Pemerintah daerah adalah bagaimana menurunkan persentase

tersebut

Persentase sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib dapat dikurangi dengan langkah mengurangi anggaran pada pos-pos

yang dianggap mubazir atau tidak efisien serta meningkatkan PAD melalui

sumber-sumber pendapatan lain Pengurangan anggaran pada sektor-sektor yang

tidak efisien sudah pernah dilakukan oleh Pemprov Kalbar pada tahun 2018

dengan memotong biaya perjalanan dinas sebesar Rp 200 miliar

14 Sinkronisasi Kebijakan Pusat ndash Daerah

Dalam mempertahankan sektor unggulan dan memacu sektor potensial

Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah memiliki kebijakan masing-masing yang

dituangkan dalam APBN maupun APBD Pada sektor potensial yaitu sektor

Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dan Sektor

Konstruksi diperoleh data realisasi belanja pada tahun 2019 sebagai berikut

Tabel VI5

Belanja Pada Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat

(miliar Rp)

Sektor Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

Layanan Umum 87675 782834

Infrastruktur 446283 498884

Data LRA Pemda dan MEBE

106

Belanja Pemerintah Pusat pada kedua sektor di atas terlihat saling

melengkapi Belanja Pemerintah Pusat pada sector Administrasi Pemerintahan

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib terlihat kecil karena jumlah pegawai

Pemerintah Pusat memang lebih sedikit dibanding gabungan jumlah pegawai

Pemerintah Daerah seluruh Kalimantan Barat sehingga belanja yang digunakan

jauh lebih sedikit dibandingkan belanja yang sama pada Pemerintah Daerah

Untuk belanja sektor Konstruksi jelas terlihat bagaimana Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah memiliki peran yang hampir seimbang dalam bentuk

uang Pemerintah Pusat fokus pada Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan

jalan nasional dengan realisasi sebesar Rp 1 triliun sementara Pemerintah

Daerah juga fokus pada belanja pengadaan jalan dengan realisasi Rp 139 triliun

Hal ini sesuai dengan salah satu permasalahan pada RPJMD Provinsi Kalimantan

Barat tahun 2019 yang berbunyi ldquoRentang kendali pemerintahan yang panjang

disebabkan belum optimalnya konektivitas dan aksesibilitas antar daerah di

wilayah Kalimantan Barat serta kuantitas dan kualitas infrastruktur wilayah yang

belum memadairdquo

Sinergi juga terlihat pada pembangunan beberapa fasilitas umum salah

satunya adalah pembangunan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Kota Singkawang

Dalam pendirian SPN ini Pemerintah Daerah menyediakan lahan sementara

Pemerintah Pusat menyediakan dana untuk pembangunan

Pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mempermudah

pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan yang murah Dalam prakteknya

KUR memiliki fokus kepada sektor produktif seperti sektor Pertanian Kehutanan

dan Perikanan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada Provinsi

Kalimantan Barat sebesar Rp 179 triliun pada 41778 UMKM

Dalam KUR Pemerintah Pusat berperan sebagai regulator dan pihak yang

memberikan subsidi bunga Dengan subsidi bunga maka pelaku UMKM hanya

membayar bunga 7 persentahun Pemerintah Daerah memiliki peran sebagai

penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima KUR Dengan sinergi ini

diharapkan semakin banyak muncuk UMKM penerima KUR yang berkembang

sehingga perekonomian Kalimantan Barat juga akan semakin meningkat

BAB VII

ANALISIS TEMATIK

Masjid Jamirsquo PontianakMasjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Masjid Jamirsquo merupakan masjid tertua di Kota Pontianak dan menjadi pertanda berdiirnya Kota Pontianak pada 1771 Masehi

107

I PENDAHULUAN

Stunting (anak kerdil) merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekuranga

gizi kronis dan infeksi berulang terutama dalam seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK)

sehingga anak lebih pendek untuk usianya (Kemenkes) Balita pendek (stunted) dan sangat

pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PBU) atau tinggi badan

(TBU) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre

Growth Reference Study) 2006 Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan

(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SDstandar deviasi

(stunted) dan kurang dari ndash 3SD (severely stunted) Dampak stunting antara lain dampak

prevalensi kesehatan dan ekonomi

Stunting di Provinsi Kalbar masih terbilang tinggi dan berada pada urutan ke-27 se-

nasional Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka

rata-rata 333 persen atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita stunting Dari 14

kabupatenkota se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka stunting

paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Ketapang dengan angka 427 persen

disusul Landak sebesar 420 persen dan Melawi 408 persen Diatas angka stunting nasional

308 persen Sementara itu untuk nasional pada tahun 2019 terjadi penurunan menjadi 2767

persen (berdasarkan Survei Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI)

Revalensi stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) berada di bawah

angka 20 dan pada Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash

2019 adalah 28

Tabel VII1

Tabel Pada Baduta Kabkota Provinsi kalimantan barat Tahun 2013 dan Tahun 2018

Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)

108

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan tabel sebesar 531 persen

selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi juga penurunan pada 10

(sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada Kabupaten Kubu Raya

yang berhasil menekan angka stunting hingga 1477 persen selama lima tahun terakhir hal

ini juga bias menggambarkan keberhasilan program pembangunan dan bidang perekonomian

di Kabupaten Kubu Raya

Namun stunting masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada

kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten

dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Melawi yaitu 1298 persen

Terkait dengan kesehatan anak tidak hanya stunting (pendek) namun juga permasalahan

yang meliputi underweight (gizi kurang) dan wasting (kurus) Gizi buruk dan gizi kurang di

Provinsi Kalbar juga tinggi kasusnya dan berada pada urutan ke-28 se-nasional Berdasarkan

data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka rata-rata 2383 persen

atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita permasalahan gizi Dari 14 kabupatenkota

se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka gizi buruk dan gizi kurang

paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Landak dengan angka 3147 persen

disusul Sambas sebesar 3124 persen dan Kayong Utara 2951 persen Jauh diatas angka

nasional 177 persen dan selama kurun waktu tahun 2013 sampai 2018 telah menurun 19

persen

Gizi buruk menyebabkan 109 Juta kematian anak balita didunia setiap tahun Menurut

MDGs 2015 masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang

antara 200-290 dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ge30 (WHO2010) dan pada

Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash 2019 adalah 17

Tabel VII2

Gizi buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Kabkota Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2013 dan Tahun 2018

Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan status gizi buruk dan gizi

kurang sebesar 267 persen selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi

penurunan pada 10 (sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada

109

Kabupaten Sintang yang berhasil menurunkan status gizi buruk dan gizi kurang hingga 2054

persen selama lima tahun terakhir

Namun satus gizi masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada

kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten

dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Landak yaitu 1497 persen

II Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting

Percepatan pencegahan stunting merupakan pendekatan program pertama yang dilakukan

dengan menyeluruh dan terintegrasi yang dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir yang

ditunjukkan oleh tingginya komitmen Presiden bersama Menteri dan Pimpinan Lembaga

hingga ke tingkat Gubernur BupatiWalikota dan Kepala DesaLurah

Dalam rangka memastikan konvergensi berbagai programkegiatan percepatan penurunan

stunting dilakukan maka acuan yang digunakan adalah dokumen Strategi Nasional

Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) yang diikuti oleh berbagai pedoman

operasional Di dalam Stranas Stunting juga diatur pendekatan multi sektor yang

melaksanakan percepatan penurunan stunting yang melibatkan sektor antara lain sektor

kesehatan pertanian pendidikan air minum dan sanitasi dan perlindungan sosial Untuk

mengimplementasikannya telah disusun berbagai pedoman operasional

Penanganan masalah stunting menjadi salah satu prioritas dalam rencana kerja

Pemerintah Provinsi Kalbar Caranya yakni dengan memperkuat sinergi antarsektor terkait

serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan sektor swasta

Revitalisasi posyandu dan revitalisasi desa siaga serta pembentukan pusat penanganan gizi

buruk di tiap kabupatenkota merupakan upaya konkret yang diharapkan dapat menurunkan

prevalensi stunting di Kalbar Peningkatan cakupan air bersih dan sanitasi lingkungan

merupakan intervensi sensitif yang sangat berpengaruh dalam menurunkan prevalensi

stunting

III Penanganan Stunting Oleh Pemerintah

III1 Belanja KL Dalam APBN

Dalam kaitannya dengan percepatan pencegahan stunting melalui belanja

KementerianLembaga (KL) telah dilakukan berbagai langkah dan kebijakan agar

pengelolaan program tersebut terarah dan terukur Pada proses perencanaan khususnya

terkait dengan identifikasi output yang terkait dengan stunting telah disusun pedoman

penandaan pemantauan dan evaluasi percepatan pencegahan stunting sebagai dasar bagi

KL dalam mengidentifikasi output yang berkontribusi kepada percepatan penurunan stunting

Selanjutnya dilakukan forum koordinasi yang melibatkan Direktorat Jenderal Anggaran

Kementerian Keuangan (DJA Kemenkeu) Kementerian Perencanaan Pembangunan

NasionalBadan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPNBappenas) dan

KL terkait secara berkala untuk mengkaji hasil penandaan tersebut sekaligus melakukan

penajaman hasil identifikasi pada level di bawah output atau dengan pembobotan Ringkasan

110

output KL yang telah disusun tersebut digunakan sebagai dasar acuan dalam pelaksanaan

pemantauan dan evaluasi program percepatan penurunan stunting

Dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat total alokasi dana yang dianggarkan kepada

Satker KL untuk penangangan stunting sebesar Rp14992 miliar dengan realisasi Rp14271

miliar (9519)

Tabel VII3

Belanja Penangan Stunting Satker KL Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Sumber Aplikasi MEBE (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi dana untuk penanganan stunting oleh KL

relative kecil yaitu hanya 357 dari total belanja satker yang terdapat alokasi untuk

penanaganan stunting atau hanya 099 dari total dana APBN Intervensi gizi spesifik hanya

dilakukan oleh satker Kementerian Kesehatan dengan alokasi dana sebesar Rp665 miliar

atau hanya sebesar 502 dari total alokasi dana Satker kementerian Kesehatan dengan

kinerja capaian output mencapai 7710

Secara nasional terdapat 20 (duapuluh) kementerianlembaga yang menganggarkan dana

penanganan stunting dengan alokasi dana Rp60 triliun atau 246 dari total APBN Indonesia

sementara itu untuk wilayah Kalbar hanya dianggarkan Rp14992 miliar untuk stunting atau

hanya 025 dari alokasi stunting nasional dan hanya 099 dari pagu total APBN di Kalbar

Kecilnya alokasi dana untuk penanganan stunting tersebut akan berpengaruh terhadap

keberhasilan upaya pencegahan stunting di Kalbar untuk itu diharapkan terjadi peningkatan

alokasi dana yang dianggarkan untuk penangnan stunting di Kalbar pada masa yang akan

datang mengingat kondisi Kalbar sebagai penderita terbanyak ke 27 secara nasional

Seperti pada lampiran III1 maka kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi

spesifik mencapai 7710 diantaranya adalah untuk Penyediaan Makanan Tambahan bagi

111

Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) capaian outputnya mencapai 100 serta kegiatan

Peningkatan Surveilans Gizi untuk 14 layanan dengan capaian output 100

Kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi sensitive mencapai 7813 yang

dialokasikan melalui 7 (tujuh) KL diantaranya adalah untuk Kampanye Hidup Sehat capaian

outputnya mencapai 100 kegiatan Bimbingan Perkawinan Pra Nikah dengan capaian output

97 serta Sistem Pengelolaan Air Limbah untuk 2980 kepala keluarga dengan capaian

output mencapai 100

Kinerja capaian output untuk kegiatan Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis

mencapai 8763 yang dialokasikan melalui 4 (empat) KL diantaranya adalah untuk Analisis

Ketersediaan Pangan Wilayah capaian outputnya mencapai 100 kegiatan Pelatihan

Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan untuk 390 orang dengan capaian output 96

serta PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat yang Terbit Tepat Waktu dengan

capaian output mencapai 100

Secara umum kinerja capaian output kebijakan terkait stunting tercapai Beberapa

permasalahan terkait dengan kebijakan terkait stunting antara lain kurangnya optimalisasi

sisa dana dan penumpukan realisasi di akhir tahun anggaran Yang perlu ditingkatkan adalah

pelaksanaan pencapaian target harus lebih disiplin sesuai dengan rencana penarikan dana

III2 Belanja Dana Desa Dan DAK Fisik

III 21 Dana Desa

Alokasi Dana Desa untuk Provinsi Kalbar Tahun 2019 adalah sebesar Rp1992 miliar yang

disalurkan kepada 2031 desa dengan realisasi sebesar Rp1987 miliar (9974) Intervensi

pencegahan stunting dilaksanakan secara terintegrasi hingga ke tingkat desa Desa-desa

yang memiliki resiko tinggi warganya mengalami stunting sudah barang tentu wajib

menganggarkan untuk menghindari resiko stunting pada warganya hal ini ditegaskan dalam

Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 tentang

Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan

Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi Dana Desa tidak melulu untuk

perbaikan sarana dan prasarana fisik namun sarpras non-fisik dan sosial kesehatan mutlak

perlu dikedepankan Bahkan penyaluran Dana Desa tahap III pada tahun 2020 mensyaratkan

untuk menyampaikan Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting

Penggunaan Dana Desa di Wilayah Kalbar juga telah mendukung program Konvergensi

Pencegahan Stunting diantaranya adalah melalui kegiatan intervensi gizi spesifik dengan

total alokasi adalah sebesar Rp104 miliar sangat kecil sekali yaitu hanya 052 dari total

realisasi penggunaan Dana Desa

Tabel VII4

Intervensi Gizi Spesifik Dana Desa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

112

Sumber omspan (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi Dana Desa yang dikhususkan untuk

Penyelenggaraan Kegiatan Pencegahan Stunting relative kecil hanya dialokasikan untuk 3

paket sebesar Rp84342500- hal ini perlu mendapatkan perhatian bersama untuk

peningkatan pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa sesuai dengan Pasal 6

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 dimana Desa yang

warganya berisiko tinggi mengalami stunting untuk mengalokasikan kegiatan pencegahan

stunting

Kebijakan pengalokasian Dana Desa Tahun 2021 hendaknya juga mendukung program

Konvergensi Pencegahan Stunting yaitu dimungkinkan untuk dilakukan perubahan formulasi

perhitungan besaran alokasi Dana Desa diusulkan untuk Alokasi Formula dimasukan

parameter perhitungan untuk jumlah penderita stunting dengan mendapatkan alokasi sebesar

20

Dana Desa juga dialokasikan untuk kegiatan Intervensi Gizi Sensitif seperti pada lampiran

III21 dengan alokasi sebesar Rp22960 miliar atau 1156 dari total realisasi Dana Desa

Beberapa capaian outputnya adalah Operasional PAUDTKTPATKATPQMadrasah Non-

Formal Milik Desa dengan alokasi Rp2361 miliar dengan output 27196367 Paket

Terselenggaranya Operasional Pos Kesehatan Desa (PKD)Polindes Milik Desa Lainnya

dengan alokasi Rp2350 miliar dengan output 31710863 paket serta Sambungan Air Bersih

ke Rumah Tangga (pipanisasi dll) yang mendapatkan alokasi sebesar Rp1140 miliar

dengan output 16424989 meter

Provinsi Kalbar dengan penderita stunting urutan ke 27 nasional maka diperlukan

penanganan melalui berbagai sumber pendanaan termasuk Dana Desa untuk itu diharapkan

instansi terkait di tingkat provinsi untuk memberikan arahan dan himbauan agar penggunaan

Dana Desa juga dialokasikan untuk pencegahan stunting khususnya untuk intervensi gizi

sensitive melalui alokasi pada Bidang Pemberdayaan masyarakat

Efektivitas pencapaian target capaian output Dana Desa diatas berdasarkan laporan

capaian output oleh Pemda terkait dimana upload capaian output baru mencapai 8545

diharapakan Pemda segera melakukan upload data capaian output sehingga bisa

menghasilkan analisis data yang lengkap

III 22 DAK Fisik

No URAIAN OUTPUT SATUAN REALISASI OUTPUT

1 Penyelenggaraan Posyandu (Kelas Ibu Hamil) 1787 ORANG 615076375 8700

2 Penyelenggaraan Posyandu (Makanan Tambahan) 20260 UNIT 9508583774 8200

3 Kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak kerdil (stunting) 3 PAKET 84342500 10000

4

Fasilitasi Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

dan Endemik 3 PAKET 84342500 10000

5 Penyelenggaraan kegiatan pencegahan stunting 3 PAKET 84342500 10000

6 Penanganan Stunting 2 PAKET 10000000 5000

7 Kampanye dan Promosi Hidup Sehat Guna Mencegah Penyakit Menular 1 PAKET 14001000 10000

10400688649TOTAL DANA DESA UNTUK INTERVENSI SPESIFIK

(Rupiah)

113

DAK Fisik Tahun 2019 sebagai salah satu sumber pendanaan untuk mendukung

konvergensi penanganan stunting di wilayah Provinsi Kalbar dialokasikan melalui DAK Fisik

Tematik tentang stunting melalui DAK Fisik Penugasan pada bidang Kesehatan Sanitasi Air

Minum dan Pendidikan dengan dijabarkan melalui kegiatan Intervensi Gizi Spesifik

Total alokasinya DAK Fisik Penugasan yang terkait dengan program pencegahan stunting

untuk wilayah Kalimantan Barat adalah sebesar Rp373508869032 dengan rincian

sebagaimana pada Lampiran III22 A

Dari lampiran III22A diketahui bahwa untuk penanganan stunting melalui Bidang

Pendidikan untuk pelaksanaanya dikoordinir oleh Provinsi sementara itu untuk lokasi sebaran

pagu ternyata tidak sesuai dengan jumlah penderita permasalahan gizi dan stunting dimana

alokasi pagu terbesar adalah untuk Kabupaten Sintang Sanggau dan Kota Pontianak

sedangkan berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 justru penderita terbanyak adalah

Kabupaten Ketapang Landak dan Melawi Hal ini perlu mendapatkan perhatian di dalam

penyusunan alokasi DAK Fisik penugasan hendaknya sebaran alokasi pagu diarahkan untuk

daerah dengan jumlah penderita stunting terbanyak

Beberapa kegiatan intervensi gizi spesifik DAK Fisik Penugasan seperti pada Lampiran

III22B khususnya melalui bidang kesehatan capaian outputnya 99 diantaranya adalah

penyediaan alat ukur demensi tubuh (antropometri) dan alat kesehatan puskesmas sebanyak

1162 paketunit dengan nilai Rp2177 Miliar Pencegahan stunting melalui intervensi gizi

sensitive dilaksanakan melalui bidang Pendidikan dengan capaian output 93 dan bidang

Sanitasi dan Air Minum Beberapa outputnya diantarnya adalah untuk penyediaan sarana dan

prasarana PAUD sebanyak 196 ruangpaket dengan realisasi sebesar Rp81 miliar serta

pembangunan system pengolahan air limbah domestic setempat dan terpusat 1315 unit

dengan realisasi Rp411 miliar

Realisasi DAK Fisik Penugasan mencapai 9513 tidak tercapainya realisasi maksimal

disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah keterlambatan pelaksanaan lelang dan

ketidaksesuaian antara nilai daftar kegiatan dengan realisasi nilai kontrak

III3 Belanja Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Alokasi penangan stunting dalam APBD Provinsi Kalbar secara agregat dialokasikan

sebesar Rp28646 miliar atau hanya 110 dibandingkan dengan total jumlah APBD tahun

2019 yaitu Rp26044 miliar

Seperti pada lampiran III3 maka dapat diketahui bahwa kelompok penangan stunting

intervensi gizi spesifik mendapatkan alokasi dana sebesar Rp2436 miliar atau hanya 009

jika dibandingkan dengan total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya adalah Program

Pencegahan Stunting sebesar Rp15 miliar dan yang terbesar adalah Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Menular dengan alokasi sebesar Rp1267 miliar

Kelompok penangan stunting intervensi gizi sensitive mendapatkan alokasi dana sebesar

Rp25904 miliar atau hanya 099 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya

114

adalah Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah sebesar Rp8998 miliar dan yang terkecil

Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dengan alokasi sebesar Rp125 juta

Kelompok kegiatan yang terkait pencegahan stunting mendapatkan alokasi dana sebesar

Rp306 miliar miliar atau hanya 001 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya

adalah Penyediaan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat Rp112 miliar dan yang

terbesar adalah kampanye Pencegahan Stunting dengan alokasi Rp120 juta

Beberapa kendala yang dihadapi Pemda terkait pelaksaan kebijakan stunting adalah

a Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan pemantauan pertumbuhan serta

perilaku baik yang masih rendah

b Terbatasnya akses (daya beli pengetahuan) atas pemberian makanan bergizi seimbang

untuk ibu hamil bayi dan balita yang masih rendah

c Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif yang belum optimal

d Suplementasi yang belum optimal seperti Konsumsi Tablet Tambah Darah pada ibu hamil

dan remaja Puteri

e Angka infeksi yang masih tinggi seperti cacingan diare dll baik pada balita dan ibu Hamil

f Kebersihan Lingkungan dan Akses Sanitasi yang masih belum baik

g Budaya di masyarakat dimana ibu hamil masih banyak pantangan makanan

h Tingkat soasial ekonomi masyarakat yang masih rendah

i Masih rendahnya tingkat kepedulian dan dukungan keluarga terhadap ibu hamil dan

tingkat pendidikan ibu yang masih rendah

Rekomendasi dalam upaya mengantisipasi kendala dalam pencapaian sasaran kebijakan

stunting antara lain

1 Peningkatan upaya dukungan lintas sektor dalam penanggulangan Stunting (Konvergensi

Stunting) dalam intervensi spesifik maupun sensitif

2 Peningkatan alokasi Dana Desa untuk Pelayanan Sosial dasar terkait 1000 Hari Pertama

Kehidupan

3 Peningkatan Upaya Strategi Perubahan Perilaku dalam penanggulangan stunting

4 Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamilbayi dan anak balita

melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan

5 Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan Buku KIA kelas Ibu

Posyandu dan pendampingan pada ibu hamil

6 Peningkatan akses terhadap makanan bergizi bagi balita dan ibu hamil melalui pemberian

PMT Pelatihan PMBA untuk Masyarakat Konseling Menyusui

7 Peningkatan Akses Air bersih dan Sanitasi lingkungan melalui Lima Pilar STBM

Dalam rangka keberhasilan penanganan stunting di Provinsi Kalbar diharapkan alokasi

dana melaui APBD ditingkatkan jumlahnya dengan tetap memperhatikan kemampuan

keuangan daerah setidaknya mengacu pada kebijakan nasional yakni sekitar 246 dari total

APBD

BAB VII

PENUTUP

Pantai Tanjung Belandang KetapangPemandangan khas dar i Pantai in i adalah jembatan kayu yang menjirok ke laut deratan gazebo berjejer rapih di sepanjang jembatan kayu tersebut

115

A KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan analisis di bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut

1 Kinerja ekonomi Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar 500 persen mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang

sebesar 506 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 502 persen

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan Asuransi

Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian

2 Laju pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat 2019 yang tertinggi adalah komponen Ekspor

Barang dan Jasa yaitu 1012 persen dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun

selanjutnya adalah Konsumsi LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan

jasa utamanya berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan

Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet

3 Struktur perekonomian yang menopang ekonomi Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor

lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen) industry

pengolahan (1634 persen) perdagangan besar-eceran serta reparasi mobil sepeda motor

(1430 persen) kontruksi (1244 persen) dan sisanya terbagi dari beberapa sektor lapangan

usaha antara lain Pertambangan transportasi pergudangan informasi jasa keuangan

real estate dan jasa lainnya

4 Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan

Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat pada tahun 2019 mencapai

sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25 triliun atau 1897 persen dibandingkan

dengan tahun 2018 Hal ini adanya tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan

berlanjut dimasa mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah

yang akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single

Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai

instansi terkait baik di pusat dan daerah

5 BI Rate Kalimantan Barat 2019 cenderung menurun dari level 600 persen Bulan Januari

hingga level 500 persen pada bulan Desember Tren menurunnya BI Rate tersebut

merupakan antisipasi terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami

penurunan dan juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi (Global Bank Sentral Amerika

Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang menahan suku bunga di level 15-175

116

6 Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif Inflasi

tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional

yang hanya mencapai 055 persen Tekanan inflasi ini terjadi seiring adanya aktivitas

pemilihan umum dan legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya

permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi

sepeda motor dan ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru

7 Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka Rp14313- per

US Dollar dan menunjukan perbaikan pad akhir tahun 2019 pada Rp13831- per US Dollar

Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank

Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)

yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara

maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara

emerging market termasuk Rupiah dan pengaruh melemahnya dolar AS terhadap semua

mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak menaikkan tingkat suku bunga

8 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo terjadi

peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun 2018

(berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional 7081

Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi

Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin

dan berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah

masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun

9 Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik apabila

dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan masih lebih baik dari

pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380) Ketimpangan pendapatan terjadi

karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan faktor produksi sehingga pihak-pihak yang

memiliki faktor produksi akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak

10 Investasi Pemerintah Pusat tahun 2019 melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)

berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM di Wilayah Provinsi Kalimantan

Barat telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 UMKMdebitur) jika dibandingkan

dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen

masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama sektor produksi yang hanya

mencapai 4124 persen yang ditargetkan sebesar 60 persen

11 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar

Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen hasil produk terutama mutu dan kualitas

produk belum bisa bersaing secara global dengan produk daerah lain

12 Penerimaan pajak dalam negeri tahun 2019 sebesar Rp667 triliun naik 26108 miliar atau

naik 407 persen dibanding penerimaan tahun 2018 Kontribusi terbesar dari penerimaan

117

pajak dalam negeri adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Rp32 triliun atau 48 persen

disusul Pajak Penghasilan (PPh) Rp307 triliun atau 46 persen

13 Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar meningkat

signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018 Dengan

perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288 miliar

atau 541 persen

14 Penerimaan PNBP tahun 2019 sebesar Rp82375 miliar mengalami penurunan sebesar Rp

3776 atau 43 persen dibandingkan penerimaan tahun 2018 Dengan komposisi

pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen dari total penerimaan PNBP

disusul pendapatan PNBP BLU sebesar 489 persen

15 Belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019 yaitu sebesar

Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar Rp1049

triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun Realisasi Belanja

pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer ke Daerah dan

dana desa terealisasi Rp2034 triliun

16 Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 terdapat penurunan angka stunting pada 10

KabupatenKota di Kalimantan Barat namun juga terjadi kenaikan angka stunting pada 4

(empat) Kabupaten

B REKOMENDASI

1 Pemerintah Daerah tetap mengupayakan peningkatan alokasi belanja pada jenis belanja

dan meningkat investasi pada sektor-sektor yang belum atau kurang memberikan kontribusi

terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat tahun 2019 terutama pada sektor

sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan

dan Penggalian yang mengalami penurunan pada periode ini secara umum capaian

pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat bisa dikatakan masih stagnan dan belum

memberikan kontribusi PDRB secara maksimal yang hanya sebesar 134 persen terhadap

pembentukan PDB nasional diharapkan untuk berikutnya lebih meningkat dibanding tahun

ini

2 Untuk mempertahankan sektor ekonomi unggulan dan mematangkan sektor ekonomi

potensial Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu berkolaborasi dalam membangun

infrastruktur pendukung maupun untuk mendatangkan investor yang mau berinvestasi pada

sektor-sektor tersebut Seperti pada pembangunan Pelabuhan Kijing di kabupaten

Mempawah Pemerintah Pusat menyiapkan dana pembangunan dengan menggandeng

investor sementara Pemerintah Daerah menyiapkan dana untuk pembebasan lahan

3 Pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa perlu dilakukan desa dengan

warga berisiko tinggi stunting agar mengalokasikan Dana Desa untuk kegiatan pencegahan

stunting Kebijakan pengalokasian Dana Desa tahun 2021 hendaknya mendukung program

118

konvergensi Pencegahan Stunting yang dapat diatambahkan pada perhitungan Alokasi

Formula dengan alokasi 20 persen

4 Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) agar terus melakukan upaya memitigasi risiko

terhadap kenaikan harga serta kelancaran distribusi pasokan bahan pangan adanya

kebijakan yang memacu peningkatan produksi bahan pangan dan mengajak para

pengusaha dalam menentukan harga dan perlu mempertimbangkan daya beli konsumen

Sedangkan untuk konsumen sendiri harus mampu mengatur nafsu konsumtif karena

Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan yang

harus diatur oleh pemerintah

5 Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing mengalami kenaikan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp14 triliun Hal ini terjadi tren positif terhadap

pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa mendatang dukungan Pemerintah

tetap melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single Submission

(OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai instansi terkait

baik dari pusat maupun daerah

6 Tren menurunnya BI Rate tersebut harus dijaga untuk mengantisipasi kondisi perekonomian

nasional yang masih mengalami penurunan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan

ekonomi Global Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor

eksternal tetap dijaga lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya masih sesuai

dengan target

7 Penguatan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)

yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara

maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara

emerging market termasuk Rupiah Kebijakan suku bunga Tanah Air harus tetap

dipertahankan agar imbal hasil aset keuangan Indonesia termasuk obligasi menjadi

menarik arus modal asing masuk ke Indonesia dan menambah pasokan valas di dalam

negeri

8 Indek Pembangunan Manuasia (IPM) Kalimantan Barat tahun 2018 termasuk kategori

sedang dan berada pada urutan ke-30 dari 34 Provinsi Walaupun terjadi kenaikan namun

capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi

target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin Peningkatan investasi dari

Pemerintah Pusat (APBN) yang berupa alokasi Dana Transfer khususnya DAK Fisik dan

Dana Desa serta investasi lainnya serta Pemerintah Daerah (APBD) diharapkan benar-

benar dapat digunakan pada sektor-sektor program pembangunan manusia yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat terutama mendongkrak

tingkat IPM yang terandah di Kalimantan Barat yang selama ini selalu ditempati oleh

Kabupaten Kayong Utara sebesar (6182) dan Kabupaten Sekadau (6369)-

119

9 Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar sasaran

dan tujuan program KUR maupun UMi dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran

KUR diarahkan lebih banyak di sektor produksi (non perdagangan) yaitu dengan target

minimal penyaluran sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan

skema KUR Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat

perkebunan rakyat dan peternakan rakyat harus benar-benar disaluran sesuai sasaran dan

lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada debitur dan membantu

mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada masyarakat sehingga dapat

mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha Mikro bahkan dapat meningkat ke

Mikro Kecil

10 Perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya identifikasi dan penggalian

potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian potensi pajak pengawasan

terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara Pemerintah Pusat maupun Daerah

DAFTAR PUSTAKA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan

Barat Tahun 2019

Rancangan Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

RISKESDAS_2018_ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

RISKESDAS_Provinsi Kalimantan Barat 2018_ Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia

Laporan Pemantauan Kinerja Anggaran dan Pembangunan Program Percepatan

Pencegahan dan Penurunan Stunting Kemenkeu Reupblik Indonesia

Lampiran IIA - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Spesifik

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan

Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian KEMENTERIAN KESEHATAN 0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

2080 Pembinaan Gizi Masyarakat 001 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 002 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus

003 Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita 005 Pembinaan dalam Peningkatan Status Gizi Masyarakat 006 Suplementasi Gizi Mikro 007 Pembinaan dalam Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat 008 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Papua dan Papua Barat 009 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus Papua dan Papua Barat 010 Penguatan intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita Papua dan Papua Barat 504 Peningkatan Surveilans Gizi

5832 Pembinaan Kesehatan Keluarga 001 Pembinaan Dalam Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 002 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Kunjungan Neonatal Pertama 004 Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah 005 Pembinaan Pencegahan stunting 018 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Antenatal

1172822000 100000000 368690000 1439729000 305522000 461512000 281222000 317124000 101785000

822627500 96493000 365973800 1414218600 296527000 372659700 266887500 316592900 101784900

7014

9649

9926

9823

9706 8075 9490 9983 100

4

14

14

14 1 1 1 1 5

4

14

14

14 1 1 1 1 5

100

100

100

100

100 100 100 100 100

0240508 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

2058 Pembinaan Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra 006 Layanan Imunisasi 010 Layanan Imunisasi di Papua dan Papua Barat

2059 Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria 008 Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan 011 Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua dan Papua Barat

2060 Pengendalian Penyakit Menular Langsung 506 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit ISP 511 Sarana dan Prasarana Penanggulangan TBC 512 Sarana dan Prasarana Penanggulangan HIVAIDS

251677000 513750000 1343486000

221591784 280311250 1234273000

8805

5456 9187

14

153 8

14

151 8

25

6 40

0240709 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

2065 Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 508 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Kesehatan Ibu dan Anak 509 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Penyakit Tropis Terabaikan 510 Paket Penyediaan Vaksin

Total Belanja Intervensi Spesifik

6657319000

5789940934

9045

212

210

7710

------

Lampiran IIB - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Sensitif

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN PERTANIAN

0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat

1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

102 Lumbung Pangan Masyarakat

1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

106 Kawasan Mandiri Pangan

1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

101 Pemberdayaan Pekarangan Pangan

106 Hasil Pengawasan keamanan dan mutu pangan Segar

558000000 5578500000 600000000

546884550 5543049050 582679900

9801

9936 9711

1

123 1

1

121 1

100

100 100

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

0190207 Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro

1835 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan

030 Pemenuhan gizi masyarakat melalui peningkatan konsumsi pangan olahan sehat

038 Komoditi yang diawasi Penerapan SNI Wajib Produk Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

0230509 Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat

2016 Penyediaan Layanan Paud

006 Lembaga PAUD Menyelenggarakan Holistik Integratif

5631 Penyediaan Layanan Pendidikan Keluarga

002 Lembaga Menyelenggarakan Pendidikan Keluarga untuk Intervensi Permasalahan Sosial Tertentu

KEMENTERIAN KESEHATAN

0240111 Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

5610 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan JKNKIS

501 Cakupan Penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui JKNKIS

0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

002 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media

004 Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam mendukung Program Kesehatan

006 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media di Papua dan Papua Barat

5834 Penyehatan Lingkungan

501 Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi Syarat

504 Pengawasan terhadap Sarana Air Minum

505 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan

2090 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan

506 Rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan sesuai standar

1492964000 464132000 163411000

1437830000 431244400 162715900

9631 9291

9957

3 1 1

3 1

1

100 100

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan

Pagu Realisasi Real

Target Capaian Capaian

2094 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan

508 Alat Kesehatan

KEMENTERIAN AGAMA

0250308 Program Bimbingan Masyarakat Islam

2104 Pengelolaan KUA dan Pembinaan Keluarga Sakinah

008 Bimbingan Perkawinan Pra Nikah

0250812 Program Bimbingan Masyarakat Buddha

2145 Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Budha

014 Pembinaan Keluarga Hittasukhaya

638510000 37020000

594062500 36455000

9304

9847

29 2

1

0

97

0

KEMENTERIAN SOSIAL

0270507 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial

2251 Jaminan Sosial Keluarga

001 Keluarga Miskin Yang Mendapat Bantuan Tunai Bersyarat

0270609 Program Penanganan Fakir Miskin

5873 Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan

003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

5874 Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

002 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

5875 Penanganan Fakir Miskin Pesisir Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara

003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

3124920000

3123021922

9994

1

1

100

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

0320608 Program Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan

2357 Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan

003 Promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri yang dilaksanakan (Gerakan memasyarakatkan makan ikanGemarikan)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan

004 Sistem Pengelolaan Air Limbah

2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

005 SPAM Terfasilitasi

007 Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan

008 SPAM Berbasis Masyarakat

009 Pembangunan SPAM di Kawasan Khusus

010 Pembangunan SPAM Regional

25491600000 19295520000 10141420000 62568089000

24467600000 17485637400 9125468000 60912361277

9598

9062 9025 9735

298

3

15 0

495

1 9 0

100

0 1 52

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Rea

l Target Capaian Capaia

n 0470107 Program Perlindungan Anak

2808 Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Kesejahteraan

003 Sosialisasi tentang ASI Eksklusif Gizi Seimbang Pembatasan Gula GaramLemak (GGL) Rokok dan

Kesehatan Reproduksi bagi Keluarga dan Anak sebagai 2P dalam Penurunan Stunting

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

0590709 Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik

4143 Penyediaan dan Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

001 Informasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

0630106 Program Pengawasan Obat dan Makanan

3165 Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai BesarBalai POM

088 KIE Obat dan Makanan Aman

4124 Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang

005 Pengawasan Produk Pangan Fortifikasi

960000000

950368050

9899

26

26

100

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

0680106 Program Kependudukan dan KB

3317 Pembinaan Keluarga Balita dan Anak

021 Keluarga yang mempunyai balita dan anak memahami pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak

3331 Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan KB Provinsi

081 Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK

085 Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu

910000000 1586543000

829384786 1573708244

9114 9919

16045 433

16045 433

100 100

Total Belanja Intervensi Sensitif

13361062900000 12780247097900

12780247097900

9614

658025

1110045

78125

------

Lampiran IIC - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

0100606 Program Bina Pembangunan Daerah

1252 Pembinaan Penyelenggaraan dan Pembangunan Urusan Pemerintahan Daerah III

001 Integrasi indikator Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah lingkup UPD III

003 Penerapan SPM bidang kesehatan sosial dan transtibumlinmas

004 Evaluasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Daerah

010 Monev terpadu Penerapan dan Pencapaian SPM di daerah lingkup UPD III

011 Advokasi penerapan kebijakan percepatan penurunan stunting 015 Peningkatan kinerja kabkota dalam implementasikonvergensi program penanganan penurunan

stunting (INEY)

0100810 Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

1269 Pembinaan Administrasi Pencatatan Sipil

006 Cakupan Anak yang Memiliki Akta Kelahiran

KEMENTERIAN PERTANIAN

0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat

1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

115 Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah

295000000

281904000

9556

4

4

100

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

0230101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

4079 Pengembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) di Asia Tenggara

001 Model Pengembangan dan Pembelajaran

0231613 Program Guru dan Tenaga Kependidikan

5636 Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Paud dan Dikmas

009 Rata - rata Nilai Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas

KEMENTERIAN KESEHATAN

0240101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan

2038 Pengelolaan Data dan Informasi

501 Pemetaan Keluarga Sehat

963 Layanan Data dan Informasi

0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

001 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

005 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Papua dan Papua Barat

007 Pembinaan KabKota dalam Pelaksanaan Penggerakkan Masyarakat di Posyandu

441040000 867300000

439188400 526100500

9958

6066

1 3

1

3

100

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan

2087 Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar

509 Pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

0241104 Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

2070 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat

504 Riset Penanggulangan Masalah Gizi

0241210 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Ppsdmk)

2076 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan

501 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan

505 Pelatihan Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan

2078 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan

501 Penugasan Tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) Minimal 5 Orang

502 Penugasan Tenaga Kesehatan Secara Individu

505 Penugasan tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) minimal 5 orang di Wilayah Papua dan Papua Barat

102534000 125563000 2026770000

100827500 118882000 1923153550

9836

9468 9489

95

93

100

95 95

KEMENTERIAN SOSIAL

0271104 Program Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan Sosial

2254 Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional (I-VI)

002 Pelatihan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) bagi Pendamping Program Bantuan Tunai Bersyarat

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan

003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM

668321000

668320150

9999

4

2

11

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

0360106 Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

2552 Koordinasi Kebijakan Penguatan Ketahan Gizi dan Kesehatan Lingkungan

001 Usulan Rekomendasi kebijakan bidang ketahanan gizi dan kesehatan ibu dan anak dan kesehatan lingkungan

BADAN PUSAT STATISTIK

0540106 Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik

2895 Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik Bps Provinsi

009 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat

2906 Penyediaan dan Pengembangan Statistik Kesejahteraan Rakyat

003 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat Yang Terbit Tepat Waktu

5125732000

5059724707

9871

30

2

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan

Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

0550106 Program Perencanaan Pembangunan Nasional

2937 Perencanaan Pembangunan Terkait Lingkup Kesehatan dan Gizi Masyarakat

608 Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Pembangunan

KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

0670306 Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masarakat Desa

5483 Peningkatan Pelayanan Sosial Dasar

008 Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam peningkatan akses pelayanan sosial dasar

011 Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

0800106 Program Penelitian Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir Isotop dan Radiasi

3446 Pengembangan Sains dan Teknologi Bahan Maju Dengan Iptek Nuklir

002 Data Riset Hasil Analisis dengan Menggunakan Teknik Nuklir

3449 Pengembangan Sains dan Teknologi Nuklir Terapan dan Revitalisasi Reaktor Riset

006 Dokumen Teknis Mikronutrisi Pada Pangan Anak Balita Di Daerah Malnutrisi

Total Belanja Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis 9652260000 9118100807

9280 137 105 87625

------

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

JALAN KS TUBUN NO 36 PONTIANAK 78121 TELEPON (0561) 733444 733466 FAKSIMILE (0561) 732029 LAMAN WWWDJPBKEMENKEUGOIDKANWILKALBARID

NOTA DINASNOMOR ND-143WPB172020

Yth Direktur Pelaksanaan AnggaranDari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi

Kalimantan BaratSifat SegeraLampiran 1(satu) berkasHal Pengantar Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019Tanggal 28 Februari 2020

Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

SE-61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas

Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema Analisis

Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 bersama ini kami sampaikan bersama ini kami

sampaikan Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Kajian ini

terdiri antara lain

1 Tinjauan dan Analisis APBN dan APBD tahun 2019 lingkup Provinsi Kalimantan Barat

Analisis yang dilakukan baik dari segi pendapatan maupun belanja serta dampaknya

terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dari indikator-indikator

seperti lndeks Pembangunan Manusia (IPM) Tingkat Kemiskinan dan Gini Ratio (tingkat

ketimpangan)

2 Untuk mengetahui sektor unggulan daerah dan pengembangan potensi tersebut digunakan

analisis metode Location Quotient (LQ) time series Dari analisis ini ditemukan sektor

unggulan di Provinsi Kalbar adalah bidang Pertanian Kehutanan dan Perikanan

3 Dalam KFR Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 ini terdapat analisis tematik dengan tema

Sinergi dan Konvergensi Program Penanganan Stunting di Daerah yaitu upaya pemerintah di

dalam melakukan pencegahan terhadap prevelensi stunting melalui belanja KL dalam APBN

belanja Dana Desa dan DAK Fisik serta melalui pendanaan Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD)

Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih

Ditandatangani secara elektronikBambang Hartono

  • KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
    • 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
    • 1COVER KFRpdf (p2)
    • Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
    • 3_Daftar isi_1pdf (p4)
    • 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
    • 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
    • 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
    • 10_Capaian Outputpdf (p10)
    • 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
    • 12_BAB I_COVERpdf (p12)
    • 13_BAB Ipdf (p13-21)
    • 14_BAB II_COVERpdf (p22)
    • 15_BAB IIpdf (p23-41)
    • 16_BAB III_COVERpdf (p42)
    • 17_BAB IIIpdf (p43-77)
    • 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
    • 18_Bab IVpdf (p79-97)
    • 19_BAB V_COVERpdf (p98)
    • 19_BAB Vpdf (p99-107)
    • 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
    • 24_BAB VIpdf (p109-124)
    • 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
    • 26_BAB VIIpdf (p126-133)
    • 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
    • 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
    • DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
      • 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
      • LAMPIRANpdf (p148-151)
      • KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
        • 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
        • 1COVER KFRpdf (p2)
        • Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
        • 3_Daftar isi_1pdf (p4)
        • 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
        • 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
        • 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
        • 10_Capaian Outputpdf (p10)
        • 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
        • 12_BAB I_COVERpdf (p12)
        • 13_BAB Ipdf (p13-21)
        • 14_BAB II_COVERpdf (p22)
        • 15_BAB IIpdf (p23-41)
        • 16_BAB III_COVERpdf (p42)
        • 17_BAB IIIpdf (p43-77)
        • 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
        • 18_Bab IVpdf (p79-97)
        • 19_BAB V_COVERpdf (p98)
        • 19_BAB Vpdf (p99-107)
        • 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
        • 24_BAB VIpdf (p109-124)
        • 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
        • 26_BAB VIIpdf (p126-133)
        • 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
        • 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
        • DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
          • 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
          • LAMPIRANpdf (p148-151)
Page 3: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan

iii

KATA PENGANTARii

DAFTAR ISIiii

RINGKASAN EKSEKUTIFv

DASHBOARD MAKRO-FISKAL REGIONALvii

BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH 7 11PENDAHULUAN1 12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

DAERAHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1 121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah1 122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah

Daerah 4 13 TANTANGAN DAERAH7

131 Tantangan Ekonomi Daerah 7 132 Tantangan Sosial Kependudukan 8 133 Tantangan Geografi Wilayah 9

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAlhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip10 21 INDIKATOR EKONOMI MAKRO

FUNDAMENTAL10 211 Produk Domestik Regional Bruto 11 212 Suku bunga18 213 Inflasi 19 214 Nilai tukar21

22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN11 221 Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)22 222 Tingkat Kemiskinan 24

iv

223 Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini)24

224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran 25

23 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip26

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT

REGIONAL 28

31 APBN TINGKAT PROVINSI28

32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL29

321 Penerimaan Perpajakan 29

322 Penerimaan Negara Bukan

Pajak 31

33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL 33

34 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 41

341 Dana Transfer Umum 41

342 Dana Transfer Khusus 42

343 Dana Desa45

344 Dana Insentif Daerah Otonomi Khusus dan Keistimewaan46

35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL 46

351 Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara) 46

352 Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD)46

353 SurplusDefisit46

36 PENGELOLAAN BLU PUSAT 47

37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT55

371 Penerusan pinjaman 55

372 Kredit program56

38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI

DAERAH 60

381 Mandatory Spending di Daerah60

382 Belanja Infrastruktur 60

BAB IV

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD63

41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) 63

42 PENDAPATAN DAERAH66

421 Dana TransferPerimbangan66

422 Pendapatan Asli Daerah68

423 Pendapatan LainLain70

43 BELANJA DAERAH70

44 PERKEMBANGAN BLU DAERAH71

45 SURPLUSDEFISIT APBD 72

46 PEMBIAYAAN 73

47 ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 74

471 Analisis Horizontal dan

Vertikalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip74

472Analisis Kapasitas Fiskal Daerahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip74

48 PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH 79

481 Belanja Daerah Sektor

Pendidikan 80

482 Belanja Daerah Sektor

Kesehatan 81

483 Belanja Infrastruktur Daerah 81

BAB V

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN ANGGARAN

KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)82

51LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN83

52PENDAPATAN KONSOLIDASIAN83

53BELANJA KONSOLIDASIAN85

54SURPLUSDEFISIT KONSOLIDASIAN88

55 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT 89

v

BAB VI

KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI

SERTA TANTANGAN

FISKAL REGIONAL 91

61SEKTOR UNGGULAN DAERAH93

62SEKTOR POTENSIAL DAERAH 99

63TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH102

BAB VII ANALISIS TEMATIK 110

BAB VIII PENUTUP helliphellip115

11KESIMPULAN115

12REKOMENDASI117

DAFTAR PUSTAKAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip120

iv

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kinerja pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) pada tahun 2019

tercatat sebesar 500 persen Angka ini menurun jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan

ekonomi tahun sebelumnya sebesar 506 persen PDRB mengalami peningkatan

pertumbuhan sebesar 943 persen Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp4188 juta

Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4

(empat) sektor lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen)

Industri Pengolahan (1634 persen) Perdagangan Besar-Eceran serta Reparasi Mobil-

Sepeda Motor(1430 persen) dan Konstruksi (1244 persen)

Inflasi tahunan Kalbar pada tahun 2019 sebesar 263 persen atau menurun dibanding

periode yang sama pada tahun 2018 yang mencapai 399 persen tetapi masih lebih rendah

jika dibandingkan dengan tingkat inflasi secara nasional yang mencapai 268 persen Inflasi

tertinggi terjadi pada bulan Juni 066 persen dan Kelompok transportasi komunikasi dan jasa

keuangan pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen Kenaikan pada

bulan-bulan tersebut disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok

makanan jadi minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan

legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya permintaan terhadap

makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan

ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar termasuk kategori sedang dan berada

di bawah angka IPM Nasional Menurut data Badan Pusat Statistik sampai dengan saat ini

IPM Kalbar meningkat dari 6626 di tahun 2017 menjadi 6698 di tahun 2018 Berbagai upaya

telah dilakukan pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat untuk memberikan kemudahan

akses bagi masyarakat agar dapat memperoleh layanan pendidikan dan kesehatan

diantaranya pembangunan infrastruktur jalan serta sarana pendidikan dan kesehatan sejalan

dengan kebijakan Pemerintah untuk membangun dari pinggiran dan memperkuat daerah dan

desa

Jumlah penduduk miskin di Kalbar pada bulan September 2019 tercatat sebanyak

370470 orang Jumlah ini lebih rendah dari periode yang sama tahun 2018 dimana penduduk

miskin mencapai 369730 orang

Gini Ratio (ketimpangan pemerataan pendapatan) Kalbar tahun 2019 sebesar 0318

atau meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 0325 Koefisien Gini

berfluktuatif dari tahun ketahun namun masih berada pada kisaran antara 03 hingga 04 dan

masih dibawah Koefisien Gini Nasional Hal ini menunjukkan distribusi pendapatan

masyarakat dalam kategori sedang dan walaupun masih terdapat ketimpangan distribusi

pendapatan

v

Angkatan kerja tahun 2019 mencapai 2479000 orang mengalami kenaikan sebesar

91000 orang dari tahun 2018 Dari jumlah angkatan kerja tersebut 9556 persen bekerja

sedangkan sisanya sebesar 444 persen menganggur

Program Kredit Program berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM

(KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar

Rp179834 miliar (41778 debitur) jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen dan penyaluran Program Ultra Mikro

(UMi) sebesar Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018

terjadi kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen Pemerintah sangat

memperhatikan dan mengharapkan adanya perkembangan usaha serta upaya peningkatan

pertumbuhan ekonomi di wilayah Kalimantan Barat

Realisasi penerimaan perpajakan di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728

triliun naik 68 persen jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya Penerimaan pajak

dalam negeri memberikan kontribusi Rp667 triliun atau 917 persen sedangkan penerimaan

pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar atau 83 persen Pajak

Pertambahan Penghasilan (PPh) merupakan penyumbang penerimaan yang terbesar yakni

Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak Pertambahan Nilai (PPn) yakni Rp307

triliun atau 46 persen Untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) selama tahun 2019

mencapai Rp82375 miliar turun Rp3776 miliar atau 438 persen dibanding penerimaan

tahun sebelumnya PNBP tersebut bersumber dari Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)

sebesar Rp42092 miliar dan PNBP lainnya Sebesar Rp40282 miliar

Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019

yaitu sebesar Rp3147 triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar

Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2098 triliun Realisasi

Belanja pemerintah pusat sebesar Rp96 triliun Sedangkan untuk Transfer ke Daerah dan

dana desa terealisasi Rp2034 triliun

Angka Pertumbuhan Ekonomidi Kalimantan Barat

Pertumbuhan Ekonomi

20172018

2019

Pagu dan Realisasi APBN 2019sd 31 Desember 2019

Pajak

PNBP

Belanja Modal

Belanja Bantuan Sosial

87

155

Realisasi

Pagu Realisasi

Rp837 T Rp729 T

Rp053 T Rp082 T

2017 2018 2019

517

500

505

510

515

520

000

506

500

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)di Kalimantan Barat

Indeks Pembangunan Manusia

20172018

2019

2017 2018 2019

6626

6600

6620

6640

6660

6680

000

6698

na

Angka Kemiskinandi Kalimantan Barat

Angka Kemiskinan

20172018

2019

2017 2018 2019

788

700

720

740

760

780

000

737

728

Angka Penganggurandi Kalimantan Barat

7000

800

Angka Pengangguran

20172018

2019

2017 2018 2019

436

400

410

420

430

440

000

426

445450

517

506

500

788

737

728

6626

6698

na

436

426

445

Gini Rasio Kalimantan Barat

03270318

2018

2019

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Gini Rasio Kalimantan Barat

Pendapatan

Belanja

93

97

Rp1049 T Rp971 T

Rp2098 T Rp2034 T

sd 31 Desember 2019

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Transfer

Belanja Operasi

Belanja Modal

108

101

Realisasi

Pagu Realisasi

Rp376 T Rp405T

Rp2072 T Rp2085T

Pendapatan

Belanja

95

96

Rp1691 T Rp1608 T

Rp52 T Rp498 T

Belanja Tak Terduga

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Pagu dan Realisasi APBD 2019

Belanja Transfer

Rp095 T Rp074T

Rp032 T Rp006T

Rp389 T Rp403T

19

104

78

Perkembangan Indikator Ekonomi

Capaian Program Prioritas Nasional (PN) Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019

Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan DasarPagu Realisasi

Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan KemaritimanPagu Realisasi

Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian Industri Pariwisata dan Jasa Produktif LainnyaPagu Realisasi

Pemantapan Ketahanan Energi Pangan dan Sumber Daya AirPagu Realisasi

Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan PemiluPagu Realisasi

85

73

95

86

89

Rp1741 M Rp1488 M

Rp230 M Rp167 M

Rp84 M Rp80 M

Rp336 M Rp289 M

Rp351 M Rp313 M

Realisasi Terhadap Pagu

Beberapa Pembangunan Hasil Dana APBN 2019 di Kalimantan Barat

Pembuatan Tempat Pembudidayaan Ikan Prodi Agrobisnis Perikanan Poltesa

Pembangunan Gedung Pembelajaran Terpadu MAN IC Sambas

Pembangunan Dermaga Speed Di Bungan Jaya

Pembangunan Infrastruktur Ekowisatadi Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun

Pengadaan dan pemasanganPenerangan Jalan Umum dengan solar cell

Pengadaan Benih Padi 445000 KgDistan TPH Prov Kalbar

Pembangun Terminal Barang Internasional Aruk Tahap III

Restorasi dan Penataan Kawasan Masjid Jami Beting Kota Pontianak

Pelapis Landasan PacuBandara Tebelian

Pembangunan Pasar Rakyat Tampun Juah Kab Sanggau

Pembangunan Jembatan Komposit 11 Meter (5 Unit) di Kab Kayong Utara

Pembangunan Konstruksi Pasar Rakyat Kyai Bandar Laut di Kab Ketapang

KPPN SINGKAWANG

KPPN PONTIANAK

KPPN PUTUSSIBAU

KPPN SANGGAU KPPN

SINTANG

KPPN KETAPANG

Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Nanga Era

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Sanggau

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Bengkayang

Revitalisasi Pasar Sukadana di Kab Kayong Utara

Realisasi Dana Desa

2017 2018 2019Realisasi Dana Desa

Pagu Realisasi

Rp1695 M Rp1693 M

Rp1616 M Rp1615 M20172018

Rp1992 M Rp1987 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

2000 M

1900 M

1800 M

1700 M

1600 M

1500 M

(Rp)

997998

999

2017 2018 2019Pagu DAK Fisik

Pagu Realisasi

Rp2457 M Rp2281 M

Rp2998 M Rp2794 M20172018

Rp2614 M Rp2447 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

3000 M

2800 M

2600 M

2400 M

2200 M

2000 M

(Rp)

931

928

999

936

Realisasi DAK Fisik

Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik

2017 2018 2019Pagu DAK Fisik

Pagu Realisasi

Rp2457 M Rp2281 M

Rp2998 M Rp2794 M20172018

Rp2614 M Rp2447 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

3000 M

2800 M

2600 M

2400 M

2200 M

2000 M

(Rp)

931

928

999

936

Realisasi DAK Fisik

Realisasi Kredit Ultra Mikro (UMi)

2017 2018 2019Jumlah Debitur

Debitur Realisasi

2124 Rp84 M

1913 Rp44 M20172018

Rp104 M2019

10 M

8 M

6 M

4 M

2 M

(Rp)

1913

2124

Realisasi UMi

2342

2737 12 M

Jumlah DebiturRealisasi UMi

Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)

2017 2018 2019

Debitur Realisasi

41511 Rp1615 M

34704 Rp1120 M20172018

44498 Rp1808 M2019

2000 M

1800 M

1600 M

1400 M

1200 M

(Rp)

34704

41511

44498

Jumlah DebiturRealisasi KUR

BAB I

SASARAN

PEMBANGUNAN

DAN TANTANGAN

DAERAH

Pulau Karimata Kayong UtaraMerupakan pulau dengan status Suaka Alam L a u t ( S A L ) y a n g m e n a w a r k a n p e s o n a ekosis tem terumbu karang hutan panta i hutan mangrove sampai dengan ekosistem perbukitan tinggi

1

11 PENDAHULUAN

Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di

daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata Oleh sebab itu untuk

mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur

pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian

anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD Sesuai dengan Undang-Undang

Keuangan Nomor 17 Tahun 2003 pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan

negara adalah Presiden sedangkan di daerah adalah GubernurBupatiWalikota oleh

karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah maka diperlukan sinergi

dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan

dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien

Selanjutnya kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran

pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan

daerah dalam memastikan efektifitasnya Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat

alokasi distribusi dan stabilisasi maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu

meningkatkan perbaikan dan kualitas indicator-indikator ekonomi makro dan

kesejahteraan di daerah Oleh karena itu kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari

perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan

Tidak terlepas dari hal tersebut maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi

perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan

terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi sosial-

kependudukan serta tantangan wilayahnya sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui

program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi

12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Masa jabatan Gubernur Kalimantan Barat periode 2018-2023 merupakan periode

lima tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kalimantan Barat Tahun 2005-2025 Dalam RPJPD dikemukakan bahwa visi

pembangunan jangka panjang Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2025 adalah

ldquoKalimantan Barat Bersatu dan Majurdquo

2

Visi misi dan arah pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJPD 2005-

2025 menjadi acuan dalam merumuskan visi pembangunan daerah tahun 2018ndash2023

yaitu ldquoTerwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Barat Melalui

Percepatan Pembangunan Infrastruktur Dan Perbaikan Tata Kelola

Pemerintahanrdquo Pada kepemimpinan 5 (lima) tahun mendatang percepatan

pembangunan infrastruktur akan menjadi fokus utama

Sementara itu misi pembangunan Provinsi Kalimantan Barat yang akan

dilaksanakan adalah sebagai berikut

1 Mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur

Percepatan pembangunan infrastruktur ini bertujuan untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah serta perbatasan Indeks infrastruktur

Kalimantan Barat direncanakan mencapai 5993 di Tahun 2019

Sasaran dari misi ini adalah peningkatan ketersediaan infrastruktur pasokan

tenaga listrik jaringan transportasi (yang meliputi pelayanan konektivitas dan

keselamatan) kapasitas dan kualitas jalan ataupun jembatan Pengelolaan

Sumber Daya Air kualitas infrastruktur permukiman perdesaan (sesuai dengan

Indeks Desa Membangun) maupun perkotaan ketaatan terhadap rencana tata

ruang meningkatnya Infrastruktur daerah serta perbatasan

2 Mewujudkan tata kelola pemerintahan berkualitas dengan prinsip-prinsip Good

Governance

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan

daerah dengan target Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai SAKIP Prov

Kalimantan Barat mencapai A pada tahun 2025

Hal ini ditunjukkan dengan sasaran peningkatan pada kualitas Kelitbangan

untuk mendukung kebijakan daerah Indeks Kepuasan Pelayanan DPRD

pelayanan umum pengelolaan administrasi keuangan dan aset di lingkungan

Sekretariat Daerah dan Rumah Jabatan kelembagaan perangkat daerah yang

tepat fungsi dan tepat ukuran penyelenggaraan ketatalaksanaan pemerintah

daerah penataan sistem manajemen SDM Aparatur berdasarkan merit system

Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Desa Pengelolaan Arsip Daerah pembinaan

dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah terselenggaranya Penataan

Daerah dan Pembinaan Wilayah terkoordinirnya dan tertatanya kegiatan

kerjasama dalam negeri dan luar negeri dalam menunjang pembangunan di

Provinsi Kalimantan Barat meningkatnya pengelolaan wilayah perbatasan

meningkatnya komunikasi kebijakan pembangunan daerah

3

3 Mewujudkan masyarakat yang sehat cerdas produktif dan inovatif

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dengan indikator sasaran

peningkatan IPM dari angka 6626 menjadi 672 di tahun 2019 Sasaran misi ini

adalah meningkatkan kualitas pendidikan kebudayaan dan literasi peningkatan

kualitas kesehatan meningkatkan kualitas pemuda meningkatakan capaian

indeks pembangunan gender dan Indeks pemberdayaan gender meningkatakan

perlindungan terhadap perempuan dan anak meningkatkan ketersediaan

keterjangkauan dan pemanfaatan pangan meningkatakan fasilitasi program KB

Keluarga Sejahtera dan Pengendalian Penduduk

4 Mewujudkan masyarakat sejahtera

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarat secara merata

mengurangi kemiskinan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi dari 506

ditargetkan 520 pada tahun 2019 dan jumlah desa mandiri dari 1 ditargetkan

mencapai 63 desa mandiri Selanjutnya tujuan lainnya adalah mengurangi

kemiskinan dan pengangguran dengan target menurunkan angka tingkat

penggangguran terbuka dari 413 menjadi 390 pada tahun 2019 Beberapa

sasarannya terkendalinya penyakit menular strategis zoonosis meningkatnya

produksi peternakan terwujudnya kedaulatan pangan sektor keluatan dan

perikanan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produksi perikanan

5 Mewujudkan masyarakat yang tertib

Hal ini bertujuan meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat

Sasaran dari misi ini adalah meningkatkan skor Indeks Demokrasi Aspek

Kebebasan Sipil dari 9715 menjadi 9735 di tahun 2019 penyelenggaraan

pelayanan Trantibumlinmas meningkatnya jumlah orang atau kelompok

masyarakat miskin yang memperoleh bantuan hukum litigasi dan non litigasi

meningkatnya upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam rangka pengurangan

risiko bencana meningkatkan penanganan kedaruratan dan pendistribusian

logistik pada daerah terkena bencana meningkatkan penanganan rehabilitasi dan

rekonstruksi pasca bencana

6 Mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan

target sasaran Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kalimantan Barat Tahun 2019

di angka 6620 Dengan sasaran lainnya menurunnya luas kerusakan Kawasan

hutan melalui rehabilitasi hutan dan layanan krisis dan ketaatan terhadap

pencana tata ruang meningkat

4

122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dijabarkan ke

dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan

pembangunan tahunan yang disusun berikut rancangan prioritas dan sasaran

pembangunan daerah

a Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Kondisi infrastruktur di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2018 apabila

dilihat dari Indeks Infrastruktur adalah sebesar 5661 Angka Indeks Infrastruktur

merupakan indeks yang menggambarkan kondisi infrastruktur di Kalimantan Barat

pada tahun 2018 yang meliputi variabel Jalan Kondisi Mantap Provinsi sebesar

4971 Irigasi Kondisi Mantap sebesar 4676 Rumah Tangga Bersanitasi

sebesar 4838 Rumah Tangga dengan Air Bersih sebesar 5520 dan Rasio

Elektrifikasi sebesar 83 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan

dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas

Perhubungan dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kalimantan Barat

Untuk tahun 2020 indeks infrastruktur Kalimantan Barat ditargetkan

meningkat menjadi 6300 yang tentunya merata di seluruh Kabupaten Kota di

Kalimantan Barat

Tabel I1

Target Indeks Infrastruktur Kalimantan Barat Tahun 2020 Indikator Kondisi

Awal (2018)

Taget

2019 2020

1 2 3 4

Persentase Panjang Jalan Provinsi Dalam Kondisi Mantap

4971 5668 6219

Rumah Tangga Sanitasi 4838 5188 5549

Persentase Akses Penduduk Air Minum

5520 5830 6120

Rasio Elektrifikasi 8300 8500 8700

Persentase Irigasi Provinsi dalam Kondisi Baik

4676 4778 4890

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tahun 2020 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMD Provinsi

Kalimantan Barat Tahun 2018 ndash 2023 dimana tahun 2020 ditetapkan sebagai

Tahap Percepatan (Pemerataan infrastruktur dasar dan aksesibilitas antar wilayah

dalam rangka percepatan mewujudkan desa mandiri) Pembangunan dalam tahap

kedua lebih diarahkan pada upaya peningkatan status desa menuju desa mandiri

Apalagi bila dikaitkan dengan target RPJMD yang menetapkan sasaran pada

pencapaian desa mandiri tahun 2023 kurang lebih 400 desa mandiri Oleh karena

itu salah satu pilihan strategi yang memiliki dampak bagi peningkatan status desa

5

mandiri diantaranya melalui Pemerataan infrastruktur dasar serta pemerataan

aksesibilitas antar wilayah

b Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah

Kualitas tata kelola pemerintahan daerah di Provinsi Kalimantan Barat yang

diukur melalui Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah berada pada kondisi baik dimana nilai Indeks Reformasi

Birokrasi berada pada nilai B Dan Nilai SAKIP berada pada predikat B dengan

nilai 6401 Untuk Kabupaten Kota di Kalimantan Barat dari 14 Kabupaten Kota

hanya 1 daerah yaitu Kota Pontianak yang sudah mendapatkan predikat BB pada

nilai SAKIP12 kabupaten dengan predikat B dan yang lainnya masih berada

pada predikat CC dan C pada tahun 2018

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa

Perangkat Daerah yaitu Biro Adminsitasi Pembangunan dan Pengadaan Barang

dan Jasa Biro Pengelolaan Aset Biro Hukum Biro Humas dan Protokol serta Biro

Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Barat Selain itu juga didukung

oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Kepegawaian Daerah

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Penelitian dan

Pengembangan Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Daerah Provinsi Kalimantan Barat

c Mewujudkan Masyarakat Sejahtera

Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan melalui beberapa

indikator yaitu

- Pertumbuhan Ekonomi tahun 2018 ada di angka 506 tahun 2019 535 dan

ditargetkan tumbuh 535 pada tahun 2020

- Penurunan Angka Kemiskinan sebelumnya 737 (2018) 692 (2019)

ditargetkan 643 pada tahun 2020

- Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka sebelumnya 413 (2018) 390

(2019) ditargetkan menurun 363 pada tahun 2020

- Gini Rasio Kalimantan Barat ditargetkan menjadi 032 pada tahun 2020

- Jumlah Desa Mandiri di Kalimantan Barat dari 1 (2018) 63 (2019 namun

tercapai 87) ditarget 159 desa pada tahun 2020

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa

Perangkat Daerah yaitu Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Dinas

Perkebunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pangan

Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Kehutanan Dinas Kelautan dan

Perikanan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pemuda Olahraga dan

6

Pariwisata Dinas Koperasi dan UKM Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintahan Desa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Sosial Pada tahun 2020

berikut target mewujudkan masyarakat sejahtera

Tabel I2

Target Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Tahun 2020

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tabel I3

Target Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kota Tahun 2020 No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 850 ndash 842 842 ndash 833

2 Bengkayang 742 ndash 738 738 ndash 736

3 Landak 1319-1212 1212-1202

4 Mempawah 584 ndash 582 582 ndash 581

5 Sanggau 457 ndash 455 455 ndash 451

6 Ketapang 1163-1093 1093-1084

7 Sintang 1027-1018 1018-1015

8 Kapuas Hulu 1001-938 938-931

9 Sekadau 647-640 640-638

10 Melawi 1277-1250 1250-1247

11 Kayong Utara 1006-986 986-983

12 Kubu Raya 540 ndash 522 522-518

13 Kota Pontianak 536-535 535-534

14 Kota Singkawang 578 ndash 535 535 ndash 531

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tabel I4

Target Tingkat Penganggauran Terbuka Kabupaten Kota Tahun 2020

No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 334 ndash 332 332 ndash 329

2 Bengkayang 240 ndash 238 238 ndash 235

3 Landak 229 ndash 226 226 ndash 224

4 Mempawah 617 ndash 615 615 ndash 543

5 Sanggau 247 ndash 243 243 ndash 239

No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 525 ndash 529 533 ndash 537

2 Bengkayang 584 ndash 602 610 ndash 620

3 Landak 525 ndash 529 530 ndash 533

4 Mempawah 521 ndash 529 535 ndash 537

5 Sanggau 471 ndash 492 509 ndash 513

6 Ketapang 741 ndash 761 771 ndash 781

7 Sintang 539 ndash 545 549 ndash 551

8 Kapuas Hulu 542 ndash 548 550 ndash 554

9 Sekadau 583 ndash 585 587 ndash 589

10 Melawi 488 ndash 497 501 ndash 506

11 Kayong Utara 545 ndash 550 551 ndash 553

12 Kubu Raya 673 ndash 683 690 ndash 696

13 Kota Pontianak 550 ndash 562 585 ndash 591

14 Kota Singkawang 576 ndash 600 615 ndash 623

7

6 Ketapang 323 ndash 321 321 ndash 319

7 Sintang 158 ndash 156 232 ndash 230

8 Kapuas Hulu 280 ndash 274 156 ndash 154

9 Sekadau 315 ndash 311 274 ndash 268

10 Melawi 39 ndash 392 311 ndash 307

11 Kayong Utara 393 ndash 392 392 ndash 391

12 Kubu Raya 656 ndash 643 643 ndash 629

13 Kota Pontianak 505 ndash 493 493 ndash 481

14 Kota Singkawang 542 ndash 535 535 ndash 528

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

d Mewujudkan Masyarakat yang Tertib

Misi ini bertujuan untuk meningkatkan ketentraman dan ketertiban

masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat Keberhasilan pencapaian misi ini

ditunjukan dengan indikator yaitu tidak adanya Konflik Sosial yang terjadi di

Kalimantan Barat dan meningkatnya indeks kebebasan sipil dari 9715 (2018)

menjadi 9735 (2019) sementara itu tahun 2020 ditargetkan mendapat 9755

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa Perangkat

Daerah yaitu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Satuan Polisi Pamong Praja

Biro Hukum Sekretariat Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Provinsi Kalimantan Barat

e Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Misi mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan bertujuan untuk

meningkatnya kualitas lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Barat

Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan indikator Indeks Kualitas

Lingkungan Hidup mencapai angka 6620 (2019) dan tahun 2020 ditargetkan

pada angka 6640 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh

beberapa Perangkat Daerah yaitu Dinas Perumahan Rakyat Kawasan

Permukiman dan Lingkungan Hidup Dinas Kehutanan dan Dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Barat

13 TANTANGAN DAERAH

131 Tantangan Ekonomi Daerah

Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan merupakan kekuatan utama

perekonomian di Kalimantan Barat PDRB sektor pertanian tumbuh 50 persen dan

memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan

Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019 Sektor Pertanian Kehutanan dan

Perikanan banyak disumbang oleh hasil Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan

Karet Sejalan dengan tersebut serapan tenaga kerja di Kalimantan Barat cukup

mencerminkan kesesuaian dengan struktur PDRB Lapangan usaha penyerap tenaga

kerja utama di Provinsi Kalimantan Barat adalah lapangan usaha pertanian Dengan

8

demikian upaya mempertahankan maupun meningkatkan kinerja lapangan usaha

pertanian di Kalimantan Barat perlu menjadi perhatian serius

Sementara itu terkait dengan ketenagakerjaaan Kalimantan Barat tahun 2019

jumlah penduduk pencari kerja meningkat sebesar 577 persen dibandingkan dengan

Agustus 2018 Meningkatnya jumlah pengangguran disebabkan adanya penurunan

penyerapan tenaga kerja pada beberapa lapangan usaha Dalam evaluasi RKPD

Tahun 2020 juga dicantumkan mengenai permasalahan tingginya angka

pengangguran di Kalimantan Barat sehingga perlu dilakukan langkah kongkrit dalam

upaya mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan kerja yang

berkualitas Selain itu permasalahan lainnya tenaga kerja belum terserap sesuai

pasar kerja dan belum terserap secara maksimal di berbagai sektor lapangan usaha

Dilihat dari segi pembiayaan pemerintah sudah meluncurkan Kredit Usaha

Rakyat (KUR) untuk mempermudah pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan

yang murah KUR ditargetkan secara nasional 60 persennya menyasar pada sektor

produktif Sehingga sesuai dengan sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan yang

menjadi kekuatan Kalimantan Barat Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada

Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp 179 Triliun Pemerintah Daerah perlu

menseriusi perannya sebagai penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima

KUR Harapannya UMKM dapat mendorong perekonomian Kalimantan Barat

Dari segi infrastruktur kondisi jalan Provinsi dari tahun 2013 hingga tahun 2017

dalam kondisi mantap terus mengalami perbaikan akan tetapi pada tahun 2018

persentase jalan provinsi dalam kondisi mantap mengalami penurunan menjadi

sebesar 4971 persen Sejalan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo pada tahun

2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur pembangunan jalan juga menjadi fokus

dari Pemerintah Dearah Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam

proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai

Jalur Transportasi bagi masyarakat dan kondisi jalan akan sangat berpengaruh

133 Tantangan Sosial Kependudukan

Berdasarkan data Agregat Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018 semester II berjumlah sekitar 5422814 jiwa 5148 persen atau 2791477

jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4852 persen atau 2631337 jiwa adalah

perempuan Dengan luas wilayah 147307 Km2 maka kepadatan penduduk

Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 37 jiwa km2

Berdasarkan kelompok umur sebesar 6980 persen atau sebanyak 3784929

jiwa merupakan kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun) Tingginya penduduk

usia produktif memberikan keuntungan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat

9

Sementara itu untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2018 yakni sebesar 2529

persen atau sebanyak 1371397 jiwa sedangkan untuk penduduk usia lanjut usia

(kelompok 65 tahun ke atas) sebesar 491 persen atau sebanyak 266488 jiwa

Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengetahui seberapa banyak

penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas Pendidikan sesuai

dengan jenjang pendidikannya Selama periode 2014-2018 APM SDMI telah berada

di atas angka 90 persen Hal ini menunjukkan sebesar 90 an persen penduduk

kelompok umur 7-12 tahun bersekolah dijenjang SD sementara APM SMPMTS masih

di angka 70 persen dan APM SMASMKMTS masih di bawah 70 persen Berdasarkan

Pendidikan Penduduk Provinsi Kalimantan Barat pada Semester I Tahun 2019

terdapat 146 juta belumtidak sekolah 804 ribu tamat SDSederajat 147 tamat

SDSederajat 700 ribu tamat SLTPSederajat 767 ribu tamat SLTASederajat 53 ribu

menempuh Pendidikan D1D2 53 ribu menempuh pendidikan akademiD3S Muda

133 ribu menempuh pendidikan D4S1 4 ribu menempuh Pendidikan S2 dan 444

menempuh Pendidikan S3

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh

Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Barat masih

terdapat 524 persen balita dengan status gizi buruk dan 1859 persen balita dengan

status gizi kurang Balita gizi buruk dan gizi kurang tersebar di 14 (empat belas)

kabupatenkota se-Kalimantan Barat Kabupaten Melawi merupakan Kabupaten

dengan persentase balita dengan status gizi buruk sebsar 869 persen Sedangkan

Kabupaten Sambas merupakan Kabupaten dengan persentase balita dengan status

gizi kurang terbesar yakni 2605 persen Jika dibandingkan hasil Riskesdas tahun

2013 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 telah mengalami

penurunan

133 Tantangan Geografi Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat merupakan Provinsi terluas ke-4 di Indonesia dengan

luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih luas dari seluruh pulau Jawa

Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (6302) dan areal

perkebunan mencapai 2469386 ha atau 1682 persen Sementara itu areal untuk

pemukiman hanya berkisar 035 persen

Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019

Dengan luas wilayah ini menjadi tantangan pemerintah membuka akses jalan antar daerah yang banyak terpisah oleh sungai dan hutan Pembangunan infrastruktur menjadi kunci utama Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai Jalur Transportasi bagi masyarakat

Danau Sentarum Kapuas HuluPada musim penghujan tiba Danau Sentarum akan tergenang air selama 6-14 meter Sementara itu pada musim kemarau 80 persen air danau akan mengering

BAB II

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

EKONOMI

REGIONAL

10

21 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL

211 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010 (ADHK) Provinsi

Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar Rp13712 triliun sedangkan berdasarkan

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai sebesar Rp21232 triliun dengan PDRB

per kapita mencapai sebesar Rp4188 juta Sementara itu PDB Indonesia tahun 2019

mencapai Rp158339 triliun dan kontribusi PDRB Provinsi Kalimantan Barat hanya

sebesar 134 persen terhadap pembentukan PDB nasional

Tabel II1

PDRB Atas Dasar Berlaku dan Harga Konstan Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (triliun rupiah)

No PDRB Tahun 2018 Total Tahun 2019 Total

I II III IV I II III IV

1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

4692 4643 4986 5095 19403 4689 5060 5452 5586 21232

2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan

3215 3136 3328 3385 13058 3376 3294 3491 3545 13712

3 Laju Pertumbuhan Kalbar

511 518 501 507 506 507 508 495 466 500

4 Laju Pertumbuhan Nasional

506 527 517 518 517 518 507 505 497 502

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

a Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019

mengalami perlambatan yaitu hanya 500 persen apabila dibandingkan dengan

tahun sebelumnya yaitu sebesar 506 persen dan lebih rendah jika dibandingkan

dengan kinerja perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 502 persen hal ini

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan

Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian

11

Grafik II1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

Sumber data BPS Kalbar 2019(diolah)

Tren pertumbuhan ekonomi per-triwulanan Kalimantan Barat tahun 2019

mengalami penurunan sejak triwulan II sebesar 508 persen menjadi 466 persen

pada triwulan IV hal ini dialami juga pertumbuhan ekonomi nasional yang

cenderung menurun sejak triwulan I sebesar 518 persen menjadi 497 persen

pada tiwulan IV Penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulanan tahun 2019

utamanya didorong oleh Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

sebesar 661 persen Real Estate sebesar 543 persen dan Jasa Perusahaan

sebesar 483 persen

b Nominal PDRB

PDRB Kalimantan Barat atas dasar harga yang berlaku tahun 2019 adalah

sebesar Rp21232 triliun atau naik 943 persen dibandingkan tahun sebelumnya

dimana pertumbuhan yang dominan adalah sektor pembentuk Jasa Lainnya

Industri Pengolahan dan Jasa Kesehatan dan Sosial sedangkan PDRB atas dasar

harga konstan tahun 2019 adalah sebesar Rp13712 triliun atau naik 501 persen

dibandingkan tahun 2018

1) PDRB Menurut Pengeluaran

Perkembangan PDRB dari menurut pengeluaran ADHK secara triwulanan

pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan pada triwulan III dan IV khusus

untuk triwulan IV dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seluruh komponen

terjadi peningkatan kecuali komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 869

persen dan komponen Pengeluaran Konsumsi LNRT sebesar 233 persen

12

Tabel II2

PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat atas dasar Harga Konstan (ADHK)

No Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)

I II III IV

1 Konsumsi Rumah Tangga 1794 1843 1813 1825

2 Konsumsi LNRT 041 043 043 042

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 345 355 386 469

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 968 997 1045 1087

5 Perubahan Inventori 090 (060) - 131

6 Ekspor 347 390 449 410

7 Impor 163 274 321 419

PDRB 3376 3294 3491 3545

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Laju pertumbuhan PDRB (ADHK) menurut pengeluaran selama tahun 2018

dan tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel II3

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran

No Komponen 2018 2019

(triliun Rp)

() (triliun Rp)

()

1 Konsumsi Rumah Tangga 6965 564 7275 496

2 Konsumsi LNPRT 156 968 169 886

3 Konsumsi Pemerintah 1490 382 1555 502

4 Modal Tetap Bruto 4041 282 4097 139

5 Perubahan Inventori 115 - 161 -

6 Ekspor Barang Jasa 1486 366 1596 1012

7 Impor Barang dan Jasa 1189 2864 1177 586

PDRB 13058 506 13712 500

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Kalimantan Barat 2019

yang tertinggi adalah komponen Ekspor Barang dan Jasa yaitu 1012 persen

dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun selanjutnya adalah Konsumsi

LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan jasa utamanya

berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan

Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet

Perkembangan PDRB menurut pengeluaran ADHB secara triwulanan

tahun 2019 cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya kecuali

komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 124 persen

13

Tabel II4

PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

` Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)

I II III IV

1 Konsumsi Rumah Tangga 2785 2847 2817 2824

2 Konsumsi LNRT 066 069 067 072

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

496 531 634 746

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1604 1634 1727 1851

5 Perubhan Inventori 166 (093) - 141

6 Ekspor 432 685 646 638

7 Impor 337 613 524 686

PDRB 4689 5060 5452 5586

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Distribusi PDRB (ADHB) menurut pengeluaran selama tahun 2018 dan

tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel I5

Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

No Komponen 2018 2019

(triliun Rp)

() (triliun Rp)

()

1 Konsumsi Rumah Tangga 10478 5436 11273 5321

2 Konsumsi LNPRT 233 122 274 129

3 Konsumsi Pemerintah 2259 1161 2407 1129

4 Modal Tetap Bruto 6312 3302 6816 3210

5 Perubahan Inventori 257 091 214 098

6 Ekspor Barang dan Jasa 1954 1009 2401 1185

7 (-) Impor Barang dan Jasa 2250 1101 2160 1111

PDRB 19403 10000 21232 10000

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

PDRB (ADHB) Kalbar tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar

Rp1829 triliun (943 persen) menjadi sebesar Rp21232 triliun dibandingkan

tahun 2018 Konsumsi rumah tangga memiliki porsi hingga 5321 persen

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3210 persen dan konsumsi

Pemerintah hanya sebesar 1129 persen Sebagai komponen utama PDRB

konsumsi rumah tangga meningkat sebesar Rp795 triliun (759 persen) seiring

dengan membaiknya tingkat pendapatan per kapita masyarakat Kalimantan

Barat meningkat menjadi sebesar 4188 juta atau 797 persen dari tahun yang

14

lalu namun tidak diikuti kontribusinya yang mengalami penurunan sebesar 115

persen

a) Konsumsi

Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar

2019 terhadap Laju pertumbuhan komponen Konsumsi Rumah Tangga

mengalami penurunan sebesar 068 persen dibandingkan tahun

sebelumnya walaupun dari segi nilai nominal ADHB terjadi peningkatan

sebesar Rp795 triliun atau 759 persen yang disebabkan oleh pergeseran

pola konsumsi masyarakat akibat perkembangan teknologi yakni

pergeseran jenis konsumsi masyarakat dari barang-barang konsumsi

(makanan minuman barang-barang lainnya) kepada kebutuhan lainnya

(jasa kesehatanpendidikanrekreasi)

Tabel I6

Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar 5438 5436 5321

2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 9651 10478 11273

3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 6590 6965 7275

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 456 564 496

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

b) Investasi

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMBT) kontribusinya terhadap PDRB

tahun 2019 adalah sebesar 3210 persen turun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yang sebesar 3302 sementara itu secara nominal berdasarkan

ADHB nilainya naik sebesar Rp504 miliar dan laju pertumbuhan

komponennya turun sebesar 143 persen dibandingkan dengan tahun 2018

Tabel I7

Pengaruh Komponen PMTB terhadap PDRB Kalimantan Barat 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 3371 3302 3210

2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 5982 6312 6816

3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 3930 4041 4097

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 233 282 139

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat

pada tahun 2019 mencapai sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25

15

triliun atau 1897 persen dibandingkan dengan tahun 2018 Realisasi

investasi PMDN dan PMA belum sesuai dengan target RPJMD Provinsi

Kalimantan Barat yang ditetapkan sebesar sebesar Rp1875 triliun

Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing

sebesar Rp799 triliun mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya Rp14 triliun sedangkan realisasi investasi PMDN sebesar

Rp769 triliun juga mengalami penurunan sebesar Rp11 triliun Hal ini terjadi

tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa

mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah yang

akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single

Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi

oleh berbagai instansi terkait baik di pusat dan daerah

Grafik II2

Perkembangan Investasi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

SumberBPMPTSP Prov Kalbar

c) Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah pada tahun 2019 memberikan kontribusi

terhadap perekonomian Kalimantan Barat sebesar 1129 persen menurun

dibanding tahun sebelumnya yakni 1161 persen dilihat secara nominal

mengalami kenaikan sebesar Rp148 triliun Laju pertumbuhan mengalami

peningkatan yaitu sebesar 502 persen kebijakan pemerintah pusat yang

cenderung meningkatkan Belanja Negara hingga sebesar Rp87030 miliar

sekitar 287 persen dan juga transfer ke daerah khususnya Dana Desa

sebesar Rp29671 sekitar 1750 persen maka Pemda diharapkan semakin

kreatif dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk pembangunan di

daerah dalam rangka stabilitas pertumbuhan ekonominya

Tabel I8

Pengaruh Komponen Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

16

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 116 1161 1129

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 2059 2259 2407

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1432 1490 1555

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 521 382 502

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

d) Ekspor dan Impor

Kontribusi ekspor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019

sebesar 1185 persen mengalami kenaikan 176 persen dibandingkan tahun

sebelumnya secara nominal terjadi kenaikan sebesar Rp447 triliun

termasuk laju pertumbuhan komponen ekspor juga mengalami kenaikan

sebesar 646 persen dibandingkan tahun 2018

Tabel I9

Pengaruh Komponen Ekspor Barang dan Jasa terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Kinerja ekspor Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai US$116866

juta mengalami kenaikan US$16770 juta dibandingkan dengan tahun 2018

peningkatan didukung oleh naiknya Komoditas ekspor Biji Kerak dan Abu

Logam sebesar US$17422 atau 7871 persen Lemak dan Minyak

HewanNabati sebesar US$5517 atau 7193 persen dan Karet dan Barang

dari karet US$3081 atau 5555 persen dan terjadi penurunan terhadap

volume dan nilai ekspor alumina serta minyak kelapa sawit atau CPO karena

adanya pembatasan dari Uni Eropa

Komoditas ekspor utama adalah Biji Kerak dan Abu Logam sebesar

US$42777 juta Bahan Kimia Anorganik mencapai US$37577 juta serta

Lemak dan Minyak HewanNabati mencapai US$13187 juta dengan negara

tujuan ekspor masih didominasi negara Asia dengan kontribusi sebesar

9642 persen yaitu Tiongkok sebesar US$49979 juta Malaysia sebesar

US$34262 dan India sebesar US$16908 juta

Kontribusi impor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019

sebesar 1111 persen mengalami kenaikan 010 persen dibandingkan tahun

No Komponen 2017 2018 2019

1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar () 796 1009 1185

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1599 1954 2401

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1434 1486 1596

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 4365 366 1012

17

sebelumnya secara nominal terjadi penurunan sebesar Rp090 triliun

demikian juga laju pertumbuhan komponen mengalami penurunan mencapai

586 persen atau 2278 persen dibandingkan tahun 2018 peningkatan

kebutuhan impor utamanya didukung oleh besarnya permintaan barang dan

bahan baku untuk mendukung kegiatan industri pengolahan

Tabel II10

Pengaruh Komponen Impor Barang dan Jasa terhadap PDRB

Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar ()

581 1101 1111

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1823 2250 2160

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1093 1189 1177

4 Laju Pertumbuhan Komponen () -197 2864 586

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Impor Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar US$48225 juta naik

US$1918 juta dibandingkan dengan tahun 2018 komoditas impor utama

adalah Bahan Bakar Mineral sebesar US$19848 juta Mesin-MesinPesawat

Mekanik sebesar US$13410 juta dan Mesin atau Peralatan Listrik sebesar

US$3071 juta Sebagian besar impor berasal dari negara Asia mencapai

9698 persen yaitu Malaysia sebesar US$19561 juta Tiongkok sebesar

US$19516 juta dan Singapura US$4474 juta

Perekonomian Kalimantan Barat selama tahun 2019 menunjukan

perkembangan walaupun tidak sebaik tahun sebelumnya dengan nilai

neraca perdagangan menunjukan surplus sebesar US$68641 juta masih

lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang mengalami surplus sebesar

US$53789

c PDRB per kapita

PDRB per kapita Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 (ADHB) mencapai

Rp4188 juta terjadi peningkatan sebesar 797 persen dibandingkan tahun 2018

namun masih jauh dibawah PDB per kapita nasional yaitu sebesar Rp5910 juta

Peningkatan PDRB per kapita tersebut ternyata belum dinikmati oleh seluruh

lapisan masyarakat karena masih terdapat beberapa masyarakat yang berada

dibawah garis kemiskinan hal ini ditunjukan oleh koefisien gini rasio Kalimantan

Barat 2019 sebesar 0318 yang menunjukan adanya ketimpangan pendapatan

atau kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat artinya pengeluaran

penduduk masih berada kategori ketimpangan yang sedang

18

Tabel II11

PDRB Per Kapita Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

PDRB Per Kapita Kalimantan Barat

Tahun 2017-2019

Uraian 2017 2018 2019

PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku

Nilai (Juta Rupiah) 3598 3879 4188

Nilai (US $) 268929 261953 296000

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 20189(diolah)

212 Suku Bunga

Berdasarkan sumber data Bank Indonesia periode Januari 2019 sd Mei 2019 BI Rate

berada pada level 600 persen kemudian bulan Juni sd September cenderung turun pada

level 575 ndash 525 persen selanjutnya pada bulan Oktober sd Desember 2019 meningkat

hingga level 500 persen Tren menurunnya BI Rate tersebut merupakan antisipasi

terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami penurunan dan sangat

dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Global

Grafik II3

BI Rate Tahun 2019

Sumber data BI 2019 (diolah)

Apabila dicermati bahwa kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal

perekonomian Indonesia merupakan dasar dalam mempertimbangkan penurunan suku

bunga kebijakan Penurunan ini sejalan dengan inflasi yang tetap rendah yaitu kisaran

263 persen dan tetap dapat menarik imbal hasil aset keuangan domestik Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut diantaranya

1 Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang diperkirakan

akan menahan suku bunga di level 15-175 hingga akhir tahun 2020 Hal ini di

19

dorong perekonomian AS masih tumbuh kuat berkisar 2 dengan inflasi 18 yang

artinya perekonomian AS masih ekspansif

2 Di sisi lain kesepakatan perang dagang antara AS dan China tekanan Brexit yang

menurun serta risiko geopolitik yang juga mereda turut memberikan pijakan bagi

bank-bank sentral untuk tidak mengubah arah kebijakan (stance) suku bunga

acuannya

3 Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor eksternal

yakni adanya kecenderungan bank-bank sentral menahan suku bunga acuan

lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya yang masih sesuai dengan

target

4 Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan perkiraan inflasi yang

terkendali dalam kisaran sasaran stabilitas eksternal yang terjaga serta upaya

untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah

perekonomian global yang melambat

5 Kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan terus

diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi

213 Inflasi

Secara umum laju inflasi Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 263 persen dibawah

laju inflasi nasional yaitu 268 persen laju inflasi tahun 2019 ini lebih rendah dibandingkan

dengan dua tahun sebelumnya yaitu 399 persen (tahun 2018) dan 383 persen (tahun

2017)

Grafik I4

Inflasi Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2017-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif

begitu pula inflasi nasional Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen

lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang hanya mencapai 055 persen

Tekanan inflasi ini terjadi adanya peningkatan pada kelompok bahan makanan yang

disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok makanan jadi

20

minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan legislative

yang dilakukan serempak pada tahun 2019 turut mendorong risiko tekanan pada

kelompok makanan Disisi lain Kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan

pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen atau terjadi kenaikan indeks

dari 13658 pada November 2019 menjadi 13829 pada Desember 2019 hal tersebut

dipengaruhi tingginya permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara

tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan ban luar mobil selama periode

Desember dan Tahun Baru pergerakan inflasi bulanan seperti pada tabel dibawah ini

Grafik I5

Laju Inflasi bulanan dan tahunan Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2018-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

Terkendalinya laju inflasi tidak terlepas dari keberadaan forum Tim Pengendalian

Inflasi Daerah (TPID) Kalbar yang dibentuk sebagai wadah koordinasi guna menjaga

kestabilan dan keterjangkauan harga di seluruh wilayah Provinsi Kalbar beberapa upaya

dalam mengendalikan inflasi di Kalimantan Barat antara lain

1 TIPD memfokuskan terutama memitigasi risiko kenaikan harga serta kelancaran

distribusi pasokan bahan pangan

2 Dalam rangka memitigasi risiko kenaikan harga serta distribusi pasokan bahan

pangan strategis tersebut adanya kebijakan yang memacu peningkatan produksi

bahan pangan dan menjaga kelancaran distribusi

3 Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan

komoditas harus diatur oleh pemerintah karena pada dasarnya inflasi sangat terkait

daya beli Daya beli akan membaik jika inflasi rendah dan stabil Daya beli ini juga

mencerminkan miskin tidaknya suatu masyarakat

4 Agar tingkat inflasi bisa dikendalikan mengajak para pengusaha dalam menentukan

harga perlu mempertimbangkan daya beli konsumen Sedangkan untuk konsumen

sendiri harus mampu mengatur tingkat konsumtif

21

214 Nilai Tukar

Menurut data Bank Indonesia (berdasarkan kurs akhir bulanan) nilai tukar Rupiah

terhadap Dolar AS bergerak melemah puncaknya pada bulan Mei 2019 dan selanjutnya

terjadi koreksi pada akhir tahun (Desember) berangsur-angsur kembali menunjukan

perbaikan

Grafik I6

Nilai Tukar US Dolar Terhadap Rupiah Tahun 2019

Sumber data BI 2019

Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka

Rp14313- per US Dollar dan menunjukan perbaikan sampai dengan bulan Juli hingga

menyentuh pada level Rp13956- per US Dollar namun kembali melemah pada Agustus

2019 pada level Rp14166- per US Dollar dan menguat pada akhir tahun 2019 pada

Rp13831- per US Dollar

Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank

Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral

Amerika) yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi

negara maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang

negara emerging market termasuk Rupiah dan disamping juga pengaruh melemahnya

dolar AS terhadap semua mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak

menaikkan tingkat suku bunga terdapat beberapa faktor yang mendorong pergerakan

nilai tukar menjadi stabil dan menguat antara lain

1 Kebijakan suku bunga Tanah Air sudah membuat imbal hasil aset keuangan

Indonesia termasuk obligasi menjadi menarik arus modal asing masuk ke Indonesia

dan menambah pasokan valas di dalam negeri

2 Tingkat kenaikan suku bunga di dunia khususnya di Amerika yang lebih rendah dari

yang diperkirakan

3 Defisit neraca perdagangan atau transaksi berjalan Indonesia yang lebih rendah

dari tahun lalu

22

4 Pasar semakin berkembang di mana saat ini terdapat pasar SWAP dan pasar

transaksi forward atau yang disebut domestic non delivery forward (DNDF)

sementara sebelumnya transaksi valas hanya di pasar tunai atau spot

22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN

221 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Human Development Index (HDI)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo

terjadi peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun

2018 (berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional

7081 Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni

sebesar 6720 poin

Dalam kurun waktu 2014-2018 angka IPM Kalbar mengalami tren perbaikan dan

berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah

masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun

Grafik II7

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2014 sd 2018

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

Rendahnya IPM Kalimantan Barat jika dibandingkan dengan IPM provinsi lain

karena keterbatasan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan

pendidikan dan pekerjaan

Tabel II12

Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2016 sd 2018

No Keterangan 2016 2017 2018

1 Angka harapan hidup (tahun) 6990 6992 7018

2 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 698 705 712

3 Pengeluaran per Kapita Rp (000) Disesuaikan 8348 8472 8860

4 IPM (indek) 6588 6626 6698

5 Peringkat IPM 29 30 30

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

23

Pembangunan Manusia Kalimantan Barat pada tahun 2018 terus mengalami

kemajuan hal ini disebabkan telah berhasil meningkatan 3 aspek esensial diantaranya

angka harapan hidup tumbuh sebesar 037 persen per tahun rata-rata lama sekolah

tumbuh sebesar 192 persen dan pengeluaran per kapita meningkat sebesar 185

persen Pada periode tahun 2018 terdapat 3 (tiga) kabkota dengan pembangunan

manusia yang paling cepat yaitu Kab Mempawah (141 persen) Kab Sintang (141

persen) dan Kab Kubu Raya (139 persen) hal tersebut didorong oleh meningkatnya

dimensi pendidikan di wilayah tersebut sebagaimana pada tabel berikut

Tabel II13

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalbar dan Kabupatenkota 2015-2018

No KabKota 2015 2016 2017 2018

1 Sambas 6414 6494 6592 6661

2 Bengkayang 6465 6545 6599 6685

3 Landak 6412 6458 6493 6545

4 Mempawah 6337 6384 6400 6490

5 Sanggau 6305 639 6461 6515

6 Ketapang 6403 6474 6571 6641

7 Sintang 6418 6478 6515 6607

8 Kapuas Hulu 6373 6383 6418 6503

9 Sekadau 6234 6252 6304 6369

10 Melawai 6378 6425 6443 6505

11 Kayong Utara 6009 6087 6152 6182

12 Kubu Raya 6502 6554 6631 6723

13 Kota Pontianak 7752 7763 7793 7856

14 Kota Singkawang 7003 701 7025 7108

15 KALIMANTAN BARAT 6559 6588 6626 6698

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 2019 BPS

Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengalokasikan Dana Transfer

khususnya DAK Fisik dan Dana Desa yang diharapkan penggunaan dan hasil program

pembangunannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat

222 Tingkat Kemiskinan

Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat mengalami fluktuatif baik dari sisi

jumlah maupun prsentasenya Selama tahun 2019 jumlah penduduk miskin telah

24

dapat ditekan cukup signifikan dari 378410 orang menjadi 370470 0rang

Penurunan terjadi pada penduduk miskin di pedesaan berkurang sebanyak 8580

orang sedangkan penduduk miskin di perkotaan bertambah sebanyak 640 orang

hal ini menunjukan kemampuan perekonomian masyarakat pedesaan mulai

membaik

Grafik II8

Jumlah Penduduk Miskin

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Adapun tingkat kemiskinan Kalimantan Barat bulan September 2019 sebesar

728 persen menurun jika dibandingkan dengan Maret 2019 sebesar 749 persen

namun masih di bawah tingkat kemiskinan nasional sebesar 922 persen

sebagaimana tabel berikut

Grafik II9

Tingkat Kemiskinan

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Garis kemiskinan Kalimantan Barat cenderung meningkat setiap periode pada

bulan September 2019 sebesar Rp452899 per kapitabulan meningkat Rp14344

dibandingkan bulan Maret 2019 sebesar Rp438555 Garis Kemiskinan Makanan

memiliki peranan 7765 persen sedangkan selebihnya 2235 persen adalah Garis

Kemiskinan Bukan Makanan Apabila dilihat secara regional Kalimantan Garis

Kemiskinan Kalbar adalah yang terendah dan belum beranjak dari tahun ketahun

yaitu hanya sebesar Rp452899- per kapitabulan dan yang tertinggi adalah

25

Kalimantan Utara sebesar Rp667833- perkapitabulan sementara itu nasional

adalah sebesar Rp440538- perkapitabulan

223 Ketimpangan (Gini Ratio)

Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik

apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan

masih lebih baik dari pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380)

Ketimpangan pendapatan terjadi karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan

faktor produksi sehingga pihak-pihak yang memiliki faktor produksi akan

memperoleh pendapatan yang lebih banyak

Grafik I10

Koefisien Gini Rasio Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Pemerintah memiliki peranan penting dalam melakukan distribusi pendapatan

melalui kebijakan fiskal Usaha yang dapat dilakukan adalah meratakan kepemilikan

faktor produksi dengan menetapkan pajak progresif atas pendapatan dan kekayaan

masyarakat berpenghasilan tinggi sedangkan masyarakat berpenghasilan rendah

dapat diberikan kredit lunak sebagai modal usaha dan peningkatan kualitas sumber

daya manusia melalui program pendidikan pelatihan dan peningkatan layanan

kesehatan

224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran

Angkatan kerja Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai 2479 ribu orang

meningkat 28 ribu orang dibandingkan tahun 2018 Dari jumlah tersebut 9556

persen bekerja sedangkan 444 persen menganggur Kenaikan angkatan kerja pada

tahun 2019 belum sepenuhnya terserap pada lapangan kerja yang tersedia

sebagaimana grafik berikut ini

Grafik I11 Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

26

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat 2018 BPS

23 EFFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN

REGIONAL

Pemda Provinsi Kalimantan Barat melalui RPJMD 2019 ndash 2023 yang dijabarkan

kedalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) telah menetapkan Kebijakan Pembangunan

Ekonomi Makro melalui penetapan serangkaian sasaran indikator makro pembangunan

perekonomian Kalimantan Barat

Prospek pembangunan ekonomi Kalimantan Barat diharapkan selalu mengalami

pertumbuhan dalam arti luas dan berkualitas yaitu

Persentase penduduk di atas 15 tahun yang bekerja menurut Status pekerjaan

didominasi status pekerjaan Utama sebagai BuruhKaryawanPegawai sebanyak

874357 orang atau 3691 persen selanjutnya berusaha sendiri sebanyak 518381

orang atau 2188 persen Pekerja Keluargatak dibayar sebanyak 391053 orang atau

1651 persen dan Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar sebanyak

387960 atau 1638 persen Status pekerjaan utama secara umum mengalami

perubahan jika dilihat kondisi bulan Agustus 2019 dari 7 (tujuh) Status terdapat 3

(tiga) mengalami peningkatan diantaranya yang tertinggi dalam penyerapan tenaga

kerja adalah melalui berusaha sendiri sebesar 1395 persen Pekerja bebas non

pertanian sebesar 945 persen dan Berusaha dibantu buruh tetap sebesar 604 persen

sementara itu yang mengalami penurunan adalah Berusaha dibantu Buruh Tidak

TetapBuruh tidak dibayar sebesar 691 persen Pekerja bebas pertanian sebesar 368

persen Pekerja Keluargatak dibayar sebesar 327 persen dan

BuruhKaryawanPegawai sebesar 080 persen

27

Tabel II14

Prosentase Penduduk gt 15 Tahun Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2019

No Status Pekerjaan Utama

Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan

()

2015 2016 2017 2018 2019

1 Berusaha Sendiri 477000 476969 482849 454906 518381 1395

2 Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar

402000 402219 363557 416748 387960 -691

3 Berusaha dibantu Buruh Tetap

97000 97192 63913 69429 73625 604

4 BuruhKaryawanPegawai 776000 776498 824430 881446 874357 -080

5 Pekerja Bebas Pertanian 132000 131695 167142 54279 52284 -368

6 Pekerja Bebas Non Pertanian

- - - 65798 71355 845

7 Pekerja Keluargatak Dibayar

403000 403250 401307 404275 391053 -327

Total 2288000 2287823 2303198 2346881 2369015 094

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Salah satu indikator penting dalam ketenagakerjaan adalah TPAK (Tingkat

Partisipasi Angkatan Keraj) Yaitu rasio dalam persen antara jumlah angkatan kerja

terhadap penduduk usia kerja (15 tahun) TPAK Kalimantan Barat periode Agustus

2019 sebesar 6830 persen dan jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6865

persen terjadi penurunan Indikator lain yang cukup penting adalah TPT (Tingkat

Pengangguran Terbuka) yaitu rasio dalam persen antara jumlah pengangguran

terhadap angkatan kerja Angka TPT Kalimantan Barat sebesar 445 persen atau

turun 019 persen terhadap periode Agustus 2018 sebesar 426 persen Kondisi ini

menunjukan ke arah perbaikan walaupun belum dapat mengimbangi peningkatan

jumlah penduduk usia kerja yang bukan merupakan angkatan kerja sebanyak 31000

orang disisi lain adanya kesempatan untuk melakukan pengembangan usaha sendiri

1) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong mengatasi kesenjangan seperti

kesenjangan antar wilayah (kabupatenkota) dan kesenjangan antar sektor

pembangunan

2) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong pengurangan Angka

Kemiskinan

3) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong membuka kesempatan kerja

sekaligus upaya Pengurangan Angka Pengangguran

28

Tabel II15

Perkembangan Capaian Indikator Sasaran Ekonomi Kalbar Tahun 2019

No INDIKATOR 2017 2018 2019

TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI

1 Angka Pertumbuhan Ekonomi ()

512 517 594 506 534 500

2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

6717 6626 6656 6698 6720 na

3 Angka Kemiskinan ()

800 788 672 737 751 728

4 Angka Pengangguran ()

463 436 341 426 419 445

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat Tahun 2019 dan BPS Kalbar (diolah)

a) Asumsi dasar penetapan sasaran pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada

tahun 2019 adalah peningkatan investasi sehingga sektor riil semakin tumbuh dan

berkembang termasuk peran pemerintah dalam mendorong Pembentukan Modal

tetap Bruto melalui pembangunan proyek infrastruktur dan selanjutnya adalah upaya

peningkatan berbagai komoditas utama ekspor menjadi fokus utama paska larangan

ekspor hasil tambang mentah selanjutnya pertumbuhan ekonomi ditargetkan

sebesar 534 persen

Berdasarkan data dari BPS bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat

tahun 2019 adalah sebesar 500 persen lebih rendah dari target yang ditetapkan

sebesar 534 persen capaian tahun ini sama dengan capaian tahun 2018 tidak

berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan Kondisi tersebut mengindikasikan

bahwa dalam menentukan target didalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) belum

sesuai asumsi dasar dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah

kemungkinan dari pergerakan ekspor komoditas utama Kalbar yaitu produk karet dan

CPO yang mengalami hambatan

b) Pencapaian sasaran indikator makro pembangunan perekonomian Kalimantan Barat

tahun 2019 secara umum belum mencapai target yang telah disepakati Hal ini perlu

menjadi perhatian Pemda Prov Kalbar dalam menentukan target pencapaian makro

ekonomi hendaknya berdasarkan pertimbangan yang realistis serta berupaya

menggali potensi ekonomi demi pencapaian target yang telah ditetapkan

Vihara SingkawangKo t a Se r i b u K l e n te n g m e r u pa k a n ju l u k a n Ko t a Singkawang Kota Singkawang menjadi salah satu d a e r a h y a n g b a n y a k d i d i a m i k e t u r u n a n e t n i s Tionghoa

BAB III

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

APBN TINGKAT

REGIONAL

28

31 APBN TINGKAT PROVINSI

Untuk mendukung tercapainya program pembangunan tahun 2019 Provinsi Kalimantan

Barat memperoleh alokasi belanja pemerintah pusat (KL) sebesar Rp1049 triliun dengan

realisasi Rp968 triliun Sedangkan alokasi belanja transfer ke daerah mencapai Rp2098

triliun dengan realisasi Rp2034 triliun

Tabel III1 Postur APBN di Kalbar Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)

Uraian Pagu Tahun 2018

Realisasi Tahun 2018

Pagu Tahun 2019

Realisasi Tahun 2019

Pendapatan Negara 808350 768292 89 890381 810926 1098

a Pendapatan Perpajakan 762842 682135 89 837405 728548 8700

- Pajak dalam negeri 730289 641160 88 783956 667813 8219

- Pajak perdagangan internasional

32553 40975 126 53449 60735 114

b PNBP 45508 86157 189 52976 82378 156

Belanja Negara 3073921 2965481 96 3147383 3002273 9537

Belanja Pemerintah Pusat 1113142 1036601 93 1049477 968007 9224

Transfer ke Daerah dan Dana Desa

1960779 1929626 98 2098406 2034266 9694

Sumber OMSPAN Monev Pa Mebe (diolah)

Dari data diatas dapat diketahui pendapatan negara terealisasi Rp810 triliun atau 109

persen dari target yang telah ditetapkan Realisasi tersebut meningkat 426 miliar atau 555

persen dibanding pendapatan tahun 2018 Penerimaan perpajakan masih menjadi sumber

utama pendapatan negara dengan kontribusi sebesar 82 persen Realisasi pendapatan

pajak tahun 2019 sebesar Rp728 triliun terdiri pajak dalam negeri sebesar Rp667 triliun dan

pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar

Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019

yaitu sebesar Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL)

sebesar Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun

Realisasi Belanja pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer

ke Daerah dan dana desa terealisasi Rp2034 triliun

29

32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Pendapatan pemerintah pusat yang dihimpun di Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari

penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

321 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi

Salah satu sumber penerimaan negara terbesar berasal dari penerimaan perpajakan

Penerimaan perpajakan adalah penerimaan negara yang terdiri atas pajak dalam negeri

dan pajak perdagangan internasional

Tabel III2 Penerimaan Pajak Dalam Negeri di Kalimantan Barat Tahun 2019 (dalam miliar)

SumberSPAN (diolah)

322 Penerimaan Perpajakan

Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa total realisasi penerimaan perpajakan

di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728 triliun naik 672 persen jika dibandingkan

dengan penerimaan tahun 2018 Dari total penerimaan perpajakan tahun 2019 tersebut

pajak dalam negeri memberikan kontribusi sebesar 9166 persen sedangkan pajak

perdagangan internasional sebesar 834 persen Untuk penerimaan Pajak Dalam Negeri

tahun 2019 sebesar Rp667 triliun mengalami kenaikan Rp26108 miliar atau 407 persen

jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya PPh merupakan penyumbang

penerimaan yang terbesar yakni Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak

Penghasilan (PPn) yakni Rp307 triliun atau 46 persen

Meskipun secara nominal terjadi peningkatan penerimaan pajak di Kalimantan Barat

namun ada beberapa hambatantantangan pencapaian target penerimaan antara lain

adanya ketentuan dibidang pertambangan tentang larangan ekspor mineral mentah

(miliar )No

Pendapatan Perpajakan Target Tahun

Realisasi 2018

Target Tahun Realisasi

2018 2019 Tahun 2019

Pajak Dalam Negeri 730289 641160 783956 667813

1 Pajak Penghasilan (PPh) 373769 302324 370451 320325

2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 328396 305118 376150 307117

3 Pajak Bumi Bangunan (PBB) 16606 25258 26445 30964

4 Pajak lainnya 10638 7423 9287 8403

5 Cukai 880 1037 1623 1001

Pajak Perdagangan Internasional 32553 40975 53448 60735

6 Bea Masuk 3289 3865 3263 3288

7 Bea Keluar 29264 37110 50186 57446

Total Perpajakan 762842 682135 837404 728548

30

sehingga berpengaruh terhadap omset perusahaan di bidang pertambangan dan sektor

pendukungnya penurunan harga sawit yang berpengaruh pada omset dan laba

perusahaan di sektor perkebunan dan industri pengolahan

Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar

meningkat signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018

Dengan perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288

miliar atau 541 persen Didalam pelaksanaan pengawasan kepabeanan cukai terdapat

isu strategis yakni adanya jalur tikus dan jalur gajah yang dijadikan jalur penyelundupan

barang impor di perbatasan Indonesia ndash Malaysia untuk itu perlu dipetakan ulang titik

rawan di perbatasan terutama yang melintasi perkebunan kelapa sawit dengan

melibatkan Kodam Tanjungpura pemilik lahan dan perusahaan kebun sawit

Jika diurai berdasarkan lokasi penerimaan pajak paling banyak disumbangkan oleh

Kota Pontianak sebagai pusat aktivitas perdagangan dan jasa dengan kontribusi

penerimaan sebesar 4270 persen dari total penerimaan pajak di Provinsi Kalimantan

kemudian Kab Ketapang yang didukung dengan keberadaan kawasan industri Ketapang

memberikan kontribusi penerimaan terbesar kedua sebesar 1171 persen Sedangkan

daerah dengan kontribusi penerimaan pajak terkecil adalah Kab Kayong Utara dengan

kontribusi sebesar 094 persen dari total realisasi tahun 2019

Grafik III1

Penerimaan Pajak KabKota 2019

Sumber Kanwil Pajak Prov Kalbar

Untuk melihat kinerja perpajakan selain dari total realisasi pajak juga dilhat dari

perkembangan PDRB daerah tersebut hal ini terwujud dalam tax ratio

00050000

100000150000200000250000300000350000

31

Tabel III3

Perkembangan Tax Ratio Prov Kalbar

Tahun PDRB ADHB Penerimaan Perpajakan Tax ratio

2017 17749365 587434 0033

2018 19419496 642197 0033

2019 21231843 666809 0031

Dari tabel diatas terlihat bahwa meskipun realisasi penerimaan pajak mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya namun tax ratio justru mengalami penurunan ini

terjadi karena rasio penerimaan pajak yang semakin kecil terhadap pertumbuhan PDRB

kalbar Untuk itu perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya

identifikasi dan penggalian potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian

potensi pajak pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara

Pemerintah Pusat maupun Daerah dan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan

adanya regulasi untuk melakukan Rekonsiliasi penerimaan pajak antara DJP dengan

pemerintah daerah

323 Penerimaan Negara Bukan Pajak

a Perkembangan PNBP per Jenis PNBP

Penerimaan PNBP berdasarkan jenis PNBP di wilayah Provinsi Kalimantan Barat

hanya terdiri atas PNBP lainnya dan PNBP BLU Tidak terdapat penerimaan PNBP dari

sumber daya alam (SDA) meskipun di wilayah Kalimantan Barat terdapat usaha

pertambangan hal ini dikarenakan penerimaan PNBP sumber daya alam merupakan

penerimaan terpusat dan langsung masuk ke Bagian Anggaran Bendahara Umum

Negara (99999)

Tabel III4

Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat tingkat di Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)

Penerimaan PNBP 2017 2018 2019

Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi

PNBP Lainnya 30108 55263 11727 38725 13991 42092

Pendapatan BLU 5336 6858 33781 47426 38885 40282

Pendapatan SDA - - - -

Bagian Pemerintah atas laba BUMN

- - - -

Jumlah PNBP Kalbar 35444 62121 45508 86151 52876 82375

Sumber SPAN (diolah)

Secara keseluruhan penerimaan PNBP selama tahun 2019 mengalami penurunan

dibandingkan dari tahun sebelumnya sebesar Rp3776 miliar atau 43 persen Komposisi

32

penerimaan PNBP terdiri Pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen

dari total penerimaan PNBP dan PNBP BLU sebesar 49 persen

b Perkembangan PNBP Fungsional

PNBP dapat dibedakan sesuai dengan fungsi KementerianLembaga yang disebut

dengan PNBP Fungsional PNBP Fungsional adalah penerimaan yang berasal dari

pungutan kementerian Negaralembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan

tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat

Tabel III5

Penerimaan PNBP Fungsional terbesar Provinsi Kalbar

URAIAN 2017 2018 2019

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Pendapatan Kepolisian 375 13146 359 14004 13532

Pendapatan jasa bandara kepelabuhan perkapalan amp kenavigasian

3554 3763 3717 5772 6090

Pendapatan pendidikan 12868 24636 4964 4990 5892

Sumber SPAN (diolah)

Tahun 2019 pendapatan PNBP Kepolisian merupakan penyumbang terbesar PNBP

fungsional di Kalimantan Barat sebesar Rp13532 miliar mengalami penurunan 337

persen dibanding tahun sebelumnya Sebagian besar pendapatan PNBP Kepolisian di

peroleh dari pendapatan BPKB pendapatan STNK pendapatan TNKB (Tanda

Kendaraan Bermotor) dan pendapatan SIM Pendapatan fungsional terbesar

selanjutnya adalah pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian yang

menyumbangkan penerimaan sebesar Rp6090 miliar meningkat sebesar 551 persen

dibanding penerimaan tahun sebelumnya Sebagian besar penerimaan PNBP

pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian diperoleh dari pendapatan

kepelabuhan yang menyumbang angka sebesar Rp3756 miliar atau 6167 persen

disusul pendapatan Navigasi sebesar Rp938 miliar atau 1541 persen pendapatan

Bandar Udara sebesar Rp741 miliar atau 1219 persen dan Pendapatan kepelautan

Rp653 miliar atau 1073 persen Pendapatan kepelabuhan berpotensi untuk meningkat

ditahun tahun selanjutnya dengan rencana pengembangan kapasitas pelabuhan

Pontianak yang di mulai dengan pembangunan pelabuhan (terminal) Kijing yang

berlokasi di wilayah Kabupaten Mempawah dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional

(PSN)

c Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional

33

Tabel III6

Rasio Pendapatan Perpajakan PNBP PAD terhadap PDRB di Kalbar

Tahun Perpajakan PNBP PAD PDRB Perpajakan PDRB

PNBPPDRB PADPDRB

2019 728548 82375 404671 21232 0041 00046 0022

2018 682135 86157 404753 19403 0035 00044 0020

2017 564801 62121 346442 17747 0031 00034 0019

Sumber SPAN (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ditahun 2019 penerimaan perpajakan

memberikan kontribusi sebesar 0041 terhadap pertumbuhan ekonomi regional di

Kalbar sedangkan PAD terhadap PDRB sebesar 0022 dan PNBP terhadap PDRB

sebesar 00046 Hal ini berarti penerimaan Perpajakan masih lebih dominan dalam

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Kalimantan

Barat dibandingkan dengan PAD maupun PNBP

33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Belanja pemerintah pusat adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pengeluaran pemerintah pusatBelanja pemerintah pusat meliputi belanja pemerintah pusat

menurut organisasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi dan belanja pemerintah pusat

menurut jenis belanja

Belanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus

fiskalSalah satunya yang populer pada saat krisis ekonomi adalah instrumen ekonomi

berupa stimulus fiskalSecara garis besar komposisi dari stimulus fiskal adalah berupa

pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increased spending)

1 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian

AnggaranKementerianLembaga

Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja yang dialokasikan

kepada kementerianlembaga dan bagian anggaran Bendahara Umum Negara alokasi

dan realisasi untuk tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel III7

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran

Di Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)

KementerianLembaga 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 019 019 034 034 100

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

8986 6776 6554 5939 91

34

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 063 058 053 053 100

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

1656 1489 2119 2066 97

BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1809 1688 1678 1631 97

BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

893 869 718 712 99

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2337 2269 2605 2507 96

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM 25996 20580 20724 14531 70

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

2267 2249 2447 2425 99

BADAN PUSAT STATISTIK 9929 9330 10042 9785 97

BADAN SAR NASIONAL 2596 2496 2095 2071 99

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 11733 107`09 10304 10023 97

KEMENTERIAN AGAMA 105528 99485 107273 104645 98

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANGBPN

22191 19497 26745 21446 96

KEMENTERIAN DALAM NEGERI 5305 5182 5575 5534 99

KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

11878 10018 7004 6701 96

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI

19760 19520 17892 1767 99

wKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 9912 8947 9082 873 96

KEMENTERIAN KESEHATAN 18912 15585 1327 1195 90

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 477 465 776 738 95

KEMENTERIAN KEUANGAN 19722 18340 18519 18265 99

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

786 762 82 796 97

KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH

414 411 318 314 99

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

21053 17521 29928 2792 93

KEMENTERIAN PARIWISATA 234 204 16 151 94

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

295402 270419 25507 206714 81

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

208 201 17 149 88

KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 419 382 336 286 85

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

9004 8609 9374 8904 85

KEMENTERIAN PERDAGANGAN 3793 3074 1384 1282 95

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

095 074 095 089 94

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 56637 52411 40961 40112 98

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 3156 2842 4913 4716 96

KEMENTERIAN PERTAHANAN 123999 121577 161533 157833 98

KEMENTERIAN PERTANIAN 45315 40040 23066 19721 85

35

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

67556 65360 78313 68767 88

KEMENTERIAN SOSIAL 1954 1944 1971 1952 99

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 123274 123185 117803 125376 106

KOMISI PEMILIHAN UMUM 61742 56110 37842 35936 95

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

683 661 744 739 99

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

2135 2060 2095 1894 90

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA

1380 1375 1352 1352 100

MAHKAMAH AGUNG 11837 11716 12511 1233 99

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

097 092 052 05 96

TOTAL BELANJA KL 1113142 1036601 1049477 968007 92

BENDAHARA UMUM NEGARA 415295 397582 460736 443502 92

TOTAL BELANJA KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510213 1411486 9346

Dibandingkan tahun 2018 terdapat penurunan pagu sebesar 12 untuk tahun 2018

dan terdapat penurunan realisasi sebesar 14 dibandingkan tahun 2018 Berdasarkan

tabel diatas Untuk Pagu Kementerian dan Lembaga Kementerian PUPR mendapat

alokasi pagu anggaran yang paling tinggi dengan persentase sebesar 2430 Hal ini

menunjukan di Provinsi Kalimantan Barat prioritas pembangunan masih dititik beratkan

pada sektor infrastruktur Dari dana APBN 2019 pada Provinsi Kalimantan Barat satuan

kerja (satker) di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)

belanja modal sebesar Rp 159 triliun Belanja modal pada satker lingkup Kementerian

PUPR tersebut memberikan kontribusi sebesar 6649 dari belanja modal yang dikelola

satuan kerja lainnya di wilayah pembayaran KPPN se-Kalbar Hal ini menunjukkan

perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang memberikan kontribusi

terhadap pertumbuhan perekonomian di Kalbar

Terdapat 10 KL yang memperoleh alokasi anggaran belanja terbesar dengan total

mencapai Rp878 triliun (5817) yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan

rakyat Kemenhan Polri Kemenag Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan

Tinggi Kementerian Perhubungan KPU Kementerian Agraria amp Tata Ruang

Kementerian Pertanian

36

Berikut ini adalah sepuluh kementerian dengan pagu terbesar

Tabel III8

Tingkat Penyerapan 10 KL Pagu Terbesar 2019 (miliar)

No Nama KL (BA) Pagu Realisasi

1 Kementerian PUPR (033) 255070 206714 8104

2 Kemenhan (012) 161533 157833 9771

3 Kepolisian RI (060) 117803 125376 10643

4 Kemenag (025) 107273 104645 9755

5 Kementerian Ristekdikti (042) 78313 68767 8781

6 Kementerian Perhubungan (022) 40961 40112 9793

7 KPU (076) 37842 35936 9496

8 Kementerian Lingkungan Hidup amp Kehutanan (029) 29928 27920 9329

9 Kementerian Agraria amp Tata Ruang (056) 26745 21446 8019

10 Kementerian Pertanian (018) 23066 19721 8550

Sumber MEBE (diolah)

Jika diperhatikan jumlah alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat di 10 KL

dengan pagu terbesar dimaksud mencapai lebih dari 58 terhadap semua pagu

anggaran KL Untuk itu capaian realisasinya tentu akan mempengaruhi keseluruhan

realisasi penyerapan KL yang ada di Kalbar sehingga perkembangan pelaksanaan

anggaran satker-satker 10 KL dengan pagu tertinggi tersebut harus memperoleh

pengawasan yang lebih intensif dari Kanwil DJPB

2 Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Fungsi

Belanja Pemerintah Pusat (KL) dan juga belanja DDDF terbagi menjadi 11 fungsi

yaitu Pelayanan Umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan

Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama

Pendidikan serta Perlindungan Sosial dengan perbandingan pagu dan realisasi dalam

tahun 2018 dan 2019 sebagai berikut

Tabel III9

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi (Miliar Rp)

NAMA FUNGSI Pagu 2018

Realisasi 2018

Pagu 2019

Realisasi 2019

PELAYANAN UMUM 541846 510882 557364 531175

EKONOMI 377115 340751 232428 203287

PENDIDIKAN 185385 175208 231675 203287

PERTAHANAN 123999 121578 161533 157833

KETERTIBAN DAN KEAMANAN 168413 166821 160188 167029

37

PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 50667 47185 72454 62653

LINGKUNGAN HIDUP 37100 33230 53964 46742

AGAMA 22238 17374 19467 18874

KESEHATAN 19263 18808 18897 17252

PERLINDUNGAN SOSIAL 2162 2145 2141 2101

PARIWISATA DAN BUDAYA 249 216 175 165 TOTAL 1528437 1434183 1510213 1414486

Sumber Monev PA diolah

Pada tahun 2018 dan juga 2019 alokasi anggaran didominasi oleh fungsi pelayanan

Umum Ekonomi dan Pendidikan Pengelompokan anggaran menurut Fungsi memiliki

pengertian perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan

dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional Pengelompokan ini juga

bertujuan untuk melihat besaran alokasi anggaran menurut organisasi

KementerianLembaga tugas-fungsi pemerintah dan belanja KementerianLembaga

termasuk menciptakan penganggaran yang lebih tepat sasaran Pada tahun 2019 alokasi

untuk fungsi pelayanan umum sebesar Rp557 triliun (36 persen) ekonomi sebesar

Rp232 triliun (15 persen) dan fungsi Pendidikan sebesar Rp231 triliun (15 persen) Hal

ini menunjukkan bahwa pelaksanaan APBN di Kalimantan Barat lebih terkonsentrasi pada

bidang pelayanan umum ekonomi dan pendidikan yang secara keseluruhan jumlah

alokasi ketiga fungsi tersebut sebesar Rp1021 triliun atau 68 persen

3 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja

Berdasarkan jenis belanja di provinsi Kalimantan Barat terdapat 6 alokasi anggaran

belanja TA 2019 yaitu Belanja Pegawai (51) Belanja Barang (52) Belanja Modal (53)

Belanja Bantuan Sosial (57) Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) Untuk

Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) baru ada pada tahun 2017 2018 dan

2019 Jenis belanja 63 dan 66 baru TA 2017 muncul dikarenakan pencairan Dana

Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa sekarang berada di KPPN daerah

Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan jenis belanja dalam tahun 2018 dan

2019 sebagai berikut

Tabel III10

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rp)

JENIS BELANJA Pagu 2018

Realisasi 2018

Pagu 2019

Realisasi 2019

51 Belanja Pegawai 338030 330072 362333 364892

52 Belanja Barang 438737 400168 445547 406066

335140 305146 240347 195755

57 Belanja Bantuan Sosial 1235 1215 1324 1294

Belanja KL 1113142 1036601 1049477 968007

63 Dana Alokasi Khusus Fisik 245710 228191 261479 244756

38

66 Dana Desa 169585 169391 199257 198746 Belanja KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510287 1411509

Sumber Monev PA diolah

Kenaikan pagu anggaran terjadi untuk jenis belanja Pegawai belanja Barang

belanja bantuan sosial belanja Dana Alokasi Khusus belanja dana desa Belanja Dana

Desa mendapatkan kenaikan paling terbesar yaitu 17 persen disusul belanja bantuan

sosial sebesar 72 persen belanja pegawai naik 72 persen dan belanja barang sebesar

16 persen Jenis Belanja modal mengalami penurunan sebesar 283 persen Selama

TA 2019 Belanja Pegawai telah terserap Rp364 triliun (10071) Belanja barang

terserap Rp406 triliun (9114) belanja modal terserap Rp195 triliun (8145) belanja

bantuan social terserap Rp1215 miliar (9773) dana alokasi fisik terserap Rp244 triliun

(9360) dan penyerapan anggaran dana desa sebesar Rp198 triliun (9974) hal ini

sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun dari pinggiran dengan

memperkuat daerah dan desa yang diharapkan akan berdampak langsung untuk

pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat Pada belanja modal

terdapat penyerapan paling terendah dibandingkan jenis belanja lain

Grafik III1

Perkembangan Pagu dan Realisasi Jenis Belanja Tahun 2019

Sumber Monev PA MEBE diolah

4 Analis belanja pemerintah pusat

Belanja pemerintah pusat

Perbandingan antara alokasi belanja untuk sektor konsumtif dan produktif Sektor

konsumtif merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai administrasi

dan kebutuhan birokrasi seperti gaji tunjangan honor belanja operasional kantor

pengadaan kendaraan dinas Sedangkan sektor produktif antara lain peningkatan mutu

jalan jaringan irigasi intensifikasi dan ektensifikasi pertanian pengadaan traktor untuk

masyarakat

000

5000

10000

15000

0

2000

4000

6000

57 52 53 51 63 66

Pagu Realisasi

39

Tabel III11

Proporsi jenis Belanja Terhadap Total Pagu

Jenis Belanja Pagu Belanja Bantuan Sosial 1324 0

Belanja Barang 445547 30

Belanja Pegawai 362333 24

Belanja Modal 240347 16

Dana Alokasi Khusus Fisik 261479 17

Dana Desa 199257 13

Terlihat dari tabel diatas bahwa belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai

sektor produktif yang diantaranya untuk belanja Modal Dak Fisik Dana Desa mencapai

Rp 7010 triliun atau 4642 persen sedangkan belanja administrasi dan kebutuhan

birokrasi sebesar Rp 809 triliun atau 5358 persen Untuk belanja produktif terbesar

terdapat pada belanja program pengelolaan Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa

sebesar Rp460 triliun Disusul program penyelenggaraan jalan sebesar Rp99873 miliar

program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman sebesar Rp4004

miliar dan program pengelolaan Sumber Daya air Rp19887 miliar Terlihat dari alokasi ini

prioritas pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat di fokuskan pada pembangunan

infrastruktur fisik hal ini sesuai dengan fungsi terbesar yakni Pelayanan Umum

34 TRANSFER KE DAERAH DAN DESA

Dana transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan DAK DAU DBH Dana

perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dan juga antar pemerintah daerah

Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa

Pada tahun 2018 alokasi dana transfer dan Dana Desa ke wilayah Provinsi Kalimantan

Barat sebesar Rp2098 triliun dan terealisasi Rp2033 triliun atau 9692 persen Pada tabel

hellip Disajikan perkembangan Realisasi Dana Transfer pada tahun 2018 dan 2019 untuk

Provinsi Kalimantan Barat

Tabel III12

Perkembangan Dana Perimbangan di Kalimantan Barat

Dana Transfer 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

DBH 74872 74746 102115 69872

DAU 1182060 1182060 1215163 1214704

DAK Fisik 245714 228931 261479 244748

DAK Non Fisik 274246 262035 307639 293909

40

DID 14300 12463 12753 12288

Dana Desa 169586 169391 199257 198745

1960778 1929626 2098406 2034266

Sumber simtrada (diolah)

Secara agregat Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa mengalami kenaikan Alokasi

Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Kalbar pada tahun 2019 sebesar Rp2098

triliun naik 702 persen dibandingkan tahun 2018 Terdapat peningkatan alokasi Dana Desa

Kalbar tahun 2019 sebesar atau Rp29671 miliar atau 1750 persen sejalan dengan

komitmen Pemerintah untuk meningkatkan program pembangunan Indonesia dari pinggiran

Alokasi Dana Desa tahun 2019 di Prov Kalbar sebesar Rp199 triliun yang terbagi untuk

2031 Desa

Terdapat 4 (empat) daerah dengan alokasi pagu dana desa diatas 200 miliar yakni Kab

Sintang Rp33848 miliar Kab Kapuas Hulu Rp26812 miliar Kab Ketapang Rp25583 miliar

dan Kab Sambas Rp20498 miliar Selanjutnya 8 (delapan) daerah lainnya mendapatkan

alokasi pagu dana desa dibawah 200 miliar dengan pagu dana desa terendah pada Kab

Kayong Utara sebesar Rp4868 miliar Alokasi dana desa tersebut diharapkan dapat

menggerakkan roda perekonomian di desa dan menekan kesenjangan pendapatan antara

Desa dan Per Kotaan

Grafik III2

Realisasi Dana Transfer amp Dana Desa KabKota di Kalbar

Sumber data simtrada (diolah)

Berdasarkan grafik III2 terlihat perbandingan realisasi dana transfer amp dana Desa per

Kab di Prov Kalbar Dari total alokasi dana transfer sebesar Rp2098 triliun telah terealisasi

sebesar 2033 triliun dengan realisasi terbesar oleh Pemda Prov Kalbar yakni Rp365 triliun

selanjutnya Kab Ketapang Rp203 triliun dan yang terkecil adalah Kota Singkawang

Rp66459 miliar

Untuk menilai tingkat kemandirian daerah dilakukan dengan cara membandingkan Rasio

PAD dengan Rasio dana transfer Apabila rasio PAD lebih besar dari pada rasio dana transfer

000

500

1000

1500

2000

00050000

100000150000200000250000300000350000400000

41

berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin besar rasio dana transfer berarti tingkat

ketergantungan semakin tinggi

Tabel III13

Rasio Kemandirian Daerah Tahun 2019

Daerah Dana Transfer

PAD Pendapatan APBD

Ratio Dana Transfer thd Pendapatan

APBD

Ratio PAD thd

Pendapatan APBD

Prov Kalbar 365337 23016 595497 3870 61

Ketapang 203045 12753 215798 590 94

Sintang 165917 1721 183127 940 91

Kapuas Hulu 166837 7998 174835 460 95

Sambas 151612 14885 166497 890 91

Sanggau 141399 10287 151686 680 93

Kubu Raya 123841 14675 138516 1060 89

Landak 117304 9284 126588 730 93

Pontianak 100659 47879 148538 3220 68

Melawi 105563 4058 109621 370 96

Mempawah 85957 8757 94714 920 91

Bengkayang 96974 3025 99999 300 97

Sekadau 73392 4535 77927 580 94

Kayong Utara 69504 2533 72037 350 96

Singkawang 66459 1663 83089 2000 80

sumber data LRA Pemda simtrada (diolah)

Dilihat dari rasio Pendapatan Asli Daerah dan Transfer ke Daerah terhadap Pendapatan

APBD dapat dilihat bahwa daerah di wilayah Kalimantan Barat Rasio dana transfer lebih

besar dari pada rasio PAD yang berarti memiliki ketergantungan yang relatif tinggi tehadap

transfer dari Pemerintah Pusat

341 Dana Transfer Umum

a Dana Alokasi Umum

Grafik III3

Realisasi DAU Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan Barat

Sumber data simtrada

00050000

100000150000200000

2018 2019

42

Total realisasi DAU di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp1214 triliun naik 276 persen

dibanding realisasi DAU tahun sebelumnya Dari realisasi DAU tahun 2019 tersebut empat

pemerintah daerah yang realisasi DAU terbesar yaitu Pemprov Kalimantan Barat sebesar

Rp175 triliun diikuti Kabupaten Ketapang sebesar Rp114 triliun Kabupaten Kapuas Hulu

Rp99768 miliar dan Kabupaten Sintang Rp93421 miliar

b Dana bagi Hasil Grafik III4

Realisasi DBH Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan barat

Total realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) tahun 2019 sebesar Rp69872 miliar naik 592 persen

jika dibandingkan dengan alokasi DBH tahun sebelumnya Empat daerah dengan realisasi

DBH terbesar yakni Pemrov Kalimantan Barat sebesar Rp18663 miliar diikuti Kabupaten

Ketapang Rp10844 miliar Kabupaten Sanggau Rp8321 miliar dan Kota Pontianak Rp3910

miliar Kabupaten dengan realisasi DBH terkecil adalah Kota singkawang sebesar Rp1428

miliar Ketapang sebagai Daerah Tingkat II dengan realisasi DBH terbesar merupakan daerah

yang memiliki tambang bauksit dan tambang emas Demikian juga Kabupaten Sanggau

merupakan daerah yang memiliki hasil tambang Bauksit yang nantinya diolah menjadi alumina

(bahan pembuat alumunium) Sedangkan Kota Pontianak merupakan pusat perekonomian

yang memiliki penerimaan pajak PPh terbesar

342 Dana Transfer Khusus

a Dana alokasi Khusus (DAK) Fisik Total DAK Fisik yang dialokasikan pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami

peningkatan sebesar 641 persen atau senilai Rp 15764 miliar dibandingkan tahun 2018

Perkembangan pagu dan realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat

pada tabel berikut

0005000

10000150002000025000

2018 2019

43

Tabel III14

Pagu dan Realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (dalam miliar)

No Pemda 2019 2018

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

1 Kalbar 33283 31974 9607 42384 3843 9067

2 Mempawah 8996 8744 972 11663 11503 9863

3 Kubu Raya 12692 11337 8932 19237 18966 9859

4 Pontianak 8735 7998 9156 7863 7527 9574

5 Sintang 19271 183 9496 21637 20304 9384

6 Melawi 1726 16708 968 10885 10134 931

7 Sambas 20922 19813 947 17156 1659 967

8 Bengkayang 19266 15038 7805 9425 906 9612

9 Singkawang 8532 8042 9426 11478 9596 836

10 Ketapang 32914 31635 9611 175 16616 9495

11 Kayong Utara 11614 10174 876 11582 10958 9461

12 Kapuas Hulu 24632 22911 9301 16723 16494 9863

13 Sanggau 1942 19044 9806 18723 15686 8378

14 Landak 1669 16216 9716 15833 15536 9812

15 Sekadau 7252 6814 9396 13626 1059 7772

JUMLAH 261479 244748 139882 245715 22799 13948

sumber data Omspan

Persentase penyaluran DAK Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 081 persen

dibandingkan tahun sebelumnya Kenaikan ini setara dengan Rp 16758 miliar Pada

tahun 2019 terdapat sisa dana yang tidak direalisasikan sebesar Rp 16731 miliar atau

berkurang dari Rp 17725 miliar pada tahun 2018 Hal ini menunjukkan peningkatan

kinerja penyaluran DAK Fisik Kabupaten Bengkayang memiliki kontribusi terbesar

terhadap DAK Fisik yang tidak disalurkan yaitu Rp 4228 miliar Penyebab DAK Fisik yang

tidak disalurkan ini diakibatkan oleh 2 (dua) hal yaitu efisiensi anggaransisa lelang dan

pekerjaan yang tidak terlaksanagagal lelang Kabupaten Sanggau memiliki kinerja terbaik

dari persepsi penyaluran DAK Fisik dengan penyaluran mencapai 9806 persen dari pagu

disusul Kabupaten Landak dengan penyaluran 9720 persen dari pagu Kinerja yang

kurang memuaskan pada persepsi penyaluran kembali dipegang oleh Kabupaten

Bengkayang dengan penyaluran 7805 persen dari pagu dan disusul oleh Kabupaten

Kayong Utara dengan penyaluran 8760 persen dari pagu

44

b Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami peningkatan dengan total Rp 304 triliun

dibandingkan Rp 274 triliun pada tahun sebelumnya Perkembangan pagu dan realisasi

DAK Non Fisik dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel III15

Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (dalam miliar)

No Pemda 2018 2019

Nilai Realisasi Alokasi Realisasi

1 Kalbar 113996 112406 9861 139515 137565 9860

2 Bengkayang 8909 833 9351 9833 9195 9380

3 Landak 11773 11353 9644 11956 11234 9400

4 Kapuas Hulu 1327 12752 961 14929 13944 9340

5 Ketapang 18288 16832 9204 18552 17909 9653

6 Mempawah 9091 8457 9303 9341 8291 8876

7 Sambas 18854 17923 9506 20014 18553 9270

8 Sanggau 13357 12363 9256 14416 13215 9167

9 Sintang 15969 15216 9529 17253 16504 9570

10 Pontianak 11526 11329 9829 1099 10155 9240

11 Singkawang 5808 537 9247 5832 5093 8732

12 Sekadau 6786 4461 6574 6655 5253 7893

13 Melawi 8733 834 955 9719 9412 9254

14 Kayong Utara 3845 3681 9573 4124 3811 9240

15 Kubu Raya 14042 1322 9415 14511 13778 9490

Jumlah 274246 262035 9555 307639 293909 9550

sumber datasimtrada Omspan (diolah)

Realisasi DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp 31874 miliar atau

1216 persen dibandingkan tahun 2018 Penyaluran DAK Non Fisik pada tahun 2019

sebesar 9554 persen mengalami penurunan 001 persen 44isbanding tahun sebelumnya

yang sebesar 9555 persen Secara nilai Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat

menyumbangkan peningkatan realisasi terbesar yaitu Rp 25159 miliar atau 2238 persen

yang mayoritas berasal dari Dana BOS yaitu sebesar Rp 23722 miliar Kabupaten

Sekadau menjadi Pemerintah Daerah dengan penyerapan DAK Non Fisik terkecil hanya

7893 persen dari alokasi yang tersedia Kecilnya persentase realisasi ini diakibatkan oleh

adanya Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) yang tidak direalisasikan sebesar Rp 1234

miliar Kota Pontianak mengalami penurunan realisasi terbesar dengan penurunan

sebesar 589 persen Penurunan ini terjadi karena realisasi TPG yang pada tahun 2018

mencapai 100 persen pada tahun 2019 turun menjadi 9440 persen dan realisasi Dana

Bantuan Operasional Kesehatan turun dari 9874 persen menjadi 8134 persen

45

333 Dana Desa

Penyaluran dana desa Tahun 2018 dan 2019 di Wilayah Kalimantan Barat disalurkan untuk

membiayai pelaksanaan kegiatan melalui 5 bidang yaitu Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa Pelaksanaan Pembangunan Desa Pembinaan Kemasyarakatan Desa

Pemberdayaan Masyarakat Desa Penanggulangan Bencana Keadaan Darurat Dan

Mendesak dengan perkembangan penyaluran sebagai berikut

Tabel III16

Pagu dan Realisasi Dana Desa di Provinsi Kalimantan Barat (miliar) No KAB KOTA JUMLAH

DESA TAHUN 2018 TAHUN 2019

PAGU TOTAL PENYALUR

AN

CAPAIAN OUTPUT

PAGU TOTAL PENYAL

URAN

CAPAIAN

OUTPUT

1 Sambas 193 17284 17284 10000 9464 20498 20498 10000 7550

2 Sanggau 163 12878 12848 9976 9879 14986 14986 10000 8099

3 Sintang 390 29487 29472 9995 9914 33848 33848 10000 9002

4 Mempawah 60 5523 5523 10000 9820 6655 6655 10000 9051

5 Kapuas Hulu 278 22893 22893 10000 9878 26812 26768 9983 8915

6 Ketapang 253 21729 21729 10000 9293 25583 25583 10000 8901

7 Bengkayang 122 9240 9240 10000 9295 10655 10594 9943 5129

8 Landak 156 15416 15416 10000 9949 18537 18537 10000 9904

9 Melawi 169 13091 13091 10000 9981 15253 15253 10000 7871

10 Sekadau 87 6908 6876 9955 9582 8117 8049 9916 8244

11 Kayong Utara 43 3986 3986 10000 9384 4868 4809 9879 7965

12 Kubu Raya 117 11150 11033 9895 9677 13445 13166 9792 6685

TOTAL 2031 169586 169392 9989 9676 199257 198745 9974 8112

Sumber data Omspan (diolah)

Total alokasi tahun 2018 sebesar Rp169586 miiar untuk 2031 desa realisasi penyaluran

sebesar Rp169392 miliar atau 9989 persen Penyaluran Dana Desa terbesar pada

Kabupaten Sintang Rp29472 miliar sedangkan penyaluran terkecil Kabupaten Kayong

Utara yakni Rp3986 miliar Terdapat empat Kabupaten yang penyaluran Dana Desa tidak

mencapai 100 persen yaitu Kabupaten Sanggau Sintang Sekadau dan Kubu Raya Untuk

capaian output yang tertinggi Kabupaten Melawi yaitu 9981 persen dan terendah adalah

Kabupaten Ketapang 9293 persen Alokasi dana desa tahun 2019 sebesar Rp199257

miliar untuk 2031 desa realisasi penyaluran sebesar Rp198745 miliar atau 9974 persen

Sisa Dana Desa yang tidak tersalur sebesar Rp512 miliar Penyaluran Dana Desa terbesar

pada Kabupaten Sintang Rp33848 miliar sedangkan penyaluran terkecil pada Kabupaten

Kayong Utara yakni hanya Rp4809 miliar Terdapat enam Kabupaten yang penyaluran

Dana Desa tidak mencapai 100 persen yaitu Kapuas Hulu Bengkayang Melawi Sekadau

Kayong Utara dan Kubu Raya Realisasi Penyaluran Dana Desa tahun 2019 sebesar

Rp198745 miliar atau 9974 persen terjadi penurunan sebesar 015 persen apabila

46

dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 Hal ini dikarenakan terdapat sisa dana semula

Rp194 miliar (empat Kabupaten) menjadi Rp512 miliar (enam Kabupaten)

343 Dana Insentif Daerah (DID)

Grafik III5

Realisasi Dana Insentif Daerah Tahun 2018-2019 Kalimantan Barat

sumber data simtrada Omspan (diolah)

Dari total alokasi DID tahun 2019 yang sebesar Rp 12753 miliar telah terealisasi sebesar

Rp12288 miliar atau 9635 persen Dari 14 Pemda ProvinsiKabKota hanya 6 Daerah yang

mendapatkan alokasi DID di tahun 2019 yakni Prov Kalbar Kab Ketapang Kab

Mempawah Kab Sanggau Kota Pontianak dan Kab Kubu Raya Ada lima daerah

terealisasi 100 persen yaitu Kalbar Ketapang Sanggau Pontianak dan Kubu Raya

Sementara itu Mempawah terealisasi 465 miliar dari 930 miliar atau sebesar 50 persen

35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL

Arus kas masuk (cash in flow) Pemerintah Pusat adalah semua penerimaan yang

diterima oleh Pemerintah pusat di provinsi daerah tertentu sedangkan arus kas keluar

(cash out flow) adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada

pemerintah daerah Yang termasuk arus kas masuk adalah semua penerimaan negara yang

diterima oleh Pemerintah Pusat seperti penerimaan pajak PNBP dan hibah Sedangkan

yang termasuk dalam arus kas keluar Pemerintah Pusat adalah semua belanja pemerintah

dalam APBN yang terdiri dari belanja KPKDDKTPUB dan dana transfer Selisih antara

kontribusi penerimaan Negara pada suatu daerah dengan pengeluaran pemerintah pusat

tersebut akan menghasilkan kondisi surplusdefisit Kondisi surplus mengindikasikan bahwa

daerah tersebut memberikan subsidi silang kepada daerah lain di Indonesia sementara

kondisi defisit mengindikasikan bahwa daerah tersebut menerima subsidi silang dari daerah

0001000200030004000500060007000

2018 2019

47

lain di Indonesia Tabel dibawah ini merupakan cash flow Pemerintah di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat

Tabel III17

Cash Flow Pemerintah Pusat di Kalimantan Barat TA 2019 (miliar)

DEFISIT 2194324

Cash in Flow Cash Out Flow

Penerimaan Pajak Dalam negeri 667813 Belanja Pemerintah Pusat 970984

Bea MasukBea Keluar 60735 Transfer ke daerah amp dana desa

2034266

PNBP 82378

810926 3005250

sumber data Omspan Monev Pa (dioalah)

35 PENGELOLAAN BLU PUSAT

a Profil dan jenis layanan satker BLU pusat

Dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat tahun

2019 terdapat 3 (tiga) Satker BLU yang terdiri 2 (dua) satker BLU layanan Pendidikan

dan 2 (dua) satker BLU layanan kesehatan Dua satker BLU layanan pendidikan yaitu

Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Pontianak dan Universitas Tanjungpura Pontianak

sedangkan satker BLU layanan kesehatan adalah Rumah Sakit (RS) Bhayangkara

Pontianak dan RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR

Tabel III18

Profil BLU di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 (miliar)

No Jenis Layanan

Satker BLU Nilai Aset Pagu PNBP

Pagu RM Jumlah Pagu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Pendidikan Poltekkes Pontianak 21801 3455 4898 8353

Universitas Tanjungpura 2093628 38593 5947 4454

2 Kesehatan RS Bhayangkara Pontianak 9127 4204 777 4981

RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR

2486 2228 1582 381

Sumber LRA

1) Poltekkes Pontianak berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan

Kesejahteraan Sosial Nomor 298Menkes-KesosSKIV2001 tanggal 16 April 2001

dan ditetapkan menjadi Satker BLU berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

403KMK052011 tanggal 1 Desember 2011 Dengan visi ldquoMenjadi Institusi Pendidikan

Tinggi Kesehatan yang Bermutu dan Mampu Bersaing di Tingkat Regional pada Tahun

48

2020 (2016-2020)rdquo Poltekkes Kemenkes Pontianak memberikan pelayanan kesehatan

meliputi Jurusan Kesehatan Lingkungan Jurusan Gizi Jurusan Kebidanan Jurusan

Keperawatan Jurusan Analis Kesehatan dan Jurusan Perawat Gigi Pada tahun 2019

Poltekes Pontianak mendapatkan pagu dalam DIPA sebesar Rp 8353 dengan pagu

PNBP sebesar Rp3455 miliar dan pagu RM sebesar Rp4898 miliar Sementara aset

yang dimiliki sebesar Rp21801 miliar yang terdiri dari aset lancar Rp581 miliar aset

tetap Rp21199 dan aset lainnya Rp21801

2) RS Bhayangkara Pontianak telah menjadi satker BLU sejak tahun 2015 sesuai

Keputusan Menteri Keuangan nomor 501KMK052015 RS Bhayangkara ini telah

beroperasi sejak tahun 2002 Pagu DIPA RS Bhayangkara Pontianak di tahun 2019

adalah sebesar Rp4981 miliar dengan pagu PNBP sebesar Rp4204 dan pagu RM

sebesar Rp777 miliar Sementara aset yang dimiliki sebesar Rp9127 yang terdiri dari

aset lancar Rp547 miliar dan aset tetap Rp8579

3) Universitas Tanjungpura menjadi BLU layanan pendidikan berdasarkan Keputusan

Menteri Keuangan nomor 830KMK052017 dan mulai mendapatkan DIPA BLU pada

tahun 2018 Pagu DIPA universitas ini di tahun 2019 adalah sebesar Rp4454 miliar

dengan pagu PNBP sebesar Rp38593 dan pagu RM sebesar Rp5947 Sementara

total aset yang dimiliki sebesar Rp2093628 miliar

4) Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019

tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar

dengan komposisi Pagu Rm sebesar Rp1582 miliar dan pagu PNBP senesar Rp2228

miliar Sementara total aset di tahun 2019 sebesar Rp2482 miliar dengan perincian

aset tetap Rp762 miliar dan aset lancar sebesar Rp1723 miliar

b Perkembangan Pengelolaan Aset Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU

1) Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU

Perkembangan pengelolaan aset satker BLU dalam jangka waktu dua tahun terakhir

dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel III19

Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di Kalimantan Barat

No Satker BLU Aset tahun 2018 Aset tahun 2019

(1) (2) (3) (4)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak 22174 21801

2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 6734 9127

3 Universitas Tanjungpura 2217907 2093628

49

4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi BLU

2486

sumber Neraca E-rekon

Nilai aset pada satker BLU Poltekkes Pontianak mengalami penurunan sebesar

17 persen dari Rp22174 miliar di tahun 2018 menjadi Rp21801 miliar di tahun

2019 Sedangkan di RS Bhayangkara nilai asetnya meningkat dari Rp6734 miliar

menjadi 9127 miliar atau 355 persen Sedangkan nilai aset satker BLU Untan

menurun 56 persen dari 2217907 pada tahun 2018 menurun menjadi 2093628

ditahun 2019 Sedangkan untuk RS TK II Kartika Husada yang baru di tetapkan

menjadi satker BLU di tahun 2019 perkembangan aset asetnya naik 305 persen

dari 1905 miliar di tahun 2018 menjadi 2486 miliar di tahun 2019

2) Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU

Satker BLU di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019 mendapatkan pagu PNBP

dan pagu RM sebagaimana tercantum dalam DIPA Ada pun perkembangan pagu

tahun 2019 dan tahun 2018 dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel III20

Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker (miliar)

No Satker BLU Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu PNBP Pagu RM Pagu PNBP

Pagu RM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak 4480 4504 3455 4898

2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 4282 7010 4204 777

3 Universitas Tanjungpura 3177 20876 38593 5947

4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi satker BLU 2228 1582

Sumber LRA E-rekon

Pada tahun 2019 pagu RM Satker BLU Politekes Pontianak naik 87 persen dibanding

tahun 2018 sedangkan pagu PNBP menurun 229 persen Pagu RM naik sebesar

Rp394 miliar atau 87 persen dari Rp4504 miliar di tahun 2018 menjadi Rp4898 miliar

pada tahun 2019 Sedangkan pagu PNBP mengalami penurunan dari Rp448 miliar di

tahun 2018 menjadi Rp345 miliar pada tahun 2019 atau turun sebesar Rp1025 miliar

atau 229 persen

Selanjutnya untuk satker BLU layanan kesehatan yakni RS Bhayangkara Pontianak

perkembangan pagu PNBP menurun dari Rp4282 miliar menjadi Rp4204 miliar atau

18 persen sedangkan untuk pagu RM mengalami kenaikan 108 persen

50

Universitas Tanjungpura di tahun 2019 ini baru menjadi satker BLU setelah

sebelumnya adalah satker PNBP Di tahun 2019 Untan mendapat pagu PNBP sebesar

Rp38593 miliar dan pagu RM sebesar Rp5947 miliar

Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019

tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar

c Kemandirian BLU

Salah tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk

mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government) oleh karena itu satker BLU

didorong untuk dapat menciptakan kemandirian dirinya sendiri Kemandirian tersebut

dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM) dari APBN dan

bertambahnya alokasi pagu PNBP dari hasil layanan satker Semakin tinggi porsi pagu

PNBP dibanding pagu RM maka satker BLU dianggap memiliki tingkat kemandirian yang

lebih baik

TabelIII21

Tingkat Kemandirian BLU di Provinsi Kalimantan Barat (miliar)

sumber e rekon diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 alokasi pagu PNBP

pada Satker Politeknik Kesehatan Pontianak masih dibawah 50 persen Sedangkan untuk

Satker BLU Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak alokasi pagu PNBP di tahun 2018

sebear 8593 persen dan tahun 2019 844 persen Hal ini menunjukkan bahwa Rumah

Sakit Bhayangkara Pontianak sejak tahun 2018 memiliki tingkat kemandirian yang tinggi

dan demikian juga di tahun 2019 Dari besarnya persentase pagu PNBP tersebut dapat

dilihat bahwa dalam kegiatan operasional RS Bhayangkara Pontianak lebih ditunjang oleh

PNBP yang dikelolanya dan bisa disimpulkan mempunyai tingkat kemandirian yang baik

No Satker BLU Nilai aset 2019

Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu PNB

P

Pagu RM

Pagu PNBP

Pagu RM

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak

4480 4987

4504 5013 3455 414 4898 586

2 Rumkit Bhayangkara Pontianak

4282 8593

7010 1407 4204 844 777 156

3 Univ Tanjungpura

3177 6035

20876 3965 38593 866 5947 134

4 RS Kartika Husada

Belum menjadi satker BLU 2228 585 1582 2705

51

Untan di tahun 2018 sebagai satker BLU yang baru memiliki tingkat kemandirian di

atas 6035 persen dan meningkat signifikan di tahun 2019 menjadi 866 persen hal ini

mengindikasikan ada perkembangan yang pelayanan pendidikan oleh Untan Sedangkan

untuk RS Kartika Husada baru dtetapkan menjadi satker BLU di bulan Juli 2019

d Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP

Di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 120 satker yang mengelola dana PNBP Dari

120 satker PNBP tersebut terdapat 3 satker yang mempunyai alokasi pagu PNBP

terbesar antara lain tersebut dibawah ini

Tabel III22

Profil dan Jenis layanan Satker PNBP di Provinsi Kalimanatan Barat Tahun 2019

No Jenis Layanan

Satker PNBP Nilai Aset Pagu PNBP

Pagu RM Jumlah Pagu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2 Pendidikan Politeknik Negeri Pontianak 272 6284 9004

4 Pendidikan IAIN Pontianak 2012 5024 7036

Sumber LRA diolah

Tabel III23

Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP di Provinsi Kalimantan Barat

No Satker PNBP Tahun 2017 Tahun 2019

Pagu PNBP

Pagu RM Pagu PNBP

Pagu RM

2 Politeknik Negeri Pontianak 2197 5904 272 6284

3 IAIN Pontianak 1775 4297 2012 5024

Sumber SPAN diolah

Dari tabel diatas terlihat bahwa Politeknik Negeri Pontianak mengalami peningkatan

persentase pagu PNBP sebesar Rp523 miliar atau 238 persen Demikian juga IAIN

Pontianak pagu PNBP meningkat Rp237 miliar atau 134 persen Dari ke dua satker

PNBP tersebut Politeknik Negeri Pontianak yang paling berpotensi untuk menjadi satker

BLU karena sumber dana PNBP lebih besar dibanding sumber dana PNBP pada satker

IAIN Pontianak meskipun mempunyai potensi menjadi satker BLU namun keduanya

belum menunjukan kemandirian karena sumber dana yang mereka gunakan lebih banyak

dari dana APBN (RM) dibandingkan dana PNBP

e Analisis terkait pengelolaan BLU

1 Analisis Kemandirian BLU

a Rasio Antara Sumber Dana PNBP (BLU) dan RM

Meskipun tujuan pembentukan BLU adalah tanpa mengutamakan mencari

keuntungan namun diharapkan dengan pelayanan yang meningkat maka secara

52

langsung juga pendapatannya meningkat Lebih jauh lagi diharapkan persentase

belanja satker BLU yang bersumber dari rupiah murni semakin menurun digantikan

dengan sumber belanja dari pendapatan BLU

Tabel III24

Rasio Sumber Dana BLU (PNBP dengan RM) miliar

Satker BLU 2017 2018 2019

PNBP RM PNBP RM

PNBP RM PNBP RM

PNBP RM PNBP RM

Politeknik Kesehatan Pontianak

4966 5279 094 4480 4504 099 3455 4898 070

RS Bhayangkara Pontianak

346 700 487 4282 701 611 4204 777 541

Universitas Tanjungpura

Belum menjadi satker BLU

3177 20876 152 38593 5947 648

RS Kartika Husada Belum menjadi satker BLU 2228 1582 14

Pada Universitas Tanjungpura Pontianak dari tahun 2018 hingga tahun 2019

rasio antara sumber dana PNBP dengan sumber dana RM semakin meningkat yang

nampak pada pagu PNBP yang semakin meningkat Hal ini menandakan tingkat

kemandirian BLU Universitas Tanjungpura semakin membaik Sedangkan pada

Rumah sakit Bhayangkara terdapat penurunan atas pagu PNBP nya hal ini karena

pada tahun 2019 RS Bhayangkara Pontianak melakukan renovasi gedung dan

ruang perawatan yang mempengaruhi jumlah layanan pasien dan penerimaan

PNBP nya

b Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional

Kemandirian Satker BLU selain dapat dilihat dari Rasio Antara Sumber Dana

PNBP dan RM sebagaimana pada poin a dapat pula dinilai dari Rasio PNBP

terhadap biaya operasional BLU Untuk rasio ini BLU di Kalimantan Barat memiliki

rasio yang cukup baik

Tabel III25

Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional (persen)

Satker BLU 2018 2019

Pendapatan PNBP

Biaya Operasional

Pendapatan PNBP

Biaya Operasional

Politekkes Pontianak

3038 6360 48 2702 7725 35

RS Bhayangkara Pontianak

3034 3616 84 2802 4347 64

Universitas Tanjungpura

41371 45355 91 34461 51317 67

53

RS Kartika Husada

Belum menjadi satker BLU 5056 6264 81

Berdasarkan tabel di atas di tahun 2018 pada Satker BLU Politeknik Kesehatan

Pontianak perbandingan antara pendapatan BLU dengan biaya operasional didapat

hasil 48 persen (rasio PNBP terhadap biaya operasional 48 persen) Sedangkan

untuk tahun 2018 rasio kemandirian Satker BLU Poltekkes Pontianak menurun

menjadi 35 persen Penurunan ini disebabkan jumlah pendapatan PNBP yang

menurun sedangkan biaya operasional meningkat Penurunan pendapatan karena

penurunan jumlah mahasiswa baru

RS Bhayangkara Pontianak dari hasil perhitungan rasio pendapatan BLU dengan

biaya operasional didapat hasil 84 persen di tahun 2018 dan mengalami penurunan

menjadi 64 persen Penurunan rasio disebabkan penurunan pendapatan dan

sebaliknya belanja meningkat Penurunan pendapatan disebabkan pendapatan

yang berasal dari rawat inap berkurang Hal ini disebabkan penghapusan gedung

layanan lama yang disertai dengan pembangunan gedung rawat inap baru Namun

secara rasio RS Bhayangkara masih memiliki tingkat kemandirian yang yaitu

diatas 60 persen

Univ Tanjungpura ditahun 2018 sebagai satker BLU baru memiliki rasio 91

persen Ini menandakan Untan sebagai satker BLU memiliki kemandirian yang

sangat baik Sedangkan untuk RS Kartika Husada yang merupakan Rumah sakit

dibawah Kodam Tanjungpura dan baru ditetapkan menjadi BLU penuh di bulan Juli

2019 sudah memiliki awal yang baik dengan tingkat kemandirian (rasio PNBP

dengan biaya operasional ) sebesar 81 persen

f Analisis Efektifitas BLU

Analisa efektifitas BLU adalah analisis untuk mengetahui efektifitas dibentuknya BLU

yaitu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan fleksibilitas

dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi produktifitas dan penerapan

praktek bisnis yang sehat Peningkatan layanan antara lain juga dapat dilihat dari

pendapatan yang dihasilkan dari layanan BLU Analisis efektifitas BLU didapat dari rasio

pendapatan operasional terhadap asset tetap atau rasio perputaran asset tetap Tujuan

analisis ini adalah untuk mengetahui kemampuan BLU untuk menghasilkan pendapatan

dari aset yang dimilikinya

54

Tabel III26

Analisis Efektifitas BLU

Satker BLU 2018 2019

Pendapatan Operasional

Aset Tetap Pendapatan Operasional

Aset Tetap

Politeknik Kesehatan Pontianak

3038 21286 142 2702 21801 124

RS Bhayangkara Pontianak 3034 4832 627 2802 9127 307

Universitas Tanjungpura 41371 2175410 190 34461 2093628 16

RS Kartika HUsada Belum menjadi satker BLU 5056 2486 203

sumber data e rekon

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perputaran aset tetap satker BLU Politekkes

Pontianak tahun 2018 sebesar 142 persen dan mengalami penurunan di tahun 2019

menjadi 124 persen Dari rasio tersebut artinya kemampuan Poltekkes Pontianak

memperoleh pendapatan berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah sebesar 124

persen Penurunan rasio ini disebabkan pendapatan BLU yang menurun di tahun 2019

Sedangkan perputaran aset untuk Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak pada tahun 2019

mengalami penurunan dari 627 persen di tahun 2018 menjadi 307 persen di tahun 2019

Penurunan rasio ini disebabkan penurunan pendapatan BLU dan juga kenaikan aset

tetap Kemampuan RS Bhayangkara Pontianak tahun 2019 untuk memperoleh

pendapatan BLU berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah 307 persen

Kemampuan Untan memperoleh pendapatannya berdasarkan asset tetap yang

dimilikinya di tahun 2019 sebesar 16 persen

g Analisis Legal BLU

Pemberian fleksibilitas pengelolaan keuangan kepada Satker BLU adalah tetap dalam

koridor penerapan tata kelola pemerintahan yang baik Satker BLU tetap mempunyai

kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang telah diatur di dalam undang-undang

Tabel III27

Kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan Keuangan

Kewajiban Politeknik Kesehatan Pontianak

RS Bhayangkara

Pontianak

Universitas Tanjungpura

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Penyusunan amp Penyampaian Rencana Bisnis Anggaran

Ya - Ya - Ya -

Penyusunan amp penyampaian Lap Keu (standar akuntansi Keu)

Ya - Ya - Ya -

55

Berdasarkan tabel kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan keuangan

dapat dilihat bahwa BLU di Provinsi Kalimantan Barat yakni Politeknik Kesehatan

Pontianak RS Bhayangkara Pontianak dan Universitas Tanjungpura telah memenuhi

semua kewajiban dalam rangka penerapan tata kelola dan pengelolaan keuangan BLU

sesuai dengan ketentuan (peraturan perundang-undangan)

37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT

Dalam rangka peningkatan pembangunan di Wilayah Kalimantan Barat Pemerintah

berusaha memperdayakan potensi yang ada guna mendukung pembangunan ekonomi di

daerah diantaranya berupa Dana Invstasi Pusat yang diberikan kepada Pemda melalui

pinjaman dan Investasi Kredit Program kepada UMKM di Wilayah Kalimantan Barat Kanwil

Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat berkewajiban menatausahakan investasi

pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi khususnya penerusan pinjaman (Subsidary

Loan Agreement) Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat) dan Pembiayaan Ultra Mikro

(UMi)

371 Penerusan Pinjaman (Subsidary Loan Agreement)

Penerusan Pinjaman Pemerintah Pusat (Subsidiary Loan Agreement) kepada

Pemerintah DaerahPerusahaan DaerahBUMD Penerusan pinjaman yang diberikan

kepada PDAM maupun Pemda dimaksudkan untuk meningkatkan atau memperbaiki

tata kelola penyediaan air minum kepada masyarakat baik dari segi infrastruktur maupun

percepatan penyedian air minum

Pada tahun 2019 masih terdapat 1 (satu) pinjaman BUMD dan Pemda menunggu

penyelesaian penghapusan yaitu Pemerintah Kota Singkawang dengan sisa hutang

sebesar Rp1766635437024 yang diselesaikan melalui proses pelaksanaan debt swap

sebesar Rp1398691928715 dan penghapusan utang murni Rp367943508309

Pemerintah Kota Singkawang telah mengalokasikan program debt swap pada APBD

tahun anggaran 2017 melalui DPPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

berupa kegiatan Pembangunan Bangsal Ruang Inap Kelas I RSUD Abdul Aziz di

Singkawang dengan realisasi pembangunan sebesar Rp14407200000 dan telah

dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat

Penyampaian Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU

Ya - Ya - Ya -

Persetujuan Tarif Layanan oleh Menteri Keuangan

Ya - Ya - Ya -

Persetujuan Pembukaan Rekening Ya - Ya - Ya -

Penyusunan SOP pengelolaan keuangan BLU

Ya - Ya - Ya -

56

Tabel III31

Profil Oustanding Penerusan Pinjaman BUMD dan PEMDA di

Prov Kalbar Tahun 2018

Sumber Data Kanwil Data PemdaBUMNBUMD Penerima SLA Dit SMI

372 Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat)

Investasi Pemerintah Pusat lainnya adalah Program Kredit Program berupa

pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM (KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan

Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 debitur)

jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar

atau 1135 persen

TabelIII32

Penyaluran KUR Wilayah Kalimantan Barat Tahun 2019

No KabKota 2018 2019

Akad Debitur Akad Debitur

1 Kalimantan Barat 1650000000 29 1055000000 30

2 Kab Sambas 172012480000 5063 178155490000 4706

3 Kab Mempawah 117141764400 3853 117924669245 3337

4 Kab Sanggau 137303602000 3683 151852745000 3768

5 Kab Ketapang 134775029932 3445 115111754000 3193

6 Kab Sintang 169583544950 3539 214178312000 3769

7 Kab Kapuas Hulu 74602388591 2755 101002500000 3412

8 Kab Bengkayang 62169980000 1909 61608265000 2069

9 Kab Landak 84971200000 2710 99536500000 2866

10 Kab Sekadau 82259245000 1715 76000490000 1679

11 Kab Melawi 60856245000 1378 84465707561 1292

12 Kab Kayong utara 24188290000 826 25003500000 824

13 Kab Kubu Raya 151025480000 3883 193886370000 4216

14 Kota Pontianak 256541689000 4730 283349999288 4710

15 Kota Singkawang 85998890400 1993 95216230108 1907

Total 1615079829273 41511 1798347532202 41778

Sumber SIKP Dit SMI 2019

Penyaluran KUR tersebar di beberapa Lembaga Keuangan di wilayah Kalimantan

Barat melalui aplikasi online system data KUR dengan Sistem Informasi Kredit Program

57

(SIKP) untuk wilayah Kalbar terdapat 16 lembaga keuangan yang ditunjuk sebagi

penyalur Sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini

Tabel II32 Penyaluran KUR per Bank Provinsi Kalbar Tahun 2019

No Nama Bank Jumlah

Rupiah Debitur

1 BPD Jawa Tengah 500000000 1

2 BPD Kalimantan Barat 235246000000 2225

3 BPD Kalimantan Selatan 100000000 1

4 BPD Kaltimtara 50000000 1

5 BPD Riau Kepri 250000000 1

6 BRI Syariah 28661000000 868

7 Bank Bukopin 1680000000 6

8 Bank Central Asia 3075000000 13

9 Bank Mandiri 374774669000 4448

10 Bank Maybank 1220000000 4

11 Bank Negara Indonesia 308639830404 1794

12 Bank Rakyat Indonesia 837567307798 32376

13 Bank Sinarmas 6014000000 25

14 Bank Tabungan Negara 400000000 3

15 CTBC Bank 58980000 4

16 Internusa Tribuana Citra Multifinance 110745000 8

1798347532202 41778

Sumber SIKP Dit SMI 2019

Berdasarkan data aplikasi SIKP penyaluran KUR mencapai sebesar Rp179834

miliar dengan jumlah debitur 41778 orang tersebar melaui skema Usaha Mikro sebesar

Rp73601 miliar (34757 debitur) Kecil dan menengah sebesar Rp106172 miliar (6977

debitur) dan TKI sebesar Rp61874 juta (44 debitur) Bank Rakyat Indonesia (BRI)

merupakan lembaga terbesar penyalur KUR yakni sebesar Rp83756 miliar Sebagian

besar investasi digunakan pada sektor perdagangan yaitu sebesar Rp93627 miliar

(20750 debitur) atau 5178 persen disusul bidang Pertanian Perburuhan dan

Kehutanan sebesar Rp47943 miliar (15953 debitur) atau 2651 persen dan Jasa

Kemasyarakatan Sosial Budaya Hiburan dan Perorangan lainnya sebesar Rp9811

miliar (2398 debitur) atau 543 persen

Hasil monitoring Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov Kalbar terhadap penyaluran

kredit program dapat dikatakan bahwa Pemerintah sangat memperhatikan dan

mengharapkan adanya perkembangan usaha serta peningkatan ekonomi bagi UMKM di

wilayah Kalimantan Barat hal ini menunjukan bahwa program KUR sangat bermanfaat

58

dan berdampak terhadap perkembangan kegiatan usaha bahkan pertumbuhan ekonomi

di Kalimantan Barat Dalam perkembangannya hasil survey di lapangan yang diambil

secara sampling terhadap 82 debitur program KUR di wilayah Kalbar didominasi oleh

Sektorbidang usaha perdagangan yaitu sebesar 5976 persen atau 49 pelaku UMKM

disusul bidang usaha jasa sebesar 1951 persen atau 16 pelaku UMKM dan Pertanian

Peternakan dan Perkebunan 1220 persen atau 10 pelaku UMKM sedangkan sektor

usaha lainnya sebesar 853 persen atau 7 pelaku UMKM Sesuai Permenko Bidang

Perekonomian nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanan KUR sektor di luar

sektor perdagangan dikelompokkan sebagai sektor produksi Dengan demikian

berdasarkan hasil survey responden debitur KUR di sektor produksi hanya mencapai

4124 persen Hal ini masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama

pada sektor produksi sebesar 60 persen

Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar

sasaran dan tujuan program KUR dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran

KUR diarahkan agar lebih banyak menyasar UMKM di sektor produksi (non

perdagangan) yaitu dengan memberikan target minimal penyaluran ke sektor produksi

sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan skema KUR

Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat perkebunan

rakyat dan peternakan rakyat

373 Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)

Tahun 2019 jumlah penyaluran UMi di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar

Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen

Tabel III33

Penyaluran UMI Provinsi Kalbar Tahun 2019

No Tahun 2018 2019

KabKota Akad Debitur Akad Debitur

1 Kayong Utara 11000000 2 208000000 28

2 Ketapang 229000000 32 1055800000 165

3 Kubu Raya 1447315688 356 1176000000 314

4 Landak 860878000 194 200500000 45

5 Melawi 155000000 24 210000000 29

6 Mempawah 3188943000 758 3574105000 1027

7 Sambas 358000000 50 232400000 30

8 Sanggau 148500000 21 622933000 93

9 Sintang 90500000 14 235700000 44

59

10 Pontianak 1671500000 638 2805350000 931

11 Singkawang 185000000 25 188500000 28

12 Bengkayang 31000000 4 5000000 1

13 Kapuas Hulu 7000000 2 7000000 2

14 Sekadau 30000000 4 - -

Jumlah 8413636688 2124 10521288000 2737

Berdasarkan data aplikasi SIKP UMi penyaluran UMi di Kalimantan Barat mencapai

sebesar Rp1052 miliar dengan jumlah debitur 2737 orang pembiayaan UMi dilakukan

melalui penyalur perantara yang merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

diantaranya adalah PT Pegadaian (Persero) PT Bahana Artha Ventura PT

Permodalan Nasional Madani (Persero) serta beberapa Koperasi baik melalui

pembiayaan konvensional danatau pembiayaan syariah LembagaLankage penyalur

terbesar yaitu PT PNM merupakan lembaga terbesar penyalur UMi yakni sebesar

Rp443 miliar (1531 debitur) PT Pegadaian sebesar Rp263 miliar (453 debitur) KSPS

BMT UGT Sidogiri sebesar Rp188 miliar (337 debitur) dan KSPPS BMT Bina Umat

Sejahtera sebesar Rp154 miliar (408 debitur)

Tabel III33

Penyaluran UMI per LKBB Provinsi Kalbar Tahun 2019

NO PENYALUR LKBB TOTAL PENYALURAN Debitur

1 PT PEGADAIAN 2637600000 453

2 PNM 4427500000 1531

3 KSPPS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA 1535305000 408

4 KSPPS TAMZIS BINA UTAMA 26000000 6

5 KSPPS BMT BINA IHSANUL FIKRI 7000000 2

6 KSPS BMT UGT SIDOGIRI 1887883000 337

Total 10521288000 2737

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi penyaluran UMi yang dilaksanakan di

beberapa wilayah Kalimantan Barat terdapat faktor yang sangat berpengaruh terhadap

perkembangan penyaluran UMi di Kalimantan Barat antara lain

1 PenyalurLembaga Linkage selaku penyalur pembiayaan UMi belum tersebar atau tidak

memiliki kantor cabang di seluruh wilayah Kalbar sehingga potensi penyaluran pembiayaan

UMi kurang maksimal dan tidak bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Kalbar

2 Hasil produk UMKM terutama mutu dan kualitas produk belum dapat bersaing secara

global dengan produk daerah lain

Sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan usaha UMKM di wilayah

Kalimantan Barat adalah melakukan koordinasi dan kerjasama antara Pemda

60

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalbar PenyalurLembaga Linkage

serta lembaga terkait lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada

debitur dan membantu mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada

masyarakat baik melalui pertemuan maupun dengan media cetak banner spanduk

dan lain-lain sehingga dapat mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha

Mikro bahkan dapat meningkat ke Mikro Kecil

38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN

BELANJA INFRASTRUKTUR DI DAERAH

381 Mandatory Spending di Daerah

Belanja mandatory merupakan belanja wajib yang diperintahkan oleh Undang-Undang

yakni belanja sektor kesehatan sebesar 5 persen dan belanja sektor Pendidikan sebesar

20 persen

a Belanja Sektor Pendidikan

Uraian 2017 2018 2019

Alokasi Fungsi Pendidikan 157554 185385 231676

Pagu Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF

929392 1117061 1049551

Rasio 017 017 022

Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk

pembangunan Penyelenggaraan pendidikan di daerah akan mampu menjembatani

kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya belajar di sekolah Untuk memenuhi hal

tersebut tentunya harus dialokasikan anggaran belanja pendidikan Belanja Pendidikan

merupakan belanja wajib (mandatory spending) yang mutlak harus dipenuhi yang

ditentukan batas minimal pengalokasian anggaran dalam APBN sebesar 20 persen Alokasi

belanja pemerintah pusat Fungsi Pendidikan tahun 2019 sebesar Rp231 triliun meningkat

46291 miliar atau 2497 persen dibanding alokasi tahun sebelumnya Rasio fungsi

Pendidikan di tahun 2019 mencapai 022 naik 005 bila dibandingkan dengan rasio fungsi

pendidikan tahun sebelumnya Peningkatan alokasi fungsi kesehatan ini diharapkan akan

meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat

b Belanja Sektor Kesehatan

Uraian 2017 2018 2019

Alokasi Fungsi Kesehatan

16020 19263 18897

Alokasi Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF

929392 1117061 1049551

Rasio 0017 0017 0018

61

Anggaran berdasarkan fungsi kesehatan merupakan anggaran belanja negara dimana

dana anggaran akan diarahkan untuk melaksanakan program-program dalam rangka

meningkatkan derajat tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik Ketentuan pasal 171

undang undang nomor 36 tahun 2009 menjadikan alokasi di bidang kesehatan mutlak

dipenuhi (mandatory spending) Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan

adalah dengan menyediakan berbagai infrastruktur dan pengadaan tenaga-tenaga

kesehatan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan umum Usaha ini ditujukan

untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat sekaligus dalam rangka peningkatan mutu fisikal

sumber daya manusia dan Indonesia Sehat Alokasi belanja pemerintah pusat Fungsi

Kesehatan tahun 2019 di Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp18897 miliar menurun 366

miliar atau 19 penurunan tersebut disebabkan meningkatnya anggaran kesehatan

melalui transfer ke daerah (DAK) Rasio Fungsi Kesehatan di tahun 2019 mencapai 0018

naik 0001 bila dibanding rasio Fungsi Kesehatan tahun sebelumnya Meningkatnya alokasi

fungsi kesehatan tersebut diharapkan semakin meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat

382 BELANJA INFRASTRUKTUR

Infrastruktur memiliki peran penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

Keberadaan infrastruktur akan mendorong mobilitas penduduk dan faktor produksi

terutama tenaga kerja serta memperlancar arus barang dan jasa sehingga akan

mendorong tumbuhnya produksi dan investasi Belanja infrastruktur oleh pemerintah pusat

di representasikan oleh pos Belanja Modal (53) pada belanja KL (APBN)

Grafik III

Alokasi dan Realisasi Belanja Modal Tahun 2015 - 2019

sumber data mebe (diolah)

Untuk Wilayah Kalimantan Barat secara agregat alokasi untuk pos belanja modal (53)

dari tahun 2015 sd 2019 fluktuatif nampak ada penurunan belanja modal KL di tahun

2019 dibanding tahun anggaran sebelumnya Meskipun ada penurunan alokasi belanja

modal tidak berarti pembangunan infrastruktur untuk wilayah Kalimantan Barat diabaikan

000

100000

200000

300000

400000

500000

2015 2016 2017 2018 2019

Pagu Realisasi

62

karena pembangunan infrastruktur juga di topang oleh Dana Alokasi Fisik dimana tahun

2019 alokasi DAK Fisik sebesar Rp261 triliun

Tahun 2019 Pagu total belanja KL di Kalimantan Barat Rp1049 triliun dan alokasi

untuk belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun atau 2288 persen dan telah terealiasi

Rp195 triliun Dari total alokasi belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun di tahun 2019

sebagian besar alokasi belanja modal ada pada Kementerian PUPR sebesar Rp15 triliun

atau 665 persen dan selanjutnya Kementerian Perhubungan sebesar Rp20417 miliar

atau 85 persen Dari alokasi sebesar Rp15 triliun yang dianggarkan pada kementerian

PUPR di Kalimantan Barat 61 persen alokasikan untuk pembangunan infrastruktur jalan

diantaranya jalan trans Kalimantan perbatasan Indonesia dan Malaysia yakni ruas jalan

nanga badau - entikong - aruk - temajok serta pembangunan jalan Nasional III dan III di

seluruh wilayah Provinsi Kalbar Diharapkan dengan pembangunan ruas jalan secara

merata ini akan mempermudah akses dan koneksifitas antar wilayah dan mengakselerasi

nilai tambah perekonomian masyarakat Kalimantan Barat yang tercermin dari adanya

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dengan menguji pengaruh realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat dengan PAD

Prov Kalbar dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel

Hasil Regresi Sederhada Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat Terhadap PAD di Prov Kalbar

Tahun 2015-2019

R Square Significance

0049 0000

Dengan signifikasi 0000 menunjukkan bahwa realisasi Belanja Modal Pemerintah

Pusat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PAD R square 0049 berarti realisasi

Belanja Modal Pemerintah Pusat memiliki pengaruh positif sebesar 49 persen terhadap

PAD Provinsi Kalbar Hasil perhitungan regresi di atas menunjukkan bahwa setiap

kenaikan 1 rupiah Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat akan mendorong kenaikan

PAD sebesar Rp 0049 Apabila kenaikan Belanja Modal Pemerintah Pusat Rp 1 triliun

maka PAD akan naik sebesar Rp 49 miliar

Jembatan Kapuas PontianakJembatan ini memiliki panjang 42o meter dan lebar 6 meter Jembatan ini muali dibangun tahun 1980

BAB IV

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

APBD

63

41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan faktor pendorong utama dalam

peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah Selain itu kinerja pelaksanaan APBD juga

merupakan salah satu penentu tercapainya target sasaran makro ekonomi daerah yang

diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan tantangan dalam mewujudkan masyarakat

sejahtera dan mandiri Pemerintah daerah menggunakan APBD sebagai instrumen utama bagi

kebijakan publik di daerahnya

Untuk mencapai target tersebut Pemerintah Daerah Kalimantan Barat menyusun Alokasi

APBD Kalimantan Barat tahun anggaran 2019 sebagaimana terlihat pada tabel berikut

Tabel IV1

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

URAIAN 2018 2019

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PENDAPATAN 2443326 2422952 2543450 2563928

PENDAPATAN ASLI DAERAH

360621 390903 376276 404671

Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398

Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

16227 17161 18117 19075

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

98917 73671 85664 84200

PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816

Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak

77844 78654 78128 58493

Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649

Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

76467 113239 69129 97384

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

120005 121467 147048 180339

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

1850 1060 000 1419

64

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

105809 46616 94992 74442

Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318

Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124

BELANJA DAERAH 2499829 2345817 2604405 2510634

BELANJA OPERASI 1645895 1509851 1691108 1608335

Belanja Pegawai 841558 797512 935725 825216

Belanja Barang 606872 516897 599693 605691

Belanja Bunga 294 323 703 288

Belanja Subsidi 000 000 000 000

Belanja Hibah 190185 188493 145940 167928

Belanja Bantuan sosial 6987 6625 9047 9212

BELANJA MODAL 505628 470016 520212 498885

Belanja Modal 505628 470016 520212 498885

BELANJA TAK TERDUGA 3110 716 3213 625

Belanja Tak Terduga 3110 716 3213 625

BELANJA TRANSFER 345197 365234 389872 402789

TransferBagi Hasil Pendapatan

90177 99533 87458 102031

Belanja Bantuan Keuangan

255020 265701 302414 300757

SURPLUSDEFISIT -56503 77135 -60955 53295

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Anggaran pendapatan pada pemerintah provinsikabupatenkota di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018

Anggaran pendapatan naik sebesar Rp 100124 miliar menjadi 2543450 miliar atau 410

persen Anggaran belanja juga mengalami kenaikan sebesar 418 persen menjadi sebesar Rp

2604405 miliar Kondisi APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik dengan

menghasilkan surplus Rp 53295 miliar di wilayah Kalimantan Barat

42 PENDAPATAN DAERAH

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pemerintah dituntut

untuk memiliki kemandirian keuangan daerah yang lebih besar Dengan tingkat kemandirian

keuangan yang lebih besar berarti daerah tidak akan lagi sangat bergantung pada bantuan dari

pemerintah pusat dan propinsi melalui dana transfer

Namun tidak berarti jika kemandirian keuangan daerah tinggi maka daerah sudah tidak perlu

lagi mendapatkan dana transfer Dana transfer masih tetap diperlukan untuk mempercepat

pemabngunan daerah Semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan maka daerah dapat

memberikan pelayanan publik yang lebih berkualitas melakukan investasi pembangunan jangka

panjang dan sebagainya

65

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Pendapatan Daerah adalah hak pemda yang diakui

sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan Pendapatan daerah

tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah

yang sah Berdasarkan ketentuan tersebut APBD Kalimantan Barat disusun dengan rincian

sebagai berikut

Tabel IV2

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Jenis Pendapatan Daerah

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

URAIAN 2018 2019

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PENDAPATAN ASLI DAERAH 360621 390903 376276 404671

Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398

Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

16227 17161 18117 19075

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 98917 73671 85664 84200

PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816

Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak

77844 78654 78128 58493

Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649

Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

76467 113239 69129 97384

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 120005 121467 147048 180339

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

1850 1060 000 1419

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 105809 46616 94992 74442

Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318

Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pada tahun 2019 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Barat mengalami

peningkatan sebesar Rp 13768 miliar atau 352 persen dibandingkan tahun 2018 dengan realisasi

melebihi target yaitu 10755 persen dari pagu yang dianggarkan Kenaikan pendapatan ini

terutama ditopang oleh Pajak Daerah yang terealisasi 11103 persen dan Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang mencapai 10529 persen Retribusi Daerah juga melebihi

target dengan penerimaan sebesar 10305 persen

Pendapatan transfer terjadi kenaikan yang signifikan pada Dana Bagi Hasil Pajak dari

Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya yang mencapai 14087 persen dari target disusul oleh

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar 12264 persen

66

421 Dana TransferPerimbangan

Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan dana otonomi khusus dan

dana penyesuaian

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan Desentralisasi Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran

dalam APBN

Kebijakan perimbangan keuangan atau ditekankan pada empat tujuan utama yaitu (a)

memberikan sumber dana bagi daerah otonom untuk melaksanakan urusan yang

diserahkan yang menjadi tanggungjawabnya (b) mengurangi kesenjangan fiskal antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah (c) meningkatkan

kesejahteraan dan pelayanan publik dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dan

pelayanan publik antar daerah serta (d) meningkatkan efisiensi efektifitas dan akuntabilitas

pengelolaan sumber daya daerah khususnya sumber daya keuangan

Dana perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Dana Alokasi Khusus (DAK)

a Analisis ruang fiskal dan kemandirian daerah

1) Analisis Ruang Fiskal

Ruang fiskal secara umum merupakan ketersediaan ruang dalam anggaran yang

memampukan Pemerintah menyediakan dana untuk tujuan tertentu tanpa

menciptakan permasalahan dalam kesinambungan posisi keuangan Pemerintah

Dalam konteks APBN ruang fiskal adalah total pengeluaran dikurangi dengan

belanja non diskresionerterikat seperti belanja pegawai pembayaran bunga subsidi

dan pengeluaran yang dialokasikan untuk daerah

Dalam APBD Ruang fiskal adalah pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked

(DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat)

Ruang Fiskal mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda

tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib)

Ruang Fiskal adalah (Total Pendapatan-DAK) ndash Belanja Pegawai tak langsung

67

Grafik IV1

Ruang Fiskal Kalimantan Barat

Tahun Anggaran 20182019

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Berdasarkan data dua tahun terakhir ruang fiskal Kalimantan Barat tumbuh

sebesar 19589 miliar dari tahun 2018 sebesar 1155080 menjadi 1174669

pada tahun 2019 Terjadi peningkatan ruang fiskal sebesar 266 persen dari

tahun sebelumnya

2) Analisis Rasio Kemandirian Daerah

Ruang Rasio kemandirian daerah Rasio PAD terhadap total pendapatan dan

rasio dana transfer terhadap total pendapatan Apabila rasio PAD lebih besar

daripada rasio dana transfer berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin

besar rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan semakin tinggi

Rasio PAD = PAD Total Pendapatan APBD

Rasio DanaTransfer = Total Dana Transfer Total Pendapatan APBD

Rasio PAD = 376276 2543450

= 015

Rasio DanaTransfer = 2072181 2543450

= 081

Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio ketergantungan

Kalimantan Barat masih sangat tinggi

b Analisis komparatifperbandingan year on year (yoy) antara trend alokasi dana transfer

untuk Kalimantan Barat terhadap Pertumbuhan ekonomi regional PDRB Tingkat

pengangguran Tingkat kemiskinan IPM (HDI) dapat digambarkan sebagai berikut

000

2000

4000

6000

8000

10000

2018 2019

2018 54592019 5192

2018 45412019 4808

Belanja Mengikat Ruang Fiskal

68

Tabel IV3

Tabel Perbandingan Alokasi Dana Transfer Terhadap Indikator Perekonomian Regional

Tahun Anggaran 20182019

INDIKATOR 2018 2019 persen

Alokasi Dana Transfer 345197 389872 1294

Pertumbuhan Ekonomi Regional

506

500 (119)

PDRB 19403

21232 943

Tingkat Pengangguran 426

4 45 446

Tingkat Kemiskinan 737

728 (122)

IPM 6698

NA NA

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Peningkatan dana transfer dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 1294 persen

tidak serta merta turut mendongkrak indikator perekonomian di Kalimantan Barat

Tercatat hanya PDRB yang mengalami trend positif yaitu 943 persen Sedangkan

indikator lainnya negatif

422 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang

dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Pendapatan asli daerah diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi

pemerintahan daerah oleh karena ini berarti pemerintah daerah didorong untuk dapat

meningkatkan kemandirian keuangannya

a Analisis komposisi pendapatan daerah dan perbandingannya

Pada tahun 2019 pendapatan daerah Kalimantan Barat sebesar 2563928 miliar

Pendapatan transfer sebesar 2084816 miliar dan Pendapatan Asli Daerah sebesar

404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018 dapat disajikan sebagai berikut

69

Grafik IV2 Perbandingan Pendapatan Dana Transfer dan PAD Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Sampai tahun 2019 PAD Kalimantan Barat masih berada di kisaran 15 persen

dari seluruh total pendapatan Hal ini menunjukkan tingkat kemandirian keuangan

Kalimantan Barat masih rendah

b Analisis perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan belanja daerah

Pada tahun 2019 Belanja Daerah Kalimantan Barat sebesar 2510634 miliar

Pendapatan Asli Daerah sebesar 404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018

adalah sebagai berikut

Grafik 4221

Perbandingan Belanja Daerah dan Pendapatan Asli DaerahKalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

-

5000

10000

15000

20000

25000

30000

PENDAPATANPENDAPATAN

TRANSFER PENDAPATANASLI DAERAH

24433

20827

3606

24230

20320

3909

25435

21672

3763

25639

21593

4047

2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

10000

20000

3000024998

3606

23458

3909

26044

3763

25106

4047

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi

2019 Anggaran 2019 Realisasi

70

Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah tahun 2019 adalah

sebesar 1612 persen Angka ini sedikit menurun apabila dibandingkan dengan tahun

2018 yang sebesar 1666 persen Hal ini mengindikasikan ada peningkatan

kemampuan daerah untuk membiayai pengeluarannya

423 Pendapatan Lain-lain

Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan daerah selain pendapatan

transferperimbangan dan pendapatan asli daerah

Grafik IV4 Perbandingan Pendapatan Lain-lain terhadap Total Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Kontribusi Pendapatan Lain-lain di Kalimantan Barat tidak begitu signifikan terhadap

keuangan daerah Walaupun menunjukkan peningkatan tetapi secara keseluruhan

jumlahnya tidak terlalu besar Pada tahun 2018 sebesar 192 persen dari total

pendapatan dan meningkat menjadi 290 persen pada tahun 2019

43 Belanja Daerah

Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan Belanja Daerah bersumber

dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) + Dana Transfer dari Pusat ke Daerah (DAU DAK Dana

Penyeimbang Dana Kontingensi DBH dll) Tujuan analisis Belanja Daerah antara lain adalah

untuk mengetahui kontribusi pengeluaran daerah terhadap pengeluaran pemerintah secara

nasional Analisis Belanja Daerah dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi belanja daerah seperti

klasifikasi urusan klasifikasi fungsi dan sebagainya

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

PENDAPATANPENDAPATAN

LAIN-LAIN

24433

1058

24230

466

25435

950

25639

744

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

71

Tabel IV5

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Persentase Jenis Belanja Terhadap Total Belanja

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Jenis Belanja Alokasi persen Thd Belanja

Sektor Konsumtif

Belanja Pegawai 825216 3301

Belanja Barang 605691 2423

Belanja Bunga 703 003

Belanja Hibah 145940 584

Belanja Bantuan sosial 9047 036

Belanja Bagi Hasil Kepada ProvKabKota dan Pemdes 87458 350

Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvKabKota dan Pemdes 302414 1210

Belanja tidak terduga 3213 013

1979682 7919

Sektor Produktif

Belanja Modal 520212 2081

Total Belanja 2499893 10000

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Alokasi APBD masih didominasi oleh belanja yang bersifat konsumtif yang mempunyai multi

efek jangka pendek dan didominasi untuk mencukupi kebutuhan belanja pegawai sebesar 3301

persen dari total belanja Terbesar berikutnya adalah belanja barang sebesar 2423 persen

Sedang untuk alokasi Belanja Modal sebesar 2081 persen ini sangat berpengaruh terhadap

peluang terbukanya lapangan pekerjaan untuk menambah kesejahteraan masyarakat karena

belanja modal mempunyai multi efek jangka panjang

44 Perkembangan BLU Daerah

BLU daerah di Kalimantan Barat bergerak dibidang layanan kesehatan Seluruhnya

merupakan BLUD yang sebagian biaya operasionalnya di biayai dengan APBD

Tabel IV6

BLU Daerah Kalimantan Barat Berdasarkan Nilai Aset dan Komposisi Pagu

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

No Jenis Layanan

Satker BLUD Nilai Aset Pagu

2018 2019 PNBP APBD TOTAL

1 Kesehatan RSUD Dr Ade M Djoen

2 Kesehatan RSUD Pemangkat Sambas

3 Kesehatan RSUD Sambas 3962 4952 2062

4 Kesehatan RSUD Sanggau

5 Kesehatan RSUD Dr Agusdjam Ketapang

6 Kesehatan RSUD Singkawang

72

7 Kesehatan RSUD Sekadau 4112 5281 1203 3692 4895

8 Kesehatan RSUD Dr Soedarso 21480 26748 6114

9 Kesehatan RSUD Dr Achmad Diponegoro Kapuas Hulu

1499 1319

10 Kesehatan RSUD Bumi Sebalo Bengkayang 6076 8645 1500 3579 5079

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

RSUD Dr Soedarso yang berada di Pontianak merupakan BLU Daerah terbesar dengan total

asset 26748 Walaupun begitu pendapatan operasionalnya baru mencapai 25 persen dari pagu

keseluruhan Sisanya masih didanai dengan APBD RSUD Bumi Sebalo sedikit lebih besar

persentase komposisi pagu PNBP terhadap total pagu Pagu PNBPnya mencapai 30 persen dari

total pagu

45 SurpusDefisit APBD

Selisih antara pendapatan dan belanja akan menimbulkan surplus atau defisit sedangkan jika

pendapatan dan belanja sama maka mencapai anggaran yang berimbang Surplus APBD terjadi

bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah jika

sebaliknya maka defisit Dalam selisih ini dapat kita jelaskan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh

pemda dapat juga dijelaskan mengenai faktor pendorong terjadinya surplusdefisit tersebut Jika

APBD defisit maka pemda harus mencari alternatif untuk menutupi kekurangan tersebut

Sedangkan jika surplus maka pemerintah akan menerima kembali dana lebih tersebut Surplus

tersebut dapat dianggarkan untuk pembayaran pokok utang penyertaan modal daerah pemberian

pinjaman kepada pemerintah lain dan pembentukan dana cadangan (misal untuk Pilkada

infrastruktur dll)

a Rasio surplusdefisit terhadap aggregat pendapatan

Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan

APBD = 77135 2422952

2018 = 318

Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan

APBD = 53295 2563928

2019 = 2079

Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2018 tetapi Kalimantan Barat masih

mencatatkan rasio surplus untuk tahun 2019 sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi

APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik

b Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I)

73

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I) rasio ini untuk mengetahui

proporsi adanya surplusdefisit anggaran terhadap salah satu sumber pendapatan APBD

yaitu realisasi pencairan dana transfer Hal ini dapat menunjukkan ekses likuiditas Pemda

pada semester I akibat frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal

bagi Kementerian Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama

pada daerah yang sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses

likuiditas

Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = Surplus atau defisit Semester I dibagi

Total Realisasi Dana Transfer

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 435522 942997

2018 = 4618

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 452874 983139

2019 = 4606

Pada semester I baik tahun 2018 maupun 2019 rasio surplus terhadap realisasi dana transfer

sangat tinggi Hal ini mengindikasikan ekses likuiditas Pemda pada semester I akibat

frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian

Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama pada daerah yang

sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas

c Rasio surplusdefisit terhadap PDRB indikator ini menggambarkan kesehatan ekonomi

regional semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan

jasa yang cukup baik untuk membiaya hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah

Rasio surplusdefisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplusdefisit thd PDRB = Surplus atau defisit APBD dibagi PDRB

Rasio surplusdefisit thd PDRB = 77135 19403

2018 = 398

Rasio surplusdefisit thd PDRB = 53295 21232

2019 = 251

Rasio surplus di 2019 lebih kecil dari 2018 ini menunjukkan Kalimantan Barat semakin

mampu memproduksi barang dan jasa lebih baik

46 Pembiayaan

Pembiayaan Daerah adalah seluruh penerimaan yang harus dibayar kembali danatau

pengeluaran yang akan diterima kembali Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan

dan pengeluaran pembiayaan

Rasio SILPA terhadap alokasi belanja di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

74

Rasio SILPA = Jumlah SILPA dibagi Total belanja APBD

Rasio SILPA = 21710 2345817

2018 = 52

Rasio SILPA = 46347 2510634

2019 = 184

Rasio SILPA merupakan rasio yang mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang tidak

digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran Pada tahun 2019

angka rasionya adalah 184 terjadi penurunan sebesar 334 dibandingkan tahun 2018 hal ini

mengindikasikan bahwa efektifitas belanja setahun terakhir cenderung meningkat daripada tahun

sebelumnya

47 Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah

471 Analisis Horizontal dan Vertikal

a Analisis Horizontal

Analisis horizontal merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam

satu laporan realisasi Pemda (KabupatenKota) satu dengan Pemda lain dalam satu

wilayah (Provinsi) Selain itu analisis ini merupakan analisis membandingkan perubahan

keuangan dalam satu post APBD yang sama pada satu lingkup Pemda Tujuan dari analisis

horizontal adalah untuk menyajikan informasi yang utuh terkait kinerja suatu pos antar

Pemda dan perkembangan suatu pos APBD dari waktu ke waktu

Grafik IV3 Realisasi PAD KabupatenKota Kalimantan Barat

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pendapatan Asli Daerah pada Kab Sambas mengalami lonjakan yang signifikan

yaitu sebesar 26952 persen apabila dibandingkan dengan tahun yang lalu Sebaliknya

Kab Sintang mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 2830 persen

SambasSingkawa

ngSintang Sekadau

11KabKota

TotalKalbar

TW IV 2018 4028 13087 24004 5464 344320 390903

TW IV 2019 14885 16630 17210 4535 351411 404671

010002000300040005000

mili

ar r

up

iah

75

b Analisis Vertikal

Analisis vertikal merupakan analisis yang membandingkan antara pos yang satu

dengan pos yang lain terhadap totalnya dalam satu komponen APBD yang sama Tujuan

dari analisis vertikal adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi suatu pos dalam

bentuk angka total sehingga membantu pengguna dalam mengukur seberapa besar

pengaruh pos tersebut bagi Pemda

Pada prinsipnya semakin besar kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah akan

menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat Dengan kontribusi yang

semakin meningkat diharapkan pemerintah daerah semakin mampu membiayai

keuangannya Gambaran kemandirian keuangan daerah ini dapat diketahui melalui

besarnya kemampuan sumber daya keuangan dalam membiayai pelayanan kepada

masyarakat daerah tertentu

1) Analisis Kontribusi PAD Kalimantan Barat terhadap total pendapatan

Analisis Kontribusi PAD dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah

pendapatan asli daerah dengan total penerimaan daerah Rasio ini menunjukan

kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah Semakin tinggi kontribusi PAD maka

semakin tinggi kemampuan pemeritah daerah dalam penyelenggaraan desentralisas

Kriteria Rasio Kontribusi PAD

bull Sangat Baik gt 50

bull Baik 25 ndash 50

bull Kurang Baik10 ndash 25

bull Tidak Baik lt 10

76

Grafik IV4 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah di Kalimantan Barat masih relatif

rendah PAD di Kalimantan Barat menyumbang antara 15 persen sd 16 persen dari

seluruh total pendapatan dalam dua tahun terakhir

Penyebab dari rendahnya PAD tersebut antara lain pertama pemerintah daerah

belum mampu mengidentifikasi potensi sumber pendapatannya Kedua sebagian besar

pemerintah daerah masih belum dapat mengoptimalkan penerimaan pajak daerah

retribusi daerah atau bahkan penerimaan dari hasil kekayaan daerah yang dipisahkan

sesuai UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Ketiga pemerintah daerah masih menganggap bahwa rendahnya pendapatan PAD

sebagai akibat dari ruang gerak daerah yang terbatas untuk mengoptimalkan

penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diatur dalam UU No 28

Tahun 2009 Pemerintah daerah melihat banyak jenis dan objek pajak serta retribusi

yang masih dapat diterapkan tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang Ketiga

daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak yang besar masih diatur oleh

pusat yaitu Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak rokok Keempat

adalah kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan yang berasal

dari pajak daerah dan retribusi daerah yaitu menyempurnakan dan mengoptimalkan

penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada serta menerapkan

pajak daerah dan retribusi daerah yang baru

-

10000

20000

30000

Anggaran Realisasi

AnggaranRealisasi2018

2019

2018 2019Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PAD 3606 3909 3763 4047

PENDAPATAN 24433 24230 25435 25639

PENDAPATAN PAD

77

2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja

Analisis belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan antara total

realisasi belanja modal dengan total belanja daerah Berdasar laporan ini akan diketahui

porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada

tahun anggaran bersangkutan Pengeluaran belanja modal akan memberi manfaat

dalam jangka menengah dan panjang Belanja modal akan mempengaruhi neraca

pemerintah daerah yaitu menambah jumlah asset daerah Pemerintah daerah dengan

tingkat pendapatan daerah yang rendah memiliki porsi jumlah belanja modal yang tinggi

dibandingkan pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi Hal ini disebabkan

pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan rendah berorientasi untuk melakukan

belanja modal sebagai bagian dari investasi modal jangka panjang sedangkan

pemerintahan yang berpendapatan tinggi biasanya telah memiliki asset modal yang

mencukupi

Grafik IV5 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pada umumnya proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah antara 5

persen-20 persen Kalimantan Barat dalam dua tahun terakhir memiliki rata-rata rasio

belanja modal terhadap total belanja sebesar 1995 persen Pada tahun 2019

Kalimantan Barat memfokuskan belanja modal pada investasi penyediaan Gedung

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

5E+12

1E+13

15E+13

2E+13

25E+13

3E+13

BELANJA DAERAHBELANJA MODAL

2499829

505628

2345817

470016

2604405

520212

2510634

498885

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

78

perkantoran sebesar 3474 persen infrastruktur jalan sebesar 2759 persen dan

pengadaan alat-alat berat darat sebesar 1207 persen

472 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah

Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah yang

dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang

penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu

Analisis kapasitas fiskal daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur

kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui pendapatan

daerah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja

tertentu

Berdasarkan PMK Nomor 126PMK072019 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah

daerah provinsi dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal

Berdasarkan PMK tersebut indeks Kapasitas Fiskal Daerah kabupaten kota

dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal Daerah sebagai berikut

79

Tabel IV7

Kapasitas Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Pemerintah Daerah Indeks Kapasitas Fiskal

Kategori KFD Indeks Kapasitas

Fiskal

Kategori KFD

2018 2019

Prov Kalbar 0518 Rendah 0453 Sedang

Kab Sambas 0877 Sedang 0793 Sedang

Kab Sanggau 0855 Sedang 0778 Sedang

Kab Sintang 1134 Sedang 0269 Sangat Rendah

Kab Mempawah 043 Sangat Rendah 0494 Sangat Rendah

Kab K Hulu 1421 Tinggi 0884 Sedang

Kab Ketapang 1381 Tinggi 1094 Tinggi

Kab Bengkayang 0738 Rendah 0442 Sangat Rendah

Kab Landak 1274 Tinggi 0676 Rendah

Kab Melawi 0776 Sedang 0536 Rendah

Kab Sekadau 0669 Rendah 0611 Rendah

Kab Kayong Utara 056 Sangat Rendah 0406 Sangat Rendah

Kab Kubu Raya 1055 Sedang 0742 Sedang

Kota Pontianak 1368 Tinggi 1538 Tinggi

Kota Singkawang 0618 Rendah 0522 Rendah

Sumber PMK Nomor 126PMK072019

Berdasar tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah yang mempunyai indeks kapasitas

tinggi adalah Kab Ketapang dan Kota Pontianak Sedangkan daerah dengan indeks

kapasitas sangat rendah adalah Kab Sintang Mempawah Bengkayang dan Kayong Utara

Prov Kalbar naik dari kategori rendah ke sedang Kab Sintang turun dua tingkat dari

kategori sedang ke sangat rendah Kab Kapuas Hulu turun dari kategori tinggi ke sedang

Kab Landak turun dua tingkat dari kategori tinggi ke rendah dan Kab Melawi turun dari

kategori sedang ke rendah

48 Perkembangan Belanja Wajib Daerah

Tujuan dari sub ini adalah melihat gambaran perkembangan mandatory spending dalam

pelaksanaan APBD di daerah Mandatory spending adalah alokasi belanja wajib yang diatur

undang-undang Tujuan mandatory spending adalah mengurangi masalah ketimpangan sosial dan

80

ekonomi daerah Mandatory spending dalam tata kelola keuangan pemerintah daerah meliputi

alokasi pendidikan alokasi kesehatan penggunaan dana transfer umum dan alokasi dana desa

APBD diklasifikasikan menjadi 35 urusan daerah yaitu Pendidikan Kesehatan Pekerjaan

Umum Lingkungan Hidup Kelautan dan Perikanan Kehutanan Kesatuan Bangsa dan Politik

Perencanaan Pembangunan Penataan Ruang ESDM Pemberdayaan Masyarakat Desa Sosial

KUKM Perdagangan Kebudayaan Kependudukan dan Catatan Sipil dan seterusnya

Tahun 2019 total belanja terjadi peningkatan 703 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu

dari Rp 2345816 miliar menjadi Rp 2510634 miliar Dari ke-35 urusan daerah tersebut yang

menjadi perhatian utama pemerintah daerah secara berturut-turut adalah pemerintahan umum

(3118 persen) pendidikan (2337 persen) perumahan dan fasilitas umum (2125 persen) dan

kesehatan (1339 persen)

Berdasarkan fungsi APBD Kalimantan Barat dapat digambarkan sebagai berikut

Tabel IV8

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Fungsi Tahun 2019

(Miliar Rp)

Uraian Fungsi Total persen

01 PELAYANAN UMUM 782834 3118

02 PERTAHANAN ) 000 -

03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 30131 120

04 EKONOMI 178475 711

05 LINGKUNGAN HIDUP 22823 091

06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 533546 2125

07 KESEHATAN 336074 1339

08 PARIWISATA 9952 040

09 AGAMA ) 000 -

10 PENDIDIKAN 586788 2337

11 PERLINDUNGAN SOSIAL 30012 120

Total Belanja Daerah 2510634 10000

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Komitmen pemerintah daerah dalam membangun kualitas atau kesejahteraan masyarakat

dapat terlihat melalui alokasi pengeluaran pemerintah daerah dari tiga jenis belanja yaitu belanja

pendidikan belanja kesehatan dan belanja infrastruktur

481 Belanja Daerah Sektor Pendidikan

Pembangunan pendidikan dicapai dengan meningkatkan pemerataan akses kualitas

relevansi dan daya saing Alokasi anggaran fungsi pendidikan mencerminkan upaya

pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan

sebagai salah satu upaya untuk memenuhi amanat konstitusi bahwa alokasi anggaran

pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari belanja negara

81

Dari tabel 48 dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran pendidikan

Kalimantan Barat yang sebesar 2337 persen sudah memenuhi amanat UUD 1945 pasal 31

ayat (4) dan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat (1)

yang mewajibkan alokasi anggaran Pendidikan minimal 20 persen

482 Belanja Daerah Sektor Kesehatan

Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja

di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi (mandatory spending) Pasal tersebut

menyebutkan bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 5

persen (lima persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diluar gaji sementara

provinsi dan kabupatenkota mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 10

persen (sepuluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diluar gaji Tujuan

dari pembangunan bidang kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang terus

membaik Penggunaan anggaran di dibidang kesehatan diharapkan seoptimal mungkin

dapat termanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut

Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran kesehatan

pemerintah daerah minimal 10 persen dari APBD di luar gaji (UU No 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan) sudah terpenuhi di Kalimantan Barat

483 Belanja Infrastruktur Daerah

Dana Transfer Umum terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH)

yang penggunaannya bersifat umum Porsi DAU dan DBH yang besar dari total dana

Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) diharapkan mampu berperan besar dalam

upaya percepatan pembangunan infratuktur di daerah Dana Transfer Umum (DTU)

diarahkan penggunaannya sekurang-kurangnya 25 persen untuk belanja infrastruktur

daerah

DTU Kalimantan Barat terdiri dari DAU sebesar 1232649 miliar dan DBH 58493 miliar

Jumlah totalnya adalah 1291143 miliar Jika fungsi belanja perumahan dan fasilitas umum

sebesar 533546 maka angka ini senilai 4132 persen artinya jauh melebihi ketentuan yang

berlaku

Sungai Kapuas Kalimantan BaratMerupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang 1143 km Sungai Kapuas menjadi habitat bagi 700 jenis ikan air tawar 12 jenis diantaranya termasuk ikan langka serta 40 jenis ikan lainnya terancam punah

BAB V

PERRKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

ANGGARAN

KONSOLIDASIAAN

(APBN DAN APBD)

82

A LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang

disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian tingkat Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Prov Kalbar adalah sebagai berikut

Tabel V1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Lingkup Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019 (Miliar rupiah)

Uraian 2019 2018

Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi

Pendapatan Negara 891057 442989 1334046 2282 1086157

Pendapatan Perpajakan

808438 286398 1094835 1298 969055

Pendapatan Bukan Pajak

82620 118273 200893 7200 116798

Hibah 000 38318 38318 1250467

304

Transfer 000 2031342 000 000 000

Belanja Negara 968528 2377236 3345764 425 3209324

Belanja Pemerintah 968528 2107845 3076373 464 2939933

Transfer 2031342 269391 269391 000 269391

Surplus(Defisit) -77471 -1934247 -2011718 -525 -2123167

Pembiayaan 000 31348 31348 -2967 44575

Penerimaan Pembiayaan Daerah

000 126432 126432 4765 85628

Pengeluaran Pembiayaan Daerah

000 95084 95084 13161 41054

Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran

-77471 -1902899 -1980371 -473 -2078592

Catatan Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pada tahun 2019 pendapatan konsolidasian pemerintah

daerah provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp 1334 triliun Angka

ini naik 2282 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2018 Belanja Konsolidasian sebesar Rp 3345 triliun Angka

83

ini naik 425 persen dari tahun 2018 Terjadi defisit pada LKPK tahun 2019 sebesar

Rp 198 triliun

B PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau

Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh

pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu

periode pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun

resiprokal (berelasi)

1 Analisa Proporsi dan Perbandingan

Grafik V1

Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian

di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pendapatan Perpajakan memberikan kontribusi yang paling besar pada

pendapatan konsolidasian yaitu 8094 persen atau Rp1014 triliun Hal ini

menunjukkan Pendapatan Perpajakan masih tulang punggung General Government

Revenue di Provinsi Kalimantan Barat 7170 persen dari total Penerimaan

Perpajakan berasal dari Pajak Pemerintah Pusat PPn dalam Negeri menjadi Pajak

Pemerintah Pusat paling tinggi yaitu Rp 306 triliun

Pemerintah Daerah memberikan sumbangan 2821 persen atau Rp 286

triliun pada Penerimaan Perpajakan Konsolidasi Pajak Kendaraan Bermotor

mendominasi Pajak Daerah dengan nilai Rp 191 triliun disusul oleh Pajak Hotel

sebesar Rp 62899 miliar Hal ini menunjukkan sektor Pariwisata memiliki potensi

yang cukup besar dalam menyumbang PAD dalam bidang perpajakan

Diharapakan Pemerintah Daerah dapat terus menggali Pajak di sektor Pariwisata

dengan mengembangkan prasarana pendukung seperti perhotelan tempat

pariwisata dan lain-lain

8094

1504

287 000

Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak

Hibah Transfer

84

2 Analisa Perubahan

Pendapatan Konsolidasian mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada

tahun 2019 Kenaikan sebesar Rp 247 triliun atau 2282 persen dibanding tahun

2018 didorong peningkatan pada Pendapatan Perpajakan Rp 125 triliun (1298

persen) Pendapatan Bukan Pajak Rp 84095 miliar (72 persen) dan Pendapatan

Hibah Rp 38014 miliar (12504 persen)

Grafik V2

Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan

Konsolidasian Provinsi Kalimantan Tahun 2018 dan 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pendapatan Bukan Pajak paling besar disumbang oleh Penjualan Aset Daerah

dan Deviden atas Penyertaan Modal pada BUMD pada Pendapatan Bukan Pajak

Daerah sebesar Rp 59048 miliar dan Rp19075 miliar Deviden atas Penyertaan

Modal pada BUMD merupakan daya Tarik tersendiri bagi Pemerintah Daerah pada

Prov Kalbar untuk semakain memanfaatkan BUMD khususnya Bank Kalbar

sebagai tempat investasi

3 Perhitungan Rasio Konsolidasi

1) Tax ratio

Salah satu rasio konsolidasi dapat dilakuaka dengan menggunakan Tax Ratio

dengan rumus sebagai berikut

Tax Ratio = Pendapatan Perpajakan Konsolidasian Tingkat Wilayah

PDRB Provinsi

Dari perhitungan dapat ditemukan

PendapatanKonsolidasi

PendapatanPerpajakan

PendapatanBukan Pajak

Hibah Transfer

2019 1253916 1014946 200651 38318 000

2018 1086157 969055 116798 304 000

000

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

85

Tabel V2

Tax Ratio Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019

IndikatorTahun 2018 2019

Penerimaaan Perpajakan Konsolidasian (Miliar Rp) 969055 1014946

PDRB (Miliar Rp) 19403285 21273700

Tax ratio 499 477 Sumber LKPK Kanwil DJPB dan BPS(diolah)

Tax Ratio pada Prov Kalbar mengalami penurunan sebesar 022 persen pada

tahun 2019 dari tahun sebelumnya Dibandingkan dengan tax ratio nasional yang

sebesar 107 persen maka rasio pajak di Kalimantan Barat masih sangat kecil Hal

ini menjadi dapat menjadi motivasi bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

Daerah untuk mencari sumber-sumber Penerimaan Perpajakan yang mungkin

belum tergali secara tuntas Pemerintah dapat melakukan sensus pajak khusus

untuk Prov Kalbar agar potensi-potensi pajak tidak hilang sehingga tax ratio Kalbar

dapat mendekati tax ratio nasional

2) Rasio Kemandirian

Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan pembangunan

dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai

sumber pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain misalnya bantuan

pemerintah pusat ataupun dari pinjaman Rasio Kemandirian dapat dihitung dengan

rumus

Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah

Bantuan Pemerintah Pusat

Dengan menggunakan Laporan konsolidasian diperoleh data Rasio Kemandirian

Prov Kalimantan Barat pada tahun 2018 dan tahun 2019 berada pada angka 1818

persen dan 2180 persen Angka ini menunjukkan bahwa secara Laporan

Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan memiliki

ketergantungan yang cukup tinggi terhadap dana transfer Peran Pemerintah Pusat

akan sangat besar pada pembangunan di Kalbar sehingga Pemerintah Daerah tidak

leluasa dalam menentukan program kerjanya

C BELANJA KONSOLIDASIAN

Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja

Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja Pemerintah

Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang

sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi)

86

1 Analisis Proporsi dan Perbandingan

Proporsi dan komposisi realisasi berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis

belanja) atau perbandingan antara realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal

terhadap total Belanja konsolidasian

Grafik V3

Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pad a Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pada tahun 2019 secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Barat total

belanja pemerintah daerah lebih besar dari total belanja pemerintah pusat

Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp 3345 triliun 2895

persen bersumber dari anggaran pemerintah pusat dan sisanya sebesar 7105

persen dari anggaran pemerintah daerah

Belanja Operasional mendominasi pada Belanja Pemerintah Pusat maupun

Daerah 7045 persen Belanja Konsolidasian digunakan untuk belanaja

Operasional yaitu Rp 1608 triliun pada belanja Pemerintah Daeah dan 772 triliun

pada belanja Pemerintah Pusat Belanja Pegawai menjadi pengeluaran terbesar

pada Belanaja Operasional Konsolidasian yaitu Rp 11 90 triliun atau 3521 persen

dari total Belanaja Konsolidasian

Belanja Modal hanya menyumbangkan 2055 persen terhadapa belanaj

Konsolidasian Belanaj Bahan Baku Jalan dan jembatan menjadi belanja modal

terbesar Pemerintah Pusat dengan nilai Rp 36413 miliar dan Belanja

Pengadaaan Gedung Bangunan Tempat Kerja menjadi Belanja Modal Pemerintah

Daerah terbesar dengan Rp 175 triliun

Proporsi Belanja Pegawai yang mendominasi Belanaja Konsolidasian

sebenarnya kurang baik Dengan besarnya Belanja Pegawai yang harus

dibayarkan maka Pemerintah akan tidak leluasa menggunakan instrument fiskal

sebagai alat kebijakan

Konsolidasi Pusat Daerah

Belanja Transfer 303881 - 303881

Belanja Modal 694711 195827 498885

Belanja Operasional 2381037 772702 1608335

000500000

1000000150000020000002500000300000035000004000000

87

2 Analisis Perubahan

Grafik V4

Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Grafik V5

Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Belanja Operasional cenderung semakin besar persentase terhadap Belanja

Konsolidasian Besarnya belanja Operasional yang didominasi oleh Belanja

pegawai akan memepersempit ruang fiskal suatu daerah Dengan rumus

Ruang Fiskal = (Pendapatan-Belanja Pegawai)

Pendapatan

Dengan rumus di atas ruang fiskal Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan

Konsolidasian adalah 1077 persen

Angka 1077 persen menunjukkan bahwa Pemerintah pada Provinsi

Kalimantan Barat memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam membiayai

pembangunan di daerah Ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat juga sangat

tinggi dimana TKDD yang diterima lebih besar dari PAD Melihat hal ini sebaiknya

pemerintah daerah dan pemerintah Pusat dapat merumuskan efektifitas TKDD

yang diterima sebaiknya digunakan untuk apa dan dapat menggali sumber-sumber

PAD yang baru

68

248

Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer

70

219

Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer

88

3 Analisis Rasio Belanja Konsolidasian

Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam belanja pemerintah rasio Belanja

perkapita (spending per citizen) Rasio ini merupakan perbandingan antara realisasi

Belanja dibagi jumlah penduduk Dari perhitungan dari tahun 2019 belanja per

kapita adalah Rp 623 jutaorang mengalami kenaikan dari Rp 593 pada tahun 2018

Kenaikan ini berarti tujuan dari Pemerintah untuk menyejaterahkan masyarakat

semakin mendekati sasaran

Naiknya spending per citizen ini sejalan dengan penurunan Gini Ratio dari

angka 0325 pada tahun 2018 menjadi 0318 tahun 2019 Penurunan Gini Ratio

berarti terdapat perbaikan atas tingkat kesenjangan pada Prov Kalbar Indikator

yang juga mempengaruhi kenaikan spending per citizen adalah jumlah tenaga kerja

yang meningkat sebesar 22134 orang dari tahun 2018 ke tahun 2019

D SURPLUSDEFISIT

SurplusDefisit Laporan Keuangan Pemer i n t ah Konsolidasian di Provinsi

Kalimantan Barat t ahun 2019 mencapai minus Rp2011 triliun Defisit tersebut

b e r a s a l dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 77471 miliar dan Pemerintah Daerah

sebesar Rp1934 triliun

1) Proporsikomposisi Realisasi SurplusDefisit Pempus dan Pemda terhadap

SurplusDefisit Konsolidasian

Defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel V3

Rasio SurplusDefisit Konsolidasian terhadap PDRB

pada Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

SurplusDefisit Persentase SurrplusDefisist

Konsolidasi -2091849 10000

Pusat -157601 753

Daerah -1934247 9247

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pemerintah Daerah menyumbangkan defisit 9247 persen dari total defisit Hal ini

terjadi karena realisasi TKDD tidak diperkirakan dalam penyusunan neraca

konsolidasian Dengan adanya dana transfer yang diberikan oleh Pemerintah pusat

sebesar Rp 2033 triliun maka Pemerintah Daerah akan mendapatkan surplus sebesar

Rp 099 triliun

2) Perbandingan Rasio SurplusDefisit terhadap PDRB

Rasio ini menghitung perbandingan nilai surplusdefisit dengan nilai PDRB

89

Dihitung dengan rumus

Rasio SurplusDefisit = Nilai SurplusDefisit Konsolidasian

Nilai PDRB

Dengan rumus di atas maka di dapatkan Rasio surplusdefisit terhadap PDRB

adalah -983 persen Defisit konsolidasian bernilai 983 persen dari total PDRB Kalbar

pada periode tahun 2019

E ANALISA KONTRIBUSI KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang

ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan

kabupatenkota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender) Nilai

PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran

yaitu Y = C + I + G + X-M) Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai

salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi

Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2018

Tabel V4

Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2019 (miliar Rp)

Pendapatan 1254157

a Pajak 1014946

b Kontribusi sosial 200893

c Hibah 38318

d Pendapatan lain -

Beban 2651053

a Belanja Operasional 2381037

c Belanja Transfer 303881

Keseimbangan operasi brutoneto -1396896

Transaksi Aset Non Keuangan Neto 694711

a Aset tetap 694711

b Persediaan -

c Barang berharga -

d Aset nonproduksi -

Net LendingBorrowing -2091607

Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban 31348

a Akuisisi Neto Aset Keuangan -

- Domestik 126432

- Luar Negeri -

b Keterjadian Kewajiban -

- Domestik 95084

- Luar Negeri -

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Belanja Pemerintah (G) adalah Rp 2651 triliun dan Investasi (I) yang dilakukan oleh

90

pemerintah pada tahun 2018 sebesar Rp 694 triliun Dengan demikian dapat dihitung

kontribusi belanja Pemerintah dan investasi Pemerintah terhadap PDRB Provinsi

Kalimantan Barat dengan PDRB sebesar Rp21273 triliun adalah sebagai berikut

1 Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB adalah 1246 persen

2 Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB adalah 326 persen

Belanja Pemerintah masih memiliki porsi yang cukup besar terhadap yaitu sebesar

1246 persen Hal ini menunjukkan belanja Pemerintah adalah salah satu motor

penggerak perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat dengan harapan belanja ini

mampu memberikan efek dalam jangka waktu yang cepat terhadap pertumbuhan

ekonomi Pemerintah diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan

belanja sebesar ini

Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output perekenomian dipengaruhi oleh

tabungan pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi Tabungan merupakan

instrumen yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal (penerimaan pajak dan belanja negara

mempengaruhi tabungan nasional) Secara tidak langsung kebijakan fiskal ikut mengambil

peran dalam pertumbuhan ekonomi Keputusan-keputusan pemerintah mengenai

kebijakan fiskal yang ditempuh suatu negara dapat mengubah ouput dalam

perekonomian baik bertambah maupun berkurang

Peningkatan belanja Pemerintah memiliki multiplier effect (efek penggandaan)

terhadap pendapatan (ouput perekonomian) suatu negaradaerah Alasannya

ialah pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi Kenaikan

belanja pemerintah menyebabkan meningkatnya pendapatan kemudian meningkatkan

konsumsi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan kemudian meningkatkan

konsumsi dan seterusnya

Belanja Pemerintah yang meningkat dari tahun ke tahun memberikan efek yang baik

untuk perekonomian Kalimantan Barat karena memegang porsi yang cukup besar

terhadap PDRB Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan untuk memperbesar alokasi

Investasi juga

Taman Nasional Gunung Palung Kayong Utara

Selain habitat bagi Orang Utan di Taman Nasional Gunung Palung juga merupakan habitat bagi Bekatan (yang merupakan hewan endemik Pulau Kalimantan)

BAB VI

KEUNGGULAN DAN

POTENSI EKONOMI

SERTA TANTANGAN

FISKAL REGIONAL

91

Untuk menjadi kawasan yang maju dan unggul maka pemerintah harus mendukung

melalui pembangunan daerah dengan penentuan prioritas kebijakan yang lebih terarah serta

berjalan efektif dan efisien mengingat keterbatasan sumber pendanaan serta tetap

memperhatikan keunggulan dan potensi ekonomi daerah Penentuan sektor unggulan daerah

merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk

meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi persaingan Pendekatan

yang digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan dalam kajian ini adalah metode Shift

Share Location Quotient (LQ) dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Perhitungan sekor unggulan menggunakan metode Shift Share dilakukan dengan

perbandingan perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat dengan perkembangan

ekonomi nasional dalam jangka waktu 6 (enam) tahun terakhir

Tabel VI1

Shift Share Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019 (miliar rupiah)

No Sektor Usaha Nij (1)

Mij (2)

Cij (3)

Dij (1+2+3)

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1222348 206718 -78895 1350171

2 Pertambangan dan Penggalian 67328 484293 -251869 299751

3 Industri Pengolahan 873561 405984 -247156 1032389

4 Pengadaan Listrik Gas 5215 8251 -9427 4039

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

6143 55924 -54196 7872

6 Konstruksi 1023591 -25056 -233531 765004

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

868146 244286 -203511 908922

8 Transportasi dan Pergudangan 505346 -74394 -161645 269306

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 113457 88963 -57802 144618

10 Informasi dan Komunikasi 303467 67220 -164199 206488

11 Jasa Keuangan 308895 -56760 -25036 227099

12 Real Estate 197897 6495 -13855 190537

13 Jasa Perusahaan 49701 -16356 -5113 28232

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

345188 319568 -270891 393865

92

15 Jasa Pendidikan 309927 -62460 29641 277108

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 118800 -11299 -14033 93468

17 Jasa Lainnya 121010 -42227 -14318 64466

Sumber BPS diolah

Dengan analisis Shift Share terdapat 2 (dua) sektor lapangan usaha dengan Shift Share

ge Rp 10 triliun Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan serta

Industri

Perhitungan sektor unggulan Provinsi Kalimantan Barat dilakukan dengan menggunakan

LQ time series dimana data yang digunakan adalah PDRB dan PDB 6 (enam) tahun terakhir

Tabel VI2

LQ Time Series Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019

No Sektor LQ 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-Rata

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 158 147 145 148 152 152 150

2 Pertambangan dan Penggalian 047 062 075 069 065 074 065

3 Industri Pengolahan 076 073 076 077 078 079 077

4 Pengadaan Listrik Gas 006 007 008 008 008 008 008

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

165 160 153 160 164 523 221

6 Konstruksi 121 124 115 119 114 110 117

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

105 108 106 104 104 105 105

8 Transportasi dan Pergudangan 095 085 084 081 085 081 085

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

074 078 078 078 081 082 079

10 Informasi dan Komunikasi 092 092 091 095 096 092 093

11 Jasa Keuangan 091 086 084 084 087 078 085

12 Real Estate 106 103 101 098 102 099 101

13 Jasa Perusahaan 028 028 026 024 023 022 025

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

160 166 174 182 183 187 175

15 Jasa Pendidikan 133 124 120 117 117 114 121

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 141 137 131 126 126 125 131

17 Jasa Lainnya 065 059 056 053 052 050 056 Sumber BPS diolah

Sektor yang memiliki potensi berdasarkan LQ akan memiliki nilai gt 1 Perhitungan LQ time

series dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 menunjukkan terdapat delapan sektor yang

potensial karena memiliki LQ lebih besar dari satu dan sembilan bidang tidak potensial dengan

LQ kurang dari satu

93

Metode terakhir yang digunakan adalah Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) Sama

dengan dua metode sebelumnya MRP menggunakan data PDRB dan PDB dari tahun 2014

sampai dengan 2019

Tabel VI3

Metode Rasio Pertumbuhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019

No Sektor Usaha MRP

RPr RPs

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 097 - 088 -

2 Pertambangan dan Penggalian 075 - 123 +

3 Industri Pengolahan 095 - 098 -

4 Pengadaan Listrik Gas 109 + 162 +

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang 093 - 209 +

6 Konstruksi 111 + 101 +

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 099 - 097 -

8 Transportasi dan Pergudangan 128 + 114 +

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 093 - 105 +

10 Informasi dan Komunikasi 115 + 122 +

11 Jasa Keuangan 112 + 091 -

12 Real Estate 101 + 089 -

13 Jasa Perusahaan 124 + 095 -

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 096 - 118 +

15 Jasa Pendidikan 104 + 079 -

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109 + 093 -

17 Jasa Lainnya 128 + 097 -

Sumber BPS diolah

MRP menghitung rasio pertumbuhan sektoral pada RPs RPS yang bernilai ge 1 akan

diberikan notasi + menunjukkan sektor tersebut pada Provinsi Kalimantan Barat memiliki

pertumbuhan yang menonjol Terdapat 8 (delapan) seKtor yang yang memiliki RPs ge 1

sehingga cukup banyak sektor yang memiliki pertumbuhan yang menonjol

61 SEKTOR UNGGULAN DAERAH

Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau

perkembangan bagi sektor-sektor lainnya baik sektor yang mensuplai inputnya maupun

sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo

94

2006) Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan baik itu

perbandingan berskala regional nasional maupun internasional Pada lingkup

internasional suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan

sektor yang sama dengan negara lain Sedangkan pada lingkup nasional suatu sektor

dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu

bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain baik di pasar nasional

ataupun domestik Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut

dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga

dapat menghasilkan ekspor (Suyanto 2000146) Sektor unggulan di suatu daerah

(wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan

Kriteria pertama penentuan sektor unggulan suatu daerah adalah hubungannya

dengan PDRB maka dillihat sektor mana yang sumbangan terhadap PDRB nya paling

besar

Tabel VI4

Kontribusi Sektor Tehadap PDRB pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019

Sektor Persentase Kontribusi Terhadap PDRB

2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata

Pertanian Kehutanan dan Perikanan 2156

2054

2021

2030

2025

2013

2050

Pertambangan dan Penggalian 479 490 561 540 548 557 529

Industri Pengolahan 1648

1578

1612

1621

1609

1627

1616

Pengadaan Listrik Gas 006 008 009 010 011 010 009

Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

013 012 011 012 012 037 016

Konstruksi 1221

1310

1244

1280

1253

1229

1256

Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1451

1481

1447

1413

1409

1426

1438

Transportasi dan Pergudangan 430 440 452 457 479 470 455

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

231 238 237 231 236 239 235

Informasi dan Komunikasi 330 336 343 373 377 379 356

Jasa Keuangan 363 356 364 369 378 344 362

Real Estate 304 301 296 288 290 285 294

Jasa Perusahaan 045 047 046 044 044 044 045

Administrasi Pemerintahan Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib

629 667 694 694 698 704 681

95

Jasa Pendidikan 442 430 420 401 394 392 413

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 149 151 145 140 140 143 145

Jasa Lainnya 103 101 099 098 098 101 100

Sumber BPS diolah

Dengan menggunakan (3) tiga alat analisis yang disebut di atas maka didapatkan

perhitungan sebagai berikut

Tabel VI5

Perhitungan Shift Share LQ dan MRP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019

No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)

LQ Time Series MRP (RPs)

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088

2 Pertambangan dan Penggalian 299751 065 123

3 Industri Pengolahan 1032389 077 098

4 Pengadaan Listrik Gas 4039 008 162

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

7872 221 209

6 Konstruksi 765004 117 101

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

908922 105 097

8 Transportasi dan Pergudangan 269306 085 114

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 144618 079 105

10 Informasi dan Komunikasi 206488 093 122

11 Jasa Keuangan 227099 085 091

12 Real Estate 190537 101 089

13 Jasa Perusahaan 28232 025 095

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

393865 175 118

15 Jasa Pendidikan 277108 121 079

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 93468 131 093

17 Jasa Lainnya 64466 056 097

Sumber BPS diolah

Berdasarkan Tabel VI4 diperoleh sektor unggulan pada Provinsi Kalimantan Barat

adalah sektor-sektor yang memiliki kontribusi rata-rata terhadap PDRB total di atas 10

persen Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan Industri

Pengolahan Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Dengan menggunakan analisis Shift Share LQ dan

MRP maka diperoleh tabel sebagai berikut

96

Tabel VI6

Sektor Unggulan Provinsi Kalimantan Barat tahun

No Sektor Usaha Shift Share (miliar

Rp)

LQ Time Series

MRP (RPs)

Rata-rata

PDRB

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088 2050

3 Industri Pengolahan 1032389 077 098 1616

6 Konstruksi 765004 117 101 1256

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

908922 105 097 1438

Sumber BPS diolah

Berdasarkan Shift Share semua sektor memenuhi syarat sebagai sektor unggulan

karena memiliki nilai Shift Share yang si atas Rp 7 triliun Berdasarkan metode LQ sektor

Industri Pengolahan tidak memenuhi syarat karena LQ lt 1 Perhitungan MRP menunjukkan

hanya sektor Konstruksi yang memenuhi syarat MRP Rps gt 1 Sektor Industri pengolahan

tidak memenuhi 2 kriteria yaitu LQ dan MRP sehingga dikeluarkan dari sektor unggulan

1a Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan

Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih

luas dari seluruh pulau Jawa Luasya wilayah ini banyak digunakan untuk pertanian dan

perkebunan PDRB sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205

persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-

2019 Data ini menunjukkan kekuatan dari sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan

sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat

Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan Karet menjadi 2 (dua) penyumbang

terbesar pada Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan Berdasarkan data dari BPS

perkebunan Kelapa Sawit menggunakan lahan seluas 145 juta hektare dengan hasil

produksi 973442 ton pada tahun 2018 Perkebunan Karet menggunakan lahan seluas

600956 hektare dengan produksi 268160 ton pada tahun 2017

Nilai jual hasil produksi kelapa sawit pada tahun 2018 apabila diperhitungkan

dengan harga rata-rata pada tahun berkenaan akan benilai sekitar Rp 146 triliun

sementara nilai karet sekitar Rp 21 triliun Dengan total Rp 356 triliun perkebunan

Kelapa Sawit dan Karet tentu saja masih jadi primadona

97

Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK733Menhut-II2014 tanggal 2

September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Barat

membagi hutan Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan fungsi sebagai berikut

1) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) seluas plusmn

1621046 hektar

2) Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas plusmn 2310874 hektar

3) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas plusmn 2132398 hektar

4) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas plusmn 2127365 hektar

5) Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) seluas 197918 hektar

Terdapat sekitar 45 juta hektare hutan produksi yang masih produktif pada Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini merupakan potensi yang sangat besar untuk menghasilkan

produk-produk hasil hutan yang memiliki nilai jual

Sub sektor Perikanan terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu Perikanan Budi Daya dan

Perikanan Tangkap Pada tahun 2018 Perikanan Budidaya digeluti oleh 52288 rumah

tangga sementara Perikanan Tangkap oleh 21233 rumah tangga Nilai ekspor

perikanan cenderung naik dari tahun ke tahun terakhir pada tahun 2018 tercatat ekspor

perikanan Kalbar sebesar 632 ton dengan nilai Rp 255 miliar

Dari bahasan di atas dapat dilihat bahwa Perkebunan Sawit dan Perkebunan Karet

merupakan sub sektor andalan pada sektor Sektor Pertanian Kehutanan dan

PerikananDengan demikian sangat diperlukan usaha pemerintah untuk ikut menjaga

stabilitas harga khususnya di tingkat petani Pemerintah Provinsi Kalbar menerbitkan

Peraturan Gubernur Nomor 63 Tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan penetapan

indeks dan harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit produksi pekebun Kalbar

Para pekebun kelapa sawit di seluruh Kalbar harus bermitra dengan perusahan kelapa

sawit para mitra tersebut harus membeli sesuai dengan harga yang telah ditetapkan

Pabrik kelapa Sawit tidak boleh membeli tandan kelapa sawit dengan para pekebun

yang bukan mitra

Keberadaan BUMDes diharapkan dapat menampung hasil getah karet petani dan

sekaligus memfasilitasi penjualan karet langsung ke pabrik karet sehingga jalur

perdagangan terpangkas karena tidak melalui pengepulapabila dilaksanakan secara

serempak maka dampaknya diharapkan dapat meningkatkan stabilitas harga getah

98

karet Penggunaan Dana Desa untuk pemberdayaan BUMDes harus didorong serta

kemudahan permodalan melalui KUR

1b Sektor Konstruksi

Mardiasmo (2002) mengatakan peningkatan Pemda dalam investasi modal (belanja

modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya

mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan

yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Terpilihnya sektor Konstruksi sebagai

sektor potensial sejalan dengan menggeliatnya pembangunan infrastruktur pada

Provinsi Kalimantan Barat sesuai dengan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo

pada tahun 2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur Hal ini terlihat pada peningkatan

PDRB sektor Konstruksi 6177 persen dari tahun 2014 hingga tahun 2019

Pada tahun 2019 Pemerintah menyediakan Pagu Rp 499 triliun untuk belanja

infrastruktur yang berasal dari

Belanja Pemerintah Pusat sebesar

Rp 238 triliun dan DAK Fisik sebesar

Rp 261 triliun Pagu ini meningkat

drastis dari Rp 132 triliun pada tahun

2014 atau mengalami kenaikan

sebesar 278 persen

Output dari sektor Konstruksi

pada Provinsi Kalimantan Barat

dapat dilihat dari pembangunan

Jalan Paralel Perbatasan Dari 1920

km jalan parallel perbatasan yang

akan dibangun di pulau Klimantan

82797 km berada pada wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Kondisi

jalan sampai akhir tahun 2019 sudah

teraspal sepanjang 31705 km (38)

lapisan agregat sepanjang 25329 km (31) dan masih berupa perkerasan tanah

25763 km (31) Jalan paralel perbatasan memiliki lebar minimal 7 meter dan ruang

milik jalan (Rumija) minimal 25 meter

1c Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Gambar VI1 Jalan Paralel Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat

Sumber Kompascom

99

PDRB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor menyumbang rata-rata 1438 persen pada PDRB total Prov Kalbar periode tahun

2014-2019 Sektor ini juga menyerap 510454 tenaga kerja atau 2069 persen dari total

tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Barat

Tabel VI7

Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016-2019

No Lapangan Usaha 2019 2018 2017 2016

1 Pertanian Perkebunan Kehutanan Perburuan dan Perikanan

1223113 1303474 1293884 1138334

2 Pertambangan dan Penggalian 52114 59458 54254 53514

3 Industri 134660 171828 135022 110668

4 Listrik Gas dan Air 6819 4618 7315 8891

5 Konstruksi 119949 130021 127502 146694

6 Perdagangan 510454 407126 354975 418258

7 Transportasi Pergudangan dan Komunikasi 66675 74663 67714 61910

8 Lembaga Keuangan Real Estate Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan

32687 19738 18290 27624

9 Jasa Kemasyarakatan Sosial dan Perorangan 320556 283363 340417 339232

Jumlah 2467027 2454289 2399373 2305125

Sumber BPS diolah

Serapan tenaga kerja yang cukup besar menjadikan sektor ini menjadi penyerap

tenaga kerja terbesar kedua setelah sektor Pertanian Perkebunan Kehutanan

Perburuan dan Perikanan

Nilai MRP dari sektor ini adalah 097 Nilai tersebut menunjukkan bahwa

pertumbuhan dari sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor tidak menonjol Hal ini tergambar dari kontribusi PDRB sektor terhadap

PDRB total selama 6 (enam) tahun yang berkutat di angka 14 persen Ke depannya

sektor ini diperkirakan akan tetap menajdi sektor unggulan tapi dengan pertumbuhan

yang stagnan atau cenderung menurun

62 SEKTOR POTENSIAL DAERAH

Tantangan pembangunan ekonomi daerah ke depan adalah mengupayakan

pengelolaan jalannya pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan efisien dengan

100

memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah termasuk sumber daya alam dan

sumber daya manusianya serta mengoptimalkan seluruh sumber-sumber dana untuk

membiayai pembangunan ekonomi daerahnya Untuk mengoptimalkan sumber daya yang

dimiliki daerah terlebih dahulu harus dikenali potensi ekonomi yang dimiliki

LQ dan MRP merupakan metode pengembangan dari Shift Share Pada LQ sektor

potensial adalah sektor yang memiliki nilai LQ gt 1 sementara pada MRP sektor yang

memiliki nilai gt 1 merupakan sektor yang menonjol Berdasarkan Tabel VI5 sektor

potensial pada Provinsi Kalimantan Barat didasarkan pada kedua kriteria tersebut

Terdapat 3 (tiga) sektor potensial berdasarkan kriteria di atas namun sektor Pengadaan

Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang dengan nilai Shift Share hanya Rp

7872 miliar tidak dapat dianggap sebagai sektor potensial karena nilai rupiah potensinya

tidak signifikan

Tabel VI5

Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat

No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)

LQ Time Series

MRP (RPs)

1 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

393865 175 118

2 Konstruksi 765004 117 101

Sumber BPS diolah

2a Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib menjadi

sektor potensial dapat dimengerti dengan besarnya jumlah Belanja Pemerintah

dibanding dengan PDRB Pada tahun 2019 Belanja Pemerintah bernilai 1412 persen

dari PDRB

Sektor ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan yang umumnya

dilakukan oleh administrasi pemerintahan seperti perundang-undangan dan

penerjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan administrasi program

berdasarkan peraturan perundangan-undangan kegiatan legislatif perpajakan

pertahanan negara keamanan dan keselamatan negara pelayanan imigrasi

hubungan luar negeri dan administrasi program pemerintah Sektor ini juga mencakup

kegiatan jaminan sosial wajib

Pada tahun 2019 sektor ini menyumbang Rp 1497 triliun atau 7 persen sebagai

penyumbang langsung terhadap PDRB Ini berarti dari total Rp 30 triliun belanja

101

pemerintah dan TKDD yang disalurkan pada Prov Kalbar sekitar 499 persen

diperuntukkan ke sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

Sektor ini dapat dikembangkan dengan memperbesar belanja Pemerintah pada

Provinsi Kalimantan Barat atau memperbesar porsi sektor ini dari belanja Pemerintah

yang sudah ada Namun dengan memperbesar belanja Pemerintah ada kekhawatiran

nantinya Provinsi Kalbar akan tergantung dan tidak dapat mencari alternatif lain

sebagai sumber pertumbuhan ekonomi

2b Sektor Konstruksi

Soepangat (199152) menyatakan bahwa peningkatan belanja modal yang

menyebabkan peningkatan penyediaan layanan barang dan jasa publik kepada

masyarakat akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sektor Konstruksi menjadi

satu-satunya sektor yang masuk dalam kategori unggulan dan potensial pada Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini menjadi menarik karena terpilihnya sektor Konstruksi pada

kedua kategori menandakan bahwa sektor ini kalau dalam product life cycle masih

dalam tahap growth (pertumbuhan) Sektor yang sedang berada pada tahap growth

merupakan sektor yang paling menarik karena sektor ini sudah mapan namun masih

dapat dikembangkan

Penetapan calon ibukota baru dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di

Provinsi Kalimantan Timur sedikit banyak mempengaruhi sektor konstruksi pada pulau

Kalimantan Dengan lokasi ibukota negara di pulau Kalimantan maka akan diperlukan

interkoneksi antar semua provinsi di Kalimantan untuk mendukung ibukota baru

Provinsi Kalimantan Barat sudah mulai mendapatkan proyek-proyek besar mulai

tahun 2018 Salah satunya adalah pembangunan pelabuhan Kijing yang akan diajdikan

gerbang utama ekspor dan impor dari Pulau Kalimantan Pelabuhan Kijing dibangun

dengan investasi Rp 14 triliun dan terkoneksi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

yang juga sedang dalam proses pembangunan Pembangunan kedua fasilitas ini

diharapkan akan mempercepat pertumbuhan perekonomian Provinsi Kalimantan

Barat

Pulau Kalimantan dapat dipastikan akan mengalami make over yang besar

Proses make over ini tentu menjadi peluang yang sangat besar bagi sektor Konstruksi

102

untuk berkembang dan dengan sendirinya akan memberi sumbangan yang besar

kepada PDRB

63 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH

Menurut Adam Smith bahwa dalam perekonomian segala sesuatunya akan berjalan

sendiri-sendiri menyesuaikan diri menuju kepada keseimbangan menurut mekanisme

pasar Tarik-menarik kekuatan dalam sistem perekonomian itu seperti dikendalikan oleh

ldquothe invisible handrdquo sehingga dengan demikian tidak memerlukan begitu banyak campur

tangan pemerintah

Dalam masa sekarang ini banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat semakin

majunya teknologi dan banyaknya penemu-penemu baru serta semakin terbukanya

perekonomian antar negara menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling terkait

dan berbenturan Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan dalam

mengatur jalannya sistem perekonomian karena tidak sepenuhnya semua bidang

perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta Dengan demikian dalam sistem

perekonomian modern peranan pemerintah dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu

1) Peranan Alokasi

Peranan alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal penyediaan

barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang umum atau

disebut juga barang publik Karena dalam sistem perekonomian suatu negara tidak

semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem pasar

Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang disebut barang

publik tadi

2) Peranan Distribusi

Peranan distribusi ini merupaka peranan pemerintah sebagai distribusi pendapatan dan

kekayaan Tidak mudah bagi pemerintah dalam menjalankan peranan ini karena

distribusi ini berkaitan erat dengan dengan masalah keadilan Kegiatan dalam

mengadakan redistribusi pendapatan atau mentransfer penghasilan ini memberikan

koreksi terhadap distribusi penghasilan yang ada dalam masyarakat

3) Peranan Stabilisasi

Kegiatan menstabilisasikan perekonomian yaitu dengan menggabungkan kebijakan-

kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan lain seperti kebijakan fiskal dan

perdagangan untuk meningkatkan atau mengurangi besarnya permintaan agregat

103

sehingga dapat mempertahankan full employment dan menghindari inflasi maupun

deflasi Peranan stabilisasi pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalam

menstabilkan perekonomian seperti terjadi deflasi inflasi penurunan

permintaanpenawaran suatu barang yang nantinya masalah-masalah tersebut akan

mengangkibatkan timbulnya masalah yang lain secara berturut-turut seperti

pengangguran stagflasi dan lain-lain

12 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat memegang tugas dalam ketiga peranan di atas Untuk sektor

unggulan tugas pemerintah adalah bagaimana mempertahankan keunggulan

sektor tersebut agar tetap sustain (berkelanjutan) dan untuk sektor potensial adalah

bagaimana untuk mematangkan sektor tersebut sehingga dapat menjadi sektor

unggulan

Pada sektor unggulan apabila melihat nilai MRP terdapat 3 (tiga) sektor yang

memiliki nilai lt 1 yaitu sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sektor Industri

Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor Ketiga sektor ini perlu perhatian yang lebih besar dari Pemerintah

Pusat

Langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemerintah Pusat untuk

mempertahankan keunggulan sektor-sektor ini adalah dengan mengalokasikan Rp

23063 miliar untuk Kementerian Pertanian di Kalbar dengan Rp 8529 miliar untuk

infrastruktur pendukung membangun pelabuhan Kijing untuk mempermudah

ekspor impor dan membuat aturan untuk membangun smelter alumunia di daerah

penghasil Selama ini bauksit dari Kalbar langsung diangkut ke tempat lain sehingga

dengan adanya smelter maka aka nada nilai tambah yang diterima oleh Kalbar

Tantangan bagi Pemerintah Pusat untuk mendukung sektor-sektor unggulan ini

agar tetap sustain adalah dengan menjaga harga produk unggulan dari sektor

pertanian kehutanan dan perikanan tetap stabil dan dapat menembus pasar

ekspor Untuk industri pengolahan adalah menjaga kondisi politik dan sosial

ekonomi tetap stabil sehingga iklim investasi terjaga

Untuk sektor Konstruksi Pemerintah Pusat pada tahun 2019 manggelontorkan

dana sebesar Rp 499 triliun untuk infrastuktur Pemerintah Pusat sepertinya akan

terus menambah investasi pada infrastruktur namun porsi dari APBN akan

dikurangi karena lebih difokuskan pada pengembangan kapasitas SDM Untuk

104

menutupi kekurangan akan dilaksnakan kerjasama dengan investor dari dalam

maupun luar negeri untuk mebangun infrastruktur di Kalimantan Barat

Tantangan pada sector konstruksi lebih kepada menjaga iklim investasi yang

mendukung Dengan prospek besar infrastruktur di Kalimantan Barat apabila iklim

investasi mendukung maka dengan para investor akan datang dengan sendirinya

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

masuk ke dalam sektor potensial merupakan buah simalakama Sektor ini

diharapkan akan berkembang namun secara teori Pemerintah akan berusaha

menurunkan anggaran pada sektor ini secara perlahan Penurunan ini dilakukan

karena sektor ini bukan sektor produktif yang dapat menggenjot perekonomian

dengan signifikan

13 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah merupakan lsquotuan rumahrdquo investor dari sektor-sektor yang

dibahas di atas Sebagai tuan rumah sudah selayaknya Pemda-Pemda di Kalbar

menggelar karpet merah bagi yang ingin berinvestasi pada sektor-sektor tersebut

Karpet merah dalam hal ini dapat berupa kemudahan mengurus perizinan

bagi perusahaan yang akan masuk baik di sektor-sektor unggulan maupun sektor-

sektor potensial Sampai saat ini Prov Kalbar masih menjadi primadona bagi

perusahaan yang akan membuka Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai daerah

dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit terluas ketiga setelah Riau dan

Sumatera Utara potensi lahan di Kalbar dapat melebihi luas pada kedua Provinsi

tersebut

Untuk sektor pertanian kehutanan dan perikanan tantangan Pemerintah

Daerah adalah bagaimana menyediakan pendanaan bagi petani kecil atau

kelompok-kelompok petani agar tidak lsquomatirdquo tertekan oleh perkebunan dengan

modal yang besar Sebagaian besar lahan perkebunan adalah milik perusahaan

pemerintah daerah harus dapat membuat kebijakan yang mengharuskan

perusahaan besar membantu petani kecil dalam mengolah kebunnya Peraturan

tentang hal tersebut memang sudah ada dalam Perkebunan Inti Rakyat namun

dalam eksekusinya tanpa diawasi dengan ketat oleh Pemerintah hal tersebut tidak

berjalan dengan baik

Sektor konstruksi tidak lepas dari belanja modala pada pemerintah Dengan

belanja modal yang hanya 1987 persen dari total belanja seluruh Pemda di Kalbar

maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah tidak memiliki pushing power

105

untuk menggenjot sektor konstruksi Pemerintah Daerah dapat menjalankan

perannya dengan menjaga situasi yang kondusif agar investasi masuk dan

melakukan kerjasama untuk melaksanakan kegiatan infrastruktur baik dengan

pihak badan usaha (KPBU) ataupun pemerintah asing (G to G)

Kerjasama Pemda dengan badan usaha (swasta) sudah dimulai oleh

Pemerintah Kota Singkawang dalam pembangunan Bandara Singkawang

Kebutuhan dana pembangunan sekitar Rp43 triliun dihasilkan dengan skema

kerjasama dengan swasta Hal ini dapat ditiru oleh Pemda yang lain dalam

menggenjot pembangunan di daerahnya

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

masih menjadi sektor yang menyedot anggaran terbesar Pemda di Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini terlihat dari proporsi Belanja Pegawai terhadap Total

Belanja Pemda-Pemda di Prov Kalbar yang rata-rata di atas angka 50 persen

Tantangan bagi Pemerintah daerah adalah bagaimana menurunkan persentase

tersebut

Persentase sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib dapat dikurangi dengan langkah mengurangi anggaran pada pos-pos

yang dianggap mubazir atau tidak efisien serta meningkatkan PAD melalui

sumber-sumber pendapatan lain Pengurangan anggaran pada sektor-sektor yang

tidak efisien sudah pernah dilakukan oleh Pemprov Kalbar pada tahun 2018

dengan memotong biaya perjalanan dinas sebesar Rp 200 miliar

14 Sinkronisasi Kebijakan Pusat ndash Daerah

Dalam mempertahankan sektor unggulan dan memacu sektor potensial

Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah memiliki kebijakan masing-masing yang

dituangkan dalam APBN maupun APBD Pada sektor potensial yaitu sektor

Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dan Sektor

Konstruksi diperoleh data realisasi belanja pada tahun 2019 sebagai berikut

Tabel VI5

Belanja Pada Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat

(miliar Rp)

Sektor Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

Layanan Umum 87675 782834

Infrastruktur 446283 498884

Data LRA Pemda dan MEBE

106

Belanja Pemerintah Pusat pada kedua sektor di atas terlihat saling

melengkapi Belanja Pemerintah Pusat pada sector Administrasi Pemerintahan

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib terlihat kecil karena jumlah pegawai

Pemerintah Pusat memang lebih sedikit dibanding gabungan jumlah pegawai

Pemerintah Daerah seluruh Kalimantan Barat sehingga belanja yang digunakan

jauh lebih sedikit dibandingkan belanja yang sama pada Pemerintah Daerah

Untuk belanja sektor Konstruksi jelas terlihat bagaimana Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah memiliki peran yang hampir seimbang dalam bentuk

uang Pemerintah Pusat fokus pada Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan

jalan nasional dengan realisasi sebesar Rp 1 triliun sementara Pemerintah

Daerah juga fokus pada belanja pengadaan jalan dengan realisasi Rp 139 triliun

Hal ini sesuai dengan salah satu permasalahan pada RPJMD Provinsi Kalimantan

Barat tahun 2019 yang berbunyi ldquoRentang kendali pemerintahan yang panjang

disebabkan belum optimalnya konektivitas dan aksesibilitas antar daerah di

wilayah Kalimantan Barat serta kuantitas dan kualitas infrastruktur wilayah yang

belum memadairdquo

Sinergi juga terlihat pada pembangunan beberapa fasilitas umum salah

satunya adalah pembangunan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Kota Singkawang

Dalam pendirian SPN ini Pemerintah Daerah menyediakan lahan sementara

Pemerintah Pusat menyediakan dana untuk pembangunan

Pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mempermudah

pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan yang murah Dalam prakteknya

KUR memiliki fokus kepada sektor produktif seperti sektor Pertanian Kehutanan

dan Perikanan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada Provinsi

Kalimantan Barat sebesar Rp 179 triliun pada 41778 UMKM

Dalam KUR Pemerintah Pusat berperan sebagai regulator dan pihak yang

memberikan subsidi bunga Dengan subsidi bunga maka pelaku UMKM hanya

membayar bunga 7 persentahun Pemerintah Daerah memiliki peran sebagai

penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima KUR Dengan sinergi ini

diharapkan semakin banyak muncuk UMKM penerima KUR yang berkembang

sehingga perekonomian Kalimantan Barat juga akan semakin meningkat

BAB VII

ANALISIS TEMATIK

Masjid Jamirsquo PontianakMasjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Masjid Jamirsquo merupakan masjid tertua di Kota Pontianak dan menjadi pertanda berdiirnya Kota Pontianak pada 1771 Masehi

107

I PENDAHULUAN

Stunting (anak kerdil) merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekuranga

gizi kronis dan infeksi berulang terutama dalam seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK)

sehingga anak lebih pendek untuk usianya (Kemenkes) Balita pendek (stunted) dan sangat

pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PBU) atau tinggi badan

(TBU) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre

Growth Reference Study) 2006 Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan

(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SDstandar deviasi

(stunted) dan kurang dari ndash 3SD (severely stunted) Dampak stunting antara lain dampak

prevalensi kesehatan dan ekonomi

Stunting di Provinsi Kalbar masih terbilang tinggi dan berada pada urutan ke-27 se-

nasional Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka

rata-rata 333 persen atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita stunting Dari 14

kabupatenkota se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka stunting

paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Ketapang dengan angka 427 persen

disusul Landak sebesar 420 persen dan Melawi 408 persen Diatas angka stunting nasional

308 persen Sementara itu untuk nasional pada tahun 2019 terjadi penurunan menjadi 2767

persen (berdasarkan Survei Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI)

Revalensi stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) berada di bawah

angka 20 dan pada Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash

2019 adalah 28

Tabel VII1

Tabel Pada Baduta Kabkota Provinsi kalimantan barat Tahun 2013 dan Tahun 2018

Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)

108

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan tabel sebesar 531 persen

selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi juga penurunan pada 10

(sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada Kabupaten Kubu Raya

yang berhasil menekan angka stunting hingga 1477 persen selama lima tahun terakhir hal

ini juga bias menggambarkan keberhasilan program pembangunan dan bidang perekonomian

di Kabupaten Kubu Raya

Namun stunting masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada

kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten

dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Melawi yaitu 1298 persen

Terkait dengan kesehatan anak tidak hanya stunting (pendek) namun juga permasalahan

yang meliputi underweight (gizi kurang) dan wasting (kurus) Gizi buruk dan gizi kurang di

Provinsi Kalbar juga tinggi kasusnya dan berada pada urutan ke-28 se-nasional Berdasarkan

data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka rata-rata 2383 persen

atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita permasalahan gizi Dari 14 kabupatenkota

se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka gizi buruk dan gizi kurang

paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Landak dengan angka 3147 persen

disusul Sambas sebesar 3124 persen dan Kayong Utara 2951 persen Jauh diatas angka

nasional 177 persen dan selama kurun waktu tahun 2013 sampai 2018 telah menurun 19

persen

Gizi buruk menyebabkan 109 Juta kematian anak balita didunia setiap tahun Menurut

MDGs 2015 masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang

antara 200-290 dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ge30 (WHO2010) dan pada

Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash 2019 adalah 17

Tabel VII2

Gizi buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Kabkota Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2013 dan Tahun 2018

Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan status gizi buruk dan gizi

kurang sebesar 267 persen selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi

penurunan pada 10 (sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada

109

Kabupaten Sintang yang berhasil menurunkan status gizi buruk dan gizi kurang hingga 2054

persen selama lima tahun terakhir

Namun satus gizi masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada

kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten

dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Landak yaitu 1497 persen

II Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting

Percepatan pencegahan stunting merupakan pendekatan program pertama yang dilakukan

dengan menyeluruh dan terintegrasi yang dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir yang

ditunjukkan oleh tingginya komitmen Presiden bersama Menteri dan Pimpinan Lembaga

hingga ke tingkat Gubernur BupatiWalikota dan Kepala DesaLurah

Dalam rangka memastikan konvergensi berbagai programkegiatan percepatan penurunan

stunting dilakukan maka acuan yang digunakan adalah dokumen Strategi Nasional

Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) yang diikuti oleh berbagai pedoman

operasional Di dalam Stranas Stunting juga diatur pendekatan multi sektor yang

melaksanakan percepatan penurunan stunting yang melibatkan sektor antara lain sektor

kesehatan pertanian pendidikan air minum dan sanitasi dan perlindungan sosial Untuk

mengimplementasikannya telah disusun berbagai pedoman operasional

Penanganan masalah stunting menjadi salah satu prioritas dalam rencana kerja

Pemerintah Provinsi Kalbar Caranya yakni dengan memperkuat sinergi antarsektor terkait

serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan sektor swasta

Revitalisasi posyandu dan revitalisasi desa siaga serta pembentukan pusat penanganan gizi

buruk di tiap kabupatenkota merupakan upaya konkret yang diharapkan dapat menurunkan

prevalensi stunting di Kalbar Peningkatan cakupan air bersih dan sanitasi lingkungan

merupakan intervensi sensitif yang sangat berpengaruh dalam menurunkan prevalensi

stunting

III Penanganan Stunting Oleh Pemerintah

III1 Belanja KL Dalam APBN

Dalam kaitannya dengan percepatan pencegahan stunting melalui belanja

KementerianLembaga (KL) telah dilakukan berbagai langkah dan kebijakan agar

pengelolaan program tersebut terarah dan terukur Pada proses perencanaan khususnya

terkait dengan identifikasi output yang terkait dengan stunting telah disusun pedoman

penandaan pemantauan dan evaluasi percepatan pencegahan stunting sebagai dasar bagi

KL dalam mengidentifikasi output yang berkontribusi kepada percepatan penurunan stunting

Selanjutnya dilakukan forum koordinasi yang melibatkan Direktorat Jenderal Anggaran

Kementerian Keuangan (DJA Kemenkeu) Kementerian Perencanaan Pembangunan

NasionalBadan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPNBappenas) dan

KL terkait secara berkala untuk mengkaji hasil penandaan tersebut sekaligus melakukan

penajaman hasil identifikasi pada level di bawah output atau dengan pembobotan Ringkasan

110

output KL yang telah disusun tersebut digunakan sebagai dasar acuan dalam pelaksanaan

pemantauan dan evaluasi program percepatan penurunan stunting

Dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat total alokasi dana yang dianggarkan kepada

Satker KL untuk penangangan stunting sebesar Rp14992 miliar dengan realisasi Rp14271

miliar (9519)

Tabel VII3

Belanja Penangan Stunting Satker KL Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Sumber Aplikasi MEBE (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi dana untuk penanganan stunting oleh KL

relative kecil yaitu hanya 357 dari total belanja satker yang terdapat alokasi untuk

penanaganan stunting atau hanya 099 dari total dana APBN Intervensi gizi spesifik hanya

dilakukan oleh satker Kementerian Kesehatan dengan alokasi dana sebesar Rp665 miliar

atau hanya sebesar 502 dari total alokasi dana Satker kementerian Kesehatan dengan

kinerja capaian output mencapai 7710

Secara nasional terdapat 20 (duapuluh) kementerianlembaga yang menganggarkan dana

penanganan stunting dengan alokasi dana Rp60 triliun atau 246 dari total APBN Indonesia

sementara itu untuk wilayah Kalbar hanya dianggarkan Rp14992 miliar untuk stunting atau

hanya 025 dari alokasi stunting nasional dan hanya 099 dari pagu total APBN di Kalbar

Kecilnya alokasi dana untuk penanganan stunting tersebut akan berpengaruh terhadap

keberhasilan upaya pencegahan stunting di Kalbar untuk itu diharapkan terjadi peningkatan

alokasi dana yang dianggarkan untuk penangnan stunting di Kalbar pada masa yang akan

datang mengingat kondisi Kalbar sebagai penderita terbanyak ke 27 secara nasional

Seperti pada lampiran III1 maka kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi

spesifik mencapai 7710 diantaranya adalah untuk Penyediaan Makanan Tambahan bagi

111

Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) capaian outputnya mencapai 100 serta kegiatan

Peningkatan Surveilans Gizi untuk 14 layanan dengan capaian output 100

Kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi sensitive mencapai 7813 yang

dialokasikan melalui 7 (tujuh) KL diantaranya adalah untuk Kampanye Hidup Sehat capaian

outputnya mencapai 100 kegiatan Bimbingan Perkawinan Pra Nikah dengan capaian output

97 serta Sistem Pengelolaan Air Limbah untuk 2980 kepala keluarga dengan capaian

output mencapai 100

Kinerja capaian output untuk kegiatan Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis

mencapai 8763 yang dialokasikan melalui 4 (empat) KL diantaranya adalah untuk Analisis

Ketersediaan Pangan Wilayah capaian outputnya mencapai 100 kegiatan Pelatihan

Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan untuk 390 orang dengan capaian output 96

serta PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat yang Terbit Tepat Waktu dengan

capaian output mencapai 100

Secara umum kinerja capaian output kebijakan terkait stunting tercapai Beberapa

permasalahan terkait dengan kebijakan terkait stunting antara lain kurangnya optimalisasi

sisa dana dan penumpukan realisasi di akhir tahun anggaran Yang perlu ditingkatkan adalah

pelaksanaan pencapaian target harus lebih disiplin sesuai dengan rencana penarikan dana

III2 Belanja Dana Desa Dan DAK Fisik

III 21 Dana Desa

Alokasi Dana Desa untuk Provinsi Kalbar Tahun 2019 adalah sebesar Rp1992 miliar yang

disalurkan kepada 2031 desa dengan realisasi sebesar Rp1987 miliar (9974) Intervensi

pencegahan stunting dilaksanakan secara terintegrasi hingga ke tingkat desa Desa-desa

yang memiliki resiko tinggi warganya mengalami stunting sudah barang tentu wajib

menganggarkan untuk menghindari resiko stunting pada warganya hal ini ditegaskan dalam

Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 tentang

Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan

Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi Dana Desa tidak melulu untuk

perbaikan sarana dan prasarana fisik namun sarpras non-fisik dan sosial kesehatan mutlak

perlu dikedepankan Bahkan penyaluran Dana Desa tahap III pada tahun 2020 mensyaratkan

untuk menyampaikan Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting

Penggunaan Dana Desa di Wilayah Kalbar juga telah mendukung program Konvergensi

Pencegahan Stunting diantaranya adalah melalui kegiatan intervensi gizi spesifik dengan

total alokasi adalah sebesar Rp104 miliar sangat kecil sekali yaitu hanya 052 dari total

realisasi penggunaan Dana Desa

Tabel VII4

Intervensi Gizi Spesifik Dana Desa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

112

Sumber omspan (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi Dana Desa yang dikhususkan untuk

Penyelenggaraan Kegiatan Pencegahan Stunting relative kecil hanya dialokasikan untuk 3

paket sebesar Rp84342500- hal ini perlu mendapatkan perhatian bersama untuk

peningkatan pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa sesuai dengan Pasal 6

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 dimana Desa yang

warganya berisiko tinggi mengalami stunting untuk mengalokasikan kegiatan pencegahan

stunting

Kebijakan pengalokasian Dana Desa Tahun 2021 hendaknya juga mendukung program

Konvergensi Pencegahan Stunting yaitu dimungkinkan untuk dilakukan perubahan formulasi

perhitungan besaran alokasi Dana Desa diusulkan untuk Alokasi Formula dimasukan

parameter perhitungan untuk jumlah penderita stunting dengan mendapatkan alokasi sebesar

20

Dana Desa juga dialokasikan untuk kegiatan Intervensi Gizi Sensitif seperti pada lampiran

III21 dengan alokasi sebesar Rp22960 miliar atau 1156 dari total realisasi Dana Desa

Beberapa capaian outputnya adalah Operasional PAUDTKTPATKATPQMadrasah Non-

Formal Milik Desa dengan alokasi Rp2361 miliar dengan output 27196367 Paket

Terselenggaranya Operasional Pos Kesehatan Desa (PKD)Polindes Milik Desa Lainnya

dengan alokasi Rp2350 miliar dengan output 31710863 paket serta Sambungan Air Bersih

ke Rumah Tangga (pipanisasi dll) yang mendapatkan alokasi sebesar Rp1140 miliar

dengan output 16424989 meter

Provinsi Kalbar dengan penderita stunting urutan ke 27 nasional maka diperlukan

penanganan melalui berbagai sumber pendanaan termasuk Dana Desa untuk itu diharapkan

instansi terkait di tingkat provinsi untuk memberikan arahan dan himbauan agar penggunaan

Dana Desa juga dialokasikan untuk pencegahan stunting khususnya untuk intervensi gizi

sensitive melalui alokasi pada Bidang Pemberdayaan masyarakat

Efektivitas pencapaian target capaian output Dana Desa diatas berdasarkan laporan

capaian output oleh Pemda terkait dimana upload capaian output baru mencapai 8545

diharapakan Pemda segera melakukan upload data capaian output sehingga bisa

menghasilkan analisis data yang lengkap

III 22 DAK Fisik

No URAIAN OUTPUT SATUAN REALISASI OUTPUT

1 Penyelenggaraan Posyandu (Kelas Ibu Hamil) 1787 ORANG 615076375 8700

2 Penyelenggaraan Posyandu (Makanan Tambahan) 20260 UNIT 9508583774 8200

3 Kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak kerdil (stunting) 3 PAKET 84342500 10000

4

Fasilitasi Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

dan Endemik 3 PAKET 84342500 10000

5 Penyelenggaraan kegiatan pencegahan stunting 3 PAKET 84342500 10000

6 Penanganan Stunting 2 PAKET 10000000 5000

7 Kampanye dan Promosi Hidup Sehat Guna Mencegah Penyakit Menular 1 PAKET 14001000 10000

10400688649TOTAL DANA DESA UNTUK INTERVENSI SPESIFIK

(Rupiah)

113

DAK Fisik Tahun 2019 sebagai salah satu sumber pendanaan untuk mendukung

konvergensi penanganan stunting di wilayah Provinsi Kalbar dialokasikan melalui DAK Fisik

Tematik tentang stunting melalui DAK Fisik Penugasan pada bidang Kesehatan Sanitasi Air

Minum dan Pendidikan dengan dijabarkan melalui kegiatan Intervensi Gizi Spesifik

Total alokasinya DAK Fisik Penugasan yang terkait dengan program pencegahan stunting

untuk wilayah Kalimantan Barat adalah sebesar Rp373508869032 dengan rincian

sebagaimana pada Lampiran III22 A

Dari lampiran III22A diketahui bahwa untuk penanganan stunting melalui Bidang

Pendidikan untuk pelaksanaanya dikoordinir oleh Provinsi sementara itu untuk lokasi sebaran

pagu ternyata tidak sesuai dengan jumlah penderita permasalahan gizi dan stunting dimana

alokasi pagu terbesar adalah untuk Kabupaten Sintang Sanggau dan Kota Pontianak

sedangkan berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 justru penderita terbanyak adalah

Kabupaten Ketapang Landak dan Melawi Hal ini perlu mendapatkan perhatian di dalam

penyusunan alokasi DAK Fisik penugasan hendaknya sebaran alokasi pagu diarahkan untuk

daerah dengan jumlah penderita stunting terbanyak

Beberapa kegiatan intervensi gizi spesifik DAK Fisik Penugasan seperti pada Lampiran

III22B khususnya melalui bidang kesehatan capaian outputnya 99 diantaranya adalah

penyediaan alat ukur demensi tubuh (antropometri) dan alat kesehatan puskesmas sebanyak

1162 paketunit dengan nilai Rp2177 Miliar Pencegahan stunting melalui intervensi gizi

sensitive dilaksanakan melalui bidang Pendidikan dengan capaian output 93 dan bidang

Sanitasi dan Air Minum Beberapa outputnya diantarnya adalah untuk penyediaan sarana dan

prasarana PAUD sebanyak 196 ruangpaket dengan realisasi sebesar Rp81 miliar serta

pembangunan system pengolahan air limbah domestic setempat dan terpusat 1315 unit

dengan realisasi Rp411 miliar

Realisasi DAK Fisik Penugasan mencapai 9513 tidak tercapainya realisasi maksimal

disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah keterlambatan pelaksanaan lelang dan

ketidaksesuaian antara nilai daftar kegiatan dengan realisasi nilai kontrak

III3 Belanja Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Alokasi penangan stunting dalam APBD Provinsi Kalbar secara agregat dialokasikan

sebesar Rp28646 miliar atau hanya 110 dibandingkan dengan total jumlah APBD tahun

2019 yaitu Rp26044 miliar

Seperti pada lampiran III3 maka dapat diketahui bahwa kelompok penangan stunting

intervensi gizi spesifik mendapatkan alokasi dana sebesar Rp2436 miliar atau hanya 009

jika dibandingkan dengan total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya adalah Program

Pencegahan Stunting sebesar Rp15 miliar dan yang terbesar adalah Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Menular dengan alokasi sebesar Rp1267 miliar

Kelompok penangan stunting intervensi gizi sensitive mendapatkan alokasi dana sebesar

Rp25904 miliar atau hanya 099 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya

114

adalah Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah sebesar Rp8998 miliar dan yang terkecil

Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dengan alokasi sebesar Rp125 juta

Kelompok kegiatan yang terkait pencegahan stunting mendapatkan alokasi dana sebesar

Rp306 miliar miliar atau hanya 001 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya

adalah Penyediaan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat Rp112 miliar dan yang

terbesar adalah kampanye Pencegahan Stunting dengan alokasi Rp120 juta

Beberapa kendala yang dihadapi Pemda terkait pelaksaan kebijakan stunting adalah

a Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan pemantauan pertumbuhan serta

perilaku baik yang masih rendah

b Terbatasnya akses (daya beli pengetahuan) atas pemberian makanan bergizi seimbang

untuk ibu hamil bayi dan balita yang masih rendah

c Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif yang belum optimal

d Suplementasi yang belum optimal seperti Konsumsi Tablet Tambah Darah pada ibu hamil

dan remaja Puteri

e Angka infeksi yang masih tinggi seperti cacingan diare dll baik pada balita dan ibu Hamil

f Kebersihan Lingkungan dan Akses Sanitasi yang masih belum baik

g Budaya di masyarakat dimana ibu hamil masih banyak pantangan makanan

h Tingkat soasial ekonomi masyarakat yang masih rendah

i Masih rendahnya tingkat kepedulian dan dukungan keluarga terhadap ibu hamil dan

tingkat pendidikan ibu yang masih rendah

Rekomendasi dalam upaya mengantisipasi kendala dalam pencapaian sasaran kebijakan

stunting antara lain

1 Peningkatan upaya dukungan lintas sektor dalam penanggulangan Stunting (Konvergensi

Stunting) dalam intervensi spesifik maupun sensitif

2 Peningkatan alokasi Dana Desa untuk Pelayanan Sosial dasar terkait 1000 Hari Pertama

Kehidupan

3 Peningkatan Upaya Strategi Perubahan Perilaku dalam penanggulangan stunting

4 Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamilbayi dan anak balita

melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan

5 Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan Buku KIA kelas Ibu

Posyandu dan pendampingan pada ibu hamil

6 Peningkatan akses terhadap makanan bergizi bagi balita dan ibu hamil melalui pemberian

PMT Pelatihan PMBA untuk Masyarakat Konseling Menyusui

7 Peningkatan Akses Air bersih dan Sanitasi lingkungan melalui Lima Pilar STBM

Dalam rangka keberhasilan penanganan stunting di Provinsi Kalbar diharapkan alokasi

dana melaui APBD ditingkatkan jumlahnya dengan tetap memperhatikan kemampuan

keuangan daerah setidaknya mengacu pada kebijakan nasional yakni sekitar 246 dari total

APBD

BAB VII

PENUTUP

Pantai Tanjung Belandang KetapangPemandangan khas dar i Pantai in i adalah jembatan kayu yang menjirok ke laut deratan gazebo berjejer rapih di sepanjang jembatan kayu tersebut

115

A KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan analisis di bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut

1 Kinerja ekonomi Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar 500 persen mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang

sebesar 506 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 502 persen

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan Asuransi

Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian

2 Laju pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat 2019 yang tertinggi adalah komponen Ekspor

Barang dan Jasa yaitu 1012 persen dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun

selanjutnya adalah Konsumsi LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan

jasa utamanya berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan

Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet

3 Struktur perekonomian yang menopang ekonomi Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor

lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen) industry

pengolahan (1634 persen) perdagangan besar-eceran serta reparasi mobil sepeda motor

(1430 persen) kontruksi (1244 persen) dan sisanya terbagi dari beberapa sektor lapangan

usaha antara lain Pertambangan transportasi pergudangan informasi jasa keuangan

real estate dan jasa lainnya

4 Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan

Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat pada tahun 2019 mencapai

sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25 triliun atau 1897 persen dibandingkan

dengan tahun 2018 Hal ini adanya tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan

berlanjut dimasa mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah

yang akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single

Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai

instansi terkait baik di pusat dan daerah

5 BI Rate Kalimantan Barat 2019 cenderung menurun dari level 600 persen Bulan Januari

hingga level 500 persen pada bulan Desember Tren menurunnya BI Rate tersebut

merupakan antisipasi terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami

penurunan dan juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi (Global Bank Sentral Amerika

Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang menahan suku bunga di level 15-175

116

6 Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif Inflasi

tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional

yang hanya mencapai 055 persen Tekanan inflasi ini terjadi seiring adanya aktivitas

pemilihan umum dan legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya

permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi

sepeda motor dan ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru

7 Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka Rp14313- per

US Dollar dan menunjukan perbaikan pad akhir tahun 2019 pada Rp13831- per US Dollar

Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank

Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)

yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara

maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara

emerging market termasuk Rupiah dan pengaruh melemahnya dolar AS terhadap semua

mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak menaikkan tingkat suku bunga

8 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo terjadi

peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun 2018

(berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional 7081

Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi

Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin

dan berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah

masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun

9 Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik apabila

dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan masih lebih baik dari

pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380) Ketimpangan pendapatan terjadi

karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan faktor produksi sehingga pihak-pihak yang

memiliki faktor produksi akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak

10 Investasi Pemerintah Pusat tahun 2019 melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)

berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM di Wilayah Provinsi Kalimantan

Barat telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 UMKMdebitur) jika dibandingkan

dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen

masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama sektor produksi yang hanya

mencapai 4124 persen yang ditargetkan sebesar 60 persen

11 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar

Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen hasil produk terutama mutu dan kualitas

produk belum bisa bersaing secara global dengan produk daerah lain

12 Penerimaan pajak dalam negeri tahun 2019 sebesar Rp667 triliun naik 26108 miliar atau

naik 407 persen dibanding penerimaan tahun 2018 Kontribusi terbesar dari penerimaan

117

pajak dalam negeri adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Rp32 triliun atau 48 persen

disusul Pajak Penghasilan (PPh) Rp307 triliun atau 46 persen

13 Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar meningkat

signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018 Dengan

perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288 miliar

atau 541 persen

14 Penerimaan PNBP tahun 2019 sebesar Rp82375 miliar mengalami penurunan sebesar Rp

3776 atau 43 persen dibandingkan penerimaan tahun 2018 Dengan komposisi

pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen dari total penerimaan PNBP

disusul pendapatan PNBP BLU sebesar 489 persen

15 Belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019 yaitu sebesar

Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar Rp1049

triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun Realisasi Belanja

pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer ke Daerah dan

dana desa terealisasi Rp2034 triliun

16 Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 terdapat penurunan angka stunting pada 10

KabupatenKota di Kalimantan Barat namun juga terjadi kenaikan angka stunting pada 4

(empat) Kabupaten

B REKOMENDASI

1 Pemerintah Daerah tetap mengupayakan peningkatan alokasi belanja pada jenis belanja

dan meningkat investasi pada sektor-sektor yang belum atau kurang memberikan kontribusi

terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat tahun 2019 terutama pada sektor

sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan

dan Penggalian yang mengalami penurunan pada periode ini secara umum capaian

pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat bisa dikatakan masih stagnan dan belum

memberikan kontribusi PDRB secara maksimal yang hanya sebesar 134 persen terhadap

pembentukan PDB nasional diharapkan untuk berikutnya lebih meningkat dibanding tahun

ini

2 Untuk mempertahankan sektor ekonomi unggulan dan mematangkan sektor ekonomi

potensial Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu berkolaborasi dalam membangun

infrastruktur pendukung maupun untuk mendatangkan investor yang mau berinvestasi pada

sektor-sektor tersebut Seperti pada pembangunan Pelabuhan Kijing di kabupaten

Mempawah Pemerintah Pusat menyiapkan dana pembangunan dengan menggandeng

investor sementara Pemerintah Daerah menyiapkan dana untuk pembebasan lahan

3 Pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa perlu dilakukan desa dengan

warga berisiko tinggi stunting agar mengalokasikan Dana Desa untuk kegiatan pencegahan

stunting Kebijakan pengalokasian Dana Desa tahun 2021 hendaknya mendukung program

118

konvergensi Pencegahan Stunting yang dapat diatambahkan pada perhitungan Alokasi

Formula dengan alokasi 20 persen

4 Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) agar terus melakukan upaya memitigasi risiko

terhadap kenaikan harga serta kelancaran distribusi pasokan bahan pangan adanya

kebijakan yang memacu peningkatan produksi bahan pangan dan mengajak para

pengusaha dalam menentukan harga dan perlu mempertimbangkan daya beli konsumen

Sedangkan untuk konsumen sendiri harus mampu mengatur nafsu konsumtif karena

Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan yang

harus diatur oleh pemerintah

5 Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing mengalami kenaikan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp14 triliun Hal ini terjadi tren positif terhadap

pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa mendatang dukungan Pemerintah

tetap melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single Submission

(OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai instansi terkait

baik dari pusat maupun daerah

6 Tren menurunnya BI Rate tersebut harus dijaga untuk mengantisipasi kondisi perekonomian

nasional yang masih mengalami penurunan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan

ekonomi Global Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor

eksternal tetap dijaga lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya masih sesuai

dengan target

7 Penguatan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)

yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara

maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara

emerging market termasuk Rupiah Kebijakan suku bunga Tanah Air harus tetap

dipertahankan agar imbal hasil aset keuangan Indonesia termasuk obligasi menjadi

menarik arus modal asing masuk ke Indonesia dan menambah pasokan valas di dalam

negeri

8 Indek Pembangunan Manuasia (IPM) Kalimantan Barat tahun 2018 termasuk kategori

sedang dan berada pada urutan ke-30 dari 34 Provinsi Walaupun terjadi kenaikan namun

capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi

target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin Peningkatan investasi dari

Pemerintah Pusat (APBN) yang berupa alokasi Dana Transfer khususnya DAK Fisik dan

Dana Desa serta investasi lainnya serta Pemerintah Daerah (APBD) diharapkan benar-

benar dapat digunakan pada sektor-sektor program pembangunan manusia yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat terutama mendongkrak

tingkat IPM yang terandah di Kalimantan Barat yang selama ini selalu ditempati oleh

Kabupaten Kayong Utara sebesar (6182) dan Kabupaten Sekadau (6369)-

119

9 Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar sasaran

dan tujuan program KUR maupun UMi dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran

KUR diarahkan lebih banyak di sektor produksi (non perdagangan) yaitu dengan target

minimal penyaluran sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan

skema KUR Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat

perkebunan rakyat dan peternakan rakyat harus benar-benar disaluran sesuai sasaran dan

lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada debitur dan membantu

mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada masyarakat sehingga dapat

mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha Mikro bahkan dapat meningkat ke

Mikro Kecil

10 Perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya identifikasi dan penggalian

potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian potensi pajak pengawasan

terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara Pemerintah Pusat maupun Daerah

DAFTAR PUSTAKA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan

Barat Tahun 2019

Rancangan Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

RISKESDAS_2018_ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

RISKESDAS_Provinsi Kalimantan Barat 2018_ Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia

Laporan Pemantauan Kinerja Anggaran dan Pembangunan Program Percepatan

Pencegahan dan Penurunan Stunting Kemenkeu Reupblik Indonesia

Lampiran IIA - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Spesifik

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan

Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian KEMENTERIAN KESEHATAN 0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

2080 Pembinaan Gizi Masyarakat 001 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 002 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus

003 Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita 005 Pembinaan dalam Peningkatan Status Gizi Masyarakat 006 Suplementasi Gizi Mikro 007 Pembinaan dalam Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat 008 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Papua dan Papua Barat 009 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus Papua dan Papua Barat 010 Penguatan intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita Papua dan Papua Barat 504 Peningkatan Surveilans Gizi

5832 Pembinaan Kesehatan Keluarga 001 Pembinaan Dalam Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 002 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Kunjungan Neonatal Pertama 004 Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah 005 Pembinaan Pencegahan stunting 018 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Antenatal

1172822000 100000000 368690000 1439729000 305522000 461512000 281222000 317124000 101785000

822627500 96493000 365973800 1414218600 296527000 372659700 266887500 316592900 101784900

7014

9649

9926

9823

9706 8075 9490 9983 100

4

14

14

14 1 1 1 1 5

4

14

14

14 1 1 1 1 5

100

100

100

100

100 100 100 100 100

0240508 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

2058 Pembinaan Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra 006 Layanan Imunisasi 010 Layanan Imunisasi di Papua dan Papua Barat

2059 Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria 008 Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan 011 Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua dan Papua Barat

2060 Pengendalian Penyakit Menular Langsung 506 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit ISP 511 Sarana dan Prasarana Penanggulangan TBC 512 Sarana dan Prasarana Penanggulangan HIVAIDS

251677000 513750000 1343486000

221591784 280311250 1234273000

8805

5456 9187

14

153 8

14

151 8

25

6 40

0240709 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

2065 Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 508 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Kesehatan Ibu dan Anak 509 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Penyakit Tropis Terabaikan 510 Paket Penyediaan Vaksin

Total Belanja Intervensi Spesifik

6657319000

5789940934

9045

212

210

7710

------

Lampiran IIB - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Sensitif

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN PERTANIAN

0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat

1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

102 Lumbung Pangan Masyarakat

1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

106 Kawasan Mandiri Pangan

1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

101 Pemberdayaan Pekarangan Pangan

106 Hasil Pengawasan keamanan dan mutu pangan Segar

558000000 5578500000 600000000

546884550 5543049050 582679900

9801

9936 9711

1

123 1

1

121 1

100

100 100

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

0190207 Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro

1835 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan

030 Pemenuhan gizi masyarakat melalui peningkatan konsumsi pangan olahan sehat

038 Komoditi yang diawasi Penerapan SNI Wajib Produk Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

0230509 Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat

2016 Penyediaan Layanan Paud

006 Lembaga PAUD Menyelenggarakan Holistik Integratif

5631 Penyediaan Layanan Pendidikan Keluarga

002 Lembaga Menyelenggarakan Pendidikan Keluarga untuk Intervensi Permasalahan Sosial Tertentu

KEMENTERIAN KESEHATAN

0240111 Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

5610 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan JKNKIS

501 Cakupan Penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui JKNKIS

0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

002 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media

004 Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam mendukung Program Kesehatan

006 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media di Papua dan Papua Barat

5834 Penyehatan Lingkungan

501 Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi Syarat

504 Pengawasan terhadap Sarana Air Minum

505 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan

2090 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan

506 Rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan sesuai standar

1492964000 464132000 163411000

1437830000 431244400 162715900

9631 9291

9957

3 1 1

3 1

1

100 100

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan

Pagu Realisasi Real

Target Capaian Capaian

2094 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan

508 Alat Kesehatan

KEMENTERIAN AGAMA

0250308 Program Bimbingan Masyarakat Islam

2104 Pengelolaan KUA dan Pembinaan Keluarga Sakinah

008 Bimbingan Perkawinan Pra Nikah

0250812 Program Bimbingan Masyarakat Buddha

2145 Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Budha

014 Pembinaan Keluarga Hittasukhaya

638510000 37020000

594062500 36455000

9304

9847

29 2

1

0

97

0

KEMENTERIAN SOSIAL

0270507 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial

2251 Jaminan Sosial Keluarga

001 Keluarga Miskin Yang Mendapat Bantuan Tunai Bersyarat

0270609 Program Penanganan Fakir Miskin

5873 Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan

003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

5874 Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

002 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

5875 Penanganan Fakir Miskin Pesisir Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara

003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

3124920000

3123021922

9994

1

1

100

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

0320608 Program Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan

2357 Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan

003 Promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri yang dilaksanakan (Gerakan memasyarakatkan makan ikanGemarikan)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan

004 Sistem Pengelolaan Air Limbah

2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

005 SPAM Terfasilitasi

007 Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan

008 SPAM Berbasis Masyarakat

009 Pembangunan SPAM di Kawasan Khusus

010 Pembangunan SPAM Regional

25491600000 19295520000 10141420000 62568089000

24467600000 17485637400 9125468000 60912361277

9598

9062 9025 9735

298

3

15 0

495

1 9 0

100

0 1 52

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Rea

l Target Capaian Capaia

n 0470107 Program Perlindungan Anak

2808 Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Kesejahteraan

003 Sosialisasi tentang ASI Eksklusif Gizi Seimbang Pembatasan Gula GaramLemak (GGL) Rokok dan

Kesehatan Reproduksi bagi Keluarga dan Anak sebagai 2P dalam Penurunan Stunting

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

0590709 Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik

4143 Penyediaan dan Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

001 Informasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

0630106 Program Pengawasan Obat dan Makanan

3165 Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai BesarBalai POM

088 KIE Obat dan Makanan Aman

4124 Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang

005 Pengawasan Produk Pangan Fortifikasi

960000000

950368050

9899

26

26

100

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

0680106 Program Kependudukan dan KB

3317 Pembinaan Keluarga Balita dan Anak

021 Keluarga yang mempunyai balita dan anak memahami pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak

3331 Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan KB Provinsi

081 Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK

085 Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu

910000000 1586543000

829384786 1573708244

9114 9919

16045 433

16045 433

100 100

Total Belanja Intervensi Sensitif

13361062900000 12780247097900

12780247097900

9614

658025

1110045

78125

------

Lampiran IIC - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

0100606 Program Bina Pembangunan Daerah

1252 Pembinaan Penyelenggaraan dan Pembangunan Urusan Pemerintahan Daerah III

001 Integrasi indikator Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah lingkup UPD III

003 Penerapan SPM bidang kesehatan sosial dan transtibumlinmas

004 Evaluasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Daerah

010 Monev terpadu Penerapan dan Pencapaian SPM di daerah lingkup UPD III

011 Advokasi penerapan kebijakan percepatan penurunan stunting 015 Peningkatan kinerja kabkota dalam implementasikonvergensi program penanganan penurunan

stunting (INEY)

0100810 Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

1269 Pembinaan Administrasi Pencatatan Sipil

006 Cakupan Anak yang Memiliki Akta Kelahiran

KEMENTERIAN PERTANIAN

0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat

1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

115 Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah

295000000

281904000

9556

4

4

100

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

0230101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

4079 Pengembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) di Asia Tenggara

001 Model Pengembangan dan Pembelajaran

0231613 Program Guru dan Tenaga Kependidikan

5636 Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Paud dan Dikmas

009 Rata - rata Nilai Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas

KEMENTERIAN KESEHATAN

0240101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan

2038 Pengelolaan Data dan Informasi

501 Pemetaan Keluarga Sehat

963 Layanan Data dan Informasi

0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

001 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

005 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Papua dan Papua Barat

007 Pembinaan KabKota dalam Pelaksanaan Penggerakkan Masyarakat di Posyandu

441040000 867300000

439188400 526100500

9958

6066

1 3

1

3

100

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan

2087 Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar

509 Pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

0241104 Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

2070 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat

504 Riset Penanggulangan Masalah Gizi

0241210 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Ppsdmk)

2076 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan

501 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan

505 Pelatihan Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan

2078 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan

501 Penugasan Tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) Minimal 5 Orang

502 Penugasan Tenaga Kesehatan Secara Individu

505 Penugasan tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) minimal 5 orang di Wilayah Papua dan Papua Barat

102534000 125563000 2026770000

100827500 118882000 1923153550

9836

9468 9489

95

93

100

95 95

KEMENTERIAN SOSIAL

0271104 Program Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan Sosial

2254 Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional (I-VI)

002 Pelatihan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) bagi Pendamping Program Bantuan Tunai Bersyarat

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan

003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM

668321000

668320150

9999

4

2

11

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

0360106 Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

2552 Koordinasi Kebijakan Penguatan Ketahan Gizi dan Kesehatan Lingkungan

001 Usulan Rekomendasi kebijakan bidang ketahanan gizi dan kesehatan ibu dan anak dan kesehatan lingkungan

BADAN PUSAT STATISTIK

0540106 Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik

2895 Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik Bps Provinsi

009 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat

2906 Penyediaan dan Pengembangan Statistik Kesejahteraan Rakyat

003 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat Yang Terbit Tepat Waktu

5125732000

5059724707

9871

30

2

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan

Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

0550106 Program Perencanaan Pembangunan Nasional

2937 Perencanaan Pembangunan Terkait Lingkup Kesehatan dan Gizi Masyarakat

608 Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Pembangunan

KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

0670306 Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masarakat Desa

5483 Peningkatan Pelayanan Sosial Dasar

008 Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam peningkatan akses pelayanan sosial dasar

011 Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

0800106 Program Penelitian Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir Isotop dan Radiasi

3446 Pengembangan Sains dan Teknologi Bahan Maju Dengan Iptek Nuklir

002 Data Riset Hasil Analisis dengan Menggunakan Teknik Nuklir

3449 Pengembangan Sains dan Teknologi Nuklir Terapan dan Revitalisasi Reaktor Riset

006 Dokumen Teknis Mikronutrisi Pada Pangan Anak Balita Di Daerah Malnutrisi

Total Belanja Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis 9652260000 9118100807

9280 137 105 87625

------

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

JALAN KS TUBUN NO 36 PONTIANAK 78121 TELEPON (0561) 733444 733466 FAKSIMILE (0561) 732029 LAMAN WWWDJPBKEMENKEUGOIDKANWILKALBARID

NOTA DINASNOMOR ND-143WPB172020

Yth Direktur Pelaksanaan AnggaranDari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi

Kalimantan BaratSifat SegeraLampiran 1(satu) berkasHal Pengantar Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019Tanggal 28 Februari 2020

Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

SE-61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas

Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema Analisis

Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 bersama ini kami sampaikan bersama ini kami

sampaikan Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Kajian ini

terdiri antara lain

1 Tinjauan dan Analisis APBN dan APBD tahun 2019 lingkup Provinsi Kalimantan Barat

Analisis yang dilakukan baik dari segi pendapatan maupun belanja serta dampaknya

terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dari indikator-indikator

seperti lndeks Pembangunan Manusia (IPM) Tingkat Kemiskinan dan Gini Ratio (tingkat

ketimpangan)

2 Untuk mengetahui sektor unggulan daerah dan pengembangan potensi tersebut digunakan

analisis metode Location Quotient (LQ) time series Dari analisis ini ditemukan sektor

unggulan di Provinsi Kalbar adalah bidang Pertanian Kehutanan dan Perikanan

3 Dalam KFR Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 ini terdapat analisis tematik dengan tema

Sinergi dan Konvergensi Program Penanganan Stunting di Daerah yaitu upaya pemerintah di

dalam melakukan pencegahan terhadap prevelensi stunting melalui belanja KL dalam APBN

belanja Dana Desa dan DAK Fisik serta melalui pendanaan Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD)

Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih

Ditandatangani secara elektronikBambang Hartono

  • KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
    • 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
    • 1COVER KFRpdf (p2)
    • Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
    • 3_Daftar isi_1pdf (p4)
    • 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
    • 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
    • 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
    • 10_Capaian Outputpdf (p10)
    • 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
    • 12_BAB I_COVERpdf (p12)
    • 13_BAB Ipdf (p13-21)
    • 14_BAB II_COVERpdf (p22)
    • 15_BAB IIpdf (p23-41)
    • 16_BAB III_COVERpdf (p42)
    • 17_BAB IIIpdf (p43-77)
    • 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
    • 18_Bab IVpdf (p79-97)
    • 19_BAB V_COVERpdf (p98)
    • 19_BAB Vpdf (p99-107)
    • 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
    • 24_BAB VIpdf (p109-124)
    • 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
    • 26_BAB VIIpdf (p126-133)
    • 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
    • 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
    • DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
      • 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
      • LAMPIRANpdf (p148-151)
      • KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
        • 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
        • 1COVER KFRpdf (p2)
        • Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
        • 3_Daftar isi_1pdf (p4)
        • 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
        • 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
        • 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
        • 10_Capaian Outputpdf (p10)
        • 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
        • 12_BAB I_COVERpdf (p12)
        • 13_BAB Ipdf (p13-21)
        • 14_BAB II_COVERpdf (p22)
        • 15_BAB IIpdf (p23-41)
        • 16_BAB III_COVERpdf (p42)
        • 17_BAB IIIpdf (p43-77)
        • 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
        • 18_Bab IVpdf (p79-97)
        • 19_BAB V_COVERpdf (p98)
        • 19_BAB Vpdf (p99-107)
        • 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
        • 24_BAB VIpdf (p109-124)
        • 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
        • 26_BAB VIIpdf (p126-133)
        • 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
        • 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
        • DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
          • 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
          • LAMPIRANpdf (p148-151)
Page 4: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan

iv

223 Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini)24

224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran 25

23 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip26

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT

REGIONAL 28

31 APBN TINGKAT PROVINSI28

32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL29

321 Penerimaan Perpajakan 29

322 Penerimaan Negara Bukan

Pajak 31

33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL 33

34 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 41

341 Dana Transfer Umum 41

342 Dana Transfer Khusus 42

343 Dana Desa45

344 Dana Insentif Daerah Otonomi Khusus dan Keistimewaan46

35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL 46

351 Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara) 46

352 Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD)46

353 SurplusDefisit46

36 PENGELOLAAN BLU PUSAT 47

37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT55

371 Penerusan pinjaman 55

372 Kredit program56

38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI

DAERAH 60

381 Mandatory Spending di Daerah60

382 Belanja Infrastruktur 60

BAB IV

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD63

41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) 63

42 PENDAPATAN DAERAH66

421 Dana TransferPerimbangan66

422 Pendapatan Asli Daerah68

423 Pendapatan LainLain70

43 BELANJA DAERAH70

44 PERKEMBANGAN BLU DAERAH71

45 SURPLUSDEFISIT APBD 72

46 PEMBIAYAAN 73

47 ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 74

471 Analisis Horizontal dan

Vertikalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip74

472Analisis Kapasitas Fiskal Daerahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip74

48 PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH 79

481 Belanja Daerah Sektor

Pendidikan 80

482 Belanja Daerah Sektor

Kesehatan 81

483 Belanja Infrastruktur Daerah 81

BAB V

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN ANGGARAN

KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)82

51LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN83

52PENDAPATAN KONSOLIDASIAN83

53BELANJA KONSOLIDASIAN85

54SURPLUSDEFISIT KONSOLIDASIAN88

55 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT 89

v

BAB VI

KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI

SERTA TANTANGAN

FISKAL REGIONAL 91

61SEKTOR UNGGULAN DAERAH93

62SEKTOR POTENSIAL DAERAH 99

63TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH102

BAB VII ANALISIS TEMATIK 110

BAB VIII PENUTUP helliphellip115

11KESIMPULAN115

12REKOMENDASI117

DAFTAR PUSTAKAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip120

iv

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kinerja pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) pada tahun 2019

tercatat sebesar 500 persen Angka ini menurun jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan

ekonomi tahun sebelumnya sebesar 506 persen PDRB mengalami peningkatan

pertumbuhan sebesar 943 persen Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp4188 juta

Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4

(empat) sektor lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen)

Industri Pengolahan (1634 persen) Perdagangan Besar-Eceran serta Reparasi Mobil-

Sepeda Motor(1430 persen) dan Konstruksi (1244 persen)

Inflasi tahunan Kalbar pada tahun 2019 sebesar 263 persen atau menurun dibanding

periode yang sama pada tahun 2018 yang mencapai 399 persen tetapi masih lebih rendah

jika dibandingkan dengan tingkat inflasi secara nasional yang mencapai 268 persen Inflasi

tertinggi terjadi pada bulan Juni 066 persen dan Kelompok transportasi komunikasi dan jasa

keuangan pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen Kenaikan pada

bulan-bulan tersebut disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok

makanan jadi minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan

legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya permintaan terhadap

makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan

ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar termasuk kategori sedang dan berada

di bawah angka IPM Nasional Menurut data Badan Pusat Statistik sampai dengan saat ini

IPM Kalbar meningkat dari 6626 di tahun 2017 menjadi 6698 di tahun 2018 Berbagai upaya

telah dilakukan pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat untuk memberikan kemudahan

akses bagi masyarakat agar dapat memperoleh layanan pendidikan dan kesehatan

diantaranya pembangunan infrastruktur jalan serta sarana pendidikan dan kesehatan sejalan

dengan kebijakan Pemerintah untuk membangun dari pinggiran dan memperkuat daerah dan

desa

Jumlah penduduk miskin di Kalbar pada bulan September 2019 tercatat sebanyak

370470 orang Jumlah ini lebih rendah dari periode yang sama tahun 2018 dimana penduduk

miskin mencapai 369730 orang

Gini Ratio (ketimpangan pemerataan pendapatan) Kalbar tahun 2019 sebesar 0318

atau meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 0325 Koefisien Gini

berfluktuatif dari tahun ketahun namun masih berada pada kisaran antara 03 hingga 04 dan

masih dibawah Koefisien Gini Nasional Hal ini menunjukkan distribusi pendapatan

masyarakat dalam kategori sedang dan walaupun masih terdapat ketimpangan distribusi

pendapatan

v

Angkatan kerja tahun 2019 mencapai 2479000 orang mengalami kenaikan sebesar

91000 orang dari tahun 2018 Dari jumlah angkatan kerja tersebut 9556 persen bekerja

sedangkan sisanya sebesar 444 persen menganggur

Program Kredit Program berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM

(KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar

Rp179834 miliar (41778 debitur) jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen dan penyaluran Program Ultra Mikro

(UMi) sebesar Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018

terjadi kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen Pemerintah sangat

memperhatikan dan mengharapkan adanya perkembangan usaha serta upaya peningkatan

pertumbuhan ekonomi di wilayah Kalimantan Barat

Realisasi penerimaan perpajakan di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728

triliun naik 68 persen jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya Penerimaan pajak

dalam negeri memberikan kontribusi Rp667 triliun atau 917 persen sedangkan penerimaan

pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar atau 83 persen Pajak

Pertambahan Penghasilan (PPh) merupakan penyumbang penerimaan yang terbesar yakni

Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak Pertambahan Nilai (PPn) yakni Rp307

triliun atau 46 persen Untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) selama tahun 2019

mencapai Rp82375 miliar turun Rp3776 miliar atau 438 persen dibanding penerimaan

tahun sebelumnya PNBP tersebut bersumber dari Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)

sebesar Rp42092 miliar dan PNBP lainnya Sebesar Rp40282 miliar

Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019

yaitu sebesar Rp3147 triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar

Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2098 triliun Realisasi

Belanja pemerintah pusat sebesar Rp96 triliun Sedangkan untuk Transfer ke Daerah dan

dana desa terealisasi Rp2034 triliun

Angka Pertumbuhan Ekonomidi Kalimantan Barat

Pertumbuhan Ekonomi

20172018

2019

Pagu dan Realisasi APBN 2019sd 31 Desember 2019

Pajak

PNBP

Belanja Modal

Belanja Bantuan Sosial

87

155

Realisasi

Pagu Realisasi

Rp837 T Rp729 T

Rp053 T Rp082 T

2017 2018 2019

517

500

505

510

515

520

000

506

500

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)di Kalimantan Barat

Indeks Pembangunan Manusia

20172018

2019

2017 2018 2019

6626

6600

6620

6640

6660

6680

000

6698

na

Angka Kemiskinandi Kalimantan Barat

Angka Kemiskinan

20172018

2019

2017 2018 2019

788

700

720

740

760

780

000

737

728

Angka Penganggurandi Kalimantan Barat

7000

800

Angka Pengangguran

20172018

2019

2017 2018 2019

436

400

410

420

430

440

000

426

445450

517

506

500

788

737

728

6626

6698

na

436

426

445

Gini Rasio Kalimantan Barat

03270318

2018

2019

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Gini Rasio Kalimantan Barat

Pendapatan

Belanja

93

97

Rp1049 T Rp971 T

Rp2098 T Rp2034 T

sd 31 Desember 2019

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Transfer

Belanja Operasi

Belanja Modal

108

101

Realisasi

Pagu Realisasi

Rp376 T Rp405T

Rp2072 T Rp2085T

Pendapatan

Belanja

95

96

Rp1691 T Rp1608 T

Rp52 T Rp498 T

Belanja Tak Terduga

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Pagu dan Realisasi APBD 2019

Belanja Transfer

Rp095 T Rp074T

Rp032 T Rp006T

Rp389 T Rp403T

19

104

78

Perkembangan Indikator Ekonomi

Capaian Program Prioritas Nasional (PN) Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019

Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan DasarPagu Realisasi

Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan KemaritimanPagu Realisasi

Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian Industri Pariwisata dan Jasa Produktif LainnyaPagu Realisasi

Pemantapan Ketahanan Energi Pangan dan Sumber Daya AirPagu Realisasi

Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan PemiluPagu Realisasi

85

73

95

86

89

Rp1741 M Rp1488 M

Rp230 M Rp167 M

Rp84 M Rp80 M

Rp336 M Rp289 M

Rp351 M Rp313 M

Realisasi Terhadap Pagu

Beberapa Pembangunan Hasil Dana APBN 2019 di Kalimantan Barat

Pembuatan Tempat Pembudidayaan Ikan Prodi Agrobisnis Perikanan Poltesa

Pembangunan Gedung Pembelajaran Terpadu MAN IC Sambas

Pembangunan Dermaga Speed Di Bungan Jaya

Pembangunan Infrastruktur Ekowisatadi Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun

Pengadaan dan pemasanganPenerangan Jalan Umum dengan solar cell

Pengadaan Benih Padi 445000 KgDistan TPH Prov Kalbar

Pembangun Terminal Barang Internasional Aruk Tahap III

Restorasi dan Penataan Kawasan Masjid Jami Beting Kota Pontianak

Pelapis Landasan PacuBandara Tebelian

Pembangunan Pasar Rakyat Tampun Juah Kab Sanggau

Pembangunan Jembatan Komposit 11 Meter (5 Unit) di Kab Kayong Utara

Pembangunan Konstruksi Pasar Rakyat Kyai Bandar Laut di Kab Ketapang

KPPN SINGKAWANG

KPPN PONTIANAK

KPPN PUTUSSIBAU

KPPN SANGGAU KPPN

SINTANG

KPPN KETAPANG

Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Nanga Era

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Sanggau

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Bengkayang

Revitalisasi Pasar Sukadana di Kab Kayong Utara

Realisasi Dana Desa

2017 2018 2019Realisasi Dana Desa

Pagu Realisasi

Rp1695 M Rp1693 M

Rp1616 M Rp1615 M20172018

Rp1992 M Rp1987 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

2000 M

1900 M

1800 M

1700 M

1600 M

1500 M

(Rp)

997998

999

2017 2018 2019Pagu DAK Fisik

Pagu Realisasi

Rp2457 M Rp2281 M

Rp2998 M Rp2794 M20172018

Rp2614 M Rp2447 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

3000 M

2800 M

2600 M

2400 M

2200 M

2000 M

(Rp)

931

928

999

936

Realisasi DAK Fisik

Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik

2017 2018 2019Pagu DAK Fisik

Pagu Realisasi

Rp2457 M Rp2281 M

Rp2998 M Rp2794 M20172018

Rp2614 M Rp2447 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

3000 M

2800 M

2600 M

2400 M

2200 M

2000 M

(Rp)

931

928

999

936

Realisasi DAK Fisik

Realisasi Kredit Ultra Mikro (UMi)

2017 2018 2019Jumlah Debitur

Debitur Realisasi

2124 Rp84 M

1913 Rp44 M20172018

Rp104 M2019

10 M

8 M

6 M

4 M

2 M

(Rp)

1913

2124

Realisasi UMi

2342

2737 12 M

Jumlah DebiturRealisasi UMi

Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)

2017 2018 2019

Debitur Realisasi

41511 Rp1615 M

34704 Rp1120 M20172018

44498 Rp1808 M2019

2000 M

1800 M

1600 M

1400 M

1200 M

(Rp)

34704

41511

44498

Jumlah DebiturRealisasi KUR

BAB I

SASARAN

PEMBANGUNAN

DAN TANTANGAN

DAERAH

Pulau Karimata Kayong UtaraMerupakan pulau dengan status Suaka Alam L a u t ( S A L ) y a n g m e n a w a r k a n p e s o n a ekosis tem terumbu karang hutan panta i hutan mangrove sampai dengan ekosistem perbukitan tinggi

1

11 PENDAHULUAN

Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di

daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata Oleh sebab itu untuk

mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur

pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian

anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD Sesuai dengan Undang-Undang

Keuangan Nomor 17 Tahun 2003 pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan

negara adalah Presiden sedangkan di daerah adalah GubernurBupatiWalikota oleh

karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah maka diperlukan sinergi

dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan

dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien

Selanjutnya kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran

pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan

daerah dalam memastikan efektifitasnya Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat

alokasi distribusi dan stabilisasi maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu

meningkatkan perbaikan dan kualitas indicator-indikator ekonomi makro dan

kesejahteraan di daerah Oleh karena itu kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari

perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan

Tidak terlepas dari hal tersebut maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi

perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan

terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi sosial-

kependudukan serta tantangan wilayahnya sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui

program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi

12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Masa jabatan Gubernur Kalimantan Barat periode 2018-2023 merupakan periode

lima tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kalimantan Barat Tahun 2005-2025 Dalam RPJPD dikemukakan bahwa visi

pembangunan jangka panjang Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2025 adalah

ldquoKalimantan Barat Bersatu dan Majurdquo

2

Visi misi dan arah pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJPD 2005-

2025 menjadi acuan dalam merumuskan visi pembangunan daerah tahun 2018ndash2023

yaitu ldquoTerwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Barat Melalui

Percepatan Pembangunan Infrastruktur Dan Perbaikan Tata Kelola

Pemerintahanrdquo Pada kepemimpinan 5 (lima) tahun mendatang percepatan

pembangunan infrastruktur akan menjadi fokus utama

Sementara itu misi pembangunan Provinsi Kalimantan Barat yang akan

dilaksanakan adalah sebagai berikut

1 Mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur

Percepatan pembangunan infrastruktur ini bertujuan untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah serta perbatasan Indeks infrastruktur

Kalimantan Barat direncanakan mencapai 5993 di Tahun 2019

Sasaran dari misi ini adalah peningkatan ketersediaan infrastruktur pasokan

tenaga listrik jaringan transportasi (yang meliputi pelayanan konektivitas dan

keselamatan) kapasitas dan kualitas jalan ataupun jembatan Pengelolaan

Sumber Daya Air kualitas infrastruktur permukiman perdesaan (sesuai dengan

Indeks Desa Membangun) maupun perkotaan ketaatan terhadap rencana tata

ruang meningkatnya Infrastruktur daerah serta perbatasan

2 Mewujudkan tata kelola pemerintahan berkualitas dengan prinsip-prinsip Good

Governance

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan

daerah dengan target Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai SAKIP Prov

Kalimantan Barat mencapai A pada tahun 2025

Hal ini ditunjukkan dengan sasaran peningkatan pada kualitas Kelitbangan

untuk mendukung kebijakan daerah Indeks Kepuasan Pelayanan DPRD

pelayanan umum pengelolaan administrasi keuangan dan aset di lingkungan

Sekretariat Daerah dan Rumah Jabatan kelembagaan perangkat daerah yang

tepat fungsi dan tepat ukuran penyelenggaraan ketatalaksanaan pemerintah

daerah penataan sistem manajemen SDM Aparatur berdasarkan merit system

Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Desa Pengelolaan Arsip Daerah pembinaan

dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah terselenggaranya Penataan

Daerah dan Pembinaan Wilayah terkoordinirnya dan tertatanya kegiatan

kerjasama dalam negeri dan luar negeri dalam menunjang pembangunan di

Provinsi Kalimantan Barat meningkatnya pengelolaan wilayah perbatasan

meningkatnya komunikasi kebijakan pembangunan daerah

3

3 Mewujudkan masyarakat yang sehat cerdas produktif dan inovatif

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dengan indikator sasaran

peningkatan IPM dari angka 6626 menjadi 672 di tahun 2019 Sasaran misi ini

adalah meningkatkan kualitas pendidikan kebudayaan dan literasi peningkatan

kualitas kesehatan meningkatkan kualitas pemuda meningkatakan capaian

indeks pembangunan gender dan Indeks pemberdayaan gender meningkatakan

perlindungan terhadap perempuan dan anak meningkatkan ketersediaan

keterjangkauan dan pemanfaatan pangan meningkatakan fasilitasi program KB

Keluarga Sejahtera dan Pengendalian Penduduk

4 Mewujudkan masyarakat sejahtera

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarat secara merata

mengurangi kemiskinan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi dari 506

ditargetkan 520 pada tahun 2019 dan jumlah desa mandiri dari 1 ditargetkan

mencapai 63 desa mandiri Selanjutnya tujuan lainnya adalah mengurangi

kemiskinan dan pengangguran dengan target menurunkan angka tingkat

penggangguran terbuka dari 413 menjadi 390 pada tahun 2019 Beberapa

sasarannya terkendalinya penyakit menular strategis zoonosis meningkatnya

produksi peternakan terwujudnya kedaulatan pangan sektor keluatan dan

perikanan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produksi perikanan

5 Mewujudkan masyarakat yang tertib

Hal ini bertujuan meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat

Sasaran dari misi ini adalah meningkatkan skor Indeks Demokrasi Aspek

Kebebasan Sipil dari 9715 menjadi 9735 di tahun 2019 penyelenggaraan

pelayanan Trantibumlinmas meningkatnya jumlah orang atau kelompok

masyarakat miskin yang memperoleh bantuan hukum litigasi dan non litigasi

meningkatnya upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam rangka pengurangan

risiko bencana meningkatkan penanganan kedaruratan dan pendistribusian

logistik pada daerah terkena bencana meningkatkan penanganan rehabilitasi dan

rekonstruksi pasca bencana

6 Mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan

target sasaran Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kalimantan Barat Tahun 2019

di angka 6620 Dengan sasaran lainnya menurunnya luas kerusakan Kawasan

hutan melalui rehabilitasi hutan dan layanan krisis dan ketaatan terhadap

pencana tata ruang meningkat

4

122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dijabarkan ke

dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan

pembangunan tahunan yang disusun berikut rancangan prioritas dan sasaran

pembangunan daerah

a Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Kondisi infrastruktur di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2018 apabila

dilihat dari Indeks Infrastruktur adalah sebesar 5661 Angka Indeks Infrastruktur

merupakan indeks yang menggambarkan kondisi infrastruktur di Kalimantan Barat

pada tahun 2018 yang meliputi variabel Jalan Kondisi Mantap Provinsi sebesar

4971 Irigasi Kondisi Mantap sebesar 4676 Rumah Tangga Bersanitasi

sebesar 4838 Rumah Tangga dengan Air Bersih sebesar 5520 dan Rasio

Elektrifikasi sebesar 83 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan

dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas

Perhubungan dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kalimantan Barat

Untuk tahun 2020 indeks infrastruktur Kalimantan Barat ditargetkan

meningkat menjadi 6300 yang tentunya merata di seluruh Kabupaten Kota di

Kalimantan Barat

Tabel I1

Target Indeks Infrastruktur Kalimantan Barat Tahun 2020 Indikator Kondisi

Awal (2018)

Taget

2019 2020

1 2 3 4

Persentase Panjang Jalan Provinsi Dalam Kondisi Mantap

4971 5668 6219

Rumah Tangga Sanitasi 4838 5188 5549

Persentase Akses Penduduk Air Minum

5520 5830 6120

Rasio Elektrifikasi 8300 8500 8700

Persentase Irigasi Provinsi dalam Kondisi Baik

4676 4778 4890

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tahun 2020 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMD Provinsi

Kalimantan Barat Tahun 2018 ndash 2023 dimana tahun 2020 ditetapkan sebagai

Tahap Percepatan (Pemerataan infrastruktur dasar dan aksesibilitas antar wilayah

dalam rangka percepatan mewujudkan desa mandiri) Pembangunan dalam tahap

kedua lebih diarahkan pada upaya peningkatan status desa menuju desa mandiri

Apalagi bila dikaitkan dengan target RPJMD yang menetapkan sasaran pada

pencapaian desa mandiri tahun 2023 kurang lebih 400 desa mandiri Oleh karena

itu salah satu pilihan strategi yang memiliki dampak bagi peningkatan status desa

5

mandiri diantaranya melalui Pemerataan infrastruktur dasar serta pemerataan

aksesibilitas antar wilayah

b Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah

Kualitas tata kelola pemerintahan daerah di Provinsi Kalimantan Barat yang

diukur melalui Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah berada pada kondisi baik dimana nilai Indeks Reformasi

Birokrasi berada pada nilai B Dan Nilai SAKIP berada pada predikat B dengan

nilai 6401 Untuk Kabupaten Kota di Kalimantan Barat dari 14 Kabupaten Kota

hanya 1 daerah yaitu Kota Pontianak yang sudah mendapatkan predikat BB pada

nilai SAKIP12 kabupaten dengan predikat B dan yang lainnya masih berada

pada predikat CC dan C pada tahun 2018

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa

Perangkat Daerah yaitu Biro Adminsitasi Pembangunan dan Pengadaan Barang

dan Jasa Biro Pengelolaan Aset Biro Hukum Biro Humas dan Protokol serta Biro

Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Barat Selain itu juga didukung

oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Kepegawaian Daerah

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Penelitian dan

Pengembangan Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Daerah Provinsi Kalimantan Barat

c Mewujudkan Masyarakat Sejahtera

Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan melalui beberapa

indikator yaitu

- Pertumbuhan Ekonomi tahun 2018 ada di angka 506 tahun 2019 535 dan

ditargetkan tumbuh 535 pada tahun 2020

- Penurunan Angka Kemiskinan sebelumnya 737 (2018) 692 (2019)

ditargetkan 643 pada tahun 2020

- Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka sebelumnya 413 (2018) 390

(2019) ditargetkan menurun 363 pada tahun 2020

- Gini Rasio Kalimantan Barat ditargetkan menjadi 032 pada tahun 2020

- Jumlah Desa Mandiri di Kalimantan Barat dari 1 (2018) 63 (2019 namun

tercapai 87) ditarget 159 desa pada tahun 2020

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa

Perangkat Daerah yaitu Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Dinas

Perkebunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pangan

Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Kehutanan Dinas Kelautan dan

Perikanan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pemuda Olahraga dan

6

Pariwisata Dinas Koperasi dan UKM Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintahan Desa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Sosial Pada tahun 2020

berikut target mewujudkan masyarakat sejahtera

Tabel I2

Target Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Tahun 2020

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tabel I3

Target Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kota Tahun 2020 No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 850 ndash 842 842 ndash 833

2 Bengkayang 742 ndash 738 738 ndash 736

3 Landak 1319-1212 1212-1202

4 Mempawah 584 ndash 582 582 ndash 581

5 Sanggau 457 ndash 455 455 ndash 451

6 Ketapang 1163-1093 1093-1084

7 Sintang 1027-1018 1018-1015

8 Kapuas Hulu 1001-938 938-931

9 Sekadau 647-640 640-638

10 Melawi 1277-1250 1250-1247

11 Kayong Utara 1006-986 986-983

12 Kubu Raya 540 ndash 522 522-518

13 Kota Pontianak 536-535 535-534

14 Kota Singkawang 578 ndash 535 535 ndash 531

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tabel I4

Target Tingkat Penganggauran Terbuka Kabupaten Kota Tahun 2020

No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 334 ndash 332 332 ndash 329

2 Bengkayang 240 ndash 238 238 ndash 235

3 Landak 229 ndash 226 226 ndash 224

4 Mempawah 617 ndash 615 615 ndash 543

5 Sanggau 247 ndash 243 243 ndash 239

No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 525 ndash 529 533 ndash 537

2 Bengkayang 584 ndash 602 610 ndash 620

3 Landak 525 ndash 529 530 ndash 533

4 Mempawah 521 ndash 529 535 ndash 537

5 Sanggau 471 ndash 492 509 ndash 513

6 Ketapang 741 ndash 761 771 ndash 781

7 Sintang 539 ndash 545 549 ndash 551

8 Kapuas Hulu 542 ndash 548 550 ndash 554

9 Sekadau 583 ndash 585 587 ndash 589

10 Melawi 488 ndash 497 501 ndash 506

11 Kayong Utara 545 ndash 550 551 ndash 553

12 Kubu Raya 673 ndash 683 690 ndash 696

13 Kota Pontianak 550 ndash 562 585 ndash 591

14 Kota Singkawang 576 ndash 600 615 ndash 623

7

6 Ketapang 323 ndash 321 321 ndash 319

7 Sintang 158 ndash 156 232 ndash 230

8 Kapuas Hulu 280 ndash 274 156 ndash 154

9 Sekadau 315 ndash 311 274 ndash 268

10 Melawi 39 ndash 392 311 ndash 307

11 Kayong Utara 393 ndash 392 392 ndash 391

12 Kubu Raya 656 ndash 643 643 ndash 629

13 Kota Pontianak 505 ndash 493 493 ndash 481

14 Kota Singkawang 542 ndash 535 535 ndash 528

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

d Mewujudkan Masyarakat yang Tertib

Misi ini bertujuan untuk meningkatkan ketentraman dan ketertiban

masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat Keberhasilan pencapaian misi ini

ditunjukan dengan indikator yaitu tidak adanya Konflik Sosial yang terjadi di

Kalimantan Barat dan meningkatnya indeks kebebasan sipil dari 9715 (2018)

menjadi 9735 (2019) sementara itu tahun 2020 ditargetkan mendapat 9755

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa Perangkat

Daerah yaitu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Satuan Polisi Pamong Praja

Biro Hukum Sekretariat Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Provinsi Kalimantan Barat

e Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Misi mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan bertujuan untuk

meningkatnya kualitas lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Barat

Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan indikator Indeks Kualitas

Lingkungan Hidup mencapai angka 6620 (2019) dan tahun 2020 ditargetkan

pada angka 6640 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh

beberapa Perangkat Daerah yaitu Dinas Perumahan Rakyat Kawasan

Permukiman dan Lingkungan Hidup Dinas Kehutanan dan Dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Barat

13 TANTANGAN DAERAH

131 Tantangan Ekonomi Daerah

Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan merupakan kekuatan utama

perekonomian di Kalimantan Barat PDRB sektor pertanian tumbuh 50 persen dan

memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan

Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019 Sektor Pertanian Kehutanan dan

Perikanan banyak disumbang oleh hasil Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan

Karet Sejalan dengan tersebut serapan tenaga kerja di Kalimantan Barat cukup

mencerminkan kesesuaian dengan struktur PDRB Lapangan usaha penyerap tenaga

kerja utama di Provinsi Kalimantan Barat adalah lapangan usaha pertanian Dengan

8

demikian upaya mempertahankan maupun meningkatkan kinerja lapangan usaha

pertanian di Kalimantan Barat perlu menjadi perhatian serius

Sementara itu terkait dengan ketenagakerjaaan Kalimantan Barat tahun 2019

jumlah penduduk pencari kerja meningkat sebesar 577 persen dibandingkan dengan

Agustus 2018 Meningkatnya jumlah pengangguran disebabkan adanya penurunan

penyerapan tenaga kerja pada beberapa lapangan usaha Dalam evaluasi RKPD

Tahun 2020 juga dicantumkan mengenai permasalahan tingginya angka

pengangguran di Kalimantan Barat sehingga perlu dilakukan langkah kongkrit dalam

upaya mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan kerja yang

berkualitas Selain itu permasalahan lainnya tenaga kerja belum terserap sesuai

pasar kerja dan belum terserap secara maksimal di berbagai sektor lapangan usaha

Dilihat dari segi pembiayaan pemerintah sudah meluncurkan Kredit Usaha

Rakyat (KUR) untuk mempermudah pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan

yang murah KUR ditargetkan secara nasional 60 persennya menyasar pada sektor

produktif Sehingga sesuai dengan sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan yang

menjadi kekuatan Kalimantan Barat Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada

Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp 179 Triliun Pemerintah Daerah perlu

menseriusi perannya sebagai penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima

KUR Harapannya UMKM dapat mendorong perekonomian Kalimantan Barat

Dari segi infrastruktur kondisi jalan Provinsi dari tahun 2013 hingga tahun 2017

dalam kondisi mantap terus mengalami perbaikan akan tetapi pada tahun 2018

persentase jalan provinsi dalam kondisi mantap mengalami penurunan menjadi

sebesar 4971 persen Sejalan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo pada tahun

2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur pembangunan jalan juga menjadi fokus

dari Pemerintah Dearah Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam

proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai

Jalur Transportasi bagi masyarakat dan kondisi jalan akan sangat berpengaruh

133 Tantangan Sosial Kependudukan

Berdasarkan data Agregat Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018 semester II berjumlah sekitar 5422814 jiwa 5148 persen atau 2791477

jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4852 persen atau 2631337 jiwa adalah

perempuan Dengan luas wilayah 147307 Km2 maka kepadatan penduduk

Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 37 jiwa km2

Berdasarkan kelompok umur sebesar 6980 persen atau sebanyak 3784929

jiwa merupakan kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun) Tingginya penduduk

usia produktif memberikan keuntungan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat

9

Sementara itu untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2018 yakni sebesar 2529

persen atau sebanyak 1371397 jiwa sedangkan untuk penduduk usia lanjut usia

(kelompok 65 tahun ke atas) sebesar 491 persen atau sebanyak 266488 jiwa

Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengetahui seberapa banyak

penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas Pendidikan sesuai

dengan jenjang pendidikannya Selama periode 2014-2018 APM SDMI telah berada

di atas angka 90 persen Hal ini menunjukkan sebesar 90 an persen penduduk

kelompok umur 7-12 tahun bersekolah dijenjang SD sementara APM SMPMTS masih

di angka 70 persen dan APM SMASMKMTS masih di bawah 70 persen Berdasarkan

Pendidikan Penduduk Provinsi Kalimantan Barat pada Semester I Tahun 2019

terdapat 146 juta belumtidak sekolah 804 ribu tamat SDSederajat 147 tamat

SDSederajat 700 ribu tamat SLTPSederajat 767 ribu tamat SLTASederajat 53 ribu

menempuh Pendidikan D1D2 53 ribu menempuh pendidikan akademiD3S Muda

133 ribu menempuh pendidikan D4S1 4 ribu menempuh Pendidikan S2 dan 444

menempuh Pendidikan S3

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh

Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Barat masih

terdapat 524 persen balita dengan status gizi buruk dan 1859 persen balita dengan

status gizi kurang Balita gizi buruk dan gizi kurang tersebar di 14 (empat belas)

kabupatenkota se-Kalimantan Barat Kabupaten Melawi merupakan Kabupaten

dengan persentase balita dengan status gizi buruk sebsar 869 persen Sedangkan

Kabupaten Sambas merupakan Kabupaten dengan persentase balita dengan status

gizi kurang terbesar yakni 2605 persen Jika dibandingkan hasil Riskesdas tahun

2013 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 telah mengalami

penurunan

133 Tantangan Geografi Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat merupakan Provinsi terluas ke-4 di Indonesia dengan

luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih luas dari seluruh pulau Jawa

Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (6302) dan areal

perkebunan mencapai 2469386 ha atau 1682 persen Sementara itu areal untuk

pemukiman hanya berkisar 035 persen

Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019

Dengan luas wilayah ini menjadi tantangan pemerintah membuka akses jalan antar daerah yang banyak terpisah oleh sungai dan hutan Pembangunan infrastruktur menjadi kunci utama Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai Jalur Transportasi bagi masyarakat

Danau Sentarum Kapuas HuluPada musim penghujan tiba Danau Sentarum akan tergenang air selama 6-14 meter Sementara itu pada musim kemarau 80 persen air danau akan mengering

BAB II

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

EKONOMI

REGIONAL

10

21 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL

211 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010 (ADHK) Provinsi

Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar Rp13712 triliun sedangkan berdasarkan

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai sebesar Rp21232 triliun dengan PDRB

per kapita mencapai sebesar Rp4188 juta Sementara itu PDB Indonesia tahun 2019

mencapai Rp158339 triliun dan kontribusi PDRB Provinsi Kalimantan Barat hanya

sebesar 134 persen terhadap pembentukan PDB nasional

Tabel II1

PDRB Atas Dasar Berlaku dan Harga Konstan Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (triliun rupiah)

No PDRB Tahun 2018 Total Tahun 2019 Total

I II III IV I II III IV

1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

4692 4643 4986 5095 19403 4689 5060 5452 5586 21232

2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan

3215 3136 3328 3385 13058 3376 3294 3491 3545 13712

3 Laju Pertumbuhan Kalbar

511 518 501 507 506 507 508 495 466 500

4 Laju Pertumbuhan Nasional

506 527 517 518 517 518 507 505 497 502

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

a Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019

mengalami perlambatan yaitu hanya 500 persen apabila dibandingkan dengan

tahun sebelumnya yaitu sebesar 506 persen dan lebih rendah jika dibandingkan

dengan kinerja perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 502 persen hal ini

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan

Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian

11

Grafik II1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

Sumber data BPS Kalbar 2019(diolah)

Tren pertumbuhan ekonomi per-triwulanan Kalimantan Barat tahun 2019

mengalami penurunan sejak triwulan II sebesar 508 persen menjadi 466 persen

pada triwulan IV hal ini dialami juga pertumbuhan ekonomi nasional yang

cenderung menurun sejak triwulan I sebesar 518 persen menjadi 497 persen

pada tiwulan IV Penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulanan tahun 2019

utamanya didorong oleh Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

sebesar 661 persen Real Estate sebesar 543 persen dan Jasa Perusahaan

sebesar 483 persen

b Nominal PDRB

PDRB Kalimantan Barat atas dasar harga yang berlaku tahun 2019 adalah

sebesar Rp21232 triliun atau naik 943 persen dibandingkan tahun sebelumnya

dimana pertumbuhan yang dominan adalah sektor pembentuk Jasa Lainnya

Industri Pengolahan dan Jasa Kesehatan dan Sosial sedangkan PDRB atas dasar

harga konstan tahun 2019 adalah sebesar Rp13712 triliun atau naik 501 persen

dibandingkan tahun 2018

1) PDRB Menurut Pengeluaran

Perkembangan PDRB dari menurut pengeluaran ADHK secara triwulanan

pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan pada triwulan III dan IV khusus

untuk triwulan IV dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seluruh komponen

terjadi peningkatan kecuali komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 869

persen dan komponen Pengeluaran Konsumsi LNRT sebesar 233 persen

12

Tabel II2

PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat atas dasar Harga Konstan (ADHK)

No Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)

I II III IV

1 Konsumsi Rumah Tangga 1794 1843 1813 1825

2 Konsumsi LNRT 041 043 043 042

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 345 355 386 469

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 968 997 1045 1087

5 Perubahan Inventori 090 (060) - 131

6 Ekspor 347 390 449 410

7 Impor 163 274 321 419

PDRB 3376 3294 3491 3545

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Laju pertumbuhan PDRB (ADHK) menurut pengeluaran selama tahun 2018

dan tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel II3

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran

No Komponen 2018 2019

(triliun Rp)

() (triliun Rp)

()

1 Konsumsi Rumah Tangga 6965 564 7275 496

2 Konsumsi LNPRT 156 968 169 886

3 Konsumsi Pemerintah 1490 382 1555 502

4 Modal Tetap Bruto 4041 282 4097 139

5 Perubahan Inventori 115 - 161 -

6 Ekspor Barang Jasa 1486 366 1596 1012

7 Impor Barang dan Jasa 1189 2864 1177 586

PDRB 13058 506 13712 500

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Kalimantan Barat 2019

yang tertinggi adalah komponen Ekspor Barang dan Jasa yaitu 1012 persen

dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun selanjutnya adalah Konsumsi

LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan jasa utamanya

berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan

Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet

Perkembangan PDRB menurut pengeluaran ADHB secara triwulanan

tahun 2019 cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya kecuali

komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 124 persen

13

Tabel II4

PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

` Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)

I II III IV

1 Konsumsi Rumah Tangga 2785 2847 2817 2824

2 Konsumsi LNRT 066 069 067 072

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

496 531 634 746

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1604 1634 1727 1851

5 Perubhan Inventori 166 (093) - 141

6 Ekspor 432 685 646 638

7 Impor 337 613 524 686

PDRB 4689 5060 5452 5586

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Distribusi PDRB (ADHB) menurut pengeluaran selama tahun 2018 dan

tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel I5

Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

No Komponen 2018 2019

(triliun Rp)

() (triliun Rp)

()

1 Konsumsi Rumah Tangga 10478 5436 11273 5321

2 Konsumsi LNPRT 233 122 274 129

3 Konsumsi Pemerintah 2259 1161 2407 1129

4 Modal Tetap Bruto 6312 3302 6816 3210

5 Perubahan Inventori 257 091 214 098

6 Ekspor Barang dan Jasa 1954 1009 2401 1185

7 (-) Impor Barang dan Jasa 2250 1101 2160 1111

PDRB 19403 10000 21232 10000

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

PDRB (ADHB) Kalbar tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar

Rp1829 triliun (943 persen) menjadi sebesar Rp21232 triliun dibandingkan

tahun 2018 Konsumsi rumah tangga memiliki porsi hingga 5321 persen

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3210 persen dan konsumsi

Pemerintah hanya sebesar 1129 persen Sebagai komponen utama PDRB

konsumsi rumah tangga meningkat sebesar Rp795 triliun (759 persen) seiring

dengan membaiknya tingkat pendapatan per kapita masyarakat Kalimantan

Barat meningkat menjadi sebesar 4188 juta atau 797 persen dari tahun yang

14

lalu namun tidak diikuti kontribusinya yang mengalami penurunan sebesar 115

persen

a) Konsumsi

Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar

2019 terhadap Laju pertumbuhan komponen Konsumsi Rumah Tangga

mengalami penurunan sebesar 068 persen dibandingkan tahun

sebelumnya walaupun dari segi nilai nominal ADHB terjadi peningkatan

sebesar Rp795 triliun atau 759 persen yang disebabkan oleh pergeseran

pola konsumsi masyarakat akibat perkembangan teknologi yakni

pergeseran jenis konsumsi masyarakat dari barang-barang konsumsi

(makanan minuman barang-barang lainnya) kepada kebutuhan lainnya

(jasa kesehatanpendidikanrekreasi)

Tabel I6

Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar 5438 5436 5321

2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 9651 10478 11273

3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 6590 6965 7275

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 456 564 496

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

b) Investasi

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMBT) kontribusinya terhadap PDRB

tahun 2019 adalah sebesar 3210 persen turun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yang sebesar 3302 sementara itu secara nominal berdasarkan

ADHB nilainya naik sebesar Rp504 miliar dan laju pertumbuhan

komponennya turun sebesar 143 persen dibandingkan dengan tahun 2018

Tabel I7

Pengaruh Komponen PMTB terhadap PDRB Kalimantan Barat 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 3371 3302 3210

2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 5982 6312 6816

3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 3930 4041 4097

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 233 282 139

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat

pada tahun 2019 mencapai sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25

15

triliun atau 1897 persen dibandingkan dengan tahun 2018 Realisasi

investasi PMDN dan PMA belum sesuai dengan target RPJMD Provinsi

Kalimantan Barat yang ditetapkan sebesar sebesar Rp1875 triliun

Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing

sebesar Rp799 triliun mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya Rp14 triliun sedangkan realisasi investasi PMDN sebesar

Rp769 triliun juga mengalami penurunan sebesar Rp11 triliun Hal ini terjadi

tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa

mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah yang

akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single

Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi

oleh berbagai instansi terkait baik di pusat dan daerah

Grafik II2

Perkembangan Investasi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

SumberBPMPTSP Prov Kalbar

c) Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah pada tahun 2019 memberikan kontribusi

terhadap perekonomian Kalimantan Barat sebesar 1129 persen menurun

dibanding tahun sebelumnya yakni 1161 persen dilihat secara nominal

mengalami kenaikan sebesar Rp148 triliun Laju pertumbuhan mengalami

peningkatan yaitu sebesar 502 persen kebijakan pemerintah pusat yang

cenderung meningkatkan Belanja Negara hingga sebesar Rp87030 miliar

sekitar 287 persen dan juga transfer ke daerah khususnya Dana Desa

sebesar Rp29671 sekitar 1750 persen maka Pemda diharapkan semakin

kreatif dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk pembangunan di

daerah dalam rangka stabilitas pertumbuhan ekonominya

Tabel I8

Pengaruh Komponen Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

16

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 116 1161 1129

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 2059 2259 2407

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1432 1490 1555

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 521 382 502

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

d) Ekspor dan Impor

Kontribusi ekspor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019

sebesar 1185 persen mengalami kenaikan 176 persen dibandingkan tahun

sebelumnya secara nominal terjadi kenaikan sebesar Rp447 triliun

termasuk laju pertumbuhan komponen ekspor juga mengalami kenaikan

sebesar 646 persen dibandingkan tahun 2018

Tabel I9

Pengaruh Komponen Ekspor Barang dan Jasa terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Kinerja ekspor Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai US$116866

juta mengalami kenaikan US$16770 juta dibandingkan dengan tahun 2018

peningkatan didukung oleh naiknya Komoditas ekspor Biji Kerak dan Abu

Logam sebesar US$17422 atau 7871 persen Lemak dan Minyak

HewanNabati sebesar US$5517 atau 7193 persen dan Karet dan Barang

dari karet US$3081 atau 5555 persen dan terjadi penurunan terhadap

volume dan nilai ekspor alumina serta minyak kelapa sawit atau CPO karena

adanya pembatasan dari Uni Eropa

Komoditas ekspor utama adalah Biji Kerak dan Abu Logam sebesar

US$42777 juta Bahan Kimia Anorganik mencapai US$37577 juta serta

Lemak dan Minyak HewanNabati mencapai US$13187 juta dengan negara

tujuan ekspor masih didominasi negara Asia dengan kontribusi sebesar

9642 persen yaitu Tiongkok sebesar US$49979 juta Malaysia sebesar

US$34262 dan India sebesar US$16908 juta

Kontribusi impor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019

sebesar 1111 persen mengalami kenaikan 010 persen dibandingkan tahun

No Komponen 2017 2018 2019

1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar () 796 1009 1185

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1599 1954 2401

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1434 1486 1596

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 4365 366 1012

17

sebelumnya secara nominal terjadi penurunan sebesar Rp090 triliun

demikian juga laju pertumbuhan komponen mengalami penurunan mencapai

586 persen atau 2278 persen dibandingkan tahun 2018 peningkatan

kebutuhan impor utamanya didukung oleh besarnya permintaan barang dan

bahan baku untuk mendukung kegiatan industri pengolahan

Tabel II10

Pengaruh Komponen Impor Barang dan Jasa terhadap PDRB

Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar ()

581 1101 1111

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1823 2250 2160

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1093 1189 1177

4 Laju Pertumbuhan Komponen () -197 2864 586

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Impor Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar US$48225 juta naik

US$1918 juta dibandingkan dengan tahun 2018 komoditas impor utama

adalah Bahan Bakar Mineral sebesar US$19848 juta Mesin-MesinPesawat

Mekanik sebesar US$13410 juta dan Mesin atau Peralatan Listrik sebesar

US$3071 juta Sebagian besar impor berasal dari negara Asia mencapai

9698 persen yaitu Malaysia sebesar US$19561 juta Tiongkok sebesar

US$19516 juta dan Singapura US$4474 juta

Perekonomian Kalimantan Barat selama tahun 2019 menunjukan

perkembangan walaupun tidak sebaik tahun sebelumnya dengan nilai

neraca perdagangan menunjukan surplus sebesar US$68641 juta masih

lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang mengalami surplus sebesar

US$53789

c PDRB per kapita

PDRB per kapita Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 (ADHB) mencapai

Rp4188 juta terjadi peningkatan sebesar 797 persen dibandingkan tahun 2018

namun masih jauh dibawah PDB per kapita nasional yaitu sebesar Rp5910 juta

Peningkatan PDRB per kapita tersebut ternyata belum dinikmati oleh seluruh

lapisan masyarakat karena masih terdapat beberapa masyarakat yang berada

dibawah garis kemiskinan hal ini ditunjukan oleh koefisien gini rasio Kalimantan

Barat 2019 sebesar 0318 yang menunjukan adanya ketimpangan pendapatan

atau kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat artinya pengeluaran

penduduk masih berada kategori ketimpangan yang sedang

18

Tabel II11

PDRB Per Kapita Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

PDRB Per Kapita Kalimantan Barat

Tahun 2017-2019

Uraian 2017 2018 2019

PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku

Nilai (Juta Rupiah) 3598 3879 4188

Nilai (US $) 268929 261953 296000

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 20189(diolah)

212 Suku Bunga

Berdasarkan sumber data Bank Indonesia periode Januari 2019 sd Mei 2019 BI Rate

berada pada level 600 persen kemudian bulan Juni sd September cenderung turun pada

level 575 ndash 525 persen selanjutnya pada bulan Oktober sd Desember 2019 meningkat

hingga level 500 persen Tren menurunnya BI Rate tersebut merupakan antisipasi

terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami penurunan dan sangat

dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Global

Grafik II3

BI Rate Tahun 2019

Sumber data BI 2019 (diolah)

Apabila dicermati bahwa kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal

perekonomian Indonesia merupakan dasar dalam mempertimbangkan penurunan suku

bunga kebijakan Penurunan ini sejalan dengan inflasi yang tetap rendah yaitu kisaran

263 persen dan tetap dapat menarik imbal hasil aset keuangan domestik Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut diantaranya

1 Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang diperkirakan

akan menahan suku bunga di level 15-175 hingga akhir tahun 2020 Hal ini di

19

dorong perekonomian AS masih tumbuh kuat berkisar 2 dengan inflasi 18 yang

artinya perekonomian AS masih ekspansif

2 Di sisi lain kesepakatan perang dagang antara AS dan China tekanan Brexit yang

menurun serta risiko geopolitik yang juga mereda turut memberikan pijakan bagi

bank-bank sentral untuk tidak mengubah arah kebijakan (stance) suku bunga

acuannya

3 Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor eksternal

yakni adanya kecenderungan bank-bank sentral menahan suku bunga acuan

lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya yang masih sesuai dengan

target

4 Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan perkiraan inflasi yang

terkendali dalam kisaran sasaran stabilitas eksternal yang terjaga serta upaya

untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah

perekonomian global yang melambat

5 Kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan terus

diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi

213 Inflasi

Secara umum laju inflasi Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 263 persen dibawah

laju inflasi nasional yaitu 268 persen laju inflasi tahun 2019 ini lebih rendah dibandingkan

dengan dua tahun sebelumnya yaitu 399 persen (tahun 2018) dan 383 persen (tahun

2017)

Grafik I4

Inflasi Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2017-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif

begitu pula inflasi nasional Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen

lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang hanya mencapai 055 persen

Tekanan inflasi ini terjadi adanya peningkatan pada kelompok bahan makanan yang

disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok makanan jadi

20

minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan legislative

yang dilakukan serempak pada tahun 2019 turut mendorong risiko tekanan pada

kelompok makanan Disisi lain Kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan

pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen atau terjadi kenaikan indeks

dari 13658 pada November 2019 menjadi 13829 pada Desember 2019 hal tersebut

dipengaruhi tingginya permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara

tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan ban luar mobil selama periode

Desember dan Tahun Baru pergerakan inflasi bulanan seperti pada tabel dibawah ini

Grafik I5

Laju Inflasi bulanan dan tahunan Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2018-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

Terkendalinya laju inflasi tidak terlepas dari keberadaan forum Tim Pengendalian

Inflasi Daerah (TPID) Kalbar yang dibentuk sebagai wadah koordinasi guna menjaga

kestabilan dan keterjangkauan harga di seluruh wilayah Provinsi Kalbar beberapa upaya

dalam mengendalikan inflasi di Kalimantan Barat antara lain

1 TIPD memfokuskan terutama memitigasi risiko kenaikan harga serta kelancaran

distribusi pasokan bahan pangan

2 Dalam rangka memitigasi risiko kenaikan harga serta distribusi pasokan bahan

pangan strategis tersebut adanya kebijakan yang memacu peningkatan produksi

bahan pangan dan menjaga kelancaran distribusi

3 Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan

komoditas harus diatur oleh pemerintah karena pada dasarnya inflasi sangat terkait

daya beli Daya beli akan membaik jika inflasi rendah dan stabil Daya beli ini juga

mencerminkan miskin tidaknya suatu masyarakat

4 Agar tingkat inflasi bisa dikendalikan mengajak para pengusaha dalam menentukan

harga perlu mempertimbangkan daya beli konsumen Sedangkan untuk konsumen

sendiri harus mampu mengatur tingkat konsumtif

21

214 Nilai Tukar

Menurut data Bank Indonesia (berdasarkan kurs akhir bulanan) nilai tukar Rupiah

terhadap Dolar AS bergerak melemah puncaknya pada bulan Mei 2019 dan selanjutnya

terjadi koreksi pada akhir tahun (Desember) berangsur-angsur kembali menunjukan

perbaikan

Grafik I6

Nilai Tukar US Dolar Terhadap Rupiah Tahun 2019

Sumber data BI 2019

Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka

Rp14313- per US Dollar dan menunjukan perbaikan sampai dengan bulan Juli hingga

menyentuh pada level Rp13956- per US Dollar namun kembali melemah pada Agustus

2019 pada level Rp14166- per US Dollar dan menguat pada akhir tahun 2019 pada

Rp13831- per US Dollar

Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank

Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral

Amerika) yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi

negara maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang

negara emerging market termasuk Rupiah dan disamping juga pengaruh melemahnya

dolar AS terhadap semua mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak

menaikkan tingkat suku bunga terdapat beberapa faktor yang mendorong pergerakan

nilai tukar menjadi stabil dan menguat antara lain

1 Kebijakan suku bunga Tanah Air sudah membuat imbal hasil aset keuangan

Indonesia termasuk obligasi menjadi menarik arus modal asing masuk ke Indonesia

dan menambah pasokan valas di dalam negeri

2 Tingkat kenaikan suku bunga di dunia khususnya di Amerika yang lebih rendah dari

yang diperkirakan

3 Defisit neraca perdagangan atau transaksi berjalan Indonesia yang lebih rendah

dari tahun lalu

22

4 Pasar semakin berkembang di mana saat ini terdapat pasar SWAP dan pasar

transaksi forward atau yang disebut domestic non delivery forward (DNDF)

sementara sebelumnya transaksi valas hanya di pasar tunai atau spot

22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN

221 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Human Development Index (HDI)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo

terjadi peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun

2018 (berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional

7081 Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni

sebesar 6720 poin

Dalam kurun waktu 2014-2018 angka IPM Kalbar mengalami tren perbaikan dan

berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah

masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun

Grafik II7

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2014 sd 2018

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

Rendahnya IPM Kalimantan Barat jika dibandingkan dengan IPM provinsi lain

karena keterbatasan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan

pendidikan dan pekerjaan

Tabel II12

Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2016 sd 2018

No Keterangan 2016 2017 2018

1 Angka harapan hidup (tahun) 6990 6992 7018

2 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 698 705 712

3 Pengeluaran per Kapita Rp (000) Disesuaikan 8348 8472 8860

4 IPM (indek) 6588 6626 6698

5 Peringkat IPM 29 30 30

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

23

Pembangunan Manusia Kalimantan Barat pada tahun 2018 terus mengalami

kemajuan hal ini disebabkan telah berhasil meningkatan 3 aspek esensial diantaranya

angka harapan hidup tumbuh sebesar 037 persen per tahun rata-rata lama sekolah

tumbuh sebesar 192 persen dan pengeluaran per kapita meningkat sebesar 185

persen Pada periode tahun 2018 terdapat 3 (tiga) kabkota dengan pembangunan

manusia yang paling cepat yaitu Kab Mempawah (141 persen) Kab Sintang (141

persen) dan Kab Kubu Raya (139 persen) hal tersebut didorong oleh meningkatnya

dimensi pendidikan di wilayah tersebut sebagaimana pada tabel berikut

Tabel II13

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalbar dan Kabupatenkota 2015-2018

No KabKota 2015 2016 2017 2018

1 Sambas 6414 6494 6592 6661

2 Bengkayang 6465 6545 6599 6685

3 Landak 6412 6458 6493 6545

4 Mempawah 6337 6384 6400 6490

5 Sanggau 6305 639 6461 6515

6 Ketapang 6403 6474 6571 6641

7 Sintang 6418 6478 6515 6607

8 Kapuas Hulu 6373 6383 6418 6503

9 Sekadau 6234 6252 6304 6369

10 Melawai 6378 6425 6443 6505

11 Kayong Utara 6009 6087 6152 6182

12 Kubu Raya 6502 6554 6631 6723

13 Kota Pontianak 7752 7763 7793 7856

14 Kota Singkawang 7003 701 7025 7108

15 KALIMANTAN BARAT 6559 6588 6626 6698

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 2019 BPS

Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengalokasikan Dana Transfer

khususnya DAK Fisik dan Dana Desa yang diharapkan penggunaan dan hasil program

pembangunannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat

222 Tingkat Kemiskinan

Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat mengalami fluktuatif baik dari sisi

jumlah maupun prsentasenya Selama tahun 2019 jumlah penduduk miskin telah

24

dapat ditekan cukup signifikan dari 378410 orang menjadi 370470 0rang

Penurunan terjadi pada penduduk miskin di pedesaan berkurang sebanyak 8580

orang sedangkan penduduk miskin di perkotaan bertambah sebanyak 640 orang

hal ini menunjukan kemampuan perekonomian masyarakat pedesaan mulai

membaik

Grafik II8

Jumlah Penduduk Miskin

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Adapun tingkat kemiskinan Kalimantan Barat bulan September 2019 sebesar

728 persen menurun jika dibandingkan dengan Maret 2019 sebesar 749 persen

namun masih di bawah tingkat kemiskinan nasional sebesar 922 persen

sebagaimana tabel berikut

Grafik II9

Tingkat Kemiskinan

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Garis kemiskinan Kalimantan Barat cenderung meningkat setiap periode pada

bulan September 2019 sebesar Rp452899 per kapitabulan meningkat Rp14344

dibandingkan bulan Maret 2019 sebesar Rp438555 Garis Kemiskinan Makanan

memiliki peranan 7765 persen sedangkan selebihnya 2235 persen adalah Garis

Kemiskinan Bukan Makanan Apabila dilihat secara regional Kalimantan Garis

Kemiskinan Kalbar adalah yang terendah dan belum beranjak dari tahun ketahun

yaitu hanya sebesar Rp452899- per kapitabulan dan yang tertinggi adalah

25

Kalimantan Utara sebesar Rp667833- perkapitabulan sementara itu nasional

adalah sebesar Rp440538- perkapitabulan

223 Ketimpangan (Gini Ratio)

Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik

apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan

masih lebih baik dari pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380)

Ketimpangan pendapatan terjadi karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan

faktor produksi sehingga pihak-pihak yang memiliki faktor produksi akan

memperoleh pendapatan yang lebih banyak

Grafik I10

Koefisien Gini Rasio Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Pemerintah memiliki peranan penting dalam melakukan distribusi pendapatan

melalui kebijakan fiskal Usaha yang dapat dilakukan adalah meratakan kepemilikan

faktor produksi dengan menetapkan pajak progresif atas pendapatan dan kekayaan

masyarakat berpenghasilan tinggi sedangkan masyarakat berpenghasilan rendah

dapat diberikan kredit lunak sebagai modal usaha dan peningkatan kualitas sumber

daya manusia melalui program pendidikan pelatihan dan peningkatan layanan

kesehatan

224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran

Angkatan kerja Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai 2479 ribu orang

meningkat 28 ribu orang dibandingkan tahun 2018 Dari jumlah tersebut 9556

persen bekerja sedangkan 444 persen menganggur Kenaikan angkatan kerja pada

tahun 2019 belum sepenuhnya terserap pada lapangan kerja yang tersedia

sebagaimana grafik berikut ini

Grafik I11 Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

26

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat 2018 BPS

23 EFFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN

REGIONAL

Pemda Provinsi Kalimantan Barat melalui RPJMD 2019 ndash 2023 yang dijabarkan

kedalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) telah menetapkan Kebijakan Pembangunan

Ekonomi Makro melalui penetapan serangkaian sasaran indikator makro pembangunan

perekonomian Kalimantan Barat

Prospek pembangunan ekonomi Kalimantan Barat diharapkan selalu mengalami

pertumbuhan dalam arti luas dan berkualitas yaitu

Persentase penduduk di atas 15 tahun yang bekerja menurut Status pekerjaan

didominasi status pekerjaan Utama sebagai BuruhKaryawanPegawai sebanyak

874357 orang atau 3691 persen selanjutnya berusaha sendiri sebanyak 518381

orang atau 2188 persen Pekerja Keluargatak dibayar sebanyak 391053 orang atau

1651 persen dan Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar sebanyak

387960 atau 1638 persen Status pekerjaan utama secara umum mengalami

perubahan jika dilihat kondisi bulan Agustus 2019 dari 7 (tujuh) Status terdapat 3

(tiga) mengalami peningkatan diantaranya yang tertinggi dalam penyerapan tenaga

kerja adalah melalui berusaha sendiri sebesar 1395 persen Pekerja bebas non

pertanian sebesar 945 persen dan Berusaha dibantu buruh tetap sebesar 604 persen

sementara itu yang mengalami penurunan adalah Berusaha dibantu Buruh Tidak

TetapBuruh tidak dibayar sebesar 691 persen Pekerja bebas pertanian sebesar 368

persen Pekerja Keluargatak dibayar sebesar 327 persen dan

BuruhKaryawanPegawai sebesar 080 persen

27

Tabel II14

Prosentase Penduduk gt 15 Tahun Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2019

No Status Pekerjaan Utama

Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan

()

2015 2016 2017 2018 2019

1 Berusaha Sendiri 477000 476969 482849 454906 518381 1395

2 Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar

402000 402219 363557 416748 387960 -691

3 Berusaha dibantu Buruh Tetap

97000 97192 63913 69429 73625 604

4 BuruhKaryawanPegawai 776000 776498 824430 881446 874357 -080

5 Pekerja Bebas Pertanian 132000 131695 167142 54279 52284 -368

6 Pekerja Bebas Non Pertanian

- - - 65798 71355 845

7 Pekerja Keluargatak Dibayar

403000 403250 401307 404275 391053 -327

Total 2288000 2287823 2303198 2346881 2369015 094

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Salah satu indikator penting dalam ketenagakerjaan adalah TPAK (Tingkat

Partisipasi Angkatan Keraj) Yaitu rasio dalam persen antara jumlah angkatan kerja

terhadap penduduk usia kerja (15 tahun) TPAK Kalimantan Barat periode Agustus

2019 sebesar 6830 persen dan jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6865

persen terjadi penurunan Indikator lain yang cukup penting adalah TPT (Tingkat

Pengangguran Terbuka) yaitu rasio dalam persen antara jumlah pengangguran

terhadap angkatan kerja Angka TPT Kalimantan Barat sebesar 445 persen atau

turun 019 persen terhadap periode Agustus 2018 sebesar 426 persen Kondisi ini

menunjukan ke arah perbaikan walaupun belum dapat mengimbangi peningkatan

jumlah penduduk usia kerja yang bukan merupakan angkatan kerja sebanyak 31000

orang disisi lain adanya kesempatan untuk melakukan pengembangan usaha sendiri

1) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong mengatasi kesenjangan seperti

kesenjangan antar wilayah (kabupatenkota) dan kesenjangan antar sektor

pembangunan

2) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong pengurangan Angka

Kemiskinan

3) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong membuka kesempatan kerja

sekaligus upaya Pengurangan Angka Pengangguran

28

Tabel II15

Perkembangan Capaian Indikator Sasaran Ekonomi Kalbar Tahun 2019

No INDIKATOR 2017 2018 2019

TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI

1 Angka Pertumbuhan Ekonomi ()

512 517 594 506 534 500

2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

6717 6626 6656 6698 6720 na

3 Angka Kemiskinan ()

800 788 672 737 751 728

4 Angka Pengangguran ()

463 436 341 426 419 445

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat Tahun 2019 dan BPS Kalbar (diolah)

a) Asumsi dasar penetapan sasaran pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada

tahun 2019 adalah peningkatan investasi sehingga sektor riil semakin tumbuh dan

berkembang termasuk peran pemerintah dalam mendorong Pembentukan Modal

tetap Bruto melalui pembangunan proyek infrastruktur dan selanjutnya adalah upaya

peningkatan berbagai komoditas utama ekspor menjadi fokus utama paska larangan

ekspor hasil tambang mentah selanjutnya pertumbuhan ekonomi ditargetkan

sebesar 534 persen

Berdasarkan data dari BPS bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat

tahun 2019 adalah sebesar 500 persen lebih rendah dari target yang ditetapkan

sebesar 534 persen capaian tahun ini sama dengan capaian tahun 2018 tidak

berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan Kondisi tersebut mengindikasikan

bahwa dalam menentukan target didalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) belum

sesuai asumsi dasar dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah

kemungkinan dari pergerakan ekspor komoditas utama Kalbar yaitu produk karet dan

CPO yang mengalami hambatan

b) Pencapaian sasaran indikator makro pembangunan perekonomian Kalimantan Barat

tahun 2019 secara umum belum mencapai target yang telah disepakati Hal ini perlu

menjadi perhatian Pemda Prov Kalbar dalam menentukan target pencapaian makro

ekonomi hendaknya berdasarkan pertimbangan yang realistis serta berupaya

menggali potensi ekonomi demi pencapaian target yang telah ditetapkan

Vihara SingkawangKo t a Se r i b u K l e n te n g m e r u pa k a n ju l u k a n Ko t a Singkawang Kota Singkawang menjadi salah satu d a e r a h y a n g b a n y a k d i d i a m i k e t u r u n a n e t n i s Tionghoa

BAB III

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

APBN TINGKAT

REGIONAL

28

31 APBN TINGKAT PROVINSI

Untuk mendukung tercapainya program pembangunan tahun 2019 Provinsi Kalimantan

Barat memperoleh alokasi belanja pemerintah pusat (KL) sebesar Rp1049 triliun dengan

realisasi Rp968 triliun Sedangkan alokasi belanja transfer ke daerah mencapai Rp2098

triliun dengan realisasi Rp2034 triliun

Tabel III1 Postur APBN di Kalbar Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)

Uraian Pagu Tahun 2018

Realisasi Tahun 2018

Pagu Tahun 2019

Realisasi Tahun 2019

Pendapatan Negara 808350 768292 89 890381 810926 1098

a Pendapatan Perpajakan 762842 682135 89 837405 728548 8700

- Pajak dalam negeri 730289 641160 88 783956 667813 8219

- Pajak perdagangan internasional

32553 40975 126 53449 60735 114

b PNBP 45508 86157 189 52976 82378 156

Belanja Negara 3073921 2965481 96 3147383 3002273 9537

Belanja Pemerintah Pusat 1113142 1036601 93 1049477 968007 9224

Transfer ke Daerah dan Dana Desa

1960779 1929626 98 2098406 2034266 9694

Sumber OMSPAN Monev Pa Mebe (diolah)

Dari data diatas dapat diketahui pendapatan negara terealisasi Rp810 triliun atau 109

persen dari target yang telah ditetapkan Realisasi tersebut meningkat 426 miliar atau 555

persen dibanding pendapatan tahun 2018 Penerimaan perpajakan masih menjadi sumber

utama pendapatan negara dengan kontribusi sebesar 82 persen Realisasi pendapatan

pajak tahun 2019 sebesar Rp728 triliun terdiri pajak dalam negeri sebesar Rp667 triliun dan

pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar

Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019

yaitu sebesar Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL)

sebesar Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun

Realisasi Belanja pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer

ke Daerah dan dana desa terealisasi Rp2034 triliun

29

32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Pendapatan pemerintah pusat yang dihimpun di Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari

penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

321 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi

Salah satu sumber penerimaan negara terbesar berasal dari penerimaan perpajakan

Penerimaan perpajakan adalah penerimaan negara yang terdiri atas pajak dalam negeri

dan pajak perdagangan internasional

Tabel III2 Penerimaan Pajak Dalam Negeri di Kalimantan Barat Tahun 2019 (dalam miliar)

SumberSPAN (diolah)

322 Penerimaan Perpajakan

Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa total realisasi penerimaan perpajakan

di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728 triliun naik 672 persen jika dibandingkan

dengan penerimaan tahun 2018 Dari total penerimaan perpajakan tahun 2019 tersebut

pajak dalam negeri memberikan kontribusi sebesar 9166 persen sedangkan pajak

perdagangan internasional sebesar 834 persen Untuk penerimaan Pajak Dalam Negeri

tahun 2019 sebesar Rp667 triliun mengalami kenaikan Rp26108 miliar atau 407 persen

jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya PPh merupakan penyumbang

penerimaan yang terbesar yakni Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak

Penghasilan (PPn) yakni Rp307 triliun atau 46 persen

Meskipun secara nominal terjadi peningkatan penerimaan pajak di Kalimantan Barat

namun ada beberapa hambatantantangan pencapaian target penerimaan antara lain

adanya ketentuan dibidang pertambangan tentang larangan ekspor mineral mentah

(miliar )No

Pendapatan Perpajakan Target Tahun

Realisasi 2018

Target Tahun Realisasi

2018 2019 Tahun 2019

Pajak Dalam Negeri 730289 641160 783956 667813

1 Pajak Penghasilan (PPh) 373769 302324 370451 320325

2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 328396 305118 376150 307117

3 Pajak Bumi Bangunan (PBB) 16606 25258 26445 30964

4 Pajak lainnya 10638 7423 9287 8403

5 Cukai 880 1037 1623 1001

Pajak Perdagangan Internasional 32553 40975 53448 60735

6 Bea Masuk 3289 3865 3263 3288

7 Bea Keluar 29264 37110 50186 57446

Total Perpajakan 762842 682135 837404 728548

30

sehingga berpengaruh terhadap omset perusahaan di bidang pertambangan dan sektor

pendukungnya penurunan harga sawit yang berpengaruh pada omset dan laba

perusahaan di sektor perkebunan dan industri pengolahan

Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar

meningkat signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018

Dengan perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288

miliar atau 541 persen Didalam pelaksanaan pengawasan kepabeanan cukai terdapat

isu strategis yakni adanya jalur tikus dan jalur gajah yang dijadikan jalur penyelundupan

barang impor di perbatasan Indonesia ndash Malaysia untuk itu perlu dipetakan ulang titik

rawan di perbatasan terutama yang melintasi perkebunan kelapa sawit dengan

melibatkan Kodam Tanjungpura pemilik lahan dan perusahaan kebun sawit

Jika diurai berdasarkan lokasi penerimaan pajak paling banyak disumbangkan oleh

Kota Pontianak sebagai pusat aktivitas perdagangan dan jasa dengan kontribusi

penerimaan sebesar 4270 persen dari total penerimaan pajak di Provinsi Kalimantan

kemudian Kab Ketapang yang didukung dengan keberadaan kawasan industri Ketapang

memberikan kontribusi penerimaan terbesar kedua sebesar 1171 persen Sedangkan

daerah dengan kontribusi penerimaan pajak terkecil adalah Kab Kayong Utara dengan

kontribusi sebesar 094 persen dari total realisasi tahun 2019

Grafik III1

Penerimaan Pajak KabKota 2019

Sumber Kanwil Pajak Prov Kalbar

Untuk melihat kinerja perpajakan selain dari total realisasi pajak juga dilhat dari

perkembangan PDRB daerah tersebut hal ini terwujud dalam tax ratio

00050000

100000150000200000250000300000350000

31

Tabel III3

Perkembangan Tax Ratio Prov Kalbar

Tahun PDRB ADHB Penerimaan Perpajakan Tax ratio

2017 17749365 587434 0033

2018 19419496 642197 0033

2019 21231843 666809 0031

Dari tabel diatas terlihat bahwa meskipun realisasi penerimaan pajak mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya namun tax ratio justru mengalami penurunan ini

terjadi karena rasio penerimaan pajak yang semakin kecil terhadap pertumbuhan PDRB

kalbar Untuk itu perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya

identifikasi dan penggalian potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian

potensi pajak pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara

Pemerintah Pusat maupun Daerah dan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan

adanya regulasi untuk melakukan Rekonsiliasi penerimaan pajak antara DJP dengan

pemerintah daerah

323 Penerimaan Negara Bukan Pajak

a Perkembangan PNBP per Jenis PNBP

Penerimaan PNBP berdasarkan jenis PNBP di wilayah Provinsi Kalimantan Barat

hanya terdiri atas PNBP lainnya dan PNBP BLU Tidak terdapat penerimaan PNBP dari

sumber daya alam (SDA) meskipun di wilayah Kalimantan Barat terdapat usaha

pertambangan hal ini dikarenakan penerimaan PNBP sumber daya alam merupakan

penerimaan terpusat dan langsung masuk ke Bagian Anggaran Bendahara Umum

Negara (99999)

Tabel III4

Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat tingkat di Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)

Penerimaan PNBP 2017 2018 2019

Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi

PNBP Lainnya 30108 55263 11727 38725 13991 42092

Pendapatan BLU 5336 6858 33781 47426 38885 40282

Pendapatan SDA - - - -

Bagian Pemerintah atas laba BUMN

- - - -

Jumlah PNBP Kalbar 35444 62121 45508 86151 52876 82375

Sumber SPAN (diolah)

Secara keseluruhan penerimaan PNBP selama tahun 2019 mengalami penurunan

dibandingkan dari tahun sebelumnya sebesar Rp3776 miliar atau 43 persen Komposisi

32

penerimaan PNBP terdiri Pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen

dari total penerimaan PNBP dan PNBP BLU sebesar 49 persen

b Perkembangan PNBP Fungsional

PNBP dapat dibedakan sesuai dengan fungsi KementerianLembaga yang disebut

dengan PNBP Fungsional PNBP Fungsional adalah penerimaan yang berasal dari

pungutan kementerian Negaralembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan

tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat

Tabel III5

Penerimaan PNBP Fungsional terbesar Provinsi Kalbar

URAIAN 2017 2018 2019

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Pendapatan Kepolisian 375 13146 359 14004 13532

Pendapatan jasa bandara kepelabuhan perkapalan amp kenavigasian

3554 3763 3717 5772 6090

Pendapatan pendidikan 12868 24636 4964 4990 5892

Sumber SPAN (diolah)

Tahun 2019 pendapatan PNBP Kepolisian merupakan penyumbang terbesar PNBP

fungsional di Kalimantan Barat sebesar Rp13532 miliar mengalami penurunan 337

persen dibanding tahun sebelumnya Sebagian besar pendapatan PNBP Kepolisian di

peroleh dari pendapatan BPKB pendapatan STNK pendapatan TNKB (Tanda

Kendaraan Bermotor) dan pendapatan SIM Pendapatan fungsional terbesar

selanjutnya adalah pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian yang

menyumbangkan penerimaan sebesar Rp6090 miliar meningkat sebesar 551 persen

dibanding penerimaan tahun sebelumnya Sebagian besar penerimaan PNBP

pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian diperoleh dari pendapatan

kepelabuhan yang menyumbang angka sebesar Rp3756 miliar atau 6167 persen

disusul pendapatan Navigasi sebesar Rp938 miliar atau 1541 persen pendapatan

Bandar Udara sebesar Rp741 miliar atau 1219 persen dan Pendapatan kepelautan

Rp653 miliar atau 1073 persen Pendapatan kepelabuhan berpotensi untuk meningkat

ditahun tahun selanjutnya dengan rencana pengembangan kapasitas pelabuhan

Pontianak yang di mulai dengan pembangunan pelabuhan (terminal) Kijing yang

berlokasi di wilayah Kabupaten Mempawah dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional

(PSN)

c Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional

33

Tabel III6

Rasio Pendapatan Perpajakan PNBP PAD terhadap PDRB di Kalbar

Tahun Perpajakan PNBP PAD PDRB Perpajakan PDRB

PNBPPDRB PADPDRB

2019 728548 82375 404671 21232 0041 00046 0022

2018 682135 86157 404753 19403 0035 00044 0020

2017 564801 62121 346442 17747 0031 00034 0019

Sumber SPAN (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ditahun 2019 penerimaan perpajakan

memberikan kontribusi sebesar 0041 terhadap pertumbuhan ekonomi regional di

Kalbar sedangkan PAD terhadap PDRB sebesar 0022 dan PNBP terhadap PDRB

sebesar 00046 Hal ini berarti penerimaan Perpajakan masih lebih dominan dalam

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Kalimantan

Barat dibandingkan dengan PAD maupun PNBP

33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Belanja pemerintah pusat adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pengeluaran pemerintah pusatBelanja pemerintah pusat meliputi belanja pemerintah pusat

menurut organisasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi dan belanja pemerintah pusat

menurut jenis belanja

Belanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus

fiskalSalah satunya yang populer pada saat krisis ekonomi adalah instrumen ekonomi

berupa stimulus fiskalSecara garis besar komposisi dari stimulus fiskal adalah berupa

pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increased spending)

1 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian

AnggaranKementerianLembaga

Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja yang dialokasikan

kepada kementerianlembaga dan bagian anggaran Bendahara Umum Negara alokasi

dan realisasi untuk tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel III7

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran

Di Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)

KementerianLembaga 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 019 019 034 034 100

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

8986 6776 6554 5939 91

34

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 063 058 053 053 100

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

1656 1489 2119 2066 97

BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1809 1688 1678 1631 97

BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

893 869 718 712 99

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2337 2269 2605 2507 96

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM 25996 20580 20724 14531 70

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

2267 2249 2447 2425 99

BADAN PUSAT STATISTIK 9929 9330 10042 9785 97

BADAN SAR NASIONAL 2596 2496 2095 2071 99

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 11733 107`09 10304 10023 97

KEMENTERIAN AGAMA 105528 99485 107273 104645 98

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANGBPN

22191 19497 26745 21446 96

KEMENTERIAN DALAM NEGERI 5305 5182 5575 5534 99

KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

11878 10018 7004 6701 96

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI

19760 19520 17892 1767 99

wKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 9912 8947 9082 873 96

KEMENTERIAN KESEHATAN 18912 15585 1327 1195 90

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 477 465 776 738 95

KEMENTERIAN KEUANGAN 19722 18340 18519 18265 99

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

786 762 82 796 97

KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH

414 411 318 314 99

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

21053 17521 29928 2792 93

KEMENTERIAN PARIWISATA 234 204 16 151 94

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

295402 270419 25507 206714 81

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

208 201 17 149 88

KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 419 382 336 286 85

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

9004 8609 9374 8904 85

KEMENTERIAN PERDAGANGAN 3793 3074 1384 1282 95

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

095 074 095 089 94

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 56637 52411 40961 40112 98

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 3156 2842 4913 4716 96

KEMENTERIAN PERTAHANAN 123999 121577 161533 157833 98

KEMENTERIAN PERTANIAN 45315 40040 23066 19721 85

35

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

67556 65360 78313 68767 88

KEMENTERIAN SOSIAL 1954 1944 1971 1952 99

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 123274 123185 117803 125376 106

KOMISI PEMILIHAN UMUM 61742 56110 37842 35936 95

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

683 661 744 739 99

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

2135 2060 2095 1894 90

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA

1380 1375 1352 1352 100

MAHKAMAH AGUNG 11837 11716 12511 1233 99

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

097 092 052 05 96

TOTAL BELANJA KL 1113142 1036601 1049477 968007 92

BENDAHARA UMUM NEGARA 415295 397582 460736 443502 92

TOTAL BELANJA KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510213 1411486 9346

Dibandingkan tahun 2018 terdapat penurunan pagu sebesar 12 untuk tahun 2018

dan terdapat penurunan realisasi sebesar 14 dibandingkan tahun 2018 Berdasarkan

tabel diatas Untuk Pagu Kementerian dan Lembaga Kementerian PUPR mendapat

alokasi pagu anggaran yang paling tinggi dengan persentase sebesar 2430 Hal ini

menunjukan di Provinsi Kalimantan Barat prioritas pembangunan masih dititik beratkan

pada sektor infrastruktur Dari dana APBN 2019 pada Provinsi Kalimantan Barat satuan

kerja (satker) di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)

belanja modal sebesar Rp 159 triliun Belanja modal pada satker lingkup Kementerian

PUPR tersebut memberikan kontribusi sebesar 6649 dari belanja modal yang dikelola

satuan kerja lainnya di wilayah pembayaran KPPN se-Kalbar Hal ini menunjukkan

perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang memberikan kontribusi

terhadap pertumbuhan perekonomian di Kalbar

Terdapat 10 KL yang memperoleh alokasi anggaran belanja terbesar dengan total

mencapai Rp878 triliun (5817) yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan

rakyat Kemenhan Polri Kemenag Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan

Tinggi Kementerian Perhubungan KPU Kementerian Agraria amp Tata Ruang

Kementerian Pertanian

36

Berikut ini adalah sepuluh kementerian dengan pagu terbesar

Tabel III8

Tingkat Penyerapan 10 KL Pagu Terbesar 2019 (miliar)

No Nama KL (BA) Pagu Realisasi

1 Kementerian PUPR (033) 255070 206714 8104

2 Kemenhan (012) 161533 157833 9771

3 Kepolisian RI (060) 117803 125376 10643

4 Kemenag (025) 107273 104645 9755

5 Kementerian Ristekdikti (042) 78313 68767 8781

6 Kementerian Perhubungan (022) 40961 40112 9793

7 KPU (076) 37842 35936 9496

8 Kementerian Lingkungan Hidup amp Kehutanan (029) 29928 27920 9329

9 Kementerian Agraria amp Tata Ruang (056) 26745 21446 8019

10 Kementerian Pertanian (018) 23066 19721 8550

Sumber MEBE (diolah)

Jika diperhatikan jumlah alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat di 10 KL

dengan pagu terbesar dimaksud mencapai lebih dari 58 terhadap semua pagu

anggaran KL Untuk itu capaian realisasinya tentu akan mempengaruhi keseluruhan

realisasi penyerapan KL yang ada di Kalbar sehingga perkembangan pelaksanaan

anggaran satker-satker 10 KL dengan pagu tertinggi tersebut harus memperoleh

pengawasan yang lebih intensif dari Kanwil DJPB

2 Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Fungsi

Belanja Pemerintah Pusat (KL) dan juga belanja DDDF terbagi menjadi 11 fungsi

yaitu Pelayanan Umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan

Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama

Pendidikan serta Perlindungan Sosial dengan perbandingan pagu dan realisasi dalam

tahun 2018 dan 2019 sebagai berikut

Tabel III9

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi (Miliar Rp)

NAMA FUNGSI Pagu 2018

Realisasi 2018

Pagu 2019

Realisasi 2019

PELAYANAN UMUM 541846 510882 557364 531175

EKONOMI 377115 340751 232428 203287

PENDIDIKAN 185385 175208 231675 203287

PERTAHANAN 123999 121578 161533 157833

KETERTIBAN DAN KEAMANAN 168413 166821 160188 167029

37

PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 50667 47185 72454 62653

LINGKUNGAN HIDUP 37100 33230 53964 46742

AGAMA 22238 17374 19467 18874

KESEHATAN 19263 18808 18897 17252

PERLINDUNGAN SOSIAL 2162 2145 2141 2101

PARIWISATA DAN BUDAYA 249 216 175 165 TOTAL 1528437 1434183 1510213 1414486

Sumber Monev PA diolah

Pada tahun 2018 dan juga 2019 alokasi anggaran didominasi oleh fungsi pelayanan

Umum Ekonomi dan Pendidikan Pengelompokan anggaran menurut Fungsi memiliki

pengertian perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan

dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional Pengelompokan ini juga

bertujuan untuk melihat besaran alokasi anggaran menurut organisasi

KementerianLembaga tugas-fungsi pemerintah dan belanja KementerianLembaga

termasuk menciptakan penganggaran yang lebih tepat sasaran Pada tahun 2019 alokasi

untuk fungsi pelayanan umum sebesar Rp557 triliun (36 persen) ekonomi sebesar

Rp232 triliun (15 persen) dan fungsi Pendidikan sebesar Rp231 triliun (15 persen) Hal

ini menunjukkan bahwa pelaksanaan APBN di Kalimantan Barat lebih terkonsentrasi pada

bidang pelayanan umum ekonomi dan pendidikan yang secara keseluruhan jumlah

alokasi ketiga fungsi tersebut sebesar Rp1021 triliun atau 68 persen

3 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja

Berdasarkan jenis belanja di provinsi Kalimantan Barat terdapat 6 alokasi anggaran

belanja TA 2019 yaitu Belanja Pegawai (51) Belanja Barang (52) Belanja Modal (53)

Belanja Bantuan Sosial (57) Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) Untuk

Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) baru ada pada tahun 2017 2018 dan

2019 Jenis belanja 63 dan 66 baru TA 2017 muncul dikarenakan pencairan Dana

Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa sekarang berada di KPPN daerah

Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan jenis belanja dalam tahun 2018 dan

2019 sebagai berikut

Tabel III10

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rp)

JENIS BELANJA Pagu 2018

Realisasi 2018

Pagu 2019

Realisasi 2019

51 Belanja Pegawai 338030 330072 362333 364892

52 Belanja Barang 438737 400168 445547 406066

335140 305146 240347 195755

57 Belanja Bantuan Sosial 1235 1215 1324 1294

Belanja KL 1113142 1036601 1049477 968007

63 Dana Alokasi Khusus Fisik 245710 228191 261479 244756

38

66 Dana Desa 169585 169391 199257 198746 Belanja KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510287 1411509

Sumber Monev PA diolah

Kenaikan pagu anggaran terjadi untuk jenis belanja Pegawai belanja Barang

belanja bantuan sosial belanja Dana Alokasi Khusus belanja dana desa Belanja Dana

Desa mendapatkan kenaikan paling terbesar yaitu 17 persen disusul belanja bantuan

sosial sebesar 72 persen belanja pegawai naik 72 persen dan belanja barang sebesar

16 persen Jenis Belanja modal mengalami penurunan sebesar 283 persen Selama

TA 2019 Belanja Pegawai telah terserap Rp364 triliun (10071) Belanja barang

terserap Rp406 triliun (9114) belanja modal terserap Rp195 triliun (8145) belanja

bantuan social terserap Rp1215 miliar (9773) dana alokasi fisik terserap Rp244 triliun

(9360) dan penyerapan anggaran dana desa sebesar Rp198 triliun (9974) hal ini

sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun dari pinggiran dengan

memperkuat daerah dan desa yang diharapkan akan berdampak langsung untuk

pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat Pada belanja modal

terdapat penyerapan paling terendah dibandingkan jenis belanja lain

Grafik III1

Perkembangan Pagu dan Realisasi Jenis Belanja Tahun 2019

Sumber Monev PA MEBE diolah

4 Analis belanja pemerintah pusat

Belanja pemerintah pusat

Perbandingan antara alokasi belanja untuk sektor konsumtif dan produktif Sektor

konsumtif merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai administrasi

dan kebutuhan birokrasi seperti gaji tunjangan honor belanja operasional kantor

pengadaan kendaraan dinas Sedangkan sektor produktif antara lain peningkatan mutu

jalan jaringan irigasi intensifikasi dan ektensifikasi pertanian pengadaan traktor untuk

masyarakat

000

5000

10000

15000

0

2000

4000

6000

57 52 53 51 63 66

Pagu Realisasi

39

Tabel III11

Proporsi jenis Belanja Terhadap Total Pagu

Jenis Belanja Pagu Belanja Bantuan Sosial 1324 0

Belanja Barang 445547 30

Belanja Pegawai 362333 24

Belanja Modal 240347 16

Dana Alokasi Khusus Fisik 261479 17

Dana Desa 199257 13

Terlihat dari tabel diatas bahwa belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai

sektor produktif yang diantaranya untuk belanja Modal Dak Fisik Dana Desa mencapai

Rp 7010 triliun atau 4642 persen sedangkan belanja administrasi dan kebutuhan

birokrasi sebesar Rp 809 triliun atau 5358 persen Untuk belanja produktif terbesar

terdapat pada belanja program pengelolaan Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa

sebesar Rp460 triliun Disusul program penyelenggaraan jalan sebesar Rp99873 miliar

program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman sebesar Rp4004

miliar dan program pengelolaan Sumber Daya air Rp19887 miliar Terlihat dari alokasi ini

prioritas pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat di fokuskan pada pembangunan

infrastruktur fisik hal ini sesuai dengan fungsi terbesar yakni Pelayanan Umum

34 TRANSFER KE DAERAH DAN DESA

Dana transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan DAK DAU DBH Dana

perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dan juga antar pemerintah daerah

Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa

Pada tahun 2018 alokasi dana transfer dan Dana Desa ke wilayah Provinsi Kalimantan

Barat sebesar Rp2098 triliun dan terealisasi Rp2033 triliun atau 9692 persen Pada tabel

hellip Disajikan perkembangan Realisasi Dana Transfer pada tahun 2018 dan 2019 untuk

Provinsi Kalimantan Barat

Tabel III12

Perkembangan Dana Perimbangan di Kalimantan Barat

Dana Transfer 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

DBH 74872 74746 102115 69872

DAU 1182060 1182060 1215163 1214704

DAK Fisik 245714 228931 261479 244748

DAK Non Fisik 274246 262035 307639 293909

40

DID 14300 12463 12753 12288

Dana Desa 169586 169391 199257 198745

1960778 1929626 2098406 2034266

Sumber simtrada (diolah)

Secara agregat Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa mengalami kenaikan Alokasi

Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Kalbar pada tahun 2019 sebesar Rp2098

triliun naik 702 persen dibandingkan tahun 2018 Terdapat peningkatan alokasi Dana Desa

Kalbar tahun 2019 sebesar atau Rp29671 miliar atau 1750 persen sejalan dengan

komitmen Pemerintah untuk meningkatkan program pembangunan Indonesia dari pinggiran

Alokasi Dana Desa tahun 2019 di Prov Kalbar sebesar Rp199 triliun yang terbagi untuk

2031 Desa

Terdapat 4 (empat) daerah dengan alokasi pagu dana desa diatas 200 miliar yakni Kab

Sintang Rp33848 miliar Kab Kapuas Hulu Rp26812 miliar Kab Ketapang Rp25583 miliar

dan Kab Sambas Rp20498 miliar Selanjutnya 8 (delapan) daerah lainnya mendapatkan

alokasi pagu dana desa dibawah 200 miliar dengan pagu dana desa terendah pada Kab

Kayong Utara sebesar Rp4868 miliar Alokasi dana desa tersebut diharapkan dapat

menggerakkan roda perekonomian di desa dan menekan kesenjangan pendapatan antara

Desa dan Per Kotaan

Grafik III2

Realisasi Dana Transfer amp Dana Desa KabKota di Kalbar

Sumber data simtrada (diolah)

Berdasarkan grafik III2 terlihat perbandingan realisasi dana transfer amp dana Desa per

Kab di Prov Kalbar Dari total alokasi dana transfer sebesar Rp2098 triliun telah terealisasi

sebesar 2033 triliun dengan realisasi terbesar oleh Pemda Prov Kalbar yakni Rp365 triliun

selanjutnya Kab Ketapang Rp203 triliun dan yang terkecil adalah Kota Singkawang

Rp66459 miliar

Untuk menilai tingkat kemandirian daerah dilakukan dengan cara membandingkan Rasio

PAD dengan Rasio dana transfer Apabila rasio PAD lebih besar dari pada rasio dana transfer

000

500

1000

1500

2000

00050000

100000150000200000250000300000350000400000

41

berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin besar rasio dana transfer berarti tingkat

ketergantungan semakin tinggi

Tabel III13

Rasio Kemandirian Daerah Tahun 2019

Daerah Dana Transfer

PAD Pendapatan APBD

Ratio Dana Transfer thd Pendapatan

APBD

Ratio PAD thd

Pendapatan APBD

Prov Kalbar 365337 23016 595497 3870 61

Ketapang 203045 12753 215798 590 94

Sintang 165917 1721 183127 940 91

Kapuas Hulu 166837 7998 174835 460 95

Sambas 151612 14885 166497 890 91

Sanggau 141399 10287 151686 680 93

Kubu Raya 123841 14675 138516 1060 89

Landak 117304 9284 126588 730 93

Pontianak 100659 47879 148538 3220 68

Melawi 105563 4058 109621 370 96

Mempawah 85957 8757 94714 920 91

Bengkayang 96974 3025 99999 300 97

Sekadau 73392 4535 77927 580 94

Kayong Utara 69504 2533 72037 350 96

Singkawang 66459 1663 83089 2000 80

sumber data LRA Pemda simtrada (diolah)

Dilihat dari rasio Pendapatan Asli Daerah dan Transfer ke Daerah terhadap Pendapatan

APBD dapat dilihat bahwa daerah di wilayah Kalimantan Barat Rasio dana transfer lebih

besar dari pada rasio PAD yang berarti memiliki ketergantungan yang relatif tinggi tehadap

transfer dari Pemerintah Pusat

341 Dana Transfer Umum

a Dana Alokasi Umum

Grafik III3

Realisasi DAU Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan Barat

Sumber data simtrada

00050000

100000150000200000

2018 2019

42

Total realisasi DAU di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp1214 triliun naik 276 persen

dibanding realisasi DAU tahun sebelumnya Dari realisasi DAU tahun 2019 tersebut empat

pemerintah daerah yang realisasi DAU terbesar yaitu Pemprov Kalimantan Barat sebesar

Rp175 triliun diikuti Kabupaten Ketapang sebesar Rp114 triliun Kabupaten Kapuas Hulu

Rp99768 miliar dan Kabupaten Sintang Rp93421 miliar

b Dana bagi Hasil Grafik III4

Realisasi DBH Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan barat

Total realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) tahun 2019 sebesar Rp69872 miliar naik 592 persen

jika dibandingkan dengan alokasi DBH tahun sebelumnya Empat daerah dengan realisasi

DBH terbesar yakni Pemrov Kalimantan Barat sebesar Rp18663 miliar diikuti Kabupaten

Ketapang Rp10844 miliar Kabupaten Sanggau Rp8321 miliar dan Kota Pontianak Rp3910

miliar Kabupaten dengan realisasi DBH terkecil adalah Kota singkawang sebesar Rp1428

miliar Ketapang sebagai Daerah Tingkat II dengan realisasi DBH terbesar merupakan daerah

yang memiliki tambang bauksit dan tambang emas Demikian juga Kabupaten Sanggau

merupakan daerah yang memiliki hasil tambang Bauksit yang nantinya diolah menjadi alumina

(bahan pembuat alumunium) Sedangkan Kota Pontianak merupakan pusat perekonomian

yang memiliki penerimaan pajak PPh terbesar

342 Dana Transfer Khusus

a Dana alokasi Khusus (DAK) Fisik Total DAK Fisik yang dialokasikan pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami

peningkatan sebesar 641 persen atau senilai Rp 15764 miliar dibandingkan tahun 2018

Perkembangan pagu dan realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat

pada tabel berikut

0005000

10000150002000025000

2018 2019

43

Tabel III14

Pagu dan Realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (dalam miliar)

No Pemda 2019 2018

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

1 Kalbar 33283 31974 9607 42384 3843 9067

2 Mempawah 8996 8744 972 11663 11503 9863

3 Kubu Raya 12692 11337 8932 19237 18966 9859

4 Pontianak 8735 7998 9156 7863 7527 9574

5 Sintang 19271 183 9496 21637 20304 9384

6 Melawi 1726 16708 968 10885 10134 931

7 Sambas 20922 19813 947 17156 1659 967

8 Bengkayang 19266 15038 7805 9425 906 9612

9 Singkawang 8532 8042 9426 11478 9596 836

10 Ketapang 32914 31635 9611 175 16616 9495

11 Kayong Utara 11614 10174 876 11582 10958 9461

12 Kapuas Hulu 24632 22911 9301 16723 16494 9863

13 Sanggau 1942 19044 9806 18723 15686 8378

14 Landak 1669 16216 9716 15833 15536 9812

15 Sekadau 7252 6814 9396 13626 1059 7772

JUMLAH 261479 244748 139882 245715 22799 13948

sumber data Omspan

Persentase penyaluran DAK Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 081 persen

dibandingkan tahun sebelumnya Kenaikan ini setara dengan Rp 16758 miliar Pada

tahun 2019 terdapat sisa dana yang tidak direalisasikan sebesar Rp 16731 miliar atau

berkurang dari Rp 17725 miliar pada tahun 2018 Hal ini menunjukkan peningkatan

kinerja penyaluran DAK Fisik Kabupaten Bengkayang memiliki kontribusi terbesar

terhadap DAK Fisik yang tidak disalurkan yaitu Rp 4228 miliar Penyebab DAK Fisik yang

tidak disalurkan ini diakibatkan oleh 2 (dua) hal yaitu efisiensi anggaransisa lelang dan

pekerjaan yang tidak terlaksanagagal lelang Kabupaten Sanggau memiliki kinerja terbaik

dari persepsi penyaluran DAK Fisik dengan penyaluran mencapai 9806 persen dari pagu

disusul Kabupaten Landak dengan penyaluran 9720 persen dari pagu Kinerja yang

kurang memuaskan pada persepsi penyaluran kembali dipegang oleh Kabupaten

Bengkayang dengan penyaluran 7805 persen dari pagu dan disusul oleh Kabupaten

Kayong Utara dengan penyaluran 8760 persen dari pagu

44

b Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami peningkatan dengan total Rp 304 triliun

dibandingkan Rp 274 triliun pada tahun sebelumnya Perkembangan pagu dan realisasi

DAK Non Fisik dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel III15

Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (dalam miliar)

No Pemda 2018 2019

Nilai Realisasi Alokasi Realisasi

1 Kalbar 113996 112406 9861 139515 137565 9860

2 Bengkayang 8909 833 9351 9833 9195 9380

3 Landak 11773 11353 9644 11956 11234 9400

4 Kapuas Hulu 1327 12752 961 14929 13944 9340

5 Ketapang 18288 16832 9204 18552 17909 9653

6 Mempawah 9091 8457 9303 9341 8291 8876

7 Sambas 18854 17923 9506 20014 18553 9270

8 Sanggau 13357 12363 9256 14416 13215 9167

9 Sintang 15969 15216 9529 17253 16504 9570

10 Pontianak 11526 11329 9829 1099 10155 9240

11 Singkawang 5808 537 9247 5832 5093 8732

12 Sekadau 6786 4461 6574 6655 5253 7893

13 Melawi 8733 834 955 9719 9412 9254

14 Kayong Utara 3845 3681 9573 4124 3811 9240

15 Kubu Raya 14042 1322 9415 14511 13778 9490

Jumlah 274246 262035 9555 307639 293909 9550

sumber datasimtrada Omspan (diolah)

Realisasi DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp 31874 miliar atau

1216 persen dibandingkan tahun 2018 Penyaluran DAK Non Fisik pada tahun 2019

sebesar 9554 persen mengalami penurunan 001 persen 44isbanding tahun sebelumnya

yang sebesar 9555 persen Secara nilai Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat

menyumbangkan peningkatan realisasi terbesar yaitu Rp 25159 miliar atau 2238 persen

yang mayoritas berasal dari Dana BOS yaitu sebesar Rp 23722 miliar Kabupaten

Sekadau menjadi Pemerintah Daerah dengan penyerapan DAK Non Fisik terkecil hanya

7893 persen dari alokasi yang tersedia Kecilnya persentase realisasi ini diakibatkan oleh

adanya Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) yang tidak direalisasikan sebesar Rp 1234

miliar Kota Pontianak mengalami penurunan realisasi terbesar dengan penurunan

sebesar 589 persen Penurunan ini terjadi karena realisasi TPG yang pada tahun 2018

mencapai 100 persen pada tahun 2019 turun menjadi 9440 persen dan realisasi Dana

Bantuan Operasional Kesehatan turun dari 9874 persen menjadi 8134 persen

45

333 Dana Desa

Penyaluran dana desa Tahun 2018 dan 2019 di Wilayah Kalimantan Barat disalurkan untuk

membiayai pelaksanaan kegiatan melalui 5 bidang yaitu Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa Pelaksanaan Pembangunan Desa Pembinaan Kemasyarakatan Desa

Pemberdayaan Masyarakat Desa Penanggulangan Bencana Keadaan Darurat Dan

Mendesak dengan perkembangan penyaluran sebagai berikut

Tabel III16

Pagu dan Realisasi Dana Desa di Provinsi Kalimantan Barat (miliar) No KAB KOTA JUMLAH

DESA TAHUN 2018 TAHUN 2019

PAGU TOTAL PENYALUR

AN

CAPAIAN OUTPUT

PAGU TOTAL PENYAL

URAN

CAPAIAN

OUTPUT

1 Sambas 193 17284 17284 10000 9464 20498 20498 10000 7550

2 Sanggau 163 12878 12848 9976 9879 14986 14986 10000 8099

3 Sintang 390 29487 29472 9995 9914 33848 33848 10000 9002

4 Mempawah 60 5523 5523 10000 9820 6655 6655 10000 9051

5 Kapuas Hulu 278 22893 22893 10000 9878 26812 26768 9983 8915

6 Ketapang 253 21729 21729 10000 9293 25583 25583 10000 8901

7 Bengkayang 122 9240 9240 10000 9295 10655 10594 9943 5129

8 Landak 156 15416 15416 10000 9949 18537 18537 10000 9904

9 Melawi 169 13091 13091 10000 9981 15253 15253 10000 7871

10 Sekadau 87 6908 6876 9955 9582 8117 8049 9916 8244

11 Kayong Utara 43 3986 3986 10000 9384 4868 4809 9879 7965

12 Kubu Raya 117 11150 11033 9895 9677 13445 13166 9792 6685

TOTAL 2031 169586 169392 9989 9676 199257 198745 9974 8112

Sumber data Omspan (diolah)

Total alokasi tahun 2018 sebesar Rp169586 miiar untuk 2031 desa realisasi penyaluran

sebesar Rp169392 miliar atau 9989 persen Penyaluran Dana Desa terbesar pada

Kabupaten Sintang Rp29472 miliar sedangkan penyaluran terkecil Kabupaten Kayong

Utara yakni Rp3986 miliar Terdapat empat Kabupaten yang penyaluran Dana Desa tidak

mencapai 100 persen yaitu Kabupaten Sanggau Sintang Sekadau dan Kubu Raya Untuk

capaian output yang tertinggi Kabupaten Melawi yaitu 9981 persen dan terendah adalah

Kabupaten Ketapang 9293 persen Alokasi dana desa tahun 2019 sebesar Rp199257

miliar untuk 2031 desa realisasi penyaluran sebesar Rp198745 miliar atau 9974 persen

Sisa Dana Desa yang tidak tersalur sebesar Rp512 miliar Penyaluran Dana Desa terbesar

pada Kabupaten Sintang Rp33848 miliar sedangkan penyaluran terkecil pada Kabupaten

Kayong Utara yakni hanya Rp4809 miliar Terdapat enam Kabupaten yang penyaluran

Dana Desa tidak mencapai 100 persen yaitu Kapuas Hulu Bengkayang Melawi Sekadau

Kayong Utara dan Kubu Raya Realisasi Penyaluran Dana Desa tahun 2019 sebesar

Rp198745 miliar atau 9974 persen terjadi penurunan sebesar 015 persen apabila

46

dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 Hal ini dikarenakan terdapat sisa dana semula

Rp194 miliar (empat Kabupaten) menjadi Rp512 miliar (enam Kabupaten)

343 Dana Insentif Daerah (DID)

Grafik III5

Realisasi Dana Insentif Daerah Tahun 2018-2019 Kalimantan Barat

sumber data simtrada Omspan (diolah)

Dari total alokasi DID tahun 2019 yang sebesar Rp 12753 miliar telah terealisasi sebesar

Rp12288 miliar atau 9635 persen Dari 14 Pemda ProvinsiKabKota hanya 6 Daerah yang

mendapatkan alokasi DID di tahun 2019 yakni Prov Kalbar Kab Ketapang Kab

Mempawah Kab Sanggau Kota Pontianak dan Kab Kubu Raya Ada lima daerah

terealisasi 100 persen yaitu Kalbar Ketapang Sanggau Pontianak dan Kubu Raya

Sementara itu Mempawah terealisasi 465 miliar dari 930 miliar atau sebesar 50 persen

35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL

Arus kas masuk (cash in flow) Pemerintah Pusat adalah semua penerimaan yang

diterima oleh Pemerintah pusat di provinsi daerah tertentu sedangkan arus kas keluar

(cash out flow) adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada

pemerintah daerah Yang termasuk arus kas masuk adalah semua penerimaan negara yang

diterima oleh Pemerintah Pusat seperti penerimaan pajak PNBP dan hibah Sedangkan

yang termasuk dalam arus kas keluar Pemerintah Pusat adalah semua belanja pemerintah

dalam APBN yang terdiri dari belanja KPKDDKTPUB dan dana transfer Selisih antara

kontribusi penerimaan Negara pada suatu daerah dengan pengeluaran pemerintah pusat

tersebut akan menghasilkan kondisi surplusdefisit Kondisi surplus mengindikasikan bahwa

daerah tersebut memberikan subsidi silang kepada daerah lain di Indonesia sementara

kondisi defisit mengindikasikan bahwa daerah tersebut menerima subsidi silang dari daerah

0001000200030004000500060007000

2018 2019

47

lain di Indonesia Tabel dibawah ini merupakan cash flow Pemerintah di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat

Tabel III17

Cash Flow Pemerintah Pusat di Kalimantan Barat TA 2019 (miliar)

DEFISIT 2194324

Cash in Flow Cash Out Flow

Penerimaan Pajak Dalam negeri 667813 Belanja Pemerintah Pusat 970984

Bea MasukBea Keluar 60735 Transfer ke daerah amp dana desa

2034266

PNBP 82378

810926 3005250

sumber data Omspan Monev Pa (dioalah)

35 PENGELOLAAN BLU PUSAT

a Profil dan jenis layanan satker BLU pusat

Dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat tahun

2019 terdapat 3 (tiga) Satker BLU yang terdiri 2 (dua) satker BLU layanan Pendidikan

dan 2 (dua) satker BLU layanan kesehatan Dua satker BLU layanan pendidikan yaitu

Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Pontianak dan Universitas Tanjungpura Pontianak

sedangkan satker BLU layanan kesehatan adalah Rumah Sakit (RS) Bhayangkara

Pontianak dan RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR

Tabel III18

Profil BLU di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 (miliar)

No Jenis Layanan

Satker BLU Nilai Aset Pagu PNBP

Pagu RM Jumlah Pagu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Pendidikan Poltekkes Pontianak 21801 3455 4898 8353

Universitas Tanjungpura 2093628 38593 5947 4454

2 Kesehatan RS Bhayangkara Pontianak 9127 4204 777 4981

RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR

2486 2228 1582 381

Sumber LRA

1) Poltekkes Pontianak berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan

Kesejahteraan Sosial Nomor 298Menkes-KesosSKIV2001 tanggal 16 April 2001

dan ditetapkan menjadi Satker BLU berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

403KMK052011 tanggal 1 Desember 2011 Dengan visi ldquoMenjadi Institusi Pendidikan

Tinggi Kesehatan yang Bermutu dan Mampu Bersaing di Tingkat Regional pada Tahun

48

2020 (2016-2020)rdquo Poltekkes Kemenkes Pontianak memberikan pelayanan kesehatan

meliputi Jurusan Kesehatan Lingkungan Jurusan Gizi Jurusan Kebidanan Jurusan

Keperawatan Jurusan Analis Kesehatan dan Jurusan Perawat Gigi Pada tahun 2019

Poltekes Pontianak mendapatkan pagu dalam DIPA sebesar Rp 8353 dengan pagu

PNBP sebesar Rp3455 miliar dan pagu RM sebesar Rp4898 miliar Sementara aset

yang dimiliki sebesar Rp21801 miliar yang terdiri dari aset lancar Rp581 miliar aset

tetap Rp21199 dan aset lainnya Rp21801

2) RS Bhayangkara Pontianak telah menjadi satker BLU sejak tahun 2015 sesuai

Keputusan Menteri Keuangan nomor 501KMK052015 RS Bhayangkara ini telah

beroperasi sejak tahun 2002 Pagu DIPA RS Bhayangkara Pontianak di tahun 2019

adalah sebesar Rp4981 miliar dengan pagu PNBP sebesar Rp4204 dan pagu RM

sebesar Rp777 miliar Sementara aset yang dimiliki sebesar Rp9127 yang terdiri dari

aset lancar Rp547 miliar dan aset tetap Rp8579

3) Universitas Tanjungpura menjadi BLU layanan pendidikan berdasarkan Keputusan

Menteri Keuangan nomor 830KMK052017 dan mulai mendapatkan DIPA BLU pada

tahun 2018 Pagu DIPA universitas ini di tahun 2019 adalah sebesar Rp4454 miliar

dengan pagu PNBP sebesar Rp38593 dan pagu RM sebesar Rp5947 Sementara

total aset yang dimiliki sebesar Rp2093628 miliar

4) Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019

tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar

dengan komposisi Pagu Rm sebesar Rp1582 miliar dan pagu PNBP senesar Rp2228

miliar Sementara total aset di tahun 2019 sebesar Rp2482 miliar dengan perincian

aset tetap Rp762 miliar dan aset lancar sebesar Rp1723 miliar

b Perkembangan Pengelolaan Aset Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU

1) Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU

Perkembangan pengelolaan aset satker BLU dalam jangka waktu dua tahun terakhir

dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel III19

Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di Kalimantan Barat

No Satker BLU Aset tahun 2018 Aset tahun 2019

(1) (2) (3) (4)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak 22174 21801

2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 6734 9127

3 Universitas Tanjungpura 2217907 2093628

49

4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi BLU

2486

sumber Neraca E-rekon

Nilai aset pada satker BLU Poltekkes Pontianak mengalami penurunan sebesar

17 persen dari Rp22174 miliar di tahun 2018 menjadi Rp21801 miliar di tahun

2019 Sedangkan di RS Bhayangkara nilai asetnya meningkat dari Rp6734 miliar

menjadi 9127 miliar atau 355 persen Sedangkan nilai aset satker BLU Untan

menurun 56 persen dari 2217907 pada tahun 2018 menurun menjadi 2093628

ditahun 2019 Sedangkan untuk RS TK II Kartika Husada yang baru di tetapkan

menjadi satker BLU di tahun 2019 perkembangan aset asetnya naik 305 persen

dari 1905 miliar di tahun 2018 menjadi 2486 miliar di tahun 2019

2) Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU

Satker BLU di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019 mendapatkan pagu PNBP

dan pagu RM sebagaimana tercantum dalam DIPA Ada pun perkembangan pagu

tahun 2019 dan tahun 2018 dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel III20

Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker (miliar)

No Satker BLU Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu PNBP Pagu RM Pagu PNBP

Pagu RM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak 4480 4504 3455 4898

2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 4282 7010 4204 777

3 Universitas Tanjungpura 3177 20876 38593 5947

4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi satker BLU 2228 1582

Sumber LRA E-rekon

Pada tahun 2019 pagu RM Satker BLU Politekes Pontianak naik 87 persen dibanding

tahun 2018 sedangkan pagu PNBP menurun 229 persen Pagu RM naik sebesar

Rp394 miliar atau 87 persen dari Rp4504 miliar di tahun 2018 menjadi Rp4898 miliar

pada tahun 2019 Sedangkan pagu PNBP mengalami penurunan dari Rp448 miliar di

tahun 2018 menjadi Rp345 miliar pada tahun 2019 atau turun sebesar Rp1025 miliar

atau 229 persen

Selanjutnya untuk satker BLU layanan kesehatan yakni RS Bhayangkara Pontianak

perkembangan pagu PNBP menurun dari Rp4282 miliar menjadi Rp4204 miliar atau

18 persen sedangkan untuk pagu RM mengalami kenaikan 108 persen

50

Universitas Tanjungpura di tahun 2019 ini baru menjadi satker BLU setelah

sebelumnya adalah satker PNBP Di tahun 2019 Untan mendapat pagu PNBP sebesar

Rp38593 miliar dan pagu RM sebesar Rp5947 miliar

Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019

tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar

c Kemandirian BLU

Salah tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk

mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government) oleh karena itu satker BLU

didorong untuk dapat menciptakan kemandirian dirinya sendiri Kemandirian tersebut

dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM) dari APBN dan

bertambahnya alokasi pagu PNBP dari hasil layanan satker Semakin tinggi porsi pagu

PNBP dibanding pagu RM maka satker BLU dianggap memiliki tingkat kemandirian yang

lebih baik

TabelIII21

Tingkat Kemandirian BLU di Provinsi Kalimantan Barat (miliar)

sumber e rekon diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 alokasi pagu PNBP

pada Satker Politeknik Kesehatan Pontianak masih dibawah 50 persen Sedangkan untuk

Satker BLU Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak alokasi pagu PNBP di tahun 2018

sebear 8593 persen dan tahun 2019 844 persen Hal ini menunjukkan bahwa Rumah

Sakit Bhayangkara Pontianak sejak tahun 2018 memiliki tingkat kemandirian yang tinggi

dan demikian juga di tahun 2019 Dari besarnya persentase pagu PNBP tersebut dapat

dilihat bahwa dalam kegiatan operasional RS Bhayangkara Pontianak lebih ditunjang oleh

PNBP yang dikelolanya dan bisa disimpulkan mempunyai tingkat kemandirian yang baik

No Satker BLU Nilai aset 2019

Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu PNB

P

Pagu RM

Pagu PNBP

Pagu RM

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak

4480 4987

4504 5013 3455 414 4898 586

2 Rumkit Bhayangkara Pontianak

4282 8593

7010 1407 4204 844 777 156

3 Univ Tanjungpura

3177 6035

20876 3965 38593 866 5947 134

4 RS Kartika Husada

Belum menjadi satker BLU 2228 585 1582 2705

51

Untan di tahun 2018 sebagai satker BLU yang baru memiliki tingkat kemandirian di

atas 6035 persen dan meningkat signifikan di tahun 2019 menjadi 866 persen hal ini

mengindikasikan ada perkembangan yang pelayanan pendidikan oleh Untan Sedangkan

untuk RS Kartika Husada baru dtetapkan menjadi satker BLU di bulan Juli 2019

d Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP

Di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 120 satker yang mengelola dana PNBP Dari

120 satker PNBP tersebut terdapat 3 satker yang mempunyai alokasi pagu PNBP

terbesar antara lain tersebut dibawah ini

Tabel III22

Profil dan Jenis layanan Satker PNBP di Provinsi Kalimanatan Barat Tahun 2019

No Jenis Layanan

Satker PNBP Nilai Aset Pagu PNBP

Pagu RM Jumlah Pagu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2 Pendidikan Politeknik Negeri Pontianak 272 6284 9004

4 Pendidikan IAIN Pontianak 2012 5024 7036

Sumber LRA diolah

Tabel III23

Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP di Provinsi Kalimantan Barat

No Satker PNBP Tahun 2017 Tahun 2019

Pagu PNBP

Pagu RM Pagu PNBP

Pagu RM

2 Politeknik Negeri Pontianak 2197 5904 272 6284

3 IAIN Pontianak 1775 4297 2012 5024

Sumber SPAN diolah

Dari tabel diatas terlihat bahwa Politeknik Negeri Pontianak mengalami peningkatan

persentase pagu PNBP sebesar Rp523 miliar atau 238 persen Demikian juga IAIN

Pontianak pagu PNBP meningkat Rp237 miliar atau 134 persen Dari ke dua satker

PNBP tersebut Politeknik Negeri Pontianak yang paling berpotensi untuk menjadi satker

BLU karena sumber dana PNBP lebih besar dibanding sumber dana PNBP pada satker

IAIN Pontianak meskipun mempunyai potensi menjadi satker BLU namun keduanya

belum menunjukan kemandirian karena sumber dana yang mereka gunakan lebih banyak

dari dana APBN (RM) dibandingkan dana PNBP

e Analisis terkait pengelolaan BLU

1 Analisis Kemandirian BLU

a Rasio Antara Sumber Dana PNBP (BLU) dan RM

Meskipun tujuan pembentukan BLU adalah tanpa mengutamakan mencari

keuntungan namun diharapkan dengan pelayanan yang meningkat maka secara

52

langsung juga pendapatannya meningkat Lebih jauh lagi diharapkan persentase

belanja satker BLU yang bersumber dari rupiah murni semakin menurun digantikan

dengan sumber belanja dari pendapatan BLU

Tabel III24

Rasio Sumber Dana BLU (PNBP dengan RM) miliar

Satker BLU 2017 2018 2019

PNBP RM PNBP RM

PNBP RM PNBP RM

PNBP RM PNBP RM

Politeknik Kesehatan Pontianak

4966 5279 094 4480 4504 099 3455 4898 070

RS Bhayangkara Pontianak

346 700 487 4282 701 611 4204 777 541

Universitas Tanjungpura

Belum menjadi satker BLU

3177 20876 152 38593 5947 648

RS Kartika Husada Belum menjadi satker BLU 2228 1582 14

Pada Universitas Tanjungpura Pontianak dari tahun 2018 hingga tahun 2019

rasio antara sumber dana PNBP dengan sumber dana RM semakin meningkat yang

nampak pada pagu PNBP yang semakin meningkat Hal ini menandakan tingkat

kemandirian BLU Universitas Tanjungpura semakin membaik Sedangkan pada

Rumah sakit Bhayangkara terdapat penurunan atas pagu PNBP nya hal ini karena

pada tahun 2019 RS Bhayangkara Pontianak melakukan renovasi gedung dan

ruang perawatan yang mempengaruhi jumlah layanan pasien dan penerimaan

PNBP nya

b Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional

Kemandirian Satker BLU selain dapat dilihat dari Rasio Antara Sumber Dana

PNBP dan RM sebagaimana pada poin a dapat pula dinilai dari Rasio PNBP

terhadap biaya operasional BLU Untuk rasio ini BLU di Kalimantan Barat memiliki

rasio yang cukup baik

Tabel III25

Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional (persen)

Satker BLU 2018 2019

Pendapatan PNBP

Biaya Operasional

Pendapatan PNBP

Biaya Operasional

Politekkes Pontianak

3038 6360 48 2702 7725 35

RS Bhayangkara Pontianak

3034 3616 84 2802 4347 64

Universitas Tanjungpura

41371 45355 91 34461 51317 67

53

RS Kartika Husada

Belum menjadi satker BLU 5056 6264 81

Berdasarkan tabel di atas di tahun 2018 pada Satker BLU Politeknik Kesehatan

Pontianak perbandingan antara pendapatan BLU dengan biaya operasional didapat

hasil 48 persen (rasio PNBP terhadap biaya operasional 48 persen) Sedangkan

untuk tahun 2018 rasio kemandirian Satker BLU Poltekkes Pontianak menurun

menjadi 35 persen Penurunan ini disebabkan jumlah pendapatan PNBP yang

menurun sedangkan biaya operasional meningkat Penurunan pendapatan karena

penurunan jumlah mahasiswa baru

RS Bhayangkara Pontianak dari hasil perhitungan rasio pendapatan BLU dengan

biaya operasional didapat hasil 84 persen di tahun 2018 dan mengalami penurunan

menjadi 64 persen Penurunan rasio disebabkan penurunan pendapatan dan

sebaliknya belanja meningkat Penurunan pendapatan disebabkan pendapatan

yang berasal dari rawat inap berkurang Hal ini disebabkan penghapusan gedung

layanan lama yang disertai dengan pembangunan gedung rawat inap baru Namun

secara rasio RS Bhayangkara masih memiliki tingkat kemandirian yang yaitu

diatas 60 persen

Univ Tanjungpura ditahun 2018 sebagai satker BLU baru memiliki rasio 91

persen Ini menandakan Untan sebagai satker BLU memiliki kemandirian yang

sangat baik Sedangkan untuk RS Kartika Husada yang merupakan Rumah sakit

dibawah Kodam Tanjungpura dan baru ditetapkan menjadi BLU penuh di bulan Juli

2019 sudah memiliki awal yang baik dengan tingkat kemandirian (rasio PNBP

dengan biaya operasional ) sebesar 81 persen

f Analisis Efektifitas BLU

Analisa efektifitas BLU adalah analisis untuk mengetahui efektifitas dibentuknya BLU

yaitu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan fleksibilitas

dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi produktifitas dan penerapan

praktek bisnis yang sehat Peningkatan layanan antara lain juga dapat dilihat dari

pendapatan yang dihasilkan dari layanan BLU Analisis efektifitas BLU didapat dari rasio

pendapatan operasional terhadap asset tetap atau rasio perputaran asset tetap Tujuan

analisis ini adalah untuk mengetahui kemampuan BLU untuk menghasilkan pendapatan

dari aset yang dimilikinya

54

Tabel III26

Analisis Efektifitas BLU

Satker BLU 2018 2019

Pendapatan Operasional

Aset Tetap Pendapatan Operasional

Aset Tetap

Politeknik Kesehatan Pontianak

3038 21286 142 2702 21801 124

RS Bhayangkara Pontianak 3034 4832 627 2802 9127 307

Universitas Tanjungpura 41371 2175410 190 34461 2093628 16

RS Kartika HUsada Belum menjadi satker BLU 5056 2486 203

sumber data e rekon

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perputaran aset tetap satker BLU Politekkes

Pontianak tahun 2018 sebesar 142 persen dan mengalami penurunan di tahun 2019

menjadi 124 persen Dari rasio tersebut artinya kemampuan Poltekkes Pontianak

memperoleh pendapatan berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah sebesar 124

persen Penurunan rasio ini disebabkan pendapatan BLU yang menurun di tahun 2019

Sedangkan perputaran aset untuk Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak pada tahun 2019

mengalami penurunan dari 627 persen di tahun 2018 menjadi 307 persen di tahun 2019

Penurunan rasio ini disebabkan penurunan pendapatan BLU dan juga kenaikan aset

tetap Kemampuan RS Bhayangkara Pontianak tahun 2019 untuk memperoleh

pendapatan BLU berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah 307 persen

Kemampuan Untan memperoleh pendapatannya berdasarkan asset tetap yang

dimilikinya di tahun 2019 sebesar 16 persen

g Analisis Legal BLU

Pemberian fleksibilitas pengelolaan keuangan kepada Satker BLU adalah tetap dalam

koridor penerapan tata kelola pemerintahan yang baik Satker BLU tetap mempunyai

kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang telah diatur di dalam undang-undang

Tabel III27

Kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan Keuangan

Kewajiban Politeknik Kesehatan Pontianak

RS Bhayangkara

Pontianak

Universitas Tanjungpura

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Penyusunan amp Penyampaian Rencana Bisnis Anggaran

Ya - Ya - Ya -

Penyusunan amp penyampaian Lap Keu (standar akuntansi Keu)

Ya - Ya - Ya -

55

Berdasarkan tabel kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan keuangan

dapat dilihat bahwa BLU di Provinsi Kalimantan Barat yakni Politeknik Kesehatan

Pontianak RS Bhayangkara Pontianak dan Universitas Tanjungpura telah memenuhi

semua kewajiban dalam rangka penerapan tata kelola dan pengelolaan keuangan BLU

sesuai dengan ketentuan (peraturan perundang-undangan)

37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT

Dalam rangka peningkatan pembangunan di Wilayah Kalimantan Barat Pemerintah

berusaha memperdayakan potensi yang ada guna mendukung pembangunan ekonomi di

daerah diantaranya berupa Dana Invstasi Pusat yang diberikan kepada Pemda melalui

pinjaman dan Investasi Kredit Program kepada UMKM di Wilayah Kalimantan Barat Kanwil

Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat berkewajiban menatausahakan investasi

pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi khususnya penerusan pinjaman (Subsidary

Loan Agreement) Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat) dan Pembiayaan Ultra Mikro

(UMi)

371 Penerusan Pinjaman (Subsidary Loan Agreement)

Penerusan Pinjaman Pemerintah Pusat (Subsidiary Loan Agreement) kepada

Pemerintah DaerahPerusahaan DaerahBUMD Penerusan pinjaman yang diberikan

kepada PDAM maupun Pemda dimaksudkan untuk meningkatkan atau memperbaiki

tata kelola penyediaan air minum kepada masyarakat baik dari segi infrastruktur maupun

percepatan penyedian air minum

Pada tahun 2019 masih terdapat 1 (satu) pinjaman BUMD dan Pemda menunggu

penyelesaian penghapusan yaitu Pemerintah Kota Singkawang dengan sisa hutang

sebesar Rp1766635437024 yang diselesaikan melalui proses pelaksanaan debt swap

sebesar Rp1398691928715 dan penghapusan utang murni Rp367943508309

Pemerintah Kota Singkawang telah mengalokasikan program debt swap pada APBD

tahun anggaran 2017 melalui DPPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

berupa kegiatan Pembangunan Bangsal Ruang Inap Kelas I RSUD Abdul Aziz di

Singkawang dengan realisasi pembangunan sebesar Rp14407200000 dan telah

dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat

Penyampaian Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU

Ya - Ya - Ya -

Persetujuan Tarif Layanan oleh Menteri Keuangan

Ya - Ya - Ya -

Persetujuan Pembukaan Rekening Ya - Ya - Ya -

Penyusunan SOP pengelolaan keuangan BLU

Ya - Ya - Ya -

56

Tabel III31

Profil Oustanding Penerusan Pinjaman BUMD dan PEMDA di

Prov Kalbar Tahun 2018

Sumber Data Kanwil Data PemdaBUMNBUMD Penerima SLA Dit SMI

372 Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat)

Investasi Pemerintah Pusat lainnya adalah Program Kredit Program berupa

pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM (KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan

Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 debitur)

jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar

atau 1135 persen

TabelIII32

Penyaluran KUR Wilayah Kalimantan Barat Tahun 2019

No KabKota 2018 2019

Akad Debitur Akad Debitur

1 Kalimantan Barat 1650000000 29 1055000000 30

2 Kab Sambas 172012480000 5063 178155490000 4706

3 Kab Mempawah 117141764400 3853 117924669245 3337

4 Kab Sanggau 137303602000 3683 151852745000 3768

5 Kab Ketapang 134775029932 3445 115111754000 3193

6 Kab Sintang 169583544950 3539 214178312000 3769

7 Kab Kapuas Hulu 74602388591 2755 101002500000 3412

8 Kab Bengkayang 62169980000 1909 61608265000 2069

9 Kab Landak 84971200000 2710 99536500000 2866

10 Kab Sekadau 82259245000 1715 76000490000 1679

11 Kab Melawi 60856245000 1378 84465707561 1292

12 Kab Kayong utara 24188290000 826 25003500000 824

13 Kab Kubu Raya 151025480000 3883 193886370000 4216

14 Kota Pontianak 256541689000 4730 283349999288 4710

15 Kota Singkawang 85998890400 1993 95216230108 1907

Total 1615079829273 41511 1798347532202 41778

Sumber SIKP Dit SMI 2019

Penyaluran KUR tersebar di beberapa Lembaga Keuangan di wilayah Kalimantan

Barat melalui aplikasi online system data KUR dengan Sistem Informasi Kredit Program

57

(SIKP) untuk wilayah Kalbar terdapat 16 lembaga keuangan yang ditunjuk sebagi

penyalur Sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini

Tabel II32 Penyaluran KUR per Bank Provinsi Kalbar Tahun 2019

No Nama Bank Jumlah

Rupiah Debitur

1 BPD Jawa Tengah 500000000 1

2 BPD Kalimantan Barat 235246000000 2225

3 BPD Kalimantan Selatan 100000000 1

4 BPD Kaltimtara 50000000 1

5 BPD Riau Kepri 250000000 1

6 BRI Syariah 28661000000 868

7 Bank Bukopin 1680000000 6

8 Bank Central Asia 3075000000 13

9 Bank Mandiri 374774669000 4448

10 Bank Maybank 1220000000 4

11 Bank Negara Indonesia 308639830404 1794

12 Bank Rakyat Indonesia 837567307798 32376

13 Bank Sinarmas 6014000000 25

14 Bank Tabungan Negara 400000000 3

15 CTBC Bank 58980000 4

16 Internusa Tribuana Citra Multifinance 110745000 8

1798347532202 41778

Sumber SIKP Dit SMI 2019

Berdasarkan data aplikasi SIKP penyaluran KUR mencapai sebesar Rp179834

miliar dengan jumlah debitur 41778 orang tersebar melaui skema Usaha Mikro sebesar

Rp73601 miliar (34757 debitur) Kecil dan menengah sebesar Rp106172 miliar (6977

debitur) dan TKI sebesar Rp61874 juta (44 debitur) Bank Rakyat Indonesia (BRI)

merupakan lembaga terbesar penyalur KUR yakni sebesar Rp83756 miliar Sebagian

besar investasi digunakan pada sektor perdagangan yaitu sebesar Rp93627 miliar

(20750 debitur) atau 5178 persen disusul bidang Pertanian Perburuhan dan

Kehutanan sebesar Rp47943 miliar (15953 debitur) atau 2651 persen dan Jasa

Kemasyarakatan Sosial Budaya Hiburan dan Perorangan lainnya sebesar Rp9811

miliar (2398 debitur) atau 543 persen

Hasil monitoring Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov Kalbar terhadap penyaluran

kredit program dapat dikatakan bahwa Pemerintah sangat memperhatikan dan

mengharapkan adanya perkembangan usaha serta peningkatan ekonomi bagi UMKM di

wilayah Kalimantan Barat hal ini menunjukan bahwa program KUR sangat bermanfaat

58

dan berdampak terhadap perkembangan kegiatan usaha bahkan pertumbuhan ekonomi

di Kalimantan Barat Dalam perkembangannya hasil survey di lapangan yang diambil

secara sampling terhadap 82 debitur program KUR di wilayah Kalbar didominasi oleh

Sektorbidang usaha perdagangan yaitu sebesar 5976 persen atau 49 pelaku UMKM

disusul bidang usaha jasa sebesar 1951 persen atau 16 pelaku UMKM dan Pertanian

Peternakan dan Perkebunan 1220 persen atau 10 pelaku UMKM sedangkan sektor

usaha lainnya sebesar 853 persen atau 7 pelaku UMKM Sesuai Permenko Bidang

Perekonomian nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanan KUR sektor di luar

sektor perdagangan dikelompokkan sebagai sektor produksi Dengan demikian

berdasarkan hasil survey responden debitur KUR di sektor produksi hanya mencapai

4124 persen Hal ini masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama

pada sektor produksi sebesar 60 persen

Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar

sasaran dan tujuan program KUR dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran

KUR diarahkan agar lebih banyak menyasar UMKM di sektor produksi (non

perdagangan) yaitu dengan memberikan target minimal penyaluran ke sektor produksi

sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan skema KUR

Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat perkebunan

rakyat dan peternakan rakyat

373 Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)

Tahun 2019 jumlah penyaluran UMi di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar

Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen

Tabel III33

Penyaluran UMI Provinsi Kalbar Tahun 2019

No Tahun 2018 2019

KabKota Akad Debitur Akad Debitur

1 Kayong Utara 11000000 2 208000000 28

2 Ketapang 229000000 32 1055800000 165

3 Kubu Raya 1447315688 356 1176000000 314

4 Landak 860878000 194 200500000 45

5 Melawi 155000000 24 210000000 29

6 Mempawah 3188943000 758 3574105000 1027

7 Sambas 358000000 50 232400000 30

8 Sanggau 148500000 21 622933000 93

9 Sintang 90500000 14 235700000 44

59

10 Pontianak 1671500000 638 2805350000 931

11 Singkawang 185000000 25 188500000 28

12 Bengkayang 31000000 4 5000000 1

13 Kapuas Hulu 7000000 2 7000000 2

14 Sekadau 30000000 4 - -

Jumlah 8413636688 2124 10521288000 2737

Berdasarkan data aplikasi SIKP UMi penyaluran UMi di Kalimantan Barat mencapai

sebesar Rp1052 miliar dengan jumlah debitur 2737 orang pembiayaan UMi dilakukan

melalui penyalur perantara yang merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

diantaranya adalah PT Pegadaian (Persero) PT Bahana Artha Ventura PT

Permodalan Nasional Madani (Persero) serta beberapa Koperasi baik melalui

pembiayaan konvensional danatau pembiayaan syariah LembagaLankage penyalur

terbesar yaitu PT PNM merupakan lembaga terbesar penyalur UMi yakni sebesar

Rp443 miliar (1531 debitur) PT Pegadaian sebesar Rp263 miliar (453 debitur) KSPS

BMT UGT Sidogiri sebesar Rp188 miliar (337 debitur) dan KSPPS BMT Bina Umat

Sejahtera sebesar Rp154 miliar (408 debitur)

Tabel III33

Penyaluran UMI per LKBB Provinsi Kalbar Tahun 2019

NO PENYALUR LKBB TOTAL PENYALURAN Debitur

1 PT PEGADAIAN 2637600000 453

2 PNM 4427500000 1531

3 KSPPS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA 1535305000 408

4 KSPPS TAMZIS BINA UTAMA 26000000 6

5 KSPPS BMT BINA IHSANUL FIKRI 7000000 2

6 KSPS BMT UGT SIDOGIRI 1887883000 337

Total 10521288000 2737

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi penyaluran UMi yang dilaksanakan di

beberapa wilayah Kalimantan Barat terdapat faktor yang sangat berpengaruh terhadap

perkembangan penyaluran UMi di Kalimantan Barat antara lain

1 PenyalurLembaga Linkage selaku penyalur pembiayaan UMi belum tersebar atau tidak

memiliki kantor cabang di seluruh wilayah Kalbar sehingga potensi penyaluran pembiayaan

UMi kurang maksimal dan tidak bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Kalbar

2 Hasil produk UMKM terutama mutu dan kualitas produk belum dapat bersaing secara

global dengan produk daerah lain

Sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan usaha UMKM di wilayah

Kalimantan Barat adalah melakukan koordinasi dan kerjasama antara Pemda

60

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalbar PenyalurLembaga Linkage

serta lembaga terkait lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada

debitur dan membantu mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada

masyarakat baik melalui pertemuan maupun dengan media cetak banner spanduk

dan lain-lain sehingga dapat mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha

Mikro bahkan dapat meningkat ke Mikro Kecil

38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN

BELANJA INFRASTRUKTUR DI DAERAH

381 Mandatory Spending di Daerah

Belanja mandatory merupakan belanja wajib yang diperintahkan oleh Undang-Undang

yakni belanja sektor kesehatan sebesar 5 persen dan belanja sektor Pendidikan sebesar

20 persen

a Belanja Sektor Pendidikan

Uraian 2017 2018 2019

Alokasi Fungsi Pendidikan 157554 185385 231676

Pagu Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF

929392 1117061 1049551

Rasio 017 017 022

Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk

pembangunan Penyelenggaraan pendidikan di daerah akan mampu menjembatani

kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya belajar di sekolah Untuk memenuhi hal

tersebut tentunya harus dialokasikan anggaran belanja pendidikan Belanja Pendidikan

merupakan belanja wajib (mandatory spending) yang mutlak harus dipenuhi yang

ditentukan batas minimal pengalokasian anggaran dalam APBN sebesar 20 persen Alokasi

belanja pemerintah pusat Fungsi Pendidikan tahun 2019 sebesar Rp231 triliun meningkat

46291 miliar atau 2497 persen dibanding alokasi tahun sebelumnya Rasio fungsi

Pendidikan di tahun 2019 mencapai 022 naik 005 bila dibandingkan dengan rasio fungsi

pendidikan tahun sebelumnya Peningkatan alokasi fungsi kesehatan ini diharapkan akan

meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat

b Belanja Sektor Kesehatan

Uraian 2017 2018 2019

Alokasi Fungsi Kesehatan

16020 19263 18897

Alokasi Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF

929392 1117061 1049551

Rasio 0017 0017 0018

61

Anggaran berdasarkan fungsi kesehatan merupakan anggaran belanja negara dimana

dana anggaran akan diarahkan untuk melaksanakan program-program dalam rangka

meningkatkan derajat tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik Ketentuan pasal 171

undang undang nomor 36 tahun 2009 menjadikan alokasi di bidang kesehatan mutlak

dipenuhi (mandatory spending) Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan

adalah dengan menyediakan berbagai infrastruktur dan pengadaan tenaga-tenaga

kesehatan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan umum Usaha ini ditujukan

untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat sekaligus dalam rangka peningkatan mutu fisikal

sumber daya manusia dan Indonesia Sehat Alokasi belanja pemerintah pusat Fungsi

Kesehatan tahun 2019 di Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp18897 miliar menurun 366

miliar atau 19 penurunan tersebut disebabkan meningkatnya anggaran kesehatan

melalui transfer ke daerah (DAK) Rasio Fungsi Kesehatan di tahun 2019 mencapai 0018

naik 0001 bila dibanding rasio Fungsi Kesehatan tahun sebelumnya Meningkatnya alokasi

fungsi kesehatan tersebut diharapkan semakin meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat

382 BELANJA INFRASTRUKTUR

Infrastruktur memiliki peran penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

Keberadaan infrastruktur akan mendorong mobilitas penduduk dan faktor produksi

terutama tenaga kerja serta memperlancar arus barang dan jasa sehingga akan

mendorong tumbuhnya produksi dan investasi Belanja infrastruktur oleh pemerintah pusat

di representasikan oleh pos Belanja Modal (53) pada belanja KL (APBN)

Grafik III

Alokasi dan Realisasi Belanja Modal Tahun 2015 - 2019

sumber data mebe (diolah)

Untuk Wilayah Kalimantan Barat secara agregat alokasi untuk pos belanja modal (53)

dari tahun 2015 sd 2019 fluktuatif nampak ada penurunan belanja modal KL di tahun

2019 dibanding tahun anggaran sebelumnya Meskipun ada penurunan alokasi belanja

modal tidak berarti pembangunan infrastruktur untuk wilayah Kalimantan Barat diabaikan

000

100000

200000

300000

400000

500000

2015 2016 2017 2018 2019

Pagu Realisasi

62

karena pembangunan infrastruktur juga di topang oleh Dana Alokasi Fisik dimana tahun

2019 alokasi DAK Fisik sebesar Rp261 triliun

Tahun 2019 Pagu total belanja KL di Kalimantan Barat Rp1049 triliun dan alokasi

untuk belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun atau 2288 persen dan telah terealiasi

Rp195 triliun Dari total alokasi belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun di tahun 2019

sebagian besar alokasi belanja modal ada pada Kementerian PUPR sebesar Rp15 triliun

atau 665 persen dan selanjutnya Kementerian Perhubungan sebesar Rp20417 miliar

atau 85 persen Dari alokasi sebesar Rp15 triliun yang dianggarkan pada kementerian

PUPR di Kalimantan Barat 61 persen alokasikan untuk pembangunan infrastruktur jalan

diantaranya jalan trans Kalimantan perbatasan Indonesia dan Malaysia yakni ruas jalan

nanga badau - entikong - aruk - temajok serta pembangunan jalan Nasional III dan III di

seluruh wilayah Provinsi Kalbar Diharapkan dengan pembangunan ruas jalan secara

merata ini akan mempermudah akses dan koneksifitas antar wilayah dan mengakselerasi

nilai tambah perekonomian masyarakat Kalimantan Barat yang tercermin dari adanya

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dengan menguji pengaruh realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat dengan PAD

Prov Kalbar dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel

Hasil Regresi Sederhada Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat Terhadap PAD di Prov Kalbar

Tahun 2015-2019

R Square Significance

0049 0000

Dengan signifikasi 0000 menunjukkan bahwa realisasi Belanja Modal Pemerintah

Pusat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PAD R square 0049 berarti realisasi

Belanja Modal Pemerintah Pusat memiliki pengaruh positif sebesar 49 persen terhadap

PAD Provinsi Kalbar Hasil perhitungan regresi di atas menunjukkan bahwa setiap

kenaikan 1 rupiah Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat akan mendorong kenaikan

PAD sebesar Rp 0049 Apabila kenaikan Belanja Modal Pemerintah Pusat Rp 1 triliun

maka PAD akan naik sebesar Rp 49 miliar

Jembatan Kapuas PontianakJembatan ini memiliki panjang 42o meter dan lebar 6 meter Jembatan ini muali dibangun tahun 1980

BAB IV

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

APBD

63

41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan faktor pendorong utama dalam

peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah Selain itu kinerja pelaksanaan APBD juga

merupakan salah satu penentu tercapainya target sasaran makro ekonomi daerah yang

diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan tantangan dalam mewujudkan masyarakat

sejahtera dan mandiri Pemerintah daerah menggunakan APBD sebagai instrumen utama bagi

kebijakan publik di daerahnya

Untuk mencapai target tersebut Pemerintah Daerah Kalimantan Barat menyusun Alokasi

APBD Kalimantan Barat tahun anggaran 2019 sebagaimana terlihat pada tabel berikut

Tabel IV1

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

URAIAN 2018 2019

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PENDAPATAN 2443326 2422952 2543450 2563928

PENDAPATAN ASLI DAERAH

360621 390903 376276 404671

Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398

Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

16227 17161 18117 19075

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

98917 73671 85664 84200

PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816

Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak

77844 78654 78128 58493

Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649

Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

76467 113239 69129 97384

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

120005 121467 147048 180339

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

1850 1060 000 1419

64

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

105809 46616 94992 74442

Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318

Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124

BELANJA DAERAH 2499829 2345817 2604405 2510634

BELANJA OPERASI 1645895 1509851 1691108 1608335

Belanja Pegawai 841558 797512 935725 825216

Belanja Barang 606872 516897 599693 605691

Belanja Bunga 294 323 703 288

Belanja Subsidi 000 000 000 000

Belanja Hibah 190185 188493 145940 167928

Belanja Bantuan sosial 6987 6625 9047 9212

BELANJA MODAL 505628 470016 520212 498885

Belanja Modal 505628 470016 520212 498885

BELANJA TAK TERDUGA 3110 716 3213 625

Belanja Tak Terduga 3110 716 3213 625

BELANJA TRANSFER 345197 365234 389872 402789

TransferBagi Hasil Pendapatan

90177 99533 87458 102031

Belanja Bantuan Keuangan

255020 265701 302414 300757

SURPLUSDEFISIT -56503 77135 -60955 53295

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Anggaran pendapatan pada pemerintah provinsikabupatenkota di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018

Anggaran pendapatan naik sebesar Rp 100124 miliar menjadi 2543450 miliar atau 410

persen Anggaran belanja juga mengalami kenaikan sebesar 418 persen menjadi sebesar Rp

2604405 miliar Kondisi APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik dengan

menghasilkan surplus Rp 53295 miliar di wilayah Kalimantan Barat

42 PENDAPATAN DAERAH

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pemerintah dituntut

untuk memiliki kemandirian keuangan daerah yang lebih besar Dengan tingkat kemandirian

keuangan yang lebih besar berarti daerah tidak akan lagi sangat bergantung pada bantuan dari

pemerintah pusat dan propinsi melalui dana transfer

Namun tidak berarti jika kemandirian keuangan daerah tinggi maka daerah sudah tidak perlu

lagi mendapatkan dana transfer Dana transfer masih tetap diperlukan untuk mempercepat

pemabngunan daerah Semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan maka daerah dapat

memberikan pelayanan publik yang lebih berkualitas melakukan investasi pembangunan jangka

panjang dan sebagainya

65

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Pendapatan Daerah adalah hak pemda yang diakui

sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan Pendapatan daerah

tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah

yang sah Berdasarkan ketentuan tersebut APBD Kalimantan Barat disusun dengan rincian

sebagai berikut

Tabel IV2

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Jenis Pendapatan Daerah

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

URAIAN 2018 2019

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PENDAPATAN ASLI DAERAH 360621 390903 376276 404671

Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398

Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

16227 17161 18117 19075

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 98917 73671 85664 84200

PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816

Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak

77844 78654 78128 58493

Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649

Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

76467 113239 69129 97384

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 120005 121467 147048 180339

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

1850 1060 000 1419

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 105809 46616 94992 74442

Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318

Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pada tahun 2019 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Barat mengalami

peningkatan sebesar Rp 13768 miliar atau 352 persen dibandingkan tahun 2018 dengan realisasi

melebihi target yaitu 10755 persen dari pagu yang dianggarkan Kenaikan pendapatan ini

terutama ditopang oleh Pajak Daerah yang terealisasi 11103 persen dan Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang mencapai 10529 persen Retribusi Daerah juga melebihi

target dengan penerimaan sebesar 10305 persen

Pendapatan transfer terjadi kenaikan yang signifikan pada Dana Bagi Hasil Pajak dari

Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya yang mencapai 14087 persen dari target disusul oleh

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar 12264 persen

66

421 Dana TransferPerimbangan

Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan dana otonomi khusus dan

dana penyesuaian

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan Desentralisasi Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran

dalam APBN

Kebijakan perimbangan keuangan atau ditekankan pada empat tujuan utama yaitu (a)

memberikan sumber dana bagi daerah otonom untuk melaksanakan urusan yang

diserahkan yang menjadi tanggungjawabnya (b) mengurangi kesenjangan fiskal antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah (c) meningkatkan

kesejahteraan dan pelayanan publik dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dan

pelayanan publik antar daerah serta (d) meningkatkan efisiensi efektifitas dan akuntabilitas

pengelolaan sumber daya daerah khususnya sumber daya keuangan

Dana perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Dana Alokasi Khusus (DAK)

a Analisis ruang fiskal dan kemandirian daerah

1) Analisis Ruang Fiskal

Ruang fiskal secara umum merupakan ketersediaan ruang dalam anggaran yang

memampukan Pemerintah menyediakan dana untuk tujuan tertentu tanpa

menciptakan permasalahan dalam kesinambungan posisi keuangan Pemerintah

Dalam konteks APBN ruang fiskal adalah total pengeluaran dikurangi dengan

belanja non diskresionerterikat seperti belanja pegawai pembayaran bunga subsidi

dan pengeluaran yang dialokasikan untuk daerah

Dalam APBD Ruang fiskal adalah pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked

(DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat)

Ruang Fiskal mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda

tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib)

Ruang Fiskal adalah (Total Pendapatan-DAK) ndash Belanja Pegawai tak langsung

67

Grafik IV1

Ruang Fiskal Kalimantan Barat

Tahun Anggaran 20182019

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Berdasarkan data dua tahun terakhir ruang fiskal Kalimantan Barat tumbuh

sebesar 19589 miliar dari tahun 2018 sebesar 1155080 menjadi 1174669

pada tahun 2019 Terjadi peningkatan ruang fiskal sebesar 266 persen dari

tahun sebelumnya

2) Analisis Rasio Kemandirian Daerah

Ruang Rasio kemandirian daerah Rasio PAD terhadap total pendapatan dan

rasio dana transfer terhadap total pendapatan Apabila rasio PAD lebih besar

daripada rasio dana transfer berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin

besar rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan semakin tinggi

Rasio PAD = PAD Total Pendapatan APBD

Rasio DanaTransfer = Total Dana Transfer Total Pendapatan APBD

Rasio PAD = 376276 2543450

= 015

Rasio DanaTransfer = 2072181 2543450

= 081

Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio ketergantungan

Kalimantan Barat masih sangat tinggi

b Analisis komparatifperbandingan year on year (yoy) antara trend alokasi dana transfer

untuk Kalimantan Barat terhadap Pertumbuhan ekonomi regional PDRB Tingkat

pengangguran Tingkat kemiskinan IPM (HDI) dapat digambarkan sebagai berikut

000

2000

4000

6000

8000

10000

2018 2019

2018 54592019 5192

2018 45412019 4808

Belanja Mengikat Ruang Fiskal

68

Tabel IV3

Tabel Perbandingan Alokasi Dana Transfer Terhadap Indikator Perekonomian Regional

Tahun Anggaran 20182019

INDIKATOR 2018 2019 persen

Alokasi Dana Transfer 345197 389872 1294

Pertumbuhan Ekonomi Regional

506

500 (119)

PDRB 19403

21232 943

Tingkat Pengangguran 426

4 45 446

Tingkat Kemiskinan 737

728 (122)

IPM 6698

NA NA

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Peningkatan dana transfer dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 1294 persen

tidak serta merta turut mendongkrak indikator perekonomian di Kalimantan Barat

Tercatat hanya PDRB yang mengalami trend positif yaitu 943 persen Sedangkan

indikator lainnya negatif

422 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang

dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Pendapatan asli daerah diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi

pemerintahan daerah oleh karena ini berarti pemerintah daerah didorong untuk dapat

meningkatkan kemandirian keuangannya

a Analisis komposisi pendapatan daerah dan perbandingannya

Pada tahun 2019 pendapatan daerah Kalimantan Barat sebesar 2563928 miliar

Pendapatan transfer sebesar 2084816 miliar dan Pendapatan Asli Daerah sebesar

404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018 dapat disajikan sebagai berikut

69

Grafik IV2 Perbandingan Pendapatan Dana Transfer dan PAD Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Sampai tahun 2019 PAD Kalimantan Barat masih berada di kisaran 15 persen

dari seluruh total pendapatan Hal ini menunjukkan tingkat kemandirian keuangan

Kalimantan Barat masih rendah

b Analisis perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan belanja daerah

Pada tahun 2019 Belanja Daerah Kalimantan Barat sebesar 2510634 miliar

Pendapatan Asli Daerah sebesar 404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018

adalah sebagai berikut

Grafik 4221

Perbandingan Belanja Daerah dan Pendapatan Asli DaerahKalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

-

5000

10000

15000

20000

25000

30000

PENDAPATANPENDAPATAN

TRANSFER PENDAPATANASLI DAERAH

24433

20827

3606

24230

20320

3909

25435

21672

3763

25639

21593

4047

2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

10000

20000

3000024998

3606

23458

3909

26044

3763

25106

4047

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi

2019 Anggaran 2019 Realisasi

70

Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah tahun 2019 adalah

sebesar 1612 persen Angka ini sedikit menurun apabila dibandingkan dengan tahun

2018 yang sebesar 1666 persen Hal ini mengindikasikan ada peningkatan

kemampuan daerah untuk membiayai pengeluarannya

423 Pendapatan Lain-lain

Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan daerah selain pendapatan

transferperimbangan dan pendapatan asli daerah

Grafik IV4 Perbandingan Pendapatan Lain-lain terhadap Total Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Kontribusi Pendapatan Lain-lain di Kalimantan Barat tidak begitu signifikan terhadap

keuangan daerah Walaupun menunjukkan peningkatan tetapi secara keseluruhan

jumlahnya tidak terlalu besar Pada tahun 2018 sebesar 192 persen dari total

pendapatan dan meningkat menjadi 290 persen pada tahun 2019

43 Belanja Daerah

Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan Belanja Daerah bersumber

dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) + Dana Transfer dari Pusat ke Daerah (DAU DAK Dana

Penyeimbang Dana Kontingensi DBH dll) Tujuan analisis Belanja Daerah antara lain adalah

untuk mengetahui kontribusi pengeluaran daerah terhadap pengeluaran pemerintah secara

nasional Analisis Belanja Daerah dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi belanja daerah seperti

klasifikasi urusan klasifikasi fungsi dan sebagainya

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

PENDAPATANPENDAPATAN

LAIN-LAIN

24433

1058

24230

466

25435

950

25639

744

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

71

Tabel IV5

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Persentase Jenis Belanja Terhadap Total Belanja

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Jenis Belanja Alokasi persen Thd Belanja

Sektor Konsumtif

Belanja Pegawai 825216 3301

Belanja Barang 605691 2423

Belanja Bunga 703 003

Belanja Hibah 145940 584

Belanja Bantuan sosial 9047 036

Belanja Bagi Hasil Kepada ProvKabKota dan Pemdes 87458 350

Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvKabKota dan Pemdes 302414 1210

Belanja tidak terduga 3213 013

1979682 7919

Sektor Produktif

Belanja Modal 520212 2081

Total Belanja 2499893 10000

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Alokasi APBD masih didominasi oleh belanja yang bersifat konsumtif yang mempunyai multi

efek jangka pendek dan didominasi untuk mencukupi kebutuhan belanja pegawai sebesar 3301

persen dari total belanja Terbesar berikutnya adalah belanja barang sebesar 2423 persen

Sedang untuk alokasi Belanja Modal sebesar 2081 persen ini sangat berpengaruh terhadap

peluang terbukanya lapangan pekerjaan untuk menambah kesejahteraan masyarakat karena

belanja modal mempunyai multi efek jangka panjang

44 Perkembangan BLU Daerah

BLU daerah di Kalimantan Barat bergerak dibidang layanan kesehatan Seluruhnya

merupakan BLUD yang sebagian biaya operasionalnya di biayai dengan APBD

Tabel IV6

BLU Daerah Kalimantan Barat Berdasarkan Nilai Aset dan Komposisi Pagu

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

No Jenis Layanan

Satker BLUD Nilai Aset Pagu

2018 2019 PNBP APBD TOTAL

1 Kesehatan RSUD Dr Ade M Djoen

2 Kesehatan RSUD Pemangkat Sambas

3 Kesehatan RSUD Sambas 3962 4952 2062

4 Kesehatan RSUD Sanggau

5 Kesehatan RSUD Dr Agusdjam Ketapang

6 Kesehatan RSUD Singkawang

72

7 Kesehatan RSUD Sekadau 4112 5281 1203 3692 4895

8 Kesehatan RSUD Dr Soedarso 21480 26748 6114

9 Kesehatan RSUD Dr Achmad Diponegoro Kapuas Hulu

1499 1319

10 Kesehatan RSUD Bumi Sebalo Bengkayang 6076 8645 1500 3579 5079

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

RSUD Dr Soedarso yang berada di Pontianak merupakan BLU Daerah terbesar dengan total

asset 26748 Walaupun begitu pendapatan operasionalnya baru mencapai 25 persen dari pagu

keseluruhan Sisanya masih didanai dengan APBD RSUD Bumi Sebalo sedikit lebih besar

persentase komposisi pagu PNBP terhadap total pagu Pagu PNBPnya mencapai 30 persen dari

total pagu

45 SurpusDefisit APBD

Selisih antara pendapatan dan belanja akan menimbulkan surplus atau defisit sedangkan jika

pendapatan dan belanja sama maka mencapai anggaran yang berimbang Surplus APBD terjadi

bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah jika

sebaliknya maka defisit Dalam selisih ini dapat kita jelaskan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh

pemda dapat juga dijelaskan mengenai faktor pendorong terjadinya surplusdefisit tersebut Jika

APBD defisit maka pemda harus mencari alternatif untuk menutupi kekurangan tersebut

Sedangkan jika surplus maka pemerintah akan menerima kembali dana lebih tersebut Surplus

tersebut dapat dianggarkan untuk pembayaran pokok utang penyertaan modal daerah pemberian

pinjaman kepada pemerintah lain dan pembentukan dana cadangan (misal untuk Pilkada

infrastruktur dll)

a Rasio surplusdefisit terhadap aggregat pendapatan

Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan

APBD = 77135 2422952

2018 = 318

Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan

APBD = 53295 2563928

2019 = 2079

Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2018 tetapi Kalimantan Barat masih

mencatatkan rasio surplus untuk tahun 2019 sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi

APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik

b Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I)

73

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I) rasio ini untuk mengetahui

proporsi adanya surplusdefisit anggaran terhadap salah satu sumber pendapatan APBD

yaitu realisasi pencairan dana transfer Hal ini dapat menunjukkan ekses likuiditas Pemda

pada semester I akibat frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal

bagi Kementerian Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama

pada daerah yang sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses

likuiditas

Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = Surplus atau defisit Semester I dibagi

Total Realisasi Dana Transfer

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 435522 942997

2018 = 4618

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 452874 983139

2019 = 4606

Pada semester I baik tahun 2018 maupun 2019 rasio surplus terhadap realisasi dana transfer

sangat tinggi Hal ini mengindikasikan ekses likuiditas Pemda pada semester I akibat

frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian

Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama pada daerah yang

sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas

c Rasio surplusdefisit terhadap PDRB indikator ini menggambarkan kesehatan ekonomi

regional semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan

jasa yang cukup baik untuk membiaya hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah

Rasio surplusdefisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplusdefisit thd PDRB = Surplus atau defisit APBD dibagi PDRB

Rasio surplusdefisit thd PDRB = 77135 19403

2018 = 398

Rasio surplusdefisit thd PDRB = 53295 21232

2019 = 251

Rasio surplus di 2019 lebih kecil dari 2018 ini menunjukkan Kalimantan Barat semakin

mampu memproduksi barang dan jasa lebih baik

46 Pembiayaan

Pembiayaan Daerah adalah seluruh penerimaan yang harus dibayar kembali danatau

pengeluaran yang akan diterima kembali Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan

dan pengeluaran pembiayaan

Rasio SILPA terhadap alokasi belanja di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

74

Rasio SILPA = Jumlah SILPA dibagi Total belanja APBD

Rasio SILPA = 21710 2345817

2018 = 52

Rasio SILPA = 46347 2510634

2019 = 184

Rasio SILPA merupakan rasio yang mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang tidak

digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran Pada tahun 2019

angka rasionya adalah 184 terjadi penurunan sebesar 334 dibandingkan tahun 2018 hal ini

mengindikasikan bahwa efektifitas belanja setahun terakhir cenderung meningkat daripada tahun

sebelumnya

47 Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah

471 Analisis Horizontal dan Vertikal

a Analisis Horizontal

Analisis horizontal merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam

satu laporan realisasi Pemda (KabupatenKota) satu dengan Pemda lain dalam satu

wilayah (Provinsi) Selain itu analisis ini merupakan analisis membandingkan perubahan

keuangan dalam satu post APBD yang sama pada satu lingkup Pemda Tujuan dari analisis

horizontal adalah untuk menyajikan informasi yang utuh terkait kinerja suatu pos antar

Pemda dan perkembangan suatu pos APBD dari waktu ke waktu

Grafik IV3 Realisasi PAD KabupatenKota Kalimantan Barat

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pendapatan Asli Daerah pada Kab Sambas mengalami lonjakan yang signifikan

yaitu sebesar 26952 persen apabila dibandingkan dengan tahun yang lalu Sebaliknya

Kab Sintang mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 2830 persen

SambasSingkawa

ngSintang Sekadau

11KabKota

TotalKalbar

TW IV 2018 4028 13087 24004 5464 344320 390903

TW IV 2019 14885 16630 17210 4535 351411 404671

010002000300040005000

mili

ar r

up

iah

75

b Analisis Vertikal

Analisis vertikal merupakan analisis yang membandingkan antara pos yang satu

dengan pos yang lain terhadap totalnya dalam satu komponen APBD yang sama Tujuan

dari analisis vertikal adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi suatu pos dalam

bentuk angka total sehingga membantu pengguna dalam mengukur seberapa besar

pengaruh pos tersebut bagi Pemda

Pada prinsipnya semakin besar kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah akan

menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat Dengan kontribusi yang

semakin meningkat diharapkan pemerintah daerah semakin mampu membiayai

keuangannya Gambaran kemandirian keuangan daerah ini dapat diketahui melalui

besarnya kemampuan sumber daya keuangan dalam membiayai pelayanan kepada

masyarakat daerah tertentu

1) Analisis Kontribusi PAD Kalimantan Barat terhadap total pendapatan

Analisis Kontribusi PAD dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah

pendapatan asli daerah dengan total penerimaan daerah Rasio ini menunjukan

kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah Semakin tinggi kontribusi PAD maka

semakin tinggi kemampuan pemeritah daerah dalam penyelenggaraan desentralisas

Kriteria Rasio Kontribusi PAD

bull Sangat Baik gt 50

bull Baik 25 ndash 50

bull Kurang Baik10 ndash 25

bull Tidak Baik lt 10

76

Grafik IV4 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah di Kalimantan Barat masih relatif

rendah PAD di Kalimantan Barat menyumbang antara 15 persen sd 16 persen dari

seluruh total pendapatan dalam dua tahun terakhir

Penyebab dari rendahnya PAD tersebut antara lain pertama pemerintah daerah

belum mampu mengidentifikasi potensi sumber pendapatannya Kedua sebagian besar

pemerintah daerah masih belum dapat mengoptimalkan penerimaan pajak daerah

retribusi daerah atau bahkan penerimaan dari hasil kekayaan daerah yang dipisahkan

sesuai UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Ketiga pemerintah daerah masih menganggap bahwa rendahnya pendapatan PAD

sebagai akibat dari ruang gerak daerah yang terbatas untuk mengoptimalkan

penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diatur dalam UU No 28

Tahun 2009 Pemerintah daerah melihat banyak jenis dan objek pajak serta retribusi

yang masih dapat diterapkan tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang Ketiga

daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak yang besar masih diatur oleh

pusat yaitu Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak rokok Keempat

adalah kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan yang berasal

dari pajak daerah dan retribusi daerah yaitu menyempurnakan dan mengoptimalkan

penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada serta menerapkan

pajak daerah dan retribusi daerah yang baru

-

10000

20000

30000

Anggaran Realisasi

AnggaranRealisasi2018

2019

2018 2019Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PAD 3606 3909 3763 4047

PENDAPATAN 24433 24230 25435 25639

PENDAPATAN PAD

77

2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja

Analisis belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan antara total

realisasi belanja modal dengan total belanja daerah Berdasar laporan ini akan diketahui

porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada

tahun anggaran bersangkutan Pengeluaran belanja modal akan memberi manfaat

dalam jangka menengah dan panjang Belanja modal akan mempengaruhi neraca

pemerintah daerah yaitu menambah jumlah asset daerah Pemerintah daerah dengan

tingkat pendapatan daerah yang rendah memiliki porsi jumlah belanja modal yang tinggi

dibandingkan pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi Hal ini disebabkan

pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan rendah berorientasi untuk melakukan

belanja modal sebagai bagian dari investasi modal jangka panjang sedangkan

pemerintahan yang berpendapatan tinggi biasanya telah memiliki asset modal yang

mencukupi

Grafik IV5 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pada umumnya proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah antara 5

persen-20 persen Kalimantan Barat dalam dua tahun terakhir memiliki rata-rata rasio

belanja modal terhadap total belanja sebesar 1995 persen Pada tahun 2019

Kalimantan Barat memfokuskan belanja modal pada investasi penyediaan Gedung

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

5E+12

1E+13

15E+13

2E+13

25E+13

3E+13

BELANJA DAERAHBELANJA MODAL

2499829

505628

2345817

470016

2604405

520212

2510634

498885

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

78

perkantoran sebesar 3474 persen infrastruktur jalan sebesar 2759 persen dan

pengadaan alat-alat berat darat sebesar 1207 persen

472 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah

Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah yang

dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang

penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu

Analisis kapasitas fiskal daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur

kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui pendapatan

daerah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja

tertentu

Berdasarkan PMK Nomor 126PMK072019 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah

daerah provinsi dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal

Berdasarkan PMK tersebut indeks Kapasitas Fiskal Daerah kabupaten kota

dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal Daerah sebagai berikut

79

Tabel IV7

Kapasitas Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Pemerintah Daerah Indeks Kapasitas Fiskal

Kategori KFD Indeks Kapasitas

Fiskal

Kategori KFD

2018 2019

Prov Kalbar 0518 Rendah 0453 Sedang

Kab Sambas 0877 Sedang 0793 Sedang

Kab Sanggau 0855 Sedang 0778 Sedang

Kab Sintang 1134 Sedang 0269 Sangat Rendah

Kab Mempawah 043 Sangat Rendah 0494 Sangat Rendah

Kab K Hulu 1421 Tinggi 0884 Sedang

Kab Ketapang 1381 Tinggi 1094 Tinggi

Kab Bengkayang 0738 Rendah 0442 Sangat Rendah

Kab Landak 1274 Tinggi 0676 Rendah

Kab Melawi 0776 Sedang 0536 Rendah

Kab Sekadau 0669 Rendah 0611 Rendah

Kab Kayong Utara 056 Sangat Rendah 0406 Sangat Rendah

Kab Kubu Raya 1055 Sedang 0742 Sedang

Kota Pontianak 1368 Tinggi 1538 Tinggi

Kota Singkawang 0618 Rendah 0522 Rendah

Sumber PMK Nomor 126PMK072019

Berdasar tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah yang mempunyai indeks kapasitas

tinggi adalah Kab Ketapang dan Kota Pontianak Sedangkan daerah dengan indeks

kapasitas sangat rendah adalah Kab Sintang Mempawah Bengkayang dan Kayong Utara

Prov Kalbar naik dari kategori rendah ke sedang Kab Sintang turun dua tingkat dari

kategori sedang ke sangat rendah Kab Kapuas Hulu turun dari kategori tinggi ke sedang

Kab Landak turun dua tingkat dari kategori tinggi ke rendah dan Kab Melawi turun dari

kategori sedang ke rendah

48 Perkembangan Belanja Wajib Daerah

Tujuan dari sub ini adalah melihat gambaran perkembangan mandatory spending dalam

pelaksanaan APBD di daerah Mandatory spending adalah alokasi belanja wajib yang diatur

undang-undang Tujuan mandatory spending adalah mengurangi masalah ketimpangan sosial dan

80

ekonomi daerah Mandatory spending dalam tata kelola keuangan pemerintah daerah meliputi

alokasi pendidikan alokasi kesehatan penggunaan dana transfer umum dan alokasi dana desa

APBD diklasifikasikan menjadi 35 urusan daerah yaitu Pendidikan Kesehatan Pekerjaan

Umum Lingkungan Hidup Kelautan dan Perikanan Kehutanan Kesatuan Bangsa dan Politik

Perencanaan Pembangunan Penataan Ruang ESDM Pemberdayaan Masyarakat Desa Sosial

KUKM Perdagangan Kebudayaan Kependudukan dan Catatan Sipil dan seterusnya

Tahun 2019 total belanja terjadi peningkatan 703 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu

dari Rp 2345816 miliar menjadi Rp 2510634 miliar Dari ke-35 urusan daerah tersebut yang

menjadi perhatian utama pemerintah daerah secara berturut-turut adalah pemerintahan umum

(3118 persen) pendidikan (2337 persen) perumahan dan fasilitas umum (2125 persen) dan

kesehatan (1339 persen)

Berdasarkan fungsi APBD Kalimantan Barat dapat digambarkan sebagai berikut

Tabel IV8

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Fungsi Tahun 2019

(Miliar Rp)

Uraian Fungsi Total persen

01 PELAYANAN UMUM 782834 3118

02 PERTAHANAN ) 000 -

03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 30131 120

04 EKONOMI 178475 711

05 LINGKUNGAN HIDUP 22823 091

06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 533546 2125

07 KESEHATAN 336074 1339

08 PARIWISATA 9952 040

09 AGAMA ) 000 -

10 PENDIDIKAN 586788 2337

11 PERLINDUNGAN SOSIAL 30012 120

Total Belanja Daerah 2510634 10000

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Komitmen pemerintah daerah dalam membangun kualitas atau kesejahteraan masyarakat

dapat terlihat melalui alokasi pengeluaran pemerintah daerah dari tiga jenis belanja yaitu belanja

pendidikan belanja kesehatan dan belanja infrastruktur

481 Belanja Daerah Sektor Pendidikan

Pembangunan pendidikan dicapai dengan meningkatkan pemerataan akses kualitas

relevansi dan daya saing Alokasi anggaran fungsi pendidikan mencerminkan upaya

pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan

sebagai salah satu upaya untuk memenuhi amanat konstitusi bahwa alokasi anggaran

pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari belanja negara

81

Dari tabel 48 dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran pendidikan

Kalimantan Barat yang sebesar 2337 persen sudah memenuhi amanat UUD 1945 pasal 31

ayat (4) dan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat (1)

yang mewajibkan alokasi anggaran Pendidikan minimal 20 persen

482 Belanja Daerah Sektor Kesehatan

Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja

di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi (mandatory spending) Pasal tersebut

menyebutkan bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 5

persen (lima persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diluar gaji sementara

provinsi dan kabupatenkota mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 10

persen (sepuluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diluar gaji Tujuan

dari pembangunan bidang kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang terus

membaik Penggunaan anggaran di dibidang kesehatan diharapkan seoptimal mungkin

dapat termanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut

Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran kesehatan

pemerintah daerah minimal 10 persen dari APBD di luar gaji (UU No 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan) sudah terpenuhi di Kalimantan Barat

483 Belanja Infrastruktur Daerah

Dana Transfer Umum terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH)

yang penggunaannya bersifat umum Porsi DAU dan DBH yang besar dari total dana

Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) diharapkan mampu berperan besar dalam

upaya percepatan pembangunan infratuktur di daerah Dana Transfer Umum (DTU)

diarahkan penggunaannya sekurang-kurangnya 25 persen untuk belanja infrastruktur

daerah

DTU Kalimantan Barat terdiri dari DAU sebesar 1232649 miliar dan DBH 58493 miliar

Jumlah totalnya adalah 1291143 miliar Jika fungsi belanja perumahan dan fasilitas umum

sebesar 533546 maka angka ini senilai 4132 persen artinya jauh melebihi ketentuan yang

berlaku

Sungai Kapuas Kalimantan BaratMerupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang 1143 km Sungai Kapuas menjadi habitat bagi 700 jenis ikan air tawar 12 jenis diantaranya termasuk ikan langka serta 40 jenis ikan lainnya terancam punah

BAB V

PERRKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

ANGGARAN

KONSOLIDASIAAN

(APBN DAN APBD)

82

A LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang

disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian tingkat Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Prov Kalbar adalah sebagai berikut

Tabel V1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Lingkup Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019 (Miliar rupiah)

Uraian 2019 2018

Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi

Pendapatan Negara 891057 442989 1334046 2282 1086157

Pendapatan Perpajakan

808438 286398 1094835 1298 969055

Pendapatan Bukan Pajak

82620 118273 200893 7200 116798

Hibah 000 38318 38318 1250467

304

Transfer 000 2031342 000 000 000

Belanja Negara 968528 2377236 3345764 425 3209324

Belanja Pemerintah 968528 2107845 3076373 464 2939933

Transfer 2031342 269391 269391 000 269391

Surplus(Defisit) -77471 -1934247 -2011718 -525 -2123167

Pembiayaan 000 31348 31348 -2967 44575

Penerimaan Pembiayaan Daerah

000 126432 126432 4765 85628

Pengeluaran Pembiayaan Daerah

000 95084 95084 13161 41054

Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran

-77471 -1902899 -1980371 -473 -2078592

Catatan Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pada tahun 2019 pendapatan konsolidasian pemerintah

daerah provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp 1334 triliun Angka

ini naik 2282 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2018 Belanja Konsolidasian sebesar Rp 3345 triliun Angka

83

ini naik 425 persen dari tahun 2018 Terjadi defisit pada LKPK tahun 2019 sebesar

Rp 198 triliun

B PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau

Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh

pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu

periode pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun

resiprokal (berelasi)

1 Analisa Proporsi dan Perbandingan

Grafik V1

Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian

di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pendapatan Perpajakan memberikan kontribusi yang paling besar pada

pendapatan konsolidasian yaitu 8094 persen atau Rp1014 triliun Hal ini

menunjukkan Pendapatan Perpajakan masih tulang punggung General Government

Revenue di Provinsi Kalimantan Barat 7170 persen dari total Penerimaan

Perpajakan berasal dari Pajak Pemerintah Pusat PPn dalam Negeri menjadi Pajak

Pemerintah Pusat paling tinggi yaitu Rp 306 triliun

Pemerintah Daerah memberikan sumbangan 2821 persen atau Rp 286

triliun pada Penerimaan Perpajakan Konsolidasi Pajak Kendaraan Bermotor

mendominasi Pajak Daerah dengan nilai Rp 191 triliun disusul oleh Pajak Hotel

sebesar Rp 62899 miliar Hal ini menunjukkan sektor Pariwisata memiliki potensi

yang cukup besar dalam menyumbang PAD dalam bidang perpajakan

Diharapakan Pemerintah Daerah dapat terus menggali Pajak di sektor Pariwisata

dengan mengembangkan prasarana pendukung seperti perhotelan tempat

pariwisata dan lain-lain

8094

1504

287 000

Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak

Hibah Transfer

84

2 Analisa Perubahan

Pendapatan Konsolidasian mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada

tahun 2019 Kenaikan sebesar Rp 247 triliun atau 2282 persen dibanding tahun

2018 didorong peningkatan pada Pendapatan Perpajakan Rp 125 triliun (1298

persen) Pendapatan Bukan Pajak Rp 84095 miliar (72 persen) dan Pendapatan

Hibah Rp 38014 miliar (12504 persen)

Grafik V2

Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan

Konsolidasian Provinsi Kalimantan Tahun 2018 dan 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pendapatan Bukan Pajak paling besar disumbang oleh Penjualan Aset Daerah

dan Deviden atas Penyertaan Modal pada BUMD pada Pendapatan Bukan Pajak

Daerah sebesar Rp 59048 miliar dan Rp19075 miliar Deviden atas Penyertaan

Modal pada BUMD merupakan daya Tarik tersendiri bagi Pemerintah Daerah pada

Prov Kalbar untuk semakain memanfaatkan BUMD khususnya Bank Kalbar

sebagai tempat investasi

3 Perhitungan Rasio Konsolidasi

1) Tax ratio

Salah satu rasio konsolidasi dapat dilakuaka dengan menggunakan Tax Ratio

dengan rumus sebagai berikut

Tax Ratio = Pendapatan Perpajakan Konsolidasian Tingkat Wilayah

PDRB Provinsi

Dari perhitungan dapat ditemukan

PendapatanKonsolidasi

PendapatanPerpajakan

PendapatanBukan Pajak

Hibah Transfer

2019 1253916 1014946 200651 38318 000

2018 1086157 969055 116798 304 000

000

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

85

Tabel V2

Tax Ratio Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019

IndikatorTahun 2018 2019

Penerimaaan Perpajakan Konsolidasian (Miliar Rp) 969055 1014946

PDRB (Miliar Rp) 19403285 21273700

Tax ratio 499 477 Sumber LKPK Kanwil DJPB dan BPS(diolah)

Tax Ratio pada Prov Kalbar mengalami penurunan sebesar 022 persen pada

tahun 2019 dari tahun sebelumnya Dibandingkan dengan tax ratio nasional yang

sebesar 107 persen maka rasio pajak di Kalimantan Barat masih sangat kecil Hal

ini menjadi dapat menjadi motivasi bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

Daerah untuk mencari sumber-sumber Penerimaan Perpajakan yang mungkin

belum tergali secara tuntas Pemerintah dapat melakukan sensus pajak khusus

untuk Prov Kalbar agar potensi-potensi pajak tidak hilang sehingga tax ratio Kalbar

dapat mendekati tax ratio nasional

2) Rasio Kemandirian

Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan pembangunan

dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai

sumber pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain misalnya bantuan

pemerintah pusat ataupun dari pinjaman Rasio Kemandirian dapat dihitung dengan

rumus

Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah

Bantuan Pemerintah Pusat

Dengan menggunakan Laporan konsolidasian diperoleh data Rasio Kemandirian

Prov Kalimantan Barat pada tahun 2018 dan tahun 2019 berada pada angka 1818

persen dan 2180 persen Angka ini menunjukkan bahwa secara Laporan

Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan memiliki

ketergantungan yang cukup tinggi terhadap dana transfer Peran Pemerintah Pusat

akan sangat besar pada pembangunan di Kalbar sehingga Pemerintah Daerah tidak

leluasa dalam menentukan program kerjanya

C BELANJA KONSOLIDASIAN

Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja

Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja Pemerintah

Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang

sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi)

86

1 Analisis Proporsi dan Perbandingan

Proporsi dan komposisi realisasi berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis

belanja) atau perbandingan antara realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal

terhadap total Belanja konsolidasian

Grafik V3

Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pad a Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pada tahun 2019 secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Barat total

belanja pemerintah daerah lebih besar dari total belanja pemerintah pusat

Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp 3345 triliun 2895

persen bersumber dari anggaran pemerintah pusat dan sisanya sebesar 7105

persen dari anggaran pemerintah daerah

Belanja Operasional mendominasi pada Belanja Pemerintah Pusat maupun

Daerah 7045 persen Belanja Konsolidasian digunakan untuk belanaja

Operasional yaitu Rp 1608 triliun pada belanja Pemerintah Daeah dan 772 triliun

pada belanja Pemerintah Pusat Belanja Pegawai menjadi pengeluaran terbesar

pada Belanaja Operasional Konsolidasian yaitu Rp 11 90 triliun atau 3521 persen

dari total Belanaja Konsolidasian

Belanja Modal hanya menyumbangkan 2055 persen terhadapa belanaj

Konsolidasian Belanaj Bahan Baku Jalan dan jembatan menjadi belanja modal

terbesar Pemerintah Pusat dengan nilai Rp 36413 miliar dan Belanja

Pengadaaan Gedung Bangunan Tempat Kerja menjadi Belanja Modal Pemerintah

Daerah terbesar dengan Rp 175 triliun

Proporsi Belanja Pegawai yang mendominasi Belanaja Konsolidasian

sebenarnya kurang baik Dengan besarnya Belanja Pegawai yang harus

dibayarkan maka Pemerintah akan tidak leluasa menggunakan instrument fiskal

sebagai alat kebijakan

Konsolidasi Pusat Daerah

Belanja Transfer 303881 - 303881

Belanja Modal 694711 195827 498885

Belanja Operasional 2381037 772702 1608335

000500000

1000000150000020000002500000300000035000004000000

87

2 Analisis Perubahan

Grafik V4

Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Grafik V5

Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Belanja Operasional cenderung semakin besar persentase terhadap Belanja

Konsolidasian Besarnya belanja Operasional yang didominasi oleh Belanja

pegawai akan memepersempit ruang fiskal suatu daerah Dengan rumus

Ruang Fiskal = (Pendapatan-Belanja Pegawai)

Pendapatan

Dengan rumus di atas ruang fiskal Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan

Konsolidasian adalah 1077 persen

Angka 1077 persen menunjukkan bahwa Pemerintah pada Provinsi

Kalimantan Barat memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam membiayai

pembangunan di daerah Ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat juga sangat

tinggi dimana TKDD yang diterima lebih besar dari PAD Melihat hal ini sebaiknya

pemerintah daerah dan pemerintah Pusat dapat merumuskan efektifitas TKDD

yang diterima sebaiknya digunakan untuk apa dan dapat menggali sumber-sumber

PAD yang baru

68

248

Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer

70

219

Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer

88

3 Analisis Rasio Belanja Konsolidasian

Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam belanja pemerintah rasio Belanja

perkapita (spending per citizen) Rasio ini merupakan perbandingan antara realisasi

Belanja dibagi jumlah penduduk Dari perhitungan dari tahun 2019 belanja per

kapita adalah Rp 623 jutaorang mengalami kenaikan dari Rp 593 pada tahun 2018

Kenaikan ini berarti tujuan dari Pemerintah untuk menyejaterahkan masyarakat

semakin mendekati sasaran

Naiknya spending per citizen ini sejalan dengan penurunan Gini Ratio dari

angka 0325 pada tahun 2018 menjadi 0318 tahun 2019 Penurunan Gini Ratio

berarti terdapat perbaikan atas tingkat kesenjangan pada Prov Kalbar Indikator

yang juga mempengaruhi kenaikan spending per citizen adalah jumlah tenaga kerja

yang meningkat sebesar 22134 orang dari tahun 2018 ke tahun 2019

D SURPLUSDEFISIT

SurplusDefisit Laporan Keuangan Pemer i n t ah Konsolidasian di Provinsi

Kalimantan Barat t ahun 2019 mencapai minus Rp2011 triliun Defisit tersebut

b e r a s a l dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 77471 miliar dan Pemerintah Daerah

sebesar Rp1934 triliun

1) Proporsikomposisi Realisasi SurplusDefisit Pempus dan Pemda terhadap

SurplusDefisit Konsolidasian

Defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel V3

Rasio SurplusDefisit Konsolidasian terhadap PDRB

pada Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

SurplusDefisit Persentase SurrplusDefisist

Konsolidasi -2091849 10000

Pusat -157601 753

Daerah -1934247 9247

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pemerintah Daerah menyumbangkan defisit 9247 persen dari total defisit Hal ini

terjadi karena realisasi TKDD tidak diperkirakan dalam penyusunan neraca

konsolidasian Dengan adanya dana transfer yang diberikan oleh Pemerintah pusat

sebesar Rp 2033 triliun maka Pemerintah Daerah akan mendapatkan surplus sebesar

Rp 099 triliun

2) Perbandingan Rasio SurplusDefisit terhadap PDRB

Rasio ini menghitung perbandingan nilai surplusdefisit dengan nilai PDRB

89

Dihitung dengan rumus

Rasio SurplusDefisit = Nilai SurplusDefisit Konsolidasian

Nilai PDRB

Dengan rumus di atas maka di dapatkan Rasio surplusdefisit terhadap PDRB

adalah -983 persen Defisit konsolidasian bernilai 983 persen dari total PDRB Kalbar

pada periode tahun 2019

E ANALISA KONTRIBUSI KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang

ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan

kabupatenkota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender) Nilai

PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran

yaitu Y = C + I + G + X-M) Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai

salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi

Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2018

Tabel V4

Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2019 (miliar Rp)

Pendapatan 1254157

a Pajak 1014946

b Kontribusi sosial 200893

c Hibah 38318

d Pendapatan lain -

Beban 2651053

a Belanja Operasional 2381037

c Belanja Transfer 303881

Keseimbangan operasi brutoneto -1396896

Transaksi Aset Non Keuangan Neto 694711

a Aset tetap 694711

b Persediaan -

c Barang berharga -

d Aset nonproduksi -

Net LendingBorrowing -2091607

Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban 31348

a Akuisisi Neto Aset Keuangan -

- Domestik 126432

- Luar Negeri -

b Keterjadian Kewajiban -

- Domestik 95084

- Luar Negeri -

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Belanja Pemerintah (G) adalah Rp 2651 triliun dan Investasi (I) yang dilakukan oleh

90

pemerintah pada tahun 2018 sebesar Rp 694 triliun Dengan demikian dapat dihitung

kontribusi belanja Pemerintah dan investasi Pemerintah terhadap PDRB Provinsi

Kalimantan Barat dengan PDRB sebesar Rp21273 triliun adalah sebagai berikut

1 Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB adalah 1246 persen

2 Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB adalah 326 persen

Belanja Pemerintah masih memiliki porsi yang cukup besar terhadap yaitu sebesar

1246 persen Hal ini menunjukkan belanja Pemerintah adalah salah satu motor

penggerak perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat dengan harapan belanja ini

mampu memberikan efek dalam jangka waktu yang cepat terhadap pertumbuhan

ekonomi Pemerintah diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan

belanja sebesar ini

Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output perekenomian dipengaruhi oleh

tabungan pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi Tabungan merupakan

instrumen yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal (penerimaan pajak dan belanja negara

mempengaruhi tabungan nasional) Secara tidak langsung kebijakan fiskal ikut mengambil

peran dalam pertumbuhan ekonomi Keputusan-keputusan pemerintah mengenai

kebijakan fiskal yang ditempuh suatu negara dapat mengubah ouput dalam

perekonomian baik bertambah maupun berkurang

Peningkatan belanja Pemerintah memiliki multiplier effect (efek penggandaan)

terhadap pendapatan (ouput perekonomian) suatu negaradaerah Alasannya

ialah pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi Kenaikan

belanja pemerintah menyebabkan meningkatnya pendapatan kemudian meningkatkan

konsumsi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan kemudian meningkatkan

konsumsi dan seterusnya

Belanja Pemerintah yang meningkat dari tahun ke tahun memberikan efek yang baik

untuk perekonomian Kalimantan Barat karena memegang porsi yang cukup besar

terhadap PDRB Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan untuk memperbesar alokasi

Investasi juga

Taman Nasional Gunung Palung Kayong Utara

Selain habitat bagi Orang Utan di Taman Nasional Gunung Palung juga merupakan habitat bagi Bekatan (yang merupakan hewan endemik Pulau Kalimantan)

BAB VI

KEUNGGULAN DAN

POTENSI EKONOMI

SERTA TANTANGAN

FISKAL REGIONAL

91

Untuk menjadi kawasan yang maju dan unggul maka pemerintah harus mendukung

melalui pembangunan daerah dengan penentuan prioritas kebijakan yang lebih terarah serta

berjalan efektif dan efisien mengingat keterbatasan sumber pendanaan serta tetap

memperhatikan keunggulan dan potensi ekonomi daerah Penentuan sektor unggulan daerah

merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk

meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi persaingan Pendekatan

yang digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan dalam kajian ini adalah metode Shift

Share Location Quotient (LQ) dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Perhitungan sekor unggulan menggunakan metode Shift Share dilakukan dengan

perbandingan perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat dengan perkembangan

ekonomi nasional dalam jangka waktu 6 (enam) tahun terakhir

Tabel VI1

Shift Share Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019 (miliar rupiah)

No Sektor Usaha Nij (1)

Mij (2)

Cij (3)

Dij (1+2+3)

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1222348 206718 -78895 1350171

2 Pertambangan dan Penggalian 67328 484293 -251869 299751

3 Industri Pengolahan 873561 405984 -247156 1032389

4 Pengadaan Listrik Gas 5215 8251 -9427 4039

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

6143 55924 -54196 7872

6 Konstruksi 1023591 -25056 -233531 765004

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

868146 244286 -203511 908922

8 Transportasi dan Pergudangan 505346 -74394 -161645 269306

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 113457 88963 -57802 144618

10 Informasi dan Komunikasi 303467 67220 -164199 206488

11 Jasa Keuangan 308895 -56760 -25036 227099

12 Real Estate 197897 6495 -13855 190537

13 Jasa Perusahaan 49701 -16356 -5113 28232

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

345188 319568 -270891 393865

92

15 Jasa Pendidikan 309927 -62460 29641 277108

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 118800 -11299 -14033 93468

17 Jasa Lainnya 121010 -42227 -14318 64466

Sumber BPS diolah

Dengan analisis Shift Share terdapat 2 (dua) sektor lapangan usaha dengan Shift Share

ge Rp 10 triliun Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan serta

Industri

Perhitungan sektor unggulan Provinsi Kalimantan Barat dilakukan dengan menggunakan

LQ time series dimana data yang digunakan adalah PDRB dan PDB 6 (enam) tahun terakhir

Tabel VI2

LQ Time Series Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019

No Sektor LQ 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-Rata

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 158 147 145 148 152 152 150

2 Pertambangan dan Penggalian 047 062 075 069 065 074 065

3 Industri Pengolahan 076 073 076 077 078 079 077

4 Pengadaan Listrik Gas 006 007 008 008 008 008 008

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

165 160 153 160 164 523 221

6 Konstruksi 121 124 115 119 114 110 117

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

105 108 106 104 104 105 105

8 Transportasi dan Pergudangan 095 085 084 081 085 081 085

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

074 078 078 078 081 082 079

10 Informasi dan Komunikasi 092 092 091 095 096 092 093

11 Jasa Keuangan 091 086 084 084 087 078 085

12 Real Estate 106 103 101 098 102 099 101

13 Jasa Perusahaan 028 028 026 024 023 022 025

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

160 166 174 182 183 187 175

15 Jasa Pendidikan 133 124 120 117 117 114 121

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 141 137 131 126 126 125 131

17 Jasa Lainnya 065 059 056 053 052 050 056 Sumber BPS diolah

Sektor yang memiliki potensi berdasarkan LQ akan memiliki nilai gt 1 Perhitungan LQ time

series dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 menunjukkan terdapat delapan sektor yang

potensial karena memiliki LQ lebih besar dari satu dan sembilan bidang tidak potensial dengan

LQ kurang dari satu

93

Metode terakhir yang digunakan adalah Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) Sama

dengan dua metode sebelumnya MRP menggunakan data PDRB dan PDB dari tahun 2014

sampai dengan 2019

Tabel VI3

Metode Rasio Pertumbuhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019

No Sektor Usaha MRP

RPr RPs

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 097 - 088 -

2 Pertambangan dan Penggalian 075 - 123 +

3 Industri Pengolahan 095 - 098 -

4 Pengadaan Listrik Gas 109 + 162 +

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang 093 - 209 +

6 Konstruksi 111 + 101 +

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 099 - 097 -

8 Transportasi dan Pergudangan 128 + 114 +

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 093 - 105 +

10 Informasi dan Komunikasi 115 + 122 +

11 Jasa Keuangan 112 + 091 -

12 Real Estate 101 + 089 -

13 Jasa Perusahaan 124 + 095 -

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 096 - 118 +

15 Jasa Pendidikan 104 + 079 -

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109 + 093 -

17 Jasa Lainnya 128 + 097 -

Sumber BPS diolah

MRP menghitung rasio pertumbuhan sektoral pada RPs RPS yang bernilai ge 1 akan

diberikan notasi + menunjukkan sektor tersebut pada Provinsi Kalimantan Barat memiliki

pertumbuhan yang menonjol Terdapat 8 (delapan) seKtor yang yang memiliki RPs ge 1

sehingga cukup banyak sektor yang memiliki pertumbuhan yang menonjol

61 SEKTOR UNGGULAN DAERAH

Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau

perkembangan bagi sektor-sektor lainnya baik sektor yang mensuplai inputnya maupun

sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo

94

2006) Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan baik itu

perbandingan berskala regional nasional maupun internasional Pada lingkup

internasional suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan

sektor yang sama dengan negara lain Sedangkan pada lingkup nasional suatu sektor

dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu

bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain baik di pasar nasional

ataupun domestik Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut

dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga

dapat menghasilkan ekspor (Suyanto 2000146) Sektor unggulan di suatu daerah

(wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan

Kriteria pertama penentuan sektor unggulan suatu daerah adalah hubungannya

dengan PDRB maka dillihat sektor mana yang sumbangan terhadap PDRB nya paling

besar

Tabel VI4

Kontribusi Sektor Tehadap PDRB pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019

Sektor Persentase Kontribusi Terhadap PDRB

2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata

Pertanian Kehutanan dan Perikanan 2156

2054

2021

2030

2025

2013

2050

Pertambangan dan Penggalian 479 490 561 540 548 557 529

Industri Pengolahan 1648

1578

1612

1621

1609

1627

1616

Pengadaan Listrik Gas 006 008 009 010 011 010 009

Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

013 012 011 012 012 037 016

Konstruksi 1221

1310

1244

1280

1253

1229

1256

Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1451

1481

1447

1413

1409

1426

1438

Transportasi dan Pergudangan 430 440 452 457 479 470 455

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

231 238 237 231 236 239 235

Informasi dan Komunikasi 330 336 343 373 377 379 356

Jasa Keuangan 363 356 364 369 378 344 362

Real Estate 304 301 296 288 290 285 294

Jasa Perusahaan 045 047 046 044 044 044 045

Administrasi Pemerintahan Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib

629 667 694 694 698 704 681

95

Jasa Pendidikan 442 430 420 401 394 392 413

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 149 151 145 140 140 143 145

Jasa Lainnya 103 101 099 098 098 101 100

Sumber BPS diolah

Dengan menggunakan (3) tiga alat analisis yang disebut di atas maka didapatkan

perhitungan sebagai berikut

Tabel VI5

Perhitungan Shift Share LQ dan MRP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019

No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)

LQ Time Series MRP (RPs)

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088

2 Pertambangan dan Penggalian 299751 065 123

3 Industri Pengolahan 1032389 077 098

4 Pengadaan Listrik Gas 4039 008 162

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

7872 221 209

6 Konstruksi 765004 117 101

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

908922 105 097

8 Transportasi dan Pergudangan 269306 085 114

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 144618 079 105

10 Informasi dan Komunikasi 206488 093 122

11 Jasa Keuangan 227099 085 091

12 Real Estate 190537 101 089

13 Jasa Perusahaan 28232 025 095

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

393865 175 118

15 Jasa Pendidikan 277108 121 079

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 93468 131 093

17 Jasa Lainnya 64466 056 097

Sumber BPS diolah

Berdasarkan Tabel VI4 diperoleh sektor unggulan pada Provinsi Kalimantan Barat

adalah sektor-sektor yang memiliki kontribusi rata-rata terhadap PDRB total di atas 10

persen Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan Industri

Pengolahan Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Dengan menggunakan analisis Shift Share LQ dan

MRP maka diperoleh tabel sebagai berikut

96

Tabel VI6

Sektor Unggulan Provinsi Kalimantan Barat tahun

No Sektor Usaha Shift Share (miliar

Rp)

LQ Time Series

MRP (RPs)

Rata-rata

PDRB

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088 2050

3 Industri Pengolahan 1032389 077 098 1616

6 Konstruksi 765004 117 101 1256

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

908922 105 097 1438

Sumber BPS diolah

Berdasarkan Shift Share semua sektor memenuhi syarat sebagai sektor unggulan

karena memiliki nilai Shift Share yang si atas Rp 7 triliun Berdasarkan metode LQ sektor

Industri Pengolahan tidak memenuhi syarat karena LQ lt 1 Perhitungan MRP menunjukkan

hanya sektor Konstruksi yang memenuhi syarat MRP Rps gt 1 Sektor Industri pengolahan

tidak memenuhi 2 kriteria yaitu LQ dan MRP sehingga dikeluarkan dari sektor unggulan

1a Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan

Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih

luas dari seluruh pulau Jawa Luasya wilayah ini banyak digunakan untuk pertanian dan

perkebunan PDRB sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205

persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-

2019 Data ini menunjukkan kekuatan dari sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan

sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat

Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan Karet menjadi 2 (dua) penyumbang

terbesar pada Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan Berdasarkan data dari BPS

perkebunan Kelapa Sawit menggunakan lahan seluas 145 juta hektare dengan hasil

produksi 973442 ton pada tahun 2018 Perkebunan Karet menggunakan lahan seluas

600956 hektare dengan produksi 268160 ton pada tahun 2017

Nilai jual hasil produksi kelapa sawit pada tahun 2018 apabila diperhitungkan

dengan harga rata-rata pada tahun berkenaan akan benilai sekitar Rp 146 triliun

sementara nilai karet sekitar Rp 21 triliun Dengan total Rp 356 triliun perkebunan

Kelapa Sawit dan Karet tentu saja masih jadi primadona

97

Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK733Menhut-II2014 tanggal 2

September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Barat

membagi hutan Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan fungsi sebagai berikut

1) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) seluas plusmn

1621046 hektar

2) Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas plusmn 2310874 hektar

3) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas plusmn 2132398 hektar

4) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas plusmn 2127365 hektar

5) Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) seluas 197918 hektar

Terdapat sekitar 45 juta hektare hutan produksi yang masih produktif pada Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini merupakan potensi yang sangat besar untuk menghasilkan

produk-produk hasil hutan yang memiliki nilai jual

Sub sektor Perikanan terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu Perikanan Budi Daya dan

Perikanan Tangkap Pada tahun 2018 Perikanan Budidaya digeluti oleh 52288 rumah

tangga sementara Perikanan Tangkap oleh 21233 rumah tangga Nilai ekspor

perikanan cenderung naik dari tahun ke tahun terakhir pada tahun 2018 tercatat ekspor

perikanan Kalbar sebesar 632 ton dengan nilai Rp 255 miliar

Dari bahasan di atas dapat dilihat bahwa Perkebunan Sawit dan Perkebunan Karet

merupakan sub sektor andalan pada sektor Sektor Pertanian Kehutanan dan

PerikananDengan demikian sangat diperlukan usaha pemerintah untuk ikut menjaga

stabilitas harga khususnya di tingkat petani Pemerintah Provinsi Kalbar menerbitkan

Peraturan Gubernur Nomor 63 Tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan penetapan

indeks dan harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit produksi pekebun Kalbar

Para pekebun kelapa sawit di seluruh Kalbar harus bermitra dengan perusahan kelapa

sawit para mitra tersebut harus membeli sesuai dengan harga yang telah ditetapkan

Pabrik kelapa Sawit tidak boleh membeli tandan kelapa sawit dengan para pekebun

yang bukan mitra

Keberadaan BUMDes diharapkan dapat menampung hasil getah karet petani dan

sekaligus memfasilitasi penjualan karet langsung ke pabrik karet sehingga jalur

perdagangan terpangkas karena tidak melalui pengepulapabila dilaksanakan secara

serempak maka dampaknya diharapkan dapat meningkatkan stabilitas harga getah

98

karet Penggunaan Dana Desa untuk pemberdayaan BUMDes harus didorong serta

kemudahan permodalan melalui KUR

1b Sektor Konstruksi

Mardiasmo (2002) mengatakan peningkatan Pemda dalam investasi modal (belanja

modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya

mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan

yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Terpilihnya sektor Konstruksi sebagai

sektor potensial sejalan dengan menggeliatnya pembangunan infrastruktur pada

Provinsi Kalimantan Barat sesuai dengan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo

pada tahun 2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur Hal ini terlihat pada peningkatan

PDRB sektor Konstruksi 6177 persen dari tahun 2014 hingga tahun 2019

Pada tahun 2019 Pemerintah menyediakan Pagu Rp 499 triliun untuk belanja

infrastruktur yang berasal dari

Belanja Pemerintah Pusat sebesar

Rp 238 triliun dan DAK Fisik sebesar

Rp 261 triliun Pagu ini meningkat

drastis dari Rp 132 triliun pada tahun

2014 atau mengalami kenaikan

sebesar 278 persen

Output dari sektor Konstruksi

pada Provinsi Kalimantan Barat

dapat dilihat dari pembangunan

Jalan Paralel Perbatasan Dari 1920

km jalan parallel perbatasan yang

akan dibangun di pulau Klimantan

82797 km berada pada wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Kondisi

jalan sampai akhir tahun 2019 sudah

teraspal sepanjang 31705 km (38)

lapisan agregat sepanjang 25329 km (31) dan masih berupa perkerasan tanah

25763 km (31) Jalan paralel perbatasan memiliki lebar minimal 7 meter dan ruang

milik jalan (Rumija) minimal 25 meter

1c Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Gambar VI1 Jalan Paralel Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat

Sumber Kompascom

99

PDRB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor menyumbang rata-rata 1438 persen pada PDRB total Prov Kalbar periode tahun

2014-2019 Sektor ini juga menyerap 510454 tenaga kerja atau 2069 persen dari total

tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Barat

Tabel VI7

Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016-2019

No Lapangan Usaha 2019 2018 2017 2016

1 Pertanian Perkebunan Kehutanan Perburuan dan Perikanan

1223113 1303474 1293884 1138334

2 Pertambangan dan Penggalian 52114 59458 54254 53514

3 Industri 134660 171828 135022 110668

4 Listrik Gas dan Air 6819 4618 7315 8891

5 Konstruksi 119949 130021 127502 146694

6 Perdagangan 510454 407126 354975 418258

7 Transportasi Pergudangan dan Komunikasi 66675 74663 67714 61910

8 Lembaga Keuangan Real Estate Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan

32687 19738 18290 27624

9 Jasa Kemasyarakatan Sosial dan Perorangan 320556 283363 340417 339232

Jumlah 2467027 2454289 2399373 2305125

Sumber BPS diolah

Serapan tenaga kerja yang cukup besar menjadikan sektor ini menjadi penyerap

tenaga kerja terbesar kedua setelah sektor Pertanian Perkebunan Kehutanan

Perburuan dan Perikanan

Nilai MRP dari sektor ini adalah 097 Nilai tersebut menunjukkan bahwa

pertumbuhan dari sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor tidak menonjol Hal ini tergambar dari kontribusi PDRB sektor terhadap

PDRB total selama 6 (enam) tahun yang berkutat di angka 14 persen Ke depannya

sektor ini diperkirakan akan tetap menajdi sektor unggulan tapi dengan pertumbuhan

yang stagnan atau cenderung menurun

62 SEKTOR POTENSIAL DAERAH

Tantangan pembangunan ekonomi daerah ke depan adalah mengupayakan

pengelolaan jalannya pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan efisien dengan

100

memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah termasuk sumber daya alam dan

sumber daya manusianya serta mengoptimalkan seluruh sumber-sumber dana untuk

membiayai pembangunan ekonomi daerahnya Untuk mengoptimalkan sumber daya yang

dimiliki daerah terlebih dahulu harus dikenali potensi ekonomi yang dimiliki

LQ dan MRP merupakan metode pengembangan dari Shift Share Pada LQ sektor

potensial adalah sektor yang memiliki nilai LQ gt 1 sementara pada MRP sektor yang

memiliki nilai gt 1 merupakan sektor yang menonjol Berdasarkan Tabel VI5 sektor

potensial pada Provinsi Kalimantan Barat didasarkan pada kedua kriteria tersebut

Terdapat 3 (tiga) sektor potensial berdasarkan kriteria di atas namun sektor Pengadaan

Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang dengan nilai Shift Share hanya Rp

7872 miliar tidak dapat dianggap sebagai sektor potensial karena nilai rupiah potensinya

tidak signifikan

Tabel VI5

Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat

No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)

LQ Time Series

MRP (RPs)

1 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

393865 175 118

2 Konstruksi 765004 117 101

Sumber BPS diolah

2a Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib menjadi

sektor potensial dapat dimengerti dengan besarnya jumlah Belanja Pemerintah

dibanding dengan PDRB Pada tahun 2019 Belanja Pemerintah bernilai 1412 persen

dari PDRB

Sektor ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan yang umumnya

dilakukan oleh administrasi pemerintahan seperti perundang-undangan dan

penerjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan administrasi program

berdasarkan peraturan perundangan-undangan kegiatan legislatif perpajakan

pertahanan negara keamanan dan keselamatan negara pelayanan imigrasi

hubungan luar negeri dan administrasi program pemerintah Sektor ini juga mencakup

kegiatan jaminan sosial wajib

Pada tahun 2019 sektor ini menyumbang Rp 1497 triliun atau 7 persen sebagai

penyumbang langsung terhadap PDRB Ini berarti dari total Rp 30 triliun belanja

101

pemerintah dan TKDD yang disalurkan pada Prov Kalbar sekitar 499 persen

diperuntukkan ke sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

Sektor ini dapat dikembangkan dengan memperbesar belanja Pemerintah pada

Provinsi Kalimantan Barat atau memperbesar porsi sektor ini dari belanja Pemerintah

yang sudah ada Namun dengan memperbesar belanja Pemerintah ada kekhawatiran

nantinya Provinsi Kalbar akan tergantung dan tidak dapat mencari alternatif lain

sebagai sumber pertumbuhan ekonomi

2b Sektor Konstruksi

Soepangat (199152) menyatakan bahwa peningkatan belanja modal yang

menyebabkan peningkatan penyediaan layanan barang dan jasa publik kepada

masyarakat akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sektor Konstruksi menjadi

satu-satunya sektor yang masuk dalam kategori unggulan dan potensial pada Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini menjadi menarik karena terpilihnya sektor Konstruksi pada

kedua kategori menandakan bahwa sektor ini kalau dalam product life cycle masih

dalam tahap growth (pertumbuhan) Sektor yang sedang berada pada tahap growth

merupakan sektor yang paling menarik karena sektor ini sudah mapan namun masih

dapat dikembangkan

Penetapan calon ibukota baru dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di

Provinsi Kalimantan Timur sedikit banyak mempengaruhi sektor konstruksi pada pulau

Kalimantan Dengan lokasi ibukota negara di pulau Kalimantan maka akan diperlukan

interkoneksi antar semua provinsi di Kalimantan untuk mendukung ibukota baru

Provinsi Kalimantan Barat sudah mulai mendapatkan proyek-proyek besar mulai

tahun 2018 Salah satunya adalah pembangunan pelabuhan Kijing yang akan diajdikan

gerbang utama ekspor dan impor dari Pulau Kalimantan Pelabuhan Kijing dibangun

dengan investasi Rp 14 triliun dan terkoneksi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

yang juga sedang dalam proses pembangunan Pembangunan kedua fasilitas ini

diharapkan akan mempercepat pertumbuhan perekonomian Provinsi Kalimantan

Barat

Pulau Kalimantan dapat dipastikan akan mengalami make over yang besar

Proses make over ini tentu menjadi peluang yang sangat besar bagi sektor Konstruksi

102

untuk berkembang dan dengan sendirinya akan memberi sumbangan yang besar

kepada PDRB

63 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH

Menurut Adam Smith bahwa dalam perekonomian segala sesuatunya akan berjalan

sendiri-sendiri menyesuaikan diri menuju kepada keseimbangan menurut mekanisme

pasar Tarik-menarik kekuatan dalam sistem perekonomian itu seperti dikendalikan oleh

ldquothe invisible handrdquo sehingga dengan demikian tidak memerlukan begitu banyak campur

tangan pemerintah

Dalam masa sekarang ini banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat semakin

majunya teknologi dan banyaknya penemu-penemu baru serta semakin terbukanya

perekonomian antar negara menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling terkait

dan berbenturan Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan dalam

mengatur jalannya sistem perekonomian karena tidak sepenuhnya semua bidang

perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta Dengan demikian dalam sistem

perekonomian modern peranan pemerintah dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu

1) Peranan Alokasi

Peranan alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal penyediaan

barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang umum atau

disebut juga barang publik Karena dalam sistem perekonomian suatu negara tidak

semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem pasar

Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang disebut barang

publik tadi

2) Peranan Distribusi

Peranan distribusi ini merupaka peranan pemerintah sebagai distribusi pendapatan dan

kekayaan Tidak mudah bagi pemerintah dalam menjalankan peranan ini karena

distribusi ini berkaitan erat dengan dengan masalah keadilan Kegiatan dalam

mengadakan redistribusi pendapatan atau mentransfer penghasilan ini memberikan

koreksi terhadap distribusi penghasilan yang ada dalam masyarakat

3) Peranan Stabilisasi

Kegiatan menstabilisasikan perekonomian yaitu dengan menggabungkan kebijakan-

kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan lain seperti kebijakan fiskal dan

perdagangan untuk meningkatkan atau mengurangi besarnya permintaan agregat

103

sehingga dapat mempertahankan full employment dan menghindari inflasi maupun

deflasi Peranan stabilisasi pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalam

menstabilkan perekonomian seperti terjadi deflasi inflasi penurunan

permintaanpenawaran suatu barang yang nantinya masalah-masalah tersebut akan

mengangkibatkan timbulnya masalah yang lain secara berturut-turut seperti

pengangguran stagflasi dan lain-lain

12 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat memegang tugas dalam ketiga peranan di atas Untuk sektor

unggulan tugas pemerintah adalah bagaimana mempertahankan keunggulan

sektor tersebut agar tetap sustain (berkelanjutan) dan untuk sektor potensial adalah

bagaimana untuk mematangkan sektor tersebut sehingga dapat menjadi sektor

unggulan

Pada sektor unggulan apabila melihat nilai MRP terdapat 3 (tiga) sektor yang

memiliki nilai lt 1 yaitu sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sektor Industri

Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor Ketiga sektor ini perlu perhatian yang lebih besar dari Pemerintah

Pusat

Langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemerintah Pusat untuk

mempertahankan keunggulan sektor-sektor ini adalah dengan mengalokasikan Rp

23063 miliar untuk Kementerian Pertanian di Kalbar dengan Rp 8529 miliar untuk

infrastruktur pendukung membangun pelabuhan Kijing untuk mempermudah

ekspor impor dan membuat aturan untuk membangun smelter alumunia di daerah

penghasil Selama ini bauksit dari Kalbar langsung diangkut ke tempat lain sehingga

dengan adanya smelter maka aka nada nilai tambah yang diterima oleh Kalbar

Tantangan bagi Pemerintah Pusat untuk mendukung sektor-sektor unggulan ini

agar tetap sustain adalah dengan menjaga harga produk unggulan dari sektor

pertanian kehutanan dan perikanan tetap stabil dan dapat menembus pasar

ekspor Untuk industri pengolahan adalah menjaga kondisi politik dan sosial

ekonomi tetap stabil sehingga iklim investasi terjaga

Untuk sektor Konstruksi Pemerintah Pusat pada tahun 2019 manggelontorkan

dana sebesar Rp 499 triliun untuk infrastuktur Pemerintah Pusat sepertinya akan

terus menambah investasi pada infrastruktur namun porsi dari APBN akan

dikurangi karena lebih difokuskan pada pengembangan kapasitas SDM Untuk

104

menutupi kekurangan akan dilaksnakan kerjasama dengan investor dari dalam

maupun luar negeri untuk mebangun infrastruktur di Kalimantan Barat

Tantangan pada sector konstruksi lebih kepada menjaga iklim investasi yang

mendukung Dengan prospek besar infrastruktur di Kalimantan Barat apabila iklim

investasi mendukung maka dengan para investor akan datang dengan sendirinya

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

masuk ke dalam sektor potensial merupakan buah simalakama Sektor ini

diharapkan akan berkembang namun secara teori Pemerintah akan berusaha

menurunkan anggaran pada sektor ini secara perlahan Penurunan ini dilakukan

karena sektor ini bukan sektor produktif yang dapat menggenjot perekonomian

dengan signifikan

13 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah merupakan lsquotuan rumahrdquo investor dari sektor-sektor yang

dibahas di atas Sebagai tuan rumah sudah selayaknya Pemda-Pemda di Kalbar

menggelar karpet merah bagi yang ingin berinvestasi pada sektor-sektor tersebut

Karpet merah dalam hal ini dapat berupa kemudahan mengurus perizinan

bagi perusahaan yang akan masuk baik di sektor-sektor unggulan maupun sektor-

sektor potensial Sampai saat ini Prov Kalbar masih menjadi primadona bagi

perusahaan yang akan membuka Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai daerah

dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit terluas ketiga setelah Riau dan

Sumatera Utara potensi lahan di Kalbar dapat melebihi luas pada kedua Provinsi

tersebut

Untuk sektor pertanian kehutanan dan perikanan tantangan Pemerintah

Daerah adalah bagaimana menyediakan pendanaan bagi petani kecil atau

kelompok-kelompok petani agar tidak lsquomatirdquo tertekan oleh perkebunan dengan

modal yang besar Sebagaian besar lahan perkebunan adalah milik perusahaan

pemerintah daerah harus dapat membuat kebijakan yang mengharuskan

perusahaan besar membantu petani kecil dalam mengolah kebunnya Peraturan

tentang hal tersebut memang sudah ada dalam Perkebunan Inti Rakyat namun

dalam eksekusinya tanpa diawasi dengan ketat oleh Pemerintah hal tersebut tidak

berjalan dengan baik

Sektor konstruksi tidak lepas dari belanja modala pada pemerintah Dengan

belanja modal yang hanya 1987 persen dari total belanja seluruh Pemda di Kalbar

maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah tidak memiliki pushing power

105

untuk menggenjot sektor konstruksi Pemerintah Daerah dapat menjalankan

perannya dengan menjaga situasi yang kondusif agar investasi masuk dan

melakukan kerjasama untuk melaksanakan kegiatan infrastruktur baik dengan

pihak badan usaha (KPBU) ataupun pemerintah asing (G to G)

Kerjasama Pemda dengan badan usaha (swasta) sudah dimulai oleh

Pemerintah Kota Singkawang dalam pembangunan Bandara Singkawang

Kebutuhan dana pembangunan sekitar Rp43 triliun dihasilkan dengan skema

kerjasama dengan swasta Hal ini dapat ditiru oleh Pemda yang lain dalam

menggenjot pembangunan di daerahnya

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

masih menjadi sektor yang menyedot anggaran terbesar Pemda di Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini terlihat dari proporsi Belanja Pegawai terhadap Total

Belanja Pemda-Pemda di Prov Kalbar yang rata-rata di atas angka 50 persen

Tantangan bagi Pemerintah daerah adalah bagaimana menurunkan persentase

tersebut

Persentase sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib dapat dikurangi dengan langkah mengurangi anggaran pada pos-pos

yang dianggap mubazir atau tidak efisien serta meningkatkan PAD melalui

sumber-sumber pendapatan lain Pengurangan anggaran pada sektor-sektor yang

tidak efisien sudah pernah dilakukan oleh Pemprov Kalbar pada tahun 2018

dengan memotong biaya perjalanan dinas sebesar Rp 200 miliar

14 Sinkronisasi Kebijakan Pusat ndash Daerah

Dalam mempertahankan sektor unggulan dan memacu sektor potensial

Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah memiliki kebijakan masing-masing yang

dituangkan dalam APBN maupun APBD Pada sektor potensial yaitu sektor

Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dan Sektor

Konstruksi diperoleh data realisasi belanja pada tahun 2019 sebagai berikut

Tabel VI5

Belanja Pada Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat

(miliar Rp)

Sektor Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

Layanan Umum 87675 782834

Infrastruktur 446283 498884

Data LRA Pemda dan MEBE

106

Belanja Pemerintah Pusat pada kedua sektor di atas terlihat saling

melengkapi Belanja Pemerintah Pusat pada sector Administrasi Pemerintahan

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib terlihat kecil karena jumlah pegawai

Pemerintah Pusat memang lebih sedikit dibanding gabungan jumlah pegawai

Pemerintah Daerah seluruh Kalimantan Barat sehingga belanja yang digunakan

jauh lebih sedikit dibandingkan belanja yang sama pada Pemerintah Daerah

Untuk belanja sektor Konstruksi jelas terlihat bagaimana Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah memiliki peran yang hampir seimbang dalam bentuk

uang Pemerintah Pusat fokus pada Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan

jalan nasional dengan realisasi sebesar Rp 1 triliun sementara Pemerintah

Daerah juga fokus pada belanja pengadaan jalan dengan realisasi Rp 139 triliun

Hal ini sesuai dengan salah satu permasalahan pada RPJMD Provinsi Kalimantan

Barat tahun 2019 yang berbunyi ldquoRentang kendali pemerintahan yang panjang

disebabkan belum optimalnya konektivitas dan aksesibilitas antar daerah di

wilayah Kalimantan Barat serta kuantitas dan kualitas infrastruktur wilayah yang

belum memadairdquo

Sinergi juga terlihat pada pembangunan beberapa fasilitas umum salah

satunya adalah pembangunan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Kota Singkawang

Dalam pendirian SPN ini Pemerintah Daerah menyediakan lahan sementara

Pemerintah Pusat menyediakan dana untuk pembangunan

Pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mempermudah

pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan yang murah Dalam prakteknya

KUR memiliki fokus kepada sektor produktif seperti sektor Pertanian Kehutanan

dan Perikanan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada Provinsi

Kalimantan Barat sebesar Rp 179 triliun pada 41778 UMKM

Dalam KUR Pemerintah Pusat berperan sebagai regulator dan pihak yang

memberikan subsidi bunga Dengan subsidi bunga maka pelaku UMKM hanya

membayar bunga 7 persentahun Pemerintah Daerah memiliki peran sebagai

penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima KUR Dengan sinergi ini

diharapkan semakin banyak muncuk UMKM penerima KUR yang berkembang

sehingga perekonomian Kalimantan Barat juga akan semakin meningkat

BAB VII

ANALISIS TEMATIK

Masjid Jamirsquo PontianakMasjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Masjid Jamirsquo merupakan masjid tertua di Kota Pontianak dan menjadi pertanda berdiirnya Kota Pontianak pada 1771 Masehi

107

I PENDAHULUAN

Stunting (anak kerdil) merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekuranga

gizi kronis dan infeksi berulang terutama dalam seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK)

sehingga anak lebih pendek untuk usianya (Kemenkes) Balita pendek (stunted) dan sangat

pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PBU) atau tinggi badan

(TBU) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre

Growth Reference Study) 2006 Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan

(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SDstandar deviasi

(stunted) dan kurang dari ndash 3SD (severely stunted) Dampak stunting antara lain dampak

prevalensi kesehatan dan ekonomi

Stunting di Provinsi Kalbar masih terbilang tinggi dan berada pada urutan ke-27 se-

nasional Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka

rata-rata 333 persen atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita stunting Dari 14

kabupatenkota se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka stunting

paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Ketapang dengan angka 427 persen

disusul Landak sebesar 420 persen dan Melawi 408 persen Diatas angka stunting nasional

308 persen Sementara itu untuk nasional pada tahun 2019 terjadi penurunan menjadi 2767

persen (berdasarkan Survei Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI)

Revalensi stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) berada di bawah

angka 20 dan pada Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash

2019 adalah 28

Tabel VII1

Tabel Pada Baduta Kabkota Provinsi kalimantan barat Tahun 2013 dan Tahun 2018

Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)

108

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan tabel sebesar 531 persen

selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi juga penurunan pada 10

(sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada Kabupaten Kubu Raya

yang berhasil menekan angka stunting hingga 1477 persen selama lima tahun terakhir hal

ini juga bias menggambarkan keberhasilan program pembangunan dan bidang perekonomian

di Kabupaten Kubu Raya

Namun stunting masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada

kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten

dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Melawi yaitu 1298 persen

Terkait dengan kesehatan anak tidak hanya stunting (pendek) namun juga permasalahan

yang meliputi underweight (gizi kurang) dan wasting (kurus) Gizi buruk dan gizi kurang di

Provinsi Kalbar juga tinggi kasusnya dan berada pada urutan ke-28 se-nasional Berdasarkan

data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka rata-rata 2383 persen

atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita permasalahan gizi Dari 14 kabupatenkota

se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka gizi buruk dan gizi kurang

paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Landak dengan angka 3147 persen

disusul Sambas sebesar 3124 persen dan Kayong Utara 2951 persen Jauh diatas angka

nasional 177 persen dan selama kurun waktu tahun 2013 sampai 2018 telah menurun 19

persen

Gizi buruk menyebabkan 109 Juta kematian anak balita didunia setiap tahun Menurut

MDGs 2015 masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang

antara 200-290 dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ge30 (WHO2010) dan pada

Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash 2019 adalah 17

Tabel VII2

Gizi buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Kabkota Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2013 dan Tahun 2018

Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan status gizi buruk dan gizi

kurang sebesar 267 persen selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi

penurunan pada 10 (sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada

109

Kabupaten Sintang yang berhasil menurunkan status gizi buruk dan gizi kurang hingga 2054

persen selama lima tahun terakhir

Namun satus gizi masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada

kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten

dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Landak yaitu 1497 persen

II Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting

Percepatan pencegahan stunting merupakan pendekatan program pertama yang dilakukan

dengan menyeluruh dan terintegrasi yang dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir yang

ditunjukkan oleh tingginya komitmen Presiden bersama Menteri dan Pimpinan Lembaga

hingga ke tingkat Gubernur BupatiWalikota dan Kepala DesaLurah

Dalam rangka memastikan konvergensi berbagai programkegiatan percepatan penurunan

stunting dilakukan maka acuan yang digunakan adalah dokumen Strategi Nasional

Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) yang diikuti oleh berbagai pedoman

operasional Di dalam Stranas Stunting juga diatur pendekatan multi sektor yang

melaksanakan percepatan penurunan stunting yang melibatkan sektor antara lain sektor

kesehatan pertanian pendidikan air minum dan sanitasi dan perlindungan sosial Untuk

mengimplementasikannya telah disusun berbagai pedoman operasional

Penanganan masalah stunting menjadi salah satu prioritas dalam rencana kerja

Pemerintah Provinsi Kalbar Caranya yakni dengan memperkuat sinergi antarsektor terkait

serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan sektor swasta

Revitalisasi posyandu dan revitalisasi desa siaga serta pembentukan pusat penanganan gizi

buruk di tiap kabupatenkota merupakan upaya konkret yang diharapkan dapat menurunkan

prevalensi stunting di Kalbar Peningkatan cakupan air bersih dan sanitasi lingkungan

merupakan intervensi sensitif yang sangat berpengaruh dalam menurunkan prevalensi

stunting

III Penanganan Stunting Oleh Pemerintah

III1 Belanja KL Dalam APBN

Dalam kaitannya dengan percepatan pencegahan stunting melalui belanja

KementerianLembaga (KL) telah dilakukan berbagai langkah dan kebijakan agar

pengelolaan program tersebut terarah dan terukur Pada proses perencanaan khususnya

terkait dengan identifikasi output yang terkait dengan stunting telah disusun pedoman

penandaan pemantauan dan evaluasi percepatan pencegahan stunting sebagai dasar bagi

KL dalam mengidentifikasi output yang berkontribusi kepada percepatan penurunan stunting

Selanjutnya dilakukan forum koordinasi yang melibatkan Direktorat Jenderal Anggaran

Kementerian Keuangan (DJA Kemenkeu) Kementerian Perencanaan Pembangunan

NasionalBadan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPNBappenas) dan

KL terkait secara berkala untuk mengkaji hasil penandaan tersebut sekaligus melakukan

penajaman hasil identifikasi pada level di bawah output atau dengan pembobotan Ringkasan

110

output KL yang telah disusun tersebut digunakan sebagai dasar acuan dalam pelaksanaan

pemantauan dan evaluasi program percepatan penurunan stunting

Dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat total alokasi dana yang dianggarkan kepada

Satker KL untuk penangangan stunting sebesar Rp14992 miliar dengan realisasi Rp14271

miliar (9519)

Tabel VII3

Belanja Penangan Stunting Satker KL Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Sumber Aplikasi MEBE (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi dana untuk penanganan stunting oleh KL

relative kecil yaitu hanya 357 dari total belanja satker yang terdapat alokasi untuk

penanaganan stunting atau hanya 099 dari total dana APBN Intervensi gizi spesifik hanya

dilakukan oleh satker Kementerian Kesehatan dengan alokasi dana sebesar Rp665 miliar

atau hanya sebesar 502 dari total alokasi dana Satker kementerian Kesehatan dengan

kinerja capaian output mencapai 7710

Secara nasional terdapat 20 (duapuluh) kementerianlembaga yang menganggarkan dana

penanganan stunting dengan alokasi dana Rp60 triliun atau 246 dari total APBN Indonesia

sementara itu untuk wilayah Kalbar hanya dianggarkan Rp14992 miliar untuk stunting atau

hanya 025 dari alokasi stunting nasional dan hanya 099 dari pagu total APBN di Kalbar

Kecilnya alokasi dana untuk penanganan stunting tersebut akan berpengaruh terhadap

keberhasilan upaya pencegahan stunting di Kalbar untuk itu diharapkan terjadi peningkatan

alokasi dana yang dianggarkan untuk penangnan stunting di Kalbar pada masa yang akan

datang mengingat kondisi Kalbar sebagai penderita terbanyak ke 27 secara nasional

Seperti pada lampiran III1 maka kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi

spesifik mencapai 7710 diantaranya adalah untuk Penyediaan Makanan Tambahan bagi

111

Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) capaian outputnya mencapai 100 serta kegiatan

Peningkatan Surveilans Gizi untuk 14 layanan dengan capaian output 100

Kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi sensitive mencapai 7813 yang

dialokasikan melalui 7 (tujuh) KL diantaranya adalah untuk Kampanye Hidup Sehat capaian

outputnya mencapai 100 kegiatan Bimbingan Perkawinan Pra Nikah dengan capaian output

97 serta Sistem Pengelolaan Air Limbah untuk 2980 kepala keluarga dengan capaian

output mencapai 100

Kinerja capaian output untuk kegiatan Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis

mencapai 8763 yang dialokasikan melalui 4 (empat) KL diantaranya adalah untuk Analisis

Ketersediaan Pangan Wilayah capaian outputnya mencapai 100 kegiatan Pelatihan

Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan untuk 390 orang dengan capaian output 96

serta PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat yang Terbit Tepat Waktu dengan

capaian output mencapai 100

Secara umum kinerja capaian output kebijakan terkait stunting tercapai Beberapa

permasalahan terkait dengan kebijakan terkait stunting antara lain kurangnya optimalisasi

sisa dana dan penumpukan realisasi di akhir tahun anggaran Yang perlu ditingkatkan adalah

pelaksanaan pencapaian target harus lebih disiplin sesuai dengan rencana penarikan dana

III2 Belanja Dana Desa Dan DAK Fisik

III 21 Dana Desa

Alokasi Dana Desa untuk Provinsi Kalbar Tahun 2019 adalah sebesar Rp1992 miliar yang

disalurkan kepada 2031 desa dengan realisasi sebesar Rp1987 miliar (9974) Intervensi

pencegahan stunting dilaksanakan secara terintegrasi hingga ke tingkat desa Desa-desa

yang memiliki resiko tinggi warganya mengalami stunting sudah barang tentu wajib

menganggarkan untuk menghindari resiko stunting pada warganya hal ini ditegaskan dalam

Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 tentang

Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan

Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi Dana Desa tidak melulu untuk

perbaikan sarana dan prasarana fisik namun sarpras non-fisik dan sosial kesehatan mutlak

perlu dikedepankan Bahkan penyaluran Dana Desa tahap III pada tahun 2020 mensyaratkan

untuk menyampaikan Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting

Penggunaan Dana Desa di Wilayah Kalbar juga telah mendukung program Konvergensi

Pencegahan Stunting diantaranya adalah melalui kegiatan intervensi gizi spesifik dengan

total alokasi adalah sebesar Rp104 miliar sangat kecil sekali yaitu hanya 052 dari total

realisasi penggunaan Dana Desa

Tabel VII4

Intervensi Gizi Spesifik Dana Desa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

112

Sumber omspan (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi Dana Desa yang dikhususkan untuk

Penyelenggaraan Kegiatan Pencegahan Stunting relative kecil hanya dialokasikan untuk 3

paket sebesar Rp84342500- hal ini perlu mendapatkan perhatian bersama untuk

peningkatan pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa sesuai dengan Pasal 6

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 dimana Desa yang

warganya berisiko tinggi mengalami stunting untuk mengalokasikan kegiatan pencegahan

stunting

Kebijakan pengalokasian Dana Desa Tahun 2021 hendaknya juga mendukung program

Konvergensi Pencegahan Stunting yaitu dimungkinkan untuk dilakukan perubahan formulasi

perhitungan besaran alokasi Dana Desa diusulkan untuk Alokasi Formula dimasukan

parameter perhitungan untuk jumlah penderita stunting dengan mendapatkan alokasi sebesar

20

Dana Desa juga dialokasikan untuk kegiatan Intervensi Gizi Sensitif seperti pada lampiran

III21 dengan alokasi sebesar Rp22960 miliar atau 1156 dari total realisasi Dana Desa

Beberapa capaian outputnya adalah Operasional PAUDTKTPATKATPQMadrasah Non-

Formal Milik Desa dengan alokasi Rp2361 miliar dengan output 27196367 Paket

Terselenggaranya Operasional Pos Kesehatan Desa (PKD)Polindes Milik Desa Lainnya

dengan alokasi Rp2350 miliar dengan output 31710863 paket serta Sambungan Air Bersih

ke Rumah Tangga (pipanisasi dll) yang mendapatkan alokasi sebesar Rp1140 miliar

dengan output 16424989 meter

Provinsi Kalbar dengan penderita stunting urutan ke 27 nasional maka diperlukan

penanganan melalui berbagai sumber pendanaan termasuk Dana Desa untuk itu diharapkan

instansi terkait di tingkat provinsi untuk memberikan arahan dan himbauan agar penggunaan

Dana Desa juga dialokasikan untuk pencegahan stunting khususnya untuk intervensi gizi

sensitive melalui alokasi pada Bidang Pemberdayaan masyarakat

Efektivitas pencapaian target capaian output Dana Desa diatas berdasarkan laporan

capaian output oleh Pemda terkait dimana upload capaian output baru mencapai 8545

diharapakan Pemda segera melakukan upload data capaian output sehingga bisa

menghasilkan analisis data yang lengkap

III 22 DAK Fisik

No URAIAN OUTPUT SATUAN REALISASI OUTPUT

1 Penyelenggaraan Posyandu (Kelas Ibu Hamil) 1787 ORANG 615076375 8700

2 Penyelenggaraan Posyandu (Makanan Tambahan) 20260 UNIT 9508583774 8200

3 Kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak kerdil (stunting) 3 PAKET 84342500 10000

4

Fasilitasi Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

dan Endemik 3 PAKET 84342500 10000

5 Penyelenggaraan kegiatan pencegahan stunting 3 PAKET 84342500 10000

6 Penanganan Stunting 2 PAKET 10000000 5000

7 Kampanye dan Promosi Hidup Sehat Guna Mencegah Penyakit Menular 1 PAKET 14001000 10000

10400688649TOTAL DANA DESA UNTUK INTERVENSI SPESIFIK

(Rupiah)

113

DAK Fisik Tahun 2019 sebagai salah satu sumber pendanaan untuk mendukung

konvergensi penanganan stunting di wilayah Provinsi Kalbar dialokasikan melalui DAK Fisik

Tematik tentang stunting melalui DAK Fisik Penugasan pada bidang Kesehatan Sanitasi Air

Minum dan Pendidikan dengan dijabarkan melalui kegiatan Intervensi Gizi Spesifik

Total alokasinya DAK Fisik Penugasan yang terkait dengan program pencegahan stunting

untuk wilayah Kalimantan Barat adalah sebesar Rp373508869032 dengan rincian

sebagaimana pada Lampiran III22 A

Dari lampiran III22A diketahui bahwa untuk penanganan stunting melalui Bidang

Pendidikan untuk pelaksanaanya dikoordinir oleh Provinsi sementara itu untuk lokasi sebaran

pagu ternyata tidak sesuai dengan jumlah penderita permasalahan gizi dan stunting dimana

alokasi pagu terbesar adalah untuk Kabupaten Sintang Sanggau dan Kota Pontianak

sedangkan berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 justru penderita terbanyak adalah

Kabupaten Ketapang Landak dan Melawi Hal ini perlu mendapatkan perhatian di dalam

penyusunan alokasi DAK Fisik penugasan hendaknya sebaran alokasi pagu diarahkan untuk

daerah dengan jumlah penderita stunting terbanyak

Beberapa kegiatan intervensi gizi spesifik DAK Fisik Penugasan seperti pada Lampiran

III22B khususnya melalui bidang kesehatan capaian outputnya 99 diantaranya adalah

penyediaan alat ukur demensi tubuh (antropometri) dan alat kesehatan puskesmas sebanyak

1162 paketunit dengan nilai Rp2177 Miliar Pencegahan stunting melalui intervensi gizi

sensitive dilaksanakan melalui bidang Pendidikan dengan capaian output 93 dan bidang

Sanitasi dan Air Minum Beberapa outputnya diantarnya adalah untuk penyediaan sarana dan

prasarana PAUD sebanyak 196 ruangpaket dengan realisasi sebesar Rp81 miliar serta

pembangunan system pengolahan air limbah domestic setempat dan terpusat 1315 unit

dengan realisasi Rp411 miliar

Realisasi DAK Fisik Penugasan mencapai 9513 tidak tercapainya realisasi maksimal

disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah keterlambatan pelaksanaan lelang dan

ketidaksesuaian antara nilai daftar kegiatan dengan realisasi nilai kontrak

III3 Belanja Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Alokasi penangan stunting dalam APBD Provinsi Kalbar secara agregat dialokasikan

sebesar Rp28646 miliar atau hanya 110 dibandingkan dengan total jumlah APBD tahun

2019 yaitu Rp26044 miliar

Seperti pada lampiran III3 maka dapat diketahui bahwa kelompok penangan stunting

intervensi gizi spesifik mendapatkan alokasi dana sebesar Rp2436 miliar atau hanya 009

jika dibandingkan dengan total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya adalah Program

Pencegahan Stunting sebesar Rp15 miliar dan yang terbesar adalah Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Menular dengan alokasi sebesar Rp1267 miliar

Kelompok penangan stunting intervensi gizi sensitive mendapatkan alokasi dana sebesar

Rp25904 miliar atau hanya 099 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya

114

adalah Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah sebesar Rp8998 miliar dan yang terkecil

Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dengan alokasi sebesar Rp125 juta

Kelompok kegiatan yang terkait pencegahan stunting mendapatkan alokasi dana sebesar

Rp306 miliar miliar atau hanya 001 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya

adalah Penyediaan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat Rp112 miliar dan yang

terbesar adalah kampanye Pencegahan Stunting dengan alokasi Rp120 juta

Beberapa kendala yang dihadapi Pemda terkait pelaksaan kebijakan stunting adalah

a Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan pemantauan pertumbuhan serta

perilaku baik yang masih rendah

b Terbatasnya akses (daya beli pengetahuan) atas pemberian makanan bergizi seimbang

untuk ibu hamil bayi dan balita yang masih rendah

c Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif yang belum optimal

d Suplementasi yang belum optimal seperti Konsumsi Tablet Tambah Darah pada ibu hamil

dan remaja Puteri

e Angka infeksi yang masih tinggi seperti cacingan diare dll baik pada balita dan ibu Hamil

f Kebersihan Lingkungan dan Akses Sanitasi yang masih belum baik

g Budaya di masyarakat dimana ibu hamil masih banyak pantangan makanan

h Tingkat soasial ekonomi masyarakat yang masih rendah

i Masih rendahnya tingkat kepedulian dan dukungan keluarga terhadap ibu hamil dan

tingkat pendidikan ibu yang masih rendah

Rekomendasi dalam upaya mengantisipasi kendala dalam pencapaian sasaran kebijakan

stunting antara lain

1 Peningkatan upaya dukungan lintas sektor dalam penanggulangan Stunting (Konvergensi

Stunting) dalam intervensi spesifik maupun sensitif

2 Peningkatan alokasi Dana Desa untuk Pelayanan Sosial dasar terkait 1000 Hari Pertama

Kehidupan

3 Peningkatan Upaya Strategi Perubahan Perilaku dalam penanggulangan stunting

4 Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamilbayi dan anak balita

melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan

5 Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan Buku KIA kelas Ibu

Posyandu dan pendampingan pada ibu hamil

6 Peningkatan akses terhadap makanan bergizi bagi balita dan ibu hamil melalui pemberian

PMT Pelatihan PMBA untuk Masyarakat Konseling Menyusui

7 Peningkatan Akses Air bersih dan Sanitasi lingkungan melalui Lima Pilar STBM

Dalam rangka keberhasilan penanganan stunting di Provinsi Kalbar diharapkan alokasi

dana melaui APBD ditingkatkan jumlahnya dengan tetap memperhatikan kemampuan

keuangan daerah setidaknya mengacu pada kebijakan nasional yakni sekitar 246 dari total

APBD

BAB VII

PENUTUP

Pantai Tanjung Belandang KetapangPemandangan khas dar i Pantai in i adalah jembatan kayu yang menjirok ke laut deratan gazebo berjejer rapih di sepanjang jembatan kayu tersebut

115

A KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan analisis di bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut

1 Kinerja ekonomi Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar 500 persen mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang

sebesar 506 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 502 persen

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan Asuransi

Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian

2 Laju pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat 2019 yang tertinggi adalah komponen Ekspor

Barang dan Jasa yaitu 1012 persen dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun

selanjutnya adalah Konsumsi LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan

jasa utamanya berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan

Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet

3 Struktur perekonomian yang menopang ekonomi Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor

lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen) industry

pengolahan (1634 persen) perdagangan besar-eceran serta reparasi mobil sepeda motor

(1430 persen) kontruksi (1244 persen) dan sisanya terbagi dari beberapa sektor lapangan

usaha antara lain Pertambangan transportasi pergudangan informasi jasa keuangan

real estate dan jasa lainnya

4 Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan

Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat pada tahun 2019 mencapai

sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25 triliun atau 1897 persen dibandingkan

dengan tahun 2018 Hal ini adanya tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan

berlanjut dimasa mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah

yang akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single

Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai

instansi terkait baik di pusat dan daerah

5 BI Rate Kalimantan Barat 2019 cenderung menurun dari level 600 persen Bulan Januari

hingga level 500 persen pada bulan Desember Tren menurunnya BI Rate tersebut

merupakan antisipasi terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami

penurunan dan juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi (Global Bank Sentral Amerika

Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang menahan suku bunga di level 15-175

116

6 Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif Inflasi

tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional

yang hanya mencapai 055 persen Tekanan inflasi ini terjadi seiring adanya aktivitas

pemilihan umum dan legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya

permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi

sepeda motor dan ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru

7 Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka Rp14313- per

US Dollar dan menunjukan perbaikan pad akhir tahun 2019 pada Rp13831- per US Dollar

Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank

Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)

yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara

maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara

emerging market termasuk Rupiah dan pengaruh melemahnya dolar AS terhadap semua

mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak menaikkan tingkat suku bunga

8 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo terjadi

peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun 2018

(berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional 7081

Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi

Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin

dan berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah

masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun

9 Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik apabila

dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan masih lebih baik dari

pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380) Ketimpangan pendapatan terjadi

karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan faktor produksi sehingga pihak-pihak yang

memiliki faktor produksi akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak

10 Investasi Pemerintah Pusat tahun 2019 melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)

berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM di Wilayah Provinsi Kalimantan

Barat telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 UMKMdebitur) jika dibandingkan

dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen

masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama sektor produksi yang hanya

mencapai 4124 persen yang ditargetkan sebesar 60 persen

11 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar

Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen hasil produk terutama mutu dan kualitas

produk belum bisa bersaing secara global dengan produk daerah lain

12 Penerimaan pajak dalam negeri tahun 2019 sebesar Rp667 triliun naik 26108 miliar atau

naik 407 persen dibanding penerimaan tahun 2018 Kontribusi terbesar dari penerimaan

117

pajak dalam negeri adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Rp32 triliun atau 48 persen

disusul Pajak Penghasilan (PPh) Rp307 triliun atau 46 persen

13 Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar meningkat

signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018 Dengan

perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288 miliar

atau 541 persen

14 Penerimaan PNBP tahun 2019 sebesar Rp82375 miliar mengalami penurunan sebesar Rp

3776 atau 43 persen dibandingkan penerimaan tahun 2018 Dengan komposisi

pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen dari total penerimaan PNBP

disusul pendapatan PNBP BLU sebesar 489 persen

15 Belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019 yaitu sebesar

Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar Rp1049

triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun Realisasi Belanja

pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer ke Daerah dan

dana desa terealisasi Rp2034 triliun

16 Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 terdapat penurunan angka stunting pada 10

KabupatenKota di Kalimantan Barat namun juga terjadi kenaikan angka stunting pada 4

(empat) Kabupaten

B REKOMENDASI

1 Pemerintah Daerah tetap mengupayakan peningkatan alokasi belanja pada jenis belanja

dan meningkat investasi pada sektor-sektor yang belum atau kurang memberikan kontribusi

terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat tahun 2019 terutama pada sektor

sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan

dan Penggalian yang mengalami penurunan pada periode ini secara umum capaian

pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat bisa dikatakan masih stagnan dan belum

memberikan kontribusi PDRB secara maksimal yang hanya sebesar 134 persen terhadap

pembentukan PDB nasional diharapkan untuk berikutnya lebih meningkat dibanding tahun

ini

2 Untuk mempertahankan sektor ekonomi unggulan dan mematangkan sektor ekonomi

potensial Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu berkolaborasi dalam membangun

infrastruktur pendukung maupun untuk mendatangkan investor yang mau berinvestasi pada

sektor-sektor tersebut Seperti pada pembangunan Pelabuhan Kijing di kabupaten

Mempawah Pemerintah Pusat menyiapkan dana pembangunan dengan menggandeng

investor sementara Pemerintah Daerah menyiapkan dana untuk pembebasan lahan

3 Pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa perlu dilakukan desa dengan

warga berisiko tinggi stunting agar mengalokasikan Dana Desa untuk kegiatan pencegahan

stunting Kebijakan pengalokasian Dana Desa tahun 2021 hendaknya mendukung program

118

konvergensi Pencegahan Stunting yang dapat diatambahkan pada perhitungan Alokasi

Formula dengan alokasi 20 persen

4 Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) agar terus melakukan upaya memitigasi risiko

terhadap kenaikan harga serta kelancaran distribusi pasokan bahan pangan adanya

kebijakan yang memacu peningkatan produksi bahan pangan dan mengajak para

pengusaha dalam menentukan harga dan perlu mempertimbangkan daya beli konsumen

Sedangkan untuk konsumen sendiri harus mampu mengatur nafsu konsumtif karena

Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan yang

harus diatur oleh pemerintah

5 Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing mengalami kenaikan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp14 triliun Hal ini terjadi tren positif terhadap

pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa mendatang dukungan Pemerintah

tetap melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single Submission

(OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai instansi terkait

baik dari pusat maupun daerah

6 Tren menurunnya BI Rate tersebut harus dijaga untuk mengantisipasi kondisi perekonomian

nasional yang masih mengalami penurunan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan

ekonomi Global Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor

eksternal tetap dijaga lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya masih sesuai

dengan target

7 Penguatan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)

yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara

maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara

emerging market termasuk Rupiah Kebijakan suku bunga Tanah Air harus tetap

dipertahankan agar imbal hasil aset keuangan Indonesia termasuk obligasi menjadi

menarik arus modal asing masuk ke Indonesia dan menambah pasokan valas di dalam

negeri

8 Indek Pembangunan Manuasia (IPM) Kalimantan Barat tahun 2018 termasuk kategori

sedang dan berada pada urutan ke-30 dari 34 Provinsi Walaupun terjadi kenaikan namun

capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi

target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin Peningkatan investasi dari

Pemerintah Pusat (APBN) yang berupa alokasi Dana Transfer khususnya DAK Fisik dan

Dana Desa serta investasi lainnya serta Pemerintah Daerah (APBD) diharapkan benar-

benar dapat digunakan pada sektor-sektor program pembangunan manusia yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat terutama mendongkrak

tingkat IPM yang terandah di Kalimantan Barat yang selama ini selalu ditempati oleh

Kabupaten Kayong Utara sebesar (6182) dan Kabupaten Sekadau (6369)-

119

9 Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar sasaran

dan tujuan program KUR maupun UMi dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran

KUR diarahkan lebih banyak di sektor produksi (non perdagangan) yaitu dengan target

minimal penyaluran sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan

skema KUR Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat

perkebunan rakyat dan peternakan rakyat harus benar-benar disaluran sesuai sasaran dan

lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada debitur dan membantu

mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada masyarakat sehingga dapat

mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha Mikro bahkan dapat meningkat ke

Mikro Kecil

10 Perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya identifikasi dan penggalian

potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian potensi pajak pengawasan

terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara Pemerintah Pusat maupun Daerah

DAFTAR PUSTAKA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan

Barat Tahun 2019

Rancangan Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

RISKESDAS_2018_ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

RISKESDAS_Provinsi Kalimantan Barat 2018_ Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia

Laporan Pemantauan Kinerja Anggaran dan Pembangunan Program Percepatan

Pencegahan dan Penurunan Stunting Kemenkeu Reupblik Indonesia

Lampiran IIA - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Spesifik

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan

Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian KEMENTERIAN KESEHATAN 0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

2080 Pembinaan Gizi Masyarakat 001 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 002 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus

003 Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita 005 Pembinaan dalam Peningkatan Status Gizi Masyarakat 006 Suplementasi Gizi Mikro 007 Pembinaan dalam Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat 008 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Papua dan Papua Barat 009 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus Papua dan Papua Barat 010 Penguatan intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita Papua dan Papua Barat 504 Peningkatan Surveilans Gizi

5832 Pembinaan Kesehatan Keluarga 001 Pembinaan Dalam Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 002 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Kunjungan Neonatal Pertama 004 Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah 005 Pembinaan Pencegahan stunting 018 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Antenatal

1172822000 100000000 368690000 1439729000 305522000 461512000 281222000 317124000 101785000

822627500 96493000 365973800 1414218600 296527000 372659700 266887500 316592900 101784900

7014

9649

9926

9823

9706 8075 9490 9983 100

4

14

14

14 1 1 1 1 5

4

14

14

14 1 1 1 1 5

100

100

100

100

100 100 100 100 100

0240508 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

2058 Pembinaan Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra 006 Layanan Imunisasi 010 Layanan Imunisasi di Papua dan Papua Barat

2059 Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria 008 Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan 011 Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua dan Papua Barat

2060 Pengendalian Penyakit Menular Langsung 506 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit ISP 511 Sarana dan Prasarana Penanggulangan TBC 512 Sarana dan Prasarana Penanggulangan HIVAIDS

251677000 513750000 1343486000

221591784 280311250 1234273000

8805

5456 9187

14

153 8

14

151 8

25

6 40

0240709 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

2065 Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 508 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Kesehatan Ibu dan Anak 509 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Penyakit Tropis Terabaikan 510 Paket Penyediaan Vaksin

Total Belanja Intervensi Spesifik

6657319000

5789940934

9045

212

210

7710

------

Lampiran IIB - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Sensitif

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN PERTANIAN

0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat

1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

102 Lumbung Pangan Masyarakat

1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

106 Kawasan Mandiri Pangan

1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

101 Pemberdayaan Pekarangan Pangan

106 Hasil Pengawasan keamanan dan mutu pangan Segar

558000000 5578500000 600000000

546884550 5543049050 582679900

9801

9936 9711

1

123 1

1

121 1

100

100 100

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

0190207 Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro

1835 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan

030 Pemenuhan gizi masyarakat melalui peningkatan konsumsi pangan olahan sehat

038 Komoditi yang diawasi Penerapan SNI Wajib Produk Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

0230509 Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat

2016 Penyediaan Layanan Paud

006 Lembaga PAUD Menyelenggarakan Holistik Integratif

5631 Penyediaan Layanan Pendidikan Keluarga

002 Lembaga Menyelenggarakan Pendidikan Keluarga untuk Intervensi Permasalahan Sosial Tertentu

KEMENTERIAN KESEHATAN

0240111 Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

5610 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan JKNKIS

501 Cakupan Penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui JKNKIS

0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

002 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media

004 Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam mendukung Program Kesehatan

006 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media di Papua dan Papua Barat

5834 Penyehatan Lingkungan

501 Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi Syarat

504 Pengawasan terhadap Sarana Air Minum

505 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan

2090 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan

506 Rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan sesuai standar

1492964000 464132000 163411000

1437830000 431244400 162715900

9631 9291

9957

3 1 1

3 1

1

100 100

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan

Pagu Realisasi Real

Target Capaian Capaian

2094 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan

508 Alat Kesehatan

KEMENTERIAN AGAMA

0250308 Program Bimbingan Masyarakat Islam

2104 Pengelolaan KUA dan Pembinaan Keluarga Sakinah

008 Bimbingan Perkawinan Pra Nikah

0250812 Program Bimbingan Masyarakat Buddha

2145 Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Budha

014 Pembinaan Keluarga Hittasukhaya

638510000 37020000

594062500 36455000

9304

9847

29 2

1

0

97

0

KEMENTERIAN SOSIAL

0270507 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial

2251 Jaminan Sosial Keluarga

001 Keluarga Miskin Yang Mendapat Bantuan Tunai Bersyarat

0270609 Program Penanganan Fakir Miskin

5873 Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan

003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

5874 Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

002 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

5875 Penanganan Fakir Miskin Pesisir Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara

003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

3124920000

3123021922

9994

1

1

100

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

0320608 Program Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan

2357 Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan

003 Promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri yang dilaksanakan (Gerakan memasyarakatkan makan ikanGemarikan)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan

004 Sistem Pengelolaan Air Limbah

2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

005 SPAM Terfasilitasi

007 Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan

008 SPAM Berbasis Masyarakat

009 Pembangunan SPAM di Kawasan Khusus

010 Pembangunan SPAM Regional

25491600000 19295520000 10141420000 62568089000

24467600000 17485637400 9125468000 60912361277

9598

9062 9025 9735

298

3

15 0

495

1 9 0

100

0 1 52

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Rea

l Target Capaian Capaia

n 0470107 Program Perlindungan Anak

2808 Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Kesejahteraan

003 Sosialisasi tentang ASI Eksklusif Gizi Seimbang Pembatasan Gula GaramLemak (GGL) Rokok dan

Kesehatan Reproduksi bagi Keluarga dan Anak sebagai 2P dalam Penurunan Stunting

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

0590709 Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik

4143 Penyediaan dan Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

001 Informasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

0630106 Program Pengawasan Obat dan Makanan

3165 Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai BesarBalai POM

088 KIE Obat dan Makanan Aman

4124 Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang

005 Pengawasan Produk Pangan Fortifikasi

960000000

950368050

9899

26

26

100

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

0680106 Program Kependudukan dan KB

3317 Pembinaan Keluarga Balita dan Anak

021 Keluarga yang mempunyai balita dan anak memahami pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak

3331 Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan KB Provinsi

081 Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK

085 Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu

910000000 1586543000

829384786 1573708244

9114 9919

16045 433

16045 433

100 100

Total Belanja Intervensi Sensitif

13361062900000 12780247097900

12780247097900

9614

658025

1110045

78125

------

Lampiran IIC - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

0100606 Program Bina Pembangunan Daerah

1252 Pembinaan Penyelenggaraan dan Pembangunan Urusan Pemerintahan Daerah III

001 Integrasi indikator Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah lingkup UPD III

003 Penerapan SPM bidang kesehatan sosial dan transtibumlinmas

004 Evaluasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Daerah

010 Monev terpadu Penerapan dan Pencapaian SPM di daerah lingkup UPD III

011 Advokasi penerapan kebijakan percepatan penurunan stunting 015 Peningkatan kinerja kabkota dalam implementasikonvergensi program penanganan penurunan

stunting (INEY)

0100810 Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

1269 Pembinaan Administrasi Pencatatan Sipil

006 Cakupan Anak yang Memiliki Akta Kelahiran

KEMENTERIAN PERTANIAN

0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat

1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

115 Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah

295000000

281904000

9556

4

4

100

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

0230101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

4079 Pengembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) di Asia Tenggara

001 Model Pengembangan dan Pembelajaran

0231613 Program Guru dan Tenaga Kependidikan

5636 Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Paud dan Dikmas

009 Rata - rata Nilai Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas

KEMENTERIAN KESEHATAN

0240101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan

2038 Pengelolaan Data dan Informasi

501 Pemetaan Keluarga Sehat

963 Layanan Data dan Informasi

0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

001 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

005 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Papua dan Papua Barat

007 Pembinaan KabKota dalam Pelaksanaan Penggerakkan Masyarakat di Posyandu

441040000 867300000

439188400 526100500

9958

6066

1 3

1

3

100

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan

2087 Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar

509 Pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

0241104 Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

2070 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat

504 Riset Penanggulangan Masalah Gizi

0241210 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Ppsdmk)

2076 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan

501 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan

505 Pelatihan Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan

2078 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan

501 Penugasan Tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) Minimal 5 Orang

502 Penugasan Tenaga Kesehatan Secara Individu

505 Penugasan tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) minimal 5 orang di Wilayah Papua dan Papua Barat

102534000 125563000 2026770000

100827500 118882000 1923153550

9836

9468 9489

95

93

100

95 95

KEMENTERIAN SOSIAL

0271104 Program Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan Sosial

2254 Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional (I-VI)

002 Pelatihan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) bagi Pendamping Program Bantuan Tunai Bersyarat

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan

003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM

668321000

668320150

9999

4

2

11

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

0360106 Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

2552 Koordinasi Kebijakan Penguatan Ketahan Gizi dan Kesehatan Lingkungan

001 Usulan Rekomendasi kebijakan bidang ketahanan gizi dan kesehatan ibu dan anak dan kesehatan lingkungan

BADAN PUSAT STATISTIK

0540106 Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik

2895 Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik Bps Provinsi

009 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat

2906 Penyediaan dan Pengembangan Statistik Kesejahteraan Rakyat

003 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat Yang Terbit Tepat Waktu

5125732000

5059724707

9871

30

2

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan

Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

0550106 Program Perencanaan Pembangunan Nasional

2937 Perencanaan Pembangunan Terkait Lingkup Kesehatan dan Gizi Masyarakat

608 Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Pembangunan

KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

0670306 Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masarakat Desa

5483 Peningkatan Pelayanan Sosial Dasar

008 Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam peningkatan akses pelayanan sosial dasar

011 Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

0800106 Program Penelitian Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir Isotop dan Radiasi

3446 Pengembangan Sains dan Teknologi Bahan Maju Dengan Iptek Nuklir

002 Data Riset Hasil Analisis dengan Menggunakan Teknik Nuklir

3449 Pengembangan Sains dan Teknologi Nuklir Terapan dan Revitalisasi Reaktor Riset

006 Dokumen Teknis Mikronutrisi Pada Pangan Anak Balita Di Daerah Malnutrisi

Total Belanja Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis 9652260000 9118100807

9280 137 105 87625

------

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

JALAN KS TUBUN NO 36 PONTIANAK 78121 TELEPON (0561) 733444 733466 FAKSIMILE (0561) 732029 LAMAN WWWDJPBKEMENKEUGOIDKANWILKALBARID

NOTA DINASNOMOR ND-143WPB172020

Yth Direktur Pelaksanaan AnggaranDari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi

Kalimantan BaratSifat SegeraLampiran 1(satu) berkasHal Pengantar Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019Tanggal 28 Februari 2020

Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

SE-61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas

Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema Analisis

Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 bersama ini kami sampaikan bersama ini kami

sampaikan Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Kajian ini

terdiri antara lain

1 Tinjauan dan Analisis APBN dan APBD tahun 2019 lingkup Provinsi Kalimantan Barat

Analisis yang dilakukan baik dari segi pendapatan maupun belanja serta dampaknya

terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dari indikator-indikator

seperti lndeks Pembangunan Manusia (IPM) Tingkat Kemiskinan dan Gini Ratio (tingkat

ketimpangan)

2 Untuk mengetahui sektor unggulan daerah dan pengembangan potensi tersebut digunakan

analisis metode Location Quotient (LQ) time series Dari analisis ini ditemukan sektor

unggulan di Provinsi Kalbar adalah bidang Pertanian Kehutanan dan Perikanan

3 Dalam KFR Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 ini terdapat analisis tematik dengan tema

Sinergi dan Konvergensi Program Penanganan Stunting di Daerah yaitu upaya pemerintah di

dalam melakukan pencegahan terhadap prevelensi stunting melalui belanja KL dalam APBN

belanja Dana Desa dan DAK Fisik serta melalui pendanaan Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD)

Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih

Ditandatangani secara elektronikBambang Hartono

  • KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
    • 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
    • 1COVER KFRpdf (p2)
    • Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
    • 3_Daftar isi_1pdf (p4)
    • 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
    • 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
    • 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
    • 10_Capaian Outputpdf (p10)
    • 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
    • 12_BAB I_COVERpdf (p12)
    • 13_BAB Ipdf (p13-21)
    • 14_BAB II_COVERpdf (p22)
    • 15_BAB IIpdf (p23-41)
    • 16_BAB III_COVERpdf (p42)
    • 17_BAB IIIpdf (p43-77)
    • 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
    • 18_Bab IVpdf (p79-97)
    • 19_BAB V_COVERpdf (p98)
    • 19_BAB Vpdf (p99-107)
    • 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
    • 24_BAB VIpdf (p109-124)
    • 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
    • 26_BAB VIIpdf (p126-133)
    • 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
    • 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
    • DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
      • 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
      • LAMPIRANpdf (p148-151)
      • KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
        • 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
        • 1COVER KFRpdf (p2)
        • Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
        • 3_Daftar isi_1pdf (p4)
        • 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
        • 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
        • 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
        • 10_Capaian Outputpdf (p10)
        • 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
        • 12_BAB I_COVERpdf (p12)
        • 13_BAB Ipdf (p13-21)
        • 14_BAB II_COVERpdf (p22)
        • 15_BAB IIpdf (p23-41)
        • 16_BAB III_COVERpdf (p42)
        • 17_BAB IIIpdf (p43-77)
        • 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
        • 18_Bab IVpdf (p79-97)
        • 19_BAB V_COVERpdf (p98)
        • 19_BAB Vpdf (p99-107)
        • 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
        • 24_BAB VIpdf (p109-124)
        • 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
        • 26_BAB VIIpdf (p126-133)
        • 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
        • 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
        • DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
          • 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
          • LAMPIRANpdf (p148-151)
Page 5: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan

v

BAB VI

KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI

SERTA TANTANGAN

FISKAL REGIONAL 91

61SEKTOR UNGGULAN DAERAH93

62SEKTOR POTENSIAL DAERAH 99

63TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH102

BAB VII ANALISIS TEMATIK 110

BAB VIII PENUTUP helliphellip115

11KESIMPULAN115

12REKOMENDASI117

DAFTAR PUSTAKAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip120

iv

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kinerja pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) pada tahun 2019

tercatat sebesar 500 persen Angka ini menurun jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan

ekonomi tahun sebelumnya sebesar 506 persen PDRB mengalami peningkatan

pertumbuhan sebesar 943 persen Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp4188 juta

Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4

(empat) sektor lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen)

Industri Pengolahan (1634 persen) Perdagangan Besar-Eceran serta Reparasi Mobil-

Sepeda Motor(1430 persen) dan Konstruksi (1244 persen)

Inflasi tahunan Kalbar pada tahun 2019 sebesar 263 persen atau menurun dibanding

periode yang sama pada tahun 2018 yang mencapai 399 persen tetapi masih lebih rendah

jika dibandingkan dengan tingkat inflasi secara nasional yang mencapai 268 persen Inflasi

tertinggi terjadi pada bulan Juni 066 persen dan Kelompok transportasi komunikasi dan jasa

keuangan pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen Kenaikan pada

bulan-bulan tersebut disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok

makanan jadi minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan

legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya permintaan terhadap

makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan

ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar termasuk kategori sedang dan berada

di bawah angka IPM Nasional Menurut data Badan Pusat Statistik sampai dengan saat ini

IPM Kalbar meningkat dari 6626 di tahun 2017 menjadi 6698 di tahun 2018 Berbagai upaya

telah dilakukan pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat untuk memberikan kemudahan

akses bagi masyarakat agar dapat memperoleh layanan pendidikan dan kesehatan

diantaranya pembangunan infrastruktur jalan serta sarana pendidikan dan kesehatan sejalan

dengan kebijakan Pemerintah untuk membangun dari pinggiran dan memperkuat daerah dan

desa

Jumlah penduduk miskin di Kalbar pada bulan September 2019 tercatat sebanyak

370470 orang Jumlah ini lebih rendah dari periode yang sama tahun 2018 dimana penduduk

miskin mencapai 369730 orang

Gini Ratio (ketimpangan pemerataan pendapatan) Kalbar tahun 2019 sebesar 0318

atau meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 0325 Koefisien Gini

berfluktuatif dari tahun ketahun namun masih berada pada kisaran antara 03 hingga 04 dan

masih dibawah Koefisien Gini Nasional Hal ini menunjukkan distribusi pendapatan

masyarakat dalam kategori sedang dan walaupun masih terdapat ketimpangan distribusi

pendapatan

v

Angkatan kerja tahun 2019 mencapai 2479000 orang mengalami kenaikan sebesar

91000 orang dari tahun 2018 Dari jumlah angkatan kerja tersebut 9556 persen bekerja

sedangkan sisanya sebesar 444 persen menganggur

Program Kredit Program berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM

(KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar

Rp179834 miliar (41778 debitur) jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen dan penyaluran Program Ultra Mikro

(UMi) sebesar Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018

terjadi kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen Pemerintah sangat

memperhatikan dan mengharapkan adanya perkembangan usaha serta upaya peningkatan

pertumbuhan ekonomi di wilayah Kalimantan Barat

Realisasi penerimaan perpajakan di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728

triliun naik 68 persen jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya Penerimaan pajak

dalam negeri memberikan kontribusi Rp667 triliun atau 917 persen sedangkan penerimaan

pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar atau 83 persen Pajak

Pertambahan Penghasilan (PPh) merupakan penyumbang penerimaan yang terbesar yakni

Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak Pertambahan Nilai (PPn) yakni Rp307

triliun atau 46 persen Untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) selama tahun 2019

mencapai Rp82375 miliar turun Rp3776 miliar atau 438 persen dibanding penerimaan

tahun sebelumnya PNBP tersebut bersumber dari Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)

sebesar Rp42092 miliar dan PNBP lainnya Sebesar Rp40282 miliar

Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019

yaitu sebesar Rp3147 triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar

Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2098 triliun Realisasi

Belanja pemerintah pusat sebesar Rp96 triliun Sedangkan untuk Transfer ke Daerah dan

dana desa terealisasi Rp2034 triliun

Angka Pertumbuhan Ekonomidi Kalimantan Barat

Pertumbuhan Ekonomi

20172018

2019

Pagu dan Realisasi APBN 2019sd 31 Desember 2019

Pajak

PNBP

Belanja Modal

Belanja Bantuan Sosial

87

155

Realisasi

Pagu Realisasi

Rp837 T Rp729 T

Rp053 T Rp082 T

2017 2018 2019

517

500

505

510

515

520

000

506

500

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)di Kalimantan Barat

Indeks Pembangunan Manusia

20172018

2019

2017 2018 2019

6626

6600

6620

6640

6660

6680

000

6698

na

Angka Kemiskinandi Kalimantan Barat

Angka Kemiskinan

20172018

2019

2017 2018 2019

788

700

720

740

760

780

000

737

728

Angka Penganggurandi Kalimantan Barat

7000

800

Angka Pengangguran

20172018

2019

2017 2018 2019

436

400

410

420

430

440

000

426

445450

517

506

500

788

737

728

6626

6698

na

436

426

445

Gini Rasio Kalimantan Barat

03270318

2018

2019

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Gini Rasio Kalimantan Barat

Pendapatan

Belanja

93

97

Rp1049 T Rp971 T

Rp2098 T Rp2034 T

sd 31 Desember 2019

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Transfer

Belanja Operasi

Belanja Modal

108

101

Realisasi

Pagu Realisasi

Rp376 T Rp405T

Rp2072 T Rp2085T

Pendapatan

Belanja

95

96

Rp1691 T Rp1608 T

Rp52 T Rp498 T

Belanja Tak Terduga

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Pagu dan Realisasi APBD 2019

Belanja Transfer

Rp095 T Rp074T

Rp032 T Rp006T

Rp389 T Rp403T

19

104

78

Perkembangan Indikator Ekonomi

Capaian Program Prioritas Nasional (PN) Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019

Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan DasarPagu Realisasi

Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan KemaritimanPagu Realisasi

Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian Industri Pariwisata dan Jasa Produktif LainnyaPagu Realisasi

Pemantapan Ketahanan Energi Pangan dan Sumber Daya AirPagu Realisasi

Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan PemiluPagu Realisasi

85

73

95

86

89

Rp1741 M Rp1488 M

Rp230 M Rp167 M

Rp84 M Rp80 M

Rp336 M Rp289 M

Rp351 M Rp313 M

Realisasi Terhadap Pagu

Beberapa Pembangunan Hasil Dana APBN 2019 di Kalimantan Barat

Pembuatan Tempat Pembudidayaan Ikan Prodi Agrobisnis Perikanan Poltesa

Pembangunan Gedung Pembelajaran Terpadu MAN IC Sambas

Pembangunan Dermaga Speed Di Bungan Jaya

Pembangunan Infrastruktur Ekowisatadi Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun

Pengadaan dan pemasanganPenerangan Jalan Umum dengan solar cell

Pengadaan Benih Padi 445000 KgDistan TPH Prov Kalbar

Pembangun Terminal Barang Internasional Aruk Tahap III

Restorasi dan Penataan Kawasan Masjid Jami Beting Kota Pontianak

Pelapis Landasan PacuBandara Tebelian

Pembangunan Pasar Rakyat Tampun Juah Kab Sanggau

Pembangunan Jembatan Komposit 11 Meter (5 Unit) di Kab Kayong Utara

Pembangunan Konstruksi Pasar Rakyat Kyai Bandar Laut di Kab Ketapang

KPPN SINGKAWANG

KPPN PONTIANAK

KPPN PUTUSSIBAU

KPPN SANGGAU KPPN

SINTANG

KPPN KETAPANG

Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Nanga Era

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Sanggau

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Bengkayang

Revitalisasi Pasar Sukadana di Kab Kayong Utara

Realisasi Dana Desa

2017 2018 2019Realisasi Dana Desa

Pagu Realisasi

Rp1695 M Rp1693 M

Rp1616 M Rp1615 M20172018

Rp1992 M Rp1987 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

2000 M

1900 M

1800 M

1700 M

1600 M

1500 M

(Rp)

997998

999

2017 2018 2019Pagu DAK Fisik

Pagu Realisasi

Rp2457 M Rp2281 M

Rp2998 M Rp2794 M20172018

Rp2614 M Rp2447 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

3000 M

2800 M

2600 M

2400 M

2200 M

2000 M

(Rp)

931

928

999

936

Realisasi DAK Fisik

Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik

2017 2018 2019Pagu DAK Fisik

Pagu Realisasi

Rp2457 M Rp2281 M

Rp2998 M Rp2794 M20172018

Rp2614 M Rp2447 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

3000 M

2800 M

2600 M

2400 M

2200 M

2000 M

(Rp)

931

928

999

936

Realisasi DAK Fisik

Realisasi Kredit Ultra Mikro (UMi)

2017 2018 2019Jumlah Debitur

Debitur Realisasi

2124 Rp84 M

1913 Rp44 M20172018

Rp104 M2019

10 M

8 M

6 M

4 M

2 M

(Rp)

1913

2124

Realisasi UMi

2342

2737 12 M

Jumlah DebiturRealisasi UMi

Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)

2017 2018 2019

Debitur Realisasi

41511 Rp1615 M

34704 Rp1120 M20172018

44498 Rp1808 M2019

2000 M

1800 M

1600 M

1400 M

1200 M

(Rp)

34704

41511

44498

Jumlah DebiturRealisasi KUR

BAB I

SASARAN

PEMBANGUNAN

DAN TANTANGAN

DAERAH

Pulau Karimata Kayong UtaraMerupakan pulau dengan status Suaka Alam L a u t ( S A L ) y a n g m e n a w a r k a n p e s o n a ekosis tem terumbu karang hutan panta i hutan mangrove sampai dengan ekosistem perbukitan tinggi

1

11 PENDAHULUAN

Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di

daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata Oleh sebab itu untuk

mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur

pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian

anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD Sesuai dengan Undang-Undang

Keuangan Nomor 17 Tahun 2003 pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan

negara adalah Presiden sedangkan di daerah adalah GubernurBupatiWalikota oleh

karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah maka diperlukan sinergi

dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan

dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien

Selanjutnya kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran

pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan

daerah dalam memastikan efektifitasnya Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat

alokasi distribusi dan stabilisasi maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu

meningkatkan perbaikan dan kualitas indicator-indikator ekonomi makro dan

kesejahteraan di daerah Oleh karena itu kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari

perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan

Tidak terlepas dari hal tersebut maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi

perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan

terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi sosial-

kependudukan serta tantangan wilayahnya sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui

program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi

12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Masa jabatan Gubernur Kalimantan Barat periode 2018-2023 merupakan periode

lima tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kalimantan Barat Tahun 2005-2025 Dalam RPJPD dikemukakan bahwa visi

pembangunan jangka panjang Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2025 adalah

ldquoKalimantan Barat Bersatu dan Majurdquo

2

Visi misi dan arah pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJPD 2005-

2025 menjadi acuan dalam merumuskan visi pembangunan daerah tahun 2018ndash2023

yaitu ldquoTerwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Barat Melalui

Percepatan Pembangunan Infrastruktur Dan Perbaikan Tata Kelola

Pemerintahanrdquo Pada kepemimpinan 5 (lima) tahun mendatang percepatan

pembangunan infrastruktur akan menjadi fokus utama

Sementara itu misi pembangunan Provinsi Kalimantan Barat yang akan

dilaksanakan adalah sebagai berikut

1 Mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur

Percepatan pembangunan infrastruktur ini bertujuan untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah serta perbatasan Indeks infrastruktur

Kalimantan Barat direncanakan mencapai 5993 di Tahun 2019

Sasaran dari misi ini adalah peningkatan ketersediaan infrastruktur pasokan

tenaga listrik jaringan transportasi (yang meliputi pelayanan konektivitas dan

keselamatan) kapasitas dan kualitas jalan ataupun jembatan Pengelolaan

Sumber Daya Air kualitas infrastruktur permukiman perdesaan (sesuai dengan

Indeks Desa Membangun) maupun perkotaan ketaatan terhadap rencana tata

ruang meningkatnya Infrastruktur daerah serta perbatasan

2 Mewujudkan tata kelola pemerintahan berkualitas dengan prinsip-prinsip Good

Governance

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan

daerah dengan target Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai SAKIP Prov

Kalimantan Barat mencapai A pada tahun 2025

Hal ini ditunjukkan dengan sasaran peningkatan pada kualitas Kelitbangan

untuk mendukung kebijakan daerah Indeks Kepuasan Pelayanan DPRD

pelayanan umum pengelolaan administrasi keuangan dan aset di lingkungan

Sekretariat Daerah dan Rumah Jabatan kelembagaan perangkat daerah yang

tepat fungsi dan tepat ukuran penyelenggaraan ketatalaksanaan pemerintah

daerah penataan sistem manajemen SDM Aparatur berdasarkan merit system

Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Desa Pengelolaan Arsip Daerah pembinaan

dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah terselenggaranya Penataan

Daerah dan Pembinaan Wilayah terkoordinirnya dan tertatanya kegiatan

kerjasama dalam negeri dan luar negeri dalam menunjang pembangunan di

Provinsi Kalimantan Barat meningkatnya pengelolaan wilayah perbatasan

meningkatnya komunikasi kebijakan pembangunan daerah

3

3 Mewujudkan masyarakat yang sehat cerdas produktif dan inovatif

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dengan indikator sasaran

peningkatan IPM dari angka 6626 menjadi 672 di tahun 2019 Sasaran misi ini

adalah meningkatkan kualitas pendidikan kebudayaan dan literasi peningkatan

kualitas kesehatan meningkatkan kualitas pemuda meningkatakan capaian

indeks pembangunan gender dan Indeks pemberdayaan gender meningkatakan

perlindungan terhadap perempuan dan anak meningkatkan ketersediaan

keterjangkauan dan pemanfaatan pangan meningkatakan fasilitasi program KB

Keluarga Sejahtera dan Pengendalian Penduduk

4 Mewujudkan masyarakat sejahtera

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarat secara merata

mengurangi kemiskinan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi dari 506

ditargetkan 520 pada tahun 2019 dan jumlah desa mandiri dari 1 ditargetkan

mencapai 63 desa mandiri Selanjutnya tujuan lainnya adalah mengurangi

kemiskinan dan pengangguran dengan target menurunkan angka tingkat

penggangguran terbuka dari 413 menjadi 390 pada tahun 2019 Beberapa

sasarannya terkendalinya penyakit menular strategis zoonosis meningkatnya

produksi peternakan terwujudnya kedaulatan pangan sektor keluatan dan

perikanan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produksi perikanan

5 Mewujudkan masyarakat yang tertib

Hal ini bertujuan meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat

Sasaran dari misi ini adalah meningkatkan skor Indeks Demokrasi Aspek

Kebebasan Sipil dari 9715 menjadi 9735 di tahun 2019 penyelenggaraan

pelayanan Trantibumlinmas meningkatnya jumlah orang atau kelompok

masyarakat miskin yang memperoleh bantuan hukum litigasi dan non litigasi

meningkatnya upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam rangka pengurangan

risiko bencana meningkatkan penanganan kedaruratan dan pendistribusian

logistik pada daerah terkena bencana meningkatkan penanganan rehabilitasi dan

rekonstruksi pasca bencana

6 Mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan

target sasaran Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kalimantan Barat Tahun 2019

di angka 6620 Dengan sasaran lainnya menurunnya luas kerusakan Kawasan

hutan melalui rehabilitasi hutan dan layanan krisis dan ketaatan terhadap

pencana tata ruang meningkat

4

122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dijabarkan ke

dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan

pembangunan tahunan yang disusun berikut rancangan prioritas dan sasaran

pembangunan daerah

a Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Kondisi infrastruktur di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2018 apabila

dilihat dari Indeks Infrastruktur adalah sebesar 5661 Angka Indeks Infrastruktur

merupakan indeks yang menggambarkan kondisi infrastruktur di Kalimantan Barat

pada tahun 2018 yang meliputi variabel Jalan Kondisi Mantap Provinsi sebesar

4971 Irigasi Kondisi Mantap sebesar 4676 Rumah Tangga Bersanitasi

sebesar 4838 Rumah Tangga dengan Air Bersih sebesar 5520 dan Rasio

Elektrifikasi sebesar 83 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan

dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas

Perhubungan dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kalimantan Barat

Untuk tahun 2020 indeks infrastruktur Kalimantan Barat ditargetkan

meningkat menjadi 6300 yang tentunya merata di seluruh Kabupaten Kota di

Kalimantan Barat

Tabel I1

Target Indeks Infrastruktur Kalimantan Barat Tahun 2020 Indikator Kondisi

Awal (2018)

Taget

2019 2020

1 2 3 4

Persentase Panjang Jalan Provinsi Dalam Kondisi Mantap

4971 5668 6219

Rumah Tangga Sanitasi 4838 5188 5549

Persentase Akses Penduduk Air Minum

5520 5830 6120

Rasio Elektrifikasi 8300 8500 8700

Persentase Irigasi Provinsi dalam Kondisi Baik

4676 4778 4890

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tahun 2020 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMD Provinsi

Kalimantan Barat Tahun 2018 ndash 2023 dimana tahun 2020 ditetapkan sebagai

Tahap Percepatan (Pemerataan infrastruktur dasar dan aksesibilitas antar wilayah

dalam rangka percepatan mewujudkan desa mandiri) Pembangunan dalam tahap

kedua lebih diarahkan pada upaya peningkatan status desa menuju desa mandiri

Apalagi bila dikaitkan dengan target RPJMD yang menetapkan sasaran pada

pencapaian desa mandiri tahun 2023 kurang lebih 400 desa mandiri Oleh karena

itu salah satu pilihan strategi yang memiliki dampak bagi peningkatan status desa

5

mandiri diantaranya melalui Pemerataan infrastruktur dasar serta pemerataan

aksesibilitas antar wilayah

b Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah

Kualitas tata kelola pemerintahan daerah di Provinsi Kalimantan Barat yang

diukur melalui Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah berada pada kondisi baik dimana nilai Indeks Reformasi

Birokrasi berada pada nilai B Dan Nilai SAKIP berada pada predikat B dengan

nilai 6401 Untuk Kabupaten Kota di Kalimantan Barat dari 14 Kabupaten Kota

hanya 1 daerah yaitu Kota Pontianak yang sudah mendapatkan predikat BB pada

nilai SAKIP12 kabupaten dengan predikat B dan yang lainnya masih berada

pada predikat CC dan C pada tahun 2018

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa

Perangkat Daerah yaitu Biro Adminsitasi Pembangunan dan Pengadaan Barang

dan Jasa Biro Pengelolaan Aset Biro Hukum Biro Humas dan Protokol serta Biro

Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Barat Selain itu juga didukung

oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Kepegawaian Daerah

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Penelitian dan

Pengembangan Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Daerah Provinsi Kalimantan Barat

c Mewujudkan Masyarakat Sejahtera

Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan melalui beberapa

indikator yaitu

- Pertumbuhan Ekonomi tahun 2018 ada di angka 506 tahun 2019 535 dan

ditargetkan tumbuh 535 pada tahun 2020

- Penurunan Angka Kemiskinan sebelumnya 737 (2018) 692 (2019)

ditargetkan 643 pada tahun 2020

- Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka sebelumnya 413 (2018) 390

(2019) ditargetkan menurun 363 pada tahun 2020

- Gini Rasio Kalimantan Barat ditargetkan menjadi 032 pada tahun 2020

- Jumlah Desa Mandiri di Kalimantan Barat dari 1 (2018) 63 (2019 namun

tercapai 87) ditarget 159 desa pada tahun 2020

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa

Perangkat Daerah yaitu Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Dinas

Perkebunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pangan

Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Kehutanan Dinas Kelautan dan

Perikanan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pemuda Olahraga dan

6

Pariwisata Dinas Koperasi dan UKM Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintahan Desa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Sosial Pada tahun 2020

berikut target mewujudkan masyarakat sejahtera

Tabel I2

Target Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Tahun 2020

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tabel I3

Target Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kota Tahun 2020 No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 850 ndash 842 842 ndash 833

2 Bengkayang 742 ndash 738 738 ndash 736

3 Landak 1319-1212 1212-1202

4 Mempawah 584 ndash 582 582 ndash 581

5 Sanggau 457 ndash 455 455 ndash 451

6 Ketapang 1163-1093 1093-1084

7 Sintang 1027-1018 1018-1015

8 Kapuas Hulu 1001-938 938-931

9 Sekadau 647-640 640-638

10 Melawi 1277-1250 1250-1247

11 Kayong Utara 1006-986 986-983

12 Kubu Raya 540 ndash 522 522-518

13 Kota Pontianak 536-535 535-534

14 Kota Singkawang 578 ndash 535 535 ndash 531

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tabel I4

Target Tingkat Penganggauran Terbuka Kabupaten Kota Tahun 2020

No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 334 ndash 332 332 ndash 329

2 Bengkayang 240 ndash 238 238 ndash 235

3 Landak 229 ndash 226 226 ndash 224

4 Mempawah 617 ndash 615 615 ndash 543

5 Sanggau 247 ndash 243 243 ndash 239

No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 525 ndash 529 533 ndash 537

2 Bengkayang 584 ndash 602 610 ndash 620

3 Landak 525 ndash 529 530 ndash 533

4 Mempawah 521 ndash 529 535 ndash 537

5 Sanggau 471 ndash 492 509 ndash 513

6 Ketapang 741 ndash 761 771 ndash 781

7 Sintang 539 ndash 545 549 ndash 551

8 Kapuas Hulu 542 ndash 548 550 ndash 554

9 Sekadau 583 ndash 585 587 ndash 589

10 Melawi 488 ndash 497 501 ndash 506

11 Kayong Utara 545 ndash 550 551 ndash 553

12 Kubu Raya 673 ndash 683 690 ndash 696

13 Kota Pontianak 550 ndash 562 585 ndash 591

14 Kota Singkawang 576 ndash 600 615 ndash 623

7

6 Ketapang 323 ndash 321 321 ndash 319

7 Sintang 158 ndash 156 232 ndash 230

8 Kapuas Hulu 280 ndash 274 156 ndash 154

9 Sekadau 315 ndash 311 274 ndash 268

10 Melawi 39 ndash 392 311 ndash 307

11 Kayong Utara 393 ndash 392 392 ndash 391

12 Kubu Raya 656 ndash 643 643 ndash 629

13 Kota Pontianak 505 ndash 493 493 ndash 481

14 Kota Singkawang 542 ndash 535 535 ndash 528

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

d Mewujudkan Masyarakat yang Tertib

Misi ini bertujuan untuk meningkatkan ketentraman dan ketertiban

masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat Keberhasilan pencapaian misi ini

ditunjukan dengan indikator yaitu tidak adanya Konflik Sosial yang terjadi di

Kalimantan Barat dan meningkatnya indeks kebebasan sipil dari 9715 (2018)

menjadi 9735 (2019) sementara itu tahun 2020 ditargetkan mendapat 9755

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa Perangkat

Daerah yaitu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Satuan Polisi Pamong Praja

Biro Hukum Sekretariat Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Provinsi Kalimantan Barat

e Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Misi mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan bertujuan untuk

meningkatnya kualitas lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Barat

Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan indikator Indeks Kualitas

Lingkungan Hidup mencapai angka 6620 (2019) dan tahun 2020 ditargetkan

pada angka 6640 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh

beberapa Perangkat Daerah yaitu Dinas Perumahan Rakyat Kawasan

Permukiman dan Lingkungan Hidup Dinas Kehutanan dan Dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Barat

13 TANTANGAN DAERAH

131 Tantangan Ekonomi Daerah

Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan merupakan kekuatan utama

perekonomian di Kalimantan Barat PDRB sektor pertanian tumbuh 50 persen dan

memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan

Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019 Sektor Pertanian Kehutanan dan

Perikanan banyak disumbang oleh hasil Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan

Karet Sejalan dengan tersebut serapan tenaga kerja di Kalimantan Barat cukup

mencerminkan kesesuaian dengan struktur PDRB Lapangan usaha penyerap tenaga

kerja utama di Provinsi Kalimantan Barat adalah lapangan usaha pertanian Dengan

8

demikian upaya mempertahankan maupun meningkatkan kinerja lapangan usaha

pertanian di Kalimantan Barat perlu menjadi perhatian serius

Sementara itu terkait dengan ketenagakerjaaan Kalimantan Barat tahun 2019

jumlah penduduk pencari kerja meningkat sebesar 577 persen dibandingkan dengan

Agustus 2018 Meningkatnya jumlah pengangguran disebabkan adanya penurunan

penyerapan tenaga kerja pada beberapa lapangan usaha Dalam evaluasi RKPD

Tahun 2020 juga dicantumkan mengenai permasalahan tingginya angka

pengangguran di Kalimantan Barat sehingga perlu dilakukan langkah kongkrit dalam

upaya mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan kerja yang

berkualitas Selain itu permasalahan lainnya tenaga kerja belum terserap sesuai

pasar kerja dan belum terserap secara maksimal di berbagai sektor lapangan usaha

Dilihat dari segi pembiayaan pemerintah sudah meluncurkan Kredit Usaha

Rakyat (KUR) untuk mempermudah pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan

yang murah KUR ditargetkan secara nasional 60 persennya menyasar pada sektor

produktif Sehingga sesuai dengan sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan yang

menjadi kekuatan Kalimantan Barat Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada

Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp 179 Triliun Pemerintah Daerah perlu

menseriusi perannya sebagai penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima

KUR Harapannya UMKM dapat mendorong perekonomian Kalimantan Barat

Dari segi infrastruktur kondisi jalan Provinsi dari tahun 2013 hingga tahun 2017

dalam kondisi mantap terus mengalami perbaikan akan tetapi pada tahun 2018

persentase jalan provinsi dalam kondisi mantap mengalami penurunan menjadi

sebesar 4971 persen Sejalan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo pada tahun

2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur pembangunan jalan juga menjadi fokus

dari Pemerintah Dearah Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam

proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai

Jalur Transportasi bagi masyarakat dan kondisi jalan akan sangat berpengaruh

133 Tantangan Sosial Kependudukan

Berdasarkan data Agregat Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018 semester II berjumlah sekitar 5422814 jiwa 5148 persen atau 2791477

jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4852 persen atau 2631337 jiwa adalah

perempuan Dengan luas wilayah 147307 Km2 maka kepadatan penduduk

Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 37 jiwa km2

Berdasarkan kelompok umur sebesar 6980 persen atau sebanyak 3784929

jiwa merupakan kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun) Tingginya penduduk

usia produktif memberikan keuntungan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat

9

Sementara itu untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2018 yakni sebesar 2529

persen atau sebanyak 1371397 jiwa sedangkan untuk penduduk usia lanjut usia

(kelompok 65 tahun ke atas) sebesar 491 persen atau sebanyak 266488 jiwa

Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengetahui seberapa banyak

penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas Pendidikan sesuai

dengan jenjang pendidikannya Selama periode 2014-2018 APM SDMI telah berada

di atas angka 90 persen Hal ini menunjukkan sebesar 90 an persen penduduk

kelompok umur 7-12 tahun bersekolah dijenjang SD sementara APM SMPMTS masih

di angka 70 persen dan APM SMASMKMTS masih di bawah 70 persen Berdasarkan

Pendidikan Penduduk Provinsi Kalimantan Barat pada Semester I Tahun 2019

terdapat 146 juta belumtidak sekolah 804 ribu tamat SDSederajat 147 tamat

SDSederajat 700 ribu tamat SLTPSederajat 767 ribu tamat SLTASederajat 53 ribu

menempuh Pendidikan D1D2 53 ribu menempuh pendidikan akademiD3S Muda

133 ribu menempuh pendidikan D4S1 4 ribu menempuh Pendidikan S2 dan 444

menempuh Pendidikan S3

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh

Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Barat masih

terdapat 524 persen balita dengan status gizi buruk dan 1859 persen balita dengan

status gizi kurang Balita gizi buruk dan gizi kurang tersebar di 14 (empat belas)

kabupatenkota se-Kalimantan Barat Kabupaten Melawi merupakan Kabupaten

dengan persentase balita dengan status gizi buruk sebsar 869 persen Sedangkan

Kabupaten Sambas merupakan Kabupaten dengan persentase balita dengan status

gizi kurang terbesar yakni 2605 persen Jika dibandingkan hasil Riskesdas tahun

2013 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 telah mengalami

penurunan

133 Tantangan Geografi Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat merupakan Provinsi terluas ke-4 di Indonesia dengan

luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih luas dari seluruh pulau Jawa

Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (6302) dan areal

perkebunan mencapai 2469386 ha atau 1682 persen Sementara itu areal untuk

pemukiman hanya berkisar 035 persen

Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019

Dengan luas wilayah ini menjadi tantangan pemerintah membuka akses jalan antar daerah yang banyak terpisah oleh sungai dan hutan Pembangunan infrastruktur menjadi kunci utama Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai Jalur Transportasi bagi masyarakat

Danau Sentarum Kapuas HuluPada musim penghujan tiba Danau Sentarum akan tergenang air selama 6-14 meter Sementara itu pada musim kemarau 80 persen air danau akan mengering

BAB II

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

EKONOMI

REGIONAL

10

21 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL

211 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010 (ADHK) Provinsi

Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar Rp13712 triliun sedangkan berdasarkan

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai sebesar Rp21232 triliun dengan PDRB

per kapita mencapai sebesar Rp4188 juta Sementara itu PDB Indonesia tahun 2019

mencapai Rp158339 triliun dan kontribusi PDRB Provinsi Kalimantan Barat hanya

sebesar 134 persen terhadap pembentukan PDB nasional

Tabel II1

PDRB Atas Dasar Berlaku dan Harga Konstan Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (triliun rupiah)

No PDRB Tahun 2018 Total Tahun 2019 Total

I II III IV I II III IV

1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

4692 4643 4986 5095 19403 4689 5060 5452 5586 21232

2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan

3215 3136 3328 3385 13058 3376 3294 3491 3545 13712

3 Laju Pertumbuhan Kalbar

511 518 501 507 506 507 508 495 466 500

4 Laju Pertumbuhan Nasional

506 527 517 518 517 518 507 505 497 502

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

a Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019

mengalami perlambatan yaitu hanya 500 persen apabila dibandingkan dengan

tahun sebelumnya yaitu sebesar 506 persen dan lebih rendah jika dibandingkan

dengan kinerja perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 502 persen hal ini

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan

Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian

11

Grafik II1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

Sumber data BPS Kalbar 2019(diolah)

Tren pertumbuhan ekonomi per-triwulanan Kalimantan Barat tahun 2019

mengalami penurunan sejak triwulan II sebesar 508 persen menjadi 466 persen

pada triwulan IV hal ini dialami juga pertumbuhan ekonomi nasional yang

cenderung menurun sejak triwulan I sebesar 518 persen menjadi 497 persen

pada tiwulan IV Penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulanan tahun 2019

utamanya didorong oleh Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

sebesar 661 persen Real Estate sebesar 543 persen dan Jasa Perusahaan

sebesar 483 persen

b Nominal PDRB

PDRB Kalimantan Barat atas dasar harga yang berlaku tahun 2019 adalah

sebesar Rp21232 triliun atau naik 943 persen dibandingkan tahun sebelumnya

dimana pertumbuhan yang dominan adalah sektor pembentuk Jasa Lainnya

Industri Pengolahan dan Jasa Kesehatan dan Sosial sedangkan PDRB atas dasar

harga konstan tahun 2019 adalah sebesar Rp13712 triliun atau naik 501 persen

dibandingkan tahun 2018

1) PDRB Menurut Pengeluaran

Perkembangan PDRB dari menurut pengeluaran ADHK secara triwulanan

pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan pada triwulan III dan IV khusus

untuk triwulan IV dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seluruh komponen

terjadi peningkatan kecuali komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 869

persen dan komponen Pengeluaran Konsumsi LNRT sebesar 233 persen

12

Tabel II2

PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat atas dasar Harga Konstan (ADHK)

No Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)

I II III IV

1 Konsumsi Rumah Tangga 1794 1843 1813 1825

2 Konsumsi LNRT 041 043 043 042

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 345 355 386 469

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 968 997 1045 1087

5 Perubahan Inventori 090 (060) - 131

6 Ekspor 347 390 449 410

7 Impor 163 274 321 419

PDRB 3376 3294 3491 3545

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Laju pertumbuhan PDRB (ADHK) menurut pengeluaran selama tahun 2018

dan tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel II3

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran

No Komponen 2018 2019

(triliun Rp)

() (triliun Rp)

()

1 Konsumsi Rumah Tangga 6965 564 7275 496

2 Konsumsi LNPRT 156 968 169 886

3 Konsumsi Pemerintah 1490 382 1555 502

4 Modal Tetap Bruto 4041 282 4097 139

5 Perubahan Inventori 115 - 161 -

6 Ekspor Barang Jasa 1486 366 1596 1012

7 Impor Barang dan Jasa 1189 2864 1177 586

PDRB 13058 506 13712 500

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Kalimantan Barat 2019

yang tertinggi adalah komponen Ekspor Barang dan Jasa yaitu 1012 persen

dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun selanjutnya adalah Konsumsi

LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan jasa utamanya

berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan

Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet

Perkembangan PDRB menurut pengeluaran ADHB secara triwulanan

tahun 2019 cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya kecuali

komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 124 persen

13

Tabel II4

PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

` Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)

I II III IV

1 Konsumsi Rumah Tangga 2785 2847 2817 2824

2 Konsumsi LNRT 066 069 067 072

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

496 531 634 746

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1604 1634 1727 1851

5 Perubhan Inventori 166 (093) - 141

6 Ekspor 432 685 646 638

7 Impor 337 613 524 686

PDRB 4689 5060 5452 5586

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Distribusi PDRB (ADHB) menurut pengeluaran selama tahun 2018 dan

tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel I5

Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

No Komponen 2018 2019

(triliun Rp)

() (triliun Rp)

()

1 Konsumsi Rumah Tangga 10478 5436 11273 5321

2 Konsumsi LNPRT 233 122 274 129

3 Konsumsi Pemerintah 2259 1161 2407 1129

4 Modal Tetap Bruto 6312 3302 6816 3210

5 Perubahan Inventori 257 091 214 098

6 Ekspor Barang dan Jasa 1954 1009 2401 1185

7 (-) Impor Barang dan Jasa 2250 1101 2160 1111

PDRB 19403 10000 21232 10000

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

PDRB (ADHB) Kalbar tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar

Rp1829 triliun (943 persen) menjadi sebesar Rp21232 triliun dibandingkan

tahun 2018 Konsumsi rumah tangga memiliki porsi hingga 5321 persen

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3210 persen dan konsumsi

Pemerintah hanya sebesar 1129 persen Sebagai komponen utama PDRB

konsumsi rumah tangga meningkat sebesar Rp795 triliun (759 persen) seiring

dengan membaiknya tingkat pendapatan per kapita masyarakat Kalimantan

Barat meningkat menjadi sebesar 4188 juta atau 797 persen dari tahun yang

14

lalu namun tidak diikuti kontribusinya yang mengalami penurunan sebesar 115

persen

a) Konsumsi

Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar

2019 terhadap Laju pertumbuhan komponen Konsumsi Rumah Tangga

mengalami penurunan sebesar 068 persen dibandingkan tahun

sebelumnya walaupun dari segi nilai nominal ADHB terjadi peningkatan

sebesar Rp795 triliun atau 759 persen yang disebabkan oleh pergeseran

pola konsumsi masyarakat akibat perkembangan teknologi yakni

pergeseran jenis konsumsi masyarakat dari barang-barang konsumsi

(makanan minuman barang-barang lainnya) kepada kebutuhan lainnya

(jasa kesehatanpendidikanrekreasi)

Tabel I6

Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar 5438 5436 5321

2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 9651 10478 11273

3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 6590 6965 7275

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 456 564 496

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

b) Investasi

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMBT) kontribusinya terhadap PDRB

tahun 2019 adalah sebesar 3210 persen turun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yang sebesar 3302 sementara itu secara nominal berdasarkan

ADHB nilainya naik sebesar Rp504 miliar dan laju pertumbuhan

komponennya turun sebesar 143 persen dibandingkan dengan tahun 2018

Tabel I7

Pengaruh Komponen PMTB terhadap PDRB Kalimantan Barat 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 3371 3302 3210

2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 5982 6312 6816

3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 3930 4041 4097

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 233 282 139

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat

pada tahun 2019 mencapai sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25

15

triliun atau 1897 persen dibandingkan dengan tahun 2018 Realisasi

investasi PMDN dan PMA belum sesuai dengan target RPJMD Provinsi

Kalimantan Barat yang ditetapkan sebesar sebesar Rp1875 triliun

Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing

sebesar Rp799 triliun mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya Rp14 triliun sedangkan realisasi investasi PMDN sebesar

Rp769 triliun juga mengalami penurunan sebesar Rp11 triliun Hal ini terjadi

tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa

mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah yang

akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single

Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi

oleh berbagai instansi terkait baik di pusat dan daerah

Grafik II2

Perkembangan Investasi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

SumberBPMPTSP Prov Kalbar

c) Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah pada tahun 2019 memberikan kontribusi

terhadap perekonomian Kalimantan Barat sebesar 1129 persen menurun

dibanding tahun sebelumnya yakni 1161 persen dilihat secara nominal

mengalami kenaikan sebesar Rp148 triliun Laju pertumbuhan mengalami

peningkatan yaitu sebesar 502 persen kebijakan pemerintah pusat yang

cenderung meningkatkan Belanja Negara hingga sebesar Rp87030 miliar

sekitar 287 persen dan juga transfer ke daerah khususnya Dana Desa

sebesar Rp29671 sekitar 1750 persen maka Pemda diharapkan semakin

kreatif dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk pembangunan di

daerah dalam rangka stabilitas pertumbuhan ekonominya

Tabel I8

Pengaruh Komponen Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

16

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 116 1161 1129

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 2059 2259 2407

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1432 1490 1555

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 521 382 502

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

d) Ekspor dan Impor

Kontribusi ekspor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019

sebesar 1185 persen mengalami kenaikan 176 persen dibandingkan tahun

sebelumnya secara nominal terjadi kenaikan sebesar Rp447 triliun

termasuk laju pertumbuhan komponen ekspor juga mengalami kenaikan

sebesar 646 persen dibandingkan tahun 2018

Tabel I9

Pengaruh Komponen Ekspor Barang dan Jasa terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Kinerja ekspor Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai US$116866

juta mengalami kenaikan US$16770 juta dibandingkan dengan tahun 2018

peningkatan didukung oleh naiknya Komoditas ekspor Biji Kerak dan Abu

Logam sebesar US$17422 atau 7871 persen Lemak dan Minyak

HewanNabati sebesar US$5517 atau 7193 persen dan Karet dan Barang

dari karet US$3081 atau 5555 persen dan terjadi penurunan terhadap

volume dan nilai ekspor alumina serta minyak kelapa sawit atau CPO karena

adanya pembatasan dari Uni Eropa

Komoditas ekspor utama adalah Biji Kerak dan Abu Logam sebesar

US$42777 juta Bahan Kimia Anorganik mencapai US$37577 juta serta

Lemak dan Minyak HewanNabati mencapai US$13187 juta dengan negara

tujuan ekspor masih didominasi negara Asia dengan kontribusi sebesar

9642 persen yaitu Tiongkok sebesar US$49979 juta Malaysia sebesar

US$34262 dan India sebesar US$16908 juta

Kontribusi impor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019

sebesar 1111 persen mengalami kenaikan 010 persen dibandingkan tahun

No Komponen 2017 2018 2019

1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar () 796 1009 1185

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1599 1954 2401

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1434 1486 1596

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 4365 366 1012

17

sebelumnya secara nominal terjadi penurunan sebesar Rp090 triliun

demikian juga laju pertumbuhan komponen mengalami penurunan mencapai

586 persen atau 2278 persen dibandingkan tahun 2018 peningkatan

kebutuhan impor utamanya didukung oleh besarnya permintaan barang dan

bahan baku untuk mendukung kegiatan industri pengolahan

Tabel II10

Pengaruh Komponen Impor Barang dan Jasa terhadap PDRB

Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar ()

581 1101 1111

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1823 2250 2160

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1093 1189 1177

4 Laju Pertumbuhan Komponen () -197 2864 586

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Impor Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar US$48225 juta naik

US$1918 juta dibandingkan dengan tahun 2018 komoditas impor utama

adalah Bahan Bakar Mineral sebesar US$19848 juta Mesin-MesinPesawat

Mekanik sebesar US$13410 juta dan Mesin atau Peralatan Listrik sebesar

US$3071 juta Sebagian besar impor berasal dari negara Asia mencapai

9698 persen yaitu Malaysia sebesar US$19561 juta Tiongkok sebesar

US$19516 juta dan Singapura US$4474 juta

Perekonomian Kalimantan Barat selama tahun 2019 menunjukan

perkembangan walaupun tidak sebaik tahun sebelumnya dengan nilai

neraca perdagangan menunjukan surplus sebesar US$68641 juta masih

lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang mengalami surplus sebesar

US$53789

c PDRB per kapita

PDRB per kapita Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 (ADHB) mencapai

Rp4188 juta terjadi peningkatan sebesar 797 persen dibandingkan tahun 2018

namun masih jauh dibawah PDB per kapita nasional yaitu sebesar Rp5910 juta

Peningkatan PDRB per kapita tersebut ternyata belum dinikmati oleh seluruh

lapisan masyarakat karena masih terdapat beberapa masyarakat yang berada

dibawah garis kemiskinan hal ini ditunjukan oleh koefisien gini rasio Kalimantan

Barat 2019 sebesar 0318 yang menunjukan adanya ketimpangan pendapatan

atau kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat artinya pengeluaran

penduduk masih berada kategori ketimpangan yang sedang

18

Tabel II11

PDRB Per Kapita Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

PDRB Per Kapita Kalimantan Barat

Tahun 2017-2019

Uraian 2017 2018 2019

PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku

Nilai (Juta Rupiah) 3598 3879 4188

Nilai (US $) 268929 261953 296000

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 20189(diolah)

212 Suku Bunga

Berdasarkan sumber data Bank Indonesia periode Januari 2019 sd Mei 2019 BI Rate

berada pada level 600 persen kemudian bulan Juni sd September cenderung turun pada

level 575 ndash 525 persen selanjutnya pada bulan Oktober sd Desember 2019 meningkat

hingga level 500 persen Tren menurunnya BI Rate tersebut merupakan antisipasi

terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami penurunan dan sangat

dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Global

Grafik II3

BI Rate Tahun 2019

Sumber data BI 2019 (diolah)

Apabila dicermati bahwa kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal

perekonomian Indonesia merupakan dasar dalam mempertimbangkan penurunan suku

bunga kebijakan Penurunan ini sejalan dengan inflasi yang tetap rendah yaitu kisaran

263 persen dan tetap dapat menarik imbal hasil aset keuangan domestik Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut diantaranya

1 Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang diperkirakan

akan menahan suku bunga di level 15-175 hingga akhir tahun 2020 Hal ini di

19

dorong perekonomian AS masih tumbuh kuat berkisar 2 dengan inflasi 18 yang

artinya perekonomian AS masih ekspansif

2 Di sisi lain kesepakatan perang dagang antara AS dan China tekanan Brexit yang

menurun serta risiko geopolitik yang juga mereda turut memberikan pijakan bagi

bank-bank sentral untuk tidak mengubah arah kebijakan (stance) suku bunga

acuannya

3 Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor eksternal

yakni adanya kecenderungan bank-bank sentral menahan suku bunga acuan

lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya yang masih sesuai dengan

target

4 Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan perkiraan inflasi yang

terkendali dalam kisaran sasaran stabilitas eksternal yang terjaga serta upaya

untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah

perekonomian global yang melambat

5 Kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan terus

diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi

213 Inflasi

Secara umum laju inflasi Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 263 persen dibawah

laju inflasi nasional yaitu 268 persen laju inflasi tahun 2019 ini lebih rendah dibandingkan

dengan dua tahun sebelumnya yaitu 399 persen (tahun 2018) dan 383 persen (tahun

2017)

Grafik I4

Inflasi Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2017-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif

begitu pula inflasi nasional Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen

lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang hanya mencapai 055 persen

Tekanan inflasi ini terjadi adanya peningkatan pada kelompok bahan makanan yang

disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok makanan jadi

20

minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan legislative

yang dilakukan serempak pada tahun 2019 turut mendorong risiko tekanan pada

kelompok makanan Disisi lain Kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan

pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen atau terjadi kenaikan indeks

dari 13658 pada November 2019 menjadi 13829 pada Desember 2019 hal tersebut

dipengaruhi tingginya permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara

tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan ban luar mobil selama periode

Desember dan Tahun Baru pergerakan inflasi bulanan seperti pada tabel dibawah ini

Grafik I5

Laju Inflasi bulanan dan tahunan Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2018-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

Terkendalinya laju inflasi tidak terlepas dari keberadaan forum Tim Pengendalian

Inflasi Daerah (TPID) Kalbar yang dibentuk sebagai wadah koordinasi guna menjaga

kestabilan dan keterjangkauan harga di seluruh wilayah Provinsi Kalbar beberapa upaya

dalam mengendalikan inflasi di Kalimantan Barat antara lain

1 TIPD memfokuskan terutama memitigasi risiko kenaikan harga serta kelancaran

distribusi pasokan bahan pangan

2 Dalam rangka memitigasi risiko kenaikan harga serta distribusi pasokan bahan

pangan strategis tersebut adanya kebijakan yang memacu peningkatan produksi

bahan pangan dan menjaga kelancaran distribusi

3 Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan

komoditas harus diatur oleh pemerintah karena pada dasarnya inflasi sangat terkait

daya beli Daya beli akan membaik jika inflasi rendah dan stabil Daya beli ini juga

mencerminkan miskin tidaknya suatu masyarakat

4 Agar tingkat inflasi bisa dikendalikan mengajak para pengusaha dalam menentukan

harga perlu mempertimbangkan daya beli konsumen Sedangkan untuk konsumen

sendiri harus mampu mengatur tingkat konsumtif

21

214 Nilai Tukar

Menurut data Bank Indonesia (berdasarkan kurs akhir bulanan) nilai tukar Rupiah

terhadap Dolar AS bergerak melemah puncaknya pada bulan Mei 2019 dan selanjutnya

terjadi koreksi pada akhir tahun (Desember) berangsur-angsur kembali menunjukan

perbaikan

Grafik I6

Nilai Tukar US Dolar Terhadap Rupiah Tahun 2019

Sumber data BI 2019

Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka

Rp14313- per US Dollar dan menunjukan perbaikan sampai dengan bulan Juli hingga

menyentuh pada level Rp13956- per US Dollar namun kembali melemah pada Agustus

2019 pada level Rp14166- per US Dollar dan menguat pada akhir tahun 2019 pada

Rp13831- per US Dollar

Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank

Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral

Amerika) yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi

negara maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang

negara emerging market termasuk Rupiah dan disamping juga pengaruh melemahnya

dolar AS terhadap semua mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak

menaikkan tingkat suku bunga terdapat beberapa faktor yang mendorong pergerakan

nilai tukar menjadi stabil dan menguat antara lain

1 Kebijakan suku bunga Tanah Air sudah membuat imbal hasil aset keuangan

Indonesia termasuk obligasi menjadi menarik arus modal asing masuk ke Indonesia

dan menambah pasokan valas di dalam negeri

2 Tingkat kenaikan suku bunga di dunia khususnya di Amerika yang lebih rendah dari

yang diperkirakan

3 Defisit neraca perdagangan atau transaksi berjalan Indonesia yang lebih rendah

dari tahun lalu

22

4 Pasar semakin berkembang di mana saat ini terdapat pasar SWAP dan pasar

transaksi forward atau yang disebut domestic non delivery forward (DNDF)

sementara sebelumnya transaksi valas hanya di pasar tunai atau spot

22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN

221 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Human Development Index (HDI)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo

terjadi peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun

2018 (berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional

7081 Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni

sebesar 6720 poin

Dalam kurun waktu 2014-2018 angka IPM Kalbar mengalami tren perbaikan dan

berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah

masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun

Grafik II7

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2014 sd 2018

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

Rendahnya IPM Kalimantan Barat jika dibandingkan dengan IPM provinsi lain

karena keterbatasan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan

pendidikan dan pekerjaan

Tabel II12

Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2016 sd 2018

No Keterangan 2016 2017 2018

1 Angka harapan hidup (tahun) 6990 6992 7018

2 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 698 705 712

3 Pengeluaran per Kapita Rp (000) Disesuaikan 8348 8472 8860

4 IPM (indek) 6588 6626 6698

5 Peringkat IPM 29 30 30

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

23

Pembangunan Manusia Kalimantan Barat pada tahun 2018 terus mengalami

kemajuan hal ini disebabkan telah berhasil meningkatan 3 aspek esensial diantaranya

angka harapan hidup tumbuh sebesar 037 persen per tahun rata-rata lama sekolah

tumbuh sebesar 192 persen dan pengeluaran per kapita meningkat sebesar 185

persen Pada periode tahun 2018 terdapat 3 (tiga) kabkota dengan pembangunan

manusia yang paling cepat yaitu Kab Mempawah (141 persen) Kab Sintang (141

persen) dan Kab Kubu Raya (139 persen) hal tersebut didorong oleh meningkatnya

dimensi pendidikan di wilayah tersebut sebagaimana pada tabel berikut

Tabel II13

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalbar dan Kabupatenkota 2015-2018

No KabKota 2015 2016 2017 2018

1 Sambas 6414 6494 6592 6661

2 Bengkayang 6465 6545 6599 6685

3 Landak 6412 6458 6493 6545

4 Mempawah 6337 6384 6400 6490

5 Sanggau 6305 639 6461 6515

6 Ketapang 6403 6474 6571 6641

7 Sintang 6418 6478 6515 6607

8 Kapuas Hulu 6373 6383 6418 6503

9 Sekadau 6234 6252 6304 6369

10 Melawai 6378 6425 6443 6505

11 Kayong Utara 6009 6087 6152 6182

12 Kubu Raya 6502 6554 6631 6723

13 Kota Pontianak 7752 7763 7793 7856

14 Kota Singkawang 7003 701 7025 7108

15 KALIMANTAN BARAT 6559 6588 6626 6698

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 2019 BPS

Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengalokasikan Dana Transfer

khususnya DAK Fisik dan Dana Desa yang diharapkan penggunaan dan hasil program

pembangunannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat

222 Tingkat Kemiskinan

Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat mengalami fluktuatif baik dari sisi

jumlah maupun prsentasenya Selama tahun 2019 jumlah penduduk miskin telah

24

dapat ditekan cukup signifikan dari 378410 orang menjadi 370470 0rang

Penurunan terjadi pada penduduk miskin di pedesaan berkurang sebanyak 8580

orang sedangkan penduduk miskin di perkotaan bertambah sebanyak 640 orang

hal ini menunjukan kemampuan perekonomian masyarakat pedesaan mulai

membaik

Grafik II8

Jumlah Penduduk Miskin

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Adapun tingkat kemiskinan Kalimantan Barat bulan September 2019 sebesar

728 persen menurun jika dibandingkan dengan Maret 2019 sebesar 749 persen

namun masih di bawah tingkat kemiskinan nasional sebesar 922 persen

sebagaimana tabel berikut

Grafik II9

Tingkat Kemiskinan

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Garis kemiskinan Kalimantan Barat cenderung meningkat setiap periode pada

bulan September 2019 sebesar Rp452899 per kapitabulan meningkat Rp14344

dibandingkan bulan Maret 2019 sebesar Rp438555 Garis Kemiskinan Makanan

memiliki peranan 7765 persen sedangkan selebihnya 2235 persen adalah Garis

Kemiskinan Bukan Makanan Apabila dilihat secara regional Kalimantan Garis

Kemiskinan Kalbar adalah yang terendah dan belum beranjak dari tahun ketahun

yaitu hanya sebesar Rp452899- per kapitabulan dan yang tertinggi adalah

25

Kalimantan Utara sebesar Rp667833- perkapitabulan sementara itu nasional

adalah sebesar Rp440538- perkapitabulan

223 Ketimpangan (Gini Ratio)

Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik

apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan

masih lebih baik dari pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380)

Ketimpangan pendapatan terjadi karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan

faktor produksi sehingga pihak-pihak yang memiliki faktor produksi akan

memperoleh pendapatan yang lebih banyak

Grafik I10

Koefisien Gini Rasio Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Pemerintah memiliki peranan penting dalam melakukan distribusi pendapatan

melalui kebijakan fiskal Usaha yang dapat dilakukan adalah meratakan kepemilikan

faktor produksi dengan menetapkan pajak progresif atas pendapatan dan kekayaan

masyarakat berpenghasilan tinggi sedangkan masyarakat berpenghasilan rendah

dapat diberikan kredit lunak sebagai modal usaha dan peningkatan kualitas sumber

daya manusia melalui program pendidikan pelatihan dan peningkatan layanan

kesehatan

224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran

Angkatan kerja Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai 2479 ribu orang

meningkat 28 ribu orang dibandingkan tahun 2018 Dari jumlah tersebut 9556

persen bekerja sedangkan 444 persen menganggur Kenaikan angkatan kerja pada

tahun 2019 belum sepenuhnya terserap pada lapangan kerja yang tersedia

sebagaimana grafik berikut ini

Grafik I11 Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

26

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat 2018 BPS

23 EFFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN

REGIONAL

Pemda Provinsi Kalimantan Barat melalui RPJMD 2019 ndash 2023 yang dijabarkan

kedalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) telah menetapkan Kebijakan Pembangunan

Ekonomi Makro melalui penetapan serangkaian sasaran indikator makro pembangunan

perekonomian Kalimantan Barat

Prospek pembangunan ekonomi Kalimantan Barat diharapkan selalu mengalami

pertumbuhan dalam arti luas dan berkualitas yaitu

Persentase penduduk di atas 15 tahun yang bekerja menurut Status pekerjaan

didominasi status pekerjaan Utama sebagai BuruhKaryawanPegawai sebanyak

874357 orang atau 3691 persen selanjutnya berusaha sendiri sebanyak 518381

orang atau 2188 persen Pekerja Keluargatak dibayar sebanyak 391053 orang atau

1651 persen dan Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar sebanyak

387960 atau 1638 persen Status pekerjaan utama secara umum mengalami

perubahan jika dilihat kondisi bulan Agustus 2019 dari 7 (tujuh) Status terdapat 3

(tiga) mengalami peningkatan diantaranya yang tertinggi dalam penyerapan tenaga

kerja adalah melalui berusaha sendiri sebesar 1395 persen Pekerja bebas non

pertanian sebesar 945 persen dan Berusaha dibantu buruh tetap sebesar 604 persen

sementara itu yang mengalami penurunan adalah Berusaha dibantu Buruh Tidak

TetapBuruh tidak dibayar sebesar 691 persen Pekerja bebas pertanian sebesar 368

persen Pekerja Keluargatak dibayar sebesar 327 persen dan

BuruhKaryawanPegawai sebesar 080 persen

27

Tabel II14

Prosentase Penduduk gt 15 Tahun Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2019

No Status Pekerjaan Utama

Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan

()

2015 2016 2017 2018 2019

1 Berusaha Sendiri 477000 476969 482849 454906 518381 1395

2 Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar

402000 402219 363557 416748 387960 -691

3 Berusaha dibantu Buruh Tetap

97000 97192 63913 69429 73625 604

4 BuruhKaryawanPegawai 776000 776498 824430 881446 874357 -080

5 Pekerja Bebas Pertanian 132000 131695 167142 54279 52284 -368

6 Pekerja Bebas Non Pertanian

- - - 65798 71355 845

7 Pekerja Keluargatak Dibayar

403000 403250 401307 404275 391053 -327

Total 2288000 2287823 2303198 2346881 2369015 094

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Salah satu indikator penting dalam ketenagakerjaan adalah TPAK (Tingkat

Partisipasi Angkatan Keraj) Yaitu rasio dalam persen antara jumlah angkatan kerja

terhadap penduduk usia kerja (15 tahun) TPAK Kalimantan Barat periode Agustus

2019 sebesar 6830 persen dan jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6865

persen terjadi penurunan Indikator lain yang cukup penting adalah TPT (Tingkat

Pengangguran Terbuka) yaitu rasio dalam persen antara jumlah pengangguran

terhadap angkatan kerja Angka TPT Kalimantan Barat sebesar 445 persen atau

turun 019 persen terhadap periode Agustus 2018 sebesar 426 persen Kondisi ini

menunjukan ke arah perbaikan walaupun belum dapat mengimbangi peningkatan

jumlah penduduk usia kerja yang bukan merupakan angkatan kerja sebanyak 31000

orang disisi lain adanya kesempatan untuk melakukan pengembangan usaha sendiri

1) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong mengatasi kesenjangan seperti

kesenjangan antar wilayah (kabupatenkota) dan kesenjangan antar sektor

pembangunan

2) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong pengurangan Angka

Kemiskinan

3) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong membuka kesempatan kerja

sekaligus upaya Pengurangan Angka Pengangguran

28

Tabel II15

Perkembangan Capaian Indikator Sasaran Ekonomi Kalbar Tahun 2019

No INDIKATOR 2017 2018 2019

TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI

1 Angka Pertumbuhan Ekonomi ()

512 517 594 506 534 500

2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

6717 6626 6656 6698 6720 na

3 Angka Kemiskinan ()

800 788 672 737 751 728

4 Angka Pengangguran ()

463 436 341 426 419 445

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat Tahun 2019 dan BPS Kalbar (diolah)

a) Asumsi dasar penetapan sasaran pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada

tahun 2019 adalah peningkatan investasi sehingga sektor riil semakin tumbuh dan

berkembang termasuk peran pemerintah dalam mendorong Pembentukan Modal

tetap Bruto melalui pembangunan proyek infrastruktur dan selanjutnya adalah upaya

peningkatan berbagai komoditas utama ekspor menjadi fokus utama paska larangan

ekspor hasil tambang mentah selanjutnya pertumbuhan ekonomi ditargetkan

sebesar 534 persen

Berdasarkan data dari BPS bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat

tahun 2019 adalah sebesar 500 persen lebih rendah dari target yang ditetapkan

sebesar 534 persen capaian tahun ini sama dengan capaian tahun 2018 tidak

berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan Kondisi tersebut mengindikasikan

bahwa dalam menentukan target didalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) belum

sesuai asumsi dasar dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah

kemungkinan dari pergerakan ekspor komoditas utama Kalbar yaitu produk karet dan

CPO yang mengalami hambatan

b) Pencapaian sasaran indikator makro pembangunan perekonomian Kalimantan Barat

tahun 2019 secara umum belum mencapai target yang telah disepakati Hal ini perlu

menjadi perhatian Pemda Prov Kalbar dalam menentukan target pencapaian makro

ekonomi hendaknya berdasarkan pertimbangan yang realistis serta berupaya

menggali potensi ekonomi demi pencapaian target yang telah ditetapkan

Vihara SingkawangKo t a Se r i b u K l e n te n g m e r u pa k a n ju l u k a n Ko t a Singkawang Kota Singkawang menjadi salah satu d a e r a h y a n g b a n y a k d i d i a m i k e t u r u n a n e t n i s Tionghoa

BAB III

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

APBN TINGKAT

REGIONAL

28

31 APBN TINGKAT PROVINSI

Untuk mendukung tercapainya program pembangunan tahun 2019 Provinsi Kalimantan

Barat memperoleh alokasi belanja pemerintah pusat (KL) sebesar Rp1049 triliun dengan

realisasi Rp968 triliun Sedangkan alokasi belanja transfer ke daerah mencapai Rp2098

triliun dengan realisasi Rp2034 triliun

Tabel III1 Postur APBN di Kalbar Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)

Uraian Pagu Tahun 2018

Realisasi Tahun 2018

Pagu Tahun 2019

Realisasi Tahun 2019

Pendapatan Negara 808350 768292 89 890381 810926 1098

a Pendapatan Perpajakan 762842 682135 89 837405 728548 8700

- Pajak dalam negeri 730289 641160 88 783956 667813 8219

- Pajak perdagangan internasional

32553 40975 126 53449 60735 114

b PNBP 45508 86157 189 52976 82378 156

Belanja Negara 3073921 2965481 96 3147383 3002273 9537

Belanja Pemerintah Pusat 1113142 1036601 93 1049477 968007 9224

Transfer ke Daerah dan Dana Desa

1960779 1929626 98 2098406 2034266 9694

Sumber OMSPAN Monev Pa Mebe (diolah)

Dari data diatas dapat diketahui pendapatan negara terealisasi Rp810 triliun atau 109

persen dari target yang telah ditetapkan Realisasi tersebut meningkat 426 miliar atau 555

persen dibanding pendapatan tahun 2018 Penerimaan perpajakan masih menjadi sumber

utama pendapatan negara dengan kontribusi sebesar 82 persen Realisasi pendapatan

pajak tahun 2019 sebesar Rp728 triliun terdiri pajak dalam negeri sebesar Rp667 triliun dan

pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar

Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019

yaitu sebesar Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL)

sebesar Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun

Realisasi Belanja pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer

ke Daerah dan dana desa terealisasi Rp2034 triliun

29

32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Pendapatan pemerintah pusat yang dihimpun di Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari

penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

321 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi

Salah satu sumber penerimaan negara terbesar berasal dari penerimaan perpajakan

Penerimaan perpajakan adalah penerimaan negara yang terdiri atas pajak dalam negeri

dan pajak perdagangan internasional

Tabel III2 Penerimaan Pajak Dalam Negeri di Kalimantan Barat Tahun 2019 (dalam miliar)

SumberSPAN (diolah)

322 Penerimaan Perpajakan

Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa total realisasi penerimaan perpajakan

di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728 triliun naik 672 persen jika dibandingkan

dengan penerimaan tahun 2018 Dari total penerimaan perpajakan tahun 2019 tersebut

pajak dalam negeri memberikan kontribusi sebesar 9166 persen sedangkan pajak

perdagangan internasional sebesar 834 persen Untuk penerimaan Pajak Dalam Negeri

tahun 2019 sebesar Rp667 triliun mengalami kenaikan Rp26108 miliar atau 407 persen

jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya PPh merupakan penyumbang

penerimaan yang terbesar yakni Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak

Penghasilan (PPn) yakni Rp307 triliun atau 46 persen

Meskipun secara nominal terjadi peningkatan penerimaan pajak di Kalimantan Barat

namun ada beberapa hambatantantangan pencapaian target penerimaan antara lain

adanya ketentuan dibidang pertambangan tentang larangan ekspor mineral mentah

(miliar )No

Pendapatan Perpajakan Target Tahun

Realisasi 2018

Target Tahun Realisasi

2018 2019 Tahun 2019

Pajak Dalam Negeri 730289 641160 783956 667813

1 Pajak Penghasilan (PPh) 373769 302324 370451 320325

2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 328396 305118 376150 307117

3 Pajak Bumi Bangunan (PBB) 16606 25258 26445 30964

4 Pajak lainnya 10638 7423 9287 8403

5 Cukai 880 1037 1623 1001

Pajak Perdagangan Internasional 32553 40975 53448 60735

6 Bea Masuk 3289 3865 3263 3288

7 Bea Keluar 29264 37110 50186 57446

Total Perpajakan 762842 682135 837404 728548

30

sehingga berpengaruh terhadap omset perusahaan di bidang pertambangan dan sektor

pendukungnya penurunan harga sawit yang berpengaruh pada omset dan laba

perusahaan di sektor perkebunan dan industri pengolahan

Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar

meningkat signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018

Dengan perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288

miliar atau 541 persen Didalam pelaksanaan pengawasan kepabeanan cukai terdapat

isu strategis yakni adanya jalur tikus dan jalur gajah yang dijadikan jalur penyelundupan

barang impor di perbatasan Indonesia ndash Malaysia untuk itu perlu dipetakan ulang titik

rawan di perbatasan terutama yang melintasi perkebunan kelapa sawit dengan

melibatkan Kodam Tanjungpura pemilik lahan dan perusahaan kebun sawit

Jika diurai berdasarkan lokasi penerimaan pajak paling banyak disumbangkan oleh

Kota Pontianak sebagai pusat aktivitas perdagangan dan jasa dengan kontribusi

penerimaan sebesar 4270 persen dari total penerimaan pajak di Provinsi Kalimantan

kemudian Kab Ketapang yang didukung dengan keberadaan kawasan industri Ketapang

memberikan kontribusi penerimaan terbesar kedua sebesar 1171 persen Sedangkan

daerah dengan kontribusi penerimaan pajak terkecil adalah Kab Kayong Utara dengan

kontribusi sebesar 094 persen dari total realisasi tahun 2019

Grafik III1

Penerimaan Pajak KabKota 2019

Sumber Kanwil Pajak Prov Kalbar

Untuk melihat kinerja perpajakan selain dari total realisasi pajak juga dilhat dari

perkembangan PDRB daerah tersebut hal ini terwujud dalam tax ratio

00050000

100000150000200000250000300000350000

31

Tabel III3

Perkembangan Tax Ratio Prov Kalbar

Tahun PDRB ADHB Penerimaan Perpajakan Tax ratio

2017 17749365 587434 0033

2018 19419496 642197 0033

2019 21231843 666809 0031

Dari tabel diatas terlihat bahwa meskipun realisasi penerimaan pajak mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya namun tax ratio justru mengalami penurunan ini

terjadi karena rasio penerimaan pajak yang semakin kecil terhadap pertumbuhan PDRB

kalbar Untuk itu perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya

identifikasi dan penggalian potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian

potensi pajak pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara

Pemerintah Pusat maupun Daerah dan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan

adanya regulasi untuk melakukan Rekonsiliasi penerimaan pajak antara DJP dengan

pemerintah daerah

323 Penerimaan Negara Bukan Pajak

a Perkembangan PNBP per Jenis PNBP

Penerimaan PNBP berdasarkan jenis PNBP di wilayah Provinsi Kalimantan Barat

hanya terdiri atas PNBP lainnya dan PNBP BLU Tidak terdapat penerimaan PNBP dari

sumber daya alam (SDA) meskipun di wilayah Kalimantan Barat terdapat usaha

pertambangan hal ini dikarenakan penerimaan PNBP sumber daya alam merupakan

penerimaan terpusat dan langsung masuk ke Bagian Anggaran Bendahara Umum

Negara (99999)

Tabel III4

Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat tingkat di Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)

Penerimaan PNBP 2017 2018 2019

Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi

PNBP Lainnya 30108 55263 11727 38725 13991 42092

Pendapatan BLU 5336 6858 33781 47426 38885 40282

Pendapatan SDA - - - -

Bagian Pemerintah atas laba BUMN

- - - -

Jumlah PNBP Kalbar 35444 62121 45508 86151 52876 82375

Sumber SPAN (diolah)

Secara keseluruhan penerimaan PNBP selama tahun 2019 mengalami penurunan

dibandingkan dari tahun sebelumnya sebesar Rp3776 miliar atau 43 persen Komposisi

32

penerimaan PNBP terdiri Pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen

dari total penerimaan PNBP dan PNBP BLU sebesar 49 persen

b Perkembangan PNBP Fungsional

PNBP dapat dibedakan sesuai dengan fungsi KementerianLembaga yang disebut

dengan PNBP Fungsional PNBP Fungsional adalah penerimaan yang berasal dari

pungutan kementerian Negaralembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan

tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat

Tabel III5

Penerimaan PNBP Fungsional terbesar Provinsi Kalbar

URAIAN 2017 2018 2019

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Pendapatan Kepolisian 375 13146 359 14004 13532

Pendapatan jasa bandara kepelabuhan perkapalan amp kenavigasian

3554 3763 3717 5772 6090

Pendapatan pendidikan 12868 24636 4964 4990 5892

Sumber SPAN (diolah)

Tahun 2019 pendapatan PNBP Kepolisian merupakan penyumbang terbesar PNBP

fungsional di Kalimantan Barat sebesar Rp13532 miliar mengalami penurunan 337

persen dibanding tahun sebelumnya Sebagian besar pendapatan PNBP Kepolisian di

peroleh dari pendapatan BPKB pendapatan STNK pendapatan TNKB (Tanda

Kendaraan Bermotor) dan pendapatan SIM Pendapatan fungsional terbesar

selanjutnya adalah pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian yang

menyumbangkan penerimaan sebesar Rp6090 miliar meningkat sebesar 551 persen

dibanding penerimaan tahun sebelumnya Sebagian besar penerimaan PNBP

pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian diperoleh dari pendapatan

kepelabuhan yang menyumbang angka sebesar Rp3756 miliar atau 6167 persen

disusul pendapatan Navigasi sebesar Rp938 miliar atau 1541 persen pendapatan

Bandar Udara sebesar Rp741 miliar atau 1219 persen dan Pendapatan kepelautan

Rp653 miliar atau 1073 persen Pendapatan kepelabuhan berpotensi untuk meningkat

ditahun tahun selanjutnya dengan rencana pengembangan kapasitas pelabuhan

Pontianak yang di mulai dengan pembangunan pelabuhan (terminal) Kijing yang

berlokasi di wilayah Kabupaten Mempawah dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional

(PSN)

c Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional

33

Tabel III6

Rasio Pendapatan Perpajakan PNBP PAD terhadap PDRB di Kalbar

Tahun Perpajakan PNBP PAD PDRB Perpajakan PDRB

PNBPPDRB PADPDRB

2019 728548 82375 404671 21232 0041 00046 0022

2018 682135 86157 404753 19403 0035 00044 0020

2017 564801 62121 346442 17747 0031 00034 0019

Sumber SPAN (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ditahun 2019 penerimaan perpajakan

memberikan kontribusi sebesar 0041 terhadap pertumbuhan ekonomi regional di

Kalbar sedangkan PAD terhadap PDRB sebesar 0022 dan PNBP terhadap PDRB

sebesar 00046 Hal ini berarti penerimaan Perpajakan masih lebih dominan dalam

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Kalimantan

Barat dibandingkan dengan PAD maupun PNBP

33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Belanja pemerintah pusat adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pengeluaran pemerintah pusatBelanja pemerintah pusat meliputi belanja pemerintah pusat

menurut organisasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi dan belanja pemerintah pusat

menurut jenis belanja

Belanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus

fiskalSalah satunya yang populer pada saat krisis ekonomi adalah instrumen ekonomi

berupa stimulus fiskalSecara garis besar komposisi dari stimulus fiskal adalah berupa

pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increased spending)

1 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian

AnggaranKementerianLembaga

Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja yang dialokasikan

kepada kementerianlembaga dan bagian anggaran Bendahara Umum Negara alokasi

dan realisasi untuk tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel III7

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran

Di Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)

KementerianLembaga 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 019 019 034 034 100

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

8986 6776 6554 5939 91

34

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 063 058 053 053 100

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

1656 1489 2119 2066 97

BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1809 1688 1678 1631 97

BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

893 869 718 712 99

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2337 2269 2605 2507 96

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM 25996 20580 20724 14531 70

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

2267 2249 2447 2425 99

BADAN PUSAT STATISTIK 9929 9330 10042 9785 97

BADAN SAR NASIONAL 2596 2496 2095 2071 99

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 11733 107`09 10304 10023 97

KEMENTERIAN AGAMA 105528 99485 107273 104645 98

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANGBPN

22191 19497 26745 21446 96

KEMENTERIAN DALAM NEGERI 5305 5182 5575 5534 99

KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

11878 10018 7004 6701 96

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI

19760 19520 17892 1767 99

wKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 9912 8947 9082 873 96

KEMENTERIAN KESEHATAN 18912 15585 1327 1195 90

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 477 465 776 738 95

KEMENTERIAN KEUANGAN 19722 18340 18519 18265 99

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

786 762 82 796 97

KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH

414 411 318 314 99

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

21053 17521 29928 2792 93

KEMENTERIAN PARIWISATA 234 204 16 151 94

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

295402 270419 25507 206714 81

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

208 201 17 149 88

KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 419 382 336 286 85

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

9004 8609 9374 8904 85

KEMENTERIAN PERDAGANGAN 3793 3074 1384 1282 95

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

095 074 095 089 94

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 56637 52411 40961 40112 98

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 3156 2842 4913 4716 96

KEMENTERIAN PERTAHANAN 123999 121577 161533 157833 98

KEMENTERIAN PERTANIAN 45315 40040 23066 19721 85

35

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

67556 65360 78313 68767 88

KEMENTERIAN SOSIAL 1954 1944 1971 1952 99

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 123274 123185 117803 125376 106

KOMISI PEMILIHAN UMUM 61742 56110 37842 35936 95

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

683 661 744 739 99

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

2135 2060 2095 1894 90

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA

1380 1375 1352 1352 100

MAHKAMAH AGUNG 11837 11716 12511 1233 99

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

097 092 052 05 96

TOTAL BELANJA KL 1113142 1036601 1049477 968007 92

BENDAHARA UMUM NEGARA 415295 397582 460736 443502 92

TOTAL BELANJA KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510213 1411486 9346

Dibandingkan tahun 2018 terdapat penurunan pagu sebesar 12 untuk tahun 2018

dan terdapat penurunan realisasi sebesar 14 dibandingkan tahun 2018 Berdasarkan

tabel diatas Untuk Pagu Kementerian dan Lembaga Kementerian PUPR mendapat

alokasi pagu anggaran yang paling tinggi dengan persentase sebesar 2430 Hal ini

menunjukan di Provinsi Kalimantan Barat prioritas pembangunan masih dititik beratkan

pada sektor infrastruktur Dari dana APBN 2019 pada Provinsi Kalimantan Barat satuan

kerja (satker) di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)

belanja modal sebesar Rp 159 triliun Belanja modal pada satker lingkup Kementerian

PUPR tersebut memberikan kontribusi sebesar 6649 dari belanja modal yang dikelola

satuan kerja lainnya di wilayah pembayaran KPPN se-Kalbar Hal ini menunjukkan

perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang memberikan kontribusi

terhadap pertumbuhan perekonomian di Kalbar

Terdapat 10 KL yang memperoleh alokasi anggaran belanja terbesar dengan total

mencapai Rp878 triliun (5817) yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan

rakyat Kemenhan Polri Kemenag Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan

Tinggi Kementerian Perhubungan KPU Kementerian Agraria amp Tata Ruang

Kementerian Pertanian

36

Berikut ini adalah sepuluh kementerian dengan pagu terbesar

Tabel III8

Tingkat Penyerapan 10 KL Pagu Terbesar 2019 (miliar)

No Nama KL (BA) Pagu Realisasi

1 Kementerian PUPR (033) 255070 206714 8104

2 Kemenhan (012) 161533 157833 9771

3 Kepolisian RI (060) 117803 125376 10643

4 Kemenag (025) 107273 104645 9755

5 Kementerian Ristekdikti (042) 78313 68767 8781

6 Kementerian Perhubungan (022) 40961 40112 9793

7 KPU (076) 37842 35936 9496

8 Kementerian Lingkungan Hidup amp Kehutanan (029) 29928 27920 9329

9 Kementerian Agraria amp Tata Ruang (056) 26745 21446 8019

10 Kementerian Pertanian (018) 23066 19721 8550

Sumber MEBE (diolah)

Jika diperhatikan jumlah alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat di 10 KL

dengan pagu terbesar dimaksud mencapai lebih dari 58 terhadap semua pagu

anggaran KL Untuk itu capaian realisasinya tentu akan mempengaruhi keseluruhan

realisasi penyerapan KL yang ada di Kalbar sehingga perkembangan pelaksanaan

anggaran satker-satker 10 KL dengan pagu tertinggi tersebut harus memperoleh

pengawasan yang lebih intensif dari Kanwil DJPB

2 Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Fungsi

Belanja Pemerintah Pusat (KL) dan juga belanja DDDF terbagi menjadi 11 fungsi

yaitu Pelayanan Umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan

Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama

Pendidikan serta Perlindungan Sosial dengan perbandingan pagu dan realisasi dalam

tahun 2018 dan 2019 sebagai berikut

Tabel III9

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi (Miliar Rp)

NAMA FUNGSI Pagu 2018

Realisasi 2018

Pagu 2019

Realisasi 2019

PELAYANAN UMUM 541846 510882 557364 531175

EKONOMI 377115 340751 232428 203287

PENDIDIKAN 185385 175208 231675 203287

PERTAHANAN 123999 121578 161533 157833

KETERTIBAN DAN KEAMANAN 168413 166821 160188 167029

37

PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 50667 47185 72454 62653

LINGKUNGAN HIDUP 37100 33230 53964 46742

AGAMA 22238 17374 19467 18874

KESEHATAN 19263 18808 18897 17252

PERLINDUNGAN SOSIAL 2162 2145 2141 2101

PARIWISATA DAN BUDAYA 249 216 175 165 TOTAL 1528437 1434183 1510213 1414486

Sumber Monev PA diolah

Pada tahun 2018 dan juga 2019 alokasi anggaran didominasi oleh fungsi pelayanan

Umum Ekonomi dan Pendidikan Pengelompokan anggaran menurut Fungsi memiliki

pengertian perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan

dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional Pengelompokan ini juga

bertujuan untuk melihat besaran alokasi anggaran menurut organisasi

KementerianLembaga tugas-fungsi pemerintah dan belanja KementerianLembaga

termasuk menciptakan penganggaran yang lebih tepat sasaran Pada tahun 2019 alokasi

untuk fungsi pelayanan umum sebesar Rp557 triliun (36 persen) ekonomi sebesar

Rp232 triliun (15 persen) dan fungsi Pendidikan sebesar Rp231 triliun (15 persen) Hal

ini menunjukkan bahwa pelaksanaan APBN di Kalimantan Barat lebih terkonsentrasi pada

bidang pelayanan umum ekonomi dan pendidikan yang secara keseluruhan jumlah

alokasi ketiga fungsi tersebut sebesar Rp1021 triliun atau 68 persen

3 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja

Berdasarkan jenis belanja di provinsi Kalimantan Barat terdapat 6 alokasi anggaran

belanja TA 2019 yaitu Belanja Pegawai (51) Belanja Barang (52) Belanja Modal (53)

Belanja Bantuan Sosial (57) Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) Untuk

Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) baru ada pada tahun 2017 2018 dan

2019 Jenis belanja 63 dan 66 baru TA 2017 muncul dikarenakan pencairan Dana

Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa sekarang berada di KPPN daerah

Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan jenis belanja dalam tahun 2018 dan

2019 sebagai berikut

Tabel III10

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rp)

JENIS BELANJA Pagu 2018

Realisasi 2018

Pagu 2019

Realisasi 2019

51 Belanja Pegawai 338030 330072 362333 364892

52 Belanja Barang 438737 400168 445547 406066

335140 305146 240347 195755

57 Belanja Bantuan Sosial 1235 1215 1324 1294

Belanja KL 1113142 1036601 1049477 968007

63 Dana Alokasi Khusus Fisik 245710 228191 261479 244756

38

66 Dana Desa 169585 169391 199257 198746 Belanja KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510287 1411509

Sumber Monev PA diolah

Kenaikan pagu anggaran terjadi untuk jenis belanja Pegawai belanja Barang

belanja bantuan sosial belanja Dana Alokasi Khusus belanja dana desa Belanja Dana

Desa mendapatkan kenaikan paling terbesar yaitu 17 persen disusul belanja bantuan

sosial sebesar 72 persen belanja pegawai naik 72 persen dan belanja barang sebesar

16 persen Jenis Belanja modal mengalami penurunan sebesar 283 persen Selama

TA 2019 Belanja Pegawai telah terserap Rp364 triliun (10071) Belanja barang

terserap Rp406 triliun (9114) belanja modal terserap Rp195 triliun (8145) belanja

bantuan social terserap Rp1215 miliar (9773) dana alokasi fisik terserap Rp244 triliun

(9360) dan penyerapan anggaran dana desa sebesar Rp198 triliun (9974) hal ini

sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun dari pinggiran dengan

memperkuat daerah dan desa yang diharapkan akan berdampak langsung untuk

pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat Pada belanja modal

terdapat penyerapan paling terendah dibandingkan jenis belanja lain

Grafik III1

Perkembangan Pagu dan Realisasi Jenis Belanja Tahun 2019

Sumber Monev PA MEBE diolah

4 Analis belanja pemerintah pusat

Belanja pemerintah pusat

Perbandingan antara alokasi belanja untuk sektor konsumtif dan produktif Sektor

konsumtif merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai administrasi

dan kebutuhan birokrasi seperti gaji tunjangan honor belanja operasional kantor

pengadaan kendaraan dinas Sedangkan sektor produktif antara lain peningkatan mutu

jalan jaringan irigasi intensifikasi dan ektensifikasi pertanian pengadaan traktor untuk

masyarakat

000

5000

10000

15000

0

2000

4000

6000

57 52 53 51 63 66

Pagu Realisasi

39

Tabel III11

Proporsi jenis Belanja Terhadap Total Pagu

Jenis Belanja Pagu Belanja Bantuan Sosial 1324 0

Belanja Barang 445547 30

Belanja Pegawai 362333 24

Belanja Modal 240347 16

Dana Alokasi Khusus Fisik 261479 17

Dana Desa 199257 13

Terlihat dari tabel diatas bahwa belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai

sektor produktif yang diantaranya untuk belanja Modal Dak Fisik Dana Desa mencapai

Rp 7010 triliun atau 4642 persen sedangkan belanja administrasi dan kebutuhan

birokrasi sebesar Rp 809 triliun atau 5358 persen Untuk belanja produktif terbesar

terdapat pada belanja program pengelolaan Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa

sebesar Rp460 triliun Disusul program penyelenggaraan jalan sebesar Rp99873 miliar

program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman sebesar Rp4004

miliar dan program pengelolaan Sumber Daya air Rp19887 miliar Terlihat dari alokasi ini

prioritas pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat di fokuskan pada pembangunan

infrastruktur fisik hal ini sesuai dengan fungsi terbesar yakni Pelayanan Umum

34 TRANSFER KE DAERAH DAN DESA

Dana transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan DAK DAU DBH Dana

perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dan juga antar pemerintah daerah

Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa

Pada tahun 2018 alokasi dana transfer dan Dana Desa ke wilayah Provinsi Kalimantan

Barat sebesar Rp2098 triliun dan terealisasi Rp2033 triliun atau 9692 persen Pada tabel

hellip Disajikan perkembangan Realisasi Dana Transfer pada tahun 2018 dan 2019 untuk

Provinsi Kalimantan Barat

Tabel III12

Perkembangan Dana Perimbangan di Kalimantan Barat

Dana Transfer 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

DBH 74872 74746 102115 69872

DAU 1182060 1182060 1215163 1214704

DAK Fisik 245714 228931 261479 244748

DAK Non Fisik 274246 262035 307639 293909

40

DID 14300 12463 12753 12288

Dana Desa 169586 169391 199257 198745

1960778 1929626 2098406 2034266

Sumber simtrada (diolah)

Secara agregat Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa mengalami kenaikan Alokasi

Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Kalbar pada tahun 2019 sebesar Rp2098

triliun naik 702 persen dibandingkan tahun 2018 Terdapat peningkatan alokasi Dana Desa

Kalbar tahun 2019 sebesar atau Rp29671 miliar atau 1750 persen sejalan dengan

komitmen Pemerintah untuk meningkatkan program pembangunan Indonesia dari pinggiran

Alokasi Dana Desa tahun 2019 di Prov Kalbar sebesar Rp199 triliun yang terbagi untuk

2031 Desa

Terdapat 4 (empat) daerah dengan alokasi pagu dana desa diatas 200 miliar yakni Kab

Sintang Rp33848 miliar Kab Kapuas Hulu Rp26812 miliar Kab Ketapang Rp25583 miliar

dan Kab Sambas Rp20498 miliar Selanjutnya 8 (delapan) daerah lainnya mendapatkan

alokasi pagu dana desa dibawah 200 miliar dengan pagu dana desa terendah pada Kab

Kayong Utara sebesar Rp4868 miliar Alokasi dana desa tersebut diharapkan dapat

menggerakkan roda perekonomian di desa dan menekan kesenjangan pendapatan antara

Desa dan Per Kotaan

Grafik III2

Realisasi Dana Transfer amp Dana Desa KabKota di Kalbar

Sumber data simtrada (diolah)

Berdasarkan grafik III2 terlihat perbandingan realisasi dana transfer amp dana Desa per

Kab di Prov Kalbar Dari total alokasi dana transfer sebesar Rp2098 triliun telah terealisasi

sebesar 2033 triliun dengan realisasi terbesar oleh Pemda Prov Kalbar yakni Rp365 triliun

selanjutnya Kab Ketapang Rp203 triliun dan yang terkecil adalah Kota Singkawang

Rp66459 miliar

Untuk menilai tingkat kemandirian daerah dilakukan dengan cara membandingkan Rasio

PAD dengan Rasio dana transfer Apabila rasio PAD lebih besar dari pada rasio dana transfer

000

500

1000

1500

2000

00050000

100000150000200000250000300000350000400000

41

berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin besar rasio dana transfer berarti tingkat

ketergantungan semakin tinggi

Tabel III13

Rasio Kemandirian Daerah Tahun 2019

Daerah Dana Transfer

PAD Pendapatan APBD

Ratio Dana Transfer thd Pendapatan

APBD

Ratio PAD thd

Pendapatan APBD

Prov Kalbar 365337 23016 595497 3870 61

Ketapang 203045 12753 215798 590 94

Sintang 165917 1721 183127 940 91

Kapuas Hulu 166837 7998 174835 460 95

Sambas 151612 14885 166497 890 91

Sanggau 141399 10287 151686 680 93

Kubu Raya 123841 14675 138516 1060 89

Landak 117304 9284 126588 730 93

Pontianak 100659 47879 148538 3220 68

Melawi 105563 4058 109621 370 96

Mempawah 85957 8757 94714 920 91

Bengkayang 96974 3025 99999 300 97

Sekadau 73392 4535 77927 580 94

Kayong Utara 69504 2533 72037 350 96

Singkawang 66459 1663 83089 2000 80

sumber data LRA Pemda simtrada (diolah)

Dilihat dari rasio Pendapatan Asli Daerah dan Transfer ke Daerah terhadap Pendapatan

APBD dapat dilihat bahwa daerah di wilayah Kalimantan Barat Rasio dana transfer lebih

besar dari pada rasio PAD yang berarti memiliki ketergantungan yang relatif tinggi tehadap

transfer dari Pemerintah Pusat

341 Dana Transfer Umum

a Dana Alokasi Umum

Grafik III3

Realisasi DAU Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan Barat

Sumber data simtrada

00050000

100000150000200000

2018 2019

42

Total realisasi DAU di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp1214 triliun naik 276 persen

dibanding realisasi DAU tahun sebelumnya Dari realisasi DAU tahun 2019 tersebut empat

pemerintah daerah yang realisasi DAU terbesar yaitu Pemprov Kalimantan Barat sebesar

Rp175 triliun diikuti Kabupaten Ketapang sebesar Rp114 triliun Kabupaten Kapuas Hulu

Rp99768 miliar dan Kabupaten Sintang Rp93421 miliar

b Dana bagi Hasil Grafik III4

Realisasi DBH Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan barat

Total realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) tahun 2019 sebesar Rp69872 miliar naik 592 persen

jika dibandingkan dengan alokasi DBH tahun sebelumnya Empat daerah dengan realisasi

DBH terbesar yakni Pemrov Kalimantan Barat sebesar Rp18663 miliar diikuti Kabupaten

Ketapang Rp10844 miliar Kabupaten Sanggau Rp8321 miliar dan Kota Pontianak Rp3910

miliar Kabupaten dengan realisasi DBH terkecil adalah Kota singkawang sebesar Rp1428

miliar Ketapang sebagai Daerah Tingkat II dengan realisasi DBH terbesar merupakan daerah

yang memiliki tambang bauksit dan tambang emas Demikian juga Kabupaten Sanggau

merupakan daerah yang memiliki hasil tambang Bauksit yang nantinya diolah menjadi alumina

(bahan pembuat alumunium) Sedangkan Kota Pontianak merupakan pusat perekonomian

yang memiliki penerimaan pajak PPh terbesar

342 Dana Transfer Khusus

a Dana alokasi Khusus (DAK) Fisik Total DAK Fisik yang dialokasikan pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami

peningkatan sebesar 641 persen atau senilai Rp 15764 miliar dibandingkan tahun 2018

Perkembangan pagu dan realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat

pada tabel berikut

0005000

10000150002000025000

2018 2019

43

Tabel III14

Pagu dan Realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (dalam miliar)

No Pemda 2019 2018

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

1 Kalbar 33283 31974 9607 42384 3843 9067

2 Mempawah 8996 8744 972 11663 11503 9863

3 Kubu Raya 12692 11337 8932 19237 18966 9859

4 Pontianak 8735 7998 9156 7863 7527 9574

5 Sintang 19271 183 9496 21637 20304 9384

6 Melawi 1726 16708 968 10885 10134 931

7 Sambas 20922 19813 947 17156 1659 967

8 Bengkayang 19266 15038 7805 9425 906 9612

9 Singkawang 8532 8042 9426 11478 9596 836

10 Ketapang 32914 31635 9611 175 16616 9495

11 Kayong Utara 11614 10174 876 11582 10958 9461

12 Kapuas Hulu 24632 22911 9301 16723 16494 9863

13 Sanggau 1942 19044 9806 18723 15686 8378

14 Landak 1669 16216 9716 15833 15536 9812

15 Sekadau 7252 6814 9396 13626 1059 7772

JUMLAH 261479 244748 139882 245715 22799 13948

sumber data Omspan

Persentase penyaluran DAK Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 081 persen

dibandingkan tahun sebelumnya Kenaikan ini setara dengan Rp 16758 miliar Pada

tahun 2019 terdapat sisa dana yang tidak direalisasikan sebesar Rp 16731 miliar atau

berkurang dari Rp 17725 miliar pada tahun 2018 Hal ini menunjukkan peningkatan

kinerja penyaluran DAK Fisik Kabupaten Bengkayang memiliki kontribusi terbesar

terhadap DAK Fisik yang tidak disalurkan yaitu Rp 4228 miliar Penyebab DAK Fisik yang

tidak disalurkan ini diakibatkan oleh 2 (dua) hal yaitu efisiensi anggaransisa lelang dan

pekerjaan yang tidak terlaksanagagal lelang Kabupaten Sanggau memiliki kinerja terbaik

dari persepsi penyaluran DAK Fisik dengan penyaluran mencapai 9806 persen dari pagu

disusul Kabupaten Landak dengan penyaluran 9720 persen dari pagu Kinerja yang

kurang memuaskan pada persepsi penyaluran kembali dipegang oleh Kabupaten

Bengkayang dengan penyaluran 7805 persen dari pagu dan disusul oleh Kabupaten

Kayong Utara dengan penyaluran 8760 persen dari pagu

44

b Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami peningkatan dengan total Rp 304 triliun

dibandingkan Rp 274 triliun pada tahun sebelumnya Perkembangan pagu dan realisasi

DAK Non Fisik dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel III15

Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (dalam miliar)

No Pemda 2018 2019

Nilai Realisasi Alokasi Realisasi

1 Kalbar 113996 112406 9861 139515 137565 9860

2 Bengkayang 8909 833 9351 9833 9195 9380

3 Landak 11773 11353 9644 11956 11234 9400

4 Kapuas Hulu 1327 12752 961 14929 13944 9340

5 Ketapang 18288 16832 9204 18552 17909 9653

6 Mempawah 9091 8457 9303 9341 8291 8876

7 Sambas 18854 17923 9506 20014 18553 9270

8 Sanggau 13357 12363 9256 14416 13215 9167

9 Sintang 15969 15216 9529 17253 16504 9570

10 Pontianak 11526 11329 9829 1099 10155 9240

11 Singkawang 5808 537 9247 5832 5093 8732

12 Sekadau 6786 4461 6574 6655 5253 7893

13 Melawi 8733 834 955 9719 9412 9254

14 Kayong Utara 3845 3681 9573 4124 3811 9240

15 Kubu Raya 14042 1322 9415 14511 13778 9490

Jumlah 274246 262035 9555 307639 293909 9550

sumber datasimtrada Omspan (diolah)

Realisasi DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp 31874 miliar atau

1216 persen dibandingkan tahun 2018 Penyaluran DAK Non Fisik pada tahun 2019

sebesar 9554 persen mengalami penurunan 001 persen 44isbanding tahun sebelumnya

yang sebesar 9555 persen Secara nilai Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat

menyumbangkan peningkatan realisasi terbesar yaitu Rp 25159 miliar atau 2238 persen

yang mayoritas berasal dari Dana BOS yaitu sebesar Rp 23722 miliar Kabupaten

Sekadau menjadi Pemerintah Daerah dengan penyerapan DAK Non Fisik terkecil hanya

7893 persen dari alokasi yang tersedia Kecilnya persentase realisasi ini diakibatkan oleh

adanya Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) yang tidak direalisasikan sebesar Rp 1234

miliar Kota Pontianak mengalami penurunan realisasi terbesar dengan penurunan

sebesar 589 persen Penurunan ini terjadi karena realisasi TPG yang pada tahun 2018

mencapai 100 persen pada tahun 2019 turun menjadi 9440 persen dan realisasi Dana

Bantuan Operasional Kesehatan turun dari 9874 persen menjadi 8134 persen

45

333 Dana Desa

Penyaluran dana desa Tahun 2018 dan 2019 di Wilayah Kalimantan Barat disalurkan untuk

membiayai pelaksanaan kegiatan melalui 5 bidang yaitu Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa Pelaksanaan Pembangunan Desa Pembinaan Kemasyarakatan Desa

Pemberdayaan Masyarakat Desa Penanggulangan Bencana Keadaan Darurat Dan

Mendesak dengan perkembangan penyaluran sebagai berikut

Tabel III16

Pagu dan Realisasi Dana Desa di Provinsi Kalimantan Barat (miliar) No KAB KOTA JUMLAH

DESA TAHUN 2018 TAHUN 2019

PAGU TOTAL PENYALUR

AN

CAPAIAN OUTPUT

PAGU TOTAL PENYAL

URAN

CAPAIAN

OUTPUT

1 Sambas 193 17284 17284 10000 9464 20498 20498 10000 7550

2 Sanggau 163 12878 12848 9976 9879 14986 14986 10000 8099

3 Sintang 390 29487 29472 9995 9914 33848 33848 10000 9002

4 Mempawah 60 5523 5523 10000 9820 6655 6655 10000 9051

5 Kapuas Hulu 278 22893 22893 10000 9878 26812 26768 9983 8915

6 Ketapang 253 21729 21729 10000 9293 25583 25583 10000 8901

7 Bengkayang 122 9240 9240 10000 9295 10655 10594 9943 5129

8 Landak 156 15416 15416 10000 9949 18537 18537 10000 9904

9 Melawi 169 13091 13091 10000 9981 15253 15253 10000 7871

10 Sekadau 87 6908 6876 9955 9582 8117 8049 9916 8244

11 Kayong Utara 43 3986 3986 10000 9384 4868 4809 9879 7965

12 Kubu Raya 117 11150 11033 9895 9677 13445 13166 9792 6685

TOTAL 2031 169586 169392 9989 9676 199257 198745 9974 8112

Sumber data Omspan (diolah)

Total alokasi tahun 2018 sebesar Rp169586 miiar untuk 2031 desa realisasi penyaluran

sebesar Rp169392 miliar atau 9989 persen Penyaluran Dana Desa terbesar pada

Kabupaten Sintang Rp29472 miliar sedangkan penyaluran terkecil Kabupaten Kayong

Utara yakni Rp3986 miliar Terdapat empat Kabupaten yang penyaluran Dana Desa tidak

mencapai 100 persen yaitu Kabupaten Sanggau Sintang Sekadau dan Kubu Raya Untuk

capaian output yang tertinggi Kabupaten Melawi yaitu 9981 persen dan terendah adalah

Kabupaten Ketapang 9293 persen Alokasi dana desa tahun 2019 sebesar Rp199257

miliar untuk 2031 desa realisasi penyaluran sebesar Rp198745 miliar atau 9974 persen

Sisa Dana Desa yang tidak tersalur sebesar Rp512 miliar Penyaluran Dana Desa terbesar

pada Kabupaten Sintang Rp33848 miliar sedangkan penyaluran terkecil pada Kabupaten

Kayong Utara yakni hanya Rp4809 miliar Terdapat enam Kabupaten yang penyaluran

Dana Desa tidak mencapai 100 persen yaitu Kapuas Hulu Bengkayang Melawi Sekadau

Kayong Utara dan Kubu Raya Realisasi Penyaluran Dana Desa tahun 2019 sebesar

Rp198745 miliar atau 9974 persen terjadi penurunan sebesar 015 persen apabila

46

dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 Hal ini dikarenakan terdapat sisa dana semula

Rp194 miliar (empat Kabupaten) menjadi Rp512 miliar (enam Kabupaten)

343 Dana Insentif Daerah (DID)

Grafik III5

Realisasi Dana Insentif Daerah Tahun 2018-2019 Kalimantan Barat

sumber data simtrada Omspan (diolah)

Dari total alokasi DID tahun 2019 yang sebesar Rp 12753 miliar telah terealisasi sebesar

Rp12288 miliar atau 9635 persen Dari 14 Pemda ProvinsiKabKota hanya 6 Daerah yang

mendapatkan alokasi DID di tahun 2019 yakni Prov Kalbar Kab Ketapang Kab

Mempawah Kab Sanggau Kota Pontianak dan Kab Kubu Raya Ada lima daerah

terealisasi 100 persen yaitu Kalbar Ketapang Sanggau Pontianak dan Kubu Raya

Sementara itu Mempawah terealisasi 465 miliar dari 930 miliar atau sebesar 50 persen

35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL

Arus kas masuk (cash in flow) Pemerintah Pusat adalah semua penerimaan yang

diterima oleh Pemerintah pusat di provinsi daerah tertentu sedangkan arus kas keluar

(cash out flow) adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada

pemerintah daerah Yang termasuk arus kas masuk adalah semua penerimaan negara yang

diterima oleh Pemerintah Pusat seperti penerimaan pajak PNBP dan hibah Sedangkan

yang termasuk dalam arus kas keluar Pemerintah Pusat adalah semua belanja pemerintah

dalam APBN yang terdiri dari belanja KPKDDKTPUB dan dana transfer Selisih antara

kontribusi penerimaan Negara pada suatu daerah dengan pengeluaran pemerintah pusat

tersebut akan menghasilkan kondisi surplusdefisit Kondisi surplus mengindikasikan bahwa

daerah tersebut memberikan subsidi silang kepada daerah lain di Indonesia sementara

kondisi defisit mengindikasikan bahwa daerah tersebut menerima subsidi silang dari daerah

0001000200030004000500060007000

2018 2019

47

lain di Indonesia Tabel dibawah ini merupakan cash flow Pemerintah di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat

Tabel III17

Cash Flow Pemerintah Pusat di Kalimantan Barat TA 2019 (miliar)

DEFISIT 2194324

Cash in Flow Cash Out Flow

Penerimaan Pajak Dalam negeri 667813 Belanja Pemerintah Pusat 970984

Bea MasukBea Keluar 60735 Transfer ke daerah amp dana desa

2034266

PNBP 82378

810926 3005250

sumber data Omspan Monev Pa (dioalah)

35 PENGELOLAAN BLU PUSAT

a Profil dan jenis layanan satker BLU pusat

Dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat tahun

2019 terdapat 3 (tiga) Satker BLU yang terdiri 2 (dua) satker BLU layanan Pendidikan

dan 2 (dua) satker BLU layanan kesehatan Dua satker BLU layanan pendidikan yaitu

Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Pontianak dan Universitas Tanjungpura Pontianak

sedangkan satker BLU layanan kesehatan adalah Rumah Sakit (RS) Bhayangkara

Pontianak dan RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR

Tabel III18

Profil BLU di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 (miliar)

No Jenis Layanan

Satker BLU Nilai Aset Pagu PNBP

Pagu RM Jumlah Pagu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Pendidikan Poltekkes Pontianak 21801 3455 4898 8353

Universitas Tanjungpura 2093628 38593 5947 4454

2 Kesehatan RS Bhayangkara Pontianak 9127 4204 777 4981

RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR

2486 2228 1582 381

Sumber LRA

1) Poltekkes Pontianak berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan

Kesejahteraan Sosial Nomor 298Menkes-KesosSKIV2001 tanggal 16 April 2001

dan ditetapkan menjadi Satker BLU berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

403KMK052011 tanggal 1 Desember 2011 Dengan visi ldquoMenjadi Institusi Pendidikan

Tinggi Kesehatan yang Bermutu dan Mampu Bersaing di Tingkat Regional pada Tahun

48

2020 (2016-2020)rdquo Poltekkes Kemenkes Pontianak memberikan pelayanan kesehatan

meliputi Jurusan Kesehatan Lingkungan Jurusan Gizi Jurusan Kebidanan Jurusan

Keperawatan Jurusan Analis Kesehatan dan Jurusan Perawat Gigi Pada tahun 2019

Poltekes Pontianak mendapatkan pagu dalam DIPA sebesar Rp 8353 dengan pagu

PNBP sebesar Rp3455 miliar dan pagu RM sebesar Rp4898 miliar Sementara aset

yang dimiliki sebesar Rp21801 miliar yang terdiri dari aset lancar Rp581 miliar aset

tetap Rp21199 dan aset lainnya Rp21801

2) RS Bhayangkara Pontianak telah menjadi satker BLU sejak tahun 2015 sesuai

Keputusan Menteri Keuangan nomor 501KMK052015 RS Bhayangkara ini telah

beroperasi sejak tahun 2002 Pagu DIPA RS Bhayangkara Pontianak di tahun 2019

adalah sebesar Rp4981 miliar dengan pagu PNBP sebesar Rp4204 dan pagu RM

sebesar Rp777 miliar Sementara aset yang dimiliki sebesar Rp9127 yang terdiri dari

aset lancar Rp547 miliar dan aset tetap Rp8579

3) Universitas Tanjungpura menjadi BLU layanan pendidikan berdasarkan Keputusan

Menteri Keuangan nomor 830KMK052017 dan mulai mendapatkan DIPA BLU pada

tahun 2018 Pagu DIPA universitas ini di tahun 2019 adalah sebesar Rp4454 miliar

dengan pagu PNBP sebesar Rp38593 dan pagu RM sebesar Rp5947 Sementara

total aset yang dimiliki sebesar Rp2093628 miliar

4) Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019

tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar

dengan komposisi Pagu Rm sebesar Rp1582 miliar dan pagu PNBP senesar Rp2228

miliar Sementara total aset di tahun 2019 sebesar Rp2482 miliar dengan perincian

aset tetap Rp762 miliar dan aset lancar sebesar Rp1723 miliar

b Perkembangan Pengelolaan Aset Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU

1) Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU

Perkembangan pengelolaan aset satker BLU dalam jangka waktu dua tahun terakhir

dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel III19

Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di Kalimantan Barat

No Satker BLU Aset tahun 2018 Aset tahun 2019

(1) (2) (3) (4)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak 22174 21801

2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 6734 9127

3 Universitas Tanjungpura 2217907 2093628

49

4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi BLU

2486

sumber Neraca E-rekon

Nilai aset pada satker BLU Poltekkes Pontianak mengalami penurunan sebesar

17 persen dari Rp22174 miliar di tahun 2018 menjadi Rp21801 miliar di tahun

2019 Sedangkan di RS Bhayangkara nilai asetnya meningkat dari Rp6734 miliar

menjadi 9127 miliar atau 355 persen Sedangkan nilai aset satker BLU Untan

menurun 56 persen dari 2217907 pada tahun 2018 menurun menjadi 2093628

ditahun 2019 Sedangkan untuk RS TK II Kartika Husada yang baru di tetapkan

menjadi satker BLU di tahun 2019 perkembangan aset asetnya naik 305 persen

dari 1905 miliar di tahun 2018 menjadi 2486 miliar di tahun 2019

2) Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU

Satker BLU di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019 mendapatkan pagu PNBP

dan pagu RM sebagaimana tercantum dalam DIPA Ada pun perkembangan pagu

tahun 2019 dan tahun 2018 dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel III20

Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker (miliar)

No Satker BLU Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu PNBP Pagu RM Pagu PNBP

Pagu RM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak 4480 4504 3455 4898

2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 4282 7010 4204 777

3 Universitas Tanjungpura 3177 20876 38593 5947

4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi satker BLU 2228 1582

Sumber LRA E-rekon

Pada tahun 2019 pagu RM Satker BLU Politekes Pontianak naik 87 persen dibanding

tahun 2018 sedangkan pagu PNBP menurun 229 persen Pagu RM naik sebesar

Rp394 miliar atau 87 persen dari Rp4504 miliar di tahun 2018 menjadi Rp4898 miliar

pada tahun 2019 Sedangkan pagu PNBP mengalami penurunan dari Rp448 miliar di

tahun 2018 menjadi Rp345 miliar pada tahun 2019 atau turun sebesar Rp1025 miliar

atau 229 persen

Selanjutnya untuk satker BLU layanan kesehatan yakni RS Bhayangkara Pontianak

perkembangan pagu PNBP menurun dari Rp4282 miliar menjadi Rp4204 miliar atau

18 persen sedangkan untuk pagu RM mengalami kenaikan 108 persen

50

Universitas Tanjungpura di tahun 2019 ini baru menjadi satker BLU setelah

sebelumnya adalah satker PNBP Di tahun 2019 Untan mendapat pagu PNBP sebesar

Rp38593 miliar dan pagu RM sebesar Rp5947 miliar

Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019

tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar

c Kemandirian BLU

Salah tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk

mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government) oleh karena itu satker BLU

didorong untuk dapat menciptakan kemandirian dirinya sendiri Kemandirian tersebut

dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM) dari APBN dan

bertambahnya alokasi pagu PNBP dari hasil layanan satker Semakin tinggi porsi pagu

PNBP dibanding pagu RM maka satker BLU dianggap memiliki tingkat kemandirian yang

lebih baik

TabelIII21

Tingkat Kemandirian BLU di Provinsi Kalimantan Barat (miliar)

sumber e rekon diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 alokasi pagu PNBP

pada Satker Politeknik Kesehatan Pontianak masih dibawah 50 persen Sedangkan untuk

Satker BLU Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak alokasi pagu PNBP di tahun 2018

sebear 8593 persen dan tahun 2019 844 persen Hal ini menunjukkan bahwa Rumah

Sakit Bhayangkara Pontianak sejak tahun 2018 memiliki tingkat kemandirian yang tinggi

dan demikian juga di tahun 2019 Dari besarnya persentase pagu PNBP tersebut dapat

dilihat bahwa dalam kegiatan operasional RS Bhayangkara Pontianak lebih ditunjang oleh

PNBP yang dikelolanya dan bisa disimpulkan mempunyai tingkat kemandirian yang baik

No Satker BLU Nilai aset 2019

Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu PNB

P

Pagu RM

Pagu PNBP

Pagu RM

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak

4480 4987

4504 5013 3455 414 4898 586

2 Rumkit Bhayangkara Pontianak

4282 8593

7010 1407 4204 844 777 156

3 Univ Tanjungpura

3177 6035

20876 3965 38593 866 5947 134

4 RS Kartika Husada

Belum menjadi satker BLU 2228 585 1582 2705

51

Untan di tahun 2018 sebagai satker BLU yang baru memiliki tingkat kemandirian di

atas 6035 persen dan meningkat signifikan di tahun 2019 menjadi 866 persen hal ini

mengindikasikan ada perkembangan yang pelayanan pendidikan oleh Untan Sedangkan

untuk RS Kartika Husada baru dtetapkan menjadi satker BLU di bulan Juli 2019

d Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP

Di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 120 satker yang mengelola dana PNBP Dari

120 satker PNBP tersebut terdapat 3 satker yang mempunyai alokasi pagu PNBP

terbesar antara lain tersebut dibawah ini

Tabel III22

Profil dan Jenis layanan Satker PNBP di Provinsi Kalimanatan Barat Tahun 2019

No Jenis Layanan

Satker PNBP Nilai Aset Pagu PNBP

Pagu RM Jumlah Pagu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2 Pendidikan Politeknik Negeri Pontianak 272 6284 9004

4 Pendidikan IAIN Pontianak 2012 5024 7036

Sumber LRA diolah

Tabel III23

Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP di Provinsi Kalimantan Barat

No Satker PNBP Tahun 2017 Tahun 2019

Pagu PNBP

Pagu RM Pagu PNBP

Pagu RM

2 Politeknik Negeri Pontianak 2197 5904 272 6284

3 IAIN Pontianak 1775 4297 2012 5024

Sumber SPAN diolah

Dari tabel diatas terlihat bahwa Politeknik Negeri Pontianak mengalami peningkatan

persentase pagu PNBP sebesar Rp523 miliar atau 238 persen Demikian juga IAIN

Pontianak pagu PNBP meningkat Rp237 miliar atau 134 persen Dari ke dua satker

PNBP tersebut Politeknik Negeri Pontianak yang paling berpotensi untuk menjadi satker

BLU karena sumber dana PNBP lebih besar dibanding sumber dana PNBP pada satker

IAIN Pontianak meskipun mempunyai potensi menjadi satker BLU namun keduanya

belum menunjukan kemandirian karena sumber dana yang mereka gunakan lebih banyak

dari dana APBN (RM) dibandingkan dana PNBP

e Analisis terkait pengelolaan BLU

1 Analisis Kemandirian BLU

a Rasio Antara Sumber Dana PNBP (BLU) dan RM

Meskipun tujuan pembentukan BLU adalah tanpa mengutamakan mencari

keuntungan namun diharapkan dengan pelayanan yang meningkat maka secara

52

langsung juga pendapatannya meningkat Lebih jauh lagi diharapkan persentase

belanja satker BLU yang bersumber dari rupiah murni semakin menurun digantikan

dengan sumber belanja dari pendapatan BLU

Tabel III24

Rasio Sumber Dana BLU (PNBP dengan RM) miliar

Satker BLU 2017 2018 2019

PNBP RM PNBP RM

PNBP RM PNBP RM

PNBP RM PNBP RM

Politeknik Kesehatan Pontianak

4966 5279 094 4480 4504 099 3455 4898 070

RS Bhayangkara Pontianak

346 700 487 4282 701 611 4204 777 541

Universitas Tanjungpura

Belum menjadi satker BLU

3177 20876 152 38593 5947 648

RS Kartika Husada Belum menjadi satker BLU 2228 1582 14

Pada Universitas Tanjungpura Pontianak dari tahun 2018 hingga tahun 2019

rasio antara sumber dana PNBP dengan sumber dana RM semakin meningkat yang

nampak pada pagu PNBP yang semakin meningkat Hal ini menandakan tingkat

kemandirian BLU Universitas Tanjungpura semakin membaik Sedangkan pada

Rumah sakit Bhayangkara terdapat penurunan atas pagu PNBP nya hal ini karena

pada tahun 2019 RS Bhayangkara Pontianak melakukan renovasi gedung dan

ruang perawatan yang mempengaruhi jumlah layanan pasien dan penerimaan

PNBP nya

b Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional

Kemandirian Satker BLU selain dapat dilihat dari Rasio Antara Sumber Dana

PNBP dan RM sebagaimana pada poin a dapat pula dinilai dari Rasio PNBP

terhadap biaya operasional BLU Untuk rasio ini BLU di Kalimantan Barat memiliki

rasio yang cukup baik

Tabel III25

Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional (persen)

Satker BLU 2018 2019

Pendapatan PNBP

Biaya Operasional

Pendapatan PNBP

Biaya Operasional

Politekkes Pontianak

3038 6360 48 2702 7725 35

RS Bhayangkara Pontianak

3034 3616 84 2802 4347 64

Universitas Tanjungpura

41371 45355 91 34461 51317 67

53

RS Kartika Husada

Belum menjadi satker BLU 5056 6264 81

Berdasarkan tabel di atas di tahun 2018 pada Satker BLU Politeknik Kesehatan

Pontianak perbandingan antara pendapatan BLU dengan biaya operasional didapat

hasil 48 persen (rasio PNBP terhadap biaya operasional 48 persen) Sedangkan

untuk tahun 2018 rasio kemandirian Satker BLU Poltekkes Pontianak menurun

menjadi 35 persen Penurunan ini disebabkan jumlah pendapatan PNBP yang

menurun sedangkan biaya operasional meningkat Penurunan pendapatan karena

penurunan jumlah mahasiswa baru

RS Bhayangkara Pontianak dari hasil perhitungan rasio pendapatan BLU dengan

biaya operasional didapat hasil 84 persen di tahun 2018 dan mengalami penurunan

menjadi 64 persen Penurunan rasio disebabkan penurunan pendapatan dan

sebaliknya belanja meningkat Penurunan pendapatan disebabkan pendapatan

yang berasal dari rawat inap berkurang Hal ini disebabkan penghapusan gedung

layanan lama yang disertai dengan pembangunan gedung rawat inap baru Namun

secara rasio RS Bhayangkara masih memiliki tingkat kemandirian yang yaitu

diatas 60 persen

Univ Tanjungpura ditahun 2018 sebagai satker BLU baru memiliki rasio 91

persen Ini menandakan Untan sebagai satker BLU memiliki kemandirian yang

sangat baik Sedangkan untuk RS Kartika Husada yang merupakan Rumah sakit

dibawah Kodam Tanjungpura dan baru ditetapkan menjadi BLU penuh di bulan Juli

2019 sudah memiliki awal yang baik dengan tingkat kemandirian (rasio PNBP

dengan biaya operasional ) sebesar 81 persen

f Analisis Efektifitas BLU

Analisa efektifitas BLU adalah analisis untuk mengetahui efektifitas dibentuknya BLU

yaitu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan fleksibilitas

dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi produktifitas dan penerapan

praktek bisnis yang sehat Peningkatan layanan antara lain juga dapat dilihat dari

pendapatan yang dihasilkan dari layanan BLU Analisis efektifitas BLU didapat dari rasio

pendapatan operasional terhadap asset tetap atau rasio perputaran asset tetap Tujuan

analisis ini adalah untuk mengetahui kemampuan BLU untuk menghasilkan pendapatan

dari aset yang dimilikinya

54

Tabel III26

Analisis Efektifitas BLU

Satker BLU 2018 2019

Pendapatan Operasional

Aset Tetap Pendapatan Operasional

Aset Tetap

Politeknik Kesehatan Pontianak

3038 21286 142 2702 21801 124

RS Bhayangkara Pontianak 3034 4832 627 2802 9127 307

Universitas Tanjungpura 41371 2175410 190 34461 2093628 16

RS Kartika HUsada Belum menjadi satker BLU 5056 2486 203

sumber data e rekon

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perputaran aset tetap satker BLU Politekkes

Pontianak tahun 2018 sebesar 142 persen dan mengalami penurunan di tahun 2019

menjadi 124 persen Dari rasio tersebut artinya kemampuan Poltekkes Pontianak

memperoleh pendapatan berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah sebesar 124

persen Penurunan rasio ini disebabkan pendapatan BLU yang menurun di tahun 2019

Sedangkan perputaran aset untuk Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak pada tahun 2019

mengalami penurunan dari 627 persen di tahun 2018 menjadi 307 persen di tahun 2019

Penurunan rasio ini disebabkan penurunan pendapatan BLU dan juga kenaikan aset

tetap Kemampuan RS Bhayangkara Pontianak tahun 2019 untuk memperoleh

pendapatan BLU berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah 307 persen

Kemampuan Untan memperoleh pendapatannya berdasarkan asset tetap yang

dimilikinya di tahun 2019 sebesar 16 persen

g Analisis Legal BLU

Pemberian fleksibilitas pengelolaan keuangan kepada Satker BLU adalah tetap dalam

koridor penerapan tata kelola pemerintahan yang baik Satker BLU tetap mempunyai

kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang telah diatur di dalam undang-undang

Tabel III27

Kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan Keuangan

Kewajiban Politeknik Kesehatan Pontianak

RS Bhayangkara

Pontianak

Universitas Tanjungpura

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Penyusunan amp Penyampaian Rencana Bisnis Anggaran

Ya - Ya - Ya -

Penyusunan amp penyampaian Lap Keu (standar akuntansi Keu)

Ya - Ya - Ya -

55

Berdasarkan tabel kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan keuangan

dapat dilihat bahwa BLU di Provinsi Kalimantan Barat yakni Politeknik Kesehatan

Pontianak RS Bhayangkara Pontianak dan Universitas Tanjungpura telah memenuhi

semua kewajiban dalam rangka penerapan tata kelola dan pengelolaan keuangan BLU

sesuai dengan ketentuan (peraturan perundang-undangan)

37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT

Dalam rangka peningkatan pembangunan di Wilayah Kalimantan Barat Pemerintah

berusaha memperdayakan potensi yang ada guna mendukung pembangunan ekonomi di

daerah diantaranya berupa Dana Invstasi Pusat yang diberikan kepada Pemda melalui

pinjaman dan Investasi Kredit Program kepada UMKM di Wilayah Kalimantan Barat Kanwil

Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat berkewajiban menatausahakan investasi

pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi khususnya penerusan pinjaman (Subsidary

Loan Agreement) Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat) dan Pembiayaan Ultra Mikro

(UMi)

371 Penerusan Pinjaman (Subsidary Loan Agreement)

Penerusan Pinjaman Pemerintah Pusat (Subsidiary Loan Agreement) kepada

Pemerintah DaerahPerusahaan DaerahBUMD Penerusan pinjaman yang diberikan

kepada PDAM maupun Pemda dimaksudkan untuk meningkatkan atau memperbaiki

tata kelola penyediaan air minum kepada masyarakat baik dari segi infrastruktur maupun

percepatan penyedian air minum

Pada tahun 2019 masih terdapat 1 (satu) pinjaman BUMD dan Pemda menunggu

penyelesaian penghapusan yaitu Pemerintah Kota Singkawang dengan sisa hutang

sebesar Rp1766635437024 yang diselesaikan melalui proses pelaksanaan debt swap

sebesar Rp1398691928715 dan penghapusan utang murni Rp367943508309

Pemerintah Kota Singkawang telah mengalokasikan program debt swap pada APBD

tahun anggaran 2017 melalui DPPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

berupa kegiatan Pembangunan Bangsal Ruang Inap Kelas I RSUD Abdul Aziz di

Singkawang dengan realisasi pembangunan sebesar Rp14407200000 dan telah

dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat

Penyampaian Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU

Ya - Ya - Ya -

Persetujuan Tarif Layanan oleh Menteri Keuangan

Ya - Ya - Ya -

Persetujuan Pembukaan Rekening Ya - Ya - Ya -

Penyusunan SOP pengelolaan keuangan BLU

Ya - Ya - Ya -

56

Tabel III31

Profil Oustanding Penerusan Pinjaman BUMD dan PEMDA di

Prov Kalbar Tahun 2018

Sumber Data Kanwil Data PemdaBUMNBUMD Penerima SLA Dit SMI

372 Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat)

Investasi Pemerintah Pusat lainnya adalah Program Kredit Program berupa

pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM (KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan

Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 debitur)

jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar

atau 1135 persen

TabelIII32

Penyaluran KUR Wilayah Kalimantan Barat Tahun 2019

No KabKota 2018 2019

Akad Debitur Akad Debitur

1 Kalimantan Barat 1650000000 29 1055000000 30

2 Kab Sambas 172012480000 5063 178155490000 4706

3 Kab Mempawah 117141764400 3853 117924669245 3337

4 Kab Sanggau 137303602000 3683 151852745000 3768

5 Kab Ketapang 134775029932 3445 115111754000 3193

6 Kab Sintang 169583544950 3539 214178312000 3769

7 Kab Kapuas Hulu 74602388591 2755 101002500000 3412

8 Kab Bengkayang 62169980000 1909 61608265000 2069

9 Kab Landak 84971200000 2710 99536500000 2866

10 Kab Sekadau 82259245000 1715 76000490000 1679

11 Kab Melawi 60856245000 1378 84465707561 1292

12 Kab Kayong utara 24188290000 826 25003500000 824

13 Kab Kubu Raya 151025480000 3883 193886370000 4216

14 Kota Pontianak 256541689000 4730 283349999288 4710

15 Kota Singkawang 85998890400 1993 95216230108 1907

Total 1615079829273 41511 1798347532202 41778

Sumber SIKP Dit SMI 2019

Penyaluran KUR tersebar di beberapa Lembaga Keuangan di wilayah Kalimantan

Barat melalui aplikasi online system data KUR dengan Sistem Informasi Kredit Program

57

(SIKP) untuk wilayah Kalbar terdapat 16 lembaga keuangan yang ditunjuk sebagi

penyalur Sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini

Tabel II32 Penyaluran KUR per Bank Provinsi Kalbar Tahun 2019

No Nama Bank Jumlah

Rupiah Debitur

1 BPD Jawa Tengah 500000000 1

2 BPD Kalimantan Barat 235246000000 2225

3 BPD Kalimantan Selatan 100000000 1

4 BPD Kaltimtara 50000000 1

5 BPD Riau Kepri 250000000 1

6 BRI Syariah 28661000000 868

7 Bank Bukopin 1680000000 6

8 Bank Central Asia 3075000000 13

9 Bank Mandiri 374774669000 4448

10 Bank Maybank 1220000000 4

11 Bank Negara Indonesia 308639830404 1794

12 Bank Rakyat Indonesia 837567307798 32376

13 Bank Sinarmas 6014000000 25

14 Bank Tabungan Negara 400000000 3

15 CTBC Bank 58980000 4

16 Internusa Tribuana Citra Multifinance 110745000 8

1798347532202 41778

Sumber SIKP Dit SMI 2019

Berdasarkan data aplikasi SIKP penyaluran KUR mencapai sebesar Rp179834

miliar dengan jumlah debitur 41778 orang tersebar melaui skema Usaha Mikro sebesar

Rp73601 miliar (34757 debitur) Kecil dan menengah sebesar Rp106172 miliar (6977

debitur) dan TKI sebesar Rp61874 juta (44 debitur) Bank Rakyat Indonesia (BRI)

merupakan lembaga terbesar penyalur KUR yakni sebesar Rp83756 miliar Sebagian

besar investasi digunakan pada sektor perdagangan yaitu sebesar Rp93627 miliar

(20750 debitur) atau 5178 persen disusul bidang Pertanian Perburuhan dan

Kehutanan sebesar Rp47943 miliar (15953 debitur) atau 2651 persen dan Jasa

Kemasyarakatan Sosial Budaya Hiburan dan Perorangan lainnya sebesar Rp9811

miliar (2398 debitur) atau 543 persen

Hasil monitoring Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov Kalbar terhadap penyaluran

kredit program dapat dikatakan bahwa Pemerintah sangat memperhatikan dan

mengharapkan adanya perkembangan usaha serta peningkatan ekonomi bagi UMKM di

wilayah Kalimantan Barat hal ini menunjukan bahwa program KUR sangat bermanfaat

58

dan berdampak terhadap perkembangan kegiatan usaha bahkan pertumbuhan ekonomi

di Kalimantan Barat Dalam perkembangannya hasil survey di lapangan yang diambil

secara sampling terhadap 82 debitur program KUR di wilayah Kalbar didominasi oleh

Sektorbidang usaha perdagangan yaitu sebesar 5976 persen atau 49 pelaku UMKM

disusul bidang usaha jasa sebesar 1951 persen atau 16 pelaku UMKM dan Pertanian

Peternakan dan Perkebunan 1220 persen atau 10 pelaku UMKM sedangkan sektor

usaha lainnya sebesar 853 persen atau 7 pelaku UMKM Sesuai Permenko Bidang

Perekonomian nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanan KUR sektor di luar

sektor perdagangan dikelompokkan sebagai sektor produksi Dengan demikian

berdasarkan hasil survey responden debitur KUR di sektor produksi hanya mencapai

4124 persen Hal ini masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama

pada sektor produksi sebesar 60 persen

Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar

sasaran dan tujuan program KUR dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran

KUR diarahkan agar lebih banyak menyasar UMKM di sektor produksi (non

perdagangan) yaitu dengan memberikan target minimal penyaluran ke sektor produksi

sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan skema KUR

Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat perkebunan

rakyat dan peternakan rakyat

373 Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)

Tahun 2019 jumlah penyaluran UMi di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar

Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen

Tabel III33

Penyaluran UMI Provinsi Kalbar Tahun 2019

No Tahun 2018 2019

KabKota Akad Debitur Akad Debitur

1 Kayong Utara 11000000 2 208000000 28

2 Ketapang 229000000 32 1055800000 165

3 Kubu Raya 1447315688 356 1176000000 314

4 Landak 860878000 194 200500000 45

5 Melawi 155000000 24 210000000 29

6 Mempawah 3188943000 758 3574105000 1027

7 Sambas 358000000 50 232400000 30

8 Sanggau 148500000 21 622933000 93

9 Sintang 90500000 14 235700000 44

59

10 Pontianak 1671500000 638 2805350000 931

11 Singkawang 185000000 25 188500000 28

12 Bengkayang 31000000 4 5000000 1

13 Kapuas Hulu 7000000 2 7000000 2

14 Sekadau 30000000 4 - -

Jumlah 8413636688 2124 10521288000 2737

Berdasarkan data aplikasi SIKP UMi penyaluran UMi di Kalimantan Barat mencapai

sebesar Rp1052 miliar dengan jumlah debitur 2737 orang pembiayaan UMi dilakukan

melalui penyalur perantara yang merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

diantaranya adalah PT Pegadaian (Persero) PT Bahana Artha Ventura PT

Permodalan Nasional Madani (Persero) serta beberapa Koperasi baik melalui

pembiayaan konvensional danatau pembiayaan syariah LembagaLankage penyalur

terbesar yaitu PT PNM merupakan lembaga terbesar penyalur UMi yakni sebesar

Rp443 miliar (1531 debitur) PT Pegadaian sebesar Rp263 miliar (453 debitur) KSPS

BMT UGT Sidogiri sebesar Rp188 miliar (337 debitur) dan KSPPS BMT Bina Umat

Sejahtera sebesar Rp154 miliar (408 debitur)

Tabel III33

Penyaluran UMI per LKBB Provinsi Kalbar Tahun 2019

NO PENYALUR LKBB TOTAL PENYALURAN Debitur

1 PT PEGADAIAN 2637600000 453

2 PNM 4427500000 1531

3 KSPPS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA 1535305000 408

4 KSPPS TAMZIS BINA UTAMA 26000000 6

5 KSPPS BMT BINA IHSANUL FIKRI 7000000 2

6 KSPS BMT UGT SIDOGIRI 1887883000 337

Total 10521288000 2737

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi penyaluran UMi yang dilaksanakan di

beberapa wilayah Kalimantan Barat terdapat faktor yang sangat berpengaruh terhadap

perkembangan penyaluran UMi di Kalimantan Barat antara lain

1 PenyalurLembaga Linkage selaku penyalur pembiayaan UMi belum tersebar atau tidak

memiliki kantor cabang di seluruh wilayah Kalbar sehingga potensi penyaluran pembiayaan

UMi kurang maksimal dan tidak bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Kalbar

2 Hasil produk UMKM terutama mutu dan kualitas produk belum dapat bersaing secara

global dengan produk daerah lain

Sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan usaha UMKM di wilayah

Kalimantan Barat adalah melakukan koordinasi dan kerjasama antara Pemda

60

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalbar PenyalurLembaga Linkage

serta lembaga terkait lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada

debitur dan membantu mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada

masyarakat baik melalui pertemuan maupun dengan media cetak banner spanduk

dan lain-lain sehingga dapat mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha

Mikro bahkan dapat meningkat ke Mikro Kecil

38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN

BELANJA INFRASTRUKTUR DI DAERAH

381 Mandatory Spending di Daerah

Belanja mandatory merupakan belanja wajib yang diperintahkan oleh Undang-Undang

yakni belanja sektor kesehatan sebesar 5 persen dan belanja sektor Pendidikan sebesar

20 persen

a Belanja Sektor Pendidikan

Uraian 2017 2018 2019

Alokasi Fungsi Pendidikan 157554 185385 231676

Pagu Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF

929392 1117061 1049551

Rasio 017 017 022

Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk

pembangunan Penyelenggaraan pendidikan di daerah akan mampu menjembatani

kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya belajar di sekolah Untuk memenuhi hal

tersebut tentunya harus dialokasikan anggaran belanja pendidikan Belanja Pendidikan

merupakan belanja wajib (mandatory spending) yang mutlak harus dipenuhi yang

ditentukan batas minimal pengalokasian anggaran dalam APBN sebesar 20 persen Alokasi

belanja pemerintah pusat Fungsi Pendidikan tahun 2019 sebesar Rp231 triliun meningkat

46291 miliar atau 2497 persen dibanding alokasi tahun sebelumnya Rasio fungsi

Pendidikan di tahun 2019 mencapai 022 naik 005 bila dibandingkan dengan rasio fungsi

pendidikan tahun sebelumnya Peningkatan alokasi fungsi kesehatan ini diharapkan akan

meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat

b Belanja Sektor Kesehatan

Uraian 2017 2018 2019

Alokasi Fungsi Kesehatan

16020 19263 18897

Alokasi Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF

929392 1117061 1049551

Rasio 0017 0017 0018

61

Anggaran berdasarkan fungsi kesehatan merupakan anggaran belanja negara dimana

dana anggaran akan diarahkan untuk melaksanakan program-program dalam rangka

meningkatkan derajat tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik Ketentuan pasal 171

undang undang nomor 36 tahun 2009 menjadikan alokasi di bidang kesehatan mutlak

dipenuhi (mandatory spending) Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan

adalah dengan menyediakan berbagai infrastruktur dan pengadaan tenaga-tenaga

kesehatan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan umum Usaha ini ditujukan

untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat sekaligus dalam rangka peningkatan mutu fisikal

sumber daya manusia dan Indonesia Sehat Alokasi belanja pemerintah pusat Fungsi

Kesehatan tahun 2019 di Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp18897 miliar menurun 366

miliar atau 19 penurunan tersebut disebabkan meningkatnya anggaran kesehatan

melalui transfer ke daerah (DAK) Rasio Fungsi Kesehatan di tahun 2019 mencapai 0018

naik 0001 bila dibanding rasio Fungsi Kesehatan tahun sebelumnya Meningkatnya alokasi

fungsi kesehatan tersebut diharapkan semakin meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat

382 BELANJA INFRASTRUKTUR

Infrastruktur memiliki peran penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

Keberadaan infrastruktur akan mendorong mobilitas penduduk dan faktor produksi

terutama tenaga kerja serta memperlancar arus barang dan jasa sehingga akan

mendorong tumbuhnya produksi dan investasi Belanja infrastruktur oleh pemerintah pusat

di representasikan oleh pos Belanja Modal (53) pada belanja KL (APBN)

Grafik III

Alokasi dan Realisasi Belanja Modal Tahun 2015 - 2019

sumber data mebe (diolah)

Untuk Wilayah Kalimantan Barat secara agregat alokasi untuk pos belanja modal (53)

dari tahun 2015 sd 2019 fluktuatif nampak ada penurunan belanja modal KL di tahun

2019 dibanding tahun anggaran sebelumnya Meskipun ada penurunan alokasi belanja

modal tidak berarti pembangunan infrastruktur untuk wilayah Kalimantan Barat diabaikan

000

100000

200000

300000

400000

500000

2015 2016 2017 2018 2019

Pagu Realisasi

62

karena pembangunan infrastruktur juga di topang oleh Dana Alokasi Fisik dimana tahun

2019 alokasi DAK Fisik sebesar Rp261 triliun

Tahun 2019 Pagu total belanja KL di Kalimantan Barat Rp1049 triliun dan alokasi

untuk belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun atau 2288 persen dan telah terealiasi

Rp195 triliun Dari total alokasi belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun di tahun 2019

sebagian besar alokasi belanja modal ada pada Kementerian PUPR sebesar Rp15 triliun

atau 665 persen dan selanjutnya Kementerian Perhubungan sebesar Rp20417 miliar

atau 85 persen Dari alokasi sebesar Rp15 triliun yang dianggarkan pada kementerian

PUPR di Kalimantan Barat 61 persen alokasikan untuk pembangunan infrastruktur jalan

diantaranya jalan trans Kalimantan perbatasan Indonesia dan Malaysia yakni ruas jalan

nanga badau - entikong - aruk - temajok serta pembangunan jalan Nasional III dan III di

seluruh wilayah Provinsi Kalbar Diharapkan dengan pembangunan ruas jalan secara

merata ini akan mempermudah akses dan koneksifitas antar wilayah dan mengakselerasi

nilai tambah perekonomian masyarakat Kalimantan Barat yang tercermin dari adanya

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dengan menguji pengaruh realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat dengan PAD

Prov Kalbar dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel

Hasil Regresi Sederhada Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat Terhadap PAD di Prov Kalbar

Tahun 2015-2019

R Square Significance

0049 0000

Dengan signifikasi 0000 menunjukkan bahwa realisasi Belanja Modal Pemerintah

Pusat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PAD R square 0049 berarti realisasi

Belanja Modal Pemerintah Pusat memiliki pengaruh positif sebesar 49 persen terhadap

PAD Provinsi Kalbar Hasil perhitungan regresi di atas menunjukkan bahwa setiap

kenaikan 1 rupiah Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat akan mendorong kenaikan

PAD sebesar Rp 0049 Apabila kenaikan Belanja Modal Pemerintah Pusat Rp 1 triliun

maka PAD akan naik sebesar Rp 49 miliar

Jembatan Kapuas PontianakJembatan ini memiliki panjang 42o meter dan lebar 6 meter Jembatan ini muali dibangun tahun 1980

BAB IV

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

APBD

63

41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan faktor pendorong utama dalam

peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah Selain itu kinerja pelaksanaan APBD juga

merupakan salah satu penentu tercapainya target sasaran makro ekonomi daerah yang

diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan tantangan dalam mewujudkan masyarakat

sejahtera dan mandiri Pemerintah daerah menggunakan APBD sebagai instrumen utama bagi

kebijakan publik di daerahnya

Untuk mencapai target tersebut Pemerintah Daerah Kalimantan Barat menyusun Alokasi

APBD Kalimantan Barat tahun anggaran 2019 sebagaimana terlihat pada tabel berikut

Tabel IV1

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

URAIAN 2018 2019

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PENDAPATAN 2443326 2422952 2543450 2563928

PENDAPATAN ASLI DAERAH

360621 390903 376276 404671

Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398

Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

16227 17161 18117 19075

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

98917 73671 85664 84200

PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816

Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak

77844 78654 78128 58493

Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649

Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

76467 113239 69129 97384

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

120005 121467 147048 180339

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

1850 1060 000 1419

64

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

105809 46616 94992 74442

Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318

Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124

BELANJA DAERAH 2499829 2345817 2604405 2510634

BELANJA OPERASI 1645895 1509851 1691108 1608335

Belanja Pegawai 841558 797512 935725 825216

Belanja Barang 606872 516897 599693 605691

Belanja Bunga 294 323 703 288

Belanja Subsidi 000 000 000 000

Belanja Hibah 190185 188493 145940 167928

Belanja Bantuan sosial 6987 6625 9047 9212

BELANJA MODAL 505628 470016 520212 498885

Belanja Modal 505628 470016 520212 498885

BELANJA TAK TERDUGA 3110 716 3213 625

Belanja Tak Terduga 3110 716 3213 625

BELANJA TRANSFER 345197 365234 389872 402789

TransferBagi Hasil Pendapatan

90177 99533 87458 102031

Belanja Bantuan Keuangan

255020 265701 302414 300757

SURPLUSDEFISIT -56503 77135 -60955 53295

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Anggaran pendapatan pada pemerintah provinsikabupatenkota di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018

Anggaran pendapatan naik sebesar Rp 100124 miliar menjadi 2543450 miliar atau 410

persen Anggaran belanja juga mengalami kenaikan sebesar 418 persen menjadi sebesar Rp

2604405 miliar Kondisi APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik dengan

menghasilkan surplus Rp 53295 miliar di wilayah Kalimantan Barat

42 PENDAPATAN DAERAH

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pemerintah dituntut

untuk memiliki kemandirian keuangan daerah yang lebih besar Dengan tingkat kemandirian

keuangan yang lebih besar berarti daerah tidak akan lagi sangat bergantung pada bantuan dari

pemerintah pusat dan propinsi melalui dana transfer

Namun tidak berarti jika kemandirian keuangan daerah tinggi maka daerah sudah tidak perlu

lagi mendapatkan dana transfer Dana transfer masih tetap diperlukan untuk mempercepat

pemabngunan daerah Semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan maka daerah dapat

memberikan pelayanan publik yang lebih berkualitas melakukan investasi pembangunan jangka

panjang dan sebagainya

65

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Pendapatan Daerah adalah hak pemda yang diakui

sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan Pendapatan daerah

tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah

yang sah Berdasarkan ketentuan tersebut APBD Kalimantan Barat disusun dengan rincian

sebagai berikut

Tabel IV2

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Jenis Pendapatan Daerah

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

URAIAN 2018 2019

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PENDAPATAN ASLI DAERAH 360621 390903 376276 404671

Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398

Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

16227 17161 18117 19075

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 98917 73671 85664 84200

PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816

Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak

77844 78654 78128 58493

Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649

Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

76467 113239 69129 97384

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 120005 121467 147048 180339

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

1850 1060 000 1419

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 105809 46616 94992 74442

Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318

Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pada tahun 2019 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Barat mengalami

peningkatan sebesar Rp 13768 miliar atau 352 persen dibandingkan tahun 2018 dengan realisasi

melebihi target yaitu 10755 persen dari pagu yang dianggarkan Kenaikan pendapatan ini

terutama ditopang oleh Pajak Daerah yang terealisasi 11103 persen dan Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang mencapai 10529 persen Retribusi Daerah juga melebihi

target dengan penerimaan sebesar 10305 persen

Pendapatan transfer terjadi kenaikan yang signifikan pada Dana Bagi Hasil Pajak dari

Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya yang mencapai 14087 persen dari target disusul oleh

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar 12264 persen

66

421 Dana TransferPerimbangan

Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan dana otonomi khusus dan

dana penyesuaian

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan Desentralisasi Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran

dalam APBN

Kebijakan perimbangan keuangan atau ditekankan pada empat tujuan utama yaitu (a)

memberikan sumber dana bagi daerah otonom untuk melaksanakan urusan yang

diserahkan yang menjadi tanggungjawabnya (b) mengurangi kesenjangan fiskal antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah (c) meningkatkan

kesejahteraan dan pelayanan publik dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dan

pelayanan publik antar daerah serta (d) meningkatkan efisiensi efektifitas dan akuntabilitas

pengelolaan sumber daya daerah khususnya sumber daya keuangan

Dana perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Dana Alokasi Khusus (DAK)

a Analisis ruang fiskal dan kemandirian daerah

1) Analisis Ruang Fiskal

Ruang fiskal secara umum merupakan ketersediaan ruang dalam anggaran yang

memampukan Pemerintah menyediakan dana untuk tujuan tertentu tanpa

menciptakan permasalahan dalam kesinambungan posisi keuangan Pemerintah

Dalam konteks APBN ruang fiskal adalah total pengeluaran dikurangi dengan

belanja non diskresionerterikat seperti belanja pegawai pembayaran bunga subsidi

dan pengeluaran yang dialokasikan untuk daerah

Dalam APBD Ruang fiskal adalah pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked

(DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat)

Ruang Fiskal mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda

tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib)

Ruang Fiskal adalah (Total Pendapatan-DAK) ndash Belanja Pegawai tak langsung

67

Grafik IV1

Ruang Fiskal Kalimantan Barat

Tahun Anggaran 20182019

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Berdasarkan data dua tahun terakhir ruang fiskal Kalimantan Barat tumbuh

sebesar 19589 miliar dari tahun 2018 sebesar 1155080 menjadi 1174669

pada tahun 2019 Terjadi peningkatan ruang fiskal sebesar 266 persen dari

tahun sebelumnya

2) Analisis Rasio Kemandirian Daerah

Ruang Rasio kemandirian daerah Rasio PAD terhadap total pendapatan dan

rasio dana transfer terhadap total pendapatan Apabila rasio PAD lebih besar

daripada rasio dana transfer berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin

besar rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan semakin tinggi

Rasio PAD = PAD Total Pendapatan APBD

Rasio DanaTransfer = Total Dana Transfer Total Pendapatan APBD

Rasio PAD = 376276 2543450

= 015

Rasio DanaTransfer = 2072181 2543450

= 081

Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio ketergantungan

Kalimantan Barat masih sangat tinggi

b Analisis komparatifperbandingan year on year (yoy) antara trend alokasi dana transfer

untuk Kalimantan Barat terhadap Pertumbuhan ekonomi regional PDRB Tingkat

pengangguran Tingkat kemiskinan IPM (HDI) dapat digambarkan sebagai berikut

000

2000

4000

6000

8000

10000

2018 2019

2018 54592019 5192

2018 45412019 4808

Belanja Mengikat Ruang Fiskal

68

Tabel IV3

Tabel Perbandingan Alokasi Dana Transfer Terhadap Indikator Perekonomian Regional

Tahun Anggaran 20182019

INDIKATOR 2018 2019 persen

Alokasi Dana Transfer 345197 389872 1294

Pertumbuhan Ekonomi Regional

506

500 (119)

PDRB 19403

21232 943

Tingkat Pengangguran 426

4 45 446

Tingkat Kemiskinan 737

728 (122)

IPM 6698

NA NA

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Peningkatan dana transfer dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 1294 persen

tidak serta merta turut mendongkrak indikator perekonomian di Kalimantan Barat

Tercatat hanya PDRB yang mengalami trend positif yaitu 943 persen Sedangkan

indikator lainnya negatif

422 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang

dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Pendapatan asli daerah diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi

pemerintahan daerah oleh karena ini berarti pemerintah daerah didorong untuk dapat

meningkatkan kemandirian keuangannya

a Analisis komposisi pendapatan daerah dan perbandingannya

Pada tahun 2019 pendapatan daerah Kalimantan Barat sebesar 2563928 miliar

Pendapatan transfer sebesar 2084816 miliar dan Pendapatan Asli Daerah sebesar

404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018 dapat disajikan sebagai berikut

69

Grafik IV2 Perbandingan Pendapatan Dana Transfer dan PAD Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Sampai tahun 2019 PAD Kalimantan Barat masih berada di kisaran 15 persen

dari seluruh total pendapatan Hal ini menunjukkan tingkat kemandirian keuangan

Kalimantan Barat masih rendah

b Analisis perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan belanja daerah

Pada tahun 2019 Belanja Daerah Kalimantan Barat sebesar 2510634 miliar

Pendapatan Asli Daerah sebesar 404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018

adalah sebagai berikut

Grafik 4221

Perbandingan Belanja Daerah dan Pendapatan Asli DaerahKalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

-

5000

10000

15000

20000

25000

30000

PENDAPATANPENDAPATAN

TRANSFER PENDAPATANASLI DAERAH

24433

20827

3606

24230

20320

3909

25435

21672

3763

25639

21593

4047

2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

10000

20000

3000024998

3606

23458

3909

26044

3763

25106

4047

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi

2019 Anggaran 2019 Realisasi

70

Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah tahun 2019 adalah

sebesar 1612 persen Angka ini sedikit menurun apabila dibandingkan dengan tahun

2018 yang sebesar 1666 persen Hal ini mengindikasikan ada peningkatan

kemampuan daerah untuk membiayai pengeluarannya

423 Pendapatan Lain-lain

Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan daerah selain pendapatan

transferperimbangan dan pendapatan asli daerah

Grafik IV4 Perbandingan Pendapatan Lain-lain terhadap Total Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Kontribusi Pendapatan Lain-lain di Kalimantan Barat tidak begitu signifikan terhadap

keuangan daerah Walaupun menunjukkan peningkatan tetapi secara keseluruhan

jumlahnya tidak terlalu besar Pada tahun 2018 sebesar 192 persen dari total

pendapatan dan meningkat menjadi 290 persen pada tahun 2019

43 Belanja Daerah

Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan Belanja Daerah bersumber

dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) + Dana Transfer dari Pusat ke Daerah (DAU DAK Dana

Penyeimbang Dana Kontingensi DBH dll) Tujuan analisis Belanja Daerah antara lain adalah

untuk mengetahui kontribusi pengeluaran daerah terhadap pengeluaran pemerintah secara

nasional Analisis Belanja Daerah dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi belanja daerah seperti

klasifikasi urusan klasifikasi fungsi dan sebagainya

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

PENDAPATANPENDAPATAN

LAIN-LAIN

24433

1058

24230

466

25435

950

25639

744

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

71

Tabel IV5

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Persentase Jenis Belanja Terhadap Total Belanja

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Jenis Belanja Alokasi persen Thd Belanja

Sektor Konsumtif

Belanja Pegawai 825216 3301

Belanja Barang 605691 2423

Belanja Bunga 703 003

Belanja Hibah 145940 584

Belanja Bantuan sosial 9047 036

Belanja Bagi Hasil Kepada ProvKabKota dan Pemdes 87458 350

Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvKabKota dan Pemdes 302414 1210

Belanja tidak terduga 3213 013

1979682 7919

Sektor Produktif

Belanja Modal 520212 2081

Total Belanja 2499893 10000

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Alokasi APBD masih didominasi oleh belanja yang bersifat konsumtif yang mempunyai multi

efek jangka pendek dan didominasi untuk mencukupi kebutuhan belanja pegawai sebesar 3301

persen dari total belanja Terbesar berikutnya adalah belanja barang sebesar 2423 persen

Sedang untuk alokasi Belanja Modal sebesar 2081 persen ini sangat berpengaruh terhadap

peluang terbukanya lapangan pekerjaan untuk menambah kesejahteraan masyarakat karena

belanja modal mempunyai multi efek jangka panjang

44 Perkembangan BLU Daerah

BLU daerah di Kalimantan Barat bergerak dibidang layanan kesehatan Seluruhnya

merupakan BLUD yang sebagian biaya operasionalnya di biayai dengan APBD

Tabel IV6

BLU Daerah Kalimantan Barat Berdasarkan Nilai Aset dan Komposisi Pagu

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

No Jenis Layanan

Satker BLUD Nilai Aset Pagu

2018 2019 PNBP APBD TOTAL

1 Kesehatan RSUD Dr Ade M Djoen

2 Kesehatan RSUD Pemangkat Sambas

3 Kesehatan RSUD Sambas 3962 4952 2062

4 Kesehatan RSUD Sanggau

5 Kesehatan RSUD Dr Agusdjam Ketapang

6 Kesehatan RSUD Singkawang

72

7 Kesehatan RSUD Sekadau 4112 5281 1203 3692 4895

8 Kesehatan RSUD Dr Soedarso 21480 26748 6114

9 Kesehatan RSUD Dr Achmad Diponegoro Kapuas Hulu

1499 1319

10 Kesehatan RSUD Bumi Sebalo Bengkayang 6076 8645 1500 3579 5079

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

RSUD Dr Soedarso yang berada di Pontianak merupakan BLU Daerah terbesar dengan total

asset 26748 Walaupun begitu pendapatan operasionalnya baru mencapai 25 persen dari pagu

keseluruhan Sisanya masih didanai dengan APBD RSUD Bumi Sebalo sedikit lebih besar

persentase komposisi pagu PNBP terhadap total pagu Pagu PNBPnya mencapai 30 persen dari

total pagu

45 SurpusDefisit APBD

Selisih antara pendapatan dan belanja akan menimbulkan surplus atau defisit sedangkan jika

pendapatan dan belanja sama maka mencapai anggaran yang berimbang Surplus APBD terjadi

bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah jika

sebaliknya maka defisit Dalam selisih ini dapat kita jelaskan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh

pemda dapat juga dijelaskan mengenai faktor pendorong terjadinya surplusdefisit tersebut Jika

APBD defisit maka pemda harus mencari alternatif untuk menutupi kekurangan tersebut

Sedangkan jika surplus maka pemerintah akan menerima kembali dana lebih tersebut Surplus

tersebut dapat dianggarkan untuk pembayaran pokok utang penyertaan modal daerah pemberian

pinjaman kepada pemerintah lain dan pembentukan dana cadangan (misal untuk Pilkada

infrastruktur dll)

a Rasio surplusdefisit terhadap aggregat pendapatan

Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan

APBD = 77135 2422952

2018 = 318

Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan

APBD = 53295 2563928

2019 = 2079

Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2018 tetapi Kalimantan Barat masih

mencatatkan rasio surplus untuk tahun 2019 sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi

APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik

b Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I)

73

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I) rasio ini untuk mengetahui

proporsi adanya surplusdefisit anggaran terhadap salah satu sumber pendapatan APBD

yaitu realisasi pencairan dana transfer Hal ini dapat menunjukkan ekses likuiditas Pemda

pada semester I akibat frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal

bagi Kementerian Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama

pada daerah yang sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses

likuiditas

Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = Surplus atau defisit Semester I dibagi

Total Realisasi Dana Transfer

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 435522 942997

2018 = 4618

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 452874 983139

2019 = 4606

Pada semester I baik tahun 2018 maupun 2019 rasio surplus terhadap realisasi dana transfer

sangat tinggi Hal ini mengindikasikan ekses likuiditas Pemda pada semester I akibat

frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian

Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama pada daerah yang

sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas

c Rasio surplusdefisit terhadap PDRB indikator ini menggambarkan kesehatan ekonomi

regional semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan

jasa yang cukup baik untuk membiaya hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah

Rasio surplusdefisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplusdefisit thd PDRB = Surplus atau defisit APBD dibagi PDRB

Rasio surplusdefisit thd PDRB = 77135 19403

2018 = 398

Rasio surplusdefisit thd PDRB = 53295 21232

2019 = 251

Rasio surplus di 2019 lebih kecil dari 2018 ini menunjukkan Kalimantan Barat semakin

mampu memproduksi barang dan jasa lebih baik

46 Pembiayaan

Pembiayaan Daerah adalah seluruh penerimaan yang harus dibayar kembali danatau

pengeluaran yang akan diterima kembali Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan

dan pengeluaran pembiayaan

Rasio SILPA terhadap alokasi belanja di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

74

Rasio SILPA = Jumlah SILPA dibagi Total belanja APBD

Rasio SILPA = 21710 2345817

2018 = 52

Rasio SILPA = 46347 2510634

2019 = 184

Rasio SILPA merupakan rasio yang mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang tidak

digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran Pada tahun 2019

angka rasionya adalah 184 terjadi penurunan sebesar 334 dibandingkan tahun 2018 hal ini

mengindikasikan bahwa efektifitas belanja setahun terakhir cenderung meningkat daripada tahun

sebelumnya

47 Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah

471 Analisis Horizontal dan Vertikal

a Analisis Horizontal

Analisis horizontal merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam

satu laporan realisasi Pemda (KabupatenKota) satu dengan Pemda lain dalam satu

wilayah (Provinsi) Selain itu analisis ini merupakan analisis membandingkan perubahan

keuangan dalam satu post APBD yang sama pada satu lingkup Pemda Tujuan dari analisis

horizontal adalah untuk menyajikan informasi yang utuh terkait kinerja suatu pos antar

Pemda dan perkembangan suatu pos APBD dari waktu ke waktu

Grafik IV3 Realisasi PAD KabupatenKota Kalimantan Barat

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pendapatan Asli Daerah pada Kab Sambas mengalami lonjakan yang signifikan

yaitu sebesar 26952 persen apabila dibandingkan dengan tahun yang lalu Sebaliknya

Kab Sintang mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 2830 persen

SambasSingkawa

ngSintang Sekadau

11KabKota

TotalKalbar

TW IV 2018 4028 13087 24004 5464 344320 390903

TW IV 2019 14885 16630 17210 4535 351411 404671

010002000300040005000

mili

ar r

up

iah

75

b Analisis Vertikal

Analisis vertikal merupakan analisis yang membandingkan antara pos yang satu

dengan pos yang lain terhadap totalnya dalam satu komponen APBD yang sama Tujuan

dari analisis vertikal adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi suatu pos dalam

bentuk angka total sehingga membantu pengguna dalam mengukur seberapa besar

pengaruh pos tersebut bagi Pemda

Pada prinsipnya semakin besar kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah akan

menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat Dengan kontribusi yang

semakin meningkat diharapkan pemerintah daerah semakin mampu membiayai

keuangannya Gambaran kemandirian keuangan daerah ini dapat diketahui melalui

besarnya kemampuan sumber daya keuangan dalam membiayai pelayanan kepada

masyarakat daerah tertentu

1) Analisis Kontribusi PAD Kalimantan Barat terhadap total pendapatan

Analisis Kontribusi PAD dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah

pendapatan asli daerah dengan total penerimaan daerah Rasio ini menunjukan

kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah Semakin tinggi kontribusi PAD maka

semakin tinggi kemampuan pemeritah daerah dalam penyelenggaraan desentralisas

Kriteria Rasio Kontribusi PAD

bull Sangat Baik gt 50

bull Baik 25 ndash 50

bull Kurang Baik10 ndash 25

bull Tidak Baik lt 10

76

Grafik IV4 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah di Kalimantan Barat masih relatif

rendah PAD di Kalimantan Barat menyumbang antara 15 persen sd 16 persen dari

seluruh total pendapatan dalam dua tahun terakhir

Penyebab dari rendahnya PAD tersebut antara lain pertama pemerintah daerah

belum mampu mengidentifikasi potensi sumber pendapatannya Kedua sebagian besar

pemerintah daerah masih belum dapat mengoptimalkan penerimaan pajak daerah

retribusi daerah atau bahkan penerimaan dari hasil kekayaan daerah yang dipisahkan

sesuai UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Ketiga pemerintah daerah masih menganggap bahwa rendahnya pendapatan PAD

sebagai akibat dari ruang gerak daerah yang terbatas untuk mengoptimalkan

penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diatur dalam UU No 28

Tahun 2009 Pemerintah daerah melihat banyak jenis dan objek pajak serta retribusi

yang masih dapat diterapkan tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang Ketiga

daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak yang besar masih diatur oleh

pusat yaitu Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak rokok Keempat

adalah kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan yang berasal

dari pajak daerah dan retribusi daerah yaitu menyempurnakan dan mengoptimalkan

penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada serta menerapkan

pajak daerah dan retribusi daerah yang baru

-

10000

20000

30000

Anggaran Realisasi

AnggaranRealisasi2018

2019

2018 2019Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PAD 3606 3909 3763 4047

PENDAPATAN 24433 24230 25435 25639

PENDAPATAN PAD

77

2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja

Analisis belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan antara total

realisasi belanja modal dengan total belanja daerah Berdasar laporan ini akan diketahui

porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada

tahun anggaran bersangkutan Pengeluaran belanja modal akan memberi manfaat

dalam jangka menengah dan panjang Belanja modal akan mempengaruhi neraca

pemerintah daerah yaitu menambah jumlah asset daerah Pemerintah daerah dengan

tingkat pendapatan daerah yang rendah memiliki porsi jumlah belanja modal yang tinggi

dibandingkan pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi Hal ini disebabkan

pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan rendah berorientasi untuk melakukan

belanja modal sebagai bagian dari investasi modal jangka panjang sedangkan

pemerintahan yang berpendapatan tinggi biasanya telah memiliki asset modal yang

mencukupi

Grafik IV5 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pada umumnya proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah antara 5

persen-20 persen Kalimantan Barat dalam dua tahun terakhir memiliki rata-rata rasio

belanja modal terhadap total belanja sebesar 1995 persen Pada tahun 2019

Kalimantan Barat memfokuskan belanja modal pada investasi penyediaan Gedung

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

5E+12

1E+13

15E+13

2E+13

25E+13

3E+13

BELANJA DAERAHBELANJA MODAL

2499829

505628

2345817

470016

2604405

520212

2510634

498885

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

78

perkantoran sebesar 3474 persen infrastruktur jalan sebesar 2759 persen dan

pengadaan alat-alat berat darat sebesar 1207 persen

472 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah

Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah yang

dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang

penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu

Analisis kapasitas fiskal daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur

kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui pendapatan

daerah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja

tertentu

Berdasarkan PMK Nomor 126PMK072019 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah

daerah provinsi dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal

Berdasarkan PMK tersebut indeks Kapasitas Fiskal Daerah kabupaten kota

dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal Daerah sebagai berikut

79

Tabel IV7

Kapasitas Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Pemerintah Daerah Indeks Kapasitas Fiskal

Kategori KFD Indeks Kapasitas

Fiskal

Kategori KFD

2018 2019

Prov Kalbar 0518 Rendah 0453 Sedang

Kab Sambas 0877 Sedang 0793 Sedang

Kab Sanggau 0855 Sedang 0778 Sedang

Kab Sintang 1134 Sedang 0269 Sangat Rendah

Kab Mempawah 043 Sangat Rendah 0494 Sangat Rendah

Kab K Hulu 1421 Tinggi 0884 Sedang

Kab Ketapang 1381 Tinggi 1094 Tinggi

Kab Bengkayang 0738 Rendah 0442 Sangat Rendah

Kab Landak 1274 Tinggi 0676 Rendah

Kab Melawi 0776 Sedang 0536 Rendah

Kab Sekadau 0669 Rendah 0611 Rendah

Kab Kayong Utara 056 Sangat Rendah 0406 Sangat Rendah

Kab Kubu Raya 1055 Sedang 0742 Sedang

Kota Pontianak 1368 Tinggi 1538 Tinggi

Kota Singkawang 0618 Rendah 0522 Rendah

Sumber PMK Nomor 126PMK072019

Berdasar tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah yang mempunyai indeks kapasitas

tinggi adalah Kab Ketapang dan Kota Pontianak Sedangkan daerah dengan indeks

kapasitas sangat rendah adalah Kab Sintang Mempawah Bengkayang dan Kayong Utara

Prov Kalbar naik dari kategori rendah ke sedang Kab Sintang turun dua tingkat dari

kategori sedang ke sangat rendah Kab Kapuas Hulu turun dari kategori tinggi ke sedang

Kab Landak turun dua tingkat dari kategori tinggi ke rendah dan Kab Melawi turun dari

kategori sedang ke rendah

48 Perkembangan Belanja Wajib Daerah

Tujuan dari sub ini adalah melihat gambaran perkembangan mandatory spending dalam

pelaksanaan APBD di daerah Mandatory spending adalah alokasi belanja wajib yang diatur

undang-undang Tujuan mandatory spending adalah mengurangi masalah ketimpangan sosial dan

80

ekonomi daerah Mandatory spending dalam tata kelola keuangan pemerintah daerah meliputi

alokasi pendidikan alokasi kesehatan penggunaan dana transfer umum dan alokasi dana desa

APBD diklasifikasikan menjadi 35 urusan daerah yaitu Pendidikan Kesehatan Pekerjaan

Umum Lingkungan Hidup Kelautan dan Perikanan Kehutanan Kesatuan Bangsa dan Politik

Perencanaan Pembangunan Penataan Ruang ESDM Pemberdayaan Masyarakat Desa Sosial

KUKM Perdagangan Kebudayaan Kependudukan dan Catatan Sipil dan seterusnya

Tahun 2019 total belanja terjadi peningkatan 703 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu

dari Rp 2345816 miliar menjadi Rp 2510634 miliar Dari ke-35 urusan daerah tersebut yang

menjadi perhatian utama pemerintah daerah secara berturut-turut adalah pemerintahan umum

(3118 persen) pendidikan (2337 persen) perumahan dan fasilitas umum (2125 persen) dan

kesehatan (1339 persen)

Berdasarkan fungsi APBD Kalimantan Barat dapat digambarkan sebagai berikut

Tabel IV8

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Fungsi Tahun 2019

(Miliar Rp)

Uraian Fungsi Total persen

01 PELAYANAN UMUM 782834 3118

02 PERTAHANAN ) 000 -

03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 30131 120

04 EKONOMI 178475 711

05 LINGKUNGAN HIDUP 22823 091

06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 533546 2125

07 KESEHATAN 336074 1339

08 PARIWISATA 9952 040

09 AGAMA ) 000 -

10 PENDIDIKAN 586788 2337

11 PERLINDUNGAN SOSIAL 30012 120

Total Belanja Daerah 2510634 10000

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Komitmen pemerintah daerah dalam membangun kualitas atau kesejahteraan masyarakat

dapat terlihat melalui alokasi pengeluaran pemerintah daerah dari tiga jenis belanja yaitu belanja

pendidikan belanja kesehatan dan belanja infrastruktur

481 Belanja Daerah Sektor Pendidikan

Pembangunan pendidikan dicapai dengan meningkatkan pemerataan akses kualitas

relevansi dan daya saing Alokasi anggaran fungsi pendidikan mencerminkan upaya

pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan

sebagai salah satu upaya untuk memenuhi amanat konstitusi bahwa alokasi anggaran

pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari belanja negara

81

Dari tabel 48 dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran pendidikan

Kalimantan Barat yang sebesar 2337 persen sudah memenuhi amanat UUD 1945 pasal 31

ayat (4) dan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat (1)

yang mewajibkan alokasi anggaran Pendidikan minimal 20 persen

482 Belanja Daerah Sektor Kesehatan

Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja

di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi (mandatory spending) Pasal tersebut

menyebutkan bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 5

persen (lima persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diluar gaji sementara

provinsi dan kabupatenkota mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 10

persen (sepuluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diluar gaji Tujuan

dari pembangunan bidang kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang terus

membaik Penggunaan anggaran di dibidang kesehatan diharapkan seoptimal mungkin

dapat termanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut

Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran kesehatan

pemerintah daerah minimal 10 persen dari APBD di luar gaji (UU No 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan) sudah terpenuhi di Kalimantan Barat

483 Belanja Infrastruktur Daerah

Dana Transfer Umum terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH)

yang penggunaannya bersifat umum Porsi DAU dan DBH yang besar dari total dana

Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) diharapkan mampu berperan besar dalam

upaya percepatan pembangunan infratuktur di daerah Dana Transfer Umum (DTU)

diarahkan penggunaannya sekurang-kurangnya 25 persen untuk belanja infrastruktur

daerah

DTU Kalimantan Barat terdiri dari DAU sebesar 1232649 miliar dan DBH 58493 miliar

Jumlah totalnya adalah 1291143 miliar Jika fungsi belanja perumahan dan fasilitas umum

sebesar 533546 maka angka ini senilai 4132 persen artinya jauh melebihi ketentuan yang

berlaku

Sungai Kapuas Kalimantan BaratMerupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang 1143 km Sungai Kapuas menjadi habitat bagi 700 jenis ikan air tawar 12 jenis diantaranya termasuk ikan langka serta 40 jenis ikan lainnya terancam punah

BAB V

PERRKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

ANGGARAN

KONSOLIDASIAAN

(APBN DAN APBD)

82

A LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang

disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian tingkat Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Prov Kalbar adalah sebagai berikut

Tabel V1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Lingkup Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019 (Miliar rupiah)

Uraian 2019 2018

Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi

Pendapatan Negara 891057 442989 1334046 2282 1086157

Pendapatan Perpajakan

808438 286398 1094835 1298 969055

Pendapatan Bukan Pajak

82620 118273 200893 7200 116798

Hibah 000 38318 38318 1250467

304

Transfer 000 2031342 000 000 000

Belanja Negara 968528 2377236 3345764 425 3209324

Belanja Pemerintah 968528 2107845 3076373 464 2939933

Transfer 2031342 269391 269391 000 269391

Surplus(Defisit) -77471 -1934247 -2011718 -525 -2123167

Pembiayaan 000 31348 31348 -2967 44575

Penerimaan Pembiayaan Daerah

000 126432 126432 4765 85628

Pengeluaran Pembiayaan Daerah

000 95084 95084 13161 41054

Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran

-77471 -1902899 -1980371 -473 -2078592

Catatan Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pada tahun 2019 pendapatan konsolidasian pemerintah

daerah provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp 1334 triliun Angka

ini naik 2282 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2018 Belanja Konsolidasian sebesar Rp 3345 triliun Angka

83

ini naik 425 persen dari tahun 2018 Terjadi defisit pada LKPK tahun 2019 sebesar

Rp 198 triliun

B PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau

Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh

pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu

periode pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun

resiprokal (berelasi)

1 Analisa Proporsi dan Perbandingan

Grafik V1

Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian

di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pendapatan Perpajakan memberikan kontribusi yang paling besar pada

pendapatan konsolidasian yaitu 8094 persen atau Rp1014 triliun Hal ini

menunjukkan Pendapatan Perpajakan masih tulang punggung General Government

Revenue di Provinsi Kalimantan Barat 7170 persen dari total Penerimaan

Perpajakan berasal dari Pajak Pemerintah Pusat PPn dalam Negeri menjadi Pajak

Pemerintah Pusat paling tinggi yaitu Rp 306 triliun

Pemerintah Daerah memberikan sumbangan 2821 persen atau Rp 286

triliun pada Penerimaan Perpajakan Konsolidasi Pajak Kendaraan Bermotor

mendominasi Pajak Daerah dengan nilai Rp 191 triliun disusul oleh Pajak Hotel

sebesar Rp 62899 miliar Hal ini menunjukkan sektor Pariwisata memiliki potensi

yang cukup besar dalam menyumbang PAD dalam bidang perpajakan

Diharapakan Pemerintah Daerah dapat terus menggali Pajak di sektor Pariwisata

dengan mengembangkan prasarana pendukung seperti perhotelan tempat

pariwisata dan lain-lain

8094

1504

287 000

Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak

Hibah Transfer

84

2 Analisa Perubahan

Pendapatan Konsolidasian mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada

tahun 2019 Kenaikan sebesar Rp 247 triliun atau 2282 persen dibanding tahun

2018 didorong peningkatan pada Pendapatan Perpajakan Rp 125 triliun (1298

persen) Pendapatan Bukan Pajak Rp 84095 miliar (72 persen) dan Pendapatan

Hibah Rp 38014 miliar (12504 persen)

Grafik V2

Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan

Konsolidasian Provinsi Kalimantan Tahun 2018 dan 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pendapatan Bukan Pajak paling besar disumbang oleh Penjualan Aset Daerah

dan Deviden atas Penyertaan Modal pada BUMD pada Pendapatan Bukan Pajak

Daerah sebesar Rp 59048 miliar dan Rp19075 miliar Deviden atas Penyertaan

Modal pada BUMD merupakan daya Tarik tersendiri bagi Pemerintah Daerah pada

Prov Kalbar untuk semakain memanfaatkan BUMD khususnya Bank Kalbar

sebagai tempat investasi

3 Perhitungan Rasio Konsolidasi

1) Tax ratio

Salah satu rasio konsolidasi dapat dilakuaka dengan menggunakan Tax Ratio

dengan rumus sebagai berikut

Tax Ratio = Pendapatan Perpajakan Konsolidasian Tingkat Wilayah

PDRB Provinsi

Dari perhitungan dapat ditemukan

PendapatanKonsolidasi

PendapatanPerpajakan

PendapatanBukan Pajak

Hibah Transfer

2019 1253916 1014946 200651 38318 000

2018 1086157 969055 116798 304 000

000

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

85

Tabel V2

Tax Ratio Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019

IndikatorTahun 2018 2019

Penerimaaan Perpajakan Konsolidasian (Miliar Rp) 969055 1014946

PDRB (Miliar Rp) 19403285 21273700

Tax ratio 499 477 Sumber LKPK Kanwil DJPB dan BPS(diolah)

Tax Ratio pada Prov Kalbar mengalami penurunan sebesar 022 persen pada

tahun 2019 dari tahun sebelumnya Dibandingkan dengan tax ratio nasional yang

sebesar 107 persen maka rasio pajak di Kalimantan Barat masih sangat kecil Hal

ini menjadi dapat menjadi motivasi bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

Daerah untuk mencari sumber-sumber Penerimaan Perpajakan yang mungkin

belum tergali secara tuntas Pemerintah dapat melakukan sensus pajak khusus

untuk Prov Kalbar agar potensi-potensi pajak tidak hilang sehingga tax ratio Kalbar

dapat mendekati tax ratio nasional

2) Rasio Kemandirian

Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan pembangunan

dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai

sumber pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain misalnya bantuan

pemerintah pusat ataupun dari pinjaman Rasio Kemandirian dapat dihitung dengan

rumus

Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah

Bantuan Pemerintah Pusat

Dengan menggunakan Laporan konsolidasian diperoleh data Rasio Kemandirian

Prov Kalimantan Barat pada tahun 2018 dan tahun 2019 berada pada angka 1818

persen dan 2180 persen Angka ini menunjukkan bahwa secara Laporan

Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan memiliki

ketergantungan yang cukup tinggi terhadap dana transfer Peran Pemerintah Pusat

akan sangat besar pada pembangunan di Kalbar sehingga Pemerintah Daerah tidak

leluasa dalam menentukan program kerjanya

C BELANJA KONSOLIDASIAN

Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja

Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja Pemerintah

Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang

sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi)

86

1 Analisis Proporsi dan Perbandingan

Proporsi dan komposisi realisasi berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis

belanja) atau perbandingan antara realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal

terhadap total Belanja konsolidasian

Grafik V3

Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pad a Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pada tahun 2019 secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Barat total

belanja pemerintah daerah lebih besar dari total belanja pemerintah pusat

Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp 3345 triliun 2895

persen bersumber dari anggaran pemerintah pusat dan sisanya sebesar 7105

persen dari anggaran pemerintah daerah

Belanja Operasional mendominasi pada Belanja Pemerintah Pusat maupun

Daerah 7045 persen Belanja Konsolidasian digunakan untuk belanaja

Operasional yaitu Rp 1608 triliun pada belanja Pemerintah Daeah dan 772 triliun

pada belanja Pemerintah Pusat Belanja Pegawai menjadi pengeluaran terbesar

pada Belanaja Operasional Konsolidasian yaitu Rp 11 90 triliun atau 3521 persen

dari total Belanaja Konsolidasian

Belanja Modal hanya menyumbangkan 2055 persen terhadapa belanaj

Konsolidasian Belanaj Bahan Baku Jalan dan jembatan menjadi belanja modal

terbesar Pemerintah Pusat dengan nilai Rp 36413 miliar dan Belanja

Pengadaaan Gedung Bangunan Tempat Kerja menjadi Belanja Modal Pemerintah

Daerah terbesar dengan Rp 175 triliun

Proporsi Belanja Pegawai yang mendominasi Belanaja Konsolidasian

sebenarnya kurang baik Dengan besarnya Belanja Pegawai yang harus

dibayarkan maka Pemerintah akan tidak leluasa menggunakan instrument fiskal

sebagai alat kebijakan

Konsolidasi Pusat Daerah

Belanja Transfer 303881 - 303881

Belanja Modal 694711 195827 498885

Belanja Operasional 2381037 772702 1608335

000500000

1000000150000020000002500000300000035000004000000

87

2 Analisis Perubahan

Grafik V4

Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Grafik V5

Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Belanja Operasional cenderung semakin besar persentase terhadap Belanja

Konsolidasian Besarnya belanja Operasional yang didominasi oleh Belanja

pegawai akan memepersempit ruang fiskal suatu daerah Dengan rumus

Ruang Fiskal = (Pendapatan-Belanja Pegawai)

Pendapatan

Dengan rumus di atas ruang fiskal Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan

Konsolidasian adalah 1077 persen

Angka 1077 persen menunjukkan bahwa Pemerintah pada Provinsi

Kalimantan Barat memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam membiayai

pembangunan di daerah Ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat juga sangat

tinggi dimana TKDD yang diterima lebih besar dari PAD Melihat hal ini sebaiknya

pemerintah daerah dan pemerintah Pusat dapat merumuskan efektifitas TKDD

yang diterima sebaiknya digunakan untuk apa dan dapat menggali sumber-sumber

PAD yang baru

68

248

Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer

70

219

Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer

88

3 Analisis Rasio Belanja Konsolidasian

Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam belanja pemerintah rasio Belanja

perkapita (spending per citizen) Rasio ini merupakan perbandingan antara realisasi

Belanja dibagi jumlah penduduk Dari perhitungan dari tahun 2019 belanja per

kapita adalah Rp 623 jutaorang mengalami kenaikan dari Rp 593 pada tahun 2018

Kenaikan ini berarti tujuan dari Pemerintah untuk menyejaterahkan masyarakat

semakin mendekati sasaran

Naiknya spending per citizen ini sejalan dengan penurunan Gini Ratio dari

angka 0325 pada tahun 2018 menjadi 0318 tahun 2019 Penurunan Gini Ratio

berarti terdapat perbaikan atas tingkat kesenjangan pada Prov Kalbar Indikator

yang juga mempengaruhi kenaikan spending per citizen adalah jumlah tenaga kerja

yang meningkat sebesar 22134 orang dari tahun 2018 ke tahun 2019

D SURPLUSDEFISIT

SurplusDefisit Laporan Keuangan Pemer i n t ah Konsolidasian di Provinsi

Kalimantan Barat t ahun 2019 mencapai minus Rp2011 triliun Defisit tersebut

b e r a s a l dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 77471 miliar dan Pemerintah Daerah

sebesar Rp1934 triliun

1) Proporsikomposisi Realisasi SurplusDefisit Pempus dan Pemda terhadap

SurplusDefisit Konsolidasian

Defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel V3

Rasio SurplusDefisit Konsolidasian terhadap PDRB

pada Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

SurplusDefisit Persentase SurrplusDefisist

Konsolidasi -2091849 10000

Pusat -157601 753

Daerah -1934247 9247

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pemerintah Daerah menyumbangkan defisit 9247 persen dari total defisit Hal ini

terjadi karena realisasi TKDD tidak diperkirakan dalam penyusunan neraca

konsolidasian Dengan adanya dana transfer yang diberikan oleh Pemerintah pusat

sebesar Rp 2033 triliun maka Pemerintah Daerah akan mendapatkan surplus sebesar

Rp 099 triliun

2) Perbandingan Rasio SurplusDefisit terhadap PDRB

Rasio ini menghitung perbandingan nilai surplusdefisit dengan nilai PDRB

89

Dihitung dengan rumus

Rasio SurplusDefisit = Nilai SurplusDefisit Konsolidasian

Nilai PDRB

Dengan rumus di atas maka di dapatkan Rasio surplusdefisit terhadap PDRB

adalah -983 persen Defisit konsolidasian bernilai 983 persen dari total PDRB Kalbar

pada periode tahun 2019

E ANALISA KONTRIBUSI KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang

ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan

kabupatenkota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender) Nilai

PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran

yaitu Y = C + I + G + X-M) Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai

salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi

Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2018

Tabel V4

Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2019 (miliar Rp)

Pendapatan 1254157

a Pajak 1014946

b Kontribusi sosial 200893

c Hibah 38318

d Pendapatan lain -

Beban 2651053

a Belanja Operasional 2381037

c Belanja Transfer 303881

Keseimbangan operasi brutoneto -1396896

Transaksi Aset Non Keuangan Neto 694711

a Aset tetap 694711

b Persediaan -

c Barang berharga -

d Aset nonproduksi -

Net LendingBorrowing -2091607

Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban 31348

a Akuisisi Neto Aset Keuangan -

- Domestik 126432

- Luar Negeri -

b Keterjadian Kewajiban -

- Domestik 95084

- Luar Negeri -

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Belanja Pemerintah (G) adalah Rp 2651 triliun dan Investasi (I) yang dilakukan oleh

90

pemerintah pada tahun 2018 sebesar Rp 694 triliun Dengan demikian dapat dihitung

kontribusi belanja Pemerintah dan investasi Pemerintah terhadap PDRB Provinsi

Kalimantan Barat dengan PDRB sebesar Rp21273 triliun adalah sebagai berikut

1 Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB adalah 1246 persen

2 Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB adalah 326 persen

Belanja Pemerintah masih memiliki porsi yang cukup besar terhadap yaitu sebesar

1246 persen Hal ini menunjukkan belanja Pemerintah adalah salah satu motor

penggerak perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat dengan harapan belanja ini

mampu memberikan efek dalam jangka waktu yang cepat terhadap pertumbuhan

ekonomi Pemerintah diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan

belanja sebesar ini

Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output perekenomian dipengaruhi oleh

tabungan pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi Tabungan merupakan

instrumen yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal (penerimaan pajak dan belanja negara

mempengaruhi tabungan nasional) Secara tidak langsung kebijakan fiskal ikut mengambil

peran dalam pertumbuhan ekonomi Keputusan-keputusan pemerintah mengenai

kebijakan fiskal yang ditempuh suatu negara dapat mengubah ouput dalam

perekonomian baik bertambah maupun berkurang

Peningkatan belanja Pemerintah memiliki multiplier effect (efek penggandaan)

terhadap pendapatan (ouput perekonomian) suatu negaradaerah Alasannya

ialah pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi Kenaikan

belanja pemerintah menyebabkan meningkatnya pendapatan kemudian meningkatkan

konsumsi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan kemudian meningkatkan

konsumsi dan seterusnya

Belanja Pemerintah yang meningkat dari tahun ke tahun memberikan efek yang baik

untuk perekonomian Kalimantan Barat karena memegang porsi yang cukup besar

terhadap PDRB Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan untuk memperbesar alokasi

Investasi juga

Taman Nasional Gunung Palung Kayong Utara

Selain habitat bagi Orang Utan di Taman Nasional Gunung Palung juga merupakan habitat bagi Bekatan (yang merupakan hewan endemik Pulau Kalimantan)

BAB VI

KEUNGGULAN DAN

POTENSI EKONOMI

SERTA TANTANGAN

FISKAL REGIONAL

91

Untuk menjadi kawasan yang maju dan unggul maka pemerintah harus mendukung

melalui pembangunan daerah dengan penentuan prioritas kebijakan yang lebih terarah serta

berjalan efektif dan efisien mengingat keterbatasan sumber pendanaan serta tetap

memperhatikan keunggulan dan potensi ekonomi daerah Penentuan sektor unggulan daerah

merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk

meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi persaingan Pendekatan

yang digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan dalam kajian ini adalah metode Shift

Share Location Quotient (LQ) dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Perhitungan sekor unggulan menggunakan metode Shift Share dilakukan dengan

perbandingan perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat dengan perkembangan

ekonomi nasional dalam jangka waktu 6 (enam) tahun terakhir

Tabel VI1

Shift Share Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019 (miliar rupiah)

No Sektor Usaha Nij (1)

Mij (2)

Cij (3)

Dij (1+2+3)

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1222348 206718 -78895 1350171

2 Pertambangan dan Penggalian 67328 484293 -251869 299751

3 Industri Pengolahan 873561 405984 -247156 1032389

4 Pengadaan Listrik Gas 5215 8251 -9427 4039

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

6143 55924 -54196 7872

6 Konstruksi 1023591 -25056 -233531 765004

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

868146 244286 -203511 908922

8 Transportasi dan Pergudangan 505346 -74394 -161645 269306

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 113457 88963 -57802 144618

10 Informasi dan Komunikasi 303467 67220 -164199 206488

11 Jasa Keuangan 308895 -56760 -25036 227099

12 Real Estate 197897 6495 -13855 190537

13 Jasa Perusahaan 49701 -16356 -5113 28232

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

345188 319568 -270891 393865

92

15 Jasa Pendidikan 309927 -62460 29641 277108

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 118800 -11299 -14033 93468

17 Jasa Lainnya 121010 -42227 -14318 64466

Sumber BPS diolah

Dengan analisis Shift Share terdapat 2 (dua) sektor lapangan usaha dengan Shift Share

ge Rp 10 triliun Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan serta

Industri

Perhitungan sektor unggulan Provinsi Kalimantan Barat dilakukan dengan menggunakan

LQ time series dimana data yang digunakan adalah PDRB dan PDB 6 (enam) tahun terakhir

Tabel VI2

LQ Time Series Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019

No Sektor LQ 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-Rata

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 158 147 145 148 152 152 150

2 Pertambangan dan Penggalian 047 062 075 069 065 074 065

3 Industri Pengolahan 076 073 076 077 078 079 077

4 Pengadaan Listrik Gas 006 007 008 008 008 008 008

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

165 160 153 160 164 523 221

6 Konstruksi 121 124 115 119 114 110 117

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

105 108 106 104 104 105 105

8 Transportasi dan Pergudangan 095 085 084 081 085 081 085

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

074 078 078 078 081 082 079

10 Informasi dan Komunikasi 092 092 091 095 096 092 093

11 Jasa Keuangan 091 086 084 084 087 078 085

12 Real Estate 106 103 101 098 102 099 101

13 Jasa Perusahaan 028 028 026 024 023 022 025

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

160 166 174 182 183 187 175

15 Jasa Pendidikan 133 124 120 117 117 114 121

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 141 137 131 126 126 125 131

17 Jasa Lainnya 065 059 056 053 052 050 056 Sumber BPS diolah

Sektor yang memiliki potensi berdasarkan LQ akan memiliki nilai gt 1 Perhitungan LQ time

series dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 menunjukkan terdapat delapan sektor yang

potensial karena memiliki LQ lebih besar dari satu dan sembilan bidang tidak potensial dengan

LQ kurang dari satu

93

Metode terakhir yang digunakan adalah Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) Sama

dengan dua metode sebelumnya MRP menggunakan data PDRB dan PDB dari tahun 2014

sampai dengan 2019

Tabel VI3

Metode Rasio Pertumbuhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019

No Sektor Usaha MRP

RPr RPs

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 097 - 088 -

2 Pertambangan dan Penggalian 075 - 123 +

3 Industri Pengolahan 095 - 098 -

4 Pengadaan Listrik Gas 109 + 162 +

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang 093 - 209 +

6 Konstruksi 111 + 101 +

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 099 - 097 -

8 Transportasi dan Pergudangan 128 + 114 +

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 093 - 105 +

10 Informasi dan Komunikasi 115 + 122 +

11 Jasa Keuangan 112 + 091 -

12 Real Estate 101 + 089 -

13 Jasa Perusahaan 124 + 095 -

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 096 - 118 +

15 Jasa Pendidikan 104 + 079 -

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109 + 093 -

17 Jasa Lainnya 128 + 097 -

Sumber BPS diolah

MRP menghitung rasio pertumbuhan sektoral pada RPs RPS yang bernilai ge 1 akan

diberikan notasi + menunjukkan sektor tersebut pada Provinsi Kalimantan Barat memiliki

pertumbuhan yang menonjol Terdapat 8 (delapan) seKtor yang yang memiliki RPs ge 1

sehingga cukup banyak sektor yang memiliki pertumbuhan yang menonjol

61 SEKTOR UNGGULAN DAERAH

Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau

perkembangan bagi sektor-sektor lainnya baik sektor yang mensuplai inputnya maupun

sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo

94

2006) Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan baik itu

perbandingan berskala regional nasional maupun internasional Pada lingkup

internasional suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan

sektor yang sama dengan negara lain Sedangkan pada lingkup nasional suatu sektor

dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu

bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain baik di pasar nasional

ataupun domestik Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut

dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga

dapat menghasilkan ekspor (Suyanto 2000146) Sektor unggulan di suatu daerah

(wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan

Kriteria pertama penentuan sektor unggulan suatu daerah adalah hubungannya

dengan PDRB maka dillihat sektor mana yang sumbangan terhadap PDRB nya paling

besar

Tabel VI4

Kontribusi Sektor Tehadap PDRB pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019

Sektor Persentase Kontribusi Terhadap PDRB

2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata

Pertanian Kehutanan dan Perikanan 2156

2054

2021

2030

2025

2013

2050

Pertambangan dan Penggalian 479 490 561 540 548 557 529

Industri Pengolahan 1648

1578

1612

1621

1609

1627

1616

Pengadaan Listrik Gas 006 008 009 010 011 010 009

Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

013 012 011 012 012 037 016

Konstruksi 1221

1310

1244

1280

1253

1229

1256

Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1451

1481

1447

1413

1409

1426

1438

Transportasi dan Pergudangan 430 440 452 457 479 470 455

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

231 238 237 231 236 239 235

Informasi dan Komunikasi 330 336 343 373 377 379 356

Jasa Keuangan 363 356 364 369 378 344 362

Real Estate 304 301 296 288 290 285 294

Jasa Perusahaan 045 047 046 044 044 044 045

Administrasi Pemerintahan Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib

629 667 694 694 698 704 681

95

Jasa Pendidikan 442 430 420 401 394 392 413

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 149 151 145 140 140 143 145

Jasa Lainnya 103 101 099 098 098 101 100

Sumber BPS diolah

Dengan menggunakan (3) tiga alat analisis yang disebut di atas maka didapatkan

perhitungan sebagai berikut

Tabel VI5

Perhitungan Shift Share LQ dan MRP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019

No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)

LQ Time Series MRP (RPs)

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088

2 Pertambangan dan Penggalian 299751 065 123

3 Industri Pengolahan 1032389 077 098

4 Pengadaan Listrik Gas 4039 008 162

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

7872 221 209

6 Konstruksi 765004 117 101

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

908922 105 097

8 Transportasi dan Pergudangan 269306 085 114

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 144618 079 105

10 Informasi dan Komunikasi 206488 093 122

11 Jasa Keuangan 227099 085 091

12 Real Estate 190537 101 089

13 Jasa Perusahaan 28232 025 095

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

393865 175 118

15 Jasa Pendidikan 277108 121 079

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 93468 131 093

17 Jasa Lainnya 64466 056 097

Sumber BPS diolah

Berdasarkan Tabel VI4 diperoleh sektor unggulan pada Provinsi Kalimantan Barat

adalah sektor-sektor yang memiliki kontribusi rata-rata terhadap PDRB total di atas 10

persen Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan Industri

Pengolahan Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Dengan menggunakan analisis Shift Share LQ dan

MRP maka diperoleh tabel sebagai berikut

96

Tabel VI6

Sektor Unggulan Provinsi Kalimantan Barat tahun

No Sektor Usaha Shift Share (miliar

Rp)

LQ Time Series

MRP (RPs)

Rata-rata

PDRB

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088 2050

3 Industri Pengolahan 1032389 077 098 1616

6 Konstruksi 765004 117 101 1256

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

908922 105 097 1438

Sumber BPS diolah

Berdasarkan Shift Share semua sektor memenuhi syarat sebagai sektor unggulan

karena memiliki nilai Shift Share yang si atas Rp 7 triliun Berdasarkan metode LQ sektor

Industri Pengolahan tidak memenuhi syarat karena LQ lt 1 Perhitungan MRP menunjukkan

hanya sektor Konstruksi yang memenuhi syarat MRP Rps gt 1 Sektor Industri pengolahan

tidak memenuhi 2 kriteria yaitu LQ dan MRP sehingga dikeluarkan dari sektor unggulan

1a Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan

Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih

luas dari seluruh pulau Jawa Luasya wilayah ini banyak digunakan untuk pertanian dan

perkebunan PDRB sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205

persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-

2019 Data ini menunjukkan kekuatan dari sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan

sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat

Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan Karet menjadi 2 (dua) penyumbang

terbesar pada Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan Berdasarkan data dari BPS

perkebunan Kelapa Sawit menggunakan lahan seluas 145 juta hektare dengan hasil

produksi 973442 ton pada tahun 2018 Perkebunan Karet menggunakan lahan seluas

600956 hektare dengan produksi 268160 ton pada tahun 2017

Nilai jual hasil produksi kelapa sawit pada tahun 2018 apabila diperhitungkan

dengan harga rata-rata pada tahun berkenaan akan benilai sekitar Rp 146 triliun

sementara nilai karet sekitar Rp 21 triliun Dengan total Rp 356 triliun perkebunan

Kelapa Sawit dan Karet tentu saja masih jadi primadona

97

Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK733Menhut-II2014 tanggal 2

September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Barat

membagi hutan Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan fungsi sebagai berikut

1) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) seluas plusmn

1621046 hektar

2) Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas plusmn 2310874 hektar

3) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas plusmn 2132398 hektar

4) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas plusmn 2127365 hektar

5) Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) seluas 197918 hektar

Terdapat sekitar 45 juta hektare hutan produksi yang masih produktif pada Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini merupakan potensi yang sangat besar untuk menghasilkan

produk-produk hasil hutan yang memiliki nilai jual

Sub sektor Perikanan terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu Perikanan Budi Daya dan

Perikanan Tangkap Pada tahun 2018 Perikanan Budidaya digeluti oleh 52288 rumah

tangga sementara Perikanan Tangkap oleh 21233 rumah tangga Nilai ekspor

perikanan cenderung naik dari tahun ke tahun terakhir pada tahun 2018 tercatat ekspor

perikanan Kalbar sebesar 632 ton dengan nilai Rp 255 miliar

Dari bahasan di atas dapat dilihat bahwa Perkebunan Sawit dan Perkebunan Karet

merupakan sub sektor andalan pada sektor Sektor Pertanian Kehutanan dan

PerikananDengan demikian sangat diperlukan usaha pemerintah untuk ikut menjaga

stabilitas harga khususnya di tingkat petani Pemerintah Provinsi Kalbar menerbitkan

Peraturan Gubernur Nomor 63 Tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan penetapan

indeks dan harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit produksi pekebun Kalbar

Para pekebun kelapa sawit di seluruh Kalbar harus bermitra dengan perusahan kelapa

sawit para mitra tersebut harus membeli sesuai dengan harga yang telah ditetapkan

Pabrik kelapa Sawit tidak boleh membeli tandan kelapa sawit dengan para pekebun

yang bukan mitra

Keberadaan BUMDes diharapkan dapat menampung hasil getah karet petani dan

sekaligus memfasilitasi penjualan karet langsung ke pabrik karet sehingga jalur

perdagangan terpangkas karena tidak melalui pengepulapabila dilaksanakan secara

serempak maka dampaknya diharapkan dapat meningkatkan stabilitas harga getah

98

karet Penggunaan Dana Desa untuk pemberdayaan BUMDes harus didorong serta

kemudahan permodalan melalui KUR

1b Sektor Konstruksi

Mardiasmo (2002) mengatakan peningkatan Pemda dalam investasi modal (belanja

modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya

mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan

yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Terpilihnya sektor Konstruksi sebagai

sektor potensial sejalan dengan menggeliatnya pembangunan infrastruktur pada

Provinsi Kalimantan Barat sesuai dengan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo

pada tahun 2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur Hal ini terlihat pada peningkatan

PDRB sektor Konstruksi 6177 persen dari tahun 2014 hingga tahun 2019

Pada tahun 2019 Pemerintah menyediakan Pagu Rp 499 triliun untuk belanja

infrastruktur yang berasal dari

Belanja Pemerintah Pusat sebesar

Rp 238 triliun dan DAK Fisik sebesar

Rp 261 triliun Pagu ini meningkat

drastis dari Rp 132 triliun pada tahun

2014 atau mengalami kenaikan

sebesar 278 persen

Output dari sektor Konstruksi

pada Provinsi Kalimantan Barat

dapat dilihat dari pembangunan

Jalan Paralel Perbatasan Dari 1920

km jalan parallel perbatasan yang

akan dibangun di pulau Klimantan

82797 km berada pada wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Kondisi

jalan sampai akhir tahun 2019 sudah

teraspal sepanjang 31705 km (38)

lapisan agregat sepanjang 25329 km (31) dan masih berupa perkerasan tanah

25763 km (31) Jalan paralel perbatasan memiliki lebar minimal 7 meter dan ruang

milik jalan (Rumija) minimal 25 meter

1c Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Gambar VI1 Jalan Paralel Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat

Sumber Kompascom

99

PDRB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor menyumbang rata-rata 1438 persen pada PDRB total Prov Kalbar periode tahun

2014-2019 Sektor ini juga menyerap 510454 tenaga kerja atau 2069 persen dari total

tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Barat

Tabel VI7

Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016-2019

No Lapangan Usaha 2019 2018 2017 2016

1 Pertanian Perkebunan Kehutanan Perburuan dan Perikanan

1223113 1303474 1293884 1138334

2 Pertambangan dan Penggalian 52114 59458 54254 53514

3 Industri 134660 171828 135022 110668

4 Listrik Gas dan Air 6819 4618 7315 8891

5 Konstruksi 119949 130021 127502 146694

6 Perdagangan 510454 407126 354975 418258

7 Transportasi Pergudangan dan Komunikasi 66675 74663 67714 61910

8 Lembaga Keuangan Real Estate Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan

32687 19738 18290 27624

9 Jasa Kemasyarakatan Sosial dan Perorangan 320556 283363 340417 339232

Jumlah 2467027 2454289 2399373 2305125

Sumber BPS diolah

Serapan tenaga kerja yang cukup besar menjadikan sektor ini menjadi penyerap

tenaga kerja terbesar kedua setelah sektor Pertanian Perkebunan Kehutanan

Perburuan dan Perikanan

Nilai MRP dari sektor ini adalah 097 Nilai tersebut menunjukkan bahwa

pertumbuhan dari sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor tidak menonjol Hal ini tergambar dari kontribusi PDRB sektor terhadap

PDRB total selama 6 (enam) tahun yang berkutat di angka 14 persen Ke depannya

sektor ini diperkirakan akan tetap menajdi sektor unggulan tapi dengan pertumbuhan

yang stagnan atau cenderung menurun

62 SEKTOR POTENSIAL DAERAH

Tantangan pembangunan ekonomi daerah ke depan adalah mengupayakan

pengelolaan jalannya pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan efisien dengan

100

memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah termasuk sumber daya alam dan

sumber daya manusianya serta mengoptimalkan seluruh sumber-sumber dana untuk

membiayai pembangunan ekonomi daerahnya Untuk mengoptimalkan sumber daya yang

dimiliki daerah terlebih dahulu harus dikenali potensi ekonomi yang dimiliki

LQ dan MRP merupakan metode pengembangan dari Shift Share Pada LQ sektor

potensial adalah sektor yang memiliki nilai LQ gt 1 sementara pada MRP sektor yang

memiliki nilai gt 1 merupakan sektor yang menonjol Berdasarkan Tabel VI5 sektor

potensial pada Provinsi Kalimantan Barat didasarkan pada kedua kriteria tersebut

Terdapat 3 (tiga) sektor potensial berdasarkan kriteria di atas namun sektor Pengadaan

Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang dengan nilai Shift Share hanya Rp

7872 miliar tidak dapat dianggap sebagai sektor potensial karena nilai rupiah potensinya

tidak signifikan

Tabel VI5

Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat

No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)

LQ Time Series

MRP (RPs)

1 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

393865 175 118

2 Konstruksi 765004 117 101

Sumber BPS diolah

2a Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib menjadi

sektor potensial dapat dimengerti dengan besarnya jumlah Belanja Pemerintah

dibanding dengan PDRB Pada tahun 2019 Belanja Pemerintah bernilai 1412 persen

dari PDRB

Sektor ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan yang umumnya

dilakukan oleh administrasi pemerintahan seperti perundang-undangan dan

penerjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan administrasi program

berdasarkan peraturan perundangan-undangan kegiatan legislatif perpajakan

pertahanan negara keamanan dan keselamatan negara pelayanan imigrasi

hubungan luar negeri dan administrasi program pemerintah Sektor ini juga mencakup

kegiatan jaminan sosial wajib

Pada tahun 2019 sektor ini menyumbang Rp 1497 triliun atau 7 persen sebagai

penyumbang langsung terhadap PDRB Ini berarti dari total Rp 30 triliun belanja

101

pemerintah dan TKDD yang disalurkan pada Prov Kalbar sekitar 499 persen

diperuntukkan ke sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

Sektor ini dapat dikembangkan dengan memperbesar belanja Pemerintah pada

Provinsi Kalimantan Barat atau memperbesar porsi sektor ini dari belanja Pemerintah

yang sudah ada Namun dengan memperbesar belanja Pemerintah ada kekhawatiran

nantinya Provinsi Kalbar akan tergantung dan tidak dapat mencari alternatif lain

sebagai sumber pertumbuhan ekonomi

2b Sektor Konstruksi

Soepangat (199152) menyatakan bahwa peningkatan belanja modal yang

menyebabkan peningkatan penyediaan layanan barang dan jasa publik kepada

masyarakat akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sektor Konstruksi menjadi

satu-satunya sektor yang masuk dalam kategori unggulan dan potensial pada Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini menjadi menarik karena terpilihnya sektor Konstruksi pada

kedua kategori menandakan bahwa sektor ini kalau dalam product life cycle masih

dalam tahap growth (pertumbuhan) Sektor yang sedang berada pada tahap growth

merupakan sektor yang paling menarik karena sektor ini sudah mapan namun masih

dapat dikembangkan

Penetapan calon ibukota baru dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di

Provinsi Kalimantan Timur sedikit banyak mempengaruhi sektor konstruksi pada pulau

Kalimantan Dengan lokasi ibukota negara di pulau Kalimantan maka akan diperlukan

interkoneksi antar semua provinsi di Kalimantan untuk mendukung ibukota baru

Provinsi Kalimantan Barat sudah mulai mendapatkan proyek-proyek besar mulai

tahun 2018 Salah satunya adalah pembangunan pelabuhan Kijing yang akan diajdikan

gerbang utama ekspor dan impor dari Pulau Kalimantan Pelabuhan Kijing dibangun

dengan investasi Rp 14 triliun dan terkoneksi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

yang juga sedang dalam proses pembangunan Pembangunan kedua fasilitas ini

diharapkan akan mempercepat pertumbuhan perekonomian Provinsi Kalimantan

Barat

Pulau Kalimantan dapat dipastikan akan mengalami make over yang besar

Proses make over ini tentu menjadi peluang yang sangat besar bagi sektor Konstruksi

102

untuk berkembang dan dengan sendirinya akan memberi sumbangan yang besar

kepada PDRB

63 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH

Menurut Adam Smith bahwa dalam perekonomian segala sesuatunya akan berjalan

sendiri-sendiri menyesuaikan diri menuju kepada keseimbangan menurut mekanisme

pasar Tarik-menarik kekuatan dalam sistem perekonomian itu seperti dikendalikan oleh

ldquothe invisible handrdquo sehingga dengan demikian tidak memerlukan begitu banyak campur

tangan pemerintah

Dalam masa sekarang ini banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat semakin

majunya teknologi dan banyaknya penemu-penemu baru serta semakin terbukanya

perekonomian antar negara menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling terkait

dan berbenturan Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan dalam

mengatur jalannya sistem perekonomian karena tidak sepenuhnya semua bidang

perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta Dengan demikian dalam sistem

perekonomian modern peranan pemerintah dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu

1) Peranan Alokasi

Peranan alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal penyediaan

barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang umum atau

disebut juga barang publik Karena dalam sistem perekonomian suatu negara tidak

semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem pasar

Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang disebut barang

publik tadi

2) Peranan Distribusi

Peranan distribusi ini merupaka peranan pemerintah sebagai distribusi pendapatan dan

kekayaan Tidak mudah bagi pemerintah dalam menjalankan peranan ini karena

distribusi ini berkaitan erat dengan dengan masalah keadilan Kegiatan dalam

mengadakan redistribusi pendapatan atau mentransfer penghasilan ini memberikan

koreksi terhadap distribusi penghasilan yang ada dalam masyarakat

3) Peranan Stabilisasi

Kegiatan menstabilisasikan perekonomian yaitu dengan menggabungkan kebijakan-

kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan lain seperti kebijakan fiskal dan

perdagangan untuk meningkatkan atau mengurangi besarnya permintaan agregat

103

sehingga dapat mempertahankan full employment dan menghindari inflasi maupun

deflasi Peranan stabilisasi pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalam

menstabilkan perekonomian seperti terjadi deflasi inflasi penurunan

permintaanpenawaran suatu barang yang nantinya masalah-masalah tersebut akan

mengangkibatkan timbulnya masalah yang lain secara berturut-turut seperti

pengangguran stagflasi dan lain-lain

12 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat memegang tugas dalam ketiga peranan di atas Untuk sektor

unggulan tugas pemerintah adalah bagaimana mempertahankan keunggulan

sektor tersebut agar tetap sustain (berkelanjutan) dan untuk sektor potensial adalah

bagaimana untuk mematangkan sektor tersebut sehingga dapat menjadi sektor

unggulan

Pada sektor unggulan apabila melihat nilai MRP terdapat 3 (tiga) sektor yang

memiliki nilai lt 1 yaitu sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sektor Industri

Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor Ketiga sektor ini perlu perhatian yang lebih besar dari Pemerintah

Pusat

Langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemerintah Pusat untuk

mempertahankan keunggulan sektor-sektor ini adalah dengan mengalokasikan Rp

23063 miliar untuk Kementerian Pertanian di Kalbar dengan Rp 8529 miliar untuk

infrastruktur pendukung membangun pelabuhan Kijing untuk mempermudah

ekspor impor dan membuat aturan untuk membangun smelter alumunia di daerah

penghasil Selama ini bauksit dari Kalbar langsung diangkut ke tempat lain sehingga

dengan adanya smelter maka aka nada nilai tambah yang diterima oleh Kalbar

Tantangan bagi Pemerintah Pusat untuk mendukung sektor-sektor unggulan ini

agar tetap sustain adalah dengan menjaga harga produk unggulan dari sektor

pertanian kehutanan dan perikanan tetap stabil dan dapat menembus pasar

ekspor Untuk industri pengolahan adalah menjaga kondisi politik dan sosial

ekonomi tetap stabil sehingga iklim investasi terjaga

Untuk sektor Konstruksi Pemerintah Pusat pada tahun 2019 manggelontorkan

dana sebesar Rp 499 triliun untuk infrastuktur Pemerintah Pusat sepertinya akan

terus menambah investasi pada infrastruktur namun porsi dari APBN akan

dikurangi karena lebih difokuskan pada pengembangan kapasitas SDM Untuk

104

menutupi kekurangan akan dilaksnakan kerjasama dengan investor dari dalam

maupun luar negeri untuk mebangun infrastruktur di Kalimantan Barat

Tantangan pada sector konstruksi lebih kepada menjaga iklim investasi yang

mendukung Dengan prospek besar infrastruktur di Kalimantan Barat apabila iklim

investasi mendukung maka dengan para investor akan datang dengan sendirinya

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

masuk ke dalam sektor potensial merupakan buah simalakama Sektor ini

diharapkan akan berkembang namun secara teori Pemerintah akan berusaha

menurunkan anggaran pada sektor ini secara perlahan Penurunan ini dilakukan

karena sektor ini bukan sektor produktif yang dapat menggenjot perekonomian

dengan signifikan

13 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah merupakan lsquotuan rumahrdquo investor dari sektor-sektor yang

dibahas di atas Sebagai tuan rumah sudah selayaknya Pemda-Pemda di Kalbar

menggelar karpet merah bagi yang ingin berinvestasi pada sektor-sektor tersebut

Karpet merah dalam hal ini dapat berupa kemudahan mengurus perizinan

bagi perusahaan yang akan masuk baik di sektor-sektor unggulan maupun sektor-

sektor potensial Sampai saat ini Prov Kalbar masih menjadi primadona bagi

perusahaan yang akan membuka Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai daerah

dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit terluas ketiga setelah Riau dan

Sumatera Utara potensi lahan di Kalbar dapat melebihi luas pada kedua Provinsi

tersebut

Untuk sektor pertanian kehutanan dan perikanan tantangan Pemerintah

Daerah adalah bagaimana menyediakan pendanaan bagi petani kecil atau

kelompok-kelompok petani agar tidak lsquomatirdquo tertekan oleh perkebunan dengan

modal yang besar Sebagaian besar lahan perkebunan adalah milik perusahaan

pemerintah daerah harus dapat membuat kebijakan yang mengharuskan

perusahaan besar membantu petani kecil dalam mengolah kebunnya Peraturan

tentang hal tersebut memang sudah ada dalam Perkebunan Inti Rakyat namun

dalam eksekusinya tanpa diawasi dengan ketat oleh Pemerintah hal tersebut tidak

berjalan dengan baik

Sektor konstruksi tidak lepas dari belanja modala pada pemerintah Dengan

belanja modal yang hanya 1987 persen dari total belanja seluruh Pemda di Kalbar

maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah tidak memiliki pushing power

105

untuk menggenjot sektor konstruksi Pemerintah Daerah dapat menjalankan

perannya dengan menjaga situasi yang kondusif agar investasi masuk dan

melakukan kerjasama untuk melaksanakan kegiatan infrastruktur baik dengan

pihak badan usaha (KPBU) ataupun pemerintah asing (G to G)

Kerjasama Pemda dengan badan usaha (swasta) sudah dimulai oleh

Pemerintah Kota Singkawang dalam pembangunan Bandara Singkawang

Kebutuhan dana pembangunan sekitar Rp43 triliun dihasilkan dengan skema

kerjasama dengan swasta Hal ini dapat ditiru oleh Pemda yang lain dalam

menggenjot pembangunan di daerahnya

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

masih menjadi sektor yang menyedot anggaran terbesar Pemda di Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini terlihat dari proporsi Belanja Pegawai terhadap Total

Belanja Pemda-Pemda di Prov Kalbar yang rata-rata di atas angka 50 persen

Tantangan bagi Pemerintah daerah adalah bagaimana menurunkan persentase

tersebut

Persentase sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib dapat dikurangi dengan langkah mengurangi anggaran pada pos-pos

yang dianggap mubazir atau tidak efisien serta meningkatkan PAD melalui

sumber-sumber pendapatan lain Pengurangan anggaran pada sektor-sektor yang

tidak efisien sudah pernah dilakukan oleh Pemprov Kalbar pada tahun 2018

dengan memotong biaya perjalanan dinas sebesar Rp 200 miliar

14 Sinkronisasi Kebijakan Pusat ndash Daerah

Dalam mempertahankan sektor unggulan dan memacu sektor potensial

Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah memiliki kebijakan masing-masing yang

dituangkan dalam APBN maupun APBD Pada sektor potensial yaitu sektor

Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dan Sektor

Konstruksi diperoleh data realisasi belanja pada tahun 2019 sebagai berikut

Tabel VI5

Belanja Pada Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat

(miliar Rp)

Sektor Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

Layanan Umum 87675 782834

Infrastruktur 446283 498884

Data LRA Pemda dan MEBE

106

Belanja Pemerintah Pusat pada kedua sektor di atas terlihat saling

melengkapi Belanja Pemerintah Pusat pada sector Administrasi Pemerintahan

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib terlihat kecil karena jumlah pegawai

Pemerintah Pusat memang lebih sedikit dibanding gabungan jumlah pegawai

Pemerintah Daerah seluruh Kalimantan Barat sehingga belanja yang digunakan

jauh lebih sedikit dibandingkan belanja yang sama pada Pemerintah Daerah

Untuk belanja sektor Konstruksi jelas terlihat bagaimana Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah memiliki peran yang hampir seimbang dalam bentuk

uang Pemerintah Pusat fokus pada Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan

jalan nasional dengan realisasi sebesar Rp 1 triliun sementara Pemerintah

Daerah juga fokus pada belanja pengadaan jalan dengan realisasi Rp 139 triliun

Hal ini sesuai dengan salah satu permasalahan pada RPJMD Provinsi Kalimantan

Barat tahun 2019 yang berbunyi ldquoRentang kendali pemerintahan yang panjang

disebabkan belum optimalnya konektivitas dan aksesibilitas antar daerah di

wilayah Kalimantan Barat serta kuantitas dan kualitas infrastruktur wilayah yang

belum memadairdquo

Sinergi juga terlihat pada pembangunan beberapa fasilitas umum salah

satunya adalah pembangunan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Kota Singkawang

Dalam pendirian SPN ini Pemerintah Daerah menyediakan lahan sementara

Pemerintah Pusat menyediakan dana untuk pembangunan

Pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mempermudah

pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan yang murah Dalam prakteknya

KUR memiliki fokus kepada sektor produktif seperti sektor Pertanian Kehutanan

dan Perikanan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada Provinsi

Kalimantan Barat sebesar Rp 179 triliun pada 41778 UMKM

Dalam KUR Pemerintah Pusat berperan sebagai regulator dan pihak yang

memberikan subsidi bunga Dengan subsidi bunga maka pelaku UMKM hanya

membayar bunga 7 persentahun Pemerintah Daerah memiliki peran sebagai

penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima KUR Dengan sinergi ini

diharapkan semakin banyak muncuk UMKM penerima KUR yang berkembang

sehingga perekonomian Kalimantan Barat juga akan semakin meningkat

BAB VII

ANALISIS TEMATIK

Masjid Jamirsquo PontianakMasjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Masjid Jamirsquo merupakan masjid tertua di Kota Pontianak dan menjadi pertanda berdiirnya Kota Pontianak pada 1771 Masehi

107

I PENDAHULUAN

Stunting (anak kerdil) merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekuranga

gizi kronis dan infeksi berulang terutama dalam seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK)

sehingga anak lebih pendek untuk usianya (Kemenkes) Balita pendek (stunted) dan sangat

pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PBU) atau tinggi badan

(TBU) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre

Growth Reference Study) 2006 Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan

(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SDstandar deviasi

(stunted) dan kurang dari ndash 3SD (severely stunted) Dampak stunting antara lain dampak

prevalensi kesehatan dan ekonomi

Stunting di Provinsi Kalbar masih terbilang tinggi dan berada pada urutan ke-27 se-

nasional Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka

rata-rata 333 persen atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita stunting Dari 14

kabupatenkota se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka stunting

paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Ketapang dengan angka 427 persen

disusul Landak sebesar 420 persen dan Melawi 408 persen Diatas angka stunting nasional

308 persen Sementara itu untuk nasional pada tahun 2019 terjadi penurunan menjadi 2767

persen (berdasarkan Survei Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI)

Revalensi stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) berada di bawah

angka 20 dan pada Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash

2019 adalah 28

Tabel VII1

Tabel Pada Baduta Kabkota Provinsi kalimantan barat Tahun 2013 dan Tahun 2018

Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)

108

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan tabel sebesar 531 persen

selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi juga penurunan pada 10

(sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada Kabupaten Kubu Raya

yang berhasil menekan angka stunting hingga 1477 persen selama lima tahun terakhir hal

ini juga bias menggambarkan keberhasilan program pembangunan dan bidang perekonomian

di Kabupaten Kubu Raya

Namun stunting masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada

kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten

dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Melawi yaitu 1298 persen

Terkait dengan kesehatan anak tidak hanya stunting (pendek) namun juga permasalahan

yang meliputi underweight (gizi kurang) dan wasting (kurus) Gizi buruk dan gizi kurang di

Provinsi Kalbar juga tinggi kasusnya dan berada pada urutan ke-28 se-nasional Berdasarkan

data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka rata-rata 2383 persen

atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita permasalahan gizi Dari 14 kabupatenkota

se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka gizi buruk dan gizi kurang

paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Landak dengan angka 3147 persen

disusul Sambas sebesar 3124 persen dan Kayong Utara 2951 persen Jauh diatas angka

nasional 177 persen dan selama kurun waktu tahun 2013 sampai 2018 telah menurun 19

persen

Gizi buruk menyebabkan 109 Juta kematian anak balita didunia setiap tahun Menurut

MDGs 2015 masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang

antara 200-290 dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ge30 (WHO2010) dan pada

Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash 2019 adalah 17

Tabel VII2

Gizi buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Kabkota Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2013 dan Tahun 2018

Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan status gizi buruk dan gizi

kurang sebesar 267 persen selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi

penurunan pada 10 (sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada

109

Kabupaten Sintang yang berhasil menurunkan status gizi buruk dan gizi kurang hingga 2054

persen selama lima tahun terakhir

Namun satus gizi masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada

kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten

dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Landak yaitu 1497 persen

II Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting

Percepatan pencegahan stunting merupakan pendekatan program pertama yang dilakukan

dengan menyeluruh dan terintegrasi yang dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir yang

ditunjukkan oleh tingginya komitmen Presiden bersama Menteri dan Pimpinan Lembaga

hingga ke tingkat Gubernur BupatiWalikota dan Kepala DesaLurah

Dalam rangka memastikan konvergensi berbagai programkegiatan percepatan penurunan

stunting dilakukan maka acuan yang digunakan adalah dokumen Strategi Nasional

Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) yang diikuti oleh berbagai pedoman

operasional Di dalam Stranas Stunting juga diatur pendekatan multi sektor yang

melaksanakan percepatan penurunan stunting yang melibatkan sektor antara lain sektor

kesehatan pertanian pendidikan air minum dan sanitasi dan perlindungan sosial Untuk

mengimplementasikannya telah disusun berbagai pedoman operasional

Penanganan masalah stunting menjadi salah satu prioritas dalam rencana kerja

Pemerintah Provinsi Kalbar Caranya yakni dengan memperkuat sinergi antarsektor terkait

serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan sektor swasta

Revitalisasi posyandu dan revitalisasi desa siaga serta pembentukan pusat penanganan gizi

buruk di tiap kabupatenkota merupakan upaya konkret yang diharapkan dapat menurunkan

prevalensi stunting di Kalbar Peningkatan cakupan air bersih dan sanitasi lingkungan

merupakan intervensi sensitif yang sangat berpengaruh dalam menurunkan prevalensi

stunting

III Penanganan Stunting Oleh Pemerintah

III1 Belanja KL Dalam APBN

Dalam kaitannya dengan percepatan pencegahan stunting melalui belanja

KementerianLembaga (KL) telah dilakukan berbagai langkah dan kebijakan agar

pengelolaan program tersebut terarah dan terukur Pada proses perencanaan khususnya

terkait dengan identifikasi output yang terkait dengan stunting telah disusun pedoman

penandaan pemantauan dan evaluasi percepatan pencegahan stunting sebagai dasar bagi

KL dalam mengidentifikasi output yang berkontribusi kepada percepatan penurunan stunting

Selanjutnya dilakukan forum koordinasi yang melibatkan Direktorat Jenderal Anggaran

Kementerian Keuangan (DJA Kemenkeu) Kementerian Perencanaan Pembangunan

NasionalBadan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPNBappenas) dan

KL terkait secara berkala untuk mengkaji hasil penandaan tersebut sekaligus melakukan

penajaman hasil identifikasi pada level di bawah output atau dengan pembobotan Ringkasan

110

output KL yang telah disusun tersebut digunakan sebagai dasar acuan dalam pelaksanaan

pemantauan dan evaluasi program percepatan penurunan stunting

Dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat total alokasi dana yang dianggarkan kepada

Satker KL untuk penangangan stunting sebesar Rp14992 miliar dengan realisasi Rp14271

miliar (9519)

Tabel VII3

Belanja Penangan Stunting Satker KL Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Sumber Aplikasi MEBE (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi dana untuk penanganan stunting oleh KL

relative kecil yaitu hanya 357 dari total belanja satker yang terdapat alokasi untuk

penanaganan stunting atau hanya 099 dari total dana APBN Intervensi gizi spesifik hanya

dilakukan oleh satker Kementerian Kesehatan dengan alokasi dana sebesar Rp665 miliar

atau hanya sebesar 502 dari total alokasi dana Satker kementerian Kesehatan dengan

kinerja capaian output mencapai 7710

Secara nasional terdapat 20 (duapuluh) kementerianlembaga yang menganggarkan dana

penanganan stunting dengan alokasi dana Rp60 triliun atau 246 dari total APBN Indonesia

sementara itu untuk wilayah Kalbar hanya dianggarkan Rp14992 miliar untuk stunting atau

hanya 025 dari alokasi stunting nasional dan hanya 099 dari pagu total APBN di Kalbar

Kecilnya alokasi dana untuk penanganan stunting tersebut akan berpengaruh terhadap

keberhasilan upaya pencegahan stunting di Kalbar untuk itu diharapkan terjadi peningkatan

alokasi dana yang dianggarkan untuk penangnan stunting di Kalbar pada masa yang akan

datang mengingat kondisi Kalbar sebagai penderita terbanyak ke 27 secara nasional

Seperti pada lampiran III1 maka kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi

spesifik mencapai 7710 diantaranya adalah untuk Penyediaan Makanan Tambahan bagi

111

Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) capaian outputnya mencapai 100 serta kegiatan

Peningkatan Surveilans Gizi untuk 14 layanan dengan capaian output 100

Kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi sensitive mencapai 7813 yang

dialokasikan melalui 7 (tujuh) KL diantaranya adalah untuk Kampanye Hidup Sehat capaian

outputnya mencapai 100 kegiatan Bimbingan Perkawinan Pra Nikah dengan capaian output

97 serta Sistem Pengelolaan Air Limbah untuk 2980 kepala keluarga dengan capaian

output mencapai 100

Kinerja capaian output untuk kegiatan Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis

mencapai 8763 yang dialokasikan melalui 4 (empat) KL diantaranya adalah untuk Analisis

Ketersediaan Pangan Wilayah capaian outputnya mencapai 100 kegiatan Pelatihan

Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan untuk 390 orang dengan capaian output 96

serta PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat yang Terbit Tepat Waktu dengan

capaian output mencapai 100

Secara umum kinerja capaian output kebijakan terkait stunting tercapai Beberapa

permasalahan terkait dengan kebijakan terkait stunting antara lain kurangnya optimalisasi

sisa dana dan penumpukan realisasi di akhir tahun anggaran Yang perlu ditingkatkan adalah

pelaksanaan pencapaian target harus lebih disiplin sesuai dengan rencana penarikan dana

III2 Belanja Dana Desa Dan DAK Fisik

III 21 Dana Desa

Alokasi Dana Desa untuk Provinsi Kalbar Tahun 2019 adalah sebesar Rp1992 miliar yang

disalurkan kepada 2031 desa dengan realisasi sebesar Rp1987 miliar (9974) Intervensi

pencegahan stunting dilaksanakan secara terintegrasi hingga ke tingkat desa Desa-desa

yang memiliki resiko tinggi warganya mengalami stunting sudah barang tentu wajib

menganggarkan untuk menghindari resiko stunting pada warganya hal ini ditegaskan dalam

Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 tentang

Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan

Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi Dana Desa tidak melulu untuk

perbaikan sarana dan prasarana fisik namun sarpras non-fisik dan sosial kesehatan mutlak

perlu dikedepankan Bahkan penyaluran Dana Desa tahap III pada tahun 2020 mensyaratkan

untuk menyampaikan Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting

Penggunaan Dana Desa di Wilayah Kalbar juga telah mendukung program Konvergensi

Pencegahan Stunting diantaranya adalah melalui kegiatan intervensi gizi spesifik dengan

total alokasi adalah sebesar Rp104 miliar sangat kecil sekali yaitu hanya 052 dari total

realisasi penggunaan Dana Desa

Tabel VII4

Intervensi Gizi Spesifik Dana Desa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

112

Sumber omspan (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi Dana Desa yang dikhususkan untuk

Penyelenggaraan Kegiatan Pencegahan Stunting relative kecil hanya dialokasikan untuk 3

paket sebesar Rp84342500- hal ini perlu mendapatkan perhatian bersama untuk

peningkatan pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa sesuai dengan Pasal 6

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 dimana Desa yang

warganya berisiko tinggi mengalami stunting untuk mengalokasikan kegiatan pencegahan

stunting

Kebijakan pengalokasian Dana Desa Tahun 2021 hendaknya juga mendukung program

Konvergensi Pencegahan Stunting yaitu dimungkinkan untuk dilakukan perubahan formulasi

perhitungan besaran alokasi Dana Desa diusulkan untuk Alokasi Formula dimasukan

parameter perhitungan untuk jumlah penderita stunting dengan mendapatkan alokasi sebesar

20

Dana Desa juga dialokasikan untuk kegiatan Intervensi Gizi Sensitif seperti pada lampiran

III21 dengan alokasi sebesar Rp22960 miliar atau 1156 dari total realisasi Dana Desa

Beberapa capaian outputnya adalah Operasional PAUDTKTPATKATPQMadrasah Non-

Formal Milik Desa dengan alokasi Rp2361 miliar dengan output 27196367 Paket

Terselenggaranya Operasional Pos Kesehatan Desa (PKD)Polindes Milik Desa Lainnya

dengan alokasi Rp2350 miliar dengan output 31710863 paket serta Sambungan Air Bersih

ke Rumah Tangga (pipanisasi dll) yang mendapatkan alokasi sebesar Rp1140 miliar

dengan output 16424989 meter

Provinsi Kalbar dengan penderita stunting urutan ke 27 nasional maka diperlukan

penanganan melalui berbagai sumber pendanaan termasuk Dana Desa untuk itu diharapkan

instansi terkait di tingkat provinsi untuk memberikan arahan dan himbauan agar penggunaan

Dana Desa juga dialokasikan untuk pencegahan stunting khususnya untuk intervensi gizi

sensitive melalui alokasi pada Bidang Pemberdayaan masyarakat

Efektivitas pencapaian target capaian output Dana Desa diatas berdasarkan laporan

capaian output oleh Pemda terkait dimana upload capaian output baru mencapai 8545

diharapakan Pemda segera melakukan upload data capaian output sehingga bisa

menghasilkan analisis data yang lengkap

III 22 DAK Fisik

No URAIAN OUTPUT SATUAN REALISASI OUTPUT

1 Penyelenggaraan Posyandu (Kelas Ibu Hamil) 1787 ORANG 615076375 8700

2 Penyelenggaraan Posyandu (Makanan Tambahan) 20260 UNIT 9508583774 8200

3 Kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak kerdil (stunting) 3 PAKET 84342500 10000

4

Fasilitasi Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

dan Endemik 3 PAKET 84342500 10000

5 Penyelenggaraan kegiatan pencegahan stunting 3 PAKET 84342500 10000

6 Penanganan Stunting 2 PAKET 10000000 5000

7 Kampanye dan Promosi Hidup Sehat Guna Mencegah Penyakit Menular 1 PAKET 14001000 10000

10400688649TOTAL DANA DESA UNTUK INTERVENSI SPESIFIK

(Rupiah)

113

DAK Fisik Tahun 2019 sebagai salah satu sumber pendanaan untuk mendukung

konvergensi penanganan stunting di wilayah Provinsi Kalbar dialokasikan melalui DAK Fisik

Tematik tentang stunting melalui DAK Fisik Penugasan pada bidang Kesehatan Sanitasi Air

Minum dan Pendidikan dengan dijabarkan melalui kegiatan Intervensi Gizi Spesifik

Total alokasinya DAK Fisik Penugasan yang terkait dengan program pencegahan stunting

untuk wilayah Kalimantan Barat adalah sebesar Rp373508869032 dengan rincian

sebagaimana pada Lampiran III22 A

Dari lampiran III22A diketahui bahwa untuk penanganan stunting melalui Bidang

Pendidikan untuk pelaksanaanya dikoordinir oleh Provinsi sementara itu untuk lokasi sebaran

pagu ternyata tidak sesuai dengan jumlah penderita permasalahan gizi dan stunting dimana

alokasi pagu terbesar adalah untuk Kabupaten Sintang Sanggau dan Kota Pontianak

sedangkan berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 justru penderita terbanyak adalah

Kabupaten Ketapang Landak dan Melawi Hal ini perlu mendapatkan perhatian di dalam

penyusunan alokasi DAK Fisik penugasan hendaknya sebaran alokasi pagu diarahkan untuk

daerah dengan jumlah penderita stunting terbanyak

Beberapa kegiatan intervensi gizi spesifik DAK Fisik Penugasan seperti pada Lampiran

III22B khususnya melalui bidang kesehatan capaian outputnya 99 diantaranya adalah

penyediaan alat ukur demensi tubuh (antropometri) dan alat kesehatan puskesmas sebanyak

1162 paketunit dengan nilai Rp2177 Miliar Pencegahan stunting melalui intervensi gizi

sensitive dilaksanakan melalui bidang Pendidikan dengan capaian output 93 dan bidang

Sanitasi dan Air Minum Beberapa outputnya diantarnya adalah untuk penyediaan sarana dan

prasarana PAUD sebanyak 196 ruangpaket dengan realisasi sebesar Rp81 miliar serta

pembangunan system pengolahan air limbah domestic setempat dan terpusat 1315 unit

dengan realisasi Rp411 miliar

Realisasi DAK Fisik Penugasan mencapai 9513 tidak tercapainya realisasi maksimal

disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah keterlambatan pelaksanaan lelang dan

ketidaksesuaian antara nilai daftar kegiatan dengan realisasi nilai kontrak

III3 Belanja Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Alokasi penangan stunting dalam APBD Provinsi Kalbar secara agregat dialokasikan

sebesar Rp28646 miliar atau hanya 110 dibandingkan dengan total jumlah APBD tahun

2019 yaitu Rp26044 miliar

Seperti pada lampiran III3 maka dapat diketahui bahwa kelompok penangan stunting

intervensi gizi spesifik mendapatkan alokasi dana sebesar Rp2436 miliar atau hanya 009

jika dibandingkan dengan total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya adalah Program

Pencegahan Stunting sebesar Rp15 miliar dan yang terbesar adalah Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Menular dengan alokasi sebesar Rp1267 miliar

Kelompok penangan stunting intervensi gizi sensitive mendapatkan alokasi dana sebesar

Rp25904 miliar atau hanya 099 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya

114

adalah Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah sebesar Rp8998 miliar dan yang terkecil

Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dengan alokasi sebesar Rp125 juta

Kelompok kegiatan yang terkait pencegahan stunting mendapatkan alokasi dana sebesar

Rp306 miliar miliar atau hanya 001 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya

adalah Penyediaan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat Rp112 miliar dan yang

terbesar adalah kampanye Pencegahan Stunting dengan alokasi Rp120 juta

Beberapa kendala yang dihadapi Pemda terkait pelaksaan kebijakan stunting adalah

a Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan pemantauan pertumbuhan serta

perilaku baik yang masih rendah

b Terbatasnya akses (daya beli pengetahuan) atas pemberian makanan bergizi seimbang

untuk ibu hamil bayi dan balita yang masih rendah

c Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif yang belum optimal

d Suplementasi yang belum optimal seperti Konsumsi Tablet Tambah Darah pada ibu hamil

dan remaja Puteri

e Angka infeksi yang masih tinggi seperti cacingan diare dll baik pada balita dan ibu Hamil

f Kebersihan Lingkungan dan Akses Sanitasi yang masih belum baik

g Budaya di masyarakat dimana ibu hamil masih banyak pantangan makanan

h Tingkat soasial ekonomi masyarakat yang masih rendah

i Masih rendahnya tingkat kepedulian dan dukungan keluarga terhadap ibu hamil dan

tingkat pendidikan ibu yang masih rendah

Rekomendasi dalam upaya mengantisipasi kendala dalam pencapaian sasaran kebijakan

stunting antara lain

1 Peningkatan upaya dukungan lintas sektor dalam penanggulangan Stunting (Konvergensi

Stunting) dalam intervensi spesifik maupun sensitif

2 Peningkatan alokasi Dana Desa untuk Pelayanan Sosial dasar terkait 1000 Hari Pertama

Kehidupan

3 Peningkatan Upaya Strategi Perubahan Perilaku dalam penanggulangan stunting

4 Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamilbayi dan anak balita

melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan

5 Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan Buku KIA kelas Ibu

Posyandu dan pendampingan pada ibu hamil

6 Peningkatan akses terhadap makanan bergizi bagi balita dan ibu hamil melalui pemberian

PMT Pelatihan PMBA untuk Masyarakat Konseling Menyusui

7 Peningkatan Akses Air bersih dan Sanitasi lingkungan melalui Lima Pilar STBM

Dalam rangka keberhasilan penanganan stunting di Provinsi Kalbar diharapkan alokasi

dana melaui APBD ditingkatkan jumlahnya dengan tetap memperhatikan kemampuan

keuangan daerah setidaknya mengacu pada kebijakan nasional yakni sekitar 246 dari total

APBD

BAB VII

PENUTUP

Pantai Tanjung Belandang KetapangPemandangan khas dar i Pantai in i adalah jembatan kayu yang menjirok ke laut deratan gazebo berjejer rapih di sepanjang jembatan kayu tersebut

115

A KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan analisis di bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut

1 Kinerja ekonomi Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar 500 persen mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang

sebesar 506 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 502 persen

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan Asuransi

Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian

2 Laju pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat 2019 yang tertinggi adalah komponen Ekspor

Barang dan Jasa yaitu 1012 persen dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun

selanjutnya adalah Konsumsi LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan

jasa utamanya berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan

Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet

3 Struktur perekonomian yang menopang ekonomi Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor

lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen) industry

pengolahan (1634 persen) perdagangan besar-eceran serta reparasi mobil sepeda motor

(1430 persen) kontruksi (1244 persen) dan sisanya terbagi dari beberapa sektor lapangan

usaha antara lain Pertambangan transportasi pergudangan informasi jasa keuangan

real estate dan jasa lainnya

4 Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan

Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat pada tahun 2019 mencapai

sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25 triliun atau 1897 persen dibandingkan

dengan tahun 2018 Hal ini adanya tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan

berlanjut dimasa mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah

yang akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single

Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai

instansi terkait baik di pusat dan daerah

5 BI Rate Kalimantan Barat 2019 cenderung menurun dari level 600 persen Bulan Januari

hingga level 500 persen pada bulan Desember Tren menurunnya BI Rate tersebut

merupakan antisipasi terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami

penurunan dan juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi (Global Bank Sentral Amerika

Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang menahan suku bunga di level 15-175

116

6 Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif Inflasi

tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional

yang hanya mencapai 055 persen Tekanan inflasi ini terjadi seiring adanya aktivitas

pemilihan umum dan legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya

permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi

sepeda motor dan ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru

7 Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka Rp14313- per

US Dollar dan menunjukan perbaikan pad akhir tahun 2019 pada Rp13831- per US Dollar

Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank

Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)

yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara

maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara

emerging market termasuk Rupiah dan pengaruh melemahnya dolar AS terhadap semua

mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak menaikkan tingkat suku bunga

8 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo terjadi

peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun 2018

(berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional 7081

Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi

Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin

dan berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah

masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun

9 Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik apabila

dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan masih lebih baik dari

pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380) Ketimpangan pendapatan terjadi

karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan faktor produksi sehingga pihak-pihak yang

memiliki faktor produksi akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak

10 Investasi Pemerintah Pusat tahun 2019 melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)

berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM di Wilayah Provinsi Kalimantan

Barat telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 UMKMdebitur) jika dibandingkan

dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen

masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama sektor produksi yang hanya

mencapai 4124 persen yang ditargetkan sebesar 60 persen

11 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar

Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen hasil produk terutama mutu dan kualitas

produk belum bisa bersaing secara global dengan produk daerah lain

12 Penerimaan pajak dalam negeri tahun 2019 sebesar Rp667 triliun naik 26108 miliar atau

naik 407 persen dibanding penerimaan tahun 2018 Kontribusi terbesar dari penerimaan

117

pajak dalam negeri adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Rp32 triliun atau 48 persen

disusul Pajak Penghasilan (PPh) Rp307 triliun atau 46 persen

13 Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar meningkat

signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018 Dengan

perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288 miliar

atau 541 persen

14 Penerimaan PNBP tahun 2019 sebesar Rp82375 miliar mengalami penurunan sebesar Rp

3776 atau 43 persen dibandingkan penerimaan tahun 2018 Dengan komposisi

pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen dari total penerimaan PNBP

disusul pendapatan PNBP BLU sebesar 489 persen

15 Belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019 yaitu sebesar

Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar Rp1049

triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun Realisasi Belanja

pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer ke Daerah dan

dana desa terealisasi Rp2034 triliun

16 Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 terdapat penurunan angka stunting pada 10

KabupatenKota di Kalimantan Barat namun juga terjadi kenaikan angka stunting pada 4

(empat) Kabupaten

B REKOMENDASI

1 Pemerintah Daerah tetap mengupayakan peningkatan alokasi belanja pada jenis belanja

dan meningkat investasi pada sektor-sektor yang belum atau kurang memberikan kontribusi

terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat tahun 2019 terutama pada sektor

sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan

dan Penggalian yang mengalami penurunan pada periode ini secara umum capaian

pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat bisa dikatakan masih stagnan dan belum

memberikan kontribusi PDRB secara maksimal yang hanya sebesar 134 persen terhadap

pembentukan PDB nasional diharapkan untuk berikutnya lebih meningkat dibanding tahun

ini

2 Untuk mempertahankan sektor ekonomi unggulan dan mematangkan sektor ekonomi

potensial Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu berkolaborasi dalam membangun

infrastruktur pendukung maupun untuk mendatangkan investor yang mau berinvestasi pada

sektor-sektor tersebut Seperti pada pembangunan Pelabuhan Kijing di kabupaten

Mempawah Pemerintah Pusat menyiapkan dana pembangunan dengan menggandeng

investor sementara Pemerintah Daerah menyiapkan dana untuk pembebasan lahan

3 Pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa perlu dilakukan desa dengan

warga berisiko tinggi stunting agar mengalokasikan Dana Desa untuk kegiatan pencegahan

stunting Kebijakan pengalokasian Dana Desa tahun 2021 hendaknya mendukung program

118

konvergensi Pencegahan Stunting yang dapat diatambahkan pada perhitungan Alokasi

Formula dengan alokasi 20 persen

4 Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) agar terus melakukan upaya memitigasi risiko

terhadap kenaikan harga serta kelancaran distribusi pasokan bahan pangan adanya

kebijakan yang memacu peningkatan produksi bahan pangan dan mengajak para

pengusaha dalam menentukan harga dan perlu mempertimbangkan daya beli konsumen

Sedangkan untuk konsumen sendiri harus mampu mengatur nafsu konsumtif karena

Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan yang

harus diatur oleh pemerintah

5 Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing mengalami kenaikan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp14 triliun Hal ini terjadi tren positif terhadap

pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa mendatang dukungan Pemerintah

tetap melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single Submission

(OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai instansi terkait

baik dari pusat maupun daerah

6 Tren menurunnya BI Rate tersebut harus dijaga untuk mengantisipasi kondisi perekonomian

nasional yang masih mengalami penurunan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan

ekonomi Global Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor

eksternal tetap dijaga lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya masih sesuai

dengan target

7 Penguatan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)

yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara

maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara

emerging market termasuk Rupiah Kebijakan suku bunga Tanah Air harus tetap

dipertahankan agar imbal hasil aset keuangan Indonesia termasuk obligasi menjadi

menarik arus modal asing masuk ke Indonesia dan menambah pasokan valas di dalam

negeri

8 Indek Pembangunan Manuasia (IPM) Kalimantan Barat tahun 2018 termasuk kategori

sedang dan berada pada urutan ke-30 dari 34 Provinsi Walaupun terjadi kenaikan namun

capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi

target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin Peningkatan investasi dari

Pemerintah Pusat (APBN) yang berupa alokasi Dana Transfer khususnya DAK Fisik dan

Dana Desa serta investasi lainnya serta Pemerintah Daerah (APBD) diharapkan benar-

benar dapat digunakan pada sektor-sektor program pembangunan manusia yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat terutama mendongkrak

tingkat IPM yang terandah di Kalimantan Barat yang selama ini selalu ditempati oleh

Kabupaten Kayong Utara sebesar (6182) dan Kabupaten Sekadau (6369)-

119

9 Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar sasaran

dan tujuan program KUR maupun UMi dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran

KUR diarahkan lebih banyak di sektor produksi (non perdagangan) yaitu dengan target

minimal penyaluran sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan

skema KUR Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat

perkebunan rakyat dan peternakan rakyat harus benar-benar disaluran sesuai sasaran dan

lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada debitur dan membantu

mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada masyarakat sehingga dapat

mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha Mikro bahkan dapat meningkat ke

Mikro Kecil

10 Perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya identifikasi dan penggalian

potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian potensi pajak pengawasan

terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara Pemerintah Pusat maupun Daerah

DAFTAR PUSTAKA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan

Barat Tahun 2019

Rancangan Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

RISKESDAS_2018_ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

RISKESDAS_Provinsi Kalimantan Barat 2018_ Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia

Laporan Pemantauan Kinerja Anggaran dan Pembangunan Program Percepatan

Pencegahan dan Penurunan Stunting Kemenkeu Reupblik Indonesia

Lampiran IIA - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Spesifik

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan

Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian KEMENTERIAN KESEHATAN 0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

2080 Pembinaan Gizi Masyarakat 001 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 002 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus

003 Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita 005 Pembinaan dalam Peningkatan Status Gizi Masyarakat 006 Suplementasi Gizi Mikro 007 Pembinaan dalam Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat 008 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Papua dan Papua Barat 009 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus Papua dan Papua Barat 010 Penguatan intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita Papua dan Papua Barat 504 Peningkatan Surveilans Gizi

5832 Pembinaan Kesehatan Keluarga 001 Pembinaan Dalam Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 002 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Kunjungan Neonatal Pertama 004 Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah 005 Pembinaan Pencegahan stunting 018 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Antenatal

1172822000 100000000 368690000 1439729000 305522000 461512000 281222000 317124000 101785000

822627500 96493000 365973800 1414218600 296527000 372659700 266887500 316592900 101784900

7014

9649

9926

9823

9706 8075 9490 9983 100

4

14

14

14 1 1 1 1 5

4

14

14

14 1 1 1 1 5

100

100

100

100

100 100 100 100 100

0240508 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

2058 Pembinaan Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra 006 Layanan Imunisasi 010 Layanan Imunisasi di Papua dan Papua Barat

2059 Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria 008 Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan 011 Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua dan Papua Barat

2060 Pengendalian Penyakit Menular Langsung 506 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit ISP 511 Sarana dan Prasarana Penanggulangan TBC 512 Sarana dan Prasarana Penanggulangan HIVAIDS

251677000 513750000 1343486000

221591784 280311250 1234273000

8805

5456 9187

14

153 8

14

151 8

25

6 40

0240709 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

2065 Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 508 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Kesehatan Ibu dan Anak 509 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Penyakit Tropis Terabaikan 510 Paket Penyediaan Vaksin

Total Belanja Intervensi Spesifik

6657319000

5789940934

9045

212

210

7710

------

Lampiran IIB - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Sensitif

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN PERTANIAN

0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat

1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

102 Lumbung Pangan Masyarakat

1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

106 Kawasan Mandiri Pangan

1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

101 Pemberdayaan Pekarangan Pangan

106 Hasil Pengawasan keamanan dan mutu pangan Segar

558000000 5578500000 600000000

546884550 5543049050 582679900

9801

9936 9711

1

123 1

1

121 1

100

100 100

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

0190207 Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro

1835 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan

030 Pemenuhan gizi masyarakat melalui peningkatan konsumsi pangan olahan sehat

038 Komoditi yang diawasi Penerapan SNI Wajib Produk Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

0230509 Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat

2016 Penyediaan Layanan Paud

006 Lembaga PAUD Menyelenggarakan Holistik Integratif

5631 Penyediaan Layanan Pendidikan Keluarga

002 Lembaga Menyelenggarakan Pendidikan Keluarga untuk Intervensi Permasalahan Sosial Tertentu

KEMENTERIAN KESEHATAN

0240111 Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

5610 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan JKNKIS

501 Cakupan Penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui JKNKIS

0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

002 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media

004 Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam mendukung Program Kesehatan

006 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media di Papua dan Papua Barat

5834 Penyehatan Lingkungan

501 Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi Syarat

504 Pengawasan terhadap Sarana Air Minum

505 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan

2090 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan

506 Rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan sesuai standar

1492964000 464132000 163411000

1437830000 431244400 162715900

9631 9291

9957

3 1 1

3 1

1

100 100

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan

Pagu Realisasi Real

Target Capaian Capaian

2094 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan

508 Alat Kesehatan

KEMENTERIAN AGAMA

0250308 Program Bimbingan Masyarakat Islam

2104 Pengelolaan KUA dan Pembinaan Keluarga Sakinah

008 Bimbingan Perkawinan Pra Nikah

0250812 Program Bimbingan Masyarakat Buddha

2145 Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Budha

014 Pembinaan Keluarga Hittasukhaya

638510000 37020000

594062500 36455000

9304

9847

29 2

1

0

97

0

KEMENTERIAN SOSIAL

0270507 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial

2251 Jaminan Sosial Keluarga

001 Keluarga Miskin Yang Mendapat Bantuan Tunai Bersyarat

0270609 Program Penanganan Fakir Miskin

5873 Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan

003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

5874 Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

002 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

5875 Penanganan Fakir Miskin Pesisir Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara

003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

3124920000

3123021922

9994

1

1

100

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

0320608 Program Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan

2357 Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan

003 Promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri yang dilaksanakan (Gerakan memasyarakatkan makan ikanGemarikan)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan

004 Sistem Pengelolaan Air Limbah

2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

005 SPAM Terfasilitasi

007 Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan

008 SPAM Berbasis Masyarakat

009 Pembangunan SPAM di Kawasan Khusus

010 Pembangunan SPAM Regional

25491600000 19295520000 10141420000 62568089000

24467600000 17485637400 9125468000 60912361277

9598

9062 9025 9735

298

3

15 0

495

1 9 0

100

0 1 52

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Rea

l Target Capaian Capaia

n 0470107 Program Perlindungan Anak

2808 Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Kesejahteraan

003 Sosialisasi tentang ASI Eksklusif Gizi Seimbang Pembatasan Gula GaramLemak (GGL) Rokok dan

Kesehatan Reproduksi bagi Keluarga dan Anak sebagai 2P dalam Penurunan Stunting

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

0590709 Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik

4143 Penyediaan dan Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

001 Informasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

0630106 Program Pengawasan Obat dan Makanan

3165 Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai BesarBalai POM

088 KIE Obat dan Makanan Aman

4124 Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang

005 Pengawasan Produk Pangan Fortifikasi

960000000

950368050

9899

26

26

100

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

0680106 Program Kependudukan dan KB

3317 Pembinaan Keluarga Balita dan Anak

021 Keluarga yang mempunyai balita dan anak memahami pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak

3331 Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan KB Provinsi

081 Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK

085 Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu

910000000 1586543000

829384786 1573708244

9114 9919

16045 433

16045 433

100 100

Total Belanja Intervensi Sensitif

13361062900000 12780247097900

12780247097900

9614

658025

1110045

78125

------

Lampiran IIC - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

0100606 Program Bina Pembangunan Daerah

1252 Pembinaan Penyelenggaraan dan Pembangunan Urusan Pemerintahan Daerah III

001 Integrasi indikator Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah lingkup UPD III

003 Penerapan SPM bidang kesehatan sosial dan transtibumlinmas

004 Evaluasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Daerah

010 Monev terpadu Penerapan dan Pencapaian SPM di daerah lingkup UPD III

011 Advokasi penerapan kebijakan percepatan penurunan stunting 015 Peningkatan kinerja kabkota dalam implementasikonvergensi program penanganan penurunan

stunting (INEY)

0100810 Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

1269 Pembinaan Administrasi Pencatatan Sipil

006 Cakupan Anak yang Memiliki Akta Kelahiran

KEMENTERIAN PERTANIAN

0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat

1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

115 Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah

295000000

281904000

9556

4

4

100

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

0230101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

4079 Pengembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) di Asia Tenggara

001 Model Pengembangan dan Pembelajaran

0231613 Program Guru dan Tenaga Kependidikan

5636 Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Paud dan Dikmas

009 Rata - rata Nilai Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas

KEMENTERIAN KESEHATAN

0240101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan

2038 Pengelolaan Data dan Informasi

501 Pemetaan Keluarga Sehat

963 Layanan Data dan Informasi

0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

001 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

005 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Papua dan Papua Barat

007 Pembinaan KabKota dalam Pelaksanaan Penggerakkan Masyarakat di Posyandu

441040000 867300000

439188400 526100500

9958

6066

1 3

1

3

100

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan

2087 Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar

509 Pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

0241104 Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

2070 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat

504 Riset Penanggulangan Masalah Gizi

0241210 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Ppsdmk)

2076 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan

501 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan

505 Pelatihan Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan

2078 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan

501 Penugasan Tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) Minimal 5 Orang

502 Penugasan Tenaga Kesehatan Secara Individu

505 Penugasan tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) minimal 5 orang di Wilayah Papua dan Papua Barat

102534000 125563000 2026770000

100827500 118882000 1923153550

9836

9468 9489

95

93

100

95 95

KEMENTERIAN SOSIAL

0271104 Program Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan Sosial

2254 Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional (I-VI)

002 Pelatihan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) bagi Pendamping Program Bantuan Tunai Bersyarat

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan

003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM

668321000

668320150

9999

4

2

11

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

0360106 Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

2552 Koordinasi Kebijakan Penguatan Ketahan Gizi dan Kesehatan Lingkungan

001 Usulan Rekomendasi kebijakan bidang ketahanan gizi dan kesehatan ibu dan anak dan kesehatan lingkungan

BADAN PUSAT STATISTIK

0540106 Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik

2895 Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik Bps Provinsi

009 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat

2906 Penyediaan dan Pengembangan Statistik Kesejahteraan Rakyat

003 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat Yang Terbit Tepat Waktu

5125732000

5059724707

9871

30

2

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan

Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

0550106 Program Perencanaan Pembangunan Nasional

2937 Perencanaan Pembangunan Terkait Lingkup Kesehatan dan Gizi Masyarakat

608 Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Pembangunan

KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

0670306 Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masarakat Desa

5483 Peningkatan Pelayanan Sosial Dasar

008 Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam peningkatan akses pelayanan sosial dasar

011 Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

0800106 Program Penelitian Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir Isotop dan Radiasi

3446 Pengembangan Sains dan Teknologi Bahan Maju Dengan Iptek Nuklir

002 Data Riset Hasil Analisis dengan Menggunakan Teknik Nuklir

3449 Pengembangan Sains dan Teknologi Nuklir Terapan dan Revitalisasi Reaktor Riset

006 Dokumen Teknis Mikronutrisi Pada Pangan Anak Balita Di Daerah Malnutrisi

Total Belanja Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis 9652260000 9118100807

9280 137 105 87625

------

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

JALAN KS TUBUN NO 36 PONTIANAK 78121 TELEPON (0561) 733444 733466 FAKSIMILE (0561) 732029 LAMAN WWWDJPBKEMENKEUGOIDKANWILKALBARID

NOTA DINASNOMOR ND-143WPB172020

Yth Direktur Pelaksanaan AnggaranDari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi

Kalimantan BaratSifat SegeraLampiran 1(satu) berkasHal Pengantar Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019Tanggal 28 Februari 2020

Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

SE-61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas

Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema Analisis

Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 bersama ini kami sampaikan bersama ini kami

sampaikan Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Kajian ini

terdiri antara lain

1 Tinjauan dan Analisis APBN dan APBD tahun 2019 lingkup Provinsi Kalimantan Barat

Analisis yang dilakukan baik dari segi pendapatan maupun belanja serta dampaknya

terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dari indikator-indikator

seperti lndeks Pembangunan Manusia (IPM) Tingkat Kemiskinan dan Gini Ratio (tingkat

ketimpangan)

2 Untuk mengetahui sektor unggulan daerah dan pengembangan potensi tersebut digunakan

analisis metode Location Quotient (LQ) time series Dari analisis ini ditemukan sektor

unggulan di Provinsi Kalbar adalah bidang Pertanian Kehutanan dan Perikanan

3 Dalam KFR Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 ini terdapat analisis tematik dengan tema

Sinergi dan Konvergensi Program Penanganan Stunting di Daerah yaitu upaya pemerintah di

dalam melakukan pencegahan terhadap prevelensi stunting melalui belanja KL dalam APBN

belanja Dana Desa dan DAK Fisik serta melalui pendanaan Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD)

Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih

Ditandatangani secara elektronikBambang Hartono

  • KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
    • 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
    • 1COVER KFRpdf (p2)
    • Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
    • 3_Daftar isi_1pdf (p4)
    • 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
    • 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
    • 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
    • 10_Capaian Outputpdf (p10)
    • 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
    • 12_BAB I_COVERpdf (p12)
    • 13_BAB Ipdf (p13-21)
    • 14_BAB II_COVERpdf (p22)
    • 15_BAB IIpdf (p23-41)
    • 16_BAB III_COVERpdf (p42)
    • 17_BAB IIIpdf (p43-77)
    • 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
    • 18_Bab IVpdf (p79-97)
    • 19_BAB V_COVERpdf (p98)
    • 19_BAB Vpdf (p99-107)
    • 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
    • 24_BAB VIpdf (p109-124)
    • 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
    • 26_BAB VIIpdf (p126-133)
    • 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
    • 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
    • DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
      • 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
      • LAMPIRANpdf (p148-151)
      • KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
        • 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
        • 1COVER KFRpdf (p2)
        • Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
        • 3_Daftar isi_1pdf (p4)
        • 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
        • 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
        • 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
        • 10_Capaian Outputpdf (p10)
        • 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
        • 12_BAB I_COVERpdf (p12)
        • 13_BAB Ipdf (p13-21)
        • 14_BAB II_COVERpdf (p22)
        • 15_BAB IIpdf (p23-41)
        • 16_BAB III_COVERpdf (p42)
        • 17_BAB IIIpdf (p43-77)
        • 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
        • 18_Bab IVpdf (p79-97)
        • 19_BAB V_COVERpdf (p98)
        • 19_BAB Vpdf (p99-107)
        • 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
        • 24_BAB VIpdf (p109-124)
        • 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
        • 26_BAB VIIpdf (p126-133)
        • 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
        • 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
        • DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
          • 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
          • LAMPIRANpdf (p148-151)
Page 6: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan

iv

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kinerja pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) pada tahun 2019

tercatat sebesar 500 persen Angka ini menurun jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan

ekonomi tahun sebelumnya sebesar 506 persen PDRB mengalami peningkatan

pertumbuhan sebesar 943 persen Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp4188 juta

Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4

(empat) sektor lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen)

Industri Pengolahan (1634 persen) Perdagangan Besar-Eceran serta Reparasi Mobil-

Sepeda Motor(1430 persen) dan Konstruksi (1244 persen)

Inflasi tahunan Kalbar pada tahun 2019 sebesar 263 persen atau menurun dibanding

periode yang sama pada tahun 2018 yang mencapai 399 persen tetapi masih lebih rendah

jika dibandingkan dengan tingkat inflasi secara nasional yang mencapai 268 persen Inflasi

tertinggi terjadi pada bulan Juni 066 persen dan Kelompok transportasi komunikasi dan jasa

keuangan pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen Kenaikan pada

bulan-bulan tersebut disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok

makanan jadi minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan

legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya permintaan terhadap

makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan

ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar termasuk kategori sedang dan berada

di bawah angka IPM Nasional Menurut data Badan Pusat Statistik sampai dengan saat ini

IPM Kalbar meningkat dari 6626 di tahun 2017 menjadi 6698 di tahun 2018 Berbagai upaya

telah dilakukan pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat untuk memberikan kemudahan

akses bagi masyarakat agar dapat memperoleh layanan pendidikan dan kesehatan

diantaranya pembangunan infrastruktur jalan serta sarana pendidikan dan kesehatan sejalan

dengan kebijakan Pemerintah untuk membangun dari pinggiran dan memperkuat daerah dan

desa

Jumlah penduduk miskin di Kalbar pada bulan September 2019 tercatat sebanyak

370470 orang Jumlah ini lebih rendah dari periode yang sama tahun 2018 dimana penduduk

miskin mencapai 369730 orang

Gini Ratio (ketimpangan pemerataan pendapatan) Kalbar tahun 2019 sebesar 0318

atau meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 0325 Koefisien Gini

berfluktuatif dari tahun ketahun namun masih berada pada kisaran antara 03 hingga 04 dan

masih dibawah Koefisien Gini Nasional Hal ini menunjukkan distribusi pendapatan

masyarakat dalam kategori sedang dan walaupun masih terdapat ketimpangan distribusi

pendapatan

v

Angkatan kerja tahun 2019 mencapai 2479000 orang mengalami kenaikan sebesar

91000 orang dari tahun 2018 Dari jumlah angkatan kerja tersebut 9556 persen bekerja

sedangkan sisanya sebesar 444 persen menganggur

Program Kredit Program berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM

(KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar

Rp179834 miliar (41778 debitur) jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen dan penyaluran Program Ultra Mikro

(UMi) sebesar Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018

terjadi kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen Pemerintah sangat

memperhatikan dan mengharapkan adanya perkembangan usaha serta upaya peningkatan

pertumbuhan ekonomi di wilayah Kalimantan Barat

Realisasi penerimaan perpajakan di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728

triliun naik 68 persen jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya Penerimaan pajak

dalam negeri memberikan kontribusi Rp667 triliun atau 917 persen sedangkan penerimaan

pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar atau 83 persen Pajak

Pertambahan Penghasilan (PPh) merupakan penyumbang penerimaan yang terbesar yakni

Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak Pertambahan Nilai (PPn) yakni Rp307

triliun atau 46 persen Untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) selama tahun 2019

mencapai Rp82375 miliar turun Rp3776 miliar atau 438 persen dibanding penerimaan

tahun sebelumnya PNBP tersebut bersumber dari Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)

sebesar Rp42092 miliar dan PNBP lainnya Sebesar Rp40282 miliar

Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019

yaitu sebesar Rp3147 triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar

Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2098 triliun Realisasi

Belanja pemerintah pusat sebesar Rp96 triliun Sedangkan untuk Transfer ke Daerah dan

dana desa terealisasi Rp2034 triliun

Angka Pertumbuhan Ekonomidi Kalimantan Barat

Pertumbuhan Ekonomi

20172018

2019

Pagu dan Realisasi APBN 2019sd 31 Desember 2019

Pajak

PNBP

Belanja Modal

Belanja Bantuan Sosial

87

155

Realisasi

Pagu Realisasi

Rp837 T Rp729 T

Rp053 T Rp082 T

2017 2018 2019

517

500

505

510

515

520

000

506

500

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)di Kalimantan Barat

Indeks Pembangunan Manusia

20172018

2019

2017 2018 2019

6626

6600

6620

6640

6660

6680

000

6698

na

Angka Kemiskinandi Kalimantan Barat

Angka Kemiskinan

20172018

2019

2017 2018 2019

788

700

720

740

760

780

000

737

728

Angka Penganggurandi Kalimantan Barat

7000

800

Angka Pengangguran

20172018

2019

2017 2018 2019

436

400

410

420

430

440

000

426

445450

517

506

500

788

737

728

6626

6698

na

436

426

445

Gini Rasio Kalimantan Barat

03270318

2018

2019

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Gini Rasio Kalimantan Barat

Pendapatan

Belanja

93

97

Rp1049 T Rp971 T

Rp2098 T Rp2034 T

sd 31 Desember 2019

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Transfer

Belanja Operasi

Belanja Modal

108

101

Realisasi

Pagu Realisasi

Rp376 T Rp405T

Rp2072 T Rp2085T

Pendapatan

Belanja

95

96

Rp1691 T Rp1608 T

Rp52 T Rp498 T

Belanja Tak Terduga

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Pagu dan Realisasi APBD 2019

Belanja Transfer

Rp095 T Rp074T

Rp032 T Rp006T

Rp389 T Rp403T

19

104

78

Perkembangan Indikator Ekonomi

Capaian Program Prioritas Nasional (PN) Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019

Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan DasarPagu Realisasi

Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan KemaritimanPagu Realisasi

Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian Industri Pariwisata dan Jasa Produktif LainnyaPagu Realisasi

Pemantapan Ketahanan Energi Pangan dan Sumber Daya AirPagu Realisasi

Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan PemiluPagu Realisasi

85

73

95

86

89

Rp1741 M Rp1488 M

Rp230 M Rp167 M

Rp84 M Rp80 M

Rp336 M Rp289 M

Rp351 M Rp313 M

Realisasi Terhadap Pagu

Beberapa Pembangunan Hasil Dana APBN 2019 di Kalimantan Barat

Pembuatan Tempat Pembudidayaan Ikan Prodi Agrobisnis Perikanan Poltesa

Pembangunan Gedung Pembelajaran Terpadu MAN IC Sambas

Pembangunan Dermaga Speed Di Bungan Jaya

Pembangunan Infrastruktur Ekowisatadi Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun

Pengadaan dan pemasanganPenerangan Jalan Umum dengan solar cell

Pengadaan Benih Padi 445000 KgDistan TPH Prov Kalbar

Pembangun Terminal Barang Internasional Aruk Tahap III

Restorasi dan Penataan Kawasan Masjid Jami Beting Kota Pontianak

Pelapis Landasan PacuBandara Tebelian

Pembangunan Pasar Rakyat Tampun Juah Kab Sanggau

Pembangunan Jembatan Komposit 11 Meter (5 Unit) di Kab Kayong Utara

Pembangunan Konstruksi Pasar Rakyat Kyai Bandar Laut di Kab Ketapang

KPPN SINGKAWANG

KPPN PONTIANAK

KPPN PUTUSSIBAU

KPPN SANGGAU KPPN

SINTANG

KPPN KETAPANG

Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Nanga Era

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Sanggau

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Bengkayang

Revitalisasi Pasar Sukadana di Kab Kayong Utara

Realisasi Dana Desa

2017 2018 2019Realisasi Dana Desa

Pagu Realisasi

Rp1695 M Rp1693 M

Rp1616 M Rp1615 M20172018

Rp1992 M Rp1987 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

2000 M

1900 M

1800 M

1700 M

1600 M

1500 M

(Rp)

997998

999

2017 2018 2019Pagu DAK Fisik

Pagu Realisasi

Rp2457 M Rp2281 M

Rp2998 M Rp2794 M20172018

Rp2614 M Rp2447 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

3000 M

2800 M

2600 M

2400 M

2200 M

2000 M

(Rp)

931

928

999

936

Realisasi DAK Fisik

Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik

2017 2018 2019Pagu DAK Fisik

Pagu Realisasi

Rp2457 M Rp2281 M

Rp2998 M Rp2794 M20172018

Rp2614 M Rp2447 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

3000 M

2800 M

2600 M

2400 M

2200 M

2000 M

(Rp)

931

928

999

936

Realisasi DAK Fisik

Realisasi Kredit Ultra Mikro (UMi)

2017 2018 2019Jumlah Debitur

Debitur Realisasi

2124 Rp84 M

1913 Rp44 M20172018

Rp104 M2019

10 M

8 M

6 M

4 M

2 M

(Rp)

1913

2124

Realisasi UMi

2342

2737 12 M

Jumlah DebiturRealisasi UMi

Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)

2017 2018 2019

Debitur Realisasi

41511 Rp1615 M

34704 Rp1120 M20172018

44498 Rp1808 M2019

2000 M

1800 M

1600 M

1400 M

1200 M

(Rp)

34704

41511

44498

Jumlah DebiturRealisasi KUR

BAB I

SASARAN

PEMBANGUNAN

DAN TANTANGAN

DAERAH

Pulau Karimata Kayong UtaraMerupakan pulau dengan status Suaka Alam L a u t ( S A L ) y a n g m e n a w a r k a n p e s o n a ekosis tem terumbu karang hutan panta i hutan mangrove sampai dengan ekosistem perbukitan tinggi

1

11 PENDAHULUAN

Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di

daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata Oleh sebab itu untuk

mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur

pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian

anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD Sesuai dengan Undang-Undang

Keuangan Nomor 17 Tahun 2003 pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan

negara adalah Presiden sedangkan di daerah adalah GubernurBupatiWalikota oleh

karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah maka diperlukan sinergi

dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan

dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien

Selanjutnya kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran

pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan

daerah dalam memastikan efektifitasnya Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat

alokasi distribusi dan stabilisasi maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu

meningkatkan perbaikan dan kualitas indicator-indikator ekonomi makro dan

kesejahteraan di daerah Oleh karena itu kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari

perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan

Tidak terlepas dari hal tersebut maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi

perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan

terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi sosial-

kependudukan serta tantangan wilayahnya sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui

program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi

12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Masa jabatan Gubernur Kalimantan Barat periode 2018-2023 merupakan periode

lima tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kalimantan Barat Tahun 2005-2025 Dalam RPJPD dikemukakan bahwa visi

pembangunan jangka panjang Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2025 adalah

ldquoKalimantan Barat Bersatu dan Majurdquo

2

Visi misi dan arah pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJPD 2005-

2025 menjadi acuan dalam merumuskan visi pembangunan daerah tahun 2018ndash2023

yaitu ldquoTerwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Barat Melalui

Percepatan Pembangunan Infrastruktur Dan Perbaikan Tata Kelola

Pemerintahanrdquo Pada kepemimpinan 5 (lima) tahun mendatang percepatan

pembangunan infrastruktur akan menjadi fokus utama

Sementara itu misi pembangunan Provinsi Kalimantan Barat yang akan

dilaksanakan adalah sebagai berikut

1 Mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur

Percepatan pembangunan infrastruktur ini bertujuan untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah serta perbatasan Indeks infrastruktur

Kalimantan Barat direncanakan mencapai 5993 di Tahun 2019

Sasaran dari misi ini adalah peningkatan ketersediaan infrastruktur pasokan

tenaga listrik jaringan transportasi (yang meliputi pelayanan konektivitas dan

keselamatan) kapasitas dan kualitas jalan ataupun jembatan Pengelolaan

Sumber Daya Air kualitas infrastruktur permukiman perdesaan (sesuai dengan

Indeks Desa Membangun) maupun perkotaan ketaatan terhadap rencana tata

ruang meningkatnya Infrastruktur daerah serta perbatasan

2 Mewujudkan tata kelola pemerintahan berkualitas dengan prinsip-prinsip Good

Governance

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan

daerah dengan target Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai SAKIP Prov

Kalimantan Barat mencapai A pada tahun 2025

Hal ini ditunjukkan dengan sasaran peningkatan pada kualitas Kelitbangan

untuk mendukung kebijakan daerah Indeks Kepuasan Pelayanan DPRD

pelayanan umum pengelolaan administrasi keuangan dan aset di lingkungan

Sekretariat Daerah dan Rumah Jabatan kelembagaan perangkat daerah yang

tepat fungsi dan tepat ukuran penyelenggaraan ketatalaksanaan pemerintah

daerah penataan sistem manajemen SDM Aparatur berdasarkan merit system

Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Desa Pengelolaan Arsip Daerah pembinaan

dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah terselenggaranya Penataan

Daerah dan Pembinaan Wilayah terkoordinirnya dan tertatanya kegiatan

kerjasama dalam negeri dan luar negeri dalam menunjang pembangunan di

Provinsi Kalimantan Barat meningkatnya pengelolaan wilayah perbatasan

meningkatnya komunikasi kebijakan pembangunan daerah

3

3 Mewujudkan masyarakat yang sehat cerdas produktif dan inovatif

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dengan indikator sasaran

peningkatan IPM dari angka 6626 menjadi 672 di tahun 2019 Sasaran misi ini

adalah meningkatkan kualitas pendidikan kebudayaan dan literasi peningkatan

kualitas kesehatan meningkatkan kualitas pemuda meningkatakan capaian

indeks pembangunan gender dan Indeks pemberdayaan gender meningkatakan

perlindungan terhadap perempuan dan anak meningkatkan ketersediaan

keterjangkauan dan pemanfaatan pangan meningkatakan fasilitasi program KB

Keluarga Sejahtera dan Pengendalian Penduduk

4 Mewujudkan masyarakat sejahtera

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarat secara merata

mengurangi kemiskinan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi dari 506

ditargetkan 520 pada tahun 2019 dan jumlah desa mandiri dari 1 ditargetkan

mencapai 63 desa mandiri Selanjutnya tujuan lainnya adalah mengurangi

kemiskinan dan pengangguran dengan target menurunkan angka tingkat

penggangguran terbuka dari 413 menjadi 390 pada tahun 2019 Beberapa

sasarannya terkendalinya penyakit menular strategis zoonosis meningkatnya

produksi peternakan terwujudnya kedaulatan pangan sektor keluatan dan

perikanan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produksi perikanan

5 Mewujudkan masyarakat yang tertib

Hal ini bertujuan meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat

Sasaran dari misi ini adalah meningkatkan skor Indeks Demokrasi Aspek

Kebebasan Sipil dari 9715 menjadi 9735 di tahun 2019 penyelenggaraan

pelayanan Trantibumlinmas meningkatnya jumlah orang atau kelompok

masyarakat miskin yang memperoleh bantuan hukum litigasi dan non litigasi

meningkatnya upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam rangka pengurangan

risiko bencana meningkatkan penanganan kedaruratan dan pendistribusian

logistik pada daerah terkena bencana meningkatkan penanganan rehabilitasi dan

rekonstruksi pasca bencana

6 Mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan

target sasaran Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kalimantan Barat Tahun 2019

di angka 6620 Dengan sasaran lainnya menurunnya luas kerusakan Kawasan

hutan melalui rehabilitasi hutan dan layanan krisis dan ketaatan terhadap

pencana tata ruang meningkat

4

122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dijabarkan ke

dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan

pembangunan tahunan yang disusun berikut rancangan prioritas dan sasaran

pembangunan daerah

a Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Kondisi infrastruktur di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2018 apabila

dilihat dari Indeks Infrastruktur adalah sebesar 5661 Angka Indeks Infrastruktur

merupakan indeks yang menggambarkan kondisi infrastruktur di Kalimantan Barat

pada tahun 2018 yang meliputi variabel Jalan Kondisi Mantap Provinsi sebesar

4971 Irigasi Kondisi Mantap sebesar 4676 Rumah Tangga Bersanitasi

sebesar 4838 Rumah Tangga dengan Air Bersih sebesar 5520 dan Rasio

Elektrifikasi sebesar 83 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan

dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas

Perhubungan dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kalimantan Barat

Untuk tahun 2020 indeks infrastruktur Kalimantan Barat ditargetkan

meningkat menjadi 6300 yang tentunya merata di seluruh Kabupaten Kota di

Kalimantan Barat

Tabel I1

Target Indeks Infrastruktur Kalimantan Barat Tahun 2020 Indikator Kondisi

Awal (2018)

Taget

2019 2020

1 2 3 4

Persentase Panjang Jalan Provinsi Dalam Kondisi Mantap

4971 5668 6219

Rumah Tangga Sanitasi 4838 5188 5549

Persentase Akses Penduduk Air Minum

5520 5830 6120

Rasio Elektrifikasi 8300 8500 8700

Persentase Irigasi Provinsi dalam Kondisi Baik

4676 4778 4890

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tahun 2020 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMD Provinsi

Kalimantan Barat Tahun 2018 ndash 2023 dimana tahun 2020 ditetapkan sebagai

Tahap Percepatan (Pemerataan infrastruktur dasar dan aksesibilitas antar wilayah

dalam rangka percepatan mewujudkan desa mandiri) Pembangunan dalam tahap

kedua lebih diarahkan pada upaya peningkatan status desa menuju desa mandiri

Apalagi bila dikaitkan dengan target RPJMD yang menetapkan sasaran pada

pencapaian desa mandiri tahun 2023 kurang lebih 400 desa mandiri Oleh karena

itu salah satu pilihan strategi yang memiliki dampak bagi peningkatan status desa

5

mandiri diantaranya melalui Pemerataan infrastruktur dasar serta pemerataan

aksesibilitas antar wilayah

b Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah

Kualitas tata kelola pemerintahan daerah di Provinsi Kalimantan Barat yang

diukur melalui Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah berada pada kondisi baik dimana nilai Indeks Reformasi

Birokrasi berada pada nilai B Dan Nilai SAKIP berada pada predikat B dengan

nilai 6401 Untuk Kabupaten Kota di Kalimantan Barat dari 14 Kabupaten Kota

hanya 1 daerah yaitu Kota Pontianak yang sudah mendapatkan predikat BB pada

nilai SAKIP12 kabupaten dengan predikat B dan yang lainnya masih berada

pada predikat CC dan C pada tahun 2018

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa

Perangkat Daerah yaitu Biro Adminsitasi Pembangunan dan Pengadaan Barang

dan Jasa Biro Pengelolaan Aset Biro Hukum Biro Humas dan Protokol serta Biro

Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Barat Selain itu juga didukung

oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Kepegawaian Daerah

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Penelitian dan

Pengembangan Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Daerah Provinsi Kalimantan Barat

c Mewujudkan Masyarakat Sejahtera

Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan melalui beberapa

indikator yaitu

- Pertumbuhan Ekonomi tahun 2018 ada di angka 506 tahun 2019 535 dan

ditargetkan tumbuh 535 pada tahun 2020

- Penurunan Angka Kemiskinan sebelumnya 737 (2018) 692 (2019)

ditargetkan 643 pada tahun 2020

- Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka sebelumnya 413 (2018) 390

(2019) ditargetkan menurun 363 pada tahun 2020

- Gini Rasio Kalimantan Barat ditargetkan menjadi 032 pada tahun 2020

- Jumlah Desa Mandiri di Kalimantan Barat dari 1 (2018) 63 (2019 namun

tercapai 87) ditarget 159 desa pada tahun 2020

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa

Perangkat Daerah yaitu Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Dinas

Perkebunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pangan

Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Kehutanan Dinas Kelautan dan

Perikanan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pemuda Olahraga dan

6

Pariwisata Dinas Koperasi dan UKM Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintahan Desa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Sosial Pada tahun 2020

berikut target mewujudkan masyarakat sejahtera

Tabel I2

Target Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Tahun 2020

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tabel I3

Target Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kota Tahun 2020 No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 850 ndash 842 842 ndash 833

2 Bengkayang 742 ndash 738 738 ndash 736

3 Landak 1319-1212 1212-1202

4 Mempawah 584 ndash 582 582 ndash 581

5 Sanggau 457 ndash 455 455 ndash 451

6 Ketapang 1163-1093 1093-1084

7 Sintang 1027-1018 1018-1015

8 Kapuas Hulu 1001-938 938-931

9 Sekadau 647-640 640-638

10 Melawi 1277-1250 1250-1247

11 Kayong Utara 1006-986 986-983

12 Kubu Raya 540 ndash 522 522-518

13 Kota Pontianak 536-535 535-534

14 Kota Singkawang 578 ndash 535 535 ndash 531

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tabel I4

Target Tingkat Penganggauran Terbuka Kabupaten Kota Tahun 2020

No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 334 ndash 332 332 ndash 329

2 Bengkayang 240 ndash 238 238 ndash 235

3 Landak 229 ndash 226 226 ndash 224

4 Mempawah 617 ndash 615 615 ndash 543

5 Sanggau 247 ndash 243 243 ndash 239

No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 525 ndash 529 533 ndash 537

2 Bengkayang 584 ndash 602 610 ndash 620

3 Landak 525 ndash 529 530 ndash 533

4 Mempawah 521 ndash 529 535 ndash 537

5 Sanggau 471 ndash 492 509 ndash 513

6 Ketapang 741 ndash 761 771 ndash 781

7 Sintang 539 ndash 545 549 ndash 551

8 Kapuas Hulu 542 ndash 548 550 ndash 554

9 Sekadau 583 ndash 585 587 ndash 589

10 Melawi 488 ndash 497 501 ndash 506

11 Kayong Utara 545 ndash 550 551 ndash 553

12 Kubu Raya 673 ndash 683 690 ndash 696

13 Kota Pontianak 550 ndash 562 585 ndash 591

14 Kota Singkawang 576 ndash 600 615 ndash 623

7

6 Ketapang 323 ndash 321 321 ndash 319

7 Sintang 158 ndash 156 232 ndash 230

8 Kapuas Hulu 280 ndash 274 156 ndash 154

9 Sekadau 315 ndash 311 274 ndash 268

10 Melawi 39 ndash 392 311 ndash 307

11 Kayong Utara 393 ndash 392 392 ndash 391

12 Kubu Raya 656 ndash 643 643 ndash 629

13 Kota Pontianak 505 ndash 493 493 ndash 481

14 Kota Singkawang 542 ndash 535 535 ndash 528

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

d Mewujudkan Masyarakat yang Tertib

Misi ini bertujuan untuk meningkatkan ketentraman dan ketertiban

masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat Keberhasilan pencapaian misi ini

ditunjukan dengan indikator yaitu tidak adanya Konflik Sosial yang terjadi di

Kalimantan Barat dan meningkatnya indeks kebebasan sipil dari 9715 (2018)

menjadi 9735 (2019) sementara itu tahun 2020 ditargetkan mendapat 9755

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa Perangkat

Daerah yaitu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Satuan Polisi Pamong Praja

Biro Hukum Sekretariat Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Provinsi Kalimantan Barat

e Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Misi mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan bertujuan untuk

meningkatnya kualitas lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Barat

Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan indikator Indeks Kualitas

Lingkungan Hidup mencapai angka 6620 (2019) dan tahun 2020 ditargetkan

pada angka 6640 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh

beberapa Perangkat Daerah yaitu Dinas Perumahan Rakyat Kawasan

Permukiman dan Lingkungan Hidup Dinas Kehutanan dan Dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Barat

13 TANTANGAN DAERAH

131 Tantangan Ekonomi Daerah

Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan merupakan kekuatan utama

perekonomian di Kalimantan Barat PDRB sektor pertanian tumbuh 50 persen dan

memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan

Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019 Sektor Pertanian Kehutanan dan

Perikanan banyak disumbang oleh hasil Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan

Karet Sejalan dengan tersebut serapan tenaga kerja di Kalimantan Barat cukup

mencerminkan kesesuaian dengan struktur PDRB Lapangan usaha penyerap tenaga

kerja utama di Provinsi Kalimantan Barat adalah lapangan usaha pertanian Dengan

8

demikian upaya mempertahankan maupun meningkatkan kinerja lapangan usaha

pertanian di Kalimantan Barat perlu menjadi perhatian serius

Sementara itu terkait dengan ketenagakerjaaan Kalimantan Barat tahun 2019

jumlah penduduk pencari kerja meningkat sebesar 577 persen dibandingkan dengan

Agustus 2018 Meningkatnya jumlah pengangguran disebabkan adanya penurunan

penyerapan tenaga kerja pada beberapa lapangan usaha Dalam evaluasi RKPD

Tahun 2020 juga dicantumkan mengenai permasalahan tingginya angka

pengangguran di Kalimantan Barat sehingga perlu dilakukan langkah kongkrit dalam

upaya mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan kerja yang

berkualitas Selain itu permasalahan lainnya tenaga kerja belum terserap sesuai

pasar kerja dan belum terserap secara maksimal di berbagai sektor lapangan usaha

Dilihat dari segi pembiayaan pemerintah sudah meluncurkan Kredit Usaha

Rakyat (KUR) untuk mempermudah pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan

yang murah KUR ditargetkan secara nasional 60 persennya menyasar pada sektor

produktif Sehingga sesuai dengan sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan yang

menjadi kekuatan Kalimantan Barat Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada

Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp 179 Triliun Pemerintah Daerah perlu

menseriusi perannya sebagai penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima

KUR Harapannya UMKM dapat mendorong perekonomian Kalimantan Barat

Dari segi infrastruktur kondisi jalan Provinsi dari tahun 2013 hingga tahun 2017

dalam kondisi mantap terus mengalami perbaikan akan tetapi pada tahun 2018

persentase jalan provinsi dalam kondisi mantap mengalami penurunan menjadi

sebesar 4971 persen Sejalan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo pada tahun

2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur pembangunan jalan juga menjadi fokus

dari Pemerintah Dearah Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam

proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai

Jalur Transportasi bagi masyarakat dan kondisi jalan akan sangat berpengaruh

133 Tantangan Sosial Kependudukan

Berdasarkan data Agregat Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018 semester II berjumlah sekitar 5422814 jiwa 5148 persen atau 2791477

jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4852 persen atau 2631337 jiwa adalah

perempuan Dengan luas wilayah 147307 Km2 maka kepadatan penduduk

Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 37 jiwa km2

Berdasarkan kelompok umur sebesar 6980 persen atau sebanyak 3784929

jiwa merupakan kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun) Tingginya penduduk

usia produktif memberikan keuntungan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat

9

Sementara itu untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2018 yakni sebesar 2529

persen atau sebanyak 1371397 jiwa sedangkan untuk penduduk usia lanjut usia

(kelompok 65 tahun ke atas) sebesar 491 persen atau sebanyak 266488 jiwa

Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengetahui seberapa banyak

penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas Pendidikan sesuai

dengan jenjang pendidikannya Selama periode 2014-2018 APM SDMI telah berada

di atas angka 90 persen Hal ini menunjukkan sebesar 90 an persen penduduk

kelompok umur 7-12 tahun bersekolah dijenjang SD sementara APM SMPMTS masih

di angka 70 persen dan APM SMASMKMTS masih di bawah 70 persen Berdasarkan

Pendidikan Penduduk Provinsi Kalimantan Barat pada Semester I Tahun 2019

terdapat 146 juta belumtidak sekolah 804 ribu tamat SDSederajat 147 tamat

SDSederajat 700 ribu tamat SLTPSederajat 767 ribu tamat SLTASederajat 53 ribu

menempuh Pendidikan D1D2 53 ribu menempuh pendidikan akademiD3S Muda

133 ribu menempuh pendidikan D4S1 4 ribu menempuh Pendidikan S2 dan 444

menempuh Pendidikan S3

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh

Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Barat masih

terdapat 524 persen balita dengan status gizi buruk dan 1859 persen balita dengan

status gizi kurang Balita gizi buruk dan gizi kurang tersebar di 14 (empat belas)

kabupatenkota se-Kalimantan Barat Kabupaten Melawi merupakan Kabupaten

dengan persentase balita dengan status gizi buruk sebsar 869 persen Sedangkan

Kabupaten Sambas merupakan Kabupaten dengan persentase balita dengan status

gizi kurang terbesar yakni 2605 persen Jika dibandingkan hasil Riskesdas tahun

2013 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 telah mengalami

penurunan

133 Tantangan Geografi Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat merupakan Provinsi terluas ke-4 di Indonesia dengan

luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih luas dari seluruh pulau Jawa

Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (6302) dan areal

perkebunan mencapai 2469386 ha atau 1682 persen Sementara itu areal untuk

pemukiman hanya berkisar 035 persen

Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019

Dengan luas wilayah ini menjadi tantangan pemerintah membuka akses jalan antar daerah yang banyak terpisah oleh sungai dan hutan Pembangunan infrastruktur menjadi kunci utama Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai Jalur Transportasi bagi masyarakat

Danau Sentarum Kapuas HuluPada musim penghujan tiba Danau Sentarum akan tergenang air selama 6-14 meter Sementara itu pada musim kemarau 80 persen air danau akan mengering

BAB II

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

EKONOMI

REGIONAL

10

21 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL

211 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010 (ADHK) Provinsi

Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar Rp13712 triliun sedangkan berdasarkan

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai sebesar Rp21232 triliun dengan PDRB

per kapita mencapai sebesar Rp4188 juta Sementara itu PDB Indonesia tahun 2019

mencapai Rp158339 triliun dan kontribusi PDRB Provinsi Kalimantan Barat hanya

sebesar 134 persen terhadap pembentukan PDB nasional

Tabel II1

PDRB Atas Dasar Berlaku dan Harga Konstan Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (triliun rupiah)

No PDRB Tahun 2018 Total Tahun 2019 Total

I II III IV I II III IV

1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

4692 4643 4986 5095 19403 4689 5060 5452 5586 21232

2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan

3215 3136 3328 3385 13058 3376 3294 3491 3545 13712

3 Laju Pertumbuhan Kalbar

511 518 501 507 506 507 508 495 466 500

4 Laju Pertumbuhan Nasional

506 527 517 518 517 518 507 505 497 502

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

a Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019

mengalami perlambatan yaitu hanya 500 persen apabila dibandingkan dengan

tahun sebelumnya yaitu sebesar 506 persen dan lebih rendah jika dibandingkan

dengan kinerja perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 502 persen hal ini

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan

Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian

11

Grafik II1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

Sumber data BPS Kalbar 2019(diolah)

Tren pertumbuhan ekonomi per-triwulanan Kalimantan Barat tahun 2019

mengalami penurunan sejak triwulan II sebesar 508 persen menjadi 466 persen

pada triwulan IV hal ini dialami juga pertumbuhan ekonomi nasional yang

cenderung menurun sejak triwulan I sebesar 518 persen menjadi 497 persen

pada tiwulan IV Penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulanan tahun 2019

utamanya didorong oleh Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

sebesar 661 persen Real Estate sebesar 543 persen dan Jasa Perusahaan

sebesar 483 persen

b Nominal PDRB

PDRB Kalimantan Barat atas dasar harga yang berlaku tahun 2019 adalah

sebesar Rp21232 triliun atau naik 943 persen dibandingkan tahun sebelumnya

dimana pertumbuhan yang dominan adalah sektor pembentuk Jasa Lainnya

Industri Pengolahan dan Jasa Kesehatan dan Sosial sedangkan PDRB atas dasar

harga konstan tahun 2019 adalah sebesar Rp13712 triliun atau naik 501 persen

dibandingkan tahun 2018

1) PDRB Menurut Pengeluaran

Perkembangan PDRB dari menurut pengeluaran ADHK secara triwulanan

pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan pada triwulan III dan IV khusus

untuk triwulan IV dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seluruh komponen

terjadi peningkatan kecuali komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 869

persen dan komponen Pengeluaran Konsumsi LNRT sebesar 233 persen

12

Tabel II2

PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat atas dasar Harga Konstan (ADHK)

No Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)

I II III IV

1 Konsumsi Rumah Tangga 1794 1843 1813 1825

2 Konsumsi LNRT 041 043 043 042

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 345 355 386 469

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 968 997 1045 1087

5 Perubahan Inventori 090 (060) - 131

6 Ekspor 347 390 449 410

7 Impor 163 274 321 419

PDRB 3376 3294 3491 3545

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Laju pertumbuhan PDRB (ADHK) menurut pengeluaran selama tahun 2018

dan tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel II3

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran

No Komponen 2018 2019

(triliun Rp)

() (triliun Rp)

()

1 Konsumsi Rumah Tangga 6965 564 7275 496

2 Konsumsi LNPRT 156 968 169 886

3 Konsumsi Pemerintah 1490 382 1555 502

4 Modal Tetap Bruto 4041 282 4097 139

5 Perubahan Inventori 115 - 161 -

6 Ekspor Barang Jasa 1486 366 1596 1012

7 Impor Barang dan Jasa 1189 2864 1177 586

PDRB 13058 506 13712 500

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Kalimantan Barat 2019

yang tertinggi adalah komponen Ekspor Barang dan Jasa yaitu 1012 persen

dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun selanjutnya adalah Konsumsi

LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan jasa utamanya

berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan

Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet

Perkembangan PDRB menurut pengeluaran ADHB secara triwulanan

tahun 2019 cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya kecuali

komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 124 persen

13

Tabel II4

PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

` Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)

I II III IV

1 Konsumsi Rumah Tangga 2785 2847 2817 2824

2 Konsumsi LNRT 066 069 067 072

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

496 531 634 746

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1604 1634 1727 1851

5 Perubhan Inventori 166 (093) - 141

6 Ekspor 432 685 646 638

7 Impor 337 613 524 686

PDRB 4689 5060 5452 5586

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Distribusi PDRB (ADHB) menurut pengeluaran selama tahun 2018 dan

tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel I5

Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

No Komponen 2018 2019

(triliun Rp)

() (triliun Rp)

()

1 Konsumsi Rumah Tangga 10478 5436 11273 5321

2 Konsumsi LNPRT 233 122 274 129

3 Konsumsi Pemerintah 2259 1161 2407 1129

4 Modal Tetap Bruto 6312 3302 6816 3210

5 Perubahan Inventori 257 091 214 098

6 Ekspor Barang dan Jasa 1954 1009 2401 1185

7 (-) Impor Barang dan Jasa 2250 1101 2160 1111

PDRB 19403 10000 21232 10000

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

PDRB (ADHB) Kalbar tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar

Rp1829 triliun (943 persen) menjadi sebesar Rp21232 triliun dibandingkan

tahun 2018 Konsumsi rumah tangga memiliki porsi hingga 5321 persen

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3210 persen dan konsumsi

Pemerintah hanya sebesar 1129 persen Sebagai komponen utama PDRB

konsumsi rumah tangga meningkat sebesar Rp795 triliun (759 persen) seiring

dengan membaiknya tingkat pendapatan per kapita masyarakat Kalimantan

Barat meningkat menjadi sebesar 4188 juta atau 797 persen dari tahun yang

14

lalu namun tidak diikuti kontribusinya yang mengalami penurunan sebesar 115

persen

a) Konsumsi

Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar

2019 terhadap Laju pertumbuhan komponen Konsumsi Rumah Tangga

mengalami penurunan sebesar 068 persen dibandingkan tahun

sebelumnya walaupun dari segi nilai nominal ADHB terjadi peningkatan

sebesar Rp795 triliun atau 759 persen yang disebabkan oleh pergeseran

pola konsumsi masyarakat akibat perkembangan teknologi yakni

pergeseran jenis konsumsi masyarakat dari barang-barang konsumsi

(makanan minuman barang-barang lainnya) kepada kebutuhan lainnya

(jasa kesehatanpendidikanrekreasi)

Tabel I6

Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar 5438 5436 5321

2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 9651 10478 11273

3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 6590 6965 7275

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 456 564 496

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

b) Investasi

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMBT) kontribusinya terhadap PDRB

tahun 2019 adalah sebesar 3210 persen turun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yang sebesar 3302 sementara itu secara nominal berdasarkan

ADHB nilainya naik sebesar Rp504 miliar dan laju pertumbuhan

komponennya turun sebesar 143 persen dibandingkan dengan tahun 2018

Tabel I7

Pengaruh Komponen PMTB terhadap PDRB Kalimantan Barat 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 3371 3302 3210

2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 5982 6312 6816

3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 3930 4041 4097

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 233 282 139

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat

pada tahun 2019 mencapai sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25

15

triliun atau 1897 persen dibandingkan dengan tahun 2018 Realisasi

investasi PMDN dan PMA belum sesuai dengan target RPJMD Provinsi

Kalimantan Barat yang ditetapkan sebesar sebesar Rp1875 triliun

Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing

sebesar Rp799 triliun mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya Rp14 triliun sedangkan realisasi investasi PMDN sebesar

Rp769 triliun juga mengalami penurunan sebesar Rp11 triliun Hal ini terjadi

tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa

mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah yang

akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single

Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi

oleh berbagai instansi terkait baik di pusat dan daerah

Grafik II2

Perkembangan Investasi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

SumberBPMPTSP Prov Kalbar

c) Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah pada tahun 2019 memberikan kontribusi

terhadap perekonomian Kalimantan Barat sebesar 1129 persen menurun

dibanding tahun sebelumnya yakni 1161 persen dilihat secara nominal

mengalami kenaikan sebesar Rp148 triliun Laju pertumbuhan mengalami

peningkatan yaitu sebesar 502 persen kebijakan pemerintah pusat yang

cenderung meningkatkan Belanja Negara hingga sebesar Rp87030 miliar

sekitar 287 persen dan juga transfer ke daerah khususnya Dana Desa

sebesar Rp29671 sekitar 1750 persen maka Pemda diharapkan semakin

kreatif dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk pembangunan di

daerah dalam rangka stabilitas pertumbuhan ekonominya

Tabel I8

Pengaruh Komponen Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

16

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 116 1161 1129

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 2059 2259 2407

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1432 1490 1555

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 521 382 502

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

d) Ekspor dan Impor

Kontribusi ekspor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019

sebesar 1185 persen mengalami kenaikan 176 persen dibandingkan tahun

sebelumnya secara nominal terjadi kenaikan sebesar Rp447 triliun

termasuk laju pertumbuhan komponen ekspor juga mengalami kenaikan

sebesar 646 persen dibandingkan tahun 2018

Tabel I9

Pengaruh Komponen Ekspor Barang dan Jasa terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Kinerja ekspor Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai US$116866

juta mengalami kenaikan US$16770 juta dibandingkan dengan tahun 2018

peningkatan didukung oleh naiknya Komoditas ekspor Biji Kerak dan Abu

Logam sebesar US$17422 atau 7871 persen Lemak dan Minyak

HewanNabati sebesar US$5517 atau 7193 persen dan Karet dan Barang

dari karet US$3081 atau 5555 persen dan terjadi penurunan terhadap

volume dan nilai ekspor alumina serta minyak kelapa sawit atau CPO karena

adanya pembatasan dari Uni Eropa

Komoditas ekspor utama adalah Biji Kerak dan Abu Logam sebesar

US$42777 juta Bahan Kimia Anorganik mencapai US$37577 juta serta

Lemak dan Minyak HewanNabati mencapai US$13187 juta dengan negara

tujuan ekspor masih didominasi negara Asia dengan kontribusi sebesar

9642 persen yaitu Tiongkok sebesar US$49979 juta Malaysia sebesar

US$34262 dan India sebesar US$16908 juta

Kontribusi impor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019

sebesar 1111 persen mengalami kenaikan 010 persen dibandingkan tahun

No Komponen 2017 2018 2019

1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar () 796 1009 1185

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1599 1954 2401

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1434 1486 1596

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 4365 366 1012

17

sebelumnya secara nominal terjadi penurunan sebesar Rp090 triliun

demikian juga laju pertumbuhan komponen mengalami penurunan mencapai

586 persen atau 2278 persen dibandingkan tahun 2018 peningkatan

kebutuhan impor utamanya didukung oleh besarnya permintaan barang dan

bahan baku untuk mendukung kegiatan industri pengolahan

Tabel II10

Pengaruh Komponen Impor Barang dan Jasa terhadap PDRB

Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar ()

581 1101 1111

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1823 2250 2160

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1093 1189 1177

4 Laju Pertumbuhan Komponen () -197 2864 586

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Impor Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar US$48225 juta naik

US$1918 juta dibandingkan dengan tahun 2018 komoditas impor utama

adalah Bahan Bakar Mineral sebesar US$19848 juta Mesin-MesinPesawat

Mekanik sebesar US$13410 juta dan Mesin atau Peralatan Listrik sebesar

US$3071 juta Sebagian besar impor berasal dari negara Asia mencapai

9698 persen yaitu Malaysia sebesar US$19561 juta Tiongkok sebesar

US$19516 juta dan Singapura US$4474 juta

Perekonomian Kalimantan Barat selama tahun 2019 menunjukan

perkembangan walaupun tidak sebaik tahun sebelumnya dengan nilai

neraca perdagangan menunjukan surplus sebesar US$68641 juta masih

lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang mengalami surplus sebesar

US$53789

c PDRB per kapita

PDRB per kapita Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 (ADHB) mencapai

Rp4188 juta terjadi peningkatan sebesar 797 persen dibandingkan tahun 2018

namun masih jauh dibawah PDB per kapita nasional yaitu sebesar Rp5910 juta

Peningkatan PDRB per kapita tersebut ternyata belum dinikmati oleh seluruh

lapisan masyarakat karena masih terdapat beberapa masyarakat yang berada

dibawah garis kemiskinan hal ini ditunjukan oleh koefisien gini rasio Kalimantan

Barat 2019 sebesar 0318 yang menunjukan adanya ketimpangan pendapatan

atau kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat artinya pengeluaran

penduduk masih berada kategori ketimpangan yang sedang

18

Tabel II11

PDRB Per Kapita Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

PDRB Per Kapita Kalimantan Barat

Tahun 2017-2019

Uraian 2017 2018 2019

PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku

Nilai (Juta Rupiah) 3598 3879 4188

Nilai (US $) 268929 261953 296000

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 20189(diolah)

212 Suku Bunga

Berdasarkan sumber data Bank Indonesia periode Januari 2019 sd Mei 2019 BI Rate

berada pada level 600 persen kemudian bulan Juni sd September cenderung turun pada

level 575 ndash 525 persen selanjutnya pada bulan Oktober sd Desember 2019 meningkat

hingga level 500 persen Tren menurunnya BI Rate tersebut merupakan antisipasi

terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami penurunan dan sangat

dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Global

Grafik II3

BI Rate Tahun 2019

Sumber data BI 2019 (diolah)

Apabila dicermati bahwa kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal

perekonomian Indonesia merupakan dasar dalam mempertimbangkan penurunan suku

bunga kebijakan Penurunan ini sejalan dengan inflasi yang tetap rendah yaitu kisaran

263 persen dan tetap dapat menarik imbal hasil aset keuangan domestik Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut diantaranya

1 Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang diperkirakan

akan menahan suku bunga di level 15-175 hingga akhir tahun 2020 Hal ini di

19

dorong perekonomian AS masih tumbuh kuat berkisar 2 dengan inflasi 18 yang

artinya perekonomian AS masih ekspansif

2 Di sisi lain kesepakatan perang dagang antara AS dan China tekanan Brexit yang

menurun serta risiko geopolitik yang juga mereda turut memberikan pijakan bagi

bank-bank sentral untuk tidak mengubah arah kebijakan (stance) suku bunga

acuannya

3 Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor eksternal

yakni adanya kecenderungan bank-bank sentral menahan suku bunga acuan

lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya yang masih sesuai dengan

target

4 Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan perkiraan inflasi yang

terkendali dalam kisaran sasaran stabilitas eksternal yang terjaga serta upaya

untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah

perekonomian global yang melambat

5 Kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan terus

diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi

213 Inflasi

Secara umum laju inflasi Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 263 persen dibawah

laju inflasi nasional yaitu 268 persen laju inflasi tahun 2019 ini lebih rendah dibandingkan

dengan dua tahun sebelumnya yaitu 399 persen (tahun 2018) dan 383 persen (tahun

2017)

Grafik I4

Inflasi Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2017-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif

begitu pula inflasi nasional Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen

lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang hanya mencapai 055 persen

Tekanan inflasi ini terjadi adanya peningkatan pada kelompok bahan makanan yang

disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok makanan jadi

20

minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan legislative

yang dilakukan serempak pada tahun 2019 turut mendorong risiko tekanan pada

kelompok makanan Disisi lain Kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan

pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen atau terjadi kenaikan indeks

dari 13658 pada November 2019 menjadi 13829 pada Desember 2019 hal tersebut

dipengaruhi tingginya permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara

tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan ban luar mobil selama periode

Desember dan Tahun Baru pergerakan inflasi bulanan seperti pada tabel dibawah ini

Grafik I5

Laju Inflasi bulanan dan tahunan Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2018-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

Terkendalinya laju inflasi tidak terlepas dari keberadaan forum Tim Pengendalian

Inflasi Daerah (TPID) Kalbar yang dibentuk sebagai wadah koordinasi guna menjaga

kestabilan dan keterjangkauan harga di seluruh wilayah Provinsi Kalbar beberapa upaya

dalam mengendalikan inflasi di Kalimantan Barat antara lain

1 TIPD memfokuskan terutama memitigasi risiko kenaikan harga serta kelancaran

distribusi pasokan bahan pangan

2 Dalam rangka memitigasi risiko kenaikan harga serta distribusi pasokan bahan

pangan strategis tersebut adanya kebijakan yang memacu peningkatan produksi

bahan pangan dan menjaga kelancaran distribusi

3 Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan

komoditas harus diatur oleh pemerintah karena pada dasarnya inflasi sangat terkait

daya beli Daya beli akan membaik jika inflasi rendah dan stabil Daya beli ini juga

mencerminkan miskin tidaknya suatu masyarakat

4 Agar tingkat inflasi bisa dikendalikan mengajak para pengusaha dalam menentukan

harga perlu mempertimbangkan daya beli konsumen Sedangkan untuk konsumen

sendiri harus mampu mengatur tingkat konsumtif

21

214 Nilai Tukar

Menurut data Bank Indonesia (berdasarkan kurs akhir bulanan) nilai tukar Rupiah

terhadap Dolar AS bergerak melemah puncaknya pada bulan Mei 2019 dan selanjutnya

terjadi koreksi pada akhir tahun (Desember) berangsur-angsur kembali menunjukan

perbaikan

Grafik I6

Nilai Tukar US Dolar Terhadap Rupiah Tahun 2019

Sumber data BI 2019

Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka

Rp14313- per US Dollar dan menunjukan perbaikan sampai dengan bulan Juli hingga

menyentuh pada level Rp13956- per US Dollar namun kembali melemah pada Agustus

2019 pada level Rp14166- per US Dollar dan menguat pada akhir tahun 2019 pada

Rp13831- per US Dollar

Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank

Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral

Amerika) yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi

negara maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang

negara emerging market termasuk Rupiah dan disamping juga pengaruh melemahnya

dolar AS terhadap semua mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak

menaikkan tingkat suku bunga terdapat beberapa faktor yang mendorong pergerakan

nilai tukar menjadi stabil dan menguat antara lain

1 Kebijakan suku bunga Tanah Air sudah membuat imbal hasil aset keuangan

Indonesia termasuk obligasi menjadi menarik arus modal asing masuk ke Indonesia

dan menambah pasokan valas di dalam negeri

2 Tingkat kenaikan suku bunga di dunia khususnya di Amerika yang lebih rendah dari

yang diperkirakan

3 Defisit neraca perdagangan atau transaksi berjalan Indonesia yang lebih rendah

dari tahun lalu

22

4 Pasar semakin berkembang di mana saat ini terdapat pasar SWAP dan pasar

transaksi forward atau yang disebut domestic non delivery forward (DNDF)

sementara sebelumnya transaksi valas hanya di pasar tunai atau spot

22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN

221 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Human Development Index (HDI)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo

terjadi peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun

2018 (berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional

7081 Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni

sebesar 6720 poin

Dalam kurun waktu 2014-2018 angka IPM Kalbar mengalami tren perbaikan dan

berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah

masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun

Grafik II7

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2014 sd 2018

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

Rendahnya IPM Kalimantan Barat jika dibandingkan dengan IPM provinsi lain

karena keterbatasan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan

pendidikan dan pekerjaan

Tabel II12

Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2016 sd 2018

No Keterangan 2016 2017 2018

1 Angka harapan hidup (tahun) 6990 6992 7018

2 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 698 705 712

3 Pengeluaran per Kapita Rp (000) Disesuaikan 8348 8472 8860

4 IPM (indek) 6588 6626 6698

5 Peringkat IPM 29 30 30

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

23

Pembangunan Manusia Kalimantan Barat pada tahun 2018 terus mengalami

kemajuan hal ini disebabkan telah berhasil meningkatan 3 aspek esensial diantaranya

angka harapan hidup tumbuh sebesar 037 persen per tahun rata-rata lama sekolah

tumbuh sebesar 192 persen dan pengeluaran per kapita meningkat sebesar 185

persen Pada periode tahun 2018 terdapat 3 (tiga) kabkota dengan pembangunan

manusia yang paling cepat yaitu Kab Mempawah (141 persen) Kab Sintang (141

persen) dan Kab Kubu Raya (139 persen) hal tersebut didorong oleh meningkatnya

dimensi pendidikan di wilayah tersebut sebagaimana pada tabel berikut

Tabel II13

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalbar dan Kabupatenkota 2015-2018

No KabKota 2015 2016 2017 2018

1 Sambas 6414 6494 6592 6661

2 Bengkayang 6465 6545 6599 6685

3 Landak 6412 6458 6493 6545

4 Mempawah 6337 6384 6400 6490

5 Sanggau 6305 639 6461 6515

6 Ketapang 6403 6474 6571 6641

7 Sintang 6418 6478 6515 6607

8 Kapuas Hulu 6373 6383 6418 6503

9 Sekadau 6234 6252 6304 6369

10 Melawai 6378 6425 6443 6505

11 Kayong Utara 6009 6087 6152 6182

12 Kubu Raya 6502 6554 6631 6723

13 Kota Pontianak 7752 7763 7793 7856

14 Kota Singkawang 7003 701 7025 7108

15 KALIMANTAN BARAT 6559 6588 6626 6698

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 2019 BPS

Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengalokasikan Dana Transfer

khususnya DAK Fisik dan Dana Desa yang diharapkan penggunaan dan hasil program

pembangunannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat

222 Tingkat Kemiskinan

Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat mengalami fluktuatif baik dari sisi

jumlah maupun prsentasenya Selama tahun 2019 jumlah penduduk miskin telah

24

dapat ditekan cukup signifikan dari 378410 orang menjadi 370470 0rang

Penurunan terjadi pada penduduk miskin di pedesaan berkurang sebanyak 8580

orang sedangkan penduduk miskin di perkotaan bertambah sebanyak 640 orang

hal ini menunjukan kemampuan perekonomian masyarakat pedesaan mulai

membaik

Grafik II8

Jumlah Penduduk Miskin

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Adapun tingkat kemiskinan Kalimantan Barat bulan September 2019 sebesar

728 persen menurun jika dibandingkan dengan Maret 2019 sebesar 749 persen

namun masih di bawah tingkat kemiskinan nasional sebesar 922 persen

sebagaimana tabel berikut

Grafik II9

Tingkat Kemiskinan

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Garis kemiskinan Kalimantan Barat cenderung meningkat setiap periode pada

bulan September 2019 sebesar Rp452899 per kapitabulan meningkat Rp14344

dibandingkan bulan Maret 2019 sebesar Rp438555 Garis Kemiskinan Makanan

memiliki peranan 7765 persen sedangkan selebihnya 2235 persen adalah Garis

Kemiskinan Bukan Makanan Apabila dilihat secara regional Kalimantan Garis

Kemiskinan Kalbar adalah yang terendah dan belum beranjak dari tahun ketahun

yaitu hanya sebesar Rp452899- per kapitabulan dan yang tertinggi adalah

25

Kalimantan Utara sebesar Rp667833- perkapitabulan sementara itu nasional

adalah sebesar Rp440538- perkapitabulan

223 Ketimpangan (Gini Ratio)

Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik

apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan

masih lebih baik dari pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380)

Ketimpangan pendapatan terjadi karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan

faktor produksi sehingga pihak-pihak yang memiliki faktor produksi akan

memperoleh pendapatan yang lebih banyak

Grafik I10

Koefisien Gini Rasio Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Pemerintah memiliki peranan penting dalam melakukan distribusi pendapatan

melalui kebijakan fiskal Usaha yang dapat dilakukan adalah meratakan kepemilikan

faktor produksi dengan menetapkan pajak progresif atas pendapatan dan kekayaan

masyarakat berpenghasilan tinggi sedangkan masyarakat berpenghasilan rendah

dapat diberikan kredit lunak sebagai modal usaha dan peningkatan kualitas sumber

daya manusia melalui program pendidikan pelatihan dan peningkatan layanan

kesehatan

224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran

Angkatan kerja Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai 2479 ribu orang

meningkat 28 ribu orang dibandingkan tahun 2018 Dari jumlah tersebut 9556

persen bekerja sedangkan 444 persen menganggur Kenaikan angkatan kerja pada

tahun 2019 belum sepenuhnya terserap pada lapangan kerja yang tersedia

sebagaimana grafik berikut ini

Grafik I11 Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

26

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat 2018 BPS

23 EFFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN

REGIONAL

Pemda Provinsi Kalimantan Barat melalui RPJMD 2019 ndash 2023 yang dijabarkan

kedalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) telah menetapkan Kebijakan Pembangunan

Ekonomi Makro melalui penetapan serangkaian sasaran indikator makro pembangunan

perekonomian Kalimantan Barat

Prospek pembangunan ekonomi Kalimantan Barat diharapkan selalu mengalami

pertumbuhan dalam arti luas dan berkualitas yaitu

Persentase penduduk di atas 15 tahun yang bekerja menurut Status pekerjaan

didominasi status pekerjaan Utama sebagai BuruhKaryawanPegawai sebanyak

874357 orang atau 3691 persen selanjutnya berusaha sendiri sebanyak 518381

orang atau 2188 persen Pekerja Keluargatak dibayar sebanyak 391053 orang atau

1651 persen dan Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar sebanyak

387960 atau 1638 persen Status pekerjaan utama secara umum mengalami

perubahan jika dilihat kondisi bulan Agustus 2019 dari 7 (tujuh) Status terdapat 3

(tiga) mengalami peningkatan diantaranya yang tertinggi dalam penyerapan tenaga

kerja adalah melalui berusaha sendiri sebesar 1395 persen Pekerja bebas non

pertanian sebesar 945 persen dan Berusaha dibantu buruh tetap sebesar 604 persen

sementara itu yang mengalami penurunan adalah Berusaha dibantu Buruh Tidak

TetapBuruh tidak dibayar sebesar 691 persen Pekerja bebas pertanian sebesar 368

persen Pekerja Keluargatak dibayar sebesar 327 persen dan

BuruhKaryawanPegawai sebesar 080 persen

27

Tabel II14

Prosentase Penduduk gt 15 Tahun Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2019

No Status Pekerjaan Utama

Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan

()

2015 2016 2017 2018 2019

1 Berusaha Sendiri 477000 476969 482849 454906 518381 1395

2 Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar

402000 402219 363557 416748 387960 -691

3 Berusaha dibantu Buruh Tetap

97000 97192 63913 69429 73625 604

4 BuruhKaryawanPegawai 776000 776498 824430 881446 874357 -080

5 Pekerja Bebas Pertanian 132000 131695 167142 54279 52284 -368

6 Pekerja Bebas Non Pertanian

- - - 65798 71355 845

7 Pekerja Keluargatak Dibayar

403000 403250 401307 404275 391053 -327

Total 2288000 2287823 2303198 2346881 2369015 094

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Salah satu indikator penting dalam ketenagakerjaan adalah TPAK (Tingkat

Partisipasi Angkatan Keraj) Yaitu rasio dalam persen antara jumlah angkatan kerja

terhadap penduduk usia kerja (15 tahun) TPAK Kalimantan Barat periode Agustus

2019 sebesar 6830 persen dan jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6865

persen terjadi penurunan Indikator lain yang cukup penting adalah TPT (Tingkat

Pengangguran Terbuka) yaitu rasio dalam persen antara jumlah pengangguran

terhadap angkatan kerja Angka TPT Kalimantan Barat sebesar 445 persen atau

turun 019 persen terhadap periode Agustus 2018 sebesar 426 persen Kondisi ini

menunjukan ke arah perbaikan walaupun belum dapat mengimbangi peningkatan

jumlah penduduk usia kerja yang bukan merupakan angkatan kerja sebanyak 31000

orang disisi lain adanya kesempatan untuk melakukan pengembangan usaha sendiri

1) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong mengatasi kesenjangan seperti

kesenjangan antar wilayah (kabupatenkota) dan kesenjangan antar sektor

pembangunan

2) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong pengurangan Angka

Kemiskinan

3) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong membuka kesempatan kerja

sekaligus upaya Pengurangan Angka Pengangguran

28

Tabel II15

Perkembangan Capaian Indikator Sasaran Ekonomi Kalbar Tahun 2019

No INDIKATOR 2017 2018 2019

TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI

1 Angka Pertumbuhan Ekonomi ()

512 517 594 506 534 500

2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

6717 6626 6656 6698 6720 na

3 Angka Kemiskinan ()

800 788 672 737 751 728

4 Angka Pengangguran ()

463 436 341 426 419 445

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat Tahun 2019 dan BPS Kalbar (diolah)

a) Asumsi dasar penetapan sasaran pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada

tahun 2019 adalah peningkatan investasi sehingga sektor riil semakin tumbuh dan

berkembang termasuk peran pemerintah dalam mendorong Pembentukan Modal

tetap Bruto melalui pembangunan proyek infrastruktur dan selanjutnya adalah upaya

peningkatan berbagai komoditas utama ekspor menjadi fokus utama paska larangan

ekspor hasil tambang mentah selanjutnya pertumbuhan ekonomi ditargetkan

sebesar 534 persen

Berdasarkan data dari BPS bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat

tahun 2019 adalah sebesar 500 persen lebih rendah dari target yang ditetapkan

sebesar 534 persen capaian tahun ini sama dengan capaian tahun 2018 tidak

berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan Kondisi tersebut mengindikasikan

bahwa dalam menentukan target didalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) belum

sesuai asumsi dasar dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah

kemungkinan dari pergerakan ekspor komoditas utama Kalbar yaitu produk karet dan

CPO yang mengalami hambatan

b) Pencapaian sasaran indikator makro pembangunan perekonomian Kalimantan Barat

tahun 2019 secara umum belum mencapai target yang telah disepakati Hal ini perlu

menjadi perhatian Pemda Prov Kalbar dalam menentukan target pencapaian makro

ekonomi hendaknya berdasarkan pertimbangan yang realistis serta berupaya

menggali potensi ekonomi demi pencapaian target yang telah ditetapkan

Vihara SingkawangKo t a Se r i b u K l e n te n g m e r u pa k a n ju l u k a n Ko t a Singkawang Kota Singkawang menjadi salah satu d a e r a h y a n g b a n y a k d i d i a m i k e t u r u n a n e t n i s Tionghoa

BAB III

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

APBN TINGKAT

REGIONAL

28

31 APBN TINGKAT PROVINSI

Untuk mendukung tercapainya program pembangunan tahun 2019 Provinsi Kalimantan

Barat memperoleh alokasi belanja pemerintah pusat (KL) sebesar Rp1049 triliun dengan

realisasi Rp968 triliun Sedangkan alokasi belanja transfer ke daerah mencapai Rp2098

triliun dengan realisasi Rp2034 triliun

Tabel III1 Postur APBN di Kalbar Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)

Uraian Pagu Tahun 2018

Realisasi Tahun 2018

Pagu Tahun 2019

Realisasi Tahun 2019

Pendapatan Negara 808350 768292 89 890381 810926 1098

a Pendapatan Perpajakan 762842 682135 89 837405 728548 8700

- Pajak dalam negeri 730289 641160 88 783956 667813 8219

- Pajak perdagangan internasional

32553 40975 126 53449 60735 114

b PNBP 45508 86157 189 52976 82378 156

Belanja Negara 3073921 2965481 96 3147383 3002273 9537

Belanja Pemerintah Pusat 1113142 1036601 93 1049477 968007 9224

Transfer ke Daerah dan Dana Desa

1960779 1929626 98 2098406 2034266 9694

Sumber OMSPAN Monev Pa Mebe (diolah)

Dari data diatas dapat diketahui pendapatan negara terealisasi Rp810 triliun atau 109

persen dari target yang telah ditetapkan Realisasi tersebut meningkat 426 miliar atau 555

persen dibanding pendapatan tahun 2018 Penerimaan perpajakan masih menjadi sumber

utama pendapatan negara dengan kontribusi sebesar 82 persen Realisasi pendapatan

pajak tahun 2019 sebesar Rp728 triliun terdiri pajak dalam negeri sebesar Rp667 triliun dan

pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar

Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019

yaitu sebesar Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL)

sebesar Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun

Realisasi Belanja pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer

ke Daerah dan dana desa terealisasi Rp2034 triliun

29

32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Pendapatan pemerintah pusat yang dihimpun di Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari

penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

321 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi

Salah satu sumber penerimaan negara terbesar berasal dari penerimaan perpajakan

Penerimaan perpajakan adalah penerimaan negara yang terdiri atas pajak dalam negeri

dan pajak perdagangan internasional

Tabel III2 Penerimaan Pajak Dalam Negeri di Kalimantan Barat Tahun 2019 (dalam miliar)

SumberSPAN (diolah)

322 Penerimaan Perpajakan

Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa total realisasi penerimaan perpajakan

di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728 triliun naik 672 persen jika dibandingkan

dengan penerimaan tahun 2018 Dari total penerimaan perpajakan tahun 2019 tersebut

pajak dalam negeri memberikan kontribusi sebesar 9166 persen sedangkan pajak

perdagangan internasional sebesar 834 persen Untuk penerimaan Pajak Dalam Negeri

tahun 2019 sebesar Rp667 triliun mengalami kenaikan Rp26108 miliar atau 407 persen

jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya PPh merupakan penyumbang

penerimaan yang terbesar yakni Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak

Penghasilan (PPn) yakni Rp307 triliun atau 46 persen

Meskipun secara nominal terjadi peningkatan penerimaan pajak di Kalimantan Barat

namun ada beberapa hambatantantangan pencapaian target penerimaan antara lain

adanya ketentuan dibidang pertambangan tentang larangan ekspor mineral mentah

(miliar )No

Pendapatan Perpajakan Target Tahun

Realisasi 2018

Target Tahun Realisasi

2018 2019 Tahun 2019

Pajak Dalam Negeri 730289 641160 783956 667813

1 Pajak Penghasilan (PPh) 373769 302324 370451 320325

2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 328396 305118 376150 307117

3 Pajak Bumi Bangunan (PBB) 16606 25258 26445 30964

4 Pajak lainnya 10638 7423 9287 8403

5 Cukai 880 1037 1623 1001

Pajak Perdagangan Internasional 32553 40975 53448 60735

6 Bea Masuk 3289 3865 3263 3288

7 Bea Keluar 29264 37110 50186 57446

Total Perpajakan 762842 682135 837404 728548

30

sehingga berpengaruh terhadap omset perusahaan di bidang pertambangan dan sektor

pendukungnya penurunan harga sawit yang berpengaruh pada omset dan laba

perusahaan di sektor perkebunan dan industri pengolahan

Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar

meningkat signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018

Dengan perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288

miliar atau 541 persen Didalam pelaksanaan pengawasan kepabeanan cukai terdapat

isu strategis yakni adanya jalur tikus dan jalur gajah yang dijadikan jalur penyelundupan

barang impor di perbatasan Indonesia ndash Malaysia untuk itu perlu dipetakan ulang titik

rawan di perbatasan terutama yang melintasi perkebunan kelapa sawit dengan

melibatkan Kodam Tanjungpura pemilik lahan dan perusahaan kebun sawit

Jika diurai berdasarkan lokasi penerimaan pajak paling banyak disumbangkan oleh

Kota Pontianak sebagai pusat aktivitas perdagangan dan jasa dengan kontribusi

penerimaan sebesar 4270 persen dari total penerimaan pajak di Provinsi Kalimantan

kemudian Kab Ketapang yang didukung dengan keberadaan kawasan industri Ketapang

memberikan kontribusi penerimaan terbesar kedua sebesar 1171 persen Sedangkan

daerah dengan kontribusi penerimaan pajak terkecil adalah Kab Kayong Utara dengan

kontribusi sebesar 094 persen dari total realisasi tahun 2019

Grafik III1

Penerimaan Pajak KabKota 2019

Sumber Kanwil Pajak Prov Kalbar

Untuk melihat kinerja perpajakan selain dari total realisasi pajak juga dilhat dari

perkembangan PDRB daerah tersebut hal ini terwujud dalam tax ratio

00050000

100000150000200000250000300000350000

31

Tabel III3

Perkembangan Tax Ratio Prov Kalbar

Tahun PDRB ADHB Penerimaan Perpajakan Tax ratio

2017 17749365 587434 0033

2018 19419496 642197 0033

2019 21231843 666809 0031

Dari tabel diatas terlihat bahwa meskipun realisasi penerimaan pajak mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya namun tax ratio justru mengalami penurunan ini

terjadi karena rasio penerimaan pajak yang semakin kecil terhadap pertumbuhan PDRB

kalbar Untuk itu perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya

identifikasi dan penggalian potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian

potensi pajak pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara

Pemerintah Pusat maupun Daerah dan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan

adanya regulasi untuk melakukan Rekonsiliasi penerimaan pajak antara DJP dengan

pemerintah daerah

323 Penerimaan Negara Bukan Pajak

a Perkembangan PNBP per Jenis PNBP

Penerimaan PNBP berdasarkan jenis PNBP di wilayah Provinsi Kalimantan Barat

hanya terdiri atas PNBP lainnya dan PNBP BLU Tidak terdapat penerimaan PNBP dari

sumber daya alam (SDA) meskipun di wilayah Kalimantan Barat terdapat usaha

pertambangan hal ini dikarenakan penerimaan PNBP sumber daya alam merupakan

penerimaan terpusat dan langsung masuk ke Bagian Anggaran Bendahara Umum

Negara (99999)

Tabel III4

Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat tingkat di Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)

Penerimaan PNBP 2017 2018 2019

Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi

PNBP Lainnya 30108 55263 11727 38725 13991 42092

Pendapatan BLU 5336 6858 33781 47426 38885 40282

Pendapatan SDA - - - -

Bagian Pemerintah atas laba BUMN

- - - -

Jumlah PNBP Kalbar 35444 62121 45508 86151 52876 82375

Sumber SPAN (diolah)

Secara keseluruhan penerimaan PNBP selama tahun 2019 mengalami penurunan

dibandingkan dari tahun sebelumnya sebesar Rp3776 miliar atau 43 persen Komposisi

32

penerimaan PNBP terdiri Pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen

dari total penerimaan PNBP dan PNBP BLU sebesar 49 persen

b Perkembangan PNBP Fungsional

PNBP dapat dibedakan sesuai dengan fungsi KementerianLembaga yang disebut

dengan PNBP Fungsional PNBP Fungsional adalah penerimaan yang berasal dari

pungutan kementerian Negaralembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan

tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat

Tabel III5

Penerimaan PNBP Fungsional terbesar Provinsi Kalbar

URAIAN 2017 2018 2019

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Pendapatan Kepolisian 375 13146 359 14004 13532

Pendapatan jasa bandara kepelabuhan perkapalan amp kenavigasian

3554 3763 3717 5772 6090

Pendapatan pendidikan 12868 24636 4964 4990 5892

Sumber SPAN (diolah)

Tahun 2019 pendapatan PNBP Kepolisian merupakan penyumbang terbesar PNBP

fungsional di Kalimantan Barat sebesar Rp13532 miliar mengalami penurunan 337

persen dibanding tahun sebelumnya Sebagian besar pendapatan PNBP Kepolisian di

peroleh dari pendapatan BPKB pendapatan STNK pendapatan TNKB (Tanda

Kendaraan Bermotor) dan pendapatan SIM Pendapatan fungsional terbesar

selanjutnya adalah pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian yang

menyumbangkan penerimaan sebesar Rp6090 miliar meningkat sebesar 551 persen

dibanding penerimaan tahun sebelumnya Sebagian besar penerimaan PNBP

pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian diperoleh dari pendapatan

kepelabuhan yang menyumbang angka sebesar Rp3756 miliar atau 6167 persen

disusul pendapatan Navigasi sebesar Rp938 miliar atau 1541 persen pendapatan

Bandar Udara sebesar Rp741 miliar atau 1219 persen dan Pendapatan kepelautan

Rp653 miliar atau 1073 persen Pendapatan kepelabuhan berpotensi untuk meningkat

ditahun tahun selanjutnya dengan rencana pengembangan kapasitas pelabuhan

Pontianak yang di mulai dengan pembangunan pelabuhan (terminal) Kijing yang

berlokasi di wilayah Kabupaten Mempawah dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional

(PSN)

c Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional

33

Tabel III6

Rasio Pendapatan Perpajakan PNBP PAD terhadap PDRB di Kalbar

Tahun Perpajakan PNBP PAD PDRB Perpajakan PDRB

PNBPPDRB PADPDRB

2019 728548 82375 404671 21232 0041 00046 0022

2018 682135 86157 404753 19403 0035 00044 0020

2017 564801 62121 346442 17747 0031 00034 0019

Sumber SPAN (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ditahun 2019 penerimaan perpajakan

memberikan kontribusi sebesar 0041 terhadap pertumbuhan ekonomi regional di

Kalbar sedangkan PAD terhadap PDRB sebesar 0022 dan PNBP terhadap PDRB

sebesar 00046 Hal ini berarti penerimaan Perpajakan masih lebih dominan dalam

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Kalimantan

Barat dibandingkan dengan PAD maupun PNBP

33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Belanja pemerintah pusat adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pengeluaran pemerintah pusatBelanja pemerintah pusat meliputi belanja pemerintah pusat

menurut organisasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi dan belanja pemerintah pusat

menurut jenis belanja

Belanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus

fiskalSalah satunya yang populer pada saat krisis ekonomi adalah instrumen ekonomi

berupa stimulus fiskalSecara garis besar komposisi dari stimulus fiskal adalah berupa

pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increased spending)

1 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian

AnggaranKementerianLembaga

Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja yang dialokasikan

kepada kementerianlembaga dan bagian anggaran Bendahara Umum Negara alokasi

dan realisasi untuk tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel III7

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran

Di Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)

KementerianLembaga 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 019 019 034 034 100

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

8986 6776 6554 5939 91

34

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 063 058 053 053 100

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

1656 1489 2119 2066 97

BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1809 1688 1678 1631 97

BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

893 869 718 712 99

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2337 2269 2605 2507 96

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM 25996 20580 20724 14531 70

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

2267 2249 2447 2425 99

BADAN PUSAT STATISTIK 9929 9330 10042 9785 97

BADAN SAR NASIONAL 2596 2496 2095 2071 99

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 11733 107`09 10304 10023 97

KEMENTERIAN AGAMA 105528 99485 107273 104645 98

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANGBPN

22191 19497 26745 21446 96

KEMENTERIAN DALAM NEGERI 5305 5182 5575 5534 99

KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

11878 10018 7004 6701 96

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI

19760 19520 17892 1767 99

wKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 9912 8947 9082 873 96

KEMENTERIAN KESEHATAN 18912 15585 1327 1195 90

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 477 465 776 738 95

KEMENTERIAN KEUANGAN 19722 18340 18519 18265 99

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

786 762 82 796 97

KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH

414 411 318 314 99

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

21053 17521 29928 2792 93

KEMENTERIAN PARIWISATA 234 204 16 151 94

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

295402 270419 25507 206714 81

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

208 201 17 149 88

KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 419 382 336 286 85

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

9004 8609 9374 8904 85

KEMENTERIAN PERDAGANGAN 3793 3074 1384 1282 95

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

095 074 095 089 94

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 56637 52411 40961 40112 98

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 3156 2842 4913 4716 96

KEMENTERIAN PERTAHANAN 123999 121577 161533 157833 98

KEMENTERIAN PERTANIAN 45315 40040 23066 19721 85

35

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

67556 65360 78313 68767 88

KEMENTERIAN SOSIAL 1954 1944 1971 1952 99

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 123274 123185 117803 125376 106

KOMISI PEMILIHAN UMUM 61742 56110 37842 35936 95

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

683 661 744 739 99

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

2135 2060 2095 1894 90

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA

1380 1375 1352 1352 100

MAHKAMAH AGUNG 11837 11716 12511 1233 99

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

097 092 052 05 96

TOTAL BELANJA KL 1113142 1036601 1049477 968007 92

BENDAHARA UMUM NEGARA 415295 397582 460736 443502 92

TOTAL BELANJA KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510213 1411486 9346

Dibandingkan tahun 2018 terdapat penurunan pagu sebesar 12 untuk tahun 2018

dan terdapat penurunan realisasi sebesar 14 dibandingkan tahun 2018 Berdasarkan

tabel diatas Untuk Pagu Kementerian dan Lembaga Kementerian PUPR mendapat

alokasi pagu anggaran yang paling tinggi dengan persentase sebesar 2430 Hal ini

menunjukan di Provinsi Kalimantan Barat prioritas pembangunan masih dititik beratkan

pada sektor infrastruktur Dari dana APBN 2019 pada Provinsi Kalimantan Barat satuan

kerja (satker) di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)

belanja modal sebesar Rp 159 triliun Belanja modal pada satker lingkup Kementerian

PUPR tersebut memberikan kontribusi sebesar 6649 dari belanja modal yang dikelola

satuan kerja lainnya di wilayah pembayaran KPPN se-Kalbar Hal ini menunjukkan

perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang memberikan kontribusi

terhadap pertumbuhan perekonomian di Kalbar

Terdapat 10 KL yang memperoleh alokasi anggaran belanja terbesar dengan total

mencapai Rp878 triliun (5817) yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan

rakyat Kemenhan Polri Kemenag Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan

Tinggi Kementerian Perhubungan KPU Kementerian Agraria amp Tata Ruang

Kementerian Pertanian

36

Berikut ini adalah sepuluh kementerian dengan pagu terbesar

Tabel III8

Tingkat Penyerapan 10 KL Pagu Terbesar 2019 (miliar)

No Nama KL (BA) Pagu Realisasi

1 Kementerian PUPR (033) 255070 206714 8104

2 Kemenhan (012) 161533 157833 9771

3 Kepolisian RI (060) 117803 125376 10643

4 Kemenag (025) 107273 104645 9755

5 Kementerian Ristekdikti (042) 78313 68767 8781

6 Kementerian Perhubungan (022) 40961 40112 9793

7 KPU (076) 37842 35936 9496

8 Kementerian Lingkungan Hidup amp Kehutanan (029) 29928 27920 9329

9 Kementerian Agraria amp Tata Ruang (056) 26745 21446 8019

10 Kementerian Pertanian (018) 23066 19721 8550

Sumber MEBE (diolah)

Jika diperhatikan jumlah alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat di 10 KL

dengan pagu terbesar dimaksud mencapai lebih dari 58 terhadap semua pagu

anggaran KL Untuk itu capaian realisasinya tentu akan mempengaruhi keseluruhan

realisasi penyerapan KL yang ada di Kalbar sehingga perkembangan pelaksanaan

anggaran satker-satker 10 KL dengan pagu tertinggi tersebut harus memperoleh

pengawasan yang lebih intensif dari Kanwil DJPB

2 Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Fungsi

Belanja Pemerintah Pusat (KL) dan juga belanja DDDF terbagi menjadi 11 fungsi

yaitu Pelayanan Umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan

Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama

Pendidikan serta Perlindungan Sosial dengan perbandingan pagu dan realisasi dalam

tahun 2018 dan 2019 sebagai berikut

Tabel III9

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi (Miliar Rp)

NAMA FUNGSI Pagu 2018

Realisasi 2018

Pagu 2019

Realisasi 2019

PELAYANAN UMUM 541846 510882 557364 531175

EKONOMI 377115 340751 232428 203287

PENDIDIKAN 185385 175208 231675 203287

PERTAHANAN 123999 121578 161533 157833

KETERTIBAN DAN KEAMANAN 168413 166821 160188 167029

37

PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 50667 47185 72454 62653

LINGKUNGAN HIDUP 37100 33230 53964 46742

AGAMA 22238 17374 19467 18874

KESEHATAN 19263 18808 18897 17252

PERLINDUNGAN SOSIAL 2162 2145 2141 2101

PARIWISATA DAN BUDAYA 249 216 175 165 TOTAL 1528437 1434183 1510213 1414486

Sumber Monev PA diolah

Pada tahun 2018 dan juga 2019 alokasi anggaran didominasi oleh fungsi pelayanan

Umum Ekonomi dan Pendidikan Pengelompokan anggaran menurut Fungsi memiliki

pengertian perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan

dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional Pengelompokan ini juga

bertujuan untuk melihat besaran alokasi anggaran menurut organisasi

KementerianLembaga tugas-fungsi pemerintah dan belanja KementerianLembaga

termasuk menciptakan penganggaran yang lebih tepat sasaran Pada tahun 2019 alokasi

untuk fungsi pelayanan umum sebesar Rp557 triliun (36 persen) ekonomi sebesar

Rp232 triliun (15 persen) dan fungsi Pendidikan sebesar Rp231 triliun (15 persen) Hal

ini menunjukkan bahwa pelaksanaan APBN di Kalimantan Barat lebih terkonsentrasi pada

bidang pelayanan umum ekonomi dan pendidikan yang secara keseluruhan jumlah

alokasi ketiga fungsi tersebut sebesar Rp1021 triliun atau 68 persen

3 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja

Berdasarkan jenis belanja di provinsi Kalimantan Barat terdapat 6 alokasi anggaran

belanja TA 2019 yaitu Belanja Pegawai (51) Belanja Barang (52) Belanja Modal (53)

Belanja Bantuan Sosial (57) Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) Untuk

Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) baru ada pada tahun 2017 2018 dan

2019 Jenis belanja 63 dan 66 baru TA 2017 muncul dikarenakan pencairan Dana

Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa sekarang berada di KPPN daerah

Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan jenis belanja dalam tahun 2018 dan

2019 sebagai berikut

Tabel III10

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rp)

JENIS BELANJA Pagu 2018

Realisasi 2018

Pagu 2019

Realisasi 2019

51 Belanja Pegawai 338030 330072 362333 364892

52 Belanja Barang 438737 400168 445547 406066

335140 305146 240347 195755

57 Belanja Bantuan Sosial 1235 1215 1324 1294

Belanja KL 1113142 1036601 1049477 968007

63 Dana Alokasi Khusus Fisik 245710 228191 261479 244756

38

66 Dana Desa 169585 169391 199257 198746 Belanja KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510287 1411509

Sumber Monev PA diolah

Kenaikan pagu anggaran terjadi untuk jenis belanja Pegawai belanja Barang

belanja bantuan sosial belanja Dana Alokasi Khusus belanja dana desa Belanja Dana

Desa mendapatkan kenaikan paling terbesar yaitu 17 persen disusul belanja bantuan

sosial sebesar 72 persen belanja pegawai naik 72 persen dan belanja barang sebesar

16 persen Jenis Belanja modal mengalami penurunan sebesar 283 persen Selama

TA 2019 Belanja Pegawai telah terserap Rp364 triliun (10071) Belanja barang

terserap Rp406 triliun (9114) belanja modal terserap Rp195 triliun (8145) belanja

bantuan social terserap Rp1215 miliar (9773) dana alokasi fisik terserap Rp244 triliun

(9360) dan penyerapan anggaran dana desa sebesar Rp198 triliun (9974) hal ini

sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun dari pinggiran dengan

memperkuat daerah dan desa yang diharapkan akan berdampak langsung untuk

pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat Pada belanja modal

terdapat penyerapan paling terendah dibandingkan jenis belanja lain

Grafik III1

Perkembangan Pagu dan Realisasi Jenis Belanja Tahun 2019

Sumber Monev PA MEBE diolah

4 Analis belanja pemerintah pusat

Belanja pemerintah pusat

Perbandingan antara alokasi belanja untuk sektor konsumtif dan produktif Sektor

konsumtif merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai administrasi

dan kebutuhan birokrasi seperti gaji tunjangan honor belanja operasional kantor

pengadaan kendaraan dinas Sedangkan sektor produktif antara lain peningkatan mutu

jalan jaringan irigasi intensifikasi dan ektensifikasi pertanian pengadaan traktor untuk

masyarakat

000

5000

10000

15000

0

2000

4000

6000

57 52 53 51 63 66

Pagu Realisasi

39

Tabel III11

Proporsi jenis Belanja Terhadap Total Pagu

Jenis Belanja Pagu Belanja Bantuan Sosial 1324 0

Belanja Barang 445547 30

Belanja Pegawai 362333 24

Belanja Modal 240347 16

Dana Alokasi Khusus Fisik 261479 17

Dana Desa 199257 13

Terlihat dari tabel diatas bahwa belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai

sektor produktif yang diantaranya untuk belanja Modal Dak Fisik Dana Desa mencapai

Rp 7010 triliun atau 4642 persen sedangkan belanja administrasi dan kebutuhan

birokrasi sebesar Rp 809 triliun atau 5358 persen Untuk belanja produktif terbesar

terdapat pada belanja program pengelolaan Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa

sebesar Rp460 triliun Disusul program penyelenggaraan jalan sebesar Rp99873 miliar

program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman sebesar Rp4004

miliar dan program pengelolaan Sumber Daya air Rp19887 miliar Terlihat dari alokasi ini

prioritas pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat di fokuskan pada pembangunan

infrastruktur fisik hal ini sesuai dengan fungsi terbesar yakni Pelayanan Umum

34 TRANSFER KE DAERAH DAN DESA

Dana transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan DAK DAU DBH Dana

perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dan juga antar pemerintah daerah

Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa

Pada tahun 2018 alokasi dana transfer dan Dana Desa ke wilayah Provinsi Kalimantan

Barat sebesar Rp2098 triliun dan terealisasi Rp2033 triliun atau 9692 persen Pada tabel

hellip Disajikan perkembangan Realisasi Dana Transfer pada tahun 2018 dan 2019 untuk

Provinsi Kalimantan Barat

Tabel III12

Perkembangan Dana Perimbangan di Kalimantan Barat

Dana Transfer 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

DBH 74872 74746 102115 69872

DAU 1182060 1182060 1215163 1214704

DAK Fisik 245714 228931 261479 244748

DAK Non Fisik 274246 262035 307639 293909

40

DID 14300 12463 12753 12288

Dana Desa 169586 169391 199257 198745

1960778 1929626 2098406 2034266

Sumber simtrada (diolah)

Secara agregat Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa mengalami kenaikan Alokasi

Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Kalbar pada tahun 2019 sebesar Rp2098

triliun naik 702 persen dibandingkan tahun 2018 Terdapat peningkatan alokasi Dana Desa

Kalbar tahun 2019 sebesar atau Rp29671 miliar atau 1750 persen sejalan dengan

komitmen Pemerintah untuk meningkatkan program pembangunan Indonesia dari pinggiran

Alokasi Dana Desa tahun 2019 di Prov Kalbar sebesar Rp199 triliun yang terbagi untuk

2031 Desa

Terdapat 4 (empat) daerah dengan alokasi pagu dana desa diatas 200 miliar yakni Kab

Sintang Rp33848 miliar Kab Kapuas Hulu Rp26812 miliar Kab Ketapang Rp25583 miliar

dan Kab Sambas Rp20498 miliar Selanjutnya 8 (delapan) daerah lainnya mendapatkan

alokasi pagu dana desa dibawah 200 miliar dengan pagu dana desa terendah pada Kab

Kayong Utara sebesar Rp4868 miliar Alokasi dana desa tersebut diharapkan dapat

menggerakkan roda perekonomian di desa dan menekan kesenjangan pendapatan antara

Desa dan Per Kotaan

Grafik III2

Realisasi Dana Transfer amp Dana Desa KabKota di Kalbar

Sumber data simtrada (diolah)

Berdasarkan grafik III2 terlihat perbandingan realisasi dana transfer amp dana Desa per

Kab di Prov Kalbar Dari total alokasi dana transfer sebesar Rp2098 triliun telah terealisasi

sebesar 2033 triliun dengan realisasi terbesar oleh Pemda Prov Kalbar yakni Rp365 triliun

selanjutnya Kab Ketapang Rp203 triliun dan yang terkecil adalah Kota Singkawang

Rp66459 miliar

Untuk menilai tingkat kemandirian daerah dilakukan dengan cara membandingkan Rasio

PAD dengan Rasio dana transfer Apabila rasio PAD lebih besar dari pada rasio dana transfer

000

500

1000

1500

2000

00050000

100000150000200000250000300000350000400000

41

berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin besar rasio dana transfer berarti tingkat

ketergantungan semakin tinggi

Tabel III13

Rasio Kemandirian Daerah Tahun 2019

Daerah Dana Transfer

PAD Pendapatan APBD

Ratio Dana Transfer thd Pendapatan

APBD

Ratio PAD thd

Pendapatan APBD

Prov Kalbar 365337 23016 595497 3870 61

Ketapang 203045 12753 215798 590 94

Sintang 165917 1721 183127 940 91

Kapuas Hulu 166837 7998 174835 460 95

Sambas 151612 14885 166497 890 91

Sanggau 141399 10287 151686 680 93

Kubu Raya 123841 14675 138516 1060 89

Landak 117304 9284 126588 730 93

Pontianak 100659 47879 148538 3220 68

Melawi 105563 4058 109621 370 96

Mempawah 85957 8757 94714 920 91

Bengkayang 96974 3025 99999 300 97

Sekadau 73392 4535 77927 580 94

Kayong Utara 69504 2533 72037 350 96

Singkawang 66459 1663 83089 2000 80

sumber data LRA Pemda simtrada (diolah)

Dilihat dari rasio Pendapatan Asli Daerah dan Transfer ke Daerah terhadap Pendapatan

APBD dapat dilihat bahwa daerah di wilayah Kalimantan Barat Rasio dana transfer lebih

besar dari pada rasio PAD yang berarti memiliki ketergantungan yang relatif tinggi tehadap

transfer dari Pemerintah Pusat

341 Dana Transfer Umum

a Dana Alokasi Umum

Grafik III3

Realisasi DAU Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan Barat

Sumber data simtrada

00050000

100000150000200000

2018 2019

42

Total realisasi DAU di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp1214 triliun naik 276 persen

dibanding realisasi DAU tahun sebelumnya Dari realisasi DAU tahun 2019 tersebut empat

pemerintah daerah yang realisasi DAU terbesar yaitu Pemprov Kalimantan Barat sebesar

Rp175 triliun diikuti Kabupaten Ketapang sebesar Rp114 triliun Kabupaten Kapuas Hulu

Rp99768 miliar dan Kabupaten Sintang Rp93421 miliar

b Dana bagi Hasil Grafik III4

Realisasi DBH Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan barat

Total realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) tahun 2019 sebesar Rp69872 miliar naik 592 persen

jika dibandingkan dengan alokasi DBH tahun sebelumnya Empat daerah dengan realisasi

DBH terbesar yakni Pemrov Kalimantan Barat sebesar Rp18663 miliar diikuti Kabupaten

Ketapang Rp10844 miliar Kabupaten Sanggau Rp8321 miliar dan Kota Pontianak Rp3910

miliar Kabupaten dengan realisasi DBH terkecil adalah Kota singkawang sebesar Rp1428

miliar Ketapang sebagai Daerah Tingkat II dengan realisasi DBH terbesar merupakan daerah

yang memiliki tambang bauksit dan tambang emas Demikian juga Kabupaten Sanggau

merupakan daerah yang memiliki hasil tambang Bauksit yang nantinya diolah menjadi alumina

(bahan pembuat alumunium) Sedangkan Kota Pontianak merupakan pusat perekonomian

yang memiliki penerimaan pajak PPh terbesar

342 Dana Transfer Khusus

a Dana alokasi Khusus (DAK) Fisik Total DAK Fisik yang dialokasikan pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami

peningkatan sebesar 641 persen atau senilai Rp 15764 miliar dibandingkan tahun 2018

Perkembangan pagu dan realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat

pada tabel berikut

0005000

10000150002000025000

2018 2019

43

Tabel III14

Pagu dan Realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (dalam miliar)

No Pemda 2019 2018

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

1 Kalbar 33283 31974 9607 42384 3843 9067

2 Mempawah 8996 8744 972 11663 11503 9863

3 Kubu Raya 12692 11337 8932 19237 18966 9859

4 Pontianak 8735 7998 9156 7863 7527 9574

5 Sintang 19271 183 9496 21637 20304 9384

6 Melawi 1726 16708 968 10885 10134 931

7 Sambas 20922 19813 947 17156 1659 967

8 Bengkayang 19266 15038 7805 9425 906 9612

9 Singkawang 8532 8042 9426 11478 9596 836

10 Ketapang 32914 31635 9611 175 16616 9495

11 Kayong Utara 11614 10174 876 11582 10958 9461

12 Kapuas Hulu 24632 22911 9301 16723 16494 9863

13 Sanggau 1942 19044 9806 18723 15686 8378

14 Landak 1669 16216 9716 15833 15536 9812

15 Sekadau 7252 6814 9396 13626 1059 7772

JUMLAH 261479 244748 139882 245715 22799 13948

sumber data Omspan

Persentase penyaluran DAK Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 081 persen

dibandingkan tahun sebelumnya Kenaikan ini setara dengan Rp 16758 miliar Pada

tahun 2019 terdapat sisa dana yang tidak direalisasikan sebesar Rp 16731 miliar atau

berkurang dari Rp 17725 miliar pada tahun 2018 Hal ini menunjukkan peningkatan

kinerja penyaluran DAK Fisik Kabupaten Bengkayang memiliki kontribusi terbesar

terhadap DAK Fisik yang tidak disalurkan yaitu Rp 4228 miliar Penyebab DAK Fisik yang

tidak disalurkan ini diakibatkan oleh 2 (dua) hal yaitu efisiensi anggaransisa lelang dan

pekerjaan yang tidak terlaksanagagal lelang Kabupaten Sanggau memiliki kinerja terbaik

dari persepsi penyaluran DAK Fisik dengan penyaluran mencapai 9806 persen dari pagu

disusul Kabupaten Landak dengan penyaluran 9720 persen dari pagu Kinerja yang

kurang memuaskan pada persepsi penyaluran kembali dipegang oleh Kabupaten

Bengkayang dengan penyaluran 7805 persen dari pagu dan disusul oleh Kabupaten

Kayong Utara dengan penyaluran 8760 persen dari pagu

44

b Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami peningkatan dengan total Rp 304 triliun

dibandingkan Rp 274 triliun pada tahun sebelumnya Perkembangan pagu dan realisasi

DAK Non Fisik dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel III15

Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (dalam miliar)

No Pemda 2018 2019

Nilai Realisasi Alokasi Realisasi

1 Kalbar 113996 112406 9861 139515 137565 9860

2 Bengkayang 8909 833 9351 9833 9195 9380

3 Landak 11773 11353 9644 11956 11234 9400

4 Kapuas Hulu 1327 12752 961 14929 13944 9340

5 Ketapang 18288 16832 9204 18552 17909 9653

6 Mempawah 9091 8457 9303 9341 8291 8876

7 Sambas 18854 17923 9506 20014 18553 9270

8 Sanggau 13357 12363 9256 14416 13215 9167

9 Sintang 15969 15216 9529 17253 16504 9570

10 Pontianak 11526 11329 9829 1099 10155 9240

11 Singkawang 5808 537 9247 5832 5093 8732

12 Sekadau 6786 4461 6574 6655 5253 7893

13 Melawi 8733 834 955 9719 9412 9254

14 Kayong Utara 3845 3681 9573 4124 3811 9240

15 Kubu Raya 14042 1322 9415 14511 13778 9490

Jumlah 274246 262035 9555 307639 293909 9550

sumber datasimtrada Omspan (diolah)

Realisasi DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp 31874 miliar atau

1216 persen dibandingkan tahun 2018 Penyaluran DAK Non Fisik pada tahun 2019

sebesar 9554 persen mengalami penurunan 001 persen 44isbanding tahun sebelumnya

yang sebesar 9555 persen Secara nilai Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat

menyumbangkan peningkatan realisasi terbesar yaitu Rp 25159 miliar atau 2238 persen

yang mayoritas berasal dari Dana BOS yaitu sebesar Rp 23722 miliar Kabupaten

Sekadau menjadi Pemerintah Daerah dengan penyerapan DAK Non Fisik terkecil hanya

7893 persen dari alokasi yang tersedia Kecilnya persentase realisasi ini diakibatkan oleh

adanya Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) yang tidak direalisasikan sebesar Rp 1234

miliar Kota Pontianak mengalami penurunan realisasi terbesar dengan penurunan

sebesar 589 persen Penurunan ini terjadi karena realisasi TPG yang pada tahun 2018

mencapai 100 persen pada tahun 2019 turun menjadi 9440 persen dan realisasi Dana

Bantuan Operasional Kesehatan turun dari 9874 persen menjadi 8134 persen

45

333 Dana Desa

Penyaluran dana desa Tahun 2018 dan 2019 di Wilayah Kalimantan Barat disalurkan untuk

membiayai pelaksanaan kegiatan melalui 5 bidang yaitu Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa Pelaksanaan Pembangunan Desa Pembinaan Kemasyarakatan Desa

Pemberdayaan Masyarakat Desa Penanggulangan Bencana Keadaan Darurat Dan

Mendesak dengan perkembangan penyaluran sebagai berikut

Tabel III16

Pagu dan Realisasi Dana Desa di Provinsi Kalimantan Barat (miliar) No KAB KOTA JUMLAH

DESA TAHUN 2018 TAHUN 2019

PAGU TOTAL PENYALUR

AN

CAPAIAN OUTPUT

PAGU TOTAL PENYAL

URAN

CAPAIAN

OUTPUT

1 Sambas 193 17284 17284 10000 9464 20498 20498 10000 7550

2 Sanggau 163 12878 12848 9976 9879 14986 14986 10000 8099

3 Sintang 390 29487 29472 9995 9914 33848 33848 10000 9002

4 Mempawah 60 5523 5523 10000 9820 6655 6655 10000 9051

5 Kapuas Hulu 278 22893 22893 10000 9878 26812 26768 9983 8915

6 Ketapang 253 21729 21729 10000 9293 25583 25583 10000 8901

7 Bengkayang 122 9240 9240 10000 9295 10655 10594 9943 5129

8 Landak 156 15416 15416 10000 9949 18537 18537 10000 9904

9 Melawi 169 13091 13091 10000 9981 15253 15253 10000 7871

10 Sekadau 87 6908 6876 9955 9582 8117 8049 9916 8244

11 Kayong Utara 43 3986 3986 10000 9384 4868 4809 9879 7965

12 Kubu Raya 117 11150 11033 9895 9677 13445 13166 9792 6685

TOTAL 2031 169586 169392 9989 9676 199257 198745 9974 8112

Sumber data Omspan (diolah)

Total alokasi tahun 2018 sebesar Rp169586 miiar untuk 2031 desa realisasi penyaluran

sebesar Rp169392 miliar atau 9989 persen Penyaluran Dana Desa terbesar pada

Kabupaten Sintang Rp29472 miliar sedangkan penyaluran terkecil Kabupaten Kayong

Utara yakni Rp3986 miliar Terdapat empat Kabupaten yang penyaluran Dana Desa tidak

mencapai 100 persen yaitu Kabupaten Sanggau Sintang Sekadau dan Kubu Raya Untuk

capaian output yang tertinggi Kabupaten Melawi yaitu 9981 persen dan terendah adalah

Kabupaten Ketapang 9293 persen Alokasi dana desa tahun 2019 sebesar Rp199257

miliar untuk 2031 desa realisasi penyaluran sebesar Rp198745 miliar atau 9974 persen

Sisa Dana Desa yang tidak tersalur sebesar Rp512 miliar Penyaluran Dana Desa terbesar

pada Kabupaten Sintang Rp33848 miliar sedangkan penyaluran terkecil pada Kabupaten

Kayong Utara yakni hanya Rp4809 miliar Terdapat enam Kabupaten yang penyaluran

Dana Desa tidak mencapai 100 persen yaitu Kapuas Hulu Bengkayang Melawi Sekadau

Kayong Utara dan Kubu Raya Realisasi Penyaluran Dana Desa tahun 2019 sebesar

Rp198745 miliar atau 9974 persen terjadi penurunan sebesar 015 persen apabila

46

dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 Hal ini dikarenakan terdapat sisa dana semula

Rp194 miliar (empat Kabupaten) menjadi Rp512 miliar (enam Kabupaten)

343 Dana Insentif Daerah (DID)

Grafik III5

Realisasi Dana Insentif Daerah Tahun 2018-2019 Kalimantan Barat

sumber data simtrada Omspan (diolah)

Dari total alokasi DID tahun 2019 yang sebesar Rp 12753 miliar telah terealisasi sebesar

Rp12288 miliar atau 9635 persen Dari 14 Pemda ProvinsiKabKota hanya 6 Daerah yang

mendapatkan alokasi DID di tahun 2019 yakni Prov Kalbar Kab Ketapang Kab

Mempawah Kab Sanggau Kota Pontianak dan Kab Kubu Raya Ada lima daerah

terealisasi 100 persen yaitu Kalbar Ketapang Sanggau Pontianak dan Kubu Raya

Sementara itu Mempawah terealisasi 465 miliar dari 930 miliar atau sebesar 50 persen

35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL

Arus kas masuk (cash in flow) Pemerintah Pusat adalah semua penerimaan yang

diterima oleh Pemerintah pusat di provinsi daerah tertentu sedangkan arus kas keluar

(cash out flow) adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada

pemerintah daerah Yang termasuk arus kas masuk adalah semua penerimaan negara yang

diterima oleh Pemerintah Pusat seperti penerimaan pajak PNBP dan hibah Sedangkan

yang termasuk dalam arus kas keluar Pemerintah Pusat adalah semua belanja pemerintah

dalam APBN yang terdiri dari belanja KPKDDKTPUB dan dana transfer Selisih antara

kontribusi penerimaan Negara pada suatu daerah dengan pengeluaran pemerintah pusat

tersebut akan menghasilkan kondisi surplusdefisit Kondisi surplus mengindikasikan bahwa

daerah tersebut memberikan subsidi silang kepada daerah lain di Indonesia sementara

kondisi defisit mengindikasikan bahwa daerah tersebut menerima subsidi silang dari daerah

0001000200030004000500060007000

2018 2019

47

lain di Indonesia Tabel dibawah ini merupakan cash flow Pemerintah di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat

Tabel III17

Cash Flow Pemerintah Pusat di Kalimantan Barat TA 2019 (miliar)

DEFISIT 2194324

Cash in Flow Cash Out Flow

Penerimaan Pajak Dalam negeri 667813 Belanja Pemerintah Pusat 970984

Bea MasukBea Keluar 60735 Transfer ke daerah amp dana desa

2034266

PNBP 82378

810926 3005250

sumber data Omspan Monev Pa (dioalah)

35 PENGELOLAAN BLU PUSAT

a Profil dan jenis layanan satker BLU pusat

Dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat tahun

2019 terdapat 3 (tiga) Satker BLU yang terdiri 2 (dua) satker BLU layanan Pendidikan

dan 2 (dua) satker BLU layanan kesehatan Dua satker BLU layanan pendidikan yaitu

Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Pontianak dan Universitas Tanjungpura Pontianak

sedangkan satker BLU layanan kesehatan adalah Rumah Sakit (RS) Bhayangkara

Pontianak dan RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR

Tabel III18

Profil BLU di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 (miliar)

No Jenis Layanan

Satker BLU Nilai Aset Pagu PNBP

Pagu RM Jumlah Pagu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Pendidikan Poltekkes Pontianak 21801 3455 4898 8353

Universitas Tanjungpura 2093628 38593 5947 4454

2 Kesehatan RS Bhayangkara Pontianak 9127 4204 777 4981

RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR

2486 2228 1582 381

Sumber LRA

1) Poltekkes Pontianak berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan

Kesejahteraan Sosial Nomor 298Menkes-KesosSKIV2001 tanggal 16 April 2001

dan ditetapkan menjadi Satker BLU berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

403KMK052011 tanggal 1 Desember 2011 Dengan visi ldquoMenjadi Institusi Pendidikan

Tinggi Kesehatan yang Bermutu dan Mampu Bersaing di Tingkat Regional pada Tahun

48

2020 (2016-2020)rdquo Poltekkes Kemenkes Pontianak memberikan pelayanan kesehatan

meliputi Jurusan Kesehatan Lingkungan Jurusan Gizi Jurusan Kebidanan Jurusan

Keperawatan Jurusan Analis Kesehatan dan Jurusan Perawat Gigi Pada tahun 2019

Poltekes Pontianak mendapatkan pagu dalam DIPA sebesar Rp 8353 dengan pagu

PNBP sebesar Rp3455 miliar dan pagu RM sebesar Rp4898 miliar Sementara aset

yang dimiliki sebesar Rp21801 miliar yang terdiri dari aset lancar Rp581 miliar aset

tetap Rp21199 dan aset lainnya Rp21801

2) RS Bhayangkara Pontianak telah menjadi satker BLU sejak tahun 2015 sesuai

Keputusan Menteri Keuangan nomor 501KMK052015 RS Bhayangkara ini telah

beroperasi sejak tahun 2002 Pagu DIPA RS Bhayangkara Pontianak di tahun 2019

adalah sebesar Rp4981 miliar dengan pagu PNBP sebesar Rp4204 dan pagu RM

sebesar Rp777 miliar Sementara aset yang dimiliki sebesar Rp9127 yang terdiri dari

aset lancar Rp547 miliar dan aset tetap Rp8579

3) Universitas Tanjungpura menjadi BLU layanan pendidikan berdasarkan Keputusan

Menteri Keuangan nomor 830KMK052017 dan mulai mendapatkan DIPA BLU pada

tahun 2018 Pagu DIPA universitas ini di tahun 2019 adalah sebesar Rp4454 miliar

dengan pagu PNBP sebesar Rp38593 dan pagu RM sebesar Rp5947 Sementara

total aset yang dimiliki sebesar Rp2093628 miliar

4) Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019

tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar

dengan komposisi Pagu Rm sebesar Rp1582 miliar dan pagu PNBP senesar Rp2228

miliar Sementara total aset di tahun 2019 sebesar Rp2482 miliar dengan perincian

aset tetap Rp762 miliar dan aset lancar sebesar Rp1723 miliar

b Perkembangan Pengelolaan Aset Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU

1) Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU

Perkembangan pengelolaan aset satker BLU dalam jangka waktu dua tahun terakhir

dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel III19

Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di Kalimantan Barat

No Satker BLU Aset tahun 2018 Aset tahun 2019

(1) (2) (3) (4)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak 22174 21801

2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 6734 9127

3 Universitas Tanjungpura 2217907 2093628

49

4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi BLU

2486

sumber Neraca E-rekon

Nilai aset pada satker BLU Poltekkes Pontianak mengalami penurunan sebesar

17 persen dari Rp22174 miliar di tahun 2018 menjadi Rp21801 miliar di tahun

2019 Sedangkan di RS Bhayangkara nilai asetnya meningkat dari Rp6734 miliar

menjadi 9127 miliar atau 355 persen Sedangkan nilai aset satker BLU Untan

menurun 56 persen dari 2217907 pada tahun 2018 menurun menjadi 2093628

ditahun 2019 Sedangkan untuk RS TK II Kartika Husada yang baru di tetapkan

menjadi satker BLU di tahun 2019 perkembangan aset asetnya naik 305 persen

dari 1905 miliar di tahun 2018 menjadi 2486 miliar di tahun 2019

2) Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU

Satker BLU di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019 mendapatkan pagu PNBP

dan pagu RM sebagaimana tercantum dalam DIPA Ada pun perkembangan pagu

tahun 2019 dan tahun 2018 dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel III20

Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker (miliar)

No Satker BLU Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu PNBP Pagu RM Pagu PNBP

Pagu RM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak 4480 4504 3455 4898

2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 4282 7010 4204 777

3 Universitas Tanjungpura 3177 20876 38593 5947

4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi satker BLU 2228 1582

Sumber LRA E-rekon

Pada tahun 2019 pagu RM Satker BLU Politekes Pontianak naik 87 persen dibanding

tahun 2018 sedangkan pagu PNBP menurun 229 persen Pagu RM naik sebesar

Rp394 miliar atau 87 persen dari Rp4504 miliar di tahun 2018 menjadi Rp4898 miliar

pada tahun 2019 Sedangkan pagu PNBP mengalami penurunan dari Rp448 miliar di

tahun 2018 menjadi Rp345 miliar pada tahun 2019 atau turun sebesar Rp1025 miliar

atau 229 persen

Selanjutnya untuk satker BLU layanan kesehatan yakni RS Bhayangkara Pontianak

perkembangan pagu PNBP menurun dari Rp4282 miliar menjadi Rp4204 miliar atau

18 persen sedangkan untuk pagu RM mengalami kenaikan 108 persen

50

Universitas Tanjungpura di tahun 2019 ini baru menjadi satker BLU setelah

sebelumnya adalah satker PNBP Di tahun 2019 Untan mendapat pagu PNBP sebesar

Rp38593 miliar dan pagu RM sebesar Rp5947 miliar

Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019

tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar

c Kemandirian BLU

Salah tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk

mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government) oleh karena itu satker BLU

didorong untuk dapat menciptakan kemandirian dirinya sendiri Kemandirian tersebut

dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM) dari APBN dan

bertambahnya alokasi pagu PNBP dari hasil layanan satker Semakin tinggi porsi pagu

PNBP dibanding pagu RM maka satker BLU dianggap memiliki tingkat kemandirian yang

lebih baik

TabelIII21

Tingkat Kemandirian BLU di Provinsi Kalimantan Barat (miliar)

sumber e rekon diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 alokasi pagu PNBP

pada Satker Politeknik Kesehatan Pontianak masih dibawah 50 persen Sedangkan untuk

Satker BLU Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak alokasi pagu PNBP di tahun 2018

sebear 8593 persen dan tahun 2019 844 persen Hal ini menunjukkan bahwa Rumah

Sakit Bhayangkara Pontianak sejak tahun 2018 memiliki tingkat kemandirian yang tinggi

dan demikian juga di tahun 2019 Dari besarnya persentase pagu PNBP tersebut dapat

dilihat bahwa dalam kegiatan operasional RS Bhayangkara Pontianak lebih ditunjang oleh

PNBP yang dikelolanya dan bisa disimpulkan mempunyai tingkat kemandirian yang baik

No Satker BLU Nilai aset 2019

Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu PNB

P

Pagu RM

Pagu PNBP

Pagu RM

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak

4480 4987

4504 5013 3455 414 4898 586

2 Rumkit Bhayangkara Pontianak

4282 8593

7010 1407 4204 844 777 156

3 Univ Tanjungpura

3177 6035

20876 3965 38593 866 5947 134

4 RS Kartika Husada

Belum menjadi satker BLU 2228 585 1582 2705

51

Untan di tahun 2018 sebagai satker BLU yang baru memiliki tingkat kemandirian di

atas 6035 persen dan meningkat signifikan di tahun 2019 menjadi 866 persen hal ini

mengindikasikan ada perkembangan yang pelayanan pendidikan oleh Untan Sedangkan

untuk RS Kartika Husada baru dtetapkan menjadi satker BLU di bulan Juli 2019

d Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP

Di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 120 satker yang mengelola dana PNBP Dari

120 satker PNBP tersebut terdapat 3 satker yang mempunyai alokasi pagu PNBP

terbesar antara lain tersebut dibawah ini

Tabel III22

Profil dan Jenis layanan Satker PNBP di Provinsi Kalimanatan Barat Tahun 2019

No Jenis Layanan

Satker PNBP Nilai Aset Pagu PNBP

Pagu RM Jumlah Pagu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2 Pendidikan Politeknik Negeri Pontianak 272 6284 9004

4 Pendidikan IAIN Pontianak 2012 5024 7036

Sumber LRA diolah

Tabel III23

Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP di Provinsi Kalimantan Barat

No Satker PNBP Tahun 2017 Tahun 2019

Pagu PNBP

Pagu RM Pagu PNBP

Pagu RM

2 Politeknik Negeri Pontianak 2197 5904 272 6284

3 IAIN Pontianak 1775 4297 2012 5024

Sumber SPAN diolah

Dari tabel diatas terlihat bahwa Politeknik Negeri Pontianak mengalami peningkatan

persentase pagu PNBP sebesar Rp523 miliar atau 238 persen Demikian juga IAIN

Pontianak pagu PNBP meningkat Rp237 miliar atau 134 persen Dari ke dua satker

PNBP tersebut Politeknik Negeri Pontianak yang paling berpotensi untuk menjadi satker

BLU karena sumber dana PNBP lebih besar dibanding sumber dana PNBP pada satker

IAIN Pontianak meskipun mempunyai potensi menjadi satker BLU namun keduanya

belum menunjukan kemandirian karena sumber dana yang mereka gunakan lebih banyak

dari dana APBN (RM) dibandingkan dana PNBP

e Analisis terkait pengelolaan BLU

1 Analisis Kemandirian BLU

a Rasio Antara Sumber Dana PNBP (BLU) dan RM

Meskipun tujuan pembentukan BLU adalah tanpa mengutamakan mencari

keuntungan namun diharapkan dengan pelayanan yang meningkat maka secara

52

langsung juga pendapatannya meningkat Lebih jauh lagi diharapkan persentase

belanja satker BLU yang bersumber dari rupiah murni semakin menurun digantikan

dengan sumber belanja dari pendapatan BLU

Tabel III24

Rasio Sumber Dana BLU (PNBP dengan RM) miliar

Satker BLU 2017 2018 2019

PNBP RM PNBP RM

PNBP RM PNBP RM

PNBP RM PNBP RM

Politeknik Kesehatan Pontianak

4966 5279 094 4480 4504 099 3455 4898 070

RS Bhayangkara Pontianak

346 700 487 4282 701 611 4204 777 541

Universitas Tanjungpura

Belum menjadi satker BLU

3177 20876 152 38593 5947 648

RS Kartika Husada Belum menjadi satker BLU 2228 1582 14

Pada Universitas Tanjungpura Pontianak dari tahun 2018 hingga tahun 2019

rasio antara sumber dana PNBP dengan sumber dana RM semakin meningkat yang

nampak pada pagu PNBP yang semakin meningkat Hal ini menandakan tingkat

kemandirian BLU Universitas Tanjungpura semakin membaik Sedangkan pada

Rumah sakit Bhayangkara terdapat penurunan atas pagu PNBP nya hal ini karena

pada tahun 2019 RS Bhayangkara Pontianak melakukan renovasi gedung dan

ruang perawatan yang mempengaruhi jumlah layanan pasien dan penerimaan

PNBP nya

b Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional

Kemandirian Satker BLU selain dapat dilihat dari Rasio Antara Sumber Dana

PNBP dan RM sebagaimana pada poin a dapat pula dinilai dari Rasio PNBP

terhadap biaya operasional BLU Untuk rasio ini BLU di Kalimantan Barat memiliki

rasio yang cukup baik

Tabel III25

Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional (persen)

Satker BLU 2018 2019

Pendapatan PNBP

Biaya Operasional

Pendapatan PNBP

Biaya Operasional

Politekkes Pontianak

3038 6360 48 2702 7725 35

RS Bhayangkara Pontianak

3034 3616 84 2802 4347 64

Universitas Tanjungpura

41371 45355 91 34461 51317 67

53

RS Kartika Husada

Belum menjadi satker BLU 5056 6264 81

Berdasarkan tabel di atas di tahun 2018 pada Satker BLU Politeknik Kesehatan

Pontianak perbandingan antara pendapatan BLU dengan biaya operasional didapat

hasil 48 persen (rasio PNBP terhadap biaya operasional 48 persen) Sedangkan

untuk tahun 2018 rasio kemandirian Satker BLU Poltekkes Pontianak menurun

menjadi 35 persen Penurunan ini disebabkan jumlah pendapatan PNBP yang

menurun sedangkan biaya operasional meningkat Penurunan pendapatan karena

penurunan jumlah mahasiswa baru

RS Bhayangkara Pontianak dari hasil perhitungan rasio pendapatan BLU dengan

biaya operasional didapat hasil 84 persen di tahun 2018 dan mengalami penurunan

menjadi 64 persen Penurunan rasio disebabkan penurunan pendapatan dan

sebaliknya belanja meningkat Penurunan pendapatan disebabkan pendapatan

yang berasal dari rawat inap berkurang Hal ini disebabkan penghapusan gedung

layanan lama yang disertai dengan pembangunan gedung rawat inap baru Namun

secara rasio RS Bhayangkara masih memiliki tingkat kemandirian yang yaitu

diatas 60 persen

Univ Tanjungpura ditahun 2018 sebagai satker BLU baru memiliki rasio 91

persen Ini menandakan Untan sebagai satker BLU memiliki kemandirian yang

sangat baik Sedangkan untuk RS Kartika Husada yang merupakan Rumah sakit

dibawah Kodam Tanjungpura dan baru ditetapkan menjadi BLU penuh di bulan Juli

2019 sudah memiliki awal yang baik dengan tingkat kemandirian (rasio PNBP

dengan biaya operasional ) sebesar 81 persen

f Analisis Efektifitas BLU

Analisa efektifitas BLU adalah analisis untuk mengetahui efektifitas dibentuknya BLU

yaitu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan fleksibilitas

dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi produktifitas dan penerapan

praktek bisnis yang sehat Peningkatan layanan antara lain juga dapat dilihat dari

pendapatan yang dihasilkan dari layanan BLU Analisis efektifitas BLU didapat dari rasio

pendapatan operasional terhadap asset tetap atau rasio perputaran asset tetap Tujuan

analisis ini adalah untuk mengetahui kemampuan BLU untuk menghasilkan pendapatan

dari aset yang dimilikinya

54

Tabel III26

Analisis Efektifitas BLU

Satker BLU 2018 2019

Pendapatan Operasional

Aset Tetap Pendapatan Operasional

Aset Tetap

Politeknik Kesehatan Pontianak

3038 21286 142 2702 21801 124

RS Bhayangkara Pontianak 3034 4832 627 2802 9127 307

Universitas Tanjungpura 41371 2175410 190 34461 2093628 16

RS Kartika HUsada Belum menjadi satker BLU 5056 2486 203

sumber data e rekon

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perputaran aset tetap satker BLU Politekkes

Pontianak tahun 2018 sebesar 142 persen dan mengalami penurunan di tahun 2019

menjadi 124 persen Dari rasio tersebut artinya kemampuan Poltekkes Pontianak

memperoleh pendapatan berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah sebesar 124

persen Penurunan rasio ini disebabkan pendapatan BLU yang menurun di tahun 2019

Sedangkan perputaran aset untuk Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak pada tahun 2019

mengalami penurunan dari 627 persen di tahun 2018 menjadi 307 persen di tahun 2019

Penurunan rasio ini disebabkan penurunan pendapatan BLU dan juga kenaikan aset

tetap Kemampuan RS Bhayangkara Pontianak tahun 2019 untuk memperoleh

pendapatan BLU berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah 307 persen

Kemampuan Untan memperoleh pendapatannya berdasarkan asset tetap yang

dimilikinya di tahun 2019 sebesar 16 persen

g Analisis Legal BLU

Pemberian fleksibilitas pengelolaan keuangan kepada Satker BLU adalah tetap dalam

koridor penerapan tata kelola pemerintahan yang baik Satker BLU tetap mempunyai

kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang telah diatur di dalam undang-undang

Tabel III27

Kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan Keuangan

Kewajiban Politeknik Kesehatan Pontianak

RS Bhayangkara

Pontianak

Universitas Tanjungpura

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Penyusunan amp Penyampaian Rencana Bisnis Anggaran

Ya - Ya - Ya -

Penyusunan amp penyampaian Lap Keu (standar akuntansi Keu)

Ya - Ya - Ya -

55

Berdasarkan tabel kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan keuangan

dapat dilihat bahwa BLU di Provinsi Kalimantan Barat yakni Politeknik Kesehatan

Pontianak RS Bhayangkara Pontianak dan Universitas Tanjungpura telah memenuhi

semua kewajiban dalam rangka penerapan tata kelola dan pengelolaan keuangan BLU

sesuai dengan ketentuan (peraturan perundang-undangan)

37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT

Dalam rangka peningkatan pembangunan di Wilayah Kalimantan Barat Pemerintah

berusaha memperdayakan potensi yang ada guna mendukung pembangunan ekonomi di

daerah diantaranya berupa Dana Invstasi Pusat yang diberikan kepada Pemda melalui

pinjaman dan Investasi Kredit Program kepada UMKM di Wilayah Kalimantan Barat Kanwil

Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat berkewajiban menatausahakan investasi

pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi khususnya penerusan pinjaman (Subsidary

Loan Agreement) Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat) dan Pembiayaan Ultra Mikro

(UMi)

371 Penerusan Pinjaman (Subsidary Loan Agreement)

Penerusan Pinjaman Pemerintah Pusat (Subsidiary Loan Agreement) kepada

Pemerintah DaerahPerusahaan DaerahBUMD Penerusan pinjaman yang diberikan

kepada PDAM maupun Pemda dimaksudkan untuk meningkatkan atau memperbaiki

tata kelola penyediaan air minum kepada masyarakat baik dari segi infrastruktur maupun

percepatan penyedian air minum

Pada tahun 2019 masih terdapat 1 (satu) pinjaman BUMD dan Pemda menunggu

penyelesaian penghapusan yaitu Pemerintah Kota Singkawang dengan sisa hutang

sebesar Rp1766635437024 yang diselesaikan melalui proses pelaksanaan debt swap

sebesar Rp1398691928715 dan penghapusan utang murni Rp367943508309

Pemerintah Kota Singkawang telah mengalokasikan program debt swap pada APBD

tahun anggaran 2017 melalui DPPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

berupa kegiatan Pembangunan Bangsal Ruang Inap Kelas I RSUD Abdul Aziz di

Singkawang dengan realisasi pembangunan sebesar Rp14407200000 dan telah

dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat

Penyampaian Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU

Ya - Ya - Ya -

Persetujuan Tarif Layanan oleh Menteri Keuangan

Ya - Ya - Ya -

Persetujuan Pembukaan Rekening Ya - Ya - Ya -

Penyusunan SOP pengelolaan keuangan BLU

Ya - Ya - Ya -

56

Tabel III31

Profil Oustanding Penerusan Pinjaman BUMD dan PEMDA di

Prov Kalbar Tahun 2018

Sumber Data Kanwil Data PemdaBUMNBUMD Penerima SLA Dit SMI

372 Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat)

Investasi Pemerintah Pusat lainnya adalah Program Kredit Program berupa

pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM (KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan

Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 debitur)

jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar

atau 1135 persen

TabelIII32

Penyaluran KUR Wilayah Kalimantan Barat Tahun 2019

No KabKota 2018 2019

Akad Debitur Akad Debitur

1 Kalimantan Barat 1650000000 29 1055000000 30

2 Kab Sambas 172012480000 5063 178155490000 4706

3 Kab Mempawah 117141764400 3853 117924669245 3337

4 Kab Sanggau 137303602000 3683 151852745000 3768

5 Kab Ketapang 134775029932 3445 115111754000 3193

6 Kab Sintang 169583544950 3539 214178312000 3769

7 Kab Kapuas Hulu 74602388591 2755 101002500000 3412

8 Kab Bengkayang 62169980000 1909 61608265000 2069

9 Kab Landak 84971200000 2710 99536500000 2866

10 Kab Sekadau 82259245000 1715 76000490000 1679

11 Kab Melawi 60856245000 1378 84465707561 1292

12 Kab Kayong utara 24188290000 826 25003500000 824

13 Kab Kubu Raya 151025480000 3883 193886370000 4216

14 Kota Pontianak 256541689000 4730 283349999288 4710

15 Kota Singkawang 85998890400 1993 95216230108 1907

Total 1615079829273 41511 1798347532202 41778

Sumber SIKP Dit SMI 2019

Penyaluran KUR tersebar di beberapa Lembaga Keuangan di wilayah Kalimantan

Barat melalui aplikasi online system data KUR dengan Sistem Informasi Kredit Program

57

(SIKP) untuk wilayah Kalbar terdapat 16 lembaga keuangan yang ditunjuk sebagi

penyalur Sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini

Tabel II32 Penyaluran KUR per Bank Provinsi Kalbar Tahun 2019

No Nama Bank Jumlah

Rupiah Debitur

1 BPD Jawa Tengah 500000000 1

2 BPD Kalimantan Barat 235246000000 2225

3 BPD Kalimantan Selatan 100000000 1

4 BPD Kaltimtara 50000000 1

5 BPD Riau Kepri 250000000 1

6 BRI Syariah 28661000000 868

7 Bank Bukopin 1680000000 6

8 Bank Central Asia 3075000000 13

9 Bank Mandiri 374774669000 4448

10 Bank Maybank 1220000000 4

11 Bank Negara Indonesia 308639830404 1794

12 Bank Rakyat Indonesia 837567307798 32376

13 Bank Sinarmas 6014000000 25

14 Bank Tabungan Negara 400000000 3

15 CTBC Bank 58980000 4

16 Internusa Tribuana Citra Multifinance 110745000 8

1798347532202 41778

Sumber SIKP Dit SMI 2019

Berdasarkan data aplikasi SIKP penyaluran KUR mencapai sebesar Rp179834

miliar dengan jumlah debitur 41778 orang tersebar melaui skema Usaha Mikro sebesar

Rp73601 miliar (34757 debitur) Kecil dan menengah sebesar Rp106172 miliar (6977

debitur) dan TKI sebesar Rp61874 juta (44 debitur) Bank Rakyat Indonesia (BRI)

merupakan lembaga terbesar penyalur KUR yakni sebesar Rp83756 miliar Sebagian

besar investasi digunakan pada sektor perdagangan yaitu sebesar Rp93627 miliar

(20750 debitur) atau 5178 persen disusul bidang Pertanian Perburuhan dan

Kehutanan sebesar Rp47943 miliar (15953 debitur) atau 2651 persen dan Jasa

Kemasyarakatan Sosial Budaya Hiburan dan Perorangan lainnya sebesar Rp9811

miliar (2398 debitur) atau 543 persen

Hasil monitoring Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov Kalbar terhadap penyaluran

kredit program dapat dikatakan bahwa Pemerintah sangat memperhatikan dan

mengharapkan adanya perkembangan usaha serta peningkatan ekonomi bagi UMKM di

wilayah Kalimantan Barat hal ini menunjukan bahwa program KUR sangat bermanfaat

58

dan berdampak terhadap perkembangan kegiatan usaha bahkan pertumbuhan ekonomi

di Kalimantan Barat Dalam perkembangannya hasil survey di lapangan yang diambil

secara sampling terhadap 82 debitur program KUR di wilayah Kalbar didominasi oleh

Sektorbidang usaha perdagangan yaitu sebesar 5976 persen atau 49 pelaku UMKM

disusul bidang usaha jasa sebesar 1951 persen atau 16 pelaku UMKM dan Pertanian

Peternakan dan Perkebunan 1220 persen atau 10 pelaku UMKM sedangkan sektor

usaha lainnya sebesar 853 persen atau 7 pelaku UMKM Sesuai Permenko Bidang

Perekonomian nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanan KUR sektor di luar

sektor perdagangan dikelompokkan sebagai sektor produksi Dengan demikian

berdasarkan hasil survey responden debitur KUR di sektor produksi hanya mencapai

4124 persen Hal ini masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama

pada sektor produksi sebesar 60 persen

Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar

sasaran dan tujuan program KUR dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran

KUR diarahkan agar lebih banyak menyasar UMKM di sektor produksi (non

perdagangan) yaitu dengan memberikan target minimal penyaluran ke sektor produksi

sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan skema KUR

Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat perkebunan

rakyat dan peternakan rakyat

373 Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)

Tahun 2019 jumlah penyaluran UMi di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar

Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen

Tabel III33

Penyaluran UMI Provinsi Kalbar Tahun 2019

No Tahun 2018 2019

KabKota Akad Debitur Akad Debitur

1 Kayong Utara 11000000 2 208000000 28

2 Ketapang 229000000 32 1055800000 165

3 Kubu Raya 1447315688 356 1176000000 314

4 Landak 860878000 194 200500000 45

5 Melawi 155000000 24 210000000 29

6 Mempawah 3188943000 758 3574105000 1027

7 Sambas 358000000 50 232400000 30

8 Sanggau 148500000 21 622933000 93

9 Sintang 90500000 14 235700000 44

59

10 Pontianak 1671500000 638 2805350000 931

11 Singkawang 185000000 25 188500000 28

12 Bengkayang 31000000 4 5000000 1

13 Kapuas Hulu 7000000 2 7000000 2

14 Sekadau 30000000 4 - -

Jumlah 8413636688 2124 10521288000 2737

Berdasarkan data aplikasi SIKP UMi penyaluran UMi di Kalimantan Barat mencapai

sebesar Rp1052 miliar dengan jumlah debitur 2737 orang pembiayaan UMi dilakukan

melalui penyalur perantara yang merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

diantaranya adalah PT Pegadaian (Persero) PT Bahana Artha Ventura PT

Permodalan Nasional Madani (Persero) serta beberapa Koperasi baik melalui

pembiayaan konvensional danatau pembiayaan syariah LembagaLankage penyalur

terbesar yaitu PT PNM merupakan lembaga terbesar penyalur UMi yakni sebesar

Rp443 miliar (1531 debitur) PT Pegadaian sebesar Rp263 miliar (453 debitur) KSPS

BMT UGT Sidogiri sebesar Rp188 miliar (337 debitur) dan KSPPS BMT Bina Umat

Sejahtera sebesar Rp154 miliar (408 debitur)

Tabel III33

Penyaluran UMI per LKBB Provinsi Kalbar Tahun 2019

NO PENYALUR LKBB TOTAL PENYALURAN Debitur

1 PT PEGADAIAN 2637600000 453

2 PNM 4427500000 1531

3 KSPPS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA 1535305000 408

4 KSPPS TAMZIS BINA UTAMA 26000000 6

5 KSPPS BMT BINA IHSANUL FIKRI 7000000 2

6 KSPS BMT UGT SIDOGIRI 1887883000 337

Total 10521288000 2737

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi penyaluran UMi yang dilaksanakan di

beberapa wilayah Kalimantan Barat terdapat faktor yang sangat berpengaruh terhadap

perkembangan penyaluran UMi di Kalimantan Barat antara lain

1 PenyalurLembaga Linkage selaku penyalur pembiayaan UMi belum tersebar atau tidak

memiliki kantor cabang di seluruh wilayah Kalbar sehingga potensi penyaluran pembiayaan

UMi kurang maksimal dan tidak bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Kalbar

2 Hasil produk UMKM terutama mutu dan kualitas produk belum dapat bersaing secara

global dengan produk daerah lain

Sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan usaha UMKM di wilayah

Kalimantan Barat adalah melakukan koordinasi dan kerjasama antara Pemda

60

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalbar PenyalurLembaga Linkage

serta lembaga terkait lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada

debitur dan membantu mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada

masyarakat baik melalui pertemuan maupun dengan media cetak banner spanduk

dan lain-lain sehingga dapat mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha

Mikro bahkan dapat meningkat ke Mikro Kecil

38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN

BELANJA INFRASTRUKTUR DI DAERAH

381 Mandatory Spending di Daerah

Belanja mandatory merupakan belanja wajib yang diperintahkan oleh Undang-Undang

yakni belanja sektor kesehatan sebesar 5 persen dan belanja sektor Pendidikan sebesar

20 persen

a Belanja Sektor Pendidikan

Uraian 2017 2018 2019

Alokasi Fungsi Pendidikan 157554 185385 231676

Pagu Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF

929392 1117061 1049551

Rasio 017 017 022

Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk

pembangunan Penyelenggaraan pendidikan di daerah akan mampu menjembatani

kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya belajar di sekolah Untuk memenuhi hal

tersebut tentunya harus dialokasikan anggaran belanja pendidikan Belanja Pendidikan

merupakan belanja wajib (mandatory spending) yang mutlak harus dipenuhi yang

ditentukan batas minimal pengalokasian anggaran dalam APBN sebesar 20 persen Alokasi

belanja pemerintah pusat Fungsi Pendidikan tahun 2019 sebesar Rp231 triliun meningkat

46291 miliar atau 2497 persen dibanding alokasi tahun sebelumnya Rasio fungsi

Pendidikan di tahun 2019 mencapai 022 naik 005 bila dibandingkan dengan rasio fungsi

pendidikan tahun sebelumnya Peningkatan alokasi fungsi kesehatan ini diharapkan akan

meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat

b Belanja Sektor Kesehatan

Uraian 2017 2018 2019

Alokasi Fungsi Kesehatan

16020 19263 18897

Alokasi Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF

929392 1117061 1049551

Rasio 0017 0017 0018

61

Anggaran berdasarkan fungsi kesehatan merupakan anggaran belanja negara dimana

dana anggaran akan diarahkan untuk melaksanakan program-program dalam rangka

meningkatkan derajat tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik Ketentuan pasal 171

undang undang nomor 36 tahun 2009 menjadikan alokasi di bidang kesehatan mutlak

dipenuhi (mandatory spending) Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan

adalah dengan menyediakan berbagai infrastruktur dan pengadaan tenaga-tenaga

kesehatan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan umum Usaha ini ditujukan

untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat sekaligus dalam rangka peningkatan mutu fisikal

sumber daya manusia dan Indonesia Sehat Alokasi belanja pemerintah pusat Fungsi

Kesehatan tahun 2019 di Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp18897 miliar menurun 366

miliar atau 19 penurunan tersebut disebabkan meningkatnya anggaran kesehatan

melalui transfer ke daerah (DAK) Rasio Fungsi Kesehatan di tahun 2019 mencapai 0018

naik 0001 bila dibanding rasio Fungsi Kesehatan tahun sebelumnya Meningkatnya alokasi

fungsi kesehatan tersebut diharapkan semakin meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat

382 BELANJA INFRASTRUKTUR

Infrastruktur memiliki peran penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

Keberadaan infrastruktur akan mendorong mobilitas penduduk dan faktor produksi

terutama tenaga kerja serta memperlancar arus barang dan jasa sehingga akan

mendorong tumbuhnya produksi dan investasi Belanja infrastruktur oleh pemerintah pusat

di representasikan oleh pos Belanja Modal (53) pada belanja KL (APBN)

Grafik III

Alokasi dan Realisasi Belanja Modal Tahun 2015 - 2019

sumber data mebe (diolah)

Untuk Wilayah Kalimantan Barat secara agregat alokasi untuk pos belanja modal (53)

dari tahun 2015 sd 2019 fluktuatif nampak ada penurunan belanja modal KL di tahun

2019 dibanding tahun anggaran sebelumnya Meskipun ada penurunan alokasi belanja

modal tidak berarti pembangunan infrastruktur untuk wilayah Kalimantan Barat diabaikan

000

100000

200000

300000

400000

500000

2015 2016 2017 2018 2019

Pagu Realisasi

62

karena pembangunan infrastruktur juga di topang oleh Dana Alokasi Fisik dimana tahun

2019 alokasi DAK Fisik sebesar Rp261 triliun

Tahun 2019 Pagu total belanja KL di Kalimantan Barat Rp1049 triliun dan alokasi

untuk belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun atau 2288 persen dan telah terealiasi

Rp195 triliun Dari total alokasi belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun di tahun 2019

sebagian besar alokasi belanja modal ada pada Kementerian PUPR sebesar Rp15 triliun

atau 665 persen dan selanjutnya Kementerian Perhubungan sebesar Rp20417 miliar

atau 85 persen Dari alokasi sebesar Rp15 triliun yang dianggarkan pada kementerian

PUPR di Kalimantan Barat 61 persen alokasikan untuk pembangunan infrastruktur jalan

diantaranya jalan trans Kalimantan perbatasan Indonesia dan Malaysia yakni ruas jalan

nanga badau - entikong - aruk - temajok serta pembangunan jalan Nasional III dan III di

seluruh wilayah Provinsi Kalbar Diharapkan dengan pembangunan ruas jalan secara

merata ini akan mempermudah akses dan koneksifitas antar wilayah dan mengakselerasi

nilai tambah perekonomian masyarakat Kalimantan Barat yang tercermin dari adanya

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dengan menguji pengaruh realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat dengan PAD

Prov Kalbar dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel

Hasil Regresi Sederhada Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat Terhadap PAD di Prov Kalbar

Tahun 2015-2019

R Square Significance

0049 0000

Dengan signifikasi 0000 menunjukkan bahwa realisasi Belanja Modal Pemerintah

Pusat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PAD R square 0049 berarti realisasi

Belanja Modal Pemerintah Pusat memiliki pengaruh positif sebesar 49 persen terhadap

PAD Provinsi Kalbar Hasil perhitungan regresi di atas menunjukkan bahwa setiap

kenaikan 1 rupiah Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat akan mendorong kenaikan

PAD sebesar Rp 0049 Apabila kenaikan Belanja Modal Pemerintah Pusat Rp 1 triliun

maka PAD akan naik sebesar Rp 49 miliar

Jembatan Kapuas PontianakJembatan ini memiliki panjang 42o meter dan lebar 6 meter Jembatan ini muali dibangun tahun 1980

BAB IV

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

APBD

63

41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan faktor pendorong utama dalam

peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah Selain itu kinerja pelaksanaan APBD juga

merupakan salah satu penentu tercapainya target sasaran makro ekonomi daerah yang

diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan tantangan dalam mewujudkan masyarakat

sejahtera dan mandiri Pemerintah daerah menggunakan APBD sebagai instrumen utama bagi

kebijakan publik di daerahnya

Untuk mencapai target tersebut Pemerintah Daerah Kalimantan Barat menyusun Alokasi

APBD Kalimantan Barat tahun anggaran 2019 sebagaimana terlihat pada tabel berikut

Tabel IV1

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

URAIAN 2018 2019

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PENDAPATAN 2443326 2422952 2543450 2563928

PENDAPATAN ASLI DAERAH

360621 390903 376276 404671

Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398

Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

16227 17161 18117 19075

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

98917 73671 85664 84200

PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816

Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak

77844 78654 78128 58493

Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649

Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

76467 113239 69129 97384

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

120005 121467 147048 180339

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

1850 1060 000 1419

64

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

105809 46616 94992 74442

Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318

Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124

BELANJA DAERAH 2499829 2345817 2604405 2510634

BELANJA OPERASI 1645895 1509851 1691108 1608335

Belanja Pegawai 841558 797512 935725 825216

Belanja Barang 606872 516897 599693 605691

Belanja Bunga 294 323 703 288

Belanja Subsidi 000 000 000 000

Belanja Hibah 190185 188493 145940 167928

Belanja Bantuan sosial 6987 6625 9047 9212

BELANJA MODAL 505628 470016 520212 498885

Belanja Modal 505628 470016 520212 498885

BELANJA TAK TERDUGA 3110 716 3213 625

Belanja Tak Terduga 3110 716 3213 625

BELANJA TRANSFER 345197 365234 389872 402789

TransferBagi Hasil Pendapatan

90177 99533 87458 102031

Belanja Bantuan Keuangan

255020 265701 302414 300757

SURPLUSDEFISIT -56503 77135 -60955 53295

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Anggaran pendapatan pada pemerintah provinsikabupatenkota di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018

Anggaran pendapatan naik sebesar Rp 100124 miliar menjadi 2543450 miliar atau 410

persen Anggaran belanja juga mengalami kenaikan sebesar 418 persen menjadi sebesar Rp

2604405 miliar Kondisi APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik dengan

menghasilkan surplus Rp 53295 miliar di wilayah Kalimantan Barat

42 PENDAPATAN DAERAH

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pemerintah dituntut

untuk memiliki kemandirian keuangan daerah yang lebih besar Dengan tingkat kemandirian

keuangan yang lebih besar berarti daerah tidak akan lagi sangat bergantung pada bantuan dari

pemerintah pusat dan propinsi melalui dana transfer

Namun tidak berarti jika kemandirian keuangan daerah tinggi maka daerah sudah tidak perlu

lagi mendapatkan dana transfer Dana transfer masih tetap diperlukan untuk mempercepat

pemabngunan daerah Semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan maka daerah dapat

memberikan pelayanan publik yang lebih berkualitas melakukan investasi pembangunan jangka

panjang dan sebagainya

65

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Pendapatan Daerah adalah hak pemda yang diakui

sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan Pendapatan daerah

tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah

yang sah Berdasarkan ketentuan tersebut APBD Kalimantan Barat disusun dengan rincian

sebagai berikut

Tabel IV2

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Jenis Pendapatan Daerah

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

URAIAN 2018 2019

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PENDAPATAN ASLI DAERAH 360621 390903 376276 404671

Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398

Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

16227 17161 18117 19075

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 98917 73671 85664 84200

PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816

Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak

77844 78654 78128 58493

Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649

Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

76467 113239 69129 97384

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 120005 121467 147048 180339

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

1850 1060 000 1419

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 105809 46616 94992 74442

Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318

Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pada tahun 2019 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Barat mengalami

peningkatan sebesar Rp 13768 miliar atau 352 persen dibandingkan tahun 2018 dengan realisasi

melebihi target yaitu 10755 persen dari pagu yang dianggarkan Kenaikan pendapatan ini

terutama ditopang oleh Pajak Daerah yang terealisasi 11103 persen dan Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang mencapai 10529 persen Retribusi Daerah juga melebihi

target dengan penerimaan sebesar 10305 persen

Pendapatan transfer terjadi kenaikan yang signifikan pada Dana Bagi Hasil Pajak dari

Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya yang mencapai 14087 persen dari target disusul oleh

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar 12264 persen

66

421 Dana TransferPerimbangan

Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan dana otonomi khusus dan

dana penyesuaian

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan Desentralisasi Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran

dalam APBN

Kebijakan perimbangan keuangan atau ditekankan pada empat tujuan utama yaitu (a)

memberikan sumber dana bagi daerah otonom untuk melaksanakan urusan yang

diserahkan yang menjadi tanggungjawabnya (b) mengurangi kesenjangan fiskal antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah (c) meningkatkan

kesejahteraan dan pelayanan publik dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dan

pelayanan publik antar daerah serta (d) meningkatkan efisiensi efektifitas dan akuntabilitas

pengelolaan sumber daya daerah khususnya sumber daya keuangan

Dana perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Dana Alokasi Khusus (DAK)

a Analisis ruang fiskal dan kemandirian daerah

1) Analisis Ruang Fiskal

Ruang fiskal secara umum merupakan ketersediaan ruang dalam anggaran yang

memampukan Pemerintah menyediakan dana untuk tujuan tertentu tanpa

menciptakan permasalahan dalam kesinambungan posisi keuangan Pemerintah

Dalam konteks APBN ruang fiskal adalah total pengeluaran dikurangi dengan

belanja non diskresionerterikat seperti belanja pegawai pembayaran bunga subsidi

dan pengeluaran yang dialokasikan untuk daerah

Dalam APBD Ruang fiskal adalah pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked

(DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat)

Ruang Fiskal mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda

tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib)

Ruang Fiskal adalah (Total Pendapatan-DAK) ndash Belanja Pegawai tak langsung

67

Grafik IV1

Ruang Fiskal Kalimantan Barat

Tahun Anggaran 20182019

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Berdasarkan data dua tahun terakhir ruang fiskal Kalimantan Barat tumbuh

sebesar 19589 miliar dari tahun 2018 sebesar 1155080 menjadi 1174669

pada tahun 2019 Terjadi peningkatan ruang fiskal sebesar 266 persen dari

tahun sebelumnya

2) Analisis Rasio Kemandirian Daerah

Ruang Rasio kemandirian daerah Rasio PAD terhadap total pendapatan dan

rasio dana transfer terhadap total pendapatan Apabila rasio PAD lebih besar

daripada rasio dana transfer berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin

besar rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan semakin tinggi

Rasio PAD = PAD Total Pendapatan APBD

Rasio DanaTransfer = Total Dana Transfer Total Pendapatan APBD

Rasio PAD = 376276 2543450

= 015

Rasio DanaTransfer = 2072181 2543450

= 081

Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio ketergantungan

Kalimantan Barat masih sangat tinggi

b Analisis komparatifperbandingan year on year (yoy) antara trend alokasi dana transfer

untuk Kalimantan Barat terhadap Pertumbuhan ekonomi regional PDRB Tingkat

pengangguran Tingkat kemiskinan IPM (HDI) dapat digambarkan sebagai berikut

000

2000

4000

6000

8000

10000

2018 2019

2018 54592019 5192

2018 45412019 4808

Belanja Mengikat Ruang Fiskal

68

Tabel IV3

Tabel Perbandingan Alokasi Dana Transfer Terhadap Indikator Perekonomian Regional

Tahun Anggaran 20182019

INDIKATOR 2018 2019 persen

Alokasi Dana Transfer 345197 389872 1294

Pertumbuhan Ekonomi Regional

506

500 (119)

PDRB 19403

21232 943

Tingkat Pengangguran 426

4 45 446

Tingkat Kemiskinan 737

728 (122)

IPM 6698

NA NA

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Peningkatan dana transfer dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 1294 persen

tidak serta merta turut mendongkrak indikator perekonomian di Kalimantan Barat

Tercatat hanya PDRB yang mengalami trend positif yaitu 943 persen Sedangkan

indikator lainnya negatif

422 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang

dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Pendapatan asli daerah diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi

pemerintahan daerah oleh karena ini berarti pemerintah daerah didorong untuk dapat

meningkatkan kemandirian keuangannya

a Analisis komposisi pendapatan daerah dan perbandingannya

Pada tahun 2019 pendapatan daerah Kalimantan Barat sebesar 2563928 miliar

Pendapatan transfer sebesar 2084816 miliar dan Pendapatan Asli Daerah sebesar

404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018 dapat disajikan sebagai berikut

69

Grafik IV2 Perbandingan Pendapatan Dana Transfer dan PAD Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Sampai tahun 2019 PAD Kalimantan Barat masih berada di kisaran 15 persen

dari seluruh total pendapatan Hal ini menunjukkan tingkat kemandirian keuangan

Kalimantan Barat masih rendah

b Analisis perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan belanja daerah

Pada tahun 2019 Belanja Daerah Kalimantan Barat sebesar 2510634 miliar

Pendapatan Asli Daerah sebesar 404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018

adalah sebagai berikut

Grafik 4221

Perbandingan Belanja Daerah dan Pendapatan Asli DaerahKalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

-

5000

10000

15000

20000

25000

30000

PENDAPATANPENDAPATAN

TRANSFER PENDAPATANASLI DAERAH

24433

20827

3606

24230

20320

3909

25435

21672

3763

25639

21593

4047

2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

10000

20000

3000024998

3606

23458

3909

26044

3763

25106

4047

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi

2019 Anggaran 2019 Realisasi

70

Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah tahun 2019 adalah

sebesar 1612 persen Angka ini sedikit menurun apabila dibandingkan dengan tahun

2018 yang sebesar 1666 persen Hal ini mengindikasikan ada peningkatan

kemampuan daerah untuk membiayai pengeluarannya

423 Pendapatan Lain-lain

Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan daerah selain pendapatan

transferperimbangan dan pendapatan asli daerah

Grafik IV4 Perbandingan Pendapatan Lain-lain terhadap Total Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Kontribusi Pendapatan Lain-lain di Kalimantan Barat tidak begitu signifikan terhadap

keuangan daerah Walaupun menunjukkan peningkatan tetapi secara keseluruhan

jumlahnya tidak terlalu besar Pada tahun 2018 sebesar 192 persen dari total

pendapatan dan meningkat menjadi 290 persen pada tahun 2019

43 Belanja Daerah

Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan Belanja Daerah bersumber

dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) + Dana Transfer dari Pusat ke Daerah (DAU DAK Dana

Penyeimbang Dana Kontingensi DBH dll) Tujuan analisis Belanja Daerah antara lain adalah

untuk mengetahui kontribusi pengeluaran daerah terhadap pengeluaran pemerintah secara

nasional Analisis Belanja Daerah dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi belanja daerah seperti

klasifikasi urusan klasifikasi fungsi dan sebagainya

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

PENDAPATANPENDAPATAN

LAIN-LAIN

24433

1058

24230

466

25435

950

25639

744

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

71

Tabel IV5

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Persentase Jenis Belanja Terhadap Total Belanja

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Jenis Belanja Alokasi persen Thd Belanja

Sektor Konsumtif

Belanja Pegawai 825216 3301

Belanja Barang 605691 2423

Belanja Bunga 703 003

Belanja Hibah 145940 584

Belanja Bantuan sosial 9047 036

Belanja Bagi Hasil Kepada ProvKabKota dan Pemdes 87458 350

Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvKabKota dan Pemdes 302414 1210

Belanja tidak terduga 3213 013

1979682 7919

Sektor Produktif

Belanja Modal 520212 2081

Total Belanja 2499893 10000

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Alokasi APBD masih didominasi oleh belanja yang bersifat konsumtif yang mempunyai multi

efek jangka pendek dan didominasi untuk mencukupi kebutuhan belanja pegawai sebesar 3301

persen dari total belanja Terbesar berikutnya adalah belanja barang sebesar 2423 persen

Sedang untuk alokasi Belanja Modal sebesar 2081 persen ini sangat berpengaruh terhadap

peluang terbukanya lapangan pekerjaan untuk menambah kesejahteraan masyarakat karena

belanja modal mempunyai multi efek jangka panjang

44 Perkembangan BLU Daerah

BLU daerah di Kalimantan Barat bergerak dibidang layanan kesehatan Seluruhnya

merupakan BLUD yang sebagian biaya operasionalnya di biayai dengan APBD

Tabel IV6

BLU Daerah Kalimantan Barat Berdasarkan Nilai Aset dan Komposisi Pagu

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

No Jenis Layanan

Satker BLUD Nilai Aset Pagu

2018 2019 PNBP APBD TOTAL

1 Kesehatan RSUD Dr Ade M Djoen

2 Kesehatan RSUD Pemangkat Sambas

3 Kesehatan RSUD Sambas 3962 4952 2062

4 Kesehatan RSUD Sanggau

5 Kesehatan RSUD Dr Agusdjam Ketapang

6 Kesehatan RSUD Singkawang

72

7 Kesehatan RSUD Sekadau 4112 5281 1203 3692 4895

8 Kesehatan RSUD Dr Soedarso 21480 26748 6114

9 Kesehatan RSUD Dr Achmad Diponegoro Kapuas Hulu

1499 1319

10 Kesehatan RSUD Bumi Sebalo Bengkayang 6076 8645 1500 3579 5079

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

RSUD Dr Soedarso yang berada di Pontianak merupakan BLU Daerah terbesar dengan total

asset 26748 Walaupun begitu pendapatan operasionalnya baru mencapai 25 persen dari pagu

keseluruhan Sisanya masih didanai dengan APBD RSUD Bumi Sebalo sedikit lebih besar

persentase komposisi pagu PNBP terhadap total pagu Pagu PNBPnya mencapai 30 persen dari

total pagu

45 SurpusDefisit APBD

Selisih antara pendapatan dan belanja akan menimbulkan surplus atau defisit sedangkan jika

pendapatan dan belanja sama maka mencapai anggaran yang berimbang Surplus APBD terjadi

bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah jika

sebaliknya maka defisit Dalam selisih ini dapat kita jelaskan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh

pemda dapat juga dijelaskan mengenai faktor pendorong terjadinya surplusdefisit tersebut Jika

APBD defisit maka pemda harus mencari alternatif untuk menutupi kekurangan tersebut

Sedangkan jika surplus maka pemerintah akan menerima kembali dana lebih tersebut Surplus

tersebut dapat dianggarkan untuk pembayaran pokok utang penyertaan modal daerah pemberian

pinjaman kepada pemerintah lain dan pembentukan dana cadangan (misal untuk Pilkada

infrastruktur dll)

a Rasio surplusdefisit terhadap aggregat pendapatan

Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan

APBD = 77135 2422952

2018 = 318

Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan

APBD = 53295 2563928

2019 = 2079

Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2018 tetapi Kalimantan Barat masih

mencatatkan rasio surplus untuk tahun 2019 sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi

APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik

b Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I)

73

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I) rasio ini untuk mengetahui

proporsi adanya surplusdefisit anggaran terhadap salah satu sumber pendapatan APBD

yaitu realisasi pencairan dana transfer Hal ini dapat menunjukkan ekses likuiditas Pemda

pada semester I akibat frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal

bagi Kementerian Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama

pada daerah yang sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses

likuiditas

Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = Surplus atau defisit Semester I dibagi

Total Realisasi Dana Transfer

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 435522 942997

2018 = 4618

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 452874 983139

2019 = 4606

Pada semester I baik tahun 2018 maupun 2019 rasio surplus terhadap realisasi dana transfer

sangat tinggi Hal ini mengindikasikan ekses likuiditas Pemda pada semester I akibat

frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian

Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama pada daerah yang

sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas

c Rasio surplusdefisit terhadap PDRB indikator ini menggambarkan kesehatan ekonomi

regional semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan

jasa yang cukup baik untuk membiaya hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah

Rasio surplusdefisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplusdefisit thd PDRB = Surplus atau defisit APBD dibagi PDRB

Rasio surplusdefisit thd PDRB = 77135 19403

2018 = 398

Rasio surplusdefisit thd PDRB = 53295 21232

2019 = 251

Rasio surplus di 2019 lebih kecil dari 2018 ini menunjukkan Kalimantan Barat semakin

mampu memproduksi barang dan jasa lebih baik

46 Pembiayaan

Pembiayaan Daerah adalah seluruh penerimaan yang harus dibayar kembali danatau

pengeluaran yang akan diterima kembali Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan

dan pengeluaran pembiayaan

Rasio SILPA terhadap alokasi belanja di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

74

Rasio SILPA = Jumlah SILPA dibagi Total belanja APBD

Rasio SILPA = 21710 2345817

2018 = 52

Rasio SILPA = 46347 2510634

2019 = 184

Rasio SILPA merupakan rasio yang mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang tidak

digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran Pada tahun 2019

angka rasionya adalah 184 terjadi penurunan sebesar 334 dibandingkan tahun 2018 hal ini

mengindikasikan bahwa efektifitas belanja setahun terakhir cenderung meningkat daripada tahun

sebelumnya

47 Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah

471 Analisis Horizontal dan Vertikal

a Analisis Horizontal

Analisis horizontal merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam

satu laporan realisasi Pemda (KabupatenKota) satu dengan Pemda lain dalam satu

wilayah (Provinsi) Selain itu analisis ini merupakan analisis membandingkan perubahan

keuangan dalam satu post APBD yang sama pada satu lingkup Pemda Tujuan dari analisis

horizontal adalah untuk menyajikan informasi yang utuh terkait kinerja suatu pos antar

Pemda dan perkembangan suatu pos APBD dari waktu ke waktu

Grafik IV3 Realisasi PAD KabupatenKota Kalimantan Barat

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pendapatan Asli Daerah pada Kab Sambas mengalami lonjakan yang signifikan

yaitu sebesar 26952 persen apabila dibandingkan dengan tahun yang lalu Sebaliknya

Kab Sintang mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 2830 persen

SambasSingkawa

ngSintang Sekadau

11KabKota

TotalKalbar

TW IV 2018 4028 13087 24004 5464 344320 390903

TW IV 2019 14885 16630 17210 4535 351411 404671

010002000300040005000

mili

ar r

up

iah

75

b Analisis Vertikal

Analisis vertikal merupakan analisis yang membandingkan antara pos yang satu

dengan pos yang lain terhadap totalnya dalam satu komponen APBD yang sama Tujuan

dari analisis vertikal adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi suatu pos dalam

bentuk angka total sehingga membantu pengguna dalam mengukur seberapa besar

pengaruh pos tersebut bagi Pemda

Pada prinsipnya semakin besar kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah akan

menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat Dengan kontribusi yang

semakin meningkat diharapkan pemerintah daerah semakin mampu membiayai

keuangannya Gambaran kemandirian keuangan daerah ini dapat diketahui melalui

besarnya kemampuan sumber daya keuangan dalam membiayai pelayanan kepada

masyarakat daerah tertentu

1) Analisis Kontribusi PAD Kalimantan Barat terhadap total pendapatan

Analisis Kontribusi PAD dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah

pendapatan asli daerah dengan total penerimaan daerah Rasio ini menunjukan

kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah Semakin tinggi kontribusi PAD maka

semakin tinggi kemampuan pemeritah daerah dalam penyelenggaraan desentralisas

Kriteria Rasio Kontribusi PAD

bull Sangat Baik gt 50

bull Baik 25 ndash 50

bull Kurang Baik10 ndash 25

bull Tidak Baik lt 10

76

Grafik IV4 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah di Kalimantan Barat masih relatif

rendah PAD di Kalimantan Barat menyumbang antara 15 persen sd 16 persen dari

seluruh total pendapatan dalam dua tahun terakhir

Penyebab dari rendahnya PAD tersebut antara lain pertama pemerintah daerah

belum mampu mengidentifikasi potensi sumber pendapatannya Kedua sebagian besar

pemerintah daerah masih belum dapat mengoptimalkan penerimaan pajak daerah

retribusi daerah atau bahkan penerimaan dari hasil kekayaan daerah yang dipisahkan

sesuai UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Ketiga pemerintah daerah masih menganggap bahwa rendahnya pendapatan PAD

sebagai akibat dari ruang gerak daerah yang terbatas untuk mengoptimalkan

penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diatur dalam UU No 28

Tahun 2009 Pemerintah daerah melihat banyak jenis dan objek pajak serta retribusi

yang masih dapat diterapkan tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang Ketiga

daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak yang besar masih diatur oleh

pusat yaitu Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak rokok Keempat

adalah kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan yang berasal

dari pajak daerah dan retribusi daerah yaitu menyempurnakan dan mengoptimalkan

penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada serta menerapkan

pajak daerah dan retribusi daerah yang baru

-

10000

20000

30000

Anggaran Realisasi

AnggaranRealisasi2018

2019

2018 2019Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PAD 3606 3909 3763 4047

PENDAPATAN 24433 24230 25435 25639

PENDAPATAN PAD

77

2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja

Analisis belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan antara total

realisasi belanja modal dengan total belanja daerah Berdasar laporan ini akan diketahui

porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada

tahun anggaran bersangkutan Pengeluaran belanja modal akan memberi manfaat

dalam jangka menengah dan panjang Belanja modal akan mempengaruhi neraca

pemerintah daerah yaitu menambah jumlah asset daerah Pemerintah daerah dengan

tingkat pendapatan daerah yang rendah memiliki porsi jumlah belanja modal yang tinggi

dibandingkan pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi Hal ini disebabkan

pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan rendah berorientasi untuk melakukan

belanja modal sebagai bagian dari investasi modal jangka panjang sedangkan

pemerintahan yang berpendapatan tinggi biasanya telah memiliki asset modal yang

mencukupi

Grafik IV5 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pada umumnya proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah antara 5

persen-20 persen Kalimantan Barat dalam dua tahun terakhir memiliki rata-rata rasio

belanja modal terhadap total belanja sebesar 1995 persen Pada tahun 2019

Kalimantan Barat memfokuskan belanja modal pada investasi penyediaan Gedung

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

5E+12

1E+13

15E+13

2E+13

25E+13

3E+13

BELANJA DAERAHBELANJA MODAL

2499829

505628

2345817

470016

2604405

520212

2510634

498885

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

78

perkantoran sebesar 3474 persen infrastruktur jalan sebesar 2759 persen dan

pengadaan alat-alat berat darat sebesar 1207 persen

472 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah

Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah yang

dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang

penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu

Analisis kapasitas fiskal daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur

kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui pendapatan

daerah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja

tertentu

Berdasarkan PMK Nomor 126PMK072019 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah

daerah provinsi dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal

Berdasarkan PMK tersebut indeks Kapasitas Fiskal Daerah kabupaten kota

dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal Daerah sebagai berikut

79

Tabel IV7

Kapasitas Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Pemerintah Daerah Indeks Kapasitas Fiskal

Kategori KFD Indeks Kapasitas

Fiskal

Kategori KFD

2018 2019

Prov Kalbar 0518 Rendah 0453 Sedang

Kab Sambas 0877 Sedang 0793 Sedang

Kab Sanggau 0855 Sedang 0778 Sedang

Kab Sintang 1134 Sedang 0269 Sangat Rendah

Kab Mempawah 043 Sangat Rendah 0494 Sangat Rendah

Kab K Hulu 1421 Tinggi 0884 Sedang

Kab Ketapang 1381 Tinggi 1094 Tinggi

Kab Bengkayang 0738 Rendah 0442 Sangat Rendah

Kab Landak 1274 Tinggi 0676 Rendah

Kab Melawi 0776 Sedang 0536 Rendah

Kab Sekadau 0669 Rendah 0611 Rendah

Kab Kayong Utara 056 Sangat Rendah 0406 Sangat Rendah

Kab Kubu Raya 1055 Sedang 0742 Sedang

Kota Pontianak 1368 Tinggi 1538 Tinggi

Kota Singkawang 0618 Rendah 0522 Rendah

Sumber PMK Nomor 126PMK072019

Berdasar tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah yang mempunyai indeks kapasitas

tinggi adalah Kab Ketapang dan Kota Pontianak Sedangkan daerah dengan indeks

kapasitas sangat rendah adalah Kab Sintang Mempawah Bengkayang dan Kayong Utara

Prov Kalbar naik dari kategori rendah ke sedang Kab Sintang turun dua tingkat dari

kategori sedang ke sangat rendah Kab Kapuas Hulu turun dari kategori tinggi ke sedang

Kab Landak turun dua tingkat dari kategori tinggi ke rendah dan Kab Melawi turun dari

kategori sedang ke rendah

48 Perkembangan Belanja Wajib Daerah

Tujuan dari sub ini adalah melihat gambaran perkembangan mandatory spending dalam

pelaksanaan APBD di daerah Mandatory spending adalah alokasi belanja wajib yang diatur

undang-undang Tujuan mandatory spending adalah mengurangi masalah ketimpangan sosial dan

80

ekonomi daerah Mandatory spending dalam tata kelola keuangan pemerintah daerah meliputi

alokasi pendidikan alokasi kesehatan penggunaan dana transfer umum dan alokasi dana desa

APBD diklasifikasikan menjadi 35 urusan daerah yaitu Pendidikan Kesehatan Pekerjaan

Umum Lingkungan Hidup Kelautan dan Perikanan Kehutanan Kesatuan Bangsa dan Politik

Perencanaan Pembangunan Penataan Ruang ESDM Pemberdayaan Masyarakat Desa Sosial

KUKM Perdagangan Kebudayaan Kependudukan dan Catatan Sipil dan seterusnya

Tahun 2019 total belanja terjadi peningkatan 703 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu

dari Rp 2345816 miliar menjadi Rp 2510634 miliar Dari ke-35 urusan daerah tersebut yang

menjadi perhatian utama pemerintah daerah secara berturut-turut adalah pemerintahan umum

(3118 persen) pendidikan (2337 persen) perumahan dan fasilitas umum (2125 persen) dan

kesehatan (1339 persen)

Berdasarkan fungsi APBD Kalimantan Barat dapat digambarkan sebagai berikut

Tabel IV8

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Fungsi Tahun 2019

(Miliar Rp)

Uraian Fungsi Total persen

01 PELAYANAN UMUM 782834 3118

02 PERTAHANAN ) 000 -

03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 30131 120

04 EKONOMI 178475 711

05 LINGKUNGAN HIDUP 22823 091

06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 533546 2125

07 KESEHATAN 336074 1339

08 PARIWISATA 9952 040

09 AGAMA ) 000 -

10 PENDIDIKAN 586788 2337

11 PERLINDUNGAN SOSIAL 30012 120

Total Belanja Daerah 2510634 10000

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Komitmen pemerintah daerah dalam membangun kualitas atau kesejahteraan masyarakat

dapat terlihat melalui alokasi pengeluaran pemerintah daerah dari tiga jenis belanja yaitu belanja

pendidikan belanja kesehatan dan belanja infrastruktur

481 Belanja Daerah Sektor Pendidikan

Pembangunan pendidikan dicapai dengan meningkatkan pemerataan akses kualitas

relevansi dan daya saing Alokasi anggaran fungsi pendidikan mencerminkan upaya

pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan

sebagai salah satu upaya untuk memenuhi amanat konstitusi bahwa alokasi anggaran

pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari belanja negara

81

Dari tabel 48 dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran pendidikan

Kalimantan Barat yang sebesar 2337 persen sudah memenuhi amanat UUD 1945 pasal 31

ayat (4) dan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat (1)

yang mewajibkan alokasi anggaran Pendidikan minimal 20 persen

482 Belanja Daerah Sektor Kesehatan

Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja

di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi (mandatory spending) Pasal tersebut

menyebutkan bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 5

persen (lima persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diluar gaji sementara

provinsi dan kabupatenkota mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 10

persen (sepuluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diluar gaji Tujuan

dari pembangunan bidang kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang terus

membaik Penggunaan anggaran di dibidang kesehatan diharapkan seoptimal mungkin

dapat termanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut

Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran kesehatan

pemerintah daerah minimal 10 persen dari APBD di luar gaji (UU No 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan) sudah terpenuhi di Kalimantan Barat

483 Belanja Infrastruktur Daerah

Dana Transfer Umum terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH)

yang penggunaannya bersifat umum Porsi DAU dan DBH yang besar dari total dana

Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) diharapkan mampu berperan besar dalam

upaya percepatan pembangunan infratuktur di daerah Dana Transfer Umum (DTU)

diarahkan penggunaannya sekurang-kurangnya 25 persen untuk belanja infrastruktur

daerah

DTU Kalimantan Barat terdiri dari DAU sebesar 1232649 miliar dan DBH 58493 miliar

Jumlah totalnya adalah 1291143 miliar Jika fungsi belanja perumahan dan fasilitas umum

sebesar 533546 maka angka ini senilai 4132 persen artinya jauh melebihi ketentuan yang

berlaku

Sungai Kapuas Kalimantan BaratMerupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang 1143 km Sungai Kapuas menjadi habitat bagi 700 jenis ikan air tawar 12 jenis diantaranya termasuk ikan langka serta 40 jenis ikan lainnya terancam punah

BAB V

PERRKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

ANGGARAN

KONSOLIDASIAAN

(APBN DAN APBD)

82

A LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang

disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian tingkat Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Prov Kalbar adalah sebagai berikut

Tabel V1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Lingkup Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019 (Miliar rupiah)

Uraian 2019 2018

Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi

Pendapatan Negara 891057 442989 1334046 2282 1086157

Pendapatan Perpajakan

808438 286398 1094835 1298 969055

Pendapatan Bukan Pajak

82620 118273 200893 7200 116798

Hibah 000 38318 38318 1250467

304

Transfer 000 2031342 000 000 000

Belanja Negara 968528 2377236 3345764 425 3209324

Belanja Pemerintah 968528 2107845 3076373 464 2939933

Transfer 2031342 269391 269391 000 269391

Surplus(Defisit) -77471 -1934247 -2011718 -525 -2123167

Pembiayaan 000 31348 31348 -2967 44575

Penerimaan Pembiayaan Daerah

000 126432 126432 4765 85628

Pengeluaran Pembiayaan Daerah

000 95084 95084 13161 41054

Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran

-77471 -1902899 -1980371 -473 -2078592

Catatan Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pada tahun 2019 pendapatan konsolidasian pemerintah

daerah provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp 1334 triliun Angka

ini naik 2282 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2018 Belanja Konsolidasian sebesar Rp 3345 triliun Angka

83

ini naik 425 persen dari tahun 2018 Terjadi defisit pada LKPK tahun 2019 sebesar

Rp 198 triliun

B PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau

Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh

pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu

periode pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun

resiprokal (berelasi)

1 Analisa Proporsi dan Perbandingan

Grafik V1

Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian

di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pendapatan Perpajakan memberikan kontribusi yang paling besar pada

pendapatan konsolidasian yaitu 8094 persen atau Rp1014 triliun Hal ini

menunjukkan Pendapatan Perpajakan masih tulang punggung General Government

Revenue di Provinsi Kalimantan Barat 7170 persen dari total Penerimaan

Perpajakan berasal dari Pajak Pemerintah Pusat PPn dalam Negeri menjadi Pajak

Pemerintah Pusat paling tinggi yaitu Rp 306 triliun

Pemerintah Daerah memberikan sumbangan 2821 persen atau Rp 286

triliun pada Penerimaan Perpajakan Konsolidasi Pajak Kendaraan Bermotor

mendominasi Pajak Daerah dengan nilai Rp 191 triliun disusul oleh Pajak Hotel

sebesar Rp 62899 miliar Hal ini menunjukkan sektor Pariwisata memiliki potensi

yang cukup besar dalam menyumbang PAD dalam bidang perpajakan

Diharapakan Pemerintah Daerah dapat terus menggali Pajak di sektor Pariwisata

dengan mengembangkan prasarana pendukung seperti perhotelan tempat

pariwisata dan lain-lain

8094

1504

287 000

Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak

Hibah Transfer

84

2 Analisa Perubahan

Pendapatan Konsolidasian mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada

tahun 2019 Kenaikan sebesar Rp 247 triliun atau 2282 persen dibanding tahun

2018 didorong peningkatan pada Pendapatan Perpajakan Rp 125 triliun (1298

persen) Pendapatan Bukan Pajak Rp 84095 miliar (72 persen) dan Pendapatan

Hibah Rp 38014 miliar (12504 persen)

Grafik V2

Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan

Konsolidasian Provinsi Kalimantan Tahun 2018 dan 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pendapatan Bukan Pajak paling besar disumbang oleh Penjualan Aset Daerah

dan Deviden atas Penyertaan Modal pada BUMD pada Pendapatan Bukan Pajak

Daerah sebesar Rp 59048 miliar dan Rp19075 miliar Deviden atas Penyertaan

Modal pada BUMD merupakan daya Tarik tersendiri bagi Pemerintah Daerah pada

Prov Kalbar untuk semakain memanfaatkan BUMD khususnya Bank Kalbar

sebagai tempat investasi

3 Perhitungan Rasio Konsolidasi

1) Tax ratio

Salah satu rasio konsolidasi dapat dilakuaka dengan menggunakan Tax Ratio

dengan rumus sebagai berikut

Tax Ratio = Pendapatan Perpajakan Konsolidasian Tingkat Wilayah

PDRB Provinsi

Dari perhitungan dapat ditemukan

PendapatanKonsolidasi

PendapatanPerpajakan

PendapatanBukan Pajak

Hibah Transfer

2019 1253916 1014946 200651 38318 000

2018 1086157 969055 116798 304 000

000

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

85

Tabel V2

Tax Ratio Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019

IndikatorTahun 2018 2019

Penerimaaan Perpajakan Konsolidasian (Miliar Rp) 969055 1014946

PDRB (Miliar Rp) 19403285 21273700

Tax ratio 499 477 Sumber LKPK Kanwil DJPB dan BPS(diolah)

Tax Ratio pada Prov Kalbar mengalami penurunan sebesar 022 persen pada

tahun 2019 dari tahun sebelumnya Dibandingkan dengan tax ratio nasional yang

sebesar 107 persen maka rasio pajak di Kalimantan Barat masih sangat kecil Hal

ini menjadi dapat menjadi motivasi bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

Daerah untuk mencari sumber-sumber Penerimaan Perpajakan yang mungkin

belum tergali secara tuntas Pemerintah dapat melakukan sensus pajak khusus

untuk Prov Kalbar agar potensi-potensi pajak tidak hilang sehingga tax ratio Kalbar

dapat mendekati tax ratio nasional

2) Rasio Kemandirian

Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan pembangunan

dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai

sumber pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain misalnya bantuan

pemerintah pusat ataupun dari pinjaman Rasio Kemandirian dapat dihitung dengan

rumus

Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah

Bantuan Pemerintah Pusat

Dengan menggunakan Laporan konsolidasian diperoleh data Rasio Kemandirian

Prov Kalimantan Barat pada tahun 2018 dan tahun 2019 berada pada angka 1818

persen dan 2180 persen Angka ini menunjukkan bahwa secara Laporan

Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan memiliki

ketergantungan yang cukup tinggi terhadap dana transfer Peran Pemerintah Pusat

akan sangat besar pada pembangunan di Kalbar sehingga Pemerintah Daerah tidak

leluasa dalam menentukan program kerjanya

C BELANJA KONSOLIDASIAN

Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja

Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja Pemerintah

Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang

sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi)

86

1 Analisis Proporsi dan Perbandingan

Proporsi dan komposisi realisasi berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis

belanja) atau perbandingan antara realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal

terhadap total Belanja konsolidasian

Grafik V3

Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pad a Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pada tahun 2019 secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Barat total

belanja pemerintah daerah lebih besar dari total belanja pemerintah pusat

Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp 3345 triliun 2895

persen bersumber dari anggaran pemerintah pusat dan sisanya sebesar 7105

persen dari anggaran pemerintah daerah

Belanja Operasional mendominasi pada Belanja Pemerintah Pusat maupun

Daerah 7045 persen Belanja Konsolidasian digunakan untuk belanaja

Operasional yaitu Rp 1608 triliun pada belanja Pemerintah Daeah dan 772 triliun

pada belanja Pemerintah Pusat Belanja Pegawai menjadi pengeluaran terbesar

pada Belanaja Operasional Konsolidasian yaitu Rp 11 90 triliun atau 3521 persen

dari total Belanaja Konsolidasian

Belanja Modal hanya menyumbangkan 2055 persen terhadapa belanaj

Konsolidasian Belanaj Bahan Baku Jalan dan jembatan menjadi belanja modal

terbesar Pemerintah Pusat dengan nilai Rp 36413 miliar dan Belanja

Pengadaaan Gedung Bangunan Tempat Kerja menjadi Belanja Modal Pemerintah

Daerah terbesar dengan Rp 175 triliun

Proporsi Belanja Pegawai yang mendominasi Belanaja Konsolidasian

sebenarnya kurang baik Dengan besarnya Belanja Pegawai yang harus

dibayarkan maka Pemerintah akan tidak leluasa menggunakan instrument fiskal

sebagai alat kebijakan

Konsolidasi Pusat Daerah

Belanja Transfer 303881 - 303881

Belanja Modal 694711 195827 498885

Belanja Operasional 2381037 772702 1608335

000500000

1000000150000020000002500000300000035000004000000

87

2 Analisis Perubahan

Grafik V4

Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Grafik V5

Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Belanja Operasional cenderung semakin besar persentase terhadap Belanja

Konsolidasian Besarnya belanja Operasional yang didominasi oleh Belanja

pegawai akan memepersempit ruang fiskal suatu daerah Dengan rumus

Ruang Fiskal = (Pendapatan-Belanja Pegawai)

Pendapatan

Dengan rumus di atas ruang fiskal Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan

Konsolidasian adalah 1077 persen

Angka 1077 persen menunjukkan bahwa Pemerintah pada Provinsi

Kalimantan Barat memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam membiayai

pembangunan di daerah Ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat juga sangat

tinggi dimana TKDD yang diterima lebih besar dari PAD Melihat hal ini sebaiknya

pemerintah daerah dan pemerintah Pusat dapat merumuskan efektifitas TKDD

yang diterima sebaiknya digunakan untuk apa dan dapat menggali sumber-sumber

PAD yang baru

68

248

Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer

70

219

Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer

88

3 Analisis Rasio Belanja Konsolidasian

Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam belanja pemerintah rasio Belanja

perkapita (spending per citizen) Rasio ini merupakan perbandingan antara realisasi

Belanja dibagi jumlah penduduk Dari perhitungan dari tahun 2019 belanja per

kapita adalah Rp 623 jutaorang mengalami kenaikan dari Rp 593 pada tahun 2018

Kenaikan ini berarti tujuan dari Pemerintah untuk menyejaterahkan masyarakat

semakin mendekati sasaran

Naiknya spending per citizen ini sejalan dengan penurunan Gini Ratio dari

angka 0325 pada tahun 2018 menjadi 0318 tahun 2019 Penurunan Gini Ratio

berarti terdapat perbaikan atas tingkat kesenjangan pada Prov Kalbar Indikator

yang juga mempengaruhi kenaikan spending per citizen adalah jumlah tenaga kerja

yang meningkat sebesar 22134 orang dari tahun 2018 ke tahun 2019

D SURPLUSDEFISIT

SurplusDefisit Laporan Keuangan Pemer i n t ah Konsolidasian di Provinsi

Kalimantan Barat t ahun 2019 mencapai minus Rp2011 triliun Defisit tersebut

b e r a s a l dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 77471 miliar dan Pemerintah Daerah

sebesar Rp1934 triliun

1) Proporsikomposisi Realisasi SurplusDefisit Pempus dan Pemda terhadap

SurplusDefisit Konsolidasian

Defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel V3

Rasio SurplusDefisit Konsolidasian terhadap PDRB

pada Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

SurplusDefisit Persentase SurrplusDefisist

Konsolidasi -2091849 10000

Pusat -157601 753

Daerah -1934247 9247

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pemerintah Daerah menyumbangkan defisit 9247 persen dari total defisit Hal ini

terjadi karena realisasi TKDD tidak diperkirakan dalam penyusunan neraca

konsolidasian Dengan adanya dana transfer yang diberikan oleh Pemerintah pusat

sebesar Rp 2033 triliun maka Pemerintah Daerah akan mendapatkan surplus sebesar

Rp 099 triliun

2) Perbandingan Rasio SurplusDefisit terhadap PDRB

Rasio ini menghitung perbandingan nilai surplusdefisit dengan nilai PDRB

89

Dihitung dengan rumus

Rasio SurplusDefisit = Nilai SurplusDefisit Konsolidasian

Nilai PDRB

Dengan rumus di atas maka di dapatkan Rasio surplusdefisit terhadap PDRB

adalah -983 persen Defisit konsolidasian bernilai 983 persen dari total PDRB Kalbar

pada periode tahun 2019

E ANALISA KONTRIBUSI KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang

ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan

kabupatenkota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender) Nilai

PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran

yaitu Y = C + I + G + X-M) Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai

salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi

Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2018

Tabel V4

Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2019 (miliar Rp)

Pendapatan 1254157

a Pajak 1014946

b Kontribusi sosial 200893

c Hibah 38318

d Pendapatan lain -

Beban 2651053

a Belanja Operasional 2381037

c Belanja Transfer 303881

Keseimbangan operasi brutoneto -1396896

Transaksi Aset Non Keuangan Neto 694711

a Aset tetap 694711

b Persediaan -

c Barang berharga -

d Aset nonproduksi -

Net LendingBorrowing -2091607

Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban 31348

a Akuisisi Neto Aset Keuangan -

- Domestik 126432

- Luar Negeri -

b Keterjadian Kewajiban -

- Domestik 95084

- Luar Negeri -

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Belanja Pemerintah (G) adalah Rp 2651 triliun dan Investasi (I) yang dilakukan oleh

90

pemerintah pada tahun 2018 sebesar Rp 694 triliun Dengan demikian dapat dihitung

kontribusi belanja Pemerintah dan investasi Pemerintah terhadap PDRB Provinsi

Kalimantan Barat dengan PDRB sebesar Rp21273 triliun adalah sebagai berikut

1 Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB adalah 1246 persen

2 Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB adalah 326 persen

Belanja Pemerintah masih memiliki porsi yang cukup besar terhadap yaitu sebesar

1246 persen Hal ini menunjukkan belanja Pemerintah adalah salah satu motor

penggerak perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat dengan harapan belanja ini

mampu memberikan efek dalam jangka waktu yang cepat terhadap pertumbuhan

ekonomi Pemerintah diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan

belanja sebesar ini

Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output perekenomian dipengaruhi oleh

tabungan pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi Tabungan merupakan

instrumen yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal (penerimaan pajak dan belanja negara

mempengaruhi tabungan nasional) Secara tidak langsung kebijakan fiskal ikut mengambil

peran dalam pertumbuhan ekonomi Keputusan-keputusan pemerintah mengenai

kebijakan fiskal yang ditempuh suatu negara dapat mengubah ouput dalam

perekonomian baik bertambah maupun berkurang

Peningkatan belanja Pemerintah memiliki multiplier effect (efek penggandaan)

terhadap pendapatan (ouput perekonomian) suatu negaradaerah Alasannya

ialah pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi Kenaikan

belanja pemerintah menyebabkan meningkatnya pendapatan kemudian meningkatkan

konsumsi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan kemudian meningkatkan

konsumsi dan seterusnya

Belanja Pemerintah yang meningkat dari tahun ke tahun memberikan efek yang baik

untuk perekonomian Kalimantan Barat karena memegang porsi yang cukup besar

terhadap PDRB Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan untuk memperbesar alokasi

Investasi juga

Taman Nasional Gunung Palung Kayong Utara

Selain habitat bagi Orang Utan di Taman Nasional Gunung Palung juga merupakan habitat bagi Bekatan (yang merupakan hewan endemik Pulau Kalimantan)

BAB VI

KEUNGGULAN DAN

POTENSI EKONOMI

SERTA TANTANGAN

FISKAL REGIONAL

91

Untuk menjadi kawasan yang maju dan unggul maka pemerintah harus mendukung

melalui pembangunan daerah dengan penentuan prioritas kebijakan yang lebih terarah serta

berjalan efektif dan efisien mengingat keterbatasan sumber pendanaan serta tetap

memperhatikan keunggulan dan potensi ekonomi daerah Penentuan sektor unggulan daerah

merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk

meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi persaingan Pendekatan

yang digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan dalam kajian ini adalah metode Shift

Share Location Quotient (LQ) dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Perhitungan sekor unggulan menggunakan metode Shift Share dilakukan dengan

perbandingan perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat dengan perkembangan

ekonomi nasional dalam jangka waktu 6 (enam) tahun terakhir

Tabel VI1

Shift Share Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019 (miliar rupiah)

No Sektor Usaha Nij (1)

Mij (2)

Cij (3)

Dij (1+2+3)

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1222348 206718 -78895 1350171

2 Pertambangan dan Penggalian 67328 484293 -251869 299751

3 Industri Pengolahan 873561 405984 -247156 1032389

4 Pengadaan Listrik Gas 5215 8251 -9427 4039

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

6143 55924 -54196 7872

6 Konstruksi 1023591 -25056 -233531 765004

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

868146 244286 -203511 908922

8 Transportasi dan Pergudangan 505346 -74394 -161645 269306

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 113457 88963 -57802 144618

10 Informasi dan Komunikasi 303467 67220 -164199 206488

11 Jasa Keuangan 308895 -56760 -25036 227099

12 Real Estate 197897 6495 -13855 190537

13 Jasa Perusahaan 49701 -16356 -5113 28232

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

345188 319568 -270891 393865

92

15 Jasa Pendidikan 309927 -62460 29641 277108

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 118800 -11299 -14033 93468

17 Jasa Lainnya 121010 -42227 -14318 64466

Sumber BPS diolah

Dengan analisis Shift Share terdapat 2 (dua) sektor lapangan usaha dengan Shift Share

ge Rp 10 triliun Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan serta

Industri

Perhitungan sektor unggulan Provinsi Kalimantan Barat dilakukan dengan menggunakan

LQ time series dimana data yang digunakan adalah PDRB dan PDB 6 (enam) tahun terakhir

Tabel VI2

LQ Time Series Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019

No Sektor LQ 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-Rata

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 158 147 145 148 152 152 150

2 Pertambangan dan Penggalian 047 062 075 069 065 074 065

3 Industri Pengolahan 076 073 076 077 078 079 077

4 Pengadaan Listrik Gas 006 007 008 008 008 008 008

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

165 160 153 160 164 523 221

6 Konstruksi 121 124 115 119 114 110 117

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

105 108 106 104 104 105 105

8 Transportasi dan Pergudangan 095 085 084 081 085 081 085

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

074 078 078 078 081 082 079

10 Informasi dan Komunikasi 092 092 091 095 096 092 093

11 Jasa Keuangan 091 086 084 084 087 078 085

12 Real Estate 106 103 101 098 102 099 101

13 Jasa Perusahaan 028 028 026 024 023 022 025

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

160 166 174 182 183 187 175

15 Jasa Pendidikan 133 124 120 117 117 114 121

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 141 137 131 126 126 125 131

17 Jasa Lainnya 065 059 056 053 052 050 056 Sumber BPS diolah

Sektor yang memiliki potensi berdasarkan LQ akan memiliki nilai gt 1 Perhitungan LQ time

series dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 menunjukkan terdapat delapan sektor yang

potensial karena memiliki LQ lebih besar dari satu dan sembilan bidang tidak potensial dengan

LQ kurang dari satu

93

Metode terakhir yang digunakan adalah Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) Sama

dengan dua metode sebelumnya MRP menggunakan data PDRB dan PDB dari tahun 2014

sampai dengan 2019

Tabel VI3

Metode Rasio Pertumbuhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019

No Sektor Usaha MRP

RPr RPs

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 097 - 088 -

2 Pertambangan dan Penggalian 075 - 123 +

3 Industri Pengolahan 095 - 098 -

4 Pengadaan Listrik Gas 109 + 162 +

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang 093 - 209 +

6 Konstruksi 111 + 101 +

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 099 - 097 -

8 Transportasi dan Pergudangan 128 + 114 +

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 093 - 105 +

10 Informasi dan Komunikasi 115 + 122 +

11 Jasa Keuangan 112 + 091 -

12 Real Estate 101 + 089 -

13 Jasa Perusahaan 124 + 095 -

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 096 - 118 +

15 Jasa Pendidikan 104 + 079 -

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109 + 093 -

17 Jasa Lainnya 128 + 097 -

Sumber BPS diolah

MRP menghitung rasio pertumbuhan sektoral pada RPs RPS yang bernilai ge 1 akan

diberikan notasi + menunjukkan sektor tersebut pada Provinsi Kalimantan Barat memiliki

pertumbuhan yang menonjol Terdapat 8 (delapan) seKtor yang yang memiliki RPs ge 1

sehingga cukup banyak sektor yang memiliki pertumbuhan yang menonjol

61 SEKTOR UNGGULAN DAERAH

Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau

perkembangan bagi sektor-sektor lainnya baik sektor yang mensuplai inputnya maupun

sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo

94

2006) Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan baik itu

perbandingan berskala regional nasional maupun internasional Pada lingkup

internasional suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan

sektor yang sama dengan negara lain Sedangkan pada lingkup nasional suatu sektor

dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu

bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain baik di pasar nasional

ataupun domestik Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut

dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga

dapat menghasilkan ekspor (Suyanto 2000146) Sektor unggulan di suatu daerah

(wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan

Kriteria pertama penentuan sektor unggulan suatu daerah adalah hubungannya

dengan PDRB maka dillihat sektor mana yang sumbangan terhadap PDRB nya paling

besar

Tabel VI4

Kontribusi Sektor Tehadap PDRB pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019

Sektor Persentase Kontribusi Terhadap PDRB

2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata

Pertanian Kehutanan dan Perikanan 2156

2054

2021

2030

2025

2013

2050

Pertambangan dan Penggalian 479 490 561 540 548 557 529

Industri Pengolahan 1648

1578

1612

1621

1609

1627

1616

Pengadaan Listrik Gas 006 008 009 010 011 010 009

Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

013 012 011 012 012 037 016

Konstruksi 1221

1310

1244

1280

1253

1229

1256

Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1451

1481

1447

1413

1409

1426

1438

Transportasi dan Pergudangan 430 440 452 457 479 470 455

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

231 238 237 231 236 239 235

Informasi dan Komunikasi 330 336 343 373 377 379 356

Jasa Keuangan 363 356 364 369 378 344 362

Real Estate 304 301 296 288 290 285 294

Jasa Perusahaan 045 047 046 044 044 044 045

Administrasi Pemerintahan Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib

629 667 694 694 698 704 681

95

Jasa Pendidikan 442 430 420 401 394 392 413

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 149 151 145 140 140 143 145

Jasa Lainnya 103 101 099 098 098 101 100

Sumber BPS diolah

Dengan menggunakan (3) tiga alat analisis yang disebut di atas maka didapatkan

perhitungan sebagai berikut

Tabel VI5

Perhitungan Shift Share LQ dan MRP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019

No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)

LQ Time Series MRP (RPs)

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088

2 Pertambangan dan Penggalian 299751 065 123

3 Industri Pengolahan 1032389 077 098

4 Pengadaan Listrik Gas 4039 008 162

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

7872 221 209

6 Konstruksi 765004 117 101

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

908922 105 097

8 Transportasi dan Pergudangan 269306 085 114

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 144618 079 105

10 Informasi dan Komunikasi 206488 093 122

11 Jasa Keuangan 227099 085 091

12 Real Estate 190537 101 089

13 Jasa Perusahaan 28232 025 095

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

393865 175 118

15 Jasa Pendidikan 277108 121 079

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 93468 131 093

17 Jasa Lainnya 64466 056 097

Sumber BPS diolah

Berdasarkan Tabel VI4 diperoleh sektor unggulan pada Provinsi Kalimantan Barat

adalah sektor-sektor yang memiliki kontribusi rata-rata terhadap PDRB total di atas 10

persen Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan Industri

Pengolahan Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Dengan menggunakan analisis Shift Share LQ dan

MRP maka diperoleh tabel sebagai berikut

96

Tabel VI6

Sektor Unggulan Provinsi Kalimantan Barat tahun

No Sektor Usaha Shift Share (miliar

Rp)

LQ Time Series

MRP (RPs)

Rata-rata

PDRB

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088 2050

3 Industri Pengolahan 1032389 077 098 1616

6 Konstruksi 765004 117 101 1256

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

908922 105 097 1438

Sumber BPS diolah

Berdasarkan Shift Share semua sektor memenuhi syarat sebagai sektor unggulan

karena memiliki nilai Shift Share yang si atas Rp 7 triliun Berdasarkan metode LQ sektor

Industri Pengolahan tidak memenuhi syarat karena LQ lt 1 Perhitungan MRP menunjukkan

hanya sektor Konstruksi yang memenuhi syarat MRP Rps gt 1 Sektor Industri pengolahan

tidak memenuhi 2 kriteria yaitu LQ dan MRP sehingga dikeluarkan dari sektor unggulan

1a Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan

Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih

luas dari seluruh pulau Jawa Luasya wilayah ini banyak digunakan untuk pertanian dan

perkebunan PDRB sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205

persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-

2019 Data ini menunjukkan kekuatan dari sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan

sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat

Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan Karet menjadi 2 (dua) penyumbang

terbesar pada Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan Berdasarkan data dari BPS

perkebunan Kelapa Sawit menggunakan lahan seluas 145 juta hektare dengan hasil

produksi 973442 ton pada tahun 2018 Perkebunan Karet menggunakan lahan seluas

600956 hektare dengan produksi 268160 ton pada tahun 2017

Nilai jual hasil produksi kelapa sawit pada tahun 2018 apabila diperhitungkan

dengan harga rata-rata pada tahun berkenaan akan benilai sekitar Rp 146 triliun

sementara nilai karet sekitar Rp 21 triliun Dengan total Rp 356 triliun perkebunan

Kelapa Sawit dan Karet tentu saja masih jadi primadona

97

Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK733Menhut-II2014 tanggal 2

September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Barat

membagi hutan Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan fungsi sebagai berikut

1) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) seluas plusmn

1621046 hektar

2) Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas plusmn 2310874 hektar

3) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas plusmn 2132398 hektar

4) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas plusmn 2127365 hektar

5) Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) seluas 197918 hektar

Terdapat sekitar 45 juta hektare hutan produksi yang masih produktif pada Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini merupakan potensi yang sangat besar untuk menghasilkan

produk-produk hasil hutan yang memiliki nilai jual

Sub sektor Perikanan terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu Perikanan Budi Daya dan

Perikanan Tangkap Pada tahun 2018 Perikanan Budidaya digeluti oleh 52288 rumah

tangga sementara Perikanan Tangkap oleh 21233 rumah tangga Nilai ekspor

perikanan cenderung naik dari tahun ke tahun terakhir pada tahun 2018 tercatat ekspor

perikanan Kalbar sebesar 632 ton dengan nilai Rp 255 miliar

Dari bahasan di atas dapat dilihat bahwa Perkebunan Sawit dan Perkebunan Karet

merupakan sub sektor andalan pada sektor Sektor Pertanian Kehutanan dan

PerikananDengan demikian sangat diperlukan usaha pemerintah untuk ikut menjaga

stabilitas harga khususnya di tingkat petani Pemerintah Provinsi Kalbar menerbitkan

Peraturan Gubernur Nomor 63 Tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan penetapan

indeks dan harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit produksi pekebun Kalbar

Para pekebun kelapa sawit di seluruh Kalbar harus bermitra dengan perusahan kelapa

sawit para mitra tersebut harus membeli sesuai dengan harga yang telah ditetapkan

Pabrik kelapa Sawit tidak boleh membeli tandan kelapa sawit dengan para pekebun

yang bukan mitra

Keberadaan BUMDes diharapkan dapat menampung hasil getah karet petani dan

sekaligus memfasilitasi penjualan karet langsung ke pabrik karet sehingga jalur

perdagangan terpangkas karena tidak melalui pengepulapabila dilaksanakan secara

serempak maka dampaknya diharapkan dapat meningkatkan stabilitas harga getah

98

karet Penggunaan Dana Desa untuk pemberdayaan BUMDes harus didorong serta

kemudahan permodalan melalui KUR

1b Sektor Konstruksi

Mardiasmo (2002) mengatakan peningkatan Pemda dalam investasi modal (belanja

modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya

mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan

yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Terpilihnya sektor Konstruksi sebagai

sektor potensial sejalan dengan menggeliatnya pembangunan infrastruktur pada

Provinsi Kalimantan Barat sesuai dengan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo

pada tahun 2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur Hal ini terlihat pada peningkatan

PDRB sektor Konstruksi 6177 persen dari tahun 2014 hingga tahun 2019

Pada tahun 2019 Pemerintah menyediakan Pagu Rp 499 triliun untuk belanja

infrastruktur yang berasal dari

Belanja Pemerintah Pusat sebesar

Rp 238 triliun dan DAK Fisik sebesar

Rp 261 triliun Pagu ini meningkat

drastis dari Rp 132 triliun pada tahun

2014 atau mengalami kenaikan

sebesar 278 persen

Output dari sektor Konstruksi

pada Provinsi Kalimantan Barat

dapat dilihat dari pembangunan

Jalan Paralel Perbatasan Dari 1920

km jalan parallel perbatasan yang

akan dibangun di pulau Klimantan

82797 km berada pada wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Kondisi

jalan sampai akhir tahun 2019 sudah

teraspal sepanjang 31705 km (38)

lapisan agregat sepanjang 25329 km (31) dan masih berupa perkerasan tanah

25763 km (31) Jalan paralel perbatasan memiliki lebar minimal 7 meter dan ruang

milik jalan (Rumija) minimal 25 meter

1c Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Gambar VI1 Jalan Paralel Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat

Sumber Kompascom

99

PDRB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor menyumbang rata-rata 1438 persen pada PDRB total Prov Kalbar periode tahun

2014-2019 Sektor ini juga menyerap 510454 tenaga kerja atau 2069 persen dari total

tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Barat

Tabel VI7

Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016-2019

No Lapangan Usaha 2019 2018 2017 2016

1 Pertanian Perkebunan Kehutanan Perburuan dan Perikanan

1223113 1303474 1293884 1138334

2 Pertambangan dan Penggalian 52114 59458 54254 53514

3 Industri 134660 171828 135022 110668

4 Listrik Gas dan Air 6819 4618 7315 8891

5 Konstruksi 119949 130021 127502 146694

6 Perdagangan 510454 407126 354975 418258

7 Transportasi Pergudangan dan Komunikasi 66675 74663 67714 61910

8 Lembaga Keuangan Real Estate Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan

32687 19738 18290 27624

9 Jasa Kemasyarakatan Sosial dan Perorangan 320556 283363 340417 339232

Jumlah 2467027 2454289 2399373 2305125

Sumber BPS diolah

Serapan tenaga kerja yang cukup besar menjadikan sektor ini menjadi penyerap

tenaga kerja terbesar kedua setelah sektor Pertanian Perkebunan Kehutanan

Perburuan dan Perikanan

Nilai MRP dari sektor ini adalah 097 Nilai tersebut menunjukkan bahwa

pertumbuhan dari sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor tidak menonjol Hal ini tergambar dari kontribusi PDRB sektor terhadap

PDRB total selama 6 (enam) tahun yang berkutat di angka 14 persen Ke depannya

sektor ini diperkirakan akan tetap menajdi sektor unggulan tapi dengan pertumbuhan

yang stagnan atau cenderung menurun

62 SEKTOR POTENSIAL DAERAH

Tantangan pembangunan ekonomi daerah ke depan adalah mengupayakan

pengelolaan jalannya pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan efisien dengan

100

memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah termasuk sumber daya alam dan

sumber daya manusianya serta mengoptimalkan seluruh sumber-sumber dana untuk

membiayai pembangunan ekonomi daerahnya Untuk mengoptimalkan sumber daya yang

dimiliki daerah terlebih dahulu harus dikenali potensi ekonomi yang dimiliki

LQ dan MRP merupakan metode pengembangan dari Shift Share Pada LQ sektor

potensial adalah sektor yang memiliki nilai LQ gt 1 sementara pada MRP sektor yang

memiliki nilai gt 1 merupakan sektor yang menonjol Berdasarkan Tabel VI5 sektor

potensial pada Provinsi Kalimantan Barat didasarkan pada kedua kriteria tersebut

Terdapat 3 (tiga) sektor potensial berdasarkan kriteria di atas namun sektor Pengadaan

Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang dengan nilai Shift Share hanya Rp

7872 miliar tidak dapat dianggap sebagai sektor potensial karena nilai rupiah potensinya

tidak signifikan

Tabel VI5

Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat

No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)

LQ Time Series

MRP (RPs)

1 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

393865 175 118

2 Konstruksi 765004 117 101

Sumber BPS diolah

2a Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib menjadi

sektor potensial dapat dimengerti dengan besarnya jumlah Belanja Pemerintah

dibanding dengan PDRB Pada tahun 2019 Belanja Pemerintah bernilai 1412 persen

dari PDRB

Sektor ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan yang umumnya

dilakukan oleh administrasi pemerintahan seperti perundang-undangan dan

penerjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan administrasi program

berdasarkan peraturan perundangan-undangan kegiatan legislatif perpajakan

pertahanan negara keamanan dan keselamatan negara pelayanan imigrasi

hubungan luar negeri dan administrasi program pemerintah Sektor ini juga mencakup

kegiatan jaminan sosial wajib

Pada tahun 2019 sektor ini menyumbang Rp 1497 triliun atau 7 persen sebagai

penyumbang langsung terhadap PDRB Ini berarti dari total Rp 30 triliun belanja

101

pemerintah dan TKDD yang disalurkan pada Prov Kalbar sekitar 499 persen

diperuntukkan ke sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

Sektor ini dapat dikembangkan dengan memperbesar belanja Pemerintah pada

Provinsi Kalimantan Barat atau memperbesar porsi sektor ini dari belanja Pemerintah

yang sudah ada Namun dengan memperbesar belanja Pemerintah ada kekhawatiran

nantinya Provinsi Kalbar akan tergantung dan tidak dapat mencari alternatif lain

sebagai sumber pertumbuhan ekonomi

2b Sektor Konstruksi

Soepangat (199152) menyatakan bahwa peningkatan belanja modal yang

menyebabkan peningkatan penyediaan layanan barang dan jasa publik kepada

masyarakat akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sektor Konstruksi menjadi

satu-satunya sektor yang masuk dalam kategori unggulan dan potensial pada Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini menjadi menarik karena terpilihnya sektor Konstruksi pada

kedua kategori menandakan bahwa sektor ini kalau dalam product life cycle masih

dalam tahap growth (pertumbuhan) Sektor yang sedang berada pada tahap growth

merupakan sektor yang paling menarik karena sektor ini sudah mapan namun masih

dapat dikembangkan

Penetapan calon ibukota baru dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di

Provinsi Kalimantan Timur sedikit banyak mempengaruhi sektor konstruksi pada pulau

Kalimantan Dengan lokasi ibukota negara di pulau Kalimantan maka akan diperlukan

interkoneksi antar semua provinsi di Kalimantan untuk mendukung ibukota baru

Provinsi Kalimantan Barat sudah mulai mendapatkan proyek-proyek besar mulai

tahun 2018 Salah satunya adalah pembangunan pelabuhan Kijing yang akan diajdikan

gerbang utama ekspor dan impor dari Pulau Kalimantan Pelabuhan Kijing dibangun

dengan investasi Rp 14 triliun dan terkoneksi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

yang juga sedang dalam proses pembangunan Pembangunan kedua fasilitas ini

diharapkan akan mempercepat pertumbuhan perekonomian Provinsi Kalimantan

Barat

Pulau Kalimantan dapat dipastikan akan mengalami make over yang besar

Proses make over ini tentu menjadi peluang yang sangat besar bagi sektor Konstruksi

102

untuk berkembang dan dengan sendirinya akan memberi sumbangan yang besar

kepada PDRB

63 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH

Menurut Adam Smith bahwa dalam perekonomian segala sesuatunya akan berjalan

sendiri-sendiri menyesuaikan diri menuju kepada keseimbangan menurut mekanisme

pasar Tarik-menarik kekuatan dalam sistem perekonomian itu seperti dikendalikan oleh

ldquothe invisible handrdquo sehingga dengan demikian tidak memerlukan begitu banyak campur

tangan pemerintah

Dalam masa sekarang ini banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat semakin

majunya teknologi dan banyaknya penemu-penemu baru serta semakin terbukanya

perekonomian antar negara menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling terkait

dan berbenturan Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan dalam

mengatur jalannya sistem perekonomian karena tidak sepenuhnya semua bidang

perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta Dengan demikian dalam sistem

perekonomian modern peranan pemerintah dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu

1) Peranan Alokasi

Peranan alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal penyediaan

barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang umum atau

disebut juga barang publik Karena dalam sistem perekonomian suatu negara tidak

semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem pasar

Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang disebut barang

publik tadi

2) Peranan Distribusi

Peranan distribusi ini merupaka peranan pemerintah sebagai distribusi pendapatan dan

kekayaan Tidak mudah bagi pemerintah dalam menjalankan peranan ini karena

distribusi ini berkaitan erat dengan dengan masalah keadilan Kegiatan dalam

mengadakan redistribusi pendapatan atau mentransfer penghasilan ini memberikan

koreksi terhadap distribusi penghasilan yang ada dalam masyarakat

3) Peranan Stabilisasi

Kegiatan menstabilisasikan perekonomian yaitu dengan menggabungkan kebijakan-

kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan lain seperti kebijakan fiskal dan

perdagangan untuk meningkatkan atau mengurangi besarnya permintaan agregat

103

sehingga dapat mempertahankan full employment dan menghindari inflasi maupun

deflasi Peranan stabilisasi pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalam

menstabilkan perekonomian seperti terjadi deflasi inflasi penurunan

permintaanpenawaran suatu barang yang nantinya masalah-masalah tersebut akan

mengangkibatkan timbulnya masalah yang lain secara berturut-turut seperti

pengangguran stagflasi dan lain-lain

12 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat memegang tugas dalam ketiga peranan di atas Untuk sektor

unggulan tugas pemerintah adalah bagaimana mempertahankan keunggulan

sektor tersebut agar tetap sustain (berkelanjutan) dan untuk sektor potensial adalah

bagaimana untuk mematangkan sektor tersebut sehingga dapat menjadi sektor

unggulan

Pada sektor unggulan apabila melihat nilai MRP terdapat 3 (tiga) sektor yang

memiliki nilai lt 1 yaitu sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sektor Industri

Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor Ketiga sektor ini perlu perhatian yang lebih besar dari Pemerintah

Pusat

Langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemerintah Pusat untuk

mempertahankan keunggulan sektor-sektor ini adalah dengan mengalokasikan Rp

23063 miliar untuk Kementerian Pertanian di Kalbar dengan Rp 8529 miliar untuk

infrastruktur pendukung membangun pelabuhan Kijing untuk mempermudah

ekspor impor dan membuat aturan untuk membangun smelter alumunia di daerah

penghasil Selama ini bauksit dari Kalbar langsung diangkut ke tempat lain sehingga

dengan adanya smelter maka aka nada nilai tambah yang diterima oleh Kalbar

Tantangan bagi Pemerintah Pusat untuk mendukung sektor-sektor unggulan ini

agar tetap sustain adalah dengan menjaga harga produk unggulan dari sektor

pertanian kehutanan dan perikanan tetap stabil dan dapat menembus pasar

ekspor Untuk industri pengolahan adalah menjaga kondisi politik dan sosial

ekonomi tetap stabil sehingga iklim investasi terjaga

Untuk sektor Konstruksi Pemerintah Pusat pada tahun 2019 manggelontorkan

dana sebesar Rp 499 triliun untuk infrastuktur Pemerintah Pusat sepertinya akan

terus menambah investasi pada infrastruktur namun porsi dari APBN akan

dikurangi karena lebih difokuskan pada pengembangan kapasitas SDM Untuk

104

menutupi kekurangan akan dilaksnakan kerjasama dengan investor dari dalam

maupun luar negeri untuk mebangun infrastruktur di Kalimantan Barat

Tantangan pada sector konstruksi lebih kepada menjaga iklim investasi yang

mendukung Dengan prospek besar infrastruktur di Kalimantan Barat apabila iklim

investasi mendukung maka dengan para investor akan datang dengan sendirinya

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

masuk ke dalam sektor potensial merupakan buah simalakama Sektor ini

diharapkan akan berkembang namun secara teori Pemerintah akan berusaha

menurunkan anggaran pada sektor ini secara perlahan Penurunan ini dilakukan

karena sektor ini bukan sektor produktif yang dapat menggenjot perekonomian

dengan signifikan

13 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah merupakan lsquotuan rumahrdquo investor dari sektor-sektor yang

dibahas di atas Sebagai tuan rumah sudah selayaknya Pemda-Pemda di Kalbar

menggelar karpet merah bagi yang ingin berinvestasi pada sektor-sektor tersebut

Karpet merah dalam hal ini dapat berupa kemudahan mengurus perizinan

bagi perusahaan yang akan masuk baik di sektor-sektor unggulan maupun sektor-

sektor potensial Sampai saat ini Prov Kalbar masih menjadi primadona bagi

perusahaan yang akan membuka Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai daerah

dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit terluas ketiga setelah Riau dan

Sumatera Utara potensi lahan di Kalbar dapat melebihi luas pada kedua Provinsi

tersebut

Untuk sektor pertanian kehutanan dan perikanan tantangan Pemerintah

Daerah adalah bagaimana menyediakan pendanaan bagi petani kecil atau

kelompok-kelompok petani agar tidak lsquomatirdquo tertekan oleh perkebunan dengan

modal yang besar Sebagaian besar lahan perkebunan adalah milik perusahaan

pemerintah daerah harus dapat membuat kebijakan yang mengharuskan

perusahaan besar membantu petani kecil dalam mengolah kebunnya Peraturan

tentang hal tersebut memang sudah ada dalam Perkebunan Inti Rakyat namun

dalam eksekusinya tanpa diawasi dengan ketat oleh Pemerintah hal tersebut tidak

berjalan dengan baik

Sektor konstruksi tidak lepas dari belanja modala pada pemerintah Dengan

belanja modal yang hanya 1987 persen dari total belanja seluruh Pemda di Kalbar

maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah tidak memiliki pushing power

105

untuk menggenjot sektor konstruksi Pemerintah Daerah dapat menjalankan

perannya dengan menjaga situasi yang kondusif agar investasi masuk dan

melakukan kerjasama untuk melaksanakan kegiatan infrastruktur baik dengan

pihak badan usaha (KPBU) ataupun pemerintah asing (G to G)

Kerjasama Pemda dengan badan usaha (swasta) sudah dimulai oleh

Pemerintah Kota Singkawang dalam pembangunan Bandara Singkawang

Kebutuhan dana pembangunan sekitar Rp43 triliun dihasilkan dengan skema

kerjasama dengan swasta Hal ini dapat ditiru oleh Pemda yang lain dalam

menggenjot pembangunan di daerahnya

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

masih menjadi sektor yang menyedot anggaran terbesar Pemda di Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini terlihat dari proporsi Belanja Pegawai terhadap Total

Belanja Pemda-Pemda di Prov Kalbar yang rata-rata di atas angka 50 persen

Tantangan bagi Pemerintah daerah adalah bagaimana menurunkan persentase

tersebut

Persentase sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib dapat dikurangi dengan langkah mengurangi anggaran pada pos-pos

yang dianggap mubazir atau tidak efisien serta meningkatkan PAD melalui

sumber-sumber pendapatan lain Pengurangan anggaran pada sektor-sektor yang

tidak efisien sudah pernah dilakukan oleh Pemprov Kalbar pada tahun 2018

dengan memotong biaya perjalanan dinas sebesar Rp 200 miliar

14 Sinkronisasi Kebijakan Pusat ndash Daerah

Dalam mempertahankan sektor unggulan dan memacu sektor potensial

Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah memiliki kebijakan masing-masing yang

dituangkan dalam APBN maupun APBD Pada sektor potensial yaitu sektor

Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dan Sektor

Konstruksi diperoleh data realisasi belanja pada tahun 2019 sebagai berikut

Tabel VI5

Belanja Pada Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat

(miliar Rp)

Sektor Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

Layanan Umum 87675 782834

Infrastruktur 446283 498884

Data LRA Pemda dan MEBE

106

Belanja Pemerintah Pusat pada kedua sektor di atas terlihat saling

melengkapi Belanja Pemerintah Pusat pada sector Administrasi Pemerintahan

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib terlihat kecil karena jumlah pegawai

Pemerintah Pusat memang lebih sedikit dibanding gabungan jumlah pegawai

Pemerintah Daerah seluruh Kalimantan Barat sehingga belanja yang digunakan

jauh lebih sedikit dibandingkan belanja yang sama pada Pemerintah Daerah

Untuk belanja sektor Konstruksi jelas terlihat bagaimana Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah memiliki peran yang hampir seimbang dalam bentuk

uang Pemerintah Pusat fokus pada Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan

jalan nasional dengan realisasi sebesar Rp 1 triliun sementara Pemerintah

Daerah juga fokus pada belanja pengadaan jalan dengan realisasi Rp 139 triliun

Hal ini sesuai dengan salah satu permasalahan pada RPJMD Provinsi Kalimantan

Barat tahun 2019 yang berbunyi ldquoRentang kendali pemerintahan yang panjang

disebabkan belum optimalnya konektivitas dan aksesibilitas antar daerah di

wilayah Kalimantan Barat serta kuantitas dan kualitas infrastruktur wilayah yang

belum memadairdquo

Sinergi juga terlihat pada pembangunan beberapa fasilitas umum salah

satunya adalah pembangunan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Kota Singkawang

Dalam pendirian SPN ini Pemerintah Daerah menyediakan lahan sementara

Pemerintah Pusat menyediakan dana untuk pembangunan

Pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mempermudah

pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan yang murah Dalam prakteknya

KUR memiliki fokus kepada sektor produktif seperti sektor Pertanian Kehutanan

dan Perikanan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada Provinsi

Kalimantan Barat sebesar Rp 179 triliun pada 41778 UMKM

Dalam KUR Pemerintah Pusat berperan sebagai regulator dan pihak yang

memberikan subsidi bunga Dengan subsidi bunga maka pelaku UMKM hanya

membayar bunga 7 persentahun Pemerintah Daerah memiliki peran sebagai

penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima KUR Dengan sinergi ini

diharapkan semakin banyak muncuk UMKM penerima KUR yang berkembang

sehingga perekonomian Kalimantan Barat juga akan semakin meningkat

BAB VII

ANALISIS TEMATIK

Masjid Jamirsquo PontianakMasjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Masjid Jamirsquo merupakan masjid tertua di Kota Pontianak dan menjadi pertanda berdiirnya Kota Pontianak pada 1771 Masehi

107

I PENDAHULUAN

Stunting (anak kerdil) merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekuranga

gizi kronis dan infeksi berulang terutama dalam seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK)

sehingga anak lebih pendek untuk usianya (Kemenkes) Balita pendek (stunted) dan sangat

pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PBU) atau tinggi badan

(TBU) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre

Growth Reference Study) 2006 Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan

(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SDstandar deviasi

(stunted) dan kurang dari ndash 3SD (severely stunted) Dampak stunting antara lain dampak

prevalensi kesehatan dan ekonomi

Stunting di Provinsi Kalbar masih terbilang tinggi dan berada pada urutan ke-27 se-

nasional Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka

rata-rata 333 persen atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita stunting Dari 14

kabupatenkota se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka stunting

paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Ketapang dengan angka 427 persen

disusul Landak sebesar 420 persen dan Melawi 408 persen Diatas angka stunting nasional

308 persen Sementara itu untuk nasional pada tahun 2019 terjadi penurunan menjadi 2767

persen (berdasarkan Survei Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI)

Revalensi stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) berada di bawah

angka 20 dan pada Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash

2019 adalah 28

Tabel VII1

Tabel Pada Baduta Kabkota Provinsi kalimantan barat Tahun 2013 dan Tahun 2018

Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)

108

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan tabel sebesar 531 persen

selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi juga penurunan pada 10

(sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada Kabupaten Kubu Raya

yang berhasil menekan angka stunting hingga 1477 persen selama lima tahun terakhir hal

ini juga bias menggambarkan keberhasilan program pembangunan dan bidang perekonomian

di Kabupaten Kubu Raya

Namun stunting masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada

kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten

dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Melawi yaitu 1298 persen

Terkait dengan kesehatan anak tidak hanya stunting (pendek) namun juga permasalahan

yang meliputi underweight (gizi kurang) dan wasting (kurus) Gizi buruk dan gizi kurang di

Provinsi Kalbar juga tinggi kasusnya dan berada pada urutan ke-28 se-nasional Berdasarkan

data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka rata-rata 2383 persen

atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita permasalahan gizi Dari 14 kabupatenkota

se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka gizi buruk dan gizi kurang

paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Landak dengan angka 3147 persen

disusul Sambas sebesar 3124 persen dan Kayong Utara 2951 persen Jauh diatas angka

nasional 177 persen dan selama kurun waktu tahun 2013 sampai 2018 telah menurun 19

persen

Gizi buruk menyebabkan 109 Juta kematian anak balita didunia setiap tahun Menurut

MDGs 2015 masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang

antara 200-290 dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ge30 (WHO2010) dan pada

Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash 2019 adalah 17

Tabel VII2

Gizi buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Kabkota Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2013 dan Tahun 2018

Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan status gizi buruk dan gizi

kurang sebesar 267 persen selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi

penurunan pada 10 (sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada

109

Kabupaten Sintang yang berhasil menurunkan status gizi buruk dan gizi kurang hingga 2054

persen selama lima tahun terakhir

Namun satus gizi masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada

kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten

dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Landak yaitu 1497 persen

II Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting

Percepatan pencegahan stunting merupakan pendekatan program pertama yang dilakukan

dengan menyeluruh dan terintegrasi yang dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir yang

ditunjukkan oleh tingginya komitmen Presiden bersama Menteri dan Pimpinan Lembaga

hingga ke tingkat Gubernur BupatiWalikota dan Kepala DesaLurah

Dalam rangka memastikan konvergensi berbagai programkegiatan percepatan penurunan

stunting dilakukan maka acuan yang digunakan adalah dokumen Strategi Nasional

Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) yang diikuti oleh berbagai pedoman

operasional Di dalam Stranas Stunting juga diatur pendekatan multi sektor yang

melaksanakan percepatan penurunan stunting yang melibatkan sektor antara lain sektor

kesehatan pertanian pendidikan air minum dan sanitasi dan perlindungan sosial Untuk

mengimplementasikannya telah disusun berbagai pedoman operasional

Penanganan masalah stunting menjadi salah satu prioritas dalam rencana kerja

Pemerintah Provinsi Kalbar Caranya yakni dengan memperkuat sinergi antarsektor terkait

serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan sektor swasta

Revitalisasi posyandu dan revitalisasi desa siaga serta pembentukan pusat penanganan gizi

buruk di tiap kabupatenkota merupakan upaya konkret yang diharapkan dapat menurunkan

prevalensi stunting di Kalbar Peningkatan cakupan air bersih dan sanitasi lingkungan

merupakan intervensi sensitif yang sangat berpengaruh dalam menurunkan prevalensi

stunting

III Penanganan Stunting Oleh Pemerintah

III1 Belanja KL Dalam APBN

Dalam kaitannya dengan percepatan pencegahan stunting melalui belanja

KementerianLembaga (KL) telah dilakukan berbagai langkah dan kebijakan agar

pengelolaan program tersebut terarah dan terukur Pada proses perencanaan khususnya

terkait dengan identifikasi output yang terkait dengan stunting telah disusun pedoman

penandaan pemantauan dan evaluasi percepatan pencegahan stunting sebagai dasar bagi

KL dalam mengidentifikasi output yang berkontribusi kepada percepatan penurunan stunting

Selanjutnya dilakukan forum koordinasi yang melibatkan Direktorat Jenderal Anggaran

Kementerian Keuangan (DJA Kemenkeu) Kementerian Perencanaan Pembangunan

NasionalBadan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPNBappenas) dan

KL terkait secara berkala untuk mengkaji hasil penandaan tersebut sekaligus melakukan

penajaman hasil identifikasi pada level di bawah output atau dengan pembobotan Ringkasan

110

output KL yang telah disusun tersebut digunakan sebagai dasar acuan dalam pelaksanaan

pemantauan dan evaluasi program percepatan penurunan stunting

Dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat total alokasi dana yang dianggarkan kepada

Satker KL untuk penangangan stunting sebesar Rp14992 miliar dengan realisasi Rp14271

miliar (9519)

Tabel VII3

Belanja Penangan Stunting Satker KL Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Sumber Aplikasi MEBE (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi dana untuk penanganan stunting oleh KL

relative kecil yaitu hanya 357 dari total belanja satker yang terdapat alokasi untuk

penanaganan stunting atau hanya 099 dari total dana APBN Intervensi gizi spesifik hanya

dilakukan oleh satker Kementerian Kesehatan dengan alokasi dana sebesar Rp665 miliar

atau hanya sebesar 502 dari total alokasi dana Satker kementerian Kesehatan dengan

kinerja capaian output mencapai 7710

Secara nasional terdapat 20 (duapuluh) kementerianlembaga yang menganggarkan dana

penanganan stunting dengan alokasi dana Rp60 triliun atau 246 dari total APBN Indonesia

sementara itu untuk wilayah Kalbar hanya dianggarkan Rp14992 miliar untuk stunting atau

hanya 025 dari alokasi stunting nasional dan hanya 099 dari pagu total APBN di Kalbar

Kecilnya alokasi dana untuk penanganan stunting tersebut akan berpengaruh terhadap

keberhasilan upaya pencegahan stunting di Kalbar untuk itu diharapkan terjadi peningkatan

alokasi dana yang dianggarkan untuk penangnan stunting di Kalbar pada masa yang akan

datang mengingat kondisi Kalbar sebagai penderita terbanyak ke 27 secara nasional

Seperti pada lampiran III1 maka kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi

spesifik mencapai 7710 diantaranya adalah untuk Penyediaan Makanan Tambahan bagi

111

Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) capaian outputnya mencapai 100 serta kegiatan

Peningkatan Surveilans Gizi untuk 14 layanan dengan capaian output 100

Kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi sensitive mencapai 7813 yang

dialokasikan melalui 7 (tujuh) KL diantaranya adalah untuk Kampanye Hidup Sehat capaian

outputnya mencapai 100 kegiatan Bimbingan Perkawinan Pra Nikah dengan capaian output

97 serta Sistem Pengelolaan Air Limbah untuk 2980 kepala keluarga dengan capaian

output mencapai 100

Kinerja capaian output untuk kegiatan Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis

mencapai 8763 yang dialokasikan melalui 4 (empat) KL diantaranya adalah untuk Analisis

Ketersediaan Pangan Wilayah capaian outputnya mencapai 100 kegiatan Pelatihan

Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan untuk 390 orang dengan capaian output 96

serta PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat yang Terbit Tepat Waktu dengan

capaian output mencapai 100

Secara umum kinerja capaian output kebijakan terkait stunting tercapai Beberapa

permasalahan terkait dengan kebijakan terkait stunting antara lain kurangnya optimalisasi

sisa dana dan penumpukan realisasi di akhir tahun anggaran Yang perlu ditingkatkan adalah

pelaksanaan pencapaian target harus lebih disiplin sesuai dengan rencana penarikan dana

III2 Belanja Dana Desa Dan DAK Fisik

III 21 Dana Desa

Alokasi Dana Desa untuk Provinsi Kalbar Tahun 2019 adalah sebesar Rp1992 miliar yang

disalurkan kepada 2031 desa dengan realisasi sebesar Rp1987 miliar (9974) Intervensi

pencegahan stunting dilaksanakan secara terintegrasi hingga ke tingkat desa Desa-desa

yang memiliki resiko tinggi warganya mengalami stunting sudah barang tentu wajib

menganggarkan untuk menghindari resiko stunting pada warganya hal ini ditegaskan dalam

Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 tentang

Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan

Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi Dana Desa tidak melulu untuk

perbaikan sarana dan prasarana fisik namun sarpras non-fisik dan sosial kesehatan mutlak

perlu dikedepankan Bahkan penyaluran Dana Desa tahap III pada tahun 2020 mensyaratkan

untuk menyampaikan Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting

Penggunaan Dana Desa di Wilayah Kalbar juga telah mendukung program Konvergensi

Pencegahan Stunting diantaranya adalah melalui kegiatan intervensi gizi spesifik dengan

total alokasi adalah sebesar Rp104 miliar sangat kecil sekali yaitu hanya 052 dari total

realisasi penggunaan Dana Desa

Tabel VII4

Intervensi Gizi Spesifik Dana Desa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

112

Sumber omspan (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi Dana Desa yang dikhususkan untuk

Penyelenggaraan Kegiatan Pencegahan Stunting relative kecil hanya dialokasikan untuk 3

paket sebesar Rp84342500- hal ini perlu mendapatkan perhatian bersama untuk

peningkatan pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa sesuai dengan Pasal 6

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 dimana Desa yang

warganya berisiko tinggi mengalami stunting untuk mengalokasikan kegiatan pencegahan

stunting

Kebijakan pengalokasian Dana Desa Tahun 2021 hendaknya juga mendukung program

Konvergensi Pencegahan Stunting yaitu dimungkinkan untuk dilakukan perubahan formulasi

perhitungan besaran alokasi Dana Desa diusulkan untuk Alokasi Formula dimasukan

parameter perhitungan untuk jumlah penderita stunting dengan mendapatkan alokasi sebesar

20

Dana Desa juga dialokasikan untuk kegiatan Intervensi Gizi Sensitif seperti pada lampiran

III21 dengan alokasi sebesar Rp22960 miliar atau 1156 dari total realisasi Dana Desa

Beberapa capaian outputnya adalah Operasional PAUDTKTPATKATPQMadrasah Non-

Formal Milik Desa dengan alokasi Rp2361 miliar dengan output 27196367 Paket

Terselenggaranya Operasional Pos Kesehatan Desa (PKD)Polindes Milik Desa Lainnya

dengan alokasi Rp2350 miliar dengan output 31710863 paket serta Sambungan Air Bersih

ke Rumah Tangga (pipanisasi dll) yang mendapatkan alokasi sebesar Rp1140 miliar

dengan output 16424989 meter

Provinsi Kalbar dengan penderita stunting urutan ke 27 nasional maka diperlukan

penanganan melalui berbagai sumber pendanaan termasuk Dana Desa untuk itu diharapkan

instansi terkait di tingkat provinsi untuk memberikan arahan dan himbauan agar penggunaan

Dana Desa juga dialokasikan untuk pencegahan stunting khususnya untuk intervensi gizi

sensitive melalui alokasi pada Bidang Pemberdayaan masyarakat

Efektivitas pencapaian target capaian output Dana Desa diatas berdasarkan laporan

capaian output oleh Pemda terkait dimana upload capaian output baru mencapai 8545

diharapakan Pemda segera melakukan upload data capaian output sehingga bisa

menghasilkan analisis data yang lengkap

III 22 DAK Fisik

No URAIAN OUTPUT SATUAN REALISASI OUTPUT

1 Penyelenggaraan Posyandu (Kelas Ibu Hamil) 1787 ORANG 615076375 8700

2 Penyelenggaraan Posyandu (Makanan Tambahan) 20260 UNIT 9508583774 8200

3 Kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak kerdil (stunting) 3 PAKET 84342500 10000

4

Fasilitasi Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

dan Endemik 3 PAKET 84342500 10000

5 Penyelenggaraan kegiatan pencegahan stunting 3 PAKET 84342500 10000

6 Penanganan Stunting 2 PAKET 10000000 5000

7 Kampanye dan Promosi Hidup Sehat Guna Mencegah Penyakit Menular 1 PAKET 14001000 10000

10400688649TOTAL DANA DESA UNTUK INTERVENSI SPESIFIK

(Rupiah)

113

DAK Fisik Tahun 2019 sebagai salah satu sumber pendanaan untuk mendukung

konvergensi penanganan stunting di wilayah Provinsi Kalbar dialokasikan melalui DAK Fisik

Tematik tentang stunting melalui DAK Fisik Penugasan pada bidang Kesehatan Sanitasi Air

Minum dan Pendidikan dengan dijabarkan melalui kegiatan Intervensi Gizi Spesifik

Total alokasinya DAK Fisik Penugasan yang terkait dengan program pencegahan stunting

untuk wilayah Kalimantan Barat adalah sebesar Rp373508869032 dengan rincian

sebagaimana pada Lampiran III22 A

Dari lampiran III22A diketahui bahwa untuk penanganan stunting melalui Bidang

Pendidikan untuk pelaksanaanya dikoordinir oleh Provinsi sementara itu untuk lokasi sebaran

pagu ternyata tidak sesuai dengan jumlah penderita permasalahan gizi dan stunting dimana

alokasi pagu terbesar adalah untuk Kabupaten Sintang Sanggau dan Kota Pontianak

sedangkan berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 justru penderita terbanyak adalah

Kabupaten Ketapang Landak dan Melawi Hal ini perlu mendapatkan perhatian di dalam

penyusunan alokasi DAK Fisik penugasan hendaknya sebaran alokasi pagu diarahkan untuk

daerah dengan jumlah penderita stunting terbanyak

Beberapa kegiatan intervensi gizi spesifik DAK Fisik Penugasan seperti pada Lampiran

III22B khususnya melalui bidang kesehatan capaian outputnya 99 diantaranya adalah

penyediaan alat ukur demensi tubuh (antropometri) dan alat kesehatan puskesmas sebanyak

1162 paketunit dengan nilai Rp2177 Miliar Pencegahan stunting melalui intervensi gizi

sensitive dilaksanakan melalui bidang Pendidikan dengan capaian output 93 dan bidang

Sanitasi dan Air Minum Beberapa outputnya diantarnya adalah untuk penyediaan sarana dan

prasarana PAUD sebanyak 196 ruangpaket dengan realisasi sebesar Rp81 miliar serta

pembangunan system pengolahan air limbah domestic setempat dan terpusat 1315 unit

dengan realisasi Rp411 miliar

Realisasi DAK Fisik Penugasan mencapai 9513 tidak tercapainya realisasi maksimal

disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah keterlambatan pelaksanaan lelang dan

ketidaksesuaian antara nilai daftar kegiatan dengan realisasi nilai kontrak

III3 Belanja Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Alokasi penangan stunting dalam APBD Provinsi Kalbar secara agregat dialokasikan

sebesar Rp28646 miliar atau hanya 110 dibandingkan dengan total jumlah APBD tahun

2019 yaitu Rp26044 miliar

Seperti pada lampiran III3 maka dapat diketahui bahwa kelompok penangan stunting

intervensi gizi spesifik mendapatkan alokasi dana sebesar Rp2436 miliar atau hanya 009

jika dibandingkan dengan total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya adalah Program

Pencegahan Stunting sebesar Rp15 miliar dan yang terbesar adalah Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Menular dengan alokasi sebesar Rp1267 miliar

Kelompok penangan stunting intervensi gizi sensitive mendapatkan alokasi dana sebesar

Rp25904 miliar atau hanya 099 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya

114

adalah Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah sebesar Rp8998 miliar dan yang terkecil

Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dengan alokasi sebesar Rp125 juta

Kelompok kegiatan yang terkait pencegahan stunting mendapatkan alokasi dana sebesar

Rp306 miliar miliar atau hanya 001 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya

adalah Penyediaan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat Rp112 miliar dan yang

terbesar adalah kampanye Pencegahan Stunting dengan alokasi Rp120 juta

Beberapa kendala yang dihadapi Pemda terkait pelaksaan kebijakan stunting adalah

a Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan pemantauan pertumbuhan serta

perilaku baik yang masih rendah

b Terbatasnya akses (daya beli pengetahuan) atas pemberian makanan bergizi seimbang

untuk ibu hamil bayi dan balita yang masih rendah

c Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif yang belum optimal

d Suplementasi yang belum optimal seperti Konsumsi Tablet Tambah Darah pada ibu hamil

dan remaja Puteri

e Angka infeksi yang masih tinggi seperti cacingan diare dll baik pada balita dan ibu Hamil

f Kebersihan Lingkungan dan Akses Sanitasi yang masih belum baik

g Budaya di masyarakat dimana ibu hamil masih banyak pantangan makanan

h Tingkat soasial ekonomi masyarakat yang masih rendah

i Masih rendahnya tingkat kepedulian dan dukungan keluarga terhadap ibu hamil dan

tingkat pendidikan ibu yang masih rendah

Rekomendasi dalam upaya mengantisipasi kendala dalam pencapaian sasaran kebijakan

stunting antara lain

1 Peningkatan upaya dukungan lintas sektor dalam penanggulangan Stunting (Konvergensi

Stunting) dalam intervensi spesifik maupun sensitif

2 Peningkatan alokasi Dana Desa untuk Pelayanan Sosial dasar terkait 1000 Hari Pertama

Kehidupan

3 Peningkatan Upaya Strategi Perubahan Perilaku dalam penanggulangan stunting

4 Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamilbayi dan anak balita

melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan

5 Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan Buku KIA kelas Ibu

Posyandu dan pendampingan pada ibu hamil

6 Peningkatan akses terhadap makanan bergizi bagi balita dan ibu hamil melalui pemberian

PMT Pelatihan PMBA untuk Masyarakat Konseling Menyusui

7 Peningkatan Akses Air bersih dan Sanitasi lingkungan melalui Lima Pilar STBM

Dalam rangka keberhasilan penanganan stunting di Provinsi Kalbar diharapkan alokasi

dana melaui APBD ditingkatkan jumlahnya dengan tetap memperhatikan kemampuan

keuangan daerah setidaknya mengacu pada kebijakan nasional yakni sekitar 246 dari total

APBD

BAB VII

PENUTUP

Pantai Tanjung Belandang KetapangPemandangan khas dar i Pantai in i adalah jembatan kayu yang menjirok ke laut deratan gazebo berjejer rapih di sepanjang jembatan kayu tersebut

115

A KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan analisis di bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut

1 Kinerja ekonomi Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar 500 persen mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang

sebesar 506 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 502 persen

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan Asuransi

Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian

2 Laju pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat 2019 yang tertinggi adalah komponen Ekspor

Barang dan Jasa yaitu 1012 persen dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun

selanjutnya adalah Konsumsi LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan

jasa utamanya berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan

Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet

3 Struktur perekonomian yang menopang ekonomi Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor

lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen) industry

pengolahan (1634 persen) perdagangan besar-eceran serta reparasi mobil sepeda motor

(1430 persen) kontruksi (1244 persen) dan sisanya terbagi dari beberapa sektor lapangan

usaha antara lain Pertambangan transportasi pergudangan informasi jasa keuangan

real estate dan jasa lainnya

4 Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan

Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat pada tahun 2019 mencapai

sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25 triliun atau 1897 persen dibandingkan

dengan tahun 2018 Hal ini adanya tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan

berlanjut dimasa mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah

yang akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single

Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai

instansi terkait baik di pusat dan daerah

5 BI Rate Kalimantan Barat 2019 cenderung menurun dari level 600 persen Bulan Januari

hingga level 500 persen pada bulan Desember Tren menurunnya BI Rate tersebut

merupakan antisipasi terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami

penurunan dan juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi (Global Bank Sentral Amerika

Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang menahan suku bunga di level 15-175

116

6 Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif Inflasi

tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional

yang hanya mencapai 055 persen Tekanan inflasi ini terjadi seiring adanya aktivitas

pemilihan umum dan legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya

permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi

sepeda motor dan ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru

7 Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka Rp14313- per

US Dollar dan menunjukan perbaikan pad akhir tahun 2019 pada Rp13831- per US Dollar

Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank

Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)

yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara

maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara

emerging market termasuk Rupiah dan pengaruh melemahnya dolar AS terhadap semua

mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak menaikkan tingkat suku bunga

8 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo terjadi

peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun 2018

(berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional 7081

Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi

Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin

dan berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah

masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun

9 Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik apabila

dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan masih lebih baik dari

pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380) Ketimpangan pendapatan terjadi

karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan faktor produksi sehingga pihak-pihak yang

memiliki faktor produksi akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak

10 Investasi Pemerintah Pusat tahun 2019 melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)

berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM di Wilayah Provinsi Kalimantan

Barat telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 UMKMdebitur) jika dibandingkan

dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen

masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama sektor produksi yang hanya

mencapai 4124 persen yang ditargetkan sebesar 60 persen

11 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar

Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen hasil produk terutama mutu dan kualitas

produk belum bisa bersaing secara global dengan produk daerah lain

12 Penerimaan pajak dalam negeri tahun 2019 sebesar Rp667 triliun naik 26108 miliar atau

naik 407 persen dibanding penerimaan tahun 2018 Kontribusi terbesar dari penerimaan

117

pajak dalam negeri adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Rp32 triliun atau 48 persen

disusul Pajak Penghasilan (PPh) Rp307 triliun atau 46 persen

13 Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar meningkat

signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018 Dengan

perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288 miliar

atau 541 persen

14 Penerimaan PNBP tahun 2019 sebesar Rp82375 miliar mengalami penurunan sebesar Rp

3776 atau 43 persen dibandingkan penerimaan tahun 2018 Dengan komposisi

pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen dari total penerimaan PNBP

disusul pendapatan PNBP BLU sebesar 489 persen

15 Belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019 yaitu sebesar

Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar Rp1049

triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun Realisasi Belanja

pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer ke Daerah dan

dana desa terealisasi Rp2034 triliun

16 Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 terdapat penurunan angka stunting pada 10

KabupatenKota di Kalimantan Barat namun juga terjadi kenaikan angka stunting pada 4

(empat) Kabupaten

B REKOMENDASI

1 Pemerintah Daerah tetap mengupayakan peningkatan alokasi belanja pada jenis belanja

dan meningkat investasi pada sektor-sektor yang belum atau kurang memberikan kontribusi

terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat tahun 2019 terutama pada sektor

sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan

dan Penggalian yang mengalami penurunan pada periode ini secara umum capaian

pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat bisa dikatakan masih stagnan dan belum

memberikan kontribusi PDRB secara maksimal yang hanya sebesar 134 persen terhadap

pembentukan PDB nasional diharapkan untuk berikutnya lebih meningkat dibanding tahun

ini

2 Untuk mempertahankan sektor ekonomi unggulan dan mematangkan sektor ekonomi

potensial Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu berkolaborasi dalam membangun

infrastruktur pendukung maupun untuk mendatangkan investor yang mau berinvestasi pada

sektor-sektor tersebut Seperti pada pembangunan Pelabuhan Kijing di kabupaten

Mempawah Pemerintah Pusat menyiapkan dana pembangunan dengan menggandeng

investor sementara Pemerintah Daerah menyiapkan dana untuk pembebasan lahan

3 Pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa perlu dilakukan desa dengan

warga berisiko tinggi stunting agar mengalokasikan Dana Desa untuk kegiatan pencegahan

stunting Kebijakan pengalokasian Dana Desa tahun 2021 hendaknya mendukung program

118

konvergensi Pencegahan Stunting yang dapat diatambahkan pada perhitungan Alokasi

Formula dengan alokasi 20 persen

4 Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) agar terus melakukan upaya memitigasi risiko

terhadap kenaikan harga serta kelancaran distribusi pasokan bahan pangan adanya

kebijakan yang memacu peningkatan produksi bahan pangan dan mengajak para

pengusaha dalam menentukan harga dan perlu mempertimbangkan daya beli konsumen

Sedangkan untuk konsumen sendiri harus mampu mengatur nafsu konsumtif karena

Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan yang

harus diatur oleh pemerintah

5 Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing mengalami kenaikan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp14 triliun Hal ini terjadi tren positif terhadap

pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa mendatang dukungan Pemerintah

tetap melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single Submission

(OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai instansi terkait

baik dari pusat maupun daerah

6 Tren menurunnya BI Rate tersebut harus dijaga untuk mengantisipasi kondisi perekonomian

nasional yang masih mengalami penurunan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan

ekonomi Global Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor

eksternal tetap dijaga lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya masih sesuai

dengan target

7 Penguatan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)

yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara

maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara

emerging market termasuk Rupiah Kebijakan suku bunga Tanah Air harus tetap

dipertahankan agar imbal hasil aset keuangan Indonesia termasuk obligasi menjadi

menarik arus modal asing masuk ke Indonesia dan menambah pasokan valas di dalam

negeri

8 Indek Pembangunan Manuasia (IPM) Kalimantan Barat tahun 2018 termasuk kategori

sedang dan berada pada urutan ke-30 dari 34 Provinsi Walaupun terjadi kenaikan namun

capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi

target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin Peningkatan investasi dari

Pemerintah Pusat (APBN) yang berupa alokasi Dana Transfer khususnya DAK Fisik dan

Dana Desa serta investasi lainnya serta Pemerintah Daerah (APBD) diharapkan benar-

benar dapat digunakan pada sektor-sektor program pembangunan manusia yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat terutama mendongkrak

tingkat IPM yang terandah di Kalimantan Barat yang selama ini selalu ditempati oleh

Kabupaten Kayong Utara sebesar (6182) dan Kabupaten Sekadau (6369)-

119

9 Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar sasaran

dan tujuan program KUR maupun UMi dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran

KUR diarahkan lebih banyak di sektor produksi (non perdagangan) yaitu dengan target

minimal penyaluran sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan

skema KUR Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat

perkebunan rakyat dan peternakan rakyat harus benar-benar disaluran sesuai sasaran dan

lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada debitur dan membantu

mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada masyarakat sehingga dapat

mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha Mikro bahkan dapat meningkat ke

Mikro Kecil

10 Perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya identifikasi dan penggalian

potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian potensi pajak pengawasan

terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara Pemerintah Pusat maupun Daerah

DAFTAR PUSTAKA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan

Barat Tahun 2019

Rancangan Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

RISKESDAS_2018_ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

RISKESDAS_Provinsi Kalimantan Barat 2018_ Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia

Laporan Pemantauan Kinerja Anggaran dan Pembangunan Program Percepatan

Pencegahan dan Penurunan Stunting Kemenkeu Reupblik Indonesia

Lampiran IIA - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Spesifik

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan

Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian KEMENTERIAN KESEHATAN 0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

2080 Pembinaan Gizi Masyarakat 001 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 002 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus

003 Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita 005 Pembinaan dalam Peningkatan Status Gizi Masyarakat 006 Suplementasi Gizi Mikro 007 Pembinaan dalam Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat 008 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Papua dan Papua Barat 009 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus Papua dan Papua Barat 010 Penguatan intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita Papua dan Papua Barat 504 Peningkatan Surveilans Gizi

5832 Pembinaan Kesehatan Keluarga 001 Pembinaan Dalam Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 002 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Kunjungan Neonatal Pertama 004 Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah 005 Pembinaan Pencegahan stunting 018 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Antenatal

1172822000 100000000 368690000 1439729000 305522000 461512000 281222000 317124000 101785000

822627500 96493000 365973800 1414218600 296527000 372659700 266887500 316592900 101784900

7014

9649

9926

9823

9706 8075 9490 9983 100

4

14

14

14 1 1 1 1 5

4

14

14

14 1 1 1 1 5

100

100

100

100

100 100 100 100 100

0240508 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

2058 Pembinaan Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra 006 Layanan Imunisasi 010 Layanan Imunisasi di Papua dan Papua Barat

2059 Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria 008 Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan 011 Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua dan Papua Barat

2060 Pengendalian Penyakit Menular Langsung 506 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit ISP 511 Sarana dan Prasarana Penanggulangan TBC 512 Sarana dan Prasarana Penanggulangan HIVAIDS

251677000 513750000 1343486000

221591784 280311250 1234273000

8805

5456 9187

14

153 8

14

151 8

25

6 40

0240709 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

2065 Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 508 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Kesehatan Ibu dan Anak 509 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Penyakit Tropis Terabaikan 510 Paket Penyediaan Vaksin

Total Belanja Intervensi Spesifik

6657319000

5789940934

9045

212

210

7710

------

Lampiran IIB - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Sensitif

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN PERTANIAN

0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat

1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

102 Lumbung Pangan Masyarakat

1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

106 Kawasan Mandiri Pangan

1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

101 Pemberdayaan Pekarangan Pangan

106 Hasil Pengawasan keamanan dan mutu pangan Segar

558000000 5578500000 600000000

546884550 5543049050 582679900

9801

9936 9711

1

123 1

1

121 1

100

100 100

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

0190207 Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro

1835 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan

030 Pemenuhan gizi masyarakat melalui peningkatan konsumsi pangan olahan sehat

038 Komoditi yang diawasi Penerapan SNI Wajib Produk Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

0230509 Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat

2016 Penyediaan Layanan Paud

006 Lembaga PAUD Menyelenggarakan Holistik Integratif

5631 Penyediaan Layanan Pendidikan Keluarga

002 Lembaga Menyelenggarakan Pendidikan Keluarga untuk Intervensi Permasalahan Sosial Tertentu

KEMENTERIAN KESEHATAN

0240111 Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

5610 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan JKNKIS

501 Cakupan Penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui JKNKIS

0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

002 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media

004 Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam mendukung Program Kesehatan

006 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media di Papua dan Papua Barat

5834 Penyehatan Lingkungan

501 Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi Syarat

504 Pengawasan terhadap Sarana Air Minum

505 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan

2090 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan

506 Rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan sesuai standar

1492964000 464132000 163411000

1437830000 431244400 162715900

9631 9291

9957

3 1 1

3 1

1

100 100

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan

Pagu Realisasi Real

Target Capaian Capaian

2094 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan

508 Alat Kesehatan

KEMENTERIAN AGAMA

0250308 Program Bimbingan Masyarakat Islam

2104 Pengelolaan KUA dan Pembinaan Keluarga Sakinah

008 Bimbingan Perkawinan Pra Nikah

0250812 Program Bimbingan Masyarakat Buddha

2145 Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Budha

014 Pembinaan Keluarga Hittasukhaya

638510000 37020000

594062500 36455000

9304

9847

29 2

1

0

97

0

KEMENTERIAN SOSIAL

0270507 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial

2251 Jaminan Sosial Keluarga

001 Keluarga Miskin Yang Mendapat Bantuan Tunai Bersyarat

0270609 Program Penanganan Fakir Miskin

5873 Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan

003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

5874 Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

002 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

5875 Penanganan Fakir Miskin Pesisir Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara

003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

3124920000

3123021922

9994

1

1

100

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

0320608 Program Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan

2357 Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan

003 Promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri yang dilaksanakan (Gerakan memasyarakatkan makan ikanGemarikan)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan

004 Sistem Pengelolaan Air Limbah

2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

005 SPAM Terfasilitasi

007 Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan

008 SPAM Berbasis Masyarakat

009 Pembangunan SPAM di Kawasan Khusus

010 Pembangunan SPAM Regional

25491600000 19295520000 10141420000 62568089000

24467600000 17485637400 9125468000 60912361277

9598

9062 9025 9735

298

3

15 0

495

1 9 0

100

0 1 52

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Rea

l Target Capaian Capaia

n 0470107 Program Perlindungan Anak

2808 Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Kesejahteraan

003 Sosialisasi tentang ASI Eksklusif Gizi Seimbang Pembatasan Gula GaramLemak (GGL) Rokok dan

Kesehatan Reproduksi bagi Keluarga dan Anak sebagai 2P dalam Penurunan Stunting

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

0590709 Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik

4143 Penyediaan dan Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

001 Informasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

0630106 Program Pengawasan Obat dan Makanan

3165 Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai BesarBalai POM

088 KIE Obat dan Makanan Aman

4124 Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang

005 Pengawasan Produk Pangan Fortifikasi

960000000

950368050

9899

26

26

100

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

0680106 Program Kependudukan dan KB

3317 Pembinaan Keluarga Balita dan Anak

021 Keluarga yang mempunyai balita dan anak memahami pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak

3331 Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan KB Provinsi

081 Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK

085 Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu

910000000 1586543000

829384786 1573708244

9114 9919

16045 433

16045 433

100 100

Total Belanja Intervensi Sensitif

13361062900000 12780247097900

12780247097900

9614

658025

1110045

78125

------

Lampiran IIC - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

0100606 Program Bina Pembangunan Daerah

1252 Pembinaan Penyelenggaraan dan Pembangunan Urusan Pemerintahan Daerah III

001 Integrasi indikator Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah lingkup UPD III

003 Penerapan SPM bidang kesehatan sosial dan transtibumlinmas

004 Evaluasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Daerah

010 Monev terpadu Penerapan dan Pencapaian SPM di daerah lingkup UPD III

011 Advokasi penerapan kebijakan percepatan penurunan stunting 015 Peningkatan kinerja kabkota dalam implementasikonvergensi program penanganan penurunan

stunting (INEY)

0100810 Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

1269 Pembinaan Administrasi Pencatatan Sipil

006 Cakupan Anak yang Memiliki Akta Kelahiran

KEMENTERIAN PERTANIAN

0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat

1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

115 Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah

295000000

281904000

9556

4

4

100

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

0230101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

4079 Pengembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) di Asia Tenggara

001 Model Pengembangan dan Pembelajaran

0231613 Program Guru dan Tenaga Kependidikan

5636 Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Paud dan Dikmas

009 Rata - rata Nilai Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas

KEMENTERIAN KESEHATAN

0240101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan

2038 Pengelolaan Data dan Informasi

501 Pemetaan Keluarga Sehat

963 Layanan Data dan Informasi

0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

001 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

005 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Papua dan Papua Barat

007 Pembinaan KabKota dalam Pelaksanaan Penggerakkan Masyarakat di Posyandu

441040000 867300000

439188400 526100500

9958

6066

1 3

1

3

100

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan

2087 Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar

509 Pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

0241104 Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

2070 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat

504 Riset Penanggulangan Masalah Gizi

0241210 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Ppsdmk)

2076 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan

501 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan

505 Pelatihan Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan

2078 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan

501 Penugasan Tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) Minimal 5 Orang

502 Penugasan Tenaga Kesehatan Secara Individu

505 Penugasan tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) minimal 5 orang di Wilayah Papua dan Papua Barat

102534000 125563000 2026770000

100827500 118882000 1923153550

9836

9468 9489

95

93

100

95 95

KEMENTERIAN SOSIAL

0271104 Program Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan Sosial

2254 Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional (I-VI)

002 Pelatihan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) bagi Pendamping Program Bantuan Tunai Bersyarat

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan

003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM

668321000

668320150

9999

4

2

11

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

0360106 Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

2552 Koordinasi Kebijakan Penguatan Ketahan Gizi dan Kesehatan Lingkungan

001 Usulan Rekomendasi kebijakan bidang ketahanan gizi dan kesehatan ibu dan anak dan kesehatan lingkungan

BADAN PUSAT STATISTIK

0540106 Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik

2895 Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik Bps Provinsi

009 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat

2906 Penyediaan dan Pengembangan Statistik Kesejahteraan Rakyat

003 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat Yang Terbit Tepat Waktu

5125732000

5059724707

9871

30

2

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan

Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

0550106 Program Perencanaan Pembangunan Nasional

2937 Perencanaan Pembangunan Terkait Lingkup Kesehatan dan Gizi Masyarakat

608 Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Pembangunan

KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

0670306 Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masarakat Desa

5483 Peningkatan Pelayanan Sosial Dasar

008 Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam peningkatan akses pelayanan sosial dasar

011 Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

0800106 Program Penelitian Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir Isotop dan Radiasi

3446 Pengembangan Sains dan Teknologi Bahan Maju Dengan Iptek Nuklir

002 Data Riset Hasil Analisis dengan Menggunakan Teknik Nuklir

3449 Pengembangan Sains dan Teknologi Nuklir Terapan dan Revitalisasi Reaktor Riset

006 Dokumen Teknis Mikronutrisi Pada Pangan Anak Balita Di Daerah Malnutrisi

Total Belanja Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis 9652260000 9118100807

9280 137 105 87625

------

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

JALAN KS TUBUN NO 36 PONTIANAK 78121 TELEPON (0561) 733444 733466 FAKSIMILE (0561) 732029 LAMAN WWWDJPBKEMENKEUGOIDKANWILKALBARID

NOTA DINASNOMOR ND-143WPB172020

Yth Direktur Pelaksanaan AnggaranDari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi

Kalimantan BaratSifat SegeraLampiran 1(satu) berkasHal Pengantar Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019Tanggal 28 Februari 2020

Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

SE-61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas

Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema Analisis

Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 bersama ini kami sampaikan bersama ini kami

sampaikan Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Kajian ini

terdiri antara lain

1 Tinjauan dan Analisis APBN dan APBD tahun 2019 lingkup Provinsi Kalimantan Barat

Analisis yang dilakukan baik dari segi pendapatan maupun belanja serta dampaknya

terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dari indikator-indikator

seperti lndeks Pembangunan Manusia (IPM) Tingkat Kemiskinan dan Gini Ratio (tingkat

ketimpangan)

2 Untuk mengetahui sektor unggulan daerah dan pengembangan potensi tersebut digunakan

analisis metode Location Quotient (LQ) time series Dari analisis ini ditemukan sektor

unggulan di Provinsi Kalbar adalah bidang Pertanian Kehutanan dan Perikanan

3 Dalam KFR Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 ini terdapat analisis tematik dengan tema

Sinergi dan Konvergensi Program Penanganan Stunting di Daerah yaitu upaya pemerintah di

dalam melakukan pencegahan terhadap prevelensi stunting melalui belanja KL dalam APBN

belanja Dana Desa dan DAK Fisik serta melalui pendanaan Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD)

Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih

Ditandatangani secara elektronikBambang Hartono

  • KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
    • 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
    • 1COVER KFRpdf (p2)
    • Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
    • 3_Daftar isi_1pdf (p4)
    • 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
    • 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
    • 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
    • 10_Capaian Outputpdf (p10)
    • 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
    • 12_BAB I_COVERpdf (p12)
    • 13_BAB Ipdf (p13-21)
    • 14_BAB II_COVERpdf (p22)
    • 15_BAB IIpdf (p23-41)
    • 16_BAB III_COVERpdf (p42)
    • 17_BAB IIIpdf (p43-77)
    • 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
    • 18_Bab IVpdf (p79-97)
    • 19_BAB V_COVERpdf (p98)
    • 19_BAB Vpdf (p99-107)
    • 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
    • 24_BAB VIpdf (p109-124)
    • 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
    • 26_BAB VIIpdf (p126-133)
    • 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
    • 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
    • DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
      • 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
      • LAMPIRANpdf (p148-151)
      • KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
        • 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
        • 1COVER KFRpdf (p2)
        • Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
        • 3_Daftar isi_1pdf (p4)
        • 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
        • 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
        • 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
        • 10_Capaian Outputpdf (p10)
        • 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
        • 12_BAB I_COVERpdf (p12)
        • 13_BAB Ipdf (p13-21)
        • 14_BAB II_COVERpdf (p22)
        • 15_BAB IIpdf (p23-41)
        • 16_BAB III_COVERpdf (p42)
        • 17_BAB IIIpdf (p43-77)
        • 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
        • 18_Bab IVpdf (p79-97)
        • 19_BAB V_COVERpdf (p98)
        • 19_BAB Vpdf (p99-107)
        • 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
        • 24_BAB VIpdf (p109-124)
        • 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
        • 26_BAB VIIpdf (p126-133)
        • 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
        • 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
        • DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
          • 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
          • LAMPIRANpdf (p148-151)
Page 7: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan

v

Angkatan kerja tahun 2019 mencapai 2479000 orang mengalami kenaikan sebesar

91000 orang dari tahun 2018 Dari jumlah angkatan kerja tersebut 9556 persen bekerja

sedangkan sisanya sebesar 444 persen menganggur

Program Kredit Program berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM

(KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar

Rp179834 miliar (41778 debitur) jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen dan penyaluran Program Ultra Mikro

(UMi) sebesar Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018

terjadi kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen Pemerintah sangat

memperhatikan dan mengharapkan adanya perkembangan usaha serta upaya peningkatan

pertumbuhan ekonomi di wilayah Kalimantan Barat

Realisasi penerimaan perpajakan di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728

triliun naik 68 persen jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya Penerimaan pajak

dalam negeri memberikan kontribusi Rp667 triliun atau 917 persen sedangkan penerimaan

pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar atau 83 persen Pajak

Pertambahan Penghasilan (PPh) merupakan penyumbang penerimaan yang terbesar yakni

Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak Pertambahan Nilai (PPn) yakni Rp307

triliun atau 46 persen Untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) selama tahun 2019

mencapai Rp82375 miliar turun Rp3776 miliar atau 438 persen dibanding penerimaan

tahun sebelumnya PNBP tersebut bersumber dari Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)

sebesar Rp42092 miliar dan PNBP lainnya Sebesar Rp40282 miliar

Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019

yaitu sebesar Rp3147 triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar

Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2098 triliun Realisasi

Belanja pemerintah pusat sebesar Rp96 triliun Sedangkan untuk Transfer ke Daerah dan

dana desa terealisasi Rp2034 triliun

Angka Pertumbuhan Ekonomidi Kalimantan Barat

Pertumbuhan Ekonomi

20172018

2019

Pagu dan Realisasi APBN 2019sd 31 Desember 2019

Pajak

PNBP

Belanja Modal

Belanja Bantuan Sosial

87

155

Realisasi

Pagu Realisasi

Rp837 T Rp729 T

Rp053 T Rp082 T

2017 2018 2019

517

500

505

510

515

520

000

506

500

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)di Kalimantan Barat

Indeks Pembangunan Manusia

20172018

2019

2017 2018 2019

6626

6600

6620

6640

6660

6680

000

6698

na

Angka Kemiskinandi Kalimantan Barat

Angka Kemiskinan

20172018

2019

2017 2018 2019

788

700

720

740

760

780

000

737

728

Angka Penganggurandi Kalimantan Barat

7000

800

Angka Pengangguran

20172018

2019

2017 2018 2019

436

400

410

420

430

440

000

426

445450

517

506

500

788

737

728

6626

6698

na

436

426

445

Gini Rasio Kalimantan Barat

03270318

2018

2019

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Gini Rasio Kalimantan Barat

Pendapatan

Belanja

93

97

Rp1049 T Rp971 T

Rp2098 T Rp2034 T

sd 31 Desember 2019

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Transfer

Belanja Operasi

Belanja Modal

108

101

Realisasi

Pagu Realisasi

Rp376 T Rp405T

Rp2072 T Rp2085T

Pendapatan

Belanja

95

96

Rp1691 T Rp1608 T

Rp52 T Rp498 T

Belanja Tak Terduga

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Pagu dan Realisasi APBD 2019

Belanja Transfer

Rp095 T Rp074T

Rp032 T Rp006T

Rp389 T Rp403T

19

104

78

Perkembangan Indikator Ekonomi

Capaian Program Prioritas Nasional (PN) Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019

Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan DasarPagu Realisasi

Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan KemaritimanPagu Realisasi

Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian Industri Pariwisata dan Jasa Produktif LainnyaPagu Realisasi

Pemantapan Ketahanan Energi Pangan dan Sumber Daya AirPagu Realisasi

Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan PemiluPagu Realisasi

85

73

95

86

89

Rp1741 M Rp1488 M

Rp230 M Rp167 M

Rp84 M Rp80 M

Rp336 M Rp289 M

Rp351 M Rp313 M

Realisasi Terhadap Pagu

Beberapa Pembangunan Hasil Dana APBN 2019 di Kalimantan Barat

Pembuatan Tempat Pembudidayaan Ikan Prodi Agrobisnis Perikanan Poltesa

Pembangunan Gedung Pembelajaran Terpadu MAN IC Sambas

Pembangunan Dermaga Speed Di Bungan Jaya

Pembangunan Infrastruktur Ekowisatadi Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun

Pengadaan dan pemasanganPenerangan Jalan Umum dengan solar cell

Pengadaan Benih Padi 445000 KgDistan TPH Prov Kalbar

Pembangun Terminal Barang Internasional Aruk Tahap III

Restorasi dan Penataan Kawasan Masjid Jami Beting Kota Pontianak

Pelapis Landasan PacuBandara Tebelian

Pembangunan Pasar Rakyat Tampun Juah Kab Sanggau

Pembangunan Jembatan Komposit 11 Meter (5 Unit) di Kab Kayong Utara

Pembangunan Konstruksi Pasar Rakyat Kyai Bandar Laut di Kab Ketapang

KPPN SINGKAWANG

KPPN PONTIANAK

KPPN PUTUSSIBAU

KPPN SANGGAU KPPN

SINTANG

KPPN KETAPANG

Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Nanga Era

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Sanggau

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Kab Bengkayang

Revitalisasi Pasar Sukadana di Kab Kayong Utara

Realisasi Dana Desa

2017 2018 2019Realisasi Dana Desa

Pagu Realisasi

Rp1695 M Rp1693 M

Rp1616 M Rp1615 M20172018

Rp1992 M Rp1987 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

2000 M

1900 M

1800 M

1700 M

1600 M

1500 M

(Rp)

997998

999

2017 2018 2019Pagu DAK Fisik

Pagu Realisasi

Rp2457 M Rp2281 M

Rp2998 M Rp2794 M20172018

Rp2614 M Rp2447 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

3000 M

2800 M

2600 M

2400 M

2200 M

2000 M

(Rp)

931

928

999

936

Realisasi DAK Fisik

Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik

2017 2018 2019Pagu DAK Fisik

Pagu Realisasi

Rp2457 M Rp2281 M

Rp2998 M Rp2794 M20172018

Rp2614 M Rp2447 M2019

Realisasi Terhadap Pagu

3000 M

2800 M

2600 M

2400 M

2200 M

2000 M

(Rp)

931

928

999

936

Realisasi DAK Fisik

Realisasi Kredit Ultra Mikro (UMi)

2017 2018 2019Jumlah Debitur

Debitur Realisasi

2124 Rp84 M

1913 Rp44 M20172018

Rp104 M2019

10 M

8 M

6 M

4 M

2 M

(Rp)

1913

2124

Realisasi UMi

2342

2737 12 M

Jumlah DebiturRealisasi UMi

Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)

2017 2018 2019

Debitur Realisasi

41511 Rp1615 M

34704 Rp1120 M20172018

44498 Rp1808 M2019

2000 M

1800 M

1600 M

1400 M

1200 M

(Rp)

34704

41511

44498

Jumlah DebiturRealisasi KUR

BAB I

SASARAN

PEMBANGUNAN

DAN TANTANGAN

DAERAH

Pulau Karimata Kayong UtaraMerupakan pulau dengan status Suaka Alam L a u t ( S A L ) y a n g m e n a w a r k a n p e s o n a ekosis tem terumbu karang hutan panta i hutan mangrove sampai dengan ekosistem perbukitan tinggi

1

11 PENDAHULUAN

Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di

daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata Oleh sebab itu untuk

mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur

pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian

anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD Sesuai dengan Undang-Undang

Keuangan Nomor 17 Tahun 2003 pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan

negara adalah Presiden sedangkan di daerah adalah GubernurBupatiWalikota oleh

karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah maka diperlukan sinergi

dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan

dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien

Selanjutnya kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran

pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan

daerah dalam memastikan efektifitasnya Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat

alokasi distribusi dan stabilisasi maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu

meningkatkan perbaikan dan kualitas indicator-indikator ekonomi makro dan

kesejahteraan di daerah Oleh karena itu kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari

perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan

Tidak terlepas dari hal tersebut maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi

perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan

terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi sosial-

kependudukan serta tantangan wilayahnya sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui

program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi

12 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

121 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Masa jabatan Gubernur Kalimantan Barat periode 2018-2023 merupakan periode

lima tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kalimantan Barat Tahun 2005-2025 Dalam RPJPD dikemukakan bahwa visi

pembangunan jangka panjang Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2025 adalah

ldquoKalimantan Barat Bersatu dan Majurdquo

2

Visi misi dan arah pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJPD 2005-

2025 menjadi acuan dalam merumuskan visi pembangunan daerah tahun 2018ndash2023

yaitu ldquoTerwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Barat Melalui

Percepatan Pembangunan Infrastruktur Dan Perbaikan Tata Kelola

Pemerintahanrdquo Pada kepemimpinan 5 (lima) tahun mendatang percepatan

pembangunan infrastruktur akan menjadi fokus utama

Sementara itu misi pembangunan Provinsi Kalimantan Barat yang akan

dilaksanakan adalah sebagai berikut

1 Mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur

Percepatan pembangunan infrastruktur ini bertujuan untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah serta perbatasan Indeks infrastruktur

Kalimantan Barat direncanakan mencapai 5993 di Tahun 2019

Sasaran dari misi ini adalah peningkatan ketersediaan infrastruktur pasokan

tenaga listrik jaringan transportasi (yang meliputi pelayanan konektivitas dan

keselamatan) kapasitas dan kualitas jalan ataupun jembatan Pengelolaan

Sumber Daya Air kualitas infrastruktur permukiman perdesaan (sesuai dengan

Indeks Desa Membangun) maupun perkotaan ketaatan terhadap rencana tata

ruang meningkatnya Infrastruktur daerah serta perbatasan

2 Mewujudkan tata kelola pemerintahan berkualitas dengan prinsip-prinsip Good

Governance

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan

daerah dengan target Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai SAKIP Prov

Kalimantan Barat mencapai A pada tahun 2025

Hal ini ditunjukkan dengan sasaran peningkatan pada kualitas Kelitbangan

untuk mendukung kebijakan daerah Indeks Kepuasan Pelayanan DPRD

pelayanan umum pengelolaan administrasi keuangan dan aset di lingkungan

Sekretariat Daerah dan Rumah Jabatan kelembagaan perangkat daerah yang

tepat fungsi dan tepat ukuran penyelenggaraan ketatalaksanaan pemerintah

daerah penataan sistem manajemen SDM Aparatur berdasarkan merit system

Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Desa Pengelolaan Arsip Daerah pembinaan

dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah terselenggaranya Penataan

Daerah dan Pembinaan Wilayah terkoordinirnya dan tertatanya kegiatan

kerjasama dalam negeri dan luar negeri dalam menunjang pembangunan di

Provinsi Kalimantan Barat meningkatnya pengelolaan wilayah perbatasan

meningkatnya komunikasi kebijakan pembangunan daerah

3

3 Mewujudkan masyarakat yang sehat cerdas produktif dan inovatif

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dengan indikator sasaran

peningkatan IPM dari angka 6626 menjadi 672 di tahun 2019 Sasaran misi ini

adalah meningkatkan kualitas pendidikan kebudayaan dan literasi peningkatan

kualitas kesehatan meningkatkan kualitas pemuda meningkatakan capaian

indeks pembangunan gender dan Indeks pemberdayaan gender meningkatakan

perlindungan terhadap perempuan dan anak meningkatkan ketersediaan

keterjangkauan dan pemanfaatan pangan meningkatakan fasilitasi program KB

Keluarga Sejahtera dan Pengendalian Penduduk

4 Mewujudkan masyarakat sejahtera

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarat secara merata

mengurangi kemiskinan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi dari 506

ditargetkan 520 pada tahun 2019 dan jumlah desa mandiri dari 1 ditargetkan

mencapai 63 desa mandiri Selanjutnya tujuan lainnya adalah mengurangi

kemiskinan dan pengangguran dengan target menurunkan angka tingkat

penggangguran terbuka dari 413 menjadi 390 pada tahun 2019 Beberapa

sasarannya terkendalinya penyakit menular strategis zoonosis meningkatnya

produksi peternakan terwujudnya kedaulatan pangan sektor keluatan dan

perikanan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produksi perikanan

5 Mewujudkan masyarakat yang tertib

Hal ini bertujuan meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat

Sasaran dari misi ini adalah meningkatkan skor Indeks Demokrasi Aspek

Kebebasan Sipil dari 9715 menjadi 9735 di tahun 2019 penyelenggaraan

pelayanan Trantibumlinmas meningkatnya jumlah orang atau kelompok

masyarakat miskin yang memperoleh bantuan hukum litigasi dan non litigasi

meningkatnya upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam rangka pengurangan

risiko bencana meningkatkan penanganan kedaruratan dan pendistribusian

logistik pada daerah terkena bencana meningkatkan penanganan rehabilitasi dan

rekonstruksi pasca bencana

6 Mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan

target sasaran Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kalimantan Barat Tahun 2019

di angka 6620 Dengan sasaran lainnya menurunnya luas kerusakan Kawasan

hutan melalui rehabilitasi hutan dan layanan krisis dan ketaatan terhadap

pencana tata ruang meningkat

4

122 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dijabarkan ke

dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan

pembangunan tahunan yang disusun berikut rancangan prioritas dan sasaran

pembangunan daerah

a Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Kondisi infrastruktur di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2018 apabila

dilihat dari Indeks Infrastruktur adalah sebesar 5661 Angka Indeks Infrastruktur

merupakan indeks yang menggambarkan kondisi infrastruktur di Kalimantan Barat

pada tahun 2018 yang meliputi variabel Jalan Kondisi Mantap Provinsi sebesar

4971 Irigasi Kondisi Mantap sebesar 4676 Rumah Tangga Bersanitasi

sebesar 4838 Rumah Tangga dengan Air Bersih sebesar 5520 dan Rasio

Elektrifikasi sebesar 83 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan

dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas

Perhubungan dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kalimantan Barat

Untuk tahun 2020 indeks infrastruktur Kalimantan Barat ditargetkan

meningkat menjadi 6300 yang tentunya merata di seluruh Kabupaten Kota di

Kalimantan Barat

Tabel I1

Target Indeks Infrastruktur Kalimantan Barat Tahun 2020 Indikator Kondisi

Awal (2018)

Taget

2019 2020

1 2 3 4

Persentase Panjang Jalan Provinsi Dalam Kondisi Mantap

4971 5668 6219

Rumah Tangga Sanitasi 4838 5188 5549

Persentase Akses Penduduk Air Minum

5520 5830 6120

Rasio Elektrifikasi 8300 8500 8700

Persentase Irigasi Provinsi dalam Kondisi Baik

4676 4778 4890

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tahun 2020 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMD Provinsi

Kalimantan Barat Tahun 2018 ndash 2023 dimana tahun 2020 ditetapkan sebagai

Tahap Percepatan (Pemerataan infrastruktur dasar dan aksesibilitas antar wilayah

dalam rangka percepatan mewujudkan desa mandiri) Pembangunan dalam tahap

kedua lebih diarahkan pada upaya peningkatan status desa menuju desa mandiri

Apalagi bila dikaitkan dengan target RPJMD yang menetapkan sasaran pada

pencapaian desa mandiri tahun 2023 kurang lebih 400 desa mandiri Oleh karena

itu salah satu pilihan strategi yang memiliki dampak bagi peningkatan status desa

5

mandiri diantaranya melalui Pemerataan infrastruktur dasar serta pemerataan

aksesibilitas antar wilayah

b Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah

Kualitas tata kelola pemerintahan daerah di Provinsi Kalimantan Barat yang

diukur melalui Indeks Reformasi Birokrasi dan Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah berada pada kondisi baik dimana nilai Indeks Reformasi

Birokrasi berada pada nilai B Dan Nilai SAKIP berada pada predikat B dengan

nilai 6401 Untuk Kabupaten Kota di Kalimantan Barat dari 14 Kabupaten Kota

hanya 1 daerah yaitu Kota Pontianak yang sudah mendapatkan predikat BB pada

nilai SAKIP12 kabupaten dengan predikat B dan yang lainnya masih berada

pada predikat CC dan C pada tahun 2018

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa

Perangkat Daerah yaitu Biro Adminsitasi Pembangunan dan Pengadaan Barang

dan Jasa Biro Pengelolaan Aset Biro Hukum Biro Humas dan Protokol serta Biro

Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Barat Selain itu juga didukung

oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Kepegawaian Daerah

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Penelitian dan

Pengembangan Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Daerah Provinsi Kalimantan Barat

c Mewujudkan Masyarakat Sejahtera

Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan melalui beberapa

indikator yaitu

- Pertumbuhan Ekonomi tahun 2018 ada di angka 506 tahun 2019 535 dan

ditargetkan tumbuh 535 pada tahun 2020

- Penurunan Angka Kemiskinan sebelumnya 737 (2018) 692 (2019)

ditargetkan 643 pada tahun 2020

- Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka sebelumnya 413 (2018) 390

(2019) ditargetkan menurun 363 pada tahun 2020

- Gini Rasio Kalimantan Barat ditargetkan menjadi 032 pada tahun 2020

- Jumlah Desa Mandiri di Kalimantan Barat dari 1 (2018) 63 (2019 namun

tercapai 87) ditarget 159 desa pada tahun 2020

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa

Perangkat Daerah yaitu Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Dinas

Perkebunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pangan

Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Kehutanan Dinas Kelautan dan

Perikanan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pemuda Olahraga dan

6

Pariwisata Dinas Koperasi dan UKM Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintahan Desa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Sosial Pada tahun 2020

berikut target mewujudkan masyarakat sejahtera

Tabel I2

Target Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Tahun 2020

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tabel I3

Target Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kota Tahun 2020 No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 850 ndash 842 842 ndash 833

2 Bengkayang 742 ndash 738 738 ndash 736

3 Landak 1319-1212 1212-1202

4 Mempawah 584 ndash 582 582 ndash 581

5 Sanggau 457 ndash 455 455 ndash 451

6 Ketapang 1163-1093 1093-1084

7 Sintang 1027-1018 1018-1015

8 Kapuas Hulu 1001-938 938-931

9 Sekadau 647-640 640-638

10 Melawi 1277-1250 1250-1247

11 Kayong Utara 1006-986 986-983

12 Kubu Raya 540 ndash 522 522-518

13 Kota Pontianak 536-535 535-534

14 Kota Singkawang 578 ndash 535 535 ndash 531

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

Tabel I4

Target Tingkat Penganggauran Terbuka Kabupaten Kota Tahun 2020

No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 334 ndash 332 332 ndash 329

2 Bengkayang 240 ndash 238 238 ndash 235

3 Landak 229 ndash 226 226 ndash 224

4 Mempawah 617 ndash 615 615 ndash 543

5 Sanggau 247 ndash 243 243 ndash 239

No KabupatenKota Pertumbuhan Ekonomi

2019 2020

1 Sambas 525 ndash 529 533 ndash 537

2 Bengkayang 584 ndash 602 610 ndash 620

3 Landak 525 ndash 529 530 ndash 533

4 Mempawah 521 ndash 529 535 ndash 537

5 Sanggau 471 ndash 492 509 ndash 513

6 Ketapang 741 ndash 761 771 ndash 781

7 Sintang 539 ndash 545 549 ndash 551

8 Kapuas Hulu 542 ndash 548 550 ndash 554

9 Sekadau 583 ndash 585 587 ndash 589

10 Melawi 488 ndash 497 501 ndash 506

11 Kayong Utara 545 ndash 550 551 ndash 553

12 Kubu Raya 673 ndash 683 690 ndash 696

13 Kota Pontianak 550 ndash 562 585 ndash 591

14 Kota Singkawang 576 ndash 600 615 ndash 623

7

6 Ketapang 323 ndash 321 321 ndash 319

7 Sintang 158 ndash 156 232 ndash 230

8 Kapuas Hulu 280 ndash 274 156 ndash 154

9 Sekadau 315 ndash 311 274 ndash 268

10 Melawi 39 ndash 392 311 ndash 307

11 Kayong Utara 393 ndash 392 392 ndash 391

12 Kubu Raya 656 ndash 643 643 ndash 629

13 Kota Pontianak 505 ndash 493 493 ndash 481

14 Kota Singkawang 542 ndash 535 535 ndash 528

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat

d Mewujudkan Masyarakat yang Tertib

Misi ini bertujuan untuk meningkatkan ketentraman dan ketertiban

masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat Keberhasilan pencapaian misi ini

ditunjukan dengan indikator yaitu tidak adanya Konflik Sosial yang terjadi di

Kalimantan Barat dan meningkatnya indeks kebebasan sipil dari 9715 (2018)

menjadi 9735 (2019) sementara itu tahun 2020 ditargetkan mendapat 9755

Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh beberapa Perangkat

Daerah yaitu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Satuan Polisi Pamong Praja

Biro Hukum Sekretariat Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Provinsi Kalimantan Barat

e Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Misi mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan bertujuan untuk

meningkatnya kualitas lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Barat

Keberhasilan pencapaian misi ini ditunjukan dengan indikator Indeks Kualitas

Lingkungan Hidup mencapai angka 6620 (2019) dan tahun 2020 ditargetkan

pada angka 6640 Untuk mencapai indikator tujuan tersebut akan didukung oleh

beberapa Perangkat Daerah yaitu Dinas Perumahan Rakyat Kawasan

Permukiman dan Lingkungan Hidup Dinas Kehutanan dan Dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Barat

13 TANTANGAN DAERAH

131 Tantangan Ekonomi Daerah

Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan merupakan kekuatan utama

perekonomian di Kalimantan Barat PDRB sektor pertanian tumbuh 50 persen dan

memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan

Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019 Sektor Pertanian Kehutanan dan

Perikanan banyak disumbang oleh hasil Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan

Karet Sejalan dengan tersebut serapan tenaga kerja di Kalimantan Barat cukup

mencerminkan kesesuaian dengan struktur PDRB Lapangan usaha penyerap tenaga

kerja utama di Provinsi Kalimantan Barat adalah lapangan usaha pertanian Dengan

8

demikian upaya mempertahankan maupun meningkatkan kinerja lapangan usaha

pertanian di Kalimantan Barat perlu menjadi perhatian serius

Sementara itu terkait dengan ketenagakerjaaan Kalimantan Barat tahun 2019

jumlah penduduk pencari kerja meningkat sebesar 577 persen dibandingkan dengan

Agustus 2018 Meningkatnya jumlah pengangguran disebabkan adanya penurunan

penyerapan tenaga kerja pada beberapa lapangan usaha Dalam evaluasi RKPD

Tahun 2020 juga dicantumkan mengenai permasalahan tingginya angka

pengangguran di Kalimantan Barat sehingga perlu dilakukan langkah kongkrit dalam

upaya mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan kerja yang

berkualitas Selain itu permasalahan lainnya tenaga kerja belum terserap sesuai

pasar kerja dan belum terserap secara maksimal di berbagai sektor lapangan usaha

Dilihat dari segi pembiayaan pemerintah sudah meluncurkan Kredit Usaha

Rakyat (KUR) untuk mempermudah pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan

yang murah KUR ditargetkan secara nasional 60 persennya menyasar pada sektor

produktif Sehingga sesuai dengan sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan yang

menjadi kekuatan Kalimantan Barat Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada

Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp 179 Triliun Pemerintah Daerah perlu

menseriusi perannya sebagai penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima

KUR Harapannya UMKM dapat mendorong perekonomian Kalimantan Barat

Dari segi infrastruktur kondisi jalan Provinsi dari tahun 2013 hingga tahun 2017

dalam kondisi mantap terus mengalami perbaikan akan tetapi pada tahun 2018

persentase jalan provinsi dalam kondisi mantap mengalami penurunan menjadi

sebesar 4971 persen Sejalan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo pada tahun

2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur pembangunan jalan juga menjadi fokus

dari Pemerintah Dearah Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam

proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai

Jalur Transportasi bagi masyarakat dan kondisi jalan akan sangat berpengaruh

133 Tantangan Sosial Kependudukan

Berdasarkan data Agregat Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018 semester II berjumlah sekitar 5422814 jiwa 5148 persen atau 2791477

jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4852 persen atau 2631337 jiwa adalah

perempuan Dengan luas wilayah 147307 Km2 maka kepadatan penduduk

Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 37 jiwa km2

Berdasarkan kelompok umur sebesar 6980 persen atau sebanyak 3784929

jiwa merupakan kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun) Tingginya penduduk

usia produktif memberikan keuntungan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat

9

Sementara itu untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2018 yakni sebesar 2529

persen atau sebanyak 1371397 jiwa sedangkan untuk penduduk usia lanjut usia

(kelompok 65 tahun ke atas) sebesar 491 persen atau sebanyak 266488 jiwa

Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengetahui seberapa banyak

penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas Pendidikan sesuai

dengan jenjang pendidikannya Selama periode 2014-2018 APM SDMI telah berada

di atas angka 90 persen Hal ini menunjukkan sebesar 90 an persen penduduk

kelompok umur 7-12 tahun bersekolah dijenjang SD sementara APM SMPMTS masih

di angka 70 persen dan APM SMASMKMTS masih di bawah 70 persen Berdasarkan

Pendidikan Penduduk Provinsi Kalimantan Barat pada Semester I Tahun 2019

terdapat 146 juta belumtidak sekolah 804 ribu tamat SDSederajat 147 tamat

SDSederajat 700 ribu tamat SLTPSederajat 767 ribu tamat SLTASederajat 53 ribu

menempuh Pendidikan D1D2 53 ribu menempuh pendidikan akademiD3S Muda

133 ribu menempuh pendidikan D4S1 4 ribu menempuh Pendidikan S2 dan 444

menempuh Pendidikan S3

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh

Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Barat masih

terdapat 524 persen balita dengan status gizi buruk dan 1859 persen balita dengan

status gizi kurang Balita gizi buruk dan gizi kurang tersebar di 14 (empat belas)

kabupatenkota se-Kalimantan Barat Kabupaten Melawi merupakan Kabupaten

dengan persentase balita dengan status gizi buruk sebsar 869 persen Sedangkan

Kabupaten Sambas merupakan Kabupaten dengan persentase balita dengan status

gizi kurang terbesar yakni 2605 persen Jika dibandingkan hasil Riskesdas tahun

2013 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 telah mengalami

penurunan

133 Tantangan Geografi Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat merupakan Provinsi terluas ke-4 di Indonesia dengan

luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih luas dari seluruh pulau Jawa

Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (6302) dan areal

perkebunan mencapai 2469386 ha atau 1682 persen Sementara itu areal untuk

pemukiman hanya berkisar 035 persen

Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205 persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-2019

Dengan luas wilayah ini menjadi tantangan pemerintah membuka akses jalan antar daerah yang banyak terpisah oleh sungai dan hutan Pembangunan infrastruktur menjadi kunci utama Jalan merupakan salah satu instrumen penunjang dalam proses pembangunan meningkatkan ekonomi rakyat dan yang paling utama sebagai Jalur Transportasi bagi masyarakat

Danau Sentarum Kapuas HuluPada musim penghujan tiba Danau Sentarum akan tergenang air selama 6-14 meter Sementara itu pada musim kemarau 80 persen air danau akan mengering

BAB II

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

EKONOMI

REGIONAL

10

21 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL

211 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010 (ADHK) Provinsi

Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar Rp13712 triliun sedangkan berdasarkan

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai sebesar Rp21232 triliun dengan PDRB

per kapita mencapai sebesar Rp4188 juta Sementara itu PDB Indonesia tahun 2019

mencapai Rp158339 triliun dan kontribusi PDRB Provinsi Kalimantan Barat hanya

sebesar 134 persen terhadap pembentukan PDB nasional

Tabel II1

PDRB Atas Dasar Berlaku dan Harga Konstan Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (triliun rupiah)

No PDRB Tahun 2018 Total Tahun 2019 Total

I II III IV I II III IV

1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

4692 4643 4986 5095 19403 4689 5060 5452 5586 21232

2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan

3215 3136 3328 3385 13058 3376 3294 3491 3545 13712

3 Laju Pertumbuhan Kalbar

511 518 501 507 506 507 508 495 466 500

4 Laju Pertumbuhan Nasional

506 527 517 518 517 518 507 505 497 502

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

a Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019

mengalami perlambatan yaitu hanya 500 persen apabila dibandingkan dengan

tahun sebelumnya yaitu sebesar 506 persen dan lebih rendah jika dibandingkan

dengan kinerja perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 502 persen hal ini

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan

Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian

11

Grafik II1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

Sumber data BPS Kalbar 2019(diolah)

Tren pertumbuhan ekonomi per-triwulanan Kalimantan Barat tahun 2019

mengalami penurunan sejak triwulan II sebesar 508 persen menjadi 466 persen

pada triwulan IV hal ini dialami juga pertumbuhan ekonomi nasional yang

cenderung menurun sejak triwulan I sebesar 518 persen menjadi 497 persen

pada tiwulan IV Penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulanan tahun 2019

utamanya didorong oleh Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

sebesar 661 persen Real Estate sebesar 543 persen dan Jasa Perusahaan

sebesar 483 persen

b Nominal PDRB

PDRB Kalimantan Barat atas dasar harga yang berlaku tahun 2019 adalah

sebesar Rp21232 triliun atau naik 943 persen dibandingkan tahun sebelumnya

dimana pertumbuhan yang dominan adalah sektor pembentuk Jasa Lainnya

Industri Pengolahan dan Jasa Kesehatan dan Sosial sedangkan PDRB atas dasar

harga konstan tahun 2019 adalah sebesar Rp13712 triliun atau naik 501 persen

dibandingkan tahun 2018

1) PDRB Menurut Pengeluaran

Perkembangan PDRB dari menurut pengeluaran ADHK secara triwulanan

pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan pada triwulan III dan IV khusus

untuk triwulan IV dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seluruh komponen

terjadi peningkatan kecuali komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 869

persen dan komponen Pengeluaran Konsumsi LNRT sebesar 233 persen

12

Tabel II2

PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat atas dasar Harga Konstan (ADHK)

No Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)

I II III IV

1 Konsumsi Rumah Tangga 1794 1843 1813 1825

2 Konsumsi LNRT 041 043 043 042

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 345 355 386 469

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 968 997 1045 1087

5 Perubahan Inventori 090 (060) - 131

6 Ekspor 347 390 449 410

7 Impor 163 274 321 419

PDRB 3376 3294 3491 3545

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Laju pertumbuhan PDRB (ADHK) menurut pengeluaran selama tahun 2018

dan tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel II3

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran

No Komponen 2018 2019

(triliun Rp)

() (triliun Rp)

()

1 Konsumsi Rumah Tangga 6965 564 7275 496

2 Konsumsi LNPRT 156 968 169 886

3 Konsumsi Pemerintah 1490 382 1555 502

4 Modal Tetap Bruto 4041 282 4097 139

5 Perubahan Inventori 115 - 161 -

6 Ekspor Barang Jasa 1486 366 1596 1012

7 Impor Barang dan Jasa 1189 2864 1177 586

PDRB 13058 506 13712 500

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Kalimantan Barat 2019

yang tertinggi adalah komponen Ekspor Barang dan Jasa yaitu 1012 persen

dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun selanjutnya adalah Konsumsi

LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan jasa utamanya

berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan

Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet

Perkembangan PDRB menurut pengeluaran ADHB secara triwulanan

tahun 2019 cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya kecuali

komponen Ekspor terjadi penurunan sebesar 124 persen

13

Tabel II4

PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

` Komponen Tahun 2019 (triliun Rp)

I II III IV

1 Konsumsi Rumah Tangga 2785 2847 2817 2824

2 Konsumsi LNRT 066 069 067 072

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

496 531 634 746

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1604 1634 1727 1851

5 Perubhan Inventori 166 (093) - 141

6 Ekspor 432 685 646 638

7 Impor 337 613 524 686

PDRB 4689 5060 5452 5586

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Distribusi PDRB (ADHB) menurut pengeluaran selama tahun 2018 dan

tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel I5

Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran Kalimantan Barat

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

No Komponen 2018 2019

(triliun Rp)

() (triliun Rp)

()

1 Konsumsi Rumah Tangga 10478 5436 11273 5321

2 Konsumsi LNPRT 233 122 274 129

3 Konsumsi Pemerintah 2259 1161 2407 1129

4 Modal Tetap Bruto 6312 3302 6816 3210

5 Perubahan Inventori 257 091 214 098

6 Ekspor Barang dan Jasa 1954 1009 2401 1185

7 (-) Impor Barang dan Jasa 2250 1101 2160 1111

PDRB 19403 10000 21232 10000

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

PDRB (ADHB) Kalbar tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar

Rp1829 triliun (943 persen) menjadi sebesar Rp21232 triliun dibandingkan

tahun 2018 Konsumsi rumah tangga memiliki porsi hingga 5321 persen

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3210 persen dan konsumsi

Pemerintah hanya sebesar 1129 persen Sebagai komponen utama PDRB

konsumsi rumah tangga meningkat sebesar Rp795 triliun (759 persen) seiring

dengan membaiknya tingkat pendapatan per kapita masyarakat Kalimantan

Barat meningkat menjadi sebesar 4188 juta atau 797 persen dari tahun yang

14

lalu namun tidak diikuti kontribusinya yang mengalami penurunan sebesar 115

persen

a) Konsumsi

Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar

2019 terhadap Laju pertumbuhan komponen Konsumsi Rumah Tangga

mengalami penurunan sebesar 068 persen dibandingkan tahun

sebelumnya walaupun dari segi nilai nominal ADHB terjadi peningkatan

sebesar Rp795 triliun atau 759 persen yang disebabkan oleh pergeseran

pola konsumsi masyarakat akibat perkembangan teknologi yakni

pergeseran jenis konsumsi masyarakat dari barang-barang konsumsi

(makanan minuman barang-barang lainnya) kepada kebutuhan lainnya

(jasa kesehatanpendidikanrekreasi)

Tabel I6

Pengaruh Komponen Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar 5438 5436 5321

2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 9651 10478 11273

3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 6590 6965 7275

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 456 564 496

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

b) Investasi

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMBT) kontribusinya terhadap PDRB

tahun 2019 adalah sebesar 3210 persen turun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yang sebesar 3302 sementara itu secara nominal berdasarkan

ADHB nilainya naik sebesar Rp504 miliar dan laju pertumbuhan

komponennya turun sebesar 143 persen dibandingkan dengan tahun 2018

Tabel I7

Pengaruh Komponen PMTB terhadap PDRB Kalimantan Barat 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 3371 3302 3210

2 Nilai Komponen ADHB (triliun) 5982 6312 6816

3 Nilai Komponen ADHK (triliun) 3930 4041 4097

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 233 282 139

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat

pada tahun 2019 mencapai sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25

15

triliun atau 1897 persen dibandingkan dengan tahun 2018 Realisasi

investasi PMDN dan PMA belum sesuai dengan target RPJMD Provinsi

Kalimantan Barat yang ditetapkan sebesar sebesar Rp1875 triliun

Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing

sebesar Rp799 triliun mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya Rp14 triliun sedangkan realisasi investasi PMDN sebesar

Rp769 triliun juga mengalami penurunan sebesar Rp11 triliun Hal ini terjadi

tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa

mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah yang

akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single

Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi

oleh berbagai instansi terkait baik di pusat dan daerah

Grafik II2

Perkembangan Investasi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

SumberBPMPTSP Prov Kalbar

c) Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah pada tahun 2019 memberikan kontribusi

terhadap perekonomian Kalimantan Barat sebesar 1129 persen menurun

dibanding tahun sebelumnya yakni 1161 persen dilihat secara nominal

mengalami kenaikan sebesar Rp148 triliun Laju pertumbuhan mengalami

peningkatan yaitu sebesar 502 persen kebijakan pemerintah pusat yang

cenderung meningkatkan Belanja Negara hingga sebesar Rp87030 miliar

sekitar 287 persen dan juga transfer ke daerah khususnya Dana Desa

sebesar Rp29671 sekitar 1750 persen maka Pemda diharapkan semakin

kreatif dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk pembangunan di

daerah dalam rangka stabilitas pertumbuhan ekonominya

Tabel I8

Pengaruh Komponen Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

16

1 Kontribusi Komponen terhadap PDRB Kalbar () 116 1161 1129

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 2059 2259 2407

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1432 1490 1555

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 521 382 502

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

d) Ekspor dan Impor

Kontribusi ekspor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019

sebesar 1185 persen mengalami kenaikan 176 persen dibandingkan tahun

sebelumnya secara nominal terjadi kenaikan sebesar Rp447 triliun

termasuk laju pertumbuhan komponen ekspor juga mengalami kenaikan

sebesar 646 persen dibandingkan tahun 2018

Tabel I9

Pengaruh Komponen Ekspor Barang dan Jasa terhadap PDRB Kalbar 2017-2019

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Kinerja ekspor Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai US$116866

juta mengalami kenaikan US$16770 juta dibandingkan dengan tahun 2018

peningkatan didukung oleh naiknya Komoditas ekspor Biji Kerak dan Abu

Logam sebesar US$17422 atau 7871 persen Lemak dan Minyak

HewanNabati sebesar US$5517 atau 7193 persen dan Karet dan Barang

dari karet US$3081 atau 5555 persen dan terjadi penurunan terhadap

volume dan nilai ekspor alumina serta minyak kelapa sawit atau CPO karena

adanya pembatasan dari Uni Eropa

Komoditas ekspor utama adalah Biji Kerak dan Abu Logam sebesar

US$42777 juta Bahan Kimia Anorganik mencapai US$37577 juta serta

Lemak dan Minyak HewanNabati mencapai US$13187 juta dengan negara

tujuan ekspor masih didominasi negara Asia dengan kontribusi sebesar

9642 persen yaitu Tiongkok sebesar US$49979 juta Malaysia sebesar

US$34262 dan India sebesar US$16908 juta

Kontribusi impor terhadap perekonomian Kalimantan Barat tahun 2019

sebesar 1111 persen mengalami kenaikan 010 persen dibandingkan tahun

No Komponen 2017 2018 2019

1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar () 796 1009 1185

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1599 1954 2401

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1434 1486 1596

4 Laju Pertumbuhan Komponen () 4365 366 1012

17

sebelumnya secara nominal terjadi penurunan sebesar Rp090 triliun

demikian juga laju pertumbuhan komponen mengalami penurunan mencapai

586 persen atau 2278 persen dibandingkan tahun 2018 peningkatan

kebutuhan impor utamanya didukung oleh besarnya permintaan barang dan

bahan baku untuk mendukung kegiatan industri pengolahan

Tabel II10

Pengaruh Komponen Impor Barang dan Jasa terhadap PDRB

Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

No Komponen 2017 2018 2019

1 Nilai Kontribusi Terhadap PDRB Kalbar ()

581 1101 1111

2 Nilai Komponen ADHB (triliun Rp) 1823 2250 2160

3 Nilai Komponen ADHK (triliun Rp) 1093 1189 1177

4 Laju Pertumbuhan Komponen () -197 2864 586

Sumber data BPS Kalbar 2019 (diolah)

Impor Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar US$48225 juta naik

US$1918 juta dibandingkan dengan tahun 2018 komoditas impor utama

adalah Bahan Bakar Mineral sebesar US$19848 juta Mesin-MesinPesawat

Mekanik sebesar US$13410 juta dan Mesin atau Peralatan Listrik sebesar

US$3071 juta Sebagian besar impor berasal dari negara Asia mencapai

9698 persen yaitu Malaysia sebesar US$19561 juta Tiongkok sebesar

US$19516 juta dan Singapura US$4474 juta

Perekonomian Kalimantan Barat selama tahun 2019 menunjukan

perkembangan walaupun tidak sebaik tahun sebelumnya dengan nilai

neraca perdagangan menunjukan surplus sebesar US$68641 juta masih

lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang mengalami surplus sebesar

US$53789

c PDRB per kapita

PDRB per kapita Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 (ADHB) mencapai

Rp4188 juta terjadi peningkatan sebesar 797 persen dibandingkan tahun 2018

namun masih jauh dibawah PDB per kapita nasional yaitu sebesar Rp5910 juta

Peningkatan PDRB per kapita tersebut ternyata belum dinikmati oleh seluruh

lapisan masyarakat karena masih terdapat beberapa masyarakat yang berada

dibawah garis kemiskinan hal ini ditunjukan oleh koefisien gini rasio Kalimantan

Barat 2019 sebesar 0318 yang menunjukan adanya ketimpangan pendapatan

atau kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat artinya pengeluaran

penduduk masih berada kategori ketimpangan yang sedang

18

Tabel II11

PDRB Per Kapita Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

PDRB Per Kapita Kalimantan Barat

Tahun 2017-2019

Uraian 2017 2018 2019

PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku

Nilai (Juta Rupiah) 3598 3879 4188

Nilai (US $) 268929 261953 296000

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 20189(diolah)

212 Suku Bunga

Berdasarkan sumber data Bank Indonesia periode Januari 2019 sd Mei 2019 BI Rate

berada pada level 600 persen kemudian bulan Juni sd September cenderung turun pada

level 575 ndash 525 persen selanjutnya pada bulan Oktober sd Desember 2019 meningkat

hingga level 500 persen Tren menurunnya BI Rate tersebut merupakan antisipasi

terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami penurunan dan sangat

dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Global

Grafik II3

BI Rate Tahun 2019

Sumber data BI 2019 (diolah)

Apabila dicermati bahwa kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal

perekonomian Indonesia merupakan dasar dalam mempertimbangkan penurunan suku

bunga kebijakan Penurunan ini sejalan dengan inflasi yang tetap rendah yaitu kisaran

263 persen dan tetap dapat menarik imbal hasil aset keuangan domestik Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut diantaranya

1 Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang diperkirakan

akan menahan suku bunga di level 15-175 hingga akhir tahun 2020 Hal ini di

19

dorong perekonomian AS masih tumbuh kuat berkisar 2 dengan inflasi 18 yang

artinya perekonomian AS masih ekspansif

2 Di sisi lain kesepakatan perang dagang antara AS dan China tekanan Brexit yang

menurun serta risiko geopolitik yang juga mereda turut memberikan pijakan bagi

bank-bank sentral untuk tidak mengubah arah kebijakan (stance) suku bunga

acuannya

3 Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor eksternal

yakni adanya kecenderungan bank-bank sentral menahan suku bunga acuan

lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya yang masih sesuai dengan

target

4 Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan perkiraan inflasi yang

terkendali dalam kisaran sasaran stabilitas eksternal yang terjaga serta upaya

untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah

perekonomian global yang melambat

5 Kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan terus

diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi

213 Inflasi

Secara umum laju inflasi Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 263 persen dibawah

laju inflasi nasional yaitu 268 persen laju inflasi tahun 2019 ini lebih rendah dibandingkan

dengan dua tahun sebelumnya yaitu 399 persen (tahun 2018) dan 383 persen (tahun

2017)

Grafik I4

Inflasi Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2017-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif

begitu pula inflasi nasional Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen

lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang hanya mencapai 055 persen

Tekanan inflasi ini terjadi adanya peningkatan pada kelompok bahan makanan yang

disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kelompok makanan jadi

20

minuman rokok dan tembakau seiring adanya aktivitas pemilihan umum dan legislative

yang dilakukan serempak pada tahun 2019 turut mendorong risiko tekanan pada

kelompok makanan Disisi lain Kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan

pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 125 persen atau terjadi kenaikan indeks

dari 13658 pada November 2019 menjadi 13829 pada Desember 2019 hal tersebut

dipengaruhi tingginya permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara

tarif angkutan antar kota tarif taksi sepeda motor dan ban luar mobil selama periode

Desember dan Tahun Baru pergerakan inflasi bulanan seperti pada tabel dibawah ini

Grafik I5

Laju Inflasi bulanan dan tahunan Kalimantan Barat dan Nasional (yoy) 2018-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

Terkendalinya laju inflasi tidak terlepas dari keberadaan forum Tim Pengendalian

Inflasi Daerah (TPID) Kalbar yang dibentuk sebagai wadah koordinasi guna menjaga

kestabilan dan keterjangkauan harga di seluruh wilayah Provinsi Kalbar beberapa upaya

dalam mengendalikan inflasi di Kalimantan Barat antara lain

1 TIPD memfokuskan terutama memitigasi risiko kenaikan harga serta kelancaran

distribusi pasokan bahan pangan

2 Dalam rangka memitigasi risiko kenaikan harga serta distribusi pasokan bahan

pangan strategis tersebut adanya kebijakan yang memacu peningkatan produksi

bahan pangan dan menjaga kelancaran distribusi

3 Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan

komoditas harus diatur oleh pemerintah karena pada dasarnya inflasi sangat terkait

daya beli Daya beli akan membaik jika inflasi rendah dan stabil Daya beli ini juga

mencerminkan miskin tidaknya suatu masyarakat

4 Agar tingkat inflasi bisa dikendalikan mengajak para pengusaha dalam menentukan

harga perlu mempertimbangkan daya beli konsumen Sedangkan untuk konsumen

sendiri harus mampu mengatur tingkat konsumtif

21

214 Nilai Tukar

Menurut data Bank Indonesia (berdasarkan kurs akhir bulanan) nilai tukar Rupiah

terhadap Dolar AS bergerak melemah puncaknya pada bulan Mei 2019 dan selanjutnya

terjadi koreksi pada akhir tahun (Desember) berangsur-angsur kembali menunjukan

perbaikan

Grafik I6

Nilai Tukar US Dolar Terhadap Rupiah Tahun 2019

Sumber data BI 2019

Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka

Rp14313- per US Dollar dan menunjukan perbaikan sampai dengan bulan Juli hingga

menyentuh pada level Rp13956- per US Dollar namun kembali melemah pada Agustus

2019 pada level Rp14166- per US Dollar dan menguat pada akhir tahun 2019 pada

Rp13831- per US Dollar

Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank

Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral

Amerika) yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi

negara maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang

negara emerging market termasuk Rupiah dan disamping juga pengaruh melemahnya

dolar AS terhadap semua mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak

menaikkan tingkat suku bunga terdapat beberapa faktor yang mendorong pergerakan

nilai tukar menjadi stabil dan menguat antara lain

1 Kebijakan suku bunga Tanah Air sudah membuat imbal hasil aset keuangan

Indonesia termasuk obligasi menjadi menarik arus modal asing masuk ke Indonesia

dan menambah pasokan valas di dalam negeri

2 Tingkat kenaikan suku bunga di dunia khususnya di Amerika yang lebih rendah dari

yang diperkirakan

3 Defisit neraca perdagangan atau transaksi berjalan Indonesia yang lebih rendah

dari tahun lalu

22

4 Pasar semakin berkembang di mana saat ini terdapat pasar SWAP dan pasar

transaksi forward atau yang disebut domestic non delivery forward (DNDF)

sementara sebelumnya transaksi valas hanya di pasar tunai atau spot

22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN

221 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Human Development Index (HDI)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo

terjadi peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun

2018 (berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional

7081 Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni

sebesar 6720 poin

Dalam kurun waktu 2014-2018 angka IPM Kalbar mengalami tren perbaikan dan

berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah

masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun

Grafik II7

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2014 sd 2018

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

Rendahnya IPM Kalimantan Barat jika dibandingkan dengan IPM provinsi lain

karena keterbatasan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan

pendidikan dan pekerjaan

Tabel II12

Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2016 sd 2018

No Keterangan 2016 2017 2018

1 Angka harapan hidup (tahun) 6990 6992 7018

2 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 698 705 712

3 Pengeluaran per Kapita Rp (000) Disesuaikan 8348 8472 8860

4 IPM (indek) 6588 6626 6698

5 Peringkat IPM 29 30 30

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS tahun 2019(diolah)

23

Pembangunan Manusia Kalimantan Barat pada tahun 2018 terus mengalami

kemajuan hal ini disebabkan telah berhasil meningkatan 3 aspek esensial diantaranya

angka harapan hidup tumbuh sebesar 037 persen per tahun rata-rata lama sekolah

tumbuh sebesar 192 persen dan pengeluaran per kapita meningkat sebesar 185

persen Pada periode tahun 2018 terdapat 3 (tiga) kabkota dengan pembangunan

manusia yang paling cepat yaitu Kab Mempawah (141 persen) Kab Sintang (141

persen) dan Kab Kubu Raya (139 persen) hal tersebut didorong oleh meningkatnya

dimensi pendidikan di wilayah tersebut sebagaimana pada tabel berikut

Tabel II13

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalbar dan Kabupatenkota 2015-2018

No KabKota 2015 2016 2017 2018

1 Sambas 6414 6494 6592 6661

2 Bengkayang 6465 6545 6599 6685

3 Landak 6412 6458 6493 6545

4 Mempawah 6337 6384 6400 6490

5 Sanggau 6305 639 6461 6515

6 Ketapang 6403 6474 6571 6641

7 Sintang 6418 6478 6515 6607

8 Kapuas Hulu 6373 6383 6418 6503

9 Sekadau 6234 6252 6304 6369

10 Melawai 6378 6425 6443 6505

11 Kayong Utara 6009 6087 6152 6182

12 Kubu Raya 6502 6554 6631 6723

13 Kota Pontianak 7752 7763 7793 7856

14 Kota Singkawang 7003 701 7025 7108

15 KALIMANTAN BARAT 6559 6588 6626 6698

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat tahun 2019 BPS

Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengalokasikan Dana Transfer

khususnya DAK Fisik dan Dana Desa yang diharapkan penggunaan dan hasil program

pembangunannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat

222 Tingkat Kemiskinan

Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat mengalami fluktuatif baik dari sisi

jumlah maupun prsentasenya Selama tahun 2019 jumlah penduduk miskin telah

24

dapat ditekan cukup signifikan dari 378410 orang menjadi 370470 0rang

Penurunan terjadi pada penduduk miskin di pedesaan berkurang sebanyak 8580

orang sedangkan penduduk miskin di perkotaan bertambah sebanyak 640 orang

hal ini menunjukan kemampuan perekonomian masyarakat pedesaan mulai

membaik

Grafik II8

Jumlah Penduduk Miskin

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Adapun tingkat kemiskinan Kalimantan Barat bulan September 2019 sebesar

728 persen menurun jika dibandingkan dengan Maret 2019 sebesar 749 persen

namun masih di bawah tingkat kemiskinan nasional sebesar 922 persen

sebagaimana tabel berikut

Grafik II9

Tingkat Kemiskinan

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Garis kemiskinan Kalimantan Barat cenderung meningkat setiap periode pada

bulan September 2019 sebesar Rp452899 per kapitabulan meningkat Rp14344

dibandingkan bulan Maret 2019 sebesar Rp438555 Garis Kemiskinan Makanan

memiliki peranan 7765 persen sedangkan selebihnya 2235 persen adalah Garis

Kemiskinan Bukan Makanan Apabila dilihat secara regional Kalimantan Garis

Kemiskinan Kalbar adalah yang terendah dan belum beranjak dari tahun ketahun

yaitu hanya sebesar Rp452899- per kapitabulan dan yang tertinggi adalah

25

Kalimantan Utara sebesar Rp667833- perkapitabulan sementara itu nasional

adalah sebesar Rp440538- perkapitabulan

223 Ketimpangan (Gini Ratio)

Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik

apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan

masih lebih baik dari pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380)

Ketimpangan pendapatan terjadi karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan

faktor produksi sehingga pihak-pihak yang memiliki faktor produksi akan

memperoleh pendapatan yang lebih banyak

Grafik I10

Koefisien Gini Rasio Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Pemerintah memiliki peranan penting dalam melakukan distribusi pendapatan

melalui kebijakan fiskal Usaha yang dapat dilakukan adalah meratakan kepemilikan

faktor produksi dengan menetapkan pajak progresif atas pendapatan dan kekayaan

masyarakat berpenghasilan tinggi sedangkan masyarakat berpenghasilan rendah

dapat diberikan kredit lunak sebagai modal usaha dan peningkatan kualitas sumber

daya manusia melalui program pendidikan pelatihan dan peningkatan layanan

kesehatan

224 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran

Angkatan kerja Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai 2479 ribu orang

meningkat 28 ribu orang dibandingkan tahun 2018 Dari jumlah tersebut 9556

persen bekerja sedangkan 444 persen menganggur Kenaikan angkatan kerja pada

tahun 2019 belum sepenuhnya terserap pada lapangan kerja yang tersedia

sebagaimana grafik berikut ini

Grafik I11 Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017-2019

26

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat 2018 BPS

23 EFFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN

REGIONAL

Pemda Provinsi Kalimantan Barat melalui RPJMD 2019 ndash 2023 yang dijabarkan

kedalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) telah menetapkan Kebijakan Pembangunan

Ekonomi Makro melalui penetapan serangkaian sasaran indikator makro pembangunan

perekonomian Kalimantan Barat

Prospek pembangunan ekonomi Kalimantan Barat diharapkan selalu mengalami

pertumbuhan dalam arti luas dan berkualitas yaitu

Persentase penduduk di atas 15 tahun yang bekerja menurut Status pekerjaan

didominasi status pekerjaan Utama sebagai BuruhKaryawanPegawai sebanyak

874357 orang atau 3691 persen selanjutnya berusaha sendiri sebanyak 518381

orang atau 2188 persen Pekerja Keluargatak dibayar sebanyak 391053 orang atau

1651 persen dan Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar sebanyak

387960 atau 1638 persen Status pekerjaan utama secara umum mengalami

perubahan jika dilihat kondisi bulan Agustus 2019 dari 7 (tujuh) Status terdapat 3

(tiga) mengalami peningkatan diantaranya yang tertinggi dalam penyerapan tenaga

kerja adalah melalui berusaha sendiri sebesar 1395 persen Pekerja bebas non

pertanian sebesar 945 persen dan Berusaha dibantu buruh tetap sebesar 604 persen

sementara itu yang mengalami penurunan adalah Berusaha dibantu Buruh Tidak

TetapBuruh tidak dibayar sebesar 691 persen Pekerja bebas pertanian sebesar 368

persen Pekerja Keluargatak dibayar sebesar 327 persen dan

BuruhKaryawanPegawai sebesar 080 persen

27

Tabel II14

Prosentase Penduduk gt 15 Tahun Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2019

No Status Pekerjaan Utama

Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan

()

2015 2016 2017 2018 2019

1 Berusaha Sendiri 477000 476969 482849 454906 518381 1395

2 Berusaha dibantu Buruh Tidak TetapBuruh tidak dibayar

402000 402219 363557 416748 387960 -691

3 Berusaha dibantu Buruh Tetap

97000 97192 63913 69429 73625 604

4 BuruhKaryawanPegawai 776000 776498 824430 881446 874357 -080

5 Pekerja Bebas Pertanian 132000 131695 167142 54279 52284 -368

6 Pekerja Bebas Non Pertanian

- - - 65798 71355 845

7 Pekerja Keluargatak Dibayar

403000 403250 401307 404275 391053 -327

Total 2288000 2287823 2303198 2346881 2369015 094

Sumber Berita Resmi Statistik Kalimantan Barat BPS

Salah satu indikator penting dalam ketenagakerjaan adalah TPAK (Tingkat

Partisipasi Angkatan Keraj) Yaitu rasio dalam persen antara jumlah angkatan kerja

terhadap penduduk usia kerja (15 tahun) TPAK Kalimantan Barat periode Agustus

2019 sebesar 6830 persen dan jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6865

persen terjadi penurunan Indikator lain yang cukup penting adalah TPT (Tingkat

Pengangguran Terbuka) yaitu rasio dalam persen antara jumlah pengangguran

terhadap angkatan kerja Angka TPT Kalimantan Barat sebesar 445 persen atau

turun 019 persen terhadap periode Agustus 2018 sebesar 426 persen Kondisi ini

menunjukan ke arah perbaikan walaupun belum dapat mengimbangi peningkatan

jumlah penduduk usia kerja yang bukan merupakan angkatan kerja sebanyak 31000

orang disisi lain adanya kesempatan untuk melakukan pengembangan usaha sendiri

1) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong mengatasi kesenjangan seperti

kesenjangan antar wilayah (kabupatenkota) dan kesenjangan antar sektor

pembangunan

2) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong pengurangan Angka

Kemiskinan

3) Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong membuka kesempatan kerja

sekaligus upaya Pengurangan Angka Pengangguran

28

Tabel II15

Perkembangan Capaian Indikator Sasaran Ekonomi Kalbar Tahun 2019

No INDIKATOR 2017 2018 2019

TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI

1 Angka Pertumbuhan Ekonomi ()

512 517 594 506 534 500

2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

6717 6626 6656 6698 6720 na

3 Angka Kemiskinan ()

800 788 672 737 751 728

4 Angka Pengangguran ()

463 436 341 426 419 445

Sumber RKPD Prov Kalimantan Barat Tahun 2019 dan BPS Kalbar (diolah)

a) Asumsi dasar penetapan sasaran pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada

tahun 2019 adalah peningkatan investasi sehingga sektor riil semakin tumbuh dan

berkembang termasuk peran pemerintah dalam mendorong Pembentukan Modal

tetap Bruto melalui pembangunan proyek infrastruktur dan selanjutnya adalah upaya

peningkatan berbagai komoditas utama ekspor menjadi fokus utama paska larangan

ekspor hasil tambang mentah selanjutnya pertumbuhan ekonomi ditargetkan

sebesar 534 persen

Berdasarkan data dari BPS bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat

tahun 2019 adalah sebesar 500 persen lebih rendah dari target yang ditetapkan

sebesar 534 persen capaian tahun ini sama dengan capaian tahun 2018 tidak

berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan Kondisi tersebut mengindikasikan

bahwa dalam menentukan target didalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) belum

sesuai asumsi dasar dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah

kemungkinan dari pergerakan ekspor komoditas utama Kalbar yaitu produk karet dan

CPO yang mengalami hambatan

b) Pencapaian sasaran indikator makro pembangunan perekonomian Kalimantan Barat

tahun 2019 secara umum belum mencapai target yang telah disepakati Hal ini perlu

menjadi perhatian Pemda Prov Kalbar dalam menentukan target pencapaian makro

ekonomi hendaknya berdasarkan pertimbangan yang realistis serta berupaya

menggali potensi ekonomi demi pencapaian target yang telah ditetapkan

Vihara SingkawangKo t a Se r i b u K l e n te n g m e r u pa k a n ju l u k a n Ko t a Singkawang Kota Singkawang menjadi salah satu d a e r a h y a n g b a n y a k d i d i a m i k e t u r u n a n e t n i s Tionghoa

BAB III

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

APBN TINGKAT

REGIONAL

28

31 APBN TINGKAT PROVINSI

Untuk mendukung tercapainya program pembangunan tahun 2019 Provinsi Kalimantan

Barat memperoleh alokasi belanja pemerintah pusat (KL) sebesar Rp1049 triliun dengan

realisasi Rp968 triliun Sedangkan alokasi belanja transfer ke daerah mencapai Rp2098

triliun dengan realisasi Rp2034 triliun

Tabel III1 Postur APBN di Kalbar Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)

Uraian Pagu Tahun 2018

Realisasi Tahun 2018

Pagu Tahun 2019

Realisasi Tahun 2019

Pendapatan Negara 808350 768292 89 890381 810926 1098

a Pendapatan Perpajakan 762842 682135 89 837405 728548 8700

- Pajak dalam negeri 730289 641160 88 783956 667813 8219

- Pajak perdagangan internasional

32553 40975 126 53449 60735 114

b PNBP 45508 86157 189 52976 82378 156

Belanja Negara 3073921 2965481 96 3147383 3002273 9537

Belanja Pemerintah Pusat 1113142 1036601 93 1049477 968007 9224

Transfer ke Daerah dan Dana Desa

1960779 1929626 98 2098406 2034266 9694

Sumber OMSPAN Monev Pa Mebe (diolah)

Dari data diatas dapat diketahui pendapatan negara terealisasi Rp810 triliun atau 109

persen dari target yang telah ditetapkan Realisasi tersebut meningkat 426 miliar atau 555

persen dibanding pendapatan tahun 2018 Penerimaan perpajakan masih menjadi sumber

utama pendapatan negara dengan kontribusi sebesar 82 persen Realisasi pendapatan

pajak tahun 2019 sebesar Rp728 triliun terdiri pajak dalam negeri sebesar Rp667 triliun dan

pajak perdagangan internasional sebesar Rp60735 miliar

Dari sisi belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019

yaitu sebesar Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL)

sebesar Rp1049 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun

Realisasi Belanja pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer

ke Daerah dan dana desa terealisasi Rp2034 triliun

29

32 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Pendapatan pemerintah pusat yang dihimpun di Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari

penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

321 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi

Salah satu sumber penerimaan negara terbesar berasal dari penerimaan perpajakan

Penerimaan perpajakan adalah penerimaan negara yang terdiri atas pajak dalam negeri

dan pajak perdagangan internasional

Tabel III2 Penerimaan Pajak Dalam Negeri di Kalimantan Barat Tahun 2019 (dalam miliar)

SumberSPAN (diolah)

322 Penerimaan Perpajakan

Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa total realisasi penerimaan perpajakan

di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp728 triliun naik 672 persen jika dibandingkan

dengan penerimaan tahun 2018 Dari total penerimaan perpajakan tahun 2019 tersebut

pajak dalam negeri memberikan kontribusi sebesar 9166 persen sedangkan pajak

perdagangan internasional sebesar 834 persen Untuk penerimaan Pajak Dalam Negeri

tahun 2019 sebesar Rp667 triliun mengalami kenaikan Rp26108 miliar atau 407 persen

jika dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya PPh merupakan penyumbang

penerimaan yang terbesar yakni Rp32 triliun atau 48 persen dan selanjutnya Pajak

Penghasilan (PPn) yakni Rp307 triliun atau 46 persen

Meskipun secara nominal terjadi peningkatan penerimaan pajak di Kalimantan Barat

namun ada beberapa hambatantantangan pencapaian target penerimaan antara lain

adanya ketentuan dibidang pertambangan tentang larangan ekspor mineral mentah

(miliar )No

Pendapatan Perpajakan Target Tahun

Realisasi 2018

Target Tahun Realisasi

2018 2019 Tahun 2019

Pajak Dalam Negeri 730289 641160 783956 667813

1 Pajak Penghasilan (PPh) 373769 302324 370451 320325

2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 328396 305118 376150 307117

3 Pajak Bumi Bangunan (PBB) 16606 25258 26445 30964

4 Pajak lainnya 10638 7423 9287 8403

5 Cukai 880 1037 1623 1001

Pajak Perdagangan Internasional 32553 40975 53448 60735

6 Bea Masuk 3289 3865 3263 3288

7 Bea Keluar 29264 37110 50186 57446

Total Perpajakan 762842 682135 837404 728548

30

sehingga berpengaruh terhadap omset perusahaan di bidang pertambangan dan sektor

pendukungnya penurunan harga sawit yang berpengaruh pada omset dan laba

perusahaan di sektor perkebunan dan industri pengolahan

Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar

meningkat signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018

Dengan perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288

miliar atau 541 persen Didalam pelaksanaan pengawasan kepabeanan cukai terdapat

isu strategis yakni adanya jalur tikus dan jalur gajah yang dijadikan jalur penyelundupan

barang impor di perbatasan Indonesia ndash Malaysia untuk itu perlu dipetakan ulang titik

rawan di perbatasan terutama yang melintasi perkebunan kelapa sawit dengan

melibatkan Kodam Tanjungpura pemilik lahan dan perusahaan kebun sawit

Jika diurai berdasarkan lokasi penerimaan pajak paling banyak disumbangkan oleh

Kota Pontianak sebagai pusat aktivitas perdagangan dan jasa dengan kontribusi

penerimaan sebesar 4270 persen dari total penerimaan pajak di Provinsi Kalimantan

kemudian Kab Ketapang yang didukung dengan keberadaan kawasan industri Ketapang

memberikan kontribusi penerimaan terbesar kedua sebesar 1171 persen Sedangkan

daerah dengan kontribusi penerimaan pajak terkecil adalah Kab Kayong Utara dengan

kontribusi sebesar 094 persen dari total realisasi tahun 2019

Grafik III1

Penerimaan Pajak KabKota 2019

Sumber Kanwil Pajak Prov Kalbar

Untuk melihat kinerja perpajakan selain dari total realisasi pajak juga dilhat dari

perkembangan PDRB daerah tersebut hal ini terwujud dalam tax ratio

00050000

100000150000200000250000300000350000

31

Tabel III3

Perkembangan Tax Ratio Prov Kalbar

Tahun PDRB ADHB Penerimaan Perpajakan Tax ratio

2017 17749365 587434 0033

2018 19419496 642197 0033

2019 21231843 666809 0031

Dari tabel diatas terlihat bahwa meskipun realisasi penerimaan pajak mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya namun tax ratio justru mengalami penurunan ini

terjadi karena rasio penerimaan pajak yang semakin kecil terhadap pertumbuhan PDRB

kalbar Untuk itu perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya

identifikasi dan penggalian potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian

potensi pajak pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara

Pemerintah Pusat maupun Daerah dan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan

adanya regulasi untuk melakukan Rekonsiliasi penerimaan pajak antara DJP dengan

pemerintah daerah

323 Penerimaan Negara Bukan Pajak

a Perkembangan PNBP per Jenis PNBP

Penerimaan PNBP berdasarkan jenis PNBP di wilayah Provinsi Kalimantan Barat

hanya terdiri atas PNBP lainnya dan PNBP BLU Tidak terdapat penerimaan PNBP dari

sumber daya alam (SDA) meskipun di wilayah Kalimantan Barat terdapat usaha

pertambangan hal ini dikarenakan penerimaan PNBP sumber daya alam merupakan

penerimaan terpusat dan langsung masuk ke Bagian Anggaran Bendahara Umum

Negara (99999)

Tabel III4

Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat tingkat di Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)

Penerimaan PNBP 2017 2018 2019

Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi Estimasi Realisasi

PNBP Lainnya 30108 55263 11727 38725 13991 42092

Pendapatan BLU 5336 6858 33781 47426 38885 40282

Pendapatan SDA - - - -

Bagian Pemerintah atas laba BUMN

- - - -

Jumlah PNBP Kalbar 35444 62121 45508 86151 52876 82375

Sumber SPAN (diolah)

Secara keseluruhan penerimaan PNBP selama tahun 2019 mengalami penurunan

dibandingkan dari tahun sebelumnya sebesar Rp3776 miliar atau 43 persen Komposisi

32

penerimaan PNBP terdiri Pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen

dari total penerimaan PNBP dan PNBP BLU sebesar 49 persen

b Perkembangan PNBP Fungsional

PNBP dapat dibedakan sesuai dengan fungsi KementerianLembaga yang disebut

dengan PNBP Fungsional PNBP Fungsional adalah penerimaan yang berasal dari

pungutan kementerian Negaralembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan

tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat

Tabel III5

Penerimaan PNBP Fungsional terbesar Provinsi Kalbar

URAIAN 2017 2018 2019

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Pendapatan Kepolisian 375 13146 359 14004 13532

Pendapatan jasa bandara kepelabuhan perkapalan amp kenavigasian

3554 3763 3717 5772 6090

Pendapatan pendidikan 12868 24636 4964 4990 5892

Sumber SPAN (diolah)

Tahun 2019 pendapatan PNBP Kepolisian merupakan penyumbang terbesar PNBP

fungsional di Kalimantan Barat sebesar Rp13532 miliar mengalami penurunan 337

persen dibanding tahun sebelumnya Sebagian besar pendapatan PNBP Kepolisian di

peroleh dari pendapatan BPKB pendapatan STNK pendapatan TNKB (Tanda

Kendaraan Bermotor) dan pendapatan SIM Pendapatan fungsional terbesar

selanjutnya adalah pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian yang

menyumbangkan penerimaan sebesar Rp6090 miliar meningkat sebesar 551 persen

dibanding penerimaan tahun sebelumnya Sebagian besar penerimaan PNBP

pendapatan jasa bandara kepelabuhan dan kenavigasian diperoleh dari pendapatan

kepelabuhan yang menyumbang angka sebesar Rp3756 miliar atau 6167 persen

disusul pendapatan Navigasi sebesar Rp938 miliar atau 1541 persen pendapatan

Bandar Udara sebesar Rp741 miliar atau 1219 persen dan Pendapatan kepelautan

Rp653 miliar atau 1073 persen Pendapatan kepelabuhan berpotensi untuk meningkat

ditahun tahun selanjutnya dengan rencana pengembangan kapasitas pelabuhan

Pontianak yang di mulai dengan pembangunan pelabuhan (terminal) Kijing yang

berlokasi di wilayah Kabupaten Mempawah dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional

(PSN)

c Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional

33

Tabel III6

Rasio Pendapatan Perpajakan PNBP PAD terhadap PDRB di Kalbar

Tahun Perpajakan PNBP PAD PDRB Perpajakan PDRB

PNBPPDRB PADPDRB

2019 728548 82375 404671 21232 0041 00046 0022

2018 682135 86157 404753 19403 0035 00044 0020

2017 564801 62121 346442 17747 0031 00034 0019

Sumber SPAN (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ditahun 2019 penerimaan perpajakan

memberikan kontribusi sebesar 0041 terhadap pertumbuhan ekonomi regional di

Kalbar sedangkan PAD terhadap PDRB sebesar 0022 dan PNBP terhadap PDRB

sebesar 00046 Hal ini berarti penerimaan Perpajakan masih lebih dominan dalam

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Kalimantan

Barat dibandingkan dengan PAD maupun PNBP

33 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Belanja pemerintah pusat adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pengeluaran pemerintah pusatBelanja pemerintah pusat meliputi belanja pemerintah pusat

menurut organisasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi dan belanja pemerintah pusat

menurut jenis belanja

Belanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus

fiskalSalah satunya yang populer pada saat krisis ekonomi adalah instrumen ekonomi

berupa stimulus fiskalSecara garis besar komposisi dari stimulus fiskal adalah berupa

pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increased spending)

1 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian

AnggaranKementerianLembaga

Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja yang dialokasikan

kepada kementerianlembaga dan bagian anggaran Bendahara Umum Negara alokasi

dan realisasi untuk tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel III7

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran

Di Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)

KementerianLembaga 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 019 019 034 034 100

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

8986 6776 6554 5939 91

34

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 063 058 053 053 100

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

1656 1489 2119 2066 97

BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1809 1688 1678 1631 97

BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

893 869 718 712 99

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2337 2269 2605 2507 96

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM 25996 20580 20724 14531 70

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

2267 2249 2447 2425 99

BADAN PUSAT STATISTIK 9929 9330 10042 9785 97

BADAN SAR NASIONAL 2596 2496 2095 2071 99

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 11733 107`09 10304 10023 97

KEMENTERIAN AGAMA 105528 99485 107273 104645 98

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANGBPN

22191 19497 26745 21446 96

KEMENTERIAN DALAM NEGERI 5305 5182 5575 5534 99

KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

11878 10018 7004 6701 96

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI

19760 19520 17892 1767 99

wKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 9912 8947 9082 873 96

KEMENTERIAN KESEHATAN 18912 15585 1327 1195 90

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 477 465 776 738 95

KEMENTERIAN KEUANGAN 19722 18340 18519 18265 99

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

786 762 82 796 97

KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH

414 411 318 314 99

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

21053 17521 29928 2792 93

KEMENTERIAN PARIWISATA 234 204 16 151 94

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

295402 270419 25507 206714 81

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

208 201 17 149 88

KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 419 382 336 286 85

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

9004 8609 9374 8904 85

KEMENTERIAN PERDAGANGAN 3793 3074 1384 1282 95

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

095 074 095 089 94

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 56637 52411 40961 40112 98

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 3156 2842 4913 4716 96

KEMENTERIAN PERTAHANAN 123999 121577 161533 157833 98

KEMENTERIAN PERTANIAN 45315 40040 23066 19721 85

35

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

67556 65360 78313 68767 88

KEMENTERIAN SOSIAL 1954 1944 1971 1952 99

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 123274 123185 117803 125376 106

KOMISI PEMILIHAN UMUM 61742 56110 37842 35936 95

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

683 661 744 739 99

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

2135 2060 2095 1894 90

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA

1380 1375 1352 1352 100

MAHKAMAH AGUNG 11837 11716 12511 1233 99

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

097 092 052 05 96

TOTAL BELANJA KL 1113142 1036601 1049477 968007 92

BENDAHARA UMUM NEGARA 415295 397582 460736 443502 92

TOTAL BELANJA KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510213 1411486 9346

Dibandingkan tahun 2018 terdapat penurunan pagu sebesar 12 untuk tahun 2018

dan terdapat penurunan realisasi sebesar 14 dibandingkan tahun 2018 Berdasarkan

tabel diatas Untuk Pagu Kementerian dan Lembaga Kementerian PUPR mendapat

alokasi pagu anggaran yang paling tinggi dengan persentase sebesar 2430 Hal ini

menunjukan di Provinsi Kalimantan Barat prioritas pembangunan masih dititik beratkan

pada sektor infrastruktur Dari dana APBN 2019 pada Provinsi Kalimantan Barat satuan

kerja (satker) di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)

belanja modal sebesar Rp 159 triliun Belanja modal pada satker lingkup Kementerian

PUPR tersebut memberikan kontribusi sebesar 6649 dari belanja modal yang dikelola

satuan kerja lainnya di wilayah pembayaran KPPN se-Kalbar Hal ini menunjukkan

perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang memberikan kontribusi

terhadap pertumbuhan perekonomian di Kalbar

Terdapat 10 KL yang memperoleh alokasi anggaran belanja terbesar dengan total

mencapai Rp878 triliun (5817) yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan

rakyat Kemenhan Polri Kemenag Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan

Tinggi Kementerian Perhubungan KPU Kementerian Agraria amp Tata Ruang

Kementerian Pertanian

36

Berikut ini adalah sepuluh kementerian dengan pagu terbesar

Tabel III8

Tingkat Penyerapan 10 KL Pagu Terbesar 2019 (miliar)

No Nama KL (BA) Pagu Realisasi

1 Kementerian PUPR (033) 255070 206714 8104

2 Kemenhan (012) 161533 157833 9771

3 Kepolisian RI (060) 117803 125376 10643

4 Kemenag (025) 107273 104645 9755

5 Kementerian Ristekdikti (042) 78313 68767 8781

6 Kementerian Perhubungan (022) 40961 40112 9793

7 KPU (076) 37842 35936 9496

8 Kementerian Lingkungan Hidup amp Kehutanan (029) 29928 27920 9329

9 Kementerian Agraria amp Tata Ruang (056) 26745 21446 8019

10 Kementerian Pertanian (018) 23066 19721 8550

Sumber MEBE (diolah)

Jika diperhatikan jumlah alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat di 10 KL

dengan pagu terbesar dimaksud mencapai lebih dari 58 terhadap semua pagu

anggaran KL Untuk itu capaian realisasinya tentu akan mempengaruhi keseluruhan

realisasi penyerapan KL yang ada di Kalbar sehingga perkembangan pelaksanaan

anggaran satker-satker 10 KL dengan pagu tertinggi tersebut harus memperoleh

pengawasan yang lebih intensif dari Kanwil DJPB

2 Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Fungsi

Belanja Pemerintah Pusat (KL) dan juga belanja DDDF terbagi menjadi 11 fungsi

yaitu Pelayanan Umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan

Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama

Pendidikan serta Perlindungan Sosial dengan perbandingan pagu dan realisasi dalam

tahun 2018 dan 2019 sebagai berikut

Tabel III9

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi (Miliar Rp)

NAMA FUNGSI Pagu 2018

Realisasi 2018

Pagu 2019

Realisasi 2019

PELAYANAN UMUM 541846 510882 557364 531175

EKONOMI 377115 340751 232428 203287

PENDIDIKAN 185385 175208 231675 203287

PERTAHANAN 123999 121578 161533 157833

KETERTIBAN DAN KEAMANAN 168413 166821 160188 167029

37

PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 50667 47185 72454 62653

LINGKUNGAN HIDUP 37100 33230 53964 46742

AGAMA 22238 17374 19467 18874

KESEHATAN 19263 18808 18897 17252

PERLINDUNGAN SOSIAL 2162 2145 2141 2101

PARIWISATA DAN BUDAYA 249 216 175 165 TOTAL 1528437 1434183 1510213 1414486

Sumber Monev PA diolah

Pada tahun 2018 dan juga 2019 alokasi anggaran didominasi oleh fungsi pelayanan

Umum Ekonomi dan Pendidikan Pengelompokan anggaran menurut Fungsi memiliki

pengertian perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan

dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional Pengelompokan ini juga

bertujuan untuk melihat besaran alokasi anggaran menurut organisasi

KementerianLembaga tugas-fungsi pemerintah dan belanja KementerianLembaga

termasuk menciptakan penganggaran yang lebih tepat sasaran Pada tahun 2019 alokasi

untuk fungsi pelayanan umum sebesar Rp557 triliun (36 persen) ekonomi sebesar

Rp232 triliun (15 persen) dan fungsi Pendidikan sebesar Rp231 triliun (15 persen) Hal

ini menunjukkan bahwa pelaksanaan APBN di Kalimantan Barat lebih terkonsentrasi pada

bidang pelayanan umum ekonomi dan pendidikan yang secara keseluruhan jumlah

alokasi ketiga fungsi tersebut sebesar Rp1021 triliun atau 68 persen

3 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja

Berdasarkan jenis belanja di provinsi Kalimantan Barat terdapat 6 alokasi anggaran

belanja TA 2019 yaitu Belanja Pegawai (51) Belanja Barang (52) Belanja Modal (53)

Belanja Bantuan Sosial (57) Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) Untuk

Dana Alokasi Khusus Fisik (63) dan Dana Desa (66) baru ada pada tahun 2017 2018 dan

2019 Jenis belanja 63 dan 66 baru TA 2017 muncul dikarenakan pencairan Dana

Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa sekarang berada di KPPN daerah

Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan jenis belanja dalam tahun 2018 dan

2019 sebagai berikut

Tabel III10

Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rp)

JENIS BELANJA Pagu 2018

Realisasi 2018

Pagu 2019

Realisasi 2019

51 Belanja Pegawai 338030 330072 362333 364892

52 Belanja Barang 438737 400168 445547 406066

335140 305146 240347 195755

57 Belanja Bantuan Sosial 1235 1215 1324 1294

Belanja KL 1113142 1036601 1049477 968007

63 Dana Alokasi Khusus Fisik 245710 228191 261479 244756

38

66 Dana Desa 169585 169391 199257 198746 Belanja KL DAN DDDF 1528437 1434183 1510287 1411509

Sumber Monev PA diolah

Kenaikan pagu anggaran terjadi untuk jenis belanja Pegawai belanja Barang

belanja bantuan sosial belanja Dana Alokasi Khusus belanja dana desa Belanja Dana

Desa mendapatkan kenaikan paling terbesar yaitu 17 persen disusul belanja bantuan

sosial sebesar 72 persen belanja pegawai naik 72 persen dan belanja barang sebesar

16 persen Jenis Belanja modal mengalami penurunan sebesar 283 persen Selama

TA 2019 Belanja Pegawai telah terserap Rp364 triliun (10071) Belanja barang

terserap Rp406 triliun (9114) belanja modal terserap Rp195 triliun (8145) belanja

bantuan social terserap Rp1215 miliar (9773) dana alokasi fisik terserap Rp244 triliun

(9360) dan penyerapan anggaran dana desa sebesar Rp198 triliun (9974) hal ini

sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun dari pinggiran dengan

memperkuat daerah dan desa yang diharapkan akan berdampak langsung untuk

pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat Pada belanja modal

terdapat penyerapan paling terendah dibandingkan jenis belanja lain

Grafik III1

Perkembangan Pagu dan Realisasi Jenis Belanja Tahun 2019

Sumber Monev PA MEBE diolah

4 Analis belanja pemerintah pusat

Belanja pemerintah pusat

Perbandingan antara alokasi belanja untuk sektor konsumtif dan produktif Sektor

konsumtif merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai administrasi

dan kebutuhan birokrasi seperti gaji tunjangan honor belanja operasional kantor

pengadaan kendaraan dinas Sedangkan sektor produktif antara lain peningkatan mutu

jalan jaringan irigasi intensifikasi dan ektensifikasi pertanian pengadaan traktor untuk

masyarakat

000

5000

10000

15000

0

2000

4000

6000

57 52 53 51 63 66

Pagu Realisasi

39

Tabel III11

Proporsi jenis Belanja Terhadap Total Pagu

Jenis Belanja Pagu Belanja Bantuan Sosial 1324 0

Belanja Barang 445547 30

Belanja Pegawai 362333 24

Belanja Modal 240347 16

Dana Alokasi Khusus Fisik 261479 17

Dana Desa 199257 13

Terlihat dari tabel diatas bahwa belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai

sektor produktif yang diantaranya untuk belanja Modal Dak Fisik Dana Desa mencapai

Rp 7010 triliun atau 4642 persen sedangkan belanja administrasi dan kebutuhan

birokrasi sebesar Rp 809 triliun atau 5358 persen Untuk belanja produktif terbesar

terdapat pada belanja program pengelolaan Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa

sebesar Rp460 triliun Disusul program penyelenggaraan jalan sebesar Rp99873 miliar

program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman sebesar Rp4004

miliar dan program pengelolaan Sumber Daya air Rp19887 miliar Terlihat dari alokasi ini

prioritas pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat di fokuskan pada pembangunan

infrastruktur fisik hal ini sesuai dengan fungsi terbesar yakni Pelayanan Umum

34 TRANSFER KE DAERAH DAN DESA

Dana transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan DAK DAU DBH Dana

perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dan juga antar pemerintah daerah

Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa

Pada tahun 2018 alokasi dana transfer dan Dana Desa ke wilayah Provinsi Kalimantan

Barat sebesar Rp2098 triliun dan terealisasi Rp2033 triliun atau 9692 persen Pada tabel

hellip Disajikan perkembangan Realisasi Dana Transfer pada tahun 2018 dan 2019 untuk

Provinsi Kalimantan Barat

Tabel III12

Perkembangan Dana Perimbangan di Kalimantan Barat

Dana Transfer 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

DBH 74872 74746 102115 69872

DAU 1182060 1182060 1215163 1214704

DAK Fisik 245714 228931 261479 244748

DAK Non Fisik 274246 262035 307639 293909

40

DID 14300 12463 12753 12288

Dana Desa 169586 169391 199257 198745

1960778 1929626 2098406 2034266

Sumber simtrada (diolah)

Secara agregat Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa mengalami kenaikan Alokasi

Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Kalbar pada tahun 2019 sebesar Rp2098

triliun naik 702 persen dibandingkan tahun 2018 Terdapat peningkatan alokasi Dana Desa

Kalbar tahun 2019 sebesar atau Rp29671 miliar atau 1750 persen sejalan dengan

komitmen Pemerintah untuk meningkatkan program pembangunan Indonesia dari pinggiran

Alokasi Dana Desa tahun 2019 di Prov Kalbar sebesar Rp199 triliun yang terbagi untuk

2031 Desa

Terdapat 4 (empat) daerah dengan alokasi pagu dana desa diatas 200 miliar yakni Kab

Sintang Rp33848 miliar Kab Kapuas Hulu Rp26812 miliar Kab Ketapang Rp25583 miliar

dan Kab Sambas Rp20498 miliar Selanjutnya 8 (delapan) daerah lainnya mendapatkan

alokasi pagu dana desa dibawah 200 miliar dengan pagu dana desa terendah pada Kab

Kayong Utara sebesar Rp4868 miliar Alokasi dana desa tersebut diharapkan dapat

menggerakkan roda perekonomian di desa dan menekan kesenjangan pendapatan antara

Desa dan Per Kotaan

Grafik III2

Realisasi Dana Transfer amp Dana Desa KabKota di Kalbar

Sumber data simtrada (diolah)

Berdasarkan grafik III2 terlihat perbandingan realisasi dana transfer amp dana Desa per

Kab di Prov Kalbar Dari total alokasi dana transfer sebesar Rp2098 triliun telah terealisasi

sebesar 2033 triliun dengan realisasi terbesar oleh Pemda Prov Kalbar yakni Rp365 triliun

selanjutnya Kab Ketapang Rp203 triliun dan yang terkecil adalah Kota Singkawang

Rp66459 miliar

Untuk menilai tingkat kemandirian daerah dilakukan dengan cara membandingkan Rasio

PAD dengan Rasio dana transfer Apabila rasio PAD lebih besar dari pada rasio dana transfer

000

500

1000

1500

2000

00050000

100000150000200000250000300000350000400000

41

berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin besar rasio dana transfer berarti tingkat

ketergantungan semakin tinggi

Tabel III13

Rasio Kemandirian Daerah Tahun 2019

Daerah Dana Transfer

PAD Pendapatan APBD

Ratio Dana Transfer thd Pendapatan

APBD

Ratio PAD thd

Pendapatan APBD

Prov Kalbar 365337 23016 595497 3870 61

Ketapang 203045 12753 215798 590 94

Sintang 165917 1721 183127 940 91

Kapuas Hulu 166837 7998 174835 460 95

Sambas 151612 14885 166497 890 91

Sanggau 141399 10287 151686 680 93

Kubu Raya 123841 14675 138516 1060 89

Landak 117304 9284 126588 730 93

Pontianak 100659 47879 148538 3220 68

Melawi 105563 4058 109621 370 96

Mempawah 85957 8757 94714 920 91

Bengkayang 96974 3025 99999 300 97

Sekadau 73392 4535 77927 580 94

Kayong Utara 69504 2533 72037 350 96

Singkawang 66459 1663 83089 2000 80

sumber data LRA Pemda simtrada (diolah)

Dilihat dari rasio Pendapatan Asli Daerah dan Transfer ke Daerah terhadap Pendapatan

APBD dapat dilihat bahwa daerah di wilayah Kalimantan Barat Rasio dana transfer lebih

besar dari pada rasio PAD yang berarti memiliki ketergantungan yang relatif tinggi tehadap

transfer dari Pemerintah Pusat

341 Dana Transfer Umum

a Dana Alokasi Umum

Grafik III3

Realisasi DAU Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan Barat

Sumber data simtrada

00050000

100000150000200000

2018 2019

42

Total realisasi DAU di Kalimantan Barat tahun 2019 sebesar Rp1214 triliun naik 276 persen

dibanding realisasi DAU tahun sebelumnya Dari realisasi DAU tahun 2019 tersebut empat

pemerintah daerah yang realisasi DAU terbesar yaitu Pemprov Kalimantan Barat sebesar

Rp175 triliun diikuti Kabupaten Ketapang sebesar Rp114 triliun Kabupaten Kapuas Hulu

Rp99768 miliar dan Kabupaten Sintang Rp93421 miliar

b Dana bagi Hasil Grafik III4

Realisasi DBH Tahun 2018 - 2019 di Kalimantan barat

Total realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) tahun 2019 sebesar Rp69872 miliar naik 592 persen

jika dibandingkan dengan alokasi DBH tahun sebelumnya Empat daerah dengan realisasi

DBH terbesar yakni Pemrov Kalimantan Barat sebesar Rp18663 miliar diikuti Kabupaten

Ketapang Rp10844 miliar Kabupaten Sanggau Rp8321 miliar dan Kota Pontianak Rp3910

miliar Kabupaten dengan realisasi DBH terkecil adalah Kota singkawang sebesar Rp1428

miliar Ketapang sebagai Daerah Tingkat II dengan realisasi DBH terbesar merupakan daerah

yang memiliki tambang bauksit dan tambang emas Demikian juga Kabupaten Sanggau

merupakan daerah yang memiliki hasil tambang Bauksit yang nantinya diolah menjadi alumina

(bahan pembuat alumunium) Sedangkan Kota Pontianak merupakan pusat perekonomian

yang memiliki penerimaan pajak PPh terbesar

342 Dana Transfer Khusus

a Dana alokasi Khusus (DAK) Fisik Total DAK Fisik yang dialokasikan pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami

peningkatan sebesar 641 persen atau senilai Rp 15764 miliar dibandingkan tahun 2018

Perkembangan pagu dan realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat

pada tabel berikut

0005000

10000150002000025000

2018 2019

43

Tabel III14

Pagu dan Realisasi DAK Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (dalam miliar)

No Pemda 2019 2018

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

1 Kalbar 33283 31974 9607 42384 3843 9067

2 Mempawah 8996 8744 972 11663 11503 9863

3 Kubu Raya 12692 11337 8932 19237 18966 9859

4 Pontianak 8735 7998 9156 7863 7527 9574

5 Sintang 19271 183 9496 21637 20304 9384

6 Melawi 1726 16708 968 10885 10134 931

7 Sambas 20922 19813 947 17156 1659 967

8 Bengkayang 19266 15038 7805 9425 906 9612

9 Singkawang 8532 8042 9426 11478 9596 836

10 Ketapang 32914 31635 9611 175 16616 9495

11 Kayong Utara 11614 10174 876 11582 10958 9461

12 Kapuas Hulu 24632 22911 9301 16723 16494 9863

13 Sanggau 1942 19044 9806 18723 15686 8378

14 Landak 1669 16216 9716 15833 15536 9812

15 Sekadau 7252 6814 9396 13626 1059 7772

JUMLAH 261479 244748 139882 245715 22799 13948

sumber data Omspan

Persentase penyaluran DAK Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 081 persen

dibandingkan tahun sebelumnya Kenaikan ini setara dengan Rp 16758 miliar Pada

tahun 2019 terdapat sisa dana yang tidak direalisasikan sebesar Rp 16731 miliar atau

berkurang dari Rp 17725 miliar pada tahun 2018 Hal ini menunjukkan peningkatan

kinerja penyaluran DAK Fisik Kabupaten Bengkayang memiliki kontribusi terbesar

terhadap DAK Fisik yang tidak disalurkan yaitu Rp 4228 miliar Penyebab DAK Fisik yang

tidak disalurkan ini diakibatkan oleh 2 (dua) hal yaitu efisiensi anggaransisa lelang dan

pekerjaan yang tidak terlaksanagagal lelang Kabupaten Sanggau memiliki kinerja terbaik

dari persepsi penyaluran DAK Fisik dengan penyaluran mencapai 9806 persen dari pagu

disusul Kabupaten Landak dengan penyaluran 9720 persen dari pagu Kinerja yang

kurang memuaskan pada persepsi penyaluran kembali dipegang oleh Kabupaten

Bengkayang dengan penyaluran 7805 persen dari pagu dan disusul oleh Kabupaten

Kayong Utara dengan penyaluran 8760 persen dari pagu

44

b Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami peningkatan dengan total Rp 304 triliun

dibandingkan Rp 274 triliun pada tahun sebelumnya Perkembangan pagu dan realisasi

DAK Non Fisik dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel III15

Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik pada Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018-2019 (dalam miliar)

No Pemda 2018 2019

Nilai Realisasi Alokasi Realisasi

1 Kalbar 113996 112406 9861 139515 137565 9860

2 Bengkayang 8909 833 9351 9833 9195 9380

3 Landak 11773 11353 9644 11956 11234 9400

4 Kapuas Hulu 1327 12752 961 14929 13944 9340

5 Ketapang 18288 16832 9204 18552 17909 9653

6 Mempawah 9091 8457 9303 9341 8291 8876

7 Sambas 18854 17923 9506 20014 18553 9270

8 Sanggau 13357 12363 9256 14416 13215 9167

9 Sintang 15969 15216 9529 17253 16504 9570

10 Pontianak 11526 11329 9829 1099 10155 9240

11 Singkawang 5808 537 9247 5832 5093 8732

12 Sekadau 6786 4461 6574 6655 5253 7893

13 Melawi 8733 834 955 9719 9412 9254

14 Kayong Utara 3845 3681 9573 4124 3811 9240

15 Kubu Raya 14042 1322 9415 14511 13778 9490

Jumlah 274246 262035 9555 307639 293909 9550

sumber datasimtrada Omspan (diolah)

Realisasi DAK Non Fisik tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp 31874 miliar atau

1216 persen dibandingkan tahun 2018 Penyaluran DAK Non Fisik pada tahun 2019

sebesar 9554 persen mengalami penurunan 001 persen 44isbanding tahun sebelumnya

yang sebesar 9555 persen Secara nilai Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat

menyumbangkan peningkatan realisasi terbesar yaitu Rp 25159 miliar atau 2238 persen

yang mayoritas berasal dari Dana BOS yaitu sebesar Rp 23722 miliar Kabupaten

Sekadau menjadi Pemerintah Daerah dengan penyerapan DAK Non Fisik terkecil hanya

7893 persen dari alokasi yang tersedia Kecilnya persentase realisasi ini diakibatkan oleh

adanya Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) yang tidak direalisasikan sebesar Rp 1234

miliar Kota Pontianak mengalami penurunan realisasi terbesar dengan penurunan

sebesar 589 persen Penurunan ini terjadi karena realisasi TPG yang pada tahun 2018

mencapai 100 persen pada tahun 2019 turun menjadi 9440 persen dan realisasi Dana

Bantuan Operasional Kesehatan turun dari 9874 persen menjadi 8134 persen

45

333 Dana Desa

Penyaluran dana desa Tahun 2018 dan 2019 di Wilayah Kalimantan Barat disalurkan untuk

membiayai pelaksanaan kegiatan melalui 5 bidang yaitu Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa Pelaksanaan Pembangunan Desa Pembinaan Kemasyarakatan Desa

Pemberdayaan Masyarakat Desa Penanggulangan Bencana Keadaan Darurat Dan

Mendesak dengan perkembangan penyaluran sebagai berikut

Tabel III16

Pagu dan Realisasi Dana Desa di Provinsi Kalimantan Barat (miliar) No KAB KOTA JUMLAH

DESA TAHUN 2018 TAHUN 2019

PAGU TOTAL PENYALUR

AN

CAPAIAN OUTPUT

PAGU TOTAL PENYAL

URAN

CAPAIAN

OUTPUT

1 Sambas 193 17284 17284 10000 9464 20498 20498 10000 7550

2 Sanggau 163 12878 12848 9976 9879 14986 14986 10000 8099

3 Sintang 390 29487 29472 9995 9914 33848 33848 10000 9002

4 Mempawah 60 5523 5523 10000 9820 6655 6655 10000 9051

5 Kapuas Hulu 278 22893 22893 10000 9878 26812 26768 9983 8915

6 Ketapang 253 21729 21729 10000 9293 25583 25583 10000 8901

7 Bengkayang 122 9240 9240 10000 9295 10655 10594 9943 5129

8 Landak 156 15416 15416 10000 9949 18537 18537 10000 9904

9 Melawi 169 13091 13091 10000 9981 15253 15253 10000 7871

10 Sekadau 87 6908 6876 9955 9582 8117 8049 9916 8244

11 Kayong Utara 43 3986 3986 10000 9384 4868 4809 9879 7965

12 Kubu Raya 117 11150 11033 9895 9677 13445 13166 9792 6685

TOTAL 2031 169586 169392 9989 9676 199257 198745 9974 8112

Sumber data Omspan (diolah)

Total alokasi tahun 2018 sebesar Rp169586 miiar untuk 2031 desa realisasi penyaluran

sebesar Rp169392 miliar atau 9989 persen Penyaluran Dana Desa terbesar pada

Kabupaten Sintang Rp29472 miliar sedangkan penyaluran terkecil Kabupaten Kayong

Utara yakni Rp3986 miliar Terdapat empat Kabupaten yang penyaluran Dana Desa tidak

mencapai 100 persen yaitu Kabupaten Sanggau Sintang Sekadau dan Kubu Raya Untuk

capaian output yang tertinggi Kabupaten Melawi yaitu 9981 persen dan terendah adalah

Kabupaten Ketapang 9293 persen Alokasi dana desa tahun 2019 sebesar Rp199257

miliar untuk 2031 desa realisasi penyaluran sebesar Rp198745 miliar atau 9974 persen

Sisa Dana Desa yang tidak tersalur sebesar Rp512 miliar Penyaluran Dana Desa terbesar

pada Kabupaten Sintang Rp33848 miliar sedangkan penyaluran terkecil pada Kabupaten

Kayong Utara yakni hanya Rp4809 miliar Terdapat enam Kabupaten yang penyaluran

Dana Desa tidak mencapai 100 persen yaitu Kapuas Hulu Bengkayang Melawi Sekadau

Kayong Utara dan Kubu Raya Realisasi Penyaluran Dana Desa tahun 2019 sebesar

Rp198745 miliar atau 9974 persen terjadi penurunan sebesar 015 persen apabila

46

dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 Hal ini dikarenakan terdapat sisa dana semula

Rp194 miliar (empat Kabupaten) menjadi Rp512 miliar (enam Kabupaten)

343 Dana Insentif Daerah (DID)

Grafik III5

Realisasi Dana Insentif Daerah Tahun 2018-2019 Kalimantan Barat

sumber data simtrada Omspan (diolah)

Dari total alokasi DID tahun 2019 yang sebesar Rp 12753 miliar telah terealisasi sebesar

Rp12288 miliar atau 9635 persen Dari 14 Pemda ProvinsiKabKota hanya 6 Daerah yang

mendapatkan alokasi DID di tahun 2019 yakni Prov Kalbar Kab Ketapang Kab

Mempawah Kab Sanggau Kota Pontianak dan Kab Kubu Raya Ada lima daerah

terealisasi 100 persen yaitu Kalbar Ketapang Sanggau Pontianak dan Kubu Raya

Sementara itu Mempawah terealisasi 465 miliar dari 930 miliar atau sebesar 50 persen

35 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL

Arus kas masuk (cash in flow) Pemerintah Pusat adalah semua penerimaan yang

diterima oleh Pemerintah pusat di provinsi daerah tertentu sedangkan arus kas keluar

(cash out flow) adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada

pemerintah daerah Yang termasuk arus kas masuk adalah semua penerimaan negara yang

diterima oleh Pemerintah Pusat seperti penerimaan pajak PNBP dan hibah Sedangkan

yang termasuk dalam arus kas keluar Pemerintah Pusat adalah semua belanja pemerintah

dalam APBN yang terdiri dari belanja KPKDDKTPUB dan dana transfer Selisih antara

kontribusi penerimaan Negara pada suatu daerah dengan pengeluaran pemerintah pusat

tersebut akan menghasilkan kondisi surplusdefisit Kondisi surplus mengindikasikan bahwa

daerah tersebut memberikan subsidi silang kepada daerah lain di Indonesia sementara

kondisi defisit mengindikasikan bahwa daerah tersebut menerima subsidi silang dari daerah

0001000200030004000500060007000

2018 2019

47

lain di Indonesia Tabel dibawah ini merupakan cash flow Pemerintah di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat

Tabel III17

Cash Flow Pemerintah Pusat di Kalimantan Barat TA 2019 (miliar)

DEFISIT 2194324

Cash in Flow Cash Out Flow

Penerimaan Pajak Dalam negeri 667813 Belanja Pemerintah Pusat 970984

Bea MasukBea Keluar 60735 Transfer ke daerah amp dana desa

2034266

PNBP 82378

810926 3005250

sumber data Omspan Monev Pa (dioalah)

35 PENGELOLAAN BLU PUSAT

a Profil dan jenis layanan satker BLU pusat

Dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat tahun

2019 terdapat 3 (tiga) Satker BLU yang terdiri 2 (dua) satker BLU layanan Pendidikan

dan 2 (dua) satker BLU layanan kesehatan Dua satker BLU layanan pendidikan yaitu

Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Pontianak dan Universitas Tanjungpura Pontianak

sedangkan satker BLU layanan kesehatan adalah Rumah Sakit (RS) Bhayangkara

Pontianak dan RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR

Tabel III18

Profil BLU di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 (miliar)

No Jenis Layanan

Satker BLU Nilai Aset Pagu PNBP

Pagu RM Jumlah Pagu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Pendidikan Poltekkes Pontianak 21801 3455 4898 8353

Universitas Tanjungpura 2093628 38593 5947 4454

2 Kesehatan RS Bhayangkara Pontianak 9127 4204 777 4981

RSU Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR

2486 2228 1582 381

Sumber LRA

1) Poltekkes Pontianak berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan

Kesejahteraan Sosial Nomor 298Menkes-KesosSKIV2001 tanggal 16 April 2001

dan ditetapkan menjadi Satker BLU berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

403KMK052011 tanggal 1 Desember 2011 Dengan visi ldquoMenjadi Institusi Pendidikan

Tinggi Kesehatan yang Bermutu dan Mampu Bersaing di Tingkat Regional pada Tahun

48

2020 (2016-2020)rdquo Poltekkes Kemenkes Pontianak memberikan pelayanan kesehatan

meliputi Jurusan Kesehatan Lingkungan Jurusan Gizi Jurusan Kebidanan Jurusan

Keperawatan Jurusan Analis Kesehatan dan Jurusan Perawat Gigi Pada tahun 2019

Poltekes Pontianak mendapatkan pagu dalam DIPA sebesar Rp 8353 dengan pagu

PNBP sebesar Rp3455 miliar dan pagu RM sebesar Rp4898 miliar Sementara aset

yang dimiliki sebesar Rp21801 miliar yang terdiri dari aset lancar Rp581 miliar aset

tetap Rp21199 dan aset lainnya Rp21801

2) RS Bhayangkara Pontianak telah menjadi satker BLU sejak tahun 2015 sesuai

Keputusan Menteri Keuangan nomor 501KMK052015 RS Bhayangkara ini telah

beroperasi sejak tahun 2002 Pagu DIPA RS Bhayangkara Pontianak di tahun 2019

adalah sebesar Rp4981 miliar dengan pagu PNBP sebesar Rp4204 dan pagu RM

sebesar Rp777 miliar Sementara aset yang dimiliki sebesar Rp9127 yang terdiri dari

aset lancar Rp547 miliar dan aset tetap Rp8579

3) Universitas Tanjungpura menjadi BLU layanan pendidikan berdasarkan Keputusan

Menteri Keuangan nomor 830KMK052017 dan mulai mendapatkan DIPA BLU pada

tahun 2018 Pagu DIPA universitas ini di tahun 2019 adalah sebesar Rp4454 miliar

dengan pagu PNBP sebesar Rp38593 dan pagu RM sebesar Rp5947 Sementara

total aset yang dimiliki sebesar Rp2093628 miliar

4) Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019

tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar

dengan komposisi Pagu Rm sebesar Rp1582 miliar dan pagu PNBP senesar Rp2228

miliar Sementara total aset di tahun 2019 sebesar Rp2482 miliar dengan perincian

aset tetap Rp762 miliar dan aset lancar sebesar Rp1723 miliar

b Perkembangan Pengelolaan Aset Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU

1) Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU

Perkembangan pengelolaan aset satker BLU dalam jangka waktu dua tahun terakhir

dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel III19

Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di Kalimantan Barat

No Satker BLU Aset tahun 2018 Aset tahun 2019

(1) (2) (3) (4)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak 22174 21801

2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 6734 9127

3 Universitas Tanjungpura 2217907 2093628

49

4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi BLU

2486

sumber Neraca E-rekon

Nilai aset pada satker BLU Poltekkes Pontianak mengalami penurunan sebesar

17 persen dari Rp22174 miliar di tahun 2018 menjadi Rp21801 miliar di tahun

2019 Sedangkan di RS Bhayangkara nilai asetnya meningkat dari Rp6734 miliar

menjadi 9127 miliar atau 355 persen Sedangkan nilai aset satker BLU Untan

menurun 56 persen dari 2217907 pada tahun 2018 menurun menjadi 2093628

ditahun 2019 Sedangkan untuk RS TK II Kartika Husada yang baru di tetapkan

menjadi satker BLU di tahun 2019 perkembangan aset asetnya naik 305 persen

dari 1905 miliar di tahun 2018 menjadi 2486 miliar di tahun 2019

2) Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU

Satker BLU di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019 mendapatkan pagu PNBP

dan pagu RM sebagaimana tercantum dalam DIPA Ada pun perkembangan pagu

tahun 2019 dan tahun 2018 dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel III20

Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker (miliar)

No Satker BLU Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu PNBP Pagu RM Pagu PNBP

Pagu RM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak 4480 4504 3455 4898

2 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak 4282 7010 4204 777

3 Universitas Tanjungpura 3177 20876 38593 5947

4 RS Tk II Kartika Husada Kesdam XIITPR Belum menjadi satker BLU 2228 1582

Sumber LRA E-rekon

Pada tahun 2019 pagu RM Satker BLU Politekes Pontianak naik 87 persen dibanding

tahun 2018 sedangkan pagu PNBP menurun 229 persen Pagu RM naik sebesar

Rp394 miliar atau 87 persen dari Rp4504 miliar di tahun 2018 menjadi Rp4898 miliar

pada tahun 2019 Sedangkan pagu PNBP mengalami penurunan dari Rp448 miliar di

tahun 2018 menjadi Rp345 miliar pada tahun 2019 atau turun sebesar Rp1025 miliar

atau 229 persen

Selanjutnya untuk satker BLU layanan kesehatan yakni RS Bhayangkara Pontianak

perkembangan pagu PNBP menurun dari Rp4282 miliar menjadi Rp4204 miliar atau

18 persen sedangkan untuk pagu RM mengalami kenaikan 108 persen

50

Universitas Tanjungpura di tahun 2019 ini baru menjadi satker BLU setelah

sebelumnya adalah satker PNBP Di tahun 2019 Untan mendapat pagu PNBP sebesar

Rp38593 miliar dan pagu RM sebesar Rp5947 miliar

Rumah Sakit Tk II Kartika Husada ditetapkan menjadi satker BLU berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-268KMK052019 tanggal 22 Maret 2019

tanggal 4 Juli 2019 Pagu Dipa rumah sakit ini di tahun 2019 sebesar Rp381 miliar

c Kemandirian BLU

Salah tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk

mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government) oleh karena itu satker BLU

didorong untuk dapat menciptakan kemandirian dirinya sendiri Kemandirian tersebut

dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM) dari APBN dan

bertambahnya alokasi pagu PNBP dari hasil layanan satker Semakin tinggi porsi pagu

PNBP dibanding pagu RM maka satker BLU dianggap memiliki tingkat kemandirian yang

lebih baik

TabelIII21

Tingkat Kemandirian BLU di Provinsi Kalimantan Barat (miliar)

sumber e rekon diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 alokasi pagu PNBP

pada Satker Politeknik Kesehatan Pontianak masih dibawah 50 persen Sedangkan untuk

Satker BLU Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak alokasi pagu PNBP di tahun 2018

sebear 8593 persen dan tahun 2019 844 persen Hal ini menunjukkan bahwa Rumah

Sakit Bhayangkara Pontianak sejak tahun 2018 memiliki tingkat kemandirian yang tinggi

dan demikian juga di tahun 2019 Dari besarnya persentase pagu PNBP tersebut dapat

dilihat bahwa dalam kegiatan operasional RS Bhayangkara Pontianak lebih ditunjang oleh

PNBP yang dikelolanya dan bisa disimpulkan mempunyai tingkat kemandirian yang baik

No Satker BLU Nilai aset 2019

Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu PNB

P

Pagu RM

Pagu PNBP

Pagu RM

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Politeknik Kesehatan Pontianak

4480 4987

4504 5013 3455 414 4898 586

2 Rumkit Bhayangkara Pontianak

4282 8593

7010 1407 4204 844 777 156

3 Univ Tanjungpura

3177 6035

20876 3965 38593 866 5947 134

4 RS Kartika Husada

Belum menjadi satker BLU 2228 585 1582 2705

51

Untan di tahun 2018 sebagai satker BLU yang baru memiliki tingkat kemandirian di

atas 6035 persen dan meningkat signifikan di tahun 2019 menjadi 866 persen hal ini

mengindikasikan ada perkembangan yang pelayanan pendidikan oleh Untan Sedangkan

untuk RS Kartika Husada baru dtetapkan menjadi satker BLU di bulan Juli 2019

d Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP

Di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 120 satker yang mengelola dana PNBP Dari

120 satker PNBP tersebut terdapat 3 satker yang mempunyai alokasi pagu PNBP

terbesar antara lain tersebut dibawah ini

Tabel III22

Profil dan Jenis layanan Satker PNBP di Provinsi Kalimanatan Barat Tahun 2019

No Jenis Layanan

Satker PNBP Nilai Aset Pagu PNBP

Pagu RM Jumlah Pagu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2 Pendidikan Politeknik Negeri Pontianak 272 6284 9004

4 Pendidikan IAIN Pontianak 2012 5024 7036

Sumber LRA diolah

Tabel III23

Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP di Provinsi Kalimantan Barat

No Satker PNBP Tahun 2017 Tahun 2019

Pagu PNBP

Pagu RM Pagu PNBP

Pagu RM

2 Politeknik Negeri Pontianak 2197 5904 272 6284

3 IAIN Pontianak 1775 4297 2012 5024

Sumber SPAN diolah

Dari tabel diatas terlihat bahwa Politeknik Negeri Pontianak mengalami peningkatan

persentase pagu PNBP sebesar Rp523 miliar atau 238 persen Demikian juga IAIN

Pontianak pagu PNBP meningkat Rp237 miliar atau 134 persen Dari ke dua satker

PNBP tersebut Politeknik Negeri Pontianak yang paling berpotensi untuk menjadi satker

BLU karena sumber dana PNBP lebih besar dibanding sumber dana PNBP pada satker

IAIN Pontianak meskipun mempunyai potensi menjadi satker BLU namun keduanya

belum menunjukan kemandirian karena sumber dana yang mereka gunakan lebih banyak

dari dana APBN (RM) dibandingkan dana PNBP

e Analisis terkait pengelolaan BLU

1 Analisis Kemandirian BLU

a Rasio Antara Sumber Dana PNBP (BLU) dan RM

Meskipun tujuan pembentukan BLU adalah tanpa mengutamakan mencari

keuntungan namun diharapkan dengan pelayanan yang meningkat maka secara

52

langsung juga pendapatannya meningkat Lebih jauh lagi diharapkan persentase

belanja satker BLU yang bersumber dari rupiah murni semakin menurun digantikan

dengan sumber belanja dari pendapatan BLU

Tabel III24

Rasio Sumber Dana BLU (PNBP dengan RM) miliar

Satker BLU 2017 2018 2019

PNBP RM PNBP RM

PNBP RM PNBP RM

PNBP RM PNBP RM

Politeknik Kesehatan Pontianak

4966 5279 094 4480 4504 099 3455 4898 070

RS Bhayangkara Pontianak

346 700 487 4282 701 611 4204 777 541

Universitas Tanjungpura

Belum menjadi satker BLU

3177 20876 152 38593 5947 648

RS Kartika Husada Belum menjadi satker BLU 2228 1582 14

Pada Universitas Tanjungpura Pontianak dari tahun 2018 hingga tahun 2019

rasio antara sumber dana PNBP dengan sumber dana RM semakin meningkat yang

nampak pada pagu PNBP yang semakin meningkat Hal ini menandakan tingkat

kemandirian BLU Universitas Tanjungpura semakin membaik Sedangkan pada

Rumah sakit Bhayangkara terdapat penurunan atas pagu PNBP nya hal ini karena

pada tahun 2019 RS Bhayangkara Pontianak melakukan renovasi gedung dan

ruang perawatan yang mempengaruhi jumlah layanan pasien dan penerimaan

PNBP nya

b Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional

Kemandirian Satker BLU selain dapat dilihat dari Rasio Antara Sumber Dana

PNBP dan RM sebagaimana pada poin a dapat pula dinilai dari Rasio PNBP

terhadap biaya operasional BLU Untuk rasio ini BLU di Kalimantan Barat memiliki

rasio yang cukup baik

Tabel III25

Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional (persen)

Satker BLU 2018 2019

Pendapatan PNBP

Biaya Operasional

Pendapatan PNBP

Biaya Operasional

Politekkes Pontianak

3038 6360 48 2702 7725 35

RS Bhayangkara Pontianak

3034 3616 84 2802 4347 64

Universitas Tanjungpura

41371 45355 91 34461 51317 67

53

RS Kartika Husada

Belum menjadi satker BLU 5056 6264 81

Berdasarkan tabel di atas di tahun 2018 pada Satker BLU Politeknik Kesehatan

Pontianak perbandingan antara pendapatan BLU dengan biaya operasional didapat

hasil 48 persen (rasio PNBP terhadap biaya operasional 48 persen) Sedangkan

untuk tahun 2018 rasio kemandirian Satker BLU Poltekkes Pontianak menurun

menjadi 35 persen Penurunan ini disebabkan jumlah pendapatan PNBP yang

menurun sedangkan biaya operasional meningkat Penurunan pendapatan karena

penurunan jumlah mahasiswa baru

RS Bhayangkara Pontianak dari hasil perhitungan rasio pendapatan BLU dengan

biaya operasional didapat hasil 84 persen di tahun 2018 dan mengalami penurunan

menjadi 64 persen Penurunan rasio disebabkan penurunan pendapatan dan

sebaliknya belanja meningkat Penurunan pendapatan disebabkan pendapatan

yang berasal dari rawat inap berkurang Hal ini disebabkan penghapusan gedung

layanan lama yang disertai dengan pembangunan gedung rawat inap baru Namun

secara rasio RS Bhayangkara masih memiliki tingkat kemandirian yang yaitu

diatas 60 persen

Univ Tanjungpura ditahun 2018 sebagai satker BLU baru memiliki rasio 91

persen Ini menandakan Untan sebagai satker BLU memiliki kemandirian yang

sangat baik Sedangkan untuk RS Kartika Husada yang merupakan Rumah sakit

dibawah Kodam Tanjungpura dan baru ditetapkan menjadi BLU penuh di bulan Juli

2019 sudah memiliki awal yang baik dengan tingkat kemandirian (rasio PNBP

dengan biaya operasional ) sebesar 81 persen

f Analisis Efektifitas BLU

Analisa efektifitas BLU adalah analisis untuk mengetahui efektifitas dibentuknya BLU

yaitu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan fleksibilitas

dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi produktifitas dan penerapan

praktek bisnis yang sehat Peningkatan layanan antara lain juga dapat dilihat dari

pendapatan yang dihasilkan dari layanan BLU Analisis efektifitas BLU didapat dari rasio

pendapatan operasional terhadap asset tetap atau rasio perputaran asset tetap Tujuan

analisis ini adalah untuk mengetahui kemampuan BLU untuk menghasilkan pendapatan

dari aset yang dimilikinya

54

Tabel III26

Analisis Efektifitas BLU

Satker BLU 2018 2019

Pendapatan Operasional

Aset Tetap Pendapatan Operasional

Aset Tetap

Politeknik Kesehatan Pontianak

3038 21286 142 2702 21801 124

RS Bhayangkara Pontianak 3034 4832 627 2802 9127 307

Universitas Tanjungpura 41371 2175410 190 34461 2093628 16

RS Kartika HUsada Belum menjadi satker BLU 5056 2486 203

sumber data e rekon

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perputaran aset tetap satker BLU Politekkes

Pontianak tahun 2018 sebesar 142 persen dan mengalami penurunan di tahun 2019

menjadi 124 persen Dari rasio tersebut artinya kemampuan Poltekkes Pontianak

memperoleh pendapatan berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah sebesar 124

persen Penurunan rasio ini disebabkan pendapatan BLU yang menurun di tahun 2019

Sedangkan perputaran aset untuk Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak pada tahun 2019

mengalami penurunan dari 627 persen di tahun 2018 menjadi 307 persen di tahun 2019

Penurunan rasio ini disebabkan penurunan pendapatan BLU dan juga kenaikan aset

tetap Kemampuan RS Bhayangkara Pontianak tahun 2019 untuk memperoleh

pendapatan BLU berdasarkan aset tetap yang dimilikinya adalah 307 persen

Kemampuan Untan memperoleh pendapatannya berdasarkan asset tetap yang

dimilikinya di tahun 2019 sebesar 16 persen

g Analisis Legal BLU

Pemberian fleksibilitas pengelolaan keuangan kepada Satker BLU adalah tetap dalam

koridor penerapan tata kelola pemerintahan yang baik Satker BLU tetap mempunyai

kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang telah diatur di dalam undang-undang

Tabel III27

Kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan Keuangan

Kewajiban Politeknik Kesehatan Pontianak

RS Bhayangkara

Pontianak

Universitas Tanjungpura

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Penyusunan amp Penyampaian Rencana Bisnis Anggaran

Ya - Ya - Ya -

Penyusunan amp penyampaian Lap Keu (standar akuntansi Keu)

Ya - Ya - Ya -

55

Berdasarkan tabel kepatuhan BLU terhadap peraturan pengelolaan keuangan

dapat dilihat bahwa BLU di Provinsi Kalimantan Barat yakni Politeknik Kesehatan

Pontianak RS Bhayangkara Pontianak dan Universitas Tanjungpura telah memenuhi

semua kewajiban dalam rangka penerapan tata kelola dan pengelolaan keuangan BLU

sesuai dengan ketentuan (peraturan perundang-undangan)

37 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT

Dalam rangka peningkatan pembangunan di Wilayah Kalimantan Barat Pemerintah

berusaha memperdayakan potensi yang ada guna mendukung pembangunan ekonomi di

daerah diantaranya berupa Dana Invstasi Pusat yang diberikan kepada Pemda melalui

pinjaman dan Investasi Kredit Program kepada UMKM di Wilayah Kalimantan Barat Kanwil

Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat berkewajiban menatausahakan investasi

pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi khususnya penerusan pinjaman (Subsidary

Loan Agreement) Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat) dan Pembiayaan Ultra Mikro

(UMi)

371 Penerusan Pinjaman (Subsidary Loan Agreement)

Penerusan Pinjaman Pemerintah Pusat (Subsidiary Loan Agreement) kepada

Pemerintah DaerahPerusahaan DaerahBUMD Penerusan pinjaman yang diberikan

kepada PDAM maupun Pemda dimaksudkan untuk meningkatkan atau memperbaiki

tata kelola penyediaan air minum kepada masyarakat baik dari segi infrastruktur maupun

percepatan penyedian air minum

Pada tahun 2019 masih terdapat 1 (satu) pinjaman BUMD dan Pemda menunggu

penyelesaian penghapusan yaitu Pemerintah Kota Singkawang dengan sisa hutang

sebesar Rp1766635437024 yang diselesaikan melalui proses pelaksanaan debt swap

sebesar Rp1398691928715 dan penghapusan utang murni Rp367943508309

Pemerintah Kota Singkawang telah mengalokasikan program debt swap pada APBD

tahun anggaran 2017 melalui DPPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

berupa kegiatan Pembangunan Bangsal Ruang Inap Kelas I RSUD Abdul Aziz di

Singkawang dengan realisasi pembangunan sebesar Rp14407200000 dan telah

dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat

Penyampaian Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU

Ya - Ya - Ya -

Persetujuan Tarif Layanan oleh Menteri Keuangan

Ya - Ya - Ya -

Persetujuan Pembukaan Rekening Ya - Ya - Ya -

Penyusunan SOP pengelolaan keuangan BLU

Ya - Ya - Ya -

56

Tabel III31

Profil Oustanding Penerusan Pinjaman BUMD dan PEMDA di

Prov Kalbar Tahun 2018

Sumber Data Kanwil Data PemdaBUMNBUMD Penerima SLA Dit SMI

372 Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat)

Investasi Pemerintah Pusat lainnya adalah Program Kredit Program berupa

pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM (KUR) Wilayah Provinsi Kalimantan

Barat dalam tahun 2019 telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 debitur)

jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar

atau 1135 persen

TabelIII32

Penyaluran KUR Wilayah Kalimantan Barat Tahun 2019

No KabKota 2018 2019

Akad Debitur Akad Debitur

1 Kalimantan Barat 1650000000 29 1055000000 30

2 Kab Sambas 172012480000 5063 178155490000 4706

3 Kab Mempawah 117141764400 3853 117924669245 3337

4 Kab Sanggau 137303602000 3683 151852745000 3768

5 Kab Ketapang 134775029932 3445 115111754000 3193

6 Kab Sintang 169583544950 3539 214178312000 3769

7 Kab Kapuas Hulu 74602388591 2755 101002500000 3412

8 Kab Bengkayang 62169980000 1909 61608265000 2069

9 Kab Landak 84971200000 2710 99536500000 2866

10 Kab Sekadau 82259245000 1715 76000490000 1679

11 Kab Melawi 60856245000 1378 84465707561 1292

12 Kab Kayong utara 24188290000 826 25003500000 824

13 Kab Kubu Raya 151025480000 3883 193886370000 4216

14 Kota Pontianak 256541689000 4730 283349999288 4710

15 Kota Singkawang 85998890400 1993 95216230108 1907

Total 1615079829273 41511 1798347532202 41778

Sumber SIKP Dit SMI 2019

Penyaluran KUR tersebar di beberapa Lembaga Keuangan di wilayah Kalimantan

Barat melalui aplikasi online system data KUR dengan Sistem Informasi Kredit Program

57

(SIKP) untuk wilayah Kalbar terdapat 16 lembaga keuangan yang ditunjuk sebagi

penyalur Sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini

Tabel II32 Penyaluran KUR per Bank Provinsi Kalbar Tahun 2019

No Nama Bank Jumlah

Rupiah Debitur

1 BPD Jawa Tengah 500000000 1

2 BPD Kalimantan Barat 235246000000 2225

3 BPD Kalimantan Selatan 100000000 1

4 BPD Kaltimtara 50000000 1

5 BPD Riau Kepri 250000000 1

6 BRI Syariah 28661000000 868

7 Bank Bukopin 1680000000 6

8 Bank Central Asia 3075000000 13

9 Bank Mandiri 374774669000 4448

10 Bank Maybank 1220000000 4

11 Bank Negara Indonesia 308639830404 1794

12 Bank Rakyat Indonesia 837567307798 32376

13 Bank Sinarmas 6014000000 25

14 Bank Tabungan Negara 400000000 3

15 CTBC Bank 58980000 4

16 Internusa Tribuana Citra Multifinance 110745000 8

1798347532202 41778

Sumber SIKP Dit SMI 2019

Berdasarkan data aplikasi SIKP penyaluran KUR mencapai sebesar Rp179834

miliar dengan jumlah debitur 41778 orang tersebar melaui skema Usaha Mikro sebesar

Rp73601 miliar (34757 debitur) Kecil dan menengah sebesar Rp106172 miliar (6977

debitur) dan TKI sebesar Rp61874 juta (44 debitur) Bank Rakyat Indonesia (BRI)

merupakan lembaga terbesar penyalur KUR yakni sebesar Rp83756 miliar Sebagian

besar investasi digunakan pada sektor perdagangan yaitu sebesar Rp93627 miliar

(20750 debitur) atau 5178 persen disusul bidang Pertanian Perburuhan dan

Kehutanan sebesar Rp47943 miliar (15953 debitur) atau 2651 persen dan Jasa

Kemasyarakatan Sosial Budaya Hiburan dan Perorangan lainnya sebesar Rp9811

miliar (2398 debitur) atau 543 persen

Hasil monitoring Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov Kalbar terhadap penyaluran

kredit program dapat dikatakan bahwa Pemerintah sangat memperhatikan dan

mengharapkan adanya perkembangan usaha serta peningkatan ekonomi bagi UMKM di

wilayah Kalimantan Barat hal ini menunjukan bahwa program KUR sangat bermanfaat

58

dan berdampak terhadap perkembangan kegiatan usaha bahkan pertumbuhan ekonomi

di Kalimantan Barat Dalam perkembangannya hasil survey di lapangan yang diambil

secara sampling terhadap 82 debitur program KUR di wilayah Kalbar didominasi oleh

Sektorbidang usaha perdagangan yaitu sebesar 5976 persen atau 49 pelaku UMKM

disusul bidang usaha jasa sebesar 1951 persen atau 16 pelaku UMKM dan Pertanian

Peternakan dan Perkebunan 1220 persen atau 10 pelaku UMKM sedangkan sektor

usaha lainnya sebesar 853 persen atau 7 pelaku UMKM Sesuai Permenko Bidang

Perekonomian nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanan KUR sektor di luar

sektor perdagangan dikelompokkan sebagai sektor produksi Dengan demikian

berdasarkan hasil survey responden debitur KUR di sektor produksi hanya mencapai

4124 persen Hal ini masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama

pada sektor produksi sebesar 60 persen

Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar

sasaran dan tujuan program KUR dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran

KUR diarahkan agar lebih banyak menyasar UMKM di sektor produksi (non

perdagangan) yaitu dengan memberikan target minimal penyaluran ke sektor produksi

sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan skema KUR

Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat perkebunan

rakyat dan peternakan rakyat

373 Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)

Tahun 2019 jumlah penyaluran UMi di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar

Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen

Tabel III33

Penyaluran UMI Provinsi Kalbar Tahun 2019

No Tahun 2018 2019

KabKota Akad Debitur Akad Debitur

1 Kayong Utara 11000000 2 208000000 28

2 Ketapang 229000000 32 1055800000 165

3 Kubu Raya 1447315688 356 1176000000 314

4 Landak 860878000 194 200500000 45

5 Melawi 155000000 24 210000000 29

6 Mempawah 3188943000 758 3574105000 1027

7 Sambas 358000000 50 232400000 30

8 Sanggau 148500000 21 622933000 93

9 Sintang 90500000 14 235700000 44

59

10 Pontianak 1671500000 638 2805350000 931

11 Singkawang 185000000 25 188500000 28

12 Bengkayang 31000000 4 5000000 1

13 Kapuas Hulu 7000000 2 7000000 2

14 Sekadau 30000000 4 - -

Jumlah 8413636688 2124 10521288000 2737

Berdasarkan data aplikasi SIKP UMi penyaluran UMi di Kalimantan Barat mencapai

sebesar Rp1052 miliar dengan jumlah debitur 2737 orang pembiayaan UMi dilakukan

melalui penyalur perantara yang merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

diantaranya adalah PT Pegadaian (Persero) PT Bahana Artha Ventura PT

Permodalan Nasional Madani (Persero) serta beberapa Koperasi baik melalui

pembiayaan konvensional danatau pembiayaan syariah LembagaLankage penyalur

terbesar yaitu PT PNM merupakan lembaga terbesar penyalur UMi yakni sebesar

Rp443 miliar (1531 debitur) PT Pegadaian sebesar Rp263 miliar (453 debitur) KSPS

BMT UGT Sidogiri sebesar Rp188 miliar (337 debitur) dan KSPPS BMT Bina Umat

Sejahtera sebesar Rp154 miliar (408 debitur)

Tabel III33

Penyaluran UMI per LKBB Provinsi Kalbar Tahun 2019

NO PENYALUR LKBB TOTAL PENYALURAN Debitur

1 PT PEGADAIAN 2637600000 453

2 PNM 4427500000 1531

3 KSPPS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA 1535305000 408

4 KSPPS TAMZIS BINA UTAMA 26000000 6

5 KSPPS BMT BINA IHSANUL FIKRI 7000000 2

6 KSPS BMT UGT SIDOGIRI 1887883000 337

Total 10521288000 2737

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi penyaluran UMi yang dilaksanakan di

beberapa wilayah Kalimantan Barat terdapat faktor yang sangat berpengaruh terhadap

perkembangan penyaluran UMi di Kalimantan Barat antara lain

1 PenyalurLembaga Linkage selaku penyalur pembiayaan UMi belum tersebar atau tidak

memiliki kantor cabang di seluruh wilayah Kalbar sehingga potensi penyaluran pembiayaan

UMi kurang maksimal dan tidak bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Kalbar

2 Hasil produk UMKM terutama mutu dan kualitas produk belum dapat bersaing secara

global dengan produk daerah lain

Sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan usaha UMKM di wilayah

Kalimantan Barat adalah melakukan koordinasi dan kerjasama antara Pemda

60

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalbar PenyalurLembaga Linkage

serta lembaga terkait lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada

debitur dan membantu mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada

masyarakat baik melalui pertemuan maupun dengan media cetak banner spanduk

dan lain-lain sehingga dapat mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha

Mikro bahkan dapat meningkat ke Mikro Kecil

38 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN

BELANJA INFRASTRUKTUR DI DAERAH

381 Mandatory Spending di Daerah

Belanja mandatory merupakan belanja wajib yang diperintahkan oleh Undang-Undang

yakni belanja sektor kesehatan sebesar 5 persen dan belanja sektor Pendidikan sebesar

20 persen

a Belanja Sektor Pendidikan

Uraian 2017 2018 2019

Alokasi Fungsi Pendidikan 157554 185385 231676

Pagu Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF

929392 1117061 1049551

Rasio 017 017 022

Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk

pembangunan Penyelenggaraan pendidikan di daerah akan mampu menjembatani

kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya belajar di sekolah Untuk memenuhi hal

tersebut tentunya harus dialokasikan anggaran belanja pendidikan Belanja Pendidikan

merupakan belanja wajib (mandatory spending) yang mutlak harus dipenuhi yang

ditentukan batas minimal pengalokasian anggaran dalam APBN sebesar 20 persen Alokasi

belanja pemerintah pusat Fungsi Pendidikan tahun 2019 sebesar Rp231 triliun meningkat

46291 miliar atau 2497 persen dibanding alokasi tahun sebelumnya Rasio fungsi

Pendidikan di tahun 2019 mencapai 022 naik 005 bila dibandingkan dengan rasio fungsi

pendidikan tahun sebelumnya Peningkatan alokasi fungsi kesehatan ini diharapkan akan

meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat

b Belanja Sektor Kesehatan

Uraian 2017 2018 2019

Alokasi Fungsi Kesehatan

16020 19263 18897

Alokasi Belanja APBN (KL) tanpa anggaran DDDF

929392 1117061 1049551

Rasio 0017 0017 0018

61

Anggaran berdasarkan fungsi kesehatan merupakan anggaran belanja negara dimana

dana anggaran akan diarahkan untuk melaksanakan program-program dalam rangka

meningkatkan derajat tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik Ketentuan pasal 171

undang undang nomor 36 tahun 2009 menjadikan alokasi di bidang kesehatan mutlak

dipenuhi (mandatory spending) Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan

adalah dengan menyediakan berbagai infrastruktur dan pengadaan tenaga-tenaga

kesehatan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan umum Usaha ini ditujukan

untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat sekaligus dalam rangka peningkatan mutu fisikal

sumber daya manusia dan Indonesia Sehat Alokasi belanja pemerintah pusat Fungsi

Kesehatan tahun 2019 di Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp18897 miliar menurun 366

miliar atau 19 penurunan tersebut disebabkan meningkatnya anggaran kesehatan

melalui transfer ke daerah (DAK) Rasio Fungsi Kesehatan di tahun 2019 mencapai 0018

naik 0001 bila dibanding rasio Fungsi Kesehatan tahun sebelumnya Meningkatnya alokasi

fungsi kesehatan tersebut diharapkan semakin meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat

382 BELANJA INFRASTRUKTUR

Infrastruktur memiliki peran penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

Keberadaan infrastruktur akan mendorong mobilitas penduduk dan faktor produksi

terutama tenaga kerja serta memperlancar arus barang dan jasa sehingga akan

mendorong tumbuhnya produksi dan investasi Belanja infrastruktur oleh pemerintah pusat

di representasikan oleh pos Belanja Modal (53) pada belanja KL (APBN)

Grafik III

Alokasi dan Realisasi Belanja Modal Tahun 2015 - 2019

sumber data mebe (diolah)

Untuk Wilayah Kalimantan Barat secara agregat alokasi untuk pos belanja modal (53)

dari tahun 2015 sd 2019 fluktuatif nampak ada penurunan belanja modal KL di tahun

2019 dibanding tahun anggaran sebelumnya Meskipun ada penurunan alokasi belanja

modal tidak berarti pembangunan infrastruktur untuk wilayah Kalimantan Barat diabaikan

000

100000

200000

300000

400000

500000

2015 2016 2017 2018 2019

Pagu Realisasi

62

karena pembangunan infrastruktur juga di topang oleh Dana Alokasi Fisik dimana tahun

2019 alokasi DAK Fisik sebesar Rp261 triliun

Tahun 2019 Pagu total belanja KL di Kalimantan Barat Rp1049 triliun dan alokasi

untuk belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun atau 2288 persen dan telah terealiasi

Rp195 triliun Dari total alokasi belanja modal (53) sebesar Rp24 triliun di tahun 2019

sebagian besar alokasi belanja modal ada pada Kementerian PUPR sebesar Rp15 triliun

atau 665 persen dan selanjutnya Kementerian Perhubungan sebesar Rp20417 miliar

atau 85 persen Dari alokasi sebesar Rp15 triliun yang dianggarkan pada kementerian

PUPR di Kalimantan Barat 61 persen alokasikan untuk pembangunan infrastruktur jalan

diantaranya jalan trans Kalimantan perbatasan Indonesia dan Malaysia yakni ruas jalan

nanga badau - entikong - aruk - temajok serta pembangunan jalan Nasional III dan III di

seluruh wilayah Provinsi Kalbar Diharapkan dengan pembangunan ruas jalan secara

merata ini akan mempermudah akses dan koneksifitas antar wilayah dan mengakselerasi

nilai tambah perekonomian masyarakat Kalimantan Barat yang tercermin dari adanya

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dengan menguji pengaruh realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat dengan PAD

Prov Kalbar dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel

Hasil Regresi Sederhada Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat Terhadap PAD di Prov Kalbar

Tahun 2015-2019

R Square Significance

0049 0000

Dengan signifikasi 0000 menunjukkan bahwa realisasi Belanja Modal Pemerintah

Pusat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PAD R square 0049 berarti realisasi

Belanja Modal Pemerintah Pusat memiliki pengaruh positif sebesar 49 persen terhadap

PAD Provinsi Kalbar Hasil perhitungan regresi di atas menunjukkan bahwa setiap

kenaikan 1 rupiah Realisasi Belanja Modal Pemerintah Pusat akan mendorong kenaikan

PAD sebesar Rp 0049 Apabila kenaikan Belanja Modal Pemerintah Pusat Rp 1 triliun

maka PAD akan naik sebesar Rp 49 miliar

Jembatan Kapuas PontianakJembatan ini memiliki panjang 42o meter dan lebar 6 meter Jembatan ini muali dibangun tahun 1980

BAB IV

PERKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

APBD

63

41 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan faktor pendorong utama dalam

peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah Selain itu kinerja pelaksanaan APBD juga

merupakan salah satu penentu tercapainya target sasaran makro ekonomi daerah yang

diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan tantangan dalam mewujudkan masyarakat

sejahtera dan mandiri Pemerintah daerah menggunakan APBD sebagai instrumen utama bagi

kebijakan publik di daerahnya

Untuk mencapai target tersebut Pemerintah Daerah Kalimantan Barat menyusun Alokasi

APBD Kalimantan Barat tahun anggaran 2019 sebagaimana terlihat pada tabel berikut

Tabel IV1

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

URAIAN 2018 2019

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PENDAPATAN 2443326 2422952 2543450 2563928

PENDAPATAN ASLI DAERAH

360621 390903 376276 404671

Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398

Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

16227 17161 18117 19075

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

98917 73671 85664 84200

PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816

Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak

77844 78654 78128 58493

Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649

Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

76467 113239 69129 97384

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

120005 121467 147048 180339

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

1850 1060 000 1419

64

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

105809 46616 94992 74442

Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318

Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124

BELANJA DAERAH 2499829 2345817 2604405 2510634

BELANJA OPERASI 1645895 1509851 1691108 1608335

Belanja Pegawai 841558 797512 935725 825216

Belanja Barang 606872 516897 599693 605691

Belanja Bunga 294 323 703 288

Belanja Subsidi 000 000 000 000

Belanja Hibah 190185 188493 145940 167928

Belanja Bantuan sosial 6987 6625 9047 9212

BELANJA MODAL 505628 470016 520212 498885

Belanja Modal 505628 470016 520212 498885

BELANJA TAK TERDUGA 3110 716 3213 625

Belanja Tak Terduga 3110 716 3213 625

BELANJA TRANSFER 345197 365234 389872 402789

TransferBagi Hasil Pendapatan

90177 99533 87458 102031

Belanja Bantuan Keuangan

255020 265701 302414 300757

SURPLUSDEFISIT -56503 77135 -60955 53295

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Anggaran pendapatan pada pemerintah provinsikabupatenkota di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018

Anggaran pendapatan naik sebesar Rp 100124 miliar menjadi 2543450 miliar atau 410

persen Anggaran belanja juga mengalami kenaikan sebesar 418 persen menjadi sebesar Rp

2604405 miliar Kondisi APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik dengan

menghasilkan surplus Rp 53295 miliar di wilayah Kalimantan Barat

42 PENDAPATAN DAERAH

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pemerintah dituntut

untuk memiliki kemandirian keuangan daerah yang lebih besar Dengan tingkat kemandirian

keuangan yang lebih besar berarti daerah tidak akan lagi sangat bergantung pada bantuan dari

pemerintah pusat dan propinsi melalui dana transfer

Namun tidak berarti jika kemandirian keuangan daerah tinggi maka daerah sudah tidak perlu

lagi mendapatkan dana transfer Dana transfer masih tetap diperlukan untuk mempercepat

pemabngunan daerah Semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan maka daerah dapat

memberikan pelayanan publik yang lebih berkualitas melakukan investasi pembangunan jangka

panjang dan sebagainya

65

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Pendapatan Daerah adalah hak pemda yang diakui

sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan Pendapatan daerah

tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah

yang sah Berdasarkan ketentuan tersebut APBD Kalimantan Barat disusun dengan rincian

sebagai berikut

Tabel IV2

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Jenis Pendapatan Daerah

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

URAIAN 2018 2019

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PENDAPATAN ASLI DAERAH 360621 390903 376276 404671

Pajak Daerah 231663 286688 257941 286398

Retribusi Daerah 13815 13384 14554 14998

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

16227 17161 18117 19075

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 98917 73671 85664 84200

PENDAPATAN TRANSFER 1976897 1985433 2072181 2084816

Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak

77844 78654 78128 58493

Dana Alokasi Umum 1182060 1181989 1212239 1232649

Dana Alokasi Khusus 518671 489024 565638 514532

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

76467 113239 69129 97384

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 120005 121467 147048 180339

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

1850 1060 000 1419

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 105809 46616 94992 74442

Pendapatan Hibah 36606 14266 38908 38318

Pendapatan Lainnya 48269 32350 56084 36124

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pada tahun 2019 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Barat mengalami

peningkatan sebesar Rp 13768 miliar atau 352 persen dibandingkan tahun 2018 dengan realisasi

melebihi target yaitu 10755 persen dari pagu yang dianggarkan Kenaikan pendapatan ini

terutama ditopang oleh Pajak Daerah yang terealisasi 11103 persen dan Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang mencapai 10529 persen Retribusi Daerah juga melebihi

target dengan penerimaan sebesar 10305 persen

Pendapatan transfer terjadi kenaikan yang signifikan pada Dana Bagi Hasil Pajak dari

Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya yang mencapai 14087 persen dari target disusul oleh

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar 12264 persen

66

421 Dana TransferPerimbangan

Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan dana otonomi khusus dan

dana penyesuaian

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan Desentralisasi Jumlah Dana Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran

dalam APBN

Kebijakan perimbangan keuangan atau ditekankan pada empat tujuan utama yaitu (a)

memberikan sumber dana bagi daerah otonom untuk melaksanakan urusan yang

diserahkan yang menjadi tanggungjawabnya (b) mengurangi kesenjangan fiskal antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah (c) meningkatkan

kesejahteraan dan pelayanan publik dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dan

pelayanan publik antar daerah serta (d) meningkatkan efisiensi efektifitas dan akuntabilitas

pengelolaan sumber daya daerah khususnya sumber daya keuangan

Dana perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Dana Alokasi Khusus (DAK)

a Analisis ruang fiskal dan kemandirian daerah

1) Analisis Ruang Fiskal

Ruang fiskal secara umum merupakan ketersediaan ruang dalam anggaran yang

memampukan Pemerintah menyediakan dana untuk tujuan tertentu tanpa

menciptakan permasalahan dalam kesinambungan posisi keuangan Pemerintah

Dalam konteks APBN ruang fiskal adalah total pengeluaran dikurangi dengan

belanja non diskresionerterikat seperti belanja pegawai pembayaran bunga subsidi

dan pengeluaran yang dialokasikan untuk daerah

Dalam APBD Ruang fiskal adalah pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked

(DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat)

Ruang Fiskal mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda

tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib)

Ruang Fiskal adalah (Total Pendapatan-DAK) ndash Belanja Pegawai tak langsung

67

Grafik IV1

Ruang Fiskal Kalimantan Barat

Tahun Anggaran 20182019

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Berdasarkan data dua tahun terakhir ruang fiskal Kalimantan Barat tumbuh

sebesar 19589 miliar dari tahun 2018 sebesar 1155080 menjadi 1174669

pada tahun 2019 Terjadi peningkatan ruang fiskal sebesar 266 persen dari

tahun sebelumnya

2) Analisis Rasio Kemandirian Daerah

Ruang Rasio kemandirian daerah Rasio PAD terhadap total pendapatan dan

rasio dana transfer terhadap total pendapatan Apabila rasio PAD lebih besar

daripada rasio dana transfer berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin

besar rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan semakin tinggi

Rasio PAD = PAD Total Pendapatan APBD

Rasio DanaTransfer = Total Dana Transfer Total Pendapatan APBD

Rasio PAD = 376276 2543450

= 015

Rasio DanaTransfer = 2072181 2543450

= 081

Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio ketergantungan

Kalimantan Barat masih sangat tinggi

b Analisis komparatifperbandingan year on year (yoy) antara trend alokasi dana transfer

untuk Kalimantan Barat terhadap Pertumbuhan ekonomi regional PDRB Tingkat

pengangguran Tingkat kemiskinan IPM (HDI) dapat digambarkan sebagai berikut

000

2000

4000

6000

8000

10000

2018 2019

2018 54592019 5192

2018 45412019 4808

Belanja Mengikat Ruang Fiskal

68

Tabel IV3

Tabel Perbandingan Alokasi Dana Transfer Terhadap Indikator Perekonomian Regional

Tahun Anggaran 20182019

INDIKATOR 2018 2019 persen

Alokasi Dana Transfer 345197 389872 1294

Pertumbuhan Ekonomi Regional

506

500 (119)

PDRB 19403

21232 943

Tingkat Pengangguran 426

4 45 446

Tingkat Kemiskinan 737

728 (122)

IPM 6698

NA NA

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Peningkatan dana transfer dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 1294 persen

tidak serta merta turut mendongkrak indikator perekonomian di Kalimantan Barat

Tercatat hanya PDRB yang mengalami trend positif yaitu 943 persen Sedangkan

indikator lainnya negatif

422 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang

dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Pendapatan asli daerah diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi

pemerintahan daerah oleh karena ini berarti pemerintah daerah didorong untuk dapat

meningkatkan kemandirian keuangannya

a Analisis komposisi pendapatan daerah dan perbandingannya

Pada tahun 2019 pendapatan daerah Kalimantan Barat sebesar 2563928 miliar

Pendapatan transfer sebesar 2084816 miliar dan Pendapatan Asli Daerah sebesar

404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018 dapat disajikan sebagai berikut

69

Grafik IV2 Perbandingan Pendapatan Dana Transfer dan PAD Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Sampai tahun 2019 PAD Kalimantan Barat masih berada di kisaran 15 persen

dari seluruh total pendapatan Hal ini menunjukkan tingkat kemandirian keuangan

Kalimantan Barat masih rendah

b Analisis perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan belanja daerah

Pada tahun 2019 Belanja Daerah Kalimantan Barat sebesar 2510634 miliar

Pendapatan Asli Daerah sebesar 404671 miliar Perbandingan dengan tahun 2018

adalah sebagai berikut

Grafik 4221

Perbandingan Belanja Daerah dan Pendapatan Asli DaerahKalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

-

5000

10000

15000

20000

25000

30000

PENDAPATANPENDAPATAN

TRANSFER PENDAPATANASLI DAERAH

24433

20827

3606

24230

20320

3909

25435

21672

3763

25639

21593

4047

2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

10000

20000

3000024998

3606

23458

3909

26044

3763

25106

4047

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi

2019 Anggaran 2019 Realisasi

70

Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah tahun 2019 adalah

sebesar 1612 persen Angka ini sedikit menurun apabila dibandingkan dengan tahun

2018 yang sebesar 1666 persen Hal ini mengindikasikan ada peningkatan

kemampuan daerah untuk membiayai pengeluarannya

423 Pendapatan Lain-lain

Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan daerah selain pendapatan

transferperimbangan dan pendapatan asli daerah

Grafik IV4 Perbandingan Pendapatan Lain-lain terhadap Total Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Kontribusi Pendapatan Lain-lain di Kalimantan Barat tidak begitu signifikan terhadap

keuangan daerah Walaupun menunjukkan peningkatan tetapi secara keseluruhan

jumlahnya tidak terlalu besar Pada tahun 2018 sebesar 192 persen dari total

pendapatan dan meningkat menjadi 290 persen pada tahun 2019

43 Belanja Daerah

Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan Belanja Daerah bersumber

dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) + Dana Transfer dari Pusat ke Daerah (DAU DAK Dana

Penyeimbang Dana Kontingensi DBH dll) Tujuan analisis Belanja Daerah antara lain adalah

untuk mengetahui kontribusi pengeluaran daerah terhadap pengeluaran pemerintah secara

nasional Analisis Belanja Daerah dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi belanja daerah seperti

klasifikasi urusan klasifikasi fungsi dan sebagainya

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

PENDAPATANPENDAPATAN

LAIN-LAIN

24433

1058

24230

466

25435

950

25639

744

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

71

Tabel IV5

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Persentase Jenis Belanja Terhadap Total Belanja

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Jenis Belanja Alokasi persen Thd Belanja

Sektor Konsumtif

Belanja Pegawai 825216 3301

Belanja Barang 605691 2423

Belanja Bunga 703 003

Belanja Hibah 145940 584

Belanja Bantuan sosial 9047 036

Belanja Bagi Hasil Kepada ProvKabKota dan Pemdes 87458 350

Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvKabKota dan Pemdes 302414 1210

Belanja tidak terduga 3213 013

1979682 7919

Sektor Produktif

Belanja Modal 520212 2081

Total Belanja 2499893 10000

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Alokasi APBD masih didominasi oleh belanja yang bersifat konsumtif yang mempunyai multi

efek jangka pendek dan didominasi untuk mencukupi kebutuhan belanja pegawai sebesar 3301

persen dari total belanja Terbesar berikutnya adalah belanja barang sebesar 2423 persen

Sedang untuk alokasi Belanja Modal sebesar 2081 persen ini sangat berpengaruh terhadap

peluang terbukanya lapangan pekerjaan untuk menambah kesejahteraan masyarakat karena

belanja modal mempunyai multi efek jangka panjang

44 Perkembangan BLU Daerah

BLU daerah di Kalimantan Barat bergerak dibidang layanan kesehatan Seluruhnya

merupakan BLUD yang sebagian biaya operasionalnya di biayai dengan APBD

Tabel IV6

BLU Daerah Kalimantan Barat Berdasarkan Nilai Aset dan Komposisi Pagu

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

No Jenis Layanan

Satker BLUD Nilai Aset Pagu

2018 2019 PNBP APBD TOTAL

1 Kesehatan RSUD Dr Ade M Djoen

2 Kesehatan RSUD Pemangkat Sambas

3 Kesehatan RSUD Sambas 3962 4952 2062

4 Kesehatan RSUD Sanggau

5 Kesehatan RSUD Dr Agusdjam Ketapang

6 Kesehatan RSUD Singkawang

72

7 Kesehatan RSUD Sekadau 4112 5281 1203 3692 4895

8 Kesehatan RSUD Dr Soedarso 21480 26748 6114

9 Kesehatan RSUD Dr Achmad Diponegoro Kapuas Hulu

1499 1319

10 Kesehatan RSUD Bumi Sebalo Bengkayang 6076 8645 1500 3579 5079

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

RSUD Dr Soedarso yang berada di Pontianak merupakan BLU Daerah terbesar dengan total

asset 26748 Walaupun begitu pendapatan operasionalnya baru mencapai 25 persen dari pagu

keseluruhan Sisanya masih didanai dengan APBD RSUD Bumi Sebalo sedikit lebih besar

persentase komposisi pagu PNBP terhadap total pagu Pagu PNBPnya mencapai 30 persen dari

total pagu

45 SurpusDefisit APBD

Selisih antara pendapatan dan belanja akan menimbulkan surplus atau defisit sedangkan jika

pendapatan dan belanja sama maka mencapai anggaran yang berimbang Surplus APBD terjadi

bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah jika

sebaliknya maka defisit Dalam selisih ini dapat kita jelaskan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh

pemda dapat juga dijelaskan mengenai faktor pendorong terjadinya surplusdefisit tersebut Jika

APBD defisit maka pemda harus mencari alternatif untuk menutupi kekurangan tersebut

Sedangkan jika surplus maka pemerintah akan menerima kembali dana lebih tersebut Surplus

tersebut dapat dianggarkan untuk pembayaran pokok utang penyertaan modal daerah pemberian

pinjaman kepada pemerintah lain dan pembentukan dana cadangan (misal untuk Pilkada

infrastruktur dll)

a Rasio surplusdefisit terhadap aggregat pendapatan

Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan

APBD = 77135 2422952

2018 = 318

Rasio surplus defisit thd pendapatan = Surplus atau defisit dibagi Total pendapatan

APBD = 53295 2563928

2019 = 2079

Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2018 tetapi Kalimantan Barat masih

mencatatkan rasio surplus untuk tahun 2019 sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi

APBD pada tahun 2019 menunjukkan kinerja yang baik

b Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I)

73

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I) rasio ini untuk mengetahui

proporsi adanya surplusdefisit anggaran terhadap salah satu sumber pendapatan APBD

yaitu realisasi pencairan dana transfer Hal ini dapat menunjukkan ekses likuiditas Pemda

pada semester I akibat frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal

bagi Kementerian Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama

pada daerah yang sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses

likuiditas

Rasio surplus defisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = Surplus atau defisit Semester I dibagi

Total Realisasi Dana Transfer

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 435522 942997

2018 = 4618

Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer = 452874 983139

2019 = 4606

Pada semester I baik tahun 2018 maupun 2019 rasio surplus terhadap realisasi dana transfer

sangat tinggi Hal ini mengindikasikan ekses likuiditas Pemda pada semester I akibat

frontloading pencairan dana transfer Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian

Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer terutama pada daerah yang

sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas

c Rasio surplusdefisit terhadap PDRB indikator ini menggambarkan kesehatan ekonomi

regional semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan

jasa yang cukup baik untuk membiaya hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah

Rasio surplusdefisit thd pendapatan Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

Rasio surplusdefisit thd PDRB = Surplus atau defisit APBD dibagi PDRB

Rasio surplusdefisit thd PDRB = 77135 19403

2018 = 398

Rasio surplusdefisit thd PDRB = 53295 21232

2019 = 251

Rasio surplus di 2019 lebih kecil dari 2018 ini menunjukkan Kalimantan Barat semakin

mampu memproduksi barang dan jasa lebih baik

46 Pembiayaan

Pembiayaan Daerah adalah seluruh penerimaan yang harus dibayar kembali danatau

pengeluaran yang akan diterima kembali Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan

dan pengeluaran pembiayaan

Rasio SILPA terhadap alokasi belanja di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut

74

Rasio SILPA = Jumlah SILPA dibagi Total belanja APBD

Rasio SILPA = 21710 2345817

2018 = 52

Rasio SILPA = 46347 2510634

2019 = 184

Rasio SILPA merupakan rasio yang mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang tidak

digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran Pada tahun 2019

angka rasionya adalah 184 terjadi penurunan sebesar 334 dibandingkan tahun 2018 hal ini

mengindikasikan bahwa efektifitas belanja setahun terakhir cenderung meningkat daripada tahun

sebelumnya

47 Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah

471 Analisis Horizontal dan Vertikal

a Analisis Horizontal

Analisis horizontal merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam

satu laporan realisasi Pemda (KabupatenKota) satu dengan Pemda lain dalam satu

wilayah (Provinsi) Selain itu analisis ini merupakan analisis membandingkan perubahan

keuangan dalam satu post APBD yang sama pada satu lingkup Pemda Tujuan dari analisis

horizontal adalah untuk menyajikan informasi yang utuh terkait kinerja suatu pos antar

Pemda dan perkembangan suatu pos APBD dari waktu ke waktu

Grafik IV3 Realisasi PAD KabupatenKota Kalimantan Barat

Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pendapatan Asli Daerah pada Kab Sambas mengalami lonjakan yang signifikan

yaitu sebesar 26952 persen apabila dibandingkan dengan tahun yang lalu Sebaliknya

Kab Sintang mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 2830 persen

SambasSingkawa

ngSintang Sekadau

11KabKota

TotalKalbar

TW IV 2018 4028 13087 24004 5464 344320 390903

TW IV 2019 14885 16630 17210 4535 351411 404671

010002000300040005000

mili

ar r

up

iah

75

b Analisis Vertikal

Analisis vertikal merupakan analisis yang membandingkan antara pos yang satu

dengan pos yang lain terhadap totalnya dalam satu komponen APBD yang sama Tujuan

dari analisis vertikal adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi suatu pos dalam

bentuk angka total sehingga membantu pengguna dalam mengukur seberapa besar

pengaruh pos tersebut bagi Pemda

Pada prinsipnya semakin besar kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah akan

menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat Dengan kontribusi yang

semakin meningkat diharapkan pemerintah daerah semakin mampu membiayai

keuangannya Gambaran kemandirian keuangan daerah ini dapat diketahui melalui

besarnya kemampuan sumber daya keuangan dalam membiayai pelayanan kepada

masyarakat daerah tertentu

1) Analisis Kontribusi PAD Kalimantan Barat terhadap total pendapatan

Analisis Kontribusi PAD dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah

pendapatan asli daerah dengan total penerimaan daerah Rasio ini menunjukan

kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah Semakin tinggi kontribusi PAD maka

semakin tinggi kemampuan pemeritah daerah dalam penyelenggaraan desentralisas

Kriteria Rasio Kontribusi PAD

bull Sangat Baik gt 50

bull Baik 25 ndash 50

bull Kurang Baik10 ndash 25

bull Tidak Baik lt 10

76

Grafik IV4 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah di Kalimantan Barat masih relatif

rendah PAD di Kalimantan Barat menyumbang antara 15 persen sd 16 persen dari

seluruh total pendapatan dalam dua tahun terakhir

Penyebab dari rendahnya PAD tersebut antara lain pertama pemerintah daerah

belum mampu mengidentifikasi potensi sumber pendapatannya Kedua sebagian besar

pemerintah daerah masih belum dapat mengoptimalkan penerimaan pajak daerah

retribusi daerah atau bahkan penerimaan dari hasil kekayaan daerah yang dipisahkan

sesuai UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Ketiga pemerintah daerah masih menganggap bahwa rendahnya pendapatan PAD

sebagai akibat dari ruang gerak daerah yang terbatas untuk mengoptimalkan

penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diatur dalam UU No 28

Tahun 2009 Pemerintah daerah melihat banyak jenis dan objek pajak serta retribusi

yang masih dapat diterapkan tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang Ketiga

daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak yang besar masih diatur oleh

pusat yaitu Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak rokok Keempat

adalah kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan yang berasal

dari pajak daerah dan retribusi daerah yaitu menyempurnakan dan mengoptimalkan

penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada serta menerapkan

pajak daerah dan retribusi daerah yang baru

-

10000

20000

30000

Anggaran Realisasi

AnggaranRealisasi2018

2019

2018 2019Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

PAD 3606 3909 3763 4047

PENDAPATAN 24433 24230 25435 25639

PENDAPATAN PAD

77

2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja

Analisis belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan antara total

realisasi belanja modal dengan total belanja daerah Berdasar laporan ini akan diketahui

porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada

tahun anggaran bersangkutan Pengeluaran belanja modal akan memberi manfaat

dalam jangka menengah dan panjang Belanja modal akan mempengaruhi neraca

pemerintah daerah yaitu menambah jumlah asset daerah Pemerintah daerah dengan

tingkat pendapatan daerah yang rendah memiliki porsi jumlah belanja modal yang tinggi

dibandingkan pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi Hal ini disebabkan

pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan rendah berorientasi untuk melakukan

belanja modal sebagai bagian dari investasi modal jangka panjang sedangkan

pemerintahan yang berpendapatan tinggi biasanya telah memiliki asset modal yang

mencukupi

Grafik IV5 Perbandingan PAD terhadap Pendapatan

Kalimantan Barat Tahun Anggaran 20182019

(Miliar Rp)

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Pada umumnya proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah antara 5

persen-20 persen Kalimantan Barat dalam dua tahun terakhir memiliki rata-rata rasio

belanja modal terhadap total belanja sebesar 1995 persen Pada tahun 2019

Kalimantan Barat memfokuskan belanja modal pada investasi penyediaan Gedung

URAIAN

2018 Anggaran

2018 Realisasi

2019 Anggaran

2019 Realisasi

0

5E+12

1E+13

15E+13

2E+13

25E+13

3E+13

BELANJA DAERAHBELANJA MODAL

2499829

505628

2345817

470016

2604405

520212

2510634

498885

URAIAN 2018 Anggaran 2018 Realisasi 2019 Anggaran 2019 Realisasi

78

perkantoran sebesar 3474 persen infrastruktur jalan sebesar 2759 persen dan

pengadaan alat-alat berat darat sebesar 1207 persen

472 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah

Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah yang

dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang

penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu

Analisis kapasitas fiskal daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur

kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui pendapatan

daerah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja

tertentu

Berdasarkan PMK Nomor 126PMK072019 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah

daerah provinsi dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal

Berdasarkan PMK tersebut indeks Kapasitas Fiskal Daerah kabupaten kota

dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal Daerah sebagai berikut

79

Tabel IV7

Kapasitas Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Pemerintah Daerah Indeks Kapasitas Fiskal

Kategori KFD Indeks Kapasitas

Fiskal

Kategori KFD

2018 2019

Prov Kalbar 0518 Rendah 0453 Sedang

Kab Sambas 0877 Sedang 0793 Sedang

Kab Sanggau 0855 Sedang 0778 Sedang

Kab Sintang 1134 Sedang 0269 Sangat Rendah

Kab Mempawah 043 Sangat Rendah 0494 Sangat Rendah

Kab K Hulu 1421 Tinggi 0884 Sedang

Kab Ketapang 1381 Tinggi 1094 Tinggi

Kab Bengkayang 0738 Rendah 0442 Sangat Rendah

Kab Landak 1274 Tinggi 0676 Rendah

Kab Melawi 0776 Sedang 0536 Rendah

Kab Sekadau 0669 Rendah 0611 Rendah

Kab Kayong Utara 056 Sangat Rendah 0406 Sangat Rendah

Kab Kubu Raya 1055 Sedang 0742 Sedang

Kota Pontianak 1368 Tinggi 1538 Tinggi

Kota Singkawang 0618 Rendah 0522 Rendah

Sumber PMK Nomor 126PMK072019

Berdasar tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah yang mempunyai indeks kapasitas

tinggi adalah Kab Ketapang dan Kota Pontianak Sedangkan daerah dengan indeks

kapasitas sangat rendah adalah Kab Sintang Mempawah Bengkayang dan Kayong Utara

Prov Kalbar naik dari kategori rendah ke sedang Kab Sintang turun dua tingkat dari

kategori sedang ke sangat rendah Kab Kapuas Hulu turun dari kategori tinggi ke sedang

Kab Landak turun dua tingkat dari kategori tinggi ke rendah dan Kab Melawi turun dari

kategori sedang ke rendah

48 Perkembangan Belanja Wajib Daerah

Tujuan dari sub ini adalah melihat gambaran perkembangan mandatory spending dalam

pelaksanaan APBD di daerah Mandatory spending adalah alokasi belanja wajib yang diatur

undang-undang Tujuan mandatory spending adalah mengurangi masalah ketimpangan sosial dan

80

ekonomi daerah Mandatory spending dalam tata kelola keuangan pemerintah daerah meliputi

alokasi pendidikan alokasi kesehatan penggunaan dana transfer umum dan alokasi dana desa

APBD diklasifikasikan menjadi 35 urusan daerah yaitu Pendidikan Kesehatan Pekerjaan

Umum Lingkungan Hidup Kelautan dan Perikanan Kehutanan Kesatuan Bangsa dan Politik

Perencanaan Pembangunan Penataan Ruang ESDM Pemberdayaan Masyarakat Desa Sosial

KUKM Perdagangan Kebudayaan Kependudukan dan Catatan Sipil dan seterusnya

Tahun 2019 total belanja terjadi peningkatan 703 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu

dari Rp 2345816 miliar menjadi Rp 2510634 miliar Dari ke-35 urusan daerah tersebut yang

menjadi perhatian utama pemerintah daerah secara berturut-turut adalah pemerintahan umum

(3118 persen) pendidikan (2337 persen) perumahan dan fasilitas umum (2125 persen) dan

kesehatan (1339 persen)

Berdasarkan fungsi APBD Kalimantan Barat dapat digambarkan sebagai berikut

Tabel IV8

Profil APBD Kalimantan Barat Berdasarkan Fungsi Tahun 2019

(Miliar Rp)

Uraian Fungsi Total persen

01 PELAYANAN UMUM 782834 3118

02 PERTAHANAN ) 000 -

03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 30131 120

04 EKONOMI 178475 711

05 LINGKUNGAN HIDUP 22823 091

06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 533546 2125

07 KESEHATAN 336074 1339

08 PARIWISATA 9952 040

09 AGAMA ) 000 -

10 PENDIDIKAN 586788 2337

11 PERLINDUNGAN SOSIAL 30012 120

Total Belanja Daerah 2510634 10000

Sumber Pemerintah KabKota Prov Kalbar diolah(data unaudited)

Komitmen pemerintah daerah dalam membangun kualitas atau kesejahteraan masyarakat

dapat terlihat melalui alokasi pengeluaran pemerintah daerah dari tiga jenis belanja yaitu belanja

pendidikan belanja kesehatan dan belanja infrastruktur

481 Belanja Daerah Sektor Pendidikan

Pembangunan pendidikan dicapai dengan meningkatkan pemerataan akses kualitas

relevansi dan daya saing Alokasi anggaran fungsi pendidikan mencerminkan upaya

pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan

sebagai salah satu upaya untuk memenuhi amanat konstitusi bahwa alokasi anggaran

pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari belanja negara

81

Dari tabel 48 dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran pendidikan

Kalimantan Barat yang sebesar 2337 persen sudah memenuhi amanat UUD 1945 pasal 31

ayat (4) dan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat (1)

yang mewajibkan alokasi anggaran Pendidikan minimal 20 persen

482 Belanja Daerah Sektor Kesehatan

Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja

di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi (mandatory spending) Pasal tersebut

menyebutkan bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 5

persen (lima persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diluar gaji sementara

provinsi dan kabupatenkota mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 10

persen (sepuluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diluar gaji Tujuan

dari pembangunan bidang kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang terus

membaik Penggunaan anggaran di dibidang kesehatan diharapkan seoptimal mungkin

dapat termanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut

Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran dan informasi alokasi anggaran kesehatan

pemerintah daerah minimal 10 persen dari APBD di luar gaji (UU No 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan) sudah terpenuhi di Kalimantan Barat

483 Belanja Infrastruktur Daerah

Dana Transfer Umum terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH)

yang penggunaannya bersifat umum Porsi DAU dan DBH yang besar dari total dana

Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) diharapkan mampu berperan besar dalam

upaya percepatan pembangunan infratuktur di daerah Dana Transfer Umum (DTU)

diarahkan penggunaannya sekurang-kurangnya 25 persen untuk belanja infrastruktur

daerah

DTU Kalimantan Barat terdiri dari DAU sebesar 1232649 miliar dan DBH 58493 miliar

Jumlah totalnya adalah 1291143 miliar Jika fungsi belanja perumahan dan fasilitas umum

sebesar 533546 maka angka ini senilai 4132 persen artinya jauh melebihi ketentuan yang

berlaku

Sungai Kapuas Kalimantan BaratMerupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang 1143 km Sungai Kapuas menjadi habitat bagi 700 jenis ikan air tawar 12 jenis diantaranya termasuk ikan langka serta 40 jenis ikan lainnya terancam punah

BAB V

PERRKEMBANGAN

DAN ANALISIS

PELAKSANAAN

ANGGARAN

KONSOLIDASIAAN

(APBN DAN APBD)

82

A LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang

disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian tingkat Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Prov Kalbar adalah sebagai berikut

Tabel V1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Lingkup Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019 (Miliar rupiah)

Uraian 2019 2018

Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi

Pendapatan Negara 891057 442989 1334046 2282 1086157

Pendapatan Perpajakan

808438 286398 1094835 1298 969055

Pendapatan Bukan Pajak

82620 118273 200893 7200 116798

Hibah 000 38318 38318 1250467

304

Transfer 000 2031342 000 000 000

Belanja Negara 968528 2377236 3345764 425 3209324

Belanja Pemerintah 968528 2107845 3076373 464 2939933

Transfer 2031342 269391 269391 000 269391

Surplus(Defisit) -77471 -1934247 -2011718 -525 -2123167

Pembiayaan 000 31348 31348 -2967 44575

Penerimaan Pembiayaan Daerah

000 126432 126432 4765 85628

Pengeluaran Pembiayaan Daerah

000 95084 95084 13161 41054

Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran

-77471 -1902899 -1980371 -473 -2078592

Catatan Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pada tahun 2019 pendapatan konsolidasian pemerintah

daerah provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp 1334 triliun Angka

ini naik 2282 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2018 Belanja Konsolidasian sebesar Rp 3345 triliun Angka

83

ini naik 425 persen dari tahun 2018 Terjadi defisit pada LKPK tahun 2019 sebesar

Rp 198 triliun

B PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau

Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh

pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu

periode pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun

resiprokal (berelasi)

1 Analisa Proporsi dan Perbandingan

Grafik V1

Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian

di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pendapatan Perpajakan memberikan kontribusi yang paling besar pada

pendapatan konsolidasian yaitu 8094 persen atau Rp1014 triliun Hal ini

menunjukkan Pendapatan Perpajakan masih tulang punggung General Government

Revenue di Provinsi Kalimantan Barat 7170 persen dari total Penerimaan

Perpajakan berasal dari Pajak Pemerintah Pusat PPn dalam Negeri menjadi Pajak

Pemerintah Pusat paling tinggi yaitu Rp 306 triliun

Pemerintah Daerah memberikan sumbangan 2821 persen atau Rp 286

triliun pada Penerimaan Perpajakan Konsolidasi Pajak Kendaraan Bermotor

mendominasi Pajak Daerah dengan nilai Rp 191 triliun disusul oleh Pajak Hotel

sebesar Rp 62899 miliar Hal ini menunjukkan sektor Pariwisata memiliki potensi

yang cukup besar dalam menyumbang PAD dalam bidang perpajakan

Diharapakan Pemerintah Daerah dapat terus menggali Pajak di sektor Pariwisata

dengan mengembangkan prasarana pendukung seperti perhotelan tempat

pariwisata dan lain-lain

8094

1504

287 000

Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak

Hibah Transfer

84

2 Analisa Perubahan

Pendapatan Konsolidasian mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada

tahun 2019 Kenaikan sebesar Rp 247 triliun atau 2282 persen dibanding tahun

2018 didorong peningkatan pada Pendapatan Perpajakan Rp 125 triliun (1298

persen) Pendapatan Bukan Pajak Rp 84095 miliar (72 persen) dan Pendapatan

Hibah Rp 38014 miliar (12504 persen)

Grafik V2

Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan

Konsolidasian Provinsi Kalimantan Tahun 2018 dan 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pendapatan Bukan Pajak paling besar disumbang oleh Penjualan Aset Daerah

dan Deviden atas Penyertaan Modal pada BUMD pada Pendapatan Bukan Pajak

Daerah sebesar Rp 59048 miliar dan Rp19075 miliar Deviden atas Penyertaan

Modal pada BUMD merupakan daya Tarik tersendiri bagi Pemerintah Daerah pada

Prov Kalbar untuk semakain memanfaatkan BUMD khususnya Bank Kalbar

sebagai tempat investasi

3 Perhitungan Rasio Konsolidasi

1) Tax ratio

Salah satu rasio konsolidasi dapat dilakuaka dengan menggunakan Tax Ratio

dengan rumus sebagai berikut

Tax Ratio = Pendapatan Perpajakan Konsolidasian Tingkat Wilayah

PDRB Provinsi

Dari perhitungan dapat ditemukan

PendapatanKonsolidasi

PendapatanPerpajakan

PendapatanBukan Pajak

Hibah Transfer

2019 1253916 1014946 200651 38318 000

2018 1086157 969055 116798 304 000

000

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

85

Tabel V2

Tax Ratio Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 dan Tahun 2019

IndikatorTahun 2018 2019

Penerimaaan Perpajakan Konsolidasian (Miliar Rp) 969055 1014946

PDRB (Miliar Rp) 19403285 21273700

Tax ratio 499 477 Sumber LKPK Kanwil DJPB dan BPS(diolah)

Tax Ratio pada Prov Kalbar mengalami penurunan sebesar 022 persen pada

tahun 2019 dari tahun sebelumnya Dibandingkan dengan tax ratio nasional yang

sebesar 107 persen maka rasio pajak di Kalimantan Barat masih sangat kecil Hal

ini menjadi dapat menjadi motivasi bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

Daerah untuk mencari sumber-sumber Penerimaan Perpajakan yang mungkin

belum tergali secara tuntas Pemerintah dapat melakukan sensus pajak khusus

untuk Prov Kalbar agar potensi-potensi pajak tidak hilang sehingga tax ratio Kalbar

dapat mendekati tax ratio nasional

2) Rasio Kemandirian

Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan pembangunan

dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai

sumber pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain misalnya bantuan

pemerintah pusat ataupun dari pinjaman Rasio Kemandirian dapat dihitung dengan

rumus

Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah

Bantuan Pemerintah Pusat

Dengan menggunakan Laporan konsolidasian diperoleh data Rasio Kemandirian

Prov Kalimantan Barat pada tahun 2018 dan tahun 2019 berada pada angka 1818

persen dan 2180 persen Angka ini menunjukkan bahwa secara Laporan

Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan memiliki

ketergantungan yang cukup tinggi terhadap dana transfer Peran Pemerintah Pusat

akan sangat besar pada pembangunan di Kalbar sehingga Pemerintah Daerah tidak

leluasa dalam menentukan program kerjanya

C BELANJA KONSOLIDASIAN

Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja

Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja Pemerintah

Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang

sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi)

86

1 Analisis Proporsi dan Perbandingan

Proporsi dan komposisi realisasi berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis

belanja) atau perbandingan antara realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal

terhadap total Belanja konsolidasian

Grafik V3

Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pad a Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pada tahun 2019 secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Barat total

belanja pemerintah daerah lebih besar dari total belanja pemerintah pusat

Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp 3345 triliun 2895

persen bersumber dari anggaran pemerintah pusat dan sisanya sebesar 7105

persen dari anggaran pemerintah daerah

Belanja Operasional mendominasi pada Belanja Pemerintah Pusat maupun

Daerah 7045 persen Belanja Konsolidasian digunakan untuk belanaja

Operasional yaitu Rp 1608 triliun pada belanja Pemerintah Daeah dan 772 triliun

pada belanja Pemerintah Pusat Belanja Pegawai menjadi pengeluaran terbesar

pada Belanaja Operasional Konsolidasian yaitu Rp 11 90 triliun atau 3521 persen

dari total Belanaja Konsolidasian

Belanja Modal hanya menyumbangkan 2055 persen terhadapa belanaj

Konsolidasian Belanaj Bahan Baku Jalan dan jembatan menjadi belanja modal

terbesar Pemerintah Pusat dengan nilai Rp 36413 miliar dan Belanja

Pengadaaan Gedung Bangunan Tempat Kerja menjadi Belanja Modal Pemerintah

Daerah terbesar dengan Rp 175 triliun

Proporsi Belanja Pegawai yang mendominasi Belanaja Konsolidasian

sebenarnya kurang baik Dengan besarnya Belanja Pegawai yang harus

dibayarkan maka Pemerintah akan tidak leluasa menggunakan instrument fiskal

sebagai alat kebijakan

Konsolidasi Pusat Daerah

Belanja Transfer 303881 - 303881

Belanja Modal 694711 195827 498885

Belanja Operasional 2381037 772702 1608335

000500000

1000000150000020000002500000300000035000004000000

87

2 Analisis Perubahan

Grafik V4

Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2018

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Grafik V5

Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2019

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Belanja Operasional cenderung semakin besar persentase terhadap Belanja

Konsolidasian Besarnya belanja Operasional yang didominasi oleh Belanja

pegawai akan memepersempit ruang fiskal suatu daerah Dengan rumus

Ruang Fiskal = (Pendapatan-Belanja Pegawai)

Pendapatan

Dengan rumus di atas ruang fiskal Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan

Konsolidasian adalah 1077 persen

Angka 1077 persen menunjukkan bahwa Pemerintah pada Provinsi

Kalimantan Barat memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam membiayai

pembangunan di daerah Ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat juga sangat

tinggi dimana TKDD yang diterima lebih besar dari PAD Melihat hal ini sebaiknya

pemerintah daerah dan pemerintah Pusat dapat merumuskan efektifitas TKDD

yang diterima sebaiknya digunakan untuk apa dan dapat menggali sumber-sumber

PAD yang baru

68

248

Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer

70

219

Belanja Operasional Belanja Modal Belanja Transfer

88

3 Analisis Rasio Belanja Konsolidasian

Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam belanja pemerintah rasio Belanja

perkapita (spending per citizen) Rasio ini merupakan perbandingan antara realisasi

Belanja dibagi jumlah penduduk Dari perhitungan dari tahun 2019 belanja per

kapita adalah Rp 623 jutaorang mengalami kenaikan dari Rp 593 pada tahun 2018

Kenaikan ini berarti tujuan dari Pemerintah untuk menyejaterahkan masyarakat

semakin mendekati sasaran

Naiknya spending per citizen ini sejalan dengan penurunan Gini Ratio dari

angka 0325 pada tahun 2018 menjadi 0318 tahun 2019 Penurunan Gini Ratio

berarti terdapat perbaikan atas tingkat kesenjangan pada Prov Kalbar Indikator

yang juga mempengaruhi kenaikan spending per citizen adalah jumlah tenaga kerja

yang meningkat sebesar 22134 orang dari tahun 2018 ke tahun 2019

D SURPLUSDEFISIT

SurplusDefisit Laporan Keuangan Pemer i n t ah Konsolidasian di Provinsi

Kalimantan Barat t ahun 2019 mencapai minus Rp2011 triliun Defisit tersebut

b e r a s a l dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 77471 miliar dan Pemerintah Daerah

sebesar Rp1934 triliun

1) Proporsikomposisi Realisasi SurplusDefisit Pempus dan Pemda terhadap

SurplusDefisit Konsolidasian

Defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel V3

Rasio SurplusDefisit Konsolidasian terhadap PDRB

pada Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

SurplusDefisit Persentase SurrplusDefisist

Konsolidasi -2091849 10000

Pusat -157601 753

Daerah -1934247 9247

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Pemerintah Daerah menyumbangkan defisit 9247 persen dari total defisit Hal ini

terjadi karena realisasi TKDD tidak diperkirakan dalam penyusunan neraca

konsolidasian Dengan adanya dana transfer yang diberikan oleh Pemerintah pusat

sebesar Rp 2033 triliun maka Pemerintah Daerah akan mendapatkan surplus sebesar

Rp 099 triliun

2) Perbandingan Rasio SurplusDefisit terhadap PDRB

Rasio ini menghitung perbandingan nilai surplusdefisit dengan nilai PDRB

89

Dihitung dengan rumus

Rasio SurplusDefisit = Nilai SurplusDefisit Konsolidasian

Nilai PDRB

Dengan rumus di atas maka di dapatkan Rasio surplusdefisit terhadap PDRB

adalah -983 persen Defisit konsolidasian bernilai 983 persen dari total PDRB Kalbar

pada periode tahun 2019

E ANALISA KONTRIBUSI KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang

ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan

kabupatenkota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender) Nilai

PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran

yaitu Y = C + I + G + X-M) Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai

salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi

Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2018

Tabel V4

Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Tahun Pelaporan 2019 (miliar Rp)

Pendapatan 1254157

a Pajak 1014946

b Kontribusi sosial 200893

c Hibah 38318

d Pendapatan lain -

Beban 2651053

a Belanja Operasional 2381037

c Belanja Transfer 303881

Keseimbangan operasi brutoneto -1396896

Transaksi Aset Non Keuangan Neto 694711

a Aset tetap 694711

b Persediaan -

c Barang berharga -

d Aset nonproduksi -

Net LendingBorrowing -2091607

Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban 31348

a Akuisisi Neto Aset Keuangan -

- Domestik 126432

- Luar Negeri -

b Keterjadian Kewajiban -

- Domestik 95084

- Luar Negeri -

Sumber LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Belanja Pemerintah (G) adalah Rp 2651 triliun dan Investasi (I) yang dilakukan oleh

90

pemerintah pada tahun 2018 sebesar Rp 694 triliun Dengan demikian dapat dihitung

kontribusi belanja Pemerintah dan investasi Pemerintah terhadap PDRB Provinsi

Kalimantan Barat dengan PDRB sebesar Rp21273 triliun adalah sebagai berikut

1 Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB adalah 1246 persen

2 Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB adalah 326 persen

Belanja Pemerintah masih memiliki porsi yang cukup besar terhadap yaitu sebesar

1246 persen Hal ini menunjukkan belanja Pemerintah adalah salah satu motor

penggerak perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat dengan harapan belanja ini

mampu memberikan efek dalam jangka waktu yang cepat terhadap pertumbuhan

ekonomi Pemerintah diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan

belanja sebesar ini

Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output perekenomian dipengaruhi oleh

tabungan pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi Tabungan merupakan

instrumen yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal (penerimaan pajak dan belanja negara

mempengaruhi tabungan nasional) Secara tidak langsung kebijakan fiskal ikut mengambil

peran dalam pertumbuhan ekonomi Keputusan-keputusan pemerintah mengenai

kebijakan fiskal yang ditempuh suatu negara dapat mengubah ouput dalam

perekonomian baik bertambah maupun berkurang

Peningkatan belanja Pemerintah memiliki multiplier effect (efek penggandaan)

terhadap pendapatan (ouput perekonomian) suatu negaradaerah Alasannya

ialah pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi Kenaikan

belanja pemerintah menyebabkan meningkatnya pendapatan kemudian meningkatkan

konsumsi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan kemudian meningkatkan

konsumsi dan seterusnya

Belanja Pemerintah yang meningkat dari tahun ke tahun memberikan efek yang baik

untuk perekonomian Kalimantan Barat karena memegang porsi yang cukup besar

terhadap PDRB Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan untuk memperbesar alokasi

Investasi juga

Taman Nasional Gunung Palung Kayong Utara

Selain habitat bagi Orang Utan di Taman Nasional Gunung Palung juga merupakan habitat bagi Bekatan (yang merupakan hewan endemik Pulau Kalimantan)

BAB VI

KEUNGGULAN DAN

POTENSI EKONOMI

SERTA TANTANGAN

FISKAL REGIONAL

91

Untuk menjadi kawasan yang maju dan unggul maka pemerintah harus mendukung

melalui pembangunan daerah dengan penentuan prioritas kebijakan yang lebih terarah serta

berjalan efektif dan efisien mengingat keterbatasan sumber pendanaan serta tetap

memperhatikan keunggulan dan potensi ekonomi daerah Penentuan sektor unggulan daerah

merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk

meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi persaingan Pendekatan

yang digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan dalam kajian ini adalah metode Shift

Share Location Quotient (LQ) dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Perhitungan sekor unggulan menggunakan metode Shift Share dilakukan dengan

perbandingan perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat dengan perkembangan

ekonomi nasional dalam jangka waktu 6 (enam) tahun terakhir

Tabel VI1

Shift Share Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019 (miliar rupiah)

No Sektor Usaha Nij (1)

Mij (2)

Cij (3)

Dij (1+2+3)

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1222348 206718 -78895 1350171

2 Pertambangan dan Penggalian 67328 484293 -251869 299751

3 Industri Pengolahan 873561 405984 -247156 1032389

4 Pengadaan Listrik Gas 5215 8251 -9427 4039

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

6143 55924 -54196 7872

6 Konstruksi 1023591 -25056 -233531 765004

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

868146 244286 -203511 908922

8 Transportasi dan Pergudangan 505346 -74394 -161645 269306

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 113457 88963 -57802 144618

10 Informasi dan Komunikasi 303467 67220 -164199 206488

11 Jasa Keuangan 308895 -56760 -25036 227099

12 Real Estate 197897 6495 -13855 190537

13 Jasa Perusahaan 49701 -16356 -5113 28232

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

345188 319568 -270891 393865

92

15 Jasa Pendidikan 309927 -62460 29641 277108

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 118800 -11299 -14033 93468

17 Jasa Lainnya 121010 -42227 -14318 64466

Sumber BPS diolah

Dengan analisis Shift Share terdapat 2 (dua) sektor lapangan usaha dengan Shift Share

ge Rp 10 triliun Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan serta

Industri

Perhitungan sektor unggulan Provinsi Kalimantan Barat dilakukan dengan menggunakan

LQ time series dimana data yang digunakan adalah PDRB dan PDB 6 (enam) tahun terakhir

Tabel VI2

LQ Time Series Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019

No Sektor LQ 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-Rata

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 158 147 145 148 152 152 150

2 Pertambangan dan Penggalian 047 062 075 069 065 074 065

3 Industri Pengolahan 076 073 076 077 078 079 077

4 Pengadaan Listrik Gas 006 007 008 008 008 008 008

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

165 160 153 160 164 523 221

6 Konstruksi 121 124 115 119 114 110 117

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

105 108 106 104 104 105 105

8 Transportasi dan Pergudangan 095 085 084 081 085 081 085

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

074 078 078 078 081 082 079

10 Informasi dan Komunikasi 092 092 091 095 096 092 093

11 Jasa Keuangan 091 086 084 084 087 078 085

12 Real Estate 106 103 101 098 102 099 101

13 Jasa Perusahaan 028 028 026 024 023 022 025

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

160 166 174 182 183 187 175

15 Jasa Pendidikan 133 124 120 117 117 114 121

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 141 137 131 126 126 125 131

17 Jasa Lainnya 065 059 056 053 052 050 056 Sumber BPS diolah

Sektor yang memiliki potensi berdasarkan LQ akan memiliki nilai gt 1 Perhitungan LQ time

series dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 menunjukkan terdapat delapan sektor yang

potensial karena memiliki LQ lebih besar dari satu dan sembilan bidang tidak potensial dengan

LQ kurang dari satu

93

Metode terakhir yang digunakan adalah Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) Sama

dengan dua metode sebelumnya MRP menggunakan data PDRB dan PDB dari tahun 2014

sampai dengan 2019

Tabel VI3

Metode Rasio Pertumbuhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014- 2019

No Sektor Usaha MRP

RPr RPs

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 097 - 088 -

2 Pertambangan dan Penggalian 075 - 123 +

3 Industri Pengolahan 095 - 098 -

4 Pengadaan Listrik Gas 109 + 162 +

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang 093 - 209 +

6 Konstruksi 111 + 101 +

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 099 - 097 -

8 Transportasi dan Pergudangan 128 + 114 +

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 093 - 105 +

10 Informasi dan Komunikasi 115 + 122 +

11 Jasa Keuangan 112 + 091 -

12 Real Estate 101 + 089 -

13 Jasa Perusahaan 124 + 095 -

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 096 - 118 +

15 Jasa Pendidikan 104 + 079 -

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109 + 093 -

17 Jasa Lainnya 128 + 097 -

Sumber BPS diolah

MRP menghitung rasio pertumbuhan sektoral pada RPs RPS yang bernilai ge 1 akan

diberikan notasi + menunjukkan sektor tersebut pada Provinsi Kalimantan Barat memiliki

pertumbuhan yang menonjol Terdapat 8 (delapan) seKtor yang yang memiliki RPs ge 1

sehingga cukup banyak sektor yang memiliki pertumbuhan yang menonjol

61 SEKTOR UNGGULAN DAERAH

Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau

perkembangan bagi sektor-sektor lainnya baik sektor yang mensuplai inputnya maupun

sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo

94

2006) Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan baik itu

perbandingan berskala regional nasional maupun internasional Pada lingkup

internasional suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan

sektor yang sama dengan negara lain Sedangkan pada lingkup nasional suatu sektor

dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu

bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain baik di pasar nasional

ataupun domestik Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut

dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga

dapat menghasilkan ekspor (Suyanto 2000146) Sektor unggulan di suatu daerah

(wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan

Kriteria pertama penentuan sektor unggulan suatu daerah adalah hubungannya

dengan PDRB maka dillihat sektor mana yang sumbangan terhadap PDRB nya paling

besar

Tabel VI4

Kontribusi Sektor Tehadap PDRB pada Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019

Sektor Persentase Kontribusi Terhadap PDRB

2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata

Pertanian Kehutanan dan Perikanan 2156

2054

2021

2030

2025

2013

2050

Pertambangan dan Penggalian 479 490 561 540 548 557 529

Industri Pengolahan 1648

1578

1612

1621

1609

1627

1616

Pengadaan Listrik Gas 006 008 009 010 011 010 009

Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

013 012 011 012 012 037 016

Konstruksi 1221

1310

1244

1280

1253

1229

1256

Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1451

1481

1447

1413

1409

1426

1438

Transportasi dan Pergudangan 430 440 452 457 479 470 455

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

231 238 237 231 236 239 235

Informasi dan Komunikasi 330 336 343 373 377 379 356

Jasa Keuangan 363 356 364 369 378 344 362

Real Estate 304 301 296 288 290 285 294

Jasa Perusahaan 045 047 046 044 044 044 045

Administrasi Pemerintahan Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib

629 667 694 694 698 704 681

95

Jasa Pendidikan 442 430 420 401 394 392 413

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 149 151 145 140 140 143 145

Jasa Lainnya 103 101 099 098 098 101 100

Sumber BPS diolah

Dengan menggunakan (3) tiga alat analisis yang disebut di atas maka didapatkan

perhitungan sebagai berikut

Tabel VI5

Perhitungan Shift Share LQ dan MRP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2019

No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)

LQ Time Series MRP (RPs)

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088

2 Pertambangan dan Penggalian 299751 065 123

3 Industri Pengolahan 1032389 077 098

4 Pengadaan Listrik Gas 4039 008 162

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

7872 221 209

6 Konstruksi 765004 117 101

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

908922 105 097

8 Transportasi dan Pergudangan 269306 085 114

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 144618 079 105

10 Informasi dan Komunikasi 206488 093 122

11 Jasa Keuangan 227099 085 091

12 Real Estate 190537 101 089

13 Jasa Perusahaan 28232 025 095

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

393865 175 118

15 Jasa Pendidikan 277108 121 079

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 93468 131 093

17 Jasa Lainnya 64466 056 097

Sumber BPS diolah

Berdasarkan Tabel VI4 diperoleh sektor unggulan pada Provinsi Kalimantan Barat

adalah sektor-sektor yang memiliki kontribusi rata-rata terhadap PDRB total di atas 10

persen Sektor-sektor tersebut adalah Pertanian Kehutanan dan Perikanan Industri

Pengolahan Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Dengan menggunakan analisis Shift Share LQ dan

MRP maka diperoleh tabel sebagai berikut

96

Tabel VI6

Sektor Unggulan Provinsi Kalimantan Barat tahun

No Sektor Usaha Shift Share (miliar

Rp)

LQ Time Series

MRP (RPs)

Rata-rata

PDRB

1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan 1350171 150 088 2050

3 Industri Pengolahan 1032389 077 098 1616

6 Konstruksi 765004 117 101 1256

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

908922 105 097 1438

Sumber BPS diolah

Berdasarkan Shift Share semua sektor memenuhi syarat sebagai sektor unggulan

karena memiliki nilai Shift Share yang si atas Rp 7 triliun Berdasarkan metode LQ sektor

Industri Pengolahan tidak memenuhi syarat karena LQ lt 1 Perhitungan MRP menunjukkan

hanya sektor Konstruksi yang memenuhi syarat MRP Rps gt 1 Sektor Industri pengolahan

tidak memenuhi 2 kriteria yaitu LQ dan MRP sehingga dikeluarkan dari sektor unggulan

1a Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan

Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah 147307 km2 atau 19010 km2 lebih

luas dari seluruh pulau Jawa Luasya wilayah ini banyak digunakan untuk pertanian dan

perkebunan PDRB sektor ini tumbuh 50 persen dan memiliki kontribusi rata-rata 205

persen terhadap PDRB total Provinsi Kalimantan Barat pada kurun waktu tahun 2014-

2019 Data ini menunjukkan kekuatan dari sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan

sebagai main force pada perekonomian Kalimantan Barat

Perkebunan Kelapa Sawit dan Perkebunan Karet menjadi 2 (dua) penyumbang

terbesar pada Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan Berdasarkan data dari BPS

perkebunan Kelapa Sawit menggunakan lahan seluas 145 juta hektare dengan hasil

produksi 973442 ton pada tahun 2018 Perkebunan Karet menggunakan lahan seluas

600956 hektare dengan produksi 268160 ton pada tahun 2017

Nilai jual hasil produksi kelapa sawit pada tahun 2018 apabila diperhitungkan

dengan harga rata-rata pada tahun berkenaan akan benilai sekitar Rp 146 triliun

sementara nilai karet sekitar Rp 21 triliun Dengan total Rp 356 triliun perkebunan

Kelapa Sawit dan Karet tentu saja masih jadi primadona

97

Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK733Menhut-II2014 tanggal 2

September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Barat

membagi hutan Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan fungsi sebagai berikut

1) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) seluas plusmn

1621046 hektar

2) Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas plusmn 2310874 hektar

3) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas plusmn 2132398 hektar

4) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas plusmn 2127365 hektar

5) Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) seluas 197918 hektar

Terdapat sekitar 45 juta hektare hutan produksi yang masih produktif pada Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini merupakan potensi yang sangat besar untuk menghasilkan

produk-produk hasil hutan yang memiliki nilai jual

Sub sektor Perikanan terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu Perikanan Budi Daya dan

Perikanan Tangkap Pada tahun 2018 Perikanan Budidaya digeluti oleh 52288 rumah

tangga sementara Perikanan Tangkap oleh 21233 rumah tangga Nilai ekspor

perikanan cenderung naik dari tahun ke tahun terakhir pada tahun 2018 tercatat ekspor

perikanan Kalbar sebesar 632 ton dengan nilai Rp 255 miliar

Dari bahasan di atas dapat dilihat bahwa Perkebunan Sawit dan Perkebunan Karet

merupakan sub sektor andalan pada sektor Sektor Pertanian Kehutanan dan

PerikananDengan demikian sangat diperlukan usaha pemerintah untuk ikut menjaga

stabilitas harga khususnya di tingkat petani Pemerintah Provinsi Kalbar menerbitkan

Peraturan Gubernur Nomor 63 Tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan penetapan

indeks dan harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit produksi pekebun Kalbar

Para pekebun kelapa sawit di seluruh Kalbar harus bermitra dengan perusahan kelapa

sawit para mitra tersebut harus membeli sesuai dengan harga yang telah ditetapkan

Pabrik kelapa Sawit tidak boleh membeli tandan kelapa sawit dengan para pekebun

yang bukan mitra

Keberadaan BUMDes diharapkan dapat menampung hasil getah karet petani dan

sekaligus memfasilitasi penjualan karet langsung ke pabrik karet sehingga jalur

perdagangan terpangkas karena tidak melalui pengepulapabila dilaksanakan secara

serempak maka dampaknya diharapkan dapat meningkatkan stabilitas harga getah

98

karet Penggunaan Dana Desa untuk pemberdayaan BUMDes harus didorong serta

kemudahan permodalan melalui KUR

1b Sektor Konstruksi

Mardiasmo (2002) mengatakan peningkatan Pemda dalam investasi modal (belanja

modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya

mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan

yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Terpilihnya sektor Konstruksi sebagai

sektor potensial sejalan dengan menggeliatnya pembangunan infrastruktur pada

Provinsi Kalimantan Barat sesuai dengan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo

pada tahun 2014-2019 yaitu memperkuat infrastruktur Hal ini terlihat pada peningkatan

PDRB sektor Konstruksi 6177 persen dari tahun 2014 hingga tahun 2019

Pada tahun 2019 Pemerintah menyediakan Pagu Rp 499 triliun untuk belanja

infrastruktur yang berasal dari

Belanja Pemerintah Pusat sebesar

Rp 238 triliun dan DAK Fisik sebesar

Rp 261 triliun Pagu ini meningkat

drastis dari Rp 132 triliun pada tahun

2014 atau mengalami kenaikan

sebesar 278 persen

Output dari sektor Konstruksi

pada Provinsi Kalimantan Barat

dapat dilihat dari pembangunan

Jalan Paralel Perbatasan Dari 1920

km jalan parallel perbatasan yang

akan dibangun di pulau Klimantan

82797 km berada pada wilayah

Provinsi Kalimantan Barat Kondisi

jalan sampai akhir tahun 2019 sudah

teraspal sepanjang 31705 km (38)

lapisan agregat sepanjang 25329 km (31) dan masih berupa perkerasan tanah

25763 km (31) Jalan paralel perbatasan memiliki lebar minimal 7 meter dan ruang

milik jalan (Rumija) minimal 25 meter

1c Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Gambar VI1 Jalan Paralel Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat

Sumber Kompascom

99

PDRB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor menyumbang rata-rata 1438 persen pada PDRB total Prov Kalbar periode tahun

2014-2019 Sektor ini juga menyerap 510454 tenaga kerja atau 2069 persen dari total

tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Barat

Tabel VI7

Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016-2019

No Lapangan Usaha 2019 2018 2017 2016

1 Pertanian Perkebunan Kehutanan Perburuan dan Perikanan

1223113 1303474 1293884 1138334

2 Pertambangan dan Penggalian 52114 59458 54254 53514

3 Industri 134660 171828 135022 110668

4 Listrik Gas dan Air 6819 4618 7315 8891

5 Konstruksi 119949 130021 127502 146694

6 Perdagangan 510454 407126 354975 418258

7 Transportasi Pergudangan dan Komunikasi 66675 74663 67714 61910

8 Lembaga Keuangan Real Estate Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan

32687 19738 18290 27624

9 Jasa Kemasyarakatan Sosial dan Perorangan 320556 283363 340417 339232

Jumlah 2467027 2454289 2399373 2305125

Sumber BPS diolah

Serapan tenaga kerja yang cukup besar menjadikan sektor ini menjadi penyerap

tenaga kerja terbesar kedua setelah sektor Pertanian Perkebunan Kehutanan

Perburuan dan Perikanan

Nilai MRP dari sektor ini adalah 097 Nilai tersebut menunjukkan bahwa

pertumbuhan dari sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor tidak menonjol Hal ini tergambar dari kontribusi PDRB sektor terhadap

PDRB total selama 6 (enam) tahun yang berkutat di angka 14 persen Ke depannya

sektor ini diperkirakan akan tetap menajdi sektor unggulan tapi dengan pertumbuhan

yang stagnan atau cenderung menurun

62 SEKTOR POTENSIAL DAERAH

Tantangan pembangunan ekonomi daerah ke depan adalah mengupayakan

pengelolaan jalannya pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan efisien dengan

100

memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah termasuk sumber daya alam dan

sumber daya manusianya serta mengoptimalkan seluruh sumber-sumber dana untuk

membiayai pembangunan ekonomi daerahnya Untuk mengoptimalkan sumber daya yang

dimiliki daerah terlebih dahulu harus dikenali potensi ekonomi yang dimiliki

LQ dan MRP merupakan metode pengembangan dari Shift Share Pada LQ sektor

potensial adalah sektor yang memiliki nilai LQ gt 1 sementara pada MRP sektor yang

memiliki nilai gt 1 merupakan sektor yang menonjol Berdasarkan Tabel VI5 sektor

potensial pada Provinsi Kalimantan Barat didasarkan pada kedua kriteria tersebut

Terdapat 3 (tiga) sektor potensial berdasarkan kriteria di atas namun sektor Pengadaan

Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang dengan nilai Shift Share hanya Rp

7872 miliar tidak dapat dianggap sebagai sektor potensial karena nilai rupiah potensinya

tidak signifikan

Tabel VI5

Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat

No Sektor Usaha Shift Share (Miliar Rp)

LQ Time Series

MRP (RPs)

1 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

393865 175 118

2 Konstruksi 765004 117 101

Sumber BPS diolah

2a Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib menjadi

sektor potensial dapat dimengerti dengan besarnya jumlah Belanja Pemerintah

dibanding dengan PDRB Pada tahun 2019 Belanja Pemerintah bernilai 1412 persen

dari PDRB

Sektor ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan yang umumnya

dilakukan oleh administrasi pemerintahan seperti perundang-undangan dan

penerjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan administrasi program

berdasarkan peraturan perundangan-undangan kegiatan legislatif perpajakan

pertahanan negara keamanan dan keselamatan negara pelayanan imigrasi

hubungan luar negeri dan administrasi program pemerintah Sektor ini juga mencakup

kegiatan jaminan sosial wajib

Pada tahun 2019 sektor ini menyumbang Rp 1497 triliun atau 7 persen sebagai

penyumbang langsung terhadap PDRB Ini berarti dari total Rp 30 triliun belanja

101

pemerintah dan TKDD yang disalurkan pada Prov Kalbar sekitar 499 persen

diperuntukkan ke sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

Sektor ini dapat dikembangkan dengan memperbesar belanja Pemerintah pada

Provinsi Kalimantan Barat atau memperbesar porsi sektor ini dari belanja Pemerintah

yang sudah ada Namun dengan memperbesar belanja Pemerintah ada kekhawatiran

nantinya Provinsi Kalbar akan tergantung dan tidak dapat mencari alternatif lain

sebagai sumber pertumbuhan ekonomi

2b Sektor Konstruksi

Soepangat (199152) menyatakan bahwa peningkatan belanja modal yang

menyebabkan peningkatan penyediaan layanan barang dan jasa publik kepada

masyarakat akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sektor Konstruksi menjadi

satu-satunya sektor yang masuk dalam kategori unggulan dan potensial pada Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini menjadi menarik karena terpilihnya sektor Konstruksi pada

kedua kategori menandakan bahwa sektor ini kalau dalam product life cycle masih

dalam tahap growth (pertumbuhan) Sektor yang sedang berada pada tahap growth

merupakan sektor yang paling menarik karena sektor ini sudah mapan namun masih

dapat dikembangkan

Penetapan calon ibukota baru dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di

Provinsi Kalimantan Timur sedikit banyak mempengaruhi sektor konstruksi pada pulau

Kalimantan Dengan lokasi ibukota negara di pulau Kalimantan maka akan diperlukan

interkoneksi antar semua provinsi di Kalimantan untuk mendukung ibukota baru

Provinsi Kalimantan Barat sudah mulai mendapatkan proyek-proyek besar mulai

tahun 2018 Salah satunya adalah pembangunan pelabuhan Kijing yang akan diajdikan

gerbang utama ekspor dan impor dari Pulau Kalimantan Pelabuhan Kijing dibangun

dengan investasi Rp 14 triliun dan terkoneksi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

yang juga sedang dalam proses pembangunan Pembangunan kedua fasilitas ini

diharapkan akan mempercepat pertumbuhan perekonomian Provinsi Kalimantan

Barat

Pulau Kalimantan dapat dipastikan akan mengalami make over yang besar

Proses make over ini tentu menjadi peluang yang sangat besar bagi sektor Konstruksi

102

untuk berkembang dan dengan sendirinya akan memberi sumbangan yang besar

kepada PDRB

63 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH

Menurut Adam Smith bahwa dalam perekonomian segala sesuatunya akan berjalan

sendiri-sendiri menyesuaikan diri menuju kepada keseimbangan menurut mekanisme

pasar Tarik-menarik kekuatan dalam sistem perekonomian itu seperti dikendalikan oleh

ldquothe invisible handrdquo sehingga dengan demikian tidak memerlukan begitu banyak campur

tangan pemerintah

Dalam masa sekarang ini banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat semakin

majunya teknologi dan banyaknya penemu-penemu baru serta semakin terbukanya

perekonomian antar negara menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling terkait

dan berbenturan Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan dalam

mengatur jalannya sistem perekonomian karena tidak sepenuhnya semua bidang

perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta Dengan demikian dalam sistem

perekonomian modern peranan pemerintah dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu

1) Peranan Alokasi

Peranan alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal penyediaan

barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang umum atau

disebut juga barang publik Karena dalam sistem perekonomian suatu negara tidak

semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem pasar

Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang disebut barang

publik tadi

2) Peranan Distribusi

Peranan distribusi ini merupaka peranan pemerintah sebagai distribusi pendapatan dan

kekayaan Tidak mudah bagi pemerintah dalam menjalankan peranan ini karena

distribusi ini berkaitan erat dengan dengan masalah keadilan Kegiatan dalam

mengadakan redistribusi pendapatan atau mentransfer penghasilan ini memberikan

koreksi terhadap distribusi penghasilan yang ada dalam masyarakat

3) Peranan Stabilisasi

Kegiatan menstabilisasikan perekonomian yaitu dengan menggabungkan kebijakan-

kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan lain seperti kebijakan fiskal dan

perdagangan untuk meningkatkan atau mengurangi besarnya permintaan agregat

103

sehingga dapat mempertahankan full employment dan menghindari inflasi maupun

deflasi Peranan stabilisasi pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalam

menstabilkan perekonomian seperti terjadi deflasi inflasi penurunan

permintaanpenawaran suatu barang yang nantinya masalah-masalah tersebut akan

mengangkibatkan timbulnya masalah yang lain secara berturut-turut seperti

pengangguran stagflasi dan lain-lain

12 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat memegang tugas dalam ketiga peranan di atas Untuk sektor

unggulan tugas pemerintah adalah bagaimana mempertahankan keunggulan

sektor tersebut agar tetap sustain (berkelanjutan) dan untuk sektor potensial adalah

bagaimana untuk mematangkan sektor tersebut sehingga dapat menjadi sektor

unggulan

Pada sektor unggulan apabila melihat nilai MRP terdapat 3 (tiga) sektor yang

memiliki nilai lt 1 yaitu sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan sektor Industri

Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor Ketiga sektor ini perlu perhatian yang lebih besar dari Pemerintah

Pusat

Langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemerintah Pusat untuk

mempertahankan keunggulan sektor-sektor ini adalah dengan mengalokasikan Rp

23063 miliar untuk Kementerian Pertanian di Kalbar dengan Rp 8529 miliar untuk

infrastruktur pendukung membangun pelabuhan Kijing untuk mempermudah

ekspor impor dan membuat aturan untuk membangun smelter alumunia di daerah

penghasil Selama ini bauksit dari Kalbar langsung diangkut ke tempat lain sehingga

dengan adanya smelter maka aka nada nilai tambah yang diterima oleh Kalbar

Tantangan bagi Pemerintah Pusat untuk mendukung sektor-sektor unggulan ini

agar tetap sustain adalah dengan menjaga harga produk unggulan dari sektor

pertanian kehutanan dan perikanan tetap stabil dan dapat menembus pasar

ekspor Untuk industri pengolahan adalah menjaga kondisi politik dan sosial

ekonomi tetap stabil sehingga iklim investasi terjaga

Untuk sektor Konstruksi Pemerintah Pusat pada tahun 2019 manggelontorkan

dana sebesar Rp 499 triliun untuk infrastuktur Pemerintah Pusat sepertinya akan

terus menambah investasi pada infrastruktur namun porsi dari APBN akan

dikurangi karena lebih difokuskan pada pengembangan kapasitas SDM Untuk

104

menutupi kekurangan akan dilaksnakan kerjasama dengan investor dari dalam

maupun luar negeri untuk mebangun infrastruktur di Kalimantan Barat

Tantangan pada sector konstruksi lebih kepada menjaga iklim investasi yang

mendukung Dengan prospek besar infrastruktur di Kalimantan Barat apabila iklim

investasi mendukung maka dengan para investor akan datang dengan sendirinya

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

masuk ke dalam sektor potensial merupakan buah simalakama Sektor ini

diharapkan akan berkembang namun secara teori Pemerintah akan berusaha

menurunkan anggaran pada sektor ini secara perlahan Penurunan ini dilakukan

karena sektor ini bukan sektor produktif yang dapat menggenjot perekonomian

dengan signifikan

13 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah merupakan lsquotuan rumahrdquo investor dari sektor-sektor yang

dibahas di atas Sebagai tuan rumah sudah selayaknya Pemda-Pemda di Kalbar

menggelar karpet merah bagi yang ingin berinvestasi pada sektor-sektor tersebut

Karpet merah dalam hal ini dapat berupa kemudahan mengurus perizinan

bagi perusahaan yang akan masuk baik di sektor-sektor unggulan maupun sektor-

sektor potensial Sampai saat ini Prov Kalbar masih menjadi primadona bagi

perusahaan yang akan membuka Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai daerah

dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit terluas ketiga setelah Riau dan

Sumatera Utara potensi lahan di Kalbar dapat melebihi luas pada kedua Provinsi

tersebut

Untuk sektor pertanian kehutanan dan perikanan tantangan Pemerintah

Daerah adalah bagaimana menyediakan pendanaan bagi petani kecil atau

kelompok-kelompok petani agar tidak lsquomatirdquo tertekan oleh perkebunan dengan

modal yang besar Sebagaian besar lahan perkebunan adalah milik perusahaan

pemerintah daerah harus dapat membuat kebijakan yang mengharuskan

perusahaan besar membantu petani kecil dalam mengolah kebunnya Peraturan

tentang hal tersebut memang sudah ada dalam Perkebunan Inti Rakyat namun

dalam eksekusinya tanpa diawasi dengan ketat oleh Pemerintah hal tersebut tidak

berjalan dengan baik

Sektor konstruksi tidak lepas dari belanja modala pada pemerintah Dengan

belanja modal yang hanya 1987 persen dari total belanja seluruh Pemda di Kalbar

maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah tidak memiliki pushing power

105

untuk menggenjot sektor konstruksi Pemerintah Daerah dapat menjalankan

perannya dengan menjaga situasi yang kondusif agar investasi masuk dan

melakukan kerjasama untuk melaksanakan kegiatan infrastruktur baik dengan

pihak badan usaha (KPBU) ataupun pemerintah asing (G to G)

Kerjasama Pemda dengan badan usaha (swasta) sudah dimulai oleh

Pemerintah Kota Singkawang dalam pembangunan Bandara Singkawang

Kebutuhan dana pembangunan sekitar Rp43 triliun dihasilkan dengan skema

kerjasama dengan swasta Hal ini dapat ditiru oleh Pemda yang lain dalam

menggenjot pembangunan di daerahnya

Sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

masih menjadi sektor yang menyedot anggaran terbesar Pemda di Provinsi

Kalimantan Barat Hal ini terlihat dari proporsi Belanja Pegawai terhadap Total

Belanja Pemda-Pemda di Prov Kalbar yang rata-rata di atas angka 50 persen

Tantangan bagi Pemerintah daerah adalah bagaimana menurunkan persentase

tersebut

Persentase sektor Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib dapat dikurangi dengan langkah mengurangi anggaran pada pos-pos

yang dianggap mubazir atau tidak efisien serta meningkatkan PAD melalui

sumber-sumber pendapatan lain Pengurangan anggaran pada sektor-sektor yang

tidak efisien sudah pernah dilakukan oleh Pemprov Kalbar pada tahun 2018

dengan memotong biaya perjalanan dinas sebesar Rp 200 miliar

14 Sinkronisasi Kebijakan Pusat ndash Daerah

Dalam mempertahankan sektor unggulan dan memacu sektor potensial

Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah memiliki kebijakan masing-masing yang

dituangkan dalam APBN maupun APBD Pada sektor potensial yaitu sektor

Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dan Sektor

Konstruksi diperoleh data realisasi belanja pada tahun 2019 sebagai berikut

Tabel VI5

Belanja Pada Sektor Potensial Provinsi Kalimantan Barat

(miliar Rp)

Sektor Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

Layanan Umum 87675 782834

Infrastruktur 446283 498884

Data LRA Pemda dan MEBE

106

Belanja Pemerintah Pusat pada kedua sektor di atas terlihat saling

melengkapi Belanja Pemerintah Pusat pada sector Administrasi Pemerintahan

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib terlihat kecil karena jumlah pegawai

Pemerintah Pusat memang lebih sedikit dibanding gabungan jumlah pegawai

Pemerintah Daerah seluruh Kalimantan Barat sehingga belanja yang digunakan

jauh lebih sedikit dibandingkan belanja yang sama pada Pemerintah Daerah

Untuk belanja sektor Konstruksi jelas terlihat bagaimana Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah memiliki peran yang hampir seimbang dalam bentuk

uang Pemerintah Pusat fokus pada Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan

jalan nasional dengan realisasi sebesar Rp 1 triliun sementara Pemerintah

Daerah juga fokus pada belanja pengadaan jalan dengan realisasi Rp 139 triliun

Hal ini sesuai dengan salah satu permasalahan pada RPJMD Provinsi Kalimantan

Barat tahun 2019 yang berbunyi ldquoRentang kendali pemerintahan yang panjang

disebabkan belum optimalnya konektivitas dan aksesibilitas antar daerah di

wilayah Kalimantan Barat serta kuantitas dan kualitas infrastruktur wilayah yang

belum memadairdquo

Sinergi juga terlihat pada pembangunan beberapa fasilitas umum salah

satunya adalah pembangunan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Kota Singkawang

Dalam pendirian SPN ini Pemerintah Daerah menyediakan lahan sementara

Pemerintah Pusat menyediakan dana untuk pembangunan

Pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mempermudah

pelaku UMKM memperoleh sumber pendanaan yang murah Dalam prakteknya

KUR memiliki fokus kepada sektor produktif seperti sektor Pertanian Kehutanan

dan Perikanan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor Pada tahun 2019 KUR yang disalurkan pada Provinsi

Kalimantan Barat sebesar Rp 179 triliun pada 41778 UMKM

Dalam KUR Pemerintah Pusat berperan sebagai regulator dan pihak yang

memberikan subsidi bunga Dengan subsidi bunga maka pelaku UMKM hanya

membayar bunga 7 persentahun Pemerintah Daerah memiliki peran sebagai

penyedia data UMKM potensial sebagai calon penerima KUR Dengan sinergi ini

diharapkan semakin banyak muncuk UMKM penerima KUR yang berkembang

sehingga perekonomian Kalimantan Barat juga akan semakin meningkat

BAB VII

ANALISIS TEMATIK

Masjid Jamirsquo PontianakMasjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Masjid Jamirsquo merupakan masjid tertua di Kota Pontianak dan menjadi pertanda berdiirnya Kota Pontianak pada 1771 Masehi

107

I PENDAHULUAN

Stunting (anak kerdil) merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekuranga

gizi kronis dan infeksi berulang terutama dalam seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK)

sehingga anak lebih pendek untuk usianya (Kemenkes) Balita pendek (stunted) dan sangat

pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PBU) atau tinggi badan

(TBU) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre

Growth Reference Study) 2006 Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan

(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SDstandar deviasi

(stunted) dan kurang dari ndash 3SD (severely stunted) Dampak stunting antara lain dampak

prevalensi kesehatan dan ekonomi

Stunting di Provinsi Kalbar masih terbilang tinggi dan berada pada urutan ke-27 se-

nasional Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka

rata-rata 333 persen atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita stunting Dari 14

kabupatenkota se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka stunting

paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Ketapang dengan angka 427 persen

disusul Landak sebesar 420 persen dan Melawi 408 persen Diatas angka stunting nasional

308 persen Sementara itu untuk nasional pada tahun 2019 terjadi penurunan menjadi 2767

persen (berdasarkan Survei Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI)

Revalensi stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) berada di bawah

angka 20 dan pada Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash

2019 adalah 28

Tabel VII1

Tabel Pada Baduta Kabkota Provinsi kalimantan barat Tahun 2013 dan Tahun 2018

Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)

108

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan tabel sebesar 531 persen

selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi juga penurunan pada 10

(sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada Kabupaten Kubu Raya

yang berhasil menekan angka stunting hingga 1477 persen selama lima tahun terakhir hal

ini juga bias menggambarkan keberhasilan program pembangunan dan bidang perekonomian

di Kabupaten Kubu Raya

Namun stunting masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada

kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten

dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Melawi yaitu 1298 persen

Terkait dengan kesehatan anak tidak hanya stunting (pendek) namun juga permasalahan

yang meliputi underweight (gizi kurang) dan wasting (kurus) Gizi buruk dan gizi kurang di

Provinsi Kalbar juga tinggi kasusnya dan berada pada urutan ke-28 se-nasional Berdasarkan

data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 tercatat angka rata-rata 2383 persen

atau dapat dikatakan satu dari tiga balita menderita permasalahan gizi Dari 14 kabupatenkota

se-Kalbar setidaknya terdapat tiga daerah dengan catatan angka gizi buruk dan gizi kurang

paling tinggi Urutan pertama ditempati Kabupaten Landak dengan angka 3147 persen

disusul Sambas sebesar 3124 persen dan Kayong Utara 2951 persen Jauh diatas angka

nasional 177 persen dan selama kurun waktu tahun 2013 sampai 2018 telah menurun 19

persen

Gizi buruk menyebabkan 109 Juta kematian anak balita didunia setiap tahun Menurut

MDGs 2015 masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang

antara 200-290 dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ge30 (WHO2010) dan pada

Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 ndash 2019 adalah 17

Tabel VII2

Gizi buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Kabkota Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2013 dan Tahun 2018

Sumber Kementerian Kesehatan (diolah)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terjadinya penurunan status gizi buruk dan gizi

kurang sebesar 267 persen selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Terjadi

penurunan pada 10 (sepuluh) wilayah Kabupaten Kota dengan keberhasilan terbesar pada

109

Kabupaten Sintang yang berhasil menurunkan status gizi buruk dan gizi kurang hingga 2054

persen selama lima tahun terakhir

Namun satus gizi masih menjadi pokok persoalan pada beberapa Kabupaten dimana pada

kurun lima tahun terakhir justru terjadi peningkatan hal ini terjadi pada empat Kabupaten

dengan peningkatan terbesar terjadi pada Kabupaten Landak yaitu 1497 persen

II Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting

Percepatan pencegahan stunting merupakan pendekatan program pertama yang dilakukan

dengan menyeluruh dan terintegrasi yang dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir yang

ditunjukkan oleh tingginya komitmen Presiden bersama Menteri dan Pimpinan Lembaga

hingga ke tingkat Gubernur BupatiWalikota dan Kepala DesaLurah

Dalam rangka memastikan konvergensi berbagai programkegiatan percepatan penurunan

stunting dilakukan maka acuan yang digunakan adalah dokumen Strategi Nasional

Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) yang diikuti oleh berbagai pedoman

operasional Di dalam Stranas Stunting juga diatur pendekatan multi sektor yang

melaksanakan percepatan penurunan stunting yang melibatkan sektor antara lain sektor

kesehatan pertanian pendidikan air minum dan sanitasi dan perlindungan sosial Untuk

mengimplementasikannya telah disusun berbagai pedoman operasional

Penanganan masalah stunting menjadi salah satu prioritas dalam rencana kerja

Pemerintah Provinsi Kalbar Caranya yakni dengan memperkuat sinergi antarsektor terkait

serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan sektor swasta

Revitalisasi posyandu dan revitalisasi desa siaga serta pembentukan pusat penanganan gizi

buruk di tiap kabupatenkota merupakan upaya konkret yang diharapkan dapat menurunkan

prevalensi stunting di Kalbar Peningkatan cakupan air bersih dan sanitasi lingkungan

merupakan intervensi sensitif yang sangat berpengaruh dalam menurunkan prevalensi

stunting

III Penanganan Stunting Oleh Pemerintah

III1 Belanja KL Dalam APBN

Dalam kaitannya dengan percepatan pencegahan stunting melalui belanja

KementerianLembaga (KL) telah dilakukan berbagai langkah dan kebijakan agar

pengelolaan program tersebut terarah dan terukur Pada proses perencanaan khususnya

terkait dengan identifikasi output yang terkait dengan stunting telah disusun pedoman

penandaan pemantauan dan evaluasi percepatan pencegahan stunting sebagai dasar bagi

KL dalam mengidentifikasi output yang berkontribusi kepada percepatan penurunan stunting

Selanjutnya dilakukan forum koordinasi yang melibatkan Direktorat Jenderal Anggaran

Kementerian Keuangan (DJA Kemenkeu) Kementerian Perencanaan Pembangunan

NasionalBadan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPNBappenas) dan

KL terkait secara berkala untuk mengkaji hasil penandaan tersebut sekaligus melakukan

penajaman hasil identifikasi pada level di bawah output atau dengan pembobotan Ringkasan

110

output KL yang telah disusun tersebut digunakan sebagai dasar acuan dalam pelaksanaan

pemantauan dan evaluasi program percepatan penurunan stunting

Dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat total alokasi dana yang dianggarkan kepada

Satker KL untuk penangangan stunting sebesar Rp14992 miliar dengan realisasi Rp14271

miliar (9519)

Tabel VII3

Belanja Penangan Stunting Satker KL Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Sumber Aplikasi MEBE (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi dana untuk penanganan stunting oleh KL

relative kecil yaitu hanya 357 dari total belanja satker yang terdapat alokasi untuk

penanaganan stunting atau hanya 099 dari total dana APBN Intervensi gizi spesifik hanya

dilakukan oleh satker Kementerian Kesehatan dengan alokasi dana sebesar Rp665 miliar

atau hanya sebesar 502 dari total alokasi dana Satker kementerian Kesehatan dengan

kinerja capaian output mencapai 7710

Secara nasional terdapat 20 (duapuluh) kementerianlembaga yang menganggarkan dana

penanganan stunting dengan alokasi dana Rp60 triliun atau 246 dari total APBN Indonesia

sementara itu untuk wilayah Kalbar hanya dianggarkan Rp14992 miliar untuk stunting atau

hanya 025 dari alokasi stunting nasional dan hanya 099 dari pagu total APBN di Kalbar

Kecilnya alokasi dana untuk penanganan stunting tersebut akan berpengaruh terhadap

keberhasilan upaya pencegahan stunting di Kalbar untuk itu diharapkan terjadi peningkatan

alokasi dana yang dianggarkan untuk penangnan stunting di Kalbar pada masa yang akan

datang mengingat kondisi Kalbar sebagai penderita terbanyak ke 27 secara nasional

Seperti pada lampiran III1 maka kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi

spesifik mencapai 7710 diantaranya adalah untuk Penyediaan Makanan Tambahan bagi

111

Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) capaian outputnya mencapai 100 serta kegiatan

Peningkatan Surveilans Gizi untuk 14 layanan dengan capaian output 100

Kinerja capaian output untuk kegiatan intervensi gizi sensitive mencapai 7813 yang

dialokasikan melalui 7 (tujuh) KL diantaranya adalah untuk Kampanye Hidup Sehat capaian

outputnya mencapai 100 kegiatan Bimbingan Perkawinan Pra Nikah dengan capaian output

97 serta Sistem Pengelolaan Air Limbah untuk 2980 kepala keluarga dengan capaian

output mencapai 100

Kinerja capaian output untuk kegiatan Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis

mencapai 8763 yang dialokasikan melalui 4 (empat) KL diantaranya adalah untuk Analisis

Ketersediaan Pangan Wilayah capaian outputnya mencapai 100 kegiatan Pelatihan

Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan untuk 390 orang dengan capaian output 96

serta PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat yang Terbit Tepat Waktu dengan

capaian output mencapai 100

Secara umum kinerja capaian output kebijakan terkait stunting tercapai Beberapa

permasalahan terkait dengan kebijakan terkait stunting antara lain kurangnya optimalisasi

sisa dana dan penumpukan realisasi di akhir tahun anggaran Yang perlu ditingkatkan adalah

pelaksanaan pencapaian target harus lebih disiplin sesuai dengan rencana penarikan dana

III2 Belanja Dana Desa Dan DAK Fisik

III 21 Dana Desa

Alokasi Dana Desa untuk Provinsi Kalbar Tahun 2019 adalah sebesar Rp1992 miliar yang

disalurkan kepada 2031 desa dengan realisasi sebesar Rp1987 miliar (9974) Intervensi

pencegahan stunting dilaksanakan secara terintegrasi hingga ke tingkat desa Desa-desa

yang memiliki resiko tinggi warganya mengalami stunting sudah barang tentu wajib

menganggarkan untuk menghindari resiko stunting pada warganya hal ini ditegaskan dalam

Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 tentang

Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan

Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi Dana Desa tidak melulu untuk

perbaikan sarana dan prasarana fisik namun sarpras non-fisik dan sosial kesehatan mutlak

perlu dikedepankan Bahkan penyaluran Dana Desa tahap III pada tahun 2020 mensyaratkan

untuk menyampaikan Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting

Penggunaan Dana Desa di Wilayah Kalbar juga telah mendukung program Konvergensi

Pencegahan Stunting diantaranya adalah melalui kegiatan intervensi gizi spesifik dengan

total alokasi adalah sebesar Rp104 miliar sangat kecil sekali yaitu hanya 052 dari total

realisasi penggunaan Dana Desa

Tabel VII4

Intervensi Gizi Spesifik Dana Desa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

112

Sumber omspan (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi Dana Desa yang dikhususkan untuk

Penyelenggaraan Kegiatan Pencegahan Stunting relative kecil hanya dialokasikan untuk 3

paket sebesar Rp84342500- hal ini perlu mendapatkan perhatian bersama untuk

peningkatan pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa sesuai dengan Pasal 6

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61PMK072019 dimana Desa yang

warganya berisiko tinggi mengalami stunting untuk mengalokasikan kegiatan pencegahan

stunting

Kebijakan pengalokasian Dana Desa Tahun 2021 hendaknya juga mendukung program

Konvergensi Pencegahan Stunting yaitu dimungkinkan untuk dilakukan perubahan formulasi

perhitungan besaran alokasi Dana Desa diusulkan untuk Alokasi Formula dimasukan

parameter perhitungan untuk jumlah penderita stunting dengan mendapatkan alokasi sebesar

20

Dana Desa juga dialokasikan untuk kegiatan Intervensi Gizi Sensitif seperti pada lampiran

III21 dengan alokasi sebesar Rp22960 miliar atau 1156 dari total realisasi Dana Desa

Beberapa capaian outputnya adalah Operasional PAUDTKTPATKATPQMadrasah Non-

Formal Milik Desa dengan alokasi Rp2361 miliar dengan output 27196367 Paket

Terselenggaranya Operasional Pos Kesehatan Desa (PKD)Polindes Milik Desa Lainnya

dengan alokasi Rp2350 miliar dengan output 31710863 paket serta Sambungan Air Bersih

ke Rumah Tangga (pipanisasi dll) yang mendapatkan alokasi sebesar Rp1140 miliar

dengan output 16424989 meter

Provinsi Kalbar dengan penderita stunting urutan ke 27 nasional maka diperlukan

penanganan melalui berbagai sumber pendanaan termasuk Dana Desa untuk itu diharapkan

instansi terkait di tingkat provinsi untuk memberikan arahan dan himbauan agar penggunaan

Dana Desa juga dialokasikan untuk pencegahan stunting khususnya untuk intervensi gizi

sensitive melalui alokasi pada Bidang Pemberdayaan masyarakat

Efektivitas pencapaian target capaian output Dana Desa diatas berdasarkan laporan

capaian output oleh Pemda terkait dimana upload capaian output baru mencapai 8545

diharapakan Pemda segera melakukan upload data capaian output sehingga bisa

menghasilkan analisis data yang lengkap

III 22 DAK Fisik

No URAIAN OUTPUT SATUAN REALISASI OUTPUT

1 Penyelenggaraan Posyandu (Kelas Ibu Hamil) 1787 ORANG 615076375 8700

2 Penyelenggaraan Posyandu (Makanan Tambahan) 20260 UNIT 9508583774 8200

3 Kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak kerdil (stunting) 3 PAKET 84342500 10000

4

Fasilitasi Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

dan Endemik 3 PAKET 84342500 10000

5 Penyelenggaraan kegiatan pencegahan stunting 3 PAKET 84342500 10000

6 Penanganan Stunting 2 PAKET 10000000 5000

7 Kampanye dan Promosi Hidup Sehat Guna Mencegah Penyakit Menular 1 PAKET 14001000 10000

10400688649TOTAL DANA DESA UNTUK INTERVENSI SPESIFIK

(Rupiah)

113

DAK Fisik Tahun 2019 sebagai salah satu sumber pendanaan untuk mendukung

konvergensi penanganan stunting di wilayah Provinsi Kalbar dialokasikan melalui DAK Fisik

Tematik tentang stunting melalui DAK Fisik Penugasan pada bidang Kesehatan Sanitasi Air

Minum dan Pendidikan dengan dijabarkan melalui kegiatan Intervensi Gizi Spesifik

Total alokasinya DAK Fisik Penugasan yang terkait dengan program pencegahan stunting

untuk wilayah Kalimantan Barat adalah sebesar Rp373508869032 dengan rincian

sebagaimana pada Lampiran III22 A

Dari lampiran III22A diketahui bahwa untuk penanganan stunting melalui Bidang

Pendidikan untuk pelaksanaanya dikoordinir oleh Provinsi sementara itu untuk lokasi sebaran

pagu ternyata tidak sesuai dengan jumlah penderita permasalahan gizi dan stunting dimana

alokasi pagu terbesar adalah untuk Kabupaten Sintang Sanggau dan Kota Pontianak

sedangkan berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 justru penderita terbanyak adalah

Kabupaten Ketapang Landak dan Melawi Hal ini perlu mendapatkan perhatian di dalam

penyusunan alokasi DAK Fisik penugasan hendaknya sebaran alokasi pagu diarahkan untuk

daerah dengan jumlah penderita stunting terbanyak

Beberapa kegiatan intervensi gizi spesifik DAK Fisik Penugasan seperti pada Lampiran

III22B khususnya melalui bidang kesehatan capaian outputnya 99 diantaranya adalah

penyediaan alat ukur demensi tubuh (antropometri) dan alat kesehatan puskesmas sebanyak

1162 paketunit dengan nilai Rp2177 Miliar Pencegahan stunting melalui intervensi gizi

sensitive dilaksanakan melalui bidang Pendidikan dengan capaian output 93 dan bidang

Sanitasi dan Air Minum Beberapa outputnya diantarnya adalah untuk penyediaan sarana dan

prasarana PAUD sebanyak 196 ruangpaket dengan realisasi sebesar Rp81 miliar serta

pembangunan system pengolahan air limbah domestic setempat dan terpusat 1315 unit

dengan realisasi Rp411 miliar

Realisasi DAK Fisik Penugasan mencapai 9513 tidak tercapainya realisasi maksimal

disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah keterlambatan pelaksanaan lelang dan

ketidaksesuaian antara nilai daftar kegiatan dengan realisasi nilai kontrak

III3 Belanja Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Alokasi penangan stunting dalam APBD Provinsi Kalbar secara agregat dialokasikan

sebesar Rp28646 miliar atau hanya 110 dibandingkan dengan total jumlah APBD tahun

2019 yaitu Rp26044 miliar

Seperti pada lampiran III3 maka dapat diketahui bahwa kelompok penangan stunting

intervensi gizi spesifik mendapatkan alokasi dana sebesar Rp2436 miliar atau hanya 009

jika dibandingkan dengan total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya adalah Program

Pencegahan Stunting sebesar Rp15 miliar dan yang terbesar adalah Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Menular dengan alokasi sebesar Rp1267 miliar

Kelompok penangan stunting intervensi gizi sensitive mendapatkan alokasi dana sebesar

Rp25904 miliar atau hanya 099 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya

114

adalah Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah sebesar Rp8998 miliar dan yang terkecil

Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dengan alokasi sebesar Rp125 juta

Kelompok kegiatan yang terkait pencegahan stunting mendapatkan alokasi dana sebesar

Rp306 miliar miliar atau hanya 001 dari total APBD ProvKalbar Beberapa kegiatannya

adalah Penyediaan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat Rp112 miliar dan yang

terbesar adalah kampanye Pencegahan Stunting dengan alokasi Rp120 juta

Beberapa kendala yang dihadapi Pemda terkait pelaksaan kebijakan stunting adalah

a Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan pemantauan pertumbuhan serta

perilaku baik yang masih rendah

b Terbatasnya akses (daya beli pengetahuan) atas pemberian makanan bergizi seimbang

untuk ibu hamil bayi dan balita yang masih rendah

c Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif yang belum optimal

d Suplementasi yang belum optimal seperti Konsumsi Tablet Tambah Darah pada ibu hamil

dan remaja Puteri

e Angka infeksi yang masih tinggi seperti cacingan diare dll baik pada balita dan ibu Hamil

f Kebersihan Lingkungan dan Akses Sanitasi yang masih belum baik

g Budaya di masyarakat dimana ibu hamil masih banyak pantangan makanan

h Tingkat soasial ekonomi masyarakat yang masih rendah

i Masih rendahnya tingkat kepedulian dan dukungan keluarga terhadap ibu hamil dan

tingkat pendidikan ibu yang masih rendah

Rekomendasi dalam upaya mengantisipasi kendala dalam pencapaian sasaran kebijakan

stunting antara lain

1 Peningkatan upaya dukungan lintas sektor dalam penanggulangan Stunting (Konvergensi

Stunting) dalam intervensi spesifik maupun sensitif

2 Peningkatan alokasi Dana Desa untuk Pelayanan Sosial dasar terkait 1000 Hari Pertama

Kehidupan

3 Peningkatan Upaya Strategi Perubahan Perilaku dalam penanggulangan stunting

4 Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamilbayi dan anak balita

melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan

5 Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan Buku KIA kelas Ibu

Posyandu dan pendampingan pada ibu hamil

6 Peningkatan akses terhadap makanan bergizi bagi balita dan ibu hamil melalui pemberian

PMT Pelatihan PMBA untuk Masyarakat Konseling Menyusui

7 Peningkatan Akses Air bersih dan Sanitasi lingkungan melalui Lima Pilar STBM

Dalam rangka keberhasilan penanganan stunting di Provinsi Kalbar diharapkan alokasi

dana melaui APBD ditingkatkan jumlahnya dengan tetap memperhatikan kemampuan

keuangan daerah setidaknya mengacu pada kebijakan nasional yakni sekitar 246 dari total

APBD

BAB VII

PENUTUP

Pantai Tanjung Belandang KetapangPemandangan khas dar i Pantai in i adalah jembatan kayu yang menjirok ke laut deratan gazebo berjejer rapih di sepanjang jembatan kayu tersebut

115

A KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan analisis di bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut

1 Kinerja ekonomi Kalimantan Barat pada tahun 2019 sebesar 500 persen mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang

sebesar 506 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 502 persen

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pada sektor Jasa Keuangan dan Asuransi

Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan dan Penggalian

2 Laju pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat 2019 yang tertinggi adalah komponen Ekspor

Barang dan Jasa yaitu 1012 persen dengan nominal kenaikan sebesar Rp110 triliun

selanjutnya adalah Konsumsi LNRT sebesar 886 persen Peningkatan ekspor barang dan

jasa utamanya berasal dari kenaikan komoditas ekspor utama yaitu Biji Kerak Lemak dan

Minyak HewanNabati dan Karet dan Barang dari karet

3 Struktur perekonomian yang menopang ekonomi Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor

lapangan usaha yaitu Pertanian Kehutanan dan Perikanan (2021 persen) industry

pengolahan (1634 persen) perdagangan besar-eceran serta reparasi mobil sepeda motor

(1430 persen) kontruksi (1244 persen) dan sisanya terbagi dari beberapa sektor lapangan

usaha antara lain Pertambangan transportasi pergudangan informasi jasa keuangan

real estate dan jasa lainnya

4 Dana Investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan

Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) di Kalimantan Barat pada tahun 2019 mencapai

sebesar Rp1563 triliun meningkat sebesar 25 triliun atau 1897 persen dibandingkan

dengan tahun 2018 Hal ini adanya tren positif terhadap pertumbuhan PMA dan diharapkan

berlanjut dimasa mendatang dan tidak terlepas adanya dukungan yang kuat Pemerintah

yang akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single

Submission (OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai

instansi terkait baik di pusat dan daerah

5 BI Rate Kalimantan Barat 2019 cenderung menurun dari level 600 persen Bulan Januari

hingga level 500 persen pada bulan Desember Tren menurunnya BI Rate tersebut

merupakan antisipasi terhadap kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami

penurunan dan juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi (Global Bank Sentral Amerika

Serikat The Federal Reverse (The Fed) yang menahan suku bunga di level 15-175

116

6 Sepanjang tahun 2019 tingkat Inflasi bulanan Kalimantan Barat terlihat fluktuatif Inflasi

tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 066 persen lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional

yang hanya mencapai 055 persen Tekanan inflasi ini terjadi seiring adanya aktivitas

pemilihan umum dan legislative yang dilakukan serempak pada tahun 2019 dan tingginya

permintaan terhadap makanan maupun angkutan udara tarif angkutan antar kota tarif taksi

sepeda motor dan ban luar mobil selama periode Desember dan Tahun Baru

7 Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2019 melemah pada angka Rp14313- per

US Dollar dan menunjukan perbaikan pad akhir tahun 2019 pada Rp13831- per US Dollar

Penguatan nilai tukar rupiah bukan hanya karena kinerja pemerintah maupun Bank

Indonesia melainkan adanya dorongan juga dari kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)

yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara

maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara

emerging market termasuk Rupiah dan pengaruh melemahnya dolar AS terhadap semua

mata uang yang disebabkan kebijakan The Fed tidak menaikkan tingkat suku bunga

8 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar termasuk kategori ldquosedangrdquo terjadi

peningkatan dari 6626 poin tahun 2017 menjadi sebesar 6698 poin pada tahun 2018

(berdasarkan release BPS periode Mei 2019) dan berada di bawah IPM Nasional 7081

Walaupun terjadi kenaikan namun capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi

Kalbar tahun 2019 belum memenuhi target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin

dan berada pada urutan 30 dari 34 provinsi dengan angka rata-rata lama sekolah

masyarakat Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan yang positif sekitar 712 tahun

9 Gini Rasio Kalimantan Barat periode September 2019 sebesar 0318 lebih baik apabila

dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu 0327 Dan masih lebih baik dari

pada distribusi pendapatan secara Nasional (0380) Ketimpangan pendapatan terjadi

karena perbedaan kepemilikan sumber daya dan faktor produksi sehingga pihak-pihak yang

memiliki faktor produksi akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak

10 Investasi Pemerintah Pusat tahun 2019 melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)

berupa pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM di Wilayah Provinsi Kalimantan

Barat telah mencapai sebesar Rp179834 miliar (41778 UMKMdebitur) jika dibandingkan

dengan periode tahun 2018 terjadi kenaikan sebesar Rp18326 miliar atau 1135 persen

masih belum memenuhi target dan sasaran tahun 2019 terutama sektor produksi yang hanya

mencapai 4124 persen yang ditargetkan sebesar 60 persen

11 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar

Rp1052 miliar 2737 debitur jika dibandingkan dengan periode tahun 2018 terjadi

kenaikan sebesar Rp210 miliar atau 2505 persen hasil produk terutama mutu dan kualitas

produk belum bisa bersaing secara global dengan produk daerah lain

12 Penerimaan pajak dalam negeri tahun 2019 sebesar Rp667 triliun naik 26108 miliar atau

naik 407 persen dibanding penerimaan tahun 2018 Kontribusi terbesar dari penerimaan

117

pajak dalam negeri adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Rp32 triliun atau 48 persen

disusul Pajak Penghasilan (PPh) Rp307 triliun atau 46 persen

13 Realisasi pajak perdagangan internasional tahun 2019 sebesar Rp60739 miliar meningkat

signifikan Rp45873 miliar atau 672 persen dibanding realisasi tahun 2018 Dengan

perincian Bea Keluar Rp57450 miliar atau 9459 persen dan bea masuk Rp3288 miliar

atau 541 persen

14 Penerimaan PNBP tahun 2019 sebesar Rp82375 miliar mengalami penurunan sebesar Rp

3776 atau 43 persen dibandingkan penerimaan tahun 2018 Dengan komposisi

pendapatan PNBP lainnya memberikan kontribusi 51 persen dari total penerimaan PNBP

disusul pendapatan PNBP BLU sebesar 489 persen

15 Belanja negara alokasi anggaran untuk Provinsi Kalimantan Barat TA 2019 yaitu sebesar

Rp3147 triliun triliun yang terbagi dalam belanja Pemerintah Pusat (KL) sebesar Rp1049

triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp2034 triliun Realisasi Belanja

pemerintah pusat sebesar Rp968 triliun triliun Sedangkan untuk transfer ke Daerah dan

dana desa terealisasi Rp2034 triliun

16 Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 terdapat penurunan angka stunting pada 10

KabupatenKota di Kalimantan Barat namun juga terjadi kenaikan angka stunting pada 4

(empat) Kabupaten

B REKOMENDASI

1 Pemerintah Daerah tetap mengupayakan peningkatan alokasi belanja pada jenis belanja

dan meningkat investasi pada sektor-sektor yang belum atau kurang memberikan kontribusi

terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat tahun 2019 terutama pada sektor

sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Transportasi dan Pergudangan serta Pertambangan

dan Penggalian yang mengalami penurunan pada periode ini secara umum capaian

pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat bisa dikatakan masih stagnan dan belum

memberikan kontribusi PDRB secara maksimal yang hanya sebesar 134 persen terhadap

pembentukan PDB nasional diharapkan untuk berikutnya lebih meningkat dibanding tahun

ini

2 Untuk mempertahankan sektor ekonomi unggulan dan mematangkan sektor ekonomi

potensial Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu berkolaborasi dalam membangun

infrastruktur pendukung maupun untuk mendatangkan investor yang mau berinvestasi pada

sektor-sektor tersebut Seperti pada pembangunan Pelabuhan Kijing di kabupaten

Mempawah Pemerintah Pusat menyiapkan dana pembangunan dengan menggandeng

investor sementara Pemerintah Daerah menyiapkan dana untuk pembebasan lahan

3 Pengawasan terhadap prioritas penggunaan Dana Desa perlu dilakukan desa dengan

warga berisiko tinggi stunting agar mengalokasikan Dana Desa untuk kegiatan pencegahan

stunting Kebijakan pengalokasian Dana Desa tahun 2021 hendaknya mendukung program

118

konvergensi Pencegahan Stunting yang dapat diatambahkan pada perhitungan Alokasi

Formula dengan alokasi 20 persen

4 Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) agar terus melakukan upaya memitigasi risiko

terhadap kenaikan harga serta kelancaran distribusi pasokan bahan pangan adanya

kebijakan yang memacu peningkatan produksi bahan pangan dan mengajak para

pengusaha dalam menentukan harga dan perlu mempertimbangkan daya beli konsumen

Sedangkan untuk konsumen sendiri harus mampu mengatur nafsu konsumtif karena

Komoditas pangan sangat sensitif terhadap musim keagamaan cuaca dan kenaikan yang

harus diatur oleh pemerintah

5 Sumber dana investasi tahun 2019 yang bersumber dari modal asing mengalami kenaikan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp14 triliun Hal ini terjadi tren positif terhadap

pertumbuhan PMA dan diharapkan berlanjut dimasa mendatang dukungan Pemerintah

tetap melanjutkan reformasi di bidang ekonomi pemanfaatan Online Single Submission

(OSS) yang lebih baik serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai instansi terkait

baik dari pusat maupun daerah

6 Tren menurunnya BI Rate tersebut harus dijaga untuk mengantisipasi kondisi perekonomian

nasional yang masih mengalami penurunan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan

ekonomi Global Kebijakan menahan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan faktor

eksternal tetap dijaga lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya masih sesuai

dengan target

7 Penguatan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika)

yang memutuskan untuk menahan suku bunga Selain itu perlambatan ekonomi negara

maju juga turut memberikan andil positif bagi penguatan nilai tukar mata uang negara

emerging market termasuk Rupiah Kebijakan suku bunga Tanah Air harus tetap

dipertahankan agar imbal hasil aset keuangan Indonesia termasuk obligasi menjadi

menarik arus modal asing masuk ke Indonesia dan menambah pasokan valas di dalam

negeri

8 Indek Pembangunan Manuasia (IPM) Kalimantan Barat tahun 2018 termasuk kategori

sedang dan berada pada urutan ke-30 dari 34 Provinsi Walaupun terjadi kenaikan namun

capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalbar tahun 2019 belum memenuhi

target yang telah ditetapkan yakni sebesar 6720 poin Peningkatan investasi dari

Pemerintah Pusat (APBN) yang berupa alokasi Dana Transfer khususnya DAK Fisik dan

Dana Desa serta investasi lainnya serta Pemerintah Daerah (APBD) diharapkan benar-

benar dapat digunakan pada sektor-sektor program pembangunan manusia yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat terutama mendongkrak

tingkat IPM yang terandah di Kalimantan Barat yang selama ini selalu ditempati oleh

Kabupaten Kayong Utara sebesar (6182) dan Kabupaten Sekadau (6369)-

119

9 Pemerintah Daerah agar meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak terkait agar sasaran

dan tujuan program KUR maupun UMi dapat tercapai karena mulai tahun 2019 penyaluran

KUR diarahkan lebih banyak di sektor produksi (non perdagangan) yaitu dengan target

minimal penyaluran sebesar 60 di tahun 2019 Selain itu sejak tahun 2018 diluncurkan

skema KUR Khusus untuk mengakomodir pembiayaan di sektor perikanan rakyat

perkebunan rakyat dan peternakan rakyat harus benar-benar disaluran sesuai sasaran dan

lebih meningkatkan pembinaan dan pendampingan kepada debitur dan membantu

mensosialisasikan hasil produk pembiayaan UMi kepada masyarakat sehingga dapat

mendorong masyarakat tetap mempertahankan Usaha Mikro bahkan dapat meningkat ke

Mikro Kecil

10 Perlu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak diantaranya identifikasi dan penggalian

potensi WP sektor pertambangan optimalisasi penggalian potensi pajak pengawasan

terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara Pemerintah Pusat maupun Daerah

DAFTAR PUSTAKA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan

Barat Tahun 2019

Rancangan Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

RISKESDAS_2018_ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

RISKESDAS_Provinsi Kalimantan Barat 2018_ Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia

Laporan Pemantauan Kinerja Anggaran dan Pembangunan Program Percepatan

Pencegahan dan Penurunan Stunting Kemenkeu Reupblik Indonesia

Lampiran IIA - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Spesifik

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan

Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian KEMENTERIAN KESEHATAN 0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

2080 Pembinaan Gizi Masyarakat 001 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 002 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus

003 Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita 005 Pembinaan dalam Peningkatan Status Gizi Masyarakat 006 Suplementasi Gizi Mikro 007 Pembinaan dalam Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat 008 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Papua dan Papua Barat 009 Penyediaan Makanan Tambahan bagi Balita Kurus Papua dan Papua Barat 010 Penguatan intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu Hamil dan Balita Papua dan Papua Barat 504 Peningkatan Surveilans Gizi

5832 Pembinaan Kesehatan Keluarga 001 Pembinaan Dalam Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 002 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Kunjungan Neonatal Pertama 004 Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah 005 Pembinaan Pencegahan stunting 018 Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Antenatal

1172822000 100000000 368690000 1439729000 305522000 461512000 281222000 317124000 101785000

822627500 96493000 365973800 1414218600 296527000 372659700 266887500 316592900 101784900

7014

9649

9926

9823

9706 8075 9490 9983 100

4

14

14

14 1 1 1 1 5

4

14

14

14 1 1 1 1 5

100

100

100

100

100 100 100 100 100

0240508 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

2058 Pembinaan Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra 006 Layanan Imunisasi 010 Layanan Imunisasi di Papua dan Papua Barat

2059 Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria 008 Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan 011 Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua dan Papua Barat

2060 Pengendalian Penyakit Menular Langsung 506 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit ISP 511 Sarana dan Prasarana Penanggulangan TBC 512 Sarana dan Prasarana Penanggulangan HIVAIDS

251677000 513750000 1343486000

221591784 280311250 1234273000

8805

5456 9187

14

153 8

14

151 8

25

6 40

0240709 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

2065 Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 508 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Kesehatan Ibu dan Anak 509 Paket Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Penyakit Tropis Terabaikan 510 Paket Penyediaan Vaksin

Total Belanja Intervensi Spesifik

6657319000

5789940934

9045

212

210

7710

------

Lampiran IIB - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Intervensi Gizi Sensitif

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN PERTANIAN

0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat

1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

102 Lumbung Pangan Masyarakat

1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

106 Kawasan Mandiri Pangan

1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

101 Pemberdayaan Pekarangan Pangan

106 Hasil Pengawasan keamanan dan mutu pangan Segar

558000000 5578500000 600000000

546884550 5543049050 582679900

9801

9936 9711

1

123 1

1

121 1

100

100 100

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

0190207 Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro

1835 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan

030 Pemenuhan gizi masyarakat melalui peningkatan konsumsi pangan olahan sehat

038 Komoditi yang diawasi Penerapan SNI Wajib Produk Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

0230509 Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat

2016 Penyediaan Layanan Paud

006 Lembaga PAUD Menyelenggarakan Holistik Integratif

5631 Penyediaan Layanan Pendidikan Keluarga

002 Lembaga Menyelenggarakan Pendidikan Keluarga untuk Intervensi Permasalahan Sosial Tertentu

KEMENTERIAN KESEHATAN

0240111 Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

5610 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan JKNKIS

501 Cakupan Penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui JKNKIS

0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

002 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media

004 Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam mendukung Program Kesehatan

006 Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media di Papua dan Papua Barat

5834 Penyehatan Lingkungan

501 Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi Syarat

504 Pengawasan terhadap Sarana Air Minum

505 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan

2090 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan

506 Rumah sakit rujukan yang memiliki pelayanan sesuai standar

1492964000 464132000 163411000

1437830000 431244400 162715900

9631 9291

9957

3 1 1

3 1

1

100 100

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan

Pagu Realisasi Real

Target Capaian Capaian

2094 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan

508 Alat Kesehatan

KEMENTERIAN AGAMA

0250308 Program Bimbingan Masyarakat Islam

2104 Pengelolaan KUA dan Pembinaan Keluarga Sakinah

008 Bimbingan Perkawinan Pra Nikah

0250812 Program Bimbingan Masyarakat Buddha

2145 Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Budha

014 Pembinaan Keluarga Hittasukhaya

638510000 37020000

594062500 36455000

9304

9847

29 2

1

0

97

0

KEMENTERIAN SOSIAL

0270507 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial

2251 Jaminan Sosial Keluarga

001 Keluarga Miskin Yang Mendapat Bantuan Tunai Bersyarat

0270609 Program Penanganan Fakir Miskin

5873 Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan

003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

5874 Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

002 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

5875 Penanganan Fakir Miskin Pesisir Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara

003 KPM Yang Memperoleh Bantuan Sosial Pangan

3124920000

3123021922

9994

1

1

100

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

0320608 Program Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan

2357 Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan

003 Promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri yang dilaksanakan (Gerakan memasyarakatkan makan ikanGemarikan)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan

004 Sistem Pengelolaan Air Limbah

2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

005 SPAM Terfasilitasi

007 Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan

008 SPAM Berbasis Masyarakat

009 Pembangunan SPAM di Kawasan Khusus

010 Pembangunan SPAM Regional

25491600000 19295520000 10141420000 62568089000

24467600000 17485637400 9125468000 60912361277

9598

9062 9025 9735

298

3

15 0

495

1 9 0

100

0 1 52

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Rea

l Target Capaian Capaia

n 0470107 Program Perlindungan Anak

2808 Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Kesejahteraan

003 Sosialisasi tentang ASI Eksklusif Gizi Seimbang Pembatasan Gula GaramLemak (GGL) Rokok dan

Kesehatan Reproduksi bagi Keluarga dan Anak sebagai 2P dalam Penurunan Stunting

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

0590709 Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik

4143 Penyediaan dan Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

001 Informasi Publik Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

0630106 Program Pengawasan Obat dan Makanan

3165 Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai BesarBalai POM

088 KIE Obat dan Makanan Aman

4124 Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang

005 Pengawasan Produk Pangan Fortifikasi

960000000

950368050

9899

26

26

100

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

0680106 Program Kependudukan dan KB

3317 Pembinaan Keluarga Balita dan Anak

021 Keluarga yang mempunyai balita dan anak memahami pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak

3331 Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan KB Provinsi

081 Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK

085 Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu

910000000 1586543000

829384786 1573708244

9114 9919

16045 433

16045 433

100 100

Total Belanja Intervensi Sensitif

13361062900000 12780247097900

12780247097900

9614

658025

1110045

78125

------

Lampiran IIC - Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output

Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

0100606 Program Bina Pembangunan Daerah

1252 Pembinaan Penyelenggaraan dan Pembangunan Urusan Pemerintahan Daerah III

001 Integrasi indikator Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah lingkup UPD III

003 Penerapan SPM bidang kesehatan sosial dan transtibumlinmas

004 Evaluasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Daerah

010 Monev terpadu Penerapan dan Pencapaian SPM di daerah lingkup UPD III

011 Advokasi penerapan kebijakan percepatan penurunan stunting 015 Peningkatan kinerja kabkota dalam implementasikonvergensi program penanganan penurunan

stunting (INEY)

0100810 Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

1269 Pembinaan Administrasi Pencatatan Sipil

006 Cakupan Anak yang Memiliki Akta Kelahiran

KEMENTERIAN PERTANIAN

0181114 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat

1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

115 Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah

295000000

281904000

9556

4

4

100

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

0230101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

4079 Pengembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) di Asia Tenggara

001 Model Pengembangan dan Pembelajaran

0231613 Program Guru dan Tenaga Kependidikan

5636 Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Paud dan Dikmas

009 Rata - rata Nilai Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas

KEMENTERIAN KESEHATAN

0240101 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan

2038 Pengelolaan Data dan Informasi

501 Pemetaan Keluarga Sehat

963 Layanan Data dan Informasi

0240306 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

5833 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

001 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

005 Pembinaan KabupatenKota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Papua dan Papua Barat

007 Pembinaan KabKota dalam Pelaksanaan Penggerakkan Masyarakat di Posyandu

441040000 867300000

439188400 526100500

9958

6066

1 3

1

3

100

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

0240407 Program Pembinaan Upaya Kesehatan

2087 Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar

509 Pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

0241104 Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

2070 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat

504 Riset Penanggulangan Masalah Gizi

0241210 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Ppsdmk)

2076 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan

501 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan

505 Pelatihan Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan

2078 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan

501 Penugasan Tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) Minimal 5 Orang

502 Penugasan Tenaga Kesehatan Secara Individu

505 Penugasan tenaga Kesehatan secara Team Based (Nusantara Sehat) minimal 5 orang di Wilayah Papua dan Papua Barat

102534000 125563000 2026770000

100827500 118882000 1923153550

9836

9468 9489

95

93

100

95 95

KEMENTERIAN SOSIAL

0271104 Program Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan Sosial

2254 Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional (I-VI)

002 Pelatihan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) bagi Pendamping Program Bantuan Tunai Bersyarat

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

0330507 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

2414 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan

003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

2415 Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM

668321000

668320150

9999

4

2

11

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

0360106 Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

2552 Koordinasi Kebijakan Penguatan Ketahan Gizi dan Kesehatan Lingkungan

001 Usulan Rekomendasi kebijakan bidang ketahanan gizi dan kesehatan ibu dan anak dan kesehatan lingkungan

BADAN PUSAT STATISTIK

0540106 Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik

2895 Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik Bps Provinsi

009 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat

2906 Penyediaan dan Pengembangan Statistik Kesejahteraan Rakyat

003 PublikasiLaporan Statistik Kesejahteraan Rakyat Yang Terbit Tepat Waktu

5125732000

5059724707

9871

30

2

100

ProgramKegiatanOutput

DIPA Output Keterangan

Pagu Realisasi Real Target Capaian Capaian

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

0550106 Program Perencanaan Pembangunan Nasional

2937 Perencanaan Pembangunan Terkait Lingkup Kesehatan dan Gizi Masyarakat

608 Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Pembangunan

KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

0670306 Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masarakat Desa

5483 Peningkatan Pelayanan Sosial Dasar

008 Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam peningkatan akses pelayanan sosial dasar

011 Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

0800106 Program Penelitian Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir Isotop dan Radiasi

3446 Pengembangan Sains dan Teknologi Bahan Maju Dengan Iptek Nuklir

002 Data Riset Hasil Analisis dengan Menggunakan Teknik Nuklir

3449 Pengembangan Sains dan Teknologi Nuklir Terapan dan Revitalisasi Reaktor Riset

006 Dokumen Teknis Mikronutrisi Pada Pangan Anak Balita Di Daerah Malnutrisi

Total Belanja Pendampingan Koordinasi dan Dukungan Teknis 9652260000 9118100807

9280 137 105 87625

------

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

JALAN KS TUBUN NO 36 PONTIANAK 78121 TELEPON (0561) 733444 733466 FAKSIMILE (0561) 732029 LAMAN WWWDJPBKEMENKEUGOIDKANWILKALBARID

NOTA DINASNOMOR ND-143WPB172020

Yth Direktur Pelaksanaan AnggaranDari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi

Kalimantan BaratSifat SegeraLampiran 1(satu) berkasHal Pengantar Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019Tanggal 28 Februari 2020

Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

SE-61PB2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas

Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54PB22020 hal Penyusunan dan Tema Analisis

Tematik Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 bersama ini kami sampaikan bersama ini kami

sampaikan Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Kajian ini

terdiri antara lain

1 Tinjauan dan Analisis APBN dan APBD tahun 2019 lingkup Provinsi Kalimantan Barat

Analisis yang dilakukan baik dari segi pendapatan maupun belanja serta dampaknya

terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dari indikator-indikator

seperti lndeks Pembangunan Manusia (IPM) Tingkat Kemiskinan dan Gini Ratio (tingkat

ketimpangan)

2 Untuk mengetahui sektor unggulan daerah dan pengembangan potensi tersebut digunakan

analisis metode Location Quotient (LQ) time series Dari analisis ini ditemukan sektor

unggulan di Provinsi Kalbar adalah bidang Pertanian Kehutanan dan Perikanan

3 Dalam KFR Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 ini terdapat analisis tematik dengan tema

Sinergi dan Konvergensi Program Penanganan Stunting di Daerah yaitu upaya pemerintah di

dalam melakukan pencegahan terhadap prevelensi stunting melalui belanja KL dalam APBN

belanja Dana Desa dan DAK Fisik serta melalui pendanaan Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD)

Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih

Ditandatangani secara elektronikBambang Hartono

  • KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
    • 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
    • 1COVER KFRpdf (p2)
    • Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
    • 3_Daftar isi_1pdf (p4)
    • 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
    • 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
    • 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
    • 10_Capaian Outputpdf (p10)
    • 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
    • 12_BAB I_COVERpdf (p12)
    • 13_BAB Ipdf (p13-21)
    • 14_BAB II_COVERpdf (p22)
    • 15_BAB IIpdf (p23-41)
    • 16_BAB III_COVERpdf (p42)
    • 17_BAB IIIpdf (p43-77)
    • 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
    • 18_Bab IVpdf (p79-97)
    • 19_BAB V_COVERpdf (p98)
    • 19_BAB Vpdf (p99-107)
    • 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
    • 24_BAB VIpdf (p109-124)
    • 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
    • 26_BAB VIIpdf (p126-133)
    • 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
    • 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
    • DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
      • 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
      • LAMPIRANpdf (p148-151)
      • KFR TAHUN 2019 KALBARpdf (p1-140)
        • 102fa4d3-edd9-480f-9ed5-adbbd35de161pdf (p1)
        • 1COVER KFRpdf (p2)
        • Kata Pengantar KFR 2019pdf (p3)
        • 3_Daftar isi_1pdf (p4)
        • 4_Daftar Isi_2pdf (p5-6)
        • 8_Ringkasan Eksekutifpdf (p7-8)
        • 9_Perkembangan indikator dan pagupdf (p9)
        • 10_Capaian Outputpdf (p10)
        • 11_Dana Desa DAK Fisikpdf (p11)
        • 12_BAB I_COVERpdf (p12)
        • 13_BAB Ipdf (p13-21)
        • 14_BAB II_COVERpdf (p22)
        • 15_BAB IIpdf (p23-41)
        • 16_BAB III_COVERpdf (p42)
        • 17_BAB IIIpdf (p43-77)
        • 17_BAB IV_COVERpdf (p78)
        • 18_Bab IVpdf (p79-97)
        • 19_BAB V_COVERpdf (p98)
        • 19_BAB Vpdf (p99-107)
        • 24_BAB VI_COVERpdf (p108)
        • 24_BAB VIpdf (p109-124)
        • 26_BAB VII_COVERpdf (p125)
        • 26_BAB VIIpdf (p126-133)
        • 28_BAB VIII_COVERpdf (p134)
        • 29_BAB VIIIdocxpdf (p135-139)
        • DAFTAR PUSTAKApdf (p140)
          • 1_Form Pak Bambang_1pdf (p141-147)
          • LAMPIRANpdf (p148-151)
Page 8: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 9: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 10: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 11: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 12: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 13: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 14: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 15: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 16: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 17: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 18: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 19: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 20: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 21: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 22: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 23: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 24: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 25: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 26: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 27: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 28: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 29: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 30: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 31: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 32: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 33: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 34: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 35: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 36: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 37: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 38: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 39: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 40: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 41: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 42: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 43: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 44: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 45: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 46: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 47: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 48: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 49: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 50: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 51: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 52: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 53: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 54: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 55: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 56: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 57: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 58: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 59: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 60: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 61: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 62: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 63: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 64: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 65: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 66: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 67: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 68: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 69: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 70: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 71: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 72: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 73: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 74: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 75: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 76: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 77: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 78: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 79: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 80: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 81: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 82: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 83: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 84: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 85: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 86: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 87: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 88: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 89: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 90: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 91: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 92: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 93: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 94: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 95: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 96: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 97: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 98: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 99: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 100: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 101: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 102: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 103: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 104: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 105: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 106: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 107: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 108: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 109: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 110: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 111: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 112: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 113: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 114: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 115: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 116: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 117: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 118: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 119: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 120: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 121: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 122: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 123: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 124: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 125: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 126: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 127: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 128: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 129: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 130: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 131: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 132: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 133: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 134: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 135: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 136: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 137: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 138: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 139: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 140: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 141: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 142: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 143: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 144: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 145: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 146: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan
Page 147: Tahun 2019 · 2020. 10. 19. · Sedangkan pendapatan perkapita sebesar Rp.41,88 juta. Struktur perekonomian yang menopang perekonomian Kalbar didominasi oleh 4 (empat) sektor lapangan