TA AYUDIA 3

13
TUGAS PENGETAHUAN LINGKUNGAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PROSES PERSIAPAN PERTENUNAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DUE DATE DI PT. KUSUMA HADI SANTOSA Skripsi Yuni Pariyanti / I 0398060/ Manufaktur Disusun Oleh : AYUDIA RACHMA F. I 0309008 1

description

ta mnf 3

Transcript of TA AYUDIA 3

Page 1: TA AYUDIA 3

TUGAS PENGETAHUAN LINGKUNGAN

PENJADWALAN PRODUKSI PADA PROSES

PERSIAPAN PERTENUNAN DENGAN

MEMPERTIMBANGKAN DUE DATE DI PT. KUSUMA

HADI SANTOSA

Skripsi

Yuni Pariyanti / I 0398060/ Manufaktur

Disusun Oleh :

AYUDIA RACHMA F.

I 0309008

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

1

Page 2: TA AYUDIA 3

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2004

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………….. 2

ABSTRAK …………………………………………….. 3

RUMUSAN MASALAH

…………………………………………….. 4

BATASAN MASALAH

…………………………………………….. 4

METODE PENELITIAN

…………………………………………….. 4

KESIMPULAN DAN SARAN

…………………………………………….. 6

DAFTAR PUSTAKA

…………………………………………….. 8

2

Page 3: TA AYUDIA 3

ABSTRAK

Departemen weaving merupakan salah satu departemen di

PT. Kusuma Hadi Santosa yang memproses bahan baku berupa

benang menjadi bahan jadi berupa kain mentah (grey). Departemen

ini terdiri dari proses persiapan pertenunan dan proses pertenuan.

Pada proses pertenunan, jadwal yang sudah direncanakan tiap

bulannya sering mengalami perubahan. Perubahan tersebut terjadi

karena keterlambatan kesiapan benang lusi dari proses persiapan

pertenuan. Keterlambatan ini disebabkan belum adanya prosedur

sistem penjadwalan tertentu pada proses persiapan pertenunan.

Oleh karena itu, diperlukan suatu prosedur penjadwalan pada

proses persiapan pertenunan untuk menghindari terjadinya

keterlambatan. Algoritma yang dikembangkan mempertimbangkan

karakteristik produk dan proses. Algoritma ini terdiri dari inisialisasi

job pada proses persiapan, penjadwalan job untuk operasi cucuk,

inisialisasi permintaan batch untuk operasi kanji dan hani serta

penjadwalan batch pada operasi kanji dan operasi hani.

3

Page 4: TA AYUDIA 3

Metode penjadwalan yang digunakan yaitu metode backward

dengan tujuan agar tidak terjadi keterlambatan tersedianya benang

lusi untuk proses persiapan pertenuan. Urutan pengerjaan job pada

operasi cucuk berdasarkan SPT, pada operasi kanji berdasarkan LPT

kemudian SPT sedangkan pada operasi hani berdasarkan FCFS.

Karakteristik dari algoritma yang disusun menghasilkan jadwal

antara lain tidak ada job yang terlambat dari proses persiapan

pertenunan, waktu menunggu untuk operasi selanjutnya kecil, tidak

terjadi overlapping, flow time job atau batch yang pendek dan WIP

hasil proses kanji minimal. Hasil penjadwalan pada proses

persiapan pertenunan untuk jadwal tenun bulan Mei 2003 antara

lain tidak terdapat job yang terlambat, tidak terjadi overlapping

antar due date di tiap mesin, rata-rata flow time tiap batch 27,04

jam, total WIP adalah 72 beam lebih kecil daripada WIP perusahaan,

yaitu 131 beam dan waktu mulai paling awal proses persiapan

pertenunan pada tanggal 29 April 2003 jam 04:57. Kata Kunci :

Penjadwalan backward, multiple due date, proses pertenunan,

beam, job, batch.

RUMUSAN MASALAH

Pada penelitian ini akan dibahas penjadwalan produksi pada proses

persiapan pertenunan dengan mempertimbangkan faktor due date,

yaitu saat mulai proses tenun untuk memenuhi due date pada

proses persiapan pertenunan di PT. Kusuma Hadi Santosa dengan

pendekatan backward.

BATASAN MASALAH

4

Page 5: TA AYUDIA 3

1. Penjadwalan hanya dilakukan untuk Departemen Weaving

dengan proses shutle loom khususnya untuk proses

persiapan benang lusi.

2. Fokus penjadwalan proses persiapan pertenunan ini adalah

operasi hani, kanji dan cucuk, sedangkan pada operasi

tying hanya untuk mengetahui kebutuhan benang lusi hasil

kanji untuk operasi tying.

3. Periode penjadwalan proses persiapan adalah satu bulan

yaitu untuk mempersiapkan proses tenun selama bulan

Mei 2003, berdasar data produksi proses tenun bulan Mei

2003.

4. Due date yang digunakan pada penjadwalan proses

persiapan adalah saat mulai proses pertenunan.

METODE PENELITIAN

1. Karakterisasi Sistem

Karakterisasi merupakan tahap penyederhanaan dari

penjelasan secara menyeluruh dari gambaran dunia nyata

yang ada. Tahapan ini berisikan karakteristik sistem pada

proses persiapan pertenunan serta variabel dan parameter

yang terdapat dalam sistem tersebut.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini diperlukan untuk melakukan

pengolahan data. Data-data diperoleh dari Departemen

Weaving PT. KHS melalui pengamatan langsung,

wawancara dan dokumentasi.

3. Pengolahan Data Awal

5

Page 6: TA AYUDIA 3

Pengolahan data awal dilakukan sebelum penjadwalan.

pada tahap ini data-data yang telah terkumpul kemudian

diolah dahulu untuk memudahkan dalam melakukan

penjadwalan. Pengolahan ini dilakukan dengan bantuan

program MS. Excel.

4. Inisialisasi Job pada Proses Persiapan

5. Penjadwalan Job untuk Operasi Cucuk

6. Inisialisasi Permintaan Batch

7. Penjadwalan Batch

1. Penjadwalan Operasi Kanji

2. Penjadwalan Operasi Hani

8. Jadwal Proses Persiapan

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Dari penelitian tentang penjadwalan produksi pada proses

persiapan pertenuan dengan mempertimbangkan due date di

PT. Kusuma Hadi Santosa dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

6

Page 7: TA AYUDIA 3

1. Penjadwalan yang dibuat dalam penelitian ini dipergunakan

untuk industri pertenunan yang mempunyai karakteristik

produk multi item dan karakteristik proses secara general

flow shop.

2. Penjadwalan yang dibuat berdasarkan karakteristik produk

dan proses dimana terdapat algoritma inisialisasi job pada

proses persiapan, penjadwalan job untuk operasi cucuk,

inisialisasi permintaan batch untuk operasi kanji dan hani

dan penjadwalan batch meliputi penjadwalan operasi kanji

dan penjadwalan operasi hani.

3. Penjadwalan dibuat untuk satu periode dengan jangka

waktu satu bulan.

4. Penjadwalan yang dibuat menggunakan metode backward

agar tidak terjadi keterlambatan pada proses persiapan

pertenunan.

SARAN dari penulis TA untuk TA tersebut

1. Penerapan teknik penjadwalan ini di industri tekstil yang

sejenis untuk membantu pelaksanaan perencanaan

produksinya.

2. Penerimaan order sisipan pada PT. Kusuma Hadi Santosa

untuk Departemen Weaving I, sebaiknya memperhatikan

juga kapasitas di proses persiapan pertenunan, yaitu

dengan tidak melebihi dari kapasitas yang tersisa dari hasil

penjadwalan pada proses persiapan pertenunan.

7

Page 8: TA AYUDIA 3

3. Membandingkan model penjadwalan ini dengan model

penjadwalan lain untuk industri tekstil ditinjau dari beberapa

performansinya.

4. Pengembangan model dengan mengintegrasikan

penjadwalan pada proses persiapan pertenunan dan

penjadwalan proses pertenunan dengan memperhatikan

kebutuhan benang pakan.

5. Pengembangan model untuk kasus seperti PT. KHS ini

dengan tambahan permasalahan apabila ada order sisipan

yang harus dikerjakan atau rescheduling untuk penambahan

order.

KESIMPULAN dan SARAN dari penulis tugas

pengetahuan lingkungan (dikaitkan dengan IP Camera)

untuk TA.

Proses penjadwalan produksi pada proses pertenunan yang

dibahas dalam penelitian ini telah menjawab permasalahan

proses persiapan produksi. Dengan adanya penjadwalan yang

sistematis, diharapkan proses produksi dapat berjalan dengan

lancar, baik, dan optimal. Jika proses produksinya berjalan

dengan optimal, maka penggunaan energi untuk berproduksi

(misal: bahan bakar mesin) tidak akan terbuang dengan

percuma. Jika kita tinjau lebih mendalam, proses tersebut

dapat berjalan lebih baik jika digunakan IP kamera. IP camera

8

Page 9: TA AYUDIA 3

memungkinkan supervisor untuk mengawasi keadaan produksi

dari jarak jauh. Pengawasan yang dilakukan oleh supervisor

diharapkan dapat menekan tingkat ketidakefektifan karyawan

dan produksi yang dilakukan dapat berjalan dengan optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous,1974. Teknologi Persiapan Pertenunan. Institut

Teknologi Tekstil. Bandung.

9

Page 10: TA AYUDIA 3

Arlianto, J.A. 2001. Model Penjadwalan pada Produksi Flow Shop

dengan Kendala Interval Ketidaktersediaan Mesin. Tesis Magister

Teknik dan Manajemen Industri, ITB, Bandung.

Baker, K.R dan College D. 1974. Introduction to Sequencing and

Scheduling. John Wiley & Sons.

Barnali, L. 1995. Pengembangan Model Penjadwalan Batch dengan

Pendekatan Mundur pada Sistem produksi Flow Shop yang Dinamis.

Tugas Akhir Sarjana, Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi

Bandung.

Bedworth, D.D, Bailey. 1982. Integrated Production Control System

Management. Singapore : John Wiley & Sons.

Conway, R.W, Maxwell, W.L, dan Miller, L.W. 1967. Theory of

Scheduling. Addison-Wesley, Massachussetts.

Enie dan Karmayu. 1981. Pengantar Teknologi Tekstil. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah

Kejuruan.

French, S. 1982. Sequencing and Scheduling: An Introduction to the

Mathematics of the Job-Shop. John Wiley & Sons.

Fogarty, D.W, Blackstone, John H. dan Hoffman, Thomas R. 1991.

Production and Inventory Management. Cincinnati, Ohio: South-

Western Publising.

10

Page 11: TA AYUDIA 3

Halim,. 1994 Paradigma Penjadwalan Produksi. Jurnal TMI. No.13,

Oktober, 28 – 35.

Karnadi dan Riuna. 1981 Teori Pembuatan Kain 3. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah

Kejuruan.

Priyono, S.A. 1998. Pengembangan Model Penjadwalan Proses

Produksi Di Industri Tekstil. Tesis Magister Teknik dan Manajemen

Industri, ITB, Bandung

Purnomo 2000. Implementasi Integer Linier Programming pada

Perhitungan Makespan dalam Penjadwalan Produksi. Jurnal TMI.

Vol.IV, No.2, 99- 104

Selamat, Hendra 1999. Perancangan Algoritma untuk Sistem

Manufaktur Make- To-Order Repetitif dengan Pendekatan Theory of

Constraints. Tugas Akhir Sarjana Program Studi Teknik Industri,

Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung.

Sipper, D., Bulfin Jr, R.L.. 1997 Production Planning, Control and

Integration, The McGraw-Hill Companies, New York.

Tejaasih, Intend dan Suzwamela 2003. Aplikasi Model Penjadwalan

Drum Buffer Rope pada Sistem Manufaktur MTO Repetitif dengan

Sistem Produksi Mixed Flow shop (Studi Kasus dept. PT. Sharp

11

Page 12: TA AYUDIA 3

Yasonta Indonesia). Proceeding Seminar Sistem Produksi VI 2003.

181 – 196.

12