t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

164

Transcript of t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Page 1: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

“TINDAKAN AKTIFBAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN KOMNAS HAM”

Page 2: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Laporan Tahunan 2016

Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan

Biro Dukungan Penegakan HAM

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

“TINDAKAN AKTIF BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN KOMNAS HAM”

Jakarta, 2017

Page 3: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

ii

Page 4: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

KATA PENGANTAR

Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan sering disebut sebagai garda terdepan pengemban amanat konsep pelayanan publik di Komnas HAM. Pernyataan tersebut tentu saja memiliki konsekuensi atau lebih tepat jika disebut tanggung jawab besar bagi para pegawai di dalamnya. Kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, keramahan, dan tanggung jawab merupakan hal-hal yang harus dimiliki oleh setiap pegawai pada Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan.

Laporan ini menyajikan performa dan gambaran pelaksanaan kegiatan pada Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan tahun 2016. Hal ini merupakan bentuk akuntabilitas Komnas HAM sebagai lembaga publik sekaligus jawaban atas tantangan dalam menjalankan prinsip pelayanan.

Laporan kegiatan ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan tolok ukur dalam pelaksanaan kegiatan Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan pada tahun 2016 sekaligus dapat menjadi bahan untuk perbaikan untuk masa yang akan datang.

Jakarta, Maret 2017 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

Kepala Biro Dukungan Penegakan HAM

Johan Efendi

iii

Page 5: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

iv

Page 6: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

SAMBUTAN

Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan (DPP) merupakan salah unit kerja yang ada di lingkungan Komnasham RI. Sekilas, tidak memberi kesan apa-apa. Namun, jika dilihat dari pekerjaannya, maka Bagian ini menjadi sangat strategis karena menghubungan antara Komnasham dengan publik, atau pun sebaliknya.

Pertama, menerima laporan dari publik yang mendapatkan hak asasinya dilanggar; dan kedua, Bagian ini juga bertindak proaktif untuk menemukan kemungkinan pelanggaran di tengah-tengah publik, yang mana publik tersebut tidak memiliki akses untuk melaporkan atau, mereka khawatir akan mendapat ancaman dari pihak tertentu jika mereka bergerak mencari keadilan. Umumnya, mereka berada dalam posisi terpencil, jauh dari akses komunikasi, dan tidak mengenal Komnasham dan apa itu hak asasi manusia dengan baik.

Pada tahun 2016, DPP menerima laporan sebanyak 7.188 berkas yang berasal, atau tempat kejadiannya (locus delictie) dari seluruh Indonesia. Hal ini secara tidak langsung memberikan peta tentang sebaran kasus, jenis kasus dan hak yang potensial dilanggar, serta siapa aktornya.

Lalu, apakah yang akan dilakukan oleh para staf DPP terhadap tumpukan berkas tersebut? Pertama-tama, para staf harus menganalisis, apakah berkas-berkas tersebut telah mencukupi persyaratan administrasi? (pemberitahuan ke pengadu untuk melengkapi berkas) Kedua, apakah berkas-berkas tersebut termasuk dalam katagori kasus pelanggaran HAM atau pun tidak? (Pengembalian berkas ke pengadu atau melanjutkan penanganan) Ketiga, bagaimana penanganan kasusnya, apakah melalui tindakan pemantauan, ataukah melalui mediasi –juga bisa sesuai dengan penanganan yang diminta oleh pengadu itu sendiri? Maka berkas akan ditindaklanjuti oleh bagian pemantauan dan, atau mediasi.

Setelah usai penanganan yang dilakukan oleh bagian pemantauan dan mediasi, maka berkas bergulir kembali ke DPP, tepatnya ke unit pengarsipan untuk didokumentasikan. Pada unit ini ada tersimpan 2 jenis berkas, yakni: berkas hasil pemantauan dan mediasi; serta berkas hasil penyelidikan proyustisia terhadap kasus-kasus yang termasuk dalam katagori pelanggaran HAM berat.

Unit ini juga memiliki tugas lain, yakni memberikan pelayanan pada publik yang membutuhkan informasi yang berasal dari berbagai jenis kasus dan berkas yang telah terdokumentasikan dengan baik. Terutama, untuk para pelajar dan mahasiswa yang hendak melakukan penelitian atau studi kasus yang terkait dengan persoalan hak asasi manusia.

v

Page 7: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Sungguh alhamdulillah, kerja serius para staf dalam pelayanan publik, mendapat penilaian dari Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan sekaligus penghargaan pada DPP dengan nilai indeks Pelayanan Publik setinggi 3,31 dari rata-rata kinerja lembaga negara lainnya 3,22.

Meskipun demikian, semakin tinggi kesadaran masyarakat terhadap HAM, maka akan semakin tinggi pula tingkat pelayanan yang harus diberikan pada publik. Oleh karena itu, ke depan, DPP harus membangun kultur kerja yang sehat dan secara struktural harus dikembangkan, dan statusnya harus ditingkatkan sehingga Komnasham terlihat memiliki performa sebagai salah satu lembaga negara yang sesungguhnya melakukan pelayanan yang baik pada semua warga negara di Republik ini.

Jakarta, Maret 2017

Komisioner,

Dr. Otto Nur Abdullah

vi

Page 8: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul………………………………………………………………....… i Kata Pengantar………………………………………………………….............. iii Sambutan ..................................................................................................... v Daftar Isi………………………………………………………………………....... vii A. LATAR BELAKANG………………………………………………………..... 1

1. Data Pengaduan Komnas HAM……………………………………....... 1 2. Kegiatan Pembukaan Pos Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan

Di Daerah…………………………………………………....................... 1 3. Kegiatan Stock Opname……………………………………………....… 2 4. Kegiatan Lainnya………………………………………………………..... 4

a. Diskusi Bulanan Internal Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan………………………………………………………....... 4

b. Raker Biro Dukungan Penegakan HAM Dan Pelaksanaan RTL FGD Rekomendasi Dan Definisi Kasus………………….............. 4

c. Raker Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Dan Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan Pelayanan Pengaduan………………………………………………………....... 5 1. Rapat Kerja Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan……..... 5 2. Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan Pelayanan

Pengaduan……………………………………………………....... 6 d. Persiapan Otomasi Kearsipan…………………………………....... 6 e. Penerimaan Mahasiswa Magang………………………………...... 7 f. Pelayanan Permintaan Data Pengaduan Untuk Pihak Ketiga...... 7 g. Survei Pelayanan Pengaduan…………………………………….... 7

B. Tujuan Program / Kegiatan………………………………………………...... 8 C. TARGET……………………………………………………………………...... 9

1. Target Keluaran (Output)……………………………………………….... 9 2. Target Hasil (Outcome)………………………………………………....... 10

D. Kekuatan Sumber Daya Manusia Dan Sarana (Lingkungan Kerja)…...... 10 1. Kekuatan Sumber Daya Manusia……………………………………..... 10 2. Sarana…………………………………………………………………...... 11

BAB II. DATA PENGADUAN KOMNAS HAM……………………………....... 13 A. Cara Penyampaian Berkas Pengaduan…………………………………..... 15 B. Wilayah Asal Pengadu/ Pelapor…………………………………………...... 16 C. Jenis Berkas………………………………………………………………....... 17 D. Klasifikasi Tema/ Hak……………………………………………………....... 17 E. Klasifikasi Korban…………………………………………………………...... 23 F. Klasifikasi Pihak Yang Diadukan………………………………………….... 24

1. Deskripsi Pelanggaran HAM Oleh Kepolisian……………………….... 26

vii

Page 9: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

2. Deskripsi Pelanggaran HAM Oleh Korporasi………………………..... 28 3. Deskripsi Pelanggaran HAM Oleh Pemerintah Daerah…………….... 29

G. Distribusi Berkas Pengaduan……………………………………………..... 30 BAB III KONSULTASI DAN PENERIMAAN PENGADUAN DI DAERAH...... 31 A. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan Reguler……………………….... 31

1. Gambaran Umum…………………………………………………........... 31 a. Kabupaten Bulukumba……………………………………………...... 31 b. Malang Raya…………………………………………………….......... 33 c. Pulau Nias…………………………………………………………....... 35 d. Kabupaten Jepara Dan Kabupaten Kudus……………………….... 37 e. Provinsi Lampung…………………………………………………...... 39 f. Kabupaten Temanggung, Kabupaten Dan Kota Magelang…........ 42 g. Kabupaten Pangandaran............................................................... 44 h. Kabupaten Kuningan...................................................................... 46

2. Pelaksanaan Kegiatan........................................................................ 48 a. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan Di Daerah Kabupaten

Bulukumba Tanggal 22 – 25 Maret 2016....................................... 49 b. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan Di Daerah Malang Raya

Tanggal 19 - 22 April 2016............................................................. 53 c. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan Di Daerah Pulau Nias

Tanggal 17 - 20 Mei 2016............................................................... 59 d. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan Di Daerah Kabupaten

Jepara Dan Kudus Tanggal 21 – 24 Juni 2016............................. 61 e. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan Di Daerah Provinsi

Lampung Tanggal 26 - 29 Juli 2016............................................... 66 f. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan Di Daerah Kabupaten

Temanggung Dan Kota Magelang Tanggal 9 – 12 Agustus 2016.. 70 g. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan Di Daerah Kabupaten

Pangandaran Tanggal 20 – 23 September 2016........................... 74 h. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan Di Daerah Kabupaten

Kuningan Tanggal 18 – 21 Oktober 2016....................................... 78 B. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan Insidental................................ 81

1. Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan di Daerah Marjinal (Kolong Jembatan)........................................................................................... 81

2. Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan Moveable Dalam Aksi 2 Desember di Jakarta........................................................................... 84

BAB IV STOCK OPNAME ARSIP PENGADUAN......................................... 87 A. Stock Opname Kantor Perwakilan Komnas HAM..................................... 87

1. Pelaksanaan Kegiatan........................................................................ 87 2. Analisis Data Hasil.............................................................................. 87

a. Perwakilan Papua......................................................................... 87 b. Perwakilan Maluku........................................................................ 94 c. Perwakilan Aceh............................................................................ 102

viii

Page 10: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

d. Perwakilan Sulawesi Tengah........................................................ 105 e. Perwakilan Sumatera Barat........................................................... 109 f. Perwakilan Kalimantan Barat........................................................ 113

B. Stock Opname Jakarta............................................................................. 116 BAB V KEGIATAN BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN LAINNYA....................................................................................................... 119 A. Diskusi Bulanan........................................................................................ 119

1. Latar Belakang.................................................................................... 119 2. Pelaksanaan Kegiatan........................................................................ 119

B. Raker Biro Dukungan Penegakan HAM Serta Pelaksanaan Focus Group Discussion Rekomendasi Dan Definisi Kasus............................ 124 1. Raker Biro Dukungan Penegakan HAM............................................. 124 2. Pelaksanaan Focus Group Discussion Rekomendasi Dan Definisi

Kasus.................................................................................................. 125 C. Raker Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Dan Standar

Operasional Prosedur Pelaksanaan Pelayanan Pengaduan................... 128 1. Raker Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan............................... 128 2. Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan Pelayanan

Pengaduan.......................................................................................... 129 D. Persiapan Otomasi Kearsipan................................................................. 130 E. Penerimaan Mahasiswa Magang............................................................. 130 F. Pelayanan Permintaan Data Pengaduan Untuk Pihak Ketiga................. 131 G. Survei Tingkat Kepuasan Pelayanan Pengaduan.................................... 132 BAB VI FOTO BERBICARA.......................................................................... 137 BAB VI PENUTUP......................................................................................... 143 A. KESIMPULAN.......................................................................................... 143 B. Hambatan................................................................................................ 144 C. Rekomendasi........................................................................................... 144 LAMPIRAN

A. Survei Kepuasan Pelayanan Pengaduan B. Lembar Disposisi Sistem Pengaduan Terpadu C. Daftar Lembaga Kerjasama Dalam Kegiatan Proaktif 2016 D. Surat Keputusan Otomasi E. Permohonan Data Dari Internal F. Permohonan Data Dari Eksternal

ix

Page 11: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$
Page 12: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) merupakan lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut Komnas HAM juga berwenang menerima pengaduan tentang dugaan pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia, sepanjang pengaduan disampaikan sesuai dengan tata cara dan prosedur pengaduan yang ditentukan. 1. Data Pengaduan Komnas HAM

Pintu masuk penanganan kasus di Komnas HAM adalah Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan. Berkas pengaduan yang pengadu sampaikan akan diterima dan dipilah pada bagian ini.Hal tersebut menjadikan Bagian ini merupakan Pusat Data Pengaduan Komnas HAM. Di dalam laporan ini, dijelaskan mengenai data pengaduan yang diterima dan diproses di Komnas HAM selama Januari s/d Desember 2016. Dari sini dapat diketahui: a. Jumlah berkas pengaduan yang diterima; b. Kategorisasi hak yang dilanggar, hak yang diadukan dan turunan

hak yang diduga dilanggar, pengadu, korban, pihak yang diadukan, dan wilayah kejadian; dan

c. Distribusi berkas ke Bagian Dukungan Pemantauan dan Penyelidikan, Bagian Dukungan Mediasi, Tim-tim yang dibentuk khusus, dan berkas yang diarsipkan menunggu perkembangan lebih lanjut atau kelengkapan berkas.

2. Kegiatan Pembukaan Pos Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan di Daerah Terkait dengan isu pelanggaran HAM di Indonesia jumlahnya dapat dilihat dari data pengaduan yang diterima oleh Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan, di mana pada tahun 2015 jumlahnya mencapai angka 8.249 berkas yang tempat kejadiannya (locus delictie) hampir tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Bab I. Pendahuluan 1

Page 13: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Namun tidak serta-merta dapat diartikan bahwa dugaan pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia sesuai dengan jumlah tersebut di atas, jumlahnya dapat lebih banyak dari yang telah dilaporkan.Masih terdapat korban atau pendamping yang mengalami kesulitan akses baik informasi maupun transportasi untuk mengadukan kasus yang dialaminya ke Komnas HAM sebagai akibat dari belum meratanya pembangunan. Melihat kondisi yang memprihatinkan tersebut, Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan pada tahun 2016 melakukan kegiatan “Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan Proaktif di Daerah”.Adapun kegiatan yang akan dilakukan meliputi: a. Konsultasi mengenai prosedur dan tata cara penyampaian

pengaduan; b. Penerimaan pengaduan di daerah; c. Diskusi terbatas tentang kondisi hak asasi manusia di tiap daerah;

dan/atau, d. Penyebarluasan informasi prosedur dan tata cara penyampaian

pengaduan melalui media massa baik cetak maupun elektronik. Dalam kegiatan ini terdapat 2 sasaran penting sebagai target group dalam penerimaan dan sosialisasi pengaduan, yaitu: a. Masyarakat sebagai korban pelanggaran HAM baik secara

perorangan sebagai individu maupun kelompok; dan b. Pendamping/penerima kuasa dari masyarakat dan/atau korban

pelanggaran HAM.

Dengan adanya kegiatan penerimaan pengaduan di daerah diharapkan masyarakat akan semakin paham tentang keberadaan, tugas, kewenangan dan fungsi Komnas HAM dalam hal pelayanan dan penanganan pengaduan kasus pelanggaran HAM. Selain itu, kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pelayanan Komnas HAM kepada masyarakat sebagai salah satu lembaga negara yang memberikan pelayanan publik.

3. Kegiatan Stock Opname Stock Opname arsip pengaduan yang dilaksanakan oleh Subbagian Arsip Pengaduan Komnas HAM merupakan kegiatan untuk mendukung peningkatan pelayanan penanganan pengaduan.Ide dasar dilakukannya kegiatan ini adalah agar Subbagian Arsip Pengaduan dapat berperan serta dalam mengembangkan kondisi yang kondusif

2 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 14: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

bagi pelaksanaan HAM serta meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia. Sementara itu jumlah penerimaan pengaduan dari masyarakat dalam 5 (lima) tahun terakhir cenderung meningkat tiap tahunnya. Adanya peningkatan jumlah pengaduan ini dapat diartikan baik dan buruk. Diartikan baik karena dari peningkatan tersebut dapat dilihat bahwa masyarakat mulai mempercayai Komnas HAM yang dapat menjadi alternatif proses penyelesaian permasalahan yang dihadapi, atau dapat juga dikatakan peningkatan tersebut berarti masyarakat mulai sadar bahwa hak asasi manusia merupakan sesuatu yang tidak dapat dikurangi oleh siapapun, termasuk Negara. Dapat juga dikatakan buruk jika keseluruhan berkas pengaduan tersebut tidak dikelola dengan baik dan benar. Keseluruhan proses penanganan dan penyelesaian kasus tentunya meninggalkan rekam jejak yaitu berkas-berkas pengaduan. Berkas pengaduan yang telah ditindaklanjuti Komnas HAM tersebut, bermetamorfosis menjadi sebuah arsip mempunyai nilai guna. Ketersediaan arsip yang autentik dan terpercaya tidak lagi sekedar kegiatan administratif saja namun merupakansebuah alat bukti sah dalam pembuktian pelanggaran hak asasi manusia. Pengaruh perkembangan teknologi juga menyebabkan adanya pergeseran peranan manajemen arsip dinamis. Peranan manajemen arsip dinamis menurut pakar kearsipan, yaitu: a. Menentukan kebutuhan pengelolaan arsip (recordkeeping) untuk

kegiatan bisnis dari unit kerja yang ada, yaitu menentukan arsip apa yang harus diciptakan dan berapa lama masa simpannya;

b. Mengembangkan peraturan dan standar bisnis untuk mendukung penciptaan dan perekaman arsip yang lengkap dan akurat;

c. Mengembangkan sistem dan kontrol untuk menjamin perekaman arsip yang lengkap dan akurat;

d. Mengembangkan sistem dan pelayanan yang efisien untuk mengakses arsip;

e. Melakukan proses monitoring yang sesuai dengan kebutuhan internal dan eksternal pengelolaan arsip; dan

f. Menjamin organisasi siap menerima audit dari organisasi pengawas.

Dengan demikian, dalam kerangka manajemen arsip dinamis pengelolaan berkas-berkas pengaduan tidak hanya mengelola fisik

Bab I. Pendahuluan 3

Page 15: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

arsip namun lebih jauh lagi mengelola informasinya. Manajemen arsip dinamis yang baik dapat memberikan beberapa keuntungan bagi organisasi, khususnya dalam hal efisiensi biaya operasional, efektivitas kegiatan bisnis, serta pendayagunaan sumber daya manusia yang sesuai dengan profesinya.

4. Kegiatan Lainnya Selain kegiatan-kegiatan utama dan/atau reguler yang sudah dijelaskan sebelumnya, Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan juga melaksanakan kegiatan lainnya untuk (i) meningkatkan kemampuan para Analis Pengaduan, Arsiparis, dan administrasi Bagian; (ii) menigkatkan pelayanan publik Komnas HAM. a. Diskusi Bulanan Internal Bagian Dukungan Pelayanan

Pengaduan Keinginan meningkatkan kemampuan yang terbentur dengan pembiayaan, menyebabkan Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan berinisiatif melaksanakan program diskusi internal yang dilaksanakan secara berkala. Maka sejak Januari 2015, Bagian Pelayanan Pengaduan melaksanakan diskusi bulanan dengan berbagai tema sesuai dengan kebutuhan staf Bagian, yaitu tema: 1. Pelayanan publik; 2. Isu HAM yang terbanyak diadukan.

b. Raker Biro Dukungan Penegakan HAM dan Pelaksanaan RTL

FGD Rekomendasi dan Definisi Kasus Di dalam Pasal 78 ayat (1) UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Komnas HAM mempunyai kelengkapan yang terdiri dari sidang paripurna, dan subkomisi. Selain itu, Komnas HAM mempunyai Sekretariat Jenderal yang termaktub di dalam Pasal 78 ayat (2)UU Nomor 39 Tahun 1999 sebagai unsur pelayanan. Sekretariat Jenderalmembawahi 4 (empat) Biro yang salah satunya adalah Biro Dukungan Penegakan HAM. Sebagai bagian unsur pelayanan, Biro Dukungan Penegakan HAM memiliki program kerja yang harus diimpletemtasikan secara profesional dan akuntabel. Sehubungan kebutuhan tersebut, diperlukan Rapat Kerjaguna Biro Dukungan Penegakan HAM untuk melakukan evaluasi kegiatan kerja pada tahun sebelumnya, menyusun program kerja untuk tahun kegiatan yang akan berjalan,dan merencanakan program kerja tahun pada tahun berikutnya, serta mensinergikan kegiatan dan program

4 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 16: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

yang telah disusun pada tiap unit yang berada di bawah Biro Dukungan Penegakan HAM. Setelah dilakukannya Raker Biro Dukungan Penegakan HAM, diperlukan pelaksanaan Rencana Tindak Lanjut (RTL) hasil Raker Biro Dukungan Penegakan HAM guna mengimplementasikan hasil tersebut. Salah satu diantaranya yang akan dibahas khusus yaitu terkait pelaksanaan Diskusi Terfokus terkait rekomendasi dan definis kasus yang diselenggarakan oleh Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan. Hal ini sesuai dengan Raker Biro Dukungan Penegakan HAM mengidentifikasi kebutuhan atas: 1. Persamaan persepsi tiap pihak yang berkaitan dengan kasus

mengenai definisi kasus itu sendiri; dan 2. Mekanisme penyusunan rekomendasi Komnas HAM yag lebih

kuat dan efektif.

Sehubungan dengan hal itu, dalam rangka mendefinisikan kasus dan penyampaian rekomendasi yang tepat guna maka Komnas HAM akan melaksanakan diskusi terfokus. Hasil diskusi ini diharapkan dapat memformulasikan tentang definisi kasus dan rekomendasi yang tepat guna.

c. Raker Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan dan Standar

Operasional Prosedur Pelaksanaan Pelayanan Pengaduan 1. Rapat Kerja Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan

Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan merupakan Penyelenggara Pelayanan Publik Komnas HAM yang berada dalam unit kerja Biro Dukungan Penegakan HAM. Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan jelas memiliki peran yang sangat strategis terhadap peningkatan kinerja Komnas HAM. Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan merupakan bagian terdepan yang berhadapan dengan publik atau dengan kata lain merupakan salah satu bagian terpenting dalam pelayanan publik sebagai tugas pokok Komnas HAM dalam penegakan HAM. Oleh karena itu, diperlukan sinergi kegiatan dan program yang telah disusun pada tiap unit yang berada di bawah Biro Dukungan Penegakan HAM, serta agar mutu pelayanan masyarakat di Komnas HAM dapat lebih profesional, efesien serta efektif, perlu dilakukan kegiatan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan masyarakat (publik service) agar standar

Bab I. Pendahuluan 5

Page 17: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

pedoman pelayanan publik secara prima dan dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan masyarakat melalui Rapat Kerja Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan. Rapat ini merupakan evaluasi kegiatan pada tahun sebelumnyadan untuk menyusun program kerja satu tahun kegiatan yang akan berjalan,sertamerencanakan program kerja pada tahun berikutnya. Rapat inisekaligus mensinergikan kegiatan dan program yang telah disusun pada tiap unit kerja yang berada di bawah Biro Dukungan Penegakan HAM.

2. Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan Pelayanan

Pengaduan Untuk kelancaran dan ketertiban dalam melaksanakan tugas yang diamanatkan dalam berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dimana amanat Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan yang mengemban tugas Komnas HAM sebagai lembaga mandiri yang dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya dapat menerima laporan dan pengaduan lisan atau tertulis dari setiap orang dan atau sekelompok orang yang memiliki alasan kuat bahwa hak asasinya telah dilanggar, maka di perlukan Pedoman Pelaksanaan Kerja Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan. Pedoman tersebut perlu dibuatnya Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan Pelayanan Pengaduan di Komnas HAM yang kemudian di legalisasi sebagai sebuah peraturan internal Komnas HAM dalam bentuk Peraturan Komnas HAM.

d. Persiapan Otomasi Kearsipan

Berdasarkan hasil workshop informasi teknologi untuk pemajuan HAM dan hasil Rapat Kerja Biro Dukungan Penegakan HAM bahwa dalam rangka pengelolaan arsip pengaduan yang merupakan pencipta arsip/hasil rekaman kegiatan, perlu dilakukan pengelolaan arsip secara baik dan profesional sehingga arsip dapat tertata dengan rapih, teratur dan mudah ditemukan kembali oleh yang membutuhkan informasi, sesuai dengan kaidah-kaidah kearsipan yang berlaku, maka dipandang perlu untuk melaksanakan pengelolaan kearsipan pada Arsip Pengaduan Biro Dukungan Penegakan HAM.

6 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 18: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Kemudian ditindaklanjuti dengan rapat kerja Bagian Dukungan Penerimaan Pengaduan, bahwa dalam rangka melaksanakan pengelolaan kearsipan seperti tersebut diatas, perlu dibentuk Tim Otomasi Arsip Pengaduan. Otomasi Arsip yaitu proses pengelolaan data arsip pengaduan dengan bantuan teknologi informasi. Otomasi Arsip Pengaduan ini baru sampai saat ini baru dimulai dengan mengadakan rapat antara Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan dengan Sub Bagian Informasi Teknologi, Bagian Dukungan Pendidikan dan Penyuluhan, yang menghasilkan persiapan pembuatan otomasi. Persiapan tersebut saat ini sedang disiapkan oleh Sub Bagian Arsip Pengaduan.

e. Penerimaan mahasiswa magang

Bagian Dukungan melaksanakan penerimaan mahasiswa magang. Hal ini dilakukan selain untuk membantu mahasiswa tersebut menambah ilmu dan pengetahuan tentang tata cara menerima dan melakukan penanganan pengaduan, juga sebagai solusi jangka pendek mengatasi kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) di lingkungan Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan.

f. Pelayanan permintaan data pengaduan untuk pihak ketiga Pelayanan permintaan data pengaduan untuk pihak ketiga diperlukan apabila pihak tersebut membutuhkan. Pihak ketiga tersebut diantaranya: 1. Internal

Data untuk kepentingan internal Komnas HAM dipergunakan dalam rangka mendukung kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh Komnas HAM.

2. Eksternal Permintaan data dari pihak ekstenal Komnas HAM diterima Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan sebagai bentuk keterbukaan informasi kepada publik terkait statistik jumlah pengaduan yang telah diterima oleh Komnas HAM.

g. Survei Pelayanan Pengaduan

Survei Pelayanan Pengaduan diperlukan guna melihat hasil pelayanan kepada pengadu secara khusus dan pada masyarakat secara umum tentang kualitas yang berhubungan dengan kepuasan terhadap penerimaan pengaduan.

Bab I. Pendahuluan 7

Page 19: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

B. Tujuan Program / Kegiatan 1. Progam pembukaan pos pengaduan bertujuan untuk:

a. Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat terkait tugas, fungsi dan kewenangan Komnas HAM dalam hal penanganan pelanggaran HAM di Indonesia;

b. Meningkatkan pemahaman masyarakat terkait tata cara dan prosedur penyampaian pengaduan ke Komnas HAM; dan

c. Melakukan Konsultasi dan Penerimaan pengaduan secara langsung dari masyarakat selaku korban dan/atau pendamping korban pelanggaran HAM di daerah yang dikunjungi tim.

2. Program Stock Opnamebertujuan untuk: a. Menginventarisir berkas aduan yang tersimpan di Kantor Komnas

HAM Jakarta selama kurun waktu 2016 guna mengetahui perbendaharaan informasi HAM terkini. Selain itu, karena matinya sistem pengaduan yang lama, yaitu Complain Handling System di Biro Dukungan Penegakan HAM menyebabkan macetnya sirkulasi berkas pengaduan di kantor Pusat Jakarta;

b. Menginventarisir berkas aduan yang tersimpan di Kantor Komnas HAM Perwakilan di Daerah selama kurun waktu 2016 guna mengetahui perbendaharaan informasi HAM terkini; dan

c. Sinkronisasi jumlah data penerimaan pengaduan dengan berkas Pengaduan yang tersimpan selama kurun waktu 2016.

3. Pelaksanaan Program Diskusi Bulanan dilatarbelakangi oleh perlunya pemberian pemahaman tentang definisi HAM, memperluas wawasan tentang perkembangan masalah-masalah HAM dalam kondisi saat ini, dan penyelenggaraan pelayanan publik

4. Raker Biro Dukungan Penegakan HAM bertujuan untuk melakukan evaluasi kegiatan kerja pada tahun sebelumnya, menyusun program kerja untuk tahun kegiatan yang akan berjalan,dan merencanakan program kerja tahun pada tahun berikutnya, serta mensinergikan kegiatan dan program yang telah disusun pada tiap unit yang berada di bawah Biro Dukungan Penegakan HAM.

5. Diskusi Terfokus terkait rekomendasi dan definis kasus diselenggarakan oleh Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan. Hal ini sesuai dengan Raker Biro Dukungan Penegakan HAM mengidentifikasi kebutuhan atas: a. Persamaan persepsi tiap pihak yang berkaitan dengan kasus

mengenai definisi kasus itu sendiri; dan b. Mekanisme penyusunan rekomendasi Komnas HAM yag lebih kuat

dan efektif.

8 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 20: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

6. Rapat Kerja Bagian Dukungan Penegakan HAM diperlukan mensinergikan kegiatan dan program yang telah disusun pada tiap unit yang berada di bawah Biro Dukungan Penegakan HAM, serta agar mutu pelayanan masyarakat di Komnas HAM dapat lebih profesional, efesien serta efektif, perlu dilakukan kegiatan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan masyarakat (public service) agar standar pedoman pelayanan publik secara prima dan dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

7. Penyusunan Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan Pelayanan Pengaduan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas padapenerimaanlaporan dan pengaduan lisan atau tertulis dari setiap orang dan atau sekelompok orang yang memiliki alasan kuat bahwa hak asasinya telah dilanggar.

8. Otomasi Arsip Pengaduan dalam rangka pengelolaan arsip pengaduan yang merupakan pencipta arsip/hasil rekaman kegiatan, perlu dilakukan pengelolaan arsip secara baik dan profesional sehingga arsip dapat tertata dengan rapih, teratur dan mudah ditemukan kembali oleh yang membutuhkan informasi, sesuai dengan kaidah-kaidah kearsipan yang berlaku.

9. Penerimaan mahasiswa maganguntuk membantu kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) di lingkungan Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan.

10. Permintaan data pengaduan dapat diberikan untuk kepentingan ilmu pengetahuan atau adanya kebutuhan lembaga dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang akuntabel.

11. Surveikepuasan pelayanan pengaduan dibutuhkan untuk memberikan feedback atas hasil pelayanan Komnas HAM kepada masyarakat.

C. TARGET

1. Target Keluaran (Output) a. Tersosialisasikannya tugas, fungsi dan kewenangan Komnas HAM

dalam hal penerimaan dan penanganan kasus pelanggaran HAM; b. Pemahaman masyarakat baik sebagai korban maupun pendamping

terkait tata cara dan prosedur penyampaian pengaduan ke Komnas HAM.

c. Memiliki data pengaduan yang lengkap dan lancarnya sirkulasi berkas secara tertib guna mendukung penanganan pengaduan di Komnas HAM.

d. Pengelolaan arsip secara baik dan profesional sehingga arsip dapat tertata dengan rapih, sesuai dengan kaidah-kaidah kearsipan yang berlaku; dan

Bab I. Pendahuluan 9

Page 21: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

e. Peningkatan Kemampuan Staf Pengaduan dalam pelaksanaan tugas penerimaan pengaduan.

2. Target Hasil (Outcome)

Apabila fungsi pelayanan pengaduan di Komnas HAM dapat dilaksanakan dengan baik dan tepat, maka data pengaduan yang diterima dapat dijadikan indikator untuk mengukur tingkat kepatuhan Negara/Pemerintah dalam melaksanakan kewajibannya berupa penghormatan, perlindungan dan pemenuhan HAM bagi masyarakat.Hal yang diamanatkan UUD 1945 dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.

D. Kekuatan Sumber Daya Manusia dan Sarana (Lingkungan Kerja) 1. Kekuatan Sumber Daya Manusia

Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan pada awal 2016 mempunyai 18 (delapan belas) orang pegawai yang terdiri dari: a. Kepala Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan sebanyak 1 (satu)

orang; b. Kepala Sub Bagian Penerimaan dan Pemilahan Pengaduan

sebanyak 1 (satu) orang; c. Plt. Kepala Sub Bagian Arsip Pengaduan sebanyak 1 (satu) orang; d. Staf Subbagian Penerimaan dan Pemilahan Pengaduan sebanyak 8

(delapan) orang yaitu: 1. Analis Pengaduan sebanyak 6 (enam) orang; 2. Arsiparis dan administrasi sebanyak 1 (satu) orang; dan 3. Analis Teknologi Informasi sebanyak 1 (satu) orang.

e. Staf Subbagian Arsip Pengaduan sebanyak 7 (tujuh) orang yaitu: 1. Arsiparis 5 (lima) orang; dan 2. Administrasi sebanyak 2 (dua) orang.

Rotasi Staf telah dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali untuk Tahun 2016. Rotasi pada awal Tahun 2016 tersebut yaitu Dyah Nan dan Unggul Pribadi keluar dari Bagian Dukungan Penerimaan Pengaduan ke unit lain. Sedangkan Staf yang masuk adalah Ely Dinayanti, Siti Hidayawati, Hananto K. P. dan AM Denyriawan.

10 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 22: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Untuk Rotasi pertengahan tahun yaitu Desiderius Ryan Kharisma keluar dari Bagian Dukungan Penerimaan Pengaduan ke unit lain. Selain itu Siti Hidayawati keluar dari Komnas HAM pindah ke lembaga lain. Rotasi akhir tahun, Staf bernama Ely Dinayanti dan Astri keluar dari Bagian Dukungan Penerimaan Pengaduan ke unit lain. Sedangkan staf yang masuk Rudy dan Riang Prihma.

2. Sarana

Penambahan sarana penunjang pelayanan pengaduan yang telah dilaksanakan diantaranya : a. Pemasangan Candid Camera Television (CCTV) sebanyak 5 (lima)

titik di Ruang Pelayanan Pengaduan; b. Penggantian tempat duduk loby ruang tunggu pengaduan; c. Pemasangan TV dan kipas angin di lobby ruang tunggu pengaduan

untuk kenyamanan pengadu; d. Pemindahan Ruang Kerja Unit Sub Bag Arsip Pengaduan ke tempat

yang lebih layak; dan e. Pembuatan ruang penerimaan pengaduan individu sebanyak 3 (tiga)

ruangan.

Bab I. Pendahuluan 11

Page 23: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

12 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 24: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

BAB II DATA PENGADUAN KOMNAS HAM

Berdasarkan Pasal 90 ayat (1) Undang - Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Komnas HAM merupakan lembaga mandiri yang berkedudukan setingkat dengan lembaga negara lainnya –dalam hal ini dapat langsung disebut sebagai lembaga negara- yang diberi mandat untuk menerima pengaduan dari masyarakat atau kelompok masyarakat, baik secara lisan ataupun tertulis yang memiliki alasan kuat bahwa hak asasinya telah dilanggar. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir, pengaduan yang disampaikan kepada Komnas HAM terus mencapai angka di atas 6.000 berkas per tahun, artinya tiap bulan terdapat kurang lebih 500 berkas pengaduan masyarakat tentang dugaan pelanggaran hak asasi manusia ke Komnas HAM. Berkas pengaduan tersebut merupakan berkas pengaduan yang disampaikan baik oleh pengadu maupun oleh pihak yang diadukan (dalam rangka pemberian klarifikasi). Tabel berikut merupakan jumlah penerimaan berkas pengaduan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir:

Tabel 1 Jumlah penerimaan berkas pengaduan tahun 2012 hingga 2016

No Tahun Jumlah berkas 1 2012 6.284 2 2013 5.919 3 2014 7.285 4 2015 8.249 5 2016 7.188

Diagram 1

Jumlah penerimaan berkas pengaduan tahun 2012 hingga 2016

Bab II. Data Pengaduan Komnas HAM 13

Page 25: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Dari jumlah 7.188 berkas pengaduan yang diterima tersebut belum semua bisa diteruskan penanganannya dengan alasan berkas belum lengkap1 dan/atau materi pengaduan belum atau tidak terdapat dugaan pelanggaran HAM2. Sejak tahun 2015, Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan membuat surat untuk menjawab setiap berkas pengaduan dalam rangka menyikapi kedua hal tersebut dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2 Surat Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan

Surat Keluar

Total Bukan Pelanggaran HAM

Kelengkapan Berkas

Ucapan Terima Kasih

1.023 438 176 1.637 Pengaduan mengenai (i) penggusuran pemukiman nelayan di Kampung Baru Kecamatan Kosambi Desa Dadap Kabupaten Tangerang3; (ii) Laporan ketidakprofesionalan Puspomal dalam menindaklanjuti peristiwa meledaknya Ruang Tabung Chamber RSAL Dr. Mintohardjo4; (iii)Kekerasan dan Pembatasan Kebebasan Berekspresi Terhadap Anggota Forbali dan Masyarakat Penolak Reklamasi Teluk Benoa5; dan (iv) kasus vaksin palsu di RS Harapan Bunda6, merupakan contoh pengaduan yang disampaikan ke Komnas HAM.

1Syarat kelengkapan berkas pengaduan ke Komnas HAM diatur dalam Pasal 90 ayat (2) dan (3) UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menyebutkan bahwa ‘Pengaduan hanya akan mendapatkan pelayanan apabila disertai dengan identitas pengadu yang benar dan keterangan atau bukti awal yang jelas tentang materi yang diadukan’ dan ‘Dalam hal pengaduan dilakukan oleh pihak lain, maka pengaduan harus disertai dengan persetujuan dari pihak yang hak asasinya dilanggar sebagai korban. Kecuali untuk pelanggaran hak asasi manusia tertentu berdasarkan pertimbangan Komnas HAM’

2Analisis pemeriksaan mengenai ada atau tidaknya dugaan pelanggaran HAM merujuk pada Pasal 91 ayat (1) huruf a sampai dengan e UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yaitu ‘Pemeriksaan atas pengaduan kepada Komnas HAM tidak dilakukan atau dihentikan apabila : (a) tidak memiliki bukti awal yang memadai, (b) materi pengaduan bukan masalah pelanggaran hak asasi manusia, (c) pengaduan diajukan dengan itikad buruk atau ternyata tidak ada kesungguhan dari pengadu, (d) terdapat upaya hukum yang lebih efektif bagi penyelesaian materi pengaduan, dan (e) sedang berlangsung penyelesaian melalui upaya hukum yang tersedia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan’.

3 Warga Kampung Dadap mengadu ke Komnas HAM, https://m.tempo.co/read/news/2016/05/11/083770171/warga-kampung-dadap-mengadu-ke-komnas-ham

4 Keluarga Korban Kebarakan Ruang Chamber RS. Mintohardjo Mengadu ke Komnas HAM, http://megapolitan.kompas.com/read/2016/05/09/15293801/Keluarga.Korban.Kebakaran.Ruang.Chamber.RS.Mintohardjo.Mengadu.ke.Komnas.HAM

5 Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa Mengadu ke Komnas HAM, http://bisnisjakarta.co.id/2016/06/28/forum-rakyat-bali-tolak-reklamasi-tekuk-benoa-mengadu-ke-komnas-ham/

14 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 26: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Untuk lebih jelasnya berikut dideskripsikan data penerimaan pengaduan tahun 2016 yang terdiri dari 7.188 berkas pengaduan ke dalam beberapa kategori. A. Cara Penyampaian Berkas Pengaduan

Berkas pengaduan maupun klarifikasi yang disampaikan oleh pengadu atau pihak yang diadukan dapat diserahkan melalui berbagai sarana, termasuk datang langsung ke kantor Komnas HAM pada hari Senin sampai Jumat pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB. Berdasarkan carapenyampaian berkasnya, dari 7.188 berkas yang diterima dapat dipilah sebagai berikut:

Tabel 3 Cara penyampaian berkas pengaduan

No Cara Penyampaian Jumlah berkas

1 Datang langsung 823 2 Pos 5813 3 Fax 143 4 Email 272 5 Audiensi 59 6 Diterima di lapangan / inisiatif / proaktif 78

Jumlah 7.188

6 Orang tua Korban Vaksin Palsu RS Harapan Bunda Mengadu ke Komnas HAM, https://news.detik.com/berita/3260796/ortu-korban-vaksin-palsu-rs-harapan-bunda-mengadu-ke-komnas-ham

Bab II. Data Pengaduan Komnas HAM 15

Page 27: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Diagram 2 Cara penyampaian berkas pengaduan

B. Wilayah Asal Pengadu/ Pelapor Berdasarkan provinsi asal pengadu, 7.188 berkas pengaduan yang diterima oleh Bagian Pelayanan Pengaduan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4 Wilayah asal pengadu / pelapor

No Wilayah Asal Pengadu / Pelapor Jumlah No Wilayah Asal

Pengadu / Pelapor Jumlah

1 Aceh 68 21 Kalimantan Selatan 50 2 Sumatera Utara 663 22 Kalimantan Tengah 59 3 Bengkulu 38 23 Kalimantan Timur 104 4 Jambi 85 24 Kalimantan Utara 11 5 Riau 219 25 Gorontalo 21 6 Sumatera Barat 391 26 Sulawesi Selatan 243 7 Sumatera Selatan 188 27 Sulawesi Tenggara 56 8 Lampung 99 28 Sulawesi Tengah 169

9 Kepulauan Bangka Belitung 21 29 Sulawesi Utara 77

10 Kepulauan Riau 71 30 Sulawesi Barat 1

11 Banten 206 31 Sulawesi Selatan Barat 15

12 Jawa Barat 634 32 Maluku 231 13 DKI Jakarta 1759 33 Maluku Utara 12 14 Jawa Tengah 330 34 Papua 79

16 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 28: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

15 Jawa Timur 588 35 Papua Barat 20

16 Daerah Istimewa Yogyakarta 115 36 Tanpa Alamat 238

17 Bali 74 37 Pakistan 1 18 Nusa Tenggara Barat 84 38 Swiss 1 19 Nusa Tenggara Timur 93 39 Tiongkok 1 20 Kalimantan Barat 72 40 Hongkong 1

Berdasarkan tabel di atas, 4 (empat) besar urutan provinsi dengan berkas pengaduan paling banyak adalah DKI Jakarta 1.759 berkas, Jawa Barat634 berkas, Jawa Timur 588 berkas, dan Jawa Tengah330 berkas. Banyaknya berkas pengaduan yang berasal dari 4(empat) wilayah tersebut tidak serta merta dapat langsung diartikan bahwa di keempat daerah itu juga memiliki angka dugaan pelanggaran HAM yang tinggi. Kemudahan akses masyarakat dalam menyampaikan berkas pengaduan dan semakin tingginya tingkat pemahaman masyarakat tentang pengertian pelanggaran HAM merupakan beberapa faktor penyebab tingginya angka berkas pengaduan dari keempat wilayah tersebut.Selain itu, Komnas HAM juga menerima beberapa berkas pengaduan dari luar negeri, diantaranya: (i) Pakistan; (ii) Swiss; (iii) Tiongkok; dan (iv) Hongkong.

C. Jenis Berkas

Berdasarkan jenisnya, Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan membuat klasifikasi surat pengaduan berdasarkan tiga kategori yaitu surat pengaduan yang ditujukan langsung, surat pengaduan yang merupakan tembusan, serta surat yang tidak ditujukan langsung ataupun ditembuskan pada KomnasHAM.Pembagiannya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 5 Jenis berkas

No Jenis Surat Jumlah berkas

1 Langsung 3.626

2 Tembusan 3.506

3 Tidak ditujukan/ ditembuskan 56

Jumlah 7.188

D. Klasifikasi Tema/ Hak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, maka terdapat 10 tema hak yang diakui dan dijamin dalam undang-undang

Bab II. Data Pengaduan Komnas HAM 17

Page 29: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

tersebut, yaitu: (i) hak atas kehidupan, (ii) hak atas berkeluarga dan melanjutkan keturunan, (iii) hak untuk mengembangkan diri, (iv) hak atas keadilan, (v) hak atas kebebasan pribadi, (vi) hak atas rasa aman, (vii) hak atas kesejahteraan, (viii) hak turut serta dalam pemerintahan, (ix) hak perempuan, dan (x) hak anak. Dalam perkembangannya, dengan bertambahnya satu lagi undang-undang berdimensi HAM yaitu UU No 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis,7 maka bertambah pula kategorisasi tema hak yang dapat diadukan ke Komnas HAM, yaitu hak untuk tidak diperlakukan diskriminatif (sesuai dengan pasal 4 UU No 40 Tahun 2008). Adapun jabaran laporan pengaduan pelanggaran atas kesebelas tema hak tersebut sebagai berikut:

Tabel 6 Klasifikasi / tema hak

No Klasifikasi / Tema Hak Jumlah berkas 1 Hak untuk hidup 230 2 Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan 11 3 Hak mengembangkan diri 82 4 Hak memperoleh keadilan 2697 5 Hak atas kebebasan pribadi 203 6 Hak atas rasa aman 628 7 Hak atas kesejahteraan 2748 8 Hak turut serta dalam pemerintahan 80 9 Hak perempuan 36

10 Hak anak 29 11 Hak tidak diperlakukan diskriminatif 25 12 Non HAM 419

Jumlah 7.188

Berdasarkan tabel 6 (enam), pada tahun 2016 dapat diidentifikasi terdapat 3 (tiga) tema hak yang paling banyak diadukan ke Komnas HAM, yaitu: (i) hak atas kesejahteraan sebanyak 2.748 berkas, (ii) hak memperoleh keadilan sebanyak 2.697 berkas dan (iii) hak atas rasa aman sebanyak 628 berkas. Tema hak atas kesejahteraan, yang menjadi tema hak paling banyak diadukan berjumlah 2.748 berkas, berkisar pada konflik lahan, sengketa

7 Komnas HAM menjalankan fungsi pengawasan segala bentuk upaya penghapusan diskriminasi ras dan etnis sesuai dengan aturan dalam pasal 8 ayat (1) UU No 40 Tahun 2008

18 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 30: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

ketenagakerjaan dan kepegawaian, penggusuran rumah tinggal dan pedagang, hak atas kesehatan, serta buruh migran. Tema hak memperoleh keadilan, yang berjumlah 2.697 berkas pengaduan menempati urutan kedua hak paling banyak diadukan, pada umumnya berkaitan erat dengan kinerja aparat penegak hukum yang meliputi kepolisian, kejaksaan, dan lembaga peradilan yang dilaporkan bekerja tidak sesuai dengan prosedur atau harapan masyarakat sebagai pengadu. Praktek kriminalisasi, mafia hukum, hingga peradilan sesat masih saja menjadi bumbu getir dalam kondisi penegakan hukum di Indonesia. Karenanya, pengadu menaruh harapan kepada Komnas HAM agar paling tidak dapat menjadi penyeimbang kondisi hukum dari aspek penegakan hak asasi manusia.

Diagram 3

Klasifikasi / tema hak

Berdasarkan diagram 3 (tiga) terlihat bahwa hak atas kesejahteraan dan tema hak memperoleh keadilan mendominasi sebagai jenis hak yang paling banyak diadukan ke Komnas HAM. Kedua jenis hak tersebut mempunyai persentase sebesar 38% yang paling tidak dapat menjadi cerminan langsung kondisi pemenuhan dan penegakan hak asasi manusia di Indonesia sepanjang tahun 2016.

Bab II. Data Pengaduan Komnas HAM 19

Page 31: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Untuk lebih jelasnya tabel di bawah ini akan mendeskripsikan substansi atau jenis pelanggaran hak asasi manusia yang diadukan ke Komnas HAM, terdiri dari berbagai jenis tindakan, yaitu:

Tabel 7 Substansi laporan pengaduan

I. Hak Untuk Hidup Jumlah berkas

Mempertahankan hidup 91 Lingkungan hidup 139

II. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan Jumlah berkas

Pengabaian hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan 10

III. Hak mengembangkan diri Jumlah berkas

Hak atas pendidikan 59

Hak atas kebebasan mengembangkan dan memperoleh manfaat ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya

21

IV. Hak memperoleh keadilan Jumlah berkas

Kesewenang-wenangan proses hukum di kepolisian/militer/PPNS 2030

Kesewenang-wenangan proses hukum di kejaksaan 153

Kesewenang-wenangan proses hukum di peradilan 442

Kesewenang-wenangan pemenuhan hak terhadap warga binaan / narapidana 61

V. Hak atas kebebasan pribadi Jumlah berkas

Keutuhan pribadi 8

Kebebasan beragama dan berkeyakinan 97

Mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat 15

Berkumpul, berapat, dan berserikat 27

Pembatasan pendirian kelompok atau organisasi 3

20 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 32: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Menyampaikan pendapat di muka umum 21

Status kewarganegaraan 11

Bebas bergerak,berpindah dan bertempat tinggal dalam wilayah RI 20

VI. Hak atas rasa aman Jumlah berkas

Mencari suaka 3

Perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan hak miliknya 121

Hak atas rasa aman, tenteram, dan perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu

159

Hak atas kebebasan gangguan terhadap tempat tinggal 102

Hak atas kerahasiaan dalam hubungan surat menyurat 1

Bebas dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan

142

Bebas dari kesewenang-wenangan penangkapan, penahanan, pengucilan, pengasingan, atau pembuangan

97

VII. Hak atas kesejahteraan Jumlah berkas

Hak untuk mempunyai milik 223 Hak atas kepemilikan tanah 1039

Tidak dipenuhinya syarat-syarat ketenagakerjaan 587

Tidak dipenuhinya syarat-syarat kepegawaian 249

Hak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak 472

Hak atas kesehatan 131

Pengabaian pemenuhan hak buruh migran 34

Bab II. Data Pengaduan Komnas HAM 21

Page 33: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

VIII. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan Jumlah berkas

Hak dipilih dan memilih dalam pemilu 21 Hak turut serta dalam pemerintahan dengan langsung atau dengan perantaraan wakil 5

Hak mengajukan pengaduan dalam rangka pelaksanaan pemerintahan yang bersih 41

IX. Hak perempuan Jumlah berkas

Hak keterwakilan perempuan dalam pemilu serta dalam pemilihan anggota badan legislatif, eksekutif dan yudikatif

5

Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran 1

Memilih, dipilih dan diangkat dalam pekerjaan dan jabatan 7

Hak mendapatkan perlindungan khusus berkaitan dengan fungsi reproduksi perempuan 16

Hak atas kesetaraan dengan suami 20

X. Hak anak Jumlah berkas

Pengabaian terhadap hak kelangsungan hidup 4

Pengabaian terhadap hak mendapatkan perlindungan 18

Pengabaian terhadap hak untuk tumbuh kembang 16

Pengabaian terhadap hak untuk berpartisipasi

1

XI. Hak untuk tidak diperlakukan diskriminatif Jumlah berkas

Pemberlakuan pembedaan, pengecualian, pembatasan atau pemilihan berdasarkan ras dan etnis

14

Menunjukkan kebencian atau rasa benci kepada orang karena perbedaan ras atau etnis 10

XII. Non HAM Jumlah berkas

441

22 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 34: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

E. Klasifikasi Korban Berdasarkan klasifikasi korban, dari 7.188 berkas pengaduan yang masuk ke Komnas HAM dapat diidentifikasi ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:

Diagram 4 Klasifikasi korban

Diagram 4 (empat) memperlihatkan bahwa dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang dialami oleh individu menjadi mayoritas pelaporan ke Komnas HAM. Jumlah pengaduan yang mencapai 4.3098 atau 60% dari total laporan yang masuk ke Komnas HAM menunjukkan bahwa negara masih belum mampu melakukan pemenuhan dan penghormatan terhadap hak perorangan. Sedangkan yang dimaksud dengan individu rentan dalam hal ini adalah anak 106 berkas, perempuan 177 berkas, buruh migran 27 berkas, suku 4 berkas, ras dan etnis 4 berkas, agama dan penghayat kepercayaan 4 berkas, penyandang disabilitas 5 berkas, korban pelanggaran HAM masa lalu 78 berkas, lansia 11 berkas, fakir miskin 3 berkas, dan individu narapidana 14 berkas.

8 Jumlah tersebut merupakan penambahan dari individu orang seorang 3.655 berkas, individu rentan 433 berkas, dan individu pekerja/profesi 221 berkas.

Bab II. Data Pengaduan Komnas HAM 23

Page 35: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Laporan pengaduan dengan korban kelompok berjumlah 2.3849 atau 33% dari jumlah total laporan masuk ke Komnas HAM juga menunjukkan bahwa negara masih abai dalam melakukan pemenuhan dan penghormatan hak kolektif. Klasifikasi korban yang termasuk dalam kategori kelompok rentan adalah anak-anak 16 berkas, perempuan 3 berkas, buruh migran 7 berkas, masyarakat adat 144 berkas, ras dan etnis 10 berkas, agama dan penghayat kepercayaan 71 berkas, penyandang disabilitas 2 berkas, lesbian gay bisexual and transgender (LGBT) 10 berkas, korban pelanggaran masa lalu 48 berkas, dan lansia 1 berkas, kelompok narapidana 5 berkas. Sementara itu, pengaduan dengan korban kelompok atau individu pekerja/profesi yang terus meningkat menjadi bukti bahwa kalangan buruh masih potensial menjadi korban pelanggaran HAM. Ketidakseimbangan kedudukan antara pengusaha dan pekerja menjadi salah satu faktor penyebab banyaknya pengaduan dengan kasus ketenagakerjaan. Pada tahun 2016, terdapat 583 berkas pengaduan dengan kategori korban kalangan individu atau kelompok pekerja/profesi. Masyarakat adat juga merupakan korban pelanggaran HAM yang cukup besar.Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012 sepertinya belum mampu memberikan perlindungan maksimal khususnya bagi pengakuan hutan adat. Pada tahun 2016 terdapat 148 berkas pengaduan dengan korban kelompok masyarakat adat.

F. Klasifikasi Pihak yang Diadukan

Berdasarkan klasifikasi pihak yang diadukan, dari 7.188 berkas pengaduan yang masuk ke Komnas HAM dapat diidentifikasi ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:

Tabel 8 Klasifikasi pihak yang diadukan

No Klasifikasi Pihak Yang Diadukan Jumlah berkas

1 Pemerintah pusat (Kementerian) 619 2 Pemerintah daerah 931 3 Lembaga legislatif 4 4 Lembaga negara (Non kementerian) 122 5 Lembaga peradilan 436 6 Kepolisian 2.290

9 Jumlah tersebut merupakan penambahan dari kelompok masyarakat 1.705berkas, kelompok rentan 317berkas, dan kelompok pekerja/profesi 362 berkas.

24 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 36: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

7 TNI 280 8 Kejaksaan 214 9 Lembaga pemasyarakatan dan / atau Rutan 56 10 Pemerintah negara lain 15 11 Korporasi 1.030 12 BUMN / BUMD 359 13 Lembaga pelayanan kesehatan 28 14 Lembaga pendidikan 108 15 Organisasi 43

Dari ke-15 pihak yang diadukan tersebut terdapat 5 (lima) kategori pihak teradu dengan jumlah pengaduan paling banyak, yaitu: (i) Kepolisian 2.290berkas, (ii) Korporasi 1.030berkas, (iii) Pemerintah Daerah 931berkas, (iv) Pemerintah Pusat/Kementerian 619berkas, dan (v) Lembaga Peradilan 436 berkas. Besarnya angka pengaduan yang melaporkan Kepolisian tersebut merupakan cerminan atas tingginya harapan masyarakat terhadap perbaikan kinerja Polisi. Masyarakat saat ini telah berada dalam tahap kritis dan sadar HAM, sehingga ketika menemui suatu hal yang salah atau tidak wajar atas kinerja Polisi, mereka pun langsung melaporkan hal itu ke Komnas HAM. Sekedar perbandingan, berdasarkan catatan Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan urutan 5 (lima) besar pihak teradu dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat berdasar tabel di bawah ini:

Tabel 9 Deskripsi 5 (lima) besar pihak yang diadukan dalam waktu 3 tahun

No Pihak yang diadukan 2014 2015 2016

1 Kepolisian 2.483 2.734 2.290

2 Korporasi 1.127 1.231 1.030

3 Pemerintah Daerah 771 1.011 931

4 Lembaga Peradilan 641 640 436

5 Pemerintah Pusat/Kementerian 499 548 619

Bab II. Data Pengaduan Komnas HAM 25

Page 37: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

1. Deskripsi Pelanggaran HAM oleh Kepolisian Dari jumlah 2.290 berkas pengaduan dengan kategori pihak yang diadukan Kepolisian dapat dilakukan pemilahan berdasar asal suratnya sebagai berikut:

Tabel 10 Sifat asal surat

No Sifat / asal surat Jumlah berkas

1 Surat pengaduan masyarakat 1.775

2 Jawaban Kepolisian 506

Total 2.290

Tabel 10 dapat menjadi ukuran awal mengenai seberapa jauh tingkat kemauan Kepolisian dalam menjawab surat dari pengadu, yang dalam hal ini tidak saja dari pengadu itu sendiri namun juga dari lembaga negara lainnnya seperti Komnas HAM dan Kompolnas. Angka 506surat jawaban dari kepolisian atau kurang lebih sebesar 22% menjadi alat ukur dan bukti tingkat keseriusan Kepolisian dalam menjawab keluhan masyarakat.

Tabel 11 Substansi pelanggaran HAM oleh kepolisian

No Substansi Pelanggaran HAM Oleh Kepolisian Jumlah berkas

1 Masalah proses alur penyidikan dan/atau

penyelidikan 1.805

2 Penangkapan dan/atau penahanan tidak

sesuai dengan ketentuan 112

3 Penangkapan dan/atau penahanan disertai

kekerasan 37

4 Tindak kekerasan, pemukulan, penembakan,

dan intimidasi 104

5 Penyiksaan dalam proses pemeriksaan 86

6 Lain – lain 146

T o t a l 2.290

26 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 38: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Banyaknya jumlah pengaduan dengan substansi ketidakpuasan dalam proses penanganan penyidikan dan/atau penyelidikan, yaitu 1.805 berkas pengaduan menjadi bukti pengingat atas kinerja Kepolisian yang kini senantiasa diawasi oleh masyarakat. Aparat Kepolisian dituntut atau bahkan cenderung sedikit dipaksa untuk dapat bekerja keras sesuai dengan prosedur yang ada. Kasus-kasus seperti (i) kelambanan dan/atau ketidakprofesionalan penanganan Laporan Polisi, (ii) pemanggilan sebagai saksi, (iii) penetapan tersangka, (iv) penyitaan barang bukti, (v) penghentian penyidikan, dan (vi) kelambanan pengajuan berkas perkara ke kejaksaan merupakan jenis pengaduan dengan kategori masalah alur Penyidikan dan/atau Penyidikan. Sorotan lainnya terkait dengan kinerja Kepolisian yaitu dalam hal penyiksaan dalam proses pemeriksaan. Angka pengaduan sejumlah 86 berkas pengaduan merupakan bukti bahwa saat ini korban sudah semakin paham akan haknya bilamana Kepolisian melakukan tindak kekerasan dalam pemeriksaan. Dari sudut pandang hukum, dengan telah diratifikasinya Konvensi Anti Penyiksaan (Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment) melalui UU No 5 Tahun 1998 diharapkan dapat terus mereduksi angka pengaduan tentang kasus penyiksaan. Sedangkan terkait dengan aduan mengenai kasus penangkapan yang berjumlah 14910seakan menunjukkan budaya yang telah lazim berlaku dalam lingkungan Kepolisian. Hal tersebut kemudian memunculkan pertanyaan mengenai kekuatan legalitas penangkapan itu sendiri.Karena, sering kali surat pemberitahuan penangkapan atau penahanan baru diberikan kepada pihak keluarga selang beberapa hari sejak anggota keluarganya tiba-tiba menghilang. Penting diingat bahwa modus penangkapan tanpa surat perintah tersebut, secara substansial, ketika dicermati mempunyai relasi erat dengan praktek penghilangan paksa (enforced dissepearance).11

10Jumlah tersebut merupakan penambahan kasus penangkapan atau penahanan tidak sesuai dengan ketentuan yang berjumlah 112 berkas dan kasus penangkapan atau penahanan disertai kekerasan yang berjumlah 37 berkas.

11Pada pasal 2 International Convention for the Protection of All Persons from Enforced Disappearance 2006, menegaskan yang dimaksud dengan penghilangan paksa (enforced disappearance) adalahto be the arrest, detention, abduction or any other form of deprivation of liberty by agents of the State or by persons or groups of persons acting with the authorization, support or acquiescence of the State, followed by a refusal to acknowledge the deprivation of liberty or by concealment of the fate or whereabouts of the disappeared person, which place such a person outside the protection of the law.

Bab II. Data Pengaduan Komnas HAM 27

Page 39: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

2. Deskripsi Pelanggaran HAM oleh Korporasi Dari jumlah 1.030 berkas pengaduan yang melibatkan Korporasi sebagai pihak yang diadukan dapat dilakukan pemilahan menurut asal suratnya sebagai berikut:

Tabel 12 Sifat asal surat

No Sifat / asal surat Jumlah berkas

1 Surat pengaduan masyarakat 955

2 Jawaban dari korporasi 75

Total 1.030

Kecilnya surat jawaban dari Korporasi, yang hanya berjumlah 75 berkas dari total 1.030 berkas atau 7%, seakan menandakan bahwa agenda penegakan dan penghormatan hak asasi manusia masih menjadi hal yang awam dan minor di lingkungan Korporasi.

Tabel 13 Substansi pelanggaran HAM oleh korporasi

No Substansi Pelanggaran HAM Oleh Korporasi Jumlah berkas

1 Sengketa dan/atau konflik pertanahan 344 2 Pencemaran dan/atau perusakan lingkungan 69 3 Sengketa ketenagakerjaan 368 4 Masalah buruh migran 24 5 Lain- lain 225

T o t a l 1.030

Dari tabel 13 terlihat bahwa pada tahun 2016 sengketa ketenagakerjaan menjadi kasus yang paling banyak diadukan terkait dengan pelanggaran HAM oleh korporasidengan jumlah 368 berkas atau 36%. Kasus mengenai : (i) pemutusan hubungan kerja, (ii) sengketa dalam pemberian upah, gaji, atau tunjangan lainnya, (iii) pelarangan pembentukan atau aktivitas serikat pekerja, (iv) pelarangan mogok kerja, (v) skorsing, dan (vi) penurunan pangkat merupakan bentuk nyata berbagai jenis pelanggaran HAM oleh korporasi.

28 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 40: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Sedangkansengketa atau konflik lahan yang berjumlah 344 berkas atau 33% masih menjadi isu dominan kedua terkait pengaduan ke Komnas HAM yang melibatkan korporasi sebagai pihak teradu. Gesekan antara masyarakat dengan korporasi dalam hal sengketa lahan dapat dilatarbelakangi oleh beberapa hal diantaranya (i) tumpang tindihnya klaim kepemilikan atau pengelolaan atas lahan usaha; (ii) sengketa pembayaran kompensasi lahan milik warga yang terkena proyek perluasan usaha sebuah korporasi;dan (iii) penggunaan ‘jasa’ aparat keamanan oleh korporasi dengan dalih pengamanan obyek vital baik untuk sekedar memberikan efek rasa takut bagi warga atau sampai melakukan kekerasan fisik.

3. Deskripsi Pelanggaran HAM oleh Pemerintah Daerah Menurut sifat asal suratnya, berkas pengaduan yang melaporkan pemerintah daerah sebagai pelaku pelanggar HAM dapat dilakukan identifikasi sebagai berikut:

Tabel 14 Sifat asal surat

No Sifat / asal surat Jumlah berkas

1 Surat pengaduan masyarakat 818

2 Jawaban dari pemerintah daerah 113

Total 931

Tabel 15 Substansi pelanggaran HAM oleh pemerintah daerah

No Substansi Pelanggaran HAM Oleh Pemerintah Daerah Jumlah berkas

1 Pencemaran dan/atau perusakan lingkungan 34

2 Pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan 52

3 Pemenuhan hak atas perumahan dan/atau penggusuran 125

4 Sengketa dan/atau konflik lahan 274 5 Sengketa kepegawaian 89 6 Hak atas pendidikan 8 7 Maladmistrasi dalam pelayanan public 56 9 Lain- lain 293

T o t a l 931

Bab II. Data Pengaduan Komnas HAM 29

Page 41: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

G. Distribusi Berkas Pengaduan Sesuai dengan amanat pasal 76 ayat (1) UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Komnas HAM mempunyai beberapa fungsi yaitu: pengkajian dan penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi. Khusus untuk penanganan kasus (dalam hal ini pengaduan), fungsi tersebut dilaksanakan oleh Subkomisi Pemantauan dan Penyelidikan serta Subkomisi Mediasi. Dilihat berdasarkan penanganan berkas pengaduannya, dari 7.188 berkas pengaduan disitribusikan sebagai berikut:

Tabel 16 Distribusi berkas pengaduan

No Distribusi Berkas Pengaduan Jumlah Berkas

1 Subkomisi pemantauan dan penyelidikan 3.981 2 Subkomisi mediasi 709 3 TIM 396 7 File 2.102

Jumlah 7.188

Diagram 5 Distribusi berkas pengaduan

30 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 42: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

BAB III KONSULTASI DAN PENERIMAAN PENGADUAN DI DAERAH

Kegiatan Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan di Daerah (proaktif) merupakan kegiatan rutin setiap tahun yang dilakukan oleh Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan sejak 2013. Pada tahun 2016, Tim melakukan kegiatan proaktif di 8 (delapan) Kab/Kota di Indonesia. Yang menjadi pembeda antara kegiatan tahun 2016 dengan tahun-tahun sebelumnya adalah adanya pelaksanaan proaktif insidental. Berdasarkan kegiatan proaktif reguler dan insidental yang telah dilakukan, Tim menerima jumlah berkas pengaduan dan konsultasi sebagai berikut:

No Pelaksanaan Penerimaan Pengaduan

Penerimaan Konsultasi

1 Kab. Bulukumba 7 3 2 Malang Raya 3 28 3 Nias - 18 4 Kab. Jepara dan Kab. Kudus 2 23 5 Lampung - 20 6 Kab. Temanggung dan Kota Magelang - 23 7 Kab. Pangandaran - 11 8 Kab. Kuningan - 14 9 Kolong Jembatan Jl. MT Haryono Jakarta

Timur - 3

10 Aksi Damai 212 di Monas - 4 Adapun rincian pelaksanaan kegiatan, akan dijabarkan dibawah ini.

A. Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan Reguler Kegiatan proaktif meliputi pembukaan pos pengaduan, konsultasi tata cara penyampaian pengaduan, diskusi terbatas (FGD) dan penyebarluasan informasi tata cara pengaduan melalui media baik cetak maupun elektronik. Untuk tahun 2016 kegiatan ini dilakukan di 8 (delapan) daerah yang diketahui sebagai daerah yang minim angka pengaduannya. 1. Gambaran Umum

a. Kabupaten Bulukumba 1. Kondisi Geografis

Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 1.154,67 km2 dan jumlah penduduk sebanyak 394.757 (tiga ratus Sembilan puluh empat ribu tujuh ratus lima puluh tujuh) jiwa (berdasarkan sensus penduduk Tahun 2010). Secara geografis Kabupaten Bulukumba

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 31

Page 43: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

terletak antara 5°20” sampai 5°40” Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28” Bujur Timur.Secara kewilayahan, Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi padakaki Gunung Bawakaraeng–Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas.

Sumber: http://loketpeta.pu.go.id/peta-infrastruktur-kabupaten-bulukumba-2012

Adapun batas-batas wilayah dengan Kabupaten/Kota yang berdekatan letaknya secara geografis, sebelahselatan berbatasan dengan Laut Flores, sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng12.

2. Kabupaten Bulukumba dalam perspektif Bagian Dukungan

Pelayanan Pengaduan Komnas HAM Berdasarkan data pengaduan yang diterima oleh Bagian DukunganPelayanan Pengaduan, pada 2015 terdapat 8 (delapan) berkas pengaduan yang disampaikan baik oleh pengadu maupun oleh pihak yang diadukan (dalam rangka pemberian klarifikasi) dan di tahun 201613 tidak terdapat berkas yang berasal dari Bulukumba.

12https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bulukumba 13 Data pengaduan dari Januari – Februari 2016 (sebelum pelaksanaan kegiatan proaktif)

32 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 44: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Berikut jabarannya:

b. Malang Raya 1. Kondisi Geografis

Malang Raya merupakan bagian dari kesatuan wilayah dari Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu dengan luas wilayah 3.989,40 km2 dan jumlah penduduk sekitar 3.438.242(tiga juta empat ratus tiga puluh Sembilan ribu dua ratus empat puluh dua) jiwa pada tahun 2010. Adapun wilayah Malang Raya dapat digambarkan sebagai berikut14 :

No Nama Keterangan

1 Kota Malang Pusat

2 Kabupaten Malang Terletak di sebelah timur, barat dan utara Kota Malang serta sebelah timur, barat dan selatan Kota Batu

3 Kota Batu Terletak di sebelah barat daya Kota Malang

14https://id.wikipedia.org/wiki/malang_raya

Kategori Pengadu Tahun

2015 2016 Individu Orang Seorang 5 Kelompok Masyarakat 1 Lembaga Peradilan 1 Lembaga Swadaya Masyarakat 1

Total 8 0

Kategori Hak Yang Diadukan Tahun 2015 2016

Hak memperoleh keadilan 5 Hak atas rasa aman 3

Total 8 0

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 33

Page 45: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Sumber: http://loketpeta.pu.go.id/peta-infrastruktur-kota-malang-2014

2. Malang Raya dalam perspektif Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Komnas HAM Berdasarkan data pengaduan yang diterima oleh Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan, pada 2015 terdapat 124 (seratus dua puluh empat) berkas pengaduan yang disampaikan baik oleh pengadu maupun oleh pihak yang diadukan (dalam rangka pemberian klarifikasi) dan di tahun 201615terdapat 16 (enam belas)berkas yang berasal dari Malang Raya. Berikut jabarannya:

Kategori Pengadu Tahun 2015 2016

Individu Orang Seorang 21 2 Individu Pekerja/Profesi 2 1 Kantor Pengacara/Advokat / Lembaga Bantuan Hukum 6 1

Kelompok Masyarakat 4 3

Kelompok Pekerja 1

Korporasi 2 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM/NGO) 12 3

Organisasi 73 5 Pemerintah Daerah 2 POLRI 1 1

Total 124 16

15 Data pengaduan dari Januari – Maret 2016 (sebelum pelaksanaan kegiatan proaktif)

34 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 46: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Kategori Hak Yang Diadukan Tahun

2015 2016 Hak untuk hidup 1 1 Hak memperoleh keadilan 25 3

Hak atas rasa aman 4 1

Hak atas kesejahteraan 48 9 Hak turut serta dalam pemerintahan 1

Hak anak 1

Non HAM 44 2

Total 124 16

c. Pulau Nias 1. Kondisi Geografis

Nias merupakan sebuah pulau yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera dengan luas wilayah 5.625 km2 dan jumlah penduduk sekitar 700.000 (tujuh ratus ribu) jiwa. Saat ini Nias telah dimekarkan menjadi empat kabupaten dan 1 kota yaitu Kapaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara dan Kota Gunung Sitoli. Secara geografis Pulau Nias terletak antara 0º12’-1º32’LU (Lintang Utara) dan 97º-98ºBT (Bujur Timur) dekat dengan garis khatulistiwa.

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 35

Page 47: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Sumber: https://niasjaya.files.wordpress.com/2010/11/nias-peta.jpg Adapun batas-batas wilayah dengan Kabupaten/Kota yang berdekatan letaknya secara geografis yaitu sebelah utara berbatasan dengan pulau- pulau di Provinsi NAD, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Nias Selatan, sebelah timur berbatasan dengan Pulau Mursala dan Kabupaten Tapanuli Tengah dan sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia16.

2. Pulau Nias dalam perspektif Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Komnas HAM Berdasarkan data pengaduan yang diterima oleh Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan, pada 2015 terdapat 19 (Sembilan belas) berkas pengaduan yang disampaikan baik oleh pengadu maupun oleh pihak yang diadukan (dalam rangka pemberian klarifikasi) dan di tahun 201617terdapat 1 (satu) berkas yang berasal dari Pulau Nias.

16 https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Nias 17 Data pengaduan dari Januari – April 2016 (sebelum pelaksanaan kegiatan proaktif)

36 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 48: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Berikut jabarannya:

Kategori Pengadu Tahun

2015 2016 Individu Orang Seorang 12 1 Kantor Pengacara/Advokat / Lembaga Bantuan Hukum 1

Kelompok Masyarakat 1 Lembaga Negara (Non Kementrian) 1

POLRI 4 Total 19 1

Kategori Hak Yang Diadukan Tahun

2015 2016 Hak memperoleh keadilan 10 1

Hak atas rasa aman 1

Hak atas kesejahteraan 6 Hak turut serta dalam pemerintahan 1

Hak anak 1 Total 19 1

d. Kabupaten Jepara dan Kabupaten Kudus

1. Kondisi Geografis Kabupaten Jepara dan Kudus merupakan Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Jepara memiliki luas wilayah daratan 1.004,132 km2 dengan panjang garis pantai 72 km. Sebagian besar luas wilayahnya merupakan tanah kering, sebesar 740,052 km2 (73,70%) sisanya merupakan tanah sawah, sebesar 264,080 km2 (26,30%). Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di barat dan utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di timur, serta Kabupaten Demak di selatan. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimun Jawa, yang berada di Laut Jawa18.

18https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jepara

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 37

Page 49: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Sumber: http://loketpeta.pu.go.id/peta-infrastruktur-kabupaten-jepara-2014

Sementera itu, Kabupaten Kudus terletak di jalur pantai timur laut Jawa Tengah antara Kota Semarang dan Kota Surabaya. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Pati di sebelah timur, Kabupaten Grobogan da Kabupaten Demak di sebelah selatan serta Kabupaten Jepara di sebelah barat.Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah dengan luas 425, 16 Km2 dan jumlah penduduk sebanyak 777.437 (tujuh ratus tujuh puluh tujuh ribu empat ratis tiga puluh tujuh) jiwa pada tahun 2010.

Sumber: http://loketpeta.pu.go.id/peta-infrastruktur-kabupaten-kudus2014

38 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 50: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

2. Kabupaten Jepara dan Kabupaten Kudus dalam perspektif Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Komnas HAM Berdasarkan data pengaduan yang diterima oleh Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan, pada 2015 terdapat 17 (tujuh belas) berkas pengaduan yang disampaikan baik oleh pengadu maupun oleh pihak yang diadukan (dalam rangka pemberian klarifikasi) dan di tahun 201619terdapat 7 (tujuh) berkas yang berasal dari Kabupaten Jepara dan Kabupaten Kudus. Berikut jabarannya:

Kategori Pengadu Tahun

2015 2016 Individu Orang Seorang 5 5 Individu Agama dan Penghayat Kepercayaan 1

Kantor Pengacara/Advokat / Lembaga Bantuan Hukum 1

Kelompok Masyarakat 2 Lembaga Peradilan 1 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM/NGO) 1

Organisasi 3 1 Pemerintah Daerah 3 1

Total 17 7

Kategori Hak Yang Diadukan Tahun

2015 2016 Hak memperoleh keadilan 5 4

Hak atas kebebasan pribadi 2 1

Hak atas rasa aman 1

Hak atas kesejahteraan 10 1 Total 17 7

e. Provinsi Lampung

1. Kondisi Geografis Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera dengan ibukotanya Bandar Lampung. Provinsi ini

19 Data pengaduan dari Januari – Mei 2016 (sebelum pelaksanaan kegiatan proaktif)

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 39

Page 51: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

memiliki 2 (dua) Kota dan 13 (tiga belas) Kabupaten.Secara Geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan : Timur - Barat berada antara : 103º 40' - 105º 50' Bujur Timur Utara - Selatan berada antara : 6º 45' - 3º 45' Lintang Selatan. Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50 km² dengan batas wilayah di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa20.

Sumber: https://petatematikindo.wordpress.com/2013/03/21/administrasi-provinsi-lampung

b. Provinsi Lampung dalam perspektif Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Komnas HAM Berdasarkan data pengaduan yang diterima oleh Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan, pada 2015 terdapat 111 (seratus sebelas) berkas pengaduan yang disampaikan baik oleh pengadu maupun oleh pihak yang diadukan (dalam rangka pemberian klarifikasi) dan di tahun 201621terdapat 45 (empat puluh lima) berkas yang berasal dari Provinsi Lampung. Berikut jabarannya:

Kategori Pengadu Tahun 2015 2016

Individu Orang Seorang 40 20 BUMN / BUMD 1 Individu Pekerja/Profesi 2

20 https://id.wikipedia.org/wiki/Lampung 21 Data pengaduan dari Januari – Juni 2016 (sebelum pelaksanaan kegiatan proaktif)

40 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 52: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Individu Perempuan 3 1 Kantor Pengacara/Advokat / Lembaga Bantuan Hukum 14 6

Kelompok Masyarakat 13 3 Kelompok Masyarakat Adat 1

Korporasi 1

Lembaga Legislatif 1 Lembaga Negara (Non Kementrian) 4

Lembaga Pendidikan 2 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM/NGO) 4 3

Organisasi 3 4 Pemerintah Daerah 8 1 Individu Korban Pelanggaran HAM Masa Lalu 1

POLRI 15 5 Total 111 45

Kategori Hak Yang Diadukan Tahun

2015 2016 Hak untuk hidup 4 Hak mengembangan diri 1 Hak memperoleh keadilan 43 18 Hak atas kebebasan pribadi 2 1

Hak atas rasa aman 4 4

Hak atas kesejahteraan 52 20 Hak turut serta dalam pemerintahan 1

Hak perempuan 1 1

Non HAM 3 1

Total 111 45

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 41

Page 53: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

f. Kabupaten Temanggung, Kabupaten dan Kota Megelang 1. Kondisi Geografis

Kabupaten Temanggung, Kabupaten dan Kota Magelang merupakan Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, Kabupaten Temanggung terletak di wilayah tengah Provinsi Jawa Tengah dengan bentangan utara ke selatan sepanjang 46,8 km dan bentangan Timur ke barat sepanjang 43 km. Kabupaten Temanggung terletak antara 110o23′-110o46’30” Bujur Timur dan 7o14’-7o32’35” Lintang Selatan.

Sumber: http://loketpeta.pu.go.id/peta-infrastruktur-kabupaten-temanggung-2014 Sebagian besar wilayah Kabupaten Temanggung merupakan dataran tinggi dan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian Dataran Tinggi Dieng dan berbatasan dengan Kabupaten Kendal di utara, Kabupaten Semarang di timur, Kabupaten Magelang di selatan, serta Kabupaten Wonosobo di barat22. Sementara itu, Kota Magelang secara geografis terletak pada 110o12’30” - 110o12’52” Bujur Timur dan 7o26’28” - 7o30’9” Lintang Selatan serta terletak pada posisi strategis, karena berada tepat di tengah-tengah dengan luas 18,12 km2.

22https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Temanggung

42 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 54: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Sumber: http://loketpeta.pu.go.id/peta-infrastruktur-kota-magelang-2014

Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Secang, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, di sebelah timur berbatasan dengan Sungai Elo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang dan disebelah barat berbatasan dengan Sungai Progo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang23.

2. Kabupaten Temanggung, Kabupaten dan Kota Magelang dalam perspektif Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Komnas HAM Berdasarkan data pengaduan yang diterima oleh Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan, pada 2015 terdapat 14 (empat sebelas) berkas pengaduan yang disampaikan baik oleh pengadu maupun oleh pihak yang diadukan (dalam rangka pemberian klarifikasi) dan di tahun 201624terdapat 14 (empat belas) berkas yang berasal dari Kabupaten Temanggung, Kabupaten dan Kota Magelang. Berikut jabarannya:

23 http://www.magelangkota.go.id/direktori/bacachild/sekilas-kota/kondisi-geografis 24 Data pengaduan dari Januari – Juli 2016 (sebelum pelaksanaan kegiatan proaktif)

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 43

Page 55: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Kategori Pengadu Tahun

2015 2016 Individu Orang Seorang 5 3 BUMN / BUMD 1 Individu Perempuan 1 Individu Anak 1 Kantor Pengacara/Advokat / Lembaga Bantuan Hukum 4

Kelompok Masyarakat 1 2 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM/NGO) 2 1

Organisasi 2 1 POLRI 1 Kejaksaan 1 Pemerintah Daerah 1 1

Total 14 14

g. Kabupaten Pangandaran

1. Kondisi Geografis Kabupaten Pangandaran merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat denganluas wilayah mencapai 1.680 km²dan jumlah penduduk sekitar 450.658 (empat ratus lima puluh ribu enam ratus lima puluh delapan) jiwa berdasarkan sensus penduduk tahun 2014. Secara geografis Kabupaten ini berada pada koordinat 108º 41 - 109⁰ Bujur Timur dan 07⁰ 41- 07⁰ 50 Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Madya Banjarsari, di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Parigi, di sebelah timur berbatasan dengan

Kategori Hak Yang Diadukan Tahun 2015 2016

Hak untuk hidup 1 Hak mengembangan diri 1 1 Hak memperoleh keadilan 4 7 Hak atas rasa aman 1

Hak atas kesejahteraan 6 5

Non HAM 1 1

Total 14 14

44 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 56: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Kabupaten Cilacap dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia25

Sumber: http://loketpeta.pu.go.id/peta-infrastruktur-kabupaten-pangandaran-2014

2. Kabupaten Pangandaran dalam perspektif Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Komnas HAM Berdasarkan data pengaduan yang diterima oleh Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan, pada 2015 terdapat 3 (tiga) berkas pengaduan yang disampaikan baik oleh pengadu maupun oleh pihak yang diadukan (dalam rangka pemberian klarifikasi) dan di tahun 201626terdapat 5 (lima) berkas yang berasal dari Kabupaten Pangandaran. Berikut jabarannya:

Kategori Pengadu Tahun 2015 2016

Individu Orang Seorang 2 Kelompok Masyarakat 1 Pemerintah Daerah 5

Total 3 5

25https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pangandaran 26 Data pengaduan dari Januari – Agustus 2016 (sebelum pelaksanaan kegiatan proaktif)

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 45

Page 57: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Kategori Hak Yang Diadukan Tahun

2015 2016 Hak atas rasa aman 1 Hak atas kesejahteraan 2 5

Total 3 5

h. Kabupaten Kuningan 1. Kondisi Geografis

Kabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23 - 108° 47 Bujur Timur dan 6° 47 - 7° 12 Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6° 45 - 7° 50 Lintang Selatan dan 105° 20 - 108° 40 Bujur Timur.Kabupaten ini memiliki luas 1.178,58 km2 dengan jumlah penduduk sebesar 1.140.777 (satu juta seratus empat puluh ribu tujuh ratus tujuh puluh tujuh) jiwa berdasarkan sensus penduduk tahun 2007.

Dilihat dari posisi geografisnya terletak di bagian timur Jawa Barat berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Kuningan berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di sebelah utara, Kabupaten Brebes di sebelah timur, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap di sebelah selatan dan Kabupaten Majalengka di sebelah barat27.

27https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kuningan

46 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 58: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Sumber: http://loketpeta.pu.go.id/peta-infrastruktur-kabupaten-kuningan-2014

2. Kabupaten Kuningan dalam perspektif Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Komnas HAM Berdasarkan data pengaduan yang diterima oleh Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan, pada 2015 terdapat 9 (sembilan) berkas pengaduan yang disampaikan baik oleh pengadu maupun oleh pihak yang diadukan (dalam rangka pemberian klarifikasi) dan di tahun 201628terdapat 3 (tiga) berkas yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Berikut jabarannya:

Kategori Pengadu Tahun

2015 2016 Individu Orang Seorang 1 Kantor Pengacara/Advokat / Lembaga Bantuan Hukum 7 1

Pemerintah Daerah 2 Organisasi 1

Total 9 3

28 Data pengaduan dari Januari – September 2016 (sebelum pelaksanaan kegiatan proaktif) Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 47

Page 59: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Kategori Hak Yang Diadukan Tahun

2015 2016 Hak memperoleh keadilan 1 1

Hak atas kebebasan pribadi 2 1

Hak atas rasa aman 1 Hak atas kesejahteraan 6

Total 9 3

2. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan di Daerah Tahun 2016 yang dijalankan oleh Sub Bagian Penerimaan dan Pemilahan Pengaduan dilaksanakan di 9 (sembilan) wilayah, yaitu:

No Wilayah Waktu Tim Pelaksana 1 Kab.

Bulukumba 22 – 25 Maret 2016 1 Rima P Salim

2 AA Rajab 3 Nisa Arralinar 4 Teguh Suprihatin

2 Malang Raya 19 – 22 April 2016 1 Otto Nur Abdullah 2 Johan Efendi 3 Rima P Salim 4 AA Rajab 5 Desiderius Ryan 6 Nisa Arralinar

3 Pulau Nias 17 – 20 Mei 2016 1 Rima P Salim 2 AA Rajab 3 Teguh Suprihatin 4 Ni Putu Sri Wahyuni

4 Kab. Jepara & Kab. Kudus

21 – 24 Juni 2016 1 Otto Nur Abdullah 2 Rima P Salim 3 Bayu Pamungkas 4 Nisa Arralinar 5 Luluk Sapto S

5 Lampung 26 – 29 Juli 2016 1 Johan Efendi 2 Rima P Salim 3 AA Rajab 4 Ely Dinayati 5 Luluk Sapto S

48 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 60: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

6 Kab. Temanggung & Kota Magelang

9 – 12 Agustus 2016

1 Otto Nur Abdullah 2 Johan Efendi 3 Rima P Salim 4 AA Rajab 5 Ceria Alamiyati 6 Reza Perdana

7 Kab. Pangandaran

20 – 23 September 2016

1 Johan Efendi 2 Rima P Salim 3 AA Rajab 4 Nisa Arralinar 5 Luluk Sapto S

8 Kab. Kuningan 18 – 21 Oktober 2016

1 Johan Efendi 2 AA Rajab 3 Bayu Pamungkas 4 Reza Perdana 5 Luluk Sapto S 6 Topan Riyanto

a. Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan di Daerah Kabupaten Bulukumba tanggal 22 – 25 Maret 2016 Dalam kegiatan Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan di Kabupaten Bulukumba, Tim tidak hanya membuka pos pengaduan namun juga melakukan kegiatan lain, yaitu FGD di FPR Bulukumba, talkshow dan live show dengan Radio Cempaka dan talkshow di RRI Makassar. Adapun rangkaian kegiatan yang di lakukan oleh Tim adalah sebagai berikut : 1. Focus Group Discussion dengan jaringan FPR Bulukumba Pada Rabu 23 Maret 2016 pukul 13.30 s/d 15.00 WITA Tim Pengaduan Pro Aktif mengadakan FGD bekerjasama dengan FPR. Tema FGD adalah “Komnas HAM dan Pengaduan” yang diliput secara langsung oleh Radio Cempaka 102.5 FM. Adapun penyiar acara tersebut adalah Satria dengan moderator Rudi dari FPR Bulukumba. Peserta dari masyarakat Suku Kajang, perwakilan masyarakat Tahura, forum nelayan Bulukumba, Ketua KNPI Bulukumba, Ketua HMI Bulukumba, Ketua KIP Bulukumba, masyarakat sipil lainnya.

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 49

Page 61: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Dalam diskusi tersebut peserta menyampaikan beberapa keluhan/persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Bulukumba baik secara individu maupun kelompok, antara lain : 1. Kasus terbesar di Bulukumba adalah masalah tanah, terutama tanah

milik komunal atau tanah ulayat atau tanah adat yang dikuasai oleh PT. London Sumatera tanpa pemberian ganti rugi dan sering disertai dengan kriminalisasi.

2. Masalah ketenagakerjaan berupa pemberian upah yang tidak layak. 3. Kekerasan oleh aparat kepolisian dalam menjaga areal wilayah PT.

London Sumatera. 4. Sengketa lahan antara masyarakat dengan pemerintah RI yang disertai

dengan pengusiran terhadap warga terkait Taman Hutan Rakyat (Tahura).

5. Rencana reklamasi pantai Merpati tanpa memperhatikan ketergantungan petani rumput laut dalam pemenuhan ekonomi.

6. Kekerasan terhadap ART.

Keterangan: Peserta FGD serius dalam mendiskusikan kasus yang mereka ketahui dan melakukan pemetaan situasi kondisi HAM di Bulukumba

Atas keluhan/persoalan yang disampaikan tersebut, Tim menyampaikan tanggapan bahwa: 1. Sengketa tanah ulayat antara masyarakat Kajang dengan PT. Londo

Sumatera telah berlangsung lama dan telah ditangani oleh Komnas HAM. Namun ternyata sampai saat ini kasus tersebut masih menyisakan masalah.

2. Komnas HAM meminta pada masyarakat untuk aktif dalam memperjuangkan haknya, jika ada kasus pelanggaran HAM dapat dilaporkan ke Komnas HAM.

3. Perlindungan terhadap ART saat ini sedang proses legislasi di DPR RI.

50 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 62: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

2. Pembukaan Pos Pengaduan

Pos Pengaduan dibuka di Sekretariat FPR Bulukumba yang terletak di Jl. Srikaya No. 2 Bulukumba. Pembukaan pos pengaduan dilakukan selama 2 (dua) hari pada 23 dan 24 Maret 2016. Dalam pembukaan pos pengaduan, Tim menerima : 1. Konsultasi, yaitu:

a. Sengketa tanah antara masyarakat Kajang dan Bulukumpa dengan PT. London Sumatera.

b. Reklamasi pantai yang menghilangkan sumber mata pencaharian para nelayan.

c. Penyerobotan tanah milik berdasarkan SHM oleh PT. London Sumatera.

2. Pengaduan, yaitu: a. Kasus pengusiran

masyarakat yang telah lama mendiami Taman Hutan Raya (Tahura) di Kec. Bontobahari.

b. Penyerobotan tanah masyarakat Kajang oleh PT. London Sumatera.

c. Sengketa tanah antara masyarakat Bulukumpa dan Bulukumpa Toa dengan PT. London Sumatera.

d. Lambannya penanganan laporan kepolisian oleh Polres Bulukumba. e. Rencana pembangunan water front city yang menghilangkan mata

pencaharian masyarakat nelayan. f. Kriminalisasi kasus penyerobotan lahan. g. Kasus kekerasan oleh aparat kepolisian.

3. Talkshow Untuk menyebarluaskan informasi tentang pos pengaduan Komnas HAM, Tim mengisi acara talkshow yang bekerjasama dengan Radio Cempaka 102.5 FM pada 23 Maret 2016 dan RRI Makassar pada 25 Maret 2016.

Keterangan gambar:

Talkshow Salam Sahabat di Radio Cempaka 102.5 FM Bulukumba

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 51

Page 63: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Narasumber dari Komnas HAM dalam kedua acara tersebut adalah: 1. Rima P Salim 2. AA Rajab 3. Nisa Arralinar Adapun penjelasan yang disampaikan oleh para narasumber adalah: 1. Definisi HAM dan kategori HAM yang dilindungi berdasarkan UU No. 39

Tahun 1999. 2. Dasar hukum HAM dan Komnas HAM di Indonesia. 3. Kewenangan dan tugas/fungsi Komnas HAM berdasarkan UU No. 39

Tahun 1999 tentang HAM, UU No. 26 Tahun 2006 tentang Pengadilan HAM, UU No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

4. Proses yang dilaksanakan Komnas HAM dalam menangani kasus. 5. Tindakan preventif Komnas HAM untuk mencegah terjadinya

pelanggaran HAM. 6. Hak perempuan dan hak anak terkait peristiwa KDRT 7. Alasan pembukaan pos pengaduan di Bulukumba. 8. Tata cara dan prosedur pengaduan di Komnas HAM.

Dalam sesi tanya jawab, Tim mendapatkan beberapa pertanyaan dari masyarakat, diantaranya : a. Cakupan HAM dan Komnas HAM

• HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada manusia dan tidak bisa dikurangi maupun dirampas oleh pihak lain.

• Pada dasarnya dimensi HAM sangat luas, namun Komnas HAM hanya berfokus pada pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara terhadap warga negaranya.

b. Hak untuk beristeri lagi karena alasan ketidakmampuan memiliki keturanan namun terbentur peraturan. Berpoligami adalah hak setiap laki-laki namun hal itu harus memenuhi syarat sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c. Kekerasan oleh aparat kepolisian terhadap tersangka. Hal tersebut merupakan pelanggaran HAM dan dapat dilaporkan ke Komnas HAM.

d. Alamat kantor Komnas HAM dan biaya pengaduan. Komnas HAM beralamat di Jl. Latuharhary No. 4B Menteng, Jakarta Pusat dan setiap pengaduan tidak dipungut biaya.

52 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 64: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

b. Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan di Daerah Malang Raya tanggal 19 -22 April 2016 Dalam kegiatan Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan di Malang Raya, Tim tidak hanya membuka pos pengaduan namun juga melakukan kegiatan lain, yaitu FGD di Malang Corruption Watch, Kuliah Umum di FIA Universitas Brawijaya, FH Universitas Brawijaya dan FH Universitas Muhammadiyah Malang, talkshow di Se7venline dan RRI Malang. Adapun rangkaian kegiatan yang di lakukan oleh Tim adalah sebagai berikut :

1. Focus Group Discussion dengan jaringan Malang Corruption Watch

Pada 20 April 2016 Tim mengadakan kegiatan FGD bekerjasama dengan Malang Corruption Watch (MCW). FDG tersebut dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali, yaitu pukul 13.00-16.00 WIB dengan jaringan masyarakat dan pukul 20.00-22.00 WIB dengan mahasiswa. Tim Komnas HAM menyampaikan hal-hal sebagai berikut : • Menerangkan anggota Tim dan sekaligus tanggung jawab masing

secara singkat. • Pengaduan yang masuk akan diproses namun akan diputuskan

pengaduan yang masuk merupakan kasus yang dapat ditangani Komnas HAM atau tidak, kemudian dijelaskan proses penanganan kasus oleh Komnas HAM.

• Program pembukaan pos pengaduan proaktif karena adanya permasalahan akses masyarakat ke Komnas HAM dan sekaligus menjelaskan hal-hal yang disebut sebagai pelanggaran HAM.

• Pelanggaran HAM yang berat merupakan tanggung jawab Komnas HAM dalam melakukan penyelidikannya, dijelaskan juga unsur-unsur pelanggaran HAM yang berat berdasarkan UU No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Contoh: kasus tersangka teroris Siyono yang mati dalam pengawasan Densus 88, maka karena peristiwa terjadi dalam satu operasi Negara dapat diduga kasus ini termasuk pelanggaran HAM yang berat.

• HAM harus ditempatkan dalam korelasi antara: (i) Negara dengan Warga Negara; (ii) Organisasi Politik Bersenjata dengan Warga Negera; (iii) Koorporasi dengan Warga Negara.

• Tiga besar ini merupakan bentuk korelasi yang dipahami sebagai aktor pelanggaran HAM

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 53

Page 65: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

• Kelemahan korelasi antara Komnas HAM dengan pengadu adalah tidak adanya tindakan pengadu menyampaikan perkembangan kasus kepada Komnas HAM.

• Bahwa masyarakat sipil yang bergerak di bidang kemanusiaan akan merasakan bahwa HAM sebagai senjata satu-satunya dalam perjuangan. Walaupun terlibat pada kegiatan demokrasi seperti Pemilu, maka senjata kita tetap HAM. Di Komnas HAM itu ada tindakan penanganan kasus-kasus masa lalu, dari 1965 sampai 1998, Di dalam sejumlah kasus pelanggaran HAM yang masa lalu, hasil penyelidikan proyustisia Komnas HAM telah diserahkan kepada Jaksa Agung. Kemudian terjadi lempar-lemparan berkas antara Jaksa Agung dan Komnas HAM. Selanjutnya diadakan pertemuan pembahasan hasil penyelidikan proyustisia Komnas HAM. Namun ternyata Kejaksaan Agung tidak mempertimbangkan hukum acara yang diatur dalam UU No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, Jaksa Agung tetap berpegang pada KUHAP semata. Akibatnya seluruh hasil penyelidikan proyustisia Komnas HAM dianggap tidak cukup bukti.

• Persoalan paling berat adalah penyelidikan proyustisia Peristiwa 1965-1966, karena di dalam permasalahan ini terjadi penolakan keras dari pihak TNI dan sejumlah elemen masyarakat. Dalam penanganan ini: - Pemerintah tidak akan minta maaf tetapi menyatakan penyesalan

yang mendalam - Masuk 2017 maka hal ini akan dilupakan karena sudah masuk ke

masa Pemilu • Melalui data yang masuk ke Komnas HAM adalah kasus-kasus atau

sengketa antara koorporasi dengan Warga Negara. Maka pada saat inilah Komnas HAM masuk untuk melakukan pemeriksaan.

2. Dialog interaktif/talkshow Selama kegiatan pro aktif di Malang Raya, Tim melakukan kegiatan dialog interaktif/talkshow di RRI Malang pada 19 April 2016 pukul 15.00, Radio Se7venline UB Malang pada 20 April 2016 pukul 10.00 WIB. Atas permintaan dari RRI Malang karena tingginya partisipasi masyarakat, maka Tim kembali menjadi narasumber pada 22 April 2016 pukul 09.00 WIB. Adapun penjelasan yang disampaikan oleh narasumber pada kegiatan tersebut adalah: • Komnas HAM dan kewenangannya serta dasar hukum Komnas HAM; • Pelanggaran HAM yang berat – korelasi Komnas HAM dengan Jaksa

Agung;

54 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 66: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

• Unsur-unsur awal untuk mengenali adanya pelanggaran HAM dilihat dari terduga bertanggung jawab adalah Negara atau kelompok politik / sipil bersenjata atau koorporasi, kemudian diduga korban adalah Warga Negara, maka apabila peristiwa antara individu dengan individu bukan termasuk pelanggaran HAM;

• Pelanggaran HAM yang diatur di dalam UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM;

• Perwakilan Komnas HAM dan jumlah pengaduan pertahun yang diterima oleh Komnas HAM;

• Pemantauan yang kategori urgent apabila dampak bersifat nasional, nyawa, atau pengrusakannya meluas.

Sementara itu perkembangan proses penanganan kasus: • Penggusuran pasar-pasar yang berada di Malang Raya termasuk

pasar Blimbing adalah masih dalam proses penanganan mediasi oleh Komnas HAM dan sudah sampai tahap mediasi para pihak.

• Sengketa lahan antara warga dengan militer merupakan kasus yang sulit, saat ini sedang melakukan pemeriksaan dan pembicaraan dengan militer di pusat.

• Kekerasan terhadap wartawan perempuan oleh TNI, pemeriksaan sudah ditutup oleh Komnas HAM karena ketika dalam proses pemantauan dan Komnas HAM hendak memeriksa pihak TNI, korban menyatakan tidak pernah mengajukan pengaduan kepada Komnas HAM dan meminta tidak diteruskan.

Dalam sesi tanya jawab, Tim mendapatkan beberapa pertanyaan dari masyarakat, diantaranya: Belum adanya perlindungan dan pemenuhan hak difable di Malang. Perda pendidikan di Malang yang memunculkan celah pungli oleh

pihak sekolah. Eksploitasi SDA yang mengakibatkan pembabatan lahan pertanian dan

hutan. Penanganan kasus KDRT, bullying dan dipersulit untuk berpoligami. Sengketa relokasi dan pembangunan pasar Blimbing. Penanganan kasus orang hilang, Salim Kancil dan Munir yang

termasuk pelanggaran HAM.

3. Kuliah Tamu Untuk memperluas jaringan di daerah, Tim juga melakukan Kuliah Tamu bekerjasama dengan 2 (dua) universitas di Malang, yaitu Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang. Adapun yang menjadi

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 55

Page 67: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

narasumber dalam kegiatan tersebut adalah Komisioner Otto Nur Abdullah. Kuliah Tamu dilakukan 3 (tiga) kali, dengan rincian: (i) FIA Universitas Brawijaya pada 20 April 2016

Kuliah Tamu bertema “Pelayanan Publik Berspektif HAM”. Membuka kuliah, Komisioner Otto Nur Abdullah menjelaskan rezim pemerintahan sekarang adalah rezim pelayanan publik, maka diwajibkan kepada semua instansi dan lembaga pemerintah atau Negara untuk memprioritaskan perbaikan pelayanan publik lembaganya. Hal ini dikarenakan adanya revolusi dalam pelayanan publik yang ada di Indonesia. Di dalam diskusi ini, narasumber dari Tim Komnas HAM mendapatkan pertanyaan dan pernyataan dari Narasumber lainnya Dr. Supriadi mengenai: 1. Hukuman mati 2. LGBT dan masalah hak perkawinan sesame jenis 3. HAM dan UUD 45 4. Konsep Hukum dengan HAM 5. Negara dalam persektif HAM tidak dilandasi dengan Pancasila 6. HAM itu tidak besifat Universal

(ii) FH Universitas Muhammadiyah Malang pada 21 April 2016 Kuliah Tamu bertema “Hubungan Kerja Jaksa Agung dengan Komnas HAM”. Beberapa poin yang disampaikan oleh narasumber adalah : • Komnas HAM telah melakukan kerjasama dengan PP

Muhammadiyah dalam kasus tersangka teroris Siyono yang mati dalam penahanan Densus 88. Selain itu Komnas HAM menginisiasi penyelenggaraan Simposium Peristiwa 1965.

• Berdasarkan pengalaman di lapangan sering ditemukan pemahaman HAM yang keliru. Bahkan kepolisian dan TNI menanyakan HAM atas diri mereka. Maka cara yang paling mudah untuk melihat HAM adalah:

1. Bahwa HAM diletakkan pada konteks relasi antara Warga Negara dengan Negara; Hal ini dikarenakan konteks politik lahirnya HAM di dunia adalah karena Negara menelan atau melakukan tindakan penindasan terhadap Warga Negaranya sendiri.

2. Bahwa HAM pada dimensi hubungan antara Warga Sipil dengan Kelompok Sipil Bersenjata, misalnya GAM di Aceh dengan Warga Sipil di Aceh; Apabila antara TNI / Polri dengan Kelompok Sipil Bersenjata (kombatan) maka yang berlaku hukum humaniter.

56 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 68: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

3. Diletakkan dalam dimensi atau hubungan antara Warga Negara dengan Koorporasi. Maka apabila KDRT, tindak pidana, dan sejenis dimana hubungan yang ada adalah antara Warga Negara tidak termasuk dalam kewenangan Komnas HAM. Di mana apabila ada satu kasus yang diselidiki berdasarkan UU No. 39 Tahun 1999 diduga sebagai peristiwa pelanggaran HAM yang berat, akan disampaikan di Sidang Paripurna Komnas HAM untuk ditingkatkan menjadi penyelidikan proyustisia berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000. Pelanggaran HAM yang Berat berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000 adalah: (a) kejahatan genosida dan (b) kejahatan terhadap kemanusiaan.

• Terkait relasi Komnas HAM dengan Jaksa Agung, dalam Pasal 18 UU No. 26 Tahun 2000, Komnas HAM adalah penyelidik untuk menemukan bukti awal yaitu fakta-fakta sosial benar terjadi dan memenuhi unsur pelanggaran HAM yang berat. Sementara Jaksa Agung adalah penyidik yang harus melengkapi seluruh bukti. Sementara Jaksa Agung berpendapat bahwa Komnas HAM sebagai penyelidik harus memenuhi 2 (dua) bukti, padahal pemenuhan bukti sebanyak 2 temuan bukan lagi menjadi bukti awal. Oleh karena tidak ada kesepakatan mengenai hal ini terjadilah diskontinuitas antara kerja Komnas HAM sebagai penyelidik dengan Jaksa Agung sebagai penyidik. Ada 10 peristiwa yang sudah diselidiki proyustisia oleh Komnas HAM: Kerusuhan Mei, Semanggi 1 dan 2, Abepura, dan lain-lain. Namun yang masih bermasalah ada 7 penyelidikan yang masih belum ada kepastian hukum karena macet di tahapan 2 dan 3 yaitu di pihak Jaksa Agung.

(iii) FH Universitas Brawijaya pada 22 April 2016. Kuliah Tamu kali ini dilaksanakan dengan model tappingliveshow oleh

UB TV. Proses di sini dilaksanakan dengan metode dialog langsung antara reporter dengan 2 (dua) narasumber. Reporter memberikan pertanyaan-pertanyaan pancingan. Kemudian ada tanya jawab dengan penonton di lokasi. Pembahasan diskusi tentang:

1. Penyelidikan Peristiwa 1965 • Alasan pembelaan terhadap PKI • Alasan permintaan maaf Negara terhadap PKI • Alasan Komnas HAM melakukan penyelidikan atas peristiwa

tersebut • Hasil penyelidikan Komnas HAM • Alasan mengorek luka lama bangsa

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 57

Page 69: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

2. Kewenangan Komnas HAM dan fungsi penyelidikan proyustisia

Keterangan gambar: Live show di UB TV saat memberikan kuliah umum di Fak. Hukum Univ. Brawijaya pada 22 April 2016.

II.4 Pembukaan Pos Pengaduan Tim Komnas HAM bekerjasama dengan Malang Corruption Watch untuk membuka pos pengaduan selama 2 (dua) hari pada 20 dan 21 April 2016. Pos pengaduan bertempat di sekretariat Malang Corruption Watch yang beralamat di Jl. Joyosuko Metro No. 42 A Kota Malang. Di dalam kegiatan ini, Tim menerima : 1. Konsultasi, yaitu:

a. Sengketa ketenagakerjaan berupa PHK sepihak oleh PT. Tobasco terhadap seorang pengurus Serikat Pekerja.

b. Kasus pendakuan tanah fasilitas umum yang kemudian dinyatakan sebagai milik pribadi dari 8 (delapan) orang yang didukung oleh Muspika.

c. Penggusuran PKL tanpa relokasi yang mengakibatkan pedagang kehilangan mata pencahariannya.

2. Pengaduan, yaitu: a. Sengketa lahan mata air antara masyarakat dengan investor yang

berujung pada kriminalisasi terhadap seorang aktivis. b. Kriminalisasi terhadap seorang pengurus Serikat Pekerja yang

memperjuangkan hak-hak pekerja di perusahaan. c. Komersialisasi pendidikan yang mengakibatkan tinggi biaya

pendidikan. d. Penggusuran PKL di Bandararum oleh pihak Pemkab tanpa

pemberian tempat pengganti.

58 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 70: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Keterangan gambar: Para analis sedang mendengarkan laporan dari seorang pengadu

c. Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan di Daerah Pulau Nias

tanggal 17 - 20 Mei 2016 Dalam kegiatan Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan di Pulau Nias, Tim tidak hanya membuka pos pengaduan namun juga melakukan kegiatan lain, yaitu FGD di LBH Ya’ahow dan PKPA, serta talkshow di RRI Nias. Adapun rangkaian kegiatan yang di lakukan oleh Tim adalah sebagai berikut : III.1 Focus Group Discussion di LBH Ya’ahow dan PKPA Gunung Sitoli Kegiatan FGD dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, yaitu di LBH Ya’ahow pada 25 Mei 2016 dan di PKPA Gunung Sitoli pada 26 Mei 2016. Pada kegiatan FGD di PKPA Gunung Sitoli jumlah peserta yang hadir sekitar 30 orang dan semua berpartisipasi aktif dalam diskusi. Diskusi kali ini dilaksanakan dengan tema “Pemetaan Kondisi Sosial yang Berdampak pada Situasi HAM di Nias”. FGD dibuka oleh Pimpinan PKPA Gn. Sitoli yang memberikan penjelasan sekilas tentang: 1. Kasus kekerasan dan kejahatan seksual terhadap anak dan perempuan

di Nias yang semakin meningkat, contohnya ada seorang anak perempuan yang hilang saat berangkat ke sekolah, ditemukan telah menjadi mayat di dalam lumpur, di mana hasil otopsi menunjukkan bahwa anak tersebut mengalami pemerkosaan sebelum dibunuh.

2. Kasus-kasus kekerasan yang terjadi di kepolisian, contoh kasus seorang anak berusia 13 tahun yang dituduh melakukan pengrusakan terhadap spanduk Caleg (Ketua DPRD Nias), diproses di Polres Nias Selatan, selama proses tersebut si anak mengalami kekerasan, kemudian kasus dihentikan karena Caleg sudah menjadi Ketua DPRD.

Kemudian dibuka untuk forum saling bertanya, berdiskusi, membagi informasi dan pengalaman serta pengetahuan. Salah satunya

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 59

Page 71: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

menyampaikan keinginan warga Nias agar Komnas HAM membuka perwakilan di Nias. Adapun diskusi berkaitan dengan: • Lambannya penanganan laporan kepolisian • Penangkapan terhadap aktivis dan wartawan saat aksi unjuk rasa

memprotes kinerja PLN • Perlunya para aktivitis untuk mendekatkan diri pada masyarakat

II.2 Talkshow Tim Komnas HAM melakukan kampanye melalui media sebanyak 2 (dua) kali, yaitu talkshow pada 25 Mei 2016 dan liveshow pada 26 Mei 2016. Keduanya bekerjasama dengan RRI Pro 2 Nias 101.3 FM. Pada kesempatan tersebut, Tim menyampaikan penjelasan: • Latar belakang atau

alasan Komnas HAM melalui Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan membuka pos pengaduan di Nias, tepatnya di Gunung Sitoli

• Tindakan Komnas HAM dalam menindaklanjuti dari kasus yang diterima di pos pengaduan

• Jenis-jenis yang dilindungi oleh UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM

• Jenis dan jumlah pengaduan yang diterima dari Nias terutama dari Gn. Sitoli

• Syarat dan prosedur pengaduan di Pos Pengaduan dan ke Komnas HAM • Sejarah berdirinya Komnas HAM dan kewenangan Komnas HAM dalam

menangani kasus, serta fungsi Komnas HAM lainnya.

Keterangan gambar: Sebagian peserta FGD di PKPA Gunung Sitoli

Keterangan gambar:

Kasubbag Penerimaan dan Pemilahan Pengaduan Komnas HAM melakukan kampanye

tentang pos pengaduan di Nias

60 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 72: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Adapun pertanyaan yang diterima Tim dari masyarakat adalah: a. Keberadaan perwakilan Komnas HAM di Nias dan peran Komnas HAM

dalam peningkatan pemahaman HAM di masyarakat. b. Faktor yang mempengaruhi terjadinya kekerasan terhadap anak. c. Buruknya kinerja PLN yang dibuktikan dengan seringnya pemadaman

listrik. d. Lambatnya penanganan laporan kepolisian. e. Alamat Komnas HAM dan biaya pengaduan ke Komnas HAM. III.3 Pos Pengaduan Tim membuka pos pengaduan di 2 (dua) tempat, yaitu di LBH Ya’ahow pada 24 - 25 Mei 2016 dan di PKPA Gunung Sitoli pada 26 – 27 Mei 2016. Dalam kegiatan tersebut Tim menerima konsultasi dan pengaduan dengan rincian sebagai berikut : 1. Konsultasi, yaitu:

a. Lambannya kinerja kepolisian dalam penanganan laporan masyarakat.

b. Pemberhentian tanpa diberikan hak pensiun terhadap seorang pendeta yang berusaha membongkar kasus korupsi di sebuah badan gereja.

c. Penangkapan dan penyiksaan terhadap 8 (delapan) aktivis yang melakukan unjuk rasa atas buruknya pelayanan PLN.

2. Pengaduan Mempertanyakan tindak lanjut pengaduan yang telah dilaporkan ke Komnas HAM pada 2014 terkait lambannya penanganan laporan masyarakat oleh kepolisian.

Selain kegiatan tersebut di atas, Tim juga melayani wawancara dari media lokal dan nasional dengan maksud dan tujuan untuk mengkampanyekan pengaduan Komnas HAM agar masyarakat lebih memahaminya. Selain itu juga untuk melaksanakan tugas publikasi yang dibutuhkan Komnas HAM, dan dengan wawancara ini maka publikasi tersebut diperoleh tanpa biaya.

d. Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan di Daerah Kabupaten

Jepara dan Kudus tanggal 21 – 24 Juni 2016 Dalam pelaksanaan kegiatan ini, Tim bekerjasama dengan Lakpesdam NU Jepara dan FP Universitas Muria Kudus untuk pembukaan pos pengaduan, sedangkan untuk kegiatan sosialisasi melalui acara talkshow/dialog interaktif, Tim bekerjasama dengan TVRI Stasiun Jawa Tengah, Radio

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 61

Page 73: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Suara Kudus dan Radio Gajah Mada Semarang. Adapun rincian kegiatan yang dilakukan Tim adalah sebagai berikut: IV.1 Pos Pengaduan Pos dibuka pada 22 Juni 2016 di sekretariat Lakpesdam NU Jepara yang beralamat di Jl. Pemuda No. 20 Jepara. Pihak Lakpesdam NU Jepara sangat antusias menyambut kerjasama ini, sehingga secara proaktif membuka pos pengaduan Komnas HAM sejak 20 Juni 2016 (2 hari sebelum kedatangan Tim ke Jepara). Hal itu juga telah disosialisasikan melalui kampanye di media cetak. Pada kegiatan tersebut, Tim menerima konsultasi dan pengaduan sebagai berikut : 1. Konsultasi

a. Beroperasinya PTLU Apung yang mengakibatkan para nelayan kehilangan mata pencahariannya karena berkurangnya lahan untuk menangkap ikan.

b. Penguntitan yang dilakukan oleh intel kepolisian terhadap seorang ketua panitia acara pemutaran film Senyap hingga penyebaran isu sebagai keturunan PKI.

2. Pengaduan a. Permasalahan TKI dengan majikan yang berujung pada kriminalisasi

terhadap si TKI (permasalahan ini sudah pernah dilaporkan ke Komnas HAM pada 2014).

b. Pelelangan yang diduga penuh rekayasa atas barang jaminan pihak debitur oleh kreditur.

Selain di sekretariat Lakpesdam NU Jepara, Tim juga membuka pos pengaduan di Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus pada 22 Juni 2016. Dalam kegiatan tersebut, Tim menerima konsultasi tentang : a. Korban kekerasan seksual yang justru mendapatkan intimidasi dari

pihak sekolah saat melaporkan tindak pidana yang dialaminya ke kepolisian.

b. Tidak adanya kepastian hukum penanganan laporan masyarakat oleh pihak kepolisian.

c. Maraknya kasus kekerasan seksual terhadap anak. Dalam hal ini Tim menyarankan untuk (i) melakukan kerjasama yang kuat dengan KPAI dan Komnas Perempuan; (ii) apabila polisi tetap tidak bergerak, maka dilaporkan kepada Kabid Propam Jateng, Kompolnas, dan Komnas HAM; (iii) Meminta LPSK memberikan perlindungan dan penyembuhan terhadap korban; (iv) akses penanganan sesuai rantai komando; (v) siapkan permintaan alternative.

d. Kasus tanah dan lingkungan terkait penolakan pembangunan bendungan di Gunung Muria. Komnas HAM menyarankan: (i)

62 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 74: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

mengajukan permintaan mediasi oleh Komnas HAM dengan resmi ke Subkomisi Mediasi; (ii) bisa mengajukan proses hukum di Pengadilan.

Selebihnya mahasiswa yang mendatangi pos pengaduan melakukan diskusi tentang hak asasi manusia yang dilindungi, tugas dan kewenangan Komnas HAM, prosedur pengaduan kepada Komnas HAM dan biaya kasus. IV.2 Dialog Interaktif dan talkshow Pada 21 Juni 2016, sesampainya di Semarang, Tim segera melaksanakan kegiatan Dialog Publik yang bekerjasama dengan TVRI Stasiun Jawa Tengah. Hal ini bertujuan untuk melakukan sosialisasi/kampanye keberadaan pos pengaduan Komnas HAM di Kab. Jepara dan Kab. Kudus. Dalam kegiatan ini, yang menjadi narasumber adalah Komisioner Otto Nur Abdullah dan Rima P Salim. Para narasumber menyampaikan hal-hal sebagai berikut: 1. Pengertian HAM dan kategori

pelanggaran HAM 2. Perbedaan tindak pidana dan

pelanggaran HAM 3. Kekuatan dan kelemahan

kewenangan Komnas HAM 4. Kasus-kasus yang berhasil

diselesaikan oleh Komnas HAM 5. Minimnya pemahaman masyarakat tentang pelanggaran HAM Setelah pemaparan tersebut, pembawa acara membuka sesi diskusi melalui telepon. Dalam sesi tersebut, jumlah penelepon yang berasal dari masyarakat Semarang dan sekitarnya cukup banyak. Adapun rinciannya adalah: 1. Pemahaman HAM yang berstandar internasional sehingga seolah-olah

negara berada dibawah HAM. 2. Hubungan murid – orang tua – guru yang sedang marak terjadi di

masyarakat. 3. Pemberhentian proses hukum terkait tindak pidana kekerasan seksual

terhadap anak yang bukan merupakan delik aduan.

Keterangan: Dialog interaktif di TVRI Jawa Tengah untuk menjelaskan keberadaan Pos Pengaduan Pro Aktif di Jepara dan Kudus, sekaligus tentang HAM dan Komnas HAM serta beberapa kasus yang ditanyakan pemirsa.

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 63

Page 75: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

4. Sengketa penutupan warteg pada saat bulan puasa. 5. Hak yang banyak dilanggar namun tidak diketahui oleh masyarakat,

misalnya hak anak difable untuk bersekolah di sekolah umum. 6. Perbedaan Komnas HAM dan KPAI. 7. Sengketa tanah yang telah dilaporkan kepada lembaga yang berwenang

namun belum ada penyelesaiannya sehingga disarankan untuk mengadu ke Ombudsman.

8. Nasib TKI yang tidak mendapatkan perlindungan dari pemerintah. Pada 23 Juni 2016, Tim dibagi menjadi 2 (dua) kelompok. 1 (satu) Tim membuka pos pengaduan di FP Universitas Muria Kudus sedangkan Tim lainnya melakukan talkshow di Radio Suara Kudus 88 FM. Narasumber pada talkshow ini adalah Rima P Salim dan Nisa Arralinar. Tim menjelaskan hal-hal sebagai berikut: 1. Sejarah berdirinya Komnas HAM 2. Jenis kasus yang ditangani Komnas HAM dan kategori pelanggaran HAM 3. Alasan Tim Komnas HAM membuka pos pengaduan di Kab. Jepara dan

Kab. Kudus 4. Prosedur dan persyaratan melapor di Komnas HAM 5. Perbedaan Komnas HAM dan kepolisian 6. Kasus KDRT terhadap perempuan dan anak 7. Pelaksanaan pendidikan dan penyuluhan Sangat disayangkan dalam kegiatan talkshow kali ini tidak ada partispasi dari masyarakat. Sebelum kembali ke Jakarta, Tim melakukan satu kegiatan talkshowNgobrol Pagi di Radio Gajah Mada 102.4 FM pada 24 Juni 2016. Tim memberikan penjelasan tentang : 1. Hasil Tim Pengaduan membuka pos pengaduan di Jepara dan Kudus

serta melaksanakan FGD dengan Lapesdam NU – jaringannya, dan juga kuliah umum di Fakultas Psikologi Univ Muria Kudus.

2. Hal yang ditemukan di Jepara sebagai kota industry lama bahwa terjadi masalah penolakan PLTU Apung sebagai bagian dari Sumber Daya Alam wilayah tersebut, sementara di Kudus ditemukan sengketa lahan bendungan kedua hal ini terjadi karena Negara seolah dianggap melupakan kewajibannya memberikan perlindungan kepada warga negaranya.

3. Tim Pengaduan meminta agar setelah kedatangan Komnas HAM ke Jepara dan Kudus, hendaknya dibangun jejaring yang kuat pada masyarakat sipil di wilayah tersebut untuk meningkatkan kepedulian terhadap perlindungan HAM warga sendiri.

64 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 76: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

4. Prosedur pengaduan kepada Komnas HAM dan hal-hal yang dapat dilaporkan kepada Komnas HAM tanpa biaya.

5. Perbedaan laporan ke polisi dan ke Komnas HAM serta perbedaan kewenangan di antara kedua lembaga tersebut.

6. Latar belakang dilaksanakannya pembukaan pos pengaduan pro aktif dan memilih Jepara – Kudus sebagai tempat pos tersebut.

Kemudian terjadi diskusi interaktif dengan pendengar melalui telepon / sms / line / wa / fb. Para pendengar meminta penjelasan tentang: 1. Kasus yang paling banyak dilaporkan oleh warga Semarang 2. Rencana pembangunan bendungan di Kab. Batang 3. Penjelasan Komnas HAM yang terlihat membela PKI. Sikap Komnas

HAM kepada PKI adalah jelas bukan mengenai partai dan/atau pahamnya, tapi lebih pada kasus yang terjadi akibat adanya konflik dari relasi antara masyarakat sipil dengan Negara (atau koorporasi / kelompok sipil bersenjata / organisasi politik bersenjata)

4. Penjelasan Komnas HAM terkait isu LGBT. yang menjadi perhatian dan mendapatkan perlindungan HAM-nya adalah hak-hak mereka sebagai warga Negara, bukan status LGBT-nya (perlu dipahami bahwa LGBT adalah isu sosial yang berkembang di masyarakat dimana mengenai penerimaannya tergantung kondisi masyarakat itu sendiri), seperti hak hidup, hak bebas dari penyiksaan / penganiayaan, hak bekerja, dan lain sebagainya

5. Penjelasan tentang penanganan kasus di Komnas HAM, jumlah waktu, jumlah SDM dan biaya untuk pengaduan

IV.3 Focus Group Discussion dengan jaringan Lakpesdam NU Jepara Pada 22 Juni 2016, Tim bekerjasama dengan Lakpesdam NU Jepara mengadakan satu FGD dengan peserta dari jaringan masyarakat dan LSM/NGO. Diantaranya yang hadir adalah Paguyuban Penampungan Pasar Ngabul, Komunitas Nelayan Jepara, JPPA dan beberapa mahasiswa. Kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 15.00 – 18.00 WIB yang diakhiri dengan buka puasa bersama. Adapun permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat adalah: 1. Penutupan tempat perdanganan oleh pihak Pemkab tanpa relokasi dan

pemberian ganti rugi. 2. Perda Galian C yang dampak lingkungannya sangat luar biasa terutama

dilihat nanti 20 tahun kemudian, saat ini investor asing di Jepara sudah sangat banyak dan hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan: (i) pencemaran lingkungan; (ii) dampak sosial dengan perubahan tipologi masyarakat.

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 65

Page 77: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

3. Masalah dalam melakukan penangkapan ikan dikarenakan adanya pendakuan atas wilayah laut di mana nelayan menangkap ikan terutama dikarenakan adanya PLTU, demikian juga para petani yang lahannya berada di wilayah setelah adanya PLTU akan tetapi para petani mendapatkan ganti rugi yang besar, sangat berbeda dengan nelayan yang kehilangan wilayah tangkapan dan tidak ada ganti rugi.

4. Minimnya pengaduan dari Jepara disebabkan karena akses dan pengetahuan yang minim, Komnas HAM datang saat ini diharapkan agar tidak seperti pada operasi pasar, meminta agar Komnas HAM memberikan edukasi dini tentang HAM.

5. Hak perempuan dan anak adalah hak asasi manusia, saat ini dengan banyaknya ekspansi di Jepara yang diisi oleh perempuan, maka dikhawatirkan akan terjadi pelanggaran hak perempuan yaitu kekerasan dan juga kasus terhadap anak berupa kasus kekerasan seksual, makin banyak dan besar. Saat ini kasus-kasus seperti ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat mungkin karena tidak diberitakan oleh media / tidak peduli.

6. Keinginan adanya kejujuran Negara terhadap sejarah 65, peserta adalah panitia pelaksanaan pemutaran film Senyap, justru peserta dituduh PKI dan mendapatkan kekerasan verbal oleh Pemkab Jepara bahkan keluarga peserta diintai oleh intel.

e. Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan di Daerah Provinsi

Lampung tanggal 26 - 29 Juli 2016 Di Provinsi Lampung, Tim melakukan kegiatan konsultasi dan penerimaan pengaduan di Kota Bandar Lampung dan Kab. Lampung Utara. Kegiatan dilaksanakan pada 26-29 Juli 2016. Di Kota Bandar Lampung, Tim bekerjasama dengan KAMMI Bandar Lampung, RRI Bandar Lampung 90.9 FM, Radar TV Bandar Lampung dan Radio Suara Wajar 96.8 FM. Sedangkan di Kab. Lampung Utara, Tim bekerjasama dengan KAMMI.

66 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 78: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Yang membedakan kagiatan kali ini dengan kegiatan sebelumnya adalah keikutsertaan Tim dari Bagian Pendidikan dan Penyuluhan. Rincian kegiatan adalah sebagai berikut: V.1 Talkshow atau Dialog Interaktif

Tim melakukan kegiatan talkshow bekerja sama dengan RRI PRO 1 Bandar Lampung 90.9 FM dan Radar TV Bandar Lampug pada 26 Juli 2016, serta Radio Suara Wajar 98.6 FM pada 27 Juli 2016. Di dalam kampanye pembukaan tersebut Tim Pengaduan memberikan penjelasan tentang beberapa hal sebagai berikut: • Latar belakang atau alasan

Komnas HAM melalui Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan membuka pos pengaduan di Lampung tepatnya di Bandar Lampung dan Kota Bumi.

• Jenis-jenis yang dilindungi oleh UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM

• Jenis dan jumlah pengaduan yang diterima dari Lampung

• Syarat dan prosedur pengaduan di Pos Pengaduan dan ke Komnas HAM • Sejarah berdirinya Komnas HAM dan kewenangan Komnas HAM dalam

menangani kasus, serta fungsi Komnas HAM lainnya • Alasan Komnas HAM membuka pos pengaduan di Lampung

Tim Penyuluhan memberikan penjelasan tentang beberapa hal sebagai berikut: • Kegiatan penyuluhan yang telah diberikan oleh bagian penyuluhan di

daerah Lampung; • Cara untuk mendapatkan materi penyuluhan Komnas HAM

Keterangan Gambar : Tim pengaduan dan Tim Penyuluhan Komnas HAM dalam acara talk show di Radar TV

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 67

Page 79: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Selanjutnya dilaksanakan diskusi interaktif dengan pendengar melalui telepon dan disiarkan melalui radio. Sejumlah penanya meminta penjelasan mengenai hal-hal sebagai berikut: 1. Kategori pelanggaran

HAM yang menjadi kewenangan Komnas HAM

2. Penjelasan atas kerahasiaan identitas pengadu

3. Alamat pos pengaduan di Lampung dan kantor Komnas HAM 4. Tata cara dan prosedur pengaduan 5. Tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan 6. Syarat pendirian tempat ibadah yang perlu persetujuan dari masyarakat

V.2 Pos Pengaduan Pos Pengaduan di Kota Bandar Lampung dilaksanakan di lingkungan Kampus Unila pada 27 Juli 2016. Tim bekerjasama dengan KAMMI Bandar Lampung dan menerima konsultasi tentang : 1. Penutupan SMKN 9 Bandar Lampung oleh Pemkot. Masyarakat yang

menghendaki adanya sekolah kejuruan telah menghibahkan lahannya, namun pemerintah malah menutup sekolah tersebut dan lahannya menjadi asset pemerintah kota.

2. Belum terungkapnya kasus Talangsari. 3. Pengusiran terhadap 66 petambak dan keluarganya dari desa karena

dianggap melawan perusahaan Central Pertiwi Bahari (PT.CPB) dan tokoh-tokoh petambak pendukung perusahaan.

4. Pelepasan hak tanah pembangunan Tol Sumatera yang tidak sesuai NJOP.

5. Kasus pengusiran kepada pasien yang tidak bisa melunasi biaya perawatan oleh pihak rumah sakit yang mengakibatkan kedua pasien tersebut meninggal dunia.

Keterangan gambar: Kabiro Penegakan, Kabag Penyuluhan, Analis Pengaduan dan Penyuluh menjawab pertanyaan tentang Komnas HAM

68 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 80: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Pos pengaduan kedua dibuka di Kab. Lampung Utara di Jl. Lintas Sumatera Kalibening Raya No. 18 Kotabumi, Lampung Utara. Tim bekerjasama dengan KAMMI Lampung Utara. Adapun Tim menerima konsultasi berupa: 1. KDRT terhadap isteri oleh suami yang berdampak pada anak. Tim

menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan perkara pidana dan bisa dilaporkan ke kepolisian. Jika polisi tidak menindaklanjutinya maka bisa dilaporkan ke Div Propam atau Kompolnas atau Komnas HAM.

2. Hak pendidikan untuk anak. Hak pendidikan merupakan tugas negara untuk memenuhinya, jika ada anak yang tidak bisa mendapatkan haknya, maka hal tersebut bisa dilaporkan ke Komnas HAM.

V.3 Focus Group Discussion dengan jaringan KAMMI Bandar Lampung Tim melakukan FGD dengan mahasiswa di Komplek Universitas Lampung pada 27 Juli 2016.Peserta yang datang cukup banyak, sekitar 29 (duapuluh sembilan) orang dan semua berpartisipasi aktif dalam diskusi.Diskusi kali ini dilaksanakan dengan tema “Pemetaan Kondisi Sosial yang Berdampak pada Situasi HAM di Lampung”. FGD dibuka oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, Sdr. Aziz yang menyampaikan bahwa banyak kasus pelanggaran HAM di Lampung seperti Talang Sari, Mesuji dan kasus lainnya.Kemudian dibuka forum saling bertanya, berdiskusi, membagi informasi dan pengalaman serta pengetahuan. Rincian diskusi sebagai berikut : 1. Penerapan uang kuliah tunggal mengakibatkan tingginya biaya

pendidikan. 2. Banyaknya permasalahan agraria yang belum selesai ditangani oleh

pemerintah yang melahirkan pelanggaran HAM lainnya. 3. Penguasaan sumber daya alam oleh investor. 4. Penutupan SD Moromoro oleh Pemkab Mesuji, dimana pihak pemkab

belum menjawab rekomendasi Komnas HAM.

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 69

Page 81: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Keterangan Gambar : Tim Komnas HAM dan pesera FGD di Komplek Universitas Lampung

f. Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan di Daerah Kabupaten

Temanggung dan Kota Magelang tanggal 9 – 12 Agustus 2016 Dalam kegiatan Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan, Tim tidak hanya membuka pos pengaduan namun juga melakukan kegiatan lain, yaitu FGD di Sekretariat GP Ansor Temanggung, Kuliah Umum di FISIP Universitas Tidar Magelang, FH Universitas Muhammadiyah Magelang dan Akademi Militer, talkshow di Radio Fast 90.1 FM Magelang dan Radio Santika 96.4 FM Magelang. Adapun rangkaian kegiatan yang di lakukan oleh Tim adalah sebagai berikut: VI.1 Focus Group Discussion dengan jaringan GP Ansor Temanggung Pada 10 Agustus 2016, Tim melakukan kegiatan FGD bekerjasama dengan GP Ansor Temanggung dengan tema “Pemetaan Sosial yang Dapat Diduga sebagai Bentuk Pelanggaran HAM di Temanggung”. Para peserta menyampaikan permasalahan yang banyak terjadi di Temanggung, yaitu: 1. Adanya praktek premanisme dalam kehidupan pertanian tembakau di

Temanggung, dimana para pemilik modal melakukan penyerapan yang kuat terhadap hasil tembakau petani.

2. Toleransi dalam kehidupan beragama. 3. Rendahnya pemahaman HAM oleh masyarakat. 4. Pemahaman HAM yang masih diidentikan dengan budaya barat yang

bertentangan dengan adat dan agama. 5. Komnas HAM diduga melindungi gembong narkoba karena tidak

menyetujui hukuman mati.

70 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 82: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Tim Komnas HAM menyampaikan: 1. Hak hidup adalah hak dasar semua orang oleh karena itu Komnas HAM

tidak mendukung hukuman mati. 2. Komnas HAM mendukung dan mengapresiasi masyarakat Temanggung

yang toleran terhadap warga Ahmadiyah dan LDII. 3. Perlunya pembentukan Perda untuk melindungi perdagangan tembakau

di Temanggung. 4. Kegiatan proaktif merupakan bentuk pelayanan terhadap publik,

mengingat tidak semua daerah memiliki perwakilan Komnas HAM. 5. Komnas HAM tidak melakukan pendampingan/advokasi namun Komnas

HAM bisa merekomendasikan LBH/organisasi/ormas untuk melakukan pendampingan.

VI.2 Pos Pengaduan Tim membuka pos pengaduan sebanyak 2 (dua) kali yaitu: (i) 10 Agustus 2016 di sekretariat GP Ansor Temanggung dan (ii) 11 Agustus 2016 di FISIP Universitas Tidar Magelang. Selama kegiatan pembukaan pos pengaduan di GP Ansor Temanggung, Tim menerima konsultasi: 1. Penahanan ijazah oleh pihak sekolah karena tidak sanggup membayar

biaya SPP. Tim menyarankan kasus tersebut untuk dilaporkan ke Komnas HAM dengan melangkapi syarat-syarat yang diperlukan.

2. Kasus pelecahan agama yang melibatkan seorang pendeta dan berakibat pada perusakan rumah ibadah dan sekolah.

3. Kasus penelantaran anak oleh orang tua. Tim menyarankan untuk lapor ke kepolisian karena merupakan tindak pidana.

Dalam pembukaan pos pengaduan di FISIP Universitas Tidar Magelang, cukup banyak mahasiswa yang berkonsultasi. Diantaranya yaitu: 1. Adanya intimidasi dan penyiksaan terhadap seorang tersangka oleh

penyidik polisi. Karena hal tersebut termasuk pelanggaran HAM, maka Tim menyarankan untuk segera membuat pengaduan ke Komnas HAM.

2. Sengketa pembangunan pabrik semen dengan warga Samin di Rembang.

3. Banyaknya operasi lalu lintas, dimana polisi yang bertugas tidak mampu menunjukan surat tugas. Hal ini bisa dilaporkan ke Propam.

VI.3 Kuliah Tamu Dalam kegiatan ini, Tim melakukan 3 (tiga) kali kegiatan Kuliah Tamu, yaitu (i) di Akademi Militer Magelang pada 9 Agustus 2016, (ii) di FISIP

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 71

Page 83: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Universitas Tidar Magelang pada 10 Agustus 2016, dan (iii) di FH Universitas Muhammadiyah Magelang pada 10 Agustus 2016. Komisioner Otto Nur Abdullah di Akademi Militer Magaleng mengisi materi tentang “Dimensi Hak Asasi Manusia”. Para peserta adalah Taruna Akademi Militer Angkatan 2013 yang nantinya akan bertugas di lapangan untuk mengabdi pada NKRI. Hal ini diharapkan dapat menjadi bekal para Taruna agar dapat mengantisipasi adanya pelanggaran HAM dalam menjalankan tugasnya. Pada pelaksaan Kuliah Tamu di FISIP Universitas Tidar Magelang, Tim memberikan penjelasan tentang: 1. Pemahaman mengenai Hak Asasi Manusia dan hak-hak dasar yang

dilindungi. 2. 2 dimensi HAM dalam Dimensi Etika bernegara dan dimensi hukum. 3. HAM dalam UU No. 39 Tahun 1999. 4. 8 Asas-asas HAM yang meliputi: Universalitas, Indisibilitas, Inalienability,

Interdependency, Martabat Manusia, Persamaan, Non Discrimination, Tanggung Jawab Negara

5. Sifat-sifat HAM: Derogable Rights dan Non-derogable Rights, dan kebebasan mengekspresikan agama.

6. Anatomi kasus Komnas HAM dari tahun 2011 – 2015. 7. Solusi Komnas HAM sesuai dengan kewenangannya.

Kemudian dibuka sesi diskusi, yang menjadi forum tanya jawab dinamis sebagaimana dipaparkan di bawah ini: 1. Kewenangan Komnas HAM

dalam melindungi kelompok LGBT.

2. Peran Komnas HAM dalam sistem kerja di outsourcing.

3. Peran Komnas HAM dalam kasus dugaan pelecehan seksual terhadap anak di Jakarta International School.

Keterangan gambar: Komisioner Otto Nur Abdullah dan Dosen Hukum UMM menjadi narasumber dalam Seminar Nasional di UMM dengan mengambil tema Pendidikan anak adalah Hak Asasi

72 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 84: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

4. Tindak lanjut penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat yang ditangani Komnas HAM.

Kegiatan Kuliah Tamu di FH Universitas Muhammadiyah Magelang dibungkus dalam acara Seminar Nasional dengan peserta mahasiswa dan guru PKN di sekitar Kab/Kota Magelang. Dalam acara ini, dijelaskan tentang: 1. Pemahaman mengenai Hak

Asasi Manusia dan hak-hak dasar yang dilindungi.

2. Hak pendidikan dalam Hukum di Indonesia.

3. Pendidikan di Indonesia. 4. Masalah dan pemenuhan

hak pendidikan anak di Indonesia dari segi negara dan dari segi lingkungan anak.

5. Hal yang harus dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam dunia Pendidikan yang sesuai dengan HAM.

VI.4 Talkshow atau Dialog Interaktif Sebagai sarana sosialisasi dibukanya pos pengaduan di Temanggung dan Magelang, Tim melakukan talkshow atau dialog interaktif yang bekerjasama dengan Radio Fast 90.1 FM Magelang pada 9 Agustus 2016, Radio Santika 96.4 FM Magelang pada 10 Agustus 2016 dan Radio Unimma 86.7 FM pada 11 Agustus 2016. Adapun penjelasan yang disampaikan oleh Tim dalam kedua kegiatan tersebut adalah: • Sejarah berdirinya Komnas HAM • Jenis kasus yang bisa dilaporkan dan jenis hak yang dilindungi • Alasan Tim Pengaduan ke Temanggung dan Magelang serta alamat pos

pengaduan di Temanggung dan Magelang.

Keterangan gambar: Kuliah Tamu di Akademi Militer Magelang

Keterangan gambar:

Para narasumber dari Tim Pengaduan Komnas HAM mengadakan talkshow di

Radio Santika Temanggung

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 73

Page 85: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

• Prosedur dan persyaratan melaporkan kasusnya ke Komnas HAM • Penjelasan HAM dan Komnas HAM serta wewenang Komnas HAM • Komnas HAM tidak bisa intervensi kasus hukum, namun hanya bisa

memantau proses kasus hukum • Perbedaan Komnas HAM dan Polisi • Target pelaksanaan pengaduan proaktif • Perwakilan Komnas HAM di Indonesia dan tempat pembukaan pos

pengaduan Pro Aktif di Temanggung dan Magelang • Bentuk kerjasama antara Komnas HAM dengan lembaga lain Kemudian dibuka sesi diskusi dengan pertanyaan dari masyarakat tentang: a. Sengketa ketengakerjaan antara pekerja dengan perusahaan dan union

busting b. Tantangan yang dihadapi oleh bagian pengaduan Komnas HAM c. Kriteria kasus urgent di Komnas HAM d. Keberadaan Komnas HAM yang hanya membahayakan kelangsungan

kehidupan berbangsa dan bernegara karena memberikan jaminan kebebasan yang luas kepada masyarakat. Tim menjelaskan bahwa berdirinya Komnas HAM adalah berdasarkan Pancasila yang menjamin kebebasan orang untuk berpendapat dan berekspresi.

e. Perwakilan Komnas HAM di Jawa Tengah dan biaya yang diperlukan untuk mengadu ke Komnas HAM. Tim menjelaskan bahwa Komnas HAM tidak mempunyai perwakilan di Jawa Tengah dan Komnas HAM tidak memungut biaya atas pengaduan masyarakat.

g. Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan di Daerah Kabupaten

Pangandaran tanggal 20 – 23 September 2016 Pada kegiatan ini, Tim bekerjasama dengan Lakpesdam NU Pangandaran untuk pembukaan pos pengaduan dan FGD. Sedangkan untuk kampanye, Tim bekerjasama dengan Radio RJM 91.5 FM, Radio RIS 104.9 FM dalam pelaksanaan talkshow. Adapun rincian kegiatan yang dilakukan oleh Tim adalah sebagai berikut: VII.1 Pos Pengaduan Pembukaan pos pengaduan dilakukan pada 21 – 22 September 2016 di sekretariat Lakpesdam NU Pangandaran yang beralamat di Jalan Raya Cijulang Km 14 Desa Wonoharjo Kab. Pangandaran.

74 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 86: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Dalam kegiatan ini Tim menerima konsultasi tentang: a. Rencana relokasi pasar oleh Pemkab Pangandaran yang telah dilakukan

mediasi antara pedagang dengan pihak Pemkab namun hasil kesepakatan hanya disetujui oleh sebagian pedagang.

b. Adanya sengketa lahan antara masyarakat dengan Perhutani dimana terjadi intimidasi terhadap masyarakat dan hal tersebut telah dilaporkan kepada Pemkab dan aparat yang berwenang, namun tidak ada upaya perlindungan maupun penyelesaian yang dilakukan oleh Pemkab dan aparat.

c. Keberadaan pabrik pengolahan kelapa di Desa Sukaresik yang mencemari lingkungan yang mengganggu masyarakat.

Namun pengadu belum mempunyai berkas yang akan diserahkan, maka Komnas HAM meminta yang bersangkutan melengkapi berkas sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 90 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. Selain itu, terdapat sejumlah konsultasi atau informasi yang dilaksanakan secara informal oleh Ketua Lakpesdam NU Pangandaran dengan anggota Tim, diantaranya: 1. Pembangunan daerah wisata yang mengorbankan hak masyarakat

Pembangunan kawasan wisata di daerah Pananjung oleh pengembang Hotel Arnawa di lakukan dengan menggusur masyarakat yang telah mendiami wilayah tersebut selama bertahun-tahun. Masyarakat diketahui tidak memiliki hak atas tanah tersebut. Para kepala keluarga ditangkap dan ditahan oleh aparat, diduga terjadi penyiksaan terhadap mereka dan saat ini keberadaannya tidak diketahui. NGO dan LSM yang peduli terhadap permasalahan tersebut mengalami kesulitan dalam mengakses para keluarga korban.

2. Peledakan kapal ilegal fishing yang mencemari lingkungan Pada Maret 2016 Kementerian Kelautan dan Perikanan meledakan kapal viking Norwegia di lepas pantai Pangandaran yang diduga melakukan

Keterangan gambar:

Diskusi informal dengan Lakpesdam NU Pangandaran, 22 September 2016

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 75

Page 87: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

illegal fishing di perairan Indonesia. Saat peladakan, bahan bakar maupun muatan kapal yang berbahaya tidak diambil yang mengakibatkan pencemaran laut. Kapal tersebut tidak ditenggelamkan dengan maksud untuk dijadikan monumen. Namun bangkai kapal tersebut disandarkan terlalu dekat dengan daratan yang merupakan tempat konservasi penyu dan terumbu karang. Tidak diambilnya muatan kapal mengakibatkan orang tertarik untuk menjarah dan diketahui telah ada 2 orang tewas akibat penjarahan tersebut.

VII.2 Focus Group Discussion dengan jaringan Lakpesdam NU Pangandaran FGD dilaksanakan pada 21 September 2016 dengan tema “Peta Sosial di Kab. Pangandaran”. Adapun peserta yang hadir antara lain adalah PBNU Pangandaran, GMBI, PMII, Muslimat, Fatayat, Lesbumi, dll. Moderator dari Lakpesdam NU Pangandaran menyampaikan bahwa kedatangan Komnas HAM ke Pangandaran sangat di apresiasi oleh NGO maupun masyarakat. Hal ini disebabkan oleh status Pangandaran yang merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB) masih minim mendapatkan perhatian terkait pelanggaran HAM. Saat ini masih sering terjadi perlakuan hukum yang tidak adil terjadi terhadap masyarakat Pangandaran. Oleh karena itu dirasakan perlu untuk melakukan kerjasama penanganan kasus antara Komnas HAM dengan kekuatan masyarakat sipil di Pangandaran dan sekitarnya. Komnas HAM menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan Tim Pengaduan Proaktif ke Pangandaran. Diawali dengan perkenalan tim dari Komnas HAM, kewenangan Komnas HAM dan alasan pemilihan Kab. Pangandara sebagai daerah tujuan pengaduan pro aktif. FGD dilaksanakan sebagai sebuah diskusi terbuka

Keterangan gambar:

Suasana FGD dengan NGO/masyarakat Pangandaran

76 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 88: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

untuk memetakan peristiwa pelanggaran HAM di Pangandaran dan sekitarnya. Selanjutnya moderator dari Lakpesdam NU Pangandaran meminta peserta untuk secara aktif memanfaatkan forum ini sebagai sarana diskusi terbuka. Adapun pembahasan yang muncul dalam sesi diskusi ini adalah: 1. Kategori pelanggaran HAM yang menjadi kewenangan Komnas HAM.

Tim menyampaikan bahwa pengertian pelanggaran HAM harus ditempatkan pada : (i) warga negara berhadapan dengan negara, (ii) warga negara berhadapan dengan korporasi, dan (iii) warga negara berhadapan dengan kelompok bersenjata.

2. Upaya penyadaran kepada para pekerja sex termasuk pelanggaran HAM atau tidak. Yang perlu diperhatikan adalah upaya pencegahan/penyadaran tersebut tidak bersifat anarkis. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk memberikan alternatif bagi para pekerja sex untuk berdaya secara ekonomi dari sumber pekerjaan yang lain. Untuk germo dapat dijerat hukum pidana tindak pidana perdagangan orang.

3. Posisi Komnas HAM dalam sengketa antara warga negara dengan negara sedangkan Komnas HAM didirikan oleh negara. Komnas HAM adalah lembaga negara yang independen. Komnas HAM bertanggungjawab kepada Presiden sebagai Kepala Negara bukan Kepala Pemerintahan.

4. Belum adanya penentuan tapal batas wilayah Kab. Pangandaran oleh Pemda menimbulkan kerugian bagi masyarakat, terutama terkait lahan ataupun pembangunan rumah.

5. Menginginkan adanya keterwakilan Komnas HAM di Pangandaran.

VII.3 Talkshow atau Dialog Interaktif Tim Pengaduan Pro Aktif bekerjasama dengan radio sebagai media untuk mensosialisasikan kegiatan pembukaan pos pengaduan dan konsultasi di Kab. Pangandaran. Pada kegiatan ini Tim bekerjasama dengan Radio RJM 91.5 FM dan RIS 104.9 FM pada 21 September 2016. Dalam kegiatan tersebut, Tim menyampaikan : 1. Pembukaan Pos Pengaduan Komnas HAM di Pangandaran 2. Ketidakseimbangan antara kewajiban dan hak asasi manusia 3. Pandangan Komnas HAM tentang hukuman mati 4. Hambatan dan tantangan penegakan HAM di Indonesia 5. Hak dasar dan klasifikasinya 6. Cara penegakan pelanggaran HAM 7. Jumlah kasus yang dilaporkan ke Komnas HAM

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 77

Page 89: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

8. Komitmen pemerintah dalam penegakan dan penyuluhan HAM 9. Pengalaman penanganan kasus di Pangandaran 10. Pelanggaran HAM dalam pelaksanaan hukuman mati Adapun pertanyaan yang disampaikan oleh masyarakat adalah: 1. Prosedur pengaduan di Komnas HAM dan pelanggaran HAM yang

paling berat. Setiap pengaduan di Komnas HAM harus dilakukan secara tertulis dengan disertai dengan kelengkapan berkas berupa : fotokopi identitas pengadu, kronologi peristiwa, surat kuasa, serta dokumen pendukung pengaduan seperti bukti lapor kepolisian ataupun bukti kepemilikan tanah. Pelanggaran HAM berat di Indonesia sesuai UU No. 26 Tahun 2000 yaitu kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan.

2. Pembunuhan berencana apakah termasuk pelanggaran HAM. Pembunuhan berencana adalah tindak pidana. Hal itu termasuk pelanggaran HAM karena ada hak hidup yang diambil secara sepihak, namun mekanisme penyelesaiannya melalui hukum pidana di kepolisian.

h. Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan di Daerah Kabupaten

Kuningan tanggal 18 – 21 Oktober 2016 Dalam kegiatan ini, Tim bekerjasama dengan LSM Armada untuk pelaksanaan FGD dan pembukaan pos pengaduan. Sedangkan untuk kampanye mensosialisasikan pembukaan pos pengaduan, Tim bekerjasama dengan RadioMegaswara 89,8 FM dan Radio Rasilima 103, 2 FM. Rincian kegiatan yaitu:

VIII.1 Focus Group Discussion dengan jaringan LSM Armada FGD dengan jaringan LSM Armada dilaksanakan pada 19 Oktober 2016 dengan tema “Peta Sosial yang Dapat di Duga Sebagai Bentuk Pelanggaran HAM di Kab. Kuningan”. Peserta dalam kegiatan ini adalah anggota dari LSM Armada, KMPI Kuningan, HMI Kuningan, dll. Moderator dari LSM ARMADA Kuningan

Keterangan gambar: Suasana FGD dengan NGO/masyarakat Kuningan

78 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 90: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

menyampaikan bahwa kedatangan Komnas HAM ke Kuningan sangat di apresiasi sekaligus juga meminta maaf atas rendahnya antusiasme masyarakat Kuningan dengan kedatangan Komnas HAM. Dijelaskan bahwa masyarakat Kuningan pada umumnya memiliki kengganan dan ketakutan untuk berurusan dengan instansi pemerintahan dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang hukum dan hak-hak mereka sebagai warga negara dan ditengah masyrakat berkembang pameo “melapor hilang kambing malah hilang sapi”. Oleh karena itu dirasakan perlu untuk melakukan kerjasama penanganan kasus antara Komnas HAM dengan kekuatan masyarakat sipil di Kuningan dan sekitarnya. Selanjutnya moderator dari LSM ARMADA Kuningan meminta peserta untuk secara aktif memanfaatkan forum ini sebagai sarana diskusi terbuka. Adapun pertanyaan yang muncul dari para peserta adalah: a. Kategori pelanggaran HAM. Dijelaskan bahwa pelanggaran hukum

sudah pasti pelanggaran HAM tetapi pelanggaran HAM belum tentu pelanggaran hukum tergantung keadaan sosial budaya masyarakat. Negara memiliki 3 fungsi negara: 1. menghormati hak asasi, 2. menegakan ham melalui aparat penegak hukum, 3. Memajukan HAM melalui pendidikan dan peningkatan pengetahuan tentang HAM.

b. Hukum selama ini dilihat selalu tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Komnas HAM menyarankan agar meningkatkan kesadaran hukum masyarakat untuk menyesaikan masalah melalui jalur hukum yang tersedia dan Komnas HAM bersedia menjadi pengawas dan pendorong dalam penyelesaian kasus. Masyarakat harus mulai menepikan kebiasaan penyelesaian masalah di bawah tangan karena akan menyebabkan persoalan menjadi berlarut larut.

VIII.2 Pos Pengaduan Pembukaan pos pengaduan dilakukan di sekretariat LSM Armada pada 19 – 20 Oktober 2016. Selama kegiatan tersebut, Tim menerima konsultasi dari masyarakat tentang: 1. Intimidasi guru terhadap murid di SDN 17. Bermula dari perkelahian

antar siswa, oknum guru meminta murid terduga pelaku pemukulan dan wali murid untuk membuat pernyataan tidak akan mengulangi, namun setelah dilakukan klarifikasi oleh pihak LSM ke sekolah, tidak benar pelaku pemukulan adalah yg dituduh oleh oknum guru. Hal ini sudah dilaporkan ke Dinas Pendidikan Kab.Kuningan dan oknum guru juga sudah dimutasi.

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 79

Page 91: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

2. Kasus perempuan yang hamil di luar pernikahan dan pacarnya tidak mau bertanggungjawab.

3. Dugaan penggelapan yang dilakukan oleh oknum debt collectorfinance kendaraan bermotor terhadap angsuran kredit kendaraan bermotor miliknya.

4. Proyek pembangunan Geothermal oleh Kementrian Energi Sumber Daya Mineral terkait rencana pengembangan panas bumi wilayah Gunung Ciremai sehingga mengakibatkan adanya rencana penggusuran terhadap masyarakat di sekitar kaki Gunung Ciremai. Maka diperlukan langkah – langkah untuk melindungi hak kesejahteraaan masyarakat terutama upaya relokasi masyarakat dari wilayah tersebut.

5. Dipersulitnya para jemaah Ahmadiyah untuk pengurusan kartu identitas kependudukan yang dilakukan oleh oknum di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kuningan yang merupakan bentuk pelanggaran atas Hak Kebebasan Pribadi terkait status kewarganegaraan para pemeluk Ahmadiyah sehingga mengakibatkan kesulitan dalam pembuatan dokumen hukum akibat ketiadaan kartu identitas tersebut.

VIII.3 Talkshow atau Dialog Interaktif Tim Pengaduan bekerjasama dengan radio sebagai media mensosialisasikan kegiatan pembukaan pos pengaduan dan konsultasi di Kab. Kuningan. Kerjasama tersebut berupa talkshow dengan RadioMegaswara 89.8 FM pada 19 Oktober 2016 dan Radio Rasilima 103. 2 FM pada 20 Oktober 2016. Dalam talkshow tersebut, Tim menyampaikan: • Fungsi dan kewenangan Komnas HAM • Alasan dipilihnya Kabupaten Kuningan sebagai tujuan kegiatan Pro Aktif • Jumlah kasus dan proses penangananya sepanjang 2016 • Daerah tujuan kegiatan Pro Aktif selain Kabupaten Kuningan • Bagaimana cara mengadu ke Komnas HAM dan kantor perwakilan • Perbedaan antara Komnas HAM dengan LSM • Penyebab lamanya penanganganan kasus yang diadukan ke Komnas

HAM • Pelanggaran HAM berat yang sudah, sedang dan akan ditangani oleh

Komnas HAM • Perbedaan antara pelanggaran HAM dan pelanggaran Hukum

80 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 92: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Adapun pertanyaan yang diajukan oleh masyarakat Kuningan adalah: a. Alternatif penyampaian pengaduan ke Komnas HAM melalui

hotline/WA/SMS. Tim menjelaskan bahwa untuk saat ini Komnas HAM belum memiliki hotline.

b. Sikap Komnas HAM terhadap kebijakan hukuman mati. Pada prinsipnya Komnas HAM menolak hukuman mati, karena Hak Hidup adalah salah satu hak dasar yang tidak dapat dikurangi dan dicabut, akan tetapi memang ada institusi negara seperti kepolisian diberikan kewenangan oleh negara berdasarkan undang - undang untuk melakukan hal tersebut.

c. Deportasi terhadap seorang WNA. Hal tersebut bukan merupakan pelanggaran HAM, hal tersebut dapat dilaporkan ke Dirjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM.

d. Cara Komnas HAM untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang HAM. Komnas HAM melakukan program penyuluhan tentang HAM baik kepada masyarakat umum maupun aparat pemerintah, Komnas ham tengah mengupayakan memasukan kurikulum HAM dalam sistem pendidikan di Indonesia.

B. Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan Insidental Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam pelaksanaan Pro Aktif oleh Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan yang dilakukan pada kesempatan tertentu. Sepanjang tahun 2016, Tim melakukan 2 (dua) kegiatan Pro Aktif insidental, yaitu :

No Wilayah Waktu Tim Pelaksana 1 Kolong Jembatan

Jl. MT Haryono 14 Oktober

2016 1 Ely Dinayati

2 Nisa Arralinar

2 Aksi Damai 212 di Monas

2 Desember

2016

1 Otto Nur Abdullah 2 Rima P Salim 3 AA Rajab 4 Bayu Widiyanto 5 Luluk Sapto S 6 Nisa Arralinar

1. Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan di Daerah Marjinal (Kolong

Jembatan) Kegiatan Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan Pro Aktif di Daerah telah dilakukan oleh Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan sejak tahun 2013.

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 81

Page 93: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Selama ini kegiatan terfokus pada daerah yang minim angka pengaduan ke Komnas HAM namun mempunyai banyak potensi pelanggaran HAM. Oleh karena itu, Tim pada kesempatan ini memilih untuk melakukan kegiatan Pro Aktif dengan sasaran daerah marginal atau daerah abu-abu yang salah satunya adalah kolong jembatan. Pro Aktif daerah marginal dilakukan pada 14 Oktober 2016 dengan Tim yang terdiri dari Ely Dinayati dan Nisa Arralinar. Kegiatan berlokasi di pinggiran Sungai Ciliwung Cawang tepatnya di bawah kolong jembatan Jl. M.T Haryono, Cawang Jakarta Timur, (untuk selanjutnya cukup ditulis dengan warga kolong). Warga kolong tinggal di bawah kolong jembatan aliran Sungai Ciliwung, tepatnya di perbatasan Kelurahan Cawang dan Kelurahan Bidara Cina. Tim Pro Aktif tidak menemukan adanya gubug-gubug yang sebelumnya memenuhi kolong jembatan. Dari perbincangan dengan warga yang bertempat tinggal di bantaran sungai, diketahui bahwa Pemprov DKI Jakarta telah melakukan penggusuran setahun yang lalu. Walaupun telah terjadi penggusuran, namun masih ditemukan beberapa keluarga yang bertahan di kolong jembatan dengan hanya beralaskan kardus bekas. Untuk bertahan dari dinginnya angin malam, warga membuat sekat pelindung yang berbahan triplek dan kardus. Tim melakukan wawacara dengan 7 (tujuh) orang warga yang pada saat tersebut ada di kolong jembatan. a. Sdri. Neni dan suami

menyampaikan bahwa dia dan keluarga awalnya tinggal di kolong jembatan. Saat terjadi penggusuran, ybs dan keluarga memilih mengontrak rumah di bantaran kali di sekitar kolong jembatan. Karena ketidakmampuan membayar biaya sewa sebesar Rp 300.000 per bulan,

Keterangan gambar : Analis Pengaduan Sdr. Ely Dinayati sedang menjelaskan fungsi Komnas HAM

82 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 94: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

maka ybs terpaksa kembali lagi ke kolong jembatan. Sdri. Neni mempunyai seorang anak berumur 10 tahun yang masih bersekolah di kelas 4 SD.

b. Sdri. Yanti menyampaikan bahwa dirinya telah tinggal di kolong jembatan

sejak tahun 1990-an sampai menikah dan berkeluarga, namun tidak memiliki dokumen kependudukan. Untuk pengurusan KTP, Ketua RT meminta biaya sebesar Rp 1.500.000. Saat penggusuran 2015, ybs dan keluarga memilih pindah ke bantaran sungai dengan menyewa sebuah rumah seharga Rp 300.000 perbulan. Untuk menambah penghasilan suami yang bekerja sebagai pemulung, ibu tiga anak tersebut berjualan minuman di kolong jembatan. Ketiga anak Sdri. Yanti saat ini sedang menempuh pendidikan tingkat SD . Ybs optimis untuk memberikan pendidikan pada anaknya sampai tingkat SMA. Hal ini dikarenakan adanya program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diberikan oleh pemerintah secara langsung ke pihak sekolah. Sehingga setiap anak usia sekolah dapat mengakses BOS tanpa membutuhkan dokumen kependudukan orang tua.

c. Sdri. Selvi beserta 4 (empat) orang yang sedang memilah barang hasil dari memulung menyampaikan bahwa sebelumnya mereka tinggal di kolong jembatan. Saat terjadi penggusuran, ybs dan keluarga memilih mengontrak rumah di bantaran kali di sekitar kolong jembatan dengan menyewa sebuah rumah seharga Rp 300.000 perbulan. Karena rumah kontrakan yang sangat sempit, mereka kembali ke kolong jembatan sebagai tempat mengumpulkan dan memilah hasil memulung. Mereka mengeluhkan adanya rencana penggusuran kembali oleh Pemprov DKI Jakarta kepada warga bantaran sungai Ciliwung. Pemprov DKI Jakarta menjanjikan warga akan direlokasi ke Rusun Rawabebek, namun hanya bagi pemilik rumah di bantaran sungai, sedangkan sebagian besar warga adalah penyewa.

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 83

Page 95: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

2. Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan Moveable Dalam Aksi 2 Desember di Jakarta Pada akhir tahun 2016 terjadi peristiwa akbar dalam kehidupan bermasyarakat yang menjadi pengamatan Komnas HAM. Peristiwa tersebut adalah aksi damai 212 (Bela Islam jilid III) di Monumen Nasional (Monas) Kota Administrasi Jakarta Pusat pada 2 Desember 2016. Peristiwa ini merupakan rangkaian aksi penyampaian pendapat yang diselenggarakan sekelompok masyarakat dalam rangka merespon penanganan dugaan tindak pidana penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada salah satu kunjungan kerjanya di Kepulauan Seribu. Pelaksaanaan kegiatan aksi damai 212 tersebut sempat menimbulkan pro dan kontra di kehidupan bermasyarakat bahkan hingga ke dunia maya.Selain Bagian DPP yang membuka Pos Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan Moveable, aksi ini juga mendapat pengamatan dari anggota Komnas HAM Otto Nur Abdullah, Pemantau Aktifitas HAM, dan Komediator.

Tim menggunakan media sosial facebook dan bekerjasama dengan media elektronik sepertistasiun televisi dan portal berita elektronik dalam penyebarluasan kegiatan pembukaan Pos Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan Moveable. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat luas mengetahui keberadaan pos tersebut, sehingga dapat dengan mudah untuk mengetahuikeberadaan Pos Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan Moveable di Monas.

Keterangan gambar:

Peserta Aksi 212 pada 12 Desember 2016

Keterangan gambar: Running text pada salah satu televisi

84 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 96: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Tim Pos Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan Moveable dalam kegiatan ini menerima 4 (empat) konsultasi dari peserta aksi damai 212 yaitu: a. Yani (Ciamis)

Menyampaikan agar Ahok dapat segera ditahan. Komnas HAM : Bahwa saat ini kasus tersebut sedang ditangani oleh kepolisian, maka kewenangan untuk melakukan penahanan ada sepenuhnya ditangan kepolisian. Tentunya hal tersebut didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu.

b. Kartika (Depok) Apakah Komnas HAM bisa nangkap Ahok? Komnas HAM : Komnas HAM tidak bisa melakukan penangkapan terhadap Ahok karena kasus tersebut merupakan tindak pidana yang menjadi kewenangan kepolisian.

c. Sri (Depok) Apakah Kegiatan 212 dapat dikategorikan melanggar HAM, padahal peserta aksi menggunakan hak untuk menyampaikan pendapatnya? Komnas HAM : Aksi 212 bukan merupakan merupakan pelanggaran HAM karena hak untuk menyampaikan pendapat sudah diatur dalam undang-undang.

d. Hj. Nur (NTT) Menyatakan sebaiknya Ahok menghargai umat Islam dan menjelaskan kondisi muslim di NTT yang minoritas (terjepit). Komnas HAM : Mencatat informasi yang disampaikan.

Tim Pos Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan Moveable selain menyelenggarakan konsultasi juga menjelaskan tata cara pengaduan peristiwa dugaan pelanggaran HAM ke Komnas HAM. Tim menggunakan brosur sebagai media dalam memberikan penjelasan kepada peserta aksi.

Tim Komnas HAM berharap bahwa informasi tata cara pengaduan ini dapat disebarluaskan lebih lanjut oleh para peserta aksi 212 kepada keluarga, kerabat, dan masyarkat di sekitar tempat tinggal mereka.

Keterangan gambar : Kabag DPP Rima Salim menerimakonsultasi

Bab III. Konsultasi Dan Penerimaan Pengaduan di Daerah 85

Page 97: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Harapannya agar kelak informasi ini dapat diketahui secara lebih luas oleh masyarakat Indonesia. Kegiataan pembukaan Pos Penerimaan Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan moveable diakhiri pada pukul 15.30 WIB.

86 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 98: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

BAB IV

STOCK OPNAME ARSIP PENGADUAN

A. Stock Opname Kantor Perwakilan Komnas HAM 1. Pelaksanaan Kegiatan

Sebelum turun kelapangan tim telah menyusun rencana kegiatan sebagai gambaran kegiatan awal yang sifatnya tentatif, namun pada pelaksanaannya tentu tim menyesuaikan dengan kondisi di lapangan. Maka setelah apa yang tim lakukan kegiatan selama kurun waktu tersebut, berikut kegiatan yang telah dilakukan sebagaimana dilapangan. Berikut jadwal kegiatan yang telah dilakukan:

No Kegiatan Jadwal 1 Perwakilan Papua 15-18 Maret 2016 2 Perwakilan Maluku 27-30 April 3 Perwakilan Aceh 18-21 Mei 2016 4 Perwakilan Sulawesi Tengah 15-17 Juni 2016 5 Perwakilan Sumatera Barat 20-22 Juli 2016 6 Perwakilan Kalimantan Barat 24-26 Agustus 2016

2. Analisis Data Hasil

a. Perwakilan Papua Dari kegiatan 4 hari yang telah dilakukan sebagaimana yang dipaparkan pada table uraian kegiatan, tim memperoleh data yang cukup untuk memenuhi target capaian yang telah dirancang berikut paparannya. Dari total berkas yang tersimpan selama tahun 2014 sebagaimana yang terhimpun pada database, sebanyak 105 berkas pengaduan tercatat. Dari 105 berkas pengaduan yang tercatat dalam database, tim juga melakukan pengecekan fisik. Dari hasil tersebut dikelompokkan menjadi: 1. Berkas agenda 291.06 dijadikan berkas baru, karena berkas

tersebut bukan berkas lanjutan agenda 290.06. 2. Berkas yang tidaktersedia untuk di stock opname berdasarkan

fisik arsip sebanyak 7 berkas pengaduan. Berkas tersebut teridentifikasi pada nomor data249.06; 303.06; 314.06; 353.06; 367.06; 384.06; dan 386.06.

3. Berkas yang tidak mempunyai agenda dan tidak diketemukan fisik berkasnya, serta tidak teridentifikasi lanjutan atau bukan,

Bab IV. Stock Opname Arsip Pengaduan 87

Page 99: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

terdapat 1 berkas. Berkas tersebut pada nomor data antara 324 dan 325, atas nama LBH Papua untuk pengaduan Since Dorce Nella Salampessy.

4. Berkas dengan agenda 385.06 yang tidak tertulis nama pengadunya.

Selain itu Tim mendapatkan ada beberapa informasi tentang pencatatan arsip dalam data base yang masih perlu diperhatikan, diantaranya : 1. Penulisan notasi data masih menggunakan koma 2. Status pengaduan belum diisi denga lengkap, terutama status

1x 3. Penulisan nomor data tidak sesuai dengan berkas. 4. Penulisan status pengaduan lanjutan tidak sesuai dengan fisik

arsip 5. Belum sesuai penyatuan berkas dikarenakan faktor pada point 6. Lembar disposisi tidak tercetak (291.06;309.06) 7. Agenda surat tidak ditulis, yaitu pada agenda 377.06

Dari hasil pengolahan data pada sistem database pencatatan pengaduan berdasarkan perspektif kearsipan, diperoleh data yang disesuaikan dengan target capaian yang telah ditentukan yaitu: 1. Terpetakan posisi dokumen/berkas aduan yang sedang dalam

proses penanganan; 2. Terhitung jumlah berkas aduan terklasifikasi HAM dan bukan

HAM diterima selama 2014;

Sumber Data Berkas Aduan Berdasarkan Kategori

Pelanggaran

Aduan HAM Bukan Aduan HAM Kantor Perwakilan Komnas HAM Papua

105 -

88 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 100: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

3. Terhitung jumlah berkas aduan 1 kali diterima, lanjutan, dan tembusan selama 2014;

Catatan: ada 1 berkas yang tidak teragendakan dan tidak teridentifikasi lanjutan atau bukan. Hasil lain yang juga menarik untuk disajikan dalam laporan ini adalah tindak lanjut aduan HAM oleh Kantor Perwakilan Komnas HAM Papua dilihat dari tema hak yang mucul. Berikut datanya dan grafiknya:

No Jenis Hak Asasi Jumlah Aduan

Agenda

1 HakAnak 3 Kasus 310.06; 315.06; 329.06)

2 Hak Atas Lingkungan 2 Kasus 294.06; 353.06

3 HakAtas Pendidikan 3 Kasus 322.06; 330.06; 348.06

4 Hak memperoleh keadilan 21 Kasus

288.06; 297.06; 307.06; 311.06; 320.06; 323.06; 324.06; 325.06; 326.06; 328.06; 332.06; 327.06; 334.06; 338.06; 340.06; 343.06; 344.06; 345.06; 347.06; 349.06;

352.06

5 Hak Kebebasan Beragama 1 kasus 308.06

6 Hak Sipol 2 Kasus 300.06; 302.06

7 Hak Atas Rasa Aman 8 kasus 293.06; 295.06; 296.06; 298.06;

304.06; 312.06; 313.06; 346.06 8 Hak Hidup 1 Kasus 336.06

9 Ha katas kebebasan Pribadi 7 Kasus 287.06; 290.06; 292.06; 339.06;

341.06; 355.06; 356.06

Sumber Data

Jenis Berkas Aduan Berkas Aduan1

x

Berkas Aduan

Lanjutan

Berkas Aduan

Langsung

Berkas Aduan Tembusan

Kantor Perwakilan Komnas HAM Papua

72 32 84 21

Bab IV. Stock Opname Arsip Pengaduan 89

Page 101: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

10 Hak Atas Kesejahteraan 1 Kasus 291.06

11 Hak Atas Pekerjaan 3 Kasus 305.06; 333.06; 351.06

12 Hak Perempuan 3 Kasus 289.06; 301.06; 319.06

13 Tidak Terindentifikasi 7 Kasus 286.06; 303.06; 316.06; 317.06; 321.06; 350.06; 354.06

2 Aduan23 Aduan

4 Aduan3 Aduan

18 Aduan7 Aduan

2 Aduan1 Aduan

7 Aduan1 Aduan

3 Aduan3 Aduan

0 10 20 30

Hak AnakHak Atas LingkunganHak Atas Pendidikan

Hak memperoleh keadilanHak Kebebasan Beragama

Hak SipolHak Atas Rasa Aman

Hak HidupHa katas kebebasan Pribadi

Hak Atas KesejahteraanHak Atas Pekerjaan

Hak PerempuanGrafik Tema Hak Asasi

90 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 102: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Tim juga memperoleh data tentang sebaran wilayah terjadinya pelanggaran HAM. Data tersebut sebagai berikut:

Lokasi Jumlah Pelanggaran Kab Jayapura 51 Kasus

Nabire 6 Kasus Biak 4 Kasus

Merauke 4 Kasus Serui 8 Kasus

kota Sorong 4 Kasus Wamena 5 Kasus

Mamberamo 2 Kasus Mappi 1 Kasus

Waropen 2 Kasus Kab Yapen 4 Kasus

Timika 1 Kasus Waren 1 Kasus Sentani 5 Kasus

Asikie,Boven Digul 1 Kasus Fak Fak 1 Kasus Mimika 1 Kasus

Bab IV. Stock Opname Arsip Pengaduan 91

Page 103: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Berikut prosentasenya:

Tim juga melakukan alih media terhadap berkas pengaduan yang diterima kantor Komnas HAM pewakilan Papua selama tahun 2014, dan terhitung 81 berkas pengaduan telah teralihmediakan. Analisis : Analisis yang dimaksud dalam laporan ini adalah upaya merangkum serta menguraikan fakta lapangan yang diperoleh oleh tim untuk dapat diolah menjadi informasi yang dapat memecahkan permasalahan, sehingga dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi Komnas HAM Perwakilan Papua pada khususnya, dan juga Komnas HAM secara kelembagaan pada umumnya. Dari hasil yang telah dipaparkan diatas serta telaah penanganan kasus di perwakilan Komnas HAM Papua, tim menguraikan beberapa permasalahan yang muncul antara lain: a. Berkas yang tidak tersedia untuk di stock opname berdasarkan fisik

arsip sebanyak 7 berkas pengaduan.

92 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 104: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Dari hasil klarifikasi yang dilakukan oleh tim kepada staf arsip kantor perwakilan Komnas HAM Papua, didapatkan informasi bahwa berkas tersebut masih belum diketemukan. Diharapkan apabila masih dalam proses penanganan pengaduan dapat dikembalikan lagi untuk didata ulang oleh staf arsip di kantor perwakilan Papua.

b. Berkas yang tidak mempunyai agenda dan tidak diketemukan fisik berkasnya, serta tidak teridentifikasi lanjutan atau bukan, terdapat 1 berkas. Terhadap hal ini tim menyarankan apabila berkas tersebut memang pengaduan yang diterima agar dilengkapi pencatatan data pengaduannya dengan memberikan agenda baru, namun tidak menyisip data tersebut pada data di tahun 2014.

c. Berkas dengan agenda 385.06 yang tidak tertulis nama pengadunya. Tim menemukan pada database agenda 385.06 tidak dilengkapi dengan nama pengadu, hal ini tentunya akan menyulitkan dalam penanganan kasus.

d. Penulisan notasi data masih menggunakan koma seharusnya titik Berdasarkan petunjuk manual kearsipan, cara penulisan notasi menggunakan tanda titik, bukan tanda koma. Sehingga cara penulisan yang digunakan oleh perwakilan Komnas HAM Papua harus di kembalikan menggunakan tanda titik.

e. Status pengaduan belum diisi dengan lengkap, terutama status 1x Bahwa banyak ditemukan pada database, pencatatan status pengaduan 1x tidak dituliskan (dikosongkan).Hal ini berdampak pada sulitnya menentukan atau mencari rekam jejak pengaduan tersebut dan juga penyatuan/pemberkasan fisik arsip.

f. Penulisan nomor data tidak sesuai dengan berkas. Banyak ditemukan penomoran data yang tidak merujuk pada status 1x atau pengaduan lanjutan diberikan penomoran data. Hasilnya tim menemukan perbedaan 11 nomor data yang selisih.

g. Agenda surat tidak ditulis, yaitu pada agenda 377.06 Tim menemukan 1 berkas yang tidak mencantumkan nomor agenda, baik pada database maupun di lembar disposisi. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan database akhirnya berkas tersebut diketahui dengan nomor agenda 377.06.

Bab IV. Stock Opname Arsip Pengaduan 93

Page 105: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

b. Perwakilan Maluku Dari total berkas yang tercatat pada database pengaduan selama tahun 2015, tercatat sebanyak 73 berkas pengaduan tercatat. Tim juga melakukan pengecekan fisik serta alih media untuk memastikan data yang tercatat telah tersimpan sesuai dengan manifest yang ada. Dari keseluruhan berkas pengaduan, umumnya telah diproses oleh bagian pemantauan.

Sumber Data

Jenis Berkas Aduan

Berkas Aduan

1x

Berkas Aduan

Lanjutan

Berkas Aduan

Langsung

Berkas Aduan

Tembusan

Berkas Aduan Tidak

Terklasifikasi

Database Pengaduan

Kantor Perwakilan

Komnas HAM Aceh

34 39 52 19 0

Analisis : Pada bagian ini tim menganalisa data berdasarkan fungsi manajemen arsip dinamis sebagaimana yang telah dijelaskan diatas. Analisa ini juga menggunakan data wawancara yang diperoleh secara lisan ketika pekerjaan berlangsung. Berdasarkan informasi diperoleh tim dari staf Sub Bagian Penerimaan Pengaduan, dengan adanya sistem pencatatan secara elektronik ini memudahkan dalam manajemen arsip. Capaian ini tentunya harus ditingkatkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan kapasitas staf dalam memahami esensi pengaduan bukan hanya dari sisi administratifnya saja tetapi juga keranah substantif.Hal lain yang juga perlu disampaikan adalah terkait kesiapan pengembangan sistem yang teritegrasi dengan data pengaduan pusat.

94 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 106: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Dari hasil wawancara diperoleh data sebagai berikut:

Tema wawancara

Performa Kesiapan Kantor Perwakilan

Permasalahan yang perlu di atasi

Pendataan dan

Penataan arsip

1. Pencatatan

;

Penerimaan Dokumen Pengaduan

Tidak terdapat permasalahan dalam hal ini karena dilakukan sesuai dengan mekanisme penerimaan pengaduan

Pencatatan Nomor Agenda

Secara umum tidak ada masalah karena agenda pengaduan dicatat oleh analis pengaduan

Pencatatan Peminjaman

Tidak dilakukan peminjaman karena dapat terpantau dan akses peminjaman hanya khusus internal

2. informasi rujukan;

Agenda lanjutan dan berkas lanjutan

Karena mengacu pada agenda 1x jadi tidak ada kesulitan berarti

3. Pengatura

n fisik ;

Penyusunan penyimpanan berkas pada amplop

Sesuai dengan datangnya berkas. Maka secara otomatis nomor agenda tertua berada di belakang

4. Penyimpan

an ;

Kode simpan atau identitas simpan arsip

Tidak ada masalah karena penyimpanan berkas kasus berurutan sesuai dengan nomor kasus

Bab IV. Stock Opname Arsip Pengaduan 95

Page 107: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

5. Temu Kembali

arsip;

Dukungan Teknologi informasi untuk temu kembali

Terkonsentrasi pada 1 orang dan hanya menggunakan aplikasi office exel

6. Pemelihara

an;

Penggunaan bahan kimia atau jadwal pemeliharaan terencana

Belum dilakukan karena masih sedikinya volume arsip yang disimpan

7. Kemas ulang;

Kemas ulang informasi Pengaduan,

Belum dilakukan

8. Laporan Arsip

Pelaporan jumlah arsip tersimpan dan kondisi factual tentang kearsipan

Secara berkala kepala kantor melakukan pengawasan penyimpanan arsip pengaduan

Peningkatan daya

dukung teknis arsip dan sarana kearsipan

1. PIC kearsipan Daerah ;

Penanggungjawab pengelolaan arsip pengaduan di kantor perwakilan

Tidak ada penunjukan secara formal namun telah ada kebijakan dari kepala perwakilan terkait hal tersebut

2. Pengemba

ngan Kapasitas

SDM ;

Adanya pelatihan SDM kearsipan Belum ada

3. Jabatan Fungsional Arsiparis;

Jabatan fungsional kearsipan

Belum ada

4. Dukungan Sarana alih

media kearsipan;

Ketesediaan alat bantu pengalihmediaan jenis arsip kertas

Belum ada

5. Dukungan

sarana penyimpan

Ketersediaan alat bantu penyimpanan arsip, termasuk

Hanya ada Filing cabinet untuk penyimpanan arsip berjenis kertas,

96 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 108: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

an Kearsipan ;

arsip elektronik namun untuk arsip elektronik belum tersedia alat penyimpanan khusus

6. Perawatan

Sarana;

Penggunaan bahan kimia atau jadwal pemeliharaan terencana

Belum dilakukan karena masih sedikitnya sarana arsip yang ada, hanya dilakukan secara manual

7. Dukungan

sarana pengolaha

n kearsipan

untuk kemas ulang

Penggunaan perangkat lunak untuk mendukung proses kemas ulang

tidak ada keahlian staff yang mendukung

Dari total berkas yang tercatat pada database pengaduan selama tahun 2015, tercatat sebanyak 186 berkas pengaduan tercatat. Tim juga melakukan pengecekan fisik serta alih media untuk memastikan data yang tercatat telah tersimpan sesuai dengan manifest yang ada. Dari keseluruhan berkas pengaduan, umumnya telah diproses oleh bagian pemantauan.

Bab IV. Stock Opname Arsip Pengaduan 97

Page 109: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Sumber Data

Jenis Berkas Aduan

Berkas Aduan

1x

Berkas Aduan

Lanjutan

Berkas Aduan

Langsung

Berkas Aduan

Tembusan

Berkas Aduan Tidak

Terklasifikasi

Database Pengaduan Kantor Perwakilan Komnas HAM Maluku

63 123 140 21 2

Informasi yang juga menarik untuk disajikan dalam laporan ini adalah tindak lanjut aduan HAM oleh Kantor Perwakilan Komnas HAM Maluku berdasarkan dari tema hak yang muncul. Berikut data dan grafiknya:

No Jenis Hak Asasi Dilanggar Jumlah Aduan 1 Hak Anak 5 Kasus 2 Hak Memperoleh Keadilan 30 Kasus 3 Hak Memperoleh Kesejahteraan 25 Kasus 4 Hak Rasa Aman 21 Kasus 5 Hak Perempuan 4 kasus 6 Hak Mengembangkan diri 4 Kasus 7 HakTurut serta dalam pemerintahan 2 Kasus 8 Kebebasan Pribadi 4 Kasus

98 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 110: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Tim juga memperoleh data tentang sebaran wilayah terjadinya pelanggaran HAM. Data tersebut sebagai berikut:

Lokasi Jumlah Pelanggaran Ambon 1 Kasus Kab. Buru Selatan 1 Kasus Kab. Maluku Tengah 14 Kasus Kab. Maluku Tenggara 6 Kasus Kab. Maluku Barat Daya 2 Kasus Kab. Seram Bagian Barat 6 Kasus Kab. Seram Bagian Timur 1 Kasus Kab. Kepulauan Aru 2 Kasus

5 Aduan

30 Aduan

25 Aduan

21 Aduan

4 Aduan

4 Aduan

2 Aduan

0 10 20 30 40

Hak Anak

Hak Memperoleh Keadilan

Hak Memperoleh…

Hak Rasa Aman

Hak Perempuan

Kebebasan Pribadi

Turut serta dalam…

Grafik Tema Hak Asasi

Bab IV. Stock Opname Arsip Pengaduan 99

Page 111: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Berikut prosentasenya:

Analisis Pada bagian ini tim menganalisa data berdasarkan fungsi manajemen arsip dimanis sebagaimana yang telah dijelaskan diatas. Analisa ini juga menggunakan data wawancara yang diperoleh secara lisan ketika pekerjaan berlangsung. Berdasarkan informasi diperoleh timdari staf Sub Bagian Penerimaan Pengaduan, dengan adanya system pencatatan secara elektronik ini memudahkan dalam manajemen arsip.Capaian ini tentunya harus ditingkatkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan kapasitas staf dalam memahami esensi pengaduan bukan hanya dari sisi administratifnya saja tetapi juga keranah substantif.

100 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 112: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Hal lain yang juga perlu disampaikan terkait pencatatan berkas pengadun adalah kurangnya kecermatan dalam pemprosesan data pengaduan pada database pengaduan sehingga tidak tercipta suatu keterkaitan antara aduan 1x dengan lanjutan. Identifkasinya sebagai berikut:

No Temuan Keadaan lapangan

Faktor yang

mempengaruhi

1

Pencatatan No Agenda surat pengaduan lanjutan

- Tidak diberikan nomor agenda

- Double pemberian agenda surat aduan

Ketidakpahaman SDM terkait rekam jejak pengaduan yang harus tecatat

2 Formulir Disposisi Tidak tercetak

Tidak dicatatnya nomor agenda surat pengaduan lanjutan

3 Sarana Penyimpanan

Ditemukan berkas pengaduan yang tersimpan pada 2 amplop berbeda padahal satu kesatuan pengaduan

Ketidakpahaman SDM terkait rekam jejak pengaduan yang harus tecatat

4 Pencatatan

Status Pengaduan

Tidak konsisten dalam pembuatan status aduan (dalam penulisan kasus baru dan lanjutan)

Inkonsistensi

5

Distribusi Berkas

Pengaduan yang

diterima

Terjadi kelambatan penerimaan berkas pengaduan melalui Biro Umum kepada Subbag Penerimaan Pengaduan

Kurangnya komunikasi antar bagian

Bab IV. Stock Opname Arsip Pengaduan 101

Page 113: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Dari hasil analisis tim, kami memperoleh fakta dilapangan bahwa rata-rata tindak lanjut penanganan pengaduan di kantor Komnas HAM Perwakilan Maluku, sejak diterima hingga dikeluarkan surat respon pengaduan adalah 14 hari kerja. Tim juga berhasil merangkum beberapa data yang tidak ditemukan ketika kegiatan ini berjalan yaitu :

c. Perwakilan Aceh Dari total berkas yang tercatat pada database pengaduan selama tahun 2015,tercatat sebanyak 73 berkaspengaduantercatat.Database terlampir. Tim juga melakukan pengecekan fisik serta alih media untuk memastikan data yang tercatat telah tersimpan sesuai dengan manifest yang ada. Dari keseluruhan berkas pengaduan, umumnya telah diproses oleh bagian pemantauan.

Sumber Data

Jenis Berkas Aduan

Berkas Aduan

1x

Berkas Aduan

Lanjutan

Berkas Aduan

Langsung

Berkas Aduan

Tembusan

Berkas Aduan Tidak

Terklasifikasi

Database Pengaduan Kantor Perwakilan Komnas HAM Aceh

34 39 52 19 0

No Nomor Agenda Nomor Box Status 1 00260 08 Berkas tidak

ditemukan dalam amplop

2 00289 19 Berkas tidak ditemukan dalam amplop

4 00291 012 Berkas tidak ditemukan dalam amplop

102 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 114: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Analisis a. Pada bagian ini tim menganalisa data berdasarkan fungsi

manajemen arsip dimanis sebagaimana yang telah dijelaskan diatas. Analisa ini juga menggunakan data wawancara yang diperoleh secara lisan ketika pekerjaan berlangsung.

b. Berdasarkan informasi diperoleh tim dari staf Sub Bagian Penerimaan Pengaduan, dengan adanya system pencatatan secara elektronik ini memudahkan dalam manajemen arsip. Capaian ini tentunya harus ditingkatkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan kapasitas staf dalam memahami esensi pengaduan bukan hanya dari sisi administratifnya saja tetapi juga keranah substantif.Hal lain yang juga perlu disampaikan adalah terkait kesiapan pengembangan sisten yang teritegrasi dengan data pengaduan pusat. Dari hasil wawancara diperoleh data sebagai berikut:

Tema wawancara

Performa Kesiapan Kantor Perwakilan

Permasalahan yang perlu di atasi

Pendataan dan

Penataan arsip

1. Pencatatan ;

Penerimaan Dokumen Pengaduan

Tidak terdapat permasalahan dalam hal ini karena dilakukan sesuai dengan mekanisme penerimaan pengaduan

Pencatatan Nomor Agenda

Secara umum tidak ada masalah karena agenda pengaduan dicatat oleh analis pengaduan

Pencatatan Peminjaman

Tidak dilakukan peminjaman karena dapat terpantau dan akses peminjaman hanya khusus internal

2. informasi rujukan;

Agenda lanjutan dan berkas lanjutan

Karena mengacu pada agenda 1x jadi tidak ada kesulitan berarti

Bab IV. Stock Opname Arsip Pengaduan 103

Page 115: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

3. Pengaturan

fisik ;

Penyusunan penyimpanan berkas pada amplop

Sesuai dengan datangnya berkas. Maka secara otomatis nomor agenda tertua berada di belakang

4. Penyimpanan

;

Kode simpan atau identitas simpan arsip

Tidak ada masalah karena penyimpanan berkas kasus berurutan sesuai dengan nomor kasus

5. Temu Kembali

arsip;

Dukungan Teknologi informasi untuk temu kembali

Terkonsentrasi pada 1 orang dan hanya menggunakan aplikasi office exel

6. Pemeliharaa

n;

Penggunaan bahan kimia atau jadwal pemeliharaan terencana

Belum dilakukan karena masih sedikinya volume arsip yang disimpan

7. Kemas ulang;

Kemas ulang informasi Pengaduan,

Belum dilakukan

8. Laporan Arsip

Pelaporan jumlah arsip tersimpan dan kondisi factual tentang kearsipan

Secara berkala kepala kantor melakukan pengawasan penyimpanan arsip pengaduan

Peningkatan daya dukung teknis arsip dan sarana kearsipan

1. PIC kearsipan Daerah ;

Penanggungjawab pengelolaan arsip pengaduan di kantor perwakilan

Tidak ada penunjukan secara formal namun telah ada kebijakan dari kepala perwakilan terkait hal tersebut

2. Pengembangan Kapasitas

SDM ;

Adanya pelatihan SDM kearsipan

Belum ada

3. Jabatan Fungsional

Jabatan fungsional Belum ada

104 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 116: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Arsiparis; kearsipan

4. Dukungan Sarana alih

media kearsipan;

Ketesediaan alat bantu pengalihmediaan jenis arsip kertas

Belum ada

5. Dukungan sarana

penyimpanan Kearsipan ;

Ketersediaan alat bantu penyimpanan arsip, termasuk arsip elektronik

Hanya ada Filing cabinet untuk penyimpanan arsip berjenis kertas, namun untuk arsip elektronik belum tersedia alat penyimpanan khusus

6. Perawatan Sarana;

Penggunaan bahan kimia atau jadwal pemeliharaan terencana

Belum dilakukan karena masih sedikitnya sarana arsip yang ada, hanya dilakukan secara manual

7. Dukungan sarana pengolahan kearsipan untuk kemas ulang

Penggunaan perangkat lunak untuk mendukung proses kemas ulang

tidak ada keahlian staff yang mendukung

d. Perwakilan Sulawesi Tengah Dari total berkas yang tercatatpada database pengaduankurunwaktu 2015, tercatat sebanyak 139 berkas pengaduan. Database terlampir. Tim juga melakukan pengecekan fisik serta alih media untuk memastikan data yang tercatat telah tersimpan sesuai dengan daftar aduan yang ada.

Bab IV. Stock Opname Arsip Pengaduan 105

Page 117: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Sumber Data

Jenis Berkas Aduan Sifat Aduan

BerkasAduan

1x

Berkas Aduan

Lanjutan

Berkas Aduan

Langsung

Berkas Aduan

Tembusan

BerkasAduan Tidak

Terklasifikasi

Berkas dalam proses

penanganan

Database Pengaduan Kantor Perwakilan Komnas HAM Sulawesi Tengah

46 93 34 15 90 4

Informasi tindak lanjut aduan HAM oleh Kantor Perwakilan Komnas HAM Sulawesi Tengah berdasarkan dari temuan sebagai berikut ;

No JenisHakAsasiDilanggar JumlahAduan 1 Hak atas Keadilan 28 Kasus 2 Hak atas Rasa Aman 3 Kasus 3 Hak atas Kesejahteraan 15 Kasus 4 Hak atas Pendidikan 2 Kasus 5 Hak atasPerempuan 1 Kasus

05

1015202530

Grafik Tema Hak Asasi

106 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 118: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Data tentang sebaran wilayah terjadinya pelanggaran HAM sebagai berikut:

Lokasi Jumlah Pelanggaran Banggai 1 Donggala 3 Mamuju Tengah 1 Morowali 1 Morowali Utara 4 Kota Palu 20 Parigi 8 Poso 4 Sigi 3 Tojo Una una 3 Tolitoli 1

Berikut Prosentasenya :

Berdasarkan fungsi manajemen arsip sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Analisa ini juga menggunakan data wawancara yang diperoleh secara lisan ketika pekerjaan berlangsung. Dengan adanya sistem pencatatan secara elektonik, kini memudahkan dalam manajemen arsip.

Bab IV. Stock Opname Arsip Pengaduan 107

Page 119: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Capaian ini tentunya harus ditingkatkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan kapasitas staf dalam memahami esensi pengaduan bukan hanya dari sisi administratifnya saja tetapi juga ke ranah substantif. Hal lain yang perlu disampaikan terkait pencatatan berkas pengaduan adalah kurangnya kecermatan dalam memproses data pada database pengaduan di mana tidak semua informasi tercatat pada database pengaduan. Ini akan menimbulkan kesulitan dalam proses pencarian berkas, penggabungan berkas atau temu kembali. Hal ini jika dibiarkan tentu akan mempengaruhi kecepatan dalam proses penanganan aduan karena ketidakcermatan tersebut.

Identifkasinya sebagai berikut:

No Temuan Keadaan lapangan

Faktor yang mempengaruhi

1

Pencatatan nomor surat keluar menggunakan penomoran pada bagian umum

Tidak dicatat pada database pengaduan

Ketidak pahaman SDM terkait rekam jejak pengaduan yang harus tercatat

2 Formulir Disposisi Beberapa disposisi berkas tidak tercetak

Perlu diberikan pemahaman untuk pencetakan formulir disposisi agar ada keseragaman

3 Label Amplop

Agenda/Rekomendasi lanjutan tidak dicatat pada label amplop berkas aduan

Ketidakpahaman SDM terkait rekam jejak pengaduan yang harus tercatat

4 Entry database tidak dicatat secara lengkap

Formulir disposisi tidak terisi lengkap

Kekurang telitian SDM dalam mengisi formulir disposisi

Tim juga berhasil merangkum beberapa data yang tidak ditemukan ketika kegiatan ini berjalan, yaitu:

No Nomor Agenda Status 1 641.03

659.03 Berkas tidak ditemukan dalam amplop

108 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 120: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

749.04 757.03

2 718.03 Tidak dientry dalam database 3 655.03 Salah ketik agenda rujukan (549.03)

e. Perwakilan Sumatera Barat

Dari total berkas yang tercatat pada database pengaduan kurun waktu 2015, tercatat sebanyak 128 berkas pengaduan tercatat. Tim juga melakukan pengecekan fisik serta alih media untuk memastikan data yang tercatat telah tersimpan sesuai dengan daftar aduan yang ada.

Sumber Data

Jenis Berkas Aduan Sifat Aduan Cara Pengaduan

Berkas Aduan 1x

Berkas Aduan

Lanjutan

Berkas

Aduan

Langsung

Berkas Aduan

Tembusan

Datang

Langsung

Surat Via Telepon

Database Pengaduan Kantor Perwakilan Komnas HAM Sumatera Barat

121 6 44 84 27 101 1

Secara umum pelaksanaan pengelolaan kearsipan di kantor Perwakilan Komnas HAM Sumatera Barat sudah sesuai dengan alur pemberkasan. Hal ini tercermin dari sudah terorganisirnya pencatatan berkas pengaduan pada database kearsipan yang dibangun sejak Stock Opname tahun 2012. Namun ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan/dipahami secara mendalam supaya tidak terdapat kekeliruan: a. Terkait dengan berkaslanjutan/berkastanggapan. Dalam pengentryan

database tidak mengikuti kaidah/aturan kearsipan di Komnas HAM sesuai yang ada dibuku manual database.

b. Semua dokumen yang masuk harus tercatat dalam database kearsipan (diagendakan). Lembar disposisi pada lembar pengaduan merupakan kelengkapan berkas pengaduan yang dicetak oleh bagian penerimaan pengaduan.

Bab IV. Stock Opname Arsip Pengaduan 109

Page 121: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Aspek tersebut sangatlah penting untuk mengidentifikasi keterkaitan berkas pengaduan tersebut dengan berkas lainnya. Akurasi metadata berkas aduan akan terlihat di Database sebelum pengguna melakukan temu kembali. Dampak dari ketidaklengkapan berkas tersebut akan menyulitkan tidak hanya dalam penyimpanan berkas tapi dalam hal penangananan kasus tersebut.

c. Nomor rekomendasi yang keluar harus tercatat didatabase d. Lokasi simpan berkas pada database e. Kecermatan dalam pemprosesan data pada database pengaduan di

mana tidak semua informasi tercatat pada database pengaduan ini akan menimbulkan kesulitan dalam hal proses pencarian berkas, penggabungan berkas atau temu kembali hal ini jika dibiarkan tentu akan mempengaruhi kecepatan dalam proses penanganan aduan dikarenakan ketidakcermatan tersebut.

Informasi tindaklanjut aduan HAM oleh Kantor PerwakilanKomnas HAM Sumatera Barat berdasarkan dari temuan sebagai berikut:

No JenisHakAsasiDilanggar JumlahAduan 1 Hak Anak 6 Kasus 2 Hakatas HakMilik 22 Kasus 3 Hakatas Keadilan 47 Kasus 4 Hakatas Kesehatan 2 Kasus 5 Hakatas Pekerjaan 2 Kasus 6 Hakatas Pendidikan 2 Kasus 7 Hakatas Kesejahteraan 8 Kasus 8 Hakatas Rasa Aman 22 Kasus

110 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 122: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Data tentang sebaran wilayah terjadinya pelanggaran HAM sebagai berikut :

No Lokasi JumlahPelanggaran 1 50 Kota 3 2 Agam 2 3 Bukittinggi 1 4 Dhamasraya 1 5 Prov. Jambi 1 6 Solok 8 7 Padang Pariaman 10 8 Kerinci 1 9 Mentawai 1 10 Kota Padang 60 11 Padang Panjang 1 12 Painan 8 13 Pasaman Barat 16 14 Prov. Riau 1 15 Pesisir Selatan 3 16 SawahLunto 2 17 Sijunjung 2

05

101520253035404550

Grafik Tema Hak Asasi

Bab IV. Stock Opname Arsip Pengaduan 111

Page 123: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

18 Solok Selatan 1 19 Tanah Datar 1 20 Pariaman Kota 5

Berikut Prosentasenya:

Berdasarkan fungsi manajemen arsip sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Analisa ini juga menggukanan data wawancara yang diperoleh secara lisan ketika pekerjaan berlangsung. Dengan adanya sistem pencatatan secara elektronik memudahkan dalam manajemen arsip. Capaian ini tentunya harus ditingkatkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan kapasaitas staf dalam memahami esensi pengaduan bykan hanya dari sisi administrasinya saja tetapi juga ke ranah substantif. Tim juga berhasil merangkum beberapa data yang tidak ditemukan ketika kegiatan ini berjalan, yaitu:

No Nomor Agenda Status 1 05.I.2015

06.I.2015 44.IV.2015

Berkas lanjutan, tidak ada agenda rujukan

2 16.II.2015 82.VIII.2015 106.X.2015

Status pengaduan kosong (baru/lanjutan)

3 60.V.2015 84.VIII.2015

Surat rekomendasi tidak ada

112 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 124: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

91.VIII.2015 92.VIII.2015

4 an. Pengadu Tidak di entry dalam database, sehingga tidak tertulis agenda

f. Perwakilan Kalimantan Barat

Dari totalberkas yang tercatatpada database pengaduankurunwaktu 2015, tercatatsebanyak 61 berkaspengaduan. Tim juga melakukanpengecekanfisiksertaalih media untukmemastikan data yang tercatat telah tersimpan sesuai dengan daftar aduan yang ada.

Sumber Data

Jenis Berkas Aduan Sifat Aduan Cara Pengaduan

Berkas

Aduan 1x

Berkas Aduan Lanjuta

n

Berkas Aduan Lang sung

Berkas Aduan

Tembusan

Datang Langsu

ng

Surat

Via Telepon

Database Pengaduan Kantor PerwakilanKomnas HAM Kalimantan Barat

55 5 32 30 27 48 14

Secara umum pelaksanaan pengelolaan kearsipan di kantor Perwakilan Komnas HAM Kalimantan Barat sudah sesuai dengan alur pemberkasan. Hal ini tercermin dari sudah terorganisirnya pencatatan berkas pengaduan pada database kearsipan yang dibangun sejak Stock Opname tahun 2012. Namun ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan/dipahami secara mendalam supaya tidak terdapat kekeliruan: a. Terkait dengan berkas lanjutan/berkastanggapan. Dalam pengentryan di

database tidak mengikuti kaidah/aturan kearsipan di Komnas HAM sesuai yang ada di buku manual database bahwa semua berkas yang diterima harus di-input pada database.

b. Semua dokumen yang masuk harus tercatat dalam database kearsipan (diagendakan).

c. Lembar disposisi pada lembar pengaduan merupakan kelengkapan berkas pengaduan yang dicetak oleh bagian penerimaan pengaduan. Aspek tersebut sangatlah penting untuk mengidentifikasi keterkaitan berkas pengaduan tersebut dengan berkas lainnya. Akurasi metadata

Bab IV. Stock Opname Arsip Pengaduan 113

Page 125: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

berkas aduan akan terlihat di Database sebelum pengguna melakukan temu kembali. Dampak dari ketidaklengkapan berkas tersebut akan menyulitkan tidak hanya dalam penyimpanan berkas tapi dalam hal penangananan kasus tersebut.

d. Nomor rekomendasi yang keluar harus tercatat/di-input didatabase. e. Kecermatan dalam pemprosesan data pada database pengaduan di

mana tidak semua informasi tercatat pada database pengaduan ini akan menimbulkan kesulitan dalam hal proses pencarian berkas, penggabungan berkas atau temu kembali hal ini jika dibiarkan tentu akan mempengaruhi kecepatan dalam proses penanganan aduan dikarenakan ketidakcermatan tersebut.

Informasi tindak lanjut aduan HAM oleh Kantor Perwakilan Komnas HAM Kalimantan Barat berdasarkan dari temuan sebagai berikut:

No Jenis Hak Asasi Dilanggar Jumlah Aduan 1 Hak Atas Kebebasan Diri 1 2 Hak Atas Kesejahteraan 9 3 Hak Atas Rasa Aman 4

4 Hak Atas Memperoleh Keadilan 40

5 Hak Atas Mengembangkan Diri 1

6 Blank 4 Data tentang sebaran wilayah terjadinya pelanggaran HAM sebagai berikut:

No Lokasi Jumlah Pelanggaran

1 Bengkayang 1 2 Jakarta 2 3 Kab. Kubu Raya 1 4 Kab. Blitar 1 5 Kab. Sintang 3 6 Kapuas Hulu 1 7 Ketapang 2 8 Kubu Raya 6 9 Pontianak 33 10 Sambas 1 11 Singkawang 10 12 Tidak diisi / blank 1

114 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 126: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Berikut prosentasenya: Berdasarkan fungsi manajemen arsip sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Analisa ini juga menggunakan data wawancara yang diperoleh secara lisan ketika pekerjaan berlangsung. Dengan adanya sistem pencatatan secara elektronik memudahkan dalam manajemen arsip. Capaian ini tentunya harus ditingkatkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan kapasaitas staf dalam memahami esensi pengaduan bukan hanya dari sisi administrasinya saja tetapi juga ke ranah substantif. Tim juga berhasil merangkum beberapa data yang tidak lengkap dan belum ditangani dengan baik, diantaranya yaitu :

No Nomor Agenda Status 1

1032-906 Pengaduan masuk tahun 2015 akan tetapi tahun rekomendasi tertulis 2013

2 1024-898 1004-879 Rekomendasi tidak di input

3 1020-894

Asal surat dari Komnas HAM Jakarta, input didatabase nama pengadu dengan nama korban

4 989-865 Tidak ada surat pengaduan (salahsatu syarat aduan diterima

Kab. Bengkayang

1%Jakarta

3%

Kab. Kuburaya1%

Kab. Blitar2%

Kab. Sintang5%

Kapuas Hulu2%Ketapang

3%

Kubu Raya10%

Pontianak53%

Sambas2%

Singkawang16%

Tidak Diisi/blank

2%

Sebaran Lokasi Pelanggaran HAM

Bab IV. Stock Opname Arsip Pengaduan 115

Page 127: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

adalah adanya surat pengaduan dari pengadu)

5 975-853 979-856 981-857 984-860 986-862 989-865 990-866 991-867 992-870 994-870 995-870 996-871 997-872 1008-882

Disposisi tidak dicetak

Selain kelima poin di atas, terdapat beberapa berkas pengaduan yang diterima pada Tahun 2015 yang belum dientry kedalam database pengaduan. Hal tersebut seharusnya tidak terjadi, karena setelah berkas diterima harus langsung di entry kedalam database.

B. Stock Opname Jakarta Sebagai akibat dari rusaknya server CHS yang mengakibatkan semua data base arsip hilang sehingga di perlukan upaya penyelamatan data yaitu dengan kegiatan Stock Opname melalui pendataan ulang kedalam database. Karena beban yang terlalu banyak, maka melalui Kepala Biro Dukungan HAM menugaskan staf di Biro Dukungan Penegakan HAM untuk melakukan kegiatan tersebut. Perintah Kepala Biro untuk kegiatan tersebut dituangkan melalui Surat Tugas Kepala Biro Dukungan Penegakan HAM Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Nomor :037/PNGK-0.3.3/XI/2015, bulan November 2015 tentang Pembentukan Tim Stock Opname Arsip Aduan Komnas HAM tahun 2016.

116 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 128: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Kegiatan ini dilakukan dari tanggal 1 Desember 2015 sampai dengan 30 November 2016 dengan rincian sebagai berikut:

Data Hasil Dari seluruh proses yang telah dilakukan dihasilkan data selain secara manual namun juga basis data dalam bentuk buku besar dengan rincian sebagai berikut:

Nama Periode Sri Ekawati, Myra Puspasari dan Ni Putu Sri Wahyuni

1 Desember 2015 - 31 Januari 2016

Hananto Karsito Putro , Sri Harmoko dan Ceria Alamiyati

1 Februari - 31 Maret 2016

Reza Perdana S. dan Avokanti Arimurti 1 April - 31 Mei 2016 Ana Munasiroh dan Nisa Arralinar 1 Juni - 31 Juli 2016 Luluk Sapto S dan Dewi Armyasih 1 Agustus - 31

Agustus 2016 Luluk Sapto, Uci dan Yanti (anak magang dari Univ. Pancasila)

1 September - 31 September 2016

Teny Karnila, Opi Muzalifah dan Dewi Armyasih

1 Oktober - 30 November 2016

Nama Boks Jumlah Boks A yaitu berkas berkas aduan kasus pelanggaran HAM terkait Agama

26 Boks

Boks B yaitu berkas berkas aduan kasus Pelanggaran HAM terkait ketenagakerjaan

410 Boks

Boks D yaitu berkas berkas aduan kasus pelanggaran HAM yang tidak terklasifikasi

630 Boks

Boks H yaitu berkas berkas aduan yang terkait HAM 700 Boks Boks T yaitu berkas berkas aduan terkait kasus tanah 570 Boks Boks R yaitu berkas berkas aduan terkait kasus Rumah 110 Boks

Bab IV. Stock Opname Arsip Pengaduan 117

Page 129: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

118 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 130: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

BAB V KEGIATAN BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN LAINNYA

A. Diskusi Bulanan

1. Latar Belakang Diskusi Bulanan merupakan kegiatan yang diadakan oleh Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan dengan melibatkan Bagian dan/atau Biro lain sebagai peserta aktif. Dalam kegiatan ini terdapat narasumber sebagai pemateri utama yang berasal dari Anggota Komnas HAM, staf Komnas HAM, dan praktisi hukum.Pelaksanaan kegiatan ini dilatarbelakangi oleh perlunya pemberian pemahaman tentang definisi HAM, memperluas wawasan tentang perkembangan masalah-masalah HAM dalam kondisi saat ini, dan penyelenggaraan pelayanan publik.

2. Pelaksanaan Kegiatan a. Diskusi Bulan Januari

Diskusi diselenggarakan pada Rabu, 20 Januari 2016 dengan mengangkat tema mengenai “Penyampaian Buku Saku Penerapan

Nilai-Nilai HAM dalam Tugas dan Fungsi Kepolisian”.Latar belakang pemilihan tema ini berkaitan dengan banyaknya aduan terkait dengan Kepolisian. Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan peningkatan pengetahuan mengenai standar penanganan massa dalam mengahadapi konflik sosial oleh Kepolisian yang berbasis

pada perlindungan HAM. Diskusi ini menghadirkan pemapar dari Penyuluh Komnas HAM yakni Sdr. Adonita Ria.

b. Diskusi Bulan Februari Diskusi dielenggarakan pada Senin, 22 Februari 2016 dengan mengangkat tema mengenai “Perlindungan Hak-Hak Pekerja untuk Berserikat dan Berkumpul di Tempat Kerja”.Latarbelakang pemilihan tema ini berkaitan dengan banyaknya pengaduan masyarakat tentang dugaan pelanggaran hak-hak pekerja dan sengketa ketenagakerjaan.Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan peningkatan pengetahuan tentang pernasalahan ketenagakerjaan

Keterangan gambar: Peserta diskusi bulanan sangat antusias

Bab V. Kegiatan Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Lainnya 119

Page 131: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

yang berpedoman pada Undang-Undang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM serta praktiknya di Indonesia. Diskusi ini menghadirkan pemapar dari internal Komnas HAM yaitu Sdr. Budhy Latif.

c. Diskusi Bulan Maret Diskusi diselenggarakan pada Senin, 28 Maret 2016 dan mengangkat tema mengenai “Identifikasi Kasus-Kasus Pelanggaran HAM Terhadap Pembela HAM(Human Rights Defender) terkait Aplikasi Sistem Pengaduan Terpadu (SPT)”. Latar belakang pemilihan tema ini adalah untuk mencari bentuk pengklasifikasian dan analsis kasus yang terkait dengan masalah Human Rights Defender ke dalam SPT Komnas HAM. Diskusi ini menghadirkan pemapar dari internal Komnas HAM yaitu Ibu Siti Noor Laila yang saat ini juga menduduki jabatan sebagai Anggota Komnas HAM.

d. Diskusi Bulan April Diskusi diselenggarakan pada Selasa, 12 April 2016 dengan mengangkat tema mengenai “Tanggungjawab Negara Terhadap Pelaksanaan Hak Berkeyakinan/Beragama Warga Negara Berdasarkan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Hak Sipil Politik”. Latar belakang pemilihan tema ini mengacu pada isu kebebasan menjalankan keyakinan yang merupakan masalah cukup sensitif dan tidak jarang memicu konflik sosial di masyarakat ditambah lagi adanya pelibatan negara di dalamnya baik by omission maupun comission. Diskusi ini dilakukan untuk memperkaya pengetahuan analissehingga analisa yang dihasilkan dapat lebih tajam. Diskusi ini menghadirkan Ketua Komnas HAM HAM yaitu Bapak Imdadun Rahmat sebagai pemapar.

e. Diskusi Bulan Mei Diskusi diselenggarakan pada Senin, 30 Mei 2016 bertempat di Ruang Pengaduan Komnas HAM Jakarta. Diskusi mengangkat tema mengenai “Perlindungan Hak Aksesibilitas Kelompok Disablitas untuk Mendapatkan Kemudahan Pelayanan diFasilitas Publik Berdasarkan Undang-UndangNo. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan Undang-Undang No. 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas”.Latar belakang pemilihan tema ini yaitu adanya masalah pada layanan dan fasilitas umum yang tidak maksimal dalam memberikan jaminan perlindungan terhadap kelompok masyarakat penyandang disabilitas.Sementara itu, Undang-Undang yang memberikan jaminan perlindungan terhadap kelompok tersebut telah disahkan. Sehingga perlu melihat sampai sejauh mana komitmen

120 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 132: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

negara untuk mengawal implementasi Undang-Undang tersebut dengan tetap memperhatikan data pengaduan yang ada di Komnas HAM. Diskusi ini menghadirkan Komisioner Komnas HAM M. Nurkhoiron sebagai narasumber.

f. Diskusi Bulan Juni Diskusi diselenggarakan pada Senin, 20 Juni 2016 bertempat di Ruang Pengaduan Komnas HAM. Diskusi bulanan pada bulan ini mengangkat tema mengenai “Tinjauan Umum Beracara di Dalam Peradilan Pidana Berdasarkan KUHAP. Latar belakang pemilihan tema ini adalah untuk memperkaya pengetahuan Analis Pengaduan dalam memahami Hukum Acara Pidana. Diskusi ini menghadirkan Redaktur Senior pada website hukumonline.com yaitu Bapak Muhammad Yasin sebagai narasumber.

g. Diskusi Bulan Juli Diskusi diselenggarakan pada Senin, 25 Juli 2016 bertempat di Ruang Pleno Utama Lt. III Komnas HAM.Diskusi bulanan pada bulan ini mengangkat tema mengenai “Pelaksanaan Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara dalam menyelesaikan sengketa Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN)”. Latar belakang pemilihan tema ini untuk menambah pengetahuan para staf pada Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan khususnya para Analis Pengaduan dalam memahami dan menganalisa sengketa KTUN. Diskusi ini menghadirkan Kepala Subbagian Rencana Mediasi yaitu Bapak Yhodhisman Shorata sebagai narasumber.

Keterangan gambar: Pelaksanaan Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara dalam menyelesaikan sengketa Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN)

Bab V. Kegiatan Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Lainnya 121

Page 133: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

h. Diskusi Bulan Agustus Diskusi diselenggarakan pada pada Senin, 15 Agustus 2016 bertempat di ruang pengaduan komnas Ham Jakarta. Diskusi mengangkat tema “Identifikasi Kasus-Kasus Pelanggaran HAM Terhadap Pembela HAM”.Latar belakang pemilihan tema ini adalah(i) sebagai tindak lanjutpembahasan materi diskusi bulanan pada Maret 2016yang pernah disampaikan oleh Komisioner Siti Noor Laila, namun pada diskusi bulanan bulan ini lebih menekankan pada analisasubtansi atas kasus-kasus yang pernah masuk ke Bagian Penerimaan dan Pemilahan Pengaduan Komnas HAM; dan (ii) untuk pengkayaan pengetahuan Analisis Pengaduan. Diskusi ini menghadirkan pemateri dari LBH Jakarta yaitu Bapak Febi Yonesta.

i. Diskusi Bulan September Diskusi diselenggarakan pada Senin, 26 September 2016 bertempat di ruang pengaduan Komnas HAM Jakarta. Diskusi mengangkat tema “Membangun Mekanisme Pengawasan Internal Dikaitan dengan Pelayanan Publik di Lingkungan Sekretariat Jenderal Komnas HAM RI”.Latar belakang pemilihan tema ini adalah terkait pentingnya memberikan pengetahuan kepada staf di Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan mengenai akuntabilitas dalam pelaksanaan pelayanan pengaduan di Komnas HAM dan membangun mekanisme pengaduan internal dan eksternal Komnas HAM. Diskusi ini menghadirkan Kepala Bagian Perencanaan dan Pengawasan Internal Komnas HAM yaitu Bapak Eko Dahana Djajakarta sebagai narasumber.

Keterangan gambar: Membangun Mekanisme Pengawasan Internal Dikaitan dengan Pelayanan Publik di Lingkungan Sekretariat Jenderal Komnas HAM RI

122 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 134: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

j. Diskusi Bulan Oktober Diskusi diselenggarakan pada Jumat, 7 Oktober 2016 bertempat di ruang pengaduan Komnas HAM. Diskusi ini mengangkat tema mengenai “Eksistensi Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) Aceh dalam penyelesaian pelanggaran HAM di Indonesia”. sLatarbelakang pemilihan tema ini adalah untuk menambah pengetahuan para staf pada Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan mengenai

masalah KKR di Aceh. Diskusi ini menghadirkan Komisioner Otto Nur Abdullah sebagai narasumber.

k. Diskusi Bulan November Diskusi diselenggarakan pada 21 November 2016 bertempat di Ruang Rapat lantai II Komnas HAM. Diskusi ini mengangkat tema “Perlindungan Kekayaan Intelektual berdasarkan UU terkait dan UU tentang HAM”. Latarbelakang pemilihan tema ini sebagai upaya memperkuat kemampuan dan memperkaya pengetahuan serta peningkatan kualitas pelayanan pengaduan Komnas HAM. Diskusi ini menghadirkan Komisioner Ansori Sinungan sebagai narasumber.

l. Diskusi Bulan Desember Diskusi diselenggarakan pada 13 Desember 2016 bertempat di Kantor Komnas HAM ruang pengaduan Asmara Nababan.Diskusi ini mengangkat tema “Detensi Keimigrasian dan Pelindungannya”. Latarbelakang pemilihan tema ini adalah untuk memperluas wawasan pengetahuan para staf di Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan khsususnya dan staf Komnas HAM pada umumnya di bidang ilmu keimigrasian, pengungsi,pencari suaka dan permalasahan-permasalahan perlindungan hukumnya. Sasaran praktis yang hendak dicapai dari pelaksanaan diskusi bulanan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan pengaduan terutama pada saat menganalisis kasus-kasus pengaduan yang masuk. Diskusi ini menghadirkan Kasubbag Laporan Pemantauan dan Penyelidikan Endang Sri Melanie.

Keterangan gambar: Komisioner Otto Nur Abdullah

Bab V. Kegiatan Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Lainnya 123

Page 135: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

B. Raker Biro Dukungan Penegakan HAM serta Pelaksanaan Focus Group Discussion Rekomendasi dan Definisi Kasus 1. Raker Biro Dukungan Penegakan HAM

Pelaksanaan Rapat Kerja (Raker) Biro Dukungan Penegakan HAM 2016 di Grand Ussu Hotel & Convention pada 27-29 Januari 2016 mengambiltema “Penguatan dan Sinergi Biro Dukungan Penegakan HAM Untuk Pelayanan Publik”. Raker ini bertujuan untuk penguatan kinerja Biro Dukungan Penegakan HAM dengan melakukan harmonisasi yang efektif dan efisienantar bagian di Biro Dukungan Penegakan HAM. Pelaksanaan Raker diharapkan antar bagian akan semakin terkoordinasi dan dapat bekerja sama dengan baik guna meningkatkan kemampuan biro sebagai ujung tombak Komnas HAM. Dalam Raker ini masing-masing bagian menyampaikan usulan perbaikan dan rencana tindak lanjutnya. Isu utama bagi masing-masing bagian di antaranya penanganan berkas pengaduan, SDM dan sarana, dan peningkatan kualitas output (surat) dan outcome.

Rapat Kerja Biro Dukungan Penegakan 2016 dilaksanakan dengan mengundang (i) Pimpinan Komnas HAM, (ii) Komisioner Subkomisi Pemantauan dan Penyelidikan, (iii) Komisioner Subkomisi Mediasi, (iv) Sekretaris Jenderal Komnas HAM dan (v) staf Biro Dukungan Penegakan HAM. Pelaksanaan Rapat Kerja Biro Dukungan Penegakan HAM 2016 menghasilkan beberapa kesepakatan dan rencana tindak lanjut. Kesepakatan tersebut tercantum dalam Rencana Aksi Biro Dukungan Penegakan HAM yang ditandatangani oleh masing-masing Kepala Bagian yang diketahui oleh Kepala Biro. Rencana Aksi Biro Dukungan Penegakan HAM sebagai berikut: a. Untuk penanganan berkas pengaduan diperlukan penyamaan

klasifikasi kasus, kriteria penetapan prioritas penanganan kasus, sinkronisasi penanganan kasus dengan Renstra, perlunya keseragaman isu melalui kodifikasi data, sinkronisasi antar bagian dalam pendistribusian berkas, memaksimalkan penggunaan SPT, penetapan ukuran status berkas, penentuan kasus yang dianggap sebagai pelanggaran HAM, kesamaan perintah antar komisioner, dan penanganan terpadu antar subkomisi;

b. Untuk untuk penguatan SDM, peningkatan sarana dan prasarana akan dibentuk sejumlah tim internal maupun tim lintas bagian guna

124 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 136: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

mengawal pembentukan perma khusus Amicus Curiae, jabatan fungsional khusus, menganalisis kebutuhan SDM masing-masing bagian, dan permasalahan penggabungan berkas;

c. Untuk peningkatan kualitas output (surat) dan outcome diperlukan standardisasi dan pelabelan jenis surat, peningkatan kualitas rekomendasi, pengetatan koreksi dan paraf di manajemen, serta monitoring dan evaluasi terhadap rekomendasi dan kesepakatan mediasi.

2. Pelaksanaan Focus Group Discussion Rekomendasi dan Definisi

Kasus Saat ini Pelanggaran HAM makin banyak terjadi, sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai peranan Komnas HAM dalam memaksimalkan fungsi yang dimilikinya.Salah satu mandat yang dimiliki Komnas HAM yaitu menerima pengaduan masyarakat terkait dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia sesuai dengan ketentuan Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

Pengaduan masyarakat yang diterima Komnas HAM selanjutnya akan ditindaklanjuti apabila memenuhi unsur-unsur adanya pelanggaran HAM sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Persoalan yang timbul adalah dengan banyaknya pengaduan yang masuk (tahun 2015, Komnas HAM menerima 8.249 berkas pengaduan, dimana 2.500 berkas merupakan kasus baru), maka Komnas HAM harus mampu memilah pengaduan yang merupakan kasus yang menjadi kewenangan Komnas HAM. Kemudian Komnas HAM juga harus mempunyai kriteria dari kasus yang diprioritaskan penanganannya. Proses ini akan berujung pada mengeluarkan rekomendasi yang menjadi/ semacam tindakan final dari Komnas HAM dalam pelaksanaan kewenangannya. Oleh karena itu, dibutuhkan rekomendasi yang kuat dan tepat sehingga menyebabkan pihak teradu dan yang menerima rekomendasi Komnas HAM melaksanakan hal–hal yang direkomendasikan, dengan kata lain ada moral binding yang kuat.

Pada Januari 2016, Raker Biro Dukungan Penegakan HAM mengidentifikasi kebutuhan atas (i) persamaan persepsi tiap pihak yang berkaitan dengan kasus mengenai definisi kasus itu sendiri; (ii) mekanisme penyusunan rekomendasi Komnas HAM yag lebih kuat dan efektif. Sehubungan dengan hal itu, dalam rangka mendefinisikan kasus dan penyampaian rekomendasi yang tepat guna dan sebagai salah satu

Bab V. Kegiatan Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Lainnya 125

Page 137: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

bentuk tindak lanjut atas hasil Rapat Kerja Biro Dukungan Penegakan HAM tahun 2016, maka Komnas HAM melaksanakan focus group discussion. Hasil diskusi ini diharapkan dapat memformulasikan tentang definisi kasus dan rekomendasi yang tepat guna. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk: a. Memetakan permasalahan; b. Memformulasikan definisi kasus yang ditangani oleh Komnas HAM

dan penentuan kasus prioritas; c. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan rekomendasi Komnas

HAM; d. Meningkatkan kekuatan melalui penyampaian rekomendasi Komnas

HAM dan menentukan sistematika penyusunan rekomendasi tersebut.

Kegiatan ini dilaksanakan pada Senin, 23 Mei 2016 pukul 09.00 s/d 12.00 WIB. Bertempat di Ruang Pengaduan Asmara Nababan Komnas HAM, Jl. Latuharhari No. 4B Menteng, Jakarta Pusat.Kegiatan ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: a. Pendefinisian kasus

1. Kasus yang ditangani tidak harus yang sudah ditetapkan di dalam Undang-undang yang mengatur lembaga yang bersangkutan (out of the box);

2. Menetapkan kriteria dari unsur-unsur pelanggaran yang harus dipenuhi;

3. Kasus itu sendiri adalah temuan peristiwa yang diduga ada pelanggaran hak asasi manusia;

4. Untuk mengenali kasus yang menjadi kewenangan Komnas HAM adalah: a. Identifikasi kasus; b. Identifikasi lembaga yang berwenang menanganinya; c. Gunakan pisau analisis yang tepat; d. Harus ada kepekaan dalam mempelajari kasus (dengan

melatih diri). 5. Dalam pelanggaran HAM selalu berkaitan dengan hukum maka

harus dipahami hukum pidana dan hukum perdata b. Sistematika penyusunan Rekomendasi

1. Rekomendasi merupakan kekuatan tertinggi dari lembaga-lembaga independen;

2. Rekomendasi untuk jangka panjang yaitu perubahan kebijakan merupakan rekomendasi yang terbaik karena menjadi pedoman pelaksanaan secara menyeluruh;

126 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 138: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

3. Strategi rekomendasi: a. Identifikasi lembaga teradu yaitu lembaga yang patuh atau

tidak; b. Jenis topik yang direkomendasikan yaitu topik yang akan

diterima atau ditolak; c. Kesiapan pada situasi head to head (berhadap-hadapan)

dengan berhitung jumlah ‘musuh’ dengan melakukan kalkulasi untuk menang.

4. Sistematika rekomendasi adalah dengan melengkapinya: a. Adanya kasus posisi (duduk perkara); b. Temuan Komnas HAM; c. Bukti-bukti dan kesaksian-kesaksian (misal BAP); d. Analisis kasus posisi, pembuktian,dan kesaksian; e. Kesimpulan; f. Penggunaan bahasa yang lebih bijak, jangan mengancam.

5. Mengawal rekomendasi 6. Adanya goodwill pihak teradu 7. Surat penyerahan kasus tidak disebut sebagai rekomendasi.

c. Proses penanganan kasus dan setelah rekomendasi dikeluarkan 1. Pengaduan bisa masuk melalui beberapa cara, yaitu diadukan,

hasil pemantauan, dan/atau pro aktif; 2. Pelaksanaan gelar kasus untuk menetapkan kasus tersebut

dapat ditangani atau tidak; 3. Pelaksanaan gelar perkara dengan kepolisian untuk

menetapkan kasus tersebut dapat ditangani secara proyustisia atau tidak;

4. Pengawasan dilaksanakan saat, sedang, dan setelah mengeluarkan rekomendasi;

5. Mencari akar permasalahan kasus; 6. Pembagian tugas kewenangan lembaga dan koordinasi dengan

lembaga lainnya; 7. Penanganan kasus secara fenomenal yaitu kasus yang terjadi

namun tidak dilaporkan kepada Komnas HAM adalah dengan cara pro aktif;

Berdasarkan kesimpulan yang telah dicapai, Biro Dukungan Penegakan HAM memberikan rekomendasi kepada Komnas HAM dalam hal: a. Penyamaan persepsi tentang kasus

1. Kasus adalah aduan atau temuan peristiwa yang diduga ada pelanggaran Hak Asasi Manusia;

Bab V. Kegiatan Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Lainnya 127

Page 139: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

2. Menetapkan kriteria kasus yang ditangani Komnas HAM dengan pengklasifikasian penanganannya, yaitu regular atau urgent.

b. Sistematika penyusunan rekomendasi Komnas HAM 1. Adanya kasus posisi (duduk perkara); 2. Temuan Komnas HAM; 3. Bukti-bukti dan kesaksian-kesaksian (misal BAP); 4. Analisis kasus posisi, pembuktian,dan kesaksian; 5. Kesimpulan; 6. Penggunaan bahasa yang lebih bijak, jangan mengancam.

C. Raker Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan dan Standar

Operasional Prosedur Pelaksanaan Pelayanan Pengaduan 1. Raker Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan

Tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan Bagian Dukugan Pelayanan Pengaduan Komnas HAM saat ini semakin meningkat. Hal tersebut terlihat dari pergeseran pola pikir, cara pandang dan harapan masyarakat terhadap Komnas HAM agar lembaga ini lebih profesional, efektif dan efisien dalam menerima pengaduan. Oleh karena itu, Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan berpendapat bahwa Bagian ini memerlukan peningkatan pelayanan yang lebih bermutu dan berkualitas guna menciptakan pelayanan pengaduan prima. Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan sebagai Unit Kerja Penyelenggara Pelayanan terhadap publik yang disiapkan oleh Komnas HAM jelas memiliki peran yang sangat strategis terhadap peningkatan kinerja Komnas HAM.

Untuk mewujudkan hal di atas Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan memandang perlu dilakukan kegiatan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan masyarakat (publik service) agar standar pedoman pelayanan publik secara prima dan dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan masyarakat melalui Rapat Kerja Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan dengan tema “Implementasi Pengaduan Berbasis Online“ yang dilaksanakan pada tanggal 24-27 Februari 2016 bertempat di Hotel Jambuluwuk Yogyakarta. Kegiatan Raker Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan 2016 ini diikuti oleh Sekretaris Jenderal Komnas HAM, Komisioner Komnas HAM, Kepala Biro Dukungan Penegakan HAM, Kabag Dukungan Pelayanan Pengaduan, Kasubbag Pemilahan dan Penerimaan Pengaduan, dan staf di Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan.

128 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 140: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Pelaksanaan Raker Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Tahun 2016 pada 24 s/d 27Februari 2016 di Hotel Jambuluwuk, Yogyakarta telah menghasilkan beberapa poin kesepakatan dan rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan pada tahun 2016. Raker Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan berhasil mengidentifikasi beberapa permasalahan penting yang harus segera ditindaklanjuti, antara lain: a. Peningkatan pelayanan publik; b. Penggunaan sistem pengaduan berbasis online; c. Penggunaan pelayanan online yang efektif dan efisien.

2. Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan Pelayanan Pengaduan

Pengaduan masyarakat merupakan salah satu bentuk partisipasi pengawasan masyarakat yang efektif dalam rangka ikut serta mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bebas kolusi, korupsi dan nepotisme, sehingga mekanisme/prosedur penanganan pengaduan yang efisien dan efektif sangat diperlukan untuk meningkatkan citra Komnas HAM dalam keberhasilan perlindungan, penegakan, dan pemajuan Hak Asasi Manusia.Salah satu mandat yang dimiliki Komnas HAM yaitu menerima pengaduan masyarakat terkait dugaan pelanggaran hak asasi manusia. Mandat ini sesuai dengan ketentuan Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia yang menyebutkan bahwa “Setiap orang dan atau sekelompok orang yang memiliki alasan kuat bahwa hak asasinya telah dilanggar dapat mengajukan laporan dan pengaduan lisan atau tertulis pada Komnas HAM”.

Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu ditetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelaksanaan Pelayanan Pengaduan yang menjelaskan tahapan setiap proses Administrasi Penerimaan Pengaduan, Arsip Pengaduan dan Arsip Projustisia di lingkungan Komnas HAM untuk menjamin bahwa pengaduan pelanggaran Hak Asasi Manusia akan ditindak lanjuti secara konsisten, terbuka, dan adil serta dapat memenuhi kebutuhan informasi yang akurat bagi Komnas HAM maupun masyarakat yang memerlukannya.

SOP yang disusun sejak tahun 2010 ini telah mengalami banyak perbaikan penyesuaian dengan kebutuhan organisasi. Perbaikan dan penyesuaian SOP inidiantaranya mengacu pada diterapkannya Sistem Pengaduan Terpadu Komnas HAM dan perubahan mekanisme penanganan berkas pengaduan pada Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan itu sendiri.

Bab V. Kegiatan Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Lainnya 129

Page 141: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Pada 2 Maret 2016, SOP ini diagendakan untuk dilakukan pembahasan pada Sidang Paripurna Komnas HAM. Setelah melalui pembahasan cukup panjang dan mendapat banyak masukan dari anggota Komnas HAM, SOP Pelaksanaan Pelayanan Pengaduan disahkan pada Sidang Paripurna. SOP ini secara resmi menjadi Peraturan Komnas HAM dan dicatat dengan nomor 1 Tahun 2016dan telah diundangkan ke dalam Berita Negara Republik Indonesia di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

D. Persiapan Otomasi Kearsipan Kegiatan otomasi Arsip Pengaduan ini dimulai dengan mengadakan rapat antara Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan dengan Sub Bagian Informasi Teknologi, Bagian Dukungan Pendidikan dan Penyuluhan, yang menghasilkan Aplikasi Kearsipan.

Saat ini telah dilakukan persiapan oleh Sub Bagian Arsip Pengaduan dengan melakukan pertemuan antara unit pengaduan dengan IT pada tanggal 18 Oktober 2016,dari pihak IT di wakili oleh 2 (dua) orang yang disepakati beberapa hal, yaitu: 1. Tim Otomasi Arsip perlu adanya Surat Keputusan selain itu legalitas juga

untuk menunjang bukti pengajuan angka kredit bagi fungsional Pranata Komputer;

2. Tim Otomasi melibatkan Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan, hingga saat ini proses kegiatan yang sudah dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris Jenderal Komnas HAM Nomor: 040/KEP.0.0.3/XI/2016 tanggal 1 November 2016 tentang Otomasi Arsip Pengaduan Pada Biro Dukungan Penegakan HAM.

E. Penerimaan Mahasiswa Magang

Komnas HAM memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkontribusi dan berpartisipasi dalam pelayanan publik di bidangHak Asasi Manusia melalui kegiatan magang.Program ini merupakan wadah bagi aspiran muda yang berkeinginan untuk mendapatkan pengalaman berharga di lingkungan lembaga HAM yang setingkat Lembaga Tinggi Negara. Pada tahun 2016, terdapat 3 (tiga) peserta magang bernama Sdr. Rifan Ardiansyah (mahasiswa jurusan Kriminologi Universitas Indonesia), Sdr. Ryo Greuza (mahasiswa jurusan Kriminologi Universitas Indonesia), dan Sdr Nurdiyanti (mahasiswa jurusan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta) yang ditempatkan pada Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Komnas HAM. Ketiga peserta magang tersebut mempelajari ilmu yang berkaitan

130 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 142: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

dengan Hak Asasi Manusia serta mengaplikasikan ilmu dan minat melalui tugas khusus seperti penerimaan pemilahan pengaduan,konsultasi pengaduan, arsiparis berkas pengaduan, dan lain sebagainya. Mahasiswa magang Sdr. Rifan dan Sdr. Nurdiyanti mendapatkan supervisi dari Analis Pengaduan Luluk Sapto Setiyawan. Untuk mahasiswa magang Sdr. Ryo Greuza mendapatkan supervisi dari Analis Pengaduan Nisa Arralinar. Mahasiswa magang banyak membantu pekerjaan-pekerjaan rutin pada Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan, terutama dalam pekerjaaan yang berkaitan dengan administrasi dan arsiparis berkas pengaduan. Pekerjaan tersebut selama ini dibebankan kepada para Analis di Sub Bagian Penerimaan dan Pemilahan Pengaduan karena kekurangan sumber daya manusia. Selain itu, mahasiswa magang Sdr. Nurdiyanti membantu pekerjaan kegiatan stock opname Ad Hoc pada Subbagian Arsip Pengaduan.Pada akhir masa kegiatan magang, ketiga peserta memberikan laporan pelaksanaan kegiatan magang yang di dalamnya memuat saran dan masukan untuk perbaikan pelaksanaan pelayanan pengaduan Komnas HAM.

F. Pelayanan Permintaan Data Pengaduan untuk Pihak Ketiga Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan selain merupakan garda terdepan dalam penegakan HAM juga memainkan peran dalam penyediaan informasi berupa data-data yang terkait dengan pengaduan yang diterima Komnas HAM. Penyediaan informasi terkait pengaduan dugaan pelanggaran HAM disajikan untuk memenuhi kebutuhan internal dan eksternal. Penyediaan data bermula dari adanya permintaan data baik yang berasal dari internal maupun eksternal Komnas HAM. Data-data yang diminta berkisar pada informasi kasus dan tema hak yang terlanggar. Ketentuan pelayanan permintaan data pengaduan ini telah diatur dalam Peraturan Komnas HAM nomor 1 Tahun 2016 tentang Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan Pelayanan Pengaduan. Selama tahun 2016, Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan memberikan pelayanan permintaan data pengaduan dengan perincian sebagai berikut:

Permintaan data tahun 2016

No. Asal Pemohon Jumlah 1. Internal Komnas HAM 25 2. Eksternal Komnas HAM 4

Bab V. Kegiatan Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Lainnya 131

Page 143: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

G. Survei Tingkat Kepuasan Pelayanan Pengaduan Komnas HAM mempunyai tugas dan kewenangan yang utama adalah pelayanan publik. Dalam hal ini pelayanan publik yang menjadi core business dalam bidang Penegakan HAM adalah pelayanan pengaduan masyarakat. Pelaksanaan pelayanan pengaduan ini yang apabila disesuaikan dengan Reformasi Birokrasi maka harus diselenggarakan secara profesional, prima, efisien, dan efektif, artinya harus tepat sasaran. Oleh karena itu, saran dan kritik dari stakeholders sangat diperlukan sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan pengaduan. Berdasarkan hal tersebut, maka Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan memandang perlu mengakomodir pendapat, pandangan, dan masukan yang berasal dari masyarakat sebagai stakeholders Komnas HAM yang paling utama. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, maka Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan menyelenggarakan Survei Kepuasan Pelayanan Pengaduan dengan menggunakan metode kuisioner. Target groupdalam survei ini adalah Pengadu yang datang langsung ke kantor Komnas HAM untuk berkonsultasi maupun mengadukan terjadinya peristiwa dugaan pelanggaran HAM. Pada tahun 2016, survei ini melibatkan 112 responden yang menghasilkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Karakteristik responden

a. Jenis kelamin Responden terdiri dari 94 laki-laki dan 18 perempuan.

Jenis Kelamin

b. Usia Usia responden dapat dikategorikan dalam beberapa tingkatan yaitu kurang dari 20 tahun sebanyak 2 orang, 21-30 tahun sebanyak 22

132 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 144: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

orang, 31-40 tahun sebanyak 25 orang, 41-50 tahun sebanyak 25 orang dan lebih dari 50 tahun sebanyak 38 orang.

Usia

c. Pendidikan Tingkat pendidikan responden bervariasi, tamat SD/Sederajat sebanyak 5 orang, SLTP/Sederajat 3 orang, SLTA Sederajat 29 orang, Diploma 9 orang dan Sarjana 66 orang.

Pendidikan

2. Secara umum, responden menyatakan bahwa: a. Mengetahui Komnas HAM dari media sosial atau media

cetak/elektronik serta dari peraturan perundang-undangan yang diterbitkan;

b. Lokasi Komnas HAM mudah ditemukan, namun sebagian pengadu tidak mengetahui adanya Bagian Pelayanan Pengaduan di Komnas HAM;

c. Brosur pengaduan yang dibagikan sudah cukup memberikan informasi yang dibutuhkan;

Bab V. Kegiatan Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Lainnya 133

Page 145: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

d. Waktu pelayanan konsultasi sudah tepat; dan e. Petugas Penerimaan Pengaduan (i) memperkenalkan diri; (ii)

menjelaskan dengan baik mengenai prosedur pengaduan; (iii) berkemampuan yang tepat dalam menangani pengaduan; (iv) menawarkan penyelesaian kasus melalui mekanisme pemantauan atau mediasi; (v) memberikan saran alternatif apabila materi pengaduan belum dapat ditangani oleh Komnas HAM.

3. Responden memberikan saran dan kritik sebagai berikut: a. Komnas HAM

1. Agar dapat membuka kantor perwakilan padaseluruh provinsi di Indonesia;

2. Menyediakan layanan internet atau wifi di ruang tunggu pengadu dan lobby;

3. Meningkatkan sosialisasi tentang Komnas HAM, Hak Asasi Manusia, dan penanagan kasus sampai ke pelosok desa;

4. Kegiatan Komnas HAM terutama penanganan kasus harus masuk ke website Komnas HAM;

5. Informasi tentang Komnas HAM dan penanganan kasus sulit diperoleh dari internet;dan

6. Menambahjumlah Sumber Daya Manusia pada bagian penerimaan pengaduan, petugas ke lapangan, dan pengambil keputusan;

7. Mempercepat proses penanganan kasus; 8. Rekomendasi terkait pelanggaran HAM yang berat masa lalu

masih ada kesalahan data korban; 9. Berkoordinasi dengan lembaga lain, misalnya Ombusdman

dalam penanganan kasus. 10. Komisioner agar lebih mudah ditemui oleh Pengadu

b. Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan

1. Terdapat media pengaduan dan konsultasi online melalui website;

2. Membuka Pos Pengaduan di lokasi atau wilayah kasus; 3. Membuka layanan call center; 4. Membuat ruang tunggu khusus perokok; 5. Ruang tunggu pengadu agar dibuat lebih nyaman seperti

misalnya di KPK dan Polda Metro Jaya; 6. Menambah kursi di ruang tunggu Pengadu; 7. Ruang tunggu pengaduan harap dibersihkan dari pagi;

134 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 146: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

8. Ruang penerimaan pengaduan terbatas, sehingga pengadu harus mengantri sehingga waktu pengaduan semakin terbatas;

9. Petugas pengaduan agar lebih banyak belajar tentang hukum dan perundang-undangan di Indonesia sehingga dapat lebih maksimal dalam pelayanan konsultasi;

10. Analis Pengaduan diharapkan langsung ke sasaran dalam memberikan penjelasan;

11. Analis Pengaduan sudah menjelaskan prosedur pengaduan dengan baik, nemun belum terlampai mendalam dalam memberikan analisa sementara atas materi pengaduan yang disampaikan dalam konsultasi;

12. Penanganan Pengaduan agar lebih disesuaikan dengan SOP; 13. Lebih aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang

tata cara pengaduan; 14. Mengirimkan tim penerimaan pengaduan ke pelosok Indonesia

secara berkala; 15. Pemberian brosur tata cara pengaduan kepada Pengadu datang

langsung sebaiknya dilakukan sebelum melapor; 16. Memberikan pelayanan yang cepat terhadap masyarakat miskin.

c. Bagian Dukungan Mediasi dan Dukungan Pemantauan dan Penyelidikan 1. Melakukan pemantauan lapangan dengan lebih cepat; 2. Pemantau dan Komediator sering ke luar kota sehingga sulit

untuk ditemui; 3. Lebih cepat melakukan proses tindak lanjut pengaduan; 4. Mempermudah akses pengadu untuk mengetahui

perkembangan penanganan kasus; 5. Agar dibuatkan semacam SP2HP Kepolisian, sehingga pengadu

dapat mengetahui perkembangan penanganan pengaduan secara tertulis.

Bab V. Kegiatan Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Lainnya 135

Page 147: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

136 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 148: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

BAB VI FOTO BERBICARA

Komisioner (Otto Nur Abdullah)

Kepala Biro Dukungan Penegakan HAM (Johan Efendi)

Bab VI . Foto Berbicara 137

Page 149: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Kepala Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan (Rima Purnama Salim)

Kepala Subbagian Penerimaan dan Pemilahan Pengaduan

(A. A. Rajab)

Plt. Kepala Subbagian Arsip Pengaduan (Bayu Pamungkas)

138 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 150: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Proaktif Bulukumba

Publikasi Media Kegiatan Proaktif Lampung

Publikasi media kegiatan Proaktif Kab.

Majalengka

Kegiatan di Akademi Militer

Magelang(Rangkaian Proaktif Kab. Magelang dan Kab. Temanggung)

Pemberian cenderamata kepada Akademi

Militer Magelang

Kegiatan diskusi bulanan Bagian Dukungan

Pelayanan Pengauan

Bab VI . Foto Berbicara 139

Page 151: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Kegiatan Stock Opname di Perwakilan Aceh

Kegiatan Stock Opname di

Perwakilan Maluku

Kegiatan Stock Opname di Perwakilan

Sulawesi Tengah

Focus Group Discussion rekomendasi dan

definisi kasus

Penerimaan Pengaduan Langsung

140 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 152: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Raker Biro Dukungan Penegakan HAM Bogor, 2016

Raker Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Kota Yogyakarta, 2016

Bab VI . Foto Berbicara 141

Page 153: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Staf terbaik Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan 2016

142 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 154: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

BAB VII PENUTUP

A. KESIMPULAN Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan merupakan salah satu unsur yang berperan penting dalam penyelenggaraan pelayanan publik Komnas HAM. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan di dalam Pasal 90 ayat (1) Undang - Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, di mana Komnas HAM diberi mandat untuk menerima pengaduan dari masyarakat atau kelompok masyarakat, baik secara lisan ataupun tertulis yang memiliki alasan kuat bahwa hak asasinya telah dilanggar. Pengaduan masyarakat tersebut pada mulanya akan diterima dan dipilah pada Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan. Pada 2016 jumlah pengaduan yang diterima oleh Komnas HAM melalui Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan jumlahnya mencapai 7.188 (tujuh ribu seratus delapan puluh delapan) berkas, dengan tempat kejadiannya (locus delictie) hampir tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan data pengaduan, individu merupakan pihak yang terbanyak menjadi korban dugaan pelanggaran HAM dengan jumlah 4.309, sedangkan Kepolisian menjadi pihak yang paling banyak diadukan dengan jumlah 2.290 berkas. Angka tersebut tidak menunjukkan kepastian bahwa sebaran kasus yang terjadi di Indonesia ‘hanya’ sebanyak yang terdata di lembaga ini. Komnas HAM menduga bahwa masih banyak pelanggaran HAM yang tidak dilaporkan oleh korban. Penyebabnya ada beberapa faktor, salah satunya adalah kesulitan akses, baik informasi maupun transportasi, untuk mengadukan kasus yang dialaminya. Oleh karena itu, pada 2016 ini Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan kembali menyelenggarakan kegiatan program “Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan Proaktif di Daerah” yang bekerjasama dengan LSM/NGO serta Universitas. Selain kegiatan Proaktif terjadwal, Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan melaksanakan kegiatan Proaktif yang bersifat insidental sebagai respon atas kondisi atau peristiwa yang berdampak luas, misalnya Aksi Damai 212 di Monas Provinsi DKI Jakarta. Keseluruhan proses penanganan dan penyelesaian kasus tentunya meninggalkan rekam jejak yaitu berkas-berkas pengaduan. Berkas pengaduan yang telah ditindaklanjuti Komnas HAM tersebut bermetamorfosis menjadi sebuah arsip mempunyai nilai guna. Ketersediaan arsip yang autentik dan terpercaya tidak lagi sekedar kegiatan administratif saja namun merupakan sebuah alat bukti yang sah atau minimal menjadi alat petunjuk bagi proses hukum selanjutnya, dalam pembuktian pelanggaran hak asasi manusia. Oleh karena itu kegiatan Stock

Bab VII . Penutup 143

Page 155: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Opname Arsip Pengaduan sangat dibutuhkan demi terwujudnya peningkatan pelayanan pengaduan dalam penyediaan data arsip yang autentik dan bernilai guna. Kegiatan tersebut kembali diselenggarakan pada 2016 ini dengan menjangkau berkas pada kantor perwakilan Komnas HAM secara terjadwal seperti tahun sebelumnya dan Komnas HAM Jakarta yang bersifat Ad Hoc. Selain kegiatan Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan Proaktif dan Stock Opname, Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan pada tahun 2016 melaksanakan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk (i) meningkatkan kemampuan para Analis Pengaduan, Arsiparis, dan administrasi Bagian; (ii) meningkatkan pelayanan publik Komnas HAM. Adapun kegiatan yang diselenggarakan yaitu: 1. Diskusi bulanan; 2. Raker Biro Dukungan Penegakan HAM; 3. Focus Group Discussion tentang rekomendasi dan definisi kasus; 4. Raker Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan; 5. Otomasi Kearsipan; 6. Penerimaan mahasiswa magang; 7. Layanan data pengaduan; dan 8. Survei Kepuasan Pelayanan Pengaduan.

B. Hambatan Dari seluruh kegiatan yang telah dilakukan Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan di atas, hambatan secara umum yang didapat adalah terkait jumlah anggaran yang sedikit ditambah pemotongan anggaran yang terjadi beberapa kali, sehingga menyebabkan beberapa kegiatan diubah atau dibatalkan. Hambatan lain berupa kurangnya Sumber Daya Manusia di Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan, yang kemudian disiasati dengan cara kerja dan juga mencari mahasiswa magang.

C. Rekomendasi Terlaksananya berbagai kegiatan terjadwal maupun insidental pada 2016 merupakan bukti keseriusan Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat selaku stakeholders Komnas HAM. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi bahwa kinerja pelayanan publik Komnas HAM, salah satunya melalui Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan, mendapatkan nilai Indeks Pelayanan Publik (3,31) di atas rata-rata kinerja lembaga negara lainnya (3,22).

144 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 156: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Bagian Dukungan Pelayanan menghasilkan beberapa rekomendasi. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut: 1. Konsultasi dan Penerimaan Pengaduan Proaktif di Daerah

a. Melaksanakan program pembukaan Pos Penerimaan Konsultasi dan Pengaduan Proaktif di daerah yang teridentifikasi membutuhkan kehadiran Pos tersebut, dengan mengambil wilayah yang memiliki keterbatasan akses ke Komnas HAM;

b. Partner kerjasama di wilayah pembukaan Pos Penerimaan Konsultasi dan Pengaduan Proaktif agar diperhitungkan dengan baik. Sampai saat ini bekerja sama dengan pihak LSM terutama dengan LBH lebih tepat dibandingkan dengan pihak lainnya; dan

c. Bekerjasama dangan stakeholders yang mempunyai jaringan kuat pada level akar rumput.

2. Stock Opname Arsip Pengaduan a. Melanjutkan kegiatan Stock Opname Arsip Pengaduan dengan

pengembangan berbasis Sistem Pengaduan Terpadu dan aplikasi kearsipan Komnas HAM;

b. Perlu disusun SOP pada setiap Kantor Perwakilan Komnas HAM yang mengatur pengawasan penanganan tindak lanjut pengaduan, meliputi kebijakan pelimpahan penanganan pengaduan, penentuan status pengaduan yang sedang berproses, penggunaan system infomasi, kebijakan tentang akses informasi dan publikasinya, dan lain-lain; dan

c. Penambahan kapasitas Sumber Daya Manusia di Kantor Perwakilan untuk melakukan pengelolaan arsip.

3. Diskusi bulanan internal Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan a. Melanjutkan penyelenggaraan kegiatan diskusi bulanan dengan

mengundang narasumber dari eksternal Komnas HAM; dan b. Perlunya anggaran khususuntuk pelaksanaan kegiatan ini terutama untuk

menghadirkan narasumber karena tidak dapat seterusnya dapat menghadirkan nara sumber yang bebas biaya.

4. Raker Biro Dukungan Penegakan HAM Menindaklanjuti rencana aksi yang dihasilkan pada Raker Biro Dukungan Penegakan HAM.

5. Focus Group Discussion tentang rekomendasi dan definisi kasus a. Perlunya penyamaan persepsi tentang kasus, yaitu kasus adalah aduan

atau temuan peristiwa yang diduga ada pelanggaran Hak Asasi Manusia, dan menetapkan kriteria kasus yang ditangani Komnas HAM dengan pengklasifikasian penanganannya, yaitu regular atau urgent.

b. Sistematika penyusunan rekomendasi Komnas HAM, diantaranya adanya kasus posisi (duduk perkara), temuan Komnas HAM, bukti-bukti dan kesaksian-kesaksian (misal BAP), analisis kasus posisi, pembuktian,dan

Bab VII . Penutup 145

Page 157: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

kesaksian, kesimpulan, dan penggunaan bahasa yang lebih bijak, jangan mengancam.

6. Raker Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Tindak lanjut atas permasalahan penting yang teridentifikasi dalam raker DPP 2016, yaitu: a. Peningkatan pelayanan publik; b. Penggunaan sistem pengaduan berbasis online; dan c. Penggunaan pelayanan online yang efektif dan efisien.

7. Otomasi Kearsipan a. Segera di launching dan dipergunakan dalam rangka penataan arsip

pengaduan; dan b. Agar dapat digunakan di Kantor Perwakilan Komnas HAM.

8. Penerimaan mahasiswa magang Melanjutkan penerimaan mahasiswa/siswa magang sebagai salah satu solusi kekurangan SDM.

9. Layanan data pengaduan Perbaikan pelaporan pada system yang sudah ada, agar dapat mempermudah membaca data.

10. Survei Kepuasan Pelayanan Pengaduan a. Kegiatan survei pengaduan agar terus dijalankan dengan memperbaiki

instrument survei; dan b. Upload hasil survei ke website komnas HAM sebagai bentuk akuntabilitas.

146 Laporan Tahunan Bagian Dukungan Layanan Pengaduan 2016

Page 158: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

LAMPIRAN

A. Survei Kepuasan Pelayanan Pengaduan

Page 159: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

B. Lembar Disposisi Sistem Pengaduan Terpadu

Page 160: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

C. Daftar Lembaga Kerjasama Dalam Kegiatan Proaktif 2016

1 Kab. Bulukumba 22 – 25 Maret 2016 Front Pembela Rakyat (FPR)

2

Malang Raya (Kota dan Kab. Malang, Kota Batu)

19 - 22 April 2016 Malang Corruption Watch

Universitas Brawijaya

Universitas Muhammdiyah Malang

3 Nias (Kota Gunung Sitoli)

17 - 20 Mei 2016 LBH Ya’ahow PKPA

4 Kab. Jepara & Kab. Kudus 21 – 24 Juni 2016 Lakpesdam NU Jepara

5 Kab. Temanggung 9 – 12 Agustus 2016 GP Ansor

Kota Magelang

Universitas Tidar

Universitas Muhammadiyah Magelang

6 Kab. Pangandaran

20 – 23 September 2016 Lakpesdam NU Pangandaran

7 Kab. Kuningan 18 – 21 Oktober 2016 LSM Armada

Page 161: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

D. Surat Keputusan Otomasi

Page 162: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

E. Permohonan Data Dari Internal

Page 163: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$

F. Permohonan Data Dari Eksternal

Page 164: t7,1'$.$1 $.7,) %$*,$1 '8.81*$1 3(/$