t34161.pdf
-
Upload
nunung-rusmiati -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of t34161.pdf
-
7/23/2019 t34161.pdf
1/14
i
PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA DI
DUSUN JOMEGATAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL
Naskah Publikasi
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
IRA ALVIONITA
20100320123
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
-
7/23/2019 t34161.pdf
2/14
1
-
7/23/2019 t34161.pdf
3/14
2
-
7/23/2019 t34161.pdf
4/14
1
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Depresi Pada Lansia di Dusun Jomegatan,
Ngestiharjo, Kasihan, Bantul
Ira Alvionita 1,Nurul Hidayah, S.Kep., Ns 2, Nurvita Risdiana, S.Kep.,Ns.,M.Sc2
Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
INTISARI
Latar Belakang :
Peningkatan jumlah lansia dan AHH menimbulkan beberapa permasalahan
kesehatan fisik, mental ataupun sosial. Depresi merupakan gangguan mental yangsering ditemui pada geriatri. Gejala umum yang dialami lansia yaitu rasa khawatir,rasa tidak berguna, sedih, pesimis, tidak dapat tidur, dan sulit mengerjakan segala
sesuatu. Terdapat bebagai macam cara untuk menurunkan depresi, termasuk terapitertawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi tertawa terhadap
depresi pada lansia di dusun Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.Metode Penelitian :
Penelitian ini adalah study intervensi berupa penelitian kuantitatif dengan
rancangan Quasy Experiment Design: Pretest-Posttest Control Group Design .Sampel pada penelitian ini sebanyak 32 orang lansia dengan masing-masing 15 lansia
sebagai kelompok intervensi dan 17 lansia sebagai kelompok kontrol di dusunJomegatan, Kasihan, Bantul. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknikpurposive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel yang memenuhi
kriteria inklusi akan dipilih secara simple random. Analisis data yang digunakan
adalah Wilcoxon danMann Whitney.Hasil Penelitian :
Terdapat pengaruh terapi tertawa terhadap depresi pada lansia dengan nilai pvalue 0,003 ( < 0,05). Selain itu terdapat nilai p value pada kelompok kontrol
sebesar 0,805 dan kelompok perlakuan sebesar 0,001.Kesimpulan :
Terapi tertawa berpengaruh terhadap penurunan depresi pada lansia.
Kata Kunci : terapi tertawa, depresi, lansia
1 Mahasiswa PSIK FKIK UMY
2 Dosen Pengajar PSIK FKIK UMY
-
7/23/2019 t34161.pdf
5/14
2
The Effect of Laughter Therapy To Depression In Elderly in Jomegatan village,
Ngestiharjo, Kasihan, Bantul
Ira Alvionita
1
,Nurul Hidayah, S.Kep., Ns
2
,Nurvita Risdiana,S.Kep.,Ns.,M.Sc2
Karya Tulis Ilmiah, School of Nursing, Medical and Health Sciences Faculty,
University Muhammadiyah of Yogyakarta
ABSTRACT
Background:An increasing number of elderly and AHH cause some physical, mental or
social health problems. Depression is a common mental disorder in the elderly.Common symptoms which is experienced by the elderly is the worry, the taste ofuseless, sad, pessimistic, cant sleep, and difficult to do everything. There are many
ways to reduce depression, including laughter therapy. The study aimed to determinethe effect of laughter therapy on depression in the elderly in the Jomegatan village,Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
Methodology of Research:
The research used a quantitative research study with Quasy Experiment
Design: Pretest-posttest control group design. The samples in this study were 32older people with 15 elderly as the intervention group and 17 elderly as controlgroup in the Jomegatan village, Kasihan, Bantul. The sampling technique used
purposive sampling with inclusion and exclusion criteria. Samples that meet theinclusion criteria will be selected by simple random. Analysis of the data used the
Wilcoxon and Mann Whitney Test.Results:
There is an influenced of laughter therapy on depression in older adults with
a p value of 0.003 (
-
7/23/2019 t34161.pdf
6/14
3
PENDAHULUAN
Jumlah lansia di Indonesia diperkirakan pada tahun 2020 menjadi 29,1 juta
dan pada tahun 2025 menjadi 36 juta jiwa
1
. Dilihat dari Angka Harapan Hidup(AHH) lansia di Indonesia meningkat dari 68,5 tahun pada tahun 2006 menjadi 69,65
tahun pada tahun 20111. Menurut profil kesehatan RI dalam Komnas lansia (2010)pada tahun 2000 proporsi penduduk lansia adalah 7,18% dan pada tahun 2010 jumlah
penduduk lansia sebanyak 7,59% dari jumlah seluruh penduduk di dunia2. Jika dilihatsebaran penduduk lansia menurut provinsi, persentase penduduk lansia di atas 10 %ada di provinsi D.I. Yogyakarta (14,02 %), Jawa Tengah (10,99 %), Jawa Timur
(10,92 %) dan Bali (10,79 %), sedangkan presentase penyebaran penduduk lansia diDIY menurut kabupaten maupun kota yang tertinggi ada di kabupaten Bantul
(35,52%), Gunung Kidul (28,78%), Sleman (16,58%), Kulon Progo (12,10%), danYogyakarta (7,02%) 3.
Peningkatan jumlah lansia dan AHH menimbulkan beberapa permasalahankesehatan fisik, mental ataupun sosial 4. Masalah yang sering muncul pada lansiatidak hanya masalah kesehatan yang bersifat kronis, masalah lain yang mengancam
lansia terutama berusia 75 tahun keatas adalah gangguan intelektual, imobilitas,instabilitas, inkontensia, reaksi obat, delirium, demensia, depresi, dan harga dirirendah5. Pada lansia yang tinggal sendirian dan tidak memiliki dukungan sosial dalam
kesehariannya, kemungkinan lebih mudah merasa tertekan saat menghadapi masalahkarena mereka tidak memiliki tempat berbagi cerita sekaligus orang yang dapat
membantunya dalam segala keterbatasan yang mereka miliki di usia lanjut. Kondisiini dapat berujung pada munculnya depresi dalam diri mereka5.
Salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menurunkan depresi
adalah dengan terapi tertawa. Terapi tertawa merupakan salah satu terapi relaksasiyang berguna untuk memperlancar peredaran darah sehingga bisa mencegah
penyakit, memelihara kesehatan, dan menghilangkan stress6. Dengan melakukanterapi tertawa, responden dilatih untuk memunculkan respon relaksasi sehingga dapatmencapai keadaan tenang, sehingga dapat memberikan pemijatan halus di kelenjar-
kelenjar dalam tubuh, menurunkan produksi kortisol dalam darah sertamengembalikan pengeluaran hormon secukupnya7. Menurut penelitian yang
dilakukan Hae-Jin., et al8 menunjukkan bahwa terapi tertawa dapat mempengaruhitingkat depresi, insomnia dan kualitas tidur pada lansia. Sementara penelitian yangdilakukan Takeda., et al9 mengemukakan bahwa tertawa dan humor dapat digunakan
sebagai pengobatan alternatif dan komplementer bagi pasien demensia.Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi
tertawa terhadap depresi pada lansia. Tujuan khusus penelitian ini adalah (1)Mengetahui tingkat depresi lansia sebelum dan sesudah pemberian terapi tertawapada lansia kelompok perlakuan, (2) Mengetahui tingkat depresi lansia sebelum dan
sesudah pemberian terapi tertawa pada kelompok tanpa perlakuan, (3) Mengetahuiperbedaan tingkat depresi sebelum dan sesudah dilakukan terapi tertawa pada
kelompok perlakuan dan kontrol pada lansia di Dusun Jomegatan, Ngestiharjo,Kasihan, Bantul.
-
7/23/2019 t34161.pdf
7/14
4
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan Quasy eksperimental pre-test and post-test with
control group design. Populasi pada penelitian ini adalah lansia yang mengalamidepresi. Berdasarkan data tahun 2012 di wilayah Puskesmas Kasihan II serta dari
hasil survey pendahuluan jumlah lansia di dusun Jomegatan adalah 171 orang. Tehnikpengambilan sampel adalah dengan purposive sampling yaitu lansia sebanyak 34
orang akan menjadi sampel dalam penelitian ini, Jumlah awal responden padakelompok perlakuan yaitu 17 orang, namun pada akhir penelitian, 2 responden tidakmengikuti intervensi selama 2 kali pertemuan. Oleh karena itu responden tersebut
dilakukan drop out dan hanya terdapat 15 responden yang memenuhi kriteria inklusidiakhir penelitian pada kelompok perlakuan. Sedangkan kelompok kontrol dari awal
sampai akhir penelitian adalah sebanyak 17 orang sehingga jumlah seluruh respondenadalah 32 orang. Sampel diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.Variabel penelitian adalah intervensi terapi tertawa pada lansia yangmenglami depresi. Hasil penelitian untuk variabel terapi tertawa dikatakan skala
nominal, sedangkan variabel penelitian skor depresi pada lansia dikatakan skalaordinal. Instrumen penelitian ini adalah Geriatric Depression Scale (GDS) dengancara wawancara dengan responden.
Pada penelitian ini, analisis data dilakukan dengan membandingkan keadaan
sebelum dn sesudah pelakuan. Selain itu dilakukan juga perbandingan antara keduakelompok (intervensi dn kontrol). Kemudian dilihat perbedaan selisih peningkatanskor depresi sebelum dilakukan terapi tertawa dan setelah dilakukan terapi tertawa
serta juga melihat penurunan skor depresi pada kedua kelompok. Analisis data inimenggunakan uji statistik dengan Wilcoxon Sigred Rank Test (Uji Non
Parametrik) dan Mann Whitney yang memiliki tingkat kepercayaan 95%. Ujianalisis tersebut digunakan apabila terdapat dua sampel kuantitatif dalam skalanominal dan ordinal serta digunakan untuk melihat perbedaannya10. Data akan diolah
menggunakan aplikasi SPSS 16.
HASIL DAN PEMBAHASANPenelitian ini dilkukan pada pertengahan bulan Februari sampai akhir bulan
Maret 2014 selama 4 minggu di Dusun Jomegatan,Ngestiharjo, Kasihan, Bantul
dengan jumlah responden sebanyak 32 orang, yaitu 15 responden untuk kelompokperlakuan dan 17 responden untuk kelompok kontrol. Analisa data yangdigunakan
meliputi analisis univariat dan analisis bivariat yang dideskripsikan berikut ini:1.
Hasil Uji Statistik Berdasarkan Distribusi Karakteristik SampelTabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan usia, jenis
kelamin, pekerjaan, status pernikahan, tinggal bersama dan riwayat penyakit.
Karakteristik
Responden
Kelompok
Perlakuan
Kelompok
KontrolTotal
n=15 % n=17 % n %
-
7/23/2019 t34161.pdf
8/14
5
Usia60-74 tahun 15 100 17 100 32 100,0
Jenis KelaminLaki-lakiPerempuan
510
33,366,7
413
23,576,5
923
28,171,9
Status PernikahanCerai MatiMenikah
78
46,753,3
98
52,947,1
1616
5050
PekerjaanTidak bekerjaBuruhPedagangPetani
13-11
86,7-
6,76,7
152--
88,211,8
--
28211
87,56,23,13,1
Tinggal BersamaSendiriKeluarga
-15
-100
314
17,682,4
329
9,490,6
PendidikanTidak SekolahSDSMPSMA
Sarjana
6611
1
40406,76,7
6,7
124-1
-
70,623,6
-5,9
-
181012
1
56,231,23,16,2
3,1
Riwayat PenyakitTidak Ada
HipertensiRematikGinjalDMJantung
10
2-111
66,7
13,3-
6,76,76,7
13
21---
76,5
11,85,9---
24
41111
75
12,53,13,13,13,1
Sumber: data primer
Berdasarkan tabel 1. Karakteristik responden menurut usia yakni denganjumlah terbanyak adalah pada usia 60-74 tahun pada kelompok perlakuanberjumlah 15 orang (100%) dan kelompok kontrol berjumlah 17 orang (100%).
Berdasarkan sensus penduduk 2010, Indonesia memiliki jumlah lansia denganusia lebih dari 60 tahun sebanyak 18,1 juta jiwa atau 9,6 % 1.
Responden berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak adalah wanita, padakelompok perlakuan berjumlah 10 orang (66,7%) dan kelompok kontrolberjumlah 13 orang (76,5%). Menurut profil kesehatan1 jumlah lansia di
Yogyakarta paling banyak adalah perempuan yaitu 226.168 jiwa sedangkan laki-laki berjumlah 184.999 jiwa. Berdasarkan angka harapan hidup (AHH)
-
7/23/2019 t34161.pdf
9/14
6
penduduk lansia yang paling banyak adalah perempuan yaitu 8,2 % dan laki-laki
sebanyak 6,9 %11. Menurut Ibrahim4 seorang wanita 20 % lebih cenderung
terdapat gangguan depresi berat dibandingkan laki-laki dengan kecenderungan10 % dan wanita dua kali lebih sering terdiagnosa menderita depresi
dibandingkan laki-laki karena perubahan hormonal dalam siklus menstruasi yangberhubungan dengan kelahiran dan menopouse.
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan terbanyak adalah tidakbekerja dimana pada kelompok perlakuan sebanyak 13 orang (86,7) dankelompok kontrol senanyak 15 orang (88,2%). Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) RI Susenas16 angka ketergantungan penduduk tua (olddependency ratio) adalah sebesar 11,90 yang menunjukkan bahwa setiap 100
orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 12 orang penduduklansia. Karena kondisi fisik yang sudah tidak produktif lagi, kebanyakan lansia
tidak memiliki pekerjaan sehingga mereka hanya menghabiskan waktu mereka dirumah saja.Menurut Ibrahim4 kehilangan pekerjaan adalah situasi yang dapatmenurunkan harga diri yang merupakan tanda-tanda dari stress yang spesifik.
Hal inilah yang menjadi faktor sosial yang menyebabkan depresi.Hasil penelitian frekuensi berdasarkan status pernikahan pada kelompok
perlakuan yang terbanyak adalah menikah sebanyak 8 orang (53,3%) dan untuk
kelompok kontrol yaitu cerai mati sebanyak 9 orang (52,9 %). Berdasarkan dataSusenas (2012) lansia berstatus menikah sebanyak 57,81% dan cerai mati
sebanyak 39,06% 1. Menurut Brehm depresi dapat diakibatkan oleh adanyaperistiwa negatif yang menyebabkan perubahan, pengalaman penuh stress sepertikematian4.
Karakteristik responden pada pendidikan terakhir pada kelompokperlakuan adalah tidak sekolah sebanyak 6 orang (40%) dan SD 6 orang (40%)
dan pada kelompok kontrol di dominasi tidak sekolah yaitu 12 orang (70,6%).Jika kita lihat dari aspek pendidikan, lansia umumnya memiliki pendidikan yanglebih rendah dari yang berusia muda. Menurut hasil Susenas tahun 2012
memperlihatkan pendidikan lansia relatif rendah karena tidak/ belum pernahsekolah yaitu 26,84% dan tidak tamat SD sebanyak 32,32% serta lulusan SD
sebanyak 23,49% 1.Berdasarkan tinggal bersama mayoritas pada kedua kelompok adalah
tinggal bersama keluarga berjumlah 15 orang (100%) pada kelompok perlakuan
dan 14 orang (82,4%) pada kelompok kontrol. Lingkungan keluarga merupakansalah satu penyebab terjadinya depresi. Kehilangan anggota keluarga dalam
menghadapi masalah menimbulkan tekanan dapat mempengaruhi terjadinyadepresi4. Sedangkan untuk riwayat kesehatan mayoritas tidak memiliki penyakityaitu 10 orang (66,7%) pada kelompok perlakuan dan 13 orang (76,5%) pada
kelompok kontrol. Jika kita lihat dari riwayat penyakit, depresi yang dialamilansia lebih banyak terjadi karena faktor psikologi12.
-
7/23/2019 t34161.pdf
10/14
7
2. Analisis Univariat
Nilai skor depresi pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan terapi tertawa
pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabelberikut:
Tabel 2. Deskriptif statistik nilai penurunan depresi pada lansia sebelum dansetelah dilakukan terapi tertawa pada kelompok perlakuan
Depresi DP0 DP1
N 15 15
MeanMinMaxSD
6,275,0013,002,19
4,201,00
10,002,24
Sumber: data primer 2014
Berdasarkan tabel 2. Data statistik skor depresi pada lansia sebelum dansetelah dilakukan terapi tertawa pada kelompok perlakuan. Nilai rata-rata
(mean) DP0 yaitu 6,27 dan DP1 4,20 dan untuk SD pada DP0 2,19 danDP1 yaitu 2,24.Tabel 3. Deskriptif statistik nilai penurunan depresi pada lansia sebelum
dan sesudah dilakukan terapi tertawa pada kelompok kontrol.
Depresi DK0 DK1
n 17 17MeanMinMaxSD
6,595,0012,002,43
6,653,00
12,002,94
Sumber: data primer 2014Berdasarkan tabel 3. Data statistik skor depresi pada lansia sebelum
dan sesudah dilakukan terapi tertawa pada kelompok kontrol. Nilai rata-rata (mean) DK0 6,59 dan DK1 6,65 dan SD pada DK02,43 dan DK1
2,94.3. Analisis Bivariat
a. Hasil uji normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Shapiro-Wilk.Tabel 4. Hasil uji normalitas skor depresi pre dan post terapi tertawa.
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
DP-DK0 (Nilai pretest responden) 0,691 32 0,000
DP-DK1 (Nilai posttest responden) 0,866 32 0,001
Sumber: data primer 2014
Berdasarkan tabel 4. Hasil uji normalitas skor depresi pre dan postdengan menggunakan Shapiro-Wilk didapatkan nilai signifikansi p =0,000 (p < 0,05) yang berarti data tidak terdistribusi normal sehingga data
-
7/23/2019 t34161.pdf
11/14
8
akan diolah menggunakan uji Wilcoxon untuk mengetahui pengaruh dari
hasil sebelum dan sesudah dilakukan terapi tertawa pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol serta menggunakan analisis MannWhitney untuk mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah terapi tertawa
pada kedua kelompok.b. Analisis Uji Wilcoxon
Tabel 5. Hasil uji Wilcoxon kelompok perlakuan dan kelompokkontrol terhadap skor depresi pada lansia pre dan post test.
Uji wilcoxon
Mean Ranks Z Sig.(2-tailed)
DP0 - DP1
DK0 - DK1
0,00
6,00
-3,332
-0,247
0,001
0,805
Sumber: data primer 2014Berdasarkan tabel 5. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan nilai
skor depresi pada lansia pada kelompok perlakuan, dimana didapatkan
nilai signifikansi p = 0,001 (p < 0,05) dengan nilai Z yaitu -3,332, dimananilai Z tabel lebih besar dari Z hitung (-1,96 atau 1,96) sehingga dapat
disimpulkan adanya perbedaan tingkat depresi antara kelompokperlakuan dan kontrol.
c. Analisis Uji Mann Whitney
Tabel 6. Hasil uji Mann Whitney kelompok perlakuan dan kelompokkontrol terhadap skor depresi pada lansia pre dan post test.
Uji Mann Whitney
Kelompok Mean Z Sig. (2-tailed)
Pre- test DP0
DK0
16,50
16,50
0,000 1,000
Post- test DP1
DK1
11,27
21,12
-3,004 0,003
Sumber: data primer 2014
Berdasarkan tabel 6. Hasil analisis menunjukkan tidak adanyaperbedaan skor depresi pada saat pre-test pada kedua kelompok,sedangkan pada saat post-test terdapat perbedaan nilai signifikansi yaitu
0,003 (p < 0,05) dengan nilai Z yaitu -3,004 (Z tabel > Z hitung) yang
berarti Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terapi tertawa dapatmempengaruhi tingkat depresi pada lansia di Dusun Jomegatan,Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan dari terapi tertawa terhadap depresi pada lansia. Hal inididukung oleh penelitian Nurgraheni (2007) yang meneliti tentang
Pengaruh Terapi Tertawa Tehadap Depresi Pada Usia Lanjut Di
-
7/23/2019 t34161.pdf
12/14
9
Wirosaban, RW XIV Surosutan, Umbulharjo, Yogyakarta dan penelitian
Hae-Jin., et al. (2011) dengan judul Effects of Laughter Therapy on
Depression, Cognition and Sleep Among The Community-DwellingElderly
Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering terjadi padalansia. Gejala yang sering muncul adalah sering mengalami gangguan
tidur atau sering terbangun sangat pagi yang bukan merupakankebiasaannya sehari-hari, sering merasa lelah, capek, lemas, mudah terjadimarah, dan daya konsentrasi berkurang13.
Menurut Ibrahim4 faktor sosial seperti kehilangan kerabat dekat,kehilangan pekerjaan, serta kehilangan pendapatan dapat menjadi pemicu
depresi pada lansia. Hal ini terjadi pda lansia yang tinggal di dusunJomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul yang merupakan tidak memiliki
pekerjaan, janda / duda dan kehilangan pendapatan. Keadaan seperti itumeyebabkan lansia sulit tidur, hilangnya semangat, kegelisahan, danproduktifitas menurun sehingga timbul gejala-gejala depresi6.
Terapi relaksasi yang dikemukakan oleh Gilliland, James danBowman pada tahun 1994 yang dapat digunakan untuk mengurangidepresi. Relaksasi ini bermanfaat untuk merilekskan seluruh otot-otot
tubuh, menumbuhkan rasa nyaman dan membangun atau memperbaikiperasaan dan kondisi kejiwaan dari lansia4. Menurut Setyoadi dan
Kushariyadi6 terapi tertawa merupakan salah satu terapi relaksasi yangberguna untuk memperlancar peredaran darah, sehingga bisamenghilangkan stress. Tehnik terapi tertawa inilah yang dipilih menjadi
intervensi yang diberikan kepada kelompok perlakuan pada penelitian ini.Lansia pada kelompok perlakuan diminta untuk melakukan terapi tertawa.
Sedangkan, kelompok kontrol hanya dilakukan pengukuran pre-test danpost-testsaja dan tidak diberikan intervensi terapi tertawa.
Tertawa adalah proses fisik yang berguna untuk mengurangi nyeri,
kecemasan, stress, kemarahan, dan ketakutan15. Terapi ini dapat dilakukanoleh semua orang dengan mengeluarkan suara tawa dari mulut yang akan
melibatkan otot-otot wajah, perut, dan diafragma yang akan memperlancarperedaran darah sehingga membuat tubuh lebih bugar dan ceria16.
Menurut Purwanto17 terapi tertawa dapat memunculkan respon
relaksasi sehingga dapat memberikan pemijatan halus di kelenjar-kelenjardidalam tubuh, menurunkan kortisol dalam darah serta mengembalikan
hormon secukupnya. Sistem neurotransmitter serotonin dan norepinefrinnormalnya menimbulkan dorongan bagi area limbik dalam otak untukmemperkuat rasa nyaman seseorang, menciptakan rasa bahagia, nafsu
makan baik dan keseimbangan psikomotor. Hal ini lah yang mendukungbahwa kekurangan serotonin dapat menimbulkan depresi18.
-
7/23/2019 t34161.pdf
13/14
10
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Terdapat pengaruh yang signifikan pada terapi tertawa terhadap depresi padalansia di dusun Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
SaranPerlu adanya program yang melatih terapi tertawa pada lansia sehingga dapat
dijadikan salah satu cara alternatif untuk menurunkan depresi pada lansia. Lansia jugaharus berperan aktif dan mandiri dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA1. Departemen Kesehatan RI. (2012). Sehat Dan Aktif Di Usia Lanjut. diakses
tanggal 6 Januari 2014 melaluihttp://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2143
2.
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2011). Hasil Sensus Penduduk 2010.Jakarta. diakses tanggal 31 Oktober 2013 melaluihttp://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDO
NESIA_TAHUN_2011.pdf3. Dinas Kesehatan Provinsi DIY. (2012). Yogyakarta. diakses tanggal 31
Oktober 2013 melalui http://dinkes.jogjaprov.go.id/files/64370-Profil-Kes-
DIY-2012.pdf4. Ibrahim, A.S. (2011). Gangguan Alam Perasaan, Manik Depresi.
Tanggerang: Jelajah Nusa.5. Tahmer,S & Noorkasiani. (2009). Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan
asuhan keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika (Setyoadi &
Kushariyadi, 2011)6.
Purwanto, S. (2007). Terapi Insomnia. Diakses tanggal 14 November 2013,
dari http://klinis.wordpress.com7. Ko, et al. (2011).Effects of Laughter Therapy on Depression, Cognition and
Sleep among The Community-dwelling Elderly. diakses tanggal 3 November
2013 melalui http://laughterourbestmedicine.com/images/peerrev.pdf8. Takeda, M., et al . (2010). Laughter and Humor as Complementary and
Alternative Medicine for Dementia Patients. diakses tanggal 31 Oktober 2013melalui http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2896339/pdf/1472-6882-10-28.pdf
9. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan. Jakarta: Salemba Medika
10.
Lubis, N.L. (2009).Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana.11.Maryam, R.S., et al. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta: Salemba Medika
12.Hawari, Dadang. (2004). Menejemen stress, Cemas, dan Depresi.FakultasKedokteran UniversitasIndonesia. Jakarta: Gaya Baru
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2143http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdfhttp://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdfhttp://dinkes.jogjaprov.go.id/files/64370-Profil-Kes-DIY-2012.pdfhttp://dinkes.jogjaprov.go.id/files/64370-Profil-Kes-DIY-2012.pdfhttp://laughterourbestmedicine.com/images/peerrev.pdfhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2896339/pdf/1472-6882-10-28.pdfhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2896339/pdf/1472-6882-10-28.pdfhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2896339/pdf/1472-6882-10-28.pdfhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2896339/pdf/1472-6882-10-28.pdfhttp://laughterourbestmedicine.com/images/peerrev.pdfhttp://dinkes.jogjaprov.go.id/files/64370-Profil-Kes-DIY-2012.pdfhttp://dinkes.jogjaprov.go.id/files/64370-Profil-Kes-DIY-2012.pdfhttp://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdfhttp://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdfhttp://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2143 -
7/23/2019 t34161.pdf
14/14
11
13.Kataria, M. (2010). Certified Laughter Yoga Leader Training (CLYL).
Bangalore. diakses 30 November 2013, melalui
http://ebookbrowse.com/2010-leader-training-flyer-doc-d11993608114.Guyton, A. C. & Hall, J. E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC15.Dinas Kesehatan DIY. (2012). Profil Kesehatan Penduduk Indonesia.
Departemen Kesehatan Provinsi DIY
http://ebookbrowse.com/2010-leader-training-flyer-doc-d119936081http://ebookbrowse.com/2010-leader-training-flyer-doc-d119936081