T1_292008230_BAB II

22
  19 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Keefektifan 2.1.1. Pengertia n Ke efektifan Keefektifan berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai dengan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusaha melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Said, 1981:83). Menurut  Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) , efektifitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil serta merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektifitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan. Menurut  Kamus  Poerwadarminta (1994:32) di dalam pengajaran, efektifitas berkenaan dengan pencapaian tujuan, dengan demikian analisis tujuan merupakan kegiatan pertama dalam perencanaan pengajaran. Menurut Sadiman keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan  proses belajar mengajar (dalam Irfa’i, 2002:102). Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran, yaitu: 1. Persentasi waktu belajar sis wa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM; 2. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa; 3. Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan; dan 4. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir (2), tanpa mengabaikan butir (4) (  So em o sa sm ito , 19 88 : 11 9). Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah  pelaksanaan proses belajar mengajar (Trianto 2009: 20) . Menurut TIM Pembina

description

BAB II

Transcript of T1_292008230_BAB II

  • 19

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2. 1 Keefektifan

    2.1.1. Pengertian Keefektifan

    Keefektifan berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah

    ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai dengan rencana, baik

    dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusaha melalui aktivitas

    tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang

    maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Said, 1981:83).

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), efektifitas adalah

    sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil

    serta merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini

    efektifitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang

    telah dicanangkan.

    Menurut Kamus Poerwadarminta (1994:32) di dalam pengajaran,

    efektifitas berkenaan dengan pencapaian tujuan, dengan demikian analisis tujuan

    merupakan kegiatan pertama dalam perencanaan pengajaran. Menurut Sadiman

    keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan

    proses belajar mengajar (dalam Irfai, 2002:102).

    Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan

    utama keefektifan pengajaran, yaitu:

    1. Persentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM;

    2. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa;

    3. Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa

    (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan; dan

    4. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan

    struktur kelas yang mendukung butir (2), tanpa mengabaikan butir (4)

    (Soemosasmito, 1988:119).

    Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah

    pelaksanaan proses belajar mengajar (Trianto 2009: 20) . Menurut TIM Pembina

  • 20

    Mata Kuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, bahwa efisisensi dan

    keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala daya

    upaya guru untuk membantu para siswa agar bisa belajar dengan baik. Untuk

    mengetahui keefektifan mengajar, dengan memberikan tes sebab hasil tes dapat

    dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran.

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas, keefektifan menurut peneliti

    adalah hasil maksimal yang diperoleh siswa dari suatu usaha yang dilakukan

    setelah proses belajar mengajar berlangsung.

    2.1.2. Ciri-ciri Keefektifan

    Menurut Harry Firman (1987), keefektifan program pembelajaran

    ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang

    telah ditetapkan

    2. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif

    sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional.

    3. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar

    2.1.3. Kriteria Keefektifan

    Keefektifan model pembelajaran merupakan suatu ukuran yang

    berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Model

    pembelajaran dikatakan efektif apabila secara statistik hasil belajar siswa

    menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan

    pemahaman setelah pembelajaran. Selain itu setelah pembelajaran siswa menjadi

    lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih

    baik dan juga siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan. Efektivitas dalam

    pembelajaran mempunyai beberapa indikator yang diraih. Indikator efektivitas

    pembelajaran meliputi ketertarikan, keaktifan siswa dan hasil prestasi belajar

    (Umi Budi Rahayu, 2008).Dalam hal ini yang akan diteliti adalah hasil belajar

    siswa. Pembelajaran merupakan suatu usaha dasar yang dilakukan oleh guru

    dengan tujuan untuk mebantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan

  • 21

    dan minatnya, sehingga perubahan tingkah laku yang diharapkan dapat terwujud.

    Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan

    pembelajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

    dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan demikian

    hasil belajar dapat dilihat dari hasil yang dicapai siswa, baik hasil belajar (nilai),

    peningkatan kemampuan berfikir dan memecahkan masalah, perubahan tingkah

    laku atau kedewasaan.

    2.2 Metode Pembelajaran

    2.2.1 Pengertian Metode Pembelajaran

    Menurut Nana Sudjana (2005:76), metode pembelajaran adalah cara

    yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat

    berlangsungnya pengajaran. Menurut M. Sobri Sutikno (2009:88) menyatakan

    bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang

    dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam

    upaya untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara

    yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

    bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut

    Benny A. Pribadi (2009:11) menyatakan tujuan proses pembelajaran adalah agar

    siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan. Untuk mencapai

    tujuan proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematik.

    Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat peneliti tegaskan bahwa

    metode pembelajaran adalah suatu pola atau bentuk yang digunakan oleh guru

    sebagai pedoman dalam merencanakan proses belajar mengajar yang dirancang

    berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada

    tingkat operasional di kelas yang disusun secara sistematis dalam

    mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

  • 22

    2.3. Metode Guided Discovery

    2.3.1. Pengertian Metode Guided Discovery

    Menurut Howe and Jones (1993:172) menjelaskan; guided discovery is

    an instructional method that allows and requires more pupil autonomy than direct

    instruction This method is the one most often recommended by science educator.

    Pembelajaran penemuan terbimbing memungkinkan siswa belajar melalui

    keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, juga

    belajar memecahkan masalah secara mandiri melalui penyelidikan. Pembelajaran

    penemuan terbimbing dapat dilaksanakan dengan baik, apabila guru membimbing

    siswa menetapkan standar perilakunya sendiri dan bertanggung jawab atas

    perilaku dan kinerjanya sendiri.

    Menurut Gorman dan Richard M (Hadiningsih: 2009) bahwa

    pembelajaran dengan metode discovery (penemuan) dapat dilakukan dalam dua

    bentuk yaitu free discovery (penemuan bebas) dan guided discovery (penemuan

    terbimbing). Penelitian ini secara khusus akan membahas tentang metode guided

    discovery, dalam metode pembelajaran ini guru berperan sebagai pembimbing

    siswa dalam belajar serta membantu siswa memperoleh pengetahuan yang

    dicarinya dengan cara mengorganisasi masalah, mengumpulkan data,

    mengkomunikasikan, memecahkan masalah dan menyusun kembali kata-kata

    sehingga membentuk konsep baru. Proses pembelajaran dengan metode guided

    discovery menitik beratkan pada pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan

    mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini daftar kegiatan

    yang telah dipersiapkan. Dari kedua bentuk metode diatas, yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah metode guided discovery.

    Bruner (dalam Dahar, 1989), menyatakan bahwa belajar dengan metode

    discovery merupakan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, berusaha

    untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,

    menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

    Menurut Sund (Suryobroto, 2002), menyatakan bahwa discovery

    merupakan proses mental, dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau

  • 23

    menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan mengukur, membuat

    kesimpulan dan sebagainya.

    Dalam metode guided discovery siswa diberi pertanyaan-pertanyaan untuk

    mencapai keberhasilan dalam menggungkap konsep atau prinsip-prinsip yang

    dapat diukur. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka perlu

    dipecahkan melalui suatu percobaan dan ditemukan hasilnya berupa konsep dan

    prinsip yang benar-benar masih baru. Metode guided discovery memberikan hal-

    hal baru, yang sebelumnya belum pernah dialami dan dilakukan siswa, sehingga

    siswa akan memiliki pengalaman yang dapat tersimpan dalam ingatannya dengan

    baik, tahan lama, dan mengesankan.

    Dalam pelaksanaannya, metode guided discovery lebih banyak diterapkan,

    karena dengan petunjuk guru siswa akan bekerja lebih terarah dalam rangka

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun bimbingan guru bukanlah

    semacam resep yang harus diikuti tetapi hanya merupakan arahan tentang

    prosedur kerja yang diperlukan.

    Menurut Soejadi (dalam Auliya, 2007) guided discovery merupakan metode

    pembelajaran yang mengajak siswa atau mendorong siswa untuk melakukan

    kegiatan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya siswa menemukan sesuatu yang

    diharapkan. Menurut Burner (dalam Dahar, 1989:103) menyatakan bahwa belajar

    penemuan merupakan pencarian pengetahuan siswa secara aktif oleh manusia,

    berusaha untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang

    menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

    Menurut Wilcolx (dalam Nur, 2000) mengatakan bahwa dalam pembelajaran

    penemuan siswa terdorong untuk belajar aktif melalui keterlibatan mereka sendiri

    dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk

    memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka

    menemukan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri.

    Menurut Suryobroto (dalam Hadiningsih, 2009:31) metode penemuan

    (discovery) diartikan sebagai suatu prosedur pembelajaran yang lebih menekankan

    kepada belajar yang dilakukan secara individual, memanipulasi objek, dan

    percobaan-percobaan yang dilakukan oleh siswa sebelum pada generalisasi.

  • 24

    Metode penemuan merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi

    metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses,

    mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif.

    Menurut Martono (dalam Hadiningsih, 2009:32) pembelajaran dengan

    metode guided discovery digunakan apabila didalam kegiatan penemuan guru

    menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa, sebagian

    besar perencanaan dibuat oleh guru. Siswa tidak merumuskan masalah, petunjuk

    yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.

    Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat peneliti tegaskan bahwa

    metode guided discovery adalah proses pembelajaran yang melibatkan siswa

    secara aktif untuk mencoba menemukan sendiri konsep-konsep dan prinsip-

    prinsip yang dilakukan melalui kegiatan percobaan dengan bimbingan dan

    petunjuk yang diberikan guru.

    2.3.2 Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Guided Discovery

    Menurut Hendro Darmodjo dalam Hadiningsih 2009:33) langkah-langkah

    metode guided discovery sebagai berikut:

    1. Melemparkan masalah-masalah untuk dipecahkan siswa

    2. Memberi motivasi belajar

    3. Membantu siswa yang benar-benar memerlukan agar tidak mengalami jalan

    buntu dan frustasi

    Menurut Sudjana (dalam Hadiningsih 2009:34) langkah-langkah metode

    penemuan dalam pembelajaran sebagai berikut:

    1. Merumuskan masalah untuk dipecahkan siswa

    2. Menetapkan jawaban sementara

    3. Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab

    permasalahan atau hipotesis

    4. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi

    5. Mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.

  • 25

    Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka langkah-langkah yang sesuai

    dengan karakteristik metode guided discovery/penemuan terbimbing pada

    pembelajaran IPA yang peneliti pergunakan adalah sebagai berikut:

    a. Merumuskan masalah

    Siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi masalah yang muncul.

    b. Mengajukan hipotesis

    Berdasarkan masalah yang ada siswa dituntut untuk membuat

    hipotesis/jawaban sementara.

    c. Mengumpulkan data

    Untuk menjawab dan membuktikan benar tidaknya hipotesis, siswa diberi

    kesempatan untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi yang relevan

    dan jelas yaitu dengan melakukan percobaan.

    d. Menguji hipotesis

    Semua data dan informasi yang diperoleh kemudian diolah oleh siswa

    sehingga dapat mengetahui hipotesis yang dibuat siswa diawal kegiatan

    tersebut terbukti atau tidak.

    e. Merumuskan kesimpulan

    Guru mengarahkan siswa untuk belajar menarik kesimpulan berdasarkan hasil

    percobaan yang telah dilakukan.

    2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Guided Discovery

    Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-

    masing. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar (dalam Hadiningsih 2009:33),

    kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran guided discovery adalah sebagai

    berikut:

    a. Kelebihan Metode Guided Discovery

    1. Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak

    persediaan dan menguasaan keterampilan dari proses kognitif siswa.

    2. Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan

    mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti

    pendalaman dari pengertian, retensi dan transfer.

  • 26

    3. Membangkitkan gairah pada siswa misalnya siswa merasakan jerih payah

    penyelidikan, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan

    4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan

    kemampuannya sendiri.

    5. Menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga

    siswa lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar.

    6. Membantu dan memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya

    kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan

    7. Berpusat pada siswa.

    8. Membantu perkembangan siswa dalam menemukan kebenaran akhir

    yang mutlak.

    Menurut Jerome Bruner keuntungan dari metode pembelajaran guided

    discovery adalah sebagai berikut:

    1. Potensi mental

    2. Lebih pada motivasi awal

    3. Pembelajaran berorientasi penemuan

    4. Konservasi memori

    b. Kekurangan Metode Guided Discovery

    1. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental

    2. Kurang baik untuk mengajar kelas besar.

    3. Harapan yang ditumpahkan pada model ini mungkin mengecewakan

    guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran

    secara tradisional.

    4. Mengajar dengan metode guided discovery mungkin akan dipandang

    sebagai terlalu mementingkan perolehan pengertian dan kurang

    memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan. Sedangkan sikap

    dan keterampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai

    perkembangan emosional sosial secara keseluruhan.

  • 27

    2.4. Hasil Belajar

    2.4.1. Pengertian Hasil Belajar

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hasil belajar disebut juga prestasi

    belajar. Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar.

    Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).

    Hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup

    bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar tidak hanya mata pelajaran saja

    tapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial,

    macam-macam keterampilan dan cita-cita.

    Menurut Oemar Hamalik (2002:45) belajar mengandung pengertian bahwa

    hasil belajar itu dapat terlihat dari terjadinya perubahan persepsi dan perilaku,

    termasuk juga perbaikan perilaku. Belajar merupakan proses yang kompleks dan

    terjadinya perubahan perilaku pada saat proses belajar diamati pada perubahan

    perilaku siswa setelah penilaian. Tolak ukur keberhasilan siswa berupa nilai yang

    diperolehnya. Nilai itu diperoleh setelah melakukan proses belajar dalam kurun

    waktu tertentu dan selanjutnya mengikuti tes akhir. Kemudian dari tes itulah guru

    menentukan prestasi belajar siswa.

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat peneliti tegaskan bahwa hasil

    belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan yang diperoleh seseorang

    setelah ia menerima pengalaman belajar.

    2.4.2 Jenis-jenis Hasil Belajar

    Menurut Latuheru (dalam Slamet 2006), yaitu:

    a. Cognitif Domain (ranah kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang

    menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan

    keterampilan berpikir.

    b. Affektif Domain (ranah afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan

    aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi dan cara

    penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hasil belajar atau

    kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif.

  • 28

    c. Psychomotor Domain (ranah psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang

    menekankan aspek keterampilan motorik, karena keterampilan ini melibatkan

    secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan benar-benar

    berakar pada kejasmanian.

    Tujuan pelaksanaan pembelajaran adalah untuk meningkatkan kecakapan

    siswa terhadap aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga kecakapan aspek

    ini akan berwujud pada apa yang disebut hasil belajar.

    2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

    adalah faktor intern dan faktor ekstern.

    1. Faktor-faktor Intern

    a. Faktor Jasmaniah

    Ada dua faktor yang tergolong dalam faktor jasmaniah yaitu faktor

    kesehatan dan cacat tubuh. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap

    badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah

    keadaan atau hal sehat, kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajar.

    Sedangkan cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik

    atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat tubuh bisa berupa

    buta, lumpuh dan sebagainya.

    b. Faktor psikologis

    Ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yaitu;

    intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

    Pertama faktor intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis

    yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi

    yang baru dengan cepat dan berpengaruh, mengetahui/menggunakan

    konsep-konsep yang abstrak secara berpengaruh, mengetahui relasi dan

    mempelajari dengan cepat. Kedua faktor perhatian menurut Gazali

    (Slameto,2010:56) adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun

    semata-mata tertuju pada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek.

    Ketiga faktor minat Hilgard (Slameto,2010:57) rumusan tentang minat

  • 29

    adalah Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some

    activety or content minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

    memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Keempat faktor bakat

    Hilgard (Slameto,2010:57) bakat adalah the capacity to learn bakat

    adalah kemampuan untuk belajar. Kelima faktor motif adalah erat sekali

    hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Keenam faktor

    kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang,

    dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

    Dan ketujuh faktor kesiapan menurut Jamies Drever (Slameto,2010:59)

    Preparedness to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk

    memberi respons atau bereaksi.

    c. Faktor kelelahan

    Faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi dua faktor yaitu

    kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani adalah terlihat

    dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk

    membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan

    adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk

    menghasilkan sesuatu hilang.

    2. Faktor-faktor ekstern

    a. Faktor keluarga

    Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga: cara

    orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga

    dan keadaan ekonomi keluarga. Pertama cara orang tua mendidik anaknya

    besar pengaruh bagi anaknya hal ini jelas dipertegaskan oleh Sutjipto

    Wirowidjojo (Slameto, 2010: 61) bahwa keluarga adalah lembaga pendidik

    pertama dan utama. Kedua relasi antaranggota keluarga adalah relasi orang

    tua dengan anaknya. Ketiga suasana rumah sebagai situasi atau kejadian-

    kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan

    belajar. Keempat keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan

    belajar anak. Kelima pengertian orang tua anak belajar perlu dorongan dan

    perhatian orang tua. Keenam latar belakang kebudayaan tingkat

  • 30

    pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak

    dalam belajar.

    b. Faktor sekolah

    Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode

    mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

    disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas

    ukuran, gedung sekolah, metode belajar dan tugas rumah. Metode

    mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.

    Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada

    siswa. Relasi guru dengan siswa proses belajar mengajar yang terjadi

    antara guru dengan siswa mempengaruhi belajar siswa. Relasi siswa

    dengan siswa guru kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, siswa

    mendapatkan sifat-sifat dan tingkah laku dari teman lain yang kurang

    menyenangkan. Disiplin sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa

    dalam sekolah dan juga dalam belajar. Alat pelajaran berhubungan dengan

    cara belajar siswa karena alat pelajaran yang dipakai guru pada waktu

    mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan.

    Waktu sekolah merupakan mempengaruhi belajar siswa jika terlalu lama

    juga bisa menyebabkan anak kurang berpengaruh menerima pembelajaran.

    Standar pelajaran di atas ukuran; guru dalam menuntut penguasaan materi

    harus sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa, yang penting

    tujuan yang dirumuskan dapat tercapai. Gedung sekolah, jika gedung yang

    kurang memadai bagaimana mungkin mereka bisa belajar dengan baik.

    Metode belajar; dalam hal ini banyak siswa melaksanakan cara belajar

    yang salah sehingga perlu pembinaan dari guru. Tugas rumah waktu

    belajar adalah di sekolah guru jangan terlalu banyak memberi tugas rumah

    pada siswa.

    c. Faktor masyarakat

    Masyarakat merupakan faktor ekstern juga mempengaruhi terhadap

    hasil belajar siswa. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat

    menguntungkat terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jangan terlalu

  • 31

    banyak karena dapat mempengaruhi belajar siswa. Media sepeti TV dan

    radio dapat mempengaruhi belajar anak, orang tua lebih membingan anak

    untuk belajar. Teman bergaul lebih cepat masuk dalam jiwa, jika teman

    bergaul yang baik maka belajar siswa akan baik, sebaliknya jika teman

    bergaul yang kurang baik akan mengakibatkan belajar siswa yang jahat.

    Kehidupan masyarakat jika dalam masyarakat yang tidak berpendidikan,

    pencuri, penjudi dan lain sebagainya dapat berpengaruh jelek pada anak.

    Berdasarkan penjelasan diatas bahwa faktor internal dan faktor eksternal sangat

    mempengaruhi hasil belajar siswa.

    2.5. Ilmu Pengetahuan Alam

    2.5.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

    IPA dapat menjadi mata pelajaran yang menarik di sekolah dasar jika

    siswa terlibat secara aktif, learning by doing (belajar dengan melakukan)

    bukannya dengan mendengarkan atau menghafal. Siswa dapat belajar dengan

    baik jika mengalami sendiri apa yang dipelajari (aktivitas dan pikiran). Beberapa

    cara belajar dalam IPA seperti mengamati, mengukur, mengkoleksi dan

    mengelompokkan merupakan aktivitas belajar yang dapat menguatkan minat dan

    keingintahuan siswa.

    Beberapa definisi mengenai IPA diantaranya:

    1. IPA adalah suatu cara mencari tahu tentang alam dan gejala-gejalanya.

    Ilmuwan menggunakan indera dan berbagai alat untuk mengamati alam dan

    menggunakan pikiran dan imajinasinya untuk menghasilkan suatu teori dan

    hipotesis untuk menjelaskan apa yang mereka amati (Howe & Jones, 1993).

    2. Sains tidak hanya kumpulan dari hukum-hukum saja, sebuah katalog

    tentang fakta-fakta. Tetapi sains adalah suatu kreasi pikiran manusia yang

    dengan bebas menemukan ide-ide dan konsep-konsep (Albert Einstein &

    Enfield, 1938)

    3. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

    sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

  • 32

    fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

    suatu proses penemuan (Permendiknas No 22 Tahun 2006)

    Menurut Permendiknas no 22 tahun 2006, pendidikan IPA diharapkan dapat

    menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

    sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

    kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

    pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

    memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri

    dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

    pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Di tingkat SD/MI

    diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan,

    teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk

    merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan

    kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

    Beberapa konsep IPA datang dari pengalaman atau pengamatan langsung,

    hal ini disebut konsep konkrit, contohnya siswa dapat secara langsung mengamati

    siklus hidup kupu-kupu. Tidak diperlukan urutan logika khusus untuk memahami

    perubahan yang terjadi dari telur sampai menjadi kupu-kupu dewasa. Siswa dapat

    juga mengamati bahwa kumbang juga mengalami siklus hidup serupa. Beberapa

    konsep IPA yang lain berasal dari pengamatan langsung disertai pemikiran yang

    abstrak, contohnya peristiwa terapung dan tenggelam. Siswa dapat mengamati

    bahwa beberapa benda terapung dan lainnya tenggelam ketika dimasukkan ke

    dalam air. Mengamati benda yang terapung atau tenggelam merupakan

    pengalaman konkret. Kayu terapung, besi tenggelam, tetapi kapal yang terbuat

    dari besi terapung, untuk menjelaskan hal ini siswa perlu berpikir abstrak untuk

    menghubungkan konsep terapung dan tenggelam dengan konsep massa jenis.

    Siswa dapat membangun pengetahuannya dari pengalaman yang dia alami

    sendiri baik melalui tindakan melakukan (hands on) maupun berpikir (minds on).

    Gagasan bahwa orang membangun pengetahuannya dari pengalaman dan

    pemikirannyanya sendiri disebut konstruktivisme. Kaum konstruktivis percaya

    bahwa pemahaman nyata yang baik hanya terjadi saat siswa berpartisipasi secara

  • 33

    penuh dalam mengembangkan pengetahuannya sendiri. Proses pembelajaran

    merupakan transformasi pengetahuan lama menuju pengetahuan baru, sebuah

    proses yang memerlukan tindakan dan refleksi dari si pembelajar. Kebalikan dari

    gagasan ini adalah bahwa siswa belajar dengan menyerap apa yang dikatakan.

    2.5.2 Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD

    Menurut Howe & Jones (1993), tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar

    adalah:

    1. Mengembangkan dan mempertahankan keingintahuan tentang alam sekitar.

    2. Mengamati dan menjelajahi lingkungannya dan mengorganisasi

    pengalamannya.

    3. Mengembangkan keterampilan teknis dan intelektual yang dibutuhkan dalam

    tingkat lebih lanjut.

    4. Membangun dasar pengalaman dalam memahami konsep IPA yang penting.

    5. Menghubungkan apa yang mereka pelajari di sekolah dengan kebutuhan

    hidupnya.

    Permendiknas no 22 tahun 2006 mengenai Standar Isi memuat tujuan

    Pelajaran IPA di SD/MI. Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta

    didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

    1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

    berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

    2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

    bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

    hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

    masyarakat.

    4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

    memecahkan masalah dan membuat keputusan.

    5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

    dan melestarikan lingkungan alam.

  • 34

    6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

    sebagai salah satu ciptaan Tuhan .

    7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

    untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

    Tujuan yang tertuang dalam permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

    dirumuskan untuk mencapai kompetensi lulusan yang memiliki kemampuan

    sebagai berikut:

    1. Dapat melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil

    pengamatannya secara lisan dan tertulis

    2. Memahami penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan dan

    tumbuhan bagi manusia, upaya pelesatariannya dan interaksi antara mahkluk

    hidup dengan lingkungannya

    3. Memahami bagian-bagian tubuh pada manusia, hewan dan tumbuhan serta

    fungsinya dan perubahan pada mahkluk hidup

    4. Memahami beragam sifat benda hubungannya dengan penyusunnya,

    perubahan wujud benda dan kegunaannya

    5. Memahami berbagai bentuk energi, perubahan dan kemanfaatannya

    6. Memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan perubahan

    permukaan bumi dan hubungan peristiwa alam dengan kegiatan manusia.

    2.5.3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam

    Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

    1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

    interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

    2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

    3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

    cahaya dan pesawat sederhana.

    4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

    langit lainnya.

  • 35

    2.5.4. Keefektifan Penggunaan Metode Guided Discovery Dalam

    Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD

    Menurut Mulyani Sumantri dan Johar (dalam Hadiningsih2009:33),

    keunggulan dari metode guided discovery/penemuan terbimbing adalah sebagai

    berikut: dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak

    persediaan dan penguasaan keterampilan dari proses kognitif siswa; pengetahuan

    diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu

    pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian, retensi

    dan transfer; membangkitkan gairah pada siswa misalnya siswa merasakan jerih

    payah penyelidikan, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan;

    memberikan kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan

    kemampuannya sendiri; menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya,

    sehingga siswa lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar;

    membantu dan memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan

    pada diri sendiri melalui proses penemuan terbimbing; berpusat pada siswa dan

    membantu perkembangan siswa dalam menemukan kebenaran akhir yang mutlak.

    Sedangkan mata pelajaran IPA (sains) dikatakan oleh beberapa ahli di atas

    adalah sebagai berikut IPA adalah suatu cara mencari tahu tentang alam dan

    gejala-gejalanya. Ilmuwan menggunakan indera dan berbagai alat untuk

    mengamati alam dan menggunakan pikiran dan imajinasinya untuk menghasilkan

    suatu teori dan hipotesis untuk menjelaskan apa yang mereka amati (Howe &

    Jones, 1993), Sains tidak hanya kumpulan dari hukum-hukum saja, sebuah

    katalog tentang fakta-fakta. Tetapi sains adalah suatu kreasi pikiran manusia yang

    dengan bebas menemukan ide-ide dan konsep-konsep (Albert Einstein & Enfield,

    1938),IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

    sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

    fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

    penemuan (Permendiknas No 22 Tahun 2006).

    Berdasarkan beberapa pendapat tentang IPA di atas, maka diapat diambil

    kesimpulan bahwa IPA adalah mata pelajaran yang mengharuskan siswa untuk

    dapat berinteraksi secara langsung dengan subyek yang ditelitinya. Dalam

  • 36

    pembelajaran IPA guru seharusnya tidak cukup dengan mengajarkan materi

    tentang konsep-konsep IPA, tetapi guru perlu menjadi fasilitator untuk mendorong

    siswa melakukan eksperimen, melakukan pengamatan langsung, mencatat hasil

    pengamatannya dan terlebih lagi mendorong siswa untuk melakukan penemuan-

    penemuan. Upaya yang demikian ini perlu dilakukan agar hakikat sesungguhnya

    pelajaran IPA tercapai. Agar hal ini terjadi diperlukan metode pembelajaran yang

    tepat. Berdasarkan pemaparan tentang metode guided discovery, dapat dikatakan

    bahwa metode pembelajaran ini tepat bagi guru dalam mengajarkan mata

    pelajaran IPA kepada siswanya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa metode

    guided discovery adalah metode pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan

    hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA SD.

    2.6. Kajian yang Relevan

    Penelitian yang dilakukan oleh Dian Adi Pamungkas (2011), Peningkatan

    Motivasi dan Kedisiplinan Belajar Matematika Topik Segiempat melalui

    Pembelajaran Guided Discovery dengan Macromedia Flash Siswa Kelas VII SMP

    Negeri 2 Ngrampal Sragen. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui

    metode guided discovery, dengan mengoptimalkan macromedia flash8 dapat

    meningkatkan kedisplinan dan motivasi belajar matematika segi empat kelas VII.

    Hal ini dapat dilihat dari prosentase peningkatan kedisiplinan dan motivasi belajar

    matematika siswa dari banyaknya indikator siswa yang: (a) antusias siswa

    terhadap pelajaran sebelum tindakan 54, 29% dan setelah tindakan 77,14%, (b)

    perhatian siswa terhadap pelajaran sebelum tindakan 51,43% dan setelah tindakan

    74, 29% (c) mengemukakan ide sebelum tindakan 22,85% dan setelah tindakan

    45,75% (d) antusias dalam mengerjakan soal-soal latihan sebelum tindakan

    45,75% dan setelah tindakan 68,57% (e) kesiapan dalam mengikuti pelajaran

    sebelum tindakan 57,14% dan setelah tindakan 80% (f) hasil mengerjakan post

    test sebelum tindakan 48,57% dan setelah tindakan 58,57% (g) hasil pengumpulan

    tugas sebelum tindakan 51,43% dan setelah tindakan 71,43%.

    Penelitian yang dilakukan oleh Rikananda Puspitasari. 2009, dengan judul

    penelitian Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa kelas III melalui

  • 37

    Penerapan Metode Guided Discovery. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan

    bahwa penerapan metode guided discovery dapat meningkatkan prestasi belajar

    IPA siswa kelas III SD N Karangbangun. Hal ini dilihat dari prosentase kenaikan

    nilai IPA siswa kelas III dari siklus I sampai siklus III. Pada siklus I, siswa

    mendapat nilai minimal 60 ada 9 anak atau 47,37%, pada siklus II siswa mendapat

    nilai minimal 60 ada 10 anak atau 52, 63% dari 19 siswa, siklus III siswa

    mendapat nilai 60 ada 17 anak atau 89, 47% dari 19 anak. Dari siklus I kemudian

    dilaksanakan siklus II, prestasi siswa mengalami prosentase kenaikan 5,26%; dari

    siklus II kemudian dilaksanakan siklus III, megalami prosentase kenaikan

    36,84%.

    Berdasarkan hasil penelitian di atas, hasil belajar siswa meningkat karena

    dalam pembelajaran siswa terlibat secara aktif untuk mencoba menemukan sendiri

    konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dilakukan melalui kegiatan percobaan

    dengan bimbingan dan petunjuk yang diberikan guru. Dengan demikian siswa

    mengalami sendiri apa yang dipelajari sehingga siswa akan memiliki pengalaman

    yang dapat tersimpan dalam ingatannya dengan baik, tahan lama dan

    mengesankan. Konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang telah didapat melalui

    kegiatan percobaan akan bertahan lama dalam ingatan siswa.

    Berdasarkan beberapa hasil kajian yang relevan di atas bahwa dengan

    penggunaan metode guided discovery efektif untuk diterapkan di SD khususnya

    pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, karena pembelajaran IPA di SD/MI

    pada hakikatnya mencari tahu dan berbuat sehingga dapat memperoleh

    pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan alam sekitar, sehingga IPA

    bukan sekedar penguasaan fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja

    tetapi juga merupakan proses penemuan. Proses pembelajaran menekankan pada

    proses pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dan

    memahami alam sekitar secara ilmiah.

  • 38

    2.7. Kerangka Berpikir

    Metode guided discovery adalah salah satu model dimana guru menuntun

    siswa untuk belajar melakukan penemuan-penemuan berdasarkan schemata dan

    pemahaman siswa. Metode pembelajaran ini membuat siswa lebih banyak

    bereksplorasi dan akhirnya mengambil kesimpulan sendiri tentang apa yang

    ditemukannya.

    Dilihat dari kajian pustaka yang dibangun, tampak bahwa metode guided

    discovery dapat memberikan peluang kepada siswa untuk meningkatkan hasil

    belajar secara khusus pada mata pelajaran IPA. Metode pembelajaran ini cocok

    dengan mata pelajaran IPA, karena menuntut siswa untuk lebih banyak

    mengeksplorasi untuk mengenal alam dan lebih dekat dengan alam. Oleh karena

    itu, kerangka pikir yang dibangun mengenai metode guided discovery ini dan

    keefektifannya terhadap hasil belajar IPA adalah sebagai berikut:

    Sebelum melakukan penelitian penulis memilih subjek yang akan dijadikan

    sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Terkait dengan penelitian

    ini, penulis memilih SD Negeri Sidorejo Lor 04 Salatiga sebagai kelas eksperimen

    dan SD Negeri Sidorejo Lor 05 Salatiga sebagai kelas kontrol. Siswa dari kedua

    sekolah ini sebelum diberikan pembelajaran dengan metode guided discovery

    (kelas eksperimen) dan metode ceramah (kelas kontrol) terlebih dahulu diberikan

    tes awal (pretest). Nilai dari tes awal ini akan digunakan nanti dalam analisis

    selanjutnya. Setelah diberi tes awal (pretest), siswa kelas IV di SD Negeri

    Sidorejo Lor 04 Salatiga di ajar dengan metode guided discovery dan SD Negeri

    Sidorejo Lor 05 Salatiga dengan metode ceramah. Setelah perlakuan, siswa dari

    kedua sekolah ini kemudian diberikan tes akhir (posttest). Hasil dari pretest dan

    posttest selanjutnya dianalisis untuk melihat keefektifan pembelajaran dengan

    metode guided discovery.

  • 39

    Adapun proses penelitian disajikan dalam bentuk skema kerangka berpikir

    sebagai berikut:

    Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir Penelitian

    Pretest (Q1)

    Pembelajaran dengan

    metode ceramah

    Posttest (Q4)

    Kelas

    Kontrol

    Pembelajaran dengan

    metode guided

    discovery (X)

    Kelas

    Eksperimen

    Pretest (Q3)

    Posttest (Q2)

    Rata-rata pretest dan posttest kelas kontrol

    Rata-rata pretest dan posttest kelas eksperimen

    H0 : rata-rata kelas eksperimen = rata-rata kelas kontrol

    Ha : rata-rata kelas eksperimen rata-rata kelas kontrol

    Metode guided discovery efektif untuk digunakan dalam pembelajaran

    Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD di SD Negeri Sidorejo Lor 04

    Salatiga semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

  • 40

    2.8. Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan rumusan masalah yang tertulis di bab I , dan kerangka pikir

    yang telah digambarkan di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah metode

    guided discovery efektif untuk digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan

    Alam kelas IV SD di SD Negeri Sidorejo Lor 04 Salatiga semester II tahun

    pelajaran 2011/2012.