T1_232007163_Full Teks.pdf

34
1 1 PENDAHULUAN Ada banyak penelitian yang menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan diantaranya yang dilakukan oleh Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997) dalam Rahayu (2010). Teori yang mendasari penelitian yang menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan adalah semakin tinggi kinerja keuangan, yang biasanya diproksikan dengan rasio keuangan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Melalui rasio-rasio keuangan tersebut dapat dilihat seberapa berhasilnya manajemen perusahaan mengelola aset dan modal yang dimilikinya, hal ini bisa dilihat dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Menurut Fakhruddin (2008:4) peningkatan laba merupakan salah satu faktor penting bagi terciptanya keunggulan daya saing perusahaan secara berkelanjutan dan pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan harga saham. Peningkatan harga saham merupakan wujud apresiasi investor terhadap kinerja perusahaan serta keyakinan akan peningkatan kinerja ke depan. Perusahaan-perusahaan di Indonesia saat ini tidak hanya dituntut untuk mencari keuntungan laba semata, tetapi perusahaan saat ini dituntut pula untuk memperhatikan tanggung jawab sosial di masyarakat seperti yang tertera pada UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dapat digambarkan sebagai tindakan yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial atau lingkungan sekitar perusahaan berada. Pengembangan program-program sosial perusahaan dapat berupa bantuan fisik, pelayanan kesehatan, beasiswa, dan sebagainya (Nugroho, 2007 dalam Dahli dan Siregar, 2008). Kepedulian perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial secara berkelanjutan diharapkan akan mendapat respons positif dari para investor pasar modal

Transcript of T1_232007163_Full Teks.pdf

Page 1: T1_232007163_Full Teks.pdf

1

1 PENDAHULUAN

Ada banyak penelitian yang menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai

perusahaan diantaranya yang dilakukan oleh Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala

(1997) dalam Rahayu (2010). Teori yang mendasari penelitian yang menguji pengaruh

kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan adalah semakin tinggi kinerja keuangan,

yang biasanya diproksikan dengan rasio keuangan, maka semakin tinggi pula nilai

perusahaan. Melalui rasio-rasio keuangan tersebut dapat dilihat seberapa berhasilnya

manajemen perusahaan mengelola aset dan modal yang dimilikinya, hal ini bisa dilihat

dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Menurut Fakhruddin (2008:4)

peningkatan laba merupakan salah satu faktor penting bagi terciptanya keunggulan daya

saing perusahaan secara berkelanjutan dan pada akhirnya akan berdampak pada

peningkatan harga saham. Peningkatan harga saham merupakan wujud apresiasi

investor terhadap kinerja perusahaan serta keyakinan akan peningkatan kinerja ke

depan. Perusahaan-perusahaan di Indonesia saat ini tidak hanya dituntut untuk mencari

keuntungan laba semata, tetapi perusahaan saat ini dituntut pula untuk memperhatikan

tanggung jawab sosial di masyarakat seperti yang tertera pada UU Perseroan Terbatas

No. 40 Tahun 2007. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan melalui program

Corporate Social Responsibility (CSR) yang dapat digambarkan sebagai tindakan yang

dilakukan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial atau

lingkungan sekitar perusahaan berada. Pengembangan program-program sosial

perusahaan dapat berupa bantuan fisik, pelayanan kesehatan, beasiswa, dan sebagainya

(Nugroho, 2007 dalam Dahli dan Siregar, 2008).

Kepedulian perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial secara

berkelanjutan diharapkan akan mendapat respons positif dari para investor pasar modal

Page 2: T1_232007163_Full Teks.pdf

2

terhadap nilai pasar ekuitas perusahaan. Pelaku pasar menilai bahwa perusahaan-

perusahaan yang memiliki kepedulian sosial secara berkelanjutan memiliki reputasi

bagus dan peluang bertumbuh akan lebih baik dibanding perusahaan-perusahaan lain

yang tidak memilikinya. Kesediaan dan komitmen perusahaan untuk menjadi

“perusahaan sosial” secara berkelanjutan akan meningkatkan reputasi atau citra

perusahaan. Semakin besar kepedulian perusahaan pada CSR dan mengungkapkannya

dalam pelaporan perusahaan, semakin besar pengaruh positifnya terhadap kinerja

keuangan dan nilai perusahaan (Lako, 2010: 85 dan 221)

Menurut Kusumadilaga (2010) semakin banyak bentuk pertanggung jawaban

yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungan disekitarnya, maka image dan citra

perusahaan akan dipandang baik di mata para stakeholder (pelanggan, pegawai,

masyarakat luas). Para investor lebih berminat pada perusahaan yang memiliki citra

yang baik, karena semakin baik perusahaan maka loyalitas konsumen untuk membeli

produk-produk perusahaan akan semakin tinggi, juga akan menaikan laba perusahaan

melalui peningkatan penjualan. Menurut Rahayu (2010) penilaian prestasi suatu

perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan itu untuk menghasilkan laba. Laba

perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban

bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam pencapaian nilai

perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang.

Rahayu (2010) menyatakan bahwa ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan, penyebabnya dimungkinkan karena buruknya kondisi perekonomian

akibat adanya krisis global pada tahun 2008. Menurut Nurainun dan Sinta (2007)

profitabilitas yang diukur dengan rasio Return on Equity (ROE) dan kebijakan deviden

yang di ukur dengan Devidend per Share (DPS) secara bersama-sama mempunyai

Page 3: T1_232007163_Full Teks.pdf

3

pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan rasio Price to

Book Value (PBV) pada perusahaan perdagangan, jasa, dan investasi yang terdaftar di

Bursa Efek Jakarta. Hanafi dan Halim (1996) dalam Yuniasih dan Wirakusuma (2007)

menyatakan bahwa ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang

saham. Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba yang

bermanfaat bagi para pemegang saham. Semakin besar ROE mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang

saham. Hal ini berdampak terhadap peningkatan nilai perusahaan. Penelitian yang

dilakukan oleh Ulupui (2007), Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997) dalam

Rahayu (2010) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap

return saham satu periode ke depan. Oleh karena itu, ROA merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil yang berbeda diperoleh oleh

Kaaro (2002) dalam Suranta dan Pratana (2004) dalam penelitiannya menemukan

bahwa ROA justru berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil yang

berbeda diperoleh oleh Sasongko dan Wulandari (2006) dalam Yuniasih dan

Wirakusuma (2007) yang memeriksa pengaruh EVA dan rasio profitabilitas antara lain;

ROA, ROE, ROS, EPS, BEP terhadap harga saham. Hasil penelitian mengindikasikan

bahwa hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham.

Menurut Rahayu (2010) disamping kinerja keuangan yang akan dilihat investor

sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan, adanya pengungkapan

item CSR dalam laporan keuangan diharapkan akan menjadi nilai plus yang akan

menambah kepercayaan para investor, bahwa perusahaan tersebut akan terus

berkembang dan berkelanjutan. Para konsumen akan lebih mengapresiasi perusahaan

yang mengungkapkan CSR dibanding dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan

Page 4: T1_232007163_Full Teks.pdf

4

CSR. Selain membangun image yang baik di mata para stakeholder karena kepedulian

perusahaan terhadap sosial lingkungan, maka loyalitas konsumen untuk membeli

produk-produk perusahaan akan semakin tinggi dan juga akan menaikkan laba

perusahaan melalui peningkatan penjualan. Dengan demikian diharapkan tingkat

profitabilitas terutama nilai ROE akan ikut meningkat, hal ini akan berdampak positif

terhadap nilai perusahaan.

Di dalam penelitian Yuniasih dan Wirakusuma menggunakan sampel sebanyak

27 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005

sampai dengan tahun 2006. Yuniasih dan Wirakusuma menggunakan ROA sebagai

proksi dari variabel kinerja keuangan, 78 item pengungkapan CSR sebagai proksi dari

variabel CSR. Hasil penelitian menunjukan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan, demikian juga dengan pengungkapan CSR sebagai variabel

pemoderasi terbukti berpengaruh positif pada hubungan antara ROA dan nilai

perusahaan yang berarti bahwa selain melihat kinerja keuangan, pasar juga memberikan

respon terhadap pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan.

Bursa Efek Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati

(KEHATI) pada tanggal 8 Juni 2009 meluncurkan sebuah indeks saham baru yang

dinamakan Indeks SRIKEHATI yang berisikan saham-saham perusahaan setelah

memenuhi kriteria dan tahapan seleksi dan dinyatakan peduli terhadap lingkungan hidup

dan sosial.

http://bisnis.vivanews.com/news/read/63858-bei_luncurkan_indeks_sri_kehati. Kedua

hal tersebut juga merupakan faktor yang perlu diungkap terkait dengan tanggung jawab

sosial perusahaan (CSR). Peran serta dan kepedulian perusahaan terhadap aspek sosial

dan lingkungan, seperti pengolahan limbah, pelestarian lingkungan hidup, pemberian

Page 5: T1_232007163_Full Teks.pdf

5

beasiswa pendidikan, memberi bantuan kepada masyarakat yang terkena bencana alam,

dan lain-lain merupakan hal-hal yang perlu diungkapkan kepada masyarakat luas.

Dengan adanya pengungkapan aspek tanggung jawab sosial perusahaan tersebut

diharapkan akan mempengaruhi penilaian masyarakat termasuk investor terhadap

perusahaan. Maka penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan yang sahamnya terpilih

menjadi anggota indeks SRIKEHATI.

Penelitian ini mereplikasi penelitian yang di lakukan oleh Yuniasih dan

Wirakusuma (2007), akan tetapi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah variabel

ROE sebagai proksi dari kinerja keuangan. Berdasarkan latar belakang yang telah

diuraikan tersebut, maka permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut: (1) Apakah kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai

perusahaan yang terpilih menjadi anggota indeks SRIKEHATI? (2) Apakah

pengungkapan Corporate Social Responsibility dapat memoderasi hubungan kinerja

keuangan terhadap nilai perusahaan?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengungkapan Corporate

Social Responsibility nantinya dapat memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap

nilai perusahaan yang terpilih menjadi anggota indeks SRIKEHATI. Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca khususnya

investor dan calon investor mengenai relevansi dari pengungkapan informasi CSR

sebagai variabel pemoderasi antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.

Page 6: T1_232007163_Full Teks.pdf

6

2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan

dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang

bersangkutan Munawir (1998) dalam Rahayu (2010).

Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan analisis rasio keuangan dapat

dikelompokkan menjadi 5 jenis, yaitu: (Rita, dkk. 2009:49)

1. Rasio Likuiditas

Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya

dalam jangka pendek. Rasio likuiditas terdiri dari: Current ratio, Quick Ratio,

dan Net Working Capital.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari: Debt Rasio, debt to Equity Rasio,

Long Term Debt to equity Rasio, long Term Debt to Capitalization Ratio, Times

Interest Earned, Cash Flow Interest Coverage, Cash Flow to Net Income, dan

Cash Return on Sales.

3. Rasio Aktivitas

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan harta

yang dimilikinya. Rasio Aktivitas terdiri dari: Total Asset Turnover, Fixed Asset

Turover, Account Raceivable Turnover, inventory Turnover, Average Collection

Period, dan Day’s Sales in Inventory.

Page 7: T1_232007163_Full Teks.pdf

7

4. Rasio Profitabilitas

Rasio ini menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan. Rasio Profitabilitas terdiri dari: Gross Profit Margin, Net Profit

Margin, Return on Assets, Return on Equity, dan Operating Ratio.

5. Rasio Pasar

Rassio ini menunjukkan informasi penting perusahaan dan diungkapkan dalam

basis per saham. Rasio pasar terdiri dari: Devidend Yield, Deviden Per Share,

Deviden Payout Ratio, Price earning Ratio, Earning Per Share, Book Value Per

Share, dan Price to Book Value.

Dari kelima rasio tersebut, ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut

pandang pemegang saham. Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah

menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham. Semakin besar ROE

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi

bagi pemegang saham. Hal ini berdampak terhadap peningkatan nilai perusahaan.

Return on Equity (ROE) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang

dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih

dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) rasio

profitabilitas yang penting bagi para investor, karena Return on Equity (ROE)

merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam rangka

melakukan tugasnya yakni menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi para pemilik

modal (Husnan dan Pudjiastuti, 2007:74).

Menurut (Rita, dkk. 2009:49), Return on Equity (ROE) diperoleh dengan cara

membandingkan laba bersih setelah pajak terhadap total modal sendiri.

Page 8: T1_232007163_Full Teks.pdf

8

Dari rumus di atas maka dapat dikatakan bahwa faktor yang menentukan tingkat

Return on Equity (ROE) adalah jumlah laba bersih setelah pajak dan jumlah total modal

sendiri. Jika jumlah laba bersih yang didapat perusahaan tinggi sementara jumlah total

modal sendiri perusahaan rendah maka tingkat Return on Equity (ROE) akan tinggi.

Namun sebaliknya apabila jumlah laba bersih yang didapat perusahaan rendah

sementara jumlah total modal sendiri perusahaan tinggi maka tingkat Return on Equity

(ROE) akan rendah.

2.2 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar, seperti

halnya penelitian yang pernah dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008) dalam

Kusumadilaga (2010), karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran

pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat.

Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi pula kemakmuran pemegang saham.

Menurut Weston dan Copeland (2008;244) rasio penilaian perusahaan terdiri

dari:

1. Price Earning Ratio

Rasio ini menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba.

2. Price to Book Value

Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham

suatu perusahaan. Semakin tinggi PBV berarti pasar percaya akan prospek

perusahaan tersebut.

Page 9: T1_232007163_Full Teks.pdf

9

3. Rasio Tobin’s Q

Rasio Tobin’s Q dalam penelitian ini digunakan sebagai indikator

penilaian nilai perusahaan. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor James Tobin

(1967). Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan

estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap

dolar investasi inkremental. Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio

nilai pasar saham (MVE) perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan

(BVE) Smithers dan Wright (2007:37) dalam Zuraedah (2010).

Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham

penutupan akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun.

Book Value Equity (BVE) diperoleh dari selisih total assets perusahaan dengan

total kewajibannya.

Tobins Q di gunakan dalam penelitian ini karena dapat mengukur nilai

pasar saham sebuah perusahaan. Jika q>1 investasi tambahan dalam

perusahaan akan masuk akal karena keuntungan yang dihasilkan akan melebihi

harga perolehan aktiva perusahaan. Apabila nilai q<1 perusahaan lebih baik

menjual asetnya, karena investasi dalam aktiva tidaklah menarik sehingga

dapat merugikan para pemegang saham Weston dan Copeland (2008:245)

dalam Zuraedah (2010).

2.3 Corporate Social Responsibility

Ada banyak pengertian CSR, salah satunya adalah CSR (Corporate Social

Responsibility) sebagai suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan

Page 10: T1_232007163_Full Teks.pdf

10

sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial atau lingkungan sekitar

perusahaan berada. Perusahaan tidak hanya memandang laba sebagai satu-satunya

tujuan dari perusahaan tetapi ada tujuan yang lainnya yaitu kepedulian perusahaan

terhadap lingkungan, karena perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas

dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Rachman, Efendi dan

Wicaksana 2011:17).

Pengungkapan tanggung jawab sosial atau sering disebut sebagai Corporate

social Responsibility adalah proses pengkomunikasian efek-efek sosial dan lingkungan

atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu dalam

masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan. Kontribusi negatif perusahaan

terhadap lingkungan sekitarnya telah menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat

adalah dengan mengungkapkan informasi-informasi mengenai operasi perusahaan

sehubungan dengan lingkungan sebagai tanggung jawab perusahaan (Gray et. Al., 1987)

dalam Rosmasita (2007).

2.4 Perumusan Hipotesis

Investor akan melakukan peninjauan secara luas suatu perusahaan dengan

melihat rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi, jika kinerja tinggi maka para

investor akan menilai baik perusahaan. Apabila para investor ingin melihat seberapa

besar perusahaan menghasilkan return atas investasi yang mereka tanamkan, yang akan

dilihat pertama kali oleh para investor yaitu rasio profitabilitas terutama ROE. Menurut

Lumban (2010) ROE merupakan rasio yang digunakan para investor untuk melihat

sejauh mana perusahaan dapat memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Atau

dengan kata lain, dengan ROE yang tinggi, perusahaan memiliki peluang untuk

Page 11: T1_232007163_Full Teks.pdf

11

memberikan pendapatan yang besar bagi para pemegang saham. Dalam hal ini akan

berdampak pada peningkatan harga saham,semakin tinggi harga saham yang diperoleh

maka semakin baik pula nilai perusahaan di mata para investor.

Harga dan jumlah saham yang beredar akan mempengaruhi nilai Tobins-Q

sebagai proksi dari nilai perusahaan, jika harga dan jumlah saham naik, maka nilai

Tobins-Q akan naik. Tobins-Q yang lebih dari satu, menggambarkan bahwa perusahaan

menghasilkan earning dengan tingkat return yang sesuai dengan harga perolehan aset-

asetnya Tobins dan Brainad (1997) dalam Rahayu (2010). Penelitaian yang dilakukan

Sparta dan Februwaty (2005) menyatakan bahwa ROE memiliki hubungan yang positif

terhadap return saham pada tingkat alpha 5%. Penelitian yang dilakukan oleh Ayuk

(2006) dalam Handoko (2010) menemukan bahwa kinerja keuangan yang diukur

dengan Return On Equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang akan di ajukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H1: ROE berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hal ini menunjukkan ada faktor lain yang turut

mempengaruhi hubungan kinerja keuangan (ROE) terhadap nilai perusahaan. Hasil

tersebut mendorong peneliti untuk memasukkan pengungkapan CSR sebagai variabel

pemoderasi. Disamping kinerja keuangan yang akan dilihat investor sebelum

memutuskan untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan, adanya pengungkapan item

CSR dalam laporan keuangan diharapkan akan menjadi nilai plus yang akan menambah

kepercayaan para investor, bahwa perusahaan tersebut akan terus berkembang dan

berkelanjutan. Para investor akan lebih mengapresiasi perusahaan yang mengungkapkan

Page 12: T1_232007163_Full Teks.pdf

12

CSR dibanding dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan CSR. Selain

membangun image yang baik di mata para stakeholder karena kepedulian perusahaan

terhadap sosial lingkungan, maka loyalitas konsumen untuk membeli produk-produk

perusahaan akan semakin tinggi dan juga akan menaikkan laba perusahaan melalui

peningkatan penjualan. Dengan demikian diharapkan tingkat profitabilitas terutama nilai

ROE akan ikut meningkat, hal ini akan berdampak positif terhadap nilai perusahaan

Rahayu (2010). Penelitian ini menggunakan pengungkapan CSR sebagai variabel

pemoderasi dengan pemikiran bahwa pasar akan memberikan apresiasi positif yang

ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan. Peningkatan ini akan

menyebabkan nilai perusahaan juga meningkat. Berdasarkan uraian tersebut maka

hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

H2: Pengungkapan CSR memoderasi pengaruh ROE terhadap nilai perusahaan.

Page 13: T1_232007163_Full Teks.pdf

13

3 METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terpilih

menjadi anggota indeks SRIKEHATI. Pemilihan sampel penelitian ini didasarkan pada

saham yang termasuk Indeks SRIKEHATI periode Mei 2010-Oktober 2010 dan

November 2010-April 2011 yaitu:

Tabel 3.1 Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian

NO NAMA PERUSAHAAN KODE 1 PT Astra Argo Lestari Tbk (AALI) 2 PT Adhi Karya Tbk (ADHI) 3 PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) 4 PT Astra International Tbk (ASII) 5 PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) 6 PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) 7 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) 8 PT Bank Danamon Tbk (BDMN) 9 PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) 10 PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) 11 PT Global Medicom Tbk (BMTR) 12 PT XL Axiata Tbk (EXCL) 13 PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) 14 PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP) 15 PT Indosat Tbk (ISAT) 16 PT Jasa Marga Tbk (JSMR) 17 PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) 18 PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) 19 PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) 20 PT Medco Energi International Tbk (MEDC) 21 Merck Tbk (MERK) 22 PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) 23 PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) 24 PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) 25 PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) 26 PT Semen Gresik (Persero) Tbk (SMGR) 27 PT Timah Tbk (TINS) 28 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) 29 PT United Tracktors Tbk (UNTR) 30 PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)

Sumber: http://economy.okezone.com/read/2011/05/11/278/455727/inilah-25-saham-

indeks-sri-kehati

Page 14: T1_232007163_Full Teks.pdf

14

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data

yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara yang berupa

laporan keuangan tahunan perusahaan yang terpilih menjadi anggota indeks

SRIKEHATI di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 yang diperoleh dari pusat data

Universitas Kristen Satya Wacana.

3.3 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang

diproksikan dengan return on equity (ROE). Untuk memperoleh nilai ROE tahun 2010,

dihitung dengan rumus:

������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

x 100 %

Dalam penelitian ini nilai ROE diperoleh langsung dari laporan tahunan

perusahaan yang terdapat dalam ICMD (Indonesian Capital Market Directory).

3.4 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Tobin’s Q

dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku

ekuitas perusahaan.

Tobin’s Q diukur dengan rumus:

�����������

Dimana :

Tobins Q = Nilai perusahaan

MVE = Nilai Ekuitas Pasar (MVE=Closing price x jumlah saham beredar)

D = Nilai buku dari total hutang

BVE = Nilai buku dari total aktiva

Page 15: T1_232007163_Full Teks.pdf

15

Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham

penutupan akhir tahun 2010 dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun yang

sama. Book Value Equity (BVE) diperoleh dari selisih total assets perusahaan dengan

total kewajibannya.

3.5 Variabel Pemoderasi

Variabel pemoderasi dalam penelitian ini adalah pengungkapan CSR.

Pengungkapan CSR adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan tanggung

jawab perusahaan di dalam laporan tahunan tahun 2010. Pengukuran CSR mengacu

pada 78 item pengungkapan yang digunakan oleh Siregar (2008). Pengukuran variabel

ini dengan indeks pengungkapan sosial, pengungkapan sosial merupakan data yang

diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktifitas sosialnya yang meliputi 13 item

lingkungan, 7 item energi, 8 item kesehatan dan keselamatan kerja, 29 item lain-lain

tenaga kerja, 10 item produk, 9 item keterlibatan masyarakat, dan 2 item umum. CSR

diukur melalui laporan kegiatannya, yakni dengan metode content analysis yang

merupakan suatu cara pemberian skor pada pengukuran pengungkapan sosial laporan

tahunan yang dilakukan dengan pengamatan mengenai ada tidaknya suatu item

informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan, apabila item informasi tidak ada

dalam laporan keuangan maka diberi skor 0, dan jika item informasi yang ditentukan

ada dalam laporan tahunan maka diberi skor 1.

3.6 Teknik Analisis

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ROE berpengaruh terhadap nilai

perusahaan, serta menguji apakah pengungkapan CSR mempunyai pengaruh terhadap

hubungan ROE dan nilai perusahaan. Untuk itu akan digunakan teknik analisis regresi

linear.

Page 16: T1_232007163_Full Teks.pdf

16

Model persamaan regresi yang akan diuji adalah sebagai berikut:

Tobins Q = a + b1 ROE + e

Tobins Q = a + b1ROE + b2CSR + b3 ROE.CSR + e

Keterangan :

Tobins Q : Nilai Perusahaan

a : Konstanta

b1, b2, b3 : Koefisien regresi

ROE : Persentase ROE

CSR : Persentase pengungkapan CSR

e : Error

Menurut Ghozali (2005) ketepatan fungsi regresi tersebut dalam menaksir nilai aktual

dapat diukur dari goodness of fit-nya, yang secara statistik dapat diukur dari koefisien

determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t.

Sebelum analisis ini dilaksanakan, terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi

klasik untuk menghasilkan nilai parameter model penduga yang sah. Nilai tersebut akan

terpenuhi jika hasil uji asumsi klasiknya memenuhi asumsi normalitas, serta tidak

terjadi heteroskedastisitas dan autokorelasi.

3.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi

apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji

statistik. Karena dalam analisis grafik dapat menyesatkan, maka dalam penelitian ini

dipilih uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan melihat tingkat signifikansinya.

Page 17: T1_232007163_Full Teks.pdf

17

Residual dinyatakan terdistribusi normal jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov

>0,05 Ghozali (2005).

3.6.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan

jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas Ghozali (2005).

Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji grafik Plot dan uji statistik

Glejser. Uji statistik Glejser dipilih karena lebih dapat menjamin keakuratan hasil

dibandingkan dengan uji grafik plot yang dapat menimbulkan bias. Uji Glejser

mengusulkan meregrasi nilai absolute residual terhadap variabel independen Gujarati

(2003) dalam Ghozali (2005).

Interpretasi heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat signifikansi ROE

terhadap nilai absolute residual. Gangguan heteroskedastisitas terjadi jika terdapat

pengaruh yang signifikan antara ROE terhadap absolute residualnya. Apabila tingkat

probabilitas signifikansi ROE < 0.05, maka dapat dikatakan mengandung

heteroskedastisitas.

3.6.3 Uji Autokorelasi

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah didalam suatu model regresi linier

terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1. Pendeteksian ada atau tidaknya autokorelasi

menggunakan uji Durbin-Watson. Pengambilan keputusan dapat dilihat melalui tabel

autokorelasi berikut ini (Ghozali, 2005).

Page 18: T1_232007163_Full Teks.pdf

18

Tabel 3.2 Tabel Autokorelasi

Sumber: Ghozali, 2005.

3.6.4 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R² berkisar antara 0-1. Nilai

R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005).

3.6.5 Uji Signifikansi/Pengaruh Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F menunjukkan apakah variabel independen yang dimasukkan

dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel dependennya (Ghozali, 2005).

Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu:

a. Bila F hitung > F tabel atau probabilitas < nilai signifikan ( Sig � 0,05), maka hipotesis

tidak dapat ditolak, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen memiliki

pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Bila F hitung < F tabel atau probabilitas > nilai signifikan ( Sig � 0,05), maka hipotesis

diterima, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen tidak mempunyai

pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada keputusan dl � d � du

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4

Tidak ada korelasi negatif Tidak ada keputusan 4 – du � d � 4 - dl

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 - du

Page 19: T1_232007163_Full Teks.pdf

19

3.6.6 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel

independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,

2005). Pada uji statistik t, nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai t tabel,

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Bila t hitung > t tabel atau probabilitas < tingkat signifikansi (Sig < 0,05), maka Ha

diterima dan H0 ditolak, variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Bila t hitung < t tabel atau probabilitas > tingkat signifikansi (Sig > 0,05), maka Ha

ditolak dan H0 diterima, variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen.

3.6.7 Analisis Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis)

Tujuan analisis ini untuk mengetahui apakah variabel moderating akan

memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen. Terdapat tiga model pengujian regresi dengan variabel moderating, yaitu uji

interaksi (MRA), uji nilai selisih mutlak, dan uji residual (Ghozali, 2005). Dalam

penelitian ini akan digunakan uji MRA, hipotesis moderating diterima jika variabel

Moderasi CSR (ROE-CSR) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Tobins Q.

Page 20: T1_232007163_Full Teks.pdf

20

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 perusahaan

yang terpilih menjadi anggota Indeks SRI-KEHATI yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode Mei 2010-Oktober 2010 dan November 2010-April 2011.

Hasil dari pengujian statistik deskriptif dari variabel Tobins-Q, ROE, dan CSR

tahun 2010 disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Tobins-Q 30 .2 5.1 1.517 1.4360 ROE 30 -22.39 81.78 25.4560 17.44273 CSR 30 .23 .59 .3687 .10753 Valid N (listwise) 30

Sumber: Lampiran 4

Dari hasil uji statistik deskriptif pada tabel diatas, didapat informasi sebagai

berikut:

Variabel Tobins-Q memiliki rentang nilai dari 0,2 hingga 5,1. Niali terendah

dimiliki oleh PT. Astra Argo Lestari Tbk, PT. Aneka Tambang Tbk dan PT. PP London

Sumatera Indonesia Tbk. Sedangkan nilai tertinggi dimiliki oleh PT. Merck Tbk. Nilai

rata-rata Tobins-Q 1,517 dan deviasi standarnya bernilai 1,4360. Tobins-Q yang bernilai

lebih dari satu mempunyai arti nilai pasar lebih beasar dari nilai buku sehingga

perusahaan menghasilkan earning dengan tingkat return yang sesuai dengan harga

perolehan aset-asetnya. Perusahaan yang mempunyai nilai tobins q yang lebih dari satu

berjumlah 13 perusahaan dan 17 perusahaan nilai tobins q nya kurang dari satu.

Nilai rata-rata ROE menunjukkan nilai 25,4560, sedangkan standar deviasi

menunjukkan nilai 17,44273. Variabel ROE memiliki rentang nilai dari -22,39 hingga

81,78. Nilai terendah dimiliki oleh PT. Lippo Karawaci Tbk, sedangkan nilai tertinggi

Page 21: T1_232007163_Full Teks.pdf

21

dimiliki oleh PT Medco Energi International Tbk. Nilai ROE sebesar -22,39 yang

dimiliki oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk artinya pada tahun 2010 perusahaan tersebut

belum bisa menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi para pemilik modal.

Sedangkan ROE yang tertinggi sebesar 81,78 yang dimiliki oleh PT. Medco Energi

International Tbk artinya perusahaan telah berhasil memberikan keuntungan yang

maksimal bagi para pemilik modal.

Variabel pengungkapan CSR memiliki rentang nilai dari 0,23 hingga 0,59.

Rentang nilai terendah dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dan PT. Berlian

Laju Tanker Tbk. Rentang nilai tertinggi dimiliki oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.

Nilai rata-rata dari variabel CSR 0,3687 dan standar deviasinya bernilai 0,10753. Jika di

lihat dari rata-rata variabel CSR, dapat diperoleh informasi bahwa rata-rata jumlah item

yang diungkapkan oleh para emiten kurang lebih hanya 29 dari 78 item pengungkapan.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Pengaruh ROE Terhadap Nilai Perusahaan

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan

dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat untuk

dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi:

uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

Pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji

normalitas pada tabel 4.2 terlihat bahwa nilai Kologorov-Smirnov 1,395 dan signifikansi

pada 0,051 hal ini berarti data residul terdistribusi normal dan sudah memenuhi asumsi.

Page 22: T1_232007163_Full Teks.pdf

22

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber: Lampiran 4 Dari hasil uji Glejser pada tabel 4.3 diperoleh nilai signifikansi dari ROE yaitu

0,535 di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa data residual tidak

mengandung adanya heteroskedastisitas atau sudah memenuhi asumsi.

Tabel 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error 1 (Constant) 1,017 ,270 3,759 ,001

ROE ,006 ,009 ,118 ,627 ,535 a Dependent Variable: AbsUt Sumber: Lampiran 4 Pengujian menggunakan uji Durbin Watson yang hasilnya ditunjukkan pada

tabel 4.4 sebagai berikut. Nilai DW sebesar 1,651, nilai ini akan dibandingkan dengan

nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5 %. Didapat nilai dl 1,214 dan du 1,650

untuk n=30 dan k=3. Oleh karena DW hitung > du dan < 4-du, berarti tidak ada

autokorelasi antar residual atau sudah memenuhi asumsi.

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000 Std. Deviation 1,43397387

Most Extreme Differences

Absolute ,255 Positive ,255 Negative -,173

Kolmogorov-Smirnov Z 1,395 Asymp. Sig. (2-tailed) ,051

Page 23: T1_232007163_Full Teks.pdf

23

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 ,053(a) ,003 -,033 1,45936 1,651 a Predictors: (Constant), ROE b Dependent Variable: TobinsQ Sumber: Lampiran 4 Dari hasil uji menggunakan SPSS pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa koefisien

determinasi nilai R2 sebesar 0,003. Hal ini berarti 0,3% variasi Tobins Q yang dapat

dijelaskan oleh variasi variabel independen ROE. Dengan kata lain variasi variabel

dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independennya. Nilai standard Error of

The Estimate (SEE) yang kecil yaitu sebesar 1,4594, membuat model regresi ini tidak

tepat digunakan dalam memprediksi variabel dependen atau sudah memenuhi asumsi.

Tabel 4.5 Hasil Uji Goodness Fit of Test ROE Terhadap Tobins Q

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,053(a) ,003 -,033 1,45936 a Predictors: (Constant), ROE b Dependent Variable: TobinsQ

Sumber: Lampiran 4 Dari hasil output uji statistik F yang terdapat dalam tabel 4.6 dapat diperoleh

nilai (F hitung) sebesar 0,080 dan signifikansi pada 0,780. Jadi dapat disimpulkan

bahwa secara silmultan variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan

terhadap variabel dependennya yaitu Tobins Q atau sudah memenuhi asumsi.

Tabel 4.6 Hasil Uji ROE Terhadap Tobins Q

ANOVA(b)

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression ,170 1 ,170 ,080 ,780(a) Residual 59,632 28 2,130 Total 59,802 29

a Predictors: (Constant), ROE b Dependent Variable: Tobins-Q

Page 24: T1_232007163_Full Teks.pdf

24

Sumber: Lampiran 4

Dari tabel 4.7 terlihat hasil nilai t (t-hitung) dalam regresi menunjukkan

pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. ROE memiliki

t hitung sebesar 0,282 dengan signifikansi 0,780, berarti tidak terdapat pengaruh yang

signifikan ROE terhadap Tobins Q atau sudah memenuhi asumsi.

Tabel 4.7 Hasil Uji t ROE terhadap Tobins Q

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error 1 (Constant) 1,405 ,477 2,946 ,006

ROE ,004 ,016 ,053 ,282 ,780 a Dependent Variable: Tobins-Q Sumber: Lampiran 4 4.2.2 Pengungkapan CSR Memoderasi Pengaruh ROE terhadap Nilai

Perusahaan

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan

dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat untuk

dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi:

uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

Pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji

normalitas pada tabel 4.8 terlihat bahwa nilai Kologorov-Smirnov 0,897 dan signifikan

pada 0,397 hal ini berarti data residul terdistribusi normal atau sudah memenuhi asumsi.

Page 25: T1_232007163_Full Teks.pdf

25

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000 Std. Deviation 1,40700248

Most Extreme Differences

Absolute ,164 Positive ,164 Negative -,102

Kolmogorov-Smirnov Z ,897 Asymp. Sig. (2-tailed) ,397

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Sumber: Lampiran 4 Dari hasil uji Glejser pada tabel 4.9 diperoleh nilai signifikansi dari ROE yaitu

0,342 dan moderasi CSR 0,361. Hal ini terlihat dari profitabilitas signifikansinya di atas

tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa data residual tidak mengandung

adanya heteroskedastisitas atau sudah memenuhi asumsi.

Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error 1 (Constant) -,663 ,892 -,744 ,464

ROE ,027 ,028 ,546 ,969 ,342 CSR 4,719 2,510 ,578 1,880 ,071 MODERASI -,071 ,077 -,608 -,930 ,361

a Dependent Variable: ABSOLUT Sumber: Lampiran 4 Pengujian menggunakan uji Durbin Watson yang hasilnya ditunjukkan pada

tabel 4.10 sebagai berikut. Nilai DW sebesar 1,699, nilai ini akan dibandingkan dengan

nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5 %. Didapat nilai dl 1,214 dan du 1,650

untuk n=30 dan k=3. Oleh karena DW hitung > du dan < 4-du, berarti tidak ada

autokorelasi antar residual atau sudah memenuhi asumsi.

Page 26: T1_232007163_Full Teks.pdf

26

Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 ,200(a) ,040 -,071 1,48596 1,699 a Predictors: (Constant), MODERASI, CSR, ROE b Dependent Variable: Tobins Q Sumber: Lampiran 4 Tabel 4.11 menunjukkan besaran R2 sebesar 0,040, hal ini berarti 4% variasi

Tobins Q yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen ROE, CSR dan

Moderasi CSR. Ketika menjelaskan variasi variabel independen ROE menghasilkan R2

sebesar 0,003, dengan menambah variabel CSR menghasilkan R2 sebesar 0,040 yang

meningkat sedikit sebesar ± 0,397. Dengan kata lain variasi variabel dependen tidak

dapat dijelaskan oleh variabel independennya atau sudah memenuhi asumsi.

Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi ROE, CSR dan Moderasi CSR

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,200(a) ,040 -,071 1,48596 a Predictors: (Constant), MODERASI, CSR, ROE b Dependent Variable: Tobins Q Sumber: Lampiran 4 Uji statistik F pada tabel 4.12 menghasilkan F hitung sebesar 0,361 dengan

tingkat signifikansi 0,782. Karena profitabilitas signifikansi >0,05, maka model regresi

tidak dapat digunakan untuk memprediksi Tobins Q atau dapat dikatakan bahwa ROE,

CSR dan Moderasi CSR secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap Tobins Q

atau sudah memenuhi asumsi.

Page 27: T1_232007163_Full Teks.pdf

27

Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik F ROE, CSR, dan Moderasi CSR

ANOVA(b)

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2,392 3 ,797 ,361 ,782(a) Residual 57,410 26 2,208 Total 59,802 29

a Predictors: (Constant), MODERASI, CSR, ROE b Dependent Variable: Tobins-Q Sumber: Lampiran 4 Dari ketiga variabel yang dimasukkan dalam model regresi yang tampak pada

tabel 4.13, tidak ada satupun yang berpengaruh secara signifikan terhadap Tobins Q.

Variabel ROE memberikan koefisien parameter 0,011 dengan tingkat signifikansi 0,829,

variabel CSR memberikan koefisien parameter 3,275 dengan tingkat signifikan 0,462.

Variabel moderasi CSR yang memiliki koefisien parameter -0,027 ternyata tidak

signifikan karena nilai Sig. 0,843 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel

Moderasi CSR tidak mampu mempengaruhi hubungan antara ROE terhadap Tobins Q

atau sudah memenuhi asumsi.

Tabel 4.13 Hasil Uji Statistik t ROE, CSR, dan Moderasi CSR

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error 1 (Constant) ,297 1,558 ,190 ,850

ROE ,011 ,050 ,131 ,218 ,829 CSR 3,275 4,385 ,245 ,747 ,462 MODERASI -,027 ,134 -,140 -,201 ,843

a Dependent Variable: Tobins-Q Sumber: Lampiran 4 4.2.3 Analisis Hubungan

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:83). Model

regresi yang dilakukan menghasilkan R2 yang kecil, artinya bahwa kemampuan

Page 28: T1_232007163_Full Teks.pdf

28

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Oleh sebab itu di cek keeratan hubungan antara variabel ROE terhadap Tobins

Q dan Pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi ROE terhadap Tobins Q, yaitu

dengan analisis korelasi. Hasil analisis korelasi sebagai berikut:

Tabel 4.14 Hasil Uji Analisis Korelasi

�� �������� � �� � �

�������� �

��������

������������ �� ������ ������

�� ������������ !� �� ��"#�� ������

��

��������

������������ ������ �� ���#��

�� ������������ !� ��"#�� �� ������

� �

��������

������������ ������ ���#�� ��

�� ������������ !� ������ ������ �� Sumber: Lampiran 4 Nilai R sebesar 0,053 menunjukkan adanya korelasi yang sangat lemah antara

variabel Kinerja Keuangan (ROE) dengan Nilai Perusahaan (Tobins Q). Sehingga wajar

kalau hasil regresi antara variabel ROE terhadap Tobins Q menghasilkan R2 yang kecil

sebesar 0,003 atau 0,3%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini.

Nilai R sebesar 0,196 menunjukkan adanya korelasi yang sangat lemah antara

variabel Pengungkapan CSR dengan Nilai Perusahaan (Tobins Q). Sehingga wajar

kalau hasil regresi antara pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi antara

variabel ROE terhadap Tobins Q menghasilkan R2 yang kecil sebesar 0,040 atau 4%,

sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian

ini.

Page 29: T1_232007163_Full Teks.pdf

29

4.2.4 Pembahasan

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap Tobins Q. Meskipun

ROE yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih

mengalami penurunan, ternyata investor tetap mau melakukan investasi pada

perusahaan tersebut. Sayekti dan Wondabio (2007) dalam Cheng dan Christiawan

(2011) menyatakan bahwa informasi mengenai laba digunakan oleh investor, tetapi

kegunaan informasi laba tersebut bagi investor sangat terbatas sehingga investor juga

mempertimbangkan informasi lainnya. Semakin tinggi pengungkapan suatu perusahaan,

semakin kecil tingkat ketergantungan investor pada informasi laba perusahaan. Investor

dapat memprediksi kinerja perusahaan melalui informasi-informasi yang diungkapkan,

tidak hanya tergantung pada nilai laba.

Dari hasil pengujian diketahui bahwa pengungkapan CSR tidak mempengaruhi

hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Pengungkapan CSR seharusnya

dapat menjadi pertimbangan investor sebelum berinvestasi, karena didalamnya

mengandung informasi sosial yang telah dilakukan perusahaan. Hal ini dapat digunakan

sebagai salah satu pertimbangan bagi para investor untuk menanamkan modalnya pada

perusahaan yang memiliki komitmen CSR dan mengurangi anggapan bahwa penerapan

CSR yang berbiaya besar justru mengurangi return yang diharapkan investor.

Terdapat indikasi bahwa para investor tidak perlu melihat pengungkapan CSR

yang telah dilakukan oleh perusahaan, karena terdapat jaminan yang tertera pada UU

Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007, bahwa perusahaan pasti melaksanakan CSR dan

mengungkapkannya, karena apabila perusahaan tidak melaksanakan CSR, maka

perusahaan akan terkena sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Sehingga dalam UU Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007 mengenai

Page 30: T1_232007163_Full Teks.pdf

30

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan disebutkan bahwa perseroan yang menjalan

kan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib

melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Page 31: T1_232007163_Full Teks.pdf

31

5 PENUTUP

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobins-Q) dan (2) Pengungkapan informasi CSR

tidak dapat memoderasi pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

Implikasinya adalah sebaiknya para investor mempertimbangkan faktor selain

ROE dan pengungkapn CSR seperti citra perusahaan, ukuran perusahaan, kinerja

manajemen, situasi perekonomian, atau situasi politik.

Keterbatasan dalam penelitian ini pemilihan sampel atau objek penelitian adalah

kelompok yang masuk indeks SRIKEHATI yang merupakan perusahaan-perusahaan

yang memiliki kepedulian sosial dan lingkungan, sehingga variasi pengungkapan CSR

tidak terlalu bervariasi dan terlalu kuatnya unsur subyektifitas dalam mengungkap CSR

yang ada di laporan tahunan perusahaan. Seharusnya penyususnan indikator

pengungkapan CSR lebih detail.

Page 32: T1_232007163_Full Teks.pdf

32

DAFTAR PUSTAKA

Ang, Robert, 2007, “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to

Indonesian Capital Market)”, Penerbit Mediasoft Indonesia, Jakarta.

Dahli, L. Dan Siregar, V. S. 2008. “Pengaruh Corporate Social Responsibility

terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang

Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2005 dan 2006)”. Simposium

Nasional Akuntansi X1. Pontianak.

Fakhruddin, Hendy M. 2008, “Go Public, Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai

Perusahaan”, Bogor.

Ghozali, Imam, 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Handoko, Yuanita. Skripsi S1. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai

Perusahaan dengan Menggunakan Pengungkapan Corporate Social

Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai Variabel

Pemoderasi”. Universitas Gunadarma, (2010).

http://finance.detik.com/read/2011/05/11/162319/1637483/6/pertumbuhan-indeks-sri-

kehati-capai-25-per-tahun?nd9911043.diunduh 20 Maret 2012

http://jbptunikompp-gdl-noviliales-26532-5-unikom_n-i.pdf.diunduh 28 Februari 2012

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16453/4/Chapter%20II.pdf.diunduh 22

Maret 2012

Isnaeni, Ken Zuraedah. Skripsi S1. “Pengaruh Kinerja Keuanagan Terhadap Nialai

Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility sebagai

Variabel Pemoderasi”. Universitas Pembangunan Nasional UPN Veteran

Jakarta, 2010.

Page 33: T1_232007163_Full Teks.pdf

33

Kusumadilaga, Rimba. Skripsi S1. “Pengaruh Corporate Social Responsibility

Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel

Moderating pada Perusahaan Manufaktur di BEI”, Universitas Diponegoro

Semarang, (2010).

Lako, Andreas. 2010, “Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis dan

Akuntansi”, Semarang.

Cheng, Megawati dan Yulius Jogi Christiawan. 2011. ”Pengaruh Pengungkapan

Corporate Social Responsibility Terhadap Abnormal Return”. Jurnal Akuntansi

Dan Keuangan, Vol.13, No.1 Mei: 24-36.

Nurainun, Bangun dan Sinta Wati, 2007, “Analisis Pengaruh Profitabilitas dan

Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan Perdagangan, Jasa, dan

Investasi yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi Universitas

Tarumanegara Jakarta, No. 2 Mei: 107-120.

Rachman, Efendi dan Wicaksana, 2011, “Panduan Lengkap Perencanaan Corporate

Social Responsibility (CSR)”, PS-Penebar Swadaya, Jakarta.

Rahayu, Sri. Skripsi S1. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan

dengan Menggunakan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan

Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan

Manufaktur di BEI”. Universitas Diponegoro Semarang, (2010).

Rosmasita, 2007. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Sosial

Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunana Perusahaan Manufaktur Di

BEJ”. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Siregar, Baldric, 2008, “ Seminar Peran Akuntan dalam Pengukuran CSR”, Ina Garuda Yogyakarta, 11 Desember 2008. Sparta, Februwaty, 2005, “Pengaruh ROE, EPS, dan OCF Terhadap Harga Saham

Industri Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi Universitas

Tarumanegara Jakarta, No. 1 Januari.

Page 34: T1_232007163_Full Teks.pdf

34

Suranta, Eddy dan Pratana Puspita Merdistusi, 2004, “Income Smoothing, Tobin’s Q,

Agency Problems dan Kinerja Perusahaan”. Makalah Disampaikan dalam

Simposium Nasional Akuntansi VII, Bali, 2-3 Desember.

Weston, J. Fred dan Copeland, Thomas E, 2008, “Manajemen Keuangan Edisi

Kesembilan”, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.

Widayanti, Rita, dkk, 2006. “ Manajemen Keuangan”. Badan Penerbit Universitas

Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Yuniasih dan Wirakusuma, Made Gede, 2007, “Pengaruh Kinerja Keuangan

Terhadap Nialai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social

Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel

Pemoderasi”, Universitas Undayana, Bali.