t Hypoid

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap tahunnya. Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh Salmonella Parathypii A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C. 1

description

A

Transcript of t Hypoid

Page 1: t Hypoid

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di

Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika

Serikat dan Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta

kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000 orang

meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan

tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000

kematian setiap tahunnya.

Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19

tahun dengan angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14%

demam enteris disebabkan oleh Salmonella Parathypii A. Demam tifoid

pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,cenderung

meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada

daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak

diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang

dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela

paratypi A, B dan C.

Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui

kontak dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya

kebersihan pada minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang

kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri salmonella,

pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang

tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.

Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi

didalam dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus

abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa

jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran

usus.

1

Page 2: t Hypoid

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun makalah yang

berjudul “Asuhan Kebidanan pada Anak “R” dengan Thypoid di Ruang

Pediatrik Jaminan RSUD Prabumulih Tahun 2015”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Anak “R” dengan Thypoid di

Ruang Pediatrik Jaminan RSUD Prabumulih Tahun 2015?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan pada Anak

“R” dengan Thypoid di Ruang Pediatrik Jaminan RSUD Prabumulih

Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu mengumpulkan data subjektif dan

mengkaji data Asuhan Kebidanan pada Anak “R” dengan

Thypoid di Ruang Pediatrik Jaminan RSUD Prabumulih Tahun

2015.

2. Mahasiswa mampu mengumpulkan data objektif dan mengkaji

data Asuhan Kebidanan pada Anak “R” dengan Thypoid di

Ruang Pediatrik Jaminan RSUD Prabumulih Tahun 2015.

3. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan terhadap

masalah Asuhan Kebidanan pada Anak “R” dengan Thypoid di

Ruang Pediatrik Jaminan RSUD Prabumulih Tahun 2015.

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Dalam membuat makalah ini, penulis mengambil kasus di Ruang

Pediatrik Jaminan RSUD Prabumulih Tahun 2015, sedangkan waktu

pelaksanaan pengambilan kasus ini dilaksanakan pada tanggal 24 November

2015 pukul 21.00 WIB.

2

Page 3: t Hypoid

1.5 Manfaat Penulisan

1.5.1 Bagi Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Prabumulih

Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi

RSUD Prabumulih untuk lebih mengenal Asuhan Kebidanan pada

Anak “R” dengan Thypoid di Ruang Pediatrik Jaminan RSUD

Prabumulih Tahun 2015.

1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi

untuk peserta didik di masa yang akan datang dan menambah

referensi perpustkaan di Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Palembang.

1.5.3 Bagi Penulis

Penulis dapat mengaplikasikan ilmu asuhan kebidanan pada

anak-anak yang didapatkan di kelas ke lahan praktik, serta dapat

menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan

Asuhan Kebidanan pada Anak “R” dengan Thypoid di Ruang

Pediatrik Jaminan RSUD Prabumulih Tahun 2015.

3

Page 4: t Hypoid

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Thypoid

Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan

infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan

minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang

terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan

oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim

dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah

Noer, 1996).

Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-

gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type

A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman

yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).

Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada

saluran cerna dan gangguan kesadaran.(Mansjoer, 2000: 432).

Demam typoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang

ditandai denganbakteremia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang

bersifat difus, pembentukanmikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal

ileum. Disebabkan salmonella thypi, ditandaiadanya demam 7 hari atau

lebih, gejala saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.(Soegijanto,

2002: 1).

Demam typoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang di awali di

selaput lendir usus,dan jika tidak di obati secara progresif akan menyerbu

jaringan di seluruh tubuh.(Tambayong, 2000: 143).

Demam typoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh

infeksi salmonella typhi.( Ovedoff, 2002: 514).

4

Page 5: t Hypoid

2.2 Etiologi Thypoid

Penyakit tifus disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa,

basil gram negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan

tidak menghasilkan spora. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia

melalui saluran pencernaan dan manusia merupakan sumber utama infeksi

yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat sedang sakit

atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada

tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati

pada suhu 70C maupun oleh antiseptik. Demam tifoid adalah penyakit

infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi

A, B atau C (Soedarto, 1996).

Salmonella Typhosa memiliki tiga macam antigen, yaitu :

Antigen O (Ohne Hauch), merupakan polisakarida yang sifatnya

spesifik untuk grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme

dan juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar

Antigen H, terdapat pada flagella dan bersifat termolabil

Antigen Vi, merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan

melindungi antigen O terhadap fagositosis

2.3 Patofisiologi Thypoid

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,

yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku),

Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman

salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan

melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan

dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang

memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan

yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat

melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian

kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke

usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan

5

Page 6: t Hypoid

limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan

mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian

melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia,

kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

Demam tifoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan

endotoksinnya merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit

pada jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah

dan mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang

menimbulkan gejala demam.

2.4 Manifestasi Klinis

a. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar

namun menjelang malamnya demam tinggi.

b. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah.

Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan

yang asam-asam atau pedas.

c. Mual berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang

biak di hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya

menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang

berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan

biasanya keluar lagi lewat mulut.

d. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna

menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi

diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit

buang air besar).

e. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa

lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa

menimbulkan rasa sakit di perut.

f. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan

nyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan

kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.

6

Page 7: t Hypoid

2.5 Komplikasi Penyakit Thypoid

Komplikasi penyakit thypoid dapat terjadi pada :

a. Di usus halus

Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :

1. Perdarahan usus

Diagnosis dapat ditegakkan dengan :

Penurunan TD dan suhu tubuh

Denyut nadi bertambah cepat dan kecil

Kulit pucat

Penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel

2. Perforasi usus

Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan

terjadi pada bagian distal ileum.

3. Peritonitis

Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan, yaitu:

Nyeri perut hebat

Kembung

Dinding abdomen tegang (defense muskulair)

Nyeri tekan

TD menurun

Suara bising usus melemah dan pekak hati berkurang

Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit

dalam waktu singkat.

b. Diluar usus halus

1. Bronkitis, terjadi pada akhir minggu pertama.

2. Bronkopneumonia, kasus yang berat bilamana disertai infeksi

sekunder.

3. Kolesistitis

7

Page 8: t Hypoid

4. Tifoid ensefalopati, gejala : kesadaran menurun, kejang-kejang,

muntah, demam tinggi

5. Meningitis, gejala : bayi tidak mau menetek, kejang, letargi,

sianosis, panas, diare, kelainan neurologis.

6. Miokarditis

7. Karier kronik

2.6 Pemeriksaan Penunjang

a. Tubex TF, spesifik mendeteksi Ig M antibody S thypiii 09 LPS

antigen Sthypii dan salmonella sero group D bakteri.

b. Uji Widal : untuk mendeteksi adanya bakteri Salmonella Thypi

c. Pemeriksaan darah tepi : untuk melihat tingkat leukosit dalam darah,

adanya leukopenia, etc

d. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya bakteri Salmonella Thypi

dan leukosit

e. Pemeriksaan feses : untuk melihat adanya lendir dan darah yang

dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan perforasi

f. Pemeriksaan sumsum tulang : untuk mendeteksi adanya makrofag

g. Serologis : untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan

antibodi (aglutinin)

h. Radiologi : untuk mengetahui adanya komplikasi dari Demam

Thypoid

i. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat

tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

2.7 Penatalaksaan Thypoid

1. Perawatan

1. Bedrest kurang lebih 14 hari : mencegah komplikasi perdarahan

usus

2. Mobilisasi sesuai dengan kondisi

8

Page 9: t Hypoid

3. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam sekali untuk mencegah

decubitus

2. Diet

Dimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari

bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan

tingkat kesembuhan penderita. Beberapa peneliti menganjurkan

makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan penderita.

Makanan disesuaikan baik kebutuhan kalori, protein, elektrolit,

vitamin maupun mineralnya serta diusahakan makan yang

rendah/bebas selulose, menghindari makanan yang iritatif. Pada

penderita gangguan kesadaran maka pemasukan makanan harus lebih

di perhatikan

3. Obat-obatan

Obat pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi

sum-sum tulang, dosis 50-100 mg/kgBB dibagi 4 dosis, efek

sampingnya adalah Anaplastik anemia

Obat lain :

Kotrimoksazol ( TMP 8-10 mg/kgBB dibagi 2 dosis)

Ampisilin

Amoxicillin

9

Page 10: t Hypoid

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK “R” DENGAN THYPOID

DI RUANG PEDIATRIK JAMINAN

RSUD PRABUMULIH

TAHUN 2015

Tanggal / jam masuk : 22-11-2015/08.20 WIB

Tanggal pengkajian : 24-11-2015

Waktu pengkajian : 21.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas Bayi

Nama Anak : “R”

Umur : 11 tahun

Tanggal lahir / pukul : 3 Maret 2004

Jenis kelamin : Perempuan

2. Identitas Orang Tua

Nama Ibu : Ny. Rika Nama Suami : Tn. D

Umur : 30 tahun Umur :26 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Petani

Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia

Alamat : Peputat Alamat : Peputat

10

Page 11: t Hypoid

3. Alasan Datang

Ibu datang ke RSUD Prabumulih membawa anaknya pada

tanggal 22 November 2015, dengan keluhan demam terus-menerus ,

tinggi saat malam dan turun di pagi hari, disertai mual, muntah,

menggigil, serta mengigau di malam hari sejak ± 7 hari yang lalu. Ibu

juga mengatakan anaknya BAB cair 3x dalam sehari.

4. Riwayat Kelahiran

Anak ke : I (Pertama)

Umur kehamilan : Aterm

Jenis persalinan : Spontan

Penolong persalinan : Bidan

BB lahir : 2600 gram

PB lahir : -

Komplikasi persalinan : Tidak ada

5. Riwayat Imunisasi

Imunisasi I II III IV Ket

BCG v

DPT v v v

Polio v v v v

Hepatitis B v

Campak v

11

Page 12: t Hypoid

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : menangis merintih

Tanda-tanda Vital

- Nadi : 82 x/menit

- Pernapasan : 24 x/menit

- Suhu : 35,4 0C

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Rambut hitam, bersih, tidak rontok, tidak ada benjolan

Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih

Mulut : Simetris, tidak ada kariies

Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada

pembengkakan kelenjar tiroid

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dada

Abdomen : Tidak ada kelainan

Genetalia : Tidak ada kelainan

Ekstremitas : Pergerakan tidak kaku, turgor kulit baik

Anus : Tidak ada kelainan

3. Pemeriksaan Antropometri

BB : 25 kg

PB : 120 cm

4. Pemeriksaan Penunjang

a. Darah Lengkap

- Hb 12,1g/dl

- Leukosit 9700/ul

- Eritrosit 4,71 jt/ul

- Driff count 0/0/0/64/36/0

- LED 10mm/jam

12

Page 13: t Hypoid

- Trombosit 180.000/ul

- Hematokrit 36,6%

b. Fungsi Ginjal

- Ureum 24 mg/dl

- Creatinine 0,7 mg/dl

c. Elektrolit

- Natrium 132 mmol/L

- Kalium 3,61 mmol/L

- Clorida 100 mmol/L

d. Serologi

- Widal, Thypi H (+) 1/320

- Widal, Thypi O (+) 1/320

e. Golongan darah B, rhesus (+)

C. ASSESSMENT

Diagnosa : Anak “R”, umur 11 tahun dengan thypoid.

D. PENATALAKSANAAN

1. Melakukan observasi tanda-tanda vital.

(Suhu: 35,4oC, nadi: 84x/menit, dan RR: 24x/menit)

2. Menjelaskan kepada ibu pentingnya nutrisi bagi anak untuk

mempercepat proses penyembuhan.

(Ibu mengatakan nafsu makan anak sudah baik).

3. Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan kepada anaknya

dalam porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna,sehingga anak tidak

mual.

(Ibu mengerti anjuran yang diberikan)

13

Page 14: t Hypoid

4. Menganjurkan ibu untuk memberi anaknya minum banyak ± 2-3

liter/hari.

(Ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan).

5. Memantau intake dan output cairan anak dalam 24 jam,

(Intake dan output sedang dipantau)

6. Kolaborasi dengan dokter SpA untuk terapi obat-obatan, yaitu:

- IVFD RL, gtt 15x/menit.

- Inj. Ceftriaxone 1x1gr

- Inj. Ondansetron 2x2,5mg

- Inj. Ranitidine 2x½amp

- Dexamethason 1x2,5mg

- Pct syrup 3x2cth

- Zinc kids 1x1 tablet

- Oralit sach

14

Page 15: t Hypoid

Catatan Perkembangan pada Anak “R” dengan Thypoid

di Ruang Pediatrik Jaminan

RSUD Prabumulih

Tahun 2015

No Hari,

Tanggal/Jam

Diagnos

a

Catatan Perkembangan ( SOAP)

1. Selasa,

24-11-

2015/21.00

WIB

Anak

“R”, 11

tahun,

dengan

thypoid.

S : Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak demam, tidak mual dan

muntah lagi, mulai ada nafsu makan, dan mencret berkurang.

O : Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital

- Suhu : 35,40C

- Nadi : 82x/menit

- RR : 24x/menit

A : Anak “R”, 11 tahun, dengan thypoid.

P :

1. Melakukan observasi tanda-tanda vital.

(Suhu: 35,4oC, nadi: 84x/menit, dan RR: 24x/menit)

2. Menjelaskan kepada ibu pentingnya nutrisi bagi anak

untuk mempercepat proses penyembuhan.

3. Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan kepada

anaknya dalam porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna,

sehingga anak tidak mual.

4. Menganjurkan ibu untuk memberi anaknya minum banyak

± 2-3 liter/hari.

5. Memantau intake dan output cairan anak dalam 24 jam,

6. Kolaborasi dengan dokter SpA untuk terapi obat-obatan,

yaitu:

15

Page 16: t Hypoid

- IVFD RL, gtt 15x/menit.

- Inj. Ceftriaxone 1x1gr

- Inj. Ondansetron 2x2,5mg

- Inj. Ranitidine 2x½amp

- Dexamethason 1x2,5mg

- Pct syrup 3x2cth

- Zinc kids 1x1 tablet

- Oralit sach

2 9 November

2015/ 18.00

WIB

Pola

napas

tidak

efektif.

S : Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak demam, tidak mual dan

muntah, nafsu makan ada, dan tidak mencret lagi.

O : Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital

- Suhu : 36,40C

- Nadi : 80x/menit

- RR : 24x/menit

A : Anak “R”, 11 tahun, dengan thypoid.

P :

1. Melakukan observasi tanda-tanda vital.

(Suhu: 36,4oC, nadi: 80x/menit, dan RR: 24x/menit)

2. Menjelaskan kepada ibu pentingnya nutrisi bagi anak untuk

mempercepat proses penyembuhan.

3. Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan kepada

anaknya dalam porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna,

sehingga anak tidak mual.

4. Menganjurkan ibu untuk memberi anaknya minum banyak

± 2-3 liter/hari.

5. Memantau intake dan output cairan anak dalam 24 jam,

6. Kolaborasi dengan dokter SpA untuk terapi obat-obatan,

16

Page 17: t Hypoid

yaitu:

- IVFD RL, gtt 15x/menit.

- Inj. Ceftriaxone 1x1gr

- Inj. Ondansetron 2x2,5mg

- Inj. Ranitidine 2x½amp

- Dexamethason 1x2,5mg

- Pct syrup 3x2cth

- Zinc kids 1x1 tablet

- Oralit sach

3 Selasa, 10

November

2015/05.00WIB

Masalah

teratasi

sebagian

S : Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak demam, tidak mual dan

muntah, mulai ada nafsu makan baik, dan tidak mencret lagi.

O : Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital

- Suhu : 36,70C

- Nadi : 85x/menit

- RR : 24x/menit

A : Anak “R”, 11 tahun, dengan thypoid.

P :

1. Melakukan observasi tanda-tanda vital.

(Suhu: 35,4oC, nadi: 84x/menit, dan RR: 24x/menit)

2. Menjelaskan kepada ibu pentingnya nutrisi bagi anak untuk

mempercepat proses penyembuhan.

3. Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan kepada

anaknya dalam porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna,

sehingga anak tidak mual.

4. Menganjurkan ibu untuk memberi anaknya minum banyak

± 2-3 liter/hari.

5. Memantau intake dan output cairan anak dalam 24 jam,

17

Page 18: t Hypoid

6. Kolaborasi dengan dokter SpA untuk terapi obat-obatan,

yaitu:

- IVFD RL, gtt 15x/menit.

- Inj. Ceftriaxone 1x1gr

- Inj. Ondansetron 2x2,5mg

- Inj. Ranitidine 2x½amp

- Dexamethason 1x2,5mg

- Pct syrup 3x2cth

- Zinc kids 1x1 tablet

- Oralit sach

18

Page 19: t Hypoid

BAB IV

PEMBAHASAN

Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi

salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang

sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman

salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit

ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).

Tanda gejala dari penyakit Thypoid, yaitu:

a. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun

menjelang malamnya demam tinggi.

b. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya

anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-

asam atau pedas.

c. Mual berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di

hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan

lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan,

akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi

lewat mulut.

d. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna

menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare,

namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).

e. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa

lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa

sakit di perut.

f. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman

dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang

parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.

19

Page 20: t Hypoid

1. Data Subjektif

Pada tanggal 22 November 2015, pukul 08.20 WIB, ibu datang ke RSUD

Prabumulih, mengatakan bahwa anaknya demam terus-menerus, tinggi saat

malam, dan turun saat pagi hari, disertai mual, muntah, menggigil, sejak ±7

hari yang lalu. Ibu juga mengatakan anknya mengalami BAB cair 3x dalam

sehari.

2. Data Objektif

Uji Widal : untuk mendeteksi adanya bakteri Salmonella Thypi. Pada uji

Widal didapatkan bahwa:

- Widal, Thypi H (+) 1/320

- Widal, Thypi O (+) 1/320

3. Assessment

Anak “R”, umur 11 tahun, dengan thypoid.

4. Penatalaksanaan

a. Melakukan observasi tanda-tanda vital.

b. Menjelaskan kepada ibu pentingnya nutrisi bagi anak untuk mempercepat

proses penyembuhan.

c. Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan kepada anaknya dalam

porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna,sehingga anak tidak mual.

d. Menganjurkan ibu untuk memberi anaknya minum banyak ± 2-3

liter/hari.

e. Memantau intake dan output cairan anak dalam 24 jam,

f. Kolaborasi dengan dokter SpA untuk terapi obat-obatan, yaitu:

- IVFD RL, gtt 15x/menit.

- Inj. Ceftriaxone 1x1gr

- Inj. Ondansetron 2x2,5mg

- Inj. Ranitidine 2x½amp

- Dexamethason 1x2,5mg

- Pct syrup 3x2cth

20

Page 21: t Hypoid

- Zinc kids 1x1 tablet

- Oralit sach

5. Kesimpulan

Dari tinjauan kasus di lahan praktik, memperlihatkan bahwa tidak ada

kesenjangan antara tinjauan kasus dengan tinjauan teori.

21

Page 22: t Hypoid

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Demam tifoid adalah suatu infeksi akut pada usus kecil yang

disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Di Indonesia penderita demam

tifoid cukup banyak diperkirakan 800/100.000 penduduk per tahun,

tersebar dimana-mana, dan ditemukan hampir sepanjang tahun.

Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling

sering pada anak besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini,

adalah penting melakukan pengenalan dini demam tifoid, yaitu adanya 3

komponen utama : Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari),

Gangguan susunan saraf pusat / kesadaran.

5.2 Saran

Dari uraian makalah yang telah disajikan maka kami dapat

memberikan saran untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, makanan

yang dikonsumsi harus higiene, dan perlunya penyuluhan kepada

masyarakat tentang demam tifoid.

Selain itu, cara pencegahan yang dilakukan pada demam thypoid

adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan

mempersiapkan makanan hindari minum susu mentah (yang belum di

pleurisasi) hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan

hindari makanan pedas.

22

Page 23: t Hypoid

DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Penerbit

Salemba Medika : Jakarta

Doenges Marylin E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Penerbit Buku

Kedokteran        EGC:Jakarta.

Judith M. Wilkinson .2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan

Intervensi Nic dan Kriteria Hasil Noc. EGC : Jakarta.

Muhammad Ardiansyah.2012.Medikal Bedah.Penerbit Diva Press : Jogjakarta

Prince and Willson. 2005. Patofisiologi Vol. 2. Penerbit Buku Kedokteran ECG :

Jakarta

Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Gastrointestinal &

Hepatobilier. Penerbit Salemba Medika : Jakarta

Suddarth & Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8 Vol. 2.Suzanne

C. Smeltzer. Penerbit Buku Kedokteran ECG : Jakarta

Suratun.2010. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Gastrointestinal.CV. Trans Info Media.Jakarta

Sylvia & Lorraine. 2005. Patofisiologi . EGC. Jakarta

Suratun.2010. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Gastrointestinal.CV. Trans Info Media.Jakarta

23