t Hypoid
-
Upload
indiraameliaputri -
Category
Documents
-
view
220 -
download
2
description
Transcript of t Hypoid
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di
Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika
Serikat dan Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta
kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000 orang
meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan
tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000
kematian setiap tahunnya.
Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19
tahun dengan angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14%
demam enteris disebabkan oleh Salmonella Parathypii A. Demam tifoid
pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,cenderung
meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada
daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak
diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang
dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela
paratypi A, B dan C.
Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui
kontak dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya
kebersihan pada minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang
kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri salmonella,
pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang
tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.
Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi
didalam dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus
abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa
jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran
usus.
1
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun makalah yang
berjudul “Asuhan Kebidanan pada Anak “R” dengan Thypoid di Ruang
Pediatrik Jaminan RSUD Prabumulih Tahun 2015”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Anak “R” dengan Thypoid di
Ruang Pediatrik Jaminan RSUD Prabumulih Tahun 2015?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan pada Anak
“R” dengan Thypoid di Ruang Pediatrik Jaminan RSUD Prabumulih
Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengumpulkan data subjektif dan
mengkaji data Asuhan Kebidanan pada Anak “R” dengan
Thypoid di Ruang Pediatrik Jaminan RSUD Prabumulih Tahun
2015.
2. Mahasiswa mampu mengumpulkan data objektif dan mengkaji
data Asuhan Kebidanan pada Anak “R” dengan Thypoid di
Ruang Pediatrik Jaminan RSUD Prabumulih Tahun 2015.
3. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan terhadap
masalah Asuhan Kebidanan pada Anak “R” dengan Thypoid di
Ruang Pediatrik Jaminan RSUD Prabumulih Tahun 2015.
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Dalam membuat makalah ini, penulis mengambil kasus di Ruang
Pediatrik Jaminan RSUD Prabumulih Tahun 2015, sedangkan waktu
pelaksanaan pengambilan kasus ini dilaksanakan pada tanggal 24 November
2015 pukul 21.00 WIB.
2
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.1 Bagi Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Prabumulih
Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi
RSUD Prabumulih untuk lebih mengenal Asuhan Kebidanan pada
Anak “R” dengan Thypoid di Ruang Pediatrik Jaminan RSUD
Prabumulih Tahun 2015.
1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi
untuk peserta didik di masa yang akan datang dan menambah
referensi perpustkaan di Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Palembang.
1.5.3 Bagi Penulis
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu asuhan kebidanan pada
anak-anak yang didapatkan di kelas ke lahan praktik, serta dapat
menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan
Asuhan Kebidanan pada Anak “R” dengan Thypoid di Ruang
Pediatrik Jaminan RSUD Prabumulih Tahun 2015.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Thypoid
Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan
infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang
terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim
dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah
Noer, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-
gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type
A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada
saluran cerna dan gangguan kesadaran.(Mansjoer, 2000: 432).
Demam typoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang
ditandai denganbakteremia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang
bersifat difus, pembentukanmikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal
ileum. Disebabkan salmonella thypi, ditandaiadanya demam 7 hari atau
lebih, gejala saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.(Soegijanto,
2002: 1).
Demam typoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang di awali di
selaput lendir usus,dan jika tidak di obati secara progresif akan menyerbu
jaringan di seluruh tubuh.(Tambayong, 2000: 143).
Demam typoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh
infeksi salmonella typhi.( Ovedoff, 2002: 514).
4
2.2 Etiologi Thypoid
Penyakit tifus disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa,
basil gram negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan
tidak menghasilkan spora. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia
melalui saluran pencernaan dan manusia merupakan sumber utama infeksi
yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat sedang sakit
atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada
tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati
pada suhu 70C maupun oleh antiseptik. Demam tifoid adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi
A, B atau C (Soedarto, 1996).
Salmonella Typhosa memiliki tiga macam antigen, yaitu :
Antigen O (Ohne Hauch), merupakan polisakarida yang sifatnya
spesifik untuk grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme
dan juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar
Antigen H, terdapat pada flagella dan bersifat termolabil
Antigen Vi, merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis
2.3 Patofisiologi Thypoid
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,
yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku),
Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan
melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan
dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan
yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat
melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian
kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke
usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan
5
limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan
mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian
melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia,
kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Demam tifoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan
endotoksinnya merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit
pada jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah
dan mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang
menimbulkan gejala demam.
2.4 Manifestasi Klinis
a. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar
namun menjelang malamnya demam tinggi.
b. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah.
Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan
yang asam-asam atau pedas.
c. Mual berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang
biak di hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya
menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang
berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan
biasanya keluar lagi lewat mulut.
d. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna
menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi
diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit
buang air besar).
e. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa
lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa
menimbulkan rasa sakit di perut.
f. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan
nyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan
kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.
6
2.5 Komplikasi Penyakit Thypoid
Komplikasi penyakit thypoid dapat terjadi pada :
a. Di usus halus
Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :
1. Perdarahan usus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan :
Penurunan TD dan suhu tubuh
Denyut nadi bertambah cepat dan kecil
Kulit pucat
Penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel
2. Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan
terjadi pada bagian distal ileum.
3. Peritonitis
Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan, yaitu:
Nyeri perut hebat
Kembung
Dinding abdomen tegang (defense muskulair)
Nyeri tekan
TD menurun
Suara bising usus melemah dan pekak hati berkurang
Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit
dalam waktu singkat.
b. Diluar usus halus
1. Bronkitis, terjadi pada akhir minggu pertama.
2. Bronkopneumonia, kasus yang berat bilamana disertai infeksi
sekunder.
3. Kolesistitis
7
4. Tifoid ensefalopati, gejala : kesadaran menurun, kejang-kejang,
muntah, demam tinggi
5. Meningitis, gejala : bayi tidak mau menetek, kejang, letargi,
sianosis, panas, diare, kelainan neurologis.
6. Miokarditis
7. Karier kronik
2.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Tubex TF, spesifik mendeteksi Ig M antibody S thypiii 09 LPS
antigen Sthypii dan salmonella sero group D bakteri.
b. Uji Widal : untuk mendeteksi adanya bakteri Salmonella Thypi
c. Pemeriksaan darah tepi : untuk melihat tingkat leukosit dalam darah,
adanya leukopenia, etc
d. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya bakteri Salmonella Thypi
dan leukosit
e. Pemeriksaan feses : untuk melihat adanya lendir dan darah yang
dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan perforasi
f. Pemeriksaan sumsum tulang : untuk mendeteksi adanya makrofag
g. Serologis : untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi (aglutinin)
h. Radiologi : untuk mengetahui adanya komplikasi dari Demam
Thypoid
i. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat
tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
2.7 Penatalaksaan Thypoid
1. Perawatan
1. Bedrest kurang lebih 14 hari : mencegah komplikasi perdarahan
usus
2. Mobilisasi sesuai dengan kondisi
8
3. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam sekali untuk mencegah
decubitus
2. Diet
Dimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari
bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan
tingkat kesembuhan penderita. Beberapa peneliti menganjurkan
makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan penderita.
Makanan disesuaikan baik kebutuhan kalori, protein, elektrolit,
vitamin maupun mineralnya serta diusahakan makan yang
rendah/bebas selulose, menghindari makanan yang iritatif. Pada
penderita gangguan kesadaran maka pemasukan makanan harus lebih
di perhatikan
3. Obat-obatan
Obat pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi
sum-sum tulang, dosis 50-100 mg/kgBB dibagi 4 dosis, efek
sampingnya adalah Anaplastik anemia
Obat lain :
Kotrimoksazol ( TMP 8-10 mg/kgBB dibagi 2 dosis)
Ampisilin
Amoxicillin
9
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK “R” DENGAN THYPOID
DI RUANG PEDIATRIK JAMINAN
RSUD PRABUMULIH
TAHUN 2015
Tanggal / jam masuk : 22-11-2015/08.20 WIB
Tanggal pengkajian : 24-11-2015
Waktu pengkajian : 21.00 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Bayi
Nama Anak : “R”
Umur : 11 tahun
Tanggal lahir / pukul : 3 Maret 2004
Jenis kelamin : Perempuan
2. Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny. Rika Nama Suami : Tn. D
Umur : 30 tahun Umur :26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Petani
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Alamat : Peputat Alamat : Peputat
10
3. Alasan Datang
Ibu datang ke RSUD Prabumulih membawa anaknya pada
tanggal 22 November 2015, dengan keluhan demam terus-menerus ,
tinggi saat malam dan turun di pagi hari, disertai mual, muntah,
menggigil, serta mengigau di malam hari sejak ± 7 hari yang lalu. Ibu
juga mengatakan anaknya BAB cair 3x dalam sehari.
4. Riwayat Kelahiran
Anak ke : I (Pertama)
Umur kehamilan : Aterm
Jenis persalinan : Spontan
Penolong persalinan : Bidan
BB lahir : 2600 gram
PB lahir : -
Komplikasi persalinan : Tidak ada
5. Riwayat Imunisasi
Imunisasi I II III IV Ket
BCG v
DPT v v v
Polio v v v v
Hepatitis B v
Campak v
11
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : menangis merintih
Tanda-tanda Vital
- Nadi : 82 x/menit
- Pernapasan : 24 x/menit
- Suhu : 35,4 0C
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Rambut hitam, bersih, tidak rontok, tidak ada benjolan
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : Simetris, tidak ada kariies
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dada
Abdomen : Tidak ada kelainan
Genetalia : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Pergerakan tidak kaku, turgor kulit baik
Anus : Tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan Antropometri
BB : 25 kg
PB : 120 cm
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah Lengkap
- Hb 12,1g/dl
- Leukosit 9700/ul
- Eritrosit 4,71 jt/ul
- Driff count 0/0/0/64/36/0
- LED 10mm/jam
12
- Trombosit 180.000/ul
- Hematokrit 36,6%
b. Fungsi Ginjal
- Ureum 24 mg/dl
- Creatinine 0,7 mg/dl
c. Elektrolit
- Natrium 132 mmol/L
- Kalium 3,61 mmol/L
- Clorida 100 mmol/L
d. Serologi
- Widal, Thypi H (+) 1/320
- Widal, Thypi O (+) 1/320
e. Golongan darah B, rhesus (+)
C. ASSESSMENT
Diagnosa : Anak “R”, umur 11 tahun dengan thypoid.
D. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan observasi tanda-tanda vital.
(Suhu: 35,4oC, nadi: 84x/menit, dan RR: 24x/menit)
2. Menjelaskan kepada ibu pentingnya nutrisi bagi anak untuk
mempercepat proses penyembuhan.
(Ibu mengatakan nafsu makan anak sudah baik).
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan kepada anaknya
dalam porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna,sehingga anak tidak
mual.
(Ibu mengerti anjuran yang diberikan)
13
4. Menganjurkan ibu untuk memberi anaknya minum banyak ± 2-3
liter/hari.
(Ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan).
5. Memantau intake dan output cairan anak dalam 24 jam,
(Intake dan output sedang dipantau)
6. Kolaborasi dengan dokter SpA untuk terapi obat-obatan, yaitu:
- IVFD RL, gtt 15x/menit.
- Inj. Ceftriaxone 1x1gr
- Inj. Ondansetron 2x2,5mg
- Inj. Ranitidine 2x½amp
- Dexamethason 1x2,5mg
- Pct syrup 3x2cth
- Zinc kids 1x1 tablet
- Oralit sach
14
Catatan Perkembangan pada Anak “R” dengan Thypoid
di Ruang Pediatrik Jaminan
RSUD Prabumulih
Tahun 2015
No Hari,
Tanggal/Jam
Diagnos
a
Catatan Perkembangan ( SOAP)
1. Selasa,
24-11-
2015/21.00
WIB
Anak
“R”, 11
tahun,
dengan
thypoid.
S : Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak demam, tidak mual dan
muntah lagi, mulai ada nafsu makan, dan mencret berkurang.
O : Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda Vital
- Suhu : 35,40C
- Nadi : 82x/menit
- RR : 24x/menit
A : Anak “R”, 11 tahun, dengan thypoid.
P :
1. Melakukan observasi tanda-tanda vital.
(Suhu: 35,4oC, nadi: 84x/menit, dan RR: 24x/menit)
2. Menjelaskan kepada ibu pentingnya nutrisi bagi anak
untuk mempercepat proses penyembuhan.
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan kepada
anaknya dalam porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna,
sehingga anak tidak mual.
4. Menganjurkan ibu untuk memberi anaknya minum banyak
± 2-3 liter/hari.
5. Memantau intake dan output cairan anak dalam 24 jam,
6. Kolaborasi dengan dokter SpA untuk terapi obat-obatan,
yaitu:
15
- IVFD RL, gtt 15x/menit.
- Inj. Ceftriaxone 1x1gr
- Inj. Ondansetron 2x2,5mg
- Inj. Ranitidine 2x½amp
- Dexamethason 1x2,5mg
- Pct syrup 3x2cth
- Zinc kids 1x1 tablet
- Oralit sach
2 9 November
2015/ 18.00
WIB
Pola
napas
tidak
efektif.
S : Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak demam, tidak mual dan
muntah, nafsu makan ada, dan tidak mencret lagi.
O : Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda Vital
- Suhu : 36,40C
- Nadi : 80x/menit
- RR : 24x/menit
A : Anak “R”, 11 tahun, dengan thypoid.
P :
1. Melakukan observasi tanda-tanda vital.
(Suhu: 36,4oC, nadi: 80x/menit, dan RR: 24x/menit)
2. Menjelaskan kepada ibu pentingnya nutrisi bagi anak untuk
mempercepat proses penyembuhan.
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan kepada
anaknya dalam porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna,
sehingga anak tidak mual.
4. Menganjurkan ibu untuk memberi anaknya minum banyak
± 2-3 liter/hari.
5. Memantau intake dan output cairan anak dalam 24 jam,
6. Kolaborasi dengan dokter SpA untuk terapi obat-obatan,
16
yaitu:
- IVFD RL, gtt 15x/menit.
- Inj. Ceftriaxone 1x1gr
- Inj. Ondansetron 2x2,5mg
- Inj. Ranitidine 2x½amp
- Dexamethason 1x2,5mg
- Pct syrup 3x2cth
- Zinc kids 1x1 tablet
- Oralit sach
3 Selasa, 10
November
2015/05.00WIB
Masalah
teratasi
sebagian
S : Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak demam, tidak mual dan
muntah, mulai ada nafsu makan baik, dan tidak mencret lagi.
O : Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda Vital
- Suhu : 36,70C
- Nadi : 85x/menit
- RR : 24x/menit
A : Anak “R”, 11 tahun, dengan thypoid.
P :
1. Melakukan observasi tanda-tanda vital.
(Suhu: 35,4oC, nadi: 84x/menit, dan RR: 24x/menit)
2. Menjelaskan kepada ibu pentingnya nutrisi bagi anak untuk
mempercepat proses penyembuhan.
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan kepada
anaknya dalam porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna,
sehingga anak tidak mual.
4. Menganjurkan ibu untuk memberi anaknya minum banyak
± 2-3 liter/hari.
5. Memantau intake dan output cairan anak dalam 24 jam,
17
6. Kolaborasi dengan dokter SpA untuk terapi obat-obatan,
yaitu:
- IVFD RL, gtt 15x/menit.
- Inj. Ceftriaxone 1x1gr
- Inj. Ondansetron 2x2,5mg
- Inj. Ranitidine 2x½amp
- Dexamethason 1x2,5mg
- Pct syrup 3x2cth
- Zinc kids 1x1 tablet
- Oralit sach
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit
ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).
Tanda gejala dari penyakit Thypoid, yaitu:
a. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun
menjelang malamnya demam tinggi.
b. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya
anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-
asam atau pedas.
c. Mual berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di
hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan
lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan,
akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi
lewat mulut.
d. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna
menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare,
namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
e. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa
lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa
sakit di perut.
f. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman
dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang
parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.
19
1. Data Subjektif
Pada tanggal 22 November 2015, pukul 08.20 WIB, ibu datang ke RSUD
Prabumulih, mengatakan bahwa anaknya demam terus-menerus, tinggi saat
malam, dan turun saat pagi hari, disertai mual, muntah, menggigil, sejak ±7
hari yang lalu. Ibu juga mengatakan anknya mengalami BAB cair 3x dalam
sehari.
2. Data Objektif
Uji Widal : untuk mendeteksi adanya bakteri Salmonella Thypi. Pada uji
Widal didapatkan bahwa:
- Widal, Thypi H (+) 1/320
- Widal, Thypi O (+) 1/320
3. Assessment
Anak “R”, umur 11 tahun, dengan thypoid.
4. Penatalaksanaan
a. Melakukan observasi tanda-tanda vital.
b. Menjelaskan kepada ibu pentingnya nutrisi bagi anak untuk mempercepat
proses penyembuhan.
c. Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan kepada anaknya dalam
porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna,sehingga anak tidak mual.
d. Menganjurkan ibu untuk memberi anaknya minum banyak ± 2-3
liter/hari.
e. Memantau intake dan output cairan anak dalam 24 jam,
f. Kolaborasi dengan dokter SpA untuk terapi obat-obatan, yaitu:
- IVFD RL, gtt 15x/menit.
- Inj. Ceftriaxone 1x1gr
- Inj. Ondansetron 2x2,5mg
- Inj. Ranitidine 2x½amp
- Dexamethason 1x2,5mg
- Pct syrup 3x2cth
20
- Zinc kids 1x1 tablet
- Oralit sach
5. Kesimpulan
Dari tinjauan kasus di lahan praktik, memperlihatkan bahwa tidak ada
kesenjangan antara tinjauan kasus dengan tinjauan teori.
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Demam tifoid adalah suatu infeksi akut pada usus kecil yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Di Indonesia penderita demam
tifoid cukup banyak diperkirakan 800/100.000 penduduk per tahun,
tersebar dimana-mana, dan ditemukan hampir sepanjang tahun.
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling
sering pada anak besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini,
adalah penting melakukan pengenalan dini demam tifoid, yaitu adanya 3
komponen utama : Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari),
Gangguan susunan saraf pusat / kesadaran.
5.2 Saran
Dari uraian makalah yang telah disajikan maka kami dapat
memberikan saran untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, makanan
yang dikonsumsi harus higiene, dan perlunya penyuluhan kepada
masyarakat tentang demam tifoid.
Selain itu, cara pencegahan yang dilakukan pada demam thypoid
adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan
mempersiapkan makanan hindari minum susu mentah (yang belum di
pleurisasi) hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan
hindari makanan pedas.
22
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Penerbit
Salemba Medika : Jakarta
Doenges Marylin E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Penerbit Buku
Kedokteran EGC:Jakarta.
Judith M. Wilkinson .2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi Nic dan Kriteria Hasil Noc. EGC : Jakarta.
Muhammad Ardiansyah.2012.Medikal Bedah.Penerbit Diva Press : Jogjakarta
Prince and Willson. 2005. Patofisiologi Vol. 2. Penerbit Buku Kedokteran ECG :
Jakarta
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Gastrointestinal &
Hepatobilier. Penerbit Salemba Medika : Jakarta
Suddarth & Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8 Vol. 2.Suzanne
C. Smeltzer. Penerbit Buku Kedokteran ECG : Jakarta
Suratun.2010. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Gastrointestinal.CV. Trans Info Media.Jakarta
Sylvia & Lorraine. 2005. Patofisiologi . EGC. Jakarta
Suratun.2010. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Gastrointestinal.CV. Trans Info Media.Jakarta
23