SYUKUR
-
Upload
kewin-harahap -
Category
Documents
-
view
26 -
download
1
Transcript of SYUKUR
SYUKURMakalah
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Hadis-Hadis SufistikDosen pengampu: H. Hasyim Muhammad, M. Ag
Disusun oleh:Hafizh Rahman (104411018)
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
SYUKUR
I. PENDAHULUAN
Dalam ajaran tasawuf kita telah tahu dan mempelajari ajarannya dimulai dengan bagian-
bagian tasawuf itu wara, zuhud, sabar, sampai dengan mahabbah. Pada kehidupan kita sehari-
hari telah mengalami itu dan merasakan ajaran tersebut. Dalam hal ini kita mau menjelaskan
salah satu dalam ajaran tasawuf itu adalah syukur. Kita tahu apa itu syukur? Syukur merupakan
menerima apa adanya yang telah dianugrahkan atau yang diberikan oleh Allah SWT yang
diwujudkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan manusia. Syukur juga bisa diartikan dengan
menghargai nikmat dari Allah itu dalam bentuk benda hidup maupun mati. Syukur banyak sekali
dijelaskan dalam Al Quran dan Hadis. Syukur diatur dalam firman Allah surat ibrahim yang
berbunyi:
øŒÎ)ur šc©Œr's? öNä3š/u‘ ûÈõs9 óOè?ö�x6x© öNä3¯Ry‰ƒÎ—V{ ( ûÈõs9ur ÷Länö�xÿŸ2 ¨bÎ) ’Î1#x‹tã Ó‰ƒÏ‰t±s9 ÇÐÈ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Menurut Al Raghib tentang syukur adalah:
واطهارها النعمة الشكرتصور
“Bersyukur adalah merenungi dan mengungkapkan nikmat.”
Maka dalam hal ini kita disuruh kepada Allah untuk selalu bersyukur dan bersyukur dalam
hal apapun itu yang terjadi pada kehidupan kita. Dalam hal ini kita merasa tertarik untuk
membuat makalah Hadis-hadis sufistik. Maka dengan ini kita mengambil judul tentang
“Syukur”.
II. Rumusan Masalah
A. Pengertian Syukur
B. Hadis-Hadis Nabi tentang Syukur
C. Penjelasan
III. Pembahasan
A. Pengertian Syukur
Arti syukur adalah menghargai ni’mah yang diberikan oleh sang pemberi. Pengaruh
penghargaan itu seperti itu akan terlihat di dalam hati sampai dengan gerakan tubuh. Di dalam
hati pengaruhnya adalah ketundukan sampai dengan ketakutan. Pengaruhnya dilidah adalah
ungkapan pujian dan keagungan, Pengaruhnya pada anggota tubuh adalah ketaatan dan
penggunaan anggota-anggota tubuh untuk mendapatkan keridhaan Sang Pemberi, dsb.
Al Raghib Berkata:
واطهارها النعمة الشكرتصور
“Bersyukur adalah merenungi dan mengungkapkan nikmat.”
Kata syukur adalah pergeseran dari kata kasyr yang berarti kasyf dan lawan dari kata kufr
yang berarti melainkan dan menutupi ni’mah. Dabbah syukur adalah hewan yang menghargai
tuannya. Disebutkan juga bahwa akar kata syukr adalah ‘ainun syukra. Syukra disini artinya
adalah mumtali’ah. Jadi arti syukur adalah memenuhi diri dengan memuji-muji Sang Pemberi.
Syukur ada tiga macam:
a. Syukur hati dengan merenungi anugrah.
b. Syukur lidah dengan memuji Sang Pemberi, dan
c. Syukur anggota tubuh dengan memerhatikan ni’mah sebagaimana ni’mah itu patut diperhatikan.
Peneliti irfan yang unggul, khawajah’Abdullah Anshari berkata, syukr adalah sebutan lain
untuk pengetahuan (mari’fat) dan nikmat, karena syukr merupakan sarana untuk mengetahui
Sang Pemberi nikmat. Pensyarah karyanta yang kawakan berkata: “merenungkan datangnya
ni’mah dari Mun’im dan mengetahui bahwa ni’mah itu berasal dari-Nya adalah syukur.
Diriwayatkan bahwa Nabi Daud a.s. berkata, “wahai tuhan! Bagaimana aku dapat bersyukur
kepada-Mu, karena syukurku juga merupakan anugrah-Mu yang perlu aku syukuri!” Allah
berfirman kepadanya, “Wahai Daud, apabila engakau tahu bahwa setiap ni’mah yang engkau
nikmati itu berasal dari-Ku, berarti engkau telah bersyukur kepada-Ku.”1[1]
B. Hadis-Hadis Nabi tentang Syukur
فله الله اال اله ال قال ومن حسنات عشر فله الله سبحان قال من
حسنة ثون ثال فله لله احمد قال ومن حسنة عشرون
1
Artinya: “Barang siapa yang membaca “Subhana’llaah, maka baginya sepuluh dua puluh
kebaikan. Dan barang siapa membaca “Laa illaha illal-lah, maka baginya dua puluh kebaikan.
Dan barang siapa membaca “Alhamdu li’llah, maka baginya tiga puluh kebaikan.”
الله الحمد عاء الد افضل و الله اال اله كرال الد افضل
Artinya: “Dzikir yang lebih utama, ialah: “Laa ilaaha I’lla’llaah” dan doa yang lebih utama,
ialah: “Alhamdu li’llaah”.
لله الحمد عف يضا ما كار االد من شئ ليس
Artinya: “Tiadalah sesuatu dari dzikir yang berlipat ganda pahalanya; apa yang berlipat ganda
oleh “al-hamdu li’llah.2[2]
C. Penjelas
Janganlah anda menyangka, bahwa kebaikan-kebaikan ini dengan berbetulan menggerak-
gerakan lidah dengan kalimat-kalimat itu, tanpa berhasil pengertian-pengertiannya dalam hati.
Maka “Subhaana’llah” itu kalimat yang menunjukan taqdis (pengkudusan). “Laa ilaaha
illaa’llah” itu kalimat yang menunjukan kepada mengenali nikmat dari Yang Maha Esa, Yang
Maha Besar. Kebaikan-kebaikan itu adalah dengan kebetulan ma’rifat-ma’rifat ini yang termasuk
sebahagian dari pintu-pintu iman dan jaqin. Dan ketahuilah bahwa kesempurnaan syirik pada
segala perbuatan. Maka siapa yang dianugerahkan kepadanya oleh seseorang raja dengan
sesuatu, kalau dilihatnya bagi menteri atau wakil raja tersebut turut campur pada memudahkan
yang demikian dan menyampaikannya kepadanya, maka orang tersebut mempersekutukan
dengan raja pada nikmat itu. Lalu ia tidak melihat nikmat tersebut, maka terbagi-bagilah
kegembiraannya kepada dua orang itu. Dia tak mengesakan pada hak raja. Dia benar tidak
menutup matanya dari itu terhadap raja. Dan kesempurna kesyukuran raja yang dituliskan
dengan penanya. Dia tak bergembira dan tak berterima kasih dengan kertas dan pena. Karena ia
tidak mengakui pena dan kertas itu ikut campur dari segi keduanya. Akan tetapi, dari segi bahwa
kertas dan pena itu adalah dijadikan dibawah kekuasaan raja. kadang-kadang orang itu tahu,
bahwa wakil raja yang menyampaikan dan memegang gudang juga adalah diperlukan dari pihak
raja pada menyampaikannya. Apabila ia mengetahui yang demikian, niscaya pandangannya
kepada pemegang gudang yang menyampaikan itu, adalah seperti pandangannya kepada pena
2
dan kertas. Maka tidaklah yang demikian itu mempusakakan syirik pada tauhidnya dari
menyandarkan nikmat kepada raja.3[3]
Demikian juga, orang yang mengenal Allah ta’ala dan mengenal perbuatan-NYA, niscaya ia
tahu bahwa matahari sampai bintang-bintang itu dijadikan dengan perintah-NYA. Karena Allah
ta’ala dengan tangannya telah menguasakan iradah-NYA atas orang itu. Ia mengerjakan dan
mencurahkan untuk selalu kebajikannyadan didunia dan diakhirat. Dan sesudah Allah ta’ala
menjadikan baginya kepercayaan ini, niscaya ia tidak memperoleh jalan kepada meninggalkan
pemberian itu. Kalau engkau sudah mengetahui senua pekerjaan seperti yang demikian maka
engkau sesungguhnya telah mengenal Allah ta’ala. Engkau mengenali perbuatannya engkau
adalah orang yang bertauhid. Dan engkau sanggup bersyukur kepada-Nya dengan semata-mata
ma’rifat itu adalah orang yang bersyukur kepada tuhan. Dan karena itu nabi Musa a.s. berkata:
“Wahai Tuhanku! Engkau telah berbuat dan enkau telah berbuat, maka bagaimanakah
kesyukuran kepada engkau?.”4[4]
Maka Allah berfirman: “Ketahuillah bahwa semua yang demikian itu daripada-KU. Maka
mengenalinya itu adalah syukur.” Kalau engkau dimasuki oleh keraguan, maka tidaklah engaku
itu berma’rifat. Tidak dengan nikmat dan tidak dengan yang memberi nikmat. Maka engkau
tidak gembira dengan dengan yang memberi nikmat yang Maha Esa aja. Maka dengan
kurangnya ma’rifat akan mengurangkan keadaan kesenangan. Dan dengan kurangnya
kesenangan engkau, niscaya akan mengurangkan amalan engkau.
Keadaan yang dipetik dari pokok ma’rifat yaitu kegembiraan dengan yang memberi nikmat
serta dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri. Sesungguhnya yang demikian syukur, ia
mengandung syarat syukur. Dan syaratnya ialah bahwa kesenangan engkau itu adalah dengan
yang memberi nikmat tidak dengan nikmat dan tidak dengan penikmatan. Adapun tingkatan
syukur itu mempunyai tiga tingkatan:
Tidak masuk padanya sekali-kali arti syukur. Kegembiraan adalah dengan sesuatu, tidak dengan
yang memberikan. Dan ini adalah keadaan setiap orang yang bergembira dengan nikmat dari
segi, bahwa nikmat itu enak dan bersesuaian bagi maksudnya. Maka itu jauh dari syukur.
Masuk dalam arti syukur dari segi bahwaia bergembira dengan yang menganugrahkan nikmat.
Tetapi dari segi mengetahui kesungguhannya yang bergerak-gerakan kepada penikmatan pada
3
4
masa mendatang. Ini keadaan orang-orang soleh yang beribadah kepada Allah dan
mensyukurinya, karena takut dengan siksaan dan mengharapkan pahala-Nya.
Kegembiraan hamba dengan nikmat Allah Ta’ala, supaya selalu dekat dengan Allah, bertempat
disisi-Nya dan selalu memandang kepada wajah-Nya.
Menurut Asy-Syibli r.a. berkata: “Syukur itu melihat yang memberi nikmat, bukan melihat
nikmatnya.” Menurut Abu Ishak Ibrahim bin Ahmad Al-Khawwash r.a. berkata: “Syukurnya
orang awam itu atas makanan sampai dengan minuman. Dan syukurnya orang khusus ialah atas
segala yang datang kepada hati. Maka sesungguhnya hati itu tidak merasa enak dalam keadaan
sehat selain dengan mengingat Allah Ta’ala mengenali-Nya dan menemui-Nya. Jadi inilah syarat
kegembiraan dengan nikmat Allah. Kalau tidak ada unta maka kambing. Dan berapa banyak
perbedaan antara orang yang menghendaki Allah untuk memberi nikmat kepadanya dan orang
yang menghendaki nikmat Allah, supaya dengan nikmat itu, ia sampai kepada Allah.5[5]
Kesyukuran dengan lisan adalah untuk melahirkan rela kepada Allah dan itulah yang disuruh.
Allah SWT berfirman:
$yJ¯RÎ) šcr߉ç7÷ès? `ÏB Èbrߊ «!$# $Y »Z rO÷rr& šcqà)è=øƒrBur %¸3øùÎ) 4 žcÎ) tûïÏ%©!$# šcr߉ç7÷ès? `ÏB Èbrߊ «!$# Ÿw šcqä3Î=ôJtƒ öNä3s9 $]%ø—Í‘ (#qäótGö/$$sù y‰ZÏã «!$# šXø—Îh�9$# çnr߉ç6ôã$#ur (#rá�ä3ô©$#ur
¼ã&s! Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat
dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki
kepadamu; Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-
Nya. hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.6[6]
Maka syukur dengan lisan itu termasuk dalam jumlah syukur. Diriwayatkan bahwa suatu
utusan datang kepada Umar bin Abdul Aziz r.a lalu bangun berdiri seorang pemuda untuk
berbicara. Maka umar r.a berkata: “Dahulukanlah untuk berbicara yang lebih tua lalu yang lebih
tua. Pemuda tadi menjawab: “Wahai Amirul-mu’minin! Kalau urusan itu dengan umur, maka
sesungguhnya dalam kalangan kaum muslimin ada orang lebih tua umurya dari engkau.” Lalu
umar r.a menjawab: “Berbicaralah!.”
5
6
Maka pemuda tersebut berbicara: “Tidaklah kami ini utusan kegemaran dan tidak pula
utusam ketakutan. Adapun kegemaraan, maka telah disampaikan kepada kami oleh keutamaan
engkau. Dan adapun ketakutan, maka tealh diamankan kami daripadanya, oleh keadilan engkau.
Dan sesungguhnya kami ini adalah utusan kesyukuran. Kami datang kepada engkau untuk kami
bersyukur kepada engkau dengan lisan dan kami akan pergi.” Maka inilah pokok-pokok
pengertian syukur yang meliputu kumpulan hakikatnya!.
Menurut perkataan Hamdun Al Qashshar bahwa syukur bikmat itu ialah engkau melihat diri
engkau pada kesyukuran itu sebagai anak kecil adalah suatu isyarat bahwa arti ma’rifat itu
termasuk dalam pengertian syukur. Dan perkataan Al Junaid Al Baghdadi r.a bahwa syukur ialah
engkau meliaht diri engkau berhak untuk nikmat itu adalah isyarat kepada salah satu dari hal-
ihwal hati pada khususnya.
Dengan demikian nama syukur pada ciptaan lisan untuk melengkapi semua pengertian atau
mencapai kebahagiannya didunia dan diakirat. Kiranya Allah mencurahkan taufiq dengan
Rahmat-Nya untuk kita yang selalu bersyukur dijalan Allah SWT.7[7]
7
IV. Kesimpulan
Arti syukur adalah menghargai ni’mah yang diberikan oleh sang pemberi. Pengaruh
penghargaan itu seperti itu akan terlihat di dalam hati sampai dengan gerakan tubuh. Syukur ada
tiga macam:
a) Syukur hati dengan merenungi anugrah.
b) Syukur lidah dengan memuji Sang Pemberi, dan
c) Syukur anggota tubuh dengan memerhatikan ni’mah sebagaimana ni’mah itu patut diperhatikan.
Hadis-hadis nabi tentang syukur:
1. “Barang siapa yang membaca “Subhana’llaah, maka baginya sepuluh dua puluh kebaikan. Dan
barang siapa membaca “Laa illaha illal-lah, maka baginya dua puluh kebaikan. Dan barang siapa
membaca “Alhamdu li’llah, maka baginya tiga puluh kebaikan.”
2. “Dzikir yang lebih utama, ialah: “Laa ilaaha I’lla’llaah” dan doa yang lebih utama, ialah:
“Alhamdu li’llaah”.
3. “Tiadalah sesuatu dari dzikir yang berlipat ganda pahalanya; apa yang berlipat ganda oleh “al-
hamdu li’llah.
Janganlah anda menyangka, bahwa kebaikan-kebaikan ini dengan berbetulan menggerak-
gerakan lidah dengan kalimat-kalimat itu, tanpa berhasil pengertian-pengertiannya dalam hati.
Maka “Subhaana’llah” itu kalimat yang menunjukan taqdis. “Laa ilaaha illaa’llah” itu kalimat
yang menunjukan kepada mengenali nikmat dari Yang Maha Esa dan Besar. Kebaikan-kebaikan
itu adalah dengan kebetulan ma’rifat-ma’rifat ini yang termasuk sebahagian dari pintu-pintu
iman dan jaqin. Oleh karena itu, syukur selalu membahagiakan hambanya didunia dan diakhirat.
Kiranya Allah mencurahkan taufiq dan Rahmat-Nya untuk kita yang selalu bersyukur dijalan
Allah SWT.
V. Penutup
Demikian makalah yang saya susun, tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan untuk
itu kritik dan saran yang konstruktif sangat saya harapkan guna perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita senua, amin.
Daftar Pustaka
Al Quran Terjemah, 2004, Yogyakarta: Departemen Agama
Al Ghazali, Imam, 1998, Ihya Ulumuddin, Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD.
Khomeini, Imam, 2006, 40 Hadis, Bandung: Mizan.
Muhammad, Ahsin, 1990, Risalah al Qusairi, Bandung: Penerbit Pustaka8[1] Imam Khomeini, 2006, 40 Hadis, Bandung: Mizan, , hal: 415-4179[2] Imam Al Ghazali, 1998, Ihya Ulumuddin, Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, hal: 1156
10[3] Imam Al Ghazali, 1998, Ibid, hal: 115811[4] Ahsin Muhammad, 1990, Risalah al Qusairi, Bandung: Penerbit Pustaka, hal: 13612[5] Imam Al Ghazali, 1998, Ibid, hal: 116113[6] Al Quran Terjemah, 2004, Yogyakarta: Departemen Agama14[7] Imam Al Ghazali, 1998, Ibid, hal: 1165
BERSYUKUR KEPADA ALLAH SWT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pengertian Syukur juga berarti Memuji, berterima kasih dan merasa berhutang budi
kepada Allah atas karunia-Nya, bahagia atas karunia tersebut dan mencintai-Nya dengan
8
9
10
11
12
13
14
melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Allah telah memberikan apa yang telah diberikan-Nya
kepada kita, seperti halnya semua alat indra kita serta nikmat kesehatan yang semua itu tidak bisa
diukur dengan material kita. Akan tetapi bagaimana kita harus menyikapi pemberian yang Allah
berikan kepada kita? Bahwasanya Allah menganjurkan kepada makhluknya untuk mensyukuri
nikmat yang diberikan, yaitu dengan satu hal yang mungkin kadang manusia sendiri lupa apa
yang menjadi kewajiban kita sebagai makhluk Allah, yaitu dengan menjalankan apa yang sudah
ditetapkan seperti ; Perintah untuk menjalankan shalat yang sudah ditentukan dalam Al-Qur’an
dan Hadist, Puasa, Zakat dan lain sebagainya. Perintah atau anjuran – anjuran tersebut diatas
adalah merupakan alat ukur kita seberapa jauh kita dalam membalas rasa syukur, serta
kenikmatan dalam hal kesehatan serta hal yang membuat kita mampu untuk memenuhi keinginan
kita terhadap Allah. Akan tetapi tentu saja semua hal yang berkaitan kenikmatan di dunia semua
itu merupakan hanya kenikmatan sementara yang nantinya akan diambil oleh Allah SWT.
Oleh karena itu, kita sebagai makhluk Allah yang senantiasa mengharapkan keridhoan-
Nya diharapkan diberi kesadaran dalam mensyukuri nikmat yang sungguh besar yang telah Allah
berikan kepada kita.
2. Rumusan Masalah
Untuk membahas tentang Akhlaq dengan mengangkat tema mensyukuri nikmat terdapat
rumusan masalah sebagai berikut :
1. pengertian bersyukur kepada Allah SWT
2. Hakikat bersyukur
3. Ciri – ciri orang yang bersyukur
4. Mengapa harus bersyukur?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian bersyukur kepada ALLAH SWT
Syukur berarti ucapan sikap, dan perbuatan terimakasih kepada allah swt, dan
penggakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikannya. Nikmat yang diberikan
sangat banyak dan bentuknya bermacam2, disetiap detik yang dilalui maninusia tidak pernah
lepas dari nikmat allah, nikmatnya sanggat besar. Sehingga mausia tidak akan dapat
menghitungnya.
Sejak manusia lahir dengan keadaan tidak tahu apa2, kemudia diberikan pendengaran ,
penglihatan dan hati damai meninggal dunia menghadap allah diakhirat kelak dan ia tidak akan
lepas dari nikmat allah.
Dalam tausyiah yang disampaikan K.H M arifin ilham disebutkan bahwa Sifat syukur
dapat dibedakan menjadi 8, yaitu ;
1. Syukur kalbiah, yaitu bersyukur kepada ALLAH SWT yang mana syukur karena berangkat
dari hati karena keimanannya kepada ALLAH SWT, ia imani bahwa semua adalah karunia
ALLAH SWT bukan karenaku, ilmuku dan bukan pula kehebatanku.
2. Syukur akal yaitu ia muhasabah, evaluasi, renunggi, hayati dan sadari bahwa tidak ada yang
kebetulan,tidak ada yang tidak bermnaksud.
3. Syukur jasad, ia akan gunakan tubuh ini untuk taat kepada ALLAH SWT, karena ia menyadari
ini nikmat dari-Nya serta menggunakannya dijalan ALLAH SWT.
4. Syukur mata, ia akan selalu melihat apa yang ALLAH SWT halalkan, dan menjaga matanya dari
apa yang ALLAH SWT haramkan dengan begitu ALLAH SWT akan memberikan kelezatan
iman dalam hatinya.
5. Syukur telingga, ia akan senantiasa mendengar hal – hal yang baik, ia pandai menjaga
pendengaran yang dimiliki dan untuk mendengar apayang dapat menambah kekuatan iman
kepada ALLAH SWT, seperti : mendenggarkan tausiyah, ayat- ayat Al- qur’an.
6. Syukur tanggan, ia selalu gunakan dijalan ALLAH SWT, ia menyadari bahwa tanggan akan
dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak saat mulut terbungkam.
7. Syukur perut, ia akan jaga perutnya untuk tidak memakan yang ALLAH SWT haramkan, ia
jaga kesucian zatnya, cara mencarinya, ia tunaikan hak- hak ALLAH SWT, ia tidak mau makan
yang bukan haknya.
8. Syukur kemaluan, ia tidak akan melakukan kemaksiatan, berzinah kecuali ia akan melakukan
jika dihalalkan ALLAH SWT.
9. Syukur kaki , ia akan gunakan untuk menuju tempat – tempat ALLAH SWT untuk mencari
keridhoan dan tidak melangkahkan kakinya ke tempat- tempat maksiat.
Nikmat terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Nikmat yang menjadi tujuan dan nikmat yang mejadi alat untuk mencapai tujuan. Sedangkam
tujuan utama yang ingin dicapai oleh umat islam ialalah kebahagiaan diakhirat. Ciri- ciri nikmat
ini adalah kekal diliputi oleh kebahagiaan dan kesenangan sesuatu yang mungkin dicapai dan
dapat memenuhi segaa kebutuhan manusia.
2. kebersihan jiwa dalam bentuk iman, dan akhlak yang mulia, kelebihan tubuh (seperti kesehatan
& kekuatan), hal- hal yang membawa sifat-sifat keutamaan seperti hidayat, petunjuk,
pertolongan dan lindungan allah swt.
2. Hakikat bersyukur
Manusia adalah makhluk ALLAH SWT yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-
baiknya dan diciptakan untuk menyembah hanya kepada-Nya seraya bersyukur atas hidup untuk
mencapai keduudkan yang tertinggi diakhirat kelak. Jikalau kita fikir dahulunya kita tercipta
dengan ilmu pengetahuan yang sedikit dan hanya bisa sedikit berbuat, kini kata memiliki banyak
ilmu pengetahuan serta nikmat yang banyak.
Lantas bagaimana kita tidak bersyukur?
Sementara balasan yang dijanjikan ALLAH SWT apabila hambanya mensyukuri nikmat-
Nya, adalah kenikmaatannya akan ditambah dan dilipat gandakan nikmat – nikmatnya yang lain.
Sebagaimana ALLAH SWT berfirman dalam (Q.S. Ibrahim : 7) yang berbunyi ;
د9يد6 ل:ش: 9ي ع:ذ:اب B9ن إ EمG ت Eف:ر: ك E9ن :ئ و:ل EمG Bك ز9يد:ن: أل: EمG ت Eر: ك ش: E9ن :ئ ل EمG Tك ب ر: :ذBن: :أ ت E9ذ و:إ
Artinya: “dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-
Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Qs. Ibrahim : 7)
Orang yang selalu bersyukur ia akan selalu menginggat ALLAH SWT dalam berdiri, duduk,
sampai tidurnyapun, dari bangun tidur sampai tidur lagi ia akan selalu berdzikir, dan tidurnya
pun untuk mengumpulkan energi untuk besyukur atas niam (nikmat ALLAH SWT). Inilah
hakikat syukur dari hati, akal,lisan dan jasad sebenarnya.
Nikmat atau rezeki yang diterima adalah barokah ALLAH SWT, meskipun hanya kecil
dan sedikit tetapi cukup dan menentramkan hati. Karena orang yang selalu bersyukur akan
diberikan keidupan terasa menjadi tentram, damai, tenang, dan bahagia serta terhindar dari fitnah
dan azab dunia serta akhirat
3. Tujuan bersyukur
Di saat kesulitan melanda, di saat hati telah merasa putus asa, yang diharap hanyalah
pertolongan Allah. Hamba hanyalah seorang yang fakir. Sedangkan Allah adalah Al Ghoniy,
Yang Maha Kaya, yang tidak butuh pada segala sesuatu. Bahkan Allah-lah tempat bergantung
seluruh makhluk.
Allah Ta’ala berfirman
ا ي2ا 2ي3ه2 2ن:ت5م5 الن7اس5 أ اء5 أ ر2 ق2 الل7ه5 الل7ه? إ?ل2ى ال:ف5 و2 و2 يد5 ال:غ2ن?ي3 ه5 م? ال:ح2
“Hai manusia, kamulah yang sangat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15)
Dalam ayat yang mulia ini, Allah Ta’ala menerangkan bahwa Dia itu Maha Kaya, tidak
butuh sama sekali pada selain Dia. Bahkan seluruh makhluklah yang sangat butuh pada-Nya.
Seluruh makhluk-lah yang merendahkan diri di hadapan-Nya.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Seluruh makhluk amat butuh pada Allah dalam setiap
aktivitasnya, bahkan dalam diam mereka sekali pun. Secara dzat, Allah sungguh tidak butuh
pada mereka”. Oleh karena itu, Allah katakan bahwa Dialah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji,
yaitu Allah-lah yang bersendirian, tidak butuh pada makhluk-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Allah sungguh Maha Terpuji pada apa yang Dia perbuat dan katakan, juga pada apa yang Dia
takdirkan dan syari’atkan.
Seluruh makhluk sungguh sangat butuh pada Allah dalam berbagai hal
- Makhluk masih bisa terus hidup, itu karena karunia Allah.
- Anggota badan mereka begitu kuat untuk menjalani aktivitas, itu pun karena pemberian Allah.
- Mereka bisa mendapatkan makanan, rizki, nikmat lahir dan batin, itu pun karena kebaikan yang
Allah beri.
- Mereka bisa selamat dari berbagai musibah, kesulitan dan kesengsaraan, itu pun karena Allah
yang menghilangkan itu semua.
- Allah-lah yang memberikan mereka petunjuk dengan berbagai hal sehingga mereka pun bisa
selamat.
Di antara bentuk ghina Allah (tidak butuh pada makluk-Nya) adalah Allah tidak butuh
pada ketaatan yang dilakukan oleh orang yang taat. Tidak memudhorotkan Allah sama sekali jika
hamba berbuat maksiat. Jika seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini beriman, tidak akan
menambah kerajaan-Nya sedikit pun juga. Begitu pula jika seluruh makhluk yang ada di muka
bumi kafir, tidak pula mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun.
Allah Ta’ala berfirman,
- Cك2ر?يم Dغ2ن?ي بFي ر2 إ?ن7 ف2 ر2 ك2ف2 و2م2ن: ه? س? ل?ن2ف: ك5ر5 ي2ش: ا إ?ن7م2 ف2 ك2ر2 ش2 و2م2ن:
“Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendir. Dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha
Mulia.” (QS. An Naml: 40)
ين2 - ال:ع2ال2م? ع2ن? Dل2غ2ن?ي الل7ه2 إ?ن7 ه? س? ل?ن2ف: د5 اه? ي5ج2 ا إ?ن7م2 ف2 د2 اه2 ج2 و2م2ن:
“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
(QS. Al ‘Ankabut: 6)
- Cيد م? ح2 Dغ2ن?ي الل7ه5 و2 الل7ه5 ت2غ:ن2ى و2اس: ا ل7و: ت2و2 و2 وا ر5 ك2ف2 ف2
“Lalu mereka ingkar dan berpaling; dan Allah tidak memerlukan (mereka). Dan Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. At Taghobun: 6)
- Cيد م? ح2 Dل2غ2ن?ي الل7ه2 إ?ن7 ف2 يعKا م? ج2 ض? ر:2 األ: ف?ي و2م2ن: 2ن:ت5م: أ وا ر5 ت2ك:ف5 إ?ن:
“Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah)
Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 8)
4. Ciri – ciri orang yang bersyukur
Dalam tausiyah yang disampaikan oleh K.H. M. Arifin Ilham menyebutkan bahwa ada 3 ciri
-ciri orang yang bersyukur, yaitu ;
a. Orang yang bersyukur maka ia akan banyak berzikir kepada ALLAH SWT.
b. Orang yang kurang bersyukur maka ia kurang berdzikir kepada ALLAH SWT.
c. Orang tidak bersyukur maka orang tidak berdzikir kepada ALLAH SWT.
Dalam hal inipun Rasulullah SAW menjelaskan bahwa siapa saja yang pada pagi harinya
membaca dzikir tersebut, maka ia telah menunaikan syukurnya pada hari itu. Dan siapa saja yang
membaca dzikir tersebut pada sore harinya, maka ia telah menunaikan syukurnya pada malam
hari itu. (HR Abu Daud, An-Nasa-i, menurut Imam Nawawi, hadits ini Isnad hadits ini bagus
dan Abu Daud tidak mendha'ifkannya. Namun menurut Syekh Nashiruddin al-Albani hadits ini
dha'if)
Syekh Abul Hasan Ubaidullah al-Mubarakfuri berkata dengan mengutip dari Imam Asy-
Syaukani, "Hadits Rasulullah ini mengandung faedah agung dan perilaku mulia, sebab hadits ini
telah menjelaskan bahwa kosa kata yang singkat dan pendek ini telah mampu menunaikan
kewajiban bersyukur.
5. Mengapa harus bersyukur & bagai mana cara bersyukur?
Karena Jumlah kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia begitu banyaknya, dan
sekiranya manusia bermaksud menghitungnya, niscaya ia tidak akan mampu melakukannya,
sebagaimana ALLAH SWT berfirman dalam QS Ibrahim: 34 :
ا وه2 ص5 ت5ح: ال2 الل7ه? ن?ع:م2ت2 ت2ع5د3وا إ?ن و2 أ2ل:ت5م5وه5 اس2 م2 Fك5ل مFن آت2اك5م ان2 �و2 ?نس2 اإل: إ?ن7
Cار ك2ف7 Cل2ظ2ل5وم
Artinya :
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan
kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
dan QS An-Nahl: 18:
ذV2ل?ك2 ف?ي إ?ن7 ر?ه? م:ب?أ2 Cات ر2 خ7 م5س2 وم5 الن3ج5 و2 ر2 م2 ال:ق2 و2 م:س2 و2الش7 ار2 الن7ه2 و2 الل7ي:ل2 ل2ك5م5 ر2 خ7 �و2س2 �
ل5ون2 ي2ع:ق? Yو:م لFق2 Yي2ات آل2
Artinya :
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Memang demikianlah adanya, yaitu bahwa manusia tidak akan mampu mensyukuri
seluruh nikmat yang Allah berikan kepada manusia. Oleh karena itu, jangan ada perasaan,
apalagi keyakinan bahwa manusia akan mampu mengimbangi seluruh kenikmatan Allah dengan
mensyukurinya. Dengan demikian, manusia akan terus berusaha untuk secara terus menerus
mensyukurinya. Seperti yang dilakukan Rasulullah saw. Beliau terus melakukan shalat malam
yang panjang dan sangat baik, sehingga telapak kaki beliau bengkak-bengkak. Saat 'Aisyah ra
bertanya, “Bukankah dosa engkau yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni oleh
Allah?" Maka beliau saw menjawab, "Tidakkah aku menjadi seorang hamba yang banyak
bersyukur?" (HR Muslim, no 2819).
Namun, perasaan bahwa manusia tidak akan mampu mensyukuri nikmat Allah, bisa
menjadi kontraproduktif. Ini akan menjadikan manusia frustrasi dan putus asa untuk dapat
mensyukuri nikmat Allah dan sikap ini tentunya tidak dibenarkan oleh Islam. Oleh karena itu,
ada dua cara yang ditawarkan Rasulullah dalam hal ini, yaitu:
1. Setiap hari hendaklah manusia menunaikan shalat Dhuha. Terkait hal ini beliau bersabda,
"Semua itu cukup tergantikan dengan dua rakaat Dhuha” (HR Muslim, hadits no. 720).
Maksudnya, shalat Dhuha bernilai cukup untuk menggantikan kewajiban setiap ruas tulang
belulang manusia dalam menunaikan kewajibannya untuk bersyukur.
2. Hendaklah seorang manusia merutinkan membaca dzikir pagi dan sore dengan bacaan sebagai
berikut: Allahumma ma ashbaha bi (kalau sore membaca: Allahumma ma amsa bi) min ni'matin
auw bi ahadin min khalqika faminka wahdaka la syarika laka, falakal hamdu walakasy-syukru .
Yang artinya "Ya Allah, kenikmatan apa saja yang engkau berikan kepadaku pada pagi hari ini,
atau pada sore hari ini, atau yang engkau berikan kepada siapa pun dari makhluk-Mu, maka
semua itu adalah dari-Mu semata, tidak ada sekutu bagi-Mu, maka, untuk-Mu segala puji dan
untuk-Mu pula segala syukur.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Bersyukur berarti kita mensyukuri apa yang diberikan ALLAH SWT kepada kita dengan
kekuatan iman dan meyakini bahwa segala sesuatu tidak ada yang sia- sia. Kita dapat
mensyukuri nikmat dengan cara berdzikir, dengan lisan kita dapat mengucapkan alhamdulilla,
dengan hati yaitu meyakini bahwa segala bentuk nikmat & berkah datangnya semata hanya dari
ALLAH SWT dan kita dapat mensyukuri nikmat ALLAH SWT dengan perbuatan kita dengan
melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Segala bentuk syukur kita merupakan rasa terimakasih kita kepada ALLAH SWT, dan manusia
yang tidak mau bersyukur maka ia akan rugi karena ALLAH SWT tidak membutuhkan rasa
syukurpun dia tidak akan dirugikan yang pada dasarnya ALLAH SWT maha kaya akan sesuatu
melainkan orang yang bersyukur ia mensyukuri untuk dirinya sendiri.
b. Pesan dan saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat dan memberikan
pencarahan bagi kita khusunya dalam bersyukur dan dapat membangkitkan kembali semagat
untuk bersyukur.
Kami sangat membutuhkan pesan dan saran pembaca apabila makalah yang kami buat
memiliki kekurangan dalam menyusun, agar untuk kedepannya akan lebih baik dari ini.
DAFTAR PUSTAKA
- Pendidikan akhlak 10, edisi revisi, untuk SMA/SMK/ MA muhammadiyah
- Tausiyah K.H M Arifin Ilham pada peringatan hari ulang tahun brimob ke-66 dimako, kelapa
gading, jakarta tentang bersyukur.
-www.ummy-online.com
-Esiklopedia islam,