Syok Dan Penatalaksanaannya
-
Upload
chaterine-grace -
Category
Documents
-
view
20 -
download
0
Transcript of Syok Dan Penatalaksanaannya
Definisi
Syok adalah kegagalan sirkulasi perifer yang menyebabkan ketidakmampuan perfusi
jaringan memberikan zat gizi ke sel melakukan pembuangan sisa-sisa metabolisme. Syok
terbagi atas beberapa tipe yaitu syok hipovolemik, septic, kardiogenik, neurogenik,
anafilaktik, dan syok yang disebabkan oleh sebab lain. Berdasarkan penyebab syok dibagi
menjadi:
1. Syok hipovolemik
2. Syok kardiogenik
3. Syok septik
4. Syok anafilaksis
5. Syok neurogenik
Selain itu ada yang membagi syok menjadi:
1. Syok hipovolemik
2. Syok kardiogenik
3. Syok distributif. Contohnya: syok septik, syok anafilaksis dan syok neurogenik.
4. Syok obstruktif. Contohnya: Tension pneumothorax dan tamponade jantung.
1. Syok hipovolemik
Terjadi akibat penurunan volume darah, plasma atau cairan tubuh elektrolit. Syok ini
disebabkan oleh perdarahan, luka bakar, obstruksi usus, peritonitis.Tanda-tandanya adalah
penurunan tekanan vena, peningkatan tahanan perifer, takikardi. Disamping itu terdapat
faktor-faktor yang meningkatkan kepekaan terhadap syok seperti usia, penyakit kronis,
anastesi (kelumpuhan saraf vasomotor), kekurangan adrenalin. Penafsiran klinis syok
hipovolemik adalah menggolongkan syok hipovolemik atas ringan, sedang dan berat.
Misalnya pada syok hipovolemik perdarahan :
1. Kehilangan darah sebanyak < 20% dari volume darah dalam tubuh menyebabkan
syok ringan.
2. Kehilangan darah 20-40% dari volume darah dalam tubuh menyebabkan syok sedang.
3. Kehilangan darah 40% dari volume dalam tubuh menyebabkan syok berat.
Pada awal syok akan terjadi mekanisme kompensasi tubuh, dengan suplai darah diutamakan
pada organ vital (terutama jantung dan otak), tanpa memperdulikan organ tubuh lainnya.
Dengan demikian pada syok berat terjadi penurunan cairan pada organ tubuh lain. Hal ini
terlihat, misalnya mata menjadi cekung, turgor menurun dan sebagainya.
Etiologi
Terjadi akbiat penurunan volume darah, plasma atau cairan tubuh elektrolit.
Gejala klinis
Tanda-tandanya adalah : penurunan tekanan vena, peningkatan tahanan perifer,
takikardi.
Tabel 1. Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah Berdasarkan Presentasi
Penderita Semula
KELAS I KELAS II KELAS
III
KELAS
IV
Kehilangan
darah (mL)
Sampai
750
750-1500 1500-2000 >2000
Kehilangan
darah
(% volume
darah)
Sampai
15%
15%-30% 30%-40% >40%
Denyut nadi <100 >100 >120 >140
Tekanan darah Normal Normal Menurun Menurun
Tekanan nadi Normal
atau naik
Menurun Menurun Menurun
Frekuensi
pernafasan
14-20 20-30 30-40 >35
Produksi urin >30 20-30 5-15 Tidak
berarti
CNS/status
mental
Sedikit
cemas
Agak
cemas
Cemas,
bingung
Bingung,
lesu
(lethargic)
Penggantian
cairan
(hukum 3:1)
Kristaloid Kristaloid Kristaloid
dan darah
Kristaloid
dan darah
Penggolongan klinis
Tabel 2. Pembagian Syok Hipovolemi
Ringan
(<20% volume
darah)
Sedang
(20-40% volume
darah)
Berat
(>40% volume darah)
Ekstremitas dingin
Waktu pengisian
kapiler meningkat
Diaporesis
Vena Kolaps
Cemas
Sama seperti syok
hipovolemi ringan
ditambah dengan:
Takikardi
Takipnea
Oliguria
Hipotensi ortostatik
Sama seperti syok
hipovolemi sedang
ditambah dengan:
Hemodinamika tak
stabil
Takikardia bergejala
Hipotensi
Perubahan kesadaran
Laboratorium
a. Hemoglobin dan hematokrit. Setelah perdarahan biasanya hemoglobin dan
hematokrit tidak langsung turun sampai terjadinya gangguan kompensasi atau
terjadi penggantian cairan dari luar. Jadi kadar hematokrit diawal tidak
menjadi pegangan sebagai adanya perdarahan.
b. Hemokonsentrasi. Syok hipovolemi akibat kehilangan plasma ditandai dengan
hemokonsentrasi.
c. Hiponatremia. Hiponatremia menandakan terjadinya kehilangan cairan bebas.
Pengobatan
Syok merupakan keadaan akut, lakukan tindakan :
1. Baringkan pasien pada posisi terlentang, bila memungkinkan kepala lebih rendah.
2. Bebaskan jalan napas.
3. Berikan cairan infuse dengan golongan kristaloid seperti larutan NaCl 0,9%
(isotonis) atau NaCl hipertonis atau Ringer Laktat, Noromosol : golongan koloid
seperti darah, plasma darah dan kompenennya, pengganti plasma (ekspander
plasma) misalnya dextran L.
4. Carilah sebab utama syok.
5. Lakukan evaluasi pasien.
6. Tindakan dengan melakukan pemasangan kateter urin untuk memantau
pengeluaran urin, makin banyak urin keluar, perkembangannya makin baik. Juga
lakukan pemeriksaan Hb secara berseri, dan pemeriksaan tekanan darah.
2. Syok septic
Seringkali septicemia disebabkan oleh bakteri gram negative, meskipun sesekali dapat
disebabkan oleh bakteri gram positif. Faktor yang meningkatkan kepekean terhadap infeksi
bakteri akan mempermudah timbulnya syok septic, misalnya traumuya, diabetes mellitus,
penyaki-penyakit hematologis, pengobatan dengan kortikosteroid. Ada beberapa keaddan
yang mempercepat syok septic seperti keadaan pasca operasi saluran kemih, pasca operasi
saluran empedu, pasca operasi kebidanan (ginekologi)
Patofisiologi
Bakteri gram positif kadang-kadang menyebabkan hipovolemi, tetapi kehilangan
cairan dari ruang vaskuler biasanya terbatas pada daerah infeksi.
Gejala
Infeksi yang timbul mungkin tidak begitu jelas.Pasien menjadi bingung dan gelisah
pada stadium awal.Timbul demaam, hipertensi pulmonal, hiperventilasi dan oliguria
hingga anuria. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat glikosuria, hiperglikemi,
alkalosis respirasi, hemokonsentrasi (pemekatan darah)
Pengobatan
Perlu pemberian cairan per infuse dan antibiotika dengan dosis setinggi mungkin,
spectrum luas, dan tergantung hasil biaskan dan tes sensitivitas. Disamping itu juga
diberikan perawatan suportif denagn memperbaiki pernapasan.Kortikosteroid tidak
dianjurkan sebab efek dan mekanisme kerjanya tidak jelas.
3. Syok neurogenik
Disebabkan oleh kegagalan resistensi arteri, sehingga darah tertimbun pada pembuluh darah
yang berdilatasi, akibat perangsangan saraf atau psikis (misalnya nyeri, ketakutan hebat,
anastesi spinal, trauma spinal).
Gejala klinis
Gejala prodormalnya adalah pucat, berkeringat dingin, lemas, badan terasa melayang,
kadang-kadang mual.Penderita jatuh pingsan diikuti hipotensi dan bradikardi.
Pengobatan
Syok neurogenik dapat sembuh secara spontan, kecuali anastesi spinal dan trauma
spinal.Pasien diistirahatkan dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki. Bila pasien
duduk dan tidak mungkin tidur, bungkukan sambil meletakan kepala di antara kedua
lututnya. Bila pasien masih pingsan, carilah penyebab lainnya. Pada anastesi spinal,
berikan vasokonstriktor (biasanya efedrin) dan cairan infuse tetes cepat serta posisi
kepala lebih rendah dari kaki. Pada trauma spinal berikan terapi sesuai keadaan.
4. Syok kardiogenik
Pada syok ini masalah utamanya kegagalan daya pompa jantung, sehingga curah jantung
menurun, darah menumpuk pada system vena, sehingga tekanan vena meningkat,
mengakibatkan tahanan perifer meningkat pula.Penyebabnya adalah infark miokardium,
aritmia jantung, dan gagal jantung kongestif.
Gejala klinis
Gejalanya yaitu dispnoe (sesak napas), ronkhi, diastolic gallop, suara P II mengeras,
dan hipotensi.
Pengobatan
Tergantung penyebabnya.Pada penyakit jantung kongestif, terapi ditujukan untuk
mengurangi beban jantung.
5. Syok anafilaktik
Reaksi alergi membahayakan ini dapat terjadi dalam beberapa detik atau menit sesudah
suntikan serum atau obat-obatan.Jarang sekali setelah pemberian obat per oral.Syok
(renjatan) anafilaktik adalah suatu reaksi kepekaan yang berlebihan terhadap masuknya
protein/zat asing kedalam tubuh.
Gejala klinis
Gambaran yang paling nyata adalah adanya edema laring, bronkospasme dan kolaps
vascular.Gejala dan tanda lainnya berupa urtikaria, cemas, edema umum, perasaan
tercekik, terengah-engah, status asmatikus.Pada kasus yang berat timbul hipotensi,
kehilangan kesadaran, midriasis, inkontinensia, kejang dan kematian mendadak.
Pengobatan
Tindakan dibawah ini harus dilakukan secepat mungkin dengan urutan sebagai berikut
:
1. Letakan pasien dalam posisi tredelenburg (kepala lebih rendah dari kaki),
sebaiknya di atas alas yang keras untuk memungkinkan resusitasi jantung, bila
diperlukan.
2. Suntikan segera adrenalin 1:1000 (preparat yang tersedia di pasaran dalam
konsentrasi 1:1000). Suntikan 0,3-0,4 cc IM, sebaiknya dipilih otot deltoid (pada
lengan atas) agar obat segera mencapai jantung. Tempat suntikan di pijat.
Suntikan sebanyak 1cc sekaligus tidak boleh dilakukan karena dapat
menyebabkan takikardi berlebihan dan vasodilatasi pembuluh darah otot rangka,
sehingg memperburuk tekanan darah .penumpukan darah pada otot rangka
menyebabkan tekanan darah semakin menurun (hipotensi).
3. Pantau tekanan darah dan nadi
4. Ulangi pemberian 0,3-04 cc IM adrenalin tiap 5-10 menit hingga tekanan sistolik
mencapai 90-100mmHg dan denyut jantung/nadi tidak melebihi 120x/menit.
Umumnya diperlukan 1-4x suntikan adrenalin 1:1000 0,3-0,4 cc IM.
5. Bila terjadi henti napas, usahakan pernapasan buatan, kepala ditarik kebelakang
dengan rahang ke atas dan berikan pernapasan buatan (mulut ke mulut), atau
dengan reservoir bag dengan atau tanpa oksigen.
6. Bila terjadi henti jantung, maka lakukan pijetan jantung luar dengan cara :
a. Baringkan penderita di atas alas yang keras.
b. Letakan pangkal telapak tangan penolong pada separuh bagian bawah sternum
penderita, tangan yang lain diatas tangan lain pada posisi lurus.
c. Tekan sternum penderita menggunakan berat badan penolong. Bila berat
badan penderita kurang dari 40kg, cukup menggunakan 1 tangan menekan
pertengahan sternum penderita dengan kedalaman penekanan 2-3 cm
d. Bila bantuan pernapasan buatan dan pijatan jantung luar diberikan oleh
seorang penolong, maka lakukan 2x ventilasi diselingi 15x kompresi dengan
kecepatan 80x/menit.
Bila bantuan dilakukan oleh dua orang, maka diberikan 1x ventilasi tiap 5x
kompresi dengan kecepatan 60x/menit. Tindakan resusitasi harus dilakukan terus
hingg pernapasan spontan atau denyut jantung spontan timbul kembali hingga
tanda kematian pasti terjadi.
7. Bersamaan dengan pemberian adrenalin, pernapasan buatan dan kompresi jantung
luar, tetapi diusahakan kristaloid (NaCl, Ringer Laktat). Tetesan diberikan secara
cepat (guyur). Bila tak mungkin melalui vena biasa, lakukan venaseksi (vena
section).
8. Selama resusitasi berikan 1. Antihistamin, misalnya difenhidramin (delladry)
25mg IV. 2. Kortikosteroid, misalnuya hidrokortison natrium suksinat 100-200
mg IV, deksametason (pradexon) 8-20 mg IV, natrium bikarbonat (meylon) 1-2
mEq/kgBB IV, kalsium klorida (CaCL) 10% 10 mg/kgBB IV.
9. Pengiriman penderita ke rumah sakit sebaiknya tidak dilakukan sewaktu penderita
dalam keadaan gawat, karena dapat meninggal di perjalanan. Lakukan resusitasi
dengan tenang dan tepat. Bila pengiriman dilakukan juga, maka ia harus ditemani
oleh dokter, tersedia adrenalin dan resusitasi dilakukan terus menerus.
10. Hidrokortison atau deksametason diberikan, terutama bila penderita mengalami
syok berat dan lama. Deksametason per oral dapat diberikan, bila penderita
dipulangkan untuk mengurang/mengatasi efek jangka panjang (delayed reaction)
syok.
11. Penderita yang sembuh jangan langsung dipulangkan, tetapi harus di observasi
dengan seksama.