Syasridafransiska 140501223505-phpapp01
-
Upload
chyassriida-fransiska -
Category
Social Media
-
view
109 -
download
0
Transcript of Syasridafransiska 140501223505-phpapp01
NAMA : SYASRIDA FRANSISKA
NPM : 116511726
KELAS : 6.A
DOSEN PEMANGKU : PRIMA WAHYU TITISARI, MSI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
FAKULATAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
TUGAS EKOLOGI TUMBUHAN
POPULASI
KOMUNITAS
EKOSISTEM
KLIMATOLOGIS EKOSISTEM RAWA GAMBUT
EDHAPIS EKOSISTEM RAWA GAMBUT
MATERI EKOLOGI TUMBUHAN
POPULASI
Karakteristik
Populasi
Metode
Analisis
Populasi
Ekologi Populasi
Kepadatan (Density)
Kelahiran (Natality)
Kematian (Mortality)
Penyebaran Umur Populasi
Fluktuasi Populasi
Penyebaran Populasi
Potensi Biotik Populasi
Bentuk Pertumbuhan Populasi
Total
SensusVisual
Capture
Recapture
Removal
Sampling
Definisi Populasi
Populasi berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Populus”
yang berari rakyat / penduduk
Suatu kelompok individu dari spesies yang
sama yang menempati suatu tempat pada
waktu tertentu
CONTOH ; Populasi Kupu – Kupu
Pada dasarnya tidak ada satupun individu dalam populasi
yang persis sama baik bentuk dan morfologinya
Genotip
berbeda
Genotip
sama
Lingkungan
sama
Lingkungan
berbeda
Perkembangan
Perkembangan
Fenotip
berbeda
Fenotip
berbeda
Genetik
Lingkungan
1. Kelimpahan
Populasi
(abundance)
2. Kepadatan
Populasi (density)
3. Jumlah pertambahan
kepadatan populasi
Banyak Individu dlm
populasi yg
dhubungkan dlm
satuan ruang/tempat
pd waktu tertentu
Jumlah individu yang
bertambah didalam
populasi persatuan
waktu
Kelahiran Maksimum
(Kelahiran
fisiologi/absolut)
Kelahiran
PopulasiKelahiran
Ekologi
Perhitungan Laju Kelahiran Populasi
N
W
Logaritmik
Aritmatik
a. Kurva Pertumbuhan Eksponensial
N
Wb. Kurva Secara Teoritis
N
W
Oksilasi
Daya Dukung Lingkungan
c. Kurva Teoritis Pertumbuhan Populasi
Eksponensial
Resistensi
K=Daya dukung Lingkungan
N
Wd. Kurva hub.antara potensi biotik, resistensi n daya dukung lingkungan
Pola Acak
(Random)
Pola Teratur
(Uniform)
PolaKelompok
(Clumbed)
Sebab:
Lingkungan
Homogen
Sebab:
Kompetisi
Positif
Sebab:
Kebutuhan &
Kesamaan
Metode Analisis Populasi
• Total sensus
Menghitng organisme yang cukup besra dan
tempatnya terbatas dan mudah didapatkan.
Mempunyai tingkat ketelitian yang sangat
tinggi (valid)
• Capture recapture
Menghitung organisme
yang sukar ditemukan
secara langsung karena
jumlah tinggal
sedikit/hampir punah.
Diperlukan untuk
pengelolaan konservasi
Metode Zippin
Metode Regresi
1. Setiap individu harus terdistribusi secara acak
2. Ukuran populasi relatif konstan
3. Peluan tertangkapnya individu relatif sama
KOMUNITAS
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai
populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah
tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi
satu sama lain. Komunitas memiliki derajat
keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan
dengan individu dan populasi.
• Nama Komunitas
Nama komunitas harus dapat memberikan
keterangan mengenai sifat-sifat komunitas tersebut.
Cara yang paling sederhana, memberi nama itu dengan
menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan
bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput,
padang pasir, hutan jati.
• Cara yang paling baik untuk menamakan
komunitas itu adalah dengan mengambil
beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik
hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian
nama komunitas dapat berdasarkan :
Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan,
bentuk hidup atau indikator lainnya seperti hutan pinus,
hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae,
dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti
hutan sklerofil.
Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti
komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir,
komunitas lautan dan lain –lain.
Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda
fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas.
Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim,
misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah
hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka
disebut hutan hujan tropik.
• Komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang
terdapat di laut, di danau, di sungai, di parit atau di
kolam
• Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme
yang terdapat di pekarangan, di hutan, di padang
rumput, di padang pasir, dan lain – lain.
Macam-macam Komunitas
Struktur Komunitas
1. Kualitatif, seperti
komposisi, bentuk hidup,
fenologi dan vitalitas.
Vitalitas
menggambarkan
kapasitas pertumbuhan
dan perkembangbiakan
organisme.
2. Kuantitatif, seperti
Frekuensi, densitas dan
densitas relatif. Frekuensi
kehadiran merupakan nilai
yang menyatakan jumlah
kehadiran suatu spesies di
dalam suatu habitat.
3. Sintesis adalah proses perubahan dalamkomunitas yang berlangsung menuju ke satu arahyang berlangsung lambat secara teratur pastiterarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesiterjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkunganfisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu.Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atauekosistem yang disebut klimas.
• Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami
homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi
merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-
jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan
lingkungannya.
Lanjutannya
• Suksesi primer yaitu bila ekosistem mengalami
gangguan yang berat sekali, sehingga komunitas
awal (yang ada) menjadi hilang atau rusak total,
menyebabkan ditempat tersebut tidak ada lagi yang
tertinggal dan akhirnya terjadilah habitat baru.
Suksesi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Suksesi sekunder yaitu prosesnya sama
dengan yang terjadi pada suksesi primer,
perbedaannya adalah pada keadaan
kerusakan ekosistem atau kondisi awal pada
habitatnya. Ekologi tersebut mengalami
gangguan, akan tetapi tidak total, masih ada
komunitas yang tersisa.
• Sebuah komunitas adalah kumpulan populasi
tumbuhan dan tanaman yang hidup secara
bersama di dalam suatu lingkungan. Serigala, rusa,
berang-berang, pohon cemara dan pohon birch
adalah beberapa populasi yang membentuk
komunitas hutan di Isle Royale
• Peran suatu spesies di dalam komunitasnya disebut
peran ekologi (niche). Sebuah peran ekologi terdiri
dari cara-cara sebuah spesies berinteraksi di dalam
lingkungannya, termasuk diantaranya faktor-faktor
tertentu seperti apa yang dimakan atau apa yang
digunakan untuk energi, predator yang memangsa,
jumlah panas, cahaya atau kelembaban udara yang
dibutuhkan, dan kondisi dimana dapat direproduksi.
Ahli ekologi memiliki catatan yang panjang tentang
beberapa spesies yang menempati peran ekologi tinggi
tertentu dalam komunitas tertentu.Berbagai penjelasan
banyak yang diusulkan untuk hal ini. Beberapa ahli ekologi
merasa bahwa hal ini disebabkan karena kompetisi jika dua
spesies mencoba untuk mengisi peran ekologi "niche" yang
sama, selanjutnya kompetisi untuk membatasi berbagai
sumber daya akan menekan salah satu spesies keluar.
Ahli lainnya berpendapat bahwa sebuah spesies yang
menempati peran ekology yang tinggi, melakukannya
karena tuntutan fisik yang keras tentang peran tertentu
tersebut di dalam komunitas. Dengan kata lain hanya satu
spesies yang menempati peran ekologi "niche" bukan karena
memenangkan kompetisi dengan spesies lainnya, tetapi
karena hanya satu-satunya anggota komunitas yang
memiliki kemampuan fisik memainkan peran tersebut.
Perubahan komunitas yang terjadi disebut suksesi
ekologi. Proses yang terjadi berupa urutan-urutan yang
lambat, pada umumnya perubahannya dapat
diramalkan yakni dalam hal jumlah dan jenis mahkluk
organisme yang ada di suatu tempa. Perbedaan
intensitas sinar matahari, perlindungan dari angin, dan
perubahan tanah dapat merubah jenis-jenis organisme
yang hidup di suatu wilayah.
Perubahan-perubahan ini dapat juga merubah
populasi yang membentuk komunitas. Selanjutnya
karena jumlah dan jenis spesies berubah, maka
karakteristik fisik dan kimia dari wilayah
mengalami perubahan lebih lanjut. Wilayah
tersebut bisa mencapai kondisi yang relatip stabil
atau disebut komunitas klimaks, yang bisa
berakhir hingga ratusan bahkan ribuan tahun.
Para ahli ekologi membedakan dua tipe suksesi
yakni primer dan sekunder. Di dalam suksesi primer
organisme mulai menempati wilayah baru yang
belum ada kehidupan seperti sebuah pulau baru
yang terbentuk karena letusan gunung berapi.
Sebagai contoh anak krakatau yang terbentuk sejak
1928 dari kondisi steril, kini telah dihuni oleh
puluhan spesies.
Suksesi sekunder terjadi setelah
komunitas yang ada menderita gangguan yang
besar sebagai contoh sebuah komunitas
klimaks (stabil) hancur karena terjadinya
kebakaran hutan. Komunitas padang rumput
dan bunga liar akan tumbuh pertama kali.
Selanjutnya diikuti oleh tumbuhan semak-semak. Terakhir
pohon-pohonan baru muncul kembali dan wilayah
tersebut akan kembali menjadi hutan hingga gangguan
muncul kembali. Dengan demikian kekuatan-kekuatan
alam yang terakhir menyebabkan terjadinya komunitas
klimaks (stabil). Sebagai tambahan para ahli ekologi
memandang kebakaran dan gangguan alam besar lainnya
sebagai hal yang dapat diterima dan tetap diharapkan.
EKOSISTEM
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan
kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi.
• Komponen abiotik merupakan komponen-komponen
penyusun ekosistem dari benda tak hidup, meliputi :
TANAH AIR
• Komponen biotik adalah
komponen ekosistem
yang hidup. Semua
hewan dan tumbuhan
yang terdapat dalam
suatu ekosistem
merupakan suatu biotik.
Komponen biotik suatu
ekosistem meliputi
berbagai jenis makhluk
hidup.
Komponen biotikdapat di bedakan
menjadi 3 :
PRODUSEN
KONSUMEN
PENGURAI
suatu komunitas yang menyusun ekosistem, pada
awalnya tidak langsung komplek atau beraneka ragam
jenisnya, tetapi mengalami perkembangan secara
perlahan-lahan. Proses perubahan dalam komunitas
yang berlangsung secara bertahap dan menuju ke satu
arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi dapat
terjadi sebagai akibat dari perubahan lingkungan fisik
dalam komunitas atau ekosistem.
SUKSESI EKOSISTEM
SUKSESI ADA 2 TIPE :
1. Suksesi primer
merupakanformasi suatu
komunitas barupada suatu
daerah yang diawali olehsuatu daerahyang kosong.
2. Suksesi
sekunder
merupakan
pembentukan
kembali suatu
komunitas ke
bentuk kondisi
awal setelah
daerah tersebut
rusak
Arus energi
Arus energi merupakan
perpindahan energi satu arah
dari cahaya matahari,
produsen, konsumen I,
konsumen II dan seterusnya
atau dengan kata lain
perpindahan energi yang
terjadi dalam rantai makanan.
• Jaring-jaring makanan adalah kumpulan beberapa rantai
makanan yang saling berhubungan.
Contoh :
Jaring-Jaring Makanan
• Piramida makanan adalah komposisi rantai makanan
yang makin ke atas, jumlahnya makin sedikit.
Contoh:
Piramida Makanan
IKLIM HUTAN RAWA GAMBUT PROPINSI RIAU
Iklim adalah sintesis hasil pengamatan cuaca
untuk memperoleh deskripsi secara statistik mengenai
keadaan atmosfier pada daerah yang sangat luas
(Barry, 1981 dalam Wenger, 1984). Berdasarkan
batasan ruang dimana nilai-nilai yang ada masih
berlaku, maka iklim dibedakan kedalam iklim makro
dan iklim mikro.
Menurut Kramer dan Kozlowski (1960) dalam Idris
(1996), faktor-faktor iklim yang penting bagi hidup dari
pertumbuhan individu dan masyarakat tumbuh-tumbuhan
adalah cahaya, suhu, curah hujan, kelembaban udara, gas
udara dan angin. Lingkungan radiasi di dalam sebuah
hutan berbeda dengan daerah tidak berhutan karena
permukaan yang mengabsorbsi di dalam hutan umumnya
berbeda di atas tanah dengan jarak yang terlihat nyata.
Kelembaban relatif hutan gambut cukup tinggi pada
musim hujan, yakni berkisar 90 % - 96 %, baik dalam hutan
alami /hutan gundul/lahan kosong. Pada musim kemarau
kelembaban menurun menjadi 80 %, pada bulan-bulan
kering berkisar 0 % - 84 % Pada siang hari dimusim
kemarau, kelembaban dapat mencapai 67 % - 69 %. Tetapi
pada paigi hari, kelembaban musim kemarau lebih tinggi
dari musim hujan, mencapai 90% - 96% (Rieley, et al.,1996)
Menurut Noor (2001) suhu gambut sendiri
lebih besar daripada suhu udara antara hutan
dan lahan kosong. Suhu permukaan gambut
hampir tetap. Jika keadaan tertutup hutan,
suhu gambut berkisar 25,5 0C – 29,0 0C dan jika
keadaan terbuka berkisar 40,0 0C – 42,5 0C.
Suhu yang tinggi pada keadaan terbuka akan
merangsang aktivitas mikro organisme
Sehingga perombakan gambut lebih dipercepat dan
intensif, sehingga mempercepat terjadinya degradasi
gambut. Oleh karena ruang gerak kehidupan tumbuh-
tumbuhan dan mahkluk lainnya terdapat di lapisan
terbawah atmosfir, di dekat tanah, maka apabila perhatian
difokuskan iklim sebagai salah satu unsur ekosistem
sumber daya hutan, yang lebih sangat berkaitan untuk
dikaji dalam konteks ini adalah iklim mikro.
DOMINASI DAN STRUKTUR POHON FLORISTIK HUTAN RAWA GAMBUT PROPINSI RIAU
1. Dominasi dan Struktur Pohon Floristik Hutan Rawa
Gambut
Richard (1984) dan Mueller-Dumbois dan Ellenberg
(1974) Kekayaan floristik hutan tropika sangat erat
kaitannya dengan kondisi lingkungan seperti iklim, tanah
dan cahaya, dimana faktor tersebut membentuk suatu
tegakan yang klimaks
2. Pola Sebaran Spasial Floristik Hutan Rawa Gambut
Menurut Ludwig & Reynold (1988), faktor-faktor
yang mempengaruhi pola sebaran spasial adalah :
• (1) Faktor vektorial
• (2) Faktor reproduksi,
(3) Faktor co-aktif
(4) Faktor stokastik
3. Celah Kanopi/ Rumpang Floristik Hutan Rawa
Gambut
Celah kanopi (rumpang atau gap atau chablis)
merupakan kejadian alam yang umum dijumpai di hutan
tropika. Celah terjadi akibat pohon yang mati/patah/
rebah batang atau dahan pohon oleh berbagai faktor
seperti mati karena usia, angin, tanah longsor, penebangan
pohon dan sebagainya (Hartshorn, 1986).
IMPLIKASI PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN TERHADAP DEGRADASI HUTAN RAWA
GAMBUT
Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat
besar peranannya bagi kepentingan hidup manusia dan
lingkungan hidup. Berdasarkan pola pemanfaatan lahan
dari hasil rembugan Tata Guna Hutan Kesepakatan,
tercatat bahwa jumlah luas hutan di Indonesia adalah
143.970.615 ha, yang terdiri dari hutan tetap 113.433.215 ha
dan hutan produksi yang dapat dikonversi 30.537.400 ha.
Berdasarkan fungsinya, hutan tetap terdiri
dari hutan lindung seluas 30.316.100 ha,
hutan suaka alam dan hutan wisata
18.725.215 ha, hutan produksi terbatas
30.525.300 ha dan hutan produksi tetap
33.886.600 ha (Dephut, 2004).
Pengelolaan hutan meliputi, penebangan, peremajaan
dan pemeliharaan tegakan hutan guna menjamin
kelestarian produksi kayu atau hasil hutan lainnya
(Dephut, 1998).
Sistem silvikultur pada hakekatnya merupakan
program perlakuan untuk seluruh rotasi. Batasan ini
membantu menjamin beberapa keseragaman dan
kontinuitas jangka panjang dari perlakuan yang
diterapkan.
Dalam keputusan tersebut telah ditetapkan antara lain bahwa
pengelolaan hutan produksi alam dapat dilakukan dengan sistem
silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), Tebang Habis
dengan Permudaan alami Alam (THPA) Tebang Habis dengan
Permudaan alami Buatan (THPB) (Dephut, 1998).
Menteri Kehutanan mengeluarkan keputusan Nomor
485/Kpts/II/1989 tanggal 18 September 1989 tentang
sistem silvikultur.
Berdasarkan letak Hutan
Rawa Gambut yang unik.
Ekosistem ini teridi atas
beberapa tipe subekosistem
berikut batas-batasnya
sebagaimana gambar:
Ragam Sub ekosistem
Hutan Rawa Gambut
Peran dan masalah-masalah Hutan Rawa gambut
Peran Hutan Rawa Gambut :1. Pengontrol system hidrologi kawasan2. Gudang pengikat karbon3. Habitat satwa penting4. Tumpuan hidup manusia5. Lahan gambut memberikan fungsi ekonomi
ketika manusia mampu mengolah hasil hutan yang ada seperti kayu, ikan, rotan, dll.
Masalah Terkait Konservasi Hutan Rawa Gambut :
1. Maraknya kebakaran hutan rawa gambut
2. Pencurian kayu (illegal logging)
3. Konversi (alih fungsi) menjadi lahan perkebunan dan
pertanian
4. Lemah dan kurangnya kesadaran masyarakat akan
fungsi manfaat hutan rawa gambut
Lahan gambut cenderung mudah terbakar, karenakandungan bahan organik yang tinggi dan memiliki sifatkering tak balik (irreversible), porositas tinggi dan dayahantar hidrolik vertikl yang rendah.
Kebakaran hutan rawa gambut tidak hanyamenyebabkan hilangnya vegetasi yang ada diatasnya,tetapi juga menyebabkkan rusak, menurun, atauhilangnya gambut itu sendiri.
Terbitnya Inpres No. 2 tahun 2007 tentang
Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan
Lahan Gambut Eks Proyek Pengembangan Lahan
Gambut merupakan langkah dan tindak lanjut
pemulihan kerusakan dan pengembalian fungsi
ekologis, lingkungan dan sosial, ekonomi dan
budaya pada kawasan lahan gambut tersebut.
Pengelolaan hutan dan lahan gambut ini
perlu dilakukan secara bijaksana dan hati-hati,
hal ini disebabkan karena hutan hutan rawa
gambut merupakan ekosistem yang rapuh,
sehingga apabila pengelolaannya tidak
dilakukan dengan baik dan benar maka hutan
tersebut tidak akan lestari.
TANAH HUTAN RAWA GAMBUT PROPINSI RIAU
Gambut adalah bahan tanah yang tidak mudah
lapuk, terdiri dari bahan organik yang sebagian
besar belum terdekomposisi atau sedikit
terdekomposisi serta terakumulasi pada keadaan
kelembaban yang berlebihan.
Berdasarkan kandungan bahan organik,
dikenal dua golongan tanah yaitu tanah mineral
yang mengandung bahan organik berkisar
antara 15 % sampai dengan 20 % dan tanah
organik yang mengandung bahan organik
berkisar antara 20 % sampai dengan 25 %
(Buckman dan Brady, 1982).
Menurut Koesmawadi (1996) ciri-ciri hutan rawa gambut:
• Selalu tergenang air
• komposisi jenis pon beraneka ragam, mulai dari tegakan
sejenis seperti jenis Calophyllum inophyllum Mix.Sampai
tegakan campuran
• Terdapat lapisan gambut pada lantai hutan
• Mempunyai perakaran yang khas, dan
• Dapat tumbuh pada tanah yang bersifat masam
Tanah gambut, merupakan tanah yang
tersusun dari bahan organik, baik dengan
ketebalan bahan organik lebih dari 45 cm
ataupun terdapat secara berlapis bersama taah
mineral pada ketebalan penampang 80 cm
serta mempunyai tebal lapisan bahan organik
lebih dari 50 cm (Suhardjo, 1983).
Tanah gambut tersebut pada umumnya
mengandung lebih dari 60 % bahan
organik (Driessen, 1977). Tanah gambut
atau tanah organik dimaksud dikenal juga
sebagai tanah organosol atau histosol
(Suhardjo, 1983).
Bahan organik pada tanah gambut dibedakan atas tiga
macam (Rosmarkam et al., 1988) yaitu :
• Fibric yang tingkat dekomposisinya masih rendah
• Hemic merupakan peralihan dengan tingkat dekomposisi
sedang
• Sapric yang dekomposisinya paling lanjut, kurang
mengandung serabut
Menurut Hakim (1986) berdasarkan
nilai-nilai tersebut menggolongkan kesuburan
tanah gambut menjadi tiga yaitu :
• Gambut eutropik yang subur
• Gambut mesotropik dengan kesuburan
sedang
• Gambut oligotropik dengan kesuburan rendah
Tanpa memandang tingkat dekomposisinya,
gambut dikelaskan sesuai dengan bahan
induknya menjadi tiga (Bucman dan Brady,
1982)
a. Gambut endapan : Gambut endapan biasanya
tertimbun didalam air yang relatif dalam
b. Berserat : Gambut ini mempunyai
kemampuan mengikat air tinggi
dan dapat menunjukkan berbagai derajat
dekomposisi
c . Gambut kayuan : Gambut kayuan biasanya
terdapat dipermukaan timbunan organik.
Menurut kondisi dan sifat – sifatnya, gambut di sini dapat dibedakan atas:
• 1. Gambut topogen : ialah lapisan
tanah gambut yang terbentuk karena
genangan air yang terhambat
drainasenya pada tanah – tanah
cekung di belakang pantai , di
pedalaman atau di pegunungan
• 2. Gambut ombrogen : lebih sering dijumpai,
meski semua gambut ombrogen bermula
sebagai gambut topogen. Gambut ombrogen
lebih tua umurnya , pada umumnya lapisan
gambutnya lebih tebal, hingga kedalaman 20m
3. SUKSESI VEGETASI HUTAN RAWA GAMBUT PROPINSI RIAU
Whittaker (1970) menyatakan bahwa perubahan-
perubahan yang terjadi selama proses suksesi
berlangsung adalah sebagai berikut :
• (1) Adanya perkembangan dari sifat-sifat tanah,
seperti meningkatnya kedalaman tanah,
meningkatnya kandungan bahan organik dan
meningkatnya perbedaan lapisan horizon tanah.
(2) Terjadinya peningkatan dalam tinggi, kerimbunan dan
perbedaan strata dari tumbuh-tumbuhan.
(3) Dengan meningkatnya sifat-sifat tanah dan struktur
komunitas, maka produktivitas dan pembentukan
bahan organik meningkat.
(4) Keanekaragaman jenis meningkat dari komunitas yang
sederhana pada awal tingkat suksesi ke komunitas
yang kaya pada akhir suksesi.
(5) Populasi meningkat, pergantian
suatu populasi oleh populasi lainnya
meningkat sampai tingkat yang stabil
juga jenis yang berumur pendek
digantikan oleh jenis yang berumur
panjang.
Tanah gambut di Indonesia sangat bervariasi tingkat
kesuburannya. Gambut pantai umumnya merupakan
gambut topogenous atau mesogenous, sebagian besar
tergolong kedalam eutropik atau mesogenous, karena
memperoleh tambahan unsur lain dari luar yaitu yang
dibawa air pasang. Sedangkan gambut pedalaman pada
umumnya merupakan gambut ombrogenous/mesogenous
yang termasuk kedalam oligotropik (Polak, 1975).
Kualitas tanah gambut sangat tergantung
pada vegetasi yang menghasilkan bahan
organik pembentuk tanah gambut, bahan
mineral yang berada di dawahnya, faktor
lingkungan tempat terbentuknya tanah
gambut dan proses pembentukan tanahnya.
Menurut Hakim (1986) berdasarkan nilai-nilai
tersebut menggolongkan kesuburan tanah gambut
menjadi tiga yaitu :
(1) Gambut eutropik yang subur
(2) Gambut mesotropik dengan kesuburan sedang
(3) Gambut oligotropik dengan kesuburan rendah
• Hutan rawa gambut TN Sembilang merupakan
bagian sistem hutan Berbak-Sembilang seluas
10.000 ha yang mengarah ke selatan.
• Kondisi Gambut terutama dari tipe ombrogen,
membentuk kubah dengan ketebalan 0,5 - 10 meter
di atas batas pasang surut.
• Sumber air secara khusus berasal dari hujan.
• Spesies tumbuhan termasuk Tristania obovata,
Architea alternifolia, Pdananus spp., Nepenthes spp.
• Hutan ini masih menjadi tempat berlindung
keaneka ragaman hayati yang berharga, meliputi
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan
Bangau Storm (Ciconia stormi,).
• World Book Multimedia Encyclo pedia penerbit IBM
- Ekologi Jawa dan Bali terbitan Pre nhallindo.
- Wikipedia.org
• Http://elfisuir.blogspot.com /search/label/EKOLOGI KOMUNITAS
• Http://elfisuir.blogspot.com /search/label/EKOLOGI POPULASI
• Http://elfisuir.blogspot.com /search/label/EKOLOGI EKOSISTEM
• http://elfisuir.blogspot.com/2010/06/tanah-hutan-rawa-gambut-
propinsi-riau.html
DAFTAR PUSTAKA
• Http://elfisuir.blogspot.com/search/label/IKLIM HUTAN RAWA
GAMBUT PROPINSI RIAU
• Http://elfisuir.blogspot.com/search/label/PENETAPAN
AMBANG BATAS HUTAN RAWA GAMBUT PROPINSI
RIAU
• Http://elfisuir.blogspot.com/search/label/DOMINASI DAN
STRUKTUR POHON FLORISTIK HUTAN RAWA GAMBUT
PROPINSI RIAU
• Http://elfisuir.blogspot.com/search/label/SUKSESI
VEGETASI HUTAN RAWA GAMBUT PROPINSI RIAU
• Http://elfisuir.blogspot.com /search/label/STRUKTUR
FLORISTIK EKOSISTEM HUTAN RAWA GAMBUT
PROPINSI RIAU