Syasrida fransiska
-
Upload
chyassriida-fransiska -
Category
Documents
-
view
50 -
download
0
Transcript of Syasrida fransiska
NAMA : SYASRIDA FRANSISKA
NPM : 116511726
KELAS : 6.A
DOSEN PEMANGKU : PRIMA WAHYU TITISARI,
MSI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
FAKULATAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
TUGAS EKOLOGI TUMBUHAN
POPULASI
KOMUNITAS
EKOSISTEM
KLIMATOLOGIS EKOSISTEM RAWA GAMBUT
EDHAPIS EKOSISTEM RAWA GAMBUT
MATERI EKOLOGI TUMBUHAN
POPULASI
Karakteristik Populasi
Metode Analisis Populasi
Ekologi Popula
si© Kepadatan (Density)© Kelahiran (Natality)© Kematian (Mortality)© Penyebaran Umur Populasi© Fluktuasi Populasi© Penyebaran Populasi© Potensi Biotik Populasi© Bentuk Pertumbuhan Populasi
Total Sensus
Visual
Capture Recapture
Removal Sampling
Definisi
Populasi
Populasi berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Populus”
yang berari rakyat / penduduk
Suatu kelompok individu dari spesies yang
sama yang menempati suatu tempat pada
waktu tertentu
CONTOH ; Populasi Kupu – Kupu
Pada dasarnya tidak ada satupun individu dalam populasi yang persis sama baik bentuk dan morfologinya
Genotip berbeda
Genotip sama
Lingkungan sama
Lingkungan berbeda
Perkembangan
Perkembangan
Fenotip berbeda
Fenotip berbeda
Genetik
Lingkungan
Kepa
data
n Po
pula
si
1. Kelimpahan Populasi
(abundance)
2. Kepadatan Populasi (density)
3. Jumlah pertambahan kepadatan populasi
Banyak Individu dlm populasi yg dhubungkan dlm
satuan ruang/tempat pd waktu tertentu
Jumlah individu yang bertambah didalam populasi persatuan waktu
Kelahiran Maksimum (Kelahiran
fisiologi/absolut)
Kelahiran
PopulasiKelahiran
Ekologi
Perhitungan Laju Kelahiran Populasi
a)Laju kelahiran Populasi (Crude Natality) ∆Nn / ∆t =......(a)
b)Laju Kelahiran per individu (Spesifik Natality) ∆Nn / N ∆t =.....(b)
Kematian
(Mortality)
Perhitungannyaa)Laju kematian Populasi (M)
∆Nn / ∆t =......(a)b)Vital Indeks (VI)
Kelahiran/Kematian x 100%=.....(b)
c) Survival Life (SL) SL = 1 – M =.....(c)
Umur Fisiolog
i
Umur Ekologi
Penyebabnya
JenisnyaKematian Minimum (Kematian Fisiologi)
Kematian Ekologi (Nyata)
Kematian individu pd
kondisi lingkungan yang ideal disebabkan oleh faktor
fisiologi organisme
Persebaran Umur Populasi3 Fase umur Ekologi
© Fase Reproduksi/Subur (Reproduktif)
© Fase Sebelum Reproduksi (Pre reproduktif)
© Fase Setelah Reproduksi/Subur (Post Reproduktif)
3 tipe piramida umur populasi
Piramida
Dasar Lebar
Piramida
Bentuk Genta
Piramida
Bentuk Kendi
N
W
Logaritmik Aritmatik
a. Kurva Pertumbuhan Eksponensial
N
Wb. Kurva Secara Teoritis
N
W
Oksilasi
Daya Dukung Lingkungan
c. Kurva Teoritis Pertumbuhan Populasi
Eksponensial
Resistensi
K=Daya dukung Lingkungan
N
Wd. Kurva hub.antara potensi biotik, resistensi n daya dukung lingkungan
Bentuk Pertumbuhan Populasi & Potensi Biotik
EmigrasiImigrasi
Migrasi
Keluar dari daerah
populasinya & tinggal permanen
ditempat barunya.
Penyebaran individu kedalam
suatu daerah populasi lain &
menetap.
Pola pergerakan Individu dua arah
(keluar dan masuk) krn faktor
lingkungan.
Penyebaran Populasi
Penyebabnya
Dorongan Mencari Makan
Menghindar Dari Predator
Pengaruh Iklim
Terbawa Angin Atau Air
Perilaku Kawin & Faktor Fisik
Lainnya
Struktur Penyebaran Individu
Dalam Populasi (Dispersi)Pola Acak(Random)
Pola Teratur(Uniform)
PolaKelompok
(Clumbed)
Sebab: Lingkungan Homogen
Sebab: Kompetisi Positif
Sebab: Kebutuhan &
Kesamaan
Interaksi populasi
Netralisme(0 ; 0)
Kompetisi(- ; -)
Amensalisme (- ; 0)
Komensalisme (+ ; 0)
Predatorisme (+ ; -)
Parasitisme(- ; +)
Proto-kooperasi
(+ ; +)
Mutualisme (+;+)
Metode Analisis Populasi
• Total sensus
Menghitng organisme yang cukup besra dan tempatnya terbatas dan
mudah didapatkan. Mempunyai tingkat
ketelitian yang sangat tinggi (valid)
• Capture recapture
Menghitung organisme yang sukar ditemukan secara langsung karena
jumlah tinggal sedikit/hampir punah.
Diperlukan untuk pengelolaan konservasi
METODE VISUAL
Menghitung organisme yang tidak
memungkinkan untuk ditangkap
sehingga hanya mengandalkan visualMETODE HANSON Tanpa penangkapan dan penandaan
terhadap individu populasi
Removal
Sampling
Metode Zippin
Metode Regresi
1. Setiap individu harus terdistribusi secara acak
2. Ukuran populasi relatif konstan
3. Peluan tertangkapnya individu relatif sama
KOMUNITAS
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai
populasi yang hidup pada suatu waktu dan
daerah tertentu yang saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain. Komunitas
memiliki derajat keterpaduan yang lebih
kompleks bila dibandingkan dengan individu
dan populasi.
• Nama Komunitas
Nama komunitas harus dapat memberikan
keterangan mengenai sifat-sifat komunitas
tersebut. Cara yang paling sederhana, memberi
nama itu dengan menggunakan kata-kata yang
dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas
seperti padang rumput, padang pasir, hutan jati.
• Cara yang paling baik untuk menamakan
komunitas itu adalah dengan mengambil
beberapa sifat yang jelas dan mantap,
baik hidup maupun tidak. Ringkasannya
pemberian nama komunitas dapat
berdasarkan :
Bentuk atau struktur utama seperti jenis
dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya
seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau
hutan Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan
sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil.
Berdasarkan habitat fisik dari komunitas,
seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas
pantai pasir, komunitas lautan dan lain –lain.
Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-
tanda fungsional misalnya tipe
metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat
lingkungan alam seperti iklim, misalnya
terdapat di daerah tropik dengan curah
hujan yang terbagi rata sepanjang tahun,
maka disebut hutan hujan tropik.
• Komunitas akuatik, komunitas ini
misalnya yang terdapat di laut, di danau, di
sungai, di parit atau di kolam
• Komunitas terrestrial, yaitu kelompok
organisme yang terdapat di pekarangan, di
hutan, di padang rumput, di padang pasir,
dan lain – lain.
Macam-macam Komunitas
Struktur Komunitas
1. Kualitatif, seperti
komposisi, bentuk
hidup, fenologi dan
vitalitas. Vitalitas
menggambarkan
kapasitas
pertumbuhan dan
perkembangbiakan
organisme.
2. Kuantitatif, seperti
Frekuensi, densitas dan
densitas relatif.
Frekuensi kehadiran
merupakan nilai yang
menyatakan jumlah
kehadiran suatu spesies
di dalam suatu habitat.
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas.
• Dalam tingkat ini komunitas sudah
mengalami homoestosis. Menurut konsep
mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-
jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih
mantap yang sangat sesuai dengan
lingkungannya.
Lanjutanny
a
• Suksesi primer yaitu bila ekosistem mengalami
gangguan yang berat sekali, sehingga
komunitas awal (yang ada) menjadi hilang
atau rusak total, menyebabkan ditempat
tersebut tidak ada lagi yang tertinggal dan
akhirnya terjadilah habitat baru.
Suksesi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Suksesi sekunder yaitu prosesnya
sama dengan yang terjadi pada suksesi
primer, perbedaannya adalah pada
keadaan kerusakan ekosistem atau
kondisi awal pada habitatnya. Ekologi
tersebut mengalami gangguan, akan
tetapi tidak total, masih ada komunitas
yang tersisa.
• Sebuah komunitas adalah kumpulan populasi
tumbuhan dan tanaman yang hidup secara
bersama di dalam suatu lingkungan.
Serigala, rusa, berang-berang, pohon cemara
dan pohon birch adalah beberapa populasi
yang membentuk komunitas hutan di Isle
Royale
• Peran suatu spesies di dalam komunitasnya
disebut peran ekologi (niche). Sebuah peran
ekologi terdiri dari cara-cara sebuah spesies
berinteraksi di dalam lingkungannya, termasuk
diantaranya faktor-faktor tertentu seperti apa
yang dimakan atau apa yang digunakan untuk
energi, predator yang memangsa, jumlah
panas, cahaya atau kelembaban udara yang
dibutuhkan, dan kondisi dimana dapat
direproduksi.
Ahli ekologi memiliki catatan yang panjang tentang
beberapa spesies yang menempati peran ekologi
tinggi tertentu dalam komunitas tertentu.Berbagai
penjelasan banyak yang diusulkan untuk hal ini.
Beberapa ahli ekologi merasa bahwa hal ini
disebabkan karena kompetisi jika dua spesies
mencoba untuk mengisi peran ekologi "niche" yang
sama, selanjutnya kompetisi untuk membatasi
berbagai sumber daya akan menekan salah satu
spesies keluar.
Ahli lainnya berpendapat bahwa sebuah spesies yang
menempati peran ekology yang tinggi,
melakukannya karena tuntutan fisik yang keras
tentang peran tertentu tersebut di dalam komunitas.
Dengan kata lain hanya satu spesies yang
menempati peran ekologi "niche" bukan karena
memenangkan kompetisi dengan spesies lainnya,
tetapi karena hanya satu-satunya anggota komunitas
yang memiliki kemampuan fisik memainkan peran
tersebut.
Perubahan komunitas yang terjadi disebut
suksesi ekologi. Proses yang terjadi berupa
urutan-urutan yang lambat, pada umumnya
perubahannya dapat diramalkan yakni dalam
hal jumlah dan jenis mahkluk organisme yang
ada di suatu tempa. Perbedaan intensitas sinar
matahari, perlindungan dari angin, dan
perubahan tanah dapat merubah jenis-jenis
organisme yang hidup di suatu wilayah.
Perubahan-perubahan ini dapat juga
merubah populasi yang membentuk
komunitas. Selanjutnya karena jumlah dan
jenis spesies berubah, maka karakteristik
fisik dan kimia dari wilayah mengalami
perubahan lebih lanjut. Wilayah tersebut
bisa mencapai kondisi yang relatip stabil
atau disebut komunitas klimaks, yang bisa
berakhir hingga ratusan bahkan ribuan
tahun.
Para ahli ekologi membedakan dua tipe
suksesi yakni primer dan sekunder. Di dalam
suksesi primer organisme mulai menempati
wilayah baru yang belum ada kehidupan
seperti sebuah pulau baru yang terbentuk
karena letusan gunung berapi. Sebagai contoh
anak krakatau yang terbentuk sejak 1928 dari
kondisi steril, kini telah dihuni oleh puluhan
spesies.
Suksesi sekunder terjadi setelah
komunitas yang ada menderita
gangguan yang besar sebagai contoh
sebuah komunitas klimaks (stabil) hancur
karena terjadinya kebakaran hutan.
Komunitas padang rumput dan bunga liar
akan tumbuh pertama kali.
Selanjutnya diikuti oleh tumbuhan semak-semak.
Terakhir pohon-pohonan baru muncul kembali dan
wilayah tersebut akan kembali menjadi hutan hingga
gangguan muncul kembali. Dengan demikian
kekuatan-kekuatan alam yang terakhir menyebabkan
terjadinya komunitas klimaks (stabil). Sebagai
tambahan para ahli ekologi memandang kebakaran
dan gangguan alam besar lainnya sebagai hal yang
dapat diterima dan tetap diharapkan.
EKOSISTEM
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi
yang terbentuk oleh hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan
menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi.
• Komponen abiotik merupakan komponen-
komponen penyusun ekosistem dari benda
tak hidup, meliputi :
TANAH AIR
• Komponen biotik
adalah komponen
ekosistem yang hidup.
Semua hewan dan
tumbuhan yang
terdapat dalam suatu
ekosistem merupakan
suatu biotik.
Komponen biotik suatu
ekosistem meliputi
berbagai jenis
makhluk hidup.
Komponen biotik dapat di
bedakan menjadi 3 :
PRODUSENKONSUM
EN
PENGURAI
suatu komunitas yang menyusun ekosistem, pada
awalnya tidak langsung komplek atau beraneka ragam
jenisnya, tetapi mengalami perkembangan secara
perlahan-lahan. Proses perubahan dalam komunitas
yang berlangsung secara bertahap dan menuju ke satu
arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi dapat
terjadi sebagai akibat dari perubahan lingkungan fisik
dalam komunitas atau ekosistem.
SUKSESI EKOSISTEM
SUKSESI ADA 2 TIPE :
1. Suksesi primer merupakan
formasi suatu komunitas baru
pada suatu daerah yang diawali oleh
suatu daerah yang kosong.
2. Suksesi sekunder
merupakan pembentukan kembali suatu komunitas ke bentuk kondisi awal setelah
daerah tersebut rusak
Arus energi
Arus energi merupakan
perpindahan energi satu
arah dari cahaya matahari,
produsen, konsumen I,
konsumen II dan
seterusnya atau dengan
kata lain perpindahan
energi yang terjadi dalam
rantai makanan.
• Jaring-jaring makanan adalah kumpulan beberapa
rantai makanan yang saling berhubungan. Contoh :
Jaring-Jaring Makanan
• Piramida makanan adalah komposisi rantai
makanan yang makin ke atas, jumlahnya makin
sedikit.
Contoh:
Piramida Makanan
IKLIM HUTAN RAWA GAMBUT PROPINSI RIAU
Iklim adalah sintesis hasil pengamatan
cuaca untuk memperoleh deskripsi secara
statistik mengenai keadaan atmosfier pada
daerah yang sangat luas (Barry, 1981 dalam
Wenger, 1984). Berdasarkan batasan ruang
dimana nilai-nilai yang ada masih berlaku, maka
iklim dibedakan kedalam iklim makro dan iklim
mikro.
Menurut Kramer dan Kozlowski (1960) dalam
Idris (1996), faktor-faktor iklim yang penting bagi
hidup dari pertumbuhan individu dan masyarakat
tumbuh-tumbuhan adalah cahaya, suhu, curah
hujan, kelembaban udara, gas udara dan angin.
Lingkungan radiasi di dalam sebuah hutan berbeda
dengan daerah tidak berhutan karena permukaan
yang mengabsorbsi di dalam hutan umumnya
berbeda di atas tanah dengan jarak yang terlihat
nyata.
Kelembaban relatif hutan gambut cukup tinggi
pada musim hujan, yakni berkisar 90 % - 96 %, baik
dalam hutan alami /hutan gundul/lahan kosong. Pada
musim kemarau kelembaban menurun menjadi 80
%, pada bulan-bulan kering berkisar 0 % - 84 % Pada
siang hari dimusim kemarau, kelembaban dapat
mencapai 67 % - 69 %. Tetapi pada paigi hari,
kelembaban musim kemarau lebih tinggi dari musim
hujan, mencapai 90% - 96% (Rieley, et al.,1996)
Menurut Noor (2001) suhu gambut
sendiri lebih besar daripada suhu udara
antara hutan dan lahan kosong. Suhu
permukaan gambut hampir tetap. Jika
keadaan tertutup hutan, suhu gambut
berkisar 25,5 0C – 29,0 0C dan jika
keadaan terbuka berkisar 40,0 0C – 42,5
0C. Suhu yang tinggi pada keadaan
terbuka akan merangsang aktivitas mikro
organisme
Sehingga perombakan gambut lebih
dipercepat dan intensif, sehingga mempercepat
terjadinya degradasi gambut. Oleh karena ruang
gerak kehidupan tumbuh-tumbuhan dan mahkluk
lainnya terdapat di lapisan terbawah atmosfir, di
dekat tanah, maka apabila perhatian difokuskan
iklim sebagai salah satu unsur ekosistem sumber
daya hutan, yang lebih sangat berkaitan untuk
dikaji dalam konteks ini adalah iklim mikro.
DOMINASI DAN STRUKTUR POHON FLORISTIK HUTAN RAWA GAMBUT PROPINSI RIAU
1. Dominasi dan Struktur Pohon Floristik
Hutan Rawa Gambut
Richard (1984) dan Mueller-Dumbois dan
Ellenberg (1974) Kekayaan floristik hutan tropika
sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan
seperti iklim, tanah dan cahaya, dimana faktor
tersebut membentuk suatu tegakan yang klimaks
2. Pola Sebaran Spasial Floristik Hutan Rawa Gambut
Menurut Ludwig & Reynold (1988), faktor-
faktor yang mempengaruhi pola sebaran spasial
adalah :
• (1) Faktor vektorial
• (2) Faktor reproduksi,
(3) Faktor co-aktif
(4) Faktor stokastik
3. Celah Kanopi/ Rumpang Floristik
Hutan Rawa Gambut
Celah kanopi (rumpang atau gap atau chablis)
merupakan kejadian alam yang umum dijumpai di
hutan tropika. Celah terjadi akibat pohon yang
mati/patah/ rebah batang atau dahan pohon oleh
berbagai faktor seperti mati karena usia, angin,
tanah longsor, penebangan pohon dan sebagainya
(Hartshorn, 1986).
IMPLIKASI PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN TERHADAP DEGRADASI HUTAN RAWA GAMBUT
Hutan merupakan sumber daya alam yang
sangat besar peranannya bagi kepentingan hidup
manusia dan lingkungan hidup. Berdasarkan pola
pemanfaatan lahan dari hasil rembugan Tata Guna
Hutan Kesepakatan, tercatat bahwa jumlah luas
hutan di Indonesia adalah 143.970.615 ha, yang
terdiri dari hutan tetap 113.433.215 ha dan hutan
produksi yang dapat dikonversi 30.537.400 ha.
Berdasarkan fungsinya, hutan
tetap terdiri dari hutan lindung seluas
30.316.100 ha, hutan suaka alam dan
hutan wisata 18.725.215 ha, hutan
produksi terbatas 30.525.300 ha dan
hutan produksi tetap 33.886.600 ha
(Dephut, 2004).
Pengelolaan hutan meliputi, penebangan,
peremajaan dan pemeliharaan tegakan hutan
guna menjamin kelestarian produksi kayu atau
hasil hutan lainnya (Dephut, 1998).
Sistem silvikultur pada hakekatnya merupakan
program perlakuan untuk seluruh rotasi. Batasan
ini membantu menjamin beberapa keseragaman
dan kontinuitas jangka panjang dari perlakuan
yang diterapkan.
Dalam keputusan tersebut telah ditetapkan antara lain bahwa
pengelolaan hutan produksi alam dapat dilakukan dengan sistem
silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), Tebang Habis
dengan Permudaan alami Alam (THPA) Tebang Habis dengan
Permudaan alami Buatan (THPB) (Dephut, 1998).
Menteri Kehutanan mengeluarkan keputusan Nomor 485/Kpts/II/1989 tanggal 18 September 1989 tentang sistem silvikultur.
Berdasarkan letak Hutan
Rawa Gambut yang unik.
Ekosistem ini teridi atas
beberapa tipe
subekosistem berikut batas-
batasnya sebagaimana
gambar:
Ragam Sub ekosistem
Hutan Rawa Gambut
Peran dan masalah-masalah Hutan Rawa gambut
Peran Hutan Rawa Gambut :1. Pengontrol system hidrologi kawasan2. Gudang pengikat karbon3. Habitat satwa penting4. Tumpuan hidup manusia5. Lahan gambut memberikan fungsi ekonomi ketika manusia mampu mengolah hasil hutan yang ada seperti kayu, ikan, rotan, dll.
Masalah Terkait Konservasi Hutan Rawa Gambut :
1. Maraknya kebakaran hutan rawa gambut
2. Pencurian kayu (illegal logging)
3. Konversi (alih fungsi) menjadi lahan perkebunan dan
pertanian
4. Lemah dan kurangnya kesadaran masyarakat akan
fungsi manfaat hutan rawa gambut
Lahan gambut cenderung mudah terbakar,
karena kandungan bahan organik yang tinggi dan memiliki sifat kering tak balik (irreversible), porositas tinggi dan daya hantar hidrolik vertikl yang rendah.
Kebakaran hutan rawa gambut tidak hanya menyebabkan hilangnya vegetasi yang ada diatasnya, tetapi juga menyebabkkan rusak, menurun, atau hilangnya gambut itu sendiri.
Terbitnya Inpres No. 2 tahun 2007
tentang Percepatan Rehabilitasi dan
Revitalisasi Kawasan Lahan Gambut Eks
Proyek Pengembangan Lahan Gambut
merupakan langkah dan tindak lanjut
pemulihan kerusakan dan pengembalian
fungsi ekologis, lingkungan dan sosial,
ekonomi dan budaya pada kawasan lahan
gambut tersebut.
Pengelolaan hutan dan lahan
gambut ini perlu dilakukan secara
bijaksana dan hati-hati, hal ini disebabkan
karena hutan hutan rawa gambut
merupakan ekosistem yang rapuh,
sehingga apabila pengelolaannya tidak
dilakukan dengan baik dan benar maka
hutan tersebut tidak akan lestari.
TANAH HUTAN RAWA GAMBUT PROPINSI RIAU
Gambut adalah bahan tanah yang tidak
mudah lapuk, terdiri dari bahan organik yang
sebagian besar belum terdekomposisi atau sedikit
terdekomposisi serta terakumulasi pada keadaan
kelembaban yang berlebihan.
Berdasarkan kandungan bahan
organik, dikenal dua golongan tanah yaitu
tanah mineral yang mengandung bahan
organik berkisar antara 15 % sampai
dengan 20 % dan tanah organik yang
mengandung bahan organik berkisar
antara 20 % sampai dengan 25 %
(Buckman dan Brady, 1982).
Menurut Koesmawadi (1996) ciri-ciri hutan rawa gambut:
• Selalu tergenang air
• komposisi jenis pon beraneka ragam, mulai dari tegakan
sejenis seperti jenis Calophyllum inophyllum Mix.Sampai
tegakan campuran
• Terdapat lapisan gambut pada lantai hutan
• Mempunyai perakaran yang khas, dan
• Dapat tumbuh pada tanah yang bersifat masam
Tanah gambut, merupakan tanah yang
tersusun dari bahan organik, baik dengan
ketebalan bahan organik lebih dari 45 cm
ataupun terdapat secara berlapis bersama taah
mineral pada ketebalan penampang 80 cm
serta mempunyai tebal lapisan bahan organik
lebih dari 50 cm (Suhardjo, 1983).
Tanah gambut tersebut pada
umumnya mengandung lebih dari 60
% bahan organik (Driessen, 1977).
Tanah gambut atau tanah organik
dimaksud dikenal juga sebagai tanah
organosol atau histosol (Suhardjo,
1983).
Bahan organik pada tanah gambut dibedakan atas
tiga macam (Rosmarkam et al., 1988) yaitu :
• Fibric yang tingkat dekomposisinya masih rendah
• Hemic merupakan peralihan dengan tingkat dekomposisi
sedang
• Sapric yang dekomposisinya paling lanjut, kurang
mengandung serabut
Menurut Hakim (1986) berdasarkan
nilai-nilai tersebut menggolongkan
kesuburan tanah gambut menjadi tiga
yaitu :
• Gambut eutropik yang subur
• Gambut mesotropik dengan kesuburan
sedang
• Gambut oligotropik dengan kesuburan
rendah
Tanpa memandang tingkat
dekomposisinya, gambut dikelaskan
sesuai dengan bahan induknya menjadi
tiga (Bucman dan Brady, 1982)
a. Gambut endapan : Gambut endapan
biasanya
tertimbun didalam air yang relatif dalam
b. Berserat : Gambut ini mempunyai
kemampuan mengikat air tinggi
dan dapat menunjukkan berbagai derajat
dekomposisi
c . Gambut kayuan : Gambut kayuan
biasanya
terdapat dipermukaan timbunan
organik.
Menurut kondisi dan sifat – sifatnya, gambut di sini dapat dibedakan atas:
• 1. Gambut topogen : ialah
lapisan tanah gambut yang
terbentuk karena genangan air
yang terhambat drainasenya
pada tanah – tanah cekung di
belakang pantai , di pedalaman
atau di pegunungan
• 2. Gambut ombrogen : lebih sering
dijumpai, meski semua gambut
ombrogen bermula sebagai gambut
topogen. Gambut ombrogen lebih tua
umurnya , pada umumnya lapisan
gambutnya lebih tebal, hingga
kedalaman 20m
3. SUKSESI VEGETASI HUTAN RAWA GAMBUT PROPINSI RIAU
Whittaker (1970) menyatakan bahwa perubahan-
perubahan yang terjadi selama proses suksesi
berlangsung adalah sebagai berikut :
• (1) Adanya perkembangan dari sifat-sifat tanah,
seperti meningkatnya kedalaman tanah,
meningkatnya kandungan bahan organik dan
meningkatnya perbedaan lapisan horizon tanah.
(2) Terjadinya peningkatan dalam tinggi, kerimbunan dan
perbedaan strata dari tumbuh-tumbuhan.
(3) Dengan meningkatnya sifat-sifat tanah dan struktur
komunitas, maka produktivitas dan pembentukan
bahan organik meningkat.
(4) Keanekaragaman jenis meningkat dari komunitas
yang
sederhana pada awal tingkat suksesi ke komunitas
yang kaya pada akhir suksesi.
(5) Populasi meningkat, pergantian
suatu populasi oleh populasi
lainnya meningkat sampai tingkat
yang stabil juga jenis yang
berumur pendek digantikan oleh
jenis yang berumur panjang.
Tanah gambut di Indonesia sangat bervariasi
tingkat kesuburannya. Gambut pantai umumnya
merupakan gambut topogenous atau mesogenous,
sebagian besar tergolong kedalam eutropik atau
mesogenous, karena memperoleh tambahan unsur
lain dari luar yaitu yang dibawa air pasang.
Sedangkan gambut pedalaman pada umumnya
merupakan gambut ombrogenous/mesogenous yang
termasuk kedalam oligotropik (Polak, 1975).
Kualitas tanah gambut sangat
tergantung pada vegetasi yang
menghasilkan bahan organik
pembentuk tanah gambut, bahan
mineral yang berada di dawahnya,
faktor lingkungan tempat terbentuknya
tanah gambut dan proses pembentukan
tanahnya.
Menurut Hakim (1986) berdasarkan
nilai-nilai tersebut menggolongkan kesuburan
tanah gambut menjadi tiga yaitu :
(1) Gambut eutropik yang subur
(2) Gambut mesotropik dengan kesuburan
sedang
(3) Gambut oligotropik dengan kesuburan
rendah
• Hutan rawa gambut TN Sembilang
merupakan bagian sistem hutan Berbak-
Sembilang seluas 10.000 ha yang mengarah
ke selatan.
• Kondisi Gambut terutama dari tipe
ombrogen, membentuk kubah dengan
ketebalan 0,5 - 10 meter di atas batas
pasang surut.
• Sumber air secara khusus berasal dari hujan.
• Spesies tumbuhan termasuk Tristania obovata,
Architea alternifolia, Pdananus spp., Nepenthes
spp.
• Hutan ini masih menjadi tempat berlindung
keaneka ragaman hayati yang berharga, meliputi
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan
Bangau Storm (Ciconia stormi,).
• World Book Multimedia Encyclo pedia penerbit IBM
- Ekologi Jawa dan Bali terbitan Pre nhallindo.
- Wikipedia.org
• Http://elfisuir.blogspot.com /search/label/EKOLOGI KOMUNITAS
• Http://elfisuir.blogspot.com /search/label/EKOLOGI POPULASI
• Http://elfisuir.blogspot.com /search/label/EKOLOGI EKOSISTEM
• http://elfisuir.blogspot.com/2010/06/tanah-hutan-rawa-gambut-propinsi
-riau.html
DAFTAR PUSTAKA
• Http://elfisuir.blogspot.com/search/label/
IKLIM HUTAN RAWA GAMBUT PROPINSI RIAU
• Http://elfisuir.blogspot.com/search/label/
PENETAPAN AMBANG BATAS HUTAN RAWA GAMBUT PR
OPINSI RIAU
• Http://elfisuir.blogspot.com/search/label/
DOMINASI DAN STRUKTUR POHON FLORISTIK HUTAN
RAWA GAMBUT PROPINSI RIAU
• Http://elfisuir.blogspot.com/search/label/
SUKSESI VEGETASI HUTAN RAWA GAMBUT PROPINSI
RIAU
• Http://elfisuir.blogspot.com /search/label/STRUKTUR
FLORISTIK EKOSISTEM HUTAN RAWA GAMBUT
PROPINSI RIAU