Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

85
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 0

Transcript of Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Page 1: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 0

Page 2: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...............................................................................................................

Transliterasi ....................................................................................................................

Lampiran

DAFTAR ISI .............................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar belakang ....................................................................................... 1

B. Indentifikasi Seni Budaya Islam ........................................................... 7

C. Rumusan .............................................................................................. 13

D. Definisi Operasional ...............................................................................

E. Metode Penelitian ...................................................................................

1. Observasi ............................................................................................

2. Instrumen Penelitian ..........................................................................

3. Penentuan Narasumber Ahli dan Narasumber Kunci ........................

4. Wawancara ..................................................................................... 70

5. Dokumentasi................................................................................... 71

6. Analisis Data ......................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 16

A. Seni Budaya Isam ............................................................................... 16

B. Pertumbuhan Seni Qasidah ................................................................. 21

C. Perkembangan Seni Qasidah .............................................................. 25

D. Masa Keemasan Seni Qasidah ................................................................

E. Keruntuhan Seni Qasidah .......................................................................

BAB III DINAMIKA SENI QASIDAH DI KOTA AMBON ................................ 62

A. Dinamika Dakwah Dalam Seni Qasidah ..............................................

B. Seni Qasidah Mengandung Pesan Dakwah .............................................

C. Rebbana dan SDM Praktisi Qasidah.......................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................................ 74

A. Profil Lokasi Penelitian ...................................................................... 74

B. Dinamika Dakwah dalam Pagelaran Seni Qasidah ............................ 74

C. Peran Seni Qasidah Dalam menggerakkan dakwah................................

1. Spirit Maulid Nabi Muhammad ..................................................... 74

Page 3: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 2

2. Acara Suguhan Seni ...................................................................... 89

3. Konsep Pagelaran ........................................................................... 91

4. Nilai Dakwah yang akan disampaikan ......................................... 103

BAB V PENUTUP ................................................................................................... 105

A. Kesimpulan ....................................................................................... 105

B. Saran .................................................................................................. 105

C. Rekomendasi ..................................................................................... 106

D. Daftar Pustaka ................................................................................... 107

E. Lampiran ........................................................................................... 109

Page 4: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dinamika dakwah dalam seni qasidah jika dicermati secara serius ada persoalan

akademik yang perlu ditelah secara metodologis untuk menjelaskan apa peran seni

qasidah dalam menggerakkan dakwah. Ketika memperhatikan secara sistematis seni

qasidah ini memiliki muatan Islami yang cukup signifikan dalam menggerakkan dan

mengajak masyarakat ketika pentas seni digelar. Kekuatan ini perlu dicermati apa

motivasi sebagian masyarakat sehingga, pentas seni qasidah menjadi media yang menarik

perhatian mereka. Inilah yang akan dieskplorasi dalam kajian ini untuk mendapatkan

petunjuk bahwa peran seni budaya Islam khususnya seni qasidah memiliki potensi

signifikan dalam menyampaikan dan menyebarkan pesan-pesan dakwah yang efektif

mencerahkan masyarakat di Maluku.

Gambaran kondisi seni qasidah Islam di Provinsi Maluku sangat bervariasi. Jenis

seni budaya Islam di Maluku yang sering dipentaskan dalam seni budaya Islam adalah

seni budaya sendratari, barzanji, abdau, qasidah, syawat, samra, hadrat, pukul sapu dan

gambus.1 Semua jenis seni budaya Islam termasuk qasidah menjadi pilihan masyarakat

ketika perayaan hari besar Islam, agenda politik partai tertentu, dan pagelaran seni

budaya Islam dipentaskan.

Keadaan komunitas praktisi seni qasidah ini dalam struktur masyarakat sebagai

jasa untuk mengumpulkan massa dalam acara tertentu, sehingga perannya sebagai

pencerah lewat lirik lagunya kadang kurang menjadi perhatian, tetapi mereka lebih

mementinkan keindahan cara bernyanyi, main muzik, dan penikmatnya kurang

memahami tujuan syair dari setiap lagu yang dinyanyikan. Tujuan masyarakat Maluku

dalam memahami seni juga sangat bervariasi sehingga sampai saat ini menjadi

pertanyaan apakah seni qasidah itu sebagai media dakwah atau ia sekedar pentas musik

biasa di tengah masyarakat.

1Hamja Silawane Praktisi Seni Lagu, wawancara oleh penulis di café Lela di Kota Ambon 20 Januari

2013.

Page 5: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 4

Realitas ini akibat perubahn sosial dan dominasi imprealisme seni budaya global.

Dalam perspektif sosiologi Talcoot Parson bahwa struktur setiap masyarakat memiliki

prilaku yang berbeda-beda, dan memiliki keyakinan tersendiri dalam mencapai

tujuannya.2 Komunitas seniman adalah bagian dari sistem dalam interaksi sosial, praktisi

seni memiliki pencitraan tersendiri di tengah masyarakat kerena keahliannya

menyuguhkan nyanyian qasidahsebagai bentuk kesenangan tersendiri bagi masyarakat.3

Fokus kajian ini pada seni qasidah di sanggar sari el-Muluk yang sering dipentaskan

di Maluku. Kajian ini akan menelaah secara sistematis apakah dinamika seni qasidah

memiliki peran strategis dalam menggerakkan dakwah di Maluku, atau sekedar

nyanyaian biasa yang tidak memiliki peran pencerahan di tengah masyarakat. Disebut

seni budaya Islam bagi masyarakat Maluku karena seni qasidah memiliki syair bernuansa

Islami, busana muslim, dan aransemen musiknya semua bernuansa Islami. Peran seni

qasidah inilah yang akan ditelaah secara metodologis dan sistematis di tengah

masyarakat Maluku bagaimana seni qasidah memiliki peran dalam sistem sosial dalam

menggerakkan dakwah di Maluku?

Ketika memperhatikan secara serius pertumbuhan dan perkembangan seni qasidah

di Maluku ternyata seni qasidah mengalami tantangan yang cukup berat dan cenderung

bisa punah karena didominasi oleh imprealisme budaya global yang menyuguhkan prilaku

hedonisme, materialisme, dan kapitalisme. Realitas ini mulai berubah sejak listrik masuk

desa sehingga peran-peran seni qasidah mulai kurang berkembang dan masyarakat mulai

banyak pilihan lewat suguhan seni di televisi, radio, handphone, dan internet.

Ketika teknologi komunikasi masuk Desa maka pintu-pintu panca indra masyarakat

mulai terbuka dan bebas mengakses berbagai macam produk seni budaya dari peradaban

budaya global. Keadaan ini membuat prilaku masyarakat bergaya westernisasi akibat

lemahnya ketahanan seni budaya masyarakat di Maluku, sehingga cenderung lebih

banyak mengadopsi seni budaya barat dan melupakan seni budaya qasidah sebagai seni

yang Islami mulai terpinggirkan secara sistematis oleh dominasi budaya global.

2Talcott Parson, Interactional System Community (London, Sage Press, 2008), h. 77.

3Suf Kasman, Pencitaraan Media Harian Kompas dan Harian Republika dalam konflik Kerusuhan di

Maluku (Cet. I; Jakarta: Balai Litbang Kementrian Agama RI, 2012), h. 32.

Page 6: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 5

Sampai saat ini kondisi sosial masyarakat Maluku masih di dominasi oleh

imprealisme budaya global, kenyataan ini membuktikan bahwa seni qasidah

terpinggirkan secara sistematis. Komunitas praktisi seni qasidah sebagai bagian dari

struktur masyarakat di Maluku digunakan jasanya ketika ada agenda politik oleh partai

tertentu untuk menarik simpati masyarakat. Keadaan ini menunjukkan bahwa jasa

praktisi seni qasidah mulai disalahgunakan oleh komunitas sosial tertentu karena

komunitas seni qasidah sudah bergeser dari fungsinya spiritualnya sebagai pencerah

tetapi ia sekedar pengisi acara bagi struktur sosial yang lain.

Sebagian para ahli sosial menggambarkan bahwa inilah cara pandang yang dapat

merusak struktur sosial masyarakat ketika spirit sosial saling bertolakbelakang ia tidak

sinergis. Keadaan ini bertambah parah ketika hadirnya idiologi hedonisme, materialisme,

dan kapitalisme. Cara pandang masyarakat dalam memahami qasidah-pun mulai berubah.

Sebagai perbandingan pada masa lalu qasidah sebagai media dakwah sekarang ini

berubah menjadi pemuas hedonisme. Ketika cara pandang masyarakat dalam menikmati

seni qasidah berubah menjadi hiburan belaka maka seni qasidah mulai bergeser menjadi

budaya hedonisme ia bukan lagi media dakwah tetapi berpindah menjadi media politik

semata.

Untuk membuktikan pernyataan tersebut apakah seni qasidah digerakkan oleh

kepentingan politik atau kepentingan agama? Realitas ini sangat menarik untuk dikaji

dengan menggunakan teori Ervin Gopman yang dikenal dengan teori dramaturgis.

Menurut Ervin Gopman bahwa prilaku manusia di panggung belakang dan di panggun

depan sangat berbeda, menurut perspektif teori ini manusia itu seperti orang munafik

sangat berbeda tampilan depan dan tampilan dilubuk hati yang sebenarnya.4 Teori

dramaturgis inilah yang akan dijadikan alat analisis untuk memandu penelitian ini dalam

mengungkap fakta-fakta yang tampak di tengah masyarakat sebagai penikmati seni dan

praktisi seni qasidah di Maluku.

4Ervin Gopman, Dramatugis Communication diterjemahkan oleh Dedy Mulyana dengan Judul

Dramaturgi Komunikasi (Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 554.

Page 7: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 6

Selain itu seni qasidah mulai bergeser fungsinya sekedar mengumbar syahwat

kesenangan, keteraturan syair, mengumbar prilaku materialisme yang berlebihan lewat

busana mahal, dan penggunaan alat muzik yang canggih tetapi kering dengan nilai-nilai

pencerahan. Dinamika dakwah dalam pagelaran seni qasidah yang dilakukan Lembaga

Seni Qasidah (LASQI) Provinsi Maluku menggelar berbagai festival dan rapat kerja

untuk meperbaiki cara pandang sebuah seni qasidah sebagai media pencerahan spiritual

karena pergeseran cara pandang tentang seni mulai bergeser.

Pergeseran ini dalam perspektif Marxian sebagai ahli sosiologi perubahan

mengungkapkan bahwa perubahan tak terelakkan ketika ada kekuatan besar yang akan

merubah paradigma lama menjadi paradigma baru. Menurut Marxian setiap perubahan

ada idiologi dan spirit laten yang menggerakkan sebuah perubahan boleh jadi idiologi

hedonisme, materialisme, dan kapitalisme.5 Dalam paradigma dakwah Syekh Ali Mahfuz

konsepnya adalah al-maslaha konsep ini berpandangan bahwa setiap idiologi yang

dianggap baik ketika idiologi itu memiliki spirit rahmatalil’alamin yakni paradigma yang

memiliki idiologi keselamatan secara universal bagi seluruh umat manusia.6 Ini juga

idiologi perubahan sosial.

Ekspresi jejak perubahan seni qaidah inilah yang perlu di telaah secara metodologis

apakah sesuai dengan prinsip-prinsip Al-Quran dan Sunnah atau peradaban seni budaya

Islam di Maluku telah terkontaminasi dengan peradaban moderen yang lebih

menonjolkan estetika tanpa menghiraukan pesan-pesan spirit pencerahan. Kajian ini

dieksplorasi dalam pembahasan selanjutnya ketika ingin mendapat petunjuk kondisi seni

qasidah di Maluku.

5Marxian, Sosiologi perubahan Sosial Masyarakat (Cet. I; Yogyakata: Pustaka Pelajar, 2010), h.

213. Bandingkan dengan Pitor Stomka, Sosiologi Perubahan Sosial (Cet. I; Jakarta: Prenada, 2001), h. 351.

6Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah: Edisi Revisi (Cet. Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h.

216.

Page 8: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 7

B. Masalah Penelitian

Dari perjalanan sejarah kemanusiaan dalam dunia seni budaya Islam tidak semua

dibahas dalam kajian ini, karena pertimbangan waktu dan keterbatasan pembiayaan

sehingga akan merumuskan beberapa tema yang menjadi konsentrasi penelitian antara

lain adalah:

1. Bagaimana dinamika dakwah dalam seni qasidah Islam di kota Ambon.

2. Bagaimana peran seni qasidah Islam dalam menggerakkan dakwah di kota Ambon.

C. Definis Operasional dan ruang lingkup kajian.

Terminologi Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi

kehalusannya, keindahannya, karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa,

seperti tari,7 lukisan, ukiran; bangunan seni tentang keindahan dalam membuat

bangunan; belanja seni cara berbelanja; budaya perihal kesenian dan kebudayaan; lukis

seni mengenai gambar-menggambar dan lukis-melukis; pahat seni mengenai pahat-

memahat (membuat patung dsb); seni ukir; rupa seni pahat dan seni lukis; sastra seni

mengenai karang-mengarang (prosa dan puisi); suara seni olah suara atau bunyi

(nyanyian, musik, dsb); tari seni mengenai tari-menari (gerak-gerik yang berirama);

berseni mempunyai rasa seni; mengandung nilai pengabdian pada Tuhan.8

Seni yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah; keindahan ekspresi nilai kearifan

dalam menggunakan peralatan musik dan melantunkan lagu yang berisi pujian pada

Rasulullah saw dalam perayaan maulid Nabi Besar Muhammad saw. Unsusr-unsurnya

yang terdiri dari peralatan musik, penyanyi, dan materi puji-pujian Rasulullah saw.

Ekspresi jejak Seni budaya Islam di Maluku yang dimaksudkan dalam judul ini adalah;

Ekspresi kejiawaan manusia yang diaktualisasikan dalam nyanyian (qasidah) dalam

memainkan, melagukan, dan mengekspresikan kecintaanya pada Rasulullah saw

khususnya saat melakukan perayaan hari besar Islam. Hal inilah yang akan dieksplorasi di

7Ibid.

8Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta:

Balai Bahasa, 2009), h. 1414.

Page 9: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 8

kalangan praktisi seni budaya Islam di Maluku yang dianggap memahami seni budaya

Islam di Maluku khususnya seni qasidah.9

D. Tujuan dan Kegunaan

a. Tujuan

1. Untuk mengungkap kapan seni budaya Islam khususnya dinamika dakwah

dalam seni qasidah di Maluku, dan bagaimana perkembangan seni budaya

Islam di Maluku.

2. Untuk mengetahui siapa motor penggerak dinamika dakwah dalam seni

qasidah yang sering mengajarkan seni budaya Islam di pelataran Jeziratul

Muluk sehingga gelombang realitasnya tertanam dalam mencetak ekspresi

seni qasida di tengah masyarakat.

b. Kegunaan

1. Secara metodologis berguna bagi ilmuan dan praktisi seni budaya Islam bagi

pengembangan dan pertumbuhan seni budaya Islam melalui kajian seni budaya

Islam dan pertumbuhan dan perkembangan seni budaya Islam di Maluku.

Berguna bagi generasi muda agar warisan seni budaya Islam melalui tokoh-

tokoh sebagai motor penggerak yang sering mengajarkan seni budaya Islam di

pelataran Jeziratul Muluk.

2. Memberikan pemahaman kepada ilmuan dan praktisi seni budaya Islam dan

praktisi untuk mengetahui asimilasi seni budaya dinamika dakwah dalam seni

qasidah Islam sebagai model pengembangan dakwah dalam perspektif seni

budaya Islam di Maluku.

E. Signifikansi Penelitian

1. Jika penelitian ini dapat dilakukan maka akan memberikan gambaran seni budaya

Islam di Maluku yang selama ini tersebar tetapi belum didokumentasikan dalam

bentuk buku. Jika kekayaan khazanah intelektual seni budaya Islam di Maluku

9Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta:

Balai Bahasa, 2009), h. 624.

Page 10: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 9

dapat di buat database-nya maka LASQI mendapatkan banyak informasi tentang

tentang seni budaya Islam di Provinsi Maluku.

2. Penelitian ini akan memberikan dan mendapatkan khazanah keilmuan dalam bidang

dakwah dalam tinjauan seni budaya Islam yang selama ini belum di bukukan dalam

satu paradigma keilmuan sehingga tim LASQI berusaha menata, mengolah, dan

mendokumentasikan dokumen-dokumen seni budaya Islam yang tercecer di

Provinsi Maluku yang dikenal dengan seribu pulau.

3. Masyarakat Maluku khususnya kalangan akademik, praktisi, budayawan, seniman,

mengetahui gelombang perkembangan seni budaya Islam di maluku. Selain itu

mengetahui seni budaya yang telah berakulturasi dengan peradaban budaya global

baik yang ada di Timur Tengah dan Eropa yang telah lama bercocok tanah di

Provinsi Maluku. Selain LASQI Mendapat referensi yang akurat tentang mata air

seni budaya Islam di Maluku dan perkembangannya di tengah masyarakat.

F. Kajian Riset Sebelumnya

Menurut Direktur PT. Dian Pertiwi yang berlokasi di jalan Diponegoro bahwa

referensi lima tahun terakhir tentang Buku dan tema seni budaya Islam di Maluku secara

faktual belum pernah dibukukan.10

Kenyataan ini terbukti tidak ada buku yang dijual

bertemakan seni buaya Islam di Maluku.

Referensi dalam riset penelitian yang pernah dilakukan dikemukakan dalam

penelitian para ahli seni budaya Islam di Indonesia dapat digambarkan untuk

menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan penelitian tentang seni budaya Islam

dalam perspektif dakwah. Kajian seni budaya Islam khususnya qasidah dalam perspektif

dakwah agar tidak tumpang tindih dalam riset ini perlu dijelaskan kajian sebelumnya

sehingga paradigma penelitian ini dapat dicermati secara sistematis berdasarkan tahun

penelitian yang penulis dapatkan naskah akademiknya.

1. Pada tahun 2001,Yakob Sumarjo, Filsafat Seni ia menemukan bahwa seni itu

adalah realitas kelembutan manusia yang tergambar dalam ekspresi prilakunya.

10 The Liang Gie, Filsafat Seni: Sebuah Pengantar (Cet. II; Bandung, Teraju, 2005), h. 88.

Page 11: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 10

2. Pada tahun 2002, Zainal Arifin Toha menelaah Eksetisme Seni Budaya Islam, yang

diteliti pada Pesantren. Ia menemukan bahwa khazanah peradaban seni budaya

Islam di serambi pesantren memiliki paradigma tersendiri dalam menapsirkan seni

qasidah.

3. Pada tahun 2004, Oliver Leman meneliti Estetika Islam: Menapsir Seni dan

keindahan, diterbitkan oleh Mizan. Temuan Oliver Leman yang didapatkan bahwa

seni itu adalah ekspresi seni Qasidah itu adalh cerminan jiwa yang di visualisasikan

lewat nyanyian, tulisan, dan panca indra manusia yang dibantu oleh intrumen alam.

4. Pada tahun 2005; Agus Setiawan Konsep Seni Islam Syekh Hossein Nasr. Pokok

masalahnya menelaah signifikangsi antara seni dan Spiritualitas di Dunia Moderen.

5. Pada tahun 2006; The Liang Gie, Filsafat Seni: Sebuah Pengantar Menelaah

eksistensi seni sebagai sebuah keindahan.

6. Pada Tahun 2007 W.M. Abdul Hadi, Seni Islam dan Akar-akar estetikanya.ia

menapsir seni keindahan karya Oliver Leman terjemahan Irfan Abu Bakar, ia

menemukan bahwa seni itu adalah ketakjuban pada Pencipta alam semesta.

7. Pada Tahun 2007, Agus Setiawan menelaah pemikiran seni Islam Syekh Hossein

Nasr meneliti peran seni dan spiritualitas Islam. Temuan Syekh Hossein Nasr

mengungkapkan bahwa seni itu adalah ekspresi seni budaya untuk melahirkan

ketakjuban pada Allah swt dan Rasulnya.

Dari penelitian sebelumnya yang ditemukan oleh para ahli seni budaya Islam kajian

yang diangkat belum pernah dikaji secara ilmiah khususnya judul yang diangkat dengan

judul Dinamika Dakwah Dalam Seni Qasidah (Studi Kasus pada Sanggar Sari el-Muluk

Provinsi Maluku). Karena kajian tentangnya dianggap baru dan belum pernah dikaji maka

penulis tertarik untuk menelaah secara ilmiah untuk memberikan kontribusi dalam

memperkayah khazanah keilmuan dakwah dan komunikasi. Selain itu memberikan

informasi bagi praktisi dan akademisi bahwa peran Seni Qasidah memiliki peran

signifikan dalam menggerakkan dakwah di tengah masyarakat Maluku.

Page 12: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 11

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan jenis penelitian

deskriptif kualitatif.11

Deskriptif kualitatif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

menggambarkan data-data yang didapatkan dilapangan dengan merujuk pada kualitas

data yang memiliki validitas yang tinggi dengan dengan memilih narasumber yang

dianggap memiliki kompetensi. Ciri dari penelitian kualitatif lebih menekankan pada

kulitas data dibanding banyaknya data. Penelitian ini akan menelaah fenomena seni

qasidah sebagai ekspresi budaya Islam di kota Ambon untuk mendapatkan suatu model

cara pandang untuk meningkatkan mutu pemahaman seni qasidah dan perkembangan seni

budaya Islam di kota Ambon.

2. Lokasi Penelitian.

Penelitian ini berlokasi di kota Ambon, salah satu argumentasi kota Ambon

menjadi lokasi penelitian karena kota Ambon memiliki banyka sanggar seni qasidah yang

memiliki peran besar dalam menggerakkan seni budaya Islam di kota Ambon. Dengan

menentukan serta menetapkan lokasi penelitian Menurut S. Nasution bahwa tiga unsur

dalam penelitian antara lain penetuan lokasi.12

Syarat yang perlu diperhatikan dalam

penelitian antara lain adalah: menetapkan lokasi, tempat, pelaku, dan aktifitas kegiatan.

3. Metode Pendekatan.

Seperti telah diuraikan pada tujuan penelitian, pendekatan dakwah dan komunikasi

melalui paradigma dakwah dalam paradigmanya tentang dinamika dakwah dalam seni

qasidah oleh Syekh Hossein Nasr. Pendekatan ini sangat menaruh perhatian pada

dinamika dakwah dalam seni qasidah.13

Secara ontologis paradigma Densin

berpandangan bahwa realitas yang diamati adalah realitas semu yakni realitas yang telah

11Kenyataan yang ada tentang berita politik yang ada pada Koran. Depatermen pendidikan dan

Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai Bahasa, 2008), h. 1724.

12S. Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif (Cet. I; Bandung: Tarsito, 1996), h. 43.

13Lihat Guba dan Licon dikutif dalam Ibnu Ahmad, Konstruksi Realitas Pembelajaran

Entrepreneurship: (Cet. I; Jakarta Granit, 2004,), h. 42.

Page 13: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 12

dibentuk dan dipengaruhi oleh berbagai budaya, dan memiliki metadata yang tersimpan

dalam alam bawa sadar manusia.14

Hal ini disebut Ervin Govman sebagai komunikasi

dramaturgi yang akan menelaah apakah tampilan depan dan tampilan belakang sesuai

atau bertentangan dalam ekspresi seni qasidah atau sebaliknya.

4. Sumber Data.

Sumber data dalam kajian ini menggunakan paradigma Densin bahwa setiap data

terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang bersumber dari

pelakon utama dan data sekunder adalah data yang didapatkan pada pelakon kedua yang

memberikan informasi.15

Sumber data akan di dapatkan pada praktisi seni budaya Islam

dan naskah-naskah. Menelaah secara sistematis metode pembelajaran pada praktisi seni

budaya Islam khususnya seni qasidah di kota Ambon.

5. Teknik Pengumpulan data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan meode

Densin dengan melakukan observasi, wawancara mendalam, dokumentasi.16

Menurut

Densin bahwa teknik mengumpulkan data penelitian harus reliable dan valid dapat

dilakukan dengan cara triangulasi(metode konfirmasi). Triangulasi yang dimakasudkan

adalah melakukan konfirnasi setiap data yang didapatkan pada narasumber ahli, dan

narasumber kunci. Instrumen pengumpulan data digambarkan dalam table berikut ini;

14Norman K. Densin dan Yvonnaa S. Licoln, The Handbook of Qalitative Reseacrh diterjemahkan

oleh Dariyanto (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 194.

15Norman K. Densin dan Yvonnaa S. Licoln, The Handbook of Qalitative Reseacrh diterjemahkan

oleh Dariyanto (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. h. 45

16Barr Scates, The Methodology of Educational Research Media Massa (New York: Apleton

Century-Grofts, Inc,. 1936), 404-406 lihat juga dalam Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Cet. XXVII;

Yogyakarta: Andi Offcet, 2022), h.137.

Page 14: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 13

Instrumen Penelitian

Seni Budaya Islam

Narasumber

Notes, Pulpen, LASQI (Lembaga Seni Qasidah Islam) dan Sanggar Sari

El-Muluk:

1. M. Aji Muhammad

2. Hasan Karim

3. Gatot

4. Aba

Camcorder Praktisi Seni Budaya Islam:

1. Saliem hondua

2. Jefri Banama

3. Hamza Silawane

4. Ibnu Jarir

Handphone Cross Iped,

Timer, Notebook

Tokoh Seni Budaya Islam Di Maluku:

1. Nur Tawainellah

2. Soleman Rachman

3. H.R. H. Sanusi

4. Abdullah Pattilow

5. Ajid Bin Taher

6. Abidin Wakano

Tokoh Seniman Kristen:

1. Max Tamaela

Seniman Akademisi

1. Penikmat Seni (Masyarakat)

- Taufik Kamarullah

- Ismail Kaliky, M.H

2. Tokoh Agama,

- Hadi Basalamah

- Soleman Rachman

- H.R. H. Sanusi

3. Pemudah:

- Gabir,

- Husen

- Fahrul Sanusi

4. Tokoh Masyarakat:

- Ketua RT/RW/Camat

5. Partai Politik

- Syahril Rumluan

6. Industri Musik:

- Jefri

- Salim

Page 15: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 14

6. Teknik Pengolahan dan Analisis data

Teknik analisis dan interpretasi yang digunakan adalah teori Haberman dan Miles

dikutip oleh Bungin.17

Setelah itu dianalisis menggunakan teori Vredenberg yang

berhubungan dengan pesan syair yang dilantunkan baik secara verbal maupun non

verbal.18

Komponen yang akan dianalisis dalam kajian ini adalah pesan-pesan dakwah

dalam lirik lagu qasidah. Setelah itu data diolah disajikan, koleksi data, verifikasi data,

dan mengambil kesimpulan.

17Burhan Bungin, Analisis Data Kualitatif: Pemahaman Filisofis dan Metodologis ke Arah

Penguasaan Model Aplikasi (Cet. III; Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 205.

18Nyoman Kutha Ratna, SU, Teori Metode dan Teknik penelitian Sastra: Dari Strukturalisme Menuju

Postrukturalisme (Cet. X; Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2012), h. 48.

Page 16: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab dua ini akan menyajikan kajian pustaka tentang seni qasidah sebagai bentuk

seni budaya Islam. Bab ini sebagai landasan akademis untuk memotret dinamika dakwah

dalam seni qasidah di Sanggar Sari el-Muluk di kota Ambon. Pada bab ini akan

mengekplorasi teori dakwah dan komunikasi sebagai rujukan untuk memahami realitas

pertumbuhan seni qasidah di kota Ambon. Tujuan dan fungsi eksplorasi teori pada bab

dua ini untuk memberikan gambaran temuan para ahli dalam memahami, menjelaskan

secara metodologis, sistematis dinamika dakwah dalam seni qasidah di kota Ambon.

A. Pengertian Seni Qasidah

Pengertian seni terbagi menjadi dua kategoti. Kategori pengertian seni secara

bahasa dan istilah. Definisi Seni menurut Al-Quran dalam kajian Quraish Shihab adalah

Ekspresi Ruh dan Budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan.19

Menurut Ensiklopedia Indonesia yaitu penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam

jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang

dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau

dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari, drama).20

Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya,

keindahannya, karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, seperti tari,

lukisan, dan ukiran.21

Estetika adalah seni halus (fine art) yang meliputi seni lukis, pahat,

bina tari, musik, pentas, film, dan kesusasteraan. Pengertian halus di sini karena ia

mewujūdkan melalui perasaan) yaitu seni musik, seni suara, dan seni tari (Seri buku

19Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tapsir tematik atas pelbagai Persoalan Umat (Cet. III;

Bandung: Mizan, 2008), h.508

20Depatermen Pendidikan dan kebudayaan Ensiklopedi Indonesia (PT. Ikhtiar Baru-Van Hoeve,

Jakarta: Jilid V), h. 3080 dan 3081

21Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. IV;

Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h.1414

Page 17: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 16

berikutnya Insya’ Allāh akan dibahas masalah seni panggung yang berupa sandiwara,

tonil, opera, pantom, teather, selain juga akan dibahas pada seri-seri berikutnya berupa

seni pahat, seni halus, dan seterusnya.22

Seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia,

dilahirkan dengan perantara alat komunikasi ke dalam bentuk aransemen musik dan

tangga nada tertentu yang dapat ditangkap oleh indra pendengaran, dan pengelihatan

untuk mencerahkan jiwa manusia. Kesenian Islam adalah kesinambungan daripada

kesenian pada zaman silam yang telah berkembang dan dicorakkan oleh konsep tauhid

yang tinggi kepada Allah swt. Kesenian Islam memiliki khazanah sejarah tersendiri dan

unik sebagai pencerah bagi manusia jika sesuai standnar seni budaya Islam.

Seni dijadikan sebagai alat menyebarkan agama dan memperkukuhkan amal

kebajikan dan kebaikan dikalangan umat.23

Hal ini sesuai dengan padangan Syekh

Hossein Nasr Bahwa seni itu adalah instrumen dakwah yang dapat mengajar seseorang

untuk takjub pada Tuhan dari kemampuan seseorang mengolah vokal sehingga

melahirkan bunyi yang merdu.

Selain itu, keindahan adalah sesuatu yang wujud di luar diri manusia yang

menikmati keindahan itu. Ia dapat dirasa, ditanggapi dan dihayati. Allah adalah sumber

daya dan sumber pemikiran manusia manakala imaginasi dalam mencipta lirik, dan bunyi

dari lagu yang dinyanyikan oleh manusia dibantu oleh fasilitas alat musik dalam

mengiringi lirik yang telah ditulis. Kecerdasan mendesain sebuah lirik lagi dan bunyi

dapat dilihat bagaimana qasidah Arab itu mampu memengaruhi jiwa manusia. Nah

bagaimana budaya Islam dan Budaya Arab memberikan kontribusi dan menggerakkan

seni budaya Islam di Maluku. Hal ini perlu ada kajian historis asal usul dari seni qasidah

sebagai bentuk peradaban umat Islam yang akan dijelaskan berikut ini.

B. Perspektif Al-Quran tentang seni Qasidah.

22Syarifudin, Seni Berdakwah Buku Ajar Pada Fakultas Dakwah dan Ushuluddin IAIN Ambon yang

diajarkan pada mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan Jurnalistik.

23A. David, The Arts of Arts: Arms and Armour of the 7th to 19th Centuris AD (The Nasser D.

Khalili Collection of Islamic Art vol. I (Cet. I; London: The Nour Fondation), h. 62.

Page 18: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 17

Terminologi Seni secara etimologi bermakna; halus, kecil, tipis, lembut dan tinggi

suara suara seorang biduan. Secara istilah seni adalah: keahlian membuat karya yang

bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya. Seni adalah karya yang

diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, narsi lagu puisi, tari, lukisan, ukiran

bangunan seni tentang keindahan dalam membuat bangunan, belanja seni cara berbelanja,

budaya perihal kesenian dan kebudayaan; lukis seni mengenai gambar-menggambar dan

lukis-melukis, pahat seni mengenai pahat-memahat membuat patung, seni ukir, rupa seni

pahat dan seni lukis.24

Sastra seni mengenai karang-mengarang (prosa dan puisi); suara seni olah suara

atau bunyi nyanyian, musik. Tari seni mengenai tari-menari (gerak-gerik yang berirama)

berseni mempunyai rasa seni, mengandung nilai seni, kesenian perihal seni, keindahan

seni kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi.25

Budaya adalah

pikiran; akal budi: hasil kebudayaan yang sudah berkembang beradab, maju.26

Pengertian

Islami secara bahasa keselamatan.27

Dari pengertian ini dapat dijelaskan bahwa seni yang

dimaksudkan Seni Budaya Islami dalam kajian ini adalah: kemampuan manusia mengolah

budi dan daya melalui instrument musik yang dapat mencerahkan kondisi budaya dan

obat bagi kebersihan batin manusia yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah.

Seni adalah keindahan, ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang

mengandung dan mengungkapkan keindahan. Dorongan keindahan adalah naluri dan

fitrah manusia. Keindahan dalam konsep Al-Qur’an memberikan paradigma keindahan

Allah swt mencipatkan makhlunya dengan nilai-nilai keindahan yang sangat tinggi

dengan mengajarkan manusia melalui bahasa, budaya, dan cara komunikasi. Hal ini

dijelaskan dalam Surah Ar-Rahman /55: 1-4.

24

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. III;

Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h. 1414.

25Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. III;

Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h. 1413.

26Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. III;

Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h. 225

27Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. III;

Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h.601

Page 19: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 18

Terjemahnya:

1. (Tuhan) yang Maha pemurah,

2. yang telah mengajarkan Al-Quran.

3. Dia menciptakan manusia.

4. Mengajarnya pandai berbicara.

Ayat ini memberikan inspirasi dan inovasi akan kebesaan Allah swt yang

mengajarkan manusia pandai berbicara. Pandai berbicara dapat dipahami bahwa seorang

seniman qasidah perlu memiliki kecerdasan spiritual, intelektual, sosial, dan penataan

suara serta aransemen musik. Dengan seni keindahan mengenal ciptaan melalui bunyi

yang dihasilkan melalui ciptaannya. Bebrbagai macam bunyi dan tangga nada inilah yang

perlu disusun oleh manusia untuk mewujudkan ekspresi seni yang tinggi.

Melalui tangga nada, dan jutaan bunyi yang dihasilkan oleh alam semesta

mamupun karya bunyi yang dihasilkan menalui jenis musik baik elektrik maupun manual

adalah cara Allah dekat dengan manusia sebagai ciptaan-Nya. Penjelasan ayat 1-4

memiliki unsur-unsur sebagai berikut;

1. Allah maha pemurah menciptakan jenis-jenis suara dan jenis-jenis perlatan music

yang bersumber dari ciptaanya kemudian manusia melalui daya yang diberikan oleh

Allah atas kemurahan-Nya sehingga manusia mampu berdaya menemukan alat music

sesuai kebutuhannya.

2. Setelah kemurahan Allah swt diberikan kepada manusia maka maka Allah juga

mengajarkan manusia lewat ayat qauniah (alam semesta) dan ayat Al-Quran sebagai

sumber inspirasi seni budaya manusia untuk merasakan, menyaksikan kebesaran

Allah melalui keindahan alamnya yang setiap saat dapat dirasakan, disaksikan dan

dipergunakan untuk kebutuhan hidup manusia.

3. Setelah itu Allah swt mengajar manusia pandai berbicara baik secara verbal maupun

non verbal sehigga mampu melakukan interaksi antar sesama umat manusia sebagai

makhluk sosial melalui keindahan berkomunikasi yang dipopulerkan oleh Aristoteles

yang dikenal dengan ilmu retorika keindahan menyampaikan pesan yang akan

berkembang menjadi seni bernyanyi dan seni musik. Hal ini juga dijelaskan dalam

Page 20: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 19

hadis Rasulullah saw Sesunggunya Allah Maha Indah dan Allah suka akan

keindahan.

Al-Quran sendiri memberikan penjelasan tentang tata cara membaca Al-Quran

dengan tartil, tilawah, dan Azan. Sumber ini memberikan inspirasi bahwa seni Islam itu

adalah seni yang dapat mencerahkan manusia dari dunia gelap-gulita. Nada dan musik

yang tersurat dan tersirat dalam ayat Al-Quran itu memberikan batasan bahwa seni

budaya Islam itu adalah media untuk mengkomunikasikan pesan-pesan Allah swt yang

ditata dengan rapi yang dapat melahirkan aransemen nada untuk melahirkan jenis musik

yang dapat mencerdaskan jiwa manusia kearah yang lebih baik dihadapan Tuhannya.

Penjelasan seni budaya Islam di atas menurut sayyid Qutub bahwa Islam itu

menceruhakn perasaan seni dalam jiwanya melalui fitrahnya mencipatkan sesuatu yang

indah. Pada masa jahilia karena kemamuan manusia menciptakan patung yang indah

sehingga sesama manusia takjub terhadap karya temannya sesame manusia sehingga

sebagian ada yang menggunakannya sebagai media penyebahan. Hal ini dilarang oleh

Islam karena akan berpotensi mencipatkan kondisi jahilia.

Dalam pandangan Al-Quran ada seni yang dibolehkan dan ada seni yang tidak

diperbolehkan. Secara umum seni yang tidak diperbolehkan adalah seni yang berpotensi

membuat manusia lalai pada Tuhannya dan mengumbar hawa napsunya sehingga dapat

merusak nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Seni yang dibolehkan adalah seni yang dapat

mencerahkan jiwa dan budaya manusia menuju pengabdian apda Allah swbagai pencipta

alaam semesta dengan seala keindahannya. Dalam Al-Quran Surah Luqman seni yang

dilarang adalah perkataan atau narasi lagu yang tidak berguna;

Terjemahnya:

Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan Perkataan yang tidak

berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan

menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang

menghinakan.

Page 21: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 20

Kata ‚lahwa‛ dalam ayat tersebut adalah nyanyian yang tiada berguna bagi

pencerahan batin. Ayat ini memberikan isyarat bahwa sebagai seorang seniman hindari

narasi lagu yang kurang mendatangkan pencerahan ruhani karena akan merusak nilai-nilai

kemanusiaan itu sendiri yang dapat memberikan dampak malapetaka bagi manusia itu

sendiri.

Penjelajahan para ulama diantaranya Quraish Shihab dalam Al-Quran mendapatkan

beberapa ayat sebagai dasar pentingnya seni qasida sebagai instrumen dakwah dalam

mencerahkan umat menjadi umat yang memiliki wawasan yang tentang seni suara

khususnya qasidah adalah;

Terjemahnya:

QS Al-Isra/17:64. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan

Suaramu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang

berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri

janjilah mereka. dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan

tipuan belaka.

Kata ‚suaramu‛ dalam ayat ini menurut sebagian ulama adaah nyanyia(qasidah)

yang lebih banyak mengedepankan syahwat emosi dalam bernyanyi sehingga pesan-pesan

pencerahan dari qasidah itu hilang.28

Informasi dalam Al-Quran ini menunjukkan bahwa

ada seni suara yang mengajak pada prilaku syetan sehingga peran dinamika dakwah

dalam seni qasidah memberikan pencerahan kepada masyarakat perlu dikembangkan

untuk memberikan satu paradigma yang berasas seni qasidah keislaman. Selain QS Al-

Isra dalam ayat lain surah al-Mu’minun Allah juga memberikan informasi tentang seni

suara yang diejalskan dalam ayat tiga sebagai berikut;

Terjemahnya:

28

Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tapsir tematik atas pelbagai Persoalan Umat (Cet. III;

Bandung: Mizan, 2008), h.520

Page 22: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 21

dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada

berguna.

Secara tersirat ayat ini memberikan isyarat bahwa seni qasidah itu perlu memiliki

lirik yang dapat mencerahkan manusia untuk mendapatkan ridha dari Allah lewat

kualitas suara, musik, dan ekspresi jiwa. Selain itu Allah berjuga berfirman bahwa

Zaiyyinal Qur’ana biaswatikum (hiasilah Al-Quran dengan suara yang merdu). Persepktif

para ulama ini diantaranya Ibnu Kastir dan Quraish Shihab sebagai cerminan bahwa seni

Islam memiliki standar yang tinggi. Standar seni suara yang tinggi yang dimaksudkan

dalam ayat ini adalah suara merdu, aransemen musiknya menggunakan tangga nada

sesuai dengan nafas jiwa dan Al-Quran, kerografi menggambarkan ketakjuban pada Allah

dan Rasulunya serta bersifat universal bagi semua umat manusia yang berprientasi pada

ramahtallalil’alamin.

Keindahan seni qasidah akan terwujud ketika unsur-unsur suara, fasilitas audio

visual, rebana, gitar, keyboar, dan semua fasilitas penunjang lainnya yang digunakan

serta semua intrumen musik seiring seirama dengan lirik yang dinyanyikan oleh

penyanyi. Ketika semua fasilitas musik dan penyanyi qasidah itu dapat memenuhi

standar seni itu dengan kemasan nada dan dakwah sesuai dengan kebutuhan jiwa dan

batin manusia maka seni qasidah telah menjadi kebutuhan manusia sebagai kebutuhan

jiwa dalam menikmati seni Islam.

C. Seni Budaya Islam

Tidak bisa dipungkiri seni qasidah identik dengan budaya Arab tetapi tidak semua

Seni budaya Arab itu seni Islam. Kaitannya dengan dinamika dakwah dalam Seni qasidah

pada dasarnya bersumber pada Manusia, Al-Quran, dan Sunnah yang dapat memberikan

kenyamanan di dunia dan akhirat. Landasan normatif dari seni adalah setiap muslim perlu

memiliki jiwa seni. Dalam konteks ini Nabi bersabda bahwa ان هللا جميل يحب الجمال

(Sesungguhnya Allah Maha Indah dan Menyenangi keindahan).29

29

Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tapsir tematik atas pelbagai Persoalan Umat (Cet. III;

Bandung: Mizan, 2008), h.512

Page 23: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 22

Keadaan ini menjadi tradisi dalam dunia yang berbeda, masing-masing

mempunyai independensi dalam mengekspresikan sesuai kemampuan dan kecerdasan

merespon setiap fenomena Alam disekitar dimana ia dibesarkan.

Kondisi ini dibentuk oleh budaya, tradisi, dan agama. Ketika hal tidak dicermati

secara sistematis maka kerap kali tumpang tindih dalam mendefiniskannya. Satu sisi,

wilayah agama berasal dari ‚ normatifitas wahyu ‚ dan tradisi dan budaya berasal dari

‚kreativitas manusia yang diberikan secara fitrah‛, oleh sebab itu tradisi cenderung

berubah sesuai dengan perkembangan waktu dan perubahan zaman. Nah, hal ini yang

memungkinkan untuk ada asimilasi perilaku beragama dalam kehidupan sehari-hari yang

disesuaikan dengan tradisi yang berlaku. Hal inilah pentingnya kekayaan cara pandang

bagaimana kemasan Dakwah lewat ekpresi seni qasidah dapat memberikan dinamika

peningkatan kesadaran umat manusia.

Mengekpresikan seni qasidah menurut Kuntowijoyo mengemukakan bahwa

kesenian merupakan ekpresi diri manusia dari keislaman. Pemikiran kuntowijoyo ini

setidaknya punya tiga karakteristik: (1) dapat berfungsi sebagai ibadah, tazkiyah, dan

tasbih, (2) dapat menjadi identitas kelompok, dan (3) dapat berfungsi sebagai syiar.

Misalnya nyanyian Shalawat secara khusus merujuk pada berkah yang dimohonkan kaum

Muslimin atas Nabi Muhammad Saw. Hal ini juga dijelaskan dalam Al-Quran dalam QS.

Al-Ahzab, 33:56.

Terjemahnya:

56.Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.

Spirit seni dalam ayat ini memberikan pesan bahwa bershalawat adalah

mengeluarkan suara dengan indah melalui rongga mulut manusia pada Nabinya. Dengan

mengucapkan Perkataan seperti: Assalamu'alaika ayyuhannabi artinya: semoga

Page 24: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 23

keselamatan tercurah kepadamu Hai Nabi.30

Para ahli dan praktisi seni di Indonesia yang

sering menyanyikan ladu qasidah ini adalah; Maher Zein, Haddad Alwi, Jefri Al-Bukhari,

Opik, Group BIMBO, Roma Irama, Ebit Geade, dan masih banyak lagi yang tidak sempat

disebutkan. Realitas ini menunjukkan bahwa semua praktisi ini memiliki komunitas

tersendiri dalam menyanyikan lagu qasidah dalam meggerakkan dakwah di tengah

masyarakat.

Strategi adaptasi dalam suatu masyarakat tercermin pada peta kognitif mereka

yang dipelajarinya melalui proses sosialisasi. Berbagai pengalaman mereka

dikategorisasikan dalam sebuah peta kognitif kebudayaan sehingga memungkinkan

seseorang atau organisai tetap survival. Menurut Talcott Parsons yang dikutip oleh Piotr

Sztompka bahwa ada empat unsur penting yang memengaruhi ekspresi seni budaya

seseorang sistem yakni Adaptation, goal attainment, integration, dan latensi.31

Teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons, kiranya dapat dipakai sebagai

kerangka konseptual untuk menelaah struktur seni qasidah maka dapat dijelaskan

ekspresi seni qasidah di tengah masyarakat sesuai sturktur yang diyakini dan dinyanyikan

sesuai kelestarian Shalawat di suatu tempat. Misalnya Shalawat Gembrungan pada

dasarnya terintegrasi atas dasar komitmen anggotanya akan nilai-nilai ajaran Islam.

Melalui proses nyanyian penyesuaian dan institusionalisasi dengan seni-budaya lokal

Jawa dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan syiar Islam melalui seni vokal dan

musik untuk menghadapi situasi dan kondisi eksternal, agar mampu melangsungkan

kehidupan paguyuban atau organisasinya (survive) dan memungkinkan dapat

mengantisipasi peristiwa-peristiwa yang akan datang.

Banyak hal yang harus kita pertimbangkan dalam hal memposisikan nash dengan

kebudayaan atau tradisi yang berkembang. Bagaimanapun harus ada rekonsiliasi antara

wahyu Tuhan dengan mempertimbangkan faktor budaya, atau yang sifatnya kontekstual.

Ini yang nantinya diperlukan dinamika dakwah meminjam istilah Gus Dur ia berkaitan

30

31Piotr Sztompka, The Sosiology of Social Change diterjemahkan oleh Alimandan dengan judul:

Sosiologi Perubahan Sosial (Cet. IV; (Jakarta: Prenan Media Group, 2008), h. 346.

Page 25: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 24

dengan tata sosial masyarakat dengan keragaman seni budaya Islam yang diekspresikan

melalui gerakan dinamika seni budaya Islam.

Banyak penulis yang mengidentikkan kebudayaan dan peradaban Islam identik

dengan budaya Arab dan Timur Tengah. Gagasan ini tidak bisa dipungkiri karena ia

berhubungan dengan pengaruh peradaban Arab orientead. Pendapat itu mungkin dapat

dibenarkan meskipun sebenarnya antara Arab dan Islam tetap bisa dibedakan. Pada masa

klasik pusat pemerintahan hanya satu dan peran Arab di dalamnya sangat dominan.

Semua wilayah kekuasaan Islam menggunakan bahasa bahasa Arab. Semua ungkapan-

ungkapan budaya yang diekspresikan melalui bahasa Arab. Meskipun ketika itu bangsa-

bangsa non Arab juga sudah mulai berpartisipasi dalam membina suatu kebudayaan dan

peradaban, apalagi orang- orang non muslim juga banyak menyumbangkan karya

budayanya.

Akhir-akhir ini ada semacam gerakan yang cukup masip dan radikal dengan,

Adanya kecenderungan sejumlah pihak yang mengedepankan konstruksi syari’at Islam

dalam wajah Arab sambil menafikan realitas tradisi yang lain. Padahal Islam bukanlah

identik dengan Arab sebagaimana Indonesia bukanlah Arab secara sosiokultural dan

politisinya. Walaupun diakui sebenarnya tidak ada yang salah bila menggunakan

kebudayaan Arab dalam mengekspresikan keberagamaan seseorang, dengan syarat tidak

melahirkan sebuah konflik di tengah masyarakat yang dibingkai dalam pemahaman

konseptual yang kokoh.

Hal ini juga dikhawatirkan oleh tokoh Sufi Ibnu Maskawaih yang dikemukakan

oleh Oliver Leman bahwa seni Islam itu menghindari kesenangan yang berlebihan karena

dapat memberikan penikmatinya tersesat pada prilaku negatif pada manusia.32

Maksud

dari Ibnu Maskawaih ini adalah adanya gerakan yang dapat memberikan syahwat

erotisme sehingga merusak fitrah seni budaya Islam. Ketika fitrah seni budaya Islam itu

rusak maka akan memberikan dampak negatif pada keuniversalan seni budaya Islam,

sehingga ia tidak sama dengan budaya Arab.

32Oliver Leman

Page 26: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 25

Tetapi yang menjadi masalah adalah manakala penggunaan asumsi bahwa ‛warna

arab‛tersebut merupakan bentuk keberagamaan tunggal yang dianggap paling absah dan

mutlak. Sehingga hukumnya wajib diterapakan pada semua kondisi dan situasi secara

paten. Hal tersebut tentunya berimbas pada keadaan dimana ekspresi Arab menjadi

dominan, bahkan menghegemoni budaya dan tradisi yang berkembang di masyarakat

lokal. Hal yang lebih menggelisakan lagi adalah munculnya justifikasi-justifikasi seperti

kurang sempurna, sesat, bid’ah atau musyrik kepada orang-orang yang tidak

menggunakan ekspresi ‛warna arab‛ tersebut. Perbedaan budaya Arab dan Agama Islam

tampak pada universalitas sebuah produk seni semakin universal sebuah karya seni

berarti itu sebagai gamabran Seni Budaya Islam.

Fenomena tersebut merupakan bagian dari berbagai macam fenomena yang

menggambarkan adanya konflik dan ketegangan antara seni budaya Islam dan budaya

karya manusia kerap kali bertentangan secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Muncul

satu hal yang menjadi persoalan, yaitu apakah budaya yang berkembang dalam

masyarakat harus tunduk dalam ekspresi hukum Islam dalam corak Arab seperti di atas?

Persoalan ini membutuhkan jawaban normatif untuk menjawab seni budaya Islam

khsusunya seni qasidah.

G. Seni Qasidah dalam timbangan Islam Normatif dan Islam Historis

Untuk membedakan wilayah budaya seni qasidah arab dan seni qasidah budaya

Islam dapat ditinjau dengan mengambil sebuah konsep bahwa dalam islam terdapat

kumpulan dogma normatifitas dan Islam pada faktanya merupakan realitas Historis.

Disinilah sehingga Budi munawar rahman dalam (bukunya Islam dan peradaban)

mengatakan bahwa islam itu terdapat dua macam nilai yakni islam berdimensi normatif

dan islam berdimensi historis. Kedua aspek ini terdapat hubungan yang menyatu, tidak

dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan. Pertama; aspek normatif yakni wahyu harus

diterima sebagaimana adanya, mengikat semua pihak dan berlaku universal.Kedua; aspek

historis yakni, kekhalifahan senantiasa dapat berubah, menerinma diskusi karena produk

zaman tertentu, dan hal itu bukan hal yang saklar.

Page 27: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 26

Pengertiaan dari Islam Normatif yakni, Islam dalam dimensi saklar yang diakui

adanya realitas transendemental yang bersifat mutlak dan universal, melampaui ruang

dan waktu atau sering disebut sebagai realitas ke-Tuhan-an. Sedangkan pengertian dari

Islam Historis yakni, islam yang tidak bisa dilepaskan dari kesejarahan dan kehidupan

manusia yang berada dalam ruang dan waktu, Islam yang terangkat oleh konteks

kehidupan pemeluknya, berada di bawah realita ke-Tuhan-an.

Disamping konsepsi normatif dan hostoris untuk menentukan budaya arab dan

budaya Islam memungkinkan juga menggunakan konsepsi Ushul dan furu’. Hal Dogma

agama yang bersifat Ushul adalah normatif yang universal sehingga ini merupakan ruh

ajaran islam . Sementara aspek furu’ adalah nilai – nilai tradisi yang mengandung hal

hal yang bersifat furu’(Cabang) yang tidak bisa diterima secara mentah, akan tetapi harus

diambil nilai substansi yang meliputinya.

H. Sejarah Peradaban Seni Budaya Islam

Pertumbuhan dan perkembangan seni qasidah tidak terlepas dari gerak gerik

sejarah sehingga ia selalu hadir dan berdampingan dengan kebutuhan hidup manusia. Seni

qasidah dalam panggung sejarah terus memiliki dinamika dakwah ketika manusia berada

dalam kesunyian dan kesepian. Keadan inilah lahir seni sebagai penghibur jiwa manusia

yang lara.

Para sejarawan terdapat perbedaan pendapat tentang saat dimulainya sejarah

Islam. Secara umum perbedaan itu dapat dibedakan menjadi tiga macam. Pertama,

sejarah umat Islam dimulai sejak Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama kali.

Menurut pendapat ini, selama tiga belas tahun Nabi di Makkah telah lahir masyarakat

Muslim, meskipun belum berdaulat. Kedua, sejarah umat Islam dimulai sejak Nabi

Muhammad SAW hjrah ke Madinah, karena umat Islam baru berdaulat di Madinah.

Ketiga, Peradaban Islam dimulai sejak Nabi Adam karena semua Nabi yang diutus oleh

Tuhan kepada manusia, semuanya adalah Islam (Muslim).

Di samping perbedaan pendapat itu, sejarawan juga berbeda pendapat dalam

menentukan fase-fase atau periodesasi sejarah Islam yang dibuat oleh ulama Indonesia.

Page 28: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 27

Menurut A. Hasjmy membagi periodesasi sejarah Islam adalah sebagai berikut :33

Permulaan Islam (610-661 M), Daulah Amawiyah (661-750 M), Daulah Abbasiyyah I

(740-857 M), Daulah Abbasiyyah II (847-946 M), Daulah Abbasiyyah III (946-1075 M),

Daulah Mughol (1261-1520 M), Daulah Utsmaniyyah (1520-1801 M), Kebangkitan

(1801–sekarang). Berbeda dengan A. Hasjmy, Harun Nasution membagi sejarah Islam

menjadi tiga periode Yaitu masa Klasik (650-1250 M), Pertengahan(1250-1800 M) dan

Modern(1800-sekarang)34

1. Periode Klasik (650-1250 M)

Periode klasik antara tahun 650 -1250 M. Ini diawali dengan persoalan dalam

negeri Arab sendiri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab

yang tidak mau tunduk lagi terhadap pemerintahan Madinah. Hal tersebut disebabkan

Karena orang Arab menganggap bahwa perjanjian yang telah dibuat dengan Nabi

Muhammad telah batal, setelah wafatnya Rasulullah SAW. Setelah persoalan

dalam negeri selesai, maka Abu Bakar mengirim kekuatan keluar Arabia. Pada masa

kepemimpinan Umat Bin Khattab wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah

Arabia, Palestina, Syiria dan Mesir.

Periode klasik yang berlangsung sejak 650-1250 M. Ini dapat dibagi lagi menjadi

dua: pertama, Masa kemajuan Islam I, Masa kemajuan Islam I dimulai sejak tahun 650-

1000 M. Masa kemajuan Islam I itu tercatat sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW

dari tahun 570–632 M. Khulafaur Rasyidin dari tahun 632-661 M, Bani Umayyah dari

tahun 661-750 M., Bani Abbas dari tahun 750-1250 M. Dan Kedua,Masa disintegrasi

yaitu tahun 1000-1250.

2. Periode Pertengahan (1250-1800 M)

Periode pertengahan ini berkisar antara tahun 1250-1800 M. pada masa periode

ini merupakan masa kemunduran, dengan diawali jatuhnya kota Baghdad ke tangan

33 A. Hasjmy Sejarah Kebudayan Islam di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993) 55

34 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan ((Jakarta:Bulan

Bintang,1982) h. 12 - 14

Page 29: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 28

bangsa Spanyol, setelah Khilafah Abasyiah runtuh akibat serangan tentara Mongol,

kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis.

Pada tahun 1500-1800 M keadaan politik ummat Islam secara keseluruhan

mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar,

yaitu Kerajaan Utsmani di Turki, Kerajaan Syafawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di

India. Pada tahun 1700-1800 M, terjadilah kemunduran dari tiga kerajaan tersebut.

Selanjutnya periode pertengahan yang berlangsung dari tahun 1250-1800 M, dapat dibagi

ke dalam dua masa, yaitu:

Masa kemunduran I berlangsung tahun 1250-1500 M. Di zaman ini desentralisasi

dan disintegrasi serta perbedaan antara Sunni dengan Syi’ah begitupun juga antara Arab

dan Persia sangat mencolok. Dunia Islam terbagi menjadi dua, pertama, Arab. Bagian

Arab terdiri dari Arabia, Irak, Suria, Palestina, Afrika Utara, dan Mesir sebagai pusatnya.

Kedua, Persia. Kebudayaan Persia mengambil bentuk internasional dan dengan demikian

mendesak lapangan kebudayaan Arab.

Pendapat bahwa pintu ijtihad sudah tertutup makin meluas di kalangan umat

Islam. Demikian juga tarekat dengan pengaruh negatifnya. Perhatian terhadap ilmu

pengetahuan kurang sekali. Umat Islam di Spanyol dipaksa masuk KRISTEN atau keluar

dari daerah itu. Dan Kedua, Masa tiga kerajaan besar Masa Tiga Kerajaan Besar

berlangsung tahun 1500-1800 M yang dimulai dengan zaman kemajuan tahun 1500-1700

M dan zaman kemunduran II tahun 1700-1800 M. Tiga kerajaan yang dimaksud adalah

Kerajaan Ustmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Pada

masa kemajuan tiga kerajaan besar tersebut, masingmasing kerajaan mempunyai

kejayaan, terutama dalam bentuk literatur-literatur dan arsitek.

Di zaman kemunduran, kerajaan Ustmani terpukul oleh kekuatan Eropa, kerajaan

Safawi dihancurkan oleh serangan-serangan suku bangsa Afghan, sedangkan daerah

kekuasaan kerajaan Mughal diperkecil oleh pukulan-pukulan raja-raja India. Umat Islam

dalam keadaan menurun drastis. Akhirnya, Napoleon di tahun 1798 M, dapat menduduki

Mesir, yang pada saat itu sebagai salah satu peradaban Islam yang terpenting.

3. Periode Modern (1800-sekarang)

Page 30: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 29

Periode Modern dalam sejarah Islam bermula dari tahun 1800 M dan berlangsung

sampai sekarang. Diawal periode ini kondisi Dunia Islam secara politis berada di bawah

penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke-20 M Dunia Islam bangkit

memerdekakan negerinya dari penjajahan Barat.

Periode ini memang merupakan kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami

kemunduran di periode pertengahan. Pada periode ini dimulai bermunculan pemikiran

pembaharuan dalam Islam. Gerakan pembaharuan itu muncul karena dua hal yaitu:

1. Timbulnya kesadaran di kalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran asing yang

masuk dan diterima sebagai ajaran Islam.

2. Barat mendominasi Dunia di bidang politik dan peradaban, karena itu mereka

berusaha bangkit dengan mencontoh Barat dalam masalah-masalah politik dan

peradaban untuk menciptakan balance of power.

Periode modern tahun 1800 M dan seterusnya merupakan zaman kebangkitan

umat Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsyafkan Dunia Islam akan kelemahan

dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah tumbuh peradaban baru yang lebih

tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka Islam mulai

memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Di

periode Modern inilah timbulnya ide-ide pembaharuan dalam Islam.Ulama umumnya

memakai periodenisasi yang digunakan oleh Harun Nasution dalam membagi

periodenisasi sejarah umat Islam (Atang, Hakim dan Mubarok, 2000:139). Harun

Nasution memulai periodenisasi tahun 650 atau pada zaman Ustman karena pada

pemerintahan Ustman timbul berbagai macam pertentangan baik teologi maupun

pertentangan politik.

Berkaitan dengan babakan sejarah diatas ada beberapa catatan yang perlu

dicermati Masalah keterputusan periode klasik dengan masa Rasulullah. Harun memulai

periode klasik dari tahun 650 M, yang terkenal dengan masa Khalifah Usman (644–656

M). Pertanyaannya adalah mengapa tidak mulai sejak zaman Rasulullah (611–634) dan

tidak juga pada masa Khalifah Abu Bakar (632–634) dan Umar ibn Khattab (634–644

M).

Page 31: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 30

Padahal oleh banyak peneliti sejarah khususnya dari kalangan ummat Islam

sendiri dikatakan bahwa Rasulullah sampai masa Abu Bakar dan Umar merupakan masa

keemasan yang hakiki dari sudut komitmen ummatnya kepada Islam, bukankah

komitmen ke Islaman itulah yang melahirkan produk–produk kebudayaan Islam. Harun

memulai babakan itu dari masa Ustman, karena ia menitik beratkan pada saat dimana

pertentangan teologis dan politik mulai tumbuh dan mewarnai masa berikutnya. Karena

itu periodenisasi yang dirumuskan dimuka cocok bila titik berat diberikan sejarah

perkembangan pemikiran Islam.

B. Konsepsi Sejarah Islam

Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa yang

lampau atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi35

. Definisi ini lebih menekankan

pada materi peristiwa tanpa mengaitkan dengan aspek yang lainnya. Sedangkan dalam

pengertian yang lebih luas, sejarah adalah gambaran masa lalu tentang aktivitas

kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang disusun berdasarkan fakta dan

interpretasi terhadap objek peristiwa masa lampau36

.

Dari sisi epistimologis sejarah yang dalam bahasa arabnya disebut tarikh,

mengandung arti ketentuan masa atau waktu. Ada pula sebagian orang yang mengajukan

pendapat bahwa sejarah sepadan dengan kata syajarah yang berarti pohon (kehidupan),

riwayat, atau kisah, tarikh, ataupun history dalam bahasa Inggris. Dengan demikian

sejarah berarti gambaran masa lalu tentang aktivitas kehidupan manusia sebagai

makhluk sosial yang disusun berdasarkan fakta dan interpretasi terhadap obyek peristiwa

masa lampau , yang kemudian itu disebut sejarah kebudayaan.37

Sedangkan secara terminologi sejarah diartikan sebagai sejumlah keadaan dan

peristiwa yang terjadi dimasa lampau dan yang benar-benar terjadi pada individu dan

masyarakat. Adapun inti pokok dari persoalan sejarah pada dasarnya selalu berhubungan

dengan pengalaman-pengalaman penting yang menyangkut perkembangan keseluruhan

35Poerwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1992)887

36Sidi Gazalba,Azas Kebudayaan Islam,(Jakarta; Bulan Bintang 1978) 2

37Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah,(Jakarta; LOGos, 1999),2-3

Page 32: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 31

keadaan masyarakat. Untuk itu sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa itu sendiri

melainkan tafsiran-tafsiran dari peristiwa, dan pengertian mengenai hubungan-hubungan

nyata dan tidak nyata yang menjadi seluruh bagian serta memberikan dinamisme dalam

waktu dan tempat tertentu. 38

Sejarah Islam adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh

terjadi pada masa lampau yang seluruhnya berkaitan dengan agama Islam. Agama Islam

terlalu luas cakupannya, maka sejarah Islam pun menjadi luas cakupannya. Di antaranya

berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan, dan penyebaran Islam,

tokoh-tokoh yang melakukan perkembangan dan penyebaran agama Islam, sejarah

kemajuan dan kemunduran yang dicapai umat Islam dalam berbagai bidang, seperti

dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik,

pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya.

Dengan demikian, sejarah Islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang

benarbenar terjadi yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan Islam dalam

berbagai aspek. Dalam kaitan ini, maka muncullah berbagai istilah yang biasanya

digunakan untuk sejarah itu, di antaranya: Sejarah Islam, Sejarah Kebudayaan Islam dan

Sejarah Peradaban Islam .

C. Identitas Kebudayaan Islam

Dalam ilmu antropologi, kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat

yang mendalam dari suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi dari kemajuan

mekanis dari teknologi hal demikian lebih berkaitan dengan konsepsi peradaban. Kalau

kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, agama dan moral, maka

peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan teknologi. Kebudayaan mempunyai tiga

wujud: Pertama, Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek individu,

gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Kedua, Wujud kelakuan,

yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas kelakuan berpola dari manusia

dalam masyarakat. Ketiga, Wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda

38 Sayyid Quthub, Konsepsi Sejarah dalam Islam,(Jakarta;Pedoman ilmu Jaya , 1992, cet II,) 40-55,

Terjemahan Tarikhuna fi dzou’il al Islam, penerjemah Nabhan Husein

Page 33: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 32

hasil karya.

Para pakar sepakat bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dan cipta

masyarakat. Karya masyarakat akan menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan kebendaan yang

diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat

diabadikan untuk keperluan masyarakat. Karsa merupakan daya penggerak (Drive) untuk

memotivasi manusia dalam memikirkan segala sesuatu yang ada dihadapan dan lingkungannya.

Disamping itu Karsa masyarakat dapat merlahirkan norma dan nilai-nilai yang sangat perlu untuk

tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatan. Untuk menghadapi kekuatan-kekuatan buruk, manusia

terpaksa melindungi diri dengan cara menciptakan kaidah-kaidah yang pada hakekatnya

merupakan petunjuk-petunjuk tentang cara bertindak dan berlaku dalam pergaulan hidup.

Kebudayaan pada setiap bangsa atau masyarakat terdiri atas unsur-unsur besar

dan unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari satu keutuhan yang tidak dapat

dipisahkan. Menurut Selo Soemarjan dan Soelaiman unsur-unsur kebudayaan meliputi:

alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuasaan politik. Sedang unsur-unsur

kebudayaan menurut C.Kluckhon ---sebagaimana dikutip oleh Koentjaraningrat adalah:

a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, rumah, alat-alat transportasi)

b. Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi

c. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi, politik, hukum)

d. Bahasa (lisan dan tulisan)

e. Kesenian (seni rupa, seni suara, dan seni gerak)

f. Sistem pengetahuan

g. Religi (sistem kepercayaan).

Effat al-Sharqawi mengatakan bahwa seni budaya adalah bentuk ungkapan

semangat mendalam dari sebuah nilai yang terdapat dan mendarah daging pada suatu

masyarakat. Sedangkan manifestasi kemajuan mekanis dan tekhnologi lebih berkait

dengan peradaban. Selanjutnya Sharqowi berpendapat bahwa kebudayaan adalah apa

yang kita rindukan (ideal), sedangkan peradaban adalah apa yang kita pergunakan (real).

Dengan kata lain, kebudayaan terefleksi dalam seni, sastra, religi dan moral. Sedangkan

peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan tekhnologi.

Dalam kajian anthropologi, kita mengenal pengertian kebudayaan secara khusus

Page 34: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 33

dan secara umum. Menurut pengertian khusus, kebudayaan adalah produk manusia di

bidang kesenian dan adat istiadat yang unik. Sedangkan kebudayaan dalam pengertian

umum adalah produk semua aspek kehidupan manusia yang meliputi: sosial, ekonomi,

politik, pengetahuan filosofi, seni dan agama.

Taylor seorang ilmuwan Inggris, merumuskan kebudayaan sebagai keseluruhan

yang kompleks yang meliputi pengetahuan, dogma seni, nilai-nilai moral, hukum, tradisi,

sosial, dan semua produk manusia dalam kedudukannya sebagai anggota-anggota

masyarakat, termasuk dalam realitas ini adalah agama.

Adapun yang dimaksud dengan Kebudayaan Islam adalah cara berpikir dan

merasa Islam yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan

manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu inilah

pemahaman integralistik, menempatkan Islam sebagai sumber nilai dan motivasi bagi

tumbuhnya kebudayaan Islam. Dengan demikian yang dimaksud Sejarah Kebudayaan

Islam adalah gambaran produk aktivitas kehidupan ummat Islam pada masa lampau yang

bersumberkan pada nilai–nilai Islam. Hanya saja dalam berbagai risalah teks-teks

literatur yang ada seringkali penulisnya memberi narasinya dari segi politik. Ini

diasumsikan bahwa secara konseptual, dari sisi politik inilah sumber kebudayaan Islam

berputar.

D. Makna Peradaban Islam

Asumsi dasar yang bisa kita bangun, bahwa peradaban berasal dari kata adab yang

dalam pengertian ini mengandung pengertian tata krama, perilaku atau sopan santun.

Dengan demikian peradaban adalah segenap prilaku sopan santun dan tata krama yang

diwujudkan oleh umat Muslim dari waktu ke waktu baik dalam realitas politik, ekonomi

dan sosial lainnya.

Secara harfiah peradaban Islam itu terjemahan dari bahasa Arab al-khadlarah al-

Islamiyah, atau al-madaniyah al Islamiyah39 atau al-tsaqofah al Islamiyah, yang sering

juga diterjemahkan dengan kebudayaan Islam. Dalam bahasa Inggris ini disebut culture,

39 Ahmad Syalaby, Tarikh al Islamiyah al hadzarah al islamiyah,(Kairo; …. cetakan ke IV, 1978),

10

Page 35: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 34

adapula yang menyebutnya civilization. Di Indonesia, Arab dan Barat masih banyak yang

mensinonimkan antara peradaban dengan kebudayaan.

Disisi yang lain, akar kata madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal

berarti peradaban (civilization) yang berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city

base culture) atau kebudayaan kota (cultural of the city). Di kalangan penulis Arab,

sendiri.perkataan tamaddun digunakan-kalau tidak salah-untuk pertama kalinya oleh Jurji

Zaydan dalam sebuah judul buku Tarikh al-Tamaddun al-Islami (Sejarah Peradaban

Islam), terbit tahun 1902-1906. Sejak itu perkataan tamaddun digunakan secara luas

dikalangan umat islam.40

Di dunia Melayu tamaddun digunakan untuk pengertian peradaban. Di Iran orang

dengan sedikit berbeda menggunakan istilah tamaddon dan madaniyat. Namun di Turki

orang dengan menggunakan akar madinah atau madana atau madaniyyah menggunakan

istilah medeniyet dan medeniyeti. Orang-orang Arab sendiri pada masa sekarang ini

menggunakan kata hadharah untuk peradaban, namun kata tersebut tidak banyak

diterima umat Islam non-Arab yang kebanyaan lebih menyukai istilah tamaddun. Di

benua Indo-Pakistan tamaddun digunakan hanya untuk pengetian kultur, sedangkan

peradaban menggunakan istilah tahdhib.

Kata peradaban sering kali dikaitkan dengan kebudayaan, bahkan banyak penulis

barat yang mengidentikan ‚kebudayaan‛ dan ‚peradaban‛ islam. Sering kali peradaban

islam dihubungkan dengan peradaban Arab, meskipun sebenarnya antara Arab dan Islam

tetap bisa dibedakan. Adapun yang membedakan antara kebudayaan tersebut adalah

dengan adanya peningkatan peradaban pada masa jahiliyah yang berasal dari kebodohan.

Hal ini pada akhirnya berubah ketika Islam datang yang dibawa oleh nabi Muhammad

SAW di Arab. Sehingga pada masanya kemudian islam berkembang menjadi suatu

peradaban yang menyatu dengan bangsa Arab, bahkan berkembang pesat kebagian

belahan dunia yang lainnya, Islam tidak hanya sekedar agama yang sempurna melainkan

sumber peradaban islam.Peradaban merupakan kebudayaan yang berhubungan dengan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimana kebudayaan tersebut tidak hanya

40 Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi islam;dari klasik hingga modern,

(Yakarta;Rajagrafindo, 2004), VII - IX

Page 36: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 35

berpengaruh di daerah asalnya, tapi juga mempengaruhi daerah-daerah lain yang

menjadikan kebudayaan tersebut berkembang

Dengan merujuk pada narasi diatas, maka dapat dikonsepsikan bahwa Sejarah

Peradaban Islam adalah gambaran produk aktivitas kehidupan umat Islam pada masa

lampau yang benar-benar terjadi dalam aspek politik, ekonomi, dan tekhnologi yang

bersumberkan pada nilai-nilai ajaran Islam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

Peradaban Islam merupakan identitas ummat Islam sejak masa lampu.

E. Islam sebagai Sumber Budaya dan Peradaban

Sejumlah pihak mengatakan bahwa agama Islam setingkat dengan kebudayaan

Islam. Dalam frame tertentu ini dinilai para pakar Muslim hal yang dapat menyesatkan

dan mengacaukan citra dan kemurnian Islam. Dengan menyetingkatkan antara Agama

Islam dengan Kebudayaan Islam, maka ini berarti mereka telah menyetingkatkan antara

agama (yang berasal dari Allah) dengan kebudayaan (yang merupakan hasil cipta orang

Islam), yang berarti pula menyetingkatkan antara wahyu dengan akal. Berpendapat

bahwa kebudayaan Islam merupakan bagian dari din Islam ini berarti menunjukkan

bahwa ia telah memasukkan unsur-unsur yang aqli (hasil cipta orang Islam) ke dalam din

Islam, dan ini berarti pula bahwa mereka telah mencampur adukkan antara wahyu dengan

akal manusia.

Dalam pandangan kelompok fundamentalis, pola pemikiran dan ide demikian

dianggap sangat berbahaya dan menyesatkan, karena dalam akidah Islam telah dijelaskan

bahwa Islam seluruhnya adalah wahyu, tidak ada bagian-bagian kebudayaan Islam

didalamnya. Agama atau wahyu tidak setingkat dengan kebudayaan Islam, karena agama

atau wahyu berasal dari Allah sedangkan kebudayaan Islam merupakan hasil cipta, rasa

dan karsa manusia. Oleh karena itu, pemikiran dan ide itu harus ditolak dan tidak dapat

dibenarkan.

Sementara itu, para pemikir Barat juga memandang Islam sebagai produk

kebudayaan, misalnya disampaikan oleh H.A.R. Gibb yang mengatakan bahwa ‚Islam is

indeed much more than a sistem of theology it is a complete civilization‛ .(Islam

sesungguhnya lebih dari satu sistem teologi. Ia adalah satu peradaban yang lengkap).

Page 37: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 36

Pendapat Gibb ini patut apabila dikemukakan oleh kelompok orientalis, tetapi apabila

begitu saja ditelan mentah–mentah oleh ilmuan Islam akan melahirkan pemahaman yang

cukup rancu,

Memang diakui bahwa antara agama dan budaya adalah dua bidang yang

berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, akan tetapi keduanya berbeda. Agama bernilai

mutlak, tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat. Sedangkan budaya ,

sekalipun berdasarkan agama dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke

tempat. Sebagian besar budaya didasarkan pada agama, namun tidak pernah terjadi

sebaliknya, agama berdasarkan pada budaya. Oleh karena itu bisa dikatakan agama

adalah primer dan budaya adalah sekunder. Budaya bisa merupakan ekspresi hidup

keagamaan, karena itu kebudayaan sub ordinat terhadap agama, dan tidak pernah

sebaliknya. Agama pada hakekatnya mengandung dua kelompok ajaran yaitu:

Ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan melalui para Rasulnya kepada manusia yang

ajarannya terdapat dalam kitab-kitab suci. Karena merupakan wahyu dari Tuhan,

maka ajaran tersebut bersifat absolut, mutlak benar, kekal, tidak berubah dan tidak

bisa diubah.

Ajaran yang berupa penjelasan dari kitab suci (baik mengenai arti maupun cara

pelaksanaan) yang dilakukan oleh pemuka atau ahli agama. Karena merupakan

penjelasan dan hasil pemikiran pemuka atau ahli agama, maka ajarannya bersifat

relatif, nisbi, berubah dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman.

Dalam Islam, kelompok pertama terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist

Mutawatir. Al-Qur’an terdiri dari 6.300 ayat, tetapi yang mengatur tentang keimanan,

ibadah, muamalah dan hidup kemasyarakatan manusia, menurut penelitian ulama tidak

lebih dari 500 ayat. Ajaran dasar Islam (al-Qur’an dan al-Sunnah yang periwayatannya

shahih) bukan termasuk budaya, tetapi pemahaman ulama terhadap ajaran dasar agama

merupakan hasil karsa ulama. Oleh karena itu ia merupakan bagian dari kebudayaan.

Akan tetapi umat Islam meyakini bahwa kebudayaan yang merupakan hasil upaya ulama

dalam memahami ajaran dasar agama Islam, dituntun dan memperoleh petunjuk dari

Tuhan, yaitu al-Qur’an dan Sunnah. Hal inilah yang kemudian disebut sebagai

Page 38: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 37

kebudayaan Islam.

Islam dikemukakan oleh Bassam Tibi 41

yaitu bahwa Islam merupakan sistem

budaya. Menurutnya Islam sebagai sistem budaya terdiri atas berbagai simbol yang

berkorespondensi dan bergabung untuk membentuk suatu model untuk realitas. Meski

demikian dalam posisi tersebut agama tidak dapat dipenetrasikan secara eksperimental,

tetapi hanya sebatas interpretatif. Dalam agama, konsepsi manusia mengenai realitas

tidak didasarkan pada pengetahuan tetapi pada keyakinan terhadap suatu otoritas

ketuhanan yang terkonsepsikan dalam kitab suci (Al-Qur’an).

Al-Qur’an inilah yang mendasari semua bentuk realitas. Selanjutnya konsep–

konsep realitas yang dihasilkan manusia ini mengalami perubahan yang paralel. Adaptasi

dari konsep–konsep religiokultural dengan realitas yang berubah kemudian membentuk

suatu komponen sentral dalam asimilasi budaya untuk perubahan. Dengan cara itulah

perubahan terarah, karena orang tidak begitu saja memberikan reaksi terhadap proses

perubahan dengan menggunakan inovasi budaya.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa hakekat agama memiliki aspek ganda

yakni :

1. Memberikan arti terhadap berbagai aspek realitas sosial dan psikologis bagi para

penganut-penganutnya, sehingga mendapatkan suatu bentuk konseptual yang

obyektif.

2. Agama dapat berwujud oleh realitas dan pada saat yang sama membentuk realitas

yang sesuai dengan realitas. Artinya interpretasi simbol-simbol religiokultural

membentuk bagian realitas, karena simbol–simbol tersebut juga mempengaruhi

realitas. Pada saat yang sama perwujudan (pengamalan) dari simbol–simbol kepada

realitas empirik membentuk sebuah pola yang terstruktur dalam bentuknya yang

biasa dikenal dengan kebudayaan dan peradaban.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam adalah sumber dari kebudayaan

dan peradaban Islam yang ada. Landasan Peradaban Islam adalah Kebudayaan Islam,

terutama wujud idealnya. Jadi, Islam bukanlah kebudayaan akan tetapi dapat melahirkan

41Basssam Tibu, Islam Budaya dan Perubahan Sosial, (Jakarta, Tiara Wacana,…..)….

Page 39: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 38

kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka

Islam adalah realitas pewahyuan dari Tuhan.

Dengan mengambil tema Peradaban Islam bukan berarti masalah Kebudayaan

Islam menjadi tidak penting dalam studi Islam (Dirosah Islamiyyah). Masalah

Kebudayaan Islam penting sekali, karena ia merupakan landasannya. Oleh karenanya

mengkaji Peradaban Islam sama halnya juga mengakaji tentang Kebudayaan Islam.

Banyak penulis (Barat ataupun Timur) mengidentikkan antara Kebudayaan dan

Peradaban Islam dengan Kebudayaan dan Peradaban Arab. Pada masa klasik, pendapat

tersebut dapat dibenarkan, meskipun sebenarnya antara Arab dan Islam berbeda. Pada

masa Klasik, pusat pemerintahan hanya satu (yaitu bangsa Arab) dan untuk beberapa

abad sangat kuat. Peran bangsa Arab sangat dominan, sehingga ungkapan budaya yang

ada semuanya diekspresikan melalui Bahasa Arab, pada akhirnya terwujud kesatuan

budaya Islam.

Akan tetapi seiring berjalannya waktu, muncullah periode pertengahan dan

periode modern, dimana bangsa non Arab mulai berpartisipasi dan membina suatu

kebudayaan dan peradaban. Walaupun pada masa tersebut ummat Islam masih

memandang wilayah kekuasaan Islam adalah sebagai tanah airnya. Agama Islam masih

dilihat sebagai tanah air dan kekuasaan.

Berpartisipasinya bangsa non Arab dalam membina kebudayaan dan peradaban,

bukan disebabkan karena terjadinya disintegrasi antara kekuatan politik Islam dengan

beberapa kerajaan di dalam wilayah yang sangat luas, akan tetapi karena ungkapan-

ungkapan kebudayaan dan peradaban tidak lagi diekspresikan melalui satu bangsa.

Bahasa administratif pemerintahan Islam mulai berbeda-beda, seperti Persia, Turki,

bahkan peran orang Arab sudah menurun. Tiga kerajaan besar Islam pada periode

pertengahan tidak satupun yang dikuasai oleh bangsa Arab. Apalagi Islam sangat toleran

memperlakukan kebudayaan masyarakat setempat. Sejauh tidak menyimpang dari

prinsipprinsip ajaran Islam yang telah ada.42

Orang Islam dalam proses menciptakan dan mengembangkan kebudayaan harus

42 Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta;Rajagrafindo,1993):7

Page 40: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 39

mampu mempelopori dan membimbing terwujudnya kebudayaan yang belandaskan

Islam. Memelihara dan mempertahankan kebudayaan yang sudah ada selama

menunjukkan nilai yang positif dan berguna bagi kehidupan manusia, membuang nilai-

nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam dan menggantikannya dengan yang baru

yang sesuai dengan ajaran Islam (al-muhafadzah ‘ala al-qadim as-shalih, wal akhdzu bil

jadid al–Ashlah).

Inilah nilai dasar yang cukup signifikan untuk dipedomani bagi seorang Muslim

dalam menyajikan seni qasidah yang menaruh simpatik terhadap kajian seni Islam.

Sejarah seni budaya Islam diartikan sebagai perkembangan atau kemajuan kebudayaan

seni qasidah Islam dalam perspektif sejarahnya, dan peradaban Islam mempunyai

berbagai macam pengertian lain diantaranya,

Pertama: sejarah peradaban Islam merupakan kemajuan dan tingkat kecerdasan

akal manusia menemukan tangga nada dan aransemen musik yang dapat

mencerahkan jiwa yang dihasilkan dalam satu periode Nabi Muhammad SAW

sampai perkembangan kekuasaan Islam sekarang.

Kedua: sejarah peradaban seni qasidah Islam merupakan hasil-hasil yang dicapai

oleh umat Islam dalam seni suara, lapangan kesustraan, ilmu pengetahuan dan

kesenian.

Ketiga: sejarah peradaban Islam merupakan kemajuan politik atau kekuasaan

Islam yang berperan melindungi pandangan hidup islam terutama dalam

hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, nyanyian dan kebiasaan

hidup masyarakat menggunakan seni qasidah adalah cerminan bahwa seni qasidah

ada dinamika dakwah untuk mencerahkan manusia lewat seni qasidah.

Mencermati seni qasidah perlu menggunakan paradigma sebagai insrumen untuk

memotret sebuah realitas. Studi analisis yang akan digunakan adalah teori Ervin Gopman

yang dikenal dengan teori dramaturgis. Menurut Ervin Gopman bahwa prilaku manusia

di panggung belakang dan di panggun depan sangat berbeda, menurut perspektif teori ini

manusia itu seperti orang munafik sangat berbeda tampilan depan dan tampilan dilubuk

Page 41: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 40

hati yang sebenarnya.43

Teori dramaturgis inilah yang akan dijadikan alat analisis untuk

menganalisis fakta-fakta empiris yang tampak dalam prilaku semiman qasidah dan

penikmat seni. Melalui teori dramaturgis ini dapat diungkap keadaan sanggar sari el-

Muluk yang tampak di tengah masyarakat dalam menggerakkan seni qasidah di Maluku.

Selain itu seni qasidah sebagai dinamika dakwah dalam pagelaran seni qasidah

yang dilakukan Lembaga Seni Qasidah (LASQI) Provinsi Maluku menggelar berbagai

festival dan rapat kerja untuk meperbaiki cara pandang sebuah seni qasidah sebagai

media pencerahan spiritual dapat dijelaskan secara metodologis realitas aktivitas LAQSI

Provinsi Maluku sebagai praktisi seni dalam bentuk lembaga dan masyarakat Maluku

sebagai penikmat seni.

Menurut perspektif Marxian sebagai ahli sosiologi perubahan sosial

mengungkapkan bahwa perubahan tak terelakkan ketika ada kekuatan besar. Kekuatan

besar yang dimaksudkan di sini adalah kepentingan dalam sebuah organisasi. Menurut

Marxian setiap perubahan ada idiologi dan spirit laten yang menggerakkan sebuah

perubahan boleh jadi idiologi hedonisme, materialisme, dan kapitalisme.44

Dalam

paradigma dakwah Syekh Ali Mahfuz konsepnya adalah al-maslaha konsep ini

berpandangan bahwa setiap idiologi yang dianggap baik ketika idiologi itu memiliki

spirit rahmatalil’alamin yakni paradigma yang memiliki idiologi keselamatan secara

universal bagi seluruh umat manusia.45

Ini juga idiologi perubahan sosial.

43

Ervin Gopman, Dramatugis Communication diterjemahkan oleh Dedy Mulyana dengan Judul

Dramaturgi Komunikasi (Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 554.

44Marxian, Sosiologi perubahan Sosial Masyarakat (Cet. I; Yogyakata: Pustaka Pelajar, 2010), h.

213. Bandingkan dengan Pitor Stomka, Sosiologi Perubahan Sosial (Cet. I; Jakarta: Prenada, 2001), h. 351.

45Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah: Edisi Revisi (Cet. Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h.

216.

Page 42: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 41

Ekspresi jejak perubahan seni qaidah inilah yang perlu di telaah secara metodologis

apakah sesuai dengan prinsip-prinsip Al-Quran dan Sunnah atau peradaban seni budaya

Islam di Maluku telah terkontaminasi dengan peradaban moderen yang lebih

menonjolkan estetika tanpa menghiraukan pesan-pesan spirit pencerahan. Kajian ini

dieksplorasi dalam pembahasan selanjutnya ketika ingin mendapat petunjuk kondisi seni

qasidah di Maluku.

BAB III

DINAMIKA SENI QASIDAH DI KOTA AMBON

A. Dinamika Dakwah Dalam Seni Qasidah

Secara bahasa dinamika adalah semangat yang menggerakkan suatu benda.46

Sedangkan dakwah ajakan secara bijak kepada pencerahan manusia. Dari kedua kata ini

jika digabungkan menjadi dinamika dakwah yang bermakna pergerakan dakwah. Secara

pasti belum diketahui kapan dan tahun berapa pertama kali seni qasidah di Maluku serta

siapa tokoh utama dalam menggerakkan seni budaya qasidah di Maluku.

Dalam catatan sejarawan Maluku Saleh Putuhena mengungkapkan bahwa dinamika

dakwah dalam seni qasidah di Maluku berbaringan dengan datangnya para pencari

rempah-rempah yang datangan dari berbagai negara seperti dari Timur Tengah, Eropa

dan Asia Pasifik. Pelancong rempah-rempah ini datang di Maluku telah memiliki

peradaban seni budaya yang cukup tinggi sehingga mereka datang di Maluku bukan saja

mencari rempah-rempah tetapi menyebarkan seni budayanya sesuai tradisi dan ekspresi

seni yang dimiliki.47

Pesan-pesan agama ketika disampaikan dengan menggunakan lagu

qasidah akan lebih mudah diterima akrena banyak panca indra yang aktif saat menikmati

lagu qasidah.

Misalnya Islam dengan seni budaya Arab, Cina dengan Barongsainya, dan Eropa

dengan ekspresi kesesiannya yang kerap kali dinyanyikan saat mereka melakukan Ibadah.

46Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. IV;

Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h.355

47Saleh Putuhena, Makalah Ilmiah dipresentasikan di depan mahasiswa UIN Alauddin Makassar

2010.

Page 43: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 42

Imprealis dari berbagai negara inilah yang menanamkan pengaruh besar terhadap

pertumbuhan dan perkembangan Seni Budaya Islam di Maluku.

Selain itu ekspresi seni qasidah Islam dan Kristen di Maluku menurut Ibnu Jarir

menduga juga bahwa seni budaya Islam di Maluku dipengaruhi oleh budaya-budaya lokal

yakni pengaruh seni budaya Jawa misalnya totobuang itu adalah bentuk kesenian di Jawa

kemudian dikembangan dan disesuaikan dengan kebudayaan di Maluku sehingga lahirlah

seni budaya totobuang. Dalam padangan Hamza Silawane sebagai praktisi seni bahwa

totobuang itu berasal dari nama bunyi dari jenis tipa masjid saat azan mau

dikumandangkan. Seni musik itu yakni tok-tok bum sehingga diberi nama totobuang.48

Dinamika dakwah dalam seni qasidah adalah salah satu pilihan cara berdakwah yang

memiliki komunitas sendiri dalam mencerahkan jiwa masyrakat di kota Ambon.

Pandangan ini relevan dengan paradigma Derida ahli linguistik bahasa yang dikutip

oleh Alex Sober mengungkapkan bahwa budaya yang kuat memiliki potensi besar

memengaruhi budaya yang lemah. Misalnya pengaruh bahasa jawa di Indonesia yang

ditayankan di media massa kerap kali turut membentuk satu budaya baru di Indonesia

karena lebih mendominasi konstruksi informasi di dunia publik.49

Realitas itu tampak dalam ekspresi seni budaya di Maluku terdiri dari pengaruh

Eropa, Cina, dan Timur Tengah. Misalnya toto buang, hadrat, syawat, dan dana-dana.

Perkembangan ini sejalan dengan dinamika ekpresi seni budaya Islam di Maluku

memengaruhi warna seni saat ini. Menurut Budayawan Maluku Nur Tawainella, Des

Alwi, dan Hamadi B. Husain mengungkapkan bahwa Corak seni budaya Islam di Maluku

dilatarbelakangi oleh dua budaya besar yakni budaya Timur Tengah dan budaya lokal

Provinsi Maluku. Kedua seni budaya ini berakulturasi dengan budaya lokal di Maluku

sehingga seni qasidah tumbuh dan berkembangan memembentuk genetic baru yang di

kenal Seni Budaya Islam al-Muluk (SBIM). Semesta seni budaya Islam di Maluku

bersumber dari seni qasidah kemudian berkembang sesuai kebutuhan masyarakat Maluku

48Hamza Silawane, Praktisi Musik dan Ketua Sanggal Sari El-Muluk Provinsi Maluku, Wawancara

di Rumahnya di Keamatan Sirimau 3 Mei 2013.

49Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Cet. III; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. iii

Page 44: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 43

ekspresi budaya dan kondisi spiritual masyarakat Maluku yang tumbuh dan berkembang

sesuai konteks budaya masing-masing.

Perkembangan seni budaya Islam di Maluku tahun 70-an menurut tokoh-tokoh dan

praktisi seni budaya Islam di Maluku seperti: K.H Ali Fauji, Soleman Drachman,

Abdurrahman Kho, Ajit Bin Taher, Abdullah Pattilow, Hadi Basalamah, dan H. R Sanusi,

Abdullah Hamid. Mochsen Bahawaeres, Sedangkan kalangan Ibu-Ibu menggerakkan

qasidah lewat majelis ta’lim ketka perayaan maulid Nabi Besar Muhammad saw.50

Dari tokoh dan ulama Maluku ini ada dua tokoh yang berbeda pendapat dalam

mendefinsikan dan menapsirkan seni qasidah. Terminologi qasidah menurut H.R.Sanusi

qasidah itu adalah lagu Arab,51

sedangkan Soleman Drachman seni qasidah adalah semua

jenis lagu yang mengandung pesan pencerahan dan perbaikan jiwa manusia itu adalah

qasidah.52

Perbedaan kedua tokoh dan ulama ini akibat dari adanya perbedaan rumusan

dan definisi tentang qasidah sehingga melahirkan pemahaman yang berbeda tentang seni

qasidah.

Realitas ini menunjukkan bahwa Dinamika dakwah dalam seni qasidah cukup

signifikan ketika ada perayaan Islam. Pertumbuhan dan Perkembangan seni budaya Islam

di Maluku sangat dipengaruhi oleh rawi-rawi dalam nada di Barzanji. Pemikiran ini

sejalan dengan pandangan Hamza Silawane dan Ibnu Jarir sebagai praktisi seni qasidah

mengungkapkan bahwa proses perkembangan Seni Budaya Islam di Maluku diawali

dengan qasidah sebagai sumber mata air seni budaya seni budaya Islam. Qasidah itu

awalnya terdiri dari bacaan rawi barzanji kemudian menggunakan tifa, rebana, dan

gambus. Dari sinilah mulai seni qasidah itu tumbuh dan berkembang. Menurut Syarifudin

sebagai peneliti seni budaya Islam di Maluku bahwa pertumbuhan dan perkembangan

seni budaya Islam di Maluku khususnya Qasidah terdiri dari dua model antara lain;

50Nur Tawainellah, Budayawan Maluku wawancara oleh penulis 23 Januari 2013 di Kementrian

Agama Balai Diklat Provinsi Maluku.

51H.R. Sanusi, Imam Besar Masjid Al-Fatah Ambon Budayawan Maluku wawancara oleh penulis 23

Januari 2013 di Kementrian Agama Balai Diklat Provinsi Maluku.

52Pensiunan Pegawai kementrian Agama Provinsi Maluku wawancara oleh penulis 23 Juli 2013 di

Rumahnya Jalan Permi Ambon Waihaong

Page 45: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 44

1) Perkembangan secara parsial; yakni perkembangan Seni qasidah Islam yang

tumbuh jika ada momentum perayaan hari besar Islam. Ekspresi seni budaya Islam

tumbuh secara alami saat perayaan Islam tiba. Hal ini tampak saat usai Idul Fitri

lebaran tujuh hari di Desa Mamala Kabupaten Maluku, Abda’u di Desa Tulehu

pasca lebaran Idul Adha, Syawat, hadrat, Dana-dana, Bambu gila, Qasidah

moderen, qasidah klasik, dan Qasidah kolaborasi.

2) Perkembangan secara organisasi; Model perkembangan Seni Budaya Islam di

Maluku dalam bentuk sanggar-sanggar dari komunitas-komunitas musik pada tahuh

1980-an lahir dari komunitas Remaja masjid kemudian membuat sanggar sehingga

muncullah komunitas seni budaya dalam bentuk sanggar. Komunitas sanggar inilah

membentuk satu organisasi dengan nama-nama Sanggar seperti; Sanggar Mawar

Jingga, Sanggar Al-Amri, Mawar Jingga, Sanggar As-Syukur, dan Sanggar el-Sari

Muluk yang dibentuk oleh Ny. Retty Assegaf.

Realitas perkembangan Seni qasidah Islam di Maluku dalam perspektif Muhammad

Aji salah satu Kasubag bidang Kesra di pemerintah mengungkapkan bahwa

perkembangan seni budaya Islam di Maluku tumbuh dan berkembang sesuai momentum

secara alamiah seni budaya qasidah di Maluku belum maksimal dikelolah secara

profesional hal ini terjadi di komunitas Islam dan Kristen. Perkembangan dan

pertumbuhan ini juga menurut pandangan praktisi seni budaya Islam di Maluku yang

banyak menggerakkan dakwah Islam menggambarkan bahwa seni budaya Islam di

Maluku banyak tumbuh dan berkembang secara alamiah berdasarkan respon sosial. Seni

qasidah Islam di Maluku tumbuh berdasarkan kondisi kebatinan dan budaya masyarakat

Maluku saat momentum perayaan dan festival qasidah. Selain itu setiap bulan suci

ramadhan kerap kali dilakukan pertandingan lagu sahur oleh lembaga pemerintah dan

swasta.

Sampai saat ini pertumbuhan dan perkembangan seni budaya Islam di Maluku

belum maksimal dikembangkan sesuai konsep literasi tetapi lebih pada konsep non verbal

secara turun temurung dari warisan dari nenek moyang masyarakat Maluku. Seni budaya

Islam itu lahir secara spontan dari warisan orang tua yang memiliki genetik seni yang

Page 46: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 45

tinggi sehingga perkembangan dan pertumbuhan seni budaya Islam lebih banyak

diwariskan dalam bentuk non verbal yang diwarsikan secara turun-temurung. Hal itu

tampak di Banda salah satu Kabupaten Maluku Tengah ada tarian nyiru gila, totobuang,

dana-dana, sawat, hadarat, cuci parigi, menggurebe belang(perahu), dan berkembang

menjadi seni qasidah klasik. Semua jenis qasidah ini turut mewarnai pergerakan dakwah

Islam di Maluku.

Seiring dengan perkembangan seni budaya Islam di Maluku Ibnu Jarir salah satu

vokalis qasidah terbaik di zamannya juga mengungkapkan bahwa seni qasidah di Maluku

lahir dari mata air barzanji kemudian didukung oleh instrumen tipa dan rebana sambil

bersalawat kepada Rasulullah saw. Memuji Rasulullah saw dengan menggunakan

instrumen rabana. Perkembangan ini sangat semarak pada saat perayaan hari kelahiran

Rasulullah saw di Maluku.

Istilah Rektor IAIN Ambon Habullah Toisuta ketika memberikan sambutan pada

acara perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad saw mengungkapkan bahwa saat perayaan

kelahiran Rasulullah saw ekspresi masyarakat Maluku khususnya majelis ta’lim seakan-

akan kota Ambon di bungkus dengan berbagai macam perayaan seni budaya Islam

melalui rawi barzanji dengan berbagai jenis lagu, instrumen nada, dan ekspresi seni

budaya Islam sesuai daerah masing-masing.53

Perbedaan nada dan instrumen dalam

mengekspresikan barzanji ini sebagai tanda bahwa Maluku sangat kaya dengan

paradigma seni budaya Islam. Hal ini menunjukkan bahwa dinamika dakwah Islam di

Maluku cukup tinggi lewat qasidah.

Kekayaan seni budaya Islam di Maluku tampak saat raker dan pertandingan pada

even-even nasional baik kristen maupun muslim di Maluku selalu menjadi juara. Realitas

ini menunjukkan bahwa jika praktisi seni budaya Islam di Maluku menata sumber-sumber

seni budaya Islam dan kristen sesuai dengan standar profesionalisme maka tidak mustahil

Maluku menjadi standar seni qasidah terbaik di dunia. Sehingga dapat di gambarkan oleh

Syarifudin bahwa jika Sulawesi terkenal dengan aksara lontara, sastra terpanjang di

53

Sambutan Ketika Majelis Ta’lim Ibu Darmawanita IAIN Ambon memperingati hari kelahiran

Rasulullah saw. 2013 di rektorat IAIN Ambon.

Page 47: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 46

dunia, Jawa terkenal dengan naskah jawinya, wayang maka Maluku terkenal dengan seni

qasidahnya.

B. Lirik Seni Qasidah Mengandung Pesan Dakwah.

Salah satu jenis muzik qasidah dan sastera tertua dalam Islam di Maluku adalah

qasidah. Bahkan jika dikaji dari sejarahnya, nilai-nilai seni ini sudah ada sebelum

kedatangan Islam di Provinsi Maluku. Orang Arab yang terkenal memilik cita rasa tinggi

terhadap puisi dan syair memperkenalkan qasidah sebagai sarana dakwah salah satu

bentuk syair yang diagung-agungkan mereka. Sampai saat ini komunitas turunan Arab di

Maluku masih tampak saat perayaan maulid dengan gambus, marwas, dan jenis musik

laninnya. Dalam masyarakat Islam di Maluku, Qasidah adalah bait-bait syair (terdiri

daripada 6-10 bait) yang memuatkan puji-pujian dan penghormatan kepada Alllah dan

Rasul-Nya.

Ketika Islam datang Maluku, kandungan qasidah berisi puji-pujian kepada Nabi

Muhammad saw. Qasidah kemudiannya dilagukan dengan iringan muzik rebana. Qasidah

moden sering dipertandingkan oleh LASQI Provinsi Maluku yang memiliki lirik bahasa

Arab dan bahasa Indonesia. Qasidah sering dikaitkan dengan muzik Arab atau gambus

yang diiringi rebana atau alat muzik khas Arab lain.

Seiring dengan kemajuan teknologi dan penerimaan orang Islam terhadap muzik,

qasidah turut mengalami modenisasi sehingga dikenal dengan qasidah moderen dan

qasidah klasik. Qasidah klasik adalah jenis qasidah yang memiliki personil 6-15 orang,

menggunakan rebana dan jenis muzik elektrik, sedangkan jjenis qasidah moderen

menggunakan fasilitas musik elektrik. Kedua jenis musik ini digunakan sebagai media

dakwah oleh komunitas muzik di Maluku.

Al- muhalhal bin rabiah al- tuglabi Para penulis sastera Arab berpendapat, orang

pertama yang mencipta qasidah ialah penyair Arab al- Muhalhal bin Rabiah al- Tuglabi

yang hidup beberapa tahun sebelum Nabi Muhammad SAW lahir.54

Qasidah kemudian

mengalami perkembangan ketika para penyair pra- Islam terkenal seperti Umru al-Qais,

54Oliver Leaman,an Introduction to classical Islamic philosophy ( Cambridge Universty Press,

2001), h. 201.

Page 48: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 47

Alqamah dan ubaid menulis syair-syair qasidah dan membacakannya di depan Kaabah.

Bahkan ada beberapa qasidah yang ditulis oleh Umru al- Qais yang menjadi sebahagian

daripada syair yang digantung di dinding Kaabah.

C. Rebana dan SDM Praktisi Seni Qasidah.

Pengertian rebana menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah gendang pipih

bundar yang dibuat dari tabung kayu pendek dan agak lebar ujungnya, pada salah satu

bagiannya diberi kulit.55 Fasilitas inilah yang digunakan untuk mengiringi shalawat dan

Barzanji. Biasanya lagu-lagu qasidah diiringi rebana dan tamborin. Rebana berfungsi

sebagai alat muzik yang mengiringi nyanyian lagu berlirik Islami berupa pujian terhadap

Allah swt dan Rasul-Nya. Sebagian besar kalangan praktisi qasidah di Maluku belum

memahami hakikat dan fungsi qasidah mereka sekedar bermain muzik tetapi pesan-pesan

ruhani belum diaktualisasikan seacra maksimal dalam prilaku kehidupan sehari-hari.

Dalam sejarah qasidah pelajaran yang didakwahkan oleh para ulama yang datang di

Maluku seperti Ibnu Batuta yang dikutip oleh Faisal bakti mengungkapkan bahwa

fungsinya adalah dakwah dan doa.56

Hal ini relevan dengan nama musik rebana. Rebana

berasal daripada kata rabbana, yang maksudnya wahai Tuhan kami (suatu doa atau pujian

terhadap Tuhan).

Qasidah mencapai kemuncaknya pada zaman Abbasiyah. Para penyair Islam

seperti al-Mutanabbi, tidak hanya mencipta syair qasidah, tetapi juga mengembangkan

ilmu yang menjadi kaedah penulisannya, yaitu 'ilm 'arud. Pada zaman Mamluk, qasidah

mendapat perhatian bersungguh-sungguh. Al-Busyiri, seorang penyair, mengarang

himpunan qasidah yang dikenali dengan qasidah Burdah. Qasidah ini memuatkan pujian

kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan syair lagu Qasidah berzanji yang kini popular

di kalangan masyarakat di Indonesia dan Malaysia, banyak dipengaruhi oleh buku

karangan al-Busyiri.

55Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ( Cet. IV;

Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h . 1275. 56

Andi Faisal Bhakti, Nation and Bilding Ulama Nusantara (Cet. II; Bandung: Teraju, 2010), h. 34.

Page 49: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 48

Seni Qasidah, Bertahan Ditengah Persaingan Industri Musik. Seni musik qasidah

atau irama gambus merupakan seni yang bernuansa Islam. Jenis musik ini dikenal juga

dengan sebutan musik padang pasir. Sebutan ini mengingat seni musik qasidah

bercirikan lagu-lagu dari Arab. Perkembangan seni musik qasidah di kota Ambon ini

cukup pesat sekitar era tahun 70-80 an. Lagu-lagu qasidah seperti Perdamaian, Indung-

indung, atau Jilbab-jilbab Putih masih populer di kalangan masyarakat. Seiring dengan

itu, pertumbuhan grup qasidah di kota Ambon juga banyak bermunculan. Namun

demikian, seiring dengan perkembangan industri musik, mulai tahun 90-an, perlahan-

lahan musik qasidah setelah pasca konflik mulai meredup dan secara otomatis pergerakan

dakwah juga kurang berkembang.

Bahkan hingga era tahun 2000-an hingga kini musik qasidah belum bisa

menggeser musik Islami seperti musik nasyid, dan pop Islami. Harus diakui, musik

religius makin kondusif dengan hadirnya nasyid sebagai perkembangan seni qasidah di

Maluku. Terutama setelah muncul kelompok vokal Raihan dari Malaysia yang turut

mempopulerkan nasyid di Ambon tahun 2003. Tak lama kemudian, grup nasyid asal

Malaysia pun membanjiri Indonesia. Sebut saja Rabbani, Hijjaz, Brothers, In-Team, atau

The Zikr dan masih banyak lagi. Grup nasyid domestik yang mengemas lirik religius

dengan pendekatan pop juga kian berkibar. Keadaan ini para praktisi muzik di maluku

sulit bersaing dengan musik di kota besar karena secara fasilitas mereka kurang

mendukung.

Ada Senandung Nasyid dan Dakwah alias Snada, Suara Persaudaraan, Izzatul

Islam, ar-Ruhul Jadid, atau Shoutul Harakah. Oya, Ruhul Jadid dan Izzatul Islam

terkenal sebagai grup nasyid yang mengobarkan semangat juang. Sejak saat itu,

popularitas nasyid kian booming. Bagi remaja muslim, nasyid udah jadi bagian dari

keseharian mereka. Gimana nggak, dengan variasi jenis musik, nasyid kini mampu

mewakili budaya remaja yang beragam. Semua aliran musik mampu diselami grup-grup

nasyid baru.57

57Ny. Rety Assagaf, Ketua Lembaga Seni Qasidah Provinsi Maluku Periode 2013-2017, wawancara

oleh penulis di Gedung Ismaic center Waihaong Ambon 12 Juli 2013.

Page 50: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 49

Lalu bagaimana perkembangan musik qasidah di Maluku? Ketua Lembaga Seni

Qasidah Indonesia (Lasqi) Provinsi Maluku Ibu Ny. Hj. Retti Assegaf mengungkapkan,

masyarakat Maluku sejak dulu sangat menggandrungi seni musik qasidah. Namun

demikian, harus diakui, penghargaan terhadap pelaku seni musik qasidah belum muncul.

Akibatnya, pelaku seni musik qasidah belum bisa hidup dari hasil bermusik qasidah.

‛Kalau mengandalkan penghasilan dari qasidah tentu tidak mencukupi. Hal ini juga

berdampak dalam industri lagu qasidah di Maluku sangat kurang.

Oleh karena itu, banyak grup-grup qasidah yang jatuh bangun. Bertahan saja

sudah cukup bagus,‛ kata pimpinan kata pimpinan LASQI Provinsi Maluku. Menurut dia,

hal ini berbeda dengan di Provinsi lain, terutama di Sumatera. Ia menyatakan,

penghargaan masyarakat terhadap musik qasidah sangat tinggi sehingga personilnya

mampu hidup dari bermain qasidah. Pandangan Rety Asagaf ini bahwa musik qasidah di

Maluku bisa bertahan lebih karena aktualisasi terhadap jiwa seninya. Menurutnya,

dirinya mengakui jika musik qasidah bagian dari ‛ruh dakwah‛ ketika ia terus

dikembangkan di Maluku dengan meningkatkan Sumber Daya Praktisi Musik di Maluku

maka kemasan dakwah juga ikut berkembang.

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) para pelaku seni qasidah haruslah

ditingkatkan agar mampu bertahan dan berkembang di tengah seni musik moderen yang

menekankan pada antroposentrism atau syahwat (emosi seni) dan melupakan seni

spiritualitas. Persaingan ini sangat berpengaruh pada seni qasidah yang didalamnya

mengandung pensa-pesan spiritualitas.

‚Untuk meningkatkan dan mengembangkan performance vokalis qasidah gambus

agar menjadi profesional dan mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan musik

qasidah di Indoensia maka media massa sebagai media dakwah perlu dimanfaatkan

pencitraan seni qasidah sebagai bagian dari industri musik Indonesia. Kualitas SDM para

pelaku seni qasidah harus ditingkatkan,‛ menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP

Lembaga Seni Qasidah Indonesia (LASQI), Euis Sri Mulyani, dalam sambutannya saat

Page 51: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 50

membuka Festival LASQI tingkat Provinsi Maluku tahun 2012, yang berlangsung di

Gedung Ashari, Al-Fatah Selasa (10/4) malam.58

Menurutnya, LASQI tidak hanya sebatas papan nama, tempat berkumpul para

seniman qasidah untuk kemudian menghibur dan menyenangkan diri, namun sejarahnya

memiliki visi dan misi sesuai Trilogi LASQI, yakni instrumen pengembangan

memasyarakatkan dan mempertahankan salah satu cabang seni sebagai salah satu alat

dakwah. Menjalin dan memperkokoh ukhuwah islamiyah, serta memantapkan wawasan

nusantara. ‚Karena itu, sadar akan hal ini, maka ini merupakan tanggungjawab setiap

umat muslim untuk membuka diri terhadap kehadiran dan eksistensi LASQI di tanah

air,‛ ujarnya.

Sementara itu Wakil Gubernur Maluku, Said Assagaf, dalam sambutannya

mengatakan, festival ini terselenggara sebagai momentum untuk memilih duta-duta

qasidah terbaik yang akan dipersiapkan untuk mengikuti Festival Seni Qasidah Tingkat

Nasional, sekaligus untuk mempersiapkan group qasidah terbaik Maluku yang nantinya

akan ditampilkan pada event MTQ Nasional XXIV, baik pada saat acara pembukaan dan

penutupan MTQ, maupun pada saat lomba MTQ berlangsung.59

‚Syair-syair yang terdapat dalam Seni Qasidah yang bernuansa islami, berisikan

tentang hal-hal positif yang mengajak orang untuk taat kepada ajaran-ajaran agama,

membangun budi pekerti dan akhlaq, serta melarang kepada bentuk kejahatan dan

kemungkaran,‛ tandasnya. Dalam hubungan ini, kata dia, jika Seni Qasidah dapat

tumbuh dan berkembang secara leluasa, maka tidak mustahil akan tumbuh nilai-nilai

yang bermanfaat bagi perkembangan tatanan dan sikap hidup dalam masyarakat, yang

penuh dengan cinta kasih, kebersamaan, etika, dan moral.

Seni Qasidah yang terwadahi dalam LASQI, memiliki peran strategis dalam

pembinaan generasi muda bangsa. Disisi lain melalui pengembangan seni qasidah ini,

diharapkan dapat menghasilkan musisi-musisi handal dan berkualitas serta mampu

bersaing di event nasional maupun internasional, sebagaimana yang telah ditunjukkan

58Aji Muhammad, Pegawai bidang Kesra provinsi Maluku dan sekretaris Sanggar Sari El-Muluk

Provinsi Maluku, wawancara oleh penulis 19 Agustus 2013.

59http://www.siwalimanews.com/post/kualitas_sdm_pelaku_seni_qasidah_harus_ditingkatkan#sthash

.7sHfwWFd.dpuf.

Page 52: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 51

oleh duta-duta qasidah Maluku pada Festival Qasidah Tingkat Nasional di Kota Ambon

Tahun 2007 dengan meraih predikat sebagai juara umum.60

‚Saya sangat berharap agar kiprah DPW LASQI Provinsi Maluku perlu terus

ditingkatkan lewat sanggar sari el-Muluk. LASQI sebagai lembaga membina qasidah

diprovinsi Maluku tidak sekedar membina generasi muda yang hanya bertumpu pada

prestasi dalam bidang seni qasidah semata, akan tetapi yang tidak kalah penting adalah

bagaimana melalui seni qasidah ini, LASQI dapat menciptakan generasi-generasi yang

berkualitas, berakhlaq mulia, berbudi pekerti luhur, kreatif dan inovatif, serta mampu

mendukung program-program pemerintah dibidang pembangunan mental spiritual, sesuai

azas dan tujuan keberadaan lembaga LASQI itu sendiri sebagai penggerak dakwah di

kota Ambon.

60http://www.siwalimanews.com/post/kualitas_sdm_pelaku_seni_qasidah_harus_ditingkatkan#sthash

.7sHfwWFd.dpuf

Page 53: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 52

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Lokasi Penelitian

Secara geografis Provinsi Maluku berjejer pulau-pulau kecil dengan panorama

alamnya yang indah. Provinsi ini memiliki berbagai macam bunyi, tangga nada, tarian

syawat, hadrat, dan berbagai macam tarian yang memiliki ekspresi seni yang cukup

tinggi. Khazanah seni budaya Islam yang tumbuh secara alamiyah ketika masyarakat

Maluku melakuakan Perayaan Hari Besar Islam.61

Kekayaan seni budaya ini

membutuhkan inventarisasi, penjelajahan, yang mendalam untuk mengeja dan memberi

nama, pengertian, dan definisi dari realitas seni budaya Islam yang tampak dalam lakon

pagelaran seni budaya Islam di Maluku. Karena luasnya ruang lingkup kajian seni budaya

islam maka penelitian ini terfokus pada seni qasidah saja yang sering dipentaskan

masyarakat Maluku saat perayaan hari besar Islam di Maluku.

Kota Ambon tempat LASQI menggerakkan seni budaya Islami yang berada di

tengah kota sepanjang pesisir dan dalam teluk Ambon, dan luas teluk Baguala yang

luasnya 277 km2 ini merupakan ibu Provinsi Kepulauan Maluku. Maluku dikenal di

dunia Internasional dikenal dengan nama Jaziratul Mulk(tanah raja-raja).62 Setiap

kepulauan di Maluku memiliki keragaman seni budaya budaya, kekayaan budaya ini

menunjukkan adanya dinamika sosial yang terpancar dari ekspresi seni budaya Islam

yang tampak pada di tengah masyarakat. Maluku pada masa lalu telah banyak bangsa

dari berbagai negara dari Timur Tengah, Eropa,63

dan yang bercocok tanam kebudayaan

dari berbagai negara sehingga banyak dialektika seni budaya Islam dan peristiwa sejarah

kemanusian dalam bidang seni budaya Islam.

Buah pikiran bangsa-bangsa dari berbagai negara seperti Arab, Cina, Portugis,

Inggris, India, Belanda, dan Jepang turut mewarnai sejarah seni budaya Islam di

61Muhammad Aji, Pengurus Sanggar Sari el-Muluk, wawancara oleh penulis di Rumahnya Kota

Ambon 19 Januari 2013.

62M. Shaleh Jamal (84 Tahun) Mantan Raja Larike di Kecamatan Leihitu Barat Wawacara tanggal

5 Januari 2012.

63Des Alwi, Sejarah Banda Neira; edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: Pustaka Al-Bayan, 2010), h.vii.

Page 54: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 53

Maluku.64

Hal inilah yang akan menjadi kajian dalam penelitian untuk merekam

pertumbuhan dan perkembangan seni budaya Islam di Maluku.

Maluku yang memiliki kekayaan khazanah kesenian yang bertebaran di berbagai

Kabupaten Kota sampai saat ini belum di inventarisir berapa jumlah jenis seni budaya di

Maluku yang dapat memberikan kontribusi kekayaan seni budaya Islam di Maluku. Jika

hal ini dapat dilakukan secara sistematis maka Provinsi Maluku dapat menjadi gudang

jenis musik qasidah terlengkap di dunia.65

Sampai saat ini jenis musik di Maluku belum

maksimal diinventarisir secara baik sehingga dikhawatirkan pertumbuhan dan

perkembangan seni budaya Islam di Maluku akan punah, dan diganti dengan seni modern

yang mengutamakan pola hidup materialistic, hedonisme, dan kapitalisme. Jenis muzik

ini kering dengan nilai-nilai spiritual yang dapat mencerdaskan jiwa manusia.

Demi mendapatkan satu paradigma baru cara menyuguhkan seni untuk kebutuhan

budaya dan batin maka perlu dilakukan inventarisasi seni budaya Islam di Maluku untuk

memberikan kontribusi arah yang jelas tentang seni budaya Islam di Maluku. Hal ini

perlu menjadi konsentrasi untuk meningkatkan pertumbuhan seni budaya qasidah Islam

di Maluku.

Secara historis masa budaya kolonialisme meninggalkan artefak sejarah sebagai

salah satu bentuk seni budaya. Kota Ambon sebagai tempat berdirinya LASQI telah

berdiri pada tahun 1500-1600 setelah benteng Nossa Seinhora da Annuciada didirikan

oleh penjajahan bangsa Belanda artefak benteng tersebut dirubah pada tahun 1602

menjadi Benteng Kastel Victoria.66

LASQI sebagai penggerak utama pergerakan seni

qasidah di Maluku akibat keterbatasan sumber daya sehingga banyak artefak seni budaya

yang belum terdokumentasikan akibat kurangnya dana dan sumber daya untuk

memetakan, menginventarisasi dan merekam jejak sejarah seni qasidah di Maluku.

Secara pasti belum diketahui kapan dan tahun berapa pertama kali seni qasidah

datang di Maluku, dan siapa tokoh utama dalam menggerakkan seni budaya qasidah di

Maluku. Tetapi dalam catatan sejarawan Maluku yakni Bapak Saleh Putuhena

64Abdullah Lausepa Mantan Raja Larike periode 1960-1998, wawancara dirumahnya 17 Oktober

2011. 65

Des Alwi, Sejarah Banda Neira; edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: Pustaka Al-Bayan, 2010), h.vi

66Des Alwi, Sejarah Banda Neira; edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: Pustaka Al-Bayan, 2010), h.11.

Page 55: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 54

mengungkapkan bahwa pengaruh seni budaya Islam di Maluku berbaringan dengan

datangnya para pencari rempah-rempah yang datang dari berbagai negara seperti dari

Timur Tengah, Eropa, dan Asia Pasifik.67

Pelancong rempah-rempah ini datang di Maluku telah memiliki peradaban seni

budaya yang cukup tinggi sehingga mereka datang di Maluku bukan saja mencari

rempah-rempah tetapi menyebarkan seni budayanya sesuai tradisi dan ekspresi seni yang

dimiliki. Misalnya Islam dengan seni budaya Arab, Cina dengan Barongsainya, dan Eropa

dengan ekspresi kesesiannya yang kerap kali dinyanyikan saat mereka melakukan Ibadah.

Imprealis dari berbagai negara inilah yang menanamkan pengaruh besar terhadap

pertumbuhan dan perkembangan Seni Budaya Islam di Maluku.

Perkembangan seni budaya Islam di Maluku dalam penelitian ini dipetakan menjadi

tiga gelombang. Pertama sebelum konflik dimulai pada tahun 1970, saat konflik pada

tahun 1999, dan sesudah konflik 2003 sampai sekarang 2013. Perkembangan sebelum

konflik seni qasidah cukup signifikan perkembangannya karena sanggar dan festival

tumbuh disemua Kabupaten/Kota dan tingkat kecamatan di Maluku. Khususnya di

Ambon Sanggar Al-Amri, Mawar Jingga, Asyukur, dan Sanggar Ponegoro. Semua

sanggar ini memiliki peran strategis menggerakkan dakwah melalui lirik lagu yang

dinyanyikan.68

Pada saat konflik pentas seni qasidah selama tiga tahun praktisi seniman

qasidah antara lain Hamza Silawane, Jefri banama, dan Salem hondua kurang melakukan

pentas sebagaimana meriahnya sebelum konflik.

Pada saat konflik sanggar ini mengalami degradasi yang cukup serius karena

hampir semua sanggar kurang mampu berkembang seperti sebelum terjadinya konflik.

Perkembangan sanggar pasca konflik mulai berkurang akibat tokoh-tokoh yang

menggerakkan seni qasidah eksodus ke berbagai daerah seperti Sulawesi, ternate, dan

Bau-bau. Menurut praktisi yang berkecimpung di dunia qasidah lebih banyak memikirkan

kebutuhan dasar dibanding membuat sanggar seni karena biaya yang cukup mahal dalam

membeli peralatan seni yang memenuhi standar. Selain itu peran pemerintah dalam

67

Saleh Putuhena, Sejarah Islam di Maluku di kuliahkan di Pascasarjana UIN Alaudddin Makassar

2010.

68Ibnu Jarir, Pengurus Sanggar Sari el-Muluk, wawancara oleh penulis di Rumahnya Kota Ambon 9

juli 2013.

Page 56: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 55

menggerakkan seni qasidah mulai berkurang sehingga para praktisi seni qasidah mulai

berkurang karena kompetisi dalam bentuk festival mulai berkurang.

Menurut Hamza Silawane sebagai praktisi seni qasidah Islam di Maluku, jika

mengungkapkan bahwa, jika kita ingin mengiventarisasi seni budaya qasidah kemudian

membuat database seni budaya Islam maka kita akan mendapatkan kurang lebih 99 jenis

qasidah rebana yang ada di Maluku. Kreativitas ini bertebaran diberbagai pulau-pulau

kecil di Maluku.69

Kekayaan seni budaya ini cukup besar ketika pemerintah melakukan

inventarisasi seni qasidah dengan berbagai macam coraknya yang tumbuh secara alamiah

di seluruh Kabupaten/Kota di Maluku.

Pernyataan Silawane ini jika dilihat dari aspek historisnya maka sangat

memungkinkan Maluku menjadi pusat kebudayaan dunia khususnya seni qasidah karena

Jeziratul Muluk pernah ditempati oleh berbagai ekspresi budaya dari berbagai negara. Hal

inilah yang menjadi asumsi bahwa kekayaan seni budaya Islam di Maluku diwarnai oleh

dari berbagai negara yang pernah bercocok tanam karifan seni budaya di Jeziratul

Muluk.70

Jejak seni qasidah itu tampak saat perayaan hari besar Islam dan kemerdekaan

Republik Indonesia ekspresi seni dipentaskan secara baik sehingga mampu menarik

perhatian masyarakat untuk menikmatinya.

Kondisi ini yang memacu motivasi pengurus LASQI (Lembaga Seni Qasidah Islam)

Provinsi Maluku. Ide ini lahir dari pertemuan Café Lela pada tanggal 19 Januari saat

melakukan diskusi untuk membicarakan konser pagelaran seni budaya Islam untuk

merayakan hari kelahiran Rasulullah saw. Dalam diskusi tersebut hadir pengurus LASQI

Provinsi Maluku antara lain saudara Ibnu Jarir, Hamza Silawane, Aji, dan Hasan Karim,

Manan Kiat, Gatot, dan Syarifudin.71

Materi pembicaraan seputar pagelaran seni budaya

Islam sebagai media dakwah karena mampu menggerakkan masyarakat Maluku

menikmati seni qasidah. Walalupun dalam penerimaan qasidah bagi masyarakat Maluku

69Hamza Silawane Praktisi Seni Lagu, wawancara oleh penulis di café Lela di Kota Ambon 20

Januari 2013.

70Abdul Latif, wawancara oleh penulis di Rumahnya di Batu Merah Kota Ambon 20 Januari 2013.

71Endang Giming, Praktisi Seni Tari, wawancara oleh penulis di café Lela di Kota Ambon 19 Mei

2013.

Page 57: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 56

cukup bervariasi sesuai kondisi kebatinan seseorang yang terpenting seni qasidah cukup

memberikan hiburan Islami di tengah masyarakat Maluku.

Kearifan yang Tuhan anugrahkan melalui seni qasidah di Maluku sampai saat ini

masih perlu dikembangan dan di dokumentasi dalam bentuk tulisan untuk mengetahui

pertumbuhan dan perkembangan seni qaidah dari tahun-ke tahun. Karena jika tidak

ditulis realitas perkembangan dan pertubuhan seni qasidah dikhawatrikan seni qasidah di

Maluku tidak bisa diprediksi perkembangannya secara baik diseluruh Kabupaten/Kota.

Inventarisasi seni qasidah di Maluku melalui riset akan memberikan kontribusi besar bagi

ilmuan dan praktisi seni melalui dokumentasi jejak masyarakat Internasional yang pernah

menjadikan Maluku sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dan tempat menanamkan

seni budayanya di Maluku. Seni qasidah di Maluku sangat urgent dikembangkan sebagai

bentuk kekayan seni budaya Islam di Maluku yang memiliki peran dalam menggerakkan

dakwah di Maluku.

LASQI (Lembaga Seni Qasidah Islam) Provinsi Maluku berkeyakinan bahwa jika

peradaban seni budaya Islam ini tidak direkam dalam sebuah tulisan yang rapi, maka

karunia Tuhan yang besar itu akan punah dan didominasi oleh imprealisme budaya global

yang menekankan seni hedonisme semata yang kering dengan semangat spiritualitas.

Kerpihatinan ini lembaga LASQI Provinsi Maluku perlu memliki kepekaan budaya untuk

merekam kembali jejak-jejak seni budaya Islam di Maluku yang akan diwariskan bagi

generasi selanjutnya.72

Tak dapat dipungkiri bahwa seni qasidah adalah jawaban dari seni

muzik yang dukonstruksi oleh peradaban dunia global yang terus berkembang melalui

berbagai multimedia.

Sampai saat ini, entah kapan peradaban moderen menyudahi gerakannya di dunia

ketiga termasuk Maluku. Ketika seni qasidah kurang mampu mempertahankan

eksistensinya maka gerakan seni dari imprealisme budaya global memporak-porandakan

struktur kearifan lokal seni budaya Islam di Indonesia termasuk seni budaya Islam di

Maluku. tujuannya para kapitalis dan imprealisme untuk merusak struktur sosial di

72Gatot Praktisi Seni, wawancara oleh penulis di café Lela di Kota Ambon 20 Januari 2013.

Page 58: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 57

tengah masyarakat dengan budaya materialisme dan cenderung melupakan semangat

spiritual.

Karena banyaknya artefak sejarah seni budaya Islam yang tersebar secara verbal di

kalangan umat Islam di Maluku maka LASQI provinsi Maluku berusaha

mendokumentasikan semua artefak seni budaya Islam di Maluku yang telah berproses

panjang di atas panggung peradaban sejarah kemanusiaan. Dari perjalanan sejarah

kemanusiaan dalam dunia seni budaya Islam di Maluku tidak semua dibahas dalam

kajian ini, karena pertimbangan waktu dan keterbatasan pembiayaan sehingga akan

merumuskan beberapa tema yang menjadi konsentrasi penelitian antara lain adalah:

B. Dinamika Dakwah dalam Seni Qasidah di Maluku

Sejak kedantangan bangsa-bangsa di Jeziratul Muluk sebagian kalangan

menjulukinya kota seni karena memiliki artefak seni budaya dan spirit pencerahan yang

dapat membentuk karakter masyarakat menuju sebuah peradaban yang berkeadaban

melalui karya-karya Ibnu Batuta yang mempersatukan para ulama nusantara melalui seni

qasidah yang bernuansa Arab.73

Fakta bahwa ada warisan budaya dari jaringan ulama

timur tengah dan nusantara yakni ungkapan budaya melalui nyanyian petuah-petuah

bijak orang Maluku atau disebut dengan istilah kafata/kabata.74

Ketika seni budaya Islam

di Maluku yang disusun secara maka ia memiliki sastra yang cukup tinggi. Realitas ini

menunjukkan bahwa dinamika dakwah dalam Seni Qasidah di Maluku cukup

memberikan kontribusi dalam mempertahankan nilai-nilai spiritualnya sebagai seni yang

Islami.

LASQI provinsi Maluku sebagao motor penggerakkan seni budaya Islami yang

berada di tengah kota memiliki peran yang cukup besar sehingga maju-mundurnya seni

qasidah di Maluku sangat tergantung pada semangat dari pengurus Lembaga Seni

Qasidah.75

Salah satu buah pikiran Ny Rety Assagaf adalah membuat sangar Sari el-

73

Andi Faisal Bhakti, Jaringan Ulama Nusantara (Cet. II; Bandung, Teraju, 2011), h. 201.

74Nur Tawainella, Budayawan dan Dosen Luar Biasa IAIN Ambon, wawancara oleh penulis di IAIN

Ambon 19 Desember 2012.

75M. Shaleh Jamal (84 Tahun) Mantan Raja Larike di Kecamatan Leihitu Barat Wawacara tanggal

5 Januari 2012.

Page 59: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 58

Muluku sebagai media praktisi seni untuk mencurahkan kemampuan seninya melalui

karya-karya seni yang dapat mencerhakan masyarakat Maluku. Gagasan ini kurang

berjalan secara maksimal karena biaya untuk menumbuhkan sanggar belum maksimal

sehingga sanggar-sanggar seni qasidah di Maluku belum berkembang secara maksimal.

Karya seni qasidah yang dipentaskan di maluku tidak terlepas dari warisan budaya

para leluhur dari Arab, Cina, Portugis, Inggris, India, Belanda, dan Jepang.76

Semua

bangsa-bangsa ini turut mewarnai citra seni qasidah Islam di Maluku.77

Hal inilah

dinamika dakwah dalam Seni Qasidah di Maluku cukup memberikan kontribusi nilai-

nilai spiritualnya sebagai seni yang Islami.

Maluku yang memiliki kekayaan khazanah kesenian yang bertebaran di bebragai

Kabupaten kota sampai saat ini belum di inventarisisr berapa jumlah jenis seni budaya di

Maluku yang dapat memberikan kontribusi kekayaan seni budaya Islam di Maluku. Jika

hal ini dapat dilakukan maka Provinsi Maluku dapat menjadi gudang jenis musik qasidah

terlengkap di dunia. Sampai saat ini jenis musik di Maluku belum maksimal

diinventarisir secara baik sehingga dikhawatirkan pertumbuhan dan perkembangan seni

budaya Islam di Maluku akan punah, dan diganti dengan seni modern yang

mengutamakan pola hidup materialistic dan gersang nilai-nilai spiritual. Demi

mendapatkan satu paradigma baru cara menyuguhkan seni untuk kebutuhan budaya dan

batin maka perlu dilakukan inventarisasi seni budaya Islam di Maluku untuk memberikan

kontribusi arah yang jelas tentang seni budaya Islam di Maluku. Hal inilah yang perlu

menjadi konsentrasi untuk meningkatkan pertumbuhan seni budaya Islam di Maluku

khususnya di Kota Ambon.

Proses penerimaan seni qasidah pada masa lalu melalui komunikasi verval dengan

menekankan pada sistematika syair yang disusun secara rapi dan pilihan kalimat yang

merdu. Selain itu dibawakan oleh para sastrawan yang memiliki citra baik dari aspek

keilmuan, budipekerti, dan akhlaq. Menurut pemikiran mereka bahwa karya dan ide yang

baik akan bisa keluar dari pribadi-pribadi manusia yang memiliki kecerdasan spiritual,

76Des Alwi, Sejarah Banda Neira; edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: Pustaka Al-Bayan, 2010), h.vii.

77Abdullah Lausepa Mantan Raja Larike periode 1960-1998, wawancara dirumahnya 17 Oktober

2011.

Page 60: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 59

intelektual dan moral yang tinggi. Ketika para semiman memiliki kompetensi ini maka

karya seni dapat memudahkan penerimaanya di tengah masyarakat. Ketika moral tidak

diindahkan lagi maka akan lahir karya seni yang hanya mengandalkan muzik tetapi pesan

spiritualnya dilupakan. Kondisi ini menjadi tantangan bagi LASQI Provinsi Maluku

dalam menggerakkan seni qasida sebagai sarana dakwah di Maluku yang cukup efektif

menggerakkan massa.

Pergeseran ini tampak dalam pertumbuhan dan perkembangan seni budaya Islam di

Maluku mengalami pergeseran nilai-nilai spiritualitas dan diduga adanya peran seni

budaya Eropa karena kekuasaan yang cukup sistematis dan didukung oleh kekuatan

politik yang cukup lama di Maluku maka seni qasidah di Maluku mulai berkurang

semangat spiritual dari khas musik Maluku. Realitas ini menjadi tantangan LASQI

Provinsi Maluku sebagai lembaga yang berkecimpung di dunia seni qasidah. Ketika

realitas ini dibiarkan pertumbuhan dan perkembangannya maka seni budaya Islam di

Maluku kurang berdampak pada media perbaikan spiritual tetapi akan memberikan ajang

perkelahian jika terjadi persaingan secara kompetitif. Hal ini tidak boleh terjadi untuk

mempertahankan identitas seni sebagai pusat pencerahan rohani bukan sekedar pentas

lirik dan musik tetapi ada semangat spiritual yang menjadi ruh dari sebuah seni qasidah

yang original.

Persaingan yang tidak sehat ketika potensi sektarianisme dalam memahami seni

mulai berubah menjadi superioritas seseorang. Provinsi yang berjejer pulau-pulau dan

teratur panorama alamnya oleh pulau-pulau kecil dan dipisah oleh lautan yang biru

memiliki berbagai macam bunyi, tangga nada, tarian syawat, hadrat, dan berbagai macam

tarian yang memiliki citra seni yang cukup tinggi ketika penerimanya memahami dan

memaknai seni itu sebagai media mencapai ketakjuban pada Pencipta Seni yaitu Allah

swt. Dikatakan memiliki citra seni yang cukup tinggi karena banyak pesan dialektika seni

qasidah yang membutuhkan penjelasan, penjelajahan, yang mendalam untuk mengeja dan

memberi nama, pengertian, yang tampak dalam lakon seni budaya Islam di Maluku.

Keadaan ini membutuhkan seniman yang pandai menyuguhkan seni qasidah yang dapat

memberikan pencerahan kepada masyarakat.

Page 61: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 60

Menurut Hamza Silawane sebagai praktisi seni budaya Islam di Maluku

mengungkapkan bahwa, jika kita ingin membuat database seni budaya Islam maka kita

akan mendapatkan kurang lebih 99 jenis bunyi musik yang ada di Maluku yang

bertebaran diberbagai pulau-pulau kecil di Maluku.78

Jumlah ini cukup besar, inilah yang

disebut oleh para peneliti seni bahwa Maluku adalah perpustakaan hidup yang

monumental. Kekayaan paradigma seni qasidah Islam bila didokumentasikan secara rapi

dan sistematis sebagai warisan generasi selanjutnya. Ketika seni qasidah ini menjadi

warisan maka pentas seni pada generasi selanjutnya juga akan disemangati oleh nuansa

dakwah sebagai alat komunikasi spiritual bagi umat Islam di Maluku.

Pentas seni budaya di Maluku masih banyak seni qasidah yang orisinil dan dapat

dipentaskan berdasarkan klaster dan daerah masing-masing di Maluku. Misalnya seni

qasidah hadrat, syawat, samra, semua daerah memiliki corak tersendiri. Kemajemukan

karakter seni ini membuktikan bahwa Maluku adalah gudangnya seni yang tidak pernah

dieja fakta-faktanya secara cermat dan sistematis. Hal inilah yang menjadi karifan seni

budaya sebagai dinamika dakwah yang efektif dan mudah diterima oleh masyarakat

lewat keindahan syair dan kemerduan arnasemen musik.

LASQI Provinsi Maluku berkeyakinan bahwa jika peradaban kearifan seni budaya

Islam ini tidak dihiraukan, tidak direkam dalam sebuah narasi, tidak dikembangkan maka

karunia Tuhan yang besar itu akan punah ditelan dan didominasi oleh penjajahan

moderen. Kerpihatinan ini tentunya tidak berbuah peradaban bagi generasi selanjutnya

jika LASQI Provinsi Maluku tidak memliki kepekaan budaya untuk merekam kembali

jejak-jejak seni budaya Islam di Maluku. Bagi praktisi dakwah Maluku adalah kota seni

dan pendekatan dakwah yang baik ketika mubalig menyampaikan dengan seni qasidah.

Sebagai contoh imam besar masjid al-fatah ketika mendengar lagu qasidah dari Umi

Kalsum jiwanya selalu bergetar memuji Allah, ini contoh bahwa seni memiliki citra

tersendiri dalam menyebarkan pesan-pesan dakwah di Maluku.

Kearifan dawkah yang berbasisi seni qasidah sampai saat ini, menghadapi tantagan

yang cukup berat dari imprealisme peradaban moderen dengan suguhan seni yang kering

78Hamza Silawane Praktisi Seni Lagu, wawancara oleh penulis di café Lela di Kota Ambon 20

Januari 2013.

Page 62: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 61

dengan semangat spiritual sehingga praktisi dan ilmuan seni qasidah menjaga budayanya

agar tetap lestari dan dapat dirasakan oleh generasi selanjutnya. Tak dapat dipungkiri

penjajahan budaya dari dunia global di dunia ketiga (negara muslim) termasuk Maluku

memporak-porandakan struktur kearifan lokal ketika seni budaya Islam tidak mampu

mempertahankan eksistensinya.

Maluku yang berjejer pulau-pula kecil yang bergandeng mesra laksana percikan

sorga yang itu dan sampai saat ini belum di data, ditata, dan belum ada sistem ketahana

budaya yang kuat dari penggalian ekspresi seni budaya Islam secara maksimal. Semangat

seni yang dinamika dakwah dalam Seni Qasidah di Maluku cukup memberikan kontribusi

dalam mencerahkan masyarakat Maluku.

1. Hubungan Seni qasidah dan Spiritualitas di Kota Ambon

Hubungan secara tidak langsung antara seni qasidah dengan karakter keagamaan

praktisi seni qasidah di kota Ambon secara sepintas tidak dapat dirasakan tetapi secara

parsial dapat dideskripsikan bahwa ada pergerakan dinamika dakwah dalam beberapa

aspek di kota Ambon misalnya aspek pada busana, aspek lirik lagu, dan aspek aransemen

musik. Hubungan spiritualitas antara lagu qasidah dan agama ketika menjelang bulan

suci ramadhan rekaman lagu qaisdah mulai semarak dipasaran. Hal ini menunjukkan

bahwa ada hubungan erat antara seni qasidah dengan pemahaman spiritualitas di tengah

masyarakat Maluku.

Ketika menggunakan reception theory Syekh Ali Mahfuz dalam menelaah ekspresi

seni qasidah di kota Ambon maka ada beberapa hal yang dapat diketahui antara lain;

Pertama, praktisi seni di Kota Ambon belum sampai pada level keyakinan pada

Tuhan. Hal ini berarti peran seni yang mereka lakoni belum maksimal

mencerdaskan kondisi spiritual.

Kedua; pada level prilaku praktisi dan penikmat seni belum mampu merubah pola

pikir dan tradisi hidup sesuai dengan tuntutan lirik lagu yang dinyanyikan lagu dan

instrumen musik hany sampai pada tepian jiwa dan akal semata, sehingga kurang

berimplikasi pada tata-tertib hidup atau bisa disebut belum maksimal memberikan

kontribusi pada kecerdasan syari’ah.

Ketiga; praktisi dan penyanyi serta penikmat seni belum mampu secara maksimal

merubah prilaku akhlaq. Realitas ini membuktikan bahwa seni qasidah di Maluku

hanya sebatas pentas. Dalam aspek lain seni qasidah mampu memengaruhi

Page 63: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 62

masyarakat untuk menyaksikan pentas tersebut. Gambaran realitas tersebut dalam

perspektif para ahli sastra qasidah memberikan gambaran bahwa pentas seni

qasidah mampu memberikan kontribusi dalam dinamika dakwah dalam beberapa

aspek tetapi belum mampu berimplikasi pada kecerdasan psikomotorik sesuia

pesan-pesa dakwah dalam syair-syair lagu yang dikemas dengan aransemen muzik

yang baik.

C. Peran Seni Qasidah Dalam Menggerakkan Dakwah

Penerimaan penikmat seni dari ketiga faktor tersebut menurut para ahli seperti

Hans Georg Gadamer yang dikutip oleh Nyoman Kutha Ratna memberikan gambaran

dan penjelasan bahwa peranan penikmat seni lebih memperhatikan pada sarana bahasa

tetapi belum pada implikasi pada prilaku, tetapi mampu memberikan pencerahan secara

kognitif.79

Pandangan menurut para ahli sasrta seni qasidah ini jika dilihat dari aspek

dakwah cukup memberikan dinamika dalam proses penyadaran busana, lirik lagu maka

syair lagu tersebut bisa dilagukan sehingga dapat berimplikasi pada level kognitif secara

efektif.

Dinamika dakwah dalam seni budaya qasidah di Maluku secara historis telah

berdiri pada tahun 1500-1600 setelah benteng Nossa Seinhora da Annuciada didirikan.

Saat didirikan pertunjukkan seni qasidah sudah mulai diperkenalkan oleh bangsa

Belanda.80

Karena banyaknya artefak sejarah seni budaya Islam yang tersebar secara

verbal di kalangan umat Islam di Maluku maka kami dari LASQI berusaha

mendokumentasikan semua artefak seni budaya Islam di Maluku yang telah berproses

panjang di atas panggung peradaban sejarah kemanusiaan.

Pemerintah kota Ambon menyiapkan konsep pagelaran seni budaya lokal sebagai

wujud implementasi penetapan Ambon sebagai kota musik. "Kami sedang menyiapkan

konsep pagelaran seni budaya lokal dengan menampilkan musisi lokal setiap bulan.

Kegiatan ini dilakukan sebagai wujud penetapan Ambon sebagai kota musik oleh

Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu dan Wali kota Ambon, Richard Louhenapessy

pada 8 Oktober 2011," kata Wakil Wali kota Ambon, Sam Latuconsina, Rabu.

79

Nyoman Kutha Ratna, Teori Metode dan teknik Penelitian Sastra: Dari Strukturalisme Hingga

Possturkturalisme Perspektif Wacana Naratif (Cet. X; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 164

80Des Alwi, Sejarah Banda Neira; edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: Pustaka Al-Bayan, 2010), h.11.

Page 64: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 63

Menurut dia, kegiatan ini berbentuk pagelaran seni budaya dan akan berlangsung

setiap bulan dan difokuskan di kawasan taman Pattimura dan Monumen Gong

Perdamaian Dunia (GDP). "Kegiatan yang dijadwalkan setiap awal bulan itu akan

dikoordinasikan dengan pihak ketiga, sehingga diharapkan menjadi industri baru bagi

pelaku seni di kota ini," katanya.

Pagelaran seni ini, kata Latuconsina, akan menampilkan beragam tarian,

kebudayaan dan musisi lokal sehingga dapat dinikmati warga kota maupun wisatawan

mancanegara. "Warga kota dapat menyaksikan pagelaran ini sebagai wujud pelestarian

budaya, sekaligus ajang promosi kepada wisatawan yang sedang berkunjung di Ambon,"

katanya.

Ia menjelaskan, kegiatan ini juga akan menjadi program pemerintah ke depan

sebagai sarana pengembangan pariwisata Ambon. "Fakta membuktikan orang Ambon

memiliki talenta bermusik dan kearifan lokal yang tinggi, karena itu kegiatan ini tidak

hanya menjadi wacana tetapi akan diwujudkan dalam atraksi seni," ujarnya. Diakuinya,

musik adalah bahasa universal yang mampu menembus segala perbedaan dan sekat yang

memisahkan hubungan persaudaraan.

"Musik juga mampu menjembatani hubungan serta perbedaan bahasa, suku dan

agama. Karena itu musik serta kebudayaan lokal harus dilestarikan dengan baik agar

tidak tergerus arus modernisasi," kata Latuconsina. Ia menambahkan, kegiatan ini juga

diharapkan menjadi pemersatu hubungan Pela Gandong antar warga kota Ambon paska

konflik antarwarga 11 September 2011. "Kita akan pakai ini sebagai saran pemersatu

hubungan persaudaraan sehingga segala bentuk upaya provokasi dapat ditepis dengan

kegiatan seni budaya," ujar Sam Latuconsina.

Dari perjalanan sejarah seni qasidah di Maluku dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan Sanggar dan LASQI Provinsi Maluku.

Tahun Nama Sanggar Nama Seniman

1970 Sanggar Angin Mamiri:

Pembinaan dalam sanggar ini lebih banyak

didominasi dari tradisi seni dari Sulawesi

Selatan yang dikenal dengan Seni

Orkestra.

Akmal,

Ibu Andi Firman

Page 65: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 64

1980 Sanggar Al-Munir:

Pembinannya di Gropu Qasidah di

Ponegoro dan Air Mata Cina. Tim ini

pertama kali berjumlah 60 peserta dalam

satu group kolaborasi. Dan batu Merah

Nn Nena, dan Husein

Jawana

Latif Wala, Ibu Lili

Kusuma

Abd. Rahman Kho

1980 Sanggar Air Salobar Pak Semarang

1980 Dalam group ini berkembangan menjadi

Group Nurul Bahri, dan Ristce di tana

lapang kecil (talake) dengan groupnya

mayangsari.

Jufri Walupi,

Ahmad Bahaweres,

Efendi Patti

1990 Pada tanhun ini Sanggar yang

bermunculan antara lain adalah :

- Sanggar Mawar Jingga di Tanah

Lapangan Kecil (Talake).

- Sanggar al-Amri di Poka yang

dimpimpin oleh Ibu Amiruddin

- Sanggar As-Syukur di ASTER

Ibu Amiruddin

1993 Semenjak dibentuknya Lembaga Seni

Qasidah Islam sistem perubahan

pembinaan mulai berubah menjadi sistem

seni qasidah klasik yang dikolaborasikan.

Ny. Hani Latuconsina

1996 Sejak on airnya TVRI Ambon

perkembangan seni budaya Islam di

Maluku Khusunya seni qasidah tumbuh

bagaikan jamur karena akan

mengekspresikan sanggarnya di dunia

pertelevisian.

Ny. Hani Latuconsina

1. Prestasi Seni Qasidah sebelum Konflik dan Pasca Konflik

Perkembangan seni budaya Islam khususnya Qasidah saat kerusuhan macet total,

hal ini disebabkan tidak adanya konsentrasi pada seni budaya saat itu karena semua

umat Islam di Sibukkan dengan peran antar agama yang di awali dengan kesenjangan

sosial dan politik turunnya Suharto sebagai presiden RI. Pada tahun 2000 Sekolah Tinggi

Agama Islam (STAIN Ambon) mempelopori munculnya kembali seni budaya Islam

dengan membuat tiga Group yang dikembangkan oleh Ibnu Jarir salah satu pegawai

STAIn yang mempunyai konsentarsi untuk mengembangan seni budaya Islam di Maluku.

Page 66: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 65

Pembinaan ini memberikan dampak positif karena dapat meraih juara 2 sebagai group

teraik pada pertandingan qasidah tingkat Nasional di Jakarta.

Setelah munculnya Lembaga pembinaan Qasidah yang bernama LASQI (Lembaga

Seni Qasidah Islam) pada tahun 2005 yang dipimpin oleh Ibu Hani Latukonsina Istri

wakil Gubenrnur Maluku (Memet Latuconsina) pada masa kepemimpinan Ibu hani

Latuconsina ini peserta Qasidah Provinsi Maluku mendapat juara III untuk qasidah

kolaborasi.

Pada tahun 2006 LASQI Provinsi Maluku mengikuti festival qasidah bintang

vokalis mendapat juara 1(satu) Putri (Fika Rumadai) dan juara III putra dan juara harapan

II. Pada tahun 2007 festival qasidah yang diadakan di Provinsi Maluku sebagai tuang

rumah mengikuti semua kategori dan Provinsi Maluku berhasil mendapat juara umum

dan pelaksanaan LASQI terbaik sejak adanya festival LASQI di Indonesia. Dengan

prestasi yang didapatkan sebagai berikut;

a. Festivasl Qasidah di Provinsi Maluku.

Juara I Kolaborasi Putri Kontingen Maluku

Juara I Bintang Vokalis Putra Dewasa Kontingen Maluku

Juara I Bintang Vokalis Putri Dewasa Kontingen Maluku

Juara Harapan III Bitang Vokalis Dewasa Putra Kontingen Maluku

Juara Harapan III Bitang Vokalis Dewasa Putri Kontingen Maluku

Juara Harapan I Klasik Remaja Putra dan Putri Kontingen Maluku

Juara Harapan I Klasik Dewasa Putri Kontingen Maluku

b. Festivasl Qasidah di Batam pada tahun 2009

Juara I Putra anak-anak (Abd. Rahman

Waraiya)

Kontingen Maluku

Juara I Bintang Vokalis Remaja Putri

(Nurul Toisuta)

Kontingen Maluku

Juara III Bintang Vokalis Remaja Putri Kontingen Maluku

Juara II Bintang Vokalis Anak-anak putra Kontingen Maluku

Juara III Qasidah Klasik Putra Kontingen Maluku

Juara Harapan I Remaja Klasik Putri Kontingen Maluku

Page 67: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 66

c. Festivasl Qasidah di Batam pada tahun 2010.

Juara III Bintang Vokalis Remaja Putra Kontingen Maluku

Juara III Bintang Vokalis anak-anak Putra Kontingen Maluku

Juara Harapa I Bintang Vokalis Anak-anak putra Kontingen Maluku

Juara Harapa I Bintang Vokalis Anak-anak putri Kontingen Maluku

Juara Harapa I Bintang Vokalis Dewasa Putri Kontingen Maluku

Dari penampilan dari tahun ke tahun provinsi Maluku mampu berkompetisi di

nasional bahkan di dunia Internasional di Turki.

2. Makna Filosofis Sanggar Sari el-MULUK.

Pengertian Sanggar Sari el-Muluk dari aspek etimologi terdiri dari kata ‚sari‛,

‚el‛, dan Muluk. Kata ‚SARI‛ dapat dimaknai bahwa seni itu lahir dan hadir dari budi

dan daya. Menurut Kamus besar bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai bahasa

bahwa kata budi itu adalah; membalas jasa, berbuat kebaikan untuk tanda terima kasih

atas kebaikan yang lahir dari sari patih nurani yang suci. yang bersumber dari sukma

yang murni dan mencerahkan. "el‛ dapat diartikan dalam filosofinya adalah spirit

kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan sosial. Ketiga kekuatan

inilah yang menjadi spirit memperjuangan dalam melayani dan memperjuangkan hak-hak

orang lain melalui pendekatan dan pelayanan seni budaya di Maluku. Dari nama ini

secara kognitif memiliki dinamika dakwah dalam Seni Qasidah di Maluku cukup

memberikan kontribusi dalam mempertahankan nilai-nilai spiritualnya sebagai seni yang

Islami.

Sementara makna ‚MULUK‛ dalam literasi Arab dimulai dari huruf ‚M‛yang

bermakna sesuatu tumpuan, dalam bahasa Inggris disebut something artinya sesuatu yang

penting. Tetapi jika disambung bermakna Kerajaan. Tepi spirit Muluk ini yang menarik

dimulai dari huruf ‚M‛ dalam huruf hijaiyyah ‚Mim‛ yang memiliki makna sesuatu

dalam sesuatu. Secara terminologi adalah ‚MULUKU‛ seseorang yang memiliki

kemampuan dan akan menjadi tumpuan umat manusia, karena spirit perjuangannya lahir

Page 68: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 67

dari keyakinan sugesti kemuliaan dan mampu menjadi payung keselamatan pada sesama

umat manusia.

Dari pergertian terminologi di atas dapat difahami bahwa Sari el-Muluk adalah;

Organisasi Seni Budaya yang memiliki spirit perjuangan yang memiliki kepedulian tinggi

untuk merawat, menjaga, mencerahkan, dan memelihara kekayaan peradaban seni budaya

di Provinsi Maluku. Argumentasi dari makna etimologi Sari el-Muluk tersebut sehingga

secara terminologi Sari el-Muluk adalah kreativitas yang lahir dari pikiran yang jernih

(saripatih madu) sehingga menghasilkan produk seni budaya yang lahir dari jiwa yang

bersih, memiliki berbudi pekerti yang dapat membuahkan karya seni yang memiliki

nilai-nilai etika dan estetika serta bermanfaat bagi pengembangan khazanah seni budaya

di Maluku.

Selain makna itu juga spirit kata sari el-Muluk lahir dari dua tokoh besar yang cinta

pada seni budaya di Maluku yaitu; Ir. Said dan Retty dari nama ini muncullah kata

‚SARI‛ sementara kata Al-Muluku itu Mereka berdua tinggal lama berkelana dengan

dunia seni sehingga dalam kondisi apapun kedua tokoh ini sangat peduli terhadap

pengembangan seni budaya di Maluku.81

Dari nilai-nilai etika dan estetika tersebut di atas sehingga dapat di makna secara

filosofis bahwa ‚saripatih seni budaya‛ adalah spirit yang lahir dari akar budaya yang

universal yang lahir dari rahim kebudayaan masyarakat Maluku sebagai kekayaan

peradaban di Indonesia.

Khazanah kekayaan seni budaya inilah sebagai salah satu pilar kekuatan

menggerakkan dan menjadikan Maluku sebagai destinasi wisata seni budaya di bagian

timur Indonesia. Hal ini sesuai tertuang dalam perjuangan sanggar LASQI Sari el-Muluk

di bawah pimpinan Ny. Hj. Retty Assagaf sebagai salah satu destinasi wisata spiritual,

intelektual, dan sosial, bagi dunia internasional dalam menggerakkan seni budaya di

Maluku sebagai salah satu kekayaan peradaban seni budaya di Indonesia.

3. Jejak Historis Ide dan Gagasan Sanggar

81

Muhammad Aji, Sekretaris Sanggar Sari El-Muluk Provinsi Maluku, wawancara oleh Penulis di

Rumahnya di BTN Kanawa 23 Mei 2013.

Page 69: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 68

LASQI Provinsi di bawah Pimpinan Ny. Hj. Retty Assagaf sebagai salah satu

destinasi wisata spiritual, intelektual, dan sosial. Hal ini tampak dari pikiran-pikirannya

dalam dunia seni budaya dalam menggerakan seni budaya khususnya seni budaya Islami

pada tanggal 4 Mei 2012. Materi rapat itu membahas tentang pemanfaatan kreativitas

pemuda yang tergabung dalam sanggar Sari el-Muluk dalam mengisi acara di MTQ ke-24

tingkat Nasional di kota Ambon. Hasil rapat tersebut melahirkan program sanggar Sari

el-Muluk untuk mengisi acara ramah tamah dan pawai ta’ruf pada pembukaan MTQ

Nasional di Provisi Maluku.

Pada tanggal 10 Mei 2012 di rumah kediaman Ketua LASQI Provinsi Maluku Ny.

Hj. Retty Assagaf menyepakati untuk dibentuk Sanggar yang diberi nama ‚Sari el-

Muluk‛ . Kata Sari adalah akronim dari nama tokoh besar di Maluku sejak kecil bergelut

dengan seni budaya dan ide-ide pikirannya dan petuah-petuah bijaknya selalu memiliki

filosofi yang lahir dari kapata-kapata dari warisan para leluhur yang memiliki kedalaman

spiritual seni yang sangat tinggi. Kesibukan yang padat tetapi pendekatan kearifan seni

budaya lewat sentuhan pikiran yang indah di tengah derasnya persoalan sehingga ia

digelar sebagai seniman Maluku.82

Di sebut seniman Maluku berdasarkan dilektika

kesenian dalam menata pikirannya dalam melayani sesama umat manusia.83

Setiap

pikirannya berakar dari mata air seni budaya Maluku, Pikiran-pikiran yang eksotik itu

sehingga direkam oleh Ny. Retty Assagaf bahwa nama Sangga tersebut adalah Sanggar

Sari el-Muluk.

Sanggar Sari el-Muluk ini lahir pada tanggal 19 Mei 2012 di rumah kediaman

Wakil Gubernur Provinsi Maluku Ir. Said Assagaf. Karena kepedulian yang tinggi pada

seni dan budaya maka para praktisi semiman di Maluku bersepakat memilih Ny. Hj.

Retty Assagaf sebagai ketua sanggar Sari el-Muluk di Provinsi Maluku. Pada hari itu

juga praktisi semiman Maluku yang telah lama bergelut di dunia seni Qasidah bernama

Hamja Silawane ditunjuk langsung oleh Ny. Hj. Retty Assagaf sebagai ketua Sanggar

dan Ibnu Jarir sebagai sekretaris sanggar. Setelah terbentuknya sanggar tersebut maka

82Ir. Said Assagaf dan Ny. Hj. Retty Assagaf

83Ibnu Jarir, Sekretaris Umum Sanggar Sari El-Muluk Provinsi Maluku, wawancara oleh Penulis di

Rumahnya 12 Mei 2013.

Page 70: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 69

ketua dan sekretaris yang telah ditunjuk segera membuat program untuk mengisi acara di

MTQ ke-24 di Kota Ambon.

4. Konsep Seni Qasidah

Jeziratul Muluk adalah kota seni karena memiliki artefak budaya dan spirit yang

tampak dalam ekspresi masyarakat Maluku. Secara geografis Provinsi ini berjejer teratur

panorama alamnya oleh pulau-pulau kecil, yang memiliki berbagai macam bunyi, tangga

nada, tarian sawat, hadrat, dan berbagai macam tarian yang memiliki ekspresi seni yang

cukup tinggi. Dikatakan memiliki ekspresi seni yang cukup tinggi karena banyak nilai

yang berlapis-lapis dialektika ekspresi seni yang membutuhkan penjelajahan untuk

mengeja dan memberi nama, pengertian, dan definisi yang tampak dalam lakon seni

budaya Islam.

Menurut Hamja Silawane sebagai praktisi seni budaya Islam di Maluku

mengungkapkan bahwa jika kita ingin membuat database seni budaya Islam maka kita

akan mendapatkan 500 jenis bunyi musik yang ada di Maluku yang bertebaran diberbagai

pulau-pulau kecil di Maluku.84

Jumlah ini cukup besar dan akan memberikan banyak

paradigma seni budaya Islam bila didokumentasikan secara rapi dan sistematis.

Pernyataan Silawane ini jika dilihat dari aspek historisnya maka sangat memungkinkan

karena Jeziratul Muluk pernah ditempati oleh berbagai ekspresi budaya dari berbagai

negara. Hal inilah yang menjadi asumsi bahwa kekayaan seni budaya Islam di Maluku

diwarnai dari berbagai warna negara yang pernah bercocok tanam seni budaya sehingga

Jeziratul Muluk kaya dengan paradigma dialetika khazanah eksotis dan resonansi budaya.

Kekayaan itu bisa musnah jika tidak ada kepedulian dari masyarakat, dan

pemerintah untuk mengumpulkan dan mendokumentasikan melalui riset ilmiah secara

maksimal. Kondisi ini yang memacu motivasi pengurus sanggar sari el-Muluk Provinsi

Maluku. Ide ini lahir dari pertemuan Café Lela pada tanggal 19 Januari saat melakukan

diskusi untuk membicarakan konser pagelaran seni budaya Islam, untuk perayaan maulid

Nabi Muhammad saw. Dalam diskusi tersebut hadir pengurus sanggar sari el-Muluk

84Hamza Silawane Praktisi Seni Lagu, wawancara oleh penulis di café Lela di Kota Ambon 20

Januari 2013.

Page 71: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 70

Provinsi Maluku antara lain saudara Ibnu Jarir, Hamja Silawane, Aji, Hasan Karim,

Gatot, Manan Kiat, Endang Gimin, Gatot, Salem Risa Hondua, dan Dr. Syarifudin.

Diskusi tersebut menarik untuk mencermati dalam meningkatkan khazanah seni

budaya Islam di Maluku dan di Indonesia pada umumnya. Ekspresi seni budaya Islam

sebagai kekayaan peradaban umat Islam di Maluku sebagai bentuk karunia Tuhan yang

perlu di dokumentasikan lewat diskusi ilmiah untuk memberikan pelajaran hikmah pada

umat manusia melalui pendekatan seni budaya. Semua kearifan yang Tuhan anugrahkan

kepada manusia melalui ekspresi seni budaya di Maluku sampai saat ini belum dikemas

secara baik sehingga destinasi budaya di Maluku masih perlu dikembangkan.

Pengembangan seni budaya di Maluku menurut Ny. Hj. Retty Assagaf sebagai

pembina mengungkapkan bahwa jika kearifan lokal seni budaya ini tidak dihiraukan dan

tidak direkam dalam sebuah tulisan maka karunia Tuhan yang besar itu akan punah.

Kerpihatinan inilah sehingga pemuda yang cinta pada seni budaya mulai digerekkan

sehingga lahirlah sanggar Sari el-Muluk di Provinsi Maluku. Melalui sanggar Sari el-

Muluk inilah kita memiliki kesadaran dan kepekaan seni budaya dengan merekam

kembali jejak-jejak seni budaya Islam di Maluku.

Sampai saat ini, entah kapan peradaban moderen menyudahi gerakannya di dunia

ketiga termasuk Maluku memporak-porandakan struktur kearifan lokal seni budaya Islam

di Indonesia termasuk seni budaya Islam di Maluku tujuannya para kapitalis dan

imprealisme untuk merusak struktur sosial di tengah masyarakat. Maluku yang berjejer

pulau-pula kecil yang bergandeng mesra laksana taman sorga sampai saat ini belum di

data, ditata, dan belum ada penggalian ekspresi seni budaya Islam secara maksimal.

Kota Ambon tempat sanggar Sari el-Muluk menggerakkan seni budaya Islami yang

berada di tengah kota sepanjang pesisir dan dalam teluk Ambon, dan luas teluk Baguala

yang luasnya 277 km2 ini merupakan ibu Provinsi Kepulauan Maluku. Maluku di dunia

Internasional dikenal dengan nama Moluccas (Seribu Pulau) atau Jaziratul Mulk(tanah

raja-raja).85 Setiap kepulauan di Maluku memiliki keragaman seni budaya budaya,

85M. Shaleh Jamal (84 Tahun) Mantan Raja Larike di Kecamatan Leihitu Barat Wawacara tanggal

5 Januari 2012.

Page 72: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 71

kekayaan budaya ini menunjukkan adanya dinamika sosial yang terpancar dari ekspresi

seni budaya Islam yang tampak pada di tengah masyarakat.

Maluku pada masa lalu telah banyak bangsa dari berbagai negara baik dari Timur

Tengah, Eropa, dan yang bercocok tanam kebudayaan dari berbagai negara sehingga

banyak dialektika seni budaya Islam dan peristiwa sejarah kemanusian dalam bidang seni

budaya Islam.

Buah pikiran bangsa-bangsa dari berbagai negara tersebut pentas sejarah di Maluku

sebagai pusat rempah-rempah dunia pada masa itu para pedagang dari Arab, Cina,

Portugis, Inggris, India, Belanda, dan Jepang.86

Semua bangsa-bangsa ini bermukim

dihampir seluruh pelosok Maluku yang juga turut mewarnai sejarah seni budaya Islam di

Maluku.87

Hal inilah yang akan menjadi kajian sanggar Sari el-Muluk Provinsi Maluku

untuk merekam pertumbuhan, perkembangan, dan keruntuhan seni budaya Islam di

Maluku.

Secara historis masa budaya kolonialisme meninggalkan artefak sejarah sebagai

salah satu bentuk seni budaya. Kota Ambon sebagai tempat berdirinya sanggar Sari el-

Muluk telah berdiri pada tahun 1500-1600 setelah benteng Nossa Seinhora dan

Annuciada didirikan oleh penjajahan bangsa Belanda. Artefak benteng tersebut dirubah

pada tahun 1602 menjadi Benteng Kastel Victoria.88

Semua bentuk arkeologi ini

merupakan artefak sejarah seni budaya Islam yang tersebar secara non verbal dan verbal

di tengah umat Islam di Maluku. Kekayaan inilah yang akan dijadikan sumber energi

untuk menggerakkan sanggar Sari el-Muluk serta berusaha untuk mendokumentasikan

semua artefak seni budaya di Maluku. Peradaban seni budaya ini jika di mulai pada tahun

1500 maka karya-karya seni budaya yang telah berproses panjang berumur 153 tahun,

telah berkipra di atas panggung peradaban sejarah kemanusiaan di Maluku, tetapi sampai

saat ini belum digali dan dikemas menjadi kekayaan seni budaya dan khazanah

intelektual bagi kemaslahan umat manusia.

86Des Alwi, Sejarah Banda Neira; edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: Pustaka Al-Bayan, 2010), h.vii.

87Abdullah Lausepa Mantan Raja Larike periode 1960-1998, wawancara dirumahnya 17 Oktober

2011.

88Des Alwi, Sejarah Banda Neira; edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: Pustaka Al-Bayan, 2010), h.11.

Page 73: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 72

5. Konsep Pagelaran Seni Budaya

Sanggar Sari el-Muluk binaan Ny. Retty Assagaf ini pertama kali dibahas

konsepnya pada tanggal 29 Desember 2012. Pengurus setelah mendapat ide-ide brilian

dari Ny. Retty Assagaf sebagai pembina sanggar Sari el-Muluk para pengurus sanggar

melakukan brainstorming untuk mencurahkan pemikiran yang cemerlang dari para

anggota sanggar yang telah memiliki pengalaman dalam membuat pagelaran seni. Model

diskusi yang dilakukan cukup tertib karena ada penetuan tema/topik oleh H. Muhammad

yang sering akrab dipanggil Aji ini cerdas menata diskusi sehingga setiap tema-tema

pembahasan mendapatkan kesimpulan yang berisi, padat, dan terukur dalam memaknai

ide dan gagasan Ny. Retty Assagaf dalam mengembangkan seni budaya Maluku dalam

sebuah pentas seni.

Selain itu juga gagasan-gagasan yang dilontarkan oleh Saudara Aji, Ibnu Jarir,

Hasan karim, Endang Gimin, Hamja Silawane, dan Nan kiat. Praktisi seni ini banyak

pengalamannya dalam membuat pagelaran sehingga semua ide itu disaring dan didebat

sehingga mendapatkan konsep pagelaran yang maksimal. Walaupun memang tidak

mudah menterjemahkan pemikiran dan keinginan Ibu Retty Assagaf dalam mewujudkan

sebuah pagelaran yang indah ditonton dan masyarakat mendapat pencerahan untuk selalu

menjadikan Rasulullah saw sebagai panutan dalam mendesain pola hidup yang damai

serta mengedepankan sifat akhlaqkul qarimah.

Para anggota sanggar Sari el-Muluk ini pertama kali melakukan diskusi penguatan

program di rumah café kampung Raja kopi Doloe yang berlokasi di Jl. A.M. Sangaji.

Ditempat inilah para pengurus sanggar yang juga sebagian besar adalah praktisi seni

budaya Islam masing-masing mencurahkan idenya dan pemikiran untuk mendapatkan

konsep yang terbaik tentang bagaimana cara mengemas kelahiran Rasulullah saw sampai

Nabi meninggal dunia.

Mendesain satu pegelaran akbar memang membutuhkan konsep pagelaran seni

budaya yang dapat memanjakan mata, telinga, dan perasaan para penontong untuk

mengingatkan kembali rasa cintanya pada Rasulullah saw sebagai suri tauladan dalam

memimpin alam semesta sehingga menguasai 1/5 isi permukaan bumi dalam jangka

Page 74: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 73

waktu 23 tahun. Menurut Ny. Retty Assagaf bahwa inspirasi spirit ketauladan-Nya

Rasulullah saw adalah kekuatan untuk membangun bangsa jika kita mampu menggali

sebagian spirit akhlak Rasulullah dalam memimpin maka masyarakat semua pasti

terlindungi hak-haknya sebagai umat manusia. Dari gagasan Ny. Retty Assagaf inilah

sehingga pagelaran sendratari dapat dikemas dalam retorika pagelaran kolosal.

No Materi Diskusi Kesepakatan Langkah yang

dilakukan

Duras

i

waktu

1 Penentuan

tema/topik

diskusi

Pegelaran sendratari

yang menceritakan

kelahiran Rasulullah

saw sampai beliau

meninggal dunia.

Semua pemikiran dan

argumentasi tidak

keluar dari tema yang

sudah ditentukan

5

Menit

2 Menentukan

target pencapaian

Acaranya harus besar

dan meriah serta

mampu memikat tamu

yang menyaksikan

pagelaran dakwah

melalui peringatan

Maulid Nabi besar

Muhammad saw.

Targetnya

mendramatisir keadaan

sejarah Nabi untuk

membangkitkan rasa

cinta masyarakat pada

Nabinya yang telah

memberi suritauladan

kepemimpinan yang

mengayomi semua

warna, suku, agama,

dan golongan.

Semua anggota

sanggar Sari el-Muluk

berhak mengeluarkan

ide agar untuk

tercapainya acara

pagelaran sendratari

maulid Nabi

Muhammad saw.

7

Menit

3 Penentuan

pendukung acara

pagelaran

Disepakati pendukung

acara sendratari kolosal

sebanyak 350

pendukung acara yang

diambil sekolah SMU

dengan kerjasama

dengan guru yang

menjadi pendamping

siswa saat melakukan

Membuat surat ke

sekolah-sekolah untuk

diadakan seleksi

peserta pendukung

acara sendra tari. 1

hari mengantar surat,

dan hari ke 3 datang

seleksi

3 Hari

Page 75: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 74

latihan.

5 Diskusi mencari

pendukung acara.

SMU, SMK

Muhammadiyah, SMK

Al-Wathan, Madrasah

Aliyah Wara (Kembang

Buton), SMU Al-Fatah,

SMU 13, SMU 11, dan

SMU Muhammadiyah.

Datang kesekolah

dengan melakukan

pendekatan

komunikasi empati

yang dipimpin oleh

Hamja Silawane

sebagai ketua Sanggar

Sari el-Muluk.

3 Hari

6 Mengelompokka

n pendukung

acara sesuai

bakatnya masing-

masing

Menyerahkan pada

pelatih masing-masing

agar dapat mengajar,

mengkoordir

pasukannya masing-

masing dalam

mendukung acara.

Memilih pendukung

acara yang tipe

penari, penyanyi, dan

tipe pembaca puisi

sesuai kebutuhan

acara yang dibuat dan

target pencapaian

yang akan di jangkau

sesuai kompetensi

siswa yang ada.

1 Jam

7 Penentuan uang

transport, dan

jadwal latihan.

Memaksimalkan

penggunaan dana

transportasi dengan

baik agar efisiensi dan

efektifitas dana bisa

mendukung acara lebih

maksimal

Membuat daftar hadir

agar uang transportasi

bisa maksimal

berfungsi dengan

baik.

15

Menit

8 Gladi kotor Semua pendukung

acara tampil maksimal

untuk mendukung acara

pagelaran sendra tari

yang baik

Melakukan korodinasi

sesuai tanggung

jawab-masing-masing

9 Pentas Sendratari Membangkitkan

semangat cinta

rasulullah saw

Tampil maksimal

dengan adanya

percaya diri

selesa

i

Dari ide-ide segar dari berbagai anggota sanggar sehingga langkah-langka program

untuk menyukseskan acara tersebut dengan jadwal latihan sebagai berikut:

No Materi Latihan Penanggung Jawab Tempat Latihan

1 Musik Salim Riza Hondua Islamic Center

Page 76: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 75

2 Tari Endang Gimin, Hasan Karim Islamic Center

3 Pengarah latihan Hamza Silawane Islamic Center

4 Koordinator Latihan Ibnu Jarir,

Abd. Muhammad (Aji)

Islamic Center

5 Pembuat Naskah

Latihan

Fahrurazi, Syarifuddin Islamic Center

6 Penata Rabbana Nan Kiat Islamic Center

Selain itu yang membentuk ekspresi seni budaya Islam dan Kristen di Maluku

menurut Ibnu Jarir menduga juga bahwa seni budaya Islam di Maluku dipengaruhi oleh

budaya-budaya lokal yakni pengaruh Jawa misalnya totobuang itu adalah bentuk

kesenian di Jawa kemudian dikembangan dan disesuaikan dengan kebudayaan di Maluku

sehingga lahirlah seni budaya totobuang. Dalam padangan Hamza Silawane sebagai

praktisi seni bahwa totobuang itu berasal dari nama bunyi dari jenis tipa masjid saat azan

mau dikumandangkan.

Seni musik itu yakni tok-tok bum sehingga diberi nama totobuang. Pandangan ini

relevan dengan paradigma Derida ahli linguistik bahasa mengungkapkan bahwa budaya

yang kuat memiliki potensi besar memengaruhi budaya yang lemah. Misalnya pengaruh

bahasa jawa di Indonesia yang ditayankan di media massa kerap kali turut membentuk

satu budaya baru di Indonesia karena lebih mendominasi konstruksi informasi di dunia

publik.

Realitas itu tampak dalam ekspresi seni budaya di Maluku terdiri dari pengaruh

Eropa, Cina, dan Timur Tengah. Misalnya toto buang, hadrat, syawat, dan dana-dana.

Perkembangan ini sejalan dengan dinamika ekpresi seni budaya Islam di Maluku

memengaruhi warna seni saat ini. Menurut Budayawan Maluku Nur Tawainella, Des

Alwi, dan Hamadi B. Husain mengungkapkan bahwa Corak seni budaya Islam di Maluku

dilatarbelakangi oleh dua budaya besar yakni budaya Timur Tengah dan budaya lokal

Provinsi Maluku.

Kedua seni budaya ini berinkulturasi sehingga tumbuh dan berkembangan satu

genetic baru yang di kenal Seni Budaya Islam al-Muluk (SBIM). Semesta seni budaya

Page 77: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 76

Islam di Maluku bersumber dari seni qasidah kemudian berkembang sesuai dengan

ekspresi budaya dan kondisi spiritual masyarakat Maluku yang tumbuh dan berkembang

sesuai konteks budaya masing-masing.

Perkembangan seni budaya Islam di Maluku tahun 70-an menurut tokoh-tokoh dan

praktisi seni budaya Islam di Maluku seperti: K.H Ali Fauji, Soleman Drachman,

Abdurrahman Kho, Ajit Bin Taher, Abdullah Pattilow, Hadi Basalamah, dan H. R Sanusi,

Abdullah Hamid. Mochsen Bahawaeres, Sedangkan kalangan Ibu-Ibu.89

Pertumbuhan dan Perkembangan seni budaya Islam di Maluku sangat dipengaruhi

oleh rawi-rawi dalam nada di Barzanji. Pemikiran ini sejalan dengan pandangan Hamza

Silawane dan Ibnu Jarir sebagai praktisi seni qasidah mengungkapkan bahwa proses

perkembangan Seni Budaya Islam di Maluku diawali dengan qasidah sebagai sumber

mata air seni budaya seni budaya Islam.

Qasidah itu awalnya terdiri dari bacaan rawi barzanji kemudian menggunakan tifa,

rebana, dan gambus. Dari sinilah mulai seni qasidah itu tumbuh dan berkembang.

Menurut Syarifudin sebagai peneliti seni budaya Islam di Maluku bahwa pertumbuhan

dan perkembangan seni budaya Islam di Maluku khususnya Qasidah terdiri dari dua

model antara lain;

3) Perkembangan secara parsial; yakni perkembangan Seni Budaya Islam yang tumbuh

jika ada momentum perayaan hari besar Islam. Ekspresi seni budaya Islam tumbuh

secara alami saat perayaan Islam tiba. Hal ini tampak saat usai Idul Fitri lebaran

tujuh hari di Desa Mamala Kabupaten Maluku, Abda’u di Desa Tulehu pasca

lebaran Idul Adha, Syawat, hadrat, Dana-dana, Bambu gila, Qasidah moderen,

qasidah klasik, dan Qasidah kolaborasi.

4) Perkembangan secara organisasi; Model perkembangan Seni Budaya Islam di

Maluku dalam bentuk sanggar-sanggar dari komunitas-komunitas musik pada tahuh

1980-an lahir dari komunitas Remaja masjid kemudian membuat sanggar sehingga

muncullah komunitas seni budaya dalam bentuk sanggar. Komunitas sanggar inilah

membentuk satu organisasi dengan nama-nama Sanggar seperti; Sanggar Mawar

89Nur Tawainellah, Budayawan Maluku wawancara oleh penulis 23 Januari 2013 di Kementrian

Agama Balai Diklat Provinsi Maluku.

Page 78: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 77

Jingga, Sanggar Al-Amri, Mawar Jingga, Sanggar As-Syukur, dan Sanggar el-Sari

Muluk yang dibentuk oleh Ny. Retty Assegaf.

Realitas perkembangan Seni Qasidah Islam di Maluku dalam perspektif

Muhammad Aji salah satu Kasubag bidang Kesra di pemerintah mengungkapkan bahwa

perkembangan seni budaya Islam di Maluku tumbuh dan berkembang sesuai momentum

secara alamiah seni budaya qasidah di Maluku belum maksimal dikelolah secara

profesional hal ini terjadi di komunitas Islam dan Kristen.

Perkembangan dan pertumbuhan ini juga menurut pandangan praktisi seni budaya

Islam di Maluku yang banyak menggerakkan seni budaya Islam menggambarkan bahwa

seni budaya Islam di Maluku banyak tumbuh dan berkembang secara alamiah

berdasarkan respon sosial sehingga seni budaya Islam di Maluku tumbuh berdasarkan

kondisi kebatinan dan budaya masyarakat Maluku.

Sampai saat ini pertumbuhan dan perkembangan seni budaya Islam di Maluku

belum maksimal dikembangkan sesuai konsep literasi tetapi lebih pada konsep non verbal

secara turun temurung dari warisan dari nenek moyang masyarakat Maluku. Seni budaya

Islam itu lahir secara spontan dari warisan orang tua yang memiliki genetik seni yang

tinggi sehingga perkembangan dan pertumbuhan seni budaya Islam lebih banyak

diwariskan dalam bentuk non verbal yang diwarsikan secara turun-temurung.

Hal itu tampak di Banda salah satu Kabupaten Maluku Tengah ada tarian nyiru

gila, totobuang, dana-dana, sawat, hadarat, cuci parigi, menggurebe belang(perahu), dan

berkembang menjadi seni qasidah klasik. Semua jenis qasidah ini turut mewarnai

pergerakan seni budaya Islam di Maluku.

Seiring dengan perkembangan seni budaya Islam di Maluku Ibnu Jarir salah satu

vokalis qasidah terbaik di zamannya juga mengungkapkan bahwa seni qasidah di Maluku

lahir dari mata air barzanji kemudian didukung oleh instrumen tipa dan rebana sambil

bersalawat kepada Rasulullah saw. Memuji Rasulullah saw dengan menggunakan

instrumen rabana. Perkembangan ini sangat semarak pada saat perayaan hari kelahiran

Rasulullah saw di Maluku. Istilah Rektor IAIN Ambon Habullah Toisuta ketika

memberikan sambutan pada acara perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad saw

Page 79: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 78

mengungkapkan bahwa saat perayaan kelahiran Rasulullah saw ekspresi masyarakat

Maluku khususnya majelis ta’lim seakan-akan kota Ambon di bungkus dengan berbagai

macam perayaan seni budaya Islam.

Fenomena ini tampak saat perayaan hari kelahiran Rasulullah saw ekspresi seni

qasidah sebagian masyarakat Maluku melalui qasidah rawi barzanji dengan berbagai jenis

lagu, instrumen nada, dan ekspresi seni budaya Islam sesuai daerah masing-masing.

Perbedaan nada dan instrumen dalam mengekspresikan barzanji ini sebagai tanda bahwa

Maluku sangat kaya dengan paradigma seni budaya Islam. Hal ini menunjukkan bahwa

dinamika dakwah dalam potensi seni budaya Islam di maluku cukup tinggi.

Kekayaan seni budaya Islam di Maluku tampak saat raker dan pertandingan pada

even-even nasional baik kristen maupun muslim di Maluku selalu menjadi juara. Realitas

ini menunjukkan bahwa jika praktisi seni budaya Islam di Maluku menata sumber-sumber

seni budaya Islam dan kristen sesuai dengan standar profesionalisme maka tidak mustahil

Maluku menjadi standar seni qasidah terbaik di dunia. Sehingga dapat di gambarkan oleh

Syarifudin bahwa jika Sulawesi terkenal dengan aksara lontara, sastra terpanjang di

dunia, Jawa terkenal dengan naskah jawinya, wayang maka Maluku terkenal dengan seni

qasidahnya.

Pengertian seni secara etimologi bermakna; halus, kecil, tipis, dan halus; 2 lembut

dan tinggi suara): suara biduanita itu sungguh -mungil dan elok, menyeni halus, lembut:

Lagunya seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi

kehalusannya, keindahannya. Seni adalah karya yang diciptakan dengan keahlian yang

luar biasa, seperti tari, lukisan, ukiran bangunan seni tentang keindahan dalam membuat

bangunan, belanja seni cara berbelanja, budaya perihal kesenian dan kebudayaan; lukis

seni mengenai gambar-menggambar dan lukis-melukis, pahat seni mengenai pahat-

memahat membuat patung, seni ukir, rupa seni pahat dan seni lukis; sastra seni

mengenai karang-mengarang (prosa dan puisi); suara seni olah suara atau bunyi

(nyanyian, musik, dsb). Tari seni mengenai tari-menari (gerak-gerik yg berirama) berseni

mempunyai rasa seni, mengandung nilai seni, kesenian perihal seni, keindahan seni

kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi (luar biasa); 2 orang

yang berkesanggupan luar biasa.

Page 80: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 79

Setiap raker yang dilakukan LASQI Provinsi pada tanggal 28 Mei 2013

memberikan gambaran dari lima Kabupaten/Kota belum tampak secara jelas memberikan

hasil yang maksimal pembinaan seni budaya Islam di Maluku akibat belum ada

manajemen sistem, panduan, dan silabi pembinaan yang permanen baik di tingkat madya,

muda, dan utama. Hal ini tampak saat raker LASQI di Kabupaten Buru banyak aifsial

memberikan masukan tentang tata cara pembinaan dan berbagai macam jenis seni

budaya Islam di Maluku masih berserahkan. Kekayaan seni budaya Islam di Maluku ini

belum ada inventarisasi jumlah dan jenis serta model pembiayaan di Kabupaten/kota.

Karena belum jelasnya sistem pembinaan dan pendanaan maka membutuhkan konsep

pembinaan dalam berbagai level perlu ada standar untuk menggerakkan seni Budaya

Islam di Maluku.

Peningkatan seni budaya Islam di Maluku dalam raker di Kabupaten Buru yang di

ikuti lima Kabupaten kota yaitu; kota Ambon, Kabupaten Buru, Buru Selatan, Seram

bagian Timur, dan Maluku Tengah. Dalam festival Qasidah pada tahun 2013 ini ada

enam Kabupaten yang belum ikut serta dalam festival Qasidah. Hal ini menjadi

tantangan bagi DPW LASQI Provinsi Maluku sehingga dalam festival berikutnya

diharapkan semua Kabupaten Kota ikut serta dalam festival Qasidah tersebut sebagai

tanda bahwa semua kabupaten/kota telah mengalami perkembangan Seni Qasidah.

Pengaruh budaya seni qasidah telah memberikan nilai-nilai dakwah dan komunikasi

untuk mencerahkan masyarakat melalui busana, karakter lagu, dan nada yang Islami.

Membuat masyarakat memahami agama, memberikan dampak silaturrahmi sosial antar

Kabupaten kota baik muslim mapun Kristen yang turut serta dalam memeriahkan

dakwah dalam media lagu Qasidah, melatih makharaj huruf para penyanyi tentang lagu

bahasa Arab.

1. Program pembinaan Sanggar el-Sari al-Muluk

a. Panduan Pembinaan Seni Budaya Islam di Maluku

- Panduan pembinaan Qasidah

- Panduan pembinaan Tari

- Panduan pembinaan syawat, hadarat, dan toto buang

- Panduan pembinaan sendratari.

b. Panduan baku tentang RENSTRA LASQI

c. Panduan Baku tentang festival.

Page 81: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 80

d. Standar Penilaian Seni Qasidah

2. Unsur-unsur penilaian dalam seni qasidah:

a. Power/bobot suara.

b. Teknik vokal

c. Artikulasi (fashaha).

d. Inprovisasi: mengembangkan lagu yang suda ada untuk lebih indah di didengar

e. Aksentuasi (pressering).

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Semakin halus teknik memainkan alat musik yang baik suaranya semakin tinggi

respon penonton dalam menikmati seni qasidah. Seni qasidah sekedar hiburan

biasa dan tidak memiliki peran apa-apa dalam mencerahkan jiwa. Seni qasidah

memiliki peran tersendiri dalam menggerakkan motivasi umat mencitai Nabi

Page 82: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 81

Muhammad saw. Realitas ini memiliki Dinamika Dakwah dalam mencerahkan

umat.Seni qasidah telah menjadi kebutuhan untuk mencerahkan dan

menggerakkan jiwa untuk takjub pada Allah swt. Level ini peran seni qasidah

dalam menggerakkan dakwah sangat efektif.

2. Peran seni qasidah Islam dalam menggerakkan dakwah sangat signifikan saat

datang bulan suci ramadhan dan ketika perayaan hari besar Islam. Dinamika

dakwah dalam seni qasidah memiliki peran strategis menyebarkan pesan-pesan

agama melalui lirik yang indah. Efektifitas seni qasidah dalam berdakwah karena

semua panca indra manusia diaktifkan untuk menikmati aransemen musik dan

lirik lagu yang dipentaskan oleh sanggar seni qasidah di Maluku.

Rekomendasi

1. Memasukkan Bahasa Daerah (petuah bijak, puisi dan peribahasa) sebagai mutan

lokal dalam pendidikan sekolah dasar sampai menengah, khususnya bagi daerah yang

belum merealisasikan.

2. Diknas dan lembaga yang terkait hendaknya dilakukan pendidikan dan pelatihan

pembuatan kurikulum penyusunan bahasa daerah dan memasukkan pembahasan

sastra lisan didalamnya (petuah bijak, puisi dan peribahasa).

3. Hendaknya kementrian agama, Pemprov, dan pemkab menabah atau mengadakan

kouta pengankatan guru bahasa daerah pada tingkat provinsi atau kabupaten di

wilayah KTI.

4. Guru mata pelajaran muatan lokal dapat diperhitungkan sebagai kewajiban jam mata

pelajaran di sekolah-sekolah (sertifikasi).

Page 83: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 82

5. Mengadakan diklat bagi guru bahasa Indonesia untuk mengintegrasikan petuah bijak,

puisi dan peribahasa daerah dalam materi pelajaran.

6. Melaksanakan program ‚ Gerakan Sehari Berbahasa Daerah‛ pada sekolah dan

intansi-instansi pemerintah.

7. Menggunakan petuah bijak, puisi dan peribahasa daerah dalam pidato atau

sambutan-sambutan pada acara pemerintahan.

8. Menggunakan bahasa daerah pada papan inforamasi di tempat-tempat strategis

9. Mengadakan lomba karya tulis ilmiah dengan tema petuah bijak, puisi dan

peribahasa daerah.

10. Seyogyanya dilakukan penelitian lanjutan tentang sastra lisan yang mendalam dan

lebih spesifik pada satu tema.

11. Kepada Lembaga Sekolah. Menggalakkan kegiatan perlombaan degan tema petuah

bijak, puisi, pantun dan peribahasa bagi anak-anak sekolah.

12. Perlu ada Peraturan Daerah tentang pemeliharaan petuah bijak, puisi dan peribahasa

daerah.

Daftar Pustaka

A. Hasjmy Sejarah Kebudayan Islam di Indonesia,Jakarta: Bulan Bintang, 1993

Ahmad Syalaby, Tarikh al Islamiyah al hadzarah al islamiyah,(Cet. IV; Kairo; 1978

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah,Jakarta; Logos, 1999

Poerwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1992

Sayyid Quthub, Konsepsi Sejarah dalam Islam,Jakarta;Pedoman ilmu Jaya , 1992, cet II,

Terjemahan Tarikhuna fi dzou’il al Islam, penerjemah Nabhan Husein

Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi islam;dari klasik hingga modern,

Yakarta;Rajagrafindo, 2004

Ade, Yusnita dkk., Rudat Mutiara Budaya yang Tersembunyi, dalam http.

Anonim, Kitab Sholawat Khotaman Nabi Muhammad Saw. Gembrungan Klorogan,

Geger, Madiun, (t.ttp.:t.th.).

Drewes, G.W.J. 1977. Directions for Travellers on The Mystic Path, Zakariyya al-Ansaris

Kitab Fath al-

Hague-Nijhoff: Verhandelingen van Het Koninlijk Instituut voor Taal, Land and

Volkenkunde.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

2009.

Page 84: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 83

Nasikun.. Sistem Sosial Indonesia. Rajawali Press: Jakarta. 1984

Parsons, Talcott. ‚Prologomena to a Theory of Social Institutions‛, American

Sociological Review. 1990.

Parsons, Talcott, and Shils, Edward A. (eds.).. Toward a General Teory of Action.

Cambridge, Hardvard University Press. 2001

Ritzer, George & Douglas J. Goodman, Modern Sociological Theory, terj. Alimandan,

Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana, 2004.

Rocher, Guy, 1975, Talcott Parsons and American Sociology, New York: Barnes and

Noble.

Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tapsir tematik atas pelbagai Persoalan Umat (Cet.

III; Bandung: Mizan, 2008.

Depatermen Pendidikan dan kebudayaan Ensiklopedi Indonesia (PT. Ikhtiar Baru-Van

Hoeve, Jakarta: Jilid V), h. 3080 dan 3081

Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet.

IV; Jakarta: Balai Bahasa, 2010.

A. David, The Arts of Arts: Arms and Armour of the 7th to 19th Centuris AD (The

Nasser D. Khalili Collection of Islamic Art vol. I (Cet. I; London: The Nour

Fondation), h. 62.

Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tapsir tematik atas pelbagai Persoalan Umat (Cet.

III; Bandung: Mizan, 2008.

Piotr Sztompka, The Sosiology of Social Change diterjemahkan oleh Alimandan dengan

judul: Sosiologi Perubahan Sosial (Cet. IV; (Jakarta: Prenan Media Group, 2008.

A. Hasjmy Sejarah Kebudayan Islam di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993) 55

Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan

((Jakarta:Bulan Bintang,1982.

Poerwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1992)887

Sidi Gazalba,Azas Kebudayaan Islam,(Jakarta; Bulan Bintang 1978.

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah,(Jakarta; LOGos, 1999.

Sayyid Quthub, Konsepsi Sejarah dalam Islam,(Jakarta;Pedoman ilmu Jaya , 1992, cet

II,) 40-55, Terjemahan Tarikhuna fi dzou’il al Islam, penerjemah Nabhan Husein

Ahmad Syalaby, Tarikh al Islamiyah al hadzarah al islamiyah,(Kairo; …. cetakan ke IV,

1978.

Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi islam;dari klasik hingga modern,

(Yakarta;Rajagrafindo, 2004.

Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta;Rajagrafindo,1993):7

Page 85: Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 84

Ervin Gopman, Dramatugis Communication diterjemahkan oleh Dedy Mulyana dengan

Judul Dramaturgi Komunikasi (Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.

Marxian, Sosiologi perubahan Sosial Masyarakat (Cet. I; Yogyakata: Pustaka Pelajar,

2010), h. 213. Bandingkan dengan Pitor Stomka, Sosiologi Perubahan Sosial (Cet.

I; Jakarta: Prenada, 2001.

Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah: Edisi Revisi (Cet. Jakarta: Prenada Media Group,

2009..