SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA...

23

Transcript of SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA...

Page 1: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...
Page 2: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

SUSUNAN DEWAN REDAKSI

E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA

KETUA EDITOR

I Made Mudita, S.Pt., MP

EDITOR

Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS

Prof. Ir. I Gusti Lanang Oka, M.Agr., Ph.D

Prof. Dr. I Komang Budaarsa, MS

Prof. Dr. I Gusti Nyoman Bidura, MS

Ir. Desak Putu Mas Ari Candrawati, Msi

Eny Puspani, SPt., Msi

I Wayan Wirawan, SPt., MP

Anak Agung Putu Putra Wibawa, SPt., MSi

ALAMAT REDAKSI:

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA Jl. P.B. Sudirman Denpasar. GedungAgrokompleksLantai 1

Telp. 0361- 222096 / 235231

Email: [email protected]

Email: [email protected]

www.ojs.unud.ac.id

Page 3: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

Vol 3, No 3 (2015) tiket kereta toko bagus berita bola terkini anton nb Ane ka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan menghilangkan jerawat villa di p uncak recepten berita harian game online hp d ijual windows gadget jual console voucher onl ine gos ip terbaru berita terbaru windows gadget toko game cerita horor

Daftar Isi

KANDUNGAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI BERBASIS LIMBAH

PERTANIAN YANG DIFERMENTASI DENGAN INOKULAN DARI CAIRAN

RUMEN DAN RAYAP (Termites sp)

PDF

KRISTIANTI N.W.D., I M. MUDITA, N. W. SITI 443-457

PENGARUH PENAMBAHAN STARBIO DALAM RANSUM TERHADAP

RECAHAN KARKAS BABI LANDRACE PERSILANGAN

PDF

Sena D.A.K, Ariana IN.T, Suranjaya IG. 458-467

PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK KERING STARBIO DALAM RANSUM

TERHADAP KARAKTERISTIK KARKAS BABI LANDRACE PERSILANGAN

PDF

SURYANA I. M. P, I N. T. ARIANA, N. L. P SRIYANI 468-481

PENGARUH PENGGANTIAN RANSUM KOMERSIAL DENGAN AMPASTAHU

TERHADAP PENAMPILAN BABI RAS

PDF

Kencana Jaya IP.G.A.S, Mahardika IG., Suasta IM. 482-491

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KUNYIT (Curcuminoid) DALAM

RANSUM TERHADAP ORGAN DALAM BABI BALI

PDF

HARDIAWAN N. D., I G. MAHARDIKA, I P. A. ASTAWA 492-500

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI

BERBASIS PAKAN JERAMI PADI (Studi Kasus pada UD. Mupu Amerta di Banjar

Sala Desa Abuan Kecamatan Susut Kabupaten Bangli)

PDF

Dewi A.A.A.S, Sukanata IW., Putri B.R.T 501-513

PENGARUH PENGGANTIAN RANSUM KOMERSIAL DENGAN AMPAS TAHU

TERHADAPKOMPONEN KARKAS BABI RAS

PDF

Stradivari G.E, Budaarsa K., Puger A.W 524-536

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERBIBITAN SAPI BALI

DENGAN MENERAPKAN SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK

PDF

RUSTIANAWATI D. A. C.,, I W. SUKANATA, B. R. T. PUTRI 513-523

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KUNYIT TERHADAP UJI

ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS DAGING BABI BALI PENGGEMUKAN

PDF

Agastia M.J.A, Budaarsa K., Astawa IP.A 537-548

ANALISIS PREFRENSI KONSUMEN DALAM MEMBELI DAGING AYAM

BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA DENPASAR

PDF

PRATAMA I.G.W, I W. SUKANATA 549-560

EDIBLE OFFALS AYAM BROILER YANG DITAMBAHAN PROBIOTIK

STARBIO PADA RANSUM

PDF

Parwata IW.A., Ariana IN.T, Oka A.A 561-573

PERILAKU PENGUSAHA PETERNAKAN BABI LANDRACE DALAM

MENANGGULANGI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN RESPON

PETERNAK TRADISIONAL DI DESA WISATA TARO KECAMATAN

TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR

PDF

Page 4: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

WIJAYA I G. N. P. S., N. K. NURAINI, N. W. T. INGGRIATI 574-585

PERILAKU PENGUSAHA PETERNAKAN BABI LANDRACE DALAM

MENANGGULANGI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN RESPON

PETERNAK TRADISIONAL DI DESA WISATA TARO KECAMATAN

TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR

PDF

WIJAYA I G. N. P. S., N. K. NURAINI, N. W. T. INGGRIATI 574-585

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEMBANG TELANG (Clitoria ternatea)

YANG DIBERI BERBAGAI JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK

PDF

Sutresnawan IW., Kusumawati NN.C, Trisnadewi A.A.A.S 586-596

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI SAPTA USAHA TERNAK SAPI OLEH

KELOMPOK SIMANTRI DI DESA PEJENG KANGIN DAN PEJENG KELOD

KECAMATAN TAMPAKSIRING KABUPATEN GIANYAR

PDF

ANTARA I K. J., I G. SUARTA, N. K. NURAINI 597-608

STRATEGI PEMASARAN “KEFIR” SEBAGAI UPAYA DIVERSIFIKASI

PRODUK OLAHAN SUSU FERMENTASI

PDF

Cahyati D.N.M, Putri B.R.T, Sukanata I.W 609-620

STRATEGI PEMASARAN “URUTAN” SEBAGAI OLEH-OLEH KHAS BALI

(STUDI KASUS PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA “URUTAN” DI

KABUPATEN BADUNG BALI)

PDF

WULAN S., N. M. M., B. R. T. PUTRI, I W. SUKANATA 621-633

PENGARUH SUPLEMENTASI MINERAL-VITAMIN KOMPLEKS TERHADAP

KONSUMSI NUTRIEN DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN KAMBING

GEMBRONG DALAM RANSUM BERBASIS HIJAUAN LOKAL

PDF

Anggoro A.C.K, Bidura IG.N.G, Partama I.B.G 634-644

KARAKTERISTIK “EDIBLE FILM” BERBAHAN GELATIN DARI KULIT KAKI

AYAM DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN JATI PADA

KONSENTRASI BERBEDA

PDF

Darmawan IM.W, Miwada IN.S., Oka A.A 657-666

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN PEPAYA DALAM RANSUM

KOMERSIAL TERHADAP RECAHAN KARKAS ITIK BALI

PDF

ANGGA D. P., G. B.,, I G. N. G. BIDURA, N. W. SITI 645-656

PERBEDAAN TINGKAH LAKU MAKAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA DI

TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR DESA PEDUNGAN DAN SENTRA

PEMBIBITAN SAPI BALI SOBANGAN

PDF

Kusuma I M. D., N. L. P. Sriyani, I N. T. Ariana 667-678

Page 5: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

eeee----JournalJournalJournalJournal

Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science

email: [email protected]

email: [email protected]

eeee----journal journal journal journal

FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD

Universitas Universitas Universitas Universitas

UdayanaUdayanaUdayanaUdayana

443

KANDUNGAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI BERBASIS LIMBAH

PERTANIAN YANG DIFERMENTASI DENGAN INOKULAN

DARI CAIRAN RUMEN DAN RAYAP (Termites sp)

KRISTIANTI, N. W. D., I M. MUDITA, DAN N. W. SITI

Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar

E-mail: [email protected], Hp. 087762587367

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan teknologi fermentasi

ransum dengan inokulan dari cairan rumen dan rayap (Termites sp) terhadap kandungan

nutrien ransum sapi bali berbasis limbah pertanian dan untuk mengetahui formula inokulan

yang mampu menghasilkan ransum dengan kandungan nutrien yang lebih baik. Penelitian

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan,.

Perlakuan terdiri atas: ransum tanpa fermentasi (RB0), ransum terfermentasi inokulan

mengandung 10% cairan rumen dan 0,3% rayap (RBR1T3), ransum terfermentasi inokulan

mengandung 20% cairan rumen dan 0,2% rayap (RBR2T2), ransum terfermentasi inokulan

mengandung 20% cairan rumen dan 0,3% rayap (RBR2T3). Variabel yang diamati pada

penelitian ini adalah kandungan bahan kering (BK), abu, bahan organik (BO), protein kasar

(PK), dan serat kasar (SK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan RBR2T2 dan

RBR2T3 nyata (P<0,05) memiliki kandungan bahan kering yang lebih rendah dibandingkan

dengan perlakuan RB0 tetapi berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan RBR1T3. Perlakuan

RBR2T3 mempunyai kandungan serat kasar yang nyata (P<0,05) lebih rendah 32,94%,

11,68%, dan 7,94% dari perlakuan RB0, RBR1T3, dan RBR2T2. Perlakuan RBR2T3 nyata

(P<0,05) memiliki kandungan protein kasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan

RB0 dan RBR1T3, namun berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan perlakuan RBR2T2.

Sedangkan terhadap kadar abu dan kadar bahan organik pada ransum, semua perlakuan

mempunyai nilai yang berbeda tidak nyata (P>0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa fermentasi ransum sapi bali berbasis limbah pertanian menggunakan

inokulan dari cairan rumen dan rayap dapat menurunkan kandungan serat kasar serta

meningkatkan kandungan protein kasar tetapi tidak mempengaruhi kandungan abu dan bahan

organik serta fermentasi ransum dengan inokulan 20% cairan rumen dan 0,3% rayap

(RBR2T3) mampu menghasilkan ransum dengan kandungan bahan kering dan serat kasar yang

lebih rendah dan kandungan protein kasar lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain.

Kata Kunci: Cairan Rumen, Rayap, Inokulan, Nutrien Ransum, dan Limbah Pertanian

NUTRIENTS CONTENT OF BALI CATTLE RATION BASED ON

AGRICULTURAL WASTE FERMENTED BY INOCULANT OF

RUMEN FLUID AND TERMITE (Termites sp)

ABSTRACT

The study aimed to determine the effect of the application of fermentation technology

ration with liquid inoculant rumen and termites (Termites sp) on the nutrients content of bali

cattle diets based on agricultural waste and to determine the inoculant formula that is able to

Page 6: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

Kristianti et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 443- 457 Page 444

produce feed with better nutrients content. The completely randomized design (CRD) were

used with four treatments and three replications. The treatment consisted of: RB0 (ration

without fermentation), RBR1T3 (ration fermented inoculant containing 10% rumen fluid and

0,3% termites), RBR2T2 (ration fermented containing 20% rumen fluid and 0,2% termites),

RBR2T3 (ration fermented inoculant containing 20% rumen fluid and 0,3% termites).

Variables measured were the content of dry matter (DM), ash, organic matter (OM), crude

protein (CP) and crude fiber (CF). The results showed that treatment of RBR2T2 and RBR2T3

was significant (P<0,05) which had a dry matter content lower than the RB0 treatment but had

no significant difference (P>0,05) with RBR1T3. RBR2T3 treatment had significant content of

crude fiber (P<0,05) lower 32,94%, 11,68%, and 7,94% than the treatment RB0, RBR1T3, and

RBR2T2. RBR2T3 treatment was significant (P<0,05) having a crude protein content higher

than the RB0 and RBR1T3 treatment, but had no significant difference (P>0,05) from the

treatment RBR2T2. While on the ash content and organic matter content in rations, all

treatments had no significant difference (P>0,05). Based on the results of this study, it can be

concluded that the fermentation of bali cattle diets based on agricultural waste used inoculant

of rumen fluid and termites which can reduce the content of crude fiber and increase the crude

protein content but did not affect the content of ash and organic matter and fermentation

ration with inoculant BR2T3 which was able to produce ration with lower content of dry

matter and crude fiber and higher crude protein content compared with another treatments.

Keywords: rumen fluid, termites, inoculants, ration nutrients, and agricultural wastes

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara agraris dengan menjadikan penanaman tanaman pangan

sebagai kegiatan utama. Jenis tanaman pangan yang ditanam adalah padi, jagung, dan

hortikultura lainnya yang akan menghasilkan limbah pertanian pasca panen, termasuk jerami

padi. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang sering digunakan sebagai

pakan alternative ternak sapi. Menurut Anon (2005) dalam Bidura et al. (2008), kandungan

nutrien jerami padi terdiri atas protein kasar 4,5 %, lemak kasar 1,3%, bahan ekstrak tanpa

nitrogen 42%, abu 16,5%, dan bahan keringnya 80%. Selain itu, Siregar (1996) menyebutkan

bahwa jerami padi juga mengandung serat kasar 35 %, lemak kasar 1,55 %, kalsium 0,19 %,

fosfor 0,1 %, energi TDN (Total Digestible Nutrients) 43 %, energi DE (Digestible Energy)

1,9 kkal/kg, dan lignin 6-7 % (McDonald et al., 1988).

Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan mempunyai kelemahan seperti tingginya kadar

komponen serat kasar (selulosa, hemiselulosa, dan lignin) sehingga perlu dilakukan

pemanfaatan teknologi yang dapat menurunkan kandungan serat kasar pada jerami. Teknologi

fermentasi merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam upaya untuk

menurunkan kandungan serat dan senyawa anti nutrisi pada bahan pakan penyusun ransum

(Suharto, 2004). Tampoebolon (1997) mengungkapkan bahwa tujuan dari proses fermentasi

adalah menurunkan kadar serat kasar, meningkatkan kecernaan dan sekaligus meningkatkan

Page 7: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

Kristianti et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 443- 457 Page 445

kadar protein kasar. Fermentasi merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan terjadi

perubahan pH, kelembaban, aroma dan perubahan komposisi zat makanan seperti protein,

lemak, serat kasar, karbohidrat, vitamin dan mineral sebagai hasil kerja mikroorganisme

(Bidura, 2007).

Cairan rumen merupakan limbah dari rumah potong hewan yang tidak dimanfaatkan

oleh masyarakat. Cairan rumen banyak mengandung mikroba baik itu bakteri, protozoa

maupun fungi. Cairan rumen sapi bali potensial sebagai inokulan kaya nutrien ready

fermentable, mikroba dan enzim pendegradasi serat (Mudita et al., 2009;2013 dan Partama et

al., 2012). Parakkasi (1999) menyebutkan bahwa pemanfaatan cairan rumen maupun enzim

kompleks sebagai inokulan dalam pembuatan silase akan mempercepat dan memperbaiki

fermentasi silase (penurunan pH, peningkatan rasio laktat-asetat, menurunkan ammonia),

memperbaiki pertumbuhan bakteri rumen, penampilan ternak serta meningkatkan kecernaan

bahan kering (Kaiser, 1984), meningkatkan kecernaan protein, energi dan serat NDF/Neutral

Detergen Fiber bahan pakan (Hau et al., 2006).

Selain cairan rumen, rayap (Termites sp) juga sangat potensial dimanfaatkan sebagai

inokulan mengingat sel tubuh, air liur dan saluran pencernaan rayap mengandung berbagai

enzim pendegradasi serat (Watanabe et al., 1998). Purwadaria et al. (2003a,b

dan 2004)

menyatakan dalam saluran pencernaan rayap terdapat berbagai mikroba (bakteri,

kapang/fungi, dan protozoa), menghasilkan kompleks enzim selulase yaitu endo-β-D-1.4-

glukanase/CMC-ase, aviselase, eksoglukanase dan β-D-14-glukosidase, dan enzim

hemiselulase seperti endo-1,4-β-xilanase serta enzim β-D-1,4-mannanase. Berdasarkan uraian

tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan bahan kering dan

nutrien ransum sapi bali berbasis limbah pertanian yang difermentasi inokulan dari cairan

rumen dan rayap.

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak serta

Laboratorium Mikrobiologi dan Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan Universitas

Udayana. Kegiatan penelitian berlangsung selama 6 bulan (pada bulan Mei - Oktober 2013)

dimulai dari proses pengumpulan bahan baku hingga analisis laboratorium.

Page 8: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

Kristianti et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 443- 457 Page 446

Cairan Rumen dan Rayap

Limbah cairan rumen sapi bali diambil dari Rumah Potong Hewan (RPH)

Pesanggaran, Denpasar dari rumen yang dibedah kemudian diambil isi rumennya serta

dibungkus rapat sesegera mungkin. Pengambilan cairan rumen dilakukan dengan mengambil

isi rumen yang telah disiapkan kemudian memeras sesegera mungkin isi rumen dan disaring

serta dimasukkan ke dalam wadah tertutup yang sebelumnya diisi air hangat. Sedangkan

rayap yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah rayap yang diperoleh dari kayu yang

sedang melapuk yang ada di sekitar Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan Universitas

Udayana, Bukit Jimbaran. Ekstrak rayap dibuat menggunakan rayap segar yang masih hidup

kemudian digerus dengan lumpang dengan jumlah sesuai perlakuan.

Inokulan

Pembuatan medium inokulan dilakukan dengan cara mencampur seluruh bahan

medium (Tabel 1) hingga homogen, kemudian disterilisasi menggunakan autoclave T 1210

C

selama 15 menit. Setelah itu medium didinginkan hingga mencapai T 400

C dalam wadah

tertutup. Setelah itu baru dimanfaatkan dalam produksi inokulan (Mudita et al., 2012).

Produksi inokulan dilakukan dengan cara mencampur medium inokulan dan sumber

inokulan sesuai perlakuan (Tabel 2) dalam wadah tertutup rapat. Inokulan yang baru dibuat

selanjutnya diinkubasi dalam inkubator T 400C selama 1 minggu. Inokulan yang telah

dihasilkan dimanfaatkan sebagai stater dalam fermentasi ransum penelitian (khususnya

ransum terfermentasi).

Tabel 1. Komposisi bahan penyusun medium inokulan

Bahan Penyusun Komposisi

Gula Aren (g) 50

Urea (g) 5

CMC (gram) 0,02

Xylanosa (gram) 0,02

Asam tanat (gram) 0,02

Tepung Jerami Padi (g) 1

Tepung Dedak Padi (g) 1

Tepung Tapioka (g) 1

Tepung Dedak jagung (g) 1

Tepung Kedele (g) 1

Serbuk Gergaji kayu (g) 1

Kapur/CaCO3 (g) 0,1

Garam Dapur (g) 0,5

Pignox (g) 0,1

Air Sumur hingga volumenya menjadi 1 liter

Page 9: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

Kristianti et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 443- 457 Page 447

Tabel 2. Komposisi inokulan penelitian dalam 1 liter

No Inokulan Komposisi Campuran Inokulan

Cairan Rumen (ml) Rayap (g) Medium inokulan (ml)

1 BR1T3 100 3 897

2 BR2T2 200 2 798

3 BR2T3 200 3 797

Sumber : Mudita et al. (2013)

Tabel 3. Kandungan nutrien medium inokulan

Kandungan Nutrien Inokulan

a. Kalsium (Ca) (mg/l) 936,07

b. Phosphor (P) (mg/l) 144,81

c. Belerang/Sulfur (S) (mg/l) 214,67

d. Seng/Zicum (Zn) (mg/l) 5,80

e. Protein Terlarut (%) 3,01

Sumber : Mudita et al. (2013)

Tabel 4. Kandungan nutrien inokulan cairan rumen dan rayap berdasarkan perlakuan

No Kandungan Nutrien Jenis Inokulan

SEM RBR1T3 RBR2T2 RBR2T3

1 Kalsium (Ca) (mg/l) 980,54 979,17 979,09 44,73

2 Phosphor (P) (mg/l) 171,26 172,47 174,55 3,26

3 Belerang/Sulfur (S) (mg/l) 245,67 246,00 247,00 4,97

4 Seng/Zicum (Zn) (mg/l) 7,98 8,07 8,09 0,55

5 Protein Terlarut (%) 7,67 7,82 7,85 0,04

Sumber : Mudita et al. (2013)

Tabel 5. Derajat keasaman dan populasi mikroba inokulan cairan rumen dan rayap

No Peubah Jenis Inokulan

SEM RBR1T3 RBR2T2 RBR2T3

1 pH 4,66a 4,56a 4,46a 0,12

2 Bakteri Total (x 108 koloni) 3,99a 5,32b 5,49b 0,20

3 Bakteri Selulolitik (x 108

koloni) 3,61a 4,51b 4,59b 0,18

4 Fungi Total ( x 107 koloni) 4,40a 4,47a 5,60a 0,48

5 Fungi Selulolitik (x 107

koloni) 2,13a 2,80a 2,93b 0,18

Sumber : Dewi P.L. (2015)

Ransum Basal

Pembuatan ransum basal diawali dengan membuat campuran 1 dan campuran 2.

Campuran 1 terdiri dari dedak padi, bungkil kelapa, dan serbuk gergaji. Pada tempat yang

terpisah, dibuat juga campuran 2 yang terdiri dari gula aren, kapur, garam dapur, urea, minyak

kelapa dan pignox. Setelah semua siap, kedua campuran tersebut dicampur hingga homogen

Page 10: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

Kristianti et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 443- 457 Page 448

dan kemudian ditambahkan jerami padi, dicampur hingga homogen. Setelah campuran

homogen, ransum basal siap dimanfaatkan untuk ransum perlakuan.

Pembuatan ransum terfermentasi dilakukan dengan cara menambahkan dengan 2 liter

larutan inokulan (sesuai perlakuan), 0,5 kg gula aren dan 67,5 liter air bersih (kadar air

bakalan ransum terfermentasi ± 50%) untuk setiap 100 kg ransum basal (BK ransum basal

85%). Kemudian ransum dicampur sedemikian rupa hingga homogen. Proses fermentasi

dilakukan menggunakan kantong plastik hitam sebagai silo selama 7 hari dalam kondisi

anaerob. Adapun indikator ransum telah terfermentasi setelah 7 hari adalah berbau asam,

memiliki pH dengan kisaran 4 – 4,5. Setelah selesai masa inkubasi ransum, sampel

dikeringkan secara bertahap selama 3 hari dengan oven pada suhu 39–42 0C sampai kadar air

20–25%. Setelah pengovenan selesai, ransum digunakan untuk penelitian.

Tabel 6. Komposisi bahan penyusun ransum basal

Bahan Penyusun Ransum Basal Komposisi (%) (As fed)

1. Jerami Padi 50,0

2. Serbuk Gergaji kayu 5,0

3. Dedak Padi 20,0

4. Bungkil Kelapa 20,0

5. Minyak Kelapa 2,0

6. Gula Aren 1,0

7. Urea 1,0

8. Garam dapur 0,5

9. Kapur/CaCO3 0,4

10. Pignox 0,1

Jumlah 100.0

Sarana dan Prasarana Penunjang

Sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu kantong

plastik untuk wadah pengambilan isi rumen, gunting, pisau, sarung tangan, masker, ember

plastik, mesin penggiling untuk menggiling sampel ransum, terpal plastik untuk tempat

mencampur bahan ransum, isolasi/lakban, kantong kertas untuk wadah sampel, cawan

porselin, neraca analitik, desikator, api Bunsen, oven, pinset atau gegep, labu kjeldahl, labu

ukur, gelas ukur, butiran gelas, erlenmeyer, alat destruksi, alat destilasi, corong penyaring,

buret, gelas piala tinggi 600 ml, kertas saring, kondensor, penangas pasir, pompa vakum,

aquadest, dan tanur lisrik (muffle furnace).

Page 11: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

Kristianti et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 443- 457 Page 449

Bahan Penguji Kandungan Nutrien

Bahan yang digunakan dalam pengujian ransum ini adalah asam sulfat pekat, pekat

natrium hidroksida 50% (50 gram/100 ml), asam boraks 2% (2gram/100 ml), asam klorida

0,1 N, tablet katalis (1 gram sodium sulfat anhydrous + 10 mg Se), indikator campuran (20 ml

Bromo Chresol Geen 0,1% + 4 ml Metyl Red 0,1% dalam alkohol), H2SO4 0,3 N, NaOH 1,5

N, alcohol (etanol), dan pepton.

Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL)

dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan, yaitu:

1. RBo = Ransum tanpa terfermentasi

2. RBR1T3 = Ransum terfermentasi inokulan 10% cairan rumen dan 0,3% rayap

3. RBR2T2 = Ransum terfermentasi inokulan 20% cairan rumen dan 0,2% rayap

4. RBR2T3 = Ransum terfermentasi inokulan 20% cairan rumen dan 0,3% rayap

Variabel yang Diamati

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah kandungan bahan kering (BK) dan

nutrien yang meliputi bahan organik (BO), bahan non organik (Abu), protein kasar (PK), dan

serat kasar (SK).

A. Evaluasi kandungan bahan kering (BK)

Kadar bahan kering dilakukan dengan metode Associaton of Official Analytic Chemist/

A.O.A.C (1980). Adapun langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut: sebelum

cawan digunakan, cawan dicuci, dibilas, dan dikeringkan, cawan dioven dengan suhu 105

0C selama 9 jam untuk mendapatkan bobot tetap cawan. Setelah itu cawan didinginkan

dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang sebagai berat konstan cawan. Sampel

dimasukkan kedalam cawan sebanyak 1 gram untuk ditimbang sebagai bobot awal.

Cawan dan sampel kemudian dioven pada suhu 105 0C selama 9 jam, setelah itu

cawan+sampel dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit.

Setelah itu sampel (cawan+sampel) ditimbang sebagai bobot akhir.

B. Evaluasi kandungan bahan organik (BO) dan bahan non organik (abu)

Kadar bahan organik ditentukan dengan Associaton of Official Analytic Chemist/

A.O.A.C (1980). Adapun langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut: sebelum

Page 12: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

Kristianti et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 443- 457 Page 450

cawan digunakan, cawan porselin dicuci, dibilas dan dikeringkan kemudian cawan

dimasukkan ke dalam tanur listrik selama 3 jam pada suhu 500 oC untuk mendapatkan

berat konstan cawan. Cawan dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator selama 30

menit. Setelah itu cawan ditimbang dan sampel sebanyak 1 gram dimasukkan kedalam

cawan untuk kemudian dibakar dalam tanur selama 6 jam pada suhu 500 oC sampai

menjadi abu yang ditandai oleh warna putih keabu-abuan tanpa ada bintik-bintik hitam.

Cawan yang berisi sampel kemudian dikeluarkan dan didinginkan di dalam desikator.

Setelah itu cawan yang berisi sampel ditimbang untuk mengetahui kadar abu dan bahan

organik.

C. Evaluasi kandungan protein kasar (PK)

Kadar protein kasar ditentukan dengan metode semi mikro kjeldahl (Ivan et al.,

1974). Adapun langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut: sampel yang sudah

dihaluskan kemudian ditimbang sebanyak 0,3 gram. Setelah itu sampel dimasukkan ke

dalam labu kjeldahl dengan menambahkan 1 butir tablet katalis, 1 butiran gelas dan 5 ml

asam sulfat pekat untuk destruksi dalam suhu rendah sampai asap hilang. Destruksi

dilanjutkan dengan menaikkan suhu hingga cairan berubah warna menjadi jernih. Setelah

destruksi dihentikan larutan yang telah mendingin diencerkan dengan menggunakan

aquadest sebanyak 5 ml. Setelah itu hasil destruksi dipasang pada alat destilasi markham

sambil menambahkan 25 ml NaOH 50%, dan 20 ml asam borak 2% yang sudah dicampur

dengan indicator (1 L asam borak 2% ditambah 20 ml 0,1% Brom Chresol Green dan 4 ml

0,1% Metyl Red), setelah larutan mencapai 50 ml destilasi dihentikan. Hasil destilasi

dititrasi dengan asam khlorida 0,1 N sampai mencapai titik akhir titrasi. Protein kasar

dicari dengan cara :

Page 13: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

Kristianti et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 443- 457 Page 451

D. Evaluasi kandungan serat kasar (SK)

Serat kasar ditentukan dengan metode analisa Associaton of Official Analytic

Chemist/ A.O.A.C (1980) dengan melarutan sampel ke dalam asam dan basa kuat, serta

dengan melakukan pemanasan. Langkah kerja penentuan serat kasar dimulai dari

menimbang sampel sebanyak 1 gram sampel, kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala

tinggi 600 ml yang ditambahkan dengan 50 ml H2SO4 0,3 N dan 25 ml NaOH 1,5 N.

Setelah itu gelas piala diletakkan di atas penangas pasir atau hot plate untuk dididihkan

selama 30 menit. Setelah 30 menit pendidihan pertama, ke dalam gelas piala yang berisi

sampel ditambahkan dengan NaOH 1,5 N sebanyak 25 ml dengan cara disemprotkan dari

pinggiran gelas piala serta dididihkan kembali selama 30 menit. Sebelum proses

pendidihan selesai, kertas saring bebas abu yang telah dikeringkan bersama cawan

porselin dalam oven bersuhu 105 oC dan telah dicatat beratnya disiapkan untuk proses

penyaringan. Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan menuangkan aquadest panas 50

ml, H2SO4 0,3 N 50 ml, alkohol 25 ml dan aceton 25 ml. Kertas saring yang berisi residu

kemudian dipindahkan ke dalam cawan porselin untuk dikeringkan di dalam oven 105 0C

selama 3 jam. Setelah itu kertas saring yang telah dioven dikeluarkan, didinginkan di

dalam desikator, kemudian ditimbang dan dicatat bobotnya. Selanjutnya dilakukan

pengabuan sampel pada suhu 500 0

C selama 2 jam, yang dilanjutkan dengan pendinginan

didalam desikator. Terakhir berat sampel ditimbang dan dicatat.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis statistic dengan sidik ragam dan bila terdapat perbedaan

yang nyata (P<0,05) antara perlakuan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan

(Sastrosupadi, 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan RB0 (ransum tanpa terfermentasi)

mempunyai kandungan bahan kering sebesar 93,54%. Kandungan bahan kering pada

perlakuan RBR1T3 (ransum terfermentasi inokulan 10% cairan rumen dan 0,3% rayap) lebih

rendah 0,63% daripada perlakuan RB0 namun secara statistic berbeda tidak nyata (P>0,05).

Perlakuan RBR2T2 (ransum terfermentasi inokulan 20% cairan rumen dan 0,2% rayap) dan

Page 14: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

Kristianti et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 443- 457 Page 452

RBR2T3 (ransum terfermentasi inokulan 20% cairan rumen dan 0,3% rayap) memiliki bahan

kering yang nyata (P<0,05) lebih rendah masing-masing 1,16%;1,22% dibandingkan dengan

perlakuan RB0. Perlakuan RBR2T2 dan RBR2T3 berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan

RBR1T3. Begitu juga dengan perlakuan RBR2T3 berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan RBR2T2

(Tabel 7).

Berdasarkan hasil penelitian fermentasi ransum sapi bali berbasis limbah pertanian

menggunakan inokulan dari cairan rumen dan rayap menunjukan bahwa terjadi penurunan

kandungan bahan kering secara signifikan pada perlakuan RBR2T2 dan RBR2T3. Penurunan

bahan kering ini disebabkan oleh tingginya pertumbuhan populasi mikroba dan aktivitas

mikroba pada ransum. Semakin banyak bakteri yang ada maka semakin banyak zat makanan

yang ada pada ransum/bahan yang akan dirombak sebagai sumber energi. Fardiaz (1988)

menyebutkan bahwa selama fermentasi berlangsung, mikroorganisme menggunakan

karbohidrat sebagai sumber energy yang dapat menghasilkan molekul air dan karbondioksida.

Sebagian besar air akan tertinggal dalam produk dan sebagian lagi akan keluar dari produk.

Air inilah yang akan menyebabkan kadar air dalam ransum menjadi tinggi dan bahan kering

menjadi rendah (Winarno et al., 1980). Selain itu, menurunnya kandungan bahan kering juga

diakibatkan oleh adanya bahan yang hanyut (leaching) bersama molekul air yang dihasilkan

pada saat fermentasi.

Tabel 7. Hasil analisis kandungan bahan kering dan nutrien ransum hasil fermentasi

inokulan cairan rumen dan rayap

Variabel Rataan Perlakuan

1

SEM3

RB0 RBR1T3 RBR2T2 RBR2T3

Bahan Kering/BK (%DW) 93,54a2 92,95ab 92,45b 92,40b 0,22

Abu (%BK) 18,82a 19,15a 19,67a 19,09a 0,48

Bahan Organik/BO (%BK) 81,18a 80,85a 80,33a 80,91a 0,48

Serat Kasar/SK (%BK) 21,01a 15,93b 15,21c 14,07d 0,11

Protein Kasar/PK (%BK) 13,63c 14,79b 15,24ab 15,75a 0,21 Keterangan:

1. Perlakuan yang diberikan

RBo = Ransum tanpa terfermentasi

RBR1T3 = Ransum terfermentasi inokulan 10% cairan rumen dan 0,3 % rayap

RBR2T2 = Ransum terfermentasi inokulan 20% cairan rumen dan 0,2 % rayap

RBR2T3 = Ransum terfermentasi inokulan 20% cairan rumen dan 0,3 % rayap

2. Nilai dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata

(P>0,05)

3. SEM = Standard Error of The Teatment Means”

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kandungan abu pada RB0 adalah sebesar

18,82%. Kandungan abu ransum pada semua perlakuan berkisar antara 18,82% – 19,67%.

Pada perlakuan RBR1T3; RBR2T2; RBR2T3 terjadi peningkatan kandungan abu namun secara

Page 15: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

Kristianti et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 443- 457 Page 453

statitsik berbeda tidak nyata (P>0,05). Perlakuan RBR1T3, RBR2T2, dan RBR2T3 memiliki

kandungan lebih tinggi berturut-turut 1,75%;4,52%;1,43% daripada RB0 (P>0,05). Perlakuan

RBR2T2 memiliki kandungan abu (%DM) sebesar 19,67% dan lebih tinggi daripada perlakuan

RBR1T3 dan RBR2T3 (Tabel 7). Peningkatan kandungan abu terjadi pada ransum yang

difermentasi dengan inokulan dari cairan rumen dan rayap (pada perlakuan RBR1T3, RBR2T2,

dan RBR2T3) tetapi tidak terjadi secara signifikan. Meningkatnya kandungan abu pada ransum

disebabkan oleh menurunnya kandungan bahan organik. Selain itu kemungkinan juga

disebabkan tingginya populasi bakteri yang ada pada inokulan (Tabel 5). Tingginya populasi

mikroba pada inokulan juga membuat populasi mikroba pada ransum semakin tinggi. Hespell

dan Bryant, 1997 (disitasi oleh Lang, 1997) mengungkapkan bahwa komposisi sel tubuh

bakteri adalah relatif konstan yang terdiri dari 32 – 42% protein murni, 10% senyawa

nitrogen, 8% asam nukleat, 11-15% lipid, 17% karbohidrat dan 13% abu. Peningkatan

populasi bakteri akan meningkatkan suplai nutrien berupa abu dalam bahan pakan sehingga

kehilangan nutrien ransum akan direcovery (diganti) dengan supplai nutrien dari sel tubuh

mikroba.

Kandungan bahan organik pada ransum penelitian menunjukkan bahwa terjadi

penurunan kandungan bahan organik pada ransum namun analisis statistik menunjukkan

berbeda tidak nyata (P>0,05). Perlakuan RB0 memiliki kandungan bahan organik (% DM)

sebesar 81,18%. Kandungan bahan organik ransum pada semua perlakuan berkisar antara

80,33% – 81,18%. Meskipun berbeda tidak nyata, perlakuan RBR1T3; RBR2T2; RBR2T3

memiliki kandungan bahan organik yang lebih rendah (P>0,05) daripada perlakuan RB0.

Perlakuan RBR1T3; RBR2T2; RBR2T3 berturut-turut 0,41%; 1,05 % dan 0,33% lebih rendah

(P>0,05) dari perlakuan RB0 (Tabel 7). Pada penelitian ransum sapi bali yang berbasis limbah

pertanian yang difermentasi dengan inokulan dari cairan rumen dan rayap menunjukkan

bahwa terjadi penurunan kandungan bahan organik tetapi tidak terjadi secara signifikan.

Penurunan bahan organik pada ransum ini disebabkan oleh banyaknya mikroba yang ada pada

ransum sehingga kandungan bahan organik digunakan oleh mikroba untuk tetap hidup. Pada

proses fermentasi akan mengakibatkan terjadinya penurunan kandungan nutrien bahan

sebagai akibat dari mikroba pendegradasi yang memanfaatkan nutrien untuk sintesis sel tubuh

maupun aktivitas mikroba itu sendiri. Disisi lain adanya mikroba fermentor juga akan

memberikan pasokan nutrien ke dalam bahan (ransum) terfermentasi namun dalam jumlah

yang lebih rendah dari nutrien yang termanfaatkan. Sehingga ransum terfermentasi memiliki

kandungan bahan organik lebih rendah (P>0,05) daripada perlakuan RB0 (Tabel 7).

Page 16: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

Kristianti et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 443- 457 Page 454

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kandungan serat kasar pada

perlakuan RBR1T3, RBR2T2, dan RBR2T3 nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan

perlakuan RB0 yang memiliki kandungan serat kasar 21,01%. Perlakuan RBR1T3, RBR2T2,

dan RBR2T3 berturut-turut 24,18%; 27,61%; 32,94% nyata (P<0,05) lebih rendah dari

perlakuan RB0. Dari semua perlakuan, RBR2T3 memiliki kandungan serat kasar paling rendah

yaitu sebesar 14,07%. Kandungan serat kasar perlakuan RBR2T3 berturut-turut 32,94% ;

11,68% ; 7,49% yang nyata lebih rendah (P<0,05) dari kandungan serat kasar perlakuan RB0;

RBR1T3 ; RBR2T2 (Tabel 7). Perlakuan RBR1T3, RBR2T2 dan RBR2T3 menghasilkan ransum

yang memilki kandungan serat kasar berturut-turut 24,18%; 27,61%; 32,94% nyata lebih

rendah dibandingkan dengan perlakuan RB0 (Tabel 7). Perlakuan RBR2T3 memiliki

kandungan serat kasar yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan RBR1T3 dan

RBR2T2. Menurunnya kandungan serat kasar pada ransum merupakan hasil kerja dari

mikroba pendegradasi serat yang ada pada inokulan dari cairan rumen dan rayap. Penurunan

serat kasar pada ransum yang difermentasi dengan inokulan dari cairan rumen dan rayap

mengindikasikan bahwa telah terjadi proses fermentasi yang maksimal. Mikroba selulolitik

yang ada pada cairan rumen dan rayap akan menghasilkan enzim selulase yang mampu

mendegradasi selulosa yang ada pada ransum. Bakteri selulolitik akan menghasilkan enzim

endo glukanase/CMCase, ekso glukanase dan glukosidase yang berperan dalam degradasi

selulosa menjadi senyawa sederhana (Partama et al., 2012). Meningkatnya populasi bakteri

selulolitik menyebabkan meningkatnya degradasi selulosa yang dirombak menjadi

oligosakarida dan glukosa (Allen, 2002). Disamping itu, penguraian selulosa menjadi glukosa

selama proses fermentasi akan meningkatkan populasi mikroba terutama yang bersifat

selulolitk (Aisjah, 2011 disitasi Erwin, 2012). Adanya fungi dalam cairan rumen juga

berperanan penting dalam proses degradasi serat pakan dengan membentuk koloni pada

jaringan selulosa pakan sehingga dinding sel pakan menjadi lebih terbuka dan mudah untuk

dicerna oleh enzim bakteri rumen (Firkin et al., 2006).

Ransum fermentasi RBR1T3, RBR2T2, dan RBR2T3 memiliki kandungan protein kasar

yang berbeda nyata terhadap RB0. Perlakuan RB0 memiliki kandungan protein kasar sebesar

13,63%. Perlakuan RBR1T3, RBR2T2, RBR2T3 mampu menghasilkan ransum dengan

kandungan protein kasar berturut-turut 8,51%; 3,04%; 15,55% nyata (P<0,05) lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan RB0. Perlakuan RBR2T2 nyata 3,04% lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan RBR1T3. Kandungan protein ransum pada perlakuan RBR2T3

berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan RB0 dan RBR1T3, tetapi berbeda tidak nyata

Page 17: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

Kristianti et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 443- 457 Page 455

(P>0,05) terhadap perlakuan RBR2T2. Perlakuan RBR2T3 masing-masing 15,55%; 6,49%

nyata lebih tinggi daripada perlakuan RB0 dan RBR1T3, dan 3,35% tidak nyata lebih tinggi

daripada perlakuan RBR2T2 (Tabel 7). Kandungan protein kasar pada perlakuan RBR1T3,

RBR2T2 dan RBR2T3 nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada perlakuan RB0 (Tabel 7).

Peningkatan protein kasar yang meningkat pada ransum RBR1T3, RBR2T2 dan RBR2T3

disebabkan berkembangnya mikroba yang ada di dalam inokulan selama proses fermentasi

ransum. Tingginya populasi mikroba yang ada pada ransum akan dapat menyumbangkan

protein dalam tubuhnya tubuhnya. Hal itu didukung dengan melihat jumlah populasi mikroba

yang ada pada inokulan bahwa inokulan memiliki populasi mikroba yang tinggi (Tabel 5).

Urea yang ada pada pakan dimanfaatkan oleh mikroba sebagai sumber N untuk mensintesa

protein yang ada tubuhnya. Selain itu, tingginya kandungan protein kasar pada ransum juga

merupakan sumbangan protein kasar dari cairan rumen yang dipakai (inokulan). Nitis (1989

dalam Bidura, 2007) menyebutkan bahwa kandungan protein kasar pada isi rumen sebesar

7,11-9,635. Hal tersebut disebabkan oleh susunan tubuh mikroba yang terdiri dari protein

murni, senyawa nitrogen dan asam nukleat (Hespell dan Bryant, 1979 disitasi oleh Lang,

1997). Block (2006) mengungkapkan asam amino mikroba khususnya bakteri mempunyai

kualitas tinggi dengan komposisi asam amino yang setara bahkan lebih tinggi jika

dibandingkan dengan profil asam amino susu, tepung ikan, jagung kuning, tepung darah

maupun tepung canola. Tingginya kualitas protein maupun asam amino pembangun biomassa

bakteri akan memperbaiki sekaligus mempertinggi kualitas protein ransum yang akhirnya

akan meningkatkan produktivitas ternak yang diberi ransum/pakan tersebut.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa fermentasi ransum berbasis

limbah pertanian menggunakan inokulan yang yang diproduksi dari cairan rumen dan rayap

dapat menurunkan kandungan bahan kering dan serat kasar ransum serta meningkatkan

kandungan protein kasar ransum. Fermentasi ransum berbasis limbah pertanian menggunakan

inokulan BR2T3 (inokulan yang diproduksi dari 20% cairan rumen dan 0,3% rayap)

menghasilkan ransum dengan kandungan bahan kering dan serat kasar terendah dan dengan

kandungan protein kasar tertinggi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada A. A. Putu Putra Wibawa, S.Pt., M.Si., I

Wayan Wirawan, S.Pt, MP dan Andi Udin Saransi yang telah membantu penulis

Page 18: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

Kristianti et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 443- 457 Page 456

menyelesaikan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Ida

Bagus Gaga Partama, MS sebagai Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana serta

Bapak/Ibu Dosen Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang telah banyak memberikan

saran dan masukan dalam penulisan karya ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L.V., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding,

American Pharmaceutical Association, Washington, D.C.

Association of Official Analytic Chemist. 1980. Official Method of Analytis. 12th

ed

Association of Official Analytical Chemist. Washington, DC.

Bidura, I. G. N. G. 2007. Aplikasi Produk Bioteknologi Pakan Ternak. Universitas Udayana,

Denpasar.

Bidura, I. G. N. G.. I. B. Gaga Partama, Tjok. Gde Susila. 2008. Limbah Pakan Ternak

Alternatif dan Aplikasi Teknologi.Universitas Udayana,Denpasar.

Block, E.. 2006. Rumen Microbial Protein Production : Are We Missing an Oppurtunity to

Improve Dietary and Economic Efficiencies in Protein Nutrition of the High Producing

Dairy Cow Industry Presentation High Plains Dairy Conference.

Dewi, P. L. 2015. Populasi Mikroba Inokulan yang Diproduksi dari Limbah Cairan Rumen

Sapi Bali dan Rayap. Skripsi Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.

Erwin, Hidayat. 2012. Kualitas Fisik dan Kualitas Nutrisi Janggel Jagung Hasil Perlakuan

Dengan Inokulan Yang Berbeda. diakses dari http://tehes89.blogspot.com/ (diakses

tanggal 4 Juli 2015)

Fardiaz, S. 1988. Fermentasi Pangan, PAU Pangan dan Gizi IPB. Gramedia: Bogor.

Firkins, J. L., A. N. Hristov, M. B. Hall, G. A. Varga, dan N. R. St-Pierre. 2006. Integration

of Ruminal Metabolism in Dairy Cattle. J. Dairy Sci. 89 (E. Suppl.): E31-E51.

American Dairy Science Association.

Hau, D. K., M. Neobais, J. Nulik, N. G. F. Katifana. 2006. Pengaruh Probiotik Terhadap

Kemampuan Cerna Mikroba Rumen Sapi Bali.

http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/semnas/pro05.25.pdf?secure=1

(diakses tanggal 2 Mei 2015)

Ivan, M., D. J. Clack and G. J. White. 1974. Kjeldahl Nitrogen Determination. In: Shorth

Cource on Poultry Production, Udayana University, Denpasar.

Kaiser, A. G. 1984. The Influence of Silase Fermentation On Animal Production.Silase in the

80s.Proceding of National Workshop, Armidale, New South Wales, Australia.

Lang, R. A. 1997. Tree Foliage In Ruminat Nutrition. Food and Agriculture Organization of

The United Nation Rome, Italy.

McDonald, D., R. A. Edwards and J. F. D. Greenhalgh. 1988. Animal nutrition. 4th edition.

Longman Scientific and Technical. John Wiley & Sons. Inc. New York

Mudita, I M., I G. L. O .Cakra, AA. P. P. Wibawa, dan N. W. Siti. 2009. Penggunaan Cairan

Rumen Sebagai Bahan Bioinokulan Plus Alternatif serta Pemanfaatannya dalam

Page 19: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

Kristianti et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 443- 457 Page 457

Optimalisasi Pengembangan Peternakan Berbasis Limbah yang Berwawasan

Lingkungan. Laporan Penelitian Hibah Unggulan Udayana, Universitas Udayana,

Denpasar.

Mudita, I M., AA. P. P. Wibawa, dan I G. N Kayana. 2012. Penggunaann Cairan Rumen dan

Rayap dalam Produksi Bioinokulan Alternatif serta Pemanfaatannya dalam

Pengembangan Peternakan Sapi Bali yang Kompetitif dan Sustainable. Fakultas

Peternakan Universitas Udayana.

Mudita, I M., AA. P. P. Wibawa, I W. Wirawan, dan I G. N Kayana. 2013. Penggunaan

Cairan Rumen dan Rayap dalam Produksi Bioinokulan Alternatif serta Pemanfaatannya

dalam Pengembangan Peternakan Sapi Bali Kompetitif dan Sustainable. Laporan

Penelitian Universitas Udayana, Denpasar.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Penerbit Universitas

Indonesia, Jakarta.

Partama, I. B. G., I M. Mudita, N. W. Siti, I W. Suberata, A. A. A. S. Trisnadewi. 2012.

Isolasi, Identifikasi dan Uji Aktivitas bakteri serta Fungi Lignoselulolitik Limbah Isi

Rumen dan Rayap Sebagai Sumber Inokulan dalam Pengembangan Peternakan Sapi

Bali Berbasis Limbah. Laporan Penelitian Invensi. Universitas Udayana, Denpasar.

Purwadaria, T., Pesta A. Marbun, Arnold P. Sinurat dan P. Ketaren. 2003a. Perbandingan

Aktivitas Enzim Selulase dari Bakteri dan Kapang Hasil Isolasi dari Rayap. JITV Vol. 8

No. 4 Th 2003:213-219

Purwadaria, T., Pius P. Ketaren, Arnold P. Sinurat, and Irawan Sutikno. 2003b. Identification

and Evaluation of Fiber Hydrolytic Enzymes in The Extract of Termites (Glyptotermes

montanus) for Poultry Feed Application. Indonesian Journal of Agricultural Sciences

4(2) 2003; 40-47

Purwadaria, T., Puji Ardiningsip, Pius P. Ketaren dan Arnold P. Sinurat. 2004. Isolasi dan

Penapisan Bakteri Xilanolitik Mesofil dari Rayap. Jurnal Mikrobiologi Indonesia, Vol.

9, No. 2.September 2004, hlm. 59-62

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Cetakan ke-5.

Kanisius. Yogyakarta.

Siregar, S. B. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya:Jakarta.

Suharto, M. 2004. Dukungan Teknologi Pakan Dalam Usaha Sapi Potong Berbasis

Sumberdaya Lokal. diakses dari.

http:/peternakan.litbang.deptan.go.id/download/sapi.potong/.04.3.pdf. (diakses tanggal 2

Mei 2015)

Tampoebolon, B. I. M. 1997. Seleksi dan Karakterisasi Enzim Selulase Isolat Mikrobia

Selulolitik Rumen Kerbau. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta (Tesis Magister Ilmu Ternak).

Watanabe, H., H. Noda. G. Tokuda, and N.Lo.1998. A cellulose gene of termite origin.

Nature 394 : 330 – 331

Winarno, F. G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. PT

Gramedia:Jakarta.

Page 20: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

PANDUAN BAGI PENULIS

Ketentuan Umum

1. Naskah yang dikirim merupakan naskah asli/orisinil dan belum pernah diterbitkan

(Naskah dari mahasiswa untuk penyelesaian tugas akhir dalam level S1, S2, S3 minimal

berasal dari naskah seminar yang telah disahkan/Acc oleh tim penguji dan pembimbing,

sedangkan untuk penulis lain naskah disesuaikan dengan aturan ilmiah yang berlaku

umum)

2. Lingkup ejurnal ini memuat hal-hal yang menyangkut dunia peternakan dalam bentuk

hasil penelitian, kajian pustaka dan/atau gagasan dengan topik aktual.

3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang

ditentukan

4. Penulis mengirim 2 (dua) eksemplar naskah ke redaksi yang dilengkapi dengan softcopy

(berupa CD) atau naskah dapat pula dikirim via email dalam bentuk program Microsoft

Word.

5. Naskah dan Softcopy (CD) dikirim kepada:

Redaksi eJournal Peternakan Tropika

d.a Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Gedung Agrokompleks Lantai 1 Kampus UNUD Denpasar

Jl. P. B. Sudirman Denpasar, Bali

Telp. 0361-222096 / HP. 081338791005

Email: [email protected]

Email: [email protected]

Standar Penulisan

1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word dengan jarak 1.5 spasi kecuali

Judul, Abstrak, Judul Tabel, Judul Gambar, dan lampiran yang diketik 1 spasi. Naskah

dicetak pada kertas ukuran A4, dengan huruf Time New Roman berukuran 12 point;

margin atas dan margin kiri berukuran 3 cm, sedangkan margin kanan dan margin

bawah berukuran 2,5 cm.

2. Judul dari Makalah, Abstrak, Abstract, bab (Pendahuluan, Materi dan Metode, Hasil

dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan Terima Kasih), dan Daftar Pustaka

ditulis dengan Huruf Kapital. 12 point (Bold). Font Time New Roman.

Page 21: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

3. Nama Penulis, Sub Bab, Institusi, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya. ditulis dengan

diawali dengan Huruf Kapital. 12 point. Time New Roman. Institusi penulisan tidak di

Bold, sedangkan Nama Penulis, Sub Bab, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya,

penulisan di Bold

4. Naskah ditulis maksimum 20 halaman dan setiap halaman diberi nomor secara

berurutan.

5. Naskah hasil penelitian disusun dengan urutan judul, nama penulis dan nama instansi,

alamat korerspondensi (email dan No. Telpon/HP), abstrak (dalam bahasa Inggris dan

Bahasa Indonesia), pendahuluan, metode (sosial ekonomi) atau materi dan metode

(eksakta), hasil dan pembahasan, simpulan (+ saran), ucapan terima kasih, dan daftar

pustaka.

Sedangkan naskah kajian pustaka/gagasan aktual disusun dengan urutan judul, nama

penulis dan nama instansi/institusi, alamat korespondensi (email dan No. Telpon/HP),

abstrak (dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), pendahuluan, masalah dan

pembahasan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka.

TATA CARA PENULISAN NASKAH

1. JUDUL, harus singkat, spesifik dan informatif yang menggambarkan isi naskah,

maksimal 20 kata. Untuk kajian pustaka, dibelakang judul agar ditulis: Suatu kajian

Pustaka. Untuk gagasan Aktual, dibelakang judul agar ditulis: Suatu Gagasan Aktual.

Judul ditulis dengan hurup kapital. Time New Roman berukuran 12 point (Bold), jarak

1 (satu) spasi dan terletak ditengah-tengah tanpa titik.

2. Nama Penulis, ditulis nama lengkap tanpa gelar akademis. Artikel yang ditulis oleh

Mahasiswa melibatkan juga pembimbing dan/atau orang yang terlibat dengan

penelitian/artikel yang ditulis. Sedangkan penulis dari kalangan umum, penulis

mencerminkan pemilik dari artikel/penelitian/gagasan yang akan dimuat. Penulisan

nama penulis pertama artikel dimulai dari nama utama yang akan dimuat, diikuti

dengan pendukung (nama urutan kelahiran/marga/dll) sedangkan penulisan nama

penulis ke-2 dan selanjutnya disusun sesuai dengan urutan nama bersangkutan. Nama

utama ditulis utuh, sedangkan nama pendukung disingkat dengan satu huruf/singkatan

umum yang berlaku.

3. Nama Lembaga/Instansi/Institusi, nama lembaga/institusi ditulis secara lengkap

disertai alamat.

Page 22: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

4. Alamat Korespondensi (No. Telpon dan email), No. Telp dan alamat email yang

ditulis adalah yang aktif untuk memudahkan komunikasi terkait artikel yang akan

dipublikasikan

5. ABSTRAK, ditulis dalam Bahasa Indonesia (ABSTRAK) dan Bahasa Inggris

(ABSTRACT). Abstrak ditulis dalam 1 (satu) paragraf yang berisikan tujuan

penelitian, metode, hasil dan simpulan. Abstrak tidak lebih dari 250 kata. diketik satu

spasi

6. Kata Kunci (key Word), diketik miring, maksimal 5 kata yang merupakan kata-kata

utama dari artikel, 1 (dua) spasi setelah abstrak + 12 pt setelah abstrak.

7. PENDAHULUAN. Berisi latar belakang permasalahan, fakta/data dari pustaka

mendukung, solusi/alternative solusi serta tujuan penulisan. Dalam mengutip pendapat

orang lain dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh: Udayana (2005); Quan et

al. (2002)

8. MATERI DAN METODE. ditulis lengkap dan terperinci terutama desain penelitian.

Metode pelaksanaan penelitian mengikuti acuan yang berlaku dengan mencantumkan

sumbernya.

9. HASIL DAN PEMBAHASAN. Menyajikan uraian hasil penelitian dan pembahasan

hasil secara jelas dan komprehensif

Ilustrasi (Tabel, Grafik, Histogram, Sketsa, Gambar)

a. Judul Tabel, grafik, histogram, sketsa, dan/atau gambar diberi nomor urut, judul

singkat tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ditulis menggunakan

huruf Times New Roman berukuran 12 point (Bold), awal kata menggunakan hurup

kapital (kecuali kata penghubung), dengan jarak 1 (satu) spasi

b. Isi Tabel/Ilustrasi lain ditulis dengan Font Time New Roman 11 - 12 point

(disesuaikan dengan ukuran/isi table). Isi item Tabel/Ilustrasi lain yang

disingkat/istilah khusus dapat diisi notasi baik berupa huruf/angka yang

selanjutnya wajib diberi keterangan terkait notasi tersebut

c. Keterangan Tabel/Ilustrasi ditulis dari disebelah kiri bawah menjulur ke kanan (bisa

dipisah setiap notasi atau menjalur terus untuk kesemua notasi), menggunakan

huruf Times New Roman berukuran 11 point, dengan jarak 1 (satu) spasi + 6 pt

setelah Ilustrasi. Penulisan tanda atau notasi untuk data yang dianalisis dengaan

analisis statistik menggunakan superskrip berbeda pada baris/kolom yang sama

yang menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) atau berbeda sangat nyata (P<0,01)

Page 23: SUSUNAN DEWAN REDAKSI - simdos.unud.ac.id · SUSUNAN DEWAN REDAKSI E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA KETUA EDITOR I Made Mudita, S.Pt., MP EDITOR Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS ...

d. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan

tanda koma ( , ), untuk bahasa Inggris digunakan titik ( . ).

e. Grafik, gambar dan Foto:

- Grafik dibuat dalam program excel

- Gambar baik berupa gambar biasa/foto harus tajam dengan resolusi tinggi

f. Satuan pengukuran menggunakan sistem internasional (SI)

g. Nama Latin, Yunani, atau Daerah dicetak miring. Istilah asing/khusus diberi tanda

petik

10. SIMPULAN DAN SARAN (bila diperlukan). ditulis secara singkat dan jelas

11. UCAPAN TERIMA KASIH. disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu

sehingga penelitian/artikel dapat dihasilkan, misalnya pemberi gagasan, pemilik

proyek/penyandang dana, dll

12. DAFTAR PUSTAKA. Memuat nama pengarang yang dirujuk dalam naskah, disusun

menurut abjad pengarang dan tahun penerbitan. Untuk buku dicantumkan semua nama

penulis, tahun, judul buku, penerbit dan tempat. Untuk jurnal dicantumkan nama

penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi dan halaman.

Artikel dalam buku dcicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul

buku, penerbit dan tempat. Artikel internet dicantumkan nama penulis, tahun dibuat,

judul tulisan, alamat web, waktu akses.