Survey Sektor Restoran Dan Rumah Makan_Update
-
Upload
muhammad-yamin -
Category
Documents
-
view
215 -
download
2
description
Transcript of Survey Sektor Restoran Dan Rumah Makan_Update
PENGARUH MENGUATNYA NILAI DOLARTERHADAP RESTORAN DAN WARUNG MAKAN
Tak dapat dihindari bahwa menguatnya nilai dollar terhadap beberapa mata uang asing,
termasuk Rupiah (melemahnya nilai rupiah), memiliki pengaruh yang kuat terhadap
geliat bisnis kuliner. Hal ini disebabkan karena beberapa hal:
1. Sebelum harga BBM naik, sebagian besar pebisnis kuliner telah menaikkan gaji
pegawai mereka, namun dalam waktu tidak lama ternyata harga BBM naik, yang
diikuti oleh kenaikan harga kebutuhan pokok yang digunakan sebagai bahan
baku kuliner, sementara itu, tidak mungkin melakukan penurunan gaji.
2. Sebagian bahan baku mengalami kenaikan harga pasca kenaikan BBM. Selain ada
bahan baku yang komponennya dari bahan impor, seperti tempe dan tahu,
daging sapi dll, kenaikan barang-barang lain yang tidak impor juga terjadi sebagai
efek domino kenaikan BBM, seperti harga ikan, sayuran dan lain-lain.
3. Menguatnya nilai dolar yang diikuti oleh melemahnya daya beli masyarakat
sehingga menyebabkan berkurangnya omset penjualan pada restoran dan
rumah makan, karena kecenderungan masyarakat berhemat.
4. Fluktuasi harga bahan baku menjadi sangat tidak stabil, bahkan cenderung
mengkhawatirkan karena kenaikan harga-harga berlangsung cukup lama (inflasi).
5. Kondisi ini dirasakan oleh hampir seluruh Restoran dan Rumah makan yang kami
interview.
Menghadapi situasi ini, para pebisnis kuliner harus berfikir keras untuk tetap survive di
tengah-tengah kesulitan ekonomi ini. Bisnis-bisnis kuliner yang sifatnya dadakan dan
tidak memiliki manajemen yang bagus, ada yang gulung tikar karena tidak mampu lagi
mengelola bisnisnya dalam situasi yang tidak stabil. Sementara pebisnis yang memiliki
manajemen bagus dan telah memiliki pasar yang baik, mereka cenderung bertahan
dengan memgubah strategi bisnis mereka pada hal-hal teknis operasional usaha serta
pengelolaan manajemen keuangan yang lebih rapi dan terkontrol.
Adapun beberapa upaya yang mereka lakukan sebagai solusi dalam menghadapi situasi
ekonomi yang sulit ini terbagi ke dalam dua kategori, yaitu :
1. Memindahkan beban/biaya kepada konsumen. yaitu menaikkan harga setiap produk
hingga mencapai 20% sebagai konsekuensi tergerusnya keuntungan akibat dari
kenaikan harga-harga bahan baku sehingga laba usaha tetap terjaga sebagaimana
laba pada saat sebelum kenaikan harga-harga tersebut.
2. Menguran
3. gi biaya produksi/ manajemen (internal). Hal ini dilakukan untuk mempertahankan
agar pelanggan tetap nyaman belanja di tempat mereka dengan tidak dibebani oleh
kenaikan harga, tetapi manajemen harus melakukan pilihan-pilihan berikut:
a. Mengurangi komposisi menu
b. Mengurangi volume
c. Mengurangi takaran pada setiap menu.
d. Mengurangi jenis menu yang sudah ada. Biasanya ada 20 menu, maka
dikurangi hanya menjadi 10 menu saja
Untuk dapat melakukan semua itu, para pebisnis kuliner melakukan usaha-usaha ekstra
di luar kebiasaan dengan melakukan survei di beberapa tempat untuk melihat dan
membandingkan harga di beberapa tempat, bahkan tidak sedikit mereka yang
memanfaatkan lahan yang dipunyai untuk menanam sayur-sayuran dan sejenisnya
secara mandiri demi menekan biaya produksi.
Walau banyak perubahan yang mereka lakukan, para pebisnis kuliner tetap berusaha mempertahankan omzet dengan tidak mengorbankan kualitas produk yang bisa membuat pelanggannya kecewa dan pergi ke tempat lain. Hal yang sama dilakukan juga oleh para pebisnis kuliner seperti Restoran dan Ruamah Makan di berbagai tempat.
Strategi yang dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya antara lain dengan mengurangi ukuran produk dengan menjamin kualitanya tetap terjaga dan harganya kompetitif.
Tekanan ekonomi yang dirasakan ini, juga dampak dari kenaikan biaya listrik, gas dan BBM juga berpotensi memicu terjadinya tekanan ekonomi yang dapat membuat banyak konsumen mengurangi biaya konsumsi.
Konsumen pun semakin ketat dalam mengkonsumsi apa yang mereka beli, misalnya, kalau sebelumnya orang ke restoran atau Rumah Makan biasanya mengkonsumsi 3-4 macam lauk dan sayurannya, tetapi dalam situasi seperti sekarang ini mereka mengurangi jumlahnya menjadi hanya 2-3 macam masakan saja. Hal ini sekaligus mengkonfirmasi melemahnya daya beli masyarakat.