SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI...

128
SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI WILAYAH RURAL (DESA CILEBUT BARAT KABUPATEN BOGOR) DAN URBAN (KELURAHAN KALIBATA KOTA JAKARTA SELATAN) TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun Oleh: Nama: Nur Fitri Afiati NIM: 1111101000043 PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (PSKM) FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN (FKIK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Transcript of SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI...

Page 1: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK

DI WILAYAH RURAL (DESA CILEBUT BARAT KABUPATEN BOGOR)

DAN URBAN (KELURAHAN KALIBATA KOTA JAKARTA SELATAN)

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM)

Disusun Oleh:

Nama: Nur Fitri Afiati

NIM: 1111101000043

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (PSKM)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN (FKIK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

i

Page 3: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Epidemiologi

Skripsi, November 2015

Nur Fitri Afiati, NIM: 1111101000043

Survei Perokok dan Kondisi Kesehatan Perokok Di Wilayah Rural (Desa Cilebut

Barat Kabupaten Bogor) dan Urban (Kelurahan Kalibata Kota Jakarta Selatan)

Tahun 2015

XVI+ 105 halaman, 2 bagan, 24 tabel, 50 lampiran

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara ketiga di dunia dengan angka prevalensi

rokok terbanyak yaitu 4,8%. Survei yang dilakukan oleh Riskesdas menunjukkan

bahwa wilayah rural dan urban memiliki proporsi perokok yakni 36,6% dan

32,3% di tahun 2013. Cilebut Barat memiliki jumlah rumah tangga terbanyak

yaitu sebanyak 6092 rumah tangga. Sedangkan, Kelurahan Kalibata memiliki

jumlah rumah tangga terbanyak yakni sebesar 14329.

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi deskriptif yang

menggunakan desain studi Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu

klaster dua tahap dengan jumlah sampel 275 di Desa Cilebut Barat dan 295 di

wilayah Kelurahan Kalibata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi

perokok menurut orang, tempat dan waktu serta kondisi kesehatan yang dialami

oleh perokok di Desa Cilebut Barat dan Kelurahan Kalibata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perokok di daerah Kelurahan

Kalibata lebih tinggi dengan jenis kelamin perempuan. Pada wilayah Kelurahan

Kalibata pendidikan terakhir adalah SMA (58,11%). Sedangkan, di Desa Cilebut

Barat pendidikan terakhir perokok adalah SMP (38,30%). Pekerjaan perokok

tertinggi di Kelurahan Kalibata adalah wiraswasta (41,90%) dan Desa Cilebut

Barat adalah buruh (36,17%). Pada kedua wilayah perokok menghabiskan 10-14

batang rokok perharinya dengan anggaran rata-rata Rp 13.700 pada Kelurahan

Kalibata dan Rp 10.600 pada Desa Cilebut Barat. Rata-rata usia awal merokok di

Desa Cilebut Barat yakni 19 tahun dan 17 tahun di Kelurahan Kalibata. Metode

berhenti merokok tanpa bantuan adalah metode terbanyak yang digunakan pada

kedua wilayah.

Pajanan asap rokok di dalam rumah, di lingkungan kerja dan tempat

umum lebih banyak terjadi di Desa Cilebut Barat daripada di wilayah Kelurahan

Kalibata. Hampir semua responden mendapat pajanan iklan rokok dari televisi.

Sebagian besar perokok pada kedua wilayah memiliki durasi merokok 10-19

tahun. Kondisi kesehatan yang dialami oleh perokok yang paling banyak terjadi

yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan Kalibata. Peneliti

menyarankan agar Puskesmasmelakukan edukasi kepada warga mengenai dampak

rokok terutama kepada kalangan pelajar seperti SD, SMP dan SMA.

Kata kunci: Perokok, Kondisi Kesehatan, Rural dan Urban

Page 4: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH

Epidemiology

Undergraduate Thesis, November 2015

Nur Fitri Afiati, NIM: 1111101000043

Smokers Survey and Smokers Health Conditions In Rural (Desa Cilebut Barat

Kabupaten Bogor) and Urban (Kelurahan Kalibata Kota Jakarta Selatan) 2015

XVI+ 105 halaman, 2 bagan, 24 tabel, 50 lampiran

ABSTRACT

Indonesia is the third country in the world with the highest smoking

prevalence rate is 4.8%. A survey conducted by Riskesdas showed that urban and

rural regions have a proportion of smokers ie 36.6% and 32.3% in 2013. Cilebut

West has the highest number of households that as many as 6092 households.

Meanwhile, Village Kalibata has the highest number of households which

amounted to 14 329.This study was a descriptive epidemiological study using

cross sectional study design. A sampling technique that two-stage cluster sample

number 275 in the Village area Cilebut West and 295 in the Village Kalibata. This

study aims to determine the distribution of smokers by person, place and time as

well as health conditions experienced by smokers in the West Village and Village

Cilebut Kalibata.

The results showed that smokers in the Village area Kalibata higher with

female sex. At the Village Kalibata last education is high school (58.11%).

Meanwhile, in the West Village area of education last Cilebut smokers are junior

(38.30%). Most of the work in the village Kalibata smokers are self-employed

(41.90%) and Cilebut West Village area is labor (36.17%). In both regions

smokers spend 10-14 cigarettes per day with an average budget of Rp 13,700 to

Rp 10,600 Village Kalibata and at Village West Cilebut. The average age of

beginning to smoke in the village of West Cilebut ie 19 years and 17 years in the

Village Kalibata. Methods to stop smoking without help is the method most used

in both regions.

Exposure to cigarette smoke in the home, in the workplace and public

places are more prevalent in the West than in the village Cilebut Kalibata Village

area. Almost all respondents got exposure to cigarette advertising on television.

Most smokers in the two regions has a duration of 10-19 years smoke. health

conditions experienced by smokers most common are hypertension either in the

village or the Village West Cilebut Kalibata. Researchers suggest that health

centers to educate the citizens about the impact of smoking, especially to the

students such as elementary, junior high and high school.

Keywords: Smokers, Health Conditions, Rural dan Urban

Page 5: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

iv

Page 6: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

v

Page 7: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Fitri Afiati

TTL : Jakarta, 2 April 1993

Agama : Islam

Golongan Darah : B

No Hp : 085694741563

Alamat : Jalan Kalibata Timur 3 Rt 005/08 no:17

Alamat Email : [email protected]

Pendidikan Formal

1997-1998 : TK/TPA Alkhoiriyah

1998-2004 : SDN Kalibata 04

2004-2007 : SMPN 182 Jakarta

2007-2010 : SMAN 79 Jakarta

2011-sekarang : Peminatan Epidemiologi, Program Studi Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Prestasi dan Penghargaan

2009-2010 : Peraih Beasiswa DKI Jakarta

2013-2014 : Peserta Olimpiade Biologi tingkat Jakarta Selatan

Pengalaman Kerja

2013 : Wakil Ketua Pengalaman Belajar Lapangan 1 dan 2 di

Rw 11 Kelurahan Pamulang Kota Tangerang Selatan,

Banten

2014 : Magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan Soekarno Hatta

2015 : Magang di Puskesmas Kecamatan Pancoran

2015 : Tenaga enumerator survei Kebutuhan Nyata Air Bersih

PKKLI FKM UI

Pengalaman Organisasi

2010 : Bendahara Departemen Hayati Mabit Nurul Fikri

2011 : Staff Pengembangan Ekonomi Komda FKIK UIN Jakarta

2011-2012 Anggota aktif Pergerakan Anggota Muda IAKMI DKI

Jakarta

2012-2013 : Menteri Pengembangan Ekonomi Pergerakan Anggota

Muda IAKMI DKI Jakarta

staff pengembangan ekonomi Epidemiology Student

Association

2013-2014 : Staff Kementerian Keilmuan dan Profesi Pergerakan

Anggota Muda IAKMI Nasional

2014-2015 : Bendahara Pergerakan Anggota Muda IAKMI Nasional

Page 8: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

vii

Kata Pengantar

Assalamu‟alaikum wr. wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunianya sehingga

penulis bisa menyelesaikan proposal skripsi ini. Sholawat dan salam tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya hingga

kepada kaum muslimin.

Alhamdulillah skripsi yang berjudul “Survei Perokok dan Kondisi

Kesehatan yang Dialami Perokok di Wilayah Rural (Desa Cilebut Barat

Kabupaten Bogor) dan Urban (Kelurahan Kalibata Kota Jakarta Selatan) Tahun

2015” telah selesai sebagai sarat untuk memperoleh gelar sarjana.Ucapan terima

kasih tak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu

dalam pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Arif Sumantri selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UINSyarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Fajar Ariyanti Ph. D selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes selaku pembimbing. Terima kasih

atas bimbingannya, saran, semangat dan doa nya. Terima kasih juga

atas ilmu yang telah ibu berikan kepada saya dan tantangan selama

proses pembelajaran yang membuat saya semakin kuat jika

menghadapi dunia kerja.

4. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar. MARS selaku pembimbing. Terima

kasih atas bimbingan, saran dan kebaikan yang telah bapak berikan

kepada saya.

5. Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM. M.MA selaku pembimbing. Terima

kasih banyak bu bimbingan dan arahan dari ibu dalam penelitian ini.

Page 9: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

viii

6. Ibu Yuli Amran, MKM selaku pembimbing akademiknya. Terima

kasih bu atas waktu dan perhatian yang telah ibu berikan kepada saya.

7. Ibu Hoirun Nisa, P.hD selaku Dosen Epidemiologi. Terima kasih bu,

atas ilmu yang telah ibu berikan.

8. Umi, Ayah, kakak dan abang serta keponakan tersayang yang telah

memberikan cinta dan kasih sayang serta semangatnya kepada penulis.

Terutama kepada umi dan ayah yang selalu memberikan kasih sayang

dan perhatian kepada penulis baik dalam hal moril maupun materil.

9. Pihak yang terkait di Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta

Selatan dan Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor yang telah

mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di daerahnya.

10. Ibu Lurah Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor, kader desa Cilebut

Barat Kabupaten Bogor, Ketua RT baik di Kelurahan Kalibata Kota

Administratif Jakarta Selatan maupun di Desa Cilebut Barat

Kabupaten Bogor yang telah memudahkan proses perizinan untuk

melakukan penelitian dan bantuan selama penelitian berlangsung.

11. Sahabat „Geng Rempong‟ Wulan, Pewe, Nadra, Safira, Mbak Lia dan

Falah terima kasih atas motivasi dan bantuannya dalam hal

pengumpulan data untuk bisa menyelesaikan skripsi ini. Terutama

kepada Wulan yang telah memberikan kritik kepada penulis dalam hal

penulisan skripsi.

12. Athiya, Ismi, Afifah, Wina dan Maya yang telah membantu penulis

dalam mengumpulkan data. Terutama kepada Athiya yang selalu

menemani penulis dalam melakukan pengumpulan data.

13. Teman-teman Epid 2011, terutama kepada Iis, Putri, Linadan Kemal

yang telah memberikan pendapat dan dukungannya dalam

memperbaiki skripsi ini kearah yang lebih baik terutama dalam soal

konten.

14. Sahabat-sahabat tersayang Puduf (Putri, Umi, Dian dan Fatimah) yang

memberikan motivasi kepada penulis.

Page 10: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

ix

15. Saudara penulis, Bi Yana, Bi Yati dan mang Topik yang telah

membantu peneliti selama penelitian berlangsung terutama masalah

perizinan.

16. Zahra, Rara, Shela dan Fitra teman seperjuangan di Mabit NF yang

sampai sekarang menjadi teman dekat penulis.

17. Kevin, seseosok teman misterius yang selalu mendukung penulis untuk

menyelesaikan studi.

18. Teman-teman dan kakak-kakak PAMI Nasional yang telah membantu

penulis dalam memberikan saran dan dukungan serta teman-teman

PAMI Nasional lainnya.

19. Pihak lain yang telah membantu penulis terkait penulisan proposal.

Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih sangat jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi penyempurnaan laporan skripsi. Semoga laporan skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu‟alaikum wr.wb

Ciputat, 2015

Penulis

Page 11: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

x

Daftar Isi

Abstrak......................................................................................................................i

Pernyataan persetujuan...........................................................................................iii

Daftar Riwayat Hidup.............................................................................................iv

Kata Pengantar ...................................................................................................... vii

Daftar Isi.................................................................................................................. x

Daftar Bagan ........................................................................................................ xiii

Daftar Tabel ......................................................................................................... xiv

Daftar Lampiran .................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ..........................................................Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah .....................................................Error! Bookmark not defined.

C. Pertanyaan Penelitian ................................................Error! Bookmark not defined.

D. Tujuan .......................................................................Error! Bookmark not defined.

1. Tujuan Umum .......................................................Error! Bookmark not defined.

2. Tujuan Khusus ......................................................Error! Bookmark not defined.

E. Manfaat .....................................................................Error! Bookmark not defined.

1. Bagi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ...Error! Bookmark not defined.

2. Bagi Prodi Kesehatan Masyarakat ........................Error! Bookmark not defined.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ......................................Error! Bookmark not defined.

F. Ruang Lingkup Penelitian .........................................Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................ Error! Bookmark not defined.

A. Rokok ........................................................................Error! Bookmark not defined.

1. Definisi Rokok ......................................................Error! Bookmark not defined.

3. Dampak Rokok .....................................................Error! Bookmark not defined.

4. Tipe-tipe Perokok ..................................................Error! Bookmark not defined.

B. Epidemiologi Deskriptif ............................................Error! Bookmark not defined.

Page 12: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

xi

1. Orang.....................................................................Error! Bookmark not defined.

2. Tempat ..................................................................Error! Bookmark not defined.

3. Waktu ....................................................................Error! Bookmark not defined.

C. Rural dan Urban ........................................................Error! Bookmark not defined.

D. Rokok Menurut Islam ...............................................Error! Bookmark not defined.

E. Kerangka Teori .........................................................Error! Bookmark not defined.

BAB III Kerangka Konsep dan Definisi Operasional .......... Error! Bookmark not

defined.

A. Kerangka Konsep ......................................................Error! Bookmark not defined.

B. Definisi Operasional .................................................Error! Bookmark not defined.

BAB IV METODE PENELITIAN ........................ Error! Bookmark not defined.

A. Desain Penelitian ......................................................Error! Bookmark not defined.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................Error! Bookmark not defined.

C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................Error! Bookmark not defined.

1. Populasi .....................................................................Error! Bookmark not defined.

2. Sampel...................................................................Error! Bookmark not defined.

D.Pengumpulan Data ........................................................Error! Bookmark not defined.

1. Sumber Data ..............................................................Error! Bookmark not defined.

2. Cara Pengumpulan Data........................................Error! Bookmark not defined.

3. Instrumen Penelitian .............................................Error! Bookmark not defined.

F. Pengolahan Data .......................................................Error! Bookmark not defined.

G. Analisa Data ..............................................................Error! Bookmark not defined.

BAB V HASIL PENELITIAN .............................. Error! Bookmark not defined.

A. Gambaran Wilayah Penelitian ..................................Error! Bookmark not defined.

1. Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor ...................Error! Bookmark not defined.

B. Distribusi Perokok di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015 Error! Bookmark not

defined.

C. Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Orang di Wilayah Rural dan Urban

Tahun 2015 ..............................................................Error! Bookmark not defined.

Page 13: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

xii

D. Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Tempat di Wilayah Rural dan Urban

Tahun 2015 ..............................................................Error! Bookmark not defined.

E. Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Waktu di Wilayah Rural dan Urban

Tahun 2015 ..............................................................Error! Bookmark not defined.

F. Distribusi ...................................................................Error! Bookmark not defined.

BAB VI PEMBAHASAN ...................................... Error! Bookmark not defined.

A. Keterbatasan Penelitian .............................................Error! Bookmark not defined.

B. Perokok di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015 ...Error! Bookmark not defined.

C. Perokok Menurut Orang di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015 ................ Error!

Bookmark not defined.

1. Umur .....................................................................Error! Bookmark not defined.

2. Jenis Kelamin ........................................................Error! Bookmark not defined.

3. Pendidikan .............................................................Error! Bookmark not defined.

4. Pekerjaan ...............................................................Error! Bookmark not defined.

5. Jumlah Rokok .......................................................Error! Bookmark not defined.

6. Metode Berhenti Merokok ....................................Error! Bookmark not defined.

7. Anggaran Pembelian Rokok .................................Error! Bookmark not defined.

D. Perokok Menurut Tempat di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015 .............. Error!

Bookmark not defined.

1. Pajanan Asap Rokok .............................................Error! Bookmark not defined.

2. Pajanan Iklan Rokok .............................................Error! Bookmark not defined.

E. Perokok Menurut Waktu di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015 ................ Error!

Bookmark not defined.

1. Durasi Merokok ....................................................Error! Bookmark not defined.

F. Kondisi Kesehatan yang Dialami Perokok di Wilayah Rural dan Urban Tahun

2015 ..........................................................................Error! Bookmark not defined.

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................... Error! Bookmark not defined.

A. Simpulan ......................................................................Error! Bookmark not defined.

B. Saran .............................................................................Error! Bookmark not defined.

Daftar Pustaka......................................................................................................117

Page 14: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

xiii

Daftar Bagan

Nomor Bagan Halaman

2.1 Kerangka Teori 36

3.1 Kerangka Konsep 38

Page 15: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

xiv

Daftar Tabel

Nomor Tabel Halaman

5.1 Karakteristik Responden di Wilayah Rural dan Urban

Tahun 2015 51

5.2 Distribusi Perokok Saat Ini di di Wilayah Rural dan Urban

Tahun 2015 52

5.3 Distribusi Perokok Saat Ini dan Dahulu di di Wilayah Rural

dan Urban Tahun 2015 52

5.4 Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Orang (Jenis

Kelamin, Usia, Pendidikan dan Pekerjaan) di Wilayah

Rural dan Urban Tahun 2015

54

5.5 Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Orang (Metode

Berhenti Merokok) di Wilayah Rural dan Urban Tahun

2015

56

5.6 Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Orang (Anggaran

Pembelian Rokok) di Wilayah Rural dan Urban Tahun

2015

56

5.7 Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Orang (Age

Initiation) di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015 57

5.8 Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Tempat (Pajanan

Asap Rokok di Dalam Rumah dan Tempat Kerja) di

Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

57

5.9 Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Tempat (Pajanan

Asap Rokok di Tempat Umum) di Wilayah Rural dan

Urban Tahun 2015

58

5.10 Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Tempat (Pajanan

Iklan Rokok) di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015 59

5.11 Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Waktu di

Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015 60

5.12 Distribusi kondisi kesehatan yang dialami oleh perokok

di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

61

Page 16: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

xv

Daftar Lampiran

No Keterangan

1 Kuesioner

2 Kerangka Sampel

3 Hasil Uji Validitas

4 Hasil Analisis Data

Page 17: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara global kematian akibat rokok mencapai 6 juta orang tiap

tahunnya. Angka ini bisa bertambah mencapai 7 juta orang pada tahun 2020

(Action on Smoking and Health, 2014). Tobacco Atlas (2012) menunjukkan

bahwa sekitar 2 per 3 perokok di dunia tinggal di sepuluh negara salah

satunya adalah Indonesia. Selain Indonesia menjadi salah satu dari sepuluh

negara yang memiliki jumlah perokok terbanyak, Indonesia juga satu-

satunya negara yang berada di Asia Tenggara yang belum menandatangani

Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), padahal dengan

menandatangani FCTC Indonesia akan terhindar dari beberapa kerugian

seperti Indonesia tidak menjadi negara tujuan pemasaran industri rokok

multi nasional, konsumsi rokok pada anak dan wanita akan berkurang serta

Indonesia memiliki kesempatan untuk mengikuti negosiasi penerapan

panduan FCTC (Kementerian Kesehatan, 2013a).

Indonesia merupakan negara ketiga di dunia dengan angka prevalensi

perokok terbanyak setelah Cina dan India yaitu sebesar 4,8% (WHO, 2008

dalam Tobacco Control Support Center, 2012). Pada tahun 2009, Indonesia

menempati peringkat keempat dengan jumlah perokok terbanyak di dunia

yakni sebesar 260.800 (Tobacco Atlas, 2009 dalam Tobacco Control

Page 18: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

2

Support Center, 2012). Pada tahun 2013 proporsi perokok di Indonesia

adalah 29,3% (Riskesdas, 2013).

Perokok di Indonesia berasal dari berbagai kelompok umur dan jenis

kelamin. Berdasarkan kelompok umur, persentase perokok paling tinggi

berada pada usia produktif (15-64 tahun). Data dari Riskesdas pada tahun

2010 menunjukkan bahwa sebanyak 37% perokok berusia 35-44 tahun.

Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2011 menunjukan bahwa

sebanyak 73,3% perokok berada pada usia 25-44 tahun. Sementara itu,

Riskesdas tahun 2013 memperlihatkan bahwa sebanyak 33,4% perokok

berusia 30-34 tahun. Data yang diolah Tobacco Control Support Center

(2012) menemukan bahwa usia awal perokok mengonsumsi rokok

terbanyak yakni usia ≥15 tahun sebesar 50,7% di tahun 2007 dan 43,3% di

tahun 2010. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi perokok pada laki-laki

meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun 2007 prevalensi perokok laki-laki

sebesar 65,6% kemudian tahun 2010 naik menjadi 65,8% dan pada tahun

2013 menjadi 66% (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan karakteristik wilayah tempat tinggal, prevalensi perokok

dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada wilayah rural atau pedesaan

prevalensi perokok tahun 2007 yaitu 36,6% dan meningkat pada tahun 2010

sebesar 37,4%. Sedangkan, pada wilayah urban atau perkotaan prevalensi

perokok sebesar 31,2% di tahun 2007 dan 32,3% di tahun 2010 (Tobacco

Control Support Center, 2012). Dari data tersebut juga menunjukkan bahwa

perokok di wilayah rural lebih banyak dibandingkan dengan perokok di

Page 19: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

3

wilayah urban. Data GATS (2011) juga menunjukkan hasil yang sama yakni

72,5% prevalensi perokok di wilayah rural dan 61,6% prevalensi perokok di

wilayah urban.

Penelitian yang telah dilakukkan oleh Hodge (1996) menunjukkan

bahwa perokok di wilayah urban lebih banyak dibandingkan dengan

perokok di wilayah rural. Penelitian Duelberg (1992) menunjukkan hasil

yang sama yaitu perokok di wilayah urban lebih tinggi dibandingkan dengan

wilayah rural. Sedangkan, penelitian yang dilakukkan oleh Sarvela

menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian Sarvela (1997) menunjukkan

bahwa perokok rural lebih besar dibandingkan perokok dengan urban.

Data BPS tahun 2010 menunjukkan bahwa Jawa Barat merupakan

salah satu provinsi yang memiliki wilayah pedesaan terbanyak yakni

sebanyak 3221 desa. Sedangkan, DKI Jakarta merupakan provinsi yang

seluruh wilayahnya merupakan wilayah perkotaan yakni sebanyak 267 kota.

Provinsi Jawa Barat memiliki proporsi perokok 27,1 % untuk perokok

saat ini dan 5,6% untuk perokok kadang-kadang (Riskesdas, 2013). Bogor

merupakan salah satu wilayah kabupaten yang memiliki proporsi 28,6% dan

perokok kadang-kadang 5,9% (Riskesdas Jawa Barat, 2013). Sedangkan,

Provinsi DKI Jakarta memiliki proporsi merokok terbanyak dengan proporsi

perokok sehari-hari 23,2% dan proporsi perokok kadang-kadang 6%

(Riskesdas, 2013).

Jakarta Selatan merupakan salah satu wilayah di DKI Jakarta yang

memiliki proporsi perokok setiap hari terbanyak ketiga yakni 23,7%

Page 20: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

4

perokok setiap hari dan 4,6% perokok kadang-kadang. Selain itu, Jakarta

Selatan merupakan salah satu wilayah di DKI Jakarta yang memiliki jumlah

perokok dengan usia <15 tahun terbanyak yakni 13,3% (Riskesdas Jakarta,

2013).

Masalah rokok harus segera ditangani karena rokok dapat

menimbulkan gangguan pada sistem kardiovaskular, sistem pernafasan dan

juga sistem reproduksi. Data yang berasal dari Surgeon General (2014)

menunjukkan bahwa sebesar 235 dari 100.000 penduduk meninggal dengan

gangguan sistem kardiovaskular yang diakibatkan oleh rokok. Berdasarkan

hasil studi yang telah dilakukan oleh Shinton dan Beevers (1989) dalam

CDC (2010) menunjukkan bahwa orang yang merokok berisiko terkena

stroke. Hasil studi yang sama juga ditemukan oleh Framingham Heart Study

yang menunjukkan bahwa risiko stroke meningkat seiring dengan

bertambahnya jumlah konsumsi rokok (Wolf, 1988).

Selain itu, rokok dapat menyebabkan gangguan pada sitem pernafasan

diantaranya kanker paru, PPOK dan juga asma. Surgeon general (2014)

menyebutkan kematian akibat kanker paru yakni sebanyak 90% pria dan

80% wanita yang disebabkan oleh rokok. National Review of Astma Death

(2012) dalam Action on Smoking and Health (2015b) menunjukkan bahwa

28% kematian penderita asma disebabkan oleh rokok. Sedangkan, PPOK

sekitar 80% dari kematian akibat PPOK disebabkan oleh rokok (Surgeon

General, 2014).

Page 21: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

5

Dampak pada sistem reproduksi yakni sekitar 10-20% kehamilan

berakhir dengan keguguran dan 10% pasangan yang ingin memiliki anak

memiliki tingkat kesuburan yang kurang (CDC, 2010). Data yang berasal

dari Pregnancy Risk Assessment and Monitoring System (PRAMS) tahun

2011 menemukan bahwa 10% wanita dengan usia kehamilan 3 bulan

merokok selama kehamilan (CDC, 2014a).

Kecamatan Pancoran merupakan salah satu kecamatan di wilayah

Jakarta Selatan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Dara Puspita

Dewi (2010) menemukan bahwa Kecamatan Pancoran memiliki presentase

satu orang perokok di rumah tangga yaitu sebanyak 72,9%. Kelurahan

Kalibata merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Pancoran yang

memiliki jumlah rumah tangga terbanyak yakni sebesar 14329 (BPS, 2010).

Sedangkan, Desa Cilebut Barat merupakan salah satu Desa di Kabupaten

Bogor. Penelitian yang dilakukan oleh Yusnabeti (2009) menemukan bahwa

presentase perokok di Desa Cilebut Barat yakni sebesar 89,8%. Desa

Cilebut Barat juga memiliki memiliki jumlah rumah tangga terbanyak yaitu

sebanyak 6092 rumah tangga.

Berdasarkan penjabaran masalah dan juga dampak yang terjadi pada

perokok, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

proporsi dan distribusi perokok menurut orang, tempat dan waktu serta

kondisi kesehatan yang dialami perokok di Desa Cilebut Barat Kabupaten

Bogor dan Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta Selatan karena

Page 22: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

6

selain masalah yang telah dipaparkan sebelumnya juga belum ada penelitian

terkait mengenai hal ini.

B. Rumusan Masalah

Rokok dapat menimbulkan efek bagi kesehatan diantaranya gangguan

pada sistem kardiovaskular, sistem pernafasan dan juga sistem reproduksi.

Tidak hanya penyakit saja yang ditimbulkan melainkan juga kematian. Di

dunia, kematian akibat rokok mencapai 6 juta orang tiap tahunnya. Angka

ini bisa bertambah mencapai 7 juta orang pada tahun 2020.

Survei yang dilakukan oleh Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa

wilayah rural memiliki proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

wilayah urban yakni 36,6% wilayah rural dan 32,3% di wilayah urban.

Adanya fasilitas yang memadai di wilayah urban ini memungkinkan

terjadinya migrasi penduduk dari wilayah rural ke wilayah urban. Swastika

(2014) menyebutkan bahwa proporsi penduduk di rural menurun sebesar

1,42% dalam satu tahun. Sedangkan, penduduk di urban meningkat sebesar

3,14% dalam satu tahun. Hal ini memungkinkan meningkatnya jumlah

perokok di wilayah urban.

Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah

rural. Diantara desa lainnya, Desa Cilebut Barat memiliki jumlah rumah

tangga terbanyak yaitu sebanyak 6092 rumah tangga. Sedangkan, Kelurahan

Kalibata Kota Administratif Jakarta Selatan merupakan salah satu wilayah

urban. Kelurahan Kalibata memiliki jumlah rumah tangga terbanyak yakni

sebesar 14329 (BPS, 2010).

Page 23: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

7

Oleh karena itu, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai

proporsi dan distribusi perokok menurut orang, tempat dan waktu serta

kondisi kesehatan yang dialami perokok di Desa Cilebut Barat Kabupaten

Bogor dan Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta Selatan karena

selain masalah yang telah dipaparkan sebelumnya juga belum ada penelitian

terkait mengenai hal ini di Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta

Selatan dan Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor.

C. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana proporsi perokok di wilayah rural dan urban tahun 2015?

2. Bagaimana distribusi perokok di wilayah rural dan urban tahun 2015?

3. Bagaimana distribusi perokok menurut orang (jenis kelamin, umur,

pendidikan, pekerjaan, jumlah rokok, metode berhenti merokok,

anggaran pembelian rokok dan age initiation) di wilayah rural dan

urban tahun 2015?

4. Bagaimana distribusi perokok menurut tempat (pajanan asap rokok dan

pajanan iklan rokok) di wilayah rural dan urban tahun 2015?

5. Bagaimana distribusi perokok menurut waktu (durasi merokok) di

wilayah rural dan urban tahun 2015?

6. Bagaimana distribusi kondisi kesehatan yang dialami perokok

(hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, asma, PPOK, komplikasi

kehamilan) di wilayah rural dan urban tahun 2015?

Page 24: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

8

D. Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua yakni tujuan umum dan

tujuan khusus. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing tujuan:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melihat proporsi dan

distribusi perokok menurut orang, tempat dan waktu serta kondisi

kesehatan yang dialami oleh perokok di wilayah rural dan urban tahun

2015.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya proporsi perokok di wilayah rural dan urban tahun

2015.

b. Diketahuinya distribusi perokok di wilayah rural dan urban tahun

2015.

c. Diketahuinya distribusi perokok menurut orang (jenis kelamin,

umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah rokok, metode berhenti

merokok, anggaran pembelian rokok dan age initiation) di wilayah

rural dan urban tahun 2015.

d. Diketahuinya distribusi perokok menurut tempat (pajanan asap

rokok dan pajanan iklan rokok) di wilayah rural dan urban tahun

2015.

e. Diketahuinya distribusi perokok menurut waktu (durasi merokok)

di wilayah rural dan urban tahun 2015.

Page 25: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

9

f. Diketahuinya distribusi kondisi kesehatan yang dialami perokok

(hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, asma, PPOK, dan

komplikasi kehamilan) di wilayah rural dan urban tahun 2015.

E. Manfaat

1. Bagi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan saran kepada

Puskesmas di wilayah tempat penelitian berlangsung, Kelurahan

Kalibata dan Desa Cilebut Barat, dalam menurunkan jumlah perokok

di wilayah kerjanya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan bisa memberi masukan dan informasi kepada

peneliti selanjutnya untuk bisa melakukan penelitian yang berkaitan

dengan menggunakan pendekatan mix methode untuk melihat proporsi

serta pola pemikiran atau persepsi masyarakat di wilayah rural dan

urban.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian epidemiologi deskriptif

dengan desain studi Cross Sectional. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah

untuk mengetahui proporsi dan distribusi perokok menurut orang (jenis

kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah rokok, metode berhenti

merokok, anggaran pembelian rokok dan age initiation), tempat (pajanan

asap rokok dan pajanan iklan rokok) dan waktu (durasi merokok) serta

Page 26: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

10

kondisi kesehatan yang dialami perokok (hipertensi, penyakit jantung

koroner, stroke, asma, PPOK, dan komplikasi kehamilan).

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2015 di Desa

Cilebut Barat Kabupaten Bogor dan Kelurahan Kalibata Kota Administratif

Jakarta Selatan oleh mahasiswi Peminatan Epidemiologi UIN Jakarta.

Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional dengan analisis

deskriptif dari variabel penyerta yang menggunakan data primer. Instrumen

penelitian ini adalah kuesioner. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

575 responden.

Page 27: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rokok

1. Definisi Rokok

Rokok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015) adalah

gulungan tembakau kira-kira sebesar kelingking yang dibungkus daun

nipah atau kertas. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang

Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau mendefinisikan

rokok adalah salah satu produk tembakau yang dibakar, dihisap, dan

dihirup asapnya termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu, atau

bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana rustica,

Nicotiana tabacum, dan spesies lainnya.

2. Kandungan Rokok

Rokok mengandung 4000 jenis zat kimia diantaranya adalah

karbon monoksida (CO), Nikotin dan Tar (Surgon General, 2014).

Berikut adalah penjelasan bahan-bahan rokok:

a. Tar

Tar adalah salah satu bahan kimia yang terdapat didalam

rokok. Dalam bentuk kondesat tar merupakan zat yang lengket

berwarna cokelat yang dapat menyebabkan gigi kuning pada

perokok (ASH Fact Sheet, 2014). Kandungan tar pada setiap jenis

Page 28: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

12

rokok berbeda tergantung pada klasifikasi rokok. Klasifikasi

rokokdibagi menjadi tiga yakni rendah (<22 mg/ batang rokok),

medium (22-28 mg/ batang rokok), dan tinggi (≥29 mg/ batang

rokok) (Kaufman. Et al, 1989). Semakin tinggi tingkatan rokok

maka semakin banyak kandungan zat kimia yang ada didalamnya.

b. Karbon Monoksida

Karbon monoksida (CO) merupakan gas beracun yang

terdapat dalam knalpot baik itu motor dan mobil serta terdapat

dalam rokok (Action on Smoking and Health, 2014). Karbon

monoksida merupakan gas yang lebih mudah terikat dengan

hemoglobin di bandingkan dengan oksigen (Fauzani, 2005). Dalam

hal ini perokok aktif mengalami keracunan dikarenakan terjadinya

persaingan antara oksigen dengan karbon monoksida untuk dapat

melekat pada hemoglobin (Husaini, 2006). Adanya persaingan ini

dapat menimbulkan gangguan pernafasan dan gangguan

kardiovaskular (Action on Smoking and Health, 2014).

c. Nikotin

Nikotin merupakan salah satu zat kimia yang terdapat

didalam rokok. Nikotin dapat diserap tubuh dalam waktu 10-19

detik. Nikotin menyebabkan seseorang perokok merasa kecanduan.

Hal ini terjadi dikarenakan nikotin dapat merangsang sistem saraf

pusat. Selain merangsang sistem saraf pusat nikotin dapat

Page 29: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

13

meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. (Action on

Smoking and Health, 2014)

Akibat nikotin ini banyak remaja yang menjadi perokok.

Setiap harinya terdapat 400 remaja merokok untuk pertama

kalinya. Selain itu, setiap hari terdapat 1000 perokok remaja yang

menjadi perokok harian (Surgeon General, 2014).

3. Dampak Rokok

Rokok dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti gangguan

pada sistem kardiovaskular, gangguan pernafasan, gangguan

pencernaan dan gangguan reproduksi. Berikut adalah penjelasannya:

a. Gangguan Kardiovaskular

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama

kematian di Australia yakni sebanyak 43.603 kematian pada tahun

2013 (Heart Foundation, 2014). Di Amerika, sekitar 610.000 orang

menderita penyakit jantung dimana 1 dari 4 penderita meninggal

akibat penyakit jantung (CDC, 2013). Sedangkan, di Indonesia

menurut data Kementerian Kesehatan RI (2013) menunjukkan

bahwa sebanyak 883.447 orang didiagnosis menderita penyakit

kardiovaskular.

Rokok merupakan salah satu penyebab dari penyakit

kardiovaskular. Di Australia rokok menjadi salah satu penyebab

kardiovaskular. Heart Foundation(2014) menunjukkan bahwa

sebanyak 2,7 juta penduduk Australia merokok dengan jumlah

Page 30: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

14

perokok tiap hari sebesar 300.000 orang. Berikut akan dijelaskan

penyakit kardiovaskular yang salah satu penyebabnya adalah

rokok:

1. Hipertensi

Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah

menjadi tinggi yakni sistol ≥ 140 mmHg dan diastol ≥ 90

mmHg. Di Australia sebesar 4,6 juta penduduk memiliki

tekanan darah tinggi pada tahun 2011-2012 (Heart Foundation,

2014). Sedangkan, Di Indonesia prevalensi hipertensi yakni

sebesar 25,8% di tahun 2013 (Riskesdas, 2013).

Jika seseorang merokok, kandungan rokok seperti nikotin

dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan nikotin

merangsang pelepasan epinefrin dan norepinefrin dari medula

adrenal dan ujung saraf terminal yang mengakibatkan

peningkatan denyut jantung dan kontraktilitas lebih besar

melalui stimulasi reseptor β1 miokard. Resistensi pembuluh

darah perifer meningkat melalui α-reseptor yang akhirnya dapat

meningkatkan tekanan darah (CDC, 2010).

2. Jantung Koroner

Data yang berasal dari Surgeon General menunjukkan

bahwa 71,7% laki-laki dan 80,8% wanita yang meninggal akibat

jantung koroner disebabkan oleh rokok. 1 dari 10 kematian di

Page 31: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

15

dunia disebabkan oleh jantung koroner karena rokok (Ezzati,

2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Walter (1987)

menunjukkan bahwa perokok yang mengonsumsi 1-4 rokok

perbatang memiliki risiko terkena jantung koroner sebanyak dua

kali dibanding non perokok. Hasil yang sama juga ditemukan

oleh David (1999). Dalam penelitian David perokok yang

mengonsumsi rokok 1-9 batang memiliki risiko terkena jantung

koroner sebesar 2 kali lipat dibanding non-perokok.

Dalam hal ini bahan kimia yang terkandung dalam rokok

dapat mempengaruhi proses pemecahan kolestrol dalam tubuh.

Lemak yang memiliki densitas yang rendah akan menempel

pada permukaan dinding pembuluh darah. Penempelan lemak

pada dinding pembuluh darah ini akan menumpuk seiring

berjalannya waktu dan menyebabkan penyempitan

(Aterosklerosis). Aterosklerosis ini dapat menyebabkan jantung

koroner. Hal ini dikarenakan terjadinya gangguan pada suplay

darah ke jantung akibat penyumbatan dalam darah sehingga

terjadinya nyeri dada (angina) (CDC, 2010).

3. Stroke

Hasil meta-analisis dari 32 studi yang telah dilakukan oleh

Shinton dan Beevers (1989) dalam CDC (2010) menunjukkan

bahwa orang yang merokok berisiko stroke sebesar 1,5 kali

Page 32: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

16

dibanding dengan orang yang tidak merokok. Studi lain yang

dilakukan oleh Framingham Heart Study dengan menggunakan

disain studi cohort menunjukkan bahwa risiko stroke meningkat

seiring dengan bertambahnya jumlah konsumsi rokok (Wolf,

1988).

Rokok yang mengandung banyak bahan berbahaya dalam

tubuh termasuk didalamnya karbon monoksida, formaldehid dan

hidrogen sianida masuk melalui pernafasan dan ditransfer

kedalam aliran darah. Bahan kimia yang terdapat didalam rokok

akan meningkatkan kadar kolestrol jahat dan menurunkan kadar

kolestrol baik. Hal ini dapat mengakibatkan penumpukan di

dalam tubuh sehingga terjadi aterosklerosis. Terjadinya

aterosklerosis seperti yang telah disebutkan diatas dapat

menyebabkan berkurangnya suplai darah ke otak sehingga aliran

darah ke otak terganggu. Hal ini mengakibatkan rusaknya sel-

sel otak sehingga terjadinya stroke (Stroke Association, 2012).

b. Gangguan Pernafasan

Merokok dapat menyebabkan gangguan pada pernafasan. Hal

ini dikarenakan asap yang masuk kedalam pernafasan masuk

kedalam saluran pernafasan kemudian diserap dan disimpan dalam

alveolus. Semakin seringnya perokok mengonsumsi rokok maka

semakin berisiko memiliki gangguan pernafasan yang berbahaya.

Page 33: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

17

Hal ini dikarenakan dosis yang berbahaya tersebut akan mengendap

dan menyebabkan terjadinya cedera paru-paru (CDC, 2010).

Penyakit pada saluran pernafasan ini merupakan salah satu

penyakit yang menjadi perhatian masyarakat dunia. Salah satu

penyakit salurah pernafasan, PPOK, menginfeksi sekitar 200 juta

orang di dunia (Action on Smoking and Health, 2015a). Survei

yang dilakukan di Australia tahun 2004-2005 menunjukkan bahwa

sekitar 15% kematian akibat infeksi saluran pernafasan disebabkan

oleh rokok (Tobacco in Australia, 2015). Berikut akan dijelaskan

penyakit gangguan pernafasan yang salah satu penyebabnya adalah

rokok:

1. Asma

Asma merupakan suatu kondisi dimana terhambatnya

pernafasan seseorang yang ditandai dengan adanya bunyi pada

pernafasan atau mengi, sesak nafas, sesak dada dan batuk dari

waktu ke waktu (Acton on Smoking and Health a, 2015). Ada

beberapa pemicu atau faktor risiko asma. Salah satunya adalah

rokok.

Data CDC menunjukkan bahwa 21% orang di Amerika

yang menderita asma merupakan perokok. National Review of

Astma Death (2012) dalam Acton on Smoking and Health

(2015b) menunjukkan bahwa 28% kematian penderita asma

disebabkan oleh rokok. Studi yang dilakukan di daerah

Page 34: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

18

Finlandia tahun 1997 menunjukkan bahwa pajanan asap rokok

di tempat kerja berisiko menderita penyakit asma sebesar 2 kali

daripada yang tidak terpapar dan pajanan rokok di rumah

berisiko menderita penyakit asma sebesar 5 kali dibandingkan

yang tidak terpapar (Jaakkola, 1997). Salah satu penelitian tahun

2006 menemukan bahwa dibanding dengan non-perokok dengan

asma, perokok dengan asma memiliki jumlah yang lebih tinggi

yang menunjukkan gejala PPOK (Boulet, 2006).

2. Penyakit Paru Obsetrik Kronik (PPOK)

PPOK merupakan penyakit paru yang bersifat kronis yang

ditandai dengan hambatan aliran udara baik itu bersifat progresif

nonreversibel maupun propresif yang reversibel. PPOK ini

terdiri dari emfisema dan bronkitis kronik (Perhimpunan Dokter

Paru Indonesia, 2003).

PPOK merupakan penyebab nomor 3 kematian di

Amerika Serikat (National Heart, Lung and Blood Institute,

2013). Di Inggris sekitar 900.000 orang telah terdiagnosis

menderita PPOK (Action on Smoking and Health, 2015a).

Merokok merupakan salah satu faktor risiko munculnya

penyakit paru obsetrik kronik (PPOK). Diperkirakan 80% dari

kematian akibat PPOK disebabkan oleh rokok (Surgeon

General, 2014). Penelitian yang telah dilakukan oleh Patel

(2004) menunjukkan bahwa merokok berhubungan secara

Page 35: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

19

signifikan terhadap PPOK. Risiko perokok menderita PPOK

menurut Patel yakni sebesar 1,54 kali dibanding dengan yang

tidak merokok.

Asap rokok yang dihirup oleh perokok baik aktif maupun

pasif masuk kedalam paru-paru. Ukuran partikel atau massa dari

komponen asap rokok yakni 0,3-0,4 mikrometer yang

menembus dan disimpan dalam paru-paru yang mendalam. Gas

seperti karbon monoksida yang tidak dapat larut akan disebar ke

alveolus dan mencapai kapiler alveolus yang dapat

menyebabkan cedera paru (CDC, 2010).

c. Gangguan Reproduksi

Selain berdampak pada gangguan kardiovasular, pencernaan

dan pernafasan, Asap rokok yang mengadung berbagai bahan kimia

juga berdampak pada gangguan reproduksi. Di Amerika sekitar 10-

20% kehamilan berakhir dengan keguguran dan 10% pasangan

yang ingin memiliki anak memiliki tingkat kesuburan yang kurang

(CDC, 2010). Data yang berasal dari Pregnancy Risk Assessment

and Monitoring System (PRAMS) tahun 2011 menemukan bahwa

10% wanita dengan usia kehamilan 3 bulan merokok selama

kehamilan (CDC, 2014a).

Dampak reproduksi lainnya yakni terjadi pada ibu dan bayi.

Di Amerika terdapat 400.000 bayi yang lahir terpapar asap rokok

yang disebabkan oleh ibu yang merokok setiap tahunnya. selain itu,

Page 36: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

20

terdapat 100.000 bayi yang meninggal akibat prematur, berat badan

lahir rendah dan komplikasi lainnya yang disebabkan oleh pajanan

asap rokok (CDC, 2014b). Berikut adalah beberapa gangguan

reproduksi yang salah satu penyebabnya adalah rokok:

1. Komplikasi Kehamilan

Merokok dapat menyebabkan terjadinya komplikasi

kehamilan seperti aborsi spontan, kehamilan ektopik, pre

eklampsia, plasenta previa dan plasenta abrupsi. Hasil Meta

analisis yang dilakukkan oleh Waylen (2008) menemukan

bahwa merokok memiliki risiko yang tinggi terhadap kehamilan

ektopik dan keguguran. Hasil penelitian lainnya menemukkan

adanya hubungan antara merokok sebelum hamil dengan

terjadinya aborsi (Nielsen,2006).

4. Tipe-tipe Perokok

Tipe perokok secara umum dibagi menjadi dua jenis, yaitu

perokok pasif dan perokok aktif. Berikut adalah penjelasan tentang

tipe-tipe perokok.

a. Perokok Aktif

Perokok aktif adalah indivdu yang benar-benar memiliki

kebiasaan merokok. Merokok merupakan kebiasaan didalam

hidupnya. Oleh karena itu, perokok aktif ini akan berupaya

mendapatkan rokok. Perokok aktif terancam bahaya dengan rokok

yang dikonsumsinya (Badriyah, 2007).

Page 37: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

21

b. Perokok Pasif

Perokok pasif adalah individu yang tidak biasa merokok,

tetapi harus menghirup asap rokok yang dihembuskan oleh orang

disekitarnya. Individu ini tidak punya niat untuk merokok,

sehingga jika sehari tidak merokok aktivitas yang dilakukan tidak

terganggu (Badriyah, 2007).

B. Epidemiologi Deskriptif

Menurut CDC tahun 2012, Epidemiologi merupakan disiplin ilmu

dengan menggunakan pendekatan yang sistematis yaitu pengumpulan data,

analisis dan interpretasi data. Menurut Rajab (2009) epidemiologi

merupakan ilmu yang mempelajari distribusi, determinan dan frekuensi

terjadinya suatu penyakit yang mempengaruhi status kesehatan individu.

Dalam distribusi ini epidemiologi menitikberatkan pada frekuensi dan

pola dari suatu penyakit. Frekuensi ini tidak hanya untuk jumlah kasus saja

melainkan juga hubungan antara jumlah dari kasus tersebut dengan populasi

penduduk. Sedangkan, pola yakni berhubungan dengan orang, tempat dan

waktu. Pola ini berkaitan dengan epidemiologi deskriptif. Epidemiologi

deskriptif menggambarkan karakteristik berdasarkan orang, tempat dan

waktu (CDC, 2012).

1. Orang

Karakteristik dari orang ini sangat diperlukan karena dapat

berpengaruh kepada kejadian penyakit. Karakteristik orang ini sangat

melekat pada karakteristik orang, karakteristik biologi, perubahan

Page 38: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

22

karakteristik, aktivitas seseorang, dan kondisi selama hidup (CDC, 2012).

Dalam faktor risiko menurut orang akan dijelaskan mengenai jenis

kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah rokok, metode berhenti

merokok, anggaran pembelian rokok dan age initiation.

a. Umur

Umur adalah lamanya masa hidup seseorang mulai dari orang

tersebut lahir sampai orang tersebut menutup umur (KBBI, 2015).

Umur juga bisa diartikan dengan lamanya masa hidup seseorang

diukur menggunakan satuan waktu (Popy, 1998).

Survei yang telah dilakukan oleh American Lung

Association(2011) menujukan bahwa prevalensi perokok terbesar

berada pada umur 25-44 tahun. Hasil survei tersebut tidak jauh

berbeda dengan survei yang dilakukan oleh GATS (2011).

Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh GATS (2011) di

Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi perokok laki-laki terbesar

berada pada umur 25-44 tahun. Sedangkan, prevalensi perokok

perempuan yakni berada pada golongan umur >65 tahun. Walaupun

prevalensi perokok dewasa lebih besar di bandingkan dengan

golongan umur lainnya namun, prevalensi remaja juga tidak kalah

besar. Prevalensi perokok remaja tahun 2007 sebesar 8,4% dan tahun

2010 sebesar 8,1% (Tobacco Control Support Center, 2012).

Menurut penelitian yang dilakukan Mousawi (2005)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang siginfikan antara umur

Page 39: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

23

dengan kebiasaan merokok di Iraq. Penelitian lainnya juga dilakukan

oleh Rodriguez (2011) pada remaja di 10 sekolah yang ada di

Barcelona. Pada penelitian Rodriguez tersebut menemukan terdapat

hubungan yang signifikan antara umur dengan kebiasaan merokok

pada remaja. Hal ini dikarenakan pengaruh dari teman-teman remaja.

Menurut Mu‘tadin (2002) dalam Hasanah (2011) mengatakan

bahwa hal tersebut dikarenakan terjadinya peer sosialization antar

remaja yang artinya remaja dituntut berperilaku sama dengan

kelompoknya sehingga remaja cenderung mengikuti perilaku teman-

temannya seperti cara berpakaian sampai kepada perilaku merokok.

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan perbedaan biologis pada fisik

manusia. Jenis kelamin ini terdiri dari pria dan wanita dimana pria

memiliki penis sebagai alat reproduksi dan wanita memiliki rahim

serta payudara (Sudarman, 2008).

Survei yang dilakukan oleh American Lung Association(2011)

menunjukkan bahwa perokok perempuan tidak berbeda jauh dengan

perokok laki-laki. Dalam survei tersebut presentasi perokok laki-laki

sebanyak 23,5% sementara perokok perempuan sebanyak 17,9%.

Survei lainnya juga dilakukan oleh Gilani dan Leon (2012) terhadap

orang dewasa di Pakistan. Survei tersebut menunjukkan bahwa

prevalensi perokok laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan

Page 40: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

24

perokok perempuan dengan prevalensi 51,2% pada laki-laki dan

48,8% pada perempuan.

Di Indonesia, prevalensi perokok laki-laki semakin meningkat

yakni 53,4% di tahun 1995, 62,2% di tahun 2001, 63,1% di tahun

2004, 65,6% di tahun 2007 dan 65,9 di tahun 2009 (Tobacco Control

Support Center, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Barus (2012) di

Universitas Indonesia memperlihatkan bahwa laki-laki memiliki

presentase perokok tertinggi yaitu 77,1%. Dari beberapa penelitian

tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa walaupun prevalensi

perokok laki-laki lebih banyak pada laki-laki tapi tidak dapat

dipungkiri bahwa prevalensi perokok pada perempuan juga tinggi.

c. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan merupakan usaha

untuk membuat seseorang menjadi seperti yang pendidik ajarkan.

Sedangkan, pendidikan kesehatan merupakan proses untuk membuat

seseorang menjadi sadar dan bisa mengambil sebuah keputusan untuk

kesejahteraannya (Maulana, 2009). Pendidikan memungkinkan

individu untuk dapat memberdayakan dirinya dalam mendapatkan

akses kesehatan.

Di Indonesia prevalensi perokok ≥ 15 tahun lebih besar terjadi

pada perokok dengan pendidikan rendah. Prevalensi penduduk yang

tidak sekolah atau tidak tamat sekolah dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan yakni 29,3% di tahun 1995, 31,1% di tahun 2001, 31,2%

Page 41: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

25

di tahun 2004 35,4% di tahun 2007 dan 35,8% di tahun 2010

(Tobacco Control Support Center, 2012). Data dari Riskesdas (2013)

di DKI Jakarta menunjukkan bahwa proporsi perokok dengan

pendidikan tamat SMA lebih besar yakni 29,3% diikuti oleh proporsi

perokok tamat SMP sebesar 23,3%.

d. Pekerjaan

Menurut Suroto (1992) dalam Udin (2010) pekerjaan merupakan

suatu kegiatan yang dapat menghasilkan barang baik untuk diri sendiri

maupun orang lain. Sedangkan, bekerja menurut Peraturan Menteri

Tenaga Kerja no 1 tahun 2014 bekerja merupakan kegiatan ekonomi

yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau

membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan. Ada beberapa

jenis pekerjaan dalam bekerja, yaitu:

1) Tenaga profesional, teknisi dan yang sejenis

2) Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan

3) Tenaga tata usaha dan yang sejenis.

4) Tenaga usaha penjualan.

5) Tenaga usaha jasa.

6) Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan.

7) Tenaga produksi, operator alat-alat angkutan.

Di Indonesia proporsi perokok dengan status pekerjaan tidak

bekerja yakni 7,9% tahun 2007 dan 7,3% tahun 2010. Data GATS

(2011) menunjukkan bahwa presentase terbesar perokok berada pada

Page 42: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

26

jenis pekerjaan wirausaha dengan presentase sebesar 60,1% (GATS,

2011). Sementara itu, Di DKI Jakarta proporsi perokok paling tinggi

berada pada jenis pekerjaan petani/nelayan/buruh yakni sebesar 47%.

Besarnya proporsi pekerja dengan status merokok kemungkinan

disebabkan oleh adanya stress dalam bekerja. Penelitian yang

dilakukan oleh Kouvonen (2005) menemukan bahwa stres dalam

bekerja mempengaruhi seseorang untuk merokok. Menurut Mental

Health Foundation di dalam Arniati (2014) menjelaskan bahwa

merokok merupakan cara untuk menghilangkan stress.

e. Jumlah Rokok

Perokok dapat dibagi menjadi beberapa golongan tergantung

pada jumlah rokok yang dikonsumsi. Berikut adalah golongan atau

klasifikasi perokok menurut Nangko (1997) yang dikutip dalam

Rosmawati tahun 2010, yaitu:

1) Tidak merokok

2) Merokok ringan (tidak setiap hari).

3) Merokok sedang (merokok setiap hari dalam jangka kecil).

4) Merokok berat (merokok lebih dari satu bungkus tiap hari).

5) Berhenti merokok.

Jenis perokok menurut Nangko (1997) dalam (Rosmawati, 2010),

yaitu:

1) Perokok ringan (1-10 batang perhari).

2) Perokok sedang (11-20 batang perhari).

Page 43: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

27

3) Perokok berat (lebih dari 20 batang perhari).

Untuk melihat berat atau tidaknya konsumsi rokok seseorang

digunakan Indeks Brinkman (IB). Pengukuran Indeks Brinkman ini

yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap dikalikan

rama merokok dalam tahun (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,

2003).

1) Jika hasil ukur tersebut diperoleh nilai 0-200 maka perokok

termasuk ke dalam perokok ringan.

2) Jika hasil ukur tersebut diperoleh nilai 200-600 maka perokok

termasuk ke dalam perokok sedang.

3) Jika hasil ukur tersebut diperoleh nilai >600 maka perokok

termasuk ke dalam perokok berat.

Menurut survei yang telah dilakukan GATS (2011) jumlah

rokok dibagi menjadi 1-4 batang rokok perhari, 5-9 batang rokok

perhari, 10-14 batang rokok perhari, 15-24 batang rokok perhari dan ≥

25 batang rokok perhari.

Penduduk Indonesia rata-rata menghabiskan 12,8 atau sekitar 13

batang rokok perharinya (GATS, 2011). Dalam Riskesdas tahun 2013

juga menunjukkan bahwa penduduk Indonesia rata-rata mengonsumsi

rokok sekitar 12,3 atau 13 batang rokok perharinya. Penelitian yang

telah dilakukan oleh Pradipta tahun 2010 di RSUD Dr.Moewardi

Surakarta menunjukkan bahwa sekitar 82,78% responden merokok 1-

16 batang perharinya.

Page 44: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

28

f. Metode Berhenti Merokok

Perokok melakukan berbagai upaya dalam mengurangi efek

kesehatan akibat rokok. Metode yang dilakukan untuk berhenti

merokok adalah terapi pengganti nikotin, terapi konsumsi obat,

mencoba obat tradisional, konseling, berhenti tanpa bantuan dan

mengganti konsumsi rokok tembakau dengan tembakau kunyah

(GATS, 2011). Metode untuk berhenti merokok yang efektif menurut

penelitian Fiore (2008) yakni terapi mengganti nikotin (seperti

memakan permen karet) dan terapi dengan obat (seperti bupropion).

Survei yang dilakukan di Kanada (2012) menunjukkan bahwa

upaya yang dilakukan untuk berhenti merokok adalah dengan

mengurangi jumlah rokok yaitu sebesar 63,8%. Sedangkan, Di

Indonesia tahun 2011 sekitar 70,7% perokok berhenti merokok

dengan kemauan sendiri tanpa bantuan orang lain (GATS, 2011).

Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui metode berhenti merokok

pada perokok di Jakarta Selatan.

g. Anggaran Pembelian Rokok

Dalam survei yang dilakukan di Kanada tahun 2012 didapatkan

bahwa persentase terbanyak perokok membeli rokoknya yaitu di toko

grosir yakni sebesar 52,3%. Di Cina, sekitar 6,4% penduduk di daerah

urban menganggarkan untuk membeli rokok sementara di daerah rural

sekitar 1,9% penduduk menganggarkan untuk membeli rokok (Liu,

2006).

Page 45: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

29

h. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Pengetahuan memegang peranan penting untuk membentuk

tindakan seseorang. Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi

setelah seseorang melakukan pengindraan (penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba) (Notoatmodjo, 2003).

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau

obyek, baik yang bersifat intern maupun ekstern, sehingga

manifestasinya tidak dapat langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat

langsung ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap

belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Suatu sikap pada diri individu

belum tentu terwujud dalam suatu tindakan nyata, diperlukan faktor

pendukung dan fasilitas (Efendi, 2009).

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik

dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak

luar. Dimana perilaku terdiri dari persepsi (perception), respon

terpimpin (Guided Respons), mekanisme (mekanisme), adaptasi

(adaptation) (Notoatmodjo, 2003).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sumarna (2009)

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan,

sikap dan perilaku pada perokok. Hasil penelitian tersebut juga

didukung oleh Pradana. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Page 46: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

30

Pradana (2014) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan, sikap dan perilaku pada perokok.

Penelitian yang dilakukan oleh Xialong Xu (2012) juga

menunjukkan hasil yang sama hal ini dikarenakan perokok tidak

memiliki ketekunan dan kesabaran dalam menempatkan pengetahuan

dan sikap ke dalam tindakan mereka (Xu, 2012). Selain itu, adanya

faktor lain seperti stress dapat menyebabkan seseorang tidak

menempatkan pengetahuan dan sikap ke dalam tindakan mereka

(Graor, 2012).

i. Age Initiation

Age initiation merupakan usia dimana seseorang memulai

mengonsumsi rokok. Penelitian yang dilakukan oleh Breslau dan

Peterson (1989) dengan sampel sebanyak 1200 di Wayne, Oakland

dan Macomb menunjukkan bahwa sebanyak 64% perokok remaja

memulai merokok pada usia ≤13 tahun, 67% merokok pada usia 14-18

tahun dan 59% merokok pada usia ≥18 tahun. Guo (2006) membagi

usia awal perokok ini ke dalam golongan umur ≤18 tahun, 19-24

tahun dan ≥25 tahun. Berdasarkan data yang diolah Tobacco Control

Support Center(2012) usia awal perokok mengonsumsi rokok

terbanyak yakni usia ≥15 tahun sebesar 50,7% di tahun 2007 dan

43,3% di tahun 2010.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Reidpath (2012) di Latvia,

Slovenia dan Montenegro menunjukkan bahwa terdapat hubungan

Page 47: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

31

antara age initiations dengan status merokok pada pria dengan p

value<0,05. Studi yang lain juga dilakukan oleh Morabia (1998) di

Geneva. Hasil studi tersebut memperlihatkan bahwa terdapat

hubungan antara umur memulai merokok dengan umur berhenti

merokok. Usia pertama kali merokok pada wanita berdasarkan studi

yang dilakukan oleh Morabia (1998) yakni <20 tahun.

2. Tempat

Karakteristik menurut tempat ini tidak hanya digunakan untuk

tempat tinggal melainkan juga digunakan dalam area geografi yang

relevan dengan kejadian penyakit (CDC, 2012). Berikut adalah

penjelasan mengenai distribusi menurut tempat:

a. Secondhand Smoke (Pajanan Asap Rokok)

Secondhand smoke merupakan pajanan asap rokok yang dihirup

oleh perokok maupun non-perokok. Asap rokok mengandung sekitar

4000 bahan kimia (Surgeon General, 2014). Bahan kimia yang

terdapat didalam asap rokok tersebut dapat diasobsopsi oleh saluran

pernafasan tubuh, tergantung dari karakteristik kimia dan fisiknya.

Misalnya saja karbon monoksida yang berasal dari asap rokok akan

masuk di saluran pernafasan dan secara otomatis akan diabsorbsi oleh

alveolus (Jonathan, 2005 dalam Saraswati, 2008).

Penelitian yang telah dilakukan Homa tahun 1999-2012

menunjukkan bahwa prevalensi pajanan asap rokok pada perokok

pasif menurun yakni dari 52,5% pada tahun 1999 menjadi 25,3% pada

Page 48: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

32

tahun 2012. Survei yang dilakukan di Indonesia tahun 2011

didapatkan bahwa sekitar 78,4% penduduk yang berusia diatas 15

tahun terpapar asap rokok di lingkungan rumah, 51,3% terpapar pada

area kantor, 63,4% kantor pemerintah, 17,9% fasilitas pelayanan

kesehatanm 85,4% restauran, 70% di tranpotasi umum (GATS, 2011).

b. Pajanan Iklan Rokok

Iklan merupakan pesan gambar dengan ragam tulisan maupun

suara di surat kabar, majalah, bus kota, papan reklame, slide dan film

di Bioskop Pudjianto (1995) dalam Gumelar (2011). Menurut

Gumelar dan Sareb (2011) iklan merupakan media komunikasi

persuasif yang bertujuan untuk mempromosikan suatu produk dengan

komunikasi lisan mupun tulisan. Sedangkan, Menurut Muhammad

Arifin Badri (2012) iklan adalah aktivitas yang dilakukan oleh

produsen baik secara lisan maupun tulisan untuk memperkenalkan

produk yang dijualnya.

Dari kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

iklan merupakan suatu alat komunikasi yang memiliki tujuan untuk

memperkenalkan produk masyarakat. Iklan rokok merupakan salah

satu iklan yang menjual produk rokok. Dalam Peraturan Pemerintah

No 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengadung Zat

Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan dijelasan mengenai

pengendalian iklan produk rokok. Berikut adalah penjelasan

pengendalian iklan rokok dalam peraturan pemerintah tersebut:

Page 49: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

33

1) Mencantumkan peringatan kesehatan dalam bentuk gambar dan

tulisan sebesar 10% dari total duarasi iklan atau 15% dari total luas

iklan.

2) Mencantumkan tulisan 18+ dalam iklan produk rokok.

3) Tidak memperagakan, menggunakan, dan/atau menampilkan wujud

atau bentuk rokok atau sebutan lain yang dapat diasosiasikan

dengan merk produk rokok.

4) Tidak mencantumkan nama produk yang bersangkutan adalah

rokok.

5) Tidak menggambarkan atau menyarankan bahwa merokok

memberikan manfaat bagi kesehatan.

6) Tidak menggunakan kata atau kalimat yang menyesatkan.

7) Tidak merangsang atau menyarankan orang untuk merokok.

8) Tidak menampilkan anak, remaja, dan/atau wanita hamil dalam

bentuk gambar dan/atau tulisan.

9) Tidak ditunjukan terhadap anak, remaja, dan/atau wanita hamil.

10) Tidak menggunakan tokoh kartun sebagai model iklan.

11) Tidak bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh GATS di

Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 66,3% penduduk melihat iklan

rokok di televisi, 47,7% di banner, 45,6% di pusat perbelanjaan,

42,3% di poster, 39,6% di billboard, 13,5% di transportasi umum dan

10,1% di koran atau majalah.

Page 50: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

34

3. Waktu

Karakteristik menurut waktu bisa di analisis dari berbagai sudut

pandang seperti menunjukkan tren suatu penyakit ataupun pola penyakit

(sporadis, endemik, dll) (Gerstman, 2003). Karakteristik menurut waktu

digunakan untuk melakukan pengawasan pada kejadian penyakit

sehingga bisa dilakukan intervensi (CDC, 2012).

Proporsi perokok tidak bergantung pada musim ataupun iklim.

Namun, proporsi perokok ini bisa dilihat berdasarkan tren dari waktu ke

waktu. Survei yang dilakukan oleh Riskesdas pada tahun 2007-2013

menunjukkan bahwa proporsi perokok di DKI Jakarta terbesar yakni

pada tahun 2013 sebesar 37%.

a. Durasi Merokok

Durasi merokok didefinisikan yaitu lamanya merokok dimulai

dari usia awal merokok sampai saat berhenti merokok (Guo, 2006).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Chen et al (1995) di

Amerika menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signfikan

antara durasi merokok dengan kejadian Parkinson. Dalam

penelitiannya Chen membagi durasi merokok yakni 1-9 tahun, 10-19

tahun, 20-29 tahun dan ≥ 30 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh

Guo (2006) mengenai durasi merokok pada penduduk laki-laki Cina

yang pernah merokok menunjukkan bahwa perokok yang merokok

pada usia 18 tahun memiliki durasi merokok 58 tahun.

Page 51: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

35

C. Rural dan Urban

Rural atau daerah pedesaan merupakan suatu wilayah administratif

yang belum memenuhi persyaratan dalam hal kepadatan penduduk,

persentase rumah tangga pertanian dan sejumlah fasilitas perkotaan seperti

sarana pendidikan formal, sarana kesehatan, dll. Sedangkan, urban atau

daerah perkotaan merupakan suatu wilayah administratif yang telah

memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase

rumah tangga pertanian dan sejumlah fasilitas perkotaan seperti sarana

pendidikan formal, sarana kesehatan, dll. Kriteria desa yang ditetapkan

untuk menjadi kota yakni jika nilai total skor ≥ 10 (BPS, 2010).

Survei yang dilakukkan di Polandia menunjukkan bahwa perokok di

wilayah urban lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah rural yakni 30,3%

di wilayah urban dan 25,4% di wilayah rural (Wlodarczyk,2013). Penelitian

oleh Gupta (2010) juga menunjukkan hasil yang sama yakni tingginya

prevalensi perokok di wilayah rural 52,6% di wilayah rural dan 35,2% di

wilayah urban. Sementara itu, Laporan dari Tobacco Control Support Center

(2012) menunjukkan bahwa terjadinya pada wilayah rural atau pedesaan

prevalensi perokok lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah urban yaitu

36,6% di wilayah rural dan 31,2% di wilayah urban (Tobacco Control

Support Center, 2012).

D. Rokok Menurut Islam

Dalam islam rokok haram hukumnya. Syaikh Abdurrahman bin Nashir

As-Sa‘di seorang ulama menyebutkan bahwa

Page 52: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

36

―Segala sesuatu yang mengandung bahaya pada manusia, baik

dari segi agama, fisik atau hartanya tanpa ada manfaatnya, maka

hukumnya adalah haram”.

Penjelasan ini juga didukung oleh firman Allah S.W.T

أال تشركىا به شيئب وببلىالدين إحسبنب وال تمتلىا أوالدكن هن لل تعبلىا أتل هب حرم ربكن عليكن

س الت إهالق نحن نرزلكن وإيبهن وال تمربىا الفىاحش هب ظهر هنهب وهب بطن وال تمتلىا النف

حك ذلكن وصبكن به لعلكن تعملىنحرم الله إال ببل

yang artinya:

“Janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji maupun

perbuatan yang tersembunyi”. (Al-An‘am [6]6:151)

Dari firman tersebut menjelaskan bahwa kita harus menjauhi

perbuatan yang keji. Dalam hal ini rokok merupakan sesuatu yang buruk

atau keji karena bahan yang terkandung di dalam rokok merupakan bahan

berbahaya dalam tubuh manusia yang akan menimbulkan datangnya

penyakit. Selain berbahaya pada tubuh manusia rokok juga berbahaya

pada orang lain yang menghirup asap rokok (perokok pasif). Bahaya bagi

perokok pasif yakni gejala pernafasan jangka pendek dan jangka panjang

(Liputan 6, 2013).

E. Kerangka Teori

Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah modifikasi dari

penelitian CDC (2012), GATS (2011), Surgeon General (2014). Dalam hal

Page 53: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

37

ini CDC menerangkan mengenai teori epidemiologi deskriptif yang terbagi

menjadi orang, tempat dan waktu. Dimana orang merupakan karakteristik

dari individu yang berpengaruh pada kejadian penyakit. Sementara tempat

merupakan karakteristik geografis yang relevan dengan kejadian penyakit

dan waktu merupakan karakteristik yang menunjukkan tren dan pola

penyakit.

Teori dalam GATS (2011) menunjukkan mengenai jenis kelamin,

umur, pendidikan, pekerjaan jumlah rokok, metode berhenti merokok,

anggaran pembelian rokok, pengetahuan, sikap dan perilaku, pajanan iklan

rokok, pajanan asap rokok dan durasi merokok.

Surgeon general (2014) menunjukkan TB, hipertensi, penyakit

jantung koroner, stroke, asma, PPOK, gangguan menstruasi/impotensi,

komplikasi kehamilan yang merupakan kondisi kesehatan yang dialami

perokok. Sedangkan, Badriyah (2007) menerangkan perokok terbagi

menjadi perokok aktif dan perokok pasif. Berikut adalah bagan kerangka

teori dalam penelitian ini

Page 54: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

38

Sumber: 1. GATS (2011),2. Surgeon General (2014), 3. Badriyah (2007), 4. CDC

(2012), 5. Tobacco Free Kids (2005)

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Waktu

1. Durasi merokok 1

Orang

1. Jenis kelamin 1

2. Umur 1

3. Pendidikan 1

4. Pekerjaan 1

5. Jumlah rokok 1

6. Metode berhenti

merokok 1

7. Anggaran pembelian

rokok 1

8. Pengetahuan, sikap

dan perilaku 1

9. Age Initiation (usia

awal merokok) 1

Tempat

1. Pajanan asap rokok1

2. Pajanan iklan rokok1

Perokok

1. Perokok Aktif3

2. Perokok Pasif3

Kondisi Kesehatan yang

Dialami Perokok

1. Hipetensi2

2. Jantung Koroner 2

3. Stroke 2

4. Asma2

5. PPOK2

6. Kompilkasi kehamilan2

Page 55: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

37

BAB III

Kerangka Konsep dan Definisi Operasional

A. Kerangka Konsep

Variabel yang diteliti adalah status perokok, umur, pendidikan,

pekerjaan jumlah rokok, pajanan iklan rokok, metode berhenti merokok,

anggaran pembelian rokok, pajanan asap rokok dan durasi merokok. Selain

itu, variabel lain yang akan diteliti yakni kondisi kesehatan yang dialami

perokok (hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, asma, PPOK, dan

komplikasi kehamilan).

Pengetahuan, sikap dan perilaku merupakan variabel yang tidak

diteliti dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan pada penelitian yang telah

dilakukan oleh Xialong Xu (2012) juga menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan perilaku dalam

merokok. Hal ini dikarenakan perokok tidak memiliki ketekunan dan

kesabaran dalam menempatkan pengetahuan dan sikap kedalam tindakan

mereka (Xu, 2012). Selain itu, adanya faktor lain seperti stress dapat

menyebabkan seseorang tidak menempatkan pengetahuan dan sikap ke

dalam tindakan mereka (Graor, 2012). Dari keterangan diatas didapatkan

kerangka konsep sebagai berikut:

Page 56: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

38

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Pajanan Iklan Rokok

Status Perokok

Jumlah rokok

Pajanan asap rokok

Age initiation

Durasi Merokok

Anggaran pembelian

rokok

Metode Berhenti

Merokok

Pekerjaan

Kondisi

Kesehatan

yang Dialami

Perokok

Pendidikan

Jenis kelamin

Umur

Page 57: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

39

B. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1 Status Perokok

Perilaku mengonsumsi rokok

responden dalam 1 bulan

terakhir.

Kuesioner Wawancara 0. Perokok tiap hari

1. Perokok kadang-kadang

2. Pernah menjadi perokok

3. Tidak pernah menjadi perokok

(Riskesdas, 2013)

Ordinal

2 Jenis Kelamin Perbedaan biologis pada fisik

manusia.

Kuesioner Wawancara 0. Laki-laki

1. Perempuan

Nominal

3 Umur Lamanya masa hidup

seseorang mulai dari orang

tersebut lahir sampai pada

ulang tahun terakhir saat

penelitian berlangsung.

Kuesioner Wawancara 0. 15-24 tahun

1. 25-44 tahun

2. 45-64 tahun

3. ≥65 tahun

(GATS, 2011)

Ordinal

Page 58: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

40

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

4 Pendidikan Jenjang pendidikan terakhir

yang telah ditempuh

responden.

Kuesioner Wawancara 0. Tidak sekolah

1. Tidak tamat SD

2. Tamat SD

3. Tamat SMP

4. Tamat SMA

5. Tamat D1/D2/D3

6. S1/S2/S3

(Riskesdas, 2013)

Ordinal

5 Pekerjaan Usaha yang dilakukan oleh

individu untuk memenuhi

kebutuhan.

Kuesioner Wawancara 0. PNS/BUMN?BUMD/TNI/Polri

1. Pegawai swasta

2. Wiraswata

3. Petani/nelayan

4. Buruh

5. Tidak bekerja

6. Lainnya...

(Riskesdas, 2013)

Nominal

Page 59: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

41

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

6 Jumlah rokok Jumlah batang rokok yang

dikonsumsi oleh responden

dalam sehari.

Kuesioner Wawancara 0. ≥ 25 batang rokok perhari

1. 15-24 batang rokok perhari

2. 10-14 batang rokok perhari

3. 5-9 batang rokok perhari

4. 1-4 batang rokok perhari

(GATS, 2011)

Ordinal

7 Metode berhenti

merokok

Usaha yang dilakukan oleh

responden untuk mengakhiri

konsumsi rokok.

Kuesioner Wawancara 0. Berhenti tanpa bantuan

1. Terapi pengganti nikotin

2. Terapi konsumsi obat

3. Obat tradisional

4. Konseling

(GATS, 2011)

Nominal

8 Pajanan iklan

rokok

Keadaan dimana responden

melihat atau medengar

promosi rokok dalam 30 hari

terakhir di media cetak,

media elektronik maupun di

tempat umum.

Kuesioner Wawancara 0. Toko yang menjual rokok

1. Televisi

2. Radio

3. Billboard

4. Poster

5. Koran atau majalah

6. Bioskop

7. Internet

8. Angkutan umum

9. Lainnya...

(GATS, 2011)

Nominal

Page 60: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

42

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

9 Anggaran

pembelian rokok

Rata-rata anggaran yang

dikeluarkan responden untuk

membeli rokok perhari yang

dinyatakan dalam rupiah.

Kuesioner Wawancara Rata-rata anggaran yang dikeluarkan

perhari dalam rupiah.

Rasio

10 Pajanan asap

rokok.

Keadaan dimana responden

terkena asap rokok dalam 30

hari terakhir di beberapa

tempat seperti rumah, kantor

dan tempat umum (restauran,

pusat perbelanjaan, kawasan

pemerintahan dll)

Kuesioner Wawancara 0. Terpapar, jika responden

terkena pajanan rokok pada 30

hari terakhir di lingkungan

rumah.

1. Tidak terpapar, jika responden

tidak terkena pajanan rokok

pada 30 hari terakhir di

lingkungan rumah.

Ordinal

11 Age initiation (usia

awal merokok)

Usia awal perokok

mengonsumsi rokok.

Kuesioner Wawancara 0. 5-9 tahun

1. 10-14 tahun

2. 15-19 tahun

3. 20-24 tahun

4. 25-29 tahun

(Tobacco Control Support Center,

2012)

Ordinal

12 Durasi merokok Lamanya seseorang menjadi

perokok aktif dihitung dari

usia awal merokok sampai

pada saat penelitian

dilakukan atau perokok aktif

berhenti merokok.

Kuesioner Wawancara 0. ≥ 30 tahun

1. 20-29 tahun

2. 10-19 tahun

3. 1-9 tahun

(Chen, 1995)

Ordinal

Page 61: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

43

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

13 Kondisi kesehatan

yang dialami

perokok

Suatu kondisi dimana

responden pernah (dahulu

sampai pada saat penelitian

berlangsung) di diagnosis

menderita penyakit oleh

dokter atau dokter spesialis

dengan atau tanpa

menggunakan tes

laboratorium.

Kuesioner Wawancara 0. Tidak ada penyakit yang

diderita

1. Hipertensi

2. Penyakit jantung koroner

3. Stroke

4. Asma

5. PPOK

6. Komplikasi kehamilan

(Surgeon General, 2014)

Nominal

Page 62: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

44

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi deskriptif yang

menggunakan desain studi Cross Sectional. Pemilihan desain studi ini

dikarenakan variabel dependen dan variabel independen diamati pada satu

waktu. Variabel yang diteliti adalah perokok dan bukan perokok, umur,

pendidikan, pekerjaan jumlah rokok, pajanan iklan rokok, metode berhenti

merokok, anggaran pembelian rokok, pajanan asap rokok dan durasi

merokok. Selain itu, variabel lain yang akan diteliti yakni kondisi kesehatan

yang dialami perokok (TB, hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke,

asma, PPOK, gangguan menstruasi/impotensi dan komplikasi kehamilan).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor dan

Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta Selatan pada bulan Agustus

sampai Oktober 2015. Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor merupakan

wilayah rural dan Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta Selatan

merupakan wilayah urban.

Page 63: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

45

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi studi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang

berdomisili di Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor dan Kelurahan

Kalibata Kota Administratif Jakarta Selatan.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah bagian populasi yang telah memenuhi

kriteria inklusi dan ekslusi seperti berikut:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi ini adalah sebagai berikut:

1) Individu berusia ≥ 15 tahun.

2) Individu memiliki Kartu Keluarga (KK).

3) Kartu Keluarga (KK) tercatat pada buku registrasi ketua RT di

wilayah setempat.

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi ini adalah sebagai berikut:

1) Individu sakit berat sehingga tidak bisa mengisi kuesioner.

2) Individu tidak berada ditempat selama tiga kali kunjungan oleh

enumerator.

3) Individu tidak tinggal di wilayah penelitian selama kegiatan

penelitian berlangsung.

4) Individu tidak bersedia untuk di wawancara.

Page 64: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

46

Teknik pengambilan sampel yakni dengan menggunakan Multistage

Cluster Sampling. Berikut adalah perhitungan sampel pada penelitian

ini:

a. Besar Sampel di Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor

n= ⁄ ( )

( ) ⁄ ( )

xdeff

Keterangan:

n = jumlah sampel minimal

= nilai Z pada derajat kepercayaan ⁄ = 1,64

α = derajat kemaknaan = 10%

P = proporsi = 23,7% = 0,2

d = presisi mutlak = 5%

deff= desain efek = 2

N = jumlah populasi = 492

( )

( ) ( ) ( )( )

Besar sampel dalam penelitian ini adalah 275 KK. Untuk

mengindari nonresponse bias maka peneliti menambahkan 30%

(Armstrong, 1977). Sehingga jumlah sampel di Cilebut Barat

menjadi 357 KK. Berikut adalah bagan teknik pengambilan sampel

di Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor menggunakan Multistage

Cluster Sampling:

Page 65: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

47

Bagan 4.1

Teknik Sampling Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor

Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor memiliki 10 RW

kemudian dipilih menjadi 5 RW dikarenakan jarak antara satu RW

dengan RW lainnya ada yang berdekatan seperti RW 1 dekat

dengan RW 8, RW 4 dekat dengan RW 7, RW 5 dekat dengan RW

3, RW 6 dekat dengan RW 9 dan RW 10 dekat dengan RW 2.

Sedangkan, untuk RT dipilih 5 RT dari 5 RW tersebut. Pemilihan

RW dan RT ini berdasarkan random pada setiap RW.

b. Besar Sampel di Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta

Selatan

⁄ ( )

( ) ⁄ ( )

xdeff

Keterangan:

n = jumlah sampel minimal

= nilai Z pada derajat kepercayaan ⁄ = 1,64

α = derajat kemaknaan = 10%

P = proporsi = 2,32% = 0,2

d = presisi mutlak = 5%

Page 66: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

48

deff= desain efek = 2

N = jumlah populasi = 1039

( )

( ) ( ) ( )( )

Besar sampel dalam penelitian ini adalah 295 KK. Untuk

mengindari nonresponse bias maka peneliti menambahkan 30%

(Armstrong, 1977).Sehingga jumlah sampel di Kelurahan Kalibata

Kota Administratif Jakarta Selatan menjadi 383 KK.Jadi jumlah

sampel dari Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor dan Kelurahan

Kalibata Kota Administratif Jakarta Selatan yaitu 740 KK. Berikut

adalah bagan teknik pengambilan sampel di Kelurahan Kalibata

Kota Administratif Jakarta Selatan menggunakan Multistage Cluster

Sampling:

Bagan 4.2

Teknik Sampling Kelurahan Kalibata Kota Administratif

Jakarta Selatan

Page 67: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

49

Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta Selatan memiliki 10

RW kemudian dipilih menjadi 5 RW dikarenakan pada 5 RW

tersebut telah mewakili masing-masing wilayah yang jaraknya

berdekatan satu sama lain seperti RW 2 dekat dengan RW 3, RW 9

dekat dengan RW 5, RW 7 dengan RW 6, RW 8 dekat dengan RW 1

dan RW 10 dekat dengan RW 4. Sedangkan, untuk RT dipilih 10 RT

dari 5 RW tersebut. Pemilihan RW dan RT ini berdasarkan random

pada setiap RW.

D.Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Data dalam penelitian ini bersumber dari data primer. Data primer

yakni data yang bersumber dari wawancara dengan responden seperti

perokok dan bukan perokok, umur, pendidikan, pekerjaan jumlah rokok,

pajanan iklan rokok, metode berhenti merokok, anggaran pembelian rokok,

pajanan asap rokok dan durasi merokok. Selain itu, variabel lain yang akan

diteliti yakni kondisi kesehatan yang dialami oleh perokok (TB, hipertensi,

penyakit jantung koroner, stroke, asma, PPOK, gangguan

menstruasi/impotensi dan komplikasi kehamilan).

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan wawancara dengan menggunakan

kuesioner dengan responden terkait dengan faktor risiko merokok.

Wawancara yang dilakukan kepada responden yakni dengan cara tatap

muka. Enumerator membacakan kuesioner kepada responden dan

Page 68: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

50

menjelaskan maksud dalam pertanyaan jika responden tidak mengerti

maksud dalam pertanyaan tersebut.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang

digunakan merupakan modifikasi dari kuesioner WHO dengan kuesioner

Riskesdas yang telah terstandar. Sebelum digunakan kuesioner akan

dilakukan uji validitas dan reabilitas kepada beberapa responden. Uji

validitas dan reabilitas dilakukkan terhadap 30 reponden di Kelurahan

Cilebut Timur. Hasil uji validitas dan reabilitas tersebut menunjukkan ada

beberapa pertanyaan yang tidak valid dan reliabel sehingga peneliti

mengubah beberapa pertanyaan yang tidak valid dan reliabel.

F. Pengolahan Data

Kuesioner yang telah diisi tersebut kemudian dikumpulkan untuk

diolah. Berikut adalah teknis pengolahan data

1. Data Editing

Dalam hal ini peneliti melakukan pemeriksaan kuesioner yang

bertujuan untuk mengecek apakah responden telah mengisi dengan

benar sehingga bisa dilakukan perbaikan pada responden terkait.

2. Data Coding

Data yang telah mengalami proses editing kemudian dilakukan

pengkodean data. Pengkodean data digunakan untuk memudahkan

dalam analisis data.

Page 69: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

51

3. Data Entry

Proses selanjutnya setelah pengkodingan data maka adalah entry data.

Proses ini yaitu memasukan data ke dalam software untuk

memudahkan dalam pengelolahan data.

4. Data Cleaning

Cleaning data yakni pembersihan data. Data yang telah di entry

kemudian diperiksa untuk memastikan kelengkapan dan keakuratan

data.

G. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dari

variabel penyerta. Analisis ini digunakan untuk melihat distribusi perokok

dan faktor risikonya berdasarkan orang (jenis kelamin, umur, pendidikan,

pekerjaan, jumlah rokok, metode berhenti merokok, anggaran pembelian

rokok dan age initiation), tempat (pajanan asap rokok dan pajanan iklan

rokok) dan waktu (durasi merokok) serta kondisi kesehatan yang dialami

perokok (hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, asma, PPOK, dan

komplikasi kehamilan). Dalam hal ini perokok dikatagorikan menjadi

perokok tiap hari (dalam satu bulan terakhir responden mengonsumsi rokok

setiap hari) dan perokok kadang-kadang (dalam satu bulan terakhir

responden tidak setiap hari mengonsumsi rokok). Sedangkan, bukan

perokok dikategorikan menjadi pernah merokok (dalam satu bulan terakhir

responden tidak mengonsumsi rokok tapi sebelumnya pernah mengonsumsi

Page 70: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

52

rokok tiap hari atau kadang-kadang), dan tidak merokok (responden tidak

merokok baik dalam satu bulan terakhir maupun pada saat sebelumnya).

Page 71: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Wilayah Penelitian

Gambaran wilayah penelitian meliputi gambaran Desa Cilebut Barat

Kabupaten Bogor (Rural) dan gambaran Kelurahan Kalibata Kota

Administratif Jakarta Selatan (Urban).

1. Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor

Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor merupakan salah satu desa

yang terletak di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Luas Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor yakni 440.486 Ha. Batas

wilayah Desa, yaitu:

a. Sebelah utara: Waringin Jaya

b. Sebelah selatan: Sukaresmi

c. Sebelah barat: Kencana

d. Sebelah Timur: Cilebut Timur

Jumlah penduduk di Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor adalah

14.189 orang laki-laki dan 13.696 orang perempuan dengan kelompok

usia 0-14 tahun berjumlah 7.985 orang, 15-64 tahun 16.530 orang dan

≥65 tahun 3.360 orang. Pendidikan penduduk yakni 2.530 orang dengan

pendidikan Sekolah Dasar, 5.453 orang dengan pendidikan Sekolah

Menengah Pertama, 3.360 orang dengan pendidikan Sekolah Menengah

Page 72: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

54

Atas, 124 orang dengan pendidikan D1-D3, 357 orang sarjana dan 46

orang pasca sarjana.

Mata pencaharian penduduk di Desa Cilebut Barat Kabupaten

Bogor adalah 447 orang PNS, 55 TNI/Polri, 1215 Swasta, 1.141 orang

wiraswasta, 218 petani, 135 tukang, 166 orang buruh tani, 51 orang

pensiun, 21 orang peternak, 164 orang jasa, 27 orang pengrajin, 64 orang

pekerja seni dan 5000 orang pekerjaan lainnya.

2. Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta Selatan

Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta Selatan merupakan

salah satu kelurahan di Kecamatan Pancoran, Kota Administrasi Jakarta

Selatan dengan luas wilayah Kelurahan Kalibata Kota Administratif

Jakarta Selatan adalah 228,60 Ha yang berbatasan dengan :

a. Sebelah utara: Kelurahan Duren Tiga

b. Sebelah timur: Kelurahan Rawajati

c. Sebelah selatan: Kelurahan Pejaten Timur

d. Sebelah barat: Kelurahan Bangka

Jumlah penduduk di Kelurahan Kalibata Kota Administratif

Jakarta Selatan berjumlah 47.85 orang dengan jumlah penduduk yang

berjenis kelamin laki-laki 24.232 orang dan perempuan 23.651 orang.

Jumlah penduduk berdasarkan umur yakni 0-14 tahun 11.014 orang, 15-

64 tahun 36.139 orang dan ≥65 tahun 519 orang. Mata pencaharian

penduduk di Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta Selatan

Page 73: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

55

yakni PNS 1228 orang, TNI 938 orang, swasta 4034 orang, pensiun 361

orang, pedagang 427 orang, tukang 32 orang, buruh 2.017 orang,

wiraswasta 3.077 orang dan lain-lain 7.106 orang.

B. Proporsi dan Distribusi Perokok di Wilayah Rural Dan Urban Tahun

2015

Berikut adalah tabel 5.1 dan 5.2 mengenai distibusi perokok di rural dan

urban.

Tabel 5.1

Proporsi Perokok Saat Ini di Wilayah Rural Dan Urban Tahun 2015

Perokok Rural Urban

n % N %

Perokok 47 17,09 74 24,83

Bukan Perokok 228 82,91 224 75,17

Total 275 100 298 100

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa perokok di wilayah urban lebih banyak

(24,83%) dibandingkan dengan rural (17,09%).

Tabel 5.2

Distribusi Perokok Saat Ini dan Dahulu di Wilayah Rural dan Urban Tahun

2015

Perokok Rural Urban

n % n %

Perokok Tiap Hari 39 14,18 66 22,15

Perokok Kadang-kadang 8 2,91 8 2,68

Pernah Merokok 35 12,73 37 12,42

Tidak Pernah Merokok 193 70,18 187 62,75

Total 275 100 298 100

Page 74: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

56

Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa perokok tiap hari di daerah rural

cenderung lebih sedikit daripada di daerah urban. Hal ini dapat dilihat dari

jumlah perokok tiap hari di daerah rural sebesar 14,18% lebih sedikit

daripada di daerah urban 22,15%. Sedangkan, untuk perokok kadang-

kadang jumlah perokok di rural lebih banyak (2,91%) dibandingkan dengan

perokok urban (2,68%).

C. Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Orang di Wilayah Rural

dan Urban Tahun 2015

Distribusi perokok menurut orang akan dijelaskan berdasarkan

karakteristik perokok seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

jumlah rokok, metode berhenti rokok, anggaran pembelian rokok dan Age

initiation. Berikut adalah tabel 5.3- 5.6 yang menjelaskan distribusi

perokok menurut karakteristik orang.

Page 75: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

57

Tabel 5.3

Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Orang (Jenis Kelamin, Usia,

Pendidikan dan Pekerjaan) di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

Karakteristik Orang Rural Urban

n % x n % x

Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

36

11

76,60

23,40

65

9

87,84

12,16

Total 47 100 74 100

Umur

15-24 tahun

25-44 tahun

45-64 tahun

≥65 tahun

5

18

19

5

10,64

38,30

40,42

10,64

9

37

23

5

12,16

50

31,08

6,76

Total 47 100 74 100

Pendidikan

Tidak sekolah

Tidak tamat SD

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMA

Tamat D1/D2/D3

S1/S2/S3

2

1

15

18

11

0

0

4,25

2,13

31,92

38,30

23,40

0

0

2

2

7

9

43

3

8

2,70

2,70

9,46

12,16

58,11

4,06

10,81

Total 47 100 74 100

Pekerjaan

pns/bumn/bumd/tni/polri

Pegawai swasta

Wiraswata

Petani/nelayan

Buruh

Tidak bekerja

Lainnya...

1

7

11

1

17

10

0

2,13

14,89

23,40

2,13

36,17

21,28

0

3

18

31

0

9

9

4

4,05

24,32

41,90

0

12,16

12,16

5,41

Total 47 100 74 100

Jumlah rokok

≥ 25 batang rokok

perhari

15-24 batang rokok

perhari

10-14 batang rokok

perhari

5-9 batang rokok perhari

1-4 batang rokok perhari

3

6

18

11

9

6,38

12,77

38,30

23,40

19,15

13

3

14

31

19

7

4,05

18,92

41,89

25,68

9,46

11

Total 47 100 47 100

Page 76: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

58

Dari tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa perokok laki-laki lebih

besar dibandingkan perokok perempuan pada kedua wilayah yaitu sebesar

87,84% pada daerah urban dan 76,60% pada daerah rural. Pada wilayah

urban perokok kelompok umur 25-44 tahun lebih besar dibanding dengan

kelompok umur yang lain yakni 50%. Sedangkan, pada rural kelompok

umur 45-64 tahun lebih besar dibanding kelompok umur yang lain yakni

40,42%

Pada wilayah urban pendidikan terakhir perokok lebih besar pada

kelompok yg Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni sebesar 58,11%.

Sedangkan, di rural pendidikan terakhir perokok lebih besar pada kelompok

Sekolah Menengah Pertama (SMP) yakni 38,30%. Pekerjaan perokok lebih

besar terdapat pada kelompok wiraswasta di wilayah urban (41,90%).

Sedangkan, rural kelompok pekerjaan buruh lebih besar jumlahnya

dibandingkan dengan kelompok pekerjaan lain yakni sebesar (36,17%).

Tabel 5.4 juga menunjukkan bahwa sebagian besar perokok

menghabiskan 10-14 batang rokok perharinya baik di rural (41,89%)

maupun di urban (38,30%) dengan rata-rata perhari 13 batang perhari di

rural dan 11 batang perhari di urban.

Page 77: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

59

Tabel 5.4

Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Orang (Metode Berhenti

Merokok) di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

Metode

Berheti

Merokok

Rural Urban

n % n %

Berhenti tanpa

bantuan

18 64,29

17 48,57

Terapi

pengganti

nikotin

6

21,43

11 31,43

Terapi

konsumsi obat

1 3,57

0 0

Obat tradisional 0 0 0 0

Konseling 3 10,71 1 2,86

Lainnya 0 0 6 17,14

Total 28 100 35 100

Tabel 5. 4 memerlihatkan bahwa berhenti merokok tanpa bantuan

pada rural dan urban lebih besar dibanding dengan metode lainnya yakni

64,29% pada rural dan 48,57% pada daerah urban.

Tabel 5.5

Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Orang (Anggaran Pembelian

Rokok) di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

Metode

Berheti

Merokok

Rural Urban

x Min Max X Min Max

Anggaran

pembelian

rokok

Rp10.600

Rp

1.000

Rp

21.000

Rp13.700

Rp

2.500

Rp

32.000

Tabel 5.5 menunjukan bahwa dengan rata-rata anggaran sebesar Rp

13.700 pada wilayah urban dan Rp 10.600 pada wilayah rural. Anggaran

Page 78: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

60

pembelian rokok maksimal pada rural sebesar Rp 21.000 dan pada urban Rp

32.000.

Tabel 5.6

Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Orang (Age Initiation) di Wilayah

Rural dan Urban Tahun 2015

Metode

Berheti

Merokok

Rural Urban

x Min Max x Min Max

Anggaran

pembelian

rokok

19

Tahun

10

Tahun

52

Tahun

17

Tahun

7

Tahun

31 Tahun

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa rata-rata usia awal merokok (Age Initiation)

pada daerah rural yakni 19 tahun dengan usia awal merokok minimal 10

tahun. Sedangkan, di wilayah urban rata-rata usia awal merokok 17 tahun

dengan usia awal merokok minimal 7 tahun.

D. Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Tempat di Wilayah Rural

dan Urban Tahun 2015

Distribusi perokok menurut tempat akan dijelaskan berdasarkan

karakteristik tempat mendapatkan rokok, pajanan asap rokok di dalam

rumah, tempat kerja dan tempat umum serta pajanan iklan rokok di

beberapa tempat/media. Berikut adalah tabel 5.7-5.9 yang menjelaskan

distribusi perokok menurut karakteristik tempat.

Page 79: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

61

Tabel 5.7

Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Tempat (Pajanan Asap Rokok di

Dalam Rumah dan Tempat Kerja) di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

Karakteristik

Tempat

Rural Urban

N % N %

Pajanan asap

rokok di dalam

rumah

146 53,09 127 42,62

Pajanan asap

rokok di tempat

kerja

25 16,18 34 11,41

Tabel 5.7 menunjukan bahwa pajanan asap rokok di dalam rumah lebih

banyak terjadi di rural (53,09%) dibandingkan dengan wilayah urban

(42,62%). Hal ini juga terjadi pada pajanan asap rokok di lingkungan kerja

yakni 16,18% pada rural dan 11,41% di wilayah urban.

Tabel 5.8

Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Tempat (Pajanan Asap Rokok di

Tempat Umum) di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

Pajanan Asap

Rokok di Tempat

Umum

Rural Urban

N % n %

Kantor pemerintah 33 55,00 35 46,67

Sekolah/Universitas 55 45,45 53 37,86

Tempat ibadah 36 20,11 48 21,52

Fasilitas Kesehatan 18 11,76 15 10,07

Tempat makan 93 80,17 165 82,50

Tempat hiburan 51 78,46 91 70,54

Angkutan umum 59 756,10 111 73,03

Lainnya 133 76,44 87 77,00

Page 80: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

62

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa pajanan asap rokok terbanyak yakni terjadi

pada tempat makan baik di rural (80,17%) maupun di wilayah urban

(82,50%).

Tabel 5.9

Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Tempat (Pajanan Iklan Rokok) di

Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

Pajanan Iklan

Rokok

Rural Urban

N % n %

Toko yang menjual

rokok

20 8,97 21 8,54

Televisi 216 96,86 226 91,87

Radio 4 1,79 6 2,44

Billboard 33 14,80 95 38,62

Poster 36 16,14 76 30,89

Koran atau majalah 2 0,90 19 7,72

Tempat hiburan 1 0,45 5 2,03

Internet 2 0,90 10 4,06

Angkutan umum 2 0,90 10 4,06

Spanduk 63 28,25 99 40,24

Acara olahraga 1 0,45 6 2,44

Lainnya 8 3,59 13 5,28

Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa hampir semua responden mendapat

pajanan iklan rokok pada televisi yakni 96,86% pada rural dan 91,87%

pada wilayah urban.

Page 81: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

E. Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Waktu di Wilayah Rural

dan Urban Tahun 2015

Distribusi perokok menurut waktu akan dijelaskan berdasarkan karakteristik

durasi merokok reponden. Berikut adalah tabel 5.10 yang menjelaskan

distribusi perokok menurut karakteristik waktu.

Tabel 5.10

Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Waktu di Wilayah Rural dan

Urban Tahun 2015

Karakteristik

Waktu

Rural Urban

n % n %

Durasi Merokok

1-9 tahun

10-19 tahun

20-29 tahun

0

30

15

0

63,83

31,92

3

54

13

4,05

72,97

17,57

≥30 tahun 2 4,25 4 5,41

Total 47 100 74 100

Tabel 5.10 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar perokok di wilayah

urban dan rural memiliki durasi merokok 10-19 tahun yakni 72,97% di

wilayah urban dan 63,83% di wilayah rural.

F. Distribusi Kondisi Kesehatan yang Dialami Perokok di Wilayah Rural

dan Urban Tahun 2015

Berikut adalah tabel 5.11 yang menjelaskan tentang efek kesehatan yang

salah satu faktornya adalah rokok.

Page 82: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Tabel 5.11

Distribusi Kondisi Kesehatan yang Dialami Perokok di Wilayah Rural dan

Urban Tahun 2015

Efek Kesehatan Rural Urban

N % n %

Hipertensi 14 42,42 10 38,46

Jantung Koroner 2 6,06 5 19,23

Stroke 4 12,13 1 3,85

Asma 5 15,15 3 11,53

PPOK 6 18,18 5 19,23

Gangguan

mens/impotensi

2 6,06 1 3,85

Komplikasi

kehamilan

0 0 1 3,85

Total 33 100 26 100

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa kondisi kesehatan yang dialami oleh

perokok seperti penyakit yang paling banyak terjadi yaitu hipertensi dengan

proporsi 42,42% pada rural dan 38,46% pada urban.

Page 83: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Adapun keterbatasan dalam

penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Adanya bias informasi. Hal ini dikarenakan responden cenderung lupa

dengan keadaan sebelumnya (pergi ke tempat tertentu dan melihat iklan

rokok di sekeliling). Selain itu, bias informasi juga terjadi dikarenakan

ada orang lain di dekat responden yang menjawab pertanyaan dari peneliti

sehingga memengaruhi hasil. Oleh karena itu, untuk mengatasi bias

informasi peneliti menggali ingatan atau melakukan probing ke responden

dan peneliti mengambil jawaban pertama responden yang dijawab secara

spontan.

2. Adanya bias seleksi. Hal ini dikarenakan jenis kelamin responden tidak

terdistribusi sebagai sampel. Walaupun telah dilakukan proses random,

tetapi responden terbanyak berasal dari jenis kelamin perempuan.

3. Dalam penelitian ini daerah rural hanya di wakili oleh 1 wilayah rural

yaitu Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor sementara daerah urban hanya

diwakili oleh 1 wilayah urban yakni Kelurahan Kalibata Kota

Administrasi Jakarta Selatan.

B. Perokok di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 109

tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengadung Zat Adiktif

Page 84: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

berupa Produk Tembakau mendefinisikan rokok sebagai salah satu produk

tembakau yang dibakar, dihisap, dan dihirup asapnya termasuk rokok

kretek, rokok putih, cerutu, atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari

tanaman Nicotiana rustica, Nicotiana tabacum, dan spesies lainnya.

Dalam penelitian ini peneliti menggolongkan perokok dan bukan

perokok. Penelitian yang peneliti lakukan menemukkan bahwa perokok di

urban lebih banyak dibandingkan dengan daerah rural yakni 24,83% di

wilayah urban dan 17,09% di daerah rural. Definisi perokok sendiri terbagi

menjadi perokok tiap hari yaitu responden terus merokok selama 30 hari

penuh. Sedangkan, perokok kadang-kadang yakni perokok yang dalam 30

hari ada waktu dimana responden tidak merokok. Dalam penelitian ini

ditemukan bahwa perokok tiap hari lebih banyak terjadi di urban (22,15%)

dibandingkan dengan rural (14,18%). Sedangkan, untuk perokok kadang-

kadang dan pernah merokok lebih banyak dijumpai pada rural dibandingkan

dengan wilayah urban.

Penelitian ini didukung oleh penelitian lainnya. Volzke (2006)

menunjukkan bahwa perokok di daerah urban (21,7%) lebih tinggi

dibandingkan dengan perokok didaerah rural (23,6%). Survei yang

dilakukan oleh GATS (2011) menunjukkan bahwa proporsi perokok pada

daerah urban lebih banyak dari pada daerah rural yakni 50,2%. Selain itu,

survei lainnya juga dilakukkan di Indonesia yang menunjukkan terjadinya

peningkatan perokok di daerah urban dari tahun 2004-2010. Laporan

Tobacco Control Support Center(2012) mengungkapkan bahwa pada tahun

Page 85: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

2004 prevalensi perokok di daerah urban sebesar 31,7 %, tahun 2007

sebesar 31,2% dan tahun 2010 sebesar 32,3%.

Proporsi perokok yang tinggi di wilayah urban ini mungkin

disebabkan oleh tingkat stress yang tinggi (Volzke, 2006). Stress yang

tinggi ini mungkin dikarenakan didaerah urban harga untuk memenuhi

kebutuhan hidup lebih tinggi dibandingkan dengan daerah rural. Gaya hidup

masyarakat di daerah urban cenderung lebih konsumtif dibandingkan

dengan masyarakat rural sehingga menimbulkan kebutuhan yang berbeda

(Hidayah, 2011). Selain itu, faktor yang memungkinkan tingkat stress yang

lebih tinggi adalah faktor sosial (Volzke, 2006). Penduduk didaerah urban

kurang mempunyai waktu untuk bersosialisasi pada lingkungan sekitar

sehingga menimbulkan stress dan mengakibatkan individu menjadi perokok.

Faktor yang memungkinkan lainnya selain stress adalah migrasi

penduduk (Volzke, 2006). Adanya migrasi dari wilayah rural ke urban

mungkin dapat menimbulkan tingginya perokok di wilayah urban. Hal ini

dikarenakan perokok dari daerah rural bermigrasi ke daerah urban.

Sedangkan, non-perokok didaerah urban pindah ke daerah rural yang

mengakibatkan rendahnya proporsi perokok di daerah rural hal ini didukung

oleh Swastika (2014). Swastika (2014) menyebutkan bahwa proporsi

penduduk di rural menurun sebesar 1,42% dalam satu tahun. Sedangkan,

penduduk di urban meningkat sebesar 3,14% dalam satu tahun.

Survei yang telah dilakukkan oleh Surgeon General (2014)

menunjukkan bahwa proporsi perokok tiap hari (61,9%) lebih banyak

Page 86: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

daripada proporsi perokok kadang-kadang (38,1%). Hal ini serupa dengan

penelitian yang telah dilakukkan oleh peneliti bahwa perokok tiap hari baik

di wilayah rural maupun urban lebih banyak dibandingkan dengan perokok

kadang-kadang baik di wilayah rural maupun di wilayah urban. Walaupun

proporsi perokok kadang-kadang lebih sedikit dibandingkan dengan

perokok tiap hari. Tetapi, perokok kadang-kadang ini sangat rentan untuk

menjadi perokok tiap hari. Hal ini disebabkan oleh kadar nikotin yang

terkandung didalam rokok yang membuat seseorang merasa ketagihan

(Tobacco Free Kids, 2015).

Oleh karena itu, Peneliti berharap agar Puskesmas baik di rural

maupun di urban agar melakukan edukasi kepada masyarakat secara

langsung mengenai dampak rokok. Edukasi juga perlu dilakukan kepada

perokok yang menderita penyakit tertentu agar dapat berhenti merokok.

Peneliti berharap juga diadakannya klinik berhenti merokok pada

Puskesmas pada kedua wilayah. Pada masyarakat rural juga diharapkan

kader kesehatan dan pemerintah setempat (kelurahan) lebih proaktif untuk

mengadakan gerakan berhenti merokok yaitu dengan membuat kesepakatan

berhenti merokok di wilayah setempat dan membuat wilayah bebas asap

rokok. Penelitian Hodge (1996) menunjukkan bahwa masyarakat urban

lebih proaktif untuk berhenti merokok dikarenakan gerakan berhenti

merokok urban lebih kuat dibandingkan dengan rural. Dalam Klinik

berhenti merokok juga diharapkan adanya monitoring pada setiap pasiennya

dengan mengadakan jadwal kunjungan. Peneliti juga berharap kepada Dinas

Page 87: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Kesehatan setempat agar melakukan pelatihan mengenai metode konseling

atau promosi kesehatan yang efektif kepada petugas kesehatan agar pesan

yang disampaikan ke masyarakat lebih efektif.

C. Perokok Menurut Orang di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

Karakteristik dari orang merupakan salah satu faktor yang berperan

pada terjadinya suatu penyakit. Karakteristik menurut orang dalam CDC

(2012) adalah karakteristik suatu individu, karakteristik biologi, aktivitas

seseorang, dan kondisi selama hidup (CDC, 2012). Dalam karakteristik ini

akan dijelaskan mengenai jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan,

jumlah rokok, metode berhenti merokok, anggaran pembelian rokok dan age

initiation (usia awal merokok).

1. Umur

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015) menerangkan bahwa umur

merupakan lamanya masa hidup seseorang mulai dari orang tersebut

lahir sampai orang tersebut menutup umur. Pada penelitian ini

ditemukan bahwa sebagian besar responden di urban berada pada

kelompok umur 25-44 tahun yaitu 50%. Sedangkan, pada rural

kelompok umur 45-64 tahun lebih besar dibanding kelompok umur

yang lain yakni 40,42%.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukkan oleh

American Lung Association. American Lung Association (2011)

menunjukkan bahwa prevalensi perokok terbesar berada pada umur 25-

44 tahun. Hasil survei tersebut tidak jauh berbeda dengan survei yang

Page 88: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

dilakukan oleh GATS (2011). Berdasarkan survei yang telah dilakukan

oleh GATS (2011) di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi

perokok laki-laki terbesar berada pada umur 25-44 tahun. Sedangkan,

prevalensi perokok perempuan yakni berada pada golongan umur >65

tahun.

Meskipun persentase perokok lebih tinggi pada usia dewasa.

Namun, pada penelitian ini rata-rata usia awal (Age initiation) merokok

baik daerah urban dan rural adalah usia remaja akhir antara 17-19

tahun. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Tobacco Control Support Center. Laporan Tobacco Control Support

Center (2012) menyebutkan bahwa usia awal perokok mengonsumsi

rokok terbanyak yakni usia ≥15 tahun sebesar 50,7% di tahun 2007 dan

43,3% di tahun 2010. Survei yang dilakukkan oleh GATS (2011) di

Indonesia juga menemukkan bahwa 40 dari 100 orang merokok pada

usia 17-19 tahun.

Menurut B. F Skinner dalam Yunindyawati (2008) menerangkan

bahwa pada awalnya manusia dibentuk melalui lingkungan di

sekitarnya. Hal ini menyebabkan seseorang menjadi sosok tertentu

seperti menjadi perokok. Usia 17-19 tahun merupakan usia remaja akhir

dimana pada usia ini remaja ingin membentuk diri sendiri yang mereka

anggap pantas dan baik untuk mereka (Potter dan Perry, 2005 dalam

Barus, 2012). Dalam usia ini, remaja sulit mengontrol keinginan

mereka sehingga perilaku kurang baik seperti merokok sulit untuk

Page 89: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

dihindari. Adanya persepsi bahwa dengan merokok dapat meningkatkan

‗kejantanan‘ seseorang juga mungkin salah satu faktor perilaku

merokok (Nichter, 2009). Usia remaja merupakan usia rentan. Mereka

terkadang mengikuti perilaku teman atau orang dewasa lainnya.

Menurut Mu‘tadin (2002) dalam Hasanah (2011) mengatakan bahwa

hal tersebut dikarenakan terjadinya peer sosialization antar remaja yang

artinya remaja dituntut berperilaku sama dengan kelompoknya sehingga

remaja cenderung mengikuti perilaku teman-temannya seperti cara

berpakaian sampai kepada perilaku merokok.

Adanya orang tua yang merokok juga merupakan salah satu faktor

yang menyebabkan seorang remaja merokok. Menurut Miller dan

Dollard dalam Notoatmodjo (2013) menyebutkan bahwa tingkah laku

manusia terbentuk melalui proses hasil belajar. Pada daerah rural

sebesar 53,09% perokok merokok di dalam rumah. Sedangkan, 42,62%

perokok di wilayah urban merokok di dalam rumah.

Adanya perokok di dalam rumah cenderung menimbulkan anggota

keluarga terutama anak-anak cenderung mengikuti perilaku merokok

tersebut. Anak-anak melihat perilaku merokok yang ditunjukkan oleh

orang dewasa disekitarnya kemudian melakukan proses ‗coba-coba‘

merokok secara sembunyi-sembunyi. Penelitian yang dilakukkan oleh

Yunindyawati (2008) menerangkan bahwa perokok remaja baik di rural

maupun di urban cenderung mengikuti orangtua mereka sehingga

menjadi perokok. Penelitian tersebut juga menerangkan bahwa orangtua

Page 90: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

baik di rural maupun di urban cenderung membiarkan anak mereka

merokok.

Remaja yang awalnya ‗coba-coba‘ untuk merokok menjadi

ketergantungan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya bahan yang

terdapat dalam rokok, nikotin, yang menyebabkan ketergantungan.

Ketergantungan yang disebabkan oleh nikotin inilah yang menyebabkan

remaja yang ‗coba-coba‘ ini menjadi perokok aktif (Tobacco Free Kids,

2015).

Pada penelitian ini ditemukan juga bahwa usia awal merokok

termuda adalah 7 tahun pada daerah urban dan 10 tahun pada daerah

rural. Hal ini menarik mengingat wilayah urban merupakan wilayah

dengan fasilitas yang memadai dibandingkan di daerah rural. Dalam hal

ini penduduk di wilayah urban dapat mengakses fasilitas dengan lebih

mudah. Mudanya umur perokok di urban dibandingkan didaerah rural

mungkin disebabkan oleh faktor individu. Pada penelitian yang

dilakukkan oleh Yunindyawati (2008) menunjukkan bahwa pada

wilayah perokok remaja di wilayah urban cenderung mengikuti perilaku

teman sebayanya. Sedangkan, perokok di wilayah rural cenderung

merokok dikarenakan faktor coba-coba atau ingin tahu. Faktor lainnya

yang mungkin menyebabkan usia awal merokok di wilayah urban lebih

muda yakni dikarenakan pada film yang mereka tonton dimana tokoh

pria-nya merokok (Lu, 1997).

Page 91: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Oleh karena itu, sebaiknya orang tua perokok harus menghindari

merokok didepan anak-anak. Orangtua juga seharusnya mengontrol

pergaulan anak-anak agar anaknya tidak mengarah ke pergaulan yang

negatif. Selain itu, peneliti menyarankan kepada Puskesmas sebagai

unit pelayanan terpadu yang paling dekat ke masyarakat untuk

memberikan edukasi kepada para orang tua untuk menghindari

merokok di depan anak-anak. Puskesmas juga bisa melakukan edukasi

langsung kepada sekolah-sekolah seperti SD, SMP dan SMA. Hal ini

dilakukan mengingat pada masa sekolah merupakan masa yang paling

rentan untuk menjadi perokok.Peneliti juga berharap kepada pemerintah

setempat, Kelurahan dan Desa, agar dapat mengembangkan potensi

para remaja melalui organisasi seperti Karang Taruna. Hal ini

dimaksudkan untuk menghindari remaja terhadap perbuatan yang

negatif seperti merokok.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan perbedaan biologis pada fisik manusia.

Jenis kelamin ini terdiri dari pria dan wanita. Perbedaan antara pria dan

wanita bisa dilihat dari ciri-ciri fisik yang mereka miliki dimana pria

memiliki penis sebagai alat reproduksi dan wanita memiliki rahim serta

payudara (Sudarman, 2008). Hasil survei yang telah didapatkan peneliti

yakni perokok baik di urban maupun rural adalah laki-laki dengan

persentase 87,84% pada Urban (urban) dan 76,60% pada daerah rural.

Page 92: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang lain.

Penelitian yang dilakukkan oleh Siagian tahun 2001 di Jakarta dan

Sukabumi menunjukkan bahwa perokok laki-laki baik di daerah Jakarta

maupun Sukabumi memiliki persentase perokok yang lebih besar yakni

56,6% di Jakarta dan 5,8% di Sukabumi. Penelitian lainnya juga

dilakukan oleh Gilani dan Leon (2012) terhadap orang dewasa di

Pakistan. Survei tersebut menunjukkan bahwa prevalensi perokok laki-

laki lebih banyak dibandingkan dengan perokok perempuan dengan

prevalensi 51,2% pada laki-laki dan 48,8% pada perempuan. Penelitian

yang dilakukan oleh Barus (2012) di Universitas Indonesia

memperlihatkan bahwa laki-laki memiliki presentase perokok tertinggi

yaitu 77,1%.

Tingginya perokok laki-laki ini mungkin dikarenakan oleh stress.

Baldwin (2002) dalam Hasnida (2005) menyebutkan bahwa stress pada

laki-laki dan perempuan sama. Hanya saja, cara untuk menghadapi

masalah berbeda. Cara menghadapi masalah pada perempuan ini

cenderung dengan perasaan cemas. Sedangkan, cara menghadapi masalah

pada laki-laki cenderung dengan hal-hal negatif seperti merokok.

Dari sisi budaya, rokok cenderung dianggap biasa pada laki-laki

sedangkan, pada wanita dianggap perilaku yang menyimpang (Abghi,

1997). Besarnya proporsi perokok pada laki-laki ini juga mungkin terjadi

dikarenakan oleh adanya persepsi bahwa merokok bagi laki-laki hal yang

jantan. Hal ini juga didukung oleh banyaknya iklan rokok yang

Page 93: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

mempromosikan laki-laki sebagai model dari suatu iklan yang

menampilkan sosok laki-laki yang berwibawa dan gagah (Nichter, 2009).

Iklan rokok pada media-media terutama televisi merupakan salah satu

media yang paling banyak diminati masyarakat. Masyarakat cenderung

mengikuti apa yang ada dalam media. Penelitian yang dilakukkan oleh

peneliti menunjukkan bahwa 96,86% reponden di rural terpapar iklan

rokok. Sedangkan, di Urban (urban) 91,87% responden terpapar iklan

rokok.

Rokok bagi laki-laki juga cenderung digunakan sebagai alat sosial.

Hal ini dikarenakan rokok digunakan sebagai suatu metode untuk

membina persahabatan dan keintiman pada sesama laki-laki (Merchen,

2009). Dalam hal ini rokok digunakan untuk menghormati teman atau

lawan bicara mereka pada saat tertentu seperti pada saat berkumpul

dengan teman. Selain itu, besarnya proporsi perokok pada laki-laki juga

dimungkinkan karena faktor sosio cultural seperti kebiasaan budaya dan

gengsi (Smet 1994 dalam Hasnida 2005).

Oleh karena itu, untuk menghindari stress sebaiknya menghindari

dari hal yang negatif seperti tidur sebentar ketika sedang lelah.

Menghindari stress juga bisa dialihkan dengan mendengarkan musik

yang tenang dan juga dengan mengonsumsi permen. Pada saat

berkumpul dengan teman juga sebaiknya menyediakan penganti rokok

seperti permen. Untuk berhenti merokok juga bisa mengadakan

Page 94: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

perjanjian untuk tidak merokok atau mengadakan taruhan dengan

imbalan yang besar.

3. Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha seseorang untuk membuat dirinya

sadar sehingga bisa mengambil suatu keputusan (Maulana, 2009).

Pendidikan memungkinkan individu untuk dapat memberdayakan dirinya

dalam mendapatkan akses kesehatan. Penelitian yang telah peneliti

lakukan menunjukkan bahwa di urban proporsi pendidikan terakhir

perokok lebih besar pada kelompok yg Sekolah Menengah Atas (SMA)

yakni sebesar 58,11%. Sedangkan, di rural proporsi pendidikan perokok

lebih besar pada kelompok Sekolah Menengah Pertama (SMP) yakni

38,30%. Data dari Riskesdas tahun 2013 di DKI Jakarta menunjukkan

bahwa proporsi perokok dengan pendidikan tamat SMA lebih besar

yakni 29,3% diikuti oleh proporsi perokok tamat SMP sebesar 23,3%.

Tingginya tingkat pendidikan perokok di urban dibandingkan

dengan rural merupakan salah satu faktor tingginya tingkat pendidikan

perokok pada masyarakat urban. Menurut Wahyono (2012) tingkat

sosioekonomi masyarakat urban lebih tinggi dibandingkan masyarakat

rural sehingga masyarakat urban cenderung memiliki keinginan maju

yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan masyarakat rural.

Pada penelitian yang telah dilakukkan oleh peneliti, Sebagian besar

responden yang tamat SMP mulai merokok pada usia 15-24 tahun

dengan proporsi 94,44% di rural dan 55,56% di urban. Menurut

Page 95: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Venkatnarayan (1996) dalam Gupta (2006) menunjukkan bahwa

pendidikan merupakan salah satu faktor yang memungkinkan seseorang

merokok. Laki-laki yang tidak memiliki pendidikan memiliki risiko 1,8

kali menjadi perokok dibandingkan laki-laki yang memiliki pendidikan

tinggi. Sedangkan, perempuan yang tidak memiliki pendidikan berisiko

menjadi perokok 3,7 kali dibandingkan dengan yang tidak merokok.

Dengan kata lain, pendidikan yang rendah cenderung memungkinkan

seseorang menjadi perokok.

Hal ini mungkin disebabkan oleh karena para perokok memiliki

masa sulit selama sekolah. Pada masa sekolah terdapat banyak tantangan

yang harus dihadapi seperti budaya disekitarnya, fisik dan diri sendiri.

Jika individu itu gagal maka akan menimbulkan depresi, pesimis dan

mungkin akan mencoba untuk merokok. Alasan lainnya adalah para

perokok kebanyakan merokok pada saat remaja ini memiliki kepercayaan

diri yang rendah sehingga mengambil keputusan untuk merokok (Zhu,

1996).

Proses dari mencoba merokok menjadi perokok ini juga bisa timbul

pada saat di sekolah yang mungkin disebabkan karena adanya pengaruh

dari teman sebaya (Hasanah, 2011). Perokok yang telah kecanduan

dengan rokok juga mungkin kurang tertarik untuk menyelesaikan

sekolahnya. Hal ini disebabkan oleh karena mereka sulit menahan diri

untuk tidak merokok selama pelajaran berlangsung sehingga beberapa

ada yang melanggar peraturan sekolah untuk tidak merokok (Zhu, 1996).

Page 96: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Oleh karena itu, sebaiknya para pendidik diharapkan dapat

meningkatkan minat siswa terhadap sesuatu yang disenangi siswa.

Sekolah-sekolah juga diharapkan dapat memberikan waktu istirahat

seperti diadakannya waktu untuk tidur didalam kelas secara bersama-

sama pada jam istirahat. Peneliti juga berharap agar pihak sekolah,

khususnya SMP dan SMA, untuk mengadakan jadwal konsultasi secara

pribadi dengan guru Bimbingan Konseling pada jam istirahat. Kegiatan

ini bertujuan agar siswa dapat berkeluh kesah kepada guru Bimbingan

Konseling tersebut.

Selain itu, diperlukan adanya peran orang tua untuk selalu

membimbing anak-anak. Dalam hal ini orang tua berperan sebagai

sahabat anak yang dapat mendengar keluh-kesah anak dan memberikan

saran yang sesuai sehingga anak tidak terjerumus kepada hal-hal yang

negatif. Puskesmas juga bisa berperan dalam hal memberikan edukasi

kepada sekolah-sekolah mengenai rokok seperti pada saat masa orientasi

siswa. Puskesmas juga bisa melatih petugas PMR atau dokter kecil di

setiap sekolah dalam hal mengedukasi siswa mengenai bahan yang ada

dalam rokok dan bahayanya bagi kesehatan dan bagaimana menyikapi

orang-orang disekitar mereka yang merokok.

4. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang dapat menghasilkan

barang baik untuk diri sendiri maupun orang lain Suroto (1992) dalam

Udin (2010). Sedangkan, bekerja menurut Peraturan Menteri Tenaga

Page 97: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Kerja no 1 tahun 2014 bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang

dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu

memperoleh pendapatan atau keuntungan.

Hasil survei yang telah didapatkan peneliti yakni wiraswasta

merupakan pekerjaan perokok yang paling besar persentasenya di

wilayah urban (Urban) yakni 41,90%. Sedangkan, di wilayah rural

perokok dengan pekerjaan sebagai buruh memiliki persentase yang

paling banyak dibandingkan dengan pekerjaan yang lain sebesar 36,17%.

Data GATS (2011) menunjukkan bahwa presentase terbesar perokok

berada pada jenis pekerjaan wirausaha dengan presentase sebesar 60,1%

(GATS, 2011). Sementara itu, Di DKI Jakarta proporsi perokok paling

tinggi berada pada jenis pekerjaan petani/nelayan/buruh yakni sebesar

47%.

Penelitian yang dilakukkan oleh peneliti juga menemukkan bahwa

pada wilayah urban (Urban) maupun rural cenderung membeli rokok 10-

14 batang perhari, dimana pada masyarakat urban mayoritas

pekerjaannya adalah wiraswasta/pedagang/pelayan jasa sementara

masyarakat rural mayoritas pekerjaannya adalah buruh. Pada penelitian

ini juga ditemukan bahwa mayoritas pekerjaan responden yang merokok

adalah buruh cenderung membeli rokok dengan harga diatas rata-rata (Rp

10.600) dengan proporsi 57,14%. Sedangkan, pada wilayah urban yang

mayoritas pekerjaannya adalah wiraswasta cenderung membeli rokok

dengan harga dibawah rata-rata (Rp 13.700) dengan proporsi 51,6%.

Page 98: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Kebutuhan pokok yang tinggi di daerah urban dan juga faktor

sosial yang mengakibatkan stress dan menjadi perokok (Volzke, 2006).

Hal ini disebabkan oleh karena tingginya persaingan hidup didaerah

urban. Selain itu, terdapat tuntutan agar dapat bertahan hidup didaerah

urban (BPS, 2007). Sedangkan, di wilayah rural hal ini mungkin

dikarenakan oleh lingkungan sosial selama bekerja. Adanya tawaran

untuk merokok dari sesama pekerja buruh memungkinkan seseorang

untuk merokok. Selain itu, merokok dapat menurunkan beban pikiran

para pekerja buruh dan membuat pikiran tenang (Depparinding et all,

2014).

Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar terselenggaranya

kerjasama antara pemerintah (dalam hal ini kelurahan) dengan dinas

perdagangan dalam hal mengembangkan usaha kreatif rakyat (khususnya

para ibu) untuk menambah income penduduk seperti mengumpulkan

barang bekas menjadi barang baru yang bisa dipakai dan dijual ke

masyarakat umum. Selain itu, diharapkan pekerja yang mendapat

tawaran untuk merokok dapat menolak secara tegas tawaran tersebut.

Pekerja bisa mengantisipasinya dengan membawa sejumlah permen atau

snack lainnya ketika bekerja.

5. Jumlah Rokok

Hasil survei yang telah didapatkan peneliti yakni sebagian besar

perokok pada kedua wilayah menunjukkan bahwa responden

menghabiskan 10-14 batang rokok perharinya dengan persentase 41,89%

Page 99: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

di urban dan 38,30% di rural. Sedangkan, rata-rata jumlah batang rokok

yang dihabiskan responden perhari di Urban yakni 13 batang rokok

perhari dan rata-rata jumlah batang rokok di Rural adalah 11 batang

rokok perhari.

Survei tersebut didukung oleh survei yang dilakukkan oleh GATS

tahun 2011. Menurut survei GATS (2011) penduduk Indonesia rata-rata

menghabiskan 12,8 atau sekitar 13 batang rokok perharinya. Survei yang

dilakukkan Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan hasil yang sama.

Dalam Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan bahwa penduduk

Indonesia rata-rata mengonsumsi rokok sekitar 12,3 atau 13 batang rokok

perharinya.

Menurut Bradford Hill suatu kejadian penyakit meningkat seiring

dengan bertambahnya pajanan (Gersmant, 2003). Dalam hal ini, semakin

banyak batang rokok yang dikonsumsi oleh responden maka semakin

mungkin terjadinya suatu penyakit. Penelitian yang dilakukan oleh

Walter tahun 1987 menunjukkan bahwa perokok yang mengonsumsi 1-4

rokok perbatang memiliki risiko terkena jantung koroner sebanyak dua

kali dibanding non-perokok. Hasil yang sama juga ditemukan oleh David

tahun 1999. Penelitian David menunjukkan bahwa perokok yang

mengonsumsi rokok 1-9 batang memiliki risiko terkena jantung koroner

sebesar 2 kali lipat dibanding non-perokok. Penelitian lainnya yang

dilakukkan oleh Suharmiati tahun 2008 menunjukkan bahwa proporsi

Page 100: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

perokok 11-20 batang perhari lebih banyak dibandingkan dengan

proporsi perokok 1-10 batang perhari.

Dalam penelitian yang telah dilakukkan oleh peneliti didapatkan

bahwa perokok di rural yang mengonsumsi rokok 10-14 batang perhari

memiliki proporsi menderita hipertensi lebih banyak dibanding dengan

<10-14 batang yakni 57,14%. Sedangkan, di Urban perokok yang

mengonsumsi rokok 10-14 batang perhari memiliki proporsi menderita

PJK lebih banyak dibandingkan dengan <10-14 batang rokok perhari

yakni 50%.

Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin banyak rokok

yang dikonsumsi maka semakin berisiko terkena suatu penyakit. Dalam

setiap batang rokok, bahan-bahan yang dihirup oleh perokok akan masuk

ke dalam tubuh. Nikotin merupakan salah satu bahan yang terhirup.

Nikotin dapat diserap tubuh dalam waktu 10-19 detik (Action on

Smoking and Health, 2014). Dalam 40 menit, efek rokok ini akan

menghilang sehingga menyebabkan perokok kembali menghirup rokok

dikarenakan perokok akan gelisah dan depresi jika tidak menghirup

rokok (POM, 2014). Hal inilah yang menyebabkan seseorang perokok

merasa kecanduan dikarenakan nikotin dapat merangsang sistem saraf

pusat. Selain merangsang sistem saraf pusat nikotin dapat meningkatkan

detak jantung dan tekanan darah (Action on Smoking and Health, 2014).

Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya masalah kesehatan

para perokok khususnya harus meminimalisir atau mengurangi jumlah

Page 101: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

rokok yang dikonsumsi. Cara mengurangi jumlah batang rokok yakni

dengan olahraga dan istirahat teratur. Selain itu, metode seperti

mengganti rokok dengan permen, konseling, mengganti rokok dengan

obat tradisional maupun dengan mencoba untuk berpuasa diiringi dengan

niat yang kuat. Selain itu, keluarga diharapkan dapat menjadi pengingat

dan memberikan motivasi kepada perokok.

6. Metode Berhenti Merokok

Berhenti merokok merupakan salah satu cara agar terhindar dari

risiko penyakit. Manfaat berhenti merokok diantaranya yaitu dapat

menurunkan risiko dari penyakit yang berhubungan dengan pajanan

rokok pada anak, menurunkan risiko memiliki anak prematur, impoten,

gangguan kesuburan, keguguran dan BBLR. Manfaat berhenti merokok

juga dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular (WHO, tt).

Perokok melakukan berbagai upaya dalam mengurangi efek

kesehatan akibat rokok. Metode yang dilakukan untuk berhenti merokok

adalah terapi pengganti nikotin, terapi konsumsi obat, mencoba obat

tradisional, konseling, berhenti tanpa bantuan dan mengganti konsumsi

rokok tembakau dengan tembakau kunyah (GATS, 2011). Hasil survei

yang telah didapatkan peneliti mengenai metode berhenti merokok yang

paling banyak digunakan yakni tanpa menggunakan metode berhenti

rokok apapun dengan proporsi sebesar 48,57% di urban dan 64,29% di

rural.

Page 102: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Hasil survei ini sama dengan survei yang dilakukkan oleh GATS

tahun 2011 di Indonesia. Di Indonesia tahun 2011 sekitar 70,7% perokok

berhenti merokok dengan kemauan sendiri tanpa bantuan orang lain

(GATS, 2011). Namun, berhenti merokok ini hanya bersifat sementara.

Survei yang dilakukkan oleh peneliti menujukkan bahwa responden

hanya beberapa saat saja berhenti merokok yakni berkisar 1 sampai 9

bulan di rural dan 1 sampai 6 bulan di urban. Setelah itu, perokok

mengonsumsi kembali rokok tersebut.

Hal ini terjadi mungkin disebabkan oleh karena keluhan yang

disebut dengan withdrawal syndrom (Aditama, 1997 dalam Barus, 2012).

Gejala dari sindrom tersebut seperti keinginan untuk merokok, depresi,

insomnia, mudah marah, gelisah, cemas dan sulit konsentrasi. Gejala ini

dapat terjadi dalam waktu 3 hari atau bahkan sampai berminggu-minggu

(tergantung pada jumlah rokok dan durasi merokok) setelah seeorang

berhenti merokok (Hesami. 2010).

Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada para perokok

khususnya agar memiliki keyakinan pada diri sendiri untuk bisa berhenti

merokok. Keyakinan akan diri sendiri bahwa akan mampu berhenti

merokok tidak hanya sesaat akan memberikan dorongan tersendiri

kepada diri sendiri agar bisa berhenti merokok. Selain itu, terapkan

metode berhenti merokok pada keseharian sehingga menjadi kebiasaan.

Berhenti merokok juga dapat dilakukkan dengan menentukanwaktu

berhenti merokok. Setelah itu perokok memulai metode berhenti

Page 103: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

merokok dengan mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi. Apabila

dalam sehari perokok menghabiskan satu bungkus maka perokok bisa

mengurangi menjadi setengah bungkus. Jika perokok sudah berhenti

merokok dalam waktu yang lama kemudian merokok kembali, jangan

menilai diri anda sebagai perokok. Nilai diri anda sebagai bukan

perokok dan buat perjanjian dengan diri anda untuk tidak merokok.

7. Anggaran Pembelian Rokok

Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa rata-rata anggaran

pembelian rokok di urban sebesar Rp 13.700 perharinya. Sedangkan, di

rural sebesar Rp 10.600 perharinya. Dari penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa pembelian rokok perharinya lebih tinggi di wilayah

urban. Hasil penelitian ini jika dikalikan selama sebulan (30 hari) maka

para perokok setiap bulannya baik di kedua wilayah menghabiskan

hampir setengah juta perbulannya. Hasil penelitian ini didukung oleh

penelitian yang telah dilakukkan oleh GATS tahun 2011. GATS

memperlihatkan bahwa rata-rata pembelian rokok diwilayah urban

sebesar Rp 14.375 perharinya. Sedangkan, di wilayah rural Rp 11.250

perharinya.

Pada penelitian yang telah dilakukkan oleh peneliti menunjukkan

bahwa rata-rata banyaknya rokok yang dibeli di rural yakni 12 batang

perhari dan di urban 13 batang perhari. Pembelian batang rokok minimal

pada rural adalah 1 batang perhari dan maksimal 48 batang rokok

Page 104: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

perhari. Sementara itu, pembelian rokok minimal pada urban adalah 2

batang rokok perhari dan maksimal 24 batang rokok perhari.

Dari hasil tersebut, jika dilakukkan analisis untuk pembelian rokok

maksimal (48 batang atau sekitar 4 bungkus perhari) di rural dalam

sebulannya menghabiskan dana sebesar Rp 1.680.000 (jika harga rokok

perbungkus Rp 14.000). Sedangkan, pembelian rokok di urban (24

batang rokok atau sekitar 2 bungkus) menghabiskan dana sebesar Rp

840.000 (jika harga rokok perbungkus Rp 14.000). Pengeluaran tersebut

jika ditambah dengan kerugian yang ditimbulkan oleh rokok seperti

penyakit akan menimbulkan dampak kerugian yang besar.

Laporan dari Tobacco Control Support Center(2010)

memperkirakan pengeluaran tembakau pada masyarakat Indonesia

sebesar 138 triliyun rupiah. Data tahun 2010 menunjukkan bahwa total

tahun produktif yang hilang karena penyakit tembakau berjumlah 105,30

triliyun rupiah (TCSC, 2012). Angka ini jika ditambahkan antara

pengeluaran tembakau dan total tahun produktif yang hilang mencapai

243,30 triliyun rupiah. Angka tesebut sangat jelas merugikan negara dan

juga individu baik yang merokok maupun yang tidak merokok (perokok

pasif).

Pada penelitian ini ditemukan juga bahwa anggaran pembelian

rokok yang paling sedikit adalah Rp 1000 untuk di rural dan Rp 2500

untuk di urban. Sedangkan, anggaran tertinggi yakni Rp 21.000 di rural

dan Rp 32.000 di urban. Pada rural, jika dilihat dari harga rokok

Page 105: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

perbatang yang dibeli kemungkinan besar adalah rokok non-filter atau

rokok kretek. Sedangkan, di urban kemungkinan pembelian jenis

rokoknya adalah rokok filter. Rokok non-filter lebih berbahaya jika

dibandingkan dengan rokok filter karena rokok filter memiliki kadar

nikotin yang lebih tinggi pada arus samping dengan perbandingan 4-6

kali daripada arus utama (Sussana, 2003).

Rokok kretek atau rokok non-filter ini memiliki kandungan 20 mg

tar dan 4,5 mg nikotin lebih banyak dari rokok filter (Suharmiati, 2008).

Sehingga risiko perokok yang menggunakan rokok non-filter ini lebih

tinggi jika dibandingkan dengan perokok yang menggunakan rokok filter.

Hal ini memungkinkan perokok di wilayah rural memiliki proporsi

penyakit yang lebih tinggi dibandingkan di wilayah urban. Penelitian

yang telah dilakukkan oleh peneliti menunjukkan bahwa proporsi

responden yang merokok di wilayah rural lebih banyak dibandingkan di

urban yakni 13,72% di rural dan 10,20% pada urban. Tidak hanya

hipertensi saja, proporsi penderita penyakit seperti stroke dan asma di

wilayah rural lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah urban.

Selain itu, pada penelitian ini responden menunjukkan bahwa

hampir semua perokok pada kedua wilayah mendapatkan rokok

(membeli rokok) di warung daripada di tempat lainnya. Pembelian di

warung ataupun toko rokok lainnya juga tidak memandang umur. Hampir

semua golongan umur bisa dengan mudah mengakses rokok.

Page 106: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Kemudahan dalam mengakses rokok ini, harus menjadi perhatian

bersama. Selain itu, mahalnya pengeluaran yang diakibatkan oleh

membeli rokok dan efek samping yang ditimbulkannya juga harus

diperhatikan. Dalam hal ini peneliti berharap kepada para perokok untuk

dapat mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi karena selain untuk

mencegah dampak yang terjadi juga dapat mengurangi biaya untuk

membeli rokok sehingga uang yang digunakan bisa membeli kebutuhan

pokok lainnya.

D. Perokok Menurut Tempat di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

Karakteristik menurut tempat ini tidak hanya digunakan untuk tempat

tinggal melainkan juga digunakan dalam area geografi yang relevan dengan

kejadian penyakit (CDC, 2012). Berikut adalah penjelasan mengenai

distribusi menurut tempat:

1. Pajanan Asap Rokok

Pajanan asap rokok di lingkungan rumah atau secondhand smoke

merupakan pajanan asap rokok yang dihirup oleh perokok maupun non-

perokok di lingkungan rumah. Hasil survei yang telah didapatkan peneliti

yakni pajanan asap rokok di dalam rumah lebih banyak terjadi di rural

(53,09%) dibandingkan dengan di urban (42,62%). Pajanan asap rokok di

lingkungan kerja yakni 16,18% pada di rural dan 11,41% di urban.

Sedangkan, pajanan rokok di tempat umum diperoleh hasil bahwa

Page 107: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

sebagian besar responden pada kedua wilayah mendapatkan pajanan

yang berasal dari tempat makan.

Penelitian yang dilakukkan oleh Nurwidayanti (2013)

menunjukkan bahwa sebanyak 55 dari 84 responden menjadi perokok

pasif. Survei lainnya yang dilakukkan di Indonesia didapatkan bahwa

sekitar 78,4% penduduk yang berusia diatas 15 tahun terpapar asap rokok

di lingkungan rumah, 51,3% terpapar pada area kantor, 63,4% kantor

pemerintah, 17,9% fasilitas pelayanan kesehatan 85,4% restauran, 70%

di tranpotasi umum (GATS, 2011).

Pada penelitian yang dilakukkan peneliti diketahui bahwa perokok

didalam rumah merokok paling banyak dengan jumlah batang rokok 10-

14 batang rokok perhari di rural dan urban dengan proporsi 42% di rural

dan 44,44% di uban. Selain itu, rumah yang diperbolehkan merokok

cenderung memiliki perokok dengan durasi merokok 10-19 tahun pada

kedua wilayah dengan proporsi 57,69% di rural dan 74,07% di urban.

Hill menyebutkan suatu kejadian penyakit meningkat seiring dengan

bertambahnya pajanan (Gersmant, 2003). Ashari (2011) menyebutkan

bahwa lamanya pajanan asap rokok akan berisiko menderita penyakit

hipertensi sebanyak 2,6 kali dibanding yang tidak terkena pajanan.

Pada peneltian yang dilakukkan peneliti menunjukkan bahwa

rumah yang diperbolehkan merokok di rural cenderung memiliki

proporsi penderita penyakit hipertensi yang lebih tinggi 42%. Sedangkan,

di urban cenderung memiliki proporsi penderita TB. Studi yang

Page 108: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

dilakukan di daerah Finlandia tahun 1997 menunjukkan bahwa pajanan

asap rokok di tempat kerja berisiko menderita penyakit asma sebesar 2

kali daripada yang tidak terpapar dan pajanan rokok di rumah berisiko

menderita penyakit asma sebesar 5 kali dibandingkan yang tidak terpapar

(Jaakkola, 1997).

Dalager et al tahun 1986 dalam Rufaridah (2011) menyebutkan

bahwa perokok pasif mempunyai risiko lebih tinggi menderita penyakit

daripada perokok aktif. Hal ini dikerenakan perokok pasif menghisap

asap rokok yang berasal dari ujung rokok yang terbakar dan arus utama.

Selain itu, asap rokok juga masih terdapat di lingkungan walaupun rokok

telah dimatikan.

Oleh karena itu, sebaiknya di dalam rumah diadakan larangan atau

peraturan mengenai rokok. Perokok baik itu anggota keluarga maupun

tamu tidak diperkenankan merokok di dalam rumah agar terhindar dari

asap rokok yang menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Selain itu,

Puskesmas dapat mengadakan pelatihan anti rokok yang didalamnya

berisi monitoring perokok didalam rumah dan sekolah serta memberikan

edukasi kepada masyarakat mengenai rokok sehingga dapat mencegah

adanya perokok baru dan mengurangi risiko terjadinya penyakit akibat

rokok.

2. Pajanan Iklan Rokok

Iklan merupakan pesan gambar dengan ragam tulisan maupun suara

di surat kabar, majalah, bus kota, papan reklame, slide dan film di

Page 109: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Bioskop Pudjianto (1995) dalam Gumelar (2011). Menurut Gumelar dan

Sareb (2011) iklan merupakan media komunikasi persuasif yang

bertujuan untuk mempromosikan suatu produk dengan komunikasi lisan

mupun tulisan.

Iklan rokok ini sangat berperan pada perokok. Hasil survei yang

telah didapatkan peneliti yakni sebagian besar responden pada kedua

wilayah mendapatkan pajanan iklan yang berasal dari televisi. Survei

GATS tahun 2011 menunjukkan bahwa sebagian penduduk di Indonesia

melihat iklan rokok di televisi yaitu sebanyak 66,3%.

Selain itu, peneliti juga menemukkan bahwapajanan iklan rokok di

televisi lebih banyak terjadi pada perokok dengan umur awal merokok

kurang dari 15 tahun yakni 83,33%. Penelitian yang dilakukkan oleh

Pierce (1998) menunjukkan bahwa kegiatan promosi industri tembakau

pada pertengahan tahun 19990 mempengaruhi 17% dari responden untuk

merokok. Studi lainnya juga menunjukkan bahwa iklan rokok dapat

mempengaruhi seseorang menjadi perokok (Lovato, 2003). Besarnya

proporsi remaja yang merokok ini mungkin disebabkan oleh pajanan

iklan rokok.

Menurut Ray dalam Pierce (1998) bahwa promosi bekerja untuk

membangun perilaku konsumen. Dalam hal ini iklan cenderung

mempengaruhi kelompok usia muda untuk merokok. Iklan rokok yang

menampilkan pria yang menarik seperti kuat, sehat, mandiri, tegas dan

juga jantan akan menimbulkan persepsi bahwa merokok dapat

Page 110: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

menyebabkan mereka menarik (Nichter, 2009). Sehingga, ada yang

berpikiran bahwa tidak merokok dapat menyebabkan mereka tidak

menarik. Dalam iklan rokok juga mencantumkan pesan bahwa rokok

dapat memberikan apa yang remaja inginkan seperti penerimaan dari

orang sekelilingnya, identitas gender (maskulin dan feminim),

pemberontakkan, mengurangi stres dan depresi serta popularitas

(National Cancer Institute, 2008).

Oleh karena itu, untuk mengurangi adanya jumlah perokok baru

pada usia remaja baik laki-laki maupun perempuan peneliti menyarankan

kepada orangtua atau pengasuh untuk melakukan monitoring kepada

anak dalam hal menonton tv atau film. Hal ini bertujuan untuk mencegah

anak khususnya remaja awal untuk mengikuti perilaku merokok yang

dilakukkan oleh tokoh atau promosi iklan yang ada di televisi. Orangtua

bisa memberikan edukasi kepada anak tentang rokok.

Selain itu, perlu adanya penyuluhan di sekolah-sekolah seperti SD

dan SMP. Kegiatan ini bertujuan memberikan informasi kepada siswa

yang umumnya berada pada masa remaja awal tentang rokok.

Penyuluhan yang dilakukkan tidak hanya memberikan informasi tetapi

juga mengarahkan siswa kepada kegiatan yang positif untuk

mengembangkat bakat setiap siswa.

E. Perokok Menurut Waktu di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

Karakteristik menurut waktu bisa di analisis dari berbagai sudut

pandang seperti menunjukkan tren suatu penyakit ataupun pola penyakit

Page 111: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

(sporadis, endemik, dll) (Gerstman, 2003). Karakteristik menurut waktu

digunakan untuk melakukan pengawasan pada kejadian penyakit sehingga

bisa dilakukan intervensi (CDC, 2012).

1. Durasi Merokok

Durasi merokok didefinisikan yaitu lamanya merokok dimulai dari

usia awal merokok sampai saat berhenti merokok (Guo, 2006). Sama

seperti banyaknya jumlah batang rokok yang dikonsumsi, durasi

merokok juga memiliki dose response yakni semakin lama durasi

merokoknya maka semakin berisiko terkena efek yang ditimbulkan.

Penelitian yang telah dilakukkan peneliti menunjukkan bahwa

sebagian besar perokok pada kedua wilayah memiliki durasi merokok 10-

19 tahun yakni 72,97% di urban dan 63,83% di rural. Hasil penelitian ini

sama dengan penelitian yang dilakukkan oleh Chen (1995) menunjukkan

bahwa proporsi terbesar terjadi pada durasi merokok 10-19 tahun (5%)

dibandingkan dengan kategori durasi merokok yang lainnya.

Lamanya durasi merokok ini cenderung mempengaruhi kesehatan

perokok. Penelitian yang telah dilakukkan oleh peneliti menunjukkan

bahwa responden yang memiliki durasi merokok 10-19 tahun memiliki

proporsi terbanyak menderita penyakit hipertensi dengan proporsi

55,56% pada rural dan urban responden yang merokok dengan durasi

merokok 10-19 tahun cenderung memiliki proporsi menderita penyakit

hipertensi 28,57%.

Page 112: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Studi yang dilakukkan oleh Suharmiati (2008) menunjukkan bahwa

semakin lama durasi merokok lebih dari 20 tahun menunjukkan proporsi

yang tinggi menderita hipertensi yakni 95,4% dibanding yang merokok

11-20 tahun. Studi lainnya yang dilakukkan Ismaeel (2010). Penelitian

Ismail menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara tingginya tekanan darah sistolik dengan durasi merokok lebih dari

10 tahun.

Dalam hal ini, durasi merokok menimbulkan gangguan endotel

pembuluh darah sehingga terjadinya kelainan dalam aliran darah

miokardia. Merokok mengurangi produksi prostasiklin endotel dan

meningkatkan adhesi leukosit pada sel endotel. Merokok juga

meningkatkan produksi angiotesin II yang mengurangi aktivitas nitrat

oksida sehingga menyebabkan tidak berfungsinya endotel (Campisi,

1998). Selain itu, merokok pada masa muda dapat meningkatkan tekanan

darah karenaterjadinya perubahan ketebalan arteri seiring berjalannya

waktu (Raitakari, 2003).

Dalam hal ini, peneliti berharap agar para perokok dapat

mengurangi jumlah rokok. Pengurangan jumlah rokok ini diharapkan

dapat melatih para perokok agar tidak mengonsumsi rokok kembali

sehingga durasi merokok akan lebih pendek dan risiko efek kesehatan

yang ditimbulkan juga semakin kecil. Selain itu, peneliti menyarankan

kepada perokok untuk melakukan olahraga secara rutin minimal 3 kali

Page 113: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

dalam seminggu selama 30 menit. Olahraga ini bertujuan untuk

mengurangi keinginan merokok.

F. Kondisi Kesehatan yang Dialami Perokok di Wilayah Rural dan Urban

Tahun 2015

Rokok merupakan salah satu faktor penyebab dari penyakit

kardiovaskular. Heart Foundation (2014) menunjukkan bahwa sebanyak 2,7

juta penduduk Australia merokok dengan jumlah perokok tiap hari sebesar

300.000 orang. Hasil penelitian yang dilakukkan oleh peneliti

memperlihatkan bahwa kondisi kesehatan yang dialami perokok yang paling

banyak terjadi yaitu penyakit kardiovaskular seperti hipertensi dengan

proporsi 42,42% pada rural dan 38,46% pada urban.

Tingginya proporsi perokok di rural mungkin disebabkan oleh

besarnya jumlah rokok yang dikonsumsi oleh perokok di rural dibandingkan

dengan urban. Penelitian yang dilakukkan oleh peneliti menunjukkan bahwa

proporsi perokok yang mengonsumsi ≥ 25 batang rokok perhari di rural

lebih banyak dibandingkan dengan urban yakni 6,38% pada rural dan 4,05%

pada urban. Hal ini didukung oleh pernyataan Price dan Wilson (2006)

dalam Nurwidayanti (2013). Menurut Price dan Wilson (2006) jumlah

rokok yang dikonsumsi oleh perokok lebih berpengaruh meningkatkan

hipertensi. Hal ini dikarenakan adanya akumulasi dari bahan-bahan yang

terhirup yang masuk ke dalam tubuh sehingga menjadi toksin di dalam

tubuh.

Page 114: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Penelitian yang telah dilakukkan oleh Suparto (2010) menunjukkan

bahwa adanya hubungan antara rokok dengan kejadian hipertensi. Rokok

merupakan salah satu risiko meningkatkan hipertensi. Penelitian oleh

Sihombing (2010) menunjukan bahwa risiko hipertensi pada perokok

sebesar 1,2 kali dibandingkan dengan yang tidak merokok. Penelitian

lainnya oleh Bowman (2007) juga menunjukkan hasil yang sama yakni

orang yang memiliki kebiasaan merokok dapat berisiko menderita penyakit

hipertensi sebesar 1,2 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki

kebiasaan merokok.

Bahan-bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh seperti nikotin dapat

merusak lapisan endotel pembuluh darah sehingga terjadinya kelainan

dalam aliran darah miokardia. Merokok mengurangi produksi prostasiklin

endotel dan meningkatkan adhesi leukosit pada sel endotel. Merokok juga

meningkatkan produksi angiotesin II yang mengurangi aktivitas nitrat

oksida sehingga menyebabkan tidak berfungsinya endotel (Campisi, 1998).

Nikotin juga merangsang pelepasan epinefrin dan norepinefrin dari medula

adrenal dan ujung saraf terminal yang mengakibatkan peningkatan denyut

jantung dan kontraktilitas lebih besar melalui stimulasi reseptor β1 miokard.

Resistensi pembuluh darah perifer meningkat melalui α-reseptor yang

akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah (CDC, 2010). Konsumsi rokok

minimal 2 batang akan dapat meningkatkan tekanan darah sistolik dan

diastolik sebesar 10 mmhg. Tekanan darah tersebut akan tetap tinggi pada

30 menit setelah berhenti menghisap rokok. Saat efek nikotin menghilang

Page 115: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

tekanan darah juga menurun. Namun, pada perokok berat tekanan darah

akan tetap tinggi (Nurwidayanti, 2013).

Dalam hal ini peneliti menyarankan kepada perokok untuk

melakukkan konsultasi pada Puskesmas terdekat untuk mengurangi dampak

merokok. Peneliti juga menyarankan kepada Puskesmas untuk membuat

suatu edukasi langsung kepada masyarakat mengenai perilaku merokok dan

efek rokok yang ditimbulkan. Puskesmas juga diharapkan dapat melakukan

monitoring mengenai perilaku kesehatan masyarakat di wilayah kerja nya

terutama masalah rokok dengan melibatkan kader. Kegiatan monitoring ini

bisa dilakukan dengan mengadakan kegiatan screening pada POSBINDU di

masyarakat. Kegiatan POSBINDU ini dilakukan dengan pendekatan lima

meja dimana meja pertama dilakukan anamnesis selanjutnya pengukuran

dan penyuluhan. Diharapkan pada acara ini juga bekerjasama dengan klinik

berhenti merokok (khusus untuk orang-orang yang merokok).

Page 116: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Perokok di wilayah urban lebih banyak (24,83%) dibanding wilayah rural

(17,09%).

2. Berdasarkan jenis kelamin perokok, perokok laki-laki lebih banyak

dibanding perokok perempuan yaitu 76,60% pada wilayah rural dan

87,84% pada wilayah urban.

3. Berdasarkan pendidikan terakhir perokok, perokok di wilayah rural lebih

banyak pada kelompok Sekolah Menengah Pertama (SMP) yakni 38,30%.

Sedangkan, di wilayah urban lebih banyak pada kelompok yg Sekolah

Menengah Atas (SMA) yakni 58,11%.

4. Berdasarkan pekerjaan perokok, perokok di wilayah rural lebih banyak

pada buruh yakni sebesar (36,17%). Sedangkan, di wilayah urban

pekerjaan perokok lebih banyak terdapat pada kelompok wiraswasta

(41,90%).

5. Berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi, perokok mengonsumsi 10-14

batang rokok perharinya baik di wilayah rural (41,89%) maupun di

wilayah urban (38,30%) dengan rata-rata perhari 13 batang perhari di

wilayah rural dan 11 batang perhari di wilayah urban.

Page 117: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

6. Berdasarkan metode berhenti merokok, metode berhenti merokok tanpa

bantuan pada wilayah rural dan urban lebih banyak dibanding dengan

metode lainnya yakni 64,29% pada rural dan 48,57% pada urban.

7. Berdasarkan anggaran pembelian rokok, rata-rata anggaran yang

dikeluarkan perokok sebesar Rp 13.700 pada wilayah urban dan Rp 10.600

pada wilayah rural. Anggaran pembelian rokok maksimal pada wilayah

rural sebesar Rp 21.000 dan pada wilayah urban Rp 32.000.

8. Berdasarkan usia awal perokok, rata-rata usia awal merokok (Age

Initiation) pada wilayah rural yakni 19 tahun. Sedangkan, pada wilayah

urban rata-rata usia awal merokok 17 tahun.

9. Berdasarkan pajanan asap rokok, pajanan asap rokok di dalam rumah lebih

banyak terjadi di wilayah rural (53,09%) dibanding dengan wilayah urban

(42,62%). Hal ini juga terjadi pada pajanan asap rokok di lingkungan kerja

yakni 16,18% di wilayah rural dan 11,41% di wilayah urban. Sedangkan,

di tempat umum pajanan asap rokok terbanyak yakni terjadi pada tempat

makan baik di wilayah rural (80,17%) maupun di wilayah urban (82,50%).

10. Berdasarkan pajanan iklan rokok, hampir semua responden mendapat

pajanan iklan rokok pada televisi yakni 96,86% di wilayah rural dan

91,87% di wilayah urban.

11. Berdasarkan durasi merokok, sebagian besar perokok memiliki durasi

merokok 10-19 tahun yakni 63,83% di wilayah rural dan 72,97% di

wilayah urban.

Page 118: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

12. Berdasarkan kondisi kesehatan perokok, kondisi kesehatan yang dialami

perokok yang paling banyak terjadi yaitu hipertensi dengan proporsi

42,42% di wilayah rural dan 38,46% di wilayah urban.

B. Saran

1. Puskesmas Wilayah Setempat

a. Puskesmas wilayah setempat perlu melakukan edukasi kepada warga

mengenai dampak rokok terutama kepada kalangan pelajar seperti SD,

SMP dan SMA. Selain itu, agar surveilans rokok ini dapat diterapkan

pada wilayah Puskesmas untuk melakukan monitoring perkembangan

kesehatan.

b. Puskesmas wilayah setempat disarakan untuk mengadakannya klinik

berhenti merokok pada Puskesmas di wilayah rural maupun urban.

2. Kelurahan dan Desa

Pemerintah wilayah setempat (kelurahan) lebih proaktif untuk

mengadakan gerakan berhenti merokok yaitu dengan membuat

kesepakatan berhenti merokok di wilayah setempat dan membuat wilayah

bebas asap rokok.

3. Perokok

Peneliti berharap agar perokok dapat berhenti merokok dengan melakukan

metode seperti mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi, mengganti

rokok dengan permen, konseling, dll. Metode ini juga harus dibarengi

dengan kepercayaan diri yang kuat untuk bisa berhenti merokok.

Page 119: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

4. Peneliti Selanjutnya

Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk membuat

penelitian dengan menggunakan metode mix-metode (kuantitatif dan

kualitatif) untuk mengetahui alasan merokok responden di wilayah

pedesaan dan perkotaan.

Page 120: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

DAFTAR PUSTAKA

Abghi M.B. 1997. Tobacco: The Growing Epidemic: Proceedings of the Tenth

World Conference on Health. Springer. Beijing China 24-28 August 1997

Action on Smoking and Health. 2014. What‘s in Cigarette. Diakses pada tanggal 1

Mei pada http://ash.org.uk/files/documents/ASH_117.pdf.

Action on Smoking and Health. 2015a. Smoking and Respiratory Disease.

Diakses pada tanggal 21 Juli 2015 pada

http://ash.org.uk/files/documents/ASH_110.pdf

Action on Smoking and Health. 2015b. Asthma and Smoking. Diakses pada

tanggal 21 Juli 2015 pada http://ash.org.uk/files/documents/ASH_595.pdf

American Lung Cancer. 2010. Lung Cancer. Diakses pada tanggal 26 Juni 2015

pada http://www.lung.org/assets/documents/publications/solddc-

chapters/lc.pdf.

Armstrong, J. Scott. 1977. Estimating Nonresponse Bias in Mail Surveys.

University of Pennsylvannia

Arniati, Layli Nur. 2014. Hubungan antara Tingkat Stres dengan Perilaku

Merokok Perawat Pria di RSUD Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Kedokteran

Universitas Muhamadiyah Surakarta

Ashari, Aziz. 2011.Perokok Pasif Sebagai Faktor Risiko Hipertensi pada Wanita

Usia 40-70 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Kulon Kota

Semarang. Skripsi.Universitas Diponegoro

Asih, Niluh Gede Yasmin dan Christantie Effendy. 2004. Keperawatan Medical

Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Badri, Arifin Muhammad 2012. Iklan Terlarang. Jakarta: CV Hilmi Jaya

Badriyah, F. (2007).Boyz Only. Depok: Gema Insani.

Barus, Henni. 2012. Hubungan Pengetahuan Perokok Aktif tentang Rokok dan

Motivasi Berhenti Merokok pada Mahasiswa FKM dan FISIP Universitas

Indonesia. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Bothamley. 2005. Smoking and Tuberculosis: A Chance or Causal Association? .

Thorax 2005; 60: 527-528

Boulet L, Lemiere C, Archambault F, et al. Smoking and Asthma: Clinical and

Radiologic Features, LungFunction, and Airway Inflammation. Chest 2006;

129 (3): 661-8

Page 121: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Bowman, Thomas S. 2007. A Prospective Study of Cigarette Smoking and Risk

of Incident Hypertension in Women. Journal of the American College of

Cardiologi Vol 50

BPS. 2007. Analisis Tipologi Kemiskinan Perkotaan Tahun 2007. Jakarta: Badan

Pusat Statistik

BPS. 2010. Klafikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia. Jakarta: Badan

Pusat Statistik

Breslau dan Peterson. 1989. Smoking Cessation in Young Adults: Age at

Initiation of Cigarette Smoking and Other Suspected Influences. Am J

Public Health. 1996 Feb;86(2):214-20.

Campisi, Roxana et all. 1998. Effects of Long-term Smoking on Myocardial

Blood Flow, Coronary Vasomotion, and Vasodilator Capacity. Circulation

1998; 98:119-125

CDC. 2010. How Tobacco Smoke Causes Disease: The Biology and Behavioral

Basis for Smoking Attributable Disease A report of the Surgeon General.

Atlanta: US. Public Health Service

CDC. 2012. Principles of Epidemiology in Public Health Practice: An

Introduction to Applied Epidemiology and Biostatistics. Atlanta: US. Public

Health Service

CDC. 2013. Heart Disease Fact. Diakses pada tanggal 22 Juli 2015 pada

http://www.cdc.gov/heartdisease/facts.htm

CDC. 2014a. Tobacco Use and Pregnancy. Diakses pada tanggal 22 Juli 2015

pada http://www.cdc.gov/reproductivehealth/tobaccousepregnancy/

CDC. 2014b. Smoking and Reproduction. Diakses pada tanggal 22 Juli 2015 pada

http://www.cdc.gov/tobacco/data_statistics/sgr/50th-

anniversary/pdfs/fs_smoking_reproduction_508.pdf

Chen. Et all. 1995. Smoking Duration, Intensity and Risk of Parkinson Disease.

American Academy of Neurology Journal

Chen, Chanzhong. Et all. 2000. Prospective Study of Exposure to Enviromental

Tobacco Smoke and Dysmenorrhea. Enviromental Helath Perspectives. Vol

108

David, et all. 1999. Cigarette Smoking and Mortality Risk: Twenty-five–Year

Follow-up of the Seven Countries Study. JAMA Interna Medicine April 12,

1999, Vol 159, No. 7

Den Boon. Et all. 2005. Association Between Smoking and Tuberculosis

Infection: A Population Survey in A High Tuberculosis Incidence Area.

Thorax 2005;60:555-557

Depparinding, Margaretha, Ridwan M. Thaha dan Sudirman Natsir. 2014.

Perilaku Merokok Buruh Angkut di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.

Journal. Universitas Hasanudin

Page 122: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Dewi, Dara Puspita. 2010. Pengaruh Pemberian ASI Ekslusif terhadap Kejadian

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita Berusia 6-24 Bulan di

Puskesmas Kecamatan Pancoran Tahun 2010. Skripsi. FKM Universitas

Indonesia

Duelberg, Sonia. 1992. Preventive Health Behaviour among Black and White

Women in Urban and Rural Areas. Social Science and Medicine Vol 34

Efendi, Feri. (2009).Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik

dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Ezzati et al. 2005. Rethingking the ―Diseases of Affluence‖ Paradigm: Global

Patterns of Nutritional Risk in Relation to Economic Development. Journal

PLOS Medicine

Fauzani, Nurhidayati. 2005. Terapi Berhenti Merokok (Studi Kasus 3 Perokok

Berat). Journal Makara Kesehatan Universitas Indonesia

Fiore MC, et al. Treating Tobacco Use and Dependence: 2008 Update—Clinical

Practice Guidelines. Rockville (MD): U.S. Department of Health and

Human Services, Public Health Service, Agency for Healthcare Research

and Quality

GATS. 2011.Global Adult Tobacco Survei: Indonesia Report 2011. WHO

Gerstman, B.Burt. 2003. Epidemiology Kept Simple: An Introduction to

Traditional and Modern Epidemiology. Canada: Wiley-Liss

Gilani, Sara Ijaz dan Leon David A. 2012. Prevalence and Sociodemographic

Determinants of Tobacco Use Among Adults in Pakistan: Findings of A

Nationwide Survey Conducted in 2012. Population Health Metrics 2013,

11:16

Gumelar. 2011. Jurnal Ilmu Seni dan Desain UltimArt Vol.III No I. Tanggerang:

Universitas Multimedia Nusantara

Gupta, Rajeev. 2006. Smoking, Educational Status & Health Inequity in India.

Indian Journal Medicine Res 124, 15-22

Gupta, Viviek. 2010. Patterns of Tobacco Use accross Rural, Urban, and Urban

Slum Populations in a North Indian Community. Indian Journal of

Community Medicine Vol 35

Guo, Hong dan Zhihing Sa. 2006. Sosioeconomic Differentials in Smoking

Duration among Adult Male Smokers in China: Result from the 2006 China

Health and Nutrition Survei. PLOS ONE published on Januari 9,2015.

Graor, Christine Heifner. 2012. The Relationship between Knowledge about

Smoking-related Health Risks, Attitudes, SmokingStatus, and Level of

Education in Baccalaureate Nursing Students. Bridget Borojevich. The

University of Akron

Page 123: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Hasanah, Arina Uswatun. 2011 Hubungan Antara Dukungan Orang Tua, Teman

dan Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok pada Laki-laki Madrasah Aliyah

Negeri 2 Boyolali. Gaster Vol. 8 No 1

Hasnida dan Indri Kemala. 2005. Hubungan Antara Stre dan Perilaku Merokok

pada Remaja Laki-laki. Psikologia Vol 1 no 2 Desember 2005

Heart Foundation. 2014. Data and Statistik. Diakses pada tanggal 22 Juli 2015

pada http://www.heartfoundation.org.au/information-for-professionals/data-

and-statistics/Pages/default.aspx

Hesami, Zahra. Et all. 2010. Severity of Nicotine Eithdrawal Symptoms after

Smoking Cessation. National Research Institute of Tuberculosis and Lung

Disease, Iran.

Hidayah, Nurul. 2011. Kesiapan Psikologis Masyarakat Pedesaan Menghadapi

Diversifikasi Pangan Pokok. Humanitas Vol. VIII No.1

Husaini, Aiman. 2006. Tobat Merokok. Depok: Puska Ilman.

Hodge, Felicia Schanche. 1996. Patient and Smoking Patterns in Northern

California American Indian Clinics Urban and Rural Contrast. Cancer

Suplement Vol 78

Homa, David, et.all. 2012. Vital Signs: Disparities in Nonsmokers Exposure to

Secondhand Smoke –United States, 1999-2012. CDC. 2015

Indrizal, Edi. 2006. Memahami Konsep Pedesaan dan Tipologi Desa Di

Indonesia. FISIP UNAND

Ismaeel, Adnan Ali Ehsan. 2010. Cigarette Smoking and Hypertension: Any

Causal Relation. Iraq Academic Scientific Journal Vol 24: 1-6

Jaakkola. 1997. Enviromental Tobacco Smoke and Adult-Onset Asthma: A

Population-Based Incident Case-Control Study. American Journal Public

Health. Volume 93 2003

Kaufman. Et all. 1989. Tar Content of Cigarettes in Relation to Lung Cancer. Am

J Epidemiol. 1989 Apr;129(4):703-11.

KBBI. Diakses tanggal 19 Mei 2015 pada http://kbbi.web.id/umur

Kementerian Kesehatan RI. 2013a. Pentingnya Aksesi Kerangka Kerja

Pengendalian Tembakau (FCTC) Bagi Indonesia. Policy Brief

Kementerian Kesehatan RI. 2013b. Situasi Kesehatan Jantung. Pusat Data dan

Informasi Kementerian Kesehatan RI

Kouvonen, Anne. Et all. 2005. Work Stress, Smoking Status and Smoking

Intensity: An Observasional Study of 46190 Employees. Journal

Epidemiology Community Health. 2005;59:63-69

Liputan 6. 2013. Kesehatan Perokok Pasif Lebih Buruk dari pada Perokok Aktif.

Diakses pada tanggal 3 Juni 2015 pada

Page 124: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

http://health.liputan6.com/read/600607/kesehatan-perokok-pasif-lebih-

buruk-dari-pada-perokok-aktif

Liu, Yuanli et all. 2006. Cigarette Smoking and Poverty in China. Social Sicience

and Medicine 63 (2006): 2784-2790

Lu, Rushan et all. 1997. Tobacco: The Growing Epidemic: Proceedings of the

Tenth World Conference on Tobacco or Health. Springer

Lovato, Lin Stead and Best. 2003. Impact of Tobacco Advertising and Promotion

on Increasing Adolecent Smoking Behaviours. The Cochrane Library

Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Merchen, Liesbeth. Et all. 2009. Smoking-based Selection and Influence in

Gender-Segrated Frienship Networks: A Social Network Analysis of

Adolescent Smoking. Journal Compilation Society for the Study of Addiction

Morabia, Alfredo, et all. 1998. Ages at Initiation of Cigarette Smoking and Quit

Attempts Among Women: A General Effect. Am J Public Health. 2002

January; 92(1): 71–74.

Mousawi, Ali Al. 2005. The Prevalence of Smoking Among Karbala/Iraq

University Students in Iraq in 2005. Journal Tobacco Use Insight 2014:7 9-

14

National Cancer Institute. 2008. The Role of the Media in Promoting and

Reducing Tobacco Use. Monograph 19

National Heart, Lung and Blood Institute. 2013. COP: The More You Know, The

Better For You and Your Loved Ones. NIH Publication No. 13-5840

September 2013

Nichter et all. 2009. Reading Culture From Tobacco Advertisements in Indonesia.

Tobacco Control Vol 19:98-107

Nielsen et al. 2006. Maternal Smoking Predicts the Risk of Spontaneous Abortion.

Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica. 2006; 85 (9)

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Prinsip-prinsipDasarIlmuKesehatanMasyarakat.

Jakarta: RinekaCipta

Nurwidayanti, Lina. 2013. Analisis Pengaruh Pajanan Asap Rokok Di Rumah

pada Wanita terhadap Kejadian Hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi.

Vol 1 (20, 244-253

Patel. 2004. Chilhood Smoking is an Independent Risk Factor for Obstructive

Airways Disease in Women. Thorax 2004; 59:682-686

Page 125: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Kerekteristik Data dari Jenis Informasi

Ketenagakerjaan

Peraturan Pemerintah No 109 tahun 2012 tentang Pengamaan Bahan yang

Mengandung Zat Adiktif Berupa Tembakau bagi Kesehatan

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan di Indonesia. Diakses pada tanggal 21 Juli 2015 pada

http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-PPOK/PPOK.pdf

Pierce, John P. 1998. Tobacco Industry Promotion of Cigarettes and Adolescent

Smoking. JAMA 29 (7): 511-515

Plant. Et all. 2002. Predictors of Tuberculin Reactivity Among Prospective

Vietnamese Migrants: The Effect of Smoking. Epidemiol Infect (2002),

128, 3-45

POM. 2014. Remaja Tembakau dan Rokok. Diakses pada tanggal 1 November

2015 pada http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/REMAJA-ROKOK-

Infopom.pdf.

Popy, Kumala, dkk. 1998. Kamus Kedokteran Dorland, Copy Editor Edisi

Bahasa: Dyah Nuswantari. Jakarta: EGC

Pradana, Tri Harsa. 2014. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku

Remaja Tentang Merokok Di Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 4

Dan 6 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tesis. Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Pradipta, Tito. 2010. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Stroke

Hemoragik Berdasarkan Pemeriksaan CT-Scan Kepala. Skripsi. Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Raitakari, Olli et al. 2003. Cardiovascular Risk Factors i Chilhood and Carotid

Artery Intima-Media Thickness in Adulthood The Cardiovascular Risk in

Young Finns Study. The Journal of the American Medical Association

2003; 290 (17):2277-2283

Reidpath, Daniel. 2012. The RelationShip Between Age of Smoking Initiation and

Current Smoking: An Analysis of School Surveis in Three European

Countries. Oxford Journal.

Riskesdas. 2010. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2010. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Indonesia

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2013. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Indonesia

Riskesdas DKI Jakarta. 2013. Riskesdas dalam Angka Provinsi DKI Jakarta 2013:

Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia

Riskesdas Jawa Barat. 2013. Riskesdas dalam Angka Provinsi Jawa Barat 2013:

Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia

Page 126: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Rodriguez. 2011. Psychosocial Risk Factors for Adolecescent Smoking: A

School-Based Study. Internasional Journal of Clinical and Health

Psycology. Vol. 11

Rosmawati. 2010. Analisa Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Merokok pada Remaja STM Triguna Utama Ciputat Tanggerang Selatan.

Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesahatan Universitas Islam Syarif

Hidayatullah Jakarta

Sakai, Hiroko dan Kazutomo Ohashi. 2010. Association of Menstrual Phase with

Smoking Behavior, Mood and Menstrual Phase-Associated Symptoms

Among Young Japanese Women Smokers. BioMed Central Women‘s Healt

2013

Saraswati, Judhi. 2008. Pajanan Asap Rokok Di Rumah Terhadap Ispa dan

Gangguan Fungsi Paru Pada Anak Sekolah Dasar Di Kelurahan Grogol

Jakarta Barat. Tesis. Universitas Indonesia

Sarvela, Paul D. 1997. A Secondary Analysis of Smoking Among Rural and

Urban Youth Using the MTF Data Set. Journal of School Helath Vol 67

Siagian, ferdinand. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja 10-24 tahun

menjadi perokok di jakarta dan sukabumi (analisis data studi prevalensi

penggunaan tembakau di indonesia 2001). Tesis. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia

Sihombing, Marice. 2010. Hubungan Perilaku Merokok, Konsumsi

Makanan/Minuman, dan Aktivitas Fisik dengan Penyakit Hipertensi pada

Responden Obes Usia Dewasa di Indonesia. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan

Slama et all. 2007. Tobacco and Tuberculosis: A qualitative Systematic Review

and Meta-Analysis. INT Journal Tuberculosis Lung Disease 11(10):1049-

1061

Stroke Association. 2012. Smoking and the Risk of Stroke. Diakses tanggal 22

Juli 2015 dari

https://www.stroke.org.uk/sites/default/files/smoking_and_the_risk_of_stro

ke.pdf

Sudarman, M. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Suharmiati, Lestari Hadajani, Adianti Handajani. 2008. Hubungan Pola

Penggunaan Rokok dengan Tingkat Kejadian Penyakit Asma. Buletin

Penelitian Sistem Kesehatan Vol 13 No. 4 Oktober 2010

Sumarna, Riny. 2009. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Merokok Mahasiswa

Ekstensi 2007 di FISIP UI Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia

Page 127: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

Suparto. 2010. Faktor Risiko yang paling Berperan Terhadap Hipertensi pada

Masyarakat Di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar Tahun 2010.

Tesis. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas

Maret

Surgeon General. 2014. How Tobacco Smoke Causes Disease. Diakses pada

tanggal 1 Mei 205 pada www.surgeongeneral.gov

Swastika, Dewa Ketut Sadra. 2014. Reformasi Paradigma Urbanisasi: Strategi

Percepatan Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan. Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Tobacco Control Support Center. 2012.Fakta Tembakau. Jakarta: TCSC IAKMI

Tobacco in Australia. 2015. Respiratory Disease. Diakses tanggal 22 Juli 2015

dari http://www.tobaccoinaustralia.org.au/3-4-respiratory-diseases

Tobacco Control Laws. 2015. Diakses pada tanggal 5 November 2015 pada

http://www.tobaccocontrollaws.org/legislation/country/indonesia/summary

Tobacco free kids. 2005. Smoking Immediate Effects on the Body. Diakses pada

tanggal 1 Agustus 2015 pada www.tobaccofreekids.org

Tobacco Free Kids. 2015. The Path To Tobacco Addiction Strats at Very Young

Ages. Diakses pada tanggal 1 November 2015 pada www.tobaccofreekids.org

U.S. Department of Health and Human Services. 2012. Preventing Tobacco Use

Among Youth and Young Adults: A Report of the Surgeon General. Atlanta:

U.S. Department of Health and Human Services, Centers for Disease

Control and Prevention, Office on Smoking and Health

Udin, Khoiril Anwar. 2010. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Jenis

Pekerjaan dengan Partisipasi Masyarakat dalam pembangunan di Desa

Jetis, Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Universitas

Sebelas Maret

Volzke, Henry. Et all. 2006. Urban-rural Disparities in Smoking Behaviour in

Germany. BioMed 2006, 6:146

Wahyono, Sugeng Bayu. 2012. Studi Etnografi Pendidikan Perkotaan dan

Pedesaan. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Walter et all. 1987. Relative and Absolute Excess Risks of Coronary Heart

Disease among Women Who Smoke Cigarettes. New England Journal

Medecine 1987; 317:1303-1309

Waylen. Et al. 2008. Effects of Cigarette Smoking Upon Clnical Outcomes of

Assisted Reproduction: A Meta-Analysis. Human Reproductive Update Vol

15

Wlodarczyk, Andrzej et al. 2013. Daily Tobacco Smoking Patterns in Rural and

Urban Areas of Poland- The Result of The GATS Study. Annals of

Agricultural and Enviromental Medicine in 2013 Vol 20

Page 128: SURVEI PEROKOK DAN KONDISI KESEHATAN PEROKOK DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37598/1/NUR... · yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan

WHO. Tt. Fact Sheet about Health Benefits of Smoking Cessation. Diakses pada

tanggal 5 November 2015 dari

http://www.who.int/tobacco/quitting/en_tfi_quitting_fact_sheet.pdf.

WHO. 2005. WHO Framew ork Convention on Tobacco Control. Geneva: WHO

Document Production Service

Wolf, PA, et all. 1988. Cigarette Smoking as a Risk Factor for Stroke. The

Farmingham Study. JAMA. 1988 Feb 19;259(7):1025-9

Xu, Xialong et all. 2012. Smoking-Related Knowledge, Attitudes, Behaviors,

Smoking Cessation Idea and Education Level among Young Adult Male

Smokers in Chongqing, China. International Journal of Enviromental

Reseach and Public Health. Vol 12. 2015

Yunindyawati. 2008. Perilaku Merokok Anak Putus Sekolah di Wilayah

Perkotaan dan Perdesaan (Studi Komparasi di Kecamatan Kayuaagung dan

Lempuing Kabupaten OKI). Diakses Tanggal 20 November 2015 dari

www.fisip.unsri.ac.id/userfiles/file/yunin4.pdf

Yusnabeti, Dewi. 2009. Pajanan Debu Kayu (PM10) dan Kejadian Infeksi Saluran

Pernafasan Akut pada Pekerja Industri Mebel di Desa Cilebut Barat

Kabupaten Bogor dan Cilebut Timur Kabupaten Bogor Tahun 2009. Skripsi.

FKM Universitas Indonesia

Zhu, Bao-Ping, et all. 1996. The Relationshiop between Cigarette Smoking and

Education Revisited: Implications for Categorizing Persons Educational

Status. American Journal of Public Health