Sungai Mookervaart, Riwayatmu Kini

download Sungai Mookervaart, Riwayatmu Kini

of 3

Transcript of Sungai Mookervaart, Riwayatmu Kini

MetropolitanRubrik Berita Utama Finansial International Metropolitan Naper Nusantara Bisnis & Investasi Opini Olahraga Politik & Hukum Jawa Barat Humaniora Berita Yang lalu Furnitur Otonomi Audio Visual Rumah Dana Kemanusiaan Fokus Otomotif Agroindustri Musik Muda Swara Makanan dan Minuman Esai Foto Perbankan Pustakaloka Pendidikan Dalam Negeri Jendela Interior Kesehatan Ekonomi Rakyat Bentara Rabu, 28 Juli 2004 Searc

Sungai Mookervaart, Riwayatmu KiniMENYUSURI Sungai Mookervaart saat ini sungguh membangkitkan keprihatinan yang mendalam. Sampah tersebar di mana-mana di sepanjang sungai. Air sungainya sangat kotor dan berwarna hitam pekat. Boleh jadi, Sungai Mookervaart adalah satu-satunya sungai yang saat ini tidak terurus. Juga tidak lagi mendapatkan pasokan air dari Sungai Cisadane. TENGOK saja sungai sepanjang 7,5 kilometer itu dan lihatlah riak air yang ada di sana. Selain berwarna hitam pekat, air di Sungai Mookervaart juga sering berbuih dan berubah-ubah warna. Padahal, sungai ini hingga tahun 1975 menjadi sarana transportasi yang paling ideal dari Tangerang menuju Jakarta. Menurut aktivis lingkungan Karya Ersada, banyaknya limbah industri serta limbah domestik rumah tangga membuat kualitas air di Sungai Mookervaart saat ini pekat dan sangat buruk. Kondisi seperti ini masih ditambah dengan tidak adanya pasokan air dari Sungai Cisadane. Tentu saja hal ini menambah kepekatan warna sungai itu. SUNGAI Mookervaart merupakan sungai buatan yang dibangun tahun 1681, berupa sebuah kanal yang menghubungkan sungai Tji Sadane (Cisadane) dan Tji Angke (Kali Angke). Saat ini sungai tersebut merupakan bagian dari aliran Sungai Angke Pesanggrahan. Ketika dibangun hingga tahun 2002, sumber air Sungai Mookervaart sebagian besar dari Sungai Cisadane. Namun, sejak bencana banjir melanda Jakarta pada bulan Februari 2002 lalu, sumber air sungai ini praktis hanya berasal dari Danau (Situ) Cipondoh dan sejumlah saluran pembuangan dari kampungkampung sekitar sungai. Dalam Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 disebutkan bahwa Sungai Mookervaart termasuk dalam Wilayah Pengembangan Barat pada sistem aliran Cengkareng

Berit

Kesa SuamBaka Bers

Peru Angg2004 Seles

16 P Ecsta Patro Bero 6 Jem HaruPerb

Tida Penindi Pl

Blue DibaKawa Resa

Mau DivoBula

Soal AbduHalid Ajuk MA

Mem

Rum Haru

Pengiriman & Transportasi Ekonomi Internasional Sorotan Pendidikan Informal Telekomunikasi Teknologi Informasi Didaktika Bahari Teropong Wisata Pendidikan Luar Negeri Pendidikan Ilmu Pengetahuan Pixel Properti Pergelaran Investasi & Perbankan Bingkai Info Otonomi Tentang Kompas Kontak Redaksi

Drain. Wilayahnya mulai dari bagian sungai yang masuk ke Jakarta sampai dengan Cengkareng Drain. Di sisi lain, Sungai Mookervaart juga masuk dalam Wilayah Pengembangan Tengah, pada aliran sistem Kali Angke yang dimulai dari Pintu Air Cengkareng Drain hingga Kali Angke. Melihat pembagian ini, jelas bahwa Sungai Mookervaart sesungguhnya terpotong menjadi dua bagian. Satu bagian merupakan aliran yang berasal dari Pintu Air Cisadane, sebagai sumber awal aliran sungai, lalu bergabung dengan aliran air dari Kali Angke, Pesanggrahan, Sungai Sepak, dan Sungai Grogol pada aliran Cengkareng Drain, hingga bermuara di Teluk Jakarta setelah melintasi Jalan Tol Prof Sediyatmo (tol Bandara SoekarnoHatta) dan Perumahan Pantai Indah Kapuk. Sementara itu, bagian kedua adalah penggalan yang terpotong oleh keberadaan Cengkareng Drain, yang kemudian alirannya bersatu dengan Kali Angke dan bergabung dengan sistem aliran Kali Angke yang bermuara di Teluk Jakarta (Muara Angke). Aliran ini juga sekaligus sebagai pembatas antara Perumahan Pantai Indah Kapuk dan Perumahan Pluit Muara Karang. BERDASARKAN pendataan yang dilakukan, aliran air buangan yang masuk ke Sungai Mookervaart bersumber dari Kelurahan Tangerang Kota, Cipondoh, Batujaya, Poris Plawad, Poris Gaga, Kebon Besar, Tanah Tinggi, Karang Anyar, dan Kelurahan Batuceper. Paling tidak, tercatat ada 22 saluran pembuangan, baik itu yang berasal dari industri maupun dari perkampungan warga. Saluran pembuangan tersebut antara lain berasal dari PT Tatung dengan diameter 0,5 meter, serta dua saluran dengan diameter sama berada di sekitar PT Tatung dengan radius 15-50 meter. Saluran dari PT Rasico Industri Corp Ltd (Pelita) yang menuju ke Sungai Mookervaart berdiameter 1 meter, serta sejumlah saluran lain dengan diameter 0,5-2 meter, yang semuanya terarah ke Sungai Mookervaart. Dengan banyaknya saluran pembuangan yang menuju Sungai Mookervaart, tidak heran bila kemudian kualitas sungai tersebut sangat buruk. Apalagi jika melihat pasokan air dari Sungai Cisadane sejak tahun 2002 sama sekali dihentikan, praktis Sungai Mookervaart hanya berisi limbah industri dan limbah domestik. Menurut Dede Rahayu, staf Operasional Pengolahan Data Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Sungai Cisadane-Cidurian, sejak tahun 2002 pasokan air dari Sungai Cisadane ke Sungai Mookervaart dihentikan. Sebelum dilakukan penutupan, volume air yang dialirkan ke Sungai Cisadane bervariasi, tergantung dari debit Sungai Cisadane.

Rum

Sung MookRiwa

Jemb PemBerk

INFO

Variasi debit air yang dialirkan biasanya antara 0,324 m>sprscriptresressprscriptresres Dede menceritakan, hingga tahun 1975, setiap hari Sungai Mookervaart selalu dilintasi para pedagang bambu atau pedagang lainnya yang biasa memanfaatkan lalu lintas sungai untuk pergi ke Jakarta demi mempersingkat waktu. Bambu-bambu yang didatangkan dan dialirkan dari Bogor melalui Sungai Cisadane kemudian diteruskan melalui Sungai Mookervaart dengan membuka dua pintu air tersebut. "Begitu pintu air dibuka, bambu-bambu dan getek yang menunggu langsung melintasi Sungai Mookervaart. Tetapi sekarang sudah tidak mungkin lagi," kata Dede. Saat ini sama sekali tidak ada pasokan air dari Sungai Cisadane yang dialirkan ke Sungai Mookervaart. Kalaupun ada, itu hanya kebocoran pintu air. Dengan tidak dialirkannya air di Sungai Cisadane ke Sungai Mookervaart, maka di sepanjang sungai tersebut saat ini terjadi pendangkalan dan tumbuh berbagai tanaman liar. Lihat saja di sekitar Hutan Kota yang berada di sisi Sungai Mookervaart tersebut. Hutan Kota di sana terlihat tidak terawat dan rusak. Begitu pula dengan kondisi Sungai Mookervaart. Bila malam hari, pinggiran sungai itu hanya menjadi ajang prostitusi kaum waria. Sungai Mookervaart kini memang tidak seindah dulu. Kita tidak bisa lagi melihat Sungai Mookervaart yang bersih dan berkelimpahan air. Kita juga tidak bisa lagi melihat lalu lalang para pedagang bambu atau pedagang lain yang memanfaatkan sungai tersebut sebagai sarana transportasi. Yang terlihat pada Sungai Mookervaart saat ini adalah warna air sungainya yang pekat dan buih-buih hasil pencemaran limbah industri dan rumah tangga. Entah bagaimana nasib sungai itu lima atau 10 tahun mendatang. Bisa jadi, Sungai Mookervaart hanya akan menjadi legenda. (HERMAS EFEFNDI PRABOWO)

Design By KCM Copyright 2002 Harian KOMPAS