Sunan Drajat

5
Sunan Drajat; Antara Tasawuf dan Prilaku Sosial Pendahuluan Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia tidak langsung dari tanah Arab tetapi melalui negeri Persia dan India, sekitar abad keempat dan kelima Hijriah. Oleh karena itu, paham-paham sufi dan tasawuf yang sedang tersiar luas dan mendapatkan perhatian umum dalam Negara-negara Islam pada saat itu, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari materi dakwah yang disampaikan di Indonesia. 1 Dalam sejarah Islam Jawa, kita dapati adanya Syeikh Siti Jenar yang mempertahankan pendirian mengenai fana dan kesatuan antara Khaliq dan makhluk yang dinamakan Abu Yazid Al-Busthami sebagai ittihad. Dalam makalah ini, penyusun akan sedikit membahas salah satu tokoh dalam sejarah Wali Songo, yaitu Raden Qasim atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Drajat. Yang akan dibahas tentang tokoh ini adalah mengenai ajaran-ajaran tasawufnya dan peranannya dalam kehidupan sosial masyarakat pada masa itu. Penyusun memandang tokoh ini memiliki sebuah ”keistimewaan” dibanding tokoh-tokoh yang lain pada masanya. Keistimewaan yang dimaksud oleh penyusun adalah ajaran- 1 Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara; Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka, Jakarta, Prenada Media Group, Cet. I, 2006, hal. 7-8

Transcript of Sunan Drajat

Page 1: Sunan Drajat

Sunan Drajat; Antara Tasawuf dan Prilaku Sosial

Pendahuluan

Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia tidak langsung

dari tanah Arab tetapi melalui negeri Persia dan India, sekitar abad keempat dan kelima

Hijriah. Oleh karena itu, paham-paham sufi dan tasawuf yang sedang tersiar luas dan

mendapatkan perhatian umum dalam Negara-negara Islam pada saat itu, menjadi bagian

yang tidak terpisahkan dari materi dakwah yang disampaikan di Indonesia.1 Dalam

sejarah Islam Jawa, kita dapati adanya Syeikh Siti Jenar yang mempertahankan pendirian

mengenai fana dan kesatuan antara Khaliq dan makhluk yang dinamakan Abu Yazid Al-

Busthami sebagai ittihad.

Dalam makalah ini, penyusun akan sedikit membahas salah satu tokoh dalam

sejarah Wali Songo, yaitu Raden Qasim atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Drajat.

Yang akan dibahas tentang tokoh ini adalah mengenai ajaran-ajaran tasawufnya dan

peranannya dalam kehidupan sosial masyarakat pada masa itu.

Penyusun memandang tokoh ini memiliki sebuah ”keistimewaan” dibanding tokoh-

tokoh yang lain pada masanya. Keistimewaan yang dimaksud oleh penyusun adalah

ajaran-ajaran Sunan Drajat yang cenderung berbau sosial. Tampaknya Sunan Drajat

melihat bahwa Islam tidaklah dapat dipahami sebagai pelaksanaan ritual-ritual

keagamaan saja sebagai bentuk hubungan hamba dengan penciptanya, namun lebih dari

itu, Islam harus diaplikasikan dalam kehidupan sosial sehingga dapat benar-benar

menjadi sebuah agama yang rahmatan lil ‘alamin.

Dalam makalah ini, penullis merujuk pada buku Sejarah Sunan Drajat, Dalam

Jaringan Masuknya Islam di Nusantara yang disusun oleh Tim Peneliti dan Penyusun

Buku Sejarah Sunan Drajat, di samping juga karya-karya lain yang memiliki hubungan

dengan pembahasan.

1 Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara; Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka, Jakarta, Prenada Media Group, Cet. I, 2006, hal. 7-8

Page 2: Sunan Drajat

Pembahasan

A. Biografi Singkat

Tidak banyak yang diketahui oleh para ahli sejarah tentang asal usul Sunan Drajat.

Sumber tertulis baik berupa manuskrip maupun buku yang ditulis keturunan Sunan Drajat

demikian pula sumber lisan yang berasal dari daerah Drajat dan sekitarnya menyebutkan

bahwa nama asli Sunan Drajat adalah Raden Qosim,1 merupakan putra Sunan Ampel

dengan Nyai Ageng Manila atau Dewi Candrawati dan adik dari Raden Makdum Ibrahim

atau Sunan Bonang2 dan hidup sekitar abad 15-16 M. Secara silsilah, menurut

penelusuran para peneliti sejarah, Ibu Sunan Drajat adalah puteri Arya Teja, seorang

adipati Tuban. Sedangkan dari jalur ayah, Sunan Drajat memiliki pertemuan nasab

dengan Sunan Giri yang pada akhirnya sampai pada Nabi Muhammad saw.

Masa muda Raden Qosim tidak banyak dapat dilacak karena minimnya informasi

baik dari sumbber trtulis maupun dari sumber lisan. Dari sumber yang sedikit tersebut

diperoleh petunjuk bahwa R. Qosim menjalani masa kecilnya di Ampeldenta, Surabaya.

Sebelum datang di dusun Banjaranyar dan menetap di Drajat, ia lebih dulu beberapa

tahun menetap di Cirebon untuk belajar agama Islam pada Sunan Gunung Jati.3

Ada dua versi cerita tentang kedatangan R. Qosim ke dusun Banjaranyar yang

dahulu bernama Jelak. Namun versi yang lebih dikenal adalah cerita yang menyebutkan

bahwa setelah R. Qosim dirasa mampu dalam ilmu agama Islam, diperintahkan oleh

Sunan Ampel untuk mencari tempat dipesisir utara Gresik dan Tuban. Ia berangkat dari

Surabaya dengan naik perahu nelayan kea rah barat ditemani oleh lima orang nelayan. Di

tengah perjalanan perahu tersebut diterpa ombak besar dan para penumpangnya terlempar

ke laut, termasuk R. Qosim. Beruntung pada saat itu R. Qosim memegang dayung yang

dengan pertolongan Allah dapat membabwanya selamat sampai di pantai Jelak dan

kemudian ditolong oleh tetua perkampungan nelayan Jelak.4

1 Tim Peneliti dan Penyusun Buku Sunan Drajat, Sejarah Sunan Drajat; Dalam Jaringan Masuknya Islam di Nusantara, Surabaya, PT. Bina Ilmu, Cet. I, 1998, hal. 1032 Ibid, hal. 110, 118. Lihat pula Sri Mulyati, …….. hal. 48. Lihat pula 3 Ibid, hal. 1234 Ibid, hal. 81

Page 3: Sunan Drajat

R. Qosim bertempat tinggal di Jelak selama kurang lebih tujuh tahun. Jelak yang

semula hanya berupa perkampungan kecil tempat tinggal para nelayan, makin lama

makin ramai karena banyak santri dan pendatang yang menetap, kemudian berubah

menjadi dusun yang diberi nama Banjaranyar, sekarang menjadi salah satu dusun dari

desa Banjarwati.1

Setelah usaha meletakan dasar pengajaran agama Islam di Jelak Banjaranyar dirasa

cukup, R. Qosim bersama para santri bberusaha mencari lokasi lain yang lebih luas dan

terhindar dari genangan air pada musim penghujan. R. Qosim memiih tanah berbukit

yang masih berwujud hutan lebat, terletak di sebelah selatan desa Banjarwati. Disitu

mereka membuka hutan untuk tempat tinggal dan masjid. Tempat ini dihuni oleh para

santri dan orang-orang yang pindah dari berbagai tempat, sehingga terbentuk pemukiman

yang nantinya disebut desa Drajat.2

B. Ajaran Sunan Drajat

Ajaran Sunan Drajat meliputi tiga aspek terpenting dalam agama Islam, yaitu:

1. Ajaran yang berhubungan dengan masalah iman

2. Ajaran yang berkaitan dengan apa yang harus dilakukan oleh pemeluk agama

(syariat), sebagai bukti bahwa yang bersangkutan beriman.

3.

C.

1 Ibid, 822 Ibid, 126