Sumber Daya Hutan

5
SUMBER DAYA HUTAN* Resume by Opissen Yudisyus 20100430019, Ilmu Ekonomi Hutan adalah asosiasi masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang didominasi oleh pohon-pohonan dengan luasan tertentu sehingga dapat membentuk iklim mikro dan kondisi ekologi tertentu. Sifat-sifat hutan antara lain ; pertama, merupakan tipe tumbuhan yang terluas distribusinya dan mempunyai produktifitas biologis yang tertinggi. Kedua, mencakup kehidupan seperti tumbuhan dan hewan, serta bukan kehidupan seperti sinar, air, panas dan lain-lain. Ketiga, regenerasi hutan sangat cepat dan kuat. Keempat, sebagai penyedia bahan mentah dan pelindung serta yang memperbaiki kondisi lingkungan dan ekologi. Beberapa fungsi hutan antara lain ; pertama, sebagai penyedia hasil hutan (kayu dan nonkayu). Kedua, mengatur tata air, mencegah dan membatasi banjir, erosi serta memelihara kesuburan tanah. Ketiga, melindungi suasana iklim dan memberi daya pengaruh yang baik. Keempat, memberikan keindahan alam. Hutan berdasarkan fungsinya, digolongkan menjadi beberapa macam yaitu ; hutan lindung, hutan produksi, hutan suaka alam dan hutan wisata. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang karena sifat-sifat alamnya diperuntukkan guna pengaturan tata air dan pencegahan bencana banjir dan erosi, serta pemeliharaan kesuburan tanah. Hutan produksi ialah kawasan hutan yang diperuntukkan guna memproduksi hasil hutan untuk keperluan masyarakat dan pembangunan. Hutan produksi dibagi menjadi dua yaitu, pertama, hutan produksi dengan penebangan terbatas ialah hutan produksi yang hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang pilih. Kedua, hutan produksi dengan penebangan bebas ialah sebagai hutan produksi yang dapat dieksploitasi baik dengan cara tebang pilih maupun dengan cara tebang habis disertai dengan pembibitan alam atau dengan pembibitan buatan. Hutan suaka alam ialah kawasan hutan yang karena sifatnya yang khas diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati lainnya, dibagi menjadi dua jenis yaitu, pertama, cagar alam, merupakan hutan suaka alam yang berhubungan dengan keadaan alamnya yang khas, termasuk alam hewani dan alam nabati untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kedua, suaka margasatwa, merupakan hutan suaka alam yang ditetapkan sebagai suatu tempat hidup margasatwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan. *Suparmoko.2012.Ekonomi Sumber Daya Alam dan Linkungan; suatu pendekatan teoritis.edisi 4.BPFE Yogyakarta

Transcript of Sumber Daya Hutan

  • SUMBER DAYA HUTAN*

    Resume by Opissen Yudisyus

    20100430019, Ilmu Ekonomi

    Hutan adalah asosiasi masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang didominasi oleh

    pohon-pohonan dengan luasan tertentu sehingga dapat membentuk iklim mikro dan kondisi

    ekologi tertentu. Sifat-sifat hutan antara lain ; pertama, merupakan tipe tumbuhan yang

    terluas distribusinya dan mempunyai produktifitas biologis yang tertinggi. Kedua, mencakup

    kehidupan seperti tumbuhan dan hewan, serta bukan kehidupan seperti sinar, air, panas dan

    lain-lain. Ketiga, regenerasi hutan sangat cepat dan kuat. Keempat, sebagai penyedia bahan

    mentah dan pelindung serta yang memperbaiki kondisi lingkungan dan ekologi.

    Beberapa fungsi hutan antara lain ; pertama, sebagai penyedia hasil hutan (kayu dan

    nonkayu). Kedua, mengatur tata air, mencegah dan membatasi banjir, erosi serta memelihara

    kesuburan tanah. Ketiga, melindungi suasana iklim dan memberi daya pengaruh yang baik.

    Keempat, memberikan keindahan alam. Hutan berdasarkan fungsinya, digolongkan menjadi

    beberapa macam yaitu ; hutan lindung, hutan produksi, hutan suaka alam dan hutan wisata.

    Hutan lindung adalah kawasan hutan yang karena sifat-sifat alamnya diperuntukkan

    guna pengaturan tata air dan pencegahan bencana banjir dan erosi, serta pemeliharaan

    kesuburan tanah. Hutan produksi ialah kawasan hutan yang diperuntukkan guna

    memproduksi hasil hutan untuk keperluan masyarakat dan pembangunan. Hutan produksi

    dibagi menjadi dua yaitu, pertama, hutan produksi dengan penebangan terbatas ialah hutan

    produksi yang hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang pilih. Kedua, hutan produksi

    dengan penebangan bebas ialah sebagai hutan produksi yang dapat dieksploitasi baik dengan

    cara tebang pilih maupun dengan cara tebang habis disertai dengan pembibitan alam atau

    dengan pembibitan buatan. Hutan suaka alam ialah kawasan hutan yang karena sifatnya yang

    khas diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati lainnya, dibagi menjadi

    dua jenis yaitu, pertama, cagar alam, merupakan hutan suaka alam yang berhubungan dengan

    keadaan alamnya yang khas, termasuk alam hewani dan alam nabati untuk kepentingan ilmu

    pengetahuan dan kebudayaan. Kedua, suaka margasatwa, merupakan hutan suaka alam yang

    ditetapkan sebagai suatu tempat hidup margasatwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu

    pengetahuan dan kebudayaan.

    *Suparmoko.2012.Ekonomi Sumber Daya Alam dan Linkungan; suatu pendekatan teoritis.edisi 4.BPFE

    Yogyakarta

  • Hutan wisata ialah kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus untuk dibina

    dan dipelihara guna kepentingan pariwisata atau peeburuan. Hutan wisata yang memiliki

    keindahan alam baik keindahan nabati, hewani maupun alamnya sendiri sering disebut

    sebagai taman wisata. Hutan wisata yang didalamnya terdapat satwa buru disebut sebagai

    taman buru. Tingginya penggunaan dan pemanfaatan hutan untuk produksi dan komoditi

    berdampak semakin berkurangnya lahan hutan sehingga menurunkan hasil produksi. Hal ini

    disebabkan oleh pengelolaan hutan tanpa berpedoman pada prinsip kelestarian yang dikenal

    dengan konsep Maximum Sustainable Yield (MSY), yaitu menggunakan biaya yang

    seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang tertentu tanpa merusak kelestariannya.

    Agar pengelolaan sumber daya hutan dapat maksimal dan berlandaskan asas kelestarian

    seharusnya dilaksanakan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Sedangkan untuk

    swasta diberikan hak pengusahaan hutan (HPH) dengan berkewajiban menjaga kelestarian

    hutan dan melindunginya. Selain hal diatas, untuk menjaga kelestarian hutan perlu adanya

    pengaturan penebangan yang meliputi pengaturan batas diameter minimum, rotasi tebang

    dan etat tebang pada setiap periode pengambilan.

    Perubahan

    setiap tahun

    dalam nilai

    tegakan dan

    biaya

    S (t)

    t* tm lamanya rotasi t

    a(t)

    r.s (t)

    a(t) + r.s (t)

    Gambar 1.1.

    Rotasi Optimum Dalam Penebangan Hutan

  • Pada gambar 1.1. diatas, kita dapat melihat bahwa garis :

    S (t) = nilai tegakan per satuan luas tanah pada saat pohon-pohon bermur t tahun.

    s (t) = perubahan nilai tegakan.

    a (t) = nilai sewa tahunan per satuan luas hutan dengan penanaman baru jika rotasi

    berikutnya direncanakan selama t tahun.

    Titik tm dari segi fisik, menghasilkan nilai kayu tertinggi pada masing-masing pemotongan

    dengan S(t) = 0, tetapi dari segi ekonomi tidak optimal karena tambahan biaya {marginal cost

    = a(t) + S(t) } pemeliharaan pohon sudah melebihi tambahan nilai tahunannya. Rotasi

    optimum dari segi ekonomi adalah pada t* dengan biaya total tahunan a(t) + r.S(t) = S(t).

    Adapun faktor-faktor penentu t* adalah biaya penanaman, harga kayu yang dipotong, tingkat

    diskonto penerimaan dan biaya pada waktu yang akan datang, serta pola pertumbuhan kayu

    yang dihubungkan dengan variabel usianya. Secara matematis rotasi optimum dapat

    dirumuskan sebagai berikut :

    ( ) ( ) ( )

    ( )

    Dimana :

    k = biaya penanaman kembali

    =

    ( ) = tingkat diskonto yang sifatnya kontinyu.

    e = 2,7183

    Rotasi optimum diperoleh pada keadaan dimana tambahan nilai tegakan sama dengan

    bunga dari tegakan ditambah bunga dari nilai rentetan penerimaan dikurangi biaya

    penanaman yang dinyatakan dalam nilai sekarang.

    Metode rotasi optimal dapat dipelajari juga melalui analisis sensitivitas walaupun

    agak rumit. Analisis sensitivitas adalah untuk melihat dampak perubahan beberapa parameter

    terhadap rotasi optimum hutan. Parameter pertama, tingkat diskonto, jika r naik maka faktor

    diskonto akan turun tetapi ( ) akan ikut naik. Kenaikan tingkat bunga akan

    menurunkan (memperpendek ) rotasi. Kedua, kenaikan harga, seandaianya ada harga naik,

    rotasi akan diperpendek dan sebaliknya jika harga turun maka rotasi akan diperpanjang.

    Ketiga, pemotongan pajak, apabila dikenakan pajak advalorem maka S(t) didefinisikan S(t) =

  • (1- ) S(t). Jadi pendapatan penjualan kayu setelah pajak = (1- tingkat pajak) dikalikan

    dengan pendapatan kayu sebelum dikenakan k, berarti pemotongan pajak tidak akan

    berpengaruh terhadap t* (jika k = 0). Tetapi jika k > 0 maka akibatnya S(t*) semakin tinggi,

    berarti memperpendek rotasi dan sebaliknya jika S(t*) turun maka rotasi akan bertambah

    panjang. Keempat, kenaikan dalam biaya penanaman dan biaya manajemen, dengan kenaikan

    biaya penanaman maka k akan bertambah besar dan dampaknya akan memperpanjang rotasi

    tetapi bila pada waktu yang sama aktivitas manajemen menyebabkan hasil bertambah, maka

    S(t) akan meningkat dan rotasi optimum cenderung semakin pendek. Kelima, pajak kekayaan

    tahunan, jika nilai rata-rata persediaan kayu diturunkan selama periode rotasi berarti akan

    menurunkan pajak kekayaan. Dengan demikian pajak kekayaan akan memperpendek rotasi.

    Keenam, perbedaan jarak lokasi dengan pabrik pengolahan kayu, makin jauh jarak lokasi

    dengan pabrik pengolahan kayu maka biaya transport dan tenaga kerja akan semakin besar,

    berarti akan menurunkan nilai kayu dan rotasi akan diperpanjang.

    Salah satu konsep pengelolaan hutan dalam manajemen hutan adalah pengaturan

    sempurna hutan atau fully regulated adalah distribusi areal menurut kelas umur, dan umur

    pohon yang paling tua adalah umur rotasi; yaitu yang siap untuk dipanen dan kemudian

    digantikan oleh kelas umur dibawahnya dan seterusnya.

    Jumlah

    pohon

    0

    P2

    P1

    t1 t2

    Umur dan Rotasi (a)

  • Pada gambar 1.2. (a), bahwa distribusi jumlah pohon menurut kelas umur tergantung

    pada rotasi yang dipilih. Dengan total area hutan yang tetap, maka semakin panjang rotasi

    akan semakin sedikit pohon dan semakin kecil pula volume kayu yang dihasilkan dalam

    setiap kelas umur. Ini berarti jika panjang suatu rotasi t1 diganti dengan rotasi t2 maka

    distribusi jumlah kayu akan bergeser ke bawah dari p1 ke p2 dan meluas ke kanan, dan jumlah

    pohon untuk setiap kelompok umur berkurang. Hutan yang matang atau dewasa akan

    mempunyai riap atau pertumbuhan netto = 0. Dengan rotasi t1 dapat memberikan hasil panen

    tahunan sebesar 1/ t1 dari volume yang ada setiap tahunnya. Pada akhir periode t1 hutan akan

    berada pada kondisi pengaturan penuh dan mampu memberikan jumlah produksi yang

    maksimum dan berkelanjutan.

    Volume kayu

    menurut kelas

    umur

    Kelebihan kayu dari

    hutan yang masak

    Pengambilan tahunan

    selama konversi

    Volume yang diinginkan dalam

    kehutanan yang diatur

    Kelas umur (b) t 0

    Gambar 1.2.

    Distribusi Jumlah Pohon dan Volume Kayu Menurut Kelas Umur dalam

    Kehutanan yang diatur secara penuh