Sumatera Barat. RECONDITION CRANKSHAFT …repo.polinpdg.ac.id/979/1/Reza_Hardyansyah.pdf · Lama...

61
No. Alumni Universitas ….. REZA HARDYANSYAH No. Alumni Fakultas ….. BIODATA (a). Tempat/Tanggal Lahir : Padang/20 April 1994 (b). Nama Orang Tua : Jufri Hardi (c). Fakultas : Politeknik Negeri Padang (d). Jurusan : Teknik Mesin. Konsentrasi : Perawatan dan Perbaikan (e).No.Bp : 1201011020 (f). Tanggal Lulus: 17 Maret 2016 (g). Predikat Lulus: Sangat Memuaskan (h). IPK : 2,79(i). Lama Studi : 3 Thn 5 bln (j). Alamat Orang Tua : Jl. Seberang Padang Selatan I no.433, RT 004 / RW 004, Kel.Seberang Padang, Kec.Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat. RECONDITION CRANKSHAFT ENGINE WHEEL LOADER 521D CASE Tugas Akhir D III oleh : Reza Hardyansyah Pembimbing : 1. Andriyanto, ST., MT 2. Hendri Candra Mayana, ST., MT ABSTRAK Perkembangan teknologi yang semakin pesat mengacu tumbuh kembangnya dunia industri, terutama pertambangan. Pada perusahaan pertambangan salah satu peralatan yang sangat membantu adalah mesin-mesin lebih tepatnya alat-alat berat.Salah satu alat berat yang sering di gunakan adalahWheel Loader 521D Case, yang berfungsi sebagai alat pengangkat hasil tambang. Permasalahan yang sering dialami oleh Engine Wheel Loader 521D Case adalah kerusakan pada bagian crankshaft seperti, crankshaft mengalami keausan yang menyebabkan over heating dan efisiensi trasmisi daya berkurang, sehingga untuk membuat crankshaft dapat dipakai kembali dilakukan proses rekondisi. Proses rekondisi yang dilakukan berupa pengurangan ukuran diameter crank pin dan crank journal tetapi tidak merubah bentuk dari crankshaft tersebut. Dengan adanya rekondisi, pengeluaran biaya berlebih dapat diminimalisir. Kata Kunci : Rekondisi,Engine, Crankshaft Tugas Akhir ini telah diuji dan dipertahankan di depan sidang penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal 17 Maret 2016. Abstrak telah disetujui oleh penguji : Tanda Tangan Nama Terang Hendri Candra Mayana, ST.,MT Ketua Zulfikar, ST.,MT Sekretaris Feidihal, ST.,M.Si Anggota I Rakiman, ST.,MT Anggota II Mengetahui : Ketua Jurusan Hanif, ST.,MT Nip. 19710902 199802 1 001 Nama Tanda tangan Alumni telah mendaftarkan Fakultas/Universitas dan mendapat Nomor Alumni: Petugas Fakultas / Universitas Nomor Alumni Fakultas : Nama Tanda tangan

Transcript of Sumatera Barat. RECONDITION CRANKSHAFT …repo.polinpdg.ac.id/979/1/Reza_Hardyansyah.pdf · Lama...

No. Alumni Universitas

….. REZA HARDYANS YAH

No. Alumni Fakultas

….. BIODATA

(a). Tempat/Tanggal Lahir : Padang/20 April 1994 (b). Nama Orang Tua : Jufri Hardi (c). Fakultas : Politeknik Negeri Padang (d). Jurusan : Teknik Mesin. Konsentrasi : Perawatan dan Perbaikan (e).No.Bp : 1201011020 (f). Tanggal Lulus: 17 Maret 2016 (g). Predikat Lulus: Sangat Memuaskan (h). IPK : 2,79(i). Lama Studi : 3 Thn 5 bln (j). Alamat Orang Tua : Jl. Seberang Padang Selatan I no.433, RT 004 / RW 004, Kel.Seberang Padang, Kec.Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat.

RECONDITION CRANKSHAFT ENGINE WHEEL LOADER 521D CASE

Tugas Akhir D III oleh : Reza Hardyansyah Pembimbing : 1. Andriyanto, ST., MT 2. Hendri Candra Mayana, ST., MT

ABSTRAK

Perkembangan teknologi yang semakin pesat mengacu tumbuh kembangnya dunia industri, terutama pertambangan. Pada perusahaan pertambangan salah satu peralatan yang sangat membantu adalah mesin-mesin lebih tepatnya alat-alat berat.Salah satu alat berat yang

sering di gunakan adalahWheel Loader 521D Case,yang berfungsi sebagai alat pengangkat hasil tambang.

Permasalahan yang sering dialami oleh Engine Wheel Loader 521D Case adalah kerusakan pada bagian crankshaft seperti, crankshaft mengalami keausan yang menyebabkan over heating dan efisiensi trasmisi daya berkurang, sehingga untuk membuat crankshaft dapat

dipakai kembali dilakukan proses rekondisi. Proses rekondisi yang dilakukan berupa pengurangan ukuran diameter crank pin dan

crank journal tetapi tidak merubah bentuk dari crankshaft tersebut. Dengan adanya rekondisi, pengeluaran biaya berlebih dapat diminimalisir.

Kata Kunci : Rekondisi,Engine, Crankshaft

Tugas Akhir ini telah diuji dan dipertahankan di depan sidang penguji dan dinyatakan lulus pada

tanggal 17 Maret 2016. Abstrak telah disetujui oleh penguji :

Tanda Tangan

Nama Terang Hendri Candra Mayana, ST.,MT

Ketua

Zulfikar, ST.,MT

Sekretaris

Feidihal, ST.,M.Si

Anggota I

Rakiman, ST.,MT

Anggota II

Mengetahui :

Ketua Jurusan Hanif, ST.,MT Nip. 19710902 199802 1 001

Nama Tanda tangan

Alumni telah mendaftarkan Fakultas/Universitas dan mendapat Nomor Alumni:

Petugas Fakultas / Universitas

Nomor Alumni Fakultas : Nama Tanda tangan

RECONDITION CRANKSHAFT

ENGINE WHEEL LOADER 521D CASE

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Memeperoleh Gelar Diploma III (Ahli Madya)

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang

Oleh:

Nama : Reza Hardyansyah

No. BP : 1201011020

Program Studi : Teknik Mesin

Konsentrasi : Perawatan dan Perbaikan

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI PADANG

JURUSAN TEKNIK MESIN 2016

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahhi Rabbil Alamin, puji serta syukur senantiasa penulis

ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan penulis banyak nikmat

sampai saat ini dalam penyusunan tugas akhir ini , dimana penulis tidak akan

mampu menghitung berapa banyak nikmat yang telah diberikan-Nya kepada

penulis. Shalawat beriring salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW.

Dalam pembuatan tugas akhir ini tentu saja tidak sedikit bantuan dan

dorongan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan selesainya

pemyusunan tugas akhir ini, dengan tulus dan ikhlas penulis ungkapkan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis dan semua

pihak yang ikut membantu, khususnya kepada :

1. Bapak Aidil Zamri,ST.,MT, selaku Direktur Politeknik Negeri Padang.

2. Bapak Hanif,ST.,MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Politeknik

Negeri Padang.

3. Bapak Sir Anderson,ST.,MT, selaku Kepala Program Studi Teknik Mesin

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang.

4. Bapak Rivanol Chadry,ST.,MT, selaku Kepala Konsentrasi Perawatan dan

Perbaikan Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang.

5. Bapak Andriyanto,ST.,MT, selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan waktu untuk membimbing dan mengarahkan dalam

pembuatan tugas akhir ini.

ii

6. Bapak Hendri Candra Mayana,ST.,MT salaku Pembimbing II penulis yang

tidak bosan-bosannya memberikan perbaikan, pengarahan dan

bimbingannya terhadap tugas akhir ini.

7. Bapak dan Ibu staf pengajar Politeknik Negeri Padang.

8. Rekan–rekan Mahasiswa Angkatan Tahun 2012 Jurusan Teknik Mesin

yang telah memberikan masukan–masukan terhadap tugas akhir ini.

9. Dan semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materil

dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan

dan masih banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan, oleh karena itu penulis

mengharapkan adanya saran dan kritikan yang membangun agar dapat tercapainya

kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata penulis kembali mengucapkan ribuan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas

akhir ini, semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Padang, Maret 2016

Reza Hardyansyah

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

LEMBARAN TUGAS

LEMBARAN ASISTENSI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................1

1.2 Alasan Pemilihan Judul ...........................................................2

1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................2

1.4 Batasan Masalah......................................................................2

1.5 Metode Pengumpulan Data .....................................................2

1.6 Sistematika Penulisan..............................................................3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Teori Dasar Engine..................................................................5

2.2 Perbedaan Engine Diesel dan Engine Bensin .........................5

2.2.1 Cara Pemberian dan Penyalaan Bahan Bakar ................6

2.2.2 Perbandingan Kompresi Engine Diesel dan Bensin.......6

2.3 Keuntungan dan Kerugian Engine Diesel dan Bensin ............7

2.4 Komponen Dasar Ruang Bakar ...............................................8

2.5 Prinsip Kerja Engine Diesel ....................................................9

2.5.1 Langkah Pemasukan (Intake Stroke) ............................10

2.5.2 Langkah Kompresi (Compression Stroke) ...................11

2.5.3 Langkah Usaha (Power Stroke)....................................11

2.5.4 Langkah Buang (Exhaust Stroke).................................12

2.6 Sistem-Sistem Pada Engine Diesel .......................................13

2.6.1 Fuel System ..................................................................13

2.6.2 Lubrication System .......................................................15

iv

2.6.3 Cooling System .............................................................18

2.6.4 Air System.....................................................................23

2.7 Komponen-Komponen Engine Wheel Loader 521D Case ...24

2.8 Manajemen Perawatan ..........................................................30

2.8.1 Pengertian Manajemen .................................................30

2.8.2 Pengertian Perawatan ...................................................30

2.8.3 Tujuan Perawatan .........................................................31

2.8.4 Fungsi Perawatan .........................................................31

2.8.5 Kegiatan-Kegiatan Perawatan ......................................32

2.8.6 Macam-Macam Perawatan ...........................................36

BAB III METODOLOGI

3.1 Masalah Yang Terjadi ...........................................................40

3.2 Identifikasi Masalah Yang Terjadi ........................................40

3.3 Studi Literature .....................................................................40

3.4 Pengecekan ............................................................................41

3.5 Analisa...................................................................................41

3.6 Perbaikan ...............................................................................41

BAB IV KERUSAKAN ENGINE WHEEL LOADER 521D CASE

4.1 Kerusakan Yang Ditemukan..................................................42

4.2 Penyebab Terjadinya Kerusakan Pada Engine ......................42

4.3 Langkah-Langkah Perbaikan .................................................43

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ...........................................................................47

5.2 Saran .....................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komponen Pembentuk Ruang Bakar ...............................................8

Gambar 2.2 Langkah Pemasukan (Intake Stroke) ..............................................10

Gambar 2.3 Langkah Kompresi (Compression Stroke) .....................................11

Gambar 2.4 Langkah Usaha (Power Stroke)......................................................12

Gambar 2.5 Langkah Buang (Exhaust Stroke)...................................................12

Gambar 2.6 Fuel System.....................................................................................13

Gambar 2.7 Lubrication System .........................................................................15

Gambar 2.8 Sistem Pelumasan Basah ................................................................16

Gambar 2.9 Sistem Pelumasan Kering...............................................................16

Gambar 2.10 Saringan Oli (Oil Filter).................................................................17

Gambar 2.11 Cooling System ...............................................................................18

Gambar 2.12 Fan..................................................................................................19

Gambar 2.13 Radiator ..........................................................................................19

Gambar 2.14 Hose ................................................................................................20

Gambar 2.15 Cap / Tutup Radiator (a) ................................................................20

Gambar 2.15 Cap / Tutup Radiator (b) ................................................................21

Gambar 2.16 Thermostat......................................................................................21

Gambar 2.17 Water Pump ....................................................................................22

Gambar 2.18 Cylinder Head ................................................................................22

Gambar 2.19 Packing Cylinder Head ..................................................................23

Gambar 2.20 Air System .......................................................................................23

Gambar 2.21 Cylinder Head ................................................................................25

Gambar 2.22 Block Engine...................................................................................25

Gambar 2.23 Crankshaft ......................................................................................26

Gambar 2.24 Camshaft.........................................................................................26

Gambar 2.25 Piston ..............................................................................................27

Gambar 2.26 Injection Pump ...............................................................................27

Gambar 2.27 Oil Pump.........................................................................................28

Gambar 2.28 Turbocharger..................................................................................28

Gambar 2.29 Nozzle .............................................................................................29

vi

Gambar 2.30 Push Rod.........................................................................................29

Gambar 2.31 Rocker Arm .....................................................................................30

Gambar 2.32 Tapped ............................................................................................30

Gambar 2.33 Diagram Alir Pemeliharaan (Maintenance) ...................................36

Gambar 3.1 Flow Chart dari kasus Engine Overhaul Wheel Loader 521D Case

di PT. Probesco Disatama cabang Padang .....................................39

Gambar 4.1 Crankshaft Aus (scratch) ...............................................................43

Gambar 4.2 Pengukuran Diameter .....................................................................43

Gambar 4.3 Ukuran Diameter ............................................................................44

Gambar 4.4 Penandaan Ukuruan Keausan Terbesar ..........................................44

Gambar 4.5 Proses Pemotongan.........................................................................45

Gambar 4.6 Over Size Bearing ...........................................................................46

Gambar 4.7 Over Size Connecting Rod Bearing ................................................46

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin pesatnya perkembangan teknologi memacu tumbuh pesatnya

perkembangan industri, seiring hal tersebut menyebabkan terciptanya dunia kerja

yang membutuhkan tenaga kerja yang terampil, professional dan berpengetahuan

luas dibidangnya masing-masing. Pertumbuhan dunia industri terutama

pertambangan tidak terlepas dari dukungan peralatan-peralatan canggih yang

sangat membantu aktivitas produksi pertambang tersebut. Pada sebuah perusahaan

pertambangan salah satu peralatan yang sangat membantu aktivitas pertambangan

ada;ah mesin-mesin lebih tepatnya alat-alat berat. Alat-alat berat tersebut sangat

diperlukan sebagai alat bantu untuk proses produksi. Komponen-komponen dari

alat berat itu terutama engine memerlukan perawatan, agar umur dari engine

tersebut dapat bertahan lebih lama. Maka dari itu, diperlukan pengetahuan untuk

mengoperasikan dan merawat engine tersebut agar tidak menggangu pada saat

proses produksi.

Pada saat penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (pkl), penulis di

tempatkan pada bagian technical engineering support yang mana pada bagian ini

tugasnya adalah melakukan pengecekan rutin terhadap mesin-mesin alat berat

yang bekerja di tambang. Pada saat itu terpikirlah oleh penulis untuk membuat

tugas akhir yang berhubungan dengan engine alat berat untuk mengetahui

komponen engine pada alat berat serta untuk menambah wawasan dengan

mengetahui cara perbaikan engine alat berat jika terjadi kerusakan, yang judulnya

adalah Recondition Crankshaft Engine Wheel Loader 521D Case, yang mana

pada judul tugas akhir ini berisikan pokok pembahasan tentang cara melakukan

rekondisi pada suatu komponen engine yang sudah rusak agar komponen engine

tersebut dapat dapat dipakai dan kondisinya seperti semula.

2

1.2 Alasan Pemilihan Judul

Judul tugas akhir ini adalah “Recondition Crankshaft Wheel Loader 521D

Case di PT. Probesco Disatama Cabang Padang”. Adapun alasan penulis

mengambil judul ini adalah :

a. Mengetahui fungsi dari komponen Engine Wheel Loader 521D Case.

b. Terlibat langsung pada saat melakukan kegiatan rekondisi crankshaft

pada Engine Wheel Loader 521D Case.

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui komponen-komponen pada Engine Wheel Loader

521D Case.

b. Mengetahui cara melakukan perbaikan pada crankshaft yang rusak di

Engine Wheel Loader 521D Case.

1.4 Batasan Masalah

Untuk lebih memperjelas pokok permasalahan yang akan dibahas, maka

penulis akan menitik beratkan pada perbaikan crankshaft. Adapun yang akan di

bahas adalah cara perbaikan kerusakan yang terjadi pada crankshaft yang harus

dilakukan untuk meningkatkan life time komponen tersebut.

1.5 Metode Pengumpulan Data

Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah

sebagai berikut :

a. Metode Observasi Lapangan

Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan dan peninjauan

langsung di PT. Probesco Disatama cabang Padang tentang proses

recondition crankshaft.

3

b. Studi Literature

Metode ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku referensi di

Pustaka PT. Probesco Disatama cabang Padang dan Pustaka Politeknik

Negeri Padang.

c. Metode Interview

Metode ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan teknisi,

leader di PT. Probesco Disatama cabang Padang tentang proses

recondition crankshaft.

d. Konsultasi

Metode ini dilakukan dengan cara konsultasi/tanya jawab kepada

Pembimbing tentang recondition crankshaft.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyelesaian dalam penyusunan tugas akhir ini, maka

penulis menguraikannya dalam beberapa bab sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan berisi tentang latar belakang, batasan masalah,

tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan teori dasar engine secara umum, system pada

engine, dan komponen-komponen dari Engine Wheel Loader 521D

Case.

BAB III METODOLOGI

Bab ini berisikan uraian tentang langkah- langkah atau metodologi

penyelesaian masalah materi tugas akhir.

BAB IV PEMBAHASAN

Berisikan studi kasus tentang Recondition Crankshaft Engine

Wheel Loader 521D Case di PT.Probesco Disatama cabang

Padang.

4

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari Proses Recondtion

Crankshaft Engine Wheel Loader 521D Case.

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Dasar Engine

Engine didefinisikan sebagai motor bakar, yaitu salah satu jenis dari mesin

kalor yang mengubah energi panas menjadi energi mekanik. Dewasa ini motor

mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, misalnya

transportasi, penerangan, pertanian, produksi serta pada industri yang

menggunakan alat- lat berat.

Motor bakar memiliki dua jenis sistem pembakaran yaitu :

1) Motor pembakaran dalam atau Internal Combustion Engine.

Motor pembakaran dalam yaitu proses pembakaran terjadi di dalam

engine itu sendiri. Contohnya seperti engine pada kendaraan bermotor

dan engine genset.

2) Motor pembakaran luar atau External Combustion Engine.

Motor pembakaran luat yaitu dimana proses pembakaran bahan bakar

terjadi diluar engine itu sendiri. Contohnya mesin uap

2.2 Perbedaann Engine Diesel dan Engine Bensin

Engine diesel yang konstruksinya tidak berbeda jauh dengan engine bensin

yang dikenal dengan sebutan mesin otto. Beberapa bagian komponennya punya

tugas sama dengan engine bensin, seperti blok silinder, poros engkol, torak dan

mekanisme katupnya. Perbedaan engine diesel dan engine bensin adalah cara

pemberian dan penyalaan bahan bakar, perbandingan kompresi, dan desain

komponen.

6

2.2.1 Cara Pemberian dan Penyalaan Bahan Bakar

Perbedaan utama terletak pada bagaimana caranya memulai suatu

pembakaran dalam ruang silinder. Engine bensin mewakili pembakaran dengan di

suplainya listrik tegangan tinggi sehingga menimbulkan percikan bunga api di

antara celah busi untuk memulai pembakaran gas. Sedangkan engine diesel

memanfaatkan udara yang dikompersi untuk memulai pembakaran gas. Dengan

perbaningan kompresinya untuk memulai pembakaran gas. Dengan perbandingan

kompresinya sangat tinggi sampai berkisar 22:1, akibatnya tekanan naik secara

mendadak dan suhunya dapat mencapai 900-1000 derajat celcius. Suhu setinggi

itu dapat menyalakan bahan bakar.

Menjelang akhir langkah kompresi, solar disemprotkan ke udara yang

panas itu. Akibatnya, bahan bakar langsung terbakar karena pembakaran terjadi

akibat tekanan kompresi yang sangat tinggi tadi, maka engine diesel di sebut juga

mesin penyalaan kompresi (compression ignition engine). Sedangkan engine

bensin di kenal dengan mesin penyalaan bunga api (spark ignition engine).

Dalam engine bensin bahan bakar dan udara di campur di luar silinder

yaitu dalam karburator dan saluran masuk. Sebaliknya engine diesel tidak ada

campuran pendahuluan udara dan bahan bakar di luar silinder, hanya udara yang

di terima ke dalam silinder melalui saluran masuk.

2.2.2 Perbandingan Kompresi Engine Diesel dan Bensin

Perbandingan kompresi adalah perbandingan antara volume udara dalam

silinder sebelum langkah kompresi dengan volume sesudah langkah kompresi.

Perbandingan kompresi engine bensin berkisar 8:1, sedangkan perbandingan yang

umum untuk engine diesel adalah 16-22:1. Perbandingan kompresi yang tinggii

pada engine diesel menimbulkan kenaikan suhu udara cukup tinggi untuk

menyalakan bahan bakar tanpa ada lentikan bunga api. Hal ini menyebabkan

engine diesel mempunyai efisiensi yang besar sebab kompresi yang tinggi

menghasilkan pemuaian yang besar dari gas-gas hasil pembakaran dalam silinder,

karena itu tenaganya sangat kuat.

7

Pada engine bensin lebih mengutamakan kecepatan sedangkan pada engine

diesel lebih mengutamakan tenaga atau kekuatan.

2.3 Keuntungan dan Kerugian Engine Diesel dan Bensin

Engine bensin dan engine diesel bekerja dengan torak bolak balik (naik

turun pada motor gerak). Untuk itu motor dengan penyalaan busi disebut engine

bensin, bahan bakar bensin atau premium, sedangkan untuk engine diesel, bahan

bakar solar atau minyak diesel.

Dan keuntungan dan kerugian menggunakan engine bensin dan engine

solar adalah sebagai berikut :

Keuntungan :

a. Engine diesel mempunyai efisiensi panas yang lebih besar. Hal ini berarti

bahwa pengunaan bahan bakarnya lebih ekonomis dari engine bensin.

b. Engine diesel lebih tahan lama dan tidak memerlukan electric igniter.Hal

ini berarti bahwa kemungkinan kesulitan lebih kecil dari pada engine

bensin.

c. Momen pada engine diesel tidak berubah pada jenjang tingkat kecepatan

yang luas. Berarti engine diesel lebih fleksibel dan lebih banyak di

operasikan dari pada engine bensin, (hal ini disebabkan engine diesel

digunakan pada kendaraan-kendaraan yang besar).

Kerugian :

a. Tekanan pembakaran maksimum hampir dua kali engine bensin. Hal ini

berarti bahwa suara dan getaran engine diesel lebih besar.

b. Tekanan pembakarannya yang lebih tinggi, maka engine diesel harus

dibuat dari bahan yang tahan tekanan tinggi dan harus mempunya struktur

yang sangat kuat. Hal ini berarti bahwa engine diesel jauh lebih berat

daripada engine bensin dan biaya pembuatannya lebih mahal.

c. Engine diesel memerlukan sistem injeksi bahan bakar yang presis. Dan ini

berarti bahwa harganya lebih mahal dan memerlukan pemeliharaan yang

lebih cermat dibandingkan engine bensin.

8

d. Engine diesel mempunyai perbandingan kompresi yang lebih tinggi dan

membutuhkan gaya yang lebih besar untuk memutarnya. Oleh karena itu,

engine diesel memerlukan alat pemutar seperti sepeda motor starter dan

baterai yang berkapasitas lebih besar, sedangkan engine bensin tidak.

2.4 Komponen Dasar Ruang Bakar

Nama-nama komponen dasar engine yang membentuk ruang bakar

(combustion chamber) yaitu :

1) Cylinder Liner : Berfungsi untuk melindungi bagian dalam cylinder

block dari gesekan ring piston.

2) Piston : Berfungsi untuk menerima pembakaran campuran

gas

3) Intake Valve : Berfungsi untuk membuka dan menutup antara

saluran dan pemasukan bahan bakar dan udara.

4) Exhaust Valve : Berfungsi untuk membuka dan menutup saluran

buang atau exhaust manifold.

5) Cylinder Head : Berfungsi untuk tempat kedudukan mekanisme

katup, ruang bakar, busi dan sebagai tutup blok

silinder.

Gambar 2.1 Komponen Pembentuk Ruang Bakar

Sumber: http://www.maritimeworld.web.id/2013/10/Apa-Yang-Dimaksud-Dengan-Top-Dead-Center-Bottom-Dead-

Center-Bore-Stroke-Displacement.html

9

2.5 Prinsip Kerja Engine Diesel

Seluruh diesel engine case menggunakan sistem pembakaran dalam

(internal combustion system) dengan prinsip kerja empat langkah atau sering juga

disebut empat tak.

Konsep empat langkah adalah dalam menghasilkan satu kali kerja

dibutuhkan empat langkah piston dan dua kali putaran crankshaft yaitu :

1) Langkah pemasukan (intake stroke)

2) Langkah kompresi (compression stroke)

3) Langkah kerja (power stroke)

4) Langkah pembuangan/pembilasan (exhaust stroke)

Engine case menggunakan prinsip empat langkah karena mempunyai

keuntungan sebagai berikut :

1) Tingkat efisiensi tinggi

2) Pembakaran lebih sempurna

3) Umur komponen panjang

4) Pemakaian bahan bakar hemat

5) Gas buang bersih

6) Suara engine relatif lebih halus

Prinsip kerja empat langkah pada engine diesel sama dengan engine

bensin, perbedaannya adalah pada engine bensin yang dikompresikan adalah

campuran udara dan bensin, sedangkan pada diesel engine hanya udara yang

dikompresikan ke dalam silinder dan bahan bakar baru diinjeksikan beberapa

derajat sebelum langkah kompresi berakhir yang di sebut injection timing.

Terjadinya pembakaran di dalam silinder engine diesel diakibatkan oleh panas

yang timbul secara ilmiah, karena udara yang dikompresikan, hal ini dapat terjadi

karena perbandingan kompresi pada engine diesel relatif sangat tinggi.

10

2.5.1 Langkah Pemasukan (Intake Stroke)

Langkah pemasukan udara ke dalam ruang bakar ( intake stroke) dimulai

pada saat intake valve secara bertahap membuka beberapa derajat sebelum piston

mencapai TDC, pada saat ini valve exhaust masih tetap dalam kondisi terbuka.

Exhaust gas yang terdorong keluar menuju exhaust manifold menimbulkan

tekanan rendah didalam ruang pembakaran sehingga udara bersih masuk ke dalam

silinder dari saluran intake dan mendorong exhaust gas keluar melalui saluran

exhaust, proses ini disebut dengan proses pembilasan. Proses pembilasan

berfungsi untuk mempercepat terbuangnya exhaust gas sehingga tidak tersisa lagi

didalam silinder.

Pada posisi terbukanya intake valve dan exhaust valve secara bersamaan

disebut dengan valve overlap. Beberapa derajat setelah piston mencapai TDC,

valve exhaust tertutup penuh dan udara bersih yang berasal dari saluran intake

masih ͦ̊̊ terhisap ke dalam silinder .

Langkah intake berakhir saat valve intake tertutup beberapa derajat setelah

piston mencapai BDC. Kecepatan langkah piston bergerak pada langkah intake

akan mempengaruhi jumlah udara yang dapat masuk kedalam silinder yang

disebut efficiency volumetric.

Derajat pembukaan dan penutupan valve intake dan exhaust engine-engine

case tidak dijelaskan secara spesifik, tergantung dari jenis rancangannya masing-

masing.

Gambar 2.2 Langkah Pemasukan (Intake Stroke)

Sumber : http://www.geocities.ws/mikejji/mototips.html

11

2.5.2 Langkah Kompresi (Compression Stroke)

Setelah langkah intake berakhir, valve intake dan exhaust sama-sama

tertutup dan piston bergerak menuju TDC. Gerakan piston menuju TDC

menyebabkan volume ruang bakar semakin mengecil sehingga tekanan udara akan

meningkat dan temperatur udarapun naik, kenaikan temperatur pada langkah

kompresi dapat mencapai 1000 F.

Beberapa derajat sebelum piston mencapai TDC bahan bakar diinjeksikan.

Karena temperatur udara pada posisi ini sudah sangat tinggi maka bahan bakar

yang di injeksikan akan terbakar sendiri (self ignited). Proses pembakaran berakhir

didalam silinder pada 3-5 setelah TDC.

Gambar 2.3 Langkah Kompresi (Compression Stroke)

Sumber : http://www.geocities.ws/mikejji/mototips.html

2.5.3 Langkah Usaha (Power Stroke)

Setelah bahan bakar terbakar dengan sempurna, tekanan diruang bakar

menjadi sangat tinggi, karena pada saat tersebut intake dan exhaust valve sama-

sama tertutup, tekanan tinggi yang dihasilkan mendorong piston menuju BDC.

Peristiwa ini disebut dengan langkah usaha (power stroke). Temperatur pada saat

pembakaran terjadi dapat mencapai 3000 F.

12

Gambar 2.4 Langkah Usaha (Power Stroke)

Sumber : http://www.geocities.ws/mikejji/mototips.html

2.5.4 Langkah Pembuangan (Exhaust Stroke)

Beberapa derajat sebelum piston mencapai BDC pada langkah usaha

(power stroke), valve exhaust membuka. Pada saat tersebut exhaust gas akan

mengalir ke exhaust manifold dan proses ini berlanjut hingga piston bergerak

menuju TDC. Exhaust valve akan menutup beberapa derajat setelah TDC yaitu

pada saat piston melakukan langkah hisap. Exhaust gas yang terdorong keluar

mencapai temperatur 600-1100 F.

Gambar 2.5 Langkah Pembuangan (Exaust Stroke)

Sumber : http://www.geocities.ws/mikejji/mototips.html

13

2.6 Sistem-Sistem Pada Engine Diesel

Mesin diesel terdiri dari banyak komponen atau sistem, secara garis besar

dapat kita bagi menjadi empat sistem. Keempat sistem tersebut yaiut : sistem

aliran bahan bakar (fuel system), sistem pelumasan (lubrication system), sistem

pendingin (cooling system), sistem udara masuk dan buang (air system).

2.6.1 Fuel System

Gambar 2.6 Fuel System

Sumber : http://danmogot.com/blog/artikel-842-jangan-pernah-sepelekan-sistem-pendukung-genset-anda.html

Secara sederhana sistem bahan bakar pada motor diesel berfungsi untuk

menyalurkan bahan bakar ke ruang bakar dengan takaran yang sesuai dengan

kerja motor diesel tersebut. Komponen utama dari sistem bahan bakar motor

diesel 4 tak selinder tunggal (horizontal) meliputi :

1) Tangki bahan bakar

2) Keran

3) Saringan bahan bakar

4) Pompa injeksi bahan bakar

5) Pipa penyalur dan pipa tekanan tinggi serta

6) Injector (katup injeksi bahan bakar).

14

Adapun fungsi dari masing-masing komponen sistem bahan bakar tersebut

diatas meliputi :

1) Tangki bahan bakar berfungsi sebagai tempat penampung bahan bakar

motor diesel.

2) Keran berfungsi untuk membuka dan menutup aliran bahan bakar dari

tangki ke saringan bahan bakar.

3) Saringan bahan bakar berfungsi untuk menyaring kotoran atau partikel-

partikel kecil yang mengalir bersama bahan bakar, agar bahan bakar yang

dialirkan ke pompa injeksi bahan bakar benarbenar bersih.

4) Mekanisme governor berfungsi untuk mengatur jumlah suplai bahan bakar

ke injector sesuai dengan beban kerja mesin (putaran mesin).

5) Pompa injeksi bahan bakar berfungsi untuk menaikkan tekanan bahan

bakar sehingga bahan bakar mampu membuka katup injeksi (melawan

pegas penekan katup). sehingga proses penyemprotan bahan bakar dalam

selinder berlangsung sempurna (bahan bakar berbentuk kabut/partikel

kecil).

6) Injector (katup injeksi bahan bakar) berfungsi untuk menyemprotkan

bahan bakar bertekanan tinggi ke dalam ruang bakar sehingga proses

pembakaran (langkah usaha) dapat berlangsung dengan baik.

Cara kerja sistem bahan bakar pada motor diesel secara umum adalah pada

saat keran bahan bakar diputar ke posisi membuka maka bahan bakar akan

mengalir ke pompa injeksi dengan melalui saringan bahan bakar terlebih dahulu.

Saat mesin mulai berputar, pompa injeksi juga turut bekerja atau memompakan

bahan bakar ke injector melalui pipa tekanan tinggi.

Tekanan bahan bahan bakar yang tinggi mengakibatkan pegas penahan

katup nozzle di dalam injector terdesak (membuka nozzle) dan bahan bakar

terinjeksikan ke dalam ruang bakar. Setelah proses injeksi bahan bakar selesai,

maka katup nozzle akan menutup kembali karena adanya tekanan pegas

pengembali. Bahan bakar (solar) yang berlebihan pada injector kemudian

15

dialirkan kembali ke tangki bahan bakar berkat adanya relief valve dan saluran

pengembali.

Dengan demikian tidak terjadi pemborosan bahan bakar, karena bahan

bakar yang tersisa / berlebih saat peristiwa penyemprotan bahan bakar

dikembalikan lagi ke tangki bahan bakar.

Aliran bahan bakar (solar) pada setiap komponen sistem bahan bakar tersebut

di atas bila dibuat ke dalam diagram alir (flow chart) adalah sebagai berikut :

Tangki Bahan Bakar - Keran Bahan Bakar - Saringan Bahan Bakar - Pompa

Injeksi Bahan Bakar - Pipa Tekanan Tinggi - Katup Injeksi (Injector Nozzle)

2.6.2 Lubrication System

Gambar 2.7 Lubrication System

Sumber : http://www.lubrita.com/news/78/671/How-The-Lubrication-System-Works-In-An-Engine/

Sistem pelumasan pada mesin atau motor diesel pada dasarnya sama

dengan pelumasan yang ada pada mesin bensin. Mesin diesel reatif lebih banyak

menghasilkan karbon dari pada mesin bensin selama pembakaran, jadi diperlukan

saringan oli (oil filter) yang dirancang khusus. Sistem pelumasan mesin

diesel dilengkapi dengan pendingin oil (oil cooler) untuk mendinginkan minyak

pelumas, karena mesin diesel temperatur kerjanya sangat tinggi dan bagian-bagian

yang bergerak juga kerjanya lebih berat dari pada yang ada pada motor bensin.

16

Motor diesel membutuhkan minyak pelumas atau oli yang jenisnya

berbeda dengan minyak pelumas pada mesin bensin, Jadi pastikan bahwa minyak

pelumas yang anda gunakan jenisnya tepat. Apabila minyak pelumas mesin

bensin digunakan pada mesin diesel, maka mesin akan cenderung cepat aus yang

nantinya akan berujung dengan kerusakan dan penggantiankomponen komponen

mesin.

Sistem pelumasan pada motor diesel dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu :

1) Sistem pelumasan kering.

Penampung pelumas berada diluar mesin (Sump Tank).

2) Sistem pelumasan basah.

Penampung pelumas berada didalam mesin (Carter atau Crankcase).

Gambar 2.8 Sistem Pelumasan Basah

Sumber : http://www.kitapunya.net/2013/12/sistem-pelumasan-mesin-diesel.html

Gambar 2.9 Sistem Pelumasan Kering

Sumber : http://www.kitapunya.net/2013/12/sistem-pelumasan-mesin-diesel.html

17

Komponen yang sangat penting dan juga sangat di utamakan untuk sistem

pelumasan mesin diesel yaitu :

1) Saringan Oli

Mesin bensin pada umumnya mengunakan saringan full-flow type single

elemen. Sedangkan mesin diesel mengunakan filter dua elemen yang terdiri dari

elemen aliran penuh dan elemen by-pass. Elemen filter aliran penuh ditempatkan

antara oil pump dan mesin dan seperti terlihat pada gambar dibawah, elemen filter

by-pass ditempatkan antara oil pan dari mesin.

Gambar 2.10 Saringan Oli (Oil Filter)

Sumber : http://www.kitapunya.net/2013/12/sistem-pelumasan-mesin-diesel.html

Elemen aliran penuh menyaring kotoran-kotoran yang mempengaruhi

kerja bagian-bagian mesin yang berputar dan elemen bay-pass menyaring lumpur

dan kerak karbon yang tercampur jadi satu di dalam minyak pelumas. Kedua

elemen ini mengalirkan minyak pelumas yang sangat bersih untuk melumasi

bagian-bagian mesin.

18

2.6.3 Cooling System

Cooling system adalah sistem yang berfungsi sebagai pendingin untuk

memperoleh temperatur kerja suatu mesin yang tetap, yaitu ± 90° C, sehingga

suhu kinerja mesin akan lebih optimal. Jika cooling system tidak berfungsi dengan

baik maka akan mengakibatkan overheat.

Gambar 2.11 Cooling System

Sumber : http://www.dakotak.com/cooling-system

Penyebab mesin overheat antara lain :

1) Fan

Kipas (fan) yang tidak berfungsi dengan sempurna. Kipas radiator baik

yang manual digerakkan oleh mesin melalui v-belt ataupun yang digerakkan

dengan accu / bterai bisa saja mengalami gangguan sehingga tidak berfungsi

maksimal.

Gambar 2.12 Fan

Sumber : http://www.hendriono.com/blog/post/penyebab-overheating-mesin

19

2) Radiator

Radiator adalah komponen utama cooling system yang digunakan untuk

menjaga temperatur mesin agar tetap berada pada suhu optimal kerja mesin.

Berkurang atau hilangnya fungsi radiator bisa disebabkan antara lain, adanya

deposit kotoran dalam radiator yang menyebabkan berkerak di saluran pipa

pipanya maka akan tersumbat, adanya kebocoran pada radiator, karena umur

radiator

Gambar 2.13 Radiator

Sumber : http://www.hendriono.com/blog/post/penyebab-overheating-mesin

3) Hose

Hose / Selang Radiator. Bagian yang mengalirkan air dari radiator

kemesin ini bisa saja rusak atau pecah.

Gambar 2.14 Hose

Sumber : http://www.hendriono.com/blog/post/penyebab-overheating-mesin

20

4) Cap / Tutup Radiator

Cap / Tutup Radiator. Driver biasanya tidak mengerti betapa pentingnya

tutup radiator, padahal tutup radiator mempunyai fungsi yang penting dalam

sistem pendinginan. Fungsi tutup radiator antara lain adalah menjaga air dalam

radiator agar tidak cepat mendidih. Pada tutup radiator terdapat 2 valve yang

diatur oleh pegas, satu valve berfungsi mengalirkan air dari radiator ke tabung

reservoir ketika kondisi air panas, sedang satunya berfungsi mengembalikan air

dari reservoir ke radiator saat mesin dingin. Rusak atau tidak berfungsinya tutup

radiator dapat mengakibatkan engine overheat.

Gambar 2.15 Cap / Tutup Radiator (a)

Sumber : http://www.hendriono.com/blog/post/penyebab-overheating-mesin

Gambar 2.15 Cap / Tutup Radiator (b)

Sumber : http://www.hendriono.com/blog/post/penyebab-overheating-mesin

5) Thermostat

Thermostat seringkali kita mendengar jika mesin sering panas disarankan

supaya thermostatnya dilepas. Untuk mesin-mesin lama dengan teknologi lawas

mungkin hal tersebut dapat membantu, tentunya tetap ada efek samping pada

21

mesin, dan untuk mesin-mesin mobil keluaran anyar yang telah dilengkapi control

unit, melepas thermostat sangat mempengaruhi kinerja mesin. Fungsi thermostat

sendiri adalah mengatur suhu air pendingin di dalam sistem pendinginan dengan

cara menutup dan membuka saluran air pendingin dari radiator ke mesin. Tidak

berfungsinya thermostat akan berakibat aliran sistem pendingin terhenti, sehingga

mesin mengalami overheat.

Gambar 2.16 Thermostat

Sumber : http://www.hendriono.com/blog/post/penyebab-overheating-mesin

6) Water Pump

Fungsi water pump adalah memompa / menyedot air dari radiator untuk

disirkulasikan kedalam mesin. Pengecekan water pump dapat dilakukan saat suhu

mesin mencapai temperatur kerja ( 70-80 derajat celcius). Dengan kondisi tutup

radiator dibuka dapt diketahui sirkulasi air di dalam radiator. jika water pump

berfungsi dengan baik, maka secara visual air didalam radiator bersirkulasi

dengan baik.

Gambar 2.17 Water Pump

Sumber : http://www.hendriono.com/blog/post/penyebab-overheating-mesin

22

7) Cylinder Head dan Packing Cylinder Head

Cylinder Head dan Paking Cylinder Head. Bagian ini bisa menjadi

penyebab dan juga bisa merupakan dampak dari mesin overheat. Packing cylinder

head yang kerpos dapat menyebabkan overheat. Cylinder head yang tidak rata /

melengkung saat pengencangan baut yang tidak rata dapat juga menyebabkan

overheat. Kenali juga gejala kerusakan paking cylinder head dengan cara

menstater mesin dengan posisi tutup radiator dibuka. Jika terjadi semburan air saat

mesin di start, dapat dipastikan terjadikerusakan pada salah satu bagian tersebut

Gambar 2.18 Cylinder Head

Sumber : http://www.hendriono.com/blog/post/penyebab-overheating-mesin

Gambar 2.19 Packing Cylinder Head

Sumber : http://www.hendriono.com/blog/post/penyebab-overheating-mesin

23

2.6.4 Air System

Gambar 2.20 Air System

Sumber : http://prinsipkerjamotor.blogspot.co.id/2008-09-01-archive.html

Sistem udara masuk dan gas buang merupakan saluran yang mengarahkan

aliran udara masuk kedalam masing-masing silinder dan sisa hasil pembakaran

dari masing-masing silinder agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Sehingga

udara sangat diperlukan dalam proses pembakaran, dimana udara tersebut diambil

langsung dari udara atmosfir. Sistem udara masuk ini berfungsi menyediakan

udara bersih yang cukup untuk proses pembakaran bahan bakar dalam silinder.

Pada Engine Wheel Loader 521D Case sistem udara masuknya menggunakan

sistem turbocharger yang terdiri dari turbin, blower dan intercooler.

Sistem turbocharger memanfaatkan gas buang yang keluar dari silinder

untuk memutar turbin yang dikopel langsung dengan poros blower. Selanjutnya

blower tersebut menghisap udara masuk kesilinder.

Dengan temperatur udara yang tinggi yang keluar dari blower, maka udara

tersebut perlu didinginkan. Udara tersebut didinginkan dengan menggunakan

Intercooler sebelum masuk ke silinder lalu masuk kedalam radiator untuk

didinginkan kembali. Kemudian udara dari intercooler masuk ke intake manifold,

selanjutnya udara tersebut masuk keruang bakar untuk selanjutnya dikompresi.

Pada akhir kompresi bahan bakar diinjeksikan kedalam silinder sehingga terjadi

proses pembakaran antara bahan bakar dan udara. Gas hasil pembakaran

24

dimanfaatkan untuk memutar turbin pada sistem turbocharger selanjutnya

dibuang ke exhaust, silinder, cerebong terus keudara luar.

Yang termonitor pada sistem udara masuk dan gas buang adalah :

1) Temperatur udara masuk

2) Temperatur gas buang

2.7 Komponen-Komponen Engine Wheel Loader 521D Case

Komponen-komponen mesin Wheel Loader 521D Case tidak berbeda jauh

dengan komponen mesin lain. Kumpulan dari komponen-komponen (elemen)

tersebut membentuk satu kesatuan dan saling bekerja sama disebut

dengan engine. Engine tersebut akan bekerja dan menghasilkan tenaga dari proses

pembakaran kemudian mengubahnya menjadi energi gerak serta mengubah gerak

lurus piston menjadi gerak putar. Engine merupakan bagian utama untuk

penggerek dalam rangkaian kendaraan. Sebagian besar dari kendaraan

menggunakan model pembakaran dalam (Combussion Engine). Pada model

tersebut proses pembakaran terjadi didalam silinder. Pada siklus kerja

pembakaran, setelah didapat udara untuk dimampatkan dalam silinder oleh piston,

bahan bakar disemprotkan kedalam silinder dengan menggunakan fuel injector,

maka terjadilah proses pembakaran dan ekspansi dari proses tersebut

menghasilkan tenaga. Dalam rangkaian mesin terdapat beberapa komponen yang

membentuk satu kesatuan untuk menghasilkan tenaga. Komponen-komponen

tersebut yaitu :

1) Cylinder Head

Cylinder head merupakan bagian kepala dari sebuah cilinder, makanya

itulah ia disebuat sebagai cylinder head. pada cylinder head inilah tempat valve

berada, baik itu valve hisap maupun juga valve buang. Fungsi cylinder head

adalah untuk menempatkan mekanisme katup, ruang bakar dan juga sebagai tutup

silinder.

25

Gambar 2.21 Cylinder Head

2) Block Engine

Block Engine terbuat dari logam campuran yang tahan panas, ia sebagai

dinding dari sebuah silinder.

Gambar 2.22 Block Engine

3) Crankshaft

Crankshaft adalah sebuah bagian pada mesin yang mana fungsi utama dari

crankshaft adalah mengubah gerakan naik turun yang dihasilkan oleh piston

menjadi gerakan memutar yang nantinya akan diteruskan ke transmisi.

26

Gambar 2.23 Crankshaft

4) Camshaft

Camshaft adalah sebuah alat yang digunakan dalam mesin torak untuk

menjalankan katup. Fungsi lain dari camshaft adalah untuk menggerakkan fuel

pump atau pompa bensin dan juga untuk memutar poros distributor karena pada

camshaft terdapat distributor drive gear atau gigi penggerak distributor.

Gambar 2.24 Camshaft

5) Piston

Piston pada mesin adalah bagian dari mesin pembakaran dalam yang

berfungsi sebagai penekan udara masuk dan penerima tekanan hasil pembakaran

pada ruang bakar.

27

Gambar 2.25 Piston

6) Injection Pump

Pompa injeksi adalah perangkat yang memompa bahan bakar ke dalam

silinder pada mesin diesel, pompa injeksi digerakkan secara tidak langsung dari

crankshaft oleh gigi, rantai atau sabuk bergigi yang juga mendorong camshaft.

Gambar 2.26 Injection Pum

7) Oil Pump

Oli pump berfungsi untuk menghisap minyak pelumas dari bak oli dan

menekan atau menyalurkan ke bagian-bagian mesin yang bergerak dengan tujuan

agar bagian bagian tersebut dapat terlumasi dengan oli. Pompa oli ada yang

28

digerakan oleh poros engkol dan ada juga yang digerakkan oleh poros nok, serta

timing belt dan lain sebagainya.

Gambar 2.27 Oil Pump

8) Turbocharger

Turbocharger adalah sebuah kompresor sentrifugal yang mendapat daya

dari turbin yang sumber tenaganya berasal dari asap gas buang kendaraan.

Biasanya digunakan di mesin pembakaran dalam. Fungsinya adalah untuk

meningkatkan keluaran tenaga dan efisiensi mesin dengan meningkatkan tekanan

udara yang memasuki mesin. Keuntungan dari turbocharger adalah menawarkan

sebuah peningkatan yang lumayan banyak dalam tenaga mesin hanya dengan

sedikit menambah berat.

Gambar 2.28 Turbocharger

9) Nozzle

Nozzle adalah salah satu bagian komponen dari mesin diesel yang

berfungsi untuk mengabutkan bahan bakar supaya gampang bercampur dengan

oksigen hingga gampang terbakar dalam silinder.

29

Gambar 2.29 Nozzle

10) Push Rod

Push rod berbentuk batang yang kecil dan masing-masing dihubungkan

pada pengangkat katup (valve lifter) dan rocker arm pada engine. Push rod ini

meneruskan gerakan dari valve lifter ke rocker arm.

Gambar 2.30 Push Rod

11) Rocker Arm

Rocker arm terpasang pada rocker arm shaft dan dihubungkan dengan

push rod yang menggerakan valve intake dan exhaust. Fungsi dari rocker arm ini

adalah untuk menekan katup-katup sehingga dapat terbuka.

Gambar 2.31 Rocker Arm

30

12) Tapped

Tapped berfungsi sebagai pendorong push rod agar menekan rocker arm.

Gambar 2.32 Tapped

2.8 Manajemen Perawatan

2.8.1 Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari kata kerja to manage berarti control. Dalam

bahasa Indonesia dapat diartikan mengendalikan, menangani atau mengelola.

Selanjutnya kata benda manajemen atau management dapat mempunyai berbagai

arti. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara

universal.

2.8.2 Pengertian Perawatan

Merupakan suatu kegiatan yang diarahkan pada tujuan untuk menjamin

kelangsungan fungsional suatu sistem produksi sehingga dari sistem produksi itu

dapat diharapkan menghasilkan out put sesuai dengan yang dikehendaki. Sistem

perawatan dapat dipandang sebagai bayangan dari sistem produksi, dimana

apabila sistem produksi beroperasi dengan kapasitas yang sangat tinggi maka akan

lebih intensif.

Perawatan mesin merupakan hal yang sering dipermasalahkan antara

bagian perawatan dan bagian produksi, karena bagian perawatan dianggap yang

31

memboroskan biaya, sedangkan bagian produksi yang merusakkan tetapi juga

yang membuat uang, pada umumnya sebuah produk yang dihasilkan oleh

manusia, tidak ada yang tidak mungkin rusak, tetapi usia penggunaannya dapat

diperpanjang dengan melakukan perbaikan yang dikenal dengan perawatan, oleh

karena itu sangat dibutuhkan kegiatan perawatan yang meliputi kegiatan

pemeliharaan dan perawatan mesin yang digunakan dalam proses produksi.

2.8.3 Tujuan Perawatan

Tujuan perawatan yang utama dapat didefenisikan sebagai berikut:

1) Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan

rencana produksi.

2) Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang

dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak

terganggu.

3) Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang

diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan

selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan

perusahaan mengenai investasi tersebut.

4) Untuk mencapai tingkat biaya maintenance serendah mungkin, dengan

melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien

keseluruhannya.

5) Menjamin keselamatan operator atau mesin itu sendiri.

6) Mengadakan kerja sama yang erat dengan fungsi- fungsi utama lainnya

dari suatu perusahaan yaitu tingkat keuntungan atau return of

investment yang sebaik mungkin dan total biaya yang terendah.

2.8.4 Fungsi perawatan

Fungsi perawatan adalah agar dapat memperpanjang umur ekonomis dari

mesin dan peralatan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan

peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk

32

pelaksanaan proses produksi. Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh

dengan adanya pemeliharaan yang baik terhadap mesin, adalah sebagai berikut:

1) Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang

bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang.

2) Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan

berjalan dengan lancar.

3) Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik,

maka proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan

dengan baik pula.

4) Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan

peralatan produksi yang digunakn,

5) Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka

penyerapan bahan baku dapat berjalan normal.

6) Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi

dalam perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan produksi

yang ada semakin baik.

2.8.5 Kegiatan-Kegiatan Perawatan

Kegiatan perawatan dalam suatu perusahaan meliputi berbagai kegiatan

sebagai berikut:

1) Inspeksi (inspection)

Kegiatan ispeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara

berkala dimana maksud kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan

selalu mempunyai peralatan atau fasilitas produksi yang baik untuk menjamin

kelancaran proses produksi. Sehingga jika terjadinya kerusakan, maka segera

diadakan perbaikanperbaikan yang diperlukan sesuai dengan laporan hasil

inspeksi, adan berusaha untuk mencegah sebab-sebab timbulnya kerusakan

dengan melihat sebab-sebab kerusakan yang diperoleh dari hasil inspeksi.

2) Kegiatan teknik (Engineering)

33

Kegiatan ini meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli,

dan kegiatan-kegiatan pengembangan peralatan yang perlu diganti, serta

melakukan penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut.

Dalam kegiatan inilah dilihat kemampuan untuk mengadakan perubahan-

perubahan dan perbaikanperbaikan bagi perluasan dan kemajuan dari fasilitas atau

peralatan perusahaan. Oleh karena itu kegiatan teknik ini sangat diperlukan

terutama apabila dalam perbaikan mesinmesin yang rusak tidak di dapatkan atau

diperoleh komponen yang sama dengan yang dibutuhkan.

3) Kegiatan produksi (Production)

Kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu

memperbaiki dan meresparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik,

melaksanakan pekerjaan yang disarakan atau yang diusulkan dalam kegiatan

inspeksi dan teknik, melaksankan kegiatan service dan perminyakan (lubrication).

Kegiatan produksi ini dimaksudkan untuk itu diperlukan usaha-usaha perbaikan

segera jika terdapat kerusakan pada peralatan.

4) Kegiatan administrasi (Clerical Work)

Pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan

pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan

pekerjaan pekerjaan pemeliharaan dan biaya-biaya yang berhubungan dengan

kegiatan pemeliharaan, komponen (spareparts) yang di butuhkan, laporan

kemajuan (progress report) tentang apa yang telah dikerjakan. waktu

dilakukannya inspeksi dan perbaikan, serta lamanya perbaikan tersebut,

komponen (spareparts) yag tersedia di bagian pemiliharaan. Jadi dalam pencatatan

ini termasuk penyusunan planning dan scheduling, yaitu rencana kapan suatu

mesin harus dicek atau diperiksa, diminyaki atau di service dan di resparasi.

Masalah Efisiensi Pada Pemeliharaan

Dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan terdapat 2 persoalan yang

dihadapi oleh suatu perusahaan yaitu:

34

a. Persoalan teknis

Dalam kegiatan pemeliharaan suatu perusahaan merupakan persoalan yang

menyangkut usaha-usaha untuk menghilangkan kemungkinan–kemungkinan yang

menimbulkan kemacetan yang disebabkan karena kondisi fasilitas produksi yang

tidak baik. Tujuan untuk mengatasi persoalan teknis ini adalah untuk dapat

menjaga atau menjamin agar produksi perusahaan dapat berjalan dengan lancar.

Maka dalam persoalan teknis perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1) Tindakan apa yang harus dilakukan untuk memelihara atau merawat

peralatan yang ada, dan untuk memperbaiki atau meresparasi mesin-mesin atau

peralatan yang rusak,

2) Alat-alat atau komponen-komponen apa yang dibutuhkan dan harus

disediakan agar tindakan-tindakan pada bagian pertama diatas dapat dilakukan.

Jadi, dalam persoalan teknis ini adalah bagaimana cara perusahaan agar dapat

mencegah ataupun mengatasi kerusakan mesin yang mungkin saja dapat terjadi,

sehingga dapat mengganggu kelancaran proses produksi.

b. Persoalan ekonomis Dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan

disamping persoalaan teknis, ditemui pula persoalan ekonomis. Persoalan ini

menyangkut bagaimana usaha yang harus dilakukan agar kegiatan pemeliharaan

yang dibutuhkan secar tekis dapat dilakukan secar efisien. Jadi yang ditekankan

pada persoalan ekonomis adalah bagaimana melakukan kegiatan pemeliharaan

agar efisien, dengan memperhatikan besarnya biaya yang terjadi dan tentunya

alternative tindakan yang dipilih untuk dilaksanakan adalah yang menguntungkan

perusahaan. Adapun biaya-biaya yang terdapat dalam kegiatan pemeliharaan

adalah biaya-biaya pengecekan, biaya penyetelan, biaya service, biaya

penyesuaian, dan biaya perbaikan atau resparasi. Perbandingan biaya yang perlu

dilakukan antara lain untuk menentukan:

1) Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) atau pemeliharaan

korektif (corrective maintenance) saja. Dalam hal ini biaya-biaya yang perlu

diperbandingkan adalah:

35

a) Jumlah biaya-biaya perbaikan yang diperlukan akibat kerusakan yang

terjadi karena tidak adanya pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance),

dengan jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang diperlukan akibat

kerusakan yang terjadi walaupun telah diadakan pemeliharaan pencegahan

(preventive maintenance), dalam jangka waktu tertentu.

b) Jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang akan dilakukan

terhadap suatu peralatan dengan harga peralatan tersebut,

c) Jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang dibutuhkan

oleh suatu peralatan dengan jumlah kerugian yang akan di hadapi apabila

peralatan tersebut rusak dalam operasi produksi,

2) Peralatan yang rusak diperbaiki dalam perusahaan atau di luar

perusahaan. Dalam hal ini biaya-biaya yang perlu diperbandingkan adalah jumlah

biaya yang akan dikeluarkan untuk memperbaiki peralatan tersebut di bengkel

perusahan sendiri dengan jumlah biaya perbaikan tersebut di bengkel perusahaan

lain. Disamping perbandingan kualitas dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

pengerjaannya,

3) Peralatan yang rusak diperbaiki atau diganti. Dalam hal ini biaya-biaya

perlu diperbandingkan adalah:

a) Jumlah biaya perbaikan dengan harga pasar atau nilai dari peralatan

tersebut,

b) Jumlah biaya perbaikan dengan harga peralatan yang sama di pasar.

Dari keterangan di atas, dapatlah diketahui bahwa walaupun secara teknis

pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) penting dan perlu dilakukan

untuk menjamin bekerjanya suatu mesin atau peralatan. Akan tetapi secara

ekonomis belum tentu selamanya pemeliharaan pencegahan (preventive

maintenance) yang terbaik dan perlu diadakan untuk setiap mesin atau peralatan.

Hal ini karena dalam menentukan mana yang terbaik secara ekonomis. Apakah

pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) ataukah pemeliharaan

36

korektif (corrective maintenance) saja, harus dilihat faktor- faktor dan jumlah

biaya yang akan terjadi.

Disamping itu harus pula dilihat, apakah mesin atau peralatan itu

merupakan strategic point atau critical unit dalam proses produksi ataukah tidak,

jika mesin atau peralatan tersebut merupakan strategic point atau critical unit,

maka sebaiknya di adakan pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)

untuk mesin atau peralatan itu, hal ini dikarenakan apabila terjadi kerusakan yang

tidak dapat diperkirakan, maka akan mengganggu seluruh rencana produksi.

2.8.6 Macam-Macam Perawatan

Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan pekerjaan perawatan

dikategorikan dalam dua macam yaitu :

1. Perawatan Terencana (Planned Maintenance)

2. Perawatan Tak Terencana (Unplanned Maintenance)

Gambar 2.33 Diagram Alir Pemeliharaan (Maintenance)

(Sumber : Teknik Manajemen Pemeliharaan, Antony Corder (1992), Erlangga)

37

1. Perawatan Terencana (Planned Maintenance)

Perawatan terencana adalah perawatan yang dilakukan secara terorginisir

untuk mengantisipasi kerusakan peralatan di waktu yang akan datang,

pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan

sebelumnya. Perawatan terencana dibagi menjadi dua aktivitas utama yaitu:

a. Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance)

Perawatan pencegahan adalah inspeksi periodik untuk mendeteksi

kondisi yang mungkin menyebabkan produksi berhenti atau

berkurangnya fungsi mesin dikombinasikan dengan perawatan untuk

menghilangkan, mengendalikan, kondisi tersebut dan mengembalikan

mesin ke kondisi semula atau dengan kata lain deteksi dan penanganan

diri kondisi abnormal mesin sebelum kondisi tersebut menyebabkan

cacat atau kerugian.

b. Perawatan Korektif (Corrective Maintenance)

Perawatan secara korektif adalah perawatan yang dilakukan secara

berulang atau perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu

bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti untuk

memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima. Perawatan ini meliputi

reparasi minor, terutama untuk rencana jangka pendek, yang mungkin

timbul diantara pemeriksaan dan juga overhaul terencana.

2) Perawatan Tak Terencana (Unplanned Maintenance)

Perawatan tak terencana adalah yaitu perawatan darurat yang

didefenisikan sebagai perawatan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk

mencegah akibat yang serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar pada

peralatan, atau untuk keselamatan kerja. Pada umumya sistem perawatan

merupakan metode tak terencana, dimana peralatan yang digunakan dibiarkan

atau tanpa disengaja rusak hingga akhirnya, peralatan tersebut akan digunakan

kembali maka diperlukannya perbaikan atau pemeliharaan. Salah satu yang

menjadi aktivitas utama perawatan tak terencana yaitu:

38

a. Breakdown Maintenance (Perawatan saat terjadi Kerusakan)

Breakdown Maintenance adalah perawatan yang dilakukan ketika

sudah terjadi kerusakan pada mesin atau peralatan kerja sehingga

Mesin tersebut tidak dapat beroperasi secara normal atau terhentinya

operasional secara total dalam kondisi mendadak. Breakdown

Maintenance ini harus dihindari karena akan terjadi kerugian akibat

berhentinya mesin produksi yang menyebabkan tidak tercapai kualitas

ataupun output produksi.

39

BAB III

METODOLOGI

Metedologi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah pada

Recondition Crankshaft Engine Wheel Loader 521D Case di PT.Probesco

Disatama cabang Padang ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Flow Chart dari kasus Recondition Crankshaft Engine Wheel Loader

521D Case di PT. Probesco Disatama cabang Padang

Mulai

Masalah yang terjadi

Identifikasi dari

masalah yang terjadi

Studi Literature

Pengecekan

Selesai

Analisa

Perbaikan

Tidak

Ya

Ya

Tidak

40

3.1 Masalah Yang Terjadi

Permasalahan yang terjadi pada engine case ini adalah kerusakan pada

crankshaft, maka masalah yang menyebabkan proses kerja engine menjadi

terganggu harus diketahui.

Komponen dari engine case tidak pernah lepas dari perawatan, oleh karena

itu apabila komponen ini tidak mendapatkan perawatan yang tepat, maka akan

dapat menyebabkan terhentinya proses kerja engine.

Seperti halnya dengan sistem permesinan lain, engine case tidak terlepas

dari kerusakan dan gangguan yang menyebabkan terganggunya proses kerja dari

sistem dalam engine tersebut.

3.2 Identifikasi Masalah Yang Terjadi

Setelah menemukan kerusakan yang terjadi pada engine case, maka

langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi atau menentukan masalah tersebut

yaitu crankshaft yang aus, ausnya crankshaft terjadi karena kurang mendapatkan

pelumas pada bagian crank pin dan crank journal, yang mana pada bagian crank

pin bergesekan dengan conrod bearing, sedangkan crank journal bergesekan

dengan main bearing.

3.3 Studi Literature

Studi literature atau memahami materi yang berhubungan dengan judul

tugas kahir yang penulis buat, dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

a. Studi Pustaka

Memahami buku dan informasi yang di dapat dari PT. Probesco

Disatama cabang Padang, yang membahas tentang analisys failure,

penyebab dan akibat yang ditimbulkan oleh kasus kerusakan engine

case dan tindakan untuk menanggulangi kasus tersebut.

b. Diskusi dan konsultasi

Diskusi dan konsultasi dengan teknisi ahli, ini bertujuan untuk lebih

memahami tentang masalah yang penulis bahas dan untuk menyatukan

bahan-bahan yang diperoleh secara teori dan di lapangan.

41

3.4 Pengecekan

Setelah mengidentifikasi masalah yang terjadi pada engine case, maka

lakukanlah pengecekan terhadap komponen-komponen atau peralatan yang ada

pada engine tersebut, ini bertujuan untuk mengetahui komponen apa saja yang

rusak, sehingga akan lebih mudah menganalisa kerusakan dan melakukan

tindakan penanggulangannya.

3.5 Analisa

Setelah data dari hasil pengamatan di lapangan terkumpul, dan penyebab

yang ditimbulkan telah ditentukan, maka langkah selanjutnya adalaah menyatukan

dengan literature yang telah didapat.

3.6 Perbaikan

Hasil analisa atau pembahasan ini dilakukan dengan menyesuaikan atau

mencocokkan studi literature dan analisan pada komponen yang rusak, sehingga

komponen yang pada engine case tersebut dapat diperbaiki.

42

BAB IV

KERUSAKAN ENGINE WHEEL LOADER 521D CASE

4.1 Kerusakan Yang Ditemukan

Kerusakan yang terjadi pada Engine Wheel Loader 521D Case ini

mengakibatkan terhentinya dan terhambatnya proses kerja dari engine. Pada saat

melakukan perbaikan penulis mendapati bagian crankshaft mengalami aus

(scartch), dimana pada saat dilakukan pengukuran ditemukan ukuran yang

berbeda dari ukuran standar Crankshaft Wheel Loader 521D Case yaitu untuk

ukuran crank pin adalah 69 mm dan crank journal 83 mm. Oleh sebab itu sangat

diharapkan kepada mekanik untuk dapat melakukan perawatan dengan tepat

terhadap crankshaft ini agar kerusakan yang terjadi dapat diminimalisir sehingga

tidak lagi melakukan perbaikan yang memberhentikan proses kerja engine dan

dapat menggunakan engine sesuai dengan kebutuhan.

4.2 Penyebab Terjadinya Kerusakan Pada Engine

Setelah mengetahui tanda-tanda dari kerusakan engine tersebut dan juga

dari pemeriksaan terhadap komponen yang mengalami kerusakan, maka dapat kita

ketahui bahwa penyebab kerusakan tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Crankshaft yang aus (scratch), ausnya crankshaft terjadi karena

kurang mendapatkan pelumas pada bagian crank pin dan crank

journal, yang mana pada bagian crank pin bergesekan dengan conrod

bearing, sedangkan crank journal bergesekan dengan main bearing.

Ukuran standar untuk diameter crank pin pada Engine Wheel Loader

521D Case adalah 69 mm dan untuk ukuran crank journal adalah 83

mm. Pada bagian ini sangat rentan terhadap terjadinya keausan,

keausan ini mengakibatkan permukaan crank pin dan crank jorunal

43

menjadi kasar dan juga membuat ukuran komponen ini tidak sejajar

dengan ukuran standar pada engine tersebut.

Gambar 4.1 Crankshaft Aus (scarcth)

4.3 Langkah-Langkah Perbaikan

Setelah ditemukannya penyebab kerusakan pada Engine Wheel Loader

521D Case, maka dilakukanlah perbaikan dengan langkah- langkah sebagai

berikut :

1. Lakukan pengukuran diameter di setiap bagian crank pin dan crank

journal pada crankshaft dengan menggunakan micrometer sekrup.

Gambar 4.2 Pengukuran Diameter

44

2. Catat ukuran diameter masing-masing crank pin dan crank jorunal,

karena ukuran tiap-tiap crank pin dan crank journal tersebut berbeda

tingkat ke ausannya.

Gambar 4.3 Ukuran Diameter

3. Tandai dan ambil ukuran pengurangan paling besar tingkat keausannya

sebagai patokan agar diameter di setiap crank pin dan crank journal

sama besar setelah dilakukannya pengurangan.

Gambar 4.4 Penandaan Ukuran Keausan Terbesar

45

4. Setelah menandai ukuran keausan terbesar maka lakukan pengurangan

diameter pada crank pin 1, 3, dan 4 dan crank journal 2, 3, 4, dan 5

dengan menggunakan mesin gerinda silinder agar ukuran crank pin

dan crank journal sejajar dengan ukuran yang mengalami keausan

terbesar.

Gambar 4.5 Proses Pemotongan

5. Agar crankshaft presisi kembali pada saat dipasangkan ke engine

setelah dilakukannya pemotongan, maka dilakukan penambahan

ukuran (over size) pada bagian bearing dan connectiong rod bearing,

yaitu untuk ukuran pin sebesar 0,50 mm sedangkan untuk ukuran

journal yang 0,25 mm.

46

Gambar 4.6 Over Size Bearing

Gambar 4.7 Over Size Connecting Rod Bearing

47

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang penulis dapatkan dalam penulisan laporan dan

pengamatan dilapangan adalah sebagai berikut :

a. Komponen-komponen pada Engine Wheel Loader 521D Case yaitu :

1. Cylinder Head

2. Block Engine

3. Crankshaft

4. Camshaft

5. Piston

6. Injection Pump

7. Oil Pump

8. Turbocharger

9. Nozzle

10. Push Rod

11. Rocker Arm

12. Tapped

b. Langkah- langkah yang dilakukan untuk melakukan Recondition

Crankshaft Engine Wheel Loader 521D Case yaitu :

1. Lakukan pengukuran diameter di setiap bagian crank pin dan

crank journal pada crankshaft dengan menggunakan

micrometer sekrup.

2. Catat ukuran diameter masing-masing crank pin dan crank

jorunal, karena ukuran tiap-tiap crank pin dan crank journal

tersebut berbeda tingkat ke ausannya.

48

3. Tandai dan ambil ukuran pengurangan paling besar tingkat

keausannya sebagai patokan agar diameter di setiap crank pin

dan crank journal sama besar setelah dilakukannya

pengurangan.

4. Lakukan pengurangan diameter di tiap-tiap crank pin dan crank

journal dengan menggunakan mesin gerinda silinder.

5. Agar crankshaft presisi kembali saat dipasang, maka dilakukan

over size pada bagian bearing dan connecting rod bearing.

5.2 Saran

Dari hasil kesimpulan diatas dan pengamatan di lapangan, maka penulisan

memberikan saran sebagai berikut :

1. Apabila terjadi gejala-gejala kerusakan pada engine, maka dilakukan

pengecekan dan perbaikan dengan segera.

2. Kerusakan yang terjadi merupakan akibat dari perawatan terhadap

engine yang tidak dilakukan dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu

hendaknya dilakukan perawatan rutin terhadap engine tersebut sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan.

3. Dengan melakukan perawatan rutin terhadap engine, maka faktor-

faktor dari penyebab kerusakan engine wheel loader tersebut dapat

diminimalkan agar kerusakan tidak terulang lagi.

4. Perawatan yang tepat dan benar terhadap engine sangatlah diperlukan

agar dapat meminimalkan kerusakan pada engine.

49

DAFTAR PUSTAKA

1. Banga, T.R. et al, Hydraulics, fluid mechanics, and hydraulics machines,

Delhi : Khana ublisher. 1983.

2. Budi Tri Siswanto, Diktat mata kuliah alat berat, 2003.

3. Schmitt, A. inggrad, The Hydraulic trainer. Instruction and information on

Oil Hydraulics, Lohram Main. W Germany : G.L. Rextroth Gmbh. 1984.

4. Materi Training Alat-Alat Berat PT. Probesco Disatama. Jakarta.

5. Service Manual Book Wheel Loader 521D.

LAMPIRAN

1. Wheel Loader 521D Case

2. Dimensi Wheel Loader 521D Case

3. Spesifikasi Wheel Loader 521D Case