SULFONAMIDA

3
SULFONAMIDA FARMAKOKINETIK Absorpsi Absorpsi melalui saluran cerna mudah dan cepat, kecuali beberapa macam sulfonamid yang khusus digunakan untuk infeksi lokal pada usus. Kira-kira 70-100% dosis oral sulfonamid di absorpsi melalui saluran cerna dan dapat ditemukan dalam urin 30 menit setelah pemberian. Absorpsi terutama terjadi pada usus halus, tetapi beberapa jenis sulfa dapat diabsorpsi melalui lambung. Absorpsi melalui tempat-tempat lain, misalnya vagina, saluran nafas, kulit yang terbuka, pada umumnya kurang baik, tetapi cukup menyebabkan reaksi toksik atau reaksi hipersensitivitas. Distribusi Semua sulfonamid terikat pada protein plasma terutama albumin dalam derajat yang berbeda-beda. Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh, karena itu berguna untuk infeksi sistemik. Dalam cairan tubuh ladar obat bentuk bebas mencapai 50-80% kadar dalam darah. Pemberian sulfadiazin dan sulfisoksazol secara sistemik dengan dosis adekuat dapat mencapai kadar efektif dalam CSS (cairan serebrospinal) otak. Kadar taraf mantap di dalam CSS mencapai 10-80% dari kadarnya dalam darah; pada meningitis kadar ini lebih tinggi lagi. Namun oleh karena timbulnya resistensi mikroba terhadap sulfonamid, obat ini jarang lagi digunakan untuk pengobatan meningitis. Obat dapat melalui sawar uri dan meninmbulkan efek antimikroba dan efek toksik pada janin. Metabolisme Dalam tubuh, sulfa mengalami asetilasi dan oksidasi. Hasil oksidasi inilah yang sering menyebabkan reaksi toksik sistemik berupa lesi pada kulit dan gejala hipersensitivitas, sedangkan hasil asetilasi menyebabkan hilangnya aktivitas obat. Bentuk asetilasi pada N-4 merupakan metabolit utama, dan beberapa sulfonamid yang terasetilasi lebih sukar larut dalam air sehingga menyebabkan kristaluria atau komplikasi gejala lain. Bentuk asetik ini lebih banyak terikat pada protein plasma daripada bentuk asalnya. Kadar bentuk terkonyugasi

description

Sulfonamida

Transcript of SULFONAMIDA

SULFONAMIDA

FARMAKOKINETIK AbsorpsiAbsorpsi melalui saluran cerna mudah dan cepat, kecuali beberapa macam sulfonamid yang khusus digunakan untuk infeksi lokal pada usus. Kira-kira 70-100% dosis oral sulfonamid di absorpsi melalui saluran cerna dan dapat ditemukan dalam urin 30 menit setelah pemberian. Absorpsi terutama terjadi pada usus halus, tetapi beberapa jenis sulfa dapat diabsorpsi melalui lambung. Absorpsi melalui tempat-tempat lain, misalnya vagina, saluran nafas, kulit yang terbuka, pada umumnya kurang baik, tetapi cukup menyebabkan reaksi toksik atau reaksi hipersensitivitas. DistribusiSemua sulfonamid terikat pada protein plasma terutama albumin dalam derajat yang berbeda-beda. Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh, karena itu berguna untuk infeksi sistemik. Dalam cairan tubuh ladar obat bentuk bebas mencapai 50-80% kadar dalam darah. Pemberian sulfadiazin dan sulfisoksazol secara sistemik dengan dosis adekuat dapat mencapai kadar efektif dalam CSS (cairan serebrospinal) otak. Kadar taraf mantap di dalam CSS mencapai 10-80% dari kadarnya dalam darah; pada meningitis kadar ini lebih tinggi lagi. Namun oleh karena timbulnya resistensi mikroba terhadap sulfonamid, obat ini jarang lagi digunakan untuk pengobatan meningitis. Obat dapat melalui sawar uri dan meninmbulkan efek antimikroba dan efek toksik pada janin. MetabolismeDalam tubuh, sulfa mengalami asetilasi dan oksidasi. Hasil oksidasi inilah yang sering menyebabkan reaksi toksik sistemik berupa lesi pada kulit dan gejala hipersensitivitas, sedangkan hasil asetilasi menyebabkan hilangnya aktivitas obat. Bentuk asetilasi pada N-4 merupakan metabolit utama, dan beberapa sulfonamid yang terasetilasi lebih sukar larut dalam air sehingga menyebabkan kristaluria atau komplikasi gejala lain. Bentuk asetik ini lebih banyak terikat pada protein plasma daripada bentuk asalnya. Kadar bentuk terkonyugasi ini tergantung terutama besarnya dosis, lama pemberian, keadaan fungsi hati dan ginjal pasien. EkskresiHampir semua obat diekskresi melalui ginjal, baik dalam bentuk asetil maupun bentuk bebas. Masa paruh sulfonamid tergantung pada keadaan fungsi ginjal. Sebagian kecil diekskresi melalui tinja, empedu dan air susu ibu.

EFEK SAMPINGEfek samping sering timbul (sekitar 5%) pada pasien yang mendapat sulfonamid. Reaksi ini dapat hebat dan kadang-kadang bersifat fatal. Karena itu pemakaiannnya harus hati-hati. Bila mulai terlihat adanya gejala reaksi toksik atau sensitisasi, pemakaiannya secepat mungkin dihentikan. Mereka yang pernah menunjukkan reaksi tersebut, untuk seterusnya tidak boleh diberi sulfonamid. GANGGUAN SISTEM HEMATOPOETIKAnemia hemolitik akut dapat disebabkan oleh reaksi alergia atau karena defisiensi aktivitas G6PD. Trombositopenia berat, jarang terjadi pada pemakaian sulfonamid. Trombositopenia ringan selintas lebih sering terjadi. Mekanisme terjadinya tidak diketahui. Eosinofilia dapat terjadi dan bersifat reversibel. Kadang-kadang disertai dengan gejala hipersensitivitas terhadap sulfonamid. Pada pasien dengan sumsum tulang pasien AIDS atau yang mendapat kemoterapi dengn mielosupreasan sering menimbulkan hambatan sumsum tulang yang bersifat reversibel. GANGGUAN SALURAN KEMIHPemakaian sistemik dapat menimbulkan komplikasi pada saluran kemih, meskipun sekarang jarang terjadi karena telah banyak ditemukan sulfa yang lebih mudah larut seperti sulfisoksazol. Penyebab utama ialah pembentukan dan penumpukan kristal dalam ginjal, kaliks, pelvis, ureter atau kandung kemih, yang menyebabkan iritasi dan obstruksi. Anuria dan kematian dapat terjadi tanpa kristaluria atau hematuria; pada otopsi ditemukan nekrosis tubular dan angitis nekrotikans. Bahaya kristaluria dapat dikurangi dengan membasakan (alkalinisasi) utin atau meinum air yang banya sehingga produksi urin mencapai 1000-1500 mL sehari. Kombinasi beberapi jenis sulfa dapat pula mengurangi terjadinya kristaluria seperti telah diterangkan diatas. Presipitasi sulfadiazin atau sulfamerazin tidak akan terjadi pada pH urin 7,15 atau lebih. REAKSI ALERGIKontak dermatitis sekarang jarang terjadi. Gejala umumnya timbul setelah minggu pertama pengobatan terapi mungkin lebih dini pada pasien yang telah tersensitisasi. Suatu sindrom yang menyerupai penyakit serum daoat terjadi beberapa hari setelah pengobatan dengan sulfonamid. Hipersensitivitas sesitemik difus kadang-kadang dapat pula terjadi. Sensitivitas silang dapat terjadi antara bermacam-macam sulfa.Demam obat terjadi pada pemakaian sulfonamid dan mungkin juga disebabkan oleh sensitisasi; terjadi pada 3% kasus yang mendapat sulfoksisazol. Timbulnya demam tiba-tiba pada hari ke-7 sampai ke-10 pengobatan, dan dapat disertai sakir kepala, menggigil, rasa lemah, pruritus dan erupsi kulit, yang semuanya bersifat reversibel. Demam obat ini perlu dibedakan dari demam yang menandai reaksi toksik berat misalnya agranulositosis dan anemia hemolitik akut.Hepatitis yang terjadi dapat 0,1% pasien dapat merupakan efek toksik atau akibat sensitisasi. Tanda-tanda seperti sakit kepala, mual, muntah, demam, hematomegali, ikterus dan gangguan sel hati tampak 3-5 hari setelah pengobatan, dapt berlanjut menjadi atrofi kuning akut dan kematian. Kerusakan pada hepar dapat memburuk walaupun obat dihentikan. LAIN-LAINSatu sampai 2% pasien mengeluh mual dan muntah yang mungkin bersifat sentral karena meski diberikan parenteral, efek ini kadang juga timbul. Pemberian obat pada bayi dapat menyebabkan pergeseran ikatan bilirubin dengan albumin. Sulfonamid tidak boeh diberikan pada wanita hamil alterm.