Suku bali

13
Suku Bali Disusun oleh: Aldona Irta W.K (03) Bangun Tri P. (05) M. Tio Alfredo (13) Tri Nur Hayati (19)

Transcript of Suku bali

Page 1: Suku bali

Suku Bali

Disusun oleh:

Aldona Irta W.K (03)

Bangun Tri P. (05)

M. Tio Alfredo (13)

Tri Nur Hayati (19)

Page 3: Suku bali

Suku Bali adalah sukubangsa yang mendiami pulau Bali, menggunakan bahasa Bali dan mengikuti budaya Bali.

Sebagian besar suku Bali beragama Hindu, kurang lebih 90%. Sedangkan sisanya beragama Buddha, Islam dan Kristen.

Ada kurang lebih 5 juta orang Bali. Sebagian besar mereka tinggal di pulau Bali, namun mereka juga tersebar di seluruh

Indonesia.

Suku Bali

Page 4: Suku bali

Bahasa Bali

Sama halnya dengan bahasajawa, Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya dan

Bali Kasar. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok

bagian barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa.

Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta rendah dengan

berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya

pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar

dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya

kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi

dalemnya,

Page 5: Suku bali

Masyarakat Bali sebagian besar menganut agama Hindu- Bali. Mereka percaya adanya satu Tuhan dengan konsep Trimurti yang terdiri atas tiga wujud, yaitu:

Brahmana : menciptakan;

Wisnu : yang memelihara;

Siwa : yang merusak.

Selain itu hal-hal yang mereka anggap penting adalah sebagai berikut.

Atman : roh yang abadi.

Karmapala : buah dari setiap perbuatan.

Purnabawa : kelahiran kembali jiwa.

Tempat ibadah agama Hindu disebut pura. Pura memiliki sifat berbeda, sebagai berikut:

Pura Besakih: sifatnya umum untuk semua golongan.

Pura Desa (kayangan tiga): khusus untuk kelompok sosial setempat.

Sanggah: khusus untuk leluhur.

Sistem Kepercayaan atau ReligiSuku Bali

Page 6: Suku bali

Mesaiban – sebuah ritual kecil, yang dilakukan setiap pagi hari sehabis ibu-ibu selesai memasak di dapur, kebiasaan ritual ini sebelum makan, kebiasaan ini bisa sebagai wujud terima kasih atas apa yang telah dikaruniakan-Nya, dan juga sebagai sajian ke bhuta kala agar somya (tidak menggangu)

Ngejot – kebiasaan bagi masyarakat untuk memberi dan diberi (berupa makanan). Bertujuan untuk menguatkan ikatan sosial di masyarakat, baik saudara maupun tetangga. Dilakukan saat salah satu keluarga ataupun masyarakat ada kegiatan upacara agama, kebiasaan ini juga dilakukan antara penduduk Bali Hindu dan non Hindu

Kebiasaan Masyarakat Suku Bali

Page 7: Suku bali

Kasta – Catur Kasta, penggolongan masyarakat di Bali berdasarkan ras ataupun keturununan, digolongkan dari posisi

yang paling atas; Brahmana, ksatria, Weisya dan Sudra. Yang mendominasi adalah Sudra (masyarakat biasa). Kelompok Sudra

(mendominasi hampir 90%), di dalam berkomunikasi dengan Brahmana, Ksatria dan Weisya, menggunakan tata bahasa Bali yang lebih halus. Begitu sebaliknya mereka akan menanggapi

dengan halus pula.

Page 8: Suku bali

Kata “Bli” di Bali kata ini cukup populer, kata yang digunakan memanggil orang lain yang lebih tua dari kita atau paling tidak

seumur (bisa diartikan “Mas”) dengan tujuan penuh keakraban antar sesama. Namun jika anda menggunakan kata ini

perhatikan Kasta mereka apakah dari kasta yang lebih tinggi, seperti namanya ada embel-embel seperti; Ida, I Gusti, Ida

Bagus, Cokorde dan Anak Agung.

Page 9: Suku bali

Kebiasaan sopan pada sesama apalagi kepada orang yang lebih tua, dan pada kasta yang lebih tinggi. Menyangkut etika, sangat tidak sopan menunjukkan

sesuatu dengan tangan kiri, lawan bicara bisa jadi tersinggung, apalagi menunjuk dengan kaki, lawan bicara bisa jadi emosi. Kalau toh hal itu harus dilakukan,

bilang maaf terlebih dahulu, atau orang bali biasa bilang kata “tabik”.

Karma Phala – masyarakat hindu di Bali sangat meyakini sekali hukum karma phala ini. Karma Phala ini berarti kebaikan yang kita lakukan kebaikan pula yang akan kita dapatkan, begitu sebaliknya. Sehingga orang-orang untuk melakukan

tindakan yang tidak baik harus berpikir tentang pahala yang akan mereka peroleh nantinya, diyakini pahalanya bisa dinikmati/ berimbas di kehidupan

sekarang, di akhirat dan kehidupan berikutnya bahkan bisa sampai ke anak-cucu. Begitu besarnya hukum sebab akibat ini, sehingga di harapkan semua

masyarakat bisa berbuat kebaikan

Page 10: Suku bali

Seni Bangunan

Seni bangunan nampak pada bangunan candi yang banyak terdapat di Bali, seperti Gapura Candi Bentar.

Seni Tari

Tari tradisional Bali antara lain tari sanghyang, tari barong, tari kecak, dan tari gambuh. Tari modern antara lain tari tenun, tari nelayan, tari legong, dan tari janger.

Sistem Kesenian Suku Bali

Page 11: Suku bali

Pakaian Daerah

Pakaian daerah Bali sangat bervariasi, meskipun bentuknya hampir sama. Masing-masing daerah memiliki ciri khas simbolik dan ornamen yang didasarkan kepada kegiatan/upacara, jenis kelamin dan umur penggunanya. Status sosial dari seseorang juga dapat diketahui berdasarkan corakbusana dan ornamen perhiasan yang dipakai

Busana tradisional pria umumnya terdiri dari:

a. Udeng (ikat kepala)

b. Kain kampuh

c. Umpal (selendang pengikat)

d. Kain wastra (kemben)

e. Sabuk

f. Keris

g. Beragam ornamen perhiasan

Sering pula dikenakan baju kemeja, jas dan alas kaki sebagai pelengkap.

Busana tradisional wanita umumnya terdiri dari:

a. Gelung (sanggul)

b. Sesenteng (kemben songket)

c. Kain wastra

d. Sabuk prada (stagen), membelit pinggul dan dada

e. Selendang songket bahu ke bawah

f. Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam

g. Beragam ornamen perhiasan

Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki sebagai pelengkap.

Page 12: Suku bali

Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui dalam Budaya China)

Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan dan parahyangan. Untuk itu pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut Tri Hita Karana. Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya.

Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.

Rumah Adat