SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang...

56
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA TUNA GRAHITA KELAS II SLB DHARMA ANAK BANGSA KLATEN S K R I P S I Oleh : SUGITO NIM : X 5107630 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang...

Page 1: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA

MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA TUNA GRAHITA

KELAS II SLB DHARMA ANAK BANGSA

KLATEN

S K R I P S I

Oleh :

SUGITO

NIM : X 5107630

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan anak adalah anugerah yang bernilai tinggi yang diberikan Allah

SWT. Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar yang bertujuan untuk

meningkatkan harkat dan martabat anak didik baik yang normal maupun anak

berkebutuhan khusus. Mereka memiliki hak yang sama dalam proses pengembangan

bangsa. Dalam bidang pendidikan anak kebutuhan khusus berhak mendapatkan

pendidikan dan pengajaran seoptimal mungkin sesuai dengan tingkat kemampuan dan

perkembangannya. Hal ini sesuai dengan falsafah Pancasila yang tertuang dalam UUD

1945 pasal 31 yaitu setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.

Anak tuna grahita seperti juga anak normal lainnya berhak mendapatkan

pendidikan. Hal ini diatur dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan.

Anak Tuna grahita mengalami problem dalam banyak hal, disebabkan anak tuna grahita

mengalami kesulitan dalam mengembangkan seluruh bidang studi termasuk bidang studi

bahasa Indonesia.

Anak tuna grahita adalah anak yang kecerdasannya di bawah rata-rata yang

ditandai keterbatasan intelegensi dan ketidak cakapan interaksi sosial (Tjutju Sutjihati

Somantri, 1996: 159). Keterbatasan intelegensi menyebabkan anak tunagrahita sulit

mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal dengan keterbatasan

intelegensi mengakibatkan anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam belajar membaca

dan menulis.

Prestasi anak tuna grahita SLB Dharma Anak Bangsa di Ceper Klaten di bidang

membaca menunjukkan hasil yang rendah karena itu perlu dicari media yang tepat untuk

meningkatkan prestasinya. Salah satu cara untuk meningkatkan prestasinya dengan

melalui media gambar sebagai sarana untuk memudahkan anak dalam memahami serta

menangkap konsep.

1

Page 3: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi pada anak tuna grahita tersebut diatas,

maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang peningkatan prestasi belajar

membaca melalui media gambar pada anak tuna grahita di SLB C Dharma Anak Bangsa

di Ceper Klaten.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas maka penulis

dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

Apakah penggunaan media gambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia

khususnya membaca dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia pada siswa

kelas II Sekolah Dasar Luar Biasa Bagian C?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk meningkatkan prestasi belajar membaca anak tuna grahita

di SLB Dharma Anak Bangsa Klaten melalui pembelajaran yang menggunakan media

gambar.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini penulis mempunyai harapan ada manfaat secara teoritis dan

praktis.

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Mengembangkan proses belajar membaca siswa dengan menggunakan media gambar

sebagai salah satu alternatif dalam proses belajar membaca bagi anak tuna grahita.

b. Mengembangkan pembelajaran membaca yang disesuaikan dengan karakteristik siswa

tuna grahita.

c. Dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran, siswa akan termotivasi

untuk belajar membaca, karena media gambar dapat menerjemahkan ide-ide abstrak

dalam bentuk yang lebih konkrit untuk siswa.

2. Manfaat Secara Praktis

Page 4: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

a. Mengembangkan kemampuan guru dalam menangani permasalahan yang dihadapi

siswa dalam belajar membaca bagi anak tuna grahita.

b. Bagi siswa tuna grahita memberi kemudahan pemahaman dalam membaca melalui

media gambar, karena dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih

konkrit untuk siswa.

Page 5: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Anak Tuna Grahita

1. Pengertian Anak Tuna Grahita

Sejak awal para ahli mengemukakan tentang pengertian anak tuna grahita sesuai

dengan perkembangan ilmu pengelola dan apa yang nampak pada anak tuna grahita. Ada

beberapa pendapat tentang pengertian anak tuna grahita.

Tjutju Sutjihati Soemantri (1996: 38) menyatakan bahwa “Tuna grahita atau

terbelakang mental merupakan kondisi dimana anak yang kecerdasannya di bawah rata-

rata, yang ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi

sosial.”

Menurut Munzayanah (2000: 13) “Anak Tuna grahita adalah anak yang

mengalami hambatan dalam bidang intelektual serta seluruh kepribadiannya. Sehingga

mereka tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri dalam masyarakat.

Sedangkan Mohammad Amin (1995: 34) menyatakan bahwa: “Anak Tuna grahita

adalah anak yang mengalami hambatan dalam fungsi kecerdasan, sosial, emosi,

kepribadian, dan fungsi mental lain sehingga anak tidak dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

Dari beberapa pengertian tersebut para tokoh di atas maka dapat disimpulkan

bahwa anak Tuna grahita adalah anak yang dalam perkembangannya baik dari segi

intelektual, sosial, emosional, dan kepribadian di bawah rata-rata sehingga mengalami

kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya.

2. Klasifikati Anak Tuna Grahita

Anak tuna grahita dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Menurut

Munzayanah (2000: 20) mengklasifikasikan Anak Tuna grahita menjadi 6 macam yaitu :

a. Klasifikasi menurut derajat kecacatannya

b. Klasifikasi menurut ekologinya

c. Klasifikasi menurut tipe klinis

d. Klasifikasi menurut tujuan pendidikan 4

Page 6: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

e. Klasifikasi menurut “The American Psycratic Association”

f. Klasifikasi menurut “American Association on Mental Deficiency atas dasar tinjauan

medic.”

Adapun pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut:

a. Klasifikasi menurut derajat kecacatannya, antara lain:

1) Ideot : IQ 0 – 25

2) Imbisil : IQ 25 – 50

3) Debil : IQ 50 - 70

b. Klasifikasi menurut ekologinya, antara lain:

1) Anak tuna grahita karena keturunan

2) Anak tuna grahita karena gangguan fisik

3) Anak tuna grahita karena kerusakan otak

c. Klasifikasi menurut tipe klinis, antara lain:

1) Crefinisme

2) Mongoloid

3) Micro Cephalis

4) Hidro Cephalis

5) Cerebral Palsy

d. Klasifikasi menurut tujuan pendidikan antara lain:

1) Anak mampu rawat

2) Anak mampu latih

3) Anak mampu didik

e. Klasifikasi dari “The American Psychratic Association” yaitu:

1) Mild Deficiency

2) Madere Deficiency

3) Severe Deficiency

f. Klasifikasi menurut American Association on Mental Deficiency atas dasar tinjauan

medik, meliputi:

1) Penyakit karena infeksi

2) Penyakit karena intoksitasi

3) Penyakit akibat trauma/sebab fisik

Page 7: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

4) Penyakit karena gangguan metabolisme, pertumbuhan

5) Penyakit akibat pengaruh prenatal yang tidak diketahui.

Menurut Mulyono Abdurrahman dan Sudjadi (1994: 22) “Untuk keperluan

pembelajaran anak-anak berintelegensi rendah umumnya diklasifikasikan berdasarkan

taraf subnormalisasi intelektual, ada 4 kelompok yaitu:

a. Tahap perbatasan atau lambat belajar (The berdeline or the low leaners) IQ 70-80.

b. Tuna grahita mampu didik (Educable mentally retarded) IQ 30 atau 50-70 atau 75.

c. Tuna grahita mampu latih (Trainable mentally retarded) IQ 30 atau 35-50 atau 55.

d. Tuna grahita mampu rawat (Dependent or Profaidly mentally retarded) IQ di bawah

25 atau 30.

3. Karakteristik Anak Tuna Grahita

Karakteristik anak tuna grahita yang disampaikan oleh para ahli pendidikan anak

berkebutuhan khusus berbeda-beda dalam sisi perumusannya. Namun dari sudut

karakteristik diantara para ahli menyampaikan:

a. Muhammad Amin (1995: 37) menyebutkan bahwa karakteristik anak tuna grahita

menurut tingkat ketunagrahitaannya adalah sebagai berikut :

1) Karakteristik anak tuna grahita ringan

Anak tuna grahita ringan banyak yang lancar berbicara tetapi kurang

dalam perbendaharaan kata, mengalami kesulitan berpikir abstrak tetapi masih

mampu mengikuti akademik dalam bidang tertentu. Pada umur 16 tahun baru

sebanding dengan anak umur 12 tahun yang normal.

2) Karakteristik anak tuna grahita yang sedang

Anak tuna grahita sedang mereka kesulitan dalam pelajaran akademik.

Pada umumnya mampu dilatih untuk merawat diri dan aktivitas sehari-hari.

Dalam hal berpikir anak umur dewasa sebanding dengan anak umur 7 tahun.

3) Karakteristik anak tuna grahita berat dan sangat berat

Anak tuna grahita berat mereka sangat bergantung pada pertolongan atau

bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri.

Page 8: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

b. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam proyek pusat pengembangan guru.

Tertulis tahun 1995-1996, memberikan 7 karakteristik anak dengan cacat grahita,

yaitu :

1) Penampilan fisik yang tidak seimbang (kepala terlalu kecil atau besar, tipe mangalaid)

2) Selalu mengeluarkan air liur dan tampak bengong 3) Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai dengan usia 4) Perkembangan bicara atau bahasa terlambat 5) Tidak ada atau kurang sekali perhatian terhadap lingkungan (pandangan

kosong) 6) Koordinasi gerakan kurang, gerakan tidak terkendali 7) Perkembangan fungsi penglihatan, kemampuan berfikir lambat

Dari beberapa pendapat para ahli mengenai karakteristik anak tuna grahita dapat

disimpulkan bahwa anak tuna grahita mempunyai karakteristik yang dapat dilihat dari

berbicara kurangnya perbendaharaan kata, sangat bergantung pada pertolongan orang

lain, tidak seimbang dalam fisik terutama kepala, pandangan kosong, kemampuan

berpikir lambat, tidak ada koordinasi gerakan.

4. Faktor Penyebab Tuna Grahita

Para orang tua mayoritas kurang tahu tentang mengapa anak yang mengalami

tuna grahita sehingga tidak mengantisipasi jangan sampai anaknya menjadi tuna grahita.

Para ahli mengemukakan penyebab tuna grahita.

Menurut Triman Prasadjo yang dikutp oleh Munzayanah (2000: 14-16) bahwa

penyebab retardasi mental digolongkan menjadi dua kelompok yaitu:

a. Kelompok biomedik

Kelompok biomedik yang meliputi :

1) Prenatal, dapat terjadi karena :

a) Infeksi pada ibu pada waktu mengadung

b) Gangguan metabolisme

c) Irradiasi sewaktu umur kehamilan antara 2-6 minggu

d) Kelainan kromosom

e) Malnutrisi

2) Natal, antara lain berupa :

a) Anaxia

Page 9: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

b) Asphysia

c) Prematurias dan postmaturias

d) Kerusakan otak

3) Postnatal, dapat terjadi karena :

a) Malnutrisi

b) Infeksi

c) Trauma

b. Kelompok Sosio Cultural, psikologik atau lingkungan

Kelompok etiologi ini dipengaruhi oleh proses psiko sosial dalam keluarga.

Dalam hal ini ada tiga macam teori yaitu:

1) Teori Stimulasi

Pada umumnya adalah penderita retardasi mental yang tergolong ringan,

disebabkan karena kekurangan rangsangan atau kekurangan kesempatan dari

keluarga.

2) Teori Gangguan

Kegagalan keluarga dalam memberikan proteks yang cukup terhadap

stress pada masa kanak-kanak sehingga mengakibatkan gangguan pada proses

mental.

3) Teori Keturunan

Teori ini mengemukakan bahwa hubungan antara orang tua dan anak

sangat lemah akan mengalami disorganisasi, sehingga apabila anak mengalami

stress akan bereaksi dengan cara yang bermacam-macam untuk dapat

menyesuaikan diri atau dengan kata lain “Security System” sangat lemah di dalam

keluarga.

Mulyana Abdurrahman dan Sudjadi S. (1994: 30) mengatakan bahwa tuna grahita

disebabkan oleh berbagai faktor yaitu :

a. Faktor genetik yaitu kerusakan biokimia dan abnormalitas kromosom. b. Pada masa prenatal yang disebabkan karena virus Rubella (Cacar) dan faktor

(RH). c. Pada masa natal yaitu karena luka saat kelahiran, sesak napas dan prematuritas. d. Pada masa post natal yang disebabkan karena infeksi Encephalitis (peradangan

sistem syaraf pusat), Mengitis (peradangan selaput otak), dan malnutrisi. e. Sosiokultural.

Page 10: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Sedangkan Muhammad Amin (1995: 63) mendifinisikan faktor penyebab

ketunagrahitaan sebagai berikut :

a. Keturunan

Terjadi karena adanya kelainan kromosom dan gen

b. Gangguan metabolisme dan gizi

Gangguan metabolisme Asam Aminol.

c. Infeksi dan keracunan

Karena penyakit bawaan.

d. Trauma dan zat

e. Masalah pada kelahiran

f. Faktor lingkungan (sosio budaya).

Dengan melihat pendapat yang telah dikemukakan tersebut di atas maka dapat

disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan

pada anak yaitu faktor keturunan, faktor makanan dan minuman serta faktor lingkungan.

Dalam hal ini faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi terjadinya ketunagrahitaan baik

pada saat prenatal, natal, maupun pasca natal.

B. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda “Pretatie” yang berarti hasil usaha.

Sedangkan belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang yang dapat

menghasilkan sesuatu perubahan tingkah laku baru.

Menurut Winkel (1996: 191) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu

bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan

belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”

Selanjutnya Ngalim Poerwanto (2002: 28) memberikan pengertian prestasi

belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang

dinyatakan dalam raport.”

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang dimiliki dengan

Page 11: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

berpikir, merasa, berbuat dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah

laku pada siswa, dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dikelompokkan ke

dalam 2 faktor, yaitu :

a. Faktor Internal Siswa

Menurut Muhibbin Syah (2005: 134), “Kecerdasan seseorang besar

pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Intelegensi pada umumnya diartikan sebagai

kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara yang tepat.”

Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja melainkan juga kualitas

organ-organ tubuh lainnya, sedangkan prestasi belajar dari faktor internal siswa

dipengaruhi oleh:

1) Tingkat Kecerdasan

a) Kecerdasan Kognitif

Kecerdasan kognitif bukan hanya persoalan otak saja melainkan juga

kualitas organ tubuh lainnya. Akan tetapi, harus diakui bahwa peran otak dalam

intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ tubuh lainnya, karena

otak merupakan menara pengontrol hampir seluruh aktivitas manusia.

Tingkat kecerdasan dapat diukur melalui uji kecerdasan standar.

Vechser intelegence seales yang mengukur kemampuan verbal maupun non

verbal termasuk ingatan, perbendaharaan kata, wawasan, pemecahan masalah,

abstraksi, logika, persepsi, pengolahan informasi dan kemampuan motorik

visual (Shairo dalam Alex Tri Kantono, 1998: 8).

Wechser mengelompokkan kecerdasan menjadi 9 kategori, yaitu :

(1) Genius (140)

(2) Sangat cerdas (130 – 139)

(3) Cerdas (120 – 129)

(4) Di atas normal (110 – 119)

(5) Normal (90 – 109)

Page 12: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

(6) Di bawah normal (80 – 89)

(7) Bodoh (70 – 79)

(8) Moron/dungu (50 – 69)

(9) Imbecile/idiot (di bawah 49)

Tingkat intelegensi (IQ) siswa merupakan salah satu faktor yang

menemukan tingkat keberhasilan siswa. Ini berarti semakin tinggi kecerdasan

kognitif siswa maka semakin besar peluang siswa meraih prestasi yang lebih

baik. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan kognitif siswa maka semakin

kecil peluang untuk meraih prestasi yang baik.

b) Kecerdasan Emosional

Menurut Shapiro dalam Alex Tri Kantjono (1998: 8), “Kecerdasan

emosional adalah himpunan memantau perasaan dan emosi baik pada diri

sendiri maupun orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan

informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.”

Cooper dalam Ary Ginanjar Agustian (2001: 44) mengutarakan:

“Kecerdasan emosional ini juga melibatkan kemampuan merasakan,

memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai

sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.”

Napoleon Hills dalam Ary Ginanjar Agustian (2001: 45), “Kemampuan-

kemampuan ini merupakan kekuatan berfikir alam bahwa sadar yang berfungsi

sebagai tali kendali atau pendorong. Kekuatan ini tidak digerakkan oleh saran

yang logis.”

Dengan adanya kecerdasan emosional dalam diri siswa, maka akan

membentuk kualitas emosional yang penting bagi keberhasilan belajar siswa

antara lain empati, mampu mengungkapkan dan memahami perasaan,

mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri,

kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan,

keramahan, sikap hormat serta membentuk kematangan emosional seseorang.

Seseorang yang memiliki kematangan emosi akan dapat melakukan

proses belajar dengan baik sehingga dapat membentuk orang-orang sukses yang

dapat menghasilkan prestasi yang lebih baik. Sebaliknya, siswa yang memiliki

Page 13: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

kecerdasan emosional yang rendah seperti pesimisme, mudah cemas, gelisah,

tidak mampu mengendalikan diri dan tidak mampu menyesuaikan diri akan

menghasilkan prestasi yang buruk, bahkan mengalami kegagalan dalam

akademik karena kendali terhadap kehidupan emosionalnya terganggu akibat

dari lumpuhnya kemampuan belajar sehingga siswa tidak mampu berfikir

jernih.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

emosional adalah kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri

sendiri maupun pada orang lain dimana ia menerapkan daya dan kepekaan

emosinya sebagai pendorong, sumber energi, tali kendali pikiran dan tindakan

manusia.

c) Kecerdasan spiritual

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan

makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup itu

dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai

bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan

dengan orang lain.

Menurut Danar Zohar dan lan Marshal dalam Ary Ginanjar Agustian

(2001: 57) “Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi kita, karena

kecerdasan spiritual adalah landasan diperlukan untuk memfungsikan

kecerdasan kognitif dan kecerdasan emosional secara efektif.”

Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah

setiap perilaku dalam kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang

bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran

tauhid (integralistic) serta berprinsip “Hanya karena Allah”, sumber kecerdasan

spiritual adalah suara hati (Gos Spot).

2) Faktor Kemandirian

Kemandirian adalah kemampuan untuk mengerahkan dan mengendalikan

diri sendiri dalam berfikir dan bertindak serta merasa tergantung pada orang lain

secara emosional (Stein and Book dalam Trianada dan Yudhi Murtanto, 2002:

105).

Page 14: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Kecerdasan dalam belajar akan mempengaruhi prestasi belajar siswa di

sekolah karena siswa akan berusaha memecahkan kesulitan belajarnya sendiri,

mencari sumber belajar lain selain guru sehingga akan dapat meningkatkan prestasi

belajarnya di sekolah.

b. Faktor Eksternal Siswa

1) Faktor Lingkungan

Faktor eksternal siswa yang berupa faktor lingkungan tersebut terdiri dari:

a) Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh yang besar dari keluarga

berupa :

(1) Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anak-anaknya sangat berpengaruh pada

prestasi belajar anak di sekolah. Pendidikan yang diterapkan orang tua pada

anaknya dalam hal ini adalah gaya kepemimpinan orang tua akan

membentuk kepribadian dalam diri anak, karena gaya kepemimpinan adalah

ciri seseorang pemimpin melakukan kegiatannya dalam membimbing,

mengarahkan, mempengaruhi, dan menggerakkan para anggotanya dalam

rangka mencapai tujuan. Hal ini berarti bahwa apa yang dilakukan orang tua

sangat menentukan kepribadian anaknya.

Orang tua tidak memperhatikan pendidikan anaknya, tidak

memperhatikan kepentingan dan kebutuhan anak dalam belajar, tidak

mengatur waktu belajarnya, tidak mau menyediakan fasilitas belajar dan

tidak mau tahu kesulitan belajar anak akan menyebabkan anak malas belajar

sehingga hasil yang dicapai tidak baik.

Mendidik anak dengan cara memperlakukan terlalu keras, memaksa

anaknya untuk belajar adalah cara yang tidak baik, karena anak diliputi rasa

ketakutan dan akhirnya anak akan benci belajar, bahkan sampai mengalami

gangguan jiwa. Apabila anak sudah mengalami hal ini, maka prestasi yang

dicapai di sekolah akan buruk.

Page 15: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Pendidikan yang tepat pada anak di sekolah adalah yang tidak terlalu

memaksa dan tidak masa bodoh sehingga prestasi yang dicapai nantinya

akan lebih baik.

(2) Suasana Rumah

Suasana rumah yang dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian yang

sering terjadi dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana

rumah yang tegang, kacau, rebut, dan menyebabkan anak menjadi bosan di

rumah sehingga keluar rumah dan mengakibatkan belajar menjadi kacau.

Agar anak dapat belajar dengan baik maka diperlukan susana rumah yang

tenang dan tentram.

(3) Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga berkaitan dengan hasil belajar yang

dicapai siswa. Anak yang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan

pokoknya seperti makan, pakaian, kesehatan juga membutuhkan fasilitas

belajar seperti ruang belajar, meja-kursi, penerangan, alat tulis, buku-buku,

dan alat bantu belajar lainnya yang mendukung proses belajar. Jika

kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi akibatnya belajar anak menjadi

terganggu dan hasil yang dicapai tidak memuaskan.

b) Sekolah

(1) Guru

Metode belajar guru akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Metode mengajar yang kurang tepat dapat terjadi karena guru kurang

persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut

menyajikannya kurang jelas. Sikap guru terhadap siswa yang tidak baik

dapat mengakibatkan siswa kurang senang terhadap mata pelajaran dan

gurunya. Siswa jadi malas belajar dan mempengaruhi prestasi yang

dicapainya.

(2) Alat Bantu Belajar

Alat bantu belajar yang lengkap dan tepat akan memperlancar bahan

pelajaran yang akan disampaikan pada siswa. Jadi ssiwa mudah menerima

Page 16: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

pelajaran dan menguasainya maka siswa akan lebih giat lagi dalam belajar

dan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Alat bantu belajar itu

misalnya buku-buku yang relevan, laboratorium, dan alat bantu belajar

lainnya.

c) Faktor Latihan

Siswa akan mencapai prestasi yang lebih baik apabila siswa selalu

melakukan latihan. Hasil belajar tidak akan maksimal apabila tidak ada latihan

secara terus-menerus dan berkesinambungan.

Latihan dapat dilakukan dengan cara relearning recalling, dan reviewing

agar pelajaran terlupakan dapat dikuasai kembali, dan pelajaran yang belum

dikuasai akan lebih mudah untuk dapat dipahami.

3. Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi, seperti yang dikemukanan oleh

Zaenal Arifin (1990: 40) antara lain:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai

peserta didik.

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan pada

asumsi bahwa ahli psikologi menyebutkan hal ini sebagai tendensi keingintahuan

(coursity) dan merupakan kebutuhan umum manusia termasuk kebutuhan peserta didik

dalam program pendidikan.

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya bahwa

generasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan

ilmu pengetahuan dan teknologi dia berperan sebagai umpan balik dalam

meningkatkan mutu pendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi pendidikan.

Asumsinya bahwa kurikulumnya yang digunakan relevan dengan kebutuhan

masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti tinggi rendahnya prestasi

belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksessan anak didik di masyarakat.

Page 17: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Diartikan bahwa kurikulum yang dipergunakan relevan dengan kebutuhan

pembangunan masyarakat.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan)

anak didik. Dalam proses belajar mengajar, anak didik merupakan masalah utama

karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang

telah dipergunakan dalam kurikulum.

C. Tinjauan Tentang Belajar Membaca

1. Pengertian Membaca

Kemampuan membaca yang layak merupakan hal yang paling vital, karena

kemampuan membaca mempunyai makna yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

Membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca bukanlah kegiatan

memandangi lambang-lambang tertulis semata, bermacam-macam kemampuan

dikerahkan oleh seorang pembaca agar ia mampu memahami materi yang dibacanya.

Pembaca berupaya supaya lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-

lambang yang bermakna baginya. Menurut Heilman dalam Suwaryono Wiryodijoyo

(1989: 1):

Membaca ialah pengucapan kata-kata dan perolehan arti dari barang cetakan. Kegiatan ini melibatkan analisis, dan pengorganisasian berbagai keterampilan yang kompleks. Termasuk didalamnya pelajaran, pemikiran, pertimbangan, perpaduan, pemecahan masalah, yang berarti menimbulkan kejelasan informasi bagi pembaca.. Membaca adalah suatu aktivitas yang rumit dan kompleks karena tergantung pada

ketrampilan berbahasa pelajar, dan pada tingkat penalarannya (Subyakto-Nababan, Sri

Utami, 1986: 76). Menurut Akhmad dan Yeti Mulyati (1996: 5) “membaca merupakan

kemampuan yang kompleks dan kesatuan berbagai proses psikologis, sensoris, motoris,

dan perkembangan ketrampilan.

Eric Doman (1991: 64) “membaca adalah suatu proses pengenalan kata dan

memahami kata-kata serta ide, selain itu membaca merupakan ketrampilan yang wajib

dimiliki anak usia sekolah dasar.”

Page 18: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa “membaca adalah kesatuan

kegiatan yang terpadu yang memerlukan kemampuan yang kompleks dan kesatuan proses

psikologis, sensoris, motoris dan perkembangan ketrampilan.

2. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

Sabarti Akbadiah (1991: 26) mengemukakan beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kemampuan membaca, yaitu :

a. Motivasi

Artinya bahwa motivasi merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya

terhadap kemampuan membaca. Sering kegagalan membaca terjadi karena rendahnya

motivasi. Motivasi meliputi motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

b. Lingkungan Keluarga

Artinya orang tua yang memiliki kesadaran akan pentingnya kemampuan

membaca akan berusaha agar anak-anaknya memiliki kesempatan untuk belajar

membaca. Untuk itu orang tua memegang peranan penting untuk pengembangan

kemampuan membaca anak.

c. Bahan Bacaan

Artinya bahan bacaan akan mempengaruhi seseorang dalam minat maupun

kemampuan memahaminya. Bahan bacaan harus disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan anak jangan terlalu sulit dan terlalu mudah. Faktor yang diperhatikan

dalam penentuan bahan bacaan adalah topik dan taraf kesulitan membaca.

Sunarto dan Agung Hariono (1994: 115) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan bahasa, yang ringkasnya sebagai berikut:

a. Umur Anak

Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya,

bertambah pengalaman dan meningkatkan kebutuhannya. Bahasa seseorang akan

berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik

akan mempengaruhi sehubungan dengan sempurnanya organ bicara, kerja otot untuk

gerak dan isyarat.

b. Kondisi Lingkungan

Page 19: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Lingkungan memberi andil yang cukup besar dalam berbahasa.

Perkembangan bahasa di perkotaan akan berbeda dengan lingkungan pedesaan,

lingkungan disini adalah lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang.

c. Kecerdasan Anak

Untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan dan mengenal

tanda-tanda memerlukan kemampuan motorik yang baik.

d. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Keluarga yang berstatus sosial ekonomi tinggi berbeda dengan keluarga yang

berstatus sosial ekonomi rendah dalam kemampuan bahasanya.

e. Kondisi Fisik

Kondisi fisik yang dimaksudkan adalah kondisi kesehatan anak seseorang

yang cacat dan terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi seperti bisu, tuli,

gagap akan mengganggu perkembangan bahasa.

Sementara itu Suyatmi (1997: 11) menjelaskan beberapa faktor penunjang

kegiatan membaca antara lain:

a. Faktor intern, meliputi: kompetensi bahasa, minat, motivasi, konsentrasi, ketekunan,

kesehatan jasmani dan rohani, kemampuan menetralkan titik kelelahan, memiliki latar

belakang pengetahuan yang sesuai dan penguasaan kosakata yang memadai serta

kemampuan memahami maksud bacaan secara cepat dan cermat.

b. Faktor eksternal, meliputi: (1) pengadaan buku-buku yang baik, yang sesuai dengan

kebutuhan, menarik dan menimbulkan keasyikan dan tahap yang dapat dijangkau

masyarakat luas, (2) unsur-unsur dalam bacaan dan sifat-sifat lingkungan baca atau

faktor keterbatasan, (3) kondisi dan situasi lingkungan yang merangsang kegemaran

membaca, termasuk didalamnya pengadaan tempat belajar, suasana keluarga, sekolah,

masyarakat sekitar, teman, guru dan tokoh masyarakat.

Faktor-faktor selain faktor akademik yang perlu dipertimbangkan di dalam

kesiapan membaca menurut Suwaryono Wiryodjoyo (1989: 4-7), secara ringkas adalah:

a. Kecerdasan

Kematangan untuk belajar membaca belum tentu sama untuk setiap anak,

meskipun umumnya orang menganggap bahwa pada umur 6-7 tahun, anak sudah

matang untuk belajar membaca. Antara IQ, usia mental dan keberhasilan belajar

Page 20: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

membaca ada hubungannya. Anak yang taraf kecerdasannya (IQ) 50, misalnya hanya

dapat diajari bahan-bahan yang sangat mudah.

b. Kesehatan Jasmani

Pengaruh kesehatan jasmani atas hasil belajar membaca cukup besar terutama

persepsi mata dan telinga sama pentingnya dengan tingkatan energi yang diperlukan.

c. Rumah dan Masyarakat

Latar belakang pengalaman, gaya hidup anak di rumah mempengaruhi hasil

belajarnya di sekolah.

d. Kematangan Sosial dan Kebebasan

Sebelum ada kematangan sosial biasanya anak belum banyak mengadakan

kontrak sosial dengan teman-temannya.

e. Integrasi Persyaratan

Adanya koordinasi antara mata, telinga, dan psikomotor untuk belajar

membaca.

D. Tinjauan Tentang Media Gambar

1. Pengertian Media

Untuk memudahkan pesan kepada orang lain atau siswa, seseorang menggunakan

media untuk memudahkan interaksi. Adapun pengertian media adalah “suatu alat yang

merupakan saluran (Channel) untuk menyampaikan suatu pesan (resourse) kepada

penerima (receiver)” (Soeparno, 1986: 55).

Menurut Romiszowski yang dikutip oleh Basuki Wibowo dan Farida Mukti

(2001: 21) “Media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang

dapat berupa orang tua atau benda) kepada penerima pesan.” Dalam proses belajar

mengajar penerima pesan itu adalah siswa, pembawa pesan saling berinteraksi melalui

indera mereka dengan menggunakan inderanya dirangsang oleh media untuk menerima

informasi.

2. Pemanfaatan Media

Page 21: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Arif Sadiman (1996: 91) mengatakan bahwa “pemanfaatan media adalah

penggunaan media dalam suatu rangkaian tujuan tertentu.” Ada beberapa pola

pemanfaatan media pembelajaran.

a. Pemanfaatan media dalam situasi kelas (Classroom Setting)

Dalam tananan (setting) ini media pembelajaran dimanfaatkan untuk

menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfaatannya dipadukan dengan proses

belajar mengajar dalam situasi kelas. Media pembelajaran yang dipilih haruslah sesuai

dengan tujuan, materi dan pembelajarannya.

b. Pemanfaatan media di luar sekolah

Pemanfaatan media pembelajaran di luar situasi kelas dapat dibedakan dalam

dua kelompok utama yaitu :

1) Pemanfatan media secara bebas

Yang dimaksud adalah bahwa media ini digunakan tanpa dikontrol atau

diawali pembuat program media mendistribusikan program media itu di

masyarakat pemakai media baik dengan cara dijual belikan maupun didistribusikan

secara bebas. Dengan harapan media akan digunakan untuk mencapai tujuan

tertentu.

2) Pemanfaatan media secara terkontrol

Yang dimaksud adalah bahwa media itu digunakan dalam suatu rangkaian

kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan tertentu. Bila media

itu berupa media pembelajaran, sasaran didik (audience) diorganisasikan dengan

baik sehingga mereka dapat menggunakan media secara teratur, berkesinambungan

dan mengikuti pola tertentu. Biasanya sasaran ini dalam kelompok-kelompok

belajar.

3) Pemanfaatan media secara perorangan, kelompok, masal

Artinya media dapat digunakan oleh seseorang diri biasanya media ini

dilengkapi petunjuk pemanfaatan yang jelas sehingga orang dapat menggunakan

dengan mandiri, berkelompok, maupun masal.

“Media yang dipakai sebagai alat bantu mengajar disebut dependen media.

Sedangkan media belajar yang dapat digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar

Page 22: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

mandiri disebut independen media.” Media ini dirancang, dikembangkan, dan di produksi

secara sistematis, serta dapat menyalurkan informasi secara terarah untuk mencapai

tujuan interaksional tertentu. Bila media ini digunakan dalam sistem klasikal, waktu yang

tersedia dapat digunakan untuk berdiskusi atau membaca bagian yang penting yang sulit

dipelajari siswa sendiri, kalau sistem belajar mengajar ini dapat diterapkan. Menurut

Basuki Wibowo dan Farida Mukti (2001: 13-14) ada keuntungan yang diperoleh dari

penggunaan media independen. Adapun keuntungan dari penggunaan media tersebut

antara lain:

a. Guru mempunyai peluang untuk membantu siswa yang lemah, sementara siswa sibuk

belajar sendiri, guru dapat memberikan bantuan kepada siswa yang membutuhkan.

b. Siswa akan belajar secara aktif.

c. siswa dapat belajar sesuai dengan gaya dan kecepatan masing-masing.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 154) mengemukakan beberapa

fungsi media secara umum yaitu :

a. Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif

b. Bagian integral dari keseluruhan situasi belajar.

c. Meletakkan dasar-dasar yang konkrit dari konsep yang abstrak sehingga dapat

mengurangi pemahaman yang bersifat Verbalisme.

d. Membangkitkan motivasi belajar peserta didik.

e. Mempertinggi mutu belajar mengajar.

3. Tujuan Penggunaan Media

Tujuan dalam penggunaan media yaitu : untuk mempermudah guru dalam

menyampaikan pesan kepada peserta didik sehingga peran tersebut dapat terkuasai secara

tepat, cepat, dan akurat.

Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 153) tujuan digunakannya

media pengajaran secara khusus adalah :

a. Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep prinsip,

sikap dan keterampilan tertentu, dengan menggunakan media yang paling tepat

menurut karakteristik bahan.

Page 23: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

b. Memberikan pengalaman belajar berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang

minat peserta didik untuk belajar.

c. Membutuhkan sikap dan keterampilan tertentu dan teknologi karena peserta didik

tertarik untuk menggunakan atau mengapresiasikan media tertentu.

d. Menciptakan situasi belajar yang dapat dilupakan peserta didik.

4. Pengertian Media Gambar

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara

atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Di bawah ini beberapa pengertian media gambar, diantaranya:

a. Menurut Oemar Hamalik (1994: 95) mengemukakan bahwa media gambar adalah:

“Segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk-bentuk dimensi

sebagai curahan ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide,

film, strip, opaque proyektor.”

b. Menurut Arief S. Sadiman (2006: 29) media gambar adalah: “Media yang paling

umum dipakai, yang merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati

dimana saja.”

c. Menurut Soelarko (1980: 3) media gambar adalah: “merupakan penurunan dari

benda-benda dan pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relatif

terhadap lingkungan.”

Berpijak dari beberapa pengertian di atas dapat kami simpulkan bahwa media

gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih

menyukai gambar, apalagi jika dibuat gambar yang berwarna-warni dan disajikan sesuai

dengan kondisi dan kemampuan anak tuna grahita ringan. Tentu media gambar tersebut

akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

5. Jenis-jenis Media Gambar

Dalam buku media pengajaran, media gambar/ visual dapat dibedakan menjadi

beberapa macam, diantaranya adalah:

a. Gambar Datar

Page 24: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Media gambar datar seperti foto, gambar ilustrasi, flash card (kartu

bergambar), gambar pilihan dan potongan gambar. Disamping mudah didapat dan

murah harganya, media ini juga mudah di mengerti dan dinikmati dimana-mana.

Media ini dapat digunakan untuk memperkuat impresi, menambah fakta baru dan

memberi arti dari suatu abstraksi.

b. Media Proyeksi Diam

Dalam media proyeksi diam, gambar yang mengandung pesan yang akan

disampaikan ke penerima harus diproyeksikan terlebih dahulu dengan proyektor agar

dapat dilihat oleh penerima pesan. Ada kelasnya media ini hanya visual sifatnya, tapi

ada pula yang disertai rekaman audio. Media proyeksi diam dapat digunakan guru-

guru untuk mengajar berbagai mata pelajaran di semua tingkatan. Media ini bertujuan

memberi informasi faktual, memberi persepsi yang benar dan cepat terutama dalam

pengembangan keterampilan, merangsang apresiasi terhadap seni, gejala alam, orang

dan sebagainya.

c. Media Grafis

Grafis merupakan media pengajaran yang paling mudah ditemui dan banyak

digunakan sebagai halnya media lain, media grafis berfungsi untuk menyalurkan

pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesannya dinyatakan dalam simbol kata-kata,

gambar dan menggunakan ciri grafis yaitu garis (Basuki Wibawa dan Farida Mukti,

2001: 35-60).

6. Kelebihan Media Gambar

Kelebihan penggunaan gambar menurut Arief S. Sadiman dkk (2006: 29) adalah

sebagai berikut :

a. Sifatnya konkret, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, obyek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, tetapi gambar dapat selalu dibawa kemana-mana.

c. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. d. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat

usia saja, sehingga dapat mencegah/ membetulkan kesalah-pahaman. e. Murah harganya dan gambar didapat serta digunakan, tanpa memerlukan

peralatan khusus.

Page 25: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Menurut Basuki Wibowo dan Farida Mukti (2001: 29) media gambar mempunyai

kelebihan :

a. Umumnya murah harganya b. Mudah didapat c. Mudah digunakan d. Dapat memperjelas suatu masalah e. Lebih realistis f. Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan g. Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kelebihan media gambar jika

dibandingkan dengan media pembelajaran yang lain adalah harganya murah, mudah

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, mudah untuk mendapatkannya serta dapat

digunakan untuk mengatasi keterbatasan indra pengamatan.

7. Kelemahan Media Gambar

Media gambar merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kemampuan belajar khususnya kemampuan membaca permulaan bagi anak tuna grahita

ringan, walaupun begitu media gambar mempunyai beberapa kelemahan.

Kelemahan media gambar menurut Arief S. Sadiman dkk (2006: 31) adalah

sebagai berikut :

a. Media gambar hanya menekankan persepsi indra mata

b. Media gambar kurang efektif jika menerangkan gambar yang terlalu kompleks

c. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Kelemahan media gambar menurut Latuheru (1988: 42) adalah sebagai berikut:

a. Untuk memperbesar media gambar memerlukan suatu proses dan memerlukan biaya yang cukup besar.

b. Pada umumnya hanya dua dimensi yang nampak pada suatu gambar, sedangkan dimensi yang lainnya tidak jelas.

c. Tidak dapat memperlihatkan suatu pola gerakan secara utuh untuk suatu gambar, kecuali jika menampilkan sejumlah gambar dalam suatu urutan peristiwa pada pola gerak tertentu.

d. Tanggapan bisa berbeda terhadap gambar yang sama.

Dari berbagai uraian di atas tentang kelemahan media gambar, dapat kami

simpulkan bahwa secara umum media gambar hanya menekankan pada indra mata, dan

mudah rusak serta dapat hilang jika tidak dirawat, sehingga memerlukan perawatan yang

baik.

Page 26: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

E. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas maka kerangka berfikir

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bahwa anak tunagrahita mengalami hambatan dalam belajar membaca untuk

memudahkan dalam meningkatkan prestasi belajar membaca bagi anak tuna grahita perlu

dengan cara yang tepat dan sesuai. Bahwa media gambar dan metode eja merupakan

salah satu media untuk memotivasi minat belajar memabca untuk tunagrahita.

Bahwa sehubungan dengan hal tersebut diduga pembelajaran dengan

menggunakan media gambar dapat meningkatkan prestasi belajar membaca pada anak

tunagrahita.

Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Kondisi awal

1. Siswa tuna grahita ringan sebagian belum dapat membaca permulaan.

2. Selama ini guru hanya menggunakan buku-buku teks dan kurang menggunakan media gambar.

Tindakan

1. Guru memberi bimbingan anak tuna grahita ringan tentang cara belajar membaca permulaan dengan menggunakan media gambar.

2. Guru menggunakan buku-buku teks dan menggunakan media gambar untuk anak tuna grahita.

Kondisi akhir

1. Siswa tuna grahita ringan dapat membaca permulaan.

2. Buku-buku teks dan media gambar efektif dalam pembelajaran membaca untuk anak tuna grahita.

Page 27: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Di dalam pembelajaran dengan menggunakan media gambar ini, sebagian siswa

tuna grahita ringan yang belum dapat membaca dapat diatasi. Dengan pembelajaran

seperti ini diharapkan kemampuan membaca seluruh siswa meningkat dan dapat

membaca.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir sebagaimana diuraikan di atas maka dirumuskan

hipotesa tindakan sebagai berikut:

Bahwa penggunaan media gambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia

khususnya membaca dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia pada siswa

kelas II Sekolah Dasar Luar Biasa Bagian C.

Page 28: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena pada penelitian kualitatif

memunculkan keadaan ilmiah apa adanya, wajar tanpa dimanipulasi atau dikondisikan

sehingga penelitian ini tidak mengutamakan hasil yang diperoleh, akan tetapi proses

pelaksanaan upaya meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan melalui media

gambar pada anak tuna grahita ringan.

Dengan demikian sesuai dengan jenis penelitian yang ditetapkan di atas, maka

penelitian ini mengangkat pelaksanaan meningkatkan prestasi belajar membaca

permulaan melalui media gambar pada anak tuna grahita ringan kelas II SLB B-C

Dharma Anak Bangsa Ceper Klaten. Waktunya bulan September sampai Nopember

2009.

B. Data dan Sumber Data

Data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:

1. Nara sumber yang terdiri dari guru dan wali murid kelas I.

2. Daftar nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II semester I.

3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran pada waktu penelitian siklus I dan siklus

II.

4. Nilai hasil ulangan harian membaca dan menulis permulaan pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia.

C. Subyek Penelitian

Suharsimi Arikunto (2003: 116) mendefinisikan “subyek penelitian sebagai suatu

benda, hal atau orang dimana tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang

dipermasalahkan.”

Dalam hal ini subyek penelitian adalah anak tuna grahita ringan kelas II di SLB

B-C Dharma Anak Bangsa Ceper, Klaten sejumlah 3 orang. Alasan penelitian adalah

28

Page 29: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

masalah yang dihadapi siswa pada kelompok populasi ini berhubungan dengan masih

rendahnya kemampuan belajar membaca permulaan yang dimiliki siswa di SLB B-C

Dharma Anak Bangsa, Ceper, Klaten.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian juga data yang dimanfaatkan maka teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi,

dokumentasi dan melalui tes.

1. Wawancara

Wawancara yang digunakan bersifat lentur, tidak terstruktur ketat, tidak dalam

suasana formal, dan alat dilakukan bimbingan pada informasi yang sama. Dengan

menggunakan wawancara mendalam peneliti akan mendapat informasi yang rinci dan

mendalam. Dengan keterbukaan dan kelenturannya ini informasi akan dengan jujur

mengemukakan informasi yang sebenarnya, sikap dan pandangan mereka terhadap

sikap belajar anak di rumah dan di sekolah dalam mempelajari materi pelajaran

membaca. Teknik wawancara ini akan dilakukan pada orang tua dan guru.

Nasution (1992: 75), mengatakan bahwa:

Untuk melaksanakan wawancara mendalam maka sebelumnya perlu menjalin dan memupuk hubungan yang akrab dengan informan, maka wawancara yang dilakukan akan terkesan akrab dalam suasana yang rileks. Responden pun merasa dirinya tidak sebagai subyek penelitian untuk dapat memberikan informasi yang wajar tanpa mengada-ada.

2. Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini sering disebut dengan

observasi berperan atau partisipatif. Observasi ini dilakukan secara formal dalam

kelas pada saat pembelajaran berlangsung, dimana siswa sedang melaksanakan

pembelajaran di dalam kelas.

Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 128), “Observasi merupakan kegiatan

pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan media.”

Adapun data yang diperoleh adalah:

Page 30: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

a. Data nilai hasil ulangan harian mata pelajaran bahasa Indonesia, terutama yang

berkaitan dengan belajar membaca permulaan.

b. Data tentang interaksi antar siswa dengan guru.

c. Data tentang jumlah anak yang terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar

langsung.

d. Data nilai pekerjaan rumah.

e. Data nilai lembar kerja siswa setiap kali pertemuan selama penelitian

berlangsung.

f. Temuan-temuan yang mungkin timbul selama proses penelitian.

g. Tindak lanjut dari hasil yang diharapkan dalam penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai catatan, surat-surat atau laporan.

Definisi menurut Guna dan Lincoln dalam Lexy J. Moleong (1995: 161) sebagai

berikut: “setiap bahan tertulis ataupun film yang dipersiapkan karena adanya

permintaan seorang penyidik. Dalam hal ini dokumen dapat dibagi atas dokumen

resmi dan dokumen pribadi.”

Teknik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari

dokumentasi arsip. Dokumen ini berupa dokumen resmi yang berupa RPP, Daftar

Hadir Siswa dan arsip kumpulan nilai yang dimiliki guru kelas II.

4. Melalui Tes

Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian. Tes ialah

seperangkat stimuli yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk

mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka.

Menurut Cece Rahmat dan Didi Suherdi (1999: 118), “teknik tes terdiri dari

tes tertulis, tes lisan dan tes tindakan.”

Adapun penjelasan ringkasnya sebagai berikut:

a. Tes tertulis yaitu tes yang cara pelaksanaannya tertulis, dimana tester memberikan

soal-soal kepada tester untuk dikerjakan secara tertulis pula.

b. Tes lisan yaitu pertanyaan diajukan secara lisan, kemudian tester memberikan

jawaban secara lisan pula.

Page 31: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

c. Tes tindakan yaitu tester memberi perintah-perintah tertentu pada tester untuk

dilaksanakan dalam bentuk perbuatan atau tindakan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan bentuk tes lisan, tes tertulis dan tes

tindakan yang dibuat sendiri, kemudian diuji cobakan di SLB B-C Dharma Anak

Bangsa Ceper, Klaten. Tingkat dasar II dan dijadikan alat ukur penelitian.

Kisi-kisi tes belajar membaca permulaan

Saat Anak Mengikuti Kegiatan Proses Belajar

Hari/ Tanggal :

Nama Murid :

Kelas :

Umur :

Kemampuan Skor maks Mampu

Mampu dengan bantuan

Tidak mampu

No Aspek yang dinilai

3 3 2 1 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Mengenal bentuk huruf

Dapat mengucapkan huruf

Dapat membedakan huruf

Dapat mengucapkan suku kata

Dapat mengucapkan kata

Kejelian pengamatan suku kata

Kejelian pengamatan kata

Dapat mengucapkan kalimat

Memahami arti kalimat

Gaya membaca sesuai tanda baca

Jumlah skor maksimum dan

perolehan

Kriteria Penilaian

Page 32: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

a. Mampu diberi skor : 3

b. Mampu dengan bantuan diberi skor : 2

c. Tidak mampu diberi skor : 1

Nilai akhir = maksimumskorjumlahperolehanskorjumlah

x 100 %

E. Validitas Data

Keakraban data terhadap hasil-hasil penelitian dapat diperoleh dengan

menggunakan beberapa cara. Beberapa cara untuk memperoleh kepercayaan hasil

penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa kriteria untuk memenuhi keabsahan data,

yaitu:

Kredibilitas dengan cara:

1. Memperpanjang masa observasi agar peneliti lebih mengenal subyek dan cukup

waktu mengenal dan mengetahui pelaksanaan pembelajaran.

2. Melakukan pengamatan terus-menerus dan mendetail, agar peneliti dapat mengamati

secara cermat dan terinci pada kegiatan pengajaran membaca yang dilaksanakan.

Serta untuk mengetahui kemampuan dan kesulitan belajar membaca anak, faktor-

faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pengajaran membaca serta upaya guru

dalam meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan melalui media gambar.

3. Trianggulasi

Trianggulasi data dalam penelitian ini bertujuan untuk men-check kebenaran data

tertentu dengan membandingkan data yang diperoleh. Trianggulasi yang digunakan

antara lain berupa : Trianggulasi sumber data berupa sumber informan yang berbeda

dalam hal ini Direktur Pelayanan medis dan tenaga dokter dan trianggulasi metode

pengumpulan data yang berupa wawancara, observasi, dokumentasi, dan melalui tes

data. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam hal belajar membaca

permulaan.

Peneliti melakukan:

Page 33: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

a. Tes membaca permulaan, selanjutnya menganalisis hasil belajar membaca

permulaan itu untuk mengidentifikasi kesalahan yang masih mereka buat.

b. Melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui pandangan guru tentang

hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam belajar membaca permulaan,

fasilitas pembelajaran yang dimiliki atau tidak dimiliki sekolah, kegiatan

pembelajaran membaca permulaan di kelas, penilaian yang dilakukan guru.

F. Teknik Analisa Data

Nasution (1992: 129) mengatakan bahwa karena data dalam penelitian kualitatif

banyak menggunakan kata-kata maka analisis data dilakukan melalui langkah-langkah:

1. Reduksi

Data yang diperoleh di lapangan, baik hasil pengamatan, wawancara, dokumentasi,

laporan yang berbentuk uraian terinci dan berjumlah banyak perlu direduksi,

dirangkum, dipilih hal-hal yang penting. Sehingga data yang direduksi memberi

gambaran yang lebih tajam tenang hasil pengamatan.

2. Display Data

Penyajian data dalam penelitian kualitatif yang berupa uraian deskriptif yang panjang

dan sukar dipahami akan menjemukan untuk dibaca. Penyajian data diusahakan

secara sederhana tetapi keutuhan tetap terjamin, yaitu disajikan dalam bentuk table,

dan uraian deskriptif.

G. Indikator Kerja

Pada bagian ini perlu dikemukakan tolak ukur keberhasilan penelitian yang

dilakukan. Dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian akan tercapai, jika

siswa memperoleh nilai 60 dari 80% nilai rata-rata kemampuan membaca meningkat:

1. Rata-rata peningkatan kemampuan membaca meningkat dari tidak mampu membaca

menjadi mampu membaca dengan sedikit bantuan.

2. Prestasi belajar meningkat.

3. Keaktifan dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca juga

meningkat.

Page 34: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

H. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan yang dibagi

dalam dua siklus, yang meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi dan dibuat

tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Prosedur Penelitian

Siklus I Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan

untuk merencanakan tindakan

yang akan dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan

belajar membaca.

- Guru menyiapkan kelas,

kemudian mengajak siswa

untuk menyanyikan lagu

“Bangun Tidur.”

- Guru dan siswa melakukan

proses belajar mengajar tanpa

media gambar.

- Evaluasi.

Tindakan - Guru membimbing siswa

membetulkan ucapan yang

salah.

Pengamatan - Mengamati perkembangan

kecakapan siswa yang sedang

belajar membaca permulaan,

dengan lembar pengamatan.

Refleksi - Peneliti mengkaji dan

melaksanakan revisi perbaikan

terhadap tindakan kelas.

Siklus II Perencanaan - Guru menyiapkan kelas.

- Guru memulai pelajaran

membaca dengan mengenalkan

gambar sebagai media dalam

permulaan membaca.

Page 35: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Gambar

- Guru memberi contoh

menyebutkan nama gambar.

- Siswa menirukan ucapan kata

dari guru.

- Guru menuliskan huruf-huruf di

bawah gambar

B o l a

- Guru menyebutkan huruf yang

ada menjadi kata.

- Siswa membaca dengan teratur

secara bergantian.

- Guru dengan metode SAS

memberi contoh membaca dan

menulis sederhana.

- Siswa menulis dan menyusun

huruf menjadi kata.

- Dengan dibimbing guru, siswa

membentulkan bacaan yang

salah.

- Guru meneliti susunan tulisan

dari siswa, cara menuliskan

huruf, cara menyusun huruf

menjadi kata.

Page 36: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Tindakan - Memantau proses belajar

mengajar, dan mengamati

peningkatan kemampuan belajar

membaca permulaan siswa,

setelah menggunakan media

gambar.

Pengamatan - Mencatat hasil perolehan hasil

ulangan siswa, dan

membandingkan dengan hasil

belajar ulangan harian bahasa

Indonesia.

Refleksi - Mengevaluasi tentang hasil

belajar dan merevisi hasil

belajar yang kurang

memuaskan.

Page 37: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Berdasarkan gambaran pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia materi membaca

di kelas II SLB Dharma Anak Bangsa Klaten pada kondisi awal disampaikan dengan

metode ceramah, berikut ini dapat disajikan prestasi belajar bahasa Indonesia yang

terkait dengan kondisi awal pembelajaran bahasa Indonesia materi membaca.

Tabel 2. Prestasi Belajar Membaca Siswa Kelas II SLB Dharma Anak Bangsa Klaten pada Kondisi Awal.

No. Urut Nama Subyek Nilai Keterangan

1 LM 40 Belum tuntas

2 LN 45 Belum tuntas

3 MI 55 Belum tuntas

Jumlah 140

Rerata Nilai Bahasa Indonesia 46,67

Ketuntasan Klasikal 0% Belum tutas

Sumber data: Lampiran 7 halaman 70.

Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 3 siswa memperoleh nilai di bawah 60, ketiga siswa belum menuntaskan belajar membaca. Nilai rerata 46,67 dengan tingkat ketuntasan secara klasikan sebesar 0%. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran membaca siswa kelas II SLB Dharma Anak Bangsa Klaten belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian, pada kondisi awal pembelajaran membaca dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan prestasi belajar membaca yang masih rendah, maka sebagai guru berusaha melakukan inovasi pembelajaran agar prestasi belajar membaca dapat ditingkatkan. Inisiatif yang diambil guru kelas serta didukung oleh kepala sekolah dan dibantu teman guru kolaborasi, dilakukan inovasi pembelajaran dengan menerapkan media gambar dengan tujuan meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa, serta aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran membaca.

1. Siklus I 37

Page 38: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

a. Perencanaan

Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-kegiatan:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran bahasa

Indonesia siklus I ini dirancang dengan dua kali pertemuan. Alokasi waktu

pertemuan adalah 2 x 30 menit setiap pertemuan. RPP mencakup ketentuan:

kompetensi dasar, materi pokok, indikator, skrenario pembelajaran, media/sumber

belajar, dan sistem penilaian. (Lampiran 4 halaman 60).

2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung

Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah:

(1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang biasa digunakan

setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus, untuk pelaksanaan pembelajaran,

kursi diatur sedemikian rupa (membentuk lingkaran) sehingga guru dapat

menerapkan media gambar dengan baik; (2) Mempersiapkan gambar-gambar

sebagai media pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran.

3) Menyiapkan Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas selama

pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup kegiatan siswa

dan juga kegiatan guru. Lembar pengamatan yang digunakan untuk siswa meliputi

bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran yang meliputi: memperhatikan

penjelasan guru, mengamati media gambar, membaca suku kata dan kata,

pertanyaan pada guru, dan mengerjakan LKS. Lembar pengamatan yang

digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar, yang meliputi:

menyiapkan RPP, pengkondisian kelas, menyediakan materi dan sumber belajar,

melakukan informasi pendahuluan, pengolahan waktu dan penguasaan materi,

menanggapi usulan siswa, membuat kesimpulan, dan melaksanakan tes.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I, diawali dengan informasi atau pengarahan kepada siswa mengenai teknik-teknik memahami media gambar. Pada kesempatan tersebut, guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menanyakan segala sesuatunya yang belum jelas. Alokasi untuk penjelasan ini menggunakan waktu selama 10 menit.

Page 39: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Kegiatan berikutnya, siswa menduduki tempatnya masing-masing. Setiap siswa diberi kesempatan untuk mencermati media gambar yang baru saja diberikan. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, siswa mencoba mengingat kembali materi yang disampaikan melalui media gambar. Alokasi waktu yang digunakan untuk kegiatan ini adalah 40 menit.

Setelah memperhatikan media gambar, siswa mencermati materi pelajaran

membaca dan teknik mempelajarinya sesuai dengan bimbingan yang diberikan guru.

Pada saat siswa mendengarkan penjelasan guru dan mempelajari membaca, guru

kolaborasi mengadakan pengamatan mengenai aktivitas siswa dan aktivitas guru

dengan menggunakan blangko yang telah dipersiapkan. Guru memberikan bantuan

apabila ada siswa yang memerlukan penjelasan atau bimbingan. Berdasarkan hasil

pembelajaran melalui media gambar pada pembelajaran bahasa Indonesia, guru

menyempurnakan atau melakukan revisi terhadap hasil pengamatan terhadap

penerapan media gambar.

Pembelajaran siklus I diakhiri dengan refleksi, yakni merenungkan apa saja yang terjadi. Kegiatan refleksi tersebut menggunakan waktu 10 menit. Sebelum mengakhiri pertemuan, siswa diberi tugas rumah untuk menjawab beberapa pertanyaan sesuai dengan materi membaca.

Page 40: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

c. Pengamatan

Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan bahwa

siswa belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini terlihat pada saat guru

memberikan penjelasan dengan menerapkan media gambar, tidak semua siswa

memperhatikan, masih terdapat siswa yang kurang memperhatikan pembelajaran dari

guru, ada pandangan siswa yang di arahkan ke luar kelas dan memikirkan yang lain,

bahkan masih ada siswa yang kurang paham terhadap media gambar yang ditunjukkan

guru tentang teknik mempelajari membaca. Hal ini terjadi karena siswa tidak

memikirkan betapa terbatasnya alokasi waktu yang tersedia sehingga mereka kurang

bisa memanfaatkan waktu yang baik.

Pada saat melakukan pengamatan, masih terlihat kekurangsiapan pada diri

siswa. Masih ada di antara mereka yang hanya sekedar membawa buku catatan dan

alat tulis pada saat guru memberikan pelajaran dengan disertai media gambar, siswa

tanpa banyak melakukan aktivitas. Mereka tidak memperhatikan apa yang

disampaikan guru dalam pembelajaran membaca melalui media gambar.

Pada saat mendengarkan penjelasan dari guru, siswa belum melakukannya

dengan segera teknik mengamati gambar yang praktis sehingga waktu kurang efektif.

Siswa juga masih pasif dalam bertanya, belum banyak memberikan komentar

terhadap materi yang dibahas. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa

melakukan tanya jawab dalam diskusi kelas. Siswa belum biasa mengeluarkan

pendapat di hadapan teman-temannya.

Dari hasil observasi dengan lembar pengamatan aktivitas siswa pada siklus

pertama mencapai 62,67% (lampiran 8 halaman 71).

Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi, peran guru

untuk membangkitkan semangat siswa masih kurang. Guru kurang mengarahkan

bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Selama mendampingi

siswa belajar, guru kurang maksimal dalam menampilan media gambar, karena guru

kelas sudah sangat terbiasa dengan pembelajaran konvensional, yang segala

sesuatunya banyak mendapatkan intervensi guru.

Dari hasil observasi dengan lembar pengamatan aktivitas guru pada siklus

pertama mencapai 60% (lampiran 10 halaman 73)

Page 41: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Prestasi belajar membaca melalui media gambar pada Siklus I disajikan dalam

tabel berikut:

Tabel 3. Prestasi Belajar Membaca Siswa Kelas II SLB Dharma Anak Bangsa Klaten pada Siklus I.

No. Urut Nama Subyek Nilai Keterangan

1 LM 50 Belum tuntas

2 LN 55 Belum tuntas

3 MI 65 Tuntas

Jumlah 170

Rerata Nilai Bahasa Indonesia 56,67

Ketuntasan Klasikal 33,33% Belum tutas

Sumber data: Lampiran 7 halaman 70.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa belum dapat

memanfatkan waktu dengan baik. Untuk menindaklanjutinya, pembelajaran pada

siklus II perlu ditekankan pada siswa pentingnya pemanfaatan waktu.

Kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran

meningkatkan membaca dan jarangnya tanya jawab dilakukan antara siswa dengan

siswa dan bertanya pada guru disebabkan oleh kekurangpahaman siswa akan

pentingnya media gambar untuk meningkatkan membaca sehingga masih terdapat

siswa yang menghadapi kesulitan ketika akan mengucapkan ataupun menulis

membaca. Oleh sebab itu, pada pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan kepada

siswa agar lebih mempersiapkan diri dan memperhatikan media gambar yang

ditunjukkan guru.

Perlu ditingkatkan keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru. Siswa perlu

dibangkitkan semangatnya sehingga penerapan media gambar yang dilaksanakan guru

bermanfaat untuk menyempurnakan pemahaman terhadap peningkatan membaca.

Siswa masih perlu dibimbing dan diarahkan karena aktivitas untuk bertanya masih

sangat kurang.

Page 42: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

2. Siklus II

Pembelajaran bahasa Indonesia materi meningkatkan membaca siswa kelas II

SLB Dharma Anak Bangsa Klaten Jombor pada siklus II masih ditujukan pada

pemahaman siswa terhadap pemanfaatan media gambar. Pelaksanaannya dirancang

sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatan-

kegiatan:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran bahasa Indonesia

siklus II ini dirancang dengan dua kali pertemuan. Alokasi waktu pertemuan adalah

2 x 30 menit setiap pertemuan. RPP mencakup penentuan: kompetensi dasar,

materi pokok, indikator, skrenario pembelajaran, media/sumber belajar, dan sistem

penilaian. (Lampiran 4 halaman 60)

2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung

Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: (1)

Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang biasa digunakan

setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus, untuk pelaksanaan pembelajaran

melalui media gambar, kursi diatur sedemikian rupa (membentuk lingkaran)

sehingga dalam menerapkan media gambar guru dapat melakukan dengan baik; (2)

Mempersiapkan media gambar sesuai dengan materi pembelajaran.

3) Menyiapkan Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas selama pelaksanaan

pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup kegiatan siswa dan juga

kegiatan guru. Lembar pengamatan yang digunakan untuk siswa meliputi

bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran yang meliputi: memperhatikan

penjelasan guru, mengamati media gambar, membaca suku kata dan kata,

pertanyaan pada guru, dan mengerjakan LKS. Lembar pengamatan yang digunakan

untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar, yang meliputi: menyiapkan RPP,

pengkondisian kelas, menyediakan materi dan sumber belajar, melakukan

Page 43: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

informasi pendahuluan, pengolahan waktu dan penguasaan materi, menanggapi

usulan siswa, membuat kesimpulan, dan melaksanakan tes.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II, diawali dengan informasi atau pengarahan

kepada siswa mengenai teknik-teknik memahami media gambar. Pada kesempatan

tersebut, guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk

menanyakan segala sesuatunya yang belum jelas. Alokasi untuk penjelasan ini

menggunakan waktu selama 10 menit

Kegiatan berikutnya, siswa menduduki tempatnya masing-masing. Setiap siswa

diberi kesempatan untuk mencermati media gambar yang baru saja diberikan.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, siswa mencoba mengingat kembali

materi yang disampaikan melalui media gambar pada pertemuan yang lalu. Alokasi

waktu yang digunakan untuk kegiatan ini adalah 40 menit.

Setelah memperhatikan media gambar, siswa mencermati materi pelajaran

membaca dan teknik mempelajarinya sesuai dengan bimbingan yang diberikan guru.

Pada saat siswa mendengarkan penjelasan guru dan mempelajari membaca, guru

kolaborasi mengadakan pengamatan mengenai aktivitas siswa dan aktivitas guru

dengan menggunakan blangko yang telah dipersiapkan. Guru memberikan bantuan

apabila ada siswa yang memerlukan penjelasan atau bimbingan. Berdasarkan hasil

pembelajaran melalui media gambar pada pembelajaran bahasa Indonesia, guru

menyempurnakan atau melakukan revisi terhadap hasil pengamatan terhadap

penerapan media gambar.

Page 44: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Pembelajaran siklus II diakhiri dengan refleksi, yakni merenungkan apa saja

yang terjadi. Kegiatan refleksi tersebut menggunakan waktu 10 menit. Sebelum

mengakhiri pertemuan, siswa diberi tugas rumah untuk menjawab beberapa

pertanyaan sesuai dengan materi membaca.

c. Pengamatan

Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan bahwa

siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini terlihat pada saat siswa diminta

mengambil tempat duduk masing-masing, mareka segera beranjak dari tempat duduk

dan siswa segera memperhatikan media gambar yang dipersiapkan guru.

Pada saat mengamati media gambar materi meningkatkan membaca, seluruh

siswa telah menyiapkan diri. Mereka menulis dan membaca suku kata dan kata yang

terdapat dalam media gambar. Seluruh siswa sudah mau bertanya kepada guru untuk

menggali beberapa pengalaman yang diingat dari media gambar sehingga informasi

yang didapatkan dari media gambar dapat diserap oleh siswa.

Pada saat mengerjakan tugas membaca, siswa telah melakukannya dengan

segera sehingga waktu yang tersedia dapat diefektifkan dengan baik. Sebagian siswa

sudah aktif dalam bertanya jawab, seluruh siswa banyak memberikan komentar

terhadap materi yang terdapat dalam media gambar. Hal ini disebabkan karena siswa

sudah mulai terbiasa melakukan tanya jawab saat guru memberikan penjelasan yang

terdapat dalam media gambar. Siswa sudah mulai terbiasa berbicara atau

mengeluarkan pendapat di hadapan teman-temannya.

Dari hasil observasi dengan lembar pengamatan aktivitas siswa pada siklus II

mencapai 82,67% (lampiran 9 halaman 72).

Peran guru untuk membangkitkan semangat siswa semakin meningkat. Guru

mulai mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan

mengajak siswa untuk meningkatkan membaca secara cermat dan cepat melalui media

gambar yang diberikan guru. Selama mendampingi siswa belajar, guru sudah dapat

memberikan bimbingan kepada siswa agar terbiasa dengan pembelajaran dengan

memanfaatkan media gambar, yang segala sesuatunya yang kurang jelas dapat

ditanyakan langsung kepada guru.

Dari hasil observasi dengan lembar pengamatan aktivitas guru pada siklus II

mencapai 85% (lampiran 11 halaman 74)

Page 45: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Hasil belajar bahasa Indonesia materi meningkatkan membaca melalui media

gambar pada Siklus II disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4. Nilai Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SLB Dharma Anak Bangsa Klaten pada Siklus II.

No. Urut Nama Subyek Nilai Keterangan

1 LM 60 Tuntas

2 LN 65 Tuntas

3 MI 75 Tuntas

Jumlah 200

Rerata Nilai Bahasa Indonesia 66,67

Ketuntasan Klasikal 100% Tuntas

Sumber data: Lampiran 7 halaman 70.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa telah

memanfatkan waktu dengan lebih baik daripada siklus I. Guru terus menerus

menekankan pada siswa akan pentingnya menghargai waktu dalam pembelajaran

bahasa Indonesia materi meningkatkan membaca.

Semangat siswa meningkat dalam melakukan kegiatan membaca dan menulis

membaca, dan siswa memberanikan beranya pada guru, siswa paham akan pentingnya

bertanya kepada guru yang berkaitan dengan media gambar yang dilihatnya sehingga

kesulitan yang dihadapi siswa ketika akan membaca dan menulis pada buku catatan

atau alat tulis yang dibawanya dapat teratasi. Pada pembelajaran berikutnya guru lebih

menekankan kepada siswa untuk lebih mempersiapkan diri sebelum melakukan

kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dengan memanfaatkan media gambar yang

telah dipersiapkan guru.

Guru memberikan motivasi kepada siswa akan perlunya peningkatan keaktifan

siswa dalam mengajukan pertanyaan terhadap permasalahan yang belum jelas. Siswa

perlu memiliki semangatnya sehingga dalam meningkatkan membaca bermanfaat

untuk menyempurnakan pemahaman terhadap materi belajar bahasa Indonesia. Siswa

Page 46: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

terus dibimbing guru dan diarahkan untuk meningkatkan aktivitas belajar, untuk terus

bertanya kepada guru terhadap materi yang kurang jelas terhadap media gambar yang

berkaitan dengan peningkatan membaca.

B. Hasil Penelitian

Hasil evaluasi belajar membaca pada siklus I menunjukkan bahwa 2 siswa

mendapat nilai kurang dari 60 yang dinyatakan belum tuntas belajar membaca.

Sedangkan 1 siswa mendapat nilai 65 dinyatakan telah tuntas belajar membaca. Nilai

rata-rata kelas 56,67. Ketuntasan secara klasikal sebesar 33,33% yang dinyatakan belum

tuntas belajar bahasa Indonesia materi meningkatkan membaca secara klasikal.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran bahasa Indonesia

materi membaca melalui media gambar pada siklus I belum berjalan maksimal dan perlu

perbaikan karena masih berada di bawah indikator kinerja ketuntasan belajar yang telah

ditentukan (80%).

Dari hasil tindakan siklus I yang belum tuntas baik secara individu maupun secara

klasikal, maka masih perlu diadakan perbaikan pembelajaran bahasa Indonesia materi

meningkatkan membaca melalui media gambar dari guru kelas. Guru berusaha

meningkatkan aktivitas mengajar dengan melakukan perbaikan terhadap indikator yang

masih kurang sehingga diharapkan pada siklus II aktivitas guru mengajar dapat mencapai

ketuntasan mengajar.

Dari hasil pengamatan pada siklus II, diperoleh dari lembar pengamatan aktivitas

guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi membaca yang terdiri dari 8 indikator

dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia

menerapkan media gambar telah menunjukkan aktivitas yang diharapkan, karena rata-rata

aktivitas mengajar guru telah mencapai skor 34 (850%) dari 40 skor maksimal yang

diharapkan, guru telah mendalami media gambar, dengan penekanan tersebut terdapat

peningkatan yang signifikan terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran bahasa

Indonesia materi membaca.

Dari hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia

materi membaca melalui media gambar Siklus II aktivitas belajar siswa sudah sesuai

Page 47: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

yang diharapkan, karena rata-rata aktivitas belajar siswa telah mencapai 82,67% berada

di atas indikator ketuntasan aktivitas siswa secara klasikal minimal dari jumlah siswa

memperoleh skor 80%, guru terus memotivasi belajar siswa dengan menjelaskan

keuntungan dan kelebihan pembelajaran bahasa Indonesia materi perbendaharaan melalui

media gambar, dengan penekanan tersebut diharapkan dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa.

Hasil evaluasi belajar bahasa Indonesia materi meningkatkan membaca pada

siklus II yang disajikan pada tabel di atas, menunjukkan seluruh siswa mendapat nilai di

atas 60 yang dinyatakan telah tuntas belajar bahasa Indonesia materi meningkatkan

membaca. Nilai rata-rata kelas 66,67. Ketuntasan secara klasikal sebesar 100% yang

dinyatakan telah tuntas belajar bahasa Indonesia materi meningkatkan membaca secara

klasikal. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui baahwa proses pembelajaran bahasa

Indonesia materi membaca melalui media gambar pada siklus II telah berjalan maksimal

dan sudah berada di atas indikator kinerja ketuntasan belajar yang telah ditentukan

(80%).

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pembahasan Kondisi Awal

Kondisi awal pembelajaran membaca pada siswa kelas II SLB Dharma Anak

Bangsa Klaten dilakukan dengan pendekatan konvensional (ceramah). Dalam proses

pembelajaran ini, masih tampak didominasi oleh segi-segi teoritik. Guru masih banyak

menjelaskan materi pembelajaran secara monoton. Siswa hanya memperhatikan

penjelasan guru sehingga pembelajaran hanya berjalan searah. Dengan kondisi demikian,

siswa sangat pasif selama mengikuti pembelajaran sehingga terkesan hanya sebagai

objek, bukan subjek pembelajaran.

Konsep pembelajaran bahasa Indonesia materi meningkatkan membaca hanya

diterima dari guru. Siswa belum mengkonstruksikan, mendiskusikan, atau merefleksikan

materi pembelajaran yang telah dipelajarinya sehingga pembelajaran belum bermakna

bagi siswa. Dalam melakukan penilaian, guru hanya menekankan pada segi penilaian

produk atau hasil. Penilaian proses belum mendapatkan perhatian penuh dari guru. Siswa

sama sekali belum dilibatkan dalam penilaian.

Page 48: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Pada akhir kegiatan pembelajaran, siswa tidak mendapat bimbingan dari guru

tentang materi yang tidak dapat dikuasai siswa. Berdasarkan tes pada kondisi awal,

diketahui 3 siswa mendapat nilai kurang dari 60. Nilai rata-rata kelas 46,67 dengan

tingkat ketuntasan secara klasikan 0%.

2. Pembahasan Tiap Siklus

a. Siklus I

Deskripsi siklus I menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum berjalan

dengan baik. Guru belum aktif dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia materi

meningkatkan membaca melalui media gambar. Aktivitas guru dalam pembelajaran

melalui media gambar belum menunjukkan aktivitas yang diharapkan, karena rata-rata

aktivitas mengajar guru masih rendah sehingga diperlukan kreativitas guru untuk lebih

mendalami media gambar, dengan penekanan tersebut diharapkan pada siklus

berikutnya ada peningkatan yang signifikan terhadap aktivitas guru. Aktivitas

pembelajaran guru yang masih perlu ditingkatkan meliputi: pengolahan waktu dan

penguasaan materi membaca melalui media gambar.

Aktivitas belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa proses pembelajaran

belum berjalan maksimal. Siswa belum aktif melakukan kegiatan-kegiatan sesuai

dengan skenario pembelajaran yang telah dirancang oleh guru. Hal ini disebabkan oleh

karena siswa telah terbiasa belajar dengan lebih banyak mengandalkan instruksi guru.

Pada saat membaca dan menulis suku kata dan kata siswa kurang bersemangat karena

kurang memahami pentingnya media gambar di dalam memecahkan persoalan-

persoalan yang berkaitan dengan membaca. Akibatnya, pengetahuan siswa pun

kurang. Hal ini terjadi karena siswa kurang memahami makna gambar. Kalaupun

mengamati, siswa tidak melakukan identifikasi dan tidak merangkai bagian-bagian

yang relevan dan penting sehingga siswa kesulitan memahami makna gambar dengan

baik.

Data yang diperoleh dari observasi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam

mengikuti pembelajaran sebagian besar siswa belum memiliki aktivitas yang

diharapkan, karena rata-rata aktivitas belajar siswa masih rendah. Hasil ini

Page 49: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran belum sesuai

dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil tes bahasa Indonesia materi membaca pada siklus I diketahui

rerata kelas sebesar 56,67, terdapat dua siswa yang belum tuntas karena mendapat

nilai kurang dari 60 dan terdapat 1 siswa mendapat nilai 60 atau lebih. Ketuntasan

secara klasikal sebesar 33,33%.

Berdasarkan data tersebut, secara klasikal belum mencapai ketuntasan, yang

perlu diperhatikan pada siklus II sebagai tindak lanjut dari siklus I adalah

memanfaatkan waktu yang ada. Siswa perlu diarahkan agar dapat memahami media

gambar dengan cermat, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan

pertanyaan yang kurang jelas.

b. Siklus II

Pada siklus ke II, guru telah melaksanakan aktivitas mengajar dengan baik.

Indikator aktivitas guru dalam pembelajaran rata-rata telah memiliki kriteria baik dan

sangat baik karena telah mencapai batas tuntas.

Aktivitas siswa pada siklus II, siswa telah mengikuti pembelajaran dengan

baik. Siswa bersemangat dan antusias mengikuti proses pembelajaran. Perhatian siswa

terhadap materi yang disampailkan guru melalui media gambar diikuti dengan senang

hati dan dapat memahami apa yang dimaksudkan dalam media gambar yang diberikan

guru. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia materi

membaca telah memiliki aktivitas yang diharapkan, karena rata-rata aktivitas belajar

siswa diasumsikan telah mencapai ketuntasan aktivitas belajar.

Hasil penilaian melalui tes menunjukkan bahwa rerata nilai bahasa Indonesia

materi meningkatkan membaca sebesar 66,67. Ketuntasan secara klasikal sebesar

100%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui rerata yang dicapai sudah

memenuhi indikator kinerja dan secara klasikal telah mencapai batas tuntas.

2. Pembahasan Antarsiklus

Berdasarkan data awal prestasi belajar bahasa Indonesia, diketahui nilai rerata

sebesar 46,67, 3 siswa nilai kurang dari 60. Ketuntasan secara klasikal sebesar 0%.

Page 50: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Berdasarkan data tersebut, rerata kelas belum mencapai batas tuntas yang ditetapkan.

Demikian pula, secara klasikal belum mencapai ketuntasan.

Berdasarkan hasil tes pada siklus I, diketahui rerata nilai bahasa Indonesia materi

membaca sebesar 56,67, sebanyak 1 siswa mendapat nilai 65 (tuntas belajarnya) dan

masih 2 siswa yang belum tuntas, karena nilainya masih di bawah 60. Ketuntasan secara

klasikal mencapai 33,33%. Berdasarkan data tersebut, secara klasikal belum mencapai

ketuntasan belajar.

Berdasarkan hasil tes pada siklus II, diketahui rerata nilai bahasa Indonesia materi

membaca sebesar 66,67, seluruh siswa siswa mendapat nilai 60 atau lebih (tuntas

belajarnya). Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 100,00%. Berdasarkan data

tersebut, secara klasikal telah mencapai ketuntasan belajar.

Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan yang dilakukan pada

pembelajaran bahasa Indonesia melalui media gambar, hasil yang dicapai siswa

mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari naiknya persentase hasil

tes yang diperoleh siswa.

Tabel 5. Prestasi Belajar Membaca Setiap Siklus Melalui Menerapan Media Gambar.

No. Nama Siswa Nilai Awal Siklus I Siklus II

1 LM 40 50 60

2 LN 45 55 65

3 MI 55 65 75

JUMLAH 140 170 200

RATA-RATA 46,67 56,67 66,67

KETUNTASAN BELAJAR 0 % 33,33% 100,00%

Page 51: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Dari hasil nilai rata-rata secara individu dari setiap siklus dapat dibuat tabel

perbandingan sebagai berikut:

0

10

20

30

40

50

60

70

80

LM LN MI

Nilai Awal Siklus I Siklus II

Grafik 1. Peningkatan Prestasi Belajar Membaca Setiap Siswa Melalui Media Gambar.

Dari hasil nilai rata-rata secara klasikal dari setiap siklus dapat dibuat tabel

perbandingan sebagai berikut:

Tabel 6. Peningkatan Nilai Rata-rata Prestasi Membaca Setiap Siklus

S i k l u s Nilai Rata-rata Peningkatan

Tes Awal 46,67 -

Siklus I 56,67 10

Siklus II 66,67 10

Dari peningkatan prestasi belajar bahasa Indonesia materi meningkatkan

membaca siswa kelas daar II SLB/C Hamong Putru Jombor melalui penerapan media

gambar secara klasikal dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Page 52: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

0

10

20

30

40

50

60

70

Prestasi Belajar

Nilai Awal Siklus I Siklus II

Grafik

2. Peningkatan Prestasi Belajar Membaca Setiap Siklus

Hasil penilaian melalui tes menunjukkan bahwa rerata nilai bahasa Indonesia

materi meningkatkan membaca telah mencapai 66,67 dari 3 siswa seluruhnya mendapat

di atas 60. Ketuntasan secara klasikal sebesar 100% siswa mendapat nilai 60 ke atas yang

dapat diasumsikan indikator kinerja secara klasikal telah mencapai batas tuntas.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian untuk meningkatkan prestasi belajar bahasa

Indonesia materi membaca melalui media gambar yang telah dikemukakan pada bab IV

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan nilai awal, diketahui nilai bahasa Indonesia materi membaca rara-rata

kelas 46,67 ketuntasan klasikal 0%, pada siklus I rata-rata kelas 56,67 ketuntasan

secara klasikal telah mencapai 33,33%, pada siklus II rata-rata kelas menjadi 56,67,

Page 53: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

seluruh siswa mendapat nilai di atas 60 yang diasumsikan secara klasikal telah

menuntaskan belajar bahasa Indonesia materi membaca dan seluruh siswa telah

menuntaskan belajar bahasa Indonesia (100%).

2. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan media gambar dapat

meningkatkan kemampuan membaca siswa tuna grahita ringan kelas II SLB Dharma

Anak Bangsa Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010.

B. Saran

1. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan media gambar dapat

meningkatkan prestasi belajar membaca, dan media gambar dapat dilanjutkan untuk

semester berikutnya, misalnya menulis suku kata dan merangkai kalimat sehingga

media gambar efektif untuk berbagai materi bahasa Indonesia bagai siswa tuna

grahita kelas dasar.

2. Mengingat adanya pengaruh yang signifikan media gambar terhadap prestasi belajar

membaca, diperlukan dorongan dari guru terhadap siswa, maka untuk pembelajaran

yang akan datang guru yang mengajar siswa tuna grahita kelas II SLB Dharma Anak

Bangsa Klaten lebih sering menerapkan media gambar sehingga prestasi belajar

membaca dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

3. Siswa yang memiliki prestasi membaca yang tinggi, hendaknya memotivasi temannya

yang masih rendah dengan lebih sering mengadakan dialog, baik pada saat berada di

dalam kelas maupun di luar kelas dengan memanfaatkan media gambar. Untuk siswa

yang masih rendah prestasinya, hendaknya memperhatikan dengan sungguh-sungguh

apa yang disampaikan guru dan temannya yang lebih pandai, siswa perlu memiliki

keberanian untuk bertanya kepada guru dan kepada teman terhadap materi yang

belum jelas.

53

Page 54: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah Subari. 1991. Bahasa Indonesia I. Jakarta: Depdikbud.

Akhmad dan Yeti Mulyati. 1996. Membaca II. Jakarta: Depdikbud.

Arief S. Sadiman dkk. 1996. Media Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.

Alex Tri Kantjono. 1998. Mengajarkan Emotional Intelegence pada Anak (Terjemahan). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_____. 1998 Mengajarkan Emotional Intelegence pada Anak (Terjemahan). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ari Ginanjar Agustian. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ (Emotional Spritual Quality). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Basuki Wibowo dan Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung: VC. Maulana.

Cece Rahmat dan Didi Suherdi. 1999. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.

Page 55: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Eric Doman. 1991. “Program Domain Menderdaskan Bayi”, Majalah Ayah Bunda. Edisi September 1991.

James W. Brown. 1959. Media dalam Pengajaran. Jakarta: Pustekkom dan Rajawali ECD Proyek (USAID).

Latuheru. 1988. Media Pembelajaran dan Proses Belajar Masa Kini. Jakarta: Dirjen Dikti.

Lexy J. Moeleong. 1995. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mohammad Amin. 1995. Ortopedagogik Anak Tuna Grahita. Jakarta: Depdikbud.

_____. 1995. Ortopedagogik Anak Tuna Grahita. Jakarta: Depdikbud.

_____. 1995. Ortopedagogik Anak Tuna Grahita. Jakarta: Depdikbud.

Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyani Sumantri dan Johar Pertama. 2001. Stategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana.

Mulyono Abdurrahman & Sujadi. 1994. Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud.

Munzayanah. 2000. Tuna Grahita. Surakarta: PLB FKIP UNS.

Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution. 1992. Metode Penelitian Kualiatif. Bandung: Jemmars.

Oemar Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Soelarko. 1980. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Soeparno. 1986. Media Pengajaran Bahasa. Proyek Peningkatan dan Pengembangan Perguruan Tinggi. IKIP Yogyakarta.

Subyakto-Nababan, Sri Utari. 1986. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian Suantu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumadi Suryabrata. 1990. Pembimbing ke Psikodiagnostik. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Sunardi. 1997. Menangani Kesulitan Belajar Membaca. Jakarta: Depdikbud.

Sunarto dan Agung Hariono. 1994. Pengajaran Bahasa di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Suwaryono Wiryodijaya. 1989. Membaca Strategi Pengantar dan Tekniknya. Jakarta: Depdikbud.

Page 56: SUGITO NIM : X 5107630 - digilib.uns.ac.id/Upaya... · disimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor

Suyatmi. 1997. Membaca. Surakarta: UNS Press.

Tjutju Sutjiati Somantri. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud.

Thurson Hakim. 2001. Mengatasi Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.

Trianada dan Yudhi Murtanto. 2002. Ledakan EQ 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. (terjemahan). Bandung: Karta.

Udin Winata Putra. 1995. Strategi Belajar IPA. Jakarta: Depdikbud.

Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Zaenal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksinal Prinsip Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.