KETURUNAN AIRLANGGA

23
1 KETURUNAN AIRLANGGA Candi di Jawa Timur  Pada awal abad ke-10 M, tepatnya tahun 929 M, pusat  pemerintahan di Jawa berpindah ke Jaw a Timur. Mpu Sindok , keturunan raja-raja Mataram Hindu, mendirikan sebuah kerajaan di Jawa Timur dengan pusat pemerintahan di Watugaluh, yang diperkirakan lokasinya berada di daerah Jombang. Mpu Sindok digantikan oleh putrinya, Sri Isyana Tunggawijaya , sehingga raja-raja selanjutnya disebut sebagai Wangsa Isyana. Cucu Ratu Isyana Tunggawijaya, Mahendratta, menikah dengan Raja Bali, Udayana, dan mempunyai putra Airlangga. Raja-raja keturunan Airlangga inilah yang memerintahkan  pembangunan sebagian besar candi di Jawa Timur, walaupun terdapat  juga candi-candi yang diperkirakan dibangun pada masa yang lebih awal, seperti Candi Badhut di Malang. Dalam Prasasti Dinoyo (760 M) disebutkan tentang adanya Kerajaan Kanjuruhan yang berlokasi di Dinoyo, Malang, yang diyakini mempunyai kaitan erat dengan pembangunan candi Hindu yang dinamakan Candi Badhut. Kecuali Candi Badhut dan Candi Songgoriti di Batu, Malang, pembuatan bangunan batu dalam skala besar baru muncul lagi pada masa pemerintahan Airlangga, misalnya pembangunan Pemandian Belahan dan Candi Jalatunda di Gunung Penanggungan. Candi di Jawa Timur mempunyai ciri yang berbeda dengan yang ada di Jawa tengah dan Yogyakarta. Di Jawa Timur tidak didapati candi  berukuran besar atau luas, seperti Borobudur, Prambanan atau Sewu di Jawa Tengah. Satu-satunya candi yang menempati kompleks yang agak luas adalah Candi Panataran di Blitar. Akan tetapi, candi di Jawa Timur umumnya lebih artistik. Tatakan atau kaki candi umumnya lebih tinggi dan berbentuk selasar bertingkat. Untuk sampai ke bangunan utama candi, orang harus melintasi selasar-selasar bertingkat yang dihubungkan dengan tangga. Tubuh bangunan candi di Jawa Timur umumnya ramping dengan atap bertingkat mengecil ke atas dan puncak atap berbentuk kubus. Penggunaan makara di sisi pintu masuk digantikan dengan patung atau

description

cerita jawa

Transcript of KETURUNAN AIRLANGGA

Page 1: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 1/23

1

KETURUNAN AIRLANGGA

Candi di Jawa Timur 

Pada awal abad ke-10 M, tepatnya tahun 929 M, pusat

 pemerintahan di Jawa berpindah ke Jawa Timur.

Mpu Sindok , keturunan raja-raja Mataram Hindu, mendirikan

sebuah kerajaan di Jawa Timur dengan pusat pemerintahan di

Watugaluh, yang diperkirakan lokasinya berada di daerah Jombang.

Mpu Sindok digantikan oleh putrinya, Sri Isyana Tunggawijaya,

sehingga raja-raja selanjutnya disebut sebagai Wangsa Isyana.

Cucu Ratu Isyana Tunggawijaya, Mahendratta, menikah dengan

Raja Bali, Udayana, dan mempunyai putra Airlangga.

Raja-raja keturunan Airlangga inilah yang memerintahkan

 pembangunan sebagian besar candi di Jawa Timur, walaupun terdapat

 juga candi-candi yang diperkirakan dibangun pada masa yang lebih

awal, seperti Candi Badhut di Malang.

Dalam Prasasti Dinoyo (760 M) disebutkan tentang adanya

Kerajaan Kanjuruhan yang berlokasi di Dinoyo, Malang, yang diyakinimempunyai kaitan erat dengan pembangunan candi Hindu yang

dinamakan Candi Badhut. Kecuali Candi Badhut dan Candi Songgoriti

di Batu, Malang, pembuatan bangunan batu dalam skala besar baru

muncul lagi pada masa pemerintahan Airlangga, misalnya pembangunan

Pemandian Belahan dan Candi Jalatunda di Gunung Penanggungan.

Candi di Jawa Timur mempunyai ciri yang berbeda dengan yang

ada di Jawa tengah dan Yogyakarta. Di Jawa Timur tidak didapati candi

 berukuran besar atau luas, seperti Borobudur, Prambanan atau Sewu diJawa Tengah. Satu-satunya candi yang menempati kompleks yang agak 

luas adalah Candi Panataran di Blitar. Akan tetapi, candi di Jawa Timur 

umumnya lebih artistik. Tatakan atau kaki candi umumnya lebih tinggi

dan berbentuk selasar bertingkat. Untuk sampai ke bangunan utama

candi, orang harus melintasi selasar-selasar bertingkat yang

dihubungkan dengan tangga.

Tubuh bangunan candi di Jawa Timur umumnya ramping dengan

atap bertingkat mengecil ke atas dan puncak atap berbentuk kubus.

Penggunaan makara di sisi pintu masuk digantikan dengan patung atau

Page 2: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 2/23

2

ukiran naga. Perbedaan yang mencolok juga terlihat pada reliefnya.

Relief pada candi-candi Jawa Timur dipahat dengan teknik pahatan yang

dangkal (tipis) dan bergaya simbolis. Objek digambarkan tampak 

samping dan tokoh yang digambarkan umumnya diambil dari cerita

wayang.

Candi-candi Hindu di Jawa Timur umumnya dihiasi dengan relief 

atau patung yang berkaitan dengan Trimurti, tiga dewa dalam ajaran

Hindu, atau yang berkaitan dengan Syiwa, misalnya: Durga, Ganesha,

dan Agastya. Sosok dan hiasan yang berkaitan dengan ajaran Hindu

seringkali dihadirkan bersama dengan sosok dan hiasan yang berkaitan

dengan ajaran Buddha, khususnya Buddha Tantrayana. Ciri khas lain

candi-candi di Jawa Timur adalah adanya relief yang menampilkan

kisah wayang.Rentang waktu pembangunan candi-candi di Jawa Timur lebih

 panjang dibandingkan dengan yang berlangsung di Jawa Tengah, yang

hanya berkisar antara 200-300 tahun. Pembangunanan candi di Jawa

timur masih berlangsung sampai abad ke-15. Candi-candi yang

dibangun pada masa Kerajaan Majapahit umumnya menggunakan bahan

dasar batu bata merah dengan hiasan yang lebih sederhana.Beberapa

candi yang dibangun pada akhir masa pemerintahan Kerajaan Majapahit

oleh para ahli antropologi dinilai mencerminkan "pemberontakan" yangmuncul akibat ketidakpercayaan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap

keadaan pada masanya yang kacau dan juga sebagai akibat kekuatiran

terhadap munculnya budaya baru.

Ciri gerakan tersebut adalah:

1) Adanya upacara-upacara mistis-magis yang umumnya dilaksanakan

secara rahasia;

2) Dimunculkannya tokoh penyelamat;

3) Adanya tokoh-tokoh yang diyakini sebagai pembela keadilan;

4) Munculnya komunitas yang mengucilkan diri, umumnya ke daerah-

daerah pegunungan; serta

5) dimunculkannya kembali budaya "lama" sebagai wujud kerinduan

terhadap zaman keemasan yang telah lampau. Ciri-ciri tersebut

didapati, di antaranya, di Candi Cetha dan Candi Sukuh.

Pada abad ke-13 Kerajaan Majapahit mulai surut pamornya

 bersamaan dengan masuknya Islam ke pulau Jawa.

Page 3: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 3/23

3

Pada masa itu banyak bangunan suci yang berkaitan dengan

agama Hindu dan Buddha ditinggalkan dan akhirnya dilupakan begitu

oleh masyarakat yang sebagian besar telah berganti memeluk agama

Islam. Akibatnya, bangunan candi yang ditelantarkan itu mulai

tertimbun longsoran tanah dan ditumbuhi belukar.

Ketika kemudian daerah di sekitarnya berkembang menjadi

daerah pemukiman, keadaannya menjadi lebih parah lagi. Dinding candi

dibongkar dan diambil batunya untuk fondasi rumah atau pengeras jalan,

sedangkan bata merahnya ditumbuk untuk dijadikan semen merah.

Sejumlah batu berhias pahatan dan arca diambil oleh sinder-sinder 

 perkebunan untuk dipajang di halaman pabrik-pabrik atau rumah dinas

milik perkebunan.

Keterangan mengenai candi-candi di Jawa Timur umumnya bersumber dari Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca

(1365) dan Pararaton yang ditulis oleh Mpu Sedah (1481), selain juga

dari berbagai prasasti dan tulisan di candi yang bersangkutan. Dalam

wacana arkeologi Indonesia, terdapat 2 corak percandian yakni corak 

Jawa Tengah (abad 5-10 M) dan corak Jawa Timur (abad 11-15 M),

dimana masing-masing memiliki corak serta karakteristik berbeda.

Candi bercorak Jawa Tengah umumnya memiliki tubuh yang tambun,

 berdimensi geometris vertikal dengan pusat candi terletak di tengah,sedangkan corak Jawa Timur bertubuh ramping, berundak horisontal

dengan bagian paling suci terletak belakang.

Berbeda denga candi-candi Jawa Tengah, selain sebagai

monumen candi di Jawa Timur diduga kuat juga berfungsi sebagai

tempat pendarmaan dan pengabadian raja yang telah meninggal. Candi

yang merupakan tempat pendarmaan, antara lain :

  Candi Jago untuk Raja Wisnuwardhana,  Candi Jawi dan Candi Singasari untuk Raja Kertanegara,

  Candi Ngetos untuk Raja Hayamwuruk,

  Candi Kidal untuk Raja Anusapati,

  Candi Bajangratu untuk Raja Jayanegara,

  Candi Jalatunda untuk Raja Udayana,

  Pemandian Belahan untuk Raja Airlangga,

  Candi Rimbi untuk Ratu Tribhuanatunggadewi,

  Candi Surawana untuk Bre Wengker, dan candi Tegawangi untuk 

Bre Matahun atau Rajasanegara.

Page 4: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 4/23

4

Dalam filosofi Jawa candi juga berfungsi sebagai tempat ruwatan

raja yang telah meninggal supaya kembali suci dan dapat menitis

kembali menjadi dewa. Keyakinan tersebut berkaitan erat dengan

konsep “Dewa Raja” yang berk embang kuat di Jawa saat pada masa

yang sama. Fungsi ruwatan ditandai dengan adanya relief pada kaki

candi yang menggambarkan legenda dan cerita yang mengandung pesan

moral, seperti yang terdapat di Candi Jago, Surawana, Tigawangi, dan

Jawi.

Candi di Jawa Timur jumlahnya mencapai puluhan, umumnya

 pembangunannya mempunyai kaitan erat dengan Kerajaan Singasari dan

Kerajaan Majapahit. Belum semua candi dimuat dalam situs web ini.

Masih banyak candi, terutama candi-candi kecil yang belum terliput, di

antaranya:1.  Bacem,

2.  Bara,

3.  Bayi,

4.  Besuki,

5.  Carik,

6.  Dadi,

7.  Domasan,

8.  Gambar,9.  Gambar Wetan,

10. Gayatri,

11. Gentong (dalam pemugaran),

12. Indrakila,

13. Jabung,

14. Jimbe,

15. Kalicilik,

16. Kedaton,17. Kotes,

18. Lemari,

19. Lurah,

20. Menakjingga,

21. Mleri,

22.  Ngetos,

23. Pamotan,

24. Panggih,25. Pari,

Page 5: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 5/23

5

26. Patirtan Jalatunda,

27. Sanggrahan,

28. Selamangleng,

29. Selareja,

30. Sinta,

31. Songgoriti,

32. Sumberawan,

33. Sumberjati,

34. Sumberjati,

35. Sumbernanas,

36. Sumur,

37. Watu Lawang, dan

38. Watugede. 

Page 6: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 6/23

6

SEJARAH KEDIRITANGGAL 25 MARET 804 M DITETAPKAN MENJADI HARI

JADI KEDIRI

 Nama Kediri ada yang berpendapat berasal dari kata "KEDI"

yang artinya "MANDUL" atau "Wanita yang tidak berdatang bulan".

Menurut kamus Jawa Kuno Wojo Wasito, 'KEDI" berarti Orang

Kebiri Bidan atau Dukun. Di dalam lakon Wayang, Sang Arjuno pernah

menyamar Guru Tari di Negara Wirata, bernama "KEDI

WRAKANTOLO".

Bila kita hubungkan dengan nama tokoh Dewi Kilisuci yang bertapa di Gua Selomangleng, "KEDI" berarti Suci atau Wadad.

Disamping itu kata Kediri berasal dari kata "DIRI" yang berarti

Adeg, Angdhiri, menghadiri atau menjadi Raja (bahasa Jawa

Jumenengan).

Untuk itu dapat kita baca pada prasasti "WANUA" tahun 830

saka, yang diantaranya berbunyi : " Ing Saka 706 cetra nasa danami

sakla pa ka sa wara, angdhiri rake panaraban", artinya : pada tahun saka

706 atau 734 Masehi, bertahta Raja Pake Panaraban.Nama Kediri

 banyak terdapat pada kesusatraan Kuno yang berbahasa

Page 7: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 7/23

7

Jawa Kuno seperti : Kitab Samaradana, Pararaton, Negara

Kertagama dan Kitab Calon Arang.Demikian pula pada beberapa

 prasasti yang menyebutkan nama Kediri seperti : Prasasti Ceber, berangka tahun 1109 saka yang terletak di Desa Ceker, sekarang Desa

Sukoanyar Kecamatan Mojo.Dalam prasasti ini menyebutkan, karena

 penduduk Ceker berjasa kepada Raja, maka mereka memperoleh hadiah,

"Tanah Perdikan".Dalam prasasti itu tertulis "Sri Maharaja Masuk Ri

Siminaninaring Bhuwi Kadiri" artinya raja telah kembali kesimanya,

atau harapannya di Bhumi Kadiri.Prasasti Kamulan di Desa Kamulan

Kabupaten Trenggalek yang berangkat tahun 1116 saka, tepatnya

menurut Damais tanggal 31 Agustus 1194.Pada prasasti itu juga

menyebutkan nama, Kediri, yang diserang oleh raja dari kerajaan

sebelah timur."Aka ni satru wadwa kala sangke purnowo", sehingga raja

meninggalkan istananya di Katangkatang ("tatkala nin kentar sangke

kadetwan ring katang-katang deni nkir malr yatik kaprabon sri maharaja

siniwi ring bhumi kadiri").Menurut bapak MM. Sukarto Kartoatmojo

menyebutkan bahwa "hari jadi Kediri" muncul pertama kalinya

 bersumber dari tiga buah prasasti Harinjing A-B-C, namun pendapat

 beliau, nama Kadiri yang paling tepat dimuculkan pada ketiga prasasti.

Alasannya Prasti Harinjing A tanggal 25 Maret 804 masehi, dinilai

Page 8: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 8/23

8

usianya lebih tua dari pada kedua prasasti B dan C, yakni tanggal 19

September 921 dan tanggal 7 Juni 1015 Masehi.

Dilihat dari ketiga tanggal tersebut menyebutkan nama Kediri

ditetapkan tanggal 25 Maret 804 M. Tatkala Bagawantabhari

memperoleh anugerah tanah perdikan dari Raja Rake Layang DyahTulodong yang tertulis di ketiga prasasti Harinjing.Nama Kediri semula

kecil lalu berkembang menjadi nama Kerajaan Panjalu yang besar dan

sejarahnya terkenal hingga sekarang.Selanjutnya ditetapkan surat

Keputusan Bupati Kepada Derah Tingkat II Kediri tanggal 22 Januari

1985 nomor 82 tahun 1985 tentang hari jadi Kediri, yang pasal 1

 berbunyi " Tanggal 25 Maret 804 Masehi ditetapkan menjadi Hari Jadi

Kediri. 

Page 2 of 2

MENGUKIR KEDIRI LEWAT TANGAN BHAGAWANTA BARI.

Mungkin saja Kediri tidak akan tampil dalam panggung sejarah,

andai kata Bagawanta Bhari, seorang tokoh spiritual dari belahan DesaCulanggi, tidak mendapatkan penghargaan dari Sri Maharaja Rake

Layang Dyah Tuladong. Boleh dikata, pada waktu itu bagawanta Bhari,

seperti memperoleh penghargaan Parasamya Purnakarya Nugraha, kalau

hal itu terjadi sekarang ini. Atau mungkin seperti memperoleh

 penghargaan Kalpataru sebagai Penyelamat Liangkungan.Memang

Kiprah Bagawanta Bhari kala itu, bagaimana upaya tokok spiritual ini

meyelamatkan lingkungan dari amukan banjir tahunan yang mengancam

daerahnya. Ketekunannya yang tanpa pamprih inilah akhirnya

menghantarkan dirinya sebagai panutan, sekaligus idola masyarakat kala

Page 9: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 9/23

9

itu.Ketika itu tidak ada istilah Parasamya atau Kalpataru, namun bagi

masyarakat yang berhasil dalam ikut serta memakmurkan negara akan

mendapat "Ganjaran" seperti Bagawanta Bhari, dirinya juga

memperoleh ganjaran itu berupa gelar kehormatan "Wanuta Rama"

(ayah yang terhormat atau Kepala Desa) dan tidak dikenakan berbagai

macam pajak (Mangilaladrbyahaji) di daerah yang dikuasai Bagawanta

Bhari, seperti Culanggi dan Kawasan Kabikuannya.

Sementara itu daerah seperti wilayah Waruk Sambung dan

Wilang, hanya dikenakan "I mas Suwarna" kepada Sri Maharaja setiap

 bulan "Kesanga" (Centra).Pembebasan atas pajak itu antara lain berupa

"Kring Padammaduy" (Iuran Pemadam Kebakaran), "Tapahaji erhaji"

(Iuran yang berkaitan dengan air), "Tuhan Tuha dagang" (Kepala

 perdagangan), "Tuha hujamman" (Ketua Kelompok masyarakat),

"Manghuri" (Pujangga Kraton), "Pakayungan Pakalangkang" (Iuran

lumbung padi), "Pamanikan" (Iuran manik-manik, permata) dan masih

 banyak pajak lainnya.Kala itu juga belum ada piagam penghargaan

untuknya. maka sebagai peringatan atas jasanya itu lalu dibuat prasasti

sebagai "Pngeleng-eleng" (Peringatan). Prasasti itu diberi nama

"HARINJING" B" yang bertahun Masehi 19 September 921 Masehi.

Dan disebitlah "Selamat tahun saka telah lampau 843, bulan Asuji,

tanggal lima belas paro terang, paringkelan Haryang, Umanis (legi).

Budhawara (Hari Rabo), Naksatra (bintang) Uttara Bhadrawada, dewata

ahnibudhana, yoga wrsa.Menurut penelitian dari para ahli lembaga

Javanologi, Drs. M.M. Soekarton Kartoadmodjo, Kediri lahir pada

Maret 804 Masehi. Sekitar tahun itulah, Kediri mulai disebut-sebut

Page 10: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 10/23

10

sebagai nama tempat maupun negara. Belum ada sumber resmi seperti

 prasasti maupun dokumen tertulis lainnya yang dapat menyebutkan,

kapan sebenarnya Kediri ini benar-benar menjadi pusat dari sebuah

Pemerintahan maupun sebagai mana tempat.Dari prasasti yang

diketemukan kala itu, masih belum ada pemisah wilayah administratif 

seperti sekarang ini. Yaitu adanya Kabupaten dan Kodya Kediri,

sehingga peringatan Hari Jadi Kediri yang sekarang ini masih

merupakan milik dua wilayah dengan dua kepala wilayah pula.Menurut

 para ahli, baik Kadiri maupun Kediri sama-sama berasal dari bahasa

Sansekerta, dalam etimologi "Kadiri" disebut sebagai "Kedi" yang

artinya "Mandul", tidak berdatang bulan (aprodit). Dalam bahasa Jawa

Kuno, "Kedi" juga mempunyai arti "Dikebiri" atau dukun. Menurut Drs.

M.M. Soekarton Kartoadmodjo, nama Kediri tidak ada kaitannya

dengan "Kedi" maupun tokok "Rara Kilisuci". Namun berasal dari kata

"diri" yang berarti "adeg" (berdiri) yang mendapat awalan "Ka" yang

dalam bahasa Jawa Kuno berarti "Menjadi Raja".Kediri juga dapat

 berarti mandiri atau berdiri tegak, berkepribadian atau berswasembada.

Jadi pendapat yang mengkaitkan Kediri dengan perempuan, apalagi

dengan Kedi kurang beralasan. Menurut Drs. Soepomo Poejo Soedarmo,

dalam kamus Melayu, kata "Kediri" dan "Kendiri" sering menggantikan

kata sendiri.Perubahan pengucapan "Kadiri" menjadi "Kediri" menurut

Drs. Soepomo paling tidak ada dua gejala. Yang pertama, gejala usia tua

dan gejala informalisasi. Hal ini berdasarkan pada kebiasaan dalam

rumpun bahasa Austronesia sebelah barat, dimana perubahan seperti tadi

sering terjadi. 

Page 11: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 11/23

11

SEJARAH DAHA-JENGGALA

SEJARAH KERAJAAN PANJALU, JENGGALA, SINGOSARI

SEJARAH KERAJAAN PANJALU, JENGGALA,

SINGOSAR I1

Kerajaan Panjalu Jawa Barat 

Panjalu adalah sebuah kerajaan bercorak  Hindu yang terletak di

kaki Gunung Sawal. Secara geografis pada abad ke-15 kerajaan Panjalu

 berbatasan dengan Kerajaan Talaga, Kuningan, dan Cirebon di sebelah

utara. Di sebelah timur Panjalu berbatasan dengan Kerajaan Galuh

sementara di selatan juga berbatasan dengan Galuh dan Galunggung,

sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Kerajaan Galunggung. 

Panjalu berasal dari kata  jalu (bhs. Sunda) yang berarti  jantan,

 jago, maskulin, dan diawali dengan awalan pa(n). Nama Panjalu mulai

dikenal ketika wilayah itu berada dibawah pemerintahan Prabu

Sanghyang Ranggagumilang; sebelumnya kawasan Panjalu lebih

dikenal dengan sebutan Kabuyutan Sawal atau Kabuyutan Gunung

Sawal. Istilah Kabuyutan identik dengan daerah kebataraan yaitu daerah

yang memiliki kewenangan keagamaan (Hindu) seperti Kabuyutan

Galunggung atau Kebataraan Galunggung.

Pendiri kerajaan Panjalu adalah Batara Tesnajati yang

 petilasannya terdapat di Karantenan Gunung Sawal. Mengingat gelar 

Batara yang disandangnya, maka kemungkinan besar pada awal

 berdirinya Panjalu adalah suatu daerah kebataraan sama halnya dengan

Kebataraan Galunggung yang didirikan oleh Batara Semplak Waja.

Daerah kebataraan lebih menitikberatkan pada hal keagamaan atau

spiritual, dengan demikian seorang Batara selain berperan sebagai Raja juga berperan sebagai Brahmana atau Resiguru. Seorang Batara di

Kemaharajaan Sunda mempunyai kedudukan yang sangat penting

karena seorang Batara mempunyai satu kekuasaan istimewa yaitu

kekuasaan untuk mentahbiskan atau menginisiasi penobatan seorang

Maharaja yang naik tahta Sunda. Belum diketahui apakah ada kaitan

antara Kerajaan Panjalu ini dengan Kerajaan Panjalu (Kediri atau Daha)

di Jawa Timur. 

Page 12: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 12/23

12

Kerajaan Panjalu dan Jenggala di Jawa Timur 

Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu, adalah sebuah kerajaan

yang terdapat di Jawa Timur  antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini

 berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar  Kota Kediri sekarang.

Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kediri berdiri.Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api.

 Nama ini terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga

tahun 1042. Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah

wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan

takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan

 barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha.

Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan

kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaituKahuripan.Menurut  Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua,

nama kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang

 berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari

Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah

ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala. 

Pada Arca Budha Mahasobya, yang terkenal dengan nama Joko

Dolog berangka prasasti 1211 saka, ditulis bahwa Angka prasasti

menunjukkan 1211 Saka dan ditulis Pada suatu saat ada seorang pendetayang benama Arrya Bharad bertugas membagi Jawa menjadi 2 bagian,

yang kemudian masing-masing diberi nama Jenggala dan Panjalu.

Perkembangan Panjalu 

Masa-masa awal Kerajaan Panjalu atau Kediri tidak banyak 

diketahui. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan Kerajaan

Janggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara kedua

kerajaan sepeninggal Airlangga. Sejarah Kerajaan Panjalu mulaidiketahui dengan adanya prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri

Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya

yang sudah diketahui, sedangkan urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa

sudah dapat diketahui dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang

ditemukan. Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya

 berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang

terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati, atau

Panjalu Menang.

Page 13: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 13/23

13

Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan Panjalu

mengalami masa kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruh

Jawa dan beberapa pulau di  Nusantara, bahkan sampai mengalahkan

 pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra. Hal ini diperkuat kronik Cina

 berjudul Ling wai tai ta karya Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa pada

masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan adalah Arab, 

Jawa, dan Sumatra. Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani

Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan Sumatra dikuasai

Kerajaan Sriwijaya. 

Era Keruntuhan 

Pada tahun 1019 - 1042 Kerajaan Jawa Timur diperintah oleh

seorang Putera dari hasil perkawinan antara Puteri Mahandradata

dengan Udayana (seorang Pangeran Bali) yang bernama Airlangga, padawaktu pemerintahan Airlangga, keadaan negara tentram, keamanan

terjamin, dan negara mengalami kemajuan yang pesat. Karena raja

Airlangga mempunyai 2 orang putera, maka pada akhir masa

 pemerintahannya ia memandang perlu membagi kerajaan menjadi dua

 bagian untuk diserahkan kepada kedua putranya, agar dikemudian hari

tidak terjadi perebutan tahta. Pembagian itu terjadi pada tahun 1042,

yaitu menjadi kerajaan Daha (Kediri) dan Kerajaan Jenggala. Kerajaan

Jenggala yang berdiri pada tahun 1024 terletak di daerah delta Brantas,yaitu meliputi pesisir utara seluruhnya, dengan demikian menguasai

 bandar-bandar dan muara sungai besar, sedangkan ibukotanya berada di

sekitar Kecamatan Gedangan sekarang.

Lain halnya dengan Kerajaan Kediri, tidak memiliki bandar 

sebuahpun sehingga walaupun hasil pertanian di Kediri sangat besar dan

upeti mengalir dengan sangat besar, semuanya semua itu tidak dapat

diperdagangkan karena kerajaan kediri tertutup dari laut sebagai jalan

 perdagangan pada waktu itu. Maka timbullah perebutan bandar antara

kerajaan Kediri dan kerajaan Jenggala, yang kemudian menimbulkan

 peperangan besar antara kedua kerajaan tersebut, dimana keduanya

menuntut kekuasaan atas kerajaan Airlangga.Perang tersebut berakhir 

dengan kekalahan kerajaan Jenggala, pada tahun 1045(menurut sumber 

lain Kerajaan Jenggala pada tahun 1060 masih ada. Kerajaan Panjalu-

Kadiri runtuh pada masa pemerintahan Kertajaya, dan dikisahkan dalam

Pararaton dan Nagarakretagama. 

Kerajaan Singosari 

Page 14: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 14/23

14

Keberadaan kerajaan Singosari dibuktikan melalui candi-candi

yang banyak ditemukan di Jawa Timur yaitu daerah Singosari sampai

Malang, juga melalui kitab sastra peninggalan zaman Majapahit yang

 berjudul Negarakertagama karangan Mpu Prapanca yang menjelaskan

tentang raja-raja yang memerintah di Singosari serta kitab Pararaton

yang juga menceritakan riwayat Ken Arok yang penuh keajaiban. Kitab

Pararaton isinya sebagian besar adalah mitos atau dongeng tetapi dari

kitab Pararatonlah asal usul Ken Arok menjadi raja dapat diketahui.

Sebelum menjadi raja, Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati)

di Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya, karena

tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung. Selanjutnya ia

 berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan kerajaan Kadiri yang

diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi setelah kaum

Brahmana Kadiri meminta perlindungannya. Dengan alasan tersebut,

maka tahun 1222 M/1144 C Ken Arok menyerang Kediri, sehingga

Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter.

Dengan kemenangannya maka Ken Arok dapat menguasai seluruh

kekuasaan kerajaan Kadiri dan menyatakan dirinya sebagai raja

Singosari dengan gelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi.

Sebagai raja pertama Singosari maka Ken Arok menandai

munculnya dinasti baru yaitu dinasti Rajasa atau dinasti Girindra untuk menambah pemahaman Anda tentang keturunan dinasti Rajasa, maka

simaklah silsilah berikut ini:

Dengan memperhatikan silsilah tersebut dapat diketahui bahwa

nama yang diberi nomor dan diberi kotak/dalam kotak itulah urutan raja-

raja Singosari. Raja pertama sampai ketiga yang diberi tanda (*) mati

dibunuh karena persoalan perebutan tahta dan balas dendam. Dari

kelima raja Singosari tersebut, raja Kertanegaralah yang paling terkenal,

karena dibawah pemerintahan Kertanegara Singosari mencapai puncak kebesarannya. Kertanegara bergelar Sri Maharajaderaja Sri Kertanegara

mempunyai gagasan politik untuk memperluas wilayah kekuasaannya.

Apa yang dicita-citakan oleh Kertanegara, mengakibatkan daerah

kekuasaan Singasari meluas.

Gambar 15. Peta Kekuasaan Singosari 

Kekuasaan tersebut dicapai oleh Kertanegara karena tindakan politiknyaseperti:

Page 15: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 15/23

15

1.  Kebijakan dalam negeri: Pergantian pejabat kerajaan, bertujuan

menggalang pemerintahan yang kompak.

2.  Kebijakan luar negeri: Memelihara keamanan dan melakukan

 politik perkawinan. Tujuannya menciptakan kerukunan dan

 politik yang stabil. Menggalang persatuan 'Nusantara' denganmengutus ekspedisi tentara Pamalayu ke Kerajaan Melayu

(Jambi). Mengutus pasukan ke Sunda, Bali, Pahang. Menggalang

kerjasama dengan kerajaan lain. Contohnya menjalin persekutuan

dengan kerajaan Campa.

Dari tindakan-tindakan politik Kertanegara tersebut, di satu sisi

Kertanegara berhasil mencapai cita-citanya memperluas dan

memperkuat Singasari, tetapi dari sisi yang lain muncul beberapa

ancaman yang justru berakibat hancurnya Singasari. Ancaman yangmuncul dari luar yaitu dari tentara Kubilai-Khan dari Cina Mongol

karena Kertanegara tidak mau mengakui kekuasaannya bahkan

menghina utusan Kubilai-khan yaitu Meng-chi. Dari dalam adanya

serangan dari Jayakatwang (Kadiri) tahun 1292 yang bekerja sama

dengan Arya Wiraraja Bupati Sumenep yang tidak diduga sebelumnya.

Kertanegara terbunuh, maka jatuhlah Singasari di bawah kekuasaan

Jayakatwang dari Kediri. Setelah Kertanegara meninggal maka

didharmakan/diberi penghargaan di candi Jawi sebagai Syiwa Budha, dicandi Singasari sebagai Bhairawa. Di Sagala sebagai Jina (Wairocana)

 bersama permaisurinya Bajradewi.

Dalam kitab Pararaton maupun Negara Kertagama diceritakan bahwa

kehidupan sosial masyarakat Singosari cukup baik karena rakyat

terbiasa hidup aman dan tenteram sejak pemerintahan Ken Arok bahkan

dari raja sampai rakyatnya terbiasa dengan kehidupan religius.

Kehidupan religius tersebut dibuktikan dengan berkembangnya ajaran

 baru yaitu ajaran Tantrayana (Syiwa Budha) dengan kitab sucinya

Tantra. Ajaran Tantrayana berkembang dengan baik sejak pemerintahan

Wisnuwardhana dan mencapai puncaknya pada masa Kertanegara,

 bahkan pada akhir pemirintahan Kertanegara ketika diserang oleh

Jayakatwang, sedang melaksanakan upacara Tantrayana bersama

Mahamantri dan pendeta terkenal.

Dalam kehidupan ekonomi, walaupun tidak ditemukan sumber 

secara jelas. Ada kemungkinan perekonomian ditekankan pada pertaniandan perdagangan karena Singosari merupakan daerah yang subur dan

Page 16: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 16/23

16

dapat memanfaatkan sungai Brantas dan Bengawan Solo sebagai sarana

lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Singosari banyak meninggalkan

 bangunan berupa candi yang berhubungan dengan agama yaitu seperti

candi Kidal, candi Jago, candi Singosari dan patung Joko Dolok yang

merupakan perwujudan Kertanegara terletak di simpang tiga Surabaya,

Jatim. 

1 Sumber tulisan berasal dari http://www.wikipedia.com dan

http://www.modul-online.com 

Page 17: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 17/23

17

KERAJAAN KEDIRI

Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang

terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat dikota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang.

Daftar isi

1 Latar Belakang

  2 Perkembangan Panjalu

  3 Karya Sastra Zaman Kadiri

 4 Runtuhnya Kadiri

  5 Raja-Raja yang Pernah Memerintah Daha

o  5.1 1. Pada saat Daha menjadi ibu kota kerajaan yang

masih utuh

o  5.2 2. Pada saat Daha menjadi ibu kota Panjalu

o  5.3 3. Pada saat Daha menjadi bawahan Singhasari

o  5.4 4. Pada saat Daha menjadi ibu kota Kadiri

o  5.5 5. Pada saat Daha menjadi bawahan Majapahit

o  5.6 6. Pada saat Daha menjadi ibu kota Majapahit

  6 Kepustakaan

Latar Belakang

Page 18: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 18/23

18

Arca Wishnu, berasal dari Kediri, abad ke-12 dan ke-13.

Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri

 berdiri. Daha merupakan singkatan dari  Dahanapura, yang berarti kota

api. Nama ini terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan

Airlangga tahun 1042. Hal ini sesuai dengan berita dalam Serat Calon

 Arang   bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah

tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah

wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan

takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan

 barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha.

Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan

kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu

Kahuripan. 

Menurut  Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua, nama

kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang

 berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari

Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah

ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala. Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering

dipakai dari pada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-

 prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu

 juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling wai

tai ta (1178).

[sunting] Perkembangan Panjalu

Masa-masa awal Kerajaan Panjalu atau Kadiri tidak banyak diketahui. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan Kerajaan

Janggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara kedua

kerajaan sepeninggal Airlangga. 

Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui dengan adanya prasasti

Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri

Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang sudah diketahui, sedangkan

urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah dapat diketahui dengan

 jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.

Page 19: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 19/23

19

Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya  berhasil

menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang terkenal

dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu  Panjalu Jayati, atau  Panjalu

 Menang .

Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan Panjalumengalami masa kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruh

Jawa dan beberapa pulau di  Nusantara, bahkan sampai mengalahkan

 pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra. 

Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou

Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Cina

secara berurutan adalah Arab,  Jawa, dan Sumatra. Saat itu yang

 berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu,

sedangkan Sumatra dikuasai Kerajaan Sriwijaya. 

Penemuan Situs Tondowongso  pada awal tahun 2007, yang

diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat

membantu memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan

tersebut.

Karya Sastra Zaman Kadiri

Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan

Panjalu-Kadiri. Pada tahun 1157  Kakawin Bharatayuddha  ditulis olehMpu Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber dari

Mahabharata yang berisi kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai

kiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala. 

Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis  Kakawin Hariwangsa dan

Ghatotkachasraya. Terdapat pula pujangga zaman pemerintahan Sri

Kameswara  bernama Mpu Dharmaja yang menulis  Kakawin

Smaradahana. Kemudian pada zaman pemerintahan Kertajaya terdapat

 pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis Sumanasantaka  dan

Mpu Triguna yang menulis  Kresnayana. 

Runtuhnya Kadiri

Page 20: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 20/23

20

Arca Buddha Vajrasattva zaman Kadiri, abad X/XI, koleksi Museum für 

Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.

Kerajaan Panjalu-Kadiri runtuh pada masa pemerintahan

Kertajaya, dan dikisahkan dalam  Pararaton dan  Nagarakretagama. 

Pada tahun 1222 Kertajaya sedang berselisih melawan kaum

 brahmana yang kemudian meminta perlindungan Ken Arok  akuwuTumapel. Kebetulan Ken Arok   juga bercita-cita memerdekakan

Tumapel yang merupakan daerah bawahan Kadiri.

Perang antara Kadiri dan Tumapel terjadi dekat desa Ganter.

Pasukan Ken Arok  berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya. Dengan

demikian berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak saat itu

kemudian menjadi bawahan Tumapel atau Singhasari. 

Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kadiri menjadi suatu

wilayah dibawah kekuasaan Singhasari. Ken Arok mengangkat

Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati Kadiri. Tahun 1258

Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada tahun

1271 Sastrajaya digantikan putranya, yaitu Jayakatwang. Jayakatwang

memberontak terhadap Singhasari yang dipimpin oleh Kertanegara, 

karena dendam masa lalu dimana leluhurnya Kertajaya dikalahkan oleh

Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang

membangun kembali Kerajaan Kadiri, namun hanya bertahan satu tahun

dikarenakan serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol

dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya. 

Page 21: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 21/23

21

Raja-Raja yang Pernah Memerintah Daha

Berikut adalah nama-nama raja yang pernah memerintah di Daha, ibu

kota Kadiri:

1. Pada saat Daha menjadi ibu kota kerajaan yang masih utuh

Airlangga, merupakan pendiri kota Daha sebagai pindahan kota

Kahuripan. Ketika ia turun takhta tahun 1042, wilayah kerajaan dibelah

menjadi dua. Daha kemudian menjadi ibu kota kerajaan bagian barat,

yaitu Panjalu.

Menurut  Nagarakretagama, kerajaan yang dipimpin Airlangga

tersebut sebelum dibelah sudah bernama Panjalu.

2. Pada saat Daha menjadi ibu kota Panjalu

  Sri Samarawijaya, merupakan putra Airlangga yang namanya

ditemukan dalam prasasti Pamwatan (1042).

  Sri Jayawarsa, berdasarkan prasasti Sirah Keting (1104). Tidak 

diketahui dengan pasti apakah ia adalah pengganti langsung Sri

Samarawijaya atau bukan.

  Sri Bameswara, berdasarkan prasasti Padelegan I (1117), prasasti

Panumbangan (1120), dan prasasti Tangkilan (1130).

  Sri Jayabhaya, merupakan raja terbesar Panjalu, berdasarkan

 prasasti Ngantang (1135), prasasti Talan (1136), dan Kakawin

Bharatayuddha (1157).

  Sri Sarweswara, berdasarkan prasasti Padelegan II (1159) dan

 prasasti Kahyunan (1161).

  Sri Aryeswara, berdasarkan prasasti Angin (1171).

  Sri Gandra, berdasarkan prasasti Jaring (1181).

  Sri Kameswara, berdasarkan prasasti Ceker (1182) dan  Kakawin

Smaradahana. 

  Kertajaya, berdasarkan prasasti Galunggung (1194), Prasasti

Kamulan (1194), prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon

(1205),  Nagarakretagama, dan  Pararaton. 

Page 22: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 22/23

22

3. Pada Saat Daha Menjadi Bawahan Singhasari

Kerajaan Panjalu runtuh tahun 1222 dan menjadi bawahan

Singhasari. Berdasarkan  prasasti Mula Malurung, diketahui raja-raja

Daha zaman Singhasari, yaitu:

  Mahisa Wunga Teleng putra Ken Arok 

  Guningbhaya adik Mahisa Wunga Teleng

  Tohjaya kakak Guningbhaya

  Kertanagara cucu Mahisa Wunga Teleng (dari pihak ibu), yang

kemudian menjadi raja Singhasari

4. Pada Saat Daha Menjadi Ibu Kota Kadiri

Jayakatwang, adalah keturunan Kertajaya yang menjadi bupatiGelang-Gelang. Tahun 1292 ia memberontak hingga menyebabkan

runtuhnya Kerajaan Singhasari.  Jayakatwang kemudian membangun

kembali Kerajaan Kadiri. Tapi pada tahun 1293 ia dikalahkan Raden

Wijaya pendiri Majapahit. 

5. Pada saat Daha menjadi bawahan Majapahit

Sejak tahun 1293 Daha menjadi negeri bawahan Majapahit yang

 paling utama. Raja yang memimpin bergelar Bhre Daha tapi hanya

 bersifat simbol, karena pemerintahan harian dilaksanakan oleh patih

Daha. Bhre Daha yang pernah menjabat ialah:

1.  Jayanagara 1295-1309 Nagarakretagama.47:2; Prasasti Sukamerta

- didampingi Patih Lembu Sora. 

2.  Rajadewi 1309-1375 Pararaton.27:15; 29:31; Nag.4:1 -

didampingi Patih Arya Tilam, kemudian Gajah Mada. 

3.  Indudewi 1375-1415 Pararaton.29:19; 31:10,21

4.  Suhita 1415-1429 ?

5.  Jayeswari 1429-1464 Pararaton.30:8; 31:34; 32:18; Waringin Pitu

6.  Manggalawardhani 1464-1474 Prasasti Trailokyapuri

[sunting] 6. Pada saat Daha menjadi ibu kota Majapahit

Menurut Suma Oriental  tulisan Tome Pires, pada tahun 1513 Daha

menjadi ibu kota Majapahit yang dipimpin oleh Bhatara Wijaya. Nama

raja ini identik dengan Dyah Ranawijaya yang dikalahkan oleh SultanTrenggana raja Demak tahun 1527.

Page 23: KETURUNAN AIRLANGGA

7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA

http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 23/23

23

Sejak saat itu nama Kediri lebih terkenal dari pada Daha.

Kepustakaan

  H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di

 Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti

  Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya.

Jakarta: Bhratara

  Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional

Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.