KETURUNAN AIRLANGGA
-
Upload
dickymarshidiq -
Category
Documents
-
view
564 -
download
12
description
Transcript of KETURUNAN AIRLANGGA
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 1/23
1
KETURUNAN AIRLANGGA
Candi di Jawa Timur
Pada awal abad ke-10 M, tepatnya tahun 929 M, pusat
pemerintahan di Jawa berpindah ke Jawa Timur.
Mpu Sindok , keturunan raja-raja Mataram Hindu, mendirikan
sebuah kerajaan di Jawa Timur dengan pusat pemerintahan di
Watugaluh, yang diperkirakan lokasinya berada di daerah Jombang.
Mpu Sindok digantikan oleh putrinya, Sri Isyana Tunggawijaya,
sehingga raja-raja selanjutnya disebut sebagai Wangsa Isyana.
Cucu Ratu Isyana Tunggawijaya, Mahendratta, menikah dengan
Raja Bali, Udayana, dan mempunyai putra Airlangga.
Raja-raja keturunan Airlangga inilah yang memerintahkan
pembangunan sebagian besar candi di Jawa Timur, walaupun terdapat
juga candi-candi yang diperkirakan dibangun pada masa yang lebih
awal, seperti Candi Badhut di Malang.
Dalam Prasasti Dinoyo (760 M) disebutkan tentang adanya
Kerajaan Kanjuruhan yang berlokasi di Dinoyo, Malang, yang diyakinimempunyai kaitan erat dengan pembangunan candi Hindu yang
dinamakan Candi Badhut. Kecuali Candi Badhut dan Candi Songgoriti
di Batu, Malang, pembuatan bangunan batu dalam skala besar baru
muncul lagi pada masa pemerintahan Airlangga, misalnya pembangunan
Pemandian Belahan dan Candi Jalatunda di Gunung Penanggungan.
Candi di Jawa Timur mempunyai ciri yang berbeda dengan yang
ada di Jawa tengah dan Yogyakarta. Di Jawa Timur tidak didapati candi
berukuran besar atau luas, seperti Borobudur, Prambanan atau Sewu diJawa Tengah. Satu-satunya candi yang menempati kompleks yang agak
luas adalah Candi Panataran di Blitar. Akan tetapi, candi di Jawa Timur
umumnya lebih artistik. Tatakan atau kaki candi umumnya lebih tinggi
dan berbentuk selasar bertingkat. Untuk sampai ke bangunan utama
candi, orang harus melintasi selasar-selasar bertingkat yang
dihubungkan dengan tangga.
Tubuh bangunan candi di Jawa Timur umumnya ramping dengan
atap bertingkat mengecil ke atas dan puncak atap berbentuk kubus.
Penggunaan makara di sisi pintu masuk digantikan dengan patung atau
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 2/23
2
ukiran naga. Perbedaan yang mencolok juga terlihat pada reliefnya.
Relief pada candi-candi Jawa Timur dipahat dengan teknik pahatan yang
dangkal (tipis) dan bergaya simbolis. Objek digambarkan tampak
samping dan tokoh yang digambarkan umumnya diambil dari cerita
wayang.
Candi-candi Hindu di Jawa Timur umumnya dihiasi dengan relief
atau patung yang berkaitan dengan Trimurti, tiga dewa dalam ajaran
Hindu, atau yang berkaitan dengan Syiwa, misalnya: Durga, Ganesha,
dan Agastya. Sosok dan hiasan yang berkaitan dengan ajaran Hindu
seringkali dihadirkan bersama dengan sosok dan hiasan yang berkaitan
dengan ajaran Buddha, khususnya Buddha Tantrayana. Ciri khas lain
candi-candi di Jawa Timur adalah adanya relief yang menampilkan
kisah wayang.Rentang waktu pembangunan candi-candi di Jawa Timur lebih
panjang dibandingkan dengan yang berlangsung di Jawa Tengah, yang
hanya berkisar antara 200-300 tahun. Pembangunanan candi di Jawa
timur masih berlangsung sampai abad ke-15. Candi-candi yang
dibangun pada masa Kerajaan Majapahit umumnya menggunakan bahan
dasar batu bata merah dengan hiasan yang lebih sederhana.Beberapa
candi yang dibangun pada akhir masa pemerintahan Kerajaan Majapahit
oleh para ahli antropologi dinilai mencerminkan "pemberontakan" yangmuncul akibat ketidakpercayaan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap
keadaan pada masanya yang kacau dan juga sebagai akibat kekuatiran
terhadap munculnya budaya baru.
Ciri gerakan tersebut adalah:
1) Adanya upacara-upacara mistis-magis yang umumnya dilaksanakan
secara rahasia;
2) Dimunculkannya tokoh penyelamat;
3) Adanya tokoh-tokoh yang diyakini sebagai pembela keadilan;
4) Munculnya komunitas yang mengucilkan diri, umumnya ke daerah-
daerah pegunungan; serta
5) dimunculkannya kembali budaya "lama" sebagai wujud kerinduan
terhadap zaman keemasan yang telah lampau. Ciri-ciri tersebut
didapati, di antaranya, di Candi Cetha dan Candi Sukuh.
Pada abad ke-13 Kerajaan Majapahit mulai surut pamornya
bersamaan dengan masuknya Islam ke pulau Jawa.
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 3/23
3
Pada masa itu banyak bangunan suci yang berkaitan dengan
agama Hindu dan Buddha ditinggalkan dan akhirnya dilupakan begitu
oleh masyarakat yang sebagian besar telah berganti memeluk agama
Islam. Akibatnya, bangunan candi yang ditelantarkan itu mulai
tertimbun longsoran tanah dan ditumbuhi belukar.
Ketika kemudian daerah di sekitarnya berkembang menjadi
daerah pemukiman, keadaannya menjadi lebih parah lagi. Dinding candi
dibongkar dan diambil batunya untuk fondasi rumah atau pengeras jalan,
sedangkan bata merahnya ditumbuk untuk dijadikan semen merah.
Sejumlah batu berhias pahatan dan arca diambil oleh sinder-sinder
perkebunan untuk dipajang di halaman pabrik-pabrik atau rumah dinas
milik perkebunan.
Keterangan mengenai candi-candi di Jawa Timur umumnya bersumber dari Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca
(1365) dan Pararaton yang ditulis oleh Mpu Sedah (1481), selain juga
dari berbagai prasasti dan tulisan di candi yang bersangkutan. Dalam
wacana arkeologi Indonesia, terdapat 2 corak percandian yakni corak
Jawa Tengah (abad 5-10 M) dan corak Jawa Timur (abad 11-15 M),
dimana masing-masing memiliki corak serta karakteristik berbeda.
Candi bercorak Jawa Tengah umumnya memiliki tubuh yang tambun,
berdimensi geometris vertikal dengan pusat candi terletak di tengah,sedangkan corak Jawa Timur bertubuh ramping, berundak horisontal
dengan bagian paling suci terletak belakang.
Berbeda denga candi-candi Jawa Tengah, selain sebagai
monumen candi di Jawa Timur diduga kuat juga berfungsi sebagai
tempat pendarmaan dan pengabadian raja yang telah meninggal. Candi
yang merupakan tempat pendarmaan, antara lain :
Candi Jago untuk Raja Wisnuwardhana, Candi Jawi dan Candi Singasari untuk Raja Kertanegara,
Candi Ngetos untuk Raja Hayamwuruk,
Candi Kidal untuk Raja Anusapati,
Candi Bajangratu untuk Raja Jayanegara,
Candi Jalatunda untuk Raja Udayana,
Pemandian Belahan untuk Raja Airlangga,
Candi Rimbi untuk Ratu Tribhuanatunggadewi,
Candi Surawana untuk Bre Wengker, dan candi Tegawangi untuk
Bre Matahun atau Rajasanegara.
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 4/23
4
Dalam filosofi Jawa candi juga berfungsi sebagai tempat ruwatan
raja yang telah meninggal supaya kembali suci dan dapat menitis
kembali menjadi dewa. Keyakinan tersebut berkaitan erat dengan
konsep “Dewa Raja” yang berk embang kuat di Jawa saat pada masa
yang sama. Fungsi ruwatan ditandai dengan adanya relief pada kaki
candi yang menggambarkan legenda dan cerita yang mengandung pesan
moral, seperti yang terdapat di Candi Jago, Surawana, Tigawangi, dan
Jawi.
Candi di Jawa Timur jumlahnya mencapai puluhan, umumnya
pembangunannya mempunyai kaitan erat dengan Kerajaan Singasari dan
Kerajaan Majapahit. Belum semua candi dimuat dalam situs web ini.
Masih banyak candi, terutama candi-candi kecil yang belum terliput, di
antaranya:1. Bacem,
2. Bara,
3. Bayi,
4. Besuki,
5. Carik,
6. Dadi,
7. Domasan,
8. Gambar,9. Gambar Wetan,
10. Gayatri,
11. Gentong (dalam pemugaran),
12. Indrakila,
13. Jabung,
14. Jimbe,
15. Kalicilik,
16. Kedaton,17. Kotes,
18. Lemari,
19. Lurah,
20. Menakjingga,
21. Mleri,
22. Ngetos,
23. Pamotan,
24. Panggih,25. Pari,
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 5/23
5
26. Patirtan Jalatunda,
27. Sanggrahan,
28. Selamangleng,
29. Selareja,
30. Sinta,
31. Songgoriti,
32. Sumberawan,
33. Sumberjati,
34. Sumberjati,
35. Sumbernanas,
36. Sumur,
37. Watu Lawang, dan
38. Watugede.
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 6/23
6
SEJARAH KEDIRITANGGAL 25 MARET 804 M DITETAPKAN MENJADI HARI
JADI KEDIRI
Nama Kediri ada yang berpendapat berasal dari kata "KEDI"
yang artinya "MANDUL" atau "Wanita yang tidak berdatang bulan".
Menurut kamus Jawa Kuno Wojo Wasito, 'KEDI" berarti Orang
Kebiri Bidan atau Dukun. Di dalam lakon Wayang, Sang Arjuno pernah
menyamar Guru Tari di Negara Wirata, bernama "KEDI
WRAKANTOLO".
Bila kita hubungkan dengan nama tokoh Dewi Kilisuci yang bertapa di Gua Selomangleng, "KEDI" berarti Suci atau Wadad.
Disamping itu kata Kediri berasal dari kata "DIRI" yang berarti
Adeg, Angdhiri, menghadiri atau menjadi Raja (bahasa Jawa
Jumenengan).
Untuk itu dapat kita baca pada prasasti "WANUA" tahun 830
saka, yang diantaranya berbunyi : " Ing Saka 706 cetra nasa danami
sakla pa ka sa wara, angdhiri rake panaraban", artinya : pada tahun saka
706 atau 734 Masehi, bertahta Raja Pake Panaraban.Nama Kediri
banyak terdapat pada kesusatraan Kuno yang berbahasa
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 7/23
7
Jawa Kuno seperti : Kitab Samaradana, Pararaton, Negara
Kertagama dan Kitab Calon Arang.Demikian pula pada beberapa
prasasti yang menyebutkan nama Kediri seperti : Prasasti Ceber, berangka tahun 1109 saka yang terletak di Desa Ceker, sekarang Desa
Sukoanyar Kecamatan Mojo.Dalam prasasti ini menyebutkan, karena
penduduk Ceker berjasa kepada Raja, maka mereka memperoleh hadiah,
"Tanah Perdikan".Dalam prasasti itu tertulis "Sri Maharaja Masuk Ri
Siminaninaring Bhuwi Kadiri" artinya raja telah kembali kesimanya,
atau harapannya di Bhumi Kadiri.Prasasti Kamulan di Desa Kamulan
Kabupaten Trenggalek yang berangkat tahun 1116 saka, tepatnya
menurut Damais tanggal 31 Agustus 1194.Pada prasasti itu juga
menyebutkan nama, Kediri, yang diserang oleh raja dari kerajaan
sebelah timur."Aka ni satru wadwa kala sangke purnowo", sehingga raja
meninggalkan istananya di Katangkatang ("tatkala nin kentar sangke
kadetwan ring katang-katang deni nkir malr yatik kaprabon sri maharaja
siniwi ring bhumi kadiri").Menurut bapak MM. Sukarto Kartoatmojo
menyebutkan bahwa "hari jadi Kediri" muncul pertama kalinya
bersumber dari tiga buah prasasti Harinjing A-B-C, namun pendapat
beliau, nama Kadiri yang paling tepat dimuculkan pada ketiga prasasti.
Alasannya Prasti Harinjing A tanggal 25 Maret 804 masehi, dinilai
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 8/23
8
usianya lebih tua dari pada kedua prasasti B dan C, yakni tanggal 19
September 921 dan tanggal 7 Juni 1015 Masehi.
Dilihat dari ketiga tanggal tersebut menyebutkan nama Kediri
ditetapkan tanggal 25 Maret 804 M. Tatkala Bagawantabhari
memperoleh anugerah tanah perdikan dari Raja Rake Layang DyahTulodong yang tertulis di ketiga prasasti Harinjing.Nama Kediri semula
kecil lalu berkembang menjadi nama Kerajaan Panjalu yang besar dan
sejarahnya terkenal hingga sekarang.Selanjutnya ditetapkan surat
Keputusan Bupati Kepada Derah Tingkat II Kediri tanggal 22 Januari
1985 nomor 82 tahun 1985 tentang hari jadi Kediri, yang pasal 1
berbunyi " Tanggal 25 Maret 804 Masehi ditetapkan menjadi Hari Jadi
Kediri.
Page 2 of 2
MENGUKIR KEDIRI LEWAT TANGAN BHAGAWANTA BARI.
Mungkin saja Kediri tidak akan tampil dalam panggung sejarah,
andai kata Bagawanta Bhari, seorang tokoh spiritual dari belahan DesaCulanggi, tidak mendapatkan penghargaan dari Sri Maharaja Rake
Layang Dyah Tuladong. Boleh dikata, pada waktu itu bagawanta Bhari,
seperti memperoleh penghargaan Parasamya Purnakarya Nugraha, kalau
hal itu terjadi sekarang ini. Atau mungkin seperti memperoleh
penghargaan Kalpataru sebagai Penyelamat Liangkungan.Memang
Kiprah Bagawanta Bhari kala itu, bagaimana upaya tokok spiritual ini
meyelamatkan lingkungan dari amukan banjir tahunan yang mengancam
daerahnya. Ketekunannya yang tanpa pamprih inilah akhirnya
menghantarkan dirinya sebagai panutan, sekaligus idola masyarakat kala
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 9/23
9
itu.Ketika itu tidak ada istilah Parasamya atau Kalpataru, namun bagi
masyarakat yang berhasil dalam ikut serta memakmurkan negara akan
mendapat "Ganjaran" seperti Bagawanta Bhari, dirinya juga
memperoleh ganjaran itu berupa gelar kehormatan "Wanuta Rama"
(ayah yang terhormat atau Kepala Desa) dan tidak dikenakan berbagai
macam pajak (Mangilaladrbyahaji) di daerah yang dikuasai Bagawanta
Bhari, seperti Culanggi dan Kawasan Kabikuannya.
Sementara itu daerah seperti wilayah Waruk Sambung dan
Wilang, hanya dikenakan "I mas Suwarna" kepada Sri Maharaja setiap
bulan "Kesanga" (Centra).Pembebasan atas pajak itu antara lain berupa
"Kring Padammaduy" (Iuran Pemadam Kebakaran), "Tapahaji erhaji"
(Iuran yang berkaitan dengan air), "Tuhan Tuha dagang" (Kepala
perdagangan), "Tuha hujamman" (Ketua Kelompok masyarakat),
"Manghuri" (Pujangga Kraton), "Pakayungan Pakalangkang" (Iuran
lumbung padi), "Pamanikan" (Iuran manik-manik, permata) dan masih
banyak pajak lainnya.Kala itu juga belum ada piagam penghargaan
untuknya. maka sebagai peringatan atas jasanya itu lalu dibuat prasasti
sebagai "Pngeleng-eleng" (Peringatan). Prasasti itu diberi nama
"HARINJING" B" yang bertahun Masehi 19 September 921 Masehi.
Dan disebitlah "Selamat tahun saka telah lampau 843, bulan Asuji,
tanggal lima belas paro terang, paringkelan Haryang, Umanis (legi).
Budhawara (Hari Rabo), Naksatra (bintang) Uttara Bhadrawada, dewata
ahnibudhana, yoga wrsa.Menurut penelitian dari para ahli lembaga
Javanologi, Drs. M.M. Soekarton Kartoadmodjo, Kediri lahir pada
Maret 804 Masehi. Sekitar tahun itulah, Kediri mulai disebut-sebut
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 10/23
10
sebagai nama tempat maupun negara. Belum ada sumber resmi seperti
prasasti maupun dokumen tertulis lainnya yang dapat menyebutkan,
kapan sebenarnya Kediri ini benar-benar menjadi pusat dari sebuah
Pemerintahan maupun sebagai mana tempat.Dari prasasti yang
diketemukan kala itu, masih belum ada pemisah wilayah administratif
seperti sekarang ini. Yaitu adanya Kabupaten dan Kodya Kediri,
sehingga peringatan Hari Jadi Kediri yang sekarang ini masih
merupakan milik dua wilayah dengan dua kepala wilayah pula.Menurut
para ahli, baik Kadiri maupun Kediri sama-sama berasal dari bahasa
Sansekerta, dalam etimologi "Kadiri" disebut sebagai "Kedi" yang
artinya "Mandul", tidak berdatang bulan (aprodit). Dalam bahasa Jawa
Kuno, "Kedi" juga mempunyai arti "Dikebiri" atau dukun. Menurut Drs.
M.M. Soekarton Kartoadmodjo, nama Kediri tidak ada kaitannya
dengan "Kedi" maupun tokok "Rara Kilisuci". Namun berasal dari kata
"diri" yang berarti "adeg" (berdiri) yang mendapat awalan "Ka" yang
dalam bahasa Jawa Kuno berarti "Menjadi Raja".Kediri juga dapat
berarti mandiri atau berdiri tegak, berkepribadian atau berswasembada.
Jadi pendapat yang mengkaitkan Kediri dengan perempuan, apalagi
dengan Kedi kurang beralasan. Menurut Drs. Soepomo Poejo Soedarmo,
dalam kamus Melayu, kata "Kediri" dan "Kendiri" sering menggantikan
kata sendiri.Perubahan pengucapan "Kadiri" menjadi "Kediri" menurut
Drs. Soepomo paling tidak ada dua gejala. Yang pertama, gejala usia tua
dan gejala informalisasi. Hal ini berdasarkan pada kebiasaan dalam
rumpun bahasa Austronesia sebelah barat, dimana perubahan seperti tadi
sering terjadi.
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 11/23
11
SEJARAH DAHA-JENGGALA
SEJARAH KERAJAAN PANJALU, JENGGALA, SINGOSARI
SEJARAH KERAJAAN PANJALU, JENGGALA,
SINGOSAR I1
Kerajaan Panjalu Jawa Barat
Panjalu adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang terletak di
kaki Gunung Sawal. Secara geografis pada abad ke-15 kerajaan Panjalu
berbatasan dengan Kerajaan Talaga, Kuningan, dan Cirebon di sebelah
utara. Di sebelah timur Panjalu berbatasan dengan Kerajaan Galuh
sementara di selatan juga berbatasan dengan Galuh dan Galunggung,
sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Kerajaan Galunggung.
Panjalu berasal dari kata jalu (bhs. Sunda) yang berarti jantan,
jago, maskulin, dan diawali dengan awalan pa(n). Nama Panjalu mulai
dikenal ketika wilayah itu berada dibawah pemerintahan Prabu
Sanghyang Ranggagumilang; sebelumnya kawasan Panjalu lebih
dikenal dengan sebutan Kabuyutan Sawal atau Kabuyutan Gunung
Sawal. Istilah Kabuyutan identik dengan daerah kebataraan yaitu daerah
yang memiliki kewenangan keagamaan (Hindu) seperti Kabuyutan
Galunggung atau Kebataraan Galunggung.
Pendiri kerajaan Panjalu adalah Batara Tesnajati yang
petilasannya terdapat di Karantenan Gunung Sawal. Mengingat gelar
Batara yang disandangnya, maka kemungkinan besar pada awal
berdirinya Panjalu adalah suatu daerah kebataraan sama halnya dengan
Kebataraan Galunggung yang didirikan oleh Batara Semplak Waja.
Daerah kebataraan lebih menitikberatkan pada hal keagamaan atau
spiritual, dengan demikian seorang Batara selain berperan sebagai Raja juga berperan sebagai Brahmana atau Resiguru. Seorang Batara di
Kemaharajaan Sunda mempunyai kedudukan yang sangat penting
karena seorang Batara mempunyai satu kekuasaan istimewa yaitu
kekuasaan untuk mentahbiskan atau menginisiasi penobatan seorang
Maharaja yang naik tahta Sunda. Belum diketahui apakah ada kaitan
antara Kerajaan Panjalu ini dengan Kerajaan Panjalu (Kediri atau Daha)
di Jawa Timur.
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 12/23
12
Kerajaan Panjalu dan Jenggala di Jawa Timur
Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu, adalah sebuah kerajaan
yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini
berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang.
Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kediri berdiri.Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api.
Nama ini terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga
tahun 1042. Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah
wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan
takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan
barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha.
Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan
kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaituKahuripan.Menurut Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua,
nama kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang
berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari
Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah
ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala.
Pada Arca Budha Mahasobya, yang terkenal dengan nama Joko
Dolog berangka prasasti 1211 saka, ditulis bahwa Angka prasasti
menunjukkan 1211 Saka dan ditulis Pada suatu saat ada seorang pendetayang benama Arrya Bharad bertugas membagi Jawa menjadi 2 bagian,
yang kemudian masing-masing diberi nama Jenggala dan Panjalu.
Perkembangan Panjalu
Masa-masa awal Kerajaan Panjalu atau Kediri tidak banyak
diketahui. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan Kerajaan
Janggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara kedua
kerajaan sepeninggal Airlangga. Sejarah Kerajaan Panjalu mulaidiketahui dengan adanya prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri
Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya
yang sudah diketahui, sedangkan urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa
sudah dapat diketahui dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang
ditemukan. Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya
berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang
terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati, atau
Panjalu Menang.
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 13/23
13
Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan Panjalu
mengalami masa kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruh
Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan sampai mengalahkan
pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra. Hal ini diperkuat kronik Cina
berjudul Ling wai tai ta karya Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa pada
masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan adalah Arab,
Jawa, dan Sumatra. Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani
Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan Sumatra dikuasai
Kerajaan Sriwijaya.
Era Keruntuhan
Pada tahun 1019 - 1042 Kerajaan Jawa Timur diperintah oleh
seorang Putera dari hasil perkawinan antara Puteri Mahandradata
dengan Udayana (seorang Pangeran Bali) yang bernama Airlangga, padawaktu pemerintahan Airlangga, keadaan negara tentram, keamanan
terjamin, dan negara mengalami kemajuan yang pesat. Karena raja
Airlangga mempunyai 2 orang putera, maka pada akhir masa
pemerintahannya ia memandang perlu membagi kerajaan menjadi dua
bagian untuk diserahkan kepada kedua putranya, agar dikemudian hari
tidak terjadi perebutan tahta. Pembagian itu terjadi pada tahun 1042,
yaitu menjadi kerajaan Daha (Kediri) dan Kerajaan Jenggala. Kerajaan
Jenggala yang berdiri pada tahun 1024 terletak di daerah delta Brantas,yaitu meliputi pesisir utara seluruhnya, dengan demikian menguasai
bandar-bandar dan muara sungai besar, sedangkan ibukotanya berada di
sekitar Kecamatan Gedangan sekarang.
Lain halnya dengan Kerajaan Kediri, tidak memiliki bandar
sebuahpun sehingga walaupun hasil pertanian di Kediri sangat besar dan
upeti mengalir dengan sangat besar, semuanya semua itu tidak dapat
diperdagangkan karena kerajaan kediri tertutup dari laut sebagai jalan
perdagangan pada waktu itu. Maka timbullah perebutan bandar antara
kerajaan Kediri dan kerajaan Jenggala, yang kemudian menimbulkan
peperangan besar antara kedua kerajaan tersebut, dimana keduanya
menuntut kekuasaan atas kerajaan Airlangga.Perang tersebut berakhir
dengan kekalahan kerajaan Jenggala, pada tahun 1045(menurut sumber
lain Kerajaan Jenggala pada tahun 1060 masih ada. Kerajaan Panjalu-
Kadiri runtuh pada masa pemerintahan Kertajaya, dan dikisahkan dalam
Pararaton dan Nagarakretagama.
Kerajaan Singosari
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 14/23
14
Keberadaan kerajaan Singosari dibuktikan melalui candi-candi
yang banyak ditemukan di Jawa Timur yaitu daerah Singosari sampai
Malang, juga melalui kitab sastra peninggalan zaman Majapahit yang
berjudul Negarakertagama karangan Mpu Prapanca yang menjelaskan
tentang raja-raja yang memerintah di Singosari serta kitab Pararaton
yang juga menceritakan riwayat Ken Arok yang penuh keajaiban. Kitab
Pararaton isinya sebagian besar adalah mitos atau dongeng tetapi dari
kitab Pararatonlah asal usul Ken Arok menjadi raja dapat diketahui.
Sebelum menjadi raja, Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati)
di Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya, karena
tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung. Selanjutnya ia
berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan kerajaan Kadiri yang
diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi setelah kaum
Brahmana Kadiri meminta perlindungannya. Dengan alasan tersebut,
maka tahun 1222 M/1144 C Ken Arok menyerang Kediri, sehingga
Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter.
Dengan kemenangannya maka Ken Arok dapat menguasai seluruh
kekuasaan kerajaan Kadiri dan menyatakan dirinya sebagai raja
Singosari dengan gelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi.
Sebagai raja pertama Singosari maka Ken Arok menandai
munculnya dinasti baru yaitu dinasti Rajasa atau dinasti Girindra untuk menambah pemahaman Anda tentang keturunan dinasti Rajasa, maka
simaklah silsilah berikut ini:
Dengan memperhatikan silsilah tersebut dapat diketahui bahwa
nama yang diberi nomor dan diberi kotak/dalam kotak itulah urutan raja-
raja Singosari. Raja pertama sampai ketiga yang diberi tanda (*) mati
dibunuh karena persoalan perebutan tahta dan balas dendam. Dari
kelima raja Singosari tersebut, raja Kertanegaralah yang paling terkenal,
karena dibawah pemerintahan Kertanegara Singosari mencapai puncak kebesarannya. Kertanegara bergelar Sri Maharajaderaja Sri Kertanegara
mempunyai gagasan politik untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
Apa yang dicita-citakan oleh Kertanegara, mengakibatkan daerah
kekuasaan Singasari meluas.
Gambar 15. Peta Kekuasaan Singosari
Kekuasaan tersebut dicapai oleh Kertanegara karena tindakan politiknyaseperti:
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 15/23
15
1. Kebijakan dalam negeri: Pergantian pejabat kerajaan, bertujuan
menggalang pemerintahan yang kompak.
2. Kebijakan luar negeri: Memelihara keamanan dan melakukan
politik perkawinan. Tujuannya menciptakan kerukunan dan
politik yang stabil. Menggalang persatuan 'Nusantara' denganmengutus ekspedisi tentara Pamalayu ke Kerajaan Melayu
(Jambi). Mengutus pasukan ke Sunda, Bali, Pahang. Menggalang
kerjasama dengan kerajaan lain. Contohnya menjalin persekutuan
dengan kerajaan Campa.
Dari tindakan-tindakan politik Kertanegara tersebut, di satu sisi
Kertanegara berhasil mencapai cita-citanya memperluas dan
memperkuat Singasari, tetapi dari sisi yang lain muncul beberapa
ancaman yang justru berakibat hancurnya Singasari. Ancaman yangmuncul dari luar yaitu dari tentara Kubilai-Khan dari Cina Mongol
karena Kertanegara tidak mau mengakui kekuasaannya bahkan
menghina utusan Kubilai-khan yaitu Meng-chi. Dari dalam adanya
serangan dari Jayakatwang (Kadiri) tahun 1292 yang bekerja sama
dengan Arya Wiraraja Bupati Sumenep yang tidak diduga sebelumnya.
Kertanegara terbunuh, maka jatuhlah Singasari di bawah kekuasaan
Jayakatwang dari Kediri. Setelah Kertanegara meninggal maka
didharmakan/diberi penghargaan di candi Jawi sebagai Syiwa Budha, dicandi Singasari sebagai Bhairawa. Di Sagala sebagai Jina (Wairocana)
bersama permaisurinya Bajradewi.
Dalam kitab Pararaton maupun Negara Kertagama diceritakan bahwa
kehidupan sosial masyarakat Singosari cukup baik karena rakyat
terbiasa hidup aman dan tenteram sejak pemerintahan Ken Arok bahkan
dari raja sampai rakyatnya terbiasa dengan kehidupan religius.
Kehidupan religius tersebut dibuktikan dengan berkembangnya ajaran
baru yaitu ajaran Tantrayana (Syiwa Budha) dengan kitab sucinya
Tantra. Ajaran Tantrayana berkembang dengan baik sejak pemerintahan
Wisnuwardhana dan mencapai puncaknya pada masa Kertanegara,
bahkan pada akhir pemirintahan Kertanegara ketika diserang oleh
Jayakatwang, sedang melaksanakan upacara Tantrayana bersama
Mahamantri dan pendeta terkenal.
Dalam kehidupan ekonomi, walaupun tidak ditemukan sumber
secara jelas. Ada kemungkinan perekonomian ditekankan pada pertaniandan perdagangan karena Singosari merupakan daerah yang subur dan
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 16/23
16
dapat memanfaatkan sungai Brantas dan Bengawan Solo sebagai sarana
lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Singosari banyak meninggalkan
bangunan berupa candi yang berhubungan dengan agama yaitu seperti
candi Kidal, candi Jago, candi Singosari dan patung Joko Dolok yang
merupakan perwujudan Kertanegara terletak di simpang tiga Surabaya,
Jatim.
1 Sumber tulisan berasal dari http://www.wikipedia.com dan
http://www.modul-online.com
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 17/23
17
KERAJAAN KEDIRI
Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang
terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat dikota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang.
Daftar isi
1 Latar Belakang
2 Perkembangan Panjalu
3 Karya Sastra Zaman Kadiri
4 Runtuhnya Kadiri
5 Raja-Raja yang Pernah Memerintah Daha
o 5.1 1. Pada saat Daha menjadi ibu kota kerajaan yang
masih utuh
o 5.2 2. Pada saat Daha menjadi ibu kota Panjalu
o 5.3 3. Pada saat Daha menjadi bawahan Singhasari
o 5.4 4. Pada saat Daha menjadi ibu kota Kadiri
o 5.5 5. Pada saat Daha menjadi bawahan Majapahit
o 5.6 6. Pada saat Daha menjadi ibu kota Majapahit
6 Kepustakaan
Latar Belakang
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 18/23
18
Arca Wishnu, berasal dari Kediri, abad ke-12 dan ke-13.
Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri
berdiri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota
api. Nama ini terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan
Airlangga tahun 1042. Hal ini sesuai dengan berita dalam Serat Calon
Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah
tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.
Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah
wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan
takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan
barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha.
Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan
kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu
Kahuripan.
Menurut Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua, nama
kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang
berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari
Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah
ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala. Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering
dipakai dari pada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-
prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu
juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling wai
tai ta (1178).
[sunting] Perkembangan Panjalu
Masa-masa awal Kerajaan Panjalu atau Kadiri tidak banyak diketahui. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan Kerajaan
Janggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara kedua
kerajaan sepeninggal Airlangga.
Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui dengan adanya prasasti
Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri
Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang sudah diketahui, sedangkan
urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah dapat diketahui dengan
jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 19/23
19
Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya berhasil
menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang terkenal
dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati, atau Panjalu
Menang .
Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan Panjalumengalami masa kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruh
Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan sampai mengalahkan
pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.
Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou
Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Cina
secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Saat itu yang
berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu,
sedangkan Sumatra dikuasai Kerajaan Sriwijaya.
Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang
diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat
membantu memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan
tersebut.
Karya Sastra Zaman Kadiri
Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan
Panjalu-Kadiri. Pada tahun 1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis olehMpu Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber dari
Mahabharata yang berisi kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai
kiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala.
Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa dan
Ghatotkachasraya. Terdapat pula pujangga zaman pemerintahan Sri
Kameswara bernama Mpu Dharmaja yang menulis Kakawin
Smaradahana. Kemudian pada zaman pemerintahan Kertajaya terdapat
pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis Sumanasantaka dan
Mpu Triguna yang menulis Kresnayana.
Runtuhnya Kadiri
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 20/23
20
Arca Buddha Vajrasattva zaman Kadiri, abad X/XI, koleksi Museum für
Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.
Kerajaan Panjalu-Kadiri runtuh pada masa pemerintahan
Kertajaya, dan dikisahkan dalam Pararaton dan Nagarakretagama.
Pada tahun 1222 Kertajaya sedang berselisih melawan kaum
brahmana yang kemudian meminta perlindungan Ken Arok akuwuTumapel. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita memerdekakan
Tumapel yang merupakan daerah bawahan Kadiri.
Perang antara Kadiri dan Tumapel terjadi dekat desa Ganter.
Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya. Dengan
demikian berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak saat itu
kemudian menjadi bawahan Tumapel atau Singhasari.
Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kadiri menjadi suatu
wilayah dibawah kekuasaan Singhasari. Ken Arok mengangkat
Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati Kadiri. Tahun 1258
Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada tahun
1271 Sastrajaya digantikan putranya, yaitu Jayakatwang. Jayakatwang
memberontak terhadap Singhasari yang dipimpin oleh Kertanegara,
karena dendam masa lalu dimana leluhurnya Kertajaya dikalahkan oleh
Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang
membangun kembali Kerajaan Kadiri, namun hanya bertahan satu tahun
dikarenakan serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol
dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 21/23
21
Raja-Raja yang Pernah Memerintah Daha
Berikut adalah nama-nama raja yang pernah memerintah di Daha, ibu
kota Kadiri:
1. Pada saat Daha menjadi ibu kota kerajaan yang masih utuh
Airlangga, merupakan pendiri kota Daha sebagai pindahan kota
Kahuripan. Ketika ia turun takhta tahun 1042, wilayah kerajaan dibelah
menjadi dua. Daha kemudian menjadi ibu kota kerajaan bagian barat,
yaitu Panjalu.
Menurut Nagarakretagama, kerajaan yang dipimpin Airlangga
tersebut sebelum dibelah sudah bernama Panjalu.
2. Pada saat Daha menjadi ibu kota Panjalu
Sri Samarawijaya, merupakan putra Airlangga yang namanya
ditemukan dalam prasasti Pamwatan (1042).
Sri Jayawarsa, berdasarkan prasasti Sirah Keting (1104). Tidak
diketahui dengan pasti apakah ia adalah pengganti langsung Sri
Samarawijaya atau bukan.
Sri Bameswara, berdasarkan prasasti Padelegan I (1117), prasasti
Panumbangan (1120), dan prasasti Tangkilan (1130).
Sri Jayabhaya, merupakan raja terbesar Panjalu, berdasarkan
prasasti Ngantang (1135), prasasti Talan (1136), dan Kakawin
Bharatayuddha (1157).
Sri Sarweswara, berdasarkan prasasti Padelegan II (1159) dan
prasasti Kahyunan (1161).
Sri Aryeswara, berdasarkan prasasti Angin (1171).
Sri Gandra, berdasarkan prasasti Jaring (1181).
Sri Kameswara, berdasarkan prasasti Ceker (1182) dan Kakawin
Smaradahana.
Kertajaya, berdasarkan prasasti Galunggung (1194), Prasasti
Kamulan (1194), prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon
(1205), Nagarakretagama, dan Pararaton.
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 22/23
22
3. Pada Saat Daha Menjadi Bawahan Singhasari
Kerajaan Panjalu runtuh tahun 1222 dan menjadi bawahan
Singhasari. Berdasarkan prasasti Mula Malurung, diketahui raja-raja
Daha zaman Singhasari, yaitu:
Mahisa Wunga Teleng putra Ken Arok
Guningbhaya adik Mahisa Wunga Teleng
Tohjaya kakak Guningbhaya
Kertanagara cucu Mahisa Wunga Teleng (dari pihak ibu), yang
kemudian menjadi raja Singhasari
4. Pada Saat Daha Menjadi Ibu Kota Kadiri
Jayakatwang, adalah keturunan Kertajaya yang menjadi bupatiGelang-Gelang. Tahun 1292 ia memberontak hingga menyebabkan
runtuhnya Kerajaan Singhasari. Jayakatwang kemudian membangun
kembali Kerajaan Kadiri. Tapi pada tahun 1293 ia dikalahkan Raden
Wijaya pendiri Majapahit.
5. Pada saat Daha menjadi bawahan Majapahit
Sejak tahun 1293 Daha menjadi negeri bawahan Majapahit yang
paling utama. Raja yang memimpin bergelar Bhre Daha tapi hanya
bersifat simbol, karena pemerintahan harian dilaksanakan oleh patih
Daha. Bhre Daha yang pernah menjabat ialah:
1. Jayanagara 1295-1309 Nagarakretagama.47:2; Prasasti Sukamerta
- didampingi Patih Lembu Sora.
2. Rajadewi 1309-1375 Pararaton.27:15; 29:31; Nag.4:1 -
didampingi Patih Arya Tilam, kemudian Gajah Mada.
3. Indudewi 1375-1415 Pararaton.29:19; 31:10,21
4. Suhita 1415-1429 ?
5. Jayeswari 1429-1464 Pararaton.30:8; 31:34; 32:18; Waringin Pitu
6. Manggalawardhani 1464-1474 Prasasti Trailokyapuri
[sunting] 6. Pada saat Daha menjadi ibu kota Majapahit
Menurut Suma Oriental tulisan Tome Pires, pada tahun 1513 Daha
menjadi ibu kota Majapahit yang dipimpin oleh Bhatara Wijaya. Nama
raja ini identik dengan Dyah Ranawijaya yang dikalahkan oleh SultanTrenggana raja Demak tahun 1527.
7/16/2019 KETURUNAN AIRLANGGA
http://slidepdf.com/reader/full/keturunan-airlangga 23/23
23
Sejak saat itu nama Kediri lebih terkenal dari pada Daha.
Kepustakaan
H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di
Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya.
Jakarta: Bhratara
Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional
Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.