Sudrajat-90-94-Edit

download Sudrajat-90-94-Edit

of 5

Transcript of Sudrajat-90-94-Edit

  • Bioprospek, Volume 7, Nomor I, April, 2010 ISSN 1829-7226

    Biologi FMIPA Universitas Mulawarman90

    DAYA RACUN EKSTRAK DAUN SIRIH HUTAN (Piper aduncum LINN.)TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti L.

    Sudrajat; Dwi Susanto dan A. Rahmat

    Jurusan Biologi FMIPA Universitas Mulawarman

    ABSTARK. Telah dilakukan penelitian tentang Daya RacunEkstrak Daun Sirih Hutan (Piper aduncum LINN.) Terhadap LarvaNyamuk Aedes aegypti L. Penelitian ini menggunakan RancanganAcak Lengkap dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Adapunperlakuan ekstrak daun sirih hutan adalah sebagai berikut : K0 :Kontrol 0 %, ,K1 : Konsentrasi 0,158 %, K2 : Konsentrasi 0,25 %, K3: Konsentrasi 0,395 %, K4 : Konsentrasi 0,62 %, K5 :Konsentrasi0,989 %. Data hasil pengamatan jumlah total larva yang mati daritiap-tiap konsentrasi setelah 48 jam dianalisis dengan menggunakanAnalisis Probit untuk memperoleh nilai LC50. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa ekstrak daun sirih hutan (Piper aduncumLINN.) bersifat racun terhadap larva nyamuk Aedes aegypti L. Nilai(LC 50) ekstrak daun sirih hutan Piper aduncum L. terhadap larvanyamuk Aedes aegypti untuk waktu 48 jam, 36 jam, 24 jam dan 12jam berturut-turut adalah 0,22 %, 0,25 %, 0,61 % dan 0,83 %.

    Kata kunci : Daya Racun, Sirih Hutan (Piper aduncum LINN.),Nyamuk Aedes aegypti L.

    PENDAHULUAN

    Nyamuk merupakan serangga yang hidup berdampingan dengan manusia,tetapi hidup sebagai organisme pengganggu (Anonim, 2007). Nyamuk merupakanvektor penyakit antara lain untuk demam berdarah yang di tularkan oleh nyamukAedes aegypti. Kasus demam berdarah semakin tahun mengalami peningkatanjumlah penderita dan banyak yang menyebabkan kematian. Indikatorberkembangbiaknya secara cepat nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakitdi tandai dengan munculnya kejadian luar biasa untuk penyakit demam berdarahdengue (DBD) secara nasional (Anonim, 2007)

    Aedes aegypti dalam siklus hidupnya mempunyai kebiasaan berkembangbiak (bertelur) ditempat-tempat yang tergenang air dan tidak langsungberhubungan dengan tanah, pada ban-ban bekas yang tergenang air hujan, kalengdan botol-botol bekas, vas bunga, tempat minum burung, potongan bambu yangdan lain sebagainya. Menurut jenisnya, spesies Aedes ini cukup beragam, antaraAedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk Aedes sp. berkembang sangatcepat, dari mulai telur, larva, pupa, hingga dewasa kurang dari satu minggu.Aedes sp., merupakan vector demam berdarah atau pembawa virus dengue yangmengakibatkan DHF (Dengue Haermoragic Fever). Dalam memutus rantaiperkembangbiakan nyamuk demam berdarah ini, banyak hal yang bisa diterapkanselain perilaku hidup bersih dan sehat serta upaya penyehatan lingkungan denganupaya penyemprotan menggunakan insektisida pembunuh serangga. Namun,penggunaan insektisida ini (kimia sintetis) bisa berdampak buruk bagi lingkungan(Anonim, 2007).

  • Sudrajat; Dwi Susanto ; A. Rahmat Daya Racun Ekstrak Daun Sirih Hutan

    Biologi FMIPA Universitas Mulawarman 91

    Untuk mencegah faktor-faktor tadi, maka penggunaan insektisida yangalami dan ramah lingkungan bisa menjadi alternatif untuk menumpas nyamuk danmembunuh jentik nyamuknya sendiri agar tidak berkembang menjadi dewasa.Adapun salah satu insektisida yang bisa digunakan adalah ekstrak tanaman sirih.Dari keterangan di atas maka penulis tertarik untuk mengembangkan pestisidanabati yang berasal dari ekstrak tumbuhan kelompok Piperaceae, yaitu sirihhutan (Piper aduncum L).

    METODE PENELITIAN

    Penelitian dilakukan selama tiga bulan di Laboratorium Fisiologi, JurusanBiologi, Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam UniversitasMulawarman Samarinda. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkapdengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuan ekstrak daun sirih hutanadalah sebagai berikut : K0 : Kontrol (0 %), K1 : Konsentrasi 0,158 %, K2:Konsentrasi 0,25 %, K3 =:Konsentrasi 0,395 %, K4 : Konsentrasi 0,62 %, K5 :Konsentrasi 0,989 %. Data hasil pengamatan jumlah total larva yang mati daritiap-tiap konsentrasi setelah 48 jam dianalisis dengan menggunakan AnalisisProbit untuk memperoleh nilai dari LC50.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Dari hasil uji daya racun ekstrak daun sirih hutan (Piper aduncum LINN.)terhadap larva nyamuk Aedes aegypti L selama 48 jam diperoleh hasil yang dapatdilihat pada tabel 1 dibawah ini.

    Tabel 1 : Uji daya racun ekstrak daun sirih hutan (Piper aduncum LINN.) terhadaplarva nyamuk Aedes aegypti L selama 48 jam

    No Konsentrasi (%) Jumlahlarvaawal

    Jumlah larva yang mati Total PersentaseKematian

    (%)U1 U2 U3 U4

    1 Kontrol (0 %). 80 0 0 0 0 0 02 Konsentrasi 0,158 % 80 4 2 3 2 11 13,753 Konsentrasi 0,25 %. 80 8 8 9 9 34 42,54 Konsentrasi 0,395 %. 80 11 12 12 13 48 605 Konsentrasi 0,62 % 80 17 16 15 17 65 81,256 Konsentrasi 0,989 %. 80 20 20 20 20 80 100

    Nilai LC 50 48 jam daya racun ekstrak daun sirih hutan terhadap larva nyamukAedes aegypti adalah 0,22 %. Sedangkan persamaan regresi log konsentrasi probit kematian larva nyamuk adalah i = (- 0,66) + 4,19 Xi. Garis regresinyamenunjukkan garis linier. Jika dibandingkan dengan waktu yang lebih sebentarpada waktu 12, 24 dan 36 jam, LC 50 %-nya menunjukkan konsentrasi yang lebihbesar dibandingakan untuk waktu 48 jam.Berdasarkan hasil analisis, LC 50 48 jam yaitu konsentrasi 0,22 %, artinyasebanyak 50 % (setengah) dari populasi larva nyamuk yang ada, akan mati dalamwaktu 48 jam pada konsentrasi 0,22 %. Hal ini akan berlaku bila larva uji yang dipakai sama dan dalam tahap instar yang sama.

  • Bioprospek, Volume 7, Nomor I, April, 2010 ISSN 1829-7226

    Biologi FMIPA Universitas Mulawarman92

    Di duga yang menyebabkan kematian larva (jentik) Aedes aegyptidiantaranya senyawa saponin. Senyawa ini komponen utamanya adalah sabun danterdapat pada berbagai jenis tumbuhan dan bersama-sama dengan substansisekunder lainnya berperan sebagai pertahanan diri dari serangan serangga. Saponinyang terdapat pada makanan yang dikonsumsi serangga dapat menurunkanaktifitas enzim perncernaan dan penyerapan makanan (Ishaaya, 1986 dalamPrastiwi, 2007). Sementara itu, (Smith, 1989 dalam Prastiwi, 2007) menyatakanbahwa alkaloid, terpenoid dan flavanoid merupakan senyawa pertahanantumbuhan yang dapat bersifat toksik.

    Terkait dengan itu, Nurchasanah dalam Prastiwi (2007) membagi insektisidaberdasarkan cara masuknya dalam tubuh serangga, yaitu bagian ventrikulus.Ventrikulus merupakan bagian saluran makanan sebagai tempat penyerapan sari-sari makanan selanjutnya akan diedarkan ke suluruh bagian tubuh serangga olehhenolimfe. Saponin merupakan kelompok triterpenoid yang termasuk dalamsenyawa terpenoid. Aktifitas saponin ini, ternyata dapat mengikat sterolbebasdalam pencernaan makanan, di mana sterol berperan sebagai precursorhormone edikson, sehingga dengan menurunnya jumlah sterol bebas akanmenggangu proses penrgantian kulit pada serangga (moulting). Sedangkan untuksenyawa saponin ini, apabila dikocok dengan akan menghasilkan buih dan biladihirolisis akan menghasilkan gula dan sapogenin (Prastiwi, 2007).

    Hubugannya dengan proses masuknya toksin dalam tubuh jentik, menurutMurhaeni dalam Prastiwi (2007), untuk penelitian ekstrak kulit jengkol. Ekstrakkulit jengkol masuk ke dalam tubuh jentik nyamuk bersama dengan makanan danair yang masuk melalui mulut. Penetrasi racun terjadi di daerah usus tengah dimana daerah tersebut terdapat aktifitas absorbsi makanan melalui jaringanephitelium dan hasilnya akan diedarkan ke seluruh tubuh oleh hemolimfe. Adapunmekanisme keracunannya berupa kerusakan pada jaringa ephitelium pada usustengah yang mengabsorbsi makanan. Kegagalan absorbsi tersebut mengakibatkabmalnutrisi, sehingga pertumbuhan jentik terhambat dan akhirnya terjadi kematianjentik. Di duga begitu juga yang terjadi pada ekstrak daun sirih hutan (Piperaduncum LINN.).

    Menurut Siswowijoto dalam Prastiwi (2007), gejala yang muncul bilahewan mengalami keracunan adalam melalui empat fase. Yaitu perangsangan,kejang-kejang, kelumpuhan, dan diakhiri tingkah laku hewan dari keadaan biasa,kemudian menjalar samapai tingakat antenna dan bagian mulut. Gejala inidilanjutkan pada tingkat kelumpuhan dan berlanjut pada organ respirasi, akhirnyamengalami kematian.

    Di penelitian ini menggunakan larva nyamuk dengan instar 3 karena padainstar ini larva nyamuk sudah dalam ukuran tubuh yang besar diduga toleransiterhadap daya racun ekstrak daun ini sudah besar jadi bisa dijadikan nilai tertinggidibandingakan instar 1 dan 2. Di percobaan ini tidak menggunakan instar 4dikarenakan waktu pengamatan dilakukan sampai pada 48 jam, di khawatirkanbila menggunakan instar 4 pada waktu 48 jam larva akan berubah menjadi fasepupa (kepompong) karena diketahui instar 4 membutuhkan waktu 1 2 hari untukmenjadi fase pupa.

  • Sudrajat; Dwi Susanto ; A. Rahmat Daya Racun Ekstrak Daun Sirih Hutan

    Biologi FMIPA Universitas Mulawarman 93

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat ditarikkesimpulan sebagai berikut :1. Ekstrak daun sirih hutan (Piper aduncum LINN.) bersifat racun terhadap larva

    nyamuk Aedes aegypti L.2. Nilai (LC 50) ekstrak daun sirih hutan Piper aduncum L. terhadap larva nyamuk

    Aedes aegypti untuk waktu 48 jam, 36 jam, 24 jam dan 12 jam berturut-turutadalah 0,22 %, 0,25 %, 0,61 % dan 0,83 %.

    SARANPerlu adanya penelitian lanjutan kepada mahasiswa untuk mengetahui senyawametabolit sekunder pada ekstrak daun sirih hutan

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2007. Nyamuk http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/032007/22/cakrawala/index .html. Diakses tanggal : 19 Oktober 2007.

    Darwis, D. 2003. Teknis Dasar laboratorium dalam Penelitian Senyawa BahanAlam Hayati. Padang: Kerjasama Kelompok Kimia Organik Bahan AlamHayati FMIPA Universitas Andalas dengan Proyek Peningkatan KualitasSDM Ditjen. Dikti Depdiknas

    Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. ITB. BandungHayne, K. Tumbuhan Berguna Indonesia. Yayasan Sarana Warna Jaya : Jakarta.

    Diterjemahkan Badan Litbang Kehutanan : Jakarta.Imansyah, 2005. INTISARI. Edisi Januari 2005. PT. Intisari Meditama. JakartaKardinan, A. 2003. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. PT. Agromedia

    Pustaka. JakartaKardinan, A. 2004. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Cetakan V. Penebar

    Swadaya. JakartaKadarisman, I. 2000. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Bioaktif dari Rimpang

    Bangel (Zinger cassumunar Roxb). Skripsi Jurusan FMIPA InstitutPertanian Bogor.

    Klassen, C. D. 1986. Doulls and Cassaretts Toxicologi The Basic Science ofPoison Third Edition. Mack Publising Co. Inc. New York

    Kriger, 1982. A Textbook of Entomology. Fourth Edition. Kriger PublisingCompany Drive. Malabar : Florida.

    Novizan, 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.Agromedia Pustaka Jakarta

    Orjala, J., Wright A.D., Behreds, H., Folkers, G., Sticher, O., Ruegger, H., Rail,T.(1994). Cytotoxic and Antibacterial Dyhidrohalcones from Piperaduncum, J. Nat. Prod., Jan;57(1):18-26

    Prastiwi, Diah T. 2007. Indeks Pertumbuhan Larva Nyamuk Aedes aegypti yangTerdedah dalam Ekstrak Kulit Jengkol (Pitheoellobatum lubatum Benth).Unsoed. Pwt.

    Robinson,T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung : ITB.

  • Bioprospek, Volume 7, Nomor I, April, 2010 ISSN 1829-7226

    Biologi FMIPA Universitas Mulawarman94

    Soeko, Ketut, Marvel, 1999. Praktikum Identifikasi Larva dan Nyamuk DewasaAedes. Subdit PV, Dit PPBB, Ditjen PP-PL : Depkes RI.

    Sanipar dan Y. Supriadi, 1998. Pestisida Botani. Modul Pelatihan PHT DosenPoliteknik Pertanian. Fakultas Pertanian, Universita Padjajaran. Bandung.

    Sastrohamidjojo, H. 1995. Sintetesis Bahan Alam. Yogyakarta, UniversitasGadjahmada

    Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati, Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius.Yogyakarta

    Sutisna, I. 2000. Isolasi dan Karakteristik Senyawa Triterpenoid lanostana dariKulit Kayu Danglo (Macaranga javanica Muell. Arg.) Skripsi JurusanKimia FMIPA, Institut Pertanian Bogor.