Edisi 94 (Desember 2011)

download Edisi 94 (Desember 2011)

of 16

Transcript of Edisi 94 (Desember 2011)

  • 8/3/2019 Edisi 94 (Desember 2011)

    1/16

    [email protected] www.spi.or.id Edisi 94, Desember 2011

    M I M B A R K O M U N I K A S I P E T A N I

    Aksi SPI Merangin,

    Tuntut Penyelesaian

    Konlik Kehutanan

    Catatan Perjalanan:

    Belajar Dari MST, Brazil

    Petani Perempuan

    Ibu Kedaulatan Pangan Sarwadi SukimanKetua BPW SPI Jambi

    Petani itu harus menguasai tanah,baru mereka bisa makmur4 8 11

    INDEKS BERITA

    Rekayasa Genetika Tidak BisaMeningkatkan Produksi Pangan

    Pendapat yang menyatakan bahwa rekayasa genetika mampu meningkatkan produksi pangan berhasil dipatahkan. Rekayasagenetika hanya mampu meningkatkan tingkat kekebalan suatu tanaman terhadap suatu jenis hama. Solusi pasti peningkatanproduksi pangan adalah reforma agraria sejati. (Foto: Para petani perempuan SPI menanam padi di Sukabumi, Jawa Barat).

  • 8/3/2019 Edisi 94 (Desember 2011)

    2/16

    Penanggung Jawab: Henry Saragih Pemimpin Umum: Zaenal Arin Fuad Pemimpin Redaksi: Tita Riana Zen Redaktur Pelaksana & Sekre-

    taris Redaksi: Hadiedi Prasaja Redaksi: Achmad Yakub, Ali Fahmi, Agus Rully, Cecep Risnandar, Tejo Pramono, Muhammad Ikhwan, Wilda

    Tarigan, Syahroni Reporter: Yoseph Pencawan, Elisha Karni Samon, Susan Lusiana, Yudha Fathoni, Wahyu Agung Perdana, Tri Es Ningrum,Megawa, Andriana Keuangan: Sri Wahyuni Sirkulasi: Supriyanto, Gunawan Penerbit: Serikat Petani Indonesia (SPI) Alamat Redaksi:

    Jl. Mampang Prapatan XIV No. 5 Jakarta Selatan 12790 Telp: +62 21 7993426 Email: [email protected] Website: www.spi.or.id

    D A P U R T A N I

    -Henry Saragih -Artikel ini juga diterbitkan di Harian Suara Merdeka, edisi Senin, 17 Oktober 2011.

    Tabel. Impor dan Ekspor Komoditi Pangan Utama (Beras, Gula, Kedelai)Sumber: diolah dari data BPS dan UN COMTRADE

    Bersambung ke Pembaruan Tani, Edisi 95, Januari 2012

    PEMBARUAN TANIEDISI 94DESEMBER 20112

    Kedaulatan Pangan, Solusi Ancaman KrisisPangan

    JAKARTA. Impor pangan yang meningkat ke indonesia ini sebenarnya terjadi yang paling drastis adalah setelahIndonesia menjadi anggota World Trade Organizations (WTO) yang mengusung perdagangan bebas melalui perjanjianmultilateral. WTO berdiri tahun 1994 danIndonesiatermasuk menjadi negara yang paling awal meratiikasi menjadinegara anggota WTO pd tahun 1995. Melalui aturanAgreement on Agriculture (AOA) dari WTO, terbukalah pintu Indo-nesia untuk pasar perdagangan bebas dan neoliberalisme. Pintu tersebut semakin terbuka, setelah Presiden Soehartomenandatangani Letter of Intentdengan IMF dan Structural Adjustment Program (SAP) dengan Bank Dunia pada tahun1997. Dua paket tersebut mengharuskanIndonesiaharus melakukan privatisasi, liberalisasi, deregulasi sebagai upayapenyelamatan Indonesia dari krisis ekonomi. Dua paket tersebut ternyata juga memberi andil turunnya Soeharto setelah32 tahun berkuasa.

    Maka sejak 1998 beras impor dgn bebas bea impor, kacang kedelai, buahan-buahan membanjiri seluruh pasar kita(lihat tabel). Dampak negatif pun mulai bermunculan di banyak negara anggota WTO, sehingga muncullah aksi-aksipenentangan terhadap WTO baik oleh negara maupun organisasi massa tani dan Lembaga Swadaya Masyarakat, mulaidari tingkat nasional hingga regional. Termasuk dalam hal ini adalah Serikat Petani Indonesia dan La Via Campesina (

    Gerakan Petani Internasional). Di setiap Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO, di situ terjadi aksi protes besar, sepertiyang terjadi di KTM III di Seattle-AS pada tahun 1999, KTM IV di Doha 2001, KTM V di Cancun 2003, KTM VI di Hongkong2005 dan Pertemuan kecil tingkat menteri (Mini Ministerial Meeting) kecil di Geneva tahun 2008.

    Ministerial Meeting yang diharapkan ini dapat menyelesaikan agenda Putaran Doha mengalami kebuntuan negosiasi.Hal ini juga terjadi pada KTM-KTM sebelumnya. Putaran Doha membicarakan kesepakatan perdagangan bebas, khusus-nya mengenai isu subsidi dan tarif atas produk pertanian. Sejumlah negara maju menganggap tidak adanya kesepakatanperundingan mengenai Special Safeguard Mechanism (SSM) di sektor pertanian menjadi penyebab utama kebuntuan ne-gosiasi tersebut. Negara maju menolak konsep SSM sebab mekanisme ini dianggap akan menghalangi ekspor produk per-tanian mereka. Sebaliknya sejumlah negara berkembang yang dimotori oleh India dan Brazil tetap mempertahankannyadengan pertimbangan bahwa SSM dapat melindungi kepentingan petani mereka, yang menjadi mayoritas penduduknya.

  • 8/3/2019 Edisi 94 (Desember 2011)

    3/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 94

    DESEMBER 2011P E M B A R U A N A G R A R I A 3

    Rekayasa Genetika Tidak BisaMeningkatkan Produksi Pangan

    Dwi Andreas Sentosa sedang menyampaikan makalahnya pada acara "Mimar Kajian Tentang Rekayasa Gene-ka" di DPP SPI, Jakarta (16/11).

    ..bersambung ke halaman 6

    JAKARTA. Persepsi bahwa rekayasa gene-

    tika mampu meningkatkan produkti pan-gan adalah salah besar. Hal ini setidaknyamenjadi kesimpulan dalam MimbarKajian Tentang Rekayasa Genetika yangdilaksanakan Departemen Kajian Stra-tegis Nasional, Dewan Pengurus Pusat(DPP) Serikat Petani Indonesia (SPI) dikantor pusat DPP SPI di bilangan Mam-pang Prapatan, Jakarta (16/11).

    Dwi Andreas Sentosa, Ketua ProgramS-2 Bioteknologi Tanah dan Lingkungan,Institut Pertanian Bogor (IPB) menyam-paikan bahwa tidak ada solusi instanuntuk meningkatkan produksi pangan

    nasional. Tren akhir-akhir ini menye-butkan bahwa tanaman transgenikpotensial untuk meningkatkan produksipangan. Hal tersebut tidaklah benarkarena puluhan gen yang bertanggungjawab terhadap produksi tidak mungkindimodiikasi seluruhnya.

    Maka upaya peningkatan produksihingga saat ini tetap harus mengandal-kan metode pemuliaan tanaman konven-sional. Program reformasi agraria men-jadi solusinya, petani harus diberikanlahan untuk bertani, ungkap Andreasyang menjadi salah seorang narasumber

    dalam diskusi tersebut.

    Andreas juga menyampaikan bahwa

    PGR (pangan rekayasa genetika) sulitdianalisis resiko jangka panjangnya danhingga saat ini tidak ada seorang pun pe-neliti di dunia yang sanggup menyatakanPGR aman seratus persen.

    Pertanian Berkelanjutan AlternatifPeningkatan Produksi Pangan

    Susan Lusiana, Direktur PusdiklatNasional SPI menyampaikan bahwatujuan rekayasa genetika hanyalah agarsebuah varietas tanaman tahan atasserangan hama dan sama sekali tidak

    berbanding lurus dengan produksipangan. Peningkatan produksi ditentu-kan oleh banyak hal, mulai dari gen danhormon dan faktor luar seperti makanan,cahaya matahari, kelembaban, suhu, danlainnya. Intervensi yang bisa dilakukanmanusia dalam budidaya adalah berupabudidaya tanaman sehat melalui perta-nian berkelanjutan

    Dilihat dari sisi petani, tanaman re-kayasa genetika cenderung lebih mahalbibitnya, menciptakan ketergantunganterhadap pestisida, hilangnya varietaslokal, hingga produksi yang menurun

    (laporan FAO pada 2004 menyampai-

    kan bahwa PGR memiliki peningkatanproduksi yang tidak signiikan dan cend-erung menurun).

    Jadi tanaman hasil rekayasa gene-tika sama sekali tidak meningkatkanproduksi pangan dan tidak juga mense-jahterakan petani. Oleh karena itu SPImemiliki alternatif peningkatan produksipangan yang dikenal dengan sistem per-tanian berkelanjutan, ungkapnya.

    Susan memaparkan bahwa perta-nian berkelanjutan bertujuan untukmeningkatkan kualitas hidup petani,

    memaksimalkan penggunaan input lokal,mengurangi ketergantungan petaniterhadap input eksternal, menjagakeberlangsungan alam dan keseimba-ngan ekosistem, menghasilkan panganyang sehat, menjadikan produk organiksebagai produk yang mampu dijangkaumasyarakat kalangan menengah bawah,mengutamakan produksi untuk konsum-si lokal, mendekatkan produsen dengankonsumen dan melestarikan nilai danbudaya lokal.

    Berdasarkan data di Pusdiklat Na-sional SPI, pengaplikasian sistem perta-

    nian berkelanjutan telah berhasil menai-kkan produksi padi, kangkung, bayam,caisim, hingga buncis. Alumni sekolahlapang Pusdiklat Nasional SPI asal Cire-bon berhasil meningkatkan produksipadi dengan menggunakan metode SRI(System Rice Intensification) dan meng-gunakan varietas mekongga dari 6,25ton/Ha menjadi 10 ton/Ha pada April2011.

    Pada tanaman kangkung hanyadengan menggunakan urine kelinci telahmampu meningkatkan produksi danproduktivitas sebesar 35%, dan pada

    bayam mampu meningkatkan produksidan produktivitas sebesar 50%. Padacaisim menunjukan urine kelinci mampumengusir hama kutu loncat pada caisim,terbukti sekitar 80 % tanaman caisimyang tidak disiram oleh air kencingkelinci diserang oleh hama tersebut, se-mentara pada perlakuan hanya diserangsekitar 20% saja dan produksi perlakuanhampir mencapai 2 kali lipat sampelkontrol. Begitu juga buncis, tanamanyang diberi pupuk buah memiliki umur...

  • 8/3/2019 Edisi 94 (Desember 2011)

    4/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 94DESEMBER 2011

    P E M B A R U A N A G R A R I A4

    Aksi SPI Merangin, Tuntut PenyelesaianKonflik Kehutanan

    MERANGIN. Lima ratusan petani dariSerikat Petani Indonesia (SPI) melaku-kan aksi menuntut penyelesaian konliklahan dengan Dinas Kehutanan di Jambi,(24/11). Aksi dimulai dengan melaku-kan long march di jalanan utama kotaBangko, Ibukota Kabupaten Merangin,dan berakhir di kantor Bupati Merangindan kantor DPRD Merangin. Massa aksikebanyakan adalah petani kopi ang-gota Dewan Pengurus Cabang (DPC) SPILembah Masurai yang sebelumnya telahmenempuh perjalanan satu hari penuhdari desa asalnya.

    Sarwadi Sukiman, Ketua BadanPelaksana Wilayah (BPW) SPI Jambimenyebutkan bahwa aksi ini menuntutpenyelesain konlik lahan antara pe-tani dengan Dinas Kehutanan dan BalaiBesar Taman Nasional Kerinci Seblat(BBTNKS). Seperti yang dituturkan Sar-wadi, konlik bermula pada tahun 2004,ketika muncul ide dari Dinas Kehutananuntuk memperluas kawasan Taman

    Nasional Kerinci Seblat (TNKS) seluas

    tersebut memang hak petani, ungkap H.Nalim

    Bupati juga berterimakasih kepadaniatan para petani untuk mengadakanretribusi produk kopi, karena hal iniakan turut meningkatkan PendapatanAsli Daerah (PAD).

    Selama ini kopi diproduksi di Jambi,tapi dijual oleh para tengkulak di tempatlain sehingga sama sekali tidak berkon-tribusi apa-apa untuk pemerintahanJambi, tambah H. Nalim.

    Di tempat lain, perwakilan massaaksi juga diterima oleh pihak DPRD.Pihak DPRD berjanji akan segeramelakukan rapat antar komisi, memang-gil instansi terkait, dan akan mengun-dang petani kembali untuk sama-samamembicarakan penyelesaian konlikyang dapat menguntungkan kedua belahpihak.#

    www.spi.or.id

    Aksi SPI Merangin, menuntut penyelesaian konik kehutanan (24/11).

    14.160 Ha di atas lahan milik petani.Padahal sejak tahun 1990, petani sudahmulai melakukan proses produksi danmenguasai lahan eks HGU (Hak GunaUsaha) PT. Serestra II dan PT. INJAPSINseluas 96.000 Ha.

    Petani sudah menguasai 20.000 Halahan dan menanaminya dengan kopi,lalu muncul ide untuk memperluas TNKSmelalui SK Menteri Kehutanan denganmengorbankan lahan yang telah men-jadi tulang punggung penghidupan dari13.000 KK ini, ungkap Sarwadi.

    Sarwadi mengungkapkan, puncakkekecewaan petani terjadi sekitar duaminggu lalu, ketika polisi kehutananberusaha memasang patok-patok un-tuk perluasan TNKS di atas lahan milikpetani.

    Produksi Kopi Petani BerkontribusiUntuk PAD

    Sementara itu, setelah melakukan

    long march, massa aksi diterima lang-

    sung oleh Bupati Meran-gin H. Nalim, lengkapdengan Wakil Bupati,Sekda Kabupaten Meran-gin. Kepala BBTNKS,Camat Lembah Masurai,hingga seluruh KepalaDinas yang terkait.

    Setelah melakukandialog, Bupati menjanji-kan bahwa tanah bekasperusahaan yang telahdiolah dan diduduki olehpetani tetap menjadimilik petani dan akan di-fungsikan menjadi HutanTanaman Rakyat yangdikelola sepenuhnya olehpetani.

    Namun mengenaiperuntukan lahan TNKS,kami dari pemerintahanprovinsi tidak memilikiwewenang karena su-dah menjadi wewenangpemerintahan pusatmelalui KementerianKehutanan. Tapi saya ber-

    janji akan ikut memper-juangkannya ke pemer-intahan pusat bersamapara petani, karena lahan

  • 8/3/2019 Edisi 94 (Desember 2011)

    5/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 94

    DESEMBER 2011P E M B A R U A N A G R A R I A 5

    Ekspansi Perkebunan Sawit

    Penyebab Banjir

    Occupy Jakarta: GerakanBaru MenentangKapitalisme

    PADANG. 328.337 Ha lahan sawit di Su-matera Barat (Sumbar) adalah salah satupenyebab banjir di beberapa kawasan di

    Ranah Minang saat ini.Sukardi Bendang, Ketua Badan

    Pelaksana Wilayah (BPW) Serikat PetaniIndonesia (SPI) mengemukakan, banjirkali ini mengakibatkan sekitar 938 Hapadi gagal panen dan merusak sekitarseribu hektare sawah akan tanam be-serta irigasinya di delapan Kecamatan diKabupaten Pesisir Selatan.

    Selain itu banjir berhasil merendam50 Ha ladang jagung dan 10 Ha tana-man hortikultura di Kecamatan TanjungRaya Kabupaten Agam, di Pasaman Baratlahan jagung seluas 237 hektar dan

    sawah seluas 310 hektar juga terendam,di Kabupaten Pasaman banjir merendamratusan hektar lahan jagung dan padi.Akibatnya petani merugi harga kebu-tuhan pokok di pasaran pun meninggi,ungkap Sukardi.

    Sukardi mengemukan bahwa daerahbanjir hampir semuanya berada di sen-tra-sentra perkebunan yang telah meng-hancurkan daerah resapan air, terutamaperkebunan sawit. Kabupaten Pesisir Se-latan contohnya memiliki lahan perkebu-nan sawit seluas 36.541 Ha, KabupatenAgam seluas 61.690 Ha, Kabupaten Lima

    Puluh Kota 2.010 Ha, Kabupaten Padang

    JAKARTA. Akhir-akhir ini kita dikejut-kan oleh gerakan Occupy Wall Street(Occupydibaca o-ku-pay, artinyamenduduki) di Amerika Serikat (AS)yang menentang kontrol para pemodalbesar dalam ekonomi-politik. SejakJuli 2011 gerakan ini berusaha men-duduki pasar modal AS yang berlokasidi Wall Street.

    Saat dimulai, gerakan ini hanyadimulai belasan orang. Saat ini, ribuanorang berdemonstrasi di Wall Streetmenuntut perubahan di AS. Gerakanoccupy ini lalu menggelinding bakbola salju ke seluruh dunia. Hampir 80negara ikut melaksanakannya.

    Semboyannya gampang, Kami99% dan menolak 1%. Maksudnya,rakyat pekerja yang jumlahnya ma-yoritas haruslah berdiri menuntuthaknya. Para pemodal yang jumlahnyaminoritas tidak seharusnya mengen-dalikan hajat hidup orang banyak.

    Gerakan ini pun sampai di Indo-nesia. Mulai 19 Oktober, 70-an orangberkumpul di Bursa Efek Jakarta(BEJ) di Jakarta. Di sini dicetuskannama Occupy Jakarta. Sudah tiga

    hari berturut-turut dan gerakan initetap konsisten berkumpul meneriak-kan tuntutannya. Jumlah massanyapun tidak menurun, dan juga ternyatamendapat perhatian publik yang cu-kup besar. Pengorganisasiannya san-gat gampang. Semua orang yang resahdan ingin perubahan boleh datang danmemuntahkan unek-uneknya.

    Tidak ada pemimpin aksi. Semuaorang memimpin dan semua orangrela dipimpin. Beberapa orang mem-baca puisi, beberapa orang berorasi.Makanan dan minuman dibawa secara

    suka rela. Dengan masalah kemiski-nan, pengangguran dan diskriminasidi Indonesia, tentulah gerakan inimenjadi alternatif pengorganisasian.Lingkupnya cukup luas danplatform-nya cukup mudah dipahamisehing-ga membuatnya lebih bisa mengorgan-isasikan banyak orang. Kesulitannyamungkin adalah ikatan yang cukuplemah dan butuh proses untuk kes-epakatan agar membuatnya bergulirdan bergulir menjadi lebih besar lagi.#

    Oleh: Muhammad Ikhwan,

    Ketua Departemen Luar Negeri SPI

    Banjir di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Ekspansi perkebunan sawit didugamenjadi salah satu penyebab banjir di Sumatera Barat.

    Pariaman373 Ha, Ka-bupaten Pas-aman 2.075Ha, Pasa-man Barat148.972 Ha,KabupatenSinjunjung9.403 Ha danSolok Selatan34.972 Ha.

    Dalamlima tahunke depan(2011-2015),Pemerintah-an ProvinsiSumbarmenargetkanpeningka-tan volumeeksporkomoditiminyak

    kelapa sawit daerah secara bertahap1.010.645 ton setelah 795.450 tondi tahun 2009. Target ini akan me-

    nambah potensi berkurangnya hutansebagai resapan air. Apalagi kebijakanPemda Sumbar dalam Peta RencanaTata Ruang Tata Wilayah Sumbarlokasi pengembangan yang terma-suk dalam kawasan hutan konservasidapat dibuka untuk dikembangkanmenjadi areal perkebunan, jelasSukardi.

    Sukardi mengharapkan untuk kedepannya Pemda Sumbar perlu me-ninjau ulang kebijakan pertanian danlahan. Penetapan Rencana Tata Ruangdan Wilayah (RTRW) harus memas-

    tikan perlindungan dan ketersediaanlahan pengembangan pertanian tana-man pangan, serta penetapan kawasanresapan air yang terjaga keberlanju-tannya.

    Bagi petani korban banjir, pemer-intah harus segera memberikansarana produksi agar petani segeraberproduksi lagi, namun perlu digaris-bawahi agar bencana jangan dijadikansebagai proyek dan pintu masuk bagikepentingan bibit-bibit transgenikproduksi perusahaan asing, tam-bahnya.#

  • 8/3/2019 Edisi 94 (Desember 2011)

    6/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 94DESEMBER 2011

    P E M B A R U A N A G R A R I A6

    Aksi SPI Pakpak Bharat menuntut pengakuan hak ulayat (24/10)

    SPI Pakpak Bharat TuntutPengakuan Hak Ulayat

    REFORMA

    AGRARIA SEJATI !!!

    www.spi.or.id

    ...panen yang lebih panjang yakni bisamencapai 13 kali panen, papar Susan.

    Susan juga menambahkan bahwa

    Kementerian Pertanian dan LIPImelalui badan Penelitian dan Pengem-bangannya harus terus meningkatkanpenelitian perbenihan dan pertanianyang berbasis kekayaan hayati nasionaldengan bekerja sama dengan petanipenangkar serta universitas.

    Kementrian Pertanian diharapkanmendukung upaya-upaya ormas taniseperti SPI dalam hal penangkaranbenih agar petani dapat mandiri, tidaktergantung benih perusahaan interna-sional dan meningkatkan pendapatanpetani, tambahnya.

    Karden Mulya, dari Litbang Perta-nian menyampaikan bahwa pencapaiankader SPI yang berhasil panen 10 ton/Ha merupakan pencapaian yang sangatbisa dibanggakan, karena menurutnyabiasanya per hektare tanaman padibiasanya hanya bisa menghasilkan limahingga enam ton sekali panen.

    Dia juga menyampaikan bahwasalah satu tujuan rekayasa genetikaadalah agar tahan terhadap perubahaniklim yang saat ini sedang terjadi diseluruh penjuru dunia.

    Sementara itu, Husna Zahir dariYayasan Lembaga Konsumen Indone-sia (YLKI) mengungkapkan bahwa isuyang berkembang yang mengatakanperlu adanya percepatan transgenikuntuk kesediaan pangan, berarti sudahdipatahkan. Pangan sebagai kebutuhandasar, keamanan pangan merupakanhal yang hakiki multak harus ter-penuhi.

    Keberlanjutan kebijakan panganharus diprioritaskan pada pengemban-gan hasil pertanian dan sumber panganlokal, dan kebijakan impor untuk me-nekan harga hanya akan mengakibat-kan ketergantungan pada negara lain,ungkapnya.

    Husna juga menambahkan bahwainformasi mengenai keamanan produkrekayasa genetika masih sangat terba-tas bagi konsumen.

    Ada hak informasi yang harusdipenuhi agar konsumen bisa bebasmemilih, tambahnya.#

    PAKPAK BHARAT. Ratusan petani yangtergabung dalam Serikat Petani Indo-nesia (SPI) Kabupaten Pakpak Bharat,Sumatera Utara melakukan aksi keKantor Bupati, DPRD dan Polres PakpakBharat, Senin (24/10). Aksi ini mendesakagar pemerintah mengakui hak ulayat

    masyarakat atas tanah.Sekitar dua pekan yang lalu, tepatnya

    11 Oktober 2011, seorang petani DesaMalum Kecamatan Sitelu Tali Urang JeheKabupaten Pakpak Bharat ditangkapoleh Kepolisian Resort Pakpak Bharatdengan tuduhan Pasal 50 yo Pasal 78 UUNo. 41 Tahun 1999 yang menyatakantelah merusak hutan lindung. Padahaltanah yang dikelola oleh masyarakatDesa Malum ini merupakan tanah ulayatMarga Cibro yang sudah dikelola ma-syarakat secara turun temurun sampaisekarang Raja ke-12.

    Aksi yang langsung dipimpin olehKepala Desa Malum ini menuntut agarpihak kepolisian segera membebaskanwarga Desa Malum yang telah ditangkapsejak dua pekan yang lalu.

    Bebaskan warga kami, hentikantindak kriminalisasi terhadap petaniyang mengelola tanah ulayatnya ungkapPendi Solin, Kepala Desa Malum Keca-matan Sitelu Tali Urang Jehe KabupatenPakpak Bharat.

    Di kantor Bupati Kabupaten Pak-pak Bharat, massa aksi diterima olehSekda Kabupaten Pakpak Bharat, Kohler

    Sinamo. Beliau menghargai massa petani

    ..sambungan dari halaman 3, Rekayasa...

    yang me-nyuarakanpendapat-nya secaradamai dandia berjanjiakan melaku-kan koordi-nasi denganpihak-pihakterkait

    mengenaipenangkapanyang dialamioleh petaniDesa Malum.Hal senadajuga disam-

    paikan Ketua DPRD Kabupaten PakpakBharat mengenai tuntutan massa petaniini.

    Sementara itu, Kapolres PakpakBharat yang didampingi oleh Kaba-reskrim menerima langsung perwakilandari massa petani.

    Sesungguhnya pihak kepolisianmerespon baik aksi damai yang digelaroleh petani Desa Malum ini dan men-gakui hukum adat setempat, ujarnya.

    Secara umum, aksi damai ini men-gajukan tuntutan agar pihak kepolisianmembebaskan petani Desa Malum,menghentikan tindak kriminalisasi dandiskriminasi terhadap penguasaan tanahulayat dan hendaknya pemerintah men-gakui hak ulayat dari masyarakat.

    Ketua Adat Desa Malum, SulangSilima Juli Cibro, mengatakan bahwatidak seharusnya terjadi penangkapan

    terhadap petani Desa Malum.Ini merupakan tanah kami, warisan

    leluhur kami yang secara turun temu-run kami kelola sebagai sumber matapencaharian kami warga Desa Malum,tandasnya.

    Wagimin, Ketua Badan PelaksanaWilayah (BPW) SPI Sumatera Utaramenambahkan bahwa SPI akan terusmemperjuangkan kepentingan petanikecil yang sering terpinggirkan.

    Reforma agraria sejati adalah kunciuntuk menyelesaikan masalah sengketatanah di Indonesia ini, tambahnya.#

  • 8/3/2019 Edisi 94 (Desember 2011)

    7/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 94

    DESEMBER 2011 7

    Petani Sedunia Menolak Perampasan Lahan

    Konferensi internasional menolak perampasan lahan di Selingue, Mali (17-19November)

    SELINGUE. Matahari pagi bersinar cerahdari ufuk timur, ratusan petani telah ber-

    kumpul ditengah lapangan diatas tanahkering berdebu membentuk lingkaranbesar. Berbagai spanduk dan benderaorganisasi-organisasi tani anggota La ViaCampesina terpasang memenuhi ban-gunan sederhana di sisi lapangan, yangberbentuk persegi panjang tanpa dind-ing dan berlantaikan pasir.

    Di tengah-tengah lingkaran, belasanpetani anggota La Via Campesina darinegara-negara di Afrika tengah meng-gelar aksi teatrikal. Pertunjukan terse-but menggambarkan bagaimana wajahkehidupan keluarga petani Afrika yang

    dihadapkan pada tindak kekerasan danperampasan lahan.

    Seremoni tersebut mengawali pem-bukaan konferensi land grabbing yangdihadiri oleh anggota La Via Campesinadari seluruh negara-negara di kawasanAfrika, serta perwakilan dari regionalAmerika Latin, Eropa dan Asia.

    Serikat Petani Indonesia (SPI) diutussebagai salah satu delegasi yang me-wakili anggota La Via Campesina untukregional Asia. Selain dihadiri oleh ang-gota-anggota La Via Campesina, konfer-ensi tersebut mengundang berbagai NGO

    Internasional, Lembaga Riset, Akademisi,perwakilan PBB untuk urusan HAM, danmedia internasional.

    Konferensi internasional tentangland grabbing (perampasan lahan) terse-but dimulai pada tanggal 14 Novemberdan berlangsung selama sepekan. Selu-ruh delegasi akan memaparkan pengala-man praktis perjuangan land reformserta bentuk kasus-kasus perampasanlahan yang dihadapi. Dari pemaparantersebut, diidentiikasi bahwa jumlahperampasan lahan yang terjadi diseluruhdunia semakin meningkat serta dalam

    bentuk yang beragam. Aktor utama

    pelaku perampasanlahan dilakukan

    oleh pemerintah,perusahaan nasi-onal milik negaramaupun swasta, pe-rusahaan transna-sional, tuan tanahdi pedesaan, sertalembaga perbankanatau lembaga per-modalan.

    Model peram-pasan dilakukandalam bentuksecara paksa meng-

    gunakan kekerasan,baik secara ilegalmaupun dilegalkanmelalui perundang-

    undangan yang sengaja dibuat olehparlemen maupun pemerintah eksekutif.Model lainnya dilakukan dalam bentuksertiikasi lahan petani yang diikutidengan akses kredit perbankan denganjaminan sertiikat tanah. Dalam kasusini banyak petani yang gagal mengemba-likan pinjaman dengan berbagai sebab,tanahnya disita oleh lembaga pemberipinjaman.

    Kriminalisasi petani yang memper-tahankan hak atas tanahnya yang diram-pas turut menjadi bahasan dalam kon-ferensi tersebut. Tingkat kriminalisasipetani semakin meningkat, khususnyadi Asia dan Amerika Latin. Petani yangberjuang mempertahankan hak atas ta-nahnya yang dirampas mengalami tindakkekerasan, ditangkap aparat militer ataukepolisian, dipenjarakan, serta sebagianmeninggal akibat bentrok dengan aparatmiliter dan kepolisian.

    Dalam satu dekade terakhir, kondisimasyarakat pedesaan dan masyarakat

    adat diseluruh dunia menghadapi tekan-

    an hidup yang semakin berat. Pemang-kasan subsidi terhadap pelayanan publikdisektor pendidikan, kesehatan, energi,dll., memicu meningkatnya kebutuhanbiaya hidup keluarga petani. Penghapu-san subsidi terhadap input pertanianmenambah beban biaya produksi kelu-arga petani, sementara tidak ada jaminanharga jual minimum produksi petaniyang layak.

    Kondisi tersebut mendorong krisisekonomi, sosial dan budaya di masyara-kat pedesaan semakin dalam. Banyakpetani kehilangan tanahnya, ataupunterpaksa meninggalkan lahannya. Dam-pak yang muncul akibat tekanan dimasyarakat pedesaan tersebut, di Indiabanyak terjadi kasus petani bunuh diriyang dilakukan oleh petani. Di Indonesia,Kamboja, Thailand, Philipina dan Nepal,banyak petani beralih menjadi pekerjamigran (ke kota atau ke luar negeri),khususnya petani perempuan.

    bersambung ke halaman 10...

    Oleh: Heri Purwanto (staf di Dewan Pengurus Pusat Serikat Petani Indonesia)

  • 8/3/2019 Edisi 94 (Desember 2011)

    8/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 94DESEMBER 2011

    C A M P E S I N O S8

    Catatan Perjalanan: Belajar Dari MST, BrazilOleh: Syahroni (Ketua Departemen Pendidikan, Kesenian, Pemuda dan Budaya SPI)

    JAKARTA. Serikat Petani Indonesia(SPI) yang merupakan organisasi massaperjuangan petani terbesar di Indonesiadiharapkan mampu memimpin dan men-dorong terjadinya penguatan oragnisasidi tingkat regional Asia. Oleh karenanyapendidikan dan pembenahan organisasiterus dilakukan, mulai dari tingkat pusathingga ke tingkat basis. Pendidikan danpembenahan organisasi tersebut terusdidorong dalam rangka meningkatkankapasitas organisasi dan mempercepatpencapaian tujuan organisasi.

    Sesuai dengan fokus kerja dan man-dat GBHO SPI tahun 2011, yaitu tahunpendidikan dan kaderisasi, SPI berkomit-men untuk terus mencetak kader or-ganisasi yang militan dan mendorongpembangunan kapasitas bagi petani yangmerupakan kader-kadernya. Disampingitu juga, SPI pada tahun ini sedang mem-persiapkan diri untuk menjadi bagianpenting dalam proses-proses pendidikandan pengorganisasian di kawasan Asia.Pembangunan kapasitas kader dilakukandengan berbagai bentuk, salah satu diantaranya dengan mengadakan program

    pertukaran dengan organisasi sesamaanggota La Via Campesina (GerakanPetani Internasional) di Brazil, yaituMovimento dos Trabalhadores sem Terra(MST) pada 21 September 5 Oktober2011 lalu.

    MST dipilih sebagai tempat pendi-dikan bagi kader SPI karena berbagaipertimbangan, diantaranya karenakeberhasilan MST dalam membangunsistem pendidikan yang tersistematiksebagai alat kaderisasi. MST telah memi-liki institusi-institusi pendidikan yangmampu mejadi tempat kegiatan pendi-

    dikan dan latihan anggota dan kadernyasecara reguler. MST juga telah berhasilmencetak kader-kader yang banyakdan militan dalam berbagai keahlian/kapasitas yang dibutuhkan oleh anggotamaupun organisasinya (misalnya: kaderpolitik, kader ketrampilan teknis, gurukader dan kader-kader pengorganisa-sian).

    Selama lebih dari dua minggu ter-jadilah saling berbagi tentang keorgan-isasian secara umum dan mempelajaridinamika organisasi tani dan pengor-ganisasiannya di MST; tukar pengalaman

    tentang sistem pendidikan dan bagaima-

    na menjalankan pendidikan yang efektifdan sistematik (jenis pendidikan yangada, kurikulum, metodologi, insti-tusi pendidikan, monitoring kader, danadministrasi pendidikan lainnya); danmenggali pengalaman tentang gerakanpetani menjadi/sebagai gerakan sosialdan gerakan politik.

    Kunjungan Lapangan (Field Trip)

    Kami juga berkesempatan men-gunjungi langsung beberapa daerahperjuangan MST di dua negara bagian(state) yakni di Sao Paolo dan Parana.Kunjungan lapangan pertama ke daerahIttavepa di Sao Paolo. Ittavepa merupak-an wilayah yang tertua dari anggota MST.Wilayah seluas 19.000 Ha ini adalah hasilpendudukan anggota MST pada tahun1983, yang dulunya milik 3 keluarga dariBelanda, yang kemudian diolah oleh 200Kepala Keluarga (KK). Pada tahap awalsetelah okupasi (1984), kelompok gerejabanyak memberikan bantuan untukbertahan hidup. Selanjutnya daerah inidibagi menjadi enam kawasan (agrovilla)

    yang ditempati oleh 600 Kepala Keluarga

    (KK), dan hingga kini sudah terdapat1.000 KK di daerah ini. Yang menariknyadari 19.00 Ha lahan yang dikuasai, 6Ha diperuntukkan bagi MST dan diolahsecara kolektif. Pasca pendudukan lahandi daerah ini, MST melakukan penataanproduksi dengan membangun koperasi(koperasi produksi, koperasi distribusidan koperasi konsumsi). Contohnyaadalah CoAPRI (Cooperativa of agricul-ture agrarian reforms and small produc-tion), yang mengembangkan produk-produk agroekologi, agroindustri danmemasarkannya. Produk utamanyaadalah gandum, susu dan sayur-sayuransebagai tambahan. Selain CoAPRI jugaada Copava (Cooperativa De producaoAgropecuaria vo Aparecida) denganusaha pabrik penggilingan padi mini,pabrik minuman cashaca, dan biogasuntuk perumahan.

    Kawasan MST di Ittarapeva ini jugasudah memiliki sekolah agroekologi(Institute d Agroekologi). Sekolah inimerupakan tempat pendidikan teknis

    bersambung ke halaman 9...

    Syahroni (memegang bendera MST) bersama para anggota MST

  • 8/3/2019 Edisi 94 (Desember 2011)

    9/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 94

    DESEMBER 2011C A M P E S I N O S 9

    pertanian agroekologi bagi kader MSTdan juga masyarakat umum. Sekolah ini

    membuka kelas-kelas khusus, maupun...kelas kursus yang bisa diformalkan ataudisertiikati oleh universitas rekananMST. Pengelolaan dan pemeliharaansekolah ini dilakukan secara kolektif,mulai dari kerja bakti kebersihan, dapurumum, konsumsi, dan pembiayaan. Pen-anggung jawab dari sekolah ini adalahseorang lulusan sarjana pertanian. Disamping itu, di daerah pendudukan lama(settlement) ini juga ada sekolah yangsudah diformalkan oleh pemerintah, mu-lai dari kelas TK sampai SMA, serta kelaskhusus untuk mereka yang telah berusia

    lanjut. Sekolah ini dikelola oleh anggotaMST dan beberapa guru serta profes-sor dari pemerintah. Kelompok petaniperempuan juga telah mampu mengelolaindustri rumah tangga seperti parfumdan sabun.

    Kunjungan berikutnya ke daerahLondrina di negara bagian Parana.Kawasan ini merupakan lokasi perjuan-gan MST yang terdekat dengan kawasanperkotaan, dan dilakukan dengan meng-organisir kaum miskin kota dan pribumipada tahun 1991. Komunitas di kawasanini juga telah memiliki peternakan susu,sekolah (Mulai dari TK, SD, SMP, SMA,lengkap dengan alat transportasinya), klinik, ruang pertemuan, kantor danradio komunitas, serta koperasi.

    Untuk penataan produksi pasca aksipendudukan lahan -setelah pemerintahmenyetujui- diperbantukan apa yangdisebut dengan INCRA (Lembaga Pemer-intah Federal Brasil untuk Kolonisasi danReforma Agraria) yang bertugas melaku-kan penataan lahan, sistem produksi,dan layanan publik lainnya.

    Selanjutnya kami bergerak ke ka-wasan Porecatu, Parana. Kawasan inimerupakan lahan perjuangan yangtermasuk kategori muda karena prosesokupasi dimulai pada tahun 2008. Ko-munitas di daerah ini juga telah memilikisekolah bagi anak-anak petani mulai dariTK, sampe SD. Para guru berasal darianak-anak di kawasan tersebut, ataupunpemuda yang ditunjuk oleh MST untuklive in (sebagai penanggung jawab), danguru dari pemerintah untuk mengajarkelas 5 dan kelas 6. Setiap dua minggudilakukan evaluasi proses belajar menga-jar yang dipandu oleh guru dari pemer-intah.

    Keesokan harinya, 30 Oktober 2011,

    kami bergerak ke Parana City, Parana,

    Sambungan dari halaman 8, Catatan...Brazil. Kawasan ini adalah lahan per-juangan MST yang diproyeksikan sebagaikoperasi, karena dulunya lahan seluasluas 250 Ha ini adalah milik perusahaanperkebunan tebu yang bangkrut pada

    tahun 1993. Selanjutnya MST mendiri-kan koperasi dengan nama CoPavi. Te-man kami dari daerah ini menceritakanbahwa enam tahun pertama merupakanmasa-masa sulit koperasi, mulai daripenataan lahan, dan pendirian kemah-kemah tempat tinggal.

    Sejak awal nilai-nilai kolektivitas di-tanamkan dalam koperasi ini , contohnyakarena produksi belum baik -ada bebera-pa anggota yang bekerja di luar- merekaharus membagi keuntungannya samarata dengan orang yang tetap berada,bekerja dan membangun koperasi ini,

    tutur teman kami ini.Di lahan koperasi ini juga sempat ter-

    jadi konlik dengan politisi lokal, karenalahan ini hendak dibangun perumahan,namun berkat kerja-kerja politik organ-isasi, konlik pun berhasil dimenangkanoleh CoPavi-MST. Produksi utama darikoperasi ini sedniri adalah gula daritebu, sayur-sayuran untuk konsumsisendiri, susu, yoghurt dan keju.

    Keesokan harinya kami berkesem-patan mengunjungi Escola AgroecologiaMilton Santos yang notabene meru-pakan sekolah formal yang dimiliki oleh

    MST di daerah Maringa, Negara BagianParana. Nama Milton Santos sendiridiambil dari tokoh pergerakan di Brazil.Latar belakang MST mendirkan sekolahformal ini dimulai dari diskusi-diskusidengan Universitas lokal sejak tahun1999. Selanjutnya pada Kongres MSTkelima, direkomendasikanlah untukmembangun sebuah sekolah, agar per-juangan agroekologi punya bukti ilmiahdan dapat menjadi contoh. Sekolah yangmulai dibangun pada tahun 2002 ini jugabertujuan agar generasi muda tetap maubertani dengan menggunakan sistempertanian agroekologis dan berkelanju-tan.

    Sekolah ini memiliki luas areal 50 Hayang meliputi bangunan (ruang kelas,kantor, perpustakaan, laboratorium,perawatan bayi, dapur umum, wismasiswa, dll), kebun produksi dan peneli-tian, peternakan, dan perumahan gurudan pengelola sekolah. Proses belajarmengajar di sekolah ini terdiri dari kelasformal (tiga tahun), kelas khusus (bagianak-anak yang telah lulus SMA) selama6 bulan belajar tentang teknik agroekolo-gi, serta dan kursus-kursus bersertiikasiuniversitas lokal. Hingga saat ini, sudah

    ada 4 angkatan yang lulus dari sekolahini.

    Problem mendasar disini adalah wa-laupun Brazil merupakan negara perta-nian, anak-anak mudanya sudah jarang

    yang memiliki orientasi dan integritasdi dunia pertanian, tutur salah seorangpengajar di Escola Agroecologia MiltonSantos.

    Pada 3 Oktober 2011, kami kemu-dian melakukan kunjungan ke komunitasurban MST di Sau Paolo. Ada tiga buahkomunitas yang dibangun MST di daerahperkotaan Sao Paolo. Ketiga komunitasini pada umumnya adalah masyarakatkota miskin yang tidak memiliki peker-jaan dan diajak untuk bertani dan ber-produksi. Luas lahan yang diduduki dandikuasai juga terbilang sempit.

    Sekilas Sejarah MSTCorak gerakan MST secara tidak

    langsung dipengaruhi oleh sejarah kolo-nialisasi di Brazil. Hal ini dimulai tahun1535 ditandai dengan datangnya orang-orang portugissebagai konsekuensidari revolusi industri di Eropa, selainorang portugis juga orang-orang Italia,Rusia, Belanda dan bahkan Jepang, yangsebenarnya juga mereka adalah petaniyang kalah bersaing, sehingga seketikatiba di Brazil sudah mampu mener-apkan sistem pertanian dan konsep

    perkebunan. Akhirnya sistem pertaniandan perkebunan dibawah kontrol tuantanah mulai berkembang pesat danpenduduk asli yang terdesak di wilayahpedesaan pindah ke perkotaan menjadiburuh pabrik industri dan menjadi kaummiskin di perkotaan. Pada akhirnyakelompok inilah yang menjadi sasaranpengorganisasian MST dan berpengaruhpada model gerakan MST. Melalui grup-grup informal inilah MST bergerak untukmenumbuhkan kesadaran, inisiatif danmotivasi serta bagaimana membangunkolektiitas tatanan masyarakat baru

    Secara struktur MST mirip denganSPI. Keanggotaan adalah keluargabaiksendiri maupun lebih dari dua orang.Semua program diawali dengan isureforma agraria dan dimuarakan padareforma agraria, yang artinya isu turua-nan dan kegiatan praktis selalu dalamkerangka reforma agraria.

    MST menempatkan kegiatan pendidi-kan dan sekolah menjadi hal yang sangatpenting dalam organisasinya, baik pen-didikan yang bersifat mencetak kader-kader organisasi yang militan maupunpendidikan formal yang bisa diakses olehanak-anak dari keluarga MST.#

  • 8/3/2019 Edisi 94 (Desember 2011)

    10/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 94DESEMBER 2011

    C A M P E S I N O S10

    Perjuangan PenguatanReforma Agraria di Asia

    Krisis ekonomi, sosial dan budayayang terjadi di pedesaan tersebut sema-kin berat dengan munculnya ancamanbesar land grabbing dimasa mendatang.

    Perubahan tren ekonomi dunia telahmendorong munculnya tren pengambilalihan lahan-lahan di pedesaan sebagaiinvestasi yang bernilai tinggi maupununtuk kepentingan industri agribisnisdisektor pangan yang sangat menjanjik-an. Pengambil alihan lahan di Asia, Afrikadan Amerika Latin banyak dilakukanoleh negara bersama perusahaan TNCsuntuk industri agribisnis pangan danbiofuell. Sementara peralihan kepemi-likan lahan di Eropa banyak didorongoleh semakin tingginya pembelian lahan-lahan pertanian sebagai investasi yang

    lebih menjanjikan daripada berinvestasilogam mulia.

    Meningkatnya tekanan dan ancamanyang dihadapi oleh petani dan ma-syarakat adat di pedesaan secara globaltersebut, akan merubah wajah perta-nian dan masyarakat pedesaan dimasamendatang. Merespon kondisi tersebut,seluruh anggota La via Campesina yanghadir dalam konferensi memperkuatkomitmen untuk memperkuat dan meng-globalkanperjuangan reforma agraria.

    Satu-satunya jalan keluar untuk men-gatasi krisis yang dihadapi petani dan

    masyarakat pedesaan diseluruh duniaadalah dengan melaksanakan ReformaAgraria yang sejati. Mendistribusikantanah kepada petani dan masyarakatadat, membangun sistem pertanianberbasiskan keluarga petani, memberi-kan jaminan harga terhadap produksipetani, menjamin akses petani terhadapinput pertanian dan sumber-sumber airbagi pertanian, serta menjamin keluargapetani untuk memperoleh pelayananpendidikan dan kesehatan.

    Komitmen untuk memperkuat danmengglobalkan perjuangan reforma

    agraria diawali oleh lahirnya deklarasiyang dirumuskan dan disepakati olehseluruh peserta konferensi. Deklarasitersebut menjadi tonggak baru untuklebih memperkuat perjuangan globalReforma Agraria melawan land grabbing.

    Salah satu poin dari daftar aksiyang tercantum dalam deklarasi adalahmelakukan mobilisasi massa secaraserentak diseluruh negara, pada hariperjuangan tani internasional 17 Aprilmendatang. Mobilisasi massa yang akandilangsungkan secara global tersebutakan menjadi kampanye global reforma

    agraria untuk melawan land grabbing.#

    CHIANG MAI. Krisis ekonomi yang diha-dapi oleh negara-negara maju berdam-pak terhadap perubahan tren pertum-buhan ekonomi dunia. Pergerakanarus investasi telah bergeser secarabesar-besaran ke negara-negara selatankhususnya kawasan Asia. Situasi terse-but direspon oleh berbagai pemerintahdi kawasan Asia secara terbuka denganmemberikan berbagai kemudahan dandukungan investasi. Isu krisis panganglobal turut serta mendorong peru-sahaan-perusahaan agribisnis untuk

    meningkatkan investasi dan mengincarlahan-lahan pertanian yang subur diAsia.

    Fenomena tersebut mendorongpeningkatan praktek perampasanlahan-lahan pertanian di pedesaan olehperusahaan agribisnis yang berambisimenguasai perdagangan pangan. Masadepan masyarakat pedesaan di Asiadihadapkan pada ancaman perampasanlahan yang lebih massif.

    Kenyataan tersebut menjadi tan-tangan baru bagi perjuangan reformaagraria yang telah dilakukan oleh

    seluruh anggota La Via Campesina.Menyikapi hal tersebut, organisasi-orga-nisasi tani anggota La Via Campesinadi kawasan Asia mengadakan perte-muan regional dalam Konferensi GlobalCampaign on Agrarian Reform (GCAR) diChiang Mai, Thailand pada 9-11 Nopem-ber yang lalu.

    Konferensi tersebut dihadiri olehanggota La Via Campesina dari Indone-sia, Thailand, India, Nepal, Bangladesh,Kamboja, Philipina dan Timor Leste.

    Henry Saragih, Koordinator UmumLa via Campesina yang hadir dalam

    konferensi tersebut menyatakan bahwa,konferensi tersebut menjadi momen-tum penting untuk merumuskan ulangstrategi kampanye Reforma Agrariadalam menyikapi ancaman land grab-bing (perampasan lahan) yang semakinmeningkat.

    Praktek land grabbing di kawasanAsia bukanlah hal yang baru. Praktekland grabbing telah berlangsung semen-jak masa kolonial dan terus berlanjuthingga saat ini menjelma dalam ben-tuk baru yang kita sebut sebagai neo-kolonialisme. Ancaman perampasan

    tanah yang dilakukan oleh perusahaan

    Sambungan dari halaman 7, Petani Sedunia..

    agribisnis semakin terbuka lebar, karenadilegalisasi oleh pemerintah melaluiberbagai regulasi yang disiapkan un-tuk memuluskan arus investasi, paparHenry Saragih dalam pembukaan konfe-rensi tersebut.

    Rohman Alqolami, perwakilanSerikat Petani Indonesia (SPI) yang jugahadir dalam acara tersebut menyam-paikan bahwa reforma agraria adalahsolusi perbaikan tata kelola pertaniankhususnya di Indonesia. Rohman yangjuga ketua Badan Pelaksana Wilayah

    (BPW) SPI Sumatera Selatan (Sumsel) itujuga memaparkan perjuangan beberapakonlik perampasan lahan yang terjadi didaerahnya.

    Beberapa waktu, anggota SPI diSumsel mengalami konlik dengan pihakPTPN VII yang berakhir dengan penem-bakan petani oleh pihak aparat. Hal iniseharusnya tidak terjadi apabila reformaagraria telah berhasil ditegakkan, tuturRohman.

    Konferensi GCAR yang berlangsungselama tiga hari tersebut menyepakatiserangkaian rencana aksi untuk melak-

    sanakan Kampanye Global ReformaAgraria di kawasan Asia. Kegiatan yangsama juga dilakukan oleh seluruh ang-gota La via Campesina di tiap wilayah,Amerika Latin, Eropa serta Afrika, untukmembahas strategi Kampanye GlobalReforma Agraria.#

    Rohman Alqolami (kanan)

  • 8/3/2019 Edisi 94 (Desember 2011)

    11/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 94

    DESEMBER 2011K E D A U L A T A N P A N G A N 11

    Petani Perempuan Ibu Kedaulatan Pangan

    BOGOR. Data kependudukan yang dilan-sir oleh BPS (Badan Pusat Statistik) perAgustus 2010 jumlah penduduk Indo-nesia sekitar 237.556.363 orang, dan di-perkirakan 70% dari total jumlah terse-but merupakan kaum tani. Dari jumlahtersebut petani perempuan merupakanbagian penduduk yang terbesar di pede-saan, yaitu sekitar 58%. Hal tersebutmenunjukkan bahwa pertanian keluargadi Indonesia sangat dipengaruhi olehpetani perempuan yang berperan besardalam proses produksi pertanian. Ikatan

    erat perempuan dalam budaya perta-nian keluarga menempatkannya sebagaipengelola benih hingga pengelola panenuntuk konsumsi keluarga.

    Akan tetapi, arah kebijakan perta-nian yang pro pemodal yang terus ber-langsung sejak masa orde baru hinggasaat ini, semakin mengusir perempuandari pertaniannya. Kebijakan imporbenih dan pangan semakin menghan-curkan hak pengelolaan dan kearifanlokal petani perempuan. Perempuansemakin sulit mengembangkan penge-tahuan pertanian berwawasan alamnya,

    perempuan semakin sulit menghasilkanpangan untuk keluarganya. Padahal saatini, petani sudah cukup terpuruk akibatperubahan iklim yang berakibat kega-galan panen dan instabilitas harga yangdisikapi pemerintah dengan kebijakanimpor pangan besar-besaran semakinmenghancurkan produksi pangan saatini. Alhasil, peran perempuan dalampengelolaan benih dan pangan sema-kin harus bersaing dan digantikan olehproduk-produk impor yang membanjiripasar lokal dalam negeri.

    Berdasarkan hal tersebut, Departe-

    men Petani Perempuan, Dewan PengurusPusat (DPP) Serikat Petani Indonesia(SPI) mengadakan Kursus Kepemimpi-nan Perempuan Dalam Perjuangan Pet-ani Untuk Menghapus Tindak Kekerasanterhadap Perempuan di Bogor, JawaBarat (23-27 November).

    Dalam kata sambutannya, HenrySaragih, Ketua Umum SPI, menitikberat-kan peran petani perempuan sebagai ibukedaulatan pangan bangsa Indonesia. Diajuga menyebutkan bahwa sebagai wadahperjuangan petani, SPI menekankanbahwa kekuatan perjuangan tani harus

    dilakukan oleh semua pihak, laki-laki

    Peserta Kursus Kepemimpinan Perempuan Dalam Perjuangan PetaniUntuk Menghapus Tindak Kekerasan terhadap Perempuan

    maupun perempuan.Hal ini akan tercermindalam tampilnya petaniperempuan dalam me-mimpin organisasi, be-rani memperjuangkanhaknya sebagai petani,dan tampil aktif un-tuk menolak berbagaibentuk penghancuranterhadap kehidupannyasebagai petani.

    Harus disadari,

    peminggiran ter-hadap perempuandan penghancuranterhadap kedaulatanperempuan dalampertanian, terutamakedaulatan perempuanterhadap pelindung

    pangan merupakan merupakan bentukkekerasan terhadap perempuan, dannegara berperan aktif melanggengkan-nya. Oleh karena itu kedaulatan petanidan hak azasi petani harus ditegakkan.Dan berbagai bentuk tindak kekerasanterhadap petani harus dihapuskan.Semua pihak baik laki-laki maupunperempuan, harus memperjuangkanhak-hak dasarnya sebagai petani, karenaperlindungan terhadap hak dasar pet-ani khususnya perempuan perempuanmerupakan perlindungan terhadap hakazasinya sebagai manusia, tutur Henryyang juga Koordinator Umum La ViaCampesina.

    Watak patriarki feodal yang sekianlama menutup akses perempuan terha-dap kepemilikan tanah, serta konfersi la-han pertanian besar-besaran yang terus

    berlanjut semakin menggusur perem-puan dari pertanian. Hal ini menunjuk-kan bahwa telah berlangsung pergeseranbudaya pada petani perempuan, peranpetani perempuan dalam budaya perta-nian keluarga telah beralih menjadi kerjaekonomi perempuan. Peran perempuandalam pertanian keluarga beralih se-bagai buruh tani, buruh tani perkebu-nan. Sebagian lainnya bekerja di sektorindustri dan pekerja lainnya di sektorinformal, seperti pekerja rumah tangga.Artinya jurang kemiskinan yang dialamiperempuan semakin terbuka. Saat ini

    sekitar 60% dari total perempuan Indo-

    nesia terpaksa menjadi tulang punggungekonomi keluarga.

    Minimnya lapangan kerja di dalamnegeri justru disiasati pemerintahdengan membuka lapangan kerja rumahtangga ke luar negeri, hingga tahun 2004saja angka buruh migran dari Indonesiamencapai 71.433 jiwa. Di lain sisi, tidaksedikit anak-anak perempuan dari desayang tersingkir dari partisipasi produksiperdesaan tersebut dengan iming-imingpekerjaan di kota justru menjadi korbanperdagangan manusia.

    Wilda Tarigan, Ketua DepartemenPetani Perempuan DPP SPI menyebutkanbahwa acara ini bertujuan untu mening-katkan kemampuan kepemimpinan kad-er petani perempuan SPI sehingga siapmemimpin perjuangan tani dan menin-gkatkan kemampuan pengorganisasian

    kader petani perempuan SPI sehinggasemakin mendorong peran aktif petaniperempuan dalam perjuangan tani.

    Selain itu juga bertujuan untukmenambah wawasan pemimpin petaniperempuan SPI dan mendorong sema-kin banyaknya kegiatan perempuanberkaitan dengan kampanye anti tindakkekerasan terhadap perempuan, tam-bahnya.

    Acara ini sendiri dilakukan beker-jasama dengan La Via Campesina Region-al Asia Tenggara, dan diikuti oleh pulu-han peserta dari seantero Indonesia.#

  • 8/3/2019 Edisi 94 (Desember 2011)

    12/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 94DESEMBER 201112 K E D A U L A T A N P A N G A N

    JAKARTA. Dalam pe-ringatan Hari PanganSedunia yang jatuh pada16 Oktober 2011 lalu,Serikat Petani Indonesia(SPI) bekerjasama denganKoalisi Anti Utang (KAU)dan Wahana LingkunganHidup (WALHI) Indonesiamenyelenggarakan se-rangkaian kegiatan yangsalah satunya mengajakpemuda-pemudi Indone-

    sia untuk (lebih) peduliterhadap pangan danmendukung terciptanyakedaulatan pangan diIndonesia.

    Syahroni, KetuaDepartemen Pendidikan,Kesenian, Pemuda dan

    Pemuda (Harus) Peduli Kedaulatan Pangan

    Budaya SPI mengungkapkan bahwapemuda sebagai generasi penerus sa-ngatlah diharapkan peranannya untukikut membangun kedaulatan pangan diIndonesia.

    Bagi pemuda-pemudi tani yang

    berada di desa bisa dilakukan denganterus bertani dengan menggunakanpertanian agroekologis dan berkelanju-tan dan tetap bangga menjadi petani, se-dangkan kaum muda di perkotaan, usahauntuk mendukung dan peduli terhadapkedaulatan pangan bisa diwujudkan de-ngan membeli hasil tani dari petani lokalterdekat, ungkap Syahroni.

    Syahroni juga mengungkapkanbahwa Hari Sumpah Pemuda yang jatuhtepat pada hari ini dapat menjadi momenyang tepat bagi pemuda untuk semakinmendukung kedaulatan pangan.

    Bertanah air satu, tanah air Indone-sia; berbangsa satu, bangsa Indonesia;berbahasa satu, bahasa Indonesia, danjuga berkedaulatan satu, kedaulatan In-donesia dalam segala aspek kehidupan,tambah Syahroni

    Sementara itu, ajakan agar pemudamendukung kedaulatan pangan bisadianggap cukup berhasil. Hal ini dibuk-tikan dengan antusiasme pemuda danmahasiswa dalam mengikuti beberapakegiatan yang dilakukan bersama SPI,KAU, dan WALHI.

    Yuyun Harmono dari KAU mengung-

    kapkan bahwa dari diskusi-diskusi yang

    diselenggarakan di beberapa kampus diJakarta, Bogor, Solo, dan Malang terlihatbahwa mahasiswa yang juga pemudasangat peduli terhadap pangan dan men-dukung penuh agar kedaulatan panganterwujud di Indonesia.

    Setiap diskusi di kampus-kampusyang kami datangi selalu dipenuhi olehmahasiswa, ini berarti pemuda Indonesiamasih sangat peduli dengan terwujudnyakedaulatan pangan negerinya. Petisi fotomendukung kedaulatan pangan yangkami galang juga disambut dengan antu-siasme yang luar biasa tutur Yuyun.

    Salah satu indikator lainnya adalahcukup banyaknya yang mengikuti lombaEkspresikan Dukunganmu TerhadapKedaulatan Pangan Lewat Foto yangjuga merupakan rangkaian peringatanHari Pangan Sedunia 2011. Lomba yang

    dilakukan melalui mediafacebookdantwitterini berhasil menjaring ratusanpemuda seluruh Indonesia. Lombaini sendiri dimenangkan oleh I MadeAdhi Darmawan dari Bali dengan fotoekspresinya yang berjudul Stop Im-por Pangan, dan dua orang pemenangfavorit yakni Catur Paminto Laksana asalSurabaya serta Adi Suseno dari Jakarta.

    Sudah saatnya kita bangkit den-gan hasil pangan lokal dari parapetani-petani lokal di seluruh pelosokIndonesia,yaitu dengan cara mengkon-sumsi pangan lokal dan tidak perlu lagi

    mendatangkan bahan pangan dari luar

    negeri, karena Indone-sia masih sangat mampuuntuk menghasilkan hasilpangan yang terbaik untukmemenuhi kebutuhanseluruh masyarakat dipelosok Indonesia, tutur IMade Adhi Darmawan, sangpemenang dari Bali.

    Detha Arya Tifada,seorang mahasiswa danjuga anggota Green StudentMovementmenyampaikan

    bahwa kedaulatan panganharus dipahami se- bagaigagasan alternatif untukmenjawab problem krisisharga pangan yang tengahterjadi. Produksi pangandalam negeri yang mero-sot merupakan akibat dari

    minimnya akses alat produksi petani-petani (kecil) lokal. Paradigma keta-hanan pangan (saja) tak akan mampumenjawab problem diatas. Kedaulatanpangan dapat diartikan hak setiap orang,masyarakat dan negara untuk mengak-

    ses dan mengontrol aneka sumberdayaproduktif serta menentukan dan men-gendalikan sistem (produksi, distribusi,konsumsi) pangan sendiri sesuai kondisiekologis, sosial, ekonomi, dan budayakhas masing-masing.

    Pangan tidak hanya melulu tentangperut yang lapar, tetapi lebih dari itupangan dapat menjamin kehidupan yanglayak bagi si petani. oleh karena itu bi-jaklah memilih bahan pangan yang ada,ungkapnya.

    Pandi, pemuda tani SPI asal Bogormenyampaikan bahwa dirinya merasa

    bangga menjadi petani karena petaniadalah tulang punggung pertanianbangsa.

    Saat ini saya bertani dengan meng-gunakan sistem pertanian berkelanjutan,saya bangga bisa menjadi bagian pentingyang menjamin kedaulatan pangan diIndonesia, ungkapnya.

    Puncak rangkaian peringatan HariPangan Sedunia 2011 di Jakarta yangdiselenggarakan bersama oleh SPI, KAUdan WALHI ini adalah melakukan aksipemuda peduli pangan di Bundaran Ho-tel Indonesia, Jakarta, pada 16 Oktober

    2011.#

    Foto I Made Adhi Darmawan (Bali), mendukung kedaulatan pangan dan menolak impor

  • 8/3/2019 Edisi 94 (Desember 2011)

    13/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 94

    DESEMBER 2011H A K A S A S I P E T A N I 13

    JAKARTA. Menyedihkan, kira-kira kataini cukup tepat untuk mengungkapkannasib masyarakat pedesaaan di Indone-sia. Lahan produksi yang semakin sempitmenyebabkan banyak masyarakat pede-saan yang mengadu nasib ke perkotaan baik itu di dalam maupun luar negeri hanya untuk menyambung hidupnya.Tanpa dibekali skill yang mumpuni, me-reka hanyalah menjadi buruh bangunan,pekerja kasar, maupun pekerja sektorinformal lainnya. Belum lagi bagi me-reka yang menjadi buruh migran ke luar

    negeri; penganiayaan, pelecehan dankekerasan isik sering menimpa mereka.

    Achmad Yakub, Ketua DepartemenKajian Strategis Nasional Serikat PetaniIndonesia (SPI) mengungkapkan bahwamandeknya pembangunan pertanianpedesaan menghasilkan kemiskinan ma-syarakat desa yang mendalam. Bagi yangtidak memiliki alat produksi di desanya,mereka cenderung akan mencari peng-hidupan di kota.

    Dia mengemukakan bahwa peme-rintah harus segera membangun pede-saan dan pertanian, segala daya upaya

    diprioritaskan pada pembangunan desa,karena apabila permasalahan di sektorpertanian dan pedesaan diselesaikanberarti Indonesia telah berhasil menyele-saikan setengah permasalahannya.

    Ini semua bisa ditempuh denganmemastikan masyarakat desa memilikiakses terhadap alat produksinya danjuga permodalan, dan ini bisa dicapaiapabila reforma agraria benar-benardijalankan di negeri ini. Pemerintah jugadapat membangun industri pedesaanberbasis agraria yang dikelola penuholeh masyarakat desa, yang bisa me-

    nyerap tenaga kerja dan nilai tambahbagi masyarakat desa sendiri, ungkapYakub dalam aksi solidaritas AliansiTolak Hukuman Mati Buruh Migran Indo-nesia (Selamatkan Tuti Tursilawati dan302 Buruh Migran Lainnya dari Huku-man Mati) di Bundaran Hotel Indonesia,Jakarta, (10/11).

    Sementara itu, Nisma Abdullah,Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia(SBMI) menyebutkan bahwa Tuti Tursil-awati (27 tahun) yang merupakan buruhmigran asal Cikeusik, Sukahaji, Kabupa-ten Majalengka, Jawa Barat akan dijatuhi

    hukuman mati oleh pemerintahan Arab

    Aksi solidaritas SPI menolak hukuman ma bagi buruh migran Indonesia (10/11).

    Terlantar di Desa Sendiri, Terzholimi di Luar Negeri

    SaudisetelahIdul Adhatahun inikarenatuduhanmembunuhmaji-kannya.PadahalmenurutNisma, tin-dakan Tuti

    dilakukankarena simajikanberusahamem-perkosa-nya.

    Untukmembeladirinya,Tutimemukulmajikan-nya dengan

    tongkatkemudianmelarikandiri, tuturNisma.

    Nismamenjelas-kan bahwa,selain Tutimasihterdapat302 WargaNegaraIndonesia

    (WNI) yangterancamhukumanmati diluar negeri. Dia memaparkan setidaknyaterdapat 233 orang di Malaysia, 29 orangdi Cina, 44 orang di Arab Saudi, 10 orangdi Singapura, seorang di Suriah, seorangdi Uni Emirat Arab, dan seorang di Mesir.Sementara itu terdapat tiga orang WNIyang telah dieksekusi: dua orang di ArabSaudi atas nama Yanti Irianti Bt JonoSukardi (12 Januari 2008) dan RuyatiBt Satubi (18 Juni 2011), dan seorang di

    Mesir atas nama Tengku Darman Agustri

    (16 Mei 2009).Atas nama Aliansi Tolak Hukuman

    Mati Buruh Migran Indonesia kamimeminta Presiden Indonesia, SoesiloBambang Yudhoyono bertanggung jawabatas nasib warga negaranya yang beradadi luar negeri, tambah Nisma.#

    www.spi.or.id

  • 8/3/2019 Edisi 94 (Desember 2011)

    14/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 94DESEMBER 2011

    L A W A N N E O L I B E R A L I S M E14

    Aksi SPI Tuntut ASEAN Lebih Berdaulat

    DENPASAR. Serikat Petani Indonesia(SPI) bersama seratusan anggota ger-akan masyarakat sipil se-Indonesiamelaksanakan aksi menyikapi KTTASEAN ke-19, KTT ASEAN Plus, dan KTTAsia Timur di Denpasar, Bali (18/11).Aksi dimulai dengan melakukan orasidi Lapangan Parkir Timur Renon, danselanjutnya menuju Kantor Konsulat

    Amerika di Jalan Hayam Wuruk No 1,Denpasar.

    Henry Saragih, Ketua Umum SPImenyampaikan bahwa KTT ASEAN ke-19 yang sedang berlangsung di NusaDua-Bali tidak mendukung kedaulatanregional ASEAN umumnya dan Indonesiakhususnya.

    Seluruh potensi baik pertanian,perikanan, kehutanan ada di Indonesiadan kawasan ASEAN. Jadi mengapa kita

    Aksi SPI menuntut ASEAN agar lebih berdaulat di Denpasar, Bali (18/11).

    harus tergantung kepada Amerika danEropa. Kami menilai seluruh kesepaka-tan yang dihasilkan dalam KTT ASEANke-19 tersebut sangat pro Amerika danEropa, bukan sebaliknya, ungkap Henry.

    Henry yang juga Koordinator UmumLa Via Campesina (Gerakan Petani Inter-nasional) juga menyebutkan bahwa KTTASEAN hanya akan semakin memulus-

    kan langkah Amerika Serikat, Cina danUni Eropa untuk melakukan perjanjianperdagangan bebas (FTA) dengan nega-ra-negara di ASEAN, khususnya Indone-sia.

    FTA telah terbukti menyengsarakanpetani kecil di Indonesia. Kita tentu ma-sih ingat petani bawang dan petani ken-tang kita yang terpuruk akibat importasidari luar negeri. Seharusnya negara-negara ASEAN bersatu padu, saling bahu

    membahu danbekerjasamauntuk me-nyelesaikanmasalah dikawasanregionalnya,bukan malahmenjual ke-daulatannyake negara-negara maju,tutur Henry.

    KamikhawatirkedaulatanIndonesia dannegara ASEANsemakin habisoleh kekuatankapitalis yangmenggunakanmodal dankekuatanmiliternya un-tuk mengin-tervensi

    negara-negaraASEAN. Kamimenuntutagar negara-negara di

    ASEAN lebih berdaulat, tambah Henry.Sementara itu, I Wayan Suardana

    dari WALHI Bali menyebutkan bahwakepemimpinan Presiden Susilo BambangYudhoyono dinilai lebih berpihak kekapitalisme dan tidak berpihak kepadamasyarakat bawah.

    Kami ingin menyuarakan aspirasirakyat agar didengar para pemimpin

    ASEAN, jangan sampai mereka diinter-vensi kekuatan kapital Amerika Serikat,imbuhnya.

    Satu hari sebelumnya, SPI dan pulu-han ormas se-Indonesia telah menghasil-kan sebuah deklarasi bersama yang ditu-jukan untuk negara-negara ASEAN agarbisa membangun kedaulatan regionaltanpa intervensi pihak mana pun.#

    Tabloid Pembaruan Tani versi elektronik bisa dinikmati di: www.spi.or.id

  • 8/3/2019 Edisi 94 (Desember 2011)

    15/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 94

    DESEMBER 2011R A G A M

    TEKA TEKI SILANG PEMBARUAN TANI - 012

    15

    MENDATAR

    1. Tanaman keras 6. Perkebunan Inti Rakyat 7. Ibu (Jawa) 9. Usaha Dagang 11. Alat pendinginruangan 12. Satuan ukuran berat 13. Wangi tidak sedap 14. Racun ular16. Ajaran mengenai kepercayaan 17. Olahraga tradisional Jepang21. Membiarkan membuat sekendak hati 22. Bersih, rapi23. Alat untuk mengangkat sesuatu yang berat 25. Berkali-kali, berulang kali28. Bersifat seperti air 29. Senang, gembira 30. Satu (Sansekerta)31. Diulang, organ di dalam mulut 32. Toko buku 34. Berbelas kasihan 35. Sebelum31. Olahraga permainanMENURUN

    1. Anggota tim 2. Sejenis unggas 3. Klub sepakbola asal Malang 4. Hewan bersel satu5. Trans National Company 6. Tabloid perjuangan kaum tani kebanggaan kita8. Lagu kebangsaan kita 10. Permintaan kepada Tuhan 11. Susut karena tergosok15. Serba kuat, kaya (Jawa) 18. Perbuatan atau perayaan yg dilakukan atau diadakansehubungan dengan peristiwa penting 19. Makanan pokok kita20. Memiliki keinginan yg kuat untuk bertemu 24. Dewi padi 25. Kakak26. Tiruan makhluk hidup yang digerakkan oleh mesin 27. Bagian ruang yg bersekat; kota28. Cairan pewarna 31. Sejenis bahan bakar 33. Badan Pelaksana Wilayah

    ISTILAH PAK TANI

    * COP (Conference of theparties) : Konferensi sekum-pulan partai ataupun pihak

    tertentu* Deforestasi: Kondisi saattingkat luas area hutan yangmenunjukkan penurunan se-cara kualitas dan kuantitas.

    * Degradasi: Penurunankualitas (berlaku padalahan)

    * Emisi: Sisa hasil pemba-karan bahan bakar

    * Land Grabbing: Peram-pasan tanah atau lahan milikrakyat

    * Pilot Project: Proyek per-cobaan awal

    * REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Deg-radation) : berarti Penguran-gan Emisi dari Deforestasidan Degradasi Lingkungan.Secara singkat dapat dide-fenisikan dengan perdagan-gan karbon yang hanya men-guntungkan negara maju.REDD mengalihkan tanggung

    jawab negara-negara majuuntuk mengurangi emisi kenegara miskin dan berkem-bang yang masih mempunyaihutan. Sistemnya pun dibuatterkunci yakni negara majumembeli kawasan di negaraberkembang yang bisa me-nyerap kelebihan karbonmereka. Akibatnya masyara-kat yang hidup di kawasantersebut harus keluar karenasemua aktivitas manusia itumengeluarkan emisi.

    * UNFCCC (United NationsFramework Convention onClimate Change) merupakankonvensi internasional dalampencegahan perubahan iklimdunia yang terbentuk di Riode Janeiro,Brazil pada 1992.Sejatinya konvensi ini mem-berikan solusi mengenai pe-rubahan iklim yang mampumendinginkan bumi namunkenyataannya justru cender-ung berpihak kepada negara-negara maju.

  • 8/3/2019 Edisi 94 (Desember 2011)

    16/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 94DESEMBER 2011

    G A L E RI F O T O16

    Petani Perempuan (Juga) Harus Mahir Berbicara

    MEDAN. Keterampilan berbicara adalah kunci kesuksesan ses-eorang ungkapan ini menambah semangat bagi petani-petaniperempuan anggota Serikat Petani Indonesia (SPI) SumateraUtara (Sumut) yang berasal dari berbagai kabupaten dalammengikuti pelatihan Public Speaking yang diadakan oleh BiroPetani Perempuan SPI Sumut, Senin (31/10).

    Public Speaking merupakan keterampilan berkomunikasidi depan umum dengan tujuan untuk menyampaikan ide dangagasan kita kepada orang lain. Kebanyakan orang merasakesulitan jika harus berkomunikasi di hadapan orang banyak.Hal ini juga yang dirasakan oleh petani perempuan SPI Sumutyang berasal dari Kabupaten Asahan, Deli Serdang, Langkat dan

    Medan selama pelatihan ini. Mereka sangat antusias dan keban-yakan dari mereka mengungkapkan bahwa selama ini selalumerasa takut dan bingung ketika dihadapkan pada situasi yangmemaksa mereka harus mengungkapkan pendapatnya.

    Terkadang saya suka lupa akan apa yang ingin sayakatakan. Rasa takut dan cemas, jadinya hilang konsentrasi tu-tur Peri Br. Tamba, petani perempuan SPI Basis Padang Mahon -dang, Kabupaten Asahan.

    Biro Petani Perempuan SPI Sumut memandang salah satufaktor mengapa kondisi petani perempuan semakin terping-girkan dikarenakan ketidakberanian petani-petani perem-puan untuk mengeluarkan ide-ide dan gagasannya baik dalamdiskusi-diskusi kelompok, pelatihan-pelatihan bahkan padasaat rapat-rapat organisasi.

    Kemampuan untuk berani tampil mengeluarkan ide danpendapat dari petani perempuan penting untuk dipelajari dandiasah. Terlebih saat ini banyak petani perempuan yang berdiridi garis terdepan dalam perjuangan-perjuangan menuntut hak-hak mereka. Hal ini yang melatarbelakangi pelatihan kali initerang Riri Novita Sari, Kepala Biro Petani Perempuan BadanPelaksana Wilayah (BPW) SPI Sumut.

    Dewi, petani perempuan dari Kabupaten Langkat sangatmemanfaatkan pelatihan ini untuk dapat menggali kemam-puannya dalam berkomunikasi di depan umum.

    Teori-teori yang dijelaskan tadi terlihat mudah tetapipada saat melakukan latihan pidato tadi, rasanya gugup karenabelum terbiasa ungkapnya usai mendapat kesempatan untukmempraktikkan pidato di depan peserta lainnya.

    Pelatihan yang berlangsung sehari ini dinilai kurang cukupuntuk menggali kemampuan pesertanya untuk menerapkanteori-teori yang telah disampaikan.

    Kemampuanpublic speaking ini harus terus menerus

    diasah. Memanfaatkan setiap kesempatan dalam mengung-kapkan pendapat merupakan salah satu cara yang paling baikuntuk melatih kemampuan public speaking seseorang ungkapDra. Mazdalifah, MSi yang bertindak sebagai fasilitator dalampelatihan ini.

    Dosen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poli-tik, Universitas Sumatera Utara ini juga memberi apresiasi yangluar biasa kepada seluruh peserta yang mau terlibat aktif dalampelatihan singkat ini.

    Ke depannya diharapkan akan muncul petani-petani perem-puan yang dengan lantang menyuarakan pendapat dan pemiki-rannya di depan umum. Dengan demikian stigma bahwa perem-puan hanya berperan dalam sektor domestik dapat terkikissedikit demi sedikit.#

    (Kiri atas) Seorang petani perempuan sedang berlah melakukanpublic speaking(Kanan atas dan Kanan bawah) Foto bersama peserta dan pemateri pelahanpublic speaking yang diadakan oleh Biro Petani Perempuan SPI Sumatera Utara(31/10).