sudah barang tentu diarahkan untuk peningkatan kinerja...
Transcript of sudah barang tentu diarahkan untuk peningkatan kinerja...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang Masalah
Pembangunan aparatur pemerintahan sebagai abdi negara dan
abdi masyarakat merupakan bagian integral dari pembangunan
manusia, perlu ditingkatkan kualitasnya sejalan dengan tugas pokok
dan fungsi pemerintahan yang semakin kompleks dalam abad ke 21
ini. Peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur pemerintahan
sudah barang tentu diarahkan untuk peningkatan kinerja dalam rangka
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat sebagai
konsekuensi dari pengaruh dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi maupun perubahan masyarakat serta tuntutan
pembangunan yang senantiasa mengharapkan adanya perbaikan di
berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh dan
terpadu.
Kenyataan selama ini, pelayanan publik yang diberikan oleh
aparatur pemerintah pada semua unit kerja belum dapat memenuhi
harapan masyarakat. Keluhan-keluhan dalam berbagai bidang
pelayanan umum, seperti meningkatnya kriminilitas, pengurusan
perizinan dan sertifikat tanah yang berbelit-belit dan memakan waktu
yang lama, merupakan bukti atas rendahnya kualitas pelayanan yang«
diterima oleh masyarakat. Di samping itu masih ada oknum aparatur
yang bersikap diskriminatif. Mereka cenderung memberi pelayanan
yang lebih cepat kepada warga masyarakat yang mereka kenal.
Sedangkan kepada masyarakat yang kurang dikenal pelayanannya
lambat. Oleh karena itu kesan pertama dari hampir setiap warga
masyarakat yang datang berurusan ke kantor-kantor pemerintahan
adalah bertemunya mereka dengan pegawai berseragam yang kurang
ramah, kurang informatif, mata duitan dan kurang profesional (Rasyid,
1997; 142)
Selanjutnya Mustapadidjaja (1998;2) mengatakan, bahwa :
Tuntutan masyarakat terhadap aparatur saat ini adalahberfungsinya sistem administrasi negara secarabertanggungjawab (acountable) dengan efesiensi sektor publikyang menjadi tonggak pengembangan organisasi danprofesionalisasi aparatur, ini jelas didasari oleh pemikiranbahwa pada masa sekarang dan akan datang, aparatur negaraakan dihadapkan pada suatu kondisi obyektif yang menuntutdaya saing (competitiveness) serta kecepatan, ketepatan dankeakuratan {effectiveness) penyelenggaraan tugas-tugaspemerintahan dan pembangunan, dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh birokrasi, sementara tuntutanmasyarakat terhadap jasa pelayanan umum {public service)semakin meningkat.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, dan untuk mewujudkan
secara konsepsional dan aktual diperiukan kesiapan dan dukungan
berbagai peran dan fungsi pendidikan yang dilakukan pemerintah,
masyarakat, dan keluarga. Sebab pendidikan merupakan salah satu
bentuk investasi modal manusia (human investment), yang akan
menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa.
Menurut Ace Suryadi (1999 ; 188), terdapat tiga cara memandang
sistem pendidikan jika lihat dari orientasinya dalam pengembangan
SDM, yaitu pendidikan berorientasi terhadap (1). upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa, (2). upaya mempersiapkan tenaga
kerja terampil dan ahli yang diperiukan dalam proses memasuki era
industrialisasi, serta (3). upaya membina dan mengembangkan
penguasaan berbagai cabang keahlian ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) sebagai
salah satu institusi pendidikan kedinasan Departemen Dalam Negeri
dan sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional, khusus
mengemban tugas menyiapkan dan membentuk awal kader pimpinan
pemerintahan dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri di daerah,
dengan sasaran karir awal sebagai pimpinan kewilayahan pada
jajaran pemerintahan tingkat terendah yang dapat dikembangkan
pada tingkat yang lebih tinggi secara berlanjut.
Secara historis STPDN merupakan pengembangan dari
pengintegrasian 20 APDN Daerah yang sekarang berpusat di
Jatinangor Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat berdasarkan
Keputusan Presiden R.I Nomor 42 Tahun 1992 tentang Pendirian
STPDN, yang mempunyai sasaran pendidikan yang meliputi Mental,
Intelektual dan Keterampilan. Ketiga hasil dasar didik itu dibentuk,
ditingkatkan, dikembangkan dan diarahkan secara seimbang, terpadu
dan simultan, sehingga dicapai suatu kebulatan kepribadian yang
menampilkan keutamaan dalam penguasaan pada bidang
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan sebagai
profesionalisme Ahli Pemerintahan (Diploma IV) melalui tiga bentuk
upaya pendidikan yang satu dengan yang lainnya saling bergantung
dan saling mempengaruhi, terpadu secara harmonis, dan terintegrasi.
Bentuk upaya pendidikan tersebut ialah :
1. Pengajaran, yaitu upaya pendidikan yang berbentuk kuliah di kelas
dengan sasaran untuk memberikan pemahaman pengetahuan
teoritik dan praktik yang memberikan dasar bagi keahlian
profesional, yaitu bidang pemerintahan dalam negeri pada
umumnya dan pemerintahan daerah khususnya. Jalur
pengembangan kecerdasan/penalaran dan pengisian serta
pemantapan ilmu pengetahuan dan teknologi, disajikan lewat
pengajaran melalui Mata Kuliah Umum (MKU), Mata Kuliah Dasar
Keahlian (MKDK), dan Mata Kuliah Keahlian (MKK). Jadi proses
pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses
pemberdayaan, yaitu proses untuk mengungkapkan potensi yang
ada pada manusia sebagai individu, yang selanjutnya dapat.
memberikan sumbangan kepada pemberdayaan masyarakat lokal,
kepada masyarakat bangsanya dan pada akhirnya kepada
masyarakat global (Tilaar, 1997 ; 132). Oleh karena itu pendidikan
didesain sedemikian rupa guna mempersiapkan individu pada
«
pekerjaan yang berbeda pada suatu organisasi, sebab pendidikan
tidak hanya berfungsi untuk mencerdaskan manusia, tetapi yang
utama adalah memasok tenaga yang diperiukan dalam proses
pembangunan, baik dalam arti jumlah maupun mutu.
2. Pelatihan, yaitu upaya pendidikan yang berbentuk aplikasi yang
dilakukan baik dalam kelas maupun di lapangan, dengan sasaran
untuk membentuk kemampuan penguasaan praktek dalam aspek
keterampilan profesi dan sekaligus dalam rangka pembentukan
kepribadian kader. Mengingat Kelurahan merupakan sasaran
penempatan awal para lulusan (Purna Praja) STPDN, maka jenis
pelatihan yang diberikan mencakup aspek keterampilan teknis
administrasi dan keterampilan pendukung profesi. Khusus untuk
keterampilan pendukung profesi ini, antara lain diberikan dalam
bentuk latihan di bidang pertanian dan peternakan.
Penggolongan Jenis pelatihan di STPDN terdiri dari:
a. Jenis pelatihan digolongkan :
1) Latihan Dasar Kemasyarakatan
2) Gladi Manajemen Pemerintahan
3) Laboratorium Pemerintahan
4) Latihan Dasar Mental keprajuritan (LATSARMENRIT)
5) Latihan Lapangan, berupa :
- Pengenalan Praktek lapangan (PPL)
- Praktek Kerja Lapangan (PKL)
- Bhakti Karya Praja (BKP)
- Latihan Integrasi Taruna Dewasa (LATSITARDA)
- Desa Laboratorium Unit Kerja (DLUK)
b. Golongan pelatihan profesi, baik penguasaan pengetahuan
maupun problem Solving.
Jadi pelatihan {training) merupakan upaya pembinaan
keterampilan dasar yang diperiukan pegawai baru atau lama untuk
melaksanakan pekerjaan dalam suatu organisasi (Gary Dessler,
1993; 248)
3. Pengasuhan, yaitu upaya pendidikan yang berbentuk bimbingan
dan penyuluhan di lingkungan pendidikan dengan sasaran untuk
menanamkan nilai-nilai budaya dan pembulatan penguasaan
akademis dalam rangka pembentukan kepribadian kader pimpinan
pemerintahan dalam negeri dengan titik berat pada aspek mental
kejuangan dan wawasan nusantara serta pelayanan dan
pengayoman masyarakat. Selanjutnya Mintorogo dan
Sedarmayanti (1992 ; 69) mengatakan bahwa di samping
keterampilan, keahlian/kecakapan dan teknologi, produktivitas
tenaga kerja dipengaruhi juga oleh sikap dan etika kerja, yaitu
norma-norma kerja yang disadari oleh pandangan seseorang
terhadap sistem nilai atau value system.
Untuk mencapai tujuan pengasuhan tersebut, maka kegiatan dalam
kurikulum pengasuhan dibagi dalam 6 golongan, yatiu :
a. Pembinaan kehidupan mental spiritual dan ideologi
b. Pembinaan kehidupan kepemimpinan
c. Pembinaan watak
d. Pembinaan ketrampilan olah pelayanan masyarakat.
e. Pembinaan keterampilan olah raga dan kesemaptaan jasmani.
f. Pembinaan motivasi belajar dan kreativitas ilmu.
Sub sistem pendidikan pengajaran, pelatihan, dan pengasuhan
(JARLATSUH) tersebut sebagai jelmaan peranan dan tanggung jawab
pemerintah dalam pendidikan guna mempersiapkan pimpinan bangsa
yang memiliki kesiapan jiwa raga, penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang beraspek keterampilan sesuai kebutuhan dan tuntutan
secara seimbang, selaras dan serasi bagi kemajuan dan
kesejahteraan bangsa.
Sistem pendidikan Jarlatsuh di atas dalam pelaksanaannya
diintegrasikan melalui kegiatan akademik STPDN dan
dioperasionalisasikan secara bertahap dalam proses pendidikan yang
meliputi:
1. Tahap penanaman (Tingkat l/Muda Praja), adalah tahap
menanamkan nilai-nilai dasar kepemimpinan pemerintahan dalam
negeri dan nilai-nilai dasar profesi serta penguasaan olah pikir dan
dasar-dasar keterampilan sebagai persiapan menerima
pengetahuan yang bersifat teknis dan latihan lanjutan.
2. Tahap Penumbuhan (Tingkat ll/Madya Praja), adalah tahap
penumbuhan kesadaran terhadap nilai-nilai dasar kepemimpinan
s/^**1"0'0'**^/1&&VZ&AAQfir'
pemerintahan dalam negeri, dengan menumbuhkan nilai-ViiU
di atas dan memantapkan olah pikir serta keterampilan^efe^^^
persiapan menerima pengetahuan yang bersifat teknis dan latihan
lanjutan.
3. Tahap pengembangan (Tingkat lll/Nindya Praja), adalah tahap
pengembangan penghayatan nilai kepemimpinan pemerintahan
dalam negeri, dengan memantapkan penguasaan pengetahuan
teknis serta keterampilan yang berhubungan dengan profesinya.
4. Tahap pemantapan (Tingkat IV/Wasana Praja), adalah tahap
pemantapan nilai-nilai kepemimpinan pemerintahan dalam negeri
melalui penguasaan pengetahuan dan keterampilan profesi agar
mampu menerapkan secara langsung dalam penugasan.
Selanjutnya dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 92
Tahun 1996 tentang Statuta STPDN, pasal 11 disebutkan bahwa
maksud tujuan pendirian dan penyelenggaraan Sekolah Tinggi
Pemerintahan Dalam Negeri adalah :
1. Membentuk manusia susila yang cakap, beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mempunyai keinsyafan untuk
bertanggung jawab terhadap kelangsungan penyelenggaraan
pemerintahan dan keserjahteraan masyarakat Indonesia
khususnya dan dunia pada umumnya, untuk berdiri pribadi dalam
memangku jabatan pimpinan pemerintahan dalam negeri;
2. Mengembangkan, memadukan dan mengabadikan ilmu
pengetahuan dan teknologi;
3. Menyelenggarakan pembangunan, memelihara, dan
mengembangkan hidup kemasyarakatan dan kebudayaan, serta
hidup kenegaraan.
Sedangkan ciri-ciri seorang hasil didik STPDN yang diharapkan
adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kualifikasi kepemimpinan yang dilandasi nilai budaya
bangsa. Pancasila dan UUD 1945, bersemangat juang sebagai
abdi masyarakat, berwawasan nusantara, berkode etik, berwatak
dan berdedikasi sebagai pimpinan yang berdasarkan asas Ing
Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri
Handayani.
2. Memiliki kualifikasi kepelayanan dengan tingkat kepekaan
terhadap kebutuhan masyarakat, pengetahuan akademis, dan
keterampilan operasional, sehingga dapat mengembangkan diri
dalam pelaksanaan tugas pada jajaran Pemerintahan Dalam
Negeri pada umumnya dan Pemerintahan Daerah pada
khususnya.
3. Memiliki kualifikasi kenegarawanan dalam menghadapi tantangan
pelaksanaan tugas pemerintahan, dengan berbasis
profesionalisme dan dimensi keilmuan.
z
Tuntutan reformasi terhadap aktivitas pemerintahanwatu
Vdan berwibawa yang semakin keras, menuntut pemerint^bL^^tuk:
cepat menyiapkan aparatur yang berkualitas. Pengembangan
pendidikan kader pemerintahan di lingkungan Departemen Dalam
Negeri, khususnya melalui STPDN dengan sistem pendidikan
pengajaran, pelatihan dan pengasuhan (JARLATSUH) merupakan
salah satu aplikasi tekad untuk memperbaiki kinerja penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang selama ini
dirasakan belum maksimal dan perlu dilakukan penyempumaan.
B. Perumusan Masalah
Oleh karena pentingnya peranan kualitas hasil peserta didik
yang dinilai berdasarkan kinerja di lapangan, dan keinginan untuk
menelaah sumber daya manusia yang ada dan sangat kompleks dari
hasil peserta didik yang berasal dari perguruan tinggi kedinasan, maka
bertolak dari uraian tersebut, diajukan permasalahan sebagai berikut:
"Sejauhmana proses pendidikan STPDN berpengaruh terhadap
kinerja Purna Praja di Kabupaten Gowa" ?.
Mengingat masalah tersebut sangat luas, maka selanjutnya akan
dirinci agar penelitian ini lebih terarah, sehingga pokok masalah
penelitian diidentifikasi sebagai berikut:
1. Berapa besar pengaruh pengajaran terhadap kinerja Purna Praja ?
2. Berapa besar pengaruh pelatihan terhadap kinerja Purna Praja ?
3. Berapa besar pengaruh pengasuhan terhadap kinerja Purna
Praja ?
4. Berapa besar pengaruh pengajaran, pelatihan, dan pengasuhan
terhadap kinerja Purna Praja ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah serta
dengan asumsi bahwa peserta didik (Praja) sebagai bahan baku yang
potensial dilihat dari proses rekrutmennya, maka dalam proses
pendidikan di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN)
dengan sistem pengembangan pendidikan JARLATSUH diharapkan
memiliki kuaitas kinerja yang baik dil lapangan sesuai dengan visi dan
misi yang diharapkan sebagai Pamong Praja Muda yang merupakan
unsur utama aparatur pemerintah, abdi negara, dan abdi masyarakat,
maka penelitian ini berupaya menelaah pengembangan hasil peserta
didik setelah mengikuti pendidikan dan berada di lapangan.
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengajaran terhadap
kinerja Purna Praja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gowa ?
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelatihan terhadap
kineja Purna Praja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gowa ?
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengasuhan terhadap
kinerja Purna Praja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gowa ?
12
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengajaran, pelatihan,
dan pengasuhan terhadap kinerja Purna Praja di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Gowa ?.
D. Manfaat Penelitian
Dengan menjawab seluruh permasalahan yang diajukan dalam
penelitian ini diharapkan :
1. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada Sekolah
Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri dan pihak-pihak yang
berkompoten, khususnya di lingkungan Departemen Dalam Negeri
tentang pengaruh proses pendidikan STPDN (JARLATSUH) bagi
peningkatan kinerja Purna Praja.
2. Hasil penelitian ini merupakan sumbangan pemikiran secara empirik
bagi pengembangan kurikulum dan metoda pendidikan serta
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pemerintahan,
khususnya berkaitan dengan sumber daya manusia dengan melihat
kinerja Purna Praja yang merupakan unsur aparatur pemerintah,
abdi negara dan abdi masyarakat, sejalan dengan tuntutan dan
perkembangan kualifikasi Pamong Praja Muda.
E. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka berpikir penelitian ini dilandasi bahwa pada
hakekatnya sistem pengembangan pendidikan pengajaran, pelatihan
13
dan pengasuhan (JARLATSUH) di Sekolah Tinggi Pemerintahan
Dalam Negeri (STPDN) akan berpengaruh pada peningkatan kinerja
peserta didik, yang ditandai dengan pemahaman terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsinya, peningkatan kualitas dan kuantitas
pekerjaan dan kedisiplinan dalam menyelesaikan setiap pekerjaan
yang dipercayakan atasan dalam suatu unit kerja apabila nantinya
bertugas di lingkungan kerjanya.
Semangat reformasi telah mewarnai pendayagunaan aparatur
negara dengan tuntutan untuk merealisasikan administrasi negara
yang mampu mendukung kelancaran dan keterpadanan pelaksanaan
tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara dan
pembangunan, dengan mempraktekan prinsip-prinsip good
governance.
Dalam rangka good governance tersebut, maka Purna Praja
sebagai kader pimpinan pemerintahan di lingkungan Departemen
Dalam Negeri harus diarahkan kepada fungsinya yang paling utama
sebagai abdi negara dan abdi masyarakat yang selalu memberikan
pelayanan yang sesuai atau melebihi persepsi, tuntutan, keinginan,
kebutuhan, harapan, situasi, dan kondisi masyarakat yang nantinya
menciptakan kepuasan masyarakat, bukan merupakan instrumen
politik bagi kekuatan politik tertentu. Oleh karena itu pengembangan
sumber daya manusia (peserta didik) STPDN berorientasi pada
profesionalisme, demokratis dan berwawasan kenegarawan.
INP
UT
CA
LO
N
PR
AJA
Gam
bar
1.K
eran
gk
aP
ikir
Pen
elit
ian
SY
AR
AT
AM
BA
NG
PR
OS
ES
PE
ND
IDIK
AN
ST
PD
N
Pen
ga
jara
n(X
/>;
•M
ate
riK
uli
ah
•M
etod
eP
enga
jara
n•E
va
lua
si
Pel
apor
an
Pela
tih
an
(X,)
;
•Ma
teri
lati
ha
n
•Met
od
eP
ela
tih
an
•E
va
lua
si
•Pel
apor
an
Pen
ga
suh
an
(Xa
):
•Mat
eriP
enga
suha
n•M
etod
ePen
gasu
han
•E
va
lua
si
•Pel
apor
an
h 11
TU
JUA
N
(Obj
ecti
ves)
OU
TP
UT
PE
MD
A(S
take
hold
ers)
OU
TC
OM
ES
KIN
ER
JA
PU
RN
A
PR
AJA
(Y)
-T
up
ok
si-
Ku
ali
tas
-K
uan
tita
s
-D
isip
lin
15
F. Hipotesis
Bertolak dari latar belakang masalah, perumusan masalah dan
tujuan penelitian serta kerangka penelitian, maka diajukan rumusan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Terdapat Pengaruh yang signifikan antara pengajaran terhadap
kinerja Purna Praja.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pelatihan terhadap
kinerja Purna Praja.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengasuhan terhadap
kinerja Purna Praja.
4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengajaran, pelatihan,
dan pengasuhan secara bersama-sama terhadap kinerja Purna
Praja.
Dalam penelitian ini juga memperhatikan, bahwa apabila ada
faktor lain yang turut mempengaruhi kinerja Purna Praja tidak akan
diteliti dalam penelitian ini, tetapi akan menjadi rekomendasi untuk
penelitian selanjutnya.