Sua ra Pme baur an Rabu, 21 Juni 2017 Manfaat OTT Bukan...

1
Suara Pembaruan Rabu, 21 Juni 2017 3 Utama [JAKARTA] Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia (TII) Dadang Trisasongko mengata- kan, manfaat dari operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak diukur dari besar-kecilnya uang yang ditransaksikan. Sebab, ada kemung- kinan telah terjadi transaksi sebelum penangkapan itu. “Dalam kasus OTT, jumlah uang yang dilihat bukan sekadar uang yang ditransaksikan saat operasi itu, tetapi juga transaksi yang telah terjadi sebelumnya. Besaran suap dalam berbagai OTT KPK bera- gam, ada yang besar dan ada yang kecil. Namun, OTT tidak selalu harus berkaitan dengan jumlah uang yang besar,” ujar Dadang kepada SP di Jakarta, Rabu (21/6). Dia menilai, OTT merupakan pintu masuk ke dalam praktik suap yang lebih besar. Yang terpenting dari OTT adalah memergoki terjadinya penyalahgunaan kekuasaan saat perisitwa sedang berlangsung. “Nilai manfaat OTT juga bukan semata diukur dari jumlah uangnya, tetapi lebih kepada peristiwanya. Apalagi, kalau sasaran OTT adalah pejabat publik yang menduduki jabatan dan peran yang penting, misalnya kepala daerah, anggota DPR/DPRD, menteri, dan aparat penegak hukum,” tuturnya. Dia juga mengakui bahwa OTT dalam kasus suap atau pungli di tingkat daerah memang jumlahnya relatif kecil. Namun, kata dia, praktik suap atau pungli tersebut dilakukan secara masif dan berulang-ulang, sehingga menjadi sebuah kebiasaan dan kebenaran. “Berdasarkan penelitian TII, dari seluruh produksi di Indonesia, total komponen suap sebesar 30% per produk. Dampak dari suap tersebut pada perkembangan ekonomi rakyat, karena harga produk tersebut pasti mahal untuk menutupi biaya untuk suap yang ada di setiap produk,” ujarnya. Dia mencontohkan, harga air kemasan sebenarnya hanya Rp 2.000. Namun, karena ada komponen suap pada produk air botol tersebut sebesar 30%, maka harga jualnya menjadi Rp 3.000. “Jadi, OTT KPK ini penting. Meski jumlah uangnya kecil, tetapi bisa memberikan efek jera, khususnya untuk pejabat publik yang sering melakukan praktik suap atau pungli,” katanya. Pakar hukum pidana dari Uni- versitas Indonesia (UI) Chudry Sitompul mengingatkan, KPK harus membuktikan kemampuan untuk menuntaskan kasus-kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Tidak hanya kasus kecil atau recehan, konsentrasi KPK sebaiknya juga difokuskan kepada upaya penunta- san kasus-kasus mega korupsi yang berjalan di tempat. Dalam upaya pemberantasan korupsi, KPK memang sebaiknya tidak hanya mengurusi kasus korupsi dari sisi kuantitas, tetapi juga kuali- tas. “Upaya pemberantasan korupsi harus dilihat dari sisi kuantitas dan kualitasnya. Jika hanya dilihat dari sisi kuantitas, maka kasus korupsi besar bisa terabaikan,” kata Chudry. Kritis Dikatakan, masyarakat kini su- dah cukup kritis dan cerdas dalam menilai kinerja institusi, termasuk KPK. Jangan sampai masyarakat beranggapan bahwa KPK hanya mampu menuntaskan kasus yang tidak ada beking politik atau lawan politik. “Tidak ada yang meragukan kemampuan penyidik KPK dalam melakukan upaya pemberantasan dan pencegahan korupsi. Tetapi, harus diingat, KPK juga tentunya memiliki keterbatasan-keterbatasan,” ucapnya. Dikatakan, keberhasilan OTT yang terus dilakukan KPK berkat ke- wenangannya dalam hal penyadapan. Oleh karena itu, fungsi penyadapan, yang merupakan salah satu kekuatan KPK, jangan sampai dihilangkan. Menteri Dalam Negeri (Men- dagri) Tjahjo Kumolo berharap, OTT yang dilakukan KPK terhadap beberapa oknum DPRD dan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) bisa menimbulkan efek jera. “Saya mengapresiasi langkah KPK. Seti- daknya, dengan begitu masifnya ini (OTT, Red), mudah-mudahan ada efek jera,” kata Tjahjo. Dia mengingatkan, setiap ang- gota DPRD seharusnya memahami area yang rawan korupsi, terutama mengenai dana hibah, bantuan so- sial (bansos), retribusi, pajak, serta pengadaan barang/jasa. Dia pun berharap agar sistem penganggaran perlu dibenahi, misalnya dengan menerapkan perencanaan anggaran secara elektronik atau e-planning. Sementara, Jaksa Agung M Pra- setyo mengakui, saat ini koordinasi maupun komunikasi antara kejaksaan dengan KPK tidak ada masalah. Dalam hal pemberantasan korupsi, katanya, KPK memiliki fungsi su- pervisi. KPK bisa meminta maupun menyerahkan sebuah dugaan kasus hukum korupsi kepada kejaksaan maupun kepolisian. “Supervisi dengan KPK berjalan dengan baik. Masalahnya, undang-un- dangnya memang seperti itu. KPK bisa mengambil (kasus korupsi) dari penegak hukum lain, dari kepolisian dan kejaksaan. Sementara, sebaliknya tidak bisa,” kata Prasetyo. Atas dasar itu, katanya, dalam bidang penegakan hukum pembe- rantasan korupsi, kejaksaan tidak bisa melakukan sebuah perkara korupsi yang sudah ditangani oleh KPK, kecuali institusi tersebut menyerahkannya kepada kejaksaan. [YUS/Y-7/C-6] [JAKARTA] Wakil Pres- iden Jusuf Kalla meihat fenomena menarik terkait operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) belakangan ini. Wapres melihat, OTT KPK saat ini menyasar para penyelenggara negara di daerah. Menurut Kalla, hal itu membuktikan bahwa aparat atau pejabat di tingkat pusat semakin taat kepada aturan dan terus berusaha menghindari praktik ko- rupsi. “Ada satu hal yang menarik sebenarnya. OTT itu sekarang tidak banyak di pusat, tetapi di daerah. Berarti, di Jakarta mungkin sudah lebih sadar akan pentingnya menjalankan aturan,” katanya di Jakarta, Selasa (20/6). Oleh karena itu, Wapres mengingatkan kepada pe- jabat di daerah untuk taat kepada aturan yang berlaku. Sebab, OTT yang dilakukan KPK membuktikan bahwa siapa pun bisa diketahui aktivitasnya yang meny- impang dan terindikasi korupsi. “Para pejabat di daerah mungkin merasa jauh, padahal jangan lupa bahwa rekaman itu bisa dilakukan di mana pun. Bisa di Medan, Makassar. Semua bisa direkam dari sini (Jakarta, Red). Jadi, orang kira akan direkam kalau dekat-dekat, padahal tidak. Jadi, kita harus hati- hati,” ujar Kalla. Peneliti Indonesian Le- gal Roundtable (ILR) Erwin Natosmal Oemar menilai, OTT KPK tidak boleh dilihat hanya dari kuantitas uang yang berhasil diambil. Faktor penting yang harus dilihat adalah aktor dari praktik korupsi tersebut. “Salah satu yang pent- ing dalam OTT adalah aktor yang berhasil ditangkap KPK, bukan sekadar jumlah uangnya. Nanti, setelahnya akan diungkapkan bahwa aktor kasus itu adalah aparat penegak hukum atau pejabat publik,” ujar Erwin. Banyak Aktor Menurutnya, OTT tidak bisa dilihat secara sederhana pada saat penangkapan. OTT tetap diperlukan untuk membuka upaya melihat jaringan korupsi yang lebih luas dengan melibatkan ban- yak aktor. “Waktu OTT, KPK tidak tahu berapa jumlah uang yang hendak ditransaksikan. Itu tidak menjadi masalah jika jumlah uangnya kecil saat penangkapan, karena pasti ada pengembangan kasus,” tuturnya. Erwin menegaskan, OTT sangat penting dalam upaya pemberantasan korupsi. Jika KPK tidak melakukan OTT, maka lembaga itu akan dinilai membiarkan terjadinya korupsi. “KPK juga tetap memperhatikan sumber daya yang ada, sehingga upaya pemberantasan ko- rupsi efektif. Jangan sampai terlalu fokus ke kasus-kasus kecil, tetapi mengabaikan kasus-kasus yang besar,” katanya. [YUS/N-8/Y-7] Manfaat OTT Bukan dari Nilai Bukti yang Disita OTT KPK Mengarah ke Daerah Dadang Trisasongko FOTO-FOTO:ANTARA Tjahjo Kumolo OTT tidak bisa dilihat secara sederhana pada saat penangkapan. OTT tetap diperlukan untuk membuka upaya melihat jaringan korupsi yang lebih luas dengan melibatkan banyak aktor.

Transcript of Sua ra Pme baur an Rabu, 21 Juni 2017 Manfaat OTT Bukan...

Page 1: Sua ra Pme baur an Rabu, 21 Juni 2017 Manfaat OTT Bukan ...gelora45.com/news/SP_2017062103.pdfmenuntaskan kasus-kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Tidak hanya kasus kecil atau

Sua ra Pem ba ru an Rabu, 21 Juni 2017 3Utama

[JAKARTA] Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia (TII) Dadang Trisasongko mengata-kan, manfaat dari operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak diukur dari besar-kecilnya uang yang ditransaksikan. Sebab, ada kemung-kinan telah terjadi transaksi sebelum penangkapan itu.

“Dalam kasus OTT, jumlah uang yang dilihat bukan sekadar uang yang ditransaksikan saat operasi itu, tetapi juga transaksi yang telah terjadi sebelumnya. Besaran suap dalam berbagai OTT KPK bera-gam, ada yang besar dan ada yang kecil. Namun, OTT tidak selalu harus berkaitan dengan jumlah uang yang besar,” ujar Dadang kepada SP di Jakarta, Rabu (21/6).

Dia menilai, OTT merupakan pintu masuk ke dalam praktik suap yang lebih besar. Yang terpenting dari OTT adalah memergoki terjadinya penyalahgunaan kekuasaan saat perisitwa sedang berlangsung.

“Nilai manfaat OTT juga bukan semata diukur dari jumlah uangnya, tetapi lebih kepada peristiwanya. Apalagi, kalau sasaran OTT adalah pejabat publik yang menduduki jabatan dan peran yang penting, misalnya kepala daerah, anggota DPR/DPRD, menteri, dan aparat penegak hukum,” tuturnya.

Dia juga mengakui bahwa OTT dalam kasus suap atau pungli di

tingkat daerah memang jumlahnya relatif kecil. Namun, kata dia, praktik suap atau pungli tersebut dilakukan secara masif dan berulang-ulang, sehingga menjadi sebuah kebiasaan dan kebenaran.

“Berdasarkan penelitian TII, dari seluruh produksi di Indonesia, total komponen suap sebesar 30% per produk. Dampak dari suap tersebut pada perkembangan ekonomi rakyat, karena harga produk tersebut pasti mahal untuk menutupi biaya untuk suap yang ada di setiap produk,” ujarnya.

Dia mencontohkan, harga air kemasan sebenarnya hanya Rp 2.000. Namun, karena ada komponen suap pada produk air botol tersebut

sebesar 30%, maka harga jualnya menjadi Rp 3.000. “Jadi, OTT KPK ini penting. Meski jumlah uangnya kecil, tetapi bisa memberikan efek jera, khususnya untuk pejabat publik yang sering melakukan praktik suap atau pungli,” katanya.

Pakar hukum pidana dari Uni-versitas Indonesia (UI) Chudry Sitompul mengingatkan, KPK harus membuktikan kemampuan untuk menuntaskan kasus-kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Tidak hanya kasus kecil atau recehan, konsentrasi KPK sebaiknya juga difokuskan kepada upaya penunta-san kasus-kasus mega korupsi yang berjalan di tempat.

Dalam upaya pemberantasan

korupsi, KPK memang sebaiknya tidak hanya mengurusi kasus korupsi dari sisi kuantitas, tetapi juga kuali-tas. “Upaya pemberantasan korupsi harus dilihat dari sisi kuantitas dan kualitasnya. Jika hanya dilihat dari sisi kuantitas, maka kasus korupsi besar bisa terabaikan,” kata Chudry.

KritisDikatakan, masyarakat kini su-

dah cukup kritis dan cerdas dalam menilai kinerja institusi, termasuk KPK. Jangan sampai masyarakat beranggapan bahwa KPK hanya mampu menuntaskan kasus yang tidak ada beking politik atau lawan politik.

“Tidak ada yang meragukan kemampuan penyidik KPK dalam melakukan upaya pemberantasan dan pencegahan korupsi. Tetapi, harus diingat, KPK juga tentunya memiliki keterbatasan-keterbatasan,” ucapnya.

Dikatakan, keberhasilan OTT yang terus dilakukan KPK berkat ke-wenangannya dalam hal penyadapan. Oleh karena itu, fungsi penyadapan, yang merupakan salah satu kekuatan KPK, jangan sampai dihilangkan.

Menteri Dalam Negeri (Men-dagri) Tjahjo Kumolo berharap, OTT yang dilakukan KPK terhadap beberapa oknum DPRD dan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) bisa menimbulkan efek jera. “Saya mengapresiasi langkah KPK. Seti-

daknya, dengan begitu masifnya ini (OTT, Red), mudah-mudahan ada efek jera,” kata Tjahjo.

Dia mengingatkan, setiap ang-gota DPRD seharusnya memahami area yang rawan korupsi, terutama mengenai dana hibah, bantuan so-sial (bansos), retribusi, pajak, serta pengadaan barang/jasa. Dia pun berharap agar sistem penganggaran perlu dibenahi, misalnya dengan menerapkan perencanaan anggaran secara elektronik atau e-planning.

Sementara, Jaksa Agung M Pra-setyo mengakui, saat ini koordinasi maupun komunikasi antara kejaksaan dengan KPK tidak ada masalah. Dalam hal pemberantasan korupsi, katanya, KPK memiliki fungsi su-pervisi. KPK bisa meminta maupun menyerahkan sebuah dugaan kasus hukum korupsi kepada kejaksaan maupun kepolisian.

“Supervisi dengan KPK berjalan dengan baik. Masalahnya, undang-un-dangnya memang seperti itu. KPK bisa mengambil (kasus korupsi) dari penegak hukum lain, dari kepolisian dan kejaksaan. Sementara, sebaliknya tidak bisa,” kata Prasetyo.

Atas dasar itu, katanya, dalam bidang penegakan hukum pembe-rantasan korupsi, kejaksaan tidak bisa melakukan sebuah perkara korupsi yang sudah ditangani oleh KPK, kecuali institusi tersebut menyerahkannya kepada kejaksaan. [YUS/Y-7/C-6]

[JAKARTA] Wakil Pres-iden Jusuf Kalla meihat fenomena menarik terkait operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) belakangan ini. Wapres melihat, OTT KPK saat ini menyasar para penyelenggara negara di daerah.

Menurut Kalla, hal itu membuktikan bahwa aparat atau pejabat di tingkat

pusat semakin taat kepada aturan dan terus berusaha menghindari praktik ko-rupsi. “Ada satu hal yang menarik sebenarnya. OTT itu sekarang tidak banyak di pusat, tetapi di daerah. Berarti, di Jakarta mungkin sudah lebih sadar akan pentingnya menjalankan aturan,” katanya di Jakarta, Selasa (20/6).

Oleh karena itu, Wapres mengingatkan kepada pe-jabat di daerah untuk taat

kepada aturan yang berlaku. Sebab, OTT yang dilakukan KPK membuktikan bahwa siapa pun bisa diketahui aktivitasnya yang meny-impang dan terindikasi korupsi.

“ P a r a p e j a b a t d i daerah mungkin merasa jauh, padahal jangan lupa bahwa rekaman itu bisa dilakukan di mana pun. Bisa di Medan, Makassar. Semua bisa direkam dari

sini (Jakarta, Red). Jadi, orang kira akan direkam kalau dekat-dekat, padahal tidak. Jadi, kita harus hati-hati,” ujar Kalla.

Peneliti Indonesian Le-gal Roundtable (ILR) Erwin Natosmal Oemar menilai, OTT KPK tidak boleh dilihat hanya dari kuantitas uang yang berhasil diambil. Faktor penting yang harus dilihat adalah aktor dari praktik korupsi tersebut.

“Salah satu yang pent-

ing dalam OTT adalah aktor yang berhasil ditangkap KPK, bukan sekadar jumlah uangnya. Nanti, setelahnya akan diungkapkan bahwa aktor kasus itu adalah aparat penegak hukum atau pejabat publik,” ujar Erwin.

Banyak AktorM e n u r u t n y a , O T T

tidak bisa dilihat secara s e d e r h a n a p a d a s a a t penangkapan. OTT tetap diperlukan untuk membuka upaya melihat jaringan korupsi yang lebih luas dengan melibatkan ban-yak aktor. “Waktu OTT, KPK tidak tahu berapa jumlah uang yang hendak ditransaksikan. Itu tidak menjadi masalah j ika jumlah uangnya kecil saat penangkapan, karena pasti ada pengembangan kasus,” tuturnya.

Erwin menegaskan, OTT sangat penting dalam upaya pemberantasan korupsi. Jika KPK tidak melakukan OTT, maka lembaga itu akan dinilai membiarkan terjadinya korupsi. “KPK juga tetap memperhatikan sumber daya yang ada, sehingga upaya pemberantasan ko-rupsi efektif. Jangan sampai terlalu fokus ke kasus-kasus kecil, tetapi mengabaikan kasus-kasus yang besar,” katanya. [YUS/N-8/Y-7]

Manfaat OTT Bukan dari Nilai Bukti yang Disita

OTT KPK Mengarah ke Daerah

Dadang Trisasongkofoto-foto:antara

Tjahjo Kumolo

OTT tidak bisa dilihat secara sederhana pada saat penangkapan.

OTT tetap diperlukan untuk membuka upaya melihat jaringan

korupsi yang lebih luas dengan melibatkan banyak aktor.