Study Kritisi SK Menhut 451.ppt

9
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERBENTUK KEPUTUSAN MENTERI ( STUDI KRITIS TERHADAP KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NO. 541/ Kpts-II/ 2002 )* Oleh: Prof. Slamet Rahardjo Dekan Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura * Dalam rangka hearing di DPRD Prop Kalbar, Pontianak 15 April 2005

Transcript of Study Kritisi SK Menhut 451.ppt

Page 1: Study Kritisi SK Menhut 451.ppt

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERBENTUK

KEPUTUSAN MENTERI

( STUDI KRITIS TERHADAP KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NO. 541/ Kpts-II/ 2002 )*

Oleh: Prof. Slamet Rahardjo

Dekan Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura

* Dalam rangka hearing di DPRD Prop Kalbar, Pontianak 15 April 2005

Page 2: Study Kritisi SK Menhut 451.ppt

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

I. PARADIGMA OTONOMI DAERAH

1. OTORITARIAN berubah DEMOKRASI

2. SENTRALISTIK berubah DESENTRALISASI/OTONOMI

3. PENDIDIKAN HUKUM KRITIS (PHK)

II. DASAR HUKUM PEMBENTUKAN PER-UU-AN

1. UUD 1945

2. TAP MPR No.III/2000

3. KEPPRES No.188 Th.1998 jo KEPPRES No.44 Th.1999

YANG TELAH DICABUT DENGAN UU No.10 Th.2004.

Page 3: Study Kritisi SK Menhut 451.ppt

III. ASAS-ASAS UNIVERSAL PERATURAN PER-UU-AN

A. UNIVERSAL (menurut VAN DER VLIES) : (1) Asas tujuan yang jelas

(2)   Asas organ atau lembaga yang tepat (3)   Asas perlu peraturan (4)   Asas dapat dilaksanakan

(5)   Asas perlakuan yang sama dalam hukum(6)   Asas kepastian hukum (7)   Asas terminologi dan sistematika yang benar

B. Menurut PASAL 5 UU No.10 Th.2004 (1).   Kejelasan tujuan (2).   Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat (3).   Kesesuaian antara jenis dan materi muatan (4).   Dapat dilaksanakan

(5).   Kedayagunaan dan kehasilgunaan (6).   Kejelasan rumusan (7).   Keterbukaan.”

C. MATERI MUATAN PER-UU-AN DALAM PASAL 6 UU No.10 Th.2004 (1).   Pengayoman (2).   Kemanusiaan (3).   Kebangsaan (4).   Kekeluargaan (5).   Kenusantaraan

(6).  Kebhineka Tunggal Ika (7).  Keadilan (8).  Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (9). Ketertiban dan kepastian hukum (10) Keseimbangan, keserasian dan keselarasan

Page 4: Study Kritisi SK Menhut 451.ppt

IV. PERATURAN PER-UU-AN TENTANG KEHUTANAN

- UU No.41 Th.1999

- PP No.6 Th.1999

KEDUA UU TERSEBUT TELAH MEMENUHI PERSYARATAN FILOSOFIS, YURIDIS, SOSIOLOGIS JUGA SESUAI DENGAN JIWA DAN ESENSI DARI OTONOMI DAERAH TERSEBUT BUTIR I DAN SESUAI KETENTUAN UU No.10 Th.2004

- SEDANGKAN PP No.34 Th.2002 JIWA DAN ESENSI DARI OTONOMI DAERAH TIDAK MENJADI PERTIMBANGAN DALAM KONSIDERAN, SEHINGGA BERTENTANGAN DENGAN UU No.10 Th.2004 (Lampiran Butir B.3. Tentang Konsideran).

Page 5: Study Kritisi SK Menhut 451.ppt

ANALISIS KEPMENHUT No.541/Kpts-II/2002Mencermati isi keputusan Menteri Kehutanan No.541/Kpts-II/2002 tentang Pencabutan Keputusan Menteri Keputusan Nomor 05.1/Kpts-II/2000 tentang Kriteria dan Standar Perijinan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan

dan Perizinan Pemungutan Hasil Hutan Pada Hutan Produksi Alam tertanggal 21 Pebruari 2002 ada cacat hukum, yaitu :

1. Dalam Konsideran tidak memenuhi aspek filosofis, sosiologis, lebih mempertimbangkan aspek teknis dan kewenangan. Tidak mengindahkan amanat peraturan yang lebih tinggi yaitu Undang-Undang No.41/1999 jo PP No.6/1999 (diganti PP No.34/2002)

2. Bertentangan dengan Asas-asas Universal sebagaimana dikemukan Van der Vlies.

3. Bertentangan dengan pasal 5 Undang-Undang No.10/2004 yang harus memuat tujuh asas pokok persyaratan peraturan perundang-undangan.

4. Begitu juga Materi Muatan bertentangan dengan Pasal 6 Undang-Undang No.10/2004 sehingga keputusan Menteri Kehutanan No.541/Kpts-II/2002 tanggal 21 Pebruari 2002 tersebut menimbulkan keresahan, ketidakpastian hukum dan tidak mengayomi masyarakat.

Page 6: Study Kritisi SK Menhut 451.ppt

5. Didalam pasal II butir A(1) keputusan Menteri Kehutanan 541/Kpts-II/2002 bertentangan dengan keputusan Menteri Kehutanan No.05.1/Kpts-II/2000 tanggal 6 Nopember 2000, dengan alasan :

- SK Menhut No.541/Kpts-II/2002 dikeluarkan pada tanggal 21 Februari 2002, tetapi dalam pasal II butir A(1) telah mencabut kewenangan Gubernur atau Bupati/Walikota dalam memberikan HPH/IUPHH yang diberikan setelah tanggal 31 Desember 2000 dihentikan atau dicabut, ini berarti :

5.1. SK Menhut No.541/Kpts-II/2002 tanggal 21 Pebruari 2002 berlaku surut terhitung tanggal 31 Desember 2000

5.2. Bahwa SK Menhut 541/Kpts-II/2002 tanggal 21 Pebruari 2002 berarti mencabut keputusan Bupati/Walikota yang telah menerbitkan HPH/IUPHH. Berdasarkan peraturan perundangan keputusan Bupati yang bisa membatalkan/mencabut harus melalui SK Bupati juga atau melalui PTUN, bukan dengan SK Menteri.

5.3. Bahwa SK Menhut 541/Kpts-II/2002 tanggal 21 Pebruari 2002, mulai berlaku pada tanggal 1 Maret 2002. Ini bertentang antara pasal II butir A dengan butir B, dimana pasal II butir A berlaku surut sejak 31 Desember 2000 (berlaku Surut 2 tahun sebelumnya). 5.4. Bahwa pencabutan, perubahan, pengantian suatu perundang-undangan untuk tidak menimbulkan gejolak, keresahan, kepastian hukum dan keadilan hukum dimasyarakat harus memuat suatu pasal peralihan/transisi dalam waktu yang layak, patut dan pantas menurut hukum. Ternyata SK Menhut 541/Kpts-II/2002 tanggal 21 Pebruari 2002 tidak mengatur hal tersebut.

Page 7: Study Kritisi SK Menhut 451.ppt

LEGAL OPINION

1. Ijin-ijin HPH/IUPHH yang telah dikeluarkan oleh Bupati berdasarkan SK Menhut No.05.1/Kpts-II/2000 tanggal 6 Nopember 2000 masih tetap sah berlaku menurut hukum. Prinsip hukum yang berlaku universal menyatakan bahwa suatu peraturan perundang-undangan yang datang kemudian harus selalu melindungi/mengayomi pemengang hak diperoleh berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.

2. Bahwa SK Menhut No.541/Kpts-II/2002 tanggal 21 Pebruari 2002 adalah cacat hukum, karena bertentang dengan Undang-Undang No.10/2004 (dahulu Keppres No.188/1998 jo Keppres No.44/1999).

3. Menteri selaku pembantu Presiden Selaku Kuasa Pelaksana Badan Hukum Publik Negara berkewajiban memberikan pengayoman, perlindungan hukum, kepastian hukum, keadilan hukum terhadap pemengang ijin HPH/IUPHH yang diperoleh secara sah.

4. Menteri yang juga berwenang mengeluarkan suatu keputusan yang bersifat penetapan (beschikking) atau pengaturan (regeling) atau kebijakan (diskresi) diharuskan memenuhi asas-asas seperti yang telah ditentukan dalam pasal 5 dan 6 Undang-Undang No.10/2004 serta asas-asas yang berlaku universal sebagaimana pendapat Van der Vlies.

Page 8: Study Kritisi SK Menhut 451.ppt

LEGAL OPINION

5. Keputusan-keputusan Menteri Kehutanan yang dikeluarkan kemudian yang telah merugikan pemengang ijin HPH/IUPHH dapat dikualifikasi sebagai perbuatan melawan hukum menurut ketentuan pasal 1365 kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dari segi pelaksana Badan Hukum Publik selaku penjabat negara keputusan yang dikeluarkan dapat dikualifikasi menjadi sengketa Tata Usaha Negara (PTUN) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.5/1986 jo Undang-Undang No.9/2004.

6. Sebagai bahan pertimbangan ternyata di Propinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur sudah mengeluarkan Perda berlandaskan kepada Keputusan Menhut No.051/Kpts-II/2000 dan Pelaksanaan HPH/IUPHH tetap berjalan/eksis sampai dengan saat ini (Bisnis Indonesia 1 Maret 2002).

7. DPRD Kabupaten/Propinsi bersama Bupati/Gubernur dalam rangka pelaksanaan desentralisasi di era otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No.22/1999 jo Undang-Undang No.32/2004 seharusnya memberikan dukungan politis, yuridis, sosilogis untuk menyelesaikan HPH/IUPHH yang diperoleh secara sah menurut hukum demi mengayomi, melindungi, keadilan hukum masyarakat dan kepastian hukum, sehingga masyarakat percaya kembali kepada pemerintah cq. Hukum positif.

Page 9: Study Kritisi SK Menhut 451.ppt

TAP MPR III / 2000TAP MPR III / 2000

UUD

Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan PerundanganSumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundangan

Tap MPR

UU / Perpu

Kepres

PERDA

Swasta/Pelaku Kehutanan Operasional Lapangan

Kesimpulan: Adanya keteraturan, ketergantungan, keterkaitan antar pelaku yang tidak jelas

Perlu Fatwa dari MK

Dinas Kehutanan Prop./Kab.

(Gubernur, Bupati)

KEPMENSektor Kehutanan Nasional

UU 22/99 UU 32/04 UU 25/99 UU 34/04

PP 25/2000

PP 21/70PP 33/70PP 28/85PP 7/90PP 6/99PP 34/2002PP 35/2002PP 63/2002

UU 5/67 5/84 41/99

Fungsi & TugasMenteri

Standarisasi ?Perda KehutananProp. / Kab.

UU 1/87

???Konservasi