Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

339
STUDI EXPLORASI KESIAPAN IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DI KABUPATEN WAROPEN (Studi Kasus P ada Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen) T E S I S Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Akuntansi Pada Program Magister Akuntansi Fakultas E konomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih Program Magister Akuntansi Oleh : ZHELFYANUS MANGAPATI NIM : 0130460165

Transcript of Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Page 1: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

STUDI EXPLORASI KESIAPAN IMPLEMENTASIAKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

DI KABUPATEN WAROPEN

(Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen)

T E S I S

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister AkuntansiPada Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Cenderawasih

Program Magister Akuntansi

Oleh :

ZHELFYANUS MANGAPATINIM : 0130460165

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS CENDERAWASIHJAYAPURA

2015

Page 2: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Reformasi manajemen keuangan pemerintah salah satunya

diwujudkan dengan diundangkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara pada tanggal 9 Maret 2003. Dalam peraturan

tersebut diantaranya mengatur kewajiban Kepala Daerah menyampaikan

pertanggungjawaban dengan menyusun laporan keuangan berdasarkan

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP tersebut ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan yang juga mengatur basis akuntansi yaitu basis kas menuju

akrual yang berlaku sampai Tahun 2014 dan basis akrual yang diterapkan

mulai Tahun 2015.

Menurut Undang-Undang No 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5 Otonomi

Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Otonomi daerah membawa dampak perubahan yang baik dalam perencanaan

dan pembangunan daerah. Dalam rangka otonomi daerah di Kabupaten

Waropen, pembangunan telah dilakukan diberbagai bidang meliputi :

1

Page 3: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

pembangunan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia dan

pembangunan infrastruktur.

Keberhasilan dalam pengelolaan keuangan sangat ditentukan oleh

kemampuan atau kompetensi para pegawai pengelola keuangan. Indikator

keberhasilan pengelolaan keuangan dapat dilihat dari beberapa indikator

misalnya Penetapan Perda Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) dan Perda Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(P-APBD), Kualitas Pendapatan diukur dengan total Pendapatan Asli

Daerah (PAD) terhadap total Pendapatan, Kualitas Belanja diukur dengan

total Belanja untuk kesejahteraan masyarakat terhadap total Belanja,

Tingginya prosentase realisasi APBD dan rendahnya Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran (SiLPA) dan Penyampaian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

(LKPD) tepat waktu serta indikator pokok keberhasilan adalah peningkatan

Kualitas Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas LKPD.

Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berdasarkan Peraturan

Pemerintah (PP) No 24 Tahun 2005 sebagai basis dalam penyusunan dan

penyajian laporan keuangan pemerintah telah disempurnakan dengan PP No

71 Tahun 2010. Secara konseptual kebijakan tersebut diambil dalam

kerangka proses penguatan public sector governance di Indonesia. Standar

tersebut tidak berdiri sendiri tetapi juga disokong oleh peraturan lain seperti

Undang-Undang (UU) No 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara dan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 mengenai perbendaharaan Negara.

2

Page 4: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Perubahan yang sangat mendasar dalam Standar Akuntansi

Pemerintahan yang baru dibandingkan dengan SAP (2005) adalah

diterapkannya SAP full accrual basis yakni mengakui pendapatan, beban,

aset, utang dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta

mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan

pelaksanaan anggaran berdasarkan basis kas yang telah ditetapkan dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Menurut Pemerintah, melalui implementasi standar akuntansi

berbasis akrual, kualitas penyajian informasi keuangan organisasi

pemerintah dapat ditingkatkan. Kualitas laporan keuangan yang baik

bermanfaat untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas pelayanan publik

yang disediakan, manajemen dan pengendalian aset negara, perencanaan,

penyusunan program dan anggaran. Informasi keuangan sektor publik yang

berkualitas akan mengurangi kesenjangan informasi (information

asymmetric) antara pemerintah dengan masyarakat dan stakeholder lain atas

penggunaan dan alokasi keuangan negara. Standar akuntansi berbasis akrual

diharapkan dapat meningkatkan relevansi, netralitas, ketepatan waktu,

kelengkapan dan komparabilitas laporan keuangan pemerintah sebagai

bagian dari upaya peningkatan tata kelola sektor publik yang lebih baik

(Halim dan Kusufi, 2012).

Suatu proses pengadopsian standar yang baru tentu akan mengalami

beberapa pertentangan antara pihak-pihak yang setuju dan yang tidak

3

Page 5: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

sehingga menimbulkan dilema tersendiri ketika menerapkannya. Menurut

Halim dan Kusufi (2012) penerapan akuntansi berbasis akrual memiliki

manfaat tersendiri yakni dari segi penerapannya lebih akuntabel karena

pengakuannya pada saat terjadi transaksi. Namun ada pula kritikan atas

penerapan akuntansi akrual di sektor publik. Kritik tersebut diungkapkan

oleh Boothe dalam Halim dan Kusufi (2012) yang menyatakan kebalikan

tentang konsep akuntabilitas antara sektor swasta dan sektor publik adalah

sektor swasta cenderung lebih kepada target laba sedangkan sektor publik

lebih kearah pertanggungjawaban politik.

Di sisi lain tuntutan transparansi dalam sistem pemerintah semakin

meningkat pada era reformasi saat ini, tidak terkecuali transparansi dalam

pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah. Pemerintah diwajibkan

menyusun laporan pertanggungjawaban yang menggunakan sistem

akuntansi yang diatur oleh pemerintah pusat dalam bentuk Undang-undang

dan Peraturan Pemerintah yang bersifat mengikat seluruh Pemerintah

Daerah. Dalam sistem Pemerintah terdapat 2 (dua) subsistem, yaitu Satuan

Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dan Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD). Laporan Keuangan SKPD merupakan sumber untuk

menyusun Laporan Keuangan SKPKD, oleh karena itu setiap SKPD harus

menyusun Laporan Keuangan sebaik mungkin.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan bagian dari

Pemerintah yang melaksanakan fungsi pemerintahan dan pelayanan publik,

baik secara langsung ataupun tidak. Untuk melaksanakan tugas pokok dan

4

Page 6: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

fungsinya tersebut, SKPD diberikan alokasi dana (anggaran), diatur dan

dipertanggungjawabkan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan. Pemerintah Kabupaten Waropen harus menerapkan SAP

pada masing-masing SKPD yang ada. Terlebih dengan adanya

pengembangan sistem akuntansi dan pengembangan SDM dalam strategi

penerapan SAP berbasis akrual secara bertahap yang menyebabkan perlunya

penyesuaian kembali.

Pemerintah Kabupaten Waropen menerapkan Keputusan Menteri

Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan dan Belanja

Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan

Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sampai pada tahun

2007, dan mulai menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005

pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2014 sebagaimana Permendagri

Nomor 13 Tahun 2006 telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun

2007 dan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011. Hasil audit atas laporan

keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen yang dilakukan oleh

BPK selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2014 mendapat opini Tidak

Memberikan Pendapat (TMP) atau disclaimer. Penerapan PP Nomor 24

Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Basis Kas Menuju Akrual di

Kabupaten Waropen masih jauh dari yang diharapkan.

5

Page 7: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Hadirnya Standar Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual, Pemerintah

Daerah Kabupaten Waropen berkomunikasi dengan pihak yang menjadi

mitra dalam penatausahaan keuangan dalam hal ini BPKP Perwakilan Papua

untuk mendampingi Pemda dalam implementasi peraturan pemerintah

tentang SAP basis akrual. Pimpinan daerah dan Kepala SKPD berkomitmen

untuk mengimplementasikan peraturan pemerintah tersebut di tahun 2015.

Sumber Daya Manusia dipersiapkan dengan sosialisasi dan pelatihan

menggunakan Sistem Informasi Manajemen dan Data Keuangan Daerah

(SIMDA) yang mendukung SAP basis akrual dengan versi aplikasi 2.7.05.

Infrastuktur dalam hal ini jaringan komputerisasi yang terhubung pada

beberapa SKPD telah terpasang semenjak implementasi PP 24 Tahun 2005

sedangkan SKPD yang sulit untuk ditembus melakukan koneksi jaringan

pada SKPD yang menjadi pusat data keuangan (server) dalam hal ini Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). Disamping itu juga

pemerintah daerah Kabupaten Waropen meningkatkan Sistem Pengendalian

Internal Pemerintah (SPIP) dalam memenuhi amanat peraturan perundang-

undangan guna menghasilkan laporan keuangan yang akuntabel.

Beberapa penelitian tentang implementasi akuntansi berbasis akrual.

Soepomo dalam Harun (2008) menyatakan ada tiga kendala yang dihadapi

dalam reformasi akuntansi sektor publik di Indonesia: sistem hukum, terlalu

besarnya wilayah cakupan pemerintahan Indonesia, serta masih kurangnya

staf pemerintahan yang cakap. Studi yang dilakukan Robinson dan Harun

(2005), menemukan masalah reformasi akuntansi akrual di Indonesia yaitu

6

Page 8: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

masalah hukum, staf pemerintah yang kurang berkualitas, dan belum adanya

lembaga independen yang menyusun standar akuntansi sektor publik.

Menurut Harun (2007) sulitnya penerapan akuntansi akrual di Indonesia

disebabkan oleh pengembangan sistem akuntansi pemerintahan yang masih

bersifat sentralistis serta sistem pencatatan dan inventarisasi aset pemerintah

sebagai dasar penyusunan neraca awal masih jauh dari memadai.

Temuan Harun (2008) adalah instansi pemerintah belum mampu

sama sekali mengadopsi SAP 2005 tanpa bekerja sama dengan pihak luar.

Selain itu, Harun (2008) juga mengemukakan faktor penghambat SAP 2005:

aspek kerumitan teknis penyusunan laporan keuangan daerah, kurangnya

pengalaman partisipan, dan latar belakang pendidikan staf yang tidak sesuai.

Mengacu pada latar belakang yang diuraikan diatas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Studi Explorasi

Kesiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual di Kabupaten

Waropen”.

7

Page 9: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang

menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Komunikasi dalam implementasi akuntansi berbasis akrual

di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen?

2. Bagaimana Komitmen dalam implementasi akuntansi berbasis akrual di

Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen?

3. Bagaimana kesiapan Sumber Daya Manusia dalam implementasi

akuntansi berbasis akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen?

4. Bagaimana kesiapan Infrastruktur dalam implementasi akuntansi

berbasis akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen?

5. Bagaimana kesiapan Sistem Informasi dalam implementasi akuntansi

berbasis akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen?

6. Bagaimana kesiapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dalam

implementasi akuntansi berbasis akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten

Waropen?

8

Page 10: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui Komunikasi dalam implementasi akuntansi basis

akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.

2. Untuk mengetahui Komitmen dalam implementasi akuntansi basis

akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.

3. Untuk mengetahui kesiapan Sumber Daya Manusia dalam implementasi

akuntansi basis akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.

4. Untuk mengetahui kesiapan Infrastruktur dalam implementasi akuntansi

basis akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.

5. Untuk mengetahui kesiapan Sistem Informasi dalam implementasi

akuntansi basis akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.

6. Untuk mengetahui kesiapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

dalam implementasi akuntansi berbasis akrual di Pemerintah Daerah

Kabupaten Waropen.

9

Page 11: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak

terkait antara lain :

a. Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk peningkatan

pemahaman dan implementasi akuntansi berbasis akrual di kabupaten

waropen.

b. Bagi Universitas Cenderawasih Papua

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti

yang ingin mengkaji permasalahan implementasi akuntansi basis akrual

pada Pemerintah Daerah secara lebih mendalam.

c. Bagi Peneliti.

Penelitian ini dapat berguna sebagai sarana belajar untuk lebih

memahami permasalahan yang menjadi topik kajian.

10

Page 12: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance)

Krina P (2003), menyatakan good governance atau tata

pemerintahan, adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan

administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua

tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses

dan lembaga-lembaga di mana warga dan kelompok-kelompok

masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak

hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-

perbedaan di antara mereka.

Pada dasarnya, istilah governance bukan hanya berarti

kepemerintahan sebagai suatu kegiatan saja, melainkan juga

mengacu kepada arti pengurusan, pengarahan, pengelolaan, dan

pembinaan penyelenggaraan. Dan berdasarkan dari apa yang

diungkapkan di atas, dapat dipahami bahwa keterlibatan masyarakat

dalam sistem pemerintahan merupakan semangat yang terdapat

dalam konsep good governance.

Good governance merupakan prinsip penyelenggaraan

pemerintahan yang umum, karena itu seharusnya diterapkan dalam

11

Page 13: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, baik di tingkat pusat

maupun di tingkat daerah. Upaya menjalankan prinsip-prinsip good

governance perlu dilakukan dalam penyelenggaraan pemerintahan di

Indonesia.

Good governance merupakan suatu upaya mengubah watak

pemerintah untuk tidak bekerja sendiri tanpa memperhatikan

kepentingan atau aspirasi masyarakat. Di dalam sistem

penyelenggaraan pemerintahan yang menerapkan good governance,

masyarakat tidak lagi dipandang sebagai obyek, tetapi dipandang

sebagai subyek yang turut mewarnai program-program dan kebijakan

pemerintahan. Sistem pemerintahan yang menjadikan masyarakat

sebagai subyek hanya terdapat dalam sistem pemerintahan yang

demokratis. Dengan demikian prinsip-prinsip yang terkandung dalam

good governance hanya akan tumbuh pada pemerintahan yang

menerapkan sistem demokrasi. Dan pada dasarnya, tujuan good

governance yang sebenarnya adalah mendorong terwujudnya

demokrasi melalui reformasi terutama dalam bidang pemerintahan.

Jadi, korelasi antara good governance dengan demokrasi merupakan

pasangan yang ideal untuk mewujudkan kesejahteraan dalam

masyarakat, keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

Menurut United Nations Development Programme (UNDP),

good governance memiliki delapan prinsip yaitu: partisipasi,

12

Page 14: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

transparansi, akuntabel, efektif dan efisien, kepastian hukum,

responsif, konsensus, setara dan inklusif (Dwiyanto: 2006).

Asian Development Bank (ADB) menegaskan adanya

konsensus umum bahwa good governance dilandasi oleh empat pilar

yaitu accountability, transparency, predictability, dan participation

(Krina P: 2003)

Sedangkan menurut World Bank (WB) mengungkapkan

sejumlah karakteristik good governance yaitu masyarakat sispil yang

kuat dan partisipatoris, terbuka, pembuatan kebijakan yang dapat

diprediksi, eksekutif yang bertanggung jawab, birokrasi yang

profesional dan aturan hukum.

2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory)

Dalam teori keagenan, Jensen dan Meckling (Jensen, 1976)

dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013) mendefinisikan hubungan

keagenan sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih (principal)

menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa untuk

kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang

pembuatan keputusan kepada agen. Konflik kepentingan akan

muncul dari pendelegasian tugas yang diberikan kepada agen dimana

agen tidak dalam kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan

principal, tetapi mempunyai kecenderungan untuk mementingkan

diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemilik.

13

Page 15: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Pada dasarnya organisasi sektor publik dibangun atas dasar

agency theory. Diakui atau tidak pada pemerintahan terdapat

hubungan dan masalah keagenan (Syukriy Abdullah, 2006) dalam

Ririz Setiawati Kusuma (2013). Menurut Lane (2003) dalam Ririz

Setiawati Kusuma (2013) teori keagenan dapat diterapkan dalam

organisasi publik, ia menyatakan bahwa negara demokrasi modern

didasarkan pada serangkaian hubungan prinsipal-agen. Hal yang

sama dikemukakan oleh Moe (1984) dalam Ririz Setiawati Kusuma

(2013) yang menjelaskan konsep ekonomika organisasi sektor publik

dengan menggunakan teori keagenan. Bergman dan Lane (1990)

dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013) menyatakan bahwa kerangka

hubungan prinsipal agen merupakan suatu pendekatan yang sangat

penting untuk menganalisis komitmen-komitmen kebijakan publik.

Dalam konteks organisasi sektor publik, Mardiasmo (2002)

menjelaskan bahwa pengertian akuntabilitas sebagai kewajiban

pemegang amanah (pemerintah) untuk memberikan

pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan

segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya

kepada pihak pemberi amanah (masyarakat) yang memiliki hak

untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Pendapat Mardiasmo

dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013) tentang akuntabilitas dalam

konteks sektor publik mengandung arti bahwa dalam pengelolaan

14

Page 16: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

pemerintah daerah terdapat hubungan keagenan (teori keagenan)

antara masyarakat sebagai principal dan pemerintah sebagai agent.

Permasalahan yang berkaitan dengan kualitas laporan

keuangan sering disebabkan oleh adanya benturan kepentingan

manajemen dengan kepentingan stakeholder, namun seringkali

manajemen bertindak untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka

dan mengamankan posisi mereka tanpa memandang bahaya yang

ditimbulkan terhadap stakeholder baik para pengguna maupun

pemeriksa laporan keuangan.

Penggunaan basis akuntansi akrual diharapkan dapat

meningkatkan akuntabilitas laporan keuangan sebagai bentuk

pertanggungjawaban dari agen kepada prinsipal. Dan dalam

penelitian ini, satuan kerja merupakan agen yang mendapat mandat

untuk menyampaikan laporan keuangan. Juga sesuai dengan amanat

undang-undang bahwa laporan keuangan tersebut harus disusun

berdasarkan basis akrual. Tingkat penerapan akuntansi akrual pada

satuan kerja dapat menjadi salah satu tolok ukur dari

pertanggungjawaban satuan kerja sebagai agen kepada masyarakat

sebagai prinsipal.

15

Page 17: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

2.1.3 Akuntansi Pemerintahan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011

menyatakan bahwa sistem akuntansi pemerintahan daerah

merupakan serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan

data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan

dalam rangka mempertanggungjawabkan pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dapat dilakukan

secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Sistem

Informasi Keuangan Daerah diharapkan dapat mempermudah

pelaksanaan pengelolaan penatausahaan keuangan oleh setiap SKPD.

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah adalah sistem yang

mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data

keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi yang

disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan

keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan

pertanggungjawaban (Bastian, 2006). Sistem Akuntansi Pemerintah

Daerah adalah serangkaian prosedur, mulai dari proses pengumpulan

data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan

dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat

dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer

(Maulidah, 2007). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun

2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah memberikan

ketentuan bahwa setiap pemerintah daerah wajib menerapkan sistem

16

Page 18: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

akuntansi keuangan daerah minimal meliputi prosedur akuntansi

penerimaan kas, prosedur akuntansi pengeluaran kas, prosedur

akuntansi asset, dan prosedur akuntansi selain kas.

Akuntansi pemerintahan merupakan bidang ilmu akuntansi

yang saat ini sedang berkembang sangat pesat. Tuntutan transparansi

dan akuntabilitas publik atas dana-dana masyarakat yang dikelola

pemerintah memunculkan kebutuhan atas penggunaan akuntansi

dalam mencatat dan melaporkan kinerja pemerintahan. Sebagai salah

satu bidang dalam ilmu akuntansi, definisi akuntansi pemerintahan

tak akan terlepas dari pemahaman tentang akuntansi itu sendiri,

termasuk perkembangannya di Indonesia. Sedangkan pengertian

pemerintahan, meskipun tampaknya konotasi lembaga politik lebih

menonjol, aspek ekonominya tidak dapat dikesampingkan.

Akuntansi pemerintahan mengkhususkan dalam pencatatan

dan pelaporan transaksi-transaksi yang terjadi di badan pemerintah.

Akuntan pemerintah menyediakan laporan akuntansi tentang aspek

kepengurusan dari administrasi keuangan Negara. Di samping itu,

termasuk kesesuaiannya yang berlaku. (Noerdiawan,2007).

17

Page 19: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

2.1.4 Perkembangan Akuntansi Pada Pemerintahan Daerah

Penerapan akuntansi pada pemerintahan sebelum dilakukan

reformasi pengelolaan keuangan Negara, telah menerapkan sistem

pencatatan single entry. Menurut Abdul Halim (2004) dalam Hafiz

Tanjung (2012) pada sistem pencatatan ini, pencatatan transaksi

ekonomi dilakukan dengan mencatat satu kali, transaksi yang

mengakibatkan bertambahnya kas akan dicatat di sisi penerimaan

dan transaksi ekonomi yang mengakibatkan berkurangnya kas akan

dicatat pada sisi pengeluaran.

Hasil dari sistem pencatatan ini, pemerintah tidak memiliki

catatan tentang piutang dan utang, apalagi catatan tentang aset tetap

yang dimiliki dan ekuitas. Sehingga selama itu pemerintah tidak

pernah menampilkan neraca sebagai salah satu bentuk laporan

keuangan guna menggambarkan posisi keuangan pemerintah. Hal ini

disebabkan juga karena basis akuntansi yang digunakan selama ini

adalah basis kas. Menurut Indra Bastian (2006), basis kas hanya

mengakui arus kas masuk dan arus kas keluar. Rekening keuangan

akhir akan dirangkum dalam buku kas, sehingga laporan keuangan

tidak bisa dihasilkan karena ketiadaan data tentang aset dan

kewajiban.

Setelah pemerintah melakukan reformasi pengelolaan

keuangan Negara baik pada pemerintah pusat maupun pada

pemerintah daerah, terutama dengan ditetapkannya Undang-Undang

18

Page 20: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Pada Undang-

Undang Nomor 17 tahun 2003 khususnya pada pasal 30,31, dan 32

disebutkan bahwa Presiden atau Gubernur atau Bupati atau Walikota

menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD

kepada DPR/DPRD berupa laporan keuangan. Laporan keuangan

yang dimaksud setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi

APBN/APBD, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan

keuangan laporan keuangan tersebut disusun dan disajikan sesuai

dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Tidak berhenti sampai di situ, selanjutnya ditetapkan

Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan

Negara. Pada Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa akuntansi

keuangan diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi

pemerintahan. Pada pasal 57 disebutkan bahwa untuk menyusun

standar akuntansi pemerintahan yang berlaku baik pada pemerintah

pusat maupun pemerintahan daerah, pemerintah membentuk Komite

Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP).

Sesudah Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tersebut

ditetapkan, selanjutnya ditetapkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada

pasal 184 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa laporan keuangan

Pemerintah disusun dan disajikan sesuai dengan SAP yang

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, dan dilanjutkan dengan

19

Page 21: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

ditetapkan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan daerah. Pada

pasal 81 mengatur laporan keuangan Pemerintah disusun dan

disajikan sesuai dengan SAP.

Sedangkan untuk pemeriksaan pengelolaan dan

pertanggungjawaban keuangan Negara juga telah ditetapkan

Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. Guna

membentuk KSAP telah dikeluarkan Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 84 tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi

Pemerintahan, dan telah diubah dengan Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2005.

Setelah kurang lebih lima tahun berlalu, pemerintah melalui

KSAP pada tanggal 22 Oktober 2010 mengeluarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan Berbasis Akrual.

Pada Standar Akuntansi Pemerintah berbasis akrual ini,

beberapa isu penting perubahan yang perlu dipahami adalah:

a. Laporan keuangan pokok yang disusun pada Standar Akuntansi

Pemerintahan lama (PP No 24 tahun 2005) terdiri dari:

1) Laporan Realisasi Anggaran

2) Neraca

3) Laporan Arus Kas, dan

20

Page 22: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

4) Catatan atas Laporan Keuangan

Sedangkan pada SAP baru (PP No 71 tahun 2010) komponen

laporan keuangan terdiri dari :

1) Laporan realisasi Anggaran (LRA)

2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan

Perubahan SAL)

3) Neraca

4) Laporan Operasional (LO)

5) Laporan Arus Kas (LAK)

6) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan

7) Catatan atas Laporan Keuangan

b. Hubungan antar laporan keuangan terbagi atas laporan:

1) Laporan Finansial

LO → LPE → Neraca

2) Laporan pelaksanaan anggaran

LRA → Laporan Perubahan SAL

c. Basis pencatatan yang digunakan pada standar akuntansi

pemerintah lama yaitu basis kas menuju akrual. Sedangkan pada

SAP baru, basis yang digunakan yaitu basis akrual.

d. Dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran, pemerintah

tetap menggunakan basis kas, sedangkan penyusunan neraca dan

laporan operasional menggunakan basis akrual. (Hafiz Tanjung,

2012).

21

Page 23: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

2.1.5 Standar Akuntansi Pemerintahan

SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam

menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan

demikian SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan

hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan di

Indonesia (Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2005).

Untuk memecahkan berbagai kebutuhan yang muncul dalam

pelaporan keuangan, akuntansi dan audit di pemerintahan, baik

pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah di Republik

Indonesia, diperlukan sebuah Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

yang kredibel yang dibentuk oleh sebuah Komite SAP.

Komite SAP bertugas menyiapkan penyusunan konsep

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang SAP sebagai prinsip-

prinsip akuntansi yang wajib diterapkan dalam menyusun dan

menyajikan laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah

daerah. KSAP bertujuan mengembangkan program-program

pengembangan akuntabilitas dan manajemen keuangan

pemerintahan, termasuk mengembangkan SAP.

Komite SAP terdiri atas komite konsultatif dan komite kerja.

Komite konsultatif bertugas memberi konsultasi dan atau pendapat

dalam rangka perumusan konsep Rancangan Peraturan Pemerintah

tentang SAP. Komite kerja bertugas mempersiapkan, merumuskan,

dan menyusun konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang

22

Page 24: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

SAP, dan dalam melaksanakan tugasnya, dapat membentuk

kelompok kerja. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, Komite SAP

melaporkan kegiatannya secara berkala kepada Menteri Keuangan.

Komite SAP bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri

Keuangan.

Dengan demikian, Komite SAP bertujuan mengembangkan

program-program pengembangan akuntabilitas dan manajemen

keuangan pemerintahan, termasuk mengembangkan SAP dan

mempromosikan penerapan standar tersebut. Dalam mencapai tujuan

tersebut, SAP telah disusun dengan berorientasi pada IPSAS. Selain

itu dalam penyusunannya, SAP juga telah diharmoniskan dengan

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh Dewan

Standar Akuntansi Keuangan IAI.

Dalam menyusun SAP, Komite SAP menggunakan materi

yang diterbitkan oleh:

a. International Federation of Accountant

b. International Accounting Standards Committee

c. International Monetary Fund

d. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

e. Financial Accounting Standards Board

f. Governmental Accounting Standards Board

g. Perundang-Undangan dan Peraturan Pemerintah lainnya yang

berlaku di Republik Indonesia

23

Page 25: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

h. Organisasi profesional lainnya di berbagai Negara yang

membidangi pelaporan keuangan, akuntansi, dan audit

pemerintahan.

Pengembangan SAP mengacu pada praktik-praktik terbaik di

tingkat internasional, dengan tetap mempertimbangkan kondisi di

Indonesia, baik peraturan perundangan dan praktik-praktik akuntansi

yang berlaku, maupun kondisi sumber daya manusia. Selain itu,

strategi peningkatan kualitas pelaporan keuangan pemerintahan

dilakukan dengan proses transisi menuju basis akrual. Saat ini,

pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat berbasis kas, sementara

aset, utang, dan ekuitas dana dicatat berbasis akrual.

SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, baik di

pemerintahan pusat dan departemen-departemennya maupun di

pemerintahan daerah dan dinas-dinasnya. Penerapan SAP diyakini

akan berdampak pada peningkatan kualitas pelaporan keuangan di

pemerintahan pusat dan daerah. Ini berarti informasi keuangan

pemerintahan akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di

pemerintahan dan juga terwujudnya transparansi serta akuntabilitas.

Berikut adalah proses penyusunan SAP:

a. Identifikasi topik.

b. Konsultasi topik kepada komite pengarah.

c. Pembentukan kelompok kerja.

d. Riset terbatas oleh kelompok kerja

24

Page 26: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

e. Draf awal dari kelompok kerja.

f. Pembahasan draf awal oleh komite kerja.

g. Pengambilan keputusan oleh komite kerja.

h. Pelaporan kepada komite pengarah dan persiapan atas draf

publikasian.

i. Peluncuran draf publikasian.

j. Dengar pendapat publik dan dengar pendapat terbatas.

k. Pembahasan tanggapan dan masukan atas draf publikasian dari

dengar pendapat.

l. Permintaan pertimbangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK).

m. Pembahasan tanggapan BPK.

n. Finalisasi standar.

o. Pemberlakuan standar.

p. Sosialisasi awal standar.

2.1.6 Basis Akuntansi Pemerintahan

Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang

menentukan kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui

untuk tujuan pelaporan keuangan. Basis akuntansi ini berhubungan

dengan waktu kapan pengukuran dilakukan (Mustofa,2008). Basis

akuntansi pada umumnya ada dua yaitu basis kas dan basis akrual.

25

Page 27: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Namun terdapat modifikasi dari keduanya, yaitu basis kas dan basis

akrual sama-sama digunakan dalam menyajikan laporan keuangan.

a. Basis Akuntansi Kas (Cash Basis of Accounting)

Menurut Kieso dkk (2008) basis akuntansi kas murni

dimana pendapatan hanya diakui pada saat kas diterima dan

beban hanya diakui pada saat kas dibayarkan. Pada praktek

akuntansi pemerintahan di Indonesia, basis kas digunakan untuk

menyajikan Laporan Realisasi Anggaran yang berarti bahwa

pendapatan diakui pada saat kas diterima oleh Rekening Kas

Umum Negara/Daerah, dan belanja diakui pada saat kas

dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah.

Akuntansi berbasis kas ini tentu memiliki kelebihan dan

keterbatasan. Kelebihan-kelebihan akuntansi berbasis kas adalah

laporan keuangan berbasis kas memperlihatkan sumber dana,

alokasi, dan penggunaan sumber-sumber kas, mudah untuk

dimengerti dan dijelaskan, pembuat laporan keuangan tidak

membutuhkan pengetahuan yang mendetail tentang akuntansi

dan tidak memerlukan pertimbangan ketika menentukan jumlah

arus kas dalam suatu periode.

Sementara itu keterbatasan akuntansi berbasis kas adalah

hanya memfokuskan pada arus kas dalam periode pelaporan

berjalan, dan mengabaikan arus sumber daya lain yang mungkin

berpengaruh pada kemampuan pemerintah untuk menyediakan

26

Page 28: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

barang-barang dan jasa-jasa saat sekarang dan saat mendatang,

laporan posisi keuangan (neraca) tidak dapat disajikan karena

tidak terdapat pencatatan secara double entry, tidak dapat

menyediakan informasi mengenai biaya pelayanan (cost of

service) sebagai alat untuk penetapan harga (pricing), kebijakan

kontrak publik, untuk kontrol dan evaluasi kinerja

(Mustofa,2007).

b. Basis Akuntansi Akrual (Accrual Basis of Accounting)

Menurut Kieso dkk (2008) basis akuntansi akrual

(accrual basis of accounting) dimana pendapatan diakui pada

saat dihasilkan dan beban diakui pada periode terjadinya, tanpa

memperhatikan waktu penerimaan atau pembayaran kas. Pada

praktek akuntansi pemerintahan di Indonesia, basis akrual

digunakan untuk menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Aset diakui saat telah diterima atau diserahkan hak

kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah.

Sedangkan kewajiban diakui saat dana pinjaman diterima dan

atau pada saat kewajiban timbul.

Basis akrual menyediakan informasi yang paling

komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat, termasuk

transaksi internal dan arus ekonomi lainnya. Secara sederhana,

dikatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual ditujukan

27

Page 29: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

untuk mengatasi ketidakcukupan basis kas untuk memberikan

data yang lebih akurat. Heather Thompson dalam Bambang

Widjajarso (2008) menyampaikan beberapa tujuan penggunaan

basis akrual yakni sebagai berikut:

1) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem

keuangan dalam sektor publik.

2) Untuk meningkatkan pengendalian fiskal, manajemen aset

dan budaya sektor publik.

3) Untuk meningkatkan akuntabilitas dalam program

penyediaan barang dan jasa oleh pemerintah.

4) Menyediakan informasi yang lebih lengkap bagi pemerintah

untuk mengambil keputusan.

5) Untuk mereformasi sistem anggaran belanja.

6) Untuk mencapai transparansi yang lebih luas atas biaya

pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah.

Dengan demikian, tujuan penerapan basis akuntansi

akrual pada dasarnya untuk memperoleh informasi yang tepat

atas jasa yang diberikan pemerintah dengan lebih transparan.

Tujuan penerapan basis akrual lainnya adalah untuk

meningkatkan kualitas pengambilan keputusan pemerintah.

Negara yang menerapkan basis akuntansi akrual, yang

mensyaratkan pada manajernya bertanggungjawab atas seluruh

biaya yang diproduksi, bukan hanya nilai kas yang dibayarkan.

28

Page 30: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Ringkasnya, ketika para manajer diberikan fleksibilitas dalam

mengelola sumber daya yang dipercayakan, mereka

berkepentingan untuk menyediakan informasi yang akurat seperti

itu. Hanya dengan basis akrual, biaya yang sebenarnya dapat

diinformasikan dan hal ini akan mendukung pengambilan

keputusan yang efektif dan efisien.

Manfaat-manfaat penerapan basis akrual menurut H

Thompson dalam Bambang Widjajarso (2008), akan mencakup

hal-hal seperti:

a. Menyediakan gambaran yang utuh atas posisi keuangan

pemerintah.

b. Menunjukkan bagaimana aktifitas pemerintah dibiayai dan

bagaimana pemerintah dapat memenuhi kebutuhan kasnya.

c. Menyediakan informasi yang berguna tentang tingkat yang

sebenarnya kewajiban pemerintah.

d. Meningkatkan daya pengelolaan aset dan kewajiban

pemerintah.

e. Basis akrual sangat familiar pada lebih banyak orang dan

lebih komprehensif dalam penyajian informasinya.

Lebih lanjut, di dalam study no 14 yang diterbitkan oleh

IFAC- Public Sector Committee (2003) dalam Budi Mulyana,

(2009) manfaat penggunaan basis akrual dapat diuraikan berikut

29

Page 31: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

ini. Laporan keuangan yang disajikan dengan basis akrual

memungkinkan pengguna laporan untuk:

a. Menilai akuntabilitas pengelolaan seluruh sumber daya oleh

suatu entitas.

b. Menilai kinerja, posisi keuangan dan arus kas dari suatu

entitas, dan

c. Pengambilan keputusan mengenai penyediaan sumber daya

kepada, atau melakukan bisnis dengan suatu entitas.

Pada level yang lebih detil, pelaporan dengan basis akrual:

a. Menunjukkan bagaimana pemerintah membiayai aktivitas-

aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan dananya.

b. Memungkinkan pengguna laporan untuk mengevaluasi

kemampuan pemerintah saat ini untuk membiayai aktivitas-

aktivitasnya dan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dan

komitmennya.

c. Menunjukkan posisi keuangan pemerintah dan perubahan

posisi keuangannya.

d. Memberikan kesempatan pada pemerintah untuk

menunjukkan keberhasilan pengelolaan sumber daya yang

dikelolanya, dan

e. Bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam

hal efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya.

30

Page 32: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Dengan demikian, alasan-alasan penggunaan basis akrual

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Akuntansi berbasis kas tidak menghasilkan informasi yang

cukup untuk pengambilan keputusan ekonomi misalnya

informasi tentang hutang dan piutang, sehingga penggunaan

basis akrual sangat disarankan.

b. Hanya akuntansi berbasis akrual menyediakan informasi

yang tepat untuk menggambarkan biaya operasi yang

sebenarnya.

c. Hanya akuntansi berbasis akrual yang dapat menghasilkan

informasi yang dapat diandalkan dalam informasi aset dan

kewajiban.

Menurut Guthrie (1998) definisi sistem akuntansi akrual

adalah suatu metode pencatatan transaksi atas peristiwa dan

pengakuan biaya (beban) berdasarkan periode terjadinya

peristiwa atau transaksi tersebut, sedangkan metode single entry

atau cash basis, pencatatan dan pengakuan peristiwa atau

kejadian dilakukan saat pembayaran. Sistem akrual mencatat

biaya depresiasi suatu aset dibebankan ke periode waktu selama

suatu aset tersebut digunakan berdasarkan biaya harga pembelian

aset. Sistem akuntansi berbasis kas mencatat biaya pengadaan

aset tersebut dibebankan ke periode saat dilakukan pembayaran

atas harga aset.

31

Page 33: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Isu tentang pentingnya waktu (timing) dalam pengakuan

(recognition) suatu transaksi atau peristiwa ekonomi merupakan

hal yang sangat penting dalam sistem akrual. Adopsi akuntansi

akrual mengarahkan pelaksanaan program dan aktifitas suatu

agen sektor publik untuk senantiasa mempertimbangkan prinsip

dan pengukuran transaksi, peristiwa serta kinerja aktifitas

organisasi pemerintah berdasarkan substansi operasional

daripada fokus pada kapan dan berapa penerimaan dan

pembelanjaan kas yang dilakukan pemerintah.

Angka-angka akuntansi berdasarkan sistem akrual

dianggap lebih informatif bagi pimpinan sektor publik dalam

pengalokasian sumber daya yang dimiliki, peningkatan

akuntabilitas dan pengambilan keputusan. Situasi seperti ini

mendorong aspek relevansi, netralitas, ketepatan waktu,

kelengkapan dan komparabilitas kinerja keuangan suatu agen

sektor publik menjadi perhatian para pimpinan organisasi

pemerintah (Halim dan Kusufi, 2012).

Di sektor publik Australia, penerapan sistem akrual

dilakukan dengan desentralisasi tanggungjawab pada level paling

bawah sebuah organisasi pemerintahan, penempatan seorang

manager yang akuntabel, reklasifikasi sektor publik sebagai

bisnis komersial, dan redefinisi warga menjadi pelanggan (Parker

dan Guthrie, 1993). Menurut Carlin (2005) akuntansi akrual

32

Page 34: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

sektor publik dapat menerapkan “full cost” untuk seluruh

aktivitas, mewujudkan efisiensi, mengalokasikan sumber daya

yang tepat sasaran, serta meningkatkan kinerja.

Sektor publik Italia mengalami perubahan sistem

akuntansi dari tradisional (berbasis cash and obligations) ke

adopsi accrual accounting. Perubahan ini mereformasi akuntansi

sektor publik menjadi lebih transparan dalam penggunaan

sumber daya milik publik, fokus pada kasus skandal keuangan

dan korupsi serta meningkatkan akuntabilitas (Caccia dan

Steccolini 2006).

Perubahan sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia

dilakukan sejak kehadiran SAP PP No 24 Tahun 2005. SAP 2005

ini mengubah penggunaan sistem pencatatan tunggal (single

entry) dengan dasar pencatatan atas cash basis, menjadi sistem

ganda (double entry) dengan dasar pencatatan atas kas

modifikasian (modified cash basis) yang mengarah pada basis

akrual. Pada tahun 2010 KSAP telah menerbitkan SAP berbasis

akrual yang ditetapkan melalui PP No 71 Tahun 2010. Menurut

PP No 71 Tahun 2010 basis kas digunakan untuk menyusun

pelaporan pelaksanaan anggaran (LRA dan laporan perubahan

SAL) dan basis akrual digunakan untuk menyusun pelaporan

finansial (neraca, laporan operasional, dan laporan perubahan

ekuitas).

33

Page 35: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Menurut Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 71 Tahun

2010 Pasal 1 Ayat 8 “SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang

mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam

pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan,

belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran

berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD.”

Sedangkan Ayat 9 “SAP Berbasis Kas Menuju Akrual adalah

SAP yang mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan

berbasis kas, serta mengakui aset, utang, dan ekuitas dana

berbasis akrual.”

Sistem akuntansi kas adalah sistem pencatatan yang

mencatat pendapatan dan beban di dalam periode terjadinya

penerimaan dan pembayaran kas. Sementara sistem akuntansi

akrual adalah sistem pencatatan yang mencatat pendapatan pada

saat pendapatan diperoleh (earned)—kas diterima maupun tidak

—dan beban dicatat pada saat beban tersebut terjadi (incurred)—

kas dibayarkan atau tidak. Dengan kata lain, akuntansi berbasis

kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi

dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau

dibayar, yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja,

dan pembiayaan.

Sementara, akuntansi berbasis akrual berarti bahwa

pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, dan ekuitas

34

Page 36: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada

saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada

keuangan pemerintah tanpa memperhatikan saat kas atau setara

kas diterima atau dibayar (Rintonga, 2010).

Dalam sistem basis akrual harus diterapkan sistem alokasi

yang umumnya dilakukan secara arbiter karena pembebanan

biaya, pengakuan pendapatan, dan prinsip “matching”-nya harus

memenuhi prinsip “time period”. Artinya, jika terdapat biaya

yang digunakan untuk mendapatkan penghasilan pada periode

tahun buku yang dilaporkan, maka walaupun belum dibayar

harus diperhitungkan karena memang sudah merupakan hak atau

kewajiban entitas.

Jadi, dalam basis akrual yang menjadi dasar pencatatan

transaksi adalah isu “title” atau hak dan kewajiban tanpa melihat

apakah sudah diterima atau dibayar melalui transaksi kas atau

tidak. Dalam basis kas murni, pembelian aset tetap misalnya

bangunan harus dianggap sebagai “beban” pada saat dikeluarkan

sehingga tidak ada alokasi depresiasi selama sisa umur

penggunaannya. Menurut basis kas, pembelian gedung tersebut

dicatat sebagai beban secara penuh pada periode tahu di mana

gedung tersebut dibeli. Sedangkan, menurut basis akrual, beban

dari pembelian gedung tersebut dicatat sebagai beban penyusutan

35

Page 37: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

yang dicatat setiap tahunnya selama masa manfaat dari gedung

tersebut seperti pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1Akuntansi Kas Versus Akuntansi Akrual

Karakteristik Akuntansi Kas Akuntansi AkrualOperasionalisasi Relatif sederhana Relatif rumit/kompleks

Hubungannya dengan sistem pendapatan dan anggaran tradisional

Relatif kuat Relatif lemah

Cakupan transaksi Mencatat hanya transaksi yang menghasilkan

pembayaran dana penerimaan kas

Mencatat transaksi nonkas yang diestimasi

dengan baik

Waktu Mencatat hanya transaksi yang

terjadi pada periode akuntansi yang

relevan

Mencatat pengaruh akuntansi di masa mendatang dari

transaksi saat ini dan perubahan kebijakan

Audit dan pengendalian Relatif sederhana Relatif harus dilakukan

Sumber : Abdul Halim dan Muhammad Kusufi, 2014, hlm. 203

Karena sistem akuntansi kas relatif sederhana, maka

relatif mudah untuk diimplementasikan dan dijalankan.

Kelebihannya juga relatif mudah dalam audit dan

pengendaliannya. Namun sistem ini cakupannya hanya terbatas

pada transaksi yang menghasilkan pembayaran atau penerimaan

kas, dan sistem ini hanya mempertimbangkan transaksi

pembayaran atau penerimaan kas, dan sistem ini hanya

mempertimbangkan transaksi yang terjadi pada periode akuntansi

yang relevan. Sedangkan, sistem akuntansi akrual relatif rumit

untuk diimplementasikan dan dijalankan dan keharusan untuk

36

Page 38: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

melakukan audit dan pengendalian. Meskipun demikian,

kelebihannya adalah mencakup pencatatan transaksi nonkas

sebaik transaksi kas dan mengakui pengaruh di masa mendatang

(future effects) dari transaksi dan perubahan kebijakan.

Simanjutak (2010) menjelaskan bahwa akuntansi berbasis

akrual merupakan suatu basis akuntansi yang terkait dengan

pengakuan, pencatatan, dan penyajian transaksi ekonomi dan

peristiwa lain dalam laporan keuangan pada saat terjadinya

transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara

kas diterima atau dibayarkan. Menurut Mahmudi (2011) dalam

pengaplikasiannya akuntansi berbasis akrual memiliki tujuan

dalam penentuan biaya pelayanan (cost of service) dan penentuan

harga/tarif pelayanan (pricing/charging for service).

Mardiasmo (2009) juga mengatakan bahwa akuntansi

berbasis akrual dianggap lebih baik daripada akuntansi berbasis

kas karena dianggap laporan keuangan yang disajikan lebih dapat

dipercaya, lebih akurat, lebih komprehensif, dan lebih relevan

untuk digunakan dalam pengambilan keputusan dari segi

ekonomi, sosial budaya, dan politik.

Jadi, pencatatan (recording) dilakukan sesuai dengan saat

terjadinya arus sumber daya sehingga informasi dapat disajikan

secara tepat dan komprehensif. Penerapan akuntansi berbasis

37

Page 39: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

akrual tentu memiliki perbedaan dengan akuntansi berbasis kas

yakni (Mardiasmo, 2009) :

a) Bagian Kas : penerimaan kas – pengeluaran kas = perubahan

b) Basis Akrual : pendapatan (income) – biaya-biaya = rugi/laba

(surplus defisit)

c) Pendapatan (income) = penerimaan kas selama satu periode

akuntansi – saldo awal piutang + saldo akhir piutang

d) Biaya = kas yang dibayarkan selama satu periode akuntansi –

saldo awal utang + saldo akhir utang

Study #14 IFAC Publik Sektor Sommitte (2002) dalam

Simanjuntak (2010) disampaikan bahwa manfaat pelaporan

berbasis akrual berkaitan dengan evaluasi kinerja pemerintah

mulai dari biaya jasa layanan, adanya efisiensi, hingga

pencapaian tujuan. Maksudnya, pelaporan akuntansi berbasis

akrual tentu memudahkan masyarakat ataupun pengguna lainnya

dalam mengindentifikasi posisi keuangan pemerintah serta hal-

hal yang terkait dengan perubahnnya, misalnya dari hal

pendanaan, sehingga masyarakat dapat mengetahui ukuran

kapasitas pemerintah yang sebenarnya. Sedangkan, bagi

pemerintah juga berguna untuk membuat suatu identifikasi dalam

menggunakan sumber daya masa depan dan mewujudkan

pengelolaan yang baik atas sumber daya tersebut.

38

Page 40: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

2.1.7 Modifikasi Akuntansi Berbasis Kas

Menurut Syukriy (2008) dalam Ririz Setiawati Kusuma

(2013) basis akuntansi ini pada dasarnya sama dengan akuntansi

berbasis kas, namun dalam basis ini pembukuan untuk periode tahun

berjalan masih ditambah dengan waktu atau periode tertentu (specific

period) misalnya 1 atau 2 bulan setelah periode berjalan. Penerimaan

dan pengeluaran kas yang terjadi selama periode tertentu tetapi

diakibatkan oleh periode pelaporan sebelumnya akan diakui sebagai

penerimaan dan pengeluaran atas periode pelaporan yang lalu

(periode sebelumnya). Arus kas pada awal periode pelaporan yang

diperhitungkan dalam periode pelaporan tahun lalu dikurangkan dari

periode pelaporan berjalan.

Laporan keuangan dalam basis ini juga memerlukan

pengungkapan tambahan atas item-item tertentu yang biasanya

diakui dalam basis akuntansi akrual. Pengungkapan tersebut sangat

beragam sesuai dengan kebijakan pemerintah. Sebagai tambahan atas

item-item yang diungkapkan dalam basis kas, ada beberapa

pengungkapan yang terpisah atas saldo near-cash yang diperlihatkan

dengan piutang-piutang yang akan diterima dan utang-utang yang

akan dibayar selama periode tertentu dan aset finansial and

kewajiban.

39

Page 41: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Sebagai contoh Pemerintah Malaysia menggunakan specified

period dalam laporan keuangan tahunan, yang mengungkapkan

beberapa catatan (memo) mengenai : aktiva, investasi, kewajiban,

utang pemerintah (public debt), jaminan (guarantees), dan nota

pembayaran. Dalam basis ini ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, yaitu :

a. Fokus pengukuran di bawah basis ini adalah pada sumber

keuangan sekarang (current financial resources) dan perubahan-

perubahan atas sumber-sumber keuangan tersebut. Basis

akuntansi ini mempunyai fokus pengukuran yang lebih luas dari

basis kas, pengakuan penerimaan dan pembayaran kas tertentu

selama periode spesifik berarti bahwa terdapat informasi

mengenai piutang dan hutang, meskipun tidak diakui sebagai

aktiva dan kewajiban.

b. Kriteria pengakuan atas penerimaan selama periode tertentu

adalah bahwa penerimaan harus berasal dari periode yang lalu,

namun penerapan ini tidak seragam untuk semua negara.

Beberapa pemerintah menganggap bahwa seluruh penerimaan

yang diterima selama periode tertentu adalah berasal dari periode

sebelumnya, sedangkan pemerintah yang lain mengakui hanya

beberapa dari penerimaan tersebut.

c. Penetapan panjangnya periode tertentu bervariasi antara beberapa

pemerintah, namun ada beberapa ketentuan, yaitu:

40

Page 42: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

1) Periode tertentu diterapkan secara konsisten dari tahun ke

tahun;

2) Periode tertentu harus sama untuk penerimaan dan

pembayaran kas;

3) Kriteria yang sama atas pengakuan penerimaan dan

pembayaran kas selama periode tertentu harus diterapkan

untuk seluruh penerimaan dan pembayaran;

4) Satu bulan adalah waktu yang tepat, karena pembelian barang

secara kredit umumnya diselesaikan dalam periode tersebut,

periode tertentu yang terlalu lama mungkin mengakibatkan

kesulitan dalam menghasilkan laporan keuangan;

5) Kebijakan akuntansi yang dipakai harus diungkapkan secara

penuh (fully disclosed).

2.1.8 Modifikasi Akuntansi Berbasis Akrual

Menurut Syukriy (2008) dalam Ririz Setiawati Kusuma

(2013) Basis akuntansi ini meliputi pengakuan beberapa aktiva,

namun tidak seluruhnya, seperti aktiva fisik, dan pengakuan

beberapa kewajiban, namun tidak seluruhnya, seperti utang pensiun.

Contoh bervariasinya (modifikasi) dari akuntansi akrual, dapat

ditemukan dalam praktek sebagai berikut ini:

a. Pengakuan seluruh aktiva, kecuali aktiva infrastruktur, aktiva

pertahanan dan aktiva bersejarah/warisan, yang diakui sebagai

41

Page 43: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

beban (expense) pada waktu pengakuisisian atau pembangunan.

Perlakuan ini diadopsi karena praktek yang sulit dan biaya yang

besar untuk mengidentifikasi atau menilai aktiva-aktiva tersebut;

b. Pengakuan hampir seluruh aktiva dan kewajiban menurut basis

akrual, namun pengakuan pendapatan berdasar pada basis kas

atau modifikasi dari basis kas;

c. Pengakuan hanya untuk aktiva dan kewajiban finansial jangka

pendek;

d. Pengakuan seluruh kewajiban dengan pengecualian kewajiban

tertentu seperti utang pensiun.

Beberapa penyusun standar telah mengidentifikasi kriteria

atas waktu pengakuan pendapatan dengan akuntansi berbasis akrual,

sebagai contoh Pemerintah Kanada mengakui pendapatan dalam

periode di mana transaksi atau peristiwa telah terjadi ketika

pendapatan tersebut dapat diukur (measurable). Pemerintah Federal

Amerika Serikat mengakui pendapatan pajak dalam periode

akuntansi di mana pendapatan tersebut menjadi susceptible to

accrual (yaitu ketika pendapatan menjadi measurable dan available

untuk mendanai pengeluaran). Available berarti dapat ditagih dalam

periode sekarang atau segera setelah terjadi transaksi.

42

Page 44: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

2.1.9 Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual

(PP No. 24 tahun 2005)

Kieso dkk (2008) mengemukakan definisi dasar kas yang

telah dimodifikasi (modified cash basis) adalah campuran antara

dasar kas dengan dasar akrual. Dalam standar akuntansi

pemerintahan yang ditetapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005,

basis akuntansi yang digunakan pemerintah menggunakan basis

modifikasi kas menuju akrual (cash toward accrual). Dalam

kerangka konseptual akuntansi pemerintahan dalam PP Nomor 24

Tahun 2005, basis akuntansi yang digunakan adalah basis kas untuk

pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan

Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset,

kewajiban dan ekuitas dalam neraca.

Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa

pendapatan diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum

Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada

saat kas dikeluarkan dari rekening kas umum Negara/Daerah atau

entitas pelaporan. Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset,

kewajiban dan ekuitas dan diakui dan dicatat pada saat terjadinya

transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan

berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat

kas atau setara kas diterima atau dibayar.

43

Page 45: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Krisis ekonomi Indonesia tahun 1997, diikuti oleh era

reformasi tahun 1998, pelaksanaan otonomi daerah tahun 1999

sering disebut-sebut sebagai pemicu dari reformasi keuangan dan

akuntansi pemerintahan. Mahmudi dalam Bastian (2006)

menyebutkan bahwa perjalanan manajemen keuangan

Negara/Daerah di Indonesia dapat dibagi dalam tiga fase yaitu:

1) era sebelum otonomi daerah; 2) era transisi otonomi (reformasi

tahap I); dan 3) era pascatransisi (reformasi tahap II).

Lebih spesifik, Simanjuntak (2012) menyebutkan beberapa

faktor penting yang menjadi pendorong tumbuh pesatnya akuntansi

pemerintahan di Indonesia adalah :

a. Ditetapkannya tiga paket UU yang mengatur Keuangan Negara

Pasal 32 (1) UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

mengamanatkan bahwa laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan yang

disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi

pemerintahan.

b. Ditetapkannya UU tentang pemerintahan daerah dan UU tentang

perimbangan antara keuangan pemerintah pusat dan daerah. Pasal

184 ayat (1) UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

menyebutkan bahwa laporan keuangan disusun dan disajikan

sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah.

44

Page 46: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

c. Profesi Akuntansi. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah lama

menginginkan adanya standar akuntansi di sektor publik sebagai

hal yang paralel dengan telah adanya lebih dahulu standar

akuntansi di sektor komersil.

d. Birokrasi. Pemerintahan merupakan penyusun sekaligus pemakai

yang sangat berkepentingan akan adanya suatu akuntansi

pemerintahan yang handal. Dengan diundangkannya tiga paket

keuangan Negara maupun undang-undang yang terkait dengan

pemerintahan daerah mendorong instansi pemerintah baik pusat

maupun daerah untuk secara serius menyiapkan sumber daya

dalam pengembanganan dan penyusunan laporan keuangan

pemerintah.

e. Masyarakat (LSM dan wakil rakyat). Masyarakat melalui LSM

dan wakil rakyat di DPR, DPD, dan DPRD juga menaruh

perhatian terhadap praktik good governance pada pemerintahan

di Indonesia.

f. Sektor Swasta. Perhatian dari sektor swasta mungkin tidak terlalu

signifikan karena akuntansi pemerintahan tidak terlalu

berdampak secara langsung atas kegiatan dari sektor swasta.

Namun, penggunaan teknologi informasi dan pengembangan

sistem informasi berbasis akuntansi akan mendorong sebagian

pelaku bisnis di sektor swasta untuk ikut menekuninya.

45

Page 47: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

g. Akademisi. Akademisi terutama di sektor akuntansi menaruh

perhatian yang cukup besar. Atas perkembangan pengetahuan di

bidang akuntansi pemerintahan. Perhatian ini sangat erat

kaitannya dengan penyiapan SDM yang menguasai kemampuan

di bidang akuntansi pemerintahan untuk memenuhi kebutuhan

tenaga operasional dan manajer akuntansi di pemerintahan.

h. Dunia Internasional (lender dan investor). World Bank, ADB,

dan JBIC, merupakan lembaga internasional (lender), yang ikut

berkepentingan untuk berkembangnya akuntansi sektor publik

yang baik di Indonesia. Perkembangan akuntansi tadi diharapkan

dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dari proyek

pembangunan yang didanai oleh lembaga tersebut.

i. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). UU No. 17 tahun 2003 UU

No. 15 tahun 2004 menyebutkan bahwa pertanggungjawaban

pelaksanaan APBN dan APBD diperiksa oleh BPK. Untuk dapat

memberikan opininya, BPK memerlukan suatu standar akuntansi

pemerintahan yang diterima secara umum.

j. Aparat Pengawasan Intern Pemerintahan. APIP yang meliputi

Bawasda, Irjen, dan BPKP merupakan auditor intern pemerintah

yang berperan untuk membantu pimpinan untuk terwujudnya

sistem pengendalian intern yang baik sehingga dapat mendorong

peningkatan kinerja instansi pemerintah sekaligus mencegah

praktik-praktik KKN. Akuntansi pemerintahan sangat erat kaitan

46

Page 48: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

dan dampaknya terhadap sistem pengendalian intern sehingga

auditor intern mau tidak mau harus memiliki kemampuan di

bidang akuntansi pemerintahan sehingga dapat berperan untuk

mendorong penerapan akuntansi pemerintahan yang sedang

dikembangkan.

Setelah paket perundangan keuangan Negara diundangkan,

langkah panjang reformasi masih terus bergulir untuk tahap

penerapan. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah No.

24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang

mewajibkan laporan keuangan tahun anggaran 2005 disusun

berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan yang secara garis besar

terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas

serta Catatan atas laporan Keuangan, yang dikenal sebagai basis kas

menuju akrual.

2.1.10 Komponen Laporan Keuangan menurut PP No. 24 tahun 2005

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang standar

akuntansi pemerintahan merupakan pedoman dalam menyusun

laporan keuangan yang digunakan sampai saat ini. Basis akuntansi

yang digunakan dalam SAP ini adalah basis kas menuju akrual (cash

toward accrual), dimana penggunaan basis kas untuk pengakuan

pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan serta basis akrual

untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Komponen-

47

Page 49: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

komponen laporan keuangan dalam SAP (PP No. 24 tahun 2005)

adalah:

a. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan

pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap

APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar

sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang

dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode

pelaporan.LRA menggambarkan perbandingan antara anggaran

dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan. LRA

menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur sebagai berikut:

1) Pendapatan

2) Belanja

3) Transfer

4) Surplus/defisit

5) Pembiayaan

6) Sisa lebih/kurang pembiayaan

b. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan

mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal

tertentu. Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos

berikut:

48

Page 50: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

1) Kas dan setara kas

2) Investasi jangka pendek

3) Piutang pajak dan bukan pajak

4) Persediaan

5) Investasi jangka panjang

6) Aset tetap

7) Kewajiban jangka pendek

8) Kewajiban jangka panjang

9) Ekuitas dana

c. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber,

penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode

akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.

d. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan sekurang-kurangnya disajikan

dengan susunan sebagai berikut:

a. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi

makro, pencapaian target Undang-undang APBN/APBD,

berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam

pencapaian target.

b. Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun

pelaporan.

49

Page 51: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

c. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan

kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan

atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting

lainnya.

d. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan

Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam

lembar muka laporan keuangan.

e. Pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban

yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas

pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan

penerapan basis kas.

f. Informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang

wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan

keuangan.

g. Daftar dan skedul.

2.1.11 Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual (Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010)

Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di

Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas

lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun di daerah.

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban

mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan

50

Page 52: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan sebelumnya melalui suatu media pertanggungjawaban

yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury,2003) dalam

Mardiasmo (2006). Disamping itu, amanat yang tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

dalam Pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut:

“ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 Undang-Undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.”

Karena hal-hal tersebutlah, Komite Standar Akuntansi

Pemerintahan (KSAP) menyusun Standar Akuntansi Pemerintahan

(SAP) berbasis akrual. Dalam wacana akuntansi, secara konseptual

akuntansi berbasis akrual dipercaya dapat menghasilkan informasi

yang lebih akuntabel dan transparan dibandingkan dengan akuntansi

berbasis kas. Akuntansi berbasis akrual mampu mendukung

terlaksananya perhitungan biaya pelayanan publik dengan lebih

wajar. Nilai yang dihasilkan mencakup seluruh beban yang terjadi,

tidak hanya jumlah yang telah dibayarkan.

Dengan memasukkan seluruh beban, baik yang sudah dibayar

maupun yang belum dibayar, akuntansi berbasis akrual dapat

menyediakan pengukuran yang lebih baik, pengakuan yang tepat

51

Page 53: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

waktu, dan pengungkapan kewajiban di masa mendatang. Dalam

rangka pengukuran kinerja, informasi berbasis akrual dapat

menyediakan informasi mengenai penggunaan sumber daya ekonomi

yang sebenarnya. Oleh karena itu, akuntansi berbasis akrual

merupakan salah satu sarana pendukung yang diperlukan dalam

rangka transparansi dan akuntabilitas pemerintah (KSAP,2006).

Widjajarso (2008) menjelaskan alasan penggunaan basis

akrual dalam laporan keuangan pemerintah, antara lain:

a. Akuntansi berbasis kas tidak menghasilkan informasi yang

cukup, misalnya transaksi non kas untuk pengambilan keputusan

ekonomi misalnya informasi tentang hutang piutang, sehingga

penggunaan basis akrual sangat disarankan.

b. Akuntansi berbasis akrual menyediakan informasi yang tepat

untuk menggambarkan biaya operasi yang sebenarnya.

c. Akuntansi berbasis akrual dapat menghasilkan informasi yang

dapat diandalkan dalam informasi aset dan kewajiban.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 memuat

Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dan 11 (sebelas)

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP). Sedangkan, PP

Nomor 71 Tahun 2010 memuat Kerangka Konseptual Akuntansi

Pemerintahan dan 12 (dua belas) Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan (PSAP). Perbandingan isi dari kedua peraturan

pemerintah tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.

52

Page 54: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Tabel 2.2Perbandingan Isi antara PP Nomor 24 Tahun 2005

dengan PP Nomor 71 Tahun 2010

PSAPNomo

rPP Nomor 24 Tahun 2005 PP Nomor 71 Tahun 2010

- Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan

Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan

01 Penyajian Laporan Keuangan Penyajian Laporan Keuangan02 Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran

Berbasis Kas03 Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas04 Catatan Atas Laporan

KeuanganCatatan Atas Laporan Keuangan

05 Akuntansi Persediaan Akuntansi Persediaan06 Akuntansi Investasi Akuntansi Investasi07 Akuntansi Aset Tetap Akuntansi Aset Tetap08 Akuntansi Konstruksi dalam

PengerjaanAkuntansi Konstruksi dalam

Pengerjaan09 Akuntansi Kewajiban Akuntansi Kewajiban10 Koreksi Kesalahan, Perubahan

Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa

Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi, dan Operasi yang Tidak

Dilanjutkan11 Laporan Keuangan

KonsolidasianLaporan Keuangan Konsolidasian

12 - Laporan Operasional- - Lampiran II : SAP Berbasis Kas

Menuju Akrual- - Lampiran III : Proses Penyusunan

SAP Berbasis Akrual

Sumber : PP Nomor 24 Tahun 2005 dan PP Nomor 71 Tahun 2010

Perbedaan isi antarakeduanya adalah PSAP Nomor 02, yaitu

adanya penekanan terhadap LRA berbasis kas; PSAP Nomor 10,

yaitu adanya penambahan perubahan estimasi dan operasi yang tidak

dilanjutkan; serta PSAP Nomor 12, yaitu di mana pada PP Nomor 24

Tahun 2005 tidak ada. Perbedaan tersebut pada dasarnya disebabkan

oleh adanya perbedaan basis akuntansi yang digunakan pada kedua

peraturan pemerintah tersebut.

53

Page 55: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Selain itu, pada PP Nomor 71 Tahun 2010 dilampirkan juga

SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dan proses penyusunan SAP

Berbasis Akrual. Tujuan dilampirkannya SAP Berbasis Kas Menuju

Akrual adalah menyediakan SAP bagi entitas pemerintah yang

belum siap melaksanakan SAP Berbasis Akrual, dan penerapan

secara bertahap dari SAP Berbasis Kas Menuju Akrual kepada

penerapan SAP Berbasis Akrual. Sementara Lampiran III ditujukan

sebagai referensi untuk memahami dan menerapkan SAP Berbasis

Akrual.

Basis akuntansi adalah perlakuan pengakuan atas hak dan

kewajiban yang timbul dari transaksi keuangan. Perbedaan basis

akan berpengaruh terhadap proses akuntansi. Dalam akuntansi

dikenal adanya dua basis yaitu basis kas dan basis akrual. Basis kas

adalah basis yang mengakui timbulnya hak atau kewajiban pada saat

kas diterima atau dikeluarkan. Basis akrual adalah basis yang

mengakui adanya hak atau kewajiban pada saat perpindahan hak

lepas dari saat kas diterima atau dikeluarkan.

Meskipun PP 71 Tahun 2010 dinyatakan sebagai SAP

berbasis Akrual, namun sebenarnya basis akuntansi yang digunakan

tidak sepenuhnya basis akrual. Bahkan mengarah pada penggunaan

basis akrual modifikasi, yaitu transaksi-transaksi tertentu dicatat

dengan menggunakan basis kas dan untuk sebagian besar transaksi

dicatat menggunakan basis akrual (Halim dan Kusufi, 2012). SAP

54

Page 56: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Berbasis Akrual menurut PP 71 Tahun 2010 adalah SAP yang

mengakui pendapatan-LO, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam

pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan

dalam APBN atau APBD, yaitu basis kas. Jadi, sebenarnya SAP

tidak menganut basis akrual secara penuh tetapi basis modifikasi,

yaitu akrual modifikasian.

Basis akuntansi untuk Laporan Operasional (LO) berarti

bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh

pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di

Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan

beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan

nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum

dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas

pelaporan. Pendapatan seperti bantuan pihak luar atau asing dalam

bentuk jasa disajikan pula pada Laporan Operasional (LO).

Sementara, dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan

berdasarkan basis kas, maka LRA disusun berdasarkan basis kas,

berarti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada

saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas

pelaporan, serta belanja, transfer, dan pengeluaran pembiayaan

diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum

Negara/Daerah.

55

Page 57: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

1) Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi.

Salah satu hal yang baru dari PP 71 Tahun 2010

dibandingkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 adalah terdapat

uraian mengenai entitas akuntansi, di samping entitas pelaporan.

Entitas akuntansi menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 adalah unit

pada pemerintahan yang mengelola anggaran, kekayaan atas

dasar akuntansi yang diselenggarakan. Entitas pelaporan adalah

unit pemerintah yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi

yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib

menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan

keuangan.

Pada pemerintah pusat yang merupakan entitas pelaporan

adalah masing-masing kementerian negara atau lembaga di

lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah pusat sendiri, yaitu

laporan konsolidasian dari laporan keuangan seluruh

kementerian/lembaga yang ada di Kementerian Keuangan.

Sedangkan, pada pemerintah daerah yang menjadi entitas

pelaporan adalah seluruh pemerintah provinsi dan seluruh

pemerintah kabupaten dan kota, sehingga akan terdapat lebih dari

500 entitas pelaporan di Indonesia yang semuanya akan

menyusun laporan keuangan dan diaudit oleh BPK.

56

Page 58: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

2) Penyusunan Laporan Keuangan Menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 71 Tahun 2010.

Menurut PP Nomor 24 Tahun 2005, SAP sudah harus

diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan tahun anggaran

2015. Artinya bahwa penyajian laporan keuangan tahun 2015

sudah harus sesuai dengan SAP. Hal serupa juga terjadi pada

penerapan PP Nomor 71 Tahun 2010, yang menyatakan bahwa

SAP Berbasis Akrual sudah harus diterapkan untuk penyusunan

laporan keuangan tahun anggaran 2010.

SAP mengatur mengenai informasi yang harus disajikan

dalam laporan keuangan, bagaimana menetapkan, mengukur, dan

melaporkannya. Oleh karena itu, SAP mengatur penyajian pos-

pos yang harus disajikan dalam laporan keuangan seperti pos kas,

piutang, aset tetap, dan seterusnya.

Laporan keuangan pokok wajib disusun dan disajikan

oleh entitas pelaporan menurut SAP Berbasis Kas Menuju

Akrual yaitu sebagai berikut :

1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

2) Neraca

3) Laporan Arus Kas (LAK)

4) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

57

Page 59: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Sedangkan, SAP Berbasis Akrual mewajibkan entitas

pelaporan menyusun dan menyajikan tujuh laporan keuangan

pokok yang terbagi ke dalam dua jenis pelaporan, yaitu

pelaporan finansial berbasis akrual, pelaporan pelaksanaan

anggaran berbasis kas, dan CaLK.

Pelaporan finansial terdiri atas :

1) Neraca;

Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi

keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, utang dan

ekuitas dana pada tanggal tertentu.

2) Laporan Operasional (LO);

Laporan Operasional yang selanjutnya disingkat LO adalah

laporan yang menyajikan informasi mengenai seluruh

kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang

tercermin dalam pendapatan-LO, beban dan surplus/defisit

operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya

disandingkan dengan periode sebelumnya.

3) Laporan Arus Kas;

Laporan Arus Kas yang selanjutnya disingkat LAK adalah

laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber,

penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu

periode akuntansi, serta saldo kas dan setara kas pada tanggal

pelaporan.

58

Page 60: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

4) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);

Laporan Perubahan Ekuitas yang selanjutnya disingkat LPE

adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai

perubahan ekuitas yang terdiri dari ekuitas awal,

surplus/defisit-LO, koreksi dan ekuitas akhir.

Sedangkan, laporan pelaksanaan anggaran terdiri atas :

1) LRA berbasis kas;

Laporan Realisasi Anggaran yang selanjutnya disingkat LRA

adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi

pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA,

pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran,

yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya

dalam satu periode.

2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL).

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang selanjutnya

disingkat LPSAL adalah laporan yang menyajikan informasi

kenaikan dan penurunan SAL tahun pelaporan yang terdiri

dari SAL awal, SiLPA/SiKPA, koreksi dan SAL akhir.

Ditambah dengan CaLK yang merupakan laporan yang

merinci atau menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos dalam laporan

pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial dan merupakan

laporan yang tidak terpisahkan dari kedua pelaporan tersebut.

59

Page 61: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Nomor

71 Tahun 2010 dalam menyatakan bahwa : “Laporan Keuangan

merupakan laporan terstruktur mengenai posisi keuangan dan

transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan”.

Sedangkan menurut Mahsun & Sulistiyowati &

Purwanugraha (2011 : 92) dalam buku “Akuntansi Sektor

Publik” menyatakan bahwa : “Laporan Keuangan Daerah adalah

hasil proses akuntansi keuangan daerah yang berisi Neraca,

Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas

Laporan Keuangan, untuk digunakan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan, baik pihak internal maupun pihak eksternal”.

3) Perbandingan Laporan Operasional dengan Laporan Realisasi

Anggaran.

Perbedaan mendasar antara SAP Berbasis Kas Menuju

Akrual dengan SAP Berbasis Akrual adalah adanya penambahan

PSAP baru, yaitu PSAP Nomor 12 tentang penyajian Laporan

Operasional. Laporan Operasional, yang dalam SAP PP Nomor

24 Tahun 2005 disebut dengan nama Laporan Kinerja Keuangan

dan bersifat optional, dalam SAP Berbasis Akrual menjadi salah

satu bagian dari pelaporan finansial yang berbasis akrual untuk

pelaporan atas pendapatan dari sumber daya ekonomi yang

diperoleh dan beban untuk kegiatan pelayanan pemerintahan.

60

Page 62: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Dengan adanya Laporan Operasional, maka Laporan

Realisasi Anggaran tidak lagi memiliki keterkaitan dengan

Neraca. Perbedaan basis akuntansi yang digunakan disebabkan

karena tujuan penyusunan kedua laporan tersebut juga berbeda.

Pelaporan operasional bertujuan untuk memberikan informasi

tentang kegiatan operasional keuangan yang tercerminkan dalam

pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu

entitas pelaporan. Laporan Operasional menyajikan ikhtisar

sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan

penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah

untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintah dalam satu periode

pelaporan (KK par. 78).

Sedangkan, Laporan Realisasi Anggaran bertujuan

memberikan informasi realisasi dan anggaran entitas pelaporan.

Perbandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan

tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara

legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan

keuangan pemerintah pusat atau daerah yang menunjukkan

ketaatan terhadap APBD/APBD (PSAP Nomor 1 par. 35).

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber,

alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola

oleh pemerintah pusat atau daerah, yang menggambarkan

61

Page 63: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu

periode pelaporan (KK par. 61).

Perbedaan tujuan kedua laporan tersebut juga berdampak

pada berbedanya manfaat dan informasi yang disediakan oleh

kedua laporan tersebut. Laporan Operasional menyediakan

informasi yang mencerminkan seluruh kegiatan operasional

keuangan entitas pelaporan yang berguna bagi penggunanya

untuk mengevaluasi pendapatan-LO dan beban untuk

menjalankan suatu unit atau seluruh entitas pemerintah.

Informasi yang disediakan oleh Laporan Operasional adalah

informasi (PSAP Nomor 12 par. 6) :

a. Mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh

pemerintah untuk menjalankan pelayanan;

b. Mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna

dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi,

efektivitas, serta kehematan perolehan dan penggunaan

sumber daya ekonomi;

c. Berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan

diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan

daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan

laporan secara komprehensif;

d. Mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan

peningkatan ekuitas (bila surplus operasional).

62

Page 64: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Sementara, Laporan Realisasi Anggaran menyediakan

informasi yang berguna bagi penggunanya dalam mengevaluasi

keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi,

akuntabilitas, dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran

dengan :

a. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan

penggunaan sumber daya ekonomi;

b. Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara

menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja

pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan

anggaran.

Laporan Realisasi Anggaran dapat menyediakan

informasi kepada pengguna laporan tentang indikasi perolehan

dan penggunaan sumber daya ekonomi yang telah dilaksanakan

secara efisien, efektif, dan hemat, serta telah dilaksanakan sesuai

dengan anggarannya (APBN/APBD) dan dilaksanakan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh

karena itu, Laporan Realisasi Anggaran masih menggunakan

basis kas, karena penetapan anggarannya masih berbasis kas

juga.

Berdasarkan PSAP No. 12 Paragraf 6 SAP Berbasis

Akrual dinyatakan bahwa ada 4 (empat) informasi yang

disediakan oleh Laporan Operasional (LO). Masing-masing dari

63

Page 65: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

keempat informasi tersebut mencerminkan peranan dari Laporan

Operasional, yaitu :

(a) Mencerminkan peran dalam perhitungan biaya pelayanan;

(b) Mencerminkan peran untuk menilai kinerja pemerintah;

(c) Berperan dalam mengestimasikan pendapatan yang diterima;

dan

(d) Berperan untuk menentukan besarnya perubahan ekuitas

yang dimiliki oleh pemerintah.

Laporan Operasional menyajikan beban akrual yang

dapat digunakan untuk menghitung biaya per program atau

kegiatan pelayanan. Beban-beban yang ada dalam Laporan

Operasional dapat dikelompokkan menjadi biaya pegawai, biaya

material, dan biaya overhead untuk melakukan perhitungan biaya

untuk setiap program atau kegiatan. Dengan adanya, Laporan

Operasional dapat dihitung beban akrual dengan hasil/keluaran.

Oleh karena itu, selain untuk menentukan biaya pelayanan, LO

dapat juga untuk melihat kinerja pemerintah.

Laporan Operasional-LO berperan dalam penilaian

kinerja yang digunakan untuk mengukur keluaran/hasil dari

kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai sehubungan

dengan penggunaan anggaran (cost) dengan kualitas dan

kuantitas yang telah ditentukan. Untuk mengevaluasi kinerja

berkaitan dengan konsep value for money (VFM), yaitu ekonomi,

64

Page 66: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

efisien, dan efektif. Konsep VFM memberikan pengertian akan

biaya dan kinerja dalam mencapai efisiensi dan efektivitas

organisasi. Konsep VFM digunakan untuk menilai apakah suatu

organisasi telah mencapai benefit maksimal, dengan

menggunakan sumber daya yang ada.

Dalam perannya mengestimasi pendapatan, LO

memberikan informasi untuk memprediksi pendapatan-LO yang

akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam

periode mendatang dengan menyajikan laporan secara

komparatif. Pengakuan pendapatan tidak perlu menunggu adanya

arus kas yang masuk, melainkan pada saat timbulnya hak atas

pendapatan sudah dapat diakui.

Selain itu juga, pendapatan yang berasal dari transaksi

barang/jasa juga dapat diakui sebagai pendapatan, serta

pendapatan dari kegiatan non-operasional dan pos luar biasa

yang bersifat tidak rutin dan tidak sering terjadi dapat

diidentifikasi dan dipisahkan dari pendapatan operasional,

sehingga estimasi dapat dilakukan lebih akrual.

Struktur Laporan Operasional mencakup pos-pos sebagai

berikut (PSAP Nomor 01 paragraf 92 SAP Berbasis Akrual).

a) Pendapatan-LO dari kegiatan operasional, yaitu hak

pemerintah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam

65

Page 67: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu

dibayar kembali.

b) Beban dari kegiatan operasional, yaitu penurunan manfaat

ekonomi/potensi jasa dalam periode pelaporan yang dapat

menurunkan ekuitas berupa pengeluaran/konsumsi aset atau

timbulnya kewajiban.

c) Surplus/defisit dari kegiatan non-operasional (bila ada), yaitu

selisih antara pendapatan dan beban non-operasional yang

sifatnya tidak rutin termasuk dari surplus/defisit dari

penjualan aset nonlancar dan penyelesaian kewajiban jangka

panjang.

d) Pos luar biasa (bila ada), yaitu pendapatan atau beban yang

bukan merupakan operasi biasa yang tidak diharapkan

sering/rutin terjadi, di luar kendali atau pengaruh entitas yang

bersangkutan, serta sifat dan jumlahnya diungkap dalam

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

e) Surplus/defisit-LO, yaitu selisih lebih/kurang antara

pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan.

Konsep akrual pada Laporan Operasional terlihat pada

transaksi pendapatan-LO dan beban dalam bentuk barang/jasa.

Transaksi pendapatan dan beban yang terkait dengan transaksi

selain kas dapat segera dicatat pada pendapatan-LO dan beban

pada saat terjadinya transaksi. Sedangkan, pembiayaan tidak

66

Page 68: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

BASIS KASANGGARAN

SILPA/SIKPALRA

LaporanPerubahan

SAL

BASIS AKRUALAKUNTANSI

LaporanPerubahan

Ekuitas

Surplus/Defisit-LO

LO Ekuitas Neraca

perhitungkan dalam perhitungan surplus/defisit-LO karena

transaksi pembiayaan tidak terkait dengan operasional pada

periode pelaporan.

Pada PSAP Nomor 12 paragraf 7 disebutkan bahwa

Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari

siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting)

sehingga penyusunan Laporan Operasional, Laporan Perubahan

Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat

dipertanggungjawabkan. Keterkaitan antar-laporan keuangan

dalam kedua pelaporan, yaitu pelaporan pelaksanaan anggaran

dan pelaporan finansial, dapat dilihat dari Gambar 2.1

Gambar 2.1Keterkaitan Antarlaporan Keuangan Menurut SAP

Berbasis Akrual

Sumber : Triharta, 2010 dalam Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, 2014

67

Page 69: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Pelaporan pelaksanaan anggaran dan pelaporan finansial

(akuntansi) tidak memiliki keterkaitan, sehingga Laporan

Realisasi Anggaran (LRA) tidak lagi terkait dengan neraca,

sebagaimana pada SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. Sisa

Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) yang

dihasilkan dari LRA akan menjadi penambah/pengurang Laporan

Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL).

4) Perbedaan Akuntansi Pendapatan-LO dan Pendapatan-LRA.

Dengan diterapkannya dua basis akuntansi yang berbeda

pada dua jenis pelaporan yang berbeda, yaitu pelaporan

pelaksanaan anggaran berbasis kas dan pelaporan finansial

berbasis akrual. Akibatnya, terdapat dua macam pendapatan,

yaitu pendapatan-LO berbasis akrual dan pendapatan-LRA

berbasis kas. Menurut PSAP Nomor 01, pendapatan-LO

didefinisikan sebagai hak pemerintah pusat/daerah yang diakui

sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Sedangkan,

Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas

Umum Negara/Daerah yang menambah Saldo Anggaran

Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang

menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh

pemerintah. Berdasarkan definisi tersebut, jelas bahwa

68

Page 70: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

pendapatan-LO merupakan semua hak pemerintah, yang berupa

kas maupun non/selain kas, yang dapat menambah ekuitas.

Hal ini berarti pengertian pendapatan-LO lebih luas

daripada pendapatan-LRA yang hanya berupa penerimaan kas

saja. Serta keterkaitannya dengan laporan keuangan yang

berbeda. Pendapatan-LO akan memengaruhi ekuitas yang ada di

neraca melalui Laporan Perubahan Sal. Perbedaan dan persamaan

kedua jenis pendapatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Karena berbasis akrual, maka pendapatan-LO diakui pada

saat timbulnya hak atas pendapatan, dan pendapatan direalisasi,

yaitu adanya aliran dana masuk sumber daya ekonomi.

Pendapatan-LO yang diperoleh berdasarkan peraturan

perundang-undangan dan yang diperoleh sebagai imbalan atas

suatu pelayanan yang telah selesai diberikan diakui pada saat

timbulnya hak untuk menagih pendapatan atau imbalan.

Sedangkan, pendapatan-LO yang diakui pada saat direalisasi

adalah hak yang telah diterima oleh pemerintah tanpa terlebih

dahulu adanya penagihan. Sedangkan pendapatan-LRA diakui

pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah.

Jadi, selama tidak ada aliran kas yang masuk ke dalam Rekening

Kas Umum Negara/Daerah maka tidak akan pendapatan yang

diakui.

69

Page 71: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Tabel 2.3Perbedaan dan Persamaan Pendapatan-LO

dan Pendapatan LRA

Pendapatan-LO Pendapatan-LRAPerbedaanPengakuan Pada saat timbulnya hak

Pada saat pendapatan direalisasi

Pada saat kas diterima

Pengelompokan Berdasarkan sumber pendapatan

Berdasarkan jenis pendapatan

PersamaanPencatatan Asas Bruto Asas Bruto

Sumber : Abdul Halim dan Muhammad Kusufi, 2014, hlm. 355

Pendapatan-LO diklasifikasi menurut sumber pendapatan.

Klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk pemerintah pusat

dikelompokkan berdasarkan jenis pendapatan, yaitu pendapatan

perpajakan, pendapatan bukan pajak, dan pendapatan hibah.

Sedangkan, klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk

pemerintah daerah dikelompokan menurut asal dan jenis

pendapatan, yaitu pendapatan asli daerah, pendapatan transfer,

dan lain-lain pendapatan yang sah. Masing-masing pendapatan

tersebut diklasifikasikan menurut jenis pendapatan. Beda halnya

dengan pendapatan-LRA yang hanya diklasifikasikan

berdasarkan jenis pendapatan.

Kedua pendapatan tersebut sama-sama dicatat

menggunakan asas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan

bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah

dikompensasikan dengan pengeluaran). Asas bruto dapat

dikecualikan jika dalam besaran pengurangan terhadap

70

Page 72: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

pendapatan-LRA/pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat variabel

terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat

dianggarkan/diestimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum

selesai.

Apabila ditinjau terhadap definisi kedua pendapatan,

yaitu untuk pengakuan dan keterkaitan antarlaporan yang

dipengaruhi oleh keduanya, maka akan timbul masalah dalam

teknik pencatatannya. Masalah yang muncul terkait dengan

pencatatan masalah pendapatan-LRA yang berbasis kas, yaitu

pada saat terjadi transaksi penerimaan kas dari suatu jenis

pendapatan tertentu, maka akun pendapatan-LRA tersebut tidak

akan dicatat pada kas. Hal ini dikarenakan akun kas merupakan

akun neraca dan antara LRA dan neraca tidak ada keterkaitan.

Akun kas (sisi debit/D) akan dicatat bersamaan dengan

akun pendapatan-LO (sisi kredit/K). Dengan demikian, hal ini

menunjukkan bahwa pencatatan dengan sistem double entry tidak

dapat mengakomodasi kebutuhan pencatatan dalam SAP

Berbasis Akrual. Maka dari itu, harus ada solusi untuk mencatat

akun pendapatan-LRA khususnya, semua akun pada pelaporan

realisasi anggaran pada umumnya.

Menurut PSAP Nomor 01, beban adalah penurunan

manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan

yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau

71

Page 73: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Sedangkan, Belanja

adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum

Negara/Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih

dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan

diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Berdasarkan

definisi tersebut, jelas bahwa beban merupakan semua transaksi

yang dapat menurunkan manfaat ekonomi atau potensi jasa, baik

yang berupa kas maupun non/selain kas, yang berpengaruh

terhadap penurunan ekuitas.

Hal ini berarti cakupan beban lebih luas daripada belanja

yang hanya berupa pengeluaran kas saja, serta keterkaitannya

dengan laporan keuangan yang berbeda, sama halnya

pendapatan. Perbedaan kedua jenis pendapatan tersebut dapat

dilihat dalam Tabel 2.4

Tabel 2.4Perbedaan dan Persamaan Beban-LO dan Belanja LRA

Beban BelanjaPerbedaanPengakuan Pada saat timbulnya

kewajiban Pada saat terjadinya

konsumsi aset Terjadinya penurunan

manfaat ekonomi atau potensi jasa

Pada saat kas diterima

Pengelompokan Menurut klasisifikasi ekonomi Menurut klasifikasi (jenis belanja) organisasi, dan fungsi

Sumber : Abdul Halim dan Muhammad Kusufi, 2014, hlm. 358

72

Page 74: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya

konsumsi aset, dan terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau

potensi jasa. Beban yang diakui pada saat timbulnya kewajiban

adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah

tanpa diikuti keluarnya kas dari Kas Umum Negara/Daerah.

Beban diakui pada saat terjadinya konsumsi aset adalah saat

pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului

timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam

kegiatan operasional pemerintah.

Beban diakui pada saat terjadi penurunan manfaat

ekonomi atau potensi jasa adalah saat terjadi penurunan nilai aset

sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya

waktu. Belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari

Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.

Pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya

terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut

disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaaan.

Beban diklasifikasi menurut klasifikasi ekonomi.

Klasisifikasi ekonomi pada prinsipnya mengelompokkan

berdasarkan jenis beban, beban bunga, beban subsidi, beban

hibah, beban bantuan sosial, beban penyusutan aset

tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban lain-lain. Klasifikasi

ekonomi untuk pemerintah daerah terdiri atas beban pegawai,

73

Page 75: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

beban barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban

bantuan sosial, beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban

transfer, dan beban tak terduga. Penyusutan/amortisasi dapat

dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan

menjadi metode garis lurus (straight line methode), metode saldo

menurun ganda (double declining balance method), dan metode

unit produksi (unit of production methode).

Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi

(jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Klasifikasi ekonomi

adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis

belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas, yaitu belanja

operasi, belanja modal, dan belanja lain-lain/tak terduga.

Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu belanja

pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah,

bantuan sosial, dan belanja lain-lain.

Klasisifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi

belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi,

hibah, bantuan sosial, dan belanja tidak terduga. Belanja operasi

adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari

pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek.

Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja

barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial.

74

Page 76: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk

peroleh aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih

dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain

belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan,

peralatan, aset tak berwujud. Belanja lain-lain/tak terduga adalah

pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa

dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana

alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang

sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan

pemerintah pusat/daerah.

Sama halnya dengan pendapatan, pencatatan beban dan

belanja juga menemui kendala yang sama, yaitu pencatatannya.

Transaksi yang terkait dengan beban dicatat dengan

menggunakan double entry dan saat yang sama pencatatan

belanja dilakukan pada buku anggaran oleh fungsi akuntansi

pada unit pemerintah.

5) Akuntansi Surplus/Defisit-LRA dengan Surplus/Defisit-LO.

Surplus/Defisit-LO adalah selisih antara pendapatan-LO

dan beban selama satu periode pelaporan, setelah diperhitungkan

surplus/defisit dari kegiatan non operasional dan pos luar biasa.

Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu

dikelompokkan tersendiri dalam kegiatan non-operasional.

75

Page 77: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Termasuk dalam pendapatan atau beban dari kegiatan non

operasional antara lain surplus/defisit penjualan aset dari

kegiatan non operasional lainnya.

Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan

operasional dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional

merupakan surplus/defisit sebelum pos luar biasa, yang setelah

ditambah/dikurangi dengan pos luar biasa akan menjadi

surplus/defisit-LO. Saldo surplus/defisit-LO akan dipindahkan ke

Laporan Perubahan Ekuitas sebagai penambah atau pengurang

ekuitas. Surplus/defisit-LRA adalah selisih lebih/kurang antara

pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan.

Surplus/defisit-LRA akan memengaruhi SiLPA/SiKPA yang

nantinya akan dipindahkan ke Laporan Perubahan SAL sebagai

penambah atau pengurang SAL.

6) Akuntansi Pembiayaan dengan Kegiatan Non-operasional dan

Pos Luar Biasa.

Pembiayaan tidaklah sama atau dapat dikategorikan

sebagai kegiatan non-operasional dan pos luar biasa. Pembiayaan

(financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali

dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada

tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran

berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama

76

Page 78: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

dimaksud untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus

anggaran. Pembiayaan tidak diperhitungkan dalam perhitungan

surplus/defisit-LO karena transaksi pembiayaan tidak terkait

dengan operasional pada periode pelaporan.

Sedangkan, kegiatan non-operasional sifatnya tidak rutin

termasuk dari surplus/defisit dari penjualan aset nonlancar dan

penyelesaian kewajiban jangka panjang, dan pos luar biasa

adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi

karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi

biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di

luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan. Sebelum adanya

pemisahan antara kegiatan operasional dengan kegiatan non-

operasional dan pos luar biasa, pendapatan dan beban

berkemungkinan besar mengalami overestimate atau

underestimate.

77

Page 79: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi

2.2.1. Komunikasi

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris

“communication”), secara etimologis atau menurut asal katanya

adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber

pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna

‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang

memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah

manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward

(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:

“Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.”

Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga

dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy (1994:10) bahwa

para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang

dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure

78

Page 80: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan

bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan

menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which

Channel To Whom With What Effect?

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi

meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan

itu, yaitu:

1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)

2. Pesan (mengatakan apa?)

3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?)

4. Komunikan (kepada siapa?)

5. Efek (dengan dampak/efek apa?).

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara

sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk

(encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu

kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.

79

Page 81: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

A. Proses Komunikasi

Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-

19) membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:

1. Proses komunikasi secara primer.

Proses komunikasi secara primer adalah proses

penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada

orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai

media. Lambang sebagai media primer dalam proses

komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan

nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain

sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu

menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator

kepada komunikan. Komunikasi berlangsung apabila terjadi

kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh

komunikan. Dengan kata lain, komunikasi adalah proses

membuat pesan yang setala bagi komunikator dan

komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama

komunikator menyandi (encode) pesan yang akan

disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator

memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam

lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh

komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk

menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti

80

Page 82: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau

perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang

penting dalam proses penyandian (coding) adalah

komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat

menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).

Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan

bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna)

apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok

dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan

pengalaman dan pengertian (collection of experiences and

meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Schramm

menambahkan, bahwa bidang (field of experience)

merupakan faktor penting juga dalam komunikasi. Jika

bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang

pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung

lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak

sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul

kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh

seperti yang diungkapkan oleh Sendjaja (1994:33) yakni : Si

A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai

perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan

pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah

dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal tersebut

81

Page 83: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa.

Seandainya si A tersebut membicarakan hal tersebut dengan

si C, seorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses

komunikasi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya seperti

yang diharapkan si A. Karena antara si A dan si C terdapat

perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan,

pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin juga

kepentingannya.

Contoh tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

proses komunikasi akan berjalan baik atau mudah apabila di

antara pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya

apabila kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan

seseorang, maka kita harus mengolah dan menyampaikan

pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat

pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang

budayanya. Dengan kata lain komunikator perlu mengenali

karakteristik individual, sosial dan budaya dari komunikan.

2. Proses komunikasi sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan

dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua

setelah memakai lambang sebagai media pertama.

82

Page 84: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Seorang komunikator menggunakan media ke dua

dalam menyampaikan komunikasi ke karena komunikan

sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau

jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar,

majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang

sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi

secara sekunder itu menggunakan media yang dapat

diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi,

radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon,

dsb).

Flippo dalam Gibson (2000) dalam Adventana, Gabriella Ara

dan Kurniawan (2014) membuat definisi komunikasi sebagai suatu

tindakan mendorong pihak lain untuk menginterpretasikan suatu idea

dalam suatu cara yang diinginkan oleh pembicara atau penulis.

Menurut Robbins (2006) dalam Adventana, Gabriella Ara dan

Kurniawan (2014), komunikasi di dalam organisasi sering

digambarkan sebagai komunikasi formal. Menurut Edwar dalam

Herlina (2013) dalam Adventana, Gabriella Ara dan Kurniawan

(2014) ada beberapa variabel yang mempengaruhi proses

implementasi, salah satunya adalah komunikasi. Komunikasi

kebijakan yang efektif adalah para pelaksana kebijakan mengetahui

apa yang mereka kerjakan, hal ini menyangkut proses penyampaian

83

Page 85: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi yang

disampaikan.

Menurut Edwar dalam Herlina (2013) dalam Adventana,

Gabriella Ara dan Kurniawan (2014) komunikasi adalah salah satu

faktor yang mempengaruhi proses implementasi. Persyaratan utama

bagi komunikasi kebijakan yang efektif adalah para pelaksana

kebijakan mengetahui apa yang mereka kerjakan, hal ini menyangkut

proses penyampaian informasi dan konsistensi informasi yang

disampaikan.

Sehebat apapun gagasan, tidak akan berguna jika tidak

diteruskan ke dan dipahami orang lain. Komunikasi yang baik

merupakan hal yang sangat penting bagi efektivitas kelompok atau

organisasi manapun.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Ardiansyah (2012) dan Romilia (2011) bahwa komunikasi

berpengaruh terhadap penerapan SAP berbasis akrual. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Warsino (2009) yang berhasil

membuktikan bahwa dengan komunikasi yang baik, seluruh

komponen dalam organisasi akan dapat bekerja secara sistematis

untuk meningkatkan produktivitas khususnya dalam hal pengelolaan

keuangan.

84

Page 86: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

2.2.2. Komitmen

Setiap perubahan membutuhkan dukungan penuh oleh

pimpinan suatu institusi. Hal ini merupakan kunci keberhasilan atas

perubahan tersebut. Komitmen yang kuat akan mendorong

implementasi secara menyeluruh perubahan basis akuntansi yang

memang tidak mudah. Salah satu penyebab kelemahan penyusunan

laporan keuangan pada beberapa kementerian/lembaga adalah

lemahnya komitmen pimpinan satuan kerja khususnya SKPD

penerima dana dekonsentrasi/tugas pembantuan.

Menurut Robbins (2002:15) dalam Ririz Setiawati Kusuma

(2013), komitmen organisasi adalah sebagai keadaan dimana seorang

karyawan memihak pada suatu organisasi tersebut dan tujuan-

tujuannya, serta berniat untuk memelihara keanggotanya dalam

organisasi tersebut. Sedangkan Steers dan Porter dalam Supriyono

(2006:24) dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013) berpendapat bahwa

komitmen organisasi merupakan kondisi dimana karyawan sangat

tertarik terhadap tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasi.

Selanjutnya, Greenberg dan Baron (1997:190) dalam Ririz

Setiawati Kusuma (2013), komitmen organisasi menggambarkan

seberapa jauh seseorang mengidentifikasikan dan melibatkan dirinya

pada organisasinya dan keinginan untuk tetap tinggal di organisasi

itu. Porter et.al. dalam Miner, (1992:124) dalam Ririz Setiawati

Kusuma (2013) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai

85

Page 87: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam

mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi.

Sikap ini dapat ditandai dengan empat hal, yaitu indikatornya

diantaranya :

a. Kepercayaan karyawan terhadap organisasi

b. Partisipasi karyawan dalam aktivitas kerja

c. Loyalitas terhadap organisasi

d. Adanya Perasaan menjadi bagian dari organisasi

Sedangkan menurut Robbins dalam Sjabadhyni dkk

(2001:456) dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013) memandang

komitmen organisasi merupakan salah satu sikap kerja, karena ia

merefleksikan perasaan seseorang (suka atau tidak suka) terhadap

organisasi tempat ia bekerja. Hal ini didefinisikan sebagai suatu

orientasi individu terhadap organisasi yang mencakup loyalitas,

identifikasi, dan keterlibatan.

Jadi komitmen organisasi merupakan orientasi hubungan

aktif antara individu dan organisasi. Orientasi hubungan tersebut

mengakibatkan individu atas kehendak sendiri bersedia memberikan

sesuatu dan sesuatu yang diberikan itu menggambarkan

dukungannya bagi tercapainya tujuan organisasi. Komitmen

organisasi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer dalam

Sjabadhyni dkk, (2001:457) dalam Ririz Setiawati Kusuma

86

Page 88: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

(2013). Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer

dibedakan atas tiga komponen, yaitu:

2) Komponen afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi,

dan keterlibatan karyawan di dalam suatu organisasi.

3) Komponen normatif merupakan perasaan-perasaan karyawan

tentang kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi.

4) Komponen continuance berarti komponen berdasarkan

persepsi karyawan tentang kerugian yang akan dihadapinya

jika ia meninggalkan organisasi.

b. Komitmen organisasi menurut Porter et.al. dalam Miner

(1992:128) dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013). Komitmen

organisasi dari Porter lebih dikenal sebagai pendekatan sikap

terhadap organisasi. Komitmen organisasi ini memiliki dua

komponen, yaitu sikap dan kehendak untuk bertingkah laku.

1) Komponen sikap mencakup beberapa hal diantaranya:

a) Identifikasi dengan organisasi, yaitu penerimaan tujuan

organisasi, dimana penerimaan ini merupakan dasar

komitmen organisasi. Identifikasi karyawan tampak

melalui sikap dengan menyetujui kebijaksanaan

organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai

organisasi, rasa kebanggaan menjadi bagian dari

organisasi.

87

Page 89: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

b) Keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan

di organisasi tersebut. Karyawan yang memiliki

komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan

tanggung jawab pekerjaan yang diberikan kepadanya.

c) Kehangatan, afeksi, dan loyalitas terhadap organisasi

merupakan evaluasi terhadap komitmen, serta adanya

ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi

dengan karyawan. Karyawan dengan komitmen tinggi

merasakan adanya loyalitas dan rasa memiliki terhadap

organisasi.

2) Komponen kehendak untuk bertingkah laku, diantaranya:

a) Kesediaan untuk menampilkan usaha Hal itu tampak

melalui kesediaan bekerja melebihi apa yang diharapkan

agar organisasi dapat berkembang dan maju. Karyawan

dengan komitmen tinggi, ikut memperhatikan nasib

organisasi.

b) Keinginan tetap berada dalam organisasi Pada karyawan

yang memiliki komitmen tinggi, hanya sedikit alasan

untuk keluar dari organisasi dan berkeinginan untuk

bergabung dengan organisasi yang dipilihnya dalam

waktu lama.

88

Page 90: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Adventana, Gabriella Ara dan Kurniawan (2014) yang menyatakan

bahwa Komitmen Organisasi secara parsial mempunyai pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap Kesiapan Penerapan SAP

berbasis akrual. Jika komitmen organisasi pemerintah semakin

tinggi, maka akan meningkatkan Kesiapan Penerapan SAP berbasis

akrual.

2.2.3. Sumber Daya Manusia

Menurut (Thoha, 2005) bahwa salah satu unsur

penyelenggaraan pemerintahan yang perlu

memperoleh perhatian dalam pelaksanaan tata

kepemerintahan yang baik adalah penataan aparatur

pemerintah yang meliputi penataan kelembagaan

birokrasi pemerintahan, sistem, dan penataan

manajemen sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini

sumber daya pegawai (PNS). Pengembangan sumber

daya manusia aparatur merupakan suatu langkah

strategis dalam upaya menciptakan sumber daya

manusia aparatur yang lebih profesional, sinergis, dan

berwibawa dalam proses pelaksanaan pemerintahan

dan pembangunan daerah.

89

Page 91: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Manajemen menurut (Hasibuan, 1996) bahwa

manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Manajemen yang baik akan

memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan,

pegawai dan masyarakat. Dengan manajemen unsur-

unsur manajemen menjadi efektif dan efisien dalam

penggunaannya.

Sedangkan Sumber daya manusia merupakan

elemen utama organisasi dibandingkan dengan

elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang sebab

manusia itu sendiri yang mengendalikan yang lain.

Membicarakan sumberdaya manusia tidak terlepas

dari kegiatan-kegiatan atau proses manajemen lainnya

seperti strategi perencanaan, pengembangan

manajemen dan pengembangan organisasi.

Keterkaitan antara aspek-aspek manajemen itu sangat

erat sekali sehingga sulit bagi kita untuk menghindari

dari pembicaraan secara terpisah satu dengan lainnya.

Manajemen sumber daya manusia bersifat

universal, untuk meningkatkan pencapaian tujuan

organisasi. Sebagaimana (Mangkunegara, 2006)

menyatakan bahwa, manajemen sumber daya

90

Page 92: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

manusia menjadi penting dan utama dalam

memperkuat pencapaian tujuan organisasi.

Pengembangan SDM (development personnel)

pada dasarnya merupakan kegiatan terpadu yang

dilakukan manajemen dalam rangka meningkatkan

nilai tambah pegawai guna meningkatkan

produktivitas organisasi dan sekaligus dalam rangka

mempersiapkan pegawai untuk melaksanakan tugas

pada jenjang yang lebih tinggi.

Menurut (Martopo, 2004) bahwa dalam meningkatkan

kualitas individu sumber daya manusia, pengetahuan sangat berperan

dalam mempengaruhi tingkat kemampuan penerimaan inovasi,

adopsi dan inisiatif dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya

dalam suatu organisasi kerja. Menandakan bahwa pendidikan yang

sesuai dengan sistem pendidikan nasional merupakan salah satu

pertimbangan yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan suatu

perekruitan individu sumber daya manusia yang berkualitas.

(Mardiasmo, 2003) menjelaskan bahwa kemampuan berasal

dari kata job competency yaitu kemampuan dan kerja. Arti

kemampuan yaitu kemampuan melakukan segala aktivitas secara

optimal dengan segenap potensi yang dimiliki oleh manusia berupa

tenaga, pikiran, perasaan dan kemauan untuk menghasilkan suatu

91

Page 93: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

aktivitas yang bermanfaat. Secara umum aparatur dapat diartikan

sebagai “alat negara”.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Adventana, Gabriella Ara dan Kurniawan (2014) yang menyatakan

bahwa secara parsial Sumber Daya Manusia berpengaruh positif

signifikan terhadap Kesiapan penerapan SAP berbasis akrual.

Semakin meningkat SDM yang dimiliki oleh pemerintah, maka akan

semakin meningkatkan Kesiapan penerapan SAP berbasis akrual.

2.2.4. Infrastruktur

Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan

transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan

fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg,

2000) dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013).

Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-

fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai

fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan,

instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk

92

Page 94: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg,

2000) dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013).

Hubungan antara sistem sosial, ekonomi, infrastruktur dan

lingkungan alam (Grigg, 1988) dalam Ririz Setiawati Kusuma

(2013). Definisi teknik juga memberikan spesifikasi apa yang

dilakukan sistem infrastruktur dan mengatakan bahwa infrastruktur

adalah aset fisik yang dirancang dalam sistem sehingga memberikan

pelayanan publik yang penting (Kodoatie, 2003) dalam Ririz

Setiawati Kusuma (2013).

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Ririz Setiawati Kusuma (2013) yang menyatakan bahwa Kesiapan

Pemda Kabupaten Jember yang diindikasikan dengan komitmen,

SDM, sarana prasarana dan sistem informasi dapat disimpulkan

bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dilihat dari parameter

integritas adalah kategori siap dan untuk kesiapan SDM, kesiapan

sistem informasi dan sarana prasarana adalah kategori cukup siap.

2.2.5. Sistem Informasi

Sistem berasal dari bahasa latin (Systema) dan bahasa Yunani

(Sustema). Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen

atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran

informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk

menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, dimana suatu

93

Page 95: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

model matematika seringkali bisa dibuat (www.wikipedia.org) dalam

Ririz Setiawati Kusuma (2013).

Menurut Mukhtar (2002 : 2) dalam Ririz Setiawati Kusuma

(2013), sistem adalah suatu entitas yang terdiri dari dua atau lebih

komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sistem

yang relevan dengan tugas akuntansi adalah computer based system,

yang dapat diartikan integrasinya peralatan, program, data, dan

prosedur untuk menjalankan satu tugas pada suatu komputer.

Kesuksesan suatu sistem membutuhkan tujuan-tujuan yang

terdefinisikan. Suatu sistem dengan tujuan tertentu akan

menyelesaikan lebih banyak untuk suatu organisasi, daripada sistem

tanpa tujuan, sedikit tujuan, atau tujuan yang ambisius.

Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu

(Jogiyanto, 2001) dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013) yaitu:

a. Komponen sistem

Sistem terdiri dari komponen-komponen yang saling berinteraksi

dan dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem.

Setiap subsistem mempunyai sifat dari sistem yang menjalankan

suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara

keseluruhan.

b. Batas sistem

94

Page 96: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu

sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan

luarnya.

c. Lingkungan luar sistem

Lingkungan luar dari sistem adalah apapun di luar batas dari

sistem yang mempengaruhi operasi sistem.

d. Penghubung sistem

Penghubung merupakan media penghubung antara satu

subsistem dengan subsistem lainnya.

e. Masukan dan keluaran sistem

Masukan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem.

Sedangkan keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan

diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dari sisa

pembuangan.

f. Pengolah sistem

Pengolah sistem mengelola masukan menjadi keluaran.

g. Sasaran sistem

Suatu sistem akan dikatakan berhasil jika mengenai sasaran atau

tujuannya.

Informasi adalah data yang berguna yang diolah sehingga

dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat

(Bodnar dan Hopwood, 1996: 1) dalam Ririz Setiawati Kusuma

95

Page 97: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

(2013). Sementara menurut (www.wikipedia.org) dalam Ririz

Setiawati Kusuma (2013), informasi adalah hasil pemrosesan,

manipulasi dan pengorganisasian/penataan dari sekelompok data

yang mempunyai nilai pengetahuan (knowledge) bagi penggunanya.

Informasi memiliki nilai ekonomis jika ia dapat membantu dalam

pengambilan keputusan alokasi sumber daya, jadi membantu sistem

untuk mencapai tujuannya. Tujuan sistem informasi dan kebutuhan

informasi yang didefinisikan secara jelas adalah salah satu kunci

untuk suksesnya sistem informasi.

Calliueot dan Lapayre (dalam Handayani, 2007) dalam Ririz

Setiawati Kusuma (2013) menyatakan bahwa penciptaan suatu

informasi yang efektif membutuhkan suatu pengorganisasian untuk

mengembangkan sejumlah sistem-sistem pendukung. Penarikan staf

yang kompeten dan layak adalah suatu tindakan yang sangat penting.

Investasi yang besar dalam perangkat keras, perangkat lunak dan

pendukung sistem yang lain adalah sesuatu yang penting, namun

tanpa manusia bersumber daya yang kompeten untuk

mengkoordinasikan sistem akan menghasilkan informasi yang tidak

layak, tidak tepat waktu atau tidak akurat. Sumber informasi adalah

data dimana data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal data

item. Kualitas suatu informasi tergantung dari beberapa hal yaitu

(Mukhtar, 2002: 4) dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013):

a. Akurat

96

Page 98: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Akurat berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan

dan tidak menyesatkan. Informasi harus akurat karena dari

sumber informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan

banyak terjadi gangguan yang dapat merubah atau merusak

informasi tersebut.

b. Tepat waktu

Ini berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh

terlambat. Jika pengambilan keputusan terlambat, maka dapat

berakibat fatal untuk organisasi.

c. Relevan

Relevan berarti informasi tersebut harus mempunyai manfaat

untuk pemakainya.

d. Lengkap

Informasi yang disajikan termasuk di dalamnya semua data-data

yang relevan dan tidak mengabaikan kepentingan yang

diharapkan oleh pembuat keputusan.

e. Dapat dimengerti

Informasi yang disajikan hendaknya dalam bentuk yang mudah

dimengerti oleh pembuat keputusan. Nilai dari informasi

ditentukan oleh dua hal yaitu manfaat dan biaya untuk

mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila

manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya untuk

mendapatkannya.

97

Page 99: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Sistem informasi dapat diartikan sebagai suatu

pengorganisasian peralatan untuk mengumpulkan, menginput,

memproses, menyimpan, mengatur, mengontrol dan melaporkan

informasi untuk pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Mukhtar

(2002) dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013), suatu sistem informasi

dapat dibagi menurut keberadaannya di suatu perusahaan. Ada

sistem informasi informal dan sistem informasi formal. Sistem

informasi informal keberadaanya di suatu organisasi tidak diakui

secara resmi dan informasi yang dihasilkan seringkali mendukung

informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi formal. Sedangkan

sistem informasi formal secara eksplisit diakui keberadaannya di

perusahaan dan bertanggung jawab untuk menghasilkan informasi.

Selain itu sistem informasi juga dibagi berdasarkan proses

yang dijalankan untuk mendapatkan informasi, yaitu sistem

informasi manual semua proses untuk memproduksi informasi tidak

menggunakan mesin atau komputer, maka sistem informasi otomatis

melibatkan mesin atau komputer dalam memproduksi informasi.

Sistem informasi mempunyai komponen yang terdiri dari

blok masukan, blok model, blok keluaran, blok teknologi, blok basis

data, dan blok kendali. Tujuan sistem informasi (Jogiyanto, 2001)

dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013):

a. Sistem informasi bisa meningkatkan produk dan jasa.

b. Sistem informasi bisa meningkatkan efisiensi.

98

Page 100: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

c. Sistem informasi bisa meningkatkan proses kerja manajemen.

Hasil penelitian Gabriella Ara Adventana dan Kurniawan

(2014) menunjukkan bahwa teknologi informasi secara simultan

berpengaruh positif terhadap kesiapan penerapan SAP berbasis

akrual.

2.2.6. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

Dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan serta

pertanggungjawaban kegiatan Instansi Pemerintah, pimpinan Instansi

Pemerintah wajib menerapkan setiap unsur dari Sistem Pengendalian

Intern. Untuk memastikan bahwa Sistem Pengendalian Intern

tersebut sudah dirancang dan diimplementasikan dengan baik, dan

secara memadai diperbaharui untuk memenuhi keadaan yang terus

berubah perlu dilakukan pemantauan secara terus-menerus. Pimpinan

Instansi Pemerintah melakukan pemantauan antara lain melalui

evaluasi terpisah atas Sistem Pengendalian Internnya masing-masing

untuk mengetahui kinerja dan efektifitas Sistem Pengendalian Intern

serta cara meningkatkannya. Pemantauan juga berguna untuk

mengidentifikasi dan mengatasi risiko utama seperti penggelapan,

pemborosan, penyalahgunaan, dan salah-kelola (mismanagement).

a. Pengertian Pengendalian Internal.

Xu, et al. (2003) dalam Ruri Windiastuti (2013)

menjelaskan bahwa interaksi antara orang dan sistem serta

99

Page 101: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

implementasi sistem merupakan faktor penting yang

mempengaruhi kualitas dari sebuah informasi. Keandalan sistem

harus juga didukung oleh keandalan sumber daya manusia.

Namun sistem yang sudah berjalan harus dikontrol agar tetap

dapat berjalan baik.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008

tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah menyatakan

bahwa:

“Sistem pengendalian Internal adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, yang kemudian disingkat SPIP adalah Sistem Pengendalian Internal yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.”

Sistem Pengendalian Internal merupakan kegiatan

pengendalian terutama atas pengelolaan sistem informasi yang

bertujuan untuk memastikan akurasi dan kelengkapan informasi.

Kegiatan pengendalian atas pengelolaan informasi meliputi

100

Page 102: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Pengendalian Umum dan Pengendalian Aplikasi, yang masing-

masing akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Pengendalian umum

Pengendalian ini meliputi pengamanan sistem informasi,

pengendalian atas akses, pengendalian atas pengembangan

dan perubahan perangkat lunak aplikasi, pengendalian atas

perangkat lunak sistem, pemisahan tugas, dan kontinuitas

pelayanan.

2) Pengendalian aplikasi

Pengendalian ini meliputi pengendalian otorisasi,

pengendalian kelengkapan, pengendalian akurasi, dan

pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data.

Dalam kaitannya dengan efektivitas penyusunan laporan

keuangan maka baik buruknya implementasi sistem pengendalian

internal dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan

pemerintah daerah.

b. Tujuan Pengendalian Internal.

Arens et. Al. (2011) yang dialih bahasakan oleh Herman

Wibowo dalam Ruri Windiastuti (2013) memaparkan tiga tujuan

umum manajemen dalam merancang sistem pengendalian

internal yang efektif, yaitu:

1) Reliability Of Financial Reporting.

101

Page 103: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

2) Efficiency and Effectiveness Of Operations.

3) Complience With Laws and Regulations.

Manajemen bertanggung jawab untuk menyiapkan

laporan bagi para investor, kreditor dan pemakai lainnya.

Manajemen memikul baik tanggung jawab hukum maupun

professional untuk memastikan bahwa informasi telah disajikan

secara wajar sesuai dengan persyaratan pelaporan seperti prinsip-

prinsip akuntansi yang berlaku umum. Tujuan pengendalian

internal yang efektif atas pelaporan keuangan adalah memenuhi

tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut.

Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong

pemakaian sumber daya secara efektif dan efisien untuk

mengoptimalkan sasaran-sasaran perusahaan. Tujuan yang

penting dari pengendalian ini adalah memperoleh informasi

keuangan dan non-keuangan yang akurat tentang operasi

perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan. Manajemen

harus menguji efektifitas pelaksanaan pengendalian.

Tujuan penggunaan ini adalah untuk menentukan apakah

pengendalian telah berjalan seperti yang telah dirancang dan

apakah orang yang melaksanakan memiliki kewenangan serta

kualifikasi yang diperlukan untuk melaksanakan pengendalian

secara efektif.

102

Page 104: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Organisasi-organisasi publik, non-publik, dan nirlaba

diwajibkan menaati berbagai hukum dan peraturan. Beberapa

hanya berhubungan secara tidak langsung dengan akuntansi,

seperti Undang-Undang perlindungan hukum dan hak sipil,

sementara yang lainnya berkaitan erat dengan akuntansi, seperti

peraturan pajak penghasilan dan kecurangan.

c. Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Internal.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah menyebutkan bahwa

SPIP terdiri dari unsur-unsur berikut:

1. Lingkungan pengendalian

2. Penilaian risiko

3. Kegiatan pengendalian

4. Informasi dan komunikasi

5. Pemantauan pengendalian intern

Adapun penjabaran unsur-unsur pengendalian internal

sebagai berikut:

1. Lingkungan Pengendalian:

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan

memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan

perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem

103

Page 105: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Pengendalian Internal dalam lingkungan kerjanya.

Lingkungan pengendalian terdiri dari:

a) Penegakkan integritas dan nilai etika;

b) Komitmen terhadap kompetensi;

c) Kepemimpinan yang kondusif;

d) Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan

kebutuhan;

e) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;

f) Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang

pembinaan

g) Sumber daya manusia;

h) Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah

yang efektif;

i) Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah

terkait.

2. Penilaian Risiko

Dalam rangka penilaian resiko, pimpinan Instansi Pemerintah

dapat menetapkan tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada

tingkatan kegiatan, dengan berpedoman pada peraturan

perundang-undangan. Penilaian resiko terdiri dari:

a) Penetapan tujuan instansi secara keseluruhan

b) Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan

c) Identifikasi risiko

104

Page 106: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

d) Analisis risiko

e) Mengelola risiko selama perubahan

3. Kegiatan Pengendalian

Pimpinan Instansi pemerintah wajib menyelenggarakan

kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas,

dari sifat dan tugas dan fungsi yang bersangkutan.

Penyelenggaraan kegiatan pengendalian terdiri dari:

a) Batas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;

b) Pembinaan sumber daya manusia;

c) Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;

d) Pengendalian fisik atas aset;

e) Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;

f) Pemisahan fungsi;

g) Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;

h) Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan

kejadian;

i) Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;

j) Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya;

dan

k) Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern

serta transaksi dan kejadian penting.

4. Informasi dan Komunikasi

105

Page 107: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Pimpinan instansi pemerintah wajib mengidentifikasi,

mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk

dan waktu yang tepat. Komunikasi atas informasi wajib

diselenggarakan secara efektif.

a) Informasi

b) Komunikasi

c) Bentuk dan sarana komunikasi

5. Pemantauan pengendalian intern

Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan pemantauan

Sistem Pengendalian Internal melalui:

a) Pemantauan berkelanjutan

b) Evaluasi terpisah

c) Penyelesaian audit

Hasil penelitian Dianne Natalia Christanti (2014)

menunjukkan bahwa secara simultan atau bersama-sama, akuntansi

berbasis akrual dan sistem pengendalian intern berpengaruh

signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Dari hasil koefisien

korelasi ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara

variabel akuntansi berbasis akrual dan sistem pengendalian intern

dengan kualitas laporan keuangan jika dijalankan secara bersamaan.

Jadi, lebih baik akuntansi berbasis akrual dan sistem pengendalian

106

Page 108: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

intern dijalankan bersamaan demi meningkatkan kualitas laporan

keuangan.

2.2.7. Pengertian Implementasi

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus

Webster yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab dalam Rimaru

(2012) adalah:

“Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)” (Webster dalam Wahab, 2004:64) dalam Rimaru (2012).

Implementasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu to implement

yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan

penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan

dampak atau akibat terhadap sesuatu.

Implementasi sebagai suatu proses tindakan Administrasi dan

Politik. Pandangan ini sejalan dengan pendapat Peter S. Cleaves

dalam bukunya Solichin Abdul Wahab (2008;187) dalam Rimaru

(2012), yang secara tegas menyebutkan bahwa:

Implementasi itu mencakup “a process of moving toward a policy objective by means of administrative and political steps” (Cleaves, 1980). Secara garis besar, beliau mengatakan bahwa fungsi implementasi itu ialah untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-sasaran kebijakan public diwujudkan sebagai outcome hasil akhir

107

Page 109: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Sebab itu fungsi implementasi mencakup pula penciptaan apa yang Dalam ilmu kebijakan public disebut “policy delivery system” (system penyampaian/penerusan kebijakan publik) yang biasanya terdiri dari cara-cara atau saran-sarana tertentu yang dirancang atau didesain secara khusus serta diarahkan menuju tercapainya tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang dikehendaki.

Mazmanian & Paul Sabatier dalam bukunya implementation

and public policy (1983:61) dalam Rimaru 2012 mendefinisikan

implementasi sebagai berikut:

“pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya”.

Implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier dalam

Rimaru (2012) merupakan pelaksanaan kebijakan dasar berbentuk

undang-undang juga berbentuk perintah atau keputusan-keputusan

yang penting atau seperti keputusan badan peradilan. Proses

implementasi ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan

tertentu seperti tahapan pengesahan undang-undang, kemudian

output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan dan

seterusnya sampai perbaikan kebijakan yang bersangkutan.

108

Page 110: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Sedangkan Van Meter dan Van Horn (1975), dalam bukunya

Leo Agustino (2006;139) dalam Rimaru (2012), mendefinisikan

implementasi sebagai:

“tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”.

Pandangan Van Meter dan Van Horn dalam Rimaru (2012)

bahwa implementasi merupakan tindakan oleh individu, pejabat,

kelompok badan pemerintah atau swasta yang diarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam suatu

keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-

pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warganegaranya.

Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi

pekerjaan-pekerjaan di bawah mandat dari Undang-Undang,

sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan

apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak

dilakukan.

Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa

implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu:

2. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan

3. Adanya aktivitas/kegiatan pencapaian tujuan

4. Adanya hasil kegiatan

109

Page 111: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

2.3 Peneliti Terdahulu

Wijaya (2010) menyatakan bahwa pengenalan akuntansi akrual di

Indonesia belum sepenuhnya dipahami karena adanya kelemahan SAP 2005.

Meskipun SAP tersebut sudah diperbaharui dengan SAP 2010, usaha

investigasi yang lebih mendalam tentang implementasi akuntansi akrual di

Indonesia tetap diperlukan.

Titik Setyaningsih (2013) menyatakan bahwa hasil penelitian yang

pertama, tingkat pemahaman aparatur pemerintah kota Surakarta terhadap

SAP 2010 ternyata masih rendah. Kedua, aparatur pemerintah kota

Surakarta telah mampu bekerja secara mandiri dalam melaksanakan SAP ini,

namun partisipan menyatakan masih adanya kerumitan teknis penyusunan

pelaporan. Ketiga, faktor penghambat pelaksanaan SAP berupa fasilitas

yang minim, pendidikan staf yang tidak sesuai, kurangnya pengalaman,

kurangnya sosialisasi dan tidak adanya insentif bagi pelaksanaan SAP yang

baik, bermuara pada rendahnya komitmen pimpinan sehingga

mengakibatkan kurang dipertimbangkannya anggaran yang cukup untuk

pelatihan dan sosialisasi. Keempat, belum adanya payung hukum berupa

peraturan walikota yang memuat petunjuk teknis pelaksanaan SAP 2010.

Tim penelitian Kemendagri (2012) meneliti tentang kesiapan

pemerintah dari pelaksanaan SAP yang dilakukan pada Provinsi DIY, Bali,

Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, Sumatera Utara, Sumatera

Barat, Kalimantan Selatan, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi

Utara dengan masing-masing 1 kabupaten atau kota dalam provinsi yang

110

Page 112: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

bersangkutan. Bahwa Pemda pada prinsipnya siap dan berkomitmen dalam

menerapkan SAP berbasis akrual, ini ditunjukkan dengan kondisi-kondisi

strategis seperti komitmen pemerintah, regulasi kebijakan, Sumber Daya

Manusia (SDM), sarana dan prasarana serta sistem informasi. Sementara itu,

kendala yang dihadapi antara lain pengetahuan SDM dalam penyusun

laporan keuangan serta kurangnya pelatihan/ bimbingan teknis (bintek).

Pemda kurang memperoleh pendampingan dalam operasionalisasi

pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP serta belum cukup didukung oleh

Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang dilaksanakan secara cermat, tepat,

akurat, presisi di tingkat pemerintah provinsi hingga kota/kabupaten.

Strategi dasar yang dapat dipergunakan untuk kesiapan penerapan SAP

berbasis akrual penuh termasuk dalam kategori strategi agresif, yaitu dengan

mengandalkan SDM yang memahami regulasi di bidang keuangan daerah

dan akuntansi.

2.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan Kajian teoritis yang telah dikemukakan, gambar berikut

merupakan kerangka pemikiran penelitian ini:

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Kesiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual

di Kabupaten Waropen

111

Page 113: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Komunikasi Komitmen SDM InfrastrukturSistem

InformasiSPIP

Sumber : Pemikiran peneliti, 2015.

112

Page 114: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian tentang Studi Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi

Berbasis Akrual di Kabupaten Waropen menggunakan metode penelitian

Deskriptif Kuantitatif. Penelitian Deskriptif dapat dilakukan secara

kuantitatif agar dapat dilakukan analisis statistik (Sulistyo-Basuki, 2006:

110).

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja

Perangkat Daerah sebanyak 39 (tiga puluh sembilan) di lingkungan

Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.

3.2.2. Sampel

Sampling atau sampel berarti contoh atau sebagian dari seluruh

individu yang menjadi obyek penelitian. Adapun sampel dalam

penelitian ini adalah Pengguna Anggaran (PA), Kuasa Pengguna

Anggaran (KPA), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK),

Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK), Bendahara Penerimaan,

113

Page 115: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Bendahara Pengeluaran, Bendahara Barang dan seluruh PNS pada

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). Dalam

hal ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu

digunakan dengan menentukan kriteria khusus terhadap sampel,

terutama orang-orang yang dianggap ahli. Kriteria purposive

sampling dalam penelitian ini adalah :

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menduduki Jabatan Sekretaris

Daerah/Sekretaris DPRD/ Kepala Dinas/Badan/Kantor

(PA/KPA), Sekretaris Dinas /Kabag/Kabid (PPTK), Kasubbag

Keuangan (PPK-SKPD);

2. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat berdasarkan surat

keputusan Kepala Daerah (KDH) sebagai tenaga fungsional

dalam hal ini bendahara penerimaan, bendahara pengeluaran dan

bendahara barang;

3. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja pada Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) .

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menyebarkan kuesioner guna memperoleh data primer. Menurut

Sugiyono (2012: 199) kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada reponden untuk dijawabnya.

114

Page 116: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancara

langsung (semiterstruktur). Wawancara langsung dilakukan untuk

mengurangi kekurangpahaman partisipan atas pertanyaan yang disiapkan.

Data tambahan juga didapatkan dari dokumen pendukung.

Dalam setiap penelitian diperlukan kemampuan memilih dan

menyusun teknik serta alat pengumpulan data yang relevan, disamping

menggunakan metode yang tepat juga diperlukan kecermatan dalam memilih

data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut :

1. Penelitian Kepustakaan

Peneliti memperoleh sumber data sekunder melalui studi

kepustakaan yang bertujuan untuk membandingkan hasil yang diperoleh

dengan teori yang telah didapat. Data yang diperoleh dari studi

kepustakaan ini adalah:

a. Data yang bersumber dari kepustakaan kampus.

b. Data yang bersumber dari Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen,

diantaranya :

1) Sejarah

2) Gambaran Umum Pemerintahan

3) Struktur organisasi

2. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan ini dilakukan peneliti secara langsung pada

obyek penelitian yaitu 39 (Tiga Puluh Sembilan) Unit Satuan Kerja

115

Page 117: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Perangkat Daerah (SKPD) dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten

Waropen.

Dalam mengadakan penelitian lapangan ada beberapa metode

sebagai alat ukurnya :

a. Wawancara

b. Study Dokumentasi

Dilakukan sebagai bahan untuk memperkuat penjelasan terhadap

bahan atau masalah yang diteliti.

3.4. Jenis dan Sumber Data

3.4.1. Data Primer

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber asli. Data primer yang diperoleh adalah hasil

pengisian kuesioner oleh responden Kuasa Pengguna Anggaran

(KPA), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pejabat

Penatausahaan Keuangan (PPK), Bendahara Penerimaan, Bendahara

Pengeluaran, Bendahara Barang dan seluruh PNS berjumlah 32 (tiga

puluh dua) orang pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah (BPKAD).

116

Page 118: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang peneliti peroleh dari luar obyek

penelitian berupa literatur, dokumen, buku maupun media elektronik

terkait obyek penelitian.

3.5. Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian diukur dengan komunikasi, komitmen, sumber

daya manusia, infrastruktur, sistem informasi yang dijelaskan sebagai

berikut.

1. Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan

konsistensi informasi yang disampaikan.

2. Komitmen

Komitmen adalah Orientasi individu atas kehendak sendiri memberikan

sesuatu yang menggambarkan dukungannya bagi tercapainya tujuan

organisasi.

3. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam hal ini sumber daya

pegawai (PNS)

merupakan elemen utama organisasi sebab manusia itu

sendiri yang mengendalikan yang lain dan sebagai

penyelenggaraan pemerintahan.

117

Page 119: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

4. Infrastruktur

Sistem infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur

dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan

dibutuhkan.

5. Sistem Informasi

Sistem informasi adalah suatu entitas yang terdiri dari dua atau lebih

data yang berguna yang diolah yang saling berinteraksi untuk mencapai

tujuan sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang

tepat.

6. Sistem Pengendalian Internal

Sistem pengendalian Internal adalah proses tindakan dan kegiatan yang

dilakukan secara berkelanjutan oleh seluruh aparatur PNS dalam suatu

organisasi untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya

tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan

pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan.

Tabel 3.1Variabel, Indikator dan Item Kuesioner

No

Variabel Indikator Item

1 2 3 4

118

Page 120: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

1. Komunikasi Komunikasi 1. Kebijakan dan prosedur akuntansi SAP berbasis akrual disosialisasikan kepada seluruh pegawai.

2. Pimpinan memberikan instruksi yang jelas pada keputusan dan pekerjaan.

3. Pimpinan mengevaluasi kinerja pegawai setiap bulan.

4. Pelaksanaan laporan pekerjaan dilakukan dengan benar dan tepat waktu.

No

Variabel Indikator Item

1 2 3 4

5. Organisasi menyediakan sarana kotak saran atau prosedur keluhan pegawai.

6. Rapat koordinasi dilaksanakan setiap bulan.7. Terjalin group informal di dalam organisasi.8. Pihak eksternal dapat memperoleh semua

informasi dari situs resmi organisasi.9. Terdapat layanan customer service di kantor

yang dapat memberikan informasi kepada pihak eksternal.

2 Komitmen Komitmen 1. Saya berkomitmen untuk implementasi (pelaksanaan) akuntansi berbasis akrual.

2. Saya berkomitmen dalam layanan publik dengan peningkatan melalui implementasi akuntansi berbasis akrual.

3. Saya berkomitmen dalam pelaksanaan administrasi publik dengan implementasi akuntansi berbasis akrual dalam bentuk peraturan perundangan dan maupun peraturan pendukung lainnya.

4. Organisasi mempunyai komitmen yang tinggi dalam implementasi (pelaksanaan) akuntansi berbasis akrual.

5. Pemerintah daerah bertanggung jawab moral, terhadap implementasi akuntansi berbasis akrual dalam menunjang optimasi kinerja pemerintah.

6. Pemerintah daerah memiliki inovasi dan obyektif untuk SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan.

7. Pemerintah daerah berkomitmen dan integritas pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.

8. Pemerintah daerah untuk mempunyai prinsip transparan dalam mendiskusikan permasalahan pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.

9. Pemerintah daerah mempunyai keinginan dan kemauan untuk mencapai hasil kerja yang baik dengan pembangunan SAP berbasis akrual sebagai sarana mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.

10. Pemerintah daerah mempunyai strategi pendekatan yang humanis transparan,

119

Page 121: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

demokratis, dan akuntabel dalam pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.

11. Pemerintah daerah mempunyai motivasi untuk mencapai hasil kerja yang baik dengan pembangunan SAP berbasis akrual sebagai sarana mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.

No

Variabel Indikator Item

1 2 3 4

3 Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia

1. Bagian akuntansi memiliki staf yang berkualifikasi dalam jumlah yang cukup.

2. Penempatan pegawai didukung oleh latar belakang pendidikan yang sesuai.

3. Perubahan dalam proses penyusunan laporan keuangan sesuai SAP berbasis akrual menuntut kesiapan saya.

4. Isi dari SAP berbasis akrual sudah saya mengerti dan pahami.

5. Terdapat pedoman mengenai prosedur dan proses akuntansi sesuai SAP berbasis akrual.

6. Bagian akuntansi memiliki uraian peran dan fungsi yang jelas.

7. Uraian tugas saya sesuai dengan fungsi akuntansi yang sesungguhnya.

8. Organisasi memberikan pelatihan-pelatihan untuk membantu penugasan dan pengembangan keahlian.

9. Organisasi memberikan jenjang karir kepada seluruh pegawai.

10. Penganggaran dana dilakukan untuk memperoleh sumber daya, peralatan, dan pelatihan yang dibutuhkan.

11. Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas.

12. Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas.

13. Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi asset tetap.

14. Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi selain kas.

15. Saya memahami sistem pencatatan double entry.

16. Saya memahami prosedur yang harus dilakukan untuk menjembatani kas basis ke akrual basis.

4 Infrastruktur Infrastruktur 1. Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan sarana ruangan yang memadai khususnya untuk operasi perangkat SAP.

2. Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana prasarana perangkat lunak yang memadai khususnya untuk operasi SAP.

3. Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana prasarana basis data pendukung operasionalisasi yang

120

Page 122: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

berkesinambungan khususnya untuk operasi SAP.

4. Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana administrasi yang memadai khususnya untuk operasi SAP.

5. Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan anggaran yang memadai khususnya untuk operasi SAP.

6. Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sumberdaya manusia berkualitas yang memadai khususnya untuk operasi SAP.

No

Variabel Indikator Item

1 2 3 4

5 Sistem Informasi Sistem Informasi 1. Bagian akuntansi memiliki komputer yang cukup untuk melaksanakan tugas.

2. Pengolahan data transaksi keuangan menggunakan software yang mendukung pekerjaan.

3. Jaringan internet telah terpasang di unit kerja anda dan dimanfaatkan sebagai penghubung antar unit kerja dalam pengiriman data dan informasi yang dibutuhkan.

4. Proses akuntansi sejak awal transaksi hingga pembuatan laporan keuangan dilakukan secara komputerisasi.

5. Laporan akuntansi dan manajerial dihasilkan dari sistem informasi yang terintegrasi.

6. Jadwal pemeliharaan peralatan dilakukan secara teratur.

7. Peralatan yang usang/rusak didata dan diperbaiki tepat pada waktunya.

8. Tersedia Pedoman Penatausahaan Keuangan Daerah untuk Sistem Informasi dan Manajemen Keuangan Daerah.

9. Bagian akuntansi memperoleh pendampingan dalam operasionalisasi pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP.

10. Satuan Kerja Perangkat Daerah didukung oleh pelatihan peningkatan kualitas pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP.

6 SPIP 1. Lingkungan Pengendalian

1. Penekanan integritas dan nilai etika2. Komitmen terhadap kompetensi3. Kepemimpinan yang kondusif4. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai

dengan kebutuhan5. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab

yang tepat6. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang

sehat Tentang pembinaan sumber daya manusia7. Perwujudan peran aparat pengawasan intern

pemerintah yang efektif8. Hubungan kerja yang baik dengan Instansi

pemerintah terkait2. Penilaian Resiko 9. Penerapan tujuan instansi secara keseluruhan

10. Penerapan tujuan pada tingkatan kegiatan11. Identifikasi resiko12. Analisis risiko13. Mengelola risiko selama perubahan

121

Page 123: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

No

Variabel Indikator Item

1 2 3 4

3. Kegiatan Pengendalian

14. Review atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan

15. Pembinaan sumber daya manusia16. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi17. Pengendalian fisik atas asset18. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran

kinerja19. Pemisahan fungsi20. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang

penting21. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas

transaksi dan kejadian22. Pembatasan akses atas sumber daya dan

pencatatannya23. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan

pencatatannya24. Dokumentasi yang baik atas sistem

pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting

4. Informasi dan Komunikasi

25. Sistem akuntansi telah dilakukan pada bidang akuntansi.

26. Terdapat diagram arus (flow chart) mengenai transaksi penerimaan kas.

27. Terdapat panduan atau pedoman mengenai pengelolaan kas, khususnya penerimaan kas.

5. Pemantauan 28. Pemeriksaan intern dilakukan untuk pemeriksaan terhadap pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dalam perda pengelolaan keuangan daerah.

29. Diadakan pemeriksaan atas transaksi Penerimaan Kas, Cek, Giro dan pencocokan dengan catatan yang ada oleh Bagian Akuntansi.

30. Diadakan rekonsiliasi catatan dengan bukti fisik kas yang dilaksanakan bagian akuntansi sesuai dengan jumlah kas yang diperiksa.

3.6. Keabsahan dan Keandalan Data (Validity and Reliability)

122

Page 124: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Keabsahan data (Validity) adalah proses bagaimana mengukur apa

yang ingin kita ukur. Keandalan data (Reliability) adalah bagaimana hasil

penelitian jika dilakukan oleh peneliti lain memberikan hasil yang sama

(Sekaran, 2010) dalam Setyaningsih (2013). Keabsahan dan keandalan data

penelitian ini dilakukan dengan cara:

1) Membandingkan data kuantitatif yang berasal dari kuesioner dengan data

kualitatif yang berasal dari wawancara semi-terstruktur (pernyataan

partisipan).

2) Membandingkan data dengan dokumen pendukung yang ditemukan

selama melakukan penelitian.

3) Mengkaitkan teori untuk menginterpretasi dan menjelaskan data.

4) Mengkaitkan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang relevan

untuk menginterpretasi dan menjelaskan data.

3.7. Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Hasan (2006: 24), pengolahan data adalah suatu proses dalam

memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan

cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Pengolahan data bertujuan mengubah

data mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga

memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut (Sudjana, 2001: 128).

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan

penghitungan komputasi program SPSS (Statistical Product and Service

Solution) karena program ini memiliki kemampuan analisis statistik cukup

123

Page 125: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis menggunakan

menu-menu deskriptif dan kotak-kotak dialog sederhana, sehingga mudah

dipahami cara pengoperasiannya (Sugianto, 2007: 1).

Pengolahan data menurut Hasan (2006: 24) meliputi kegiatan:

1. Editing

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul,

tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada

pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.

2. Coding (Pengkodean)

Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk

dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam

bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada

suatu informasi atau data yang akan dianalisis.

3. Pemberian skor atau nilai

Dalam pemberian skor digunakan skala Likert yang merupakan salah

satu cara untuk menentukan skor. Kriteria penilaian ini digolongkan

dalam empat tingkatan dengan penilaian sebagai berikut:

a. Jawaban (Sangat Setuju), diberi skor 5

b. Jawaban (Setuju), diberi skor 4

c. Jawaban (Ragu-Ragu), diberi skor 3

d. Jawaban (Tidak Setuju), diberi skor 2

124

Page 126: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

e. Jawaban (Sangat Tidak Setuju), diberi skor 1

4. Tabulasi

Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi

kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam melakukan tabulasi

diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan. Tabel hasil Tabulasi

dapat berbentuk:

a. Tabel pemindahan, yaitu tabel tempat memindahkan kode-kode dari

kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini berfungsi sebagai

arsip.

b. Tabel biasa, adalah tabel yang disusun berdasar sifat responden

tertentu dan tujuan tertentu.

c. Tabel analisis, tabel yang memuat suatu jenis informasi yang telah

dianalisa (Hasan, 2006: 20)

Analisis Data menurut Hasan (2006: 29) adalah memperkirakan atau

dengan menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu

(beberapa) kejadian terhadap suatu (beberapa) kejadian lainnya, serta

memperkirakan/meramalkan kejadian lainnya. Kejadian dapat dinyatakan

sebagai perubahan nilai variabel. Proses analisis data dimulai dengan

menelaah seluruh data yang diperoleh baik melalui hasil kuesioner dan

bantuan wawancara.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis

Deskriptif Porsentase. Deskriptif Porsentase ini diolah dengan cara frekuensi

125

Page 127: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

dibagi dengan jumlah responden dikali 100 persen, seperti dikemukan

Sudjana (2001: 129) adalah sebagai berikut:

P=fN

x 100%

Keterangan :

P : Porsentase

f : Frekuensi

N : Jumlah responden

100% : Bilangan tetap

Penghitungan deskriptif Porsentase ini mempunyai langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Mengkoreksi jawaban kuesioner dari responden

b. Menghitung frekuensi jawaban responden

c. Jumlah responden keseluruhan adalah 305 orang

d. Masukkan ke dalam rumus.

Porsentase dari tiap-tiap kategori:

a.Jumlah Responden dengan kategori Sangat SetujuJumlah Seluruh Responden

x 100%

126

Page 128: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

b.Jumlah Responden dengan kategori SetujuJumlah Seluruh Responden

x 100%

c.Jumlah Responden dengan kategori Ragu-RaguJumlah Seluruh Responden

x 100%

d.Jumlah Responden dengan kategori Tidak SetujuJumlah Seluruh Responden

x 100%

e.Jumlah Responden dengan kategori Sangat Tidak SetujuJumlah Seluruh Responden

x 100%

Penelitian ini menggunakan Skala Likert sebagai pedoman penafsiran.

Skala Likert merupakan jenis skala yang mempunyai realibilitas tinggi

dalam mengurutkan manusia berdasarkan intensitas sikap tertentu (Nasution,

2000: 63).

Skala Likert dalam menafsikan data relatif mudah. Skor yang lebih

tinggi menunjukkan sikap yang lebih tinggi taraf atau intensitasnya

dibanding dengan skor yang lebih rendah (Nasution, 2000: 63 ).

127

Page 129: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian ini penulis memperoleh data hasil kuesioner tertulis maupun

wawancara mengenai Komunikasi, Komitmen, Sumber Daya Manusia,

Infrastruktur, Sistem Informasi dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah,

yang kemudian diolah menggunakan perhitungan statistik SPSS V22 dengan

tujuan untuk mendapatkan hasil akhir yaitu pengambilan kesimpulan.

4.1 Karakteristik Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen

Akuntansi keuangan pemerintah daerah Kabupaten Waropen

merupakan bagian dari akuntansi sektor publik, yang mencatat dan

melaporkan semua transaksi yang berkaitan dengan keuangan daerah. Yang

disebut keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan

uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan

dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Pemerintah Kabupaten Waropen memiliki 39 (tiga puluh sembilan)

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Dari Jumlah SKPD tersebut

terdapat tenaga akuntansi hanya pada Inspektorat berjumlah 2 (dua) orang

terdiri dari 1 (satu) orang Kepala SKPD dan 1 (satu) orang Staf dan BPKAD

128

Page 130: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

berjumlah 3 (tiga) orang terdiri dari 1 (satu) orang Kepala Sub Bidang serta

2 (dua) orang staf.

Dengan penjelasan di atas menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah

Kabupaten Waropen sangat minim akan pegawai akuntansi sehingga

keterampilan dan pengetahuan yang baik akan akuntansi pada setiap Satuan

Kerja Perangkat Daerah tidak optimal.

Laporan Keuangan memberikan banyak manfaat bagi para pihak yang

memanfaatkannya untuk pertimbangan pembuatan keputusan ekonomi,

sosial, ataupun politik. Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen melakukan

pelaporan keuangan satu tahun sekali. Pemerintah Daerah Kabupaten

Waropen melakukan kerjasama dengan pihak Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP) dalam Penganggaran, Penatausahaan Keuangan

serta pembuatan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dari Tahun 2004

sampai dengan Tahun 2012 serta penatausahaan Barang Milik Daerah

(BMD) dari Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2014 sedangkan Tahun 2013

dan Tahun 2014 melakukan kerjasama dengan Pihak Konsultan dalam

pembuatan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Satuan Kerja Perangkat Daerah tidak membuat laporan keuangan

sendiri melainkan menerima hasil pembuatan laporan keuangan dari pihak

yang telah melakukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten

Waropen.

129

Page 131: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab sebelumnya, penentuan besarnya sampel menggunakan

sejumlah keseluruhan kuesioner (305 buah) yang telah disebarkan pada

masing-masing SKPD dan telah mendapatkan balasannya seperti yang

dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Rekapitulasi Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner

Kuesioner yang disebar 305 100%

Kuesioner yang kembali 267 88%

Kuesioner yang valid 267 88%

Kuesioner yang tidak valid 0 0

Sumber : data diolah, 2015.

Tabel 4.1 menunjukkan penyebaran dan tingkat pengembalian dengan

jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 305 kuesioner, yang kemudian dari

jumlah 305 kuesioner yang disebar, kembali sebanyak 267 kuesioner atau

sebesar 88%. Berdasarkan porsentase 88% kuesioner yang kembali

semuanya dianggap memenuhi syarat.

130

Page 132: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

a. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden pada Pemerintah Daerah Kabupaten

Waropen seperti yang dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No

Tingkat PendidikanJumlah

Orang %1. SMP / Sederajat 3 1,122. SMA/SMK/Sederajat 105 39,333. D3 4 1,504. S1 141 52,815. S2 14 5,24

JUMLAH 267 100%

Sumber : data diolah, 2015.

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan

responden pada Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen adalah

SMP/sederajat terdapat 3 orang atau sebesar 1,12% dari total responden.

Pendidikan SMA/SMK/Sederajat sebanyak 105 orang atau sebesar

39,33% dari total responden. Pendidikan Diploma 3 (D3) sebanyak 4

orang atau sebesar 1,50% dari total responden. Pendidikan Sarjana S1

sebanyak 141 orang atau sebesar 52,81% dari total responden.

Sedangkan pendidikan Strata S2 sebanyak 14 orang atau sebesar 5,24%

dari total responden.

131

Page 133: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

b. Latar Belakang Pendidikan

Latar belakang pendidikan responden pada Pemerintah Daerah

Kabupaten Waropen seperti yang dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

No

Latar Belakang

Pendidikan

SMPSederaja

t(Org)

SMA/SMKSederajat

(Org)

D3(Org)

S1(Org)

S2(Org)

Jumlah

(Org)%

1 Akuntansi - - 1 4 - 5 1,87

2Non

Akuntansi3 105 3 137 14 262 98,13

JUMLAH 3 105 4 141 14 267 100

Sumber : data diolah, 2015.

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa responden yang berlatar

belakang pendidikan akuntansi pada Pemerintah Daerah Kabupaten

Waropen berjumlah 5 orang atau sebesar 1,87 % dari jumlah total

responden. Sedangkan responden yang berlatar belakang non Akuntansi

berjumlah 262 orang atau sebesar 98,13 % dari jumlah total responden.

Dari latar belakang pendidikan akuntansi, sebanyak 1 orang responden

berlatar belakang pendidikan D3 Akuntansi dan sebanyak 4 orang

responden berlatar belakang pendidikan S1 Akuntansi.

Untuk latar belakang non akuntansi, sebanyak 3 orang responden

berlatar belakang pendidikan SMP/Sederajat, sebanyak 105 orang

responden berlatar belakang pendidikan SMA/SMK/Sederajat, sebanyak

3 orang responden berlatar belakang pendidikan D3, sebanyak 137 orang

132

Page 134: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

responden berlatar belakang pendidikan S1, dan sebanyak 14 orang

responden berlatar belakang pendidikan S2.

Pemerintah Kabupaten Waropen tidak memiliki tenaga akuntansi

yang cukup, namun dalam mengelola keuangan daerah, para aparatur

pengelola keuangan tersebut dibekali dengan pelatihan atau Bintek yang

intensitasnya sangat minim.

c. Jabatan

Tabel 4.4 Jabatan Responden

No

Jabatan RespondenJumlah (Orang)

%

1. PA 39 14,612. KPA 39 14,613. PPTK 71 26,594. PPK-SKPD 39 14,615. Bendahara Penerimaan 1 0,376. Bendahara Pengeluaran 39 14,617. Bendahara Barang 39 14,61

JUMLAH 267 100

Sumber : data diolah, 2015.

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jabatan responden pada

Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen adalah Pengguna Anggaran

(PA) terdapat 39 orang atau sebesar 14,61 %, Kuasa Pengguna Anggaran

(KPA) sebanyak 39 orang atau sebesar 14,61 %, Pejabat Pelaksana

Teknis Kegiatan (PPTK) sebanyak 71 orang atau sebesar 26,59 %,

Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-

SKPD) sebanyak 39 orang atau sebesar 14,61 %, Bendahara Penerimaan

sebanyak 1 orang atau sebesar 0,37 %, Bendahara Pengeluaran sebanyak

133

Page 135: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

39 Orang atau sebesar 14,61 % dan Bendahara Barang sebanyak 39

orang atau sebesar 14,61 %.

d. Kursus/Diklat/Bimtek di bidang akuntansi, keuangan dan

penyusunan anggaran yang telah diikuti.

Tabel 4.5 Kursus/Diklat/Bimtek dibidang Akuntansi,Keuangan dan Penyusunan Anggaran

No

Uraian Jumlah Orang %

1. Tidak Pernah 69 25,84

2. Minim Sekali 137 51,31

3. Sering 61 22,85

JUMLAH 267 100

Sumber : data diolah, 2015.

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa Kursus/Diklat/Bimtek

dibidang Akuntansi Keuangan dan Penyusunan Anggaran yang diikuti

responden pada Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen terdapat 69

orang atau sebesar 25,84 % responden menjawab “Tidak Pernah”,

sebanyak 137 orang atau sebesar 51,31 % responden menjawab “Minim

Sekali”, dan sebanyak 61 orang atau sebesar 22,85 % responden

menjawab “Sering”. Dari 267 responden terdapat 137 orang atau sebesar

51,31 % responden menyatakan minim sekali dalam mengikuti

kursus/diklat/bimtek dibidang akuntansi, dengan hasil ini bahwa sumber

daya manusia/aparatur di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen sangat

membutuhkan bimbingan teknis, kursus-kursus atau diklat yang terus

134

Page 136: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

menerus guna membantu semua aparatur untuk menambah wawasan,

pengetahuan dan keterampilan aparatur pengelola keuangan tentang

akuntansi.

e. Parameter Komunikasi

Berdasarkan hasil distribusi responden penilaian kesiapan diukur dengan

parameter komunikasi yang diukur dengan 9 (sembilan) indikator seperti

dijelaskan Tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6 Hasil Penilaian Parameter Komunikasi

No. PernyataanSS S R TS STS Total

f % f % f % f % f% f

1 Kebijakan dan prosedur akuntansi SAP berbasis akrual disosialisasikan kepada seluruh pegawai

126 47,2 120 44,9 8 3 11 4,1 2 0,7 267

2 Pimpinan memberikan instruksi yang jelas pada keputusan dan pekerjaan

134 50,2 126 47,2 5 1,9 - - 2 0,7 267

3 Pimpinan mengevaluasi kinerja pegawai setiap bulan

119 44,6 133 49,8 12 4,5 3 1,1 - - 267

4 Pelaksanaan laporan pekerjaan dilakukan dengan benar dan tepat waktu

122 45,7 120 44,9 23 8,6 2 0,7 - - 267

5 Organisasi menyediakan sarana kotak saran atau prosedur keluhan pegawai

83 31,1 134 50,2 32 12 16 6 2 0,7 267

6 Rapat koordinasi dilaksanakan setiap bulan

123 46,1 111 41,6 19 7,1 12 4,5 2 0,7 267

7 Terjalin group informal di dalam organisasi

64 24 123 46,1 50 18,7 24 9 6 2,2 267

8 Pihak eksternal dapat memperoleh semua informasi dari situs resmi organisasi

81 30,3 114 42,7 50 18,7 15 5,6 7 2,6 267

9 Terdapat layanan customer service di kantor yang dapat memberikan informasi kepada pihak eksternal

70 26,2 132 49,4 45 16,9 15 5,6 5 1,9 267

JUMLAH 922 38,38 1.113 46,31 244 10,16 98 4,58 26 1,36 267

Sumber : data diolah, 2015.

Dari hasil Tabel 4.6 diketahui bahwa kesiapan implementasi

akuntansi berbasis akrual di Kabupaten Waropen dilihat dari segi

135

Page 137: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Komunikasi adalah Setuju, dengan total 1.113 jawaban Setuju atau

sebesar 46,31 % dari total jawaban responden. Persyaratan utama bagi

komunikasi kebijakan yang efektif adalah para pelaksana kebijakan

mengetahui apa yang mereka kerjakan, hal ini menyangkut proses

penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi

yang disampaikan. Dalam penelitian ini, 1.113 jawaban responden

mendukung komunikasi yang dibangun Pemerintah Daerah Kabupaten

Waropen dalam implementasi akuntansi basis akrual dan hasil ini

didukung wawancara dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Waropen

sebagai berikut :

“Komunikasi yang dibangun atau komunikasi yang dilakukan dalam kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual adalah perlu adanya komitmen yang kuat antara seluruh pimpinan SKPD dengan semua staf pada masing-masing SKPD dan komunikasi tersebut dilakukan secara tertulis agar dapat diikuti perkembangnya dari hari ke hari. Dengan komunikasi tertulis itu mudah untuk diikuti perkembangnya, karena pengalaman membuktikan atau mencatat bahwa komunikasi hanya dengan cara lisan maka untuk mengimplementasikan suatu kegiatan hasil kurang bahkan tidak maksimal bahkan cenderung tidak bisa untuk diimplementasikan.”

Komunikasi yang dibangun dalam implementasi akuntansi

berbasis akrual telah dilakukan oleh Kepala Daerah dalam hal ini Bupati

kepada seluruh Pimpinan SKPD dan jajaran aparatur PNS dilingkungan

Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen. Namun dari hasil observasi,

masih terdapat komunikasi yang sampai pada tingkat pimpinan atau

kepala SKPD saja, sehingga para pejabat dibawahnya seperti Kepala

136

Page 138: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Bidang/Kepala Seksi dan Kepala Sub Bidang/Kepala Sub Seksi serta staf

kurang mengetahui informasi/pesan apa yang akan dilaksanakan dalam

menerapkan implementasi akuntansi berbasis akrual sesuai Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan di tahun 2015.

Untuk menghindari terhambatnya komunikasi dalam

mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual, Pemerintah Daerah

Kabupaten Waropen menerjemahkan komunikasi yang dalam bentuk

kebijakan dan prosedur akuntansi disosialisasikan kepada seluruh

pegawai atau aparatur PNS. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 126

responden menjawab Sangat Setuju (SS) atau sebesar 47,2 % dan

terdapat jawaban sebanyak 2 responden menjawab Sangat Tidak Setuju

(STS) atau sebesar 0,7 %. Kebijakan dan prosedur akuntansi

disosialisasikan kepada seluruh pegawai pada tahun sebelumnya yaitu

pada tahun 2014 sebelum SAP basis akrual diimplementasikan.

Tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Waropen dalam implementasi akuntansi berbasis akrual

sebagaimana yang dimanatkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

2010 adalah pimpinan SKPD memberikan instruksi yang jelas pada

keputusan berdasarkan informasi yang relevan, tepat waktu, serta akurat

dan pekerjaan berdasarkan prosedur-prosedur pengelolaan keuangan

daerah dan kebijakan akuntansi. Hasil ini didukung jawaban sebanyak

134 responden menjawab Sangat Setuju (SS) atau sebesar 50,2 % dan

137

Page 139: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

terdapat jawaban sebanyak 2 responden menjawab Sangat Tidak Setuju

(STS) atau sebesar 0,7 %.

Mengevaluasi kinerja pegawai setiap bulan agar pimpinan dapat

mengetahui sejauh mana tingkat penyelesaian tugas dan tanggungjawab

semua aparatur. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 133 responden

menjawab Setuju (S) atau sebesar 49,8 % dan terdapat jawaban sebanyak

3 responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,1 %.

Pelaksanaan laporan pekerjaan dilakukan dengan benar dan tepat

waktu. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 122 responden menjawab

Sangat Setuju (SS) atau sebesar 44,9 % dan terdapat jawaban sebanyak 2

responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 0,7 %.

Organisasi menyediakan sarana untuk menampung semua saran,

masukan serta keluhan-keluhan pegawai terhadap beban kerja dalam

pencapaian tujuan organisasi. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 134

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 50,2 % dan terdapat

jawaban sebanyak 2 responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS)

atau sebesar 0,7 %.

Rapat koordinasi dilaksanakan setiap bulan untuk mencegah

kelemahan di setiap lini, hal tersebut juga dapat menciptakan terjalinnya

group informal di dalam organisasi agar supaya komunikasi yang terjalin

terus menerus diterima aparatur tanpa ada salah penafsiran pesan diluar

tujuan organisasi. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 123 responden

138

Page 140: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

menjawab Sangat Setuju (SS) atau sebesar 46,1 % dan terdapat jawaban

sebanyak 2 responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 0,7 %.

Terjalin group informal didalam organisasi yang selalu

memberikan informasi terkait perubahan-perubahan peraturan yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat serta mampu dalam menerjemahkan

perubahan-peruabahan peraturan tersebut. Hasil ini didukung jawaban

sebanyak 123 responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 46,1 % dan

terdapat jawaban sebanyak 6 responden menjawab Sangat Tidak Setuju

(STS) atau sebesar 2,2 %.

Pihak eksternal dapat memperoleh semua informasi dari situs

resmi organisasi. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 114 responden

menjawab Setuju (S) atau sebesar 42,7 % dan terdapat jawaban sebanyak

7 responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 2,6 %.

Terdapat layanan pelanggan/customer service di kantor yang

dapat memberikan informasi kepada pihak eksternal. Hasil ini didukung

jawaban sebanyak 132 responden menjawab Setuju (S) atau sebesar

49,4 % dan terdapat jawaban sebanyak 5 responden menjawab Sangat

Tidak Setuju (STS) atau sebesar 1,9 %.

Dari hasil observasi terhadap parameter komunikasi dalam

mengimplementasikan SAP basis akrual di Kabupaten Waropen,

komunikasi terkadang mengalami hambatan salah satunya adalah ketika

ada mutasi/pergantian pimpinan, baik eselon II, III dan IV atau juga

mutasi staf serta situasi politik yang sering bergejolak di Kabupaten

139

Page 141: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Waropen. Ketika komunikasi yang dibangun didalam suatu SKPD sudah

kuat dan saling melengkapi, komunikasi ini akan terhambat bahkan

hilang apabila muncul sosok pemimpin dalam organisasi atau SKPD

yang merupakan orang terdekat dari pimpinan tertinggi di daerah yang

mengambil alih kepempimpinan dalam organisasi atau SKPD tersebut.

Akhirnya, komuniasi dalam mengimplementasikan SAP basis akrual

menjadi tidak terarah bahkan tidak sesuai lagi dengan peraturan

perundang-undangan.

Berdasarkan tabel 4.6 hasil penilian parameter Komunikasi

dengan jumlah total tertinggi responden adalah sebanyak 1.113 jawaban

Setuju (S) atau sebesar 46,31 %, maka bobot porsentase rata-rata pada

parameter Komunikasi ada pada pernyataan Pimpinan memberikan

instruksi yang jelas pada keputusan dan pekerjaan. Sedangkan jawaban

total terendah responden adalah sebanyak 26 jawaban Sangat Tidak

Setuju (STS) atau sebesar 1,36 %. Semua Pimpinan baik eselon II, III

dan IV di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen harus

terus menerus meningkatkan komunikasinya agara supaya dalam

memberikan instruksi tidak ada aparatur yang tidak memahami dan tidak

mengerti tujuan dari organisasi dalam mengimplementasikan akuntansi

berbasis akrual. Berdasarkan hasil penilaian persepsi responden atas

parameter Komunikasi, ini membuktikan bahwa Pemerintah Daerah

Kabupaten Waropen Siap dalam mengimplementasikan akuntansi

berbasis akrual.

140

Page 142: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

f. Parameter Komitmen

Berdasarkan hasil distribusi responden penilaian kesiapan diukur dengan

parameter komitmen yang diukur dengan 11 (sebelas) indikator seperti

dijelaskan Tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Parameter Komitmen

No. PernyataanSS S R TS STS

Totalf % f % f % f % f%

1 Saya berkomitmen untuk implementasi (pelaksanaan) akuntansi berbasis akrual

112 41,9 137 51,3 15 5,6 3 1,1 - - 267

2 Saya berkomitmen dalam layanan publik dengan peningkatan melalui implementasi akuntansi berbasis akrual.

88 33 151 56,6 19 7,1 9 3,4 - - 267

3 Saya berkomitmen dalam pelaksanaan administrasi publik dengan implementasi akuntansi berbasis akrual dalam bentuk peraturan perundangan dan maupun peraturan pendukung lainnya

82 30,7 157 58,8 24 9 4 1,5 - - 267

4 Organisasi mempunyai komitmen yang tinggi dalam implementasi (pelaksanaan) akuntansi berbasis akrual

88 33 148 55,4 29 10,9 2 0,7 - - 267

5 Pemerintah daerah bertanggung jawab moral, terhadap implementasi akuntansi berbasis akrual dalam menunjang optimasi kinerja pemerintah

130 48,7 121 45,3 15 5,6 - - 1 0,4 267

6 Pemerintah daerah memiliki inovasi dan obyektif untuk SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan

101 37,8 146 54,7 19 7,1 1 0,4 - - 267

7 Pemerintah daerah berkomitmen dan integritas pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah

107 40,1 140 52,4 20 7,5 - - - - 267

8 Pemerintah daerah untuk mempunyai prinsip transparan dalam

105 39,3 134 50,2 28 10,5 - - - - 267

141

Page 143: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

mendiskusikan permasalahan pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah

No. PernyataanSS S R TS STS

Totalf % f % f % f % f%

9 Pemerintah daerah mempunyai keinginan dan kemauan untuk mencapai hasil kerja yang baik dengan pembangunan SAP berbasis akrual sebagai sarana mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah

109

40,8

133

49,8

25

9,4

-

-

-

-

267

10 Pemerintah daerah mempunyai strategi pendekatan yang humanis transparan, demokratis, dan akuntable dalam pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah

106

39,7

143

53,6

14

5,2

4

1,5

-

-

267

11 Pemerintah daerah mempunyai motivasi untuk mencapai hasil kerja yang baik dengan pembangunan SAPberbasis akrual sebagai sarana mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah

104

39

145

54,3

16

6

2

0,7

-

-

267

JUMLAH 1.132 38,55 1.555 52,95 224 7,63 25 1,33 1 0,40 267

Sumber : data diolah, 2015.

Dari hasil Tabel 4.7 diketahui bahwa kesiapan implementasi

akuntansi berbasis akrual di Kabupaten Waropen dilihat dari segi

Komitmen adalah Setuju, dengan total 1.555 jawaban Setuju atau

sebesar 52,95 % dari 11 (sebelas) indikator. Hasil ini didukung

wawancara dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Waropen sebagai

berikut :

“Yang harus berkomitmen untuk kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual adalah semua pegawai negeri sipil

142

Page 144: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

tanpa terkecuali, mulai dari pimpinan sampai kepada semua staf di setiap SKPD.”

Komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen dalam

implementasi akuntansi pemerintahan basis akrual wajib dilaksanakan

karena merupakan amanat dari Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual. Hal ini juga

didukung wawancara dengan Sekretaris BPKAD Kabupaten Waropen

sebagai berikut :

“Komitmen itu artinya dengan Pemerintah Daerah dalam hal ini Bupati bersama Pimpinan SKPD dan seluruh aparatur pengelola keuangan, kita semua komitmen untuk melaksanakan akuntansi berbasis akrual”

Mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual di Kabupaten

Waropen dikarenakan pada tahun 2015 adalah batas awal dari

pelaksanaan akuntansi berbasis akrual sesuai amanat Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Pernyataan saya berkomitmen

untuk implementasi (pelaksanaan) akuntansi berbasis akrual yang baik.

Hasil ini didukung jawaban sebanyak 137 responden menjawab Setuju

(S) atau sebesar 51,3 % dan terdapat jawaban sebanyak 3 responden

menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,1 %.

Pernyataan saya berkomitmen dalam layanan publik dengan

peningkatan melalui implementasi akuntansi berbasis akrual. Hasil ini

didukung jawaban sebanyak 151 responden menjawab Setuju (S) atau

143

Page 145: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

sebesar 56,6 % dan terdapat jawaban sebanyak 9 responden menjawab

Tidak Setuju (TS) atau sebesar 3,4 %.

Pernyataan saya berkomitmen dalam pelaksanaan administrasi

publik dengan implementasi akuntansi berbasis akrual dalam bentuk

peraturan perundangan dan maupun peraturan pendukung lainnya. Hasil

ini didukung jawaban sebanyak 157 responden menjawab Setuju (S) atau

sebesar 58,8 % dan terdapat jawaban sebanyak 4 responden menjawab

Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,5 %.

Setiap perubahan membutuhkan dukungan penuh oleh pimpinan

suatu institusi. Hal ini merupakan kunci keberhasilan atas perubahan

tersebut. Pernyataan organisasi mempunyai komitmen yang tinggi dalam

implementasi (pelaksanaan) akuntansi berbasis akrual, ini merupakan

komitmen semua aparatur yang berada dalam organisasi tersebut. Hasil

ini didukung jawaban sebanyak 148 responden menjawab Setuju (S) atau

sebesar 55,4 % dan terdapat jawaban sebanyak 2 responden menjawab

Tidak Setuju (TS) atau sebesar 0,7 %.

Pernyataan Pemerintah Daerah bertanggung jawab moral,

terhadap implementasi akuntansi berbasis akrual dalam menunjang

optimasi kinerja pemerintah dengan memenuhi kebutuhan akan tenaga

aparatur yang berlatar pendidikan akuntansi untuk memperkuat bagian

keuangan yang ada di semua SKPD serta kegiatan-kegiatan yang dapat

meningkatan pemahaman aparatur akan akuntansi itu sendiri. Hasil ini

didukung jawaban sebanyak 130 responden menjawab Sangat Setuju

144

Page 146: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

(SS) atau sebesar 48,7 % dan terdapat jawaban sebanyak 1 responden

menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 0,4 %.

Pernyataan Pemerintah Daerah memiliki inovasi dan obyektif

untuk SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas

pemerintahan. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 146 responden

menjawab Setuju (S) atau sebesar 54,7 % dan terdapat jawaban sebanyak

1 responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 0,4 %.

Pernyataan Pemerintah Daerah berkomitmen dan integritas

pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang

tugas pemerintah daerah. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 140

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 52,4 % dan terdapat

jawaban sebanyak 20 responden menjawab Ragu-Ragu (R) atau sebesar

7,5 %.

Pernyataan Pemerintah Daerah untuk mempunyai prinsip

transparan dalam mendiskusikan permasalahan pembangunan SAP

berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan

daerah. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 134 responden menjawab

Setuju (S) atau sebesar 50,2 % dan terdapat jawaban sebanyak 28

responden menjawab Ragu-Ragu (R) atau sebesar 10,5 %.

Pernyataan Pemerintah Daerah mempunyai keinginan dan

kemauan untuk mencapai hasil kerja yang baik dengan pembangunan

SAP berbasis akrual sebagai sarana mendukung optimasi bidang tugas

pemerintahan daerah. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 133

145

Page 147: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 49,8 % dan terdapat

jawaban sebanyak 25 responden menjawab Ragu-Ragu (R) atau sebesar

9,4 %.

Pernyataan Pemerintah Daerah mempunyai strategi pendekatan

yang humanis transparan, demokratis, dan akuntabel dalam

pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang

tugas pemerintahan daerah. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 143

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 53,6 % dan terdapat

jawaban sebanyak 4 responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau

sebesar 1,5 %.

Pernyataan Pemerintah Daerah mempunyai motivasi untuk

mencapai hasil kerja yang baik dengan pembangunan SAP berbasis

akrual sebagai sarana mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan

daerah. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 145 responden menjawab

Setuju (S) atau sebesar 54,3 % dan terdapat jawaban sebanyak 2

responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 0,7 %.

Dari hasil observasi bahwa komitmen mengimplementasikan

akuntansi berbasis akrual disemua lini organisasi adalah baik, dengan

menindaklanjuti satu per satu tamuan hasil pemeriksaan dari BPK-RI

Perwakilan Provinsi Papua terhadap inventarisasi Barang Milik Daerah

(BMD), Saldo Kas Bendahara (KasBen) dari tahun sebelumnya yang

belum dipertanggungjawabankan, serta pembatasan pemintaan

Tambahan Uang Persediaan (T-UP) yang hanya sampai pada 2 (dua) kali

146

Page 148: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

permintaan tambahan uang apabila tambahan uang atas kegiatan yang

lalu belum dipertanggungjawabkan. Komitmen organisasi merupakan

kondisi dimana karyawan sangat tertarik terhadap tujuan-tujuan, nilai-

nilai, dan sasaran organisasi. Komitmen bukan mengimplementasikan

saja melainkan setiap perubahan membutuhkan dukungan penuh oleh

pimpinan suatu institusi. Komitmen yang kuat akan mendorong

implementasi secara menyeluruh perubahan basis akuntansi yang

memang tidak mudah.

Dari hasil observasi lapangan terhadap parameter komitmen

dalam mengimplementasikan SAP basis akrual di Kabupaten Waropen,

Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen harus mengimplementasikan

SAP basis akrual sesuai PP 71 Tahun 2010. Komitmen ini harus

dilaksanakan dikarenakan merupakan amanat peraturan PP 71 Tahun

2010 dan juga pada tahun 2014 merupakan batas akhir dari

diimplementasikannya SAP basis kas menuju akrual sesuai PP 24 Tahun

2005.

Berdasarkan tabel 4.7 hasil penilian parameter Komitmen dengan

jumlah total tertinggi responden adalah sebanyak 1.555 jawaban Setuju

(S) atau sebesar 52,95 %, maka bobot porsentase rata-rata pada

parameter Komitmen ada pada pernyataan Pemerintah Daerah memiliki

inovasi dan obyektif untuk SAP berbasis akrual dalam mendukung

optimasi bidang tugas pemerintahan. Sedangkan jawaban total terendah

responden adalah sebanyak 1 jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) atau

147

Page 149: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

sebesar 0,40 %. Inovasi dan obyektif untuk implementasi SAP berbasis

akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan harus

terus ditingkatkan dengan membuat Standar Operasional Prosedur (SOP)

agar supaya serasi dalam mengimplementasikannya dan menjadikan

pelayanan publik kepada masyarakat lebih baik lagi. Berdasarkan hasil

penilaian persepsi responden atas parameter Komitmen, ini

membuktikan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen Siap

dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.

g. Parameter Sumber Daya Manusia

Berdasarkan hasil distribusi responden penilaian kesiapan diukur dengan

parameter sumber daya manusia yang diukur dengan 16 (enam belas)

indikator seperti dijelaskan Tabel 4.8 berikut ini :

Tabel 4.8 Hasil Penilaian Parameter Sumber Daya Manusia

No. PernyataanSS S R TS STS

Totalf % f % f % f % f%

1 Bagian akuntansi memiliki staf yang berkualifikasi dalam jumlah yang cukup

112 41,9 95 35,6 32 12 21 7,9 7 2,6 267

2 Penempatan pegawai didukung oleh latar belakang pendidikan yang sesuai

125 46,8 80 30 36 13,5 19 7,1 7 2,6 267

3 Perubahan dalam proses penyusunan laporan keuangan sesuai SAP berbasis akrual menuntut kesiapan saya

84 31,5 143 53,6 17 6,4 13 4,9 10 3,7 267

4 Isi dari SAP berbasis akrual sudah saya mengerti dan pahami

45 16,9 99 37,1 102 38,2 8 3 13 4,9 267

148

Page 150: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

No. PernyataanSS S R TS STS

Totalf % f % f % f % f%

5 Terdapat pedoman mengenai prosedur dan proses akuntansi sesuai SAP berbasis akrual

70 26,2 144 53,9 36 13,5 8 3 9 3,4 267

6 Bagian akuntansi memiliki uraian peran dan fungsi yang jelas.

90 33,7 151 56,9 16 6 3 1,1 7 2,6 267

7 Uraian tugas saya sesuai dengan fungsi akuntansi yang sesungguhnya

61 22,8 139 52,1 48 18 10 3,7 9 3,4 267

8 Organisasi memberikan pelatihan-pelatihan untuk membantu penugasan dan pengembangan keahlian

109 40,8 122 45,7 21 7,9 8 3 7 2,6 267

9 Organisasi memberikan jenjang karir kepada seluruh pegawai

89 33,3 121 45,3 32 12 16 6 9 3,4 267

10 Penganggaran dana dilakukan untuk memperoleh sumber daya, peralatan, dan pelatihan yang dibutuhkan

87 32,6 132 49,4 26 9,7 15 5,6 7 2,6 267

11 Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas

54 20,2 128 47,9 67 25,1 6 2,2 12 4,5 267

12 Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas

55 20,6 131 49,1 62 23,2 7 2,6 12 4,5 267

13 Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi asset tetap

53 19,9 121 45,3 78 29,2 3 1,1 12 4,5 267

14 Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi selain kas

51 19,1 119 44,6 81 30,3 4 1,5 12 4,5 267

15 Saya memahami sistem pencatatan double entry

50 18,7 97 36,3 98 36,7 5 1,9 17 6,4 267

16 Saya memahami prosedur yang harus dilakukan untuk menjembatani kas basis ke akrual basis

52 19,5 112 41,9 88 33 4 1,5 11 4,1 267

JUMLAH 1.187 27,78 1.934 45,29 840 19,67 150 3,51 161 3,77 4.272

Sumber : data diolah, 2015.

Dari hasil Tabel 4.8 diketahui bahwa kesiapan implementasi

akuntansi berbasis akrual di Kabupaten Waropen dilihat dari segi

Sumber Daya Manusia (SDM), dengan total 1.934 jawaban Setuju

atau sebesar 45,29 % dari 16 (enam belas) indikator. Hasil ini

149

Page 151: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

didukung wawancara dengan Sekretaris Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Waropen berikut :

“Lewat pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh BPKP dan BPK kita harapkan untuk semua staf untuk ikut pelatihan ini dan kita juga ada rencana kerjasama dengan institusi perguruan tinggi negeri di Papua khusus untuk akuntansi kelas Waropen ini mudah-mudahan kalau bisa terjawab dilaksanakan saya yakin bawah sumber daya akuntansi di Kabupaten Waropen sudah dapat memenuhi kebutuhan tersebut.”

Minimnya aparatur yang berlatar belakang akuntansi yang

bekerja di Pemerintahan Daerah Kabupaten Waropen menjadi tantangan

tersendiri dalam pengimplementasian akuntansi basis akrual.

Pengembangan sumber daya manusia aparatur

merupakan suatu langkah strategis dalam upaya

menciptakan sumber daya manusia aparatur yang lebih

profesional, sinergis, dan berwibawa dalam proses

pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah.

Sumber daya manusia merupakan elemen utama

organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti

modal, teknologi, dan uang sebab manusia itu sendiri

yang mengendalikan yang lain.

Pernyataan bagian akuntansi memiliki staf yang

berkualifikasi dalam jumlah yang cukup. Hasil ini didukung

jawaban sebanyak 112 responden menjawab Sangat Setuju (SS) atau

150

Page 152: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

sebesar 41,9 % dan terdapat jawaban sebanyak 7 responden menjawab

Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 2,6 %.

Pernyataan penempatan pegawai didukung oleh

latar belakang pendidikan yang sesuai. Hasil ini didukung

jawaban sebanyak 125 responden menjawab Sangat

Setuju (SS) atau sebesar 46,8 % dan terdapat jawaban

sebanyak 7 responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau

sebesar 2,6 %.

Pernyataan perubahan dalam proses penyusunan

laporan keuangan sesuai SAP berbasis akrual menuntut

kesiapan saya. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 143

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 53,6 % dan

terdapat jawaban sebanyak 10 responden menjawab

Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 3,7 %.

Pernyataan isi dari SAP berbasis akrual sudah saya

mengerti dan pahami. Hasil ini didukung jawaban

sebanyak 102 responden menjawab Ragu-Ragu (R) atau

sebesar 38,2 % dan terdapat jawaban sebanyak 8

responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 3 %.

Pernyataan terdapat pedoman mengenai prosedur dan proses

akuntansi sesuai SAP berbasis akrual. Hasil ini didukung jawaban

sebanyak 144 responden menjawab Setuju (S) atau

151

Page 153: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

sebesar 53,9 % dan terdapat jawaban sebanyak 8

responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 3 %.

Pernyataan bagian akuntansi memiliki uraian peran dan

fungsi yang jelas. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 151

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 56,9 % dan

terdapat jawaban sebanyak 3 responden menjawab Tidak

Setuju (TS) atau sebesar 1,1 %.

Pernyataan uraian tugas saya sesuai dengan fungsi akuntansi

yang sesungguhnya. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 139

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 52,1 % dan

terdapat jawaban sebanyak 9 responden menjawab

Sangat Tidak Setuju (TS) atau sebesar 3,4 %.

Pernyataan organisasi memberikan pelatihan-pelatihan untuk

membantu penugasan dan pengembangan keahlian. Hasil ini

didukung jawaban sebanyak 122 responden menjawab

Setuju (S) atau sebesar

45,7 % dan terdapat jawaban sebanyak 7 responden

menjawab Sangat Tidak Setuju (TS) atau sebesar 2,6 %.

Pernyataan organisasi memberikan jenjang karir kepada

seluruh pegawai. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 121

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 45,3 % dan

terdapat jawaban sebanyak 9 responden menjawab

Sangat Tidak Setuju (TS) atau sebesar 3,4 %.

152

Page 154: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Pernyataan penganggaran dana dilakukan untuk memperoleh

sumber daya, peralatan, dan pelatihan yang dibutuhkan. Hasil ini

didukung jawaban sebanyak 132 responden menjawab

Setuju (S) atau sebesar 49,4 % dan terdapat jawaban

sebanyak 7 responden menjawab Sangat Tidak Setuju

(TS) atau sebesar 2,6 %.

Pernyataan saya memahami sistem dan prosedur akuntansi

penerimaan kas. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 128

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 47,9 % dan

terdapat jawaban sebanyak 6 responden menjawab Tidak

Setuju (TS) atau sebesar 2,2 %.

Pernyataan saya memahami sistem dan prosedur akuntansi

pengeluaran kas. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 131

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 49,1 % dan

terdapat jawaban sebanyak 7 responden menjawab Tidak

Setuju (TS) atau sebesar 2,6 %.

Pernyataan saya memahami sistem dan prosedur akuntansi

asset tetap. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 121

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 45,3 % dan

terdapat jawaban sebanyak 3 responden menjawab Tidak

Setuju (TS) atau sebesar 1,1 %.

Pernyataan saya memahami sistem dan prosedur akuntansi

selain kas. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 119

153

Page 155: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 44,6 % dan

terdapat jawaban sebanyak 4 responden menjawab Tidak

Setuju (TS) atau sebesar 1,5 %.

Pernyataan saya memahami sistem pencatatan double entry.

Hasil ini didukung jawaban sebanyak 98 responden

menjawab Ragu-Ragu (R) atau sebesar 36,7 % dan

terdapat jawaban sebanyak 5 responden menjawab Tidak

Setuju (TS) atau sebesar 1,9 %.

Pernyataan saya memahami prosedur yang harus dilakukan

untuk menjembatani kas basis ke akrual basis. Hasil ini didukung

jawaban sebanyak 112 responden menjawab Setuju (S)

atau sebesar 41,9 % dan terdapat jawaban sebanyak 4

responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,5

%.

Membicarakan sumberdaya manusia tidak terlepas

dari kegiatan-kegiatan atau proses manajemen lainnya

seperti strategi perencanaan, pengembangan manajemen

dan pengembangan organisasi. Pengembangan SDM

(development personnel) pada dasarnya merupakan

kegiatan terpadu yang dilakukan manajemen dalam

rangka meningkatkan nilai tambah pegawai guna

meningkatkan produktivitas organisasi dan sekaligus

154

Page 156: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

dalam rangka mempersiapkan pegawai untuk

melaksanakan tugas pada jenjang yang lebih tinggi.

Selain itu juga Bimbingan Teknis (BINTEK) tentang pengelolaan

dan penatatausahaan keuangan daerah, penatausahaan aset serta

penyusunan dan pelaporan keuangan daerah baik dari Pihak BPKP dan

juga dari Pihak Konsultan yang dilaksanakan bagi semua aparatur

dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.

Jika dilihat dari hasil obeservasi lapangan terhadap parameter

sumber daya manusia dalam mengimplementasikan SAP basis akrual di

Kabupaten Waropen masih jauh dari yang diharapkan, jika dilihat dari

latar belakang pendidikan responden, hanya terdapat 5 (lima) orang

tenaga akuntansi. Ini merupakan tantangan tersendiri Pemerintah

Kabupaten Waropen bahwa bagaimana Pemerintah Daerah Kabupaten

Waropen mengimplementasikan SAP basis akrual dengan kecukupan

tenaga akuntansi yang dimilikinya. Sebanyak banyak tenaga akuntansi

yang dibutuhkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen, namun

untuk memenuhi jumlah tenaga akuntansi di 39 (tiga puluh sembilan)

SKPD membutuhkan waktu dan anggaran yang sangat banyak dan juga

kuota perekrutan CPNS yang berlatar belakang akuntansi pun sangat

terbatas serta adanya penundaan tenaga pengangkatan CPNS oleh

Kementerian PAN-RB. Untuk menyiapkan SDM yang berlatar belakang

akuntansi dan dapat memenuhi kebutuhan di SKPD, Pemerintah Daerah

Kabupaten Waropen dapat bekerjasama dengan Universitas Negeri di

155

Page 157: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Papua untuk membuka kelas di Waropen agar supaya dapat mendidik

aparatur PNS yang ada dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten

Waropen menjadi PNS yang berlatar belakang akuntansi dan juga

mampu serta terampil dalam menguasai bidang akuntansi.

Faktor pergantian bendahara pengeluaran, bendahara penerimaan

dan bendahara barang juga menjadi salah satu faktor penghambat dalam

mengimplementasikan SAP basis akrual di Pemerintah Daerah

Kabupaten Waropen. Dalam sosialisasi dan pelatihan tentang SAP basis

akrual, para bendahara di 39 (tiga puluh sembilan) SKPD yang selama

ini melaksanakan basis kas menuju akrual dapat mengikuti perubahan-

perubahan yang terjadi dalam SAP basis akrual. Namun dalam

perjalanannya, SKPD tersebut mengusulkan bendahara baru yang sama

sekali belum pernah mengikuti sosialisasi dan pelatihan tentang SAP

basis akrual.

Dengan melihat hasil penilaian parameter Sumber Daya Manusia

dengan jumlah jawaban tertinggi 1.934 atau sebesar 45,29 %, masih

terdapat jumlah jawaban terendah yaitu pada pernyataan Bagian

akuntansi memiliki staf yang berkualifikasi dalam jumlah yang cukup

dengan jumlah jawaban responden sebanyak 95 orang atau sebesar

35,6 %. Hal ini berarti Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen belum

memiliki staf akuntansi yang berkualifikasi yang ada pada bagian

akuntansi baik di SKPKD maupun SKPD. Pemerintah Daerah

Kabupaten Waropen harus memberi pehatian yang serui terkait hal ini,

156

Page 158: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

karena bagaimana menghasilkan informasi yang akurat kalau SKPKD

dan SKPD tidak didukung oleh staf yang tidak mempunyai kualifikasi

pendidikan akuntansi yang bekerja pada bagian akuntansi.

Penempatan pegawai didukung oleh latar belakang pendidikan

yang sesuai dengan jawaban responden sebanyak 80 orang atau sebesar

30%. Penempatan yang aparatur yang sesuai dapat meningkatkan kinerja

organisasi atau SKPD tersebut. Dari hasil 30% ini membuktikan bahwa

penempatan aparatur pada bagian keuangan SKPD dilingkungan

Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen tidak didukung oleh latar

belakang pendidikan yang sesuai. Seperti hasil obeservasi lapangan

bahwa ada penempatan aparatur yang belatar belakang sosial

ditempatkan sebagai kepala bidang aset. Bagaimana latar belakang

pendidikan yang berbeda dengan tupoksi dari bidang tersebut dapat

berjalan seirama seiring dengan implementasi akuntansi berbasis akrual.

Hanya 99 orang responden atau sebesar 37,1 % yang mengerti

dan paham akan isi dari SAP basis akrual. Isi dari SAP basis akrual

merupakan hal yang sangat sulit dipahami oleh aparatur yang bukan

berlatar belakang akuntansi. Bagaimana aparatur bisa mengerti dan

memahami SAP basis akrual sedangkan hasil dari implementasi

akuntansi basis kas menuju akrual saja masih jauh dari yang diharapkan.

Berdasarkan tabel 4.8 hasil penilian parameter Sumber Daya

Manusia dengan jumlah total tertinggi responden adalah sebanyak 1.934

jawaban Setuju (S) atau sebesar 45,29 %, maka bobot porsentase rata-

157

Page 159: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

rata pada parameter Sumber Daya Manusia ada pada pernyataan

Organisasi memberikan jenjang karir kepada seluruh pegawai dan

pernyataan Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi asset tetap.

Sedangkan jawaban total terendah responden adalah sebanyak 150

jawaban Tidak Setuju (TS) atau sebesar 3,51 %. Dengan memberikan

kesempatan berkompetensi dalam bekerja dan jenjang karir kepada

aparatur akan meningkatan kualitas dan keterampilan dari aparatur

dalam organisasi serta akan meningkatkan pemahaman aparatur terhadap

setiap fenomena perubahan perundang-undangan tentang keuangan

daerah. Berdasarkan hasil penilaian persepsi responden atas parameter

Sumber Daya Manusia, ini membuktikan bahwa Pemerintah Daerah

Kabupaten Waropen Siap dalam mengimplementasikan akuntansi

berbasis akrual.

h. Parameter Infrastruktur

Berdasarkan hasil distribusi responden penilaian kesiapan diukur dengan

parameter infrastruktur yang diukur dengan 6 (enam) indikator seperti

dijelaskan Tabel 4.9 berikut ini :

Tabel 4.9 Hasil Penilaian Parameter Infratsruktur

158

Page 160: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

No. PernyataanSS S R TS STS

Totalf%

f%

f%

f%

f%

1 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan sarana ruangan yang memadai khususnya untuk operasi perangkat SAP

112 41,9 129 48,3 22 8,2 4 1,5 - -267

2 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana prasarana perangkat lunak yang memadai khususnya untuk operasi SAP

110 41,2 143 53,6 12 4,5 2 0,7 - -267

3 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana prasarana basis data pendukung operasionalisasi yang berkesinambungan khususnya untuk operasi SAP

91 34,1 152 56,9 20 7,5 4 1,5 - -267

4 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana administrasi yang memadai khususnya untuk operasi SAP

99 37,1 152 56,9 15 5,6 1 0,4 - -267

5 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan anggaran yang memadai khususnya untuk operasi SAP

94 35,2 148 55,4 22 8,2 3 1,1 - -267

6 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sumberdaya manusia berkualitas yang memadai khususnya untuk operasi SAP

116 43,4 132 49,4 16 6 3 1,1 - -267

JUMLAH 622 38,82 856 53,42 107 6,67 17 1,05 0 0 1.602

Sumber : data diolah, 2015.

Dari hasil Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa kesiapan

implementasi akuntansi berbasis akrual di Kabupaten Waropen dilihat

dari segi Infrastruktur, dengan total 856 jawaban Setuju atau sebesar

53,42 % dari 6 (enam) indikator. Hasil ini didukung dengan wawancara

Kepala Bidang Perbendaharaan pada BPKAD Kabupaten Waropen

sebagai berikut :

“Infrastruktur, sistem jaringan terkomputerisasi, peralatan komputer hampir semuanya mendukung kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual. Oleh sebab itu hal-

159

Page 161: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

hal yang masih kurang dalam implementasi akuntansi berbasis akrual harus dipenuhi.”

Infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau

struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang

dibangun dan yang dibutuhkan. Pernyataan Pemerintah mempunyai

kemauan dan integritas untuk menyiapkan sarana ruangan yang memadai

khususnya untuk operasi perangkat SAP. Pernyataan ini didukung

jawaban sebanyak 129 responden menjawab Setuju (S)

atau sebesar 48,3 % dan terdapat jawaban sebanyak 4

responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,5

%.

Pernyataan Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk

menyiapkan dukungan sarana prasarana perangkat lunak yang memadai

khususnya untuk operasi SAP. Pernyataan ini didukung jawaban

sebanyak 143 responden menjawab Setuju (S) atau

sebesar 53,6 % dan terdapat jawaban sebanyak 2

responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 0,7

%.

Pernyataan Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk

menyiapkan dukungan sarana prasarana basis data pendukung

operasionalisasi yang berkesinambungan khususnya untuk operasi SAP.

Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 152 responden

menjawab Setuju (S) atau sebesar 56,9 % dan terdapat

160

Page 162: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

jawaban sebanyak 4 responden menjawab Tidak Setuju

(TS) atau sebesar 1,5 %.

Pernyataan Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk

menyiapkan dukungan sarana administrasi yang memadai khususnya

untuk operasi SAP. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak

152 responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 56,9 %

dan terdapat jawaban sebanyak 1 responden menjawab

Tidak Setuju (TS) atau sebesar 0,4 %.

Pernyataan Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk

menyiapkan dukungan anggaran yang memadai khususnya untuk operasi

SAP. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 148

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 55,4 % dan

terdapat jawaban sebanyak 3 responden menjawab Tidak

Setuju (TS) atau sebesar 1,1 %.

Pernyataan Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk

menyiapkan dukungan sumberdaya manusia berkualitas yang memadai

khususnya untuk operasi SAP. Pernyataan ini didukung jawaban

sebanyak 132 responden menjawab Setuju (S) atau

sebesar 49,4 % dan terdapat jawaban sebanyak 3

responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,1

%.

Infrastruktur dalam implementasi akuntansi berbasis akrual ini

sudah dipenuhi antara lain Gedung Server, Sistem Jaringan WiFi LAN

161

Page 163: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

yang juga mendukung akses internet dengan bekerjasama dengan pihak

ke-III sebagai ISP (Internet Service Provider) serta PC (Personal

Computer) yang dihibahkan dari BPKAD kepada 39 SKPD di

lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen yang mendukung

sistem operasi yang digunakan, namun hambatan konektifitas antar

jaringan sistem informasi untuk akses antara SKPD yang diluar wilayah

Ibu Kota Kabupaten seperti Distrik-Distrik ke Pusat Data dalam hal ini

BPKAD sebagai pusat data (server) dari sistem informasi yang

digunakan belum terlaksana. SKPD yang sulit dijangkau tersebut ada 9

(sembilan) Distrik, dimana 7 (tujuh) Distrik hanya ditempuh dengan

menggunakan speedboat dengan rata-rata waktu tempuh 3 (tiga) sampai

4 (empat) jam perjalanan yaitu Distrik Risei Sayati, Distrik Masirei,

Distrik Demba, Distrik Wapoga, Distrik Inggerus, Distrik Soyoi Mambai

dan Distrik Wonti serta 2 (dua) Distrik lainnya menggunakan pesawat

Carter dari wilayah Kabupaten Nabire yaitu Distrik Kirihi dan Distrik

Walani.

Dari hasil observasi penelitian bahwa Pemerintah Daerah

Kabupaten Waropen sudah berupaya untuk membangun sarana dan

prasarana seperti akses jalan dan jembatan serta fasilitas jaringan internet

ke 9 (sembilan) distrik untuk dapat mengurangi beban biaya yang

digunakan SKPD tersebut apabila melakukan transaksi keuangannya.

Berdasarkan tabel 4.9 hasil penilian parameter infrastruktur

dengan jumlah total tertinggi responden adalah sebanyak 856 jawaban

162

Page 164: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Setuju (S) atau sebesar 53,42 %, maka bobot porsentase rata-rata pada

parameter infrastruktur ada pada pernyataan Pemerintah mempunyai

kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana prasarana

perangkat lunak yang memadai khususnya untuk operasi SAP.

Sedangkan jawaban total terendah responden adalah sebanyak 17

jawaban Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,05 %. Dengan meningkatkan

penyediaan sarana dan prasarana perangkat lunak yang terintegrasi

dengan SAP serta dapat dipahami oleh aparatur pengelola keuangan,

maka akan mempermudah pemahaman aparatur dan efisiensi waktu

pelayanan kepada publik. Berdasarkan hasil penilaian persepsi

responden atas parameter infrastruktur, ini membuktikan bahwa

Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen Siap dalam

mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.

i. Parameter Sistem Informasi

Berdasarkan hasil distribusi responden penilaian kesiapan diukur dengan

parameter sistem informasi yang diukur dengan 10 (sepuluh) indikator

seperti dijelaskan Tabel 4.10 berikut ini :

Tabel 4.10 Hasil Penilaian Parameter Sistem Informasi

No. PernyataanSS S R TS STS

Totalf%

f%

f%

f%

f%

1 Bagian akuntansi memiliki komputer yang cukup untuk melaksanakan tugas

115 43,1 130 48,7 11 4,1 10 3,7 1 0,4 267

2 Pengolahan data transaksi keuangan menggunakan software yang

128 47,9 129 48,3 8 3 2 0,7 - - 267

163

Page 165: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

mendukung pekerjaan

No. PernyataanSS S R TS STS

Totalf%

f%

f%

f%

f%

3 Jaringan internet telah terpasang di unit kerja anda dan dimanfaatkan sebagai penghubung antar unit kerja dalam pengiriman data dan informasi yang dibutuhkan.

107 40,1 94 35,2 33 12,4 22 8,2 11 4,1 267

4 Proses akuntansi sejak awal transaksi hingga pembuatan laporan keuangan dilakukan secara komputerisasi.

105 39,3 137 51,3 15 5,6 10 3,7 - - 267

5 Laporan akuntansi dan manajerial dihasilkan dari sistem informasi yang terintegrasi.

90 33,7 153 57,3 18 6,7 4 1,5 2 0,7 267

6 Jadwal pemeliharaan peralatan dilakukan secara teratur.

66 24,7 138 51,7 42 15,7 10 3,7 11 4,1 267

7 Peralatan yang usang/rusak didata dan diperbaiki tepat pada waktunya.

71 26,6 101 37,8 51 19,1 30 11,2 14 5,2 267

8 Tersedia Pedoman Penatausahaan Keuangan Daerah untuk Sistem Informasi dan Manejemen Keuangan Daerah.

103 38,6 146 54,7 13 4,9 5 1,9 - - 267

9 Bagian akuntansi memperoleh pendampingan dalam operasionalisasi pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP

102 38,2 132 49,4 27 10,1 5 1,9 1 0,4 267

10 Satuan Kerja Perangkat Daerah didukung oleh pelatihan peningkatan kualitas pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP

102 38,2 140 52,4 21 7,9 4 1,5 - - 267

JUMLAH 989 37,04 1.300 48,68 239 8,95 102 3,80 40 2,48 2.670

Sumber : data diolah, 2015.

Dari hasil Tabel 4.10 diketahui bahwa kesiapan implementasi

akuntansi berbasis akrual di Kabupaten Waropen dilihat dari segi Sistem

Informasi, dengan total 1.300 jawaban Setuju atau sebesar 48,68 % dari

164

Page 166: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

10 (sepuluh) indikator. Hasil ini didukung wawancara dengan Kepala

Sekretaris BPKAD Kabupaten Waropen berikut :

“Aplikasi Simda merupakan sistem informasi yang sudah kita siapkan yang akan membantu kita dalam sistem akuntansi akrual ini.”

Pernyataan bagian akuntansi memiliki komputer yang cukup

untuk melaksanakan tugas. Pernyataan ini didukung jawaban

sebanyak 130 responden menjawab Setuju (S) atau

sebesar 48,7 % dan terdapat jawaban sebanyak 1

responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau

sebesar 0,4 %.

Pernyataan pengolahan data transaksi keuangan menggunakan

software yang mendukung pekerjaan. Pernyataan ini didukung

jawaban sebanyak 129 responden menjawab Setuju (S)

atau sebesar 48,3 % dan terdapat jawaban sebanyak 2

responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 0,7

%.

Pernyataan jaringan internet telah terpasang di unit kerja anda

dan dimanfaatkan sebagai penghubung antar unit kerja dalam

pengiriman data dan informasi yang dibutuhkan. Pernyataan ini

didukung jawaban sebanyak 107 responden menjawab

Sangat Setuju (SS) atau sebesar 40,1 % dan terdapat

jawaban sebanyak 11 responden menjawab Sangat Tidak

Setuju (STS) atau sebesar 4,1 %.

165

Page 167: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Pernyataan proses akuntansi sejak awal transaksi hingga

pembuatan laporan keuangan dilakukan secara komputerisasi.

Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 137 responden

menjawab Setuju (S) atau sebesar 51,3 % dan terdapat

jawaban sebanyak 10 responden menjawab Tidak Setuju

(TS) atau sebesar 3,7 %.

Pernyataan laporan akuntansi dan manajerial dihasilkan dari

sistem informasi yang terintegrasi. Pernyataan ini didukung jawaban

sebanyak 153 responden menjawab Setuju (S) atau

sebesar 57,3 % dan terdapat jawaban sebanyak 2

responden menjawab Sangat Tidak Setuju (TS) atau

sebesar 0,7 %.

Pernyataan jadwal pemeliharaan peralatan dilakukan secara

teratur. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 138

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 51,7 % dan

terdapat jawaban sebanyak 10 responden menjawab

Tidak Setuju (TS) atau sebesar 3,7 %.

Pernyataan peralatan yang usang/rusak didata dan diperbaiki

tepat pada waktunya. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak

101 responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 37,8 %

dan terdapat jawaban sebanyak 14 responden menjawab

Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 5,2 %.

166

Page 168: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Pernyataan tersedia Pedoman Penatausahaan Keuangan Daerah

untuk Sistem Informasi dan Manejemen Keuangan Daerah. Pernyataan

ini didukung jawaban sebanyak 146 responden menjawab

Setuju (S) atau sebesar 54,7 % dan terdapat jawaban

sebanyak 5 responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau

sebesar 1,9 %.

Pernyataan bagian akuntansi memperoleh pendampingan dalam

operasionalisasi pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP. Pernyataan

ini didukung jawaban sebanyak 132 responden menjawab

Setuju (S) atau sebesar 49,4 % dan terdapat jawaban

sebanyak 1 responden menjawab Sangat Tidak Setuju

(STS) atau sebesar 0,4 %.

Pernyataan Satuan Kerja Perangkat Daerah didukung oleh

pelatihan peningkatan kualitas pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP.

Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 140 responden

menjawab Setuju (S) atau sebesar 52,4 % dan terdapat

jawaban sebanyak 4 responden menjawab Tidak Setuju

(TS) atau sebesar 1,5 %.

Penggunaan sistem informasi tersebut terkait dengan pemahaman

aparatur terhadap sistem informasi dan pemahaman akuntansi itu sendiri

yang diamanatkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual. Dari hasil

observasi penelitian, Sistem informasi yang telah mendukung akuntansi

167

Page 169: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

basis akrual sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

SAP basis akrual tersebut sudah disosialisasikan pada tahun 2014 serta

beberapa SKPD sudah mengirimkan sebagian aparaturnya untuk

menambah wawasan di luar Kabupaten Waropen terkait penerapan

sistem informasi akuntansi basis akrual yang digunakan oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten Waropen.

Pada pelaksanaan sistem informasi tersebut, semua aparatur

Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen paham dengan sistem informasi

akuntansi yang digunakan tersebut. Mengkonversikan kebiasaan dalam

menyusun laporan keuangan berbasis kas ke basis akrual tidaklah

semudah membalikkan telapak tangan, ditambah lagi penerapan basis

Cash Toward Accrual (CTA) belum optimal. Pengkonversian basis kas

ke basis akrual ini sangat merepotkan Pemerintah Daerah Kabupaten

Waropen dimana harus memakan banyak waktu, terlebih lagi terhadap

transaksi penerimaan dan pengeluaran Pemerintah Daerah Kabupaten

Waropen yang jumlahnya sudah pasti tidak sedikit.

Salah satu kerumitan dan kebingungan yang terjadi dalam sistem

akuntansi yang ada ialah bahwa dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintah terdapat perbedaan dalam memperlakukan

beberapa transaksi seperti klasifikasi pendapatan, pencatatan biaya

168

Page 170: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

perolehan aset, perlakuan terhadap transaksi investasi jangka pendek,

dan refund atas pajak dan biaya yang lebih bayar.

Beberapa laporan keuangan yang dimandatkan oleh Peraturan

Pemerintah 24 Tahun 2005 banyak yang tidak mengikuti struktur

anggaran yang didefinisikan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Dengan kondisi implementasi akuntansi basis akrual, Pemerintah Daerah

Kabupaten Waropen telah selesai menyusun draft kebijakan akuntansi

seperti yang dimandatkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64

Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual Pada

Pemerintah Daerah namun belum dibuat sebagai Peraturan Kepala

Daerah.

Dari hasil obeservasi yang peneliti lakukan terhadap parameter

sistem informasi sangat mendukung implementasi SAP basis akrual.

Sistem informasi yang dipakai Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen

dalah SIMDA yang merupakan aplikasi milik BPKP. Aplikasi tersebut

selalu dilakukan perbaikan terkait kendala-kendala yang dialami oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen yang menggunakan aplikasi

tersebut. Aplikasi SIMDA ini merupakan alat bantu untuk memudahkan

pekerjaan aparatur pengelola keuangan daerah baik di SKPD maupun di

PPKD dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Berdasarkan tabel 4.10 hasil penilian parameter sistem informasi

dengan jumlah total tertinggi responden adalah sebanyak 1.300 jawaban

169

Page 171: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Setuju (S) atau sebesar 48,68 %, maka bobot porsentase rata-rata pada

parameter sistem informasi ada pada pernyataan Bagian akuntansi

memiliki komputer yang cukup untuk melaksanakan tugas. Sedangkan

jawaban total terendah responden adalah sebanyak 40 jawaban Sangat

Tidak Setuju (STS) atau sebesar 2,48 %. Dengan terpenuhi peralatan

kantor pada bagian akuntansi di setiap SKPD yang mendukung sistem

informasi berbasis akrual akan sangat membantu para aparatur di bagian

tersebut untuk meningkatkan intensitas pekerjaan yang membutuhkan

alat bantu dalam menyelesaikan ribuan transaksi keuangan dan juga

menghasilkan informasi yang berguna bagi pengguna informasi tersebut.

Berdasarkan hasil penilaian persepsi responden atas parameter Sistem

Informasi, ini membuktikan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten

Waropen Siap dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.

j. Parameter Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)

Berdasarkan hasil distribusi responden penilaian kesiapan diukur dengan

parameter sistem pengendalian internal pemerintah (SPIP) yang diukur

dengan 30 (sepuluh) indikator seperti dijelaskan Tabel 4.11 berikut ini :

Tabel 4.11 Hasil Penilaian Parameter Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)

No. PernyataanSS S R TS STS

Totalf%

f%

f%

f%

f%

Lingkungan Pengendalian1 Penekanan integritas dan nilai

etika104 39 135 50,6 17 6,4 4 1,5 7 2,6 267

2 Komitmen terhadap kompetensi

84 31,5 158 59,2 20 7,5 5 1,9 - - 267

3 Kepemimpinan yang kondusif 106 39,7 125 46,8 30 11,2 3 1,1 3 1,1 267

170

Page 172: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

4 Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan

108 40,4 139 52,1 15 5,6 4 1,5 1 0,4 267

5 Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat

106 39,7 132 49,4 23 8,6 3 1,1 3 1,1 267

6 Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia

100 37,5 136 50,9 24 9 3 1,1 4 1,5 267

7 Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif

88 33 138 51,7 36 13,5 4 1,5 1 0,4 267

8 Hubungan kerja yang baik dengan Instansi pemerintah terkait

117 43 133 49,8 16 6 1 0,4 - - 267

Penilaian Resiko9 Penerapan tujuan instansi

secara keseluruhan93 34,8 124 46,4 43 16,1 5 1,9 2 0,7 267

10 Penerapan tujuan pada tingkatan kegiatan

87 32,6 136 50,9 34 12,7 9 3,4 1 0,4 267

11 Identifikasi resiko 80 30 125 46,8 42 15,7 12 4,5 8 3 267

12 Analisis risiko 74 27,7 135 50,6 41 15,4 16 6 1 0,4 267

13 Mengelola risiko selama perubahan

78 29,2 130 48,7 48 18 10 3,7 1 0,4 267

No. PernyataanSS S R TS STS

Totalf%

f%

f%

f%

f%

Kegiatan Pengendalian14 Review atas kinerja

instansi pemerintah yang bersangkutan

97 36,3 147 55,1 16 6 7 2,6 - - 267

15 Pembinaan sumber daya manusia

133 49,8 120 44,9 13 4,9 1 0,4 - - 267

16 Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi

100 37,5 142 53,2 23 8,6 2 0,7 - - 267

17 Pengendalian fisik atas asset

101 37,8 129 48,3 34 12,7 3 1,1 - - 267

18 Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja

89 33,3 138 51,7 37 13,9 2 0,7 1 0,4 267

19 Pemisahan fungsi 92 34,5 138 51,7 32 12 4 1,5 1 0,4 267

20 Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting

82 30,7 137 51,3 35 13,1 11 4,1 2 0,7 267

21 Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian

105 39,3 140 52,4 18 6,7 3 1,1 1 0,4 267

22 Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya

79 29,6 123 46,1 36 13,5 26 9,7 3 1,1 267

23 Akuntabilitas terhadap sumber daya dan

80 30 155 58,1 27 10,1 4 1,5 1 0,4 267

171

Page 173: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

pencatatannya24 Dokumentasi yang baik atas

sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting

88 33 138 51,7 36 13,5 4 1,5 1 0,4 267

Informasi dan Komunikasi25 Sistem akuntansi telah

dilakukan pada bidang akuntansi

92 34,5 130 48,7 43 16,1 2 0,7 - - 267

26 Terdapat diagram arus (flow chart) mengenai transaksi penerimaan kas

73 27,3 142 53,2 45 16,9 5 1,9 2 0,7 267

27 Terdapat panduan atau pedoman mengenai pengelolaan kas, khususnya penerimaan kas

102 38,2 137 51,3 22 8,2 5 1,9 1 0,4 267

28 Pemeriksaan intern dilakukan untuk pemeriksaan terhadap pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dalam perda pengelolaan keuangan daerah.

100 37,5 138 51,7 20 7,5 9 3,4 - - 267

29 Diadakan pemeriksaan atas transaksi Penerimaan Kas, Cek, Giro dan pencocokan dengan catatan yang ada oleh Bagian Akuntansi

108 40,4 140 52,4 17 6,4 2 0,7 - - 267

No. PernyataanSS S R TS STS

Totalf%

f%

f%

f%

f%

Pemantauan30 Diadakan rekonsiliasi catatan

dengan bukti fisik kas yang dilaksanakan bagian akuntansi sesuai dengan jumlah kas yang diperiksa

101 37,8 139 52,1 18 6,7 8 3 1 0,4 267

JUMLAH 2.847 35,52 4.079 50,92 861 10,75 177 2,20 46 0,82 8.010

Sumber : data diolah, 2015.

Dari hasil Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa Kesiapan

Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual di Kabupaten Waropen dilihat

dari segi Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, dengan total 4.079

jawaban Setuju atau sebesar 50,92 % dari 30 (tiga puluh) indikator. Hasil

ini didukung wawancara dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Waropen

berikut :

172

Page 174: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

“Sistem pengendalian di internal organisasi yang saya pimpin dalam kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual yaitu dengan menerapkan sistem pengendalian secara terus menerus dan melibatkan eselon II, III, IV dan staf yang memahami sistem akrual atau sistem akuntansi berbasis akrual.”

Berdasarkan hasil Porsentase Sistem Pengendalian Internal

Pemerintah sebesar 50,92 % dari total jawaban responden adalah baik.

Dengan hasil observasi penelitian, Sistem Pengendalian Internal

Pemerintah (SPIP) di Kabupaten Waropen sudah dilaksanakan, namun

SPIP tersebut belum ditetapkan dengan surat keputusan kepala daerah

sehingga aparatur di SKPD yang melaksanakan kegiatan SPIP belum

optimal atas tanggungjawab yang diberikan. Dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 yang menjadi sub unsur pertama dari

lingkungan pengendalian adalah pembangunan integritas dan nilai etika

organisasi dengan maksud agar seluruh pegawai mengetahui aturan

untuk berintegritas yang baik dan melaksanakan kegiatannya dengan

sepenuh hati dengan berlandaskan pada nilai etika yang berlaku untuk

seluruh pegawai tanpa terkecuali. Pernyataan penekanan integritas dan

nilai etika didukung jawaban sebanyak 135 responden

menjawab Setuju (S) atau sebesar 50,6 % dan terdapat

jawaban sebanyak 4 responden menjawab Tidak Setuju

(TS) atau sebesar 1,5 %.

Integritas dan nilai etika tersebut perlu dibudayakan, sehingga

akan menjadi suatu kebutuhan bukan keterpaksaan. Oleh karena itu,

173

Page 175: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

budaya kerja yang baik pada instansi pemerintah perlu dilaksanakan

secara terus menerus tanpa henti. Dibuat pernyataan bersama untuk

melaksanakan integritas dan nilai etika tersebut dengan menuangkannya

pada suatu pernyataan komitmen untuk melaksanakan integritas.

Pernyataan ini berupa pakta (pernyataan tertulis) tentang integritas yang

berisikan komitmen untuk melaksanakannya.

Selain itu, Komitmen terhadap kompetensi yang merupakan

kewajiban pegawai di bidangnya masing-masing. Pernyataan ini

didukung jawaban sebanyak 158 responden menjawab

Setuju (S) atau sebesar 59,2 % dan terdapat jawaban

sebanyak 5 responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau

sebesar 1,9 %.

Komitmen yang dilaksanakan secara periodik tersebut perlu

dipantau dan dalam pelaksanaannya perlu diimbangi dengan adanya

kepemimpinan yang kondusif sebagai pemberi teladan untuk dituruti

seluruh pegawai. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak

125 responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 46,8 %

dan terdapat jawaban sebanyak 3 responden menjawab

Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 1,1 %.

Agar dapat mendorong terwujudnya hal tersebut, maka

diperlukan aturan kepemimpinan yang baik. Aturan tersebut perlu

disosialisasikan kepada seluruh pegawai untuk diketahui bersama.

Demikian juga, struktur organisasi perlu dirancang sesuai dengan

174

Page 176: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

kebutuhan dengan pemberian tugas dan tanggung jawab kepada pegawai

dengan tepat.

Pernyataan pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan

kebutuhan yang telah ditetapkan, perlu dilakukan analisis secara berkala

tentang bentuk struktur yang tepat. Pernyataan ini didukung

jawaban sebanyak 139 responden menjawab Setuju (S)

atau sebesar 52,1 % dan terdapat jawaban sebanyak 1

responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau

sebesar 0,4 %.

Pernyataan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang

tepat. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 132

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 49,4 % dan

terdapat jawaban sebanyak 3 responden menjawab

Sangat Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,1 %.

Pernyataan penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat

Tentang pembinaan sumber daya manusia. Pernyataan ini didukung

jawaban sebanyak 136 responden menjawab Setuju (S)

atau sebesar

50,9 % dan terdapat jawaban sebanyak 3 responden

menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,1 %.

Pernyataan perwujudan peran aparat pengawasan intern

pemerintah yang efektif. Pernyataan ini didukung jawaban

sebanyak 138 responden menjawab Setuju (S) atau

175

Page 177: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

sebesar 51,7 % dan terdapat jawaban sebanyak 1

responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau

sebesar 0,4 %.

Pernyataan hubungan kerja yang baik dengan Instansi pemerintah

terkait. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 133

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 49,8 % dan

terdapat jawaban sebanyak 1 responden menjawab Tidak

Setuju (TS) atau sebesar 0,4 %.

Diperlukan pembinaan sumber daya manusia yang tepat sehingga

tujuan organisasi tercapai. Disamping itu, keberadaan aparat pengawasan

intern pemerintah (APIP) perlu ditetapkan dan diberdayakan secara tepat

agar dapat berperan secara efektif. Hal lainnya yang perlu dibangun

dalam penyelenggaraan lingkungan pengendalian yang baik adalah

menciptakan hubungan kerja sama yang baik diantara instansi

pemerintah yang terkait.

Untuk membangun kondisi yang nyaman sebagaimana

disebutkan di atas, maka lingkungan pengendalian yang baik harus

memiliki kepemimpinan yang kondusif. Kepemimpinan yang kondusif

diartikan sebagai situasi dimana pemimpin selalu mengambil keputusan

dengan mendasarkan pada data hasil penilaian risiko. Berdasarkan

kepemimpinan yang kondusif inilah, maka muncul kewajiban bagi

pimpinan untuk menyelenggarakan penilaian risiko di instansinya.

176

Page 178: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Penilaian risiko dengan dua sub unsurnya, dimulai dengan

melihat kesesuaian antara tujuan kegiatan yang dilaksanakan instansi

pemerintah dengan tujuan sasarannya, serta kesesuaian dengan tujuan

strategik yang ditetapkan pemerintah. Setelah penetapan tujuan, instansi

pemerintah melakukan identifikasi risiko atas risiko intern dan ekstern

yang dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan tersebut,

kemudian menganalisis risiko yang memiliki probability kejadian dan

dampak yang sangat tinggi sampai dengan risiko yang sangat rendah.

Pernyataan penerapan tujuan instansi secara keseluruhan.

Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 124 responden

menjawab Setuju (S) atau sebesar 46,4 % dan terdapat

jawaban sebanyak 2 responden menjawab Sangat Tidak

Setuju (STS) atau sebesar 0,7 %.

Pernyataan penerapan tujuan pada tingkatan kegiatan. Pernyataan

ini didukung jawaban sebanyak 136 responden menjawab

Setuju (S) atau sebesar 50,9 % dan terdapat jawaban

sebanyak 1 responden menjawab Sangat Tidak Setuju

(STS) atau sebesar 0,4 %.

Pernyataan identifikasi resiko. Pernyataan ini didukung

jawaban sebanyak 125 responden menjawab Setuju (S)

atau sebesar 46,8 % dan terdapat jawaban sebanyak 8

responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau

sebesar 3 %.

177

Page 179: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Pernyataan analisis resiko. Pernyataan ini didukung jawaban

sebanyak 135 responden menjawab Setuju (S) atau

sebesar 50,6 % dan terdapat jawaban sebanyak 1

responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau

sebesar 0,4 %.

Pernyataan mengelola resiko selama perubahan. Pernyataan ini

didukung jawaban sebanyak 130 responden menjawab

Setuju (S) atau sebesar 48,7 % dan terdapat jawaban

sebanyak 1 responden menjawab Sangat Tidak Setuju

(STS) atau sebesar 0,4 %.

Berdasarkan hasil penilaian risiko dilakukan respon atas risiko

dan membangun kegiatan pengendalian yang tepat. Dengan kata lain,

kegiatan pengendalian dibangun dengan maksud untuk merespon risiko

yang dimiliki instansi pemerintah dan memastikan bahwa respon

tersebut efektif.

Pernyataan Review atas kinerja instansi pemerintah yang

bersangkutan. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 147

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 55,1 % dan

terdapat jawaban sebanyak 7 responden menjawab Tidak

Setuju (TS) atau sebesar 2,6 %.

Pernyataan pembinaan sumber daya manusia. Pernyataan ini

didukung jawaban sebanyak 133 responden menjawab

Sangat Setuju (SS) atau sebesar 49,8 % dan terdapat

178

Page 180: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

jawaban sebanyak 1 responden menjawab Tidak Setuju

(TS) atau sebesar 0,4 %.

Pernyataan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi.

Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 142 responden

menjawab Setuju (S) atau sebesar 53,2 % dan terdapat

jawaban sebanyak 2 responden menjawab Tidak Setuju

(TS) atau sebesar 0,7 %.

Pernyataan pengendalian fisik atas asset. Pernyataan ini

didukung jawaban sebanyak 129 responden menjawab

Setuju (S) atau sebesar

48,3 % dan terdapat jawaban sebanyak 3 responden

menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,1 %.

Pernyataan penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran

kinerja. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 138

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 51,7 % dan

terdapat jawaban sebanyak 1 responden menjawab

Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 0,4 %.

Pernyataan pemisahan fungsi. Pernyataan ini didukung

jawaban sebanyak 138 responden menjawab Setuju (S)

atau sebesar 51,7 % dan terdapat jawaban sebanyak 1

responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau

sebesar 0,4 %.

179

Page 181: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Pernyataan otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting.

Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 137 responden

menjawab Setuju (S) atau sebesar 51,3 % dan terdapat

jawaban sebanyak 2 responden menjawab Sangat Tidak

Setuju (STS) atau sebesar 0,7 %.

Pernyataan pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi

dan kejadian. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 140

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 52,4 % dan

terdapat jawaban sebanyak 1 responden menjawab

Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 0,4 %.

Pernyataan pembatasan akses atas sumber daya dan

pencatatannya. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 123

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 46,1 % dan

terdapat jawaban sebanyak 3 responden menjawab

Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 1,1 %.

Pernyataan akuntabilitas terhadap sumber daya dan

pencatatannya. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 155

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 58,1 % dan

terdapat jawaban sebanyak 1 responden menjawab

Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 0,4 %.

Pernyataan dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian

intern serta transaksi dan kejadian penting. Pernyataan ini didukung

jawaban sebanyak 138 responden menjawab Setuju (S)

180

Page 182: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

atau sebesar

51,7 % dan terdapat jawaban sebanyak 1 responden

menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 0,4 %.

Pernyataan sistem akuntansi telah dilakukan pada bidang

akuntansi. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 130

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 48,7 % dan

terdapat jawaban sebanyak 2 responden menjawab Tidak

Setuju (TS) atau sebesar 0,7 %.

Pernyataan terdapat diagram arus (flow chart) mengenai transaksi

penerimaan kas. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 142

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 53,2 % dan

terdapat jawaban sebanyak 2 responden menjawab

Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 0,7 %.

Pernyataan terdapat panduan atau pedoman mengenai

pengelolaan kas, khususnya penerimaan kas. Pernyataan ini didukung

jawaban sebanyak 137 responden menjawab Setuju (S)

atau sebesar

51,3 % dan terdapat jawaban sebanyak 1 responden

menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 0,4 %.

Pernyataan pemeriksaan intern dilakukan untuk pemeriksaan

terhadap pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dalam

perda pengelolaan keuangan daerah. Pernyataan ini didukung

jawaban sebanyak 138 responden menjawab Setuju (S)

181

Page 183: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

atau sebesar

51,7 % dan terdapat jawaban sebanyak 9 responden

menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 3,4 %.

Pernyataan diadakan pemeriksaan atas transaksi Penerimaan Kas,

Cek, Giro dan pencocokan dengan catatan yang ada oleh Bagian

Akuntansi. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 140

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 52,4 % dan

terdapat jawaban sebanyak 2 responden menjawab Tidak

Setuju (TS) atau sebesar 0,7 %.

Pernyataan diadakan rekonsiliasi catatan dengan bukti fisik kas

yang dilaksanakan bagian akuntansi sesuai dengan jumlah kas yang

diperiksa. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 139

responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 52,1 % dan

terdapat jawaban sebanyak 1 responden menjawab

Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 0,4 %. Seluruh

penyelenggaraan unsur SPIP tersebut haruslah dilaporkan dan

dikomunikasikan serta dilakukan pemantauan secara terus-menerus

guna perbaikan yang berkesinambungan.

Berdasarkan tabel 4.11 hasil penilian parameter Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah dengan jumlah total tertinggi

responden adalah sebanyak 4.079 jawaban Setuju (S) atau sebesar

50,93 %, maka bobot porsentase rata-rata pada parameter Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah ada pada Penyusunan dan penerapan

182

Page 184: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

kebijakan yang sehat Tentang pembinaan sumber daya manusia

(Lingkungan Pengendalian) dan pernyataan Penerapan tujuan pada

tingkatan kegiatan (Penilaian Resiko). Sedangkan jawaban total terendah

responden adalah sebanyak 46 jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) atau

sebesar 0,82 %.

Dengan meningkatkan pembinaan sumber daya manusia akan

sangat menguntungkan bagi organisasi, karena berinvestasi dengan

kemampuan sumber daya manusia dalam organisasi akan mengurangi

biaya dalam perekrutan sumber daya manusia yang baru dan juga

sumber daya manusia tersebut perlu penyesuaian dengan rentang waktu

tidak bisa dipastikan didalam organisasi dan beban kerjanya. Penerapan

tujuan pada tingkatan kegiatan akan mengurangi pemborosan anggaran

dimana hasil kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan jumlah

anggaran yang dikeluarkan.

Dari hasil observasi penelitian lapangan terhadap parameter

SPIP, masih terdapat penatausahaan dan pengelolaan kas di kas daerah

tidak tertib, pengelolaan kas di bendahara pengeluaran tidak sesuai

dengan ketentuan, penatausahaan persediaan tidak memadai,

penatausahaan dan pencatatan aset tetap tidak memadai, aset lainnya

pada Neraca LKPD tidak didukung dengan rincian yang memadai, utang

perhitungan fihak ketiga (PFK) tidak dapat diyakini kewajarannya,

pengelolaan utang jangka pendek lainnya tidak tertib serta

penatausahaan pendapatan asli daerah (pad) tidak tertib, sering terjadi

183

Page 185: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Penerimaan dan Pengeluaran dana tidak melalui mekanisme serta selisih

lebih perhitungan anggaran yang tidak dapat diyakini kewajarannya.

Berdasarkan hasil penilaian persepsi responden atas parameter

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, ini membuktikan bahwa

Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen Siap dalam

mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.

184

Page 186: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

BAB V

KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN KETERBATASAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bersifat eksploratif dan suatu studi kasus tunggal

yang berorientasi pada praktik. Hasil penelitian ini memberikan bukti

empiris berupa komunikasi, komitmen, sumber daya manusia,

infrastruktur, sistem informasi dan sistem pengendalian internal

pemerintah terhadap kesiapan implementasi akuntansi berbasis akuntansi

berbasis akrual di Kabupaten Waropen.

1. Komunikasi dalam implementasi akuntansi berbasis akrual di

Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen atas parameter Komunikasi

membuktikan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen Siap

dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.

2. Komitmen dalam implementasi akuntansi berbasis akrual di

Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen atas parameter Komitmen

membuktikan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen Siap

dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.

185

Page 187: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

3. Sumber Daya Manusia dalam implementasi akuntansi berbasis akrual

di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen atas parameter Sumber

Daya Manusia membuktikan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten

Waropen Siap dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.

4. Infrastruktur dalam implementasi akuntansi berbasis akrual di

Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen atas parameter Infrastruktur

membuktikan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen Siap

dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.

5. Sistem Informasi dalam implementasi akuntansi berbasis akrual di

Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen atas parameter Sistem

Informasi membuktikan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten

Waropen Siap dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.

6. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dalam implementasi

akuntansi berbasis akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen

atas parameter Sistem Pengendalian Internal Pemerintah membuktikan

bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen Siap dalam

mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.

186

Page 188: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

5.2 Rekomendasi

Penelitian ini dapat dijadikan evaluasi atas kesiapan implementasi

standar akuntansi berbasis akrual di lingkungan Pemerintah Daerah

Kabupaten Waropen. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar

implementasi SAP 2010 dapat terlaksana dengan baik yaitu :

1. Komunikasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Waropen bukan hanya berupa komunikasi lisan, namun komunikasi

harus dibuat dalam produk-produk hukum daerah, baik berupa

kebijakan akuntansi daerah, pokok-pokok pengelolaan keuangan

daerah serta sistem dan prosedur penatausahaan keuangan daerah yang

mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sesuai

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 serta disosialisasikan

produk-produk tersebut ke seluruh aparatur PNS yang ada di

Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.

2. Komitmen dalam implementasi akuntansi berbasis akrual bukan hanya

pada sebatas semboyan, namun dijabarkan dalam Standar Operasional

Prosedur (SOP) agar supaya semua aparatur didalam organisasi atau

SKPD dapat mengimplementasikannya dalam pengelolaan dan

penatausahaan keuangan daerah. Komitmen bukan hanya pada pejabat

eselon II saja, namun seluruh aparatur PNS di lingkungan Pemerintah

Daerah Kabupaten Waropen sehingga tujuan dari implementasi

akuntansi berbasis akrual dapat tercapai.

187

Page 189: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

3. Sumber Daya Manusia dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten

Waropen berpengaruh dalam penganggaran, penatausahaan keuangan

dan pembuatan laporan keuangan sehingga Pemerintah Daerah

Kabupaten Waropen wajib merekrut aparatur PNS yang berlatar

belakang pendidikan akuntansi agar di setiap SKPD dapat terpenuhi

kebutuhan akan tenaga akuntansinya atau dengan membuka kerjasama

dengan Universitas Negeri di Papua untuk dapat mendidik aparatur

PNS dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen tanpa

harus menunggu waktu untuk penerimaan CPNS. Dengan kerjasama

ini dapat menghasilkan aparatur PNS berlatar belakang akuntansi yang

berkualitas serta dapat ditempatkan sesuai dengan bidang tugasnya.

Penempatan paratur sesuai dengan bidang tugas dan latar belakang

pendidikan agar supaya dalam melakoni pekerjaannya aparatur dapat

membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

4. Infrastruktur yang ada di SKPD wilayah Ibu Kota Kabupaten sangat

mendukung, namun untuk SKPD yang jauh dari kota seperti Distrik-

Distrik belum optimal. Karena lokasinya yang jauh, maka perlu

dibangun sarana dan prasarana jalan, jembatan serta jaringan listrik

yang memadai serta akses internet agar supaya dapat terhubung

langsung dengan sistem informasi keuangan yang digunakan

Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.

188

Page 190: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

5. Sistem informasi yang digunakan Pemerintah Daerah Kabupaten

Waropen sangat mendukung implementasi akuntansi berbasis akrual

sesuai dengan PP 71 Tahun 2010. Perlu dialokasikan anggaran untuk

kegiatan pelatihan-pelatihan untuk PA, KPA, PPTK, PPK-SKPD,

Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Barang

agar supaya aparatur tersebut mahir dalam mengoperasikan sistem

informasi yang digunakan dengan intensitas pelatihan-pelatihan paling

rendah 3 kali dalam setahun sesuai dengan perubahan-perubahan

peraturan perundang-undangan tentang keuangan daerah.

6. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah sudah dijalankan pada setiap

SKPD namun perlu disediakan insentif bagi aparatur SPIP pada SKPD

agar supaya aparatur dapat termotivasi dan memegang teguh

tanggungjawabnya serta mempunyai wawasan luas tentang keuangan

daerah.

5.3 Keterbatasan

Karena penelitian ini hanya tentang persepsi dan masih bersifat

deskriptif untuk mendapatkan gambaran awal dari kondisi penerapan

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan Basis Akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen,

maka untuk riset selanjutnya sebaiknya dilanjutkan dengan melakukan uji

empirik sehingga dapat dibuktikan temuan dari data yang dikumpulkan

melalui kuesioner.

189

Page 191: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukriy. 2008. Basis Akuntansi Pemerintahan. www.syukriy.wordpress.com. Diakses 14 Februari 2015

Adventana, Gabriella Ara dan Kurniawan Ch. Heni. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemerintah Provinsi DIY dalam Implementasi SAP Berbasis Akrual Menurut PP No. 71 Tahun 2010. Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari 43-44. Yogyakarta.

Ardiansyah, 2013. Factors Affecting The Affecing The Readiness Of PP NO. 71 Tahun 2010 About Goverment Accouting Standards (Case Study on Working Unit in KPPN Malang’s Working Area).

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor publik : Suatu Pengantar. Erlangga, Jakarta.

BPS, Kabupaten Waropen. 2013. Waropen Dalam Angka. http://waropenkab.bps.go.id (diakses 11 Juli 2014)

Carlin, T. 2005. ‘Debating the Impact of Accrual Accounting and Reporting in Public Sector’, Financial Accountability & Management (vol. 21, No.3), pp.309-336.

Caccia dan Steccolini. 2006. ‘Accounting Change in Italian Local Governments: What’s Beyond Managerial Fashion?’, Critical Perspectives on Accounting (vol.17), pp. 154–174.

Christanti Dianne Natalia, 2013. Pengaruh Akuntansi Berbasis Akrual dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap kualitas Laporan Keuangan (Survey Pada Biro Keuangan Setda Pemerintah Provinsi Jawa Barat). Fakultas Ekonomi Universitas komputer Indonesia. Bandung.

Dwiyanto, A., 2006. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:Grasindo.Rosdakarya

Guthrie, J. 1998. Application of Accrual Accounting in the Australian Public Sector – Rhetoric or Reality? Financial Accountability & Management. Vol. 14, No. 1, pp.1-19.

Hasibuan, S.P., H. Malayu. 1996. Manajemen. Dasar, Pengertian dan Masalah. PT. Toko Gunung Agung, Jakarta.

Halim, Abdul dan Kusufi, Syam Muhammad. 2012. Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.

190

Page 192: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Halim, Abdul dan Kusufi, Syam Muhammad. 2014. Teori, Konsep, dan Aplikasi. Akuntansi Sektor Publik, Jakarta: Salemba Empat.

Hedi Sasrawan, 2013. Pengertian sosialisasi menurut para ahli. http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/01/diakses pada tanggal 14 Februari 2015.

Iqbal, Hasan. 2006. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta : PT Bumi Aksara

Kieso, Donald E. Dkk. Akuntansi Intermediate, Edisi Keduabelas, Jilid 1. Terjemahan oleh Emil Salim. 2008. Jakarta: Penerbit Erlangga

Kusuma, Setiatwaty Kusuma. 2013. Analisis Kesiapan Pemerintah Dalam Menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis akrual (kasus pada pemerintah kabupaten jember). Skripsi. Universitas Jember.

Krina, P, 2003. Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, transparansi & partisipasi, Sekretariat Good Public Governance Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta.

Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Cetakan Pertama. UII Press. Yogyakarta.

Mahsun, Moh & Sulistiyowati, Firma & Purwanugraha, H. A. 2011. Akuntansi Sektor Publik, Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. Badan Pengembangan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Univeritas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Mardiasmo. 2006. Perpajakan, Andi, Yogyakarta.

Mardiasmo. 2003. Manajemen Sumberdaya Manusia dalam Kinerja. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta: ANDI.

Martopo, Anshary. 2004. Peningkatan Kompetensi Menuju SDM Berkualitas, Tarsito, Bandung.

Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. 2006. Evaluasi Kinerja SDM. Refika Aditama, Bandung.

Mulyana, Budi. 2009. Penggunaan Akuntansi Akrual di Negara-Negara Lain;Tren di Negara-Negara Anggota OECD.

Maulidah R; Iswahyudi YS; Deddi N. 2007. Akuntansi Pemerintahan. Salemba Empat. Jakarta.

Mustofa, Hamim. 2007. “Basis Akuntansi Pemerintahan“ (https://abusyadza. wordpress.com/2007/01/30.htm). Diakses 14 Februari 2015.

Noerdiawan D, Iswahyudi, Maulidah. 2007. Akuntansi Pemerintahan,Jakarta,

191

Page 193: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Nasution. 2003. Metode Research : Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Parker dan Guthrie. 1993. ‘The Australian Public Sector in the 1990s: New Accountability Regimes in Motion’, Journal of International Accounting, Auditing & Taxation (vol.2, No.1), pp.59-81.

Rimaru. 2012. Pengertian Implementasi menurut beberapa ahli. (http://rimaru.web.id/pengertian-implementasi-menurut-beberapa-ahli). Diakses 14 Februari 2015.

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005. Sistem Informasi Keuangan Daerah. Tambahan Lembaran Negara Raepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138.

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Standar Akuntansi Pemerintahan.

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah.

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Standar Akuntansi Pemerintahan.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004. Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002. Tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Teluk Wondama di Propinsi Papua. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4245.

Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011, Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310.

192

Page 194: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013, Tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310.

Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 17 tahun 2003, Tentang Keuangan Negara. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286.

Republik Indonesia. Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Republik Indonesia. Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005 tentang tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen.

Ruben, Brent D,Stewart, Lea P, 2005, Communication and Human Behaviour,USA:Alyn and Bacon.

Simanjuntak, Binsar. 2010. Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Sektor Pemerintahan di Indonesia. Makalah ini disampaikan dalam Kongres XI Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, 9 Desember.

Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Setyaningsih, Titik. 2013. Studi Eksplorasi Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah Daerah dan Anggota DPRD terhadap Standar Akuntansi Berbasis Akrual (Kasus di Pemerintah Kota Surakarta). Simposium Nasional Akuntansi XVI. Manado.

Sudjana, 2001. Metode Statistika, Edisi Revisi, Cet. 6, Bandung: Tarsito.

Sendjaja,Sasa Djuarsa,1994,Pengantar Komunikasi,Jakarta:Universitas Terbuka.

Thoha, Miftah. 2005. Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia. Kencana, Jakarta.

Tanjung,Abdul Hafiz. 2012. Akuntansi Pemerintahan Daerah Berbasis Akrual; Pendekatan Teknis Sesuai PP No. 71/2010, Bandung, Alfabeta.

Widjajarso, Bambang. 2008. Penerapan Basis Akrual Pada Akuntansi Pemerintah Indonesia : Sebuah Kajian Pendahuluan.

Windiastuti, Ruri. 2013. Pengaruh Sumber Daya Manusia Bidang Akuntansi Dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah Kota Bandung). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Bandung.

193

Page 195: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Lampiran 1 Daftar Pernyataan (Kuesioner)

Kepada :

Yth. Bapak/Ibu/Sdr/Sdri.

Pegawai Pemerintah Kabupaten Waropen

di -

T E M P A T

Dengan hormat,

Dalam rangka penyusunan Tesis guna memenuhi syarat menyelesaikan studi program S2 Magister Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih Papua, peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri untuk memberikan informasi mengenai Kesiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual di Kabupaten Waropen dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia dalam kuisioner penelitian ini.

Peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan dan kerjasama Bapak/Ibu/Sdr/Sdri yang berkenan meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner ini.

Hormat saya,

Peneliti

194

Page 196: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Petunjuk Pengisian

Nama Responden : ......................................................... (boleh tidak diisi)

Nama Instansi : .......................................................................................

Latar Pendidikan : .......................................................................................

Jabatan Responden : .......................................................................................

Lama Menjabat : .......................................................................................

Tanggal Pengisian : .......................................................................................

Kursus/Diklat/Bimtek di bidang akuntansi, keuangan dan penyusunan anggaran yang telah Bapak/Ibu ikuti :

Tidak Pernah

Minim Sekali

Sering

Berilah tanda Check List ( √ ) pada jawaban yang sesuai.

Keterangan :

1. STS : Sangat Tidak Setuju2. TS : Tidak Setuju3. RR : Ragu-Ragu4. S : Setuju5. SS : Sangat Setuju

195

Page 197: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

I. Parameter Komunikasi

No

Parameter untuk Komunikasi terhadap Kesiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual

Alternatif Jawaban

SS S RR TS STS

1 Kebijakan dan prosedur akuntansi SAP berbasis akrual disosialisasikan kepada seluruh pegawai.

2 Pimpinan memberikan instruksi yang jelas pada keputusan dan pekerjaan.

3 Pimpinan mengevaluasi kinerja pegawai setiap bulan.4 Pelaksanaan laporan pekerjaan dilakukan dengan

benar dan tepat waktu.5 Organisasi menyediakan sarana kotak saran atau

prosedur keluhan pegawai.6 Rapat koordinasi dilaksanakan setiap bulan.7 Terjalin group informal di dalam organisasi.8 Pihak eksternal dapat memperoleh semua informasi

dari situs resmi organisasi.9 Terdapat layanan customer service di kantor yang

dapat memberikan informasi kepada pihak eksternal.

196

Page 198: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

II. Parameter Komitmen

No

Parameter untuk Komitmen terhadapKesiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual

Alternatif Jawaban

SS S RR TS STS

1 Saya berkomitmen untuk implementasi (pelaksanaan) akuntansi berbasis akrual.

2 Saya berkomitmen dalam layanan publik dengan peningkatan melalui implementasi akuntansi berbasis akrual.

3 Saya berkomitmen dalam pelaksanaan administrasi publik dengan implementasi akuntansi berbasis akrual dalam dalam bentuk peraturan perundangan dan maupun peraturan pendukung lainnya.

4 Organisasi mempunyai komitmen yang tinggi dalam implementasi (pelaksanaan) akuntansi berbasis akrual.

5 Pemerintah daerah bertanggung jawab moral, terhadap implementasi akuntansi berbasis akrual dalam menunjang optimasi kinerja pemerintah.

6 Pemerintah daerah memiliki inovasi dan obyektif untuk SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan.

7 Pemerintah daerah berkomitmen dan integritas pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.

8 Pemerintah daerah untuk mempunyai prinsip transparan dalam mendiskusikan permasalahan pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.

9 Pemerintah daerah mempunyai keinginan dan kemauan untuk mencapai hasil kerja yang baik dengan pembangunan SAP berbasis akrual sebagai sarana mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.

10 Pemerintah daerah mempunyai strategi pendekatan yang humanis transparan, demokratis, dan akuntable dalam pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.

11 Pemerintah daerah mempunyai motivasi untuk mencapai hasil kerja yang baik dengan pembangunan SAPberbasis akrual sebagai sarana mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.

197

Page 199: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

III. Parameter Sumber Daya Manusia

NoParameter untuk Sumber Daya Manusia

terhadap Kesiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual

Alternatif Jawaban

SS S RR TS STS

1 Bagian akuntansi memiliki staf yang berkualifikasi dalam jumlah yang cukup.

2 Penempatan pegawai didukung oleh latar belakang pendidikan yang sesuai.

3 Perubahan dalam proses penyusunan laporan keuangan sesuai SAP berbasis akrual menuntut kesiapan saya.

4 Isi dari SAP berbasis akrual sudah saya mengerti dan pahami.

5 Terdapat pedoman mengenai prosedur dan proses akuntansi sesuai SAP berbasis akrual.

6 Bagian akuntansi memiliki uraian peran dan fungsi yang jelas.

7 Uraian tugas saya sesuai dengan fungsi akuntansi yang sesungguhnya.

8 Organisasi memberikan pelatihan-pelatihan untuk membantu penugasan dan pengembangan keahlian.

9 Organisasi memberikan jenjang karir kepada seluruh pegawai.

10 Penganggaran dana dilakukan untuk memperoleh sumber daya, peralatan, dan pelatihan yang dibutuhkan.

11 Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas.

12 Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas.

13 Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi asset tetap.

14 Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi selain kas.

15 Saya memahami sistem pencatatan double entry.16 Saya memahami prosedur yang harus dilakukan

untuk menjembatani kas basis ke akrual basis.

198

Page 200: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

IV. Parameter Infrastruktur

NoParameter Infrastruktur terhadap Kesiapan Implementasi Akuntansi

Berbasis Akrual

Alternatif Jawaban

SS S RR TS STS

1 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan sarana ruangan yang memadai khususnya untuk operasi perangkat SAP.

2 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana prasarana perangkat lunak yang memadai khususnya untuk operasi SAP.

3 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana prasarana basis data pendukung operasionalisasi yang berkesinambungan khususnya untuk operasi SAP.

4 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana administrasi yang memadai khususnya untuk operasi SAP.

5 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan anggaran yang memadai khususnya untuk operasi SAP.

6 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sumberdaya manusia berkualitas yang memadai khususnya untuk operasi SAP.

199

Page 201: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

V. Parameter Sistem Informasi

NoParameter Sistem Informasi terhadap

Kesiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual

Alternatif Jawaban

SS S RR TS STS

1 Bagian akuntansi memiliki komputer yang cukup untuk melaksanakan tugas.

2 Pengolahan data transaksi keuangan menggunakan software yang mendukung pekerjaan.

3 Jaringan internet telah terpasang di unit kerja anda dan dimanfaatkan sebagai penghubung antar unit kerja dalam pengiriman data dan informasi yang dibutuhkan.

4 Proses akuntansi sejak awal transaksi hingga pembuatan laporan keuangan dilakukan secara komputerisasi.

5 Laporan akuntansi dan manajerial dihasilkan dari sistem informasi yang terintegrasi.

6 Jadwal pemeliharaan peralatan dilakukan secara teratur.

7 Peralatan yang usang/rusak didata dan diperbaiki tepat pada waktunya.

8 Tersedia Pedoman Penatausahaan Keuangan Daerah untuk Sistem Informasi dan Manejemen Keuangan Daerah.

9 Bagian akuntansi memperoleh pendampingan dalam operasionalisasi pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP

10 Satuan Kerja Perangkat Daerah didukung oleh pelatihan peningkatan kualitas pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP

200

Page 202: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

VI. Parameter SPIP

NoParameter SPIP terhadap

Kesiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual

Alternatif Jawaban

SS S RR TS STS

Lingkungan Pengendalian1 Penekanan integritas dan nilai etika2 Komitmen terhadap kompetensi3 Kepemimpinan yang kondusif4 Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan

kebutuhan5 Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat6 Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat Tentang

pembinaan sumber daya manusia7 Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang

efektif8 Hubungan kerja yang baik dengan Instansi pemerintah terkait

Penilaian Resiko9 Penerapan tujuan instansi secara keseluruhan10 Penerapan tujuan pada tingkatan kegiatan11 Identifikasi resiko12 Analisis risiko13 Mengelola risiko selama perubahan

Kegiatan Pengendalian14 Review atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan15 Pembinaan sumber daya manusia16 Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi17 Pengendalian fisik atas asset18 Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja19 Pemisahan fungsi20 Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting21 Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan

kejadian22 Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya23 Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya24 Dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta

transaksi dan kejadian pentingInformasi dan Komunikasi25 Sistem akuntansi telah dilakukan pada bidang akuntansi26 Terdapat diagram arus (flow chart) mengenai transaksi

penerimaan kas27 Terdapat panduan atau pedoman mengenai pengelolaan kas,

khususnya penerimaan kas.Pemantauan28 Pemeriksaan intern dilakukan untuk pemeriksaan terhadap

pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dalam perda pengelolaan keuangan daerah.

29 Diadakan pemeriksaan atas transaksi Penerimaan Kas, Cek, Giro dan pencocokan dengan catatan yang ada oleh Bagian Akuntansi

30 Diadakan rekonsiliasi catatan dengan bukti fisik kas yang dilaksanakan bagian akuntansi sesuai dengan jumlah kas yang diperiksa

201

Page 203: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)

I. Jadwal Wawancaraa. Tanggal / Hari : .......................................................................................b. Waktu mulai : .......................................................................................c. Waktu selesai : .......................................................................................

II. Identitas Informana. Nama : .......................................................... (boleh tidak diisi)b. Jenis Kelamin : .......................................................................................c. Usia : .......................................................................................d. Pendidikan : .......................................................................................e. Jabatan /pangkat : .......................................................................................

1. Seperti apa komunikasi yang dilakukan dalam kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual?

2. Siapa dan bagaimana komitmen dalam kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual?

3. Bagaimana sumber daya manusia di bidang atau bagian pada organisasi Bapak/Ibu dalam kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual?

4. Apakah infrastruktur seperti bangunan/gedung, sistem jaringan yang terkomputerisasi, peralatan komputer dalam organisasi mendukung kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual?

5. Bagaimana dukungan sistem informasi yang digunakan dalam implementasi akuntansi berbasis akrual?

6. Seperti apa Sistem Pengendalian Internal di organisasi Bapak/Ibu dalam kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual?

202

Page 204: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Lampiran 3 Hasil Penilaian Parameter Komunikasi

FrequenciesStatistics

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9N Valid 267 267 267 267 267 267 267 267 267

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0Mean 4,3371 4,4607 4,3783 4,3558 4,0487 4,2772 3,8052 3,9251 3,9251Std. Error of Mean ,04830 ,03759 ,03841 ,04097 ,05258 ,05138 ,05979 ,05963 ,05547Median 4,0000 5,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000Mode 5,00 5,00 4,00 5,00 4,00 5,00 4,00 4,00 4,00Std. Deviation ,78917 ,61417 ,62766 ,66941 ,85920 ,83955 ,97694 ,97430 ,90633Variance ,623 ,377 ,394 ,448 ,738 ,705 ,954 ,949 ,821Kurtosis 3,188 5,793 ,924 ,073 ,926 1,905 ,250 ,649 ,946Std. Error of Kurtosis

,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297

Range 4,00 4,00 3,00 3,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00Minimum 1,00 1,00 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00Maximum 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00Sum 1158,00 1191,00 1169,00 1163,00 1081,00 1142,00 1016,00 1048,00 1048,00

Frequency Table

P1

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7

2,00 11 4,1 4,1 4,93,00 8 3,0 3,0 7,94,00 120 44,9 44,9 52,85,00 126 47,2 47,2 100,0Total 267 100,0 100,0

P2

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7

3,00 5 1,9 1,9 2,64,00 126 47,2 47,2 49,85,00 134 50,2 50,2 100,0Total 267 100,0 100,0

P3

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 3 1,1 1,1 1,1

3,00 12 4,5 4,5 5,64,00 133 49,8 49,8 55,45,00 119 44,6 44,6 100,0Total 267 100,0 100,0

203

Page 205: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

P4

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 2 ,7 ,7 ,7

3,00 23 8,6 8,6 9,44,00 120 44,9 44,9 54,35,00 122 45,7 45,7 100,0Total 267 100,0 100,0

P5

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7

2,00 16 6,0 6,0 6,73,00 32 12,0 12,0 18,74,00 134 50,2 50,2 68,95,00 83 31,1 31,1 100,0Total 267 100,0 100,0

P6

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7

2,00 12 4,5 4,5 5,23,00 19 7,1 7,1 12,44,00 111 41,6 41,6 53,95,00 123 46,1 46,1 100,0Total 267 100,0 100,0

P7

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 6 2,2 2,2 2,2

2,00 24 9,0 9,0 11,23,00 50 18,7 18,7 30,04,00 123 46,1 46,1 76,05,00 64 24,0 24,0 100,0Total 267 100,0 100,0

P8

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 7 2,6 2,6 2,6

2,00 15 5,6 5,6 8,23,00 50 18,7 18,7 27,04,00 114 42,7 42,7 69,75,00 81 30,3 30,3 100,0Total 267 100,0 100,0

204

Page 206: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

P9

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 5 1,9 1,9 1,9

2,00 15 5,6 5,6 7,53,00 45 16,9 16,9 24,34,00 132 49,4 49,4 73,85,00 70 26,2 26,2 100,0Total 267 100,0 100,0

205

Page 207: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Lampiran 4 Hasil Penilaian Parameter Komitmen

Frequencies

StatisticsP1 P2 P3 P4 P5 P6 P7

N Valid 267 267 267 267 267 267 267Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean 4,3408 4,1910 4,1873 4,2060 4,4195 4,2996 4,3258Std. Error of Mean ,03899 ,04332 ,03982 ,04001 ,03882 ,03753 ,03727Median 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000Mode 4,00 4,00 4,00 4,00 5,00 4,00 4,00Std. Deviation ,63715 ,70779 ,65073 ,65371 ,63429 ,61323 ,60899Variance ,406 ,501 ,423 ,427 ,402 ,376 ,371Kurtosis ,735 1,310 ,723 -,003 2,100 -,107 -,644Std. Error of Kurtosis ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297Range 3,00 3,00 3,00 3,00 4,00 3,00 2,00Minimum 2,00 2,00 2,00 2,00 1,00 2,00 3,00Maximum 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00Sum 1159,00 1119,00 1118,00 1123,00 1180,00 1148,00 1155,00

P8 P9 P10 P11267 267 267 267

0 0 0 04,2884 4,3146 4,3146 4,3146,03950 ,03892 ,03928 ,037824,0000 4,0000 4,0000 4,0000

4,00 4,00 4,00 4,00,64538 ,63593 ,64182 ,61794

,417 ,404 ,412 ,382-,707 -,682 1,077 ,382,297 ,297 ,297 ,2972,00 2,00 3,00 3,003,00 3,00 2,00 2,005,00 5,00 5,00 5,00

1145,00 1152,00 1152,00 1152,00

Frequency Table

P1

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 3 1,1 1,1 1,1

3,00 15 5,6 5,6 6,74,00 137 51,3 51,3 58,15,00 112 41,9 41,9 100,0Total 267 100,0 100,0

206

Page 208: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

P2

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 9 3,4 3,4 3,4

3,00 19 7,1 7,1 10,54,00 151 56,6 56,6 67,05,00 88 33,0 33,0 100,0Total 267 100,0 100,0

P3

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 4 1,5 1,5 1,5

3,00 24 9,0 9,0 10,54,00 157 58,8 58,8 69,35,00 82 30,7 30,7 100,0Total 267 100,0 100,0

P4

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 2 ,7 ,7 ,7

3,00 29 10,9 10,9 11,64,00 148 55,4 55,4 67,05,00 88 33,0 33,0 100,0Total 267 100,0 100,0

P5

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4

3,00 15 5,6 5,6 6,04,00 121 45,3 45,3 51,35,00 130 48,7 48,7 100,0Total 267 100,0 100,0

P6

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 1 ,4 ,4 ,4

3,00 19 7,1 7,1 7,54,00 146 54,7 54,7 62,25,00 101 37,8 37,8 100,0Total 267 100,0 100,0

207

Page 209: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

P7

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 3,00 20 7,5 7,5 7,5

4,00 140 52,4 52,4 59,95,00 107 40,1 40,1 100,0Total 267 100,0 100,0

P8

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 3,00 28 10,5 10,5 10,5

4,00 134 50,2 50,2 60,75,00 105 39,3 39,3 100,0Total 267 100,0 100,0

P9

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 3,00 25 9,4 9,4 9,4

4,00 133 49,8 49,8 59,25,00 109 40,8 40,8 100,0Total 267 100,0 100,0

P10

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 4 1,5 1,5 1,5

3,00 14 5,2 5,2 6,74,00 143 53,6 53,6 60,35,00 106 39,7 39,7 100,0Total 267 100,0 100,0

P11

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 2 ,7 ,7 ,7

3,00 16 6,0 6,0 6,74,00 145 54,3 54,3 61,05,00 104 39,0 39,0 100,0Total 267 100,0 100,0

208

Page 210: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Lampiran 5 Hasil Penilaian Parameter Sumber Daya Manusia

Frequencies

Statistics

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8N Valid 267 267 267 267 267 267 267 267

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0Mean 4,0637 4,1124 4,0412 3,5805 3,9663 4,1760 3,8727 4,1910Std. Error of Mean ,06389 ,06463 ,05844 ,05921 ,05549 ,04932 ,05637 ,05505Median 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000Mode 5,00 5,00 4,00 3,00 4,00 4,00 4,00 4,00Std. Deviation 1,04399 1,05601 ,95490 ,96755 ,90673 ,80582 ,92108 ,89958Variance 1,090 1,115 ,912 ,936 ,822 ,649 ,848 ,809Kurtosis ,606 ,577 2,386 ,580 2,243 4,733 1,572 2,833Std. Error of Kurtosis ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297Range 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00Minimum 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00Maximum 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00Sum 1085,00 1098,00 1079,00 956,00 1059,00 1115,00 1034,00 1119,00

P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16267 267 267 267 267 267 267 267

0 0 0 0 0 0 0 03,9925 4,0375 3,7715 3,7865 3,7491 3,7228 3,5918 3,7116,06120 ,05760 ,05802 ,05823 ,05742 ,05758 ,06240 ,057254,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000

4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 3,00 4,00,99997 ,94117 ,94802 ,95152 ,93830 ,94091 1,01955 ,93550

1,000 ,886 ,899 ,905 ,880 ,885 1,039 ,8751,183 1,666 1,318 1,366 1,273 1,152 ,562 ,960

,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,2974,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,001,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,005,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00

1066,00 1078,00 1007,00 1011,00 1001,00 994,00 959,00 991,00

Frequency Table

P1

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 7 2,6 2,6 2,6

2,00 21 7,9 7,9 10,53,00 32 12,0 12,0 22,54,00 95 35,6 35,6 58,15,00 112 41,9 41,9 100,0Total 267 100,0 100,0

209

Page 211: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

P2

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 7 2,6 2,6 2,6

2,00 19 7,1 7,1 9,73,00 36 13,5 13,5 23,24,00 80 30,0 30,0 53,25,00 125 46,8 46,8 100,0Total 267 100,0 100,0

P3

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 10 3,7 3,7 3,7

2,00 13 4,9 4,9 8,63,00 17 6,4 6,4 15,04,00 143 53,6 53,6 68,55,00 84 31,5 31,5 100,0Total 267 100,0 100,0

P4

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 13 4,9 4,9 4,9

2,00 8 3,0 3,0 7,93,00 102 38,2 38,2 46,14,00 99 37,1 37,1 83,15,00 45 16,9 16,9 100,0Total 267 100,0 100,0

P5

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 9 3,4 3,4 3,4

2,00 8 3,0 3,0 6,43,00 36 13,5 13,5 19,94,00 144 53,9 53,9 73,85,00 70 26,2 26,2 100,0Total 267 100,0 100,0

P6

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 7 2,6 2,6 2,6

2,00 3 1,1 1,1 3,73,00 16 6,0 6,0 9,74,00 151 56,6 56,6 66,35,00 90 33,7 33,7 100,0Total 267 100,0 100,0

210

Page 212: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

P7

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 9 3,4 3,4 3,4

2,00 10 3,7 3,7 7,13,00 48 18,0 18,0 25,14,00 139 52,1 52,1 77,25,00 61 22,8 22,8 100,0Total 267 100,0 100,0

P8

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 7 2,6 2,6 2,6

2,00 8 3,0 3,0 5,63,00 21 7,9 7,9 13,54,00 122 45,7 45,7 59,25,00 109 40,8 40,8 100,0Total 267 100,0 100,0

P9

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 9 3,4 3,4 3,4

2,00 16 6,0 6,0 9,43,00 32 12,0 12,0 21,34,00 121 45,3 45,3 66,75,00 89 33,3 33,3 100,0Total 267 100,0 100,0

P10

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 7 2,6 2,6 2,6

2,00 15 5,6 5,6 8,23,00 26 9,7 9,7 18,04,00 132 49,4 49,4 67,45,00 87 32,6 32,6 100,0Total 267 100,0 100,0

P11

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 12 4,5 4,5 4,5

2,00 6 2,2 2,2 6,73,00 67 25,1 25,1 31,84,00 128 47,9 47,9 79,85,00 54 20,2 20,2 100,0Total 267 100,0 100,0

211

Page 213: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

P12

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 12 4,5 4,5 4,5

2,00 7 2,6 2,6 7,13,00 62 23,2 23,2 30,34,00 131 49,1 49,1 79,45,00 55 20,6 20,6 100,0Total 267 100,0 100,0

P13

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 12 4,5 4,5 4,5

2,00 3 1,1 1,1 5,63,00 78 29,2 29,2 34,84,00 121 45,3 45,3 80,15,00 53 19,9 19,9 100,0Total 267 100,0 100,0

P14

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 12 4,5 4,5 4,5

2,00 4 1,5 1,5 6,03,00 81 30,3 30,3 36,34,00 119 44,6 44,6 80,95,00 51 19,1 19,1 100,0Total 267 100,0 100,0

P15

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 17 6,4 6,4 6,4

2,00 5 1,9 1,9 8,23,00 98 36,7 36,7 44,94,00 97 36,3 36,3 81,35,00 50 18,7 18,7 100,0Total 267 100,0 100,0

P16

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 11 4,1 4,1 4,1

2,00 4 1,5 1,5 5,63,00 88 33,0 33,0 38,64,00 112 41,9 41,9 80,55,00 52 19,5 19,5 100,0Total 267 100,0 100,0

212

Page 214: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Lampiran 6 Hasil Penilaian Parameter Infratsuktur

Frequencies

Statistics

P1 P2 P3 P4 P5 P6N Valid 267 267 267 267 267 267

Missing 0 0 0 0 0 0Mean 4,3071 4,3521 4,2360 4,3071 4,2472 4,3521Std. Error of Mean ,04192 ,03694 ,03974 ,03615 ,03966 ,03952Median 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000Mode 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00Std. Deviation ,68501 ,60358 ,64928 ,59071 ,64797 ,64571Variance ,469 ,364 ,422 ,349 ,420 ,417Kurtosis ,537 ,526 ,820 ,007 ,466 ,676Std. Error of Kurtosis ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297Range 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00Minimum 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00Maximum 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00Sum 1150,00 1162,00 1131,00 1150,00 1134,00 1162,00

Frequency Table

P1

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 4 1,5 1,5 1,5

3,00 22 8,2 8,2 9,74,00 129 48,3 48,3 58,15,00 112 41,9 41,9 100,0Total 267 100,0 100,0

P2

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 2 ,7 ,7 ,7

3,00 12 4,5 4,5 5,24,00 143 53,6 53,6 58,85,00 110 41,2 41,2 100,0Total 267 100,0 100,0

P3

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 4 1,5 1,5 1,5

3,00 20 7,5 7,5 9,04,00 152 56,9 56,9 65,95,00 91 34,1 34,1 100,0

213

Page 215: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Total 267 100,0 100,0

P4

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 1 ,4 ,4 ,4

3,00 15 5,6 5,6 6,04,00 152 56,9 56,9 62,95,00 99 37,1 37,1 100,0Total 267 100,0 100,0

P5

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 3 1,1 1,1 1,1

3,00 22 8,2 8,2 9,44,00 148 55,4 55,4 64,85,00 94 35,2 35,2 100,0Total 267 100,0 100,0

P6

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 3 1,1 1,1 1,1

3,00 16 6,0 6,0 7,14,00 132 49,4 49,4 56,65,00 116 43,4 43,4 100,0Total 267 100,0 100,0

214

Page 216: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Lampiran 7 Hasil Penilaian Parameter Sistem Informasi

Frequencies

Statistics

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10N Valid 267 267 267 267 267 267 267 267 267 267

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Mean 4,3034 4,4345 3,9888 4,2622 4,2172 3,8914 3,6929 4,2996 4,2322 4,2734Std. Error of Mean ,04602 ,03630 ,06785 ,04466 ,04268 ,05860 ,06948 ,03972 ,04497 ,04094Median 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000Mode 4,00 4,00 5,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00Std. Deviation ,75201 ,59320 1,10869 ,72973 ,69747 ,95746 1,13525 ,64897 ,73475 ,66897Variance ,566 ,352 1,229 ,533 ,486 ,917 1,289 ,421 ,540 ,448Kurtosis 2,503 ,748 ,440 1,464 3,215 1,647 -,250 1,364 1,338 ,638Std. Error of Kurtosis ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297Range 4,00 3,00 4,00 3,00 4,00 4,00 4,00 3,00 4,00 3,00Minimum 1,00 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 2,00Maximum 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00Sum 1149,00 1184,00 1065,00 1138,00 1126,00 1039,00 986,00 1148,00 1130,00 1141,00

Frequency TableP1

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4

2,00 10 3,7 3,7 4,13,00 11 4,1 4,1 8,24,00 130 48,7 48,7 56,95,00 115 43,1 43,1 100,0Total 267 100,0 100,0

P2

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 2 ,7 ,7 ,7

3,00 8 3,0 3,0 3,74,00 129 48,3 48,3 52,15,00 128 47,9 47,9 100,0Total 267 100,0 100,0

P3

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 11 4,1 4,1 4,1

2,00 22 8,2 8,2 12,43,00 33 12,4 12,4 24,74,00 94 35,2 35,2 59,95,00 107 40,1 40,1 100,0Total 267 100,0 100,0

215

Page 217: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

P4

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 10 3,7 3,7 3,7

3,00 15 5,6 5,6 9,44,00 137 51,3 51,3 60,75,00 105 39,3 39,3 100,0Total 267 100,0 100,0

P5

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7

2,00 4 1,5 1,5 2,23,00 18 6,7 6,7 9,04,00 153 57,3 57,3 66,35,00 90 33,7 33,7 100,0Total 267 100,0 100,0

P6

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 11 4,1 4,1 4,1

2,00 10 3,7 3,7 7,93,00 42 15,7 15,7 23,64,00 138 51,7 51,7 75,35,00 66 24,7 24,7 100,0Total 267 100,0 100,0

P7

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 14 5,2 5,2 5,2

2,00 30 11,2 11,2 16,53,00 51 19,1 19,1 35,64,00 101 37,8 37,8 73,45,00 71 26,6 26,6 100,0Total 267 100,0 100,0

P8

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 5 1,9 1,9 1,9

3,00 13 4,9 4,9 6,74,00 146 54,7 54,7 61,45,00 103 38,6 38,6 100,0Total 267 100,0 100,0

216

Page 218: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

P9

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4

2,00 5 1,9 1,9 2,23,00 27 10,1 10,1 12,44,00 132 49,4 49,4 61,85,00 102 38,2 38,2 100,0Total 267 100,0 100,0

P10

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 4 1,5 1,5 1,5

3,00 21 7,9 7,9 9,44,00 140 52,4 52,4 61,85,00 102 38,2 38,2 100,0Total 267 100,0 100,0

217

Page 219: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Lampiran 8 Hasil Penilaian Parameter SPIP

Frequencies

Statistics

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8

N Valid 267 267 267 267 267 267 267 267

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 4,2172 4,2022 4,2285 4,3071 4,2547 4,2172 4,1536 4,3708

Std. Error of Mean ,05137 ,03990 ,04762 ,04158 ,04606 ,04737 ,04483 ,03758

Median 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000

Mode 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00

Std. Deviation ,83935 ,65200 ,77814 ,67950 ,75264 ,77411 ,73245 ,61403

Variance ,705 ,425 ,606 ,462 ,566 ,599 ,536 ,377

Kurtosis 4,119 1,087 2,274 2,429 3,010 3,300 ,893 -,088

Std. Error of Kurtosis ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297

Range 4,00 3,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 3,00

Minimum 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00

Maximum 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00

Sum 1126,00 1122,00 1129,00 1150,00 1136,00 1126,00 1109,00 1167,00

218

Page 220: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17

267 267 267 267 267 267 267 267 267

0 0 0 0 0 0 0 0 0

4,1273 4,1199 3,9625 3,9925 4,0262 4,2509 4,4419 4,2734 4,2285

,04888 ,04778 ,05833 ,05145 ,04961 ,04182 ,03712 ,03954 ,04328

4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000

4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 5,00 4,00 4,00

,79866 ,78080 ,95308 ,84066 ,81068 ,68328 ,60651 ,64610 ,70728

,638 ,610 ,908 ,707 ,657 ,467 ,368 ,417 ,500

,908 ,920 1,267 ,418 ,311 1,376 ,070 ,112 -,152

,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297

4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 3,00 3,00 3,00 3,00

1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 2,00 2,00 2,00

5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00

1102,001100,0

01058,0

01066,0

01075,0

01135,0

01186,0

01141,0

01129,00

P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26

267 267 267 267 267 267 267 267 267

0 0 0 0 0 0 0 0 0

4,1685 4,1835 4,0712 4,2921 3,9326 4,1573 4,1498 4,1685 4,0449

,04367 ,04440 ,05001 ,04131 ,05871 ,04202 ,04893 ,04367 ,04679

4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000

4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00

,71350 ,72550 ,81722 ,67505 ,95930 ,68659 ,79945 ,71350 ,76449

,509 ,526 ,668 ,456 ,920 ,471 ,639 ,509 ,584

,774 1,095 1,168 2,111 ,209 1,722 1,857 -,534 1,173

,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297

4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 3,00 4,00

1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00

5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00

219

Page 221: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

1113,001117,0

01087,0

01146,0

01050,0

01110,0

01108,0

01113,0

01080,00

P27 P28 P29 P30

267 267 267 267

0 0 0 0

4,2509 4,2322 4,3258 4,2397

,04379 ,04465 ,03839 ,04513

4,0000 4,0000 4,0000 4,0000

4,00 4,00 4,00 4,00

,71553 ,72962 ,62724 ,73745

,512 ,532 ,393 ,544

1,757 1,100 ,318 2,013

,297 ,297 ,297 ,297

4,00 3,00 3,00 4,00

1,00 2,00 2,00 1,00

5,00 5,00 5,00 5,00

1135,00

1130,00 1155,00 1132,00

Frequency Table

P1

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 7 2,6 2,6 2,6

2,00 4 1,5 1,5 4,13,00 17 6,4 6,4 10,54,00 135 50,6 50,6 61,05,00 104 39,0 39,0 100,0Total 267 100,0 100,0

P2

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 5 1,9 1,9 1,9

3,00 20 7,5 7,5 9,44,00 158 59,2 59,2 68,5

220

Page 222: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

5,00 84 31,5 31,5 100,0Total 267 100,0 100,0

P3

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 3 1,1 1,1 1,1

2,00 3 1,1 1,1 2,23,00 30 11,2 11,2 13,54,00 125 46,8 46,8 60,35,00 106 39,7 39,7 100,0Total 267 100,0 100,0

P4

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4

2,00 4 1,5 1,5 1,93,00 15 5,6 5,6 7,54,00 139 52,1 52,1 59,65,00 108 40,4 40,4 100,0Total 267 100,0 100,0

P5

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 3 1,1 1,1 1,1

2,00 3 1,1 1,1 2,23,00 23 8,6 8,6 10,94,00 132 49,4 49,4 60,35,00 106 39,7 39,7 100,0Total 267 100,0 100,0

P6

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 4 1,5 1,5 1,5

2,00 3 1,1 1,1 2,63,00 24 9,0 9,0 11,64,00 136 50,9 50,9 62,55,00 100 37,5 37,5 100,0Total 267 100,0 100,0

P7

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4

2,00 4 1,5 1,5 1,93,00 36 13,5 13,5 15,44,00 138 51,7 51,7 67,0

221

Page 223: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

5,00 88 33,0 33,0 100,0Total 267 100,0 100,0

P8

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 1 ,4 ,4 ,4

3,00 16 6,0 6,0 6,44,00 133 49,8 49,8 56,25,00 117 43,8 43,8 100,0Total 267 100,0 100,0

P9

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7

2,00 5 1,9 1,9 2,63,00 43 16,1 16,1 18,74,00 124 46,4 46,4 65,25,00 93 34,8 34,8 100,0Total 267 100,0 100,0

P10

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4

2,00 9 3,4 3,4 3,73,00 34 12,7 12,7 16,54,00 136 50,9 50,9 67,45,00 87 32,6 32,6 100,0Total 267 100,0 100,0

P11

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 8 3,0 3,0 3,0

2,00 12 4,5 4,5 7,53,00 42 15,7 15,7 23,24,00 125 46,8 46,8 70,05,00 80 30,0 30,0 100,0Total 267 100,0 100,0

P12

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4

2,00 16 6,0 6,0 6,43,00 41 15,4 15,4 21,74,00 135 50,6 50,6 72,35,00 74 27,7 27,7 100,0

222

Page 224: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Total 267 100,0 100,0

P13

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4

2,00 10 3,7 3,7 4,13,00 48 18,0 18,0 22,14,00 130 48,7 48,7 70,85,00 78 29,2 29,2 100,0Total 267 100,0 100,0

P14

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 7 2,6 2,6 2,6

3,00 16 6,0 6,0 8,64,00 147 55,1 55,1 63,75,00 97 36,3 36,3 100,0Total 267 100,0 100,0

P15

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 1 ,4 ,4 ,4

3,00 13 4,9 4,9 5,24,00 120 44,9 44,9 50,25,00 133 49,8 49,8 100,0Total 267 100,0 100,0

P16

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 2 ,7 ,7 ,7

3,00 23 8,6 8,6 9,44,00 142 53,2 53,2 62,55,00 100 37,5 37,5 100,0Total 267 100,0 100,0

P17

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 3 1,1 1,1 1,1

3,00 34 12,7 12,7 13,94,00 129 48,3 48,3 62,25,00 101 37,8 37,8 100,0Total 267 100,0 100,0

223

Page 225: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

P18

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4

2,00 2 ,7 ,7 1,13,00 37 13,9 13,9 15,04,00 138 51,7 51,7 66,75,00 89 33,3 33,3 100,0Total 267 100,0 100,0

P19

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4

2,00 4 1,5 1,5 1,93,00 32 12,0 12,0 13,94,00 138 51,7 51,7 65,55,00 92 34,5 34,5 100,0Total 267 100,0 100,0

P20

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7

2,00 11 4,1 4,1 4,93,00 35 13,1 13,1 18,04,00 137 51,3 51,3 69,35,00 82 30,7 30,7 100,0Total 267 100,0 100,0

P21

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4

2,00 3 1,1 1,1 1,53,00 18 6,7 6,7 8,24,00 140 52,4 52,4 60,75,00 105 39,3 39,3 100,0Total 267 100,0 100,0

P22

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 3 1,1 1,1 1,1

2,00 26 9,7 9,7 10,93,00 36 13,5 13,5 24,34,00 123 46,1 46,1 70,4

224

Page 226: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

5,00 79 29,6 29,6 100,0Total 267 100,0 100,0

P23

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4

2,00 4 1,5 1,5 1,93,00 27 10,1 10,1 12,04,00 155 58,1 58,1 70,05,00 80 30,0 30,0 100,0Total 267 100,0 100,0

P24

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7

2,00 11 4,1 4,1 4,93,00 23 8,6 8,6 13,54,00 140 52,4 52,4 65,95,00 91 34,1 34,1 100,0Total 267 100,0 100,0

P25

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 2 ,7 ,7 ,7

3,00 43 16,1 16,1 16,94,00 130 48,7 48,7 65,55,00 92 34,5 34,5 100,0Total 267 100,0 100,0

P26

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7

2,00 5 1,9 1,9 2,63,00 45 16,9 16,9 19,54,00 142 53,2 53,2 72,75,00 73 27,3 27,3 100,0Total 267 100,0 100,0

P27

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4

2,00 5 1,9 1,9 2,23,00 22 8,2 8,2 10,54,00 137 51,3 51,3 61,85,00 102 38,2 38,2 100,0

225

Page 227: Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx

Total 267 100,0 100,0

P28

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 9 3,4 3,4 3,4

3,00 20 7,5 7,5 10,94,00 138 51,7 51,7 62,55,00 100 37,5 37,5 100,0Total 267 100,0 100,0

P29

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 2,00 2 ,7 ,7 ,7

3,00 17 6,4 6,4 7,14,00 140 52,4 52,4 59,65,00 108 40,4 40,4 100,0Total 267 100,0 100,0

P30

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4

2,00 8 3,0 3,0 3,43,00 18 6,7 6,7 10,14,00 139 52,1 52,1 62,25,00 101 37,8 37,8 100,0Total 267 100,0 100,0

226