Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx
-
Upload
zhelfyanus-mangapati -
Category
Documents
-
view
26 -
download
6
Transcript of Study Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi Berasis Akrual.docx
STUDI EXPLORASI KESIAPAN IMPLEMENTASIAKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
DI KABUPATEN WAROPEN
(Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen)
T E S I S
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister AkuntansiPada Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Cenderawasih
Program Magister Akuntansi
Oleh :
ZHELFYANUS MANGAPATINIM : 0130460165
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS CENDERAWASIHJAYAPURA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Reformasi manajemen keuangan pemerintah salah satunya
diwujudkan dengan diundangkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara pada tanggal 9 Maret 2003. Dalam peraturan
tersebut diantaranya mengatur kewajiban Kepala Daerah menyampaikan
pertanggungjawaban dengan menyusun laporan keuangan berdasarkan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP tersebut ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yang juga mengatur basis akuntansi yaitu basis kas menuju
akrual yang berlaku sampai Tahun 2014 dan basis akrual yang diterapkan
mulai Tahun 2015.
Menurut Undang-Undang No 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5 Otonomi
Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Otonomi daerah membawa dampak perubahan yang baik dalam perencanaan
dan pembangunan daerah. Dalam rangka otonomi daerah di Kabupaten
Waropen, pembangunan telah dilakukan diberbagai bidang meliputi :
1
pembangunan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia dan
pembangunan infrastruktur.
Keberhasilan dalam pengelolaan keuangan sangat ditentukan oleh
kemampuan atau kompetensi para pegawai pengelola keuangan. Indikator
keberhasilan pengelolaan keuangan dapat dilihat dari beberapa indikator
misalnya Penetapan Perda Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) dan Perda Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(P-APBD), Kualitas Pendapatan diukur dengan total Pendapatan Asli
Daerah (PAD) terhadap total Pendapatan, Kualitas Belanja diukur dengan
total Belanja untuk kesejahteraan masyarakat terhadap total Belanja,
Tingginya prosentase realisasi APBD dan rendahnya Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (SiLPA) dan Penyampaian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) tepat waktu serta indikator pokok keberhasilan adalah peningkatan
Kualitas Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas LKPD.
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) No 24 Tahun 2005 sebagai basis dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan pemerintah telah disempurnakan dengan PP No
71 Tahun 2010. Secara konseptual kebijakan tersebut diambil dalam
kerangka proses penguatan public sector governance di Indonesia. Standar
tersebut tidak berdiri sendiri tetapi juga disokong oleh peraturan lain seperti
Undang-Undang (UU) No 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 mengenai perbendaharaan Negara.
2
Perubahan yang sangat mendasar dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan yang baru dibandingkan dengan SAP (2005) adalah
diterapkannya SAP full accrual basis yakni mengakui pendapatan, beban,
aset, utang dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta
mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan
pelaksanaan anggaran berdasarkan basis kas yang telah ditetapkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Menurut Pemerintah, melalui implementasi standar akuntansi
berbasis akrual, kualitas penyajian informasi keuangan organisasi
pemerintah dapat ditingkatkan. Kualitas laporan keuangan yang baik
bermanfaat untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas pelayanan publik
yang disediakan, manajemen dan pengendalian aset negara, perencanaan,
penyusunan program dan anggaran. Informasi keuangan sektor publik yang
berkualitas akan mengurangi kesenjangan informasi (information
asymmetric) antara pemerintah dengan masyarakat dan stakeholder lain atas
penggunaan dan alokasi keuangan negara. Standar akuntansi berbasis akrual
diharapkan dapat meningkatkan relevansi, netralitas, ketepatan waktu,
kelengkapan dan komparabilitas laporan keuangan pemerintah sebagai
bagian dari upaya peningkatan tata kelola sektor publik yang lebih baik
(Halim dan Kusufi, 2012).
Suatu proses pengadopsian standar yang baru tentu akan mengalami
beberapa pertentangan antara pihak-pihak yang setuju dan yang tidak
3
sehingga menimbulkan dilema tersendiri ketika menerapkannya. Menurut
Halim dan Kusufi (2012) penerapan akuntansi berbasis akrual memiliki
manfaat tersendiri yakni dari segi penerapannya lebih akuntabel karena
pengakuannya pada saat terjadi transaksi. Namun ada pula kritikan atas
penerapan akuntansi akrual di sektor publik. Kritik tersebut diungkapkan
oleh Boothe dalam Halim dan Kusufi (2012) yang menyatakan kebalikan
tentang konsep akuntabilitas antara sektor swasta dan sektor publik adalah
sektor swasta cenderung lebih kepada target laba sedangkan sektor publik
lebih kearah pertanggungjawaban politik.
Di sisi lain tuntutan transparansi dalam sistem pemerintah semakin
meningkat pada era reformasi saat ini, tidak terkecuali transparansi dalam
pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah. Pemerintah diwajibkan
menyusun laporan pertanggungjawaban yang menggunakan sistem
akuntansi yang diatur oleh pemerintah pusat dalam bentuk Undang-undang
dan Peraturan Pemerintah yang bersifat mengikat seluruh Pemerintah
Daerah. Dalam sistem Pemerintah terdapat 2 (dua) subsistem, yaitu Satuan
Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD). Laporan Keuangan SKPD merupakan sumber untuk
menyusun Laporan Keuangan SKPKD, oleh karena itu setiap SKPD harus
menyusun Laporan Keuangan sebaik mungkin.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan bagian dari
Pemerintah yang melaksanakan fungsi pemerintahan dan pelayanan publik,
baik secara langsung ataupun tidak. Untuk melaksanakan tugas pokok dan
4
fungsinya tersebut, SKPD diberikan alokasi dana (anggaran), diatur dan
dipertanggungjawabkan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Pemerintah Kabupaten Waropen harus menerapkan SAP
pada masing-masing SKPD yang ada. Terlebih dengan adanya
pengembangan sistem akuntansi dan pengembangan SDM dalam strategi
penerapan SAP berbasis akrual secara bertahap yang menyebabkan perlunya
penyesuaian kembali.
Pemerintah Kabupaten Waropen menerapkan Keputusan Menteri
Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan dan Belanja
Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan
Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sampai pada tahun
2007, dan mulai menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2014 sebagaimana Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006 telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun
2007 dan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011. Hasil audit atas laporan
keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen yang dilakukan oleh
BPK selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2014 mendapat opini Tidak
Memberikan Pendapat (TMP) atau disclaimer. Penerapan PP Nomor 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Basis Kas Menuju Akrual di
Kabupaten Waropen masih jauh dari yang diharapkan.
5
Hadirnya Standar Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual, Pemerintah
Daerah Kabupaten Waropen berkomunikasi dengan pihak yang menjadi
mitra dalam penatausahaan keuangan dalam hal ini BPKP Perwakilan Papua
untuk mendampingi Pemda dalam implementasi peraturan pemerintah
tentang SAP basis akrual. Pimpinan daerah dan Kepala SKPD berkomitmen
untuk mengimplementasikan peraturan pemerintah tersebut di tahun 2015.
Sumber Daya Manusia dipersiapkan dengan sosialisasi dan pelatihan
menggunakan Sistem Informasi Manajemen dan Data Keuangan Daerah
(SIMDA) yang mendukung SAP basis akrual dengan versi aplikasi 2.7.05.
Infrastuktur dalam hal ini jaringan komputerisasi yang terhubung pada
beberapa SKPD telah terpasang semenjak implementasi PP 24 Tahun 2005
sedangkan SKPD yang sulit untuk ditembus melakukan koneksi jaringan
pada SKPD yang menjadi pusat data keuangan (server) dalam hal ini Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). Disamping itu juga
pemerintah daerah Kabupaten Waropen meningkatkan Sistem Pengendalian
Internal Pemerintah (SPIP) dalam memenuhi amanat peraturan perundang-
undangan guna menghasilkan laporan keuangan yang akuntabel.
Beberapa penelitian tentang implementasi akuntansi berbasis akrual.
Soepomo dalam Harun (2008) menyatakan ada tiga kendala yang dihadapi
dalam reformasi akuntansi sektor publik di Indonesia: sistem hukum, terlalu
besarnya wilayah cakupan pemerintahan Indonesia, serta masih kurangnya
staf pemerintahan yang cakap. Studi yang dilakukan Robinson dan Harun
(2005), menemukan masalah reformasi akuntansi akrual di Indonesia yaitu
6
masalah hukum, staf pemerintah yang kurang berkualitas, dan belum adanya
lembaga independen yang menyusun standar akuntansi sektor publik.
Menurut Harun (2007) sulitnya penerapan akuntansi akrual di Indonesia
disebabkan oleh pengembangan sistem akuntansi pemerintahan yang masih
bersifat sentralistis serta sistem pencatatan dan inventarisasi aset pemerintah
sebagai dasar penyusunan neraca awal masih jauh dari memadai.
Temuan Harun (2008) adalah instansi pemerintah belum mampu
sama sekali mengadopsi SAP 2005 tanpa bekerja sama dengan pihak luar.
Selain itu, Harun (2008) juga mengemukakan faktor penghambat SAP 2005:
aspek kerumitan teknis penyusunan laporan keuangan daerah, kurangnya
pengalaman partisipan, dan latar belakang pendidikan staf yang tidak sesuai.
Mengacu pada latar belakang yang diuraikan diatas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Studi Explorasi
Kesiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual di Kabupaten
Waropen”.
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang
menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Komunikasi dalam implementasi akuntansi berbasis akrual
di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen?
2. Bagaimana Komitmen dalam implementasi akuntansi berbasis akrual di
Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen?
3. Bagaimana kesiapan Sumber Daya Manusia dalam implementasi
akuntansi berbasis akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen?
4. Bagaimana kesiapan Infrastruktur dalam implementasi akuntansi
berbasis akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen?
5. Bagaimana kesiapan Sistem Informasi dalam implementasi akuntansi
berbasis akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen?
6. Bagaimana kesiapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dalam
implementasi akuntansi berbasis akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten
Waropen?
8
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui Komunikasi dalam implementasi akuntansi basis
akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.
2. Untuk mengetahui Komitmen dalam implementasi akuntansi basis
akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.
3. Untuk mengetahui kesiapan Sumber Daya Manusia dalam implementasi
akuntansi basis akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.
4. Untuk mengetahui kesiapan Infrastruktur dalam implementasi akuntansi
basis akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.
5. Untuk mengetahui kesiapan Sistem Informasi dalam implementasi
akuntansi basis akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.
6. Untuk mengetahui kesiapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
dalam implementasi akuntansi berbasis akrual di Pemerintah Daerah
Kabupaten Waropen.
9
1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak
terkait antara lain :
a. Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk peningkatan
pemahaman dan implementasi akuntansi berbasis akrual di kabupaten
waropen.
b. Bagi Universitas Cenderawasih Papua
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti
yang ingin mengkaji permasalahan implementasi akuntansi basis akrual
pada Pemerintah Daerah secara lebih mendalam.
c. Bagi Peneliti.
Penelitian ini dapat berguna sebagai sarana belajar untuk lebih
memahami permasalahan yang menjadi topik kajian.
10
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance)
Krina P (2003), menyatakan good governance atau tata
pemerintahan, adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan
administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua
tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses
dan lembaga-lembaga di mana warga dan kelompok-kelompok
masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak
hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-
perbedaan di antara mereka.
Pada dasarnya, istilah governance bukan hanya berarti
kepemerintahan sebagai suatu kegiatan saja, melainkan juga
mengacu kepada arti pengurusan, pengarahan, pengelolaan, dan
pembinaan penyelenggaraan. Dan berdasarkan dari apa yang
diungkapkan di atas, dapat dipahami bahwa keterlibatan masyarakat
dalam sistem pemerintahan merupakan semangat yang terdapat
dalam konsep good governance.
Good governance merupakan prinsip penyelenggaraan
pemerintahan yang umum, karena itu seharusnya diterapkan dalam
11
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, baik di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah. Upaya menjalankan prinsip-prinsip good
governance perlu dilakukan dalam penyelenggaraan pemerintahan di
Indonesia.
Good governance merupakan suatu upaya mengubah watak
pemerintah untuk tidak bekerja sendiri tanpa memperhatikan
kepentingan atau aspirasi masyarakat. Di dalam sistem
penyelenggaraan pemerintahan yang menerapkan good governance,
masyarakat tidak lagi dipandang sebagai obyek, tetapi dipandang
sebagai subyek yang turut mewarnai program-program dan kebijakan
pemerintahan. Sistem pemerintahan yang menjadikan masyarakat
sebagai subyek hanya terdapat dalam sistem pemerintahan yang
demokratis. Dengan demikian prinsip-prinsip yang terkandung dalam
good governance hanya akan tumbuh pada pemerintahan yang
menerapkan sistem demokrasi. Dan pada dasarnya, tujuan good
governance yang sebenarnya adalah mendorong terwujudnya
demokrasi melalui reformasi terutama dalam bidang pemerintahan.
Jadi, korelasi antara good governance dengan demokrasi merupakan
pasangan yang ideal untuk mewujudkan kesejahteraan dalam
masyarakat, keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
Menurut United Nations Development Programme (UNDP),
good governance memiliki delapan prinsip yaitu: partisipasi,
12
transparansi, akuntabel, efektif dan efisien, kepastian hukum,
responsif, konsensus, setara dan inklusif (Dwiyanto: 2006).
Asian Development Bank (ADB) menegaskan adanya
konsensus umum bahwa good governance dilandasi oleh empat pilar
yaitu accountability, transparency, predictability, dan participation
(Krina P: 2003)
Sedangkan menurut World Bank (WB) mengungkapkan
sejumlah karakteristik good governance yaitu masyarakat sispil yang
kuat dan partisipatoris, terbuka, pembuatan kebijakan yang dapat
diprediksi, eksekutif yang bertanggung jawab, birokrasi yang
profesional dan aturan hukum.
2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory)
Dalam teori keagenan, Jensen dan Meckling (Jensen, 1976)
dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013) mendefinisikan hubungan
keagenan sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih (principal)
menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa untuk
kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang
pembuatan keputusan kepada agen. Konflik kepentingan akan
muncul dari pendelegasian tugas yang diberikan kepada agen dimana
agen tidak dalam kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan
principal, tetapi mempunyai kecenderungan untuk mementingkan
diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemilik.
13
Pada dasarnya organisasi sektor publik dibangun atas dasar
agency theory. Diakui atau tidak pada pemerintahan terdapat
hubungan dan masalah keagenan (Syukriy Abdullah, 2006) dalam
Ririz Setiawati Kusuma (2013). Menurut Lane (2003) dalam Ririz
Setiawati Kusuma (2013) teori keagenan dapat diterapkan dalam
organisasi publik, ia menyatakan bahwa negara demokrasi modern
didasarkan pada serangkaian hubungan prinsipal-agen. Hal yang
sama dikemukakan oleh Moe (1984) dalam Ririz Setiawati Kusuma
(2013) yang menjelaskan konsep ekonomika organisasi sektor publik
dengan menggunakan teori keagenan. Bergman dan Lane (1990)
dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013) menyatakan bahwa kerangka
hubungan prinsipal agen merupakan suatu pendekatan yang sangat
penting untuk menganalisis komitmen-komitmen kebijakan publik.
Dalam konteks organisasi sektor publik, Mardiasmo (2002)
menjelaskan bahwa pengertian akuntabilitas sebagai kewajiban
pemegang amanah (pemerintah) untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya
kepada pihak pemberi amanah (masyarakat) yang memiliki hak
untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Pendapat Mardiasmo
dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013) tentang akuntabilitas dalam
konteks sektor publik mengandung arti bahwa dalam pengelolaan
14
pemerintah daerah terdapat hubungan keagenan (teori keagenan)
antara masyarakat sebagai principal dan pemerintah sebagai agent.
Permasalahan yang berkaitan dengan kualitas laporan
keuangan sering disebabkan oleh adanya benturan kepentingan
manajemen dengan kepentingan stakeholder, namun seringkali
manajemen bertindak untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka
dan mengamankan posisi mereka tanpa memandang bahaya yang
ditimbulkan terhadap stakeholder baik para pengguna maupun
pemeriksa laporan keuangan.
Penggunaan basis akuntansi akrual diharapkan dapat
meningkatkan akuntabilitas laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban dari agen kepada prinsipal. Dan dalam
penelitian ini, satuan kerja merupakan agen yang mendapat mandat
untuk menyampaikan laporan keuangan. Juga sesuai dengan amanat
undang-undang bahwa laporan keuangan tersebut harus disusun
berdasarkan basis akrual. Tingkat penerapan akuntansi akrual pada
satuan kerja dapat menjadi salah satu tolok ukur dari
pertanggungjawaban satuan kerja sebagai agen kepada masyarakat
sebagai prinsipal.
15
2.1.3 Akuntansi Pemerintahan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
menyatakan bahwa sistem akuntansi pemerintahan daerah
merupakan serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan
dalam rangka mempertanggungjawabkan pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dapat dilakukan
secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Sistem
Informasi Keuangan Daerah diharapkan dapat mempermudah
pelaksanaan pengelolaan penatausahaan keuangan oleh setiap SKPD.
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah adalah sistem yang
mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data
keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi yang
disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan
keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
pertanggungjawaban (Bastian, 2006). Sistem Akuntansi Pemerintah
Daerah adalah serangkaian prosedur, mulai dari proses pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat
dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer
(Maulidah, 2007). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah memberikan
ketentuan bahwa setiap pemerintah daerah wajib menerapkan sistem
16
akuntansi keuangan daerah minimal meliputi prosedur akuntansi
penerimaan kas, prosedur akuntansi pengeluaran kas, prosedur
akuntansi asset, dan prosedur akuntansi selain kas.
Akuntansi pemerintahan merupakan bidang ilmu akuntansi
yang saat ini sedang berkembang sangat pesat. Tuntutan transparansi
dan akuntabilitas publik atas dana-dana masyarakat yang dikelola
pemerintah memunculkan kebutuhan atas penggunaan akuntansi
dalam mencatat dan melaporkan kinerja pemerintahan. Sebagai salah
satu bidang dalam ilmu akuntansi, definisi akuntansi pemerintahan
tak akan terlepas dari pemahaman tentang akuntansi itu sendiri,
termasuk perkembangannya di Indonesia. Sedangkan pengertian
pemerintahan, meskipun tampaknya konotasi lembaga politik lebih
menonjol, aspek ekonominya tidak dapat dikesampingkan.
Akuntansi pemerintahan mengkhususkan dalam pencatatan
dan pelaporan transaksi-transaksi yang terjadi di badan pemerintah.
Akuntan pemerintah menyediakan laporan akuntansi tentang aspek
kepengurusan dari administrasi keuangan Negara. Di samping itu,
termasuk kesesuaiannya yang berlaku. (Noerdiawan,2007).
17
2.1.4 Perkembangan Akuntansi Pada Pemerintahan Daerah
Penerapan akuntansi pada pemerintahan sebelum dilakukan
reformasi pengelolaan keuangan Negara, telah menerapkan sistem
pencatatan single entry. Menurut Abdul Halim (2004) dalam Hafiz
Tanjung (2012) pada sistem pencatatan ini, pencatatan transaksi
ekonomi dilakukan dengan mencatat satu kali, transaksi yang
mengakibatkan bertambahnya kas akan dicatat di sisi penerimaan
dan transaksi ekonomi yang mengakibatkan berkurangnya kas akan
dicatat pada sisi pengeluaran.
Hasil dari sistem pencatatan ini, pemerintah tidak memiliki
catatan tentang piutang dan utang, apalagi catatan tentang aset tetap
yang dimiliki dan ekuitas. Sehingga selama itu pemerintah tidak
pernah menampilkan neraca sebagai salah satu bentuk laporan
keuangan guna menggambarkan posisi keuangan pemerintah. Hal ini
disebabkan juga karena basis akuntansi yang digunakan selama ini
adalah basis kas. Menurut Indra Bastian (2006), basis kas hanya
mengakui arus kas masuk dan arus kas keluar. Rekening keuangan
akhir akan dirangkum dalam buku kas, sehingga laporan keuangan
tidak bisa dihasilkan karena ketiadaan data tentang aset dan
kewajiban.
Setelah pemerintah melakukan reformasi pengelolaan
keuangan Negara baik pada pemerintah pusat maupun pada
pemerintah daerah, terutama dengan ditetapkannya Undang-Undang
18
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Pada Undang-
Undang Nomor 17 tahun 2003 khususnya pada pasal 30,31, dan 32
disebutkan bahwa Presiden atau Gubernur atau Bupati atau Walikota
menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD
kepada DPR/DPRD berupa laporan keuangan. Laporan keuangan
yang dimaksud setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi
APBN/APBD, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan laporan keuangan tersebut disusun dan disajikan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Tidak berhenti sampai di situ, selanjutnya ditetapkan
Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan
Negara. Pada Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa akuntansi
keuangan diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan. Pada pasal 57 disebutkan bahwa untuk menyusun
standar akuntansi pemerintahan yang berlaku baik pada pemerintah
pusat maupun pemerintahan daerah, pemerintah membentuk Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP).
Sesudah Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tersebut
ditetapkan, selanjutnya ditetapkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada
pasal 184 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa laporan keuangan
Pemerintah disusun dan disajikan sesuai dengan SAP yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, dan dilanjutkan dengan
19
ditetapkan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan daerah. Pada
pasal 81 mengatur laporan keuangan Pemerintah disusun dan
disajikan sesuai dengan SAP.
Sedangkan untuk pemeriksaan pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan Negara juga telah ditetapkan
Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. Guna
membentuk KSAP telah dikeluarkan Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 84 tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan, dan telah diubah dengan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2005.
Setelah kurang lebih lima tahun berlalu, pemerintah melalui
KSAP pada tanggal 22 Oktober 2010 mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual.
Pada Standar Akuntansi Pemerintah berbasis akrual ini,
beberapa isu penting perubahan yang perlu dipahami adalah:
a. Laporan keuangan pokok yang disusun pada Standar Akuntansi
Pemerintahan lama (PP No 24 tahun 2005) terdiri dari:
1) Laporan Realisasi Anggaran
2) Neraca
3) Laporan Arus Kas, dan
20
4) Catatan atas Laporan Keuangan
Sedangkan pada SAP baru (PP No 71 tahun 2010) komponen
laporan keuangan terdiri dari :
1) Laporan realisasi Anggaran (LRA)
2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan
Perubahan SAL)
3) Neraca
4) Laporan Operasional (LO)
5) Laporan Arus Kas (LAK)
6) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan
7) Catatan atas Laporan Keuangan
b. Hubungan antar laporan keuangan terbagi atas laporan:
1) Laporan Finansial
LO → LPE → Neraca
2) Laporan pelaksanaan anggaran
LRA → Laporan Perubahan SAL
c. Basis pencatatan yang digunakan pada standar akuntansi
pemerintah lama yaitu basis kas menuju akrual. Sedangkan pada
SAP baru, basis yang digunakan yaitu basis akrual.
d. Dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran, pemerintah
tetap menggunakan basis kas, sedangkan penyusunan neraca dan
laporan operasional menggunakan basis akrual. (Hafiz Tanjung,
2012).
21
2.1.5 Standar Akuntansi Pemerintahan
SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan
demikian SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan
hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan di
Indonesia (Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2005).
Untuk memecahkan berbagai kebutuhan yang muncul dalam
pelaporan keuangan, akuntansi dan audit di pemerintahan, baik
pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah di Republik
Indonesia, diperlukan sebuah Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
yang kredibel yang dibentuk oleh sebuah Komite SAP.
Komite SAP bertugas menyiapkan penyusunan konsep
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang SAP sebagai prinsip-
prinsip akuntansi yang wajib diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. KSAP bertujuan mengembangkan program-program
pengembangan akuntabilitas dan manajemen keuangan
pemerintahan, termasuk mengembangkan SAP.
Komite SAP terdiri atas komite konsultatif dan komite kerja.
Komite konsultatif bertugas memberi konsultasi dan atau pendapat
dalam rangka perumusan konsep Rancangan Peraturan Pemerintah
tentang SAP. Komite kerja bertugas mempersiapkan, merumuskan,
dan menyusun konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang
22
SAP, dan dalam melaksanakan tugasnya, dapat membentuk
kelompok kerja. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, Komite SAP
melaporkan kegiatannya secara berkala kepada Menteri Keuangan.
Komite SAP bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri
Keuangan.
Dengan demikian, Komite SAP bertujuan mengembangkan
program-program pengembangan akuntabilitas dan manajemen
keuangan pemerintahan, termasuk mengembangkan SAP dan
mempromosikan penerapan standar tersebut. Dalam mencapai tujuan
tersebut, SAP telah disusun dengan berorientasi pada IPSAS. Selain
itu dalam penyusunannya, SAP juga telah diharmoniskan dengan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan IAI.
Dalam menyusun SAP, Komite SAP menggunakan materi
yang diterbitkan oleh:
a. International Federation of Accountant
b. International Accounting Standards Committee
c. International Monetary Fund
d. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
e. Financial Accounting Standards Board
f. Governmental Accounting Standards Board
g. Perundang-Undangan dan Peraturan Pemerintah lainnya yang
berlaku di Republik Indonesia
23
h. Organisasi profesional lainnya di berbagai Negara yang
membidangi pelaporan keuangan, akuntansi, dan audit
pemerintahan.
Pengembangan SAP mengacu pada praktik-praktik terbaik di
tingkat internasional, dengan tetap mempertimbangkan kondisi di
Indonesia, baik peraturan perundangan dan praktik-praktik akuntansi
yang berlaku, maupun kondisi sumber daya manusia. Selain itu,
strategi peningkatan kualitas pelaporan keuangan pemerintahan
dilakukan dengan proses transisi menuju basis akrual. Saat ini,
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat berbasis kas, sementara
aset, utang, dan ekuitas dana dicatat berbasis akrual.
SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, baik di
pemerintahan pusat dan departemen-departemennya maupun di
pemerintahan daerah dan dinas-dinasnya. Penerapan SAP diyakini
akan berdampak pada peningkatan kualitas pelaporan keuangan di
pemerintahan pusat dan daerah. Ini berarti informasi keuangan
pemerintahan akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di
pemerintahan dan juga terwujudnya transparansi serta akuntabilitas.
Berikut adalah proses penyusunan SAP:
a. Identifikasi topik.
b. Konsultasi topik kepada komite pengarah.
c. Pembentukan kelompok kerja.
d. Riset terbatas oleh kelompok kerja
24
e. Draf awal dari kelompok kerja.
f. Pembahasan draf awal oleh komite kerja.
g. Pengambilan keputusan oleh komite kerja.
h. Pelaporan kepada komite pengarah dan persiapan atas draf
publikasian.
i. Peluncuran draf publikasian.
j. Dengar pendapat publik dan dengar pendapat terbatas.
k. Pembahasan tanggapan dan masukan atas draf publikasian dari
dengar pendapat.
l. Permintaan pertimbangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).
m. Pembahasan tanggapan BPK.
n. Finalisasi standar.
o. Pemberlakuan standar.
p. Sosialisasi awal standar.
2.1.6 Basis Akuntansi Pemerintahan
Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang
menentukan kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui
untuk tujuan pelaporan keuangan. Basis akuntansi ini berhubungan
dengan waktu kapan pengukuran dilakukan (Mustofa,2008). Basis
akuntansi pada umumnya ada dua yaitu basis kas dan basis akrual.
25
Namun terdapat modifikasi dari keduanya, yaitu basis kas dan basis
akrual sama-sama digunakan dalam menyajikan laporan keuangan.
a. Basis Akuntansi Kas (Cash Basis of Accounting)
Menurut Kieso dkk (2008) basis akuntansi kas murni
dimana pendapatan hanya diakui pada saat kas diterima dan
beban hanya diakui pada saat kas dibayarkan. Pada praktek
akuntansi pemerintahan di Indonesia, basis kas digunakan untuk
menyajikan Laporan Realisasi Anggaran yang berarti bahwa
pendapatan diakui pada saat kas diterima oleh Rekening Kas
Umum Negara/Daerah, dan belanja diakui pada saat kas
dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
Akuntansi berbasis kas ini tentu memiliki kelebihan dan
keterbatasan. Kelebihan-kelebihan akuntansi berbasis kas adalah
laporan keuangan berbasis kas memperlihatkan sumber dana,
alokasi, dan penggunaan sumber-sumber kas, mudah untuk
dimengerti dan dijelaskan, pembuat laporan keuangan tidak
membutuhkan pengetahuan yang mendetail tentang akuntansi
dan tidak memerlukan pertimbangan ketika menentukan jumlah
arus kas dalam suatu periode.
Sementara itu keterbatasan akuntansi berbasis kas adalah
hanya memfokuskan pada arus kas dalam periode pelaporan
berjalan, dan mengabaikan arus sumber daya lain yang mungkin
berpengaruh pada kemampuan pemerintah untuk menyediakan
26
barang-barang dan jasa-jasa saat sekarang dan saat mendatang,
laporan posisi keuangan (neraca) tidak dapat disajikan karena
tidak terdapat pencatatan secara double entry, tidak dapat
menyediakan informasi mengenai biaya pelayanan (cost of
service) sebagai alat untuk penetapan harga (pricing), kebijakan
kontrak publik, untuk kontrol dan evaluasi kinerja
(Mustofa,2007).
b. Basis Akuntansi Akrual (Accrual Basis of Accounting)
Menurut Kieso dkk (2008) basis akuntansi akrual
(accrual basis of accounting) dimana pendapatan diakui pada
saat dihasilkan dan beban diakui pada periode terjadinya, tanpa
memperhatikan waktu penerimaan atau pembayaran kas. Pada
praktek akuntansi pemerintahan di Indonesia, basis akrual
digunakan untuk menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
Aset diakui saat telah diterima atau diserahkan hak
kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah.
Sedangkan kewajiban diakui saat dana pinjaman diterima dan
atau pada saat kewajiban timbul.
Basis akrual menyediakan informasi yang paling
komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat, termasuk
transaksi internal dan arus ekonomi lainnya. Secara sederhana,
dikatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual ditujukan
27
untuk mengatasi ketidakcukupan basis kas untuk memberikan
data yang lebih akurat. Heather Thompson dalam Bambang
Widjajarso (2008) menyampaikan beberapa tujuan penggunaan
basis akrual yakni sebagai berikut:
1) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem
keuangan dalam sektor publik.
2) Untuk meningkatkan pengendalian fiskal, manajemen aset
dan budaya sektor publik.
3) Untuk meningkatkan akuntabilitas dalam program
penyediaan barang dan jasa oleh pemerintah.
4) Menyediakan informasi yang lebih lengkap bagi pemerintah
untuk mengambil keputusan.
5) Untuk mereformasi sistem anggaran belanja.
6) Untuk mencapai transparansi yang lebih luas atas biaya
pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah.
Dengan demikian, tujuan penerapan basis akuntansi
akrual pada dasarnya untuk memperoleh informasi yang tepat
atas jasa yang diberikan pemerintah dengan lebih transparan.
Tujuan penerapan basis akrual lainnya adalah untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan pemerintah.
Negara yang menerapkan basis akuntansi akrual, yang
mensyaratkan pada manajernya bertanggungjawab atas seluruh
biaya yang diproduksi, bukan hanya nilai kas yang dibayarkan.
28
Ringkasnya, ketika para manajer diberikan fleksibilitas dalam
mengelola sumber daya yang dipercayakan, mereka
berkepentingan untuk menyediakan informasi yang akurat seperti
itu. Hanya dengan basis akrual, biaya yang sebenarnya dapat
diinformasikan dan hal ini akan mendukung pengambilan
keputusan yang efektif dan efisien.
Manfaat-manfaat penerapan basis akrual menurut H
Thompson dalam Bambang Widjajarso (2008), akan mencakup
hal-hal seperti:
a. Menyediakan gambaran yang utuh atas posisi keuangan
pemerintah.
b. Menunjukkan bagaimana aktifitas pemerintah dibiayai dan
bagaimana pemerintah dapat memenuhi kebutuhan kasnya.
c. Menyediakan informasi yang berguna tentang tingkat yang
sebenarnya kewajiban pemerintah.
d. Meningkatkan daya pengelolaan aset dan kewajiban
pemerintah.
e. Basis akrual sangat familiar pada lebih banyak orang dan
lebih komprehensif dalam penyajian informasinya.
Lebih lanjut, di dalam study no 14 yang diterbitkan oleh
IFAC- Public Sector Committee (2003) dalam Budi Mulyana,
(2009) manfaat penggunaan basis akrual dapat diuraikan berikut
29
ini. Laporan keuangan yang disajikan dengan basis akrual
memungkinkan pengguna laporan untuk:
a. Menilai akuntabilitas pengelolaan seluruh sumber daya oleh
suatu entitas.
b. Menilai kinerja, posisi keuangan dan arus kas dari suatu
entitas, dan
c. Pengambilan keputusan mengenai penyediaan sumber daya
kepada, atau melakukan bisnis dengan suatu entitas.
Pada level yang lebih detil, pelaporan dengan basis akrual:
a. Menunjukkan bagaimana pemerintah membiayai aktivitas-
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan dananya.
b. Memungkinkan pengguna laporan untuk mengevaluasi
kemampuan pemerintah saat ini untuk membiayai aktivitas-
aktivitasnya dan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dan
komitmennya.
c. Menunjukkan posisi keuangan pemerintah dan perubahan
posisi keuangannya.
d. Memberikan kesempatan pada pemerintah untuk
menunjukkan keberhasilan pengelolaan sumber daya yang
dikelolanya, dan
e. Bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
hal efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya.
30
Dengan demikian, alasan-alasan penggunaan basis akrual
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Akuntansi berbasis kas tidak menghasilkan informasi yang
cukup untuk pengambilan keputusan ekonomi misalnya
informasi tentang hutang dan piutang, sehingga penggunaan
basis akrual sangat disarankan.
b. Hanya akuntansi berbasis akrual menyediakan informasi
yang tepat untuk menggambarkan biaya operasi yang
sebenarnya.
c. Hanya akuntansi berbasis akrual yang dapat menghasilkan
informasi yang dapat diandalkan dalam informasi aset dan
kewajiban.
Menurut Guthrie (1998) definisi sistem akuntansi akrual
adalah suatu metode pencatatan transaksi atas peristiwa dan
pengakuan biaya (beban) berdasarkan periode terjadinya
peristiwa atau transaksi tersebut, sedangkan metode single entry
atau cash basis, pencatatan dan pengakuan peristiwa atau
kejadian dilakukan saat pembayaran. Sistem akrual mencatat
biaya depresiasi suatu aset dibebankan ke periode waktu selama
suatu aset tersebut digunakan berdasarkan biaya harga pembelian
aset. Sistem akuntansi berbasis kas mencatat biaya pengadaan
aset tersebut dibebankan ke periode saat dilakukan pembayaran
atas harga aset.
31
Isu tentang pentingnya waktu (timing) dalam pengakuan
(recognition) suatu transaksi atau peristiwa ekonomi merupakan
hal yang sangat penting dalam sistem akrual. Adopsi akuntansi
akrual mengarahkan pelaksanaan program dan aktifitas suatu
agen sektor publik untuk senantiasa mempertimbangkan prinsip
dan pengukuran transaksi, peristiwa serta kinerja aktifitas
organisasi pemerintah berdasarkan substansi operasional
daripada fokus pada kapan dan berapa penerimaan dan
pembelanjaan kas yang dilakukan pemerintah.
Angka-angka akuntansi berdasarkan sistem akrual
dianggap lebih informatif bagi pimpinan sektor publik dalam
pengalokasian sumber daya yang dimiliki, peningkatan
akuntabilitas dan pengambilan keputusan. Situasi seperti ini
mendorong aspek relevansi, netralitas, ketepatan waktu,
kelengkapan dan komparabilitas kinerja keuangan suatu agen
sektor publik menjadi perhatian para pimpinan organisasi
pemerintah (Halim dan Kusufi, 2012).
Di sektor publik Australia, penerapan sistem akrual
dilakukan dengan desentralisasi tanggungjawab pada level paling
bawah sebuah organisasi pemerintahan, penempatan seorang
manager yang akuntabel, reklasifikasi sektor publik sebagai
bisnis komersial, dan redefinisi warga menjadi pelanggan (Parker
dan Guthrie, 1993). Menurut Carlin (2005) akuntansi akrual
32
sektor publik dapat menerapkan “full cost” untuk seluruh
aktivitas, mewujudkan efisiensi, mengalokasikan sumber daya
yang tepat sasaran, serta meningkatkan kinerja.
Sektor publik Italia mengalami perubahan sistem
akuntansi dari tradisional (berbasis cash and obligations) ke
adopsi accrual accounting. Perubahan ini mereformasi akuntansi
sektor publik menjadi lebih transparan dalam penggunaan
sumber daya milik publik, fokus pada kasus skandal keuangan
dan korupsi serta meningkatkan akuntabilitas (Caccia dan
Steccolini 2006).
Perubahan sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia
dilakukan sejak kehadiran SAP PP No 24 Tahun 2005. SAP 2005
ini mengubah penggunaan sistem pencatatan tunggal (single
entry) dengan dasar pencatatan atas cash basis, menjadi sistem
ganda (double entry) dengan dasar pencatatan atas kas
modifikasian (modified cash basis) yang mengarah pada basis
akrual. Pada tahun 2010 KSAP telah menerbitkan SAP berbasis
akrual yang ditetapkan melalui PP No 71 Tahun 2010. Menurut
PP No 71 Tahun 2010 basis kas digunakan untuk menyusun
pelaporan pelaksanaan anggaran (LRA dan laporan perubahan
SAL) dan basis akrual digunakan untuk menyusun pelaporan
finansial (neraca, laporan operasional, dan laporan perubahan
ekuitas).
33
Menurut Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 Pasal 1 Ayat 8 “SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang
mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam
pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan,
belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran
berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD.”
Sedangkan Ayat 9 “SAP Berbasis Kas Menuju Akrual adalah
SAP yang mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan
berbasis kas, serta mengakui aset, utang, dan ekuitas dana
berbasis akrual.”
Sistem akuntansi kas adalah sistem pencatatan yang
mencatat pendapatan dan beban di dalam periode terjadinya
penerimaan dan pembayaran kas. Sementara sistem akuntansi
akrual adalah sistem pencatatan yang mencatat pendapatan pada
saat pendapatan diperoleh (earned)—kas diterima maupun tidak
—dan beban dicatat pada saat beban tersebut terjadi (incurred)—
kas dibayarkan atau tidak. Dengan kata lain, akuntansi berbasis
kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi
dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar, yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja,
dan pembiayaan.
Sementara, akuntansi berbasis akrual berarti bahwa
pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, dan ekuitas
34
dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada
saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada
keuangan pemerintah tanpa memperhatikan saat kas atau setara
kas diterima atau dibayar (Rintonga, 2010).
Dalam sistem basis akrual harus diterapkan sistem alokasi
yang umumnya dilakukan secara arbiter karena pembebanan
biaya, pengakuan pendapatan, dan prinsip “matching”-nya harus
memenuhi prinsip “time period”. Artinya, jika terdapat biaya
yang digunakan untuk mendapatkan penghasilan pada periode
tahun buku yang dilaporkan, maka walaupun belum dibayar
harus diperhitungkan karena memang sudah merupakan hak atau
kewajiban entitas.
Jadi, dalam basis akrual yang menjadi dasar pencatatan
transaksi adalah isu “title” atau hak dan kewajiban tanpa melihat
apakah sudah diterima atau dibayar melalui transaksi kas atau
tidak. Dalam basis kas murni, pembelian aset tetap misalnya
bangunan harus dianggap sebagai “beban” pada saat dikeluarkan
sehingga tidak ada alokasi depresiasi selama sisa umur
penggunaannya. Menurut basis kas, pembelian gedung tersebut
dicatat sebagai beban secara penuh pada periode tahu di mana
gedung tersebut dibeli. Sedangkan, menurut basis akrual, beban
dari pembelian gedung tersebut dicatat sebagai beban penyusutan
35
yang dicatat setiap tahunnya selama masa manfaat dari gedung
tersebut seperti pada tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1Akuntansi Kas Versus Akuntansi Akrual
Karakteristik Akuntansi Kas Akuntansi AkrualOperasionalisasi Relatif sederhana Relatif rumit/kompleks
Hubungannya dengan sistem pendapatan dan anggaran tradisional
Relatif kuat Relatif lemah
Cakupan transaksi Mencatat hanya transaksi yang menghasilkan
pembayaran dana penerimaan kas
Mencatat transaksi nonkas yang diestimasi
dengan baik
Waktu Mencatat hanya transaksi yang
terjadi pada periode akuntansi yang
relevan
Mencatat pengaruh akuntansi di masa mendatang dari
transaksi saat ini dan perubahan kebijakan
Audit dan pengendalian Relatif sederhana Relatif harus dilakukan
Sumber : Abdul Halim dan Muhammad Kusufi, 2014, hlm. 203
Karena sistem akuntansi kas relatif sederhana, maka
relatif mudah untuk diimplementasikan dan dijalankan.
Kelebihannya juga relatif mudah dalam audit dan
pengendaliannya. Namun sistem ini cakupannya hanya terbatas
pada transaksi yang menghasilkan pembayaran atau penerimaan
kas, dan sistem ini hanya mempertimbangkan transaksi
pembayaran atau penerimaan kas, dan sistem ini hanya
mempertimbangkan transaksi yang terjadi pada periode akuntansi
yang relevan. Sedangkan, sistem akuntansi akrual relatif rumit
untuk diimplementasikan dan dijalankan dan keharusan untuk
36
melakukan audit dan pengendalian. Meskipun demikian,
kelebihannya adalah mencakup pencatatan transaksi nonkas
sebaik transaksi kas dan mengakui pengaruh di masa mendatang
(future effects) dari transaksi dan perubahan kebijakan.
Simanjutak (2010) menjelaskan bahwa akuntansi berbasis
akrual merupakan suatu basis akuntansi yang terkait dengan
pengakuan, pencatatan, dan penyajian transaksi ekonomi dan
peristiwa lain dalam laporan keuangan pada saat terjadinya
transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara
kas diterima atau dibayarkan. Menurut Mahmudi (2011) dalam
pengaplikasiannya akuntansi berbasis akrual memiliki tujuan
dalam penentuan biaya pelayanan (cost of service) dan penentuan
harga/tarif pelayanan (pricing/charging for service).
Mardiasmo (2009) juga mengatakan bahwa akuntansi
berbasis akrual dianggap lebih baik daripada akuntansi berbasis
kas karena dianggap laporan keuangan yang disajikan lebih dapat
dipercaya, lebih akurat, lebih komprehensif, dan lebih relevan
untuk digunakan dalam pengambilan keputusan dari segi
ekonomi, sosial budaya, dan politik.
Jadi, pencatatan (recording) dilakukan sesuai dengan saat
terjadinya arus sumber daya sehingga informasi dapat disajikan
secara tepat dan komprehensif. Penerapan akuntansi berbasis
37
akrual tentu memiliki perbedaan dengan akuntansi berbasis kas
yakni (Mardiasmo, 2009) :
a) Bagian Kas : penerimaan kas – pengeluaran kas = perubahan
b) Basis Akrual : pendapatan (income) – biaya-biaya = rugi/laba
(surplus defisit)
c) Pendapatan (income) = penerimaan kas selama satu periode
akuntansi – saldo awal piutang + saldo akhir piutang
d) Biaya = kas yang dibayarkan selama satu periode akuntansi –
saldo awal utang + saldo akhir utang
Study #14 IFAC Publik Sektor Sommitte (2002) dalam
Simanjuntak (2010) disampaikan bahwa manfaat pelaporan
berbasis akrual berkaitan dengan evaluasi kinerja pemerintah
mulai dari biaya jasa layanan, adanya efisiensi, hingga
pencapaian tujuan. Maksudnya, pelaporan akuntansi berbasis
akrual tentu memudahkan masyarakat ataupun pengguna lainnya
dalam mengindentifikasi posisi keuangan pemerintah serta hal-
hal yang terkait dengan perubahnnya, misalnya dari hal
pendanaan, sehingga masyarakat dapat mengetahui ukuran
kapasitas pemerintah yang sebenarnya. Sedangkan, bagi
pemerintah juga berguna untuk membuat suatu identifikasi dalam
menggunakan sumber daya masa depan dan mewujudkan
pengelolaan yang baik atas sumber daya tersebut.
38
2.1.7 Modifikasi Akuntansi Berbasis Kas
Menurut Syukriy (2008) dalam Ririz Setiawati Kusuma
(2013) basis akuntansi ini pada dasarnya sama dengan akuntansi
berbasis kas, namun dalam basis ini pembukuan untuk periode tahun
berjalan masih ditambah dengan waktu atau periode tertentu (specific
period) misalnya 1 atau 2 bulan setelah periode berjalan. Penerimaan
dan pengeluaran kas yang terjadi selama periode tertentu tetapi
diakibatkan oleh periode pelaporan sebelumnya akan diakui sebagai
penerimaan dan pengeluaran atas periode pelaporan yang lalu
(periode sebelumnya). Arus kas pada awal periode pelaporan yang
diperhitungkan dalam periode pelaporan tahun lalu dikurangkan dari
periode pelaporan berjalan.
Laporan keuangan dalam basis ini juga memerlukan
pengungkapan tambahan atas item-item tertentu yang biasanya
diakui dalam basis akuntansi akrual. Pengungkapan tersebut sangat
beragam sesuai dengan kebijakan pemerintah. Sebagai tambahan atas
item-item yang diungkapkan dalam basis kas, ada beberapa
pengungkapan yang terpisah atas saldo near-cash yang diperlihatkan
dengan piutang-piutang yang akan diterima dan utang-utang yang
akan dibayar selama periode tertentu dan aset finansial and
kewajiban.
39
Sebagai contoh Pemerintah Malaysia menggunakan specified
period dalam laporan keuangan tahunan, yang mengungkapkan
beberapa catatan (memo) mengenai : aktiva, investasi, kewajiban,
utang pemerintah (public debt), jaminan (guarantees), dan nota
pembayaran. Dalam basis ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
a. Fokus pengukuran di bawah basis ini adalah pada sumber
keuangan sekarang (current financial resources) dan perubahan-
perubahan atas sumber-sumber keuangan tersebut. Basis
akuntansi ini mempunyai fokus pengukuran yang lebih luas dari
basis kas, pengakuan penerimaan dan pembayaran kas tertentu
selama periode spesifik berarti bahwa terdapat informasi
mengenai piutang dan hutang, meskipun tidak diakui sebagai
aktiva dan kewajiban.
b. Kriteria pengakuan atas penerimaan selama periode tertentu
adalah bahwa penerimaan harus berasal dari periode yang lalu,
namun penerapan ini tidak seragam untuk semua negara.
Beberapa pemerintah menganggap bahwa seluruh penerimaan
yang diterima selama periode tertentu adalah berasal dari periode
sebelumnya, sedangkan pemerintah yang lain mengakui hanya
beberapa dari penerimaan tersebut.
c. Penetapan panjangnya periode tertentu bervariasi antara beberapa
pemerintah, namun ada beberapa ketentuan, yaitu:
40
1) Periode tertentu diterapkan secara konsisten dari tahun ke
tahun;
2) Periode tertentu harus sama untuk penerimaan dan
pembayaran kas;
3) Kriteria yang sama atas pengakuan penerimaan dan
pembayaran kas selama periode tertentu harus diterapkan
untuk seluruh penerimaan dan pembayaran;
4) Satu bulan adalah waktu yang tepat, karena pembelian barang
secara kredit umumnya diselesaikan dalam periode tersebut,
periode tertentu yang terlalu lama mungkin mengakibatkan
kesulitan dalam menghasilkan laporan keuangan;
5) Kebijakan akuntansi yang dipakai harus diungkapkan secara
penuh (fully disclosed).
2.1.8 Modifikasi Akuntansi Berbasis Akrual
Menurut Syukriy (2008) dalam Ririz Setiawati Kusuma
(2013) Basis akuntansi ini meliputi pengakuan beberapa aktiva,
namun tidak seluruhnya, seperti aktiva fisik, dan pengakuan
beberapa kewajiban, namun tidak seluruhnya, seperti utang pensiun.
Contoh bervariasinya (modifikasi) dari akuntansi akrual, dapat
ditemukan dalam praktek sebagai berikut ini:
a. Pengakuan seluruh aktiva, kecuali aktiva infrastruktur, aktiva
pertahanan dan aktiva bersejarah/warisan, yang diakui sebagai
41
beban (expense) pada waktu pengakuisisian atau pembangunan.
Perlakuan ini diadopsi karena praktek yang sulit dan biaya yang
besar untuk mengidentifikasi atau menilai aktiva-aktiva tersebut;
b. Pengakuan hampir seluruh aktiva dan kewajiban menurut basis
akrual, namun pengakuan pendapatan berdasar pada basis kas
atau modifikasi dari basis kas;
c. Pengakuan hanya untuk aktiva dan kewajiban finansial jangka
pendek;
d. Pengakuan seluruh kewajiban dengan pengecualian kewajiban
tertentu seperti utang pensiun.
Beberapa penyusun standar telah mengidentifikasi kriteria
atas waktu pengakuan pendapatan dengan akuntansi berbasis akrual,
sebagai contoh Pemerintah Kanada mengakui pendapatan dalam
periode di mana transaksi atau peristiwa telah terjadi ketika
pendapatan tersebut dapat diukur (measurable). Pemerintah Federal
Amerika Serikat mengakui pendapatan pajak dalam periode
akuntansi di mana pendapatan tersebut menjadi susceptible to
accrual (yaitu ketika pendapatan menjadi measurable dan available
untuk mendanai pengeluaran). Available berarti dapat ditagih dalam
periode sekarang atau segera setelah terjadi transaksi.
42
2.1.9 Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual
(PP No. 24 tahun 2005)
Kieso dkk (2008) mengemukakan definisi dasar kas yang
telah dimodifikasi (modified cash basis) adalah campuran antara
dasar kas dengan dasar akrual. Dalam standar akuntansi
pemerintahan yang ditetapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005,
basis akuntansi yang digunakan pemerintah menggunakan basis
modifikasi kas menuju akrual (cash toward accrual). Dalam
kerangka konseptual akuntansi pemerintahan dalam PP Nomor 24
Tahun 2005, basis akuntansi yang digunakan adalah basis kas untuk
pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan
Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset,
kewajiban dan ekuitas dalam neraca.
Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa
pendapatan diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum
Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada
saat kas dikeluarkan dari rekening kas umum Negara/Daerah atau
entitas pelaporan. Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset,
kewajiban dan ekuitas dan diakui dan dicatat pada saat terjadinya
transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan
berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat
kas atau setara kas diterima atau dibayar.
43
Krisis ekonomi Indonesia tahun 1997, diikuti oleh era
reformasi tahun 1998, pelaksanaan otonomi daerah tahun 1999
sering disebut-sebut sebagai pemicu dari reformasi keuangan dan
akuntansi pemerintahan. Mahmudi dalam Bastian (2006)
menyebutkan bahwa perjalanan manajemen keuangan
Negara/Daerah di Indonesia dapat dibagi dalam tiga fase yaitu:
1) era sebelum otonomi daerah; 2) era transisi otonomi (reformasi
tahap I); dan 3) era pascatransisi (reformasi tahap II).
Lebih spesifik, Simanjuntak (2012) menyebutkan beberapa
faktor penting yang menjadi pendorong tumbuh pesatnya akuntansi
pemerintahan di Indonesia adalah :
a. Ditetapkannya tiga paket UU yang mengatur Keuangan Negara
Pasal 32 (1) UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
mengamanatkan bahwa laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan yang
disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan.
b. Ditetapkannya UU tentang pemerintahan daerah dan UU tentang
perimbangan antara keuangan pemerintah pusat dan daerah. Pasal
184 ayat (1) UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menyebutkan bahwa laporan keuangan disusun dan disajikan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
44
c. Profesi Akuntansi. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah lama
menginginkan adanya standar akuntansi di sektor publik sebagai
hal yang paralel dengan telah adanya lebih dahulu standar
akuntansi di sektor komersil.
d. Birokrasi. Pemerintahan merupakan penyusun sekaligus pemakai
yang sangat berkepentingan akan adanya suatu akuntansi
pemerintahan yang handal. Dengan diundangkannya tiga paket
keuangan Negara maupun undang-undang yang terkait dengan
pemerintahan daerah mendorong instansi pemerintah baik pusat
maupun daerah untuk secara serius menyiapkan sumber daya
dalam pengembanganan dan penyusunan laporan keuangan
pemerintah.
e. Masyarakat (LSM dan wakil rakyat). Masyarakat melalui LSM
dan wakil rakyat di DPR, DPD, dan DPRD juga menaruh
perhatian terhadap praktik good governance pada pemerintahan
di Indonesia.
f. Sektor Swasta. Perhatian dari sektor swasta mungkin tidak terlalu
signifikan karena akuntansi pemerintahan tidak terlalu
berdampak secara langsung atas kegiatan dari sektor swasta.
Namun, penggunaan teknologi informasi dan pengembangan
sistem informasi berbasis akuntansi akan mendorong sebagian
pelaku bisnis di sektor swasta untuk ikut menekuninya.
45
g. Akademisi. Akademisi terutama di sektor akuntansi menaruh
perhatian yang cukup besar. Atas perkembangan pengetahuan di
bidang akuntansi pemerintahan. Perhatian ini sangat erat
kaitannya dengan penyiapan SDM yang menguasai kemampuan
di bidang akuntansi pemerintahan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga operasional dan manajer akuntansi di pemerintahan.
h. Dunia Internasional (lender dan investor). World Bank, ADB,
dan JBIC, merupakan lembaga internasional (lender), yang ikut
berkepentingan untuk berkembangnya akuntansi sektor publik
yang baik di Indonesia. Perkembangan akuntansi tadi diharapkan
dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dari proyek
pembangunan yang didanai oleh lembaga tersebut.
i. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). UU No. 17 tahun 2003 UU
No. 15 tahun 2004 menyebutkan bahwa pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN dan APBD diperiksa oleh BPK. Untuk dapat
memberikan opininya, BPK memerlukan suatu standar akuntansi
pemerintahan yang diterima secara umum.
j. Aparat Pengawasan Intern Pemerintahan. APIP yang meliputi
Bawasda, Irjen, dan BPKP merupakan auditor intern pemerintah
yang berperan untuk membantu pimpinan untuk terwujudnya
sistem pengendalian intern yang baik sehingga dapat mendorong
peningkatan kinerja instansi pemerintah sekaligus mencegah
praktik-praktik KKN. Akuntansi pemerintahan sangat erat kaitan
46
dan dampaknya terhadap sistem pengendalian intern sehingga
auditor intern mau tidak mau harus memiliki kemampuan di
bidang akuntansi pemerintahan sehingga dapat berperan untuk
mendorong penerapan akuntansi pemerintahan yang sedang
dikembangkan.
Setelah paket perundangan keuangan Negara diundangkan,
langkah panjang reformasi masih terus bergulir untuk tahap
penerapan. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah No.
24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang
mewajibkan laporan keuangan tahun anggaran 2005 disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan yang secara garis besar
terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas
serta Catatan atas laporan Keuangan, yang dikenal sebagai basis kas
menuju akrual.
2.1.10 Komponen Laporan Keuangan menurut PP No. 24 tahun 2005
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang standar
akuntansi pemerintahan merupakan pedoman dalam menyusun
laporan keuangan yang digunakan sampai saat ini. Basis akuntansi
yang digunakan dalam SAP ini adalah basis kas menuju akrual (cash
toward accrual), dimana penggunaan basis kas untuk pengakuan
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan serta basis akrual
untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Komponen-
47
komponen laporan keuangan dalam SAP (PP No. 24 tahun 2005)
adalah:
a. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan
pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap
APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar
sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang
dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode
pelaporan.LRA menggambarkan perbandingan antara anggaran
dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan. LRA
menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur sebagai berikut:
1) Pendapatan
2) Belanja
3) Transfer
4) Surplus/defisit
5) Pembiayaan
6) Sisa lebih/kurang pembiayaan
b. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal
tertentu. Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos
berikut:
48
1) Kas dan setara kas
2) Investasi jangka pendek
3) Piutang pajak dan bukan pajak
4) Persediaan
5) Investasi jangka panjang
6) Aset tetap
7) Kewajiban jangka pendek
8) Kewajiban jangka panjang
9) Ekuitas dana
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode
akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
d. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan sekurang-kurangnya disajikan
dengan susunan sebagai berikut:
a. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi
makro, pencapaian target Undang-undang APBN/APBD,
berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
pencapaian target.
b. Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun
pelaporan.
49
c. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan
atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting
lainnya.
d. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam
lembar muka laporan keuangan.
e. Pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban
yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas
pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan
penerapan basis kas.
f. Informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan.
g. Daftar dan skedul.
2.1.11 Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual (Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010)
Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di
Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas
lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun di daerah.
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
50
misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya melalui suatu media pertanggungjawaban
yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury,2003) dalam
Mardiasmo (2006). Disamping itu, amanat yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dalam Pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut:
“ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 Undang-Undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.”
Karena hal-hal tersebutlah, Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan (KSAP) menyusun Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) berbasis akrual. Dalam wacana akuntansi, secara konseptual
akuntansi berbasis akrual dipercaya dapat menghasilkan informasi
yang lebih akuntabel dan transparan dibandingkan dengan akuntansi
berbasis kas. Akuntansi berbasis akrual mampu mendukung
terlaksananya perhitungan biaya pelayanan publik dengan lebih
wajar. Nilai yang dihasilkan mencakup seluruh beban yang terjadi,
tidak hanya jumlah yang telah dibayarkan.
Dengan memasukkan seluruh beban, baik yang sudah dibayar
maupun yang belum dibayar, akuntansi berbasis akrual dapat
menyediakan pengukuran yang lebih baik, pengakuan yang tepat
51
waktu, dan pengungkapan kewajiban di masa mendatang. Dalam
rangka pengukuran kinerja, informasi berbasis akrual dapat
menyediakan informasi mengenai penggunaan sumber daya ekonomi
yang sebenarnya. Oleh karena itu, akuntansi berbasis akrual
merupakan salah satu sarana pendukung yang diperlukan dalam
rangka transparansi dan akuntabilitas pemerintah (KSAP,2006).
Widjajarso (2008) menjelaskan alasan penggunaan basis
akrual dalam laporan keuangan pemerintah, antara lain:
a. Akuntansi berbasis kas tidak menghasilkan informasi yang
cukup, misalnya transaksi non kas untuk pengambilan keputusan
ekonomi misalnya informasi tentang hutang piutang, sehingga
penggunaan basis akrual sangat disarankan.
b. Akuntansi berbasis akrual menyediakan informasi yang tepat
untuk menggambarkan biaya operasi yang sebenarnya.
c. Akuntansi berbasis akrual dapat menghasilkan informasi yang
dapat diandalkan dalam informasi aset dan kewajiban.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 memuat
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dan 11 (sebelas)
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP). Sedangkan, PP
Nomor 71 Tahun 2010 memuat Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan dan 12 (dua belas) Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP). Perbandingan isi dari kedua peraturan
pemerintah tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.
52
Tabel 2.2Perbandingan Isi antara PP Nomor 24 Tahun 2005
dengan PP Nomor 71 Tahun 2010
PSAPNomo
rPP Nomor 24 Tahun 2005 PP Nomor 71 Tahun 2010
- Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
01 Penyajian Laporan Keuangan Penyajian Laporan Keuangan02 Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran
Berbasis Kas03 Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas04 Catatan Atas Laporan
KeuanganCatatan Atas Laporan Keuangan
05 Akuntansi Persediaan Akuntansi Persediaan06 Akuntansi Investasi Akuntansi Investasi07 Akuntansi Aset Tetap Akuntansi Aset Tetap08 Akuntansi Konstruksi dalam
PengerjaanAkuntansi Konstruksi dalam
Pengerjaan09 Akuntansi Kewajiban Akuntansi Kewajiban10 Koreksi Kesalahan, Perubahan
Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi, dan Operasi yang Tidak
Dilanjutkan11 Laporan Keuangan
KonsolidasianLaporan Keuangan Konsolidasian
12 - Laporan Operasional- - Lampiran II : SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual- - Lampiran III : Proses Penyusunan
SAP Berbasis Akrual
Sumber : PP Nomor 24 Tahun 2005 dan PP Nomor 71 Tahun 2010
Perbedaan isi antarakeduanya adalah PSAP Nomor 02, yaitu
adanya penekanan terhadap LRA berbasis kas; PSAP Nomor 10,
yaitu adanya penambahan perubahan estimasi dan operasi yang tidak
dilanjutkan; serta PSAP Nomor 12, yaitu di mana pada PP Nomor 24
Tahun 2005 tidak ada. Perbedaan tersebut pada dasarnya disebabkan
oleh adanya perbedaan basis akuntansi yang digunakan pada kedua
peraturan pemerintah tersebut.
53
Selain itu, pada PP Nomor 71 Tahun 2010 dilampirkan juga
SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dan proses penyusunan SAP
Berbasis Akrual. Tujuan dilampirkannya SAP Berbasis Kas Menuju
Akrual adalah menyediakan SAP bagi entitas pemerintah yang
belum siap melaksanakan SAP Berbasis Akrual, dan penerapan
secara bertahap dari SAP Berbasis Kas Menuju Akrual kepada
penerapan SAP Berbasis Akrual. Sementara Lampiran III ditujukan
sebagai referensi untuk memahami dan menerapkan SAP Berbasis
Akrual.
Basis akuntansi adalah perlakuan pengakuan atas hak dan
kewajiban yang timbul dari transaksi keuangan. Perbedaan basis
akan berpengaruh terhadap proses akuntansi. Dalam akuntansi
dikenal adanya dua basis yaitu basis kas dan basis akrual. Basis kas
adalah basis yang mengakui timbulnya hak atau kewajiban pada saat
kas diterima atau dikeluarkan. Basis akrual adalah basis yang
mengakui adanya hak atau kewajiban pada saat perpindahan hak
lepas dari saat kas diterima atau dikeluarkan.
Meskipun PP 71 Tahun 2010 dinyatakan sebagai SAP
berbasis Akrual, namun sebenarnya basis akuntansi yang digunakan
tidak sepenuhnya basis akrual. Bahkan mengarah pada penggunaan
basis akrual modifikasi, yaitu transaksi-transaksi tertentu dicatat
dengan menggunakan basis kas dan untuk sebagian besar transaksi
dicatat menggunakan basis akrual (Halim dan Kusufi, 2012). SAP
54
Berbasis Akrual menurut PP 71 Tahun 2010 adalah SAP yang
mengakui pendapatan-LO, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam
pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan
dalam APBN atau APBD, yaitu basis kas. Jadi, sebenarnya SAP
tidak menganut basis akrual secara penuh tetapi basis modifikasi,
yaitu akrual modifikasian.
Basis akuntansi untuk Laporan Operasional (LO) berarti
bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh
pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan
beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan
nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum
dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas
pelaporan. Pendapatan seperti bantuan pihak luar atau asing dalam
bentuk jasa disajikan pula pada Laporan Operasional (LO).
Sementara, dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan
berdasarkan basis kas, maka LRA disusun berdasarkan basis kas,
berarti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada
saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas
pelaporan, serta belanja, transfer, dan pengeluaran pembiayaan
diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.
55
1) Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi.
Salah satu hal yang baru dari PP 71 Tahun 2010
dibandingkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 adalah terdapat
uraian mengenai entitas akuntansi, di samping entitas pelaporan.
Entitas akuntansi menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 adalah unit
pada pemerintahan yang mengelola anggaran, kekayaan atas
dasar akuntansi yang diselenggarakan. Entitas pelaporan adalah
unit pemerintah yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi
yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan
keuangan.
Pada pemerintah pusat yang merupakan entitas pelaporan
adalah masing-masing kementerian negara atau lembaga di
lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah pusat sendiri, yaitu
laporan konsolidasian dari laporan keuangan seluruh
kementerian/lembaga yang ada di Kementerian Keuangan.
Sedangkan, pada pemerintah daerah yang menjadi entitas
pelaporan adalah seluruh pemerintah provinsi dan seluruh
pemerintah kabupaten dan kota, sehingga akan terdapat lebih dari
500 entitas pelaporan di Indonesia yang semuanya akan
menyusun laporan keuangan dan diaudit oleh BPK.
56
2) Penyusunan Laporan Keuangan Menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010.
Menurut PP Nomor 24 Tahun 2005, SAP sudah harus
diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan tahun anggaran
2015. Artinya bahwa penyajian laporan keuangan tahun 2015
sudah harus sesuai dengan SAP. Hal serupa juga terjadi pada
penerapan PP Nomor 71 Tahun 2010, yang menyatakan bahwa
SAP Berbasis Akrual sudah harus diterapkan untuk penyusunan
laporan keuangan tahun anggaran 2010.
SAP mengatur mengenai informasi yang harus disajikan
dalam laporan keuangan, bagaimana menetapkan, mengukur, dan
melaporkannya. Oleh karena itu, SAP mengatur penyajian pos-
pos yang harus disajikan dalam laporan keuangan seperti pos kas,
piutang, aset tetap, dan seterusnya.
Laporan keuangan pokok wajib disusun dan disajikan
oleh entitas pelaporan menurut SAP Berbasis Kas Menuju
Akrual yaitu sebagai berikut :
1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2) Neraca
3) Laporan Arus Kas (LAK)
4) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
57
Sedangkan, SAP Berbasis Akrual mewajibkan entitas
pelaporan menyusun dan menyajikan tujuh laporan keuangan
pokok yang terbagi ke dalam dua jenis pelaporan, yaitu
pelaporan finansial berbasis akrual, pelaporan pelaksanaan
anggaran berbasis kas, dan CaLK.
Pelaporan finansial terdiri atas :
1) Neraca;
Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi
keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, utang dan
ekuitas dana pada tanggal tertentu.
2) Laporan Operasional (LO);
Laporan Operasional yang selanjutnya disingkat LO adalah
laporan yang menyajikan informasi mengenai seluruh
kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang
tercermin dalam pendapatan-LO, beban dan surplus/defisit
operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya
disandingkan dengan periode sebelumnya.
3) Laporan Arus Kas;
Laporan Arus Kas yang selanjutnya disingkat LAK adalah
laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu
periode akuntansi, serta saldo kas dan setara kas pada tanggal
pelaporan.
58
4) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
Laporan Perubahan Ekuitas yang selanjutnya disingkat LPE
adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai
perubahan ekuitas yang terdiri dari ekuitas awal,
surplus/defisit-LO, koreksi dan ekuitas akhir.
Sedangkan, laporan pelaksanaan anggaran terdiri atas :
1) LRA berbasis kas;
Laporan Realisasi Anggaran yang selanjutnya disingkat LRA
adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi
pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA,
pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran,
yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya
dalam satu periode.
2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL).
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang selanjutnya
disingkat LPSAL adalah laporan yang menyajikan informasi
kenaikan dan penurunan SAL tahun pelaporan yang terdiri
dari SAL awal, SiLPA/SiKPA, koreksi dan SAL akhir.
Ditambah dengan CaLK yang merupakan laporan yang
merinci atau menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos dalam laporan
pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial dan merupakan
laporan yang tidak terpisahkan dari kedua pelaporan tersebut.
59
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Nomor
71 Tahun 2010 dalam menyatakan bahwa : “Laporan Keuangan
merupakan laporan terstruktur mengenai posisi keuangan dan
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan”.
Sedangkan menurut Mahsun & Sulistiyowati &
Purwanugraha (2011 : 92) dalam buku “Akuntansi Sektor
Publik” menyatakan bahwa : “Laporan Keuangan Daerah adalah
hasil proses akuntansi keuangan daerah yang berisi Neraca,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas
Laporan Keuangan, untuk digunakan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, baik pihak internal maupun pihak eksternal”.
3) Perbandingan Laporan Operasional dengan Laporan Realisasi
Anggaran.
Perbedaan mendasar antara SAP Berbasis Kas Menuju
Akrual dengan SAP Berbasis Akrual adalah adanya penambahan
PSAP baru, yaitu PSAP Nomor 12 tentang penyajian Laporan
Operasional. Laporan Operasional, yang dalam SAP PP Nomor
24 Tahun 2005 disebut dengan nama Laporan Kinerja Keuangan
dan bersifat optional, dalam SAP Berbasis Akrual menjadi salah
satu bagian dari pelaporan finansial yang berbasis akrual untuk
pelaporan atas pendapatan dari sumber daya ekonomi yang
diperoleh dan beban untuk kegiatan pelayanan pemerintahan.
60
Dengan adanya Laporan Operasional, maka Laporan
Realisasi Anggaran tidak lagi memiliki keterkaitan dengan
Neraca. Perbedaan basis akuntansi yang digunakan disebabkan
karena tujuan penyusunan kedua laporan tersebut juga berbeda.
Pelaporan operasional bertujuan untuk memberikan informasi
tentang kegiatan operasional keuangan yang tercerminkan dalam
pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu
entitas pelaporan. Laporan Operasional menyajikan ikhtisar
sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan
penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah
untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintah dalam satu periode
pelaporan (KK par. 78).
Sedangkan, Laporan Realisasi Anggaran bertujuan
memberikan informasi realisasi dan anggaran entitas pelaporan.
Perbandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan
tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara
legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan
keuangan pemerintah pusat atau daerah yang menunjukkan
ketaatan terhadap APBD/APBD (PSAP Nomor 1 par. 35).
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber,
alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola
oleh pemerintah pusat atau daerah, yang menggambarkan
61
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu
periode pelaporan (KK par. 61).
Perbedaan tujuan kedua laporan tersebut juga berdampak
pada berbedanya manfaat dan informasi yang disediakan oleh
kedua laporan tersebut. Laporan Operasional menyediakan
informasi yang mencerminkan seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang berguna bagi penggunanya
untuk mengevaluasi pendapatan-LO dan beban untuk
menjalankan suatu unit atau seluruh entitas pemerintah.
Informasi yang disediakan oleh Laporan Operasional adalah
informasi (PSAP Nomor 12 par. 6) :
a. Mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh
pemerintah untuk menjalankan pelayanan;
b. Mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna
dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi,
efektivitas, serta kehematan perolehan dan penggunaan
sumber daya ekonomi;
c. Berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan
diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan
daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan
laporan secara komprehensif;
d. Mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan
peningkatan ekuitas (bila surplus operasional).
62
Sementara, Laporan Realisasi Anggaran menyediakan
informasi yang berguna bagi penggunanya dalam mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi,
akuntabilitas, dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran
dengan :
a. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan
penggunaan sumber daya ekonomi;
b. Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara
menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan
anggaran.
Laporan Realisasi Anggaran dapat menyediakan
informasi kepada pengguna laporan tentang indikasi perolehan
dan penggunaan sumber daya ekonomi yang telah dilaksanakan
secara efisien, efektif, dan hemat, serta telah dilaksanakan sesuai
dengan anggarannya (APBN/APBD) dan dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh
karena itu, Laporan Realisasi Anggaran masih menggunakan
basis kas, karena penetapan anggarannya masih berbasis kas
juga.
Berdasarkan PSAP No. 12 Paragraf 6 SAP Berbasis
Akrual dinyatakan bahwa ada 4 (empat) informasi yang
disediakan oleh Laporan Operasional (LO). Masing-masing dari
63
keempat informasi tersebut mencerminkan peranan dari Laporan
Operasional, yaitu :
(a) Mencerminkan peran dalam perhitungan biaya pelayanan;
(b) Mencerminkan peran untuk menilai kinerja pemerintah;
(c) Berperan dalam mengestimasikan pendapatan yang diterima;
dan
(d) Berperan untuk menentukan besarnya perubahan ekuitas
yang dimiliki oleh pemerintah.
Laporan Operasional menyajikan beban akrual yang
dapat digunakan untuk menghitung biaya per program atau
kegiatan pelayanan. Beban-beban yang ada dalam Laporan
Operasional dapat dikelompokkan menjadi biaya pegawai, biaya
material, dan biaya overhead untuk melakukan perhitungan biaya
untuk setiap program atau kegiatan. Dengan adanya, Laporan
Operasional dapat dihitung beban akrual dengan hasil/keluaran.
Oleh karena itu, selain untuk menentukan biaya pelayanan, LO
dapat juga untuk melihat kinerja pemerintah.
Laporan Operasional-LO berperan dalam penilaian
kinerja yang digunakan untuk mengukur keluaran/hasil dari
kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai sehubungan
dengan penggunaan anggaran (cost) dengan kualitas dan
kuantitas yang telah ditentukan. Untuk mengevaluasi kinerja
berkaitan dengan konsep value for money (VFM), yaitu ekonomi,
64
efisien, dan efektif. Konsep VFM memberikan pengertian akan
biaya dan kinerja dalam mencapai efisiensi dan efektivitas
organisasi. Konsep VFM digunakan untuk menilai apakah suatu
organisasi telah mencapai benefit maksimal, dengan
menggunakan sumber daya yang ada.
Dalam perannya mengestimasi pendapatan, LO
memberikan informasi untuk memprediksi pendapatan-LO yang
akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam
periode mendatang dengan menyajikan laporan secara
komparatif. Pengakuan pendapatan tidak perlu menunggu adanya
arus kas yang masuk, melainkan pada saat timbulnya hak atas
pendapatan sudah dapat diakui.
Selain itu juga, pendapatan yang berasal dari transaksi
barang/jasa juga dapat diakui sebagai pendapatan, serta
pendapatan dari kegiatan non-operasional dan pos luar biasa
yang bersifat tidak rutin dan tidak sering terjadi dapat
diidentifikasi dan dipisahkan dari pendapatan operasional,
sehingga estimasi dapat dilakukan lebih akrual.
Struktur Laporan Operasional mencakup pos-pos sebagai
berikut (PSAP Nomor 01 paragraf 92 SAP Berbasis Akrual).
a) Pendapatan-LO dari kegiatan operasional, yaitu hak
pemerintah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam
65
periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu
dibayar kembali.
b) Beban dari kegiatan operasional, yaitu penurunan manfaat
ekonomi/potensi jasa dalam periode pelaporan yang dapat
menurunkan ekuitas berupa pengeluaran/konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban.
c) Surplus/defisit dari kegiatan non-operasional (bila ada), yaitu
selisih antara pendapatan dan beban non-operasional yang
sifatnya tidak rutin termasuk dari surplus/defisit dari
penjualan aset nonlancar dan penyelesaian kewajiban jangka
panjang.
d) Pos luar biasa (bila ada), yaitu pendapatan atau beban yang
bukan merupakan operasi biasa yang tidak diharapkan
sering/rutin terjadi, di luar kendali atau pengaruh entitas yang
bersangkutan, serta sifat dan jumlahnya diungkap dalam
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
e) Surplus/defisit-LO, yaitu selisih lebih/kurang antara
pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan.
Konsep akrual pada Laporan Operasional terlihat pada
transaksi pendapatan-LO dan beban dalam bentuk barang/jasa.
Transaksi pendapatan dan beban yang terkait dengan transaksi
selain kas dapat segera dicatat pada pendapatan-LO dan beban
pada saat terjadinya transaksi. Sedangkan, pembiayaan tidak
66
BASIS KASANGGARAN
SILPA/SIKPALRA
LaporanPerubahan
SAL
BASIS AKRUALAKUNTANSI
LaporanPerubahan
Ekuitas
Surplus/Defisit-LO
LO Ekuitas Neraca
perhitungkan dalam perhitungan surplus/defisit-LO karena
transaksi pembiayaan tidak terkait dengan operasional pada
periode pelaporan.
Pada PSAP Nomor 12 paragraf 7 disebutkan bahwa
Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari
siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting)
sehingga penyusunan Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Keterkaitan antar-laporan keuangan
dalam kedua pelaporan, yaitu pelaporan pelaksanaan anggaran
dan pelaporan finansial, dapat dilihat dari Gambar 2.1
Gambar 2.1Keterkaitan Antarlaporan Keuangan Menurut SAP
Berbasis Akrual
Sumber : Triharta, 2010 dalam Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, 2014
67
Pelaporan pelaksanaan anggaran dan pelaporan finansial
(akuntansi) tidak memiliki keterkaitan, sehingga Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) tidak lagi terkait dengan neraca,
sebagaimana pada SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. Sisa
Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) yang
dihasilkan dari LRA akan menjadi penambah/pengurang Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL).
4) Perbedaan Akuntansi Pendapatan-LO dan Pendapatan-LRA.
Dengan diterapkannya dua basis akuntansi yang berbeda
pada dua jenis pelaporan yang berbeda, yaitu pelaporan
pelaksanaan anggaran berbasis kas dan pelaporan finansial
berbasis akrual. Akibatnya, terdapat dua macam pendapatan,
yaitu pendapatan-LO berbasis akrual dan pendapatan-LRA
berbasis kas. Menurut PSAP Nomor 01, pendapatan-LO
didefinisikan sebagai hak pemerintah pusat/daerah yang diakui
sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Sedangkan,
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas
Umum Negara/Daerah yang menambah Saldo Anggaran
Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah. Berdasarkan definisi tersebut, jelas bahwa
68
pendapatan-LO merupakan semua hak pemerintah, yang berupa
kas maupun non/selain kas, yang dapat menambah ekuitas.
Hal ini berarti pengertian pendapatan-LO lebih luas
daripada pendapatan-LRA yang hanya berupa penerimaan kas
saja. Serta keterkaitannya dengan laporan keuangan yang
berbeda. Pendapatan-LO akan memengaruhi ekuitas yang ada di
neraca melalui Laporan Perubahan Sal. Perbedaan dan persamaan
kedua jenis pendapatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Karena berbasis akrual, maka pendapatan-LO diakui pada
saat timbulnya hak atas pendapatan, dan pendapatan direalisasi,
yaitu adanya aliran dana masuk sumber daya ekonomi.
Pendapatan-LO yang diperoleh berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan yang diperoleh sebagai imbalan atas
suatu pelayanan yang telah selesai diberikan diakui pada saat
timbulnya hak untuk menagih pendapatan atau imbalan.
Sedangkan, pendapatan-LO yang diakui pada saat direalisasi
adalah hak yang telah diterima oleh pemerintah tanpa terlebih
dahulu adanya penagihan. Sedangkan pendapatan-LRA diakui
pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
Jadi, selama tidak ada aliran kas yang masuk ke dalam Rekening
Kas Umum Negara/Daerah maka tidak akan pendapatan yang
diakui.
69
Tabel 2.3Perbedaan dan Persamaan Pendapatan-LO
dan Pendapatan LRA
Pendapatan-LO Pendapatan-LRAPerbedaanPengakuan Pada saat timbulnya hak
Pada saat pendapatan direalisasi
Pada saat kas diterima
Pengelompokan Berdasarkan sumber pendapatan
Berdasarkan jenis pendapatan
PersamaanPencatatan Asas Bruto Asas Bruto
Sumber : Abdul Halim dan Muhammad Kusufi, 2014, hlm. 355
Pendapatan-LO diklasifikasi menurut sumber pendapatan.
Klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk pemerintah pusat
dikelompokkan berdasarkan jenis pendapatan, yaitu pendapatan
perpajakan, pendapatan bukan pajak, dan pendapatan hibah.
Sedangkan, klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk
pemerintah daerah dikelompokan menurut asal dan jenis
pendapatan, yaitu pendapatan asli daerah, pendapatan transfer,
dan lain-lain pendapatan yang sah. Masing-masing pendapatan
tersebut diklasifikasikan menurut jenis pendapatan. Beda halnya
dengan pendapatan-LRA yang hanya diklasifikasikan
berdasarkan jenis pendapatan.
Kedua pendapatan tersebut sama-sama dicatat
menggunakan asas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan
bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran). Asas bruto dapat
dikecualikan jika dalam besaran pengurangan terhadap
70
pendapatan-LRA/pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat variabel
terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat
dianggarkan/diestimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum
selesai.
Apabila ditinjau terhadap definisi kedua pendapatan,
yaitu untuk pengakuan dan keterkaitan antarlaporan yang
dipengaruhi oleh keduanya, maka akan timbul masalah dalam
teknik pencatatannya. Masalah yang muncul terkait dengan
pencatatan masalah pendapatan-LRA yang berbasis kas, yaitu
pada saat terjadi transaksi penerimaan kas dari suatu jenis
pendapatan tertentu, maka akun pendapatan-LRA tersebut tidak
akan dicatat pada kas. Hal ini dikarenakan akun kas merupakan
akun neraca dan antara LRA dan neraca tidak ada keterkaitan.
Akun kas (sisi debit/D) akan dicatat bersamaan dengan
akun pendapatan-LO (sisi kredit/K). Dengan demikian, hal ini
menunjukkan bahwa pencatatan dengan sistem double entry tidak
dapat mengakomodasi kebutuhan pencatatan dalam SAP
Berbasis Akrual. Maka dari itu, harus ada solusi untuk mencatat
akun pendapatan-LRA khususnya, semua akun pada pelaporan
realisasi anggaran pada umumnya.
Menurut PSAP Nomor 01, beban adalah penurunan
manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
71
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Sedangkan, Belanja
adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih
dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Berdasarkan
definisi tersebut, jelas bahwa beban merupakan semua transaksi
yang dapat menurunkan manfaat ekonomi atau potensi jasa, baik
yang berupa kas maupun non/selain kas, yang berpengaruh
terhadap penurunan ekuitas.
Hal ini berarti cakupan beban lebih luas daripada belanja
yang hanya berupa pengeluaran kas saja, serta keterkaitannya
dengan laporan keuangan yang berbeda, sama halnya
pendapatan. Perbedaan kedua jenis pendapatan tersebut dapat
dilihat dalam Tabel 2.4
Tabel 2.4Perbedaan dan Persamaan Beban-LO dan Belanja LRA
Beban BelanjaPerbedaanPengakuan Pada saat timbulnya
kewajiban Pada saat terjadinya
konsumsi aset Terjadinya penurunan
manfaat ekonomi atau potensi jasa
Pada saat kas diterima
Pengelompokan Menurut klasisifikasi ekonomi Menurut klasifikasi (jenis belanja) organisasi, dan fungsi
Sumber : Abdul Halim dan Muhammad Kusufi, 2014, hlm. 358
72
Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya
konsumsi aset, dan terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa. Beban yang diakui pada saat timbulnya kewajiban
adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah
tanpa diikuti keluarnya kas dari Kas Umum Negara/Daerah.
Beban diakui pada saat terjadinya konsumsi aset adalah saat
pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului
timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam
kegiatan operasional pemerintah.
Beban diakui pada saat terjadi penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa adalah saat terjadi penurunan nilai aset
sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya
waktu. Belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.
Pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya
terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaaan.
Beban diklasifikasi menurut klasifikasi ekonomi.
Klasisifikasi ekonomi pada prinsipnya mengelompokkan
berdasarkan jenis beban, beban bunga, beban subsidi, beban
hibah, beban bantuan sosial, beban penyusutan aset
tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban lain-lain. Klasifikasi
ekonomi untuk pemerintah daerah terdiri atas beban pegawai,
73
beban barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban
bantuan sosial, beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban
transfer, dan beban tak terduga. Penyusutan/amortisasi dapat
dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan
menjadi metode garis lurus (straight line methode), metode saldo
menurun ganda (double declining balance method), dan metode
unit produksi (unit of production methode).
Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi
(jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Klasifikasi ekonomi
adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis
belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas, yaitu belanja
operasi, belanja modal, dan belanja lain-lain/tak terduga.
Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah,
bantuan sosial, dan belanja lain-lain.
Klasisifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi
belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi,
hibah, bantuan sosial, dan belanja tidak terduga. Belanja operasi
adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek.
Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja
barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial.
74
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk
peroleh aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih
dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain
belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan,
peralatan, aset tak berwujud. Belanja lain-lain/tak terduga adalah
pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa
dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana
alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang
sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan
pemerintah pusat/daerah.
Sama halnya dengan pendapatan, pencatatan beban dan
belanja juga menemui kendala yang sama, yaitu pencatatannya.
Transaksi yang terkait dengan beban dicatat dengan
menggunakan double entry dan saat yang sama pencatatan
belanja dilakukan pada buku anggaran oleh fungsi akuntansi
pada unit pemerintah.
5) Akuntansi Surplus/Defisit-LRA dengan Surplus/Defisit-LO.
Surplus/Defisit-LO adalah selisih antara pendapatan-LO
dan beban selama satu periode pelaporan, setelah diperhitungkan
surplus/defisit dari kegiatan non operasional dan pos luar biasa.
Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu
dikelompokkan tersendiri dalam kegiatan non-operasional.
75
Termasuk dalam pendapatan atau beban dari kegiatan non
operasional antara lain surplus/defisit penjualan aset dari
kegiatan non operasional lainnya.
Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan
operasional dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional
merupakan surplus/defisit sebelum pos luar biasa, yang setelah
ditambah/dikurangi dengan pos luar biasa akan menjadi
surplus/defisit-LO. Saldo surplus/defisit-LO akan dipindahkan ke
Laporan Perubahan Ekuitas sebagai penambah atau pengurang
ekuitas. Surplus/defisit-LRA adalah selisih lebih/kurang antara
pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan.
Surplus/defisit-LRA akan memengaruhi SiLPA/SiKPA yang
nantinya akan dipindahkan ke Laporan Perubahan SAL sebagai
penambah atau pengurang SAL.
6) Akuntansi Pembiayaan dengan Kegiatan Non-operasional dan
Pos Luar Biasa.
Pembiayaan tidaklah sama atau dapat dikategorikan
sebagai kegiatan non-operasional dan pos luar biasa. Pembiayaan
(financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
76
dimaksud untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus
anggaran. Pembiayaan tidak diperhitungkan dalam perhitungan
surplus/defisit-LO karena transaksi pembiayaan tidak terkait
dengan operasional pada periode pelaporan.
Sedangkan, kegiatan non-operasional sifatnya tidak rutin
termasuk dari surplus/defisit dari penjualan aset nonlancar dan
penyelesaian kewajiban jangka panjang, dan pos luar biasa
adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi
karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi
biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di
luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan. Sebelum adanya
pemisahan antara kegiatan operasional dengan kegiatan non-
operasional dan pos luar biasa, pendapatan dan beban
berkemungkinan besar mengalami overestimate atau
underestimate.
77
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
2.2.1. Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris
“communication”), secara etimologis atau menurut asal katanya
adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber
pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna
‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang
memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.
Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah
manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward
(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
“Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.”
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga
dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy (1994:10) bahwa
para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang
dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure
78
and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan
bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan
menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi
meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan
itu, yaitu:
1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)
2. Pesan (mengatakan apa?)
3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?)
4. Komunikan (kepada siapa?)
5. Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara
sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk
(encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu
kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.
79
A. Proses Komunikasi
Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-
19) membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer.
Proses komunikasi secara primer adalah proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai
media. Lambang sebagai media primer dalam proses
komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan
nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain
sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu
menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator
kepada komunikan. Komunikasi berlangsung apabila terjadi
kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh
komunikan. Dengan kata lain, komunikasi adalah proses
membuat pesan yang setala bagi komunikator dan
komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama
komunikator menyandi (encode) pesan yang akan
disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator
memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam
lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh
komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk
menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti
80
ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau
perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang
penting dalam proses penyandian (coding) adalah
komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat
menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).
Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan
bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna)
apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok
dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan
pengalaman dan pengertian (collection of experiences and
meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Schramm
menambahkan, bahwa bidang (field of experience)
merupakan faktor penting juga dalam komunikasi. Jika
bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang
pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung
lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak
sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul
kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh
seperti yang diungkapkan oleh Sendjaja (1994:33) yakni : Si
A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai
perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah
dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal tersebut
81
dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa.
Seandainya si A tersebut membicarakan hal tersebut dengan
si C, seorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses
komunikasi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya seperti
yang diharapkan si A. Karena antara si A dan si C terdapat
perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan,
pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin juga
kepentingannya.
Contoh tersebut dapat memberikan gambaran bahwa
proses komunikasi akan berjalan baik atau mudah apabila di
antara pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya
apabila kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan
seseorang, maka kita harus mengolah dan menyampaikan
pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat
pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang
budayanya. Dengan kata lain komunikator perlu mengenali
karakteristik individual, sosial dan budaya dari komunikan.
2. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua
setelah memakai lambang sebagai media pertama.
82
Seorang komunikator menggunakan media ke dua
dalam menyampaikan komunikasi ke karena komunikan
sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau
jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar,
majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang
sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi
secara sekunder itu menggunakan media yang dapat
diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi,
radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon,
dsb).
Flippo dalam Gibson (2000) dalam Adventana, Gabriella Ara
dan Kurniawan (2014) membuat definisi komunikasi sebagai suatu
tindakan mendorong pihak lain untuk menginterpretasikan suatu idea
dalam suatu cara yang diinginkan oleh pembicara atau penulis.
Menurut Robbins (2006) dalam Adventana, Gabriella Ara dan
Kurniawan (2014), komunikasi di dalam organisasi sering
digambarkan sebagai komunikasi formal. Menurut Edwar dalam
Herlina (2013) dalam Adventana, Gabriella Ara dan Kurniawan
(2014) ada beberapa variabel yang mempengaruhi proses
implementasi, salah satunya adalah komunikasi. Komunikasi
kebijakan yang efektif adalah para pelaksana kebijakan mengetahui
apa yang mereka kerjakan, hal ini menyangkut proses penyampaian
83
informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi yang
disampaikan.
Menurut Edwar dalam Herlina (2013) dalam Adventana,
Gabriella Ara dan Kurniawan (2014) komunikasi adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi proses implementasi. Persyaratan utama
bagi komunikasi kebijakan yang efektif adalah para pelaksana
kebijakan mengetahui apa yang mereka kerjakan, hal ini menyangkut
proses penyampaian informasi dan konsistensi informasi yang
disampaikan.
Sehebat apapun gagasan, tidak akan berguna jika tidak
diteruskan ke dan dipahami orang lain. Komunikasi yang baik
merupakan hal yang sangat penting bagi efektivitas kelompok atau
organisasi manapun.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Ardiansyah (2012) dan Romilia (2011) bahwa komunikasi
berpengaruh terhadap penerapan SAP berbasis akrual. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Warsino (2009) yang berhasil
membuktikan bahwa dengan komunikasi yang baik, seluruh
komponen dalam organisasi akan dapat bekerja secara sistematis
untuk meningkatkan produktivitas khususnya dalam hal pengelolaan
keuangan.
84
2.2.2. Komitmen
Setiap perubahan membutuhkan dukungan penuh oleh
pimpinan suatu institusi. Hal ini merupakan kunci keberhasilan atas
perubahan tersebut. Komitmen yang kuat akan mendorong
implementasi secara menyeluruh perubahan basis akuntansi yang
memang tidak mudah. Salah satu penyebab kelemahan penyusunan
laporan keuangan pada beberapa kementerian/lembaga adalah
lemahnya komitmen pimpinan satuan kerja khususnya SKPD
penerima dana dekonsentrasi/tugas pembantuan.
Menurut Robbins (2002:15) dalam Ririz Setiawati Kusuma
(2013), komitmen organisasi adalah sebagai keadaan dimana seorang
karyawan memihak pada suatu organisasi tersebut dan tujuan-
tujuannya, serta berniat untuk memelihara keanggotanya dalam
organisasi tersebut. Sedangkan Steers dan Porter dalam Supriyono
(2006:24) dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013) berpendapat bahwa
komitmen organisasi merupakan kondisi dimana karyawan sangat
tertarik terhadap tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasi.
Selanjutnya, Greenberg dan Baron (1997:190) dalam Ririz
Setiawati Kusuma (2013), komitmen organisasi menggambarkan
seberapa jauh seseorang mengidentifikasikan dan melibatkan dirinya
pada organisasinya dan keinginan untuk tetap tinggal di organisasi
itu. Porter et.al. dalam Miner, (1992:124) dalam Ririz Setiawati
Kusuma (2013) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai
85
kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam
mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi.
Sikap ini dapat ditandai dengan empat hal, yaitu indikatornya
diantaranya :
a. Kepercayaan karyawan terhadap organisasi
b. Partisipasi karyawan dalam aktivitas kerja
c. Loyalitas terhadap organisasi
d. Adanya Perasaan menjadi bagian dari organisasi
Sedangkan menurut Robbins dalam Sjabadhyni dkk
(2001:456) dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013) memandang
komitmen organisasi merupakan salah satu sikap kerja, karena ia
merefleksikan perasaan seseorang (suka atau tidak suka) terhadap
organisasi tempat ia bekerja. Hal ini didefinisikan sebagai suatu
orientasi individu terhadap organisasi yang mencakup loyalitas,
identifikasi, dan keterlibatan.
Jadi komitmen organisasi merupakan orientasi hubungan
aktif antara individu dan organisasi. Orientasi hubungan tersebut
mengakibatkan individu atas kehendak sendiri bersedia memberikan
sesuatu dan sesuatu yang diberikan itu menggambarkan
dukungannya bagi tercapainya tujuan organisasi. Komitmen
organisasi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer dalam
Sjabadhyni dkk, (2001:457) dalam Ririz Setiawati Kusuma
86
(2013). Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer
dibedakan atas tiga komponen, yaitu:
2) Komponen afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi,
dan keterlibatan karyawan di dalam suatu organisasi.
3) Komponen normatif merupakan perasaan-perasaan karyawan
tentang kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi.
4) Komponen continuance berarti komponen berdasarkan
persepsi karyawan tentang kerugian yang akan dihadapinya
jika ia meninggalkan organisasi.
b. Komitmen organisasi menurut Porter et.al. dalam Miner
(1992:128) dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013). Komitmen
organisasi dari Porter lebih dikenal sebagai pendekatan sikap
terhadap organisasi. Komitmen organisasi ini memiliki dua
komponen, yaitu sikap dan kehendak untuk bertingkah laku.
1) Komponen sikap mencakup beberapa hal diantaranya:
a) Identifikasi dengan organisasi, yaitu penerimaan tujuan
organisasi, dimana penerimaan ini merupakan dasar
komitmen organisasi. Identifikasi karyawan tampak
melalui sikap dengan menyetujui kebijaksanaan
organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai
organisasi, rasa kebanggaan menjadi bagian dari
organisasi.
87
b) Keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan
di organisasi tersebut. Karyawan yang memiliki
komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan
tanggung jawab pekerjaan yang diberikan kepadanya.
c) Kehangatan, afeksi, dan loyalitas terhadap organisasi
merupakan evaluasi terhadap komitmen, serta adanya
ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi
dengan karyawan. Karyawan dengan komitmen tinggi
merasakan adanya loyalitas dan rasa memiliki terhadap
organisasi.
2) Komponen kehendak untuk bertingkah laku, diantaranya:
a) Kesediaan untuk menampilkan usaha Hal itu tampak
melalui kesediaan bekerja melebihi apa yang diharapkan
agar organisasi dapat berkembang dan maju. Karyawan
dengan komitmen tinggi, ikut memperhatikan nasib
organisasi.
b) Keinginan tetap berada dalam organisasi Pada karyawan
yang memiliki komitmen tinggi, hanya sedikit alasan
untuk keluar dari organisasi dan berkeinginan untuk
bergabung dengan organisasi yang dipilihnya dalam
waktu lama.
88
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Adventana, Gabriella Ara dan Kurniawan (2014) yang menyatakan
bahwa Komitmen Organisasi secara parsial mempunyai pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap Kesiapan Penerapan SAP
berbasis akrual. Jika komitmen organisasi pemerintah semakin
tinggi, maka akan meningkatkan Kesiapan Penerapan SAP berbasis
akrual.
2.2.3. Sumber Daya Manusia
Menurut (Thoha, 2005) bahwa salah satu unsur
penyelenggaraan pemerintahan yang perlu
memperoleh perhatian dalam pelaksanaan tata
kepemerintahan yang baik adalah penataan aparatur
pemerintah yang meliputi penataan kelembagaan
birokrasi pemerintahan, sistem, dan penataan
manajemen sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini
sumber daya pegawai (PNS). Pengembangan sumber
daya manusia aparatur merupakan suatu langkah
strategis dalam upaya menciptakan sumber daya
manusia aparatur yang lebih profesional, sinergis, dan
berwibawa dalam proses pelaksanaan pemerintahan
dan pembangunan daerah.
89
Manajemen menurut (Hasibuan, 1996) bahwa
manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Manajemen yang baik akan
memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan,
pegawai dan masyarakat. Dengan manajemen unsur-
unsur manajemen menjadi efektif dan efisien dalam
penggunaannya.
Sedangkan Sumber daya manusia merupakan
elemen utama organisasi dibandingkan dengan
elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang sebab
manusia itu sendiri yang mengendalikan yang lain.
Membicarakan sumberdaya manusia tidak terlepas
dari kegiatan-kegiatan atau proses manajemen lainnya
seperti strategi perencanaan, pengembangan
manajemen dan pengembangan organisasi.
Keterkaitan antara aspek-aspek manajemen itu sangat
erat sekali sehingga sulit bagi kita untuk menghindari
dari pembicaraan secara terpisah satu dengan lainnya.
Manajemen sumber daya manusia bersifat
universal, untuk meningkatkan pencapaian tujuan
organisasi. Sebagaimana (Mangkunegara, 2006)
menyatakan bahwa, manajemen sumber daya
90
manusia menjadi penting dan utama dalam
memperkuat pencapaian tujuan organisasi.
Pengembangan SDM (development personnel)
pada dasarnya merupakan kegiatan terpadu yang
dilakukan manajemen dalam rangka meningkatkan
nilai tambah pegawai guna meningkatkan
produktivitas organisasi dan sekaligus dalam rangka
mempersiapkan pegawai untuk melaksanakan tugas
pada jenjang yang lebih tinggi.
Menurut (Martopo, 2004) bahwa dalam meningkatkan
kualitas individu sumber daya manusia, pengetahuan sangat berperan
dalam mempengaruhi tingkat kemampuan penerimaan inovasi,
adopsi dan inisiatif dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya
dalam suatu organisasi kerja. Menandakan bahwa pendidikan yang
sesuai dengan sistem pendidikan nasional merupakan salah satu
pertimbangan yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan suatu
perekruitan individu sumber daya manusia yang berkualitas.
(Mardiasmo, 2003) menjelaskan bahwa kemampuan berasal
dari kata job competency yaitu kemampuan dan kerja. Arti
kemampuan yaitu kemampuan melakukan segala aktivitas secara
optimal dengan segenap potensi yang dimiliki oleh manusia berupa
tenaga, pikiran, perasaan dan kemauan untuk menghasilkan suatu
91
aktivitas yang bermanfaat. Secara umum aparatur dapat diartikan
sebagai “alat negara”.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Adventana, Gabriella Ara dan Kurniawan (2014) yang menyatakan
bahwa secara parsial Sumber Daya Manusia berpengaruh positif
signifikan terhadap Kesiapan penerapan SAP berbasis akrual.
Semakin meningkat SDM yang dimiliki oleh pemerintah, maka akan
semakin meningkatkan Kesiapan penerapan SAP berbasis akrual.
2.2.4. Infrastruktur
Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan
transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan
fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg,
2000) dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013).
Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-
fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai
fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan,
instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk
92
berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg,
2000) dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013).
Hubungan antara sistem sosial, ekonomi, infrastruktur dan
lingkungan alam (Grigg, 1988) dalam Ririz Setiawati Kusuma
(2013). Definisi teknik juga memberikan spesifikasi apa yang
dilakukan sistem infrastruktur dan mengatakan bahwa infrastruktur
adalah aset fisik yang dirancang dalam sistem sehingga memberikan
pelayanan publik yang penting (Kodoatie, 2003) dalam Ririz
Setiawati Kusuma (2013).
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Ririz Setiawati Kusuma (2013) yang menyatakan bahwa Kesiapan
Pemda Kabupaten Jember yang diindikasikan dengan komitmen,
SDM, sarana prasarana dan sistem informasi dapat disimpulkan
bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dilihat dari parameter
integritas adalah kategori siap dan untuk kesiapan SDM, kesiapan
sistem informasi dan sarana prasarana adalah kategori cukup siap.
2.2.5. Sistem Informasi
Sistem berasal dari bahasa latin (Systema) dan bahasa Yunani
(Sustema). Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen
atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk
menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, dimana suatu
93
model matematika seringkali bisa dibuat (www.wikipedia.org) dalam
Ririz Setiawati Kusuma (2013).
Menurut Mukhtar (2002 : 2) dalam Ririz Setiawati Kusuma
(2013), sistem adalah suatu entitas yang terdiri dari dua atau lebih
komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sistem
yang relevan dengan tugas akuntansi adalah computer based system,
yang dapat diartikan integrasinya peralatan, program, data, dan
prosedur untuk menjalankan satu tugas pada suatu komputer.
Kesuksesan suatu sistem membutuhkan tujuan-tujuan yang
terdefinisikan. Suatu sistem dengan tujuan tertentu akan
menyelesaikan lebih banyak untuk suatu organisasi, daripada sistem
tanpa tujuan, sedikit tujuan, atau tujuan yang ambisius.
Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu
(Jogiyanto, 2001) dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013) yaitu:
a. Komponen sistem
Sistem terdiri dari komponen-komponen yang saling berinteraksi
dan dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem.
Setiap subsistem mempunyai sifat dari sistem yang menjalankan
suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara
keseluruhan.
b. Batas sistem
94
Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu
sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan
luarnya.
c. Lingkungan luar sistem
Lingkungan luar dari sistem adalah apapun di luar batas dari
sistem yang mempengaruhi operasi sistem.
d. Penghubung sistem
Penghubung merupakan media penghubung antara satu
subsistem dengan subsistem lainnya.
e. Masukan dan keluaran sistem
Masukan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem.
Sedangkan keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan
diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dari sisa
pembuangan.
f. Pengolah sistem
Pengolah sistem mengelola masukan menjadi keluaran.
g. Sasaran sistem
Suatu sistem akan dikatakan berhasil jika mengenai sasaran atau
tujuannya.
Informasi adalah data yang berguna yang diolah sehingga
dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat
(Bodnar dan Hopwood, 1996: 1) dalam Ririz Setiawati Kusuma
95
(2013). Sementara menurut (www.wikipedia.org) dalam Ririz
Setiawati Kusuma (2013), informasi adalah hasil pemrosesan,
manipulasi dan pengorganisasian/penataan dari sekelompok data
yang mempunyai nilai pengetahuan (knowledge) bagi penggunanya.
Informasi memiliki nilai ekonomis jika ia dapat membantu dalam
pengambilan keputusan alokasi sumber daya, jadi membantu sistem
untuk mencapai tujuannya. Tujuan sistem informasi dan kebutuhan
informasi yang didefinisikan secara jelas adalah salah satu kunci
untuk suksesnya sistem informasi.
Calliueot dan Lapayre (dalam Handayani, 2007) dalam Ririz
Setiawati Kusuma (2013) menyatakan bahwa penciptaan suatu
informasi yang efektif membutuhkan suatu pengorganisasian untuk
mengembangkan sejumlah sistem-sistem pendukung. Penarikan staf
yang kompeten dan layak adalah suatu tindakan yang sangat penting.
Investasi yang besar dalam perangkat keras, perangkat lunak dan
pendukung sistem yang lain adalah sesuatu yang penting, namun
tanpa manusia bersumber daya yang kompeten untuk
mengkoordinasikan sistem akan menghasilkan informasi yang tidak
layak, tidak tepat waktu atau tidak akurat. Sumber informasi adalah
data dimana data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal data
item. Kualitas suatu informasi tergantung dari beberapa hal yaitu
(Mukhtar, 2002: 4) dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013):
a. Akurat
96
Akurat berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan
dan tidak menyesatkan. Informasi harus akurat karena dari
sumber informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan
banyak terjadi gangguan yang dapat merubah atau merusak
informasi tersebut.
b. Tepat waktu
Ini berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh
terlambat. Jika pengambilan keputusan terlambat, maka dapat
berakibat fatal untuk organisasi.
c. Relevan
Relevan berarti informasi tersebut harus mempunyai manfaat
untuk pemakainya.
d. Lengkap
Informasi yang disajikan termasuk di dalamnya semua data-data
yang relevan dan tidak mengabaikan kepentingan yang
diharapkan oleh pembuat keputusan.
e. Dapat dimengerti
Informasi yang disajikan hendaknya dalam bentuk yang mudah
dimengerti oleh pembuat keputusan. Nilai dari informasi
ditentukan oleh dua hal yaitu manfaat dan biaya untuk
mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila
manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya untuk
mendapatkannya.
97
Sistem informasi dapat diartikan sebagai suatu
pengorganisasian peralatan untuk mengumpulkan, menginput,
memproses, menyimpan, mengatur, mengontrol dan melaporkan
informasi untuk pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Mukhtar
(2002) dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013), suatu sistem informasi
dapat dibagi menurut keberadaannya di suatu perusahaan. Ada
sistem informasi informal dan sistem informasi formal. Sistem
informasi informal keberadaanya di suatu organisasi tidak diakui
secara resmi dan informasi yang dihasilkan seringkali mendukung
informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi formal. Sedangkan
sistem informasi formal secara eksplisit diakui keberadaannya di
perusahaan dan bertanggung jawab untuk menghasilkan informasi.
Selain itu sistem informasi juga dibagi berdasarkan proses
yang dijalankan untuk mendapatkan informasi, yaitu sistem
informasi manual semua proses untuk memproduksi informasi tidak
menggunakan mesin atau komputer, maka sistem informasi otomatis
melibatkan mesin atau komputer dalam memproduksi informasi.
Sistem informasi mempunyai komponen yang terdiri dari
blok masukan, blok model, blok keluaran, blok teknologi, blok basis
data, dan blok kendali. Tujuan sistem informasi (Jogiyanto, 2001)
dalam Ririz Setiawati Kusuma (2013):
a. Sistem informasi bisa meningkatkan produk dan jasa.
b. Sistem informasi bisa meningkatkan efisiensi.
98
c. Sistem informasi bisa meningkatkan proses kerja manajemen.
Hasil penelitian Gabriella Ara Adventana dan Kurniawan
(2014) menunjukkan bahwa teknologi informasi secara simultan
berpengaruh positif terhadap kesiapan penerapan SAP berbasis
akrual.
2.2.6. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
Dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan serta
pertanggungjawaban kegiatan Instansi Pemerintah, pimpinan Instansi
Pemerintah wajib menerapkan setiap unsur dari Sistem Pengendalian
Intern. Untuk memastikan bahwa Sistem Pengendalian Intern
tersebut sudah dirancang dan diimplementasikan dengan baik, dan
secara memadai diperbaharui untuk memenuhi keadaan yang terus
berubah perlu dilakukan pemantauan secara terus-menerus. Pimpinan
Instansi Pemerintah melakukan pemantauan antara lain melalui
evaluasi terpisah atas Sistem Pengendalian Internnya masing-masing
untuk mengetahui kinerja dan efektifitas Sistem Pengendalian Intern
serta cara meningkatkannya. Pemantauan juga berguna untuk
mengidentifikasi dan mengatasi risiko utama seperti penggelapan,
pemborosan, penyalahgunaan, dan salah-kelola (mismanagement).
a. Pengertian Pengendalian Internal.
Xu, et al. (2003) dalam Ruri Windiastuti (2013)
menjelaskan bahwa interaksi antara orang dan sistem serta
99
implementasi sistem merupakan faktor penting yang
mempengaruhi kualitas dari sebuah informasi. Keandalan sistem
harus juga didukung oleh keandalan sumber daya manusia.
Namun sistem yang sudah berjalan harus dikontrol agar tetap
dapat berjalan baik.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah menyatakan
bahwa:
“Sistem pengendalian Internal adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, yang kemudian disingkat SPIP adalah Sistem Pengendalian Internal yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.”
Sistem Pengendalian Internal merupakan kegiatan
pengendalian terutama atas pengelolaan sistem informasi yang
bertujuan untuk memastikan akurasi dan kelengkapan informasi.
Kegiatan pengendalian atas pengelolaan informasi meliputi
100
Pengendalian Umum dan Pengendalian Aplikasi, yang masing-
masing akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengendalian umum
Pengendalian ini meliputi pengamanan sistem informasi,
pengendalian atas akses, pengendalian atas pengembangan
dan perubahan perangkat lunak aplikasi, pengendalian atas
perangkat lunak sistem, pemisahan tugas, dan kontinuitas
pelayanan.
2) Pengendalian aplikasi
Pengendalian ini meliputi pengendalian otorisasi,
pengendalian kelengkapan, pengendalian akurasi, dan
pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data.
Dalam kaitannya dengan efektivitas penyusunan laporan
keuangan maka baik buruknya implementasi sistem pengendalian
internal dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah.
b. Tujuan Pengendalian Internal.
Arens et. Al. (2011) yang dialih bahasakan oleh Herman
Wibowo dalam Ruri Windiastuti (2013) memaparkan tiga tujuan
umum manajemen dalam merancang sistem pengendalian
internal yang efektif, yaitu:
1) Reliability Of Financial Reporting.
101
2) Efficiency and Effectiveness Of Operations.
3) Complience With Laws and Regulations.
Manajemen bertanggung jawab untuk menyiapkan
laporan bagi para investor, kreditor dan pemakai lainnya.
Manajemen memikul baik tanggung jawab hukum maupun
professional untuk memastikan bahwa informasi telah disajikan
secara wajar sesuai dengan persyaratan pelaporan seperti prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Tujuan pengendalian
internal yang efektif atas pelaporan keuangan adalah memenuhi
tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut.
Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong
pemakaian sumber daya secara efektif dan efisien untuk
mengoptimalkan sasaran-sasaran perusahaan. Tujuan yang
penting dari pengendalian ini adalah memperoleh informasi
keuangan dan non-keuangan yang akurat tentang operasi
perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan. Manajemen
harus menguji efektifitas pelaksanaan pengendalian.
Tujuan penggunaan ini adalah untuk menentukan apakah
pengendalian telah berjalan seperti yang telah dirancang dan
apakah orang yang melaksanakan memiliki kewenangan serta
kualifikasi yang diperlukan untuk melaksanakan pengendalian
secara efektif.
102
Organisasi-organisasi publik, non-publik, dan nirlaba
diwajibkan menaati berbagai hukum dan peraturan. Beberapa
hanya berhubungan secara tidak langsung dengan akuntansi,
seperti Undang-Undang perlindungan hukum dan hak sipil,
sementara yang lainnya berkaitan erat dengan akuntansi, seperti
peraturan pajak penghasilan dan kecurangan.
c. Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Internal.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah menyebutkan bahwa
SPIP terdiri dari unsur-unsur berikut:
1. Lingkungan pengendalian
2. Penilaian risiko
3. Kegiatan pengendalian
4. Informasi dan komunikasi
5. Pemantauan pengendalian intern
Adapun penjabaran unsur-unsur pengendalian internal
sebagai berikut:
1. Lingkungan Pengendalian:
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan
memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan
perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem
103
Pengendalian Internal dalam lingkungan kerjanya.
Lingkungan pengendalian terdiri dari:
a) Penegakkan integritas dan nilai etika;
b) Komitmen terhadap kompetensi;
c) Kepemimpinan yang kondusif;
d) Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan
kebutuhan;
e) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
f) Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang
pembinaan
g) Sumber daya manusia;
h) Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah
yang efektif;
i) Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah
terkait.
2. Penilaian Risiko
Dalam rangka penilaian resiko, pimpinan Instansi Pemerintah
dapat menetapkan tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada
tingkatan kegiatan, dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan. Penilaian resiko terdiri dari:
a) Penetapan tujuan instansi secara keseluruhan
b) Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan
c) Identifikasi risiko
104
d) Analisis risiko
e) Mengelola risiko selama perubahan
3. Kegiatan Pengendalian
Pimpinan Instansi pemerintah wajib menyelenggarakan
kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas,
dari sifat dan tugas dan fungsi yang bersangkutan.
Penyelenggaraan kegiatan pengendalian terdiri dari:
a) Batas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;
b) Pembinaan sumber daya manusia;
c) Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
d) Pengendalian fisik atas aset;
e) Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
f) Pemisahan fungsi;
g) Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;
h) Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan
kejadian;
i) Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;
j) Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya;
dan
k) Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern
serta transaksi dan kejadian penting.
4. Informasi dan Komunikasi
105
Pimpinan instansi pemerintah wajib mengidentifikasi,
mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk
dan waktu yang tepat. Komunikasi atas informasi wajib
diselenggarakan secara efektif.
a) Informasi
b) Komunikasi
c) Bentuk dan sarana komunikasi
5. Pemantauan pengendalian intern
Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan pemantauan
Sistem Pengendalian Internal melalui:
a) Pemantauan berkelanjutan
b) Evaluasi terpisah
c) Penyelesaian audit
Hasil penelitian Dianne Natalia Christanti (2014)
menunjukkan bahwa secara simultan atau bersama-sama, akuntansi
berbasis akrual dan sistem pengendalian intern berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Dari hasil koefisien
korelasi ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara
variabel akuntansi berbasis akrual dan sistem pengendalian intern
dengan kualitas laporan keuangan jika dijalankan secara bersamaan.
Jadi, lebih baik akuntansi berbasis akrual dan sistem pengendalian
106
intern dijalankan bersamaan demi meningkatkan kualitas laporan
keuangan.
2.2.7. Pengertian Implementasi
Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus
Webster yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab dalam Rimaru
(2012) adalah:
“Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)” (Webster dalam Wahab, 2004:64) dalam Rimaru (2012).
Implementasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu to implement
yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan
penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan
dampak atau akibat terhadap sesuatu.
Implementasi sebagai suatu proses tindakan Administrasi dan
Politik. Pandangan ini sejalan dengan pendapat Peter S. Cleaves
dalam bukunya Solichin Abdul Wahab (2008;187) dalam Rimaru
(2012), yang secara tegas menyebutkan bahwa:
Implementasi itu mencakup “a process of moving toward a policy objective by means of administrative and political steps” (Cleaves, 1980). Secara garis besar, beliau mengatakan bahwa fungsi implementasi itu ialah untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-sasaran kebijakan public diwujudkan sebagai outcome hasil akhir
107
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Sebab itu fungsi implementasi mencakup pula penciptaan apa yang Dalam ilmu kebijakan public disebut “policy delivery system” (system penyampaian/penerusan kebijakan publik) yang biasanya terdiri dari cara-cara atau saran-sarana tertentu yang dirancang atau didesain secara khusus serta diarahkan menuju tercapainya tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang dikehendaki.
Mazmanian & Paul Sabatier dalam bukunya implementation
and public policy (1983:61) dalam Rimaru 2012 mendefinisikan
implementasi sebagai berikut:
“pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya”.
Implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier dalam
Rimaru (2012) merupakan pelaksanaan kebijakan dasar berbentuk
undang-undang juga berbentuk perintah atau keputusan-keputusan
yang penting atau seperti keputusan badan peradilan. Proses
implementasi ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan
tertentu seperti tahapan pengesahan undang-undang, kemudian
output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan dan
seterusnya sampai perbaikan kebijakan yang bersangkutan.
108
Sedangkan Van Meter dan Van Horn (1975), dalam bukunya
Leo Agustino (2006;139) dalam Rimaru (2012), mendefinisikan
implementasi sebagai:
“tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”.
Pandangan Van Meter dan Van Horn dalam Rimaru (2012)
bahwa implementasi merupakan tindakan oleh individu, pejabat,
kelompok badan pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam suatu
keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warganegaranya.
Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi
pekerjaan-pekerjaan di bawah mandat dari Undang-Undang,
sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan
apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak
dilakukan.
Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa
implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu:
2. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan
3. Adanya aktivitas/kegiatan pencapaian tujuan
4. Adanya hasil kegiatan
109
2.3 Peneliti Terdahulu
Wijaya (2010) menyatakan bahwa pengenalan akuntansi akrual di
Indonesia belum sepenuhnya dipahami karena adanya kelemahan SAP 2005.
Meskipun SAP tersebut sudah diperbaharui dengan SAP 2010, usaha
investigasi yang lebih mendalam tentang implementasi akuntansi akrual di
Indonesia tetap diperlukan.
Titik Setyaningsih (2013) menyatakan bahwa hasil penelitian yang
pertama, tingkat pemahaman aparatur pemerintah kota Surakarta terhadap
SAP 2010 ternyata masih rendah. Kedua, aparatur pemerintah kota
Surakarta telah mampu bekerja secara mandiri dalam melaksanakan SAP ini,
namun partisipan menyatakan masih adanya kerumitan teknis penyusunan
pelaporan. Ketiga, faktor penghambat pelaksanaan SAP berupa fasilitas
yang minim, pendidikan staf yang tidak sesuai, kurangnya pengalaman,
kurangnya sosialisasi dan tidak adanya insentif bagi pelaksanaan SAP yang
baik, bermuara pada rendahnya komitmen pimpinan sehingga
mengakibatkan kurang dipertimbangkannya anggaran yang cukup untuk
pelatihan dan sosialisasi. Keempat, belum adanya payung hukum berupa
peraturan walikota yang memuat petunjuk teknis pelaksanaan SAP 2010.
Tim penelitian Kemendagri (2012) meneliti tentang kesiapan
pemerintah dari pelaksanaan SAP yang dilakukan pada Provinsi DIY, Bali,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Kalimantan Selatan, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi
Utara dengan masing-masing 1 kabupaten atau kota dalam provinsi yang
110
bersangkutan. Bahwa Pemda pada prinsipnya siap dan berkomitmen dalam
menerapkan SAP berbasis akrual, ini ditunjukkan dengan kondisi-kondisi
strategis seperti komitmen pemerintah, regulasi kebijakan, Sumber Daya
Manusia (SDM), sarana dan prasarana serta sistem informasi. Sementara itu,
kendala yang dihadapi antara lain pengetahuan SDM dalam penyusun
laporan keuangan serta kurangnya pelatihan/ bimbingan teknis (bintek).
Pemda kurang memperoleh pendampingan dalam operasionalisasi
pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP serta belum cukup didukung oleh
Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang dilaksanakan secara cermat, tepat,
akurat, presisi di tingkat pemerintah provinsi hingga kota/kabupaten.
Strategi dasar yang dapat dipergunakan untuk kesiapan penerapan SAP
berbasis akrual penuh termasuk dalam kategori strategi agresif, yaitu dengan
mengandalkan SDM yang memahami regulasi di bidang keuangan daerah
dan akuntansi.
2.4 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan Kajian teoritis yang telah dikemukakan, gambar berikut
merupakan kerangka pemikiran penelitian ini:
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Kesiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual
di Kabupaten Waropen
111
Komunikasi Komitmen SDM InfrastrukturSistem
InformasiSPIP
Sumber : Pemikiran peneliti, 2015.
112
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian tentang Studi Eksplorasi Kesiapan Implementasi Akuntansi
Berbasis Akrual di Kabupaten Waropen menggunakan metode penelitian
Deskriptif Kuantitatif. Penelitian Deskriptif dapat dilakukan secara
kuantitatif agar dapat dilakukan analisis statistik (Sulistyo-Basuki, 2006:
110).
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja
Perangkat Daerah sebanyak 39 (tiga puluh sembilan) di lingkungan
Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.
3.2.2. Sampel
Sampling atau sampel berarti contoh atau sebagian dari seluruh
individu yang menjadi obyek penelitian. Adapun sampel dalam
penelitian ini adalah Pengguna Anggaran (PA), Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK),
Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK), Bendahara Penerimaan,
113
Bendahara Pengeluaran, Bendahara Barang dan seluruh PNS pada
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). Dalam
hal ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu
digunakan dengan menentukan kriteria khusus terhadap sampel,
terutama orang-orang yang dianggap ahli. Kriteria purposive
sampling dalam penelitian ini adalah :
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menduduki Jabatan Sekretaris
Daerah/Sekretaris DPRD/ Kepala Dinas/Badan/Kantor
(PA/KPA), Sekretaris Dinas /Kabag/Kabid (PPTK), Kasubbag
Keuangan (PPK-SKPD);
2. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat berdasarkan surat
keputusan Kepala Daerah (KDH) sebagai tenaga fungsional
dalam hal ini bendahara penerimaan, bendahara pengeluaran dan
bendahara barang;
3. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja pada Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) .
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menyebarkan kuesioner guna memperoleh data primer. Menurut
Sugiyono (2012: 199) kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada reponden untuk dijawabnya.
114
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancara
langsung (semiterstruktur). Wawancara langsung dilakukan untuk
mengurangi kekurangpahaman partisipan atas pertanyaan yang disiapkan.
Data tambahan juga didapatkan dari dokumen pendukung.
Dalam setiap penelitian diperlukan kemampuan memilih dan
menyusun teknik serta alat pengumpulan data yang relevan, disamping
menggunakan metode yang tepat juga diperlukan kecermatan dalam memilih
data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
1. Penelitian Kepustakaan
Peneliti memperoleh sumber data sekunder melalui studi
kepustakaan yang bertujuan untuk membandingkan hasil yang diperoleh
dengan teori yang telah didapat. Data yang diperoleh dari studi
kepustakaan ini adalah:
a. Data yang bersumber dari kepustakaan kampus.
b. Data yang bersumber dari Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen,
diantaranya :
1) Sejarah
2) Gambaran Umum Pemerintahan
3) Struktur organisasi
2. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan ini dilakukan peneliti secara langsung pada
obyek penelitian yaitu 39 (Tiga Puluh Sembilan) Unit Satuan Kerja
115
Perangkat Daerah (SKPD) dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten
Waropen.
Dalam mengadakan penelitian lapangan ada beberapa metode
sebagai alat ukurnya :
a. Wawancara
b. Study Dokumentasi
Dilakukan sebagai bahan untuk memperkuat penjelasan terhadap
bahan atau masalah yang diteliti.
3.4. Jenis dan Sumber Data
3.4.1. Data Primer
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli. Data primer yang diperoleh adalah hasil
pengisian kuesioner oleh responden Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pejabat
Penatausahaan Keuangan (PPK), Bendahara Penerimaan, Bendahara
Pengeluaran, Bendahara Barang dan seluruh PNS berjumlah 32 (tiga
puluh dua) orang pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (BPKAD).
116
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang peneliti peroleh dari luar obyek
penelitian berupa literatur, dokumen, buku maupun media elektronik
terkait obyek penelitian.
3.5. Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian diukur dengan komunikasi, komitmen, sumber
daya manusia, infrastruktur, sistem informasi yang dijelaskan sebagai
berikut.
1. Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan
konsistensi informasi yang disampaikan.
2. Komitmen
Komitmen adalah Orientasi individu atas kehendak sendiri memberikan
sesuatu yang menggambarkan dukungannya bagi tercapainya tujuan
organisasi.
3. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam hal ini sumber daya
pegawai (PNS)
merupakan elemen utama organisasi sebab manusia itu
sendiri yang mengendalikan yang lain dan sebagai
penyelenggaraan pemerintahan.
117
4. Infrastruktur
Sistem infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur
dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan
dibutuhkan.
5. Sistem Informasi
Sistem informasi adalah suatu entitas yang terdiri dari dua atau lebih
data yang berguna yang diolah yang saling berinteraksi untuk mencapai
tujuan sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang
tepat.
6. Sistem Pengendalian Internal
Sistem pengendalian Internal adalah proses tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara berkelanjutan oleh seluruh aparatur PNS dalam suatu
organisasi untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya
tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.
Tabel 3.1Variabel, Indikator dan Item Kuesioner
No
Variabel Indikator Item
1 2 3 4
118
1. Komunikasi Komunikasi 1. Kebijakan dan prosedur akuntansi SAP berbasis akrual disosialisasikan kepada seluruh pegawai.
2. Pimpinan memberikan instruksi yang jelas pada keputusan dan pekerjaan.
3. Pimpinan mengevaluasi kinerja pegawai setiap bulan.
4. Pelaksanaan laporan pekerjaan dilakukan dengan benar dan tepat waktu.
No
Variabel Indikator Item
1 2 3 4
5. Organisasi menyediakan sarana kotak saran atau prosedur keluhan pegawai.
6. Rapat koordinasi dilaksanakan setiap bulan.7. Terjalin group informal di dalam organisasi.8. Pihak eksternal dapat memperoleh semua
informasi dari situs resmi organisasi.9. Terdapat layanan customer service di kantor
yang dapat memberikan informasi kepada pihak eksternal.
2 Komitmen Komitmen 1. Saya berkomitmen untuk implementasi (pelaksanaan) akuntansi berbasis akrual.
2. Saya berkomitmen dalam layanan publik dengan peningkatan melalui implementasi akuntansi berbasis akrual.
3. Saya berkomitmen dalam pelaksanaan administrasi publik dengan implementasi akuntansi berbasis akrual dalam bentuk peraturan perundangan dan maupun peraturan pendukung lainnya.
4. Organisasi mempunyai komitmen yang tinggi dalam implementasi (pelaksanaan) akuntansi berbasis akrual.
5. Pemerintah daerah bertanggung jawab moral, terhadap implementasi akuntansi berbasis akrual dalam menunjang optimasi kinerja pemerintah.
6. Pemerintah daerah memiliki inovasi dan obyektif untuk SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan.
7. Pemerintah daerah berkomitmen dan integritas pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.
8. Pemerintah daerah untuk mempunyai prinsip transparan dalam mendiskusikan permasalahan pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.
9. Pemerintah daerah mempunyai keinginan dan kemauan untuk mencapai hasil kerja yang baik dengan pembangunan SAP berbasis akrual sebagai sarana mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.
10. Pemerintah daerah mempunyai strategi pendekatan yang humanis transparan,
119
demokratis, dan akuntabel dalam pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.
11. Pemerintah daerah mempunyai motivasi untuk mencapai hasil kerja yang baik dengan pembangunan SAP berbasis akrual sebagai sarana mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.
No
Variabel Indikator Item
1 2 3 4
3 Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia
1. Bagian akuntansi memiliki staf yang berkualifikasi dalam jumlah yang cukup.
2. Penempatan pegawai didukung oleh latar belakang pendidikan yang sesuai.
3. Perubahan dalam proses penyusunan laporan keuangan sesuai SAP berbasis akrual menuntut kesiapan saya.
4. Isi dari SAP berbasis akrual sudah saya mengerti dan pahami.
5. Terdapat pedoman mengenai prosedur dan proses akuntansi sesuai SAP berbasis akrual.
6. Bagian akuntansi memiliki uraian peran dan fungsi yang jelas.
7. Uraian tugas saya sesuai dengan fungsi akuntansi yang sesungguhnya.
8. Organisasi memberikan pelatihan-pelatihan untuk membantu penugasan dan pengembangan keahlian.
9. Organisasi memberikan jenjang karir kepada seluruh pegawai.
10. Penganggaran dana dilakukan untuk memperoleh sumber daya, peralatan, dan pelatihan yang dibutuhkan.
11. Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas.
12. Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas.
13. Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi asset tetap.
14. Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi selain kas.
15. Saya memahami sistem pencatatan double entry.
16. Saya memahami prosedur yang harus dilakukan untuk menjembatani kas basis ke akrual basis.
4 Infrastruktur Infrastruktur 1. Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan sarana ruangan yang memadai khususnya untuk operasi perangkat SAP.
2. Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana prasarana perangkat lunak yang memadai khususnya untuk operasi SAP.
3. Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana prasarana basis data pendukung operasionalisasi yang
120
berkesinambungan khususnya untuk operasi SAP.
4. Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana administrasi yang memadai khususnya untuk operasi SAP.
5. Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan anggaran yang memadai khususnya untuk operasi SAP.
6. Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sumberdaya manusia berkualitas yang memadai khususnya untuk operasi SAP.
No
Variabel Indikator Item
1 2 3 4
5 Sistem Informasi Sistem Informasi 1. Bagian akuntansi memiliki komputer yang cukup untuk melaksanakan tugas.
2. Pengolahan data transaksi keuangan menggunakan software yang mendukung pekerjaan.
3. Jaringan internet telah terpasang di unit kerja anda dan dimanfaatkan sebagai penghubung antar unit kerja dalam pengiriman data dan informasi yang dibutuhkan.
4. Proses akuntansi sejak awal transaksi hingga pembuatan laporan keuangan dilakukan secara komputerisasi.
5. Laporan akuntansi dan manajerial dihasilkan dari sistem informasi yang terintegrasi.
6. Jadwal pemeliharaan peralatan dilakukan secara teratur.
7. Peralatan yang usang/rusak didata dan diperbaiki tepat pada waktunya.
8. Tersedia Pedoman Penatausahaan Keuangan Daerah untuk Sistem Informasi dan Manajemen Keuangan Daerah.
9. Bagian akuntansi memperoleh pendampingan dalam operasionalisasi pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP.
10. Satuan Kerja Perangkat Daerah didukung oleh pelatihan peningkatan kualitas pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP.
6 SPIP 1. Lingkungan Pengendalian
1. Penekanan integritas dan nilai etika2. Komitmen terhadap kompetensi3. Kepemimpinan yang kondusif4. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai
dengan kebutuhan5. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
yang tepat6. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang
sehat Tentang pembinaan sumber daya manusia7. Perwujudan peran aparat pengawasan intern
pemerintah yang efektif8. Hubungan kerja yang baik dengan Instansi
pemerintah terkait2. Penilaian Resiko 9. Penerapan tujuan instansi secara keseluruhan
10. Penerapan tujuan pada tingkatan kegiatan11. Identifikasi resiko12. Analisis risiko13. Mengelola risiko selama perubahan
121
No
Variabel Indikator Item
1 2 3 4
3. Kegiatan Pengendalian
14. Review atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan
15. Pembinaan sumber daya manusia16. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi17. Pengendalian fisik atas asset18. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran
kinerja19. Pemisahan fungsi20. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang
penting21. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas
transaksi dan kejadian22. Pembatasan akses atas sumber daya dan
pencatatannya23. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan
pencatatannya24. Dokumentasi yang baik atas sistem
pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting
4. Informasi dan Komunikasi
25. Sistem akuntansi telah dilakukan pada bidang akuntansi.
26. Terdapat diagram arus (flow chart) mengenai transaksi penerimaan kas.
27. Terdapat panduan atau pedoman mengenai pengelolaan kas, khususnya penerimaan kas.
5. Pemantauan 28. Pemeriksaan intern dilakukan untuk pemeriksaan terhadap pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dalam perda pengelolaan keuangan daerah.
29. Diadakan pemeriksaan atas transaksi Penerimaan Kas, Cek, Giro dan pencocokan dengan catatan yang ada oleh Bagian Akuntansi.
30. Diadakan rekonsiliasi catatan dengan bukti fisik kas yang dilaksanakan bagian akuntansi sesuai dengan jumlah kas yang diperiksa.
3.6. Keabsahan dan Keandalan Data (Validity and Reliability)
122
Keabsahan data (Validity) adalah proses bagaimana mengukur apa
yang ingin kita ukur. Keandalan data (Reliability) adalah bagaimana hasil
penelitian jika dilakukan oleh peneliti lain memberikan hasil yang sama
(Sekaran, 2010) dalam Setyaningsih (2013). Keabsahan dan keandalan data
penelitian ini dilakukan dengan cara:
1) Membandingkan data kuantitatif yang berasal dari kuesioner dengan data
kualitatif yang berasal dari wawancara semi-terstruktur (pernyataan
partisipan).
2) Membandingkan data dengan dokumen pendukung yang ditemukan
selama melakukan penelitian.
3) Mengkaitkan teori untuk menginterpretasi dan menjelaskan data.
4) Mengkaitkan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang relevan
untuk menginterpretasi dan menjelaskan data.
3.7. Pengolahan dan Analisis Data
Menurut Hasan (2006: 24), pengolahan data adalah suatu proses dalam
memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan
cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Pengolahan data bertujuan mengubah
data mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga
memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut (Sudjana, 2001: 128).
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan
penghitungan komputasi program SPSS (Statistical Product and Service
Solution) karena program ini memiliki kemampuan analisis statistik cukup
123
tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis menggunakan
menu-menu deskriptif dan kotak-kotak dialog sederhana, sehingga mudah
dipahami cara pengoperasiannya (Sugianto, 2007: 1).
Pengolahan data menurut Hasan (2006: 24) meliputi kegiatan:
1. Editing
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul,
tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada
pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.
2. Coding (Pengkodean)
Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk
dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam
bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada
suatu informasi atau data yang akan dianalisis.
3. Pemberian skor atau nilai
Dalam pemberian skor digunakan skala Likert yang merupakan salah
satu cara untuk menentukan skor. Kriteria penilaian ini digolongkan
dalam empat tingkatan dengan penilaian sebagai berikut:
a. Jawaban (Sangat Setuju), diberi skor 5
b. Jawaban (Setuju), diberi skor 4
c. Jawaban (Ragu-Ragu), diberi skor 3
d. Jawaban (Tidak Setuju), diberi skor 2
124
e. Jawaban (Sangat Tidak Setuju), diberi skor 1
4. Tabulasi
Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi
kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam melakukan tabulasi
diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan. Tabel hasil Tabulasi
dapat berbentuk:
a. Tabel pemindahan, yaitu tabel tempat memindahkan kode-kode dari
kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini berfungsi sebagai
arsip.
b. Tabel biasa, adalah tabel yang disusun berdasar sifat responden
tertentu dan tujuan tertentu.
c. Tabel analisis, tabel yang memuat suatu jenis informasi yang telah
dianalisa (Hasan, 2006: 20)
Analisis Data menurut Hasan (2006: 29) adalah memperkirakan atau
dengan menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu
(beberapa) kejadian terhadap suatu (beberapa) kejadian lainnya, serta
memperkirakan/meramalkan kejadian lainnya. Kejadian dapat dinyatakan
sebagai perubahan nilai variabel. Proses analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang diperoleh baik melalui hasil kuesioner dan
bantuan wawancara.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Deskriptif Porsentase. Deskriptif Porsentase ini diolah dengan cara frekuensi
125
dibagi dengan jumlah responden dikali 100 persen, seperti dikemukan
Sudjana (2001: 129) adalah sebagai berikut:
P=fN
x 100%
Keterangan :
P : Porsentase
f : Frekuensi
N : Jumlah responden
100% : Bilangan tetap
Penghitungan deskriptif Porsentase ini mempunyai langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Mengkoreksi jawaban kuesioner dari responden
b. Menghitung frekuensi jawaban responden
c. Jumlah responden keseluruhan adalah 305 orang
d. Masukkan ke dalam rumus.
Porsentase dari tiap-tiap kategori:
a.Jumlah Responden dengan kategori Sangat SetujuJumlah Seluruh Responden
x 100%
126
b.Jumlah Responden dengan kategori SetujuJumlah Seluruh Responden
x 100%
c.Jumlah Responden dengan kategori Ragu-RaguJumlah Seluruh Responden
x 100%
d.Jumlah Responden dengan kategori Tidak SetujuJumlah Seluruh Responden
x 100%
e.Jumlah Responden dengan kategori Sangat Tidak SetujuJumlah Seluruh Responden
x 100%
Penelitian ini menggunakan Skala Likert sebagai pedoman penafsiran.
Skala Likert merupakan jenis skala yang mempunyai realibilitas tinggi
dalam mengurutkan manusia berdasarkan intensitas sikap tertentu (Nasution,
2000: 63).
Skala Likert dalam menafsikan data relatif mudah. Skor yang lebih
tinggi menunjukkan sikap yang lebih tinggi taraf atau intensitasnya
dibanding dengan skor yang lebih rendah (Nasution, 2000: 63 ).
127
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian ini penulis memperoleh data hasil kuesioner tertulis maupun
wawancara mengenai Komunikasi, Komitmen, Sumber Daya Manusia,
Infrastruktur, Sistem Informasi dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah,
yang kemudian diolah menggunakan perhitungan statistik SPSS V22 dengan
tujuan untuk mendapatkan hasil akhir yaitu pengambilan kesimpulan.
4.1 Karakteristik Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen
Akuntansi keuangan pemerintah daerah Kabupaten Waropen
merupakan bagian dari akuntansi sektor publik, yang mencatat dan
melaporkan semua transaksi yang berkaitan dengan keuangan daerah. Yang
disebut keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Pemerintah Kabupaten Waropen memiliki 39 (tiga puluh sembilan)
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Dari Jumlah SKPD tersebut
terdapat tenaga akuntansi hanya pada Inspektorat berjumlah 2 (dua) orang
terdiri dari 1 (satu) orang Kepala SKPD dan 1 (satu) orang Staf dan BPKAD
128
berjumlah 3 (tiga) orang terdiri dari 1 (satu) orang Kepala Sub Bidang serta
2 (dua) orang staf.
Dengan penjelasan di atas menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah
Kabupaten Waropen sangat minim akan pegawai akuntansi sehingga
keterampilan dan pengetahuan yang baik akan akuntansi pada setiap Satuan
Kerja Perangkat Daerah tidak optimal.
Laporan Keuangan memberikan banyak manfaat bagi para pihak yang
memanfaatkannya untuk pertimbangan pembuatan keputusan ekonomi,
sosial, ataupun politik. Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen melakukan
pelaporan keuangan satu tahun sekali. Pemerintah Daerah Kabupaten
Waropen melakukan kerjasama dengan pihak Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) dalam Penganggaran, Penatausahaan Keuangan
serta pembuatan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dari Tahun 2004
sampai dengan Tahun 2012 serta penatausahaan Barang Milik Daerah
(BMD) dari Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2014 sedangkan Tahun 2013
dan Tahun 2014 melakukan kerjasama dengan Pihak Konsultan dalam
pembuatan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Satuan Kerja Perangkat Daerah tidak membuat laporan keuangan
sendiri melainkan menerima hasil pembuatan laporan keuangan dari pihak
yang telah melakukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten
Waropen.
129
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab sebelumnya, penentuan besarnya sampel menggunakan
sejumlah keseluruhan kuesioner (305 buah) yang telah disebarkan pada
masing-masing SKPD dan telah mendapatkan balasannya seperti yang
dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Rekapitulasi Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner
Kuesioner yang disebar 305 100%
Kuesioner yang kembali 267 88%
Kuesioner yang valid 267 88%
Kuesioner yang tidak valid 0 0
Sumber : data diolah, 2015.
Tabel 4.1 menunjukkan penyebaran dan tingkat pengembalian dengan
jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 305 kuesioner, yang kemudian dari
jumlah 305 kuesioner yang disebar, kembali sebanyak 267 kuesioner atau
sebesar 88%. Berdasarkan porsentase 88% kuesioner yang kembali
semuanya dianggap memenuhi syarat.
130
a. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Waropen seperti yang dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
Tingkat PendidikanJumlah
Orang %1. SMP / Sederajat 3 1,122. SMA/SMK/Sederajat 105 39,333. D3 4 1,504. S1 141 52,815. S2 14 5,24
JUMLAH 267 100%
Sumber : data diolah, 2015.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan
responden pada Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen adalah
SMP/sederajat terdapat 3 orang atau sebesar 1,12% dari total responden.
Pendidikan SMA/SMK/Sederajat sebanyak 105 orang atau sebesar
39,33% dari total responden. Pendidikan Diploma 3 (D3) sebanyak 4
orang atau sebesar 1,50% dari total responden. Pendidikan Sarjana S1
sebanyak 141 orang atau sebesar 52,81% dari total responden.
Sedangkan pendidikan Strata S2 sebanyak 14 orang atau sebesar 5,24%
dari total responden.
131
b. Latar Belakang Pendidikan
Latar belakang pendidikan responden pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Waropen seperti yang dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
No
Latar Belakang
Pendidikan
SMPSederaja
t(Org)
SMA/SMKSederajat
(Org)
D3(Org)
S1(Org)
S2(Org)
Jumlah
(Org)%
1 Akuntansi - - 1 4 - 5 1,87
2Non
Akuntansi3 105 3 137 14 262 98,13
JUMLAH 3 105 4 141 14 267 100
Sumber : data diolah, 2015.
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa responden yang berlatar
belakang pendidikan akuntansi pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Waropen berjumlah 5 orang atau sebesar 1,87 % dari jumlah total
responden. Sedangkan responden yang berlatar belakang non Akuntansi
berjumlah 262 orang atau sebesar 98,13 % dari jumlah total responden.
Dari latar belakang pendidikan akuntansi, sebanyak 1 orang responden
berlatar belakang pendidikan D3 Akuntansi dan sebanyak 4 orang
responden berlatar belakang pendidikan S1 Akuntansi.
Untuk latar belakang non akuntansi, sebanyak 3 orang responden
berlatar belakang pendidikan SMP/Sederajat, sebanyak 105 orang
responden berlatar belakang pendidikan SMA/SMK/Sederajat, sebanyak
3 orang responden berlatar belakang pendidikan D3, sebanyak 137 orang
132
responden berlatar belakang pendidikan S1, dan sebanyak 14 orang
responden berlatar belakang pendidikan S2.
Pemerintah Kabupaten Waropen tidak memiliki tenaga akuntansi
yang cukup, namun dalam mengelola keuangan daerah, para aparatur
pengelola keuangan tersebut dibekali dengan pelatihan atau Bintek yang
intensitasnya sangat minim.
c. Jabatan
Tabel 4.4 Jabatan Responden
No
Jabatan RespondenJumlah (Orang)
%
1. PA 39 14,612. KPA 39 14,613. PPTK 71 26,594. PPK-SKPD 39 14,615. Bendahara Penerimaan 1 0,376. Bendahara Pengeluaran 39 14,617. Bendahara Barang 39 14,61
JUMLAH 267 100
Sumber : data diolah, 2015.
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jabatan responden pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen adalah Pengguna Anggaran
(PA) terdapat 39 orang atau sebesar 14,61 %, Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) sebanyak 39 orang atau sebesar 14,61 %, Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK) sebanyak 71 orang atau sebesar 26,59 %,
Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-
SKPD) sebanyak 39 orang atau sebesar 14,61 %, Bendahara Penerimaan
sebanyak 1 orang atau sebesar 0,37 %, Bendahara Pengeluaran sebanyak
133
39 Orang atau sebesar 14,61 % dan Bendahara Barang sebanyak 39
orang atau sebesar 14,61 %.
d. Kursus/Diklat/Bimtek di bidang akuntansi, keuangan dan
penyusunan anggaran yang telah diikuti.
Tabel 4.5 Kursus/Diklat/Bimtek dibidang Akuntansi,Keuangan dan Penyusunan Anggaran
No
Uraian Jumlah Orang %
1. Tidak Pernah 69 25,84
2. Minim Sekali 137 51,31
3. Sering 61 22,85
JUMLAH 267 100
Sumber : data diolah, 2015.
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa Kursus/Diklat/Bimtek
dibidang Akuntansi Keuangan dan Penyusunan Anggaran yang diikuti
responden pada Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen terdapat 69
orang atau sebesar 25,84 % responden menjawab “Tidak Pernah”,
sebanyak 137 orang atau sebesar 51,31 % responden menjawab “Minim
Sekali”, dan sebanyak 61 orang atau sebesar 22,85 % responden
menjawab “Sering”. Dari 267 responden terdapat 137 orang atau sebesar
51,31 % responden menyatakan minim sekali dalam mengikuti
kursus/diklat/bimtek dibidang akuntansi, dengan hasil ini bahwa sumber
daya manusia/aparatur di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen sangat
membutuhkan bimbingan teknis, kursus-kursus atau diklat yang terus
134
menerus guna membantu semua aparatur untuk menambah wawasan,
pengetahuan dan keterampilan aparatur pengelola keuangan tentang
akuntansi.
e. Parameter Komunikasi
Berdasarkan hasil distribusi responden penilaian kesiapan diukur dengan
parameter komunikasi yang diukur dengan 9 (sembilan) indikator seperti
dijelaskan Tabel 4.6 berikut ini :
Tabel 4.6 Hasil Penilaian Parameter Komunikasi
No. PernyataanSS S R TS STS Total
f % f % f % f % f% f
1 Kebijakan dan prosedur akuntansi SAP berbasis akrual disosialisasikan kepada seluruh pegawai
126 47,2 120 44,9 8 3 11 4,1 2 0,7 267
2 Pimpinan memberikan instruksi yang jelas pada keputusan dan pekerjaan
134 50,2 126 47,2 5 1,9 - - 2 0,7 267
3 Pimpinan mengevaluasi kinerja pegawai setiap bulan
119 44,6 133 49,8 12 4,5 3 1,1 - - 267
4 Pelaksanaan laporan pekerjaan dilakukan dengan benar dan tepat waktu
122 45,7 120 44,9 23 8,6 2 0,7 - - 267
5 Organisasi menyediakan sarana kotak saran atau prosedur keluhan pegawai
83 31,1 134 50,2 32 12 16 6 2 0,7 267
6 Rapat koordinasi dilaksanakan setiap bulan
123 46,1 111 41,6 19 7,1 12 4,5 2 0,7 267
7 Terjalin group informal di dalam organisasi
64 24 123 46,1 50 18,7 24 9 6 2,2 267
8 Pihak eksternal dapat memperoleh semua informasi dari situs resmi organisasi
81 30,3 114 42,7 50 18,7 15 5,6 7 2,6 267
9 Terdapat layanan customer service di kantor yang dapat memberikan informasi kepada pihak eksternal
70 26,2 132 49,4 45 16,9 15 5,6 5 1,9 267
JUMLAH 922 38,38 1.113 46,31 244 10,16 98 4,58 26 1,36 267
Sumber : data diolah, 2015.
Dari hasil Tabel 4.6 diketahui bahwa kesiapan implementasi
akuntansi berbasis akrual di Kabupaten Waropen dilihat dari segi
135
Komunikasi adalah Setuju, dengan total 1.113 jawaban Setuju atau
sebesar 46,31 % dari total jawaban responden. Persyaratan utama bagi
komunikasi kebijakan yang efektif adalah para pelaksana kebijakan
mengetahui apa yang mereka kerjakan, hal ini menyangkut proses
penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi
yang disampaikan. Dalam penelitian ini, 1.113 jawaban responden
mendukung komunikasi yang dibangun Pemerintah Daerah Kabupaten
Waropen dalam implementasi akuntansi basis akrual dan hasil ini
didukung wawancara dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Waropen
sebagai berikut :
“Komunikasi yang dibangun atau komunikasi yang dilakukan dalam kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual adalah perlu adanya komitmen yang kuat antara seluruh pimpinan SKPD dengan semua staf pada masing-masing SKPD dan komunikasi tersebut dilakukan secara tertulis agar dapat diikuti perkembangnya dari hari ke hari. Dengan komunikasi tertulis itu mudah untuk diikuti perkembangnya, karena pengalaman membuktikan atau mencatat bahwa komunikasi hanya dengan cara lisan maka untuk mengimplementasikan suatu kegiatan hasil kurang bahkan tidak maksimal bahkan cenderung tidak bisa untuk diimplementasikan.”
Komunikasi yang dibangun dalam implementasi akuntansi
berbasis akrual telah dilakukan oleh Kepala Daerah dalam hal ini Bupati
kepada seluruh Pimpinan SKPD dan jajaran aparatur PNS dilingkungan
Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen. Namun dari hasil observasi,
masih terdapat komunikasi yang sampai pada tingkat pimpinan atau
kepala SKPD saja, sehingga para pejabat dibawahnya seperti Kepala
136
Bidang/Kepala Seksi dan Kepala Sub Bidang/Kepala Sub Seksi serta staf
kurang mengetahui informasi/pesan apa yang akan dilaksanakan dalam
menerapkan implementasi akuntansi berbasis akrual sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan di tahun 2015.
Untuk menghindari terhambatnya komunikasi dalam
mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual, Pemerintah Daerah
Kabupaten Waropen menerjemahkan komunikasi yang dalam bentuk
kebijakan dan prosedur akuntansi disosialisasikan kepada seluruh
pegawai atau aparatur PNS. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 126
responden menjawab Sangat Setuju (SS) atau sebesar 47,2 % dan
terdapat jawaban sebanyak 2 responden menjawab Sangat Tidak Setuju
(STS) atau sebesar 0,7 %. Kebijakan dan prosedur akuntansi
disosialisasikan kepada seluruh pegawai pada tahun sebelumnya yaitu
pada tahun 2014 sebelum SAP basis akrual diimplementasikan.
Tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Waropen dalam implementasi akuntansi berbasis akrual
sebagaimana yang dimanatkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 adalah pimpinan SKPD memberikan instruksi yang jelas pada
keputusan berdasarkan informasi yang relevan, tepat waktu, serta akurat
dan pekerjaan berdasarkan prosedur-prosedur pengelolaan keuangan
daerah dan kebijakan akuntansi. Hasil ini didukung jawaban sebanyak
134 responden menjawab Sangat Setuju (SS) atau sebesar 50,2 % dan
137
terdapat jawaban sebanyak 2 responden menjawab Sangat Tidak Setuju
(STS) atau sebesar 0,7 %.
Mengevaluasi kinerja pegawai setiap bulan agar pimpinan dapat
mengetahui sejauh mana tingkat penyelesaian tugas dan tanggungjawab
semua aparatur. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 133 responden
menjawab Setuju (S) atau sebesar 49,8 % dan terdapat jawaban sebanyak
3 responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,1 %.
Pelaksanaan laporan pekerjaan dilakukan dengan benar dan tepat
waktu. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 122 responden menjawab
Sangat Setuju (SS) atau sebesar 44,9 % dan terdapat jawaban sebanyak 2
responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 0,7 %.
Organisasi menyediakan sarana untuk menampung semua saran,
masukan serta keluhan-keluhan pegawai terhadap beban kerja dalam
pencapaian tujuan organisasi. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 134
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 50,2 % dan terdapat
jawaban sebanyak 2 responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS)
atau sebesar 0,7 %.
Rapat koordinasi dilaksanakan setiap bulan untuk mencegah
kelemahan di setiap lini, hal tersebut juga dapat menciptakan terjalinnya
group informal di dalam organisasi agar supaya komunikasi yang terjalin
terus menerus diterima aparatur tanpa ada salah penafsiran pesan diluar
tujuan organisasi. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 123 responden
138
menjawab Sangat Setuju (SS) atau sebesar 46,1 % dan terdapat jawaban
sebanyak 2 responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 0,7 %.
Terjalin group informal didalam organisasi yang selalu
memberikan informasi terkait perubahan-perubahan peraturan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat serta mampu dalam menerjemahkan
perubahan-peruabahan peraturan tersebut. Hasil ini didukung jawaban
sebanyak 123 responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 46,1 % dan
terdapat jawaban sebanyak 6 responden menjawab Sangat Tidak Setuju
(STS) atau sebesar 2,2 %.
Pihak eksternal dapat memperoleh semua informasi dari situs
resmi organisasi. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 114 responden
menjawab Setuju (S) atau sebesar 42,7 % dan terdapat jawaban sebanyak
7 responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 2,6 %.
Terdapat layanan pelanggan/customer service di kantor yang
dapat memberikan informasi kepada pihak eksternal. Hasil ini didukung
jawaban sebanyak 132 responden menjawab Setuju (S) atau sebesar
49,4 % dan terdapat jawaban sebanyak 5 responden menjawab Sangat
Tidak Setuju (STS) atau sebesar 1,9 %.
Dari hasil observasi terhadap parameter komunikasi dalam
mengimplementasikan SAP basis akrual di Kabupaten Waropen,
komunikasi terkadang mengalami hambatan salah satunya adalah ketika
ada mutasi/pergantian pimpinan, baik eselon II, III dan IV atau juga
mutasi staf serta situasi politik yang sering bergejolak di Kabupaten
139
Waropen. Ketika komunikasi yang dibangun didalam suatu SKPD sudah
kuat dan saling melengkapi, komunikasi ini akan terhambat bahkan
hilang apabila muncul sosok pemimpin dalam organisasi atau SKPD
yang merupakan orang terdekat dari pimpinan tertinggi di daerah yang
mengambil alih kepempimpinan dalam organisasi atau SKPD tersebut.
Akhirnya, komuniasi dalam mengimplementasikan SAP basis akrual
menjadi tidak terarah bahkan tidak sesuai lagi dengan peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan tabel 4.6 hasil penilian parameter Komunikasi
dengan jumlah total tertinggi responden adalah sebanyak 1.113 jawaban
Setuju (S) atau sebesar 46,31 %, maka bobot porsentase rata-rata pada
parameter Komunikasi ada pada pernyataan Pimpinan memberikan
instruksi yang jelas pada keputusan dan pekerjaan. Sedangkan jawaban
total terendah responden adalah sebanyak 26 jawaban Sangat Tidak
Setuju (STS) atau sebesar 1,36 %. Semua Pimpinan baik eselon II, III
dan IV di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen harus
terus menerus meningkatkan komunikasinya agara supaya dalam
memberikan instruksi tidak ada aparatur yang tidak memahami dan tidak
mengerti tujuan dari organisasi dalam mengimplementasikan akuntansi
berbasis akrual. Berdasarkan hasil penilaian persepsi responden atas
parameter Komunikasi, ini membuktikan bahwa Pemerintah Daerah
Kabupaten Waropen Siap dalam mengimplementasikan akuntansi
berbasis akrual.
140
f. Parameter Komitmen
Berdasarkan hasil distribusi responden penilaian kesiapan diukur dengan
parameter komitmen yang diukur dengan 11 (sebelas) indikator seperti
dijelaskan Tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7 Hasil Penilaian Parameter Komitmen
No. PernyataanSS S R TS STS
Totalf % f % f % f % f%
1 Saya berkomitmen untuk implementasi (pelaksanaan) akuntansi berbasis akrual
112 41,9 137 51,3 15 5,6 3 1,1 - - 267
2 Saya berkomitmen dalam layanan publik dengan peningkatan melalui implementasi akuntansi berbasis akrual.
88 33 151 56,6 19 7,1 9 3,4 - - 267
3 Saya berkomitmen dalam pelaksanaan administrasi publik dengan implementasi akuntansi berbasis akrual dalam bentuk peraturan perundangan dan maupun peraturan pendukung lainnya
82 30,7 157 58,8 24 9 4 1,5 - - 267
4 Organisasi mempunyai komitmen yang tinggi dalam implementasi (pelaksanaan) akuntansi berbasis akrual
88 33 148 55,4 29 10,9 2 0,7 - - 267
5 Pemerintah daerah bertanggung jawab moral, terhadap implementasi akuntansi berbasis akrual dalam menunjang optimasi kinerja pemerintah
130 48,7 121 45,3 15 5,6 - - 1 0,4 267
6 Pemerintah daerah memiliki inovasi dan obyektif untuk SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan
101 37,8 146 54,7 19 7,1 1 0,4 - - 267
7 Pemerintah daerah berkomitmen dan integritas pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah
107 40,1 140 52,4 20 7,5 - - - - 267
8 Pemerintah daerah untuk mempunyai prinsip transparan dalam
105 39,3 134 50,2 28 10,5 - - - - 267
141
mendiskusikan permasalahan pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah
No. PernyataanSS S R TS STS
Totalf % f % f % f % f%
9 Pemerintah daerah mempunyai keinginan dan kemauan untuk mencapai hasil kerja yang baik dengan pembangunan SAP berbasis akrual sebagai sarana mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah
109
40,8
133
49,8
25
9,4
-
-
-
-
267
10 Pemerintah daerah mempunyai strategi pendekatan yang humanis transparan, demokratis, dan akuntable dalam pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah
106
39,7
143
53,6
14
5,2
4
1,5
-
-
267
11 Pemerintah daerah mempunyai motivasi untuk mencapai hasil kerja yang baik dengan pembangunan SAPberbasis akrual sebagai sarana mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah
104
39
145
54,3
16
6
2
0,7
-
-
267
JUMLAH 1.132 38,55 1.555 52,95 224 7,63 25 1,33 1 0,40 267
Sumber : data diolah, 2015.
Dari hasil Tabel 4.7 diketahui bahwa kesiapan implementasi
akuntansi berbasis akrual di Kabupaten Waropen dilihat dari segi
Komitmen adalah Setuju, dengan total 1.555 jawaban Setuju atau
sebesar 52,95 % dari 11 (sebelas) indikator. Hasil ini didukung
wawancara dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Waropen sebagai
berikut :
“Yang harus berkomitmen untuk kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual adalah semua pegawai negeri sipil
142
tanpa terkecuali, mulai dari pimpinan sampai kepada semua staf di setiap SKPD.”
Komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen dalam
implementasi akuntansi pemerintahan basis akrual wajib dilaksanakan
karena merupakan amanat dari Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual. Hal ini juga
didukung wawancara dengan Sekretaris BPKAD Kabupaten Waropen
sebagai berikut :
“Komitmen itu artinya dengan Pemerintah Daerah dalam hal ini Bupati bersama Pimpinan SKPD dan seluruh aparatur pengelola keuangan, kita semua komitmen untuk melaksanakan akuntansi berbasis akrual”
Mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual di Kabupaten
Waropen dikarenakan pada tahun 2015 adalah batas awal dari
pelaksanaan akuntansi berbasis akrual sesuai amanat Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Pernyataan saya berkomitmen
untuk implementasi (pelaksanaan) akuntansi berbasis akrual yang baik.
Hasil ini didukung jawaban sebanyak 137 responden menjawab Setuju
(S) atau sebesar 51,3 % dan terdapat jawaban sebanyak 3 responden
menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,1 %.
Pernyataan saya berkomitmen dalam layanan publik dengan
peningkatan melalui implementasi akuntansi berbasis akrual. Hasil ini
didukung jawaban sebanyak 151 responden menjawab Setuju (S) atau
143
sebesar 56,6 % dan terdapat jawaban sebanyak 9 responden menjawab
Tidak Setuju (TS) atau sebesar 3,4 %.
Pernyataan saya berkomitmen dalam pelaksanaan administrasi
publik dengan implementasi akuntansi berbasis akrual dalam bentuk
peraturan perundangan dan maupun peraturan pendukung lainnya. Hasil
ini didukung jawaban sebanyak 157 responden menjawab Setuju (S) atau
sebesar 58,8 % dan terdapat jawaban sebanyak 4 responden menjawab
Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,5 %.
Setiap perubahan membutuhkan dukungan penuh oleh pimpinan
suatu institusi. Hal ini merupakan kunci keberhasilan atas perubahan
tersebut. Pernyataan organisasi mempunyai komitmen yang tinggi dalam
implementasi (pelaksanaan) akuntansi berbasis akrual, ini merupakan
komitmen semua aparatur yang berada dalam organisasi tersebut. Hasil
ini didukung jawaban sebanyak 148 responden menjawab Setuju (S) atau
sebesar 55,4 % dan terdapat jawaban sebanyak 2 responden menjawab
Tidak Setuju (TS) atau sebesar 0,7 %.
Pernyataan Pemerintah Daerah bertanggung jawab moral,
terhadap implementasi akuntansi berbasis akrual dalam menunjang
optimasi kinerja pemerintah dengan memenuhi kebutuhan akan tenaga
aparatur yang berlatar pendidikan akuntansi untuk memperkuat bagian
keuangan yang ada di semua SKPD serta kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatan pemahaman aparatur akan akuntansi itu sendiri. Hasil ini
didukung jawaban sebanyak 130 responden menjawab Sangat Setuju
144
(SS) atau sebesar 48,7 % dan terdapat jawaban sebanyak 1 responden
menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 0,4 %.
Pernyataan Pemerintah Daerah memiliki inovasi dan obyektif
untuk SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas
pemerintahan. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 146 responden
menjawab Setuju (S) atau sebesar 54,7 % dan terdapat jawaban sebanyak
1 responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 0,4 %.
Pernyataan Pemerintah Daerah berkomitmen dan integritas
pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang
tugas pemerintah daerah. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 140
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 52,4 % dan terdapat
jawaban sebanyak 20 responden menjawab Ragu-Ragu (R) atau sebesar
7,5 %.
Pernyataan Pemerintah Daerah untuk mempunyai prinsip
transparan dalam mendiskusikan permasalahan pembangunan SAP
berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan
daerah. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 134 responden menjawab
Setuju (S) atau sebesar 50,2 % dan terdapat jawaban sebanyak 28
responden menjawab Ragu-Ragu (R) atau sebesar 10,5 %.
Pernyataan Pemerintah Daerah mempunyai keinginan dan
kemauan untuk mencapai hasil kerja yang baik dengan pembangunan
SAP berbasis akrual sebagai sarana mendukung optimasi bidang tugas
pemerintahan daerah. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 133
145
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 49,8 % dan terdapat
jawaban sebanyak 25 responden menjawab Ragu-Ragu (R) atau sebesar
9,4 %.
Pernyataan Pemerintah Daerah mempunyai strategi pendekatan
yang humanis transparan, demokratis, dan akuntabel dalam
pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang
tugas pemerintahan daerah. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 143
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 53,6 % dan terdapat
jawaban sebanyak 4 responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau
sebesar 1,5 %.
Pernyataan Pemerintah Daerah mempunyai motivasi untuk
mencapai hasil kerja yang baik dengan pembangunan SAP berbasis
akrual sebagai sarana mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan
daerah. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 145 responden menjawab
Setuju (S) atau sebesar 54,3 % dan terdapat jawaban sebanyak 2
responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 0,7 %.
Dari hasil observasi bahwa komitmen mengimplementasikan
akuntansi berbasis akrual disemua lini organisasi adalah baik, dengan
menindaklanjuti satu per satu tamuan hasil pemeriksaan dari BPK-RI
Perwakilan Provinsi Papua terhadap inventarisasi Barang Milik Daerah
(BMD), Saldo Kas Bendahara (KasBen) dari tahun sebelumnya yang
belum dipertanggungjawabankan, serta pembatasan pemintaan
Tambahan Uang Persediaan (T-UP) yang hanya sampai pada 2 (dua) kali
146
permintaan tambahan uang apabila tambahan uang atas kegiatan yang
lalu belum dipertanggungjawabkan. Komitmen organisasi merupakan
kondisi dimana karyawan sangat tertarik terhadap tujuan-tujuan, nilai-
nilai, dan sasaran organisasi. Komitmen bukan mengimplementasikan
saja melainkan setiap perubahan membutuhkan dukungan penuh oleh
pimpinan suatu institusi. Komitmen yang kuat akan mendorong
implementasi secara menyeluruh perubahan basis akuntansi yang
memang tidak mudah.
Dari hasil observasi lapangan terhadap parameter komitmen
dalam mengimplementasikan SAP basis akrual di Kabupaten Waropen,
Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen harus mengimplementasikan
SAP basis akrual sesuai PP 71 Tahun 2010. Komitmen ini harus
dilaksanakan dikarenakan merupakan amanat peraturan PP 71 Tahun
2010 dan juga pada tahun 2014 merupakan batas akhir dari
diimplementasikannya SAP basis kas menuju akrual sesuai PP 24 Tahun
2005.
Berdasarkan tabel 4.7 hasil penilian parameter Komitmen dengan
jumlah total tertinggi responden adalah sebanyak 1.555 jawaban Setuju
(S) atau sebesar 52,95 %, maka bobot porsentase rata-rata pada
parameter Komitmen ada pada pernyataan Pemerintah Daerah memiliki
inovasi dan obyektif untuk SAP berbasis akrual dalam mendukung
optimasi bidang tugas pemerintahan. Sedangkan jawaban total terendah
responden adalah sebanyak 1 jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) atau
147
sebesar 0,40 %. Inovasi dan obyektif untuk implementasi SAP berbasis
akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan harus
terus ditingkatkan dengan membuat Standar Operasional Prosedur (SOP)
agar supaya serasi dalam mengimplementasikannya dan menjadikan
pelayanan publik kepada masyarakat lebih baik lagi. Berdasarkan hasil
penilaian persepsi responden atas parameter Komitmen, ini
membuktikan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen Siap
dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.
g. Parameter Sumber Daya Manusia
Berdasarkan hasil distribusi responden penilaian kesiapan diukur dengan
parameter sumber daya manusia yang diukur dengan 16 (enam belas)
indikator seperti dijelaskan Tabel 4.8 berikut ini :
Tabel 4.8 Hasil Penilaian Parameter Sumber Daya Manusia
No. PernyataanSS S R TS STS
Totalf % f % f % f % f%
1 Bagian akuntansi memiliki staf yang berkualifikasi dalam jumlah yang cukup
112 41,9 95 35,6 32 12 21 7,9 7 2,6 267
2 Penempatan pegawai didukung oleh latar belakang pendidikan yang sesuai
125 46,8 80 30 36 13,5 19 7,1 7 2,6 267
3 Perubahan dalam proses penyusunan laporan keuangan sesuai SAP berbasis akrual menuntut kesiapan saya
84 31,5 143 53,6 17 6,4 13 4,9 10 3,7 267
4 Isi dari SAP berbasis akrual sudah saya mengerti dan pahami
45 16,9 99 37,1 102 38,2 8 3 13 4,9 267
148
No. PernyataanSS S R TS STS
Totalf % f % f % f % f%
5 Terdapat pedoman mengenai prosedur dan proses akuntansi sesuai SAP berbasis akrual
70 26,2 144 53,9 36 13,5 8 3 9 3,4 267
6 Bagian akuntansi memiliki uraian peran dan fungsi yang jelas.
90 33,7 151 56,9 16 6 3 1,1 7 2,6 267
7 Uraian tugas saya sesuai dengan fungsi akuntansi yang sesungguhnya
61 22,8 139 52,1 48 18 10 3,7 9 3,4 267
8 Organisasi memberikan pelatihan-pelatihan untuk membantu penugasan dan pengembangan keahlian
109 40,8 122 45,7 21 7,9 8 3 7 2,6 267
9 Organisasi memberikan jenjang karir kepada seluruh pegawai
89 33,3 121 45,3 32 12 16 6 9 3,4 267
10 Penganggaran dana dilakukan untuk memperoleh sumber daya, peralatan, dan pelatihan yang dibutuhkan
87 32,6 132 49,4 26 9,7 15 5,6 7 2,6 267
11 Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas
54 20,2 128 47,9 67 25,1 6 2,2 12 4,5 267
12 Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas
55 20,6 131 49,1 62 23,2 7 2,6 12 4,5 267
13 Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi asset tetap
53 19,9 121 45,3 78 29,2 3 1,1 12 4,5 267
14 Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi selain kas
51 19,1 119 44,6 81 30,3 4 1,5 12 4,5 267
15 Saya memahami sistem pencatatan double entry
50 18,7 97 36,3 98 36,7 5 1,9 17 6,4 267
16 Saya memahami prosedur yang harus dilakukan untuk menjembatani kas basis ke akrual basis
52 19,5 112 41,9 88 33 4 1,5 11 4,1 267
JUMLAH 1.187 27,78 1.934 45,29 840 19,67 150 3,51 161 3,77 4.272
Sumber : data diolah, 2015.
Dari hasil Tabel 4.8 diketahui bahwa kesiapan implementasi
akuntansi berbasis akrual di Kabupaten Waropen dilihat dari segi
Sumber Daya Manusia (SDM), dengan total 1.934 jawaban Setuju
atau sebesar 45,29 % dari 16 (enam belas) indikator. Hasil ini
149
didukung wawancara dengan Sekretaris Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Waropen berikut :
“Lewat pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh BPKP dan BPK kita harapkan untuk semua staf untuk ikut pelatihan ini dan kita juga ada rencana kerjasama dengan institusi perguruan tinggi negeri di Papua khusus untuk akuntansi kelas Waropen ini mudah-mudahan kalau bisa terjawab dilaksanakan saya yakin bawah sumber daya akuntansi di Kabupaten Waropen sudah dapat memenuhi kebutuhan tersebut.”
Minimnya aparatur yang berlatar belakang akuntansi yang
bekerja di Pemerintahan Daerah Kabupaten Waropen menjadi tantangan
tersendiri dalam pengimplementasian akuntansi basis akrual.
Pengembangan sumber daya manusia aparatur
merupakan suatu langkah strategis dalam upaya
menciptakan sumber daya manusia aparatur yang lebih
profesional, sinergis, dan berwibawa dalam proses
pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah.
Sumber daya manusia merupakan elemen utama
organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti
modal, teknologi, dan uang sebab manusia itu sendiri
yang mengendalikan yang lain.
Pernyataan bagian akuntansi memiliki staf yang
berkualifikasi dalam jumlah yang cukup. Hasil ini didukung
jawaban sebanyak 112 responden menjawab Sangat Setuju (SS) atau
150
sebesar 41,9 % dan terdapat jawaban sebanyak 7 responden menjawab
Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 2,6 %.
Pernyataan penempatan pegawai didukung oleh
latar belakang pendidikan yang sesuai. Hasil ini didukung
jawaban sebanyak 125 responden menjawab Sangat
Setuju (SS) atau sebesar 46,8 % dan terdapat jawaban
sebanyak 7 responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau
sebesar 2,6 %.
Pernyataan perubahan dalam proses penyusunan
laporan keuangan sesuai SAP berbasis akrual menuntut
kesiapan saya. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 143
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 53,6 % dan
terdapat jawaban sebanyak 10 responden menjawab
Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 3,7 %.
Pernyataan isi dari SAP berbasis akrual sudah saya
mengerti dan pahami. Hasil ini didukung jawaban
sebanyak 102 responden menjawab Ragu-Ragu (R) atau
sebesar 38,2 % dan terdapat jawaban sebanyak 8
responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 3 %.
Pernyataan terdapat pedoman mengenai prosedur dan proses
akuntansi sesuai SAP berbasis akrual. Hasil ini didukung jawaban
sebanyak 144 responden menjawab Setuju (S) atau
151
sebesar 53,9 % dan terdapat jawaban sebanyak 8
responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 3 %.
Pernyataan bagian akuntansi memiliki uraian peran dan
fungsi yang jelas. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 151
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 56,9 % dan
terdapat jawaban sebanyak 3 responden menjawab Tidak
Setuju (TS) atau sebesar 1,1 %.
Pernyataan uraian tugas saya sesuai dengan fungsi akuntansi
yang sesungguhnya. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 139
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 52,1 % dan
terdapat jawaban sebanyak 9 responden menjawab
Sangat Tidak Setuju (TS) atau sebesar 3,4 %.
Pernyataan organisasi memberikan pelatihan-pelatihan untuk
membantu penugasan dan pengembangan keahlian. Hasil ini
didukung jawaban sebanyak 122 responden menjawab
Setuju (S) atau sebesar
45,7 % dan terdapat jawaban sebanyak 7 responden
menjawab Sangat Tidak Setuju (TS) atau sebesar 2,6 %.
Pernyataan organisasi memberikan jenjang karir kepada
seluruh pegawai. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 121
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 45,3 % dan
terdapat jawaban sebanyak 9 responden menjawab
Sangat Tidak Setuju (TS) atau sebesar 3,4 %.
152
Pernyataan penganggaran dana dilakukan untuk memperoleh
sumber daya, peralatan, dan pelatihan yang dibutuhkan. Hasil ini
didukung jawaban sebanyak 132 responden menjawab
Setuju (S) atau sebesar 49,4 % dan terdapat jawaban
sebanyak 7 responden menjawab Sangat Tidak Setuju
(TS) atau sebesar 2,6 %.
Pernyataan saya memahami sistem dan prosedur akuntansi
penerimaan kas. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 128
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 47,9 % dan
terdapat jawaban sebanyak 6 responden menjawab Tidak
Setuju (TS) atau sebesar 2,2 %.
Pernyataan saya memahami sistem dan prosedur akuntansi
pengeluaran kas. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 131
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 49,1 % dan
terdapat jawaban sebanyak 7 responden menjawab Tidak
Setuju (TS) atau sebesar 2,6 %.
Pernyataan saya memahami sistem dan prosedur akuntansi
asset tetap. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 121
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 45,3 % dan
terdapat jawaban sebanyak 3 responden menjawab Tidak
Setuju (TS) atau sebesar 1,1 %.
Pernyataan saya memahami sistem dan prosedur akuntansi
selain kas. Hasil ini didukung jawaban sebanyak 119
153
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 44,6 % dan
terdapat jawaban sebanyak 4 responden menjawab Tidak
Setuju (TS) atau sebesar 1,5 %.
Pernyataan saya memahami sistem pencatatan double entry.
Hasil ini didukung jawaban sebanyak 98 responden
menjawab Ragu-Ragu (R) atau sebesar 36,7 % dan
terdapat jawaban sebanyak 5 responden menjawab Tidak
Setuju (TS) atau sebesar 1,9 %.
Pernyataan saya memahami prosedur yang harus dilakukan
untuk menjembatani kas basis ke akrual basis. Hasil ini didukung
jawaban sebanyak 112 responden menjawab Setuju (S)
atau sebesar 41,9 % dan terdapat jawaban sebanyak 4
responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,5
%.
Membicarakan sumberdaya manusia tidak terlepas
dari kegiatan-kegiatan atau proses manajemen lainnya
seperti strategi perencanaan, pengembangan manajemen
dan pengembangan organisasi. Pengembangan SDM
(development personnel) pada dasarnya merupakan
kegiatan terpadu yang dilakukan manajemen dalam
rangka meningkatkan nilai tambah pegawai guna
meningkatkan produktivitas organisasi dan sekaligus
154
dalam rangka mempersiapkan pegawai untuk
melaksanakan tugas pada jenjang yang lebih tinggi.
Selain itu juga Bimbingan Teknis (BINTEK) tentang pengelolaan
dan penatatausahaan keuangan daerah, penatausahaan aset serta
penyusunan dan pelaporan keuangan daerah baik dari Pihak BPKP dan
juga dari Pihak Konsultan yang dilaksanakan bagi semua aparatur
dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.
Jika dilihat dari hasil obeservasi lapangan terhadap parameter
sumber daya manusia dalam mengimplementasikan SAP basis akrual di
Kabupaten Waropen masih jauh dari yang diharapkan, jika dilihat dari
latar belakang pendidikan responden, hanya terdapat 5 (lima) orang
tenaga akuntansi. Ini merupakan tantangan tersendiri Pemerintah
Kabupaten Waropen bahwa bagaimana Pemerintah Daerah Kabupaten
Waropen mengimplementasikan SAP basis akrual dengan kecukupan
tenaga akuntansi yang dimilikinya. Sebanyak banyak tenaga akuntansi
yang dibutuhkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen, namun
untuk memenuhi jumlah tenaga akuntansi di 39 (tiga puluh sembilan)
SKPD membutuhkan waktu dan anggaran yang sangat banyak dan juga
kuota perekrutan CPNS yang berlatar belakang akuntansi pun sangat
terbatas serta adanya penundaan tenaga pengangkatan CPNS oleh
Kementerian PAN-RB. Untuk menyiapkan SDM yang berlatar belakang
akuntansi dan dapat memenuhi kebutuhan di SKPD, Pemerintah Daerah
Kabupaten Waropen dapat bekerjasama dengan Universitas Negeri di
155
Papua untuk membuka kelas di Waropen agar supaya dapat mendidik
aparatur PNS yang ada dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten
Waropen menjadi PNS yang berlatar belakang akuntansi dan juga
mampu serta terampil dalam menguasai bidang akuntansi.
Faktor pergantian bendahara pengeluaran, bendahara penerimaan
dan bendahara barang juga menjadi salah satu faktor penghambat dalam
mengimplementasikan SAP basis akrual di Pemerintah Daerah
Kabupaten Waropen. Dalam sosialisasi dan pelatihan tentang SAP basis
akrual, para bendahara di 39 (tiga puluh sembilan) SKPD yang selama
ini melaksanakan basis kas menuju akrual dapat mengikuti perubahan-
perubahan yang terjadi dalam SAP basis akrual. Namun dalam
perjalanannya, SKPD tersebut mengusulkan bendahara baru yang sama
sekali belum pernah mengikuti sosialisasi dan pelatihan tentang SAP
basis akrual.
Dengan melihat hasil penilaian parameter Sumber Daya Manusia
dengan jumlah jawaban tertinggi 1.934 atau sebesar 45,29 %, masih
terdapat jumlah jawaban terendah yaitu pada pernyataan Bagian
akuntansi memiliki staf yang berkualifikasi dalam jumlah yang cukup
dengan jumlah jawaban responden sebanyak 95 orang atau sebesar
35,6 %. Hal ini berarti Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen belum
memiliki staf akuntansi yang berkualifikasi yang ada pada bagian
akuntansi baik di SKPKD maupun SKPD. Pemerintah Daerah
Kabupaten Waropen harus memberi pehatian yang serui terkait hal ini,
156
karena bagaimana menghasilkan informasi yang akurat kalau SKPKD
dan SKPD tidak didukung oleh staf yang tidak mempunyai kualifikasi
pendidikan akuntansi yang bekerja pada bagian akuntansi.
Penempatan pegawai didukung oleh latar belakang pendidikan
yang sesuai dengan jawaban responden sebanyak 80 orang atau sebesar
30%. Penempatan yang aparatur yang sesuai dapat meningkatkan kinerja
organisasi atau SKPD tersebut. Dari hasil 30% ini membuktikan bahwa
penempatan aparatur pada bagian keuangan SKPD dilingkungan
Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen tidak didukung oleh latar
belakang pendidikan yang sesuai. Seperti hasil obeservasi lapangan
bahwa ada penempatan aparatur yang belatar belakang sosial
ditempatkan sebagai kepala bidang aset. Bagaimana latar belakang
pendidikan yang berbeda dengan tupoksi dari bidang tersebut dapat
berjalan seirama seiring dengan implementasi akuntansi berbasis akrual.
Hanya 99 orang responden atau sebesar 37,1 % yang mengerti
dan paham akan isi dari SAP basis akrual. Isi dari SAP basis akrual
merupakan hal yang sangat sulit dipahami oleh aparatur yang bukan
berlatar belakang akuntansi. Bagaimana aparatur bisa mengerti dan
memahami SAP basis akrual sedangkan hasil dari implementasi
akuntansi basis kas menuju akrual saja masih jauh dari yang diharapkan.
Berdasarkan tabel 4.8 hasil penilian parameter Sumber Daya
Manusia dengan jumlah total tertinggi responden adalah sebanyak 1.934
jawaban Setuju (S) atau sebesar 45,29 %, maka bobot porsentase rata-
157
rata pada parameter Sumber Daya Manusia ada pada pernyataan
Organisasi memberikan jenjang karir kepada seluruh pegawai dan
pernyataan Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi asset tetap.
Sedangkan jawaban total terendah responden adalah sebanyak 150
jawaban Tidak Setuju (TS) atau sebesar 3,51 %. Dengan memberikan
kesempatan berkompetensi dalam bekerja dan jenjang karir kepada
aparatur akan meningkatan kualitas dan keterampilan dari aparatur
dalam organisasi serta akan meningkatkan pemahaman aparatur terhadap
setiap fenomena perubahan perundang-undangan tentang keuangan
daerah. Berdasarkan hasil penilaian persepsi responden atas parameter
Sumber Daya Manusia, ini membuktikan bahwa Pemerintah Daerah
Kabupaten Waropen Siap dalam mengimplementasikan akuntansi
berbasis akrual.
h. Parameter Infrastruktur
Berdasarkan hasil distribusi responden penilaian kesiapan diukur dengan
parameter infrastruktur yang diukur dengan 6 (enam) indikator seperti
dijelaskan Tabel 4.9 berikut ini :
Tabel 4.9 Hasil Penilaian Parameter Infratsruktur
158
No. PernyataanSS S R TS STS
Totalf%
f%
f%
f%
f%
1 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan sarana ruangan yang memadai khususnya untuk operasi perangkat SAP
112 41,9 129 48,3 22 8,2 4 1,5 - -267
2 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana prasarana perangkat lunak yang memadai khususnya untuk operasi SAP
110 41,2 143 53,6 12 4,5 2 0,7 - -267
3 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana prasarana basis data pendukung operasionalisasi yang berkesinambungan khususnya untuk operasi SAP
91 34,1 152 56,9 20 7,5 4 1,5 - -267
4 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana administrasi yang memadai khususnya untuk operasi SAP
99 37,1 152 56,9 15 5,6 1 0,4 - -267
5 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan anggaran yang memadai khususnya untuk operasi SAP
94 35,2 148 55,4 22 8,2 3 1,1 - -267
6 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sumberdaya manusia berkualitas yang memadai khususnya untuk operasi SAP
116 43,4 132 49,4 16 6 3 1,1 - -267
JUMLAH 622 38,82 856 53,42 107 6,67 17 1,05 0 0 1.602
Sumber : data diolah, 2015.
Dari hasil Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa kesiapan
implementasi akuntansi berbasis akrual di Kabupaten Waropen dilihat
dari segi Infrastruktur, dengan total 856 jawaban Setuju atau sebesar
53,42 % dari 6 (enam) indikator. Hasil ini didukung dengan wawancara
Kepala Bidang Perbendaharaan pada BPKAD Kabupaten Waropen
sebagai berikut :
“Infrastruktur, sistem jaringan terkomputerisasi, peralatan komputer hampir semuanya mendukung kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual. Oleh sebab itu hal-
159
hal yang masih kurang dalam implementasi akuntansi berbasis akrual harus dipenuhi.”
Infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau
struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang
dibangun dan yang dibutuhkan. Pernyataan Pemerintah mempunyai
kemauan dan integritas untuk menyiapkan sarana ruangan yang memadai
khususnya untuk operasi perangkat SAP. Pernyataan ini didukung
jawaban sebanyak 129 responden menjawab Setuju (S)
atau sebesar 48,3 % dan terdapat jawaban sebanyak 4
responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,5
%.
Pernyataan Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk
menyiapkan dukungan sarana prasarana perangkat lunak yang memadai
khususnya untuk operasi SAP. Pernyataan ini didukung jawaban
sebanyak 143 responden menjawab Setuju (S) atau
sebesar 53,6 % dan terdapat jawaban sebanyak 2
responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 0,7
%.
Pernyataan Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk
menyiapkan dukungan sarana prasarana basis data pendukung
operasionalisasi yang berkesinambungan khususnya untuk operasi SAP.
Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 152 responden
menjawab Setuju (S) atau sebesar 56,9 % dan terdapat
160
jawaban sebanyak 4 responden menjawab Tidak Setuju
(TS) atau sebesar 1,5 %.
Pernyataan Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk
menyiapkan dukungan sarana administrasi yang memadai khususnya
untuk operasi SAP. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak
152 responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 56,9 %
dan terdapat jawaban sebanyak 1 responden menjawab
Tidak Setuju (TS) atau sebesar 0,4 %.
Pernyataan Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk
menyiapkan dukungan anggaran yang memadai khususnya untuk operasi
SAP. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 148
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 55,4 % dan
terdapat jawaban sebanyak 3 responden menjawab Tidak
Setuju (TS) atau sebesar 1,1 %.
Pernyataan Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk
menyiapkan dukungan sumberdaya manusia berkualitas yang memadai
khususnya untuk operasi SAP. Pernyataan ini didukung jawaban
sebanyak 132 responden menjawab Setuju (S) atau
sebesar 49,4 % dan terdapat jawaban sebanyak 3
responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,1
%.
Infrastruktur dalam implementasi akuntansi berbasis akrual ini
sudah dipenuhi antara lain Gedung Server, Sistem Jaringan WiFi LAN
161
yang juga mendukung akses internet dengan bekerjasama dengan pihak
ke-III sebagai ISP (Internet Service Provider) serta PC (Personal
Computer) yang dihibahkan dari BPKAD kepada 39 SKPD di
lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen yang mendukung
sistem operasi yang digunakan, namun hambatan konektifitas antar
jaringan sistem informasi untuk akses antara SKPD yang diluar wilayah
Ibu Kota Kabupaten seperti Distrik-Distrik ke Pusat Data dalam hal ini
BPKAD sebagai pusat data (server) dari sistem informasi yang
digunakan belum terlaksana. SKPD yang sulit dijangkau tersebut ada 9
(sembilan) Distrik, dimana 7 (tujuh) Distrik hanya ditempuh dengan
menggunakan speedboat dengan rata-rata waktu tempuh 3 (tiga) sampai
4 (empat) jam perjalanan yaitu Distrik Risei Sayati, Distrik Masirei,
Distrik Demba, Distrik Wapoga, Distrik Inggerus, Distrik Soyoi Mambai
dan Distrik Wonti serta 2 (dua) Distrik lainnya menggunakan pesawat
Carter dari wilayah Kabupaten Nabire yaitu Distrik Kirihi dan Distrik
Walani.
Dari hasil observasi penelitian bahwa Pemerintah Daerah
Kabupaten Waropen sudah berupaya untuk membangun sarana dan
prasarana seperti akses jalan dan jembatan serta fasilitas jaringan internet
ke 9 (sembilan) distrik untuk dapat mengurangi beban biaya yang
digunakan SKPD tersebut apabila melakukan transaksi keuangannya.
Berdasarkan tabel 4.9 hasil penilian parameter infrastruktur
dengan jumlah total tertinggi responden adalah sebanyak 856 jawaban
162
Setuju (S) atau sebesar 53,42 %, maka bobot porsentase rata-rata pada
parameter infrastruktur ada pada pernyataan Pemerintah mempunyai
kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana prasarana
perangkat lunak yang memadai khususnya untuk operasi SAP.
Sedangkan jawaban total terendah responden adalah sebanyak 17
jawaban Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,05 %. Dengan meningkatkan
penyediaan sarana dan prasarana perangkat lunak yang terintegrasi
dengan SAP serta dapat dipahami oleh aparatur pengelola keuangan,
maka akan mempermudah pemahaman aparatur dan efisiensi waktu
pelayanan kepada publik. Berdasarkan hasil penilaian persepsi
responden atas parameter infrastruktur, ini membuktikan bahwa
Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen Siap dalam
mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.
i. Parameter Sistem Informasi
Berdasarkan hasil distribusi responden penilaian kesiapan diukur dengan
parameter sistem informasi yang diukur dengan 10 (sepuluh) indikator
seperti dijelaskan Tabel 4.10 berikut ini :
Tabel 4.10 Hasil Penilaian Parameter Sistem Informasi
No. PernyataanSS S R TS STS
Totalf%
f%
f%
f%
f%
1 Bagian akuntansi memiliki komputer yang cukup untuk melaksanakan tugas
115 43,1 130 48,7 11 4,1 10 3,7 1 0,4 267
2 Pengolahan data transaksi keuangan menggunakan software yang
128 47,9 129 48,3 8 3 2 0,7 - - 267
163
mendukung pekerjaan
No. PernyataanSS S R TS STS
Totalf%
f%
f%
f%
f%
3 Jaringan internet telah terpasang di unit kerja anda dan dimanfaatkan sebagai penghubung antar unit kerja dalam pengiriman data dan informasi yang dibutuhkan.
107 40,1 94 35,2 33 12,4 22 8,2 11 4,1 267
4 Proses akuntansi sejak awal transaksi hingga pembuatan laporan keuangan dilakukan secara komputerisasi.
105 39,3 137 51,3 15 5,6 10 3,7 - - 267
5 Laporan akuntansi dan manajerial dihasilkan dari sistem informasi yang terintegrasi.
90 33,7 153 57,3 18 6,7 4 1,5 2 0,7 267
6 Jadwal pemeliharaan peralatan dilakukan secara teratur.
66 24,7 138 51,7 42 15,7 10 3,7 11 4,1 267
7 Peralatan yang usang/rusak didata dan diperbaiki tepat pada waktunya.
71 26,6 101 37,8 51 19,1 30 11,2 14 5,2 267
8 Tersedia Pedoman Penatausahaan Keuangan Daerah untuk Sistem Informasi dan Manejemen Keuangan Daerah.
103 38,6 146 54,7 13 4,9 5 1,9 - - 267
9 Bagian akuntansi memperoleh pendampingan dalam operasionalisasi pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP
102 38,2 132 49,4 27 10,1 5 1,9 1 0,4 267
10 Satuan Kerja Perangkat Daerah didukung oleh pelatihan peningkatan kualitas pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP
102 38,2 140 52,4 21 7,9 4 1,5 - - 267
JUMLAH 989 37,04 1.300 48,68 239 8,95 102 3,80 40 2,48 2.670
Sumber : data diolah, 2015.
Dari hasil Tabel 4.10 diketahui bahwa kesiapan implementasi
akuntansi berbasis akrual di Kabupaten Waropen dilihat dari segi Sistem
Informasi, dengan total 1.300 jawaban Setuju atau sebesar 48,68 % dari
164
10 (sepuluh) indikator. Hasil ini didukung wawancara dengan Kepala
Sekretaris BPKAD Kabupaten Waropen berikut :
“Aplikasi Simda merupakan sistem informasi yang sudah kita siapkan yang akan membantu kita dalam sistem akuntansi akrual ini.”
Pernyataan bagian akuntansi memiliki komputer yang cukup
untuk melaksanakan tugas. Pernyataan ini didukung jawaban
sebanyak 130 responden menjawab Setuju (S) atau
sebesar 48,7 % dan terdapat jawaban sebanyak 1
responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau
sebesar 0,4 %.
Pernyataan pengolahan data transaksi keuangan menggunakan
software yang mendukung pekerjaan. Pernyataan ini didukung
jawaban sebanyak 129 responden menjawab Setuju (S)
atau sebesar 48,3 % dan terdapat jawaban sebanyak 2
responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 0,7
%.
Pernyataan jaringan internet telah terpasang di unit kerja anda
dan dimanfaatkan sebagai penghubung antar unit kerja dalam
pengiriman data dan informasi yang dibutuhkan. Pernyataan ini
didukung jawaban sebanyak 107 responden menjawab
Sangat Setuju (SS) atau sebesar 40,1 % dan terdapat
jawaban sebanyak 11 responden menjawab Sangat Tidak
Setuju (STS) atau sebesar 4,1 %.
165
Pernyataan proses akuntansi sejak awal transaksi hingga
pembuatan laporan keuangan dilakukan secara komputerisasi.
Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 137 responden
menjawab Setuju (S) atau sebesar 51,3 % dan terdapat
jawaban sebanyak 10 responden menjawab Tidak Setuju
(TS) atau sebesar 3,7 %.
Pernyataan laporan akuntansi dan manajerial dihasilkan dari
sistem informasi yang terintegrasi. Pernyataan ini didukung jawaban
sebanyak 153 responden menjawab Setuju (S) atau
sebesar 57,3 % dan terdapat jawaban sebanyak 2
responden menjawab Sangat Tidak Setuju (TS) atau
sebesar 0,7 %.
Pernyataan jadwal pemeliharaan peralatan dilakukan secara
teratur. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 138
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 51,7 % dan
terdapat jawaban sebanyak 10 responden menjawab
Tidak Setuju (TS) atau sebesar 3,7 %.
Pernyataan peralatan yang usang/rusak didata dan diperbaiki
tepat pada waktunya. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak
101 responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 37,8 %
dan terdapat jawaban sebanyak 14 responden menjawab
Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 5,2 %.
166
Pernyataan tersedia Pedoman Penatausahaan Keuangan Daerah
untuk Sistem Informasi dan Manejemen Keuangan Daerah. Pernyataan
ini didukung jawaban sebanyak 146 responden menjawab
Setuju (S) atau sebesar 54,7 % dan terdapat jawaban
sebanyak 5 responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau
sebesar 1,9 %.
Pernyataan bagian akuntansi memperoleh pendampingan dalam
operasionalisasi pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP. Pernyataan
ini didukung jawaban sebanyak 132 responden menjawab
Setuju (S) atau sebesar 49,4 % dan terdapat jawaban
sebanyak 1 responden menjawab Sangat Tidak Setuju
(STS) atau sebesar 0,4 %.
Pernyataan Satuan Kerja Perangkat Daerah didukung oleh
pelatihan peningkatan kualitas pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP.
Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 140 responden
menjawab Setuju (S) atau sebesar 52,4 % dan terdapat
jawaban sebanyak 4 responden menjawab Tidak Setuju
(TS) atau sebesar 1,5 %.
Penggunaan sistem informasi tersebut terkait dengan pemahaman
aparatur terhadap sistem informasi dan pemahaman akuntansi itu sendiri
yang diamanatkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual. Dari hasil
observasi penelitian, Sistem informasi yang telah mendukung akuntansi
167
basis akrual sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
SAP basis akrual tersebut sudah disosialisasikan pada tahun 2014 serta
beberapa SKPD sudah mengirimkan sebagian aparaturnya untuk
menambah wawasan di luar Kabupaten Waropen terkait penerapan
sistem informasi akuntansi basis akrual yang digunakan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Waropen.
Pada pelaksanaan sistem informasi tersebut, semua aparatur
Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen paham dengan sistem informasi
akuntansi yang digunakan tersebut. Mengkonversikan kebiasaan dalam
menyusun laporan keuangan berbasis kas ke basis akrual tidaklah
semudah membalikkan telapak tangan, ditambah lagi penerapan basis
Cash Toward Accrual (CTA) belum optimal. Pengkonversian basis kas
ke basis akrual ini sangat merepotkan Pemerintah Daerah Kabupaten
Waropen dimana harus memakan banyak waktu, terlebih lagi terhadap
transaksi penerimaan dan pengeluaran Pemerintah Daerah Kabupaten
Waropen yang jumlahnya sudah pasti tidak sedikit.
Salah satu kerumitan dan kebingungan yang terjadi dalam sistem
akuntansi yang ada ialah bahwa dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah terdapat perbedaan dalam memperlakukan
beberapa transaksi seperti klasifikasi pendapatan, pencatatan biaya
168
perolehan aset, perlakuan terhadap transaksi investasi jangka pendek,
dan refund atas pajak dan biaya yang lebih bayar.
Beberapa laporan keuangan yang dimandatkan oleh Peraturan
Pemerintah 24 Tahun 2005 banyak yang tidak mengikuti struktur
anggaran yang didefinisikan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Dengan kondisi implementasi akuntansi basis akrual, Pemerintah Daerah
Kabupaten Waropen telah selesai menyusun draft kebijakan akuntansi
seperti yang dimandatkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64
Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual Pada
Pemerintah Daerah namun belum dibuat sebagai Peraturan Kepala
Daerah.
Dari hasil obeservasi yang peneliti lakukan terhadap parameter
sistem informasi sangat mendukung implementasi SAP basis akrual.
Sistem informasi yang dipakai Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen
dalah SIMDA yang merupakan aplikasi milik BPKP. Aplikasi tersebut
selalu dilakukan perbaikan terkait kendala-kendala yang dialami oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen yang menggunakan aplikasi
tersebut. Aplikasi SIMDA ini merupakan alat bantu untuk memudahkan
pekerjaan aparatur pengelola keuangan daerah baik di SKPD maupun di
PPKD dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Berdasarkan tabel 4.10 hasil penilian parameter sistem informasi
dengan jumlah total tertinggi responden adalah sebanyak 1.300 jawaban
169
Setuju (S) atau sebesar 48,68 %, maka bobot porsentase rata-rata pada
parameter sistem informasi ada pada pernyataan Bagian akuntansi
memiliki komputer yang cukup untuk melaksanakan tugas. Sedangkan
jawaban total terendah responden adalah sebanyak 40 jawaban Sangat
Tidak Setuju (STS) atau sebesar 2,48 %. Dengan terpenuhi peralatan
kantor pada bagian akuntansi di setiap SKPD yang mendukung sistem
informasi berbasis akrual akan sangat membantu para aparatur di bagian
tersebut untuk meningkatkan intensitas pekerjaan yang membutuhkan
alat bantu dalam menyelesaikan ribuan transaksi keuangan dan juga
menghasilkan informasi yang berguna bagi pengguna informasi tersebut.
Berdasarkan hasil penilaian persepsi responden atas parameter Sistem
Informasi, ini membuktikan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten
Waropen Siap dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.
j. Parameter Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)
Berdasarkan hasil distribusi responden penilaian kesiapan diukur dengan
parameter sistem pengendalian internal pemerintah (SPIP) yang diukur
dengan 30 (sepuluh) indikator seperti dijelaskan Tabel 4.11 berikut ini :
Tabel 4.11 Hasil Penilaian Parameter Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)
No. PernyataanSS S R TS STS
Totalf%
f%
f%
f%
f%
Lingkungan Pengendalian1 Penekanan integritas dan nilai
etika104 39 135 50,6 17 6,4 4 1,5 7 2,6 267
2 Komitmen terhadap kompetensi
84 31,5 158 59,2 20 7,5 5 1,9 - - 267
3 Kepemimpinan yang kondusif 106 39,7 125 46,8 30 11,2 3 1,1 3 1,1 267
170
4 Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
108 40,4 139 52,1 15 5,6 4 1,5 1 0,4 267
5 Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat
106 39,7 132 49,4 23 8,6 3 1,1 3 1,1 267
6 Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia
100 37,5 136 50,9 24 9 3 1,1 4 1,5 267
7 Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif
88 33 138 51,7 36 13,5 4 1,5 1 0,4 267
8 Hubungan kerja yang baik dengan Instansi pemerintah terkait
117 43 133 49,8 16 6 1 0,4 - - 267
Penilaian Resiko9 Penerapan tujuan instansi
secara keseluruhan93 34,8 124 46,4 43 16,1 5 1,9 2 0,7 267
10 Penerapan tujuan pada tingkatan kegiatan
87 32,6 136 50,9 34 12,7 9 3,4 1 0,4 267
11 Identifikasi resiko 80 30 125 46,8 42 15,7 12 4,5 8 3 267
12 Analisis risiko 74 27,7 135 50,6 41 15,4 16 6 1 0,4 267
13 Mengelola risiko selama perubahan
78 29,2 130 48,7 48 18 10 3,7 1 0,4 267
No. PernyataanSS S R TS STS
Totalf%
f%
f%
f%
f%
Kegiatan Pengendalian14 Review atas kinerja
instansi pemerintah yang bersangkutan
97 36,3 147 55,1 16 6 7 2,6 - - 267
15 Pembinaan sumber daya manusia
133 49,8 120 44,9 13 4,9 1 0,4 - - 267
16 Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi
100 37,5 142 53,2 23 8,6 2 0,7 - - 267
17 Pengendalian fisik atas asset
101 37,8 129 48,3 34 12,7 3 1,1 - - 267
18 Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja
89 33,3 138 51,7 37 13,9 2 0,7 1 0,4 267
19 Pemisahan fungsi 92 34,5 138 51,7 32 12 4 1,5 1 0,4 267
20 Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting
82 30,7 137 51,3 35 13,1 11 4,1 2 0,7 267
21 Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian
105 39,3 140 52,4 18 6,7 3 1,1 1 0,4 267
22 Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya
79 29,6 123 46,1 36 13,5 26 9,7 3 1,1 267
23 Akuntabilitas terhadap sumber daya dan
80 30 155 58,1 27 10,1 4 1,5 1 0,4 267
171
pencatatannya24 Dokumentasi yang baik atas
sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting
88 33 138 51,7 36 13,5 4 1,5 1 0,4 267
Informasi dan Komunikasi25 Sistem akuntansi telah
dilakukan pada bidang akuntansi
92 34,5 130 48,7 43 16,1 2 0,7 - - 267
26 Terdapat diagram arus (flow chart) mengenai transaksi penerimaan kas
73 27,3 142 53,2 45 16,9 5 1,9 2 0,7 267
27 Terdapat panduan atau pedoman mengenai pengelolaan kas, khususnya penerimaan kas
102 38,2 137 51,3 22 8,2 5 1,9 1 0,4 267
28 Pemeriksaan intern dilakukan untuk pemeriksaan terhadap pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dalam perda pengelolaan keuangan daerah.
100 37,5 138 51,7 20 7,5 9 3,4 - - 267
29 Diadakan pemeriksaan atas transaksi Penerimaan Kas, Cek, Giro dan pencocokan dengan catatan yang ada oleh Bagian Akuntansi
108 40,4 140 52,4 17 6,4 2 0,7 - - 267
No. PernyataanSS S R TS STS
Totalf%
f%
f%
f%
f%
Pemantauan30 Diadakan rekonsiliasi catatan
dengan bukti fisik kas yang dilaksanakan bagian akuntansi sesuai dengan jumlah kas yang diperiksa
101 37,8 139 52,1 18 6,7 8 3 1 0,4 267
JUMLAH 2.847 35,52 4.079 50,92 861 10,75 177 2,20 46 0,82 8.010
Sumber : data diolah, 2015.
Dari hasil Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa Kesiapan
Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual di Kabupaten Waropen dilihat
dari segi Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, dengan total 4.079
jawaban Setuju atau sebesar 50,92 % dari 30 (tiga puluh) indikator. Hasil
ini didukung wawancara dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Waropen
berikut :
172
“Sistem pengendalian di internal organisasi yang saya pimpin dalam kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual yaitu dengan menerapkan sistem pengendalian secara terus menerus dan melibatkan eselon II, III, IV dan staf yang memahami sistem akrual atau sistem akuntansi berbasis akrual.”
Berdasarkan hasil Porsentase Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah sebesar 50,92 % dari total jawaban responden adalah baik.
Dengan hasil observasi penelitian, Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah (SPIP) di Kabupaten Waropen sudah dilaksanakan, namun
SPIP tersebut belum ditetapkan dengan surat keputusan kepala daerah
sehingga aparatur di SKPD yang melaksanakan kegiatan SPIP belum
optimal atas tanggungjawab yang diberikan. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 yang menjadi sub unsur pertama dari
lingkungan pengendalian adalah pembangunan integritas dan nilai etika
organisasi dengan maksud agar seluruh pegawai mengetahui aturan
untuk berintegritas yang baik dan melaksanakan kegiatannya dengan
sepenuh hati dengan berlandaskan pada nilai etika yang berlaku untuk
seluruh pegawai tanpa terkecuali. Pernyataan penekanan integritas dan
nilai etika didukung jawaban sebanyak 135 responden
menjawab Setuju (S) atau sebesar 50,6 % dan terdapat
jawaban sebanyak 4 responden menjawab Tidak Setuju
(TS) atau sebesar 1,5 %.
Integritas dan nilai etika tersebut perlu dibudayakan, sehingga
akan menjadi suatu kebutuhan bukan keterpaksaan. Oleh karena itu,
173
budaya kerja yang baik pada instansi pemerintah perlu dilaksanakan
secara terus menerus tanpa henti. Dibuat pernyataan bersama untuk
melaksanakan integritas dan nilai etika tersebut dengan menuangkannya
pada suatu pernyataan komitmen untuk melaksanakan integritas.
Pernyataan ini berupa pakta (pernyataan tertulis) tentang integritas yang
berisikan komitmen untuk melaksanakannya.
Selain itu, Komitmen terhadap kompetensi yang merupakan
kewajiban pegawai di bidangnya masing-masing. Pernyataan ini
didukung jawaban sebanyak 158 responden menjawab
Setuju (S) atau sebesar 59,2 % dan terdapat jawaban
sebanyak 5 responden menjawab Tidak Setuju (TS) atau
sebesar 1,9 %.
Komitmen yang dilaksanakan secara periodik tersebut perlu
dipantau dan dalam pelaksanaannya perlu diimbangi dengan adanya
kepemimpinan yang kondusif sebagai pemberi teladan untuk dituruti
seluruh pegawai. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak
125 responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 46,8 %
dan terdapat jawaban sebanyak 3 responden menjawab
Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 1,1 %.
Agar dapat mendorong terwujudnya hal tersebut, maka
diperlukan aturan kepemimpinan yang baik. Aturan tersebut perlu
disosialisasikan kepada seluruh pegawai untuk diketahui bersama.
Demikian juga, struktur organisasi perlu dirancang sesuai dengan
174
kebutuhan dengan pemberian tugas dan tanggung jawab kepada pegawai
dengan tepat.
Pernyataan pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan
kebutuhan yang telah ditetapkan, perlu dilakukan analisis secara berkala
tentang bentuk struktur yang tepat. Pernyataan ini didukung
jawaban sebanyak 139 responden menjawab Setuju (S)
atau sebesar 52,1 % dan terdapat jawaban sebanyak 1
responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau
sebesar 0,4 %.
Pernyataan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang
tepat. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 132
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 49,4 % dan
terdapat jawaban sebanyak 3 responden menjawab
Sangat Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,1 %.
Pernyataan penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat
Tentang pembinaan sumber daya manusia. Pernyataan ini didukung
jawaban sebanyak 136 responden menjawab Setuju (S)
atau sebesar
50,9 % dan terdapat jawaban sebanyak 3 responden
menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,1 %.
Pernyataan perwujudan peran aparat pengawasan intern
pemerintah yang efektif. Pernyataan ini didukung jawaban
sebanyak 138 responden menjawab Setuju (S) atau
175
sebesar 51,7 % dan terdapat jawaban sebanyak 1
responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau
sebesar 0,4 %.
Pernyataan hubungan kerja yang baik dengan Instansi pemerintah
terkait. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 133
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 49,8 % dan
terdapat jawaban sebanyak 1 responden menjawab Tidak
Setuju (TS) atau sebesar 0,4 %.
Diperlukan pembinaan sumber daya manusia yang tepat sehingga
tujuan organisasi tercapai. Disamping itu, keberadaan aparat pengawasan
intern pemerintah (APIP) perlu ditetapkan dan diberdayakan secara tepat
agar dapat berperan secara efektif. Hal lainnya yang perlu dibangun
dalam penyelenggaraan lingkungan pengendalian yang baik adalah
menciptakan hubungan kerja sama yang baik diantara instansi
pemerintah yang terkait.
Untuk membangun kondisi yang nyaman sebagaimana
disebutkan di atas, maka lingkungan pengendalian yang baik harus
memiliki kepemimpinan yang kondusif. Kepemimpinan yang kondusif
diartikan sebagai situasi dimana pemimpin selalu mengambil keputusan
dengan mendasarkan pada data hasil penilaian risiko. Berdasarkan
kepemimpinan yang kondusif inilah, maka muncul kewajiban bagi
pimpinan untuk menyelenggarakan penilaian risiko di instansinya.
176
Penilaian risiko dengan dua sub unsurnya, dimulai dengan
melihat kesesuaian antara tujuan kegiatan yang dilaksanakan instansi
pemerintah dengan tujuan sasarannya, serta kesesuaian dengan tujuan
strategik yang ditetapkan pemerintah. Setelah penetapan tujuan, instansi
pemerintah melakukan identifikasi risiko atas risiko intern dan ekstern
yang dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan tersebut,
kemudian menganalisis risiko yang memiliki probability kejadian dan
dampak yang sangat tinggi sampai dengan risiko yang sangat rendah.
Pernyataan penerapan tujuan instansi secara keseluruhan.
Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 124 responden
menjawab Setuju (S) atau sebesar 46,4 % dan terdapat
jawaban sebanyak 2 responden menjawab Sangat Tidak
Setuju (STS) atau sebesar 0,7 %.
Pernyataan penerapan tujuan pada tingkatan kegiatan. Pernyataan
ini didukung jawaban sebanyak 136 responden menjawab
Setuju (S) atau sebesar 50,9 % dan terdapat jawaban
sebanyak 1 responden menjawab Sangat Tidak Setuju
(STS) atau sebesar 0,4 %.
Pernyataan identifikasi resiko. Pernyataan ini didukung
jawaban sebanyak 125 responden menjawab Setuju (S)
atau sebesar 46,8 % dan terdapat jawaban sebanyak 8
responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau
sebesar 3 %.
177
Pernyataan analisis resiko. Pernyataan ini didukung jawaban
sebanyak 135 responden menjawab Setuju (S) atau
sebesar 50,6 % dan terdapat jawaban sebanyak 1
responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau
sebesar 0,4 %.
Pernyataan mengelola resiko selama perubahan. Pernyataan ini
didukung jawaban sebanyak 130 responden menjawab
Setuju (S) atau sebesar 48,7 % dan terdapat jawaban
sebanyak 1 responden menjawab Sangat Tidak Setuju
(STS) atau sebesar 0,4 %.
Berdasarkan hasil penilaian risiko dilakukan respon atas risiko
dan membangun kegiatan pengendalian yang tepat. Dengan kata lain,
kegiatan pengendalian dibangun dengan maksud untuk merespon risiko
yang dimiliki instansi pemerintah dan memastikan bahwa respon
tersebut efektif.
Pernyataan Review atas kinerja instansi pemerintah yang
bersangkutan. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 147
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 55,1 % dan
terdapat jawaban sebanyak 7 responden menjawab Tidak
Setuju (TS) atau sebesar 2,6 %.
Pernyataan pembinaan sumber daya manusia. Pernyataan ini
didukung jawaban sebanyak 133 responden menjawab
Sangat Setuju (SS) atau sebesar 49,8 % dan terdapat
178
jawaban sebanyak 1 responden menjawab Tidak Setuju
(TS) atau sebesar 0,4 %.
Pernyataan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi.
Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 142 responden
menjawab Setuju (S) atau sebesar 53,2 % dan terdapat
jawaban sebanyak 2 responden menjawab Tidak Setuju
(TS) atau sebesar 0,7 %.
Pernyataan pengendalian fisik atas asset. Pernyataan ini
didukung jawaban sebanyak 129 responden menjawab
Setuju (S) atau sebesar
48,3 % dan terdapat jawaban sebanyak 3 responden
menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 1,1 %.
Pernyataan penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran
kinerja. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 138
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 51,7 % dan
terdapat jawaban sebanyak 1 responden menjawab
Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 0,4 %.
Pernyataan pemisahan fungsi. Pernyataan ini didukung
jawaban sebanyak 138 responden menjawab Setuju (S)
atau sebesar 51,7 % dan terdapat jawaban sebanyak 1
responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau
sebesar 0,4 %.
179
Pernyataan otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting.
Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 137 responden
menjawab Setuju (S) atau sebesar 51,3 % dan terdapat
jawaban sebanyak 2 responden menjawab Sangat Tidak
Setuju (STS) atau sebesar 0,7 %.
Pernyataan pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi
dan kejadian. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 140
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 52,4 % dan
terdapat jawaban sebanyak 1 responden menjawab
Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 0,4 %.
Pernyataan pembatasan akses atas sumber daya dan
pencatatannya. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 123
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 46,1 % dan
terdapat jawaban sebanyak 3 responden menjawab
Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 1,1 %.
Pernyataan akuntabilitas terhadap sumber daya dan
pencatatannya. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 155
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 58,1 % dan
terdapat jawaban sebanyak 1 responden menjawab
Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 0,4 %.
Pernyataan dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian
intern serta transaksi dan kejadian penting. Pernyataan ini didukung
jawaban sebanyak 138 responden menjawab Setuju (S)
180
atau sebesar
51,7 % dan terdapat jawaban sebanyak 1 responden
menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 0,4 %.
Pernyataan sistem akuntansi telah dilakukan pada bidang
akuntansi. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 130
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 48,7 % dan
terdapat jawaban sebanyak 2 responden menjawab Tidak
Setuju (TS) atau sebesar 0,7 %.
Pernyataan terdapat diagram arus (flow chart) mengenai transaksi
penerimaan kas. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 142
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 53,2 % dan
terdapat jawaban sebanyak 2 responden menjawab
Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 0,7 %.
Pernyataan terdapat panduan atau pedoman mengenai
pengelolaan kas, khususnya penerimaan kas. Pernyataan ini didukung
jawaban sebanyak 137 responden menjawab Setuju (S)
atau sebesar
51,3 % dan terdapat jawaban sebanyak 1 responden
menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 0,4 %.
Pernyataan pemeriksaan intern dilakukan untuk pemeriksaan
terhadap pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dalam
perda pengelolaan keuangan daerah. Pernyataan ini didukung
jawaban sebanyak 138 responden menjawab Setuju (S)
181
atau sebesar
51,7 % dan terdapat jawaban sebanyak 9 responden
menjawab Tidak Setuju (TS) atau sebesar 3,4 %.
Pernyataan diadakan pemeriksaan atas transaksi Penerimaan Kas,
Cek, Giro dan pencocokan dengan catatan yang ada oleh Bagian
Akuntansi. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 140
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 52,4 % dan
terdapat jawaban sebanyak 2 responden menjawab Tidak
Setuju (TS) atau sebesar 0,7 %.
Pernyataan diadakan rekonsiliasi catatan dengan bukti fisik kas
yang dilaksanakan bagian akuntansi sesuai dengan jumlah kas yang
diperiksa. Pernyataan ini didukung jawaban sebanyak 139
responden menjawab Setuju (S) atau sebesar 52,1 % dan
terdapat jawaban sebanyak 1 responden menjawab
Sangat Tidak Setuju (STS) atau sebesar 0,4 %. Seluruh
penyelenggaraan unsur SPIP tersebut haruslah dilaporkan dan
dikomunikasikan serta dilakukan pemantauan secara terus-menerus
guna perbaikan yang berkesinambungan.
Berdasarkan tabel 4.11 hasil penilian parameter Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah dengan jumlah total tertinggi
responden adalah sebanyak 4.079 jawaban Setuju (S) atau sebesar
50,93 %, maka bobot porsentase rata-rata pada parameter Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah ada pada Penyusunan dan penerapan
182
kebijakan yang sehat Tentang pembinaan sumber daya manusia
(Lingkungan Pengendalian) dan pernyataan Penerapan tujuan pada
tingkatan kegiatan (Penilaian Resiko). Sedangkan jawaban total terendah
responden adalah sebanyak 46 jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) atau
sebesar 0,82 %.
Dengan meningkatkan pembinaan sumber daya manusia akan
sangat menguntungkan bagi organisasi, karena berinvestasi dengan
kemampuan sumber daya manusia dalam organisasi akan mengurangi
biaya dalam perekrutan sumber daya manusia yang baru dan juga
sumber daya manusia tersebut perlu penyesuaian dengan rentang waktu
tidak bisa dipastikan didalam organisasi dan beban kerjanya. Penerapan
tujuan pada tingkatan kegiatan akan mengurangi pemborosan anggaran
dimana hasil kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan jumlah
anggaran yang dikeluarkan.
Dari hasil observasi penelitian lapangan terhadap parameter
SPIP, masih terdapat penatausahaan dan pengelolaan kas di kas daerah
tidak tertib, pengelolaan kas di bendahara pengeluaran tidak sesuai
dengan ketentuan, penatausahaan persediaan tidak memadai,
penatausahaan dan pencatatan aset tetap tidak memadai, aset lainnya
pada Neraca LKPD tidak didukung dengan rincian yang memadai, utang
perhitungan fihak ketiga (PFK) tidak dapat diyakini kewajarannya,
pengelolaan utang jangka pendek lainnya tidak tertib serta
penatausahaan pendapatan asli daerah (pad) tidak tertib, sering terjadi
183
Penerimaan dan Pengeluaran dana tidak melalui mekanisme serta selisih
lebih perhitungan anggaran yang tidak dapat diyakini kewajarannya.
Berdasarkan hasil penilaian persepsi responden atas parameter
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, ini membuktikan bahwa
Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen Siap dalam
mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.
184
BAB V
KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN KETERBATASAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bersifat eksploratif dan suatu studi kasus tunggal
yang berorientasi pada praktik. Hasil penelitian ini memberikan bukti
empiris berupa komunikasi, komitmen, sumber daya manusia,
infrastruktur, sistem informasi dan sistem pengendalian internal
pemerintah terhadap kesiapan implementasi akuntansi berbasis akuntansi
berbasis akrual di Kabupaten Waropen.
1. Komunikasi dalam implementasi akuntansi berbasis akrual di
Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen atas parameter Komunikasi
membuktikan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen Siap
dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.
2. Komitmen dalam implementasi akuntansi berbasis akrual di
Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen atas parameter Komitmen
membuktikan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen Siap
dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.
185
3. Sumber Daya Manusia dalam implementasi akuntansi berbasis akrual
di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen atas parameter Sumber
Daya Manusia membuktikan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten
Waropen Siap dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.
4. Infrastruktur dalam implementasi akuntansi berbasis akrual di
Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen atas parameter Infrastruktur
membuktikan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen Siap
dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.
5. Sistem Informasi dalam implementasi akuntansi berbasis akrual di
Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen atas parameter Sistem
Informasi membuktikan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten
Waropen Siap dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.
6. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dalam implementasi
akuntansi berbasis akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen
atas parameter Sistem Pengendalian Internal Pemerintah membuktikan
bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen Siap dalam
mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual.
186
5.2 Rekomendasi
Penelitian ini dapat dijadikan evaluasi atas kesiapan implementasi
standar akuntansi berbasis akrual di lingkungan Pemerintah Daerah
Kabupaten Waropen. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar
implementasi SAP 2010 dapat terlaksana dengan baik yaitu :
1. Komunikasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Waropen bukan hanya berupa komunikasi lisan, namun komunikasi
harus dibuat dalam produk-produk hukum daerah, baik berupa
kebijakan akuntansi daerah, pokok-pokok pengelolaan keuangan
daerah serta sistem dan prosedur penatausahaan keuangan daerah yang
mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 serta disosialisasikan
produk-produk tersebut ke seluruh aparatur PNS yang ada di
Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.
2. Komitmen dalam implementasi akuntansi berbasis akrual bukan hanya
pada sebatas semboyan, namun dijabarkan dalam Standar Operasional
Prosedur (SOP) agar supaya semua aparatur didalam organisasi atau
SKPD dapat mengimplementasikannya dalam pengelolaan dan
penatausahaan keuangan daerah. Komitmen bukan hanya pada pejabat
eselon II saja, namun seluruh aparatur PNS di lingkungan Pemerintah
Daerah Kabupaten Waropen sehingga tujuan dari implementasi
akuntansi berbasis akrual dapat tercapai.
187
3. Sumber Daya Manusia dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten
Waropen berpengaruh dalam penganggaran, penatausahaan keuangan
dan pembuatan laporan keuangan sehingga Pemerintah Daerah
Kabupaten Waropen wajib merekrut aparatur PNS yang berlatar
belakang pendidikan akuntansi agar di setiap SKPD dapat terpenuhi
kebutuhan akan tenaga akuntansinya atau dengan membuka kerjasama
dengan Universitas Negeri di Papua untuk dapat mendidik aparatur
PNS dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen tanpa
harus menunggu waktu untuk penerimaan CPNS. Dengan kerjasama
ini dapat menghasilkan aparatur PNS berlatar belakang akuntansi yang
berkualitas serta dapat ditempatkan sesuai dengan bidang tugasnya.
Penempatan paratur sesuai dengan bidang tugas dan latar belakang
pendidikan agar supaya dalam melakoni pekerjaannya aparatur dapat
membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.
4. Infrastruktur yang ada di SKPD wilayah Ibu Kota Kabupaten sangat
mendukung, namun untuk SKPD yang jauh dari kota seperti Distrik-
Distrik belum optimal. Karena lokasinya yang jauh, maka perlu
dibangun sarana dan prasarana jalan, jembatan serta jaringan listrik
yang memadai serta akses internet agar supaya dapat terhubung
langsung dengan sistem informasi keuangan yang digunakan
Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen.
188
5. Sistem informasi yang digunakan Pemerintah Daerah Kabupaten
Waropen sangat mendukung implementasi akuntansi berbasis akrual
sesuai dengan PP 71 Tahun 2010. Perlu dialokasikan anggaran untuk
kegiatan pelatihan-pelatihan untuk PA, KPA, PPTK, PPK-SKPD,
Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Barang
agar supaya aparatur tersebut mahir dalam mengoperasikan sistem
informasi yang digunakan dengan intensitas pelatihan-pelatihan paling
rendah 3 kali dalam setahun sesuai dengan perubahan-perubahan
peraturan perundang-undangan tentang keuangan daerah.
6. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah sudah dijalankan pada setiap
SKPD namun perlu disediakan insentif bagi aparatur SPIP pada SKPD
agar supaya aparatur dapat termotivasi dan memegang teguh
tanggungjawabnya serta mempunyai wawasan luas tentang keuangan
daerah.
5.3 Keterbatasan
Karena penelitian ini hanya tentang persepsi dan masih bersifat
deskriptif untuk mendapatkan gambaran awal dari kondisi penerapan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Basis Akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen,
maka untuk riset selanjutnya sebaiknya dilanjutkan dengan melakukan uji
empirik sehingga dapat dibuktikan temuan dari data yang dikumpulkan
melalui kuesioner.
189
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syukriy. 2008. Basis Akuntansi Pemerintahan. www.syukriy.wordpress.com. Diakses 14 Februari 2015
Adventana, Gabriella Ara dan Kurniawan Ch. Heni. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemerintah Provinsi DIY dalam Implementasi SAP Berbasis Akrual Menurut PP No. 71 Tahun 2010. Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari 43-44. Yogyakarta.
Ardiansyah, 2013. Factors Affecting The Affecing The Readiness Of PP NO. 71 Tahun 2010 About Goverment Accouting Standards (Case Study on Working Unit in KPPN Malang’s Working Area).
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor publik : Suatu Pengantar. Erlangga, Jakarta.
BPS, Kabupaten Waropen. 2013. Waropen Dalam Angka. http://waropenkab.bps.go.id (diakses 11 Juli 2014)
Carlin, T. 2005. ‘Debating the Impact of Accrual Accounting and Reporting in Public Sector’, Financial Accountability & Management (vol. 21, No.3), pp.309-336.
Caccia dan Steccolini. 2006. ‘Accounting Change in Italian Local Governments: What’s Beyond Managerial Fashion?’, Critical Perspectives on Accounting (vol.17), pp. 154–174.
Christanti Dianne Natalia, 2013. Pengaruh Akuntansi Berbasis Akrual dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap kualitas Laporan Keuangan (Survey Pada Biro Keuangan Setda Pemerintah Provinsi Jawa Barat). Fakultas Ekonomi Universitas komputer Indonesia. Bandung.
Dwiyanto, A., 2006. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:Grasindo.Rosdakarya
Guthrie, J. 1998. Application of Accrual Accounting in the Australian Public Sector – Rhetoric or Reality? Financial Accountability & Management. Vol. 14, No. 1, pp.1-19.
Hasibuan, S.P., H. Malayu. 1996. Manajemen. Dasar, Pengertian dan Masalah. PT. Toko Gunung Agung, Jakarta.
Halim, Abdul dan Kusufi, Syam Muhammad. 2012. Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
190
Halim, Abdul dan Kusufi, Syam Muhammad. 2014. Teori, Konsep, dan Aplikasi. Akuntansi Sektor Publik, Jakarta: Salemba Empat.
Hedi Sasrawan, 2013. Pengertian sosialisasi menurut para ahli. http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/01/diakses pada tanggal 14 Februari 2015.
Iqbal, Hasan. 2006. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta : PT Bumi Aksara
Kieso, Donald E. Dkk. Akuntansi Intermediate, Edisi Keduabelas, Jilid 1. Terjemahan oleh Emil Salim. 2008. Jakarta: Penerbit Erlangga
Kusuma, Setiatwaty Kusuma. 2013. Analisis Kesiapan Pemerintah Dalam Menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis akrual (kasus pada pemerintah kabupaten jember). Skripsi. Universitas Jember.
Krina, P, 2003. Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, transparansi & partisipasi, Sekretariat Good Public Governance Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta.
Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Cetakan Pertama. UII Press. Yogyakarta.
Mahsun, Moh & Sulistiyowati, Firma & Purwanugraha, H. A. 2011. Akuntansi Sektor Publik, Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. Badan Pengembangan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Univeritas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mardiasmo. 2006. Perpajakan, Andi, Yogyakarta.
Mardiasmo. 2003. Manajemen Sumberdaya Manusia dalam Kinerja. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta: ANDI.
Martopo, Anshary. 2004. Peningkatan Kompetensi Menuju SDM Berkualitas, Tarsito, Bandung.
Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. 2006. Evaluasi Kinerja SDM. Refika Aditama, Bandung.
Mulyana, Budi. 2009. Penggunaan Akuntansi Akrual di Negara-Negara Lain;Tren di Negara-Negara Anggota OECD.
Maulidah R; Iswahyudi YS; Deddi N. 2007. Akuntansi Pemerintahan. Salemba Empat. Jakarta.
Mustofa, Hamim. 2007. “Basis Akuntansi Pemerintahan“ (https://abusyadza. wordpress.com/2007/01/30.htm). Diakses 14 Februari 2015.
Noerdiawan D, Iswahyudi, Maulidah. 2007. Akuntansi Pemerintahan,Jakarta,
191
Nasution. 2003. Metode Research : Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Parker dan Guthrie. 1993. ‘The Australian Public Sector in the 1990s: New Accountability Regimes in Motion’, Journal of International Accounting, Auditing & Taxation (vol.2, No.1), pp.59-81.
Rimaru. 2012. Pengertian Implementasi menurut beberapa ahli. (http://rimaru.web.id/pengertian-implementasi-menurut-beberapa-ahli). Diakses 14 Februari 2015.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005. Sistem Informasi Keuangan Daerah. Tambahan Lembaran Negara Raepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Standar Akuntansi Pemerintahan.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Standar Akuntansi Pemerintahan.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004. Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002. Tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Teluk Wondama di Propinsi Papua. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4245.
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011, Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310.
192
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013, Tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310.
Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 17 tahun 2003, Tentang Keuangan Negara. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286.
Republik Indonesia. Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Republik Indonesia. Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005 tentang tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen.
Ruben, Brent D,Stewart, Lea P, 2005, Communication and Human Behaviour,USA:Alyn and Bacon.
Simanjuntak, Binsar. 2010. Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Sektor Pemerintahan di Indonesia. Makalah ini disampaikan dalam Kongres XI Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, 9 Desember.
Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Setyaningsih, Titik. 2013. Studi Eksplorasi Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah Daerah dan Anggota DPRD terhadap Standar Akuntansi Berbasis Akrual (Kasus di Pemerintah Kota Surakarta). Simposium Nasional Akuntansi XVI. Manado.
Sudjana, 2001. Metode Statistika, Edisi Revisi, Cet. 6, Bandung: Tarsito.
Sendjaja,Sasa Djuarsa,1994,Pengantar Komunikasi,Jakarta:Universitas Terbuka.
Thoha, Miftah. 2005. Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia. Kencana, Jakarta.
Tanjung,Abdul Hafiz. 2012. Akuntansi Pemerintahan Daerah Berbasis Akrual; Pendekatan Teknis Sesuai PP No. 71/2010, Bandung, Alfabeta.
Widjajarso, Bambang. 2008. Penerapan Basis Akrual Pada Akuntansi Pemerintah Indonesia : Sebuah Kajian Pendahuluan.
Windiastuti, Ruri. 2013. Pengaruh Sumber Daya Manusia Bidang Akuntansi Dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah Kota Bandung). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Bandung.
193
Lampiran 1 Daftar Pernyataan (Kuesioner)
Kepada :
Yth. Bapak/Ibu/Sdr/Sdri.
Pegawai Pemerintah Kabupaten Waropen
di -
T E M P A T
Dengan hormat,
Dalam rangka penyusunan Tesis guna memenuhi syarat menyelesaikan studi program S2 Magister Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih Papua, peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri untuk memberikan informasi mengenai Kesiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual di Kabupaten Waropen dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia dalam kuisioner penelitian ini.
Peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan dan kerjasama Bapak/Ibu/Sdr/Sdri yang berkenan meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner ini.
Hormat saya,
Peneliti
194
Petunjuk Pengisian
Nama Responden : ......................................................... (boleh tidak diisi)
Nama Instansi : .......................................................................................
Latar Pendidikan : .......................................................................................
Jabatan Responden : .......................................................................................
Lama Menjabat : .......................................................................................
Tanggal Pengisian : .......................................................................................
Kursus/Diklat/Bimtek di bidang akuntansi, keuangan dan penyusunan anggaran yang telah Bapak/Ibu ikuti :
Tidak Pernah
Minim Sekali
Sering
Berilah tanda Check List ( √ ) pada jawaban yang sesuai.
Keterangan :
1. STS : Sangat Tidak Setuju2. TS : Tidak Setuju3. RR : Ragu-Ragu4. S : Setuju5. SS : Sangat Setuju
195
I. Parameter Komunikasi
No
Parameter untuk Komunikasi terhadap Kesiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual
Alternatif Jawaban
SS S RR TS STS
1 Kebijakan dan prosedur akuntansi SAP berbasis akrual disosialisasikan kepada seluruh pegawai.
2 Pimpinan memberikan instruksi yang jelas pada keputusan dan pekerjaan.
3 Pimpinan mengevaluasi kinerja pegawai setiap bulan.4 Pelaksanaan laporan pekerjaan dilakukan dengan
benar dan tepat waktu.5 Organisasi menyediakan sarana kotak saran atau
prosedur keluhan pegawai.6 Rapat koordinasi dilaksanakan setiap bulan.7 Terjalin group informal di dalam organisasi.8 Pihak eksternal dapat memperoleh semua informasi
dari situs resmi organisasi.9 Terdapat layanan customer service di kantor yang
dapat memberikan informasi kepada pihak eksternal.
196
II. Parameter Komitmen
No
Parameter untuk Komitmen terhadapKesiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual
Alternatif Jawaban
SS S RR TS STS
1 Saya berkomitmen untuk implementasi (pelaksanaan) akuntansi berbasis akrual.
2 Saya berkomitmen dalam layanan publik dengan peningkatan melalui implementasi akuntansi berbasis akrual.
3 Saya berkomitmen dalam pelaksanaan administrasi publik dengan implementasi akuntansi berbasis akrual dalam dalam bentuk peraturan perundangan dan maupun peraturan pendukung lainnya.
4 Organisasi mempunyai komitmen yang tinggi dalam implementasi (pelaksanaan) akuntansi berbasis akrual.
5 Pemerintah daerah bertanggung jawab moral, terhadap implementasi akuntansi berbasis akrual dalam menunjang optimasi kinerja pemerintah.
6 Pemerintah daerah memiliki inovasi dan obyektif untuk SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan.
7 Pemerintah daerah berkomitmen dan integritas pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.
8 Pemerintah daerah untuk mempunyai prinsip transparan dalam mendiskusikan permasalahan pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.
9 Pemerintah daerah mempunyai keinginan dan kemauan untuk mencapai hasil kerja yang baik dengan pembangunan SAP berbasis akrual sebagai sarana mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.
10 Pemerintah daerah mempunyai strategi pendekatan yang humanis transparan, demokratis, dan akuntable dalam pembangunan SAP berbasis akrual dalam mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.
11 Pemerintah daerah mempunyai motivasi untuk mencapai hasil kerja yang baik dengan pembangunan SAPberbasis akrual sebagai sarana mendukung optimasi bidang tugas pemerintahan daerah.
197
III. Parameter Sumber Daya Manusia
NoParameter untuk Sumber Daya Manusia
terhadap Kesiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual
Alternatif Jawaban
SS S RR TS STS
1 Bagian akuntansi memiliki staf yang berkualifikasi dalam jumlah yang cukup.
2 Penempatan pegawai didukung oleh latar belakang pendidikan yang sesuai.
3 Perubahan dalam proses penyusunan laporan keuangan sesuai SAP berbasis akrual menuntut kesiapan saya.
4 Isi dari SAP berbasis akrual sudah saya mengerti dan pahami.
5 Terdapat pedoman mengenai prosedur dan proses akuntansi sesuai SAP berbasis akrual.
6 Bagian akuntansi memiliki uraian peran dan fungsi yang jelas.
7 Uraian tugas saya sesuai dengan fungsi akuntansi yang sesungguhnya.
8 Organisasi memberikan pelatihan-pelatihan untuk membantu penugasan dan pengembangan keahlian.
9 Organisasi memberikan jenjang karir kepada seluruh pegawai.
10 Penganggaran dana dilakukan untuk memperoleh sumber daya, peralatan, dan pelatihan yang dibutuhkan.
11 Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas.
12 Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas.
13 Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi asset tetap.
14 Saya memahami sistem dan prosedur akuntansi selain kas.
15 Saya memahami sistem pencatatan double entry.16 Saya memahami prosedur yang harus dilakukan
untuk menjembatani kas basis ke akrual basis.
198
IV. Parameter Infrastruktur
NoParameter Infrastruktur terhadap Kesiapan Implementasi Akuntansi
Berbasis Akrual
Alternatif Jawaban
SS S RR TS STS
1 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan sarana ruangan yang memadai khususnya untuk operasi perangkat SAP.
2 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana prasarana perangkat lunak yang memadai khususnya untuk operasi SAP.
3 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana prasarana basis data pendukung operasionalisasi yang berkesinambungan khususnya untuk operasi SAP.
4 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sarana administrasi yang memadai khususnya untuk operasi SAP.
5 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan anggaran yang memadai khususnya untuk operasi SAP.
6 Pemerintah mempunyai kemauan dan integritas untuk menyiapkan dukungan sumberdaya manusia berkualitas yang memadai khususnya untuk operasi SAP.
199
V. Parameter Sistem Informasi
NoParameter Sistem Informasi terhadap
Kesiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual
Alternatif Jawaban
SS S RR TS STS
1 Bagian akuntansi memiliki komputer yang cukup untuk melaksanakan tugas.
2 Pengolahan data transaksi keuangan menggunakan software yang mendukung pekerjaan.
3 Jaringan internet telah terpasang di unit kerja anda dan dimanfaatkan sebagai penghubung antar unit kerja dalam pengiriman data dan informasi yang dibutuhkan.
4 Proses akuntansi sejak awal transaksi hingga pembuatan laporan keuangan dilakukan secara komputerisasi.
5 Laporan akuntansi dan manajerial dihasilkan dari sistem informasi yang terintegrasi.
6 Jadwal pemeliharaan peralatan dilakukan secara teratur.
7 Peralatan yang usang/rusak didata dan diperbaiki tepat pada waktunya.
8 Tersedia Pedoman Penatausahaan Keuangan Daerah untuk Sistem Informasi dan Manejemen Keuangan Daerah.
9 Bagian akuntansi memperoleh pendampingan dalam operasionalisasi pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP
10 Satuan Kerja Perangkat Daerah didukung oleh pelatihan peningkatan kualitas pelaksanaan sistem perangkat lunak SAP
200
VI. Parameter SPIP
NoParameter SPIP terhadap
Kesiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual
Alternatif Jawaban
SS S RR TS STS
Lingkungan Pengendalian1 Penekanan integritas dan nilai etika2 Komitmen terhadap kompetensi3 Kepemimpinan yang kondusif4 Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan
kebutuhan5 Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat6 Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat Tentang
pembinaan sumber daya manusia7 Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang
efektif8 Hubungan kerja yang baik dengan Instansi pemerintah terkait
Penilaian Resiko9 Penerapan tujuan instansi secara keseluruhan10 Penerapan tujuan pada tingkatan kegiatan11 Identifikasi resiko12 Analisis risiko13 Mengelola risiko selama perubahan
Kegiatan Pengendalian14 Review atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan15 Pembinaan sumber daya manusia16 Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi17 Pengendalian fisik atas asset18 Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja19 Pemisahan fungsi20 Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting21 Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan
kejadian22 Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya23 Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya24 Dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta
transaksi dan kejadian pentingInformasi dan Komunikasi25 Sistem akuntansi telah dilakukan pada bidang akuntansi26 Terdapat diagram arus (flow chart) mengenai transaksi
penerimaan kas27 Terdapat panduan atau pedoman mengenai pengelolaan kas,
khususnya penerimaan kas.Pemantauan28 Pemeriksaan intern dilakukan untuk pemeriksaan terhadap
pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dalam perda pengelolaan keuangan daerah.
29 Diadakan pemeriksaan atas transaksi Penerimaan Kas, Cek, Giro dan pencocokan dengan catatan yang ada oleh Bagian Akuntansi
30 Diadakan rekonsiliasi catatan dengan bukti fisik kas yang dilaksanakan bagian akuntansi sesuai dengan jumlah kas yang diperiksa
201
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)
I. Jadwal Wawancaraa. Tanggal / Hari : .......................................................................................b. Waktu mulai : .......................................................................................c. Waktu selesai : .......................................................................................
II. Identitas Informana. Nama : .......................................................... (boleh tidak diisi)b. Jenis Kelamin : .......................................................................................c. Usia : .......................................................................................d. Pendidikan : .......................................................................................e. Jabatan /pangkat : .......................................................................................
1. Seperti apa komunikasi yang dilakukan dalam kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual?
2. Siapa dan bagaimana komitmen dalam kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual?
3. Bagaimana sumber daya manusia di bidang atau bagian pada organisasi Bapak/Ibu dalam kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual?
4. Apakah infrastruktur seperti bangunan/gedung, sistem jaringan yang terkomputerisasi, peralatan komputer dalam organisasi mendukung kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual?
5. Bagaimana dukungan sistem informasi yang digunakan dalam implementasi akuntansi berbasis akrual?
6. Seperti apa Sistem Pengendalian Internal di organisasi Bapak/Ibu dalam kesiapan implementasi akuntansi berbasis akrual?
202
Lampiran 3 Hasil Penilaian Parameter Komunikasi
FrequenciesStatistics
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9N Valid 267 267 267 267 267 267 267 267 267
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0Mean 4,3371 4,4607 4,3783 4,3558 4,0487 4,2772 3,8052 3,9251 3,9251Std. Error of Mean ,04830 ,03759 ,03841 ,04097 ,05258 ,05138 ,05979 ,05963 ,05547Median 4,0000 5,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000Mode 5,00 5,00 4,00 5,00 4,00 5,00 4,00 4,00 4,00Std. Deviation ,78917 ,61417 ,62766 ,66941 ,85920 ,83955 ,97694 ,97430 ,90633Variance ,623 ,377 ,394 ,448 ,738 ,705 ,954 ,949 ,821Kurtosis 3,188 5,793 ,924 ,073 ,926 1,905 ,250 ,649 ,946Std. Error of Kurtosis
,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297
Range 4,00 4,00 3,00 3,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00Minimum 1,00 1,00 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00Maximum 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00Sum 1158,00 1191,00 1169,00 1163,00 1081,00 1142,00 1016,00 1048,00 1048,00
Frequency Table
P1
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7
2,00 11 4,1 4,1 4,93,00 8 3,0 3,0 7,94,00 120 44,9 44,9 52,85,00 126 47,2 47,2 100,0Total 267 100,0 100,0
P2
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7
3,00 5 1,9 1,9 2,64,00 126 47,2 47,2 49,85,00 134 50,2 50,2 100,0Total 267 100,0 100,0
P3
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 3 1,1 1,1 1,1
3,00 12 4,5 4,5 5,64,00 133 49,8 49,8 55,45,00 119 44,6 44,6 100,0Total 267 100,0 100,0
203
P4
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 2 ,7 ,7 ,7
3,00 23 8,6 8,6 9,44,00 120 44,9 44,9 54,35,00 122 45,7 45,7 100,0Total 267 100,0 100,0
P5
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7
2,00 16 6,0 6,0 6,73,00 32 12,0 12,0 18,74,00 134 50,2 50,2 68,95,00 83 31,1 31,1 100,0Total 267 100,0 100,0
P6
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7
2,00 12 4,5 4,5 5,23,00 19 7,1 7,1 12,44,00 111 41,6 41,6 53,95,00 123 46,1 46,1 100,0Total 267 100,0 100,0
P7
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 6 2,2 2,2 2,2
2,00 24 9,0 9,0 11,23,00 50 18,7 18,7 30,04,00 123 46,1 46,1 76,05,00 64 24,0 24,0 100,0Total 267 100,0 100,0
P8
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 7 2,6 2,6 2,6
2,00 15 5,6 5,6 8,23,00 50 18,7 18,7 27,04,00 114 42,7 42,7 69,75,00 81 30,3 30,3 100,0Total 267 100,0 100,0
204
P9
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 5 1,9 1,9 1,9
2,00 15 5,6 5,6 7,53,00 45 16,9 16,9 24,34,00 132 49,4 49,4 73,85,00 70 26,2 26,2 100,0Total 267 100,0 100,0
205
Lampiran 4 Hasil Penilaian Parameter Komitmen
Frequencies
StatisticsP1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
N Valid 267 267 267 267 267 267 267Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 4,3408 4,1910 4,1873 4,2060 4,4195 4,2996 4,3258Std. Error of Mean ,03899 ,04332 ,03982 ,04001 ,03882 ,03753 ,03727Median 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000Mode 4,00 4,00 4,00 4,00 5,00 4,00 4,00Std. Deviation ,63715 ,70779 ,65073 ,65371 ,63429 ,61323 ,60899Variance ,406 ,501 ,423 ,427 ,402 ,376 ,371Kurtosis ,735 1,310 ,723 -,003 2,100 -,107 -,644Std. Error of Kurtosis ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297Range 3,00 3,00 3,00 3,00 4,00 3,00 2,00Minimum 2,00 2,00 2,00 2,00 1,00 2,00 3,00Maximum 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00Sum 1159,00 1119,00 1118,00 1123,00 1180,00 1148,00 1155,00
P8 P9 P10 P11267 267 267 267
0 0 0 04,2884 4,3146 4,3146 4,3146,03950 ,03892 ,03928 ,037824,0000 4,0000 4,0000 4,0000
4,00 4,00 4,00 4,00,64538 ,63593 ,64182 ,61794
,417 ,404 ,412 ,382-,707 -,682 1,077 ,382,297 ,297 ,297 ,2972,00 2,00 3,00 3,003,00 3,00 2,00 2,005,00 5,00 5,00 5,00
1145,00 1152,00 1152,00 1152,00
Frequency Table
P1
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 3 1,1 1,1 1,1
3,00 15 5,6 5,6 6,74,00 137 51,3 51,3 58,15,00 112 41,9 41,9 100,0Total 267 100,0 100,0
206
P2
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 9 3,4 3,4 3,4
3,00 19 7,1 7,1 10,54,00 151 56,6 56,6 67,05,00 88 33,0 33,0 100,0Total 267 100,0 100,0
P3
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 4 1,5 1,5 1,5
3,00 24 9,0 9,0 10,54,00 157 58,8 58,8 69,35,00 82 30,7 30,7 100,0Total 267 100,0 100,0
P4
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 2 ,7 ,7 ,7
3,00 29 10,9 10,9 11,64,00 148 55,4 55,4 67,05,00 88 33,0 33,0 100,0Total 267 100,0 100,0
P5
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4
3,00 15 5,6 5,6 6,04,00 121 45,3 45,3 51,35,00 130 48,7 48,7 100,0Total 267 100,0 100,0
P6
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 1 ,4 ,4 ,4
3,00 19 7,1 7,1 7,54,00 146 54,7 54,7 62,25,00 101 37,8 37,8 100,0Total 267 100,0 100,0
207
P7
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 3,00 20 7,5 7,5 7,5
4,00 140 52,4 52,4 59,95,00 107 40,1 40,1 100,0Total 267 100,0 100,0
P8
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 3,00 28 10,5 10,5 10,5
4,00 134 50,2 50,2 60,75,00 105 39,3 39,3 100,0Total 267 100,0 100,0
P9
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 3,00 25 9,4 9,4 9,4
4,00 133 49,8 49,8 59,25,00 109 40,8 40,8 100,0Total 267 100,0 100,0
P10
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 4 1,5 1,5 1,5
3,00 14 5,2 5,2 6,74,00 143 53,6 53,6 60,35,00 106 39,7 39,7 100,0Total 267 100,0 100,0
P11
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 2 ,7 ,7 ,7
3,00 16 6,0 6,0 6,74,00 145 54,3 54,3 61,05,00 104 39,0 39,0 100,0Total 267 100,0 100,0
208
Lampiran 5 Hasil Penilaian Parameter Sumber Daya Manusia
Frequencies
Statistics
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8N Valid 267 267 267 267 267 267 267 267
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0Mean 4,0637 4,1124 4,0412 3,5805 3,9663 4,1760 3,8727 4,1910Std. Error of Mean ,06389 ,06463 ,05844 ,05921 ,05549 ,04932 ,05637 ,05505Median 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000Mode 5,00 5,00 4,00 3,00 4,00 4,00 4,00 4,00Std. Deviation 1,04399 1,05601 ,95490 ,96755 ,90673 ,80582 ,92108 ,89958Variance 1,090 1,115 ,912 ,936 ,822 ,649 ,848 ,809Kurtosis ,606 ,577 2,386 ,580 2,243 4,733 1,572 2,833Std. Error of Kurtosis ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297Range 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00Minimum 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00Maximum 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00Sum 1085,00 1098,00 1079,00 956,00 1059,00 1115,00 1034,00 1119,00
P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16267 267 267 267 267 267 267 267
0 0 0 0 0 0 0 03,9925 4,0375 3,7715 3,7865 3,7491 3,7228 3,5918 3,7116,06120 ,05760 ,05802 ,05823 ,05742 ,05758 ,06240 ,057254,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000
4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 3,00 4,00,99997 ,94117 ,94802 ,95152 ,93830 ,94091 1,01955 ,93550
1,000 ,886 ,899 ,905 ,880 ,885 1,039 ,8751,183 1,666 1,318 1,366 1,273 1,152 ,562 ,960
,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,2974,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,001,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,005,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
1066,00 1078,00 1007,00 1011,00 1001,00 994,00 959,00 991,00
Frequency Table
P1
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 7 2,6 2,6 2,6
2,00 21 7,9 7,9 10,53,00 32 12,0 12,0 22,54,00 95 35,6 35,6 58,15,00 112 41,9 41,9 100,0Total 267 100,0 100,0
209
P2
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 7 2,6 2,6 2,6
2,00 19 7,1 7,1 9,73,00 36 13,5 13,5 23,24,00 80 30,0 30,0 53,25,00 125 46,8 46,8 100,0Total 267 100,0 100,0
P3
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 10 3,7 3,7 3,7
2,00 13 4,9 4,9 8,63,00 17 6,4 6,4 15,04,00 143 53,6 53,6 68,55,00 84 31,5 31,5 100,0Total 267 100,0 100,0
P4
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 13 4,9 4,9 4,9
2,00 8 3,0 3,0 7,93,00 102 38,2 38,2 46,14,00 99 37,1 37,1 83,15,00 45 16,9 16,9 100,0Total 267 100,0 100,0
P5
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 9 3,4 3,4 3,4
2,00 8 3,0 3,0 6,43,00 36 13,5 13,5 19,94,00 144 53,9 53,9 73,85,00 70 26,2 26,2 100,0Total 267 100,0 100,0
P6
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 7 2,6 2,6 2,6
2,00 3 1,1 1,1 3,73,00 16 6,0 6,0 9,74,00 151 56,6 56,6 66,35,00 90 33,7 33,7 100,0Total 267 100,0 100,0
210
P7
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 9 3,4 3,4 3,4
2,00 10 3,7 3,7 7,13,00 48 18,0 18,0 25,14,00 139 52,1 52,1 77,25,00 61 22,8 22,8 100,0Total 267 100,0 100,0
P8
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 7 2,6 2,6 2,6
2,00 8 3,0 3,0 5,63,00 21 7,9 7,9 13,54,00 122 45,7 45,7 59,25,00 109 40,8 40,8 100,0Total 267 100,0 100,0
P9
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 9 3,4 3,4 3,4
2,00 16 6,0 6,0 9,43,00 32 12,0 12,0 21,34,00 121 45,3 45,3 66,75,00 89 33,3 33,3 100,0Total 267 100,0 100,0
P10
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 7 2,6 2,6 2,6
2,00 15 5,6 5,6 8,23,00 26 9,7 9,7 18,04,00 132 49,4 49,4 67,45,00 87 32,6 32,6 100,0Total 267 100,0 100,0
P11
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 12 4,5 4,5 4,5
2,00 6 2,2 2,2 6,73,00 67 25,1 25,1 31,84,00 128 47,9 47,9 79,85,00 54 20,2 20,2 100,0Total 267 100,0 100,0
211
P12
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 12 4,5 4,5 4,5
2,00 7 2,6 2,6 7,13,00 62 23,2 23,2 30,34,00 131 49,1 49,1 79,45,00 55 20,6 20,6 100,0Total 267 100,0 100,0
P13
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 12 4,5 4,5 4,5
2,00 3 1,1 1,1 5,63,00 78 29,2 29,2 34,84,00 121 45,3 45,3 80,15,00 53 19,9 19,9 100,0Total 267 100,0 100,0
P14
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 12 4,5 4,5 4,5
2,00 4 1,5 1,5 6,03,00 81 30,3 30,3 36,34,00 119 44,6 44,6 80,95,00 51 19,1 19,1 100,0Total 267 100,0 100,0
P15
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 17 6,4 6,4 6,4
2,00 5 1,9 1,9 8,23,00 98 36,7 36,7 44,94,00 97 36,3 36,3 81,35,00 50 18,7 18,7 100,0Total 267 100,0 100,0
P16
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 11 4,1 4,1 4,1
2,00 4 1,5 1,5 5,63,00 88 33,0 33,0 38,64,00 112 41,9 41,9 80,55,00 52 19,5 19,5 100,0Total 267 100,0 100,0
212
Lampiran 6 Hasil Penilaian Parameter Infratsuktur
Frequencies
Statistics
P1 P2 P3 P4 P5 P6N Valid 267 267 267 267 267 267
Missing 0 0 0 0 0 0Mean 4,3071 4,3521 4,2360 4,3071 4,2472 4,3521Std. Error of Mean ,04192 ,03694 ,03974 ,03615 ,03966 ,03952Median 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000Mode 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00Std. Deviation ,68501 ,60358 ,64928 ,59071 ,64797 ,64571Variance ,469 ,364 ,422 ,349 ,420 ,417Kurtosis ,537 ,526 ,820 ,007 ,466 ,676Std. Error of Kurtosis ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297Range 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00Minimum 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00Maximum 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00Sum 1150,00 1162,00 1131,00 1150,00 1134,00 1162,00
Frequency Table
P1
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 4 1,5 1,5 1,5
3,00 22 8,2 8,2 9,74,00 129 48,3 48,3 58,15,00 112 41,9 41,9 100,0Total 267 100,0 100,0
P2
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 2 ,7 ,7 ,7
3,00 12 4,5 4,5 5,24,00 143 53,6 53,6 58,85,00 110 41,2 41,2 100,0Total 267 100,0 100,0
P3
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 4 1,5 1,5 1,5
3,00 20 7,5 7,5 9,04,00 152 56,9 56,9 65,95,00 91 34,1 34,1 100,0
213
Total 267 100,0 100,0
P4
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 1 ,4 ,4 ,4
3,00 15 5,6 5,6 6,04,00 152 56,9 56,9 62,95,00 99 37,1 37,1 100,0Total 267 100,0 100,0
P5
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 3 1,1 1,1 1,1
3,00 22 8,2 8,2 9,44,00 148 55,4 55,4 64,85,00 94 35,2 35,2 100,0Total 267 100,0 100,0
P6
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 3 1,1 1,1 1,1
3,00 16 6,0 6,0 7,14,00 132 49,4 49,4 56,65,00 116 43,4 43,4 100,0Total 267 100,0 100,0
214
Lampiran 7 Hasil Penilaian Parameter Sistem Informasi
Frequencies
Statistics
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10N Valid 267 267 267 267 267 267 267 267 267 267
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Mean 4,3034 4,4345 3,9888 4,2622 4,2172 3,8914 3,6929 4,2996 4,2322 4,2734Std. Error of Mean ,04602 ,03630 ,06785 ,04466 ,04268 ,05860 ,06948 ,03972 ,04497 ,04094Median 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000Mode 4,00 4,00 5,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00Std. Deviation ,75201 ,59320 1,10869 ,72973 ,69747 ,95746 1,13525 ,64897 ,73475 ,66897Variance ,566 ,352 1,229 ,533 ,486 ,917 1,289 ,421 ,540 ,448Kurtosis 2,503 ,748 ,440 1,464 3,215 1,647 -,250 1,364 1,338 ,638Std. Error of Kurtosis ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297Range 4,00 3,00 4,00 3,00 4,00 4,00 4,00 3,00 4,00 3,00Minimum 1,00 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 2,00Maximum 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00Sum 1149,00 1184,00 1065,00 1138,00 1126,00 1039,00 986,00 1148,00 1130,00 1141,00
Frequency TableP1
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4
2,00 10 3,7 3,7 4,13,00 11 4,1 4,1 8,24,00 130 48,7 48,7 56,95,00 115 43,1 43,1 100,0Total 267 100,0 100,0
P2
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 2 ,7 ,7 ,7
3,00 8 3,0 3,0 3,74,00 129 48,3 48,3 52,15,00 128 47,9 47,9 100,0Total 267 100,0 100,0
P3
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 11 4,1 4,1 4,1
2,00 22 8,2 8,2 12,43,00 33 12,4 12,4 24,74,00 94 35,2 35,2 59,95,00 107 40,1 40,1 100,0Total 267 100,0 100,0
215
P4
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 10 3,7 3,7 3,7
3,00 15 5,6 5,6 9,44,00 137 51,3 51,3 60,75,00 105 39,3 39,3 100,0Total 267 100,0 100,0
P5
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7
2,00 4 1,5 1,5 2,23,00 18 6,7 6,7 9,04,00 153 57,3 57,3 66,35,00 90 33,7 33,7 100,0Total 267 100,0 100,0
P6
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 11 4,1 4,1 4,1
2,00 10 3,7 3,7 7,93,00 42 15,7 15,7 23,64,00 138 51,7 51,7 75,35,00 66 24,7 24,7 100,0Total 267 100,0 100,0
P7
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 14 5,2 5,2 5,2
2,00 30 11,2 11,2 16,53,00 51 19,1 19,1 35,64,00 101 37,8 37,8 73,45,00 71 26,6 26,6 100,0Total 267 100,0 100,0
P8
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 5 1,9 1,9 1,9
3,00 13 4,9 4,9 6,74,00 146 54,7 54,7 61,45,00 103 38,6 38,6 100,0Total 267 100,0 100,0
216
P9
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4
2,00 5 1,9 1,9 2,23,00 27 10,1 10,1 12,44,00 132 49,4 49,4 61,85,00 102 38,2 38,2 100,0Total 267 100,0 100,0
P10
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 4 1,5 1,5 1,5
3,00 21 7,9 7,9 9,44,00 140 52,4 52,4 61,85,00 102 38,2 38,2 100,0Total 267 100,0 100,0
217
Lampiran 8 Hasil Penilaian Parameter SPIP
Frequencies
Statistics
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
N Valid 267 267 267 267 267 267 267 267
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 4,2172 4,2022 4,2285 4,3071 4,2547 4,2172 4,1536 4,3708
Std. Error of Mean ,05137 ,03990 ,04762 ,04158 ,04606 ,04737 ,04483 ,03758
Median 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000
Mode 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
Std. Deviation ,83935 ,65200 ,77814 ,67950 ,75264 ,77411 ,73245 ,61403
Variance ,705 ,425 ,606 ,462 ,566 ,599 ,536 ,377
Kurtosis 4,119 1,087 2,274 2,429 3,010 3,300 ,893 -,088
Std. Error of Kurtosis ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297
Range 4,00 3,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 3,00
Minimum 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00
Maximum 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
Sum 1126,00 1122,00 1129,00 1150,00 1136,00 1126,00 1109,00 1167,00
218
P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17
267 267 267 267 267 267 267 267 267
0 0 0 0 0 0 0 0 0
4,1273 4,1199 3,9625 3,9925 4,0262 4,2509 4,4419 4,2734 4,2285
,04888 ,04778 ,05833 ,05145 ,04961 ,04182 ,03712 ,03954 ,04328
4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000
4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 5,00 4,00 4,00
,79866 ,78080 ,95308 ,84066 ,81068 ,68328 ,60651 ,64610 ,70728
,638 ,610 ,908 ,707 ,657 ,467 ,368 ,417 ,500
,908 ,920 1,267 ,418 ,311 1,376 ,070 ,112 -,152
,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297
4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 3,00 3,00 3,00 3,00
1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 2,00 2,00 2,00
5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
1102,001100,0
01058,0
01066,0
01075,0
01135,0
01186,0
01141,0
01129,00
P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26
267 267 267 267 267 267 267 267 267
0 0 0 0 0 0 0 0 0
4,1685 4,1835 4,0712 4,2921 3,9326 4,1573 4,1498 4,1685 4,0449
,04367 ,04440 ,05001 ,04131 ,05871 ,04202 ,04893 ,04367 ,04679
4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000 4,0000
4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
,71350 ,72550 ,81722 ,67505 ,95930 ,68659 ,79945 ,71350 ,76449
,509 ,526 ,668 ,456 ,920 ,471 ,639 ,509 ,584
,774 1,095 1,168 2,111 ,209 1,722 1,857 -,534 1,173
,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297 ,297
4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 3,00 4,00
1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00
5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
219
1113,001117,0
01087,0
01146,0
01050,0
01110,0
01108,0
01113,0
01080,00
P27 P28 P29 P30
267 267 267 267
0 0 0 0
4,2509 4,2322 4,3258 4,2397
,04379 ,04465 ,03839 ,04513
4,0000 4,0000 4,0000 4,0000
4,00 4,00 4,00 4,00
,71553 ,72962 ,62724 ,73745
,512 ,532 ,393 ,544
1,757 1,100 ,318 2,013
,297 ,297 ,297 ,297
4,00 3,00 3,00 4,00
1,00 2,00 2,00 1,00
5,00 5,00 5,00 5,00
1135,00
1130,00 1155,00 1132,00
Frequency Table
P1
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 7 2,6 2,6 2,6
2,00 4 1,5 1,5 4,13,00 17 6,4 6,4 10,54,00 135 50,6 50,6 61,05,00 104 39,0 39,0 100,0Total 267 100,0 100,0
P2
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 5 1,9 1,9 1,9
3,00 20 7,5 7,5 9,44,00 158 59,2 59,2 68,5
220
5,00 84 31,5 31,5 100,0Total 267 100,0 100,0
P3
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 3 1,1 1,1 1,1
2,00 3 1,1 1,1 2,23,00 30 11,2 11,2 13,54,00 125 46,8 46,8 60,35,00 106 39,7 39,7 100,0Total 267 100,0 100,0
P4
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4
2,00 4 1,5 1,5 1,93,00 15 5,6 5,6 7,54,00 139 52,1 52,1 59,65,00 108 40,4 40,4 100,0Total 267 100,0 100,0
P5
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 3 1,1 1,1 1,1
2,00 3 1,1 1,1 2,23,00 23 8,6 8,6 10,94,00 132 49,4 49,4 60,35,00 106 39,7 39,7 100,0Total 267 100,0 100,0
P6
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 4 1,5 1,5 1,5
2,00 3 1,1 1,1 2,63,00 24 9,0 9,0 11,64,00 136 50,9 50,9 62,55,00 100 37,5 37,5 100,0Total 267 100,0 100,0
P7
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4
2,00 4 1,5 1,5 1,93,00 36 13,5 13,5 15,44,00 138 51,7 51,7 67,0
221
5,00 88 33,0 33,0 100,0Total 267 100,0 100,0
P8
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 1 ,4 ,4 ,4
3,00 16 6,0 6,0 6,44,00 133 49,8 49,8 56,25,00 117 43,8 43,8 100,0Total 267 100,0 100,0
P9
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7
2,00 5 1,9 1,9 2,63,00 43 16,1 16,1 18,74,00 124 46,4 46,4 65,25,00 93 34,8 34,8 100,0Total 267 100,0 100,0
P10
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4
2,00 9 3,4 3,4 3,73,00 34 12,7 12,7 16,54,00 136 50,9 50,9 67,45,00 87 32,6 32,6 100,0Total 267 100,0 100,0
P11
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 8 3,0 3,0 3,0
2,00 12 4,5 4,5 7,53,00 42 15,7 15,7 23,24,00 125 46,8 46,8 70,05,00 80 30,0 30,0 100,0Total 267 100,0 100,0
P12
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4
2,00 16 6,0 6,0 6,43,00 41 15,4 15,4 21,74,00 135 50,6 50,6 72,35,00 74 27,7 27,7 100,0
222
Total 267 100,0 100,0
P13
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4
2,00 10 3,7 3,7 4,13,00 48 18,0 18,0 22,14,00 130 48,7 48,7 70,85,00 78 29,2 29,2 100,0Total 267 100,0 100,0
P14
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 7 2,6 2,6 2,6
3,00 16 6,0 6,0 8,64,00 147 55,1 55,1 63,75,00 97 36,3 36,3 100,0Total 267 100,0 100,0
P15
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 1 ,4 ,4 ,4
3,00 13 4,9 4,9 5,24,00 120 44,9 44,9 50,25,00 133 49,8 49,8 100,0Total 267 100,0 100,0
P16
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 2 ,7 ,7 ,7
3,00 23 8,6 8,6 9,44,00 142 53,2 53,2 62,55,00 100 37,5 37,5 100,0Total 267 100,0 100,0
P17
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 3 1,1 1,1 1,1
3,00 34 12,7 12,7 13,94,00 129 48,3 48,3 62,25,00 101 37,8 37,8 100,0Total 267 100,0 100,0
223
P18
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4
2,00 2 ,7 ,7 1,13,00 37 13,9 13,9 15,04,00 138 51,7 51,7 66,75,00 89 33,3 33,3 100,0Total 267 100,0 100,0
P19
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4
2,00 4 1,5 1,5 1,93,00 32 12,0 12,0 13,94,00 138 51,7 51,7 65,55,00 92 34,5 34,5 100,0Total 267 100,0 100,0
P20
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7
2,00 11 4,1 4,1 4,93,00 35 13,1 13,1 18,04,00 137 51,3 51,3 69,35,00 82 30,7 30,7 100,0Total 267 100,0 100,0
P21
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4
2,00 3 1,1 1,1 1,53,00 18 6,7 6,7 8,24,00 140 52,4 52,4 60,75,00 105 39,3 39,3 100,0Total 267 100,0 100,0
P22
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 3 1,1 1,1 1,1
2,00 26 9,7 9,7 10,93,00 36 13,5 13,5 24,34,00 123 46,1 46,1 70,4
224
5,00 79 29,6 29,6 100,0Total 267 100,0 100,0
P23
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4
2,00 4 1,5 1,5 1,93,00 27 10,1 10,1 12,04,00 155 58,1 58,1 70,05,00 80 30,0 30,0 100,0Total 267 100,0 100,0
P24
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7
2,00 11 4,1 4,1 4,93,00 23 8,6 8,6 13,54,00 140 52,4 52,4 65,95,00 91 34,1 34,1 100,0Total 267 100,0 100,0
P25
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 2 ,7 ,7 ,7
3,00 43 16,1 16,1 16,94,00 130 48,7 48,7 65,55,00 92 34,5 34,5 100,0Total 267 100,0 100,0
P26
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 2 ,7 ,7 ,7
2,00 5 1,9 1,9 2,63,00 45 16,9 16,9 19,54,00 142 53,2 53,2 72,75,00 73 27,3 27,3 100,0Total 267 100,0 100,0
P27
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4
2,00 5 1,9 1,9 2,23,00 22 8,2 8,2 10,54,00 137 51,3 51,3 61,85,00 102 38,2 38,2 100,0
225
Total 267 100,0 100,0
P28
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 9 3,4 3,4 3,4
3,00 20 7,5 7,5 10,94,00 138 51,7 51,7 62,55,00 100 37,5 37,5 100,0Total 267 100,0 100,0
P29
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 2,00 2 ,7 ,7 ,7
3,00 17 6,4 6,4 7,14,00 140 52,4 52,4 59,65,00 108 40,4 40,4 100,0Total 267 100,0 100,0
P30
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 1,00 1 ,4 ,4 ,4
2,00 8 3,0 3,0 3,43,00 18 6,7 6,7 10,14,00 139 52,1 52,1 62,25,00 101 37,8 37,8 100,0Total 267 100,0 100,0
226